Description: Pendekar Pedang Kail Emas 2
Rating: 4.5
Reviewer: Unknown -
ItemReviewed: Pendekar Pedang Kail Emas 2Walaupun Sin-hiong berturut-turut sudah menyerang enam jurus,
tapi serangannya seperti tenggelam, hilang begitu saja dengan maju
mundurnya mereka berdua, di dalam hati merasa keheranan dan
berpikir, ilmu apa ini?
Pergelangan tangannya segera digerakkan dan pedang
pusakanya dengan cepat disabetkan, jurus ini adalah jurus
membunuh yang disebut Gwat-beng-seng-see (Bulan terang bintang
jarang) dari jurus Kim-kau-kiam.
Tapi ketika dia menyabetkan pedangnya, Hoa Sian-hong
mendadak kembali mundur! Hoa Tiang-hong yang ada dibelakang
menggetarkan pedangnya secepat kilat maju menyerang dan sambil
tertawa berkata:
"Kali ini giliranku!"
Gulungan pedang panjangnya membentuk putar an angin yang
besar, datang menyerang dari samping Sin-hiong!
Sin-hiong terkejut, di dalam hati berpikir;
'Bertarung terus-menerus seperti ini, mereka akan menghabiskan
tenagaku, hemm.. hemm.. bagaimana mungkin aku bisa terjerumus
ke dalam siasat kalian?
Saat pedang Hoa Tiang-hong datang menyerang, Sin-hiong
mendadak mengambil nafas, tubuhnya lalu melesat ke atas dengan
keras berteriak:
"Tunggu, tunggu, jurusku masih belum selesai lho!"
Satu jurus Coan-ping-kiu-siau dikeluarkan, sinar pedang dengan
dahsyat menyerang ke bawah, baru saja Hoa Sian-hong bergerak,
jurus pedang Sin-hiong sudah tiba, tidak tahan dia jadi terkejut,
baru saja mau membalikan tubuh menangkis, mendadak ada hawa
dingin melanda, sinar dingin dari pedang Sin-hiong sudah hampir
tiba di lehernya sambil tertawa berkata:
"Kau mau kemana lagi?"
Hati Hoa bersaudara jadi tergetar!
Hoa Sian-hong tidak bisa bergerak, Hoa Leng-hong yang
bertarung dengan Hui-lan, saat inipun sedang berada di bawah
angin, hanya tersisa Hoa Tiang-hong seorang diri, tapi asalkan dia
bergerak, maka nyawa Hoa Sian-hong segera melayang.
Sin-hiong tertawa dingin:
"Aku mau tanya kenapa kalian tanpa alasan mencari aku terus?"
Hoa Sian-hong yang diancam oleh pedang lawannya, walaupun
tidak bisa bergerak, tapi dengan berani dia mendengus dan berkata:
"Bukankah kau mau pergi ke gunung Bu-tong? He he he!
Mungkin terlambat satu langkah!"
"Kenapa terlambat?" tanya Sin-hiong tergetar.
Saat ini Hoa Leng-hong yang bertarung dengan Hui-lan sudah
menghentikan pertarungannya, dengan marah berkata:
"Kau ini siapa, kau tidak pantas menantang berbagai perguruan
besar?"
Sin-hiong tertawa dingin:
"Kalau begitu aku ingin tahu, siapa di dunia ini yang pantas
menantang berbagai perguruan besar?"
Hoa Leng-hong dengan sombongnya berkata:
"Selain orang-orang kami dari perguruan Thian-san, siapa lagi
yang pantas di dunia ini!"
Sin-hiong tergetar sejenak dan katanya:
"Maksudmu Thian-ho-tiauw-sou?"
"Tentu saja!"
Hui-lan terkejut dan berkata: "Sen-tayhiap, cepat kita pergi dari
sini!"
Saat ini Sin-hiong pun sudah mengerti apa yang terjadi dia
berkata:
"Kalian bertiga menghadang aku disini, supaya Thian-ho-tiauw-
sou bisa dengan leluasa menyerang Bu-tong?"
Walaupun Hoa bersaudara tidak menjawab, tapi wajahnya
mengisyaratkan mengakui.
Sin-hiong menghela nafas, berkata:
"Tidak di duga, ternyata masih ada orang yang berani
mendahuluiku, sungguh tidak terduga sekali!"
Setelah berkata, mendadak dia berteriak:
"Nona Lan, aku jalan duluan, terpaksa anda tunggu aku di kota
saja!" tidak peduli Hui-lan setuju atau tidak, dia langsung meloncat
pergi meninggalkan tempat itu!
Sifat Sin-hiong sangat setia, gurunya telah ber pesan pada dia,
harus memberi pelajaran pada sembilan perguruan besar, jadi
bagaimana pun caranya dia harus menyelesaikan tugasnya, saat ini
mendengar Thian-ho-tiauw-sou sudah pergi ke gunung Bu-tong,
makanya dia juga buru-buru pergi ke gunung Bu-tong!
Dia pergi terburu-buru, tidak mempedulikan apa yang akan
terjadi kemudian, tentu saja juga tidak mempedulikan keadaan Hui-
lan bagaimana. Pikirnya,
'Saat ini Thian-ho-tiauw-sou memutuskan pergi ke Bu-tong, jadi
dia harus secepat cepat pergi ke gunung Bu-tong, siapa tahu dia
bisa tiba lebih dulu dari pada Thian-ho-tiauw-sou!
Waktu baru saja lewat jam sembilan malam, langit penuh dengan
bintang-bintang, setelah Sin-hiong menentukan arahnya, dia segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuh, dalam sekejap sudah pergi
sejauh puluhan li!
Di sepanjang jalan, tidak henti-hentinya dia berlari, saat hampir
fajar, dia tidak tahu sudah sampai di mana, ketika berlari dia
berkata didalam hati:
'Entah arahku benar atau tidak, aku harus bertanya pada
seseorang dulu" tapi dia tidak menghentikan langkahnya, begitu
melihat ke depan, dari kejauhan tampak sebuah gunung yang amat
tinggi, di dalam hati berkata:
'Apakah yang didepan itu adalah gunung Bu- tong?'
Setelah dia dekat, dia baru menemukan di bawah gunung itu
bertebaran puluhan rumah penduduk, dia memperlambat
langkahnya, di depannya terlihat seorang bukuni tua keluar dari
rumah sambil membawa pacul, buru-buru dia maju ke depan dan
bertanya:
"Mohon tanya Lopek, apakah yang di depan itu gunung Bu-
tong?"
Petani tua itu melihat dia sekali, lalu menganggukkan kepala:
"Betul, kenapa Siauya pergi ke gunung sepagi ini?"
Sin-hiong sangat senang, di dalam hati berterima kasih pada
bukuni tua itu, setelah *itu dengan cepat dia berlari lagi ke depan!
-oo0dw0oo-
BAB 7
Tempat tinggal tidak bagus
Matahari sudah berada diatas kepala, bumi semua terlihat jelas,
Sin-hiong sudah tiba di bawah gunung Bu-tong, mendadak dia
melihat di depan ada sebuah batu cadas yang menonjol, diatasnya
tertulis Kie-kiam-yan (Bukit melepas pedang) tiga huruf besar!
Sin-hiong menatap tiga huruf besar itu, di otaknya teringat
sebuah cerita, konon saat pendiri Bu-tong Thio Sam-hong
mendirikan perguruan Bu-tong, dia hanya mengajarkan ilmu
bertahan dan menyehat-kan tubuh, kemudian setelah murid
diperguruannya bertambah banyak, berbagai perguruan di dunia
persilatan pun ikut berkembang, peristiwa bunuh-membunuh karena
dendam sering terdengar, perguruan Bu-tong membuat aturan
sangat keras kepada muridnya, tetapi jika ada orang penting dari
luar mau naik ke gunung Bu-tong, tidak boleh membawa senjata
naik ke atas gunung, di sini bisa dilihat kebesarannya perguruan Bu-
tong.
Tidak di duga dua hari ini, di bawah gunung Bu-tong berturut
turut muncul dua orang pesilat tinggi, dan kedua orang ini sengaja
datang untuk mengacau perguruan Bu-tong, membuat kuil To yang
sangat termasyur di dunia ini, hampir saja mengalami mala bukuka
yang tidak pernah terjadi selama seratus tahun!
Sin-hiong melihat-lihat, di dalam hati berpikir:
'Aku tidak perlu terlalu memikirkannya, sekali membungkukan
tubuh, orangnya sudah meloncat ke atas, naik ke gunung. Mula-
mula jalanannya datar, semakin lama semakin naik, setelah berjalan
sesaat, ketika hampir melewati setengah gunung, dia masih belum
melihat satu pun tosu?
Hati Sin-hiong menjadi merasa heran dan pikir: 'Apakah si tua
Thian-ho sudah kemari?' Sekarang pengalaman dia di dunia
persilatan sudah semakin banyak, melihat keadaan di depan mata
tidak lazim, maka terpikirlah Thian-ho-tiauwsou? Berjalan lagi
sebentar, masih tidak terlihat di sekitarnya ada orang, sekarang dia
sudah merasa ada yang tidak beres, sekali menghirup nafas, dia
sudah melesat ke depan.
Tapi, baru saja dia berlari sekitar sepuluh tombak, mendadak dia
melihat di depan berdiri empat orang tosu setengah baya! Sin-hiong
segera menghenti-kan langkahnya, tapi saat dia menelitinya,
kembali dia terkejut sampai bengong.
Empat orang tosu ini di tangannya memegang pedang, mereka
berdiri di sana sedikit pun tidak bergerak, kelihatannya ke empat
tosu ini sudah ditotok dengan cara berat jalan darahnya oleh
seseorang!
Sin-hiong merasa hatinya merasa berat dan di dalam hati
berkata:
'Selain Thian-ho-tiauw-sou, siapa lagi yang berani melakukan hal
ini?'
Buru-buru dia menghampiri empat orang itu, dia menyentuh
dengan tangannya, terasa yang disentuh dingin sekali, tidak tahan
hatinya menjadi tegang, dengan sekali mengeluh dia berkata:
"Hay, sudah mati!" dia melihat ke depan, terlihat di depan sunyi,
sedikit suara pun tidak ada, tanpa membuang waktu lagi, dia segera
naik ke atas gunung.
Sekarang dia sangat berhati-hati, berjalan sekitar dua puluh
tombak lebih, mendadak terlihat di atas tanah tergeletak ada
sepuluh lebih tosu, di sudut mulutnya ada yang masih berlumuran
darah segar, melihat keadaannya, orang-orang ini mati oleh pukulan
telapak tangan yang sangat keras!
Darah Sin-hiong jadi bergolak, harinya menduga-duga, 'tidak
peduli siapa yang melakukan-nya? Jika aku bertemu dengan
orangnya, aku pasti tidak akan melepaskannya?'
Dia datang kemari dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalahnya dengan Bu-tong-pai, tapi dia hanya mencari satu orang
dari Bu-tong-pai, mengenai murid-murid perguruan, asalkan tidak
mengganggunya, Sin-hiong tidak akan mengusik mereka.
Tapi orang yang melakukan ini berbeda sekali, melihat dari
kenyataan yang terpangpang, orang ini tidak pandang siapapun,
asal berhadapan langsung dibunuhnya, jika orang ini adalah Thian-
ho-tiauw-sou, maka kekejaman hati Thian-ho-tiauw-sou, mungkin di
atas ketua pulau Teratai?
Sin-hiong berdiri disana, ketika sorot matanya berpaling, tampak
dari kejauhan juga tergeletak tiga puluh lebih tosu, para tosu ini
tergeletak diatas tanah sedikit pun tidak bergerak, melihat keadaan
posisinya, tiga puluh orang ini sepertinya sedang mengatur strategi,
hendak menghadang orang yang datang, tapi dalam pertarungan,
tiga puluh orang ini bukan lawannya, maka satu persatu tergeletak
diatas tanah dengan tangan masih memegang erat-erat pedangnya,
keadaannya sangat mengerikan!
Semalaman Sin-hiong berlari tanpa berhenti, tadinya dia sudah
merasa sangat lelah, sekarang dia dirangsang oleh pemandangan
yang ada di depan mata, dia jadi tidak bisa menahan diri dan
kembali berlari ke atas. Berlari tidak jauh, di depan nampak saru kuil
To yang megah, terlihat rumah berderetan selapis dilapis yang
lainnya menyambung sampai ke puncak, keadaan-nya memang luar
biasa!
Tapi saat ini di seluruh kuil To tidak terlihat satu pun bayangan
manusia, keadaannya membuat orang merasa dingin mengerikan,
walau Sin-hiong pemberani, saat melihat keadaan begini, hatinya
merasa merinding.
Perguruan Bu-tong adalah perguruan besar dari aliran lurus di
dunia persilatan, muridnya tidak kurang dari tiga empat ratus orang,
walaupun kehebatan Thian-ho-tiauw-sou sebesar langit, tidak
mungkin bisa membunuh semua orang-orang ini!
Tapi keadaan di depan mata sepertinya begitu, selain empat lima
puluh mayat yang ada di depan kuil, satu bayangan manusia pun
tidak terlihat!
Pelan-pelan Sin-hiong melangkah masuk ke dalam gerbang, dia
melihat di atas tanah kembali tergeletak sepuluh lebih mayat, tidak
tahan dia menarik nafas dan berkata di dalam hati:
'Dimana Bu-tong-sam-kiam (Tiga jago pedang Bu-tong)?’
Dia maju mendekat dan ditelitinya setiap mayat, tapi tidak
menemukan Bu-tong-sam-kiam, tidak terasa dia menganggukan
kepala sambil berguman:
"Rupanya orang-orang ini hanya murid biasa, tentu saja tidak
mampu melawan orang seperti Thian-ho-tiauw-sou, pesilat tinggi
kelas wahid, mengenai Bu-tong-sam-kiam dan ketua mereka Coan-
cin totiang, Thian-ho-tiauw-sou tidak mudah mengalahkan mereka1"
Berkata sampai disini, dia langsung terpikir Bu-tong-sam-kiam
pasti masih berada di dalam, saat ini dia malah mendapat persoalan
sulit, yaitu jika bertemu dengan ketua Bu-tong, haruskah dia ber-
tarung dengannya?
Sambil berpikir dia melangkah masuk ke dalam gerbang kuil To,
di depan ada satu pekarangan yang amat luas, ditanami pepohonan,
tepat di depan ruangan besar, tapi, saat inipun tidak terlihat ada
orang?
Dia sangat tidak mengerti, baru saja meng-angkat kakinya,
mendadak serangkum hawa dingin pedang datang menyerang,
buru-buru Sin-hiong menghindar dan berteriak:
"Cayhe, Sen Sin-hiong......"
Orang itu sedikit pun tidak peduli dengan kesal berkata:
"Walau Sen Kiu-hiong juga akan aku bunuh!"
Sin-hiong melihat, orang ini kepalanya memakai topi Kiu-lian-
koan, godek kumis dan janggutnya panjang sampai ke dada,
usianya sekitar empat puluhan, setelah serangan pedangnya gagal,
dia jadi sedikit terkejut, didalam hati berkata:
'Apakah datang lagi seorang pesilat tinggi dunia persilatan?'
Orang ini namanya Bu-coan, dia angkatan kedua di Bu-tong, ilmu
silatnya bisa disebut yang paling tinggi, tapi sifatnya tidak sabaran,
begitu melihat Sin-hiong tertegun memandanginya, tidak tahan dia
jadi marah berkata:
"Sebenarnya kalian datang berapa banyak, kenapa tidak sekali
gus saja datangnya?"
Hati Sin-hiong tergerak dan berkata lagi:
"Cayhe, Sen Sin-hiong, bukan sekelompok dengan orang-orang
yang kemarin malam, Totiang salah orang!"
Bu-coan Totiang sedikit tertegun, mendadak dia mundur
kebelakang dan berteriak:
"Kau ini Kim-kau-kiam-khek?"
Sin-hiong melihat kelakuannya seperti menghadapi musuh,
sesaat dia tidak tahu harus menjawab apa, dia menganggukan
kepala dan berkata:
"Betul!"
Warna wajah Bu-coan berubah dengan suara gemetar berka ta:
"Bagus sekali, kalian datang bergelombang, malapetaka
perguruan Bu-tong benar-benar sudah tiba!"
Tadinya Sin-hiong ingin mendahului Thian-ho-tiauw-sou datang
kesini, tapi ternyata masih terlambat selangkah dan perguruan Bu-
tong sudah berantakan, walau dia ingin membalas budi guru,
melaksanakan wasiat gurunya, sekarang dia sudah tidak bisa
mengatakannya lagi.
Setelah Bu-coan Totiang berkata, di belakang terdengar lagi
suara derap kaki, dalam sekejap keluar lagi sepuluh tosu.
Salah seorang setelah melihat lalu berkata:
"Bu-coan Suheng, kita terpaksa menerima karmanya!"
Wajah Bu-coan sangat serius, dia menyabetkan pedangnya
menyerang Sin-hiong sambil berteriak:
"Kau sudah datang kemari, kenapa masih belum bergerak?"
Begitu Bu-coan bergerak, puluhan tosu di belakangnya juga ikut
bergerak, dalam sekejap sudah mengurung ketat Sin-hiong di
tengah tengah.
Sin-hiong menggeleng-gelengkan kepala, dalam hati berpikir:
'Kenapa orang orang ini tidak menurut aturan?'
Begitu mengangkat tangan, Kim-kau-po-kiam sudah berada di
tangannya dia berkata:
"Kalian bisa tidak dengarkan aku dulu!"
Bu-coan menyerang tiga kali, sambil tertawa dingin berkata:
"Mau bilang apa lagi?"
Tiga jurus serangan ini sangat dahsyat, jika Sin-hiong tidak
bergerak, kelihatannya dia akan terkurung di dalam barisan pedang.
Dia sadar, tosu-tosu yang mengurungnya bukanlah pesilat biasa,
Bu-coan Totiang telah melancarkan serangan pedangnya tiga jurus,
puluhan tosu di sekelilingnya pun menusukkan pedang tiga kali, jika
dihitung maka ada tiga puluh lebih tusukan!
Sin-hiong terdiam, matanya menyapu, sekali menggetarkan
pedangnya, sinar pedangnya memancar keluar, memaksa mundur
tosu-tosu yang paling dekat dengannya, lalu dia meloncat keluar
kurungan mereka!
Salah satu tosu berteriak:
"Awas dia akan menyerang dari samping!"
Ketika berkata, sudah ada puluhan tosu datang menutupi
kekosongan, tapi menunggu mereka tiba, Sin-hiong sudah
menembus dua ruangan, turun di kamar belakang.
Puluhan orang orang ini jadi berubah wajahnya, Bu-coan buru
buru berteriak:
"Bu-keng Sute, cepat pukul kentongan isyarat!"
Setelah berkata, dia sendiri membawa saudara seperguruannya
mengejar ke belakang.
Setelah tiba dibelakang, Sin-hiong melihat keadaan sangat sepi,
tidak terlihat seorangpun, dia jadi bertambah keheranan.
Di dalam hati dia tidak mengerti, kenapa perguruan Bu-tong bisa
sekacau ini?
Ketika berpikir, mendadak suara lonceng menggema, dia masih
belum tahu apa yang terjadi, pada saat itu di depannya muncul lagi
dua puluh lebih tosu, Sin-hiong melihatnya lalu bertanya:
"Mohon tanya Totiang, dimana Coan-cin Totiang berada?"
Melihat dia begitu bertanya langsung menanya kan ketuanya,
wajah semua orang jadi berubah, tidak saru pun yang menjawab,
malah selangkah demi selangkah maju mendesak dia.
Sin-hiong mengerutkan alis, di dalam hati berpikir:
'Apa sebenarnya yang terjadi?'
Dia menyentil-nyentil pedang pusakanya dan berkata lagi:
"Kalau begitu aku tanya satu orang lagi, dimana Coan-hong
Totiang?"
Saat dia menanyakan dua pertanyaan ini, mimik wajahnya biasa-
biasa saja, tapi bagi pen-dengaran tosu-tosu ini sangat
mengejutkan!
Semua ini karena ketua perguruan Bu-tong telah terluka parah,
sedangkan Bu-tong-sam-kiam entah berada dimana? Kalau tidak
mana mungkin mereka membiarkan orang seenaknya meraja lela.
Sin-hiong berturut-turut menanyakan dua pertanyaan, melihat
mereka satu pun tidak menjawab, dia sadar menanyakan terus juga
tidak ada gunanya, baru saja mau mencari ke arah kanan.
Disaat tubuhnya mau bergerak tapi belum gerak, Bu-coan sudah
tiba dengan membawa sepuluh lebih tosu!
Suara lonceng masih tenis bergema tidak putus putusnya, pelan-
pelan di dalam pekarangan yang kecil ini, dari atas rumah sampai di
bawah rumah, malah disetiap sudut sudah penuh oleh orang orang.
Orang-orang ini semuanya melototi dia, melihat keadaannya
mereka akan melemparkan tanggung jawab peristiwa kemarin
malam pada diri Sin-hiong.
Sin-hiong menarik nafas panjang dan berkata:
"Kenapa? Kalian ingin melampiaskan amarah kalian padaku?"
Baru selesai bicara, di hadapan dia sudah berdiri lima enam tosu
menghadang jalannya, Sin-hiong melihat dengan dingin berkata:
"Kalian sungguh ingin melakukannya, kalau begitu silahkan
coba."
Ssst! Dia menusukan pedanghya pada lima enam orang tosu
yang ada di hadapannya!
Lima enam orang tosu itu bersama-sama menghindar, pedang
ditangan pun bersamaan mem-balas menyerang, pada saat ini dari
depan dan belakang, kiri dan kanan Sin-hiong sekali gus muncul
tidak kurang tiga empat puluh tosu, mereka juga bukan orang
biasa, begitu Sin-hiong menusukan pedangnya, mereka juga
bersamaan membalas menyerang, dalam sekejap menyerang tidak
kurang dari empat puluh tusukan pedang.
Mata Sin-hiong bersinar, sambil membentak, menyabetkan Kim-
kau-po-kiam nya dengan dahsyat, lalu berteriak:
"Sebenarnya kalian punya berapa banyak kehebatan, silahkan
keluarkan semuanya?"
Serangan pedang dia hampir mengerahkan seluruh tenaganya,
menyerang ke segala arah, angin serangannya mengeluarkan suara
ssst ssst sst, dengan dahsyat membalas menyerang!
Walaupun orang-orang dari Bu-tong banyak, tapi mereka ini
bukan pesilat tinggi di perguruan, mana mungkin bisa menahan
serangah dahsyat Sin-hiong, puluhan tosu yang ada di sebelah
kanan, sudah dipaksa mundur dua langkah ke belakang.
Sin-hiong tidak mau membuang waktu sedikit pun, dia langsung
mengikuti maju, serangannya semakin dahsyat, puluhan tosu yang
tadi saja sudah kewalahan menahannya, melihat dia maju mengikuti
gerakannya, wajah semua orang jadi berubah, Bu-coan Totiang
teriak:
"Hadang dia, hadang dia!"
Setelah berkata, membawa dua tiga puluh tosu di belakangnya,
menerjang ke arah Sin-hiong.
Puluhan tosu itu tadinya mau mundur, begitu diteriaki oleh Bu-
coan Totiang, tanpa menghiraukan nyawanya kembali maju
menyerang!
Melihat keadaan ini, di dalam hati Sin-hiong berkata:
'Dibelakang pasti ada rahasia apa, jika tidak, tidak mungkin
mereka menghadang aku dengan tidak mempedulikan nyawa
mereka.'
Setelah berpikir, dia mengayunkan pedang pusakanya, tapi dia
tidak ingin melukai orang yang tidak ada sangkut pautnya, dia lalu
mengambil nafas dalam-dalam, orangnya sudah meloncat tinggi
sekali, "Huut!" melayang lewat di atas kepala puluhan tosu!
Bu-coan dan kawan-kawan jadi semakin terkejut!
Ternyata di bagian belakang benar ada sesuatu, ketika tubuh Sin-
hiong melayang, mendadak di atas atap rumah muncul seorang tosu
tua berusia tujuh puluh tahun lebih!
Munculnya orang ini, membuat tosu-tosu yang berada di bawah
rumah jadi tambah terkejut, wajahnya menjadi pucat, Bu-coan
dengan suara gemetar berkata:
"Guru, luka anda belum sembuh, jangan bertarung!"
Tosu tua itu tersenyum dan berkata:
"Tidak apa-apa!"
Saat ini Sin-hiong sedang menerjang ke arah-nya, dia bisa saja
mengambil kesempatan menyerang, tapi dia tidak melakukannya,
tubuhnya malah menghindar membiarkan Sin-hiong bisa tunin
dengan tenang.
Di bawah rumah ada orang mengeluh, berkata:
"Hay, jika Coan-hong Supek sekalian ada disini, maka peristiwa
ini tidak akan terjadi!"
Sin-hiong sedikit terperangah dan bertanya:
"Apakah ini Coan-cin Totiang?"
"Betul!" katanya sambil mengangguk.
Sin-hiong melihat wajahnya sangat pucat, walaupun tampak
sangat tenang, tapi setelah bicara nafasnya sedikit memburu, tidak
tahan di dalam hati berkata:
Tampaknya dia kemarin malam telah ber-tarung dengan Thian-
ho-tiauw-sou, dan mungkin sudah terlukai Aku tidak boleh
mengambil kesempatan saat lawan sedang terluka?'
Setelah berpikir dia berkata:
"Cayhe Sen Sin-hiong......"
Dia belum selesai bicara, Coan-cin Totiang sudah menyelanya:
"Aku sudah tahu maksud kedatangan anda, kenapa masih belum
bergerak?"
Begitu kata-kata ini keluar, terdengar "Huut huut!" berturut tumt
puluhan tosu sekaligus meloncat keatas, salah satunya berteriak:
"Guru, anda tidak bisa bertarung?"
Sin-hiong menggerakan tubuhnya sedikit, di dalam hati berkata:
'Ketua perguruan Bu-tong ini boleh juga, walaupun dalam
keadaan terluka parah, tapi penampilannya masih segagah ini,
dibandingkan dengan hweesio Siauw-lim, mereka lebih hebat!'
Sin-hiong bersifat jujur, melihat perguruan Bu-tong baru saja
mengalami mala petaka, dan ketua mereka terluka parah, walaupun
urusannya lebih penting lagi, tetap harus di tangguhkan, tapi dia
berharap bisa membuktikan apakah orang yang kemarin malam
datang kesini Thian-ho-tiauw-sou atau bukan, maka dia berkata:
"Mohon tanya, apakah orang yang kemarin malam datang kemari
adalah Thian-ho-tiauw-sou?"
Di samping ada seorang dengan keras menjawab: "Betul, kau
sendiri sudah tahu buat apa masih menanyakan?"
Sin-hiong menghela nafas dengan pelan berkata: "Perguruan
anda baru saja mengalami musibah dan ketua juga terluka parah,
aku tidak bisa melempar batu ke dalam sumur, hemm... hemm...
aku akan mencari Thian-ho-tiauw-sou itu."
Setelah berkata, dia langsung lari ke bawah gunung!
Dalam pikirannya, Siauw-lim, Bu-tong, Go-bi, Kun-lun, Hoa-san,
Tiang-pek, Kong-tong, Bu-tai dan Tiam-jong sembilan perguruan
besar, hanya dia yang pantas menghadapinya, sekarang Thian-ho-
tiauw-sou mendadak menyerang Bu-tong, apa pun alasannya dia
tidak bisa menerimanya?
Sin-hiong sudah pergi jauh, orang-orang Bu-tong-pai jadi terkejut
tidak mengerti.
Mereka tidak tahu kenapa Sin-hiong mendadak pergi, yang lebih
mengejutkan lagi adalah Sin-hiong mau menghadapi Thian-ho-
tiauw-sou.
Coan-cin Totiang kemarin malam pernah bertarung dengan
Thian-ho-tiauw-sou, lukanya tidak ringan, melihat Sin-hiong
mendadak pergi, sesaat dia mendapat satu perasaan, katanya:
"Hanya dia yang paling pantas menghadapi Thian-ho-tiauw-sou,
tapi tidak peduli siapa yang menang siapa yang kalah, semuanya
bukan keberuntungan bagi dunia persilatan!"
Kata-kata ini maknanya besar, tapi tosu-tosu di sampingnya
semua tidak bisa mengerti.
Sin-hiong berlari keluar dari mulut gunung, setelah berpikir
sejenak, dia berguman:
'Tiga murid Thian-ho-tiauw-sou kemarin malam masih muncul di
Po-cia-tian, mereka pasti belum pergi jauh.'
Berkata sampai disini, dia kembali ke jalan itu lagi.
Sampai di penginapan, pelayan yang seharian tidak melihat dia,
begitu melihat Sin-hiong kembali ke penginapan sambil membawa
gitar kunonya, tidak tahan dengan keheranan bertanya:
"Siauya, kukira sudah pergi?"
Sin-hiong sembarangan menjawabnya, kembali ke dalam
kamarnya, hatinya berpikir:
'Apakah Hui-lan sudah kembali belum', maka dia berjalan ke
depan pintu kamar Hui-lan, dengan pelan mengetuk pintu beberapa
kali, tapi pintu kamar masih tertutup rapat.
Sin-hiong teringat saat dirinya kemarin malam pergi, di hadapan
Hui-lan masih ada tiga orang musuh, diri sendiri pergi begitu saja,
bagaimana Hui-lan menghadapi mereka?
Terpikir sampai disini, hatinya jadi merasa resah, katanya, 'jika
sampai terjadi apa-apa pada Hui-lan, dan ketua pulau Teratai
mengetahuinya, mungkin ketua pulau Teratai tidak akan
melepaskan dirinya?
Dia tertegun sejenak, buru-buru keluar dari penginapan, sampai
di tempat kemarin malam, terlihat pohon melambai-lambai, tidak
ada seorang pun disana?
Saat ini matahari sudah tenggelam di barat, bumi diselimuti oleh
kegelapan, Sin-hiong berjalan ke kiri sekitar tujuh delapan li,
mendadak di depan terdengar suara aneh "Haay!"
Sin-hiong berbelok, tepat di saat ini ada satu bayangan hitam
yang amat besar menerkam ke arahnya.
Gerakan bayangan hitam ini sangat cepat, dalam sekejap sudah
dekat dengannya!
Sin-hiong meneliti, terlihat bayangan hitam ini, seorang manusia
berkaki dan tangan, tapi penampilannya sangat menakutkan, mulut
menganga gigi menonjol, rupanya adalah seekor kingkong besar.
Setelah mahluk aneh ini muncul, "Ccct!" kembali menerkam ke
arah Sin-hiong!
Sin-hiong berteriak "Heh!":
"Binatang, kau cari mati?"
"Huut!" telapak tangannya menyapu, satu angin pukulan yang
keras sudah menggulung ke arahnya.
Kingkong itu sepertinya tahu kedahsyatan serangannya, "Cccet
cccet!" beberapa kali, tubuhnya yang besar itu bergoyang-goyang,
sapuan telapak tangan Sin-hiong itu meleset di samping tubuhnya!
Sin-hiong berteriak:
"Hebat juga, tentu pemiliknya bukan orang biasa!"
Belum sempat dia bergerak lagi, lima cakar mahluk aneh yang
seperti kail, secepat kilat ingin menangkap bahu kanan dan kirinya!
Sin-hiong tergetar, hatinya berpikir sebenarnya mahluk aneh ini
manusia atau setan? telapak tangan-nya segera memotong, angin
pukulan seberat gunung didorong keluar!
Kali ini mahluk aneh itu tidak menduganya, cakarnya belum
sampai, telapak angin Sin-hiong sudah datang, terdengar suara
keras "Buum!", tubuhnya sudah dihantam melayang keluar sejauh
lima enam tombak!
Tidak menunggu mahluk aneh itu turun, Sin-hiong sudah
menerjang lagi ke depan.
Ternyata pukulan tangannya tadi telah membuat mahluk aneh itu
terluka berat, setelah turun ke tanah dia masih berbunyi "Ciit ciit!"
rupanya kesakitan.
Sin-hiong menekan dengan menginjakan kakinya dan
membentak:
"Binatang, kenapa kau menyerang aku?" Perkataannya belum
selesai, mendadak dia merasa di belakang rubuhnya ada angin
berhembus, kembali terdengar suara "Ciit ciit!" yang menusuk
telinga, Sin-hiong segera membalikan tubuh, tampak di depan mata
muncul lagi tiga ekor mahluk aneh. Melihat ini Sin-hiong berpikir:
'tempat ini sangat aneh, tubuhnya sedikit bergerak, tiga mahluk
aneh itu sudah datang menyerang dari tiga arah, dan gerakannya
sama cepatnya!
Sambil membalikan tubuh, Sin-hiong menyapu dengan telapak
tangannya, tiga ekor mahluk aneh itu seperti tahu pukulannya
sangat lihay, secepat kilat mereka meloncat mundur ke belakang.
Tiga pasang matanya menatap pada temannya yang berada di
tanah, sambil berbunyi "Ciit ciit!" tidak henti-hentinya.
Hati Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata:
"Kelihatannya empat ekor mahluk aneh yang seperti kera ini,
adalah peliharaan orang, kenapa aku tidak coba melihat
majikannya?"
Dia tidak bergerak, tiga mahluk aneh yang di pinggir pun tidak
bergerak, ketiga mahkluk itu hanya mengawasi dia, jika Sin-hiong
mau membunuh teman mereka, mungkin mereka akan menyerang
tanpa mempedulikan nyawa mereka!
Sin-hiong mengangkat kaki kanannya, mahkluk aneh yang di
bawah berguling beberapa kali, tapi kaki kirinya pincang,
gerakannya tidak bisa leluasa, setelah berteriak "Ciit ciit!" beberapa
kali, segera ada satu temannya datang membantu dia dan berjalan
ke atas gunung!
Dua ekor mahluk aneh lainnya masih tetap mengawasi Sin-hiong,
ternyata mereka berdua juga tahu bukan lawannya Sin-hiong,
menunggu kedua temannya sudah jauh, mereka baru pelan-pelan
meninggalkan tempat.
Dalam hati Sin-hiong tertawa, lalu mengikuti mereka dari
belakang.
Setelah menembus dua hutan yang lebat, terlihat empat
bayangan di depan berkelebat, lalu menghilang!
Hati Sin-hiong tergerak, dia berlari ke sana dan melihat, tampak
di bawah kakinya ada sebuah lembah kecil, karena hari sudah gelap,
dan malam inipun tidak berbulan, maka ke empat ekor binatang
yang seperti kingkong itu tidak terlihat dimana bersembunyi, untuk
sesaat masih belum bisa diketahuinya!
Dia bolak balik sejenak, akhirnya menemukan satu jalan gunung,
tanpa banyak berpikir lagi dia langsung menelusuri jalan itu.
Karena ini adalah sebuah lembah, makanya di bawah lebih gelap
dari pada diatas, setelah Sin-hiong berjalan beberapa saat, dengan
ketajaman pandangan matanya, saat ini bisa melihat sejauh lima
enam tombak.
Sin-hiong berjalan pelan-pelan, sambil berjalan sambil
mengawasi ke sekelilingnya, saat ini dia sudah berjalan hampir
sejauh tiga empat puluh tombak, hatinya berpikir, 'jika di tempat ini
ada keanehan, saat ini seharusnya sudah ada gejalanya.'
Baru saja berpikir demikian, mendadak ada seseorang berteriak:
"Jalan gunung berputar-putar, setelah pohon Liu yang gelap,
timbul bunga yang terang, apakah kedua kalimat ini bisa
menyambungnya?"
Sin-hiong terkejut, dai merasa suara ini seperti di kenalnya?
Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara wanita yang mendengus
lalu dan berkata:
"Aku tidak mau mengatakannya, aku tidak mau mengatakannya!"
Mendengar suara ini, Sin-hiong tambah terkejut, kenapa Hui-lan
juga ada disini?
Dalam sekejap, pikirannya timbul perasaan aneh aneh, entah
kenapa mereka bisa berkumpul?
Dia seperti merasa dirinya sedang mimpi, ternyata tadi yang
mula-mula berbicara adalah Sin-kiam-jiu Ho Koan-beng!
Sin-hiong berpikir sesaat, karena kakinya tidak hati-hati, telah
membentur satu pohon besar, saat ini ilmu silat Ho Koan-beng
sudah jauh berbeda dengan dulu "Heh!" dia berteriak sekali dan
berkata:
"Mungkin Sen Sin-hiong yang kau katakan itu sudah tiba, aku
juga mau menemui dia!"
Sin-hiong tergetar, tepat di saat ini, mendadak terlihat dari
belakang satu pohon besar meloncat keluar satu bayangan hitam!
Baru saja orang ini muncul, sudah tertawa dingin berkata:
"Sen-tayhiap, kita sungguh berjodoh sekali, untuk ketiga kalinya
kita bertemu!"
Yang berkata tentu saja Ho Koan-beng, setelah dia berhenti
berkata, Sin-hiong melihat rambutnya tampak awut-awutan, janggut
dan kumisnya tumbuh panjang, jika tidak teliti, mungkin tidak bisa
mengenali dia.
Sin-hiong tahu, semua karena berlatih ilmu silat yang ada di
dalam Hiang-liong-pit-to, sehingga tampang dia jadi begini, saat itu
dia menganggukan kepala dan berkata:
"Saudara Ho, selamat!"
Ho Koan-beng membereskan rambutnya yang awut-awutan itu
dengan dingin berkata:
"Kau sudah tahu lebih bagus, apa kau merasa iri?"
Ketika dia berkata, tingkahnya sangat sombong, berbeda jauh
dibandingkan saat di kuil terbengkalai itu, Sin-hiong berpikir
mungkin dia sudah berhasil melatih ilmu silat yang ada di dalam
Hiang-liong-pit-toitu?
Berpikir sampai disini, dia tetap tidak mau membuka rahasianya,
dia berkata:
"Tidak, aku kemari mencari seseorang."
Wajah Ho Koan-beng tersirat sinar aneh, dengan rasa iri yang
kental berkata:
"Sen.-tayhiap, aku harus memberitahukan satu hal, ketika
bintang keberuntungan perjodohanmu sedang gemerlap, buatmu
bukan satu hal yang baik."
Sin-hiong tahu apa maksud kata-kata dia, yaitu menunjuk pada
Cui-giok dan Hui-lan, hatinya berpikir:
'Di dunia ini tadinya tidak ada masalah, hanya orang bodoh saja
yang merepotkan dirinya sendiri, apa lagi Ho Koan-beng, tadinya dia
memang sudah tidak suka?'
Maka sambil tersenyum dia berkata:
"Saudara Ho, apakah nona Lim baik-baik saja?"
Ho Koan-beng tertawa dingin dan berkata:
"Kali ini kau harus berterima kasih padaku, jika tidak, mungkin
saat ini dia sudah berada di tangannya Hoa bersaudara!"
Sin-hiong tergetar dan bertanya:
"Kalau begitu, dimana Hoa bersaudara berada?"
"Sudah dibunuh olehku!" kata Ho Koan beng sambil tertawa
dingin.
Sin-hiong membelalakan sepasang matanya, dia tidak menduga,
dalam waktu sesingkat ini, ilmu silatnya bisa maju sepesat ini, jika
bukan karena sudah berhasil melatih ilmu silat yang ada didalam
Hiang-liong-pit-to, mana mungkin bisa membunuh Hoa bersaudara?
Tidak tahan dia menghela nafas dan berkata:
"Jika begitu, aku harus mengucapkan selamat pada saudara Ho."
Ho Koan-beng dengan bangga mencabut pedang dari
punggungnya lalu menggetarkannya dan berkata:
"Aku sudah bilang, saat kita bertemu lagi, aku pasti mengalah
dulu tiga jurus padamu, he he he, hari ini tepat waktunya!"
Mendengar kata-kata ini, hati Sin-hiong jadi bergejolak, pikirnya:
'Walaupun kau sudah memperoleh ilmu silat di dalam Hiang-
liong-pit-to itu, kau bisa apa terhadap diriku?'
Baru saja dia mau mencabut Kim-kau-po-kiam, mencoba ilmu
silatnya Ho Koan-beng, tapi setelah berpikir lagi, pertama diri tidak
ada permusuhan dengan Ho Koan-beng, kedua walaupun saat ini
Hui-lan ada ditangannya, jika terjadi apa-apa pada dia, bukankah
seluruh dosanya jadi ditimpakan pada dia?
Akhirnya Sin-hiong menahan diri dan berkata:
"Aku dengan saudara Ho selama ini tidak ada dendam, kenapa
harus bertarung?"
Ho Koan-beng memegang pedangnya lebih erat lagi, hidungnya
mengeluarkan suara "Hii!" lalu berkata:
"Tidak ada dendam? Kata-kata ini kau tujukan untuk siapa?"
Setelah berkata begitu, dia mendesak maju satu langkah dan
teriak:
"Kuhitung sampai tiga, jika kau tidak mencabut senjatamu, maka
jangan salahkan aku marga Ho menyerang!"
Setelah itu hitungan satu sudah diteriakannya! Wajah Sin-hiong
masih tetap tidak berubah, tapi otaknya berputar dengan cepat.
Ketika Ho Koan-beng sudah menghitung dua. Sepasang mata Ho
Koan-beng dengan kesal melototi dia, dengan marah berkata:
"Hanya tinggal saru hitungan lagi, jika kau masih berpura-pura,
aku tidak akan sungkan lagi!"
"Jika saudara Ho bersikukuh ingin bertarung dengan aku, aku
hanya bisa melayaninya, tapi aku masih ada persoalan yang ingin
dibicarakan pada saudara Ho, harap saudara Ho bersabar dulu?"
Ho Koan-beng dengan dingin berkata: "Masalah apa, coba kau
katakan?" Sin-hiong melihat ke arah pohon, katanya lagi: "Nona Lim
yang saat ini ada di tangan saudara Ho, adalah putrinya ketua pulau
Teratai, nona Sun ditangkap oleh Ngo-ki-thian-cun, nona Lim dan
aku sudah mengejar di sepanjang jalan, tidak diduga kemarin
malam bertemu dengan tiga muridnya Thian-ho-tiauw-sou?"
Mendengar Cui-giok jatuh ketangan Ngo-ki-thian-cun, Ho Koan-
beng membelalakan sepasang matanya, perhatiannya nampak jelas
diwajahnya, tapi dia masih tidak tahu Ngo-ki-thian-cun itu siapa,
maka dia bertanya:
"Siapa itu Ngo-ki-thian-cun, dia bisa merebut Sun Cui-giok di
tangannya Sen-tayhiap, jelas dia bukan orang biasa, aku ingin sekali
menghadapinya!"
Sin-hiong tidak mau menjelaskan, katanya lagi:
"Nona Lim sudah ditolong oleh saudara Ho, aku ada satu
permintaan, yaitu tolong saudara Ho lepaskan dia, supaya di
kemudian hari jika bertemu dengan ketua pulau Teratai, tidak
terjadi kesalah pahaman!"
Sin-hiong ingin mendamaikan permasalahan, tapi Ho Koan-beng
berbeda pikirannya, saat ini rasa dengki Ho Koan-beng sudah
menutupi segalanya, walau ada masalah sebesar apa pun dia tidak
mau peduli, apa lagi hanya seorang putrinya ketua pulau Teratai?
"Ingin aku lepaskan dia tidak sulit, tapi Sen-tayhiap harus
menyanggupi satu syaratku!"
"Silahkan katakan saja."
"Hadapi tiga jurusku!"
Akhir-akhir ini Ho Koan-beng telah berhasil melatih ilmu silat
Hiang-liong-pit-to, ambisinya sedang menggelora, dia ingin
menjagoi dunia persilatan, maka dia harus mencari beberapa orang
untuk mencobanya, Sin-hiong tepat menjadi percobaan nya, maka
bagaimana pun caranya dia harus memaksa Sin-hiong bertarung?
Dari tadi Sin-hiong terus bersabar/ sekarang dia sudah tidak bisa
bertahan lagi, maka pelan-pelan dia mencabut pedang pusakanya
sambil tertawa berkata:
"Jika demikian, aku terpaksa melayani!"
"Aku akan mengalahdulu tiga jurus padamu!"
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku dan kau mencoba ilmu silat, tidak perlu ada yang mengalah,
lebih baik saudara Ho menyerang lebih dulu!"
Sin-hiong menghadapi orang selalu dengan jujur, tapi hati Ho
Koan-beng saat ini sangat kejam, terpikir Cui-giok dengan dia saling
mencintai, malah sudah hampir menikah, tidak diduga di tengah
jalan Sen Sin-hiong menyelak, jika. tidak ada dia, bukankah
sekarang dia dengan Cui-giok sudah menjadi suami istri yang
mesra?
Semakin dipikir dia jadi semakin marah, semakin marah jadi
semakin ingin membunuh Sin-hiong, sekarang Sin-hiong tidak mau
menyerang duluan, ini cocok dengan hatinya, maka dia mengayun
kan pedangnya dan berkata:
"Kalau begitu aku tidak sungkan lagi!"
Setelah bicara, dia langsung menggetarkan pedangnya
membentuk tiga gulungan perak, langsung menusuk ke arah tiga
jalan darah penting di dada Sin-hiong!
Sin-hiong melihat, tusukan pedang ini adalah jurus Ki-ku-sian-
thian (memukul tambur menggetar langit) yang hebat dari jurus
pedang perguman Go-bi, hatinya jadi tergerak, pikirnya:
'Apakah ini ilmu silat yang ada di dalam Hiang-liong-pit-to itu?'
Pikiran ini secepat kilat lewat diotaknya, Kim-kau-po-kiam segera
ditusukan miring, tepat di celah-celah gulungan pedang lawannya,
Ho Koan-beng berteriak:
"Bagus!"
Dia memutar pergelangan tangannya, ujung pedang mendadak
membentuk enam titik sinar perak, luas sasarannya juga membesar,
dia masih mengguna-kan jurus itu Ki-ku-sian-thian, tapi telah
menutup celahnya, sasaran ujung pedangnya, masih tetap jalan
darah penting di dada Sin-hiong, tapi tadi tiga titik sekarang menjadi
enam titik!
Sin-hiong tergetar dan berteriak:
"Jurus pedang bagus!"
Kaki berputar seperti angin, sekali menggetar-kan tangan dia pun
menusukan pedangnya enam kali!
Melihat sekali menyerang, sudah memaksa Sin-hiong berpindah
tempat, kepercayaan diri Ho Koan-beng jadi meningkat, sedikit
mengangkat tubuh, kakinya sudah menendang beruntun enam kali,
dan tangannya berturut-turut menusukan pedang tiga kali!
Ilmu silat dan jurus pedang seperti ini, sungguh jarang terlihat di
dunia persilatan, Sin-hiong tidak berani bertindak sembrono, dia
mengetatkan pedangnya, sinar pedang laksana kilat menyambar,
enam gerakan pedang nya dipecah, tiga menghadapi yang di atas,
tiga lagi menghadapi yang di bawah, tetap menangkis kembali
serangannya Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng terkejut, tapi sekarang dia semakin bertarung
semakin berani, teriaknya:
"Ini seharusnya jurus ketiga!"
Tubuhnya belum turun, ujung pedangnya mendadak berputar,
dari atas menyerang ke bawah dengan tiga putaran, jurus pedang
ini adalah jurus hebat dari perguruan Kunlun yang disebut In-liong-
sam-sian (Naga di awan muncul tiga kali)!
Diam-diam Sin-hiong menghela nafas dingin, di dalam hati
berkata:
‘Ternyata ilmu silat Hiang-liong-pit-to semua-nya adalah jurus-
jurus inti dari seluruh ilmu silat di dunia persilatan! Melihat tiga jurus
dari Ho Koan-beng, di dunia ini sudah jarang ada tandingannya!'
Walaupun hatinya berpikir demikian, tapi dia masih tidak berniat
buruk pada Ho Koan-beng, sedangkan sebab Ho Koan-beng tidak
mau melepas-kan dia, karena ditimbulkan oleh hatinya yang dengki,
hati dengki ini mendorong semangat Ho Koan-beng, sehingga
dengan cara apa pun harus mengalahkan Sin-hiong.
Serangan pedang Ho Koan-beng sangat cepat dan kejam, tiga
gulungan angin menekan ke bawah, dalam radius lima enam
tombak semua di bawah ancaman pedangnya, kekuatannya sangat
mengejut-kan!
Mendadak Sin-hiong menggetarkan Kim-kau-po-kiam di
tangannya, terlihat sinar pedang mengem-bang, dua sinar pedang
ini beradu, terdengar suara keras "Ssat!", dua bayangan orang
terpental, tubuh Ho Koan-beng terpental sejauh satu tombak lebih.
Sin-hiong tertawa tawar dan berkata:
"Saudara Ho, kita seimbang?"
Dalam sekejap, wajah Ho Koan-beng tampak berubah beberapa
kali, entah dia terkejut atau gembira, dengan bengong dia
memandang pedang di tangan-nya, wajahnya seperti kebingungan.
Benturan tadi, tidak bisa dikatakan Ho Koan-beng kalah, sebab
serangannya dari udara, biasanya orang sulit mengendalikan
tenaga, orang yang di tanah tentu saja lebih menguntungkan,
walaupun Ho Koan-beng terlontar, itu tidak bisa dikatakan kalah.
Makanya saat Sin-hiong mengatakan seimbang, wajahnya tampak
sinar kebingungan.
Ho Koan-beng sudah beberapa bulan berlatih ilmu silat yang ada
di dalam Hiang-liong-pit-to, semua ilmu silatnya adalah inti dari ilmu
silat berbagai perguruan besar, tidak diduga dengan kepandaiannya
sekarang dibandingkan dengan Sin-hiong, tetap saja dia tidak bisa
mengalahkannya, di dalam kegembiraan nya, dia tetap ada sedikit
perasaan kecewa.
Ho Koan-beng tertegun sejenak, mendadak dia teringat dua
kalimat di dalam Pit-to itu, sambil menganggukkan kepala dia
berkata:
"Sen-tayhiap, kata-katamu tidak salah, kita memang seimbang!"
Setelah berkata, pelan-pelan mendekati dan berkata lagi:
"Tapi aku masih punya dua kalimat yang ingin ditanyakan,
setelah kau mengatakannya, maka aku akan melepaskan nona itu!"
Sin-hiong jadi naik pitam mendengar ini, dia berkata:
"Saudara Ho mau ingkar janji; masih ingin menguji aku?"
Ho Koan-beng sambil tertawa berkata:
"Maaf, yang aku katakan ini tidak melibatkan orang, juga tidak
melibatkan masalah di dunia persilatan, hanya ada dua kalimat
sajak yang tidak dimengerti, jadi ingin bertanya pada saudara."
Tidak menunggu dia mengatakan Sin-hiong sudah berkata:
"Apakah 'Jalan gunung berputar-putar', dan 'setelah pohon Liu
yang gelap timbul bunga yang terang'?"
Ho Koan-beng menganggukan kepala:
"Betul, saat tadi aku mengatakan kalimat ini, pasti saudara
mendengarkan?"
Sin-hiong adalah orang jujur, berpikir dua kalimat ini tidak ada
apa-apanya, maka dia berkata:
"Dua kalimat sajak ini artinya sama, tapi setelah diteliti ada
sedikit berbeda."
Ho Koan-beng menggerakan lima jarinya, wajahnya mendadak
jadi terang buru-buru berkata:
"Betul, betul, katakan dimana berbedanya!"
Sin-hiong tidak berpikir ada maksud ter-selubung, dia sungguh-
sungguh memikirkannya, mana dia tahu, dua kalimat ini adalah dua
jurus terhebat di dalam Hiang-liong-pit-to itu, jika Sin-hiong benar-
benar berhasil memecahkannya, dan pikiran Ho Koan-beng terbuka,
mungkin nanti dia tidak saja tidak akan melepaskan Hui-lan,
mungkin dia malah ingin mencoba lagi bertanding dengan Sin-hiong.
Pada saat yang genting ini, tidak lebih dari sepuluh tombak di
samping mereka, tiba-tiba terdengar suara aneh "Ciit ciit!", Sin-
hiong jadi terkejut dan berkata:
"Ooo! Datang lagi!"
Melihat siasatnya hampir berhasil, tapi diganggu oleh beberapa
suara aneh ini, sehingga pikiran Sin-hiong jadi buyar, kemarahan Ho
Koan-beng hampir meledak, matanya segera menyapu, mendadak
dari dasar lembah meloncat keluar lima bayangan hitam!
Sin-hiong tahu, lima bayangan hitam yang datang ini, selain
empat ekor mahluk aneh, yang satu lagi pasti adalah pemilik empat
mahluk aneh ini.
Dugaan dia tidak salah, lima bayangan hitam ini dalam sekejap
sudah tampak jelas, salah satunya seorang kakek tua yang
berambut putih, kedua matanya merah seperti berdarah, di tangan
kanannya memegang tongkat, yang paling membuat orang terkejut
setelah melihatnya, adalah diatas tongkat itu digantung lima buah
tengkorak putih menakutkan!
Empat ekor mahluk aneh yang seperti kingkong begitu lihat Sin-
hiong, langsung bersuara "Ciit ciit!", orang tua yang memegang
tongkat tengkorak itu dengan dingin bertanya:
"Tadi siapa yang telah melukai anakku?"
Baru saja Sin-hiong mau menjawab, Ho Koan-beng dengan
marah berteriak:
"Kukira mahluk aneh apa, setiap malam loncat-loncatan di dalam
lembah, ternyata kau kakek tua yang membawa empat ekor hewan
besar, hem... hem... malam ini aku tidak akan melepaskan kalian
lagi!"
Orang tua yang kedua matanya merah itu melototi dia sekali lalu
mendengus dingin dan berkata:
"Sombong sekali mulutnya, sudah puluhan tahun tidak ada orang
yang berani bersikap sombong dihadapanku GoanThian-hoa!"
Satu langkah demi satu langkah Goan Thian-hoa maju mendesak
ke depan.
Mendengar orang tua ini menyebutkan nama-nya, Sin-hiong
diam-diam terkejut, menurut kabar yang tersiar Goan Thian-hoa ini
adalah mahluk aneh setengah manusia setengah hewan, puluhan
tahun lalu terkenal dengan kekejamannya, gurunya juga pernah
berpesan pada dia supaya berhati-hati jika bertemu dengannya,
malam ini dia harus hati hati sekali.
Ho Koan-beng yang baru saja berhasil meningkatkan ilmu
silatnya, semangatnya sedang menggebu-gebu, walaupun raja
langit yang datang, dia juga ingin mengusiknya, apa lagi Goan
Thian-hoa orang tua aneh yang tidak mencolok mata ini?
Dia sangat kesal pada Goan Thian-hoa karena telah
menggagalkan pembicaraan dia dengan Sin-hiong begitu Goan
Thian-hoa datang mendekat, dia pun maju mendekat, tampaknya,
Ho Koan-beng berambisi bertarung dengannya.
Mata Goan Thian-hoa menyorot sinar kejam, bentaknya:
"Kau bocah cilik, rupanya tidak pernah mendengar dulu Toan-
hun-cian (Lembah putus nyawa) ini tempat apa, berani beraninya
bertingkah di hadapan-ku, sungguh-sungguh sudah bosan hidup!"
Setelah berkata, dia memutar tongkat tengkorak di tangannya,
dengan dahsyat menghantam!
Ho Koan-beng maju menghadang jurus pedangnya berturut-turut
di lancarkan keluar, setiap jurus pedang dia adalah jurus inti dari
berbagai perguruan besar, jurus pedang macam ini bukan saja
beraneka ragam, juga banyak sekali perubahannya, Ho Koan-beng
masih belum merasakan kehebatan yang terkandung dalam
jurusnya, tapi walaupun demikian, Goan Thian-hoa pun tidakbisa
berbuat apa-apa terhadapnya!
Saat Goan Thian-hoa mengayunkan tongkat menyerang, tidak
tahan dengan tertawa dingin berkata:
"Tidak heran kau berani memandang rendah orang, ternyata
memang punya kemampuan?"
Gerakannya mendadak berubah, terlihat dia seperti meloncat tapi
bukan meloncat, seperti berjalan tapi juga bukan, berputar-putar
beberapa putaran, tengkorak di tangannya digoyang-goyang
sehingga mengeluarkan suara ramai, membuat orang yang
mendengarnya menjadi risau.
Ho Koan-beng marah dan berkata:
"Kau mau mainkan jurus apa?"
Ujung pedangnya disabetkan, mendadak terlihat sejalur hawa
pedang dingin berputar-putar di sekelilingnya, walaupun Goan
Thian-hoa menyerang dengan berbagai jurus aneh, tapi tetap tidak
bisa melukainya!
Sehingga bukan saja Goan Thian-hoa yang terkejut, Sin-hiong
pun tergetar karenanya.
Alis panjang Goan Thian-hoa bergerak, tiba-tiba mulutnya
mengeluarkan satu suara aneh "Ciit!", empat bayangan hitam di
belakang dia, tahu-tahu sudah maju menerjang ke arah Sin-hiong.
Tapi begitu pedang pusakanya diayunkan, empat bayangan
hitam yang datangnya sangat cepat, tapi tidak ada satu pun yang
berani mendekati dia.'
Tapi, empat mahluk aneh yang kelihatannya seperti kingkong ini,
setelah mundur selalu kembali maju lagi, dari kejauhan mengancam
Sin-hiong, rupanya sengaja mengganggu dia, supaya dia tidak dapat
membantu Ho Koan-beng?
Di dalam hati Sin-hiong merasa lucu, katanya:
'Kalian empat ekor hewan walaupun sudah pintar, tapi tetap saja
tidak sepintar manusia, hanya mengandalkan ini sudah mau
menghadang aku?
Maka dia mengerahkan tiga jurus pedang dari jurus Kim-kau-
kiam, "Sst sst!" terdengar desiran pedang, empat mahluk aneh di
depan sudah didesak sampai meloncat-loncat kesana-kemari,
mulutnya mengeluarkan suara "Ciit ciit!".
Goan Thian-hoa mencuri pandang, melihat jurus pedang Sin-
hiong amat lihay jika dia berniat melukai empat mahluk aneh itu,
mungkin sudah dari tadi terluka, hatinya jadi gelisah, tongkat
tengkorak ditangan nya sengaja membuat sedikit lubang Ho Koan-
beng tidak berpikir panjang lagi, jurus pedang-nya segera maju
menyerang, perkiraannya kali ini dia pasti berhasil, siapa sangka
baru saja pedangnya menusuk, Goan Thian-hoa seperti angin
menerobos ke sisi kanannya, telapak tangannya menyabet, menge-
luarkan angin dingin datang menyerang!
Begitu jurusnya tidak berhasil, Ho Koan-beng sudah sadar akan
bahaya, belum sempat dia bergerak, mendadak merasa angin dingin
menyapu wajahnya, seluruh tubuhnya tidak tahan jadi merinding,
satu hawa yang amat dingin sudah menerjang tubuhnya!
Ho Koan-beng terkejut, tubuhnya buru-buru mundur kebelakang,
tapi tetap terlanbat satu langkah, hawa dingin itu sudah melanda,
akhirnya dia tidak tahan lagi seluruh tubuhnya gemetaran.
Sin-hiong baru saja menyelesaikan tiga jurus-nya, melihat Ho
Koan-beng dalam keadaan bahaya, dia berteriak, lalu menerjang
kesana!
Goan Thian-hoa tertawa dingin dan berkata:
"Kau telah melukai keluargaku, kau juga tidak bisa dimaafkan!"
Setelah berkata, tongkat tengkoraknya sudah menggulung!
Sin-hiong tertegun, tidak terpikir empat mahluk aneh itu
dikatakan keluarganya?
Tapi keadaan di depan mata tidak memberi dia waktu untuk
berpikir, ketika Goan Thian-hoa menggerakkan tongkatnya, empat
ekor kingkong yang berdiri di belakang Sin-hiong juga datang
menyerang, Sin-hiong tersenyum dan berkata:
"Seluruh keluarga kalian sudah bergerak semua!"
Dia menggetarkan pedang pusaka, sekejap saja sudah
menyabetkan tiga kali!
Mata merah Goan Thian-hoa membelalak besar sekali, di dalam
hati berkata:
"Apa yang terjadi, kelihatannya usia kedua orang ini tidak besar,
tapi jurus pedangnya yang satu lebih tinggi lagi dari pada yang
lainnya, jika diganti oleh orang lain, mungkin tidak akan bisa
menahan lima jurusnya!"
Goan Thian-hoa lahir dari ayah manusia dengan ibu kera, sejak
kecil berkumpul dengan kera, setelah besar, diambil oleh seorang
aneh dan dijadikan murid-nya, maka dia memiliki ilmu tinggi,
setelah orang aneh itu meninggal, dia kembali lagi ke tempat
asalnya, dan berkumpul dengan kera-kera, selama puluhan tahun
dia hanya bergerak di daerah Biauw, jarang sekali bertemu lawan
tanding, tapi karena perbuatannya sangat keji, setiap orang yang
berhasil dibunuhnya, kepalanya selalu dipenggal, setelah dijemur
kering digantung di atas tongkatnya itu, makanya orang-orang
dunia persilatan sedikit banyak mendengar nama besarnya, tapi
entah kenapa dia sekarang membawa empat ekor kera pintar
datang kemari?
Empat ekor kera pintar itu rupanya sangat takut pada Sin-hiong,
begitu sinar pedang keluar, mereka berempat langsung mundur,
Goan Thian-hoa yang melihat menjadi marah, dia memutar tongkat
tengkoraknya sampai mengeluarkan suara "Weet weet!", dalam
waktu sekejap sudah melancarkan serangan lebih dari delapan
jurus!
Sin-hiong mengkhawatirkan luka Ho Koan-beng dan keselamatan
Hui-lan, makanya dia tidak ingin berlama-lama bertarung dengan
lawannya, sehingga dia melancarkan serangannya dengan sangat
dahsyat, dan setiap serangannya ditujukan ke tempat kematian
Goan Thian-hoa, walaupun Goan Thian-hoa telah menyerang
delapan jurus, tapi dia tidak bisa mendesak Sin-hiong, malah dia
sendiri yang didesak Sin-hiong mundur dua tiga langkah ke
belakang!
Hal ini membuat hati Goan Thian-hoa menjadi semakin terkejut!
Empat ekor kera pintar yang dibawanya, begitu melihat Goan
Thian-hoa dalam bahaya, mereka berteriak-teriak aneh, empat kera
itu kembali menerjang ke arah Sin-hiong tidak peduli lagi akan
bahaya!
Sin-hiong menyabetkan pedangnya melintang, baru saja empat
ekor kera pintar itu maju, tidak menduga Sin-hiong merubah
jurusnya secepat ini, tiga ekor di antaranya segera menghentikan
gerakannya, tapi salah satunya terlambat, terdengar suara keras
"Craak!", sebelah lengannya sudah dipotong oleh pedang Sin-hiong.
Kera itu menjerit dan jatuh ke tanah berguling sejauh dua tiga
tombak, terus menjerit jerit kesakitan.
Wajah Goan Thian-hoa berubah hebat, dia masih ingin bertarung
tapi melihat kera yang roboh itu masih menjerit jerit, terpaksa dia
menghampirinya.
Begitu melihat kera itu mencucurkan darah terus, mungkin akan
segera mati jika tidak segera dihentikan darahnya, maka buru-buru
dia menjulur-kan tangan menghentikan aliran darahnya, sambil
melototi Sin-hiong berkata:
"Kau sungguh kejam, malam ini sementara melepaskanmu, di
kemudian hari aku pasti membuat perhitungan kembali dengan
kau!"
Tidak menunggu Sin-hiong menjawab, dia berteriak "Ciit!",
suaranya sangat pilu, mengangkat kera yang terluka itu, bersama
dengan tiga kera lainnya dalam sekejap sudah menghilang entah
kemana.
Sin-hiong tidak mengejar, dia berjalan ke samping Ho Koan-beng
terlihat dia menggulung tubuhnya sambil gemetaran, ketika
menyentuh tubuh-nya, dia merasa sangat dingin, dia jadi terkejut
dari di dalam hatinya berkata:
"Dia terkena pukulan telapak tangan apa dari Goan Thian-hoa,
kenapa bisa jadi begini?"
Walaupun ilmu silatnya sangat hebat, tapi seumur hidup dia
belumpernah mengobati orang, setelah sejenak ragu-ragu,
mendadak dia teringat Hui-lan yang ada di sekitar sini, maka dia
berteriak: "Nona Lan, nona Lan!"
Setelah beberapa kali berteriak, dia tidak mendengar jawaban
dari Hui-lan, di dalam hati berpikir:
'Hui-lan tentu telah ditotok jalan darahnya oleh Ho Koan-beng,
sebab menurut sifatnya, tidak mungkin dia tidak menjawab."
Setelah. berpikir begitu, lalu dia mengangkat tubuh Ho Koan-
beng langsung berjalan menuju ke tempat tadi dia muncul!
Setelah dia cukup lama berada di dalam lembah, terhadap
gelapnya tempat itu mata dia sudah biasa maka sekarang dia bisa
melihat dengan jelas keadaan di sekelilingnya, begitu berjalan ke
belakang pohon besar itu, terlihat tidak jauh di sebelah kiri ada satu
batu cadas yang menonjol, dibawah batu itu samar-samar tampak
ada sebuah gua, hatinya jadi tergerak, maka sambil membawa Ho
Koan-beng dia berjalan ke sana.
Tiba di depan mulut gua, terdengar suara riak air, di dalam
hatinya berpikir, 'mungkin nona Lan tidak ada didalam?'
Dia ingin menanyakan pada Ho Koan-beng tapi saat ini Ho Koan-
beng sudah pingsan, terpaksa dia berteriak lagi beberapa kali,
melihat di dalam masih tidak ada orang yang menjawab, maka dia
melihat-lihat lagi ke sekeliling tampak di sekitar ini selain gua itu,
tidak ada tempat lain lagi, maka dia menaruh Ho Koan-beng ke
bawah, lalu masuk ke dalam gua itu.
Berjalan sesaat, terlihat di depan ada sinar perak berkelap-kelip,
dia tahu itu adalah riak air, di dalam hatinya berpikir:
'Aku sudah masuk ke dalam, jika di dalam ada orang, seharusnya
sudah menemukannya.
Baru saja berpikir begitu, mendadak di dalam kilatan riak air itu,
seperti ada satu bayangan hitam, buru-buru dialari ke depan dan
menjulurkan tangan menangkap bayangan itu, ternyata bayangan
itu memang manusia?
Orang ini setengah tubuh bawahnya berada di dalam air,
setengah lagi tubuhnya di atas air, begitu Sin-hiong menyentuh
orang itu, dia sadar ini adalah tubuh wanita, saat ini dan di tempat
ini selain Hui-lan di dalam pikirannya hampir tidak ada orang lain
lagi!
Sin-hiong mengangkat orang itu keluar dari air, walau di dalam
gua gelap, tapi dari bentuk wajahnya bisa dikenal dia adalah Hui-
lan, maka dia menepuk jalan darah Joan-ma (lemas, mati rasa),
tidak lama kemudian, dia melihat Hui-lan mulai sadar.
Tidak terasa dia berteriak gembira, tapi Hui-lan yang baru sadar,
masih mengira dipeluk oleh Ho Koan-beng, tanpa berpikir lagi dia
langsung mengangkat tangan menempelengnya.
Di dalam gua sangat gelap, ditambah Sin-hiong tidak mengira
Hui-lan setelah sadar, bisa memberi dia sebuah tempelengan, dalam
keadaan tidak siap, terdengar suara "Paak!", pipi Sin-hiong sudah
terkena tempelengan keras!
Sin-hiong terkejut dan berteriak: "Nona Lan, aku ini Sen Sin-
hiong!
Mendengar dia adalah Sin-hiong, mula-mula Hui-lan tertegun,
akhirnya tidak bisa menahan kesedihannya, balik memeluk Sin-
hiong, dengan suara gemetar berkata:
"Sin-hiong, benar ini kau?"
Kali ini, Sin-hiong kembali tidak siap, dia hampir tidak bisa
bernafas, setelah menghela nafas panjang berkata:
"Benar, aku ini Sen Sin-hiong!"
Dia tidak mengatakan ini masih bagus, setelah mengatakannya,
Hui-lan malah memeluknya lebih erat lagi.
Sin-hiong jadi tertegun, mendadak dia seperti mencium bau
harum dari rambutnya Hui-lan, walau-pun dia tidak ada pikiran
cabul, tapi dalam keadaan begini, tidak terasa pikirannya jadi
tergerak!
Hui-lan menggoyangkan tubuhnya, berkata:
"Marga Ho itu jahat sekali!"
"Bagaimana jahatnya?" tanya Sin-hiong.
"Dia, dia......"
Hui-lan mengatakan beberapa kali 'dia', tapi dalam sesaat tidak
tahu harus berkata apa!
Sin-hiong dan Hui-lan berdua, seumur hidup-nya tidak pernah
bersentuhan dengan lawan jenisnya, hati kedua orang itu masih
polos suci, apa yang dipikirkan langsung dikatakan, tidak mengerti
antara laki-laki dan wanita ada perbedaan, makanya Hui-lan hanya
bisa mengatakan beberapa kata "dia" saja, kata selanjutnya tidak
tahu harus mengatakan apa.
Setelah berpikir-pikir, di dalam hati Sin-hiong samar-samar
seperti mengerti, maka dengan kesalnya berkata:
"Apakah dia bermaksud jahat? Kita sekarang cari dia!"
Kata-kata Sin-hiong ini keluar dari lubuk hati-nya, tapi begitu
terdengar di telinga Hui-lan, hatinya jadi sangat senang dia hanya
bersuara "Mmm!", Sin-hiong sudah membopong dia lari keluar gua!
Ternyata saat ini sudah tengah malam, bulan sudah keluar dari
awan yang tebal, keadaan di lembah samar-samar bisa dilihat,
kedua orang itu berlari keluar gua, terlihat Ho Koan-beng
menggulung tubuh-nya, tergeletak di tanah sedikit pun tidak
bergerak.
Tadinya Sin-hiong memang akan mencari dia, tepi setelah
melihat keadaannya, hatinya jadi timbul rasa tidak tega, maka dia
bertanya:
"Nona Lan, menurutmu bagaimana cara menyembuhkan dia?"
Hui-lan mendengus dan berkata:
"Orang macam dia biarkan saja mati, buat apa menolongnya?"
Sin-hiong berpikir, hatinya timbul juga rasa benci kepada Ho
Koan-beng tapi setelah terpikir Cui-giok, hatinya kembali timbul rasa
penyesalan, sambil menggelengkan kepala dia berkata:
"Tidak, bagaimana pun kita tidak bisa membiarkan orang dalam
kesulitan!"
Hui-lan mencibir bibirnya dan berkata:
Aku tidak peduli?"
Tampak dia masih membenci Ho Koan-beng Sin-hiong tidak enak
berkata lagi, tiba-tiba dia teringat dia masih memiliki Ho-siu-oh
berusia ribuan tahun, di dalam hatinya berpikir, mungkin benda ini
ada gunanya buat dia?
Berpikir sampai disini, dia mengeluarkan kotak kecil berwarna
emas itu, Hui-lan yang melihat, tidak tahan jadi terkejut dan
berkata:
"Kau mau apa? Jangan melakukan hal itu!"
Sin-hiong tahu Ho-siu-oh adalah pusaka, di dunia tidak ada
benda lain yang bisa dibandingkan dengannya, apa lagi dia telah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, demi pusaka di dalam
kotak ini, entah berapa orang persilatan yang mati karenanya, jika
untuk menolong orang lain masih bisa dimengerti, tapi
menggunakan pusaka ini untuk menolong Ho Koan-beng, dan Ho
Koan-beng malah musuh cintanya!
Sin-hiong tertegun sejenak, tapi akhirnya dia memutuskan
menolong orang lebih penting, maka dia tidak mau menuruti nasihat
Hui-lan, pelan-pelan membuka tutup kotak itu, bau harum sudah
tercium.
Wajah Hui-lan berubah dan menyerit:
"Jangan, jangan, lebih baik dimakan sendiri, jangan
digunakannya untuk menolongnya!"
Sin-hiong menghela nafas:
"Nona Lan, kita hanya menolong dia sekali ini saja, lain kali
walaupun bertemu lagi, aku tidak akan mempedulikannya,
menurutmu bagaimana?"
Hui-lan masih marah, dia menggeleng- gelengkan kepala, tidak
sependapat dan berkata:
"Kau tidak tahu hati orang ini busuk sekali, saat dia menangkap
aku, pernah beberapa kali mengatakan pada aku akan
membunuhmu, kau malah mau menggunakan Ho-siu-oh
menolongnya, aturan apa ini?"
Saat Hui-lan mengatakan ini, dia menampakan perasaan
sebenarnya, setelah mengatakannya dia malah hampir menangis.
Sin-hiong menghela nafas, katanya:
"Nona Lan, aku juga tahu itu!"
Hui-lan keheranan dan berkata:
"Kau juga tahu! Aneh sekali! Kalau begitu coba kau katakan,
kenapa masih mau menyelamatkan dia!"
Sin-hiong hanya tahu harus menolong Ho Koan-beng, tapi jika
ditanya alasannya kenapa, dia sungguh tidak tahu jawabannya,
dengan lesu menun-dukan kepala, mengambil sedikit Ho-siu-oh,
tanpa pikir lagi menyuapkannya ke mulut Ho Koan-beng!
Hui-lan menjadi sangat marah, wajahnya jadi pucat, dengan
keras dia menghentakan kakinya, secepat kilat berlari ke atas
gunung!
Sin-hiong masih mengeraskan hati, setelah menyuapkan Ho-siu-
oh ke mulut Ho Koan-beng, lalu mencari air bersih dan diberikan
padanya, setelah merasa cukup, dia baru mengejar Hui-lan keluar.
Sekarang dia sepertinya merasa punya hutang pada Hui-lan?
Bagaimana pun harus mengejar dia!
Di sepanjang jalan dia terus berpikir, 'Hui-lan pasti kembali lagi
kepenginapan', maka laksana sebuah meteor dia berlari menyusul!
Sekarang sudah tengah malam, di sekeliling sangat sepi, tidak
lama mengejar, benar saja dia melihat tubuh Hui-lan yang langsing
sedang berjalan sendirian didepan, buru-buru dia berteriak:
"Nona Lan tunggu!"
Tidak berteriak masih bagus, setelah berteriakJ Hui-lan malah
mempercepat larinya!
Sin-hiong tidak mau menyerah, dia segera mengambil nafas,
dengan lima enam kali loncatan, dia sudah berhasil mengejar Hui-
lan dan berkata lagi:
"Nona Lan, tolong kau dengarkan aku dulu?"
Hui-lan masih tidak mau peduli, saat Sin-hiong berhenti, dia
sudah lari lagi sejauh lima enam tombak!
Sin-hiong sudah menetapkan hati, dia tidak akan berhenti
sebelum berhasil, tubuhnya berkelebat dalam sekejap sudah
.mengejar kembali Hui-lan dan berdiri di tengah jalan berkata:
"Nona Lan, apakah kau bisa mendengarkan penjelasanku dulu?"
Hui-lan diam tidak menjawab, dia melangkah kesisi jalan, Sin-
hiong pun melangkah kesisi jalan, Hui-lan kekiri, dia juga kekiri, Hui-
lan melotot dengan marah berkata:
"Mau apa kau?"
"Aku hanya ingin menjelaskan, setelah aku menjelaskan, kau
mau jalan lagi juga tidak apa apa!"
"Aku tidak mau dengar!"
"Benarkah?" kata Sin-hiong tertegun.
Hui-lan melihat ketika Sin-hicng mengatakan ini, wajahnya
samar-samar ada ekspresi sedih, dia jadi tertegun dan bertanya:
"Kau sudah menolongnya, kenapa harus menjelaskan padaku?"
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku bukan mau menjelaskan, nona, selanjut-nya aku tidak
berhutang apa-apa lagi pada dia?"
Jelas di dalam kata-katanya mengandung arti yang dalam, Hui-
lan bertanya:
"Apa arti kata katamu?"
Dengan lemas dan tubuh bergetar, Sin-hiong lalu menceritakan
keadaan dirinya sepuluh tahun yang lalu, dan dikemudian hari apa
yang terjadi setelah kembali ke rumah Sun Cui-giok, lalu Cui-giok
dalam keadaan bagaimana meninggalkan rumahnya, terakhir dia
berkata lagi:
"Saat ini ilmu silat Ho Koan-beng sudah maju pesat, setelah aku
menyelamatkannya, dia bisa pergi menolong Sun Cui-giok,
sedangkan diriku, tugas dari guruku masih belum selesai, walaupun
aku berniat pergi ke Ngo-ki-hong, tapi saat ini mungkin tidak
sempat, mengenai bagaimana dia setelah sembuh menghadapi aku,
itu urusan dia sendiri?"
Entah kenapa? setelah mendengar cerita Sin-hiong, kedua mata
Hui-lan berlinang air mata, lalu berteriak:
"Hiong-ko!" dia langsung memeluk.
Sin-hiong tidak menghindar, dia membiarkan Hui-lan sepuasnya
menyandar di dadanya, kedua matanya bengong memandang jauh,
hati dia seperti merasa-kan semacam perasaan indah.
Sepanjang hidupnya, saat dia masih kecil, sudah mengalami
berbagai penghinaan, hatinya selalu merasakan semacam
kekosongan, setelah 'turun gunung, dia kembali memaksa menekan
sifatnya yang bebas, terhadap siapa pun dia menampakan wajah
yang dingin, tapi hatinya sebenrnya sangat hangat.
Sekarang, Hui-lan sudah mengerti dirinya, dengan pelan dia
berkata:
"Hiong-ko, aku rela menemanimu mengunjungi seluruh pelosok
dunia!"
Hati Sin-hiong tergerak, lalu berkata
"Kau jangan berkata bodoh, jika ayahmu tahu, dia tidak akan
mengizinkanmu!"
Hui-lan mengangkat kepalanya dan bertanya: "Kenapa?"
Sin-hiong menundukan kepala, melihat air matanya masih belum
kering otaknya tiba-tiba berkelebat satu pikiran aneh, tanyanya:
"Bukankah karena kasihan padaku, jadi kau rela ikut denganku?"
Hui-lan menggelengkan kepala:
"Tidak peduli kau mau bilang apa, aku tetap akan ikut
denganmu!"
Sin-hiong sangat terharu, baru saja mau bicara, mendadak
terdengar seseorang berkata:
"Hemm... hemm... sangguh menggelikan?"
Dua orang yang sedang dimabuk cinta itu, tidak menduga di
belakangnya ada orang begitu mendengar suara ini, ternyata dia
adalah Ho Koan-beng yang baru saja ditolong Sin-hiong!
Hui-lan mendadak meloncat dengan marah berkata:
"Mau apa kau ikut kesini?"
Ho Koan-beng tertawa dingin:
"Kau bisa ikut dia, apakah aku tidak boleh mengikutinya?"
Walaupun Ho Koan-beng dalam keadaan setengah pingsan, tapi
pembicaraan kedua orang ini dia dapat mendengarnya jelas, dia
berpikir, 'ternyata Sen Sin-hiong masih memiliki sebuah pusaka yang
sulit didapat, jika dia mendengar kata-kata Hui-lan, benar-benar
memakan semua Ho-siu-oh itu, mungkin ilmu silatku seumur
hidup tidak akan bisa mengejar-nya?
Setelah dia sadar, dia segera mengejar, ketika dia meloncat-
loncat, dia merasakan gerakannya semakin lincah dan ringan,
sehingga bertambah keinginan merebut Ho-siu-oh yang berusia
ribuan tahun itu dari tangan Sin-hiong.
Tapi dia sadar, walaupun ilmu silatnya sekarang sudah maju
pesat, jika ingin mengalahkan Sin-hiong, bukan satu hal yang
mudah, maka dia terpaksa menggunakan siasat.
Sin-hiong masih belum sadar, ketika melihat Ho Koan-beng
mengikutinya, maka dia berkata:
"Ho-heng, bagaimana keadaanmu sekarang?"
Ho Koan-beng pura-pura tidak tahu dia memiliki Ho-siu-oh,
setelah tersenyum dia berkata:
"Terima kasih Sen-tayhiap, aku sekarang sudah baik!"
"Baguslah, tapi aku ada satu hal yang harus kuberitahukan
padamu, yaitu masalah nona Sun, jika saudara Ho sempat, pergilah
ke Ngo-ki-hong!"
Setelah berkata, lalu mau pergi bersama dengan Hui-lan.
Mana mungkin Ho Koan-beng membiarkan Sin-hiong pergi begitu
saja, buru-buru dia berkata:
"Sen-tayhiap tunggu, aku masih ada yang perkataan yang ingin
kusampaikan!"
Sin-hiong terpaksa menghentikan langkah dan tanya:
"Saudara Ho masih ada apa lagi?" Otak Ho Koan-beng berputar
katanya:
"Saudara Sen tadi mengatakan apa Ngo-ki-hong dan Ngo-ki-
thian-cun, aku sedikit pun tidak tahu, apakah saudara Sen bisa
menerangkannya?"
Hui-lan melihat saat dia berkata, bola matanya berputar-putar,
dia sadar ada udang dibalik batu, dia segera berkata:
"Hiong-ko jangan sampai tertipu olehnya, orang ini sedang
bersiasat!"
Sambil tertawa Sin-hiong berkata:
"Ngo-ki-thian-cun namanya Tonghong Ki, saudara Ho murid dari
perguruan ternama beraliran lurus, kenapa bisa tidak tahu?"
Ho Koan-beng berpura-pura "Aah!" katanya:
"Ternyata dia?"
Wajahnya tampak seperti terkejut, pura-pura terkejut mendengar
nama besar Ngo-ki-thian-cun, sebenarnya dengan ilmu silatnya
sekarang, walau Tonghong Ki dia tidak merasa takut?
Hui-lan tertawa dan berkata:
"Bagaimana? Dia kan sudah tahu, hemm hemm sudah tahu
masih berpura-pura bertanya, mana mungkin niatnya baik?"
Terhadap Ho Koan-beng bisa dikatakan Hui-lan sama sekali tidak
percaya, walaupun Sin-hiong tadi pernah mengatakan selanjutnya
tidak akan mempeduli kan Ho Koan-beng lagi, tapi dia bersifat
sungkan, setelah bertemu lagi, dia malah merasa tidak enak?
Ho Koan-beng melangkah dua langkah dan berkata:
"Saudara Sen, kita harus mempertegas, Cui-giok hilang
karenamu, tentu saja kau harus mencarinya kembali, jika saudara
Sen merasa kurang tenaga, dan memerlukan bantuanku, tentu
saja dengan senang hati aku akan membantunya?"
Sin-hiong tertegun, kata-kata Ho Koan-beng walaupun sangat
licik, tapi itupun kenyataan, setelah berpikir-pikir dia berkata:
"Terima kasih atas bantuannya, jika saudara Ho tidak mau
mencarinya, nanti setengah tahun kemudian aku akan
mengantarnya ke Hoa-san."
Setelah berkata begitu, dia langsung pergi bersama dengan Hui-
lan.
Ho Koan-beng menatap bayangan belakang Sin-hiong dengan
Hui-lan, rasa irinya timbul lagi, di dalam hatinya berpikir:
'Kalian sungguh enak sekali, hemm hemm lihat saja, setelah
kubuat kacau, nanti kalian bisa apa padaku?"
Terhadap Sin-hiong, sekarang dia sudah tidak ada apa-apa lagi,
menunggu kedua orang itu pergi jauh, diam-diam dia mengikutinya
dari belakang.
Sebenarnya hati Ho Koan-beng tadinya sangat polos, karena
selama setengah tahun terakhir ini, dia telah mendapatkan Hiang-
liong-pit-to itu, lalu pontang panting ingin bersembunyi, menghindar
dari incaran orang, maka telah menghabiskan pikirannya, ditambah
mendapat rangsangan dari Sin-hiong dan Hui-lan, sifatnya pelan-
pelan jadi berubah, dengan tidak sadar dia sudah menjadi orang
licik.
Keesokan hari, Sin-hiong dan Hui-lan sudah meninggalkan Po-cia-
tian, tujuan Sin-hiong sekarang hanya berniat mencari Thian-ho-
tiauw-sou dan Ngo-ki-thian-cun berdua, menurut perkiraannya, dua
orang ini pernah menampakan diri di daerah Ho-pak, walaupun
sekarang mungkin sudah pergi, tapi mungkin perginya tidak jauh.
Kedua orang itu pelan-pelan memacu kudanya di jalan raya,
karena di sekitarnya adalah pegunungan, paling biasa digunakan
oleh orang-orang dunia persilatan, maka kedua orang itu sambil
berjalan sambil mengawasi sekelilingnya?
Tapi walaupun kedua orang ini sudah berjalan dua tiga hari, di
sepanjang jalan masih belum menemukan apa-apa, sampai akhirnya
mereka sudah hampir keluar dari daerah Ho-pak.
Tiba-tiba hati Sin-hiong tergerak dan bertanya:
"Kalau pergi ke Go-bi kira-kira masih berapa jauh?"
Hui-lan menggelengkan kepala:
"Aku belum pernah pergi ke Su-chuan, kita berjalan saja pelan-
pelan lihat apa yang nanti terjadi."
Sin-hiong berpikir-pikir dalam hatinya, 'jika ingin menemukan
Thian-ho-tiauw-sou dan Ngo-ki-thian-cun, mungkin hanya bisa
dengan keberuntungan saja, sekarang sudah tiba di daerah Su-
chuan, lebih baik aku bereskan saja salah satu keinginan guru yang
ditugaskan padaku.'
Tanpa terasa dia menganggukan kepala, baru saja akan memacu
kudanya, mendadak dari belakang terdengar derap kaki kuda yang
cepat sekali!
Hui-lan memalingkan kepala kebelakang, tidak tahan dia terkejut
dan berkata:
"Hiong-ko, kau lihat orang ini bukankah dia Ho Koan-beng?"
Sin-hiong melihat orang ini memakai baju putih, kudanya seekor
kuda putih, pedang panjang diselipkan dipunggungnya, sambil
memacu kudanya kelihatan gagah sekali!
Sin-hiong menganggukan kepala dan berkata:
"Memang dia!"
Ketika dia berkata, Ho Koan-beng sudah tiba di depannya, dia
teriak:
"Saudara Sen, kita sungguh berjodoh, tidak diduga bisa bertemu
disini?"
Sin-hiong bersuara "Mmm!" dan berkata:
"Entah saudara Ho saat ini mau pergi kemana?"
Mata Ho Koan-beng berputar sekali, berkata:
"Aku mendengar sebuah kabar, jadi sedang mencari Sen-tayhiap,
tidak diduga bertemu disini."
Hui-lan mendengus dan berkata:
"Kau mendapat kabar bagus apa, hingga mau mencari kami?"
Dengan kesal Ho Koan-beng melihat Hui-lan sekali, lalu berkata
dingin:
"Bukankah saudara Sen mau mencari Ngo-ki-thian-cun? Yang
ingin aku kabarkan justru orang ini!"
Sin-hiong jadi bersemangat kembali tanyanya:
"Dimana saudara Ho bertemu dengan dia?"
Ho Koan-beng bertingkah misterius berkata:
"Saudara Sen mengatakan dia menawan Cui-giok, tapi saat aku
bertemu dengan dia, dia hanya seorang diri!"
Sin-hiong memalingkan kepala melihat Hui-lan, Hui-lan yang
pintar, di dalam hati timbul curiga lalu bertanya:
"Kau katakan dulu dimana bertemu dengan dia?"
Diam-diam Ho Koan-beng menghela nafas, di dalam hatinya
berkata:
'Kau sungguh pintar, tunggu setelah aku membereskan Sen Sin-
hiong baru kau tahu rasa', saat itu dia pura-pura tertawa dan
berkata:
"Percaya atau tidak terserah kalian, mungkin dia sekarang sudah
pergi ke Ngo-ki-san!"
Pikiran Sin-hiong hanya ingin menolong orang, tanpa pikir
panjang berkata:
"Bagus sekali kalau begitu, Ngo-ki-san tidak jauh dari sini, jika
sekarang kita mengejarnya masih keburu!"
Hui-lan tertawa dingin dan berkata:
"Hiong-ko, jangan termakan siasat orang licik!"
Wajah Ho Koan-beng berubah dengan marah berkata:
"Kau bicara sembarangan saja, tolong tanya siapa orang yang
licik?"
Hui-lan tidak mau mengalah dia mendengus dan berkata:
"Didalam hati kau mengerti sendiri!"
Ho Koan-beng naik pitam, "Ssst!" dia men-cabut pedangnya dan
berkata:
"Jika kau masih sembarangan bicara, maka aku tidak akan
sungkan lagi?"
Bagaimana Hui-lan bisa takut padanya, baru saja mau membalas,
Sin-hiong khawatir jika begini terus akan membuang waktu, maka
dia cepat-cepat berkata:
"Kalian berdua jangan bicara lagi, jika saudara Ho sudah tahu
Ngo-ki-thian-cun pergi ke Ngo-ki-san, maka silahkan saudara Ho
membawa jalan, bagaimana pun kita harus menolong Cui-giok
kembali!"
Wajah Ho Koan-beng tampak tertawa senang dan berkata:
"Ini baru kata-kata yang pantas!"
Setelah berkata dia membalikan kudanya dan dipacu menuju ke
provinsi Su-chuan!
Sekarang Hui-lan sedang jatuh cinta pada Sin-hiong, dia tahu
perjalanan ini sangat berbahaya, tapi dia tidak tega menentang
keinginan Sin-hiong, maka dengan pelan berkata:
"Hiong-ko, Aku lihat sorot mata orang ini tidak benar, jika tetap
mau pergi, kita harus sangat waspada!"
Dengan sangat berterima kasih Sin-hiong melihat nya, katanya:
"Adik Lan kau tenang saja, aku akan waspada!"
Sesudah kata-kata ini keluar, hati Hui-lan merasa melayang,
selama dia berjalan dengan Sin-hiong, baru pertama kalinya Sin-
hiong memanggil dia 'adik Lan', dia merasa hatinya manis sekali,
hampir melupakan apa yang dinamakan bahaya.
Tidak lama setelah Ho Koan-beng pergi, Sin-hiong dan Hui-lan
pun mengikutinya dari belakang.
Jarak ke Ngo-ki-san hanya ertam tujuh puluh li saja, ketiga orang
itu memacu kudanya dengan cepat, ketika matahari terbenam
mereka sudah tiba di kabupaten Ngo-ki-san, Ho Koan-beng
menghentikan kudanya dan berkata:
"Kita jangan masuk ke dalam kota, langsung saja naik ke atas
puncak gunung!"
Tentu saja Sin-hiong setuju, melewati sudut benteng kota, di
depan sudah samar-samar terlihat sinar lampu berwarna kuning
padam, kiranya itu adalah rumah rumah penduduk di bawah
gunung, ke tiga orang itu beristirahat sebentar, menitipkan kudanya
pada satu keluarga bukuni, lalu naik gunung menelusuri jalan.
Dua belas bukit Ngo-ki-san adalah daerah berbahaya yang
ternama, di atas bukit tebingnya tinggi tinggi dan penuh oleh batu-
batu yang bentuknya aneh aneh, Ho Koan-beng dulu pernah
berkunjung kesini mengikuti gurunya Hoa-san tayhiap, makanya dia
sangat hafal jalan-jalannya.
Sambil berjalan cepat Ho Koan-beng memutar otaknya, dia ingin
sekali membunuh Sin-hiong, tapi tidak mau kehilangan Ho-siu-oh
berusia ribuan tahun yang dimiliki Sin-hiong! Maka dia terus
memikirkan satu cara yang bagus.
Ketiga orang itu berlari sejenak, sesudah hampir melewati tengah
gunung, terlihat di bawah kaki adalah sungai Yang-cu yang seperti
ular naga, Sin-hiong menghentikan langkah dan bertanya:
"Saudara Ho, Ngo-ki-san demikian besar, kemana kita harus
berjalan, baru bisa bertemu dengan Ngo-ki-thian-cun?"
Ho Koan-beng sedang membelakangi Sin-hiong, kedua matanya
pura-pura melihat ke atas puncak, wajahnya samar-samar tampak
hawa membunuh, sebenarnya dia sedang membawa Sin-hiong ke
tepi jurang di sisi sungai, yaitu ingin mengambil kesempatan saat
Sin-hiong tidak bersiaga, lalu mendorongnya jatuh ke dalam sungai,
tapi jika dia bertindak begini, Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun
itu pun akan jatuh ke sungai bersama Sin-hiong?
Otaknya berputar cepat, ketika hatinya sedang tidak risau,
mendadak diatas puncak terlihat satu bayangan orang yang
bergerak sangat cepat!
Munculnya orang ini sangat mendadak, sampai Ho Koan-beng
sendiri pun tidak tahu siapa dia, ternyata saat ini Hui-lan pun sudah
melihatnya, buru-buru dia menarik Sin-hiong sambil terkejut
berkata:
"Hiong-ko, di puncak ada orang!"
Sin-hiong sedang memperhatikan sungai, setelah mendengar ini
dia langsung melihat ke atas, bayangan orang itu tepat berkelebat
menghilang!
Ho Koan-beng mengambil kesempatan ini untuk mengelak dan
berkata:
"Dia benar atau bukan belum bisa dipastikan, kita ke puncak saja
untuk melihatnya!"
Setelah itu dia langsung mendahului berlari, Sin-hiong dan Hui-
lan mengikutinya naik ke puncak!
Gerakan ketiga orang ini cepat sekali, sebentar saja sudah
sampai di puncak gunung, tapi disana tidak terlihat siapanya, Ho
Koan-beng yang berniat buruk, tidak ingin Sin-hiong menemukan
orang itu, supaya dia bisa mengambil kesempatan menyerangnya!
Tadinya Hui-lan masih bercuriga pada Ho Koan-beng, saat
melihat di puncak muncul seseorang, tidak tahan hatinya jadi
tegang, di dalam hatinya berpikir jika Sin-hiong menemukan Ngo-ki-
thian-cun, dengan ilmu silatnya digabungkan dengan Ho Koan-beng,
bisa saja merebut kembali Cui-giok, tapi jika saat itu Cui-giok tidak
menginginkan Ho Koan-beng malah ingin bersama dengan Sin-
hiong, dia harus bagaimana?
Hati wanita semuanya sempit, tidak terkecuali Hui-lan, tujuan dia
berbeda dengan Ho Koan-beng, tapi dalam cara berpikir, saat inipun
tidak meng-inginkan Sin-hiong menemukan orang itu!
Sin-hiong berputar dua putaran dan berkata:
"Orang ini ilmu silatnya cukup tinggi, menurut pandanganku,
kebanyakan dia adalah Ngo-ki-thian-cun!"
Hati Ho Koan-beng jadi tegang, tapi dia masih berpura-pura dan
berkata:
"Perkataan saudara Sen mungkin saja, tapi bagaimana kita bisa
menemukan dia?"
Sin-hiong melangkah dua langkah ke depan, melihat di depan
ada setumpukan batu aneh, bayangannya di bawah sinar bulan,
tampak dingin mengerikan. Sin-hiong melihat sekali dan berkata:
"Kita coba ke depan melihatnya!"
Setelah berkata, dia mencabut Kim-kau-po-kiam, selangkah demi
selangkah maju ke depan.
Ketiga orang itu pelan-pelan berjalan, kedua mata Ho Koan-beng
terus memperhatikan keadaan sekeliling, mendadak telinga dia
terdengar satu suara aneh di sebelah kanan, harinya tergerak dan
berteriak:
"Saudara Sen perlahan saja, biar aku kesana melihat-lihat."
Dia berniat buruk, pergi kesana mencari tempat bagus untuk
menyerang, hatinya berpikir:
'Aku sudah menghabiskan waktu sebanyak ini, jika terus begini,
kesempatannya akan hilang.'
Maka dia sudah lari ke sana tidak menunggu jawaban dari Sin-
hiong.
Sin-hiong dan Hui-lan masih mengira dia benar benar ke sana
untuk melihat-lihat keadaan, kedua orang itu menghentikan
langkahnya, siapa tahu setelah menunggu sesaat, Ho Koan-beng
masih belum kembali.
Sin-hiong jadi mengkhawatirkannya dan berkata:
"Apakah dia sudah menemukan Ngo-ki-thian-cun, mungkin saja
mereka sedang bertarung!"
Hui-lan menggelengkan kepala:
"Tidak mungkin!"
Entah apa sebabnya? Terhadap Ho Koan-beng Hui-lan selalu
tidak bisa percaya seratus persen, sekarang dia sudah bisa melihat
jelas, Sin-hiong sangat jujur, tapi Ho Koan-beng penuh kelicikan,
makanya dia sangat mengkhawatirkan Sin-hiong.
Sin-hiong tidak bicara, menunggu lagi sesaat, tapi Ho Koan-beng
masih tidak muncul, maka dia berkata lagi:
"Mungkin dia sudah mengalami hal yang tidak diinginkan, kau
tunggu disini, biar aku pergi kesana melihatnya!"
"Aku juga ikut!" kata Hui-lan cemas.
Sin-hiong dengan lembut memandang dia dan berkata:
"Adik Lan, kau jangan menempuh bahaya, ada aku sudah
cukup."
Bagaimana Hui-lan bisa tenang dia tahu Sin-hiong melakukan ini
karena mau melindungi dirinya tapi dia tidakbisa membiarkan Sin-
hiong menempuh bahaya sendirian. Saat itu berkata: .
"Tidak apa, aku bisa melindungi diri sendiri."
Setelah berkata, sepasang matanya melihat Sin-hiong dengan
penuh cinta, Sin-hiong hanya merasa hatinya melayang, sesaat
tidak tega menolaknya, maka menganggukan kepala, bersama Hui-
lan pergi kesana.
Batu-batu disini selain tinggi juga besar-besar, puncak yang hijau
bisa terlihat dari kejauhan, saat ini malam sudah larut, kadang-
kadang masih terdengar suara pekikan kera.
Kedua orang itu menembus beberapa tumpuk-an batu,
mendadak di depan mata ada lapangan luas ke bawah, Sin-hiong
menghentikan langkahnya, berkata:
"Adik Lan hati-hati, kau ikut di belakangku!"
Hui-lan menyahut sekali, mengikuti Sin-hiong dari belakang,
sepasang mata hitam yang besar dibuka lebar-lebar, dalam hatinya
berpikir:
'Tidak peduli Ngo-ki-thian-cun atau Ho Koan-beng, siapa saja dari
mereka asal menyerang Sin-hiong, aku pun akan pertama
menyerangnya.
Keadaan lapangan ini juga aneh, semakin kedua orang itu turun
terasa jalannya berliku-liku, walaupun di langit ada sinar bulan yang
tipis, tapi keadaan di depan mata cukup gelap.
Hui-lan menghela nafas panjang, katanya:
"Hiong-ko hati-hati, aku lihat disini sedikit aneh?"
Sin-hiong tidak menjawab, tapi tangannya lebih erat memegang
pedang pusakanya, berjalan tidak jauh, lapangannya mendadak jadi
datar, di depan ada sebuah hutan, sinar bulan dengan susah payah
menembus ke bawah, angin bertiup lemah, di dalam hutan
terdengar suara daun pohon ditiup angin, Hui-lan berkata lirih:
"Tempat ini angker sekali, jika ada orang pasti bukan orang baik-
baik?"
Perkataannya belum selesai, tiba-tiba terdengar suara jeritan
mengerikan yang tajam sekali di belakang hutan!
Sin-hiong tergetar dan berteriak:
"Ini suaranya saudara Ho, kita segera ke sana!"
Dia membalikan tangan menarik Hui-lan, sambil berteriak "Lari!"
dua bayangan orang itu melesat ke dalam hutan!
Gerakan mereka cukup cepat, tapi setelah tiba di dalam hutan
dan melihat, di sekeliling tempat itu, setengah bayangan orang pun
tidak ada?
Setelah Sin-hiong melihat-lihat, dia berkata:
"Heran, kenapa tidak terlihat satu orang pun?"
"Mendengar suara tadi, sepertinya berasal dari tempat ini, hemm
hemm, sungguh ajaib sekali!"
Walaupun kedua orang itu sedang berbicara, tapi kakinya tetap
berjalan kesana-kemari, Hui-lan menggetarkan pedangnya,
membuat ujung pedangnya mengeluarkan bunga pedang tiba-tiba
di tanah tampak ada jejak kaki!
Sin-hiong yang ikut melihat langsung berteriak:
"Di depan, cepat kesana!"
Hati Hui-lan selalu tidak bisa tenang tapi dia saat ini dia tidak
enak memberitahukan pada Sin-hiong dia khawatir membuyarkan
konsentrasinya.
Sekarang kedua orang ini sudah keluar dari hutan, terlihat di
belakang hutan ada parit yang dangkal, Sin-hiong melihat-lihat, lalu
dengan Hui-lan berjalan menelusuri parit, berjalan sesaat,
mendadak parit itu jadi melebar, Sin-hiong bersuara "Iiih!" dan
berkata:
"Suara airnya begitu besar, kenapa kita tadi tidak
mendengarnya?"
Hui-lan melihat ke belakang, lalu menunjuk dengan tangan dan
berkata:
"Hiong-ko, kau lihat, kita sudah belok dari sudut gunung, tentu
saja tidak bisa mendengarnya!"
Sekarang Sin-hiong pun merasakan ada sesuatu yang ganjil,
sebab mereka tadi mendengar suara jeritan dari Ho Koan-beng, dan
suaranya datang dari belakang hutan, tapi sekarang bukan saja
mereka sudah melewati hutan, malah sudah belok dari sudut
gunung, tapi satu bayangan orang pun tidak terlihat, bagaimana
tidak membuat orang jadi keheranan?
Sin-hiong mengerutkan alis, nada bicaranya seperti pada dirinya
saja, katanya:
"Coba kita jalan lagi ke depan, pasti menemukan salah satu dari
dua orang itu!"
Dua orang yang dia katakan itu, tentu saja ditujukan pada Ho
Koan-beng dan bayangan hitam yang tapi sekelebat menghilang,
hanya langit yang tahu, bagaimana dia bisa memastikan bayangan
hitam itu adalah Ngo-ki-thian-cun?
Semakin ke atas gunung, airnya semakin besar, keadaan yang
tidak normal ini sangat mengherankan mereka, sesudah lewat
hampir dua jam, kedua orang sudah merasa tidak sabar lagi, tapi di
depan mata mendadak ada satu danau.
Walaupun danau ini tidak besar, tapi percikan air yang diterjang
oleh air terjun itu, dimalam hari pemandangannya sangat indah!
Sin-hiong tidak tahan merasa kagum, berkata:
"Sungguh tempat yang bagus sekali!"
Mendengar ini, Hui-lan, tidak tahan tertawa dan berkata:
"Kau masih bisa menikmati pemandangan ini!"
Baru saja dia selesai bicara, mendadak dari balik air terjun
terdengar suara rintihan, kedua orang jadi terkejut, Sin-hiong
berteriak:
"Saudara Ho, saudara Ho......"
Dia berteriak beberapa kali, tapi kembali tidak ada yang
menjawab.
Hui-lan menarik dia dan berteriak:
"Hiong-ko jangan kesana!"
Sin-hiong tidak peduli, ternyata dia seperti mendengar suara Ho
Koan-beng jika Ho Koan-beng terluka, menurut sifatnya, walau di
sana sarang singa, dia tetap harus menyelidikinya.
Di balik air terjun setelah terdengar sekali teriakan, lama sekali
tidak ada teriakan lagi, Sin-hiong merapihkan bajunya dan berkata
pada Hui-lan:
"Adik Lan kau tunggu disini, aku kesana sebentar saja!"
Hui-lan terkejut sekali dan berkata: "Bagaimana bisa kau pergi
seorang diri?" Walaupun Hui-lan sangat khawatir, tapi dia sekarang
sudah tahu sifat Sin-hiong tahu tidak bisa mencegahnya, terpaksa
dia memperingatinya:
"Kau harus berhati-hati sekali, jika tidak ada apa-apa? Cepat
kembali lagi!"
Sin-hiong menganggukan kepala, lalu mengambil nafas,
tubuhnya meloncat ke atas masuk ke balik air terjun itu!
Di balik air terjun itu apakah ada tempat untuk berpijak, dia tidak
mempedulikannya, saat tubuhnya meloncat ke atas, Kim-kau-po-
kiam sudah disabetkan tiga kali, dalam liati dia pikir, 'jika di dalam
tidak ada tempat untuk berpijak kaki, asalkan dia meminjam sedikit
tenaga ujung pedang, bagaimana pun tidak akan tenggelam!
Tapi baru saja dia menembus air terjun, mendadak dia merasa
dari depan ada angin dahsyat datang menyerang, dia tahu di dalam
pasti ada orang bersembunyi, sambil menggunakan pedangnya dia
masih bisa membelokan angin serangan itu di udara!
Orang yang di dalam gua itu terkejut, tidak menduga di udara
Sin-hiong masih mampu meloloskan dirinya, mengambil kesempatan
sebelum Sin-hiong turun kebawah, dia secepat kilat sudah melesat
ke dalam!
Sin-hiong turun di depan mulut gua tanpa basah sedikitpun, tapi
dia tidak mempedulinya, dia tidak tahu siapa yang sembunyi di
dalam gua ini, saat itu dengan nada dalam dia berkata:
"Siapa yang ada di dalam, aku Sen Sin-hiong mau masuk......."
Setelah berkata, tangan kanannya menghunus pedang, telapak
tangan kiri melindungi dada, langsung menerjang masuk!
Ketika dia menghentikan langkahnya, terlihat keadaan di dalam
gua berbeda sekali dengan di luar gua, di dalam gua selain kering
sekali, juga seperti ada orang yang tinggal disini!
Dia sudah masuk ke dalam sarang singa, tentu saja harus hati-
hati sekali, pelan-pelan maju ke depan, berjalan tidak jauh,
mendadak terlihat di depan sinar bulan menembus, dia berpikir,
"tempat ini aneh sekali, tapi tidak tahu siapa orangnya yang tinggal
disini?"
Sin-hiong berjalan ke depan, mendadak terlihat di sebelah kanan
ada satu pintu batu, maka dia berjalan ke sana.
Siapa duga, setelah dekat dia melihat di dalam ada tiga kamar
yang berhubungan, yang paling mengejutkan dia adalah di kamar
paling belakang bertumpuk tidak kurang ribuan liang emas, Sin-
hiong yang melihat jadi terkejut sampai bengong?
Melihat keadaannya, gua batu bertirai air terjun ini adalah tempat
penyimpanan barang jarahan seorang perampok besar, tapi tadi ada
orang yang diam diam menyerang dirinya, apakah dia pemilik gua
ini?
Dia teringat suara rintihan di luar gua tadi, suara itu jelas adalah
suaranya Ho Koan-beng dia tidak mungkin salah dengar?
Setelah berpikir, dia tidak mau masuk ke dalam kamar itu,
supaya tidak dituduh orang mencuri barang lalu melangkahkan
kakinya jalan ke depan.
Berjalan sampai di kamar paling belakang, dia sudah sampai ke
ujung gua, jika maju lagi ke depan kelihatannya tidak ada jalan
keluar, Sin-hiong mengikuti sinar bulan melihat keatas, terlihat
diatas ada saru lubang kecil, sinar bulan yang tipis itu tembus dari
lubang itu.
Dia masih menduga-duga, gua ini tidak luas, selain rumah batu
itu, tidak ada tempat lain untuk bersembunyi, jika di dalam gua ada
orang, orang itu pasti bersembunyi di salah satu dari tiga kamar itu.
Berpikir sampai disini, Sin-hiong berjalan balik ke asalnya, dia
sengaja melangkah dengan keras, sampai di pintu kamar, berpikir
juga tidak, langsung masuk ke dalam!
Masuk ke kamar pertama, kedua, di dalam tidak ada orang, saat
dia masuk ke kamar ketiga, "Buum!" di belakangnya jatuh sebuah
batu besar, tepat menutupi pintu kamar!
Sin-hiong terkejut, dia menyapu ke belakang, tapi batunya
sekeras baja, terdengar "Paak!" di atas pintu batu berjatuhan debu
batu, tubuh dia malah terpental ke belakang selangkah oleh tenaga
balik!
Dia menghela nafas dingin, di dalam hatinya berpikir:
"Aku tidak mendengar nasihat Hui-lan, akhir-nya terjebak oleh
siasat licik orang!
Ketika berpikir, mendadak dari luar terdengar tawa dingin dan
berkata:
"Saudara Sen, kenapa kau lari ke dalam?"
Mendengar suaranya, ternyata adalah Ho Koan-beng, sekarang
dia sudah mengerti semuanya, suara jeritan mengerikan, suara
rintihan itu, kelihatan-nya itu sengaja dilakukan, supaya dapat
memancing dirinya masuk kesini, tidak disangka sesudah memper-
lakukan dia begitu baiknya, Ho Koan-beng masih menggunakan
siasat menghadapi dirinya, hati orang sungguh sulit ditebak?
Berpikir sampai disini, dia menghela nafas, berkata:
"Saudara Ho, aku sungguh kagum padamu telah menghabiskan
seluruh kepintarannya, saat ini kau menahan aku di dalam sini,
apakah hanya karena masalah Cui-giok?"
Ho Koan-beng tertawa dan berkata:
"Ini hanya salah satu sebab!"
Sin-hiong merasa tidak mengerti dan berkata:
"Kalau begitu mohon beritahukan sebab kedua?"
Ho Koan-beng terhenti sejenak lalu berkata:
"Beberapa hari lalu, aku telah terkena pukulan Im-hong-ciang
(Telapak tangan dingin) nya Goan Thian-hoa, coba katakan, saudara
Sen menggunakan apa menyembuhkan aku?"
Tidak menunggu Ho Koan-beng menyelaskan selanjutnya, Sin-
hiong sudah dapat menerka apa sebab keduanya, di dalam hati
berpikir, dulu Ho Koan-beng orangnya cukup baik, kenapa dalam
waktu singkat bisa berubah jadi begini?'
Walaupun Sin-hiong membenci dia, tapi di dalam hatinya, sangat
menyayangkan dia berlaku ke jalan yang salah.
Ho Koan-beng menjaga di luar, melihat Sin-hiong tidak bicara,
dengan dingin berkata:
"Saudara Sen kalau mau berpikir dulu juga bagus, aku harus
membereskan dulu wanita hina itu baru kesini lagi!"
Setelah berkata begitu dia berjalan keluar!
Sin-hiong jadi sangat gelisah, sekuatnya dia memukul pintu batu
itu, tapi sampai lengannya sakit, tetap saja tidak berguna, maka dia
berjalan menge-lilingi kamar itu dua putaran, terpikir dia sendiri di
dalam tidak masalah, tapi Kui-lan bukanlah lawannya Ho Koan-
beng?
Berpikir sampai disini, hatinya cuma bisa semakin gelisah.
Hari sudah terang Ho Koan-beng masih belum kembali, di dalam
hatinya berpikir orang ini banyak siasat licik, Hui-lan seorang diri
diluar, mungkin sekarang sudah dibunuhnya?
Dia berpikir kesana-kemari tanpa ada hasil, di dalam hati sudah
ada satu keputusan, yaitu tidak peduli menggunakan cara apa pun,
dia tidak boleh menyerahkan Ho-siu-oh itu pada dia?
Tengah hari juga sudah lewat, malam sudah tiba, tetap saja
belum mendengar ada derap kaki Ho Koan-beng, merasa gelisah
saja juga tidak ada gunanya, Sin-hiong sekalian saja duduk bersila,
berusaha memikirkan cara meloloskan diri.
Tapi begitu dia bersila langsung terasa perutnya kosong, dia
sadar sudah seharian dia tidak makan, hatinya berpikir, dalam gua
ini sulit mendapat makanan, tampaknya dia akan mati kelaparan!
Setelah berpikir lagi sesaat, dia merasa perutnya semakin melilit,
walau memaksa menahan-nya, tapi perut lapar tidak bisa
dibandingkan dengan hal lain, semakin dipikir semakin lapar saja,
dalam keadaan perut lapar dia berjalan berputar-putar di dalam
kamar.
Dalam keadaan sulit menahannya, tiba-tiba Sin-hiong terpikir Ho-
siu-oh, tapi saat keinginannya tergerak, kembali menggeleng-
gelengkan kepala:
"Tidak boleh, tidak boleh, bagaimana bisa aku menggunakan
pusaka yang sulit didapat ini untuk mengisi perut?"
Tapi, semakin mau menahannya, rasa laparnya semakin lihay,
dengan susah payah dia menahan sampai hari kedua, akhirnya dia
sudah tidak bisa menahannya lagi, dengan sendirinya dia
mengeluar-kan kotak kecil warna emas itu, saat dia melihatnya,
kembali memaksakan diri memasukan kembali ke dalam baju.
Hari kedua sudah lewat, Sin-hiong merasa kepala berputar-putar,
mata berkunang-kunang, di dalam hatinya berpikir jika begini terus,
menunggu sampai dirinya lemas tidak bertenaga, Ho Koan-beng
bisa diam-diam datang dan dirinya tidak ada tenaga melawannya,
bukankah Ho Koan-beng bisa dengan mudah merebut Ho-siu-oh ini?
Berpikir sampai disini, hatinya jadi tergetar keras, kembali dia
mengeluarkan kota kecil itu, menatap lama sekali, tapi dia masih
tidak berani menggunakannya!
Hari ketiga bukung, bukan saja laparnya amat menyiksa, dia juga
merasa sangat haus, di dalam hatinya berpikir:
"Aku dikurung di dalam gua ini, tidak apa mati kelaparan, tapi
perintah guru masih belum selesai, walaupun mati juga tidak bisa
mempertanggung jawabkan pada guru di akhirat!
Akhirnya dia tidak ragu-ragu lagi, dia meng-ambil sebagian Ho-
siu-oh, dengan nekad memasukan ke dalam mulutnya!
Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun sungguh hebat khasiatnya,
baru saja masuk ke dalam perut, Sin-hiong langsung merasakan ada
arus hangat menyebar ke seluruh tubuhnya, rasa hausnya langsung
meng-hilang, buru-buru dia bersemedi untuk melancarkan
peredarannya, saat ini dia merasa hawa murninya bergolak, tenaga
dalamnya terasa bergolak, semangat-nya sangat tinggi, jauh lebih
tinggi dari pada hari-hari biasanya!
Dia segera mencoba kekuatannya, dengan hebat menghantam
menggunakan telapak tangannya, terdengar suara keras "Buum!"
batu besar yang berat-nya ada ribuan kati itu, telah bergeser
sedikit!
Melihat itu, Sin-hiong tidak terasa menjadi sangat senang, di
dalam hati berkata:
"Asal aku memukul tiga kali lagi, bukankah aku sudah bisa
keluar?"
Ketika otaknya berputar, telapak tangannya sudah diangkat, tapi
pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di mulut gua.
Sin-hiong segera menurunkan lengannya, terdengar Ho Koan-
beng dengan sombong berkata:
"Kau tidak akan bisa lari kemana pun, bagai-mana pun aku harus
menangkapmu?"
Sin-hiong tergerak, di dalam hatinya berpikir ternyata benar Ho
Koan-beng pergi mencari Hui-lan, tapi entah kenapa bisa sampai
menghabiskan waktu tiga hari lamanya?
Terdengar Hui-lan memakinya:
"Kau bangsat berhati busuk, kulihat akhirnya kau akan mati tidak
wajar!"
Ho Koan-beng berkata dingin:
"Aku tidak peduli mati wajar atau tidak, asalkan kau bisa
membujuk dia memberikan Ho-siu-oh itu, maka aku akan
melepaskanmu!"
Mendengar ini, kemarahan Sin-hiong naik sampai rambut pun
berdiri, dia tidak menduga Ho Koan-beng bisa melakukan perbuatan
yang begini, tadinya dia mau mengambil kesempatan sebelum
mereka sampai di depan pintu, dia membuka pintu dengan
mendobraknya, tapi setelah dipikir-pikir, orang ini sungguh tidak
bisa dibiarkan hidup, jika tidak, entah berapa banyak orang lagi
yang dicelakai dia?
Tapi pikirannya sudah terlambat satu langkah, saat ini Ho Koan-
beng sudah masuk kedalam gua.
"Disini?" tanya Hui-lan
Ho Koan-beng menganggukan kepala, Hui-lan berteriak:
"Hiong-ko, kau tidak apa apa?"
Dalam waktu yang sempit ini, otak Sin-hiong mendadak berputar,
di dalam hati berpikir:
'Kenapa aku tidak tipu saja mereka!
Berpikir sampai sini, maka dia pura-pura tidak mendengarnya,
hati Hui-lan tergetar, 'dengan gelisah bertanya:
"Bukankah kau sudah mengurung dia tiga hari? Aduh, mungkin
sudah tidak bisa bergerak karena kelaparan!"
Setelah berkata, dia berontak ingin berlari ke depan, tapi Ho
Koan-beng mencengkram pergelangan tangan dia, begitu Hui-lan
bergerak, mendadak merasa pergelangan tangan mati rasa, Ho
Koan-beng berkata dingin:
"Sabar, kau begini pun tidak bisa masuk!"
Walaupun berkata demikian, tapi otak dia berputar, sambil
memegang tangan Hui-lan dia maju mendekat, begitu melihat Sin-
hiong roboh duduk di tanah tidak bergerak, dengan pelan
memanggil:
"Saudara Sen, temanmu sudah datang!"
Sin-hiong tetap diam tidak mempedulikan, Ho Koan-beng tertawa
dingin berkata lagi:
"Di antara kalian, siapa pun yang tersiksa sama saja!"
Setelah berkata, lima jarinya mencengkram lebih erat lagi, Hui-
lan hanya merasa pergelangan tangannya seperti dijepit oleh besi
panas "Aduh!" dia berteriak keras, Ho Koan-beng berkata lagi:
"Bagaimana, jika kedua belah pihak tersiksa, sangat tidak
menguntungkan sekali!"
Tadinya Sin-hiong masih ingin terus berpura pura, tapi melihat
Hui-lan kesakitan, hatinya jadi tidak tega, akhirnya berkata:
"Saudara Ho, kau ada masalah apa hadapilah aku, buat apa
melampiaskan pada seorang wanita yang lemah dan tidak berdosa?"
Ho Koan-beng tertawa keras dan berkata:
"Jika kau menyerahkan Ho-siu-oh itu padaku, aku jamin kalian
berdua tidak apa-apa?"
Sin-hiong berjalan ke sisi pintu batu:
"Aku mendapatkan Ho-siu-oh ini dengan tidak sengaja, jika
saudara Ho menginginkannya, silahkan buka dulu pintunya!"
Ho Koan-beng sangat senang dan berkata:
"Janji laki-laki sejati!"
Hui-lan mendadak menyela:
"Hiong-ko, jangan dengarkan dia!"
Sin-hiong dengan emosi berkata:
"Jika saudara Ho sampai tidak percaya pada-ku, bisnis kita ini
batalkan saja!"
Ho Koan-beng berpikir-pikir sebentar, sambil tertawa berkata:
"Tidak, tidak, sekarang kubuka pintunya!"
Setelah berkata, jarinya menekan di atas tembok batu, terdengar
suara "Buum!", pintu batu itu sudah berguling ke samping!
Sin-hiong meloncat keluar, melihat tangan Ho Koan-beng
mencengkram jalan darah Hui-lan, satu tangan lagi memegang
pedang, wajahnya tampak tersenyum licik, dia berkata:
"Bagaimana, sudah saatnya menepati janji bukan!"
Mata Sin-hiong melotot dan menyorot sinar yang tajam, dengan
kesalnya berkata:
"Ho Koan-beng, aku memperlakukanmu dengan baik!"
Ho Koan-beng melihat wajah dia penuh dengan hawa
membunuh, tidak tahan mundur ke belakang dan berteriak:
"Saudara Sen, kau harus pandai melihat keadaan, jika kau maju
satu langkah lagi, aku terpaksa membunuh dia!"
Sin-hiong tidak pedulikan, mendadak dia maju selangkah! Ho
Koan-beng melihat dia malah tidak takut ancaman, hatinya jadi
tergetar dan berteriak:
-oo0dw0ooo-
BAB 8
Thian-ho-tiauw-sou
Sin-hiong sangat marah, tapi setelah dia mempertimbangkan
keadaan di depan mata ini, terpaksa dia menghentikan langkahnya.
Ho Koan-beng sambil tertawa berkata:
"Itu baru betul, saudara Sen, silahkan berikan barang itu, biar
semua orang bisa pergi!
"Hiong-ko, jangan, jangan!" jerit Hui-lan.
"He he he, kau benar-benar tidak menuruti aku, kalau begitu
jangan salahkan aku tidak punya perasaan!"
Setelahberkata,diasudahmengangkatpedangnya,
kelihatannya, jika Sin-hiong berani maju lagi satu langkah, mungkin
dia benar-benar akan membunuh Hui-lan?
Ho Koan-beng menambah tenaga pada lima jarinya, sampai Hui-
lan berteriak kesakitan, Ho Koan-beng dengan dingin berkata:
"Saudara Sen adalah laki-laki sejati, tidak bisa dibandingkan
dengan pandangan kalian para wanita?"
Sin-hiong melihat pada Hui-lan, dia melihat wajah cantiknya
sebentar merah sebentar putih, pikiran dia jadi goyah, sekarang
kenyataan yang di depan mata jelas sekali, jika dia tidak
memberikan Ho-siu-oh, maka Ho Koan-beng akan mengancam Hui-
lan, mungkin Ho Koan-beng benar-benar membunuhnya?
Sin-hiong jadi merasa sangat sulit dan berkata:
"Saudara Sen, bisakah kau lepaskan dia dulu lalu
membicarakannya?"
Ho Koan-beng tertawa dan berkata:
"Tidak bisa, tidak bisa, kecuali kau berikan dulu Ho-siu-oh itu,
jika tidak, maka aku akan membunuh dia!"
Baru saja dia selesai bicara, mendadak di sudut gelap ada orang
bersuara dengan dingin berkata:
"Tidak semudah itu!"
Suaranya tajam dan melengking, tapi terdengar di telinga Ho
Koan-beng sampai berbunyi "Weng weng!" Ho Koan-beng terkejut
sekali dan berteriak:
"Siapa yang bicara?"
Wajah Sin-hiong Tampak terkejut, pada saat ini Hui-lan berteriak:
"Ayah, ayah......"
Sin-hiong dan Ho Koan-beng jadi tergetar, Ho Koan-beng lebih-
lebih terkejut, dan berteriak: "He he he, ketua pulau Teratai!
Tapi sebelum dia selesai bicara, mendadak ada satu orang di
belakang tubuhnya dengan dingin sekali berkata:
"Betul, kau juga tahu sehutanku?"
Ho Koan-beng semakin terkejut!
Ketua pulau Teratai yang namanya menggemparkan dunia ini,
ketika mulai berkata sampai muncul, kelihatannya seperti roh saja,
kecepatan dan misterinya, sungguh di dunia ini tidak ada dua nya?
Tubuh Ho Koan-beng gemetar sejenak dan berkata:
"Cayhe Ho Koan-beng, sudah lama mendengar nama besar ketua
pulau, tidak diduga malam ini bisa bertemu disini!"
Sin-hiong mengawasi, terlihat ketua pulau Teratai yang
termasyur di dunia persilatan ini, memakai mantel panjang
berwarna ungu, kumis dan janggutnya melayang-layang di depan
dada, usianya hanya lima puluh tahun lebih, kedua tangannya
dimasukan ke dalam lengan baju, tampangnya sangat tenang sekali.
Selama ini Sin-hiong hanya mendengar kebesar-an nama ketua
pulau Teratai, tidak diduga setelah bertemu ternyata dia masih
belum terlalu tua? Dengan kata lain, jika bukan Hui-lan telah
memanggil-nya, walaupun di kemudian hari bertemu lagi, dia juga
tidak akan percaya orang di depan mata ini adalah ketua pulau
Teratai yang amat termasyur itu?
Wajah ketua pulau Teratai sangat dingin, dia melihat pada Ho
Koan-beng dan berkata:
"Jika kau sudah tahu nama besarku, masih berani tidak
melepaskan anak Hui?"
Ho Koan-beng diam-diam menarik nafas: "Sebenarnya aku ada
kesulitan yang tidak bisa dikatakan, asalkan ketua pulau bisa
menyuruh Sen-tayhiap menyerahkan Ho-siu-oh, aku pasti menuruti
anda!"
Di dalam pikiran Ho Koan-beng, aku sekarang memegang
sandera, walaupun raja langit yang datang aku tidak takut, asal kau
maju selangkah, aku juga bisa menggunakan putrimu sebagai
sandera, mungkin kau pun tidak bisa berbuat apa-apa?
"Ayah, dia orang jahat!" teriak Hui-lan.
Wajah ketua pulau Teratai tergerak:
"Kalau begitu, kau coba saja tiga jurusku, jika kau bisa menahan
tiga juras seranganku, maka aku tidak mau lagi putri ku ini!"
Sin-hiong mendengar kata-kata ini, dia merasa, kata-katanya
terlalu percaya diri? Siapa sangka baru saja dia berpikir begitu,
mendadak satu bayangan berwarna ungu sudah menerjang kearah
Ho Koan-beng, sambil berteriak:
"Siap, inilah jurus pertama!"
Gerakannya aneh sekali, sebab gerakannya tidak menimbulkan
desiran angin sedikitpun, tapi serangannya laksana anak panah
yang terlepaskan busurnya!
Sin-hiong yang melihat serangan itu jadi tergetar, hatinya
bertanya-tanya tentang gerakannya?
Ho Koan-beng melihat lawan habis berkata langsung menyerang
dengan kecepatannya secepat kilat, dalam keadaan terkejut, dia
mendorong Hui-lan di depan tubuhnya untuk menghalangi, lalu
mengeluarkan jurus pedang dari Hiang-liong-pit-to, sambil menusuk
dia berteriak:
"Karena Tocu sudah memerintah, terpaksa aku mencobanya!"
Gerakan Ho Koan-beng cukup lihay, mula-mula dia menjadikan
Hui-lan sebagai tameng, lalu menyerang dengan jurus pedang Cui-
hong-su-eng! (Di puncak hijau ada bayangan pohon) dari Go-bi!
Belum lagi tubuh ketua pulau Teratai turun, ujung jarinya cepat
menusuk ke bawah, terhadap jurusnya Ho Koan-beng, dia seperti
sudah hafal, dengan angkuhnya berkata:
"Jurus ini walaupun cukup bagus, sayang kurang bertenaga!"
Lima jarinya yang seperti kail dengan ganasnya mencengkram ke
bawah, Ho Koan-beng hanya merasa di depan mata ada bayangan
berkelebat, dengan cepat ketua pulau telah datang mencengkram
pedang pusakanya dan merebut Hui-lan yang ada di depan
tubuhnya.
Sebenarnya jurus pedang dia sangat hebat, tapi dia masih kalah
pengalaman, ditambah bertemu dengan orang sehebat ketua pulau
Teratai, sehingga sedetik dia tidak bisa mengendalikan pikirannya,
begitu tangannya sedikit lambat, dia hanya merasa tangan kirinya
jadi enteng, tahu-tahu Hui-lan yang ada di tangannya sudah
diangkat keatas oleh ketua pulau Teratai.
Ho Koan-beng tergetar, dia langsung meloncat ke belakang!
Melihat ini, Sin-hiong tidak terasa meng-hentakan kakinya dan
berkata:
"Hay, sayang sekali kalah dalam jurus ini!"
Ketua pulau Teratai membawa Hui-lan ke samping, dengan
dingin berkata pada Sin-hiong: "Kau mau mencobanya?"
Sin-hiong menarik nafas dalam-dalam, hatinya berpikir:
'Benar saja orang ini sangat sombong, hemm hemm, apa aku
takut padamu?'
Matanya menyapu, terlihat wajah Ho Koan-beng pucat sekali,
sedangkan Hui-lan malah terus-menerus memberi isyarat mata
padanya, supaya dia sabar, walaupun dalam hati Sin-hiong tidak
terima, tapi demi Hui-lan dia jadi tidak enak bertindak, maka dengan
menahan diri dia berkata:
"Kepandaian ketua pulau tidak ada duanya di dunia, aku merasa
bukan lawannya!"
Mendengar ini, Hui-lan merasa lega sekali dan berkata:
"Ayah, dia orang baik!"
Ketua pulau Teratai dengan penuh kasih sayang melihat lembut
pada Hui-lan dan berkata:
"Anak Lan, sudah cukup kau bermain, sudah waktunya kita
pulang!"
Hui-lan memonyongkan mulutnya, dengan manja berkata:
"Belum, belum, aku masih ingin bermain lagi!"
Ketua pulau Teratai tertegun, mengikuti wajah Hui-lan yang lugu
berkata:
"Belum, belum, ! Lalu mau bermain sampai kapan?"
Melihat ini, Sin-hiong menjadi keheranan, di dalam hatinya
berpikir, terhadap orang lain dia sangat galak, tapi terhadap
putrinya sendiri malah sangat penurut, kelihatannya seperti anak
kecil saja, tidak heran orang-orang Poan-liong-pang menyebut dia
mahluk aneh?
Hui-lan tertawa, sambil menggerak-gerakan-kan tubuhnya
berkata:
"Ayah, aku bukan anak kecil lagi, harus selalu diawasimu?"
Ketua pulau Teratai mengeluh beberapa kali dengan resah
berkata:
"Lho lho, jika bukan ayah khawatir kau dihina orang, aku tidak
akan datang lebih dulu dari kalian!"
Ho Koan-beng dan Sin-hiong jadi tertegun, ternyata bayangan
orang itu adalah dia, karena tadi Ho Koan-beng tidak sampai dua
jurus tawanannya sudah direbut oleh ketua pulau Teratai, maka
keberaniannya menurun, sekarang sepatah kata pun tidak bisa
keluar.
Hui-lan tertawa dengan manja berkata:
"Aku pulang sendiri juga tidak boleh?"
Kepala ketua pulau Teratai mengeleng seperti klontongan saja
dan berkata:
"Tidak boleh, tidak boleh, jika begitu entah kapan kau mau
pulang kerumah?"
Hui-lan paling tahu sifat ayahnya, melihat ketua pulau Teratai
bersikap demikian, maka sadar di dalam hatinya tidak mengizinkan,
dia sendiri pun sadar, dia tidak bisa terlalu lama berada di luaran,
tapi dia ingin bersama dengan Sin-hiong pergi ke pulau Giok-sik
mencari Ngo-ki-thian-cun, siapa tahu harus minta bantuan ayah!
Berpikir ini, maka dengan serius berkata:
"Ayah, bagaimana kalau paling lama setengah tahun saja?"
Ketua pulau Teratai tidak pernah membantah keinginan putri
kesayangannya, saat itu mengangguk-kan kepala dan berkata:
"Baik, baik, baik, terserah kau saja, ayah juga ingin pergi
bermain-main!
Setelah berkata, tidak terlihat dia bersiap-siap, tahu-tahu sudah
melesat sejauh sepuluh tombak lebih, kecepatannya sungguh sulit
ditemukan di dunia persilatan!
Melihat ayahnya sudah pergi, Hui-lan langsung meloncat ke
samping Sin-hiong dan berkata:
"Hiong-ko, kita juga harus pergi!"
Sin-hiong seperti baru sadar, dengan bengong bertanya:
"Kemana kita pergi?"
Hui-lan melotot sekali dan berkata:
"Kau sudah pergi ke gunung Bu-tong, bagai-mana keadaan
disana?"
Dengan singkat Sin-hiong menceritakan keadaan di perguruan
Bu-tong, Hui-lan mendengarnya sampai hatinya menjadi dingin, dia
berkata:
"Kalau begitu tidak perlu ke gunung Bu-tong lagi, menurut
pendapat aku, saat ini Ngo-ki-thian-cun mungkin belum pulang,
malah Thian-ho-tiauw-sou setelah melukai tiga murid, siapa tahu
masih ada di sekitar ini, lebih baik kita untung-untungan saja,
bagaimana?"
Sin-hiong berpikir memang masuk akal, maka dia menganggukan
kepala, tanpa melihat Ho Koanbeng lagi, dua orang itu sambil
bergandengan pergi meninggalkan tempat itu!
Ho Koan-beng tinggal sendirian berdiri disana, pikirannya penuh
dengan masalah, di dalam hatinya berpikir:
Dua jurus saja aku tidak bisa bertahan terhadap ketua pulau
Teratai, bagaimana aku masih berambisi mau berebut kekuasaan di
Tionggoan.'
Hanya setelah dia berpikir lagi, dia pernah bertarung beberapa
jurus dengan Sin-hiong, dan Sin-hiong tidak lebih kuat dari pada dia,
asalkan dia giat berlatih lagi beberapa bulan, dan memecahkan dua
jurus terakhir di Hiang-liong-pit-to itu, nanti mungkin masih ada
harapan!
Berpikir sampai disini, kepercayaan dirinya jadi bertambah
kembali, ketika bayangan Sin-hiong dan Hui-lan menghilang, dia
tertawa dingin, lalu berlari ke arah yang berlawanan.
Tiang-kang adalah sungai terbesar, airnya keruh, berbelok-belok
mengalir menuju ke timur.
Setelah beberapa hari, ada sepasang muda-mudi perlahan
memacu kudanya menelusuri sungai, kedua orang ini adalah Sin-
hiong dan Hui-lan, seumur hidup Sin-hiong belum pernah melihat
sungai sebesar ini, dia sampai bengong menatapnya.
Hui-lan tertawa lalu berkata:
"Tiang-kang tidak ada apa-apanya? Jika kau pergi ke pulau
Teratai kami di Tong-hai (Laut timur), kau bisa melihat lautan luas,
pada malam hari melihat matahari terbenam, pagi hari melihat
matahari terbit, pemandangan itu baru membuat orang terpesona!"
Hati Sin-hiong jadi tergerak mendengarnya, tanpa sadar berkata:
"Aku berharap dapat segera menyelesaikan pesan guruku,
setelah itu nanti aku pasti menemanimu tinggal beberapa hari di
pulau Teratai!"
Hui-lan senang sekali dan berkata:
"Silahkan, silahkan, tapi kau harus berjanji pergi kesana ya!"
"Tentu saja!"
ketika sedang berbincang, Hui-lan melihat di pantai duduk satu
orang, rambut orang ini acak-acakan, karena duduk membelakangi,
makan wajah-nya tidak terlihat seperti apa, di tangannya
memegang sebuah pancingan panjang, penuh perhatian meman-
dang air sungai.
Saat ini Sin-hiong dan Hui-lan sudah men-dekat, terdengar orang
itu berteriak: "Naik, naik!"
Setelah berkata, dia mengangkat tangannya, terlihat dari air yang
muncrat dia berhasil memancing seekor ikan mas yang besar sekali!
Kedua orang itu melihat, hatinya jadi sangat terkejut!
Ternyata cara memancing orang ini aneh sekali, di tangannya
hanya ada satu batang pancingan yang tidak ada apa-apanya, tidak
ada senarnya, rupanya ikan tadi yang dipancing dia adalah dengan
cara mengerah-kan tenaga dalam ke pancingan dan menyedot ikan
itu ke atas.
Sin-hiong dan Hui-lan berdua adalah ahli ilmu silat, sekali melihat
mereka sadar orang ini adalah orang aneh dunia persilatan, kedua
orang itu tertegun, tidak menduga di tempat begini bisa bertemu
dengan orang seperti ini?
Rasa terkejut kedua orang itu belum hilang, timbul lagi hal yang
lebih mengejutkan.
Ternyata setelah orang itu mengangkat ikannya, dia malah
menggeleng-gelengkan kepala dan berkata sendiri:
"Hay hay! Yang besar tidak datang malah yang kecil datang,
pergi, pergi, pergi!"
Dia kembali melayangkan tangannya, melemparkan ikan mas itu
ke dalam sungai sejauh sepuluh tombak lebih, lalu membenamkan
lagi pancing ikannya ke dalam air.
Diam-diam Sin-hiong tergetar, gerak-gerik orang ini tampak jelas
ilmu silatnya sudah mencapai taraf puncaknya, tapi setelah dipikir-
pikir dia masih tidak tahu siapa orang ini?
Hui-lan mengerutkan sepasang alisnya, dia teringat seseorang,
tapi dalam sesaat dia tidak berani memastikannya!
Tadinya kedua orang ini berjalan pelan-pelan, sekarang tidak
tahan mengekang tali kendali kudanya erat erat, tidak lama, terlihat
air memercik, kembali orang itu berhasil memancing ikan besar,
berat ikan ini kelihatannya ada dua tiga kati, dalam hati Sin-hiong
berpikir:
'Kali ini kau tentu tidak akan menganggap ikan ini kecil lagi'.
Tapi kenyataannya tetap di luar dugaan. Ikan besar itu meronta-
ronta dihisap ujung pancingan yang kecil itu di permukaan air, tapi
sedikit pun tidak berdayanya, orang itu melototkan matanya melihat
"Puhh!" berkata:
"Kau sungguh mengesalkan, aku tidak memancingmu, kau malah
tidak mau pergi, he he, apa kau sudah bosan hidup?"
Setelah berkata lalu menghentakan ikan itu jauh sekali,
pancingannya masuk lagi ke dalam air.
Sin-hiong jadi semakin tidak mengerti, di dalam hati berkata:
"Ikan sebesar ini dia juga tidak mau, entah dia mau yang sebesar
apa?'
Dari tadi Hui-lan pun sangat memperhatikan orang ini, tapi dia
juga jadi tertarik oleh gerakan yang aneh ini, pelan berkata:
"Ikan sebesar ini dia pun tidak mau, entah mau yang sebesar
apa?"
Sin-hiong pun punya perasaan yang sama, baru saja mau
menjawab, mendadak orang itu mengguman:
"Aku memancing ikan ada satu kebiasaan, tidak saja mau yang
besar, dan juga harus tua, ikan yang muda-muda ini hanya
mengganggu saja!"
Kata-kata ini walaupun berkata pada diri sendiri, tapi tujuannya
seperti ditujukan pada kata-kata Hui-lan tadi, Hui-lan orangnya
sangat pintar sekali, tanpa sadar tergetar keras!
Dia melihat pada Sin-hiong, tapi wajahnya penuh bimbang
melihat ke air sungai, pelan-pelan mendekat dan menarik tangan
Sin-hiong, di atas telapak tangannya menulis:
"Thian-thiauw-sou!"
Sin-hiong tergetar, otaknya berputar cepat, dia seperti tidak
percaya orang ini Thian-ho-tiauw-sou?
Dengan berpenampilan seorang nelayan biasa bagaimana
mungkin memiliki ilmu silat setinggi ini?
Hui-lan melihat Sin-hiong tidak berkedip melihat telapak
tangannya, dan sedikit pun tidak ada reaksi, sadar di dalam hati dia
masih ragu, karena jaraknya terlalu dekat, walaupun dia punya
banyak perkataan yang mau di keluarkan, tapi tidak bisa dikatakan
sekarang, maka dia pura-pura berkata:
"Hiong-ko, mari kita pergi, jangan membuang waktu perjalanan!"
Sin-hiong mengerti maksudnya, kedua orang menarik tali kendali
kuda, berdua memacu kudanya segera pergi!
Sesudah jauh Hui-lan baru menghentikan kudanya dan segera
berkata:
"Hiong-ko, kenapa kau tidak percaya dia adalah Thian-ho-tiauw-
sou?"
Sin-hiong dengan nada dalam berkata:
"Aku lihat memang sedikit mirip, tapi kita tidak bisa sembarangan
bertanya padanya?"
Hui-lan menghela nafas:
"Hei! Kau ini, apa kau tidak mendengar kata katanya? Heng, dia
malah memandang sebelah mata pada kita?"
Walaupun kata-katanya mendekati kenyataan, tapi Sin-hiong
tidak mau sembarangan, setelah berpikir sejenak dan berkata:
"Kita lihat lagi dia, jika dia benar Thian-ho-tiauw-sou, kali ini
mungkin dia bereaksi!"
Mata Hui-lan berputar dua kali dan berkata:
"Boleh juga, tapi kau harus hati-hati, ilmu silat orang ini
tampaknya tidak dibawah ayahku!"
Berkata sampai disini, dia kembali mengkhawatirkan Sin-hiong!
Kedua orang itu berjalan lagi ke tempat itu, siapa duga di tempat
itu sudah tidak ada seorang pun
"Dia sudah pergi!" kata Hui-lan.
Mata Sin-hiong sangat tajam, mendadak melihat di pantai
berserakan tidak sedikit ikan, buru-buru berkata:
"Di sana banyak ikan, mungkin orangnya belum pergi!"
Setelah berkata dia langsung berlari dulu kesana!
Setelah dekat dan melihat, di tanah tergeletak ikan-ikan tidak
kurang dari puluhan banyaknya, ada yang besar juga ada yang
kecil, setelah Sin-hiong melihat nya, tidak tahan dia menarik nafas
dingin, di dalam hati berkata:
"Ketika aku dan adik Lan pergi dan kembali lagi, tidak sampai
menghabiskan waktu setengah seperminuman teh panas, orang ini
sudah bisa menggunakan tenaga dalamnya menghisap ikan
sebanyak ini, jika bukan Thian-ho-tiauw-sou, siapa lagi?"
Hui-lan pun mengikutinya, mendadak dia menjerit:
"Hiong-ko coba kau lihat, bukankah ini huruf Thian-ho-tiauw-
sou?"
Sin-hiong tadi masih belum memperhatikan, sekarang diingatkan
oleh Hui-lan, dia menelitinya sekali lagi, benar saja di antara
berserakan ikan, di tengah ada huruf Thian-ho-tiauw-sou!
"He he! Benar saja dia!" teriak Sin-hiong.
Matanya melihat ke sekeliling terlihat angin sungai bertiup
lembut, air sungai mengeluarkan suara menerpa pantai, selain itu,
apa pun tidak terlihat lagi!
Tempat di mana Sin-hiong dan Hui-lan berdiri adalah lapangan
datar yang sangat luas, walau Thian-ho-tiauw-sou pergi, juga tidak
akan secepat ini bisa menghilang, Sin-hiong meneliti sejenak lalu
berkata:
"Adik Lan, kau sementara tunggu disini, biar aku melihat-lihat ke
sekitar!"
Setelah berkata dia meloncat dari kudanya, dalam sekejap sudah
menghilang di lapangan liar itu.
Hui-lan tertegun, hatinya berpikir, sungguh cepat gerakan Sin-
hiong?
Dia tidak tahu beberapa hari lalu saat Sin-hiong di kurung di
dalam gua oleh Ho Koan-beng karena kelaparan, telah memakan
sebagian Ho-siu-oh nya, memang Ho Siu-oh adalah pusaka yang
sulit di dapat, jika orang biasa makan sedikit saja sudah bisa
memperpanjang umur, orang seperti Sin-hiong yang mempunyai
dasar ilmu silat yang bagus, bisa menambah tenaga dalam latihan
puluhan tahun.
Ketika hati Hui-lan sedang gembira, mendadak terdengar air
sungai berbunyi keras, seorang tua yang berwajah bulat sudah
muncul dari dalam air, Hui-lan yang melihat jadi terkejut sekali!
Ternyata orang ini bukan orang lain adalah Thian-ho-tiauw-sou
yang sedang dicari Sin-hiong.
Saat ini terlihat dia menenteng seekor ikan besar, setelah keluar
dari dalam air, dia melihat Hui-lan sekali lalu mendengus dan
berkata:
"Aku bisa menangkap ikan besar ini, yang kecil pun tidak akan
aku lepas lagi!"
Setelah berkata, tubuhnya dengan cepat naik ke darat, baru saja
Hui-lan mau menghindar, orang itu mendadak berteriak:
"Berhenti!"
Walaupun Hui-lan dalam keadaan gelisah, tapi seumur hidup dia
tidak pernah diteriaki orang seperti ini, maka dia mendengus
dengan dingin berkata:
"Aku justru tidak berhenti, kau mau apa?"
Dia mengulurkan tangannya ingin menarik tali kuda Sin-hiong,
tapi baru saja dia bergerak, mendadak merasa ada angin bertiup,
tampak orang itu sudah lari mendekat!
Hui-lan memutar tangannya, pedangnya dengan cepat menyabet,
lalu berkata: "Kau mau apa?"
Orang itu tertawa dingin dan berkata:
"Aku tadi salah melihat, ternyata kau ini putri kesayangannya Lim
Ki-kun, he he he, sekali menebar jaring menangkap yang tua dan
yang muda!"
Memang orang adalah Thian-ho-tiauw-sou, sampai sekarang dia
masih belum tahu kalau tiga muridnya sudah dibunuh oleh Ho Koan-
beng, setelah turun dari gunung Bu-tong, tadinya dia akan
menelusuri jalan pergi ke gunung Go-bi, tapi kebetulan bertemu
dengan Sin-hiong dan Hui-lan disini.
Dia tidak kenal dengan Sin-hiong dan Hui-lan berdua, tapi
melihat jurus pedang Hui-lan, dia baru tahu dia adalah putrinya
ketua pulau Teratai, Hui-lan juga sedang dirudung sial, saat ini Sin-
hiong justru sedang pergi mencari Thian-ho-tiauw-sou.
Baru saja Thian-ho-tiauw-sou selesai bicara, dua jarinya sudah
datang menjepit, walaupun dia hanya menggunakan dua jari, tapi
begitu jurusnya keluar, malah jauh lebih lihai dari pada dua bilah
pedang!
Hui-lan tergetar, buru-buru merubah jurus pedangnya, ingin
memotong jari Thian-ho-tiauw-sou!
Thian-ho-tiauw-sou mendengus, ikan besar ditangannya
disapukan, ikan itu baru ditangkap di dalam air, tubuhnya masih
basah oleh air, sekarang di getarkan menggunakan tenaga dalam,
tetes airnya jadi seperti senjata rahasia, dengan kecepatan tinggi
melesat ke arah Hui-lan!
Hui-lan tidak mengira dia bisa melakukan ini, mau menangkis
atas tidak bisa menangkis bawah, begitu tangannya sedikit lambat,
dia merasa pinggangnya mati rasa, dia sudah ditarik Thian-ho-
tiauw-sou dari atas kuda.
Thian-ho-tiauw-sou melihat-lihat dan berkata:
"Kalian datang berdua, kenapa aku tidak sekalian saja
menangkap semuanya?"
Setelah berkata, dia menaruh Hui-lan di atas tanah, dengan
tenangnya memakan ikan besar yang masih hidup di tangannya,
terdengar "Krrk krrk!" mulutnya berlumuran darah, tapi mulutnya
masih teriak:
"Nikmat!"
Semua perbuatannya, walaupun Hui-lan bisa melihatnya, tapi dia
sudah tidak bisa bicara, di dalam hati hanya bisa gelisah, kenapa
Sin-hiong sampai sekarang masih belum kembali.
Thian-ho-tiauw-sou makan sebentar, ikan besar itu sudah
dimakan dia setengah lebih, lalu dilemparkan ke dalam sungai,
melihat-lihat cuaca dan berkata sendiri:
"Beruntung sekali bocah itu, aku tidak bisa menunggu lebih lama
lagi!"
Dia pelan-pelan berdiri, melihat kuda merah yang hebat
kepunyaan Sin-hiong, dia menganggukan kepala, lalu mengangkat
Hui-lan di tanah, dan naik ke atas kuda memacunya pergi.
Thian-ho-tiauw-sou sudah menghabiskan waktu setengah harian
di sisi sungai, Sin-hiong sudah hampir sepuluh li lebih mencarinya,
tapi setengah bayangan orang pun tidak dilihatnya!
Melihat waktu sudah tidak cukup lama, Sin-hiong berlari kembali
ke tempat itu, menunggu dia sampai di sisi sungai, keadaan di sisi
sungai sudah sangat berbeda sekali.
Hui-lan sudah menghilang, tapi kudanya masih disana sedang
memakan sisa ikan, sedangkan kuda dia sendiri malah tidak tahu
pergi kemana?
Sin-hiong melihat keadaan ini, dia masih belum tahu Hui-lan
sudah ditangkap orang, mengira dia sangat nakal, tentu dia
menunggang kuda merah dia pergi entah kemana.
Dengan sabar dia menunggu di sisi sungai, dari tengah hari
sampai bukung, tetap tidak telihat bayangannya Hui-lan?
Walaupun di dalam hati dia merasa sedikit aneh, tapi keadaan di
sisi sungai tidak terlihat ada yang mencurigakan? Saat itu dia bolak
balik berjalan di sisi sungai beberapa saat, didalam hati berkata:
'Adik Lan sungguh manja sekali, hanya memikirkan diri sendiri,
tidak tahu orang menunggu-nya sampai gelisah?'
Langit sudah gelap, angin sungai meniup sepoi sepoi, Sin-hiong
membaringkan rubuhnya disisi sungai, lama menunggu masih belum
kembali, terpaksa dia membaringkan diri sejenak disini.
Selama beberapa hari, Sin-hiong merasa sangat kelelahan, baru
saja memeramkan matanya, dia langsung saja tertidur.
Entah lewat berapa lama, mendadak dia dibangunkan oleh suara
derap kaki kuda yang dipacu kencang, Sin-hiong buru-buru bangkit
berdiri, di bawah sinar bulan, dari kejauhan datang seekor kuda!
Sin-hiong menyangka orang ini adalah Hui-lan, di dalam hati
berkata:
'Kau telah mempermainkan aku, biar aku pun mempermainkan
kau!'
Setelah berpikir, maka dia bersembunyi di tempat gelap, pada
saat itu orang yang berada di atas kuda sudah semakin jelas,
ternyata yang datang memang seorang wanita yang sangat cantik.
Ternyata setelah wanita ini dekat, Sin-hiong meneliti, hatinya jadi
tergetar keras!
Ternyata wanita ini bukan Hui-lan, tapi dia adalah Sun Cui-giok
yang sedang dicari-carinya!
Sun Cui-giok memakai baju warna biru muda, rambutnya
digelung ke atas tinggi sekali, kelihatan seperti ada urusan penting,
dalam memacu kudanya. masih tidak henti-hentinya memecut
kudanya, dalam sekejap sudah dekat di depan!
Hati Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata:
'Apakah dia sudah tahu aku ada disini, maka sengaja datang
kesini menemuiku?'
Pikiran ini sekejap berputar di kepalanya, tapi Cui-giok malah
terus melewati tempat dia ber-sembunyi!
Sin-hiong sedikit tergetar, tidak sempat berpikir lagi dia langsung
meloncat keluar dan berteriak:
"Cui-giok, Cui-giok......"
Mendengar ada yang memanggil, wanita itu membalikan kepala
melihat, tapi tidak menggubrisnya, dia langsung memacu kudanya
ke depan!
Sin-hiong jadi semakin keheranan! otaknya sudah berputar, di
dalam hati berkata:
'Salah, apa dia ini bukan Cui-giok?'
Tapi dia masih tidak percaya, di dalam hatinya berpikir dengan
ketajaman matanya, tidak mungkin sampai salah melihat orang?
Sin-hiong mengangkat kepalanya, terlihat wanita itu sudah
memacu kudanya sejauh sepuluh tombak, maka dia mengambil
nafas secepat kilat melesat ke depan!
Sejak memakan Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu, gerakannya
jadi amat ringan dan lirjcah, walaupun wanita itu sudah jauh, tapi
hanya meloncat dua tiga kali saja, Sin-hiong sudah melewati dia!
Wajah wanita itu berubah "Weet!" dia memecutkan cambuknya
dan berteriak:
"Minggir!"
Pecutan ini sangat dahsyat, Sin-hiong sedikit menghindar dan
berteriak:
"Nona Sun, kau tidak kenal aku?"
Wanita itu tertegun sejenak dan berkata marah:
"Siapa nona Sun, mengapa kau menghadang jalan?"
Setelah berkata, dia kembali memecutkan cambuknya dengan
ganas!
Sin-hiong menjadi bengong, dengan reflek menghindar, sebab
jika tidak dia malah benar-benar terkena sabetan cambuk itu.
Jarak Sin-hiong dengan wanita itu sangat dekat, alis dia, bola
mata yang hitam, dan wajah berbentuk kwaci yang dijentik saja bisa
pecah itu, tidak satu pun ada yang tidak sama dengan Cui-gick, jika
dikatakan di dunia ini ada dua orang yang wajahnya sama persis,
juga tidak akan serupa seperti ini!
Sin-hiong menarik nafas panjang dan berkata lagi:
"Nona Sun, aku ini Sen Sin-hiong!"
Setelah memecut dua kali baru diberi jalan, wanita itu dengan
kesal mendengus, sambil marah berkata:
"Aku tidak peduli siapa dirimu? Sembarangan omong saja!"
Kakinya segera menjepit perut kuda langsung memacu kudanya
ke depan!
Sin-hiong tergetar, dalam keadaan tergesa-gesa, tangan
kanannya dengan cepat dijulurkan, teriaknya:
"Nona Sun, kau tidak boleh pergi!...."
Tapi wanita itu sudah memacu kudanya, melihat disisi tubuhnya
ada angin menerpa, cambuk-nya segera dipecutkan ke samping dan
berkata:
"Orang tidak sopan begini, kebanyakan adalah pemerkosa yang
hina!"
Pecutan dia ini sangat ganas sekali, Sin-hiong sebenarnya bisa
menangkap pecut itu, tapi saat ini tidak bisa tidak dia harus menarik
kembali tangannya, dengan hatinya merasa heran sekali!
Ternyata jurus wanita tadi kelihatannya bukan jurusnya Sun Cui-
giok, maka dalam sekejap, Sin-hiong terpaksa merubah pikirannya,
yaitu walaupun wanita ini sepertinya sama dengan Sun Cui-giok,
tapi mungkin bukan satu orang?
Melihat wajahnya bengong sambil tertawa dingin wanita itu
berkata:
"Hemm.-. hemm... hanya begitu saja?"
Sambil berkata dia sudah melarikan kudanya jauh ke depan!
Dengan bengong Sin-hiong menatap bayangan belakangnya, lalu
berguman pada dirinya sendiri:
"Dia bukan Cui-giok? Dia bukan Cui-giok?"
Ketika terbengong bayangan Cui-giok sudah menghilang di
kegelapan malam!
Sekarang, dia jadi tidak tahu harus memikirkan apa, lebih lebih
tidak tahu apa yang harus dilakukan-nya? Dia ingin pergi, khawatir
Hui-lan kembali, ingin mengejar Cui-giok, tapi orang tidak
menggubris dia, ini membuat dia jadi kesulitan.
Dia bengong memandang air sungai, berpikir tapi tidak
menghasilkan apa-apa.
Waktu perlahan lewat, sekarang tampaknya sudah tengah
malam, mendadak, satu tiupan angin sungai menerpa wajahnya,
Sin-hiong merasa pikiran-nya jadi segar, di dalam hati berkata:
"Kenapa aku hanya berdiri saja disini, juga tidak berguna, adik
Lan sudah lama ditunggu tapi juga belum kembali, mungkin dia
mengalami sesuatu, seharusnya aku mencari dia baru betul."
Tapi,, masalah lain muncul, dunia sedemikian luasnya, kemana
dia mencari Hui-lan?
Sekarang dia memikirkan masalahnya dengan teliti, mendadak
terpikir olehnya:
Tadi aku pergi kesana untuk menyelidiki, tapi tidak menemukan
apa apa, sekarang aku menuju pada wanita itu saja, pertama bisa
menyelidiki Cui-giok, kedua juga bisa tahu siapa sebenarnya wanita
itu?
Setelah memutuskan, maka dia menunggang kudanya Hui-lan,
mengikuti arah perginya 'Cui-giok'.
Jalan ini berliku-liku seperti ular saja, tapi terus menelusuri sisi
sungai membentang ke barat, malam sudah larut, Sin-hiong tidak
ada semangat menikmati pemandangan sungai, dia memacu
kudanya dengan cepat, tidak lama dia sudah lari sejauh dua puluh li
lebih.
Sekitar jam tiga pagi, dia sudah sampai di Hong-cia, di dalam
hatinya berkata:
"Entah mereka ada di dalam tidak, kenapa aku tidak masuk ke
dalam saja?"
Tapi dipikir lagi olehnya, saat ini waktunya masih pagi, walaupun
dirinya masuk ke dalam, juga tidak bisa menanyakan orang!
Berpikir sampai disini, maka pelan-pelan berjalan di jalan raya,
jalan tidak jauh, mendadak melihat di depan juga ada dua orang
sedang perlahan jalan ke depannya!
Begitu Sin-hiong menelitinya, dia terkejut hampir saja melompat.
Ternyata salah satu diantara dua orang itu, adalah wanita yang
mirip dengan Cui-giok, penemuan dia ini seperti mendapatkan
pusaka saja, kedua kakinya segera menjepit perut kuda, memacu
kudanya mengejar.
Ketika jarak dengan kedua orang itu kurang lebih dua puluh
tombak, mendadak terdengar suara "Huut!", satu benda hitam
sudah melesat ke arah dia!
Sin-hiong terkejut, kedua jarinya segera bergerak menjepit benda
itu, setelah dilihat, ternyata adalah sisa paha ayam!
Hati Sin-hiong tanpa terasa sedikit tergetar!
Dia tahu sisa paha ayam ini datangnya dari salah satu di antara
dua orang itu, tapi jaraknya ada dua puluh tombak lebih, orang ini
selain langsung melempar kan juga tenaganya cukup kuat!
Sekarang Sin-hiong sudah punya alasan, tidak peduli siapa dua
orang itu, pelan dia menyentilkan kedua jarinya, sisa paha ayam itu
sudah dilemparkan kembali kepada orang itu.
Dua orang di depan itu masih tetap berjalan pelan-pelan, setelah
Sin-hiong melemparkan kembali sisa paha ayam itu, terlihat orang di
sebelah kiri membalikan tangan menangkapnya dan tertawa
berkata:
"Bagus, bagus, tidak percuma jadi muridnya Khu Ceng-hong?"
Sin-hiong kembali terkejut, di dalam hatinya berpikir:
;Orang ini bisa tahu sebutan guruku? Kalau begitu dia ini bukan
orang biasa?'
Siapa kira, baru saja dia berpikir, mendadak dia merasa dua jari
yang tadi menjepit sisa paha ayam terasa gatal-gatal, dalam sekejap
sudah meluas, Sin-hiong sadar telah tertipu, buru-buru dia menotok
titik saluran Kian-keng tangan kanannya, supaya gatal-gatal itu tidak
menjalar ke atas, tapi ternyata dia masih terlambat, tangan
kanannya pelan-pelan sudah jadi hitam!
Sin-hiong sangat terkejut, di dalam hati kata:
'Racun apa ini?'
Dia ingin mengangkat tangan kanannya, tapi lengan kanannya
saat ini sudah tidak bisa digerakan lagi, tangannya seperti tangan
orang lain yang dipasang di tubuhnya!
Sin-hiong pertama kali mengalami keadaan begini, saking
terkejut wajahnya berubah hebat!
Dia ingin mengejar orang itu, tapi melihat dari berbagai
gejalanya, orang ini bukan saja ilmu silatnya sangat tinggi,
walaupun sudah berhadapan, dia tidak tahu apakah bisa
menghadapinya, tidak?
Dia tahu dirinya telah terkena racun orang itu, dan racunnya
sangat ganas, jika dia tidak segera mengunci jalan darahnya,
mungkin saat ini sudah tergeletak mati di tanah.
Berpikir sampai disini, keringat dingin di punggung sudah
bercucuran.
Saat ini dua orang di depan itu sudah jauh, tinggal dua titik hitam
saja, Sin-hiong tidak sempat mengejar mereka, buru-buru turun dari
kuda, duduk bersila, mencoba menggunakan tenaga dalamnya
mengeluarkan racun itu.
Dia sudah tahu tindakannya sangat berbahaya, tapi jika tidak
bisa mengeluarkan racun, maka racunnya akan menjalar ke jantung,
melihat keadaan sekarang, dia sudah tidak peduli menjalar ke mana,
dia sendiri hanya punya satu jalan, mati!
Memang jika dia tidak bertindak begini pun, lalu bagaimana? Jika
membiarkan racun menyerang tangan kanannya, asalkan lewat
malam ini, mungkin seluruh tangannya akan tidak berguna lagi.
Sin-hiong berpikir-pikir, merasa keduanya sulit, waktu pelan-
pelan berjalan, di timur sudah tampak sedikit terang, dia sadar
sekarang dia tidak bisa berpikir banyak, melihat di sebelah kanan
ada rerumputan setinggi orang, di depan rerumputan ada satu
pohon besar menghadang, karena waktunya sempit, buru-buru dia
berjalan kesana.
Baru berjalan beberapa langkah, dia merasa kepalanya terasa
pusing sekali, dia tahu walaupun dirinya telah mengunci jalan darah,
tapi racunnya masih tetap menjalar terus, kelihayan racun ini bisa di
bayangkan.
Sin-hiong segera berjalan ke rerumputan itu, secepatnya
membuka jalan darahnya, lalu memusat-kan seluruh tenaga
dalamnya mendesak, terasa satu hawa panas mengalir di dalam
tubuh, tapi ada hal yang aneh terjadi, setelah dia mengerahkan
tenaga dalamnya mendesak agar racunnya keluar, racun itu
bergerak, tidak menjalar ke atas juga tidak ke bawah, malah
berdiam disana tidak bergerak.
Sin-hiong sedikit tersentak, di dalam hatinya berpikir:
'Jika menggunakan tenaga dalamnya saja tidak bisa mendesak
keluar racun itu, tinggal satu jalan lagi yaitu mati.’
Saat itu dia telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, di atas
kepalanya terlihat mengepul hawa panas, tapi racun di lengan
kanannya masih tidak bergerak keluar!
Maka Sin-hiong bukan saja terkejut, malah jadi ketakutan
karenanya.
Dia tidak menduga dirinya hanya menyentuh sisa paha ayam itu
sebentar, racunnya sudah menyerang sedemikian berat, jika
terjebak ke dalam jebakan yang sudah disiapkan orang itu, mana
mungkin masih bisa bernyawa?
Dalam sekejap, dia terpikir bagaimana jika dia menjadi cacad?
Pesan guru, dan masih banyak hal lainnya tidak akan bisa
dilaksanakan, berpikir sampai disini, tidak tahan dia mengeluh putus
asa.
Keluhannya membuat tenaga dalamnya mengendur, terasa
matanya menjadi gelap, dan akhirnya jadi pingsan.
Entah lewat berapa lama, Sin-hiong merasa sinar matahari
menusuk matanya, dia membuka mata mengusap-usap kepala dan
berguman sendiri:
'Apakah aku sudah mati atau masih hidup?"
Setelah berbicara, dia mencubit dirinya, merasa di tempat yang
dicubit sakit sekali, sadar dirinya masih hidup, tapi jelas-jelas tadi
dirinya telah terkena racun ganas, apakah racun itu bisa keluar
sendiri?
Sin-hiong lama berpikir tapi tidak mendapat jawaban, lalu bangkit
duduk, terlihat hari sudah sangat terang, waktunya sudah tidak
pagi, mendadak dia teringat kuda Hui-lan yang masih berada di
tengah jalan, maka berlari kesana!
Tapi baru saja dia bergerak, dia jadi terkejut kembali, dia
sepertinya merasa tubuhnya berbeda dengan dulu.
Dia merasa ada satu aliran hawa murni pelan-pelan menjalar ke
seluruh tubuh, lalu tubuhnya terasa sangat nyaman sekali. Dia
adalah orang yang belajar ilmu silat, tentu saja tahu ini adalah
akibat dari khasiat obat bergabung dengan tenaga dalam.
Saat itu buru-buru menghentikan gerakannya, bersuara "Heh!"
dan berkata:
'Heran, apakah ada orang yang mengambil kesempatan saat aku
pingsan, menggunakan tenaga dalamnya membantu aku
mengeluarkan racun itu?'
Semakin dipikir Sin-hiong semakin keheranan, dia berpikir lama
dan bengong, lalu berjalan ke sisi jalan, kuda Hui-lan itu sudah tidak
tampak, entah sudah pergi kemana.
Tidak tahan kembali dia tertegun, di dalam hati berkata:
'Aku tergeletak setengah harian, dan meninggalkan seekor kuda
disini, pejalan kaki yang lewat disini tentu mengira kuda itu tidak
bertuan, jadi sekalian dibawanya?'
Beruntung dia bisa menarik kembali nyawa-nya, saking
senangnya, dia jadi malas mencari kuda nya, dia teringat kejadian
kemarin malam maka memutuskan mencari orang itu untuk
membalas dendam.
Hong-cia tidak terlalu jauh, Sin-hiong sampai di kota itu, berjalan
dua putaran di jalan raya, dia mendapatkan sebuah penginapan,
baru saja mau memesan makanan, tapi dia merasa perutnya belum
lapar, tapi pelayan sudah datang dan bertanya:
"Tuan muda mau pesan apa?"
"Apa saja boleh?" kata Sin-hiong terpaksa.
Pelayan jadi bengong, dia mengulanginya:
"Apa saja boleh?"
Sin-hiong menganggukan kepala, pelayan itu sambil tertawa
pahit berkata:
"Siauya, rumah makan kami semuanya ada, justru tidak ada 'apa
saja boleh"
Sin-hiong sadar dia sedikit tidak lazim, maka dia sembarangan
memesan beberapa masakan, ketika sorot matanya tidak sengaja
menyapu, mendadak terlihat di satu sudut gelap di atas duduk
seorang tua berwajah hitam, yang paling aneh pada orang tua ini
adalah dia memakai pakaian berwarna-warni, bajunya bergaris
melintang lima warna merah kuning biru putih hitam!
Saat ini orang tua itupun sedang memandang Sin-hiong, tapi
wajahnya tampak tidak mengerti.
Sin-hiong merasa kenal orang ini, saat di ingat lagi, tidak tahan
dia jadi tergetar!
Orang tua itu sadar Sin-hiong sudah memperhatikannya, buru-
buru dia memalingkan kepalanya, tapi wajahnya jadi sedikit tidak
tenang, setelah makan sejenak, lalu buru-buru membayar rekening
dan berjalan keluar.
Sin-hiong mana mau melepaskannya, begitu orang tua itu pergi,
dia makan pun belum, dia langsung mengeluarkan lima liang perak
dan berteriak:
"Pelayan, ini buatmu, aku tidak jadi makan!"
Setelah berkata dia pun buru-buru pergi!
Pelayan itu setelah membelalakan matanya sejenak, baru
berguman:
'Orang aneh, orang aneh, tadi pesan "apa saja boleh', sekarang
tidak makan malah memberi uang sebanyak ini, sungguh orang
aneh, hi hi hi!'
Pelayan ini seperti kejatuhan harta dari langit, saat kata-katanya
habis, Sin-hiong sudah keluar ke mulut jalan mengikuti orang tua
itu.
Orang tua itu menundukan kepala berjalan cepat, Sin-hiong
menempel terus mengejar dari belakang, tidak lama kemudian,
kedua orang itu sudah berturut-turut keluar pintu gerbang kota.
Kira-kira sudah meninggalkan kota kabupaten lima enam li, saat
ini di sekeliling sudah tidak ada orang, orang tua itu mendadak
menghentikan langkahnya dengan dingin berteriak:
"Hei bocah, ada masalah apa)- kenapa selalu mengikutiku?"
Sin-hiong tertawa dingindanberkata:
"Kau berjalan di jalan sendiri, aku lewat jembatan sendiri, kenapa
tidak boleh!"
Orang tua itu membelalakan sepasang mata dan berkata:
"Kau pandai bicara, hemm... hmm..., tapi mungkin jembatan itu
tidak mudah dilewati?"
Kata-kata ini sepertinya mengandung makna dalam, Sin-hiong
teringat kejadian tadi malam, hatinya dari tadi dipenuhi amarah dan
berteriak:
"Tidak mudah dilewati lalu kenapa?"
Kelihatannya dia sengaja mau mencari gara-gara pada orang tua
di depan mata ini, ketika tadi Sin-hiong mengikutinya dari belakang,
semakin dilihat bayangan belakang orang tua ini semakin mirip
dengan orang kemarin malam, jika bukan karena tadi terlalu banyak
orang, mungkin sudah dari tadi dia bertindak.
Orang tua itu mendengus dingin, pelan-pelan berjalan balik
kembali, lalu meloncat keatas, telapak tangannya datang
menyerang sambil teriak:
"Kalau begitu kau coba ini!"
Sin-hiong sudah siap dari tadi, orang tua itu memukulkan telapak
tangannya, buru-buru meng-hindar dan berteriak:
"Tunggu, aku masih ada perkataan yang mau disampaikan?"
Orang tua itu menarik pukulannya dengan marah berkata:
"Kau masih punya pesan wasiat apa?"
Sin-hiong tertawa dingin dan berkata:
"Kau jangan sombong dulu, aku tanya, apakah kau ini Ngo-ki-
thian-cun Tonghong Ki?"
Wajah orang tua itu jadi serius dengan sombong berkata:
"Kau tahu namaku juga!"
Sin-hiong diam-diam menarik nafas, di dalam harinya berpikir jika
dia adalah Ngo-ki-thian-cun, maka wanita yang kemarin malam
bersama dia tidak salah lagi pasti Cui-giok, saat itu berkata:
"Aku masih ada satu pertanyaan, kau menggunakan cara apa
membuat wanita yang kemarin malam bersamamu jadi lupa
ingatan, apa kau tidak tahu dia adalah temanku?"
Ngo-ki-thian-cun mendengus dan berkata:
"Kau terlalu banyak omong?"
Setelah berkata, kembali telapak tangannya menghantam!
Sin-hiong jadi marah sekali:
"Ssst!" dia menusukan pedangnya, menyerang untuk bertahan,
menusuk jalan darah Hwan-sui Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun tertawa dingin, dia memutar telapak tangannya,
menangkis pedang pusaka Sin-hiong ke samping, sambil tertawa
berkata:
"Aku ada urusan penting, kau malah menghadang aku, sekarang
jangan salahkan aku!"
Telapak tangan kirinya tidak menganggur, ketika telapak tangan
kanan dia menangkis pedang pusaka Sin-hiong, lima jari tangan
kirinya tsedikit ditekuk mencengkram ke arah dada Sin-hiong!
Sin-hiong terkejut, sejak dia turun dari gunung, belum pernah
ada orang yang bisa dalam satu jurus menangkis pedangnya
dengan berani, dia memiring-kan tubuhnya, lalu menggetarkan
pergelangan tangannya kembali menusukan pedangnya dua kali!
Tapi baru saja jurusnya dilancarkan, Ngo-ki-thian-cun seperti
sudah tahu gerakannya, dia membalikkan tangan kanannya,
kembali menangkis pedang pusakanya Sin-hiong! ?
Sin-hiong tergetar, dia tidak menduga gerakan lawannya secepat
ini, dalam sekejap mata dia sudah dua kali melakukan perubahan,
tapi, Ngo-ki-thian-cun seperti lebih cepat dari pada dia!
Baru saja Sin-hiong mau menabahkan lagi, Ngo-ki-thian-cun
sudah mendahului dia bergerak, Sin-hiong berturut-turut menyerang
lima enam jurus, tapi setiap jurus selalu didahului oleh Ngo-ki-thian-
cun.
Sin-hiong tidak tahan jadi amat terkejut!
Tapi sejak lahir dia sudah bersifat pantang menyerah, lawan
terlalu tangguh, semangat juang dia juga seperti jadi bertambah,
saat ini mendadak dia jadi bersemangat, jurus hebat Kim-kau-po-
kiam nya tidak berhentinya dilancarkan, terlihat kilatan sinar perak
seperti hujan menebar ke bawah, dalam sekejap mata sudah
mengembalikan keadaan menjadi di atas angin kembali!
Wajah Ngo-ki-thian-cun berubah dia berteriak:
"Khu Ceng-hong mempunyai murid seperti ini, sungguh diluar
dugaanku!"
Setelah menyerang dengan telapak tangannya, mendadak dari
pinggangnya, dia mengeluarkan satu tameng tembaga, di atas
tameng tembaga itu tampak ada lima daun pohon, juga dibagi jadi
lima warna, dia menyabetkan tamengnya dan berkata lagi:
"Jika kau bisa menahan lima jurusku, maka hari ini aku akan
mengampunimu!"
Sabetan dia ini selain cepat juga sadis, di dalam kilatan sinar
kuning, sekejap mata sudah tiba di depan wajah Sin-hiong kurang
lebih lima cuil.
Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir, 'Ngo-ki-thian-cun ini
sungguh tidak percuma nama-nya bisa menggemparkan dunia, saat
itu dia merubah jurus pedangnya, menyerang dengan jurus Long-
yang-ban-li (Ombak mendorong selaksa li), sinar perak bergulung-
gulung, laksana ombak di lautan datang menyapu!
"Kek kek kek!" Ngo-ki-thian-cun sambil tertawa berkata, "Jurus
ini cukup bagus, coba terima jurus kedua ku!"
Tameng tembaga ditebaskan, terdengar satu suara "Weet!",
senjata di tangannya seperti dilempar-kan dari tangannya, menebas
ke bawah ke arah gulungan sinar perak pedang Sin-hiong.
Serangan Sin-hiong selain telah melindungi dirinya, juga
menyerang tiga puluh enam titik jalan darah Ngo-ki-thian-cun,
ketika ujung pedang sudah menyentuh bajunya, tidak di duga jurus
kedua Ngo-ki-thian-cun sudah di keluarkan.
Jurus Ngo-ki-thian-cun ini bisa dikatakan sangat aneh, tebasan
tameng tembaganya telah menutup ke arah Sin-hiong Sin-hiong bisa
saja melukai dia, tapi sekarang malah berubah jadi harus
menghindari dia!
Sin-hiong terpaksa menarik tangan merubah jurusnya, kakinya
berputar, orangnya 'sudah mundur setengah langkah kebelakang,
menunggu jurus Ngo-ki-thian-cun sudah selesai, secepat kilat
menyabetkan satu jurus Beng-teng-kui-lu (Nama dicatat setan
terdaftar)!
Jurus ini dengan cepat memotong pergelangan Ngo-ki-thian-cun,
terpaksa Ngo-ki-thian-cun menarik pergelangan tangannya, Sin-
hiong terus maju ke depan dan berteriak:
"Silahkan menghadapi jurus ketigaku!"
Dia memutar pedang pusakanya, ujung pedang membentuk
lingkaran besar, mengurung seluruh tubuh Ngo-ki-thian-cun.
Ngo-ki-thian-cun memutar tameng tembaga nya dan berteriak:
"Memang apa hebatnya jurus ketigamu?"
Sin-hiongtertawadingin,menungguNgo-ki-thian-cun
menyapukan tameng tembaganya, jurus pedangnya berubah lagi,
pedangnya mendongkel ke sisi, dengan bangganya berkata:
"Lihat jurus ke empatku ?"
Kedua jurus dia semuanya mendahului lawan, dan semuanya
menyerang titik penting di rubuhNgo-ki-thian-cun, Ngo-ki-thian-cun
tergetar, seumur hidup-nya tidak pernah mengalami kejadian seperti
ini, sekali berteriak, sekuatnya dia menyerang dua jurus!
Sin-hiong tertawa lalu berkata:
"Jurus kelima sudah habis, sekarang seharus-nya jurus keenam!"
Saat berkata kembali dia menyerang dua jurus, kehebatan
serangannya, sampai dia sendiri pun merasa heran!
Kelihatan jurus dia di belakang jurus Ngo-ki-thian-cun, tapi
setelah kedua jurus itu dilancarkan, malah jurusnya sampai lebih
dulu pada Ngo-ki-thian-cun, Ngo-ki-thian-cun jelas sangat terkejut,
Sin-hiong sendiri pun merasa tidak percaya!
Dia tidak tahu kenapa bisa terjadi hal ini, yang Lebih
mengejutkan lagi adalah, semakin dia bertarung semangatnya
semakin naik, tenaga dalamnya menye-bar ke seluruh tubuh,
kelincahan gerakannya, belum pernah dia rasakan selama hidupnya.
Saat ini bukan saja sudah lewat lima jurus, jurus ke enam, jurus
ke tujuh, jurus ke delapan juga sudah lewat, Ngo-ki-thian-cun bukan
saja tidak bisa mengambil keuntungan, saat menyerang malah
sering kalah selangkah oleh Sin-hiong!
Hati Ngo-ki-thian-cun diam-diam tergetar, di dalam hatinya
berpikir:
'Kehebatan ilmu silat orang ini, tampaknya di atas Khu Ceng-
hong dulu, jika aku tidak mengeluar-kan jurus membunuh, tidak
mungkin bisa mengalah-kan dia.
Setelah berpikir, dia memaksakan menyerang satu jurus, lalu
mundur ke belakang, begitu mengibas-kan lengan bajunya yang
besar, segumpal asap kuning sudah menebar keluar.
Sin-hiong sudah ada pengalaman kemarin malam, tahu di dalam
asap pasti ada apa-apanya, mendadak dia meloncat ke belakang,
tapi begitu dia meloncat malah dia mundur sejauh lima enam belas
tombak.
Dia kembali tertegun, pada saat ini terdengar Ngo-ki-thian-cun
berteriak:
"Permisi!" tahu-tahu dia sudah berlari ke atas puncak!
Sin-hiong masih tertegun keheranan karena gerakannya.
Dua hari terakhir ini, timbul dua hal yang terjadi padanya, satu
adalah racun di dalam tubuhnya mendadak menghilang satu hal
lainnya adalah tenaga dalam dia mendadak maju pesat.
Saat ini Ngo-ki-thian-cun sudah berlari sejauh lima enam puluh
tombak,tiba-tibaSin-hiongterpikirharusmenanyakan
keberadaannya Cui-giok sekarang, maka dia membentak, langsung
mengejar keatas!
Kali ini dia mengerahkan seluruh tenaganya, kecepatan
gerakannya seperti kilat menyambar, walaupun Ngo-ki-thian-cun
sudah berlari dulu, tapi tidak sampai satu jam, Sin-hiong sudah
meloncat melewati kepalanya!
Ngo-ki-thian-cun merasa marah berkata:
"Kau benar-benar ingin mencari mati?"
"Cepat kembalikan orangnya!" kata Sin-hiong tawar
"Kau ini sebenarnya mau minta siapa padaku?"
"Di depanku, kau tidak perlu berpura-pura, jika tidak, aku
sekalian akan memperhitungkan masalah paha ayam yang kemarin
malam."
Ngo-ki-thian-cun tergerak, berkata dingin:
"Jika kau terus memaksa, jangan salahkan aku nanti!"
Dia menjentikan sepuluh jarinya, satu asap merah sudah
menerjang ke arah wajah Sin-hiong!
Tonghong Ki bisa dijuluki Ngo-ki-thian-cun, selain karena dia
tinggal di puncak Ngo-ki di pulau Giok-sik (Batu giok), yaitu
sepanjang hidupnya dia suka memakai benda yang warnanya
berbeda-beda, seperti baju yang dipakainya, senjatanya, sampai
racun yang digunakannya juga demikian.
Racun yang dia pakai juga dibagi dalam lima warna, merah
kuning biru putih hitam, jika dibagi dengan tingkatan, warna merah
paling lihay, kemarin malam dia melemparkan sisa paha ayam, Sin-
hiong hanya menyentuh sedikit, hampir saja nyawanya melayang,
itu karena dia telah menjentikan bubuk merah di dalam kukunya.
Sin-hiong pun sadar kehebatan racunnya, buru-buru dia
memiringkan tubuhnya, Ngo-ki-thian-cun mendengus dan berkata:
"Kau mau lari kemana!"
Tameng tembaga di tangannya langsung menyapu ke bawah!
Sekarang, dalam hal ilmu silat Sin-hiong tidak takut padanya,
hanya terhadap kelihayan racunnya, Sin-hiong terpaksa harus
waspada sehingga ilmu silatnya jadi tidak bisa berkembang.
Sin-hiong tidak berani terlalu dekat, secepat kilat dia berputar ke
belakang tubuh Ngo-ki-thian-cun, dengan ganas menusukan pedang
pusakanya ke arah titik 'Leng-tai-hiat' Ngo-ki-thian-cun!
Tameng tembaga Ngo-ki-thian-cun men-dongkel ke belakang,
terdengar satu suara nyaring Tung!" bunga api berpijar, Tonghong
Ki tergetar oleh tenaga dalam Sin-hiong hingga bergoyang dua kali,
tapi Sin-hiong sedikit pun tidak bergeming!
Tonghong Ki terkejut, dia tidak menduga Sin-hiong yang begini
muda, tenaga dalamnya sudah sehebat ini?
Sin-hiong sendiripun jadi tertegun, dalam bentrokan tadi,
walaupun sepasang lengannya terasa tergetar sampai sesemutan,
tapi dia tahu, jika dulu. paling sedikit diapun akan terhentak mundur
satu kaki lebih!
Kedua belah pihak sama-sama tertegun, Ngo-ki-thian-cun
mendadak berteriak, dia berusaha merebut penyerangan, maka dia
mengibaskan lengan bajunya, satu asap kuning kembali menyembur
keluar!
Sin-hiong terkejut, sekali menghentakan kaki, dia kembali
terbang ke atas, dalam sekejap kembali berada di atas angin,
pedangnya disabetkan, memaksa Ngo-ki-thian-cun tidak bisa
bergerak!
Kedua orang bertarung dari bawah gunung sampai ke atas
gunung, dari siang bertarung sampai petang hari, selalu berusaha
merebut di atas angin, walaupun tenaga dalam Sin-hiong lebih
unggul sedikit, tapi dia harus waspada terhadap racunnya Ngo-ki-
thian-cun, maka kedua orang itu sudah bertarung setengah harian,
tapi masih saja tidak bisa menaklukan lawannya.
Di tempatini keadaan lapangan sangat berbahaya, pelan-pelan
kedua orang itu sudah ber-tarung sampai di sisi jurang!
Dari sini bisa melihat Tiang-kang seperti sungai kecil sedang
mengalir, tapi di bawah kaki batu cadas berserakan, jika tidak hati-
hati sampai jatuh ke bawah, dewa pun jangan harap bisa hidup.
Hari semakin gelap, yang rugi tentu saja Sin-hiong, sebab kalau
dia sedikit kurang hati hati, maka kemungkinan besar dia bisa
terkena racunnya Ngo-ki-thian-cun, karena di malam hari
keadaannya gelap, sulit melihat racunnya!
Saat ini kedua orang saling menatap, Tonghong Ki melihat langit
dengan dingin berkata:
"Tempat ini bagus juga, begitu jatuh ke bawah tidak perlu repot
mengubur mayatnya!"
Sin-hiong mendengus dan berkata:
"Kecuali kau mengembalikan nona Sun padaku, jika tidak, kau
jangan harap bisa bebas!"
MendadakNgo-ki-thian-cunmajuselangkah,tameng
tembaganya dikebutkan melintang jari kirinya menyentil, sejalur
serbuk merah sudah keluar, melesat ke arah Sin-hiong!
Saat ini Sin-hiong berdiri berlawanan dengan arah angin, jika dia
kembali berputar ke belakang tubuh Ngo-ki-thian-cun, tepat masuk
perangkap dia, jika dia mundur, jurang di belakangnya hanya
berjarak lima enam tombak, tapi jentikan racun Ngo-ki-thian-cun
selalu mencapai jarak dua tiga tombak, walaupun Sin-hiong mau
mundur, juga hanya bisa mundur sekali, saat itu jika Ngo-ki-thian-
cun menyerang lagi dengan racunnya, maka dia hanya bisa
meloncat ke bawah!
Dalam sekejap ini Sin-hiong berpikir, dua jurus hebat Ngo-ki-
thian-cun sudah hampir mengenai sasaran!
Sin-hiong tergetar, buru-buru menyabetkan pedang pusakanya,
telapak tangan kirinya disapukan, terdengar "Huut!" angin
pukulannya sudah menyapu ke arah asap merah itu!
Dalam keadaan berbahaya ini, Sin-hiong melancarkan dua
serangan dengan menggunakan seluruh tenaganya, bagaimana
kekuatannya, mungkin dia sendiri pun tidak tahu?
Ngo-ki-thian-cun yang berhasil mendesak Sin-hiong mundur ke
belakang, ketika Sin-hiong sudah mundur ke tepi jurang, dia baru
melakukan serangan dahsyat, tapi tidak diduga saat ini Sin-hiong
sudah mengerahkan seluruh tenaganya menyerang dua jurus!
Dua jurus ini Sin-hiong sungguh sangat dahsyat, hawa pedang
laksana pelangi, angin pukulan yang keluar dari telapaknya hampir
bisa menghancur-kan batu.
Wajah Ngo-ki-thian-cun tergerak, dia tidak berani menangkis
serangan Sin-hiong ini, terpaksa dia memutar tubuh, tameng
tembaga mendadak men-dongkel ke atas, kembali terdengar suara
"Paak!", tapi Ngo-ki-thian-cun mengikuti bentrokan itu meloncat
mundur!
Mata Sin-hiong menyorot sinar dengan dingin berkata:
"Kau masih ada kemampuan apa lagi, silahkan keluarkan semua!"
Ngo-ki-thian-cun menarik nafas panjang, dalam hati berkata:
'Bocah ini ilmu silatnya tidak ada tandingan, tidak heran sampai
tiga tetua Siauw-lim, Ang-hoa-kui-bo dan kawan-kawan juga bukan
lawannya!"
Sekarang Sin-hiong sedang mengawasi dia, Ngo-ki-thian-cun
memutar otaknya, tapi bagaimana pun dia tidak bisa memikirkan
sebuah cara untuk bisa lolos dari Sin-hiong.
Bulan sudah keluar dari ufuk timur, gunung amat hening, Ngo-ki-
thian-cun melihat ke sekeliling, mengangkat tameng tembaganya,
baru saja mau menghantam, tiba-tiba di dalam gunung terdengar
suara nyaring berteriak:
"Guru, anda sedang bertarung dengan siapa?"
Setelah suaranya hilang orangnya muncul, dari lereng gunung
meloncat keluar satu bayangan langsing yang lincah!
Sin-hiong yang melihat, tidak tahan berteriak:
"Nona Sun, nona Sun, kenapa kau memanggil orang ini guru?"
Ternyata orang yang muncul adalah wanita yang kemarin
bertemu dengan Sin-hiong, terlihat saat ini dia memakai baju putih,
berambut panjang terlepas ke bahunya, di bawah sinar bulan yang
redup tampak semakin cantik saja.
Wanita melototi Sin-hiong dengan marah berkata:
"Ternyata kau lagi orang gila?"
Sin-hiong tergetar dan berteriak:
"Nona Sun, kenapa kau sampai akupun tidak kenal?"
Wanita itu dengan bencinya berkata:
"Kau bicara dengan siapa? Hemm... hemm... siapa nona Sun mu
itu?"
Perkataan wanita ini, tidak jauh berbeda dengan kemarin malam,
jika dia benar Cui-giok, bagaimana pun harus mengenalnya.
Tapi, setelah Sin-hiong bertemu dengan wanita ini, dia tidak
alasan untuk tidak memanggHl dia Cui-giok, sebab wajah kedua
orang ini selain serupa, sampai suara bicaranya juga sama.
Dari kemarin sampai sekarang Sin-hiong sudah bertemu dengan
dia dua kali, walau dia tidak mau mengakuinya, tapi Sin-hiong terus
menempel dia, tidak mau melepaskannya, sebenarnya demi Cui-giok
dia sampai meninggalkan rumah, apa lagi, terhadap
Ho Koan-beng, Sin-hiong sekarang masih merasa sedikit
bersalah!
Wanita itu pelan-pelan berjalan ke sisi Ngo-ki-thian-cun dan
berkata:
"Guru, biar murid yang menghajar orang sombong ini!"
Mendengar ini, Sin-hiong seperti disambar geledek, dengan sedih
dia memasukan pedangnya, sambil menundukarn kepala berjalan
turun ke bawah gunung!
Dia tidak bisa berpikir bagaimana Cui-giok bisa berkata begini,
dia merasa hati dan jerih payahnya digambar di atas kertas putih,
sungguh seorang yang paling tolol di dunia ini, maka ketika dia
berjalan ke bawah gunung kedua kaki yang menginjak ke tanah
masih mengeluarkan suara yang berat.
Sin-hiong berjalan dengan berat beberapa langkah, mendadak di
belakang rubuhnya ada angin berhembus, dia segera meloncat
menghindar ke pinggir jalan, begitu melihat, ternyata wanita itu
telah menusukan pedang padanya!
"Kau mau apa?" tanya Sin-hiong tertegun.
Wanita itu mengangkat alisnya dengan dingin berkata:
"Kenapa kau naik ke gunung kami tanpa ada alasan?"
Wajah Sin-hiong terlihat menjadi aneh, sekarang dia harus
percaya wanita di depan mata ini bukan Cui-giok.
Perkataan wanita ini sangat jelas, jika mengata-kan dia telah
ditipu orang atau telah memakan obat yang membuat dia jadi lupa
siapa dirinya, mungkin bicaranya dan gerakannya, pasti tidak akan
seyakin ini.
Sin-hiong merasa putus asa dengan menyesal berkata:
"Sejak kemarin malam aku telah salah paham terhadap nona,
mohon nona memaafkannya!"
Dia tidak mengatakan alasannya, selesai bicara, lalu membalikan
kepala meneruskan jalannya.
Tapi baru saja dia berjalan tidak sampai dua tombak, kembali
satu hawa dingin pedang menyerangnya.
Sin-hiong tahu ini adalah perbuatan wanita tadi, tidak tahan
wajahnya jadi berubah, dia membalik-kan tangan mencengkram
dengan dingin berkata:
"Aku sudah meminta maaf, apakah nona masih tidak mau
menerimanya?"
Cengkeraman dia sangat cepat, wanita itu tidak menduganya,
hampir saja tertangkap oleh dia, Ngo-ki-thian-cun berteriak:
"Anak Giok, kau bukan lawan dia?"
Setelah berkata secepat kilat dia meloncat ke depan, begitu
menjulurkan tangan, tameng tembaga-nya menyapu ke arah
pinggang, Sin-hiong meng-hindar dan menarik tangannya kembali
sambil tertawa berkata:
"Aku tidak mencari perkara denga'n kalian lagi, itu sudah
keberuntungan kalian, apa kalian malah ingin menghad angku?"
Saat Sin-hiong menarik tangannya dia sudah meloncat dan
langsung meninggalkan.
Wanita itu sudah menyerang dua jurus tapi tidak berhasil
menghadang Sin-hiong, tidak tahan dia menghentakan kakinya
dengan marah berkata:
"Aku tidak percaya kau bisa turun gunung?"
Dia tidak mendengar nasihat Ngo-ki-thian-cun, dia kembali
mengejarnya.
Wajah Ngo-ki-thian-cun tergerak, dia seperti-nya khawatir
sesuatu, diapun mengikuti wanita itu mengejar ke bawah.
Sin-hiong sudah berlari di depan, seharusnya wanita itu tidak
akan bisa mengejarnya, tapi saat ini dia sedang banyak pikiran,
makanya gerakan kakinya sedikit lamban, baru saja berlari sepuluh
tombak lebih, wanita itu sudah berhasil menghadang di depan.
Sin-hiong melototkan sepasang matanya, hati-nya jadi panas,
tapi saat matanya bersentuhan dengan sorot mata wanita itu, tidak
tahan hatinya jadi tidak tega.
Sebab wanita ini terlalu mirip dengan Cui-giok, maka dalam
pikirannya selalu memandang dia sebagai Cui-giok, saat berhadap-
hadapan dengan wanita itu, dalam hati dia diam-diam berteriak:
"Nona Sun, kau sudah berubah!"
Tapi, wanita di depan matanya ini merasa asing pada dia, malah
menganggap dia sebagai musuh nya, setelah menghadangnya
kembali dengan dingin berkata:
"Hemm... hemm... kau mau pergi, jangan harap?"
Kata-katanya sangat dingin menusuk telinga, Sin-hiong menarik
kembali pikirannya, kenyataan di depan mata, membuat tubuhnya
bergetar, dengan emosi dia berkata:
"Nona, jika aku mau pergi, walaupun raja langit tidak akan bisa
menghadangku!"
Wajah wanita itu jadi serius, lalu menusukan pedangnya sambil
tertawa dingin katanya:
"Mungkin juga tidak!"
Sin-hiong selalu mengalah pada dia, tapi wanita itu malah terus
mendesaknya, dia ini masih berdarah remaja, saat inipun dia tidak
tahan menjadi marah, sambil memutar tangannya dengan marah
berkata:
"Kalau kau tidak percaya boleh mencobanya!"
Baru saja wanita itu menusukan pedangnya, tidak menduga
ditangkis oleh tangan Sin-hiong, tusukan nya jadi melenceng, baru
saja mau merubah jurusnya, Sin-hiong sudah menyentilkan jarinya,
dengan sombongnya berkata:
"Lepas!"
Wanita itu merasa ada angin dingin menyerang pergelangan
tangannya, jangan kata sudah tidak keburu merubah jurus,
walaupun ingin menarik kembali tangannya pun sudah terlambat,
tidak tahan dia jadi terkejut sekali!
Saat sekejap itu, lima jari Sin-hiong sudah datang menyerang,
jika wanita itu tidak melepaskan pedang dan mundur ke belakang,
lengan mulusnya pasti akan putus dijepit oleh Sin-hiong.
Sebenarnya jarak Ngo-ki-thian-cun tidak terlalu jauh dari Sin-
hiong, dia bisa saja maju membantu wanita itu, tapi anehnya, saat
ini dia berdiri diarn tidak bergerak!
Sin-hiong merasa ini di luar dugaan, tiba-tiba dia merubah
jurusnya, menyentil dengan pelan pedang wanita itu, terdengar
suara "Paak!" pedangnya sudah disentil Sin-hiong terbang ke udara!
Wajah wanita itu berubah hebat, dia sadar jika Sin-hiong tadi
berniat melukai dia, lengan dia sudah putus dari tadi.
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Maaf!"
Dia membalikan rubuh, melihat Ngo-ki-thian-cun sedang
bengong menatap dirinya, dan teringat kejadian tadi, di dalam
hatinya berpikir:
"Orang ini aneh sekali, dia lebih suka muridnya terluka, sedikit
pun tidak mau maju membantu!"
Sin-hiong hanya melirik mereka sebentar, lalu kembali
meneruskan jalannya.
Di dalam hatinyaa banyak masalah, sambil berjalan sambil
memikirkan, tapi saat dia tidak bisa memecahkan masalahnya, maka
jalannya semakin lama semakin cepat.
Turun ke bawah gunung, malam sudah larut, tapi pikirannya
malah lebih berat dari pada gelapnya malam.
Otak Sin-hiong penuh oleh persoalan, berpikir ke sana-kemari,
tapi tetap tidak bisa memecahkannya, ketika masuk ke satu hutan,
di depan mata jadi gelap gulita, dia masih berjalan terus,
mendadak, di atas kepala terdengar sebuah teriakan aneh "Hiuut!"
Sin-hiong segera menghentikan langkahnya dan berteriak:
"Siapa?"
Baru saja selesai berkata, diatas terdengai Huut!" segumpal
bayangan hitam sudah menerjang kearahnya!
Sin-hiong buru-buru menghindar, begiti melihat seorang tua yang
wajahnya sangat buruk sudah berdiri di depannya!
Orang tua ini bukan saja wajahnya sangat buruk, perawakannya
juga pendek dan gemuk, keli! itannya seperti bola daging saja, Sin-
hiong tergetar dan bertanya:
"Siapa Tuan?"
Dua sorot mata orang tua itu laksana pisau tajam menyapu
wajah Sin-hiong:
"Kek kek kek!" dia tertawa dan berkata. "Kau tidak tahu siapa
aku?"
Setelah berkata, tubuh gemuknya bergerak sekali dan berkata
lagi:
"Kali ini aku menangkap bangsat kecil yang mencuri barang!"
Sekelebat dia langsung maju menyerang!
Jangan di lihat tubuhnya pendek gemuk, tapi ternyata
gerakannya lincah sekali, baru saja selesai bicara, angin pukulan
dari telapak tangannya sudah datang menyerang!
Diam-diam Sin-hiong terkejut, di dalam hati-nya berpikir:
'Bukankah ini hal yang aneh lagi? Kenapa dalam dua hari ini aku
selalu bertemu dengan masalah yang tidak ada ujung pangkalnya,
dan sekarang ada lagi yang memanggil aku bangsat kecil pencuri
barang!"
Masih berpikir, telapak tangannya menyerang balik.
Tadinya orang tua itu tidak berniat mengadu keras lawan keras,
melihat Sin-hiong menyerang dengan sebelah tangan, maka dia
berteriak:
"Bagus!"
Tangannya sudah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya,
hingga menimbulkan angin keras, baju Sin-hiong pun jadi
mengembang.
Melihat dia mau bertarung mengadu nyawa, di dalam hati Sin-
hiong merasa sangat tidak mengerti, dia menghentakan kakinya di
tanah, orangnya sudah meloncat ke atas udara, lalu turun di
belakang orang tua itu.
Orang tua itu terkejut, karena dia menyerang dengan tenaga
penuh, sulit menghentikan gerakannya, terdengar "Paak paak!" dua
suara keras, dua pohon besar di depan sudah patah terkena sapuan
angin pukulannya.
"Wah besar sekali tenaganya, sayang di hutan tidak ada
macannya?" teriak Sin-hiong.
Setelah serangan telapak tangan orang tua itu gagal, malah
disindir oleh Sin-hiong, dia jadi semakin marah, lalu membalikan
tubuh, langsung menyapukan dua telapak tangannya!
Sin-hiong tidak menangkisnya, dia hanya meloncat mundur
sepuluh tombak lebih!
Mata orang tua itu jadi membelalak besar:
"Tidak jelek, tidak jelek, tidak heran berani mencuri barang
teman lamaku!"
Sin-hiong mengerutkan alis dan bertanya:
"Siapa yang telah mencuri barang teman lama kau? Kau salah
melihat orang?"
Orang tua itu marah sekali, berkata:
"Hemm... hemm... aku bisa salah lihat? Mungkin kau salah
mencuri?"
Setelah berkata, dia kembali mendesak satu langkah demi satu
langkah.
Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir:
"Apakah dua hari terakhir ini sudah muncul mahluk aneh? Aku
sudah salah mengira wanita itu adalah Sun Cui-giok, orang tua ini
malah bersikeras menuduh aku telah mencuri barang teman
lamanya, sungguh aneh sekali?'
Orang tua itu terus maju sedikit pun tidak berhenti, lalu
menyerang dengan telapak tangannya!
Sin-hiong segera berputar ke belakang tubuh-nya, dengan ringan
membalas serangan dengan telapak tangan sambil berkata:
"Coba kau katakan, barang apa yang telah dicuri aku?"
Setelah berturut-turut menyerang tiga jurus, dan ketiga jurusnya
gagal, didalam hati orang tua itu tentu saja terkejut, tapi dia karena
sifatnya aneh, di dalam hatinya berkata:
"Aku bukan lawanmu, tentu saja aku tidak pantas meminta
kembali barang teman lamaku, rnaka dia berkata:
"Mau bicara apa lagi? Coba kau sebutkan namamu?"
Demi membersihkan dirinya, tanpa Sungkan Sin-Hi ng berkata
"Maaf, aku Sen Sin-hiong, kau salah melihat orang?"
Mendengar ini, orang tua itu lalu berguman:
"Sen Sin-hiong, Sen Sin-hiong, nama ini seperti pernah
mendengar dari orang!"
Sambil bicara dia berjalan kembali ke jalan yang tadi dia datang,
tidak mempedulikan Sin-hiong lagi!
Sin-hiong keheranan, hatinya mendadak hati-nya tergerak dan
berteriak:
"Tunggu, kau sudah menanyakan namaku, maka mohon kau
juga sebutkan namamu baru pergi!"
Orang tua itu tidak mempedulikannya, mulut-nya terus membaca
'Sen Sin-hiong' tiga huruf itu, ketika dia jalan sudah lebih dari
sepuluh tombak, baru membalikan kepala dan berkata:
"Aku Yu Hoa, kau mau apa?"
Mendengar ini, Sin-hiong jadi teringat di saat dia belajar silat
pada gurunya di gunung, gurunya pernah menyebut nama orang ini,
tidak disangka bisa bertemu dia disini, maka dengan keras berkata:
"Orang tua jalan pelan-pelan, nanti aku sebutkan satu orang
apakah kau mengenalnya?"
Yu Hoa menghentikan langkah, berkata marah:
"Seorang pencuri, mana bisa menanyakan seorang baik-baik?"
Sin-hiong tersenyum dan berkata: "Ada seseorang yang dijuluki
Liong-koan-hong, marga orang ini Khu, apakah kau kenal dia?"
Yu Hoa membelalakkan sepasang matanya besar-besar dan
menjawab:
"Dia adalah teman lamaku, gitar kuno di tanganmu apakah dicuri
darinya? Sekarang juga aku akan pergi ke gunung Hwan-keng untuk
memberi-tahukan pada dia, gitar kunonya sudah dicuri orang?"
Sin-hiong buru-buru menghampirinya, membungkuk memberi
hormat sambil berkata:
"Liong-koan-hong adalah guruku, maaf tadi Boanpwee telah
berlaku tidak sopan, mohon Lo-cianpwee bisa memaafkan!"
Mendengar ini, Yu Hoa tidak tahan meloncat keatas dan
berteriak:
"Hayaa, ternyata kau ini murid kesayangan-nya, tidak heran ilmu
silatnya lebih tinggi dari padaku, kau panggil saja aku kakak!"
Setelah berkata, memberi hormat pada Sin-hiong. Sin-hiong
terkejut, buru-buru berkata:
"Lo-cianpwee, bagaimana boleh!"
Yu Hoa menegakan tubuhnya dan berteriak:
"Kenapa tidak boleh, usiaku lebih tua darimu, kau panggil saja
aku Yu-toako!"
Bagaimanapun Sin-hiong tidak berani menurutinya, tapi sifat Yu
Hoa lebih aneh dari pada Sin-hicng, Sin-hiong tidak bisa
mendebatnya, terpaksa memanggilnya Toako!
Yu Hoa sangat senang, dia menunjuk Sin-hiong dan berkata
pelan:
"Adik Sen, kali ini kau turun gunung apakah untuk membalaskan
dendam Khu-toako?"
Sin-hiong menganggukan kepala, wajah Yu Hoa tampak cerah,
sambil menepuk dada, berkata:
"Ada Toako disini, Bu-tong-san tidak jauh dari sini, sekarang mari
kita cari para tosu brengsek itu!"
-oo0dw0oo-
Sin-hiong menggelengkan kepala: "Aku sudah pergi kesana!"
"Bagaimana? kukira para tosu brengsek itu pasti bukan
lawanmu?" kata Yu Hoa tidak sabar.
Sin-hiong terpaksa menceritakan keadaan di Bu-tong, Yu Hoa
mundur kebelakang dan berteriak:
"Thian-ho-tiauw-sou? He he he, cepat pulang ke gunung panggil
Khu-toako keluar gunung!"
"Guru sudah meninggal!" kata Sin-hiong sedih.
Yu Hoa jadi tertegun, setelah lama sekali baru berkata dengan
gagap:
"Bagaimana bagusnya kalau begitu, tua bangka Thian-ho itu
sangat kuat sekali?"
---ooo0dw0ooo---
JILID KE TIGA
BAB 9
Giok-siau-long-kun
Sin-hiong melihat ke langit, ternyata kata-kata. ini telah
memancing keluar banyak pikiran ruwetnya, di saat tidak tahu harus
berkata apa, mendadak dari kejauhan ada orang dengan dingin
berkata:
"Keadaan sulit masih belum tiba, sekarang berbagai perguruan
besar telah bergabung menjadi satu bila saat nya tiba, mau
membalas dendam pun akan semakin sulit!"
Selesai berkata dalam jarak sepuluh tombak lebih terlihat daun-
daun pohon bergerak, satu bayangan orarg laksana burung terbang
berlari di kegelapan malam.
Sin-hiong terkejut, dia meloncat mengejarnya.
Sekarang, ilmu meringankan tubuhnya sudah sangat hebat,
dalam satu loncatan dia sudah mengejar dua tiga puluh tombak
jauhnya!
Tapi, walaupun gerakan dia cepat sekali, orang di depan ternyata
lebih cepat dari pada dia, dalam beberapa kelebatan, orangnya
sudah menghilang!
Sin-hiong tertegun, di dalam hari berkata:
'Di dunia persilatan ternyata ada orang sehebat ini, entah siapa
orang ini?'
Dia berpikir sejenak, dia merasa orang ini tidak berniat jahat
padanya, jika tidak, dia tidak akan meninggalkan pesan sebelum
pergi.
Sin-hiong melihat-lihat sejenak, di belakang tubuh terasa ada
angin, dan satu orang berteriak:
"Adik Sen, apa kau melihat siapa orang itu?" Sin-hiong
menggelengkan kepala:
"Ilmu meringankan tubuh orang ini hebat sekali, apakah mungkin
dia adalah ketua pulau Teratai Lim Ki-kun?"
Wajah Yu Hoa kembali berubah, dengan suara gemetar berkata:
"Apa? orang tua aneh inipun sudah keluar juga?"
Kata-kata yang diucapkan tadi, Sin-hiong hanya menebaknya
saja, usia Yu Hoa sudah mencapai tujuh puluh tahun lebih, saat ini
malah menyebut ketua pulau Teratai ini sebagai mahluk tua aneh,
kalau begitu berapa usia ketua pulau Teratai sudah bisa
dibayangkan.
Sin-hiong mengeluh panjang katanya:
"Bukan saja ketua pulau Teratai, Thian-ho-tiauw-souw sudah
muncul di dunia persilatan, beberapa hari yang lalu aku pun pernah
bertarung dengan Ngo-ki-thian-cun!"
Wajah Yu Hoa tambah tergerak, katanya:
"Ilmu silat Ngo-ki-thian-cun amat tinggi, apa lagi racun dia
sangat ternama di seluruh dunia!"
Tiba-tiba Sin-hiong mendapat satu pikiran dan bertanya:
"Apakah Toako tahu, di antara seluruh senjata beracun Ngo-ki-
thian-cun, senjata apa yang paling lihay?"
Yu Hoa berpikir-pikir sejenak lalu berkata:
"Sulitdikatakan,harusdilihat dulu bagaimana dia
menggunakannya baru bisa dipastikan."
Sin-hiong memang ada tujuan bertanya ini, mendengar kata-kata
Yu Hoa, dia langsung bertanya lagi:
"Misalkan terhadap orang, jika dimakan, orang itu bisa berubah
jadi apa?"
Yu Hoa melihat Sin-hiong sekali dan berkata:
"Merubah lawan menjadi kawan, merubah kawan menjadi
lawan!"
Begitu mendengar kata-kata ini, Sin-hiong jadi tergetar dan
berteriak:
"Betul, Toako cepat ikut aku!"
Tanpa mempedulikan bagaimana wajah Yu Hoa, Sin-hiong
kembali berlari naik ke atas gunung!
Yu Hoa tertegun, di dalam hatinya berpikir: 'Ada apa dengan
adikku ini, apakah dia menemukan sesuatu?'
Sin-hiong berlari cepat sepanjang jalan, walau pun puncaknya
tinggi, tapi tidak sampai menghabis-kan seperminuman segelas teh
panas, Sin-hiong sudah kembali lagi ke tempat bertarung dengan
Ngo-ki-thian-cun tadi!
Sekarang, dia sudah memastikan seratus persen wanita itu
adalah Sun Cui-giok, dia juga sadar, jika mau mengembalikan Cui-
giok seperti semula, dia harus memaksa Ngo-ki-thian-cun
mengeluarkan obat penawarnya!
Sin-hiong berlari mengikut jalan, sampai di sisi tebing jurang tadi,
terlihat di bawah jurang mengepul ke atas awan putih, diam-diam
dia menarik nafas dingin, di dalam hati berkata:
'Apakah mereka ada dibawah? Bagaimana kehidupan di bawah?'
Setelah berpikir, dia berteriak beberapa kali memanggil, tapi di
sekeliling hening, angin malam bertiup, selain gema dari seberang
gunung, di seluruh pegunungan hening seperti mati.
Bulan sudah amat tinggi, menyinari bayangan dia yang panjang
langsing, dia merasakan hatinya kecewa yang amatsangat.
Dia tidak tahan melangkah dua langkah dan kembali berteriak:
"Cui-giok, Cui-giok......"
Suaranya sampai jauh sekali, membuat orang yang
mendengarnya, seperti mendengar teriakan seseorang yang
terjerumus ke dalam jurang mematikan.
Sin-hiong berdiri lama, juga mengharapkan lama sekali,
terdengar seseorang sambil mengeluh berkata:
"Ngo-ki-thian-cun banyak siasat busuknya, mungkin dia sudah
pergi!"
Dengan kecewa Sin-hiong berkata:
"Yu-toako, mereka tadi masih ada disini, walaupun pergi juga
tidak jauh!"
Yu Hoa tertawa lalu berkata:
"Mungkin masalahnya tidak seperti yang kau pikirkan, kau salah
memperkirakannya!"
Sin-hiong merasa seperti kehilangan sesuatu, dia menutup
wajahnya dengan kedua tangan, di dalam hati malah menyesal
sekali.
Yu Hoa sepertinya sudah tahu perasaan hati-nya, lalu
menghiburnya dan berkata:
"Adik, tidak perlu kesal, di kemudian hari masih ada kesempatan
bertemu dengan dia."
Dalam keadaan putus asa, terpaksa Sin-hiong berharap dengan
cara ini, pelan-pelan membalikan tubuh dan berkata:
"Toako, aku harus pergi ke Go-bi!"
Yu Hoa tertegun dan berkata:
"He he he! Orang tadi bukankah sudah mengatakan? Sekarang
berbagai perguruan besar sudah bersatu, apa gunanya kau pergi ke
Go-bi?
Sin-hiong menganggukan kepala:
"Itu aku tahu!"
Yu Hoa menjadi keheranan dan berkata: "Lalu kenapa kau masih
mau pergi ke Go-bi?" Sin-hiong melihat dia sekali, di dalam hati
berpikir:
'Siapa yang tadi memberi peringatan, kita masih belum tahu
siapa dia, kau adalah seorang tua di dunia persilatan, kenapa bisa
gampang mempercayai kata-kata orang?'
Walau di dalam hatinya berpikir demikian, tapi dia tidak
mengatakan, begitu melihat ke arah jauh, mendadak terlihat
dilekukan gunung meloncat satu bayangan orang!
Yu Hoa melihatnya, lalu berkata:
"Adik, di punggung orang itu sepertinya menggendong orang!"
Baru saja dia selesai berkata, di lereng gunung kembali satu
bayangan orang meloncat keluar.
Sin-hiong merasa hafal terhadap perawakan orang ini dan
berteriak:
"Hemm... Ngo-ki-thian-cun sudah datang!"
Yu Hoa tergetar, saat ini bayangan orang itu sudah mendekat.
Begitu Sin-hiong melihat, dia jadi tergetar dia berkata:
"Iiih! Ternyata kau!"
Orang itu dengan bangga tertawa dan berkata: "Kenapa kalau
aku? Kau tidak menduganya bukan!"
Sin-hiong tertegun sejenak, di dalam hati berpikir:
'Ilmu silat dia sekarang seimbang dengan Ho Koan-beng’ saat itu
dia berkata:
"Hayo turunkan nona Sun!"
Orang itu dengan dingin berkata:
"Enak saja kau bicara, apakah kau tahu bagaimana susah payah
aku merebut Cui-giok, hemm... hemm... tidak semudah itu?"
Ketika sedang berbicara, Ngo-ki-thian-cun yang ada di belakang
sudah datang mengejar, melihat Sin-hiong juga ada disini, tidak
tahan dengan marah berkata:
"He he he, ternyata kalian satu kelompok?"
Orang yang menggendong Cui-giok dengan tertawa dingin
berkata:
"Sembarangan omong, kenapa aku harus satu kelompok dengan
dia?"
Ngo-ki-thian-cun melotot marah dan berkata:
"Kalian sudah menyiapkan jebakan, bisa menipu orang lain, tapi
aku Tonghong Ki tidak akan tertipu!"
Setelah berkata, dengan cepat menjulurkan tangan ingin merebut
orang yang ada di punggung orang itu!
Orang itu tertawa dingin, seruling giok di tangannya balas
menotok sambil berteriak:
"Dengan alasan apa kau mau merebut orang?"
Kata-kata orang ini masuk akal, sebab di dalam pikiran dia, selain
Sin-hiong dan Ho Koan-beng, orang lain, siapa pun dia jangan ada
pikiran menyimpang terhadap Cui-giok!
Ngo-ki-thian-cun membalikan tangan, secepat kilat menyerang
lagi satu jurus!
Sambil menggendong Cui-giok, di satu pihak dia harus
menghadapi Ngo-ki-thian-cun, di pihak lain juga harus mengawasi
Sin-hiong, tampak sekali dia tidak bisa memusatkan pikirannya, Yu
Hoa yang melihat lalu berteriak:
"Sobat, kau tenang saja, adikku pasti tidak akan mengganggu
mu!"
Orang itu mengangkat alisnya dan berkata: "Apa benar kata-
katamu itu?"
Sin-hiong tertawa dingin lalu berkata:
"Sang-toh kau tenang saja, Sen Sin-hiong bukan orang hina yang
suka menyerang orang secara membokong!"
Ternyata orang ini adalah muridnya Ang-hoa-kui-bo, Giok-siau-
long-kun Sang-toh, sekarang ilmu silat dia sudah maju pesat, bukan
saja di luar dugaan Sin-hiong, Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng di
kemudian hati kalau bertemu, mungkin juga akan sangat terkejut.
Mendengar Sin-hiong telah berkata begitu, wajah Sang-toh
menjadi lega sambil tertawa dia berkata:
"Bagus sekali kalau begitu, biar aku bereskan dulu orang ini, baru
kita selesaikan masalah kita!"
Setelah berkata, dia menyabet miring seruling gioknya, tampak
menotok ke arah pergelangan tangan Ngo-ki-thian-cun, Ngo-ki-
thian-cun hanya mendengus dingin, dia menarik pergelangan
tangannya, baru saja akan merubah serangannya, mendadak dia
melihat di tangan Giok-siau-long-kun ada satu bayangan hijau
berkelebat, sambil tertawa keras berkata:
"Jurus ini mungkin kau tidak menduganya!"
Saat berkata Giok-siau-long-kun mendadak bergeser ke kanan,
menotok Kian-keng-hiat Ngo-ki-thian-cun!
Melihat ini, hati Sin-hiong tidak tahan tergetar, di dalam hatinya
berpikir, jurus aneh apa ini?
Ternyata dalam jurus tadi, jelas-jelas Giok-siau-long-kun menotok
ke arah pergelangan tangan Ngo-ki-thian-cun, siapa sangka di
tengah jalan, malah bergeser menotok jalan darah Kian-keng Ngo-
ki-thian-cun, perubahan jurusnya belum pernah terlihat di dunia
persilatan!
Ngo-ki-thian-cun terkejut sampai bersuara "Hemm.." katanya:
"Jurus macam apa ini?"
Walaupun berkata demikian, tapi mau tidak mau dia harus
mundur menghindar, jika tidak, maka dia akan terkena totokannya!
Saat ini Giok-siau-long-kun masih meng-gendong Cui-giok, jika
dia seorang diri, keadaan Ngo-ki-thian-cun mungkin tidak semudah
ini.
Dalam waktu sekejap ini, Sin-hiong sangat tergetar, Ngo-ki-thian-
cun pun ikut terkejut, Yu Hoa yang ada di pinggir juga merasa amat
diluar dugaan.
Setelah Ngo-ki-thian-cun mundur, dia segera mencabut tameng
tembaganya "Huut!" disabetkan laksana sebilah pedang ke arah
bahu kanan Sang-toh!
Sang-toh tertawa, seruling giok berubah menghantam melintang
dan berteriak:
"Kau terima jurus ku ini!"
Satu jurusnya ini kelihatan merebut menyerang lebih dulu, jurus
Ngo-ki-thian-cun sudah di lancarkan lebih dulu, walaupun dia lebih
cepat lagi, rasanya tidak mungkin tiba bersamaan waktunya dengan
Ngo-ki-thian-cun!
Tapi kenyataan yang terjadi kembali di luar dugaan, Ngo-ki-thian-
cun mengira kali ini bisa berhasil, siapa sangka setelah Giok-siau-
long-kun menotokan seruling gioknya, sedikit menggerakan
lengannya, ujung seruling secepat kilat sudah menotok Meh-ken-
hiat, Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun terkejut, terpaksa menarik kembali lengan
kanannya, lima jari tangan kirinya disentilkan, segumpal serbuk
racun berwarna merah sudah menyembur keluar!
Sin-hiong yang melihat cepat-cepat berkata: "Yu-toako hati-hati,
serbuk racun di kukunya amat lihay!"
Sin-hiong dan Yu Hoa secepat kilat mundur ke belakang,
terdengar Giok-siau-long-kun tertawa keras dan berkata:
"Ilmu ini tidak ada apa-apanya?"
Giok-siau-long-kun sambil tertawa terbahak-bahak, dia sedikit
pun tidak menghindar, seruling giok dengan cepat dijulurkan.
Setelah Ngo-ki-thian-cun menyentilkan jarinya, dia merasa yakin
bisa membuat Sang-toh jatuh pingsan, siapa sangka Giok-siau-long-
kun malah dengan leluasa maju ke depan, sama sekali tidak
menganggap serbuk racunnya Ngo-ki-thian-cun!
Harus tahu, serbuk racun yang ada di dalam kuku Ngo-ki-thian-
cun, adalah hasil ramuan dari satu macam serangga yang sangat
sulit ditemukan, racun-nya amat lihay sekali, Sin-hiong dulu hanya
menyen-tuh tulang ayam yang dilempar dia, hampir saja nyawanya
melayang, tidak diduga Giok-siau-long-kun malah sedikit pun tidak
apa-apa?
Wajah Tonghong Ki jadi berubah besar dan berteriak:
"Tidak kuduga kau mempunyai ilmu aneh?"
Tameng tembaganya menyerang melintang, dengan ganas
menyerang ke sebelah kiri Giok-siau-long-kun.
Karena tangan kiri Sang-toh sedang membawa orang,
gerakannya jadi terhambat, begitu Ngo-kithian-cun menyerang
kelemahannya, terpaksa dia menarik kembali seruling giok yang
sedang menotok, tubuhnya sedikit menghindar, dalam sekejap
meng-ambil kembali posisi menguntungkan, sambil tertawa berkata:
"Coba terima satu jurus lagi!"
Terlihat bayangan hijau berkelebat, seruling gioknya sudah
menyerang ke arah kiri Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun ikut mengimbangi, tameng tembaganya
menyerang ke arah kiri Giok-siau-long-kun!
Tapi jurus Giok-siau-long-kun seperti tertuju ke arah kiri, padahal
sebenarnya ke arah kanan, di saat Ngo-ki-thian-cun menyerang,
seruling giok ditangan-nya sudah hampir menyentuh Kian-keng-hiat
kanan Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun tergetar, otaknya secepat kilat berputar dua
kali, mendadak teringat satu hal, lengannya mendadak menahan
dan berteriak:
"He he he, rupanya kau telah mendapatkan ilmu silat di dalam
Hu-houw-pit-to, aku jadi tambah tidak bisa melepaskanmu!"
Setelah berkata, dia mempertajam serangan-nya, semuanya
menyerang ke bagian kiri Giok-siau-long-kun, dalam sekejap,
terlihat sinar kuning membesar, mendesak Giok-siau-long-kun
sampai mundur dua-tiga langkah ke belakang!
Walaupun jurus Giok-siau-long-kun ganas dan aneh, tapi karena
dia menggendong orang, di dalam hatinya juga harus mengawasi
Sin-hiong, maka serangannya hanya mencapai tujuh delapan puluh
persen, setelah didesak mundur terus, hawa membunuh di
wajahnya dalam sekejap terlihat jelas.
Diam-diam Sin-hiong keheranan, di dalam hatinya berpikir:
'Sungguh aneh dunia ini, Ho Koan-beng dan Sang-toh berdua,
yang satu mendapatkan Hiang-liong-pit-to, yang satu lagi juga bisa
kebetulan mendapatkan Hu-houw-pit-to, tidak heran kedua orang
itu tidak sampai setengah tahun, ilmu silatnya bisa maju sepesat
ini?’
Pelan-pelan sorot mata Sang-toh mengarah kepada Sin-hiong,
lalu menunjuk ke sisi tubuhnya dan berkata:
"Sen Sin-hiong, persoalan kita pun harus diselesaikan, tapi
dengan menempuh bahaya aku telah menolong nona Sun, kau tidak
boleh mengambil kesempatan ketika aku sedang sibuk kau merebut
dia?"
Sin-hiong yang mendengar sampai terkejut dan bertanya:
"Apa dia benar nona Sun?"
Sambil tertawa Giok-siau-long-kun berkata:
"Kenapa bukan? Permainannya Ngo-ki-thian-cun tidak akan bisa
mengelabui aku?"
Sin-hiong membelalakan matanya besar-besar, saat ini Yu Hoa
yang berdiri di sisi mendatanginya dan berkata:
"Adik Sen, masih belum terpikir olehmu?" Sin-hiong terpaku
sebentar, berkata: "Nona Sun pasti telah minum sesuatu, sehingga
lupa akan jati dirinya, bukan begitu?"
Giok-siau-long-kun menganggukan kepala sambil tertawa
berkata:
"Betul, bukan itu saja, setelah dia minum obat itu, bisa merubah
menjadikan lawan jadi kawan, kawan jadi lawan!"
Sin-hiong teringat kejadian dulu, tidak tahan bersuara "Ahh!" dan
berkata:
"Kalau begitu tidak mengherankan banyak terjadi hal yang aneh-
aneh!"
Giok-siau-long-kun berkata dingin:
"Kau sudah mengerti? Kalau begitu syarat yang aku ajukan tadi
apa kau setuju tidak, jika tidak siapa pun diantara kita tidak akan
mendapatkan dia?"
Sin-hiong melihat dia sekali, di dalam hatinya berpikir:
'Walaupun didikan Sang-toh tidak selurus Ho Koan-beng, tapi
sekarang dia jauh lebih baik dari pada Ho Koan-beng, maka dia
segera menganggukan kepala dan berkata:
"Kau tenang saja, Sen Sin-hiong bukan orang serendah itu!"
Hati Giok-siau-long-kun merasa lega, berteriak: "Janji seorang
pria sejati, tentu saja aku percaya padamu!"
Setelah berkata begitu, dengan tenangnya menaruh Cui-giok di
samping Sin-hiong, lalu membalikkan tubuh, kembali mendesak ke
Ngo-ki-thian-cun.
Ketika Sin-hiong berbicara dengan Giok-siau-long-kun, Ngo-ki-
thian-cun memutar otak terus, dia sudah tahu Giok-siau-long-kun
telah mempelajari ilmu silat dari Hu-houw-pit-to, maka mengerti
lima racun berwarna dirinya, hingga tidak satu pun racunnya bisa
melukainya, setelah berpikir keras, akhirnya terpikir satu cara
olehnya.
Keadaan di depan mata sudah terlihat jelas, Sin-hiong dan Sang-
toh berdua datang demi Cui-giok, jadi selain mencari cara di atas
Sun Cui-giok, tidak ada cara lain lagi yang bisa dia harapkan.
Sang-toh memegang erat seruling gioknya dan berkata pada
Ngo-ki-thian-cun:
"Bagaimana? Kita main-main lagi beberapa jurus?"
Ngo-ki-thian-cun tertawa dingin dan berkata: "Apa sulitnya, tapi
orang-orang di belakangmu harus mundur lebih jauh lagi!"
Kata-katanya tentu saja ditujukan pada Sin-hiong dan Yu Hoa,
Sin-hiong melihat Ngo-ki-thian-cun melibatkan dirinya, saat itu tidak
menunggu Sang-toh berkata, dia langsung menarik Yu Hoa mundur
ke belakang!
Sang-toh memalingkan kepala, begitu melihat sambil tertawa
terbahak-bahak berkata:
"Sen-tayhiap kita bukan orang hina seperti di dalam
pandanganmu, he he he, sekarang kau boleh lega bukan?"
Ngo-ki-thian-cun memutar bola matanya dan berteriak:
"Boleh, kau majulah!"
Hati Giok-siau-long-kun sebenarnya ingin menghadapi Sin-hiong,
makaterhadapNgo-ki-thian-cundiaingincepat-cepat
menyelesaikannya, sekarang dia tidak sungkan lagi, sambil
mengangkat seruling giok dia berteriak:
"Jagalah!"
Seruling gioknya menotok, terlihat bayangan hijau menggulung-
gulung, tidak kurang dari lima jurus serangan sudah di keluarkan!
Ngo-ki-thian-cun mendengus dingin, tubuhnya sedikit bergeser,
lalu membalas menyerang dengan tameng tembaganya sebanyak
tiga jurus!
Giok-siau-long-kun jadi bersemangat, sejurus demi sejurus dia
terus menyerang, jurusnya sangat aneh, sebentar seperti
menyerang ke kiri, tahu-tahu menyerang ke kanan, sebentar lagi
dilihat, terlihat jurusnya dahsyat dan tidak beraturan, hingga orang
tidak bisa menentukan arahnya, asal sedikit saja lengah, maka akan
terkena totokannya.
Yu Hoa yang melihat, diam-diam menarik nafas dingin, berkata:
"Adik Sen, kalian para pesilat muda, semuanya hebat-hebat, kami
orang tua yang belum mati ini, sungguh sia-sia saja hidup selama
ini!"
Walaupun Sin-hiong tidak ada pikiran seperti dia, tapi setelah
meneliti gerakannya Giok-siau-long-kun, dia seperti punya perasaan
yang sulit dijelaskan, dia hanya menganggukan kepala, tapi didalam
hati berkata:
"Sang-toh dan Ho Koan-beng, kedua orang ini, yang satu telah
mendapatkan inti ilmu silat aliran lurus, yang satu lagi telah dilatih
langsung oleh aliran sesat, melihat keadaan sekarang, ilmu silat
Giok-siau-long-kun mungkin di atas Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng?"
Giok-siau-long-kun menyerang sejenak, Ngo-ki-thian-cun pura-
pura mundur ke belakang, Yu Hoa berteriak:
"Mundur tanpa bertempur, saudara kecil harus hati-hati!"
Giok-siau-long-kun tertawa keras dan katanya: "Ilmu silat dia
bisa menipu orang lain, tapi terhadap aku Sang-toh sedikit pun tidak
ada guna-nya?"
Setelah berkata, dalam sekejap dia menyerang lagi sepuluh
jurus, malah seperti ingin mengalahkan Ngo-ki-thian-cun dalam
waktu singkat!
Dalam pertarungan kedua orang ini, Ngo-ki-thian-cun selalu lebih
banyak bertahan dari pada menyerang, tubuhnya pelan-pelan
mundur ke belakang, mula-mula masih mundur ke belakang, sampai
akhirnya malah mundur ke arah Sin-hiong.
Sin-hiong merasa aneh, di dalam hatinya berpikir: 'Mungkin Ngo-
ki-thian-cun sedang bersiasat?" Tadinya dia ingin menarik Sun Cui-
giok yang tergeletak di tanah, tapi dia khawatir menimbulkan salah
paham Giok-siau-long-kun, di saat ini, Ngo-ki-thian-cun sudah
mundur didekat Sun Cui-giok tidak lebih dari dua tiga tombak!
Hati Yu Hoa jadi tegang, dia berteriak: "Adik, cepat bawa wanita
di tanah itu kemari!"
Tubuh Sin-hiong bergerak sedikit, tapi mendadak menggelengkan
kepala dan berkata: "Aku takut tidak mampu!"
Yu Hoa seperti tersadar dan berteriak: "Kalau kau tidak mampu,
biar aku saja!"
Setelah berkata, orangnya sudah menerjang kesana!
Tapi baru saja dia bergerak, terdengar satu orang berteriak:
"He he he, mungkin kau juga sudah terlambat!" Setelah berkata,
segumpal asap hitam sudah disemburkan, Sin-hiong terkejut sekali
"Huut!" dia menyapu dengan telapak tangannya, walaupun berhasil
menyapu sebagian besar asap hitam itu, tapi masih ada sebagian
yang menyerang Yu Hoa dan Cui-giok!
Yu Hoa hanya merasa matanya menjadi gelap, belum lagi turun
ke bawah, kepalanya terasa pusing bumi seperti berputar-putar lalu,
"Buum!" dia jatuh ke tanah.
Giok-siau-long-kun sangat marah, tapi saat matanya menyapu,
terlihat wajah Cui-giok dari pucat pelan-pelan menjadi hitam,
setelah melihat lagi pada Yu Hoa, wajah dia berubah jadi merah, dia
jadi tertegun, secepat kilat menerjang!
Sin-hiong menunggu asap hitam itu meng-hilang, baru meloncat
menghampiri, kedua orang itu sama-sama menuju ke samping Sun
Cui-giok, dan hampir bersamaan waktu bersuara "Aah!" demi
menepati janji, Sin-hiong mundur sedikit ke belakang, Giok-siau-
long-kun berteriak:
"Racun apa lagi ini?"
Kedua matanya melotot besar-besar, malah jadi bengong oleh
pemandangan di depan matanya.
Sin-hiong ingin segera menolong, buru-buru bertanya:
"Kau ini bagaimana, serbuk merah kau tidak takut, kenapa
terhadap asap hitam malah tidak bisa berbuat apa-apa?"
Giok-siau-long-kun menghela nafas panjang dan berkata:
"Jangan cemas, biar aku pikir-pikir dulu!"
Memang di dalam Hu-houw-pit-to di tulis inti ilmu sesat di
seluruh dunia, terhadap berbagai macam serbuk racun dan senjata
beracun dari aliran sesat, disana dengan jelas diterangkan cara
menawarkannya, selama setengah tahun ini, Giok-siau-long-kun
bukan saja sudah mempelajari ilmu silat di dalamnya, terhadap
berbagai senjata beracun pun sudah dipelajarinya, sekarang dia
justru tidak tahu kenapa Cui-giok dalam sekejap bisa berubah jadi
begini?
Mata Sin-hiong tidak sengaja menyapu, mendadak melihat Yu
Hoa juga tergeletak tidak bergerak, buru-buru dia berlari mendekat,
terlihat di kepala Yu Hoa bercucuran keringat.
Sin-hiong tidak tahan jadi tertegun!
Tadi di sisi Cui-giok, dia melihat kulit Cui-giok berubah warna,
tapi tidak kesakitan seperti Yu Hoa, kedua orang ini sama-sama
terkena racun yang sama, kenapa reaksinya sangat berbeda?
Berpikir sampai di sini, mendadak dia ingat Ngo-ki-thian-cun
masih ada di sana, dia membalikkan kepala melihat, tapi entah
kapan Ngo-ki-thian-cun sudah menghilang?
Sin-hiong mengeluh, dia melihat ke arah Giok-siau-long-kun,
terlihat Giok-siau-long-kun juga sama dengan dirinya bengong
terpaku menatap ke tanah.
Setelah berpikir, dalam keadaan tidak bisa berbuat apa-apa,
Sang-toh berjalan menuju Sin-hiong, dia melihat sekali pada Yu Hoa
lalu berkata:
"Racun dia tidak parah, hanya Cui-giok yang sulit!"
Hati Sin-hiong tergerak, tanyanya:
"Kedua orang ini sama-sama terkena racun yang sama, kenapa
yang satu bisa diobati, yang satu lagi sulit?"
Giok-siau-long-kun menggelengkan kepala dan berkata:
"Kau tidak tahu, racun yang di idap Cui-giok sebelumnya masih
belum hilang, sekarang ditambah lagi racun lain, jadi dua macam
racun itu menjadi satu, maka sulit mengobatinya."
Sin-hiong menghela nafas panjang, Sang-toh melototi dia,
dengan dingin berkata:
"Kau sedih apa, aku hanya mengatakan racun Cui-giok sulit
diobati, tapi tidak mengatakan tidak ada obat yang bisa menolong
dia?"
Di dalam hati kedua orang ini tadinya ada ganjalan, saat ini demi
menolong Cui-giok, kedua orang ini melupakan ganjalannya, Giok-
siau-long-kun mendadak terpikir, pada saatnya nanti walaupun Cui-
giok bisa diselamatkan, apakah Cui-giok mau kembali kesisinya, itu
masih tanda tanya besar, makanya niat untuk menolongnya
mendadak menjadi besar.
Tapi Sin-hiong tidak terpikir semua itu, berkata: "Entah obat apa
yang bisa menyembuhkan mereka?"
Giok-siau-long-kun dengan kesal berkata:
"Mungkin sia-sia saja aku mengatakannya!"
Hati Sin-hicng menjadi tegang:
"Kau percayalah padaku, asalkan ada obat penawarnya,
walaupun aku harus menempuh bahaya seberat apa pun, aku tidak
akan mundur?"
Dia mengatakannya dengan tulus, tapi bagi pendengaran Giok-
siau-long-kun, malah terasa tidak enak, sehingga rasa
permusuhannya jadi bertambah, sambil tertawa dingin berkata:
"Di puncak gunung Lam-thian ada satu pohon Yang, pohon ini
satu tahun hanya muncul sekali, satu kali hanya berbuah satu,
waktunya hanya di bulan ke enam setiap tahun, ketika akan
matahari terbit, sekarang sudah hampir musim gugur, walau kau
tumbuh sepasang sayap, dan dalam waktu singkat bisa terbang ke
sana, hemm... dalam masalah waktu juga harus menunggu satu
tahun lagi!"
Mendengar ini, tidak terasa seluruh tubuh Sin-hiong menjadi
dingin, dia mengeluh:
"Kalau begitu, rupanya nona Sun tidak tertolong lagi!"
Giok-siau-long-kun mendengus, dia berjalan ke sisi Yu Hoa,
mengeluarkan sebutir obat berwarna kuning, memasukan ke dalam
mulut Yu Hoa, lalu memalingkan kepala berkata:
"Itupun belum tentu, masih ada obat lainnya, tapi itupun sebuah
pusaka yang sulit ditemukan, taraf kesulitannya juga tidak di bawah
buah pohon Yang itu?"
Sin-hiong hatinya tergerak dan tanya.
"Entah apa yang disebut pusaka yang sulit ditemukan itu?"
Dalam kebingungannya, asalkan mendengar ada yang bisa
menyelamatkan Cui-giok, apa pun itu dia tidak akan melepaskannya,
maka sekali Gick-siau-long-kun mengatakannya, dia langsung buru-
buru menanyakan.
Sepasang mata Giok-siau-long-kun melihat Yu Hoa di tanah,
tanpa terlalu menghiraukan dia menjawab:
"Setelah dia memakan obat ini, sudah tidak apa-apa lagi, dengan
cepat dia akan kembali sadar."
Sin-hiong melihat dia menjawab bukan yang ditanyakan, hatinya
jadi semakin gelisah, buru-buru berkata:
"Benar, ada obat penawar dari saudara Sang, aku percaya Yu-
toako sudah tidak kritis lagi, tapi jika mau menyelamatkan nona Sun
harus memakai obat apa?"
Giok-siau-long-kun melihat Sin-hiong begitu gelisahnya, sehingga
rasa cemburunya semakin besar, maka sengaja lama-lama
menjawabnya:
"Pusaka yang amat sulit ditemukan itu adalah Ho-siu-oh yang
berusia ribuan tahun, tapi sekarang entah berada di tangan siapa?"
Sin-hiong tertegun setelah mendengarnya, di dalam hatinya
berpikir:
'Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu sekarang ada padaku, karena
aku, Cui-giok jadi begini, apa aku boleh tidak berperasaan?' Berpikir
sampai disini tiba-tiba dia melihat tubuh Yu Hoa di tanah
menggeliat, buru-buru dia mendukungnya dan bertanya:
"Yu-toako, bagaimana rasanya sekarang?"
"Aku tidak apa-apa, bagaimana dengan nona itu?"
Giok-siau-long-kun melihat Sin-hiong tidak bicara, maka dia
mengeluh:
"Selain dua macam obat ini, mungkin tidak ada lagi yang bisa
menawarkan racunnya."
Setelah mendengarnya, Sin-hiong lalu mengeluarkan kota
kecilnya dan bertanya:
"Saudara Sang, jika ada Ho-siu-oh berusia ribuan tahun, apakah
benar-benar bisa menyelamatkan nyawanya nona Sun?"
Giok-siau-long-kun menjawab:
"Tentu saja, tidak ada perlunya marga Sang membohongimu!"
Sin-hiong segera menjawab:
"Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu, ada di dalam kotak kecilku
ini."
Setelah melihatnya, Giok-siau-long-kun sangat gembira dia
berkata:
"Kalau begitu cepat berikan padaku, supaya aku bisa mengobati
nona Sun, apakah obatnya asli!"
Sin-hiong berpikir sebentar dan berkata: "Aku mendapatkan ini
dengan susah payah, tentu saja asli!"
Giok-siau-long-kun melihat dia lama tidak mengeluarkannya,
matanya berputar-putar dan cepat cepat berkata:
"Di saat genting seperti ini, apakah saudara Sen masih tidak
mempercayai aku?"
Sin-hiong tertawa:
"Terhadap siapa pun aku percaya, apa lagi saudara Sang
memerlukan untuk menolong orang?"
Setelah berkata, baru saja mau membuka tutup kotak, mendadak
terdengar Yu Hoa berteriak: "Tunggu!"
Sin-hiong berhenti, dia memalingkan kepala dan bertanya:
"Yu-toako ada pandangan apa?"
Sambil tertawa Yu Hca berkata:
"Adik, kenapa kau begitu ceroboh, jika ditanganmu ada barang
pusaka, kenapa tidak kau sendiri saja yang menolongnya?"
Sin-hiong jadi tersadar, tapi terpikir kembali Giok-siau-long-kun
dengan berani menempuh bahaya menyelamatkan Cui-giok, hatinya
berpikir, Apa dia tidak egois?
Ketika sedang berpikir, kotak di tangannya terlihat seperti mau
diberikan tapi lalu ditarik kembali, Giok-siau-long-kun melihat Yu
Hoa merusak rencana-nya, hatinya segera menjadi marah dan
berteriak:
"Aku baik hati menyelamatkanmu, tidak diduga kau setan tua
ternyata sangat licik!"
Setelah berteriak, seruling gioknya sudah menotok dari kejauhan!
Yu Hoa menghindar dan memukulkan telapak tangannya sambil
berteriak:
"Kau bocah banyak akal bulusnya, kau bisa menipu adikku Sen
Sin-hiong, tapi tidak akan bisa menipu aku?"
Ilmu silat Yu Hoa juga tinggi sekali, ketika telapak tangannya
menyapu, dia sudah membuat jurus Giok-siau-long-kun bergeser
setengah kaki, baru saja akan menghantam kedua kalinya,
mendadak dia melihat pergelangan tangan Giok-siau-long-kun
menangkis sambil tertawa dingin berkata:
"Sungguh kau tidak tahu diri, tidak mengukur dulu
kemampuannya dibandingkan dengan Ngo-ki-thian-cun"
Ujung seruling diputar, secepat kilat menotok Ku-ce-hiat nya Yu
Hoa!
Jurus Giok-siau-long-kun penuh dengan tipuan, begitu dia
merubah jurusnya, bukan saja gerakannya diluar dugaan Yu Hoa,
Sin-hiong pun tidak tahan jadi terkejut!
Seketika Yu Hoa menarik tangannya, tapi jurus Giok-siau-long-
kun seperti ada matanya, terlihat dia sedikit membalikkan
pergelangan tangannya lagi, kembali menotok ke Ku-ce-hiat nya Yu
Hoa!
Kecepatan dua jurusnya, sudah sampai taraf kesempurnaan, Sin-
hiong yang melihat, sadar jika dirinya tinggal diam, kemungkinan Yu
Hoa akan terluka oleh Giok-siau-long-kun, saat itu dia pun bergerak
dan berteriak:
"Tunggu, ini tidak ada hubungannya dengan Yu-toako!"
Giok-siau-long-kun sudah hampir berhasil, mendadak dia merasa
di belakang tubuh ada angin keras, dia segera memutar tubuhnya
dan berteriak:
"He he he, jurus ini lagi!"
Semling giok diputar menyerang ke belakang menotok Meh-ken-
hiat nya Sin-hiong!
Jurus yang dilancarkan Sin-hiong tadi adalah jurus Tan-ci-sin-
tong. Yang digunakan Sin-hiong di rumah Cui-giok saat pertama kali
bertemu dengan Giok-siau-long-kun!
Malam itu Sin-hiong menutup wajahnya, tapi Giok-siau-long-kun
belakangan bisa mengenalnya, maka terhadap jurus Tan-ci-sin-tong
nya Sin-hiong dia sangat mengenal juga paling membencinya,
sekarang dia memutar tangan membalas serangan, dia menge-
luarkan jurus lihay Thian-sian-te-coan (Langit mengelilingi bumi
berputar) dari Hu-houw-pit-to!
Jurus Sin-hiong bertujuan menolong, tidak bermaksud melukai,
saat Giok-siau-long-kun menyerang, Sin-hiong sudah meloncat
mundur ke belakang kurang lebih satu tombak!
"Kenapa? takut?" teriak Giok-siau-long-kun.
Sin-hiong menggelengkan kepala dan berkata:
"Bukan begitu, kita harus menolong orang terlebih dulu!"
Yu Hoa yang mendapat bantuan dari Sin-hiong, sekarang sudah
bisa bernafas lega, tapi sekarang dia merasa dirinya sudah tua,
melihat usia dua orang anak muda yang tidak sampai dua puluh
tahun, tapi ilmu silatnya sudah demikian tinggi dan mengejutkan
orang, dia menjadi putus asa untuk berkelana kembali ke dunia
persilatan.
Sekarang dia merasa lebih baik dia pergi saja, tapi melihat Sin-
hiong seperti mau memberikan Ho-siu-oh itu pada Giok-siau-long-
kun, dia jadi berteriak:
"Adik Sen, kau sudah gila?"
Sin-hiong melihat dia sekali dan berkata:
"Yu-toako, kau tenang saja!"
Yu Hoa tidak mengerti, di dalam hatinya berpikir:
'Adik Sen sangat jujur, sampai sekarang dia masih belum sadar
orang itu berniat tidak baik, hay! Dia akan tertipu!”
Giok-siau-long-kun tertawa dingin:
"Ini baru pantas, apakah kau mau memberikan Ho-siu-oh itu?"
Sin-hiong kembali mengeluarkan kota kecil itu dan berkata:
"Tentu saja!"
Setelah berkata, baru saja akan membuka tutup kotak itu, pada
saat ini terdengar suara "Huut!", satu bayangan orang melesat
datang!
Giok-siau-long-kun sekali lagi berteriak:
"Kau mau mengacau lagi?"
Seruling gioknya dengan cepat sudah menotok.
Sin-hiong tahu orang itu adalah Yu Hoa, tubuhnya sedikit
bergerak lalu berteriak:
" Yu-toako, jangan!"
Melihat kedua orang itu akan bertubrukan, Sin-hiong khawatir Yu
Hoa akan terluka, dia kembali menerjang ke depan, Kim-kau-po-
kiam segera diputar menangkis seruling giok Giok-siau-long-kun.
Kecepatan jurusnya laksana kilat, Giok-siau-long-kun jadi tidak
sempat melukai Yu Hoa, dia melintangkan seruling gioknya, balik
menotok pergelangan tangan Sin-hiong sambil mendengus dia
berkata:
"Kalian mau mengeroyok, kenapa kita tidak bertarung sepuasnya
saja?"
Sin-hiong menunggu jurus Giok-siau-long-kun sampai habis,
tubuhnya kembali meloncat ke belakang sambil tertawa berkata:
"Ingin bertarung pun bukan saatnya, kita tolong dulu orang baru
bertarung!"
Sebenarnya Sin-hiong pun sudah tahu niatnya Giok-siau-long-
kun, tapi karena dia melihat seluruh tubuh Cui-giok sudah menjadi
hitam, di sudut mulutnya pun mengeluarkan busa putih, hatinya
menjadi perih, demi menolong orang dia rela berkorban, apa lagi
hanya sebatang Ho-siu-oh!
Pikirannya, bagaimana Yu Hoa bisa mengerti, apa lagi Giok-siau-
long-kun, dia pun tidak akan mengerti.
Giok-siau-long-kun berhenti sambil berkata marah:
"Kalau begitu, cepat keluarkan Ho-siu-oh itu!"
Sin-hiong takut Yu Hoa kembali akan menghalanginya, saat itu
tanpa berpikir lagi dia melemparkan kotak kecil itu pada Giok-siau-
long-kun dan berkata:
"Kau ambil saja, asalkan bisa menyelamatkan nona Sun, maka
harapanku sudah terkabul, satu batang Ho-siu-oh tidak berarti apa-
apa?"
Buat Sin-hiong melemparkan barang pusaka itu tidak masalah,
tapi dua orang yang di sampingnya, yang satu hatinya menjadi
sangat senang, yang satu lagi hatinya jadi amat kecewa.
Yu Hoa mengeluh dan berkata: "Adik Sen, kau tidak mau
mendengar nasihat-ku, di kemudian hati kau pasti akan celaka oleh
orang ini?"
Setelah berkata, sambil menggelengkan kepala dia berjalan ke
depan!
Tapi baru saja dia berjalan dua langkah, mendadak terdengar
dari belakang tubuhnya terdengar sebuah suara yang amat dingin,
terpaksa membalikkan kepala melihat ke belakang, terlihat wajah
Giok-siau-long-kun merah sekali, mata Sin-hiong malah membelalak
besar-besar, wajahnya terkejut!
Yu Hoa tergetar dan bertanya:
"Adik Sen, apa yang terjadi?"
Sesaat Sin-hiong tidak bisa menjawab, Giok-siau-long-kun yang
menjawab dengan dingin:
"Hemm... hemm... Ho-siu-oh apa? Ternyata hanya kotak
kosong?"
Setelah berkata, dia melemparkan kembali kotak itu!
Yu Hoa mengambilnya, seetelah melihat, di dalam kotak benar
saja kosong tidak ada apa-apanya, di dalam hatinya berpikir:
Adik Sen bukan orang seperti itu, mungkin isinya sudah dicuri
orang!'
Tapi setelah dipikir lagi, dia merasa pikirannya tidak masuk akal,
sebab dengan ilmu silatnya Sin-hiong, jika ada orang bisa mencuri
barang dia, orang ini mungkin orang yang tergolong seorang dewa.
Dia meneliti lagi kotak kosong itu, mendadak sepasang matanya
seperti dibetot oleh suatu benda, lama tidak bisa bergerak!
Giok-siau-long-kun melihat Yu Hoa bengong menatap kotak
kosong itu, dia mengira kotak kosong pun dia tidak rela
membuangnya, sambil marah berkata:
"Kau sudah melihat jelas? Bukankah di dalam kotak itu pusaka
apa pun tidak ada!"
Yu Hoa menarik nafas panjang dan berkata: "Ternyata dia, kalau
begitu tidak mengherankan?"
Kata-kata dia sedikit membingungkan, Sin-hiong dan Giok-siau-
long-kun sama-sama terkejut dan bertanya:
"Kau menemukan apa?"
Yu Hoa menggelengkan kepala:
"Pusaka ini sudah diambil oleh ketua pulau Teratai, jadi tidak
mengherankan!"
Sin-hiong jadi tergetar, dia langsung merebut-nya, benar saja di
dalam kotak hitam itu, samar-samar di tengah kotak tampak
sekuntum bunga teratai putih, karena bunga teratai sangat kecil jadi
bisa terlihat karena ada sinar bulan menyorotnya, jika tidak teliti
tidak akan terlihat.
Terhadap bunga teratai ini Sin-hiong sudah hafal, dia berpikir-
pikir, tapi tetap masih tidak tahu kapan Ho-siu-oh ini di ambil oleh
ketua pulau Teratai?
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku hanya bertemu dengan dia dua kali, satu kata pun tidak
bicara, dia datang tergesa-gesa pergi juga tergesa-gesa, bagaimana
bisa mengambil Ho-siu-oh di kantongku?"
Setelah Sin-hiong berkata, Yu Hoa menyela: "Kalau begitu,
kenapa tanda dari ketua pulau Teratai bisa ada di dalam kotak
kosong ini?"
Giok-siau-long-kun tidak berkata sepatah kata pun, ternyata
setelah dia mendengar nama besar ketua pulau Teratai, di dalam
hatinya juga terkejut sekali.
Setelah berpikir cukup lama dengan nada dalam Sin-hiong
berkata:
"Betul, jika tidak, kenapa tanda dia bisa ditaruh di dalam kotak
kosong."
Berpikir begitu, dia tetap tidak mengerti, dengan sedih dia
melihat sekali pada Sun Cui-giok yang tergeletak di tanah, kembali
berkata:
"Ho-siu-oh sudah diambil orang, sekarang selain pergi mencari
ketua pulau Teratai, hanya bisa pergi ke gunung Lam-thian,
hanya......hay!"
Terpikir gunung Lam-thian yang jauh ada di Sin-kiang, jarak dari
sini paling sedikit ada ribuan li, walaupun bisa tiba disana, bukan
saja waktunya harus menunggu satu tahun, walaupun bisa dengan
mudah mendapatkannya, tapi saat kembali, mungkin nyawa Cui-
giok pun sudah tidak ada, maka berkata sampai disini, dia tidak bisa
meneruskannya.
Giok-siau-long-kun maju dua langkah, mengangkat tubuh Cui-
giok, melihat gunung yang jauh di sana dan berkata:
"Bagaimana pun caranya aku tidak akan membiarkan dia mati, di
sana ada satu puncak yang paling tinggi, aku akan mencari semua
tumbuhan obat untuk menyelamatkan dia, Sen-tayhiap masalah
diantara kita, lain hari saja kita selesaikan!"
Setelah berkata, dia melangkah turun ke bawah gunung!
Sin-hiong ingin menghadangnyaa, tapi setelah dipikir lagi, tidak
ada gunanya menghadang, apalagi bisa menghambat pertolongan
buat Sun Cui-giok?
Mendadak, dia teringat Sai Hoa-to Ong Leng, di dalam hatinya
berpikir:
'Walaupun Ong Leng sangat jauh dari sini, tapi bagaimana pun
jauh lebih baik dari pada pergi ke gunung Lam-thian!'
Maka diapun melihat ke gunung di seberang, di dalam hatinya
berpikir:
'Jika aku bolak balik kesana tidak akan memakan waktu banyak,
tidak usah takut Giok-siau-long-kun bisa lari kemana.'
Setelah Sin-hiong mengambil keputusan, dia membalikan tubuh
berkata pada Yu Hoa:
"Yu-toako, aku juga harus pergi!"
Tadinya Yu Hoa ingin ikut bersama dengan Sin-hiong, karena dia
khawatir Sin-hiong sendirian tidak bisa melawan, tapi setelah
melihat kejadian tadi, pikiran dia terasa berlebihan. Tidak tahan
dengan suara sedikit kecewa berkata:
"Adik, kau pergi kemana pun di dunia, tidak ada orang yang bisa
menghinamu, tapi hati orang sulit ditebak, bagaimana pun kau
harus selalu waspada?"
Dengan sangat berterima kasih Sin-hiong menganggukan kepala,
karena keadaannya gawat, dia tidak banyak bicara, terdengar Yu
Hoa berkata lagi:
"Adik, apakah kau mau pergi ke gunung Lam-thian?"
Sin-hiong terpaksa menceritakan niatnya pergi mencari Ong
Leng, Yu Hoa berpikir sejenak, mendadak seperti ingat sesuatu dan
berkata:
"Baik, cepatlah kau pergi, waktunya sangat mendesak!"
Walaupun dia berpesan begitu pada Sin-hiong, tapi di dalam hati
dia sudah ada satu keputusan, yaitu setelah Sin-hiong pergi, dia
sudah bertekad pergi ke gunung Lam-thian!
Tentu saja Sin-hiong tidak tahu pikirannya, setelah pamitan, dia
langsung melesat turun ke bawah gunung!
Saat ini sudah lewat jam tiga pagi, pikiran Sin-hiong terasa
sangat kacau, dia merasa dimana-mana dia selalu terlibat masalah,
dia merasa tidak bisa mengurus semuanya sekaligus, dia
memutuskan, begitu menemukan satu masalah dia selesaikan
masalah itu.
Mengambil kesempatan masih ada dua jam hari baru terang,
setelah turun gunung dia langsung berlari terbang menelusuri jalan
raya!
Ilmu meringankan tubuhnya sudah sangat hebat, begitu berlari
sudah melewati puluhan li, sekali melihat ke atas, terlihat dari
kejauhan langit sudah memutih, dia sadar hari sudah akan terang,
saat itu dia baru memperlambat langkahnya, pelan-pelan berjalan
ke depan.
Ketika sedang berada di tengah jalan, tiba-tiba di atas bukit
terdengar ada beberapa orang sedang berkata-kata.
Tadinya dia tidak memperhatikan, setelah berjalan beberapa
saat, terdengar salah seorang berka ta:
"Menurut pendapatku, kita bertiga sudah cukup, tidak perlu
mengundang orang lain lagi?"
Terdengar lagi satu suara tua melanjutkan: "Bagaimana menurut
pendapat Lang-tayhiap?"
Terdengar suara dengusan sekali, berkata: "Saat aku ada di bukit
Pek-yang, aku sudah berniat bertarung dengan orang ini, hanya
karena saat itu ada urusan penting, hemm... jika tidak dunia
persilatan tidak akan sekacau ini."
Nada bicara orang ini sangat percaya diri, Sin-hiong sudah
melewati sekitar sepuluh tombak lebih, tapi setelah mendengar
orang ini menyebut bukit Pek-yang, dia jadi teringat seseorang, di
dalam hatinya berpikir apakah orang ini adalah ketua perguruan
Tiang-pek, Lang Tiong-sun?
Dia jadi ingat, belum lama ini ketika dia meninggalkan rumah
Cui-giok, dia pernah bertemu dengan orang ini di satu penginapan,
saat itu tadinya dia ingin bertarung dengannya, kemudian karena
dia harus segera pergi dulu ke Siauw-lim-si, maka tidak menggubris
dia, tidak diduga sekarang bisa bertemu dengan dia disini?
Mendengar nada bicara mereka, sepertinya akan mengeroyok
seseorang, hatinya diam-diam jadi terkejut, di dalam hatinya
berpikir:
'Orang yang bisa bersama dengan Lang Tiong-sun pasti bukan
orang biasa, tidak terpikir pesilat setinggi mereka mau mengeroyok
orang, kalau begitu orang yang dihadapi mereka pasti orang hebat'
Sin-hiong berpikir, di dunia persilatan orang yang pantas mereka
keroyok, selain ketua pulau Teratai, Thian-ho-tiauw-souw, dan Ngo-
ki-thian-cun, mungkin diri sendiri juga termasuk.
Begitu terpikir dirinya, tidak tahan dia jadi tergerak, di dalam
hatinya berpikir:
'Aku pernah pergi ke Siauw-lim-si dan Bu-tong-pai, orang-orang
ini kemungkinan besar mengarah kepadaku.'
Berpikir sampai disini, maka dia menghentikan langkahnya,
begitu mengawasi, dari kejauhan berlari mendekat lima bayangan
manusia!
Buru-buru Sin-hiong menyelinap ke pinggir jalan, terlihat dari
lima bayangan orang itu, ada tosu, ada tokouw, ada juga orang
biasa, salah satu diantaranya sambil berlari berteriak:
"Kita sudah mencari semalaman, apa pun tidak ada, mungkin
kabar kalian dari perguruan Go-bi tidak tepat!"
Salah seorang tosu mendengus dan berkata:
"Perguruan kami sudah mengerahkan puluhan orang, apakah
kabar sekecil inipun tidak bisa dikerjakannya? hari ini dia tidak
datang, besok pasti datang!"
Seorang laki-laki berpakaian ringkas juga terlihat mendengus
dengan marah berkata:
"Mungkin saja salah!"
Diantara lima orang itu, ada dua orang tosu, kedua orang ini
begitu mendengar, mendadak menghentikan langkahnya dan
berkata marah:
"Kami dari Go-bi-pai tidak perlu bekerja sama dengan kalian
Tiang-pek-pai dan Kun-lun-pai pun kami bisa mengalahkan Kim-kau-
kiam-khek, kalau tidak percaya, kalian bertiga boleh tunggu
kabarnya!"
Tiga orang lainnya juga tidak mau kalah, salah seorang tokouw
ikut mendengus lalu berkata:
"Kami orang-orang dari Kun-lun-pai jauh-jauh datang kesini,
bukan untuk menuruti kehendak orang, hemm... hemm... jika bukan
karena guru kami dengan tegas memerintahkan untuk giat berlatih
silat, kami sudah dari dulu pergi, tidak akan seperti sekarang bolak-
balik berlari kesana kemari tanpa ada hasilnya!"
Sin-hiong yang bersembunyi di kegelapan, jarak dengan mereka
sangat dekat, begitu mendengar mereka memang ingin menghadapi
dirinya, dia jadi terkejut, di dalam hati berkata:
'Kata-kata orang itu ternyata tidak salah, berbagai perguruan
besar di dunia persilatan sudah bersatu ingin menghadapi dirinya,
dia harus meningkatkan kewaspadaan!'
Ketika sedang berpikir, terlihat dua orang lainnya juga
menghentikan langkahnya, yang satu berkata:
"Jangan ribut, jangan ribut, kami dari Tiang-pek-pai sudah
mengikuti dia selama setengah tahun, tapi bayangan dia pun tidak
terlihat, kalian baru saja menjaga beberapa hari, sudah begini tidak
sabaran?"
Kelihatannya ketiga orang ini mewakili tiga perguruan yang
berbeda, karena mereka mengaku dirinya dari aliran lurus yang
ternama, maka masing-masing tidak ada yang mau mengalah?
Sin-hiong tidak bergerak, di dalam hatinya berpikir:
'Diatas bukit itu masih ada tiga orang, kenapa mereka
membiarkan murid-muridnya bertengkar, tapi tidak ada satu orang
pun keluar mencegahnya?'
Sebenarnya, pikiran dia salah sekali, di dalam berbagai perguruan
besar sekarang ini, yang kecil demikian, yang tua pun begitu, tiga
orang tadi adalah ketua Kun-lun-pai Siu-goan Suthai, ketua Go-bi-
pai Cing-cen Totiang dan ketua dari Tiang-pek-pai Lang Tiong-sun,
ketiga orang ini sama dengan murid-murid mereka, di wajahnya
tampak damai, di dalam hati mengadu kekuatan!
Saat ini ketiga orang tua itu sudah duduk bersila di puncak bukit,
membiarkan murid-muridnya bertengkar, ketiga orang itu saling
pandang, semua pura-pura tidak tahu
Alis Siu-goan Suthai mengkerut dan berteriak: "Anak Beng, anak
Ciu, kalian kemari!" Dua orang tokouw itu menyahut dan dengan
cepat mereka naik ke atas!
Lang Tiong-sun mendengus dengan hidung-nya, juga berteriak:
"Anak Jong, kalian naik ke atas!"
Sekarang, tinggal satu orang tosu di sana, tosu itu melihat-lihat
ke sekeliling, tampak menunggu gurunya memanggil, siapa sangka
setelah beberapa saat, diatas bukit sepi tidak ada suara!
Sin-hiong pun merasa keheranan, tepat ketika ini, mendadak satu
suara tua berteriak:
"Anak Hui, pergilah ke depan memeriksa, di sana seseorang telah
datang!"
Wajah tosu itu jadi cerah, secepatnya berlari ke depan.
Karena Sin-hiong sedang bersembunyi sambil berjongkok, maka
dia tidak bisa melihatnya, entah siapa yang datang?
Saat ini matahari baru terbit, bumi sudah terang benderang,
sedikit saja Sin-hiong bergerak, orang yang ada diatas bisa
menemukannya, dia beberapa kali ingin keluar, tapi setelah dipikir
lagi, dia kembali diam tidak bergerak.
Tidak lama, dari kejauhan terdengar seseorang dengan marah
berkata:
"Kau tosu bangsat sungguh mengesalkan, kenapa melototi aku
terus?" .
Sin-hiong mendengar suara orang ini, tidak tahan dia jadi
terkejut, di dalam hati berkata:
'Apakah Ho Koan-beng juga datang kemari?'
Tosu tadi sebenarnya diperintahkan untuk mencari Sin-hiong,
tapi dia tidak kenal Sin-hiong, dia hanya tahu harus mencari seorang
anak muda yang tampan, yang membawa sebuah gitar kuno, yang
tidak lama lagi akan muncul di sekitar ini.
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng juga seorang anak muda tampan,
tapi tidak membawa sebuah gitar kuno, saat ini dia sedang tidak
bersemangat dan berjalan sendirian. Tosu itu melihatnya, dia ragu-
ragu memastikan dia Sin-hiong atau bukan? maka dia terus melihat-
lihat, dan akibatnya di maki-maki, tapi tosu ini juga sedang kesal,
dia menjadi marah, berkata:
"Kau sungguh tidak tahu aturan, kau tidak melihat aku,
bagaimana bisa tahu aku sedang melihat mu?"
Sejak Sim-kiam-jiu Ho-Koan-beng dikalahkan oleh ketua pulau
Teratai dalam dua jurus, dia terus mempelajari sisa dua jurus yang
berupa syair, setelah memeras otak tiga hari, dia baru berhasil
memecahkan dua jurus terakhir Hiang-liong-pit-to, sekarang tangan
dia sedang gatal ingin mencoba ilmu silatnya, melihat tosu di depan
mata ini mencari gara-gara, dengan sendirinya dia menghentikan
langkahnya, menyipit-kan sepasang matanya dan berkata:
"He he he, rupanya kau ingin membuat aku marah ya?"
Setelah berkata, tiba-tiba dia menggetarkan pedangnya dan
berteriak:
"Kau berani mencabut gigi macan, tentu sudah bosan hidup."
Tosu itupun tidak mau kalah, dia segera mencabut pedang
panjang di punggungnya, berkata:
"Jika kau mau bertarung, aku akan melayani-nya!"
Ho Koan-beng menusukan pedangnya dan berkata marah:
"Jangan banyak omong kosong!"
Tosu itu menghindar lalu balas menyerang, Ho Koan-beng sambil
tertawa dingin berkata:
"Ternyata kau dari perguruan Go-bi, tapi ilmu silatmu masih
belum matang!"
Setelah berkata, dia membalikan pergelangan tangannya, jurus
pedangnya mendadak berubah, malah menggunakan jurus hebat
dari perguruan Go-bi, Cing-cen Totiang yang ada diatas bukit
melihat hal ini, tidak tahan bersuara "Ah!" dengan terkejutberkata:
"Kenapa orang ini bisa memainkan jurus pedang dari perguruan
kami?"
Bicaranya belum selesai, Sim-kiam-jiu berturut-turut merubah
dua jurusnya, kebetulan sekali, dua jurusnya yang satu adalah jurus
In-liong-sam-sian (Naga di awan muncul tiga kali) dari}Kun-lun-pai,
dan Ban-li-koan-san (Selaksa pegunungan di perbatasan) dari
Tiang-pek-pai!
Ketua Kun-lun-pai dan ketua Tiang-pek-pai pun melihat kedua
jurusnya, juga bersama-sama berteriak:
"Itu jurus pedang dari perguruan kami?"
Dalam sekejap, mata ketiga ketua perguruan ini membelalak
besar, mimpipun mereka tidak terpikir, jurus hebat perguruan
mereka bisa dicuri dan dipelajari orang asing?
Ketiga orang tidak pikir panjang lagi, langsung melesat
menerjang Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng!
Saat ini, murid dari Go-bi-pai sudah kewalahan menahan
serangan Ho Koan-beng, ketiga orang ini tibanya pada saatnya,
ketiga ketua perguruan besar ini sama-sama ingin menanyakan
bagaimana Ho Koan-beng bisa menjalankan jurus pedang perguruan
mereka, baru saja ketiga orang itu tiba, langsung menyerang tiga
jurus!
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng melotot marah "Hemm...!" berkata:
"Kalian mau mengeroyok?"
Baru saja dia berkata, terasa ada satu tekanan seberat ribuan
kati menerpa wajahnya, dia membalas menyerang berturut-turut
tiga jurus dan terkejut berkata:
"Ah! Kalian baru benar-benar kelinci percobaanku?"
Setelah berkata, dia merubah jurusnya, ketiga ketua perguruan
besar itu bersama-sama menarik tangannya, hampir bersamaan
waktunya berteriak:
"Tunggu, ada yang mau kami tanyakan padamu!"
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng dengan sombong melihat mereka
bertiga dan berkata:
"Kalian mau apa?"
Ketiga ketua perguruan besar ini, sebenarnya tidak berniat
mengeroyok dia, hanya kebetulan saja, lebih-lebih tidak terpikir
dalam waktu bersamaan menanyakan satu pertanyaan yang sama,
saat ditanya oleh Ho Koan-beng, wajah ketiga orang itu menjadi
merah sampai ke telinga, mereka saling pandang sekali, tapi tidak
satu orang pun bicara lagi.
Maksud ketiga orang itu, adalah mengalah pada dua orang
lainnya, tapi yang terjadi malah, aku mengalah padamu, kau
mengalah padaku, jadi siapa pun tidak ada yang bicara!
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng yang melihat, tidak tahan jadi naik
pitam dan berkata:
"Diantara kalian bertiga, ada tosu, ada tokouw, dan juga ada
orang biasa, kalian bersandiwara untuk siapa? He he, aku sih tidak
ada waktu menikmatinya?"
Kata-kata dia sedikit pun tidak ada basa basi-nya, jadi membuat
tiga orang ketua pergunian besar itu marah, mereka bersama-sama
berteriak, tiga macam senjata bersama-sama menyerang dia lagi.
Tindakan kali ini kembali tanpa sengaja bersama-sama
menyerang Ho Koan-beng, tapi jadi membuat dia marah sekali, di
dalam hatinya berpikir, ketiga orang ini sungguh menyebalkan
sekali, setelah mendengus lalu berteriak:
"Bagaimana kalau kalian mencoba satu jurus aku ini?"
Dia menggerakan pedang menyerang, serangan ini kelihatannya
tidak teratur, walaupun ketiga ketua perguruan besar ini merasa
sedikit malu, tapi melihat Ho Koan-beng menggunakan jurus yang
hanya biasa-biasa saja, wajah mereka tampak tertawa sinis.
Ketiga orang itu jadi ingin menarik kembali jurusnya, siapa
sangka, pada saat ini mendadak terlihat pedang Ho Koan-beng
membelit, "Ssst!" suara yang keras, seperti angin keras yang
menggelegar, hampir saja senjata ketiga orang itu terlepas dari
tangannya!
Ke tiga ketua perguruan besar itu jadi terkejut sekali!
Hanya dengan saru jurus Ho koan-beng sudah berhasil, tidak
tahan dengan senangnya berteriak:
"Bukit berputar jalan melingkar, setelah gelap timbul terang,
hemm... hemm... sekarang giliran jurus setelah gelap timbul
terang!"
Setelah berkata, pedang pusakanya mendadak diputar kembali
dari kanan ke kiri, ketiga ketua perguruan besar itu masih terkejut,
semua tidak mengira jurus 'aneh' keduanya datang menyerang lagi,
tiga bayangan orang langsung meloncat mundur satu tombak lebih!
Wajah ketiga ketua sama-sama terkejut tidak mengerti, apalagi
Siu-goan Suthai yang sifatnya sangat angkuh, seumur hidupnya
tidak pernah dia bersama-sama mengeroyok orang, karena mereka
bertiga terpengaruh oleh nama besar Kim-kau-kiam-khek, baru
sepakat bersatu menghadapinya, tapi itu hanya untuk menghadapi
Sin-hiong, tidak diduga anak muda di depan mata ini ternyata
begitu lihay, dalam hati dia berpikir, mungkin orang ini adalah Sin-
hiong.
Dia menggetarkan kebutan di tangannya dia bertanya:
"Apakah kau Sen Sin-hiong?"
Semangatnya Ho Koan-beng sedang tinggi, dengan sombongnya
berkata:
"Bukan!"
Sekarang ketiga ketua itu sudah tidak menyerang lagi, Cing-cen
Totiang juga berkata:
"Tuan bukan Sen Sin-hiong lalu siapa?"
Ketua dari perguruan Tiang-pek tidak menunggu Ho Koan-beng
menjawab, mendadak menyela:
"Menurut yang aku tahu, tindakan marga Sen itu, kebanyakan
sembunyi-sembunyi, orang ini sampai julukannya saja tidak berani
mengatakan, kalau bukan Sen Sin-hiong siapa lagi?"
Ho Koan-beng melihat perbincangan ketiga orang ini selalu
menyebut nama Sen Sin-hiong, tidak tahan rasa iri hatinya jadi
timbul, dengan marah berkata:
"Siapa itu Sen Sin-hiong, buat apa kalian selalu menyebut dia
dihadapan aku?"
Siapa sangka baru saja dia selesai bicara, mendadak terdengar
seseorang sambil mengeluh berkata: "Saudara Ho, kenapa kau
memaki di belakang orang?"
Begitu kata-kata ini terdengar, empat orang yang berada di
lapangan semua jadi terkejut sekali!
Suara ini datangnya terlalu mendadak, sorot mata ke empat
orang itu melihat ke arah datangnya suara, terlihat seorang remaja
yang sangat tampan, di tangannya memeluk sebuah gitar kuno,
sedang tersenyum berdiri di bawah bukit!
Dengan sorot mata dingin Ho Koan-beng menyapu pada ketiga
orang itu dan berteriak:
"Bukankah kalian mau mencari Sen Sin-hiong? Dialah orangnya!"
Ketiga ketua perguruan besar itu sedikit tergetar, Siu-goan Suthai
bersuara "Aah!" sekali, lalu mundur kebelakang dan berkata:
"Satu gelombang belum reda, gelombang lain sudah timbul, lebih
baik kita hadapi dulu saja sasaran kita."
Setelah berkata, dengan pelan dia bersiul sekali, dan di atas bukit
langsung berlari turun dua bayangan orang, Siu-goan Suthai dengan
luwesnya menyapukan kebutannya dan berkata lagi:
"Kalian berdua awasi orang ini, jangan sampai dia melarikan
diri?"
Kata-kata dia tentu saja ditujukan pada Ho Koan-beng, sejak Sin-
hiong muncul, otak Ho Koan-beng sudah berputar entah berapa kali,
di dalam hatinya berpikir, bukankah ketiga orang ini mau mencari
Sin-hiong? He he he, kenapa aku tidak mengambil kesempatan ini
membinasakan dia, meng-hilangkan duri dalam daging?
Ho Koan-beng sangat licik, melihat Siu-goan Suthai mengarahkan
sasarannya pada dia, dia tidak bereaksi sedikitpun, tapi diam-diam
dia sudah ada satu keputusan.
Begitu Siu-goan Suthai mengatakan ini, Cing-cen Toliang dan
Lang Tiong-sun memanggil murid-nya, menyuruh mereka
mengawasi Ho Koan-beng, mereka bertiga pelan-pelan maju
mengurung Sin-hiong.
Perlahan Sin-hiong maju dua langkah, berkata sendiri:
"Sayang diantara sembilan perguman besar, Siauw-lim-pai dan
Bu-tong-pai sudah tidak bisa datang lagi, sekarang hanya datang
tiga orang, di kemudian hari aku masih harus menempuh jarak jauh,
untuk mencari empat orang ketua perguman besar lainnya."
Tingkahnya begitu santai, tepat ketika Cing-cen Totiang bertiga
datang menguning, Sin-hiong juga sudah mencabut Kim-kau-po-
kiam dari dalam gitar kuno!
Ho Koan-beng mendengus dan berteriak:
"Sen Sin-hiong, apa kau sudah ketakutan? Bagaimana kalau kita
tukar tempat?"
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Saudara Ho, hal apa saja aku boleh mengalah padamu, hanya
satu hal ini aku tidak bisa!"
Wajah Lang Tiong-sun merah padam, Cing-cen Totiang
mengencangkan seluruh ototnya sampai tegang sekali, hanya wajah
Siu-goan Suthai tampak sedikit tenang, tapi juga memegang erat-
erat kebutan-nya, siap menyerang lebih dulu!
Ketiga orang membentuk segi tiga, kelihatan-nya akan
mengeroyok, Cing-cen Totiang menghela nafas panjang dan
berkata:
"Aku maju dulu!"
Harus tahu, sejak dilahirkan sampai sekarang, ketua Go-bi-pai
hanya sekali mengeroyok orang yaitu gurunya Sin-hiong, biasanya
dia tidak pernah menampakan wajah serius seperti ini, hari ini
adalah kekecualian yang amat besar. ?
Ketua dari perguruan Tiang-pek menggetarkan pedang
pusakanya dan berkata:
"Boleh tidak aku duluan yang maju?"
Siu-goan Suthay tertawa lalu berkata:
"Siapa yang duluan maju pun boleh, hanya jangan sampai
memalukan?"
Lang Tiong-sun melotot dan berkata marah:
"Kalau begitu kau saja yang duluan, bagai-mana?"
Siu-goan Suthai mengangkat alisnya, men-dengus dingin sekali
dan berkata:
"Aku dulu, aku dulu saja, apa susahnya?"
Setelah berkata, kebutan di tangannya sudah maju menyerang!
Dengan tenang Sin-hiong melayang meng-hindar, lalu menangkis
dengan Kim-kau-po-kiam dan sambil tertawa berkata:
"Siapa yang duluan maju juga sama saja, ini adalah jurus
pertama!"
Siu-goan Suthai yang menyerang dengan kebutannya, tidak
menduga Sin-hiong begitu mudah menghindar, sebaliknya ujung
pedang Sin-hiong sudah ? l,itang menusuk dari samping.
Lang Tiong-sun melihat, tidak tahan terkejut dan berteriak:
"Suthay, awas di sebelah kiri!"
Siu-goan Suthai marah berkata:
"Kau tidak usah berteriak, apakah aku tidak lalui?"
Kebutannya diputar ke kiri "Huut!" rambut kebutan digetarkan
sampai tegang lurus, menerjang ke depan dada Sin-hiong!
Sin-hiong kembali menghindar, Kim-kau-kiam mendadak
mendongkel ke atas dan berteriak:
"Ini jurus keduaku!"
Setelah dua jurusnya gagal Siu-goan Suthai melampiaskan
kekesalannya, mendadak mengumpul-kan seluruh tenaga dalamnya
ke lengan kanan "Ssst!" kebutannya menyerang sambil mendengus
berkata:
"Lalu kenapa dengan jurus ketiga?"
Sin-hiong berhenti tidak bergerak, sambil tertawa berkata:
"Polos sekali!"
Dia memiringkan ujung pedang, benar-benar dengan sangat
polos menusukan pedangnya!
Cing-cen Totiang yang melihat, jadi berteriak:
"Suthay awas, jurus ini adalah Po-kong-kiam-eng (Gelombang
sinar pedang bayangan)!"
Ternyata Cing-cen Totiang sangat hafal terhadap jurus ini, sebab
dulu saat mereka mengeroyok Khu Ceng-hong, hanya
mengandalkan jurus ini, Khu Ceng-hong sekaligus melukai empat
orang ketua perguruan besar!
Siu-goan Suthai pun pernah mengalaminya, maka begitu
melihatnya, tidak tahan jatinya jadi tergetar, saat yang sempit ini,
hati dia masih mau mencoba untung-untungan, usia Sin-hiong
masih muda belia, mungkin tenaga dalamnya tidak sehebat Khu
Ceng-hong dulu?
Ketika otaknya berputar, kebutannya sudah berubah dua jurus,
dan kedua jurusnya adalah jurus hebat, dengan cepat membelit
pedangnya Sin-hiong!
Cing-cen Totiang melihat Siu-goan Suthai masih terus
menyerang, tidak tahan jadi terkejut, ketika sinar pedang Sin-hiong
mengembang, Cing-cen Totiang sudah maju menyerang.
Jurus pedang Sin-hiong tidak bembah, hanya sedikit menggeser
tubuhnya, jurus pedang yang pelan itu tiba-tiba berkelebat
menyilaukan mata, mengurung ke arah dua orang itu.
Lang Tiong-sun melihat Sin-hiong telah mengerahkan jurus
hebatnya, dia sadar harus segera turun tangan menyerang, maka
dia berteriak, pedang-nya menyerang dari samping!
Ketiga orang ini setelah bersatu mengeroyok, kekuatannya jadi
berlipat ganda, Sin-hiong balik menyabetkan pedangnya sambil
tertawa dingin:
"Akhirnya kalian bertiga sudah bersatu, coba lihat lagi satu jurus
ini!"
Sejak tenaga dalamnya maju pesat, gerakannya jadi semakin
cepat dan ringan? Sekali menyabetkan pedangnya, sudah
mengeluarkan kehebatan jurus Kim-kau-kiam dengan sempurna
sekali!
Jurus ini tadinya sederhana sekali, tapi saat digunakannya, suara
anginnya menggelegar, getaran sinar pedangnya masing-masing
menusuk satu kali kepada tiga orang ini!
Ketiga orang ketua perguman besar ini sudah mengerahkan
seluruh kemampuannya, terlihat kaki mereka berputar-putar laksana
angin topan, setiap menyerang sejurus, selalu membuat debu
menutup langit, di bawah perlawanan ketiga orang ini, Sin-hiong
agak kesulitan dalam waktu singkat bisa mengalahkan mereka.
Ho Koan-beng yang berada disana melihat Sin-hiong melawan
tiga orang ini, hatinya tergerak dan dalam hati berkata:
'Jika aku tidak mengambil kesempatan ini, mau tunggu kapan
lagi?'
Berpikir sampai disini, tubuhnya mulai bergerak, tapi baru saja
akan maju menerjang! lima orang di depannya pun ikut bergerak
dan berteriak:
"Kau mau kemana?"
Harus tahu ke lima orang ini diperintahkan oleh masing-masing
gurunya untuk mengawasi Ho Koan-beng, maka saat Ho Koan-beng
bergerak, ke lima orang ini langsung menghadang.
Ho Koan-beng melirik dengan sudut mata pada lima orang itu
dengan dingin berkata:
"Jika kalian mau mati, langsung saja katakan!"
Setelah berkata, tubuhnya menerjang ke arah dua tokouw yang
ada di depannya!
Dua tokouw itu berteriak, sepasang pedangnya bersamaan
ditusukan ke arah Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng sambil tertawa keras, dengan ringan membalikkan
pergelangan tangannya, saru jurus membunuh sudah dilancarkan
dan berteriak:
"Roboh!"
Setelah berkata, benar saja terdengar satu jeritan mengerikan,
salah satu tokouw langsung roboh ke bawah!
Tiga orang lainnya yang melihat langsung bergerak maju
menyerang.
Mata Ho Koan-beng menyapu, melihat Sin-hiong sedang sengit
bertarung, di dalam hatinya berpikir, jika tidak sekarang
melakukannya, dalam sekejap akan hilang kesempatannya, saat itu
sambil mendengus, dia langsung menyerang berturut-turut dengan
jurus hebat, kembali telah merobohkan dua orang lawan, lalu
menerjang ke arah Sin-hiong.
Tiga ketua perguruan besar sedang sengit bertarung dengan Sin-
hiong, mereka hanya bisa melihat Ho Koan-beng melukai murid-
muridnya, tapi tidak bisa melepaskan diri menolong mereka, saat ini
melihat Ho Koan-beng datang dengan menghunus pedangnya,
ketiga orang itu mengira dia mau membantu Sin-hiong Lang Tiong-
sun berteriak:
"Kalian berdua tahan dia, biar aku membereskan bocah itu!"
Wajah Ho Koan-beng samar-samar tampak hawa membunuh
sambil berteriak:
"Saudara Sen kau tenang saja, biar aku bantu!"
Saat ini kebetulan Lang Tiong-sun sudah melepaskan diri dan
datang menghadang, Ho Koan-beng melihatnya juga tidak, secepat
kilat berputar ke belakangnya Sin-hiong, pedangnya langsung
ditusukan ke punggung Sin-hiong!
Sin-hiong sedang konsentrasi menghadapi musuh di depannya,
sama sekali tidak menduga dia bisa menusuk dari belakang, apa
lagi, Ho Koan-beng tadi masih berkata datang untuk membantu dia!
Tindakan ini bukan saja di luar dugaan Sin-hiong, ketiga orang
yang saat ini sedang menyerang pun jadi tertegun bengong!
Sekejap Sin-hiong tertegun, lalu memutar tubuhnya dan
berteriak:
"Ho Koan-beng, apa yang kau lakukan?"
Karena tindakan Ho Koan-beng sangat di luar dugaan, gerakan
Sin-hiong jadi sedikit lamban, setelah memutar tubuhnya, walaupun
berhasil menghindar dari serangan Ho Koan-beng, tapi serangan
Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthay tidak bisa di hindarkan,
hanya terdengar suara sobekan kain, baju lengan kiri kanan dia
sudah dipotong sebagian besar!
Dalam keadaan marah, Sin-hiong meloncat ke belakang sejauh
lima enam tombak!
Sepasang mata dia dengan kesal melototi Ho Koan-beng, saking
marahnya seperti ingin menelan dia saja, bentaknya:
"Ho Koan-beng, tidak kuduga kau adalah orang serendah ini?"
Cara menyerangnya tadi, ternyata dipandang rendah oleh ketiga
ketua perguruan besar itu, tapi demi menghadapi Sin-hiong, ketiga
ketua perguruan besar terpaksa menggunakan juga kesempatan itu.
Ho Koan-beng tertawa dingin dan berkata:
"Sen Sin-hiong, kau jangan sombong? Hari ini di tempat inilah
kuburanmu!"
Lalu dia pelan-pelan mendesak maju!
Dalam hati Ho Koan-beng berpikir, walaupun tanpa orang lain,
dia pun berani menghadapi Sin-hiong, apa lagi, sekarang di
belakang dia ada tiga orang yang memiliki musuh yang sama?
Sin-hiong melihat sepasang mata Ho Koan-beng menyorot hawa
membunuh, tidak tahan dia menarik nafas panjang, hatinya berkata:
'Hati orang ini seperti ular berbisa. Sen Sin-hiong, Buat apa kau
masih mengalah pada dia?'
Dia pikir dia selalu mengalah pada Ho Koan-beng, tapi Ho Koan-
beng justru mau membunuhnya, apa lagi serangannya tadi, jika
diganti oleh orang lain, bukankah sudah mati dibawah tangan Ho
Koan-beng?
Pelan-pelan Ho Koan-beng sudah mendekat, wajahnya penuh
dengan hawa membunuh, Sin-hiong tidak berpikir panjang lagi, dia
maju dua langkah, kedua orang ini berhadapan dalam jarak satu
tombak.
Sin-hiong memegang erat pedang pusakanya dan berkata:
"Ho Koan-beng, hari ini aku tidak akan melepaskan kau lagi!"
Ho Koan-beng tertawa dingin, katanya:
"Kau bicara besar apa, kau tidak akan melepaskan aku, apakah
aku akan melepaskanmu?"
Kelakuan kedua orang ini, malah membiarkan tiga orang ketua
perguruan besar, Lang Tiong-sun dengan nada keheranan berkata:
"Heh! Apa yang terjadi?"
Siu-goan Suthai berkata:
"Kedua nya bukan orang baik-baik, siapa pun kita tidak boleh
melepaskannya?"
Cing-cen Totiang memperhatikan sejenak, dia merasa Sin-hiong
orangnya lebih jurur, di dalam hatinya berpikir:
‘Anak ini jika tidak belajar silat pada Khu Ceng-hong, dia akan
menjadi seorang pendekar pembela kebenaran yang sulit dicari di
dunia persilatan.'
Tiga orang ini tertarik perhatiannya oleh kejadian yang ada di
depan mata, malah sampai lupa pada murid-muridnya yang terluka,
matahari sudah tinggi di tengah langit, orang merasakan panas
terik.
Ho Koan-beng menggerak-gerakan pedang panjangnya dan
berkata:
"Sen Sin-hiong, aku pernah mengatakan, akan mengalah tiga
jurus dulu padamu, kala itu tidak terjadi, kali ini aku akan menepati
janji!"
Sin-hiong melihat dia masih bicara mengejek, tidak tahan jadi
semakin marah, dengan dingin berkata:
"Seumur hidupku belum pernah mengambil keuntungan dari
orang lain, kau maju saja!"
Hati Sin-hiong bagaimana pun lebih jujur, jika diganti orang lain,
mungkin sudah dari tadi menyerang Ho Koan-beng.
Ho Koan-beng merasa yakin setelah berhasil memecahkan dua
jurus pedang terakhir di dalam Hiang-liong-pit-to, dia sudah tidak
perlu takut pada Sen Sin-hiong lagi, saat itu dengan tenang dia
meng-getarkan pedang dan berkata:
"Bagus sekali, biar Ho Koan-beng bertarung dengan Kim-kau-
kiam-khek yang namanya menggemparkan dunia itu!"
Setelah berkata, dia menyabetkan pedangnya "Ssst!", terlihat
kilatan sinar perak menusuk ke arah dua jalan darah Hong-ho, dan
Hwan-sui!
Sin-hiong melihat begitu dia menyerang langsung melancarkan
jurus membunuh, di dalam hatinya berkata:
'Jika aku tidak memberi pelajaran padamu, mungkin kau masih
tidak tahu kelihayanku?'
Saat Ho Koan-beng menusukan pedangnya, dia menggerakan
pedang pusakanya menerjang masuk ke dalam sinar pedang
lawannya.
Ho Koan-beng tertawa, dia segera mengerah-kan seluruh tenaga
dalamnya dan berteriak:
"Ayo kita adu kekuatan dulu!"
Dua pedang bentrok, mendadak Ho Koan-beng merasa tekanan
lawannya sangat besar sekali, tidak tahan wajahnya jadi berubah,
dia sadar tidak bisa melawan kekuatan lawannya, segera dia
merubah jurus pedangnya, dalam sekejap menyerang tiga jurus!
Melihat Ho Koan-beng merubah jurus pedangnya, Sin-hiong pun
menarik tangan merubah jurusnya pula, begitu dia memutar
pergelangan tangan-nya, dia juga balas menyerang tiga jurus!
Walaupun Sin-hiong menyerang belakangan, tapi tampak lebih
dulu dari lawannya, sia-sia Ho Koan-beng memiliki jurus-jurus
hebat, dia malah ditekan oleh Sin-hiong, hatinya sangat tidak enak,
dia berteriak, dalam sekejap mata menyerang tujuh delapan jurus!
Jurus pedang Ho Koan-beng adalah inti sari jurus-jurus berbagai
perguruan besar, tidak saja setiap jurusnya bisa untuk menyerang
juga bisa diperguna-kan untuk bertahan, dan setiap jurusnya hebat-
hebat, terlihat sinar perak laksana ular menari-nari, telah
mengurung Sin-hiong dengan ketatnya!
Wajah beberapa orang di pinggir lapangan jadi tergetar, Cing-cen
Totiang mengeluh panjang dan berkata:
"Gelombang belakang Tiang-kang mendorong gelombang di
depannya, saudara Lang, tampaknya kita tidak perlu bertarung
lagi!"
Kedua mata Lang Tiong-sun melotot besar-besar melihat dua
pesilat tinggi yang masih muda itu sedang bertarung dengan
serunya, seumur hidup dia tidak mau mengaku kalah pada orang,
tapi sekarang setelah menyaksikan pertarungan ini, di lubuk hatinya
juga merasa kagum, sambil menggeleng-geleng kepala berkata:
"Tepat sekali pendapat Totiang, ah! marga Ho kembali di atas
angin!"
Sebenarnya Sin-hiong tidak suka bertarung, melihat jurus pedang
Ho Koan-beng tidak henti-hentinya menyerang, tanpa terasa
semangatnya jadi naik, sekali bersiul keras di depan tubuhnya
mendadak timbul kelebatan sinar perak yang menyilaukan mata,
laksana gelombang laut menerjang ke depan!
Ho Koan-beng sudah menyerang delapan jurus berturut-turut,
semua ditahan kembali oleh hawa pedang Sin-hiong yang amat
dahsyat, tidak tahan dia jadi tergetar, dia lalu memutar ujung
pedangnya dan berteriak:
"Coba rasakan jurus Hong-hwie-lu-coan (Bukit melingkar jalan
berputar) aku ini bagaimana?"
Jurus ini terlihat tidak beraturan sekali, hanya terlihat bayangan
pedang bergetar-getar, tidak bisa di duga arahnya kemana, ketiga
ketua perguruan besar yang melihat di pinggir pun merasa sulit
menghadapi jurus ini, tidak tahan diam-diam mereka terkejut.
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Jurus ini biasa, tidak akan merepotkan aku?"
Setelah berkata, dia memutar pedang pusaka-nya secara miring,
mendadak dia menusuk ke dalam gulungan sinar pedang Ho Koan-
beng.
Kedua orang ini bergerak, yang satu lambat yang satu cepat,
melihat Sin-hiong menusukan pedang nya, segera tampak wajah Ho
Koan-beng jadi berseri, dia segera memutar pergelangan tangannya
dan berteriak:
"He he he, biar kau lihat apa benar biasa saja?"
Tadi gerakannya lamban, setelah memutar pergelangan
tangannya, gerakannya benibah laksana meteor, dalam sekejap
sudah hampir menusuk wajah Sin-hiong!
Sin-hiong tertawa keras katanya:
"Jurus ini, memang biasa saja!"
Mendadak dia memutar ujung pedangnya, terdengar sebuah
suara keras "Traang!" Ho Koan-beng sudah digetarkan hingga
mundur selangkah ke belakang!
Semua orang terkejut!
Mereka tidak tahu, dengan cara apa Sin-hiong menggetarkan Ho
Koan-beng sampai mundur satu langkah, setelah semua orang
terkejut, mendadak terlihat Ho Koan-beng maju lagi sambil
berteriak:
"Coba hadapi lagi jurusku ini Liu-an-hoa-beng (Pepohonan gelap
bunga terang)"
Begitu menggerakan pedang, sinar perak pedangnya bergetar-
getar tidak beraturan, tampaknya seperti mengarah pada ke enam
belas jalan darah penting di depan tubuh Sin-hiong, samar-samar
malah mengurung seluruh tubuhnya di bawah bayangan
pedangnya.
Lang Tiong-sun tergetar dan berteriak: "Jika jurus ini juga gagal,
apakah kita akan menyerangnya?"
Siu-goan Suthai dengan tegas berkata: "Sudah seharusnya!"
Setelah berkata, sorot matanya menyapu ketua Go-bi-pai dan
berkata lagi:
"Bagaimana dengan kau Cing-cen Totiang?"
Cing-cenTotiang menarik nafas dalam-dalam, lalu
menganggukan kepala:
"Jika kita tidak mengambil kesempatan ini menyerangnya, maka
di dunia persilatan akan terjadi bahaya besar, sekarang kita sudah
tidak bisa mem-pedulikan aturan dunia persilatan lagi!"
Orang-orang ini sehari-harinya mengaku diri-nya adalah
perguruan ternama aliran lurus, tapi saat menghadapi masalah, cara
apa pun bisa dilakukannya, saat mereka bertiga bicara, semua
sudah meng-genggam senjatanya dengan erat, kelihatan, asal
sedikit saja Ho Koan-beng terlihat akan kalah, maka ketiga ketua
perguruan besar ini akan langsung menyerang.
Ketika ketiga ketua perguruan besar itu baru selesai bicara,
mendadak Sin-hiong dengan sekali berteriak keras, sinar pedang
ditangannya jadi mengem bang besar, begitu membalikkan tangan
seperti akan membelit, dengan ganas memotong bahu kanan Ho
Koan-beng!
Ho Koan-beng sangat terkejut, dia tidak menduga Sin-hiong
dapat menembus lapisan pertahanannya, sinar pedangnya
menusuk ke arah bahu kanannya, jurus yang sangat hebat ini,
sungguh sangat diluar dugaan dia!
Jurus Liu-an-hoa-beng, adalah jurus membunuh yang paling lihay
dari In-liong-kiam-khek Kongsun Seng, yang menciptakan Hiang-
liong-pit-to, Ho Koan-beng belum lama mempelajarinya, tadi dia
hanya menggunakan Hong-hwie-li-coan, hampir saja berhasil
melemparkan senjata ketua perguman dari Go-bi, Kun-lun dan
Tiang-pek, bisa dibayangkan keampuhannya, apa lagi jurus terakhir
Liu-an-hoa-beng.
Saat Ho Koan-beng tertegun, ujung pedang Sin-hiong sudah
hampir menyentuh tubuhnya, jika dia tidak segera melepaskan
pedangnya dan mundur ke belakang, maka kemungkinan bahu
kanannya akan terpotong.
Dalam keadaan yang berbahaya ini, mendadak tiga orang di
pinggir lapangan berteriak, dua bilah pedang pusaka dan sebuah
kebutan, secepat kilat menyerang Sin-hiong!
Sin-hiong sudah menetapkan hati, baru saja mau memotong
lengan kanannya Ho Koan-beng, tidak menduga di belakang ada
orang menyerang, malah orang yang menyerang ini adalah ketiga
ketua perguruan besar yang menyebut dirinya perguruan aliran
lurus!
Dia menjadi marah hingga kedua alisnya terangkat, aliran darah
di seluruh tubuh mengalir dengan deras, malah hampir mengalir
keluar dari mulutnya.
Tapi, keadaan di depan mata tidak memberi waktu untuk
berpikir, walaupun dia dapat memotong lengan kanannya Ho Koan-
beng, tapi dia pun mungkin akan terluka lebih parah sepuluh kali
lipat dari pada Ho Koan-beng.
Dalam situasi ini, dia jadi tidak bisa melukai musuhnya, dengan
memutar tubuhnya, pedangnya sudah melintang membalas
menyerang!
Dalam keadaan marah, gerakan pedangnya jadi menyerang
daripada melindungi diri, tidak peduli apa jurus ketiga orang itu,
setelah satu jurus, jurus kedua dan jurus ketiga berturut-turut
dikeluarkan!
Sejak tenaga dalam Sin-hiong bertambah beberapa kali lipat,
tenaga dia seperti tidak ada habis habisnya, semakin bertempur
semakin dahsyat, serangan pedangnya seperti angin topan, dalam
sekejap sudah menyerang tujuh delapan belas jurus pedang!
Empat orang lawan Sin-hiong, tiga orang diantaranya adalah
ketua perguruan besar saat ini, sedangkan Ho Koan-beng, walaupun
tingkatnya lebih rendah, ilmu silat dia sekarang sudah lebih tinggi
dari pada ketiga ketua itu, tapi mereka semua tidak pernah melihat
jurus pedang sedahsyat ini, mereka merasakan hawa pedangnya
amat kuat, angin dingin menerpa wajah, jika bukan karena mereka
adalah penguasa satu wilayah, mungkin sudah dari tadi
mengundurkan diri.
Tapi bagaimana pun ilmu silat ke empat orang ini tidak lemah,
ketika jurus Sin-hiong bertubi-tubi menyerang, empat orang ini
bersama-sama berteriak, dalam sekejap masing-masing membalas
menyerang tujuh delapan jurus.
Sungguh satu pertarungan sengit yang sulit ditemui dalam kurun
waktu ratusan tahun, terlihat pelangi perak menutupi langit, sampai
sinar matahari pun terasa menjadi redup, bayangan orang berputar-
putar di lapangan, setiap serangan adalah jurus membunuh,
masing-masing telah menyerang sebanyak dua tiga puluh jurus!
Saat ini kelima orang murid perguruan sudah datang
menghampiri, mereka tidak tahu bagaimana Sin-hiong bertarung
dengan gurunya, kelima orang ini hanya terbengong-bengong
menyaksikannya.
Setelah menyaksikan pertarungan itu, salah seorang lalu
bertanya:
"Sebenarnya siapa yang menyerang siapa yang bertahan?"
Di antara dua orang tokouw, salah seorang pernah dikalahkan
oleh Ho Koan-beng, dia mengharapkan semua orang menyerang dia
seorang, saat itu dia berkata:
"Tidak perduli siapa yang bertarung dengan siapa, kita tidak
boleh melepaskan orang itu!"
Tosu setengah baya itupun salah seorang yang telah dilukainya,
mendengar ini dia merasa ada perasaan yang sama maka berkata:
"Memang harus begitu, kita juga harus bersiap-siap!"
Setelah berkata, dia berjingkrak-jingkrak berdiri ke depan,
tampak dia khawatir jika Ho Koan-beng sampai melarikan diri!
Salah seorang murid dari perguruan Tiang-pek lukanya cukup
parah, dia berteriak kepada temannya yang ada di samping:
"Jong-sute, kau berdiri di sebelah barat!"
Diantara lima orang ini, hanya yang dipanggil Jong-sute dan
seorang tokouw yang tidak mengalami luka, mereka sangat
membenci Ho Koan-beng, saat itu mereka menyahut sekali, sambil
menghunus pedang berjalan ke sebelah barat.
Lima orang ini masing-masing bersiap-siap, lima orang di
lapangan semakin bertarung semakin seru, semangat bertarung Sin-
hiong semakin naik, begitu bersiul nyaring, dia sudah mengerahkan
jurus terhebat dari jurus Kim-kau-kiam, jurus pedangnya sangat
dahsyat, memaksa empat orang itu tidak bisa mendekatinya.
Setelah dikeroyok empat orang, tidak diduga Sin-hiong masih
saja tidak bisa dikalahkan, sepasang mata Ho Koan-beng jadi
melotot marah, dia terus menyerang lebih bernafsu, sebelum bisa
membunuh Sin-hiong dia belum puas!
Tiga orang lainnya, masing-masing sudah berusia lebih dari enam
puluh tahun, sebagai seorang ketua perguruan besar, entah berapa
banyak pengalaman bertarung seumur hidupnya, tapi tidak pernah
mereka bertarung seperti hari ini, harus mengerahkan seluruh
kemampuannya, apa lagi dalam keadaan mengeroyok, mereka
masih saja tidak bisa memenangkan pertarungan, jika sampai hal ini
tersebar keluar, siapa yang bisa percaya?
Seorang tosu yang berusia setengah baya itu sedang berdiri di
atas, saat ini samar-samar dia sudah bisa melihat keadaan di
lapangan, melihat gurunya malah bersama dengan Ho Koan-beng
mengeroyok Sin-hiong seorang diri, tidak tahan dia jadi
membelalakan sepasang matanya, sesaat tidak bisa berkata apa-
apa.
Bagaimana pun dia tidak berani percaya terhadap matanya
sendiri, setelah mengusap-usap matanya, ketika dia melihatnya lagi
dengan jelas, tidak tahan dia menghela nafas panjang dan
berteriak:
"Oh langit, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Ternyata empat orang lainnya pun sekarang sudah bisa
melihatnya, semua orang melihat keadaan yang ada di depan mata,
kebalikan dengan bayangan mereka, sesaat semua jadi terkejut
bengong.
Pada saat ini, mendadak dari kejauhan datang lagi lima bayangan
manusia!
Lima orang ini adalah tosu-tosu, tosu yang di lapangan melihat
langsung berteriak:
"Apakah Goan-beng Suheng? Di mana Goan-ceng Sute dan lain-
lainnya?"
Salah satu dari lima tosu yang sedang berlari menjawab:
"Semuanya sudah datang, apakah orangnya sudah ditemukan?"
Perkataannya belum selesai, di belakangnya sudah mengikuti
delapan orang tosu, jika dijumlahkan jadi empat belas tosu, setelah
mereka muncul, semua-nya berdiri di samping tosu itu, tosu yang
dipanggil Goan-beng bertanya:
"Goan-hui Sute, guru sedang bertarung dengan siapa?"
"Kim-kau-kiam-khek!" kata Goan-hui Goan-beng melihat
kelapangan, tampak pertarungan sedang sengit-sengitnya, lalu
melihat lagi Goan-hui, mendadak berteriak:
"Apa? Kau terlukai"
Goan-hui menganggukan kepala dan berkata:
"Kita tiga orang yang terluka, yang satu dari Kun-lun-pai, satu
dari Tiang-pek-pai, hanya aku yang lukanya paling ringan!"
Hati Goan-beng jadi tertekan dan bertanya:
"Dilukai Kim-kau-kiam-khek?"
Dalam pikiran Goan-beng, saat ini Kim-kau-kiam-khek Sen Sin-
hiong sedang bertarung dengan gurunya berempat, jika dia masih
ada tenaga melukai Goan-hui bertiga, ilmu silat orang ini sungguh
menakut kan sekali!
Goan-hui menggelengkan kepala dan berkata:
"Bukan, kita dilukai oleh lain orang!"
Salah satu tosu yang usianya lebih muda mendadak menyela:
"Siapa orangnya?"
Baru saja berkata, di lapangan terdengar satu suara keras
"Traang!" kembang api berpijar, ke lima orang itu mendadak
terpisah!"
Goan-hui menunjuk pada Ho Koan-beng:
"Dia!"
Saat ini Goan-beng tidak ada waktu mendengarkan kata-kata ini,
sebab setelah terdengar suara keras itu, Cing-cen Totiang berempat
masih mengawasi dari dari kejauhan, tapi warna wajah ke empat
orang itu merah padam dan menakutkap orang, wajah Sin-hiong
juga sangat serius, tidak henti-hentinya memetik gitar kunonya,
melihat tampangnya, hari ini jika dia tidak bisa mengalahkan ke
empat orang ini, dia tidak akan berhenti!
Alis Siu-goan Suthai sedikit bergetar "Hemm!" lalu berteriak:
"Serang lagi, serang lagi!"
"Ssst!" kebutannya kembali menyerang!
Melihat ini, Cing-cen Totiang berteriak:
"Lang-tayhiap, kau serang dia dari kiri!"
Setelah berkata, dia melirik Ho Koan-beng dan berkata lagi:
"Bagaimana, jika kau serang dia dari kanan!"
Sim-kiam-jiu menganggukan kepala, berteriak:
"Aku menyerang dari mana pun boleh!"
Dia langsung menyerang jalan darah penting di belakang Sin-
hiong!
Lang Tiong-sun pun sudah menyerang, setelah berkata Cing-cen
Totiang menggetarkan pedangnya, jurus Go-bi-kiam-hoat sudah
berturut-turut dikeluar-kan, empat orang itu dalam sekejap mata
kembali mengurung Sin-hiong!
Kejadian ini membuat Goan-beng dan kawan kawan yang datang
belakangan menjadi bingung, baru saja mereka mendengar jelas,
Goan-hui bertiga dilukai oleh Ho Koan-beng, kenapa gurunya bisa
bergabung dengan Ho Koan-beng menyerang Sin-hiong?
Tapi, saat ini mereka tidak bisa berbuat banyak, di dalam
kelompok tosu ini Goan-beng yang paling tua, pelan-pelan maju ke
depan dua tiga langkah dan berteriak:
"Lapor guru, haruskah murid turun tangan?"
Cing-cen Totiang yang bertarung, tanpa terasa berteriak:
"Ya!"
Begitu kata-kata ini terdengar, puluhan tosu ini seperti mendapat
titah raja, mereka mengangkat pedang panjang, semua menyerang
pada Sin-hiong.
Menghadapi empat pesilat tinggi di depan mata, Sin-hiong masih
bisa berada sedikit di atas angin, setelah para tosu itu ikut
menyerang, dia jadi kesulitan.
Saat ini matahari sudah naik ke tengah langit, sejak pagi sampai
sekarang, Sin-hiong telah bertarung tidak kurang dari ribuan jurus,
setiap dia menyerang satu jurus, dari depan, belakang, kiri, kanan
ada puluhan pedang menyerangnya!
Sejak puluhan tosu bergabung ke dalam pertempuran, pelan-
pelan posisi Sin-hiong berubah dari menyerang menjadi bertahan,
dalam waktu singkat, keadaan dia sudah semakin sulit.
Tapi, sejak lahir dia sudah bersifat tidak mau menyerah, semakin
bertemu dengan hal yang tidak mungkin, dia semakin ingin
mengerjakannya, ada beberapa kali dia hampir saja terluka oleh
pedang, tapi dalam saat sekejap itu, dia sudah bisa memaksa
mengembalikan keadaan!
Sekarang Sin-hiong benar-benar sudah marah besar, walaupun
keadaan dia sangat berbahaya, tapi dia tetap terus memutar otak,
hatinya berpikir:
'Biarlah aku terluka sedikit, asal aku bisa melukai Ho Koan-beng!’
Ketika berpikir, Siu-goan Suthai sudah menyerang dengan
kebutannya, Sin-hiong memiring-kan tubuh, Kim-kau-po-kiam
disabetkan dari kejauh-an, tidak menunggu Siu-goan Suthai
membalas, ujung pedangnya sudah menusuk ke arah Ho Koan-
beng!
Ho Koan-beng berteriak:
"Sen Sin-hiong, kau masih tidak mau melemparkan pedang
mengaku kalah?"
Dia segera menggerakan pedang panjangnya, Sin-hiong tidak
membiarkan dia mengeluarkan jurus-nya, serangan kedua dalam
sekejap sudah kembali menyerang!
Ho Koan-beng tertawa dingin, dia menangkis dengan pedang
pusakanya, Sin-hiong sudah menarik lengannya, membalikkan
tangan dengan jurus dahsyat, menangkis serangan Cing-cen
Totiang dan puluhan muridnya!
Lang Tiong-sun terkejut dan berteriak: "Cing-cen Totiang, kita
harus menambah serangannya!"
Cing-cen Totiang menyahut "Ssst ssst sst!" berturut-turut
menyabetkan pedangnya tiga kali, semua ditujukan pada Beng-bun-
hiat Sin-hiong!
Melihat ini, Ho Koan-beng berteriak: "Jurus pedang yang hebat!"
Dia pun lalu menggerakan pedangnya, jurus membunuh dalam
Hiang-liong-pit-to pun berturut-turut dikeluarkan, dalam sekejap
sudah mendesak Sin-hiong mundur satu langkah ke belakang!
Melihat mereka bertiga berhasil mendesak Sin-hiong, Siu-goan
Suthay pun tidak mau kalah, dia menyerang dengan satu jurus
dahsyat, mendesak Sin-hiong mundur lagi ke kanan!
Sekuatnya Sin-hiong bertahan, tapi empat pesilat tinggi ini sudah
mengeluarkan jurus membunuh, maka dia jadi kewalahan, setelah
beberapa saat, menahan timur, arah barat kewalahan, pelan-pelan,
lengan kanannya jadi terasa sedikit sesemutan, dalam hati diam-
diam dia mengeluh:
"Tidak diduga, hari ini aku mati di tempat ini, tapi perintah guru
masih belum selesai, aku mati pun tidak bisa menutup mata?"
Berpikir sampai disini, hatinya jadi merasa dingin, hampir saja
tubuhnya tertusuk oleh kebutan-nya Siu-goan Suthai.
Sin-hiong terkejut sekali, dengan sekuat tenaga dia menyerang
tujuh delapan jurus, tapi karena pikirannya sedikit tidak tenang,
dibawah tekanan berat, dia tidak bisa mengerahkan seluruh
tenaganya, baru saja jurus pedangnya dikeluarkan, gerakannya
sudah dihadang kembali oleh tenaga gabungan empat orang pesilat
tinggi itu.
Keadaan begini, asal lewat beberapa saat lagi, Sin-hiong sudah
pasti tergeletak berlumuran darah.
Di wajah Ho Koan-beng tampak senyum kemenangan yang licik,
sepertinya dia sudah melihat, musuh besarnya sudah dibinasakan.
Tiga ketua perguruan besar melihat jurus pedang Sin-hiong
menjadi kacau, semangatnya jadi naik, sekali berteriak, ketiga orang
itu menambah serangannya!
Di saat yang berbahaya ini, mendadak terdengar seseorang
berkata mengeluh:
"Hay! Menghadapi musuh kuat tapi tidak bisa tenang, bagaimana
bisa mengangkat nama baik Khu Ceng-hong?"
Suaranya kecil, tapi dengan jelas masuk ke dalam telinga Sin-
hiong.
Sin-hiong merasa hatinya tergetar, tidak perduli siapa yang
bicara? Dia segera berkonsentrasi kembali dan berteriak:
"Terima kasih atas nasihat Cianpwee!"
Ternyata suara ini hanya Sin-hiong seorang diri yang
mendengarnya, orang-orang yang mengeroyok melihat dia
berteriak, semua jadi sedikit tertegun, Ho Koan-beng membentak:
"Kau bicara dengan setan apa?"
Pedangnya ditusukan ke Kian-keng-hiat kiri dan kanan Sin-hiong!
Sekarang pikiran Sin-hiong sudah terfokus kembali, sekali
menggerakan pedangnya, terdengar suara "Huut huut!", langsung
menangkis jurus pedang Ho Koan-beng ke samping!
Terdengar suara orang tadi berkata lagi:
"Jika ingin supaya Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu bermanfaat
sepenuhnya, harus konsentrasi dan mengumpulkan tenaga dalam,
dimana tenaga dalam muncul, disitulah tenaga dalam akan keluar,
teknik semudah ini apa kau juga tidak tahu?"
Saat ini orang itu bicara menggunakan suara biasa, tapi tidak
dengan suara keras, tapi semua orang di lapangan bisa
mendengarnya dengan jelas!
Di antara orang-orang di lapangan, hanya Ho Koan-beng seorang
karena saat ditolong oleh Sin-hiong pernah di beri makan sedikit Ho-
siu-oh berusia ribuan tahun, saat Sin-hiong dikurung oleh Ho Koan-
beng di dalam gua, hampir saja mati kelaparan, sehingga ia makan
sebagian Ho-siu-oh berusia ribuang tahun, begitu orang berkata ini,
Sin-hiong dan Ho Koan-beng jadi tergetar karenanya, kedua orang
itu sambil bertarung sengit, sambil menuruti kata-kata orang itu
melakukannya, tapi hasilnya ternyata sangat berbeda sekali.
Ho Koan-beng dalam memusatkan tenaga dalamnya, merasa
aliran darah di seluruh tubuhnya lancar, dia menggerakan jurus
pedangnya, benar-benar ringan dan lancar sekali, tidak tahan dia
berteriak: "Terima kasih atas nasihat Lo-cianpwee!" Baru saja
selesai bicara, mendadak orang yang di kegelapan itu mendengus
dan dingin berkata: "Kau tidak pantas bicara denganku?" Kata-kata
ini sekali keluar, tidak hanya Sim-kiam-jiu sangat terkejut, tiga ketua
perguruan besar juga tergetar mendengarnya!
Ketika Sin-hiong bertarung, diam-diam diapun mengumpulkan
tenaga dalamnya, saat menggerakan-nya, di setiap titik tubuhnya
seperti ada hawa panas yang bergolak dengan cepat sekali, seperti
mau menyembur keluar, dia jadi terkejut, di dalam hatinya berpikir,
bagaimana bagusnya sekarang?
Saat ini jurus pedang puluhan murid Go-bi sedang menyerang
datang, dalam keadaan gusar, langsung saja Sin-hiong
menyabetkan pedangnya dua jurus, siapa sangka dua jurusnya
malah berhasil dengan menakjubkan? Hanya terdengar suara
"Traang traang!" tidak henti-hentinya, di antara puluhan murid Go-
bi itu, setengahnya dari mereka pedangnya ditebas Sin-hiong
terbang terlepas dari tangannya!
Sin-hiong tertegun, orang di kegelapan itu sambil tertawa
berkata:
"Bagaimana, itulah manfaatnya Ho-siu-oh berusia ribuan tahun!"
Sekarang pikiran Sin-hiong menjadi jernih, dia merasa suara
orang ini hafal sekali, setelah dipikir-pikir, hatinya jadi tergetar, di
dalam hati berkata:
'Sudah beberapa kali aku mendapat bantuan dari ketua pulau
Teratai, kenapa bisa tidak tahu sama sekali?'
Ternyata dia sudah mengenal suara ini ada suaranya ketua pulau
Teratai, dia teringat ketika dirinya terkena racun Ngo-ki-thian-cun
dan jatuh pingsan, setelah siuman, kudanya adik Hui sudah tidak
ada di tempatnya, semua kejadian ini, jika bukan ketua pulau
Teratai yang melakukannya, siapa lagi?
Dia berpikir sampai disini, mendadak teringat tenaga dalam
sendiri maju pesat, apakah itu juga dilakukan oleh ketua pulau
Teratai ketika dia sedang pingsan, yaitu memberi makan Ho-siu-oh
berusia ribuan tahun itu ke dalam mulutnya, lalu menggunakan
tenaga dalamnya membantu mencernanya, tampaknya walaupun itu
adalah keberuntungan nasibnya, tapi budi besar ketua pulau Teratai
terhadap dirinya, mana boleh dihapuskan begitu saja?
Semakin dipikir Sin-hiong semakin merasa kebenarannya, saat
dia teringat tanda bunga teratai di dalam kotak Ho-siu-oh yang
kosong itu, dia lebih yakin itu semua dilakukan oleh ketua pulau
Teratai.
Keadaan semua ini, jika diucapkan sangat panjang, tapi hanya
sekelebat terjadi dalam otak Sin-hiong.
Pedang ditangan dia tidak berhenti, dia hanya merasa saat ini
pikiran dia sangat jernih, setelah menebas lepas senjata lima enam
murid Go-bi-pai, pedangnya diputar kembali menyerang empat
orang pesilat tinggi di hadapannya!
Orang yang di kegelapan itu melihat jurus pedangnya menjadi
gesit sekali, di dalam hati sangat senang dan berteriak:
"Anak yang bisa dididik, aku sekarang harus pergi mencari tua
bangka Thian-ho itu!"
Selesai bicara, mendadak terlihat di lereng gunung ada suara,
satu bayangan orang di bawah sinar matahari berkelebat dua kali,
dalam sekejap sudah menghilang!
Ho Koan-beng terkejut dan berkata:
"Heh! Ketua pulau Teratai!"
Ternyata kejadian beberapa waktu yang lalu masih belum
terhapus di kepalanya, dia masih merasa takut kepada ketua pulau
Teratai, walaupun jelas-jelas melihat ketua pulau Teratai sudah
pergi jauh, dia masih takut dia bisa balik lagi, saat itu dia
mengundurkan diri ke belakang, bengong memeriksa ke sekeliling,
lapangan selain Sin-hiong yang masih sedang bertarung dengan
ketiga ketua perguruan besar itu, yang lainnya tidak terlihat ada
apa-apa lagi?
Ho Koan-beng melihat ke tengah lapangan, terlihat Sin-hiong
dengan mantap menguasai pertarungan, tidak tahan hatinya jadi
tergerak dan di dalam hati berkata:
'Rupanya ilmu silat Sin-hiong sudah maju lebih pesat lagi, walau
aku ikut bergabung, tetap tidak akan bisa membunuhnya, lebih baik
kutinggalkan saja.'
Setelah berpikir, dia pura-pura berteriak:
"Setan tua Teratai, kau mau lari kemana?"
Sekali meloncat, dia langsung menyusup ke atas gunung!
Siapa sangka baru saja tubuhnya bergerak, mendadak terasa ada
satu angin dingin menyerang dari belakang, Ho Koan-beng terkejut,
dia membalik-kan tangan menangkisnya dan berteriak:
"Kau mau apa?"
Ternyata orang yang diam-diam menyerang dia dari belakang
adalah murid Tiang-pek-pai, melihat Ho Koan-beng mau melarikan
diri, karena hatinya membenci dia, maka dia langsung saja
menusukan pedangnya!
Walaupun Lang Tiong-sun sedang bertarung, dia masih sempat
berteriak:
"Cepat hadang pencuri jurus pedang ini?"
"Apakah dia sanggup?" Ho Koan-beng dingin
Sin-hiong tertawa lebar, sekali menyabetkan Kim-kau-po-kiam,
orangnya sudah meloncat ke atas dan pedangnya menyerang ke
bawah sambil berteriak:
"Ho Koan-beng, hari ini kau tidak bisa lolos?"
Ternyata semua orang sudah mengetahui dia mau melarikan diri,
makanya siapa pun tidak mau membiarkan dia pergi, Sin-hiong
bergerak lebih dulu, .erangan pedangnya amat dahsyat, hati Ho
Koan-beng j.uli tergetar dan berteriak:
"Kau bisa apakan aku?"
Setelah berkata, pedangnya balas menyerang ke dengan cepat
menyabet sepasang kaki Sin-hiong!
Serangan Sin-hiong ini adalah jurus mem-bunuh di dalam jurus
Kim-kau-kiam, dia menambah tenaga di pergelangan tangannya,
terlihat sinar pedang menjulur ke depan, lalu terdengar suara keras
"Traang!", mendesak Ho Koan-beng mundur ke belakang lima enam
langkah!
Wajah Ho Koan-beng jadi berubah hebat!
Saat ini ketua perguruan besar dari Kun-lun, Go-bi dan Tiang-pek
yang ada dibelakang Sin-hiong, mereka takut bibir hilang lidah
kedinginan, ketiganya berteriak, bersama-sama datang menyerang!
Baru saja Sin-hiong berdiri mantap, mendadak dia merasa di
belakang tubuhnya ada yang menyerang, dia segera menghentakan
kaki, terbang melewati Ho Koan-beng menghadang jalan dia!
Ketiga ketua perguruan besar tidak menduga Sin-hiong bisa
melakukan ini, jurus ketiga orang ini jadi menebas angin.
Sin-hiong berdiri di depan Ho Koan-beng, dengan dingin berkata:
"Ho Koan-beng, aku perlakukan kau baik-baik, kenapa kau selalu
ingin membunuhku?"
Warna wajah Ho Koan-beng berubah-rubah:
"Hal ini kau sendiri yang paling tahu!"
Sin-hiong diam-diam menarik nafas:
"Jika karena masalah Cui-giok, bukankah aku sudah
memberitahukan keberadaannya?"
Sepasang mata Ho Koan-beng berputar-putar, di dalam hatinya
berpikir, nielihat keadaan begini, kebanyakan Sin-hiong tidak tega
membunuh aku, kenapa aku tidak berbuat sedikit lembut, biarkan
dia menghadapi tiga setan tua itu.
Dia orangnya sangat licik, dia berpikir tadinya ada kesempatan
bisa melarikan diri, tapi justru murid Lang Tiong-sun tidak
membiarkannya lolos, maka dia melampiaskan amarahnya pada
ketiga ketua perguruan besar itu, saat itu pura-pura berkata:
"Hemm hemm aku tanya, apakah kau benar-benar tidak mau
dia!"
Kata-kata ini membuat Sin-hiong jadi tertegun.
Sin-hiong kebingungan sebab Cui-giok adalah calon istri Ho Koan-
beng, demi menghindar kesalah pahaman, maka dia selalu menjaga
jarak, jika dikatakan Sin-hiong sungguh-sungguh tidak mencintai
nya, malah hal itu berlawanan dengan isi hatinya.
Sin-hiong adalah seorang yang jujur, tentu saja tidak tahu apa
tujuan perkataan Ho Koan-beng ini, tapi dia juga tidak mau
mengucapkan kata-kata yang berlawanan dengan isi hatinya,
makanya dalam sesaat, dia jadi bengong berdiri disana tidak bisa
menjawab.
Melihat ini Ho Koan-beng tertawa dingin:
"Ternyata kata-kataku benar? Kau hanya berpura-pura saja!"
Didesak olehnya, Sin-hiong beberapa kali ingin berkata tegas,
tapi ketika kata-katanya sampai di bibirnya, kembali di tahannya,
saat itu dengan berat dia mengeluh sekali:
"Kau pergilah, melihat muka Cui-giok, kali ini aku
mengampunimu sekali lagi!"
Di dalam hati Ho Koan-beng diam-diam merasa senang, tapi
wajahnya tidak menampakan perubahan, dengan pura-pura kesal
berkata:
"Hemm hemm kau yang bersalah sehingga tidak berani
bertindak, aku tahu itu?"
Sin-hiong tertegun lagi, tapi di saat ini, tubuh Ho koan-beng
pelan-pelan sudah mundur ke atas jalan gunung!
Sin-hiong bengong memandang dia, harinya sakit seperti diiris
pisau!
Tapi begitu Ho Koan-beng mundur tidak sampai lima enam
tombak, mendadak Cing-cen Totiang berteriak:
"Kau melepaskan dia, tapi kami tidak bisa melepaskan bangsat
pencuri ini!"
Ternyata tadi Ho Koanbeng sudah menggunakan inti jurus
pedang dari berbagai perguruan besar, maka ketiga orang di depan
ini menuduh dia adalah pencuri jurus pedang dari berbagai
perguruan besar, ketiga orang ini tadinya ingin, setelah
mengalahkan Sin-hiong, baru menghadapi dia, saat ini melihat dia
mau pergi, dalam sekejap tujuan mereka berubah jadi ditujukan
pada Ho Koan-beng, bagaimana pun caranya tidak akan
membiarkan dia pergi.
-o00dw00o-
BAB 10
Ombak bergulung seribu li
Ho Koan-beng menekan wajahnya, lalu berkata dingin:
"Kalian bertiga ingin menghadang aku, hemm hemm, sungguh
tidak tahu diri!"
Di dalam pikiran Ho Loan-beng, selain Sin-hiong lawan beratnya,
ketiga ketua perguruan besar yang ada dihadapannya, sama sekali
tidak dipandang oleh dia!
Kata-kata yang terdengar, malah jadi membuat marah ketiga
ketua perguruan besar yang ada di hadapannya.
Ternyata di mata ketiga ketua perguruan besar, mereka pun
memandang Sin-hiong sebagai lawan beratnya, mengenai Ho Koan-
beng? Walaupun mereka tahu jurus pedangnya hebat, tapi mereka
bertiga masih tidak memandangnya.
Siu-goan Suthai dengan marah berkata:
"Kau punya kepandaian apa?"
Saat ini puluhan murid Go-bi yang berdiri di pinggir, walau ada
setengah dari mereka pedangnya di hantam terlepas oleh Sin-hiong,
tapi setengah lainnya melotot marah menatap Ho Koan-beng.
Cing-cen Totiang menggoyangkan tangannya, lima enam tosu
langsung maju mengurung Ho Koan-lu-ng.
Sin-hiong melihat sambil mendengus, katanya: "Ho Koan-beng,
apa kau masih belum mau pergi? A pa kau ingin terlibat juga!"
Ho Koan-beng tertawa tidak berdaya, di dalam harinya berpikir:
'Bukan aku tidak mau pergi! Tapi mereka selalu menghadangku?'
Di dalam hati dia masih mempunyai rencana, dia belum mau
bertarung dengan Sin-hiong, ketika lima enam tosu itu datang
mengurung, dia menggetar-kan pedangnya dan membentak:
"Minggir!"
Begitu menusukan pedang panjangnya, sebuah hawa dingin
pedang sudah didorong ke depan.
Lima enam tosu bergerak mundur, tapi jurus pedang Ho Koan-
beng tidak berhenti, ujung pedang-nya balik menyendal, terdengar
suara "Ssst!" seorang tosu jatuh tergeletak!
Cing-cen Totiang tergetar, baru saja mau berteriak menyuruh
berhenti, lima enam tosu lainnya sudah menyerang dengan tangan
kosong, angin pukulan dari telapak tangan bersuara keras, kembali
menghadang Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng menjadi sangat marah, dia menggetarkan
pedangnya menyerang, tapi sekarang puluhan tosu itu sudah pintar,
mereka bergerak secara teratur, jika yang satu maju yang lainnya
mundur, begitu sebaliknya walaupun jurus pedang Ho Koan-beng
hebat, tapi dalam waktu sesaat tidak bisa berbuat banyak?
Cing-cen Totiang membalikkan tubuh, berkata:
"Bagus, sekarang giliran kita!"
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Kalian bertiga sudah siap?"
Tiga ketua perguruan besar itu segera bergerak, membentuk
barisan segi tiga, mengambil posisi yang menguntungkan, sepasang
mata Sin-hiong menyapu lalu berteriak:
"Awas jurus pertama datang!"
Sin-hiong menggetarkan Kim-kau-po-kiamnya, menyerang Lang
Tiong-sun.
Lang Tiong-sun memutar tubuh, tapi Sin-hiong tidak menunggu
dia membalas, ujung pedangnya disabetkan ke belakang,
membentuk dua kuntum bunga perak, masing-masing menusuk ke
arah Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthai!
Kedua orang itu berteriak, dua buah senjata bersama-sama
menyerang, sekarang Sin-hiong menggunakan cara bertarung
cepat, dia menyerang cepat, tapi dua serangan tadi adalah serangan
pancingan, sebelum serangan Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthai
tiba, dia sudah berputar mengikuti gerakannya Lang Tiong-sun "Ssst
ssst!" dua tusukan pedang dilancarkan, dalam sekejap dia
mendesak ketua dari Tiang-pek-pai ke samping!
Lang Tiong-sun terkejut, Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthai
juga tergetar, ketiga orang itu hampir bersamaan waktu berteriak
marah, Cing-cen Totiang berdua sebisanya maju menyerang, Lang
Tiong-sun pun memutar tangannya "Ssst ssst!" menusuk dua kali!
Siapa sangka saat dia menusuk, Sin-hiong sudah berputar
kembali ke belakang tubuhnya.
Ternyata ketika Cing-cen Totiang menyuruh murid-muridnya
menghadapi Ho Koan-beng, saat itu Sin-hiong telah memikirkan
cara untuk mengalahkan lawannya:
'Jika membiarkan mereka bersatu, berapa banyak tenaga dan
waktu yang harus aku habiskan, saat menemukan Ong Leng, entah
nona Sun sudah berubah jadi bagaimana?'
Setelah memutar otaknya, dia sudah memutuskan untuk
melumpuhkan lawannya satu persatu, maka setelah menghindar
dari jurus Lang Tiong-sun, dia lalu menghindar dari serangan Cing-
cen Totiang dan Siu-goan Suthai, dia menghindar kesana-kemari,
tapi jurus-nya segera dia lancarkan untuk menyerang pada Lang
Tiong-sun seorang.
Sin-hiong berturut turut menyerang tiga jurus pada ketua
perguruan besar Tiang-pek, setiap jurusnya ditujukan pada tempat
penting di tubuh musuhnya, Lang Tiong-sun terpaksa berputar-
putar menghindar, tapi tetap tidak bisa melepaskan diri.
Lama-lama Lang Tiong-sun menjadi kesal, teriaknya:
"Biar aku mati bersamamu!"
Dia menusukan pedangnya, tidak mempedulikan lagi arah
pedang Sin-hiong menyerang, dia menusuk Beng-bun-hiatnya Sin-
hiong.
Sin-hiong tertawa dingin:
"Berbuat seperti inipun tidak ada gunanya?"
Sin-hiong lalu menyabetkan pedangnya, terdengar suara
"Traang!", dengan menggunakan siasat empat liang menghadapi
ribuan kati, dia memelintir dan menerbangkan pedang Lang Tiong-
sun hingga terlepas dari tangannya!
Lang Tiong-sun terkejut ketakutan, keluhnya
"Habislah! Habislah!"
Dia lalu melambaikan tangannya, secepatnya pergi bersama
dengan murid-muridnya.
Saat ini pedang panjang ketua Go-bi-pai Cing-cen Totiang
dengan cepat datang menyerang, Sin-hiong memutar tubuhnya dan
melayang menghindar dua kaki lebih dan berkata:
"Kali ini giliran Totiang!"
Sinar pedang berkelebat, ujung pedangnya menusuk ke bahu kiri
Cing-cen Totiang.
Melihat Lang Tiong-sun sudah kalah dan meninggalkan tempat
ini, hati Siu-goan Suthay dan ketua Go-bi menjadi kecut, Cing-cen
Totiang segera menyerang dengan pedangnya, kebutan Siu-goan-
Suthay juga cepat-cepat menyerang, supaya Sin-hiong tidak bisa
mengalahkan mereka satu persatu.
Sin-hiong berputar-putar laksana angin, saat berkelebat,
langsung menyerang Cing-cen Totiang!
Sifat dia memang begitu, orang lain tidak ingin dia begini, dia
justru sengaja mau begini!
Cing-cen dan Siu-goan berdua sadar maksudnya, kedua orang itu
lebih-lebih tidak berani berpisah, Siu-goan berteriak:
"Totiang silahkan mendekat kemari!" Setelah berkata,
kebutannya menggulung ke arah sisi punggung Sin-hiong, untuk
mengurangi tekanan pada Cing-cen Totiang, dia sendiri malah
melangkah tiga langkah mendekati Cing-cen Totiang.
Setelah Sin-hiong menyerang satu jurus, jurus kedua langsung
menyerang menusuk, begitu pedang-nya bergerak, tubuhnya ikut
bergerak, hingga Cing-cen Totiang tidak bisa mengambil nafas.
Setiap kali Cing-cen Totiang menangkis, tapi selalu di dului oleh
Sin-hiong, akhirnya dia berteriak, tanpa mempedulikan keselamatan
dirinya, pedangnya menyerang lima enam jurus!
Sin-hiong jadi tidak berani terlalu dekat!
Tapi dua orang di lapangan ini adalah pesilat tinggi di dunia
persilatan, sedikit Sin-hiong melambat, kedua orang itu sudah
bersatu kembali, bersama-sama menyerang dia!
Di tempat lain, puluhan murid Go-bi-pai sedang kewalahan
menangkis serangan Ho Koan-beng, sudah ada beberapa orang lagi
yang terluka dan mundur ke pinggir.
Cing-cen Totiang sendiri sedang seru-serunya bertarung, jadi
tidak ada waktu memperhatikan hal lainnya, sedangkan Ho Koan-
beng sengaja mengganggunya, setiap dia menusuk menjatuhkan
satu orang dia langsung berteriak:
"Satu lagi!"
Hati Cing-cen Totiang sakit seperti disayat pisau, dia tidak
menduga nama besarnya hari ini jatuh di tangan dua orang bocah
ini, sedikit lengah, kembali dia didesak lagi oleh Sin-hiong.
Siu-goan Suthai terkejut sekali dan berteriak:
"Pusatkan pikiran!"
Memang, jika Cing-ceng Totiang sampai terluka, berarti tinggal
dia seorang diri, dia pasti bukan lawan Sin-hiong, teriakannya, ada
perasaan seperti bibir hilang gigi pun dingin.
Cing-cen Totiang sedikit menaikan semangat-nya, kembali
terdengar Ho Koan-beng berteriak:
"Sudah dua, he he he, murid-murid Go-bi-pai kemampuannya
hanya segini!"
Cing-cen Totiang merasa hatinya jadi tegang, sehingga
gerakannya jadi sedikit lamban, akibatnya pedang panjangnya
sudah dihantam Sin-hiong hingga terlepas dari tangannya.
Melihat ini, hati Siu-goan Suthai jadi merasa berat, kebutannya
segera menyerang tiga jurus, berkata:
"Hari ini kita kalah, di kemudian hari kita akan kembali lagi!"
Ho Koan-beng berteriak:
"Bagaimana Sen Sin-hiong? Aku telah membantumu, masa kata
terima kasih pun tidak mau kau ucapkan?"
"Hemm!" Sin-hiong berkata, "lebih baik kau jangan sampai
bertemu aku lagi, ingat, lain kali tidak ada pengecualian!"
Selesai bicara dia memalingkan kepala:
"Sayang Siauw-lim-pai sudah kalah, Bu-tong-pai kacau balau, hari
ini aku hanya bisa bertemu dengan kalian tiga ketua perguruan, di
lain hari, aku berharap bisa menghadapi sembilan ketua perguruan
sekaligus!"
Nada kata-kata ini terlalu sombong, sampai wajah Ho Koan-beng
pun berubah mendengarnya!
Siu-goan Suthai marah berkata:
"Sombong sekali, ingat, kami sembilan orang pada suatu hari
pasti akan menghadapimu!"
Setelah berkata, dia memanggil kedua murid-nya lari menuju
utara.
Di antara tiga ketua perguruan, keadaan Go-bi-pai yang paling
parah, Cing-cen Totiang sendiri kalah, dan muridnya ada lima enam
orang yang terluka, tidak tahan dia mengeluh:
"Baik baik baik, di kemudian hari kami pasti akan mencoba lagi
ilmu silat anda!"
Beberapa murid yang terluka dibopong oleh murid yang tidak
terluka, sambil tertatih-tatih pergi menuju Go-bi-san.
Sin-hiong hanya melihat tiga ketua perguruan besar pergi, dia
tidak mau memperdulikan lagi Ho Koan-beng, diapun langsung
melesat pergi.
Tadinya dia ingin buru-buru menolong orang, tapi terganggu oleh
kejadian ini, sekarang waktu sudah hampir tengah hari.
Sepanjang jalan Sin-hiong berlari terus, setelah lima hari, dia tiba
di bawah pohon di depan rumah Ong Leng. Tapi ketika dia melihat
ke dalam rumah, dia menjadi sangat terkejut.
Dua bulan lebih, dia meninggalkan tempat ini, siapa sangka, hari
ini melihatnya, keadaan di dalam rumah masih hampir sama dengan
dua bulan yang lalu?
Belum masuk ke dalam pintu, sudah tercium bau busuk bangkai,
hampir saja membuat dia muntah, di dalam hati berkata:
'Apa yang terjadi, apakah Ong Leng masih belum menguburkan
tiga mayat itu?'
Berpikir sampai disini, tidak tahan dia jadi merinding, jika benar
demikian, Ong Leng mungkin sudah tidak normal lagi.
Pelan-pelan dia masuk ke dalam, setelah berteriak beberapa kali,
tapi di dalam tidak ada seorang pun yang menyahutnya.
Sin-hiong mengawasi lagi dengan teliti, tampak ini bukan rumah
kosong, tidak tahan dia jadi merasa heran, maka dia masuk ke
pekarangan ketiga, meloncat naik ke atap rumah.
Dulu dia pernah bertemu dengan Sin-tung-thian-mo (Dewa
tongkat setan langit) disini, keadaan sekarang sama dengan waktu
itu, tapi sekarang di pekarangan sebesar ini malah tidak ada satu
orang pun, dia kembali berteriak, tetap saja tidak ada orang yang
menyahut.
Tujuan Sin-hiong datang kesini adalah untuk meinta tolong,
maka tidak banyak pikir lagi dia langsung meloncat ke bawah.
Tapi setelah berputar dua kali, di dalam rumah, benar-benar
tidak ada orang!
Sin-hiong tertegun dan berteriak:
"Ong Lo-cianpwee! Ong Lo-cianpwee......"
Suaranya hanya menggema di pekarangan, sampai jendela
rumah berbunyi keras dan bergetar, tapi tetap tidak ada orang yang
menjawab.
Tiba-tiba Sin-hiong teringat rumah makan itu, di dalam hatinya
berpikir
'Ong Leng sering kesana, lebih baik aku kesana menanyakan,
siapa tahu dia sedang minum arak disana.
Setelah memutuskan, dia langsung berlari ke nimahmakan itu.
Saat ini walaupun siang hari, tapi karena dia sedang tergesa-
gesa, gerakannya laksana segumpal asap melesat ke dalam kota.
Sampai di rumah makan itu, pelayan samar-samar masih
mengenal dia sambil tersenyum berkata:
"Siauya mau menginap?"
Sin-hiong menggelengkan kepala dan berkata:
"Apakah kau lihat Tuan Ong?"
Wajah pelayan jadi berubah, dia mengeluh:
"Jangan sebut dia lagi! Jangan sebut dia lagi! Dia dulu dewa,
sekarang disebut setan juga tidak pantas?"
"Kenapa?" tanya Sih-hiong tertegun.
Pelayan menarik Sin-hiong ke pinggir, bisiknya:
"Apakah Siauya tahu di rumahnya ada yang mati tiga orang?"
Sin-hiong menganggukan kepala, pelayan itu berkata lagi:
"Itulah, dirumahnya ada yang mati tiga orang, tapi sudah dua
bulan lebih tidak dikuburkan, baunya sampai menyebar kemana-
mana, kudengar disana kalau malam hari sering ada setan muncul,
beliau seperti orang gila tinggal di dalam rumah, kadang menangis
kadang tertawa, kadang keluar rumah, tapi begitu orang-orang
melihat dia, langsung menghindar, coba Siauya pikir, bukankah dia
jadi setan juga tidak pantas?"
Setelah selesai bicara, pelayan itu kembali berbisik pada Sin-
hiong:
"Sekarang hari sudah hampir gelap, Siauya jangan pergi kesana
lagi, memikirkan saja hatiku sudah merinding."
Sin-hiong tidak bicara, di dalam hatinya berpikir, saat dia
meninggalkan tempat itu, Ong Leng masih baik-baik saja, kenapa
hanya dalam waktu dua bulan, dia sudah berubah seperti ini?
Dia tidak mengerti, tapi berpikir pasti ada yang tidak beres,
beberapa hari ini, dia terus berjalan mengejar waktu, di sepanjang
jalan juga kurang makan, dalam hatinya berpikir:
'Kenapa aku tidak tunggu sampai malam, baru kesana
melihatnya.'
Setelah memutuskan, maka dia memesan makanan pada
pelayan, makan pelan-pelan sendiri.
Ketika sore hari, Sin-hiong keluar dari rumah makan, melihat ke
atas terlihat langit sudah gelap, sebuah bintang pun tidak ada, tidak
tahan dia mengerutkan alisnya, diam-diam menghibur dirinya:
'Inilah cuaca terbaik untuk para setan keluar, tidak diduga
setelah aku lari beberapa hari, malam ini malah harus menunjukkan
cara menangkap setan.'
Dia berjalan pelan-pelan, malam gelap sekali, sedikit angin pun
tidak ada, karena merasa sedikit gerah, maka dia melonggarkan
bajunya, berjalan kira-kira dua |am baru dia sampai di tempat itu.
Walaupun waktu belum terlalu malam, di jalanan selain dia
seorang, benar saja satu bayangan orang pun tidak ada?
Dia sudah bertekad menyelidiki hal ini, terpaksa sebelum larut
malam dia sudah kesini untuk bersembunyi, dia langsung meloncat
ke atas benteng, tapi begitu dia melihat sekelilingnya, tidak tahan
hatinya jadi merasa ngeri!
Di ruangan pertama yang gelap itu, terlihat ada sesosok
bayangan hitam sedang menyembah tiga peti mati itu, rambutnya
panjang berurai ke bahu, sepintas melihatnya, orang jadi punya
perasaan 'apa dia ini setan"?
Bayangan hitam itu tanpa bersuara menyem-bah dan
menyembah lagi, Sin-hiong lama melihatnya, tapi dia masih terus
menyembah tidak berhenti.
Sin-hiong memperhatikan dan merasa bayang-an hitam ini
adalah Ong Leng, saat itu dia batuk sekali dan berteriak:
"Ong Lo-cianpwee!"
Bayangan hitam itu tidak memperdulikannya, terus saja
menyembah tiga peti mati itu.
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, tadinya dia ingin meloncat
ke bawah, tapi dia tidak tahan dengan bau busuk mayat, setelah
ragu-ragu sejenak, mendadak dia berteriak:
"Ong Lo-cianpwee, kau mau apa?"
Teriakannya menggunakan tenaga dalam, suaranya menusuk
telinga, jangan kata manusia, walau setan pun jika mendengarnya
pasti akan terkejut ketakutan.
Benar saja, bayangan Hitam itu terkejut, melihat dia berdiri
diatas benteng, tanpa bicara apa-apa, dia langsung lari ke dalam.
Sin-hiong bisa mendengar saat dia berlari, derap kakinya
mengeluarkan suara "Duuk duuk!", sepertinya sedikit pun tidak bisa
ilmu silat, tidak tahan dia jadi bingung, di dalam hati berkata:
"Apakah Ong Leng atau bukan? Seharusnya dia bisa ilmu silat!"
Setelah dipikir-pikir, dia tidak perduli siapa orang itu, yang pasti
dia seorang manusia saja.
Saat dia masih kecil, dia sering mendengar orang tua berkata,
jika setan berjalan tidak menge-luarkan suara, orang ini langkahnya
begitu berat, pasti bukan setan tapi seorang manusia.
Ilmu silat Sin-hiong sangat tinggi, menurut logika dia tidak akan
terpengaruh oleh cerita mistik ini, tapi ingatan di masa kecilnya
sangat menempel, maka saat tadi di atas benteng, dia jadi ragu-
ragu, tidak berani meloncat ke bawah.
Suara kaki berjalan itu sudah hampir sampai di pekarangan
kedua, baru Sin-hiong mengikuti masuk ke dalam!
Dia melayang meloncat ke tanah, di dalam keadaan gelap gulita,
karena dia tadi telat sejenak, maka mj;in segera menemukan
bayangan hitam itu, dia ada kesulitan sedikit.
Mendadak, di atas gunung buatan terdengar suara lluut!",
pendengaran Sin-hiong tajam sekali, dia membalikan tubuh, terlihat
satu bayangan orang melesat dalang.
Gerakan orang ini sangat cepat, tadinya Sin-hiong mau
bersembunyi, sebab dengan cara ini baru bisa menyelidiki, tapi
waktunya sudah tidak sempat, terdengar orang itu berteriak dingin:
"Siapa yang berdiri disana?"
Tanpa sadar Sin-hiong berkata:
"Aku Sen Sin-hiong!"
Orang itu menghentikan langkahnya berkata lagi: "Ada keperluan
apa kau datang kesini?" Saat dia bicara suaranya dingin sekali,
sepertinya tidak begitu memandang Sen Sin-hiong, maka dia terus
mendesak Sin-hiong menanyakan tujuannya datang kesini.
Sin-hiong menggerakan tubuhnya sedikit dan berkata:
"Aku ada perlu mencari tabib Ong, apakah dia ada di rumah?"
Setelah berkata, kejadian dulu seperti terulang lagi, ketika dia
pertama kali datang kesini, dia bertemu dengan Sin-tung-thian-mo,
kali ini, tidak tahu bertemu dengan siapa lagi?
Orang itu tertawa, dengan dingin mengucap-kan dua kata:
"Sudah mati!"
Sin-hiong sedikit tergetar, tapi dia pikir orang tadi pasti seorang
manusia, kecuali wajahnya tidak terlihat jelas, perawakan orang itu
mirip sekali dengan Ong Leng, saat itu berkata lagi:
"Biar aku mencari dia, tadi disini ada satu orang!"
Bayangan hitam itu maju dua langkah, tapi jaraknya masih ada
lima tombak, karena langit hitam, di dalam ruangan juga gelap,
maka Sin-hiong masih tidak bisa melihat jelas wajah orang ini.
Orang itu seperti sengaja menjaga jarak dengan Sin-hiong,
setelah Sin-hiong berkata, melihat orang itu diam, Sin-hiong jadi
merasa heran, tanpa mempeduli-kannya lagi, langsung berjalan ke
dalam.
Tapi baru saja melangkah dua langkah, mendadak orang itu
dengan dingin berteriak: "Berhenti!"
Sin-hiong menghentikan langkah, menekan wajah dengan dingin
berkata: "Kenapa?"
Ternyata dia telah mendengar nada bicara orang itu penuh
dengan permusuhan, maka dia pun membalas dengan jawaban
dingin, malah lebih dingin dari pada orang itu!
Orang itu tertawa dan berkata:
"Tidak percuma disebut Kim-kau-kiam-khek!"
Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir:
'Orang inipun tahu julukanku, seharusnya bukan orang yang
tidak punya nama’, saat itu berkata:
"Bagaimana? Apakah anda pun bisa menyebutkan nama anda?"
Dengan aneh orang itu berputar dua kali dan berkata:
"Sudah bagus aku tidak mencari kau, untuk apa kau datang
kesini!"
Sin-hiong maju lagi dua langkah dan berkata: "Siapa kau?"
Setelah berkata, lima jarinya sudah menyentuh senar gitarnya,
berjaga-jaga jika orang itu mendadak menyerang!
Orang itu dengan dingin berkata: "Sin-tung-thian-mo apa kau
kenal dia?"
Sin-hiong menganggukan kepala, tapi berteriak: "Ong Lo-
cianpwee!"
Orang itu tertawa dingin dan berkata:
"Bagus jika kau kenal, Ong Leng sudah mati!"
Tubuhnya mendadak menerjang ke depan, dan menghantam
dengan telapak tangannya!
Sin-hiong melihat ke atas, baru melihat orang ini hanya memiliki
sebelah tangan kanan. "Ssst!" dia mencabut Kim-kau-po-kiam,
kilatan sinar pedangnya, membuat seluruh pekarangan jadi sedikit
terang, dengan mendengus dia berkata:
"Orang yang tidak punya tangan dan tidak punya kaki juga
berani menyombongkan diri?"
Serangan pedang ini ditujukan pada tangan kirinya, orang itu
mendengus dingin:
"Bagus!"
Talapaknya dibalik lalu ditegakan seperti golok, timbul gulungan
angin yang amat dahsyat, menghantam ke arah Sin-hiong!
Sin-hiong menggetarkan ujung pedangnya:
"Namamu juga tidak berani disebutkan, orang macam apa kau
ini!"
Telapak tangan orang itu belum sampai, jurus pedang Sin-hiong
sudah tiba lebih dulu, tepat di saat ini, terlihat ada satu orang
dengan sempoyongan datang mendekat, tubuhnya hampir saja
jatuh ke dalam gulungan pedang.
Kedua orang bertarung jadi ragu ragu sejenak, Sin-hiong
berteriak:
"Ong Lo-cianpwee!"
Bayangan hitam itu belum sempat menjawab, angin pukulan
orang itu sudah datang menekan!
Sin-hiong menjadi marah, dia menggerakan pedangnya,
terdengar "Huut huut!" pedangnya membelah angin, orang itu tidak
berani melukai bayangan hitam itu, dia membalikkan tubuh, jarinya
mencengkram pedang Sin-hiong!
Bayangan hitam yang datang ini memang benar Ong Leng, dia
bukan saja datang menubruk, malah menyusup lagi ke dalam angin
pukulan orang itu!
Sin-hiong terkejut:
"Ong Lo-cianpwee, kenapa kau ini?"
Sin-hiong mengira dia mau bunuh diri, saat pedangnya
menyerang tubuhnya melesat maju menangkap dan menarik
kembali Ong Leng!
Ong Leng bukan saja tidak berterima kasih, malah melototkan
matanya dan bertanya:
"Siapa kau?"
"Sen Sin-hiong!" jawab Sin-hiong. Sambil bicara, dia menghadapi
serangan telapak tangan orang itu, dalam sekejap mata, dia sudah
merubah tiga jurus pedang, baru bisa meng-hindar serangan
dahsyat orang itu!
Sin-hiong menghela nafas panjang dan berkata: "Ong Lo-
cianpwee, masih ingat aku Sen Sin-hiong?"
Ong Leng memutar matanya dua kali, bengong berkata:
"Sen Sin-hiong? Sen Sin-hiong itu permainan apa?"
Sin-hiong jadi merasa kecewa sekali, di dalam hatinya berpikir,
orang ini sudah lupa ingatan, apakah sudah dikerjain orang?
Kejadian ini hanya dalam sekejap mata, setelah dia berpikir, lalu
menotok Goan-ma-hiat orang itu dan berkata:
"Kau menggunakan cara sesat apa, membuat dia jadi begini?"
Pedangnya berturut-turut menyerang, setiap serangannya adalah
serangan membunuh, terlihat hawa pedang seperti pelangi, dalam
sekejap sudah menyerang tujuh delapan jurus!
"Jurus pedang bagus!" Orang itu berteriak, tubuhnya berputar,
telapak tangannya mengeluarkan angin pukulan seberat gunung,
setiap sabetan pedang Sin-hiong, selalu ditangkis ke samping oleh
dia, tidak tahan hati Sin-hiong jadi tertekan, maka menyerang lagi
sepuluh jurus lebih.
Diam-diam Sin-hiong terkejut, di dalam hati berkata:
"Ilmu silat orang ini sangat tinggi, tampaknya di atas para ketua
sembilan perguruan silat, entah dari mana dia datangnya?"
Di dalam hati orang itupun diam-diam terkejut, di dalam hatinya
berpikir, kata-kata Sin-tung-thian-mo sedikit pun tidak membesar-
besarkan, Ong Leng ada dalam perlindungan seperti dia, tidak heran
kalau harus lari karena tidak bisa melawannya.
Kedua orang ini masing-masing punya pikiran sendiri-sendiri, dan
masing-masing telah menyerang tujuh delapan jurus!
Di dalam pekarangan ini tadinya ditutupi oleh hawa dingin
menyeramkan, tapi sekarang keadaannya jadi lain, sinar pedang
beradu dengan telapak angin, hawa membunuh menyembur ke
langit, menggetarkan jendela-jendela sampai berbunyi keras.
Setelah bertarung beberapa saat, gerakan orang itu sedikit
melamban, tapi Sin-hiong semakin bertarung semakin semangat.
Setelah bertarung dua puluh jurus lebih, Sin-hiong membentak,
sinar pedangnya berkelebat, terdengar suara "Bret!" lengan baju
orang itu sudah dipotong oleh Sin-hiong.
Wajah orang itu berubah, sekuat tenaga dia menyerang dua
jurus, lalu meloncat keluar dari pertarungan!
Mana Sin-hiong mau melepaskan dia, dia bersama pedang
menjelma jadi satu sinar pelangi, kembali menerjang dia.
Orang itu mengayunkan telapak anginnya dan berteriak:
"Kau kira aku takut padamu?"
Sin-hiong menyerang dari atas, di udara membentuk dua bunga
pedang, dengan hawa yang amat dingin memotong ke arah lengan
kirinya!
Menyerang dari udara, adalah kehebatan jurus Kim-kau-kiam,
orang itu berkelebat mencoba menghindar, tapi dua jurus Sin-hiong
ini sulit di tebak arahnya, sinar pedang berkelebat, rambut di
kepalanya sudah di potong sebagian.
Setelah berhasil, Sin-hiong tidak memberi ampun pada lawannya,
mengambil kesempatan tubuhnya turun ke bawah, jurus pedangnya
kembali menerkam.
Berturut-turut dia menyerang lagi beberapa jurus, satu jurusnya
lebih cepat dari jurus sebelumnya, pada saat Ini mendadak Ong
Leng yang ada di tanah berteriak:
"Sesak sekali!"
Sin-hiong yang sedang menyerang, jadi terganggu oleh
berteriakannya, sehingga sedikit lambat, kesempatan ini di ambil
orang itu untuk meloncat keluar dari pertarungan dan kabur.
Ong Leng berguling bangkit berdiri, sambil membereskan
rambutnya yang kacau lalu berdiri bengong menatap Sin-hiong.
"Ong Lo-cianpwee, kau sudah sadar?"
"Kau apakah Sen-tayhiap?"
Sin-hiong mengiyakan, mendengar itu Ong Leng kembali
mengeluh panjang:
"Sen-tayhiap, untuk kedua kalinya kau menyelamatkan nyawaku,
budi sebesar ini entah harus bagaimana aku membalasnya?"
Sin-hiong tidak mengerti, di dalam hatinya berpikir, waktu
pertama kali dia menolong dia masih bisa mengerti, kali itu tidak
bisa dihitung menolong, tadi dia seperti orang gila, saat ini
mendadak sadar, tapi bicaranya malah lebih membingungkan lagi.
Ong Leng melihat Sin-hiong sekali dan berkata:
"Kalau aku tidak menceritakannya, Sen-tayhiap tentu tidak akan
mengerti, tapi walaupun aku telah ditolong oleh Sen-tayhiap, tapi
mungkin nyawa aku juga tidak akan lewat tiga hari, hay..?..."
Keluhannya membelah langit malam yang hening, Sin-hiong
semakin tidak mengerti dan berkata:
"Ong Lo-cianpwee, malah membuatku tambah bingung."
Ong Leng menyela:
"Tentu saja, tapi, aku akan katakan satu orang mungkin Sen-
tayhiap bisa ingat."
"Apakah Sin-tung-thian-mo itu?"
Ong Leng menganggukan kepala:
"Betul. Sejak dia dikalahkan oleh Sen-tayhiap, orang ini tidak
mau terima. Entah bagaimana dia membawa keluar Im-san-koay-
mo (Manusia aneh dari gunung dingin) Cu-couw, mereka berdua
yang satu kakinya buntung, yang satu tangannya buntung, tapi
nyawa kedua orang itu telah diselamatkan dari kematian olehku.'?
Sin-hiong teringat perihal Sin-tung-thian-mo itu, tahu dia tidak
bohong, tapi mendengar orang itu adalah Im-san-koay-mo Cu-
couw, hatinya diam diam terkejut lagi.
Ong Leng mengeluh dan berkata:
"Cu-couw pun datang padaku meminta Pit-to itu? Bagaimana aku
bisa tahu dimana keberadaan peta rahasia itu?"
"Aku tahu dimana peta rahasia itu berada."
Ong Leng menggoyang-goyang tangannya:
"Tidak usah katakan, mereka hanya mencari-cari alasan saja,
sebenarnya, tujuan mereka hanya ingin membunuhku saja, tapi
karena takut menimbulkan amarah dunia persilatan, makanya
mencari satu alasan yang dibuat-buat."
Sin-hiong berpikir benar juga, bagaimana pun Ong Lo-cianpwee
pernah menyelamatkan nyawa mereka, jika kedua orang itu tidak
mencari satu alasan, kedua aliran hitam dan putih mungkin tidak
akan mengampuni mereka.
Ong Leng melanjutkan:
"Begitu Cu-couw datang langsung menotok Pek-bwie-hiat ku,
jalan darah ini adalah tempat berkumpulnya ratusan saluran darah,
cara menotok-nya tergantung, bisa menentukan mati atau hidupnya
seseorang, totokan Im-san-koay-mo khusus sekali, begitu menotok
membuat aku semakin hari semakin sakit, akhirnya aku tidak bisa
tahan lagi, pikiranku jadi kacau, jadi lupa ingatan."
"Orang ini sungguh keji." Keluh Sin-hiong.
Ong Leng batuk sekali sambil tertawa pahit berkata:
"Ingin mati tidak bisa mati, ingin hidup tidak bisa hidup, malah
lebih baik jadi orang gila, dalam keadaan tidak sadar aku minum lagi
obat penghilang ingatan buatan sendiri, maka ingatan aku jadi
semakin kacau."
Sin-hiong mengeluh, ‘Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo ini
terlalu keji, lain kali jika bertemu lagi dengan aku, akan aku cincang
mereka.’
Setelah berkata sejenak, saat ini nafas Ong Leng sedikit sesak,
tiba-tiba Sin-hiong teringat nyawa-nya hanya tinggal tiga hari, tidak
tahan dia jadi terkejut dan berkata:
"Ong Lo-cianpwee, apakah luka di Pek-hwie-hiat itu kambuh
lagi?"
Ong Leng menganggukan kepala, nafasnya juga semakin berat.
Buru-buru Sin-hiong menghampirinya:
"Cepat duduk, biar aku melihat bagaimana lukanya?"
Sebenarnya, terhadap pengobatan dia sama sekali tidak
mengerti, tapi mengenai luka terpukul, semua pesilat biasanya tahu,
Sin-hiong mau melihatnya, itupun karena ingin menggunakan
tenaga dalam mencoba mengobatinya?
Ong Leng tersenyum tanda terima kasih dan berkata:
"Terima kasih Sen-tayhiap, jalan darah utama-ku sudah putus,
nyawaku sudah tidak tertolong lagi."
Hati Sin-hiong jadi merasa berat, tepat di saat ini, mendadak ada
orang dengan dingin berkata:
"Betul! Kau segera saja melapor ke pintu neraka?"
Sin-hiong membalikkan tubuh, terlihat di pintu berdiri dua orang,
walau hari sangat gelap, tapi Sin-hiong masih bisa melihat dua
bayangan hitam ini adalah Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo.
Amarah Sin-hiong tidak tahu harus disalurkan kemana, begitu
melihatnya amarahnya seperti mau meledak saja, maka dia berkata:
"Kalian datang pada waktu yang tepat!"
Sin-tung-thian-mo tertawa dingin:
"Bocah, jangan terlalu sombong"
Setelah berkata, kedua bayangan orang itu sudah berkelebat
masuk ke dalam.
Im-san-koay-mo berkata dingin:
"Adik, bagus sekali, hanya satu orang yang tahu masalah ini, kita
tutup mulutnya, jangan biarkan dia hidup lagi?"
Dua orang ini adalah pecundangnya Sin-hiong, tapi jika mereka
berdua bersama-sama mengeroyok keadaannya akan berbeda,
walaupun lukanya kambuh, Ong Leng tetap merasa khawatir:
"Sen-tayhiap, kau cepat pergi!"
Sin-hiong tertawa dingin, lalu berkata:
"Ong Lo-cianpwee, ada aku di sini, siapa yang berani
mengganggumu, akan kukuliti orang itu!"
Bicaranya tegas, Ong Leng yang mendengar, sampai
mencucurkan air mata terima kasih.
Sin-tung-thian-mo pun mendengar dengan dingin berkata:
"Toako, kau dengar tidak? Ada orang mau menguliti kulit kita dua
bersaudara"
Setelah berkata dia mendengus dingin lalu membentak:
"Bocah, jangan sombong, Lihat seranganku!"
Tongkatnya bergulung-gulung menyerang, di-bawah tongkat
timbul angin keras sampai pasir batu berterbangan, kekuatannya
bisa dibayangkan.
Sin-hiong mundur sedikit, lalu mengayunkan pedangnya,
terdengar "Traang!" meminjam tenaga bentrokan itu dia meloncat
ke atas, saat dia turun pedangnya menusuk pada Im-san-koay-mo!
Sekali dia bergerak, tidak saja meloncat melewati Sin-tung-thian-
mo juga menusukan pedang pada Im-san-koay-mo, gerakannya
tampak indah sekali, walaupun Ong Leng terluka parah, tapi
menyaksikan itu tanpa terasa berteriak:
"Gerakan indah!"
Im-san-koay-mo mendengus, dia tidak segera membalas
serangan, matanya sekali mengerling, Sin-tung-thian-mo yang ada
dibelakang langsung mengerti maksudnya, Im-san-koay-mo mundur
ke belakang, Sin-tung-thian-mo maju ke depan.
Serangan Sin-hiong tidak menemui sasaran, tubuhnya turun ke
bawah, tapi Sin-tung-thian-mo tidak membiarkan Sin-hiong
menginjakan kakinya ke tanah, tongkatnya dengan dahsyat
disapukan ke kaki Sin-hiong!
Jurus ini sungguh sadis sekali, jika Sin-hiong balas menyerang,
Im-san-koay-mo saat ini berdiri di sisi di tempat yang
menguntungkan, tidak perduli serangan Sin-hiong bagaimana, dia
bisa mengambil kesempatan mencuri serangan!
Ong Leng berteriak, dia tidak menyangka kedua setan tua ini bisa
bekerja sama begitu sempurna, dalam keadaan mengkhawatirkan
Sin-hiong, "Waa!" dia memuntahkan darah segar, dan orangnya
jatuh pingsan.
Saat ini Sin-hiong sedang turun ke bawah, melihat Sin-tung-
thian-mo menyerang dirinya, dengan tenang ujung pedangnya
menyentil, saat ini Im-san-koay-mo pun menghantam dengan
telapak tangannya, tapi tidak di sangka, tubuh Sin-hiong bisa naik
lagi sedikit ke atas, sehingga jurus kedua orang itu jadi gagal, tidak
mengenai sasaran.
Dalam sekejap, Sin-hiong menggetarkan pegangan pedangnya,
dua gulungan angin menyem-bur keluar, secepat kilat menusuk
pada kedua orang itu!
Im-san-koay-mo terkejut, dia memutar tubuh-nya dan berteriak:
"Adik, kau serang sisi punggungnya!"
Sin-tung-thian-mo segera memutar tubuhnya, menghindar
berhadapan dengan Sin-hiong, tongkat-nya menyapu ke pinggang
Sin-hiong!
Im-san-koay-mo pun tidak membuang waktu, dia I-ei putar ke
belakang Sin-hiong dan telapak tangannya menyerang!
Sin-hiong belum menginjakan kakinya, jadi sehebat apa pun
kemampuannya, dia tidak bisa menggerakannya jurusnya dengan
leluasa, sedangkan dua orang musuhnya berturut-turut menyerang,
tidak memberi kesempatan pada dia untuk bisa membalas serangan.
Diam-diam hati Sin-hiong tergetar, saat ini sebuah telapak dan
sebatang tongkat secara bersamaan menyerang dia, melihat
situasinya dia hanya bisa menghadapi sebelah sisi, ketika matanya
menyapu, dia menemukan titik kelemahan di lengan kiri Im-san-
koay-mo, sedangkan serangan tongkat Sin-tung-thian-mo tinggal
satu kaki saja, dalam sekejap mata ini, dia tidak banyak pikir lagi,
dia menyabetkan pedang pusakanya ke tempat yang lemah itu.
Walaupun disebut titik lemah, tapi masih dalam lingkup kekuatan
jurus kedua orang itu, dengan kehebatan sabetannya, kedua orang
ini pernah dikalahkan dia, jadi siapa pun tidak berani terlalu
mendesak, sedikit saja kedua orang itu ragu-ragu, tubuh Sin-hiong
sudah berdiri mantap di atas tanah.
Kedua orang itu sadar telah tertipu, lalu masing-masing berteriak
sekali, mendadak mereka saling bertukar tempat, kekosongan tadi
sekarang berubah menjadi titik mematikan, kekuatan pukulan
telapak dan tongkatnya juga bertambah berlipat ganda dari pada
yang tadi.
Tapi, Sin-hiong sudah menginjakan kakinya di tanah, tentu saja
dia jadi jauh lebih lincah dari pada di udara "Ssst ssst!" dia
menusukan pedang dan tubuh nya langsung meloncat ke belakang!
Wajah Sin-hiong tampak keheranan, dia tidak menduga setelah
kedua orang ini bersatu menyerang, kekuatannya bisa sedahsyat ini,
Sian-souw-ngo-goat, perguruan Siauw-lim, dan para pesilat tinggi
Kun-lun, Go-bi dia pernah menghadapinya, tidak perduli keroyokan
atau satu persatu, tampaknya tidak sehebat kedua orang ini!
Diam-diam dia menarik nafas, di dalam hati berkata:
'Untung aku sudah makan Ho-siu-oh ribuan tahun, jika tidak, hari
ini aku pasti sudah kalah?'
Begitu Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo melihat Sin-hiong
mundur, semangat kedua orang itu jadi meninggi, Sin-tung-thian-
mo terawa dan berkata:
"Hehehe, mau lari?"
Im-san-koay-mo melanjutkan:
"Ingin lari juga tidak akan bisa."
Kedua orang itu sambil bicara, sambil bersama sama maju ke
depan mendesak Sin-hiong.
Sin-hiong tidak bicara, tapi di wajahnya sudah penuh dengan
hawa membunuh, dia memegang erat-erat pedang pusakanya,
sekarang jarak kedua orang tidak sampai satu tombak, begitu
mendengus dingin Sin-hiong berkata:
"Sebenarnya siapa yang tidak bisa melarikan diri?"
Mendadak pedangnya menyerang pada dua orang itu!
Im-san-koay-mo tertawa dingin, ke lima jari tangannya
mencengkram dan berteriak: "Sapu bawahnya!"
Serangan cakarnya sangat cepat, Sin-tung-thian-mo juga benar-
benar menyapukan tongkatnya ke arah kaki Sin-hiong.
Dalam hati Sin-hiong berpikir:
'Kalian sambil bertarung sambil mengatakan jurusnya, siasat apa
ini?'
Otaknya memutar, pedangnya di tarik sedikit, dengan cepat
memotong lima jari Im-san-koay-mo, tidak menunggu jurusnya
habis, pedang panjangnya memotong melintang, kembali menusuk
ke arah Thian-keng-hiat Sin-tung-thian-mo!
Jurus ini adalah dengan menyerang menahan serangan, Sin-
tung-thian-mo hanya punya satu kaki, tentu saja gerakannya tidak
selincah Sin-hiong, walau-pun dia bergerak lebih dulu, tapi Sin-hiong
yang bergerak belakangan sampai lebih duluan!
Tapi teriakan Im-san-koay-mo tadi, sebenarnya mengandung
siasat busuk, jika pedang Sin-hiong menusuk ke bawah, maka
tongkat Sin-tung-thian-mo dengan sendirinya akan mendongkel ke
atas, maka tangan kanan Im-san-koay-mo dirubah jadi memukul,
dan posisi Sin-hiong yang terbuka, menunggu dia sadar, maka Sin-
tung-thian-mo benar-benar menyapu-kan tongkatnya ke bagian
bawah Sin-hiong.
Dua orang bekerja sama, ,yang satu menyerang yang saru
bertahan, kerja samanya sangat sempurna, jika pedang Sin-hiong
tidak menyabet melintang, walaupun tidak terluka parah, juga akan
kehilangan kesempatan menyerang.
Sin-tung-thian-mo sedikit tergetar berteriak:
"Bagus!"
Im-san-koay-mo kembali telapak tangannya menyerang dan
berteriak:
"Pukulan tanganku inipun cukup bagus!"
Yang satu mundur yang satu maju, mendadak tongkat berubah
jadi telapak tangan, Sin-hiong jadi naik pitam, dia melintangkan
tubuhnya, kembali menggunakan cara yang beberapa hari lalu, saat
menghadapi ketua perguruan Go-bi, Kun-lun dan Tiang-pek,
memaksa mendesak ke arah Sin-tung-thian-mo.
Dengan demikian, pukulan telapak tangan Im-san-koay-mo jadi
memukul angin, tapi tekanan pada Sin-tung-thian-mo juga tidak
berkurang.
Im-san-koay-mo jadi terkejut, berturut-turut dia menyerang tiga
jurus telapak tangan, mulutnya juga berteriak-teriak agar Sin-tung-
thian-mo merubah jurusnya, tapi sayang gerakan Sin-hiong jauh
lebih cepat dari pada dia, Sin-tung-thian-mo tetap saja tidak mampu
melepaskan diri dari tekanan Sin-hiong, tidak saja begitu, setelah
tiga jurus bertarung, Sin-tung-thian-mo menjadi gelisah sekali,
sampai bercucuran keringat.
Sin-hiong dingin berkata: "Bagaimana? Apa kau bisa melarikan
diri?" Setelah berkata, dia menambah serangannya, baju
dipunggung Sin-tung-thian-mo sudah dirobek pedangnya!
Im-san-koay-mo pun terus berteriak-teriak, meningkatkan
serangan telapak tangannya, laksana gelombang lautan bergulung-
gulung menerjang Sin-hiong!
Sin-hiong hanya bergerak mengikuti Sin-tung-thian-mo, hawa
membunuh di wajahnya belum hilang dan sekali berteriak:
"Kau tidak boleh dibiarkan hidup!" Sinar pedang berkelebat,
terdengar suara keras "Kraas!" lengan kiri Sin-tung-thian-mo sudah
dipotong Sin-hiong, saking sakitnya dia sampai menjerit kesakitan,
tubuh Sin-tung-thian-mo yang besar ter-pental sejauh dua tombak
lebih!
Darah segar mengalir deras, dengan tabah Sin-tung-thian-mo
segera membalikan tangan menotok jalan darahnya, menghentikan
darah yang mengalir, wajahnya jadi semakin menakutkan orang.
Im-san-koay-mo tergetar, dia bergerak mundur ke belakang, tapi
Sin-hiong sudah membalikan tubuh-nya. Sin-hiong dengan dingin
berkata: "Aku hanya meninggalkan dia satu tangan satu kaki, kau
juga tidak terkecuali!"
Hati Im-san-koay-mo menjadi dingin, tanpa sadar mundur lagi ke
belakang dua langkah.
Sin-hiong melihat sekali pada Ong Leng yang tergeletak ditanah,
terpikir keperluan dia datang kesini waktunya tinggal sedikit, setelah
mendengus, langsung maju menyerang lagi.
Ilmu silat Im-san-koay-mo tidak lemah, sebenarnya mampu
menahan Sin-hiong beberapa saat, tapi setelah melihat Sin-tung-
thian-mo terluka, hatinya jadi resah, ketika Sin-hiong datang
menyerang, dia kembali melesat menghindar.
"Kau masih mau melarikan diri?" kata Sin-hiong, "Ssst!"
pedangnya menyerang ke atas kepala dia!
Telapak tangan Im-san-koay-mo diangkat meng hantam pedang
pusakanya Sin-hiong!
Sin-hiong tertawa keras:
"Jurus ini cukup bagus!"
Ternyata kata-kata ini adalah yang dikatakan Im-san-koay-mo
tadi, saat ini digunakan oleh Sin-hiong dengan tepat sekali, setelah
berkata, bayangan pedang ikut berkelebat, laksana kilat menusuk
bawah tubuh-nya Im-san-koay-mo!
Im-san-koay-mo terkejut, tapi dia adalah seorang penguasa
setempat, saat hatinya tergetar, tapi jurusnya tidak terlihat kacau
"Huut!" telapak tangan-nya menghantam dan berkata:
"Hemm hemm tidak berhasil!"
Pukulan telapak tangannya telah mengguna-kan seluruh tenaga
dalamnya, tenaganya amat dahsyat, tusukan pedang Sin-hiong itu
hampir saja dipukul ke Ramping!
Sin-hiong marah sekali, dia menggetarkan pergelangan
tangannya "Ssst!" kembali pedangnya menyerang, arah pedangnya
tetap mengarah kaki kiri Im-san-koay-mo!
Di luar dia tampak lembut, tapi didalam hati dia umat keras,
serangan pedang kali ini, jauh lebih cepat dari pada yang tadi, juga
lebih keji.
Im-san-koay-mo sudah mengerahkan seluruh kemampuannya,
tapi tetap tidak bisa menahan serangan Sin-hiong, tubuhnya dipaksa
berputar-putar, tapi hawa dingin pedang lawannya masih saja
berputar putar di atas kakinya.
Keadaan hatinya persis sama dengan Sin-tung-thian-mo tadi,
seluruh tubuhnya bercucuran keringat dingin, saat ini Ong Leng
yang ada diatas tanah sudah siuman, melihat ini tidak tahan
berteriak memuji dan berkata:
"Sen-tayhiap, bagus sekali!"
Ketika matanya melihat ke tempat lain, mendadak melihat Sin-
tung-thian-mo jatuh terduduk tidak jauh darinya, sebelah lengannya
sudah buntung, dia tahu Sin-hiong telah membalaskan dendamnya,
dia jadi terkejut dan senang sekali, sehingga tidak bisa bicara lagi.
Saat ini Sin-hiong sedang mendesak Cu-couw, ketika mendengar
suara Ong Leng, dia juga berteriak keras:
"Ong Lo-cianpwee, aku akan membuat mereka tinggal satu
tangan dan satu kaki, supaya mereka serasi menyebut
persaudaraannya."
"Bagus, bagus!" teriak Ong Leng.
Baru saja dia selesai berkata, satu bayangan hitam menerjang
dari atas ke bawah sambil berkata marah:
"Biar aku bunuh kau dulu, supaya balik modal!"
Ternyata orang ini adalah Sin-tung-thian-mo, walaupun dia sudah
terluka, tapi dibandingkan dengan Ong Leng, tentu saja lebih kuat
beberapa kali, Ong Leng sedang merasa senang, tidak mengira akan
terjadi hal ini, menghindar pun sudah tidak keburu, akhirnya bahu
kirinya terkena pukulan telapak tangan
Dalam sekejap, terdengar dua jeritan mengerikan, dua bayangan
orang berguling-guling di tanah.
Satu bayangan itu adalah Im-san-koay-mo, dan yang satunya
lagi adalah Ong Leng!
Ternyata saat Sin-tung-thian-mo memukul Ong Leng, kaki kiri
Im-san-koay-mo juga dipotong oleh pedang Sin-hiong!
Walaupun Sin-tung-thian-mo telah memukul Ong Leng sampai
jatuh berguling-guling, tapi tenaga-nya sudah berkurang banyak,
walaupun demikian, Ong Leng yang sudah terluka tetap tidak
mampu menahannya, dia kembali jatuh pingsan.
Sin-tung-thian-mo pun bergoyang-goyang, tapi wajahnya tampak
tawa bengis.
Sin-hiong marah sekali, selangkah demi selangkah maju
mendesak.
Sin-tung-thian-mo sedikit pun tidak merasa takut dengan dingin
berkata:
"Akhirnya aku berhasil mengembalikan sedikit modal!"
Perkataannya belum selesai, Sin-hiong sudah menyabetkan
pedangnya "Beek buuk!" sinar merah menyembur, tanpa bersuara
sedikitpun tubuh Sin-tung-thian-mo yang besar itu sudah roboh di
atas genangan darah.
Saking marahnya wajah Sin-hiong sampai menjadi merah, dia
membalikan tubuh, terlihat Im-san-koay-mo masih sedang meronta-
ronta disana.
Sin-hiong dengan dingin berkata:
"Kalian juga tidak akan kuampumi hari ini?"
Sekuat tenaga Im-san-koay-mo merayap dua langkah, tapi
karena kaki kirinya sudah dipotong, luka-nya lebih parah dari pada
Sin-tung-thian-mo, setelah merayap beberapa langkah, dia kembali
tergeletak disana tidak bisa bergerak.
Pedang pusaka Sin-hiong bergetar, sejak dia turun gunung, baru
hari ini dia membunuh orang!
Malam sudah larut, Sin-hiong tidak mau membuang waktu lagi,
dia sudah maju menerjang dan berteriak:
"Kau juga tidak bisa ditinggalkan hidup!"
Dia menusukan pedangnya ke bawah, walau-pun Im-san-koay-
mo sudah terluka parah, tapi ilmu silatnya belum hilang semua, dia
berguling ditanah, siapa sangka, gerakan pedang Sin-hiong sangat
cepat "Kraat!" satu lagi lengan Im-san-koay-mo terpotong.
Melihat dia tidak bakal bisa hidup lagi, Sin-hiong buru-buru
berlari ke sisi Ong Leng, mencoba meraba dengan tangannya,
terasa dadanya masih ada sedikit hangat, pelan-pelan menepuk
punggungnya, akhirnya Ong Leng siuman kembali.
Sin-hiong berteriak:
"Ong Lo-cianpwee, mereka berdua sudah kubunuh."
Wajah Ong Leng tampak berseri, katanya:
"Sen-tayhiap, terima kasih!"
Perkataannya sangat pelan, setelah berkata, dadanya naik turun
cepat sekali, Sin-hiong jadi terkejut, buru-buru berkata:
"Lo-cianpwee jangan bicara, istirahatlah sebentar."
Ong Leng dengan pelan menggelengkan kepala sambil tertawa
pahit berkata:
"Sen-tayhiap, cepat bawa aku ke dalam kamar, ada yang mau
kubicarakan padamu."
Sin-hiong menggotong dia masuk ke dalam kamar, di dalam
kamar gelap sekali, untungnya dia sudah bering berdiam di tempat
gelap, jadi matanya sudah terbiasa, saat itu dia membaringkan Ong
Leng di atas ranjang yang penuh debu dan bertanya:
"Kau tunggu sebentar, biar aku mengambil air dulu."
Ong Leng mengulurkan tangan menarik dia dengan susah payah
berkata:
"Apa kau punya pemetik api?"
Sin-hiong mengeluarkan pemetik apinya dari dalam kantong lalu
menyalakan lampu, Ong Leng menunjuk dengan jari, dengan
lemahnya berkata:
"Cepat! Cepat be... berikan botol itu padaku!"
Sin-hiong menurut, mengambil dan memberi-kan pada dia, Ong
Leng mengambil dua butir obat dan memakannya, keningnya keluar
keringat panas, wajahnya sedikit memerah dan berkata:
"Sen-tayhiap datang kesini, pasti ada keperluan?"
Saat dia bicara, suaranya sudah lebih enak terdengar, Sin-hiong
tidak segan-segan, langsung menceritakan Cui-giok yang telah
terkena racun, Ong Leng mendengar dan terdiam.
Sin-hiong jadi gelisah dan berkata:
"Lo-cianpwee, apakah dia masih bisa ter-tolong?"
Teringat dirinya sudah berlari selama lima enam hari walaupun
ada Giok-siau-long-kun disisi Cui-giok, tapi tidak tahu racunnya
sudah jadi separah apa, kegelisahannya tampak jelas di wajahnya.
Ong Leng tetap tidak memperdulikan, wajah-nya nampak sedang
berpikir keras.
Sin-hiong tidak berani mengganggunya, diam duduk di samping,
tapi hatinya sangat risau.
Setelah beberapa saat, baru mendengar Ong Leng berkata:
"Racunnya Ngo-ki-thian-cun sangat ternama didunia, menurut
aturan, sebelum aku melihat dengan mata kepala aku sendiri nona
itu, aku tidak seharusnya sembarangan mengobatinya, tapi keadaan
Sen-tayhiap berbeda."
Sin-hiong dengan perasaan terima kasih menghela nafas, Ong
Leng kembali berkata:
"Sen-tayhiap bisa mengambil selembar kertas di dalam laciku,
aku bacakan beberapa macam obat, silahkan Sen-tayhiap
mencatatnya, cepat pergi ke kota membeli obatnya, jika ada yang
kurang satu dua macam obat, maka aku bisa memikirkan cara
lainnya!"
Setelah berkata, dia sendiri mengambil lagi dua butir obat dan
memakannya, Sin-hiong mengambil kertas putih, mencatat obat
yang dibacakan Ong Leng.
"Sen-tayhiap cepat pergi dan cepat kembali lagi, aku punya
cukup waktu menunggu kau kembali!"
Sin-hiong tanpa sungkan dan berkata:
"Jaga diri anda." Sin-hiong segera pergi.
Jarak ke kota tidak jauh, dengan mengerahkan ilmu meringankan
tubuh dalam sekejap dia sudah tiba!
Masuk ke dalam kota, dia mendapatkan satu toko obat,
menunggu cukup lama baru toko itu membuka pintu, Sin-hiong
memberikan resepnya, begitu pemilik toko obat melihat, lalu
menggelengkan kepala dan berkata:
"Dari lima macam obat ini, kami hanya punya dua macam!"
Sin-hiong jadi gelisah dan bertanya: "Apa ada di toko lain?"
"Aku tidak tahu." Kata pemilik toko sambil mengerutkan alisnya.
Sin-hiong tidak bisa berbuat apa apa, terpaksa kembali lagi ke
jalan, setelah lama mencari, baru mendapatkan satu toko lagi, toko
ini kelihatannya jauh lebih besar dari pada yang tadi, Sin-hiong
mengetuk-ngetuk pintu, tapi di dalam tidak ada yang menyahut.
Dia jadi sedikit gelisah, sambil mengetuk pintu vimbil berteriak
keras, setelah beberapa saat baru mendengar di dalam ada orang
bertanya:
"Siapa?"
Sin-hiong buru-buru berkata:
"Tolong buka pintunya, aku mau membeli obat, nanti kubayar
lebih banyak."
Orang itu pelan-pelan menyalakan lampu, walaupun Sin-hiong
terburu-buru, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Cukup lama menunggu dia menyiapkan obatnya, ''in-hiong
memberikan resep obatnya pada dia, begitu orang itu melihat,
dengan keheranan bertanya:
"Tabib Ong sudah sembuh?"
Sin-hiong terpaksa menyahut tapi tidak mau bercerita panjang
lebar.
Orang itu mencari-cari, hampir menghabiskan waktu satu jam,
baru mendapatkan empat macam obat dan berkata:
"Masih ada satu macam lagi, Cian-cu-ting tapi di tokoku sudah
habis..."
Sin-hiong berpikir kurang satu macam tidak apalah, maka dia
menyuruhnya segera meramu, setelah beberapa saat, orang itu
baru selesai meramu-nya, Sin-hiong memberi dia satu tail perak,
langsung keluar dan secepatnya berlari kembali ke rumah Ong Leng.
Pulang pergi, dia hampir menghabiskan waktu tiga jam lebih,
sungguh dia menjadi gelisah sekali, saat dia tiba di kamarnya Ong
Leng, di sebelah timur sudah tampak keputihan.
Sin-hiong melangkah masuk ke pekarangan ke tiga, mendadak
melihat di dalam kamar Ong Leng lampunya sudah padam, tidak
tahan dia jadi terkejut, maka buru-buru masuk ke dalam!
Tapi, baru saja tubuhnya masuk setengah, serangkum angin
dingin datang menerpa wajahnya!
Sin-hiong tergetar, lima jarinya langsung mencengkram dan
berteriak:
"Siapa kau?"
Walaupun di serang mendadak tapi reaksinya sangat cepat,
cengkraman dia sangat cepat, siapa sangka, di depan mata kembali
terjadi keanehan.
Angin dingin yang tadi menyerang wajahnya, saat Sin-hiong
mencengkramnya, mendadak berubah ke arah ketiaknya, ternyata
orang yang menyerang ini sudah menotok ke arah Hwan-pi-hiatnya.
Kecepatan orang ini merubah jurus sungguh sulit digambarkan,
jika diganti oleh orang lain, pasti sudah terkena totokannya.
Tapi bagaimana pun Sin-hiong bukan orang biasa, lima jarinya
segera disatukan, mendadak dari cengkraman berubah jadi pukulan
telapak tangan, satu angin keras menghantam, tapi tubuhnya tetap
tergetar mundur kebelakang.
Wajah Sin-hiong jadi berubah tidak enak di pandang.
Entah sudah berapa banyak dia mengalami pertempuran besar
dan kecil, jika mengatakan hanya dalam dua jurus dia sudah
terdesak mundur, itu tidak pernah terjadi, tapi orang yang di depan
mata ini malah bisa melakukannya, bagaimana tidak membuat
orang tergetar?
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, dengan nada dalam berkata:
"Siapa anda, jika tidak menyebutkan nama, aku akan
memakimu!"
Sejak dia turun gunung, mungkin hanya kali ini ia berbicara
sekasar ini, tapi setelah dia mengata-kan, di dalam kamar masih
tetap hening tidak ada suara.
Walaupun Sin-hiong sudah mengatakan akan memaki, tapi
akhirnya dia tidak jadi memaki.
Setelah beberapa saat, terdengar satu suara keras “Paak!" lalu
seseorang berteriak:
"Tua bangka Ong, kau katakan tidak!"
Terdengar Ong Leng melawannya:
"Tidak, tidak!"
Lalu terdengar kembali suara "Paak!" ternyata Ong Leng sudah
mendapat dua kali tamparan, terdengar Ong Leng berteriak:
"Sen-tayhiap, sudah mendapatkan obatnya?"
"Masih kurang satu macam obat, siapa orang itu?" jawab Sin-
hiong.
Di dalam kamar kembali hening, ternyata Ong Leng ditotok lagi
jalan darahnya!
Sin-hiong merasa gelisah dan marah, tapi sedikit pun tidak punya
akal.
Hari sudah terang, pekarangan ini ke tiga sisinya adalah benteng
yang tinggi, di belakangnya ada satu gunung buatan yang menutupi
cahaya, sehingga di dalam pekarang tetap dingin menyeram-kan.
Sin-hiong berputar saru putaran, mendadak orang di dalam
kamar itu berkata:
"Sen Sin-hiong, berikan obatnya padaku?"
Mendengar suara ini Sin-hiong merasa hafal sekali, lalu teringat
lagi dua jurus aneh tadi, dengan kesalnya berkata:
"Kau, Sang-toh?"
"Bagus jika kau sudah tahu, cepat berikan obat itu padaku!"
Sin-hiong menghela nafas, di dalam hatinya berpikir kenapa dia
bisa datang kemari, apakah racun di tubuh Cui-giok sudah berubah
lagi? Tidak tahan dengan penuh perhatian dia bertanya:
"Bagaimana keadaan nona Sun?"
"Bukan urusanmu!"
Sin-hiong jadi naik pitam, tapi dia ingin segera menanyakan pada
Ong Leng, bagaimana dengan kekurangan satu macam obat itu,
dengan perlakuan Sang-toh seperti ini, membuat dia maju salah
mundur juga salah.
Dia jadi menahan dirinya dan berkata lagi: "Sang-toh, kau
seorang diri datang kemari, bagaimana dengan nona Sun?"
Sang-toh tertawa dingin:
"Aku sudah bilang bukan urusanmu, kenapa kau justru
menanyakannya?"
Wajah tampan dia muncul di jendela, tampak bangga dan iri,
otak Sin-hiong berputar-putar, tapi tidak tahu apakah nona Sun juga
ada di dalam kamar atau tidak.
Tadinya Sin-hiong mau memberikan obat itu pada ilia, tapi dia
khawatir Sang-toh berhati busuk, Sejak kemarin malam setelah dia
membunuh Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo, dia merasa
dirinya harus sedikit keras.
Sang-toh menggerakan tangannya, terdengar Ong Leng
mendengus, lalu berkata:
"Walau kau bunuh sekalipun, aku tidak akan mengatakannya!"
"Lalu kenapa kau mengatakannya pada Sin-hiong?"
"Sen-tayhiap adalah laki-laki sejati, tidak bisa dibandingkan
dengan kalian para manusia licik dunia persilatan!"
Hati Sang-toh sedikit tergetar, dalam hati seperti terharu, tapi
hanya terjadi sekejap mata, setelah pikiran ini lewat, di kepala dia
kembali timbul rasa iri, di dalam hatinya berpikir, kenapa setiap
orang begitu baik pada Sin-lnong?
Sin-hiong berteriak:
"Ong Lo-cianpwee, masih kurang satu macam Cian-cu-ting
bagaimana?"
Mendengar ini, baru saja Ong Leng mau menjawab, dia sudah
ditotok kembali jalan darahnya oleh Sang-toh!
Tadi keadaan Ong Leng hanya mengandalkan beberapa butir
obat itu untuk bertahan hidup, sekarang setelah bolak-balik ditotok
jalan darahnya oleh Sang-toh, bagaimana bisa bertahan, saat
telapak tangan Sang-toh menotoknya, terdengar "Waa!" dia
memuntahkan darah, dan orangnya jatuh pingsan.
Sin-hiong marah sekali:
"Sang-toh, apakah kau tahu Ong Lo-cianpwee sebelumnya sudah
terluka parah?"
"Siapa suruh dia tidak mau memberitahukan padaku resep obat
itu, walau dia mati pun tidak apa-apa?"
Mendengar ini, Sin-hiong tidak bisa menahan diri lagi, dia
meloncat langsung menerjang masuk ke dalam kamar!
Sang-toh tertawa dingin, dia membalikkan tangan, tidak
menunggu Sin-hiong datang, seruling gioknya sudah maju
menyerang.
Sin-hiong mecengkram dengan jarinya dan berteriak:
"Kau masih belum mampu!"
Sekarang dia sudah tahu musuh yang dihadapi nya adalah Sang-
toh, jurus-jurus aneh dari Sang-toh itu dia pernah menyaksikannya,
maka saat dia men-cengkram, dia sudah mempersiapkan gerakan
selanjut-nya.
Benar saja, tidak salah perkiraan Siru-hiong, setelah Sang-toh
menotok, lalu memutar ujung seruling gioknya, dengan cepat
menotok ke arah Meh-ken-hiat Sin-hiong!
Sin-hiong tertawa dingin, dia menyentilkan lima jarinya, saat dia
merubah jurus, malah mendahului lawannya, Giok-siau-long-kun
Sang-toh tidak mengira ini, baru saja akan menyerang kembali, Sin-
hiong sudah memaksa masuk ke dalam.
Saat ini matahari sudah tinggi, di dalam kamar walaupun masih
gelap, tapi Sin-hiong bisa melihatnya dengan jelas.
Matanya menyapu, terlihat di atas ranjang terbaring dua orang,
yang satu Ong Leng yang hampir mati, yang satunya lagi adalah
Sun Cui-giok yang wajahnya pucat!
Tapi, saat ini Cui-giok masih dalarn keadaan tidak sadar, setelah
Sin-hiong menerobos masuk ke dalam, dua orang di ranjang itu
sedikit pun tidak tahu.
Tiba-tiba Sin-hiong jadi tertegun., dia melihat wajah Cui-giok,
warnanya sudah jauh lebih baik.
Keadaan yang dilihat olehnya, membuat dia teringat luka Cui-giok
yang sangat parah, sekarang warna kulitnya sudah kembali normal,
pasti Sang-toh sudah menghabiskan banyak tenaga, saat dia nneng-
hentikan langkahnya dan berkata:
"Kau ambil ini!"
Saat sin-hiong mengeluarkan obat itu dan dilemparkan padanya,
Sang-toh tidak menduga secepat ini Sin-hiong berubah, dia tertegun
sejenak dan Menerimanya, lalu bertanya : Kenapa kau mau
memberikan padaku! "
"Semua masalah ini demi mengobati penyakit-nya nona Sun, jika
dari tadi aku tahu dia ada disini, aku tidak akan banyak cincong
denganmu."
Setelah berkata begitu, pelan-pelan melangkah ke sisi Ong Leng,
membuka totokannya, terlihat nafas dia sudah lemah sekali, buru-
buru dia menyuapkan dua butir obat, setelah beberapa saat, Ong
Leng siuman kembali dan berkata:
"Sen-tayhiap, bisakah aku memohon satu hal padamu?"
Sin-hiong berkata serius:
"Katakan saja Lo-cianpwee, jangan kata satu hal, walaupun
sepuluh hal asalkan aku bisa melaku-kannya, menempuh bahaya
mati juga akan kulakukan."
Ong Leng tersenyum tanda terima kasih:
"Setelah aku mati, harap Sen-tayhiap menaruh mayatku di
pekarangan depan, lalu bakar rumah ini."
Sin-hiong merasa sedih dan berkata:
"Lo-cianpwee kenapa berkata begini, asalkan kau baik-baik
istirahat pasti akan sembuh."
Ong Leng menggelengkan kepala, mendadak nafasnya melemah,
sambil tersendat-sendatberkata:
"Kau......menyanggupi......nya?"
Sin-hiong terkejut, waktu sekejap mata ini, dia hampir tidak bisa
memilih, terpaksa merijawabnya:
"Pasti akan kulakukan!"
Wajah Ong Leng tampak tersenyum, menunjuk dengan
tangannya ke belakang meja, Sin-hiong melihat, kiranya dia masih
punya sesuatu yang mau menyuruh dia mengambilnya, pada saat
ini, sesosok bayangan berkelebat, Sang-toh sudah datang
menerjang!
Sin-hiong menjadi marah, tanpa berpikir lagi tangannya langsung
menghantam dan membentak:
"Mau apa kau?"
Seruling giok Sang-toh balik menotok sambil tertawa dingin,
berkata:
"Aku membantu dia juga tidak boleh?"
Sin-hiong jadi sadar, ternyata benda yang disuruh dia ambil
adalah buku catatan pengobatan hasil karya seumur hidupnya Ong
Leng, matanya melirik, ternyata Ong Leng sudah menghembuskan
nafas yang terakhir.
Tidak tahan dia jadi marah besar, lima jarinya melayang dengan
cepat mencengkram serulingnya Giok-siau-long-kun.
Ruangan di dalam kamar sangat sempit, kedua orang ini begitu
bertarung hanya bisa berbuat keras melawan keras, sedikit pun
tidak bisa berpura-pura.
Seruling giok di tangan Sang-toh menotok, memukul,
mendongkel, menangkis, jurusnya sangat dahsyat.
Walaupun Sin-hiong bertangan kosong, tapi dia tahu masalah ini
sangat penting, sedikit pun dia tidak mau mengalah, kedua orang
dalam sekejap sudah bertarung lima enam jurus.
Memang Sang-toh ingin sekali bertarung dengan Sin-hiong,
karena Cui-giok terluka, dia jadi tidak ada kesempatan bertarung,
saat ini karena kedua orang ini terdesak oleh keadaan, begitu
bertarung, siapa pun tidak dapat mengalahkan lawannya.
Dalam hati Sang-toh berkata:
'Aku bertarung dengan senjata di tangan, dia menggunakan
tangan kosong, jika sampai tidak bisa mendesak mundur,
bagaimana aku bisa menguasai dunia persilatan?"
Setelahberpikir,diasegeramenggunakanseluruh
kemanpuannya menyerang, malah banyak melancarkan jurus-jurus
tipuan, Sin-hiong mendapat kerugian karena tidak memakai senjata,
di bawah serangan dahsyat Sang-toh, dia malah terdesak sampai
mundur setengah langkah.
Begitu Sin-hiong mundur, Sang-toh maju mendesak lagi!
Tapi Sin-hiong tidak mau mengalah "Sreett!" dia sudah mencabut
pedangnya keluar, langsung menusuk ke arah Leng-tai-hiat Sang-
toh!
Terpaksa Sang-toh menarik tangannya menang kis, dia sedikit
terdorong, jurus pedang Sin-hiong sangat cepat, belum sampai dua
juras, dia sudah berada diatas angin lagi.
Sang-toh terkejut, dia mengongkelkan seruling gioknya dan
berteriak:
"Coba tahan ini!"
Terlihat sebuah bayangan hijau berkelebat dan sebuah bayangan
hitam menyerang wajah Sin-hiong!
Sin-hiong melihat, ternyata benda itu adalah pot bunga yang
berada di atas meja dilontarkan oleh Sang-toh, segera tangan
kirinya menyapu, tangan kanan tetap dengan dahsyat menyerang!
"Paak!" pot bunga itu sudah disapu oleh telapak tangan Sin-
hiong, menabrak cermin di atas meja dan menghancurkan cermin
itu.
Cermin ini tepat di taruh di belakang meja, setelah cerminnya
pecah berantakan, gerakan kedua orang itu jadi melambat, tapi
begitu dilihat ternyata di dalam cermin itu terselip sebuah buku.
Di sampul buku itu tertulis Kim-ciam-tok-su (Jarum emas
menyebrang dunia) begitu kedua orang ini melihat, hatinya jadi
tergerak.
Dalam hati Sin-hiong berkata:
"Jika bukan karena tidak sengaja terpukul oleh ku, walau mencari
ke atas langitpun tidak akan bLu menemukannya, ini kesempatan
yang baik sekali!"
Dengan miring pedangnya segera menusuk dua kali dan
berteriak:
"Sebenarnya aku tidak menginginkan buku ini, hanya karena
pemiliknya sudah berpesan diberikan kepadaku, maka aku harus
memberikan buku ini pada orang yang berhati baik, tapi justru
bukan kau?"
Kata-kata dia ini adalah kata jujur, tapi setelah didengar oleh
Sang-toh, dia segera menyerang dua jurus sambil marah berkata:
"Hatiku tidak baik, apakah kau yang berhati baik?"
Kedua orang itu saling tidak mau mengalah, dalam sekejap lima
enam jurus sudah lewat lagi, tapi siapa pun tidak bisa mendekati
buku itu!
Diam-diam Sang-toh merasa gelisah, di dalam hatinya berpikir,
kamar ini terlalu sempit, tidak leluasa bergerak, aku rugi dibidang
senjata, kalau diteruskan, akhirnya pasti kalah, otaknya terus
berputar "Huut huut huut!" dia menotok tiga jurus, jurusnya kadang
di sebelah kiri kadang di sebelah kanan, sangat bervariasi, saat Sin-
hiong menangkisnya, kembali terdengar "Huut!" sekali, mendadak
Sang-toh meloncat keluar.
Gerakannya di luar dugaan Sin-hiong, tanpa banyak berpikir,
dengan reflek Sin-hiong mendongkel buku itu memakai pedang ke
tangannya, tapi pada saat ini, Sang-toh sudah mengempit Cui-giok
berlari keluar.
Sin-hiong marah sekali, secepat kilat dia mengejar, baru saja
Sang-toh meloncat ke benteng, melihat Sin-hiong mengejarnya lalu
berteriak:
"Lihat ini!"
Sebuah benda dengan mengeluarkan suitan membelah angin
melesat ke arah Sin-hiong, dengan telapak tangan Sin-hiong
memukul jatuh benda itu lalu ikut melesat keluar.
Dia meloncat ke benteng, melihat Sang-toh sedang berlari di
depan, sekali mengerahkan tenaga dalam Sin-hiong sudah melesat
memperpendek jarak dua tombak.
Tidak jauh di depan ada sebuah hutan, asalkan Sang-toh bisa
masuk ke dalam hutan itu, maka pengejarannya akan mendapat
kesulitan, dalam keadaan resah, Sin-hiong sudah mengerahkan ilmu
meringankan tubuh sampai puncaknya, tapi ketika dia sampai di
pinggir hutan, Sang-toh sudah masuk ke dalam hutan itu.
Sin-hiong tertegun sejenak, dia tahu ilmu silat Sang-toh sekarang
sudah tidak berbeda jauh dengan dirinya, jika dia sembarangan
masuk ke dalam hutan, sulit menghindar serangan gelapnya.
Dia melihat panjang hutan ini sekitar dua tiga li, tapi hutannya
sangat rimbun, sulit jika mencari orang. Dia meloncat ke atas pohon
di dekat itu, lalu berteriak:
"Jika kau tidak keluar, maka aku akan menjaga disini tiga hari
tiga malam, kau tidak akan bisa lari kemana-mana?"
Walaupun berkata begitu, dia menggunakan ilmu meringankan
tubuh yang tiada duanya memutari hutan itu di atas puncak pohon.
Di dalam hutan masih hening tidak ada suara, dari atas
mengawasi ke bawah, dia tahu Sang-toh masih berada di dalam
hutan, saat ini dari kejauhan ada seseorang yang mirip petani
berjalan mendatangi, Sin-hiong segera berputar lalu melayang turun
ke bawah.
Menunggu petani itu sudah dekat, Sin-hiong segera berkata
padanya, mula-mula petani itu sedikit kesulitan, setelah Sin-hiong
memberikan uang perak sepuluh liang, akhirnya petani itu
menyanggupinya, seperti pepatah mengatakan, kekuasaan uang
sampai bisa menyuruh setan mendorong gilingan.
Menunggu petani itu sudah jauh, dia pura-pura berteriak:
"Sang-toh, kali ini aku melepaskanmu, tapi kau harus
menyembuhkan racunnya nona Sun, aku tidak ada waktu
menunggu kau disini, aku harus kembali mengurus jenasahnya Ong
Lo-cianpwee."
Setelah berkata, dia benar-benar berjalan kembali ke rumahnya
Ong Leng, tapi setelah berjalan sampai di satu tikungan, dia segera
membalikkan tubuh, melototkan sepasang matanya mengawasi
hutan.
Di dalam hutan masih tidak ada gerakan, tidak lama kemudian,
terlihat api di rumah Ong Leng membumbung ke langit, suaranya
dari jauh bisa mendengarnya, pada saat ini benar saja dia melihat
Sang-toh mengempit Cui-giok berlari menuju ke selatan!
Diam-diam Sin-hiong merasa senang, di dalam hatinya berpikir,
akhirnya kau terjebak oleh siasatku.
Ketika berlari Sang-toh terus-menerus memper hatikan kobaran
api itu, sedangkan Sin-hiong diam diam mengikutinya dari belakang,
menunggu Sang-toh sudah tidak ada kemungkinan bisa masuk lagi
ke dalam hutan, maka dia mengerahkan ilmu meringan-kan tubuh
mengejarnya.
Jangan dikataan, saat ini di tangan Sang-toh mengempit orang,
walaupun dia tidak membawa orang juga dalam jarak lima enam li,
Sin-hiong sudah bisa mengejarnya.
Ketika Sang-toh berlari di depan, mendadak merasa di belakang
seperti ada sesuatu, begitu melihat ke belakang ternyata Sin-hiong
sedang mengejarnya, wajahnya segera berubah.
Sin-hiong berteriak:
"Sang-toh, berhenti!"
Sang-toh berlari lagi sejenak, tapi sadar tidak bisa meloloskan diri
lagi, terpaksa dia menghentikan langkahnya dan berkata dingin: '
"Mau apa kau?"
"Lepaskan orangnya!" kata Sin-hiong tertawa. Setelah di tangan
Sin-hiong sudah ada buku pengobatan Kim-ciam-tok-su, resep di
tangan Sang-toh sudah tidak ada gunanya lagi, Sang-toh
melepaskan Cui-giok ke tanah dan berkata:
"Kita bertarung tiga ratus jurus dulu!"
Setelah berkata, selangkah demi selangkah dia mendesak ke
arah Sin-hiong.
Sin-hiong melihat wajah Cui-giok masih normal, hatinya jadi
mefasa tenang:
"Tidak perlu tiga ratus jurus, dua puluh jurus sudah cukup?"
Sang-toh tidak takut, tapi Sin-hiong pun tidak memandang dia,
dua orang ini saling berhadapan, jaraknya tidak sampai dua tombak,
Sang-toh berteriak serulingnya menotok.
Sin-hiong menghindar, tubuhnya berkelebat, jurus kedua Sang-
toh sudah datang menyerang!
Ilmu silat Sang-toh sekarang sudah maju berlipat ganda
dibandingkan dulu, setiap serangan jurusnya, selalu mengeluarkan
suara menderu yang memekakkan telinga, setelah dua jurus,
terlihat langit ditutupi oleh bayangan seruling, laksana turun dari
langit menutup ke bawah.
Tentu saja Sin-hiong tidak berani lengah, pedang pusakanya
bergerak menyerang, jurus Sang-toh sangat cepat, dalam sekejap
sudah menotok pergelangannya.
Sin-hiong sedikit tergetar, dia cepat merubah jurus pedangnya,
sadar jurus Sang-toh inipun jurus tipuan, bayangan hijau
berkelebat, menusuk ke arah Hong-ho-hiat Sang-toh!
Dia baru saja dia menyerang satu jurus, Sang-toh sudah
menyerang tiga empat jurus, tampaknya tiga empat jurus, tapi
seperti satu jurus!
Sin-hiong kembali berkelebat, tiba-tiba dia menyabetkan Kim-
kau-po-kiam, kilatan dingin secepat kilat menyerang bayangan
seruling.
Sang-toh mendengus dan berkata:
"Jurus ini tidak ada kelebihannya?"
Sedikit membalikkan pergelangan tangan, secepat kilat menotok
ke Cu-tong-hiat Sin-hiong!
Mereka memang ingin bertarung, kebetulan di tempat ini tidak
ada satu orang pun, tempat yang bagus untuk bertarung,
serangannya adalah jurus-jurus hebat yang sulit dilihat di dunia
persilatan!
Sin-hiong yang selalu didahului oleh lawan-nya, amarahnya jadi
meledak, dia segera menggetar-kan pedang pusakanya, tidak
membiarkan Sang-toh mengeluarkan jurus berikutnya "Ssst ssst!"
dia menyerang dua jurus.
Dua jurus pedang ini adalah jurus terhebat dari jurus Kim-kau-
kiam, sinar pedang bergulung-gulung, laksana dua ekor naga
meliuk-liuk menyerang Sang-toh.
Shang tao tertawa dingin, dia menangkis dengan seruling
gioknya, lalu balik menyerang dengan jurus dahsyat, menotok ke
Thian-keng-hiat Sin-hiong!
Dia sedikit pun tidak mau mengalah, jurus ini disebut Beng-teng-
kui-lu (Nama dicatat setan terdaftar) yang ada di dalam Hu-houw-
pit-to/jika terkena oleh totokannya, walau ilmu silatnya lebih" tinggi
pun tidak akan bernyawa lagi!
Semangat Sin-hiong jadi terangsang, berteriak:
"Jurus bagus!"
Setelah berteriak, cahaya perak di tangannya, tiba-tiba
mengembang besar, dengan ganas menyabet ke arah bahu kanan
Sang-toh.
Sang-toh pun sedikit terkejut, tidak menduga kekuatan pedang
Sin-hiong bisa lebih kuat dari jurus-nya tadi, otaknya berputar, tapi
tangannya sedikit pun tidak lambat, begitu menggerakan seruling
giok, bayangan seruling mengeluarkan sinar tidak ber-aturan,
tampaknya seperti menuju jalan darah di depan tubuh Sin-hiong,
tapi di dalam kurungan sinarnya, samar-samar seluruh tubuh Sin-
hiong berada dalam sasaran-nya.
Hati Sin-hiong jadi tegang dan di dalam hati berkata:
'Ilmu silat Sang-toh masih diatas Ho Koan-beng, aku tadi salah
memperhitungkan dia."
Tubuhnya sedikit bergerak, pedangnya digerakan sepenuh
tenaga, sekali menangkis sekali menyerang, dua jurus yang sangat
hebat sudah dikerahkannya!
Kedua orang ini dalam waktu tidak lama sudah saling menyerang
ilmu enam belas jurus, bukan saja tidak ada gejala akan kalah,
malah semakin bertarung Sang-toh makin perkasa, jurus hebat dari
Hu-houw-pit-to tidak henti-hentinya dikeluarkan, dalam waktu
singkat tidak gampang bagi Sin-hiong untuk meraih kemenangan.
Matahari sudah terbit, dua orang di lapangan itu sudah bertarung
tiga puluh jurus!
Disaat ini, dari kejauhan datang satu orang. Sambil berjalan
orang itu sambil melihat pertarungan, wajahnya penuh sinar
keheranan.
Setelah dekat, baru terlihat di bahunya masih menggendong
seseorang, dan yang digendongnya pun seorang wanita, rambut
panjangnya mengurai sampai di depan dadanya.
Saat ini pertarungan Sin-hiong dengan Sang-toh sedang sengit,
siapa pun tidak sempat memper-hatikan orang yang datang itu, tapi
orang itu malah tidak bisa menahan diri, dia berteriak-teriak
memberi semangat.
Setelah melihat keadaan, orang itu lalu meletakan wanita yang
digendongnya di sisi Cui-giok dan berteriak:
"Hei, bocah yang menggunakan seruling, tadi jurusmu salah!"
Kedua orang yang bertarung itu jadi tergerak, begitu mencuri
pandang, terlihat orang yang datang ini berambut acak-acakan, di
tangannya memegang sebuah pancingan yang panjang, hati Sin-
hiong jadi tergetar dan berteriak:
"Hei! Kau ini Thian-ho-tiauw-souw?"
Orang itu menganggukan kepala:
"Betul, bukankah kau yang dijuluki Kim-kau-kiam-khek?"
Ternyata orang ini bukan lain adalah Thian-ho-tiauw-souw yang
sangat ternama di dunia persilatan, dan wanita di tangannya pasti
Hui-lan, tidak diragukan lagi.
Ternyata setelah dia menangkap Hui-lan di pinggir sungai,
sepanjang jalan diam-diam dia mencari jejak ketua pulau Teratai
dan Sin-hiong, ketua pulau Teratai sulit ditemukan, tapi juga sedang
mencari dia kemana-mana, karena kedua orang ini sangat jarang
muncul di dunia persilatan, makanya keduanya tidak bisa bertemu.
Sifat Thian-ho-tiauw-souw sangat aneh, setelah dia mencari
kemana-mana tapi tidak berhasil, dengan sendirinya jadi merasa
putus asa, begitu hatinya tergerak, maka dia membawa Hui-lan
pulang ke gunung Thian-san, dia merasa nanti pasti ketua pulau
Teratai akan mengunjunginya.
Dia berjalan tenis, di sepanjang pun menyebarkan berita, malah
sampai arah jalannya juga dijelaskan, tidak diduga disini dia bisa
bertemu lagi dengan Sin-hiong, begitu melihat Sin-hiong bertarung
dia sudah bisa mengenalinya, hingga dia memberitahukan
kesalahan Sang-toh, dia ingin supaya Sang-toh bisa mengalahkan
Sin-hiong!
Begitu Sang-toh diberi petunjuk oleh Thian-ho-tiauw-souw,
hatinya jadi terkejut, mendengar Sin-hiong menyebutkan nama
besarnya, dia jadi tidak merasa aneh, Sang-toh segera menyerang
dua juras!
Melihat Thian-ho-tiauw-souw datang tiba-tiba, dengan sendirinya
konsentrasi Sin-hiong jadi terpecah, dua jurus ini hampir saja
mengenainya.
Buru-buru dia memusatkan kembali pikiran-nya, menyerang
dengan menggunakan jurus terhebat Kim-kau-kiam, dalam sekejap
mendesak mundur Sang-toh satu langkah ke belakang!
Sang-toh terkejut, tapi dalam keadaan sangat berbahaya ini,
Thian-ho-tiauw-souw kembali memberi petunjuk, Sang-toh
mengikuti petunjuknya, segera merebut kembali posisinya jadi
seimbang. Sin-hiong jadi tergetar sekali!
Dia belum pernah bertarung dengan Thian-ho-tiauw-souw, tapi
melihat dia dengan tenang bisa memberi petunjuk beberapa jurus
kepada Sang-toh, mungkin dia bukan lawannya?
Tapi dia adalah orang tabah, walaupun tahu keadaannya
berbahaya, tapi sedikit pun tidak merasa takut dan berteriak:
"Coba terima satu jurusku ini!"
Dia menggetarkan pedang pusakanya, ujung pedangnya
menyabet miring sedikit ke kanan, jurus ini dia telah mengerahkan
seluruh tenaganya, bagaimana kedahsyatannya, mungkin dia sendiri
pun tidak tahu.
Begitu Sang-toh menangkis, Thian-ho-tiauw-souw berteriak:
"Hei, apa kau tidak bisa menotok di sebelah kirinya?"
Kata-katanyaa kelihatan seperti main-main, saat ini Sin-hiong
lebih dulu menyerang, malah menyerang bagian kanan Sang-toh,
jika Sang-toh menotok ke kiri, akibatnya bagaimana, siapa pun tidak
bisa menyangkal nya.
Siang-toh ragu-ragu sejenak, Thian-ho-tiauw-souw berteriak:
"Turuti aku!"
Sang-toh tidak ragu-ragu lagi, membalikkan pergelangan tangan
memaksa menotok ke kiri Sin-hiong.
Siapa sangka, jurus ini kembali menghasilkan hasil yang di luar
dugaan, ketika Sin-hiong menusukan pedangnya ke kanan, tadinya
mengira Sang-toh akan menangkis ke kiri.
Begitu Sang-toh merubah jurusnya, malah jadi mendahuluinya.
Sin-hiong tergetar, walaupun jurus pedangnya keluar
belakangan, tapi tibanya lebih dulu!
Thian-ho-tiauw-souw berteriak:
"Putar ke kanan, totok pergelangan tangan-nya!"
Teriakan ini kembali terlihat kehebatannya, Sin-hiong tergetar
lagi, ternyata beberapa petunjuk dari Thian-ho-tiauw-souw ini,
setiap petunjuknya mengarah pada titik kelemahannya, sejak Sin-
hiong turun gunung, baru pertama kali dia bertemu dengan pesilat
tinggi seperti ini?
Dia terkejut dan berkata dingin:
"Jika kau berani, ayo maju sekalian?"
Thian-ho-tiauw-souw hanya menggelengkan kepala tidak bicara,
hal ini membuat kemarahan Sin-hiong hampir meledak!
Tiba-tiba terdengar seseorang berkata dingin:
"Teruskan pertarungannya, masih ada aku!"
Suara orang ini dingin sekali, tapi terhadap Sin-hiong malah
terasa begitu akrab!
Sin-hiong tidak bisa menahan diri dan berteriak:
"Ho-hoa (bunga teratai) Cianpwee!"
Thian-ho-tiauw-souw meloncat ke atas sambil tertawa keras
berkata:
"Memukul yang muda, akhirnya yang tua muncul!"
Setelah berkata, dari kejauhan benar saja ada seseorang berjalan
pelan-pelan mendekat!
Walaupun disebut "berjalan", tapi langkahnya besar sekali, dalam
sekejap sudah dekat.
Orang ini memang ketua pulau Teratai yang namanya
menggemparkan dunia persilatan, bajunya melayang-layang ditiup
angin, tingkahnya sangat tenang sekali dan berkata:
"Tua bangka Thian-ho, keterlaluan!"
Thian-ho-tiauw-souw tertawa:
"Kau ini pemalasan, malas pergi ke Thian-san?"
Ketua pulau Teratai tersenyum:
"Keujung dunia pun aku tidak takut, tapi kau menyandera
putriku, dimana aturannya?"
Saat ini Sin-hiong dan Sang-toh sudah berhenti bertarung, nafas
Sang-toh sedikit terngengah-ngengah, jikalidak ada Thian-ho-tiauw-
souw, mungkin dari tadi dia sudah kalah.
Thian-ho-tiauw-souw tertawa:
"Yang tua sudah datang, tentu saja aku harus melepaskan yang
muda!"
Dia memutar pancingan panjangnya, serangkum angin dingin
berhembus, Hui-lan yang berada di atas tanah berteriak, langsung
bangkit berdiri dan menjerit: "Bangsat tua Thian-ho, aku bunuh
kau!"
Ketua pulau Teratai sambil tertawa berkata: "Anak Lan, kali ini
kau sudah cukup mendapat penderitaan bukan?"
Hui-lan terkejut mendengar suara ini, begitu melihat, bukan saja
ayahnya sudah berdiri tidak jauh darinya, Sin-hiong yang dicintainya
pun sedang tersenyum penuh perhatian menatapnya.
Mata besar Hui-lan berputar dan berkata:
"Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?"
Baru saja selesai berkata, terlihat Cui-giok sedang tergeletak di
sisinya, dia jadi lebih tidak mengerti, wajahnya penuh rasa
kebingungan, bengong melihat pada orang-orang di depan
matanya.
"Anak Hui, berdiri di pinggir!" Kata ayahnya.
Menghadapi musuh besarnya, tentu saja harus waspada,
kejadian kelakar ayah dan anak yang dulu Sin-hiong saksikan, saat
ini sulit terlihat di wajah ketua pulau Teratai.
Thian-ho-tiauw-souw berkata: "Lo-lim, kau duluan atau aku
duluan?"
Ketua pulau Teratai sambil tertawa: "Tidak bisakah kita
bersamaan bergerak?"
Thian-ho-tiauw-souw menganggukan kepala: "Boleh, boleh!"
Setelah berkata, wajahnya sudah jadi serius, jelas dia juga tidak
berani memandang enteng.
Kedua orang bersama-sama maju satu langkah, saling
berhadapan, tapi hanya memutar lapangan satu putaran.
Pelan-pelan Hui-lan berjalan ke sisi Sin-hiong, wajahnya sangat
senang, tapi setelah melihat wajah ayahnya yang sangat serius,
tidak tahan dengan penuh perhatian berkata:
"Ko......Hiong, coba lihat ayahku bisa menang tidak?"
Dia sudah lama sekali tidak melihat Sin-hiong, di hadapan banyak
orang ini, akhirnya dengan wajah yang menjadi merah memanggil
Sin-hiong Koko.
Sin-hiong dengan pelan berkata:
"Aku pikir beliau akan menang!"
Walaupun berkata demikian, tapi hatinya masih khawatir.
Disaat kedua orang itu berbincang, di lapangan mendadak
terdengar suara keras "Buum!"
Sin-hiong dan Hui-lan menengok, terlihat ketua pulau Teratai dan
Thian-ho-tiauw-souw ter-pental, kedua orang itu kembali pelan-
pelan berputar di lapangan.
-oo0dw0oo-
BAB 11
Cinta dan benci saling menekan
Rambut kacau Thian-ho-tiauw-souw sehelai demi sehelai berdiri,
kedua mata ketua pulau Teratai membelalak besar, didalam mata
menyorot sinar, satu jurus tadi, jelas kedua orang sudah
mengerahkan seluruh kemampuannya.
Diam-diam Sin-hiong terkejut, dalam hatinya berkata:
"Walaupun guru masih hidup, mungkin ilmu silatnya masih
kalah."
Hui-lan menempel rapat pada Sin-hiong, tubuh nya sedikit
gemetaran.
Sang-toh dengan dingin melihat ke lapangan, lalu melihat Sin-
hiong berdua, melihat Hui-lan dengan mesra menyandar pada Sin-
hiong, dengan penuh iri dia mendengus sekali.
Cui-giok yang tergeletak di tanah entah telah memakan obat apa,
dia terus terbaring disana dengan tenang, terhadap pertarungan
seru di lapangan, sedikit pun tidak merasakan.
Ketua pulau Teratai mendengus dan berkata:
"Tua bangka Thian-ho, kau boleh mengguna-kan senjata!"
Thian-ho-tiauw-souw pun mendengus dan berkata:
"Kita bertarung dengan tangan kosong dulu seratus jurus!"
Ketua pulau Teratai tertawa berkata:
"Kalau begitu tidak sampai lima puluh juras, aku pasti sudah
mengalahkan anda!"
Setelah berkata "Huut!" menyerang dengan sebelah telapak
tangan!
Thian-ho-tiauw-souw tidak menghindar, juga tidak menyambut
serangan telapak tangan, dalam sesaat, hanya terdengar "Huut
huut!" menggetarkan pegunungan, kedua orang sudah saling
menyerang dua puluh jurus lebih!
Gerakan ketua pulau Teratai laksana angin, Thian-ho-tiauw-souw
juga bergerak cepat, saking cepat dua bayangan itu bergerak, Sin-
hiong pun tidak bisa membedakan kedua orang itu.
Sedangkan Sang-toh, sambil memperhatikan pertarungan, diam-
diam berkata dalam hatinya:
"Dalam pertarungan ini, jika Thian-ho-tiauw-souw yang menang
tidak akan terjadi apa-apa, tapi jika ketua pulau Teratai yang
menang, maka persoalanku dengan Sin-hiong semakin berat,
walaupun ketua partai teratai tidak akan membunuhku, tapi rencana
aku terhadap Cui-giok selama sepuluh hari terakhir akan menjadi
sia-sia."
Setelah dia berpikir, diam-diam dia mendekati j Cui-giok.
Tapi meski Hui-lan orangnya kecil tapi sangat! teliti, dia
menyentuh Sin-hiong dengan pelan berkata:
"Hiong-ko, waspadai orang itu!"
Perkataannya belum selesai, tangan Sang-toh sudah dijulurkan.
Sin-hiong langsung berteriak dan berkata:
"He he he, kau mau apa?"
"Aku mau apa bukan urusanmu?"
Sambil menotokan serulingnya, orangnya maju selangkah ke
depan!
Sin-hiongmenjadimarah "Huut!" telapak tangannya
menghantam katanya dingin:
"Justru aku mau mengurusnya, kau mau apa?" Pukulan telapak
tangannya bergerak dari atas ke bawah, tenaganya sangat dahsyat,
Sang-toh memiringkan tubuh, dalam sekejap balas menyerang tiga
jurus!
Sang-toh yang dihalangi oleh Sin-hiong, jadi tidak bisa berkutik,
Hui-lan diam-diam maju ke depan, ketika dia melihat Cui-giok, dia
jadi tertegun.
Wajah Cui-giok walaupun pucat, tapi tetap tidak bisa menutupi
kecantikannya yang alamiah, Hui-lan berkata dalam hati:
"Tidak heran mereka bertiga bertarung nyawa demi dia, jika aku
juga seorang laki-laki, mungkin aku juga ikut ambil bagian?"
Tadinya Hui-lan ingin mengambil kesempatan membawa Cui-
giok, setelah sekarang melihatnya, tidak tahan dia merasa ragu-
ragu.
Ketika dia bersama dengan Sin-hiong, dia pernah menyaksikan
dengan mata kepala sendiri Sin-hiong dengan Ho Koan-beng
bertarung mati-matian demi Cui-giok, saat itu dia belum melihat
Cui-giok, sekarang setelah melihatnya, rasa cemburu dia jadi
meningkat.
Dia seorang wanita, semua wanita pencemburu, tentu saja Hui-
lan pun tidak terkecuali.
Dia bengong melihatnya, lama sekali masih belum lusa
memutuskan apakah menolong Cui-giok atau tidak.
Pada saat ini, empat orang yang bertarung sudah terjadi
perkembangan!
Sin-hiong sudah mencabut pedang pusakanya, di bawah
serangan dahsyat dia, Sang-toh sudah didesaknya sampai terus
mundur ke belakang!
Di lain pihak, pertarungan ketua pulau Teratai dengan Thian-ho-
tiauw-souw semakin lama semakin seru, tidak bisa dibedakan siapa
yang lebih unggul.
Hui-lan masih tertegun, mendadak terdengar Cui-giok
mengeluarkan suara, suaranya begitu lemah, setelah menelitinya,
baru bisa mendengar Cui-giok sedang memanggil-manggil nama
Sin-hiong.
Mungkin Cui-giok dulu sudah diberi makan obat oleh Sang-toh,
dan obat ini harus menunggu waktu tertentu baru bisa siuman, saat
ini, suara Cui-giok bertambah keras!
Cui-giok dengan lemah memanggil: "Sin-hiong, Sin-hiong......"
Dia terus menerus memanggil nama Sin-hiong, bukan saja Sin-
hiong sudah mendengarnya, Sang-toh pun sudah mendengarnya!
Hati Sang-toh dan Hui-lan merasa tenggelam, tapi sekarang dia
sedang bertarung dengan Sin-hiong, jurus pedang Sin-hiong begitu
dahsyat, sedikit saja gerakanbta lamban, terdengar "Paak!" dua
macam senjata beradu, Sang-toh tergetar oleh tenaga dalam Sin-
hiong hingga mundur dua langkah kebelakang!
Dia tertegun, akhirnya sambil mengangkat kepala dia menghela
nafas:
"Sudahlah, sudahlah, aku benar-benar telah Bermimpi indah! "
Harinya terasa patah, setelah bicara, langsung lari meninggalkan
tempat itu.
Tindakannya terlalu mendadak, Sin-hiong yang melihat jadi
bengong melihat bayangan Sang-toh berlari menjauh, timbul satu
perasaan yang sulit dikatakan.
Dia tahu Sang-toh sangat mencintai Cui-giok, juga tahu demi
mengobati racun di tubuh Cui-giok, Sang-toh tidak tanggung-
tanggung jauh-jauh datang kemari mencari Ong Leng, sekarang dia
pergi dengan hati yang hancur, kepedihan di dalam hatinya sulit
digambarkan dengan kata-kata.
Sin-hiong bengong berdiri disana, satu orang lagi pun sudah
mundur ke sisi.
Orang ini tentu saja salah Hui-lan, ternyata dia sudah bisa
melihatnya, dia dengan Cui-giok di dalam hati Sin-hiong, jelas Cui-
giok lebih penting, dia adalah wanita yang berhati tinggi, hatinya
sedih, tapi tidak ditunjukan di wajahnya.
Sin-hiong membalikan tubuh dan berteriak: "Adik Lan, tolong
aku?"
Hui-lan pura-pura tidak mendengar, matanya yang besar melihat
ayahnya di lapangan. Saat ini, kedua orang yang melakukan
pertarungan sudah semakin sengit, terlihat sudah melewati empat
puluh jurus, ketua pulau Teratai sudah berada di atas angin.
Sin-hiong tidak tahu isi hati Hui-lan, dia berkata lagi:
"Adik Lan, tolonglah aku?"
"Aku tidak ada waktu!" kata Hui-lan dingin.
Sin-hiong tertegun, jelas dia berdiri di sana tidak bekerja, kenapa
berkata 'tidak ada waktu'?
Di tanah Cui-giok mendengar suara Sin-hiong, wajahnya
cantiknya segera berkelebat sinar warna merah dan berteriak:
"Sin-hiong, Sin-hiong, kau ini Sin-hiong?"
Sin-hiong merasa senang, dia maju ke depan dan bertanya:
"Nona Sun, bagaimana keadaanmu?"
Sebuah kalimat bertanya keluar mulutnya, laksana sebuah tenaga
sembrani berputar di lapangan, dua orang itu menangis. Satu Cui-
giok, yang satu lagi adalah Hui-lan.
Cui-giok menangis karena berterima kasih, tapi Hui-lan
mencucurkan air mata sedih.
Tapi sekarang, Sin-hiong hanya bisa melihat Cui-giok seorang
sedang menangis, sebab dia sedang membelakangi Hui-lan, air
mata disana walaupun membuat orang pilu, tapi dia tidak
melihatnya.
Mendadak terdengar ketua pulau Teratai berteriak:
"Bagaimana, jurus ke empatpuluh delapan!"
Setelah berkata, diikuti dengan "Buum!" dua bayangan orang
bergoyang-goyang, ketua pulau Teratai hanya bergoyang-goyang
dua kali tubuhnya sudah mantap kembali, tapi Thian-ho-tiauw-souw
sampai mundur dua langkah ke belakang!
Wajah Thian-ho-tiauw-souw sedikit berubah dan berteriak:
"Lo-lim, kau memang hebat, kita bertemu lagi sepuluh tahun
kemudian!"
Setelah berkata, dia memungut pancingannya Secepatnya berlari
meninggalkan tempat itu
Ketua pulau Teratai menunggu dia sudah jauh baru berteriak:
"He he he, beruntung menang setengah jurus!"
Saat dia membalikan tubuh, tidak tahan dia kembali terkejut dan
berkata:
"Anak Lan, kau menangis?"
Rasa terkejutnya dia berakibat sangat luar biasa, sebab seumur
hidup, dia hanya ada seorang putri, putrinya adalah nyawanya, dia
tidak kenal dengan Sin-hiong, hanya melihat Hui-lan sangat baik
dengan dia, maka ketua pulau Teratai selalu membantu Sin-hiong.
Air mata Hui-lan belum kering, dengan suara gemetar berkata:
"Ayah, kita pulang!"
Wajah ketua pulau Teratai berubah dengan kesal berkata:
"Cepat katakan, siapa yang telah menghinamu, aku akan cincang
dia sampai hancur!"
Perasaan hatinya seperti ini, bagaimana Hui-lan bisa
mengatakannya, setelah ketua pulau Teratai mengajukan
pertanyaan ini, Hui-lan merasa hanya ayahnya baru orang terdekat
dia, maka dia jadi menangis semakin menjadi-jadi.
Sorot mata ketua pulau Teratai menyapu, di lompat ini selain Sin-
hiong, tidak ada orang lain lagi, tanpa berpikir lagi, dia meloncat ke
depan dan berteriak:
"Bocah, kau yang menghina putriku?"
Sin-hiong sedang menggunakan tenaga dalam mengobati Cui-
giok, mendengar ketua pulau Teratai Hui-lan pun menangis, dia jadi
tertegun, bengong melihat ke arahnya, ketua pulau Teratai dengan
bengis sudah meloncat datang.
Dengan sangat tidak mengerti dia berkata: "Lo-cianpwee, aku
tidak menghina dia?"
Hui-lan melihat ayahnya mau menyerang Sin-hiong, dia jadi
terkejut, dalam lubuk hatinya dia masih sangat mencintai Sin-hiong,
maka dia berjalan dua langkah dan berkata:
"Ayah, tidak ada hubungannya dengan dia!"
Ketua pulau Teratai mendengus, berkata: "Kalau begitu kau
katakan, kenapa kau mengucurkan air mata?"
Hui-lan tahu, jika dia menceritakan isi hatinya, Sin-hiong dan Cui-
giok pasti akan terkena dampratan, maka dia terpaksa berbohong:
"Aku lihat ayah menang, jadi merasa senang sampai
mencucurkan air mata!"
Setelah berkata, dia pura-pura tertawa, tapi tawanya sangat
dipaksakan.
Ketua pulau Teratai sudah tahu putrinya berbohong tapi dia tidak
bisa memikirkan alasannya dan berkata:
"Baiklah, asal kau sudah puas mainnya, kita boleh pulang!"
Mendengar ini, mata Hui-lan kembali menjadi merah, hampir saja
menangis lagi. '
Telapak tangan Sin-hiong baru saja mencapai jalan darah penting
Cui-giok, mendengar dua orang itu mati pergi, dia jadi gelisah
sekali, tapi saat ini dia tidak bisa bicara, keringat di kepalanya jadi
bercucuran.
Tapi keadaan ini dilihat oleh Hui-lan, dia mengira Sin-hiong ingin
segera menyembuhkan Cui-giok, tidak segan-segan mengerahkan
seluruh tenaga dalamnya, rasa cemburunya jadi semakin tinggi, di
dalam hati berkata:
"Dia dulu berkata sangat enak, wanita di tanah itu adalah calon
istrinya marga Ho, hemm... dia hanya sembarangan bicara saja!"
Berpikir sampai disini, tanpa mempedulikan Sin-hiong lagi, dia
langsung pergi bersama ayahnya!
Sin-hiong semakin gelisah, tapi saat ini penyaluran tenaga
dalamnya sedang dalam keadaan genting, jangan kata melangkah,
sedikit tidak konsentrasi puntidakboleh.
Melihat dua bayangan orang semakin jauh, dalam keadaan
gelisah, dia merasa tenaga dalamnya buyar, dia jadi terkejut sekali,
buru-buru dia memusat-kan kembali tenaga dalamnya, barulah bisa
menyela-matkan nyawanya sendiri dan Cui-giok.
Tidak lama berselang, jalan darah Cui-giok akhirnya sudah bisa
dilancarkan oleh tenaga dalamnya "Waa!" memuntahkan air racun,
tapi karena Sin-hiong ladi konsentrasinya pecah, saat melepaskan
tangannya, laksana terkena penyakit parah "Bluuk!" roboh ke
bawah.
Walaupun jalan darah Cui-giok sudah lancar, tapi hawa racun di
dalam tubuhnya belum bersih benar, tubuhnya masih lemas tidak
bertenaga, melihat Sin-hiong roboh dia jadi terkejut dan berteriak:
"Sin-hiong, kau kenapa?"
Dalam pikirannya, karena Sin-hiong telah menghabiskan tenaga
dalamnya untuk mengeluarkan racun dalam tubuhnya maka dia jadi
lemas dan roboh ke bawah, hatinya jadi semakin berterima kasih
padanya.
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku tidak apa apa!"
Setelah berkata, buru-buru duduk bersemedi.
Tidak lama kemudian, pelan-pelan Sin-hiong membuka matanya
sambil menghela nafas berkata:
"Nona Sun, kau sekarang sudah baikan?"
Cui-giok melihat Sin-hiong begitu membuka matanya langsung
menanyakan keadaan penyakitnya dengan penuh perhatian, dengan
sangat berterima kasih dia berkata:
"Aku tidak apa-apa, kau?"
"Baguslah, mari kita cepat kejar mereka!"
Cui-giok sedikit tertegun, tapi melihat Sin-hiong begitu tergesa-
gesa, dia tahu pasti ada masalah, dia tidak enak menanyakannya,
menunggu Sin-hiong sudah berdiri, buru-buru dia berkata:
"Mereka belum jauh, jika kita cepat masih bisa mengejarnya!"
Walaupun berkata demikian, baru saja berjalan beberapa
langkah, tubuhnya sudah sempoyongan, Sin-hiong yang melihat jadi
amat gelisah, di dalam hatinya berpikir, dengan cara ini mengejar
mereka, hanya akan semakin jauh, tapi selain begini, ada akal apa
lagi.
Tadinya dia berpikir akan membopong Cui-giok mengejarnya,
tapi di siang hari bolong, jika dilihat oleh orang di jalan, tentu akan
memalukan, tapi jika bukan begitu, ketua pulau Teratai dan putrinya
tidak akan bisa dikejar lagi.
Sin-hiong sangat gelisah, tapi tidak terpikir cara lain, sambil
berjalan dia terus mengusap keringat. Cui-giok yang melihat lalu
bertanya: "Sin-hiong, kenapa kau tergesa-gesa mengejar mereka?"
Sin-hiong mengeluh berkata:
"Budi ketua pulau Teratai besar sekali padaku, malah pernah
menyelamatkan nyawaku, jika membiarkan mereka pergi begitu
saja, sampai tidak bisa mengucapkan terima kasih, sungguh hatiku
tidak bisa tenang?"
Cui-giok memutar matanya dan berkata lagi: "Apa tidak ada hal
lain lagi hingga harus begini tergesa-gesa?"
Sin-hiong hanya ingin mengejar mereka, dalam keadaan terburu-
buru tidak berpikir banyak dan berkata:
"Nona Hui-lan sangat baik padaku, aku pernah berjanji pada dia
setelah urusanku selesai, aku akan menemani dia bermain ke pulau
Teratai, mengenai hal ini juga harus ada penegasan!"
Setelah berkata begitu, baru dia merasa kata katanya tidak
pantas, terpaksa dia tertawa kaku.
Tiba-tiba Cui-giok menghentikan langkahnya:
"Aku sangat lelah!"
Sin-hiong tertegun, wajahnya tampak gelisah. Cui-giok melihat
Sin-hiong dan berkata: "Sin-hiong,apakah kautidak bisa
menggendongku?"
Wajah Sin-hiong jadi merah, katanya gugup: "Di jalan banyak
orang!"
Cui-giok menggelengkan kepala:
"Tidak apa-apa, kau ingin mengejar mereka, jika tidak
menggendongku bagaimana bisa mengejar mereka?"
Sin-hiong merasa betul juga, tapi walau-pun dia dengan Cui-giok
sejak kecil besar bersama-sama, tapi sejak mereka sudah dewasa,
hari ini adalah kedua kalinya mereka bertemu dan bercakap-cakap,
apa lagi, Cui-giok adalah calon istrinya Ho Koan-beng, bagai-mana
mungkin dirinya menggendong dia berlari di siang hari?
Dia jadi kesulitan, Cui-giok tersenyum dan berkata:
"Kalau begitu, aku ada satu permohonan, entah kau bisa
menyanggupinya tidak?"
Perkataan Cui-giok berbelit-belit, Sin-hiong sama sekali tidak
mengerti, terpaksa menjawabnya:
"Katakan saja!"
"Sebenarnya akupun tidak ada permintaan apa-apa, hanya....
hay, sudahlah jangan dikatakan lagi."
Melihat dia tidak jadi mengatakannya, tidak tahan Sin-hiong jadi
mengeluh panjang, Saat ini kau masih berkelakar, tadinya dia mau
memakinya, tapi sesaat tidak bisa membuka mulut, akhirnya
menelan kembali kata-katanya yang sudah sampai dibibirnya.
Cui-giok melihat Sin-hiong, wajahnya menjadi merah dan
berkata:
"Bolehkan aku memanggil nona itu Cici? Jika kita bertemu
dengan dia, mohon kau perkenalkan kami!"
Ternyata kata-kata ini mengandung makna yang dalam, Sin-
hiong mendengarnya sampai wajah-nya menjadi merah, didalam
hati berkata:
'Kau terlalu banyak pikiran, hay! Masalah ini bagaimana
mungkin?'
Cui-giok melihat Sin-hiong tidak menjawab, dengan sedih
berkata:
"Aku tahu kau masih memikirkan masalahku dengan Ho Koan-
beng, tapi itu sudah berlalu!"
Sin-hiong mundur ke belakang, terkejut dan berkata:
"Nona Sun! Bagaimana boleh begini?"
"Aku sekarang hanya tinggal seorang diri, mengenai masalah aku
sendiri, tentu saja harus aku sendiri yang menentukannya."
Sin-hiong menggelengkan kepala, dengan sedih sekali berkata:
"Kau tidak boleh begini, hay, sama sekali tidak boleh begini."
"Tidak peduli bagaimana, aku harus bersamamu, mengenai nona
itu, dia menjadi Ciciku juga tidak apa-apa!”
Kata-kata dia sudah semakin jelas, tidak peduli Sin-hiong punya
pikiran ini atau tidak, sekarang bagaimana pun harus menyatakan
pendiriannya?
Tapi, Sin-hiong malah jadi membisu!
Sebenarnya dalam hati dia, masih mencintai Cui-giok, juga
mencintai Hui-lan, tapi bagaimana pun Cui-giok adalah orangnya Ho
Koan-beng, beberapa kali Ho koan-beng ingin membunuh dia, jika
bukan karena Cui-giok, bagaimana mungkin dia bisa begitu sabar
terhadap Ho Koan-beng?
Melihat Sin-hiong tidak bicara, maka Cui-giok berkata lagi:
"Sin-hiong, jika kau tidak mau, maka kau kejar mereka sendiri,
supaya aku tidak menjadi bebanmu?"
Sin-hiong jadi merasa sulit, setelah dipikir lalu berkata:
"Kita jalan saja dulu, sekarang buat apa membicarakan hal yang
memusingkan kepala ini?"
Cui-giok tersenyum, dia mengerti Sin-hiong sudah tergerak
hatinya, kedua orang pelan-pelan berjalan lagi ke depan.
Kedua orang selangkah demi selangkah berjalan, Sin-hiong ingin
menyewa kereta supaya Cui-giok tidak perlu berjalan, tapi tidak
beruntung, di sepanjang jalan tidak ada kereta tumpangan,
walaupun ada juga sudah penuh orang.
Saat kedua orang itu tiba di sisi Huang-ho, mereka tidak bisa
berbuat apa-apa, sebab hari sudah mulai gelap.
Sin-hiong melihat di sisi sungai kebetulan ada satu perahu yang
akan menyeberang sungai maka bersama Cui-giok naik ke atas
perahu.
Baru saja kedua orang itu naik ke atas perahu, terdengar tukang
perahu berteriak:
"Anginnya besar arusnya deras, para penum-pang harap jangan
sembarangan bergerak!"
Di depan dan di belakang perahu ada seorang tukang perahu,
semua penumpang diapit oleh kedua tukang perahu itu, tukang
perahu yang di depan mendorong dengan tongkatnya, dan
perahunya mulai bergerak, lalu ada seorang berteriak:
"Berangkat!"
Siapa sangka baru saja perahu ini berlayar sejauh kurang lebih
lima enam tombak, mendadak di daratan ada seseorang berlari
tergesa-gesa, dia sambil berlari sambil berteriak:
"Hei? Tunggu! Tunggu!"
Tukang perahu di belakang menggoyang-goyangkan tangannya
dan berteriak:
"Tidak bisa, kau tunggulah perahu berikut-nya!"
Orang itu seperti terburu-buru, kembali berteriak-teriak:
"Hei hei, di atas perahu masih banyak yang kosonglah!"
Saat ini arus sungai sangat deras, tukang perahu yang di
belakang mengendalikan perahu dengan konsentrasi penuh, tidak
mempedulikannya lagi.
Sebuah gelombang air menghantam perahu, dan perahunya
bergoyang-goyang, Cui-giok berkata: "Baguslah jika perahu ini
tenggelam!"
Sin-hiong tersenyum dan berkata: "Kenapa kau ada pikiran
seperti ini?"
"Perahu tenggelam pasti akan diantarkan ke istana naga, saat itu
kita bisa bertemu dengan raja naga, bukankah itu bagus?"
Usia dia sudah tidak kecil, tapi kedengarannya seperti bicara
anak kecil saja, Sin-hiong tahu kata-katanya ada maksud tertentu,
setelah tersenyum, maka dia tidak pedulikan dia lagi!
Karena menganggur, iseng-iseng Sin-hiong membalikkan kepala
melihat ke belakang, tepat pada saat mi, sebuah kejadian aneh
terjadi.
Karena orang tadi tidak berhasil menghentikan perahu, dia
mengambil beberapa batang ranting pohon dan dilemparkan ke
sungai, ranting-ranting itu menyebar dengan jarak tertentu, lalu
dengan beberapa loncatan saja orang itu sudah naik ke belakang
perahu.
Tukang perahu di belakang sedang mengawasi ke depan
mengendalikan perahu, tentu saja tidak tahu di belakang perahu
ada orang naik ke atas perahu.
Orang ini ilmu meringankan tubuhnya sangat hebat, berdiri
dengan satu kaki di atas batang kendali di belakang tukang perahu
itu, ketika tukang perahu menggerakan perahu ke kiri dan ke kanan,
sedikit pun tidak merasakannya, Sin-hiong berkata di dalam hati:
"Walaupun ilmu silatmu sangat hebat, tapi dengan
memamerkannya seperti ini, bukanlah tindakan seorang jagoan
dunia persilatan?"
Ketika sedang berpikir, tiba-tiba satu gelombang besar datang
menghantam perahu lagi, ujung perahu turun ke bawah, tukang
perahu itu bercucuran keringat mengendalikan perahu, dan
tubuhnya ikut jadi miring, siapa sangka tepat di saat ini, orang di
belakang perahu itu mengaitkan kakinya, situkang perahu masih
mengira itu adalah gelombang besar, begitu menegakkan tubuhnya,
kali ini sedikit tidak bisa dikendalikan, dia merasa tubuhnya
melayang jatuh keluar perahu,
Sin-hiong tergetar, di dalam harinya berpikir: 'Nyawa seluruh
penumpang di perahu ada di tangan si tukang perahu itu, mana
boleh orang itu berkelakar seperti ini?’
Setelah berpikir, tubuhnya melayang keluar lalu mengulurkan
tangan, menarik kembali tubuh tukang perahu kedalam perahu.
Kecepatan gerakannya sulit digambarkan, sebab saat dia
bergerak, tubuh tukang perahu itu sudah berada di luar perahu, tapi
ketika dia keluar dan masuk lagi, orang-orang di dalam perahu
hanya sedikit yang tahu, terdengar seseorang dengan pelan
berkata: "Hebat sekali!"
Sin-hiong tersenyum pada orang itu, berkata: "Terima kasih!"
Saat Sin-hiong meloncat, Cui-giok sudah mengetahuinya, dia
melihat ketika Sin-hiong berada di udara, dia terkejut sampai
bercucuran keringat dingin, tapi tukang perahu yang selamat dari
maut, masih tidak tahu apa yang terjadi, dia menarik nafas panjang
dan berkata:
"Ombak yang sangat besar sekali!"
Ternyata saat Sin-hiong meloncat keluar menyelamatkan orang,
orang yang berdiri di bagian kendali perahu itu sudah masuk ke
dalam perahu, orang-orang di dalam perahu sedang mabuk perahu,
maka tidak ada satu orang pun yang tahu.
Cui-giok menghela nafaspanjang dan berkata:
"Buat apa kau menempuh bahaya sebesar ini?"
Sin-hiong tersenyum tidak menjawab, dia hanya menganggukan
kepala, mendadak terdengar satu orang berteriak:
"Bagus, perahunya sudah merapat!"
Semua orang hanya merasa perahunya jadi ringan, ada orang
sudah meloncat meninggalkan perahu.
Orang itu masih berdesakan di belakang tubuh Sin-hiong, orang-
orang sudah pada turun perahu, Sin-hiong menuntun Cui-giok baru
saja tiba di kepala perahu, mendadak dia merasa di belakang
tubuhnya ada yang mendorong, tubuhnya sedikit berkelebat dan
berkata:
"Saudara, perahunya sudah merapat, kenapa masih terburu-
buru!"
Hati orang itu jadi tergetar, dia tadi sengaja menabrak, tidak
diduga Sin-hiong sudah tahu, terpaksa dia berkata:
"Maaf, aku ada urusan penting harus buru-buru!"
Setelah berkata, dia meloncat ke darat.
"Kau kenal orang ini?" tanya Cui-giok.
Sin-hiong sembarangan menjawab:
"Orang-orang di dunia ini semuanya adalah saudara, berbasa-
basi itu hal yang biasa."
"Aku lihat orang ini hatinya tidak lurus!"
Sin-hiong melihat keluar perahu berkata tawar:
"Kalau begitu kita sedikit hati-hati!"
Kedua orang naik ke darat, sekarang Cui-giok sudah merasa lebih
baik, tapi racun di dalam tubuhnya masih belum hilang semua,
kepalanya merasa masih pusing dan tubuhnya lemah tidak
bertenaga.
Sin-hiong melihat-lihat cuaca, katanya:
"Malam ini kita tidak bisa meneruskan perjalan an, kita menginap
dulu satu malam!"
Cui-giok tahu, sebenarnya Sin-hiong ingin mengejar waktu,
mengatakan tidak bisa meneruskan perjalanan, semua hanya demi
dirinya. Saat itu dia berkata:
"Kita cari dulu satu penginapan, setelah kau menyewakan kamar,
kau sendiri segera mengejar mereka, mungkin masih bisa keburu."
Hati Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata: 'Kata-katanya
masuk akal juga, setelah aku berhasil mengejar mereka, lalu
kembali lagi kesini, bukankah sama juga?'
Di benaknya mendadak berkelebat bayangan orang tadi, dia jadi
merasa khawatir maka berkata:
"Kau jangan pikirkan itu dulu, nanti kita melihat keadaan!"
Sambil bicara dia berjalan, tidak lama kemudian mereka sampai
di depan satu kota.
Kota ini cukup besar, sore hari orang-orang ramai berlalu lalang,
Sin-hiong menuntun Cui-giok berjalan di jalan raya, setelah
berputar-putar baru menemukan satu penginapan.
Siapa sangka, baru saja melangkah masuk ke dalam penginapan,
orang yang tadi di atas perahu penyeberangan sudah berada di
dalam penginapan!
Terlihat dia duduk di atas satu kursi di sisi meja, di atas meja
disediakan lima pasang sumpit, masakan dan arak juga sudah
diantarkan, tapi hanya dia seorang diri sedang makan dengan lahap
sekali.
Cui-giok menyentuh Sin-hiong perlahan:
"Sin-hiong kau sudah melihatnya?"
Sin-hiong menganggukan kepala, saat ini satu orang pelayan
datang menghampiri dan bertanya:
"Siauya mau makan apa?"
Sin-hiong tidak menjawab pertanyan pelayan dia berkata:
"Ada kamar yang bersih tidak?"
"Ada... ada!" kata Pelayan berulang-ulang
Sin-hiong menyuruh pelayan untuk melihat dulu,
Cui-giok tidak tahu apa tujuannya, terpaksa mengikuti dari
belakang.
Masuk ke dalam satu pekarangan, Sin-hiong memilih dua kamar,
dari dalam ke dua kamar itu bisa melihat dengan jelas keadaan di
ruang makan, lalu dia memesan makanan dan pelayan itu pun
pergi.
Cui-giok melihat dulu ke kiri dan kanan lalu berkata:
"Tempat ini cukup bagus, kita bisa melihat perbuatan orang itu?"
Sin-hiong menyahut sekali, lalu mengeluarkan buku pengobatan
Kim-ciam-tok-su, membalik-balikan beberapa lembar dan bertanya:
"Nona Sun, dimana kau masih merasa tidak nyaman?"
Sun Cui-giok mengerutkan alis:
"Seperti di antara perut kecil!"
Sin-hiong membolak-balik lembaran, sesaat masih belum
menemukan resep yang tepat, dia mengeluh dan berkata:
"Aku tidak bisa memikirkan, resep penawar racunnya banyak
sekali, tapi aku tidak menemukan satupun, nona Sun, bagaimana
kalau kau sendiri saja yang melihatnya?"
Cui-giok menerima buku itu, dengan teliti membolak-balik
membaca, mendadak dia berteriak:
"Lihat! Bukankah resep ini?"
Sin-hiong melihat, diatas tertulis: "Cian-cu-ting, Su-ju-li, Ci-ju-ki-
goan, Ho-ju-yu-lim, bisa mengobati lima racun!" Sin-hiong berkata:
"Benar, tapi Cian-cu-ting sangat sulit dicari!" Baru saja selesai
bicara, mendadak seseorang di dalam ruang makan berteriak:
"Bagus! Kau sudah menghabiskan semua araknya!"
Sin-hiong dan Cui-giok melihat, di dalam ruang makan saat ini
sudah bertambah satu orang, orang ini memakai baju kuning, di
punggungnya terselip sebilah pedang panjang, sepasang matanya
memancarkan sinar berkilat-kilat, tampangnya sangat luar biasa.
Orang yang pertama datang itu tertawa: "Siapa suruh kau telat!"
Setelah berkata, kembali dia minum araknya. Orang yang berbaju
kuning itupun tidak sungkan, langsung makan dengan lahapnya.
"Kau tahu siapa mereka?" tanya Cui-giok. Sin-hiong
menggelengkan kepala, tepat di saat ini, seorang laki-laki besar
berbaju merah juga melangkah masuk ke ruang makan.
Dua orang yang pertama datang tidak mempersilahkan dia, tapi
laki-laki besar baju merah itu langsung duduk dan makan dengan
lahap.
Sin-hiong melihat sampai mengerutkan alis, di dalam hati terus
membaca, merah kuning biru, mendadak dia seperti sadar sesuatu,
di dalam hati berkata:
'Diatas meja sudah disediakan lima pasang sumpit, saat ini sudah
datang tiga, apakah masih ada putih dan hitam yang belum tiba?'
Baru saja berpikir begitu, benar saja di pintu masuk kembali
muncul dua orang satu berbaju putih dan satu lagi hitam.
Setelah kedua orang itu duduk, kelima orang itu dengan diam
melahap makanannya, siapa pun tidak ada yang berbicara.
Diantara lima orang ini, orang yang usianya paling tua tampak
tidak lebih dari empat puluh tahun, diantaranya orang yang berbaju
putih yang terlihat paling muda, kelihatannya tidak berbeda jauh
dengan Sin-hiong.
Matahari sudah tenggelam di barat, lampu di ruang makan sudah
dinyalakan, orang di dalam ruangan tidak sedikit, tapi lima orang
tamu di tengah ruangan seperti tidak ada orang saja, mereka hanya
melahap makanan mereka.
Setelah melihatnya Sin-hiong berkata:
"Tidak ada urusan dengan kita, lebih baik kita makan saja dulu."
Siapa sangka, pada saat ini, salah seorang mendadak mendengus
dan berkata:
"Hemm hemm belum tentu!"
Sin-hiong terkejut, dia tidak mengira kata-katanya didengar oleh
orang itu, begitu melihatnya terdengar satu orang lagi berkata:
"Menurut pandanganmu bagaimana?"
Ternyata orang berbicara itu adalah laki-laki baju biru yang dilihat
Sin-hiong di atas perahu tadi, terlihal kedua mata dia melotot
dengan dingin berkala
"Apa yang bagaimana? Terpaksa bertarung!"
Begitu kata-kata ini keluar, empat orang lainnya jadi
bersemangat dan bersama-sama berkata:
"Bagus sekali, kita Huang-sat-ngo-kiam (Lima pedang dari pasir
kuning) bersama-sama akan bertarung dengan dia!"
Lima orang itu berteriak-teriak di dalam ruang makan, tapi,
semua orang di dalam ruangan tidak tahu siapa yang akan dihadapi
mereka? Tapi sejak mereka menyebutkan julukan Huang-sat-ngo-
kiam, di dalam ruangan kembali hening tidak ada suara, ternyata
julukan Huang-sat-ngo-kiam ini sangat besar sekali pengaruhnya!
"Kau pernah mendengarnya?" kata Cui-giok pelan.
"Tidak pernah!" Sin-hiong menggeleng.
Dua orang ini sudah selesai makan, Sin-hiong kembali berkata:
"Kau istirahatlah sebentar, aku pergi sebentar mencari Cian-cu-
ting."
Setelah berkata, dia keluar kamar, saat lewat ruang makan, laki-
laki berbaju biru mendengus sekali dan berteriak:
"Hei! Berhenti!"
Sin-hiong tahu laki-laki itu memanggil dirinya, lapi dia pura-pura
tidak mendengar dan meneruskan jalannya.
"Kau dengar tidak? Heh, jika masih berjalan akan kupatahkan
kaki anjingmu!"
Setelah berkata, tampak dia sedikit mabuk, tapi karena
perkataannya sangat kasar, hari Sin-hiong yang sedang kesal,
begitu diusik maka meledaklah amarah-nya. Dia menghentikan
langkahnya dan bertanya: "Saudara ada urusan?"
Orang itu tertawa dingin:
"Urusan! Hemm hemm, karena saat ini kami tidak ada waktu,
kuberitahu, malam ini kau tidak boleh keluar kota."
Sin-hiong marah dengan dingin berkata:
"Aku keluar kota atau tidak, apa urusannya denganmu?"
Baru saja orang itu mau maju menerjang, laki-laki baju kuning
disisinya sudah bangkit berdiri dan berkata:
"Losam, ada apa kau dengan dia?"
Baru saja orang berbaju biru mau mengatakan kehebatan ilmu
silat Sin-hiong, mendadak di pintu muncul satu orang!
Wajah dia jadi berubah sambil berteriak dingin:
"Sudah datang!"
Huang-sat-ngo-kiam segera bersiap-siap, orang yang masuk ini
wajahnya tampan, begitu melihat Sin-hiong yang masih berada di
dalam ruang makan, tidak tahan orang itu bersuara "Iiih!" dan
berkata:
"Sen-tayhiap, kita jumpa lagi!"
Setelah orang ini muncul, hati Sin-hiong jadi tergetar.
Lima orang itu lebih-lebih tergetar, otaknya berputar cepat, di
dalam hatinya berpikir ternyata merek berdua saling kenal?
Di antara semua orang hanya laki-laki berbaju biru di dalam
hatinya mengerti, sebab dia pernah menyaksikan kehebatan ilmu
silat Sin-hiong, dan juga pernah mencoba jurus pedang orang yang
baru masuk ini, dia tahu jika kedua orang ini bersatu, mungkin
mereka berlima bukan lawannya.
Ternyata orang yang masuk adalah Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng,
entah kapan dia bermusuhan dengan orang ketiga Huang-sat-ngo-
kiam, Lan-ie-kiam (Pedang bulu biru) Nie Cing, itulah sebabnya Nie
Cing buru-buru pergi ke pantai selatan Huang-ho untuk
mengumpulkan empat jago pedang lainnya untuk menghadang Ho
Koan-beng.
Mata Ho Koan-beng menyapu, dalam hati dia sudah mengerti,
sambil tertawa keras dia berkata:
"Saudara tua Ni, apa orang-orangmu sudah berkumpul semua?
He he he, dengan kemampuan kalian berlima, terhadap aku saja Ho
Koan-beng, kalian sudah tidak mampu menghadang, malah berani
mengusik lagi Kim-kau-kiam-khek Sen Sin-hiong?"
Kata-katanya begitu terdengar, orang-orang yang ada di seluruh
ruangan jadi membeku, di antaranya tentu saja Huang-sat-ngo-
kiam, Lan-ie-kiam yang mendengar, mabuknya jadi hilang setengah.
"Terima kasih!" kata Sin-hiong tertawa. Tadinya dia mau
memberitahukan keberadaan Sun Cui-giok di dalam penginapan ini,
tapi setelah berpikir lagi, disini banyak orang, lebih baik mencari
obat dulu saja.
Setelah berkata dia langsung jalan keluar pintu.
Apa yang akan terjadi di dalam ruangan makan, Sin-hiong sudah
malas memikirkannya, saat ini di benaknya sedang memikirkan
masalah Cui-giok dengan Ho Koan-beng, apa yang akan terjadi
setelah mereka bertemu? dia jadi mengkhawatirkannya.
Setelah Ho Koan-beng muncul, hatinya jadi tertarik dengan
pertengkaran yang sulit melepaskan diri, mengenai hal mengejar
ketua pulau Teratai dan putrinya, itu hal yang lain lagi.
Dia sudah jalan beberapa lama di jalan raya dan bertanya ke
beberapa toko obat, tapi semua toko tidak ada yang menjual Cian-
cu-ting, terpaksa dia kembali lagi kepenginapan.
Di dalam ruangan makan, sudah tidak telihat lagi Huang-sat-ngo-
kiam dan Ho Koan-beng, Sin-hiong masuk ke kamar Cui-giok, Cui-
giok buru-buru bangkit berdiri dan berkata:
"Ho Koan-beng sudah pergi!"
"Kau sudah tahu, seharusnya kau berusaha menemui dia!"
Cui-giok memonyongkan mulut mungilnya:
"Aku tidak mau bertemu dengan dia lagi, dari bicaranya kulihat
dia selain sangat sombong, juga orangnya sangat licik."
Sin-hiong berpikir, entah Ho Koan-beng berkata apa lagi? Jika
tidak bagaimana Cui-giok bisa tahu Ho Koan-beng selain sombong
juga sangat licik?
Dia menghela nafas panjang:
"Tidak perduli bagaimana? Bagaimana pun dia adalah......"
Tadinya dia ingin berkata 'calon suamimu', tapi jika mengatakan
ini, pasti akan membuat Cui-giok sangat sedih, makanya dia tidak
jadi mengucapkan-nya.
Cui-giok seperti tahu yang dipikirkannya, dengan tertawa
terpaksa berkata:
"Aku sudah beristirahat, sekarang sudah jauh baik, lebih baik kita
melanjutkan perjalanan saja!"
Sin-hiong tahu dia sengaja ingin menghindar dari Ho Koan-beng,
walaupun hatinya tidak mau, tapi dia tidak tega menolaknya,
terpaksa Sin-hiong memanggil pelayan, membayar rekening dan
pergi melanjutkan perjalanan.
Saat ini malam sudah larut, tadinya Sin-hiong ingin membelikan
seekor kuda buat Cui-giok, tapi karena tidak ada yang menjual
kuda, dua orang itu hanya berjalan pelan-pelan keluar kota.
Sebenarnya Cui-giok belum sembuh total, tapi meskipun begitu
sekarang kesehatan dia lebih baik dari sebelumnya, jalan sejenak,
terlihat waktu sudah hampir jam sembilan malam, mendadak dari
hutan di depan terdengar suara benturan senjata.
Cui-giok berteriak:
"Di depan ada orang sedang bertarung!"
Secepat kilat Sin-giong mengangkat dia: "Jangan bersuara!"
Hanya beberapa loncatan, dia sudah sampai di sisi hutan itu, lalu
dia melihat Ho Koan-beng sedang bertarung sengit dengan Huang-
sat-ngo-kiam.
Tubuh Cui-giok sedikit bergetar dan berkata:
"Tidak mau bertemu dia di sana, tidak diduga malah bertemu
disini, hai...!"
Dia mengeluh pelan, begitu melihat pertarungan, kembali dia
terkejut berkata:
"Iiih, kepandaian Ho Koan-beng sudah maju pesat!"
Sin-hiong menganggukan kepala:
"Benar! Ilmu silat Sang-toh pun sudah maju pesat."
Cui-giok memandang tidak mengerti, Sin-hiong pura-pura tidak
melihatnya, tapi di dalam hatinya diam-diam mendengus dan
berkata:
"Ilmu silat mereka berdua maju pesat tapi apa gunanya? Kecuali
mereka berdua bersatu, baru masih bisa menahan seranganku
seratus jurus!'
Tapi dia tidak mengatakan apa-apa, matanya melihat ke arah
enam orang yang sedang bertarung, terlihat mereka semakin
bertarung semakin seru!
Huang-sat-ngo-kiam bukan saja masing-masing mempunyai ilmu
silatnya cukup bagus, apa lagi jika mereka bersatu, kekuatan jurus
gabungan pedangnya, Ho Koan-beng juga tidak bisa menerobos
keluar.
Ho Koan-beng mendengus dingin, jurus hebat dari berbagai
perguruan sudah dikeluarkannya, walaupun berada dalam
keroyokan Huang-sat-ngo-kiam, dia tetap mampu bertahan dan
menyerang, langkah kakinya sedikitpun tidak kacau! Sin-
hiongberpikir: 'Untung yang dihadapinya adalah Huang-sat-ngo-
kiam, jika diganti oleh pesilat tinggi biasa, mungkin tidak mampu
menahan lima puluh jurus serangan Ho Koan-beng!;
Baru saja dia berpikir, mendadak di lapangan terdengar satu
teriakan keras, pemuda berbaju putih sedang menyerang hebat
dengan pedangnya.
Pedangnya berkilat-kilat menyilaukan mata, menyerang Hwan-
sui-hiat dan Hong-fu nya Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng bersiul panjang, pedangnya bergetar-getar dan
"Ssst ssst!" menghindar serangan dahsyat pemuda berbaju putih,
sekali memutar pergelangan tangan, mendadaknya menyerang laki-
laki baju merah.
Laki-laki berbaju merah mengangkat pedang panjangnya, tubuh
lima orang itu mendadak mundur lalu maju kembali, tampaknya
mereka sedang menjalankan suatu siasat, sinar pedang sangat
kerap, bersilang membentuk jaring rapat, dengan suara
memekakkan telinga, siasatnya memang luar biasa.
Ho Koan-beng segera mengayunkan pedang panjangnya, satu
jurus Ji-long-jian-cong (Ombak besar seribu lapis), baru saja
jurusnya di keluar setengah jalan, mendadak berubah jadi Peng-sa-
bu-jang (Pasir datar tiada batas), dua jurus ini adalah inti jurus
hebat dari berbagai perguruan besar, pedangnya menusuk ke arah
dua bayangan orang berwarna merah dan kuning.
Bukan saja dia tidak bertahan, malah sekuat tenaga menyerang,
angin pedang semakin membesar, dalam sekejap sudah saling
serang tiga puluh jurus lebih dengan Huang-sat-ngo-kiam!
Sebenarnya jurus pedang Huang-sat-ngo-kiam sangat hebat,
orang yang paling tua adalah orang berbaju merah yang bernama
Cin Beng, nomor dua laki-laki baju kuning Hong Cin, Nie Cing adalah
saudara ketiga, nomor empat He-it-jiu Ong Kun, pemuda baju putih
Lim Ceng adalah yang paling kecil, tapi diantara lima orang ini,
jurus pedang Nie Cing dan Lim Ceng yang paling keji.
Walaupun jurus pedang kelima orang ini berbeda-beda aliran,
tapi ke lima orang ini di waktu senggang telah melatih semacam
barisan yang bernama Ngo-lui-kiam-tin (Barisan pedang lima
halilintar), di dalam dunia persilatan, entah sudah berapa banyak
pesilat tinggi yang termasyur pernah dikalahkan oleh Ngo-lui-kiam-
tin mereka.
Ketika pertarungannya sedang sengit, tiba-tiba pedang Ho Koan-
beng menusuk dengan dahsyat kepada pemuda berbaju putih Lim
Ceng, Lim Ceng bergeser sedikit, sengaja memberi kesempatan
pada Ong Kun menyerang dengan pedangnya!
Pedang Ho Koan-beng jadi tidak mengenai sasaran, tapi dia tidak
gentar, dia mengangkat tangan kanan, menyabetkan pedangnya
dari samping, tepat menyambut pedang Ong Kun.
Ong Kun sangat lincah dia berteriak, sekali gus menusukan
pedangnya dua kali!
Ho Koan-beng menekan tangannya, pedang panjangnya berputar
dari kiri ke kanan, masing-masing pedangnya menusuk pada kelima
orang itu.
"Jurus yang bagus!" teriak Nie Cing, lima jarinya secepat kilat
menyerang, dan tangan kanannya menyabetkan pedangnya, lima
jari kiri mencengkram, pedangnya menusuk jalan darah penting Ho
Koan-beng!
Ho Koan-beng mengayunkan pedangnya, dengan dahsyat balas
menusuk dia!
Jurus-jurus pedang Ho Koan-beng diambil dari inti sari jurus
pedang berbagai peguruan besar, jika satu lawan satu, kelima
Huang-sat-ngo-kiam ini tentu bukan lawannya.
Dengan Ngo-lui-kiam-tin, Huang-sat-ngo-kiam mengurung dia,
berisan ini dengan teratur mengatur serangan dan bertahan,
serangannya dahsyat, sedikit pun tidak mengendur!
Walaupun Cui-giok tidak ingin bertemu dengan Ho Koan-beng,
tapi di dalam hatinya tetap saja masih mengkhawatirkan dia dan
tanyanya:
"Sin-hiong, menurutmu Ho Koan-beng bisa menang atau tidak?"
Sin-hiong mengangkat kepalanya:
"Kulihat Huang-sat-ngo-kiam juga tidak lebih lemah!"
"Kalau begitu hasilnya akan seri!" kata ui-giok sambil tersenyum.
"Belum tentu juga?" Sin-hiong juga tersenyum.
"Kenapa?"
"Jurus pedang siapa pun bisa menggunakan-nya, tapi hasil
latihan setiap orang masing-masing berbeda, maka ada yang lebih
tinggi ada yang lebih rendah, mereka dua kelompok ini bertemu
dengan tandingannya, siapa yang menang siapa yang kalah itu
tergantung pengalaman mereka menghadapi lawan."
Cui-giok kagum:
"Kalau begitu di dunia persilatan apa yang disebut seri itu hanya
membohongi orang saja, begitu?"
Sin-hiong tidak menjawab, sorot matanya melihat kembali ke
lapangan dan berkata:
"Ho Koan-beng sudah hampir menang!"
Ketika di lihat dengan teliti, terdengar Ho Koan-beng sekali
berteriak:
"He he he, bagaimana dengan jurus ini?"
Terlihat gulungan sinar pedang mengembang besar, bayangan
pedang berkelebat dengan jurus Ya-can-pat-hong (Bertarung malam
dari delapan arah), pedang Huang-sat-ngo-kiam berputar-putar ke
bawah, berebut mendahuluinya.
Cui-giok tidak melihat Ho Koan-beng akan meraih kemenangan,
dia berkata:
"Aku lihat tidak mungkin!"
Baru saja selesai berkata, mendadak terlihat pedang Ho Koan-
beng balik menggulung, kecepatan jurusnya, hampir tidak bisa di
ikuti mata, dalam sekejap sudah tiba.
Huang-sat-ngo-kiam terkejut, Cin Beng segera menggetarkan
pergelangan tangannya, menyerang pada Beng-bun-hiat Ho Koan-
beng.
"Lepas" bentak Ho Koan-beng.
Kekuatan serangannya sangat dahsyat, pedang di tangannya
bergulung-gulung membentuk lima gulungan sinar, kekuatannya
sedikit pun tidak berkurang, dua hawa pedang saling beradu,
terdengar satu suara keras "Traang!", benar saja pedang panjang
Cin Beng terlepas dari tangannya.
Begitu berhasil Ho Koan-beng tidak membuang kesempatan,
pedang panjangnya bergerak-gerak cepat, mengambil posisi
menyerang!
Orang tertua Huang-sat-ngo-kiam Cin Beng terdesak mundur,
barisan pedangnya segera menjadi kacau.
Hong Cin dengan susah payah menangkis tiga jurus, keningnya
sudah bercucuran keringat, dia segera berteriak:
"Losam, serang kirinya!"
Nie Cing mengayunkan pedangnya "Ssst!" menusuk pada Kian-
cin-hiat di sisi kiri Ho Koan-beng!
Pemuda baju putih Lim Ceng bergerak lincah, kakinya berputar-
putar seperti angin dan berteriak:
"Kuserang dia dari kanan!"
Walaupun barisan pedang mereka sudah kacau, tapi ilmu silat
masing-masing orang masih ada, di bawah tekanan bersama empat
orang itu, akhirnya keadaannya bisa sedikit dikembalikan.
Sin-hiong menghela nafas:
"sekarang Huang-sat-ngo-kiam bertarung mengandalkan tenaga
masing-masing, sayang kurang menggunakan otaknya!"
Melihat beberapa jurus tadi, mata Cui-giok terasa berkunang-
kunang, setelah Ho Koan-beng menampilkan kehebatannya, di
dalam hati dia sedikit banyak terharu juga, tidak tahan dia jadi
menghela nafas juga.
Walaupun suaranya pelan sekali, tapi enam orang yang berada di
lapangan telinganya sangat tajam, Ho Koan-beng segera
menyabetkan pedang pusakanya dan berteriak:
"Pesilat hebat siapa telah datang kesini, kenapa tidak
menampakkan diri?"
Pertarungan Ho Koan-beng dengan Huang-sat-ngo-kiam, dia
hanya mampu sedikit diatas angin, jika suara nafas di dalam hutan
ini adalah dari kelompok Huang-sat-ngo-kiam, maka dia akan sulit
bisa lolos dari cengkraman mereka.
Huang-sat-ngo-kiam pun mengharapkan orang itu adalah dari
teman mereka, setelah Ho Koan-beng menanyakannya, kelima
orang ini membelalakan mata nya, menunggu jawaban dari orang
ini.
Siapa sangka, di dalam hutan tampak kosong tidak ada orang,
Ho Koan-beng marah sekali dan berkata:
"Kau tidak mau keluar, apakah harus aku mempersilahkan kau
keluar?"
Setelah berkata, orangnya sudah menerjang!
Baru saja dia sampai di sisi hutan, mendadak dari dalam hutan
terdengar suara "Ssst!" dan satu orang berkata:
"Saudara Ho, sesudah bertemu dengan pesilat tinggi, aku
sebagai penonton jadi merasa gatal tangan, mohon dimaafkan oleh
kalian!"
Tentu saja dia adalah Sin-hiong, karena Cui-giok sudah
menimbulkan suara, maka Sin-hiong menyuruh dia keluar menemui
Ho Koan-beng, tapi Cui-giok bersikukuh tidak mau keluar.
Sin-hiong tidak bisa berbuat apa-apa, terpaksa dia keluar, tapi
mata Ho Koan-beng tajam sekali, dia sudah melihat masih ada
orang yang bersembunyi, setelah menghentikan langkahnya, dia
berkata lagi:
"Siapa yang seorang lagi?"
Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir, Ho Koan-beng
sudah melihat, aku tidak bisa tidak harus mengatakannya, tapi jika
dia mengatakan khawatir Cui giok menjadi marah, dia jadi ragu-
ragu sejenak dan akhirnya berkata:
"Seorang teman, nanti dia juga akan bertemu denganmu!"
"Temanku?" tanya Ho Koan-beng tertegun. Sin-hiong
menganggukan kepala, tapi Ho Koan-beng merasa ragu-ragu dan
berkata:
"Aku tidak percaya, aku harus melihatnya sendiri!"
Setelah berkata, maka dia segera masuk ke dalam hutan!
Sin-hiong terkejut, tubuhnya berkelebat dan berkata:
"Buat apa saudara Ho terburu-buru, bisakah kau selesaikan
masalahmu dulu?"
Gerakan dia sangat cepat, Huang-sat-ngo-kiam yang melihat Sin-
hiong berkelebat keluar, mereka tertegun, sebab gerakannya sangat
cepat, selain Nie Cing, empat orang lainnya jadi sangat terkejut. Ho
Koan-beng tertawa dingin:
"Mereka bukan lawanku, buat apa meneruskan pertarungan
lagi?"
Melihat Ho Koan-beng menghina dihadapan mereka, kelima
orang itu jadi marah besar, orang tertua Huang-sat-ngo-kiam
memungut pedangnya di tanah dan berkata:
"Kita kurung dia lagi!"
Lan-ie-kiam pertama-tama menerjang maju sambil marah
berkata:
"Toako kita hanya kurang hati-hati, tidak bisa dihitungkan sudah
menang!"
Ong Kun pun maju mengikutinya sambil berteriak:
"Kita tidak peduli dengan cara apapun jangan biarkan dia keluar
dari hutan ini!"
Ho Koan-beng membalikan tubuh dengan dingin berkata:
"Melarikan diri? Hemm hemm kalian hanya mengangkat diri
sendiri saja!"
Secepat kilat pedangnya sudah menyerang lagi pada mereka!
Dia sambil menyerang, berteriak:
"Sen Sin-hiong, kau tunggu sebentar!"
Kejadiannya sudah begini rupa, Sin-hiong tidak menunggu juga
tidak bisa, ketika mereka berenam bertarung lagi, Sin-hiong mundur
kembali ke dalam hutan.
Baru saja dia melangkah dua langkah, tiba-tiba Cui-giok yang ada
di belakang berkata:
"Sin-hiong, aku tidak mau menyulitkanmu."
Sin-hiong melihat, terlihat wajah Cui-giok menjadi merah dan
membela diri, katanya:
"Calon istri berwajah buruk akhirnya harus menemui mertua
juga, bukankah begitu?"
Setelah berkata, pelan-pelan berjalan keluar!
Ho Koan-beng sedang sengit bertarung, melihat di sisi Sin-hiong
ada seseorang, tidak melihat tidak apa-apa, sekali melihat, hatinya
jadi tergetar keras, tangan-nya jadi melambat, Huang-sat-ngo-kiam
segera ber-gerak cepat, lima pedang langsung melibat, pedang Ho
Koan-beng terlepas dari tangannya, dilontarkan mereka ke udara!
Sebenarnya walaupun dia sudah tidak mengharapkan lagi pada
Sun Cui-giok, tapi setelah bertemu perasaannya jadi bergolak lagi,
melihat calon istrinya berdiri bersama Sin-hiong, bagaimana pun dia
tidak bisa mengendalikan diri!
Saat Ho Koan-beng tertegun, Huang-sat-ngo-kiam mengambil
kesempatan ini menyerang, mereka berlima bersama-sama
berteriak:
"Terima ini!"
Pikiran Ho Koan-beng sedang tertuju pada Cui-giok, saat ini dia
tidak bergerak melawan, jika keadaannya terus begini, tangan dan
kakinya pasti dipotong orang!
Pada saat yang kritis ini, mendadak satu bayangan orang
berkelebat dan berkata:
"Ini bukan perbuatan seorang kesatria?"
Begitu berkata orangnya sudah tiba, sekali menyabetkan
pedangnya, laksana bunga terbang di perbatasan, pedangnya
menyabet ke arah wajah ke lima orang itu!
"Heh! Kim-kau-kiam-khek!" teriak Nie Cing.
Hati ke lima orang itu tergetar, dalam sekejap mata Huang-sat-
ngo-kiam merubah arah pedangnya dari menusuk Ho Koan-beng,
jadi menusuk Sin-hiong.
Sin-hiong menyabetkan pedang hanya untuk menyelamatkan Ho
Koan-beng, melihat mereka jadi menyerang dirinya, tangan kirinya
segera menarik Ho Koan-beng keluar dari barisan pedang dan
berkata:
"Kalian nanti bicara, pertarungan ini serahkan padaku!"
Setelah berkata seperti ini, dalam hati Sin-hiong pun terasa
sedikit asam!
Sekarang Huang-sat-ngo-kiam sudah bersama-sama menyerang,
Sin-hiong tidak bisa memikirkan hal lain, tapi terpaksa memfokuskan
pikirannya pada kelima orang ini, dia menyabetkan pedangnya
sambil memaksa dirinya tertawa:
"Aku sedang menjodohkan orang, kalian jangan begitu serius!"
Dia hanya mengeluarkan dua jurus, tapi dua jurus ini adalah
yang jurus terhebat dari jurus menyerang dan bertahan, Huang-sat-
ngo-kiam sekuat tenaga menyerang, tapi satu inci pun tidak bisa
maju!
Cin Beng bersuara "Heh!" dan berteriak:
"Kim-kau-kiam-khek memang bernama besar!"
Pedangnya dengan cepat menyerang ke arah Thian-keng-hiat
Sin-hiong!
Sin-hiong memutar tubuhnya dan berkata:
"Terima kasih!"
"Huut!" pedangnya menyerang dengan hebat!
Cin Beng terpaksa menghindar, tapi Sin-hiong tidak
mempedulikan dia, sekali mengetarkan pedang bunga pedangnya
menyapu dari mulai nomor dua Huang-sat-ngo-kiam sampai ke yang
paling bontot!
Begitu dia menyerang, ke lima orang itu semuanya dipaksa
hanya bisa bertahan.
Lim Ceng melihat umur Ho Koan-beng dan Sin-hion tidak
berbeda jauh dengan dirinya, tapi kehebatan jurus pedangnya susah
dihadapi, dia yang masih berjiwa muda jadi tidak terima, dan
berkata:
"Kita coba bertarung beberapa jurus lagi!"
Sebenarnya, kata-katanya tidak ada gunanya, jika Sin-hiong
bukan karena memberi waktu pada Ho Koan-beng berbicara dengan
Sun Cui-giok, jurus pedang Sin-hiong akan lebih dahsyat lagi!
Ho Koan-beng pelan-pelan berjalan Beberapa langkah dan
berkata
"Nona Sun, apa kabarnya!"
Cui-giok tergetar, dia sadar, Ho Koan-beng memanggil dia nona
Sun, tidak memanggil namanya, apa yang dipikirkan dalam hatinya?
Sudah sangat jelas terlihat.
Cui-giok menganggukan kepala:
"Baik, bagaimana dengan kau?"
Tidak perduli apa yang terjadi, terhadap Ho Koan-beng dia masih
merasa sedikit penyesalan, maka suara yang keluar kecil sekali.
Ho Koan-beng maju lagi dua langkah, menatap wajah Cui-giok
yang pucat, mendadak sebuah pikiran melayang di kepalanya,
hatinya terasa tergetar, dalam hatinya berkata:
'Dia adalah calon istriku, jika bukan karena aku tidak punya
kemampuan, bagaimana mungkin aku mau menyerahkan calon
istriku jatuh ke pelukan Sen Sin-hiong? Hemm hemm Sen Sin-hiong
juga manusia, kenapa aku harus mengalah padanya!"
Pikiran ini begitu berputar diotaknya, dia merasa dirinya harus
kuat, dengan menghela nafas panjang dia berkata:
"Cui-giok, ikutlah denganku!"
Cui-giok tergetar, pertanyaan ini membuat dia tertegun.
Ho Koan-beng mendengus danberkata lagi: "Nyawa Sen Sin-
hiong tinggal lima hari lagi, apa kau tahu?"
Kata-kata ini begitu keluar, Cui-giok jadi lebih terkejut lagi,
sepasang matanya membelalak besar, sesaat dia tidak bisa berkata,
sepatah kata pun.
Ho Koan-beng tertawa dingin:
"Jika aku tidak mengatakannya kau pun tidak akan tahu,
sekarang sembilan ketua perguruan besar di dunia persilatan
sedang menunggu dia di bukit Lui-hong di gunung Bu-Ii, walaupun
ilmu silat dia lebih tinggi lagi, bagaimana mungkin bisa melawan
sembilan ketua perguruan besar?"
Cui-giok merasa hatinya jadi tenggelam, tapi dia berpikir, aku
mencintai dia bukan mengharapkan apa-apa dari dia? Walau hanya
cinta lima menit saja, itupun sudah cukup!
Pelan-pelan dia menghela nafas dan berkata: "Aku tetap sangat
mencintai. dia, Koan-beng, maafkan aku, aku tidak akan ikut
denganmu."
Ho Koan-beng merasakan hatinya dingin, rasa dinginnya
menjalar mulai dari telapak kaki sampai ke ujung kepala, dia tidak
mengira Cui-giok bisa mengatakan hal ini, seperti pepatah yang
berkata, 'hati wanita mau berubah langsung berubah/ tapi dia tetap
bersabar dan berkata:
"Cui-giok, sudah kau pikirkan masak-masak?"
Saat Ho Koan-beng mengucapkan kata-kata ini, suaranya terasa
gemetar, walaupun dia sekuatnya mengendalikan perasaan, tapi
kemarahannya sudah diluar batas!
Cui-giok menundukan kepala, katanya pelan:
"Sudah kupikirkan, Koan-beng, lupakanlah aku!"
Suara dia begitu lembut seperti tidak ber-tenaga, setelah
berkata, dua tetes air mata turun di kedua pipinya.
Ho Koan-beng jelas mencintainya, tapi di dalam hatinya, dia
sudah tidak bisa kehilangan Sinhiong, makanya setelah dipikir-pikir,
dia tetap dengan tegar mengucapkannya.
Ho Koan-beng menggetarkan sepasang tangannya, sambil
menggelengkan kepala berkata:
"Cui-giok, aku tidak percaya, kau mengatakan isi hatimu?"
Cui-giok sudah tidak bisa bicara, setelah terisak-isak, baru
dengan gagap berkata:
"Lupakanlah......aku!"
Ho Koan-beng sudah menggunakan segala cara, sudah
menggunakan segala kata, melihat tidak bisa merubah hati Cui-giok
lagi, timbul kebenciannya, dia jadi naik pitam, dengan dingin
berkata:
"Aku tidak bisa mendapatkanmu, kau juga jangan harap bisa ikut
dengan dia?"
Kata 'dia' ditunjukkan kepada Sin-hiong, walaupun Sin-hiong
sedang bertarung sengit, tapi kata ini tetap saja seperti jarum
menusuk kedalam telinga-nya, sekali menggetarkan pergelangan
tangan, dia mendesak mundur Huang-sat-ngo-kiam satu langkah ke
belakang!
Ho Koan-beng melihat pada Sin-hiong dan bertanya:
"Sen-tayhiap, seharusnya kau sudah tahu Cui-giok adalah calon
istriku, bukan?"
Sin-hiong dengan berat menganggukan kepala, Ho Koan-beng
kembali dengan dingin berkata:
"Kalau begitu, jika aku tidak bisa mendapatkan dia, terpaksa aku
membunuh dia!"
Kata-kata ini begitu keluar, Sin-hiong dan Cui-giok tergetar
karenanya!
Huang-sat-ngo-kiam dengan Sin-hiong dalam sekejap mata
menjadi berhenti, saling berhadapan, ke lima orang itu tidak
mengerti persoalan yang terjadi, tapi mereka diam tidak berkata.
Walaupun hati Sin-hiong sangat marah, tapi dia merasa memang
kenyataannya begitu, sesaat dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, di
dalam hatinya berpikir:
'Asalkan kau berani bergerak menyerang Cui-giok, maka aku
tidak bisa tinggal diam.'
Cui-giok tidak perlu dikatakan lagi, kepedihan hatinya mungkin
lebih sakit dibandingkan dengan Sin-hiong dan Ho Koan-beng.
Suasana di lapangan dalam sekejap berubah menjadi hening,
ketiga orang yang terlibat cinta segi tiga ini tidak tahu sedang
menunggu apa, setelah lama dan lama, satu orang pun tidak ada
yang berkata.
Mendadak, ada sebuah suara seruling yang kecil sekali terdengar
dari kejauhan, suara serulingnya sangat pilu, Sin-hiong yang
mendengar, di dalam hati diam-diam mengeluh dan berkata:
"Satu saja sudah sulit, sekarang ditambah satu lagi?"
Ternyata Ho Koan-beng pun sudah tahu siapa yang meniup
seruling ini? Setelah sedikit tergetar, dia berteriak:
"Sang-toh!"
Dia dengan Sang-toh, tidak pernah bertemu setelah kejadian
dulu, keduanya juga tidak tahu ilmu silat masing-masing sudah maju
pesat, maka setelah Ho Koan-beng berteriak, dengan sombong
melihat ke arah suara seruling itu.
Suara seruling itu pelan-pelan makin lama makin keras, tidak
lama kemudian, di dalam kegelapan muncul lagi seorang pemuda
tampan!
Orang ini memang Sang-toh, terlihat dia sambil tersenyum
berkata:
"Ho-heng, kau juga ada disini!"
Ho Koan-beng berkata dingin:
"Betul, kau juga datang kesini!"
Sang-toh menganggukan kepala, lalu berkata pada Sin-hiong:
"Sen-tayhiap, aku harus memberitahu kau satu berita!"
"Silahkan katakan saja!"
"Sembilan ketua perguruan besar sudah menunggumu di bukit
Lui-hong di gunung Bu-li, apa kau sudah tahu?"
Sin-hiong tergetar, tapi dia tetap dengan tegas berkata:
"Jika tahu lalu kenapa?"
Sang-toh memalingkan kepala:
"Ho-heng, kita adalah orang yang harus dikasihani!"
Ho Koan-beng tergerak, tapi dia ingat ilmu silat Sang-toh, jika
benar-benar bertarung, mungkin dia tidak akan bisa mampu
menahan lima jurus Sin-hiong, tidak tahan dia jadi sedikit putus asa,
dengan tawar berkata:
"Betul!"
Di dalam hati Sang-toh punya pikiran yang sama, dulu Ho Koan-
beng bukan lawan dia, sekarang kelihatannya juga tidak akan
mampu bertahan tiga jurus Sin-hiong, makanya setelah berkata,
sikapnya kembali menjadi dingin.
Kedua orang ini saling mengukur, sama-sama tidak tahu telah
mendapatkan keberuntungan, maka wajah kedua orang ini dan Sin-
hiong terlihat sangat tegang.
Sin-hiong memutar otaknya, dalam hati berkata: 'Waktu lima hari
masih keburu, hai...! Bagaimana menghadapi kedua orang ini?"
Dia melihat-lihat pada kedua orang itu dan berkata:
"Jika kalian berdua sudah tidak ada keperluan lagi, sekarang aku
mau pergi!"
"Sin-hiong, aku ikut kau!" teriak Cui-giok.
Sang-toh dingin berkata:
"Ho-heng, calon istrimu mau ikut dengan dia!"
Dia sengaja menghasut Ho Koan-beng, di dalam hatinya berpikir:
'Biar aku menambah berat kata-kataku juga tidak apa-apa
makanya setelah berkata, tidak menunggu jawaban dari Ho Koan-
beng dia kembali berkata pada diri sendiri:
"Hai...! Memakai topi hijau bukankah juga bagus (Cemburu)?"
Ho Koan-beng licik dan banyak akal, jelas dia sudah tahu Sang-
toh sedang menghasut, tapi karena Sang-toh mengatakan di depan
mukanya, bagaimana pun dia tidak bisa menerimanya.
Maka Ho Koan-beng berteriak:
"Kalian berdua, berhenti!"
Sin-hiong menghentikan langkahnya dengan dingin berkata:
"Kau masih ada keperluan apa?"
"Kau boleh pergi, tapi dia tidak boleh ikut." Setelah berkata
menunjuk pada Cui-giok.
Cui-giok melihat sekali pada Sin-hiong:
"Sin-hiong, mari kita pergi!"
Hati Sin-hiong terjadi pertentangan, dia berhenti beberapa saat,
tapi sulit bicara.
Setelah berkata, Cui-giok pelan-pelan berjalan ke sisi Sin-hiong!
Ho Koan-beng berteriak:
"Kalau kau melangkah lagi satu langkah, maka aku tidak akan
segan-segan lagi!"
Setelah berteriak, dia sudah memungut pedangnya, tampak jika
Cui-giok melangkah lagi, mungkin dia akan benar-benar menyerang,
tapi, saat ini Cui-giok sudah melangkah lagi dua langkah!
Ho Koan-beng marah sekali "Huut!" pedang-nya menyerang!
Tubuh Cui-giok masih belum pulih, tentu saja tidak bisa
menangkis serangan ini, terlihat angin pedang sudah menyentuh
bajunya, mendadak Sin-hiong mendengus dan berkata:
"Kau tidak boleh melukai dia!"
Tubuhnya berkelebat, menarik Cui-giok ke samping!
Siapa sangka, Ho Koan-beng sudah menduga, maka tidak
menunggu jurusnya mati, dia merubah arah pedang, hawa pedang
yang dingin menusuk ke arah pergerakan Sin-hiong!
Sang-toh terkejut, di dalam hati berkata:
'Ilmu silat Ho Koan-beng sehebat ini, kita bisa bersatu
mengalahkan Sin-hiong!'
Setelah berpikir mendadak dia berteriak:
"Berhenti, aku masih mau bicara!"
"Kau mau bicara apa cepatkatakan!"
Sang-toh melihat pada Ho Koan-beng dan berkata:
"Ho-heng, aku mau mengajukan satu usul, apakah kau mau
menyanggupinya?"
"Silahkan katakan!"
"Kita bersatu melawan Sen Sin-hiong seratus jurus, bagaimana?"
"Kau bersatu dengan aku?"
Dia masih tidak percaya Sang-toh mampu, maka setelah
mengatakan, wajahnya masih tampak ragu-ragu.
Tadinya malam ini Huang-sat-ngo-kiam adalah peran utama, tapi
sekarang lima orang ini malah menjadi peran pembantu.
Hong Cin dengan nada tidak percaya berkata:
"Apa Kim-kau-kiam-khek sanggup melawan mereka berdua?"
Nie Cing menggelengkan kepala:
"Tampaknya ilmu silat marga Sen tidak lemah, tapi sebelum
bertarung sulit mengatakannya."
Cin Beng menghela nafas:
"Dalam satu malam kita sudah bertemu dengan tiga pesilat tinggi
masa kini, tidak sia-sia kita datang kesini."
Perbincangan beberapa orang ini dalam nada-nya mengandung
keharuan, tadi Sang-toh mengatakan sembilan ketua perguruan
besar sedang berada di gunung Bu-li menunggu kedatangan Sin-
hiong, ini benar-benar berita besar, tidak diduga Sang-toh malah
berani bersatu dengan Ho Koan-beng menantang Sin-hiong,
bukankah ini berita besar yang lebih besar dari berita besar tadi?
"Betullah!" kata Sang-toh tersenyum. "Tapi jika kita berdua bisa
mengalahkannya, maka nona Sun harus ikut dengan salah satu
diantara kita!"
Terdengar seseorang dengan dingin berkata: "Bagaimana jika
kalah?"
Sang-toh melihat orang bicara adalah Sin-hiong, maka dia
berkata:
"Tentu saja nona Sun ikut denganmu, kita selanjutnya tidak akan
ikut campur lagi!"
Tiba-tiba Ho Koan-beng bergerak dan berkata:
"Kucoba dulu tenaga dalammu!"
Pedang pusakanya di putar ke kanan, sinar pedang yang
menyilaukan mata bergerak dengan jurus membunuh Liu-an-hoa-
beng dari Hiang-liong-pit-to!
Sang-toh tertawa dingin, seruling giok disabet-kan miring,
tampak seperti akan menotok pergelangan tangan Ho Koan-beng,
tapi dalam sekejap mata, sudah menuju ke arah Koan-goan-hiat Ho
Koan-beng!
Ho Koan-beng tergetar, di dalam hatinya berpikir, jurus pedang
apa ini?
Jurus Liu-an-hoa-beng nya belum mati, sekali digetarkan, ujung
pedang mengeluarkan kilatan sinar perak, terdengar suara "Paak!",
dua-duanya terdorong ke belakang satu langkah!
Keduanya tertegun, Ho Koan-beng berteriak:
"Heh! Kau sudah mendapatkan ilmu silat dari Hu-houw-pit-to!"
"Kau juga sudah mendapatkan ilmu silat dari Hiang-liong-pit-to?"
Kedua orang itu bersama-sama saling bertanya, tapi wajah
mereka tampak warna yang aneh.
Ho Koan-beng tertawa dan berkata:
"Cukup, Hiang-liong bersatu dengan Hu-houw, siapa lagi didunia
ini yang bisa melawannya?"
"Jadi kau setuju dengan kata-kataku?"
Ho Koan-beng mengayunkan pedangnya:
"Tentu saja!"
Sekarang dia merasa sangat kuat, ketika pedang nya menyerang
kekuatannya seperti jadi bertambah!
Sin-hiong menarik Cui-giok ke belakang dan berkata:
"Kau tenang saja, aku bisa mengatasi mereka!"
Setelahberkata,diamenghunuspedang pusakanya,
mengarahkan ke kanan menyerang Ho Koan-beng.
Ho Koan-beng tertawa dingin, memutar tubuhnya, pedangnya
menusuk Leng-tai-hiat nya Sin-hiong!
Sin-hiong bergeser, mendadak terasa di sisinya ada angin keras,
sambil tertawa Sang-toh berkata:
"Terima dua jurusku!"
Dia mengangkat seruling gioknya, dengan dahsyat menyerang
dua jurus!
Sin-hiong berdiri tidak bergerak, telapak tangannya menghantam.
Sang-toh marah, tangan kiri menggunakan telapak, tangan kanan
memakai seruling giok, dengan jurus Kui-ong-pat-hwee (Raja setan
mengendalikan api), dua angin pukulan menerjang ke depan.
Ho Koan-beng pun tidak tinggal diam, berturut turut dia
mengayunkan pedangnya, berkerja sama menyerang Sin-hiong!
Sin-hiong dengan sinis berkata:
"Masih jauh dari seratus jurus, kalian sudah mengerahkan
seluruh tenaga?"
Sepasang kakinya bergerak-gerak, telapak tangan kiri memukul
delapan kali, pedang pusaka di tangan kanannya berkelebatan,
menimbulkan angin pusaran menerjang langit, mendesak mundur
Sang-toh ke belakang dua langkah, Ho Koan-beng harus berturut-
turut menggunakan tiga jurus yang berbeda, baru bisa bertahan
tidak terdesak mundur ke belakang.
Kedua orang itu sangat terkejut, Sang-toh mendengus dan
berkata:
"Aku tidak percaya!"
Seruling gioknya dengan cepat menotok Ki-bun-hiat nya Sin-
hiong, Sin-hiong tertawa, tangan kiri mengait, ingin memecahkan
jurus ini, siapa sangka Sang-toh mendadak menyabetkan seruling
gioknya, tangan kirinya melancarkan jurus Houw-siau-san-lim
(Harimau bersiul di gunung dan di hutan), menotok bahu kiri Sin-
hiong, seruling gioknya diayunkan lalu dibalikkan, dengan hebatnya
menyerang titik saluran Thian-tai-hiat nya Sin-hiong!
Sang-toh menggunakan sepasang tangannya secara bersamaan,
satu jurus dengan tiga perubahan, menyerang secara tiba-tiba dari
tiga arah, Sin-hiong jadi sedikit tertegun!
Pada saat ini, di belakang tubuhnya tampak sinar pedang,
pedang panjangnya Ho Koan-beng pun sudah datang menyerang
kembali!
Sin-hiong jadi tergetar, ternyata arah serangan Ho Koan-beng
adalah arah mundurnya Sin-hiong!
Dia memutar otaknya dengan cepat, tangan kirinya menangkis,
menahan tiga perubahan jurus Sang-toh, Kim-kau-po-kiam
melancarkan jurus Lui-tong-ban-bu (Halilintar menggoyangkan
selaksa benda) melibat ke arah pedang Ho Koan-beng.
Ho Koan-beng dan Sang-toh mendengus dingin, pedang dan
seruling mendadak merubah arah serangannya, yang satu
menyerang dari atas, yang satu menotok ke bawah, kerja samanya
begitu sempurna, menekan kembali jurus Sin-hiong!
Sin-hiong jadi menghela nafas dingin, dalam hati berkata:
'Seharusnya Hiang-liong dan Hu-houw adalah dua macam ilmu
silat yang sangat berbeda, kenapa setelah bergabung malah sangat
sempurna, tidak ada celah sama sekali, he he he, kelihatannya
benar-benar harus bertarung seratus jurus baru bisa menentukan
pemenangnya!"
Dia mundur kebelakang, lalu maju menyerang lagi enam jurus
pedang!
Dalam beberapa jurus ini ketiganya mengeluarkan jurus-jurus
yang sangat hebat, Huang-sat-ngo-kiam sampai membelalakan
matanya besar-besar, bernafas pun jadi tertahan menyaksikannya!
Cui-giok sangat khawatir, tangannya basah oleh keringat dingin.
Tubuhnya juga belum pulih, saat inipun harus menyandar pada
satu pohon kecil, karena terlalu tegang sehingga jatuh ke bawah.
Sang-toh dan Ho Koan-beng tahu ilmu silat Sin-hiong terlalu
tinggi, tapi kedua orang ini sekarang semakin mengerti inti sari dari
kedua macam ilmu silatnya, pedang dan seruling bersatu, dalam
sekejap sudah menyerang lebih dari dua puluh jurus.
Sebenarnya ilmu silat Sin-hiong jauh lebih tinggi dari pada Sang-
toh dan Ho Koan-beng, tetapi jika dua orang ini bergabung, dan
menggunakan ilmu silat yang sudah lama menghilang di dunia
persilatan, maka dia jadi tidak bisa mengembangkan jurusnya.
Ho Koan-beng dan Sang-toh sudah bergabung menyerang, bukan
saja kerja sama jurusnya sangat sempurna, hati mereka pun
sekarang sudah saling mengerti, sehingga kekuatannya bertambah
sangat besar, walaupun Sin-hiong telah mengerahkan seluruh
tenaganya, tetap saja dipaksa mundur beberapa langkah ke
belakang.
Maka, bukan saja membuat kening Cui-giok bercucuran keringat,
hati Huang-sat-ngo-kiam pun jadi berdebar-debar.
Sekarang cuaca sudah hampir tengah malam, pertarungan ketiga
orang ini sudah berlangsung hampir empat jam.
Sin-hiong yang dikeroyok dua orang, setelah mundur beberapa
langkah, sebisanya menyerang beberapa jurus, baru bisa
memantapkan posisinya, tapi kepalanya sudah bercucuran keringat.
Malam yang hening ini, di dalam hutan terlihat hawa pedang
menerjang ke atas langit, dari kejauhan hanya terlihat tiga
bayangan orang meloncat berputar-putar, tidak bisa membedakan
siapa menyerang siapa yang bertahan.
Dalam sela-sela serangannya Ho Koan-beng dengan keras
bertanya:
"Sang-heng, sudah berapa jurus sekarang?"
"Kurang lebih lima puluh jurus!" jawab Sang-toh
Semangat Ho Koan-beng jadi lebih tinggi, dengan keras berkata:
"Jangan biarkan dia melewati seratus jurus!"
"Tentu saja!" jawab Sang-toh.
Sin-hiong menusukan pedangnya dua kali, juga dengan keras
berkata:
"Bagus sekali, kita batasi sampai seratus jurus, jika aku kalah,
selanjutnya aku tidak akan menggunakan pedang lagi dan tidak
berkelana di dunia persilatan lagi..."
Kata-katanya begitu terdengar, hati semua orang jadi tergerak!
Harus tahu, kata-kata Sin-hiong ini tidak bedanya dengan
mempertaruhkan nama besarnya, tapi mendengar nada bicaranya,
dia seperti sangat yakin bisa mengalahkan kedua orang ini.
Waktu terus berlalu, satu detik satu menit berlalu, tiga orang itu
terus bertarung, dalam hati Sang-toh diam-diam terkejut:
'Dengan kekuatan kita dua orang jika masih tidak bisa
mengalahkan Sin-hiong, seumur hidupku, jangan harap pada suatu
hari nanti bisa melebihi dia!"
Setelah berpikir begitu, kembali dia menyerang beberapa jurus
dengan dahsyat!
Bayangan bulan sudah miring ke barat, waktu tampak sudah
lewat tengah malam, sudah hampir jam tiga pagi!
Enam puluh jurus sudah lewat, hati Cui-giok nasih berdebar-
debar, mulutnya tenis menghitung:
"Enam puluh saru, enam puluh dua......tujuh puluh......delapan
puluh jurus......"
Semakin menghitung, hatinya jadi semakin tegang!
Pertarungan ketiga orang itu semakin seru, tiba-tiba terdengar
satu teriakan "Heh!", kilatan sinar di tangan Sin-hiong mendadak
memanjang, hawa pedang berputar, dia menyerang dengan jurus
Tiang-hong-koan-jit (Pelangi menembus matahari)!
Terasa ada hawa pedang yang sangat dingin berkesiur,
mendadak terjadi tiga kali getaran pedang, di tempat yang paling
tepat Sin-hiong menlancarkan tiga jurus pedang!
Ketiga jurus pedangnya begitu keluar, segera mendesak mundur
Sang-toh dan Ho Koan-beng dua langkah ke belakang.
Mengambil kesempatan yang sempit ini, Sin-hiong meluruskan
nafasnya lalu dengan keras berteriak:
"Sudah jurus ke delapan puluh enam, paling banyak hanya
tinggal empat belas jurus!"
Ho Koan-beng bersiul panjang dan berkata:
"Betul, dalam empat belas jurus ini di antara kita harus ada
pemenangnya!"
Sang-toh mengepalkan jarinya dengan erat sekali, juga berkata:
"Jika kami kalah, aku Sang-toh akan pergi, selanjutnya tidak akan
pernah muncul lagi di dunia persilatan!"
Ho Koan-beng dengan nada dalam berkata:
"Aku marga Ho juga sama!"
Kedua orang ini semuanya sudah bersumpah berat, tapi sekarang
tinggal empat belas jurus lagi!
Sin-hiong berkata dingin:
"Dari tadi aku sudah berkata, bagus sekali kalianpun punya
pikiran yang sama denganku!"
Setelah berkata, kakinya perlahan melangkah, mencari posisi
yang menguntungkan.
Sang-toh dan Ho Koan-beng pun berputar satu putaran, Sang-toh
berteriak:
"Saudara Ho, aku menyerang dulu!"
Dengan mengeluarkan suara siulan yang tajam seruling gioknya
datang menotok, begitu bergerak sudah menotok tiga tempat!
Sin-hiong mendengus:
"Delapan puluh tujuh, delapan puluh delapan, delapan puluh
sembilan!"
Ho Koan-beng ikut bergerak, sambil marah berkata:
"Tiga jurus pedangku belum dihitung!"
"Ssst ssst ssst!" dengan dahsyat dia menyerang tiga jurus!
Sin-hiong tertawa dingin dan berkata:
"Tiga jurus akupun harus dihitung!"
Tiga orang sambil bertarung terus berkata, dalam sekejap
masing-masing menyerang tiga jurus!
Sekarang sebelas jurus lagi sampai seratus jurus, Sin-hiong
menyerang tiga jurus, Kim-kau-pokiam nya kembali diayunkan,
kembali menyerang satu jurus lebih dulu, dan berteriak:
"Jurus ke sembilan puluh!"
Jurus Hui-pouw-liu-cian (Air terjun terbang mengalir keparit) ini
adalah jurus membunuh di dalam jurus Kim-kau-kiam, "Ssst ssst!"
tidak menunggu kedua orang lawannya membalas, sudah berubah
lagi menjadi jurus Lok-yap-kui-ken (Daun jatuh kembali keakar).
Ho Koan-beng berteriak:
"Sudah jueus ke sembilan puluh satu, he he he! Kau tinggal
sembilan jurus lagi menyerang!"
Tiba-tiba dia merubah jurus pedangnya, berturut-turut
mengeluarkan jurus membunuh dari Go-bi-pai dan Bu-tong-pai yang
hebat, sekuatnya melancarkan dua jurus serangan!
Kedua orang terus mengeluarkan jurusnya, Sang-toh pun tidak
mau ketinggalan, dengan dingin berkata:
"Lihat bagaimana dengan dua jurusku?"
Sebentar saja ketiga orang ini masing-masing kembali
menyerang dua jurus, karena semuanya menyerang dengan keras,
terasa angin keras saling menggetarkan, setelah terdengar sebuah
suara keras, ketiga orang itu masing-masing mundur dua langkah!
Sang-toh dan Ho Koan-beng mengabungkan tenaganya,
walaupun telah mendesak Sin-hiong mundur dua langkah, tapi
mereka berdua pun mundur dua langkah, wajah kedua orang itu
menjadi sangat serius, jumlah sembilan jurus ini berkelebat di hati
mereka bertiga.
Ketegangan di lapangan sudah sampai puncaknya, Huang-sat-
ngo-kiam yang menonton di pinggir, masing-masing meraba dengan
tangannya, baju ke lima orang itu sudah basah semua.
Apalagi Cui-giok, dia tadi menyandar di sisi pohon, sekarang dia
malah memeluk pohon itu dengan erat, karena tidak tahan oleh
situasi di lapangan, nafasnya jadi sedikit terngengah-engah.
Dia sudah tidak berani melihatnya lagi, ketiga laki-laki yang
berada di depan matanya ini, bertarung mempertaruhkan nyawa
karena dirinya.
Sin-hiong memetik senar gitarnya, dengan nada dalam berkata:
"Tinggal sembilan jurus lagi!"
Wajah Ho Koan-beng tegang, dia tidak bicara.
"Betul, sembilan jurus ini adalah penentuan siapa yangbakal
menang!" teriak Sang-toh.
Setelah berkata, kembali dia berteriak, kedua orang itu sekarang
seperti sudah ada pengertian tanpa berkata lagi, mereka berpencar,
di iringi oleh suara "Ssst ssst!", mereka menyerang, satu d idepan
dan satu di belakang menyerang Sin-hiong satu jurus!
"Bagus!" teriak Sin-hiong.
Kim-kau-po-kiamnya bergerak, hawa pedang keluar bersama
sinar putih membacok mereka berdua!
Tapi, kali ini Ho Koan-beng1 dan Sang-toh menggunakan jurus
tipuan, baru saja pedang Sin-hiong bergerak, senjata kedua orang
itu sudah ditarik kembali, lalu bayangan itu menjadi satu, dengan
dahsyat menyerang lagi!
Sin-hiong terkejut, terdengar Ho Koan-beng tertawa dingin:
"Sembilan puluh dua, sembilan puluh tiga, hemm hemm kau
tidak akan bisa melewati sembilan puluh lima jurus!"
Sin-hiong langsung menyambut serangannya, siapa sangka, kali
ini Ho Koan-beng dan Sang-toh kembali menggunakan jurus tipuan,
Sin-hiong tidak bergerak masih bagus, begitu bergerak kedua orang
itu dengan cepat sekali menyerang balik!
Huang-sat-ngo-kiam jadi terkejut wajah mereka berubah!
Mata Cui-giok pun berkunang-kunang, hampir saja dia jatuh
pingsan, sekuat tenaga dia menahan, dengan pelan berteriak:
"Sin-hiong, aku telah mencelakakanmu!" Tapi, teriakannya belum
selesai, tiba-tiba terdengar Sin-hiong berteriak keras, sinar pedang
di tangannya mengembang besar, dengan keras berkata:
"Lihat saja, siapa yang tidak bisa melewati jurus ke sembilan
puluh lima!"
Di secara cepat membalikkan tangan pedang-nya melibat,
keganasan jurus pedangnya, tidak pernah terlihat di dunia
persilatan!
Ho Koan-beng dan Sang-toh mengira tadi bisa mengalahkan Sin-
hiong, tidak tahunya di saat berbahaya, dia masih punya sebuah
jurus ganas, kedua orang itu sedikit tertegun, lalu terdengar "Paak
paak!" senjata ke dua orang itu sudah di tempel dan dilontar-kan ke
udara.
-ooo0dw0ooo-
BAB 12
Angin meledak sebelum malam
Wajah Ho Koan-beng dan Sang-toh berdua menjadi pucat seperti
mayat, terdengar seseorang menghela nafas panjang dan berkata:
"Hai...! Malam ini mata kita benar-benar terbuka."
Ternyata orang yang bicara ini adalah orang tertua dari Huang-
sat-ngo-kiam Cin Beng, Nie Cing pelan-pelan melanjutkan:
"Kim-kau-kiam-khek benar-benar hebat seperti julukannya, kita
seperti katak di dalam tempurung saja, Toako, betul tidak?"
Cin Beng menganggukan kepala, bayangan orang berbaju putih
pelan-pelan berjalan menuju kegelapan malam.
Nie Cing tertawa pahit, dia pun ikut pergi.
Cin Beng menggeleng-gelengkan kepala juga pergi, diikuti oleh
saudara ke dua dan ke empat yang diam seribu bahasa, pergi
menghilang di kegelapan malam.
Satu persatu Huang-sat-ngo-kiam meninggal-kan tempat itu, hal
ini tidak mengejutkan orang, yang diluar dugaan adalah Ho Koan-
beng, dengan hati yang berat dia berkata:
"Sang-heng, aku jalan duluan!"
Sang-toh tertawa pilu, dia pun pergi ke arah yang lain.
Malam yang hening, angin bertiup pelan membawa kedua orang
yang sedang sedih itu ke tempat yang jauh.
Sin-hiong menghela nafas panjang dan berkata:
"Cui-giok, kita juga harus pergi!"
Setelah berkata, mendadak Sin-hiong melihat Cui-giok
sempoyongan, dan "Bluuk!" jatuh ke tanah.
Sin-hiong sangat terkejut, secepat kilat menghampiri, dengan
tangannya dia meraba, merasa dia baik-baik saja:
"Cui-giok, kau kenapa?"
Karena tadi Cui-giok terlalu tegang, dan kondisi tubuhnya belum
pulih benar, saat ini melihat Sin-hiong menang bertarung,
semangatnya jadi lega, tidak tahan dia jadi jatuh ke tanah.
Setelah beberapa saat, Cui-giok sudah siuman lagi dan berkata:
"Sin-hiong, kau menang!"
Sin-hiong menganggukan kepala, lalu mengangkat dia berdiri dan
berkata:
"Beruntung bisa menang, hay, tapi aku masih ada janji di gunung
Bu-li!"
Cui-giok merasa hatinya jadi berat, sambil menggelengkan kepala
berkata:
"Orang baik dilindungi langit, mereka tidak bisa apa-apakan kau."
Sin-hiong tahu Cui-giok sedang menghibur dia sambil tersenyum
berkata:
"Aku harap begitu!"
Walau berkata demikian, tapi hati dia tetap saja merasa berat,
memang, setelah sembilan ketua perguruan besar bersatu melawan
dia seorang diri, itu adalah hal yang sangat luar biasa, walaupun dia
mengharapkan ada kejadian seperti ini, tapi setelah benar-benar
terjadi, di dalam hati tidak tahan perasaannya tidak tenang.
Di sebelah timur sudah tampak warna keputihan, Sin-hiong dan
Cui-giok berdua beristirahat sejenak di dalam hutan, tubuh Cui-giok
masih belum pulih, tapi malam ini dia sangat senang, sebab
akhirnya dia bisa bersama lagi dengan Sin-hiong.
Dia berbicara banyak, sampai saat matahari terbit, masih saja
tidak henti-hentinya bicara.
Sin-hiong melihat cuaca dan berkata:
"Kita sudah harus pergi!"
Cui-giok meloncat berdiri dan bertanya:
"Mencari nona Lim bukan?"
"Waktunya sudah tidak banyak, sambil kita menuju gunung Bu-li,
kita mencari mereka!"
Tentu saja Cui-giok setuju, maka kedua orang itu menelusuri
jalan menuju gunung Bu-li.
Sesudah berjalan beberapa hari, gunung Bu-li sudah semakin
dekat, di sepanjang jalan Sin-hiong mencari Cian-cu-ting, dia ingin
membersihkan racun di dalam tubuh Cui-giok yang tinggal sedikit
itu, tapi kota di sepanjang jalan tidak ada toko obat yang menjual
obat itu.
Cui-giok pintar, dia sering membuka-buka dan membaca buku
Kim-ciam-tok-su itu, pelan-pelan dia jadi bisa mengerti sedikit cara
pengobatan, dalam keadaan mengatur pantangannya, walaupun
racunnya belum hilang benar, tapi tubuhnya sudah semakin sehat.
Sin-hiong merasa senang dan berkata:
"Buku ini aku berikan saja padamu, walaupun hubunganku
dengan Ong Lo-cianpwee tidak begitu erat, tapi aku pernah
menyanggupi dia mencarikan seorang penerusnya, selanjutnya
gunakanlah buku ini untuk menyelamatkan orang."
"Apakah aku pantas?" kata Cui-giok tertegun.
"Tentu saja, kau seorang wanita menjadi tabib mengobati
penyakit orang, bisa dikatakan kau yang pertama!"
Cui-giok senang sekali, sambil menghormat dan berkata:
"Kalau begitu aku berterima kasih pada Sen-tayhiap!"
Kedua orang itu bersama-sama berjalan lagi dua hari, ke salah
pahaman yang dulu terjadi sekarang sudah hilang semua, di
sepanjang jalan mereka sering berkelakar hingga tidak merasa
kesepian.
Selama dua hari, dunia persilatan sudah digemparkan oleh saru
berita, yaitu mengenai Kim-kau-kiam-khek seorang diri akan
menghadapi sembilan ketua perguruan besar, sehingga di
sepanjang jalan Sin-hiong dan Cui-giok melihat tidak sedikit orang-
orang dunia persilatan berjalan menuju ke gunung Bu-li.
Sin-hiong berharap ketua pulau Teratai dan putrinya mendengar
kabar ini dan pergi ke gunung Bu-li, maka dia sangat
memperhatikan orang-orang yang ada di sepenjang jalan, siapa
sangka dia tidak menemukan apa-apa, tapi malah tertarik oleh
seseorang.
Hari ini di saat petang, kedua orang ini tiba di satu kota kecil di
bawah gunung, Cui-giok berkata:
"Dari sini ke gunung Bu-li hanya tinggal dua hari perjalanan,
bagaimana kalau kita istirahat satu hari disini?"
Baru saja Sin-hiong mau menjawab, tiba-tiba di mulut kota ada
sesosok bayangan berkelebat, buru-buru dia memberi isyarat
dengan mata, Cui-giok yang melihat, sangat terkejut dan berkata
pelan:
"Dia juga datang?"
Suaranya penuh dengan rasa terkejut, Sin-hiong menganggukan
kepala:
"Benar! Tapi kita jangan pedulikan dia?"
Cui-giok menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepala
berkata:
"Asal saja dia tidak mengganggu kita saja sudah bagus!"
Setelah berkata, kedua orang sudah berjalan masuk ke dalam
kota.
Kota ini tidak besar, tapi penginapannya tidak sedikit, kedua
orang sampai di depan satu penginapan, di dalam sudah duduk
tidak sedikit orang.
Sin-hiong perlahan menarik Cui-giok:
"Bagaimana kalau kita cari tempat lain saja?"
"Bukankah disini sudah bagus?"
Sorot mata Sin-hiong menyapu, mendadak terlihat di dalam
ruangan ada dua pasang mata setajam senjata menatap dirinya,
hatinya sedikit tergerak dan berkata didalam hati:
‘Tadinya aku tidak mau bertemu dengan dia, tidak diduga malah
bertemu disini.'
Pikiran ini hanya sekelebat berada di kepala-nya, saat itu tanpa
banyak bicara, bersama Cui-giok masuk ke dalam.
Begitu kedua orang itu masuk ke dalam ruang makan, mata
seluruh tamu disana jadi terasa terang, mata semua orang jadi
tertuju pada mereka berdua.
Sin-hiong sangat tampan dan gagah, Cui-giok cantik tiada
duanya, ada orang sampai memujinya:
"Ah, benar-benar pasangan yang serasi!"
Kebetulan sekali, selain meja yang di tengah, meja yang lainnya
sudah penuh diisi tamu, Sin-hiong jadi merasa malu, melihat semua
orang di dalam ruang melihat padanya, wajah tampannya jadi
merah.
Tapi Cui-giok dengan tenang duduk dan memesan beberapa
macam masakan, pada saat ini, mendadak di luar terdengar derap
kaki kuda, ada tiga ekor kuda berjalan datang kesini.
Mata semua orang pun melihat keluar, terlihat di luar pintu
muncul tiga orang tosu setengah baya.
Tamu-tamu di dalam ruangan rumah makan tidak sedikit, tapi
setelah semua orang melihat munculnya tiga orang tosu ini, hati
semua orang jadi merasa tegang, di dalam ruangan segera menjadi
hening, tidak terdengar suara sedikit pun.
Melihat tiga orang ini, Cui-giok terkejut:
"Bu-tong-sam-kiam juga sudah datang!"
Sin-hiong tidak bicara, tangannya di masukan ke dalam air
minum dan menulis di atas meja:
"Ang-hoa-kui-bo juga ada di sudut!"
Wajah Cui-giok jadi berubah, dalam hatinya berpikir:
'Kita tadi masih mengatakan jangan perduli-kan dia, tidak diduga
setan inipun menginap di penginapan ini, hay! Mungkin malam ini
akan terjadi keramaian.'
Baru saja berpikir begitu, Bu-tong-sam-kiam sudah masuk ke
dalam.
Wajah ketiga orang itu tampak serius sekali, saat gunung Bu-
tong dikacau oleh Thian-ho-tiauw-souw, saat itu mereka bertiga
tidak ada di gunung, setelah mereka mendapat kabar, baru buru-
buru kembali kegunung.
Bu-tong-sam-kiam sama dengan Ang-hoa-kui-bo, sudah siap lima
tahun tidak akan muncul ke dunia persilatan, tapi karena akhir-akhir
ini di dunia persilatan sering terjadi gejolak, sampai ketua dari
sembilan perguruan besar juga sudah bergerak, maka mereka jadi
kembali keluar gunung.
Hati Bu-tong-sam-kiam sangat berat, Coan-hong Totiang
yangberjalan di depan berkata:
"Pelayan, apakah ada kamar kosong?"
Pelayan rumah makan buru-buru berkata:
"Ada... ada, tuan-tuan tidak makan dulu?"
Mata Coan-hong Totiang melihat ke sekeliling, begitu melihat Sin-
hiong dan Cui-giok juga ada di dalam ruangan, sambil menekan
wajahnya dia berkata:
"Bagus sekali, kalau begitu siapkan masakan-nya biar kami
makan dulu!"
Nada bicaranya seperti sedang marah, bukan saja pelayan tidak
mengerti, orang-orang di dalam ruangan pun ikut tidak mengerti.
Coan-kong Totiang yang ada di belakang dia pun sudah melihat
Sin-hiong, tapi setelah matanya melihat ke sekeliling, dia juga
melihat Ang-hoa-kui-bo, tapi Ang-hoa-kui-bo duduk di sudut gelap,
sehingga kurang diperhatikan orang-orang.
Coan-kong Totiang mendengus:
"Semua sudah datang, bagus sekali!"
Perkataan kedua orang ini entah apa maksud-nya, tapi buat Sin-
hiong dan Cui-giok, mereka sudah tahu perkataannya bermaksud
tertentu.
Setelah Cui-giok makan dua sendok, berkata:
"Apakah kau sudah kenyang? Bagaimana kalau kita pindah ke
penginapan lain saja?"
Sin-hiong pun tidak mau mencari keributan, maka
menganggukan kepala dan berkata:
"Sudah kenyang, kita keluar melihat-lihat dulu saja."
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, lalu membayar rekening,
sekarang di dalam kota lampu-lampu sudah dinyalakan, saat mereka
keluar, Bu-tong-sam-kiam dan Ang-hoa-kui-bo tidak mengikutinya.
Cui-giok menarik nafas panjang dan berkata:
"Seharusnya aku tadi mendengarkanmu, alangkah baiknya jika
tidak menginap di penginapan ini!"
"Kenapa?"
"Aku tahu kau tidak takut pada mereka, tapi sebelum
membereskan masalah di gunung Bu-li, paling baik jangan
perdulikan mereka!"
Sin-hiong menganggukan kepala:
"Maksudku juga begitu, tapi mungkin malam ini kita tidak bisa
menghindari mereka."
Cui-giok terkejut:
"Menurutmu malam ini mereka akan mencari kita?"
"Aku pikir begitu, tapi jika tidak sangat terpaksa, aku tidak akan
bertarung dengan mereka!"
Belok ke sebuah jalan, di depan ada saru penginapan, mereka
masuk ke dalam, pelayan sambil tersenyum bertanya:
"Anda suami istri mau menginap?"
Wajah Sin-hiong menjadi merah:
"Ada kamar tidak, kami butuh dua kamar."
"Dua kamar?"
Sin-hiong menganggukan kepala, pelayan itu dengan terpaksa
berkata:
"Maaf sekali, penginapan kami tinggal satu kamar besar, jika
anda berdua bisa satu kamar itu pas sekali."
Sin-hiong ragu-ragu sejenak, tapi Cui-giok memotong:
"Satu kamar itu saja, coba tunjukan, kami ingin melihatnya dulu."
Pelayan itu mengerutkan alis, di dalam hatinya berpikir, kedua
orang ini aneh sekali, yang laki-laki mau dua kamar, tapi yang
wanita mengatakan satu kamar juga boleh, dia melirik Sin-hiong
sekali, lalu berjalan menuju ke pekarangan belakang.
Dua orang itu mengikuti dari belakang, hati Sin-hiong jadi
bimbang, di dalam hatinya sedikit menolak.
Baru saja melangkah masuk ke pekarangan belakang, mendadak
dari depan datang dua orang, kedua orang ini usianya masih sangat
muda, di punggungnya terselip pedang panjang, begitu salah
seorang lewat di depan Sin-hiong, wajahnya segera berubah!
Tadinya Sin-hiong tidak memperhatikan, setelah jalan beberapa
langkah, terdengar salah satunya dari orang tadi dengan terburu-
buru berkata:
"Cepat beritahu guru, Kim-kau-kiam-khek sudah datang!"
Yang satunya lagi menjawab:
"Tidak usah terburu-buru, dia juga menginap di penginapan ini,
dia tidak akan bisa pergi kemana lagi?"
Hati Sin-hiong tergerak:
'Kedua orang ini entah dari perguruan mana? sepertinya aku
tidak pernah melihat mereka!'
Dia sudah pernah pergi ke Siauw-lim dan Bu-tong, pernah
bertarung dengan ketua perguruan besar Kun-lun Go-bi dan Tiang-
pek, tidak usah bicara yang lain, murid-murid dari lima perguruan
besar ini entah ada seberapa banyak, jika bisa mengingatnya satu
persatu, bukankah dia ini dewa?
"Hay, bertemu masalah lagi!" keluh Cui-giok.
Sin-hiong mengangkat-angkat bahunya:
"Kecuali kita menginap di luar kota, jika tidak sedikit banyak pasti
bertemu dengan masalah."
Pelayan sudah membawa mereka ke kamar, Sin-hiong melihat
kamarnya cukup luas, di depan adalah pekarangan, di belakangnya
ada benteng yang tinggi, maka dia menganggukan kepala,
menyuruh pelayan itu pergi.
Kata Cui-giok:
"Kita segera bersemedi, untuk bersiap-siap menghadapi keadaan
malam nanti."
"Benar, lebih baik kita istirahat saja!" kata Sin-hiong tersenyum.
Setelah berkata, sambil tersenyum dia duduk di sisi jendela lalu
memejamkan mata bersemedi.
Cui-giok menyuruh Sin-hiong naik ke atas ranjang, tapi karena
mereka belum resmi sebagai suami istri, Sin-hiong pura-pura tidak
mendengarnya, Cui-giok memutar otak di dalam hati berkata:
"Pertemuan dengan sembilan ketua perguruan besar tinggal dua-
tiga hari lagi, aku belum resmi menikah dengan dia, jika dia menang
tidak apa-apa, jika kalah, orang-orang akan melihat aku sebagai
wanita tukang gonta ganti laki-laki."
Tadinya dia ingin mengajukan pernikahan pada Sin-hiong, tapi
karena masalah pernikahan ini masalah besar, bagaimana dia bisa
menebalkan kulit, membuka mulutnya.
Dia berbaring di atas ranjang, tapi tidak bisa tenang, Sin-hiong
seperti merasakannya dan bertanya:
"Kau masih memikirkan apa?"
Wajah Cui-giok menjadi merah, untung saja saat ini malam hari,
dan di kamar belum dinyalakan lampu, jadi Sin-hiong tidak tahu, dia
memutar otak dengan cepat dan berkata:
"Aku sedang memikirkan masalah kita."
"Memikirkan masalah kita? Hay! Tidak ada gunanya
mengkhawatirkan masalah jni, aku akan sekuat tenaga melawan
mereka!"
Dia salah menangkap kata-kata Cui-giok, tapi Cui-giok juga
kesulitan menjelaskannya, terpaksa dia berkata:
"Sin-hiong, kau pikir kau sanggup melawan mereka?"
Di dalam kegelapan, terlihat Sin-hiong menggeleng-gelengkan
kepala:
"Sembilan ketua perguruan besar masing-masing mempunyai
ilmu silat sangat tinggi, menghadapi empat orang diantara mereka
aku mungkin masih bisa menang, kalau sembilan orang ini bersatu,
mungkin aku bukan tandingannya?"
Hati Cui-giok menjadi berat dan berkata:
"Kalau begitu, jangan pergi ke pertemuan itu?"
"Mana boleh tidak pergi?"
Cui-giok jadi khawatir sekali "Hay!" dia menghela nafas dan
melanjutkan:
"Jika terjadi sesuatu padamu, aku pun tidak bisa hidup lagi!"
Sin-hiong tergetar, dia sadar kata-katanya mengandung perasaan
yang mendalam, tapi, dia tidak bisa berkata apa untuk
menghiburnya?
Dia menghela nafas pelan, sambil menghibur diri berkata:
"Bukankah kau pernah berkata orang baik dilindungi langit, jika
aku beruntung bisa menang, bukankah kau mau menemani aku
pergi ke pulau Teratai di Tong-hai?"
Kata-kata ini membuat hati Cui-giok timbul semacam perasaan
manis dan asam, tapi, perasaan manis ini kadarnya lebih banyak
dari pada perasaan asam, dia berkata:
"Aku tentu saja mau! Malah aku khawatir kau tidak mau aku?"
Mendengar ini Sin-hiong bangkit berdiri dengan tertegun
bertanya:
"Apakah betul?"
Yang dia pikirkan sekarang, pertama adalah pergi ke gunung Bu-
li untuk memenuhi janji bertemu dengan sembilan ketua perguruan
besar, yang kedua adalah khawatir Cui-giok tidak mau menemani
dia pergi ke pulau Teratai.
Sejak dia turun gunung, sudah hampir satu tahun lebih, terhadap
berbagai masalah di dunia persilatan dia sudah tawar, asalkan dia
sudah menyelesaikan pesan gurunya, maka dia siap mundur dari
dunia persilatan, dia tidak berambisi di dunia persilatan lagi.
Cui-giok tidak menduga Sin-hiong bisa begitu senang, malah saat
dia menanyakan hal ini, tampak mengutarakan isi hatinya, perasaan
malu-malu tadi yang ada di dalam hatinya jadi tersapu bersih,
segera dia turun dari ranjang dan berkata:
"Kenapa tidak, hai...! Akhirnya aku mendapatkanmu juga!"
Setelah berkata dia berlari memeluk Sin-hiong, malah saking
bahagianya sampai mencucurkan air mata.
Sin-hiong dengan lembut mengulas-ulas rambut halusnya, dia
juga merasakan perasaan yang sama, air mata Cui-giok menetes di
atas tangannya, membuat dia terbayang seorang anak pembelah
kayu pada suatu hari bisa mendapatkan hari yang bahagia ini, dia
sendiri pun tidak tahan meneteskan air mata.
Cui-giok menengadah sedikit dan bertanya:
"Kau nangis?"
Sin-hiong menganggukan kepala: "Kau?"
"Tapi tangisku tangis bahagia!" kata Cui-hiok.
"Aku juga......"
Belum selesai perkataannya, mendadak di atap rumah terdengar
suara baju tersampok angin!
Kedua orang segera berpisah, Sin-hiong pelan berkata:
"Kau tunggu disini, aku keluar melihatnya!"
Tadinya Cui-giok ingin ikut keluar, tapi setelah dipikir lagi, orang-
orang yang ditemui hari ini, tidak satu pun ilmu silatnya berada
dibawah dirinya, jika ikut keluar, malah bisa membuat Sin-hiong
tidak bisa memusatkan pikiran.
Maka dia menganggukan kepala: "Kau harus hati-hati!"
"Aku tahu."
Terdengar diatas atap ada orang berkata: "Ada disini!"
Ternyata orang ini adalah Coan-kong Totiang salah satu dari Bu-
tong-sam-kiam, di dalam hati Sin-hiong berpikir:
'Walaupun aku pernah pergi ke gunung Bu-tong, tapi aku tidak
berbuat salah pada orang-orang Bu-tong-pai, apa masalah mereka
bertiga malam ini mencari aku?
Mendadak salah seorang berteriak terkejut:
"Iiih, disana ada orang!"
Suara ini seperti suara Coan-hong, Coan-kong yang tadi diam
berkata:
"Heh, Ang-hoa-kui-bo sudah datang!"
Baru saja dia selesai berkata, mendadak di belakang tubuhnya
ada seseorang berkata dingin: "Coan-kong Totiang, kau salah lihat!"
Orang ini barulah Ang-hoa-kui-bo, Bu-tong-sam-kiam mendengar
ini, jadi sangat terkejut!
Coan-hong merubah posisi dengan nada dalam berkata:
"Gou w Ci-hiang, mau apa kau datang kesini?"
"Kalian sendiri mau apa?"
Coan-hong tertawa dingin:
"Mencari Kim-kau-kiam-khek Sen Sin-hiong!"
Ang-hoa-kui-bo dengan sinis berkata:
"Begitukah, kalian boleh mencari dia, kenapa aku tidak boleh cari
dia?"
Ketika dia bicara, tingkahnya sangat dingin, perawakannya yang
tinggi besar berdiri di tiup angin malam, kelihatannya lebih tinggi
satu kepala dari pada Bu-tong-sam-kiam, sungguh amat gagah
sekali.
Bu-tong-sam-kiam melihat dia datang bukan untuk mencari
mereka, maka mereka pun tidak mau mengganggu dia, Coan-soan
Totiang melihat ke arah jauh dan berkata:
"Entah siapa yang datang ini? Jika mereka semua datang untuk
mencari Sen Sin-hiong, kenapa kita tidak tunggu saja sampai
mereka selesai, baru kita datang lagi? Bagaimana pendapat Ji-
suheng?"
Sikap Coan-soan Totiang tenang, kata-katanya sedikit banyak
membuat orang yang mendengarnya jadi mengerti, begitu pun
dengan Ang-hoa-kui-bo, dia menggerakan tongkat besinya sambil
tertawa dingin:
"Kalau begitu pergilah kesana!"
Sambil menggerakan ujung tongkatnya, samar -samar menyapu
ke arah Coan-soan Totiang!
Coan-soan Totiang mendengus dingin sambil berkata marah:
"Gouw Ci-hiang, kau mau berkelahi?"
Dia menepukan sepasang tangannya, tapi dia tidak terpikir ilmu
silat Ang-hoa-kui-bo lebih tinggi dari padanya, jika Bu-tong-sam-
kiam bersama-sama menyerang, mungkin Ang-hoa-kui-bo tidak bisa
berbuat banyak, tapi jika hanya dia seorang diri, itu masih terlalu
jauh.
Ang-hoa-kui-bo tertawa dingin: "Kalau seorang diri apa bisa
menghalangiku?" Tongkat besi disapukan lalu didorong, hampir saja
mengenai pinggangnya Coan-soan Totiang.
Kata-kata Ang-hoa-kui-bo langsung menghina Coan-soan Totiang
sebagai orang tidak berguna, bagaimana Bu-tong-sam-kiam bisa
terima, Coan-hong Totiang dan Coan-kong Totiang langsung maju,
"Ssst ssst!" pedangnya ikut menyerang, sambil marah berkata:
"Kami malah ingin mencoba kau yang di dunia persilatan yang
bukan orang tidak berguna ini!"
Pikiran Bu-tong-sam-kiam sudah bisa berkerja sama, begitu
Coan-hong Totiang dan Coan-kong Totiang menusukan pedangnya,
tubuh Coan-soan Totiang mundur ke belakang, juga mencabut
pedang pusakanya. "Ssst!" pedangnya menusuk!
Tiga pedang sekarang bersatu, kekuatannya langsung berlipat
ganda, Ang-hoa-kui-bo tidak berani sembarangan lagi, dia memutar
tongkat besinya dengan marah berkata:
"Kalian bertiga mau membantu Sen Sin-hiong?"
Putaran tongkat besinya sangat kuat di ujung tongkat
menimbulkan angin keras, Bu-tong-sam-kiam tidak berani
pedangnya beradu tongkat, Coan-hong Totiang berputar dari
belakang menyabetkan pedangnya!
Di atas atap tidak leluasa untuk bertarung, apalagi empat orang,
setelah Coan-hong Totiang menusukan pedangnya dia berteriak:
"Jika mau bertarung kita cari tempat kosong diluar kota sana!"
Sebenarnya Bu-tong-sam-kiam pun dalam sedang dalam keadaan
kesal, Bu-tong-pai sudah dibuat kacau balau oleh Thian-ho-tiauw-
souw, sehingga nama besar Bu-tong-pai jadi tercoreng, ketiga orang
ini sedang mencari kesempatan untuk mengangkat kembali nama
besar Bu-tong-pai, Ang-hoa-kui-bo datang mencari masalah adalah
hal yang mereka inginkan.
Sedangkan buat Ang-hoa-kui-bo, sejak murid kesayangannya
Sang-toh pergi, hatinya selalu tidak senang, kemudian walaupun
mendengar orang-orang mengatakan ilmu silat Sang-toh sudah
maju pesat, tapi Sang-toh tidak pernah bertemu dengannya, dalam
hatinya berpikir, jika bukan karena Sen Sin-hiong, bagaimana
mungkin dirinya bisa jadi seperti ini, maka dalam keadaan marah dia
ingin bertarung lagi dengan Sin-hiong.
Ang-hoa-kui-bo berkata marah:
"Ayo kita kesana, apa aku takut pada kalian?"
Dia menarik tangannya, langsung berlari keluar kota! Coan-kong
Totiang berpikir-pikir lalu berkata :
"Sungguh tidak tahu diri setan tua ini, tanpa sebab mengganggu
pekerjaan kita, ayo kita bertarung dengan dia!"
Setelah berkata, baru saja mau meloncat mengikutinya,
terdengar satu orang dengan pelan berkata: "Tunggu adik-adik, aku
mau bicara!"
Bu-tong-sam-kiam jadi senang sekali, ketiga-nya bersama-sama
memanggil:
"Ternyata Suheng, entah ada pesan apa?" Pendeta tua yang
datang ini ternyata adalah ketua Bu-tong-pai, Coan-cin Cinjin, dia
melihat sekali pada Bu-tong-sam-kiam dan berkata:
"Buat apa kalian bertarung dengan dia, mengalah sedikit
padanya tidak apa-apa!"
Coan-hong Totiang berkata: "Apakah Suheng masih ada hal
penting lain?" Coan-cin Totiang menganggukan kepala, Ang-hoa-
kui-bo.sudah berlari sejauh dua puluh tombak, ketika menengok ke
belakang melihat Bu-tong-sam-kiam sedang bicara dengan seorang
tosu tua, tidak mengikutinya, maka dia berlari kembali.
Setelah dekat sambil tertawa dingin berkata: "Ternyata ketua
besar Bu-tong-pai juga sudah datang, he he he, kalian masih kurang
satu, tidak membawa gunung Bu-tong kesini."
Coan-cin Totiang tersenyum berkata: "Kita kekurangan orang,
apakah kau mau membantu kami memindahkan gunung Bu-tong
kemari?"
Ang-hoa-kui-bo menekan wajahnya: "Aku tidak ada waktu
berbincang-bincang dengan kalian, tiga Sute kesayanganmu ini mau
menghadang aku, maka aku mau mencoba-coba beberapa jurus
pedang Bu-tong-pai!"
Perkataannya tanpa di tahan-tahan, sampai Bu-tong-sam-kiam
dikatakan dia sebagai Sute kesayangan, tiga orang ini tidak bisa
menahan diri, kembali mencabut pedangnya mau bertarung
dengannya, Coan-cin Cinjin berkata:
"Kami sedang ada urusan penting, kau ada keperluan apa
silahkan saja!"
Setelah berkata, sambil pergi membawa tiga Sutenya!
Perbuatannya membuat Ang-hoa-kui-bo jadi tertegun.
Bu-tong-pai selalu menganggap dirinya adalah perguruan yang
paling terpandang dan dihormati di dunia persilatan, orang-orang
perguruannya semua sombong-sombong, Coan-cin Cinjin tidak
perduli atas hinaan Ang-hoa-kui-bo, dan membawa tiga Sutenya
pergi, mungkin setiap orang jika mendengarnya tidak akan bisa
percaya!
Ang-hoa-kui-bo melihat ke arah jauh dan bergumam
"Para tosu bangsat ini tidak tahu sedang ada masalah apa, hemm
lebih baik aku selesaikan dulu urusanku!"
Setelah berkata, dia langsung melayang kembali ke atas atap,
tongkat besinya dipukulkan ke atap rumah dan berteriak:
"Sen Sin-hiong, cepat keluar?"
Tenaga Ang-hoa-kui-bo yang begitu besar, setelah menghantam
atap rumah penginapan dengan tongkat besinya, bagaimana bisa
bertahan, terdengar
"Bruuk!" yang keras, atap rumah segera menjadi bolong besar.
Sekarang sudah larut malam, tamu-tamu penginapan
kebanyakan sudah tidur, setelah terdengar suara gemuruh,
kebanyakan tamu jadi terbangun ketakutan dan lari pontang
panting, keadaan di dalam penginapan segera menjadi kacau.
Ang-hoa-kui-bo melihat ke sekeliling, dia masih tidak melihat
bayangannya Sin-hiong, kembali dia mengangkat tongkat besinya
dan marah berkata:
"Sen Sin-hiong, jika kau masih tidak keluar, maka aku akan
menghancurkan penginapan ini."
Baru saja selesai bicara, mendadak di belakang tubuhnya ada
orang menghela nafas dan berkata:
"Lo-cianpwee, kau mau mencari aku, kenapa harus
menghancurkan penginapan!"
Ang-hoa-kui-bo membalikan tubuhnya, terlihat Sin-hiong dengan
wajah serius berdiri disana dan dengan dingin berkata:
"Akhirnya kau keluar juga, berapa harga satu penginapan?"
Setelah berkata, dengan keras dia memanggil-manggil pelayan,
setelah cukup lama, baru terlihat si pelayan rumah berjalan keluar
sambil gemetaran, Ang-hoa-kui-bo malas bicara, dia melemparkan
satu balok perak besar dan berteriak:
"Ambil ini sebagai ganti rugi kalian."
Sin-hiong berkata:
"Bagus, tapi Lo-cianpwee memanggil aku, entah ada urusan
apa?"
Ang-hoa-kui-bo melototi dia dan berkata: "Apakah kau pernah
melihat anak Toh?"
Sin-hiong tidak menduga di tengah malam begini datang mencari
dirinya hanya karena masalah ini, maka dia menganggukan kepala
dan berkata:
"Pernah!"
"Dimana dia sekarang!"
"Dia?"
"Kau sudah melihat anak Toh, tentu tahu sekarang dia ada
dimana? Hemm hemm jika tidak memberitahukan keberadaannya,
terpaksa kita bertarung lagi!"
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, di dalam hati berkata:
'Kau sangat kasar dan tidak tahu aturan, rupanya sengaja
mencari masalah!'
Tapi dia tetap menahan diri:
"Lo-cianpwee, murid anda pergi kemana, bagaimana aku bisa
tahu?"
Ang-hoa-kui-bo menggerakan tongkat besinya dengan dingin
berkata:
"Kau tidak mau memberitahukan, terpaksa kita bertarung lagi!"
Sin-hiong tidak bisa menahan lagi dengan dingin berkata:
"Lo-cianpwee terus menerus mendesak aku, terpaksa aku
melayaninya!"
Ang-hoa-kui-bo menggulung tongkat besinya, langsung menyapu
ke Kian-keng-hiat di kiri kanan Sin-hiong!
Dia tahu ilmu meringankan tubuh dan jurus pedang Sin-hiong
cukup hebat, jika di tempat datar, Sin-hiong menggabungkan kedua
ilmu silatnya, maka dirinya akan mendapat kesulitan, tapi jika
bertaning diatas atap rumah, maka keadaannya akan terbalik.
Sin-hiong tidak memikirkan ini, dia hanya merasa bertarung di
depan banyak orang, mudah sekali mengumpulkan banyak orang,
maka akan mengganggu penginapan ini.
Maka saat tongkat Ang-hoa-kui-bo menyapu, ujung pedangnya
dihentakan, tubuhnya sudah melayang ke tempat lain.
"Mau lari kemana?" teriak Ang-hoa-kui-bo. Saat ini bisa dikatakan
dia dalam keadaan unggul, tubuh Sin-hiong belum mantap, dia
sudah datang menerjang "Huut!" tongkat besi kembali menyapu.
Dalam penginapan ada banyak orang-orang dunia persilatan
yang menginap, diantaranya kebanyakan adalah yang mau pergi ke
gunung Bu-li menonton keramaian, melihat terjadi pertarungan di
atap rumah, semua orang jadi berlari keluar menonton.
Nama Ang-hoa-kui-bo sangat termasyur di dunia persilatan,
bunga merah di sisi telinganya adalah ciri khasnya, para pesilat
tinggi di pekarang yang menonton, di antaranya ada seorang
dengan terkejut berteriak: "Heh! Itu Ang-hoa-kui-bo!" Setelah orang
ini berteriak, hati orang-orang di pekarangan menjadi tegang
karenanya!
Terlihat Sin-hiong meloncat keatas, pedangnya menyerang ke
bawah, terdengar suara keras "Traang!" dalam pancaran kembang
api, tubuh dia sudah mantap berdiri.
Orang-orang jadi lebih terkejut lagi.
Dalam jurus tadi, jika Sin-hiong tidak memiliki ilmu meringankan
tubuh dan jurus pedang yang luar biasa, sulit bisa lolos dari jurus
ini, tapi akhirnya dia bisa berhasil, bagaimana tidak membuat orang
terkejut!
Orang-orang berbisik:
"Siapa pemuda ini? Dapat menangkis serangan dahsyat Ang-hoa-
kui-bo, sudah bisa disejajarkan dengan pesilat tinggi dunia
persilatan!"
Diantaranya ada yang lebih pintar sedikit setelah melihat-
lihatnya, berkata:
"Apakah dia Kim-kau-kiam-khek?"
"Kim-kau-kiam-khek! Betul, apa kau tidak lihat gitar kuno di
punggungnya itu?"
Kata-kata ini laksana halilintar di siang hari bolong, sorot mata
semua orang jadi ditujukan pada Sin-hiong, membuat nama Ang-
hoa-kui-bo jadi kehilangan pamor.
Ang-hoa-kui-bo marah sekali, menghardiknya: "Kau bocah telah
merebut kebanggaan di dunia persilatan, malam ini bagaimana pun
aku harus membuatmu malu!"
Mendadak tongkatnya menyapu dua kali, angin keras terdengar
"Huut huut!", masing-masing menerjang ke Sin-hiong!
Berturut-turut Sin-hiong mengalah tiga jurus, tapi Ang-hoa-kui-bo
masih saja tidak mengerti, dia mendesak terus, lama-kalamaan Sin-
hiong jadi marah juga "Ssst!" dia menyerang pedangnya sambil
tertawa dingin berkata:
"Aku sudah mengalah tiga jurus padamu, apa kau tahu tidak?"
Ang-hoa-kui-bo semakin marah, serangan tongkat besinya
semakin gencar, sambil marah berkata:
"Siapa yang mau kau mengalah!"
Setelah berkata, dia hampir menyapukan tongkat besinya
sepuluh sapuan lebih!
Luas atap rumah tidak besar, di tambah senjata Sin-hiong
pendek sekali, dia hanya bisa mengambil kesempatan menyerang
satu dua jurus, orang-orang yang melihat, jadi khawatir Pada Sin-
hiong.
Tapi gerakan Sin-hiong lincah sekali, walaupun serangan tongkat
besi Ang-hoa-kui-bo sangat gencar, dalam waktu singkat tetap tidak
bisa mengapa-apakan dia.
Cui-giok pelan-pelan keluar kamar, dia sangat yakin sekali pada
diri Sin-hiong, tapi melihat serangan Ang-hoa-kui-bo sangat gencar,
hatinya jadi ikut berdebar-debar.
Kedua orang itu dalam sekejap sudah bertarung dua puluh jurus,
Sin-hiong masih saja lebih banyak bertahan daripada menyerang,
Ang-hoa-kui-bo mengambil kesempatan menguntungkan ini, sedikit
pun tidak mengendurkan serangannya!
Dalam sekejap dia kembali menyerang lagi tiga jurus, mungkin
karena tenaganya terlalu besar, mendadak terdengar suara
"Kreek!", genteng rumah berjatuhan ke bawah.
Sin-hiong mencuri pandang, melihat Cui-giok sedang
memperhatikan pertarungan, sambil tertawa keras berkata:
"Lo-cianpwee, kau tadi sudah membayar ganti rugi pada pelayan,
sekarang boleh dengan tenang memecahkan lagi genteng-
gentengnya!"
Kata-katanya jelas mengejek Ang-hoa-kui-bo, tapi diam-diam
juga memberi tahu Cui-giok, keadaan dia sedikit pun tidak terdesak.
Cui-giok berteriak:
"Sin-hiong, konsentrasi!"
Sin-hiong menggetarkan pedang pusakanya, sambil tertawa
berkata:
"Kau tenang saja!"
Serangannya menyerang sisi punggung Ang-hoa-kui-bo,
walaupun Ang-hoa-kui-bo memiliki keunggulan senjata, tapi
tongkatnya besar dan berat, gerakannya kurang lincah, dia memutar
tubuhnya menyapukan ujung tongkat, angin pukulan tongkat lewat,
genteng atap rumah kembali disapu dia berjatuhan ke bawah!
Semua orang diam-diam terkejut, tapi Sin-hiong masih tenang-
tenang saja menghadapinya, dia tidak menyerang tidak apa-apa,
tapi sekali menyerang, maka Ang-hoa-kui-bo mau tidak mau harus
membalikan tongkatnya menangkis!
Lima enam jurus sudah lewat lagi, rumah kayu ini tidak tahan
lagi menahan beban pertarungan sengit kedua orang ini, saat ini
sudah mulai bergoyang goyang. Pelayan rumah terkejut, tapi tidak
berani bersuara, dia hanya bisa gelisah sampai bercucuran keringat
dingin.
Semakin bertarung Ang-hoa-kui-bo semakin bersemangat, setiap
serangannya adalah serangan mematikan, satu jurus Boan-thian-
kai-te (Langit penuh tertutup tanah) mengeluarkan suara "Buum"
ber gemuruh, atap rumah dipukulnya sampai jadi bolong besar, tapi
Sin-hiong sudah melayang ke tempat lain!
Karena terlalu besar menggunakan tenaga, hampir saja Ang-hoa-
kui-bo tidak bisa menahannya, tubuhnya bergoyang-goyang, hampir
saja jatuh ke bawah.
Sin-hiong tersenyum, dia melayang turun disisi Cui-giok, dengan
pelan menariknya dan berkata:
"Jalanlah!"
Cui-giok tidak tahu apa maksudnya Sin-hiong, terpaksa diam
mengikutinya, baru saja berjalan dua langkah, mendadak, ada angin
keras yang amat dahsyat datang mendorong.
Orang-orang di pekarangan semua sampai berteriak terkejut,
Cui-giok sudah tahu Ang-hoa-kui-bo menyerang secara diam-diam
dari belakang, hatinya terkejut, tepat pada saat ini, mendadak dia
merasa dirinya ditarik oleh Sin-hiong, Sin-hiong sudah membalikan
tubuh menyambutnya.
Dia memalingkan kepala, terlihat sinar pedang Sin-hiong laksana
jaring, mengurung seluruh tubuh Ang-hoa-kui-bo.
Tubuh Sin-hiong melayang-layang tidak menentu, walau sehebat
apa pun ilmu silat Ang-hoa-kui-bo, tapi yang dituju oleh ujung
tongkatnya selalu tempat kosong yang tidak ada apa-apa, maka
setelah lewat dua puluh jurus, Ang-hoa-kui-bo sudah berada di
bawah angin.
Seluruh penonton yang berada di dalam pekarangan baru benar-
benar melihat Kim-kau-kiam-khek sungguh-sungguh berilmu tinggi.
Saat mereka berdua bertarung dengan sengit, mendadak di atas
benteng muncul tiga bayangan orang, ketiganya memakai baju
tosu, mereka Bu-tong-sam-kiam yang kembali lagi!
Coan-hong Totiang turun duluan ke bawah sambil berkata dingin:
"Gouw Ci-hiang, kau sudah berada di bawah angin!"
Coan-kong dan Coan-soan dua orang juga ikut turun kebawah,
tiga orang dengan angkuhnya berdiri di pinggir, kata-katanya terus
mengejek, membuat Ang-hoa-kui-bo marah setengah mati.
Ang-hoa-kui-bo menyerang tiga jurus lagi, mendesak Sin-hiong
mundur sedikit, dengan marah berkata:
"Aku tidak bisa, apa kalian mau mencobanya?"
Coan-kong sengaja melihat pada Coan-soan dan berkata:
"Dia sendiri sudah mengaku tidak sanggup, maka hanya tinggal
melihat bagaimana kita dari Bu-tong-pai!"
Kata-kata ini lebih-lebih tidak enak didengar, Ang-hoa-kui-bo
mendengar seperti api disiram minyak, dia berteriak, menyapukan
tongkat besinya pada Coan-kong.
Coan-kong menghindar, Coan-soan dengan cepat menusukan
pedangnya!
Ang-hoa-kui-bo marah sekali, dia terhadap Sin-hiong sedikit
banyak dia masih merasa ragu, "tapi terhadap Bu-tong-sam-kiam,
keadaannya berbeda sekali, tidak sampai tiga jurus, dia sudah
memaksa Bu-tong-sam-kiam bersatu baru bisa menghadapi dia!
Keadaan di depan mata mendadak berubah, orang-orang yang
menonton di pinggir semua jadi berteriak:
"Memuaskan!"
Tapi Sin-hiong sangat tidak mengerti, di dalam hatinya berpikir,
Bu-tong-sam-kiam kembali lagi setelah pergi, pasti ada apa apanya?
Saat ini pertarungan di lapangan sedang sengit-sengitnya, dia
tidak mau ikut campur lagi, bersama Cui-giok dia bersiap
meninggalkan tempat itu, siapa sangka baru saja dia berpikir begitu,
mendadak diatas benteng muncul lagi dua orang.
Yang datang ini adalah dua orang tua, tapi yang di sebelah kiri
dia sudah mengenalnya, orang ini janggut panjangnya melayang-
layang di depan dada, dia adalah ketua Hoa-san-pai Cia Thian-cu!
Cui-giok tergerak dan berbisik: "Yang satu itu aku pun
mengenalnya, dia adalah ketua Kong-tong-pai Bu-eng-kiam (Pedang
tanpa bayangan) Hong Ping-lam!"
Sin-hiong menganggukan kepala, di dalam hatinya berpikir,
pertemuan di gunung Bu-li masih tiga hari lagi, kenapa mereka
sudah datang kemari?
Perawakan ketua Kong-tong-pai bulat, wajah-nya merah seperti
berdarah, usianya sudah tujuh puluhan, tapi dilihat dari luar,
wajahnya tetap sangat perkasa.
Sorot mata Tayhiap Tui-hong Cia Thian-cu menyapu lapangan,
lalu melayang mendekati Sin-hiong dan berkata:
"Tayhiap, bagaimana kabarnya!"
Sin-hiong tersenyum dan berkata:
"Cia Lo-cianpwee, aku baik baik saja!"
"Kita tidak perlu basa-basi lagi, pertemuan di bukit Lui-hong di
gunung Bu-li masih ada tiga hari, saat tengah malam kami
menunggu anda di depan kuil Ceng-hie di puncak gunung, maaf
tidak memakai kartu undangan!"
Ternyata dia sengaja datang untuk menyampaikan undangan
bertarung langsung pada orangnya, Sin-hiong menganggukan
kepala, artinya menerima tantangan ini.
Ketua Kong-tong-pai melihat pada Sin-hiong sekali, wajahnya
tampak sedikit keheranan.
Ternyata dalam hatinya tidak menyangka, Kim-kau-kiam-khek
yang sangat termasyur, ternyata masih seorang remaja berusia
delapan sembilan belas tahun!
Dia mendengus pelan dan sengaja berkata:
"Cia-heng, bocah ini?"
Ketua Hoa-san-pai mengiyakan, Hong Ping-lam tertawa dingin,
mendadak menengadahkan kepala, berkata:
"Baiklah! Aku tunggu tiga hari lagi saja!"
Sikap Hong Ping-lam terlihat sombong, melihat raut wajahnya,
jika bukan karena ada perjanjian bertemu tiga hari lagi, mungkin dia
sekarang inipun ingin bertarung dengan Sin-hiong.
Saat ini Bu-tong-sam-kiam sedang seru-serunya bertarung
dengan Ang-hoa-kui-bo, Hong Ping-lam jadi mendapat kesempatan
melampiaskan kekesalannya dan berteriak:
"Jago dari Bu-tong-pai, berhenti!"
Berteriakannya menggunakan seluruh tenaga dalamnya, sampai
menggetarkan telinga orang-orang di dalam pekarangan, sehebat
apa tenaga dalamnya, sungguh tidak perlu dikatakan lagi, Bu-tong-
sam-kiam yang tadi pergi lalu kembali lagi, tadinya bermaksud
setelah mengalahkan Ang-hoa-kui-bo lalu menghadapi Sin-hiong,
tidak diduga kata-kata Coan-kong telah membuat marah Ang-hoa-
kui-bo, malah mereka jadi bertarung dengan Ang-hoa-kui-bo.
Setelah Hong Ping-lam berteriak, walaupun Bu-tong-sam-kiam
mendengar nadanya kurang bersahabat, Coan-hong Totiang segera
memutar matanya, dua orang temannya mengerti maksudnya dan
mundur ke belakang. "Anda ada perlu apa?" tanya Coan-soan.
Hong Ping-lam tidak memperdulikan, dia maju selangkah dan
membentak:
"Gouw-popo, kau datang untuk membantu marga Sen itu?"
Mendengar ini kemarahan Ang-hoa-kui-bo jadi memuncak, paru-
parunya seperti mau meledak rasa-nya, seumur hidup dia tidak
pernah diperintah orang, Hong Ping-lam membentak-bentak di
hadapan dia menanyakan, sungguh-sungguh baru terjadi kali ini.
Ang-hoa-kui-bo melototkan matanya dengan dingin berkata:
"Kau ini barang apa, kau tidak pantas bertanya padaku?"
Kedua orang ini sama-sama sangat sombong, layaknya kau
tabrak aku, aku pun tabrak kau, kelihatannya pertarungan ini
kembali akan berubah lawan lagi.
Hong Ping-lam mendengus dingin, mencabut pedang pusakanya,
lalu digetar-getarkan dan berkata:
"Mengandalkan ini apa tidak cukup?"
Ang-hoa-kui-bo marah sekali, baru saja akan menyapukan
tongkat besinya, Cia Thian-cu sudah maju menghadangnya dan
berteriak:
"Kalian berdua jangan bertarung dulu, aku mau bicara!"
Ang-hoa-kui-bo berkata dingin:
"Cia Thian-cu, ada kentut cepat keluarkan, kalian berdua ingin
mengeroyok aku juga tidak takut!"
Kata-kata ini begitu keluar, semua orang jadi khawatir ketua
Hoa-san-pai juga akan marah, tapi di luar dugaan, dia hanya
tertawa dengan tenang berkata:
"Masalah penting harus didahulukan, Gouw Ci-hiang buat apa
kau terburu-buru!"
Ang-hoa-kui-bo melototi dia sekali dengan dingin berkata lagi:
"Baiklah kalau begitu, sekarang kalian cepat pergi, aku masih ada
urusan dengan Sen Sin-hiong!"
Inilah kata-kata yang ingin didengar semua orang, selain wajah
Hong Ping-lam masih terlihat kekesalan, ketua Hoa-san-pai dan Bu-
tong-sam-kiam semuanya mundur ke pinggir!
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, di dalam hatinya berpikir,
Ang-hoa-kui-bo seperti seekor anjing gila, melihat orang langsung
menggigit, walau aku tidak mau mencari masalah, tapi tidak bisa
terlihat terlalu mengalah!
Dia maju dua langkah dan berkata:
"Gouw Lo-cianpwee, kau sungguh mau mencari aku?"
Ang-hoa-kui-bo dengan Sang-toh adalah guru dengan murid,
sebenarnya perasaannya lebih dekat dari pada hubungan ibu dan
anak, dulu demi Cui-giok, dia tidak segan-segan bermusuhan
dengan Hoa-san-pai, makanya setelah Sang-toh pergi tidak kembali,
semua kemarahannya dilampiaskan pada Sin-hiong, dia membenci
setengah mati, bagaimana bisa mengerti benar atau bohong?
Sepatah katapun tidak terucap, tongkat besinya sudah disapukan
kembali!
Sekarang Sin-hiong pun tidak mau banyak bicara lagi, tubuhnya
berkelebat "Ssst!" pedangnya menusuk!
Ang-hoa-kui-bo tertawa dingin, tongkat besi-nya ditarik lalu
mendongkel, gerakan tongkat besinya sampai mengetarkan baju
panjang orang-orang yang berdiri dipinggir, dahsyatnya sangat
menakutkan siapapun. Siapa sangka saat menyapukan tongkat
besinya, di depan malah tidak ada orang, Ang-hoa-kui-bo sedikit
tertegun, lalu merasa di belakang ada hawa dingin menyerang, dia
berteriak, tanpa melihat ke belakang tongkatnya menghantam ke
belakang tiga kali!
Semua orang diam-diam tergetar, tapi Sin-hiong sedikit pun tidak
mundur, pedangnya menyerang laksana angin, di depan dan di
belakang Ang-hoa-kui-bo penuh dengan bayangannya, dalam
sekejap dia membalas menyerang tujuh delapan jurus!
Kelihatan Ang-hoa-kui-bo jadi kewalahan. Ang-hoa-kui-bo
terkejut, dalam hatinya berpikir, satu tahun tidak bertemu, ilmu silat
sibocah ini sudah maju lebih pesat, jika aku kalah lagi di tangan nya,
mana ada muka berdiri di dunia persilatan lagi?
Timbul nekadnya, serangannya jadi tidak memperhatikan
keselamatan dirinya, angin pukulan tongkat laksana gunung, setiap
jurus mengarah ke tempat yang mematikan di rubuh Sin-hiong!
Sin-hiong melihat serangannya tidak tanggung tanggung lagi, dia
jadi naik pitam, dia berteriak, pedangnya disabetkan ke bawah!
Serangan pedang kelihatannya menyabet bunga merah disisi
rambut Ang-hoa-kui-bo, hati Ang-hoa-kui-bo tergetar, ujung tongkat
disapukan ke belakang, siapa sangka ujung pedang Sin-hiong
mendongkel, hawa dingin pedang sudah sampai di atas kepala!
Wajah Ang-hoa-kui-bo berubah, dia menyapu-kan tongkatnya
beberapa kali, ingin memecahkan jurus Sin-hiong ini!
Tapi, Sin-hiong menggunakan jurus ini dengan pintar, setelah
memutar beberapa kali pergelangan tangannya, kilatan sinar perak
selalu berada tidak lebih lima inci di atas kepala Ang-hoa-kui-bo.
Hati semua orang di pekarangan menjadi tegang, jika Ang-hoa-
kui-bo tidak mundur, apa akibatnya dari jurus ini, sungguh
membuat orang tidak berani membayangkannya.
Sin-hiong tertawa dan berkata: "Masih tidak mau mengaku
kalah?"
Dia menggerakan pergelangan tangan, baru saja akan disabetkan
ke bawah!
Tepat pada saat ini, mendadak dari sudut gelap terdengar suara
"Ssst!", satu angin keras sudah melesat ke arah pergelangan tangan
Sin-hiong.
Sin-hiongsedikittergetar"Huut!"telapaktangannya
menghantam, sejak dia telah memakan Ho-siu-oh berusia ribuan
tahun, tenaganya sudah berlipat ganda beberapa kali, tadinya dia
pikir pukulan telapak tangannya bisa menjatuhkan senjata gelap ini,
siapa sangka kenyataannya di luar dugaan!
Senjata gelap itu walau kelihatan kecil, disapu oleh telapak
anginnya, hanya sedikit melenceng, lalu kembali melesat ke
pergelangan tangannya, hanya tenaganya saja yang berkurang
sedikit.
Sin-hiong terkejut, dia memiringkan tubuh, menangkis dengan
pedangnya, terdengar suara nyaring "Traang!", ternyata benda itu
sebutir batu, walau dipukul jatuh, tapi masih meloncat-loncat dua
kali baru berhenti.
Kejadian ini bukan saja di luar dugaan Sin-hiong, semua orang di
dalam pekarangan yang menyaksikan juga tidak tahan menarik
nafas dingin!
Ilmu silat Ang-hoa-kui-bo sudah hebat, tapi Ang-hoa-kui-bo
masih bukan lawannya Kim-kau-kiam-khek, Kim-kau-kiam-khek
seharusnya lebih hebat lagi, tapi oleh sebutir batu kecil dia harus
menangkisn dua kali baru bisa berhasil, lalu bagaimana dengan ilmu
silat pelempar batu ini, tidak perlu ditanyakan juga sudah tahu.
Tepat pada saat semua orang terbengong-bengong, Ang-hoa-kui-
bo sudah mengangkat tongkat besinya dan dipukulkan kepada
kepalanya sendiri!
Ini kejadian yang tidak di duga, siapa pun tidak ada yang
mengira dia akan melakukan ini, dengan kata lain, semua orang
hanya bisa bengong melihat dia bunuh diri di pekarangan yang kecil
ini.
Terdengar ada orang yang mengeluarkan suara keluhan terkejut,
Sin-hiong jadi tergetar tubuhnya langsung menerjang ke depan.
Tentu saja dia tidak menduga Ang-hoa-kui-bo setelah kalah bisa
melakukan bunuh diri, jadi walaupun dia bergerak cepat, jelas masih
terlambat!
Di saat yang kritis ini, kembali terdengar suara "Ssst!" suara ini
lebih tajam dan memekakan telinga dari pada yang tadi, jelas
tenaganya juga jauh lebih besar!
Setelah suara itu hilang, lalu terdengar satu suara kecil sambil
menghela nafas berkata:
"Buat apa?"
Perkataannya walau kecil sekali, tapi kata-katanya terdengar
jelas, Ang-hoa-kui-bo yang bertekad bunuh diri, walau dia tidak
memperhatikan, tapi suara "Ssst!" tadi telah mengenai pergelangan
tangannya, membuat tangannya mati rasa, dan tongkat besi yang
telah diangkatnya kembali turun ke bawah!
Wajah dia penuh rasa terkejut, begitu Sin-hiong turun, wajahnya
pun penuh rasa terkejut, Hoa-san, Kong-tong, Bu-tong-sam-kiam
dan orang-orang di dalam pekarangan, tidak satu pun wajahnya
tidak terkejut.
Jika dikatakan orang yang melempar batu ini, hanya untuk
membantu Ang-hoa-kui-bo, sepertinya tidak juga, jika dikatakan
bukan, itupun tidak juga?
Orang-orang di lapangan semuanya bengong melihat ke arah
datangnya suara, tapi disana tidak terdengar ada suara lagi.
Ang-hoa-kui-bo mengeluh panjang:
"Sudahlah, sudahlah!"
Setelah berkata dia menengadah melihat langit, dalam kegelapan
malam, semua orang masih bisa melihat wajahnya yang penuh
kesedihan.
Ang-hoa-kui-bo lalu menghentakan tongkat besinya, tubuhnya
yang tinggi besar sudah meng-hilang di kegelapan malam.
Ketua Kong-tong-pai Hong Ping-lam masih sedikit penasaran, tapi
sekarang setelah menyaksikan pertarungan seru antara Ang-hoa-
kui-bo dengan Sin-hiong, dia baru tahu sulitnya melawan Kim-kau-
kiam-khek, dia segera menarik Cia Thian-cu, dua orang itu langsung
meninggalkan tempat itu.
Bu-tong-sam-kiam lebih-lebih tidak bisa bicara, saling pandang
sekali, lalu pergi juga.
Cui-giok pelan-pelan menghampiri, bertanya: "Sin-hiong, kulihat
orang ini baru lawan berat!"
Sin-hiong masih memikirkan siapa pelempar batu itu, dalam
bayangannya, di seluruh dunia persilatan selain ketua pulau Teratai,
mungkin tidak ada orang yang ilmu silatnya sehebat ini.
Tapi, mungkinkah ketua pulau Teratai ada di tempat ini?
Jika ketua pulau Teratai ada disekitar ini, maka Hui-lan pun
seharusnya ada di sekitar ini!
Berpikir sampai disini, tidak tahan dia berguman:
"Tidak, dia adalah ketua pulau Teratai!"
Hati Cui-giok tergetar, dalam hatinya berpikir, jika ketua pulau
Teratai ada disini, maka Hui-lan yang tidak bisa dilupakan Sin-hiong
juga ada di sekitar ini, dia terlalu mencintai Sin-hiong, maka otaknya
berputar dan berkata:
"Yah! Kita cepat pergi!"
Sin-hiong tidak banyak berpikir, dia melemparkan setail uang
perak, dua orang itu buru-buru meninggalkan tempat.
Keluar dari kota, di depan masih ada satu gunung besar, Cui-giok
menghela nafas:
"Mereka sudah pergi lagi!"
Sin-hiong tidak putus asa, tapi dia demi kebaikan Cui-giok,
terpaksa dia menghentikan langkah dan berkata:
"Kau sudah lelah? Kita istirahat dulu sebentar!"
Cui-giok menarik nafas, melihat pada bumi yang diselimuti
gelapnya malam dan berkata:
"Tidak perduli bagaimana, kita harus mengejar mereka!"
Sin-hiong menghela nafas panjang, lalu mengangkat Cui-giok,
selangkah pun tidak berhenti terus mengejar.
Sekaligus dia berlari lima enam li, begitu melihat ke atas, bumi
masih gelap, Cui-giok meronta sedikit dan berkata:
"Kenapa kau tidak teruskan jalan!"
"Kita sudah cukup jauh jalannya, tapi masih tidak melihat jejak
mereka, mungkin mereka sudah jauh!"
"Coba kejar lagi sebentar!"
Dia mengatakan ini semua demi Sin-hiong, dia tahu sifatnya Sin-
hiong, tentu saja juga tahu di dalam hati Sin-hiong saat inipun
sangat mencintai Hui-lan, walaupun tahu tadi Sin-hiong telah
bertarung, tapi dia tetap mendesak Sin-hiong supaya melanjutkan
pengejarannya!
Sin-hiong menarik nafas dalam-dalam, lalu melangkah
secepatnya berlari ke depan!
Kali ini dia berlari hampir menempuh perjalanan sejauh lima
enam puluh li, melewati satu kota kabupaten, lima enam kota kecil,
saat dia menghentikan langkahnya, Cui-giok berkata:
"Hari sudah hampir terang, kita istirahatlah!"
Sin-hiong melihat tugu di sisi jalan tertulis tiga huruf besar:
"Bu-li-san!"
Setelah perkataan Cui-giok selesai, mendadak melihat tiga huruf
"Bu-li-san" dia terkejut dan berteriak: "Sudah sampai gunung Bu-li!"
Sin-hiong menganggukan kepala, berguman: "Gunung Bu-li, Bu-
li-san!"
Dia bolak balik membaca tiga huruf ini, pikirannya bergejolak, di
dalam hatinya berpikir,:
'Tinggal tiga hari lagi, waktu tiga hari itu sangat singkat, hay! Aku
tidak ada keyakinan bisa mengalahkan sembilan ketua perguruan
besar, aku hanya bisa berharap bagaimana nanti saja.'
Sejak kecil Sin-hiong sering mendapat penghinaan, jika bukan
karena gurunya, Khu Ceng-hong menyelamatkan dia di dalam tanah
salju, bagaimana pun dia tidak ada hari ini?
Pelan-pelan dia menurunkan Cui-giok dan berkata:
"Sudah tiba di gunung Bu-li, hay! Tinggal melihat pertempuran
dalam waktu tiga hari ini!"
Cui-giok melihat kata-kata dia penuh dengan perasaan,
sepertinya ada semacam ramalan yang jelek, dia bergerak dua
langkah, sepasang matanya menatap tajam pada Sin-hiong dan
berkata:
"Sin-hiong, tambah semangat sedikit, kau pasti menang!"
Sin-hiong jadi merasa bersemangat kembali, dia memeluk Cui-
giok dan berkata:
"Adik Giok, kau jangan tinggalkan aku!"
Cui-giok tergetar, ternyata dia sudah merasa-kan saat Sin-hiong
memeluk dirinya, tangannya yang kuat itu sedikit gemetaran, di
dalam hatinya berpikir:
'Dia sudah mengalami banyak pertempuran besar dan kecil,
mungkin karena tanggung jawabnya terlalu berat, kunci berhasil
atau gagal hanya dalam pertempuran ini, jika dia kalah, bagaimana
dengan aku?'
Hati dia naik turun tidak menentu, Sin-hiong memeluk dia erat-
erat, dia juga memeluk Sin-hiong erat erat, dengan pelan berkata:
"Sin-hiong, kau pasti menang!"
Sin-hiong memejamkan matanya, dia sedang menikmati
kehangatan sesaat, pertempuran ini, sungguh terlalu penting, walau
dia sehebat apa pun, jika tidak ada orang yang mendukungnya,
menghadapi keadaan sepenting ini, bagaimana pun dia merasa
sedikit ketakutan.
Kedua orang saling memeluk dengan eratnya, dan saling di
mabuk cinta, siapa pun tidak berkata-kata, sampai hari hampir
terang, Cui-giok baru sambil menghela nafas panjang:
"Hari sudah terang, kau tidak lupa bukan, orang baik dilindungi
langit!"
Sin-hiong pelan-pelan berdiri, jujur saja, dia tidak tahu sudah
berapa banyak dia menghadapi pertarungan besar kecil, tapi yang
seperti hari ini hatinya berdebar-debar, mungkin untuk pertama
kalinya sepanjang hidup dia.
Ayam berkokok, hari kembali terang! Satu hari lewat, dua hari
lewat, hari ketiga, akhirnya tiba juga!
Di sudut satu tebing gunung, dua orang sedang berbaring
dengan tenang, dua orang ini tentu saja Sin-hiong dan Cui-giok.
Dalam dua tiga hari ini, Sin-hiong sudah mengumpulkan seluruh
tenaga dalamnya, sudah mempersiapkan dengan penuh
menghadapi satu pertarungan yang memerlukan seluruh
kekuatannya!
Cui-giok merawat dia, melindungi dia, semua yang dipikirkan Sin-
hiong dan yang dia harapkan, telah semua dilakukannya, dia terlalu
mencintai Sin-hiong.
Dua orang itu dengan tenang berbaring, tapi di sisi lain, di dunia
persilatan malah telah terjadi gelombang besar.
Sejak pagi sampai siang, di atas di bawah gunung Bu-li tidak
henti-hentinya orang datang, orang orang ini seratus persen adalah
orang-orang dunia persilatan, termasuk di dalamnya berbagai
perguruan dan berbagai aliran, dari berbagai gunung!
Matahari sudah terbit, Cui-giok mendorong Sin-hiong dan
berkata:
"Kita berjalan pelan-pelan saja!"
Sin-hiong bangkit berdiri, merapihkan bajunya, lalu bersama Cui-
giok berjalan menuju puncak gunung! Kedua orang berjalan pelan-
pelan.
Sampai tengah hari mereka makan makanan kering, lalu disaat
kembali melanjutkan perjalanannya, di depan samar-samar ada satu
orang berjalan.
Tadinya Sin-hiong kurang memperhatikan, tapi saat dia
menyadari, orang itu sudah menghilang.
Sin-hiong sedikit tergetar, di dalam hati berkata: 'Orang ini jati
dirinya aneh, lebih baik aku kedepan melihatnya!'
Saat itu dia menyuruh Cui-giok berdiam di tempat, dia sendiri
meloncat mengejar ke depan!
Gunung Bu-li berderet hampir beberapa ribu li, dia berlari kesana
melihat, tapi tidak ada bayangan apapun?
MakadengansendirinyaSin-hiongmeningkatkan
kewaspadaannya, segera berlari turun, siapa sangka, sampai di
tempat semula, Cui-giok sudah tidak ada, entah kemana perginya!
Sin-hiong terkejut, dia berteriak beberapa kali, tetap saja tidak
ada yang menjawabnya!
Hati dia jadi berat, dia melihat ke atas melihat cuaca, matahari
pelan-pelan sudah tenggelam ke barat.
Hati Sin-hiong jadi gelisah sekali, dia berteriak lagi beberapa kali,
rupanya Cui-giok sudah ditawan, dia mengitari jalanan gunung
beberapa putaran, tetap masih tidak menemukan jejak Cui-giok.
Setelah berpikir-pikir, di dalam hati berkata:
"Hal ini selain sembilan perguruan besar, siapa lagi yang berani
melakukannya?"
Berpikir sampai disini, tidak tahan amarahnya jadi meledak, sekali
meloncat langsung menerjang ke atas puncak.
Ketika berlari, tidak jauh di depan ada banyak orang sedang
berjalan, terpaksa dia menghentikan langkahnya, terdengar satu
orang berkata:
"Saudara, pertarungan ini dalam seratus tahun pun sulit bisa
menyaksikannya!"
"Tentu! tentu!" jawab yang saru lagi.
Salah satu diantaranya menyela:
"Kim-kau-kiam-khek baru satu tahun muncul di dunia persilatan,
sudah bisa melawan ketuanya sembilan perguruan besar dunia
persilatan, sungguh hal yang menakjubkan!"
Orang-orang ini sambil berjalan sambil berbincang-bincang, tentu
saja tidak mengira Sin-hiong berada dalam kelompoknya.
Sin-hiong melihat tidak ada kabarnya Cui-giok, dia jadi merasa
kehilangan harapan, setelah hampir sampai di puncak, terlihat
banyak sekali kerumunan orang, tampaknya tidak kurang dari
beberapa ratus orang.
Dia melihat ke depan, terlihat kuil Ceng-hie dengan megahnya
berdiri di dalam kegelapan malam. hatinya berpikir, waktunya masih
banyak, lebih baik aku mencari Cui-giok dulu?
Dia berputar-putar di depan dan di belakang gunung, hari sudah
semakin gelap, semakin sulit saja mencari Cui-giok, dia terpaksa
kembali lagi.
Saat ini orang-orang yang mau melihat keramaian semakin
banyak saja, gunung yang tadinya sepi, saat ini sudah hampir
menjadi kota yang ramai, Sin-hiong pelan-pelan berjalan ke depan,
terlihat di depan kuil Ceng-hie obor menyala tinggi, ada puluhan
laki-laki besar berdiri disana, wajahnya serius, pertarungan yang
menggemparkan dunia ini sungguh sungguh luar biasa sekali.
Sin-hiong melihat, semangatnya tiba-tiba terasa bergolak, dalam
hari berkata:
'Tidak perduli menang atau kalah, akhirnya namaku bisa
menggemparkan dunia!'
Sebenarnya, nama besar dia sudah menggemparkan dunia
persilatan, tapi dengan adanya kejadian seperti hari ini, begitu
banyak orang datang kesini karena nama besarnya, seumur hidup
inilah pertama kalinya.
Dia merasa semangatnya jadi bertambah, perasaan yang
tertekan tadi pun disapu menghilang.
Hari semakin gelap, kerumunan orang di sekitar tempat itu,
pelan-pelan berkumpul di depan kuil.
Dalam kerumunan orang ada seseorang dengan perhatian
bertanya:
"Entah sembilan ketua dari perguruan besar sudah datang atau
belum?"
Salah seorang menjawab:
"Sudah dari tadi datangnya! Hanya Kim-kau-kiam-khek saja yang
belum terlihat!".
Satu orang menyela:
"Aku lihat dia tidak akan datang, bagaimana mungkin dia berani
menerima tantangan dari sembilan ketua perguruan besar, he he
he, jika bukan sudah bosan hidup, maka pasti dia sudah gila!"
Tidak lama kemudian, dari dalam kuil berjalan keluar seorang
hwesio tua berwajah bersih, orang ini tangannya membawa tongkat
Budha, Sin-hiong tahu dia adalah Bu-can.
Dalam pertarungan menghadapi Siauw-lim, membuat Siauw-lim-
sam-lo yang menggemparkan dunia ini mengundurkan diri dari
dunia persilatan, Bu-can baru saja dilantik jadi ketua sudah
menghadapi masalah yang rumit ini.
Bu-can melihat-lihat sekelilingnya, lalu sorot matanya
menerawang ke arah jauh, kelihatannya sedang menunggu
seseorang.
Sin-hiong tahu dia sedang menunggu dirinya, tapi dia pikir
sekarang masih belum waktu nya, kenapa aku tidak menunggu lagi
sebentar?
Sejak kecil Sin-hiong hidup miskin, selama hidupnya tidak pernah
tampil di depan orang banyak, jika bukan karena didesak, dia sama
sekali tidak akan beraksi.
Walau kali ini ada kekecualian, tapi karena sifatnya begitu,
akhirnya dia tetap berdiri di kerumun-an orang tidak bergerak.
Bu-can berdiri sejenak, di dalam kuil keluar lagi dua orang.
Kedua orang ini dia tidak kenal, tapi para penonton sudah ada
yang berteriak:
"Lihat, itulah ketua baru Siauw-lim-pai, dua yang lainnya adalah
dari Tiam-jong-pai dan Bu-tai-pai."
Ketua dari Bu-tai-pai adalah seorang tosu yang berperawakan
tinggi besar, dia melihat-lihat ke kiri dan kanan dulu lalu bertanya:
"Sampai sekarang dia masih belum muncul, mungkin benar-
benar tidak akan datang!"
Ketua Tiam-jong-pai usianya lebih tua, tampak seperti orang tua
kampung, terlihat dia menghisap pipa tembakaunya dalam-dalam
lalu sambil menganggukan kepala:
"Kata-kata Gouw-it Taysu tidak salah, aku lihat kebanyakan dia
tidak akan datang!"
Setelah berkata, di kuil Ceng-hie keluar lagi beberapa orang!
Beberapa orang ini termasuk ketua Go-bi, Kun-Iun beberapa
ketua perguruan besar, jumlah semuanya tepat ada sembilan orang!
Begitu sembilan ketua perguruan muncul, seluruh gunung segera
terjadi kegaduhan. waktu semakin dekat dengan saat pertemuan,
hanya Kim-kau-kiam-khek yang masih belum terlihat! bukan saja
sembilan ketua dari berbagai perguruan sudah tidak sabar, para
penonton pun kelihatan tidak mengerti.
Dalam janji pertemuan di dunia persilatan, kecuali tidak
menyanggupi, jika sekali menyanggupi, walaupun harus menempuh
bahaya seberat apa pun harus tetap menepati janjinya!
Cing-cen Totiang dari Go-bi-pai mengerutkan alisnya dalam-
dalam, dia memalingkan kepala dan bertanya:
"Masih berapa lama lagi sampai jam tujuh malam?"
Seorang murid dibelakangnya menjawab: "Sebentar lagi!"
Mendengar kata-kata ini, Cing-cen Totiang pelan-pelan berjalan
ke tengah lapangan, di belakang dia ada Coan-cin Cinjin dari Bu-
tong-pai, kedua orang itu setelah menghentikan langkahnya, Coan-
cin berkata:
"Menurut pendapatku, jika dia sampai waktu-nya masih belum
datang, kita umumkan saja dia telah mengaku kalah, bagaimana?"
Ketua Go-bi-pai menganggukan kepala, tepat pada saat ini,
mendadak terdengar "Taang!" ternyata sudah ada seorang murid
membunyikan genta besar yang digantung di depan pintu, suara
genta itu menggema ke segala pelosok, lama tidak berhenti, begitu
suaranya hampir hilang, murid itu dengan keras berteriak: "Tepat
jam tujuh!"
Baru saja selesai bicara, sebuah siulan nyaring tiba-tiba
terdengar di dalam kerumunan orang, saat semua orang
melihatnya, di tengah lapangan sudah berdiri seorang pemuda
tampan.
Walaupun Kim-kau-kiam-khek telah menggemparkan dunia
persilatan, tapi orang yang pernah melihatnya masih sedikit, saat di
tengah lapangan muncul seorang pemuda, orang yang tidak tahu
sudah terkejut dan berteriak:
"Iiih! Apa pemuda ini yang dijuluki Kim-kau-kiam-khek itu?"
Dalam sekejap, di depan kuil menjadi hening, sorot mata semua
orang tertuju pada Sin-hiong seorang.
Sin-hiong bersoja pada sembilan ketua perguruan dengan keras
berkata:
"Maaf telah lama menunggu, tapi aku sedikit pun tidak
terlambat!"
Diantara sembila ketua perguruan, setengah lebih pernah
bertemu dengan Sin-hiong, yang belum pernah bertemu hanya
ketua Bu-tai-pai, ketua Tiam-jong-pai dan beberapa orang saja.
Beberapa orang ini mengawasi kepada Sin-hiong, hatinya jadi
merasa masgul, di dalam hatinya berpikir, ternyata hanya seorang
anak muda, walaupun dia sudah berlatih ilmu silat sejak dilahirkan,
tidak mungkin bisa melawan keroyokan mereka sembilan orang?
Sekarang kita sembilan orang bersatu melawan dia, jangan kata
jumlah orangnya, walaupun satu lawan satu, usianya pun tidak
sebanding.
Tapi karena pertemuan ini sudah disetujui, semua orang terpaksa
melakukannya, ketua dari Bu-tai-pai adalah seorang hweesio,
hatinya lebih penyayang, dia berebut berkata:
"O-mi-to-hud, sungguh mempersulit Sen-siauhiap, waktunya
sudah tiba, kita tidak perlu basa basi lagi, tapi bolehkah aku berkata
dulu."
"Silahkan!" kata Sin-hiong tersenyum.
Gouw-it Taysu bersoja:
"Siauhiap menepati undangan kami datang kemari, kita tidak
perlu membuang-buang waktu lagi, kami sembilan orang telah
menyiapkan satu barisan kecil, jika Siauhiap dalam seribu jurus bisa
mendobrak-nya dan keluar, maka dihitung kami sudah kalah, apa itu
bisa diterima?"
Kata-kata ini begitu diucapkan, dalam sembilan ketua perguruan
sudah ada gerakan, dan dalam kerumunan orang segera saling
memperbincangkan, setelah beberapa saat, di dalam kerumunan
orang ada orang menyahut
"Usulan ini cukup adil!"
Sekali orang ini berteriak, banyak orang di sekitar tempat itu
sependapat dengannya. Walaupun Gouw-it Taysu mengatakan
barisan kecil, tapi dengan kedudukan mereka sembilan orang, jika
tidak memiliki kemampuan setinggi langit, mungkin hanya perlu
waktu yang singkat saja, sudah mati dikurung di dalamnya, maka
walau orang-orang ini setuju, tapi diam-diam tetap saja
mengkhawatirkan Sin-hiong.
Sembilan ketua perguruan secepat kilat berunding, dengan ilmu
silat mereka, tidak perduli barisan apa, asalkan sekali dibicarakan,
semua orang langsung sudah bisa masuk ke intinya, semua orang
merasa pendapat ini cukup bagus, maka mereka menganggukan
kepala tanda setuju.
Diam-diam Sin-hiong meneguk air liur, di dalam hatinya berpikir:
'Selain begini, aku pun tidak bisa memikirkan cara yang lebih
bagus," maka dia menjawab:
"Aku setuju, bagaimana dengan kalian?"
Gouw-it Taysu sambil tertawa berkata: "Kami tentu saja tidak
menentang!"
Setelah berkata, sembilan ketua perguruan masing-masing
segera mengambil posisi, diantaranya ada yang serius wajahnya,
ada juga yang santai, orang yang santai ini tidak perlu disebutkan
lagi adalah orang yang tidak pernah bertarung dengan Sin-hiong.
Sin-hiong mencabut pedang pusakanya, tapi didalam hati diam-
diam berdoa:
'Guru, bantulah muridmu ini!'
Walaupun di dalam hati dia sedikit tegang, tapi sedikit pun tidak
menampakan di wajahnya.
Sembilan ketua perguruan pun masing-masing menyiapkan
senjatanya, suasana di depan kuil mendadak menjadi tegang sekali!
Mata Gouw-it Taysu menyapu, lalu dengan keras berkata:
"Senjata tidak punya mata, serangan tidak ada ampun, Sen-
siauhiap hati-hatilah!"
Semangat Sin-hiong menjadi naik dengan keras dia berkata:
"Aku mengerti, Taysu silahkan menyerang!"
Gouw-it Taysu tersenyum, ketua Tiam-jong-pai yang tidak jauh
dari dia berkelebat maju dan berkata:
"Jurus pertama biar aku Sen-cian yang melakukannya!"
Dia menghisap dalam-dalam dua kali pipa tembakaunya, di dalam
asap tebalnya, pipa di tangannya sudah datang menotoknya!
Totokannya kelihatan lambat, tapi banyak orang tahu, tidak
perduli Sin-hiong maju atau membalas menyerang, jurus dia masih
banyak perubahannya.
Tapi anehnya, rubuh Sin-hiong sedikit pun tidak bergerak!
Orang-orang di sisi lapangan sampai mengeluarkan keringat
dingin melihatnya, tepat pada saat ini, mendadak terdengar Sen-
cian berteriak keras:
"Memang hebat!"
Dia memutar pipa tembakaunya, secepat kilat menotok Hong-hu-
hiat nya Sin-hiong!
Kecepatan serangannya susah di ikuti mata, tapi Sin-hiong
dengan santai berpindah ke sisi Siu-goan Suthay dari Kun-lun, Siu-
goan Suthay menggerakan alisnya, kebutan ditangannya mengebut!
Sin-hiong kembali berkelebat menghindar, tapi sembilan ketua
perguruan besar ini tenang laksana gunung, dia tidak bergerak,
mereka pun tenang berdiri di tempatnya, Sin-hiong sudah berputar
dua kali, di antaranya sudah lebih dari setengahnya yang
menyerang!
Di antara sembilan ketua perguruan besar, ada setengah lebih
menggunakan pedang, yang lainnya ada yang menggunakan
tongkat Budha, kebutan, dan pipa tembakau, saat Sin-hiong
berputar, pedang panjang yang tadinya diam tidak bergerak,
mendadak seperti seekor ular pintar saling menyabet.
Tapi, kembali terjadi hal yang mengherankan, saat empat pedang
panjang bergerak-gerak, semuanya tidak menusuk ke arah tubuh
Sin-hiong, hanya bergerak di seputarnya membentuk satu tabir
sinar.
Sekarang Sin-hiong merasa berada dalam kurungan angin ribut
dan dunia keputihan, sinarnya menyilaukan mata, anginnya terasa
menusuk ke dalam tulang, kedahsyatan serangan dan keanehan
jurusnya membuat dia sangat terkejut!
Mimpi pun dia tidak terpikir, sembilan ketua perguruan besar bisa
menggunakan cara seperti ini, kelihatannya ini tidak seperti apa
yang disebut barisan, walaupun dia sangat pintar, tapi sejenak dia
menjadi ragu-ragu.
Tapi, ini hanya kejadian sebentar saja, saat dia berpikir, Sin-
hiong telah menyerang sebanyak lima belas jurus lebih.
Setelah beberapa kali menyerang, jika bertemu dengan yang
menggunakan pedang, terlihat pedang pedang saling melintang
datang menyerang, pedang-nya berkelebatan dan bergetar-getar,
diantara kelebatan pedang sedikit pun tidak ada celah!
Gerakan dua tongkat Budha juga sangat mengejutkan, jangan
kata dia tidak bisa memecahkan-nya, walaupun ingin maju
selangkah saja, dia merasa ada tekanan angin yang kuat menyerang
dadanya, jurus tongkat terasa berat dan mengejutkan!
Sin-hiong berputar lagi, kelihatannya hanya Siu-goan Suthay
yang paling lemah, tapi karena posisi berdiri dia sangat kuat sekali,
jurus kebutan yang tidak bisa mencapainya, ditutup oleh senjata
lainnya.
Jadi semua membuat Sin-hiong kesulitan.
Tidak sampai seperminuman satu gelas teh panas, Sin-hiong
sudah menyerang tiga puluh jurus lebih, dan sembilan ketua
perguruan masing-masing sudah menyerang sepuluh jurus lebih!
Sin-hiong menggunakan gerakan yang cepat dan lincah,
dipadukan dengan jurus Kim-kau-kiam nya, walaupun dalam sesaat
tidak bisa mendobrak keluar, tapi juga tidak kewalahan
menghadapinya!
Di dalam tekanan angin yang amat dahsyat, kerumunan orang
sampai terdesak mundur lima enam langkah ke belakang!
Dalam sekejap dua puluh jurus lebih sudah lewat lagi, Sin-hiong
berpikir keras tapi tidak bisa memikirkan cara memecahkan barisan
ini, di dalam hatinya berpikir:
"Tidak heran mereka mau menggunakan barisan ini, tapi disebut
apa barisan ini?"
Saat ini hati dia sedikit menyesal, jika bertarung satu lawan satu,
atau mereka bersembilan bertarung secara keroyokan, keadaan
dirinya tidak akan sulit seperti ini!
Ketika berpikir, mendadak dia merasa tekanannya bertambah
kuat, ada orang berteriak: "Sudah seratus jurus lebih!" Orang-orang
di sekitar segera mengeluarkan suara pujian dan keluhan berkata:
"Kim-kau-kiam-khek sudah cukup bagus, bisa bertahan seratus
jurus dari serangan sembilan ketua perguruan besar dan tidak
kalah, kedudukan pesilat tinggi nomor satu dunia sudah pasti milik
dia!"
Kata-kata ini walaupun masuk akal, tapi tidak seorang pun yang
sependapat, ternyata setelah orang-orang tidak merasa tegang lagi,
perhatiannya kembali tertarik oleh pertempuran seru yang sulit bisa
dilihat dalam waktu seratus tahun ini, selain hatinya merasa amat
tegang, sepatah kata pun tidak bisa keluar dari mulut.
Lewat seratus jurus, tekanan yang di terima Sin-hiong pun
semakin kuat, jika sembilan ketua perguruan menggunakan seluruh
tenaganya, mungkin dia tidak akan bisa bertahan sampai tiga ratus
jurus!
Sin-hiong sadar dirinya sulit bisa bertahan lama, jika tidak bisa
memikirkan sebuah cara untuk mencari celah dari sembilan orang ini
dan mendobraknya keluar, walaupun dia kalah tapi tidak
memalukan, mati pun tidak menyesal.
Dia bertahan terus sambil mencari cara menerobosnya, otaknya
terus berputar.
Mendadak, terdengar suara "Ssst!", suara ini walaupun tidak
keras, tapi menembus berlapis-lapis tekanan tenaga para sembilan
ketua perguruan, dan menembus dari samping Siu-goan Suthay!
Sin-hiong terkejut, pikirnya, suara apa ini?
Suara ini bukan saja aneh, tapi ada sedikit khusus, sebab
menembus angin tekanan yang amat kuat, tidak mengarah pada
siapa pun, tapi hanya lewat di titik celah itu saja!
Hati Sin-hiong tergetar, saat ini kebetulan Siu-goan Suthay
menyerang dengan kebutannya, baru saja dia bergerak, pedang
panjang Lang Tiong-sun yang berdiri di sampingnya ikut
menyerang, dalam gabung-an sinar pedang dan kebutan ini,
kembali terdengar suara yang sangat halus"Ssst!"
Sebenarnya suara itu sedikit pun tidak ada pengaruhnya, tapi
begitu dilihat Sin-hiong, dia jadi sangat senang.
Tapi baru saja dia akan menyerang, tujuh orang pesilat tinggi di
belakangnya sudah datang menyerang, terpaksa dia membalikkan
tubuh menghadapinya!
Hatinya sangat kesal, sebab jurus ke sembilan orang ini tidak ada
putusnya, celah kecil ini sulit bisa kelihatan, walaupun bisa diketahui
mereka dalam sekejap mata pun bisa menutupinya kembali.
Sin-hiong tahu suara itu adalah bantuan untuknya dengan
menunjukan kelemahan barisan itu, orang ini selain ketua pulau
Teratai, siapa lagi? Saat terpikir ketua pulau Teratai, semangatnya
jadi naik!
Di lapangan terjadi serang menyerang lagi beberapa puluh jurus
sudah berlalu, mendadak satu orang berberteriak lagi:
"Sudah dua ratus jurus!"
Kerumunan orang menjadi gaduh lagi, tapi dalam sekejap sudah
kembali tenang.
Mendadak, setelah terdengar teriakan itu, kembali terdengar
suara "Ssst!"
Sin-hiong jadi bersemangat, benar saja setitik bayangan hitam
lewat di antara Siu-goan Suthay dan Lang Tiong-sun dari Tiang-pek-
pai, dua kali suara aneh ini walaupun semua orang mendengarnya,
selain Sin-hiong seorang diri, orang-orang dari sembilan perguruan
besar tidak begitu memperhatikan.
Suara ini hanya sepersekian detik, Sin-hiong tidak membuang
waktu lagi, setelah menangkis tiga serangan di belakang, dia
langsung menusukan pedangnya ke arah datangnya suara itu.
Serangan pedangnya tampak mengarah ke celah itu, tapi dia
tahu, Siu-goan Suthay dan Lang Tiong-sun akan segera menutupi
celahnya, maka dia harus bisa menggunakan kesempatan yang
sempit ini, kalau tidak kemungkinan senjatanya akan dipelintir dan
terlepas dari tangannya oleh kedua ketua perguruan itu.
Akhirnya Sin-hiong dapat mengendalikan kesempatan yang
sempit itu!
Siu-goan Suthay merasa pergelangan tangan-nya tergetar,
sebuah tenaga aneh menerjangnya, sehingga kebutan di tangannya
melambat!
Saat ini pedang panjang Lang Tiong-sun belum datang
mengikutinya, diantara kedua orang ini jelas tampak satu
kekosongan yang besar sekali!
Sin-hiong segera mengambil kesempatan, bahu kiri maju ke
depan, sekali berteriak, berturut-turut pedangnya menyerang lima
enam jurus!
Ratusan pasang mata di lapangan terbelalak besar, nafas semua
orang seperti berhenti, selama dua ratus jurus lebih mereka hanya
melihat kelebatan senjata orang yang mengeroyok, baru sekarang
mereka bisa melihat sinar pedang Sin-hiong!
Walaupun hanya melihat sekali, mereka sudah bisa melihat
dengan jelas, barisan sembilan ketua perguruan besar sudah
menjadi kacau!
Ini satu hal yang sulit dibayangkan, baru saja ada orang
meneriakan dua ratus lima puluh jurus, teriakan sorak-sorai di
sekeliling lapangan sudah menggemuruh!
Coan-cin Cinjin dari Bu-tong-pai melihat keadaan sudah tidak bisa
di pertahankan lagi, dia menarik pedangnya lalu keluar dari barisan
itu, pedang nya disabetkan dari atas ke bawah sinar pedangnya
menyilaukan mata!
Coan-cin Cinjin tidak percuma disebut ahli pedang, melihat
strateginya sudah kacau, otaknya berputar, jika saat ini dia tidak
bisa mendesak mundur, maka dia akan mendobrak barisan dan lolos
keluar.
Rencana dia adalah dengan kekuatannya dia ingin
mengembalikan barisannya kembali seperti semula, hanya sayang
dia sudah terlambat.
Tubuh Sin-hiong bergeser sedikit menghindar, lalu Kim-kau-kiam
menyapu, ujung pedangnya ditempelkan pada pedang Lang Tiong-
sun sambil tertawa berkata:
"Lang-tayhiap, maafkan!"
Barisan sembilan perguruan ini walau berjumlah sembilan orang,
tapi cara bekerjanya satu orang membantu satu orang, sehingga
sembilan orang ini saling berhubungan, begitu Siu-goan Suthay
maju menyerang, dengan sendirinya Lang Tiong-sun pun ikut maju,
tapi ketika dia mau bergerak menyerang, jurus pedang Sin-hiong
sudah mendahuluinya datang!
Sebuah tenaga yang sangat dahsyat menerjang Lang Tiong-sun,
buru-buru dia mengerahkan tenaga dalamnya, dia yakin tenaga
dalamnyatidakkalaholehSin-hiong,makanyasiap
menghadangnya.
Panjang jika dibicarakan, tapi kejadiannya hanya dalam sekejap
mata saja.
Pedang Coan-cin Cinjin tidak mengenai sasaran, beberapa orang
di belakangnya pun sudah datang mengikutinya, tapi semua sudah
tidak ada gunanya.
Coan-cin Cinjin bersiul panjang, dia menggetarkan pedang
panjangnya membentuk tiga bunga pedang, menusuk ke arah Yang-
kian-hiat, Yu cen-hiat, Kian-keng-hiat Sin-hiong!
Di antara sembilan orang ini, jurus pedang dia yang paling cepat,
diikuti oleh Tui-hong-tayhiap lalu Bu-eng-kiam, Bu-tai-pai dan
Siauw-Iim-pai walaupun jurus tongkatnya sangat kuat, tapi
sekarang sudah tidak ada gunanya lagi.
Lang Tiong-sun dari Tiang-pek-pai sekuat tenaga melawan,
mendadak Sin-hiong membalikan pergelangan tangannya, kilatan
sinar ungu menerjang, belum sempat Lang Tiong-sun membalas
serangan, Sin-hiong sudah maju lagi satu langkah!
Sekarang Sin-hiong hanya tinggal lima inci untuk keluar dari
barisan, di depan dia hanya ada Siu-goan Suthay seorang yang bisa
menghadangnya, tapi saat dia mau menghadang pun sudah tidak
keburu.
Di seluruh lapangan sudah terdengar suara pujian, Siu-goan
Suthay merasa tanggung jawabnya sangat besar, dia menyerang
kembali dengan kebutan-nya dan berteriak:
"Kembali!"
Jurusnya mengerahkan seluruh kekuatannya, belum lagi
serangannya datang, sebuah tenaga besar sudah menerjang pada
Sin-hiong.
Keadaan tiba-tiba menjadi tegang lagi, hati semua penonton
terasa berat, mata tidak bisa berkedip, tapi ada yang tidak tahan
menyaksikannya!
Dengan menggunakan langkah tujuh bintang, walaupun Sin-
hiong terus menerus di hadang, tapi dia tidak mengendurkan daya
terjangnya, sekali berteriak, dia mendorongkan telapak tangan
kirinya, tenaga telapak yang amat kuat menghantam kebutannya
Siugoan Suthay, sedangkan tangan kanannya menyerang tujuh
delapan jurus, dan tubuhnya meluncur keluar.
Dia mengangkat kepala dan bersiul panjang, sekarang dia sudah
berdiri di luar barisan!
Tidak seorang pun dari wajah sembilan ketua perguruan besar
yang tidak berubah besar wajahnya!
Kerumunan orang yang menonton mula-mula merasa tegang,
seperti tidak bisa bernafas, melihat Sin-hiong sudah meloncat keluar
dari kurungan barisan, di sekeliling segera terdengar gemuruh
sorak-sorai.
Wajah sembilan ketua perguruan besar bukan saja tidak enak
dipandang, hatinya juga sangat sedih.
Sin-hiong sendiri sadar, jika tidak mendapat petunjuk dari suara
itu, ingin mendobrak keluar dari barisan itu, rasanya lebih sulit dari
pada naik ke langit.
Gouw-it Taysu maju selangkah, dengan nada dalam berkata:
"Jurus pedang Sen-tayhiap nomor satu di dunia, kami
bersembilan menunggu perintah anda!"
Puluhan tahun yang lalu Liong-kiam-hong dikeroyok oleh
sembilan perguruan besar, dan sebelah matanya sampai buta,
sekarang Sin-hiong sudah menang, tidak perduli dia mau
membunuhnya atau menyiksanya, sembilan ketua perguruan besar
tidak akan mengerutkan alisnya.
Ratusan pasang mata memandang pada Sin-hiong, menunggu
jawaban dia.
Tapi bagaimana pun Sin-hiong tidak tega, di dalam hatinya
berpikir:
'Sekarang aku sudah menang, di hadapan semua orang-orang
dunia persilatan ini, aku harus mendirikan satu contoh yang baik,
menghapuskan dunia persilatan dari balas membalas dendam dan
tidak henti-hentinya saling membunuh.'
Maka, sambil tertawa dia berkata:
"Taysu tidak perlu begitu, yang sudah lewat sudahlah, aku harap
permusuhan di antara kita bisa dihapus!"
Begitu kata-kata ini terdengar, tidak perduli siapa pun yang
mendengar, semua tidak menduganya.
Sembilan ketua perguruan pun tidak percaya pada telinga sendiri,
mereka berdiri bengong lama sekali, tidak ada satu orang pun yang
berkata.
Sin-hiong melihat cuaca, bulan tepat berada di tengah langit,
mendadak dia teringat dirinya sekarang harus pergi mencari Cui-
giok, ketua pulau Teratai dan putrinya.
Dia bersoja pada sembilan ketua perguruan besar dan berkata:
"Aku harus pergi, harap anda semua selanjutnya berlatih ilmu
silat lagi, jangan menganggap diri kalian adalah perguruan ternama
dan aliran lurus, itu hanya akan menimbulkan kekacauan dunia
persilatan, sampai jumpa!"
Saat mengucapkan kata terakhir, dia sudah pergi jauh!
Di seluruh gunung terdengar sorak-sorai dan pujian, semua
orang mengatakan, sejak adanya ilmu silat, Kim-kau-kiam-khek
adalah orang aneh pertama yang berbeda dengan orang lain!
Tapi siapa lagi orangnya yang tahu, orang aneh ini bagaimana
kehidupannya di masa kecil.
Suara-suara pujian ini Sin-hiong tidak mendengarnya, sebab dia
sudah berada diluar gunung puluhan tombak jauhnya.
Walaupun dia telah menyelesaikan wasiat gurunya, tapi hati dia
merasa ada kekosongan.
Dia melesat ke depan, di kepalanya terbayang-bayang Cui-giok
dan ketua pulau Teratai dengan putrinya, entah dimana mereka
sekarang.
Ketika dia hampir turun gunung, mendadak di atas jalan gunung
ada tiga bayangan orang sedang berjalan pelan-pelan.
Terdengar satu orang dengan centil bertanya: "Lo-cianpwee,
menurutmu dia pasti kemari?"
Satu orang lagi menjawab:
"Tentu saja, walaupun aku tidak mengerti ilmu meramal, tapi
selain jalan ini, dia tidak akan kemana mana!"
Sin-hiong mendengar dari kejauhan, tidak tahan dengan
senangnya berteriak:
"Ho-hoa Ciatipwee, adik Giok, adik Lan, aku datang!"
Ketua pulau Teratai tidak membalikkan kepala, sambil
mengangkat kepalanya, tertawa keras, berkata:
"Tuh! Bukankah dia sudah datang?"
Hanya dengan saru loncatan Sin-hiong sudah menghampiri
"Bluuk!" dia bersujud di hadapan ketua pulau Teratai, dengan suara
gemetar berkata:
"Lo-cianpwee, terima kasih!"
Dia berteriak tapi tidak ada yang menjawab, ketika hatinya
sedang merasa heran, terdengar disisi tubuhnya ada orang tertawa
dan berkata:
"Cici Lan, lihat dia bersujud padamu!"
Sin-hiong mengangkat kepala dan melihat, ketua pulau Teratai
sudah berjalan jauh di depan, yang ada dihadapannya adalah Hui-
lan.
Hui-lan tertawa:
"Kenapa kau bersujud dihadapanku?"
"Bukankah aku sudah berjanji padamu akan pergi ke pulau
Teratai?" kata Sin-hiong tertegun.
Cui-giok bertepuk tangan tertawa:
"Betul, maksud hatinya sama dengan kita!"
Setelah berkata, dia merasa kata-katanya ada sedikit ganjil, tapi
dia tidak terlalu mempermasalah-kan, wajahnya menjadi merah dan
berkata lagi:
"Kenapa masih bersujud, paman Lim sudah jauh lho!"
Wajah Sin-hiong menjadi merah, dia bangkit berdiri, di bawah
sinar pagi yang cerah, tiga bayangan itu berjalan turun gunung.
Setelah beberapa hari, sebuah perahu layar melaju keluar Tong-
hai, pelan-pelan menjauh, akhir-nya tinggal satu titik hitam saja,
tapi dalam sekejap pun menghilang di antara langit dan laut.
Tamat
Bandung, 12 Mei 2009 Salam Hormat
Buku persembahan See Yan Tjin Djin yang akan/telah terbit
Raja Naga Tujuh Bintang............................282 hal
Darah Ksatria..........................................274 hal
Golok Bergetar Lonceng Berdenting...............275 hal
Antara Budi Dan Cinta...............................434 hal
Jala Pedang Jaring Sutra....................2 tmt = 755 hal
Pedang Abadi..........................................116 hal
Bulu Merak.............................................131 hal
Gelang Perasa.........................................139 hal
Kait Perpisahan........................................155 hal
Tujuh Pembunuh.......................................178 hal
Si Pisau Terbang "Pulang"...........................115 hal
Pedang Bayangan Panji Sakti.......................502 hal
Sepasang Pedang Naga...............................277 hal
Ilmu Pedang Pengejar Roh..........................412 hal
Pendekar Sejagat......................................301 hal
Pedang Kekasih.......................................337 hal
Pedang Bengis Sutra Merah........................202 hal
Amarah Pedang Bunga Iblis........................444 hal
Pendekar Kelana.......................................394 hal
Rahasia Iblis Cantik................................551 hal
Mahasiswa Sakti.......................................194 hal
Kapal Hantu...........................................285 hal
Legenda Kematian.....................................460 hal
Bakat Pembunuh.......................................209 hal
Seruling Merana........................................333 hal
Telapak Emas Beracun...............................273 hal
Tamu Aneh Bingkisan Unik.........................313 hal
Laron Pengisap Darah................................810 hal
Langit Sembilan Lapis................................369 hal
Pertarungan Di Kota Chang An.....................110 hal
Panji Akbar Matahari Terbenam....................332 hal
Wisma pedang..........................................42 hal
Putri Es..................................................287 hal
Naga Bersiul Harimau Mengaum..................301 hal
Pedang Sakti Langit Hijau...........................579 hal
Kisah si Naga Terbang................................615 hal
Pendekar Mata Keranjang...........................313 hal
Duri Bunga Ju..........................................936 hal
Rahasia Pedang Buntung.............................456 hal
Romantika Sebilah Pedang............. 2tmt= 720 hal
Lembah Kuburan Pedang.................2 tmt = 669 hal
Pedang Bunga Mei.........................3 tmt = 1127 hal
Arca Emas Keramat...................................245 hal
Gelang Baja Harimau Putih..........................249 hal
Pedang Sesat Pisau Kematian............3 tmt = 1059 hal
Terbang Harum Pedang Hujan............5 tmt = 1429 hal
Pendekar Panji sakti.........................6 tmt = 1905 hal
Walet Besi.................................2tmt= 508 hal
Perintah Berdarah.........................2 tmt = 553 hal
Pisau Pusaka..........................................207 hal
Pedang Satu Kata.....................................352 hal
Tiga Ilmu Sakti...........................2 tmt = 437 hal
Pendekar Sakti dari Lembah Liar......2 tmt = 522 hal
Laut Bersalju Sungai berdarah..................... 367 hal
Badai Persilatan...........................3 tmt = 757 hal
Pendekar Pedang Buruk Rupa...........4 tmt = 1190 hal
Ksatria Brandalan................................... 363 hal
Si Pedang Tumpul........................5 tmt = 1390 hal
Butong It Kiam.............................6 tmt =11931 hal
Legenda Golok Halilintar..................2 tmt = 531 hal
Buku Pusaka..........................................365 hal
Memburu Bayangan Iblis...........................449 hal
Pendekar Gila........................................105 hal
Pedang yang Menggetarkan Pelangi... 3 tmt = 1001 hal
Pelangi Menembus Matahari........................185 hal
Pendekar Kail Emas........................3 tmt = 761 hal
Papan Utara Seruling Selatan............ 3 tmt = 860 hal
Pembunuhan 13 Pendekar Wahid..................
Buku-buku persembahan See Yan Tjin Djin di cetak dalam edisi
yang terbatas sekali. Email ke adhidaya(q),bdg.centrin.netad
Mobilephone:081 1206 131 Situs: seeyancinjin.multiply.com
More about → Pendekar Pedang Kail Emas 2
tapi serangannya seperti tenggelam, hilang begitu saja dengan maju
mundurnya mereka berdua, di dalam hati merasa keheranan dan
berpikir, ilmu apa ini?
Pergelangan tangannya segera digerakkan dan pedang
pusakanya dengan cepat disabetkan, jurus ini adalah jurus
membunuh yang disebut Gwat-beng-seng-see (Bulan terang bintang
jarang) dari jurus Kim-kau-kiam.
Tapi ketika dia menyabetkan pedangnya, Hoa Sian-hong
mendadak kembali mundur! Hoa Tiang-hong yang ada dibelakang
menggetarkan pedangnya secepat kilat maju menyerang dan sambil
tertawa berkata:
"Kali ini giliranku!"
Gulungan pedang panjangnya membentuk putar an angin yang
besar, datang menyerang dari samping Sin-hiong!
Sin-hiong terkejut, di dalam hati berpikir;
'Bertarung terus-menerus seperti ini, mereka akan menghabiskan
tenagaku, hemm.. hemm.. bagaimana mungkin aku bisa terjerumus
ke dalam siasat kalian?
Saat pedang Hoa Tiang-hong datang menyerang, Sin-hiong
mendadak mengambil nafas, tubuhnya lalu melesat ke atas dengan
keras berteriak:
"Tunggu, tunggu, jurusku masih belum selesai lho!"
Satu jurus Coan-ping-kiu-siau dikeluarkan, sinar pedang dengan
dahsyat menyerang ke bawah, baru saja Hoa Sian-hong bergerak,
jurus pedang Sin-hiong sudah tiba, tidak tahan dia jadi terkejut,
baru saja mau membalikan tubuh menangkis, mendadak ada hawa
dingin melanda, sinar dingin dari pedang Sin-hiong sudah hampir
tiba di lehernya sambil tertawa berkata:
"Kau mau kemana lagi?"
Hati Hoa bersaudara jadi tergetar!
Hoa Sian-hong tidak bisa bergerak, Hoa Leng-hong yang
bertarung dengan Hui-lan, saat inipun sedang berada di bawah
angin, hanya tersisa Hoa Tiang-hong seorang diri, tapi asalkan dia
bergerak, maka nyawa Hoa Sian-hong segera melayang.
Sin-hiong tertawa dingin:
"Aku mau tanya kenapa kalian tanpa alasan mencari aku terus?"
Hoa Sian-hong yang diancam oleh pedang lawannya, walaupun
tidak bisa bergerak, tapi dengan berani dia mendengus dan berkata:
"Bukankah kau mau pergi ke gunung Bu-tong? He he he!
Mungkin terlambat satu langkah!"
"Kenapa terlambat?" tanya Sin-hiong tergetar.
Saat ini Hoa Leng-hong yang bertarung dengan Hui-lan sudah
menghentikan pertarungannya, dengan marah berkata:
"Kau ini siapa, kau tidak pantas menantang berbagai perguruan
besar?"
Sin-hiong tertawa dingin:
"Kalau begitu aku ingin tahu, siapa di dunia ini yang pantas
menantang berbagai perguruan besar?"
Hoa Leng-hong dengan sombongnya berkata:
"Selain orang-orang kami dari perguruan Thian-san, siapa lagi
yang pantas di dunia ini!"
Sin-hiong tergetar sejenak dan katanya:
"Maksudmu Thian-ho-tiauw-sou?"
"Tentu saja!"
Hui-lan terkejut dan berkata: "Sen-tayhiap, cepat kita pergi dari
sini!"
Saat ini Sin-hiong pun sudah mengerti apa yang terjadi dia
berkata:
"Kalian bertiga menghadang aku disini, supaya Thian-ho-tiauw-
sou bisa dengan leluasa menyerang Bu-tong?"
Walaupun Hoa bersaudara tidak menjawab, tapi wajahnya
mengisyaratkan mengakui.
Sin-hiong menghela nafas, berkata:
"Tidak di duga, ternyata masih ada orang yang berani
mendahuluiku, sungguh tidak terduga sekali!"
Setelah berkata, mendadak dia berteriak:
"Nona Lan, aku jalan duluan, terpaksa anda tunggu aku di kota
saja!" tidak peduli Hui-lan setuju atau tidak, dia langsung meloncat
pergi meninggalkan tempat itu!
Sifat Sin-hiong sangat setia, gurunya telah ber pesan pada dia,
harus memberi pelajaran pada sembilan perguruan besar, jadi
bagaimana pun caranya dia harus menyelesaikan tugasnya, saat ini
mendengar Thian-ho-tiauw-sou sudah pergi ke gunung Bu-tong,
makanya dia juga buru-buru pergi ke gunung Bu-tong!
Dia pergi terburu-buru, tidak mempedulikan apa yang akan
terjadi kemudian, tentu saja juga tidak mempedulikan keadaan Hui-
lan bagaimana. Pikirnya,
'Saat ini Thian-ho-tiauw-sou memutuskan pergi ke Bu-tong, jadi
dia harus secepat cepat pergi ke gunung Bu-tong, siapa tahu dia
bisa tiba lebih dulu dari pada Thian-ho-tiauw-sou!
Waktu baru saja lewat jam sembilan malam, langit penuh dengan
bintang-bintang, setelah Sin-hiong menentukan arahnya, dia segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuh, dalam sekejap sudah pergi
sejauh puluhan li!
Di sepanjang jalan, tidak henti-hentinya dia berlari, saat hampir
fajar, dia tidak tahu sudah sampai di mana, ketika berlari dia
berkata didalam hati:
'Entah arahku benar atau tidak, aku harus bertanya pada
seseorang dulu" tapi dia tidak menghentikan langkahnya, begitu
melihat ke depan, dari kejauhan tampak sebuah gunung yang amat
tinggi, di dalam hati berkata:
'Apakah yang didepan itu adalah gunung Bu- tong?'
Setelah dia dekat, dia baru menemukan di bawah gunung itu
bertebaran puluhan rumah penduduk, dia memperlambat
langkahnya, di depannya terlihat seorang bukuni tua keluar dari
rumah sambil membawa pacul, buru-buru dia maju ke depan dan
bertanya:
"Mohon tanya Lopek, apakah yang di depan itu gunung Bu-
tong?"
Petani tua itu melihat dia sekali, lalu menganggukkan kepala:
"Betul, kenapa Siauya pergi ke gunung sepagi ini?"
Sin-hiong sangat senang, di dalam hati berterima kasih pada
bukuni tua itu, setelah *itu dengan cepat dia berlari lagi ke depan!
-oo0dw0oo-
BAB 7
Tempat tinggal tidak bagus
Matahari sudah berada diatas kepala, bumi semua terlihat jelas,
Sin-hiong sudah tiba di bawah gunung Bu-tong, mendadak dia
melihat di depan ada sebuah batu cadas yang menonjol, diatasnya
tertulis Kie-kiam-yan (Bukit melepas pedang) tiga huruf besar!
Sin-hiong menatap tiga huruf besar itu, di otaknya teringat
sebuah cerita, konon saat pendiri Bu-tong Thio Sam-hong
mendirikan perguruan Bu-tong, dia hanya mengajarkan ilmu
bertahan dan menyehat-kan tubuh, kemudian setelah murid
diperguruannya bertambah banyak, berbagai perguruan di dunia
persilatan pun ikut berkembang, peristiwa bunuh-membunuh karena
dendam sering terdengar, perguruan Bu-tong membuat aturan
sangat keras kepada muridnya, tetapi jika ada orang penting dari
luar mau naik ke gunung Bu-tong, tidak boleh membawa senjata
naik ke atas gunung, di sini bisa dilihat kebesarannya perguruan Bu-
tong.
Tidak di duga dua hari ini, di bawah gunung Bu-tong berturut
turut muncul dua orang pesilat tinggi, dan kedua orang ini sengaja
datang untuk mengacau perguruan Bu-tong, membuat kuil To yang
sangat termasyur di dunia ini, hampir saja mengalami mala bukuka
yang tidak pernah terjadi selama seratus tahun!
Sin-hiong melihat-lihat, di dalam hati berpikir:
'Aku tidak perlu terlalu memikirkannya, sekali membungkukan
tubuh, orangnya sudah meloncat ke atas, naik ke gunung. Mula-
mula jalanannya datar, semakin lama semakin naik, setelah berjalan
sesaat, ketika hampir melewati setengah gunung, dia masih belum
melihat satu pun tosu?
Hati Sin-hiong menjadi merasa heran dan pikir: 'Apakah si tua
Thian-ho sudah kemari?' Sekarang pengalaman dia di dunia
persilatan sudah semakin banyak, melihat keadaan di depan mata
tidak lazim, maka terpikirlah Thian-ho-tiauwsou? Berjalan lagi
sebentar, masih tidak terlihat di sekitarnya ada orang, sekarang dia
sudah merasa ada yang tidak beres, sekali menghirup nafas, dia
sudah melesat ke depan.
Tapi, baru saja dia berlari sekitar sepuluh tombak, mendadak dia
melihat di depan berdiri empat orang tosu setengah baya! Sin-hiong
segera menghenti-kan langkahnya, tapi saat dia menelitinya,
kembali dia terkejut sampai bengong.
Empat orang tosu ini di tangannya memegang pedang, mereka
berdiri di sana sedikit pun tidak bergerak, kelihatannya ke empat
tosu ini sudah ditotok dengan cara berat jalan darahnya oleh
seseorang!
Sin-hiong merasa hatinya merasa berat dan di dalam hati
berkata:
'Selain Thian-ho-tiauw-sou, siapa lagi yang berani melakukan hal
ini?'
Buru-buru dia menghampiri empat orang itu, dia menyentuh
dengan tangannya, terasa yang disentuh dingin sekali, tidak tahan
hatinya menjadi tegang, dengan sekali mengeluh dia berkata:
"Hay, sudah mati!" dia melihat ke depan, terlihat di depan sunyi,
sedikit suara pun tidak ada, tanpa membuang waktu lagi, dia segera
naik ke atas gunung.
Sekarang dia sangat berhati-hati, berjalan sekitar dua puluh
tombak lebih, mendadak terlihat di atas tanah tergeletak ada
sepuluh lebih tosu, di sudut mulutnya ada yang masih berlumuran
darah segar, melihat keadaannya, orang-orang ini mati oleh pukulan
telapak tangan yang sangat keras!
Darah Sin-hiong jadi bergolak, harinya menduga-duga, 'tidak
peduli siapa yang melakukan-nya? Jika aku bertemu dengan
orangnya, aku pasti tidak akan melepaskannya?'
Dia datang kemari dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalahnya dengan Bu-tong-pai, tapi dia hanya mencari satu orang
dari Bu-tong-pai, mengenai murid-murid perguruan, asalkan tidak
mengganggunya, Sin-hiong tidak akan mengusik mereka.
Tapi orang yang melakukan ini berbeda sekali, melihat dari
kenyataan yang terpangpang, orang ini tidak pandang siapapun,
asal berhadapan langsung dibunuhnya, jika orang ini adalah Thian-
ho-tiauw-sou, maka kekejaman hati Thian-ho-tiauw-sou, mungkin di
atas ketua pulau Teratai?
Sin-hiong berdiri disana, ketika sorot matanya berpaling, tampak
dari kejauhan juga tergeletak tiga puluh lebih tosu, para tosu ini
tergeletak diatas tanah sedikit pun tidak bergerak, melihat keadaan
posisinya, tiga puluh orang ini sepertinya sedang mengatur strategi,
hendak menghadang orang yang datang, tapi dalam pertarungan,
tiga puluh orang ini bukan lawannya, maka satu persatu tergeletak
diatas tanah dengan tangan masih memegang erat-erat pedangnya,
keadaannya sangat mengerikan!
Semalaman Sin-hiong berlari tanpa berhenti, tadinya dia sudah
merasa sangat lelah, sekarang dia dirangsang oleh pemandangan
yang ada di depan mata, dia jadi tidak bisa menahan diri dan
kembali berlari ke atas. Berlari tidak jauh, di depan nampak saru kuil
To yang megah, terlihat rumah berderetan selapis dilapis yang
lainnya menyambung sampai ke puncak, keadaan-nya memang luar
biasa!
Tapi saat ini di seluruh kuil To tidak terlihat satu pun bayangan
manusia, keadaannya membuat orang merasa dingin mengerikan,
walau Sin-hiong pemberani, saat melihat keadaan begini, hatinya
merasa merinding.
Perguruan Bu-tong adalah perguruan besar dari aliran lurus di
dunia persilatan, muridnya tidak kurang dari tiga empat ratus orang,
walaupun kehebatan Thian-ho-tiauw-sou sebesar langit, tidak
mungkin bisa membunuh semua orang-orang ini!
Tapi keadaan di depan mata sepertinya begitu, selain empat lima
puluh mayat yang ada di depan kuil, satu bayangan manusia pun
tidak terlihat!
Pelan-pelan Sin-hiong melangkah masuk ke dalam gerbang, dia
melihat di atas tanah kembali tergeletak sepuluh lebih mayat, tidak
tahan dia menarik nafas dan berkata di dalam hati:
'Dimana Bu-tong-sam-kiam (Tiga jago pedang Bu-tong)?’
Dia maju mendekat dan ditelitinya setiap mayat, tapi tidak
menemukan Bu-tong-sam-kiam, tidak terasa dia menganggukan
kepala sambil berguman:
"Rupanya orang-orang ini hanya murid biasa, tentu saja tidak
mampu melawan orang seperti Thian-ho-tiauw-sou, pesilat tinggi
kelas wahid, mengenai Bu-tong-sam-kiam dan ketua mereka Coan-
cin totiang, Thian-ho-tiauw-sou tidak mudah mengalahkan mereka1"
Berkata sampai disini, dia langsung terpikir Bu-tong-sam-kiam
pasti masih berada di dalam, saat ini dia malah mendapat persoalan
sulit, yaitu jika bertemu dengan ketua Bu-tong, haruskah dia ber-
tarung dengannya?
Sambil berpikir dia melangkah masuk ke dalam gerbang kuil To,
di depan ada satu pekarangan yang amat luas, ditanami pepohonan,
tepat di depan ruangan besar, tapi, saat inipun tidak terlihat ada
orang?
Dia sangat tidak mengerti, baru saja meng-angkat kakinya,
mendadak serangkum hawa dingin pedang datang menyerang,
buru-buru Sin-hiong menghindar dan berteriak:
"Cayhe, Sen Sin-hiong......"
Orang itu sedikit pun tidak peduli dengan kesal berkata:
"Walau Sen Kiu-hiong juga akan aku bunuh!"
Sin-hiong melihat, orang ini kepalanya memakai topi Kiu-lian-
koan, godek kumis dan janggutnya panjang sampai ke dada,
usianya sekitar empat puluhan, setelah serangan pedangnya gagal,
dia jadi sedikit terkejut, didalam hati berkata:
'Apakah datang lagi seorang pesilat tinggi dunia persilatan?'
Orang ini namanya Bu-coan, dia angkatan kedua di Bu-tong, ilmu
silatnya bisa disebut yang paling tinggi, tapi sifatnya tidak sabaran,
begitu melihat Sin-hiong tertegun memandanginya, tidak tahan dia
jadi marah berkata:
"Sebenarnya kalian datang berapa banyak, kenapa tidak sekali
gus saja datangnya?"
Hati Sin-hiong tergerak dan berkata lagi:
"Cayhe, Sen Sin-hiong, bukan sekelompok dengan orang-orang
yang kemarin malam, Totiang salah orang!"
Bu-coan Totiang sedikit tertegun, mendadak dia mundur
kebelakang dan berteriak:
"Kau ini Kim-kau-kiam-khek?"
Sin-hiong melihat kelakuannya seperti menghadapi musuh,
sesaat dia tidak tahu harus menjawab apa, dia menganggukan
kepala dan berkata:
"Betul!"
Warna wajah Bu-coan berubah dengan suara gemetar berka ta:
"Bagus sekali, kalian datang bergelombang, malapetaka
perguruan Bu-tong benar-benar sudah tiba!"
Tadinya Sin-hiong ingin mendahului Thian-ho-tiauw-sou datang
kesini, tapi ternyata masih terlambat selangkah dan perguruan Bu-
tong sudah berantakan, walau dia ingin membalas budi guru,
melaksanakan wasiat gurunya, sekarang dia sudah tidak bisa
mengatakannya lagi.
Setelah Bu-coan Totiang berkata, di belakang terdengar lagi
suara derap kaki, dalam sekejap keluar lagi sepuluh tosu.
Salah seorang setelah melihat lalu berkata:
"Bu-coan Suheng, kita terpaksa menerima karmanya!"
Wajah Bu-coan sangat serius, dia menyabetkan pedangnya
menyerang Sin-hiong sambil berteriak:
"Kau sudah datang kemari, kenapa masih belum bergerak?"
Begitu Bu-coan bergerak, puluhan tosu di belakangnya juga ikut
bergerak, dalam sekejap sudah mengurung ketat Sin-hiong di
tengah tengah.
Sin-hiong menggeleng-gelengkan kepala, dalam hati berpikir:
'Kenapa orang orang ini tidak menurut aturan?'
Begitu mengangkat tangan, Kim-kau-po-kiam sudah berada di
tangannya dia berkata:
"Kalian bisa tidak dengarkan aku dulu!"
Bu-coan menyerang tiga kali, sambil tertawa dingin berkata:
"Mau bilang apa lagi?"
Tiga jurus serangan ini sangat dahsyat, jika Sin-hiong tidak
bergerak, kelihatannya dia akan terkurung di dalam barisan pedang.
Dia sadar, tosu-tosu yang mengurungnya bukanlah pesilat biasa,
Bu-coan Totiang telah melancarkan serangan pedangnya tiga jurus,
puluhan tosu di sekelilingnya pun menusukkan pedang tiga kali, jika
dihitung maka ada tiga puluh lebih tusukan!
Sin-hiong terdiam, matanya menyapu, sekali menggetarkan
pedangnya, sinar pedangnya memancar keluar, memaksa mundur
tosu-tosu yang paling dekat dengannya, lalu dia meloncat keluar
kurungan mereka!
Salah satu tosu berteriak:
"Awas dia akan menyerang dari samping!"
Ketika berkata, sudah ada puluhan tosu datang menutupi
kekosongan, tapi menunggu mereka tiba, Sin-hiong sudah
menembus dua ruangan, turun di kamar belakang.
Puluhan orang orang ini jadi berubah wajahnya, Bu-coan buru
buru berteriak:
"Bu-keng Sute, cepat pukul kentongan isyarat!"
Setelah berkata, dia sendiri membawa saudara seperguruannya
mengejar ke belakang.
Setelah tiba dibelakang, Sin-hiong melihat keadaan sangat sepi,
tidak terlihat seorangpun, dia jadi bertambah keheranan.
Di dalam hati dia tidak mengerti, kenapa perguruan Bu-tong bisa
sekacau ini?
Ketika berpikir, mendadak suara lonceng menggema, dia masih
belum tahu apa yang terjadi, pada saat itu di depannya muncul lagi
dua puluh lebih tosu, Sin-hiong melihatnya lalu bertanya:
"Mohon tanya Totiang, dimana Coan-cin Totiang berada?"
Melihat dia begitu bertanya langsung menanya kan ketuanya,
wajah semua orang jadi berubah, tidak saru pun yang menjawab,
malah selangkah demi selangkah maju mendesak dia.
Sin-hiong mengerutkan alis, di dalam hati berpikir:
'Apa sebenarnya yang terjadi?'
Dia menyentil-nyentil pedang pusakanya dan berkata lagi:
"Kalau begitu aku tanya satu orang lagi, dimana Coan-hong
Totiang?"
Saat dia menanyakan dua pertanyaan ini, mimik wajahnya biasa-
biasa saja, tapi bagi pen-dengaran tosu-tosu ini sangat
mengejutkan!
Semua ini karena ketua perguruan Bu-tong telah terluka parah,
sedangkan Bu-tong-sam-kiam entah berada dimana? Kalau tidak
mana mungkin mereka membiarkan orang seenaknya meraja lela.
Sin-hiong berturut-turut menanyakan dua pertanyaan, melihat
mereka satu pun tidak menjawab, dia sadar menanyakan terus juga
tidak ada gunanya, baru saja mau mencari ke arah kanan.
Disaat tubuhnya mau bergerak tapi belum gerak, Bu-coan sudah
tiba dengan membawa sepuluh lebih tosu!
Suara lonceng masih tenis bergema tidak putus putusnya, pelan-
pelan di dalam pekarangan yang kecil ini, dari atas rumah sampai di
bawah rumah, malah disetiap sudut sudah penuh oleh orang orang.
Orang-orang ini semuanya melototi dia, melihat keadaannya
mereka akan melemparkan tanggung jawab peristiwa kemarin
malam pada diri Sin-hiong.
Sin-hiong menarik nafas panjang dan berkata:
"Kenapa? Kalian ingin melampiaskan amarah kalian padaku?"
Baru selesai bicara, di hadapan dia sudah berdiri lima enam tosu
menghadang jalannya, Sin-hiong melihat dengan dingin berkata:
"Kalian sungguh ingin melakukannya, kalau begitu silahkan
coba."
Ssst! Dia menusukan pedanghya pada lima enam orang tosu
yang ada di hadapannya!
Lima enam orang tosu itu bersama-sama menghindar, pedang
ditangan pun bersamaan mem-balas menyerang, pada saat ini dari
depan dan belakang, kiri dan kanan Sin-hiong sekali gus muncul
tidak kurang tiga empat puluh tosu, mereka juga bukan orang
biasa, begitu Sin-hiong menusukan pedangnya, mereka juga
bersamaan membalas menyerang, dalam sekejap menyerang tidak
kurang dari empat puluh tusukan pedang.
Mata Sin-hiong bersinar, sambil membentak, menyabetkan Kim-
kau-po-kiam nya dengan dahsyat, lalu berteriak:
"Sebenarnya kalian punya berapa banyak kehebatan, silahkan
keluarkan semuanya?"
Serangan pedang dia hampir mengerahkan seluruh tenaganya,
menyerang ke segala arah, angin serangannya mengeluarkan suara
ssst ssst sst, dengan dahsyat membalas menyerang!
Walaupun orang-orang dari Bu-tong banyak, tapi mereka ini
bukan pesilat tinggi di perguruan, mana mungkin bisa menahan
serangah dahsyat Sin-hiong, puluhan tosu yang ada di sebelah
kanan, sudah dipaksa mundur dua langkah ke belakang.
Sin-hiong tidak mau membuang waktu sedikit pun, dia langsung
mengikuti maju, serangannya semakin dahsyat, puluhan tosu yang
tadi saja sudah kewalahan menahannya, melihat dia maju mengikuti
gerakannya, wajah semua orang jadi berubah, Bu-coan Totiang
teriak:
"Hadang dia, hadang dia!"
Setelah berkata, membawa dua tiga puluh tosu di belakangnya,
menerjang ke arah Sin-hiong.
Puluhan tosu itu tadinya mau mundur, begitu diteriaki oleh Bu-
coan Totiang, tanpa menghiraukan nyawanya kembali maju
menyerang!
Melihat keadaan ini, di dalam hati Sin-hiong berkata:
'Dibelakang pasti ada rahasia apa, jika tidak, tidak mungkin
mereka menghadang aku dengan tidak mempedulikan nyawa
mereka.'
Setelah berpikir, dia mengayunkan pedang pusakanya, tapi dia
tidak ingin melukai orang yang tidak ada sangkut pautnya, dia lalu
mengambil nafas dalam-dalam, orangnya sudah meloncat tinggi
sekali, "Huut!" melayang lewat di atas kepala puluhan tosu!
Bu-coan dan kawan-kawan jadi semakin terkejut!
Ternyata di bagian belakang benar ada sesuatu, ketika tubuh Sin-
hiong melayang, mendadak di atas atap rumah muncul seorang tosu
tua berusia tujuh puluh tahun lebih!
Munculnya orang ini, membuat tosu-tosu yang berada di bawah
rumah jadi tambah terkejut, wajahnya menjadi pucat, Bu-coan
dengan suara gemetar berkata:
"Guru, luka anda belum sembuh, jangan bertarung!"
Tosu tua itu tersenyum dan berkata:
"Tidak apa-apa!"
Saat ini Sin-hiong sedang menerjang ke arah-nya, dia bisa saja
mengambil kesempatan menyerang, tapi dia tidak melakukannya,
tubuhnya malah menghindar membiarkan Sin-hiong bisa tunin
dengan tenang.
Di bawah rumah ada orang mengeluh, berkata:
"Hay, jika Coan-hong Supek sekalian ada disini, maka peristiwa
ini tidak akan terjadi!"
Sin-hiong sedikit terperangah dan bertanya:
"Apakah ini Coan-cin Totiang?"
"Betul!" katanya sambil mengangguk.
Sin-hiong melihat wajahnya sangat pucat, walaupun tampak
sangat tenang, tapi setelah bicara nafasnya sedikit memburu, tidak
tahan di dalam hati berkata:
Tampaknya dia kemarin malam telah ber-tarung dengan Thian-
ho-tiauw-sou, dan mungkin sudah terlukai Aku tidak boleh
mengambil kesempatan saat lawan sedang terluka?'
Setelah berpikir dia berkata:
"Cayhe Sen Sin-hiong......"
Dia belum selesai bicara, Coan-cin Totiang sudah menyelanya:
"Aku sudah tahu maksud kedatangan anda, kenapa masih belum
bergerak?"
Begitu kata-kata ini keluar, terdengar "Huut huut!" berturut tumt
puluhan tosu sekaligus meloncat keatas, salah satunya berteriak:
"Guru, anda tidak bisa bertarung?"
Sin-hiong menggerakan tubuhnya sedikit, di dalam hati berkata:
'Ketua perguruan Bu-tong ini boleh juga, walaupun dalam
keadaan terluka parah, tapi penampilannya masih segagah ini,
dibandingkan dengan hweesio Siauw-lim, mereka lebih hebat!'
Sin-hiong bersifat jujur, melihat perguruan Bu-tong baru saja
mengalami mala petaka, dan ketua mereka terluka parah, walaupun
urusannya lebih penting lagi, tetap harus di tangguhkan, tapi dia
berharap bisa membuktikan apakah orang yang kemarin malam
datang kesini Thian-ho-tiauw-sou atau bukan, maka dia berkata:
"Mohon tanya, apakah orang yang kemarin malam datang kemari
adalah Thian-ho-tiauw-sou?"
Di samping ada seorang dengan keras menjawab: "Betul, kau
sendiri sudah tahu buat apa masih menanyakan?"
Sin-hiong menghela nafas dengan pelan berkata: "Perguruan
anda baru saja mengalami musibah dan ketua juga terluka parah,
aku tidak bisa melempar batu ke dalam sumur, hemm... hemm...
aku akan mencari Thian-ho-tiauw-sou itu."
Setelah berkata, dia langsung lari ke bawah gunung!
Dalam pikirannya, Siauw-lim, Bu-tong, Go-bi, Kun-lun, Hoa-san,
Tiang-pek, Kong-tong, Bu-tai dan Tiam-jong sembilan perguruan
besar, hanya dia yang pantas menghadapinya, sekarang Thian-ho-
tiauw-sou mendadak menyerang Bu-tong, apa pun alasannya dia
tidak bisa menerimanya?
Sin-hiong sudah pergi jauh, orang-orang Bu-tong-pai jadi terkejut
tidak mengerti.
Mereka tidak tahu kenapa Sin-hiong mendadak pergi, yang lebih
mengejutkan lagi adalah Sin-hiong mau menghadapi Thian-ho-
tiauw-sou.
Coan-cin Totiang kemarin malam pernah bertarung dengan
Thian-ho-tiauw-sou, lukanya tidak ringan, melihat Sin-hiong
mendadak pergi, sesaat dia mendapat satu perasaan, katanya:
"Hanya dia yang paling pantas menghadapi Thian-ho-tiauw-sou,
tapi tidak peduli siapa yang menang siapa yang kalah, semuanya
bukan keberuntungan bagi dunia persilatan!"
Kata-kata ini maknanya besar, tapi tosu-tosu di sampingnya
semua tidak bisa mengerti.
Sin-hiong berlari keluar dari mulut gunung, setelah berpikir
sejenak, dia berguman:
'Tiga murid Thian-ho-tiauw-sou kemarin malam masih muncul di
Po-cia-tian, mereka pasti belum pergi jauh.'
Berkata sampai disini, dia kembali ke jalan itu lagi.
Sampai di penginapan, pelayan yang seharian tidak melihat dia,
begitu melihat Sin-hiong kembali ke penginapan sambil membawa
gitar kunonya, tidak tahan dengan keheranan bertanya:
"Siauya, kukira sudah pergi?"
Sin-hiong sembarangan menjawabnya, kembali ke dalam
kamarnya, hatinya berpikir:
'Apakah Hui-lan sudah kembali belum', maka dia berjalan ke
depan pintu kamar Hui-lan, dengan pelan mengetuk pintu beberapa
kali, tapi pintu kamar masih tertutup rapat.
Sin-hiong teringat saat dirinya kemarin malam pergi, di hadapan
Hui-lan masih ada tiga orang musuh, diri sendiri pergi begitu saja,
bagaimana Hui-lan menghadapi mereka?
Terpikir sampai disini, hatinya jadi merasa resah, katanya, 'jika
sampai terjadi apa-apa pada Hui-lan, dan ketua pulau Teratai
mengetahuinya, mungkin ketua pulau Teratai tidak akan
melepaskan dirinya?
Dia tertegun sejenak, buru-buru keluar dari penginapan, sampai
di tempat kemarin malam, terlihat pohon melambai-lambai, tidak
ada seorang pun disana?
Saat ini matahari sudah tenggelam di barat, bumi diselimuti oleh
kegelapan, Sin-hiong berjalan ke kiri sekitar tujuh delapan li,
mendadak di depan terdengar suara aneh "Haay!"
Sin-hiong berbelok, tepat di saat ini ada satu bayangan hitam
yang amat besar menerkam ke arahnya.
Gerakan bayangan hitam ini sangat cepat, dalam sekejap sudah
dekat dengannya!
Sin-hiong meneliti, terlihat bayangan hitam ini, seorang manusia
berkaki dan tangan, tapi penampilannya sangat menakutkan, mulut
menganga gigi menonjol, rupanya adalah seekor kingkong besar.
Setelah mahluk aneh ini muncul, "Ccct!" kembali menerkam ke
arah Sin-hiong!
Sin-hiong berteriak "Heh!":
"Binatang, kau cari mati?"
"Huut!" telapak tangannya menyapu, satu angin pukulan yang
keras sudah menggulung ke arahnya.
Kingkong itu sepertinya tahu kedahsyatan serangannya, "Cccet
cccet!" beberapa kali, tubuhnya yang besar itu bergoyang-goyang,
sapuan telapak tangan Sin-hiong itu meleset di samping tubuhnya!
Sin-hiong berteriak:
"Hebat juga, tentu pemiliknya bukan orang biasa!"
Belum sempat dia bergerak lagi, lima cakar mahluk aneh yang
seperti kail, secepat kilat ingin menangkap bahu kanan dan kirinya!
Sin-hiong tergetar, hatinya berpikir sebenarnya mahluk aneh ini
manusia atau setan? telapak tangan-nya segera memotong, angin
pukulan seberat gunung didorong keluar!
Kali ini mahluk aneh itu tidak menduganya, cakarnya belum
sampai, telapak angin Sin-hiong sudah datang, terdengar suara
keras "Buum!", tubuhnya sudah dihantam melayang keluar sejauh
lima enam tombak!
Tidak menunggu mahluk aneh itu turun, Sin-hiong sudah
menerjang lagi ke depan.
Ternyata pukulan tangannya tadi telah membuat mahluk aneh itu
terluka berat, setelah turun ke tanah dia masih berbunyi "Ciit ciit!"
rupanya kesakitan.
Sin-hiong menekan dengan menginjakan kakinya dan
membentak:
"Binatang, kenapa kau menyerang aku?" Perkataannya belum
selesai, mendadak dia merasa di belakang rubuhnya ada angin
berhembus, kembali terdengar suara "Ciit ciit!" yang menusuk
telinga, Sin-hiong segera membalikan tubuh, tampak di depan mata
muncul lagi tiga ekor mahluk aneh. Melihat ini Sin-hiong berpikir:
'tempat ini sangat aneh, tubuhnya sedikit bergerak, tiga mahluk
aneh itu sudah datang menyerang dari tiga arah, dan gerakannya
sama cepatnya!
Sambil membalikan tubuh, Sin-hiong menyapu dengan telapak
tangannya, tiga ekor mahluk aneh itu seperti tahu pukulannya
sangat lihay, secepat kilat mereka meloncat mundur ke belakang.
Tiga pasang matanya menatap pada temannya yang berada di
tanah, sambil berbunyi "Ciit ciit!" tidak henti-hentinya.
Hati Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata:
"Kelihatannya empat ekor mahluk aneh yang seperti kera ini,
adalah peliharaan orang, kenapa aku tidak coba melihat
majikannya?"
Dia tidak bergerak, tiga mahluk aneh yang di pinggir pun tidak
bergerak, ketiga mahkluk itu hanya mengawasi dia, jika Sin-hiong
mau membunuh teman mereka, mungkin mereka akan menyerang
tanpa mempedulikan nyawa mereka!
Sin-hiong mengangkat kaki kanannya, mahkluk aneh yang di
bawah berguling beberapa kali, tapi kaki kirinya pincang,
gerakannya tidak bisa leluasa, setelah berteriak "Ciit ciit!" beberapa
kali, segera ada satu temannya datang membantu dia dan berjalan
ke atas gunung!
Dua ekor mahluk aneh lainnya masih tetap mengawasi Sin-hiong,
ternyata mereka berdua juga tahu bukan lawannya Sin-hiong,
menunggu kedua temannya sudah jauh, mereka baru pelan-pelan
meninggalkan tempat.
Dalam hati Sin-hiong tertawa, lalu mengikuti mereka dari
belakang.
Setelah menembus dua hutan yang lebat, terlihat empat
bayangan di depan berkelebat, lalu menghilang!
Hati Sin-hiong tergerak, dia berlari ke sana dan melihat, tampak
di bawah kakinya ada sebuah lembah kecil, karena hari sudah gelap,
dan malam inipun tidak berbulan, maka ke empat ekor binatang
yang seperti kingkong itu tidak terlihat dimana bersembunyi, untuk
sesaat masih belum bisa diketahuinya!
Dia bolak balik sejenak, akhirnya menemukan satu jalan gunung,
tanpa banyak berpikir lagi dia langsung menelusuri jalan itu.
Karena ini adalah sebuah lembah, makanya di bawah lebih gelap
dari pada diatas, setelah Sin-hiong berjalan beberapa saat, dengan
ketajaman pandangan matanya, saat ini bisa melihat sejauh lima
enam tombak.
Sin-hiong berjalan pelan-pelan, sambil berjalan sambil
mengawasi ke sekelilingnya, saat ini dia sudah berjalan hampir
sejauh tiga empat puluh tombak, hatinya berpikir, 'jika di tempat ini
ada keanehan, saat ini seharusnya sudah ada gejalanya.'
Baru saja berpikir demikian, mendadak ada seseorang berteriak:
"Jalan gunung berputar-putar, setelah pohon Liu yang gelap,
timbul bunga yang terang, apakah kedua kalimat ini bisa
menyambungnya?"
Sin-hiong terkejut, dai merasa suara ini seperti di kenalnya?
Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara wanita yang mendengus
lalu dan berkata:
"Aku tidak mau mengatakannya, aku tidak mau mengatakannya!"
Mendengar suara ini, Sin-hiong tambah terkejut, kenapa Hui-lan
juga ada disini?
Dalam sekejap, pikirannya timbul perasaan aneh aneh, entah
kenapa mereka bisa berkumpul?
Dia seperti merasa dirinya sedang mimpi, ternyata tadi yang
mula-mula berbicara adalah Sin-kiam-jiu Ho Koan-beng!
Sin-hiong berpikir sesaat, karena kakinya tidak hati-hati, telah
membentur satu pohon besar, saat ini ilmu silat Ho Koan-beng
sudah jauh berbeda dengan dulu "Heh!" dia berteriak sekali dan
berkata:
"Mungkin Sen Sin-hiong yang kau katakan itu sudah tiba, aku
juga mau menemui dia!"
Sin-hiong tergetar, tepat di saat ini, mendadak terlihat dari
belakang satu pohon besar meloncat keluar satu bayangan hitam!
Baru saja orang ini muncul, sudah tertawa dingin berkata:
"Sen-tayhiap, kita sungguh berjodoh sekali, untuk ketiga kalinya
kita bertemu!"
Yang berkata tentu saja Ho Koan-beng, setelah dia berhenti
berkata, Sin-hiong melihat rambutnya tampak awut-awutan, janggut
dan kumisnya tumbuh panjang, jika tidak teliti, mungkin tidak bisa
mengenali dia.
Sin-hiong tahu, semua karena berlatih ilmu silat yang ada di
dalam Hiang-liong-pit-to, sehingga tampang dia jadi begini, saat itu
dia menganggukan kepala dan berkata:
"Saudara Ho, selamat!"
Ho Koan-beng membereskan rambutnya yang awut-awutan itu
dengan dingin berkata:
"Kau sudah tahu lebih bagus, apa kau merasa iri?"
Ketika dia berkata, tingkahnya sangat sombong, berbeda jauh
dibandingkan saat di kuil terbengkalai itu, Sin-hiong berpikir
mungkin dia sudah berhasil melatih ilmu silat yang ada di dalam
Hiang-liong-pit-toitu?
Berpikir sampai disini, dia tetap tidak mau membuka rahasianya,
dia berkata:
"Tidak, aku kemari mencari seseorang."
Wajah Ho Koan-beng tersirat sinar aneh, dengan rasa iri yang
kental berkata:
"Sen.-tayhiap, aku harus memberitahukan satu hal, ketika
bintang keberuntungan perjodohanmu sedang gemerlap, buatmu
bukan satu hal yang baik."
Sin-hiong tahu apa maksud kata-kata dia, yaitu menunjuk pada
Cui-giok dan Hui-lan, hatinya berpikir:
'Di dunia ini tadinya tidak ada masalah, hanya orang bodoh saja
yang merepotkan dirinya sendiri, apa lagi Ho Koan-beng, tadinya dia
memang sudah tidak suka?'
Maka sambil tersenyum dia berkata:
"Saudara Ho, apakah nona Lim baik-baik saja?"
Ho Koan-beng tertawa dingin dan berkata:
"Kali ini kau harus berterima kasih padaku, jika tidak, mungkin
saat ini dia sudah berada di tangannya Hoa bersaudara!"
Sin-hiong tergetar dan bertanya:
"Kalau begitu, dimana Hoa bersaudara berada?"
"Sudah dibunuh olehku!" kata Ho Koan beng sambil tertawa
dingin.
Sin-hiong membelalakan sepasang matanya, dia tidak menduga,
dalam waktu sesingkat ini, ilmu silatnya bisa maju sepesat ini, jika
bukan karena sudah berhasil melatih ilmu silat yang ada didalam
Hiang-liong-pit-to, mana mungkin bisa membunuh Hoa bersaudara?
Tidak tahan dia menghela nafas dan berkata:
"Jika begitu, aku harus mengucapkan selamat pada saudara Ho."
Ho Koan-beng dengan bangga mencabut pedang dari
punggungnya lalu menggetarkannya dan berkata:
"Aku sudah bilang, saat kita bertemu lagi, aku pasti mengalah
dulu tiga jurus padamu, he he he, hari ini tepat waktunya!"
Mendengar kata-kata ini, hati Sin-hiong jadi bergejolak, pikirnya:
'Walaupun kau sudah memperoleh ilmu silat di dalam Hiang-
liong-pit-to itu, kau bisa apa terhadap diriku?'
Baru saja dia mau mencabut Kim-kau-po-kiam, mencoba ilmu
silatnya Ho Koan-beng, tapi setelah berpikir lagi, pertama diri tidak
ada permusuhan dengan Ho Koan-beng, kedua walaupun saat ini
Hui-lan ada ditangannya, jika terjadi apa-apa pada dia, bukankah
seluruh dosanya jadi ditimpakan pada dia?
Akhirnya Sin-hiong menahan diri dan berkata:
"Aku dengan saudara Ho selama ini tidak ada dendam, kenapa
harus bertarung?"
Ho Koan-beng memegang pedangnya lebih erat lagi, hidungnya
mengeluarkan suara "Hii!" lalu berkata:
"Tidak ada dendam? Kata-kata ini kau tujukan untuk siapa?"
Setelah berkata begitu, dia mendesak maju satu langkah dan
teriak:
"Kuhitung sampai tiga, jika kau tidak mencabut senjatamu, maka
jangan salahkan aku marga Ho menyerang!"
Setelah itu hitungan satu sudah diteriakannya! Wajah Sin-hiong
masih tetap tidak berubah, tapi otaknya berputar dengan cepat.
Ketika Ho Koan-beng sudah menghitung dua. Sepasang mata Ho
Koan-beng dengan kesal melototi dia, dengan marah berkata:
"Hanya tinggal saru hitungan lagi, jika kau masih berpura-pura,
aku tidak akan sungkan lagi!"
"Jika saudara Ho bersikukuh ingin bertarung dengan aku, aku
hanya bisa melayaninya, tapi aku masih ada persoalan yang ingin
dibicarakan pada saudara Ho, harap saudara Ho bersabar dulu?"
Ho Koan-beng dengan dingin berkata: "Masalah apa, coba kau
katakan?" Sin-hiong melihat ke arah pohon, katanya lagi: "Nona Lim
yang saat ini ada di tangan saudara Ho, adalah putrinya ketua pulau
Teratai, nona Sun ditangkap oleh Ngo-ki-thian-cun, nona Lim dan
aku sudah mengejar di sepanjang jalan, tidak diduga kemarin
malam bertemu dengan tiga muridnya Thian-ho-tiauw-sou?"
Mendengar Cui-giok jatuh ketangan Ngo-ki-thian-cun, Ho Koan-
beng membelalakan sepasang matanya, perhatiannya nampak jelas
diwajahnya, tapi dia masih tidak tahu Ngo-ki-thian-cun itu siapa,
maka dia bertanya:
"Siapa itu Ngo-ki-thian-cun, dia bisa merebut Sun Cui-giok di
tangannya Sen-tayhiap, jelas dia bukan orang biasa, aku ingin sekali
menghadapinya!"
Sin-hiong tidak mau menjelaskan, katanya lagi:
"Nona Lim sudah ditolong oleh saudara Ho, aku ada satu
permintaan, yaitu tolong saudara Ho lepaskan dia, supaya di
kemudian hari jika bertemu dengan ketua pulau Teratai, tidak
terjadi kesalah pahaman!"
Sin-hiong ingin mendamaikan permasalahan, tapi Ho Koan-beng
berbeda pikirannya, saat ini rasa dengki Ho Koan-beng sudah
menutupi segalanya, walau ada masalah sebesar apa pun dia tidak
mau peduli, apa lagi hanya seorang putrinya ketua pulau Teratai?
"Ingin aku lepaskan dia tidak sulit, tapi Sen-tayhiap harus
menyanggupi satu syaratku!"
"Silahkan katakan saja."
"Hadapi tiga jurusku!"
Akhir-akhir ini Ho Koan-beng telah berhasil melatih ilmu silat
Hiang-liong-pit-to, ambisinya sedang menggelora, dia ingin
menjagoi dunia persilatan, maka dia harus mencari beberapa orang
untuk mencobanya, Sin-hiong tepat menjadi percobaan nya, maka
bagaimana pun caranya dia harus memaksa Sin-hiong bertarung?
Dari tadi Sin-hiong terus bersabar/ sekarang dia sudah tidak bisa
bertahan lagi, maka pelan-pelan dia mencabut pedang pusakanya
sambil tertawa berkata:
"Jika demikian, aku terpaksa melayani!"
"Aku akan mengalahdulu tiga jurus padamu!"
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku dan kau mencoba ilmu silat, tidak perlu ada yang mengalah,
lebih baik saudara Ho menyerang lebih dulu!"
Sin-hiong menghadapi orang selalu dengan jujur, tapi hati Ho
Koan-beng saat ini sangat kejam, terpikir Cui-giok dengan dia saling
mencintai, malah sudah hampir menikah, tidak diduga di tengah
jalan Sen Sin-hiong menyelak, jika. tidak ada dia, bukankah
sekarang dia dengan Cui-giok sudah menjadi suami istri yang
mesra?
Semakin dipikir dia jadi semakin marah, semakin marah jadi
semakin ingin membunuh Sin-hiong, sekarang Sin-hiong tidak mau
menyerang duluan, ini cocok dengan hatinya, maka dia mengayun
kan pedangnya dan berkata:
"Kalau begitu aku tidak sungkan lagi!"
Setelah bicara, dia langsung menggetarkan pedangnya
membentuk tiga gulungan perak, langsung menusuk ke arah tiga
jalan darah penting di dada Sin-hiong!
Sin-hiong melihat, tusukan pedang ini adalah jurus Ki-ku-sian-
thian (memukul tambur menggetar langit) yang hebat dari jurus
pedang perguman Go-bi, hatinya jadi tergerak, pikirnya:
'Apakah ini ilmu silat yang ada di dalam Hiang-liong-pit-to itu?'
Pikiran ini secepat kilat lewat diotaknya, Kim-kau-po-kiam segera
ditusukan miring, tepat di celah-celah gulungan pedang lawannya,
Ho Koan-beng berteriak:
"Bagus!"
Dia memutar pergelangan tangannya, ujung pedang mendadak
membentuk enam titik sinar perak, luas sasarannya juga membesar,
dia masih mengguna-kan jurus itu Ki-ku-sian-thian, tapi telah
menutup celahnya, sasaran ujung pedangnya, masih tetap jalan
darah penting di dada Sin-hiong, tapi tadi tiga titik sekarang menjadi
enam titik!
Sin-hiong tergetar dan berteriak:
"Jurus pedang bagus!"
Kaki berputar seperti angin, sekali menggetar-kan tangan dia pun
menusukan pedangnya enam kali!
Melihat sekali menyerang, sudah memaksa Sin-hiong berpindah
tempat, kepercayaan diri Ho Koan-beng jadi meningkat, sedikit
mengangkat tubuh, kakinya sudah menendang beruntun enam kali,
dan tangannya berturut-turut menusukan pedang tiga kali!
Ilmu silat dan jurus pedang seperti ini, sungguh jarang terlihat di
dunia persilatan, Sin-hiong tidak berani bertindak sembrono, dia
mengetatkan pedangnya, sinar pedang laksana kilat menyambar,
enam gerakan pedang nya dipecah, tiga menghadapi yang di atas,
tiga lagi menghadapi yang di bawah, tetap menangkis kembali
serangannya Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng terkejut, tapi sekarang dia semakin bertarung
semakin berani, teriaknya:
"Ini seharusnya jurus ketiga!"
Tubuhnya belum turun, ujung pedangnya mendadak berputar,
dari atas menyerang ke bawah dengan tiga putaran, jurus pedang
ini adalah jurus hebat dari perguruan Kunlun yang disebut In-liong-
sam-sian (Naga di awan muncul tiga kali)!
Diam-diam Sin-hiong menghela nafas dingin, di dalam hati
berkata:
‘Ternyata ilmu silat Hiang-liong-pit-to semua-nya adalah jurus-
jurus inti dari seluruh ilmu silat di dunia persilatan! Melihat tiga jurus
dari Ho Koan-beng, di dunia ini sudah jarang ada tandingannya!'
Walaupun hatinya berpikir demikian, tapi dia masih tidak berniat
buruk pada Ho Koan-beng, sedangkan sebab Ho Koan-beng tidak
mau melepas-kan dia, karena ditimbulkan oleh hatinya yang dengki,
hati dengki ini mendorong semangat Ho Koan-beng, sehingga
dengan cara apa pun harus mengalahkan Sin-hiong.
Serangan pedang Ho Koan-beng sangat cepat dan kejam, tiga
gulungan angin menekan ke bawah, dalam radius lima enam
tombak semua di bawah ancaman pedangnya, kekuatannya sangat
mengejut-kan!
Mendadak Sin-hiong menggetarkan Kim-kau-po-kiam di
tangannya, terlihat sinar pedang mengem-bang, dua sinar pedang
ini beradu, terdengar suara keras "Ssat!", dua bayangan orang
terpental, tubuh Ho Koan-beng terpental sejauh satu tombak lebih.
Sin-hiong tertawa tawar dan berkata:
"Saudara Ho, kita seimbang?"
Dalam sekejap, wajah Ho Koan-beng tampak berubah beberapa
kali, entah dia terkejut atau gembira, dengan bengong dia
memandang pedang di tangan-nya, wajahnya seperti kebingungan.
Benturan tadi, tidak bisa dikatakan Ho Koan-beng kalah, sebab
serangannya dari udara, biasanya orang sulit mengendalikan
tenaga, orang yang di tanah tentu saja lebih menguntungkan,
walaupun Ho Koan-beng terlontar, itu tidak bisa dikatakan kalah.
Makanya saat Sin-hiong mengatakan seimbang, wajahnya tampak
sinar kebingungan.
Ho Koan-beng sudah beberapa bulan berlatih ilmu silat yang ada
di dalam Hiang-liong-pit-to, semua ilmu silatnya adalah inti dari ilmu
silat berbagai perguruan besar, tidak diduga dengan kepandaiannya
sekarang dibandingkan dengan Sin-hiong, tetap saja dia tidak bisa
mengalahkannya, di dalam kegembiraan nya, dia tetap ada sedikit
perasaan kecewa.
Ho Koan-beng tertegun sejenak, mendadak dia teringat dua
kalimat di dalam Pit-to itu, sambil menganggukkan kepala dia
berkata:
"Sen-tayhiap, kata-katamu tidak salah, kita memang seimbang!"
Setelah berkata, pelan-pelan mendekati dan berkata lagi:
"Tapi aku masih punya dua kalimat yang ingin ditanyakan,
setelah kau mengatakannya, maka aku akan melepaskan nona itu!"
Sin-hiong jadi naik pitam mendengar ini, dia berkata:
"Saudara Ho mau ingkar janji; masih ingin menguji aku?"
Ho Koan-beng sambil tertawa berkata:
"Maaf, yang aku katakan ini tidak melibatkan orang, juga tidak
melibatkan masalah di dunia persilatan, hanya ada dua kalimat
sajak yang tidak dimengerti, jadi ingin bertanya pada saudara."
Tidak menunggu dia mengatakan Sin-hiong sudah berkata:
"Apakah 'Jalan gunung berputar-putar', dan 'setelah pohon Liu
yang gelap timbul bunga yang terang'?"
Ho Koan-beng menganggukan kepala:
"Betul, saat tadi aku mengatakan kalimat ini, pasti saudara
mendengarkan?"
Sin-hiong adalah orang jujur, berpikir dua kalimat ini tidak ada
apa-apanya, maka dia berkata:
"Dua kalimat sajak ini artinya sama, tapi setelah diteliti ada
sedikit berbeda."
Ho Koan-beng menggerakan lima jarinya, wajahnya mendadak
jadi terang buru-buru berkata:
"Betul, betul, katakan dimana berbedanya!"
Sin-hiong tidak berpikir ada maksud ter-selubung, dia sungguh-
sungguh memikirkannya, mana dia tahu, dua kalimat ini adalah dua
jurus terhebat di dalam Hiang-liong-pit-to itu, jika Sin-hiong benar-
benar berhasil memecahkannya, dan pikiran Ho Koan-beng terbuka,
mungkin nanti dia tidak saja tidak akan melepaskan Hui-lan,
mungkin dia malah ingin mencoba lagi bertanding dengan Sin-hiong.
Pada saat yang genting ini, tidak lebih dari sepuluh tombak di
samping mereka, tiba-tiba terdengar suara aneh "Ciit ciit!", Sin-
hiong jadi terkejut dan berkata:
"Ooo! Datang lagi!"
Melihat siasatnya hampir berhasil, tapi diganggu oleh beberapa
suara aneh ini, sehingga pikiran Sin-hiong jadi buyar, kemarahan Ho
Koan-beng hampir meledak, matanya segera menyapu, mendadak
dari dasar lembah meloncat keluar lima bayangan hitam!
Sin-hiong tahu, lima bayangan hitam yang datang ini, selain
empat ekor mahluk aneh, yang satu lagi pasti adalah pemilik empat
mahluk aneh ini.
Dugaan dia tidak salah, lima bayangan hitam ini dalam sekejap
sudah tampak jelas, salah satunya seorang kakek tua yang
berambut putih, kedua matanya merah seperti berdarah, di tangan
kanannya memegang tongkat, yang paling membuat orang terkejut
setelah melihatnya, adalah diatas tongkat itu digantung lima buah
tengkorak putih menakutkan!
Empat ekor mahluk aneh yang seperti kingkong begitu lihat Sin-
hiong, langsung bersuara "Ciit ciit!", orang tua yang memegang
tongkat tengkorak itu dengan dingin bertanya:
"Tadi siapa yang telah melukai anakku?"
Baru saja Sin-hiong mau menjawab, Ho Koan-beng dengan
marah berteriak:
"Kukira mahluk aneh apa, setiap malam loncat-loncatan di dalam
lembah, ternyata kau kakek tua yang membawa empat ekor hewan
besar, hem... hem... malam ini aku tidak akan melepaskan kalian
lagi!"
Orang tua yang kedua matanya merah itu melototi dia sekali lalu
mendengus dingin dan berkata:
"Sombong sekali mulutnya, sudah puluhan tahun tidak ada orang
yang berani bersikap sombong dihadapanku GoanThian-hoa!"
Satu langkah demi satu langkah Goan Thian-hoa maju mendesak
ke depan.
Mendengar orang tua ini menyebutkan nama-nya, Sin-hiong
diam-diam terkejut, menurut kabar yang tersiar Goan Thian-hoa ini
adalah mahluk aneh setengah manusia setengah hewan, puluhan
tahun lalu terkenal dengan kekejamannya, gurunya juga pernah
berpesan pada dia supaya berhati-hati jika bertemu dengannya,
malam ini dia harus hati hati sekali.
Ho Koan-beng yang baru saja berhasil meningkatkan ilmu
silatnya, semangatnya sedang menggebu-gebu, walaupun raja
langit yang datang, dia juga ingin mengusiknya, apa lagi Goan
Thian-hoa orang tua aneh yang tidak mencolok mata ini?
Dia sangat kesal pada Goan Thian-hoa karena telah
menggagalkan pembicaraan dia dengan Sin-hiong begitu Goan
Thian-hoa datang mendekat, dia pun maju mendekat, tampaknya,
Ho Koan-beng berambisi bertarung dengannya.
Mata Goan Thian-hoa menyorot sinar kejam, bentaknya:
"Kau bocah cilik, rupanya tidak pernah mendengar dulu Toan-
hun-cian (Lembah putus nyawa) ini tempat apa, berani beraninya
bertingkah di hadapan-ku, sungguh-sungguh sudah bosan hidup!"
Setelah berkata, dia memutar tongkat tengkorak di tangannya,
dengan dahsyat menghantam!
Ho Koan-beng maju menghadang jurus pedangnya berturut-turut
di lancarkan keluar, setiap jurus pedang dia adalah jurus inti dari
berbagai perguruan besar, jurus pedang macam ini bukan saja
beraneka ragam, juga banyak sekali perubahannya, Ho Koan-beng
masih belum merasakan kehebatan yang terkandung dalam
jurusnya, tapi walaupun demikian, Goan Thian-hoa pun tidakbisa
berbuat apa-apa terhadapnya!
Saat Goan Thian-hoa mengayunkan tongkat menyerang, tidak
tahan dengan tertawa dingin berkata:
"Tidak heran kau berani memandang rendah orang, ternyata
memang punya kemampuan?"
Gerakannya mendadak berubah, terlihat dia seperti meloncat tapi
bukan meloncat, seperti berjalan tapi juga bukan, berputar-putar
beberapa putaran, tengkorak di tangannya digoyang-goyang
sehingga mengeluarkan suara ramai, membuat orang yang
mendengarnya menjadi risau.
Ho Koan-beng marah dan berkata:
"Kau mau mainkan jurus apa?"
Ujung pedangnya disabetkan, mendadak terlihat sejalur hawa
pedang dingin berputar-putar di sekelilingnya, walaupun Goan
Thian-hoa menyerang dengan berbagai jurus aneh, tapi tetap tidak
bisa melukainya!
Sehingga bukan saja Goan Thian-hoa yang terkejut, Sin-hiong
pun tergetar karenanya.
Alis panjang Goan Thian-hoa bergerak, tiba-tiba mulutnya
mengeluarkan satu suara aneh "Ciit!", empat bayangan hitam di
belakang dia, tahu-tahu sudah maju menerjang ke arah Sin-hiong.
Tapi begitu pedang pusakanya diayunkan, empat bayangan
hitam yang datangnya sangat cepat, tapi tidak ada satu pun yang
berani mendekati dia.'
Tapi, empat mahluk aneh yang kelihatannya seperti kingkong ini,
setelah mundur selalu kembali maju lagi, dari kejauhan mengancam
Sin-hiong, rupanya sengaja mengganggu dia, supaya dia tidak dapat
membantu Ho Koan-beng?
Di dalam hati Sin-hiong merasa lucu, katanya:
'Kalian empat ekor hewan walaupun sudah pintar, tapi tetap saja
tidak sepintar manusia, hanya mengandalkan ini sudah mau
menghadang aku?
Maka dia mengerahkan tiga jurus pedang dari jurus Kim-kau-
kiam, "Sst sst!" terdengar desiran pedang, empat mahluk aneh di
depan sudah didesak sampai meloncat-loncat kesana-kemari,
mulutnya mengeluarkan suara "Ciit ciit!".
Goan Thian-hoa mencuri pandang, melihat jurus pedang Sin-
hiong amat lihay jika dia berniat melukai empat mahluk aneh itu,
mungkin sudah dari tadi terluka, hatinya jadi gelisah, tongkat
tengkorak ditangan nya sengaja membuat sedikit lubang Ho Koan-
beng tidak berpikir panjang lagi, jurus pedang-nya segera maju
menyerang, perkiraannya kali ini dia pasti berhasil, siapa sangka
baru saja pedangnya menusuk, Goan Thian-hoa seperti angin
menerobos ke sisi kanannya, telapak tangannya menyabet, menge-
luarkan angin dingin datang menyerang!
Begitu jurusnya tidak berhasil, Ho Koan-beng sudah sadar akan
bahaya, belum sempat dia bergerak, mendadak merasa angin dingin
menyapu wajahnya, seluruh tubuhnya tidak tahan jadi merinding,
satu hawa yang amat dingin sudah menerjang tubuhnya!
Ho Koan-beng terkejut, tubuhnya buru-buru mundur kebelakang,
tapi tetap terlanbat satu langkah, hawa dingin itu sudah melanda,
akhirnya dia tidak tahan lagi seluruh tubuhnya gemetaran.
Sin-hiong baru saja menyelesaikan tiga jurus-nya, melihat Ho
Koan-beng dalam keadaan bahaya, dia berteriak, lalu menerjang
kesana!
Goan Thian-hoa tertawa dingin dan berkata:
"Kau telah melukai keluargaku, kau juga tidak bisa dimaafkan!"
Setelah berkata, tongkat tengkoraknya sudah menggulung!
Sin-hiong tertegun, tidak terpikir empat mahluk aneh itu
dikatakan keluarganya?
Tapi keadaan di depan mata tidak memberi dia waktu untuk
berpikir, ketika Goan Thian-hoa menggerakkan tongkatnya, empat
ekor kingkong yang berdiri di belakang Sin-hiong juga datang
menyerang, Sin-hiong tersenyum dan berkata:
"Seluruh keluarga kalian sudah bergerak semua!"
Dia menggetarkan pedang pusaka, sekejap saja sudah
menyabetkan tiga kali!
Mata merah Goan Thian-hoa membelalak besar sekali, di dalam
hati berkata:
"Apa yang terjadi, kelihatannya usia kedua orang ini tidak besar,
tapi jurus pedangnya yang satu lebih tinggi lagi dari pada yang
lainnya, jika diganti oleh orang lain, mungkin tidak akan bisa
menahan lima jurusnya!"
Goan Thian-hoa lahir dari ayah manusia dengan ibu kera, sejak
kecil berkumpul dengan kera, setelah besar, diambil oleh seorang
aneh dan dijadikan murid-nya, maka dia memiliki ilmu tinggi,
setelah orang aneh itu meninggal, dia kembali lagi ke tempat
asalnya, dan berkumpul dengan kera-kera, selama puluhan tahun
dia hanya bergerak di daerah Biauw, jarang sekali bertemu lawan
tanding, tapi karena perbuatannya sangat keji, setiap orang yang
berhasil dibunuhnya, kepalanya selalu dipenggal, setelah dijemur
kering digantung di atas tongkatnya itu, makanya orang-orang
dunia persilatan sedikit banyak mendengar nama besarnya, tapi
entah kenapa dia sekarang membawa empat ekor kera pintar
datang kemari?
Empat ekor kera pintar itu rupanya sangat takut pada Sin-hiong,
begitu sinar pedang keluar, mereka berempat langsung mundur,
Goan Thian-hoa yang melihat menjadi marah, dia memutar tongkat
tengkoraknya sampai mengeluarkan suara "Weet weet!", dalam
waktu sekejap sudah melancarkan serangan lebih dari delapan
jurus!
Sin-hiong mengkhawatirkan luka Ho Koan-beng dan keselamatan
Hui-lan, makanya dia tidak ingin berlama-lama bertarung dengan
lawannya, sehingga dia melancarkan serangannya dengan sangat
dahsyat, dan setiap serangannya ditujukan ke tempat kematian
Goan Thian-hoa, walaupun Goan Thian-hoa telah menyerang
delapan jurus, tapi dia tidak bisa mendesak Sin-hiong, malah dia
sendiri yang didesak Sin-hiong mundur dua tiga langkah ke
belakang!
Hal ini membuat hati Goan Thian-hoa menjadi semakin terkejut!
Empat ekor kera pintar yang dibawanya, begitu melihat Goan
Thian-hoa dalam bahaya, mereka berteriak-teriak aneh, empat kera
itu kembali menerjang ke arah Sin-hiong tidak peduli lagi akan
bahaya!
Sin-hiong menyabetkan pedangnya melintang, baru saja empat
ekor kera pintar itu maju, tidak menduga Sin-hiong merubah
jurusnya secepat ini, tiga ekor di antaranya segera menghentikan
gerakannya, tapi salah satunya terlambat, terdengar suara keras
"Craak!", sebelah lengannya sudah dipotong oleh pedang Sin-hiong.
Kera itu menjerit dan jatuh ke tanah berguling sejauh dua tiga
tombak, terus menjerit jerit kesakitan.
Wajah Goan Thian-hoa berubah hebat, dia masih ingin bertarung
tapi melihat kera yang roboh itu masih menjerit jerit, terpaksa dia
menghampirinya.
Begitu melihat kera itu mencucurkan darah terus, mungkin akan
segera mati jika tidak segera dihentikan darahnya, maka buru-buru
dia menjulur-kan tangan menghentikan aliran darahnya, sambil
melototi Sin-hiong berkata:
"Kau sungguh kejam, malam ini sementara melepaskanmu, di
kemudian hari aku pasti membuat perhitungan kembali dengan
kau!"
Tidak menunggu Sin-hiong menjawab, dia berteriak "Ciit!",
suaranya sangat pilu, mengangkat kera yang terluka itu, bersama
dengan tiga kera lainnya dalam sekejap sudah menghilang entah
kemana.
Sin-hiong tidak mengejar, dia berjalan ke samping Ho Koan-beng
terlihat dia menggulung tubuhnya sambil gemetaran, ketika
menyentuh tubuh-nya, dia merasa sangat dingin, dia jadi terkejut
dari di dalam hatinya berkata:
"Dia terkena pukulan telapak tangan apa dari Goan Thian-hoa,
kenapa bisa jadi begini?"
Walaupun ilmu silatnya sangat hebat, tapi seumur hidup dia
belumpernah mengobati orang, setelah sejenak ragu-ragu,
mendadak dia teringat Hui-lan yang ada di sekitar sini, maka dia
berteriak: "Nona Lan, nona Lan!"
Setelah beberapa kali berteriak, dia tidak mendengar jawaban
dari Hui-lan, di dalam hati berpikir:
'Hui-lan tentu telah ditotok jalan darahnya oleh Ho Koan-beng,
sebab menurut sifatnya, tidak mungkin dia tidak menjawab."
Setelah. berpikir begitu, lalu dia mengangkat tubuh Ho Koan-
beng langsung berjalan menuju ke tempat tadi dia muncul!
Setelah dia cukup lama berada di dalam lembah, terhadap
gelapnya tempat itu mata dia sudah biasa maka sekarang dia bisa
melihat dengan jelas keadaan di sekelilingnya, begitu berjalan ke
belakang pohon besar itu, terlihat tidak jauh di sebelah kiri ada satu
batu cadas yang menonjol, dibawah batu itu samar-samar tampak
ada sebuah gua, hatinya jadi tergerak, maka sambil membawa Ho
Koan-beng dia berjalan ke sana.
Tiba di depan mulut gua, terdengar suara riak air, di dalam
hatinya berpikir, 'mungkin nona Lan tidak ada didalam?'
Dia ingin menanyakan pada Ho Koan-beng tapi saat ini Ho Koan-
beng sudah pingsan, terpaksa dia berteriak lagi beberapa kali,
melihat di dalam masih tidak ada orang yang menjawab, maka dia
melihat-lihat lagi ke sekeliling tampak di sekitar ini selain gua itu,
tidak ada tempat lain lagi, maka dia menaruh Ho Koan-beng ke
bawah, lalu masuk ke dalam gua itu.
Berjalan sesaat, terlihat di depan ada sinar perak berkelap-kelip,
dia tahu itu adalah riak air, di dalam hatinya berpikir:
'Aku sudah masuk ke dalam, jika di dalam ada orang, seharusnya
sudah menemukannya.
Baru saja berpikir begitu, mendadak di dalam kilatan riak air itu,
seperti ada satu bayangan hitam, buru-buru dialari ke depan dan
menjulurkan tangan menangkap bayangan itu, ternyata bayangan
itu memang manusia?
Orang ini setengah tubuh bawahnya berada di dalam air,
setengah lagi tubuhnya di atas air, begitu Sin-hiong menyentuh
orang itu, dia sadar ini adalah tubuh wanita, saat ini dan di tempat
ini selain Hui-lan di dalam pikirannya hampir tidak ada orang lain
lagi!
Sin-hiong mengangkat orang itu keluar dari air, walau di dalam
gua gelap, tapi dari bentuk wajahnya bisa dikenal dia adalah Hui-
lan, maka dia menepuk jalan darah Joan-ma (lemas, mati rasa),
tidak lama kemudian, dia melihat Hui-lan mulai sadar.
Tidak terasa dia berteriak gembira, tapi Hui-lan yang baru sadar,
masih mengira dipeluk oleh Ho Koan-beng, tanpa berpikir lagi dia
langsung mengangkat tangan menempelengnya.
Di dalam gua sangat gelap, ditambah Sin-hiong tidak mengira
Hui-lan setelah sadar, bisa memberi dia sebuah tempelengan, dalam
keadaan tidak siap, terdengar suara "Paak!", pipi Sin-hiong sudah
terkena tempelengan keras!
Sin-hiong terkejut dan berteriak: "Nona Lan, aku ini Sen Sin-
hiong!
Mendengar dia adalah Sin-hiong, mula-mula Hui-lan tertegun,
akhirnya tidak bisa menahan kesedihannya, balik memeluk Sin-
hiong, dengan suara gemetar berkata:
"Sin-hiong, benar ini kau?"
Kali ini, Sin-hiong kembali tidak siap, dia hampir tidak bisa
bernafas, setelah menghela nafas panjang berkata:
"Benar, aku ini Sen Sin-hiong!"
Dia tidak mengatakan ini masih bagus, setelah mengatakannya,
Hui-lan malah memeluknya lebih erat lagi.
Sin-hiong jadi tertegun, mendadak dia seperti mencium bau
harum dari rambutnya Hui-lan, walau-pun dia tidak ada pikiran
cabul, tapi dalam keadaan begini, tidak terasa pikirannya jadi
tergerak!
Hui-lan menggoyangkan tubuhnya, berkata:
"Marga Ho itu jahat sekali!"
"Bagaimana jahatnya?" tanya Sin-hiong.
"Dia, dia......"
Hui-lan mengatakan beberapa kali 'dia', tapi dalam sesaat tidak
tahu harus berkata apa!
Sin-hiong dan Hui-lan berdua, seumur hidup-nya tidak pernah
bersentuhan dengan lawan jenisnya, hati kedua orang itu masih
polos suci, apa yang dipikirkan langsung dikatakan, tidak mengerti
antara laki-laki dan wanita ada perbedaan, makanya Hui-lan hanya
bisa mengatakan beberapa kata "dia" saja, kata selanjutnya tidak
tahu harus mengatakan apa.
Setelah berpikir-pikir, di dalam hati Sin-hiong samar-samar
seperti mengerti, maka dengan kesalnya berkata:
"Apakah dia bermaksud jahat? Kita sekarang cari dia!"
Kata-kata Sin-hiong ini keluar dari lubuk hati-nya, tapi begitu
terdengar di telinga Hui-lan, hatinya jadi sangat senang dia hanya
bersuara "Mmm!", Sin-hiong sudah membopong dia lari keluar gua!
Ternyata saat ini sudah tengah malam, bulan sudah keluar dari
awan yang tebal, keadaan di lembah samar-samar bisa dilihat,
kedua orang itu berlari keluar gua, terlihat Ho Koan-beng
menggulung tubuh-nya, tergeletak di tanah sedikit pun tidak
bergerak.
Tadinya Sin-hiong memang akan mencari dia, tepi setelah
melihat keadaannya, hatinya jadi timbul rasa tidak tega, maka dia
bertanya:
"Nona Lan, menurutmu bagaimana cara menyembuhkan dia?"
Hui-lan mendengus dan berkata:
"Orang macam dia biarkan saja mati, buat apa menolongnya?"
Sin-hiong berpikir, hatinya timbul juga rasa benci kepada Ho
Koan-beng tapi setelah terpikir Cui-giok, hatinya kembali timbul rasa
penyesalan, sambil menggelengkan kepala dia berkata:
"Tidak, bagaimana pun kita tidak bisa membiarkan orang dalam
kesulitan!"
Hui-lan mencibir bibirnya dan berkata:
Aku tidak peduli?"
Tampak dia masih membenci Ho Koan-beng Sin-hiong tidak enak
berkata lagi, tiba-tiba dia teringat dia masih memiliki Ho-siu-oh
berusia ribuan tahun, di dalam hatinya berpikir, mungkin benda ini
ada gunanya buat dia?
Berpikir sampai disini, dia mengeluarkan kotak kecil berwarna
emas itu, Hui-lan yang melihat, tidak tahan jadi terkejut dan
berkata:
"Kau mau apa? Jangan melakukan hal itu!"
Sin-hiong tahu Ho-siu-oh adalah pusaka, di dunia tidak ada
benda lain yang bisa dibandingkan dengannya, apa lagi dia telah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, demi pusaka di dalam
kotak ini, entah berapa orang persilatan yang mati karenanya, jika
untuk menolong orang lain masih bisa dimengerti, tapi
menggunakan pusaka ini untuk menolong Ho Koan-beng, dan Ho
Koan-beng malah musuh cintanya!
Sin-hiong tertegun sejenak, tapi akhirnya dia memutuskan
menolong orang lebih penting, maka dia tidak mau menuruti nasihat
Hui-lan, pelan-pelan membuka tutup kotak itu, bau harum sudah
tercium.
Wajah Hui-lan berubah dan menyerit:
"Jangan, jangan, lebih baik dimakan sendiri, jangan
digunakannya untuk menolongnya!"
Sin-hiong menghela nafas:
"Nona Lan, kita hanya menolong dia sekali ini saja, lain kali
walaupun bertemu lagi, aku tidak akan mempedulikannya,
menurutmu bagaimana?"
Hui-lan masih marah, dia menggeleng- gelengkan kepala, tidak
sependapat dan berkata:
"Kau tidak tahu hati orang ini busuk sekali, saat dia menangkap
aku, pernah beberapa kali mengatakan pada aku akan
membunuhmu, kau malah mau menggunakan Ho-siu-oh
menolongnya, aturan apa ini?"
Saat Hui-lan mengatakan ini, dia menampakan perasaan
sebenarnya, setelah mengatakannya dia malah hampir menangis.
Sin-hiong menghela nafas, katanya:
"Nona Lan, aku juga tahu itu!"
Hui-lan keheranan dan berkata:
"Kau juga tahu! Aneh sekali! Kalau begitu coba kau katakan,
kenapa masih mau menyelamatkan dia!"
Sin-hiong hanya tahu harus menolong Ho Koan-beng, tapi jika
ditanya alasannya kenapa, dia sungguh tidak tahu jawabannya,
dengan lesu menun-dukan kepala, mengambil sedikit Ho-siu-oh,
tanpa pikir lagi menyuapkannya ke mulut Ho Koan-beng!
Hui-lan menjadi sangat marah, wajahnya jadi pucat, dengan
keras dia menghentakan kakinya, secepat kilat berlari ke atas
gunung!
Sin-hiong masih mengeraskan hati, setelah menyuapkan Ho-siu-
oh ke mulut Ho Koan-beng, lalu mencari air bersih dan diberikan
padanya, setelah merasa cukup, dia baru mengejar Hui-lan keluar.
Sekarang dia sepertinya merasa punya hutang pada Hui-lan?
Bagaimana pun harus mengejar dia!
Di sepanjang jalan dia terus berpikir, 'Hui-lan pasti kembali lagi
kepenginapan', maka laksana sebuah meteor dia berlari menyusul!
Sekarang sudah tengah malam, di sekeliling sangat sepi, tidak
lama mengejar, benar saja dia melihat tubuh Hui-lan yang langsing
sedang berjalan sendirian didepan, buru-buru dia berteriak:
"Nona Lan tunggu!"
Tidak berteriak masih bagus, setelah berteriakJ Hui-lan malah
mempercepat larinya!
Sin-hiong tidak mau menyerah, dia segera mengambil nafas,
dengan lima enam kali loncatan, dia sudah berhasil mengejar Hui-
lan dan berkata lagi:
"Nona Lan, tolong kau dengarkan aku dulu?"
Hui-lan masih tidak mau peduli, saat Sin-hiong berhenti, dia
sudah lari lagi sejauh lima enam tombak!
Sin-hiong sudah menetapkan hati, dia tidak akan berhenti
sebelum berhasil, tubuhnya berkelebat dalam sekejap sudah
.mengejar kembali Hui-lan dan berdiri di tengah jalan berkata:
"Nona Lan, apakah kau bisa mendengarkan penjelasanku dulu?"
Hui-lan diam tidak menjawab, dia melangkah kesisi jalan, Sin-
hiong pun melangkah kesisi jalan, Hui-lan kekiri, dia juga kekiri, Hui-
lan melotot dengan marah berkata:
"Mau apa kau?"
"Aku hanya ingin menjelaskan, setelah aku menjelaskan, kau
mau jalan lagi juga tidak apa apa!"
"Aku tidak mau dengar!"
"Benarkah?" kata Sin-hiong tertegun.
Hui-lan melihat ketika Sin-hicng mengatakan ini, wajahnya
samar-samar ada ekspresi sedih, dia jadi tertegun dan bertanya:
"Kau sudah menolongnya, kenapa harus menjelaskan padaku?"
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku bukan mau menjelaskan, nona, selanjut-nya aku tidak
berhutang apa-apa lagi pada dia?"
Jelas di dalam kata-katanya mengandung arti yang dalam, Hui-
lan bertanya:
"Apa arti kata katamu?"
Dengan lemas dan tubuh bergetar, Sin-hiong lalu menceritakan
keadaan dirinya sepuluh tahun yang lalu, dan dikemudian hari apa
yang terjadi setelah kembali ke rumah Sun Cui-giok, lalu Cui-giok
dalam keadaan bagaimana meninggalkan rumahnya, terakhir dia
berkata lagi:
"Saat ini ilmu silat Ho Koan-beng sudah maju pesat, setelah aku
menyelamatkannya, dia bisa pergi menolong Sun Cui-giok,
sedangkan diriku, tugas dari guruku masih belum selesai, walaupun
aku berniat pergi ke Ngo-ki-hong, tapi saat ini mungkin tidak
sempat, mengenai bagaimana dia setelah sembuh menghadapi aku,
itu urusan dia sendiri?"
Entah kenapa? setelah mendengar cerita Sin-hiong, kedua mata
Hui-lan berlinang air mata, lalu berteriak:
"Hiong-ko!" dia langsung memeluk.
Sin-hiong tidak menghindar, dia membiarkan Hui-lan sepuasnya
menyandar di dadanya, kedua matanya bengong memandang jauh,
hati dia seperti merasa-kan semacam perasaan indah.
Sepanjang hidupnya, saat dia masih kecil, sudah mengalami
berbagai penghinaan, hatinya selalu merasakan semacam
kekosongan, setelah 'turun gunung, dia kembali memaksa menekan
sifatnya yang bebas, terhadap siapa pun dia menampakan wajah
yang dingin, tapi hatinya sebenrnya sangat hangat.
Sekarang, Hui-lan sudah mengerti dirinya, dengan pelan dia
berkata:
"Hiong-ko, aku rela menemanimu mengunjungi seluruh pelosok
dunia!"
Hati Sin-hiong tergerak, lalu berkata
"Kau jangan berkata bodoh, jika ayahmu tahu, dia tidak akan
mengizinkanmu!"
Hui-lan mengangkat kepalanya dan bertanya: "Kenapa?"
Sin-hiong menundukan kepala, melihat air matanya masih belum
kering otaknya tiba-tiba berkelebat satu pikiran aneh, tanyanya:
"Bukankah karena kasihan padaku, jadi kau rela ikut denganku?"
Hui-lan menggelengkan kepala:
"Tidak peduli kau mau bilang apa, aku tetap akan ikut
denganmu!"
Sin-hiong sangat terharu, baru saja mau bicara, mendadak
terdengar seseorang berkata:
"Hemm... hemm... sangguh menggelikan?"
Dua orang yang sedang dimabuk cinta itu, tidak menduga di
belakangnya ada orang begitu mendengar suara ini, ternyata dia
adalah Ho Koan-beng yang baru saja ditolong Sin-hiong!
Hui-lan mendadak meloncat dengan marah berkata:
"Mau apa kau ikut kesini?"
Ho Koan-beng tertawa dingin:
"Kau bisa ikut dia, apakah aku tidak boleh mengikutinya?"
Walaupun Ho Koan-beng dalam keadaan setengah pingsan, tapi
pembicaraan kedua orang ini dia dapat mendengarnya jelas, dia
berpikir, 'ternyata Sen Sin-hiong masih memiliki sebuah pusaka yang
sulit didapat, jika dia mendengar kata-kata Hui-lan, benar-benar
memakan semua Ho-siu-oh itu, mungkin ilmu silatku seumur
hidup tidak akan bisa mengejar-nya?
Setelah dia sadar, dia segera mengejar, ketika dia meloncat-
loncat, dia merasakan gerakannya semakin lincah dan ringan,
sehingga bertambah keinginan merebut Ho-siu-oh yang berusia
ribuan tahun itu dari tangan Sin-hiong.
Tapi dia sadar, walaupun ilmu silatnya sekarang sudah maju
pesat, jika ingin mengalahkan Sin-hiong, bukan satu hal yang
mudah, maka dia terpaksa menggunakan siasat.
Sin-hiong masih belum sadar, ketika melihat Ho Koan-beng
mengikutinya, maka dia berkata:
"Ho-heng, bagaimana keadaanmu sekarang?"
Ho Koan-beng pura-pura tidak tahu dia memiliki Ho-siu-oh,
setelah tersenyum dia berkata:
"Terima kasih Sen-tayhiap, aku sekarang sudah baik!"
"Baguslah, tapi aku ada satu hal yang harus kuberitahukan
padamu, yaitu masalah nona Sun, jika saudara Ho sempat, pergilah
ke Ngo-ki-hong!"
Setelah berkata, lalu mau pergi bersama dengan Hui-lan.
Mana mungkin Ho Koan-beng membiarkan Sin-hiong pergi begitu
saja, buru-buru dia berkata:
"Sen-tayhiap tunggu, aku masih ada yang perkataan yang ingin
kusampaikan!"
Sin-hiong terpaksa menghentikan langkah dan tanya:
"Saudara Ho masih ada apa lagi?" Otak Ho Koan-beng berputar
katanya:
"Saudara Sen tadi mengatakan apa Ngo-ki-hong dan Ngo-ki-
thian-cun, aku sedikit pun tidak tahu, apakah saudara Sen bisa
menerangkannya?"
Hui-lan melihat saat dia berkata, bola matanya berputar-putar,
dia sadar ada udang dibalik batu, dia segera berkata:
"Hiong-ko jangan sampai tertipu olehnya, orang ini sedang
bersiasat!"
Sambil tertawa Sin-hiong berkata:
"Ngo-ki-thian-cun namanya Tonghong Ki, saudara Ho murid dari
perguruan ternama beraliran lurus, kenapa bisa tidak tahu?"
Ho Koan-beng berpura-pura "Aah!" katanya:
"Ternyata dia?"
Wajahnya tampak seperti terkejut, pura-pura terkejut mendengar
nama besar Ngo-ki-thian-cun, sebenarnya dengan ilmu silatnya
sekarang, walau Tonghong Ki dia tidak merasa takut?
Hui-lan tertawa dan berkata:
"Bagaimana? Dia kan sudah tahu, hemm hemm sudah tahu
masih berpura-pura bertanya, mana mungkin niatnya baik?"
Terhadap Ho Koan-beng bisa dikatakan Hui-lan sama sekali tidak
percaya, walaupun Sin-hiong tadi pernah mengatakan selanjutnya
tidak akan mempeduli kan Ho Koan-beng lagi, tapi dia bersifat
sungkan, setelah bertemu lagi, dia malah merasa tidak enak?
Ho Koan-beng melangkah dua langkah dan berkata:
"Saudara Sen, kita harus mempertegas, Cui-giok hilang
karenamu, tentu saja kau harus mencarinya kembali, jika saudara
Sen merasa kurang tenaga, dan memerlukan bantuanku, tentu
saja dengan senang hati aku akan membantunya?"
Sin-hiong tertegun, kata-kata Ho Koan-beng walaupun sangat
licik, tapi itupun kenyataan, setelah berpikir-pikir dia berkata:
"Terima kasih atas bantuannya, jika saudara Ho tidak mau
mencarinya, nanti setengah tahun kemudian aku akan
mengantarnya ke Hoa-san."
Setelah berkata begitu, dia langsung pergi bersama dengan Hui-
lan.
Ho Koan-beng menatap bayangan belakang Sin-hiong dengan
Hui-lan, rasa irinya timbul lagi, di dalam hatinya berpikir:
'Kalian sungguh enak sekali, hemm hemm lihat saja, setelah
kubuat kacau, nanti kalian bisa apa padaku?"
Terhadap Sin-hiong, sekarang dia sudah tidak ada apa-apa lagi,
menunggu kedua orang itu pergi jauh, diam-diam dia mengikutinya
dari belakang.
Sebenarnya hati Ho Koan-beng tadinya sangat polos, karena
selama setengah tahun terakhir ini, dia telah mendapatkan Hiang-
liong-pit-to itu, lalu pontang panting ingin bersembunyi, menghindar
dari incaran orang, maka telah menghabiskan pikirannya, ditambah
mendapat rangsangan dari Sin-hiong dan Hui-lan, sifatnya pelan-
pelan jadi berubah, dengan tidak sadar dia sudah menjadi orang
licik.
Keesokan hari, Sin-hiong dan Hui-lan sudah meninggalkan Po-cia-
tian, tujuan Sin-hiong sekarang hanya berniat mencari Thian-ho-
tiauw-sou dan Ngo-ki-thian-cun berdua, menurut perkiraannya, dua
orang ini pernah menampakan diri di daerah Ho-pak, walaupun
sekarang mungkin sudah pergi, tapi mungkin perginya tidak jauh.
Kedua orang itu pelan-pelan memacu kudanya di jalan raya,
karena di sekitarnya adalah pegunungan, paling biasa digunakan
oleh orang-orang dunia persilatan, maka kedua orang itu sambil
berjalan sambil mengawasi sekelilingnya?
Tapi walaupun kedua orang ini sudah berjalan dua tiga hari, di
sepanjang jalan masih belum menemukan apa-apa, sampai akhirnya
mereka sudah hampir keluar dari daerah Ho-pak.
Tiba-tiba hati Sin-hiong tergerak dan bertanya:
"Kalau pergi ke Go-bi kira-kira masih berapa jauh?"
Hui-lan menggelengkan kepala:
"Aku belum pernah pergi ke Su-chuan, kita berjalan saja pelan-
pelan lihat apa yang nanti terjadi."
Sin-hiong berpikir-pikir dalam hatinya, 'jika ingin menemukan
Thian-ho-tiauw-sou dan Ngo-ki-thian-cun, mungkin hanya bisa
dengan keberuntungan saja, sekarang sudah tiba di daerah Su-
chuan, lebih baik aku bereskan saja salah satu keinginan guru yang
ditugaskan padaku.'
Tanpa terasa dia menganggukan kepala, baru saja akan memacu
kudanya, mendadak dari belakang terdengar derap kaki kuda yang
cepat sekali!
Hui-lan memalingkan kepala kebelakang, tidak tahan dia terkejut
dan berkata:
"Hiong-ko, kau lihat orang ini bukankah dia Ho Koan-beng?"
Sin-hiong melihat orang ini memakai baju putih, kudanya seekor
kuda putih, pedang panjang diselipkan dipunggungnya, sambil
memacu kudanya kelihatan gagah sekali!
Sin-hiong menganggukan kepala dan berkata:
"Memang dia!"
Ketika dia berkata, Ho Koan-beng sudah tiba di depannya, dia
teriak:
"Saudara Sen, kita sungguh berjodoh, tidak diduga bisa bertemu
disini?"
Sin-hiong bersuara "Mmm!" dan berkata:
"Entah saudara Ho saat ini mau pergi kemana?"
Mata Ho Koan-beng berputar sekali, berkata:
"Aku mendengar sebuah kabar, jadi sedang mencari Sen-tayhiap,
tidak diduga bertemu disini."
Hui-lan mendengus dan berkata:
"Kau mendapat kabar bagus apa, hingga mau mencari kami?"
Dengan kesal Ho Koan-beng melihat Hui-lan sekali, lalu berkata
dingin:
"Bukankah saudara Sen mau mencari Ngo-ki-thian-cun? Yang
ingin aku kabarkan justru orang ini!"
Sin-hiong jadi bersemangat kembali tanyanya:
"Dimana saudara Ho bertemu dengan dia?"
Ho Koan-beng bertingkah misterius berkata:
"Saudara Sen mengatakan dia menawan Cui-giok, tapi saat aku
bertemu dengan dia, dia hanya seorang diri!"
Sin-hiong memalingkan kepala melihat Hui-lan, Hui-lan yang
pintar, di dalam hati timbul curiga lalu bertanya:
"Kau katakan dulu dimana bertemu dengan dia?"
Diam-diam Ho Koan-beng menghela nafas, di dalam hatinya
berkata:
'Kau sungguh pintar, tunggu setelah aku membereskan Sen Sin-
hiong baru kau tahu rasa', saat itu dia pura-pura tertawa dan
berkata:
"Percaya atau tidak terserah kalian, mungkin dia sekarang sudah
pergi ke Ngo-ki-san!"
Pikiran Sin-hiong hanya ingin menolong orang, tanpa pikir
panjang berkata:
"Bagus sekali kalau begitu, Ngo-ki-san tidak jauh dari sini, jika
sekarang kita mengejarnya masih keburu!"
Hui-lan tertawa dingin dan berkata:
"Hiong-ko, jangan termakan siasat orang licik!"
Wajah Ho Koan-beng berubah dengan marah berkata:
"Kau bicara sembarangan saja, tolong tanya siapa orang yang
licik?"
Hui-lan tidak mau mengalah dia mendengus dan berkata:
"Didalam hati kau mengerti sendiri!"
Ho Koan-beng naik pitam, "Ssst!" dia men-cabut pedangnya dan
berkata:
"Jika kau masih sembarangan bicara, maka aku tidak akan
sungkan lagi?"
Bagaimana Hui-lan bisa takut padanya, baru saja mau membalas,
Sin-hiong khawatir jika begini terus akan membuang waktu, maka
dia cepat-cepat berkata:
"Kalian berdua jangan bicara lagi, jika saudara Ho sudah tahu
Ngo-ki-thian-cun pergi ke Ngo-ki-san, maka silahkan saudara Ho
membawa jalan, bagaimana pun kita harus menolong Cui-giok
kembali!"
Wajah Ho Koan-beng tampak tertawa senang dan berkata:
"Ini baru kata-kata yang pantas!"
Setelah berkata dia membalikan kudanya dan dipacu menuju ke
provinsi Su-chuan!
Sekarang Hui-lan sedang jatuh cinta pada Sin-hiong, dia tahu
perjalanan ini sangat berbahaya, tapi dia tidak tega menentang
keinginan Sin-hiong, maka dengan pelan berkata:
"Hiong-ko, Aku lihat sorot mata orang ini tidak benar, jika tetap
mau pergi, kita harus sangat waspada!"
Dengan sangat berterima kasih Sin-hiong melihat nya, katanya:
"Adik Lan kau tenang saja, aku akan waspada!"
Sesudah kata-kata ini keluar, hati Hui-lan merasa melayang,
selama dia berjalan dengan Sin-hiong, baru pertama kalinya Sin-
hiong memanggil dia 'adik Lan', dia merasa hatinya manis sekali,
hampir melupakan apa yang dinamakan bahaya.
Tidak lama setelah Ho Koan-beng pergi, Sin-hiong dan Hui-lan
pun mengikutinya dari belakang.
Jarak ke Ngo-ki-san hanya ertam tujuh puluh li saja, ketiga orang
itu memacu kudanya dengan cepat, ketika matahari terbenam
mereka sudah tiba di kabupaten Ngo-ki-san, Ho Koan-beng
menghentikan kudanya dan berkata:
"Kita jangan masuk ke dalam kota, langsung saja naik ke atas
puncak gunung!"
Tentu saja Sin-hiong setuju, melewati sudut benteng kota, di
depan sudah samar-samar terlihat sinar lampu berwarna kuning
padam, kiranya itu adalah rumah rumah penduduk di bawah
gunung, ke tiga orang itu beristirahat sebentar, menitipkan kudanya
pada satu keluarga bukuni, lalu naik gunung menelusuri jalan.
Dua belas bukit Ngo-ki-san adalah daerah berbahaya yang
ternama, di atas bukit tebingnya tinggi tinggi dan penuh oleh batu-
batu yang bentuknya aneh aneh, Ho Koan-beng dulu pernah
berkunjung kesini mengikuti gurunya Hoa-san tayhiap, makanya dia
sangat hafal jalan-jalannya.
Sambil berjalan cepat Ho Koan-beng memutar otaknya, dia ingin
sekali membunuh Sin-hiong, tapi tidak mau kehilangan Ho-siu-oh
berusia ribuan tahun yang dimiliki Sin-hiong! Maka dia terus
memikirkan satu cara yang bagus.
Ketiga orang itu berlari sejenak, sesudah hampir melewati tengah
gunung, terlihat di bawah kaki adalah sungai Yang-cu yang seperti
ular naga, Sin-hiong menghentikan langkah dan bertanya:
"Saudara Ho, Ngo-ki-san demikian besar, kemana kita harus
berjalan, baru bisa bertemu dengan Ngo-ki-thian-cun?"
Ho Koan-beng sedang membelakangi Sin-hiong, kedua matanya
pura-pura melihat ke atas puncak, wajahnya samar-samar tampak
hawa membunuh, sebenarnya dia sedang membawa Sin-hiong ke
tepi jurang di sisi sungai, yaitu ingin mengambil kesempatan saat
Sin-hiong tidak bersiaga, lalu mendorongnya jatuh ke dalam sungai,
tapi jika dia bertindak begini, Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun
itu pun akan jatuh ke sungai bersama Sin-hiong?
Otaknya berputar cepat, ketika hatinya sedang tidak risau,
mendadak diatas puncak terlihat satu bayangan orang yang
bergerak sangat cepat!
Munculnya orang ini sangat mendadak, sampai Ho Koan-beng
sendiri pun tidak tahu siapa dia, ternyata saat ini Hui-lan pun sudah
melihatnya, buru-buru dia menarik Sin-hiong sambil terkejut
berkata:
"Hiong-ko, di puncak ada orang!"
Sin-hiong sedang memperhatikan sungai, setelah mendengar ini
dia langsung melihat ke atas, bayangan orang itu tepat berkelebat
menghilang!
Ho Koan-beng mengambil kesempatan ini untuk mengelak dan
berkata:
"Dia benar atau bukan belum bisa dipastikan, kita ke puncak saja
untuk melihatnya!"
Setelah itu dia langsung mendahului berlari, Sin-hiong dan Hui-
lan mengikutinya naik ke puncak!
Gerakan ketiga orang ini cepat sekali, sebentar saja sudah
sampai di puncak gunung, tapi disana tidak terlihat siapanya, Ho
Koan-beng yang berniat buruk, tidak ingin Sin-hiong menemukan
orang itu, supaya dia bisa mengambil kesempatan menyerangnya!
Tadinya Hui-lan masih bercuriga pada Ho Koan-beng, saat
melihat di puncak muncul seseorang, tidak tahan hatinya jadi
tegang, di dalam hatinya berpikir jika Sin-hiong menemukan Ngo-ki-
thian-cun, dengan ilmu silatnya digabungkan dengan Ho Koan-beng,
bisa saja merebut kembali Cui-giok, tapi jika saat itu Cui-giok tidak
menginginkan Ho Koan-beng malah ingin bersama dengan Sin-
hiong, dia harus bagaimana?
Hati wanita semuanya sempit, tidak terkecuali Hui-lan, tujuan dia
berbeda dengan Ho Koan-beng, tapi dalam cara berpikir, saat inipun
tidak meng-inginkan Sin-hiong menemukan orang itu!
Sin-hiong berputar dua putaran dan berkata:
"Orang ini ilmu silatnya cukup tinggi, menurut pandanganku,
kebanyakan dia adalah Ngo-ki-thian-cun!"
Hati Ho Koan-beng jadi tegang, tapi dia masih berpura-pura dan
berkata:
"Perkataan saudara Sen mungkin saja, tapi bagaimana kita bisa
menemukan dia?"
Sin-hiong melangkah dua langkah ke depan, melihat di depan
ada setumpukan batu aneh, bayangannya di bawah sinar bulan,
tampak dingin mengerikan. Sin-hiong melihat sekali dan berkata:
"Kita coba ke depan melihatnya!"
Setelah berkata, dia mencabut Kim-kau-po-kiam, selangkah demi
selangkah maju ke depan.
Ketiga orang itu pelan-pelan berjalan, kedua mata Ho Koan-beng
terus memperhatikan keadaan sekeliling, mendadak telinga dia
terdengar satu suara aneh di sebelah kanan, harinya tergerak dan
berteriak:
"Saudara Sen perlahan saja, biar aku kesana melihat-lihat."
Dia berniat buruk, pergi kesana mencari tempat bagus untuk
menyerang, hatinya berpikir:
'Aku sudah menghabiskan waktu sebanyak ini, jika terus begini,
kesempatannya akan hilang.'
Maka dia sudah lari ke sana tidak menunggu jawaban dari Sin-
hiong.
Sin-hiong dan Hui-lan masih mengira dia benar benar ke sana
untuk melihat-lihat keadaan, kedua orang itu menghentikan
langkahnya, siapa tahu setelah menunggu sesaat, Ho Koan-beng
masih belum kembali.
Sin-hiong jadi mengkhawatirkannya dan berkata:
"Apakah dia sudah menemukan Ngo-ki-thian-cun, mungkin saja
mereka sedang bertarung!"
Hui-lan menggelengkan kepala:
"Tidak mungkin!"
Entah apa sebabnya? Terhadap Ho Koan-beng Hui-lan selalu
tidak bisa percaya seratus persen, sekarang dia sudah bisa melihat
jelas, Sin-hiong sangat jujur, tapi Ho Koan-beng penuh kelicikan,
makanya dia sangat mengkhawatirkan Sin-hiong.
Sin-hiong tidak bicara, menunggu lagi sesaat, tapi Ho Koan-beng
masih tidak muncul, maka dia berkata lagi:
"Mungkin dia sudah mengalami hal yang tidak diinginkan, kau
tunggu disini, biar aku pergi kesana melihatnya!"
"Aku juga ikut!" kata Hui-lan cemas.
Sin-hiong dengan lembut memandang dia dan berkata:
"Adik Lan, kau jangan menempuh bahaya, ada aku sudah
cukup."
Bagaimana Hui-lan bisa tenang dia tahu Sin-hiong melakukan ini
karena mau melindungi dirinya tapi dia tidakbisa membiarkan Sin-
hiong menempuh bahaya sendirian. Saat itu berkata: .
"Tidak apa, aku bisa melindungi diri sendiri."
Setelah berkata, sepasang matanya melihat Sin-hiong dengan
penuh cinta, Sin-hiong hanya merasa hatinya melayang, sesaat
tidak tega menolaknya, maka menganggukan kepala, bersama Hui-
lan pergi kesana.
Batu-batu disini selain tinggi juga besar-besar, puncak yang hijau
bisa terlihat dari kejauhan, saat ini malam sudah larut, kadang-
kadang masih terdengar suara pekikan kera.
Kedua orang itu menembus beberapa tumpuk-an batu,
mendadak di depan mata ada lapangan luas ke bawah, Sin-hiong
menghentikan langkahnya, berkata:
"Adik Lan hati-hati, kau ikut di belakangku!"
Hui-lan menyahut sekali, mengikuti Sin-hiong dari belakang,
sepasang mata hitam yang besar dibuka lebar-lebar, dalam hatinya
berpikir:
'Tidak peduli Ngo-ki-thian-cun atau Ho Koan-beng, siapa saja dari
mereka asal menyerang Sin-hiong, aku pun akan pertama
menyerangnya.
Keadaan lapangan ini juga aneh, semakin kedua orang itu turun
terasa jalannya berliku-liku, walaupun di langit ada sinar bulan yang
tipis, tapi keadaan di depan mata cukup gelap.
Hui-lan menghela nafas panjang, katanya:
"Hiong-ko hati-hati, aku lihat disini sedikit aneh?"
Sin-hiong tidak menjawab, tapi tangannya lebih erat memegang
pedang pusakanya, berjalan tidak jauh, lapangannya mendadak jadi
datar, di depan ada sebuah hutan, sinar bulan dengan susah payah
menembus ke bawah, angin bertiup lemah, di dalam hutan
terdengar suara daun pohon ditiup angin, Hui-lan berkata lirih:
"Tempat ini angker sekali, jika ada orang pasti bukan orang baik-
baik?"
Perkataannya belum selesai, tiba-tiba terdengar suara jeritan
mengerikan yang tajam sekali di belakang hutan!
Sin-hiong tergetar dan berteriak:
"Ini suaranya saudara Ho, kita segera ke sana!"
Dia membalikan tangan menarik Hui-lan, sambil berteriak "Lari!"
dua bayangan orang itu melesat ke dalam hutan!
Gerakan mereka cukup cepat, tapi setelah tiba di dalam hutan
dan melihat, di sekeliling tempat itu, setengah bayangan orang pun
tidak ada?
Setelah Sin-hiong melihat-lihat, dia berkata:
"Heran, kenapa tidak terlihat satu orang pun?"
"Mendengar suara tadi, sepertinya berasal dari tempat ini, hemm
hemm, sungguh ajaib sekali!"
Walaupun kedua orang itu sedang berbicara, tapi kakinya tetap
berjalan kesana-kemari, Hui-lan menggetarkan pedangnya,
membuat ujung pedangnya mengeluarkan bunga pedang tiba-tiba
di tanah tampak ada jejak kaki!
Sin-hiong yang ikut melihat langsung berteriak:
"Di depan, cepat kesana!"
Hati Hui-lan selalu tidak bisa tenang tapi dia saat ini dia tidak
enak memberitahukan pada Sin-hiong dia khawatir membuyarkan
konsentrasinya.
Sekarang kedua orang ini sudah keluar dari hutan, terlihat di
belakang hutan ada parit yang dangkal, Sin-hiong melihat-lihat, lalu
dengan Hui-lan berjalan menelusuri parit, berjalan sesaat,
mendadak parit itu jadi melebar, Sin-hiong bersuara "Iiih!" dan
berkata:
"Suara airnya begitu besar, kenapa kita tadi tidak
mendengarnya?"
Hui-lan melihat ke belakang, lalu menunjuk dengan tangan dan
berkata:
"Hiong-ko, kau lihat, kita sudah belok dari sudut gunung, tentu
saja tidak bisa mendengarnya!"
Sekarang Sin-hiong pun merasakan ada sesuatu yang ganjil,
sebab mereka tadi mendengar suara jeritan dari Ho Koan-beng, dan
suaranya datang dari belakang hutan, tapi sekarang bukan saja
mereka sudah melewati hutan, malah sudah belok dari sudut
gunung, tapi satu bayangan orang pun tidak terlihat, bagaimana
tidak membuat orang jadi keheranan?
Sin-hiong mengerutkan alis, nada bicaranya seperti pada dirinya
saja, katanya:
"Coba kita jalan lagi ke depan, pasti menemukan salah satu dari
dua orang itu!"
Dua orang yang dia katakan itu, tentu saja ditujukan pada Ho
Koan-beng dan bayangan hitam yang tapi sekelebat menghilang,
hanya langit yang tahu, bagaimana dia bisa memastikan bayangan
hitam itu adalah Ngo-ki-thian-cun?
Semakin ke atas gunung, airnya semakin besar, keadaan yang
tidak normal ini sangat mengherankan mereka, sesudah lewat
hampir dua jam, kedua orang sudah merasa tidak sabar lagi, tapi di
depan mata mendadak ada satu danau.
Walaupun danau ini tidak besar, tapi percikan air yang diterjang
oleh air terjun itu, dimalam hari pemandangannya sangat indah!
Sin-hiong tidak tahan merasa kagum, berkata:
"Sungguh tempat yang bagus sekali!"
Mendengar ini, Hui-lan, tidak tahan tertawa dan berkata:
"Kau masih bisa menikmati pemandangan ini!"
Baru saja dia selesai bicara, mendadak dari balik air terjun
terdengar suara rintihan, kedua orang jadi terkejut, Sin-hiong
berteriak:
"Saudara Ho, saudara Ho......"
Dia berteriak beberapa kali, tapi kembali tidak ada yang
menjawab.
Hui-lan menarik dia dan berteriak:
"Hiong-ko jangan kesana!"
Sin-hiong tidak peduli, ternyata dia seperti mendengar suara Ho
Koan-beng jika Ho Koan-beng terluka, menurut sifatnya, walau di
sana sarang singa, dia tetap harus menyelidikinya.
Di balik air terjun setelah terdengar sekali teriakan, lama sekali
tidak ada teriakan lagi, Sin-hiong merapihkan bajunya dan berkata
pada Hui-lan:
"Adik Lan kau tunggu disini, aku kesana sebentar saja!"
Hui-lan terkejut sekali dan berkata: "Bagaimana bisa kau pergi
seorang diri?" Walaupun Hui-lan sangat khawatir, tapi dia sekarang
sudah tahu sifat Sin-hiong tahu tidak bisa mencegahnya, terpaksa
dia memperingatinya:
"Kau harus berhati-hati sekali, jika tidak ada apa-apa? Cepat
kembali lagi!"
Sin-hiong menganggukan kepala, lalu mengambil nafas,
tubuhnya meloncat ke atas masuk ke balik air terjun itu!
Di balik air terjun itu apakah ada tempat untuk berpijak, dia tidak
mempedulikannya, saat tubuhnya meloncat ke atas, Kim-kau-po-
kiam sudah disabetkan tiga kali, dalam liati dia pikir, 'jika di dalam
tidak ada tempat untuk berpijak kaki, asalkan dia meminjam sedikit
tenaga ujung pedang, bagaimana pun tidak akan tenggelam!
Tapi baru saja dia menembus air terjun, mendadak dia merasa
dari depan ada angin dahsyat datang menyerang, dia tahu di dalam
pasti ada orang bersembunyi, sambil menggunakan pedangnya dia
masih bisa membelokan angin serangan itu di udara!
Orang yang di dalam gua itu terkejut, tidak menduga di udara
Sin-hiong masih mampu meloloskan dirinya, mengambil kesempatan
sebelum Sin-hiong turun kebawah, dia secepat kilat sudah melesat
ke dalam!
Sin-hiong turun di depan mulut gua tanpa basah sedikitpun, tapi
dia tidak mempedulinya, dia tidak tahu siapa yang sembunyi di
dalam gua ini, saat itu dengan nada dalam dia berkata:
"Siapa yang ada di dalam, aku Sen Sin-hiong mau masuk......."
Setelah berkata, tangan kanannya menghunus pedang, telapak
tangan kiri melindungi dada, langsung menerjang masuk!
Ketika dia menghentikan langkahnya, terlihat keadaan di dalam
gua berbeda sekali dengan di luar gua, di dalam gua selain kering
sekali, juga seperti ada orang yang tinggal disini!
Dia sudah masuk ke dalam sarang singa, tentu saja harus hati-
hati sekali, pelan-pelan maju ke depan, berjalan tidak jauh,
mendadak terlihat di depan sinar bulan menembus, dia berpikir,
"tempat ini aneh sekali, tapi tidak tahu siapa orangnya yang tinggal
disini?"
Sin-hiong berjalan ke depan, mendadak terlihat di sebelah kanan
ada satu pintu batu, maka dia berjalan ke sana.
Siapa duga, setelah dekat dia melihat di dalam ada tiga kamar
yang berhubungan, yang paling mengejutkan dia adalah di kamar
paling belakang bertumpuk tidak kurang ribuan liang emas, Sin-
hiong yang melihat jadi terkejut sampai bengong?
Melihat keadaannya, gua batu bertirai air terjun ini adalah tempat
penyimpanan barang jarahan seorang perampok besar, tapi tadi ada
orang yang diam diam menyerang dirinya, apakah dia pemilik gua
ini?
Dia teringat suara rintihan di luar gua tadi, suara itu jelas adalah
suaranya Ho Koan-beng dia tidak mungkin salah dengar?
Setelah berpikir, dia tidak mau masuk ke dalam kamar itu,
supaya tidak dituduh orang mencuri barang lalu melangkahkan
kakinya jalan ke depan.
Berjalan sampai di kamar paling belakang, dia sudah sampai ke
ujung gua, jika maju lagi ke depan kelihatannya tidak ada jalan
keluar, Sin-hiong mengikuti sinar bulan melihat keatas, terlihat
diatas ada saru lubang kecil, sinar bulan yang tipis itu tembus dari
lubang itu.
Dia masih menduga-duga, gua ini tidak luas, selain rumah batu
itu, tidak ada tempat lain untuk bersembunyi, jika di dalam gua ada
orang, orang itu pasti bersembunyi di salah satu dari tiga kamar itu.
Berpikir sampai disini, Sin-hiong berjalan balik ke asalnya, dia
sengaja melangkah dengan keras, sampai di pintu kamar, berpikir
juga tidak, langsung masuk ke dalam!
Masuk ke kamar pertama, kedua, di dalam tidak ada orang, saat
dia masuk ke kamar ketiga, "Buum!" di belakangnya jatuh sebuah
batu besar, tepat menutupi pintu kamar!
Sin-hiong terkejut, dia menyapu ke belakang, tapi batunya
sekeras baja, terdengar "Paak!" di atas pintu batu berjatuhan debu
batu, tubuh dia malah terpental ke belakang selangkah oleh tenaga
balik!
Dia menghela nafas dingin, di dalam hatinya berpikir:
"Aku tidak mendengar nasihat Hui-lan, akhir-nya terjebak oleh
siasat licik orang!
Ketika berpikir, mendadak dari luar terdengar tawa dingin dan
berkata:
"Saudara Sen, kenapa kau lari ke dalam?"
Mendengar suaranya, ternyata adalah Ho Koan-beng, sekarang
dia sudah mengerti semuanya, suara jeritan mengerikan, suara
rintihan itu, kelihatan-nya itu sengaja dilakukan, supaya dapat
memancing dirinya masuk kesini, tidak disangka sesudah memper-
lakukan dia begitu baiknya, Ho Koan-beng masih menggunakan
siasat menghadapi dirinya, hati orang sungguh sulit ditebak?
Berpikir sampai disini, dia menghela nafas, berkata:
"Saudara Ho, aku sungguh kagum padamu telah menghabiskan
seluruh kepintarannya, saat ini kau menahan aku di dalam sini,
apakah hanya karena masalah Cui-giok?"
Ho Koan-beng tertawa dan berkata:
"Ini hanya salah satu sebab!"
Sin-hiong merasa tidak mengerti dan berkata:
"Kalau begitu mohon beritahukan sebab kedua?"
Ho Koan-beng terhenti sejenak lalu berkata:
"Beberapa hari lalu, aku telah terkena pukulan Im-hong-ciang
(Telapak tangan dingin) nya Goan Thian-hoa, coba katakan, saudara
Sen menggunakan apa menyembuhkan aku?"
Tidak menunggu Ho Koan-beng menyelaskan selanjutnya, Sin-
hiong sudah dapat menerka apa sebab keduanya, di dalam hati
berpikir, dulu Ho Koan-beng orangnya cukup baik, kenapa dalam
waktu singkat bisa berubah jadi begini?'
Walaupun Sin-hiong membenci dia, tapi di dalam hatinya, sangat
menyayangkan dia berlaku ke jalan yang salah.
Ho Koan-beng menjaga di luar, melihat Sin-hiong tidak bicara,
dengan dingin berkata:
"Saudara Sen kalau mau berpikir dulu juga bagus, aku harus
membereskan dulu wanita hina itu baru kesini lagi!"
Setelah berkata begitu dia berjalan keluar!
Sin-hiong jadi sangat gelisah, sekuatnya dia memukul pintu batu
itu, tapi sampai lengannya sakit, tetap saja tidak berguna, maka dia
berjalan menge-lilingi kamar itu dua putaran, terpikir dia sendiri di
dalam tidak masalah, tapi Kui-lan bukanlah lawannya Ho Koan-
beng?
Berpikir sampai disini, hatinya cuma bisa semakin gelisah.
Hari sudah terang Ho Koan-beng masih belum kembali, di dalam
hatinya berpikir orang ini banyak siasat licik, Hui-lan seorang diri
diluar, mungkin sekarang sudah dibunuhnya?
Dia berpikir kesana-kemari tanpa ada hasil, di dalam hati sudah
ada satu keputusan, yaitu tidak peduli menggunakan cara apa pun,
dia tidak boleh menyerahkan Ho-siu-oh itu pada dia?
Tengah hari juga sudah lewat, malam sudah tiba, tetap saja
belum mendengar ada derap kaki Ho Koan-beng, merasa gelisah
saja juga tidak ada gunanya, Sin-hiong sekalian saja duduk bersila,
berusaha memikirkan cara meloloskan diri.
Tapi begitu dia bersila langsung terasa perutnya kosong, dia
sadar sudah seharian dia tidak makan, hatinya berpikir, dalam gua
ini sulit mendapat makanan, tampaknya dia akan mati kelaparan!
Setelah berpikir lagi sesaat, dia merasa perutnya semakin melilit,
walau memaksa menahan-nya, tapi perut lapar tidak bisa
dibandingkan dengan hal lain, semakin dipikir semakin lapar saja,
dalam keadaan perut lapar dia berjalan berputar-putar di dalam
kamar.
Dalam keadaan sulit menahannya, tiba-tiba Sin-hiong terpikir Ho-
siu-oh, tapi saat keinginannya tergerak, kembali menggeleng-
gelengkan kepala:
"Tidak boleh, tidak boleh, bagaimana bisa aku menggunakan
pusaka yang sulit didapat ini untuk mengisi perut?"
Tapi, semakin mau menahannya, rasa laparnya semakin lihay,
dengan susah payah dia menahan sampai hari kedua, akhirnya dia
sudah tidak bisa menahannya lagi, dengan sendirinya dia
mengeluar-kan kotak kecil warna emas itu, saat dia melihatnya,
kembali memaksakan diri memasukan kembali ke dalam baju.
Hari kedua sudah lewat, Sin-hiong merasa kepala berputar-putar,
mata berkunang-kunang, di dalam hatinya berpikir jika begini terus,
menunggu sampai dirinya lemas tidak bertenaga, Ho Koan-beng
bisa diam-diam datang dan dirinya tidak ada tenaga melawannya,
bukankah Ho Koan-beng bisa dengan mudah merebut Ho-siu-oh ini?
Berpikir sampai disini, hatinya jadi tergetar keras, kembali dia
mengeluarkan kota kecil itu, menatap lama sekali, tapi dia masih
tidak berani menggunakannya!
Hari ketiga bukung, bukan saja laparnya amat menyiksa, dia juga
merasa sangat haus, di dalam hatinya berpikir:
"Aku dikurung di dalam gua ini, tidak apa mati kelaparan, tapi
perintah guru masih belum selesai, walaupun mati juga tidak bisa
mempertanggung jawabkan pada guru di akhirat!
Akhirnya dia tidak ragu-ragu lagi, dia meng-ambil sebagian Ho-
siu-oh, dengan nekad memasukan ke dalam mulutnya!
Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun sungguh hebat khasiatnya,
baru saja masuk ke dalam perut, Sin-hiong langsung merasakan ada
arus hangat menyebar ke seluruh tubuhnya, rasa hausnya langsung
meng-hilang, buru-buru dia bersemedi untuk melancarkan
peredarannya, saat ini dia merasa hawa murninya bergolak, tenaga
dalamnya terasa bergolak, semangat-nya sangat tinggi, jauh lebih
tinggi dari pada hari-hari biasanya!
Dia segera mencoba kekuatannya, dengan hebat menghantam
menggunakan telapak tangannya, terdengar suara keras "Buum!"
batu besar yang berat-nya ada ribuan kati itu, telah bergeser
sedikit!
Melihat itu, Sin-hiong tidak terasa menjadi sangat senang, di
dalam hati berkata:
"Asal aku memukul tiga kali lagi, bukankah aku sudah bisa
keluar?"
Ketika otaknya berputar, telapak tangannya sudah diangkat, tapi
pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di mulut gua.
Sin-hiong segera menurunkan lengannya, terdengar Ho Koan-
beng dengan sombong berkata:
"Kau tidak akan bisa lari kemana pun, bagai-mana pun aku harus
menangkapmu?"
Sin-hiong tergerak, di dalam hatinya berpikir ternyata benar Ho
Koan-beng pergi mencari Hui-lan, tapi entah kenapa bisa sampai
menghabiskan waktu tiga hari lamanya?
Terdengar Hui-lan memakinya:
"Kau bangsat berhati busuk, kulihat akhirnya kau akan mati tidak
wajar!"
Ho Koan-beng berkata dingin:
"Aku tidak peduli mati wajar atau tidak, asalkan kau bisa
membujuk dia memberikan Ho-siu-oh itu, maka aku akan
melepaskanmu!"
Mendengar ini, kemarahan Sin-hiong naik sampai rambut pun
berdiri, dia tidak menduga Ho Koan-beng bisa melakukan perbuatan
yang begini, tadinya dia mau mengambil kesempatan sebelum
mereka sampai di depan pintu, dia membuka pintu dengan
mendobraknya, tapi setelah dipikir-pikir, orang ini sungguh tidak
bisa dibiarkan hidup, jika tidak, entah berapa banyak orang lagi
yang dicelakai dia?
Tapi pikirannya sudah terlambat satu langkah, saat ini Ho Koan-
beng sudah masuk kedalam gua.
"Disini?" tanya Hui-lan
Ho Koan-beng menganggukan kepala, Hui-lan berteriak:
"Hiong-ko, kau tidak apa apa?"
Dalam waktu yang sempit ini, otak Sin-hiong mendadak berputar,
di dalam hati berpikir:
'Kenapa aku tidak tipu saja mereka!
Berpikir sampai sini, maka dia pura-pura tidak mendengarnya,
hati Hui-lan tergetar, 'dengan gelisah bertanya:
"Bukankah kau sudah mengurung dia tiga hari? Aduh, mungkin
sudah tidak bisa bergerak karena kelaparan!"
Setelah berkata, dia berontak ingin berlari ke depan, tapi Ho
Koan-beng mencengkram pergelangan tangan dia, begitu Hui-lan
bergerak, mendadak merasa pergelangan tangan mati rasa, Ho
Koan-beng berkata dingin:
"Sabar, kau begini pun tidak bisa masuk!"
Walaupun berkata demikian, tapi otak dia berputar, sambil
memegang tangan Hui-lan dia maju mendekat, begitu melihat Sin-
hiong roboh duduk di tanah tidak bergerak, dengan pelan
memanggil:
"Saudara Sen, temanmu sudah datang!"
Sin-hiong tetap diam tidak mempedulikan, Ho Koan-beng tertawa
dingin berkata lagi:
"Di antara kalian, siapa pun yang tersiksa sama saja!"
Setelah berkata, lima jarinya mencengkram lebih erat lagi, Hui-
lan hanya merasa pergelangan tangannya seperti dijepit oleh besi
panas "Aduh!" dia berteriak keras, Ho Koan-beng berkata lagi:
"Bagaimana, jika kedua belah pihak tersiksa, sangat tidak
menguntungkan sekali!"
Tadinya Sin-hiong masih ingin terus berpura pura, tapi melihat
Hui-lan kesakitan, hatinya jadi tidak tega, akhirnya berkata:
"Saudara Ho, kau ada masalah apa hadapilah aku, buat apa
melampiaskan pada seorang wanita yang lemah dan tidak berdosa?"
Ho Koan-beng tertawa keras dan berkata:
"Jika kau menyerahkan Ho-siu-oh itu padaku, aku jamin kalian
berdua tidak apa-apa?"
Sin-hiong berjalan ke sisi pintu batu:
"Aku mendapatkan Ho-siu-oh ini dengan tidak sengaja, jika
saudara Ho menginginkannya, silahkan buka dulu pintunya!"
Ho Koan-beng sangat senang dan berkata:
"Janji laki-laki sejati!"
Hui-lan mendadak menyela:
"Hiong-ko, jangan dengarkan dia!"
Sin-hiong dengan emosi berkata:
"Jika saudara Ho sampai tidak percaya pada-ku, bisnis kita ini
batalkan saja!"
Ho Koan-beng berpikir-pikir sebentar, sambil tertawa berkata:
"Tidak, tidak, sekarang kubuka pintunya!"
Setelah berkata, jarinya menekan di atas tembok batu, terdengar
suara "Buum!", pintu batu itu sudah berguling ke samping!
Sin-hiong meloncat keluar, melihat tangan Ho Koan-beng
mencengkram jalan darah Hui-lan, satu tangan lagi memegang
pedang, wajahnya tampak tersenyum licik, dia berkata:
"Bagaimana, sudah saatnya menepati janji bukan!"
Mata Sin-hiong melotot dan menyorot sinar yang tajam, dengan
kesalnya berkata:
"Ho Koan-beng, aku memperlakukanmu dengan baik!"
Ho Koan-beng melihat wajah dia penuh dengan hawa
membunuh, tidak tahan mundur ke belakang dan berteriak:
"Saudara Sen, kau harus pandai melihat keadaan, jika kau maju
satu langkah lagi, aku terpaksa membunuh dia!"
Sin-hiong tidak pedulikan, mendadak dia maju selangkah! Ho
Koan-beng melihat dia malah tidak takut ancaman, hatinya jadi
tergetar dan berteriak:
-oo0dw0ooo-
BAB 8
Thian-ho-tiauw-sou
Sin-hiong sangat marah, tapi setelah dia mempertimbangkan
keadaan di depan mata ini, terpaksa dia menghentikan langkahnya.
Ho Koan-beng sambil tertawa berkata:
"Itu baru betul, saudara Sen, silahkan berikan barang itu, biar
semua orang bisa pergi!
"Hiong-ko, jangan, jangan!" jerit Hui-lan.
"He he he, kau benar-benar tidak menuruti aku, kalau begitu
jangan salahkan aku tidak punya perasaan!"
Setelahberkata,diasudahmengangkatpedangnya,
kelihatannya, jika Sin-hiong berani maju lagi satu langkah, mungkin
dia benar-benar akan membunuh Hui-lan?
Ho Koan-beng menambah tenaga pada lima jarinya, sampai Hui-
lan berteriak kesakitan, Ho Koan-beng dengan dingin berkata:
"Saudara Sen adalah laki-laki sejati, tidak bisa dibandingkan
dengan pandangan kalian para wanita?"
Sin-hiong melihat pada Hui-lan, dia melihat wajah cantiknya
sebentar merah sebentar putih, pikiran dia jadi goyah, sekarang
kenyataan yang di depan mata jelas sekali, jika dia tidak
memberikan Ho-siu-oh, maka Ho Koan-beng akan mengancam Hui-
lan, mungkin Ho Koan-beng benar-benar membunuhnya?
Sin-hiong jadi merasa sangat sulit dan berkata:
"Saudara Sen, bisakah kau lepaskan dia dulu lalu
membicarakannya?"
Ho Koan-beng tertawa dan berkata:
"Tidak bisa, tidak bisa, kecuali kau berikan dulu Ho-siu-oh itu,
jika tidak, maka aku akan membunuh dia!"
Baru saja dia selesai bicara, mendadak di sudut gelap ada orang
bersuara dengan dingin berkata:
"Tidak semudah itu!"
Suaranya tajam dan melengking, tapi terdengar di telinga Ho
Koan-beng sampai berbunyi "Weng weng!" Ho Koan-beng terkejut
sekali dan berteriak:
"Siapa yang bicara?"
Wajah Sin-hiong Tampak terkejut, pada saat ini Hui-lan berteriak:
"Ayah, ayah......"
Sin-hiong dan Ho Koan-beng jadi tergetar, Ho Koan-beng lebih-
lebih terkejut, dan berteriak: "He he he, ketua pulau Teratai!
Tapi sebelum dia selesai bicara, mendadak ada satu orang di
belakang tubuhnya dengan dingin sekali berkata:
"Betul, kau juga tahu sehutanku?"
Ho Koan-beng semakin terkejut!
Ketua pulau Teratai yang namanya menggemparkan dunia ini,
ketika mulai berkata sampai muncul, kelihatannya seperti roh saja,
kecepatan dan misterinya, sungguh di dunia ini tidak ada dua nya?
Tubuh Ho Koan-beng gemetar sejenak dan berkata:
"Cayhe Ho Koan-beng, sudah lama mendengar nama besar ketua
pulau, tidak diduga malam ini bisa bertemu disini!"
Sin-hiong mengawasi, terlihat ketua pulau Teratai yang
termasyur di dunia persilatan ini, memakai mantel panjang
berwarna ungu, kumis dan janggutnya melayang-layang di depan
dada, usianya hanya lima puluh tahun lebih, kedua tangannya
dimasukan ke dalam lengan baju, tampangnya sangat tenang sekali.
Selama ini Sin-hiong hanya mendengar kebesar-an nama ketua
pulau Teratai, tidak diduga setelah bertemu ternyata dia masih
belum terlalu tua? Dengan kata lain, jika bukan Hui-lan telah
memanggil-nya, walaupun di kemudian hari bertemu lagi, dia juga
tidak akan percaya orang di depan mata ini adalah ketua pulau
Teratai yang amat termasyur itu?
Wajah ketua pulau Teratai sangat dingin, dia melihat pada Ho
Koan-beng dan berkata:
"Jika kau sudah tahu nama besarku, masih berani tidak
melepaskan anak Hui?"
Ho Koan-beng diam-diam menarik nafas: "Sebenarnya aku ada
kesulitan yang tidak bisa dikatakan, asalkan ketua pulau bisa
menyuruh Sen-tayhiap menyerahkan Ho-siu-oh, aku pasti menuruti
anda!"
Di dalam pikiran Ho Koan-beng, aku sekarang memegang
sandera, walaupun raja langit yang datang aku tidak takut, asal kau
maju selangkah, aku juga bisa menggunakan putrimu sebagai
sandera, mungkin kau pun tidak bisa berbuat apa-apa?
"Ayah, dia orang jahat!" teriak Hui-lan.
Wajah ketua pulau Teratai tergerak:
"Kalau begitu, kau coba saja tiga jurusku, jika kau bisa menahan
tiga juras seranganku, maka aku tidak mau lagi putri ku ini!"
Sin-hiong mendengar kata-kata ini, dia merasa, kata-katanya
terlalu percaya diri? Siapa sangka baru saja dia berpikir begitu,
mendadak satu bayangan berwarna ungu sudah menerjang kearah
Ho Koan-beng, sambil berteriak:
"Siap, inilah jurus pertama!"
Gerakannya aneh sekali, sebab gerakannya tidak menimbulkan
desiran angin sedikitpun, tapi serangannya laksana anak panah
yang terlepaskan busurnya!
Sin-hiong yang melihat serangan itu jadi tergetar, hatinya
bertanya-tanya tentang gerakannya?
Ho Koan-beng melihat lawan habis berkata langsung menyerang
dengan kecepatannya secepat kilat, dalam keadaan terkejut, dia
mendorong Hui-lan di depan tubuhnya untuk menghalangi, lalu
mengeluarkan jurus pedang dari Hiang-liong-pit-to, sambil menusuk
dia berteriak:
"Karena Tocu sudah memerintah, terpaksa aku mencobanya!"
Gerakan Ho Koan-beng cukup lihay, mula-mula dia menjadikan
Hui-lan sebagai tameng, lalu menyerang dengan jurus pedang Cui-
hong-su-eng! (Di puncak hijau ada bayangan pohon) dari Go-bi!
Belum lagi tubuh ketua pulau Teratai turun, ujung jarinya cepat
menusuk ke bawah, terhadap jurusnya Ho Koan-beng, dia seperti
sudah hafal, dengan angkuhnya berkata:
"Jurus ini walaupun cukup bagus, sayang kurang bertenaga!"
Lima jarinya yang seperti kail dengan ganasnya mencengkram ke
bawah, Ho Koan-beng hanya merasa di depan mata ada bayangan
berkelebat, dengan cepat ketua pulau telah datang mencengkram
pedang pusakanya dan merebut Hui-lan yang ada di depan
tubuhnya.
Sebenarnya jurus pedang dia sangat hebat, tapi dia masih kalah
pengalaman, ditambah bertemu dengan orang sehebat ketua pulau
Teratai, sehingga sedetik dia tidak bisa mengendalikan pikirannya,
begitu tangannya sedikit lambat, dia hanya merasa tangan kirinya
jadi enteng, tahu-tahu Hui-lan yang ada di tangannya sudah
diangkat keatas oleh ketua pulau Teratai.
Ho Koan-beng tergetar, dia langsung meloncat ke belakang!
Melihat ini, Sin-hiong tidak terasa meng-hentakan kakinya dan
berkata:
"Hay, sayang sekali kalah dalam jurus ini!"
Ketua pulau Teratai membawa Hui-lan ke samping, dengan
dingin berkata pada Sin-hiong: "Kau mau mencobanya?"
Sin-hiong menarik nafas dalam-dalam, hatinya berpikir:
'Benar saja orang ini sangat sombong, hemm hemm, apa aku
takut padamu?'
Matanya menyapu, terlihat wajah Ho Koan-beng pucat sekali,
sedangkan Hui-lan malah terus-menerus memberi isyarat mata
padanya, supaya dia sabar, walaupun dalam hati Sin-hiong tidak
terima, tapi demi Hui-lan dia jadi tidak enak bertindak, maka dengan
menahan diri dia berkata:
"Kepandaian ketua pulau tidak ada duanya di dunia, aku merasa
bukan lawannya!"
Mendengar ini, Hui-lan merasa lega sekali dan berkata:
"Ayah, dia orang baik!"
Ketua pulau Teratai dengan penuh kasih sayang melihat lembut
pada Hui-lan dan berkata:
"Anak Lan, sudah cukup kau bermain, sudah waktunya kita
pulang!"
Hui-lan memonyongkan mulutnya, dengan manja berkata:
"Belum, belum, aku masih ingin bermain lagi!"
Ketua pulau Teratai tertegun, mengikuti wajah Hui-lan yang lugu
berkata:
"Belum, belum, ! Lalu mau bermain sampai kapan?"
Melihat ini, Sin-hiong menjadi keheranan, di dalam hatinya
berpikir, terhadap orang lain dia sangat galak, tapi terhadap
putrinya sendiri malah sangat penurut, kelihatannya seperti anak
kecil saja, tidak heran orang-orang Poan-liong-pang menyebut dia
mahluk aneh?
Hui-lan tertawa, sambil menggerak-gerakan-kan tubuhnya
berkata:
"Ayah, aku bukan anak kecil lagi, harus selalu diawasimu?"
Ketua pulau Teratai mengeluh beberapa kali dengan resah
berkata:
"Lho lho, jika bukan ayah khawatir kau dihina orang, aku tidak
akan datang lebih dulu dari kalian!"
Ho Koan-beng dan Sin-hiong jadi tertegun, ternyata bayangan
orang itu adalah dia, karena tadi Ho Koan-beng tidak sampai dua
jurus tawanannya sudah direbut oleh ketua pulau Teratai, maka
keberaniannya menurun, sekarang sepatah kata pun tidak bisa
keluar.
Hui-lan tertawa dengan manja berkata:
"Aku pulang sendiri juga tidak boleh?"
Kepala ketua pulau Teratai mengeleng seperti klontongan saja
dan berkata:
"Tidak boleh, tidak boleh, jika begitu entah kapan kau mau
pulang kerumah?"
Hui-lan paling tahu sifat ayahnya, melihat ketua pulau Teratai
bersikap demikian, maka sadar di dalam hatinya tidak mengizinkan,
dia sendiri pun sadar, dia tidak bisa terlalu lama berada di luaran,
tapi dia ingin bersama dengan Sin-hiong pergi ke pulau Giok-sik
mencari Ngo-ki-thian-cun, siapa tahu harus minta bantuan ayah!
Berpikir ini, maka dengan serius berkata:
"Ayah, bagaimana kalau paling lama setengah tahun saja?"
Ketua pulau Teratai tidak pernah membantah keinginan putri
kesayangannya, saat itu mengangguk-kan kepala dan berkata:
"Baik, baik, baik, terserah kau saja, ayah juga ingin pergi
bermain-main!
Setelah berkata, tidak terlihat dia bersiap-siap, tahu-tahu sudah
melesat sejauh sepuluh tombak lebih, kecepatannya sungguh sulit
ditemukan di dunia persilatan!
Melihat ayahnya sudah pergi, Hui-lan langsung meloncat ke
samping Sin-hiong dan berkata:
"Hiong-ko, kita juga harus pergi!"
Sin-hiong seperti baru sadar, dengan bengong bertanya:
"Kemana kita pergi?"
Hui-lan melotot sekali dan berkata:
"Kau sudah pergi ke gunung Bu-tong, bagai-mana keadaan
disana?"
Dengan singkat Sin-hiong menceritakan keadaan di perguruan
Bu-tong, Hui-lan mendengarnya sampai hatinya menjadi dingin, dia
berkata:
"Kalau begitu tidak perlu ke gunung Bu-tong lagi, menurut
pendapat aku, saat ini Ngo-ki-thian-cun mungkin belum pulang,
malah Thian-ho-tiauw-sou setelah melukai tiga murid, siapa tahu
masih ada di sekitar ini, lebih baik kita untung-untungan saja,
bagaimana?"
Sin-hiong berpikir memang masuk akal, maka dia menganggukan
kepala, tanpa melihat Ho Koanbeng lagi, dua orang itu sambil
bergandengan pergi meninggalkan tempat itu!
Ho Koan-beng tinggal sendirian berdiri disana, pikirannya penuh
dengan masalah, di dalam hatinya berpikir:
Dua jurus saja aku tidak bisa bertahan terhadap ketua pulau
Teratai, bagaimana aku masih berambisi mau berebut kekuasaan di
Tionggoan.'
Hanya setelah dia berpikir lagi, dia pernah bertarung beberapa
jurus dengan Sin-hiong, dan Sin-hiong tidak lebih kuat dari pada dia,
asalkan dia giat berlatih lagi beberapa bulan, dan memecahkan dua
jurus terakhir di Hiang-liong-pit-to itu, nanti mungkin masih ada
harapan!
Berpikir sampai disini, kepercayaan dirinya jadi bertambah
kembali, ketika bayangan Sin-hiong dan Hui-lan menghilang, dia
tertawa dingin, lalu berlari ke arah yang berlawanan.
Tiang-kang adalah sungai terbesar, airnya keruh, berbelok-belok
mengalir menuju ke timur.
Setelah beberapa hari, ada sepasang muda-mudi perlahan
memacu kudanya menelusuri sungai, kedua orang ini adalah Sin-
hiong dan Hui-lan, seumur hidup Sin-hiong belum pernah melihat
sungai sebesar ini, dia sampai bengong menatapnya.
Hui-lan tertawa lalu berkata:
"Tiang-kang tidak ada apa-apanya? Jika kau pergi ke pulau
Teratai kami di Tong-hai (Laut timur), kau bisa melihat lautan luas,
pada malam hari melihat matahari terbenam, pagi hari melihat
matahari terbit, pemandangan itu baru membuat orang terpesona!"
Hati Sin-hiong jadi tergerak mendengarnya, tanpa sadar berkata:
"Aku berharap dapat segera menyelesaikan pesan guruku,
setelah itu nanti aku pasti menemanimu tinggal beberapa hari di
pulau Teratai!"
Hui-lan senang sekali dan berkata:
"Silahkan, silahkan, tapi kau harus berjanji pergi kesana ya!"
"Tentu saja!"
ketika sedang berbincang, Hui-lan melihat di pantai duduk satu
orang, rambut orang ini acak-acakan, karena duduk membelakangi,
makan wajah-nya tidak terlihat seperti apa, di tangannya
memegang sebuah pancingan panjang, penuh perhatian meman-
dang air sungai.
Saat ini Sin-hiong dan Hui-lan sudah men-dekat, terdengar orang
itu berteriak: "Naik, naik!"
Setelah berkata, dia mengangkat tangannya, terlihat dari air yang
muncrat dia berhasil memancing seekor ikan mas yang besar sekali!
Kedua orang itu melihat, hatinya jadi sangat terkejut!
Ternyata cara memancing orang ini aneh sekali, di tangannya
hanya ada satu batang pancingan yang tidak ada apa-apanya, tidak
ada senarnya, rupanya ikan tadi yang dipancing dia adalah dengan
cara mengerah-kan tenaga dalam ke pancingan dan menyedot ikan
itu ke atas.
Sin-hiong dan Hui-lan berdua adalah ahli ilmu silat, sekali melihat
mereka sadar orang ini adalah orang aneh dunia persilatan, kedua
orang itu tertegun, tidak menduga di tempat begini bisa bertemu
dengan orang seperti ini?
Rasa terkejut kedua orang itu belum hilang, timbul lagi hal yang
lebih mengejutkan.
Ternyata setelah orang itu mengangkat ikannya, dia malah
menggeleng-gelengkan kepala dan berkata sendiri:
"Hay hay! Yang besar tidak datang malah yang kecil datang,
pergi, pergi, pergi!"
Dia kembali melayangkan tangannya, melemparkan ikan mas itu
ke dalam sungai sejauh sepuluh tombak lebih, lalu membenamkan
lagi pancing ikannya ke dalam air.
Diam-diam Sin-hiong tergetar, gerak-gerik orang ini tampak jelas
ilmu silatnya sudah mencapai taraf puncaknya, tapi setelah dipikir-
pikir dia masih tidak tahu siapa orang ini?
Hui-lan mengerutkan sepasang alisnya, dia teringat seseorang,
tapi dalam sesaat dia tidak berani memastikannya!
Tadinya kedua orang ini berjalan pelan-pelan, sekarang tidak
tahan mengekang tali kendali kudanya erat erat, tidak lama, terlihat
air memercik, kembali orang itu berhasil memancing ikan besar,
berat ikan ini kelihatannya ada dua tiga kati, dalam hati Sin-hiong
berpikir:
'Kali ini kau tentu tidak akan menganggap ikan ini kecil lagi'.
Tapi kenyataannya tetap di luar dugaan. Ikan besar itu meronta-
ronta dihisap ujung pancingan yang kecil itu di permukaan air, tapi
sedikit pun tidak berdayanya, orang itu melototkan matanya melihat
"Puhh!" berkata:
"Kau sungguh mengesalkan, aku tidak memancingmu, kau malah
tidak mau pergi, he he, apa kau sudah bosan hidup?"
Setelah berkata lalu menghentakan ikan itu jauh sekali,
pancingannya masuk lagi ke dalam air.
Sin-hiong jadi semakin tidak mengerti, di dalam hati berkata:
"Ikan sebesar ini dia juga tidak mau, entah dia mau yang sebesar
apa?'
Dari tadi Hui-lan pun sangat memperhatikan orang ini, tapi dia
juga jadi tertarik oleh gerakan yang aneh ini, pelan berkata:
"Ikan sebesar ini dia pun tidak mau, entah mau yang sebesar
apa?"
Sin-hiong pun punya perasaan yang sama, baru saja mau
menjawab, mendadak orang itu mengguman:
"Aku memancing ikan ada satu kebiasaan, tidak saja mau yang
besar, dan juga harus tua, ikan yang muda-muda ini hanya
mengganggu saja!"
Kata-kata ini walaupun berkata pada diri sendiri, tapi tujuannya
seperti ditujukan pada kata-kata Hui-lan tadi, Hui-lan orangnya
sangat pintar sekali, tanpa sadar tergetar keras!
Dia melihat pada Sin-hiong, tapi wajahnya penuh bimbang
melihat ke air sungai, pelan-pelan mendekat dan menarik tangan
Sin-hiong, di atas telapak tangannya menulis:
"Thian-thiauw-sou!"
Sin-hiong tergetar, otaknya berputar cepat, dia seperti tidak
percaya orang ini Thian-ho-tiauw-sou?
Dengan berpenampilan seorang nelayan biasa bagaimana
mungkin memiliki ilmu silat setinggi ini?
Hui-lan melihat Sin-hiong tidak berkedip melihat telapak
tangannya, dan sedikit pun tidak ada reaksi, sadar di dalam hati dia
masih ragu, karena jaraknya terlalu dekat, walaupun dia punya
banyak perkataan yang mau di keluarkan, tapi tidak bisa dikatakan
sekarang, maka dia pura-pura berkata:
"Hiong-ko, mari kita pergi, jangan membuang waktu perjalanan!"
Sin-hiong mengerti maksudnya, kedua orang menarik tali kendali
kuda, berdua memacu kudanya segera pergi!
Sesudah jauh Hui-lan baru menghentikan kudanya dan segera
berkata:
"Hiong-ko, kenapa kau tidak percaya dia adalah Thian-ho-tiauw-
sou?"
Sin-hiong dengan nada dalam berkata:
"Aku lihat memang sedikit mirip, tapi kita tidak bisa sembarangan
bertanya padanya?"
Hui-lan menghela nafas:
"Hei! Kau ini, apa kau tidak mendengar kata katanya? Heng, dia
malah memandang sebelah mata pada kita?"
Walaupun kata-katanya mendekati kenyataan, tapi Sin-hiong
tidak mau sembarangan, setelah berpikir sejenak dan berkata:
"Kita lihat lagi dia, jika dia benar Thian-ho-tiauw-sou, kali ini
mungkin dia bereaksi!"
Mata Hui-lan berputar dua kali dan berkata:
"Boleh juga, tapi kau harus hati-hati, ilmu silat orang ini
tampaknya tidak dibawah ayahku!"
Berkata sampai disini, dia kembali mengkhawatirkan Sin-hiong!
Kedua orang itu berjalan lagi ke tempat itu, siapa duga di tempat
itu sudah tidak ada seorang pun
"Dia sudah pergi!" kata Hui-lan.
Mata Sin-hiong sangat tajam, mendadak melihat di pantai
berserakan tidak sedikit ikan, buru-buru berkata:
"Di sana banyak ikan, mungkin orangnya belum pergi!"
Setelah berkata dia langsung berlari dulu kesana!
Setelah dekat dan melihat, di tanah tergeletak ikan-ikan tidak
kurang dari puluhan banyaknya, ada yang besar juga ada yang
kecil, setelah Sin-hiong melihat nya, tidak tahan dia menarik nafas
dingin, di dalam hati berkata:
"Ketika aku dan adik Lan pergi dan kembali lagi, tidak sampai
menghabiskan waktu setengah seperminuman teh panas, orang ini
sudah bisa menggunakan tenaga dalamnya menghisap ikan
sebanyak ini, jika bukan Thian-ho-tiauw-sou, siapa lagi?"
Hui-lan pun mengikutinya, mendadak dia menjerit:
"Hiong-ko coba kau lihat, bukankah ini huruf Thian-ho-tiauw-
sou?"
Sin-hiong tadi masih belum memperhatikan, sekarang diingatkan
oleh Hui-lan, dia menelitinya sekali lagi, benar saja di antara
berserakan ikan, di tengah ada huruf Thian-ho-tiauw-sou!
"He he! Benar saja dia!" teriak Sin-hiong.
Matanya melihat ke sekeliling terlihat angin sungai bertiup
lembut, air sungai mengeluarkan suara menerpa pantai, selain itu,
apa pun tidak terlihat lagi!
Tempat di mana Sin-hiong dan Hui-lan berdiri adalah lapangan
datar yang sangat luas, walau Thian-ho-tiauw-sou pergi, juga tidak
akan secepat ini bisa menghilang, Sin-hiong meneliti sejenak lalu
berkata:
"Adik Lan, kau sementara tunggu disini, biar aku melihat-lihat ke
sekitar!"
Setelah berkata dia meloncat dari kudanya, dalam sekejap sudah
menghilang di lapangan liar itu.
Hui-lan tertegun, hatinya berpikir, sungguh cepat gerakan Sin-
hiong?
Dia tidak tahu beberapa hari lalu saat Sin-hiong di kurung di
dalam gua oleh Ho Koan-beng karena kelaparan, telah memakan
sebagian Ho-siu-oh nya, memang Ho Siu-oh adalah pusaka yang
sulit di dapat, jika orang biasa makan sedikit saja sudah bisa
memperpanjang umur, orang seperti Sin-hiong yang mempunyai
dasar ilmu silat yang bagus, bisa menambah tenaga dalam latihan
puluhan tahun.
Ketika hati Hui-lan sedang gembira, mendadak terdengar air
sungai berbunyi keras, seorang tua yang berwajah bulat sudah
muncul dari dalam air, Hui-lan yang melihat jadi terkejut sekali!
Ternyata orang ini bukan orang lain adalah Thian-ho-tiauw-sou
yang sedang dicari Sin-hiong.
Saat ini terlihat dia menenteng seekor ikan besar, setelah keluar
dari dalam air, dia melihat Hui-lan sekali lalu mendengus dan
berkata:
"Aku bisa menangkap ikan besar ini, yang kecil pun tidak akan
aku lepas lagi!"
Setelah berkata, tubuhnya dengan cepat naik ke darat, baru saja
Hui-lan mau menghindar, orang itu mendadak berteriak:
"Berhenti!"
Walaupun Hui-lan dalam keadaan gelisah, tapi seumur hidup dia
tidak pernah diteriaki orang seperti ini, maka dia mendengus
dengan dingin berkata:
"Aku justru tidak berhenti, kau mau apa?"
Dia mengulurkan tangannya ingin menarik tali kuda Sin-hiong,
tapi baru saja dia bergerak, mendadak merasa ada angin bertiup,
tampak orang itu sudah lari mendekat!
Hui-lan memutar tangannya, pedangnya dengan cepat menyabet,
lalu berkata: "Kau mau apa?"
Orang itu tertawa dingin dan berkata:
"Aku tadi salah melihat, ternyata kau ini putri kesayangannya Lim
Ki-kun, he he he, sekali menebar jaring menangkap yang tua dan
yang muda!"
Memang orang adalah Thian-ho-tiauw-sou, sampai sekarang dia
masih belum tahu kalau tiga muridnya sudah dibunuh oleh Ho Koan-
beng, setelah turun dari gunung Bu-tong, tadinya dia akan
menelusuri jalan pergi ke gunung Go-bi, tapi kebetulan bertemu
dengan Sin-hiong dan Hui-lan disini.
Dia tidak kenal dengan Sin-hiong dan Hui-lan berdua, tapi
melihat jurus pedang Hui-lan, dia baru tahu dia adalah putrinya
ketua pulau Teratai, Hui-lan juga sedang dirudung sial, saat ini Sin-
hiong justru sedang pergi mencari Thian-ho-tiauw-sou.
Baru saja Thian-ho-tiauw-sou selesai bicara, dua jarinya sudah
datang menjepit, walaupun dia hanya menggunakan dua jari, tapi
begitu jurusnya keluar, malah jauh lebih lihai dari pada dua bilah
pedang!
Hui-lan tergetar, buru-buru merubah jurus pedangnya, ingin
memotong jari Thian-ho-tiauw-sou!
Thian-ho-tiauw-sou mendengus, ikan besar ditangannya
disapukan, ikan itu baru ditangkap di dalam air, tubuhnya masih
basah oleh air, sekarang di getarkan menggunakan tenaga dalam,
tetes airnya jadi seperti senjata rahasia, dengan kecepatan tinggi
melesat ke arah Hui-lan!
Hui-lan tidak mengira dia bisa melakukan ini, mau menangkis
atas tidak bisa menangkis bawah, begitu tangannya sedikit lambat,
dia merasa pinggangnya mati rasa, dia sudah ditarik Thian-ho-
tiauw-sou dari atas kuda.
Thian-ho-tiauw-sou melihat-lihat dan berkata:
"Kalian datang berdua, kenapa aku tidak sekalian saja
menangkap semuanya?"
Setelah berkata, dia menaruh Hui-lan di atas tanah, dengan
tenangnya memakan ikan besar yang masih hidup di tangannya,
terdengar "Krrk krrk!" mulutnya berlumuran darah, tapi mulutnya
masih teriak:
"Nikmat!"
Semua perbuatannya, walaupun Hui-lan bisa melihatnya, tapi dia
sudah tidak bisa bicara, di dalam hati hanya bisa gelisah, kenapa
Sin-hiong sampai sekarang masih belum kembali.
Thian-ho-tiauw-sou makan sebentar, ikan besar itu sudah
dimakan dia setengah lebih, lalu dilemparkan ke dalam sungai,
melihat-lihat cuaca dan berkata sendiri:
"Beruntung sekali bocah itu, aku tidak bisa menunggu lebih lama
lagi!"
Dia pelan-pelan berdiri, melihat kuda merah yang hebat
kepunyaan Sin-hiong, dia menganggukan kepala, lalu mengangkat
Hui-lan di tanah, dan naik ke atas kuda memacunya pergi.
Thian-ho-tiauw-sou sudah menghabiskan waktu setengah harian
di sisi sungai, Sin-hiong sudah hampir sepuluh li lebih mencarinya,
tapi setengah bayangan orang pun tidak dilihatnya!
Melihat waktu sudah tidak cukup lama, Sin-hiong berlari kembali
ke tempat itu, menunggu dia sampai di sisi sungai, keadaan di sisi
sungai sudah sangat berbeda sekali.
Hui-lan sudah menghilang, tapi kudanya masih disana sedang
memakan sisa ikan, sedangkan kuda dia sendiri malah tidak tahu
pergi kemana?
Sin-hiong melihat keadaan ini, dia masih belum tahu Hui-lan
sudah ditangkap orang, mengira dia sangat nakal, tentu dia
menunggang kuda merah dia pergi entah kemana.
Dengan sabar dia menunggu di sisi sungai, dari tengah hari
sampai bukung, tetap tidak telihat bayangannya Hui-lan?
Walaupun di dalam hati dia merasa sedikit aneh, tapi keadaan di
sisi sungai tidak terlihat ada yang mencurigakan? Saat itu dia bolak
balik berjalan di sisi sungai beberapa saat, didalam hati berkata:
'Adik Lan sungguh manja sekali, hanya memikirkan diri sendiri,
tidak tahu orang menunggu-nya sampai gelisah?'
Langit sudah gelap, angin sungai meniup sepoi sepoi, Sin-hiong
membaringkan rubuhnya disisi sungai, lama menunggu masih belum
kembali, terpaksa dia membaringkan diri sejenak disini.
Selama beberapa hari, Sin-hiong merasa sangat kelelahan, baru
saja memeramkan matanya, dia langsung saja tertidur.
Entah lewat berapa lama, mendadak dia dibangunkan oleh suara
derap kaki kuda yang dipacu kencang, Sin-hiong buru-buru bangkit
berdiri, di bawah sinar bulan, dari kejauhan datang seekor kuda!
Sin-hiong menyangka orang ini adalah Hui-lan, di dalam hati
berkata:
'Kau telah mempermainkan aku, biar aku pun mempermainkan
kau!'
Setelah berpikir, maka dia bersembunyi di tempat gelap, pada
saat itu orang yang berada di atas kuda sudah semakin jelas,
ternyata yang datang memang seorang wanita yang sangat cantik.
Ternyata setelah wanita ini dekat, Sin-hiong meneliti, hatinya jadi
tergetar keras!
Ternyata wanita ini bukan Hui-lan, tapi dia adalah Sun Cui-giok
yang sedang dicari-carinya!
Sun Cui-giok memakai baju warna biru muda, rambutnya
digelung ke atas tinggi sekali, kelihatan seperti ada urusan penting,
dalam memacu kudanya. masih tidak henti-hentinya memecut
kudanya, dalam sekejap sudah dekat di depan!
Hati Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata:
'Apakah dia sudah tahu aku ada disini, maka sengaja datang
kesini menemuiku?'
Pikiran ini sekejap berputar di kepalanya, tapi Cui-giok malah
terus melewati tempat dia ber-sembunyi!
Sin-hiong sedikit tergetar, tidak sempat berpikir lagi dia langsung
meloncat keluar dan berteriak:
"Cui-giok, Cui-giok......"
Mendengar ada yang memanggil, wanita itu membalikan kepala
melihat, tapi tidak menggubrisnya, dia langsung memacu kudanya
ke depan!
Sin-hiong jadi semakin keheranan! otaknya sudah berputar, di
dalam hati berkata:
'Salah, apa dia ini bukan Cui-giok?'
Tapi dia masih tidak percaya, di dalam hatinya berpikir dengan
ketajaman matanya, tidak mungkin sampai salah melihat orang?
Sin-hiong mengangkat kepalanya, terlihat wanita itu sudah
memacu kudanya sejauh sepuluh tombak, maka dia mengambil
nafas secepat kilat melesat ke depan!
Sejak memakan Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu, gerakannya
jadi amat ringan dan lirjcah, walaupun wanita itu sudah jauh, tapi
hanya meloncat dua tiga kali saja, Sin-hiong sudah melewati dia!
Wajah wanita itu berubah "Weet!" dia memecutkan cambuknya
dan berteriak:
"Minggir!"
Pecutan ini sangat dahsyat, Sin-hiong sedikit menghindar dan
berteriak:
"Nona Sun, kau tidak kenal aku?"
Wanita itu tertegun sejenak dan berkata marah:
"Siapa nona Sun, mengapa kau menghadang jalan?"
Setelah berkata, dia kembali memecutkan cambuknya dengan
ganas!
Sin-hiong menjadi bengong, dengan reflek menghindar, sebab
jika tidak dia malah benar-benar terkena sabetan cambuk itu.
Jarak Sin-hiong dengan wanita itu sangat dekat, alis dia, bola
mata yang hitam, dan wajah berbentuk kwaci yang dijentik saja bisa
pecah itu, tidak satu pun ada yang tidak sama dengan Cui-gick, jika
dikatakan di dunia ini ada dua orang yang wajahnya sama persis,
juga tidak akan serupa seperti ini!
Sin-hiong menarik nafas panjang dan berkata lagi:
"Nona Sun, aku ini Sen Sin-hiong!"
Setelah memecut dua kali baru diberi jalan, wanita itu dengan
kesal mendengus, sambil marah berkata:
"Aku tidak peduli siapa dirimu? Sembarangan omong saja!"
Kakinya segera menjepit perut kuda langsung memacu kudanya
ke depan!
Sin-hiong tergetar, dalam keadaan tergesa-gesa, tangan
kanannya dengan cepat dijulurkan, teriaknya:
"Nona Sun, kau tidak boleh pergi!...."
Tapi wanita itu sudah memacu kudanya, melihat disisi tubuhnya
ada angin menerpa, cambuk-nya segera dipecutkan ke samping dan
berkata:
"Orang tidak sopan begini, kebanyakan adalah pemerkosa yang
hina!"
Pecutan dia ini sangat ganas sekali, Sin-hiong sebenarnya bisa
menangkap pecut itu, tapi saat ini tidak bisa tidak dia harus menarik
kembali tangannya, dengan hatinya merasa heran sekali!
Ternyata jurus wanita tadi kelihatannya bukan jurusnya Sun Cui-
giok, maka dalam sekejap, Sin-hiong terpaksa merubah pikirannya,
yaitu walaupun wanita ini sepertinya sama dengan Sun Cui-giok,
tapi mungkin bukan satu orang?
Melihat wajahnya bengong sambil tertawa dingin wanita itu
berkata:
"Hemm.-. hemm... hanya begitu saja?"
Sambil berkata dia sudah melarikan kudanya jauh ke depan!
Dengan bengong Sin-hiong menatap bayangan belakangnya, lalu
berguman pada dirinya sendiri:
"Dia bukan Cui-giok? Dia bukan Cui-giok?"
Ketika terbengong bayangan Cui-giok sudah menghilang di
kegelapan malam!
Sekarang, dia jadi tidak tahu harus memikirkan apa, lebih lebih
tidak tahu apa yang harus dilakukan-nya? Dia ingin pergi, khawatir
Hui-lan kembali, ingin mengejar Cui-giok, tapi orang tidak
menggubris dia, ini membuat dia jadi kesulitan.
Dia bengong memandang air sungai, berpikir tapi tidak
menghasilkan apa-apa.
Waktu perlahan lewat, sekarang tampaknya sudah tengah
malam, mendadak, satu tiupan angin sungai menerpa wajahnya,
Sin-hiong merasa pikiran-nya jadi segar, di dalam hati berkata:
"Kenapa aku hanya berdiri saja disini, juga tidak berguna, adik
Lan sudah lama ditunggu tapi juga belum kembali, mungkin dia
mengalami sesuatu, seharusnya aku mencari dia baru betul."
Tapi,, masalah lain muncul, dunia sedemikian luasnya, kemana
dia mencari Hui-lan?
Sekarang dia memikirkan masalahnya dengan teliti, mendadak
terpikir olehnya:
Tadi aku pergi kesana untuk menyelidiki, tapi tidak menemukan
apa apa, sekarang aku menuju pada wanita itu saja, pertama bisa
menyelidiki Cui-giok, kedua juga bisa tahu siapa sebenarnya wanita
itu?
Setelah memutuskan, maka dia menunggang kudanya Hui-lan,
mengikuti arah perginya 'Cui-giok'.
Jalan ini berliku-liku seperti ular saja, tapi terus menelusuri sisi
sungai membentang ke barat, malam sudah larut, Sin-hiong tidak
ada semangat menikmati pemandangan sungai, dia memacu
kudanya dengan cepat, tidak lama dia sudah lari sejauh dua puluh li
lebih.
Sekitar jam tiga pagi, dia sudah sampai di Hong-cia, di dalam
hatinya berkata:
"Entah mereka ada di dalam tidak, kenapa aku tidak masuk ke
dalam saja?"
Tapi dipikir lagi olehnya, saat ini waktunya masih pagi, walaupun
dirinya masuk ke dalam, juga tidak bisa menanyakan orang!
Berpikir sampai disini, maka pelan-pelan berjalan di jalan raya,
jalan tidak jauh, mendadak melihat di depan juga ada dua orang
sedang perlahan jalan ke depannya!
Begitu Sin-hiong menelitinya, dia terkejut hampir saja melompat.
Ternyata salah satu diantara dua orang itu, adalah wanita yang
mirip dengan Cui-giok, penemuan dia ini seperti mendapatkan
pusaka saja, kedua kakinya segera menjepit perut kuda, memacu
kudanya mengejar.
Ketika jarak dengan kedua orang itu kurang lebih dua puluh
tombak, mendadak terdengar suara "Huut!", satu benda hitam
sudah melesat ke arah dia!
Sin-hiong terkejut, kedua jarinya segera bergerak menjepit benda
itu, setelah dilihat, ternyata adalah sisa paha ayam!
Hati Sin-hiong tanpa terasa sedikit tergetar!
Dia tahu sisa paha ayam ini datangnya dari salah satu di antara
dua orang itu, tapi jaraknya ada dua puluh tombak lebih, orang ini
selain langsung melempar kan juga tenaganya cukup kuat!
Sekarang Sin-hiong sudah punya alasan, tidak peduli siapa dua
orang itu, pelan dia menyentilkan kedua jarinya, sisa paha ayam itu
sudah dilemparkan kembali kepada orang itu.
Dua orang di depan itu masih tetap berjalan pelan-pelan, setelah
Sin-hiong melemparkan kembali sisa paha ayam itu, terlihat orang di
sebelah kiri membalikan tangan menangkapnya dan tertawa
berkata:
"Bagus, bagus, tidak percuma jadi muridnya Khu Ceng-hong?"
Sin-hiong kembali terkejut, di dalam hatinya berpikir:
;Orang ini bisa tahu sebutan guruku? Kalau begitu dia ini bukan
orang biasa?'
Siapa kira, baru saja dia berpikir, mendadak dia merasa dua jari
yang tadi menjepit sisa paha ayam terasa gatal-gatal, dalam sekejap
sudah meluas, Sin-hiong sadar telah tertipu, buru-buru dia menotok
titik saluran Kian-keng tangan kanannya, supaya gatal-gatal itu tidak
menjalar ke atas, tapi ternyata dia masih terlambat, tangan
kanannya pelan-pelan sudah jadi hitam!
Sin-hiong sangat terkejut, di dalam hati kata:
'Racun apa ini?'
Dia ingin mengangkat tangan kanannya, tapi lengan kanannya
saat ini sudah tidak bisa digerakan lagi, tangannya seperti tangan
orang lain yang dipasang di tubuhnya!
Sin-hiong pertama kali mengalami keadaan begini, saking
terkejut wajahnya berubah hebat!
Dia ingin mengejar orang itu, tapi melihat dari berbagai
gejalanya, orang ini bukan saja ilmu silatnya sangat tinggi,
walaupun sudah berhadapan, dia tidak tahu apakah bisa
menghadapinya, tidak?
Dia tahu dirinya telah terkena racun orang itu, dan racunnya
sangat ganas, jika dia tidak segera mengunci jalan darahnya,
mungkin saat ini sudah tergeletak mati di tanah.
Berpikir sampai disini, keringat dingin di punggung sudah
bercucuran.
Saat ini dua orang di depan itu sudah jauh, tinggal dua titik hitam
saja, Sin-hiong tidak sempat mengejar mereka, buru-buru turun dari
kuda, duduk bersila, mencoba menggunakan tenaga dalamnya
mengeluarkan racun itu.
Dia sudah tahu tindakannya sangat berbahaya, tapi jika tidak
bisa mengeluarkan racun, maka racunnya akan menjalar ke jantung,
melihat keadaan sekarang, dia sudah tidak peduli menjalar ke mana,
dia sendiri hanya punya satu jalan, mati!
Memang jika dia tidak bertindak begini pun, lalu bagaimana? Jika
membiarkan racun menyerang tangan kanannya, asalkan lewat
malam ini, mungkin seluruh tangannya akan tidak berguna lagi.
Sin-hiong berpikir-pikir, merasa keduanya sulit, waktu pelan-
pelan berjalan, di timur sudah tampak sedikit terang, dia sadar
sekarang dia tidak bisa berpikir banyak, melihat di sebelah kanan
ada rerumputan setinggi orang, di depan rerumputan ada satu
pohon besar menghadang, karena waktunya sempit, buru-buru dia
berjalan kesana.
Baru berjalan beberapa langkah, dia merasa kepalanya terasa
pusing sekali, dia tahu walaupun dirinya telah mengunci jalan darah,
tapi racunnya masih tetap menjalar terus, kelihayan racun ini bisa di
bayangkan.
Sin-hiong segera berjalan ke rerumputan itu, secepatnya
membuka jalan darahnya, lalu memusat-kan seluruh tenaga
dalamnya mendesak, terasa satu hawa panas mengalir di dalam
tubuh, tapi ada hal yang aneh terjadi, setelah dia mengerahkan
tenaga dalamnya mendesak agar racunnya keluar, racun itu
bergerak, tidak menjalar ke atas juga tidak ke bawah, malah
berdiam disana tidak bergerak.
Sin-hiong sedikit tersentak, di dalam hatinya berpikir:
'Jika menggunakan tenaga dalamnya saja tidak bisa mendesak
keluar racun itu, tinggal satu jalan lagi yaitu mati.’
Saat itu dia telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, di atas
kepalanya terlihat mengepul hawa panas, tapi racun di lengan
kanannya masih tidak bergerak keluar!
Maka Sin-hiong bukan saja terkejut, malah jadi ketakutan
karenanya.
Dia tidak menduga dirinya hanya menyentuh sisa paha ayam itu
sebentar, racunnya sudah menyerang sedemikian berat, jika
terjebak ke dalam jebakan yang sudah disiapkan orang itu, mana
mungkin masih bisa bernyawa?
Dalam sekejap, dia terpikir bagaimana jika dia menjadi cacad?
Pesan guru, dan masih banyak hal lainnya tidak akan bisa
dilaksanakan, berpikir sampai disini, tidak tahan dia mengeluh putus
asa.
Keluhannya membuat tenaga dalamnya mengendur, terasa
matanya menjadi gelap, dan akhirnya jadi pingsan.
Entah lewat berapa lama, Sin-hiong merasa sinar matahari
menusuk matanya, dia membuka mata mengusap-usap kepala dan
berguman sendiri:
'Apakah aku sudah mati atau masih hidup?"
Setelah berbicara, dia mencubit dirinya, merasa di tempat yang
dicubit sakit sekali, sadar dirinya masih hidup, tapi jelas-jelas tadi
dirinya telah terkena racun ganas, apakah racun itu bisa keluar
sendiri?
Sin-hiong lama berpikir tapi tidak mendapat jawaban, lalu bangkit
duduk, terlihat hari sudah sangat terang, waktunya sudah tidak
pagi, mendadak dia teringat kuda Hui-lan yang masih berada di
tengah jalan, maka berlari kesana!
Tapi baru saja dia bergerak, dia jadi terkejut kembali, dia
sepertinya merasa tubuhnya berbeda dengan dulu.
Dia merasa ada satu aliran hawa murni pelan-pelan menjalar ke
seluruh tubuh, lalu tubuhnya terasa sangat nyaman sekali. Dia
adalah orang yang belajar ilmu silat, tentu saja tahu ini adalah
akibat dari khasiat obat bergabung dengan tenaga dalam.
Saat itu buru-buru menghentikan gerakannya, bersuara "Heh!"
dan berkata:
'Heran, apakah ada orang yang mengambil kesempatan saat aku
pingsan, menggunakan tenaga dalamnya membantu aku
mengeluarkan racun itu?'
Semakin dipikir Sin-hiong semakin keheranan, dia berpikir lama
dan bengong, lalu berjalan ke sisi jalan, kuda Hui-lan itu sudah tidak
tampak, entah sudah pergi kemana.
Tidak tahan kembali dia tertegun, di dalam hati berkata:
'Aku tergeletak setengah harian, dan meninggalkan seekor kuda
disini, pejalan kaki yang lewat disini tentu mengira kuda itu tidak
bertuan, jadi sekalian dibawanya?'
Beruntung dia bisa menarik kembali nyawa-nya, saking
senangnya, dia jadi malas mencari kuda nya, dia teringat kejadian
kemarin malam maka memutuskan mencari orang itu untuk
membalas dendam.
Hong-cia tidak terlalu jauh, Sin-hiong sampai di kota itu, berjalan
dua putaran di jalan raya, dia mendapatkan sebuah penginapan,
baru saja mau memesan makanan, tapi dia merasa perutnya belum
lapar, tapi pelayan sudah datang dan bertanya:
"Tuan muda mau pesan apa?"
"Apa saja boleh?" kata Sin-hiong terpaksa.
Pelayan jadi bengong, dia mengulanginya:
"Apa saja boleh?"
Sin-hiong menganggukan kepala, pelayan itu sambil tertawa
pahit berkata:
"Siauya, rumah makan kami semuanya ada, justru tidak ada 'apa
saja boleh"
Sin-hiong sadar dia sedikit tidak lazim, maka dia sembarangan
memesan beberapa masakan, ketika sorot matanya tidak sengaja
menyapu, mendadak terlihat di satu sudut gelap di atas duduk
seorang tua berwajah hitam, yang paling aneh pada orang tua ini
adalah dia memakai pakaian berwarna-warni, bajunya bergaris
melintang lima warna merah kuning biru putih hitam!
Saat ini orang tua itupun sedang memandang Sin-hiong, tapi
wajahnya tampak tidak mengerti.
Sin-hiong merasa kenal orang ini, saat di ingat lagi, tidak tahan
dia jadi tergetar!
Orang tua itu sadar Sin-hiong sudah memperhatikannya, buru-
buru dia memalingkan kepalanya, tapi wajahnya jadi sedikit tidak
tenang, setelah makan sejenak, lalu buru-buru membayar rekening
dan berjalan keluar.
Sin-hiong mana mau melepaskannya, begitu orang tua itu pergi,
dia makan pun belum, dia langsung mengeluarkan lima liang perak
dan berteriak:
"Pelayan, ini buatmu, aku tidak jadi makan!"
Setelah berkata dia pun buru-buru pergi!
Pelayan itu setelah membelalakan matanya sejenak, baru
berguman:
'Orang aneh, orang aneh, tadi pesan "apa saja boleh', sekarang
tidak makan malah memberi uang sebanyak ini, sungguh orang
aneh, hi hi hi!'
Pelayan ini seperti kejatuhan harta dari langit, saat kata-katanya
habis, Sin-hiong sudah keluar ke mulut jalan mengikuti orang tua
itu.
Orang tua itu menundukan kepala berjalan cepat, Sin-hiong
menempel terus mengejar dari belakang, tidak lama kemudian,
kedua orang itu sudah berturut-turut keluar pintu gerbang kota.
Kira-kira sudah meninggalkan kota kabupaten lima enam li, saat
ini di sekeliling sudah tidak ada orang, orang tua itu mendadak
menghentikan langkahnya dengan dingin berteriak:
"Hei bocah, ada masalah apa)- kenapa selalu mengikutiku?"
Sin-hiong tertawa dingindanberkata:
"Kau berjalan di jalan sendiri, aku lewat jembatan sendiri, kenapa
tidak boleh!"
Orang tua itu membelalakan sepasang mata dan berkata:
"Kau pandai bicara, hemm... hmm..., tapi mungkin jembatan itu
tidak mudah dilewati?"
Kata-kata ini sepertinya mengandung makna dalam, Sin-hiong
teringat kejadian tadi malam, hatinya dari tadi dipenuhi amarah dan
berteriak:
"Tidak mudah dilewati lalu kenapa?"
Kelihatannya dia sengaja mau mencari gara-gara pada orang tua
di depan mata ini, ketika tadi Sin-hiong mengikutinya dari belakang,
semakin dilihat bayangan belakang orang tua ini semakin mirip
dengan orang kemarin malam, jika bukan karena tadi terlalu banyak
orang, mungkin sudah dari tadi dia bertindak.
Orang tua itu mendengus dingin, pelan-pelan berjalan balik
kembali, lalu meloncat keatas, telapak tangannya datang
menyerang sambil teriak:
"Kalau begitu kau coba ini!"
Sin-hiong sudah siap dari tadi, orang tua itu memukulkan telapak
tangannya, buru-buru meng-hindar dan berteriak:
"Tunggu, aku masih ada perkataan yang mau disampaikan?"
Orang tua itu menarik pukulannya dengan marah berkata:
"Kau masih punya pesan wasiat apa?"
Sin-hiong tertawa dingin dan berkata:
"Kau jangan sombong dulu, aku tanya, apakah kau ini Ngo-ki-
thian-cun Tonghong Ki?"
Wajah orang tua itu jadi serius dengan sombong berkata:
"Kau tahu namaku juga!"
Sin-hiong diam-diam menarik nafas, di dalam harinya berpikir jika
dia adalah Ngo-ki-thian-cun, maka wanita yang kemarin malam
bersama dia tidak salah lagi pasti Cui-giok, saat itu berkata:
"Aku masih ada satu pertanyaan, kau menggunakan cara apa
membuat wanita yang kemarin malam bersamamu jadi lupa
ingatan, apa kau tidak tahu dia adalah temanku?"
Ngo-ki-thian-cun mendengus dan berkata:
"Kau terlalu banyak omong?"
Setelah berkata, kembali telapak tangannya menghantam!
Sin-hiong jadi marah sekali:
"Ssst!" dia menusukan pedangnya, menyerang untuk bertahan,
menusuk jalan darah Hwan-sui Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun tertawa dingin, dia memutar telapak tangannya,
menangkis pedang pusaka Sin-hiong ke samping, sambil tertawa
berkata:
"Aku ada urusan penting, kau malah menghadang aku, sekarang
jangan salahkan aku!"
Telapak tangan kirinya tidak menganggur, ketika telapak tangan
kanan dia menangkis pedang pusaka Sin-hiong, lima jari tangan
kirinya tsedikit ditekuk mencengkram ke arah dada Sin-hiong!
Sin-hiong terkejut, sejak dia turun dari gunung, belum pernah
ada orang yang bisa dalam satu jurus menangkis pedangnya
dengan berani, dia memiring-kan tubuhnya, lalu menggetarkan
pergelangan tangannya kembali menusukan pedangnya dua kali!
Tapi baru saja jurusnya dilancarkan, Ngo-ki-thian-cun seperti
sudah tahu gerakannya, dia membalikkan tangan kanannya,
kembali menangkis pedang pusakanya Sin-hiong! ?
Sin-hiong tergetar, dia tidak menduga gerakan lawannya secepat
ini, dalam sekejap mata dia sudah dua kali melakukan perubahan,
tapi, Ngo-ki-thian-cun seperti lebih cepat dari pada dia!
Baru saja Sin-hiong mau menabahkan lagi, Ngo-ki-thian-cun
sudah mendahului dia bergerak, Sin-hiong berturut-turut menyerang
lima enam jurus, tapi setiap jurus selalu didahului oleh Ngo-ki-thian-
cun.
Sin-hiong tidak tahan jadi amat terkejut!
Tapi sejak lahir dia sudah bersifat pantang menyerah, lawan
terlalu tangguh, semangat juang dia juga seperti jadi bertambah,
saat ini mendadak dia jadi bersemangat, jurus hebat Kim-kau-po-
kiam nya tidak berhentinya dilancarkan, terlihat kilatan sinar perak
seperti hujan menebar ke bawah, dalam sekejap mata sudah
mengembalikan keadaan menjadi di atas angin kembali!
Wajah Ngo-ki-thian-cun berubah dia berteriak:
"Khu Ceng-hong mempunyai murid seperti ini, sungguh diluar
dugaanku!"
Setelah menyerang dengan telapak tangannya, mendadak dari
pinggangnya, dia mengeluarkan satu tameng tembaga, di atas
tameng tembaga itu tampak ada lima daun pohon, juga dibagi jadi
lima warna, dia menyabetkan tamengnya dan berkata lagi:
"Jika kau bisa menahan lima jurusku, maka hari ini aku akan
mengampunimu!"
Sabetan dia ini selain cepat juga sadis, di dalam kilatan sinar
kuning, sekejap mata sudah tiba di depan wajah Sin-hiong kurang
lebih lima cuil.
Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir, 'Ngo-ki-thian-cun ini
sungguh tidak percuma nama-nya bisa menggemparkan dunia, saat
itu dia merubah jurus pedangnya, menyerang dengan jurus Long-
yang-ban-li (Ombak mendorong selaksa li), sinar perak bergulung-
gulung, laksana ombak di lautan datang menyapu!
"Kek kek kek!" Ngo-ki-thian-cun sambil tertawa berkata, "Jurus
ini cukup bagus, coba terima jurus kedua ku!"
Tameng tembaga ditebaskan, terdengar satu suara "Weet!",
senjata di tangannya seperti dilempar-kan dari tangannya, menebas
ke bawah ke arah gulungan sinar perak pedang Sin-hiong.
Serangan Sin-hiong selain telah melindungi dirinya, juga
menyerang tiga puluh enam titik jalan darah Ngo-ki-thian-cun,
ketika ujung pedang sudah menyentuh bajunya, tidak di duga jurus
kedua Ngo-ki-thian-cun sudah di keluarkan.
Jurus Ngo-ki-thian-cun ini bisa dikatakan sangat aneh, tebasan
tameng tembaganya telah menutup ke arah Sin-hiong Sin-hiong bisa
saja melukai dia, tapi sekarang malah berubah jadi harus
menghindari dia!
Sin-hiong terpaksa menarik tangan merubah jurusnya, kakinya
berputar, orangnya 'sudah mundur setengah langkah kebelakang,
menunggu jurus Ngo-ki-thian-cun sudah selesai, secepat kilat
menyabetkan satu jurus Beng-teng-kui-lu (Nama dicatat setan
terdaftar)!
Jurus ini dengan cepat memotong pergelangan Ngo-ki-thian-cun,
terpaksa Ngo-ki-thian-cun menarik pergelangan tangannya, Sin-
hiong terus maju ke depan dan berteriak:
"Silahkan menghadapi jurus ketigaku!"
Dia memutar pedang pusakanya, ujung pedang membentuk
lingkaran besar, mengurung seluruh tubuh Ngo-ki-thian-cun.
Ngo-ki-thian-cun memutar tameng tembaga nya dan berteriak:
"Memang apa hebatnya jurus ketigamu?"
Sin-hiongtertawadingin,menungguNgo-ki-thian-cun
menyapukan tameng tembaganya, jurus pedangnya berubah lagi,
pedangnya mendongkel ke sisi, dengan bangganya berkata:
"Lihat jurus ke empatku ?"
Kedua jurus dia semuanya mendahului lawan, dan semuanya
menyerang titik penting di rubuhNgo-ki-thian-cun, Ngo-ki-thian-cun
tergetar, seumur hidup-nya tidak pernah mengalami kejadian seperti
ini, sekali berteriak, sekuatnya dia menyerang dua jurus!
Sin-hiong tertawa lalu berkata:
"Jurus kelima sudah habis, sekarang seharus-nya jurus keenam!"
Saat berkata kembali dia menyerang dua jurus, kehebatan
serangannya, sampai dia sendiri pun merasa heran!
Kelihatan jurus dia di belakang jurus Ngo-ki-thian-cun, tapi
setelah kedua jurus itu dilancarkan, malah jurusnya sampai lebih
dulu pada Ngo-ki-thian-cun, Ngo-ki-thian-cun jelas sangat terkejut,
Sin-hiong sendiri pun merasa tidak percaya!
Dia tidak tahu kenapa bisa terjadi hal ini, yang Lebih
mengejutkan lagi adalah, semakin dia bertarung semangatnya
semakin naik, tenaga dalamnya menye-bar ke seluruh tubuh,
kelincahan gerakannya, belum pernah dia rasakan selama hidupnya.
Saat ini bukan saja sudah lewat lima jurus, jurus ke enam, jurus
ke tujuh, jurus ke delapan juga sudah lewat, Ngo-ki-thian-cun bukan
saja tidak bisa mengambil keuntungan, saat menyerang malah
sering kalah selangkah oleh Sin-hiong!
Hati Ngo-ki-thian-cun diam-diam tergetar, di dalam hatinya
berpikir:
'Kehebatan ilmu silat orang ini, tampaknya di atas Khu Ceng-
hong dulu, jika aku tidak mengeluar-kan jurus membunuh, tidak
mungkin bisa mengalah-kan dia.
Setelah berpikir, dia memaksakan menyerang satu jurus, lalu
mundur ke belakang, begitu mengibas-kan lengan bajunya yang
besar, segumpal asap kuning sudah menebar keluar.
Sin-hiong sudah ada pengalaman kemarin malam, tahu di dalam
asap pasti ada apa-apanya, mendadak dia meloncat ke belakang,
tapi begitu dia meloncat malah dia mundur sejauh lima enam belas
tombak.
Dia kembali tertegun, pada saat ini terdengar Ngo-ki-thian-cun
berteriak:
"Permisi!" tahu-tahu dia sudah berlari ke atas puncak!
Sin-hiong masih tertegun keheranan karena gerakannya.
Dua hari terakhir ini, timbul dua hal yang terjadi padanya, satu
adalah racun di dalam tubuhnya mendadak menghilang satu hal
lainnya adalah tenaga dalam dia mendadak maju pesat.
Saat ini Ngo-ki-thian-cun sudah berlari sejauh lima enam puluh
tombak,tiba-tibaSin-hiongterpikirharusmenanyakan
keberadaannya Cui-giok sekarang, maka dia membentak, langsung
mengejar keatas!
Kali ini dia mengerahkan seluruh tenaganya, kecepatan
gerakannya seperti kilat menyambar, walaupun Ngo-ki-thian-cun
sudah berlari dulu, tapi tidak sampai satu jam, Sin-hiong sudah
meloncat melewati kepalanya!
Ngo-ki-thian-cun merasa marah berkata:
"Kau benar-benar ingin mencari mati?"
"Cepat kembalikan orangnya!" kata Sin-hiong tawar
"Kau ini sebenarnya mau minta siapa padaku?"
"Di depanku, kau tidak perlu berpura-pura, jika tidak, aku
sekalian akan memperhitungkan masalah paha ayam yang kemarin
malam."
Ngo-ki-thian-cun tergerak, berkata dingin:
"Jika kau terus memaksa, jangan salahkan aku nanti!"
Dia menjentikan sepuluh jarinya, satu asap merah sudah
menerjang ke arah wajah Sin-hiong!
Tonghong Ki bisa dijuluki Ngo-ki-thian-cun, selain karena dia
tinggal di puncak Ngo-ki di pulau Giok-sik (Batu giok), yaitu
sepanjang hidupnya dia suka memakai benda yang warnanya
berbeda-beda, seperti baju yang dipakainya, senjatanya, sampai
racun yang digunakannya juga demikian.
Racun yang dia pakai juga dibagi dalam lima warna, merah
kuning biru putih hitam, jika dibagi dengan tingkatan, warna merah
paling lihay, kemarin malam dia melemparkan sisa paha ayam, Sin-
hiong hanya menyentuh sedikit, hampir saja nyawanya melayang,
itu karena dia telah menjentikan bubuk merah di dalam kukunya.
Sin-hiong pun sadar kehebatan racunnya, buru-buru dia
memiringkan tubuhnya, Ngo-ki-thian-cun mendengus dan berkata:
"Kau mau lari kemana!"
Tameng tembaga di tangannya langsung menyapu ke bawah!
Sekarang, dalam hal ilmu silat Sin-hiong tidak takut padanya,
hanya terhadap kelihayan racunnya, Sin-hiong terpaksa harus
waspada sehingga ilmu silatnya jadi tidak bisa berkembang.
Sin-hiong tidak berani terlalu dekat, secepat kilat dia berputar ke
belakang tubuh Ngo-ki-thian-cun, dengan ganas menusukan pedang
pusakanya ke arah titik 'Leng-tai-hiat' Ngo-ki-thian-cun!
Tameng tembaga Ngo-ki-thian-cun men-dongkel ke belakang,
terdengar satu suara nyaring Tung!" bunga api berpijar, Tonghong
Ki tergetar oleh tenaga dalam Sin-hiong hingga bergoyang dua kali,
tapi Sin-hiong sedikit pun tidak bergeming!
Tonghong Ki terkejut, dia tidak menduga Sin-hiong yang begini
muda, tenaga dalamnya sudah sehebat ini?
Sin-hiong sendiripun jadi tertegun, dalam bentrokan tadi,
walaupun sepasang lengannya terasa tergetar sampai sesemutan,
tapi dia tahu, jika dulu. paling sedikit diapun akan terhentak mundur
satu kaki lebih!
Kedua belah pihak sama-sama tertegun, Ngo-ki-thian-cun
mendadak berteriak, dia berusaha merebut penyerangan, maka dia
mengibaskan lengan bajunya, satu asap kuning kembali menyembur
keluar!
Sin-hiong terkejut, sekali menghentakan kaki, dia kembali
terbang ke atas, dalam sekejap kembali berada di atas angin,
pedangnya disabetkan, memaksa Ngo-ki-thian-cun tidak bisa
bergerak!
Kedua orang bertarung dari bawah gunung sampai ke atas
gunung, dari siang bertarung sampai petang hari, selalu berusaha
merebut di atas angin, walaupun tenaga dalam Sin-hiong lebih
unggul sedikit, tapi dia harus waspada terhadap racunnya Ngo-ki-
thian-cun, maka kedua orang itu sudah bertarung setengah harian,
tapi masih saja tidak bisa menaklukan lawannya.
Di tempatini keadaan lapangan sangat berbahaya, pelan-pelan
kedua orang itu sudah ber-tarung sampai di sisi jurang!
Dari sini bisa melihat Tiang-kang seperti sungai kecil sedang
mengalir, tapi di bawah kaki batu cadas berserakan, jika tidak hati-
hati sampai jatuh ke bawah, dewa pun jangan harap bisa hidup.
Hari semakin gelap, yang rugi tentu saja Sin-hiong, sebab kalau
dia sedikit kurang hati hati, maka kemungkinan besar dia bisa
terkena racunnya Ngo-ki-thian-cun, karena di malam hari
keadaannya gelap, sulit melihat racunnya!
Saat ini kedua orang saling menatap, Tonghong Ki melihat langit
dengan dingin berkata:
"Tempat ini bagus juga, begitu jatuh ke bawah tidak perlu repot
mengubur mayatnya!"
Sin-hiong mendengus dan berkata:
"Kecuali kau mengembalikan nona Sun padaku, jika tidak, kau
jangan harap bisa bebas!"
MendadakNgo-ki-thian-cunmajuselangkah,tameng
tembaganya dikebutkan melintang jari kirinya menyentil, sejalur
serbuk merah sudah keluar, melesat ke arah Sin-hiong!
Saat ini Sin-hiong berdiri berlawanan dengan arah angin, jika dia
kembali berputar ke belakang tubuh Ngo-ki-thian-cun, tepat masuk
perangkap dia, jika dia mundur, jurang di belakangnya hanya
berjarak lima enam tombak, tapi jentikan racun Ngo-ki-thian-cun
selalu mencapai jarak dua tiga tombak, walaupun Sin-hiong mau
mundur, juga hanya bisa mundur sekali, saat itu jika Ngo-ki-thian-
cun menyerang lagi dengan racunnya, maka dia hanya bisa
meloncat ke bawah!
Dalam sekejap ini Sin-hiong berpikir, dua jurus hebat Ngo-ki-
thian-cun sudah hampir mengenai sasaran!
Sin-hiong tergetar, buru-buru menyabetkan pedang pusakanya,
telapak tangan kirinya disapukan, terdengar "Huut!" angin
pukulannya sudah menyapu ke arah asap merah itu!
Dalam keadaan berbahaya ini, Sin-hiong melancarkan dua
serangan dengan menggunakan seluruh tenaganya, bagaimana
kekuatannya, mungkin dia sendiri pun tidak tahu?
Ngo-ki-thian-cun yang berhasil mendesak Sin-hiong mundur ke
belakang, ketika Sin-hiong sudah mundur ke tepi jurang, dia baru
melakukan serangan dahsyat, tapi tidak diduga saat ini Sin-hiong
sudah mengerahkan seluruh tenaganya menyerang dua jurus!
Dua jurus ini Sin-hiong sungguh sangat dahsyat, hawa pedang
laksana pelangi, angin pukulan yang keluar dari telapaknya hampir
bisa menghancur-kan batu.
Wajah Ngo-ki-thian-cun tergerak, dia tidak berani menangkis
serangan Sin-hiong ini, terpaksa dia memutar tubuh, tameng
tembaga mendadak men-dongkel ke atas, kembali terdengar suara
"Paak!", tapi Ngo-ki-thian-cun mengikuti bentrokan itu meloncat
mundur!
Mata Sin-hiong menyorot sinar dengan dingin berkata:
"Kau masih ada kemampuan apa lagi, silahkan keluarkan semua!"
Ngo-ki-thian-cun menarik nafas panjang, dalam hati berkata:
'Bocah ini ilmu silatnya tidak ada tandingan, tidak heran sampai
tiga tetua Siauw-lim, Ang-hoa-kui-bo dan kawan-kawan juga bukan
lawannya!"
Sekarang Sin-hiong sedang mengawasi dia, Ngo-ki-thian-cun
memutar otaknya, tapi bagaimana pun dia tidak bisa memikirkan
sebuah cara untuk bisa lolos dari Sin-hiong.
Bulan sudah keluar dari ufuk timur, gunung amat hening, Ngo-ki-
thian-cun melihat ke sekeliling, mengangkat tameng tembaganya,
baru saja mau menghantam, tiba-tiba di dalam gunung terdengar
suara nyaring berteriak:
"Guru, anda sedang bertarung dengan siapa?"
Setelah suaranya hilang orangnya muncul, dari lereng gunung
meloncat keluar satu bayangan langsing yang lincah!
Sin-hiong yang melihat, tidak tahan berteriak:
"Nona Sun, nona Sun, kenapa kau memanggil orang ini guru?"
Ternyata orang yang muncul adalah wanita yang kemarin
bertemu dengan Sin-hiong, terlihat saat ini dia memakai baju putih,
berambut panjang terlepas ke bahunya, di bawah sinar bulan yang
redup tampak semakin cantik saja.
Wanita melototi Sin-hiong dengan marah berkata:
"Ternyata kau lagi orang gila?"
Sin-hiong tergetar dan berteriak:
"Nona Sun, kenapa kau sampai akupun tidak kenal?"
Wanita itu dengan bencinya berkata:
"Kau bicara dengan siapa? Hemm... hemm... siapa nona Sun mu
itu?"
Perkataan wanita ini, tidak jauh berbeda dengan kemarin malam,
jika dia benar Cui-giok, bagaimana pun harus mengenalnya.
Tapi, setelah Sin-hiong bertemu dengan wanita ini, dia tidak
alasan untuk tidak memanggHl dia Cui-giok, sebab wajah kedua
orang ini selain serupa, sampai suara bicaranya juga sama.
Dari kemarin sampai sekarang Sin-hiong sudah bertemu dengan
dia dua kali, walau dia tidak mau mengakuinya, tapi Sin-hiong terus
menempel dia, tidak mau melepaskannya, sebenarnya demi Cui-giok
dia sampai meninggalkan rumah, apa lagi, terhadap
Ho Koan-beng, Sin-hiong sekarang masih merasa sedikit
bersalah!
Wanita itu pelan-pelan berjalan ke sisi Ngo-ki-thian-cun dan
berkata:
"Guru, biar murid yang menghajar orang sombong ini!"
Mendengar ini, Sin-hiong seperti disambar geledek, dengan sedih
dia memasukan pedangnya, sambil menundukarn kepala berjalan
turun ke bawah gunung!
Dia tidak bisa berpikir bagaimana Cui-giok bisa berkata begini,
dia merasa hati dan jerih payahnya digambar di atas kertas putih,
sungguh seorang yang paling tolol di dunia ini, maka ketika dia
berjalan ke bawah gunung kedua kaki yang menginjak ke tanah
masih mengeluarkan suara yang berat.
Sin-hiong berjalan dengan berat beberapa langkah, mendadak di
belakang rubuhnya ada angin berhembus, dia segera meloncat
menghindar ke pinggir jalan, begitu melihat, ternyata wanita itu
telah menusukan pedang padanya!
"Kau mau apa?" tanya Sin-hiong tertegun.
Wanita itu mengangkat alisnya dengan dingin berkata:
"Kenapa kau naik ke gunung kami tanpa ada alasan?"
Wajah Sin-hiong terlihat menjadi aneh, sekarang dia harus
percaya wanita di depan mata ini bukan Cui-giok.
Perkataan wanita ini sangat jelas, jika mengata-kan dia telah
ditipu orang atau telah memakan obat yang membuat dia jadi lupa
siapa dirinya, mungkin bicaranya dan gerakannya, pasti tidak akan
seyakin ini.
Sin-hiong merasa putus asa dengan menyesal berkata:
"Sejak kemarin malam aku telah salah paham terhadap nona,
mohon nona memaafkannya!"
Dia tidak mengatakan alasannya, selesai bicara, lalu membalikan
kepala meneruskan jalannya.
Tapi baru saja dia berjalan tidak sampai dua tombak, kembali
satu hawa dingin pedang menyerangnya.
Sin-hiong tahu ini adalah perbuatan wanita tadi, tidak tahan
wajahnya jadi berubah, dia membalik-kan tangan mencengkram
dengan dingin berkata:
"Aku sudah meminta maaf, apakah nona masih tidak mau
menerimanya?"
Cengkeraman dia sangat cepat, wanita itu tidak menduganya,
hampir saja tertangkap oleh dia, Ngo-ki-thian-cun berteriak:
"Anak Giok, kau bukan lawan dia?"
Setelah berkata secepat kilat dia meloncat ke depan, begitu
menjulurkan tangan, tameng tembaga-nya menyapu ke arah
pinggang, Sin-hiong meng-hindar dan menarik tangannya kembali
sambil tertawa berkata:
"Aku tidak mencari perkara denga'n kalian lagi, itu sudah
keberuntungan kalian, apa kalian malah ingin menghad angku?"
Saat Sin-hiong menarik tangannya dia sudah meloncat dan
langsung meninggalkan.
Wanita itu sudah menyerang dua jurus tapi tidak berhasil
menghadang Sin-hiong, tidak tahan dia menghentakan kakinya
dengan marah berkata:
"Aku tidak percaya kau bisa turun gunung?"
Dia tidak mendengar nasihat Ngo-ki-thian-cun, dia kembali
mengejarnya.
Wajah Ngo-ki-thian-cun tergerak, dia seperti-nya khawatir
sesuatu, diapun mengikuti wanita itu mengejar ke bawah.
Sin-hiong sudah berlari di depan, seharusnya wanita itu tidak
akan bisa mengejarnya, tapi saat ini dia sedang banyak pikiran,
makanya gerakan kakinya sedikit lamban, baru saja berlari sepuluh
tombak lebih, wanita itu sudah berhasil menghadang di depan.
Sin-hiong melototkan sepasang matanya, hati-nya jadi panas,
tapi saat matanya bersentuhan dengan sorot mata wanita itu, tidak
tahan hatinya jadi tidak tega.
Sebab wanita ini terlalu mirip dengan Cui-giok, maka dalam
pikirannya selalu memandang dia sebagai Cui-giok, saat berhadap-
hadapan dengan wanita itu, dalam hati dia diam-diam berteriak:
"Nona Sun, kau sudah berubah!"
Tapi, wanita di depan matanya ini merasa asing pada dia, malah
menganggap dia sebagai musuh nya, setelah menghadangnya
kembali dengan dingin berkata:
"Hemm... hemm... kau mau pergi, jangan harap?"
Kata-katanya sangat dingin menusuk telinga, Sin-hiong menarik
kembali pikirannya, kenyataan di depan mata, membuat tubuhnya
bergetar, dengan emosi dia berkata:
"Nona, jika aku mau pergi, walaupun raja langit tidak akan bisa
menghadangku!"
Wajah wanita itu jadi serius, lalu menusukan pedangnya sambil
tertawa dingin katanya:
"Mungkin juga tidak!"
Sin-hiong selalu mengalah pada dia, tapi wanita itu malah terus
mendesaknya, dia ini masih berdarah remaja, saat inipun dia tidak
tahan menjadi marah, sambil memutar tangannya dengan marah
berkata:
"Kalau kau tidak percaya boleh mencobanya!"
Baru saja wanita itu menusukan pedangnya, tidak menduga
ditangkis oleh tangan Sin-hiong, tusukan nya jadi melenceng, baru
saja mau merubah jurusnya, Sin-hiong sudah menyentilkan jarinya,
dengan sombongnya berkata:
"Lepas!"
Wanita itu merasa ada angin dingin menyerang pergelangan
tangannya, jangan kata sudah tidak keburu merubah jurus,
walaupun ingin menarik kembali tangannya pun sudah terlambat,
tidak tahan dia jadi terkejut sekali!
Saat sekejap itu, lima jari Sin-hiong sudah datang menyerang,
jika wanita itu tidak melepaskan pedang dan mundur ke belakang,
lengan mulusnya pasti akan putus dijepit oleh Sin-hiong.
Sebenarnya jarak Ngo-ki-thian-cun tidak terlalu jauh dari Sin-
hiong, dia bisa saja maju membantu wanita itu, tapi anehnya, saat
ini dia berdiri diarn tidak bergerak!
Sin-hiong merasa ini di luar dugaan, tiba-tiba dia merubah
jurusnya, menyentil dengan pelan pedang wanita itu, terdengar
suara "Paak!" pedangnya sudah disentil Sin-hiong terbang ke udara!
Wajah wanita itu berubah hebat, dia sadar jika Sin-hiong tadi
berniat melukai dia, lengan dia sudah putus dari tadi.
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Maaf!"
Dia membalikan rubuh, melihat Ngo-ki-thian-cun sedang
bengong menatap dirinya, dan teringat kejadian tadi, di dalam
hatinya berpikir:
"Orang ini aneh sekali, dia lebih suka muridnya terluka, sedikit
pun tidak mau maju membantu!"
Sin-hiong hanya melirik mereka sebentar, lalu kembali
meneruskan jalannya.
Di dalam hatinyaa banyak masalah, sambil berjalan sambil
memikirkan, tapi saat dia tidak bisa memecahkan masalahnya, maka
jalannya semakin lama semakin cepat.
Turun ke bawah gunung, malam sudah larut, tapi pikirannya
malah lebih berat dari pada gelapnya malam.
Otak Sin-hiong penuh oleh persoalan, berpikir ke sana-kemari,
tapi tetap tidak bisa memecahkannya, ketika masuk ke satu hutan,
di depan mata jadi gelap gulita, dia masih berjalan terus,
mendadak, di atas kepala terdengar sebuah teriakan aneh "Hiuut!"
Sin-hiong segera menghentikan langkahnya dan berteriak:
"Siapa?"
Baru saja selesai berkata, diatas terdengai Huut!" segumpal
bayangan hitam sudah menerjang kearahnya!
Sin-hiong buru-buru menghindar, begiti melihat seorang tua yang
wajahnya sangat buruk sudah berdiri di depannya!
Orang tua ini bukan saja wajahnya sangat buruk, perawakannya
juga pendek dan gemuk, keli! itannya seperti bola daging saja, Sin-
hiong tergetar dan bertanya:
"Siapa Tuan?"
Dua sorot mata orang tua itu laksana pisau tajam menyapu
wajah Sin-hiong:
"Kek kek kek!" dia tertawa dan berkata. "Kau tidak tahu siapa
aku?"
Setelah berkata, tubuh gemuknya bergerak sekali dan berkata
lagi:
"Kali ini aku menangkap bangsat kecil yang mencuri barang!"
Sekelebat dia langsung maju menyerang!
Jangan di lihat tubuhnya pendek gemuk, tapi ternyata
gerakannya lincah sekali, baru saja selesai bicara, angin pukulan
dari telapak tangannya sudah datang menyerang!
Diam-diam Sin-hiong terkejut, di dalam hati-nya berpikir:
'Bukankah ini hal yang aneh lagi? Kenapa dalam dua hari ini aku
selalu bertemu dengan masalah yang tidak ada ujung pangkalnya,
dan sekarang ada lagi yang memanggil aku bangsat kecil pencuri
barang!"
Masih berpikir, telapak tangannya menyerang balik.
Tadinya orang tua itu tidak berniat mengadu keras lawan keras,
melihat Sin-hiong menyerang dengan sebelah tangan, maka dia
berteriak:
"Bagus!"
Tangannya sudah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya,
hingga menimbulkan angin keras, baju Sin-hiong pun jadi
mengembang.
Melihat dia mau bertarung mengadu nyawa, di dalam hati Sin-
hiong merasa sangat tidak mengerti, dia menghentakan kakinya di
tanah, orangnya sudah meloncat ke atas udara, lalu turun di
belakang orang tua itu.
Orang tua itu terkejut, karena dia menyerang dengan tenaga
penuh, sulit menghentikan gerakannya, terdengar "Paak paak!" dua
suara keras, dua pohon besar di depan sudah patah terkena sapuan
angin pukulannya.
"Wah besar sekali tenaganya, sayang di hutan tidak ada
macannya?" teriak Sin-hiong.
Setelah serangan telapak tangan orang tua itu gagal, malah
disindir oleh Sin-hiong, dia jadi semakin marah, lalu membalikan
tubuh, langsung menyapukan dua telapak tangannya!
Sin-hiong tidak menangkisnya, dia hanya meloncat mundur
sepuluh tombak lebih!
Mata orang tua itu jadi membelalak besar:
"Tidak jelek, tidak jelek, tidak heran berani mencuri barang
teman lamaku!"
Sin-hiong mengerutkan alis dan bertanya:
"Siapa yang telah mencuri barang teman lama kau? Kau salah
melihat orang?"
Orang tua itu marah sekali, berkata:
"Hemm... hemm... aku bisa salah lihat? Mungkin kau salah
mencuri?"
Setelah berkata, dia kembali mendesak satu langkah demi satu
langkah.
Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir:
"Apakah dua hari terakhir ini sudah muncul mahluk aneh? Aku
sudah salah mengira wanita itu adalah Sun Cui-giok, orang tua ini
malah bersikeras menuduh aku telah mencuri barang teman
lamanya, sungguh aneh sekali?'
Orang tua itu terus maju sedikit pun tidak berhenti, lalu
menyerang dengan telapak tangannya!
Sin-hiong segera berputar ke belakang tubuh-nya, dengan ringan
membalas serangan dengan telapak tangan sambil berkata:
"Coba kau katakan, barang apa yang telah dicuri aku?"
Setelah berturut-turut menyerang tiga jurus, dan ketiga jurusnya
gagal, didalam hati orang tua itu tentu saja terkejut, tapi dia karena
sifatnya aneh, di dalam hatinya berkata:
"Aku bukan lawanmu, tentu saja aku tidak pantas meminta
kembali barang teman lamaku, rnaka dia berkata:
"Mau bicara apa lagi? Coba kau sebutkan namamu?"
Demi membersihkan dirinya, tanpa Sungkan Sin-Hi ng berkata
"Maaf, aku Sen Sin-hiong, kau salah melihat orang?"
Mendengar ini, orang tua itu lalu berguman:
"Sen Sin-hiong, Sen Sin-hiong, nama ini seperti pernah
mendengar dari orang!"
Sambil bicara dia berjalan kembali ke jalan yang tadi dia datang,
tidak mempedulikan Sin-hiong lagi!
Sin-hiong keheranan, hatinya mendadak hati-nya tergerak dan
berteriak:
"Tunggu, kau sudah menanyakan namaku, maka mohon kau
juga sebutkan namamu baru pergi!"
Orang tua itu tidak mempedulikannya, mulut-nya terus membaca
'Sen Sin-hiong' tiga huruf itu, ketika dia jalan sudah lebih dari
sepuluh tombak, baru membalikan kepala dan berkata:
"Aku Yu Hoa, kau mau apa?"
Mendengar ini, Sin-hiong jadi teringat di saat dia belajar silat
pada gurunya di gunung, gurunya pernah menyebut nama orang ini,
tidak disangka bisa bertemu dia disini, maka dengan keras berkata:
"Orang tua jalan pelan-pelan, nanti aku sebutkan satu orang
apakah kau mengenalnya?"
Yu Hoa menghentikan langkah, berkata marah:
"Seorang pencuri, mana bisa menanyakan seorang baik-baik?"
Sin-hiong tersenyum dan berkata: "Ada seseorang yang dijuluki
Liong-koan-hong, marga orang ini Khu, apakah kau kenal dia?"
Yu Hoa membelalakkan sepasang matanya besar-besar dan
menjawab:
"Dia adalah teman lamaku, gitar kuno di tanganmu apakah dicuri
darinya? Sekarang juga aku akan pergi ke gunung Hwan-keng untuk
memberi-tahukan pada dia, gitar kunonya sudah dicuri orang?"
Sin-hiong buru-buru menghampirinya, membungkuk memberi
hormat sambil berkata:
"Liong-koan-hong adalah guruku, maaf tadi Boanpwee telah
berlaku tidak sopan, mohon Lo-cianpwee bisa memaafkan!"
Mendengar ini, Yu Hoa tidak tahan meloncat keatas dan
berteriak:
"Hayaa, ternyata kau ini murid kesayangan-nya, tidak heran ilmu
silatnya lebih tinggi dari padaku, kau panggil saja aku kakak!"
Setelah berkata, memberi hormat pada Sin-hiong. Sin-hiong
terkejut, buru-buru berkata:
"Lo-cianpwee, bagaimana boleh!"
Yu Hoa menegakan tubuhnya dan berteriak:
"Kenapa tidak boleh, usiaku lebih tua darimu, kau panggil saja
aku Yu-toako!"
Bagaimanapun Sin-hiong tidak berani menurutinya, tapi sifat Yu
Hoa lebih aneh dari pada Sin-hicng, Sin-hiong tidak bisa
mendebatnya, terpaksa memanggilnya Toako!
Yu Hoa sangat senang, dia menunjuk Sin-hiong dan berkata
pelan:
"Adik Sen, kali ini kau turun gunung apakah untuk membalaskan
dendam Khu-toako?"
Sin-hiong menganggukan kepala, wajah Yu Hoa tampak cerah,
sambil menepuk dada, berkata:
"Ada Toako disini, Bu-tong-san tidak jauh dari sini, sekarang mari
kita cari para tosu brengsek itu!"
-oo0dw0oo-
Sin-hiong menggelengkan kepala: "Aku sudah pergi kesana!"
"Bagaimana? kukira para tosu brengsek itu pasti bukan
lawanmu?" kata Yu Hoa tidak sabar.
Sin-hiong terpaksa menceritakan keadaan di Bu-tong, Yu Hoa
mundur kebelakang dan berteriak:
"Thian-ho-tiauw-sou? He he he, cepat pulang ke gunung panggil
Khu-toako keluar gunung!"
"Guru sudah meninggal!" kata Sin-hiong sedih.
Yu Hoa jadi tertegun, setelah lama sekali baru berkata dengan
gagap:
"Bagaimana bagusnya kalau begitu, tua bangka Thian-ho itu
sangat kuat sekali?"
---ooo0dw0ooo---
JILID KE TIGA
BAB 9
Giok-siau-long-kun
Sin-hiong melihat ke langit, ternyata kata-kata. ini telah
memancing keluar banyak pikiran ruwetnya, di saat tidak tahu harus
berkata apa, mendadak dari kejauhan ada orang dengan dingin
berkata:
"Keadaan sulit masih belum tiba, sekarang berbagai perguruan
besar telah bergabung menjadi satu bila saat nya tiba, mau
membalas dendam pun akan semakin sulit!"
Selesai berkata dalam jarak sepuluh tombak lebih terlihat daun-
daun pohon bergerak, satu bayangan orarg laksana burung terbang
berlari di kegelapan malam.
Sin-hiong terkejut, dia meloncat mengejarnya.
Sekarang, ilmu meringankan tubuhnya sudah sangat hebat,
dalam satu loncatan dia sudah mengejar dua tiga puluh tombak
jauhnya!
Tapi, walaupun gerakan dia cepat sekali, orang di depan ternyata
lebih cepat dari pada dia, dalam beberapa kelebatan, orangnya
sudah menghilang!
Sin-hiong tertegun, di dalam hari berkata:
'Di dunia persilatan ternyata ada orang sehebat ini, entah siapa
orang ini?'
Dia berpikir sejenak, dia merasa orang ini tidak berniat jahat
padanya, jika tidak, dia tidak akan meninggalkan pesan sebelum
pergi.
Sin-hiong melihat-lihat sejenak, di belakang tubuh terasa ada
angin, dan satu orang berteriak:
"Adik Sen, apa kau melihat siapa orang itu?" Sin-hiong
menggelengkan kepala:
"Ilmu meringankan tubuh orang ini hebat sekali, apakah mungkin
dia adalah ketua pulau Teratai Lim Ki-kun?"
Wajah Yu Hoa kembali berubah, dengan suara gemetar berkata:
"Apa? orang tua aneh inipun sudah keluar juga?"
Kata-kata yang diucapkan tadi, Sin-hiong hanya menebaknya
saja, usia Yu Hoa sudah mencapai tujuh puluh tahun lebih, saat ini
malah menyebut ketua pulau Teratai ini sebagai mahluk tua aneh,
kalau begitu berapa usia ketua pulau Teratai sudah bisa
dibayangkan.
Sin-hiong mengeluh panjang katanya:
"Bukan saja ketua pulau Teratai, Thian-ho-tiauw-souw sudah
muncul di dunia persilatan, beberapa hari yang lalu aku pun pernah
bertarung dengan Ngo-ki-thian-cun!"
Wajah Yu Hoa tambah tergerak, katanya:
"Ilmu silat Ngo-ki-thian-cun amat tinggi, apa lagi racun dia
sangat ternama di seluruh dunia!"
Tiba-tiba Sin-hiong mendapat satu pikiran dan bertanya:
"Apakah Toako tahu, di antara seluruh senjata beracun Ngo-ki-
thian-cun, senjata apa yang paling lihay?"
Yu Hoa berpikir-pikir sejenak lalu berkata:
"Sulitdikatakan,harusdilihat dulu bagaimana dia
menggunakannya baru bisa dipastikan."
Sin-hiong memang ada tujuan bertanya ini, mendengar kata-kata
Yu Hoa, dia langsung bertanya lagi:
"Misalkan terhadap orang, jika dimakan, orang itu bisa berubah
jadi apa?"
Yu Hoa melihat Sin-hiong sekali dan berkata:
"Merubah lawan menjadi kawan, merubah kawan menjadi
lawan!"
Begitu mendengar kata-kata ini, Sin-hiong jadi tergetar dan
berteriak:
"Betul, Toako cepat ikut aku!"
Tanpa mempedulikan bagaimana wajah Yu Hoa, Sin-hiong
kembali berlari naik ke atas gunung!
Yu Hoa tertegun, di dalam hatinya berpikir: 'Ada apa dengan
adikku ini, apakah dia menemukan sesuatu?'
Sin-hiong berlari cepat sepanjang jalan, walau pun puncaknya
tinggi, tapi tidak sampai menghabis-kan seperminuman segelas teh
panas, Sin-hiong sudah kembali lagi ke tempat bertarung dengan
Ngo-ki-thian-cun tadi!
Sekarang, dia sudah memastikan seratus persen wanita itu
adalah Sun Cui-giok, dia juga sadar, jika mau mengembalikan Cui-
giok seperti semula, dia harus memaksa Ngo-ki-thian-cun
mengeluarkan obat penawarnya!
Sin-hiong berlari mengikut jalan, sampai di sisi tebing jurang tadi,
terlihat di bawah jurang mengepul ke atas awan putih, diam-diam
dia menarik nafas dingin, di dalam hati berkata:
'Apakah mereka ada dibawah? Bagaimana kehidupan di bawah?'
Setelah berpikir, dia berteriak beberapa kali memanggil, tapi di
sekeliling hening, angin malam bertiup, selain gema dari seberang
gunung, di seluruh pegunungan hening seperti mati.
Bulan sudah amat tinggi, menyinari bayangan dia yang panjang
langsing, dia merasakan hatinya kecewa yang amatsangat.
Dia tidak tahan melangkah dua langkah dan kembali berteriak:
"Cui-giok, Cui-giok......"
Suaranya sampai jauh sekali, membuat orang yang
mendengarnya, seperti mendengar teriakan seseorang yang
terjerumus ke dalam jurang mematikan.
Sin-hiong berdiri lama, juga mengharapkan lama sekali,
terdengar seseorang sambil mengeluh berkata:
"Ngo-ki-thian-cun banyak siasat busuknya, mungkin dia sudah
pergi!"
Dengan kecewa Sin-hiong berkata:
"Yu-toako, mereka tadi masih ada disini, walaupun pergi juga
tidak jauh!"
Yu Hoa tertawa lalu berkata:
"Mungkin masalahnya tidak seperti yang kau pikirkan, kau salah
memperkirakannya!"
Sin-hiong merasa seperti kehilangan sesuatu, dia menutup
wajahnya dengan kedua tangan, di dalam hati malah menyesal
sekali.
Yu Hoa sepertinya sudah tahu perasaan hati-nya, lalu
menghiburnya dan berkata:
"Adik, tidak perlu kesal, di kemudian hari masih ada kesempatan
bertemu dengan dia."
Dalam keadaan putus asa, terpaksa Sin-hiong berharap dengan
cara ini, pelan-pelan membalikan tubuh dan berkata:
"Toako, aku harus pergi ke Go-bi!"
Yu Hoa tertegun dan berkata:
"He he he! Orang tadi bukankah sudah mengatakan? Sekarang
berbagai perguruan besar sudah bersatu, apa gunanya kau pergi ke
Go-bi?
Sin-hiong menganggukan kepala:
"Itu aku tahu!"
Yu Hoa menjadi keheranan dan berkata: "Lalu kenapa kau masih
mau pergi ke Go-bi?" Sin-hiong melihat dia sekali, di dalam hati
berpikir:
'Siapa yang tadi memberi peringatan, kita masih belum tahu
siapa dia, kau adalah seorang tua di dunia persilatan, kenapa bisa
gampang mempercayai kata-kata orang?'
Walau di dalam hatinya berpikir demikian, tapi dia tidak
mengatakan, begitu melihat ke arah jauh, mendadak terlihat
dilekukan gunung meloncat satu bayangan orang!
Yu Hoa melihatnya, lalu berkata:
"Adik, di punggung orang itu sepertinya menggendong orang!"
Baru saja dia selesai berkata, di lereng gunung kembali satu
bayangan orang meloncat keluar.
Sin-hiong merasa hafal terhadap perawakan orang ini dan
berteriak:
"Hemm... Ngo-ki-thian-cun sudah datang!"
Yu Hoa tergetar, saat ini bayangan orang itu sudah mendekat.
Begitu Sin-hiong melihat, dia jadi tergetar dia berkata:
"Iiih! Ternyata kau!"
Orang itu dengan bangga tertawa dan berkata: "Kenapa kalau
aku? Kau tidak menduganya bukan!"
Sin-hiong tertegun sejenak, di dalam hati berpikir:
'Ilmu silat dia sekarang seimbang dengan Ho Koan-beng’ saat itu
dia berkata:
"Hayo turunkan nona Sun!"
Orang itu dengan dingin berkata:
"Enak saja kau bicara, apakah kau tahu bagaimana susah payah
aku merebut Cui-giok, hemm... hemm... tidak semudah itu?"
Ketika sedang berbicara, Ngo-ki-thian-cun yang ada di belakang
sudah datang mengejar, melihat Sin-hiong juga ada disini, tidak
tahan dengan marah berkata:
"He he he, ternyata kalian satu kelompok?"
Orang yang menggendong Cui-giok dengan tertawa dingin
berkata:
"Sembarangan omong, kenapa aku harus satu kelompok dengan
dia?"
Ngo-ki-thian-cun melotot marah dan berkata:
"Kalian sudah menyiapkan jebakan, bisa menipu orang lain, tapi
aku Tonghong Ki tidak akan tertipu!"
Setelah berkata, dengan cepat menjulurkan tangan ingin merebut
orang yang ada di punggung orang itu!
Orang itu tertawa dingin, seruling giok di tangannya balas
menotok sambil berteriak:
"Dengan alasan apa kau mau merebut orang?"
Kata-kata orang ini masuk akal, sebab di dalam pikiran dia, selain
Sin-hiong dan Ho Koan-beng, orang lain, siapa pun dia jangan ada
pikiran menyimpang terhadap Cui-giok!
Ngo-ki-thian-cun membalikan tangan, secepat kilat menyerang
lagi satu jurus!
Sambil menggendong Cui-giok, di satu pihak dia harus
menghadapi Ngo-ki-thian-cun, di pihak lain juga harus mengawasi
Sin-hiong, tampak sekali dia tidak bisa memusatkan pikirannya, Yu
Hoa yang melihat lalu berteriak:
"Sobat, kau tenang saja, adikku pasti tidak akan mengganggu
mu!"
Orang itu mengangkat alisnya dan berkata: "Apa benar kata-
katamu itu?"
Sin-hiong tertawa dingin lalu berkata:
"Sang-toh kau tenang saja, Sen Sin-hiong bukan orang hina yang
suka menyerang orang secara membokong!"
Ternyata orang ini adalah muridnya Ang-hoa-kui-bo, Giok-siau-
long-kun Sang-toh, sekarang ilmu silat dia sudah maju pesat, bukan
saja di luar dugaan Sin-hiong, Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng di
kemudian hati kalau bertemu, mungkin juga akan sangat terkejut.
Mendengar Sin-hiong telah berkata begitu, wajah Sang-toh
menjadi lega sambil tertawa dia berkata:
"Bagus sekali kalau begitu, biar aku bereskan dulu orang ini, baru
kita selesaikan masalah kita!"
Setelah berkata, dia menyabet miring seruling gioknya, tampak
menotok ke arah pergelangan tangan Ngo-ki-thian-cun, Ngo-ki-
thian-cun hanya mendengus dingin, dia menarik pergelangan
tangannya, baru saja akan merubah serangannya, mendadak dia
melihat di tangan Giok-siau-long-kun ada satu bayangan hijau
berkelebat, sambil tertawa keras berkata:
"Jurus ini mungkin kau tidak menduganya!"
Saat berkata Giok-siau-long-kun mendadak bergeser ke kanan,
menotok Kian-keng-hiat Ngo-ki-thian-cun!
Melihat ini, hati Sin-hiong tidak tahan tergetar, di dalam hatinya
berpikir, jurus aneh apa ini?
Ternyata dalam jurus tadi, jelas-jelas Giok-siau-long-kun menotok
ke arah pergelangan tangan Ngo-ki-thian-cun, siapa sangka di
tengah jalan, malah bergeser menotok jalan darah Kian-keng Ngo-
ki-thian-cun, perubahan jurusnya belum pernah terlihat di dunia
persilatan!
Ngo-ki-thian-cun terkejut sampai bersuara "Hemm.." katanya:
"Jurus macam apa ini?"
Walaupun berkata demikian, tapi mau tidak mau dia harus
mundur menghindar, jika tidak, maka dia akan terkena totokannya!
Saat ini Giok-siau-long-kun masih meng-gendong Cui-giok, jika
dia seorang diri, keadaan Ngo-ki-thian-cun mungkin tidak semudah
ini.
Dalam waktu sekejap ini, Sin-hiong sangat tergetar, Ngo-ki-thian-
cun pun ikut terkejut, Yu Hoa yang ada di pinggir juga merasa amat
diluar dugaan.
Setelah Ngo-ki-thian-cun mundur, dia segera mencabut tameng
tembaganya "Huut!" disabetkan laksana sebilah pedang ke arah
bahu kanan Sang-toh!
Sang-toh tertawa, seruling giok berubah menghantam melintang
dan berteriak:
"Kau terima jurus ku ini!"
Satu jurusnya ini kelihatan merebut menyerang lebih dulu, jurus
Ngo-ki-thian-cun sudah di lancarkan lebih dulu, walaupun dia lebih
cepat lagi, rasanya tidak mungkin tiba bersamaan waktunya dengan
Ngo-ki-thian-cun!
Tapi kenyataan yang terjadi kembali di luar dugaan, Ngo-ki-thian-
cun mengira kali ini bisa berhasil, siapa sangka setelah Giok-siau-
long-kun menotokan seruling gioknya, sedikit menggerakan
lengannya, ujung seruling secepat kilat sudah menotok Meh-ken-
hiat, Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun terkejut, terpaksa menarik kembali lengan
kanannya, lima jari tangan kirinya disentilkan, segumpal serbuk
racun berwarna merah sudah menyembur keluar!
Sin-hiong yang melihat cepat-cepat berkata: "Yu-toako hati-hati,
serbuk racun di kukunya amat lihay!"
Sin-hiong dan Yu Hoa secepat kilat mundur ke belakang,
terdengar Giok-siau-long-kun tertawa keras dan berkata:
"Ilmu ini tidak ada apa-apanya?"
Giok-siau-long-kun sambil tertawa terbahak-bahak, dia sedikit
pun tidak menghindar, seruling giok dengan cepat dijulurkan.
Setelah Ngo-ki-thian-cun menyentilkan jarinya, dia merasa yakin
bisa membuat Sang-toh jatuh pingsan, siapa sangka Giok-siau-long-
kun malah dengan leluasa maju ke depan, sama sekali tidak
menganggap serbuk racunnya Ngo-ki-thian-cun!
Harus tahu, serbuk racun yang ada di dalam kuku Ngo-ki-thian-
cun, adalah hasil ramuan dari satu macam serangga yang sangat
sulit ditemukan, racun-nya amat lihay sekali, Sin-hiong dulu hanya
menyen-tuh tulang ayam yang dilempar dia, hampir saja nyawanya
melayang, tidak diduga Giok-siau-long-kun malah sedikit pun tidak
apa-apa?
Wajah Tonghong Ki jadi berubah besar dan berteriak:
"Tidak kuduga kau mempunyai ilmu aneh?"
Tameng tembaganya menyerang melintang, dengan ganas
menyerang ke sebelah kiri Giok-siau-long-kun.
Karena tangan kiri Sang-toh sedang membawa orang,
gerakannya jadi terhambat, begitu Ngo-kithian-cun menyerang
kelemahannya, terpaksa dia menarik kembali seruling giok yang
sedang menotok, tubuhnya sedikit menghindar, dalam sekejap
meng-ambil kembali posisi menguntungkan, sambil tertawa berkata:
"Coba terima satu jurus lagi!"
Terlihat bayangan hijau berkelebat, seruling gioknya sudah
menyerang ke arah kiri Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun ikut mengimbangi, tameng tembaganya
menyerang ke arah kiri Giok-siau-long-kun!
Tapi jurus Giok-siau-long-kun seperti tertuju ke arah kiri, padahal
sebenarnya ke arah kanan, di saat Ngo-ki-thian-cun menyerang,
seruling giok ditangan-nya sudah hampir menyentuh Kian-keng-hiat
kanan Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun tergetar, otaknya secepat kilat berputar dua
kali, mendadak teringat satu hal, lengannya mendadak menahan
dan berteriak:
"He he he, rupanya kau telah mendapatkan ilmu silat di dalam
Hu-houw-pit-to, aku jadi tambah tidak bisa melepaskanmu!"
Setelah berkata, dia mempertajam serangan-nya, semuanya
menyerang ke bagian kiri Giok-siau-long-kun, dalam sekejap,
terlihat sinar kuning membesar, mendesak Giok-siau-long-kun
sampai mundur dua-tiga langkah ke belakang!
Walaupun jurus Giok-siau-long-kun ganas dan aneh, tapi karena
dia menggendong orang, di dalam hatinya juga harus mengawasi
Sin-hiong, maka serangannya hanya mencapai tujuh delapan puluh
persen, setelah didesak mundur terus, hawa membunuh di
wajahnya dalam sekejap terlihat jelas.
Diam-diam Sin-hiong keheranan, di dalam hatinya berpikir:
'Sungguh aneh dunia ini, Ho Koan-beng dan Sang-toh berdua,
yang satu mendapatkan Hiang-liong-pit-to, yang satu lagi juga bisa
kebetulan mendapatkan Hu-houw-pit-to, tidak heran kedua orang
itu tidak sampai setengah tahun, ilmu silatnya bisa maju sepesat
ini?’
Pelan-pelan sorot mata Sang-toh mengarah kepada Sin-hiong,
lalu menunjuk ke sisi tubuhnya dan berkata:
"Sen Sin-hiong, persoalan kita pun harus diselesaikan, tapi
dengan menempuh bahaya aku telah menolong nona Sun, kau tidak
boleh mengambil kesempatan ketika aku sedang sibuk kau merebut
dia?"
Sin-hiong yang mendengar sampai terkejut dan bertanya:
"Apa dia benar nona Sun?"
Sambil tertawa Giok-siau-long-kun berkata:
"Kenapa bukan? Permainannya Ngo-ki-thian-cun tidak akan bisa
mengelabui aku?"
Sin-hiong membelalakan matanya besar-besar, saat ini Yu Hoa
yang berdiri di sisi mendatanginya dan berkata:
"Adik Sen, masih belum terpikir olehmu?" Sin-hiong terpaku
sebentar, berkata: "Nona Sun pasti telah minum sesuatu, sehingga
lupa akan jati dirinya, bukan begitu?"
Giok-siau-long-kun menganggukan kepala sambil tertawa
berkata:
"Betul, bukan itu saja, setelah dia minum obat itu, bisa merubah
menjadikan lawan jadi kawan, kawan jadi lawan!"
Sin-hiong teringat kejadian dulu, tidak tahan bersuara "Ahh!" dan
berkata:
"Kalau begitu tidak mengherankan banyak terjadi hal yang aneh-
aneh!"
Giok-siau-long-kun berkata dingin:
"Kau sudah mengerti? Kalau begitu syarat yang aku ajukan tadi
apa kau setuju tidak, jika tidak siapa pun diantara kita tidak akan
mendapatkan dia?"
Sin-hiong melihat dia sekali, di dalam hatinya berpikir:
'Walaupun didikan Sang-toh tidak selurus Ho Koan-beng, tapi
sekarang dia jauh lebih baik dari pada Ho Koan-beng, maka dia
segera menganggukan kepala dan berkata:
"Kau tenang saja, Sen Sin-hiong bukan orang serendah itu!"
Hati Giok-siau-long-kun merasa lega, berteriak: "Janji seorang
pria sejati, tentu saja aku percaya padamu!"
Setelah berkata begitu, dengan tenangnya menaruh Cui-giok di
samping Sin-hiong, lalu membalikkan tubuh, kembali mendesak ke
Ngo-ki-thian-cun.
Ketika Sin-hiong berbicara dengan Giok-siau-long-kun, Ngo-ki-
thian-cun memutar otak terus, dia sudah tahu Giok-siau-long-kun
telah mempelajari ilmu silat dari Hu-houw-pit-to, maka mengerti
lima racun berwarna dirinya, hingga tidak satu pun racunnya bisa
melukainya, setelah berpikir keras, akhirnya terpikir satu cara
olehnya.
Keadaan di depan mata sudah terlihat jelas, Sin-hiong dan Sang-
toh berdua datang demi Cui-giok, jadi selain mencari cara di atas
Sun Cui-giok, tidak ada cara lain lagi yang bisa dia harapkan.
Sang-toh memegang erat seruling gioknya dan berkata pada
Ngo-ki-thian-cun:
"Bagaimana? Kita main-main lagi beberapa jurus?"
Ngo-ki-thian-cun tertawa dingin dan berkata: "Apa sulitnya, tapi
orang-orang di belakangmu harus mundur lebih jauh lagi!"
Kata-katanya tentu saja ditujukan pada Sin-hiong dan Yu Hoa,
Sin-hiong melihat Ngo-ki-thian-cun melibatkan dirinya, saat itu tidak
menunggu Sang-toh berkata, dia langsung menarik Yu Hoa mundur
ke belakang!
Sang-toh memalingkan kepala, begitu melihat sambil tertawa
terbahak-bahak berkata:
"Sen-tayhiap kita bukan orang hina seperti di dalam
pandanganmu, he he he, sekarang kau boleh lega bukan?"
Ngo-ki-thian-cun memutar bola matanya dan berteriak:
"Boleh, kau majulah!"
Hati Giok-siau-long-kun sebenarnya ingin menghadapi Sin-hiong,
makaterhadapNgo-ki-thian-cundiaingincepat-cepat
menyelesaikannya, sekarang dia tidak sungkan lagi, sambil
mengangkat seruling giok dia berteriak:
"Jagalah!"
Seruling gioknya menotok, terlihat bayangan hijau menggulung-
gulung, tidak kurang dari lima jurus serangan sudah di keluarkan!
Ngo-ki-thian-cun mendengus dingin, tubuhnya sedikit bergeser,
lalu membalas menyerang dengan tameng tembaganya sebanyak
tiga jurus!
Giok-siau-long-kun jadi bersemangat, sejurus demi sejurus dia
terus menyerang, jurusnya sangat aneh, sebentar seperti
menyerang ke kiri, tahu-tahu menyerang ke kanan, sebentar lagi
dilihat, terlihat jurusnya dahsyat dan tidak beraturan, hingga orang
tidak bisa menentukan arahnya, asal sedikit saja lengah, maka akan
terkena totokannya.
Yu Hoa yang melihat, diam-diam menarik nafas dingin, berkata:
"Adik Sen, kalian para pesilat muda, semuanya hebat-hebat, kami
orang tua yang belum mati ini, sungguh sia-sia saja hidup selama
ini!"
Walaupun Sin-hiong tidak ada pikiran seperti dia, tapi setelah
meneliti gerakannya Giok-siau-long-kun, dia seperti punya perasaan
yang sulit dijelaskan, dia hanya menganggukan kepala, tapi didalam
hati berkata:
"Sang-toh dan Ho Koan-beng, kedua orang ini, yang satu telah
mendapatkan inti ilmu silat aliran lurus, yang satu lagi telah dilatih
langsung oleh aliran sesat, melihat keadaan sekarang, ilmu silat
Giok-siau-long-kun mungkin di atas Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng?"
Giok-siau-long-kun menyerang sejenak, Ngo-ki-thian-cun pura-
pura mundur ke belakang, Yu Hoa berteriak:
"Mundur tanpa bertempur, saudara kecil harus hati-hati!"
Giok-siau-long-kun tertawa keras dan katanya: "Ilmu silat dia
bisa menipu orang lain, tapi terhadap aku Sang-toh sedikit pun tidak
ada guna-nya?"
Setelah berkata, dalam sekejap dia menyerang lagi sepuluh
jurus, malah seperti ingin mengalahkan Ngo-ki-thian-cun dalam
waktu singkat!
Dalam pertarungan kedua orang ini, Ngo-ki-thian-cun selalu lebih
banyak bertahan dari pada menyerang, tubuhnya pelan-pelan
mundur ke belakang, mula-mula masih mundur ke belakang, sampai
akhirnya malah mundur ke arah Sin-hiong.
Sin-hiong merasa aneh, di dalam hatinya berpikir: 'Mungkin Ngo-
ki-thian-cun sedang bersiasat?" Tadinya dia ingin menarik Sun Cui-
giok yang tergeletak di tanah, tapi dia khawatir menimbulkan salah
paham Giok-siau-long-kun, di saat ini, Ngo-ki-thian-cun sudah
mundur didekat Sun Cui-giok tidak lebih dari dua tiga tombak!
Hati Yu Hoa jadi tegang, dia berteriak: "Adik, cepat bawa wanita
di tanah itu kemari!"
Tubuh Sin-hiong bergerak sedikit, tapi mendadak menggelengkan
kepala dan berkata: "Aku takut tidak mampu!"
Yu Hoa seperti tersadar dan berteriak: "Kalau kau tidak mampu,
biar aku saja!"
Setelah berkata, orangnya sudah menerjang kesana!
Tapi baru saja dia bergerak, terdengar satu orang berteriak:
"He he he, mungkin kau juga sudah terlambat!" Setelah berkata,
segumpal asap hitam sudah disemburkan, Sin-hiong terkejut sekali
"Huut!" dia menyapu dengan telapak tangannya, walaupun berhasil
menyapu sebagian besar asap hitam itu, tapi masih ada sebagian
yang menyerang Yu Hoa dan Cui-giok!
Yu Hoa hanya merasa matanya menjadi gelap, belum lagi turun
ke bawah, kepalanya terasa pusing bumi seperti berputar-putar lalu,
"Buum!" dia jatuh ke tanah.
Giok-siau-long-kun sangat marah, tapi saat matanya menyapu,
terlihat wajah Cui-giok dari pucat pelan-pelan menjadi hitam,
setelah melihat lagi pada Yu Hoa, wajah dia berubah jadi merah, dia
jadi tertegun, secepat kilat menerjang!
Sin-hiong menunggu asap hitam itu meng-hilang, baru meloncat
menghampiri, kedua orang itu sama-sama menuju ke samping Sun
Cui-giok, dan hampir bersamaan waktu bersuara "Aah!" demi
menepati janji, Sin-hiong mundur sedikit ke belakang, Giok-siau-
long-kun berteriak:
"Racun apa lagi ini?"
Kedua matanya melotot besar-besar, malah jadi bengong oleh
pemandangan di depan matanya.
Sin-hiong ingin segera menolong, buru-buru bertanya:
"Kau ini bagaimana, serbuk merah kau tidak takut, kenapa
terhadap asap hitam malah tidak bisa berbuat apa-apa?"
Giok-siau-long-kun menghela nafas panjang dan berkata:
"Jangan cemas, biar aku pikir-pikir dulu!"
Memang di dalam Hu-houw-pit-to di tulis inti ilmu sesat di
seluruh dunia, terhadap berbagai macam serbuk racun dan senjata
beracun dari aliran sesat, disana dengan jelas diterangkan cara
menawarkannya, selama setengah tahun ini, Giok-siau-long-kun
bukan saja sudah mempelajari ilmu silat di dalamnya, terhadap
berbagai senjata beracun pun sudah dipelajarinya, sekarang dia
justru tidak tahu kenapa Cui-giok dalam sekejap bisa berubah jadi
begini?
Mata Sin-hiong tidak sengaja menyapu, mendadak melihat Yu
Hoa juga tergeletak tidak bergerak, buru-buru dia berlari mendekat,
terlihat di kepala Yu Hoa bercucuran keringat.
Sin-hiong tidak tahan jadi tertegun!
Tadi di sisi Cui-giok, dia melihat kulit Cui-giok berubah warna,
tapi tidak kesakitan seperti Yu Hoa, kedua orang ini sama-sama
terkena racun yang sama, kenapa reaksinya sangat berbeda?
Berpikir sampai di sini, mendadak dia ingat Ngo-ki-thian-cun
masih ada di sana, dia membalikkan kepala melihat, tapi entah
kapan Ngo-ki-thian-cun sudah menghilang?
Sin-hiong mengeluh, dia melihat ke arah Giok-siau-long-kun,
terlihat Giok-siau-long-kun juga sama dengan dirinya bengong
terpaku menatap ke tanah.
Setelah berpikir, dalam keadaan tidak bisa berbuat apa-apa,
Sang-toh berjalan menuju Sin-hiong, dia melihat sekali pada Yu Hoa
lalu berkata:
"Racun dia tidak parah, hanya Cui-giok yang sulit!"
Hati Sin-hiong tergerak, tanyanya:
"Kedua orang ini sama-sama terkena racun yang sama, kenapa
yang satu bisa diobati, yang satu lagi sulit?"
Giok-siau-long-kun menggelengkan kepala dan berkata:
"Kau tidak tahu, racun yang di idap Cui-giok sebelumnya masih
belum hilang, sekarang ditambah lagi racun lain, jadi dua macam
racun itu menjadi satu, maka sulit mengobatinya."
Sin-hiong menghela nafas panjang, Sang-toh melototi dia,
dengan dingin berkata:
"Kau sedih apa, aku hanya mengatakan racun Cui-giok sulit
diobati, tapi tidak mengatakan tidak ada obat yang bisa menolong
dia?"
Di dalam hati kedua orang ini tadinya ada ganjalan, saat ini demi
menolong Cui-giok, kedua orang ini melupakan ganjalannya, Giok-
siau-long-kun mendadak terpikir, pada saatnya nanti walaupun Cui-
giok bisa diselamatkan, apakah Cui-giok mau kembali kesisinya, itu
masih tanda tanya besar, makanya niat untuk menolongnya
mendadak menjadi besar.
Tapi Sin-hiong tidak terpikir semua itu, berkata: "Entah obat apa
yang bisa menyembuhkan mereka?"
Giok-siau-long-kun dengan kesal berkata:
"Mungkin sia-sia saja aku mengatakannya!"
Hati Sin-hicng menjadi tegang:
"Kau percayalah padaku, asalkan ada obat penawarnya,
walaupun aku harus menempuh bahaya seberat apa pun, aku tidak
akan mundur?"
Dia mengatakannya dengan tulus, tapi bagi pendengaran Giok-
siau-long-kun, malah terasa tidak enak, sehingga rasa
permusuhannya jadi bertambah, sambil tertawa dingin berkata:
"Di puncak gunung Lam-thian ada satu pohon Yang, pohon ini
satu tahun hanya muncul sekali, satu kali hanya berbuah satu,
waktunya hanya di bulan ke enam setiap tahun, ketika akan
matahari terbit, sekarang sudah hampir musim gugur, walau kau
tumbuh sepasang sayap, dan dalam waktu singkat bisa terbang ke
sana, hemm... dalam masalah waktu juga harus menunggu satu
tahun lagi!"
Mendengar ini, tidak terasa seluruh tubuh Sin-hiong menjadi
dingin, dia mengeluh:
"Kalau begitu, rupanya nona Sun tidak tertolong lagi!"
Giok-siau-long-kun mendengus, dia berjalan ke sisi Yu Hoa,
mengeluarkan sebutir obat berwarna kuning, memasukan ke dalam
mulut Yu Hoa, lalu memalingkan kepala berkata:
"Itupun belum tentu, masih ada obat lainnya, tapi itupun sebuah
pusaka yang sulit ditemukan, taraf kesulitannya juga tidak di bawah
buah pohon Yang itu?"
Sin-hiong hatinya tergerak dan tanya.
"Entah apa yang disebut pusaka yang sulit ditemukan itu?"
Dalam kebingungannya, asalkan mendengar ada yang bisa
menyelamatkan Cui-giok, apa pun itu dia tidak akan melepaskannya,
maka sekali Gick-siau-long-kun mengatakannya, dia langsung buru-
buru menanyakan.
Sepasang mata Giok-siau-long-kun melihat Yu Hoa di tanah,
tanpa terlalu menghiraukan dia menjawab:
"Setelah dia memakan obat ini, sudah tidak apa-apa lagi, dengan
cepat dia akan kembali sadar."
Sin-hiong melihat dia menjawab bukan yang ditanyakan, hatinya
jadi semakin gelisah, buru-buru berkata:
"Benar, ada obat penawar dari saudara Sang, aku percaya Yu-
toako sudah tidak kritis lagi, tapi jika mau menyelamatkan nona Sun
harus memakai obat apa?"
Giok-siau-long-kun melihat Sin-hiong begitu gelisahnya, sehingga
rasa cemburunya semakin besar, maka sengaja lama-lama
menjawabnya:
"Pusaka yang amat sulit ditemukan itu adalah Ho-siu-oh yang
berusia ribuan tahun, tapi sekarang entah berada di tangan siapa?"
Sin-hiong tertegun setelah mendengarnya, di dalam hatinya
berpikir:
'Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu sekarang ada padaku, karena
aku, Cui-giok jadi begini, apa aku boleh tidak berperasaan?' Berpikir
sampai disini tiba-tiba dia melihat tubuh Yu Hoa di tanah
menggeliat, buru-buru dia mendukungnya dan bertanya:
"Yu-toako, bagaimana rasanya sekarang?"
"Aku tidak apa-apa, bagaimana dengan nona itu?"
Giok-siau-long-kun melihat Sin-hiong tidak bicara, maka dia
mengeluh:
"Selain dua macam obat ini, mungkin tidak ada lagi yang bisa
menawarkan racunnya."
Setelah mendengarnya, Sin-hiong lalu mengeluarkan kota
kecilnya dan bertanya:
"Saudara Sang, jika ada Ho-siu-oh berusia ribuan tahun, apakah
benar-benar bisa menyelamatkan nyawanya nona Sun?"
Giok-siau-long-kun menjawab:
"Tentu saja, tidak ada perlunya marga Sang membohongimu!"
Sin-hiong segera menjawab:
"Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu, ada di dalam kotak kecilku
ini."
Setelah melihatnya, Giok-siau-long-kun sangat gembira dia
berkata:
"Kalau begitu cepat berikan padaku, supaya aku bisa mengobati
nona Sun, apakah obatnya asli!"
Sin-hiong berpikir sebentar dan berkata: "Aku mendapatkan ini
dengan susah payah, tentu saja asli!"
Giok-siau-long-kun melihat dia lama tidak mengeluarkannya,
matanya berputar-putar dan cepat cepat berkata:
"Di saat genting seperti ini, apakah saudara Sen masih tidak
mempercayai aku?"
Sin-hiong tertawa:
"Terhadap siapa pun aku percaya, apa lagi saudara Sang
memerlukan untuk menolong orang?"
Setelah berkata, baru saja mau membuka tutup kotak, mendadak
terdengar Yu Hoa berteriak: "Tunggu!"
Sin-hiong berhenti, dia memalingkan kepala dan bertanya:
"Yu-toako ada pandangan apa?"
Sambil tertawa Yu Hca berkata:
"Adik, kenapa kau begitu ceroboh, jika ditanganmu ada barang
pusaka, kenapa tidak kau sendiri saja yang menolongnya?"
Sin-hiong jadi tersadar, tapi terpikir kembali Giok-siau-long-kun
dengan berani menempuh bahaya menyelamatkan Cui-giok, hatinya
berpikir, Apa dia tidak egois?
Ketika sedang berpikir, kotak di tangannya terlihat seperti mau
diberikan tapi lalu ditarik kembali, Giok-siau-long-kun melihat Yu
Hoa merusak rencana-nya, hatinya segera menjadi marah dan
berteriak:
"Aku baik hati menyelamatkanmu, tidak diduga kau setan tua
ternyata sangat licik!"
Setelah berteriak, seruling gioknya sudah menotok dari kejauhan!
Yu Hoa menghindar dan memukulkan telapak tangannya sambil
berteriak:
"Kau bocah banyak akal bulusnya, kau bisa menipu adikku Sen
Sin-hiong, tapi tidak akan bisa menipu aku?"
Ilmu silat Yu Hoa juga tinggi sekali, ketika telapak tangannya
menyapu, dia sudah membuat jurus Giok-siau-long-kun bergeser
setengah kaki, baru saja akan menghantam kedua kalinya,
mendadak dia melihat pergelangan tangan Giok-siau-long-kun
menangkis sambil tertawa dingin berkata:
"Sungguh kau tidak tahu diri, tidak mengukur dulu
kemampuannya dibandingkan dengan Ngo-ki-thian-cun"
Ujung seruling diputar, secepat kilat menotok Ku-ce-hiat nya Yu
Hoa!
Jurus Giok-siau-long-kun penuh dengan tipuan, begitu dia
merubah jurusnya, bukan saja gerakannya diluar dugaan Yu Hoa,
Sin-hiong pun tidak tahan jadi terkejut!
Seketika Yu Hoa menarik tangannya, tapi jurus Giok-siau-long-
kun seperti ada matanya, terlihat dia sedikit membalikkan
pergelangan tangannya lagi, kembali menotok ke Ku-ce-hiat nya Yu
Hoa!
Kecepatan dua jurusnya, sudah sampai taraf kesempurnaan, Sin-
hiong yang melihat, sadar jika dirinya tinggal diam, kemungkinan Yu
Hoa akan terluka oleh Giok-siau-long-kun, saat itu dia pun bergerak
dan berteriak:
"Tunggu, ini tidak ada hubungannya dengan Yu-toako!"
Giok-siau-long-kun sudah hampir berhasil, mendadak dia merasa
di belakang tubuh ada angin keras, dia segera memutar tubuhnya
dan berteriak:
"He he he, jurus ini lagi!"
Semling giok diputar menyerang ke belakang menotok Meh-ken-
hiat nya Sin-hiong!
Jurus yang dilancarkan Sin-hiong tadi adalah jurus Tan-ci-sin-
tong. Yang digunakan Sin-hiong di rumah Cui-giok saat pertama kali
bertemu dengan Giok-siau-long-kun!
Malam itu Sin-hiong menutup wajahnya, tapi Giok-siau-long-kun
belakangan bisa mengenalnya, maka terhadap jurus Tan-ci-sin-tong
nya Sin-hiong dia sangat mengenal juga paling membencinya,
sekarang dia memutar tangan membalas serangan, dia menge-
luarkan jurus lihay Thian-sian-te-coan (Langit mengelilingi bumi
berputar) dari Hu-houw-pit-to!
Jurus Sin-hiong bertujuan menolong, tidak bermaksud melukai,
saat Giok-siau-long-kun menyerang, Sin-hiong sudah meloncat
mundur ke belakang kurang lebih satu tombak!
"Kenapa? takut?" teriak Giok-siau-long-kun.
Sin-hiong menggelengkan kepala dan berkata:
"Bukan begitu, kita harus menolong orang terlebih dulu!"
Yu Hoa yang mendapat bantuan dari Sin-hiong, sekarang sudah
bisa bernafas lega, tapi sekarang dia merasa dirinya sudah tua,
melihat usia dua orang anak muda yang tidak sampai dua puluh
tahun, tapi ilmu silatnya sudah demikian tinggi dan mengejutkan
orang, dia menjadi putus asa untuk berkelana kembali ke dunia
persilatan.
Sekarang dia merasa lebih baik dia pergi saja, tapi melihat Sin-
hiong seperti mau memberikan Ho-siu-oh itu pada Giok-siau-long-
kun, dia jadi berteriak:
"Adik Sen, kau sudah gila?"
Sin-hiong melihat dia sekali dan berkata:
"Yu-toako, kau tenang saja!"
Yu Hoa tidak mengerti, di dalam hatinya berpikir:
'Adik Sen sangat jujur, sampai sekarang dia masih belum sadar
orang itu berniat tidak baik, hay! Dia akan tertipu!”
Giok-siau-long-kun tertawa dingin:
"Ini baru pantas, apakah kau mau memberikan Ho-siu-oh itu?"
Sin-hiong kembali mengeluarkan kota kecil itu dan berkata:
"Tentu saja!"
Setelah berkata, baru saja akan membuka tutup kotak itu, pada
saat ini terdengar suara "Huut!", satu bayangan orang melesat
datang!
Giok-siau-long-kun sekali lagi berteriak:
"Kau mau mengacau lagi?"
Seruling gioknya dengan cepat sudah menotok.
Sin-hiong tahu orang itu adalah Yu Hoa, tubuhnya sedikit
bergerak lalu berteriak:
" Yu-toako, jangan!"
Melihat kedua orang itu akan bertubrukan, Sin-hiong khawatir Yu
Hoa akan terluka, dia kembali menerjang ke depan, Kim-kau-po-
kiam segera diputar menangkis seruling giok Giok-siau-long-kun.
Kecepatan jurusnya laksana kilat, Giok-siau-long-kun jadi tidak
sempat melukai Yu Hoa, dia melintangkan seruling gioknya, balik
menotok pergelangan tangan Sin-hiong sambil mendengus dia
berkata:
"Kalian mau mengeroyok, kenapa kita tidak bertarung sepuasnya
saja?"
Sin-hiong menunggu jurus Giok-siau-long-kun sampai habis,
tubuhnya kembali meloncat ke belakang sambil tertawa berkata:
"Ingin bertarung pun bukan saatnya, kita tolong dulu orang baru
bertarung!"
Sebenarnya Sin-hiong pun sudah tahu niatnya Giok-siau-long-
kun, tapi karena dia melihat seluruh tubuh Cui-giok sudah menjadi
hitam, di sudut mulutnya pun mengeluarkan busa putih, hatinya
menjadi perih, demi menolong orang dia rela berkorban, apa lagi
hanya sebatang Ho-siu-oh!
Pikirannya, bagaimana Yu Hoa bisa mengerti, apa lagi Giok-siau-
long-kun, dia pun tidak akan mengerti.
Giok-siau-long-kun berhenti sambil berkata marah:
"Kalau begitu, cepat keluarkan Ho-siu-oh itu!"
Sin-hiong takut Yu Hoa kembali akan menghalanginya, saat itu
tanpa berpikir lagi dia melemparkan kotak kecil itu pada Giok-siau-
long-kun dan berkata:
"Kau ambil saja, asalkan bisa menyelamatkan nona Sun, maka
harapanku sudah terkabul, satu batang Ho-siu-oh tidak berarti apa-
apa?"
Buat Sin-hiong melemparkan barang pusaka itu tidak masalah,
tapi dua orang yang di sampingnya, yang satu hatinya menjadi
sangat senang, yang satu lagi hatinya jadi amat kecewa.
Yu Hoa mengeluh dan berkata: "Adik Sen, kau tidak mau
mendengar nasihat-ku, di kemudian hati kau pasti akan celaka oleh
orang ini?"
Setelah berkata, sambil menggelengkan kepala dia berjalan ke
depan!
Tapi baru saja dia berjalan dua langkah, mendadak terdengar
dari belakang tubuhnya terdengar sebuah suara yang amat dingin,
terpaksa membalikkan kepala melihat ke belakang, terlihat wajah
Giok-siau-long-kun merah sekali, mata Sin-hiong malah membelalak
besar-besar, wajahnya terkejut!
Yu Hoa tergetar dan bertanya:
"Adik Sen, apa yang terjadi?"
Sesaat Sin-hiong tidak bisa menjawab, Giok-siau-long-kun yang
menjawab dengan dingin:
"Hemm... hemm... Ho-siu-oh apa? Ternyata hanya kotak
kosong?"
Setelah berkata, dia melemparkan kembali kotak itu!
Yu Hoa mengambilnya, seetelah melihat, di dalam kotak benar
saja kosong tidak ada apa-apanya, di dalam hatinya berpikir:
Adik Sen bukan orang seperti itu, mungkin isinya sudah dicuri
orang!'
Tapi setelah dipikir lagi, dia merasa pikirannya tidak masuk akal,
sebab dengan ilmu silatnya Sin-hiong, jika ada orang bisa mencuri
barang dia, orang ini mungkin orang yang tergolong seorang dewa.
Dia meneliti lagi kotak kosong itu, mendadak sepasang matanya
seperti dibetot oleh suatu benda, lama tidak bisa bergerak!
Giok-siau-long-kun melihat Yu Hoa bengong menatap kotak
kosong itu, dia mengira kotak kosong pun dia tidak rela
membuangnya, sambil marah berkata:
"Kau sudah melihat jelas? Bukankah di dalam kotak itu pusaka
apa pun tidak ada!"
Yu Hoa menarik nafas panjang dan berkata: "Ternyata dia, kalau
begitu tidak mengherankan?"
Kata-kata dia sedikit membingungkan, Sin-hiong dan Giok-siau-
long-kun sama-sama terkejut dan bertanya:
"Kau menemukan apa?"
Yu Hoa menggelengkan kepala:
"Pusaka ini sudah diambil oleh ketua pulau Teratai, jadi tidak
mengherankan!"
Sin-hiong jadi tergetar, dia langsung merebut-nya, benar saja di
dalam kotak hitam itu, samar-samar di tengah kotak tampak
sekuntum bunga teratai putih, karena bunga teratai sangat kecil jadi
bisa terlihat karena ada sinar bulan menyorotnya, jika tidak teliti
tidak akan terlihat.
Terhadap bunga teratai ini Sin-hiong sudah hafal, dia berpikir-
pikir, tapi tetap masih tidak tahu kapan Ho-siu-oh ini di ambil oleh
ketua pulau Teratai?
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku hanya bertemu dengan dia dua kali, satu kata pun tidak
bicara, dia datang tergesa-gesa pergi juga tergesa-gesa, bagaimana
bisa mengambil Ho-siu-oh di kantongku?"
Setelah Sin-hiong berkata, Yu Hoa menyela: "Kalau begitu,
kenapa tanda dari ketua pulau Teratai bisa ada di dalam kotak
kosong ini?"
Giok-siau-long-kun tidak berkata sepatah kata pun, ternyata
setelah dia mendengar nama besar ketua pulau Teratai, di dalam
hatinya juga terkejut sekali.
Setelah berpikir cukup lama dengan nada dalam Sin-hiong
berkata:
"Betul, jika tidak, kenapa tanda dia bisa ditaruh di dalam kotak
kosong."
Berpikir begitu, dia tetap tidak mengerti, dengan sedih dia
melihat sekali pada Sun Cui-giok yang tergeletak di tanah, kembali
berkata:
"Ho-siu-oh sudah diambil orang, sekarang selain pergi mencari
ketua pulau Teratai, hanya bisa pergi ke gunung Lam-thian,
hanya......hay!"
Terpikir gunung Lam-thian yang jauh ada di Sin-kiang, jarak dari
sini paling sedikit ada ribuan li, walaupun bisa tiba disana, bukan
saja waktunya harus menunggu satu tahun, walaupun bisa dengan
mudah mendapatkannya, tapi saat kembali, mungkin nyawa Cui-
giok pun sudah tidak ada, maka berkata sampai disini, dia tidak bisa
meneruskannya.
Giok-siau-long-kun maju dua langkah, mengangkat tubuh Cui-
giok, melihat gunung yang jauh di sana dan berkata:
"Bagaimana pun caranya aku tidak akan membiarkan dia mati, di
sana ada satu puncak yang paling tinggi, aku akan mencari semua
tumbuhan obat untuk menyelamatkan dia, Sen-tayhiap masalah
diantara kita, lain hari saja kita selesaikan!"
Setelah berkata, dia melangkah turun ke bawah gunung!
Sin-hiong ingin menghadangnyaa, tapi setelah dipikir lagi, tidak
ada gunanya menghadang, apalagi bisa menghambat pertolongan
buat Sun Cui-giok?
Mendadak, dia teringat Sai Hoa-to Ong Leng, di dalam hatinya
berpikir:
'Walaupun Ong Leng sangat jauh dari sini, tapi bagaimana pun
jauh lebih baik dari pada pergi ke gunung Lam-thian!'
Maka diapun melihat ke gunung di seberang, di dalam hatinya
berpikir:
'Jika aku bolak balik kesana tidak akan memakan waktu banyak,
tidak usah takut Giok-siau-long-kun bisa lari kemana.'
Setelah Sin-hiong mengambil keputusan, dia membalikan tubuh
berkata pada Yu Hoa:
"Yu-toako, aku juga harus pergi!"
Tadinya Yu Hoa ingin ikut bersama dengan Sin-hiong, karena dia
khawatir Sin-hiong sendirian tidak bisa melawan, tapi setelah
melihat kejadian tadi, pikiran dia terasa berlebihan. Tidak tahan
dengan suara sedikit kecewa berkata:
"Adik, kau pergi kemana pun di dunia, tidak ada orang yang bisa
menghinamu, tapi hati orang sulit ditebak, bagaimana pun kau
harus selalu waspada?"
Dengan sangat berterima kasih Sin-hiong menganggukan kepala,
karena keadaannya gawat, dia tidak banyak bicara, terdengar Yu
Hoa berkata lagi:
"Adik, apakah kau mau pergi ke gunung Lam-thian?"
Sin-hiong terpaksa menceritakan niatnya pergi mencari Ong
Leng, Yu Hoa berpikir sejenak, mendadak seperti ingat sesuatu dan
berkata:
"Baik, cepatlah kau pergi, waktunya sangat mendesak!"
Walaupun dia berpesan begitu pada Sin-hiong, tapi di dalam hati
dia sudah ada satu keputusan, yaitu setelah Sin-hiong pergi, dia
sudah bertekad pergi ke gunung Lam-thian!
Tentu saja Sin-hiong tidak tahu pikirannya, setelah pamitan, dia
langsung melesat turun ke bawah gunung!
Saat ini sudah lewat jam tiga pagi, pikiran Sin-hiong terasa
sangat kacau, dia merasa dimana-mana dia selalu terlibat masalah,
dia merasa tidak bisa mengurus semuanya sekaligus, dia
memutuskan, begitu menemukan satu masalah dia selesaikan
masalah itu.
Mengambil kesempatan masih ada dua jam hari baru terang,
setelah turun gunung dia langsung berlari terbang menelusuri jalan
raya!
Ilmu meringankan tubuhnya sudah sangat hebat, begitu berlari
sudah melewati puluhan li, sekali melihat ke atas, terlihat dari
kejauhan langit sudah memutih, dia sadar hari sudah akan terang,
saat itu dia baru memperlambat langkahnya, pelan-pelan berjalan
ke depan.
Ketika sedang berada di tengah jalan, tiba-tiba di atas bukit
terdengar ada beberapa orang sedang berkata-kata.
Tadinya dia tidak memperhatikan, setelah berjalan beberapa
saat, terdengar salah seorang berka ta:
"Menurut pendapatku, kita bertiga sudah cukup, tidak perlu
mengundang orang lain lagi?"
Terdengar lagi satu suara tua melanjutkan: "Bagaimana menurut
pendapat Lang-tayhiap?"
Terdengar suara dengusan sekali, berkata: "Saat aku ada di bukit
Pek-yang, aku sudah berniat bertarung dengan orang ini, hanya
karena saat itu ada urusan penting, hemm... jika tidak dunia
persilatan tidak akan sekacau ini."
Nada bicara orang ini sangat percaya diri, Sin-hiong sudah
melewati sekitar sepuluh tombak lebih, tapi setelah mendengar
orang ini menyebut bukit Pek-yang, dia jadi teringat seseorang, di
dalam hatinya berpikir apakah orang ini adalah ketua perguruan
Tiang-pek, Lang Tiong-sun?
Dia jadi ingat, belum lama ini ketika dia meninggalkan rumah
Cui-giok, dia pernah bertemu dengan orang ini di satu penginapan,
saat itu tadinya dia ingin bertarung dengannya, kemudian karena
dia harus segera pergi dulu ke Siauw-lim-si, maka tidak menggubris
dia, tidak diduga sekarang bisa bertemu dengan dia disini?
Mendengar nada bicara mereka, sepertinya akan mengeroyok
seseorang, hatinya diam-diam jadi terkejut, di dalam hatinya
berpikir:
'Orang yang bisa bersama dengan Lang Tiong-sun pasti bukan
orang biasa, tidak terpikir pesilat setinggi mereka mau mengeroyok
orang, kalau begitu orang yang dihadapi mereka pasti orang hebat'
Sin-hiong berpikir, di dunia persilatan orang yang pantas mereka
keroyok, selain ketua pulau Teratai, Thian-ho-tiauw-souw, dan Ngo-
ki-thian-cun, mungkin diri sendiri juga termasuk.
Begitu terpikir dirinya, tidak tahan dia jadi tergerak, di dalam
hatinya berpikir:
'Aku pernah pergi ke Siauw-lim-si dan Bu-tong-pai, orang-orang
ini kemungkinan besar mengarah kepadaku.'
Berpikir sampai disini, maka dia menghentikan langkahnya,
begitu mengawasi, dari kejauhan berlari mendekat lima bayangan
manusia!
Buru-buru Sin-hiong menyelinap ke pinggir jalan, terlihat dari
lima bayangan orang itu, ada tosu, ada tokouw, ada juga orang
biasa, salah satu diantaranya sambil berlari berteriak:
"Kita sudah mencari semalaman, apa pun tidak ada, mungkin
kabar kalian dari perguruan Go-bi tidak tepat!"
Salah seorang tosu mendengus dan berkata:
"Perguruan kami sudah mengerahkan puluhan orang, apakah
kabar sekecil inipun tidak bisa dikerjakannya? hari ini dia tidak
datang, besok pasti datang!"
Seorang laki-laki berpakaian ringkas juga terlihat mendengus
dengan marah berkata:
"Mungkin saja salah!"
Diantara lima orang itu, ada dua orang tosu, kedua orang ini
begitu mendengar, mendadak menghentikan langkahnya dan
berkata marah:
"Kami dari Go-bi-pai tidak perlu bekerja sama dengan kalian
Tiang-pek-pai dan Kun-lun-pai pun kami bisa mengalahkan Kim-kau-
kiam-khek, kalau tidak percaya, kalian bertiga boleh tunggu
kabarnya!"
Tiga orang lainnya juga tidak mau kalah, salah seorang tokouw
ikut mendengus lalu berkata:
"Kami orang-orang dari Kun-lun-pai jauh-jauh datang kesini,
bukan untuk menuruti kehendak orang, hemm... hemm... jika bukan
karena guru kami dengan tegas memerintahkan untuk giat berlatih
silat, kami sudah dari dulu pergi, tidak akan seperti sekarang bolak-
balik berlari kesana kemari tanpa ada hasilnya!"
Sin-hiong yang bersembunyi di kegelapan, jarak dengan mereka
sangat dekat, begitu mendengar mereka memang ingin menghadapi
dirinya, dia jadi terkejut, di dalam hati berkata:
'Kata-kata orang itu ternyata tidak salah, berbagai perguruan
besar di dunia persilatan sudah bersatu ingin menghadapi dirinya,
dia harus meningkatkan kewaspadaan!'
Ketika sedang berpikir, terlihat dua orang lainnya juga
menghentikan langkahnya, yang satu berkata:
"Jangan ribut, jangan ribut, kami dari Tiang-pek-pai sudah
mengikuti dia selama setengah tahun, tapi bayangan dia pun tidak
terlihat, kalian baru saja menjaga beberapa hari, sudah begini tidak
sabaran?"
Kelihatannya ketiga orang ini mewakili tiga perguruan yang
berbeda, karena mereka mengaku dirinya dari aliran lurus yang
ternama, maka masing-masing tidak ada yang mau mengalah?
Sin-hiong tidak bergerak, di dalam hatinya berpikir:
'Diatas bukit itu masih ada tiga orang, kenapa mereka
membiarkan murid-muridnya bertengkar, tapi tidak ada satu orang
pun keluar mencegahnya?'
Sebenarnya, pikiran dia salah sekali, di dalam berbagai perguruan
besar sekarang ini, yang kecil demikian, yang tua pun begitu, tiga
orang tadi adalah ketua Kun-lun-pai Siu-goan Suthai, ketua Go-bi-
pai Cing-cen Totiang dan ketua dari Tiang-pek-pai Lang Tiong-sun,
ketiga orang ini sama dengan murid-murid mereka, di wajahnya
tampak damai, di dalam hati mengadu kekuatan!
Saat ini ketiga orang tua itu sudah duduk bersila di puncak bukit,
membiarkan murid-muridnya bertengkar, ketiga orang itu saling
pandang, semua pura-pura tidak tahu
Alis Siu-goan Suthai mengkerut dan berteriak: "Anak Beng, anak
Ciu, kalian kemari!" Dua orang tokouw itu menyahut dan dengan
cepat mereka naik ke atas!
Lang Tiong-sun mendengus dengan hidung-nya, juga berteriak:
"Anak Jong, kalian naik ke atas!"
Sekarang, tinggal satu orang tosu di sana, tosu itu melihat-lihat
ke sekeliling, tampak menunggu gurunya memanggil, siapa sangka
setelah beberapa saat, diatas bukit sepi tidak ada suara!
Sin-hiong pun merasa keheranan, tepat ketika ini, mendadak satu
suara tua berteriak:
"Anak Hui, pergilah ke depan memeriksa, di sana seseorang telah
datang!"
Wajah tosu itu jadi cerah, secepatnya berlari ke depan.
Karena Sin-hiong sedang bersembunyi sambil berjongkok, maka
dia tidak bisa melihatnya, entah siapa yang datang?
Saat ini matahari baru terbit, bumi sudah terang benderang,
sedikit saja Sin-hiong bergerak, orang yang ada diatas bisa
menemukannya, dia beberapa kali ingin keluar, tapi setelah dipikir
lagi, dia kembali diam tidak bergerak.
Tidak lama, dari kejauhan terdengar seseorang dengan marah
berkata:
"Kau tosu bangsat sungguh mengesalkan, kenapa melototi aku
terus?" .
Sin-hiong mendengar suara orang ini, tidak tahan dia jadi
terkejut, di dalam hati berkata:
'Apakah Ho Koan-beng juga datang kemari?'
Tosu tadi sebenarnya diperintahkan untuk mencari Sin-hiong,
tapi dia tidak kenal Sin-hiong, dia hanya tahu harus mencari seorang
anak muda yang tampan, yang membawa sebuah gitar kuno, yang
tidak lama lagi akan muncul di sekitar ini.
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng juga seorang anak muda tampan,
tapi tidak membawa sebuah gitar kuno, saat ini dia sedang tidak
bersemangat dan berjalan sendirian. Tosu itu melihatnya, dia ragu-
ragu memastikan dia Sin-hiong atau bukan? maka dia terus melihat-
lihat, dan akibatnya di maki-maki, tapi tosu ini juga sedang kesal,
dia menjadi marah, berkata:
"Kau sungguh tidak tahu aturan, kau tidak melihat aku,
bagaimana bisa tahu aku sedang melihat mu?"
Sejak Sim-kiam-jiu Ho-Koan-beng dikalahkan oleh ketua pulau
Teratai dalam dua jurus, dia terus mempelajari sisa dua jurus yang
berupa syair, setelah memeras otak tiga hari, dia baru berhasil
memecahkan dua jurus terakhir Hiang-liong-pit-to, sekarang tangan
dia sedang gatal ingin mencoba ilmu silatnya, melihat tosu di depan
mata ini mencari gara-gara, dengan sendirinya dia menghentikan
langkahnya, menyipit-kan sepasang matanya dan berkata:
"He he he, rupanya kau ingin membuat aku marah ya?"
Setelah berkata, tiba-tiba dia menggetarkan pedangnya dan
berteriak:
"Kau berani mencabut gigi macan, tentu sudah bosan hidup."
Tosu itupun tidak mau kalah, dia segera mencabut pedang
panjang di punggungnya, berkata:
"Jika kau mau bertarung, aku akan melayani-nya!"
Ho Koan-beng menusukan pedangnya dan berkata marah:
"Jangan banyak omong kosong!"
Tosu itu menghindar lalu balas menyerang, Ho Koan-beng sambil
tertawa dingin berkata:
"Ternyata kau dari perguruan Go-bi, tapi ilmu silatmu masih
belum matang!"
Setelah berkata, dia membalikan pergelangan tangannya, jurus
pedangnya mendadak berubah, malah menggunakan jurus hebat
dari perguruan Go-bi, Cing-cen Totiang yang ada diatas bukit
melihat hal ini, tidak tahan bersuara "Ah!" dengan terkejutberkata:
"Kenapa orang ini bisa memainkan jurus pedang dari perguruan
kami?"
Bicaranya belum selesai, Sim-kiam-jiu berturut-turut merubah
dua jurusnya, kebetulan sekali, dua jurusnya yang satu adalah jurus
In-liong-sam-sian (Naga di awan muncul tiga kali) dari}Kun-lun-pai,
dan Ban-li-koan-san (Selaksa pegunungan di perbatasan) dari
Tiang-pek-pai!
Ketua Kun-lun-pai dan ketua Tiang-pek-pai pun melihat kedua
jurusnya, juga bersama-sama berteriak:
"Itu jurus pedang dari perguruan kami?"
Dalam sekejap, mata ketiga ketua perguruan ini membelalak
besar, mimpipun mereka tidak terpikir, jurus hebat perguruan
mereka bisa dicuri dan dipelajari orang asing?
Ketiga orang tidak pikir panjang lagi, langsung melesat
menerjang Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng!
Saat ini, murid dari Go-bi-pai sudah kewalahan menahan
serangan Ho Koan-beng, ketiga orang ini tibanya pada saatnya,
ketiga ketua perguruan besar ini sama-sama ingin menanyakan
bagaimana Ho Koan-beng bisa menjalankan jurus pedang perguruan
mereka, baru saja ketiga orang itu tiba, langsung menyerang tiga
jurus!
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng melotot marah "Hemm...!" berkata:
"Kalian mau mengeroyok?"
Baru saja dia berkata, terasa ada satu tekanan seberat ribuan
kati menerpa wajahnya, dia membalas menyerang berturut-turut
tiga jurus dan terkejut berkata:
"Ah! Kalian baru benar-benar kelinci percobaanku?"
Setelah berkata, dia merubah jurusnya, ketiga ketua perguruan
besar itu bersama-sama menarik tangannya, hampir bersamaan
waktunya berteriak:
"Tunggu, ada yang mau kami tanyakan padamu!"
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng dengan sombong melihat mereka
bertiga dan berkata:
"Kalian mau apa?"
Ketiga ketua perguruan besar ini, sebenarnya tidak berniat
mengeroyok dia, hanya kebetulan saja, lebih-lebih tidak terpikir
dalam waktu bersamaan menanyakan satu pertanyaan yang sama,
saat ditanya oleh Ho Koan-beng, wajah ketiga orang itu menjadi
merah sampai ke telinga, mereka saling pandang sekali, tapi tidak
satu orang pun bicara lagi.
Maksud ketiga orang itu, adalah mengalah pada dua orang
lainnya, tapi yang terjadi malah, aku mengalah padamu, kau
mengalah padaku, jadi siapa pun tidak ada yang bicara!
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng yang melihat, tidak tahan jadi naik
pitam dan berkata:
"Diantara kalian bertiga, ada tosu, ada tokouw, dan juga ada
orang biasa, kalian bersandiwara untuk siapa? He he, aku sih tidak
ada waktu menikmatinya?"
Kata-kata dia sedikit pun tidak ada basa basi-nya, jadi membuat
tiga orang ketua pergunian besar itu marah, mereka bersama-sama
berteriak, tiga macam senjata bersama-sama menyerang dia lagi.
Tindakan kali ini kembali tanpa sengaja bersama-sama
menyerang Ho Koan-beng, tapi jadi membuat dia marah sekali, di
dalam hatinya berpikir, ketiga orang ini sungguh menyebalkan
sekali, setelah mendengus lalu berteriak:
"Bagaimana kalau kalian mencoba satu jurus aku ini?"
Dia menggerakan pedang menyerang, serangan ini kelihatannya
tidak teratur, walaupun ketiga ketua perguruan besar ini merasa
sedikit malu, tapi melihat Ho Koan-beng menggunakan jurus yang
hanya biasa-biasa saja, wajah mereka tampak tertawa sinis.
Ketiga orang itu jadi ingin menarik kembali jurusnya, siapa
sangka, pada saat ini mendadak terlihat pedang Ho Koan-beng
membelit, "Ssst!" suara yang keras, seperti angin keras yang
menggelegar, hampir saja senjata ketiga orang itu terlepas dari
tangannya!
Ke tiga ketua perguruan besar itu jadi terkejut sekali!
Hanya dengan saru jurus Ho koan-beng sudah berhasil, tidak
tahan dengan senangnya berteriak:
"Bukit berputar jalan melingkar, setelah gelap timbul terang,
hemm... hemm... sekarang giliran jurus setelah gelap timbul
terang!"
Setelah berkata, pedang pusakanya mendadak diputar kembali
dari kanan ke kiri, ketiga ketua perguruan besar itu masih terkejut,
semua tidak mengira jurus 'aneh' keduanya datang menyerang lagi,
tiga bayangan orang langsung meloncat mundur satu tombak lebih!
Wajah ketiga ketua sama-sama terkejut tidak mengerti, apalagi
Siu-goan Suthai yang sifatnya sangat angkuh, seumur hidupnya
tidak pernah dia bersama-sama mengeroyok orang, karena mereka
bertiga terpengaruh oleh nama besar Kim-kau-kiam-khek, baru
sepakat bersatu menghadapinya, tapi itu hanya untuk menghadapi
Sin-hiong, tidak diduga anak muda di depan mata ini ternyata
begitu lihay, dalam hati dia berpikir, mungkin orang ini adalah Sin-
hiong.
Dia menggetarkan kebutan di tangannya dia bertanya:
"Apakah kau Sen Sin-hiong?"
Semangatnya Ho Koan-beng sedang tinggi, dengan sombongnya
berkata:
"Bukan!"
Sekarang ketiga ketua itu sudah tidak menyerang lagi, Cing-cen
Totiang juga berkata:
"Tuan bukan Sen Sin-hiong lalu siapa?"
Ketua dari perguruan Tiang-pek tidak menunggu Ho Koan-beng
menjawab, mendadak menyela:
"Menurut yang aku tahu, tindakan marga Sen itu, kebanyakan
sembunyi-sembunyi, orang ini sampai julukannya saja tidak berani
mengatakan, kalau bukan Sen Sin-hiong siapa lagi?"
Ho Koan-beng melihat perbincangan ketiga orang ini selalu
menyebut nama Sen Sin-hiong, tidak tahan rasa iri hatinya jadi
timbul, dengan marah berkata:
"Siapa itu Sen Sin-hiong, buat apa kalian selalu menyebut dia
dihadapan aku?"
Siapa sangka baru saja dia selesai bicara, mendadak terdengar
seseorang sambil mengeluh berkata: "Saudara Ho, kenapa kau
memaki di belakang orang?"
Begitu kata-kata ini terdengar, empat orang yang berada di
lapangan semua jadi terkejut sekali!
Suara ini datangnya terlalu mendadak, sorot mata ke empat
orang itu melihat ke arah datangnya suara, terlihat seorang remaja
yang sangat tampan, di tangannya memeluk sebuah gitar kuno,
sedang tersenyum berdiri di bawah bukit!
Dengan sorot mata dingin Ho Koan-beng menyapu pada ketiga
orang itu dan berteriak:
"Bukankah kalian mau mencari Sen Sin-hiong? Dialah orangnya!"
Ketiga ketua perguruan besar itu sedikit tergetar, Siu-goan Suthai
bersuara "Aah!" sekali, lalu mundur kebelakang dan berkata:
"Satu gelombang belum reda, gelombang lain sudah timbul, lebih
baik kita hadapi dulu saja sasaran kita."
Setelah berkata, dengan pelan dia bersiul sekali, dan di atas bukit
langsung berlari turun dua bayangan orang, Siu-goan Suthai dengan
luwesnya menyapukan kebutannya dan berkata lagi:
"Kalian berdua awasi orang ini, jangan sampai dia melarikan
diri?"
Kata-kata dia tentu saja ditujukan pada Ho Koan-beng, sejak Sin-
hiong muncul, otak Ho Koan-beng sudah berputar entah berapa kali,
di dalam hatinya berpikir, bukankah ketiga orang ini mau mencari
Sin-hiong? He he he, kenapa aku tidak mengambil kesempatan ini
membinasakan dia, meng-hilangkan duri dalam daging?
Ho Koan-beng sangat licik, melihat Siu-goan Suthai mengarahkan
sasarannya pada dia, dia tidak bereaksi sedikitpun, tapi diam-diam
dia sudah ada satu keputusan.
Begitu Siu-goan Suthai mengatakan ini, Cing-cen Toliang dan
Lang Tiong-sun memanggil murid-nya, menyuruh mereka
mengawasi Ho Koan-beng, mereka bertiga pelan-pelan maju
mengurung Sin-hiong.
Perlahan Sin-hiong maju dua langkah, berkata sendiri:
"Sayang diantara sembilan perguman besar, Siauw-lim-pai dan
Bu-tong-pai sudah tidak bisa datang lagi, sekarang hanya datang
tiga orang, di kemudian hari aku masih harus menempuh jarak jauh,
untuk mencari empat orang ketua perguman besar lainnya."
Tingkahnya begitu santai, tepat ketika Cing-cen Totiang bertiga
datang menguning, Sin-hiong juga sudah mencabut Kim-kau-po-
kiam dari dalam gitar kuno!
Ho Koan-beng mendengus dan berteriak:
"Sen Sin-hiong, apa kau sudah ketakutan? Bagaimana kalau kita
tukar tempat?"
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Saudara Ho, hal apa saja aku boleh mengalah padamu, hanya
satu hal ini aku tidak bisa!"
Wajah Lang Tiong-sun merah padam, Cing-cen Totiang
mengencangkan seluruh ototnya sampai tegang sekali, hanya wajah
Siu-goan Suthai tampak sedikit tenang, tapi juga memegang erat-
erat kebutan-nya, siap menyerang lebih dulu!
Ketiga orang membentuk segi tiga, kelihatan-nya akan
mengeroyok, Cing-cen Totiang menghela nafas panjang dan
berkata:
"Aku maju dulu!"
Harus tahu, sejak dilahirkan sampai sekarang, ketua Go-bi-pai
hanya sekali mengeroyok orang yaitu gurunya Sin-hiong, biasanya
dia tidak pernah menampakan wajah serius seperti ini, hari ini
adalah kekecualian yang amat besar. ?
Ketua dari perguruan Tiang-pek menggetarkan pedang
pusakanya dan berkata:
"Boleh tidak aku duluan yang maju?"
Siu-goan Suthay tertawa lalu berkata:
"Siapa yang duluan maju pun boleh, hanya jangan sampai
memalukan?"
Lang Tiong-sun melotot dan berkata marah:
"Kalau begitu kau saja yang duluan, bagai-mana?"
Siu-goan Suthai mengangkat alisnya, men-dengus dingin sekali
dan berkata:
"Aku dulu, aku dulu saja, apa susahnya?"
Setelah berkata, kebutan di tangannya sudah maju menyerang!
Dengan tenang Sin-hiong melayang meng-hindar, lalu menangkis
dengan Kim-kau-po-kiam dan sambil tertawa berkata:
"Siapa yang duluan maju juga sama saja, ini adalah jurus
pertama!"
Siu-goan Suthai yang menyerang dengan kebutannya, tidak
menduga Sin-hiong begitu mudah menghindar, sebaliknya ujung
pedang Sin-hiong sudah ? l,itang menusuk dari samping.
Lang Tiong-sun melihat, tidak tahan terkejut dan berteriak:
"Suthay, awas di sebelah kiri!"
Siu-goan Suthai marah berkata:
"Kau tidak usah berteriak, apakah aku tidak lalui?"
Kebutannya diputar ke kiri "Huut!" rambut kebutan digetarkan
sampai tegang lurus, menerjang ke depan dada Sin-hiong!
Sin-hiong kembali menghindar, Kim-kau-kiam mendadak
mendongkel ke atas dan berteriak:
"Ini jurus keduaku!"
Setelah dua jurusnya gagal Siu-goan Suthai melampiaskan
kekesalannya, mendadak mengumpul-kan seluruh tenaga dalamnya
ke lengan kanan "Ssst!" kebutannya menyerang sambil mendengus
berkata:
"Lalu kenapa dengan jurus ketiga?"
Sin-hiong berhenti tidak bergerak, sambil tertawa berkata:
"Polos sekali!"
Dia memiringkan ujung pedang, benar-benar dengan sangat
polos menusukan pedangnya!
Cing-cen Totiang yang melihat, jadi berteriak:
"Suthay awas, jurus ini adalah Po-kong-kiam-eng (Gelombang
sinar pedang bayangan)!"
Ternyata Cing-cen Totiang sangat hafal terhadap jurus ini, sebab
dulu saat mereka mengeroyok Khu Ceng-hong, hanya
mengandalkan jurus ini, Khu Ceng-hong sekaligus melukai empat
orang ketua perguruan besar!
Siu-goan Suthai pun pernah mengalaminya, maka begitu
melihatnya, tidak tahan jatinya jadi tergetar, saat yang sempit ini,
hati dia masih mau mencoba untung-untungan, usia Sin-hiong
masih muda belia, mungkin tenaga dalamnya tidak sehebat Khu
Ceng-hong dulu?
Ketika otaknya berputar, kebutannya sudah berubah dua jurus,
dan kedua jurusnya adalah jurus hebat, dengan cepat membelit
pedangnya Sin-hiong!
Cing-cen Totiang melihat Siu-goan Suthai masih terus
menyerang, tidak tahan jadi terkejut, ketika sinar pedang Sin-hiong
mengembang, Cing-cen Totiang sudah maju menyerang.
Jurus pedang Sin-hiong tidak bembah, hanya sedikit menggeser
tubuhnya, jurus pedang yang pelan itu tiba-tiba berkelebat
menyilaukan mata, mengurung ke arah dua orang itu.
Lang Tiong-sun melihat Sin-hiong telah mengerahkan jurus
hebatnya, dia sadar harus segera turun tangan menyerang, maka
dia berteriak, pedang-nya menyerang dari samping!
Ketiga orang ini setelah bersatu mengeroyok, kekuatannya jadi
berlipat ganda, Sin-hiong balik menyabetkan pedangnya sambil
tertawa dingin:
"Akhirnya kalian bertiga sudah bersatu, coba lihat lagi satu jurus
ini!"
Sejak tenaga dalamnya maju pesat, gerakannya jadi semakin
cepat dan ringan? Sekali menyabetkan pedangnya, sudah
mengeluarkan kehebatan jurus Kim-kau-kiam dengan sempurna
sekali!
Jurus ini tadinya sederhana sekali, tapi saat digunakannya, suara
anginnya menggelegar, getaran sinar pedangnya masing-masing
menusuk satu kali kepada tiga orang ini!
Ketiga orang ketua perguman besar ini sudah mengerahkan
seluruh kemampuannya, terlihat kaki mereka berputar-putar laksana
angin topan, setiap menyerang sejurus, selalu membuat debu
menutup langit, di bawah perlawanan ketiga orang ini, Sin-hiong
agak kesulitan dalam waktu singkat bisa mengalahkan mereka.
Ho Koan-beng yang berada disana melihat Sin-hiong melawan
tiga orang ini, hatinya tergerak dan dalam hati berkata:
'Jika aku tidak mengambil kesempatan ini, mau tunggu kapan
lagi?'
Berpikir sampai disini, tubuhnya mulai bergerak, tapi baru saja
akan maju menerjang! lima orang di depannya pun ikut bergerak
dan berteriak:
"Kau mau kemana?"
Harus tahu ke lima orang ini diperintahkan oleh masing-masing
gurunya untuk mengawasi Ho Koan-beng, maka saat Ho Koan-beng
bergerak, ke lima orang ini langsung menghadang.
Ho Koan-beng melirik dengan sudut mata pada lima orang itu
dengan dingin berkata:
"Jika kalian mau mati, langsung saja katakan!"
Setelah berkata, tubuhnya menerjang ke arah dua tokouw yang
ada di depannya!
Dua tokouw itu berteriak, sepasang pedangnya bersamaan
ditusukan ke arah Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng sambil tertawa keras, dengan ringan membalikkan
pergelangan tangannya, saru jurus membunuh sudah dilancarkan
dan berteriak:
"Roboh!"
Setelah berkata, benar saja terdengar satu jeritan mengerikan,
salah satu tokouw langsung roboh ke bawah!
Tiga orang lainnya yang melihat langsung bergerak maju
menyerang.
Mata Ho Koan-beng menyapu, melihat Sin-hiong sedang sengit
bertarung, di dalam hatinya berpikir, jika tidak sekarang
melakukannya, dalam sekejap akan hilang kesempatannya, saat itu
sambil mendengus, dia langsung menyerang berturut-turut dengan
jurus hebat, kembali telah merobohkan dua orang lawan, lalu
menerjang ke arah Sin-hiong.
Tiga ketua perguruan besar sedang sengit bertarung dengan Sin-
hiong, mereka hanya bisa melihat Ho Koan-beng melukai murid-
muridnya, tapi tidak bisa melepaskan diri menolong mereka, saat ini
melihat Ho Koan-beng datang dengan menghunus pedangnya,
ketiga orang itu mengira dia mau membantu Sin-hiong Lang Tiong-
sun berteriak:
"Kalian berdua tahan dia, biar aku membereskan bocah itu!"
Wajah Ho Koan-beng samar-samar tampak hawa membunuh
sambil berteriak:
"Saudara Sen kau tenang saja, biar aku bantu!"
Saat ini kebetulan Lang Tiong-sun sudah melepaskan diri dan
datang menghadang, Ho Koan-beng melihatnya juga tidak, secepat
kilat berputar ke belakangnya Sin-hiong, pedangnya langsung
ditusukan ke punggung Sin-hiong!
Sin-hiong sedang konsentrasi menghadapi musuh di depannya,
sama sekali tidak menduga dia bisa menusuk dari belakang, apa
lagi, Ho Koan-beng tadi masih berkata datang untuk membantu dia!
Tindakan ini bukan saja di luar dugaan Sin-hiong, ketiga orang
yang saat ini sedang menyerang pun jadi tertegun bengong!
Sekejap Sin-hiong tertegun, lalu memutar tubuhnya dan
berteriak:
"Ho Koan-beng, apa yang kau lakukan?"
Karena tindakan Ho Koan-beng sangat di luar dugaan, gerakan
Sin-hiong jadi sedikit lamban, setelah memutar tubuhnya, walaupun
berhasil menghindar dari serangan Ho Koan-beng, tapi serangan
Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthay tidak bisa di hindarkan,
hanya terdengar suara sobekan kain, baju lengan kiri kanan dia
sudah dipotong sebagian besar!
Dalam keadaan marah, Sin-hiong meloncat ke belakang sejauh
lima enam tombak!
Sepasang mata dia dengan kesal melototi Ho Koan-beng, saking
marahnya seperti ingin menelan dia saja, bentaknya:
"Ho Koan-beng, tidak kuduga kau adalah orang serendah ini?"
Cara menyerangnya tadi, ternyata dipandang rendah oleh ketiga
ketua perguruan besar itu, tapi demi menghadapi Sin-hiong, ketiga
ketua perguruan besar terpaksa menggunakan juga kesempatan itu.
Ho Koan-beng tertawa dingin dan berkata:
"Sen Sin-hiong, kau jangan sombong? Hari ini di tempat inilah
kuburanmu!"
Lalu dia pelan-pelan mendesak maju!
Dalam hati Ho Koan-beng berpikir, walaupun tanpa orang lain,
dia pun berani menghadapi Sin-hiong, apa lagi, sekarang di
belakang dia ada tiga orang yang memiliki musuh yang sama?
Sin-hiong melihat sepasang mata Ho Koan-beng menyorot hawa
membunuh, tidak tahan dia menarik nafas panjang, hatinya berkata:
'Hati orang ini seperti ular berbisa. Sen Sin-hiong, Buat apa kau
masih mengalah pada dia?'
Dia pikir dia selalu mengalah pada Ho Koan-beng, tapi Ho Koan-
beng justru mau membunuhnya, apa lagi serangannya tadi, jika
diganti oleh orang lain, bukankah sudah mati dibawah tangan Ho
Koan-beng?
Pelan-pelan Ho Koan-beng sudah mendekat, wajahnya penuh
dengan hawa membunuh, Sin-hiong tidak berpikir panjang lagi, dia
maju dua langkah, kedua orang ini berhadapan dalam jarak satu
tombak.
Sin-hiong memegang erat pedang pusakanya dan berkata:
"Ho Koan-beng, hari ini aku tidak akan melepaskan kau lagi!"
Ho Koan-beng tertawa dingin, katanya:
"Kau bicara besar apa, kau tidak akan melepaskan aku, apakah
aku akan melepaskanmu?"
Kelakuan kedua orang ini, malah membiarkan tiga orang ketua
perguruan besar, Lang Tiong-sun dengan nada keheranan berkata:
"Heh! Apa yang terjadi?"
Siu-goan Suthai berkata:
"Kedua nya bukan orang baik-baik, siapa pun kita tidak boleh
melepaskannya?"
Cing-cen Totiang memperhatikan sejenak, dia merasa Sin-hiong
orangnya lebih jurur, di dalam hatinya berpikir:
‘Anak ini jika tidak belajar silat pada Khu Ceng-hong, dia akan
menjadi seorang pendekar pembela kebenaran yang sulit dicari di
dunia persilatan.'
Tiga orang ini tertarik perhatiannya oleh kejadian yang ada di
depan mata, malah sampai lupa pada murid-muridnya yang terluka,
matahari sudah tinggi di tengah langit, orang merasakan panas
terik.
Ho Koan-beng menggerak-gerakan pedang panjangnya dan
berkata:
"Sen Sin-hiong, aku pernah mengatakan, akan mengalah tiga
jurus dulu padamu, kala itu tidak terjadi, kali ini aku akan menepati
janji!"
Sin-hiong melihat dia masih bicara mengejek, tidak tahan jadi
semakin marah, dengan dingin berkata:
"Seumur hidupku belum pernah mengambil keuntungan dari
orang lain, kau maju saja!"
Hati Sin-hiong bagaimana pun lebih jujur, jika diganti orang lain,
mungkin sudah dari tadi menyerang Ho Koan-beng.
Ho Koan-beng merasa yakin setelah berhasil memecahkan dua
jurus pedang terakhir di dalam Hiang-liong-pit-to, dia sudah tidak
perlu takut pada Sen Sin-hiong lagi, saat itu dengan tenang dia
meng-getarkan pedang dan berkata:
"Bagus sekali, biar Ho Koan-beng bertarung dengan Kim-kau-
kiam-khek yang namanya menggemparkan dunia itu!"
Setelah berkata, dia menyabetkan pedangnya "Ssst!", terlihat
kilatan sinar perak menusuk ke arah dua jalan darah Hong-ho, dan
Hwan-sui!
Sin-hiong melihat begitu dia menyerang langsung melancarkan
jurus membunuh, di dalam hatinya berkata:
'Jika aku tidak memberi pelajaran padamu, mungkin kau masih
tidak tahu kelihayanku?'
Saat Ho Koan-beng menusukan pedangnya, dia menggerakan
pedang pusakanya menerjang masuk ke dalam sinar pedang
lawannya.
Ho Koan-beng tertawa, dia segera mengerah-kan seluruh tenaga
dalamnya dan berteriak:
"Ayo kita adu kekuatan dulu!"
Dua pedang bentrok, mendadak Ho Koan-beng merasa tekanan
lawannya sangat besar sekali, tidak tahan wajahnya jadi berubah,
dia sadar tidak bisa melawan kekuatan lawannya, segera dia
merubah jurus pedangnya, dalam sekejap menyerang tiga jurus!
Melihat Ho Koan-beng merubah jurus pedangnya, Sin-hiong pun
menarik tangan merubah jurusnya pula, begitu dia memutar
pergelangan tangan-nya, dia juga balas menyerang tiga jurus!
Walaupun Sin-hiong menyerang belakangan, tapi tampak lebih
dulu dari lawannya, sia-sia Ho Koan-beng memiliki jurus-jurus
hebat, dia malah ditekan oleh Sin-hiong, hatinya sangat tidak enak,
dia berteriak, dalam sekejap mata menyerang tujuh delapan jurus!
Jurus pedang Ho Koan-beng adalah inti sari jurus-jurus berbagai
perguruan besar, tidak saja setiap jurusnya bisa untuk menyerang
juga bisa diperguna-kan untuk bertahan, dan setiap jurusnya hebat-
hebat, terlihat sinar perak laksana ular menari-nari, telah
mengurung Sin-hiong dengan ketatnya!
Wajah beberapa orang di pinggir lapangan jadi tergetar, Cing-cen
Totiang mengeluh panjang dan berkata:
"Gelombang belakang Tiang-kang mendorong gelombang di
depannya, saudara Lang, tampaknya kita tidak perlu bertarung
lagi!"
Kedua mata Lang Tiong-sun melotot besar-besar melihat dua
pesilat tinggi yang masih muda itu sedang bertarung dengan
serunya, seumur hidup dia tidak mau mengaku kalah pada orang,
tapi sekarang setelah menyaksikan pertarungan ini, di lubuk hatinya
juga merasa kagum, sambil menggeleng-geleng kepala berkata:
"Tepat sekali pendapat Totiang, ah! marga Ho kembali di atas
angin!"
Sebenarnya Sin-hiong tidak suka bertarung, melihat jurus pedang
Ho Koan-beng tidak henti-hentinya menyerang, tanpa terasa
semangatnya jadi naik, sekali bersiul keras di depan tubuhnya
mendadak timbul kelebatan sinar perak yang menyilaukan mata,
laksana gelombang laut menerjang ke depan!
Ho Koan-beng sudah menyerang delapan jurus berturut-turut,
semua ditahan kembali oleh hawa pedang Sin-hiong yang amat
dahsyat, tidak tahan dia jadi tergetar, dia lalu memutar ujung
pedangnya dan berteriak:
"Coba rasakan jurus Hong-hwie-lu-coan (Bukit melingkar jalan
berputar) aku ini bagaimana?"
Jurus ini terlihat tidak beraturan sekali, hanya terlihat bayangan
pedang bergetar-getar, tidak bisa di duga arahnya kemana, ketiga
ketua perguruan besar yang melihat di pinggir pun merasa sulit
menghadapi jurus ini, tidak tahan diam-diam mereka terkejut.
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Jurus ini biasa, tidak akan merepotkan aku?"
Setelah berkata, dia memutar pedang pusaka-nya secara miring,
mendadak dia menusuk ke dalam gulungan sinar pedang Ho Koan-
beng.
Kedua orang ini bergerak, yang satu lambat yang satu cepat,
melihat Sin-hiong menusukan pedang nya, segera tampak wajah Ho
Koan-beng jadi berseri, dia segera memutar pergelangan tangannya
dan berteriak:
"He he he, biar kau lihat apa benar biasa saja?"
Tadi gerakannya lamban, setelah memutar pergelangan
tangannya, gerakannya benibah laksana meteor, dalam sekejap
sudah hampir menusuk wajah Sin-hiong!
Sin-hiong tertawa keras katanya:
"Jurus ini, memang biasa saja!"
Mendadak dia memutar ujung pedangnya, terdengar sebuah
suara keras "Traang!" Ho Koan-beng sudah digetarkan hingga
mundur selangkah ke belakang!
Semua orang terkejut!
Mereka tidak tahu, dengan cara apa Sin-hiong menggetarkan Ho
Koan-beng sampai mundur satu langkah, setelah semua orang
terkejut, mendadak terlihat Ho Koan-beng maju lagi sambil
berteriak:
"Coba hadapi lagi jurusku ini Liu-an-hoa-beng (Pepohonan gelap
bunga terang)"
Begitu menggerakan pedang, sinar perak pedangnya bergetar-
getar tidak beraturan, tampaknya seperti mengarah pada ke enam
belas jalan darah penting di depan tubuh Sin-hiong, samar-samar
malah mengurung seluruh tubuhnya di bawah bayangan
pedangnya.
Lang Tiong-sun tergetar dan berteriak: "Jika jurus ini juga gagal,
apakah kita akan menyerangnya?"
Siu-goan Suthai dengan tegas berkata: "Sudah seharusnya!"
Setelah berkata, sorot matanya menyapu ketua Go-bi-pai dan
berkata lagi:
"Bagaimana dengan kau Cing-cen Totiang?"
Cing-cenTotiang menarik nafas dalam-dalam, lalu
menganggukan kepala:
"Jika kita tidak mengambil kesempatan ini menyerangnya, maka
di dunia persilatan akan terjadi bahaya besar, sekarang kita sudah
tidak bisa mem-pedulikan aturan dunia persilatan lagi!"
Orang-orang ini sehari-harinya mengaku diri-nya adalah
perguruan ternama aliran lurus, tapi saat menghadapi masalah, cara
apa pun bisa dilakukannya, saat mereka bertiga bicara, semua
sudah meng-genggam senjatanya dengan erat, kelihatan, asal
sedikit saja Ho Koan-beng terlihat akan kalah, maka ketiga ketua
perguruan besar ini akan langsung menyerang.
Ketika ketiga ketua perguruan besar itu baru selesai bicara,
mendadak Sin-hiong dengan sekali berteriak keras, sinar pedang
ditangannya jadi mengem bang besar, begitu membalikkan tangan
seperti akan membelit, dengan ganas memotong bahu kanan Ho
Koan-beng!
Ho Koan-beng sangat terkejut, dia tidak menduga Sin-hiong
dapat menembus lapisan pertahanannya, sinar pedangnya
menusuk ke arah bahu kanannya, jurus yang sangat hebat ini,
sungguh sangat diluar dugaan dia!
Jurus Liu-an-hoa-beng, adalah jurus membunuh yang paling lihay
dari In-liong-kiam-khek Kongsun Seng, yang menciptakan Hiang-
liong-pit-to, Ho Koan-beng belum lama mempelajarinya, tadi dia
hanya menggunakan Hong-hwie-li-coan, hampir saja berhasil
melemparkan senjata ketua perguman dari Go-bi, Kun-lun dan
Tiang-pek, bisa dibayangkan keampuhannya, apa lagi jurus terakhir
Liu-an-hoa-beng.
Saat Ho Koan-beng tertegun, ujung pedang Sin-hiong sudah
hampir menyentuh tubuhnya, jika dia tidak segera melepaskan
pedangnya dan mundur ke belakang, maka kemungkinan bahu
kanannya akan terpotong.
Dalam keadaan yang berbahaya ini, mendadak tiga orang di
pinggir lapangan berteriak, dua bilah pedang pusaka dan sebuah
kebutan, secepat kilat menyerang Sin-hiong!
Sin-hiong sudah menetapkan hati, baru saja mau memotong
lengan kanannya Ho Koan-beng, tidak menduga di belakang ada
orang menyerang, malah orang yang menyerang ini adalah ketiga
ketua perguruan besar yang menyebut dirinya perguruan aliran
lurus!
Dia menjadi marah hingga kedua alisnya terangkat, aliran darah
di seluruh tubuh mengalir dengan deras, malah hampir mengalir
keluar dari mulutnya.
Tapi, keadaan di depan mata tidak memberi waktu untuk
berpikir, walaupun dia dapat memotong lengan kanannya Ho Koan-
beng, tapi dia pun mungkin akan terluka lebih parah sepuluh kali
lipat dari pada Ho Koan-beng.
Dalam situasi ini, dia jadi tidak bisa melukai musuhnya, dengan
memutar tubuhnya, pedangnya sudah melintang membalas
menyerang!
Dalam keadaan marah, gerakan pedangnya jadi menyerang
daripada melindungi diri, tidak peduli apa jurus ketiga orang itu,
setelah satu jurus, jurus kedua dan jurus ketiga berturut-turut
dikeluarkan!
Sejak tenaga dalam Sin-hiong bertambah beberapa kali lipat,
tenaga dia seperti tidak ada habis habisnya, semakin bertempur
semakin dahsyat, serangan pedangnya seperti angin topan, dalam
sekejap sudah menyerang tujuh delapan belas jurus pedang!
Empat orang lawan Sin-hiong, tiga orang diantaranya adalah
ketua perguruan besar saat ini, sedangkan Ho Koan-beng, walaupun
tingkatnya lebih rendah, ilmu silat dia sekarang sudah lebih tinggi
dari pada ketiga ketua itu, tapi mereka semua tidak pernah melihat
jurus pedang sedahsyat ini, mereka merasakan hawa pedangnya
amat kuat, angin dingin menerpa wajah, jika bukan karena mereka
adalah penguasa satu wilayah, mungkin sudah dari tadi
mengundurkan diri.
Tapi bagaimana pun ilmu silat ke empat orang ini tidak lemah,
ketika jurus Sin-hiong bertubi-tubi menyerang, empat orang ini
bersama-sama berteriak, dalam sekejap masing-masing membalas
menyerang tujuh delapan jurus.
Sungguh satu pertarungan sengit yang sulit ditemui dalam kurun
waktu ratusan tahun, terlihat pelangi perak menutupi langit, sampai
sinar matahari pun terasa menjadi redup, bayangan orang berputar-
putar di lapangan, setiap serangan adalah jurus membunuh,
masing-masing telah menyerang sebanyak dua tiga puluh jurus!
Saat ini kelima orang murid perguruan sudah datang
menghampiri, mereka tidak tahu bagaimana Sin-hiong bertarung
dengan gurunya, kelima orang ini hanya terbengong-bengong
menyaksikannya.
Setelah menyaksikan pertarungan itu, salah seorang lalu
bertanya:
"Sebenarnya siapa yang menyerang siapa yang bertahan?"
Di antara dua orang tokouw, salah seorang pernah dikalahkan
oleh Ho Koan-beng, dia mengharapkan semua orang menyerang dia
seorang, saat itu dia berkata:
"Tidak perduli siapa yang bertarung dengan siapa, kita tidak
boleh melepaskan orang itu!"
Tosu setengah baya itupun salah seorang yang telah dilukainya,
mendengar ini dia merasa ada perasaan yang sama maka berkata:
"Memang harus begitu, kita juga harus bersiap-siap!"
Setelah berkata, dia berjingkrak-jingkrak berdiri ke depan,
tampak dia khawatir jika Ho Koan-beng sampai melarikan diri!
Salah seorang murid dari perguruan Tiang-pek lukanya cukup
parah, dia berteriak kepada temannya yang ada di samping:
"Jong-sute, kau berdiri di sebelah barat!"
Diantara lima orang ini, hanya yang dipanggil Jong-sute dan
seorang tokouw yang tidak mengalami luka, mereka sangat
membenci Ho Koan-beng, saat itu mereka menyahut sekali, sambil
menghunus pedang berjalan ke sebelah barat.
Lima orang ini masing-masing bersiap-siap, lima orang di
lapangan semakin bertarung semakin seru, semangat bertarung Sin-
hiong semakin naik, begitu bersiul nyaring, dia sudah mengerahkan
jurus terhebat dari jurus Kim-kau-kiam, jurus pedangnya sangat
dahsyat, memaksa empat orang itu tidak bisa mendekatinya.
Setelah dikeroyok empat orang, tidak diduga Sin-hiong masih
saja tidak bisa dikalahkan, sepasang mata Ho Koan-beng jadi
melotot marah, dia terus menyerang lebih bernafsu, sebelum bisa
membunuh Sin-hiong dia belum puas!
Tiga orang lainnya, masing-masing sudah berusia lebih dari enam
puluh tahun, sebagai seorang ketua perguruan besar, entah berapa
banyak pengalaman bertarung seumur hidupnya, tapi tidak pernah
mereka bertarung seperti hari ini, harus mengerahkan seluruh
kemampuannya, apa lagi dalam keadaan mengeroyok, mereka
masih saja tidak bisa memenangkan pertarungan, jika sampai hal ini
tersebar keluar, siapa yang bisa percaya?
Seorang tosu yang berusia setengah baya itu sedang berdiri di
atas, saat ini samar-samar dia sudah bisa melihat keadaan di
lapangan, melihat gurunya malah bersama dengan Ho Koan-beng
mengeroyok Sin-hiong seorang diri, tidak tahan dia jadi
membelalakan sepasang matanya, sesaat tidak bisa berkata apa-
apa.
Bagaimana pun dia tidak berani percaya terhadap matanya
sendiri, setelah mengusap-usap matanya, ketika dia melihatnya lagi
dengan jelas, tidak tahan dia menghela nafas panjang dan
berteriak:
"Oh langit, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Ternyata empat orang lainnya pun sekarang sudah bisa
melihatnya, semua orang melihat keadaan yang ada di depan mata,
kebalikan dengan bayangan mereka, sesaat semua jadi terkejut
bengong.
Pada saat ini, mendadak dari kejauhan datang lagi lima bayangan
manusia!
Lima orang ini adalah tosu-tosu, tosu yang di lapangan melihat
langsung berteriak:
"Apakah Goan-beng Suheng? Di mana Goan-ceng Sute dan lain-
lainnya?"
Salah satu dari lima tosu yang sedang berlari menjawab:
"Semuanya sudah datang, apakah orangnya sudah ditemukan?"
Perkataannya belum selesai, di belakangnya sudah mengikuti
delapan orang tosu, jika dijumlahkan jadi empat belas tosu, setelah
mereka muncul, semua-nya berdiri di samping tosu itu, tosu yang
dipanggil Goan-beng bertanya:
"Goan-hui Sute, guru sedang bertarung dengan siapa?"
"Kim-kau-kiam-khek!" kata Goan-hui Goan-beng melihat
kelapangan, tampak pertarungan sedang sengit-sengitnya, lalu
melihat lagi Goan-hui, mendadak berteriak:
"Apa? Kau terlukai"
Goan-hui menganggukan kepala dan berkata:
"Kita tiga orang yang terluka, yang satu dari Kun-lun-pai, satu
dari Tiang-pek-pai, hanya aku yang lukanya paling ringan!"
Hati Goan-beng jadi tertekan dan bertanya:
"Dilukai Kim-kau-kiam-khek?"
Dalam pikiran Goan-beng, saat ini Kim-kau-kiam-khek Sen Sin-
hiong sedang bertarung dengan gurunya berempat, jika dia masih
ada tenaga melukai Goan-hui bertiga, ilmu silat orang ini sungguh
menakut kan sekali!
Goan-hui menggelengkan kepala dan berkata:
"Bukan, kita dilukai oleh lain orang!"
Salah satu tosu yang usianya lebih muda mendadak menyela:
"Siapa orangnya?"
Baru saja berkata, di lapangan terdengar satu suara keras
"Traang!" kembang api berpijar, ke lima orang itu mendadak
terpisah!"
Goan-hui menunjuk pada Ho Koan-beng:
"Dia!"
Saat ini Goan-beng tidak ada waktu mendengarkan kata-kata ini,
sebab setelah terdengar suara keras itu, Cing-cen Totiang berempat
masih mengawasi dari dari kejauhan, tapi warna wajah ke empat
orang itu merah padam dan menakutkap orang, wajah Sin-hiong
juga sangat serius, tidak henti-hentinya memetik gitar kunonya,
melihat tampangnya, hari ini jika dia tidak bisa mengalahkan ke
empat orang ini, dia tidak akan berhenti!
Alis Siu-goan Suthai sedikit bergetar "Hemm!" lalu berteriak:
"Serang lagi, serang lagi!"
"Ssst!" kebutannya kembali menyerang!
Melihat ini, Cing-cen Totiang berteriak:
"Lang-tayhiap, kau serang dia dari kiri!"
Setelah berkata, dia melirik Ho Koan-beng dan berkata lagi:
"Bagaimana, jika kau serang dia dari kanan!"
Sim-kiam-jiu menganggukan kepala, berteriak:
"Aku menyerang dari mana pun boleh!"
Dia langsung menyerang jalan darah penting di belakang Sin-
hiong!
Lang Tiong-sun pun sudah menyerang, setelah berkata Cing-cen
Totiang menggetarkan pedangnya, jurus Go-bi-kiam-hoat sudah
berturut-turut dikeluar-kan, empat orang itu dalam sekejap mata
kembali mengurung Sin-hiong!
Kejadian ini membuat Goan-beng dan kawan kawan yang datang
belakangan menjadi bingung, baru saja mereka mendengar jelas,
Goan-hui bertiga dilukai oleh Ho Koan-beng, kenapa gurunya bisa
bergabung dengan Ho Koan-beng menyerang Sin-hiong?
Tapi, saat ini mereka tidak bisa berbuat banyak, di dalam
kelompok tosu ini Goan-beng yang paling tua, pelan-pelan maju ke
depan dua tiga langkah dan berteriak:
"Lapor guru, haruskah murid turun tangan?"
Cing-cen Totiang yang bertarung, tanpa terasa berteriak:
"Ya!"
Begitu kata-kata ini terdengar, puluhan tosu ini seperti mendapat
titah raja, mereka mengangkat pedang panjang, semua menyerang
pada Sin-hiong.
Menghadapi empat pesilat tinggi di depan mata, Sin-hiong masih
bisa berada sedikit di atas angin, setelah para tosu itu ikut
menyerang, dia jadi kesulitan.
Saat ini matahari sudah naik ke tengah langit, sejak pagi sampai
sekarang, Sin-hiong telah bertarung tidak kurang dari ribuan jurus,
setiap dia menyerang satu jurus, dari depan, belakang, kiri, kanan
ada puluhan pedang menyerangnya!
Sejak puluhan tosu bergabung ke dalam pertempuran, pelan-
pelan posisi Sin-hiong berubah dari menyerang menjadi bertahan,
dalam waktu singkat, keadaan dia sudah semakin sulit.
Tapi, sejak lahir dia sudah bersifat tidak mau menyerah, semakin
bertemu dengan hal yang tidak mungkin, dia semakin ingin
mengerjakannya, ada beberapa kali dia hampir saja terluka oleh
pedang, tapi dalam saat sekejap itu, dia sudah bisa memaksa
mengembalikan keadaan!
Sekarang Sin-hiong benar-benar sudah marah besar, walaupun
keadaan dia sangat berbahaya, tapi dia tetap terus memutar otak,
hatinya berpikir:
'Biarlah aku terluka sedikit, asal aku bisa melukai Ho Koan-beng!’
Ketika berpikir, Siu-goan Suthai sudah menyerang dengan
kebutannya, Sin-hiong memiring-kan tubuh, Kim-kau-po-kiam
disabetkan dari kejauh-an, tidak menunggu Siu-goan Suthai
membalas, ujung pedangnya sudah menusuk ke arah Ho Koan-
beng!
Ho Koan-beng berteriak:
"Sen Sin-hiong, kau masih tidak mau melemparkan pedang
mengaku kalah?"
Dia segera menggerakan pedang panjangnya, Sin-hiong tidak
membiarkan dia mengeluarkan jurus-nya, serangan kedua dalam
sekejap sudah kembali menyerang!
Ho Koan-beng tertawa dingin, dia menangkis dengan pedang
pusakanya, Sin-hiong sudah menarik lengannya, membalikkan
tangan dengan jurus dahsyat, menangkis serangan Cing-cen
Totiang dan puluhan muridnya!
Lang Tiong-sun terkejut dan berteriak: "Cing-cen Totiang, kita
harus menambah serangannya!"
Cing-cen Totiang menyahut "Ssst ssst sst!" berturut-turut
menyabetkan pedangnya tiga kali, semua ditujukan pada Beng-bun-
hiat Sin-hiong!
Melihat ini, Ho Koan-beng berteriak: "Jurus pedang yang hebat!"
Dia pun lalu menggerakan pedangnya, jurus membunuh dalam
Hiang-liong-pit-to pun berturut-turut dikeluarkan, dalam sekejap
sudah mendesak Sin-hiong mundur satu langkah ke belakang!
Melihat mereka bertiga berhasil mendesak Sin-hiong, Siu-goan
Suthay pun tidak mau kalah, dia menyerang dengan satu jurus
dahsyat, mendesak Sin-hiong mundur lagi ke kanan!
Sekuatnya Sin-hiong bertahan, tapi empat pesilat tinggi ini sudah
mengeluarkan jurus membunuh, maka dia jadi kewalahan, setelah
beberapa saat, menahan timur, arah barat kewalahan, pelan-pelan,
lengan kanannya jadi terasa sedikit sesemutan, dalam hati diam-
diam dia mengeluh:
"Tidak diduga, hari ini aku mati di tempat ini, tapi perintah guru
masih belum selesai, aku mati pun tidak bisa menutup mata?"
Berpikir sampai disini, hatinya jadi merasa dingin, hampir saja
tubuhnya tertusuk oleh kebutan-nya Siu-goan Suthai.
Sin-hiong terkejut sekali, dengan sekuat tenaga dia menyerang
tujuh delapan jurus, tapi karena pikirannya sedikit tidak tenang,
dibawah tekanan berat, dia tidak bisa mengerahkan seluruh
tenaganya, baru saja jurus pedangnya dikeluarkan, gerakannya
sudah dihadang kembali oleh tenaga gabungan empat orang pesilat
tinggi itu.
Keadaan begini, asal lewat beberapa saat lagi, Sin-hiong sudah
pasti tergeletak berlumuran darah.
Di wajah Ho Koan-beng tampak senyum kemenangan yang licik,
sepertinya dia sudah melihat, musuh besarnya sudah dibinasakan.
Tiga ketua perguruan besar melihat jurus pedang Sin-hiong
menjadi kacau, semangatnya jadi naik, sekali berteriak, ketiga orang
itu menambah serangannya!
Di saat yang berbahaya ini, mendadak terdengar seseorang
berkata mengeluh:
"Hay! Menghadapi musuh kuat tapi tidak bisa tenang, bagaimana
bisa mengangkat nama baik Khu Ceng-hong?"
Suaranya kecil, tapi dengan jelas masuk ke dalam telinga Sin-
hiong.
Sin-hiong merasa hatinya tergetar, tidak perduli siapa yang
bicara? Dia segera berkonsentrasi kembali dan berteriak:
"Terima kasih atas nasihat Cianpwee!"
Ternyata suara ini hanya Sin-hiong seorang diri yang
mendengarnya, orang-orang yang mengeroyok melihat dia
berteriak, semua jadi sedikit tertegun, Ho Koan-beng membentak:
"Kau bicara dengan setan apa?"
Pedangnya ditusukan ke Kian-keng-hiat kiri dan kanan Sin-hiong!
Sekarang pikiran Sin-hiong sudah terfokus kembali, sekali
menggerakan pedangnya, terdengar suara "Huut huut!", langsung
menangkis jurus pedang Ho Koan-beng ke samping!
Terdengar suara orang tadi berkata lagi:
"Jika ingin supaya Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu bermanfaat
sepenuhnya, harus konsentrasi dan mengumpulkan tenaga dalam,
dimana tenaga dalam muncul, disitulah tenaga dalam akan keluar,
teknik semudah ini apa kau juga tidak tahu?"
Saat ini orang itu bicara menggunakan suara biasa, tapi tidak
dengan suara keras, tapi semua orang di lapangan bisa
mendengarnya dengan jelas!
Di antara orang-orang di lapangan, hanya Ho Koan-beng seorang
karena saat ditolong oleh Sin-hiong pernah di beri makan sedikit Ho-
siu-oh berusia ribuan tahun, saat Sin-hiong dikurung oleh Ho Koan-
beng di dalam gua, hampir saja mati kelaparan, sehingga ia makan
sebagian Ho-siu-oh berusia ribuang tahun, begitu orang berkata ini,
Sin-hiong dan Ho Koan-beng jadi tergetar karenanya, kedua orang
itu sambil bertarung sengit, sambil menuruti kata-kata orang itu
melakukannya, tapi hasilnya ternyata sangat berbeda sekali.
Ho Koan-beng dalam memusatkan tenaga dalamnya, merasa
aliran darah di seluruh tubuhnya lancar, dia menggerakan jurus
pedangnya, benar-benar ringan dan lancar sekali, tidak tahan dia
berteriak: "Terima kasih atas nasihat Lo-cianpwee!" Baru saja
selesai bicara, mendadak orang yang di kegelapan itu mendengus
dan dingin berkata: "Kau tidak pantas bicara denganku?" Kata-kata
ini sekali keluar, tidak hanya Sim-kiam-jiu sangat terkejut, tiga ketua
perguruan besar juga tergetar mendengarnya!
Ketika Sin-hiong bertarung, diam-diam diapun mengumpulkan
tenaga dalamnya, saat menggerakan-nya, di setiap titik tubuhnya
seperti ada hawa panas yang bergolak dengan cepat sekali, seperti
mau menyembur keluar, dia jadi terkejut, di dalam hatinya berpikir,
bagaimana bagusnya sekarang?
Saat ini jurus pedang puluhan murid Go-bi sedang menyerang
datang, dalam keadaan gusar, langsung saja Sin-hiong
menyabetkan pedangnya dua jurus, siapa sangka dua jurusnya
malah berhasil dengan menakjubkan? Hanya terdengar suara
"Traang traang!" tidak henti-hentinya, di antara puluhan murid Go-
bi itu, setengahnya dari mereka pedangnya ditebas Sin-hiong
terbang terlepas dari tangannya!
Sin-hiong tertegun, orang di kegelapan itu sambil tertawa
berkata:
"Bagaimana, itulah manfaatnya Ho-siu-oh berusia ribuan tahun!"
Sekarang pikiran Sin-hiong menjadi jernih, dia merasa suara
orang ini hafal sekali, setelah dipikir-pikir, hatinya jadi tergetar, di
dalam hati berkata:
'Sudah beberapa kali aku mendapat bantuan dari ketua pulau
Teratai, kenapa bisa tidak tahu sama sekali?'
Ternyata dia sudah mengenal suara ini ada suaranya ketua pulau
Teratai, dia teringat ketika dirinya terkena racun Ngo-ki-thian-cun
dan jatuh pingsan, setelah siuman, kudanya adik Hui sudah tidak
ada di tempatnya, semua kejadian ini, jika bukan ketua pulau
Teratai yang melakukannya, siapa lagi?
Dia berpikir sampai disini, mendadak teringat tenaga dalam
sendiri maju pesat, apakah itu juga dilakukan oleh ketua pulau
Teratai ketika dia sedang pingsan, yaitu memberi makan Ho-siu-oh
berusia ribuan tahun itu ke dalam mulutnya, lalu menggunakan
tenaga dalamnya membantu mencernanya, tampaknya walaupun itu
adalah keberuntungan nasibnya, tapi budi besar ketua pulau Teratai
terhadap dirinya, mana boleh dihapuskan begitu saja?
Semakin dipikir Sin-hiong semakin merasa kebenarannya, saat
dia teringat tanda bunga teratai di dalam kotak Ho-siu-oh yang
kosong itu, dia lebih yakin itu semua dilakukan oleh ketua pulau
Teratai.
Keadaan semua ini, jika diucapkan sangat panjang, tapi hanya
sekelebat terjadi dalam otak Sin-hiong.
Pedang ditangan dia tidak berhenti, dia hanya merasa saat ini
pikiran dia sangat jernih, setelah menebas lepas senjata lima enam
murid Go-bi-pai, pedangnya diputar kembali menyerang empat
orang pesilat tinggi di hadapannya!
Orang yang di kegelapan itu melihat jurus pedangnya menjadi
gesit sekali, di dalam hati sangat senang dan berteriak:
"Anak yang bisa dididik, aku sekarang harus pergi mencari tua
bangka Thian-ho itu!"
Selesai bicara, mendadak terlihat di lereng gunung ada suara,
satu bayangan orang di bawah sinar matahari berkelebat dua kali,
dalam sekejap sudah menghilang!
Ho Koan-beng terkejut dan berkata:
"Heh! Ketua pulau Teratai!"
Ternyata kejadian beberapa waktu yang lalu masih belum
terhapus di kepalanya, dia masih merasa takut kepada ketua pulau
Teratai, walaupun jelas-jelas melihat ketua pulau Teratai sudah
pergi jauh, dia masih takut dia bisa balik lagi, saat itu dia
mengundurkan diri ke belakang, bengong memeriksa ke sekeliling,
lapangan selain Sin-hiong yang masih sedang bertarung dengan
ketiga ketua perguruan besar itu, yang lainnya tidak terlihat ada
apa-apa lagi?
Ho Koan-beng melihat ke tengah lapangan, terlihat Sin-hiong
dengan mantap menguasai pertarungan, tidak tahan hatinya jadi
tergerak dan di dalam hati berkata:
'Rupanya ilmu silat Sin-hiong sudah maju lebih pesat lagi, walau
aku ikut bergabung, tetap tidak akan bisa membunuhnya, lebih baik
kutinggalkan saja.'
Setelah berpikir, dia pura-pura berteriak:
"Setan tua Teratai, kau mau lari kemana?"
Sekali meloncat, dia langsung menyusup ke atas gunung!
Siapa sangka baru saja tubuhnya bergerak, mendadak terasa ada
satu angin dingin menyerang dari belakang, Ho Koan-beng terkejut,
dia membalik-kan tangan menangkisnya dan berteriak:
"Kau mau apa?"
Ternyata orang yang diam-diam menyerang dia dari belakang
adalah murid Tiang-pek-pai, melihat Ho Koan-beng mau melarikan
diri, karena hatinya membenci dia, maka dia langsung saja
menusukan pedangnya!
Walaupun Lang Tiong-sun sedang bertarung, dia masih sempat
berteriak:
"Cepat hadang pencuri jurus pedang ini?"
"Apakah dia sanggup?" Ho Koan-beng dingin
Sin-hiong tertawa lebar, sekali menyabetkan Kim-kau-po-kiam,
orangnya sudah meloncat ke atas dan pedangnya menyerang ke
bawah sambil berteriak:
"Ho Koan-beng, hari ini kau tidak bisa lolos?"
Ternyata semua orang sudah mengetahui dia mau melarikan diri,
makanya siapa pun tidak mau membiarkan dia pergi, Sin-hiong
bergerak lebih dulu, .erangan pedangnya amat dahsyat, hati Ho
Koan-beng j.uli tergetar dan berteriak:
"Kau bisa apakan aku?"
Setelah berkata, pedangnya balas menyerang ke dengan cepat
menyabet sepasang kaki Sin-hiong!
Serangan Sin-hiong ini adalah jurus mem-bunuh di dalam jurus
Kim-kau-kiam, dia menambah tenaga di pergelangan tangannya,
terlihat sinar pedang menjulur ke depan, lalu terdengar suara keras
"Traang!", mendesak Ho Koan-beng mundur ke belakang lima enam
langkah!
Wajah Ho Koan-beng jadi berubah hebat!
Saat ini ketua perguruan besar dari Kun-lun, Go-bi dan Tiang-pek
yang ada dibelakang Sin-hiong, mereka takut bibir hilang lidah
kedinginan, ketiganya berteriak, bersama-sama datang menyerang!
Baru saja Sin-hiong berdiri mantap, mendadak dia merasa di
belakang tubuhnya ada yang menyerang, dia segera menghentakan
kaki, terbang melewati Ho Koan-beng menghadang jalan dia!
Ketiga ketua perguruan besar tidak menduga Sin-hiong bisa
melakukan ini, jurus ketiga orang ini jadi menebas angin.
Sin-hiong berdiri di depan Ho Koan-beng, dengan dingin berkata:
"Ho Koan-beng, aku perlakukan kau baik-baik, kenapa kau selalu
ingin membunuhku?"
Warna wajah Ho Koan-beng berubah-rubah:
"Hal ini kau sendiri yang paling tahu!"
Sin-hiong diam-diam menarik nafas:
"Jika karena masalah Cui-giok, bukankah aku sudah
memberitahukan keberadaannya?"
Sepasang mata Ho Koan-beng berputar-putar, di dalam hatinya
berpikir, nielihat keadaan begini, kebanyakan Sin-hiong tidak tega
membunuh aku, kenapa aku tidak berbuat sedikit lembut, biarkan
dia menghadapi tiga setan tua itu.
Dia orangnya sangat licik, dia berpikir tadinya ada kesempatan
bisa melarikan diri, tapi justru murid Lang Tiong-sun tidak
membiarkannya lolos, maka dia melampiaskan amarahnya pada
ketiga ketua perguruan besar itu, saat itu pura-pura berkata:
"Hemm hemm aku tanya, apakah kau benar-benar tidak mau
dia!"
Kata-kata ini membuat Sin-hiong jadi tertegun.
Sin-hiong kebingungan sebab Cui-giok adalah calon istri Ho Koan-
beng, demi menghindar kesalah pahaman, maka dia selalu menjaga
jarak, jika dikatakan Sin-hiong sungguh-sungguh tidak mencintai
nya, malah hal itu berlawanan dengan isi hatinya.
Sin-hiong adalah seorang yang jujur, tentu saja tidak tahu apa
tujuan perkataan Ho Koan-beng ini, tapi dia juga tidak mau
mengucapkan kata-kata yang berlawanan dengan isi hatinya,
makanya dalam sesaat, dia jadi bengong berdiri disana tidak bisa
menjawab.
Melihat ini Ho Koan-beng tertawa dingin:
"Ternyata kata-kataku benar? Kau hanya berpura-pura saja!"
Didesak olehnya, Sin-hiong beberapa kali ingin berkata tegas,
tapi ketika kata-katanya sampai di bibirnya, kembali di tahannya,
saat itu dengan berat dia mengeluh sekali:
"Kau pergilah, melihat muka Cui-giok, kali ini aku
mengampunimu sekali lagi!"
Di dalam hati Ho Koan-beng diam-diam merasa senang, tapi
wajahnya tidak menampakan perubahan, dengan pura-pura kesal
berkata:
"Hemm hemm kau yang bersalah sehingga tidak berani
bertindak, aku tahu itu?"
Sin-hiong tertegun lagi, tapi di saat ini, tubuh Ho koan-beng
pelan-pelan sudah mundur ke atas jalan gunung!
Sin-hiong bengong memandang dia, harinya sakit seperti diiris
pisau!
Tapi begitu Ho Koan-beng mundur tidak sampai lima enam
tombak, mendadak Cing-cen Totiang berteriak:
"Kau melepaskan dia, tapi kami tidak bisa melepaskan bangsat
pencuri ini!"
Ternyata tadi Ho Koanbeng sudah menggunakan inti jurus
pedang dari berbagai perguruan besar, maka ketiga orang di depan
ini menuduh dia adalah pencuri jurus pedang dari berbagai
perguruan besar, ketiga orang ini tadinya ingin, setelah
mengalahkan Sin-hiong, baru menghadapi dia, saat ini melihat dia
mau pergi, dalam sekejap tujuan mereka berubah jadi ditujukan
pada Ho Koan-beng, bagaimana pun caranya tidak akan
membiarkan dia pergi.
-o00dw00o-
BAB 10
Ombak bergulung seribu li
Ho Koan-beng menekan wajahnya, lalu berkata dingin:
"Kalian bertiga ingin menghadang aku, hemm hemm, sungguh
tidak tahu diri!"
Di dalam pikiran Ho Loan-beng, selain Sin-hiong lawan beratnya,
ketiga ketua perguruan besar yang ada dihadapannya, sama sekali
tidak dipandang oleh dia!
Kata-kata yang terdengar, malah jadi membuat marah ketiga
ketua perguruan besar yang ada di hadapannya.
Ternyata di mata ketiga ketua perguruan besar, mereka pun
memandang Sin-hiong sebagai lawan beratnya, mengenai Ho Koan-
beng? Walaupun mereka tahu jurus pedangnya hebat, tapi mereka
bertiga masih tidak memandangnya.
Siu-goan Suthai dengan marah berkata:
"Kau punya kepandaian apa?"
Saat ini puluhan murid Go-bi yang berdiri di pinggir, walau ada
setengah dari mereka pedangnya di hantam terlepas oleh Sin-hiong,
tapi setengah lainnya melotot marah menatap Ho Koan-beng.
Cing-cen Totiang menggoyangkan tangannya, lima enam tosu
langsung maju mengurung Ho Koan-lu-ng.
Sin-hiong melihat sambil mendengus, katanya: "Ho Koan-beng,
apa kau masih belum mau pergi? A pa kau ingin terlibat juga!"
Ho Koan-beng tertawa tidak berdaya, di dalam harinya berpikir:
'Bukan aku tidak mau pergi! Tapi mereka selalu menghadangku?'
Di dalam hati dia masih mempunyai rencana, dia belum mau
bertarung dengan Sin-hiong, ketika lima enam tosu itu datang
mengurung, dia menggetar-kan pedangnya dan membentak:
"Minggir!"
Begitu menusukan pedang panjangnya, sebuah hawa dingin
pedang sudah didorong ke depan.
Lima enam tosu bergerak mundur, tapi jurus pedang Ho Koan-
beng tidak berhenti, ujung pedang-nya balik menyendal, terdengar
suara "Ssst!" seorang tosu jatuh tergeletak!
Cing-cen Totiang tergetar, baru saja mau berteriak menyuruh
berhenti, lima enam tosu lainnya sudah menyerang dengan tangan
kosong, angin pukulan dari telapak tangan bersuara keras, kembali
menghadang Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng menjadi sangat marah, dia menggetarkan
pedangnya menyerang, tapi sekarang puluhan tosu itu sudah pintar,
mereka bergerak secara teratur, jika yang satu maju yang lainnya
mundur, begitu sebaliknya walaupun jurus pedang Ho Koan-beng
hebat, tapi dalam waktu sesaat tidak bisa berbuat banyak?
Cing-cen Totiang membalikkan tubuh, berkata:
"Bagus, sekarang giliran kita!"
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Kalian bertiga sudah siap?"
Tiga ketua perguruan besar itu segera bergerak, membentuk
barisan segi tiga, mengambil posisi yang menguntungkan, sepasang
mata Sin-hiong menyapu lalu berteriak:
"Awas jurus pertama datang!"
Sin-hiong menggetarkan Kim-kau-po-kiamnya, menyerang Lang
Tiong-sun.
Lang Tiong-sun memutar tubuh, tapi Sin-hiong tidak menunggu
dia membalas, ujung pedangnya disabetkan ke belakang,
membentuk dua kuntum bunga perak, masing-masing menusuk ke
arah Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthai!
Kedua orang itu berteriak, dua buah senjata bersama-sama
menyerang, sekarang Sin-hiong menggunakan cara bertarung
cepat, dia menyerang cepat, tapi dua serangan tadi adalah serangan
pancingan, sebelum serangan Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthai
tiba, dia sudah berputar mengikuti gerakannya Lang Tiong-sun "Ssst
ssst!" dua tusukan pedang dilancarkan, dalam sekejap dia
mendesak ketua dari Tiang-pek-pai ke samping!
Lang Tiong-sun terkejut, Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthai
juga tergetar, ketiga orang itu hampir bersamaan waktu berteriak
marah, Cing-cen Totiang berdua sebisanya maju menyerang, Lang
Tiong-sun pun memutar tangannya "Ssst ssst!" menusuk dua kali!
Siapa sangka saat dia menusuk, Sin-hiong sudah berputar
kembali ke belakang tubuhnya.
Ternyata ketika Cing-cen Totiang menyuruh murid-muridnya
menghadapi Ho Koan-beng, saat itu Sin-hiong telah memikirkan
cara untuk mengalahkan lawannya:
'Jika membiarkan mereka bersatu, berapa banyak tenaga dan
waktu yang harus aku habiskan, saat menemukan Ong Leng, entah
nona Sun sudah berubah jadi bagaimana?'
Setelah memutar otaknya, dia sudah memutuskan untuk
melumpuhkan lawannya satu persatu, maka setelah menghindar
dari jurus Lang Tiong-sun, dia lalu menghindar dari serangan Cing-
cen Totiang dan Siu-goan Suthai, dia menghindar kesana-kemari,
tapi jurus-nya segera dia lancarkan untuk menyerang pada Lang
Tiong-sun seorang.
Sin-hiong berturut turut menyerang tiga jurus pada ketua
perguruan besar Tiang-pek, setiap jurusnya ditujukan pada tempat
penting di tubuh musuhnya, Lang Tiong-sun terpaksa berputar-
putar menghindar, tapi tetap tidak bisa melepaskan diri.
Lama-lama Lang Tiong-sun menjadi kesal, teriaknya:
"Biar aku mati bersamamu!"
Dia menusukan pedangnya, tidak mempedulikan lagi arah
pedang Sin-hiong menyerang, dia menusuk Beng-bun-hiatnya Sin-
hiong.
Sin-hiong tertawa dingin:
"Berbuat seperti inipun tidak ada gunanya?"
Sin-hiong lalu menyabetkan pedangnya, terdengar suara
"Traang!", dengan menggunakan siasat empat liang menghadapi
ribuan kati, dia memelintir dan menerbangkan pedang Lang Tiong-
sun hingga terlepas dari tangannya!
Lang Tiong-sun terkejut ketakutan, keluhnya
"Habislah! Habislah!"
Dia lalu melambaikan tangannya, secepatnya pergi bersama
dengan murid-muridnya.
Saat ini pedang panjang ketua Go-bi-pai Cing-cen Totiang
dengan cepat datang menyerang, Sin-hiong memutar tubuhnya dan
melayang menghindar dua kaki lebih dan berkata:
"Kali ini giliran Totiang!"
Sinar pedang berkelebat, ujung pedangnya menusuk ke bahu kiri
Cing-cen Totiang.
Melihat Lang Tiong-sun sudah kalah dan meninggalkan tempat
ini, hati Siu-goan Suthay dan ketua Go-bi menjadi kecut, Cing-cen
Totiang segera menyerang dengan pedangnya, kebutan Siu-goan-
Suthay juga cepat-cepat menyerang, supaya Sin-hiong tidak bisa
mengalahkan mereka satu persatu.
Sin-hiong berputar-putar laksana angin, saat berkelebat,
langsung menyerang Cing-cen Totiang!
Sifat dia memang begitu, orang lain tidak ingin dia begini, dia
justru sengaja mau begini!
Cing-cen dan Siu-goan berdua sadar maksudnya, kedua orang itu
lebih-lebih tidak berani berpisah, Siu-goan berteriak:
"Totiang silahkan mendekat kemari!" Setelah berkata,
kebutannya menggulung ke arah sisi punggung Sin-hiong, untuk
mengurangi tekanan pada Cing-cen Totiang, dia sendiri malah
melangkah tiga langkah mendekati Cing-cen Totiang.
Setelah Sin-hiong menyerang satu jurus, jurus kedua langsung
menyerang menusuk, begitu pedang-nya bergerak, tubuhnya ikut
bergerak, hingga Cing-cen Totiang tidak bisa mengambil nafas.
Setiap kali Cing-cen Totiang menangkis, tapi selalu di dului oleh
Sin-hiong, akhirnya dia berteriak, tanpa mempedulikan keselamatan
dirinya, pedangnya menyerang lima enam jurus!
Sin-hiong jadi tidak berani terlalu dekat!
Tapi dua orang di lapangan ini adalah pesilat tinggi di dunia
persilatan, sedikit Sin-hiong melambat, kedua orang itu sudah
bersatu kembali, bersama-sama menyerang dia!
Di tempat lain, puluhan murid Go-bi-pai sedang kewalahan
menangkis serangan Ho Koan-beng, sudah ada beberapa orang lagi
yang terluka dan mundur ke pinggir.
Cing-cen Totiang sendiri sedang seru-serunya bertarung, jadi
tidak ada waktu memperhatikan hal lainnya, sedangkan Ho Koan-
beng sengaja mengganggunya, setiap dia menusuk menjatuhkan
satu orang dia langsung berteriak:
"Satu lagi!"
Hati Cing-cen Totiang sakit seperti disayat pisau, dia tidak
menduga nama besarnya hari ini jatuh di tangan dua orang bocah
ini, sedikit lengah, kembali dia didesak lagi oleh Sin-hiong.
Siu-goan Suthai terkejut sekali dan berteriak:
"Pusatkan pikiran!"
Memang, jika Cing-ceng Totiang sampai terluka, berarti tinggal
dia seorang diri, dia pasti bukan lawan Sin-hiong, teriakannya, ada
perasaan seperti bibir hilang gigi pun dingin.
Cing-cen Totiang sedikit menaikan semangat-nya, kembali
terdengar Ho Koan-beng berteriak:
"Sudah dua, he he he, murid-murid Go-bi-pai kemampuannya
hanya segini!"
Cing-cen Totiang merasa hatinya jadi tegang, sehingga
gerakannya jadi sedikit lamban, akibatnya pedang panjangnya
sudah dihantam Sin-hiong hingga terlepas dari tangannya.
Melihat ini, hati Siu-goan Suthai jadi merasa berat, kebutannya
segera menyerang tiga jurus, berkata:
"Hari ini kita kalah, di kemudian hari kita akan kembali lagi!"
Ho Koan-beng berteriak:
"Bagaimana Sen Sin-hiong? Aku telah membantumu, masa kata
terima kasih pun tidak mau kau ucapkan?"
"Hemm!" Sin-hiong berkata, "lebih baik kau jangan sampai
bertemu aku lagi, ingat, lain kali tidak ada pengecualian!"
Selesai bicara dia memalingkan kepala:
"Sayang Siauw-lim-pai sudah kalah, Bu-tong-pai kacau balau, hari
ini aku hanya bisa bertemu dengan kalian tiga ketua perguruan, di
lain hari, aku berharap bisa menghadapi sembilan ketua perguruan
sekaligus!"
Nada kata-kata ini terlalu sombong, sampai wajah Ho Koan-beng
pun berubah mendengarnya!
Siu-goan Suthai marah berkata:
"Sombong sekali, ingat, kami sembilan orang pada suatu hari
pasti akan menghadapimu!"
Setelah berkata, dia memanggil kedua murid-nya lari menuju
utara.
Di antara tiga ketua perguruan, keadaan Go-bi-pai yang paling
parah, Cing-cen Totiang sendiri kalah, dan muridnya ada lima enam
orang yang terluka, tidak tahan dia mengeluh:
"Baik baik baik, di kemudian hari kami pasti akan mencoba lagi
ilmu silat anda!"
Beberapa murid yang terluka dibopong oleh murid yang tidak
terluka, sambil tertatih-tatih pergi menuju Go-bi-san.
Sin-hiong hanya melihat tiga ketua perguruan besar pergi, dia
tidak mau memperdulikan lagi Ho Koan-beng, diapun langsung
melesat pergi.
Tadinya dia ingin buru-buru menolong orang, tapi terganggu oleh
kejadian ini, sekarang waktu sudah hampir tengah hari.
Sepanjang jalan Sin-hiong berlari terus, setelah lima hari, dia tiba
di bawah pohon di depan rumah Ong Leng. Tapi ketika dia melihat
ke dalam rumah, dia menjadi sangat terkejut.
Dua bulan lebih, dia meninggalkan tempat ini, siapa sangka, hari
ini melihatnya, keadaan di dalam rumah masih hampir sama dengan
dua bulan yang lalu?
Belum masuk ke dalam pintu, sudah tercium bau busuk bangkai,
hampir saja membuat dia muntah, di dalam hati berkata:
'Apa yang terjadi, apakah Ong Leng masih belum menguburkan
tiga mayat itu?'
Berpikir sampai disini, tidak tahan dia jadi merinding, jika benar
demikian, Ong Leng mungkin sudah tidak normal lagi.
Pelan-pelan dia masuk ke dalam, setelah berteriak beberapa kali,
tapi di dalam tidak ada seorang pun yang menyahutnya.
Sin-hiong mengawasi lagi dengan teliti, tampak ini bukan rumah
kosong, tidak tahan dia jadi merasa heran, maka dia masuk ke
pekarangan ketiga, meloncat naik ke atap rumah.
Dulu dia pernah bertemu dengan Sin-tung-thian-mo (Dewa
tongkat setan langit) disini, keadaan sekarang sama dengan waktu
itu, tapi sekarang di pekarangan sebesar ini malah tidak ada satu
orang pun, dia kembali berteriak, tetap saja tidak ada orang yang
menyahut.
Tujuan Sin-hiong datang kesini adalah untuk meinta tolong,
maka tidak banyak pikir lagi dia langsung meloncat ke bawah.
Tapi setelah berputar dua kali, di dalam rumah, benar-benar
tidak ada orang!
Sin-hiong tertegun dan berteriak:
"Ong Lo-cianpwee! Ong Lo-cianpwee......"
Suaranya hanya menggema di pekarangan, sampai jendela
rumah berbunyi keras dan bergetar, tapi tetap tidak ada orang yang
menjawab.
Tiba-tiba Sin-hiong teringat rumah makan itu, di dalam hatinya
berpikir
'Ong Leng sering kesana, lebih baik aku kesana menanyakan,
siapa tahu dia sedang minum arak disana.
Setelah memutuskan, dia langsung berlari ke nimahmakan itu.
Saat ini walaupun siang hari, tapi karena dia sedang tergesa-
gesa, gerakannya laksana segumpal asap melesat ke dalam kota.
Sampai di rumah makan itu, pelayan samar-samar masih
mengenal dia sambil tersenyum berkata:
"Siauya mau menginap?"
Sin-hiong menggelengkan kepala dan berkata:
"Apakah kau lihat Tuan Ong?"
Wajah pelayan jadi berubah, dia mengeluh:
"Jangan sebut dia lagi! Jangan sebut dia lagi! Dia dulu dewa,
sekarang disebut setan juga tidak pantas?"
"Kenapa?" tanya Sih-hiong tertegun.
Pelayan menarik Sin-hiong ke pinggir, bisiknya:
"Apakah Siauya tahu di rumahnya ada yang mati tiga orang?"
Sin-hiong menganggukan kepala, pelayan itu berkata lagi:
"Itulah, dirumahnya ada yang mati tiga orang, tapi sudah dua
bulan lebih tidak dikuburkan, baunya sampai menyebar kemana-
mana, kudengar disana kalau malam hari sering ada setan muncul,
beliau seperti orang gila tinggal di dalam rumah, kadang menangis
kadang tertawa, kadang keluar rumah, tapi begitu orang-orang
melihat dia, langsung menghindar, coba Siauya pikir, bukankah dia
jadi setan juga tidak pantas?"
Setelah selesai bicara, pelayan itu kembali berbisik pada Sin-
hiong:
"Sekarang hari sudah hampir gelap, Siauya jangan pergi kesana
lagi, memikirkan saja hatiku sudah merinding."
Sin-hiong tidak bicara, di dalam hatinya berpikir, saat dia
meninggalkan tempat itu, Ong Leng masih baik-baik saja, kenapa
hanya dalam waktu dua bulan, dia sudah berubah seperti ini?
Dia tidak mengerti, tapi berpikir pasti ada yang tidak beres,
beberapa hari ini, dia terus berjalan mengejar waktu, di sepanjang
jalan juga kurang makan, dalam hatinya berpikir:
'Kenapa aku tidak tunggu sampai malam, baru kesana
melihatnya.'
Setelah memutuskan, maka dia memesan makanan pada
pelayan, makan pelan-pelan sendiri.
Ketika sore hari, Sin-hiong keluar dari rumah makan, melihat ke
atas terlihat langit sudah gelap, sebuah bintang pun tidak ada, tidak
tahan dia mengerutkan alisnya, diam-diam menghibur dirinya:
'Inilah cuaca terbaik untuk para setan keluar, tidak diduga
setelah aku lari beberapa hari, malam ini malah harus menunjukkan
cara menangkap setan.'
Dia berjalan pelan-pelan, malam gelap sekali, sedikit angin pun
tidak ada, karena merasa sedikit gerah, maka dia melonggarkan
bajunya, berjalan kira-kira dua |am baru dia sampai di tempat itu.
Walaupun waktu belum terlalu malam, di jalanan selain dia
seorang, benar saja satu bayangan orang pun tidak ada?
Dia sudah bertekad menyelidiki hal ini, terpaksa sebelum larut
malam dia sudah kesini untuk bersembunyi, dia langsung meloncat
ke atas benteng, tapi begitu dia melihat sekelilingnya, tidak tahan
hatinya jadi merasa ngeri!
Di ruangan pertama yang gelap itu, terlihat ada sesosok
bayangan hitam sedang menyembah tiga peti mati itu, rambutnya
panjang berurai ke bahu, sepintas melihatnya, orang jadi punya
perasaan 'apa dia ini setan"?
Bayangan hitam itu tanpa bersuara menyem-bah dan
menyembah lagi, Sin-hiong lama melihatnya, tapi dia masih terus
menyembah tidak berhenti.
Sin-hiong memperhatikan dan merasa bayang-an hitam ini
adalah Ong Leng, saat itu dia batuk sekali dan berteriak:
"Ong Lo-cianpwee!"
Bayangan hitam itu tidak memperdulikannya, terus saja
menyembah tiga peti mati itu.
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, tadinya dia ingin meloncat
ke bawah, tapi dia tidak tahan dengan bau busuk mayat, setelah
ragu-ragu sejenak, mendadak dia berteriak:
"Ong Lo-cianpwee, kau mau apa?"
Teriakannya menggunakan tenaga dalam, suaranya menusuk
telinga, jangan kata manusia, walau setan pun jika mendengarnya
pasti akan terkejut ketakutan.
Benar saja, bayangan Hitam itu terkejut, melihat dia berdiri
diatas benteng, tanpa bicara apa-apa, dia langsung lari ke dalam.
Sin-hiong bisa mendengar saat dia berlari, derap kakinya
mengeluarkan suara "Duuk duuk!", sepertinya sedikit pun tidak bisa
ilmu silat, tidak tahan dia jadi bingung, di dalam hati berkata:
"Apakah Ong Leng atau bukan? Seharusnya dia bisa ilmu silat!"
Setelah dipikir-pikir, dia tidak perduli siapa orang itu, yang pasti
dia seorang manusia saja.
Saat dia masih kecil, dia sering mendengar orang tua berkata,
jika setan berjalan tidak menge-luarkan suara, orang ini langkahnya
begitu berat, pasti bukan setan tapi seorang manusia.
Ilmu silat Sin-hiong sangat tinggi, menurut logika dia tidak akan
terpengaruh oleh cerita mistik ini, tapi ingatan di masa kecilnya
sangat menempel, maka saat tadi di atas benteng, dia jadi ragu-
ragu, tidak berani meloncat ke bawah.
Suara kaki berjalan itu sudah hampir sampai di pekarangan
kedua, baru Sin-hiong mengikuti masuk ke dalam!
Dia melayang meloncat ke tanah, di dalam keadaan gelap gulita,
karena dia tadi telat sejenak, maka mj;in segera menemukan
bayangan hitam itu, dia ada kesulitan sedikit.
Mendadak, di atas gunung buatan terdengar suara lluut!",
pendengaran Sin-hiong tajam sekali, dia membalikan tubuh, terlihat
satu bayangan orang melesat dalang.
Gerakan orang ini sangat cepat, tadinya Sin-hiong mau
bersembunyi, sebab dengan cara ini baru bisa menyelidiki, tapi
waktunya sudah tidak sempat, terdengar orang itu berteriak dingin:
"Siapa yang berdiri disana?"
Tanpa sadar Sin-hiong berkata:
"Aku Sen Sin-hiong!"
Orang itu menghentikan langkahnya berkata lagi: "Ada keperluan
apa kau datang kesini?" Saat dia bicara suaranya dingin sekali,
sepertinya tidak begitu memandang Sen Sin-hiong, maka dia terus
mendesak Sin-hiong menanyakan tujuannya datang kesini.
Sin-hiong menggerakan tubuhnya sedikit dan berkata:
"Aku ada perlu mencari tabib Ong, apakah dia ada di rumah?"
Setelah berkata, kejadian dulu seperti terulang lagi, ketika dia
pertama kali datang kesini, dia bertemu dengan Sin-tung-thian-mo,
kali ini, tidak tahu bertemu dengan siapa lagi?
Orang itu tertawa, dengan dingin mengucap-kan dua kata:
"Sudah mati!"
Sin-hiong sedikit tergetar, tapi dia pikir orang tadi pasti seorang
manusia, kecuali wajahnya tidak terlihat jelas, perawakan orang itu
mirip sekali dengan Ong Leng, saat itu berkata lagi:
"Biar aku mencari dia, tadi disini ada satu orang!"
Bayangan hitam itu maju dua langkah, tapi jaraknya masih ada
lima tombak, karena langit hitam, di dalam ruangan juga gelap,
maka Sin-hiong masih tidak bisa melihat jelas wajah orang ini.
Orang itu seperti sengaja menjaga jarak dengan Sin-hiong,
setelah Sin-hiong berkata, melihat orang itu diam, Sin-hiong jadi
merasa heran, tanpa mempeduli-kannya lagi, langsung berjalan ke
dalam.
Tapi baru saja melangkah dua langkah, mendadak orang itu
dengan dingin berteriak: "Berhenti!"
Sin-hiong menghentikan langkah, menekan wajah dengan dingin
berkata: "Kenapa?"
Ternyata dia telah mendengar nada bicara orang itu penuh
dengan permusuhan, maka dia pun membalas dengan jawaban
dingin, malah lebih dingin dari pada orang itu!
Orang itu tertawa dan berkata:
"Tidak percuma disebut Kim-kau-kiam-khek!"
Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir:
'Orang inipun tahu julukanku, seharusnya bukan orang yang
tidak punya nama’, saat itu berkata:
"Bagaimana? Apakah anda pun bisa menyebutkan nama anda?"
Dengan aneh orang itu berputar dua kali dan berkata:
"Sudah bagus aku tidak mencari kau, untuk apa kau datang
kesini!"
Sin-hiong maju lagi dua langkah dan berkata: "Siapa kau?"
Setelah berkata, lima jarinya sudah menyentuh senar gitarnya,
berjaga-jaga jika orang itu mendadak menyerang!
Orang itu dengan dingin berkata: "Sin-tung-thian-mo apa kau
kenal dia?"
Sin-hiong menganggukan kepala, tapi berteriak: "Ong Lo-
cianpwee!"
Orang itu tertawa dingin dan berkata:
"Bagus jika kau kenal, Ong Leng sudah mati!"
Tubuhnya mendadak menerjang ke depan, dan menghantam
dengan telapak tangannya!
Sin-hiong melihat ke atas, baru melihat orang ini hanya memiliki
sebelah tangan kanan. "Ssst!" dia mencabut Kim-kau-po-kiam,
kilatan sinar pedangnya, membuat seluruh pekarangan jadi sedikit
terang, dengan mendengus dia berkata:
"Orang yang tidak punya tangan dan tidak punya kaki juga
berani menyombongkan diri?"
Serangan pedang ini ditujukan pada tangan kirinya, orang itu
mendengus dingin:
"Bagus!"
Talapaknya dibalik lalu ditegakan seperti golok, timbul gulungan
angin yang amat dahsyat, menghantam ke arah Sin-hiong!
Sin-hiong menggetarkan ujung pedangnya:
"Namamu juga tidak berani disebutkan, orang macam apa kau
ini!"
Telapak tangan orang itu belum sampai, jurus pedang Sin-hiong
sudah tiba lebih dulu, tepat di saat ini, terlihat ada satu orang
dengan sempoyongan datang mendekat, tubuhnya hampir saja
jatuh ke dalam gulungan pedang.
Kedua orang bertarung jadi ragu ragu sejenak, Sin-hiong
berteriak:
"Ong Lo-cianpwee!"
Bayangan hitam itu belum sempat menjawab, angin pukulan
orang itu sudah datang menekan!
Sin-hiong menjadi marah, dia menggerakan pedangnya,
terdengar "Huut huut!" pedangnya membelah angin, orang itu tidak
berani melukai bayangan hitam itu, dia membalikkan tubuh, jarinya
mencengkram pedang Sin-hiong!
Bayangan hitam yang datang ini memang benar Ong Leng, dia
bukan saja datang menubruk, malah menyusup lagi ke dalam angin
pukulan orang itu!
Sin-hiong terkejut:
"Ong Lo-cianpwee, kenapa kau ini?"
Sin-hiong mengira dia mau bunuh diri, saat pedangnya
menyerang tubuhnya melesat maju menangkap dan menarik
kembali Ong Leng!
Ong Leng bukan saja tidak berterima kasih, malah melototkan
matanya dan bertanya:
"Siapa kau?"
"Sen Sin-hiong!" jawab Sin-hiong. Sambil bicara, dia menghadapi
serangan telapak tangan orang itu, dalam sekejap mata, dia sudah
merubah tiga jurus pedang, baru bisa meng-hindar serangan
dahsyat orang itu!
Sin-hiong menghela nafas panjang dan berkata: "Ong Lo-
cianpwee, masih ingat aku Sen Sin-hiong?"
Ong Leng memutar matanya dua kali, bengong berkata:
"Sen Sin-hiong? Sen Sin-hiong itu permainan apa?"
Sin-hiong jadi merasa kecewa sekali, di dalam hatinya berpikir,
orang ini sudah lupa ingatan, apakah sudah dikerjain orang?
Kejadian ini hanya dalam sekejap mata, setelah dia berpikir, lalu
menotok Goan-ma-hiat orang itu dan berkata:
"Kau menggunakan cara sesat apa, membuat dia jadi begini?"
Pedangnya berturut-turut menyerang, setiap serangannya adalah
serangan membunuh, terlihat hawa pedang seperti pelangi, dalam
sekejap sudah menyerang tujuh delapan jurus!
"Jurus pedang bagus!" Orang itu berteriak, tubuhnya berputar,
telapak tangannya mengeluarkan angin pukulan seberat gunung,
setiap sabetan pedang Sin-hiong, selalu ditangkis ke samping oleh
dia, tidak tahan hati Sin-hiong jadi tertekan, maka menyerang lagi
sepuluh jurus lebih.
Diam-diam Sin-hiong terkejut, di dalam hati berkata:
"Ilmu silat orang ini sangat tinggi, tampaknya di atas para ketua
sembilan perguruan silat, entah dari mana dia datangnya?"
Di dalam hati orang itupun diam-diam terkejut, di dalam hatinya
berpikir, kata-kata Sin-tung-thian-mo sedikit pun tidak membesar-
besarkan, Ong Leng ada dalam perlindungan seperti dia, tidak heran
kalau harus lari karena tidak bisa melawannya.
Kedua orang ini masing-masing punya pikiran sendiri-sendiri, dan
masing-masing telah menyerang tujuh delapan jurus!
Di dalam pekarangan ini tadinya ditutupi oleh hawa dingin
menyeramkan, tapi sekarang keadaannya jadi lain, sinar pedang
beradu dengan telapak angin, hawa membunuh menyembur ke
langit, menggetarkan jendela-jendela sampai berbunyi keras.
Setelah bertarung beberapa saat, gerakan orang itu sedikit
melamban, tapi Sin-hiong semakin bertarung semakin semangat.
Setelah bertarung dua puluh jurus lebih, Sin-hiong membentak,
sinar pedangnya berkelebat, terdengar suara "Bret!" lengan baju
orang itu sudah dipotong oleh Sin-hiong.
Wajah orang itu berubah, sekuat tenaga dia menyerang dua
jurus, lalu meloncat keluar dari pertarungan!
Mana Sin-hiong mau melepaskan dia, dia bersama pedang
menjelma jadi satu sinar pelangi, kembali menerjang dia.
Orang itu mengayunkan telapak anginnya dan berteriak:
"Kau kira aku takut padamu?"
Sin-hiong menyerang dari atas, di udara membentuk dua bunga
pedang, dengan hawa yang amat dingin memotong ke arah lengan
kirinya!
Menyerang dari udara, adalah kehebatan jurus Kim-kau-kiam,
orang itu berkelebat mencoba menghindar, tapi dua jurus Sin-hiong
ini sulit di tebak arahnya, sinar pedang berkelebat, rambut di
kepalanya sudah di potong sebagian.
Setelah berhasil, Sin-hiong tidak memberi ampun pada lawannya,
mengambil kesempatan tubuhnya turun ke bawah, jurus pedangnya
kembali menerkam.
Berturut-turut dia menyerang lagi beberapa jurus, satu jurusnya
lebih cepat dari jurus sebelumnya, pada saat Ini mendadak Ong
Leng yang ada di tanah berteriak:
"Sesak sekali!"
Sin-hiong yang sedang menyerang, jadi terganggu oleh
berteriakannya, sehingga sedikit lambat, kesempatan ini di ambil
orang itu untuk meloncat keluar dari pertarungan dan kabur.
Ong Leng berguling bangkit berdiri, sambil membereskan
rambutnya yang kacau lalu berdiri bengong menatap Sin-hiong.
"Ong Lo-cianpwee, kau sudah sadar?"
"Kau apakah Sen-tayhiap?"
Sin-hiong mengiyakan, mendengar itu Ong Leng kembali
mengeluh panjang:
"Sen-tayhiap, untuk kedua kalinya kau menyelamatkan nyawaku,
budi sebesar ini entah harus bagaimana aku membalasnya?"
Sin-hiong tidak mengerti, di dalam hatinya berpikir, waktu
pertama kali dia menolong dia masih bisa mengerti, kali itu tidak
bisa dihitung menolong, tadi dia seperti orang gila, saat ini
mendadak sadar, tapi bicaranya malah lebih membingungkan lagi.
Ong Leng melihat Sin-hiong sekali dan berkata:
"Kalau aku tidak menceritakannya, Sen-tayhiap tentu tidak akan
mengerti, tapi walaupun aku telah ditolong oleh Sen-tayhiap, tapi
mungkin nyawa aku juga tidak akan lewat tiga hari, hay..?..."
Keluhannya membelah langit malam yang hening, Sin-hiong
semakin tidak mengerti dan berkata:
"Ong Lo-cianpwee, malah membuatku tambah bingung."
Ong Leng menyela:
"Tentu saja, tapi, aku akan katakan satu orang mungkin Sen-
tayhiap bisa ingat."
"Apakah Sin-tung-thian-mo itu?"
Ong Leng menganggukan kepala:
"Betul. Sejak dia dikalahkan oleh Sen-tayhiap, orang ini tidak
mau terima. Entah bagaimana dia membawa keluar Im-san-koay-
mo (Manusia aneh dari gunung dingin) Cu-couw, mereka berdua
yang satu kakinya buntung, yang satu tangannya buntung, tapi
nyawa kedua orang itu telah diselamatkan dari kematian olehku.'?
Sin-hiong teringat perihal Sin-tung-thian-mo itu, tahu dia tidak
bohong, tapi mendengar orang itu adalah Im-san-koay-mo Cu-
couw, hatinya diam diam terkejut lagi.
Ong Leng mengeluh dan berkata:
"Cu-couw pun datang padaku meminta Pit-to itu? Bagaimana aku
bisa tahu dimana keberadaan peta rahasia itu?"
"Aku tahu dimana peta rahasia itu berada."
Ong Leng menggoyang-goyang tangannya:
"Tidak usah katakan, mereka hanya mencari-cari alasan saja,
sebenarnya, tujuan mereka hanya ingin membunuhku saja, tapi
karena takut menimbulkan amarah dunia persilatan, makanya
mencari satu alasan yang dibuat-buat."
Sin-hiong berpikir benar juga, bagaimana pun Ong Lo-cianpwee
pernah menyelamatkan nyawa mereka, jika kedua orang itu tidak
mencari satu alasan, kedua aliran hitam dan putih mungkin tidak
akan mengampuni mereka.
Ong Leng melanjutkan:
"Begitu Cu-couw datang langsung menotok Pek-bwie-hiat ku,
jalan darah ini adalah tempat berkumpulnya ratusan saluran darah,
cara menotok-nya tergantung, bisa menentukan mati atau hidupnya
seseorang, totokan Im-san-koay-mo khusus sekali, begitu menotok
membuat aku semakin hari semakin sakit, akhirnya aku tidak bisa
tahan lagi, pikiranku jadi kacau, jadi lupa ingatan."
"Orang ini sungguh keji." Keluh Sin-hiong.
Ong Leng batuk sekali sambil tertawa pahit berkata:
"Ingin mati tidak bisa mati, ingin hidup tidak bisa hidup, malah
lebih baik jadi orang gila, dalam keadaan tidak sadar aku minum lagi
obat penghilang ingatan buatan sendiri, maka ingatan aku jadi
semakin kacau."
Sin-hiong mengeluh, ‘Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo ini
terlalu keji, lain kali jika bertemu lagi dengan aku, akan aku cincang
mereka.’
Setelah berkata sejenak, saat ini nafas Ong Leng sedikit sesak,
tiba-tiba Sin-hiong teringat nyawa-nya hanya tinggal tiga hari, tidak
tahan dia jadi terkejut dan berkata:
"Ong Lo-cianpwee, apakah luka di Pek-hwie-hiat itu kambuh
lagi?"
Ong Leng menganggukan kepala, nafasnya juga semakin berat.
Buru-buru Sin-hiong menghampirinya:
"Cepat duduk, biar aku melihat bagaimana lukanya?"
Sebenarnya, terhadap pengobatan dia sama sekali tidak
mengerti, tapi mengenai luka terpukul, semua pesilat biasanya tahu,
Sin-hiong mau melihatnya, itupun karena ingin menggunakan
tenaga dalam mencoba mengobatinya?
Ong Leng tersenyum tanda terima kasih dan berkata:
"Terima kasih Sen-tayhiap, jalan darah utama-ku sudah putus,
nyawaku sudah tidak tertolong lagi."
Hati Sin-hiong jadi merasa berat, tepat di saat ini, mendadak ada
orang dengan dingin berkata:
"Betul! Kau segera saja melapor ke pintu neraka?"
Sin-hiong membalikkan tubuh, terlihat di pintu berdiri dua orang,
walau hari sangat gelap, tapi Sin-hiong masih bisa melihat dua
bayangan hitam ini adalah Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo.
Amarah Sin-hiong tidak tahu harus disalurkan kemana, begitu
melihatnya amarahnya seperti mau meledak saja, maka dia berkata:
"Kalian datang pada waktu yang tepat!"
Sin-tung-thian-mo tertawa dingin:
"Bocah, jangan terlalu sombong"
Setelah berkata, kedua bayangan orang itu sudah berkelebat
masuk ke dalam.
Im-san-koay-mo berkata dingin:
"Adik, bagus sekali, hanya satu orang yang tahu masalah ini, kita
tutup mulutnya, jangan biarkan dia hidup lagi?"
Dua orang ini adalah pecundangnya Sin-hiong, tapi jika mereka
berdua bersama-sama mengeroyok keadaannya akan berbeda,
walaupun lukanya kambuh, Ong Leng tetap merasa khawatir:
"Sen-tayhiap, kau cepat pergi!"
Sin-hiong tertawa dingin, lalu berkata:
"Ong Lo-cianpwee, ada aku di sini, siapa yang berani
mengganggumu, akan kukuliti orang itu!"
Bicaranya tegas, Ong Leng yang mendengar, sampai
mencucurkan air mata terima kasih.
Sin-tung-thian-mo pun mendengar dengan dingin berkata:
"Toako, kau dengar tidak? Ada orang mau menguliti kulit kita dua
bersaudara"
Setelah berkata dia mendengus dingin lalu membentak:
"Bocah, jangan sombong, Lihat seranganku!"
Tongkatnya bergulung-gulung menyerang, di-bawah tongkat
timbul angin keras sampai pasir batu berterbangan, kekuatannya
bisa dibayangkan.
Sin-hiong mundur sedikit, lalu mengayunkan pedangnya,
terdengar "Traang!" meminjam tenaga bentrokan itu dia meloncat
ke atas, saat dia turun pedangnya menusuk pada Im-san-koay-mo!
Sekali dia bergerak, tidak saja meloncat melewati Sin-tung-thian-
mo juga menusukan pedang pada Im-san-koay-mo, gerakannya
tampak indah sekali, walaupun Ong Leng terluka parah, tapi
menyaksikan itu tanpa terasa berteriak:
"Gerakan indah!"
Im-san-koay-mo mendengus, dia tidak segera membalas
serangan, matanya sekali mengerling, Sin-tung-thian-mo yang ada
dibelakang langsung mengerti maksudnya, Im-san-koay-mo mundur
ke belakang, Sin-tung-thian-mo maju ke depan.
Serangan Sin-hiong tidak menemui sasaran, tubuhnya turun ke
bawah, tapi Sin-tung-thian-mo tidak membiarkan Sin-hiong
menginjakan kakinya ke tanah, tongkatnya dengan dahsyat
disapukan ke kaki Sin-hiong!
Jurus ini sungguh sadis sekali, jika Sin-hiong balas menyerang,
Im-san-koay-mo saat ini berdiri di sisi di tempat yang
menguntungkan, tidak perduli serangan Sin-hiong bagaimana, dia
bisa mengambil kesempatan mencuri serangan!
Ong Leng berteriak, dia tidak menyangka kedua setan tua ini bisa
bekerja sama begitu sempurna, dalam keadaan mengkhawatirkan
Sin-hiong, "Waa!" dia memuntahkan darah segar, dan orangnya
jatuh pingsan.
Saat ini Sin-hiong sedang turun ke bawah, melihat Sin-tung-
thian-mo menyerang dirinya, dengan tenang ujung pedangnya
menyentil, saat ini Im-san-koay-mo pun menghantam dengan
telapak tangannya, tapi tidak di sangka, tubuh Sin-hiong bisa naik
lagi sedikit ke atas, sehingga jurus kedua orang itu jadi gagal, tidak
mengenai sasaran.
Dalam sekejap, Sin-hiong menggetarkan pegangan pedangnya,
dua gulungan angin menyem-bur keluar, secepat kilat menusuk
pada kedua orang itu!
Im-san-koay-mo terkejut, dia memutar tubuh-nya dan berteriak:
"Adik, kau serang sisi punggungnya!"
Sin-tung-thian-mo segera memutar tubuhnya, menghindar
berhadapan dengan Sin-hiong, tongkat-nya menyapu ke pinggang
Sin-hiong!
Im-san-koay-mo pun tidak membuang waktu, dia I-ei putar ke
belakang Sin-hiong dan telapak tangannya menyerang!
Sin-hiong belum menginjakan kakinya, jadi sehebat apa pun
kemampuannya, dia tidak bisa menggerakannya jurusnya dengan
leluasa, sedangkan dua orang musuhnya berturut-turut menyerang,
tidak memberi kesempatan pada dia untuk bisa membalas serangan.
Diam-diam hati Sin-hiong tergetar, saat ini sebuah telapak dan
sebatang tongkat secara bersamaan menyerang dia, melihat
situasinya dia hanya bisa menghadapi sebelah sisi, ketika matanya
menyapu, dia menemukan titik kelemahan di lengan kiri Im-san-
koay-mo, sedangkan serangan tongkat Sin-tung-thian-mo tinggal
satu kaki saja, dalam sekejap mata ini, dia tidak banyak pikir lagi,
dia menyabetkan pedang pusakanya ke tempat yang lemah itu.
Walaupun disebut titik lemah, tapi masih dalam lingkup kekuatan
jurus kedua orang itu, dengan kehebatan sabetannya, kedua orang
ini pernah dikalahkan dia, jadi siapa pun tidak berani terlalu
mendesak, sedikit saja kedua orang itu ragu-ragu, tubuh Sin-hiong
sudah berdiri mantap di atas tanah.
Kedua orang itu sadar telah tertipu, lalu masing-masing berteriak
sekali, mendadak mereka saling bertukar tempat, kekosongan tadi
sekarang berubah menjadi titik mematikan, kekuatan pukulan
telapak dan tongkatnya juga bertambah berlipat ganda dari pada
yang tadi.
Tapi, Sin-hiong sudah menginjakan kakinya di tanah, tentu saja
dia jadi jauh lebih lincah dari pada di udara "Ssst ssst!" dia
menusukan pedang dan tubuh nya langsung meloncat ke belakang!
Wajah Sin-hiong tampak keheranan, dia tidak menduga setelah
kedua orang ini bersatu menyerang, kekuatannya bisa sedahsyat ini,
Sian-souw-ngo-goat, perguruan Siauw-lim, dan para pesilat tinggi
Kun-lun, Go-bi dia pernah menghadapinya, tidak perduli keroyokan
atau satu persatu, tampaknya tidak sehebat kedua orang ini!
Diam-diam dia menarik nafas, di dalam hati berkata:
'Untung aku sudah makan Ho-siu-oh ribuan tahun, jika tidak, hari
ini aku pasti sudah kalah?'
Begitu Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo melihat Sin-hiong
mundur, semangat kedua orang itu jadi meninggi, Sin-tung-thian-
mo terawa dan berkata:
"Hehehe, mau lari?"
Im-san-koay-mo melanjutkan:
"Ingin lari juga tidak akan bisa."
Kedua orang itu sambil bicara, sambil bersama sama maju ke
depan mendesak Sin-hiong.
Sin-hiong tidak bicara, tapi di wajahnya sudah penuh dengan
hawa membunuh, dia memegang erat-erat pedang pusakanya,
sekarang jarak kedua orang tidak sampai satu tombak, begitu
mendengus dingin Sin-hiong berkata:
"Sebenarnya siapa yang tidak bisa melarikan diri?"
Mendadak pedangnya menyerang pada dua orang itu!
Im-san-koay-mo tertawa dingin, ke lima jari tangannya
mencengkram dan berteriak: "Sapu bawahnya!"
Serangan cakarnya sangat cepat, Sin-tung-thian-mo juga benar-
benar menyapukan tongkatnya ke arah kaki Sin-hiong.
Dalam hati Sin-hiong berpikir:
'Kalian sambil bertarung sambil mengatakan jurusnya, siasat apa
ini?'
Otaknya memutar, pedangnya di tarik sedikit, dengan cepat
memotong lima jari Im-san-koay-mo, tidak menunggu jurusnya
habis, pedang panjangnya memotong melintang, kembali menusuk
ke arah Thian-keng-hiat Sin-tung-thian-mo!
Jurus ini adalah dengan menyerang menahan serangan, Sin-
tung-thian-mo hanya punya satu kaki, tentu saja gerakannya tidak
selincah Sin-hiong, walau-pun dia bergerak lebih dulu, tapi Sin-hiong
yang bergerak belakangan sampai lebih duluan!
Tapi teriakan Im-san-koay-mo tadi, sebenarnya mengandung
siasat busuk, jika pedang Sin-hiong menusuk ke bawah, maka
tongkat Sin-tung-thian-mo dengan sendirinya akan mendongkel ke
atas, maka tangan kanan Im-san-koay-mo dirubah jadi memukul,
dan posisi Sin-hiong yang terbuka, menunggu dia sadar, maka Sin-
tung-thian-mo benar-benar menyapu-kan tongkatnya ke bagian
bawah Sin-hiong.
Dua orang bekerja sama, ,yang satu menyerang yang saru
bertahan, kerja samanya sangat sempurna, jika pedang Sin-hiong
tidak menyabet melintang, walaupun tidak terluka parah, juga akan
kehilangan kesempatan menyerang.
Sin-tung-thian-mo sedikit tergetar berteriak:
"Bagus!"
Im-san-koay-mo kembali telapak tangannya menyerang dan
berteriak:
"Pukulan tanganku inipun cukup bagus!"
Yang satu mundur yang satu maju, mendadak tongkat berubah
jadi telapak tangan, Sin-hiong jadi naik pitam, dia melintangkan
tubuhnya, kembali menggunakan cara yang beberapa hari lalu, saat
menghadapi ketua perguruan Go-bi, Kun-lun dan Tiang-pek,
memaksa mendesak ke arah Sin-tung-thian-mo.
Dengan demikian, pukulan telapak tangan Im-san-koay-mo jadi
memukul angin, tapi tekanan pada Sin-tung-thian-mo juga tidak
berkurang.
Im-san-koay-mo jadi terkejut, berturut-turut dia menyerang tiga
jurus telapak tangan, mulutnya juga berteriak-teriak agar Sin-tung-
thian-mo merubah jurusnya, tapi sayang gerakan Sin-hiong jauh
lebih cepat dari pada dia, Sin-tung-thian-mo tetap saja tidak mampu
melepaskan diri dari tekanan Sin-hiong, tidak saja begitu, setelah
tiga jurus bertarung, Sin-tung-thian-mo menjadi gelisah sekali,
sampai bercucuran keringat.
Sin-hiong dingin berkata: "Bagaimana? Apa kau bisa melarikan
diri?" Setelah berkata, dia menambah serangannya, baju
dipunggung Sin-tung-thian-mo sudah dirobek pedangnya!
Im-san-koay-mo pun terus berteriak-teriak, meningkatkan
serangan telapak tangannya, laksana gelombang lautan bergulung-
gulung menerjang Sin-hiong!
Sin-hiong hanya bergerak mengikuti Sin-tung-thian-mo, hawa
membunuh di wajahnya belum hilang dan sekali berteriak:
"Kau tidak boleh dibiarkan hidup!" Sinar pedang berkelebat,
terdengar suara keras "Kraas!" lengan kiri Sin-tung-thian-mo sudah
dipotong Sin-hiong, saking sakitnya dia sampai menjerit kesakitan,
tubuh Sin-tung-thian-mo yang besar ter-pental sejauh dua tombak
lebih!
Darah segar mengalir deras, dengan tabah Sin-tung-thian-mo
segera membalikan tangan menotok jalan darahnya, menghentikan
darah yang mengalir, wajahnya jadi semakin menakutkan orang.
Im-san-koay-mo tergetar, dia bergerak mundur ke belakang, tapi
Sin-hiong sudah membalikan tubuh-nya. Sin-hiong dengan dingin
berkata: "Aku hanya meninggalkan dia satu tangan satu kaki, kau
juga tidak terkecuali!"
Hati Im-san-koay-mo menjadi dingin, tanpa sadar mundur lagi ke
belakang dua langkah.
Sin-hiong melihat sekali pada Ong Leng yang tergeletak ditanah,
terpikir keperluan dia datang kesini waktunya tinggal sedikit, setelah
mendengus, langsung maju menyerang lagi.
Ilmu silat Im-san-koay-mo tidak lemah, sebenarnya mampu
menahan Sin-hiong beberapa saat, tapi setelah melihat Sin-tung-
thian-mo terluka, hatinya jadi resah, ketika Sin-hiong datang
menyerang, dia kembali melesat menghindar.
"Kau masih mau melarikan diri?" kata Sin-hiong, "Ssst!"
pedangnya menyerang ke atas kepala dia!
Telapak tangan Im-san-koay-mo diangkat meng hantam pedang
pusakanya Sin-hiong!
Sin-hiong tertawa keras:
"Jurus ini cukup bagus!"
Ternyata kata-kata ini adalah yang dikatakan Im-san-koay-mo
tadi, saat ini digunakan oleh Sin-hiong dengan tepat sekali, setelah
berkata, bayangan pedang ikut berkelebat, laksana kilat menusuk
bawah tubuh-nya Im-san-koay-mo!
Im-san-koay-mo terkejut, tapi dia adalah seorang penguasa
setempat, saat hatinya tergetar, tapi jurusnya tidak terlihat kacau
"Huut!" telapak tangan-nya menghantam dan berkata:
"Hemm hemm tidak berhasil!"
Pukulan telapak tangannya telah mengguna-kan seluruh tenaga
dalamnya, tenaganya amat dahsyat, tusukan pedang Sin-hiong itu
hampir saja dipukul ke Ramping!
Sin-hiong marah sekali, dia menggetarkan pergelangan
tangannya "Ssst!" kembali pedangnya menyerang, arah pedangnya
tetap mengarah kaki kiri Im-san-koay-mo!
Di luar dia tampak lembut, tapi didalam hati dia umat keras,
serangan pedang kali ini, jauh lebih cepat dari pada yang tadi, juga
lebih keji.
Im-san-koay-mo sudah mengerahkan seluruh kemampuannya,
tapi tetap tidak bisa menahan serangan Sin-hiong, tubuhnya dipaksa
berputar-putar, tapi hawa dingin pedang lawannya masih saja
berputar putar di atas kakinya.
Keadaan hatinya persis sama dengan Sin-tung-thian-mo tadi,
seluruh tubuhnya bercucuran keringat dingin, saat ini Ong Leng
yang ada diatas tanah sudah siuman, melihat ini tidak tahan
berteriak memuji dan berkata:
"Sen-tayhiap, bagus sekali!"
Ketika matanya melihat ke tempat lain, mendadak melihat Sin-
tung-thian-mo jatuh terduduk tidak jauh darinya, sebelah lengannya
sudah buntung, dia tahu Sin-hiong telah membalaskan dendamnya,
dia jadi terkejut dan senang sekali, sehingga tidak bisa bicara lagi.
Saat ini Sin-hiong sedang mendesak Cu-couw, ketika mendengar
suara Ong Leng, dia juga berteriak keras:
"Ong Lo-cianpwee, aku akan membuat mereka tinggal satu
tangan dan satu kaki, supaya mereka serasi menyebut
persaudaraannya."
"Bagus, bagus!" teriak Ong Leng.
Baru saja dia selesai berkata, satu bayangan hitam menerjang
dari atas ke bawah sambil berkata marah:
"Biar aku bunuh kau dulu, supaya balik modal!"
Ternyata orang ini adalah Sin-tung-thian-mo, walaupun dia sudah
terluka, tapi dibandingkan dengan Ong Leng, tentu saja lebih kuat
beberapa kali, Ong Leng sedang merasa senang, tidak mengira akan
terjadi hal ini, menghindar pun sudah tidak keburu, akhirnya bahu
kirinya terkena pukulan telapak tangan
Dalam sekejap, terdengar dua jeritan mengerikan, dua bayangan
orang berguling-guling di tanah.
Satu bayangan itu adalah Im-san-koay-mo, dan yang satunya
lagi adalah Ong Leng!
Ternyata saat Sin-tung-thian-mo memukul Ong Leng, kaki kiri
Im-san-koay-mo juga dipotong oleh pedang Sin-hiong!
Walaupun Sin-tung-thian-mo telah memukul Ong Leng sampai
jatuh berguling-guling, tapi tenaga-nya sudah berkurang banyak,
walaupun demikian, Ong Leng yang sudah terluka tetap tidak
mampu menahannya, dia kembali jatuh pingsan.
Sin-tung-thian-mo pun bergoyang-goyang, tapi wajahnya tampak
tawa bengis.
Sin-hiong marah sekali, selangkah demi selangkah maju
mendesak.
Sin-tung-thian-mo sedikit pun tidak merasa takut dengan dingin
berkata:
"Akhirnya aku berhasil mengembalikan sedikit modal!"
Perkataannya belum selesai, Sin-hiong sudah menyabetkan
pedangnya "Beek buuk!" sinar merah menyembur, tanpa bersuara
sedikitpun tubuh Sin-tung-thian-mo yang besar itu sudah roboh di
atas genangan darah.
Saking marahnya wajah Sin-hiong sampai menjadi merah, dia
membalikan tubuh, terlihat Im-san-koay-mo masih sedang meronta-
ronta disana.
Sin-hiong dengan dingin berkata:
"Kalian juga tidak akan kuampumi hari ini?"
Sekuat tenaga Im-san-koay-mo merayap dua langkah, tapi
karena kaki kirinya sudah dipotong, luka-nya lebih parah dari pada
Sin-tung-thian-mo, setelah merayap beberapa langkah, dia kembali
tergeletak disana tidak bisa bergerak.
Pedang pusaka Sin-hiong bergetar, sejak dia turun gunung, baru
hari ini dia membunuh orang!
Malam sudah larut, Sin-hiong tidak mau membuang waktu lagi,
dia sudah maju menerjang dan berteriak:
"Kau juga tidak bisa ditinggalkan hidup!"
Dia menusukan pedangnya ke bawah, walau-pun Im-san-koay-
mo sudah terluka parah, tapi ilmu silatnya belum hilang semua, dia
berguling ditanah, siapa sangka, gerakan pedang Sin-hiong sangat
cepat "Kraat!" satu lagi lengan Im-san-koay-mo terpotong.
Melihat dia tidak bakal bisa hidup lagi, Sin-hiong buru-buru
berlari ke sisi Ong Leng, mencoba meraba dengan tangannya,
terasa dadanya masih ada sedikit hangat, pelan-pelan menepuk
punggungnya, akhirnya Ong Leng siuman kembali.
Sin-hiong berteriak:
"Ong Lo-cianpwee, mereka berdua sudah kubunuh."
Wajah Ong Leng tampak berseri, katanya:
"Sen-tayhiap, terima kasih!"
Perkataannya sangat pelan, setelah berkata, dadanya naik turun
cepat sekali, Sin-hiong jadi terkejut, buru-buru berkata:
"Lo-cianpwee jangan bicara, istirahatlah sebentar."
Ong Leng dengan pelan menggelengkan kepala sambil tertawa
pahit berkata:
"Sen-tayhiap, cepat bawa aku ke dalam kamar, ada yang mau
kubicarakan padamu."
Sin-hiong menggotong dia masuk ke dalam kamar, di dalam
kamar gelap sekali, untungnya dia sudah bering berdiam di tempat
gelap, jadi matanya sudah terbiasa, saat itu dia membaringkan Ong
Leng di atas ranjang yang penuh debu dan bertanya:
"Kau tunggu sebentar, biar aku mengambil air dulu."
Ong Leng mengulurkan tangan menarik dia dengan susah payah
berkata:
"Apa kau punya pemetik api?"
Sin-hiong mengeluarkan pemetik apinya dari dalam kantong lalu
menyalakan lampu, Ong Leng menunjuk dengan jari, dengan
lemahnya berkata:
"Cepat! Cepat be... berikan botol itu padaku!"
Sin-hiong menurut, mengambil dan memberi-kan pada dia, Ong
Leng mengambil dua butir obat dan memakannya, keningnya keluar
keringat panas, wajahnya sedikit memerah dan berkata:
"Sen-tayhiap datang kesini, pasti ada keperluan?"
Saat dia bicara, suaranya sudah lebih enak terdengar, Sin-hiong
tidak segan-segan, langsung menceritakan Cui-giok yang telah
terkena racun, Ong Leng mendengar dan terdiam.
Sin-hiong jadi gelisah dan berkata:
"Lo-cianpwee, apakah dia masih bisa ter-tolong?"
Teringat dirinya sudah berlari selama lima enam hari walaupun
ada Giok-siau-long-kun disisi Cui-giok, tapi tidak tahu racunnya
sudah jadi separah apa, kegelisahannya tampak jelas di wajahnya.
Ong Leng tetap tidak memperdulikan, wajah-nya nampak sedang
berpikir keras.
Sin-hiong tidak berani mengganggunya, diam duduk di samping,
tapi hatinya sangat risau.
Setelah beberapa saat, baru mendengar Ong Leng berkata:
"Racunnya Ngo-ki-thian-cun sangat ternama didunia, menurut
aturan, sebelum aku melihat dengan mata kepala aku sendiri nona
itu, aku tidak seharusnya sembarangan mengobatinya, tapi keadaan
Sen-tayhiap berbeda."
Sin-hiong dengan perasaan terima kasih menghela nafas, Ong
Leng kembali berkata:
"Sen-tayhiap bisa mengambil selembar kertas di dalam laciku,
aku bacakan beberapa macam obat, silahkan Sen-tayhiap
mencatatnya, cepat pergi ke kota membeli obatnya, jika ada yang
kurang satu dua macam obat, maka aku bisa memikirkan cara
lainnya!"
Setelah berkata, dia sendiri mengambil lagi dua butir obat dan
memakannya, Sin-hiong mengambil kertas putih, mencatat obat
yang dibacakan Ong Leng.
"Sen-tayhiap cepat pergi dan cepat kembali lagi, aku punya
cukup waktu menunggu kau kembali!"
Sin-hiong tanpa sungkan dan berkata:
"Jaga diri anda." Sin-hiong segera pergi.
Jarak ke kota tidak jauh, dengan mengerahkan ilmu meringankan
tubuh dalam sekejap dia sudah tiba!
Masuk ke dalam kota, dia mendapatkan satu toko obat,
menunggu cukup lama baru toko itu membuka pintu, Sin-hiong
memberikan resepnya, begitu pemilik toko obat melihat, lalu
menggelengkan kepala dan berkata:
"Dari lima macam obat ini, kami hanya punya dua macam!"
Sin-hiong jadi gelisah dan bertanya: "Apa ada di toko lain?"
"Aku tidak tahu." Kata pemilik toko sambil mengerutkan alisnya.
Sin-hiong tidak bisa berbuat apa apa, terpaksa kembali lagi ke
jalan, setelah lama mencari, baru mendapatkan satu toko lagi, toko
ini kelihatannya jauh lebih besar dari pada yang tadi, Sin-hiong
mengetuk-ngetuk pintu, tapi di dalam tidak ada yang menyahut.
Dia jadi sedikit gelisah, sambil mengetuk pintu vimbil berteriak
keras, setelah beberapa saat baru mendengar di dalam ada orang
bertanya:
"Siapa?"
Sin-hiong buru-buru berkata:
"Tolong buka pintunya, aku mau membeli obat, nanti kubayar
lebih banyak."
Orang itu pelan-pelan menyalakan lampu, walaupun Sin-hiong
terburu-buru, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Cukup lama menunggu dia menyiapkan obatnya, ''in-hiong
memberikan resep obatnya pada dia, begitu orang itu melihat,
dengan keheranan bertanya:
"Tabib Ong sudah sembuh?"
Sin-hiong terpaksa menyahut tapi tidak mau bercerita panjang
lebar.
Orang itu mencari-cari, hampir menghabiskan waktu satu jam,
baru mendapatkan empat macam obat dan berkata:
"Masih ada satu macam lagi, Cian-cu-ting tapi di tokoku sudah
habis..."
Sin-hiong berpikir kurang satu macam tidak apalah, maka dia
menyuruhnya segera meramu, setelah beberapa saat, orang itu
baru selesai meramu-nya, Sin-hiong memberi dia satu tail perak,
langsung keluar dan secepatnya berlari kembali ke rumah Ong Leng.
Pulang pergi, dia hampir menghabiskan waktu tiga jam lebih,
sungguh dia menjadi gelisah sekali, saat dia tiba di kamarnya Ong
Leng, di sebelah timur sudah tampak keputihan.
Sin-hiong melangkah masuk ke pekarangan ke tiga, mendadak
melihat di dalam kamar Ong Leng lampunya sudah padam, tidak
tahan dia jadi terkejut, maka buru-buru masuk ke dalam!
Tapi, baru saja tubuhnya masuk setengah, serangkum angin
dingin datang menerpa wajahnya!
Sin-hiong tergetar, lima jarinya langsung mencengkram dan
berteriak:
"Siapa kau?"
Walaupun di serang mendadak tapi reaksinya sangat cepat,
cengkraman dia sangat cepat, siapa sangka, di depan mata kembali
terjadi keanehan.
Angin dingin yang tadi menyerang wajahnya, saat Sin-hiong
mencengkramnya, mendadak berubah ke arah ketiaknya, ternyata
orang yang menyerang ini sudah menotok ke arah Hwan-pi-hiatnya.
Kecepatan orang ini merubah jurus sungguh sulit digambarkan,
jika diganti oleh orang lain, pasti sudah terkena totokannya.
Tapi bagaimana pun Sin-hiong bukan orang biasa, lima jarinya
segera disatukan, mendadak dari cengkraman berubah jadi pukulan
telapak tangan, satu angin keras menghantam, tapi tubuhnya tetap
tergetar mundur kebelakang.
Wajah Sin-hiong jadi berubah tidak enak di pandang.
Entah sudah berapa banyak dia mengalami pertempuran besar
dan kecil, jika mengatakan hanya dalam dua jurus dia sudah
terdesak mundur, itu tidak pernah terjadi, tapi orang yang di depan
mata ini malah bisa melakukannya, bagaimana tidak membuat
orang tergetar?
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, dengan nada dalam berkata:
"Siapa anda, jika tidak menyebutkan nama, aku akan
memakimu!"
Sejak dia turun gunung, mungkin hanya kali ini ia berbicara
sekasar ini, tapi setelah dia mengata-kan, di dalam kamar masih
tetap hening tidak ada suara.
Walaupun Sin-hiong sudah mengatakan akan memaki, tapi
akhirnya dia tidak jadi memaki.
Setelah beberapa saat, terdengar satu suara keras “Paak!" lalu
seseorang berteriak:
"Tua bangka Ong, kau katakan tidak!"
Terdengar Ong Leng melawannya:
"Tidak, tidak!"
Lalu terdengar kembali suara "Paak!" ternyata Ong Leng sudah
mendapat dua kali tamparan, terdengar Ong Leng berteriak:
"Sen-tayhiap, sudah mendapatkan obatnya?"
"Masih kurang satu macam obat, siapa orang itu?" jawab Sin-
hiong.
Di dalam kamar kembali hening, ternyata Ong Leng ditotok lagi
jalan darahnya!
Sin-hiong merasa gelisah dan marah, tapi sedikit pun tidak punya
akal.
Hari sudah terang, pekarangan ini ke tiga sisinya adalah benteng
yang tinggi, di belakangnya ada satu gunung buatan yang menutupi
cahaya, sehingga di dalam pekarang tetap dingin menyeram-kan.
Sin-hiong berputar saru putaran, mendadak orang di dalam
kamar itu berkata:
"Sen Sin-hiong, berikan obatnya padaku?"
Mendengar suara ini Sin-hiong merasa hafal sekali, lalu teringat
lagi dua jurus aneh tadi, dengan kesalnya berkata:
"Kau, Sang-toh?"
"Bagus jika kau sudah tahu, cepat berikan obat itu padaku!"
Sin-hiong menghela nafas, di dalam hatinya berpikir kenapa dia
bisa datang kemari, apakah racun di tubuh Cui-giok sudah berubah
lagi? Tidak tahan dengan penuh perhatian dia bertanya:
"Bagaimana keadaan nona Sun?"
"Bukan urusanmu!"
Sin-hiong jadi naik pitam, tapi dia ingin segera menanyakan pada
Ong Leng, bagaimana dengan kekurangan satu macam obat itu,
dengan perlakuan Sang-toh seperti ini, membuat dia maju salah
mundur juga salah.
Dia jadi menahan dirinya dan berkata lagi: "Sang-toh, kau
seorang diri datang kemari, bagaimana dengan nona Sun?"
Sang-toh tertawa dingin:
"Aku sudah bilang bukan urusanmu, kenapa kau justru
menanyakannya?"
Wajah tampan dia muncul di jendela, tampak bangga dan iri,
otak Sin-hiong berputar-putar, tapi tidak tahu apakah nona Sun juga
ada di dalam kamar atau tidak.
Tadinya Sin-hiong mau memberikan obat itu pada ilia, tapi dia
khawatir Sang-toh berhati busuk, Sejak kemarin malam setelah dia
membunuh Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo, dia merasa
dirinya harus sedikit keras.
Sang-toh menggerakan tangannya, terdengar Ong Leng
mendengus, lalu berkata:
"Walau kau bunuh sekalipun, aku tidak akan mengatakannya!"
"Lalu kenapa kau mengatakannya pada Sin-hiong?"
"Sen-tayhiap adalah laki-laki sejati, tidak bisa dibandingkan
dengan kalian para manusia licik dunia persilatan!"
Hati Sang-toh sedikit tergetar, dalam hati seperti terharu, tapi
hanya terjadi sekejap mata, setelah pikiran ini lewat, di kepala dia
kembali timbul rasa iri, di dalam hatinya berpikir, kenapa setiap
orang begitu baik pada Sin-lnong?
Sin-hiong berteriak:
"Ong Lo-cianpwee, masih kurang satu macam Cian-cu-ting
bagaimana?"
Mendengar ini, baru saja Ong Leng mau menjawab, dia sudah
ditotok kembali jalan darahnya oleh Sang-toh!
Tadi keadaan Ong Leng hanya mengandalkan beberapa butir
obat itu untuk bertahan hidup, sekarang setelah bolak-balik ditotok
jalan darahnya oleh Sang-toh, bagaimana bisa bertahan, saat
telapak tangan Sang-toh menotoknya, terdengar "Waa!" dia
memuntahkan darah, dan orangnya jatuh pingsan.
Sin-hiong marah sekali:
"Sang-toh, apakah kau tahu Ong Lo-cianpwee sebelumnya sudah
terluka parah?"
"Siapa suruh dia tidak mau memberitahukan padaku resep obat
itu, walau dia mati pun tidak apa-apa?"
Mendengar ini, Sin-hiong tidak bisa menahan diri lagi, dia
meloncat langsung menerjang masuk ke dalam kamar!
Sang-toh tertawa dingin, dia membalikkan tangan, tidak
menunggu Sin-hiong datang, seruling gioknya sudah maju
menyerang.
Sin-hiong mecengkram dengan jarinya dan berteriak:
"Kau masih belum mampu!"
Sekarang dia sudah tahu musuh yang dihadapi nya adalah Sang-
toh, jurus-jurus aneh dari Sang-toh itu dia pernah menyaksikannya,
maka saat dia men-cengkram, dia sudah mempersiapkan gerakan
selanjut-nya.
Benar saja, tidak salah perkiraan Siru-hiong, setelah Sang-toh
menotok, lalu memutar ujung seruling gioknya, dengan cepat
menotok ke arah Meh-ken-hiat Sin-hiong!
Sin-hiong tertawa dingin, dia menyentilkan lima jarinya, saat dia
merubah jurus, malah mendahului lawannya, Giok-siau-long-kun
Sang-toh tidak mengira ini, baru saja akan menyerang kembali, Sin-
hiong sudah memaksa masuk ke dalam.
Saat ini matahari sudah tinggi, di dalam kamar walaupun masih
gelap, tapi Sin-hiong bisa melihatnya dengan jelas.
Matanya menyapu, terlihat di atas ranjang terbaring dua orang,
yang satu Ong Leng yang hampir mati, yang satunya lagi adalah
Sun Cui-giok yang wajahnya pucat!
Tapi, saat ini Cui-giok masih dalarn keadaan tidak sadar, setelah
Sin-hiong menerobos masuk ke dalam, dua orang di ranjang itu
sedikit pun tidak tahu.
Tiba-tiba Sin-hiong jadi tertegun., dia melihat wajah Cui-giok,
warnanya sudah jauh lebih baik.
Keadaan yang dilihat olehnya, membuat dia teringat luka Cui-giok
yang sangat parah, sekarang warna kulitnya sudah kembali normal,
pasti Sang-toh sudah menghabiskan banyak tenaga, saat dia nneng-
hentikan langkahnya dan berkata:
"Kau ambil ini!"
Saat sin-hiong mengeluarkan obat itu dan dilemparkan padanya,
Sang-toh tidak menduga secepat ini Sin-hiong berubah, dia tertegun
sejenak dan Menerimanya, lalu bertanya : Kenapa kau mau
memberikan padaku! "
"Semua masalah ini demi mengobati penyakit-nya nona Sun, jika
dari tadi aku tahu dia ada disini, aku tidak akan banyak cincong
denganmu."
Setelah berkata begitu, pelan-pelan melangkah ke sisi Ong Leng,
membuka totokannya, terlihat nafas dia sudah lemah sekali, buru-
buru dia menyuapkan dua butir obat, setelah beberapa saat, Ong
Leng siuman kembali dan berkata:
"Sen-tayhiap, bisakah aku memohon satu hal padamu?"
Sin-hiong berkata serius:
"Katakan saja Lo-cianpwee, jangan kata satu hal, walaupun
sepuluh hal asalkan aku bisa melaku-kannya, menempuh bahaya
mati juga akan kulakukan."
Ong Leng tersenyum tanda terima kasih:
"Setelah aku mati, harap Sen-tayhiap menaruh mayatku di
pekarangan depan, lalu bakar rumah ini."
Sin-hiong merasa sedih dan berkata:
"Lo-cianpwee kenapa berkata begini, asalkan kau baik-baik
istirahat pasti akan sembuh."
Ong Leng menggelengkan kepala, mendadak nafasnya melemah,
sambil tersendat-sendatberkata:
"Kau......menyanggupi......nya?"
Sin-hiong terkejut, waktu sekejap mata ini, dia hampir tidak bisa
memilih, terpaksa merijawabnya:
"Pasti akan kulakukan!"
Wajah Ong Leng tampak tersenyum, menunjuk dengan
tangannya ke belakang meja, Sin-hiong melihat, kiranya dia masih
punya sesuatu yang mau menyuruh dia mengambilnya, pada saat
ini, sesosok bayangan berkelebat, Sang-toh sudah datang
menerjang!
Sin-hiong menjadi marah, tanpa berpikir lagi tangannya langsung
menghantam dan membentak:
"Mau apa kau?"
Seruling giok Sang-toh balik menotok sambil tertawa dingin,
berkata:
"Aku membantu dia juga tidak boleh?"
Sin-hiong jadi sadar, ternyata benda yang disuruh dia ambil
adalah buku catatan pengobatan hasil karya seumur hidupnya Ong
Leng, matanya melirik, ternyata Ong Leng sudah menghembuskan
nafas yang terakhir.
Tidak tahan dia jadi marah besar, lima jarinya melayang dengan
cepat mencengkram serulingnya Giok-siau-long-kun.
Ruangan di dalam kamar sangat sempit, kedua orang ini begitu
bertarung hanya bisa berbuat keras melawan keras, sedikit pun
tidak bisa berpura-pura.
Seruling giok di tangan Sang-toh menotok, memukul,
mendongkel, menangkis, jurusnya sangat dahsyat.
Walaupun Sin-hiong bertangan kosong, tapi dia tahu masalah ini
sangat penting, sedikit pun dia tidak mau mengalah, kedua orang
dalam sekejap sudah bertarung lima enam jurus.
Memang Sang-toh ingin sekali bertarung dengan Sin-hiong,
karena Cui-giok terluka, dia jadi tidak ada kesempatan bertarung,
saat ini karena kedua orang ini terdesak oleh keadaan, begitu
bertarung, siapa pun tidak dapat mengalahkan lawannya.
Dalam hati Sang-toh berkata:
'Aku bertarung dengan senjata di tangan, dia menggunakan
tangan kosong, jika sampai tidak bisa mendesak mundur,
bagaimana aku bisa menguasai dunia persilatan?"
Setelahberpikir,diasegeramenggunakanseluruh
kemanpuannya menyerang, malah banyak melancarkan jurus-jurus
tipuan, Sin-hiong mendapat kerugian karena tidak memakai senjata,
di bawah serangan dahsyat Sang-toh, dia malah terdesak sampai
mundur setengah langkah.
Begitu Sin-hiong mundur, Sang-toh maju mendesak lagi!
Tapi Sin-hiong tidak mau mengalah "Sreett!" dia sudah mencabut
pedangnya keluar, langsung menusuk ke arah Leng-tai-hiat Sang-
toh!
Terpaksa Sang-toh menarik tangannya menang kis, dia sedikit
terdorong, jurus pedang Sin-hiong sangat cepat, belum sampai dua
juras, dia sudah berada diatas angin lagi.
Sang-toh terkejut, dia mengongkelkan seruling gioknya dan
berteriak:
"Coba tahan ini!"
Terlihat sebuah bayangan hijau berkelebat dan sebuah bayangan
hitam menyerang wajah Sin-hiong!
Sin-hiong melihat, ternyata benda itu adalah pot bunga yang
berada di atas meja dilontarkan oleh Sang-toh, segera tangan
kirinya menyapu, tangan kanan tetap dengan dahsyat menyerang!
"Paak!" pot bunga itu sudah disapu oleh telapak tangan Sin-
hiong, menabrak cermin di atas meja dan menghancurkan cermin
itu.
Cermin ini tepat di taruh di belakang meja, setelah cerminnya
pecah berantakan, gerakan kedua orang itu jadi melambat, tapi
begitu dilihat ternyata di dalam cermin itu terselip sebuah buku.
Di sampul buku itu tertulis Kim-ciam-tok-su (Jarum emas
menyebrang dunia) begitu kedua orang ini melihat, hatinya jadi
tergerak.
Dalam hati Sin-hiong berkata:
"Jika bukan karena tidak sengaja terpukul oleh ku, walau mencari
ke atas langitpun tidak akan bLu menemukannya, ini kesempatan
yang baik sekali!"
Dengan miring pedangnya segera menusuk dua kali dan
berteriak:
"Sebenarnya aku tidak menginginkan buku ini, hanya karena
pemiliknya sudah berpesan diberikan kepadaku, maka aku harus
memberikan buku ini pada orang yang berhati baik, tapi justru
bukan kau?"
Kata-kata dia ini adalah kata jujur, tapi setelah didengar oleh
Sang-toh, dia segera menyerang dua jurus sambil marah berkata:
"Hatiku tidak baik, apakah kau yang berhati baik?"
Kedua orang itu saling tidak mau mengalah, dalam sekejap lima
enam jurus sudah lewat lagi, tapi siapa pun tidak bisa mendekati
buku itu!
Diam-diam Sang-toh merasa gelisah, di dalam hatinya berpikir,
kamar ini terlalu sempit, tidak leluasa bergerak, aku rugi dibidang
senjata, kalau diteruskan, akhirnya pasti kalah, otaknya terus
berputar "Huut huut huut!" dia menotok tiga jurus, jurusnya kadang
di sebelah kiri kadang di sebelah kanan, sangat bervariasi, saat Sin-
hiong menangkisnya, kembali terdengar "Huut!" sekali, mendadak
Sang-toh meloncat keluar.
Gerakannya di luar dugaan Sin-hiong, tanpa banyak berpikir,
dengan reflek Sin-hiong mendongkel buku itu memakai pedang ke
tangannya, tapi pada saat ini, Sang-toh sudah mengempit Cui-giok
berlari keluar.
Sin-hiong marah sekali, secepat kilat dia mengejar, baru saja
Sang-toh meloncat ke benteng, melihat Sin-hiong mengejarnya lalu
berteriak:
"Lihat ini!"
Sebuah benda dengan mengeluarkan suitan membelah angin
melesat ke arah Sin-hiong, dengan telapak tangan Sin-hiong
memukul jatuh benda itu lalu ikut melesat keluar.
Dia meloncat ke benteng, melihat Sang-toh sedang berlari di
depan, sekali mengerahkan tenaga dalam Sin-hiong sudah melesat
memperpendek jarak dua tombak.
Tidak jauh di depan ada sebuah hutan, asalkan Sang-toh bisa
masuk ke dalam hutan itu, maka pengejarannya akan mendapat
kesulitan, dalam keadaan resah, Sin-hiong sudah mengerahkan ilmu
meringankan tubuh sampai puncaknya, tapi ketika dia sampai di
pinggir hutan, Sang-toh sudah masuk ke dalam hutan itu.
Sin-hiong tertegun sejenak, dia tahu ilmu silat Sang-toh sekarang
sudah tidak berbeda jauh dengan dirinya, jika dia sembarangan
masuk ke dalam hutan, sulit menghindar serangan gelapnya.
Dia melihat panjang hutan ini sekitar dua tiga li, tapi hutannya
sangat rimbun, sulit jika mencari orang. Dia meloncat ke atas pohon
di dekat itu, lalu berteriak:
"Jika kau tidak keluar, maka aku akan menjaga disini tiga hari
tiga malam, kau tidak akan bisa lari kemana-mana?"
Walaupun berkata begitu, dia menggunakan ilmu meringankan
tubuh yang tiada duanya memutari hutan itu di atas puncak pohon.
Di dalam hutan masih hening tidak ada suara, dari atas
mengawasi ke bawah, dia tahu Sang-toh masih berada di dalam
hutan, saat ini dari kejauhan ada seseorang yang mirip petani
berjalan mendatangi, Sin-hiong segera berputar lalu melayang turun
ke bawah.
Menunggu petani itu sudah dekat, Sin-hiong segera berkata
padanya, mula-mula petani itu sedikit kesulitan, setelah Sin-hiong
memberikan uang perak sepuluh liang, akhirnya petani itu
menyanggupinya, seperti pepatah mengatakan, kekuasaan uang
sampai bisa menyuruh setan mendorong gilingan.
Menunggu petani itu sudah jauh, dia pura-pura berteriak:
"Sang-toh, kali ini aku melepaskanmu, tapi kau harus
menyembuhkan racunnya nona Sun, aku tidak ada waktu
menunggu kau disini, aku harus kembali mengurus jenasahnya Ong
Lo-cianpwee."
Setelah berkata, dia benar-benar berjalan kembali ke rumahnya
Ong Leng, tapi setelah berjalan sampai di satu tikungan, dia segera
membalikkan tubuh, melototkan sepasang matanya mengawasi
hutan.
Di dalam hutan masih tidak ada gerakan, tidak lama kemudian,
terlihat api di rumah Ong Leng membumbung ke langit, suaranya
dari jauh bisa mendengarnya, pada saat ini benar saja dia melihat
Sang-toh mengempit Cui-giok berlari menuju ke selatan!
Diam-diam Sin-hiong merasa senang, di dalam hatinya berpikir,
akhirnya kau terjebak oleh siasatku.
Ketika berlari Sang-toh terus-menerus memper hatikan kobaran
api itu, sedangkan Sin-hiong diam diam mengikutinya dari belakang,
menunggu Sang-toh sudah tidak ada kemungkinan bisa masuk lagi
ke dalam hutan, maka dia mengerahkan ilmu meringan-kan tubuh
mengejarnya.
Jangan dikataan, saat ini di tangan Sang-toh mengempit orang,
walaupun dia tidak membawa orang juga dalam jarak lima enam li,
Sin-hiong sudah bisa mengejarnya.
Ketika Sang-toh berlari di depan, mendadak merasa di belakang
seperti ada sesuatu, begitu melihat ke belakang ternyata Sin-hiong
sedang mengejarnya, wajahnya segera berubah.
Sin-hiong berteriak:
"Sang-toh, berhenti!"
Sang-toh berlari lagi sejenak, tapi sadar tidak bisa meloloskan diri
lagi, terpaksa dia menghentikan langkahnya dan berkata dingin: '
"Mau apa kau?"
"Lepaskan orangnya!" kata Sin-hiong tertawa. Setelah di tangan
Sin-hiong sudah ada buku pengobatan Kim-ciam-tok-su, resep di
tangan Sang-toh sudah tidak ada gunanya lagi, Sang-toh
melepaskan Cui-giok ke tanah dan berkata:
"Kita bertarung tiga ratus jurus dulu!"
Setelah berkata, selangkah demi selangkah dia mendesak ke
arah Sin-hiong.
Sin-hiong melihat wajah Cui-giok masih normal, hatinya jadi
mefasa tenang:
"Tidak perlu tiga ratus jurus, dua puluh jurus sudah cukup?"
Sang-toh tidak takut, tapi Sin-hiong pun tidak memandang dia,
dua orang ini saling berhadapan, jaraknya tidak sampai dua tombak,
Sang-toh berteriak serulingnya menotok.
Sin-hiong menghindar, tubuhnya berkelebat, jurus kedua Sang-
toh sudah datang menyerang!
Ilmu silat Sang-toh sekarang sudah maju berlipat ganda
dibandingkan dulu, setiap serangan jurusnya, selalu mengeluarkan
suara menderu yang memekakkan telinga, setelah dua jurus,
terlihat langit ditutupi oleh bayangan seruling, laksana turun dari
langit menutup ke bawah.
Tentu saja Sin-hiong tidak berani lengah, pedang pusakanya
bergerak menyerang, jurus Sang-toh sangat cepat, dalam sekejap
sudah menotok pergelangannya.
Sin-hiong sedikit tergetar, dia cepat merubah jurus pedangnya,
sadar jurus Sang-toh inipun jurus tipuan, bayangan hijau
berkelebat, menusuk ke arah Hong-ho-hiat Sang-toh!
Dia baru saja dia menyerang satu jurus, Sang-toh sudah
menyerang tiga empat jurus, tampaknya tiga empat jurus, tapi
seperti satu jurus!
Sin-hiong kembali berkelebat, tiba-tiba dia menyabetkan Kim-
kau-po-kiam, kilatan dingin secepat kilat menyerang bayangan
seruling.
Sang-toh mendengus dan berkata:
"Jurus ini tidak ada kelebihannya?"
Sedikit membalikkan pergelangan tangan, secepat kilat menotok
ke Cu-tong-hiat Sin-hiong!
Mereka memang ingin bertarung, kebetulan di tempat ini tidak
ada satu orang pun, tempat yang bagus untuk bertarung,
serangannya adalah jurus-jurus hebat yang sulit dilihat di dunia
persilatan!
Sin-hiong yang selalu didahului oleh lawan-nya, amarahnya jadi
meledak, dia segera menggetar-kan pedang pusakanya, tidak
membiarkan Sang-toh mengeluarkan jurus berikutnya "Ssst ssst!"
dia menyerang dua jurus.
Dua jurus pedang ini adalah jurus terhebat dari jurus Kim-kau-
kiam, sinar pedang bergulung-gulung, laksana dua ekor naga
meliuk-liuk menyerang Sang-toh.
Shang tao tertawa dingin, dia menangkis dengan seruling
gioknya, lalu balik menyerang dengan jurus dahsyat, menotok ke
Thian-keng-hiat Sin-hiong!
Dia sedikit pun tidak mau mengalah, jurus ini disebut Beng-teng-
kui-lu (Nama dicatat setan terdaftar) yang ada di dalam Hu-houw-
pit-to/jika terkena oleh totokannya, walau ilmu silatnya lebih" tinggi
pun tidak akan bernyawa lagi!
Semangat Sin-hiong jadi terangsang, berteriak:
"Jurus bagus!"
Setelah berteriak, cahaya perak di tangannya, tiba-tiba
mengembang besar, dengan ganas menyabet ke arah bahu kanan
Sang-toh.
Sang-toh pun sedikit terkejut, tidak menduga kekuatan pedang
Sin-hiong bisa lebih kuat dari jurus-nya tadi, otaknya berputar, tapi
tangannya sedikit pun tidak lambat, begitu menggerakan seruling
giok, bayangan seruling mengeluarkan sinar tidak ber-aturan,
tampaknya seperti menuju jalan darah di depan tubuh Sin-hiong,
tapi di dalam kurungan sinarnya, samar-samar seluruh tubuh Sin-
hiong berada dalam sasaran-nya.
Hati Sin-hiong jadi tegang dan di dalam hati berkata:
'Ilmu silat Sang-toh masih diatas Ho Koan-beng, aku tadi salah
memperhitungkan dia."
Tubuhnya sedikit bergerak, pedangnya digerakan sepenuh
tenaga, sekali menangkis sekali menyerang, dua jurus yang sangat
hebat sudah dikerahkannya!
Kedua orang ini dalam waktu tidak lama sudah saling menyerang
ilmu enam belas jurus, bukan saja tidak ada gejala akan kalah,
malah semakin bertarung Sang-toh makin perkasa, jurus hebat dari
Hu-houw-pit-to tidak henti-hentinya dikeluarkan, dalam waktu
singkat tidak gampang bagi Sin-hiong untuk meraih kemenangan.
Matahari sudah terbit, dua orang di lapangan itu sudah bertarung
tiga puluh jurus!
Disaat ini, dari kejauhan datang satu orang. Sambil berjalan
orang itu sambil melihat pertarungan, wajahnya penuh sinar
keheranan.
Setelah dekat, baru terlihat di bahunya masih menggendong
seseorang, dan yang digendongnya pun seorang wanita, rambut
panjangnya mengurai sampai di depan dadanya.
Saat ini pertarungan Sin-hiong dengan Sang-toh sedang sengit,
siapa pun tidak sempat memper-hatikan orang yang datang itu, tapi
orang itu malah tidak bisa menahan diri, dia berteriak-teriak
memberi semangat.
Setelah melihat keadaan, orang itu lalu meletakan wanita yang
digendongnya di sisi Cui-giok dan berteriak:
"Hei, bocah yang menggunakan seruling, tadi jurusmu salah!"
Kedua orang yang bertarung itu jadi tergerak, begitu mencuri
pandang, terlihat orang yang datang ini berambut acak-acakan, di
tangannya memegang sebuah pancingan yang panjang, hati Sin-
hiong jadi tergetar dan berteriak:
"Hei! Kau ini Thian-ho-tiauw-souw?"
Orang itu menganggukan kepala:
"Betul, bukankah kau yang dijuluki Kim-kau-kiam-khek?"
Ternyata orang ini bukan lain adalah Thian-ho-tiauw-souw yang
sangat ternama di dunia persilatan, dan wanita di tangannya pasti
Hui-lan, tidak diragukan lagi.
Ternyata setelah dia menangkap Hui-lan di pinggir sungai,
sepanjang jalan diam-diam dia mencari jejak ketua pulau Teratai
dan Sin-hiong, ketua pulau Teratai sulit ditemukan, tapi juga sedang
mencari dia kemana-mana, karena kedua orang ini sangat jarang
muncul di dunia persilatan, makanya keduanya tidak bisa bertemu.
Sifat Thian-ho-tiauw-souw sangat aneh, setelah dia mencari
kemana-mana tapi tidak berhasil, dengan sendirinya jadi merasa
putus asa, begitu hatinya tergerak, maka dia membawa Hui-lan
pulang ke gunung Thian-san, dia merasa nanti pasti ketua pulau
Teratai akan mengunjunginya.
Dia berjalan tenis, di sepanjang pun menyebarkan berita, malah
sampai arah jalannya juga dijelaskan, tidak diduga disini dia bisa
bertemu lagi dengan Sin-hiong, begitu melihat Sin-hiong bertarung
dia sudah bisa mengenalinya, hingga dia memberitahukan
kesalahan Sang-toh, dia ingin supaya Sang-toh bisa mengalahkan
Sin-hiong!
Begitu Sang-toh diberi petunjuk oleh Thian-ho-tiauw-souw,
hatinya jadi terkejut, mendengar Sin-hiong menyebutkan nama
besarnya, dia jadi tidak merasa aneh, Sang-toh segera menyerang
dua juras!
Melihat Thian-ho-tiauw-souw datang tiba-tiba, dengan sendirinya
konsentrasi Sin-hiong jadi terpecah, dua jurus ini hampir saja
mengenainya.
Buru-buru dia memusatkan kembali pikiran-nya, menyerang
dengan menggunakan jurus terhebat Kim-kau-kiam, dalam sekejap
mendesak mundur Sang-toh satu langkah ke belakang!
Sang-toh terkejut, tapi dalam keadaan sangat berbahaya ini,
Thian-ho-tiauw-souw kembali memberi petunjuk, Sang-toh
mengikuti petunjuknya, segera merebut kembali posisinya jadi
seimbang. Sin-hiong jadi tergetar sekali!
Dia belum pernah bertarung dengan Thian-ho-tiauw-souw, tapi
melihat dia dengan tenang bisa memberi petunjuk beberapa jurus
kepada Sang-toh, mungkin dia bukan lawannya?
Tapi dia adalah orang tabah, walaupun tahu keadaannya
berbahaya, tapi sedikit pun tidak merasa takut dan berteriak:
"Coba terima satu jurusku ini!"
Dia menggetarkan pedang pusakanya, ujung pedangnya
menyabet miring sedikit ke kanan, jurus ini dia telah mengerahkan
seluruh tenaganya, bagaimana kedahsyatannya, mungkin dia sendiri
pun tidak tahu.
Begitu Sang-toh menangkis, Thian-ho-tiauw-souw berteriak:
"Hei, apa kau tidak bisa menotok di sebelah kirinya?"
Kata-katanyaa kelihatan seperti main-main, saat ini Sin-hiong
lebih dulu menyerang, malah menyerang bagian kanan Sang-toh,
jika Sang-toh menotok ke kiri, akibatnya bagaimana, siapa pun tidak
bisa menyangkal nya.
Siang-toh ragu-ragu sejenak, Thian-ho-tiauw-souw berteriak:
"Turuti aku!"
Sang-toh tidak ragu-ragu lagi, membalikkan pergelangan tangan
memaksa menotok ke kiri Sin-hiong.
Siapa sangka, jurus ini kembali menghasilkan hasil yang di luar
dugaan, ketika Sin-hiong menusukan pedangnya ke kanan, tadinya
mengira Sang-toh akan menangkis ke kiri.
Begitu Sang-toh merubah jurusnya, malah jadi mendahuluinya.
Sin-hiong tergetar, walaupun jurus pedangnya keluar
belakangan, tapi tibanya lebih dulu!
Thian-ho-tiauw-souw berteriak:
"Putar ke kanan, totok pergelangan tangan-nya!"
Teriakan ini kembali terlihat kehebatannya, Sin-hiong tergetar
lagi, ternyata beberapa petunjuk dari Thian-ho-tiauw-souw ini,
setiap petunjuknya mengarah pada titik kelemahannya, sejak Sin-
hiong turun gunung, baru pertama kali dia bertemu dengan pesilat
tinggi seperti ini?
Dia terkejut dan berkata dingin:
"Jika kau berani, ayo maju sekalian?"
Thian-ho-tiauw-souw hanya menggelengkan kepala tidak bicara,
hal ini membuat kemarahan Sin-hiong hampir meledak!
Tiba-tiba terdengar seseorang berkata dingin:
"Teruskan pertarungannya, masih ada aku!"
Suara orang ini dingin sekali, tapi terhadap Sin-hiong malah
terasa begitu akrab!
Sin-hiong tidak bisa menahan diri dan berteriak:
"Ho-hoa (bunga teratai) Cianpwee!"
Thian-ho-tiauw-souw meloncat ke atas sambil tertawa keras
berkata:
"Memukul yang muda, akhirnya yang tua muncul!"
Setelah berkata, dari kejauhan benar saja ada seseorang berjalan
pelan-pelan mendekat!
Walaupun disebut "berjalan", tapi langkahnya besar sekali, dalam
sekejap sudah dekat.
Orang ini memang ketua pulau Teratai yang namanya
menggemparkan dunia persilatan, bajunya melayang-layang ditiup
angin, tingkahnya sangat tenang sekali dan berkata:
"Tua bangka Thian-ho, keterlaluan!"
Thian-ho-tiauw-souw tertawa:
"Kau ini pemalasan, malas pergi ke Thian-san?"
Ketua pulau Teratai tersenyum:
"Keujung dunia pun aku tidak takut, tapi kau menyandera
putriku, dimana aturannya?"
Saat ini Sin-hiong dan Sang-toh sudah berhenti bertarung, nafas
Sang-toh sedikit terngengah-ngengah, jikalidak ada Thian-ho-tiauw-
souw, mungkin dari tadi dia sudah kalah.
Thian-ho-tiauw-souw tertawa:
"Yang tua sudah datang, tentu saja aku harus melepaskan yang
muda!"
Dia memutar pancingan panjangnya, serangkum angin dingin
berhembus, Hui-lan yang berada di atas tanah berteriak, langsung
bangkit berdiri dan menjerit: "Bangsat tua Thian-ho, aku bunuh
kau!"
Ketua pulau Teratai sambil tertawa berkata: "Anak Lan, kali ini
kau sudah cukup mendapat penderitaan bukan?"
Hui-lan terkejut mendengar suara ini, begitu melihat, bukan saja
ayahnya sudah berdiri tidak jauh darinya, Sin-hiong yang dicintainya
pun sedang tersenyum penuh perhatian menatapnya.
Mata besar Hui-lan berputar dan berkata:
"Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?"
Baru saja selesai berkata, terlihat Cui-giok sedang tergeletak di
sisinya, dia jadi lebih tidak mengerti, wajahnya penuh rasa
kebingungan, bengong melihat pada orang-orang di depan
matanya.
"Anak Hui, berdiri di pinggir!" Kata ayahnya.
Menghadapi musuh besarnya, tentu saja harus waspada,
kejadian kelakar ayah dan anak yang dulu Sin-hiong saksikan, saat
ini sulit terlihat di wajah ketua pulau Teratai.
Thian-ho-tiauw-souw berkata: "Lo-lim, kau duluan atau aku
duluan?"
Ketua pulau Teratai sambil tertawa: "Tidak bisakah kita
bersamaan bergerak?"
Thian-ho-tiauw-souw menganggukan kepala: "Boleh, boleh!"
Setelah berkata, wajahnya sudah jadi serius, jelas dia juga tidak
berani memandang enteng.
Kedua orang bersama-sama maju satu langkah, saling
berhadapan, tapi hanya memutar lapangan satu putaran.
Pelan-pelan Hui-lan berjalan ke sisi Sin-hiong, wajahnya sangat
senang, tapi setelah melihat wajah ayahnya yang sangat serius,
tidak tahan dengan penuh perhatian berkata:
"Ko......Hiong, coba lihat ayahku bisa menang tidak?"
Dia sudah lama sekali tidak melihat Sin-hiong, di hadapan banyak
orang ini, akhirnya dengan wajah yang menjadi merah memanggil
Sin-hiong Koko.
Sin-hiong dengan pelan berkata:
"Aku pikir beliau akan menang!"
Walaupun berkata demikian, tapi hatinya masih khawatir.
Disaat kedua orang itu berbincang, di lapangan mendadak
terdengar suara keras "Buum!"
Sin-hiong dan Hui-lan menengok, terlihat ketua pulau Teratai dan
Thian-ho-tiauw-souw ter-pental, kedua orang itu kembali pelan-
pelan berputar di lapangan.
-oo0dw0oo-
BAB 11
Cinta dan benci saling menekan
Rambut kacau Thian-ho-tiauw-souw sehelai demi sehelai berdiri,
kedua mata ketua pulau Teratai membelalak besar, didalam mata
menyorot sinar, satu jurus tadi, jelas kedua orang sudah
mengerahkan seluruh kemampuannya.
Diam-diam Sin-hiong terkejut, dalam hatinya berkata:
"Walaupun guru masih hidup, mungkin ilmu silatnya masih
kalah."
Hui-lan menempel rapat pada Sin-hiong, tubuh nya sedikit
gemetaran.
Sang-toh dengan dingin melihat ke lapangan, lalu melihat Sin-
hiong berdua, melihat Hui-lan dengan mesra menyandar pada Sin-
hiong, dengan penuh iri dia mendengus sekali.
Cui-giok yang tergeletak di tanah entah telah memakan obat apa,
dia terus terbaring disana dengan tenang, terhadap pertarungan
seru di lapangan, sedikit pun tidak merasakan.
Ketua pulau Teratai mendengus dan berkata:
"Tua bangka Thian-ho, kau boleh mengguna-kan senjata!"
Thian-ho-tiauw-souw pun mendengus dan berkata:
"Kita bertarung dengan tangan kosong dulu seratus jurus!"
Ketua pulau Teratai tertawa berkata:
"Kalau begitu tidak sampai lima puluh juras, aku pasti sudah
mengalahkan anda!"
Setelah berkata "Huut!" menyerang dengan sebelah telapak
tangan!
Thian-ho-tiauw-souw tidak menghindar, juga tidak menyambut
serangan telapak tangan, dalam sesaat, hanya terdengar "Huut
huut!" menggetarkan pegunungan, kedua orang sudah saling
menyerang dua puluh jurus lebih!
Gerakan ketua pulau Teratai laksana angin, Thian-ho-tiauw-souw
juga bergerak cepat, saking cepat dua bayangan itu bergerak, Sin-
hiong pun tidak bisa membedakan kedua orang itu.
Sedangkan Sang-toh, sambil memperhatikan pertarungan, diam-
diam berkata dalam hatinya:
"Dalam pertarungan ini, jika Thian-ho-tiauw-souw yang menang
tidak akan terjadi apa-apa, tapi jika ketua pulau Teratai yang
menang, maka persoalanku dengan Sin-hiong semakin berat,
walaupun ketua partai teratai tidak akan membunuhku, tapi rencana
aku terhadap Cui-giok selama sepuluh hari terakhir akan menjadi
sia-sia."
Setelah dia berpikir, diam-diam dia mendekati j Cui-giok.
Tapi meski Hui-lan orangnya kecil tapi sangat! teliti, dia
menyentuh Sin-hiong dengan pelan berkata:
"Hiong-ko, waspadai orang itu!"
Perkataannya belum selesai, tangan Sang-toh sudah dijulurkan.
Sin-hiong langsung berteriak dan berkata:
"He he he, kau mau apa?"
"Aku mau apa bukan urusanmu?"
Sambil menotokan serulingnya, orangnya maju selangkah ke
depan!
Sin-hiongmenjadimarah "Huut!" telapak tangannya
menghantam katanya dingin:
"Justru aku mau mengurusnya, kau mau apa?" Pukulan telapak
tangannya bergerak dari atas ke bawah, tenaganya sangat dahsyat,
Sang-toh memiringkan tubuh, dalam sekejap balas menyerang tiga
jurus!
Sang-toh yang dihalangi oleh Sin-hiong, jadi tidak bisa berkutik,
Hui-lan diam-diam maju ke depan, ketika dia melihat Cui-giok, dia
jadi tertegun.
Wajah Cui-giok walaupun pucat, tapi tetap tidak bisa menutupi
kecantikannya yang alamiah, Hui-lan berkata dalam hati:
"Tidak heran mereka bertiga bertarung nyawa demi dia, jika aku
juga seorang laki-laki, mungkin aku juga ikut ambil bagian?"
Tadinya Hui-lan ingin mengambil kesempatan membawa Cui-
giok, setelah sekarang melihatnya, tidak tahan dia merasa ragu-
ragu.
Ketika dia bersama dengan Sin-hiong, dia pernah menyaksikan
dengan mata kepala sendiri Sin-hiong dengan Ho Koan-beng
bertarung mati-matian demi Cui-giok, saat itu dia belum melihat
Cui-giok, sekarang setelah melihatnya, rasa cemburu dia jadi
meningkat.
Dia seorang wanita, semua wanita pencemburu, tentu saja Hui-
lan pun tidak terkecuali.
Dia bengong melihatnya, lama sekali masih belum lusa
memutuskan apakah menolong Cui-giok atau tidak.
Pada saat ini, empat orang yang bertarung sudah terjadi
perkembangan!
Sin-hiong sudah mencabut pedang pusakanya, di bawah
serangan dahsyat dia, Sang-toh sudah didesaknya sampai terus
mundur ke belakang!
Di lain pihak, pertarungan ketua pulau Teratai dengan Thian-ho-
tiauw-souw semakin lama semakin seru, tidak bisa dibedakan siapa
yang lebih unggul.
Hui-lan masih tertegun, mendadak terdengar Cui-giok
mengeluarkan suara, suaranya begitu lemah, setelah menelitinya,
baru bisa mendengar Cui-giok sedang memanggil-manggil nama
Sin-hiong.
Mungkin Cui-giok dulu sudah diberi makan obat oleh Sang-toh,
dan obat ini harus menunggu waktu tertentu baru bisa siuman, saat
ini, suara Cui-giok bertambah keras!
Cui-giok dengan lemah memanggil: "Sin-hiong, Sin-hiong......"
Dia terus menerus memanggil nama Sin-hiong, bukan saja Sin-
hiong sudah mendengarnya, Sang-toh pun sudah mendengarnya!
Hati Sang-toh dan Hui-lan merasa tenggelam, tapi sekarang dia
sedang bertarung dengan Sin-hiong, jurus pedang Sin-hiong begitu
dahsyat, sedikit saja gerakanbta lamban, terdengar "Paak!" dua
macam senjata beradu, Sang-toh tergetar oleh tenaga dalam Sin-
hiong hingga mundur dua langkah kebelakang!
Dia tertegun, akhirnya sambil mengangkat kepala dia menghela
nafas:
"Sudahlah, sudahlah, aku benar-benar telah Bermimpi indah! "
Harinya terasa patah, setelah bicara, langsung lari meninggalkan
tempat itu.
Tindakannya terlalu mendadak, Sin-hiong yang melihat jadi
bengong melihat bayangan Sang-toh berlari menjauh, timbul satu
perasaan yang sulit dikatakan.
Dia tahu Sang-toh sangat mencintai Cui-giok, juga tahu demi
mengobati racun di tubuh Cui-giok, Sang-toh tidak tanggung-
tanggung jauh-jauh datang kemari mencari Ong Leng, sekarang dia
pergi dengan hati yang hancur, kepedihan di dalam hatinya sulit
digambarkan dengan kata-kata.
Sin-hiong bengong berdiri disana, satu orang lagi pun sudah
mundur ke sisi.
Orang ini tentu saja salah Hui-lan, ternyata dia sudah bisa
melihatnya, dia dengan Cui-giok di dalam hati Sin-hiong, jelas Cui-
giok lebih penting, dia adalah wanita yang berhati tinggi, hatinya
sedih, tapi tidak ditunjukan di wajahnya.
Sin-hiong membalikan tubuh dan berteriak: "Adik Lan, tolong
aku?"
Hui-lan pura-pura tidak mendengar, matanya yang besar melihat
ayahnya di lapangan. Saat ini, kedua orang yang melakukan
pertarungan sudah semakin sengit, terlihat sudah melewati empat
puluh jurus, ketua pulau Teratai sudah berada di atas angin.
Sin-hiong tidak tahu isi hati Hui-lan, dia berkata lagi:
"Adik Lan, tolonglah aku?"
"Aku tidak ada waktu!" kata Hui-lan dingin.
Sin-hiong tertegun, jelas dia berdiri di sana tidak bekerja, kenapa
berkata 'tidak ada waktu'?
Di tanah Cui-giok mendengar suara Sin-hiong, wajahnya
cantiknya segera berkelebat sinar warna merah dan berteriak:
"Sin-hiong, Sin-hiong, kau ini Sin-hiong?"
Sin-hiong merasa senang, dia maju ke depan dan bertanya:
"Nona Sun, bagaimana keadaanmu?"
Sebuah kalimat bertanya keluar mulutnya, laksana sebuah tenaga
sembrani berputar di lapangan, dua orang itu menangis. Satu Cui-
giok, yang satu lagi adalah Hui-lan.
Cui-giok menangis karena berterima kasih, tapi Hui-lan
mencucurkan air mata sedih.
Tapi sekarang, Sin-hiong hanya bisa melihat Cui-giok seorang
sedang menangis, sebab dia sedang membelakangi Hui-lan, air
mata disana walaupun membuat orang pilu, tapi dia tidak
melihatnya.
Mendadak terdengar ketua pulau Teratai berteriak:
"Bagaimana, jurus ke empatpuluh delapan!"
Setelah berkata, diikuti dengan "Buum!" dua bayangan orang
bergoyang-goyang, ketua pulau Teratai hanya bergoyang-goyang
dua kali tubuhnya sudah mantap kembali, tapi Thian-ho-tiauw-souw
sampai mundur dua langkah ke belakang!
Wajah Thian-ho-tiauw-souw sedikit berubah dan berteriak:
"Lo-lim, kau memang hebat, kita bertemu lagi sepuluh tahun
kemudian!"
Setelah berkata, dia memungut pancingannya Secepatnya berlari
meninggalkan tempat itu
Ketua pulau Teratai menunggu dia sudah jauh baru berteriak:
"He he he, beruntung menang setengah jurus!"
Saat dia membalikan tubuh, tidak tahan dia kembali terkejut dan
berkata:
"Anak Lan, kau menangis?"
Rasa terkejutnya dia berakibat sangat luar biasa, sebab seumur
hidup, dia hanya ada seorang putri, putrinya adalah nyawanya, dia
tidak kenal dengan Sin-hiong, hanya melihat Hui-lan sangat baik
dengan dia, maka ketua pulau Teratai selalu membantu Sin-hiong.
Air mata Hui-lan belum kering, dengan suara gemetar berkata:
"Ayah, kita pulang!"
Wajah ketua pulau Teratai berubah dengan kesal berkata:
"Cepat katakan, siapa yang telah menghinamu, aku akan cincang
dia sampai hancur!"
Perasaan hatinya seperti ini, bagaimana Hui-lan bisa
mengatakannya, setelah ketua pulau Teratai mengajukan
pertanyaan ini, Hui-lan merasa hanya ayahnya baru orang terdekat
dia, maka dia jadi menangis semakin menjadi-jadi.
Sorot mata ketua pulau Teratai menyapu, di lompat ini selain Sin-
hiong, tidak ada orang lain lagi, tanpa berpikir lagi, dia meloncat ke
depan dan berteriak:
"Bocah, kau yang menghina putriku?"
Sin-hiong sedang menggunakan tenaga dalam mengobati Cui-
giok, mendengar ketua pulau Teratai Hui-lan pun menangis, dia jadi
tertegun, bengong melihat ke arahnya, ketua pulau Teratai dengan
bengis sudah meloncat datang.
Dengan sangat tidak mengerti dia berkata: "Lo-cianpwee, aku
tidak menghina dia?"
Hui-lan melihat ayahnya mau menyerang Sin-hiong, dia jadi
terkejut, dalam lubuk hatinya dia masih sangat mencintai Sin-hiong,
maka dia berjalan dua langkah dan berkata:
"Ayah, tidak ada hubungannya dengan dia!"
Ketua pulau Teratai mendengus, berkata: "Kalau begitu kau
katakan, kenapa kau mengucurkan air mata?"
Hui-lan tahu, jika dia menceritakan isi hatinya, Sin-hiong dan Cui-
giok pasti akan terkena dampratan, maka dia terpaksa berbohong:
"Aku lihat ayah menang, jadi merasa senang sampai
mencucurkan air mata!"
Setelah berkata, dia pura-pura tertawa, tapi tawanya sangat
dipaksakan.
Ketua pulau Teratai sudah tahu putrinya berbohong tapi dia tidak
bisa memikirkan alasannya dan berkata:
"Baiklah, asal kau sudah puas mainnya, kita boleh pulang!"
Mendengar ini, mata Hui-lan kembali menjadi merah, hampir saja
menangis lagi. '
Telapak tangan Sin-hiong baru saja mencapai jalan darah penting
Cui-giok, mendengar dua orang itu mati pergi, dia jadi gelisah
sekali, tapi saat ini dia tidak bisa bicara, keringat di kepalanya jadi
bercucuran.
Tapi keadaan ini dilihat oleh Hui-lan, dia mengira Sin-hiong ingin
segera menyembuhkan Cui-giok, tidak segan-segan mengerahkan
seluruh tenaga dalamnya, rasa cemburunya jadi semakin tinggi, di
dalam hati berkata:
"Dia dulu berkata sangat enak, wanita di tanah itu adalah calon
istrinya marga Ho, hemm... dia hanya sembarangan bicara saja!"
Berpikir sampai disini, tanpa mempedulikan Sin-hiong lagi, dia
langsung pergi bersama ayahnya!
Sin-hiong semakin gelisah, tapi saat ini penyaluran tenaga
dalamnya sedang dalam keadaan genting, jangan kata melangkah,
sedikit tidak konsentrasi puntidakboleh.
Melihat dua bayangan orang semakin jauh, dalam keadaan
gelisah, dia merasa tenaga dalamnya buyar, dia jadi terkejut sekali,
buru-buru dia memusat-kan kembali tenaga dalamnya, barulah bisa
menyela-matkan nyawanya sendiri dan Cui-giok.
Tidak lama berselang, jalan darah Cui-giok akhirnya sudah bisa
dilancarkan oleh tenaga dalamnya "Waa!" memuntahkan air racun,
tapi karena Sin-hiong ladi konsentrasinya pecah, saat melepaskan
tangannya, laksana terkena penyakit parah "Bluuk!" roboh ke
bawah.
Walaupun jalan darah Cui-giok sudah lancar, tapi hawa racun di
dalam tubuhnya belum bersih benar, tubuhnya masih lemas tidak
bertenaga, melihat Sin-hiong roboh dia jadi terkejut dan berteriak:
"Sin-hiong, kau kenapa?"
Dalam pikirannya, karena Sin-hiong telah menghabiskan tenaga
dalamnya untuk mengeluarkan racun dalam tubuhnya maka dia jadi
lemas dan roboh ke bawah, hatinya jadi semakin berterima kasih
padanya.
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku tidak apa apa!"
Setelah berkata, buru-buru duduk bersemedi.
Tidak lama kemudian, pelan-pelan Sin-hiong membuka matanya
sambil menghela nafas berkata:
"Nona Sun, kau sekarang sudah baikan?"
Cui-giok melihat Sin-hiong begitu membuka matanya langsung
menanyakan keadaan penyakitnya dengan penuh perhatian, dengan
sangat berterima kasih dia berkata:
"Aku tidak apa-apa, kau?"
"Baguslah, mari kita cepat kejar mereka!"
Cui-giok sedikit tertegun, tapi melihat Sin-hiong begitu tergesa-
gesa, dia tahu pasti ada masalah, dia tidak enak menanyakannya,
menunggu Sin-hiong sudah berdiri, buru-buru dia berkata:
"Mereka belum jauh, jika kita cepat masih bisa mengejarnya!"
Walaupun berkata demikian, baru saja berjalan beberapa
langkah, tubuhnya sudah sempoyongan, Sin-hiong yang melihat jadi
amat gelisah, di dalam hatinya berpikir, dengan cara ini mengejar
mereka, hanya akan semakin jauh, tapi selain begini, ada akal apa
lagi.
Tadinya dia berpikir akan membopong Cui-giok mengejarnya,
tapi di siang hari bolong, jika dilihat oleh orang di jalan, tentu akan
memalukan, tapi jika bukan begitu, ketua pulau Teratai dan putrinya
tidak akan bisa dikejar lagi.
Sin-hiong sangat gelisah, tapi tidak terpikir cara lain, sambil
berjalan dia terus mengusap keringat. Cui-giok yang melihat lalu
bertanya: "Sin-hiong, kenapa kau tergesa-gesa mengejar mereka?"
Sin-hiong mengeluh berkata:
"Budi ketua pulau Teratai besar sekali padaku, malah pernah
menyelamatkan nyawaku, jika membiarkan mereka pergi begitu
saja, sampai tidak bisa mengucapkan terima kasih, sungguh hatiku
tidak bisa tenang?"
Cui-giok memutar matanya dan berkata lagi: "Apa tidak ada hal
lain lagi hingga harus begini tergesa-gesa?"
Sin-hiong hanya ingin mengejar mereka, dalam keadaan terburu-
buru tidak berpikir banyak dan berkata:
"Nona Hui-lan sangat baik padaku, aku pernah berjanji pada dia
setelah urusanku selesai, aku akan menemani dia bermain ke pulau
Teratai, mengenai hal ini juga harus ada penegasan!"
Setelah berkata begitu, baru dia merasa kata katanya tidak
pantas, terpaksa dia tertawa kaku.
Tiba-tiba Cui-giok menghentikan langkahnya:
"Aku sangat lelah!"
Sin-hiong tertegun, wajahnya tampak gelisah. Cui-giok melihat
Sin-hiong dan berkata: "Sin-hiong,apakah kautidak bisa
menggendongku?"
Wajah Sin-hiong jadi merah, katanya gugup: "Di jalan banyak
orang!"
Cui-giok menggelengkan kepala:
"Tidak apa-apa, kau ingin mengejar mereka, jika tidak
menggendongku bagaimana bisa mengejar mereka?"
Sin-hiong merasa betul juga, tapi walau-pun dia dengan Cui-giok
sejak kecil besar bersama-sama, tapi sejak mereka sudah dewasa,
hari ini adalah kedua kalinya mereka bertemu dan bercakap-cakap,
apa lagi, Cui-giok adalah calon istrinya Ho Koan-beng, bagai-mana
mungkin dirinya menggendong dia berlari di siang hari?
Dia jadi kesulitan, Cui-giok tersenyum dan berkata:
"Kalau begitu, aku ada satu permohonan, entah kau bisa
menyanggupinya tidak?"
Perkataan Cui-giok berbelit-belit, Sin-hiong sama sekali tidak
mengerti, terpaksa menjawabnya:
"Katakan saja!"
"Sebenarnya akupun tidak ada permintaan apa-apa, hanya....
hay, sudahlah jangan dikatakan lagi."
Melihat dia tidak jadi mengatakannya, tidak tahan Sin-hiong jadi
mengeluh panjang, Saat ini kau masih berkelakar, tadinya dia mau
memakinya, tapi sesaat tidak bisa membuka mulut, akhirnya
menelan kembali kata-katanya yang sudah sampai dibibirnya.
Cui-giok melihat Sin-hiong, wajahnya menjadi merah dan
berkata:
"Bolehkan aku memanggil nona itu Cici? Jika kita bertemu
dengan dia, mohon kau perkenalkan kami!"
Ternyata kata-kata ini mengandung makna yang dalam, Sin-
hiong mendengarnya sampai wajah-nya menjadi merah, didalam
hati berkata:
'Kau terlalu banyak pikiran, hay! Masalah ini bagaimana
mungkin?'
Cui-giok melihat Sin-hiong tidak menjawab, dengan sedih
berkata:
"Aku tahu kau masih memikirkan masalahku dengan Ho Koan-
beng, tapi itu sudah berlalu!"
Sin-hiong mundur ke belakang, terkejut dan berkata:
"Nona Sun! Bagaimana boleh begini?"
"Aku sekarang hanya tinggal seorang diri, mengenai masalah aku
sendiri, tentu saja harus aku sendiri yang menentukannya."
Sin-hiong menggelengkan kepala, dengan sedih sekali berkata:
"Kau tidak boleh begini, hay, sama sekali tidak boleh begini."
"Tidak peduli bagaimana, aku harus bersamamu, mengenai nona
itu, dia menjadi Ciciku juga tidak apa-apa!”
Kata-kata dia sudah semakin jelas, tidak peduli Sin-hiong punya
pikiran ini atau tidak, sekarang bagaimana pun harus menyatakan
pendiriannya?
Tapi, Sin-hiong malah jadi membisu!
Sebenarnya dalam hati dia, masih mencintai Cui-giok, juga
mencintai Hui-lan, tapi bagaimana pun Cui-giok adalah orangnya Ho
Koan-beng, beberapa kali Ho koan-beng ingin membunuh dia, jika
bukan karena Cui-giok, bagaimana mungkin dia bisa begitu sabar
terhadap Ho Koan-beng?
Melihat Sin-hiong tidak bicara, maka Cui-giok berkata lagi:
"Sin-hiong, jika kau tidak mau, maka kau kejar mereka sendiri,
supaya aku tidak menjadi bebanmu?"
Sin-hiong jadi merasa sulit, setelah dipikir lalu berkata:
"Kita jalan saja dulu, sekarang buat apa membicarakan hal yang
memusingkan kepala ini?"
Cui-giok tersenyum, dia mengerti Sin-hiong sudah tergerak
hatinya, kedua orang pelan-pelan berjalan lagi ke depan.
Kedua orang selangkah demi selangkah berjalan, Sin-hiong ingin
menyewa kereta supaya Cui-giok tidak perlu berjalan, tapi tidak
beruntung, di sepanjang jalan tidak ada kereta tumpangan,
walaupun ada juga sudah penuh orang.
Saat kedua orang itu tiba di sisi Huang-ho, mereka tidak bisa
berbuat apa-apa, sebab hari sudah mulai gelap.
Sin-hiong melihat di sisi sungai kebetulan ada satu perahu yang
akan menyeberang sungai maka bersama Cui-giok naik ke atas
perahu.
Baru saja kedua orang itu naik ke atas perahu, terdengar tukang
perahu berteriak:
"Anginnya besar arusnya deras, para penum-pang harap jangan
sembarangan bergerak!"
Di depan dan di belakang perahu ada seorang tukang perahu,
semua penumpang diapit oleh kedua tukang perahu itu, tukang
perahu yang di depan mendorong dengan tongkatnya, dan
perahunya mulai bergerak, lalu ada seorang berteriak:
"Berangkat!"
Siapa sangka baru saja perahu ini berlayar sejauh kurang lebih
lima enam tombak, mendadak di daratan ada seseorang berlari
tergesa-gesa, dia sambil berlari sambil berteriak:
"Hei? Tunggu! Tunggu!"
Tukang perahu di belakang menggoyang-goyangkan tangannya
dan berteriak:
"Tidak bisa, kau tunggulah perahu berikut-nya!"
Orang itu seperti terburu-buru, kembali berteriak-teriak:
"Hei hei, di atas perahu masih banyak yang kosonglah!"
Saat ini arus sungai sangat deras, tukang perahu yang di
belakang mengendalikan perahu dengan konsentrasi penuh, tidak
mempedulikannya lagi.
Sebuah gelombang air menghantam perahu, dan perahunya
bergoyang-goyang, Cui-giok berkata: "Baguslah jika perahu ini
tenggelam!"
Sin-hiong tersenyum dan berkata: "Kenapa kau ada pikiran
seperti ini?"
"Perahu tenggelam pasti akan diantarkan ke istana naga, saat itu
kita bisa bertemu dengan raja naga, bukankah itu bagus?"
Usia dia sudah tidak kecil, tapi kedengarannya seperti bicara
anak kecil saja, Sin-hiong tahu kata-katanya ada maksud tertentu,
setelah tersenyum, maka dia tidak pedulikan dia lagi!
Karena menganggur, iseng-iseng Sin-hiong membalikkan kepala
melihat ke belakang, tepat pada saat mi, sebuah kejadian aneh
terjadi.
Karena orang tadi tidak berhasil menghentikan perahu, dia
mengambil beberapa batang ranting pohon dan dilemparkan ke
sungai, ranting-ranting itu menyebar dengan jarak tertentu, lalu
dengan beberapa loncatan saja orang itu sudah naik ke belakang
perahu.
Tukang perahu di belakang sedang mengawasi ke depan
mengendalikan perahu, tentu saja tidak tahu di belakang perahu
ada orang naik ke atas perahu.
Orang ini ilmu meringankan tubuhnya sangat hebat, berdiri
dengan satu kaki di atas batang kendali di belakang tukang perahu
itu, ketika tukang perahu menggerakan perahu ke kiri dan ke kanan,
sedikit pun tidak merasakannya, Sin-hiong berkata di dalam hati:
"Walaupun ilmu silatmu sangat hebat, tapi dengan
memamerkannya seperti ini, bukanlah tindakan seorang jagoan
dunia persilatan?"
Ketika sedang berpikir, tiba-tiba satu gelombang besar datang
menghantam perahu lagi, ujung perahu turun ke bawah, tukang
perahu itu bercucuran keringat mengendalikan perahu, dan
tubuhnya ikut jadi miring, siapa sangka tepat di saat ini, orang di
belakang perahu itu mengaitkan kakinya, situkang perahu masih
mengira itu adalah gelombang besar, begitu menegakkan tubuhnya,
kali ini sedikit tidak bisa dikendalikan, dia merasa tubuhnya
melayang jatuh keluar perahu,
Sin-hiong tergetar, di dalam harinya berpikir: 'Nyawa seluruh
penumpang di perahu ada di tangan si tukang perahu itu, mana
boleh orang itu berkelakar seperti ini?’
Setelah berpikir, tubuhnya melayang keluar lalu mengulurkan
tangan, menarik kembali tubuh tukang perahu kedalam perahu.
Kecepatan gerakannya sulit digambarkan, sebab saat dia
bergerak, tubuh tukang perahu itu sudah berada di luar perahu, tapi
ketika dia keluar dan masuk lagi, orang-orang di dalam perahu
hanya sedikit yang tahu, terdengar seseorang dengan pelan
berkata: "Hebat sekali!"
Sin-hiong tersenyum pada orang itu, berkata: "Terima kasih!"
Saat Sin-hiong meloncat, Cui-giok sudah mengetahuinya, dia
melihat ketika Sin-hiong berada di udara, dia terkejut sampai
bercucuran keringat dingin, tapi tukang perahu yang selamat dari
maut, masih tidak tahu apa yang terjadi, dia menarik nafas panjang
dan berkata:
"Ombak yang sangat besar sekali!"
Ternyata saat Sin-hiong meloncat keluar menyelamatkan orang,
orang yang berdiri di bagian kendali perahu itu sudah masuk ke
dalam perahu, orang-orang di dalam perahu sedang mabuk perahu,
maka tidak ada satu orang pun yang tahu.
Cui-giok menghela nafaspanjang dan berkata:
"Buat apa kau menempuh bahaya sebesar ini?"
Sin-hiong tersenyum tidak menjawab, dia hanya menganggukan
kepala, mendadak terdengar satu orang berteriak:
"Bagus, perahunya sudah merapat!"
Semua orang hanya merasa perahunya jadi ringan, ada orang
sudah meloncat meninggalkan perahu.
Orang itu masih berdesakan di belakang tubuh Sin-hiong, orang-
orang sudah pada turun perahu, Sin-hiong menuntun Cui-giok baru
saja tiba di kepala perahu, mendadak dia merasa di belakang
tubuhnya ada yang mendorong, tubuhnya sedikit berkelebat dan
berkata:
"Saudara, perahunya sudah merapat, kenapa masih terburu-
buru!"
Hati orang itu jadi tergetar, dia tadi sengaja menabrak, tidak
diduga Sin-hiong sudah tahu, terpaksa dia berkata:
"Maaf, aku ada urusan penting harus buru-buru!"
Setelah berkata, dia meloncat ke darat.
"Kau kenal orang ini?" tanya Cui-giok.
Sin-hiong sembarangan menjawab:
"Orang-orang di dunia ini semuanya adalah saudara, berbasa-
basi itu hal yang biasa."
"Aku lihat orang ini hatinya tidak lurus!"
Sin-hiong melihat keluar perahu berkata tawar:
"Kalau begitu kita sedikit hati-hati!"
Kedua orang naik ke darat, sekarang Cui-giok sudah merasa lebih
baik, tapi racun di dalam tubuhnya masih belum hilang semua,
kepalanya merasa masih pusing dan tubuhnya lemah tidak
bertenaga.
Sin-hiong melihat-lihat cuaca, katanya:
"Malam ini kita tidak bisa meneruskan perjalan an, kita menginap
dulu satu malam!"
Cui-giok tahu, sebenarnya Sin-hiong ingin mengejar waktu,
mengatakan tidak bisa meneruskan perjalanan, semua hanya demi
dirinya. Saat itu dia berkata:
"Kita cari dulu satu penginapan, setelah kau menyewakan kamar,
kau sendiri segera mengejar mereka, mungkin masih bisa keburu."
Hati Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata: 'Kata-katanya
masuk akal juga, setelah aku berhasil mengejar mereka, lalu
kembali lagi kesini, bukankah sama juga?'
Di benaknya mendadak berkelebat bayangan orang tadi, dia jadi
merasa khawatir maka berkata:
"Kau jangan pikirkan itu dulu, nanti kita melihat keadaan!"
Sambil bicara dia berjalan, tidak lama kemudian mereka sampai
di depan satu kota.
Kota ini cukup besar, sore hari orang-orang ramai berlalu lalang,
Sin-hiong menuntun Cui-giok berjalan di jalan raya, setelah
berputar-putar baru menemukan satu penginapan.
Siapa sangka, baru saja melangkah masuk ke dalam penginapan,
orang yang tadi di atas perahu penyeberangan sudah berada di
dalam penginapan!
Terlihat dia duduk di atas satu kursi di sisi meja, di atas meja
disediakan lima pasang sumpit, masakan dan arak juga sudah
diantarkan, tapi hanya dia seorang diri sedang makan dengan lahap
sekali.
Cui-giok menyentuh Sin-hiong perlahan:
"Sin-hiong kau sudah melihatnya?"
Sin-hiong menganggukan kepala, saat ini satu orang pelayan
datang menghampiri dan bertanya:
"Siauya mau makan apa?"
Sin-hiong tidak menjawab pertanyan pelayan dia berkata:
"Ada kamar yang bersih tidak?"
"Ada... ada!" kata Pelayan berulang-ulang
Sin-hiong menyuruh pelayan untuk melihat dulu,
Cui-giok tidak tahu apa tujuannya, terpaksa mengikuti dari
belakang.
Masuk ke dalam satu pekarangan, Sin-hiong memilih dua kamar,
dari dalam ke dua kamar itu bisa melihat dengan jelas keadaan di
ruang makan, lalu dia memesan makanan dan pelayan itu pun
pergi.
Cui-giok melihat dulu ke kiri dan kanan lalu berkata:
"Tempat ini cukup bagus, kita bisa melihat perbuatan orang itu?"
Sin-hiong menyahut sekali, lalu mengeluarkan buku pengobatan
Kim-ciam-tok-su, membalik-balikan beberapa lembar dan bertanya:
"Nona Sun, dimana kau masih merasa tidak nyaman?"
Sun Cui-giok mengerutkan alis:
"Seperti di antara perut kecil!"
Sin-hiong membolak-balik lembaran, sesaat masih belum
menemukan resep yang tepat, dia mengeluh dan berkata:
"Aku tidak bisa memikirkan, resep penawar racunnya banyak
sekali, tapi aku tidak menemukan satupun, nona Sun, bagaimana
kalau kau sendiri saja yang melihatnya?"
Cui-giok menerima buku itu, dengan teliti membolak-balik
membaca, mendadak dia berteriak:
"Lihat! Bukankah resep ini?"
Sin-hiong melihat, diatas tertulis: "Cian-cu-ting, Su-ju-li, Ci-ju-ki-
goan, Ho-ju-yu-lim, bisa mengobati lima racun!" Sin-hiong berkata:
"Benar, tapi Cian-cu-ting sangat sulit dicari!" Baru saja selesai
bicara, mendadak seseorang di dalam ruang makan berteriak:
"Bagus! Kau sudah menghabiskan semua araknya!"
Sin-hiong dan Cui-giok melihat, di dalam ruang makan saat ini
sudah bertambah satu orang, orang ini memakai baju kuning, di
punggungnya terselip sebilah pedang panjang, sepasang matanya
memancarkan sinar berkilat-kilat, tampangnya sangat luar biasa.
Orang yang pertama datang itu tertawa: "Siapa suruh kau telat!"
Setelah berkata, kembali dia minum araknya. Orang yang berbaju
kuning itupun tidak sungkan, langsung makan dengan lahapnya.
"Kau tahu siapa mereka?" tanya Cui-giok. Sin-hiong
menggelengkan kepala, tepat di saat ini, seorang laki-laki besar
berbaju merah juga melangkah masuk ke ruang makan.
Dua orang yang pertama datang tidak mempersilahkan dia, tapi
laki-laki besar baju merah itu langsung duduk dan makan dengan
lahap.
Sin-hiong melihat sampai mengerutkan alis, di dalam hati terus
membaca, merah kuning biru, mendadak dia seperti sadar sesuatu,
di dalam hati berkata:
'Diatas meja sudah disediakan lima pasang sumpit, saat ini sudah
datang tiga, apakah masih ada putih dan hitam yang belum tiba?'
Baru saja berpikir begitu, benar saja di pintu masuk kembali
muncul dua orang satu berbaju putih dan satu lagi hitam.
Setelah kedua orang itu duduk, kelima orang itu dengan diam
melahap makanannya, siapa pun tidak ada yang berbicara.
Diantara lima orang ini, orang yang usianya paling tua tampak
tidak lebih dari empat puluh tahun, diantaranya orang yang berbaju
putih yang terlihat paling muda, kelihatannya tidak berbeda jauh
dengan Sin-hiong.
Matahari sudah tenggelam di barat, lampu di ruang makan sudah
dinyalakan, orang di dalam ruangan tidak sedikit, tapi lima orang
tamu di tengah ruangan seperti tidak ada orang saja, mereka hanya
melahap makanan mereka.
Setelah melihatnya Sin-hiong berkata:
"Tidak ada urusan dengan kita, lebih baik kita makan saja dulu."
Siapa sangka, pada saat ini, salah seorang mendadak mendengus
dan berkata:
"Hemm hemm belum tentu!"
Sin-hiong terkejut, dia tidak mengira kata-katanya didengar oleh
orang itu, begitu melihatnya terdengar satu orang lagi berkata:
"Menurut pandanganmu bagaimana?"
Ternyata orang berbicara itu adalah laki-laki baju biru yang dilihat
Sin-hiong di atas perahu tadi, terlihal kedua mata dia melotot
dengan dingin berkala
"Apa yang bagaimana? Terpaksa bertarung!"
Begitu kata-kata ini keluar, empat orang lainnya jadi
bersemangat dan bersama-sama berkata:
"Bagus sekali, kita Huang-sat-ngo-kiam (Lima pedang dari pasir
kuning) bersama-sama akan bertarung dengan dia!"
Lima orang itu berteriak-teriak di dalam ruang makan, tapi,
semua orang di dalam ruangan tidak tahu siapa yang akan dihadapi
mereka? Tapi sejak mereka menyebutkan julukan Huang-sat-ngo-
kiam, di dalam ruangan kembali hening tidak ada suara, ternyata
julukan Huang-sat-ngo-kiam ini sangat besar sekali pengaruhnya!
"Kau pernah mendengarnya?" kata Cui-giok pelan.
"Tidak pernah!" Sin-hiong menggeleng.
Dua orang ini sudah selesai makan, Sin-hiong kembali berkata:
"Kau istirahatlah sebentar, aku pergi sebentar mencari Cian-cu-
ting."
Setelah berkata, dia keluar kamar, saat lewat ruang makan, laki-
laki berbaju biru mendengus sekali dan berteriak:
"Hei! Berhenti!"
Sin-hiong tahu laki-laki itu memanggil dirinya, lapi dia pura-pura
tidak mendengar dan meneruskan jalannya.
"Kau dengar tidak? Heh, jika masih berjalan akan kupatahkan
kaki anjingmu!"
Setelah berkata, tampak dia sedikit mabuk, tapi karena
perkataannya sangat kasar, hari Sin-hiong yang sedang kesal,
begitu diusik maka meledaklah amarah-nya. Dia menghentikan
langkahnya dan bertanya: "Saudara ada urusan?"
Orang itu tertawa dingin:
"Urusan! Hemm hemm, karena saat ini kami tidak ada waktu,
kuberitahu, malam ini kau tidak boleh keluar kota."
Sin-hiong marah dengan dingin berkata:
"Aku keluar kota atau tidak, apa urusannya denganmu?"
Baru saja orang itu mau maju menerjang, laki-laki baju kuning
disisinya sudah bangkit berdiri dan berkata:
"Losam, ada apa kau dengan dia?"
Baru saja orang berbaju biru mau mengatakan kehebatan ilmu
silat Sin-hiong, mendadak di pintu muncul satu orang!
Wajah dia jadi berubah sambil berteriak dingin:
"Sudah datang!"
Huang-sat-ngo-kiam segera bersiap-siap, orang yang masuk ini
wajahnya tampan, begitu melihat Sin-hiong yang masih berada di
dalam ruang makan, tidak tahan orang itu bersuara "Iiih!" dan
berkata:
"Sen-tayhiap, kita jumpa lagi!"
Setelah orang ini muncul, hati Sin-hiong jadi tergetar.
Lima orang itu lebih-lebih tergetar, otaknya berputar cepat, di
dalam hatinya berpikir ternyata merek berdua saling kenal?
Di antara semua orang hanya laki-laki berbaju biru di dalam
hatinya mengerti, sebab dia pernah menyaksikan kehebatan ilmu
silat Sin-hiong, dan juga pernah mencoba jurus pedang orang yang
baru masuk ini, dia tahu jika kedua orang ini bersatu, mungkin
mereka berlima bukan lawannya.
Ternyata orang yang masuk adalah Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng,
entah kapan dia bermusuhan dengan orang ketiga Huang-sat-ngo-
kiam, Lan-ie-kiam (Pedang bulu biru) Nie Cing, itulah sebabnya Nie
Cing buru-buru pergi ke pantai selatan Huang-ho untuk
mengumpulkan empat jago pedang lainnya untuk menghadang Ho
Koan-beng.
Mata Ho Koan-beng menyapu, dalam hati dia sudah mengerti,
sambil tertawa keras dia berkata:
"Saudara tua Ni, apa orang-orangmu sudah berkumpul semua?
He he he, dengan kemampuan kalian berlima, terhadap aku saja Ho
Koan-beng, kalian sudah tidak mampu menghadang, malah berani
mengusik lagi Kim-kau-kiam-khek Sen Sin-hiong?"
Kata-katanya begitu terdengar, orang-orang yang ada di seluruh
ruangan jadi membeku, di antaranya tentu saja Huang-sat-ngo-
kiam, Lan-ie-kiam yang mendengar, mabuknya jadi hilang setengah.
"Terima kasih!" kata Sin-hiong tertawa. Tadinya dia mau
memberitahukan keberadaan Sun Cui-giok di dalam penginapan ini,
tapi setelah berpikir lagi, disini banyak orang, lebih baik mencari
obat dulu saja.
Setelah berkata dia langsung jalan keluar pintu.
Apa yang akan terjadi di dalam ruangan makan, Sin-hiong sudah
malas memikirkannya, saat ini di benaknya sedang memikirkan
masalah Cui-giok dengan Ho Koan-beng, apa yang akan terjadi
setelah mereka bertemu? dia jadi mengkhawatirkannya.
Setelah Ho Koan-beng muncul, hatinya jadi tertarik dengan
pertengkaran yang sulit melepaskan diri, mengenai hal mengejar
ketua pulau Teratai dan putrinya, itu hal yang lain lagi.
Dia sudah jalan beberapa lama di jalan raya dan bertanya ke
beberapa toko obat, tapi semua toko tidak ada yang menjual Cian-
cu-ting, terpaksa dia kembali lagi kepenginapan.
Di dalam ruangan makan, sudah tidak telihat lagi Huang-sat-ngo-
kiam dan Ho Koan-beng, Sin-hiong masuk ke kamar Cui-giok, Cui-
giok buru-buru bangkit berdiri dan berkata:
"Ho Koan-beng sudah pergi!"
"Kau sudah tahu, seharusnya kau berusaha menemui dia!"
Cui-giok memonyongkan mulut mungilnya:
"Aku tidak mau bertemu dengan dia lagi, dari bicaranya kulihat
dia selain sangat sombong, juga orangnya sangat licik."
Sin-hiong berpikir, entah Ho Koan-beng berkata apa lagi? Jika
tidak bagaimana Cui-giok bisa tahu Ho Koan-beng selain sombong
juga sangat licik?
Dia menghela nafas panjang:
"Tidak perduli bagaimana? Bagaimana pun dia adalah......"
Tadinya dia ingin berkata 'calon suamimu', tapi jika mengatakan
ini, pasti akan membuat Cui-giok sangat sedih, makanya dia tidak
jadi mengucapkan-nya.
Cui-giok seperti tahu yang dipikirkannya, dengan tertawa
terpaksa berkata:
"Aku sudah beristirahat, sekarang sudah jauh baik, lebih baik kita
melanjutkan perjalanan saja!"
Sin-hiong tahu dia sengaja ingin menghindar dari Ho Koan-beng,
walaupun hatinya tidak mau, tapi dia tidak tega menolaknya,
terpaksa Sin-hiong memanggil pelayan, membayar rekening dan
pergi melanjutkan perjalanan.
Saat ini malam sudah larut, tadinya Sin-hiong ingin membelikan
seekor kuda buat Cui-giok, tapi karena tidak ada yang menjual
kuda, dua orang itu hanya berjalan pelan-pelan keluar kota.
Sebenarnya Cui-giok belum sembuh total, tapi meskipun begitu
sekarang kesehatan dia lebih baik dari sebelumnya, jalan sejenak,
terlihat waktu sudah hampir jam sembilan malam, mendadak dari
hutan di depan terdengar suara benturan senjata.
Cui-giok berteriak:
"Di depan ada orang sedang bertarung!"
Secepat kilat Sin-giong mengangkat dia: "Jangan bersuara!"
Hanya beberapa loncatan, dia sudah sampai di sisi hutan itu, lalu
dia melihat Ho Koan-beng sedang bertarung sengit dengan Huang-
sat-ngo-kiam.
Tubuh Cui-giok sedikit bergetar dan berkata:
"Tidak mau bertemu dia di sana, tidak diduga malah bertemu
disini, hai...!"
Dia mengeluh pelan, begitu melihat pertarungan, kembali dia
terkejut berkata:
"Iiih, kepandaian Ho Koan-beng sudah maju pesat!"
Sin-hiong menganggukan kepala:
"Benar! Ilmu silat Sang-toh pun sudah maju pesat."
Cui-giok memandang tidak mengerti, Sin-hiong pura-pura tidak
melihatnya, tapi di dalam hatinya diam-diam mendengus dan
berkata:
"Ilmu silat mereka berdua maju pesat tapi apa gunanya? Kecuali
mereka berdua bersatu, baru masih bisa menahan seranganku
seratus jurus!'
Tapi dia tidak mengatakan apa-apa, matanya melihat ke arah
enam orang yang sedang bertarung, terlihat mereka semakin
bertarung semakin seru!
Huang-sat-ngo-kiam bukan saja masing-masing mempunyai ilmu
silatnya cukup bagus, apa lagi jika mereka bersatu, kekuatan jurus
gabungan pedangnya, Ho Koan-beng juga tidak bisa menerobos
keluar.
Ho Koan-beng mendengus dingin, jurus hebat dari berbagai
perguruan sudah dikeluarkannya, walaupun berada dalam
keroyokan Huang-sat-ngo-kiam, dia tetap mampu bertahan dan
menyerang, langkah kakinya sedikitpun tidak kacau! Sin-
hiongberpikir: 'Untung yang dihadapinya adalah Huang-sat-ngo-
kiam, jika diganti oleh pesilat tinggi biasa, mungkin tidak mampu
menahan lima puluh jurus serangan Ho Koan-beng!;
Baru saja dia berpikir, mendadak di lapangan terdengar satu
teriakan keras, pemuda berbaju putih sedang menyerang hebat
dengan pedangnya.
Pedangnya berkilat-kilat menyilaukan mata, menyerang Hwan-
sui-hiat dan Hong-fu nya Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng bersiul panjang, pedangnya bergetar-getar dan
"Ssst ssst!" menghindar serangan dahsyat pemuda berbaju putih,
sekali memutar pergelangan tangan, mendadaknya menyerang laki-
laki baju merah.
Laki-laki berbaju merah mengangkat pedang panjangnya, tubuh
lima orang itu mendadak mundur lalu maju kembali, tampaknya
mereka sedang menjalankan suatu siasat, sinar pedang sangat
kerap, bersilang membentuk jaring rapat, dengan suara
memekakkan telinga, siasatnya memang luar biasa.
Ho Koan-beng segera mengayunkan pedang panjangnya, satu
jurus Ji-long-jian-cong (Ombak besar seribu lapis), baru saja
jurusnya di keluar setengah jalan, mendadak berubah jadi Peng-sa-
bu-jang (Pasir datar tiada batas), dua jurus ini adalah inti jurus
hebat dari berbagai perguruan besar, pedangnya menusuk ke arah
dua bayangan orang berwarna merah dan kuning.
Bukan saja dia tidak bertahan, malah sekuat tenaga menyerang,
angin pedang semakin membesar, dalam sekejap sudah saling
serang tiga puluh jurus lebih dengan Huang-sat-ngo-kiam!
Sebenarnya jurus pedang Huang-sat-ngo-kiam sangat hebat,
orang yang paling tua adalah orang berbaju merah yang bernama
Cin Beng, nomor dua laki-laki baju kuning Hong Cin, Nie Cing adalah
saudara ketiga, nomor empat He-it-jiu Ong Kun, pemuda baju putih
Lim Ceng adalah yang paling kecil, tapi diantara lima orang ini,
jurus pedang Nie Cing dan Lim Ceng yang paling keji.
Walaupun jurus pedang kelima orang ini berbeda-beda aliran,
tapi ke lima orang ini di waktu senggang telah melatih semacam
barisan yang bernama Ngo-lui-kiam-tin (Barisan pedang lima
halilintar), di dalam dunia persilatan, entah sudah berapa banyak
pesilat tinggi yang termasyur pernah dikalahkan oleh Ngo-lui-kiam-
tin mereka.
Ketika pertarungannya sedang sengit, tiba-tiba pedang Ho Koan-
beng menusuk dengan dahsyat kepada pemuda berbaju putih Lim
Ceng, Lim Ceng bergeser sedikit, sengaja memberi kesempatan
pada Ong Kun menyerang dengan pedangnya!
Pedang Ho Koan-beng jadi tidak mengenai sasaran, tapi dia tidak
gentar, dia mengangkat tangan kanan, menyabetkan pedangnya
dari samping, tepat menyambut pedang Ong Kun.
Ong Kun sangat lincah dia berteriak, sekali gus menusukan
pedangnya dua kali!
Ho Koan-beng menekan tangannya, pedang panjangnya berputar
dari kiri ke kanan, masing-masing pedangnya menusuk pada kelima
orang itu.
"Jurus yang bagus!" teriak Nie Cing, lima jarinya secepat kilat
menyerang, dan tangan kanannya menyabetkan pedangnya, lima
jari kiri mencengkram, pedangnya menusuk jalan darah penting Ho
Koan-beng!
Ho Koan-beng mengayunkan pedangnya, dengan dahsyat balas
menusuk dia!
Jurus-jurus pedang Ho Koan-beng diambil dari inti sari jurus
pedang berbagai peguruan besar, jika satu lawan satu, kelima
Huang-sat-ngo-kiam ini tentu bukan lawannya.
Dengan Ngo-lui-kiam-tin, Huang-sat-ngo-kiam mengurung dia,
berisan ini dengan teratur mengatur serangan dan bertahan,
serangannya dahsyat, sedikit pun tidak mengendur!
Walaupun Cui-giok tidak ingin bertemu dengan Ho Koan-beng,
tapi di dalam hatinya tetap saja masih mengkhawatirkan dia dan
tanyanya:
"Sin-hiong, menurutmu Ho Koan-beng bisa menang atau tidak?"
Sin-hiong mengangkat kepalanya:
"Kulihat Huang-sat-ngo-kiam juga tidak lebih lemah!"
"Kalau begitu hasilnya akan seri!" kata ui-giok sambil tersenyum.
"Belum tentu juga?" Sin-hiong juga tersenyum.
"Kenapa?"
"Jurus pedang siapa pun bisa menggunakan-nya, tapi hasil
latihan setiap orang masing-masing berbeda, maka ada yang lebih
tinggi ada yang lebih rendah, mereka dua kelompok ini bertemu
dengan tandingannya, siapa yang menang siapa yang kalah itu
tergantung pengalaman mereka menghadapi lawan."
Cui-giok kagum:
"Kalau begitu di dunia persilatan apa yang disebut seri itu hanya
membohongi orang saja, begitu?"
Sin-hiong tidak menjawab, sorot matanya melihat kembali ke
lapangan dan berkata:
"Ho Koan-beng sudah hampir menang!"
Ketika di lihat dengan teliti, terdengar Ho Koan-beng sekali
berteriak:
"He he he, bagaimana dengan jurus ini?"
Terlihat gulungan sinar pedang mengembang besar, bayangan
pedang berkelebat dengan jurus Ya-can-pat-hong (Bertarung malam
dari delapan arah), pedang Huang-sat-ngo-kiam berputar-putar ke
bawah, berebut mendahuluinya.
Cui-giok tidak melihat Ho Koan-beng akan meraih kemenangan,
dia berkata:
"Aku lihat tidak mungkin!"
Baru saja selesai berkata, mendadak terlihat pedang Ho Koan-
beng balik menggulung, kecepatan jurusnya, hampir tidak bisa di
ikuti mata, dalam sekejap sudah tiba.
Huang-sat-ngo-kiam terkejut, Cin Beng segera menggetarkan
pergelangan tangannya, menyerang pada Beng-bun-hiat Ho Koan-
beng.
"Lepas" bentak Ho Koan-beng.
Kekuatan serangannya sangat dahsyat, pedang di tangannya
bergulung-gulung membentuk lima gulungan sinar, kekuatannya
sedikit pun tidak berkurang, dua hawa pedang saling beradu,
terdengar satu suara keras "Traang!", benar saja pedang panjang
Cin Beng terlepas dari tangannya.
Begitu berhasil Ho Koan-beng tidak membuang kesempatan,
pedang panjangnya bergerak-gerak cepat, mengambil posisi
menyerang!
Orang tertua Huang-sat-ngo-kiam Cin Beng terdesak mundur,
barisan pedangnya segera menjadi kacau.
Hong Cin dengan susah payah menangkis tiga jurus, keningnya
sudah bercucuran keringat, dia segera berteriak:
"Losam, serang kirinya!"
Nie Cing mengayunkan pedangnya "Ssst!" menusuk pada Kian-
cin-hiat di sisi kiri Ho Koan-beng!
Pemuda baju putih Lim Ceng bergerak lincah, kakinya berputar-
putar seperti angin dan berteriak:
"Kuserang dia dari kanan!"
Walaupun barisan pedang mereka sudah kacau, tapi ilmu silat
masing-masing orang masih ada, di bawah tekanan bersama empat
orang itu, akhirnya keadaannya bisa sedikit dikembalikan.
Sin-hiong menghela nafas:
"sekarang Huang-sat-ngo-kiam bertarung mengandalkan tenaga
masing-masing, sayang kurang menggunakan otaknya!"
Melihat beberapa jurus tadi, mata Cui-giok terasa berkunang-
kunang, setelah Ho Koan-beng menampilkan kehebatannya, di
dalam hati dia sedikit banyak terharu juga, tidak tahan dia jadi
menghela nafas juga.
Walaupun suaranya pelan sekali, tapi enam orang yang berada di
lapangan telinganya sangat tajam, Ho Koan-beng segera
menyabetkan pedang pusakanya dan berteriak:
"Pesilat hebat siapa telah datang kesini, kenapa tidak
menampakkan diri?"
Pertarungan Ho Koan-beng dengan Huang-sat-ngo-kiam, dia
hanya mampu sedikit diatas angin, jika suara nafas di dalam hutan
ini adalah dari kelompok Huang-sat-ngo-kiam, maka dia akan sulit
bisa lolos dari cengkraman mereka.
Huang-sat-ngo-kiam pun mengharapkan orang itu adalah dari
teman mereka, setelah Ho Koan-beng menanyakannya, kelima
orang ini membelalakan mata nya, menunggu jawaban dari orang
ini.
Siapa sangka, di dalam hutan tampak kosong tidak ada orang,
Ho Koan-beng marah sekali dan berkata:
"Kau tidak mau keluar, apakah harus aku mempersilahkan kau
keluar?"
Setelah berkata, orangnya sudah menerjang!
Baru saja dia sampai di sisi hutan, mendadak dari dalam hutan
terdengar suara "Ssst!" dan satu orang berkata:
"Saudara Ho, sesudah bertemu dengan pesilat tinggi, aku
sebagai penonton jadi merasa gatal tangan, mohon dimaafkan oleh
kalian!"
Tentu saja dia adalah Sin-hiong, karena Cui-giok sudah
menimbulkan suara, maka Sin-hiong menyuruh dia keluar menemui
Ho Koan-beng, tapi Cui-giok bersikukuh tidak mau keluar.
Sin-hiong tidak bisa berbuat apa-apa, terpaksa dia keluar, tapi
mata Ho Koan-beng tajam sekali, dia sudah melihat masih ada
orang yang bersembunyi, setelah menghentikan langkahnya, dia
berkata lagi:
"Siapa yang seorang lagi?"
Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir, Ho Koan-beng
sudah melihat, aku tidak bisa tidak harus mengatakannya, tapi jika
dia mengatakan khawatir Cui giok menjadi marah, dia jadi ragu-
ragu sejenak dan akhirnya berkata:
"Seorang teman, nanti dia juga akan bertemu denganmu!"
"Temanku?" tanya Ho Koan-beng tertegun. Sin-hiong
menganggukan kepala, tapi Ho Koan-beng merasa ragu-ragu dan
berkata:
"Aku tidak percaya, aku harus melihatnya sendiri!"
Setelah berkata, maka dia segera masuk ke dalam hutan!
Sin-hiong terkejut, tubuhnya berkelebat dan berkata:
"Buat apa saudara Ho terburu-buru, bisakah kau selesaikan
masalahmu dulu?"
Gerakan dia sangat cepat, Huang-sat-ngo-kiam yang melihat Sin-
hiong berkelebat keluar, mereka tertegun, sebab gerakannya sangat
cepat, selain Nie Cing, empat orang lainnya jadi sangat terkejut. Ho
Koan-beng tertawa dingin:
"Mereka bukan lawanku, buat apa meneruskan pertarungan
lagi?"
Melihat Ho Koan-beng menghina dihadapan mereka, kelima
orang itu jadi marah besar, orang tertua Huang-sat-ngo-kiam
memungut pedangnya di tanah dan berkata:
"Kita kurung dia lagi!"
Lan-ie-kiam pertama-tama menerjang maju sambil marah
berkata:
"Toako kita hanya kurang hati-hati, tidak bisa dihitungkan sudah
menang!"
Ong Kun pun maju mengikutinya sambil berteriak:
"Kita tidak peduli dengan cara apapun jangan biarkan dia keluar
dari hutan ini!"
Ho Koan-beng membalikan tubuh dengan dingin berkata:
"Melarikan diri? Hemm hemm kalian hanya mengangkat diri
sendiri saja!"
Secepat kilat pedangnya sudah menyerang lagi pada mereka!
Dia sambil menyerang, berteriak:
"Sen Sin-hiong, kau tunggu sebentar!"
Kejadiannya sudah begini rupa, Sin-hiong tidak menunggu juga
tidak bisa, ketika mereka berenam bertarung lagi, Sin-hiong mundur
kembali ke dalam hutan.
Baru saja dia melangkah dua langkah, tiba-tiba Cui-giok yang ada
di belakang berkata:
"Sin-hiong, aku tidak mau menyulitkanmu."
Sin-hiong melihat, terlihat wajah Cui-giok menjadi merah dan
membela diri, katanya:
"Calon istri berwajah buruk akhirnya harus menemui mertua
juga, bukankah begitu?"
Setelah berkata, pelan-pelan berjalan keluar!
Ho Koan-beng sedang sengit bertarung, melihat di sisi Sin-hiong
ada seseorang, tidak melihat tidak apa-apa, sekali melihat, hatinya
jadi tergetar keras, tangan-nya jadi melambat, Huang-sat-ngo-kiam
segera ber-gerak cepat, lima pedang langsung melibat, pedang Ho
Koan-beng terlepas dari tangannya, dilontarkan mereka ke udara!
Sebenarnya walaupun dia sudah tidak mengharapkan lagi pada
Sun Cui-giok, tapi setelah bertemu perasaannya jadi bergolak lagi,
melihat calon istrinya berdiri bersama Sin-hiong, bagaimana pun dia
tidak bisa mengendalikan diri!
Saat Ho Koan-beng tertegun, Huang-sat-ngo-kiam mengambil
kesempatan ini menyerang, mereka berlima bersama-sama
berteriak:
"Terima ini!"
Pikiran Ho Koan-beng sedang tertuju pada Cui-giok, saat ini dia
tidak bergerak melawan, jika keadaannya terus begini, tangan dan
kakinya pasti dipotong orang!
Pada saat yang kritis ini, mendadak satu bayangan orang
berkelebat dan berkata:
"Ini bukan perbuatan seorang kesatria?"
Begitu berkata orangnya sudah tiba, sekali menyabetkan
pedangnya, laksana bunga terbang di perbatasan, pedangnya
menyabet ke arah wajah ke lima orang itu!
"Heh! Kim-kau-kiam-khek!" teriak Nie Cing.
Hati ke lima orang itu tergetar, dalam sekejap mata Huang-sat-
ngo-kiam merubah arah pedangnya dari menusuk Ho Koan-beng,
jadi menusuk Sin-hiong.
Sin-hiong menyabetkan pedang hanya untuk menyelamatkan Ho
Koan-beng, melihat mereka jadi menyerang dirinya, tangan kirinya
segera menarik Ho Koan-beng keluar dari barisan pedang dan
berkata:
"Kalian nanti bicara, pertarungan ini serahkan padaku!"
Setelah berkata seperti ini, dalam hati Sin-hiong pun terasa
sedikit asam!
Sekarang Huang-sat-ngo-kiam sudah bersama-sama menyerang,
Sin-hiong tidak bisa memikirkan hal lain, tapi terpaksa memfokuskan
pikirannya pada kelima orang ini, dia menyabetkan pedangnya
sambil memaksa dirinya tertawa:
"Aku sedang menjodohkan orang, kalian jangan begitu serius!"
Dia hanya mengeluarkan dua jurus, tapi dua jurus ini adalah
yang jurus terhebat dari jurus menyerang dan bertahan, Huang-sat-
ngo-kiam sekuat tenaga menyerang, tapi satu inci pun tidak bisa
maju!
Cin Beng bersuara "Heh!" dan berteriak:
"Kim-kau-kiam-khek memang bernama besar!"
Pedangnya dengan cepat menyerang ke arah Thian-keng-hiat
Sin-hiong!
Sin-hiong memutar tubuhnya dan berkata:
"Terima kasih!"
"Huut!" pedangnya menyerang dengan hebat!
Cin Beng terpaksa menghindar, tapi Sin-hiong tidak
mempedulikan dia, sekali mengetarkan pedang bunga pedangnya
menyapu dari mulai nomor dua Huang-sat-ngo-kiam sampai ke yang
paling bontot!
Begitu dia menyerang, ke lima orang itu semuanya dipaksa
hanya bisa bertahan.
Lim Ceng melihat umur Ho Koan-beng dan Sin-hion tidak
berbeda jauh dengan dirinya, tapi kehebatan jurus pedangnya susah
dihadapi, dia yang masih berjiwa muda jadi tidak terima, dan
berkata:
"Kita coba bertarung beberapa jurus lagi!"
Sebenarnya, kata-katanya tidak ada gunanya, jika Sin-hiong
bukan karena memberi waktu pada Ho Koan-beng berbicara dengan
Sun Cui-giok, jurus pedang Sin-hiong akan lebih dahsyat lagi!
Ho Koan-beng pelan-pelan berjalan Beberapa langkah dan
berkata
"Nona Sun, apa kabarnya!"
Cui-giok tergetar, dia sadar, Ho Koan-beng memanggil dia nona
Sun, tidak memanggil namanya, apa yang dipikirkan dalam hatinya?
Sudah sangat jelas terlihat.
Cui-giok menganggukan kepala:
"Baik, bagaimana dengan kau?"
Tidak perduli apa yang terjadi, terhadap Ho Koan-beng dia masih
merasa sedikit penyesalan, maka suara yang keluar kecil sekali.
Ho Koan-beng maju lagi dua langkah, menatap wajah Cui-giok
yang pucat, mendadak sebuah pikiran melayang di kepalanya,
hatinya terasa tergetar, dalam hatinya berkata:
'Dia adalah calon istriku, jika bukan karena aku tidak punya
kemampuan, bagaimana mungkin aku mau menyerahkan calon
istriku jatuh ke pelukan Sen Sin-hiong? Hemm hemm Sen Sin-hiong
juga manusia, kenapa aku harus mengalah padanya!"
Pikiran ini begitu berputar diotaknya, dia merasa dirinya harus
kuat, dengan menghela nafas panjang dia berkata:
"Cui-giok, ikutlah denganku!"
Cui-giok tergetar, pertanyaan ini membuat dia tertegun.
Ho Koan-beng mendengus danberkata lagi: "Nyawa Sen Sin-
hiong tinggal lima hari lagi, apa kau tahu?"
Kata-kata ini begitu keluar, Cui-giok jadi lebih terkejut lagi,
sepasang matanya membelalak besar, sesaat dia tidak bisa berkata,
sepatah kata pun.
Ho Koan-beng tertawa dingin:
"Jika aku tidak mengatakannya kau pun tidak akan tahu,
sekarang sembilan ketua perguruan besar di dunia persilatan
sedang menunggu dia di bukit Lui-hong di gunung Bu-Ii, walaupun
ilmu silat dia lebih tinggi lagi, bagaimana mungkin bisa melawan
sembilan ketua perguruan besar?"
Cui-giok merasa hatinya jadi tenggelam, tapi dia berpikir, aku
mencintai dia bukan mengharapkan apa-apa dari dia? Walau hanya
cinta lima menit saja, itupun sudah cukup!
Pelan-pelan dia menghela nafas dan berkata: "Aku tetap sangat
mencintai. dia, Koan-beng, maafkan aku, aku tidak akan ikut
denganmu."
Ho Koan-beng merasakan hatinya dingin, rasa dinginnya
menjalar mulai dari telapak kaki sampai ke ujung kepala, dia tidak
mengira Cui-giok bisa mengatakan hal ini, seperti pepatah yang
berkata, 'hati wanita mau berubah langsung berubah/ tapi dia tetap
bersabar dan berkata:
"Cui-giok, sudah kau pikirkan masak-masak?"
Saat Ho Koan-beng mengucapkan kata-kata ini, suaranya terasa
gemetar, walaupun dia sekuatnya mengendalikan perasaan, tapi
kemarahannya sudah diluar batas!
Cui-giok menundukan kepala, katanya pelan:
"Sudah kupikirkan, Koan-beng, lupakanlah aku!"
Suara dia begitu lembut seperti tidak ber-tenaga, setelah
berkata, dua tetes air mata turun di kedua pipinya.
Ho Koan-beng jelas mencintainya, tapi di dalam hatinya, dia
sudah tidak bisa kehilangan Sinhiong, makanya setelah dipikir-pikir,
dia tetap dengan tegar mengucapkannya.
Ho Koan-beng menggetarkan sepasang tangannya, sambil
menggelengkan kepala berkata:
"Cui-giok, aku tidak percaya, kau mengatakan isi hatimu?"
Cui-giok sudah tidak bisa bicara, setelah terisak-isak, baru
dengan gagap berkata:
"Lupakanlah......aku!"
Ho Koan-beng sudah menggunakan segala cara, sudah
menggunakan segala kata, melihat tidak bisa merubah hati Cui-giok
lagi, timbul kebenciannya, dia jadi naik pitam, dengan dingin
berkata:
"Aku tidak bisa mendapatkanmu, kau juga jangan harap bisa ikut
dengan dia?"
Kata 'dia' ditunjukkan kepada Sin-hiong, walaupun Sin-hiong
sedang bertarung sengit, tapi kata ini tetap saja seperti jarum
menusuk kedalam telinga-nya, sekali menggetarkan pergelangan
tangan, dia mendesak mundur Huang-sat-ngo-kiam satu langkah ke
belakang!
Ho Koan-beng melihat pada Sin-hiong dan bertanya:
"Sen-tayhiap, seharusnya kau sudah tahu Cui-giok adalah calon
istriku, bukan?"
Sin-hiong dengan berat menganggukan kepala, Ho Koan-beng
kembali dengan dingin berkata:
"Kalau begitu, jika aku tidak bisa mendapatkan dia, terpaksa aku
membunuh dia!"
Kata-kata ini begitu keluar, Sin-hiong dan Cui-giok tergetar
karenanya!
Huang-sat-ngo-kiam dengan Sin-hiong dalam sekejap mata
menjadi berhenti, saling berhadapan, ke lima orang itu tidak
mengerti persoalan yang terjadi, tapi mereka diam tidak berkata.
Walaupun hati Sin-hiong sangat marah, tapi dia merasa memang
kenyataannya begitu, sesaat dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, di
dalam hatinya berpikir:
'Asalkan kau berani bergerak menyerang Cui-giok, maka aku
tidak bisa tinggal diam.'
Cui-giok tidak perlu dikatakan lagi, kepedihan hatinya mungkin
lebih sakit dibandingkan dengan Sin-hiong dan Ho Koan-beng.
Suasana di lapangan dalam sekejap berubah menjadi hening,
ketiga orang yang terlibat cinta segi tiga ini tidak tahu sedang
menunggu apa, setelah lama dan lama, satu orang pun tidak ada
yang berkata.
Mendadak, ada sebuah suara seruling yang kecil sekali terdengar
dari kejauhan, suara serulingnya sangat pilu, Sin-hiong yang
mendengar, di dalam hati diam-diam mengeluh dan berkata:
"Satu saja sudah sulit, sekarang ditambah satu lagi?"
Ternyata Ho Koan-beng pun sudah tahu siapa yang meniup
seruling ini? Setelah sedikit tergetar, dia berteriak:
"Sang-toh!"
Dia dengan Sang-toh, tidak pernah bertemu setelah kejadian
dulu, keduanya juga tidak tahu ilmu silat masing-masing sudah maju
pesat, maka setelah Ho Koan-beng berteriak, dengan sombong
melihat ke arah suara seruling itu.
Suara seruling itu pelan-pelan makin lama makin keras, tidak
lama kemudian, di dalam kegelapan muncul lagi seorang pemuda
tampan!
Orang ini memang Sang-toh, terlihat dia sambil tersenyum
berkata:
"Ho-heng, kau juga ada disini!"
Ho Koan-beng berkata dingin:
"Betul, kau juga datang kesini!"
Sang-toh menganggukan kepala, lalu berkata pada Sin-hiong:
"Sen-tayhiap, aku harus memberitahu kau satu berita!"
"Silahkan katakan saja!"
"Sembilan ketua perguruan besar sudah menunggumu di bukit
Lui-hong di gunung Bu-li, apa kau sudah tahu?"
Sin-hiong tergetar, tapi dia tetap dengan tegas berkata:
"Jika tahu lalu kenapa?"
Sang-toh memalingkan kepala:
"Ho-heng, kita adalah orang yang harus dikasihani!"
Ho Koan-beng tergerak, tapi dia ingat ilmu silat Sang-toh, jika
benar-benar bertarung, mungkin dia tidak akan bisa mampu
menahan lima jurus Sin-hiong, tidak tahan dia jadi sedikit putus asa,
dengan tawar berkata:
"Betul!"
Di dalam hati Sang-toh punya pikiran yang sama, dulu Ho Koan-
beng bukan lawan dia, sekarang kelihatannya juga tidak akan
mampu bertahan tiga jurus Sin-hiong, makanya setelah berkata,
sikapnya kembali menjadi dingin.
Kedua orang ini saling mengukur, sama-sama tidak tahu telah
mendapatkan keberuntungan, maka wajah kedua orang ini dan Sin-
hiong terlihat sangat tegang.
Sin-hiong memutar otaknya, dalam hati berkata: 'Waktu lima hari
masih keburu, hai...! Bagaimana menghadapi kedua orang ini?"
Dia melihat-lihat pada kedua orang itu dan berkata:
"Jika kalian berdua sudah tidak ada keperluan lagi, sekarang aku
mau pergi!"
"Sin-hiong, aku ikut kau!" teriak Cui-giok.
Sang-toh dingin berkata:
"Ho-heng, calon istrimu mau ikut dengan dia!"
Dia sengaja menghasut Ho Koan-beng, di dalam hatinya berpikir:
'Biar aku menambah berat kata-kataku juga tidak apa-apa
makanya setelah berkata, tidak menunggu jawaban dari Ho Koan-
beng dia kembali berkata pada diri sendiri:
"Hai...! Memakai topi hijau bukankah juga bagus (Cemburu)?"
Ho Koan-beng licik dan banyak akal, jelas dia sudah tahu Sang-
toh sedang menghasut, tapi karena Sang-toh mengatakan di depan
mukanya, bagaimana pun dia tidak bisa menerimanya.
Maka Ho Koan-beng berteriak:
"Kalian berdua, berhenti!"
Sin-hiong menghentikan langkahnya dengan dingin berkata:
"Kau masih ada keperluan apa?"
"Kau boleh pergi, tapi dia tidak boleh ikut." Setelah berkata
menunjuk pada Cui-giok.
Cui-giok melihat sekali pada Sin-hiong:
"Sin-hiong, mari kita pergi!"
Hati Sin-hiong terjadi pertentangan, dia berhenti beberapa saat,
tapi sulit bicara.
Setelah berkata, Cui-giok pelan-pelan berjalan ke sisi Sin-hiong!
Ho Koan-beng berteriak:
"Kalau kau melangkah lagi satu langkah, maka aku tidak akan
segan-segan lagi!"
Setelah berteriak, dia sudah memungut pedangnya, tampak jika
Cui-giok melangkah lagi, mungkin dia akan benar-benar menyerang,
tapi, saat ini Cui-giok sudah melangkah lagi dua langkah!
Ho Koan-beng marah sekali "Huut!" pedang-nya menyerang!
Tubuh Cui-giok masih belum pulih, tentu saja tidak bisa
menangkis serangan ini, terlihat angin pedang sudah menyentuh
bajunya, mendadak Sin-hiong mendengus dan berkata:
"Kau tidak boleh melukai dia!"
Tubuhnya berkelebat, menarik Cui-giok ke samping!
Siapa sangka, Ho Koan-beng sudah menduga, maka tidak
menunggu jurusnya mati, dia merubah arah pedang, hawa pedang
yang dingin menusuk ke arah pergerakan Sin-hiong!
Sang-toh terkejut, di dalam hati berkata:
'Ilmu silat Ho Koan-beng sehebat ini, kita bisa bersatu
mengalahkan Sin-hiong!'
Setelah berpikir mendadak dia berteriak:
"Berhenti, aku masih mau bicara!"
"Kau mau bicara apa cepatkatakan!"
Sang-toh melihat pada Ho Koan-beng dan berkata:
"Ho-heng, aku mau mengajukan satu usul, apakah kau mau
menyanggupinya?"
"Silahkan katakan!"
"Kita bersatu melawan Sen Sin-hiong seratus jurus, bagaimana?"
"Kau bersatu dengan aku?"
Dia masih tidak percaya Sang-toh mampu, maka setelah
mengatakan, wajahnya masih tampak ragu-ragu.
Tadinya malam ini Huang-sat-ngo-kiam adalah peran utama, tapi
sekarang lima orang ini malah menjadi peran pembantu.
Hong Cin dengan nada tidak percaya berkata:
"Apa Kim-kau-kiam-khek sanggup melawan mereka berdua?"
Nie Cing menggelengkan kepala:
"Tampaknya ilmu silat marga Sen tidak lemah, tapi sebelum
bertarung sulit mengatakannya."
Cin Beng menghela nafas:
"Dalam satu malam kita sudah bertemu dengan tiga pesilat tinggi
masa kini, tidak sia-sia kita datang kesini."
Perbincangan beberapa orang ini dalam nada-nya mengandung
keharuan, tadi Sang-toh mengatakan sembilan ketua perguruan
besar sedang berada di gunung Bu-li menunggu kedatangan Sin-
hiong, ini benar-benar berita besar, tidak diduga Sang-toh malah
berani bersatu dengan Ho Koan-beng menantang Sin-hiong,
bukankah ini berita besar yang lebih besar dari berita besar tadi?
"Betullah!" kata Sang-toh tersenyum. "Tapi jika kita berdua bisa
mengalahkannya, maka nona Sun harus ikut dengan salah satu
diantara kita!"
Terdengar seseorang dengan dingin berkata: "Bagaimana jika
kalah?"
Sang-toh melihat orang bicara adalah Sin-hiong, maka dia
berkata:
"Tentu saja nona Sun ikut denganmu, kita selanjutnya tidak akan
ikut campur lagi!"
Tiba-tiba Ho Koan-beng bergerak dan berkata:
"Kucoba dulu tenaga dalammu!"
Pedang pusakanya di putar ke kanan, sinar pedang yang
menyilaukan mata bergerak dengan jurus membunuh Liu-an-hoa-
beng dari Hiang-liong-pit-to!
Sang-toh tertawa dingin, seruling giok disabet-kan miring,
tampak seperti akan menotok pergelangan tangan Ho Koan-beng,
tapi dalam sekejap mata, sudah menuju ke arah Koan-goan-hiat Ho
Koan-beng!
Ho Koan-beng tergetar, di dalam hatinya berpikir, jurus pedang
apa ini?
Jurus Liu-an-hoa-beng nya belum mati, sekali digetarkan, ujung
pedang mengeluarkan kilatan sinar perak, terdengar suara "Paak!",
dua-duanya terdorong ke belakang satu langkah!
Keduanya tertegun, Ho Koan-beng berteriak:
"Heh! Kau sudah mendapatkan ilmu silat dari Hu-houw-pit-to!"
"Kau juga sudah mendapatkan ilmu silat dari Hiang-liong-pit-to?"
Kedua orang itu bersama-sama saling bertanya, tapi wajah
mereka tampak warna yang aneh.
Ho Koan-beng tertawa dan berkata:
"Cukup, Hiang-liong bersatu dengan Hu-houw, siapa lagi didunia
ini yang bisa melawannya?"
"Jadi kau setuju dengan kata-kataku?"
Ho Koan-beng mengayunkan pedangnya:
"Tentu saja!"
Sekarang dia merasa sangat kuat, ketika pedang nya menyerang
kekuatannya seperti jadi bertambah!
Sin-hiong menarik Cui-giok ke belakang dan berkata:
"Kau tenang saja, aku bisa mengatasi mereka!"
Setelahberkata,diamenghunuspedang pusakanya,
mengarahkan ke kanan menyerang Ho Koan-beng.
Ho Koan-beng tertawa dingin, memutar tubuhnya, pedangnya
menusuk Leng-tai-hiat nya Sin-hiong!
Sin-hiong bergeser, mendadak terasa di sisinya ada angin keras,
sambil tertawa Sang-toh berkata:
"Terima dua jurusku!"
Dia mengangkat seruling gioknya, dengan dahsyat menyerang
dua jurus!
Sin-hiong berdiri tidak bergerak, telapak tangannya menghantam.
Sang-toh marah, tangan kiri menggunakan telapak, tangan kanan
memakai seruling giok, dengan jurus Kui-ong-pat-hwee (Raja setan
mengendalikan api), dua angin pukulan menerjang ke depan.
Ho Koan-beng pun tidak tinggal diam, berturut turut dia
mengayunkan pedangnya, berkerja sama menyerang Sin-hiong!
Sin-hiong dengan sinis berkata:
"Masih jauh dari seratus jurus, kalian sudah mengerahkan
seluruh tenaga?"
Sepasang kakinya bergerak-gerak, telapak tangan kiri memukul
delapan kali, pedang pusaka di tangan kanannya berkelebatan,
menimbulkan angin pusaran menerjang langit, mendesak mundur
Sang-toh ke belakang dua langkah, Ho Koan-beng harus berturut-
turut menggunakan tiga jurus yang berbeda, baru bisa bertahan
tidak terdesak mundur ke belakang.
Kedua orang itu sangat terkejut, Sang-toh mendengus dan
berkata:
"Aku tidak percaya!"
Seruling gioknya dengan cepat menotok Ki-bun-hiat nya Sin-
hiong, Sin-hiong tertawa, tangan kiri mengait, ingin memecahkan
jurus ini, siapa sangka Sang-toh mendadak menyabetkan seruling
gioknya, tangan kirinya melancarkan jurus Houw-siau-san-lim
(Harimau bersiul di gunung dan di hutan), menotok bahu kiri Sin-
hiong, seruling gioknya diayunkan lalu dibalikkan, dengan hebatnya
menyerang titik saluran Thian-tai-hiat nya Sin-hiong!
Sang-toh menggunakan sepasang tangannya secara bersamaan,
satu jurus dengan tiga perubahan, menyerang secara tiba-tiba dari
tiga arah, Sin-hiong jadi sedikit tertegun!
Pada saat ini, di belakang tubuhnya tampak sinar pedang,
pedang panjangnya Ho Koan-beng pun sudah datang menyerang
kembali!
Sin-hiong jadi tergetar, ternyata arah serangan Ho Koan-beng
adalah arah mundurnya Sin-hiong!
Dia memutar otaknya dengan cepat, tangan kirinya menangkis,
menahan tiga perubahan jurus Sang-toh, Kim-kau-po-kiam
melancarkan jurus Lui-tong-ban-bu (Halilintar menggoyangkan
selaksa benda) melibat ke arah pedang Ho Koan-beng.
Ho Koan-beng dan Sang-toh mendengus dingin, pedang dan
seruling mendadak merubah arah serangannya, yang satu
menyerang dari atas, yang satu menotok ke bawah, kerja samanya
begitu sempurna, menekan kembali jurus Sin-hiong!
Sin-hiong jadi menghela nafas dingin, dalam hati berkata:
'Seharusnya Hiang-liong dan Hu-houw adalah dua macam ilmu
silat yang sangat berbeda, kenapa setelah bergabung malah sangat
sempurna, tidak ada celah sama sekali, he he he, kelihatannya
benar-benar harus bertarung seratus jurus baru bisa menentukan
pemenangnya!"
Dia mundur kebelakang, lalu maju menyerang lagi enam jurus
pedang!
Dalam beberapa jurus ini ketiganya mengeluarkan jurus-jurus
yang sangat hebat, Huang-sat-ngo-kiam sampai membelalakan
matanya besar-besar, bernafas pun jadi tertahan menyaksikannya!
Cui-giok sangat khawatir, tangannya basah oleh keringat dingin.
Tubuhnya juga belum pulih, saat inipun harus menyandar pada
satu pohon kecil, karena terlalu tegang sehingga jatuh ke bawah.
Sang-toh dan Ho Koan-beng tahu ilmu silat Sin-hiong terlalu
tinggi, tapi kedua orang ini sekarang semakin mengerti inti sari dari
kedua macam ilmu silatnya, pedang dan seruling bersatu, dalam
sekejap sudah menyerang lebih dari dua puluh jurus.
Sebenarnya ilmu silat Sin-hiong jauh lebih tinggi dari pada Sang-
toh dan Ho Koan-beng, tetapi jika dua orang ini bergabung, dan
menggunakan ilmu silat yang sudah lama menghilang di dunia
persilatan, maka dia jadi tidak bisa mengembangkan jurusnya.
Ho Koan-beng dan Sang-toh sudah bergabung menyerang, bukan
saja kerja sama jurusnya sangat sempurna, hati mereka pun
sekarang sudah saling mengerti, sehingga kekuatannya bertambah
sangat besar, walaupun Sin-hiong telah mengerahkan seluruh
tenaganya, tetap saja dipaksa mundur beberapa langkah ke
belakang.
Maka, bukan saja membuat kening Cui-giok bercucuran keringat,
hati Huang-sat-ngo-kiam pun jadi berdebar-debar.
Sekarang cuaca sudah hampir tengah malam, pertarungan ketiga
orang ini sudah berlangsung hampir empat jam.
Sin-hiong yang dikeroyok dua orang, setelah mundur beberapa
langkah, sebisanya menyerang beberapa jurus, baru bisa
memantapkan posisinya, tapi kepalanya sudah bercucuran keringat.
Malam yang hening ini, di dalam hutan terlihat hawa pedang
menerjang ke atas langit, dari kejauhan hanya terlihat tiga
bayangan orang meloncat berputar-putar, tidak bisa membedakan
siapa menyerang siapa yang bertahan.
Dalam sela-sela serangannya Ho Koan-beng dengan keras
bertanya:
"Sang-heng, sudah berapa jurus sekarang?"
"Kurang lebih lima puluh jurus!" jawab Sang-toh
Semangat Ho Koan-beng jadi lebih tinggi, dengan keras berkata:
"Jangan biarkan dia melewati seratus jurus!"
"Tentu saja!" jawab Sang-toh.
Sin-hiong menusukan pedangnya dua kali, juga dengan keras
berkata:
"Bagus sekali, kita batasi sampai seratus jurus, jika aku kalah,
selanjutnya aku tidak akan menggunakan pedang lagi dan tidak
berkelana di dunia persilatan lagi..."
Kata-katanya begitu terdengar, hati semua orang jadi tergerak!
Harus tahu, kata-kata Sin-hiong ini tidak bedanya dengan
mempertaruhkan nama besarnya, tapi mendengar nada bicaranya,
dia seperti sangat yakin bisa mengalahkan kedua orang ini.
Waktu terus berlalu, satu detik satu menit berlalu, tiga orang itu
terus bertarung, dalam hati Sang-toh diam-diam terkejut:
'Dengan kekuatan kita dua orang jika masih tidak bisa
mengalahkan Sin-hiong, seumur hidupku, jangan harap pada suatu
hari nanti bisa melebihi dia!"
Setelah berpikir begitu, kembali dia menyerang beberapa jurus
dengan dahsyat!
Bayangan bulan sudah miring ke barat, waktu tampak sudah
lewat tengah malam, sudah hampir jam tiga pagi!
Enam puluh jurus sudah lewat, hati Cui-giok nasih berdebar-
debar, mulutnya tenis menghitung:
"Enam puluh saru, enam puluh dua......tujuh puluh......delapan
puluh jurus......"
Semakin menghitung, hatinya jadi semakin tegang!
Pertarungan ketiga orang itu semakin seru, tiba-tiba terdengar
satu teriakan "Heh!", kilatan sinar di tangan Sin-hiong mendadak
memanjang, hawa pedang berputar, dia menyerang dengan jurus
Tiang-hong-koan-jit (Pelangi menembus matahari)!
Terasa ada hawa pedang yang sangat dingin berkesiur,
mendadak terjadi tiga kali getaran pedang, di tempat yang paling
tepat Sin-hiong menlancarkan tiga jurus pedang!
Ketiga jurus pedangnya begitu keluar, segera mendesak mundur
Sang-toh dan Ho Koan-beng dua langkah ke belakang.
Mengambil kesempatan yang sempit ini, Sin-hiong meluruskan
nafasnya lalu dengan keras berteriak:
"Sudah jurus ke delapan puluh enam, paling banyak hanya
tinggal empat belas jurus!"
Ho Koan-beng bersiul panjang dan berkata:
"Betul, dalam empat belas jurus ini di antara kita harus ada
pemenangnya!"
Sang-toh mengepalkan jarinya dengan erat sekali, juga berkata:
"Jika kami kalah, aku Sang-toh akan pergi, selanjutnya tidak akan
pernah muncul lagi di dunia persilatan!"
Ho Koan-beng dengan nada dalam berkata:
"Aku marga Ho juga sama!"
Kedua orang ini semuanya sudah bersumpah berat, tapi sekarang
tinggal empat belas jurus lagi!
Sin-hiong berkata dingin:
"Dari tadi aku sudah berkata, bagus sekali kalianpun punya
pikiran yang sama denganku!"
Setelah berkata, kakinya perlahan melangkah, mencari posisi
yang menguntungkan.
Sang-toh dan Ho Koan-beng pun berputar satu putaran, Sang-toh
berteriak:
"Saudara Ho, aku menyerang dulu!"
Dengan mengeluarkan suara siulan yang tajam seruling gioknya
datang menotok, begitu bergerak sudah menotok tiga tempat!
Sin-hiong mendengus:
"Delapan puluh tujuh, delapan puluh delapan, delapan puluh
sembilan!"
Ho Koan-beng ikut bergerak, sambil marah berkata:
"Tiga jurus pedangku belum dihitung!"
"Ssst ssst ssst!" dengan dahsyat dia menyerang tiga jurus!
Sin-hiong tertawa dingin dan berkata:
"Tiga jurus akupun harus dihitung!"
Tiga orang sambil bertarung terus berkata, dalam sekejap
masing-masing menyerang tiga jurus!
Sekarang sebelas jurus lagi sampai seratus jurus, Sin-hiong
menyerang tiga jurus, Kim-kau-pokiam nya kembali diayunkan,
kembali menyerang satu jurus lebih dulu, dan berteriak:
"Jurus ke sembilan puluh!"
Jurus Hui-pouw-liu-cian (Air terjun terbang mengalir keparit) ini
adalah jurus membunuh di dalam jurus Kim-kau-kiam, "Ssst ssst!"
tidak menunggu kedua orang lawannya membalas, sudah berubah
lagi menjadi jurus Lok-yap-kui-ken (Daun jatuh kembali keakar).
Ho Koan-beng berteriak:
"Sudah jueus ke sembilan puluh satu, he he he! Kau tinggal
sembilan jurus lagi menyerang!"
Tiba-tiba dia merubah jurus pedangnya, berturut-turut
mengeluarkan jurus membunuh dari Go-bi-pai dan Bu-tong-pai yang
hebat, sekuatnya melancarkan dua jurus serangan!
Kedua orang terus mengeluarkan jurusnya, Sang-toh pun tidak
mau ketinggalan, dengan dingin berkata:
"Lihat bagaimana dengan dua jurusku?"
Sebentar saja ketiga orang ini masing-masing kembali
menyerang dua jurus, karena semuanya menyerang dengan keras,
terasa angin keras saling menggetarkan, setelah terdengar sebuah
suara keras, ketiga orang itu masing-masing mundur dua langkah!
Sang-toh dan Ho Koan-beng mengabungkan tenaganya,
walaupun telah mendesak Sin-hiong mundur dua langkah, tapi
mereka berdua pun mundur dua langkah, wajah kedua orang itu
menjadi sangat serius, jumlah sembilan jurus ini berkelebat di hati
mereka bertiga.
Ketegangan di lapangan sudah sampai puncaknya, Huang-sat-
ngo-kiam yang menonton di pinggir, masing-masing meraba dengan
tangannya, baju ke lima orang itu sudah basah semua.
Apalagi Cui-giok, dia tadi menyandar di sisi pohon, sekarang dia
malah memeluk pohon itu dengan erat, karena tidak tahan oleh
situasi di lapangan, nafasnya jadi sedikit terngengah-engah.
Dia sudah tidak berani melihatnya lagi, ketiga laki-laki yang
berada di depan matanya ini, bertarung mempertaruhkan nyawa
karena dirinya.
Sin-hiong memetik senar gitarnya, dengan nada dalam berkata:
"Tinggal sembilan jurus lagi!"
Wajah Ho Koan-beng tegang, dia tidak bicara.
"Betul, sembilan jurus ini adalah penentuan siapa yangbakal
menang!" teriak Sang-toh.
Setelah berkata, kembali dia berteriak, kedua orang itu sekarang
seperti sudah ada pengertian tanpa berkata lagi, mereka berpencar,
di iringi oleh suara "Ssst ssst!", mereka menyerang, satu d idepan
dan satu di belakang menyerang Sin-hiong satu jurus!
"Bagus!" teriak Sin-hiong.
Kim-kau-po-kiamnya bergerak, hawa pedang keluar bersama
sinar putih membacok mereka berdua!
Tapi, kali ini Ho Koan-beng1 dan Sang-toh menggunakan jurus
tipuan, baru saja pedang Sin-hiong bergerak, senjata kedua orang
itu sudah ditarik kembali, lalu bayangan itu menjadi satu, dengan
dahsyat menyerang lagi!
Sin-hiong terkejut, terdengar Ho Koan-beng tertawa dingin:
"Sembilan puluh dua, sembilan puluh tiga, hemm hemm kau
tidak akan bisa melewati sembilan puluh lima jurus!"
Sin-hiong langsung menyambut serangannya, siapa sangka, kali
ini Ho Koan-beng dan Sang-toh kembali menggunakan jurus tipuan,
Sin-hiong tidak bergerak masih bagus, begitu bergerak kedua orang
itu dengan cepat sekali menyerang balik!
Huang-sat-ngo-kiam jadi terkejut wajah mereka berubah!
Mata Cui-giok pun berkunang-kunang, hampir saja dia jatuh
pingsan, sekuat tenaga dia menahan, dengan pelan berteriak:
"Sin-hiong, aku telah mencelakakanmu!" Tapi, teriakannya belum
selesai, tiba-tiba terdengar Sin-hiong berteriak keras, sinar pedang
di tangannya mengembang besar, dengan keras berkata:
"Lihat saja, siapa yang tidak bisa melewati jurus ke sembilan
puluh lima!"
Di secara cepat membalikkan tangan pedang-nya melibat,
keganasan jurus pedangnya, tidak pernah terlihat di dunia
persilatan!
Ho Koan-beng dan Sang-toh mengira tadi bisa mengalahkan Sin-
hiong, tidak tahunya di saat berbahaya, dia masih punya sebuah
jurus ganas, kedua orang itu sedikit tertegun, lalu terdengar "Paak
paak!" senjata ke dua orang itu sudah di tempel dan dilontar-kan ke
udara.
-ooo0dw0ooo-
BAB 12
Angin meledak sebelum malam
Wajah Ho Koan-beng dan Sang-toh berdua menjadi pucat seperti
mayat, terdengar seseorang menghela nafas panjang dan berkata:
"Hai...! Malam ini mata kita benar-benar terbuka."
Ternyata orang yang bicara ini adalah orang tertua dari Huang-
sat-ngo-kiam Cin Beng, Nie Cing pelan-pelan melanjutkan:
"Kim-kau-kiam-khek benar-benar hebat seperti julukannya, kita
seperti katak di dalam tempurung saja, Toako, betul tidak?"
Cin Beng menganggukan kepala, bayangan orang berbaju putih
pelan-pelan berjalan menuju kegelapan malam.
Nie Cing tertawa pahit, dia pun ikut pergi.
Cin Beng menggeleng-gelengkan kepala juga pergi, diikuti oleh
saudara ke dua dan ke empat yang diam seribu bahasa, pergi
menghilang di kegelapan malam.
Satu persatu Huang-sat-ngo-kiam meninggal-kan tempat itu, hal
ini tidak mengejutkan orang, yang diluar dugaan adalah Ho Koan-
beng, dengan hati yang berat dia berkata:
"Sang-heng, aku jalan duluan!"
Sang-toh tertawa pilu, dia pun pergi ke arah yang lain.
Malam yang hening, angin bertiup pelan membawa kedua orang
yang sedang sedih itu ke tempat yang jauh.
Sin-hiong menghela nafas panjang dan berkata:
"Cui-giok, kita juga harus pergi!"
Setelah berkata, mendadak Sin-hiong melihat Cui-giok
sempoyongan, dan "Bluuk!" jatuh ke tanah.
Sin-hiong sangat terkejut, secepat kilat menghampiri, dengan
tangannya dia meraba, merasa dia baik-baik saja:
"Cui-giok, kau kenapa?"
Karena tadi Cui-giok terlalu tegang, dan kondisi tubuhnya belum
pulih benar, saat ini melihat Sin-hiong menang bertarung,
semangatnya jadi lega, tidak tahan dia jadi jatuh ke tanah.
Setelah beberapa saat, Cui-giok sudah siuman lagi dan berkata:
"Sin-hiong, kau menang!"
Sin-hiong menganggukan kepala, lalu mengangkat dia berdiri dan
berkata:
"Beruntung bisa menang, hay, tapi aku masih ada janji di gunung
Bu-li!"
Cui-giok merasa hatinya jadi berat, sambil menggelengkan kepala
berkata:
"Orang baik dilindungi langit, mereka tidak bisa apa-apakan kau."
Sin-hiong tahu Cui-giok sedang menghibur dia sambil tersenyum
berkata:
"Aku harap begitu!"
Walau berkata demikian, tapi hati dia tetap saja merasa berat,
memang, setelah sembilan ketua perguruan besar bersatu melawan
dia seorang diri, itu adalah hal yang sangat luar biasa, walaupun dia
mengharapkan ada kejadian seperti ini, tapi setelah benar-benar
terjadi, di dalam hati tidak tahan perasaannya tidak tenang.
Di sebelah timur sudah tampak warna keputihan, Sin-hiong dan
Cui-giok berdua beristirahat sejenak di dalam hutan, tubuh Cui-giok
masih belum pulih, tapi malam ini dia sangat senang, sebab
akhirnya dia bisa bersama lagi dengan Sin-hiong.
Dia berbicara banyak, sampai saat matahari terbit, masih saja
tidak henti-hentinya bicara.
Sin-hiong melihat cuaca dan berkata:
"Kita sudah harus pergi!"
Cui-giok meloncat berdiri dan bertanya:
"Mencari nona Lim bukan?"
"Waktunya sudah tidak banyak, sambil kita menuju gunung Bu-li,
kita mencari mereka!"
Tentu saja Cui-giok setuju, maka kedua orang itu menelusuri
jalan menuju gunung Bu-li.
Sesudah berjalan beberapa hari, gunung Bu-li sudah semakin
dekat, di sepanjang jalan Sin-hiong mencari Cian-cu-ting, dia ingin
membersihkan racun di dalam tubuh Cui-giok yang tinggal sedikit
itu, tapi kota di sepanjang jalan tidak ada toko obat yang menjual
obat itu.
Cui-giok pintar, dia sering membuka-buka dan membaca buku
Kim-ciam-tok-su itu, pelan-pelan dia jadi bisa mengerti sedikit cara
pengobatan, dalam keadaan mengatur pantangannya, walaupun
racunnya belum hilang benar, tapi tubuhnya sudah semakin sehat.
Sin-hiong merasa senang dan berkata:
"Buku ini aku berikan saja padamu, walaupun hubunganku
dengan Ong Lo-cianpwee tidak begitu erat, tapi aku pernah
menyanggupi dia mencarikan seorang penerusnya, selanjutnya
gunakanlah buku ini untuk menyelamatkan orang."
"Apakah aku pantas?" kata Cui-giok tertegun.
"Tentu saja, kau seorang wanita menjadi tabib mengobati
penyakit orang, bisa dikatakan kau yang pertama!"
Cui-giok senang sekali, sambil menghormat dan berkata:
"Kalau begitu aku berterima kasih pada Sen-tayhiap!"
Kedua orang itu bersama-sama berjalan lagi dua hari, ke salah
pahaman yang dulu terjadi sekarang sudah hilang semua, di
sepanjang jalan mereka sering berkelakar hingga tidak merasa
kesepian.
Selama dua hari, dunia persilatan sudah digemparkan oleh saru
berita, yaitu mengenai Kim-kau-kiam-khek seorang diri akan
menghadapi sembilan ketua perguruan besar, sehingga di
sepanjang jalan Sin-hiong dan Cui-giok melihat tidak sedikit orang-
orang dunia persilatan berjalan menuju ke gunung Bu-li.
Sin-hiong berharap ketua pulau Teratai dan putrinya mendengar
kabar ini dan pergi ke gunung Bu-li, maka dia sangat
memperhatikan orang-orang yang ada di sepenjang jalan, siapa
sangka dia tidak menemukan apa-apa, tapi malah tertarik oleh
seseorang.
Hari ini di saat petang, kedua orang ini tiba di satu kota kecil di
bawah gunung, Cui-giok berkata:
"Dari sini ke gunung Bu-li hanya tinggal dua hari perjalanan,
bagaimana kalau kita istirahat satu hari disini?"
Baru saja Sin-hiong mau menjawab, tiba-tiba di mulut kota ada
sesosok bayangan berkelebat, buru-buru dia memberi isyarat
dengan mata, Cui-giok yang melihat, sangat terkejut dan berkata
pelan:
"Dia juga datang?"
Suaranya penuh dengan rasa terkejut, Sin-hiong menganggukan
kepala:
"Benar! Tapi kita jangan pedulikan dia?"
Cui-giok menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepala
berkata:
"Asal saja dia tidak mengganggu kita saja sudah bagus!"
Setelah berkata, kedua orang sudah berjalan masuk ke dalam
kota.
Kota ini tidak besar, tapi penginapannya tidak sedikit, kedua
orang sampai di depan satu penginapan, di dalam sudah duduk
tidak sedikit orang.
Sin-hiong perlahan menarik Cui-giok:
"Bagaimana kalau kita cari tempat lain saja?"
"Bukankah disini sudah bagus?"
Sorot mata Sin-hiong menyapu, mendadak terlihat di dalam
ruangan ada dua pasang mata setajam senjata menatap dirinya,
hatinya sedikit tergerak dan berkata didalam hati:
‘Tadinya aku tidak mau bertemu dengan dia, tidak diduga malah
bertemu disini.'
Pikiran ini hanya sekelebat berada di kepala-nya, saat itu tanpa
banyak bicara, bersama Cui-giok masuk ke dalam.
Begitu kedua orang itu masuk ke dalam ruang makan, mata
seluruh tamu disana jadi terasa terang, mata semua orang jadi
tertuju pada mereka berdua.
Sin-hiong sangat tampan dan gagah, Cui-giok cantik tiada
duanya, ada orang sampai memujinya:
"Ah, benar-benar pasangan yang serasi!"
Kebetulan sekali, selain meja yang di tengah, meja yang lainnya
sudah penuh diisi tamu, Sin-hiong jadi merasa malu, melihat semua
orang di dalam ruang melihat padanya, wajah tampannya jadi
merah.
Tapi Cui-giok dengan tenang duduk dan memesan beberapa
macam masakan, pada saat ini, mendadak di luar terdengar derap
kaki kuda, ada tiga ekor kuda berjalan datang kesini.
Mata semua orang pun melihat keluar, terlihat di luar pintu
muncul tiga orang tosu setengah baya.
Tamu-tamu di dalam ruangan rumah makan tidak sedikit, tapi
setelah semua orang melihat munculnya tiga orang tosu ini, hati
semua orang jadi merasa tegang, di dalam ruangan segera menjadi
hening, tidak terdengar suara sedikit pun.
Melihat tiga orang ini, Cui-giok terkejut:
"Bu-tong-sam-kiam juga sudah datang!"
Sin-hiong tidak bicara, tangannya di masukan ke dalam air
minum dan menulis di atas meja:
"Ang-hoa-kui-bo juga ada di sudut!"
Wajah Cui-giok jadi berubah, dalam hatinya berpikir:
'Kita tadi masih mengatakan jangan perduli-kan dia, tidak diduga
setan inipun menginap di penginapan ini, hay! Mungkin malam ini
akan terjadi keramaian.'
Baru saja berpikir begitu, Bu-tong-sam-kiam sudah masuk ke
dalam.
Wajah ketiga orang itu tampak serius sekali, saat gunung Bu-
tong dikacau oleh Thian-ho-tiauw-souw, saat itu mereka bertiga
tidak ada di gunung, setelah mereka mendapat kabar, baru buru-
buru kembali kegunung.
Bu-tong-sam-kiam sama dengan Ang-hoa-kui-bo, sudah siap lima
tahun tidak akan muncul ke dunia persilatan, tapi karena akhir-akhir
ini di dunia persilatan sering terjadi gejolak, sampai ketua dari
sembilan perguruan besar juga sudah bergerak, maka mereka jadi
kembali keluar gunung.
Hati Bu-tong-sam-kiam sangat berat, Coan-hong Totiang
yangberjalan di depan berkata:
"Pelayan, apakah ada kamar kosong?"
Pelayan rumah makan buru-buru berkata:
"Ada... ada, tuan-tuan tidak makan dulu?"
Mata Coan-hong Totiang melihat ke sekeliling, begitu melihat Sin-
hiong dan Cui-giok juga ada di dalam ruangan, sambil menekan
wajahnya dia berkata:
"Bagus sekali, kalau begitu siapkan masakan-nya biar kami
makan dulu!"
Nada bicaranya seperti sedang marah, bukan saja pelayan tidak
mengerti, orang-orang di dalam ruangan pun ikut tidak mengerti.
Coan-kong Totiang yang ada di belakang dia pun sudah melihat
Sin-hiong, tapi setelah matanya melihat ke sekeliling, dia juga
melihat Ang-hoa-kui-bo, tapi Ang-hoa-kui-bo duduk di sudut gelap,
sehingga kurang diperhatikan orang-orang.
Coan-kong Totiang mendengus:
"Semua sudah datang, bagus sekali!"
Perkataan kedua orang ini entah apa maksud-nya, tapi buat Sin-
hiong dan Cui-giok, mereka sudah tahu perkataannya bermaksud
tertentu.
Setelah Cui-giok makan dua sendok, berkata:
"Apakah kau sudah kenyang? Bagaimana kalau kita pindah ke
penginapan lain saja?"
Sin-hiong pun tidak mau mencari keributan, maka
menganggukan kepala dan berkata:
"Sudah kenyang, kita keluar melihat-lihat dulu saja."
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, lalu membayar rekening,
sekarang di dalam kota lampu-lampu sudah dinyalakan, saat mereka
keluar, Bu-tong-sam-kiam dan Ang-hoa-kui-bo tidak mengikutinya.
Cui-giok menarik nafas panjang dan berkata:
"Seharusnya aku tadi mendengarkanmu, alangkah baiknya jika
tidak menginap di penginapan ini!"
"Kenapa?"
"Aku tahu kau tidak takut pada mereka, tapi sebelum
membereskan masalah di gunung Bu-li, paling baik jangan
perdulikan mereka!"
Sin-hiong menganggukan kepala:
"Maksudku juga begitu, tapi mungkin malam ini kita tidak bisa
menghindari mereka."
Cui-giok terkejut:
"Menurutmu malam ini mereka akan mencari kita?"
"Aku pikir begitu, tapi jika tidak sangat terpaksa, aku tidak akan
bertarung dengan mereka!"
Belok ke sebuah jalan, di depan ada saru penginapan, mereka
masuk ke dalam, pelayan sambil tersenyum bertanya:
"Anda suami istri mau menginap?"
Wajah Sin-hiong menjadi merah:
"Ada kamar tidak, kami butuh dua kamar."
"Dua kamar?"
Sin-hiong menganggukan kepala, pelayan itu dengan terpaksa
berkata:
"Maaf sekali, penginapan kami tinggal satu kamar besar, jika
anda berdua bisa satu kamar itu pas sekali."
Sin-hiong ragu-ragu sejenak, tapi Cui-giok memotong:
"Satu kamar itu saja, coba tunjukan, kami ingin melihatnya dulu."
Pelayan itu mengerutkan alis, di dalam hatinya berpikir, kedua
orang ini aneh sekali, yang laki-laki mau dua kamar, tapi yang
wanita mengatakan satu kamar juga boleh, dia melirik Sin-hiong
sekali, lalu berjalan menuju ke pekarangan belakang.
Dua orang itu mengikuti dari belakang, hati Sin-hiong jadi
bimbang, di dalam hatinya sedikit menolak.
Baru saja melangkah masuk ke pekarangan belakang, mendadak
dari depan datang dua orang, kedua orang ini usianya masih sangat
muda, di punggungnya terselip pedang panjang, begitu salah
seorang lewat di depan Sin-hiong, wajahnya segera berubah!
Tadinya Sin-hiong tidak memperhatikan, setelah jalan beberapa
langkah, terdengar salah satunya dari orang tadi dengan terburu-
buru berkata:
"Cepat beritahu guru, Kim-kau-kiam-khek sudah datang!"
Yang satunya lagi menjawab:
"Tidak usah terburu-buru, dia juga menginap di penginapan ini,
dia tidak akan bisa pergi kemana lagi?"
Hati Sin-hiong tergerak:
'Kedua orang ini entah dari perguruan mana? sepertinya aku
tidak pernah melihat mereka!'
Dia sudah pernah pergi ke Siauw-lim dan Bu-tong, pernah
bertarung dengan ketua perguruan besar Kun-lun Go-bi dan Tiang-
pek, tidak usah bicara yang lain, murid-murid dari lima perguruan
besar ini entah ada seberapa banyak, jika bisa mengingatnya satu
persatu, bukankah dia ini dewa?
"Hay, bertemu masalah lagi!" keluh Cui-giok.
Sin-hiong mengangkat-angkat bahunya:
"Kecuali kita menginap di luar kota, jika tidak sedikit banyak pasti
bertemu dengan masalah."
Pelayan sudah membawa mereka ke kamar, Sin-hiong melihat
kamarnya cukup luas, di depan adalah pekarangan, di belakangnya
ada benteng yang tinggi, maka dia menganggukan kepala,
menyuruh pelayan itu pergi.
Kata Cui-giok:
"Kita segera bersemedi, untuk bersiap-siap menghadapi keadaan
malam nanti."
"Benar, lebih baik kita istirahat saja!" kata Sin-hiong tersenyum.
Setelah berkata, sambil tersenyum dia duduk di sisi jendela lalu
memejamkan mata bersemedi.
Cui-giok menyuruh Sin-hiong naik ke atas ranjang, tapi karena
mereka belum resmi sebagai suami istri, Sin-hiong pura-pura tidak
mendengarnya, Cui-giok memutar otak di dalam hati berkata:
"Pertemuan dengan sembilan ketua perguruan besar tinggal dua-
tiga hari lagi, aku belum resmi menikah dengan dia, jika dia menang
tidak apa-apa, jika kalah, orang-orang akan melihat aku sebagai
wanita tukang gonta ganti laki-laki."
Tadinya dia ingin mengajukan pernikahan pada Sin-hiong, tapi
karena masalah pernikahan ini masalah besar, bagaimana dia bisa
menebalkan kulit, membuka mulutnya.
Dia berbaring di atas ranjang, tapi tidak bisa tenang, Sin-hiong
seperti merasakannya dan bertanya:
"Kau masih memikirkan apa?"
Wajah Cui-giok menjadi merah, untung saja saat ini malam hari,
dan di kamar belum dinyalakan lampu, jadi Sin-hiong tidak tahu, dia
memutar otak dengan cepat dan berkata:
"Aku sedang memikirkan masalah kita."
"Memikirkan masalah kita? Hay! Tidak ada gunanya
mengkhawatirkan masalah jni, aku akan sekuat tenaga melawan
mereka!"
Dia salah menangkap kata-kata Cui-giok, tapi Cui-giok juga
kesulitan menjelaskannya, terpaksa dia berkata:
"Sin-hiong, kau pikir kau sanggup melawan mereka?"
Di dalam kegelapan, terlihat Sin-hiong menggeleng-gelengkan
kepala:
"Sembilan ketua perguruan besar masing-masing mempunyai
ilmu silat sangat tinggi, menghadapi empat orang diantara mereka
aku mungkin masih bisa menang, kalau sembilan orang ini bersatu,
mungkin aku bukan tandingannya?"
Hati Cui-giok menjadi berat dan berkata:
"Kalau begitu, jangan pergi ke pertemuan itu?"
"Mana boleh tidak pergi?"
Cui-giok jadi khawatir sekali "Hay!" dia menghela nafas dan
melanjutkan:
"Jika terjadi sesuatu padamu, aku pun tidak bisa hidup lagi!"
Sin-hiong tergetar, dia sadar kata-katanya mengandung perasaan
yang mendalam, tapi, dia tidak bisa berkata apa untuk
menghiburnya?
Dia menghela nafas pelan, sambil menghibur diri berkata:
"Bukankah kau pernah berkata orang baik dilindungi langit, jika
aku beruntung bisa menang, bukankah kau mau menemani aku
pergi ke pulau Teratai di Tong-hai?"
Kata-kata ini membuat hati Cui-giok timbul semacam perasaan
manis dan asam, tapi, perasaan manis ini kadarnya lebih banyak
dari pada perasaan asam, dia berkata:
"Aku tentu saja mau! Malah aku khawatir kau tidak mau aku?"
Mendengar ini Sin-hiong bangkit berdiri dengan tertegun
bertanya:
"Apakah betul?"
Yang dia pikirkan sekarang, pertama adalah pergi ke gunung Bu-
li untuk memenuhi janji bertemu dengan sembilan ketua perguruan
besar, yang kedua adalah khawatir Cui-giok tidak mau menemani
dia pergi ke pulau Teratai.
Sejak dia turun gunung, sudah hampir satu tahun lebih, terhadap
berbagai masalah di dunia persilatan dia sudah tawar, asalkan dia
sudah menyelesaikan pesan gurunya, maka dia siap mundur dari
dunia persilatan, dia tidak berambisi di dunia persilatan lagi.
Cui-giok tidak menduga Sin-hiong bisa begitu senang, malah saat
dia menanyakan hal ini, tampak mengutarakan isi hatinya, perasaan
malu-malu tadi yang ada di dalam hatinya jadi tersapu bersih,
segera dia turun dari ranjang dan berkata:
"Kenapa tidak, hai...! Akhirnya aku mendapatkanmu juga!"
Setelah berkata dia berlari memeluk Sin-hiong, malah saking
bahagianya sampai mencucurkan air mata.
Sin-hiong dengan lembut mengulas-ulas rambut halusnya, dia
juga merasakan perasaan yang sama, air mata Cui-giok menetes di
atas tangannya, membuat dia terbayang seorang anak pembelah
kayu pada suatu hari bisa mendapatkan hari yang bahagia ini, dia
sendiri pun tidak tahan meneteskan air mata.
Cui-giok menengadah sedikit dan bertanya:
"Kau nangis?"
Sin-hiong menganggukan kepala: "Kau?"
"Tapi tangisku tangis bahagia!" kata Cui-hiok.
"Aku juga......"
Belum selesai perkataannya, mendadak di atap rumah terdengar
suara baju tersampok angin!
Kedua orang segera berpisah, Sin-hiong pelan berkata:
"Kau tunggu disini, aku keluar melihatnya!"
Tadinya Cui-giok ingin ikut keluar, tapi setelah dipikir lagi, orang-
orang yang ditemui hari ini, tidak satu pun ilmu silatnya berada
dibawah dirinya, jika ikut keluar, malah bisa membuat Sin-hiong
tidak bisa memusatkan pikiran.
Maka dia menganggukan kepala: "Kau harus hati-hati!"
"Aku tahu."
Terdengar diatas atap ada orang berkata: "Ada disini!"
Ternyata orang ini adalah Coan-kong Totiang salah satu dari Bu-
tong-sam-kiam, di dalam hati Sin-hiong berpikir:
'Walaupun aku pernah pergi ke gunung Bu-tong, tapi aku tidak
berbuat salah pada orang-orang Bu-tong-pai, apa masalah mereka
bertiga malam ini mencari aku?
Mendadak salah seorang berteriak terkejut:
"Iiih, disana ada orang!"
Suara ini seperti suara Coan-hong, Coan-kong yang tadi diam
berkata:
"Heh, Ang-hoa-kui-bo sudah datang!"
Baru saja dia selesai berkata, mendadak di belakang tubuhnya
ada seseorang berkata dingin: "Coan-kong Totiang, kau salah lihat!"
Orang ini barulah Ang-hoa-kui-bo, Bu-tong-sam-kiam mendengar
ini, jadi sangat terkejut!
Coan-hong merubah posisi dengan nada dalam berkata:
"Gou w Ci-hiang, mau apa kau datang kesini?"
"Kalian sendiri mau apa?"
Coan-hong tertawa dingin:
"Mencari Kim-kau-kiam-khek Sen Sin-hiong!"
Ang-hoa-kui-bo dengan sinis berkata:
"Begitukah, kalian boleh mencari dia, kenapa aku tidak boleh cari
dia?"
Ketika dia bicara, tingkahnya sangat dingin, perawakannya yang
tinggi besar berdiri di tiup angin malam, kelihatannya lebih tinggi
satu kepala dari pada Bu-tong-sam-kiam, sungguh amat gagah
sekali.
Bu-tong-sam-kiam melihat dia datang bukan untuk mencari
mereka, maka mereka pun tidak mau mengganggu dia, Coan-soan
Totiang melihat ke arah jauh dan berkata:
"Entah siapa yang datang ini? Jika mereka semua datang untuk
mencari Sen Sin-hiong, kenapa kita tidak tunggu saja sampai
mereka selesai, baru kita datang lagi? Bagaimana pendapat Ji-
suheng?"
Sikap Coan-soan Totiang tenang, kata-katanya sedikit banyak
membuat orang yang mendengarnya jadi mengerti, begitu pun
dengan Ang-hoa-kui-bo, dia menggerakan tongkat besinya sambil
tertawa dingin:
"Kalau begitu pergilah kesana!"
Sambil menggerakan ujung tongkatnya, samar -samar menyapu
ke arah Coan-soan Totiang!
Coan-soan Totiang mendengus dingin sambil berkata marah:
"Gouw Ci-hiang, kau mau berkelahi?"
Dia menepukan sepasang tangannya, tapi dia tidak terpikir ilmu
silat Ang-hoa-kui-bo lebih tinggi dari padanya, jika Bu-tong-sam-
kiam bersama-sama menyerang, mungkin Ang-hoa-kui-bo tidak bisa
berbuat banyak, tapi jika hanya dia seorang diri, itu masih terlalu
jauh.
Ang-hoa-kui-bo tertawa dingin: "Kalau seorang diri apa bisa
menghalangiku?" Tongkat besi disapukan lalu didorong, hampir saja
mengenai pinggangnya Coan-soan Totiang.
Kata-kata Ang-hoa-kui-bo langsung menghina Coan-soan Totiang
sebagai orang tidak berguna, bagaimana Bu-tong-sam-kiam bisa
terima, Coan-hong Totiang dan Coan-kong Totiang langsung maju,
"Ssst ssst!" pedangnya ikut menyerang, sambil marah berkata:
"Kami malah ingin mencoba kau yang di dunia persilatan yang
bukan orang tidak berguna ini!"
Pikiran Bu-tong-sam-kiam sudah bisa berkerja sama, begitu
Coan-hong Totiang dan Coan-kong Totiang menusukan pedangnya,
tubuh Coan-soan Totiang mundur ke belakang, juga mencabut
pedang pusakanya. "Ssst!" pedangnya menusuk!
Tiga pedang sekarang bersatu, kekuatannya langsung berlipat
ganda, Ang-hoa-kui-bo tidak berani sembarangan lagi, dia memutar
tongkat besinya dengan marah berkata:
"Kalian bertiga mau membantu Sen Sin-hiong?"
Putaran tongkat besinya sangat kuat di ujung tongkat
menimbulkan angin keras, Bu-tong-sam-kiam tidak berani
pedangnya beradu tongkat, Coan-hong Totiang berputar dari
belakang menyabetkan pedangnya!
Di atas atap tidak leluasa untuk bertarung, apalagi empat orang,
setelah Coan-hong Totiang menusukan pedangnya dia berteriak:
"Jika mau bertarung kita cari tempat kosong diluar kota sana!"
Sebenarnya Bu-tong-sam-kiam pun dalam sedang dalam keadaan
kesal, Bu-tong-pai sudah dibuat kacau balau oleh Thian-ho-tiauw-
souw, sehingga nama besar Bu-tong-pai jadi tercoreng, ketiga orang
ini sedang mencari kesempatan untuk mengangkat kembali nama
besar Bu-tong-pai, Ang-hoa-kui-bo datang mencari masalah adalah
hal yang mereka inginkan.
Sedangkan buat Ang-hoa-kui-bo, sejak murid kesayangannya
Sang-toh pergi, hatinya selalu tidak senang, kemudian walaupun
mendengar orang-orang mengatakan ilmu silat Sang-toh sudah
maju pesat, tapi Sang-toh tidak pernah bertemu dengannya, dalam
hatinya berpikir, jika bukan karena Sen Sin-hiong, bagaimana
mungkin dirinya bisa jadi seperti ini, maka dalam keadaan marah dia
ingin bertarung lagi dengan Sin-hiong.
Ang-hoa-kui-bo berkata marah:
"Ayo kita kesana, apa aku takut pada kalian?"
Dia menarik tangannya, langsung berlari keluar kota! Coan-kong
Totiang berpikir-pikir lalu berkata :
"Sungguh tidak tahu diri setan tua ini, tanpa sebab mengganggu
pekerjaan kita, ayo kita bertarung dengan dia!"
Setelah berkata, baru saja mau meloncat mengikutinya,
terdengar satu orang dengan pelan berkata: "Tunggu adik-adik, aku
mau bicara!"
Bu-tong-sam-kiam jadi senang sekali, ketiga-nya bersama-sama
memanggil:
"Ternyata Suheng, entah ada pesan apa?" Pendeta tua yang
datang ini ternyata adalah ketua Bu-tong-pai, Coan-cin Cinjin, dia
melihat sekali pada Bu-tong-sam-kiam dan berkata:
"Buat apa kalian bertarung dengan dia, mengalah sedikit
padanya tidak apa-apa!"
Coan-hong Totiang berkata: "Apakah Suheng masih ada hal
penting lain?" Coan-cin Totiang menganggukan kepala, Ang-hoa-
kui-bo.sudah berlari sejauh dua puluh tombak, ketika menengok ke
belakang melihat Bu-tong-sam-kiam sedang bicara dengan seorang
tosu tua, tidak mengikutinya, maka dia berlari kembali.
Setelah dekat sambil tertawa dingin berkata: "Ternyata ketua
besar Bu-tong-pai juga sudah datang, he he he, kalian masih kurang
satu, tidak membawa gunung Bu-tong kesini."
Coan-cin Totiang tersenyum berkata: "Kita kekurangan orang,
apakah kau mau membantu kami memindahkan gunung Bu-tong
kemari?"
Ang-hoa-kui-bo menekan wajahnya: "Aku tidak ada waktu
berbincang-bincang dengan kalian, tiga Sute kesayanganmu ini mau
menghadang aku, maka aku mau mencoba-coba beberapa jurus
pedang Bu-tong-pai!"
Perkataannya tanpa di tahan-tahan, sampai Bu-tong-sam-kiam
dikatakan dia sebagai Sute kesayangan, tiga orang ini tidak bisa
menahan diri, kembali mencabut pedangnya mau bertarung
dengannya, Coan-cin Cinjin berkata:
"Kami sedang ada urusan penting, kau ada keperluan apa
silahkan saja!"
Setelah berkata, sambil pergi membawa tiga Sutenya!
Perbuatannya membuat Ang-hoa-kui-bo jadi tertegun.
Bu-tong-pai selalu menganggap dirinya adalah perguruan yang
paling terpandang dan dihormati di dunia persilatan, orang-orang
perguruannya semua sombong-sombong, Coan-cin Cinjin tidak
perduli atas hinaan Ang-hoa-kui-bo, dan membawa tiga Sutenya
pergi, mungkin setiap orang jika mendengarnya tidak akan bisa
percaya!
Ang-hoa-kui-bo melihat ke arah jauh dan bergumam
"Para tosu bangsat ini tidak tahu sedang ada masalah apa, hemm
lebih baik aku selesaikan dulu urusanku!"
Setelah berkata, dia langsung melayang kembali ke atas atap,
tongkat besinya dipukulkan ke atap rumah dan berteriak:
"Sen Sin-hiong, cepat keluar?"
Tenaga Ang-hoa-kui-bo yang begitu besar, setelah menghantam
atap rumah penginapan dengan tongkat besinya, bagaimana bisa
bertahan, terdengar
"Bruuk!" yang keras, atap rumah segera menjadi bolong besar.
Sekarang sudah larut malam, tamu-tamu penginapan
kebanyakan sudah tidur, setelah terdengar suara gemuruh,
kebanyakan tamu jadi terbangun ketakutan dan lari pontang
panting, keadaan di dalam penginapan segera menjadi kacau.
Ang-hoa-kui-bo melihat ke sekeliling, dia masih tidak melihat
bayangannya Sin-hiong, kembali dia mengangkat tongkat besinya
dan marah berkata:
"Sen Sin-hiong, jika kau masih tidak keluar, maka aku akan
menghancurkan penginapan ini."
Baru saja selesai bicara, mendadak di belakang tubuhnya ada
orang menghela nafas dan berkata:
"Lo-cianpwee, kau mau mencari aku, kenapa harus
menghancurkan penginapan!"
Ang-hoa-kui-bo membalikan tubuhnya, terlihat Sin-hiong dengan
wajah serius berdiri disana dan dengan dingin berkata:
"Akhirnya kau keluar juga, berapa harga satu penginapan?"
Setelah berkata, dengan keras dia memanggil-manggil pelayan,
setelah cukup lama, baru terlihat si pelayan rumah berjalan keluar
sambil gemetaran, Ang-hoa-kui-bo malas bicara, dia melemparkan
satu balok perak besar dan berteriak:
"Ambil ini sebagai ganti rugi kalian."
Sin-hiong berkata:
"Bagus, tapi Lo-cianpwee memanggil aku, entah ada urusan
apa?"
Ang-hoa-kui-bo melototi dia dan berkata: "Apakah kau pernah
melihat anak Toh?"
Sin-hiong tidak menduga di tengah malam begini datang mencari
dirinya hanya karena masalah ini, maka dia menganggukan kepala
dan berkata:
"Pernah!"
"Dimana dia sekarang!"
"Dia?"
"Kau sudah melihat anak Toh, tentu tahu sekarang dia ada
dimana? Hemm hemm jika tidak memberitahukan keberadaannya,
terpaksa kita bertarung lagi!"
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, di dalam hati berkata:
'Kau sangat kasar dan tidak tahu aturan, rupanya sengaja
mencari masalah!'
Tapi dia tetap menahan diri:
"Lo-cianpwee, murid anda pergi kemana, bagaimana aku bisa
tahu?"
Ang-hoa-kui-bo menggerakan tongkat besinya dengan dingin
berkata:
"Kau tidak mau memberitahukan, terpaksa kita bertarung lagi!"
Sin-hiong tidak bisa menahan lagi dengan dingin berkata:
"Lo-cianpwee terus menerus mendesak aku, terpaksa aku
melayaninya!"
Ang-hoa-kui-bo menggulung tongkat besinya, langsung menyapu
ke Kian-keng-hiat di kiri kanan Sin-hiong!
Dia tahu ilmu meringankan tubuh dan jurus pedang Sin-hiong
cukup hebat, jika di tempat datar, Sin-hiong menggabungkan kedua
ilmu silatnya, maka dirinya akan mendapat kesulitan, tapi jika
bertaning diatas atap rumah, maka keadaannya akan terbalik.
Sin-hiong tidak memikirkan ini, dia hanya merasa bertarung di
depan banyak orang, mudah sekali mengumpulkan banyak orang,
maka akan mengganggu penginapan ini.
Maka saat tongkat Ang-hoa-kui-bo menyapu, ujung pedangnya
dihentakan, tubuhnya sudah melayang ke tempat lain.
"Mau lari kemana?" teriak Ang-hoa-kui-bo. Saat ini bisa dikatakan
dia dalam keadaan unggul, tubuh Sin-hiong belum mantap, dia
sudah datang menerjang "Huut!" tongkat besi kembali menyapu.
Dalam penginapan ada banyak orang-orang dunia persilatan
yang menginap, diantaranya kebanyakan adalah yang mau pergi ke
gunung Bu-li menonton keramaian, melihat terjadi pertarungan di
atap rumah, semua orang jadi berlari keluar menonton.
Nama Ang-hoa-kui-bo sangat termasyur di dunia persilatan,
bunga merah di sisi telinganya adalah ciri khasnya, para pesilat
tinggi di pekarang yang menonton, di antaranya ada seorang
dengan terkejut berteriak: "Heh! Itu Ang-hoa-kui-bo!" Setelah orang
ini berteriak, hati orang-orang di pekarangan menjadi tegang
karenanya!
Terlihat Sin-hiong meloncat keatas, pedangnya menyerang ke
bawah, terdengar suara keras "Traang!" dalam pancaran kembang
api, tubuh dia sudah mantap berdiri.
Orang-orang jadi lebih terkejut lagi.
Dalam jurus tadi, jika Sin-hiong tidak memiliki ilmu meringankan
tubuh dan jurus pedang yang luar biasa, sulit bisa lolos dari jurus
ini, tapi akhirnya dia bisa berhasil, bagaimana tidak membuat orang
terkejut!
Orang-orang berbisik:
"Siapa pemuda ini? Dapat menangkis serangan dahsyat Ang-hoa-
kui-bo, sudah bisa disejajarkan dengan pesilat tinggi dunia
persilatan!"
Diantaranya ada yang lebih pintar sedikit setelah melihat-
lihatnya, berkata:
"Apakah dia Kim-kau-kiam-khek?"
"Kim-kau-kiam-khek! Betul, apa kau tidak lihat gitar kuno di
punggungnya itu?"
Kata-kata ini laksana halilintar di siang hari bolong, sorot mata
semua orang jadi ditujukan pada Sin-hiong, membuat nama Ang-
hoa-kui-bo jadi kehilangan pamor.
Ang-hoa-kui-bo marah sekali, menghardiknya: "Kau bocah telah
merebut kebanggaan di dunia persilatan, malam ini bagaimana pun
aku harus membuatmu malu!"
Mendadak tongkatnya menyapu dua kali, angin keras terdengar
"Huut huut!", masing-masing menerjang ke Sin-hiong!
Berturut-turut Sin-hiong mengalah tiga jurus, tapi Ang-hoa-kui-bo
masih saja tidak mengerti, dia mendesak terus, lama-kalamaan Sin-
hiong jadi marah juga "Ssst!" dia menyerang pedangnya sambil
tertawa dingin berkata:
"Aku sudah mengalah tiga jurus padamu, apa kau tahu tidak?"
Ang-hoa-kui-bo semakin marah, serangan tongkat besinya
semakin gencar, sambil marah berkata:
"Siapa yang mau kau mengalah!"
Setelah berkata, dia hampir menyapukan tongkat besinya
sepuluh sapuan lebih!
Luas atap rumah tidak besar, di tambah senjata Sin-hiong
pendek sekali, dia hanya bisa mengambil kesempatan menyerang
satu dua jurus, orang-orang yang melihat, jadi khawatir Pada Sin-
hiong.
Tapi gerakan Sin-hiong lincah sekali, walaupun serangan tongkat
besi Ang-hoa-kui-bo sangat gencar, dalam waktu singkat tetap tidak
bisa mengapa-apakan dia.
Cui-giok pelan-pelan keluar kamar, dia sangat yakin sekali pada
diri Sin-hiong, tapi melihat serangan Ang-hoa-kui-bo sangat gencar,
hatinya jadi ikut berdebar-debar.
Kedua orang itu dalam sekejap sudah bertarung dua puluh jurus,
Sin-hiong masih saja lebih banyak bertahan daripada menyerang,
Ang-hoa-kui-bo mengambil kesempatan menguntungkan ini, sedikit
pun tidak mengendurkan serangannya!
Dalam sekejap dia kembali menyerang lagi tiga jurus, mungkin
karena tenaganya terlalu besar, mendadak terdengar suara
"Kreek!", genteng rumah berjatuhan ke bawah.
Sin-hiong mencuri pandang, melihat Cui-giok sedang
memperhatikan pertarungan, sambil tertawa keras berkata:
"Lo-cianpwee, kau tadi sudah membayar ganti rugi pada pelayan,
sekarang boleh dengan tenang memecahkan lagi genteng-
gentengnya!"
Kata-katanya jelas mengejek Ang-hoa-kui-bo, tapi diam-diam
juga memberi tahu Cui-giok, keadaan dia sedikit pun tidak terdesak.
Cui-giok berteriak:
"Sin-hiong, konsentrasi!"
Sin-hiong menggetarkan pedang pusakanya, sambil tertawa
berkata:
"Kau tenang saja!"
Serangannya menyerang sisi punggung Ang-hoa-kui-bo,
walaupun Ang-hoa-kui-bo memiliki keunggulan senjata, tapi
tongkatnya besar dan berat, gerakannya kurang lincah, dia memutar
tubuhnya menyapukan ujung tongkat, angin pukulan tongkat lewat,
genteng atap rumah kembali disapu dia berjatuhan ke bawah!
Semua orang diam-diam terkejut, tapi Sin-hiong masih tenang-
tenang saja menghadapinya, dia tidak menyerang tidak apa-apa,
tapi sekali menyerang, maka Ang-hoa-kui-bo mau tidak mau harus
membalikan tongkatnya menangkis!
Lima enam jurus sudah lewat lagi, rumah kayu ini tidak tahan
lagi menahan beban pertarungan sengit kedua orang ini, saat ini
sudah mulai bergoyang goyang. Pelayan rumah terkejut, tapi tidak
berani bersuara, dia hanya bisa gelisah sampai bercucuran keringat
dingin.
Semakin bertarung Ang-hoa-kui-bo semakin bersemangat, setiap
serangannya adalah serangan mematikan, satu jurus Boan-thian-
kai-te (Langit penuh tertutup tanah) mengeluarkan suara "Buum"
ber gemuruh, atap rumah dipukulnya sampai jadi bolong besar, tapi
Sin-hiong sudah melayang ke tempat lain!
Karena terlalu besar menggunakan tenaga, hampir saja Ang-hoa-
kui-bo tidak bisa menahannya, tubuhnya bergoyang-goyang, hampir
saja jatuh ke bawah.
Sin-hiong tersenyum, dia melayang turun disisi Cui-giok, dengan
pelan menariknya dan berkata:
"Jalanlah!"
Cui-giok tidak tahu apa maksudnya Sin-hiong, terpaksa diam
mengikutinya, baru saja berjalan dua langkah, mendadak, ada angin
keras yang amat dahsyat datang mendorong.
Orang-orang di pekarangan semua sampai berteriak terkejut,
Cui-giok sudah tahu Ang-hoa-kui-bo menyerang secara diam-diam
dari belakang, hatinya terkejut, tepat pada saat ini, mendadak dia
merasa dirinya ditarik oleh Sin-hiong, Sin-hiong sudah membalikan
tubuh menyambutnya.
Dia memalingkan kepala, terlihat sinar pedang Sin-hiong laksana
jaring, mengurung seluruh tubuh Ang-hoa-kui-bo.
Tubuh Sin-hiong melayang-layang tidak menentu, walau sehebat
apa pun ilmu silat Ang-hoa-kui-bo, tapi yang dituju oleh ujung
tongkatnya selalu tempat kosong yang tidak ada apa-apa, maka
setelah lewat dua puluh jurus, Ang-hoa-kui-bo sudah berada di
bawah angin.
Seluruh penonton yang berada di dalam pekarangan baru benar-
benar melihat Kim-kau-kiam-khek sungguh-sungguh berilmu tinggi.
Saat mereka berdua bertarung dengan sengit, mendadak di atas
benteng muncul tiga bayangan orang, ketiganya memakai baju
tosu, mereka Bu-tong-sam-kiam yang kembali lagi!
Coan-hong Totiang turun duluan ke bawah sambil berkata dingin:
"Gouw Ci-hiang, kau sudah berada di bawah angin!"
Coan-kong dan Coan-soan dua orang juga ikut turun kebawah,
tiga orang dengan angkuhnya berdiri di pinggir, kata-katanya terus
mengejek, membuat Ang-hoa-kui-bo marah setengah mati.
Ang-hoa-kui-bo menyerang tiga jurus lagi, mendesak Sin-hiong
mundur sedikit, dengan marah berkata:
"Aku tidak bisa, apa kalian mau mencobanya?"
Coan-kong sengaja melihat pada Coan-soan dan berkata:
"Dia sendiri sudah mengaku tidak sanggup, maka hanya tinggal
melihat bagaimana kita dari Bu-tong-pai!"
Kata-kata ini lebih-lebih tidak enak didengar, Ang-hoa-kui-bo
mendengar seperti api disiram minyak, dia berteriak, menyapukan
tongkat besinya pada Coan-kong.
Coan-kong menghindar, Coan-soan dengan cepat menusukan
pedangnya!
Ang-hoa-kui-bo marah sekali, dia terhadap Sin-hiong sedikit
banyak dia masih merasa ragu, "tapi terhadap Bu-tong-sam-kiam,
keadaannya berbeda sekali, tidak sampai tiga jurus, dia sudah
memaksa Bu-tong-sam-kiam bersatu baru bisa menghadapi dia!
Keadaan di depan mata mendadak berubah, orang-orang yang
menonton di pinggir semua jadi berteriak:
"Memuaskan!"
Tapi Sin-hiong sangat tidak mengerti, di dalam hatinya berpikir,
Bu-tong-sam-kiam kembali lagi setelah pergi, pasti ada apa apanya?
Saat ini pertarungan di lapangan sedang sengit-sengitnya, dia
tidak mau ikut campur lagi, bersama Cui-giok dia bersiap
meninggalkan tempat itu, siapa sangka baru saja dia berpikir begitu,
mendadak diatas benteng muncul lagi dua orang.
Yang datang ini adalah dua orang tua, tapi yang di sebelah kiri
dia sudah mengenalnya, orang ini janggut panjangnya melayang-
layang di depan dada, dia adalah ketua Hoa-san-pai Cia Thian-cu!
Cui-giok tergerak dan berbisik: "Yang satu itu aku pun
mengenalnya, dia adalah ketua Kong-tong-pai Bu-eng-kiam (Pedang
tanpa bayangan) Hong Ping-lam!"
Sin-hiong menganggukan kepala, di dalam hatinya berpikir,
pertemuan di gunung Bu-li masih tiga hari lagi, kenapa mereka
sudah datang kemari?
Perawakan ketua Kong-tong-pai bulat, wajah-nya merah seperti
berdarah, usianya sudah tujuh puluhan, tapi dilihat dari luar,
wajahnya tetap sangat perkasa.
Sorot mata Tayhiap Tui-hong Cia Thian-cu menyapu lapangan,
lalu melayang mendekati Sin-hiong dan berkata:
"Tayhiap, bagaimana kabarnya!"
Sin-hiong tersenyum dan berkata:
"Cia Lo-cianpwee, aku baik baik saja!"
"Kita tidak perlu basa-basi lagi, pertemuan di bukit Lui-hong di
gunung Bu-li masih ada tiga hari, saat tengah malam kami
menunggu anda di depan kuil Ceng-hie di puncak gunung, maaf
tidak memakai kartu undangan!"
Ternyata dia sengaja datang untuk menyampaikan undangan
bertarung langsung pada orangnya, Sin-hiong menganggukan
kepala, artinya menerima tantangan ini.
Ketua Kong-tong-pai melihat pada Sin-hiong sekali, wajahnya
tampak sedikit keheranan.
Ternyata dalam hatinya tidak menyangka, Kim-kau-kiam-khek
yang sangat termasyur, ternyata masih seorang remaja berusia
delapan sembilan belas tahun!
Dia mendengus pelan dan sengaja berkata:
"Cia-heng, bocah ini?"
Ketua Hoa-san-pai mengiyakan, Hong Ping-lam tertawa dingin,
mendadak menengadahkan kepala, berkata:
"Baiklah! Aku tunggu tiga hari lagi saja!"
Sikap Hong Ping-lam terlihat sombong, melihat raut wajahnya,
jika bukan karena ada perjanjian bertemu tiga hari lagi, mungkin dia
sekarang inipun ingin bertarung dengan Sin-hiong.
Saat ini Bu-tong-sam-kiam sedang seru-serunya bertarung
dengan Ang-hoa-kui-bo, Hong Ping-lam jadi mendapat kesempatan
melampiaskan kekesalannya dan berteriak:
"Jago dari Bu-tong-pai, berhenti!"
Berteriakannya menggunakan seluruh tenaga dalamnya, sampai
menggetarkan telinga orang-orang di dalam pekarangan, sehebat
apa tenaga dalamnya, sungguh tidak perlu dikatakan lagi, Bu-tong-
sam-kiam yang tadi pergi lalu kembali lagi, tadinya bermaksud
setelah mengalahkan Ang-hoa-kui-bo lalu menghadapi Sin-hiong,
tidak diduga kata-kata Coan-kong telah membuat marah Ang-hoa-
kui-bo, malah mereka jadi bertarung dengan Ang-hoa-kui-bo.
Setelah Hong Ping-lam berteriak, walaupun Bu-tong-sam-kiam
mendengar nadanya kurang bersahabat, Coan-hong Totiang segera
memutar matanya, dua orang temannya mengerti maksudnya dan
mundur ke belakang. "Anda ada perlu apa?" tanya Coan-soan.
Hong Ping-lam tidak memperdulikan, dia maju selangkah dan
membentak:
"Gouw-popo, kau datang untuk membantu marga Sen itu?"
Mendengar ini kemarahan Ang-hoa-kui-bo jadi memuncak, paru-
parunya seperti mau meledak rasa-nya, seumur hidup dia tidak
pernah diperintah orang, Hong Ping-lam membentak-bentak di
hadapan dia menanyakan, sungguh-sungguh baru terjadi kali ini.
Ang-hoa-kui-bo melototkan matanya dengan dingin berkata:
"Kau ini barang apa, kau tidak pantas bertanya padaku?"
Kedua orang ini sama-sama sangat sombong, layaknya kau
tabrak aku, aku pun tabrak kau, kelihatannya pertarungan ini
kembali akan berubah lawan lagi.
Hong Ping-lam mendengus dingin, mencabut pedang pusakanya,
lalu digetar-getarkan dan berkata:
"Mengandalkan ini apa tidak cukup?"
Ang-hoa-kui-bo marah sekali, baru saja akan menyapukan
tongkat besinya, Cia Thian-cu sudah maju menghadangnya dan
berteriak:
"Kalian berdua jangan bertarung dulu, aku mau bicara!"
Ang-hoa-kui-bo berkata dingin:
"Cia Thian-cu, ada kentut cepat keluarkan, kalian berdua ingin
mengeroyok aku juga tidak takut!"
Kata-kata ini begitu keluar, semua orang jadi khawatir ketua
Hoa-san-pai juga akan marah, tapi di luar dugaan, dia hanya
tertawa dengan tenang berkata:
"Masalah penting harus didahulukan, Gouw Ci-hiang buat apa
kau terburu-buru!"
Ang-hoa-kui-bo melototi dia sekali dengan dingin berkata lagi:
"Baiklah kalau begitu, sekarang kalian cepat pergi, aku masih ada
urusan dengan Sen Sin-hiong!"
Inilah kata-kata yang ingin didengar semua orang, selain wajah
Hong Ping-lam masih terlihat kekesalan, ketua Hoa-san-pai dan Bu-
tong-sam-kiam semuanya mundur ke pinggir!
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, di dalam hatinya berpikir,
Ang-hoa-kui-bo seperti seekor anjing gila, melihat orang langsung
menggigit, walau aku tidak mau mencari masalah, tapi tidak bisa
terlihat terlalu mengalah!
Dia maju dua langkah dan berkata:
"Gouw Lo-cianpwee, kau sungguh mau mencari aku?"
Ang-hoa-kui-bo dengan Sang-toh adalah guru dengan murid,
sebenarnya perasaannya lebih dekat dari pada hubungan ibu dan
anak, dulu demi Cui-giok, dia tidak segan-segan bermusuhan
dengan Hoa-san-pai, makanya setelah Sang-toh pergi tidak kembali,
semua kemarahannya dilampiaskan pada Sin-hiong, dia membenci
setengah mati, bagaimana bisa mengerti benar atau bohong?
Sepatah katapun tidak terucap, tongkat besinya sudah disapukan
kembali!
Sekarang Sin-hiong pun tidak mau banyak bicara lagi, tubuhnya
berkelebat "Ssst!" pedangnya menusuk!
Ang-hoa-kui-bo tertawa dingin, tongkat besi-nya ditarik lalu
mendongkel, gerakan tongkat besinya sampai mengetarkan baju
panjang orang-orang yang berdiri dipinggir, dahsyatnya sangat
menakutkan siapapun. Siapa sangka saat menyapukan tongkat
besinya, di depan malah tidak ada orang, Ang-hoa-kui-bo sedikit
tertegun, lalu merasa di belakang ada hawa dingin menyerang, dia
berteriak, tanpa melihat ke belakang tongkatnya menghantam ke
belakang tiga kali!
Semua orang diam-diam tergetar, tapi Sin-hiong sedikit pun tidak
mundur, pedangnya menyerang laksana angin, di depan dan di
belakang Ang-hoa-kui-bo penuh dengan bayangannya, dalam
sekejap dia membalas menyerang tujuh delapan jurus!
Kelihatan Ang-hoa-kui-bo jadi kewalahan. Ang-hoa-kui-bo
terkejut, dalam hatinya berpikir, satu tahun tidak bertemu, ilmu silat
sibocah ini sudah maju lebih pesat, jika aku kalah lagi di tangan nya,
mana ada muka berdiri di dunia persilatan lagi?
Timbul nekadnya, serangannya jadi tidak memperhatikan
keselamatan dirinya, angin pukulan tongkat laksana gunung, setiap
jurus mengarah ke tempat yang mematikan di rubuh Sin-hiong!
Sin-hiong melihat serangannya tidak tanggung tanggung lagi, dia
jadi naik pitam, dia berteriak, pedangnya disabetkan ke bawah!
Serangan pedang kelihatannya menyabet bunga merah disisi
rambut Ang-hoa-kui-bo, hati Ang-hoa-kui-bo tergetar, ujung tongkat
disapukan ke belakang, siapa sangka ujung pedang Sin-hiong
mendongkel, hawa dingin pedang sudah sampai di atas kepala!
Wajah Ang-hoa-kui-bo berubah, dia menyapu-kan tongkatnya
beberapa kali, ingin memecahkan jurus Sin-hiong ini!
Tapi, Sin-hiong menggunakan jurus ini dengan pintar, setelah
memutar beberapa kali pergelangan tangannya, kilatan sinar perak
selalu berada tidak lebih lima inci di atas kepala Ang-hoa-kui-bo.
Hati semua orang di pekarangan menjadi tegang, jika Ang-hoa-
kui-bo tidak mundur, apa akibatnya dari jurus ini, sungguh
membuat orang tidak berani membayangkannya.
Sin-hiong tertawa dan berkata: "Masih tidak mau mengaku
kalah?"
Dia menggerakan pergelangan tangan, baru saja akan disabetkan
ke bawah!
Tepat pada saat ini, mendadak dari sudut gelap terdengar suara
"Ssst!", satu angin keras sudah melesat ke arah pergelangan tangan
Sin-hiong.
Sin-hiongsedikittergetar"Huut!"telapaktangannya
menghantam, sejak dia telah memakan Ho-siu-oh berusia ribuan
tahun, tenaganya sudah berlipat ganda beberapa kali, tadinya dia
pikir pukulan telapak tangannya bisa menjatuhkan senjata gelap ini,
siapa sangka kenyataannya di luar dugaan!
Senjata gelap itu walau kelihatan kecil, disapu oleh telapak
anginnya, hanya sedikit melenceng, lalu kembali melesat ke
pergelangan tangannya, hanya tenaganya saja yang berkurang
sedikit.
Sin-hiong terkejut, dia memiringkan tubuh, menangkis dengan
pedangnya, terdengar suara nyaring "Traang!", ternyata benda itu
sebutir batu, walau dipukul jatuh, tapi masih meloncat-loncat dua
kali baru berhenti.
Kejadian ini bukan saja di luar dugaan Sin-hiong, semua orang di
dalam pekarangan yang menyaksikan juga tidak tahan menarik
nafas dingin!
Ilmu silat Ang-hoa-kui-bo sudah hebat, tapi Ang-hoa-kui-bo
masih bukan lawannya Kim-kau-kiam-khek, Kim-kau-kiam-khek
seharusnya lebih hebat lagi, tapi oleh sebutir batu kecil dia harus
menangkisn dua kali baru bisa berhasil, lalu bagaimana dengan ilmu
silat pelempar batu ini, tidak perlu ditanyakan juga sudah tahu.
Tepat pada saat semua orang terbengong-bengong, Ang-hoa-kui-
bo sudah mengangkat tongkat besinya dan dipukulkan kepada
kepalanya sendiri!
Ini kejadian yang tidak di duga, siapa pun tidak ada yang
mengira dia akan melakukan ini, dengan kata lain, semua orang
hanya bisa bengong melihat dia bunuh diri di pekarangan yang kecil
ini.
Terdengar ada orang yang mengeluarkan suara keluhan terkejut,
Sin-hiong jadi tergetar tubuhnya langsung menerjang ke depan.
Tentu saja dia tidak menduga Ang-hoa-kui-bo setelah kalah bisa
melakukan bunuh diri, jadi walaupun dia bergerak cepat, jelas masih
terlambat!
Di saat yang kritis ini, kembali terdengar suara "Ssst!" suara ini
lebih tajam dan memekakan telinga dari pada yang tadi, jelas
tenaganya juga jauh lebih besar!
Setelah suara itu hilang, lalu terdengar satu suara kecil sambil
menghela nafas berkata:
"Buat apa?"
Perkataannya walau kecil sekali, tapi kata-katanya terdengar
jelas, Ang-hoa-kui-bo yang bertekad bunuh diri, walau dia tidak
memperhatikan, tapi suara "Ssst!" tadi telah mengenai pergelangan
tangannya, membuat tangannya mati rasa, dan tongkat besi yang
telah diangkatnya kembali turun ke bawah!
Wajah dia penuh rasa terkejut, begitu Sin-hiong turun, wajahnya
pun penuh rasa terkejut, Hoa-san, Kong-tong, Bu-tong-sam-kiam
dan orang-orang di dalam pekarangan, tidak satu pun wajahnya
tidak terkejut.
Jika dikatakan orang yang melempar batu ini, hanya untuk
membantu Ang-hoa-kui-bo, sepertinya tidak juga, jika dikatakan
bukan, itupun tidak juga?
Orang-orang di lapangan semuanya bengong melihat ke arah
datangnya suara, tapi disana tidak terdengar ada suara lagi.
Ang-hoa-kui-bo mengeluh panjang:
"Sudahlah, sudahlah!"
Setelah berkata dia menengadah melihat langit, dalam kegelapan
malam, semua orang masih bisa melihat wajahnya yang penuh
kesedihan.
Ang-hoa-kui-bo lalu menghentakan tongkat besinya, tubuhnya
yang tinggi besar sudah meng-hilang di kegelapan malam.
Ketua Kong-tong-pai Hong Ping-lam masih sedikit penasaran, tapi
sekarang setelah menyaksikan pertarungan seru antara Ang-hoa-
kui-bo dengan Sin-hiong, dia baru tahu sulitnya melawan Kim-kau-
kiam-khek, dia segera menarik Cia Thian-cu, dua orang itu langsung
meninggalkan tempat itu.
Bu-tong-sam-kiam lebih-lebih tidak bisa bicara, saling pandang
sekali, lalu pergi juga.
Cui-giok pelan-pelan menghampiri, bertanya: "Sin-hiong, kulihat
orang ini baru lawan berat!"
Sin-hiong masih memikirkan siapa pelempar batu itu, dalam
bayangannya, di seluruh dunia persilatan selain ketua pulau Teratai,
mungkin tidak ada orang yang ilmu silatnya sehebat ini.
Tapi, mungkinkah ketua pulau Teratai ada di tempat ini?
Jika ketua pulau Teratai ada disekitar ini, maka Hui-lan pun
seharusnya ada di sekitar ini!
Berpikir sampai disini, tidak tahan dia berguman:
"Tidak, dia adalah ketua pulau Teratai!"
Hati Cui-giok tergetar, dalam hatinya berpikir, jika ketua pulau
Teratai ada disini, maka Hui-lan yang tidak bisa dilupakan Sin-hiong
juga ada di sekitar ini, dia terlalu mencintai Sin-hiong, maka otaknya
berputar dan berkata:
"Yah! Kita cepat pergi!"
Sin-hiong tidak banyak berpikir, dia melemparkan setail uang
perak, dua orang itu buru-buru meninggalkan tempat.
Keluar dari kota, di depan masih ada satu gunung besar, Cui-giok
menghela nafas:
"Mereka sudah pergi lagi!"
Sin-hiong tidak putus asa, tapi dia demi kebaikan Cui-giok,
terpaksa dia menghentikan langkah dan berkata:
"Kau sudah lelah? Kita istirahat dulu sebentar!"
Cui-giok menarik nafas, melihat pada bumi yang diselimuti
gelapnya malam dan berkata:
"Tidak perduli bagaimana, kita harus mengejar mereka!"
Sin-hiong menghela nafas panjang, lalu mengangkat Cui-giok,
selangkah pun tidak berhenti terus mengejar.
Sekaligus dia berlari lima enam li, begitu melihat ke atas, bumi
masih gelap, Cui-giok meronta sedikit dan berkata:
"Kenapa kau tidak teruskan jalan!"
"Kita sudah cukup jauh jalannya, tapi masih tidak melihat jejak
mereka, mungkin mereka sudah jauh!"
"Coba kejar lagi sebentar!"
Dia mengatakan ini semua demi Sin-hiong, dia tahu sifatnya Sin-
hiong, tentu saja juga tahu di dalam hati Sin-hiong saat inipun
sangat mencintai Hui-lan, walaupun tahu tadi Sin-hiong telah
bertarung, tapi dia tetap mendesak Sin-hiong supaya melanjutkan
pengejarannya!
Sin-hiong menarik nafas dalam-dalam, lalu melangkah
secepatnya berlari ke depan!
Kali ini dia berlari hampir menempuh perjalanan sejauh lima
enam puluh li, melewati satu kota kabupaten, lima enam kota kecil,
saat dia menghentikan langkahnya, Cui-giok berkata:
"Hari sudah hampir terang, kita istirahatlah!"
Sin-hiong melihat tugu di sisi jalan tertulis tiga huruf besar:
"Bu-li-san!"
Setelah perkataan Cui-giok selesai, mendadak melihat tiga huruf
"Bu-li-san" dia terkejut dan berteriak: "Sudah sampai gunung Bu-li!"
Sin-hiong menganggukan kepala, berguman: "Gunung Bu-li, Bu-
li-san!"
Dia bolak balik membaca tiga huruf ini, pikirannya bergejolak, di
dalam hatinya berpikir,:
'Tinggal tiga hari lagi, waktu tiga hari itu sangat singkat, hay! Aku
tidak ada keyakinan bisa mengalahkan sembilan ketua perguruan
besar, aku hanya bisa berharap bagaimana nanti saja.'
Sejak kecil Sin-hiong sering mendapat penghinaan, jika bukan
karena gurunya, Khu Ceng-hong menyelamatkan dia di dalam tanah
salju, bagaimana pun dia tidak ada hari ini?
Pelan-pelan dia menurunkan Cui-giok dan berkata:
"Sudah tiba di gunung Bu-li, hay! Tinggal melihat pertempuran
dalam waktu tiga hari ini!"
Cui-giok melihat kata-kata dia penuh dengan perasaan,
sepertinya ada semacam ramalan yang jelek, dia bergerak dua
langkah, sepasang matanya menatap tajam pada Sin-hiong dan
berkata:
"Sin-hiong, tambah semangat sedikit, kau pasti menang!"
Sin-hiong jadi merasa bersemangat kembali, dia memeluk Cui-
giok dan berkata:
"Adik Giok, kau jangan tinggalkan aku!"
Cui-giok tergetar, ternyata dia sudah merasa-kan saat Sin-hiong
memeluk dirinya, tangannya yang kuat itu sedikit gemetaran, di
dalam hatinya berpikir:
'Dia sudah mengalami banyak pertempuran besar dan kecil,
mungkin karena tanggung jawabnya terlalu berat, kunci berhasil
atau gagal hanya dalam pertempuran ini, jika dia kalah, bagaimana
dengan aku?'
Hati dia naik turun tidak menentu, Sin-hiong memeluk dia erat-
erat, dia juga memeluk Sin-hiong erat erat, dengan pelan berkata:
"Sin-hiong, kau pasti menang!"
Sin-hiong memejamkan matanya, dia sedang menikmati
kehangatan sesaat, pertempuran ini, sungguh terlalu penting, walau
dia sehebat apa pun, jika tidak ada orang yang mendukungnya,
menghadapi keadaan sepenting ini, bagaimana pun dia merasa
sedikit ketakutan.
Kedua orang saling memeluk dengan eratnya, dan saling di
mabuk cinta, siapa pun tidak berkata-kata, sampai hari hampir
terang, Cui-giok baru sambil menghela nafas panjang:
"Hari sudah terang, kau tidak lupa bukan, orang baik dilindungi
langit!"
Sin-hiong pelan-pelan berdiri, jujur saja, dia tidak tahu sudah
berapa banyak dia menghadapi pertarungan besar kecil, tapi yang
seperti hari ini hatinya berdebar-debar, mungkin untuk pertama
kalinya sepanjang hidup dia.
Ayam berkokok, hari kembali terang! Satu hari lewat, dua hari
lewat, hari ketiga, akhirnya tiba juga!
Di sudut satu tebing gunung, dua orang sedang berbaring
dengan tenang, dua orang ini tentu saja Sin-hiong dan Cui-giok.
Dalam dua tiga hari ini, Sin-hiong sudah mengumpulkan seluruh
tenaga dalamnya, sudah mempersiapkan dengan penuh
menghadapi satu pertarungan yang memerlukan seluruh
kekuatannya!
Cui-giok merawat dia, melindungi dia, semua yang dipikirkan Sin-
hiong dan yang dia harapkan, telah semua dilakukannya, dia terlalu
mencintai Sin-hiong.
Dua orang itu dengan tenang berbaring, tapi di sisi lain, di dunia
persilatan malah telah terjadi gelombang besar.
Sejak pagi sampai siang, di atas di bawah gunung Bu-li tidak
henti-hentinya orang datang, orang orang ini seratus persen adalah
orang-orang dunia persilatan, termasuk di dalamnya berbagai
perguruan dan berbagai aliran, dari berbagai gunung!
Matahari sudah terbit, Cui-giok mendorong Sin-hiong dan
berkata:
"Kita berjalan pelan-pelan saja!"
Sin-hiong bangkit berdiri, merapihkan bajunya, lalu bersama Cui-
giok berjalan menuju puncak gunung! Kedua orang berjalan pelan-
pelan.
Sampai tengah hari mereka makan makanan kering, lalu disaat
kembali melanjutkan perjalanannya, di depan samar-samar ada satu
orang berjalan.
Tadinya Sin-hiong kurang memperhatikan, tapi saat dia
menyadari, orang itu sudah menghilang.
Sin-hiong sedikit tergetar, di dalam hati berkata: 'Orang ini jati
dirinya aneh, lebih baik aku kedepan melihatnya!'
Saat itu dia menyuruh Cui-giok berdiam di tempat, dia sendiri
meloncat mengejar ke depan!
Gunung Bu-li berderet hampir beberapa ribu li, dia berlari kesana
melihat, tapi tidak ada bayangan apapun?
MakadengansendirinyaSin-hiongmeningkatkan
kewaspadaannya, segera berlari turun, siapa sangka, sampai di
tempat semula, Cui-giok sudah tidak ada, entah kemana perginya!
Sin-hiong terkejut, dia berteriak beberapa kali, tetap saja tidak
ada yang menjawabnya!
Hati dia jadi berat, dia melihat ke atas melihat cuaca, matahari
pelan-pelan sudah tenggelam ke barat.
Hati Sin-hiong jadi gelisah sekali, dia berteriak lagi beberapa kali,
rupanya Cui-giok sudah ditawan, dia mengitari jalanan gunung
beberapa putaran, tetap masih tidak menemukan jejak Cui-giok.
Setelah berpikir-pikir, di dalam hati berkata:
"Hal ini selain sembilan perguruan besar, siapa lagi yang berani
melakukannya?"
Berpikir sampai disini, tidak tahan amarahnya jadi meledak, sekali
meloncat langsung menerjang ke atas puncak.
Ketika berlari, tidak jauh di depan ada banyak orang sedang
berjalan, terpaksa dia menghentikan langkahnya, terdengar satu
orang berkata:
"Saudara, pertarungan ini dalam seratus tahun pun sulit bisa
menyaksikannya!"
"Tentu! tentu!" jawab yang saru lagi.
Salah satu diantaranya menyela:
"Kim-kau-kiam-khek baru satu tahun muncul di dunia persilatan,
sudah bisa melawan ketuanya sembilan perguruan besar dunia
persilatan, sungguh hal yang menakjubkan!"
Orang-orang ini sambil berjalan sambil berbincang-bincang, tentu
saja tidak mengira Sin-hiong berada dalam kelompoknya.
Sin-hiong melihat tidak ada kabarnya Cui-giok, dia jadi merasa
kehilangan harapan, setelah hampir sampai di puncak, terlihat
banyak sekali kerumunan orang, tampaknya tidak kurang dari
beberapa ratus orang.
Dia melihat ke depan, terlihat kuil Ceng-hie dengan megahnya
berdiri di dalam kegelapan malam. hatinya berpikir, waktunya masih
banyak, lebih baik aku mencari Cui-giok dulu?
Dia berputar-putar di depan dan di belakang gunung, hari sudah
semakin gelap, semakin sulit saja mencari Cui-giok, dia terpaksa
kembali lagi.
Saat ini orang-orang yang mau melihat keramaian semakin
banyak saja, gunung yang tadinya sepi, saat ini sudah hampir
menjadi kota yang ramai, Sin-hiong pelan-pelan berjalan ke depan,
terlihat di depan kuil Ceng-hie obor menyala tinggi, ada puluhan
laki-laki besar berdiri disana, wajahnya serius, pertarungan yang
menggemparkan dunia ini sungguh sungguh luar biasa sekali.
Sin-hiong melihat, semangatnya tiba-tiba terasa bergolak, dalam
hari berkata:
'Tidak perduli menang atau kalah, akhirnya namaku bisa
menggemparkan dunia!'
Sebenarnya, nama besar dia sudah menggemparkan dunia
persilatan, tapi dengan adanya kejadian seperti hari ini, begitu
banyak orang datang kesini karena nama besarnya, seumur hidup
inilah pertama kalinya.
Dia merasa semangatnya jadi bertambah, perasaan yang
tertekan tadi pun disapu menghilang.
Hari semakin gelap, kerumunan orang di sekitar tempat itu,
pelan-pelan berkumpul di depan kuil.
Dalam kerumunan orang ada seseorang dengan perhatian
bertanya:
"Entah sembilan ketua dari perguruan besar sudah datang atau
belum?"
Salah seorang menjawab:
"Sudah dari tadi datangnya! Hanya Kim-kau-kiam-khek saja yang
belum terlihat!".
Satu orang menyela:
"Aku lihat dia tidak akan datang, bagaimana mungkin dia berani
menerima tantangan dari sembilan ketua perguruan besar, he he
he, jika bukan sudah bosan hidup, maka pasti dia sudah gila!"
Tidak lama kemudian, dari dalam kuil berjalan keluar seorang
hwesio tua berwajah bersih, orang ini tangannya membawa tongkat
Budha, Sin-hiong tahu dia adalah Bu-can.
Dalam pertarungan menghadapi Siauw-lim, membuat Siauw-lim-
sam-lo yang menggemparkan dunia ini mengundurkan diri dari
dunia persilatan, Bu-can baru saja dilantik jadi ketua sudah
menghadapi masalah yang rumit ini.
Bu-can melihat-lihat sekelilingnya, lalu sorot matanya
menerawang ke arah jauh, kelihatannya sedang menunggu
seseorang.
Sin-hiong tahu dia sedang menunggu dirinya, tapi dia pikir
sekarang masih belum waktu nya, kenapa aku tidak menunggu lagi
sebentar?
Sejak kecil Sin-hiong hidup miskin, selama hidupnya tidak pernah
tampil di depan orang banyak, jika bukan karena didesak, dia sama
sekali tidak akan beraksi.
Walau kali ini ada kekecualian, tapi karena sifatnya begitu,
akhirnya dia tetap berdiri di kerumun-an orang tidak bergerak.
Bu-can berdiri sejenak, di dalam kuil keluar lagi dua orang.
Kedua orang ini dia tidak kenal, tapi para penonton sudah ada
yang berteriak:
"Lihat, itulah ketua baru Siauw-lim-pai, dua yang lainnya adalah
dari Tiam-jong-pai dan Bu-tai-pai."
Ketua dari Bu-tai-pai adalah seorang tosu yang berperawakan
tinggi besar, dia melihat-lihat ke kiri dan kanan dulu lalu bertanya:
"Sampai sekarang dia masih belum muncul, mungkin benar-
benar tidak akan datang!"
Ketua Tiam-jong-pai usianya lebih tua, tampak seperti orang tua
kampung, terlihat dia menghisap pipa tembakaunya dalam-dalam
lalu sambil menganggukan kepala:
"Kata-kata Gouw-it Taysu tidak salah, aku lihat kebanyakan dia
tidak akan datang!"
Setelah berkata, di kuil Ceng-hie keluar lagi beberapa orang!
Beberapa orang ini termasuk ketua Go-bi, Kun-Iun beberapa
ketua perguruan besar, jumlah semuanya tepat ada sembilan orang!
Begitu sembilan ketua perguruan muncul, seluruh gunung segera
terjadi kegaduhan. waktu semakin dekat dengan saat pertemuan,
hanya Kim-kau-kiam-khek yang masih belum terlihat! bukan saja
sembilan ketua dari berbagai perguruan sudah tidak sabar, para
penonton pun kelihatan tidak mengerti.
Dalam janji pertemuan di dunia persilatan, kecuali tidak
menyanggupi, jika sekali menyanggupi, walaupun harus menempuh
bahaya seberat apa pun harus tetap menepati janjinya!
Cing-cen Totiang dari Go-bi-pai mengerutkan alisnya dalam-
dalam, dia memalingkan kepala dan bertanya:
"Masih berapa lama lagi sampai jam tujuh malam?"
Seorang murid dibelakangnya menjawab: "Sebentar lagi!"
Mendengar kata-kata ini, Cing-cen Totiang pelan-pelan berjalan
ke tengah lapangan, di belakang dia ada Coan-cin Cinjin dari Bu-
tong-pai, kedua orang itu setelah menghentikan langkahnya, Coan-
cin berkata:
"Menurut pendapatku, jika dia sampai waktu-nya masih belum
datang, kita umumkan saja dia telah mengaku kalah, bagaimana?"
Ketua Go-bi-pai menganggukan kepala, tepat pada saat ini,
mendadak terdengar "Taang!" ternyata sudah ada seorang murid
membunyikan genta besar yang digantung di depan pintu, suara
genta itu menggema ke segala pelosok, lama tidak berhenti, begitu
suaranya hampir hilang, murid itu dengan keras berteriak: "Tepat
jam tujuh!"
Baru saja selesai bicara, sebuah siulan nyaring tiba-tiba
terdengar di dalam kerumunan orang, saat semua orang
melihatnya, di tengah lapangan sudah berdiri seorang pemuda
tampan.
Walaupun Kim-kau-kiam-khek telah menggemparkan dunia
persilatan, tapi orang yang pernah melihatnya masih sedikit, saat di
tengah lapangan muncul seorang pemuda, orang yang tidak tahu
sudah terkejut dan berteriak:
"Iiih! Apa pemuda ini yang dijuluki Kim-kau-kiam-khek itu?"
Dalam sekejap, di depan kuil menjadi hening, sorot mata semua
orang tertuju pada Sin-hiong seorang.
Sin-hiong bersoja pada sembilan ketua perguruan dengan keras
berkata:
"Maaf telah lama menunggu, tapi aku sedikit pun tidak
terlambat!"
Diantara sembila ketua perguruan, setengah lebih pernah
bertemu dengan Sin-hiong, yang belum pernah bertemu hanya
ketua Bu-tai-pai, ketua Tiam-jong-pai dan beberapa orang saja.
Beberapa orang ini mengawasi kepada Sin-hiong, hatinya jadi
merasa masgul, di dalam hatinya berpikir, ternyata hanya seorang
anak muda, walaupun dia sudah berlatih ilmu silat sejak dilahirkan,
tidak mungkin bisa melawan keroyokan mereka sembilan orang?
Sekarang kita sembilan orang bersatu melawan dia, jangan kata
jumlah orangnya, walaupun satu lawan satu, usianya pun tidak
sebanding.
Tapi karena pertemuan ini sudah disetujui, semua orang terpaksa
melakukannya, ketua dari Bu-tai-pai adalah seorang hweesio,
hatinya lebih penyayang, dia berebut berkata:
"O-mi-to-hud, sungguh mempersulit Sen-siauhiap, waktunya
sudah tiba, kita tidak perlu basa basi lagi, tapi bolehkah aku berkata
dulu."
"Silahkan!" kata Sin-hiong tersenyum.
Gouw-it Taysu bersoja:
"Siauhiap menepati undangan kami datang kemari, kita tidak
perlu membuang-buang waktu lagi, kami sembilan orang telah
menyiapkan satu barisan kecil, jika Siauhiap dalam seribu jurus bisa
mendobrak-nya dan keluar, maka dihitung kami sudah kalah, apa itu
bisa diterima?"
Kata-kata ini begitu diucapkan, dalam sembilan ketua perguruan
sudah ada gerakan, dan dalam kerumunan orang segera saling
memperbincangkan, setelah beberapa saat, di dalam kerumunan
orang ada orang menyahut
"Usulan ini cukup adil!"
Sekali orang ini berteriak, banyak orang di sekitar tempat itu
sependapat dengannya. Walaupun Gouw-it Taysu mengatakan
barisan kecil, tapi dengan kedudukan mereka sembilan orang, jika
tidak memiliki kemampuan setinggi langit, mungkin hanya perlu
waktu yang singkat saja, sudah mati dikurung di dalamnya, maka
walau orang-orang ini setuju, tapi diam-diam tetap saja
mengkhawatirkan Sin-hiong.
Sembilan ketua perguruan secepat kilat berunding, dengan ilmu
silat mereka, tidak perduli barisan apa, asalkan sekali dibicarakan,
semua orang langsung sudah bisa masuk ke intinya, semua orang
merasa pendapat ini cukup bagus, maka mereka menganggukan
kepala tanda setuju.
Diam-diam Sin-hiong meneguk air liur, di dalam hatinya berpikir:
'Selain begini, aku pun tidak bisa memikirkan cara yang lebih
bagus," maka dia menjawab:
"Aku setuju, bagaimana dengan kalian?"
Gouw-it Taysu sambil tertawa berkata: "Kami tentu saja tidak
menentang!"
Setelah berkata, sembilan ketua perguruan masing-masing
segera mengambil posisi, diantaranya ada yang serius wajahnya,
ada juga yang santai, orang yang santai ini tidak perlu disebutkan
lagi adalah orang yang tidak pernah bertarung dengan Sin-hiong.
Sin-hiong mencabut pedang pusakanya, tapi didalam hati diam-
diam berdoa:
'Guru, bantulah muridmu ini!'
Walaupun di dalam hati dia sedikit tegang, tapi sedikit pun tidak
menampakan di wajahnya.
Sembilan ketua perguruan pun masing-masing menyiapkan
senjatanya, suasana di depan kuil mendadak menjadi tegang sekali!
Mata Gouw-it Taysu menyapu, lalu dengan keras berkata:
"Senjata tidak punya mata, serangan tidak ada ampun, Sen-
siauhiap hati-hatilah!"
Semangat Sin-hiong menjadi naik dengan keras dia berkata:
"Aku mengerti, Taysu silahkan menyerang!"
Gouw-it Taysu tersenyum, ketua Tiam-jong-pai yang tidak jauh
dari dia berkelebat maju dan berkata:
"Jurus pertama biar aku Sen-cian yang melakukannya!"
Dia menghisap dalam-dalam dua kali pipa tembakaunya, di dalam
asap tebalnya, pipa di tangannya sudah datang menotoknya!
Totokannya kelihatan lambat, tapi banyak orang tahu, tidak
perduli Sin-hiong maju atau membalas menyerang, jurus dia masih
banyak perubahannya.
Tapi anehnya, rubuh Sin-hiong sedikit pun tidak bergerak!
Orang-orang di sisi lapangan sampai mengeluarkan keringat
dingin melihatnya, tepat pada saat ini, mendadak terdengar Sen-
cian berteriak keras:
"Memang hebat!"
Dia memutar pipa tembakaunya, secepat kilat menotok Hong-hu-
hiat nya Sin-hiong!
Kecepatan serangannya susah di ikuti mata, tapi Sin-hiong
dengan santai berpindah ke sisi Siu-goan Suthay dari Kun-lun, Siu-
goan Suthay menggerakan alisnya, kebutan ditangannya mengebut!
Sin-hiong kembali berkelebat menghindar, tapi sembilan ketua
perguruan besar ini tenang laksana gunung, dia tidak bergerak,
mereka pun tenang berdiri di tempatnya, Sin-hiong sudah berputar
dua kali, di antaranya sudah lebih dari setengahnya yang
menyerang!
Di antara sembilan ketua perguruan besar, ada setengah lebih
menggunakan pedang, yang lainnya ada yang menggunakan
tongkat Budha, kebutan, dan pipa tembakau, saat Sin-hiong
berputar, pedang panjang yang tadinya diam tidak bergerak,
mendadak seperti seekor ular pintar saling menyabet.
Tapi, kembali terjadi hal yang mengherankan, saat empat pedang
panjang bergerak-gerak, semuanya tidak menusuk ke arah tubuh
Sin-hiong, hanya bergerak di seputarnya membentuk satu tabir
sinar.
Sekarang Sin-hiong merasa berada dalam kurungan angin ribut
dan dunia keputihan, sinarnya menyilaukan mata, anginnya terasa
menusuk ke dalam tulang, kedahsyatan serangan dan keanehan
jurusnya membuat dia sangat terkejut!
Mimpi pun dia tidak terpikir, sembilan ketua perguruan besar bisa
menggunakan cara seperti ini, kelihatannya ini tidak seperti apa
yang disebut barisan, walaupun dia sangat pintar, tapi sejenak dia
menjadi ragu-ragu.
Tapi, ini hanya kejadian sebentar saja, saat dia berpikir, Sin-
hiong telah menyerang sebanyak lima belas jurus lebih.
Setelah beberapa kali menyerang, jika bertemu dengan yang
menggunakan pedang, terlihat pedang pedang saling melintang
datang menyerang, pedang-nya berkelebatan dan bergetar-getar,
diantara kelebatan pedang sedikit pun tidak ada celah!
Gerakan dua tongkat Budha juga sangat mengejutkan, jangan
kata dia tidak bisa memecahkan-nya, walaupun ingin maju
selangkah saja, dia merasa ada tekanan angin yang kuat menyerang
dadanya, jurus tongkat terasa berat dan mengejutkan!
Sin-hiong berputar lagi, kelihatannya hanya Siu-goan Suthay
yang paling lemah, tapi karena posisi berdiri dia sangat kuat sekali,
jurus kebutan yang tidak bisa mencapainya, ditutup oleh senjata
lainnya.
Jadi semua membuat Sin-hiong kesulitan.
Tidak sampai seperminuman satu gelas teh panas, Sin-hiong
sudah menyerang tiga puluh jurus lebih, dan sembilan ketua
perguruan masing-masing sudah menyerang sepuluh jurus lebih!
Sin-hiong menggunakan gerakan yang cepat dan lincah,
dipadukan dengan jurus Kim-kau-kiam nya, walaupun dalam sesaat
tidak bisa mendobrak keluar, tapi juga tidak kewalahan
menghadapinya!
Di dalam tekanan angin yang amat dahsyat, kerumunan orang
sampai terdesak mundur lima enam langkah ke belakang!
Dalam sekejap dua puluh jurus lebih sudah lewat lagi, Sin-hiong
berpikir keras tapi tidak bisa memikirkan cara memecahkan barisan
ini, di dalam hatinya berpikir:
"Tidak heran mereka mau menggunakan barisan ini, tapi disebut
apa barisan ini?"
Saat ini hati dia sedikit menyesal, jika bertarung satu lawan satu,
atau mereka bersembilan bertarung secara keroyokan, keadaan
dirinya tidak akan sulit seperti ini!
Ketika berpikir, mendadak dia merasa tekanannya bertambah
kuat, ada orang berteriak: "Sudah seratus jurus lebih!" Orang-orang
di sekitar segera mengeluarkan suara pujian dan keluhan berkata:
"Kim-kau-kiam-khek sudah cukup bagus, bisa bertahan seratus
jurus dari serangan sembilan ketua perguruan besar dan tidak
kalah, kedudukan pesilat tinggi nomor satu dunia sudah pasti milik
dia!"
Kata-kata ini walaupun masuk akal, tapi tidak seorang pun yang
sependapat, ternyata setelah orang-orang tidak merasa tegang lagi,
perhatiannya kembali tertarik oleh pertempuran seru yang sulit bisa
dilihat dalam waktu seratus tahun ini, selain hatinya merasa amat
tegang, sepatah kata pun tidak bisa keluar dari mulut.
Lewat seratus jurus, tekanan yang di terima Sin-hiong pun
semakin kuat, jika sembilan ketua perguruan menggunakan seluruh
tenaganya, mungkin dia tidak akan bisa bertahan sampai tiga ratus
jurus!
Sin-hiong sadar dirinya sulit bisa bertahan lama, jika tidak bisa
memikirkan sebuah cara untuk mencari celah dari sembilan orang ini
dan mendobraknya keluar, walaupun dia kalah tapi tidak
memalukan, mati pun tidak menyesal.
Dia bertahan terus sambil mencari cara menerobosnya, otaknya
terus berputar.
Mendadak, terdengar suara "Ssst!", suara ini walaupun tidak
keras, tapi menembus berlapis-lapis tekanan tenaga para sembilan
ketua perguruan, dan menembus dari samping Siu-goan Suthay!
Sin-hiong terkejut, pikirnya, suara apa ini?
Suara ini bukan saja aneh, tapi ada sedikit khusus, sebab
menembus angin tekanan yang amat kuat, tidak mengarah pada
siapa pun, tapi hanya lewat di titik celah itu saja!
Hati Sin-hiong tergetar, saat ini kebetulan Siu-goan Suthay
menyerang dengan kebutannya, baru saja dia bergerak, pedang
panjang Lang Tiong-sun yang berdiri di sampingnya ikut
menyerang, dalam gabung-an sinar pedang dan kebutan ini,
kembali terdengar suara yang sangat halus"Ssst!"
Sebenarnya suara itu sedikit pun tidak ada pengaruhnya, tapi
begitu dilihat Sin-hiong, dia jadi sangat senang.
Tapi baru saja dia akan menyerang, tujuh orang pesilat tinggi di
belakangnya sudah datang menyerang, terpaksa dia membalikkan
tubuh menghadapinya!
Hatinya sangat kesal, sebab jurus ke sembilan orang ini tidak ada
putusnya, celah kecil ini sulit bisa kelihatan, walaupun bisa diketahui
mereka dalam sekejap mata pun bisa menutupinya kembali.
Sin-hiong tahu suara itu adalah bantuan untuknya dengan
menunjukan kelemahan barisan itu, orang ini selain ketua pulau
Teratai, siapa lagi? Saat terpikir ketua pulau Teratai, semangatnya
jadi naik!
Di lapangan terjadi serang menyerang lagi beberapa puluh jurus
sudah berlalu, mendadak satu orang berberteriak lagi:
"Sudah dua ratus jurus!"
Kerumunan orang menjadi gaduh lagi, tapi dalam sekejap sudah
kembali tenang.
Mendadak, setelah terdengar teriakan itu, kembali terdengar
suara "Ssst!"
Sin-hiong jadi bersemangat, benar saja setitik bayangan hitam
lewat di antara Siu-goan Suthay dan Lang Tiong-sun dari Tiang-pek-
pai, dua kali suara aneh ini walaupun semua orang mendengarnya,
selain Sin-hiong seorang diri, orang-orang dari sembilan perguruan
besar tidak begitu memperhatikan.
Suara ini hanya sepersekian detik, Sin-hiong tidak membuang
waktu lagi, setelah menangkis tiga serangan di belakang, dia
langsung menusukan pedangnya ke arah datangnya suara itu.
Serangan pedangnya tampak mengarah ke celah itu, tapi dia
tahu, Siu-goan Suthay dan Lang Tiong-sun akan segera menutupi
celahnya, maka dia harus bisa menggunakan kesempatan yang
sempit ini, kalau tidak kemungkinan senjatanya akan dipelintir dan
terlepas dari tangannya oleh kedua ketua perguruan itu.
Akhirnya Sin-hiong dapat mengendalikan kesempatan yang
sempit itu!
Siu-goan Suthay merasa pergelangan tangan-nya tergetar,
sebuah tenaga aneh menerjangnya, sehingga kebutan di tangannya
melambat!
Saat ini pedang panjang Lang Tiong-sun belum datang
mengikutinya, diantara kedua orang ini jelas tampak satu
kekosongan yang besar sekali!
Sin-hiong segera mengambil kesempatan, bahu kiri maju ke
depan, sekali berteriak, berturut-turut pedangnya menyerang lima
enam jurus!
Ratusan pasang mata di lapangan terbelalak besar, nafas semua
orang seperti berhenti, selama dua ratus jurus lebih mereka hanya
melihat kelebatan senjata orang yang mengeroyok, baru sekarang
mereka bisa melihat sinar pedang Sin-hiong!
Walaupun hanya melihat sekali, mereka sudah bisa melihat
dengan jelas, barisan sembilan ketua perguruan besar sudah
menjadi kacau!
Ini satu hal yang sulit dibayangkan, baru saja ada orang
meneriakan dua ratus lima puluh jurus, teriakan sorak-sorai di
sekeliling lapangan sudah menggemuruh!
Coan-cin Cinjin dari Bu-tong-pai melihat keadaan sudah tidak bisa
di pertahankan lagi, dia menarik pedangnya lalu keluar dari barisan
itu, pedang nya disabetkan dari atas ke bawah sinar pedangnya
menyilaukan mata!
Coan-cin Cinjin tidak percuma disebut ahli pedang, melihat
strateginya sudah kacau, otaknya berputar, jika saat ini dia tidak
bisa mendesak mundur, maka dia akan mendobrak barisan dan lolos
keluar.
Rencana dia adalah dengan kekuatannya dia ingin
mengembalikan barisannya kembali seperti semula, hanya sayang
dia sudah terlambat.
Tubuh Sin-hiong bergeser sedikit menghindar, lalu Kim-kau-kiam
menyapu, ujung pedangnya ditempelkan pada pedang Lang Tiong-
sun sambil tertawa berkata:
"Lang-tayhiap, maafkan!"
Barisan sembilan perguruan ini walau berjumlah sembilan orang,
tapi cara bekerjanya satu orang membantu satu orang, sehingga
sembilan orang ini saling berhubungan, begitu Siu-goan Suthay
maju menyerang, dengan sendirinya Lang Tiong-sun pun ikut maju,
tapi ketika dia mau bergerak menyerang, jurus pedang Sin-hiong
sudah mendahuluinya datang!
Sebuah tenaga yang sangat dahsyat menerjang Lang Tiong-sun,
buru-buru dia mengerahkan tenaga dalamnya, dia yakin tenaga
dalamnyatidakkalaholehSin-hiong,makanyasiap
menghadangnya.
Panjang jika dibicarakan, tapi kejadiannya hanya dalam sekejap
mata saja.
Pedang Coan-cin Cinjin tidak mengenai sasaran, beberapa orang
di belakangnya pun sudah datang mengikutinya, tapi semua sudah
tidak ada gunanya.
Coan-cin Cinjin bersiul panjang, dia menggetarkan pedang
panjangnya membentuk tiga bunga pedang, menusuk ke arah Yang-
kian-hiat, Yu cen-hiat, Kian-keng-hiat Sin-hiong!
Di antara sembilan orang ini, jurus pedang dia yang paling cepat,
diikuti oleh Tui-hong-tayhiap lalu Bu-eng-kiam, Bu-tai-pai dan
Siauw-Iim-pai walaupun jurus tongkatnya sangat kuat, tapi
sekarang sudah tidak ada gunanya lagi.
Lang Tiong-sun dari Tiang-pek-pai sekuat tenaga melawan,
mendadak Sin-hiong membalikan pergelangan tangannya, kilatan
sinar ungu menerjang, belum sempat Lang Tiong-sun membalas
serangan, Sin-hiong sudah maju lagi satu langkah!
Sekarang Sin-hiong hanya tinggal lima inci untuk keluar dari
barisan, di depan dia hanya ada Siu-goan Suthay seorang yang bisa
menghadangnya, tapi saat dia mau menghadang pun sudah tidak
keburu.
Di seluruh lapangan sudah terdengar suara pujian, Siu-goan
Suthay merasa tanggung jawabnya sangat besar, dia menyerang
kembali dengan kebutan-nya dan berteriak:
"Kembali!"
Jurusnya mengerahkan seluruh kekuatannya, belum lagi
serangannya datang, sebuah tenaga besar sudah menerjang pada
Sin-hiong.
Keadaan tiba-tiba menjadi tegang lagi, hati semua penonton
terasa berat, mata tidak bisa berkedip, tapi ada yang tidak tahan
menyaksikannya!
Dengan menggunakan langkah tujuh bintang, walaupun Sin-
hiong terus menerus di hadang, tapi dia tidak mengendurkan daya
terjangnya, sekali berteriak, dia mendorongkan telapak tangan
kirinya, tenaga telapak yang amat kuat menghantam kebutannya
Siugoan Suthay, sedangkan tangan kanannya menyerang tujuh
delapan jurus, dan tubuhnya meluncur keluar.
Dia mengangkat kepala dan bersiul panjang, sekarang dia sudah
berdiri di luar barisan!
Tidak seorang pun dari wajah sembilan ketua perguruan besar
yang tidak berubah besar wajahnya!
Kerumunan orang yang menonton mula-mula merasa tegang,
seperti tidak bisa bernafas, melihat Sin-hiong sudah meloncat keluar
dari kurungan barisan, di sekeliling segera terdengar gemuruh
sorak-sorai.
Wajah sembilan ketua perguruan besar bukan saja tidak enak
dipandang, hatinya juga sangat sedih.
Sin-hiong sendiri sadar, jika tidak mendapat petunjuk dari suara
itu, ingin mendobrak keluar dari barisan itu, rasanya lebih sulit dari
pada naik ke langit.
Gouw-it Taysu maju selangkah, dengan nada dalam berkata:
"Jurus pedang Sen-tayhiap nomor satu di dunia, kami
bersembilan menunggu perintah anda!"
Puluhan tahun yang lalu Liong-kiam-hong dikeroyok oleh
sembilan perguruan besar, dan sebelah matanya sampai buta,
sekarang Sin-hiong sudah menang, tidak perduli dia mau
membunuhnya atau menyiksanya, sembilan ketua perguruan besar
tidak akan mengerutkan alisnya.
Ratusan pasang mata memandang pada Sin-hiong, menunggu
jawaban dia.
Tapi bagaimana pun Sin-hiong tidak tega, di dalam hatinya
berpikir:
'Sekarang aku sudah menang, di hadapan semua orang-orang
dunia persilatan ini, aku harus mendirikan satu contoh yang baik,
menghapuskan dunia persilatan dari balas membalas dendam dan
tidak henti-hentinya saling membunuh.'
Maka, sambil tertawa dia berkata:
"Taysu tidak perlu begitu, yang sudah lewat sudahlah, aku harap
permusuhan di antara kita bisa dihapus!"
Begitu kata-kata ini terdengar, tidak perduli siapa pun yang
mendengar, semua tidak menduganya.
Sembilan ketua perguruan pun tidak percaya pada telinga sendiri,
mereka berdiri bengong lama sekali, tidak ada satu orang pun yang
berkata.
Sin-hiong melihat cuaca, bulan tepat berada di tengah langit,
mendadak dia teringat dirinya sekarang harus pergi mencari Cui-
giok, ketua pulau Teratai dan putrinya.
Dia bersoja pada sembilan ketua perguruan besar dan berkata:
"Aku harus pergi, harap anda semua selanjutnya berlatih ilmu
silat lagi, jangan menganggap diri kalian adalah perguruan ternama
dan aliran lurus, itu hanya akan menimbulkan kekacauan dunia
persilatan, sampai jumpa!"
Saat mengucapkan kata terakhir, dia sudah pergi jauh!
Di seluruh gunung terdengar sorak-sorai dan pujian, semua
orang mengatakan, sejak adanya ilmu silat, Kim-kau-kiam-khek
adalah orang aneh pertama yang berbeda dengan orang lain!
Tapi siapa lagi orangnya yang tahu, orang aneh ini bagaimana
kehidupannya di masa kecil.
Suara-suara pujian ini Sin-hiong tidak mendengarnya, sebab dia
sudah berada diluar gunung puluhan tombak jauhnya.
Walaupun dia telah menyelesaikan wasiat gurunya, tapi hati dia
merasa ada kekosongan.
Dia melesat ke depan, di kepalanya terbayang-bayang Cui-giok
dan ketua pulau Teratai dengan putrinya, entah dimana mereka
sekarang.
Ketika dia hampir turun gunung, mendadak di atas jalan gunung
ada tiga bayangan orang sedang berjalan pelan-pelan.
Terdengar satu orang dengan centil bertanya: "Lo-cianpwee,
menurutmu dia pasti kemari?"
Satu orang lagi menjawab:
"Tentu saja, walaupun aku tidak mengerti ilmu meramal, tapi
selain jalan ini, dia tidak akan kemana mana!"
Sin-hiong mendengar dari kejauhan, tidak tahan dengan
senangnya berteriak:
"Ho-hoa Ciatipwee, adik Giok, adik Lan, aku datang!"
Ketua pulau Teratai tidak membalikkan kepala, sambil
mengangkat kepalanya, tertawa keras, berkata:
"Tuh! Bukankah dia sudah datang?"
Hanya dengan saru loncatan Sin-hiong sudah menghampiri
"Bluuk!" dia bersujud di hadapan ketua pulau Teratai, dengan suara
gemetar berkata:
"Lo-cianpwee, terima kasih!"
Dia berteriak tapi tidak ada yang menjawab, ketika hatinya
sedang merasa heran, terdengar disisi tubuhnya ada orang tertawa
dan berkata:
"Cici Lan, lihat dia bersujud padamu!"
Sin-hiong mengangkat kepala dan melihat, ketua pulau Teratai
sudah berjalan jauh di depan, yang ada dihadapannya adalah Hui-
lan.
Hui-lan tertawa:
"Kenapa kau bersujud dihadapanku?"
"Bukankah aku sudah berjanji padamu akan pergi ke pulau
Teratai?" kata Sin-hiong tertegun.
Cui-giok bertepuk tangan tertawa:
"Betul, maksud hatinya sama dengan kita!"
Setelah berkata, dia merasa kata-katanya ada sedikit ganjil, tapi
dia tidak terlalu mempermasalah-kan, wajahnya menjadi merah dan
berkata lagi:
"Kenapa masih bersujud, paman Lim sudah jauh lho!"
Wajah Sin-hiong menjadi merah, dia bangkit berdiri, di bawah
sinar pagi yang cerah, tiga bayangan itu berjalan turun gunung.
Setelah beberapa hari, sebuah perahu layar melaju keluar Tong-
hai, pelan-pelan menjauh, akhir-nya tinggal satu titik hitam saja,
tapi dalam sekejap pun menghilang di antara langit dan laut.
Tamat
Bandung, 12 Mei 2009 Salam Hormat
Buku persembahan See Yan Tjin Djin yang akan/telah terbit
Raja Naga Tujuh Bintang............................282 hal
Darah Ksatria..........................................274 hal
Golok Bergetar Lonceng Berdenting...............275 hal
Antara Budi Dan Cinta...............................434 hal
Jala Pedang Jaring Sutra....................2 tmt = 755 hal
Pedang Abadi..........................................116 hal
Bulu Merak.............................................131 hal
Gelang Perasa.........................................139 hal
Kait Perpisahan........................................155 hal
Tujuh Pembunuh.......................................178 hal
Si Pisau Terbang "Pulang"...........................115 hal
Pedang Bayangan Panji Sakti.......................502 hal
Sepasang Pedang Naga...............................277 hal
Ilmu Pedang Pengejar Roh..........................412 hal
Pendekar Sejagat......................................301 hal
Pedang Kekasih.......................................337 hal
Pedang Bengis Sutra Merah........................202 hal
Amarah Pedang Bunga Iblis........................444 hal
Pendekar Kelana.......................................394 hal
Rahasia Iblis Cantik................................551 hal
Mahasiswa Sakti.......................................194 hal
Kapal Hantu...........................................285 hal
Legenda Kematian.....................................460 hal
Bakat Pembunuh.......................................209 hal
Seruling Merana........................................333 hal
Telapak Emas Beracun...............................273 hal
Tamu Aneh Bingkisan Unik.........................313 hal
Laron Pengisap Darah................................810 hal
Langit Sembilan Lapis................................369 hal
Pertarungan Di Kota Chang An.....................110 hal
Panji Akbar Matahari Terbenam....................332 hal
Wisma pedang..........................................42 hal
Putri Es..................................................287 hal
Naga Bersiul Harimau Mengaum..................301 hal
Pedang Sakti Langit Hijau...........................579 hal
Kisah si Naga Terbang................................615 hal
Pendekar Mata Keranjang...........................313 hal
Duri Bunga Ju..........................................936 hal
Rahasia Pedang Buntung.............................456 hal
Romantika Sebilah Pedang............. 2tmt= 720 hal
Lembah Kuburan Pedang.................2 tmt = 669 hal
Pedang Bunga Mei.........................3 tmt = 1127 hal
Arca Emas Keramat...................................245 hal
Gelang Baja Harimau Putih..........................249 hal
Pedang Sesat Pisau Kematian............3 tmt = 1059 hal
Terbang Harum Pedang Hujan............5 tmt = 1429 hal
Pendekar Panji sakti.........................6 tmt = 1905 hal
Walet Besi.................................2tmt= 508 hal
Perintah Berdarah.........................2 tmt = 553 hal
Pisau Pusaka..........................................207 hal
Pedang Satu Kata.....................................352 hal
Tiga Ilmu Sakti...........................2 tmt = 437 hal
Pendekar Sakti dari Lembah Liar......2 tmt = 522 hal
Laut Bersalju Sungai berdarah..................... 367 hal
Badai Persilatan...........................3 tmt = 757 hal
Pendekar Pedang Buruk Rupa...........4 tmt = 1190 hal
Ksatria Brandalan................................... 363 hal
Si Pedang Tumpul........................5 tmt = 1390 hal
Butong It Kiam.............................6 tmt =11931 hal
Legenda Golok Halilintar..................2 tmt = 531 hal
Buku Pusaka..........................................365 hal
Memburu Bayangan Iblis...........................449 hal
Pendekar Gila........................................105 hal
Pedang yang Menggetarkan Pelangi... 3 tmt = 1001 hal
Pelangi Menembus Matahari........................185 hal
Pendekar Kail Emas........................3 tmt = 761 hal
Papan Utara Seruling Selatan............ 3 tmt = 860 hal
Pembunuhan 13 Pendekar Wahid..................
Buku-buku persembahan See Yan Tjin Djin di cetak dalam edisi
yang terbatas sekali. Email ke adhidaya(q),bdg.centrin.netad
Mobilephone:081 1206 131 Situs: seeyancinjin.multiply.com
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru