Cersil : Budi Ksatria 6 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling]

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 07 Oktober 2011

Ditengah bentakan nyaring empat titik cahaya tajam yang
menyilaukan mata secepat sambaran kilat meluncur kedepan
dan masing2 menyerang dada serta lambung Siau Ling.
Sianak muda itu segera putar sepasang telapaknya dan
menyerang berbareng..”Ting! Tiing!” dua sentilan tajam
berkumandang nyaring senjata rahasia yang ditujukan
kearahnya sudah rontok tanah.
Pemuda itu mengenakan sarung tangan kulit ular naga, ia
tak takut tajamnya senjata, dengan manis dan cepat semua
senjata rahasia itu sudah rontok keatas tanah.

Karena gangguan yang munculnya sama sekali tak terduga.
Wu Yong telah kabur satu tombak lebih jauh kearah depan.
Bayangan manusia berkelebat lewat, empat orang pria
kekar munculkan diri ditengah gelanggang, setelah memberi
jalan lewat buat Wu Yong mereka segera menghadang jalan
pergi Siau Ling.
Terdengarlah salah seorang diantaranya dengan suara
berat bertenaga kembali berseru :
"Nona cilik, cepat sembunyikan diri dibelakang batu karang
yang ada disebelah kanan"
Rupanya disamping dinding tebing sebelah kanan terdapat
sebuah bata cadas yang menonjol keluar, kawanan jago yang
menjaga rintangan tersebut semuanya bersembunyi di
belakang batu karang itu.
Terdengar Wu Yong dengan suara keras berseru :
"Kalian harus berhati2! ilmu silat yang dimiliki orang itu
lihay sekali."
Sambil berbicara ia berhenti berlari ke median setelah
menyembunyikan diri dibe-lakang empat orang pria yang baru
saja munculkan diri itu, dengan napas terengah2 kembali dia
melanjutkan:
"Aku sudah terluka aku tak mampu untuk lari lagi.."
Setelah melancarkan pukulan untuk merontokan senjata
rahasia tadi sebenarnya Siau hendak menggunakan ilmu
meringankan tubuh burung walet menutapi permukaan air
untuk mengejar Wu Yong serta membebaskan gadis itu dari
marabahaya:
Akan tetapi setelah dilihatnya gadis itu menyembunyikan
diri dibelakang tubuh pria kekar itu dan rupanya ia telah
berubah pikiran untuk kembali berpihak kepada Shen Bok

Hoag dengan cepat pemuda itu menghentikan langkah
kakinya sambil berpikir dalam hatinya.
"Sejak kecil budak ini dipelihara dan di didik dibawah
asuhan Wu popo wataknya sama sekali telah berubah dan ia
tak bisa mbedakan lagi mana yang sesat dan mana yang
lurus, mana budi mana dendam, sikapnya gampang berubah
ketika menemui bahaya, aku tadinya masih gira kalau gadis itu
sudah tinggalkan jalan yang sesat untuk kembali kejalan yang
, rupanya harapanku ini terlalu muluk" Sebagai seorang
pendekar yang berjiwa sar, pemuda itu sama sekali tidak
menjadi gusar ketika dilihatnya Wu Yong kembali berpihak
pada musuhnya, dia malah lega karena sudah kehilangan
sebuah beban yang berat.
Setelah tarik napas panjang2 ujarnya:
"Dalam pertarungan yang akan berlangsung, engkau siap
bertarung dengan cara apa?"
"Dalam pertarungan ini kami akan beradu kepandaian silat
yang asli dan murni dengan dirimu!" sahut seseorang dengan
suara yang kuat dan nyaring.
Mengikuti berkumandangnya suara jawaban itu, dari
belakang batu karang munculah seorang kakek tua bermuka
lebar, berjidat lebar dan berjenggot putih sepanjang dada.
Dengan pandangan tajam Siau Ling awasi orang itu, ia lihat
kakek tua tersebut teramat asing baginya dan belum pernah di
jumpai selama hidupnya. dengan cepat ia menjura sambil
menegur :
"Siapakah engkau?!
Kakek itu tidak menjawab, sebaliknya malah balik menatap
wajah pemuda itu tanpa berkedip, sahutnya kemudian :
“Secara beruntun engkau dapat menembusi lima rintangan
tanpa mengalami cedera, hal itu menunjukkan kalau ilmu
silatmu memang sangat lihay sekali, kepandaian yang sehebat

itu rasanya terlalu sayang untuk dilenyapkan dari permukaan
bumi, aku jadi kasihan kepadamu"
Siau Ling tidak menjawab, hanya didalam hati pikirnya :
"Ia tidak galak ataupun tekebur, rupanya mereka bukan
termasuk sebagai anak buah dari Shen Bok Hong..!"
Karena berpendapat begitu maka diawasi nya orang2 itu
dengan lebih seksama lagi, dia lihat pakaian yang dikenakan
empat pria yang menghadang jalan perginya terdiri dari
pakaian yang aneh dan istimewa sekali, baik itu warna merah
atau kuning ataupun warna lainnya, pada bagian dada mereka
selalu tersulam sebuah simbul kepala harimau yang berwarna
kuning.
Dari simbol tersebut Siau Ling segera menduga sebagai
lambang dari suatu perguruan atau organisasi, hanya saja ia
tidak kenal simbol itu merupakan lambang dari perguruan atau
organisasi mana?
Dengan sebisa2nya sianak muda itu mengumpulkan segala
daya ingatannya untuk menemukan asal usul dari simbol
kepala harimau itu, tapi kendatipun otaknya telah diperas
habis2an toh ia tetap gagal untuk menemukan asal usul
mereka, sebab mengingat Cung San Pek gurunya belum
pernah membicarakan tentang asal usul dari simbol tersebut.
Sementara ia sedang melamun, terdengar kakek tua itu
menegur dengan suaru dingin.
"Hey Siau , apa yang sedang kau pikirkan?!
“Aku sedang mencari arti dari pada lambang kepala
harimau yang tertera didepan dada kalian, aku ingin tahu
lambang tersebut merupakan simbol dari perguruan mana? “
“Hmmm"! dengan usiamu yang begitu muda dan kecil, aku
tanggung engkau tak mungkin bisa menebak arti dari
lambang tersebut” seru kakek berjenggot lagi dengan nada
dingin.

"Sekalipun aku tidak mengenal asal mula dari lambang
tersebut, tapi aku yakin kalau kalian semua orang! dari
perkampungan Pek hoa-san-cung, kalian tidak lebih cuma
penbantu2 yang diundang Shen Bok Hong untuk menunjang
kekuatan."
Kakek tua berjenggot panjang itu tertawa terbahak2 ia
segera menyambung:
"Haahhh...haahh. .haaahh. . meskipun pengetahuanmu
sangat terbatas namun kecerdasan otakmu sangat
mengagumkan, tidak salah aku memang diundang oleh Shen
Bok Hong untuk membantu pihaknya meskipun undangan
disertai dengan balas jasa yang setimpal pula, akan tetapi hal
itu bukankah alasan yang terutama bagiku untuk
menyanggupi undangan itu"
"Shen Bok Hong mempunyai pandangan yang terlalu tinggi,
ia tidak gampang menilai orang dengan setinggi2nya, malahan
lebih banyak jago persilatan yang ada di permukaan bumi
yang tunduk serta rela diperintah olehnya. Engkau mendapat
undangan dari gembong iblis itu untuk menopang kekuatan,
hal tersebut membuktikan bahwa engkau pastilah seorang
jago kenamaan yang mempunyai kedudukan sangat tinggi
dimuka bumi, sebab menurut apa yang kuketahui tidak banyak
jago yang dapat memperoleh kedudukan setinggi dan
sehormat itu"
“Haahhh...haahhh...haah... aku mengatakan engkau amat
cerdik ternyata ucapanku sedikitpun tidak salah" seru kakek
berjenggot panjang itu sambil tertawa terbahak2.
Setelah berhenti sebentar tiba2 nada suaranya berubah jadi
dingin menyeramkan terusnya:
"Kami guru dan murid paling mengandalkan kekuatan
sebuah barisan yang Kami sebut barisan Hui-hau atau harimau
terbang selama puluhan tahun belakangan ini belum pernah
ada orang yang mampu lolos dari barisan ini dengan gampang

sekarang aku merasa simpatik terhadap dirimu, asal engkau
bersedia nyanggupi dua permintaanku aku akan
mengembalikan balas jasa dari Shen Bok Hong yang telah
kuterima dan melepaskan engkau untuk lewati rintangan ini"
Mendapat tawaran itu Siau Ling segera berpikir dalam
hatinya.
“Kalau aku bisa melewati rintangan tanpa membuang
tenaga terlalu besar maka kejadian ini akan sangat
menguntungkan diriku .. biarlah kutanyakan dulu apa yang dia
inginkan."
Berpikir sampai disitu dia lantas bertanya:
"Permintaan apa yang hendak kau ajukan kepada aku
orang she Siau? aku minta engkau bisa menyebutkan
sekarang juga agar akupun bisa mempertimbangkan apa aku
bisa mengabulkan atau tidak”
"Apakah engkau akan mempertimbangkan dahulu sebelum
ambil keputusan?“ tegur si kakek berjenggot dengan suara
dingin.
"Tentu saja kalau syarat yang engkau ajukan terlalu muluk
atau berlebihan tentu saja aku tak dapat mengabulkan"
Mendengar jawaban itu kakek berjenggot tersebut jadi
amat gusar serunya dengan suara lantang:
“Bocah cilik jumawa bicara buat apa engkau pertimbangkan
lagi syarat yang aku ajukan.?”
Setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh:
"Walaupun begitu aku merasa amat kagum atas keberanian
dan kejantananmu. Baiklah ketahuilah barisan harimau
terbangku ini berhasil kuciptakan setelah menggunakan
hampir seluruh tenaga dan pikiranku selama bertahun2
lamanya, jumlah anggota barisan ada sepuluh orang dengan
gabungan tenaga itu maka kekuatan yang terpancar keluar

dari barisan bui hau baru akan menunjukan keampuhannya
yang luar biasa, tapi sekarang aku baru menerima sembilanorang
murid kekurangan satu orang, ini membuat kekuatan
barisan kami jadi agak rapuh disatu bagian. Bila bertemu
dengan musub tangguh terpaksa aku harus turun tangan
sendiri untuk pimpin barisan ini karena kekurangan tersebut
maka timbullah keinginanku untuk cari bakat bagus guna
mengisi kekosongan itu. Sekarang aku sudah kepayahan
karena tak berhasil temukan bakat baik maka jikalau engkau
bersedia untuk mengisi kekosongan dari barisan hui hau toa
tinku ini sehingga kekompakan dan kesempurnaan berisanku
terwujud sebagaimana mestinya, akupun bersedia untuk
lepaskan engkau dari rintangan ini !”
Siau Ling tertawa ewa.
"Apakah syaratmu yang kedua ?" dia bertanya.
"Aku dengar engkau hendak menolong seorang bocah
perempuan, benarkah begitu?"
"Benar, darimana engkau bisa tahu?"
“Shen Bok Hong yang memberitahukan kepadaku, oleh
karena anak muridku dilarang untuk dekat dengan kaum
wanita, maka jikalau engkau telah setuju untuk masuk jadi
anggota perguruanku, maka setelah aku bantu engkau untuk
menolong gadis tadi, engkau harus biarkan dia pergi dari
sisimu dan selamanya tak boleh bertemu lagi dengan dirinya..
apakah engkau sanggup untuk penuhi permintaanku ini?"
Setelah berhenti sebentar, ia tertawa tergelak dan
menambahkan :
"Hauhh..haahh..hahhh.. bagaimana? sederhana bukan
syarat yang kuajukan?"
“Memang kuakui bahwa syaratmu sangat sederhana,
sayang aku tak dapat menerimanya!”

Kakek berjenggot itu melonggo, rupanya ia tidak percaya
dengan pendengaran sendiri.
"Apa? engkau tak setuju?!” serunya.
"Benar, aku tak dapat menerima kedua buah syarat yang
kau ajukan itu barang satupun jua"
Kakek berjengot jadi naik pitam.
"Hmm! kalau begitu engkau sudah bosan hidup...!”
hardiknya.
Dia ulapkan tangan, lima orang pria kekar kembali
munculkan diri dari balik batu karang.
Siau Ling segera cabut keluar pedang pendeknya dan
digenggam dalam tangan kanan, sambil disilangkan sejajar
dada ujarnya:
"Engkau tak usah gugup ataupun gelisah, aku akan
menanti sampai kalian selesai mengatur barisan Hui hau toatin
sebelum tu tangan!"
Gerak gerik kawaran pria kekar itu sangat cekatan dan
hapal sekali, setelah keluar dari balik batu cadas, mereka
segera menempati posisinya masing2, sebentar saja barisan
tersebut sudah terbentuk.
Setelah dilihatnya barisan itu telab terbentuk, Siau Ling
baru ayun pedang pendeknya sambil berseru :
“Hati2lah kawan, aku orang she-Siau segera akan
menerjang masuk kedalam barisan!”
Dengan langkah yang santai tapi mantap ia maju kemuka
dan masuk kedalam kepungan barisan harimau terbang.
Walaupun tingkah lakunya amat santai dan seolah2 sama
sekali tak pernah terjadi suatu apapun, tapi dalam hati
kecilnya ia tak berani pandang enteng musuhnya, diam2 hawa

murninya disalurkan mengelilingi seluruh tubuh dan bersiap
sedia untuk mela wan musuhnya dengan sepenuh tenaga.
Sembilan orang pria kekar yang membentuk barisan
bersenjata sebilah kampak raksasa. hanya kakek tua itu saja
yang bertangan kosong serta menempatkan diri ditengah
barisan
Setelah masuk kedalam barisan, diam diam Siau bikin
perhitungan dalam hati kecilnya, ia berpikir :
“Kalau aku lancarkan serangan kilat sehingga berhasil
melukai dua orang mereka maka perubahan barisan tersebut
segera akan tersumbat sama sekali, siapa tahu dengan
tindakan itu maka kekuatan barisan berhasil kupecahkan, atau
paling sedikit bisa ngurangi tekanan yang terpancar keluar dari
barisan hau-tin..."
Dua orang pria kekar yang berada dipaling depan bergerak
bagaikan kepala hari mau. menanti Siau Ling sudah berada
kurang lebih lima depa dari depan mereka, sepasang kampak
mereka perlahan2 diangkat ketengah udara.
"Bagus" pikir Siau Ling dalam hati "rupanya mereka tak
sudi untuk memberi ke sempatan padaku untuk menyerang
lebih dahulu"
Tangan kiri ditekuk dan siap melancarkan serangan sian ci
sinkang untuk melukai musuhnya lebih dahulu.
Tapi sebelum serangan itu dilancarkan tiba2 terdengar
dengusan napas berat berkumandang memecahkan kesunyian
dua orang pria kekar yang berada didepan itu tiba2
membuang senjatanya dan sambil memegang lambung sendiri
terbungkuk menahan rasa sakit
Menyaksikan keadaan anak buahnya kakek tua berjenggot
itu jadi gusar makinya.

“Gentong nasi... manusia tak berguna belum saja barisan
bergerak kalian sudah terluka... kemana perginya kepandaian
silat yang kalian miliki?"
"Suhu!” sahut dua orang pria Itu hampir berbareng "perut
tecu terasa sakit sekali sehingga sukar ditahan!"
"Kenapa secara tiba2, kalian merasakan perutmu jadi amat
sakit?"
Sementara itu secara diam2 Wu Yong sudah
mengundurkan diri kesamping mendengar pertanyaan itu
dengan cepat ia menimbrung:
"Karena mereka semua telah terkena sejenis racun yang
amat keji dan jahat!"
“Darimana engkau bisa tahu?" tanya kakek berjenggot itu
keheranan.
"Hiiihhh...hiiihhh.. hiiiheh...." Wu Yong tertawa cekikikan
"aku yang turun tangan meracuni mereka, tentu saja tahu
akan peristiwa ini dengan amat jelas.”
"Budak busuk, aku akan bunuh engkau terlebih dahulu!"
teriak kakek berjenggot itu sambil ayunkan telapaknva
kedepan.
Wu Yong segera berkelit kesamping untuk menghindarkan
diri, ujarnya sambil tertawa .
"Ilmu silat yang kau miliki paling kuat dan ampuh, oleh
sebab itu aku lepaskan racun yang paling keji dan paling berat
keatas tubuhmu.,.!"
Setelah melancarkan sebuah pukulan tadi tiba2 kakek
berjenggot itu mengerutkan dahinya dan tak mampu
melancarkan serangan yang kedua.
Rupanya setelah melancarkan serangan yang pertama tadi.
tiba2 ia merasakan lambungnya jadi sakit sekali bagaikan diTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
iris dengan pisau belati, saking kesakitan ia jadi lemas dan
seluruh kekuatan tubuhnya lenyap tak berbekas.
Diikuti enam orang pria kekar lainnyapun sama2
membuang senjata kampak yang berada dalam genggaman
mereka, dan sama2 memegang perutnya masing2 sambil
menahan rasa sakit.
Siau Ling sendiri sewaktu dilihatnya tanda keracunan yang
menimpa kawanan jago tua itu persis seperti tanda2
keracunan yang dialami orang2 dirumah makan tempo hari,
dalam hati ia segera menduga kalau perbuatan tersebut
adalah hasil karya dari Wu Yong, dalam hati segera berpikir :
"Semula aku masih mengira kalau dia benar2 telah
menghianati aku dan kembali berpihak Shen Bok Hong.
Rupanya ia sedang menggunakan siasat untuk cari
ketempatan guna meracuni kawanan jago tersebut"
Dalam pada itu diantara sepuluh orang jago yang berdiri
pada posisi barisan Hui-nau-tin, ada sembilan orang
diantaranya yang berjongkok sambil memegang perut sendiri.
Hanya kakek tua berjenggot putih saja yang tetap berdiri
serius ditempat semula tapi diapun merasakan suatu
penderitaan serta siksaan yang hebat, terbukti peluh dingin
mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Wu Yong tersenyum sambil berkata :
"Siau-heng, perlukah kita bunuh mati kawanan jago ini ?
Sekarang mereka sudah kehilangan daya lawan untuk
menghadapi kita berdua"
Siau Ling tidak menjawab dengan sepasang mata yang
tajam mengawasinya raut wajah Wu Yong tanpa berkedip.
Tiba2 Wu Yong merasakan hatinya jadi jengah dan rikuh
sekali, merah dadu pipinya dengan lirih ia menegur:
"Kenapa engkau tatap terus raut wajahku”

Siau Ling menghela napas panjang,
"Aaaii.. kapan sih engkau lepaskan racun keji itu? kenapa
aku sama sekali tidak melihatnya?"
“Kalau engkau dapat melihat tingkah lakuku dalam
melepaskan racun mana mungkin aku bisa melukai orang
tanpa diketahui olehnya?"
“Rupanya engkau telah mewarisi seluruh kepandaian
melepaskan racun dari nenekmu”
Wu Yong menggeleng
"Masih selisih jauh sekali "sahutnya" kalau di hitung2 maka
kepandaian yang kumiliki sekarang, paling banter juga
seperdua atau sepertiganya saja!"
Tiba2 kakek tua berjenggot itu mendengus dingin,
perlahan2 tubuhnya berjongkok pula keatas tanah.
Sementara itu sembilan orang lainnya yang memiliki tenaga
dalam agak dangkal jika dibandingkan dengan kakek
berjenggot itu, sudah tak mampu menguasahi rasa sakit yang
melilit2 perut mereka, tak kuasa lagi mereka bergulingan
diatas tanah sambil merintih kesakitan.
"Nona Yong!” bisik Siau Ling kemudian, “apakah mereka
bisa mati karena kesakitan?"
"Tidak bisa,” jawab Wu Yong sambil menggeleng," tapi
untuk selamanya mereka akan kesakitan terus, sampai
kesabaran dan daya tahannya habis, akhimya mereka akan
bunuh diri untuk menyelesaikan perjalanan hidupnya”
"Racun seperti ini terlalu jahat dan sadis! “
Wu Yong tertawa ewa.
"Setelah Leng-lam ji sepasang iblis dari wilayah Lenglam
membinasakan nenekku, membuat aku dapat merasakan serta
menyelami betapa bahaya dan kejamnya dunia persilatan, aku

sadar bahwa ilmu silat yang kumiliki tak dapat kuandalkan
untuk melindungi keselamatan jiwaku, oleh sebab itu aku
harus mengandalkan ilmu melepaskan racun yang kukuasahi
untuk melindungi diri. Karena itulah cara penggunaan racun
yang aku kuasahi sekarang jauh lebih maju jika dibandingkan
dengan keadaanku di masa lalu..."
Setelah memandang sekejap kearah sepuluh orang jago
lihay yang sedang terbungkuk2 menahan sakit itu, dia
melanjurkan:
"Orang2 itu sama sekali tidak terikat oleh dendam atau
sakit hati dengan dirimu, bahkan saling kenalpun tidak,
kenapa mereka datang kemari hendak membunuh engkau?
Seandainya mereda adalah anak buah dari Shen Bok Hong,
hal ini masih bisa dimaklumi, tapi dalam kenyataan mereka
bukan anak buah gembong iblis itu. Dan alasan mereka untuk
musuhi dirimu pun hanya di karenakan soal nama, pahala dan
soal kedudukan, kalau kita tidak membinasakan mereka maka
suatu ketika kita bakal dibunuh oleh mereka"
Tiba2 ia berjongkok dan mengambil sebilah kampak
raksasa diri atas tanah, sambil ayun senjata itu ia bacok setiap
jago yang dijumpainya, dalam sekejap mata separuh orang
jago lihay itu sudah mampus semua diujung senjatanya.
Diam2 Siau Ling menghela napas panjang menyaksikan
kesepuluh sosok mayat yang menggelitak disana sini, ia lihat
mayat2 itu ada yang dibacok tubuhnya ada pula vang dibacok
batok kepalanya, membuat darah kena berceceran di-mana2
dan isi benak serta isi perut berserakan disana sini, keadan
benar2 mengerikan sekali.
Dalam hati pikirnya :
"Rupanya perasan budak cilik ini sedang dipengaruhi oleh
emosi, marah dan kesedihan, dikemudian hari aku harus baik2
didik dirinya sehingga ia tidak sampai berbuat kejam hanya
disebabkan mengikuti suara hati...."

Setelah membacok mati sepuluh orang jago itu. Wu Yong
membuang senjatanya keatas tanah, lalu sambil tertawa
ujarnya :
"Saudara Siau, mari kita lanjutkan perjalanan"
“Bagaimana kalau kita kebumikan lebih dahulu kesepuluh
sosok mayat itu sebelum lanjutkan perjalanan??”
"Tak usah!” sahut Wa Yong sambil menggeleng, “diatas
bukit batu diatas kedua belah sisi lembah ini sudah siap sedia
anak buah dan Shea Bok Hong, setelah kita pergi mereka akan
datang kemari untuk bereskan mayat2 tersebut"
"Kalau memang begitu, mari kita segera berangkat!” kata
Siau Ling sambil mengangguk.
Setelah melampaui Wu Yong, dia melanjutkan :
"Nona Yong. justru karena Shen Bok Hong tidak
memberitahukan tentang penghianatanmu terhadap
perkampungan Pek-hoa-san-cung kepada anak buahnya yang
tersebar disepanjang lembah, maka dengan gampang sekali
seranganmu mendapat hasil, tapi engkau harus ingat bahwa
cara seperti ini hanya bisa digunakan satu kali saja dan tak
boleh diulang kembali, setelah mereka rasakan pengalaman
yang baru ini dengan sendirinya tak akan ulangi kembali
peristiwa tersebut, mereka pasti telah mengabarkan tentang
pengkianatanmu terhadap perkampungan Pek hoa san cung
kepada orang2 yang berada dikedua rintangan terakhir!"
“Engkau bicara setengah harian lamanya? tapi sampai
sekarang aku masih belum paham dengan maksud
perkataanmu itu" seru Wu Yong.
“Maksudku, dalam rintangan berikutnya engkau tak usah
turun tangan lagi tapi tinggal saja dibelakangku untuk
melindungi aku dan sergapan2 lawan"
“Apabila aku mendapat kesempatan untuk membantu
dirimu, masa aku hanya berdiam diri belaka??

"Ooh. bukan begitu maksudku, aku maksudkan agar nona
jangan menggunakan siasat licin lagi untuk membohongi
mereka, kalau ada kesempatan tentu saja engkau boleh
membantu aku, sebab aku malah akan berterima kasih sekali
atas bantuanmu itu”
Wu Yong menghela nafas panjang.
"Terima kasih atas perhatian yang kau berikan kepadaku,
sejak nenek meninggal dunia, engkau adalah orang pertama
yang benar benar memperhatikan aku"
Terperangah Siau Ling mendengar perkataan itu, buru2 ia
percepat langkahnya maju kedepan.
Wu Yong segera mengikuti dari belakang dan menyusul
pemuda tersebut.
Sementara itu sinar matahari terhambat oleh bukit yang
tinggi, udarapun perlahan2 jadi gelap.
Siau Ling segera mengepos tenaga dan mempercepat
perjalanannya, setelah melalui dua buah bukit yang tinggi
tiba2 dari arah depan terdengarlah air sungai yang deras.
Dengan cepat Sau Ling alihkan sorot matanya kearah
depan ia lihat sebuah sungai yang lebar dengan air yang
jernih membentang ditengah lembah dan menghadang jalan
pergi mereka.
Aliran air sungai terbendung dalam sebuah telaga yang
luasnya mencapai lima tombak bukan saja airnya jernih dan
dalam sekali. Sekalipun seseorang memiliki ilmu silat yang
amat tinggipun belum tentu sanggup menyebrangi telaga itu
dengan sekali lompatan.
Melihat air telaga yang jernih dan lebar itu untuk beberapa
saat lamanya Siau Ling berdiri termanggu ia tak mampu
mengucapkan sepatah katapun.

Rupanya ia sama sekali tak menyangka, kalau
dihadapannya bakal muncul sebuah air telaga yang
menghadang jalan perginya.
Agaknya Wu Yong sendiripun sama sekali tidak menduga
akan hal ini, dengan alis mata berkenyit ia bertanya
“Saudara Siau. engkau bisa berenang?"
Siau Ling menggeleng,
"Tidak bisa "
"Akupun tidak bisa !"
“Shen Bok Hong tahu bahwa aku tak pandai berenang
ataupun ilmu dalam air, kalau toh ditempai ini sudah tersedia
sebuah telaga alam yang menghadang penjalananku, tentu
saja dia manfaatkan perintang tersebut dengan sebaik2nya.”
"Maksud saudara Siau, apakah mungkin Sheo Bok Hong
telah kirim orang untuk menjaga air telaga ini serta
menghadang jalan pergi kita berdua?"
“Benar, Shen Bok Hong pasti menggunakan hadangan yang
tercipta oleh alam ini untuk mengatur suatu rintangan yang
keji dan jahat” “
Tiba2 Wu Yong maju kedepan dan mendekati telaga
tersebut, sambil memperhatikan keadaan telaga itu
tangannya mencoret kesana kemari tiada hentinya.
Siau Ling segera mendekati gadis itu dan-berkata dengan
suara lirih :
"Apa yang sedang kau lakukan??"
“Aku sedang memperhitungkan berapa luas permukaan air
telaga ini,”
“Mau apa nona perhitungkan permukaan air telaga ini ?”

"Aiai..." Wu Yong menghela nafas, "sayang aku tak dapat
menghitung berapa dalam telaga tersebut, kalau akn bisa
menghitung kedalaman air telaga ini maka aku bisa.
melepaskan racun"
“Melepaskan racun??”
Wu Yong tersenyum dan mengangguk.
"Benar, aku hendak meracuni air telaga ini, seandainya
Shen Bot Hong telah siapkan jebakan didasar air telaga ini,
maka orang, yang berada disana pasti akan mati keracunan
oleh bisa keji yang kusebarkan." ,
"Perbuatan ini tak boleh kita lakukan!” seru Siau Ling
sambil menghela napas.
"Kenapa?!”
“Himpunan air yang terpukul dalam telaga tersebut entah
terwujud setelah berlangsung beberapa puluh tahun lamanya,
dalam telaga pasti hidup banyak sekali udang dan ikan. Jika
nona menyebar racun dalam telaga ini, bukankah ikan dan
udang itu akan mendapat celaka lebih dahulu. ?"
Wu Yong tersenyum.
"Engkau amat welas dan berbudi luhur, tapi sekarang kita
harus lindungi pula keselamatan jiwa kita sendiri, buat apa
musti pikirkan pula keselamatan dan kehidupan dari kawanan
udang serta ikan?"
"Tak bakal salah lagi kalau Shen Bok Hong menempatkan
jago2nya ditempat ini, tapi belum tentu mereka tinggal
didasar air telaga, siapa tahu kalau jago2 itu bersembunyi
disekitar tempat ini?"
Sementara Wu Yong hendak menjawab, tiba2 dari arah
pantai berkelebat lewat sesosok bayangan manusia, orang itu
menum pang diatas sebuah rakit yang terdiri dari beberapa
kayu diikat dengan selembar kulit pohon.

Rupanya rakit itu sedang bersandar ditepi telaga yang
bagian atasnya tertutup oleh batu dan rumput, oleh sebab itu
apabila tidak diperhatikan dengan seksama sulit untuk
ditemukan.
Dua sosok bayangan manusia berdiri diatas rakit itu dan
perlahan2 mendayungnya mendekati kesisi telaga di mana
Siau Ling berdua sedang berdiri.
Begitu menjumpai rakit tersebut, satu ingatan dengan
cepat berkelebat dalam benak Siau Ling, pikirnya .
"Dengan kepandaian yang kumiliki sekarang, dalam satu
kali lompatan saja tiga tombak bisa kulewati dengan mudah,
asal sampan itu berada ditengah telaga dan aku menggunakan
sampan tersebut untuk batu loncatan, bukankah dengan
sangat gampang aku sudah mencapai daratan seberang..?
asal sudah menginjak tanah, aku tak Usah jeri terhadap
mereka lagi..”
Tiba2 ia teringat akan diri Wu Yong, hal isi membuat sianak
muda itu bediri termangu2, rencana bagus yang telah
disusunpun segera jadi berantakan dibuatnya.,
Dengan andalkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Wu
Yong. rasanya teramat sulit baginya untuk menggunakan rakit
itu sebagai batu loncat guna menyeberang ketepi seberang,
dengan sendirinya loncatan kilat tersebut tak mungkin bisa
digunakan lagi.
Sebagai seorang pendekar yang berjiwa besar, ia tak mau
mengingkari janji dan meninggalkan Wu Yona seorang diri
ditengah jalan, setelah dia menyanggupi untuk membawa
serta gadis itu kemanapun dia akan pergi.
Dalam keadaan seperti itu, satu2nya jalan yang bisa
dilatuxan hanyalah menunggu sampai rakit itu mendekati,
kemudian baru bekerja menurut situasi yang dihadapi.

Sementara ia masih termenung, rakit tadi sudah bergerak
menuju ketepi telaga.
Kembali Siau Ling alihkan sorot matanya kearah tengah
telaga, ia lihat salah seorang diantara dua orang jago yang
bardiri diatas rakit itu ternyata bukan lain adalah Siau yau cu.
Hanya saja Siau yau cu yang ditemuinya sekarang tidak
mengenakan jubah imamnya lagi tapi hanya memakai
seperangkat pakaian ringkas yang amat ketat.
Orang kedua adalah seorang pemuda berbaju hijau yang
bermuka bersih, orang itu berdiri kaku diatas rakit tanpa
berkutik barang sedikitpun jua. Keadaan orang itu mirip sekali
dengan sebuah patung arca.
Dalam hati sianak muda itu berpikir:
"Raut wajah orang itu aneh sekali entah siapakah dia? tapi
kalau ditinjau dari posisinya yang mendapat tugas untuk
menjaga rintangan yang ketujuh bersama Siau-yau-cu dapat
ditarik kesimpulan kalau orang ini bukanlah manusia biasa"
Berpikir sampai disini «a segera menegur dengan nada
dingin.
"Hmmm! aku kira siapa yang datans tak tahunya adalah
Siau yau cu totiang"
Siau-yau cu tersenyum.
"Siau tayhiap engkau benar2 amat lihay hanya sekilas
pandangan dapat kenali diriku"
"Jangan dibilang totiang hanya ganti pakaian sekalipun
badanmu sudah terbakar jadi abupun aku masih dapat kenali
dirimu"
Siauyau-cu kembali tertawa,

"jalan gunung sukar ditempuh karena itu terpaksa aku
harus lepaskan jubah kependetaanku agar bisa berjalan lebih
leluasa"
Siau Ling berkata dingin serunya.
"Heehh..hehehh.,heehhh . sungguh tak ku sangka Totiang
serta Su hay kuncu telah takluk kepada Shen Bok Hong “
"Kami tidak takluk tapi merupakan suatu kerja sama yang
disertai dengan beberapa syarat"
"Aku tak mau ambil perduli apakah engkau Sudah takluk
atau tidak kepada Shen Bok Hong ataupun kerja sama yang
disertai pertukaran syarat yang jelas bagi pandanganmu hal
tersebut tidak sekali tak ada bedanya"
Setelah berhenti sebentar dengan suara dingin ia
melanjutkan:
"Rintangan apa yang telah totiang siapkan ditempai ini?
Dan bagaimana caraku untuk melewati rintangan tersebut?
aku harap totiang bisa memberi penjelasan yang terang
sehingga akupun dapat bersiap sedia untuk melewatinya!"
Siau yau cu tidak memperdulikan omongan dari Siau ling,
sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Wu Yong dan
berkata :
“Aku merasa amat menyesal sekali atas kematian yang
menimpa nenekmu !”
"Hmm, perbuatanmu ini bukankah sama artinya bagaikan
kucing menangisi tikus? pura pura berlagak welas asih?
Huuh...apakah engkau benar2 menyesal??”
“Nona menuduh yang bukan2 aku benar2 merasa menyesal
atas terjadinya peristiwa berdarah itu .”
"Nenekku sudah mati, buat apa engkau merasa sesal?
kalau liang simmu berkata lain, aku harap engkau bersedia
membantu diriku untuk kali ini saja!"

“Bantuan apa yang harus aku berikan untuk diri nona??”
“Sederhana sekali, bantulah kami untuk menyebrangi air
telaga ini. itu sudah lebih dari cukup !”
"Nak, tahukah engkau bahwa ditepi seberang sana telah
siap menanti sebuah baris Ngo liong toa-tin yang maha
dahsyat?" seru Siau yau-cu.
"Apa itu barisan Ngo liong toa-tin?" tanya Wu Yong
keheranan.
"Barisan Ngo liong toa tin adalah sebuah barisan aneh yang
sengaja disiapkan Shen Bok Hong untuk menghadapi jago2
persilat yang berkepandaian sangat lihay. seluruh tenaga dan
pikirannya telah dicurahkan Shen Sok Hong untuk
menyempurnakan barisan tersebut, ketahuilah bahwa
kehebatannya sukar dilukiskan dengan kata2”
"Aku sudah pernah mencoba kelihayan dari barisan
tersebut, dalam kenyataan tiada sesuatu yang perlu
diherankan, paling paling hanya beberapa orang manusia
aneh yang memakai pakaian bercorak aneh serta mereka tak
mempan dibacok dan ditusuk?"
Siau yau Cu menghela nafas panjang, dengan
memperendah suaranya ia berbisik :
“Siau tayhiap, meskipun engkau gagah dan keren tapi ini
hari engkau hanya seorang diri !”
"Aku tak mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh
totiang !"
"Baik. aku akan bicara dengan lebih jelas lagi, dalam
keadaan dan saat seperti ini, Siau tayhiap sangat
membutuhkan bantuan dari orang lain"
Siau Ling alihkan sorot matanya memandang sekejap
sekeliling tempat itu kemudian-katanya:

“Totiang kalau engkau ada maksud untuk melepaskan jalan
sesat untuk kembali kejalan yang benar aku bersedia memberi
penjelasan kepada seluruh orang gagah yang ada dimuka
bumi”.
"Siau tayhiap jalan pikiramu terlalu sederhana .”
"Maksud hati totiang sukar dipahami lebih baik utarakan
saja secara blak2an.”
Siau-yau cu mengangguk sambil tertawa ia bertanya.
"Siau tayhiap benda apa yang berhasil kau dapatkan dari
istana terlarang?"
"Sebilah pedang pendek yang amat tajam justru aku
memiliki pedang pendek ini maka aku tak jeri untuk
menghadapi barisan Ngoliong tin yang diciptakan oleh Shen
Bok Hong"
"Selain pedang pendek?"
"Aku dapatkan pula kitab catatan ilmu silat peninggalan dari
Raja seruling Tio Hong"
"Benar!" sambung Siau yau cu dengan cepat "menurut
berita yang sempat kudengar It bun Han to telah serahkan
kitab catatan ilmu silat peninggalan dari Raja seruling Thio
Hong kepada Siau tayhiap bukan kah begitu?"
"Tepat sekali ada apa sih?”
Siau yau cu berusaha keras untuk menekan rasa girang
yang menghiasi wajahnya ia tertawa ewa dan berkata:
"Seandainya Siau tayhiap bersedia menghadiahkan kitab
catatan ilmu silat warisan dari Raja seruling Thio Hong akupun
bersedia membantu Siau tayhiap dengan sekuat tenaga guna
menyelamatkan nona Pek-li dari kurungan"

"Orang ini berar2 tamak" pikir Siau Ling didalam hati ”untuk
menghadapi manusia tamak seperti ini akupun tak usah
menggunakan cara yang jujur."
Sementara ia masih termenung terdengar Siau yau-cu
melanjutkan kembali kata2nya.
"Siau tayhiap aku berharap agar engkau suka menukilkan
persoalan ini dengan seksama keselamatan jiwa nona Pek-li
lebih pentingkah atau kitab catatan ilmu silat warisan dari Raja
seruling Thio Hong lebih penting? silahkan Siau tayhiap pilih
sendiri, aku sih tak akan memaksa dengan kekerasan"
Siau Ling tidak langsung menjawab, tapi berpikir kembali
didalam hati .
“Kitab catatan ilmu silat Raja seruling Thio Hong telah
kuserahkan kepada enci Gak sedangkan kitab catatan ilmu
silat tentang ilmu jari sian cu sinkang dan gereja Siau im-ai
serta kitab ilmu pedang dari partai Hoa-san telah aku
serahkan kepada Teng It Lui serta Yap Cing, dalam situasi dan
keadaan seperti ini walaupun mereka berhasil membunuh aku
orang she-Siau. Rasanya belum tentu berhasil mendapatkan
kitab pusaka tersebut apa salahnya kalau aku guna kan kitab
pusaka sebagai umpan untuk memancing orang ini agar
bersedia membeberkan duduk persoalan yang sebenarnya,
dengan begitu akupun bisa mendapat bahan penting untuk
menghadapi musuh tangguh berikutnya”
Berpikir sampai disitu ia segera berkata
"Pendengaran totiang benar2 tajam dan mengagumkan
sekali!”
"Kami tidak mempunyai waktu untuk bercakap2" potong
Siau yau cu kemudian bagaimanakah pendapat Siau tayhiap?
harap segera ambil Keputusan dan memberi jawab ! “
Siau Ling menghela napas panjang, sambil menekan rasa
gelisah yang berkecamuk dihati ia menjawab:

“Aku saja yang sedang berada dalam bahaya masih
sanggup bersikap tenang, kenapa totimg yang berada dalam
keadaan aman sentausa malahan gelisah ?”
Siau yau cu merasa agak tercengang dan diluar dugaan
oleh sikap lawannya yang tenang. Dengan pandangan tajam ia
awasi wajah pemuda itu tanpa berkedip, kemudian serunya.
“Saudara, meskipun engkau tidak menaruh perhatian atas
keselamatanmu sendiri, masa engkau juga tak ambil perduli
terhadap mati hidup dari nona Pek li??”
“Setelah Shen Bok Hong menyiapkan rintangannya
ditempat ini. ia pergunakan nona Pek li untuk memancing dan
memaksa kedatanganku ketempat ini sebelum aku berhasil
menjumpai nona Pek-li rasanya tak mungkin ia celakai jiwa
nona tersebut"
“Aku hanya tahu kalau ilmu silat yang di miliki Siau tayhiap
sangat tinggi dan lihay sama sekali tak kuduga kalau
engkaupun memiliki daya tahan yang kuat juga, aku benar2
sangat kagum dengan ketenanganmu.”
"Dengan sejilid kitab pusaka warisan dari Raja seruling, asal
benar2 saja dapat menolong nona Pek li dan aku..."
Sorot matanya dialihkan kesamping dan melirik sekejap
kearah Wu Yong, lalu menambahkan :
“Ditambah pula nona Wu Yong ini, tentu saja dengan tak
sayang aku bersedia memberikan kitab itu kepadamu.”
Siau yau cu segera angkat kepala memandang cuaca
setelah mendengar perkataan itu ujarnya :
“Aku lihat usahamu tukar menukar yang sedang kita
bicarakan sekarang, punya harapan yang besar untuk
berhasil.”
"Hasil atau tidak, aku harus melihat dulu sampai dimanakah
kemampuan ilmu silat yang dimiliki Siau yau totiang!"

“Apa maksudmu?!” seru Siau yau-cu tercengang.
"Bagaimanakah perasaanmu tentang ilmu silat yang kau
miliki jika dibandingkan dengan Shen Bok Hong?"
Siau-yau-cu tertawa ewa.
"Aku tahu, kalau aku disuruh berduel satu lawan satu
dengan Shen Bok Hong, tentu saja ilmu silatku masih kalah
satu tingkat!"
"Kalau beradu akal dan kecerdikan?!”
Siau yau-pu termenung sebentar, kemudian tertawa
jawabnya lagi :
“Apabila aku harus dibandingkan dengan Shen Bok Hong,
maka kekuatan kita boleh dibilang seimbang"
"Menurut penglihatanku, baik dalam soal akal muslihat
maupun dalam soal kekejian, Totiang masih sulit untuk
menandingi Shen Bok Hong, kendatipun kekuatan kalian
berdua berada dalam keadaan seimbang, namun disebabkan
diatas tebing dikedua belah sisi lembah ini sudah penuh
tersebar mata2 dari Sben Bok Hong. maka asal penghianatan
dari totiang terbongkar, dengan cepat pula Shen Bok Hong
akan mendapat kabar itu, dalam keadaan begitu jangan
dibilang untuk membantu kami bertiga, untuk melindungi
keselamatan sendiripun belum tentu kau mampu"
Siau yau cu tertawa rawan.
"Siau tayhiap tak nyana bukan saja engkau maju dalam
ilmu silat, bahkan dalam muslihat serta kecerdasan otakpun
kian lama engkau kian bertambah kuat. kemajuan yang
berhasil kau capai benar2 sangat mengagumkan"
“Tentang soal itu: aku harus berterima kasih pada
gemblengan dari para jago berakal panjang dan berotak encer
seperti kalian2 ini. Kalau kalian tidak bersikap demikian lebih
dahulu mungkin aku masih tetap bodoh, tapi dalam keadaan

seperti ini meskipun tidak mengalami kemajuanpun aku harus
berusaha untuk mencari kemajuan.."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh :
"Siau yau Cu totiang, aku harap engkau suka membeberkan
dahulu rencanamu untuk menolong kita semua, apabila
rencanamu itu bisa dilaksanakan dengan serta merta aku akan
serahkan pula kitab catatan ilmu silat warisan dari Thio Hong
itu kepadamu.
“Aku lihat rupanya Siau tayhiap sendiri pun menaruh rasa
jeri yang tebal atas kehebatan dari Shen Bok Hong!”
“Berbicara tentang pentolan jago lihay yang ada dalam
rimba hijau, mau tak mau tentu orang mengangkat Shen Bok
Hong sebagai pimpinannya, kalau totiang mengagungkan diri
dengan menyamakan kecerdasan otakmu sederajat dengan
gembong iblis itu. pernyataan seperti ini terus terang saja
amat sukar untuk diterima dengan akal sehatku....!”
“Siau tayhiap, engkau telah melupakan sesuatu urusan??”
“Urusan apa ??”
“Kalau Shen Bok Hong tiada berniat, tapi aku punya
maksud, justru karena perbedaan ini membuat keadaan kami
berdua jadi selisih amat besar sekali.”
Dia anggsurkan tangan kanannya kedepan dan melanjutkan
:
“Serahkan kepadaku! aku segera akan memberitahukan
bagaimana caranya untuk tinggalkan tempat ini."
"Apa yang harus aku serahkan?”
“Kitab catatan ilmu silat dari Thio Hong!"
Siau Ling segera menggeleng.
"Sebelum aku berjumpa muka dengan nona Pek li, kitab
pusaka itu tak dapat aku serahkan kepadamu, sekalipun kami

telah berjumpa kembali, kitab itupun tak dapat segera
kuberikan kepadamu"
“Kenapa?"
"Kita toh berjanji bahwa kitab itu akan kuserahkan
kepadamu apabila engkau dapat menolong jiwa kami bertiga?
kalau memang begitu, kitab catatan ilmu silat dari Thio Hong
itu baru dapat kuserahkan kepadamu apa bila kami semua
telah bebas dari marabahaya !”
"Siau tayhiap, kalau toh engkau tidak percaya kepadaku,
darimana aku bisa percaya kepada dirimu?"
"Kita berdua tak usah saling mempercayai pihak lawan,
marilah kita kerjakan sesuai dengan keadaan yang terbentang
didepan mata, sekarang yang paling penting adalah bahwa
aku untuk menyeberangi telaga ini lebih dahulu.”
Siau yau cu termenung dan berpikir sebentar akhirnya dia
mengangguk.
"Baiklah! silahkan kalian berdua naik ke atas rakit"
Siau Ling segera berpaling dan berbisik:
"Nona Wu mari kita naik keatas rakit segala sesuatunya
biar aku yang hadapi, nona tak usah buka suara dau tak usah
mencampuri urusan ini"
Sambil tertawa Wu Yong mengangguk, ia segera loncat
naik keatas rakit itu.
Siau Lingpun segera ikut loncat naik keatas sampan.
Setelah kedaa orang itu berada diatas rakit Siau yau cu
segera berbisik lirih:
"Siau Ling apakah kitab catatan ilmu silat dari Thio Hong
berada disakumu?
"Perundingan yang kita bicarakan toh belum selesai maaf
kalau aku tak dapat jawab pertanyaanmu itu.”

Siau yau cu segera ulapkan tangannya dan rakit itupun
bergerak menuju kedepan.
Setelah rakit meluncur ketengah telaga imam tua itu
mendehem ringan dan kembali berkata:
"Sebelum rakit ini mencapai tepi seberang dan kalian
mendarat disana, perundingan yang kita bicarakan harus
sudah selesai dan diambil kata sepakat, sebab kalau tidak
dapat mengambil kata sepakat, didarat seberang merupakan
barisan Ngo lioig toa . apabila Siau tayhiap mendarat tak
sampai lima tombak, engkau akan segera terjerumus kedalam
barisan Ngo liong toa itu"
"Apakah totiang dapat mengutarakan bagaimana caranya
untuk menolong kami bertiga?"
Tiba2 Siau yau cu mendehem kembali dengan suara berat
rakit yang sedang meluncur segera berhenti ditengah telaga.
"Cara untuk menolong kalian berdua?!” serunya “cara
tersebut berada diatas air telaga ini!"
Siau Ling angkat kepala dan memandang situasi
disekelilingnya, terlihat rakit tersebut berhenti ditengah telaga
kurang lebih tiga tombak lebih sedikit dari pantai seberang,
dengan kemampuan yang dimilikinya ia masih mampu untuk
menempuh bahaya dan membacok untuk melewatinya, tapi
yang jelas Wu Yong tak mungkin bisa meloncat ketepi
seberang, dalam keadaan seperti ini tentu saja dia tak dapat
meninggalkan gadis itu dengan begitu saja...
Sementara otaknya masih berputar mencari akal, diluaran
ia menjawab :
"Totiang. apakah dikarenakan engkau tahu kalau aku tak
pandai ilmu berenang maka engkau siap sedia untuk main licik
diatas rakit ini?"
Sau yau cu segera menggeleng, jawabnya dengan lirih :

"Bukan... bukan begitu, silahkan Siau tayhiap coba
menggunakan kekuatan penglihatanmu untuk periksa keadaan
disekitar tempat ini. Coba lihatlah berapa jauh yang bisa
tercapai oleb daya penglihatanmu..?"
Pada saat itu malam yang gelap telah menjelang tiba,
diantara apitan dua buah dinding tebing yang tinggi, suasana
dalam lembah itu sangat gelap sehingga sukar untuk melihat
kejauhan.
Setelah memindang sekejap sekeliling tempat itu, sahutnya
:
“Aku bisa melihat kurang lebih sejauh lima tombak!"
“Nah itu lah dia! kalau toh dengan kekuatan mata Siau
tayhiap yang lihaypun hanya bisa memandang sejauh empat
lima tombak, apa lagi anak buah Shen Bok Hong yang
ditugaskan untuk mengawasi aku berdua, ilmu silat mereka
tak mungkin bisa menandingi kemampuanmu. Tentu saja pada
saat ini mereka tak sanggup untuk mengawasi gerak gerik
kita"
"Lalu apakah hubungannya antara persoalan ini dengan
akal totiang untuk selamatkan jiwa kami? aku benar2 merasa
tak habis mengerti!"
"Sederhana sekali dengan Suatu cara yang jauh tak
berbeda dengan kenyataan aku akan atasi situasi kesulitan ini,
sebentar lagi aku akan mengirim seorang Siau Ling yang
gadungan untuk melayani barisan Ngo liong toa-tin tersebut"
"Sekalipun ada orang menyaru sebagai diriku untuk
melayani barisan Ngo-liong-toa-tin bagaimana caranya aku
bisa lolos keluar dari lembah ini dan bagaimana caranya untuk
menolong nona Pek li? “ tanya sang pemuda.
"Aku akan bakar kelima ekor naga itu dengan api" bisik
Siau.yau cu dengan suara lirih.
“Dan akan kau bakar pula Siau Ling gadungan itu?"

“Persoalan ini sama sekali tak ada hubungannya dengan
dirimu, engkau tak usah memikirkannya !”
“Lalu bagaimana dengan nona Pek-li?”
“Aku sudah pernah memeriksa keadaan medan disekitar
tempat itu, apabila aku menyerang dengan api maka bukan
saja aku akan berbasil membakar kelima ekor naga aneh itu,
bahkan dapat pula membakar Ujung barisan yang diatur Shen
Bok Hong. Aku telah menyiapkan pembantu yang akan
bekerja darii dalam, asal api telah berkobar maka ada orang
yang akan membawa nona Pek-li untuk bergabung dengan
kita!”
"Siapakah orang itu?”
“Tentang soal ini aku sudah ada persiapan dan rasanya
sama sekali tak ada hubungannya dengan dirimu.”
"Tentu saja ada hubungannya" Siau Ling dengan cepat,
"aku harus tahu lebih dahulu siapakah orang itu, dan harus
kunilai juga apakah orang mempunyai kemampuan untuk
menolong nona Pek-li dari ancaman bahaya”
"Sekalipun kuberitahukan kepadamu, belum tentu engkau
kenal siapakah orang itu!"
Diam2 Siau Ling telah mengawasi keadaan disekeliling
tempat itu, sedang otaknya berputar terus untuk mencari akal
guna menghadapi musuh2nya.
Setelah putar otak beberapa saat lamanya, ia merasa
bahwa Siau yau cu harus berhasil ditangkap dalam keadaan
hidup apabila dia ingin lewat permukaan air telaga itu dalam
keadaan hidup.
Tetapi sianak muda itupun tahu bahwa ilmu silat yang
dimiliki orang ini lihay sekali, tidak mudah kalau dia ingin
menangkap orang itu dalam sekali sergapan, untuk bisa
berbasil maka paling sedikit dia. harus menyerang disaat
lawannya belum siap.

Walaupun begitu Siau Lingpun tak berani bertindak secara
gegabah, karena ia tahu serangan tersebut sangat
mempengaruhi mati hidup mereka berdua, maka sambil
tertawa ujarnya :
"Dimanakah orang yang disiapkan to tiang untuk menyaru
sebagai diriku itu?"
Siau yau cu segera mengetuk rakitnya tiga kali, gelembung
air berhamburan di mana2 dan seorang pria yang memakai
kertas minyak untuk membungkus pakaian tiba2 meloncat
naik keatas rakit tersebut,
Rupanya selama ini pria tersebut bersembunyi di dalam air
dibawah rakit itu.
"Aduh celaka" pikir Siau didalam hati "rupanya masih ada
seorang musuh lagi yang berada disini, itu berarti aku harus
menghadapi dua orang musuh sekaligus”
Sementara pemuda itu masih termenung Siau-yau cu telah
mendehem ringan sambil memerintahkan:
“Lepaskan baju dan celana tahan air itu.” Pria tersebut
mengiakan dan segera melepaskan kertas minyak yang
dipakainya itu.
Menanti pria itu sudah melepaskan kertas minyak Siau yaucu
baru berkata
"Sulit bagiku untuk mencari seseorang yang mempunyai
ketampanan wajah persis seperti Siau tayhiap oleh sebab itu
terpaksa aku harus carikan seseorang yang mempunyai
perawakan badan persis seperti dirimu untung kesadaran lima
ekor naga itu tidak beres, dan lagi tubuh mereka memakai
kain bersisik yang tebal dan berat, aku rasa mereka tak
mungkin bisa membedakan mana Siau tayhiap yang asli dan
mana yang palsu”

Dengan pandangan yang seksama Siau Ling mengawasi
sekejap orang itu ia lihat perawakan tubuhnya memang agak
persis seperti dirinya tanpa terasa dalam hati pikir nya:
"Dari persiapan yang telah diatur oleb Siau yau cu
rupa2nya ia memang sudah susun rencana ini jauh hari
sebelumnya”
Berpikir akan hal ini iapun berkata
"Totiang aku masih ada satu persoalan yang kurang jelas
apakah engkau bersedia untuk memberi penjelasan?”
"Apa lagi yang hendak kau tanyakan?”
“Seandainya totiang telah berhasil mendapatkan kitab
catatan ilmu silat dari raja seruling Thio Hong bagaimana
caranya untuk menghindarkan diri dari kejaran Shen Bok
Hong"
"Oooh... itukan urusan pribadiku sendiri, rasanya tak usah
kurundingkan pula dengan Siau tayhiap!"
"Baik! aku akan menuruti maksud hati dari totiang. bawalah
kami untuk menyeberangi telaga ini!"
Siau-yau cu tersenyum,
"Bukannya aku menilai seorang budiman dengan hati
seorang manusia kerdil, tapi berhubung keadaan kita masih
dalam posisi saling bermusuhan, maka mau tak mau terpaksa
aku harus bertindak dengan lebih berhati2!"
"Apakah totiang hendak suruh aku untuk menyerahkan
lebih dahulu kitab catatan ilmu silat dari raja seruling Thio
Hong itu kepadamu...?"
"Tidak adil kalau aku suruh engkau serahkan kitab pusaka
itu lebih dahulu, aku hanya berharap agar Siau tayhiap
bersedia untuk ambil keluar kitab pusaka itu dan diperlihatkan
dulu kepadaku, kemudian kitab itu tetap disimpan oleh Siau
tayhiap sebelum akhirnya kita saling tukar menukar kitab

pusaka itu dengan nona Pek li, aku rasa asal kita bertindak
demikian maka kedua belah pihak tak akan saling dirugikan,
bukankah begitu? bagaimana pendapat Siau tayhiap ?”
“Dalam keadaan seperti ini, aku rasa belum tiba saatnya
bagi kita untuk berbuat begitu”
“Apa maksud perkataanmu itu?"
"Setelah melewati air telaga ini. kita bicarakan lagi!" kita
Siau Ling cepat.
“Bukankah dikarenakan Siau tayhiap tidak pandai ilmu
dalam air maka engkau tidak bersedia untuk cari keributan
dengan aku diatas air.,.?”
Siau Ling tak menjawab, tapi berpikir dalam hati.
“Aku tak pernah menggunakan akal licin untuk
membohongi orang, ini hari keadaan memaksa aku untuk
berbuat demikian, sungguh tak nyana kebobonganku ini. Ia
segera dapat dikelabui orang.”
Berpikir sampai disitu. ia lantas berseru dengan nada dingin
:
"Apakah totiang beranggapan dengan andalan air telaga ini
maka aku orang she-Siau lantas takluk seratus persen
kepadamu dan bersedia mendengarkan perkataanmu?"
“Kalau cuma ingin melihat kitab pusaka yang ada dalam
saku Siau tayhiap sih bukan termasuk suatu permintaan yang
terlalu berlebihan, karena sikap itu aku lantas jadi berpikir,
siapa tahu sebelum Siau tayhiap tiba disini kemungkinan besar
kitab pusaka itu telah kau serahkan kepada orang lain, kalau
memang kenyataannya menunjukkan demikian, bukankah
sirna artinya usahaku untuk membantu engkau lolos dan
marabahaya tidak lebih hanya suatu pekerjaan yang sia2
belaka ?”

"Aduh celaka." kembali sianak muda itu berpikir dalam hati
kecilnya, "kali ini rahasiaku benar2 bakal terbongkar oleh
hidung kerbau ini?"
Sementara Siau Ling masih merasa kuatir tiba2 terdengar
Wu Yong berseru dengan suara dingin.
“Engkau tak usah melihat kitab pusaka itu lagi !”
“Kenapa?" tanya Siau-yau cu agak terperangah.
"Karena kalian semua sudah terkena racun keji yang
kulepaskan kedalam tubuh kalian, sekalipun kitab catatan ilmu
silat dari Raja seruling Thio Hong berhasil kau dapatkan juga
percuma saja, sebab engkau tak punya kesempatan lagi untuk
mempelajarinya"
Sekali lagi Siau-yau cu terperangah.
"Aaah..! masa benar2 sudah terjadi peristiwa semacam
ini..? aku kok rada kurang percayai"
"Jadi engkau tidak percaya?!” seru Wu Yong cepat.
“Aku pernah mempunyai hubungan yarg cukup erat dengan
nenekmu, terhadap kepandaiannya melepaskan racun merasa
amat kagum dan memuji, oleh karena itu menaruh perhatian
yang khusus terhadap semua gerak gerikmu, sejak dari darat
naik keatas rakit aku sudah awasi semua gerak dan tingkah
lakumu, dan aku lihat selama ini sepasang telapak tanganmu
belum pernah bergerak, bagaimana caranya kau lepaskan
racun tersebut?"
"Sejak aku tahu urusan, belum pernah aku lihat engkau
pernah berhubungan dengan nenekku"
"Aku sama sekali tidak bohong, kejadian tersebut telah
berlangsung pada dua puluh tahun berselang, mungkin pada
waktu itu engkau masih belum lahir.”
"Nih, itulah dia !" seru Wu Yong dengan cepat "setelah
nenek mengundurkan diri dari dunia persilatan, beliau telah

berhasil menemukan suatu sistim atau cara baru dalam
melepaskan racun keji terhadap musuhnya"
"Oooh...masa iya? aku belum pernah mendengar kabar
berita tentang kepandaiannya itu! boleh aku tahu, bagaimana
caranya lepaskan racun menurut sistim yang baru itu?"
“Meminjam benda untuk menyalurkan racun, baik pakai
golok ataupun memakai pedang bisa aku sebarkan racun
untuk disalurkan keatas tubuhmu.”
Mendengar perkataan itu, kembali Siau-yau cu tertawa.
“Andaikata daya ingatanku tidak salah, bukannya selama ini
kita belum pernah turun tangan??”
“Tapi engkau toh berdiri pada rakit yang sama? aku telah
menggunakan rakit ini untuk salurkan racun keji itu kedalam
tubuhmu.”
“Aaahh...! masa sungguh?“ jerit Siau-yau cu dengan wajah
termanggu2.
“Sungguh kalau tidak percaya coba saja untuk salurkan
hawa murnimu"
Siau yau-cu tidak berkata2 lagi dalam hati ia segera
berpikir.
"Dari pada sama Sekali tidak mencobanya tapi kenyataan
memang benar2 terjadi lebih baik aku periksa seluruh
badanku"
Karena berpendapat demikian maka hawa murninya segera
disalurkan mengelilingi seluruh badan.
Disaat imam tua itu pecah perhatiannya karena harus
mengerahkan hawa murninya mengelilingi badan diam2 Wu
Yong sentilkan jari tangannya kemuka.
Rupanya gadis itu sudah menyusun rencana yang matang
dan ia tinggal menunggu saat yang bagus saja sementara

imam tua itu atur pernapasan ia telah menggeserkan tempat
duduknya dan berdiri searah dengan hembusan angin.
Setelah periksa seluruh tubuhnya Siau yau cu mendapatkan
bahwa badannya sama sekali tidak menunjukan gejala
Keracunan tanpa terasa ia tertawa dingin.
"Heeehh..heeehbh...heehhh... budak cilik berani benar
engkau memakai siasat busuk untuk membohongi akui"
“Aku sama sekali tidak bohong, apalagi menipu engkau
dengan siasat busuk, apa yang kukatakan adalah ucapan yang
sejujurnya, kalau engkau tidak percaya cobalah sekali lagi!"
Bagi sementara orang yang berkepandaian tinggi, setiap
kali selesai atur pernapasan maka menjadi kebiasaan mereka
untuk tarik napas panjang2, kebiasaan tersebut tidak
terkecuali pula atas diri Siau yau cu ia segera menarik napas
panjang.
Tiba2...imam tua itu merasa segulung bau yang sangat
aneh terhisap masuk kedalam tubuhnya lewat lubang hidung.
Ternyata Wu Yong sama sekali tidak menggunakan
kepandaian pinjam benda untuk menyalur racun seperti apa
yang digembar gemborkan tadi, sebaliknya hanya
menggunakan siasat yang licin untuk menipu musuhnya agar
atur pernapasan, setelah itu dengan meminjam kekuatan
angin dia melepaskan racun.
Selama hidup Siau yau cu termasuk seorang jago yang
amat cerdik, sungguh tak nyana kali ini dia harus menelan
kekalahan yang sangat mengenaskan ditangan Wu Yong yang
kecil dan lemah
Dari situ pula dapat ditarik kesimpulan kalau Siau-yau cu
selama hidupnya amat segan dan takut terhadap kepandaian
Popo dalam melepaskan racun, karena itu dia baru percaya
dengan obrolan Wu Yong yang mengatakan tentang
kepandaian menggunakan benda menyalurkan racun.

Tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang jago lihay
yang berpengalaman luas. begitu merasakan sesuatu bau
yang aneh dengan cepat kewaspadaannya dipertingkat, ia
sadar kalau dirinya tertipu, cepat2 tangan kanannya diayun
kedepan dan melepaskan satu bacokan maut keatas tubuh Wu
Yong.
Siau Ling yang berada disisinya dengan cepat bertindak, dia
ayunkan pula telapak kanannya untuk menyambut datangnya
ancaman dari Siau Jau cu itu.
---oo0dw0ooo---
Jilid: 32
Sepasang telapak tangan saling bertemu dan dua gulung
angin pukulanpun saling beradu antara yang satu dengan
yang lain, suatu ledakan keras yang amat memekikkan telinga
segera menggeletar memecahkan kesunyian.
"Saudara Siau, jangan beri kesempatan kepadanya
sehingga berhasil merebut diatas angin!" buru2 Wu Yong
berseru dengan nada amat gelisah.
Seruan yang di maksudkan untuk memberitahukan kepada
Ling itu, sama artinya telah memberitahukan kepada Siau-yancu
bahwasanya ia telah melepaskan racun dengan meminjam
kekuatan hembusan angin.
Dengan cepat Siau yau cu menutup semua pernafasannya.
Sambil menyerang gencar ia bergeser kearah samping dan
berharap bisa merebut kedudukan diaangin.
Rupanya imam tua itu telah sadar bahwa dirinya telah
keracunan meskipun ia segera merasakan hal itu dan tutup
pernafasan hingga racun yang mengeram dalam tubuhnya
tidak terlalu berat, tapi diapun tahu bahwa racun yang ditaruh
oleh Wu po-po merupakan racun2 dari jenis yang terdahsyat,
asal daya kerja racun itu mulai kambuh dan ia berhasil

memaksa Siau bergeser keposisi dibawah angin maka dengan
cepat sianak muda itu bakal termakan oleh racun keji yang
dilepaskan oleh Wu Yong itu.
Sayang Siau Ling bukanlah seorang manusia yang lemah,
penemuanya yang dialami selama berkali kali membuat ilmu
silat yang dimilikinya telah mendapat kemajuan yang ssngat
pesat. Sekalipun Siau yau cu berhasil memimpin pertarungan
dan melancarkan serangan2 berantai yang amat gencar
namun setiap kali imam tua itu berhasil dipaksa balik
ketempatnya semula.
Beberapa gebrakan itu berlangsung dalam sekejap mata,
sementara itu manusia baju hijau yang kaku bagaikan patung
serta pria baju hitam itu telah melancarkan serangan pula dari
kedua belah samping dan mengerubuti sianak muda itu
rapat2.
Jari tangan kanan Siau Ling segera bertindak cepat dan
melancarkan sebuah sentilan maut dengan ilmu jari sian ci
sinkang, segudesiran angin tajam meluncur kemuka
menembusi udara kosong dan menerjang ke tubuh musuhnya.
Inilah serangan jari sian-ci sinkang dari gereja Siau lim-si
yang tersohor karena kedahsyatannya.
Bagi seorang jago yang telah mempunyai tenaga dalam
mencapai puncak kesempurnaan, daya serang yang terpancar
keluar dari serangan ilmu jni sian ci sinkang itu akan nampak
jauh lebih lihay, desiran angin ngan yang meluncur keluar
sama sekali tak menimbulkan sedikit suarapun, membuat
seseorang musuh terkena serangan tanpa disadari olehnya.
Berhubung selama ini Siau Ling beranggapan bahwa
kekuatan daya serangan yang dimiliki ilmu jari sian ci sinkang
dari gereja Siau lim si ini berlipat kali lebih dahsyat daripada
ilmu jari sio lo ci maka selama beberapa hari belakangan ini
dia telah mempelajari kepandaian tersebut jauh lebih tekun
lagi baik siang ataupun malam, ia selami intisari kepandaian

itu, dengan begitu kemajuan yang diperolehpun amat pesat
sekali.
Belum sampai pria baju hitam itu mendekati tubuh Siau
Ling, tiba2 ia merasakan dada kanannya jadi linu dan kaku.
Tahu tahu serangga jari sian ci sinkang yang dilancarkSiau
sudah berbasil menghajar jalandarahnya.
Tak ampun lagi tubuhnya sempoyongan dan kuda kudanya
goyah, tak kuat lagi tubuhnya jatuh tercebur kedalam telaga
...
"Pluuung ..”percikan butir air berhamburan diangkasa ...
Siau yau cu tertegun menghadapi perisitiwa tersebut
hampir saja ia termakan oleh sapuan telapak yang dilancarkan
Siau Ling, dalam hati segera pikirnya :
“Waahh...rupa rupanya ilmu silat yang dimiliki bocah
keparat ini telah peroleh kemajuan lagi yang jauh lebih pesat,
tampaknya aku harus coba menawan dirinya didalam air ..."
Berpikir sampai disitu ia segera loncat kedalam air
bersamaan itu pula serunya kepada pemuda baju hijau itu.
"Cepat ceburkan diri kedalam telaga!"
Ketika menyaksikan Siau yau cu terjun kedalam air tadi.
Siau Ling sudah dapat nebak maksud hatinya, jelas imam tua
itu hendak membalik rakit itu dan siap melawan dirinya
beserta Wu Yong didalam air telaga.
Setelah mengetahui maksud hati lawannya tentu saja tidak
memberi kesempatan kepada manusia baju hijau itu untuk
terjun kedalam air.
Dengan suatu serangan yang cekatan, telapak tangan
kirinya diayun kemuka menyambut datangnya ancaman
tersebut dengan keras lawan keras, sementara tangan
kanannya berkelebat kemuka dan mencengkeram urat nadi
dari manusia baju hijau itu.

“Blaamm..!" sepasang telapak saling beradu satu sama
lainnya menimbulkan suara benturan yang amat nyaring,
ternyata Siau Ling yang termakan oleh pukulan itu kena
terdorong mundur sejauh satu langkah kebelakang.
Kesempurnaan dan kehebatan tenaga dalam yang dimiliki
manusia baju hijau itu sama sekali tidak berada diluar dugaan
Siau Ling, dalam hati ia segera berpikir :
"Sungguh ampuh dan berbahaya pukulan yang dimiliki
orang ini, rupa2nya tidak berada dibawah kekuatan dari angin
pukulan Siau-yau cu ."
Walaupun manusia baju hijau itu memiliki tenaga dalam
yang sempurna dan kekuatan pukulan yang sangat berat,
akan tetapi gerak geriknya sama sekali tidak lincah, serangan
kilat yang dilancarkan Siau Ling dengan tangan kanannya
ternyata tak mampu dihindari olehnya, dengan tepat sekali
urat nadi penting pada pergelangan tangannya kena
dicengkeram oleh sianak muda itu.
Peristiwa ini kembali mencengangkan hati Siau Ling, ia
sama sekali tak menyangka kalau serangannya akan berhasil.
Dalam pikirannya, dengan kesempurnaan tenaga pukulan
yang dimiliki manusia baju hijau itu, tidaklah mungkin kalau
dia tak mampu menghindarkan diri dari cengkeraman
tersebut.
Tapi ingatan tersebut hanya berkelebat dalam benaknya
dalam waktu yang amat singkat, ketika manusia baju hijau itu
mendengar seruan dari Siau yau-cu dan siap terjun kedalam
telaga tabu2 urat nadi pada pergelangan tangan kanannya
sudah kena dicengkeram oleh pemuda she-Siau.
Reaksi yang ditunjukkan manusia baju hijau itu benar2
amat lamban, dia hanya mikirkan tentang perintah dari Siau
yau cu dan sama sekali tidak ambil perduli apakah tangan
kanannya masih dicengkeram orang atau tidak, begitu putar

badan orang itu segera loncat maju kedepan siap terjun ke
dalam air.
Siau Ling segera merasakan suatu daya tarik yang luar
biasa dahsyatnya menerjang ke arah depan, begitu dahsyat
kekuatan itu sehingga menggetarkan hatinya, ia segera
membatin :
"Entah ilmu silat apa yang telah dipelajari orang ini, kalau
dilihat dan gerak geriknya ini seakan2 lengan maupun
keempat anggota tubuhnya itu sama sekali tiada berhubungan
dengan dirinya..."
Siau Ling takut rakit itu terbalik oleh kekuatannya, maka ia
tak berani membetot lengan itu terlalu keras, dengan langkah
lebar dia maju kedepan, telapak kirinya dan segera
mencengkram lengan kiri itu.
"Kraaak. !" lengan manusia baju hijau itu kena dibacok
sehingga patah jadi dua bagian.
Setelah serangannya berhasil cengkeramannya pada lengan
musuh pun segera dikendorkan, manusia baju hijau itu
dengan cepat terjun kedalam air. sementara mulutnya
perdengarkan suara rintihan lirih.
Jelas bacokan Siau Ling yane berhasil matahkan lengan
kirinya telah menimbulkan rasa sakit yang tak terhingga bagi
manusia baju hijau itu.
Menyaksikan kesemuanya itu. Siau Ling segera tertawa
dingin dan berseru.
“Heeeh heeeh heeeh aku mengira engkau tak mengenal
apa artinya rasa sakit ? rupanya engkaupun masih bisa
merasakan betapa sakitnya kalau tulang tangan dipatah.”
Belum habis dia berkata, tiba2 badannya oleng kesamping
dan kakinya bergeser menuju kesisi rakit yang telah dibalik
orang dari dalam air telaga.

Buru2 Siau Ling menggeserkan tubuhnya kesamping,
kemudian dengan ilmu bobot seribu ia tekan kembali rakitnya
yang oleng tersebut, sambil berpaling kearah Wu Yong
teriaknya keras keras:
“Nona Wu. cepat lepaskan racun keji kedalam air telaga !"
Perkataan itu diutarakan dengan suara yang tinggi dan
lantang, rupanya memang sengaja diperkeras sehingga Siau
yau cu se kalian yang berada didalam air ikut mendengar pula.
Wu Yong menatap Siau Ling tajam tajam sambil gelengkan
kepalanya diapun berteriak keras:
“Siau yau cianpwe, kalian bertiga sudah keracunan hebat,
meskipun tenaga dalam yang kalian miliki cukup sempurna
dan untuk sementara waktu daya kerja racun itu masih bisa
kalian atasi, akan tetapi hal itu cuma bisa berlangsung selama
seperminum teh belaka. Kemudian racun itu akan mulai
bekerja dan menyebar keseluruh tubuh kalian. Asal kami
berhasil menahan rakit ini sehingga tidak sampai terbalik
ataukah loncat ketepi daratan maka kalian bakal menemui
kematian secara mengenaskan..."
Tampak air telaga beriak dan menyebar keempat penjuru,
Siau yau cu munculkan diri dari permukaan air seraya
menjawab :
"Aku akan memaksa engkau tercebur ke dalam air. Setelah
kalian berdua berhasil kami tangkap, bukankah akupun bisa
temukan obat pemunah tersebut?”.
"Baik! saudara Siau, kalau begitu mari kira loncat lebih naik
keatas daratan, biarkan saja mereka mampus karena
keracunan!”
Siau-yau cu segera berpaling kearah daratan, ia lihat rakit
tersebut hanya berada kurang lebih beberapa tombak saja
dari pantai seberang, tidak sulit bagi mereka kalau ingin loncat

naik keatas daratan, terpaksa dengan muka masam dia
berkata:
"Keponakan perempuanku yang baik hati, bersediakah
engkau umuk membicarakan pertukaran syarat dengan aku?"
"Boleh boleh saja! cuma apakah engkau dapat
menerima syarat2 dari kami atau tidak?" sahut Wu Yong.
“Asal pertukaran syarat itu berlangsung secara adil, tentu
saja tak ada halangannya buar kita untuk merundingkan! “
"Bagaimana kalau kalian dorong rakit ini hingga merapat
daratan seberang sana. Dan aku menghadiahkan tiga butir
obat pemunah bagi kalian bertiga?"
“Bagaimana caranya aku bisa mempercayai perkataanmu
itu??”
“Dalam keadaan dan situasi seperti ini aku rasa
bagaimanapun juga engkau harus mempercayai kami!”
“Mengenai pertukaran syarat sih dapat kami terima, cuma
engkau harus mencari seseorang untuk menjamin ketepatan
dari janjimu itu.”
"Kemana kita harus cari orang yang mari menjamin
pertukaran syarat ini?” kata Wu Yong.
“Bukankah disisimu telah berdiri satu orang, Engkau
maksudkan Siau tayhiap??”
“Benar, suruh saja Siau tayhiap yang menjamin
kelancangan dari pertukaran syarat ini!”
Wu Yong melirik sekejap kearah pemuda itu lalu tertawa,
katanya :
"Saudara Siau, bersediakah engkau menjamin diriku? Buat
kaum wanita seperti aku sih memang terlalu banyak
bicaranya, dan kadangkala apa yang telah diucapkan tak bisa
masuk hitungan"

“Siau-yau cu" seru Ling kemudian dengan nada dingin,
"asalkan saja engkau tidak gunakan siasat licik untuk
permainkan kami berdua, setelah kalian hantar kami sampai
ditepi seberang saja, aku pasti akan suruh nona Wu untuk
menghadiahkan tiga-butir obat pemunah buat Kalian bertiga!"
"Siau tayhiap. ucapanmu berat bagaikan bukit. Janganlah
kau samakan dengan perkataan dari nona Wu dihari2
biasa...kami segera akan menghantar kalian ketepi seberang
Sana”
Habis berkata dia segera menyelam kedalam air dan lenyap
dibawah air telaga itu.
Rakit yang mereka tumpangi benar2 bergerak menuju
kearah daratan seberang.
Diam2 Siau Ling salurkan hawa murninya mengelilingi
seluruh badan, ia bersiap sedia untuk menghindari segala
kemungkinan yang tidak diinginkan terutama kalau Siau yau
cu secara tiba2 berubah pikiran ditengah jalan
Daya luncur rakit itu amat cepat sekali, dalam waktu
singkat rakit tadi sudah tiba didaratan seberanj.
Tidak menunggu sampai rakit itu merapat ditepi pantai,
Siau serta Wu Yong segera loncat ke udara dan melayang
keatas udara,
Permukaan air telaga kembali beriak dan butiran air
memencar keempat penjuru. Sambil loncat pula keatas
daratan Siau-yau cu segera berseru :
“Siau tayhiap, apa yang kau ucapkan masih dapat
dipertanggungjawabkan bukan?”
"Tentu Saja, apa yang telah kujanjikan pasti akan kami
penuhi,.”
Ia berpaling kearah Wu Yong dan serunya:
"Berikan obat pemunah itu-kepada mereka!"

Dari dalam sakunya Wu Yong ambil keluar tiga butir pil
berwarna hijau dan diangsurkan kedepan, katanya
“Andaikata nenekku tidak terlenakan oleh bujuk rayumu
yang manis, mungkin sampai sekarangpun beliau masih hidup
segar bugar dendam sakit hati ini suatu saat pasti akan
kutuntut balas dari atas tubuhmu! “
Siau yau cu tidak ambil perduli atas perkataan dari gadis
itu, setelah menerima angsuran obat pemunah itu, dia
berpaling kearah Siau Ling dan menghela napas panjang
katanya
Lengan tangan manusira baju hijau itu kulai lemas rupanya
sendi sendi sikutnya telah terlepas.
"Siau tayhiap rupanya ilmu silat yang kau miliki kembali
telah peroleh kemajuan yang amat pesat. aaai...aku mencuri
ayam tidak berhasil malah harus berkorban segenggam beras,
tapi hal ini bukanlah disebabkan oleh kesalahan perhitunganku
dalam kenyataan kemajuan yang berhasil kau capai dalam
ilmu silat benar benar diluar dugaan siapapun juga "
"Apakah totiang masih ingin teruskan perundingan tentang
barter yang terpotong sampai ditengah jalan tadi ?" terus Siau
ling dengan nada dingin,
Siau yau cu tertawa getir.
"Dalam keadaan dan situasi ini? Aku tidak punya andalan
apa apa, tentu saja perundingan tersebut tak dapat
dilangsungkan lagi ..."
Ia berpaling kearah telaga dan kembali serunya :
“Kalianpun boleh segera naik kedaratan" Permukaan air
beriak dan menyebar keempat penjuru, manusia baju hijau
serta pria baju hitam itu segera loncat naik keatas daratan.
Siau yaucu memberi dua orang itu masing2 dengan sebutir
obat pemunah, lalu perintahnya:

"Makan obat itu!"
Menyaksikan tingkah laku mereka, Siau Ling tertawa dingin,
ujarnya :
“Heeeh hehh heeeh tampaknya kalian masih belum mau
percaya kalau obat tersebut adalah obat pemunah racun yang
jempolan. Hmm ! apa gunanya kalian paksa aku orang she
Siau untuk menanggung?"
Siau yau cu tertawa ewa, dia segera telan obat pemunah
itu kedalam perut, kemudian baru berkata .
“Berada dalam keadaan seperti ini. Aku rasa kalian
berduapun tak usah melepaskan racun lagi!”
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah
manusia baju hijau itu, kemudian katanya :
“Dapatkah aku bertanya tentang satu hal kepada diri
totiang??”
“Tak usah sungkan2, tanyakan &aja apa yang Siau tayhiap
ingin tanyakan, asal aku tahu pasti akan kujawab dengan
sejujurnya !”
Siau Ling alihkan sorot matanya wajah? manusia baju hijau
itu, kemudian tanyanya:
“Boleh aku tahu kepandaian silat apakah yang dipelajari
saudara ini??
“Dia ? dia mempelajari ilmu mayat hidup yang jarang sekali
dipelajari orang.”
“Terima kasih atas petunjukmu.” Setelah berhenti sebentar,
sambungnya lebih jauh.
“Sebentar lagi kami akan menerjang barisan lima naga sakti
tersebut” sekarang kalian boleh pergi!

“Siau tayhiap, baik2lah jaga diri. Ketahuilah barisan Ngo
liong toatin adalah sebuah barisan yang bahaya dan ganas!"
ujar Siau yau cu peringatkan.
“Aku sudah tahu, takusah kau kuatirkan!”
Siau yau cu tidak banyak bicara lagi, ia lantas loncat naik
keatas rakit tersebut diikuti oleh manusia baju hijau serta pria
baju hitam itu, sebentar kemudian mereka sudah tiba
diseberang sana dan lenyap dibalik kegelapan.
Sepeninggalnya beberapa orang itu, Siau Ling menengadah
dan memandang bintang yang bertaburan diangkasa,
kemudian setelah menghembuskan napas panjang bisiknya:
“Nona Yong!"
"Ada apa?" tanya dara itu keheranan.
"Engkau pernah tahu atau dengar bukan, bahwa diantara
jago2 yang paling lihay dalam perkampungan Pek hoa san
cung adalah barisan lima.naga yang disebut Ngo-liong-toa-tin
ini.."
"Berapa banyak orang sih yang membentuk barisan ngo
hong-toa tin ini?!” sela Wu Yong.
"Dari namanya sudah kita ketahui, yang dimaksudkan
barisan Lima naga tentu saja terdiri pula dari lima orang!"
"Apa yang perlu kita takuti dari mereka berlima?"
"Bagaimanakah perubahan yang bakal terjadi dalam
barisan lima naga sakti tersebut, sampai detik ini aku masih
belum bisa memahaminya, tapi kalau ditinjau dari sikap Shen
Bok Hong yang begitu pandang tinggi kelima ekor naga
saktinya ini, dapatlah diketahui betapa lihay dan ampuhnya
barisan tersebut.."
“Pernah kau jumpai kelima ekor naga sakti itu?!” kembali
Wu Yong menyela.

“Barisan Sakti yang dibentuk oleh kelima ekor naga itu sih
belum pernah kujampai, tapi aku pernah bertemu melawan
salah satu diantara kelima ekor naga sakti itu”
"Bagaimana sih bentuk dan macamnya orang itu? Kenapa
kok manusia disebut naga? Memangnya wajah mereka mirip
naga?"
"Bukan saja mereka mirip naga. melainkan pakaian
merekalah yang mirip raga, pakaian aneh itu rupanya dibuat
secara khusus, bukan saja dari atas sampai bawah terdiri dari
sisik2 emas yang pantulkan sinar tajam, bahkan kebal
terhadap bacokan golok maupun tusukan tombok, nah!
disinilah keistimewaan mereka!"
"Oooh...! kiranya begitu toh..," bisik Wu Yong sambil
mengangguk tiada hentinya.
"Menurut dugaanku, keistimewaan yang dimiliki kelima ekor
naga tersebut bukan terbatas sampai disitu saja, kemungkinan
besar mereka dipengaruhi oleb sejenis bahan obat yang
istimewa sehingga membuat kesadaran mereka punah dan
timbullah keberanian serta kekuatan yang jauh melampaui
kemampuan manusia biasa.."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh .
"Oleh karena itulah uutuk menghadapi lima ekor raga yang
ganas tersebut, kita tak usah ragu2 untuk turun tangan, kau
boleh menggunakan segala cara apapun yang dimiliki untuk
berusaha merobohkan mereka, termasuk juga menggunakan
racun yang paling keji! “
Wu Yong mengangguk. “Akan kuingat selalu pesan dan
toako!" bisiknya.
Siau Lirg merogoh kedalam sakunya dia ambil keluar
pedang pendek yang tajam itu. dibawah cahaya bintang
ditatapnya sekejap benda itu, lalu berkata :

"Menurut penilaianku, pakaian dikenakan kelima ekor naga
itu pasti kaku berat, justru karena hal ini ada kemungkinan
juga gerak gerik mereka jadi kurang leluasa, Terutama untuk
berputar dan berpaling.."
"Terima kasih atas perintah dari Siau-heng!"
Siau Ling mengangguk, ujarnya lebih jauh:
"Aku yakin. pertempuran yang bakal berlangsung pasti
sangat bahaya dan amat sengit. Dalam keadaan begitu
kemungkinan besar aku tak dapat memperhatikan diri nona,
engkau harus baik2 jaga keselamatanmu sendiri! “
Bicara sampai disitu. dengan langkah lebar dia lanjutkan
perjalanannya kearah depan.
Wu Yong segera mengikuti dibelakang pemuda tadi untuk
lanjutkan perjalanan, disepanjang perjalanan tiada hentinya
dia berpikir:
"Siau heng selamanya gagah perkasa dan tak mengenal
apa arti kata jeri, tapi sikapnya saat ini jauh berbeda, dsngan
tak bosan bosannya berulang kali dia beri peringatan
kepadaku minta aku menghadapi musuh dengan lebih
berhati2, dari sini agaknya dapat kutarik Kesimpulan
bahwasanya kelima ekor naga itu benar2 amat ganas dan luar
biasa sekali, baiklah...akan kutingkatkan kewaspadaanku!"
Hawa murni yang dimilikinya diam2 disalurkan mengitari
seluruh badan, dia bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan yang tak diinginkan.
Kurang lebih sepuluh tombak kemudian tiba tiba cahaya api
muncul dari arah depan dan menghadang jalan pergi mereka
berdua, diikuti munculnya dua batang obor.
Dibawah cahaya api obor yang terang benderang, seorang
pria berpakaian ringkas warna hitam munculkan diri diatas
sebuah batu cadas bawab tebing curam, dengan suara keras
orang itu menegur :

"Benarkah yang datang adalah Siau Ling!”
"Betul . siapa kau?"
"Aku hanya seorang prajurit tak bernama dalam dunia
persilatan, sekali pun kukatakan namaku, belum tentu Siau
tayhiap mengenalnya!"
Tiba2 ia loncat turun dari atas batu cadas itu, dan lenyap
dibalik bebatuan tajam.
Cahaya api tampak berkilauan diempat penjuru, dalam
waktu singkat berpuluh2 batang obor telah bermunculan
disana sini, membuat suasana dalam lembah sempit itu jadi
terang benderang ibaratnya disiang hari bolong belaka.
Menyaksikan kesemuanya itu, Siau Ling segera berpikir
dihati ,-
"Kenapa aku musti bersusah payah untuk memerangi
kelima ekor naga perkasa itu? Apa salahnya kalau kugunakan
kesempatan yang sangat baik dikala barisan mereka belum
tercipta kulampaui dulu rintangan yang kuat ini "
Berpikir simpai disini, dengan suara rendah dia lantas
berbisik.
“Nona Wu. Ayo kita terjang keluar dari kepungan ini !”
Begitu selesai berbicara, ia meloncat lebih dahulu kearah
depan.
Dibawah Cahaya api obor, terlihatlah cahaya perak
berkilauan diangkasa tahu tahu dua sosok mahluk aneh
bertubuh penuh sisik telah loncat keluar dari tempat
persembunyiannya dan menghadang jalan pergi pemuda Siau.
Dengan cepat Siau Ling menghentikan langkah kakinya,
kepada sang dara ia berbisik,
“Nona Wu mundurlah sedikit kebelakang.” Sementara itu
Wu Yong agak menengadah keatas, ia lihat kedua sosok

makhluk aneh yang menghadang jalan pergi mereka memakai
pakaian bersisik naga yang memancarkan sinar berkilat,
terutama sekali sepasang mata mereka yang bengis
berkeliaran kesana kemari dengan tajamnya,
Sisik tebal yang tumbuh diatas lengan tangan mereka
berwarna merah darah, kelima kuku jarinya tajam meruncing
dan berwarna biru, itu berarti tubuh mereka selain dilindungi
sisik tebal warna merah, dilengkapi pula dengan senjata
mematikan yang mengandung racun amat keji.
Dalam hati Wu Yeng lantas berpikir.
“Dandanan kedua ekor makhluk ini memang kukoay dan
menyeramkan, andaikata aku tidak mendengar lebih dahulu,
jika mendadak bertemu dengan mereka niscaya aku akan
terperanjat hingga pingsan saking takutnya ..."
Sambil berpikir sepasang telapak tangannya bekerja cepat,
jarinya menyentil kemuka berulang kali bubuk putih yang
halus pun segera meluncur kedepan.
Makhluk aneh itu cukup cekatan pula, baru saja Wu Yong
melepaskan bubuk racunnya, mendadak makhluk aneh yang
ada disebelah kiri itu melancarkan satu pukulan dahsyat
kedepan, desiran tajam seketika meluncur kedepan memapaki
datangnya bubuk racun tersebut.
Termakan oleh hawa pukulan yang maha dahsyat tersebut,
bubuk racun itu segera tersebar dan terpental kembali kearah
pemiliknya.
Siau Ling tarik nafas panjang sambil melayang mundur lima
depa kebelakang, bisiknya dengan lirih:
"Nona, cepat mundur agak jauhan, aku lihat mereka tak
mempan terhadap pengaruh racun, apalagi setelah tubuhnya
dilindungi oleh sisik merah yang begitu kuat dan tebal”

Dalam pada itu makhluk aneh yang berdiri disebelah kanan
telah menubruk maju ke depan, secepat kilat ia menerjang
kearah Siau Ling yang masih berbicara.
Buru2 sianak muda itu mengepos tenaga sambil melayang
mundur sejauh delapan depa kebelakaog.
Makhluk aneh yang ada disebelah kiri tidak diam begitu
saja. Diapun bergerak dan menubruk kearah Wu Yong
Betapa terperanjatnya hati anak dara tersebut sewaktu
tiba2 menyaksikan datangnya tubrukan, segumpal cahaya kilat
disusul meluncurnya sepasang lengan penuh kuku runcing,
cepat2 dia meloncat kebelakang dan berusaha menghindarkan
diri.
Sungguh cepat gerak tubuh makhluk aneh itu, walaupun
Wu Yong telah berusaha untuk menghindarkan diri, tapi tak
urung pakaian yang dikenakan gadis itu tersambar pula oleh
ujung jari makhluk aneh itu sehingga robek sebagian .
Beberapa inci serangan itu lebih kebawah niscaya tubuh
Wu Yong kena tersambar hingga hancur terkoyak koyak.
Karena pakaiannya tersambar hingga robek sebagian,
dengan sendirinya Wu Yong berada dalam keadaan setengah
telanjang, untung pakaian dalamnya tidak sampai tersambar
robek, sehingga kecuali tampak kulit badannya yang putih
halus, bagian rahasianya tak sampai ketahuan orang.
Makhluk aneh yang semula menerjang ke arah Siau Ling
tadi tiba tiba berpaling dan sekarang ganti menerjang kearah
Wu Yong.
Sementara sang dara itu sendiri belum hilang rasa
kagetnya ingatan kedua belum sempat berkelebat lewat,
sepasang lengan mahluk aneh yang bersisik merah itu diiringi
desiran tajam dari ujung kukunya yang berwarna biru tahu
tahu sudah muncul didepan mata.

Dalam keadaan yang sangat kritis itulah Siau Ling
membentak keras:
"Nona. hati-hati..!"
Tangan kanannya cepat bertindak, dengan ilmu sentilan jari
saktinya dia lepaskan satu serangan gencar kedepan.
Dalam kenyataan, sebelum jeritan diutarakan serangan
yang maha dahsyat tadi telah dilancarkan lebih dahulu oleh
pemuda kita.
"Duukk!" dengan telak sentilan jari sakti telah bersarang
dilengan kanan makhluk aneh itu. Dengan sendirinya serangan
yang dilancarkanpun menemui sasaran yang kosong.
Wu Yong bertindak cepat, menggunakan kesempatan yang
ada ia enjotkan badan dan kabur kearah Siau Ling.
Walaupun serangan jari yang dilepaskan Sianak muda tadi
bersarang telak ditubuh lawan, akan tetapi berhubung sisik
merah yang melindungi tubuh makhluk aneh itu terlampau
tebal, maka serangan dahsyat tadi tak sampai melukai
tubuhnya.
Terlihatlah makhluk aneh itu putar badannya mengikuti
perputaran sang lengan, tiba2 ia lompat kemuka dan
menerjang tubuh Siau Ling .
Ternyata apa yang diduga sianak muda itu semula meleset
sama sekali, kendatipun sisik merah yang dikenakan makhluk2
aneh itu sangat tebal dan berat, akan tetapi hal itu sama
sekali tidak mempengaruhi kelincahan tubuh mereka,
tubrukan tersebut bisa dilancarkan dengan kecepatan yang
sangat mengejutkan.
Siau Ling segera putar tangan kirinya dan melancarkan
Satu babatan maut kedepan.

Makhluk aneh itu tak mau tunjukkan kelemahannya, diapun
putar tangan kanannya dan menerima datangnya ancaman
dari Siau Liog tadi dengan keras lawan keras.
Siau Ling sendiripun tak mau mengalah, dia hendak
menggunakan kesempatan yang ada untuk menjajal sampai
dimanakah kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki
musuhnya. Apalagi dengan sarung tangan berusia seribu
tahun yang tak mempan terhadap tusukan kuku tajam ia tak
usah merisaukan ancaman bahaya..
"Bluaam..!" Sepasang telapak tangan saling membentur
satu sama lainnya hingga menimbulkan suara ledakan keras
yang amat memekakkan telinga, seketika itu juga makhluk
aneh itu tergetar mundur satu langkah kebelakang.
Siau Ling sendiri walaupun dalam bentrokan ini telah
salurkan hawa murninya sebesar tujuh bagian, tak urung
merasakan lengannya jadi kaku dan linu pula.
Sesudah saling mencoba kekuatan lawan Siau Ling segera
loncat keudara lalu melesat delapan depa kearah samping.
Kiranya setelah Siling beradu kekuatan tadi, pemuda itu
merasakan bahwa makhluk2 aneh itu dilindung oleh sejenis
bahan bersisik yang keras dan kuat. Ia sadar jikalau sampai
bentrok dengan mereka dalam suatu pertarungan keras lawan
keras, susahlah bagi dirinya untuk melukai mereka, karena itu
dia harus mengalahkan mereka dengan gunakan akal.
Sementara ia masih termenung sambil berpikir keras, dari
arah kiri dan kanan masing masing muncul pula tiga orang
makhluk aneh. Dengan cepat kelima orang makhluk aneh
tersebut mengurung Siau Ling dan Wu Yong di tengah
kepungan.
Sejak pakaiannya kena disambar robek oleh pihak lawan
hingga tubuhnya hampir berada dalam keadaan setengah
telanjang, dalam hati kecil Wu Yong sudah timbul perasaan
jeri dan takut yang tak terhingga, apalagi sekarang setelah

dilihatnya, disekitar sana muccul kembali tiga orang makhluk
aneh. Bisa dibayangkan betapa kaget, seram dan takutnya
dara tersebut.
Dengan penuh ketakutan ia berseru :
"Saudara Siau, coba lihat! Muncul tiga sosok makhluk
lagi..."
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah ketiga
sosok makhluk aneh itu, Ketika dilihatnya mereka mengambil
posisi mengurung dan tidak bergerak lagi. Segera ujarnya :
"Jumlah mereka memang berlima, setelah lima ekor
makhluk aneh ini munculkan diri semua rasanya tak mungkin
akan muncul makhluk yang keenam., kau tak perlu kuatir.."
Setelah berhenti sebentar, tambahnya lagi dengan suara
lirih :
"Dalam situasi seperti ini yang paling penting adalah
menyelamatkan jiwa dari ancaman bahaya, nona baik2lah
kenakan pakaian yang robek itu!"
Kiranya Wu Yong sedang repot memegangi ujung baju
yang robek dan berusaha untuk menutupi bagian2 tubuhnya
yang terluka dan kelihatan orang.
Setelah mendengar bisikan itu, Wu Yong mengangguk dan
mengikat pakaian robeknya itu menjadi satu. walaupun masih
ada bagian-bagian lain yang kelihatan, namun dalam keadaan
begini apa boleh buat? Selain dibiarkan tetap terlihat, apa lagi
yang bisa dilakukan?
Menyaksikan keadaan gadis itu, diam2 Siau Ling merasa
kasihan, ia tahu ilmu silat yang dimiliki gadis she-Wu itu tak
begitu tinggi dan dia masih membutuhkan perlindungan
darinya, tapi keadaan tidak mengijinkan dia berbuat demikian,
apalagi menghadapi serangan gabungan dan lima ekor naga
yang sudah tersohor karena Keampuhannya, ia tak berani
bertindak gegabah.

Tak tertahan lagi ia menghela napas panjang, katanya
dengan nada gegetun :
“Tidak sepantasnya kubawa nona datang kemari!"
Agak tergetar sekujur badan Wu Yong mendengar
perkataan itu, segera sahutnya .
"Kau tak usah menguatirkan diriku, hadapilah musuh
tangguh dengan hati tenang, aku bisa menjaga diriku sendiri
!"
Beberapa patah kata itu diucapkan dengan nada yang
kurang jelas, mungkin hal ini di sebabkan karena rasa malu
dan takutnya yang berkecamuk menjadi satu.
Siau Ling tersenyum getir, dia sendiripun tahu kalau gadis
itu sudah dibikin pecah nyalinya oleh serangan maut yang
dilepaskan makhluk aneh tadi, dengan lembut segera ujarnya.
“Nona Wu Yong. kau tak usah takut ! Merekapun manusia
seperti kita kita ini. Cuma mereka mengenakan pakaian
bersisik yang tebal dan keras sehingga sepintas lalu bentuk
mereka berubah jadi aneh dan menyerarnkan, masih
ingakatkah nona sewaktu ngobrak-abrik barisan Hui bau tin
tadi ...? Kegagahan, keberanian serta kecerdasanmu patut
dipuji, kenapa kesemuanya itu lenyap disaat ini? Kalau toh kau
tak jeri menghadapi kematian, buat apa kau pikirkan pula
keganasan kelima orang makhluk aneh itu ?"
Beberapa patah kata ini ternyata manjur sekali dan
mendatangkan kasiat yang luar biasa.
Wu yong tersenyum simpul, keberaniannya pulih kembali.
Katanya kemudian dengan lantang :
“Ucapan toako memang benar, mereka juga manusia!
Kenapa aku musti jeri kepada mereka?”
Dengan semangat berkobar2 dia merogoh leluar dua
batang jarum beracun dan digenggamnya ditangan.

Setelah dilihatnya keberanian dara itu pulih kembali seperti
sedia kala, diam2 Siau Ling sendiripun menghembuskan nafas
panjang.
Sementara itu, kelima ekor naga sakti itu sudah
membentuk barisan mereka yang tangguh, selangkah demi
selangkah kelima orang itu mulai maju mendekati musuhnya.
Dengan pandangan berkilat, Siau Ling menyapu sekejap
kelima orang itu, lalu serunya dengan suara lantang :
“ Saudara2 sekalian, kalian tak usah berlagak jumawa,
kelihayan kamu berlima tak lebih karena ditubuh kalian
mengenakan pakaian bersisik tebal yang tak mempan dibacok
senjata, ketahuilah pedang pendek yang kubawa ini adalah
mustika yang mempan untuk membunuh kalian semua,
daripada menyesal dikemudian hari kuperingatkan dulu
kepada kalian agar bertindak lebih waspada!"
Sembari berbicara, diam2 pemuda itu awasi reaksi dan
kelima orang makhluk aneh itu.
Apa yang diduga sianak muda itu ternyata tidak meleset,
begitu mendengar peringatan dari Siau , mereka segara
hentikan langkah maju mereka.
Hal ini membuktikan bahwa kelima orang itu masih sadar
otaknya, dan merekapun tahu kalau pedang mustika adalah
lawan yang paling tangguh, karena itu timbullah rasa jeri
dihati kecilnya.
Menyaksikan hal itu, Siau Ling segera tertawa terbahak2.
“Haaah haaah haaah bukankah cuwi sekalian merasa agak
takut??”
Tiba2 ia loncat kedepan dan menerjang ke arah posisi
timur:
Rupanya dalam hati pemuda inipun tahu bahwa Suatu
pertarungan seru tak mungkin bisa dihindari, ia merasa

daripada menunggu sampai musuh bergerak lebih duluan.
Lebih baik dia yang menyerang lebih dulu. Siapa tahu kalau
serangannya menghasilkan merobohkan beberapa orang
diantaranya lebih dahulu, sehingga mencerai beraikan
kekuatan main keroyok beberapa orang tadi!
Ketika makhluk aneh itu menyaksikan Siau Ling menerjang
tiba, ia segera meloncat kedepan dan menyongsong
datangnya tubrukan tersebut.
Hampir bersamaan waktunya, makhluk2 aneh yang berada
diposisi Barat, selatan dan utara bergerak pula serentak
menerjang ke arah pemuda itu.
Enam buah lengan bersisik merah darah bermunculan dari
arah yang berbeda, sama2 mencengkeram tubuh Siau Ling.
Dalam pada itu tubuh sang pemuda itu masih berada
ditengah udara, menyaksikan serangan ganas dari pihak
musuh, ia merasa amat terperanjat, buru2 hawa murninya
ditarik dan menahan gerak maju tubuhnya lebih jauh, dengan
cepat dia melayang turun keatas tanah.
Begitu kakinya menempel permukaan bumi. lengan
kanannya bergerak kedepan. Pedang pendeknya berganti
haluan dan menebas ke arah mahluk aneh yang menyerang
tiba dari tenggara.
Walaupun serangan gabungan musuh dilancarkan cukup
tertib dan rapat, akan tetapi kemampuan Siau Liag untuk
menghadapi kenyataanpun jauh lebih dahsyat.
Kedua belah pihak bergerak dengan kecepatan yang sukar
dilukiskan dengan kata2, -dalam waktu sekejap semuanya
sudah terjadi...
Terasalah cahaya kilat menyambar lewat, menyusul darah
segar berhamburan diudara.

Ketika kedua belah pihak saling mencapai permukaan
tanah, jarak mereka sudah berselisih sejauh satu tombak
lebih.
Ketika semua orang berpaling keatas tanah maka
tampaklah sebuah jari tangan yang berlapiskan sisik tebal
berwarna merah telah menggeletak ditengah gelanggang.
Rupanya dalam serangganya tadi. Siau Ling telah merubah
kembali posisi yang dituju, ketika tubuh mereka mencapai
ditengah jalan, dalam keadaan demikian makhluk aneh itu tak
sempat untuk menghindarkan diri lagi, maka tak bisa dicegah
sebuah jari tangannya termakan sambaran pedang musuh dan
terpapas kutung.
Pada saat itulah, mendadak jerit lengking kesakitan yang
menyayatkan hati bergema membelah angkasa.
Dengan cepat Siau Ling berpaling, ia lihat lengan Wu Yong
telah dicengkeram oleh seorang makhluk aneh. Kukunya yang
panjang telah menembus didalam tubuh dara itu, sementara
darah segar mengucur keluar tiada hentinya.
Hawa amarah kontan berkobar didalam-benak Siau Ling, ia
berpekik panjang sambil merapatkan pedangnya didepan dada
tubuhnya langsung menerjang kearah manusia aneh tersebut.
Dalam gusarnya tanpa sadar sianak muda itu telah
mengerahkan segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya, ilmu
pedang yang digunakanpun merupakan ilmu pedang terbang
yang maha sakti.
Imu pedang tersebut merupakan Ilmu pedang tingkat
tertinggi yang pernah diwariskan Cung San Pek kepadanya,
pedang bisa dilepaskan kedepan bagaikan terbang untuk
bereskan nyawa musuh, hanya saja kepandaian ini tak pernah
digunakan dihari hari biasa karena tenaga dalamnya masih
belum cukup sempurna.

Lain keadaannya dengan saat itu, dalam gugup dan
gusarnya tanpa ia sadari ilmu maha sakti tersebut telah
digunakan secara jitu.
Terlihatlah cahaya sisik berkilauan, makhluk aneh yang ada
disamping lain segera loncat kedepan menghadang jalan pergi
Siau Ling.
Sinar tajam berkilauan menembusi angkasa, menyusul
jeritan ngeri yang mengerikan bulu roma memecahkan
kesunyian.
Darah segar berhamburan membasahi seluruh permukaan
tanah, sesosok benda berat tumbang keatas permukaan
bumii.
Tampaklah makhluk aneh itu roboh tak berkutik lagi diatas
tanah, lapisan sisik tebal dibagian dadanya tersayat hancur,
darah segar mengucur keluar tiada hentinya dari mulut luka
tadi..
Ternyata dalam gusarnya tadi. ilmu pedang terbang yang
dilepaskan Siau Ling telah bersarang telak diatas dada
makhluk aneh itu, bukan saja pakaian bersisiknya telah dikoyak2,
bahkan tepat menembusi jantungnya, tak bisa
dicegah lagi melayanglah selembar jiwa makhluk aneh itu
kembali kealam baka.
Empat mahluk aneh lainnya terperangah menyaksikan
kedahsyatan Siau ling, untuk beberapa saat lamanya mereka
tak tahu apa yang musti dilakukan.
Semementara Wu Yong yang kena dicengkeram oleh
makhluk aneh tadi. tubuhnya sudah terangkat tinggi keudara,
sisik tebal serta kuku runcing mahluk tersebut hampir
sebagian besar telah menembus tubuh Wu Yong, sakitnya
bukan kepalang sehingga dara itu tak mampu bersuara lagi.
tapi meskipun demikian sepasang jarum racunnya masih
digegam erat2.

Tatkala Keempat orang makhluk aneh itu agak tertegun
dibuatnya oleh kehebatan Siau. Diam2 Wu Yong menggertak
giginya keras2. menggunakan kesempatan yang sangat baik
itu, sekuat tenaga lengan kanannya meronta .. iapun berhasil
lolos dari cengkeraman musuh.
Namun sisik tebal dan kuku runcing makhluk aneh itu
terlalu dalam menembusi tubuh Wu Yong. Ditambah pula
gadis itu meronta dengan sepenuh tenaga. Walaupun tangan
kanannya berhasil melepaskan diri dari cengkeraman musuh
namun tak urung lengan tersebut sudah hancur lebur tak
karuan sehingga kelihatan tulang putihnya yang mencuat
keluar.
Pemandangan seperti itu boleh dibilang mengerikan sekali,
siapapun tak akan tega menjumpai keadaan Seperti itu.
Rupanya Wu Yong sendiripun telah sadar bahwa dirinya
tiada harapan untuk hidup lebih jauh tiba tiba ia berseru
keras.
“Oooh...kekasihku Siau Ling aku merasa puas asal
mendapat kehangatanmu barang sejenak saja. Semoga kita
dapat bertemu kembali dalam penitisan yang akan datang...."
Sembari berteriak jarum racun yang digenggam ditangan
kanannya mendadak ditusukkan keatas makhluk aneh itu
dengan sepenuh tenaga.
Perlu diketahui, sekujur badan makhluk aneh itu dilindungi
oleb lapisan sisik yang sangat kuat hanya sepasang mata
mereka yang tak berlindung apa apa.
Makhluk aneh itu sama sekali tak menyangka kalau Wu
Yong bakal menyerang matanya secara tiba tiba tak ampuh
lagi jarum beracun itu tepat menembusi matanya.
Ia berpekik kesakitan sambil meraung kalap
dicengkeramnya tubuh Wu Yong erat erat. Kemudian dengan
sekuat tenaga ia betot tubuh dara itu sehingga tersayat jadi

dua potong, Ditengah semburan darah segar isi perut
berhamburan, terlempar sejauh dua tombak lebih dari
gelanggang.
Racun yang dibubuhi pada ujung jarum tersebut
merupakan racun berkadar tinggi, begitu jarum tadi
menembusi matanya, rasa penderitaan dan sakit yang diderita
makhluk aneh itu sukar ditahan lagi, setelah menyayat tubuh
Wu Yong dan melemparkan mayatnya jauh2, ia segera
menutupi wajah sendiri sambil berteriak2 kalap.
Suaranya keras dan melengking, begitu seramnya suara
tersebut hingga membuat siapapun yang mendengar akan
bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri.
Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata. Siau
Ling sebenarnya sudah siap menolong Wu Yong, tapi sayang
usahanya terlambat sedetik.
Menyaksikan kematian dara itu, dalam keadaan mengerikan
hawa amarah yang berkobar dalam benak Siau Ling makin
berapi2, hawa napsu membunuh menyelimuti Seluruh
wajahnya, sambil membentak keras ia menubruk kedepan dan
melepaskan sebuah sapuan dahsyat.
Setelah matanya dibuat buta oleh tusukan jarum beracun,
makhluk aneh itu sudah tak dapat melihat sasarannya lagi,
ditambah pula daya kerja racun itu mulai berjalan, boleh
dibilang makhluk itu sudah Kehilangan kesadarannya dan
hampir mendekati kekalapan
Tentu saja berada dalam keadaan seperti itu, tak mungkin
lagi baginya untuk menghindari serangan maut yang
dilepaskan Siau Ling.
Cahaya tajam menyambar lewat, sisik baja berhamburan
diatas tanah, lengan kirinya yang sedang terayun sudah
termakan bacokan hingga kutung jadi dua bagian darah segar
kembali berhamburan diatas tanah.

Beberapa kali bentakan nyaring bergema nemecahkan
kesunyian, pada saat yang hampir bersamaan tiga orang
makhluk aneh lainnya segera maju kedepan dan menubruk
tubuh Siau Ling.
Sesudah berhasil dengan serangannya, semangat sianak
muda itu makin berkobar, ia miring kesamping menghindar
kebelakang makhluk aneh yang kehilangan lengan itu
kemudian sebuah tendangan kilat dilancarkan dan tepat
menghantam tulang punggung makhluk tersebut.
Karena tendangan ini, tubuhnyapun dengan sendirinya
menerjang kedepan, dalam keadaan begini lengan kirinya
yang digunakan untuk menutup mata langsung diayun
kedepan.
Kesadaran makhluk aneh itu boleh dibilang sudah kalut tak
karuan, ia sudah tidak dapat membedakan lagi mana sahabat
mana musuh. serangan yang dilancarkan secara membabi
buta itu tepat menghantam tubuh rekannya sendiri.
Makhluk aneh yang sedang menerjang datang dari arah
timur itu sama sekali tidak menyangka kalau rekannya bakal
melepaskan serangan kearahnya. Dalam keadaan begitu ia tak
sempat untuk menghindar lagi, dadanya terhajar telak oleh
pukulan tersebut.
Serangan yang dilepaskan dalam keadaan sekarat ini boleh
dibilang luar biasa sekali sebab ia telah menggunakan segenap
tenaga dalam yang dimilikinya.
“Duukk .blaamm! “ ditengah benturan keras yang
memekikkan telinga, makhluk aneh yang sedang menerjang
tiba dari arah timur itu mencelat kebelakang dan roboh
terkapar diatas tanah.
Makhluk aneh yang kehilangan lengan itu sendiri semakin
payah kondisinya, sehabis menyerang dengan sepenuh
tenaga tubuhnya berdiri dengan sempoyongan..

Hawa napsu membunuh telah menyelimuti wajah Siau Ling,
secepat kilat ia menerjang maju kedepan pedang pendeknya
berputar kencang langsung ditujukan kearah punggung
makhluk aneh itu, sementara kaki kanannya melepaskan satu
tendangan kearah iga makhluk aneh lain.
Jeritan ngeri menggema diangkasa membelah kesunyian
yarg mencekam dimalam hari itu. Makhluk aneh yang
kehilangan lengan tadi tertusuk telak dadanya hingga tembus
kebelakang, darah segar berhamburan diempat penjuru, tak
ampun lagi tubuhnya roboh binasa keatas tanah.
Dengan mampusnya dua orang makhluk aneh dan satu lagi
terluka parah, barisan ngo liong toa tin jadi kacau balau dan
tak teratur lagi.
Dengan semangat berkobar kobar Siau Ling mendesak
maju lebih kedepan. Pedang pusakanya berputar siap
melancarkan serangan, ia bertekad untuk membasmi kelima
ekor naga sakti itu sekaligus.
Disaat yang amat tegang itulah, tiba tiba terdengar suara
sumpritan yang sangat tajam dan aneh berkumandang dari
arah tebing curam, dua orang makhluk aneh yang tak sampai
terluka itu segera putar badan dan kabur searah mana
berasalnya suara tadi.
Makhluk aneh yang terluka dan sedang menggeletak
ditanahpun berusaha meronta bangun, kemudian dengan
sempoyongan orang itu ikut kabur dari sana.
Bersamaan dengan kaburnya tiga orang mahluk aneh tadi,
obor obor yang dipasang disekeliling lembah sempit tadipun
ikut padam, dalam waktu singkat suasana pulih kembali dalam
kesunyian dan kegelapan.
Semua peristiwa itu berlangsung terlalu tiba2 dan lagi
mundurnya ketiga orang makhluk aneh itupun dilakukan
dengan kecepatan luar biasa, sementara Siau Ling masih

tertegun, bayangan tubuh dari beberapa orang itu sudah
lenyap tak berbekas.
Siau Ling menengadah memandang bintang yang
bertaburan diangkasa, lalu menghembuskan napas panjang, ia
pejamkan matanya rapat2. Menanti matanya sudah terbiasa
dengan kegelapan ia baru membukanya kembali dan berjalan
menghampiri mayat Wu Yong yang berserakan diatas tanah.
Bisiknya dengan sedih .
"Nona. kau mati lantaran membantu aku, maafkanlah daku
karena aku tak sempat menyelamatkan jiwamu.. Suatu ketika
ketiga manusia aneh yang masih tersisa itu pasti akan
kubunuh, agar sukma nona di alam baka bisa beristirahat
dengan tenang."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya kembali :
"Sayang pada saat ini aku tak bisa berdiam terlalu lama
disini. Setelah ketiga ekor naga itu kubunuh, akan kusajikan
kembali lilin putih serta bunga warna warni untuk sembahyang
bagi arwah nona, sekarang beristirahatlah dahulu dengan
tenang disini. l”
Selesai berkata ia kumpulkan jenasah Wu Yong yang
tercerai berai dan dijadikan satu, kemudian menggali sebuah
lubang dan menguburnya disana.
Selesai bersembahyang, barulah si anak muda itu
melanjutkan kembali perjalanannya kedepan.
Sementara itu langit menjadi gelap, awan tebal
menyelimuti di seluruh angkasa, menutupi Cahaya bintang
yang berkedip2.
Suasana dalam lembah diliputi oleh kegelapan, begitu
gelapnya sehingga sukar untuk memandang kelima jari tangan
sendiri.

Siau Ling menghembuskan nafas panjang dengan
membawa rasa sedih yang amat tebal dengan langkah lebar ia
lanjutkan perjalananya kedepan, dalam hati pikirnya:
"Setelah kulewati barisan Ngo liong toa tin ini, berarti aku
telah melewati tujuh buah rintangan, itu berarti rintangan
selanjutnya adalah rintangan terakhir, entah jago lihay
manakah yang telah dipersiapkan disana?? Tapi yang jelas,
orang itu pastilah seorang tokoh persilatan yang mempunyai
ilmu silat sangat tinggi!"
Dengan penuh kewaspadaan dan hawa murni disalurkan
mengelilingi seluruh badan, selangkah demi selangkah ia
lanjutkan per jalanannya kedepan.
Selama beberapa hari belakangan ini, tenaga dalam yang
dimiliki Siau Ling telah peroleh kemajuan yang sangat pesat,
walaupun lembah tersebut diliputi kegelapan yang mencekam,
namun pemandangan disekitar berapa tombak masih sanggup
dilihat jelas oleh pemuda itu.
Perjalananpun dilanjutkan dengan sangat hati2. Tanpa
terasa tiga empat langkah sudah dilalui.
Pemandangan yang terbentang didepan mata tiba2
berubah seratus delapan puluh derajat, apa yang terlibat
didepan sana hanyalah sebuah hutan belantara yang lebat dan
gelap.
Tanpa sadar Siau Ling menghentikan langkah kakinya,
dalam hati ia lantas berpikir.
"Setiap rintangan yang disiapkan Shen Bok Hong, jaraknya
selalu hanya terpaut kurang lebih beberapa li. kenapa jebakan
yang diaturnya kali ini berselisih begitu jauh dan panjang?
Mungkinkah rintangan mereka yang terakhir ini memang
sengaja diatur ditengah hutan belantara yang lebat itu"

Sementara dia masih termenung, tiba2 cahaya api
memuncar keempat penjuru, dan kurang lebih beberapa
tombak dibadapannya muncullah sebuah lampu lentera.
Dibawah cahaya lampu lentera itu tersebut, suasana
disekiiar tempat itu dapat terlihat jelas, diatas lampu lentera
tadi terukirlah empat huruf besar yang berbunyi :
Perkampungan Pek hoa san cung.
Siau Ling segera mendehem ringan, lalu menegur.
“Siapa disitu ?"
Orang yang membawa lampu lentera itu berbadan tinggi
besar, seraya menggoyangkan lentera ditangan dia berseru.
“Sam te. Ilmu silatmu telah peroleh kemajuan yang pesat
sekali, secara beruntun kau telah berhasil melampaui tujuh
buah rintangan yang kusiapkan, kehebatan serta
kemampuanmu cukup membuat hatiku merasa sangat kagum
"
Suaranya serak serak basah dan nyaring didengar, siapa
lagi kalau bukan Shen Bok Hong pribadi ?
Dengan suara ketus dan dingin Siau Ling segera
menanggapi.
“Oooh …! Rupanya Shen Bok Hong disitu, aku mengira
siapakah yang telah menghadang untuk merintangi
perjalananku.”
“Hmm ! sejak dulu kita sudah merobek jubah memutuskan
hubungan persaudaraan, aku orang she-Siau tak berani
menerima sebutanmu yang amat tinggi itu"
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:
Menurut penilaianku rintangan yang terakhir ini pasti
bahaya dan luar biasa sekali mungkinkah Shen toa-cungcu
yang akan terjun sendiri kedalam gelanggang??

Shen Bok Hong menengadah dan tertawa ter-bahak2
"Haaah haaah haaahh tampaknya saudara Siau sangat
berharap dapat melangsungkan suatu duel sengit melawan
diriku?"
“Benar, sebab aku sudah dapat merasakan akan hal ini,
cepat atau lambat kita musti melangsungkan pula pertarungan
tersebut, bukankah begitu??”
“Soal itu sih harus dilihat dulu apakah kau punya rejeki
untuk melangsungkan pertarungan melawan aku atau tidak !”
"Apa yang kau maksudkan dengan perkataanmu itu?" teriak
Siau Ling dengan penuh kegusaran.
“Aku toh sudah terangkan kepadamu bahwa sepanjang
lembah sempit ini telah kuatur delapan buah rintangan maut,
dan sekarang engkau baru melampaui tujuh buah rintangan
belaka!"
"Dan kini rintangan yang kedelapan bukankah dijaga oleh
Shen toa-cungcu sendiri ?”
"Saudara Siau, kau tak usah keburu napsu hingga pikiran
jadi kalut tak keruan, asal engkau bisa meloloskan diri dari
rintanganku yang kedelapan ini. Suatu ketika aku pasti akan
melayani tantanganmu untuk berduel selama beberapa hari
beberapa malam. Tapi andaikata engkau harus mampus
disini.. biarlah niatmu itu kau bawa pulang kealam baka saja!"
"Baik! kalau memang begitu aku tolong tanya dimanakah
rintangan yang kedelapan ini kau siapkan? dan bagaimana
pula Acaranya aku harus melewatinya? Shen toa-cungcu,
sekarang juga kau boleh suruh mereka mulai bekerja!"
Shen Bok Hong tertawa rawan.
"Saudara Siau, apakah engkau tidak merasa heran dengan
situasi yang kau hadapi sekarang ini?"

"Shen taa cungcu. aku harap selanjutnya kau sebut saja
langsung dengan namaku, jangan saudara.. saudara melulu,
bikin hati orang jadi muak saja!"
Shen Bok Hong tertawa dingin.
"Heeh..beehh..heehh.. baik! Baik! aku akan menyebut kau
sebagai Siau tayhiap saja!"
Siau Ling tahu, ucapan itu sudah membangkitkan hawa
amarah dalam hatinya, dengan pandangan tajam dia segera
awasi sekejap pandangan disekitar tempat itu, kemudian
katanya :
"Aku temukan sesuatu yang aneh tentang daerah disekitar
tempat ini!”
"Apakah engkau tidak merasa bahwa lembah sempit ini
penuh dengan batu2 cadas yang berserakan sedangkan
disekitar tempat ini malahan penuh tumbuh dengan
pepohonan siong yang rendah tapi lebat?"
"Aku tidak menemukan sesuatu yang aneh tentang
pepohonan siong yang pendek dan rendah ini”."
Setelah berhenti sebentar, pemuda itu melanjutkan kembali
.
"Oh, benar! mungkinkah Shen toa cungcu telah siapkan
ahli2 senjata rahasia untuk berbunyi didalam hutan yang lebat
ini?"
"Siau tayhiap tak perlu kuatir, tak nanti kugunakan cara
seperti itu untuk menghadapi dirimu!"
"Shen toa cungcu. Kedelapan orang bayangan berdarahmu
serta barisan Ngo-liong toa tin yang paling kau andal2kan,
telah kujajal dan kuhadapi semua, aku rasa mereka semua
masih belum cukup untuk membuat hatiku jadi puas serta
kagum!"

"Siau tayhiap tak usah berlagak jumawa lebih dulu, kau
harus ingat masih ada sebuah rintangan lagi yang harus kau
lampaui.."
Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, lalu terusnya lebih
jauh :
"Siau tayhiap, sudah kau lihat diantara hutan belantara ini
terdapat sebuah jalan kecil usus kambing yang menjorok jauh
ke dalam sana?"
Siau Ling alihkan sorot matanya kearah mana yang
ditunjuk, memang tak salah, disitu memang terbentang
sebuah jalan kecil usus kambing yang jauh menjorok kedalam
hutan, ia lantas menjawab :
"Ehmm...perkataanmu memang tak keliru”
"Silahkan Siau tayhiap masuk hutan mengikuti jalan kecil
usus kambing tersebut, bahkan kau boleh melanjutkan
perjalanan dengan hati tenang, sebab dikedua belah sisi jalan
sama sekali tak ada rintangan atau jebakan apa2, kurang lebih
seratus kaki kemudian, kau akan menjumpai sebuah rumah
yang terbuat dari batu, didalam ruangan batu itulah kekasih
hati Siau tayhiap yakni nona Pek-li kusekap disitu, silahkan kau
bebaskan sendiri kekasih hatimu itu!"
Siau Ling segera mendehem ringan.
"Jadi semua alat jebakan yang paling bahaya dan paling
dahsyat telah kau atur semua didalam ruang batu itu?"
tegurnya.
Shen Bok Hong menggeleng.
“Tidak, pendapatmu itu keliru besar! Silahkan Siau tayhiap
melanjutkan perjalanan dengan hati lega"
"Terlalu sederhana., terlalu mudah., bikin bati orang susah
percaya. Makin pampang sesuatu urusan semakin patut
dicurigai" Shen Bok Hong mendengus dingin.

“Hmm ! mau percaya atau tidak terserah pada pendapat
Siau tayhiap sendiri, pokoknya apa yang kuucapkan semuanya
adalah kata2 yang sejujurnya !”
"Bagaimana selanjutnya ?" tanya sianak muda itu
kemudian.
“Keempat anggota badan nona Pek li Peng yang kusekap
dalam ruang batu itu telah kuikat dengan tali otot kerbau yang
sangat kuat , selain itu beberapa buah jalan darahnya telah
kutotok pula dengan ilmu totokan khususku, tapi aku rasa
kesulitan2 tersebut masih belum cukup untuk menyusahkan
diri Siau tayhiap !”
"Kalian telah mencelakai dirinya?" teriak Siau Ling dengan
penuh kemarahan:
Mendengar ucapan tersebut, Shen Bok Hong segera
menengadah dan tertawa terbahak2.
“Haaah haah haaah kecantikan wajah nona Pek-li memang
luar biasa sekali, tetapi memandang diatas wajah Siau tayhiap
aku sama sekali tak pernah menyentuh tubuhnya, selain itu
akupun telah menurunkan perintah khusus kepada anak
buahku agar jangan mengganggu dirinya.”
“Semoga saja apa yang kau ucapkan adalah kata2 yang
sejujurnya!"
“Memandang diatas hubungan kita yang pernah menjadi
saudara selama beberapa waktu, bersediakah engkau
mendengarkan beberapa patah kata peringatanku??”
“Silahkan Shen toa-cungcu katakan!"
“Setiap tempat yang tampaknya tidak berbahaya, disitulah
sudah tersedia perangkap yang mematikan, aku harap engkau
suka baik baik menjaga diri.”
Habis berkata dia lantas goyangkan lentera ditangannya
hingga cahaya api menjadi padam.

Siau Ling tahu bahwa gembong iblis itu telah berlalu, dalam
keadaan begitu banyak bertanya juga tak ada gunanya,
dengan tangan kanan menggenggam pedang pendek, pemuda
itu lanjutkan kembali perjalanannya menelusuri jalan usus
kambing tersebut.
Walaupun dalam pembicaraan tadi. Shen-Bok Hong telah
menerangkan babwa didalam hutan belantara ini tidak
tersedia alat jebakan atau rintangan apapun juga akan tetapi
Siau Ling tak berani bertindak secara gegabah, hawa
murninya dihimpun sebesar sepuluh bagian, hawa kikang
dikerahkan untuk melindungi seluruh badan selangkah demi
selangkah dia lanjutkan perjalanannya menuju kedalam hutan.
Dua puluh kaki sudah dilalui tanpa terasa apa yang
diucapkan Shen Bok Hong ternyata tak salah sepanjang
perjalanan ia tidak menemukan sssuatu apapun yang
mencurigakan, tanpa terasa perjalananpun dipercepat lagi ...
Apa yang kemudian terlintas memang tidak selisih jauh
dengan apa yang diterangkan Shen Bok Hong semula.
Seratus kaki kemudian tampaklah sebuah bangunan batu
terbentang didepan mata.
Didepan rumah batu itu tergantung sebuah lampu lentera
berwarna merah darah, cahaya merah yang memancar keluar
dari lentera tersebut membuat mata terasa jadi silau
Buru buru Siau Ling memburu kedepan rumah batu itu,
teriaknya dengan suara lantang.
“Peng-ji...! Peng ji ...!"
"Apakah toako disitu?!” dari balik ruang batu
berkumandang suara jawaban dari Pek Ii Peng.
"Benar, aku disini..! Peng-ji. kau berada dalam keadaan
sehat2 saja bukan?"

"Blaammm.,!" sekali ayun bogem mentah pintu kayu
didepan bangunan itu sudah terhantam ambrol.
Terlihatlah Pek li Peng duduk diatas sebuah kursi kayu,
sepasang tangan dan kakinya dibelenggu oleh tali otot kerbau
yang sangat kuat.
Dengan tangan kirinya Siau Ling menyambar lampu lentera
yang tergantung didepan pintu, kemudian dengan langkah
lebar memasuki ruangan tersebut, sementara dengan pedang
pendek ditangan kanannya ia membuat putus tali otot kerbau
yang membelenggu keempat anggota badan Peng li peng .
Setelah tali belenggu itu terlepas, Pek li Peng
menggerakkan sepasang lengannya yang telah bebas itu, lalu
menghembuskan napas panjang.
"Peng ji. apakah mereka telah mencelakai dirimu?!” bisik
Siau kemudian.
Pek li Peng mengangguk.
"Benar”
“Bagian manamu yang diganggu mereka?” tanya Siau Ling
cepat dengan penuh emosi.
"Mereka telah tolok jalan darah dikaki-ku!"
Setelah mengetahui apa yang dimaksudkan. Siau kembali
menghembuskan napas lega.
"Oooh .! kiranya begitu yang kau maksudkan."
Pek-li Peng tertawa.
"Ayoh cepat bebaskan jalan darahku dan mari kita
tinggalkan tempat ini!"
Dengan cepat Siau Ling membebaskan kedua buah jalan
darah Pek li yang tertotok, lalu kembali ia bertanya :

"Apakah Shen Bok Hong sekalian memasakan untuk
menelan obat racun atau sebangsanya?"
"Tidak ..”
"Kok aneh sekali."
"Apanya yang aneh?!
"Berbicara dari watak serta tabiat dari Shen Bok Hong.
tidak semestinya ia bersikap begitu baik terhadap diriku!"
"Siapa tahu kalau dia merasa agak jeri terhadap toako.
maka ia tak berani bersikap terlain jelek atas diriku."
Dengan cepat Siau Ling gelengkan kepala nya.
"Mereka tak berani mencelakai dirimu, hal ini disebabkan
karena mereka hendak menggunakan dirimu sebagai umpan
untuk memancing kehadiranku disini."
Paras muka Pek It Peng berubah jadi amat serius, katanya
dengan nada dingin :
"Kalau toh engkau sudah tahu kalau mereka bendak
gunakan diriku sebagai umpan untuk memancing
kedatanganmu disini, kenapa engkau datang juga ketempat
ini?"
Siau Ling tertawa getir.
"Meskipun aku sudah tahu. tetapi tak bisa tidak aku musti
datang kemari, Shen Bok Hong sendiripun sangat memahami
perasaan hatiku ini, maka engkaupun dibawa dan di bawa
kemari!”
Pek-li Peng menghela napas panjang.
"Aaai... sejak aku kena ditangkap, selama ini diriku hanya
disekap diruangan ini, perasaan hatiku kacau balau dan saling
"bertentangan terus, aku sangat mengharapkan
kedatanganmu kemari, tapi akupun me rasa takut kalau

engkau benar2 datang, tahukah kau jika kau datang kemari
maka bagaimanakah akibatnya?"
"Apa akibatnya?"
“Shen Bok Hong berani memancing kehadiranmu kemari,
itu berarti dia sudah mempunyai persiapan yang cukup
matang, sebaliknya kalau engkau tak datang, bukan saja di
tak bisa mencelakai kau, diapun tak akan berani mencelakai
diriku, sebarang kau telah muccul disini, kau telah
menghantarkan diri kemulut harimau, dan kini Shen Bok Hong
dapat pusatkan seluruh perhaatiannya untuk menghadapi kita
berdua!”
Siau Ling tersenyum.
“Peng-ji, kau tak usab menggerutu terus terhadap diriku,
ayoh cepatlah atur pernafasan dan pulihkan kembali kekuatan
tubuhmu, kita lurus segera tinggalkan tempat ini.”
Kali ini Pek li Peng tidak banyak lagi, ia benar2 pejamkan
mata mulai mengatur pernafasan.
Perlahan2 Siau Ling tempelkan telpak tangan kanannya
keatas punggung dara itu dan membantu dirinya dalam
penyaluran hawa murni.
Dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya
sekarang, begitu sang telapak tangan menempel diatas
punggung Pek-li , aliran bawa panas segera memancar masuk
kedalam tubuh gadis itu dan mengitari seluruh badannya.
Pada suat yang bersamaan ketika Siau Ling tempelkan
telapak tangan kanannya ke atas punggung Pek li . tiba2 asap
tebal yang gelap menyusup masuk kedalam ruang dan
memenuhi setiap sudut ruangan dalam bangunan batu itu.
---ooo0dw0ooo---

Jilid: 33
Dengan cepat Siau Ling menyadari apa yang telah terjadi,
segera pikirnya di-hati :
"Aaah! Tahukah aku sekarang, yang dimaksudkan sebagai
rintangan kedelapan oleh gembong iblis itu rupanya adalah
penyerangan dengan menggunakan api!"
Apabila terjadi kebakaran besar ditengah hutan yang lebat,
kedudukan Siau Ling memang cukup gawat sebab api
menyerang datang dari empat penjuru, kecuali tumbuh sayap
untuk terbang Keangkasa, rasanya ang tiada jalan lain yang
bisa ditempuh lagi.
Siau Ling pun memahami, bila ia dapat satu langkah lebih
cepat berlalu dari sana berarti pula dia memiliki satu
kesempatan yang lebih luas untuk meloloskan diri dari bahaya
kebakaran.
Akan tetapi Pek li Peng yang sedang bersemedi telah
berada dalam keadaan yang kritis, tak mungkin dia
mengganggu konsentrasinya dalam situasi seperti itu malahan
bisa jadi akan menyesatkan aliran hawa murninya sehingga
mengakibatkan jalan api nuju neraka.
Dalam keadaan seperti itu Siau Ling hanya bisa menggigit
bibir sambil membungkam dalam seribu bahasa.
Pek li Peng sendiri adalah keturunan seoahli silat yang
maha sakti, dasar tenaga dalam yang dimilikinya sudah amat
gi ditambah pula memperoleh bantuan dari Siau , dengan
sendirinya peredaran darah dalam tubuhnya bisa berjalan
lancar lebih cepat daripada waktu semestinya. Tak sampai
seperminum teh kemudian ia telah menyelesaikan latihannya.
Dalam pada itu kobaran api yang sedang membakar hutan
disebelah luar telah makin membesar, tatkala Pek li Peng
menyelesaikan semedinya, asap tebal telah menyelemuti
seluruh ruang batu itu.

Dengan cepat Pek li Peng loncat bangun dari atas tanah,
teriaknya dengan gelisah.
“Toako. tidakkah kau lihat asap yang begitu tebal??”
”Aku sudah mengetahuinya sedari tadi.”
”Kalau sudah tahu, kenapa tidak kau panggil diriku sejak
tadi ??”
Melihat sikap gelisah dan gugup dari gadis itu, mau tak
mau Siau harus berlagak tenang, ia tertawa.
"Waktu itu kau sedang mencapai situasi yang paling kritis,
kalau kubangunkan engkau, bukankah hawa murnimu akan
menyimpang dari peredaran yang sebenarnya? Kalau sampai
mengalami jilatan api menuju neraka, coba bayangkan
bagaimana akibatnya?"
”Engkau terlalu baik kepadaku, akulah yang mencelakai
dirimu...sekalipun mati aku Tak akan tentram.”
Dengan lembut Siau Ling menggandeng tangan kiri Pek li ,
lalu bisiknya sambil tertawa:
"Ayoh berangkat! Mari kita lihat diluaran sana. padahal kau
tak usah terlalu menyesali dirimu sendiri. cepat atau lambat
keluar dari ruangan ini juga tak selisih terlalu jauh"
”Kau toh sudah tahu Shen Bok Hong segera menggunakan
diriku sebagai umpan untuk memancingmu masuk jebakan.”
"Kau keliru besar!" tukas Siau Ling dengan cepat 'bukan dia
pancing aku masuk perangkap, melainkan dialah yang paksa
aku sehingga mau tak mau aku harus masuk kedalam
perangkap ini"
”Kalau toh sudah jelas kau tahu bahwa mereka sedang
pasang perangkap untuk menantikan kedatanganmu, kenapa
kau bersikeras juga datang kemari ? Dan lagi, setelah melihat
kobaran api, Kenapa tak kau sadarkan diriku??”

”Apabila Shen Bok Hong hendak menyergap kau dengan
menggunakan api. maka api itu pasti akan disulut diluar hutan
sebelah sana. Karena itu asap tebalnya baru terhembus
kemari, dalam keadaan empat perjuru terkurung api. cepat
atau keluar dari sini toh sama saja? Bukan Begitu??”
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah keluar
dari ruangan batu itu.
Siau Ling segera mengempos tenaga, sambil menarik
tangan Pek-li mereka loncat naik keatas atap rumah.
Ketika sinar mata dialihkan keempat pen juru maka yang
terlihat disekitar sana hanyalah jilatan api yang berkobar2,
asap tebal menyelimuti seluruh angkasa, bukan saja baunya
amat tajam bahkan tercium pula bau belerang yang sangat
keras.
Apa yang diduga Siau Ling terryata tak meleset, api itu
dilepaskan Shen Bok Hong dari empat arah delapan penjuru
pada saat yang hampir bersamaan, api berkobar mengepung
bangunan batu itu, sehingga boleh di bilang tiada harapan lagi
bagi Siau Ling berdua untuk kabur dari lautan api .
Memandang kobaran api yang sedang menjilat2 dengan
hebatnya diempat penjuru. diam2 Pek-li Peng menghela napas
panjang, pikirnya dihati :
"Kobaran api begitu keras dan besarnya, sekalipun ilmu
silat yang dimiliki Siau toako lebih lihaypun jangan harap bisa
lolos dari lautan api yang begitu hebat..”
Ketika diingatnya bahwa peristiwa ini ber mula dari dia dan
karena hendak menyelematkan jiwanya, tak kuasa lagi air
mata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah dara itu. Ia
segera menubruk kedalam pelukan Siau seraya bisiknya
dengan sedih:

"Toako, seandainya engkau tak datang menolong aku, tidak
nanti kau akan terjebak dalam siasat busuk gembong iblis
itu..'"
Siau Ling tergelak, hiburnya :
'Peng ji, bukankah seringkali kau berharap agar bisa mati
bersama denganku, coba lihat! Bukankah apa yang kau
harapkan, ini hari bakal terpenuhi? Kenapa kau malah
bersedih hati?''
Mendengar ucapan itu. Pek-li Peng berhenti menangis
bahkan malah tertawa terkikik2.
'Ehm ! Ucapan Toako memang benar, aku memang selalu
berharap dapat mati di sisi toako, dalam pandanganmu
meskipun kita sudah mati dalam kenyataan kita masih tetap
hidup. Aiih! Tapi sayang aku tidak mengharapkan kejadian
seperti ini dalam Keadaan demikian"
"Kenapa?" tanya Siau Ling keheranan.
"Dewasa ini engkau adalah lampu lentera bagi dunia
persilatan engkau melambangkan kebenaran dan keadilan,
engkau tak boleh mati konyol dalam keadaan seperti ini.."
Dengan penuh kasih sayang Siau Ling membelai rambut
Pek-li yang hitam halus, bisiknya dengan lembut
"Sekalipun saat ini kau ingin merubah keinginan hatimu,
aku rasa hal itu tak mungkin bisa terpenuhi.."
Dalam hati kecilnya pemuda itu tahu bahwa mereka sudah
terkurung dan tipis sekali harapannya untuk bisa hidup
kembali, bukannya gugup atau gelisah sianak muda ini
malahan jadi tenang sekali, ia tersenyum dan melanjutkan
kembali kata2nya :
"Meskipun kita sudah terjebak dan terkurung dalam lautan
api, namun janganlah kita pasrah pada takdir dengan begitu
saja, ayohlah kita berusaha mencari tempat yang mungkin

bisa digunakan untuk bersembunyi dari amukan jago merah
ini, kita jangan biarkan Shen Bok Hoag bergembira tanpa ada
usaha sama sekali dari pihak kita sendiri!"
”Tapi... aku tidak menemukan sesuatu tempat yang
rasanya bisa kita gunakan untuk bersembunyi ..."
”Meskipun kobaran api yang membakar butan sebelah sana
amat besar dan kuat, untuk bisa membakar sampai di ruang
batu ini paling sedikit harus membutuhkan waktu sepertanak
nasi kemudian itu berarti masih tersedia cukup waktu bagi kita
untuk mencari akal guna menanggulangi kesulitan ini ... ayoh
kita turun dan coba-coba adu nasib, siapa tahu kalau nasib
kita mujur?"
Sebenarnya perasaan hati Pek li peng sudah amat kalut ia
merasa amat menyesal karena sudah mencelakai jiwa
kekasihnya, akan tetapi setelah menjumpai ketenangan Siau
yang luar biasa, rasa tegang yang semula menyelimuti hatinya
tanpa sadarpun jadi lebih mengendor ...
Sementara itu Siau Ling telah memeriksa sekejap keadaan
disekeliling tempat itu. tiba tiba dengan muka berseri serunya.
"Peng ji cepat ambilkan sebatang kayu yang disulut api !"
"Buat apa?!” tanya sang dara keheranan.
"Saat ini aku tak punya banyak waktu untuk menerangkan
kepadamu, cepatlah lakukan dulu.'nanti baru .bercerita!"
Pek-li Peng segera mengiakan dan buru2 berlalu dari sana.
Siau Ling sendiripun loncat turun dari atas atap rumah dan
bergerak menuju kearah barat, kurang lebih tujuh delapan
kaki kemudian tampaklah sebuah batu cadas yang sangat
besar menghadang jalan perginya.
Dengan cekatan Siau Ling loncat naik ke atat batu cadas
itu, ia lihat empat penjuru telah berubah jadi lautan api.
Secara lapat2 ia dengar pekikan binatang yang ketakutan

berkumandang dari kejauhan suasana amat gaduh dan
menyeramkan sekali.
Sementara itu suara panggilan dari Pek-li Peng
berkumandang pula diri kejauhan
"Toako, kau berada dimana.."
"Aku ada disini..Peng-ji, cepat kemari!" sahut Siau Ling
sambil berteriak pula.
Ia loncat turun dari atas batu cadas, sambil ayun. pedang
pendeknya ia tebangi batang2 kayu yang tumbuh disekitar
tempat itu. Kemudian melancarkan pula pukulan2 dahsyat
yang melontarkan batang 2 kayu tebangan itu hingga
mencelat jauh ke depan sana.
Menanti Pek-li Peng tiba disitu sambil membawa obor, Siau
Ling sendiripun telah selesai menebang semua batang kayu
yang tumbuh disekitar batu cadas tersebut.
Siau Ling berpaling dan memandang seke jap kearah Pek-li
Peng, lalu ujarnya:
"Peng-ji. cepat bantu aku menyingkirkan batang2 kayu
yang kutebang itu kearah timur sana!"
"Buat apa?" tanya dara itu.
Sementara berbicara ia telah turun tangan dan
memindahkan batang2 kayu tebangan itu kearah yang
ditunjuk.
”Bukankah angin yang sedang bertiup sekarang adalah
angin barat laut??”
"Benar!" dara itu mengangguk.
Nah itulah dia, cepat tumpukkan batang kayu tebangan ini
disana, kemudian bakarlah dengan obor yang kau bawa itu!'

”Kobaran api dahsyat telah membakar tiba dari empat arah
delapan penjuru, masa kitapun membantu kobaran api itu
dengan membakar tumpukkan kayu itu lebih dulu?”
”Benar, apabila kita bakar kayu itu tepat berhadapan
dengan kebakaran yang sedang berlangsung, maka dengan
kejadian ini kita bisa menyusut waktu terjadinya kebakaran
tersebut. dan dengan sendirinya, kitapun bisa mengurangi
penyiksaan dari kurungan asap tebal yang menyesakkan
nafas!”
Pek li Peng menyaksikan sianak muda itu bekerja terus
walaupun sedang berbicara dengan andalkan ketajaman
pedang pendek tersebut dia telah membentuk sebuah
lapangan yang gundul dan kosong kurang lebih empat kaki
persegi di sekitar batu cadas tersebut, satu ingatan dengan
cepat berkelebat dalam benaknya dan rupanya dara itupun
sudah memahami apa yang dikehendaki kekasihnya.
Tanpa berpikir panjang lagi ia segera membakar tumpukan
batang kayu yang ditimbun disebelah Timur dan tenggara,
setelah itu gadis tersebut bekerja memindahkan batang kayu
tumbangan tadi kearah tempat kebakaran baru.
Dalam pada itu Siau Ling telah membabati pula batangan
kayu yang berada diarah Barat laut.
Rupanya Wilayah disekitar tempat ilu sudah lama dipilih
Shen Bok Hong sebagai tempat sasaran, Sebagian besar
pepohonan yang tumbuh disekitar tempat itu telah dipoles!
dengan minyak pelumas yang mudah terbakar, begitu terjilat
api maka terjadilah kebakaran yang sangai hebat.
Dalam beberapa saat kemudian, tumpukan batang kayu itu
sudah mulai terbakar dan mengepulkan asap tebal.
Dalam pada itu kebakaran besar yang se dang berlangsung
diempat penjuru sudah mendekati wilayah dimana dua orang
itu berada,hawa panas secara lapat2 sudah terasa menyengat
badan.

Dengan suara lirih Siau Ling segera berbisik :
"Peng-ji, cepat tahan panas dan jangan sampai tersumbat
tenggorokanmu oleh asap tebal tersebut"
”Aku tak dapat melihat apa2 lagi, aku tidak dapat bantu
memindahkan batang kaya Iagi”
”Kalau memang begitu berdirilah disitu dan jangan
bergerak lagi. aku akan menyambut kedatanganmu. ”
Pek li Peng mengiakan, dia benar2 tidak bergerak lagi dari
tempat semula,
Suatu ketika ia merasa tangan kanannya digandeng orang
kemudian dibawa berjalan kedepan.
Rupanya Siau ling sudah membuat persiapan yang cukup
masak, ia membawa Pek li Peng kesisi batu besar tadi, lalu
dengan menggunakan pedang pendeknya membuat sebuah
liang kecil disana. sedangkan tangan yang lain menggerakan
segumpal daun pohon yang dibuat menjadi sebuah kipas
untuk mengurangi asap tebal yang berhembus disekitar
tubuhnya.
"Peng-ji!" ia berkata lagi, ''Kobaran api besar telah
membakar sampai disini, walaupun begitu kita harus
mengerahkan hawa murni untuk menerima siksaan dari jilatan
api ini, engkau harus tahu kita tak boleh mati konyol disini,
ayah ibumu masih berada didalam istana es di lautan utara.
Setiap saat mungkin mereka masih mengharapkan
kedatanganmu, selain itu akupun masih mengharapkan
bantuanmu untuk mencari Shen Bok Hong dan balaskan
dendam bagiku"
"Toako tak usah kuatir, aku yakin masih mampu untuk
menahan penderitaan tersebut!"
Kalau memang begitu bagus sekali, sekarang asap tebal
sudah jauh berkurang, pentanglah matamu lihatlah keadaan
disekeliling sini"

Pek-li Peng benar2 mementangkan matanya, ia lihat asap
tebal yang berhembus disekitar sana sudah jauh menipis
karena terkena hembusan angin yang terpancar dari goyangan
dedaunan, ia lantas tersenyum dan memuji :
"Toako, cermat sekali jalan pikiranmu!"
”Tiada orang lain yang sudi menempuh bahaya datang
kemari untuk menolong kita, siapa lagi kalau bukan diri sendiri
yang berusaha untuk menyelamatkan diri"
”Untuk mengalihkan arah kobaran api tersebut sudah
terlalu banyak tenaga yang kau buang, sekarang toako pasti
sudah lelah sekali, berikan daun itu kepadaku, biar aku yang
membuyarkan asap tebal ini!"
Siau Ling segera menggeleng.
"Tak usah, kalau kita dapat mempertahankan diri dari
siksaan hawa panas dan berdiam beberapa lama disini, itu
berarti kita punya kesempatan untuk meloloskan diri"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, kobaran api
dahsyat sudah kian mendekat, hembusan angin barat laut
yang berhembus disitupun lambai laun makin menghebat.
Meskipun Siau Ling sudah menebang banyak sekali batang2
pohon diarah barat-laut, tetapi kobaran api yang begitu besar
dan dahsyat membawa hawa panas yang cukup menyengat
badan.
Dalam keadaan seperti ini, Siau Ling serahkan pedang
pendek itu kalangan Pek-li Peng agar gadis itulah yang
melanjutkan penggalian diatas permukaan tanah, sementara
dia sendiri berdiri didepan gadis itu untuk menahan kobaran
hawa panas yang kian menggila.
Meskipun tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna,
tak urung pemuda itu merasa kepayahan juga menghadapi
sengatan hawa panas yang maha dahsyat itu, kian lama dia

merasa pertahanan tubuhnya makin lemah, sebentar lagi
mungkin dia bakal roboh tak sadarkan diri.
Disaat yang amat kritis itulah, tiba2 badannya terasa jadi
segar sekali segumpal air dingin memancar keluar dari
permukaan tanah.
Rupanya Pek li Peng yang sedang menggali liang
perlindungan, tanpa disengaja telah menggali diatas sumber
mata air. dan karena permukaan tanah tergali maka dengan
sendirinya airpun memancar keluar dengan derasnya.
Waktu itu Siau Ling sudab hampir tak kuat menahan hawa
panas yang membara, terguyur air dingin yang menyegarkan,
semangatnya segera berkobar kembali, dengan muka berseri
karena gembira teriaknya. ''Peng ji, kali ini kita bakal
ketolongan!'
Pancaran sumber air itu cukup besar dan kuat, didalam
waktu yang singkat liang perlindungan yang digali berdua
telah dipenuhi dengan air dingin, bahkan air itu sampai
meluap dan mengalir keluar permukaan tanah.
Dengan cepat Siau Ling berdua berendam didalam liang
penuh air dingin tersebut, mereka menggali liang tersebut
semakin dalam sehingga akhirnya tinggal dua buah kepala
mereda saja yang masih menongol diluar permukaan air;
Seandainya pancaran sumber air itu tidak berkuatan besar
dan kuat. tapi airnya cuma menggenangi liang perlindungan
itu belaka, maka dibawah kobaran api yang menjilat dengan
dahsyatnya diempat penjuru, tak sampai setengah jam
kemudian, air dalam liang tersebut tentu sudah berubah jadi
panas dan mendidih, dengan sendirinya dalam keadaan begitu
Siau Ling berdua yang bersembunyi dalam liang akan berubah
jadi manusia mendidih.
Tapi untung pancaran sumber air cukup kuat dan besar,
bahkan airnya mengalir terus tiada hentinya dengan amat
deras, bukan saja Siau Ling serta Pek-li Peng yang merendam

didalam air terasa amat segar bahkan luapan air yang tumpah
keluar dari liang tersebut mengalir kearah tenggara bagaikan
sebuah selokan kecil.
Meskipun kobaran api yang sedang membara diarah
tenggara masih mengamuk dengan hebatnya, tetapi setelah
kena dialiri oleh luapan air yang menumpah keluar tiada
hentinya, lama kelamaan kobaran itu kian mengecil sehingga
akhirnya padam dengan sendirinya.
Dengan makin berkurangnya kobaran api yang membakar
butan. maka asap tebal yang berhembus disanapun kian
bertambah kurang.
Siau Ling meneguk beberapa tegukan air segar yang dingin
untuk membasahi kerongkongannya yang kering, lalu sambil
menghela nafas panjang katanya :
"Sungguh tak nyana disaat yang kritis kita telah
menemukan kejadian yang diluar dugaan, sumber mata air ini
tak ditemukan tepat pada waktunya, mungkin pada saat ini
kita sudah terbakar hangus jadi arang"
Pek-li Peng tersenyum selanya :
”Sebenarnya aku sudah tak kuat menahan diri sebelum
sumber mata air ini ditemukan tadi. tapi aku takut
memecahkan konsentrasimu, maka tak berani kuutarakan
keluar.”
Tiba2 ia merangkul pemuda itu erat2 dan menempelkan
pipinya diatas wajah Siau Ling ujarnya lagi
”Toako, demi melindungi diriku dari sengatan hawa panas,
kau telah menghalangi di depanku, aku tahu siksaan yang kau
derita akibat sengatan hawa panas itu jauh lebih parah
daripada diriku ..Aaai ! toako. engkau terlalu baik terhadap
diriku, entah bagaimana caranya kubalas budi kebaikanmu
ini.”

"Peng-ji" kata Siau Ling sambil tertawa, kalau lain kali kau
bisa bersikap lebih penurut, maka akupun akan bersikap jauh
lebih baik lagi kepadamu"
Pek-li Peng melepaskan rangkulannya dan tertawa.
"Tampaknya kita tak akan mati lagi, toako tahukah kau,
tadi aku malahan sudah 'memikirkan satu persoalan yang
amat bodoh, tapi sekarang, .lebih baik tak usah dikatakan
lagi"
Seandainya kita bisa lolos dari sini dalam keadaan hidup,
maka didepan sana masih terbentang banyak mara bahaya
yang harus kita lalui, kita harus mengempos semangat untuk
menghadapi kenyataan tersebut.."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh :
'Tadi. apa yang telah kau pikirkan?''
Merah padam selembar wajah Pek li Peng karena jengah.
"Aaakh! Tidak, aku tak mau mengatakannya lagi."
"Kenapa tak mau kau katakan? ada apa sih?" seru Siau Ling
semakin keheranan.
"Kalau engkau sudah tahu. pastilah aku akan kau
tertawakan!"
"Baik! aku berjanji tak akan mentertawakan dirimu "
"Dan berjanji tak akan marah?"
"Baik, akupun tak akan marah!"
"Tadi aku mengira kita pasti akan mati, maka aku lantas
berpikir,.
"Berpikir bagaimana? Kenapa tidak kau lanjutkan?! tanya
sang pemuda sambil tersenyum..
Ttba2 Pek-li Peig manenagdah. dengan muka keren dan
penuh keseriusan ujarnya;

"Aku berpikir sepanjang hidupku kecuali toako ssorang, aku
tak ingin bergaul dengan pria manapun juga. Perduli kau akan
jadikan diriku sebagai selir atau dayang pokoknya aku tak
akan tinggalkan dirimu untuk selamanya, aku akan tetap
mempertahankan kesucian tubuhku hanya untuk toako
seorang. Kalau kita akan mati buat apa aku musti
mempertahankannya terus? Tadi aku punya pikiran untuk
mempersembahkan kepada toako, agar aku bisa mati dengan
hati tenang "
"Aaah!! pikiran yang bukan2??" tegur Siau Ling dengan
dahi berkerut.
”Toako. bukankah engkau telah bsrjanji tak akan marah?
Apakah toako berharap agar aku membawa serta rasa cintaku
terhadap diri toako kedalam liang kubur??”
Terharu sianak muda itu setelah mendengar perkataan
tersebut, ia menghela napas panjang.
"Aaai..! Peng ji. persoalan paling penting yaog harus kita
pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya menghadapi
Shen Bok Hong, sebagai seorang manusia kita sudah
ditakdirkan sengsara dalam hidup tenang dalam kematian.
Kita manusia bukanlah pohon atau rumput yang tak
berperasaan. Demikian pula diriku, aku bukanlah seorang
manusia yang terdiri dari baja atau batu yang tak kenal rasa
cinta,..aaai! hanya saja, umat persilatan telah memandang
tinggi diriku, menaruh kepercayaan kepadaku, aku tak bisa
berdiam diri dengan begitu saja"
Ia berhenti sebentar dan kembali menghela napas panjang,
sambungnya kemudian:
”Peng ji, engkau tentunya sudah kenal dengan Watakku
bukan? Setelah orang lain menaruh kepercayaan kepadaku,
maka akupun harus menggunakan segenap kemampuan yang
kumiliki untuk membantu mereka, membayar impas
kepercayaan yang telah mereka limpahkan kepadaku, aku

harus singkirkan pembuat bencana itu dari muka bumi, agar
dunia bisa pulih kembali dalam ketenangan dan kedamaian,
bila dunia telah aman dan tugasku telah selesai, saat itulah
kita baru punya kesempatan untuk menggalang cinta,
membina rumah tangga, punya anak dan hidup sebagai..."'
Pek-li Peng tertawa ujarnya :
"Toako. antara tugas dan cinta memang tak dapat
dilaksanakan secan bersamaan, salah satu diantaranya
memang harus dikorbankan, ....Aaai! ku akui, dahulu waktuku
memang terlalu berangasan dan terburu napsu, tapi sekarang
pikiranku telah terbuka. Aku dapat menyelami perasaan
hatimu dan akupun percaya dengan ketulusan hatimu...!"
"Dalam hal apa pikiranmu telah terbuka ?“
'Mengenai diri toako. Tidak pantas kalau toako monopoli
milikku seorang- nona Gak, Wu Yong bahkan Soh Bun. Siau
Hong semuanya mempunyai bagian atas dirimu.."
"Waduh..waaduuh Peng ji, perkataanmu makin lama
semakin melantur jauh kau keliru besar !“
Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian
sambungnya lebih jauh :
”Sejak kita bertemu tadi, banyak persoalan yang belum
sempat kuceritakan kepadamu, ada satu persoalan aku lupa
beritahu kepadamu.”
“Urusan apa?!”
"Mengenai nona Wu Yong.."
"Kenapa dengan Wu Yong??
"Dia telah mati" jawab Siau Ling dengan sedih "bahkan
mati dalam keadaan yang mengerikan!"
"Bagaimana matinya??"

”Ia mati ditengah kerubutan Lima naga sakti. Sungguh
kasihan dara itu, setelah mati ternyata tiada peti mati yang
bisa digunakan untuk menyimpan jenasahnya. padahal ia
banyak membantu diriku”
”Apakah waktu itu toako juga hadir ditengah gelanggang??”
”Aku hadir pula disana, bahkan menyaksikan dengan mata
kepala sendiri akan kematiannya yang menggiriskan. Tapi aku
tak mampu memberi pertolongan!”
"Aaai .!! Kalau dibicarakan nasibnya memang patut
dikasihani, kemunculan dara itu beserta neneknya dalam
dunia persilatan baru beberapa bulan, tapi secara beruntun
mereka harus menemui ajalnya dalam keadaan yang
mengenaskan, kematian dari Wu popo sih tak perlu
disayangkan karena sudah terlalu banyak kejahatan yang
dilakukan. Tapi nona Wu Yong..Aaai, dia manis dan menarik
hati, sungguh kasihan kalau harus mati dalam keadaan
mengerikan"
"Sesaat sebelum mati, ia telah tancapkan segenggam jarum
yang sangat beracun kedalam mata musuhnya yang melukai
dirinya itu, meskipun akhirnya dia harus mati tapi diapun
dapat membalas dendam bagi kematiannya sendiri”
Pek li Peng gelengkan kepalanya dengan sedih.
”Sebelum kutahu kalau dia telah meninggal, dalam aku
memang merasa agak benci terhadap dirinya, tapi sekarang
setelah mendengar tentang berita Kematiannya, aku ikut
bersedih hati atas nasibnya yang malang..aaai! Begitulah
manusia, makhluk yang paling aneh dikolong langit. !'"
Walaupun hawa panas masih menyengat badan, akan
tetapi Siau Ling berdua yang berendam dalam liang air sudah
tidak merasa tersiksa lagi. sebab meluapnya sumber air
tersebut menjaga kestabilan suhu dingin dalam kolam
tersebut, apalagi luapan air yang mengalir kebawah bukit sana
telah memadamkan pula kobaran api yang kebenaran di lewati

air tersebut, suhu panaspun kian lama kian menyurut
sehingga akhirnya makin menipis.
Siau Ling menengadah dan memandang jauh kebelakang,
ia lihat kebakaran yang terjadi dalam hutan sebelah depan
sana masih menggila dengan dahsyatnya, udara berubah jadi
merah, suasana benar2 mengerikan sekali
Menyaksikan kesemuanya itu dia menghela napas panjang,
katanya dengan lirih :
"Andaikata engkau tidak menggali tepat diatas sumber
mata air, saat ini kalaupun tidak terbakar hangus paling sedikit
kita sudah mati karena panas tersengat suhu yang meninggi.”
Pek-li Peng tertawa.
”Toako, bagaimana sih ceritanya kok mendadak kau bisa
timbul pikiran untuk menebangi pepohonan yang tumbuh
disekitar tempat ini? Aaai...ayah dan ibu seringkali memuji
kecerdikanku, tapi sekarang kalau dibandingkan dengan
toako, rasanya aku masih selisih jauh sekali.. !"
"Ini hari kita bisa lolos dari ancaman bahaya kematian.
tanpa sadar telah mengingat kembali akan budi kebaikan dari
guruku dimasa lampau!"'
"Kenapa?"
Siau Ling tertawa.
”Sejak aku mulai belajar silat, suhuku seringkali
memberitahukan situasi mengenai dunia persilatan serta jago2
lihay yang pernah muncul dalam persilatan selama seratus
tahun belakangan, disamping itu suhupun menceritakan pula
tentang keistimewaan ilmu silat pelbagai partai dan perguruan
serta cerita2 ringan yang banyak mengungkapkan kecerdikan
manusia.”
”Lalu apa hubungannya cerita yang kau peroleh dari
gurumu dengan lolosnya kita dari marabahaya saat ini??”

”Tentu saja ada hubungannya, aku bisa menebangi kayu
disekitar sinipun karena mendadak teringat olehku akan cerita
ringan yang pernah dituturkan suhu kepadaku !”
"Bagaimana ceritanya? Maukah kau bercerita untukku??"
”Kalau dilihat keadaan disekitar kita. paIing sedikit
kebakaran ini akan berlangsung enam tujuh jam lamanya,
banyak waktu buat kita untuk bercerita.”
Ia berhenti sebentar, kemudian lanjutnya.
”Suatu ketika ada seseorang sedang berjalan jalan di
tengah sebuah padang rumput yang luas. Tiba2 pandang
rumput itu terbakar dan dalam waktu singkat terjadi
kebakaran hebat, coba dalam keadaan demikian apa yang
harus kau lakukan?"
Pek-li Peng termenung dan berpikir bebera saat lamanya,
kemudian menggeleng.
"Aku tidak tahu?"
”Orang itu segera melepaskan pula api untuk membakar
rumput yang berada dihadapannya, ketika api itu berkobar
dari kedua belah arah yang berlawanan maka muncullah
sebuah tanah lapang yang luas ditengah2nya. dan orang
itupun bisa bernaung ditempai yang kosong tadi"
,,Ehmm! bagus amat akal ini !” puji Pek li Peng dengan
gembira.
”Begitulah, ini hari kita sedang berada di tengah hutan
lebat, apipun membakar tiba dari empat penjuru, kebakaran
hutan tentu saja tak dapat disamakan dengan kebakaran
dipadang rumput, tapi justru dari cerita ringan itu aku berbasil
menggali akal yang bagus untuk menyelamatkan diri dari
marabahaya tersebut. Dalam keadaan bahaya cerita itu
memang kurasakan betapa besar manfaatnya, tapi sewaktu
Suhu sedang bercerita dahulu aku sama Se kali tidak menaruh
perhatian, malahan sering kali guruku menasehati diriku agar

baik2 mencamkan cerita tadi, agar tidak kehilangan akal bila
menjumpai bahaya dikemudian hari.."
Siau Ling menghembuskan napas panjang lanjutnya :
"Tentu saja situasi yang kita hadapi sekarang jauh berbeda
dengan cerita kebakaran dipadang rumput itu, tahukah kau.
dimana letak perbedaan tersebut?"
"Dalam kebakaran yang terjadi dipadang rumput, peristiwa
itu terjadi karena kebetulan, sebaliknya kejadian yang kita
hadapi sekarang adalah peristiwa yang sengaja diatur oleh
Shen Bok Hong dengan rencana yang matang, kalau dalam
kebakaran dipadang rumput maka api terjadi dari satu arah,
sebaliknya dalam peristiwa ini api berkobar dari empat penjuru
dalam waktu yang bersamaan"
Siau Ling tersenyum.
"Pek-li Peng. kau memang benar2 amat cerdik”
"Tapi kalau dibandingkan toako. maka aku berubah jadi
bodohnya luar biasa" sambung Pek-li Peng sambil tertawa
pula.
”Seandainya engkau benar2 bisa bersikap lebih tenang,
sebenarnya tak susah untuk menemukan akal tersebut,
walaupun dalam kenyataan berhasilnya kita lolos dari bencana
pada saat ini karena usaha kita tapi sebagian lagi karena nasib
kita yang lagi mujur.”
”Toako, apa lagi sangkut pautnya antara kecerdikan toako
mencari akal dengan nasib mujur??”
”Semisalnya saja, kalau aku tidak mempunyai sebilah
pedang pendek yang tajam dan luar biasa, melainkan hanya
sebilah senjata biasa, belum tentu dalam waktu yang demikian
singkat aku bisa menebang begitu banyak pepohonan yang
tumbuh disini serta membuka sebuah tanah lapang seluas ini.
Kobaran api pasti akan mendekati kita dan menyengat tubuh
kita jadi arang, dan seandainya engkau tidak tepat menggali

sumber mata air dari permukaan tanah kitapun tak akan
mampu melawan hawa panas yang menyengat tubuh, niscaya
kita sudah mati karena kepanasan, dan kenyataan kita
mempunyai pedang mustika serta berhasil menemukan pula
sumber mata air, kalau orang tidak lagi mujur nasibnya
masakah bisa begitu?!”
”Inilah yang dinamakan Orang budiman dikasih Thian!
Toako berjuang demi kesejahteraan dan keadilan umat
persilatan, tak mungkin Shen Bok Hong mampu mencelakai
jiwamu"
"Bagus., pintar Pengji. tampaknya engkaupun pandai sekali
memberi topi yang tinggi begitu!"
Pek-li Peng tertawa cekikikan.
"Aku bukan lagi mengumpak diri toako. Semua perkataanku
kuucapkan dengan sejujurnya.."
Ia membereskan rambutnya yang kusut dan melanjutkan :
"Kalau dibicarakan, sepantasnya kalau kita mengucapkan
banyak terima kasih kepada seseorang!"
”Siapa?"
"It-bun Han-Too. seandainya ia tidak menghadiahkan
pedang pendeknya yang sangat tajam ini untuk toako.
sekalipun ini hari kita tak sampai mampus paling sedikit harus
mengalami penderitaan yang jauh lebih hebat, tentu saja
karena toako menyelamatkan jiwanya dan karena berterima
kasih dia menghadiahkan pedang itu kepada toako termasuk
pula salah satu alasan diantara-nya"
Siau Ling mengangguk.
"Sejak Shen Bok Hong menghadiahkan sebuah pukulan
keatas tubuh It bun Han-too rupanya pukulan itu telah
berubah wataknya sehingga mengalami perubahan seratus
delapan puluh derajat, kecerdasan orang ini luar biasa sekali,

sekalipun Shen Bok Hong sendiri belum tentu sanggup
menandingi dirinya. Setelah jni kita harus baik2 manfaatkan
kecerdikannya untuk menghadapi Shen Bok Hong"
"Toako, bukankah kau seringkali membicarakan pula
tentang kehebatan Bu wi tiang? Seringkali kau mengatakan
kecerdasan dan kepintarannya sukar ditandingi, masa It bun
Han-too jauh lebih cerdik daripada Bu-wi tootiang?"
”Dalam hal ini kita harus meninjau dulu pembicaraan
tersebut dilihat dari sudut yang mana, Bu wi tootiang jujur dan
berbudi luhur. Kalau membicarakan soal kelicikan dan akal
muslihat. tentu saja tootiang itu bukan tandingan Shen Bok
Hong.”
"Bagaimana dengan It bun Han too??"
”Dahulu It-bun Han-too berpikiran sesat kini sudah kembali
kejalan yang benar kalau berbicara tentang perkampungan
Pek hoa san cung yang dimiliki Shen Bok Hong sekarang,
maka ada dua orang yang berjasa dalam memupuk nama
besar perkampungan tersebut, mereka adalah Tok jiu Yok-Ong
Raja obat bertangan keji serta It bun Han too.”
”Kalau toh It bun Han to sudah banyak membantu Bok
Hong, kenapa gembong iblis itu hendak membinasakan
dirinya?" sela Pek li Peng tak habis mengerti.
Siau Ling tersenyum.
”Oleh karena perbuatan Shen Bek Hong yang tak kenal
budi inilah maka It bun Han too lantas menghianati dirinya.
Ketahuilah Shen Bok Hong adalah manusia berjiwa palsu, ia
kejam dan tak tahu apa artinya budi, kalau ia sedang
membutuhkan bantuanmu maka tak segan2nya ia menjilat
merayu dan sedemikian rupa hingga akhirnya tenaga orang itu
bisa dipergunakan olehnya, walau begitu dia tak
menginginkan ada di antara sahabat karib atau anak
buahnya yang memiliki ilmu silat yang jauh melebihi dirinya,
bila ia mengetahui akan kelebihan orang maka dia pasti akan

turun tangan keji untuk melenyapkan bencana tersebut dari
hadapannya: Dalam hal ilmu silat memang It bun Han too tak
dapat melampaui kelihayan Shen Bok Hong, tapi akal setan
nya serta kecerdasan otaknya tidaklah berada dibawah Shen
Bok Hong. Karena itulah meskipun ia menggunakan
tenaganya, dalam hati diapun jeri kepadanya. It-bun Han too
bukan orang bodoh, tentu saja diapun nyadari kalau Shen
Bok Hong ada maksud untuk membinasakan dirinya, padahal
dalam hal ilmu silat dia tak mampu menandingi kelihayan
musuh. Cara yang dapat di tempuh olehnya adalah
menggunakan kecerdikan serta kecerdasan otaknya untuk
melindungi keselamatan sendiri. Walaupun untuk itu ia tidak
mengharapkan balas jasa ataupun mementingkan kedudukan
tapi gengsi pribadi selalu dipertahankan.”
"Kenapa begitu?" sela Pek Li Peng. "kalau toh dia ingin
menyelamatkan jiwa sendiri, tidak mengharapkan balas jasa
atau kedudukan dengan Sben Bok Hong. bukankah sama
artinya memberi kesempatan yang lebih luas bagi gembong
iblis itu untuk membinasakan dirinya?? '
"Bagus sekali pertanyaanmu ini. .” seru Siau Ling sambil
tersenyum.
Setelah termenung sebentar, sambungnya kembali :
”Apabila ia terlalu menitik beratkan pada balas jasa atau
kedudukan maka Shen Bok Hong pasti akan memandang
dirinya sebagai anak buah atau pesuruhnya, dengan tabiat
dari Shen Bok Hong untuk membunuh seorang anak buah
atau pelayan tak perlu dia musti susah putar otak. Sebaliknya
diapun tidak berani terlalu meremehkan diri Shen Bok Hong
sehingga membangkitkan nafsu membunuh dihati gembong
iblis itu serta membinasakan dirinya, Nah ! Kebagusan dan
kelihayan dari permainannya ini terletak pada keseimbangan
mengikuti perkembangan situasi yang sedang berlangsung!"
Mendengar penuturan tersebut, Pek-li Peng membelalakan
matanya lebar2.

"Aku masih agak kurang mengerti!" bisiknya.
"Selama It-bun Han too mempertahankan gengsi dan
martabat pribadinya itu. Ia selalu berusahamenunjukkan
sesuatu sikap sehingga menimbulkan suatu perasaan khusus
bagi Shen Bok Hong"
"Perasaan apakah itu?”
"Ia selalu berusaha menciptakan sesuatu perasaan yang
membuat Shen Bok Hong merasa bahwa It bun Han too
sebenarnya adalah sahabat karibnya, pembantu yang berjasa,
untuk menyingkirkan dia harus menunggu sampai munculnya
suatu alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga
bukan saja perbuatannya itu bisa menaklukan hati anak buah
lainnya, bagi dia pribadipun mendatangkan perasaan yang
terang. Tapi justru It bun Han too telah manfaatkan
kecerdikan yang dimilikinya itu untuk mengaburkan semua
rencana tersebut, agar Sben Bok Hong selamanya tak mampu
menemukan alasan yang tepat untuk menyingkirkan dirinya
dari muka bumi"
"Aaai...? kiranya begitu " Pek-li Pang berseru tertahan.
"Kalau dibicarakan memang kedengarannya sangat
sederhana, tapi dalam kenyataan persoalan ini sulitnya bukan
kepalang, selama berada dihadapan Sben Bok Hong maka It
bun Han too harus bersikap sangat hati2, selalu
memperhatikan perubahan sikap dari gembong iblis itu dan
tak berani bertindak gegabah, kadangkala dia harus lebih
pentingkan sikap yang berhati2, kadangkala diapun harus
lebih menitikberatkan dalam soal gengsi, sekali salah bertindak
niscaya jiwanya yang akan menjadi taruhan"
'Apakah .It bun Han too yang memberitahukan
kesemuanya ini kepadamu...?”
Siau Ling menggeleng.

"Bukan!! aku sendirilah yang menganalisa memikir dan
mengumpulkan semua bahan yang diperlukan dalam hal ini,
terutama sekali sikap mereka selama berada didalam istana'
terlarang dan setelah berada diluar istana terlarang"
Mendengar jawaban tersebut, kembali Pek li Peng
menghela napas panjang.
“Aii ..tampaknya, bagaimanapun cerdiknya seorang
perempuan, kalau dibandingkan dengan orang pria maka dia
masih selisih amat jauh sekali"
”Belum tentu begitu, buktinya enci Gak jauh lebih lihay
daripada diriku" sela Siau Ling sambil tertawa.
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh :
”Tentu saja keberhasilanku dalam mengamati serta
menganalisa segala persoalan yang ku peroleh sekarang tidak
lain adalah berkat bimbingan guruku dimasa lalu.”
”Kalau begitu gurumu tentulah seorang jago yang luar
biasa sekali, baik dalam pengalaman maupun dalam
pengetahuan??”
Siau Ling mengangguk tanda membenarkan
”Kecuali mewarisi ilmu silat kepadaku, seringkali beliau
mengajarkan pula bagaimana menjaga diri sehingga
pengetahuan dan kecerdasanku maju makin pesat, membuat
aku punya keberanian yang tak gentar menghadapi segala
percobaan, oleh sebab itulah dibawah pengaruh Sben Bok
Hong yang begitu meluas dan kuat, bukan saja aku tak gentar
justru malah menimbulkan rasa berontak dalam hatiku,
Kadangkala aku tahu bahwa kepandaianku bukan
tandingannya, tapi aku sama sekali tidak jeri terhadap
dirinya, disitulah keberanian dan keteguhan imanku
digembleng”
Bicara sampai disini, tiba2 pemuda itu berseru tertahan dan
segera loncat keluar dari liang perlindungan.

Pek li Peng jadi amat terperanjat, buru2 tegurnya :
”Toako. kenapa kau?"
Siau Ling merogoh kedalam sakunya dan ambil keluar kitab
Keng bun yang telah basah kuyup itu, lalu serunya:
”Waah...celaka, kitab ini jadi basah tak karuan"
Ketika diamati dibawab kobaran api tampaklah kitab
tersebut sudah basah semua dan menggumpal menjadi satu.
”Hati2! jangan sampai robek!” Pek-li Peng peringatkan:
Dengan amat bati2 Siau Ling amati sebentar kitab tersebut
kemudian dibawa mendekati kobaran api. .
Pek li Peng segera ikut lompat keluar dari tempat
persembunyiannya, ia berseru.
"Toako jangan terlalu maju didepan hutan situ masih
terbakar dengan hebatnya, pancaran api sangat kuat letakkan
saja kitab itu diatas batu cadas dalam suhu yang begini tinggi
lama kelamaan toh kitab itu akan kering dengan sendirinya"
Siau Ling mengiakan dan kembali kesisi batu raksasa itu,
kemudian dengan sangat berhati hati ia letakkan kitab tadi
diatas batu tersebut, dan menindihi kitab tadi dengan dua biji
batu kecil, setelah itu barulah pemuda tersebut loncat kembali
keliang air dan mengamati kitab tersebut dengan terpesona.
Udara panas yang dipancarkan karena suhu sekitar tempat
itu meninggi membuat banyak batu jadi merekah dan tanah
retak-retak. Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kebakaran
yang sedang berlangsung pada waktu itu ....
Hutan belantara disekitar bukit merupakan pohon-pohon
tua yang rata2 sudah berusia seribu tahan, daya,
pembakarnya sangat kuat dan besar, jilatan api membumbung
tinggi keangkasa dan membiaskan cahaya yang terang
benderang:

Dengan ketajaman mata Siau Ling saat itu. walaupun dia
berada dalam liang air akan tetapi uap air yang mengepul
keluar dari atas kitab Keng bun tersebut dapat terlihat dengan
sangat nyata, tanpa sadar pikirnya dihati'
"Seandainya apa yang diucapkan hweesio itu tidak bohong,
maka ilmu silat yang tertera dalam kitab sembahyangan inijauh
lebih penting artinya daripada kitab catatan ilmu silat
yang ditinggalkan kesepuluh orang manusia aneh tersebut,
sahabat yang menghadiahkan kitab catatan ilmu silat ke
padaku pun sudah memasuki istana terlarang, bahkan
menguras habis selurub isi kitab catatan yang ada disitu
kecuali kitab suci ini serta kitab catatan dari raja seruling Thio
Hong, darjsini dapatlah kutarik kesimpulan bahwa isi catatan
ilmu silat dari raja seruling ini pasti telah dipelajarinya, maka
sengaja ditinggalkan disitu, sebaliknya kitab suci ini dibiarkan
tetap disana mungkin karena ia tak mengira kalau isi kitab suci
ini sebenarnya adalah catatan ilmu silat yang maha sakti..."
Sementara dia masih termenung, serentetan suara
pekikkan nyaring berkumandang dari kejauhan, pekikkan
itu saling bersahut2an sehingga suaranya memekikkan
telinga..
Siau Ling loncat bangun dari tempat persembunyiannya
dan cepat menyambar kitab ilmu silat tersebut, kemudian
bisiknya lirih :
"Peng-ji. sebentar lagi Shen Bok Hong bakal melakukan
pergerakan, kita harus bersiapsedia mulai sekarang”
"Pergerakan apa?!”
”Mungkin dia mengira kita sudah mati terbakar, tetapi
sebelum menemukan jenasah kita hatinya tentu belum lega,
maka sengaja ia bawa orang naik kegunung untuk mencari
kerangka tubuh kita"
"Apa yang musti kita persiapkan ?'

"Mula pertama kiia harus timbun dahulu liang air ini!"
"Kenapa musti begitu?"
"Kita jangan sekali2 meninggalkan jejak yang bisa
membantu dirinya untuk memecahkan teka teki ini, andaikata
kita bisa mengatur segala sesuatunya sehingga memberi
anggapan baginya bahwa kita benar2 sudah mati, hal ini akan
jauh lebih menguntungkan bagi posisi kita, atau paling sedikit
mati hidup kita tetap merupakan suatu teka teki yang tak
terpecahkan baginya"
"Kenapa musti begitu?" tanya Pek-li Peng
keheranan,"kenapa engkau berharap agar Shen Bok Heag
salah menganggap kita sudah mati?'
"Gampang sekali asalnya, kalau dia sudah anggap diriku
telah mati maka besar kemungkinan dia akan percepat
gerakannya, itu berarti ia lebih cepat lagi akan membuka
kebengisan serta kekejaman hatinya sendiri dihadapan umum"
"Oh. kiranya begitu " Pek-li Peng mengangguk.
Dia lantas mencari dua biji batu besar untuk menyumbat
sumber mata air itu, kemudian baru menimbun liang tersebut
dengan tanah.
Beberapa soal kemudian, liang tanah yang digali kedua
orang itu sudah penuh tersumbat oleh tanah dan batu.
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah
kebakaran hutan di depan sana ia lihat api yang berkobar
sudah kian surut, hawa panas disekitar situpun sudah tak
begitu menyengat badan, dengan suara rendah segera
bisiknya:
Peng ji. kita harus berusaha untuk mengumpulkan kembali
batang2 kayu yang belum lerbakar habis ketempat ini, lalu
membakarnya kembali disekitar tanah kosong disekitar batu
cadas, dengan begitu jejak kita baru akan lenyap.

Dua orang itu bekerja keras, tak lama kemudian diatas
tanah kosong tersebut sudah penuh berserakan kayu2 angus
yang setengah terbakar setengah tidak, dengan begitu tanah
yang semula kosongpun kini berubah jadi sebuah sebuah
medan yang seakan2 baru saja terlanda kebakaran hebat.
Selesai bekerja, sambil membersihkan debu dan angus dari
tubuhnya, Pek-li Peng berbisik:
”Apa lagi yang musti kita lakukan sekarang??”
”Duduk disini, atur pernafasan dan beristirahat, jika
mendengar tanda bahaya nanti kita baru berusaha
menghindar!”
Pek li Peng mengiakan. dia lantas saja duduk bersila dan
mengatur pernafasan.
Pada saat ini Pek-li Peng sudah benar2 kagum atas
kecerdikan maupun ilmu silat dari Siau Ling, ia merasa segala
sesuatunya masih bukan tandingan pemuda itu, karenanya
diapun tidak banyak memberikan komentar.
Sementara itu api yang merambat disekitar hutan agaknya
sudah makin padam, suasana mulai pulih kembali dalam
keheningan Siau Ling tahu, menyurutnya kobaran api secara
mendadak ini pastilah merupakan hasil dari pckerjaan anak
buah perkampungan Pek-hoa-san-ceng yang diperintahkan
Shen Bok Hong uatuk memadamkan kembali kobaran itu.
Siau Ling memeriksa pakaian sendiri, ketika dilihatnya
pakaian yang dikenakan telah mengering kembali, dia
masukan kitab silat itu kedalam sakunya.
"Peng-ji!" ujarnya kemudian." bagaimana kalau sekarang
kita bangun tempat persembunyian baru?'”
''Bagaimana caranya membangun tempat persembunyian
tersebut?"

"Dewasa ini kobaran api yang membakar diarah barat
paling cepat menyusut, itu menandakan kalau Shen Bok Hong
telah membawa orangnya bergerak kemari dari arah barat,
jelas maksudnya adalah mencari jejak kita berdua, padahal
tiga arah yang lain api belum padam, bagaimana pun kita
hendak bersembunyi, rasanya susah untuk menemukan satu
tempat persembunyian yang bagus.
"Oleh karena itu kita harus membangun sendiri tempat
persembunyian itu dan bersembunyi didalam?" sambung Pek li
Peng dengan cepat.
“Begitulah maksudku ! “
“Dan tempat persembunyian itu kita bangun dengan
menggunakan ranting yang hangus batang kayu yang masih
terbakar serta debu”
Siau Ling mengangguk.
"Benar, disekitar tempat ini masih terdapat banyak ranting
yang padam Karena kena air, itu bukan soal berat, justru yang
penting kita harus menemukan dahulu tempat yang bisa
digunakan untuk menyembunyikan tubuh kita berdua"
Dalam pada itu api kebakaran semakin kecil setelah
melakukan pencarian yang seksama disekitar sana, akhirnya
mereka berhasil menemukan sebuah liang alam yang cukup
dalam, lebarnya tiga depa dengan dalam lima depa, suatu
tempat persembunyian yang sangat ideal.
Sepasang muda mudi ini bekerja keras tak sampat
sepertanak nasi kemudian selesailah mereka membangun
sebuat tempat persembunyian yang sangat bagus diatasnya
mereka lapisi tanah liat kemudian ditumpuki batang2 kaju
serta ranting ranting yang masih terbakar sedikit, sedangkan
mereka berdua bersembunyi dalam liang tersebut, empat
penjuru dibikinkan sebuah jendela kecil lalu ditutupi pula
dengan ranting kayu yang masih terbakar, bukan saja dapat

mengawasi gerak gerik diluaran, malahan jendela itu bisa
diperbesar ataupun diperkecil
Sambil duduk bersila dalam tiang persembunyian yang
baru, Pek li Peng berbisik lirih.
"Toako. aturlah pernapasan lebih dulu aku akan menjaga
disini, kalau ada musuh yang datang akan kubangunkan diri
toako "
"Baiklah!" sahut Siau Ling sambil tersenyum. dia segera
pejamkan mata dan atur pernapasan .
Entah lewat beberapa waktu lamanya, tiba tiba Siau Ling
merasa badannya digoncangkan orang, ia segera membuka
matanya, sementara sang surya telah memancar diempat
penjuru, rupanya Waktu sudah menunjukkan lewat lohor.
Dibawah sorot cahaya sang surya, tampaklah Shen Bok
Hong berdiri diatas sebuah batu cadas, matanya berkeliaran
memandang kesana melirik kemari dengan sorot yang tajam.
Disisinya berdirilah Siau-yau cu serta Kim-hoa hujin.
Siau Ling segera goyangkan tangannya memberi tanda
kepada Pek-li Peng agar jangan bersuara, kemudian ia
menggerakkan sedikit ranting jendela agar ruang penglihatan
lebih sempit, setelah itu barulah bisiknya kepada saog dara :
"Peng-ji, kalau jejak kita ketahuan maka suatu pertarungan
sengit tak bisa dihindari lagi, kita tak boleh bertempur terlalu
ngotot, bila sampai bentrok maka saling bertarung kita musti
mundur terus dari sini, aku tak kenal wilayah sekitar tempat
ini, kalau dilihat arah barat padam lebih dahulu maka hal ini
menunjukkan kalau pepohonan disekitar sana terlalu sedikit,
arah timur adalah arah jalan sewaktu aku datang kemari,
diarah utara tampaknya terdapat sebuah lembah sempit,
terpaksa kita haru mundur kearah selatan"
Pek li Peng mengangguk, sahutnya dengan suara lirih .

”Toako jauh lebih cerdik daripada diriku akan kudengarkan
perkataan diri toako, sebab perkataanmu pasti tak akan salah
lagi.”
Dalam pada itu dari arah depan sana terdengarlah suara
dari Shen Bok Hong sedang berkata:
”Tootiang, menurut pandanganmu mungkinkah mereka
dapat lolos dari kobaran api yang mengepung dari empat
penjuru??”
"Aku rasa hal itu tak mungkin terjadi!" sahut Sau-yau cu
dengan nyaring ”kecuali kalau ditempat ini terdapat sebuah
jalan rahasia yang bisa berhubungan dengan luar bukit sana"
”Kalau memang begitu, mengapa jenasah mereka tak dapat
kita temukan??”
”Kobaran api yang membakar hutan sudah berlangsung
selama ber-jam2 lamanya, sekalipun mereka berdua terdiri
dari baja murnipan akhirnya akan meleleh, apalagi tubuh
mereka cuma terdiri dari darah dan daging masa tidak hancur
berantakan??”
”Siau Ling membawa sebilah pedang pendek yang
diperoleh sewaktu masuk kedalam istana terlarang, kenapa
sampai sekarang pedang pendek itupun tidak dapat
kutemukan”
”Berapa panjang sih pedang pendek itu?? dan
membutuhkan tanah seluas berapa untuk menampungnya?
mana mungkin senjata seperti itu bisa kau temukan ditanah
bekas kebakaran yang begini luasnya??”
"Aaai...!" terdengar Shen Bok Hong menghela nafas
panjang "sebelum aku bisa membuktikan sendiri akan
kematian mereka, hatiku benar2 merasa tak tentram"
”Toa-cungcu tak usah kuatir. menurut pandangan pinto
sudah pasti kedua orang itu telah mampus.”

"Ah, belum tentu begitu" tiba2 Kim hoa hujin menukas
dengan suara dingin "aku lihat Siau Ling bukanlah seorang
pemuda yang berusia pendek, kalau seorang manusia belum
ditakdirkan mati maka banyak kemungkinan akan ditemuinya,
siapa tahu kalau mereka sudah lolos dari tempat ini??"
Mendengar perkataan tersebut, diam diam Siau Ling
mengeluh di hati:
"Aduh Celaka, maksud Kim-hoa hujin Sih ingin membelai
aku, tapi kalau ucapan tersebut justru telah menggerakkan
hati Shen Bok Hong sehingga melakukan pencarian disekitar
tempat ini. tempat sembunyianku iai sudah pasti akan mereka
temukan!.'
Makin dipikir pemuda itu semakin panik. Tanpa sadar peluh
dingin membasahi tubuhnya.
Terdengar Siau yau cu tertawa terbahak2 "Haahh .haahh.
haahh.. Hujin, kalau engkau mengatakan Siau Ling belum
mati, apa buktinya coba?.'
"Tak ada bukti dan tak perlu dibuktikan, pokoknya aku
merasa bahwa dia tak akan mati konyol"
Shen Bok Hong yang sudah lama membungkam, tiba2
tersenyum dan menegur :
”Kim hoa hujin, aku dengar Siau Ling telah menganggap
kau sebagai encinya dan engkaupun menganggap dia sebagai
adiknya, benarkah kejadian ini..:?"
Siau Ling segera menengadah dan mengintip keluar lewat
celah2 ranting kayu.
Si anak muda ini dapat memaklumi bahwa tiga orang yang
hadir didepannya rata2 adalah jago persilatan kelas satu,
ketajaman pendengaran mereka luar biasa sekali. Karenanya
ia bertindak sangat hati2 sehingga tidak sampai mengejutkan
mereka„ karena itu ranting2 didepan matapun tak berani
sembarangan digerakkan.

Sementara itu Kim boa hujin telah menyahut :
"Ohh...tentang soal itu? Aku sih memang sangat
mengharapkan demikian, tapi sayang Siau Ling sama sekali
tidak menganggap diriku sebagai encinya"
Shen Bok Hong kembali tertawa.
"Kalau menuruti tabiatku, maka aku tak akan membiarkan
orang yang berani menghianati diriku tetap hidup dikolong
langit, hanya terhadap kau Kim hoa hujin seorang watakku ini
dikecualikan!"
'Oh iya? akupun sedang merasa keheranan, apa sebabnya
selama ini Shen toa cungcu tak pernah membiarkan diriku"
'Seringkali timbul ingatan dalam benakku untuk membunuh
kau!"
"Dan sampai sekarang mengapa tidak kau lakukan?"
”Itulah sebabnya kenapa kau bisa hidup segar bugar
sampai sekarang, sedang mengenai kenapa aku tak tega turun
tangan, aku sendiripun tak bisa menerangkan kepadamu.”
Setelah terhenti sebentar, dia melanjutkan:
”Sekarang Siau Ling sudah mati, apakah hujin merasa amat
bersedih hati.”
”Seandainya ia benar2 telah mati, tentu saja aku merasa
amat bersedih hati, tetapi sebelum kubuktikan kalau dia
benar2 telah mati, aku tak akan percaya kalau dia sudah mati
sungguhan.”
"Lalu bagaimaca Caranya untuk membuat hujin jadi
percaya seratus persen? " tanya Siau- yau cu.
”Kecuali kalau sudah kulihat jenasahnya.”
”Jenasahnya sudah termakan api dan hancur berubah jadi
abu!”

”Bagaimana dengan barang2 peninggalannya”
”Kebakaran besar yang barusan berlangsung telah
membakar habis hutan belantara seluas puluhan li persegi.
Hutan yang semula hijau segar kini sudah berubah jadi tanahgundul
yang gersang. Sekalipun Siau Ling meninggalkan
benda, bagaimara caranya untuk menemukan benda itu
dihutan seluas puluhan li persegi ini?''
Kim hoa hujin menghela napas panjang, ia tidak berbicara
lagi.
”Jelaslah perempuan dari suku Biau ini sudah ditaklukkan
oleh penjelasan dari Siau-yau cu, dalam keadaan beginipun ia
tak bisa tidak untuk mempercayainya.”
Tiba2 Shen Bok Hong menengadah dan tertawa terbahak2.
"Haahh..haahh..haahh.. Hujin, tampaknya engkau sudah
percaya bukan?"
Kim hot hujin memandang sekejap kearah Shen Bok Hong.
lalu tertunduk dan membungkam dalam seribu bahasa.
Shen Bok Hong tertawa ewa, kembali ia berkata :
”Ayoh kita pulang, sebaliknya nanti ku ijinkan dirimu untuk
mendirikan meja abu bagi arwah Siau Ling, agar engkaupun
bisa merasa tenteram hatinya"
Siau yau cu mendehem ringan, ujarnya dari samping :
”Kini Siau Ling telah mampus, itu berarti rencana pertama
dari toa cuncu telah tercapai. bagaimana rencana
selanjurnya??”
”Siarkan berita kematian dari Siau Ling ini keseluruh dunia
persilatan, kemudian kita serentak bergerak.”
Berbicara sampai djsini mendadak ia membungkam, lalu
sambil berpaling kearab Siau yau cu katanya.

"Apa rencana tootiang??"
”Pinto cuma berharap agar engkau bisa mentaati perjanjian
kita semula, daratan menjadi wilayah kekuasaan Shen toa
cungcu sebaliknya sungai, telaga dan samndra menjadi
wilayah kekuasaan Su hay kuncu. kedua belah pihak tak boleh
Saling mengganggu dan masing2 mencicipi keuntungannya
sendiri.”
Shen Bok Hong segera ter-bahak2.
"Haaah haaah haaah tampaknya tootiang sangat setia
kepada Su hay kuncu?"
”Pinto mendapat pesan dari seseorang untuk setia sampai
mati kepada Su hay kuncu, sebelum tugas ini selesai sudah
tentu aku harus menepati janjiku asal urusan bisa dibikin
beres akupm akan segera mengundurkan diri dari semua
kegiatan dunia kangouw.”
Kembali Shen Bok Hong terbahak bahak.
"Haaahhh..;haaahhh...haaahhh... tootiang adalah seorang
jago berbakat yang susah dicari di kolong langit, kalau
manusia sebagus engkau musti mengundurkan diri dari
keramaian dunia kangouw... Ooh ! sungguh sayang... sungguh
patut disayangkan "
”Mungkin Shen toa cungcu tidak percaya dengan
perkataanku ini, untung ambisi toa cuncu sudah hampir
terpenuhi dan gelombang besar yang melanda dunia
persilatan pun sudah hampir reda, saat bagiku untuk
mengundurkan diri sudah tak jauh lagi, sampai waktunya Shen
toa cungcu pasti Shen Bok Hong tersenyum.”
"Semoga saja apa yang tootiang katakan bisa sesuai
dengan perbuatanmu nanti !"
Setelah berhenti sebentar, sambungnya. ”Mari kita pergi !”

”Jenasah dari Siau Ling toh belum kita temukan, kenapa
kita harus buru2 pergi?" seru Kim hoa hujinpenasaran.
”Seandainya mereka benar2 mati terbakar maka
jenazahnya pasti berada disekitar tempat ini. Kalau dikatakan
mereka dapat lolos dari kebakaran ini sungguh bikin hati
orang tak percaya.”
”Itu berarti engkau sudah memastikan kalau Siau Ling
benar2 telah mati ditengah kebakaran ini.”
”Kecuali kalau Siau Ling mempunyai kemampuan untuk
terbang kelangit atau masuk kedalam tanah, selain itu rasanya
tak mungkin bisa lolos dari jebakan ini.”
Kim-hoa Hujin memandang sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian ujarnya lagi:
”Tapi aku tetap mempunyai suatu perasaan, aku merasa
Siau Ling seakan akan masih hidup segar bugar dikolong
langit.”
Siau yau cu tertawa terbahak2 setelah mendengar
perkataan itu.
”Haahh..haahh.:haahh,. perasaan hati hujin memang rada
aneh, pinto benar2 tak habis mengerti, coba bayangkan saja
dibawah terik panasnya kobaran api sehebat ini. Kendatipun
sekeping baja murni yang keraspun telah meleleh jadi cairan,
apalagi tubuh mereka terdiri dari darah dan daging..!”
Shen Bok Hong pun tertawa hambar.
"Ayoh kita pergi saja !” ajaknya.
Tanpa banyak bicara lagi dia berlalu dahulu dari situ.
Terpaksa Siau yau cu dan Kim hoa hujin harus menguntit
dibelakangnya. dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah
lenyap dari pandangan mata.

Menanti ketiga orang itu sudah berlalu agak lama. Siau Ling
baru berbisik lirih ke arah Pek li Peng :
"Peng ji. sekarang Sben Bok Hong telah menganggap kita
telah mati. marilah kita gunakan siasat untuk menghadapi
siasatnya, agar dia jadi bingung dan tak tahu bagaimanakah
keadaan yang sebenarnya, menunggu hari sudah gelap nanti
kita segera berlalu dari sini, engkau harus bisa menahan lapar
maupun dahaga!"
Dengan manja Pek-li Peng jatuhkan diri Sedalam pangkuan
Siau Ling, sahutnya pula dengan suara lirih :
"Asal bersama2 toako, sekalipun harus menahan lapar
selama beberapa hari, tidak menjadi persoalan bagiku"
Perlahan! dia pejamkan matanya.
Siau Ling sendiri setelah memperhitungkan arah yang
dituju serta rencana untuk kabur malam nanti, diapun
pejamkan mata serta mengatur pernapasan.
Setelah menanti dengan susah payah, akhirnya malampun
menjelang tiba. ditengah kegelapan berangkatlah sepasang
muda mudi itu meninggalkan tempat persembunyiannya.
Walaupun dihati kecilnya pemuda itu sudah
memperhitungkan arah untuk kabur, dan walaupun ia tak
begitu kenal dengan medan disekitar sana. tetapi setelah
hatinya mempersiapkan rencana yang matang, maka
perjalanan pun tidak dilalui secara ragu2.
Dengan langkah kaki yang cepat kedua orang itu
menelusuri bekas kebakaran untuk bergerak turun dari bukit
itu, maka tak sampat kentongan kedua mereka sudah keluar
dari bekas kebakaran.
Ketika perjalanan dilanjutkan kembali, dihadapan mereka
terbentanglah sebuah hutan yang lebat dengan pepohonan
yang tinggi.

Jalan bukit ini amat sukar dilewati, banyak semak belukar
yang menyesatkan jalan, bagi orang biasa tak mungkin
jalanan disitu dapat dilalui dengan leluasa.
Namun bagi Siau Ling serta Pek-li Peng yang
berkepandaian tinggi, rintangan tersebut tidak sampai
menghalangi perjalanan mereka, dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki, dalam sekejap mata semua
rintangan sudah melewati dengan mudah.
Kembali dua buah bukit tinggi sudah mereka lewati,
akhirnya Pek li Peng menghentikan perjalanannya, dengan
suara lembut dia berkata :
”Toako. bagaimana kalau kita beristirahat dulu disini ??”
"Baiklah, aku sendiripun merasa agak lelah" sahut Siau Ling
dan iapun duduk ditepi jalan.
Pek-li Peng duduk disamping pemuda itu ujarnya kembali.
”Toako, aku agak lapar...”
"Aku tahu sebab aku sendiripun merasa lapar” sela Siau
Ling dengan cepat, "bersabarlah beberapa saat lagi, asal kita
menemukan rumah penduduk dengan uang yang kita miliki
tanggung kita bisa makan sampai kenyang!"
Pek li Peng tersenyum.
"Apa rencana toako selanjutnya?" tanyanya kemudian.
”Shen Bok Hong menganggap kita sudah meninggal. aku
ingin menggunakan siasat ini untuk menghadapi dirinya, aku
hendak menyaru sebagai seorang manusia baru dan
menyelidiki situasi dalam dunia persilatan, akan kutinjau
dahulu rencana busuk apalagi yang sedang dipersiapkan Shen
Bok Hong dan bagaimana pula reaksi orang2 persilatan
setelah mendengar berita kematianku.”
Dia menghembuskan napas panjang, sambungnya :

"Sebenarnya Shen Bok Hong sudah menyusun suatu
rencana yang baik dan sempurna untuk menaklukan seluruh
dunia kangouw, tapi sekarapg justeru rencananya menjadi
kabur dan akhirnya kalut, mau tak mau terpaksa dia musti
ajukan rencananya semula dan mulai bergerak sekarang juga”
”Aaai.!! Ada satu hal hingga kini aku masih tidak habis
mengerti, apakah toako bisa terangkan?”
”Persoalan mengenai apa?”
---ooo0dw0ooo---
Jilid: 34
”SERINGKALI aku mendengar ayah ibuku membicarakan
soal gereja Siau-limsi didaratan Tionggoan, beliau selalu
memuji muji akan akan keampuhan ilmu silat mereka, jumlah
jago yang banyak serta anggota yang tak terhitung
jumlahnya, kenapa gereja Siaulimsi yang dihormati dao
dipandang sebagai tulang punggung dunia persilatan sama
sekali tidak memberikan reaksi apa apa atas kejadian serta
kejumawaan yang dilakukan Shen Bok Hong? Masa gereja
Siau lim si sudah kekurangan tenaga sehingga me ngurtis
perbuatan seperti itupun tak mampu? Hmm? Semua orang
menyanjung dirimu, mengatakan kan adalah lentera bagi umat
persilatan, lentera yang membawa dunia persilatan keluar dari
kegelapan, padahal apa yang mereka harapkan? mereka
hanya menginginkan agar engkau jual nyawa bagi mereka,
berduel melawan Shen Bok Hong bagi kepentingan mereka,
padahal mereka sendiri banya berpeluk tangan belaka sambil
menonton harimau berkelahi'
"Menurut hasil penyelidikanku selama ini rupa2nya dari
pihak gereja Siau lim si ada orang yang diam2 telahbersekongkol
dengan Shen Bok Hong, tentu saja
persekongkolan ini dilakukan oleh segelintir manusia kurcaci,
ssbagai gereja yang suci dan berna tna besar tak mungkin

anggota2 yang lain menyokong atau menyetujui dengan
tindakan segelintir manusia kurcaci itu. aku rasa di balik
peristiwa ini pasti ada latar belakang lainnya"
"Toako, bukankah kau telah bercerita di antara beberapa
rintangan yang harus kau lewati, salah satu rintangan di
antaranya di jaga oleh barisan Lo han tin dari gereja siau lim
si? '
"Justru karena itulah aku lantas menaruh curiga kalau
diantara anggota gereja Siau lim si, ada sebagian diantaranya
yang telah bersekongkol dengan Shen Bok Hong secara
diam2, bahkan kalau dugaanku tidak keliru hwesio penghianat
tersebut pasti mempunyai kedudukan yang sangat tinggi
didalam partai"
"Tak usah kaucurigai lagi, kenyataan toh sudah
membuktikan segala galanya, apalagi yang patut kau curigai?'
Ketika para hwesio dari gereja Siau lim-si hendak
melangsungkan pertarungan melawan diriku, diam2 mereka
telah memberi bisikan kepadaku bahkan sengaja melepaskan
aku lolos diri kepungan, dari sini dapatlah dita rik kesimpulan
bahwa mereka tidak mempunyai niat untuk jual jiwa bagi Shen
Bok Hong. tapi karena terikat oleh suatu perjanjian maka mau
tak mau terpaksa rrereka harus menuruti perintah dari Shen
Bok Hong"
"Ooh. kiranya begitu.."
Setelah berhenti sebentar, gadis Itu berkata lagi ;
"Toako aku telah teringat akan suatu urusan. setelah
kuutarakan harap toako jangan marah yaa"
"Baik, katakanlah!"
”Setelah kita turun gunung dan melakukan penyelidikan
secara diam2, bila kenyataan menunjukkan bahwa orang
persilatan merasa sedih hati karena kematianmu. bahkan
mereka bertekad untuk membalaskan dendam bagi

kematianmu maka tentu saja toako harus membantu pula diri
mereka untuk meroboh kan Shen Bok Hong. sebaliknya kalau
orang lain tidak memberikan tanggapan apa2 terhadap
kematianmu, se akan2 kematianmu dianggap suatu kejadian
yang lumrah, maka aku rasa toakopuo tak perlu jual nyawa
lagi bagi orang lain. Kita segera berangkat untuk mencari enci
Gak kemudian masuk ketengah gunung dan disitu kita
lewatkan sisa hidup kita dentan aman damai dan penuh
kebahagiaan, toako tentunya setuju bukan ?"
Siau Ling tersenyum setelah mendengar ucapan tersebut.
”Baiklah! Sekarang mari kita tengok dulu keadaan didalam
dunia persilatan!'"
Setelah beristirahat bebarapi saat, maka kedua orang
itupun melanjutkan kembali perjalanannya kedepan.
Ketika fajar telah menyingsing keesokan harinya mereka
berhasil menemukan sebuah rumah penduduk, disitu merasa
menangsal perut sekenyangnya kemudian setelah bertanya
jalan, berangkatlah mereka turun dari bukit tersebut.
Untuk menghilangkan jejak mereka, Siau Ling dan Pek li
Peng segera menyaru diri secermat mungkin, dan penyaruan
tersebut seringkah harus dirubah dan dirubah terus mengikuti
lingkungan serta situasi yang sedang dihadapi.
Suatu hari ketika waktu menjelang lohor Siau Ling dan Pekli
Peng telah tiba dirumah kedai dimana pemuda itu telah
berjumpa dengan Cu Kun-san tempo hari.
Pada waktu itu Siau Lng dan Pek li Peng sedang menyaru
sebagai sepasang suami istri yang datang dari dusun, mereka
membawa sebuah buntalan kecil dan menuntun seekor
keledai, perjalanan dilakukan sangat lambat sekali.
Suasana didepan kedai kecil ditengah hutan tersebut saat
itu ramai sekali, banyak kuda yang tertambat diluar kedai

tersebut, bendera berkibar diujung tiang, pada kain putih yang
lebar tadi terlukiskan empat huruf besar.
"HUNSI-KUI LAI"
Seluruh kedai tersebut tertutup oleh kain putih tanda
berkabung meja kursi yang ada disana telah disingkirkan
semua.
Sebuah meja abu yang sangat tinggi dan besar dibangun
tepat ditengah kedai sehingga mencakup sebagian besar
bangunan yang ada
Sambil menuntut keledai perlahan2 Siau Ling berjalan
melewati kedai tersebut, ketika ia berpaling kearah meja abu
maka terbacalah ditengah pelataran yang luas terpancang
sebuah papan nama yang bertuliskan.
""Disinilah tempat abu dari pendekar nomor satu didunia
Siau Ling "
Semua orang yang hadir di aca baik yang ada didalam
ruangan maupun mereka yang diluar ruangan memakai
pakaian serba putih tanda berkabung, paras muka mereka
keren. serius dan diliputi kesedihan.
Dari jauh memandang, Siau Ling merasa apa yang dilihat
dihadapannya hanya warna serba putih, tak nampak warna
hitam kecuali warna tunggal tadi.
"Toako, disitulah letak meja abumu!” bisik Pek-li Peng
sambil menahan gelinya. Siau Ling tertawa, pikirnya dihati :
"Sepanjang hidupku sampai detik ini entah berapa kali sudah
kualami maut dan kematian..'
Dalam pada itu Pek-li Peog telah berbisik pula dengan lirih :
"Toako bagaimana kalau kita dekati tempat itu?"
Siau Ling mengangguk, per-lahan2 ia berjalan mendekati
kedai itu..

Ketika mereka hampir mencapai kedai itu dan selisih
jaraknya tinggal lima enam depa lagi, mendadak tampaklah
bayangan manusia berkelebat lewat, dua orang pria
berpakaian serba putih munculkan diri dari balik ruangan dan
sedang menuju keluar pelataran.
Orang pertama merambut putih dan berjenggot putih,
perawakannya kurus kering, dia bukan lain adalah Sun Pat
Shia. ketua tianglo dari perkumpulan Kay-pang.
Tampaknya pengemis tua ini amat bersedih hati, sepasang
matanya merah membengkak, rupa2nya sudah agak lama dia
menangis dan menderita duka nestapa sehingga mukanya
tampak jadi layu.
Pria lain yang mengikuti dibelakangnya bukan lain adalah
Ceng Yap Cing, jago muda dari partai Bu tong.
Paras muka pemuda itupun pucat pias seperti mayat,
sepasang matanya merab membekak, hal ini menunjukkan
kalau anak muda itupun merasa amat bersedih hati dan sering
meneteskan air mata.
Betapa terharunya Siau Ling setelah menyaksikan
kesemuanya itu, pikirnya dalam hati :
”Rupanya kematianku telah menyedihkan hati mereka
semua, aku harus berterima kasih aras perhatian yang
ditujukkan mereka kepadaku”
Tiba2 ia teringat kalau Ceng Yap Cing serta Teng It Lui
telah menelan racun yang sangat keji. mungkinkah tubuh
mereka masih ketacunan.
Pemuda itu merasa sangat kuatir, kuatir kalau racun
ditubuh mereka belum berhasil di punahkan.
Teringat akan persoalan ini, tanpa sadar dia awasi Ceng
Yap Cing beberapa kejap lagi

Tampaknya gerak gerik mereka berdua telah menimbulkan
kecurigaan dalam hati Sun Put Shia, dengan biji matanya yang
merah tapi tajam dia awasi wajah Siau Ling tanpa berkedip,
kemudian tegurnya:
“Hey engkoh cilik, siapa namamu ??”
"Hamba she-Sun, hamba sedang manghantar menantuku
pulang kerumah mertua!" buru buru Siau Ling menjawab.
Agaknya Sun Put Shia tidak menyangka kalau orang ini
berasal dari satu marga dengan dirinya, ia lantas ulapkan
tangannya seraya berseru.
”Cepatlah berlalu dari sini! Jangan terlalu lama berdiam
ditempat ini.”
Siau Ling mengiakan dan buru2 berlalu dari sana.
Pek li Peng mengikuti dibelakang si anak muda itu, dalam
sekejap maka mereka sudah berada belasan tombak jauhnya
dari tempat semula.
"Sudah kau kenali kedua orang itu?'' bisik Pek li Peng
kemudian dengan suara lirih
”Mereka sama sekali tidak merobah wajah aslinya, tentu
saja dapat kukenali mereka berdua, mereka adalah Sun P u t
Shia serta Ceng Yap Cing.”
”Apakah kau melihat pula dua orang yang sedang berlutut
didepan meja abu”
"Tidak!"
”Ceng Yap Cing telah menghalangi pandangan matamu,
tentu saja kau tidak melihat tapi aku dapat melihat dengan
jelas, selain itu akupun dapat melihat dengan jelas, mereka
menangis dengan begitu sedihnya sehingga air mata jatuh
bercucuran dengan deras nya, mereka berlutut dikedua belah
sisi meja abu.”

”Siapa mereka berdua??”
”Kedua orang saudara angkatmu, Sing Pat serta Tu Kiu !”
Siau Ling segera menghela nafas panjang.
"Aaai! Sepantasnya kalau aku munculkan diri dan berjumpa
dengan mereka, aku tak tega mempermainkan mereka
semua"
”Aku lihat tangisan Sang Pat dan Tu Kiu paling
mengenaskan, bagaimana kalau kita kembali kesana dan
memberitahukan keadaan yang sebenarnya??”
Dengan penuh kesedihan Siau Ling menggeleng.
”Jangan, kita harus sabar dan biarkanlah mereka bersedih
selama beberapa hari lagi”
”Engkau tega membiarkan mereka bersedih hati dalam
keadaan yang begitu mengenaskan”
Sekali lagi Siau Ling menghela nafas panjang.
”Aaai .! Seandainya aku murculkan diri niscaya suasana
kesedihan yang meliputi tempat itu akan tersapu lenyap, dan
bila, hal ini sampai terjadi maka dengan cepat dia akan tahu
kalau aku masih tetap hidup dikolong langit. Demi
kesejahteraan dan ditegakannya keadilan dalam-dunia
persilatan, terpaksa aku harus mengelabuhi mereka selama
beberapa waktu.."
Setelah bertienti sebentar sambungnya lagi.
”Mereka semua telah hadir disini agaknya It bun Han to
juga sudah tiba pula di tempat ini"
"Tampak2nya engkau sangat menaruh perhatian terhadap
diri It bun Han to?"
"Benar asal It bun Han to ada disini maka kita baru mampu
melawan siasat2 busuk dan akal licin dari Shen Bok Hong"

Sementara pembicaraan masih berlangsung tiba2 dari
depan sana muncul beberapa ekor kuda yang dilarikan sangat
cepat, debu beterbangan memenuhi seluruh angkasa.
"Peng-ji!” Siau Ling segera berbisik, "mari kita menyingkir
saja ketepi jalan, dan kita lihat siapakah orang2 itu?”
Sungguh cepat kuda2 itu dilarikan, baru saja Siau Ling
berdua menyingkir ketepi jalan. ketiga ekor kuda itu sudah
berkelebat lewat dari samping mereka.
Meskkipun kuda2 itu dilarikan dengan kecepatan tinggi,
namun dengan ketajaman mata Siau Ling sempat pula melihat
raut wajah penunggangnya, ternyata ketiga orang itu bukan
lain adalah Be Buo Hui, Panah sakti yang menggetarkan dunia
Tong Goan Ki serta si peluru sakti Liok Kui Ciang.
Ketiga orang itu mengenakan pakaian berkabung serba
putih, ikat kepala mereka juga warna putih, ketika kuda2 itu
sudah bergerak lewat tampaklah keringat kuda menetes
keluar dengan derasnya, hal ini menunjukkan kalau mereka
bertiga telah melakukan perjalanan cepat dari tempat yang
sangat jauh.
Menyaksikan semuanya itu. Pek li Peng menghela napas
sedih, ujarnya dengan lirih.
"Rupanya kebaikan yang mereka tujukan kepadamu adalah
kebaikan yang sesungguhnya, karena kematianmu, mereka
semua telah mengenakan pakaian berkabung!'
Siau Ling ikut menghela napas panjang, sementara dia
hendak menjawab, dari arah depan terdengar lagi suara
putaran roda kereta, disusul sebuah kereta kuda berlari
kencang lewat disamping mereka berdua.
Kereta kuda itu ditapisi oleh kain putih, bahkan kuda2
penghela kereta pun ditapisi dengan kain warna putih,
rupanya sang pemilik kereta hendak menunjukkan rasa
berkabungnya yang mendalam..

Ketika kereta itu bergerak lewat, secara samar2 terdengar
suara isak tangis berkumandang dari balik ruang kereta itu.
”Toako !” Pek-li Peng segera berbisik lirih, ”Rupanya orang
yang berada didalam kereta pun datang kemari lantaran
berita kematian mu"
"Ehm. mungkin memang begitulah !” sahut Siau Ling sambil
mengangguk.
"Tapi siapakah dia? Mengapa tidak naik kuda, melainkan
naik kereta?!”
”Aku sendiri sedang merasa keheranan mungkinkah orang
yang ada dalam kereta adalah seorang perempuan?!”
”Kalau didengar dari isak tangis yang lapat2 berkumandang
dari arah kereta, aku rasa delapan bagian dia adalah seorang
gadis muda, lalu siapakah dia?"
”Aku tak dapat mecidaga siapakah orang itu?!” kata Stau
Ling sambil gelengkan kepalanya berulang kali.
'Mungkinkah noca Gak”
"Pada saat ini nona Gak sedang dibikin repot oleh persoalan
pribadinya darimana punya waktu luang untuk kemari? Aaii
Aku telah menjanjikan suatu pertemuan dengan dirinya, aku
harus berangkat kesana urtuk memenuhi janji ini"
”Aku rasa apabila nona Gak benar2 mendengar berita
tentang kematianmu karena dibakar oleh Shen Bo Hong.
niscaya ia bisa membatalkan semua rencana pertemuan serta
segala janji untuk datang kemari guna menyambangi meja
abumu"
Dengan ter mangu2 Siau Ling berpaling kebelakang, ia lihat
kedai yang dibangun secara menunggal ditengah hutan itu
sudah dirubah sedemikian rupa sehingga semuanya berwarna
putih, banyak orang tampak bekerja karas membenahi
bangunan tersebut,

"Sekalipun seorang ketua partai atau perguruan yang
meninggal belum tentu mereka akan peroleh kehormatan
serta perhatian dari begitu banyak orang!" bisik Pek li Peng.
Belum sempat Siau Ling menjawab, dari arah depan telah
muncul kembali serombongan rranusia.
Kali ini jumlah rombongan yang munculkan diri mencapai
dua puluh orang lebih, mereka semua menunggang kuda dan
dibelakangnya mengikuti pula dua buah kereta kuda yang
tertutup rapat.
Sekilas memandang, mereka semua mengenakan pakaian
berwarna putih, ikat kepala pun berwarna putih.
Dandanan maupun potongan pakaian tersebut sangat
sederhana, ini menunjukan kalau pakaian tersebut dibuat
dengan terburu buru.
Siau Ling tidak kenal dengan rombongan jago2 yang baru
datang itu. tapi dari senjata yang tersoren dapat diketahui
kalau mereka adalah jago2 persilatan.
Paras muka mereka diliputi keseriusan dan kesedihan, tiada
senyuman yang tersungging diujung bibir mereka.
Isi kedua buah kereta yang mengikuti di belakang
rombongan jago silat itu tidak lain adalah kain2 berwarna
putih.
Pek li Pecg jadi keheranan, ia lantas berpikir dihati :
"Buat apa kain putih sebanyak itu? Bagaimaca rnungkin
ruang abu toako dibangun dengan kain sebanyak itu? Agaknya
mereka sudah memborong habis semua kain putih yang dijual
dikota Tiang-sah"
Karena mereka berdua berdiri ditepi jalan, dengan cepat
kehadiran mereka menarik perhatian para jago yang baru tiba,
belasan pasang mata bersama2 dialihkan keatas wajah
mereka berdua.

Siau Ling segera menuntun keledainya dan meneruskan
perjalanan kedepan,
Pek-li Peng buru2 mengikati dibelakang nya,
Sebelum mereka menyaru kiranya Siau Ling sudah
memperhitungkan banyak hal yang kelihatan sepele tapi
penting artinya, termasuk pula adat istiadat disekitar sana,
karena itu gerak gerik mereka disesuaikan dengan adat
disana. tak heran kalau banyak orang tidak menaruh
perhatihan terhadap mereka.
Setelah melewati sebuah jalan kecil yang berliku liku,
akhirnya Siau Ling berdua telah jauh menghindari jalan raya,
jauh memandang kebelakang mereka masih sempat melihat
debu beterbangan diangkasa agaknya masih banyak kereta
dan kuda yang berdatangan kearah kedai tersebut.
Memardang debu yang beterbangan diangkasa, Siau Ling
berpikir dengan keheranan :
”Darimana datangnya rombongan manusia yang begitu
besar untuk melewati jalan sepi ini? Mungkinkah kedatangan
mereka juga untuk menghadiri upacara kebaktian bagi
arwahku??”
Berpikir sampai disitu. dia lantas bertata "Peng ji, kita harus
berusaha untuk pergi kesana, aku ingin tahu apa yang telah
terjadil"
"Benar" Pek li Peng menanggapi dengan cepat "setibanya
dikota Tiang sah, kita harus menyaru sebagai jago persilatan,
seperti juga mereka kita kenakan pakaian putih dan menuju
kesana mengikuti rombongan2 yang lain, dalam jumlah orang
yang banyak rasa nya sulitlah bagi mereka untuk mengetahui
jejak toako"
”Baik !”
Pemuda itu segera mencemplak keledainya dan
berangkatlah mereka berdua menuju kota Tiang-sah.

Dengan mengambil jalan berputar, maka tatkala senja
menjelang tiba mereka baru masuk kota.
Sementara itu Siau Ling maupun Pek li Peng telah merubah
penyaruan mereka, kini mereka menyamar sebagai jago
persilatan, Siau Ling merubah wajahnya jadi hitam,
mengenakan pakaian ringkas warna hitam dan menyoren
sebilah go'ok dipinggang.
Sebaliknya Pek li Peng yang bertubuh kurus kecil telah
menyaru dirinya sebagai seorang kakek tua yang kurus,
jenggot hitam terurai sedada, ditambah pula mukanya ber
warna kuning ke pucat2an, pakaian kasar yang sederhana
dengan sebuah cangklong sepanjang dua depa delapan cun
ditangan, siapapun tak akan menyangka kalau kurus kecil
yang bermuka seram itu sebenarnya adalah seorang gadis
yang cantik jelita.
Mereka berdua berputar putir lebih dahulu dibeberapa buah
jalan raya yang ramai. kemudian masuk kedai untuk mencari
kain putih, siapa tahu semua kain putih yang di jual dikota
tersebut telah habis diborong orang.
Sepanjang berada dikota Tiang-sah, Siau Ling dan Pek-li
Peng berlagak tidak saling mengenal, mereka tetap
mempertahankan selisih jarak sejauh satu tombak.
Siau Ling telah menyusun rencana yang masak, setelah ber
putar2 dijalan yang ramai. diapun masuK kedalam sebuah
rumah
Malam telah menjelang tiba. lampu lentera digantung di
mana2 membuat suasana dalam rumah makan itu terang
benderang.
Siau Ling serta Pek li Peng masing2 memilih sebuah meja
yang terpisah. Pek li Peng jauh masuk kedalam ruangan dan
duduk yang dekat dinding ujung dalam, maka Siau Ling
memilih tempat duduk yang dekat dengan pintu ruangan

Kebetulan waktu itu adalah saat orang untuk bersantap
malam, tampaklah pelayan rumah mikan dengan pakaian yang
rapi dan terus berdiri disekitar ruangan, agaknya mereka yakin
kalau akan datang banyak tamu disitu..
Diam diam Siau Ling alihkan sorot matanya memandang
disekitar tempat itu, ia lihat dalam ruangan itu kecuali dia
sendiri serta pek li Peng diseberang sana terdapat pula semeja
tamu yang tampaknya berdandan sebagai jago persilatan,
mereka sedang bersaniap dengan lahapnja. kemudian, terburu
membayar rekening dan berlalu.
Salah seorang pemuda yane berusia paling tua dan berjaian
dipaling belakang, tiba tiba berhenti disamping Siau Ling
waktu hendak tinggalkan tempa itu. kemudian tegur nya.
”Sahabat, apakah engkau datang kemari untuk mengikuti
upacara kebaktian bagi arwah Siau tayhiap?”
”Benar! apakah kalian juga akan kesitu?" sahut sang
pemuda sekenanya.
'Upacara kebaktian untuk arwah Siau tay hiap akan
diselenggarakan besok pagi” ujar orang tua itu "padahal
tempat upacara masih berjarak beberapa puluh li dari sini,
kalau sahabat ingin menghadapi upacara tersebut, lebih baik
berangkatlah sekarang juga daripada kemalaman ditengah
jalan"
”Terima kasih atas nasehat saudara, cuma sekarang aku
sedang msapertimbangkan apakah harus kesitu atau tidak??”
Dengan nada keheranan kakek tua itu segera berseru:
"Siau tayhiap adalah pembawa kebahagiaan bagi umat
persilatan, sungguh tak beruntung ia terjebak oleh siasat
busuk Shen Bok Hong dan mati terbakar, setiap umat
persilatan dibikin terharu oleh pengorbanannya ini, sebagai

anggota persilatan sepantasnya kalau kita ikut berduka cita,
eh saudara engkau harus ikut menghadiri upacara tersebut”
Tapi Siau Ling sengaja gelengkan kepalanya sambil
menjawab:
''Kemunculan Siau Ling didalam dunia persilatan toh amat
singkat dan sebentar, kalau dibilang sudah banyak
keberuntungan yang dibuat olehnya bagi dunia persilatan aku
rasakan kurang setuju, lagipula aku toh tok pernah berjumpa
dengan dirinya? Kenapa aku musti bersusah payah melakukan
perjalanan malam? Kalau cuma ikut nonton keramaian sih
boleh2 saja, tapi segan kalau berangkat ditengah kegelapan!"
000OdwO000
”NONTON keramaian?" seru kakek itu dengan ketus,
"Hmm! Kalau engkau cuma ingin nonton keramaian belaka.
lebih baik-sekarang juga pulang kerumah dan tidur saja.
Walaupun Siau tayhiap belum lama terjun kedalam dunia
persilatan, akan tetapi Kegagahannya kejantanan serta
kebesaran jiwanya tiada tandingi sejak dahulu kala, meskipun
masih muda belia tapi dengan sebilah pedang ia berani
menerjang masuk ke dalam perkampungan Pek hoa san Cung,
dialah sang surya yang menyinari dunia persilatan. justru
karena kebesaran jiwanya dan kejantanannya membuat kita
umat persilatan Sadar kembali dari impian, membuat kami
bangkit dari tidur dan bertekad untuk menentarg kelaliman
serta kebengisan Shen-Bok Hong, andaikata bukan karena
kegagahan Siau tayhiap yang menopang dunia persilatan.
mungkin saat ini kita sudah terjatuh kedalam cengkeraman
iblis Shen Bok Hong bahkan dijagal atau dicincang dengan
kejinya, Eh engkoh muda ! Dalam dunia persilatan memang
banyak terdapat jago2 muda, tapi siapakah yang mampu
menandingi kejantanan dan jiwa ksatria Siau tayhiap? Aku
sudah tua dan watak berangasanku sudah banyak berkurang,
karena itu aku bersedia memberi nasehat kepadamu, kalau

berganti dengan orang lain.... Hmm! jika didengar engkau
berani pandang rendah Siau tayhiap, mungkin mulutmu sudah
kugaplok sampai berdarah.,.. Nah engkoh muda, kuanjurkan
kepadamu agar jangan sembarangan berbicara, ketahuilah
bencana datangnya dari mulut, kalau lain kali mau bicara
pikirkan dulu masak2 sebelum diutarakan keluar..!"
Selesai mengucapkan kata2 tersebut, tanpa menunggu
tanggapan dari Siau Ling lagi, ia segera putar badan dan
berlalu dari rumah makan itu.
Dengan termangu Siau Ling memandang bayangan
punggung kakek tua itu berlalu dari situ, untuk beberapa saat
lamanya ia tak mengucapkan sepatah katapan, sementara
dalam hati kecilnya dia berpikir;
"Aaah ! Aku tak mengira kalau diriku di pandang begitu
tinggi oleh umat persilatan Sementara dia masih melamun,
seorang pelayan telah maju mendekat sambil berbisik :
”Tuan...”
"Ada apa?" Siau Ling berpaling.
”Selama dua hari belakangan ini, tamu yang kebanyakan
berkunjung kerumah makan kami adalah orang2 persilatan
sebangsa diri tuan setiap kali membicarakan soal Siau tayhiap
semua orang menunjukkan sikap yang sangat menghormat,
mungkin apa yang dikatakan toaya tadi memang ada
betulnya, kau...”
Tiba2 terdengar suara derap kaki kuda yang samar
berkumandang dari luar, disusul suara langkah kaki yang ter
gesa2 menggema nyaring, serombongan pria kekar ber
senjata lengkap munculkan diri dalam ruang rumah makan itu.
Tak sempat menyelesaikan kata2nya, pelayan itu segera
berlalu untuk malayani tamu tamu yang lain.
Diam2 Siau Ling melirik kesamping ia lihat orang2 yang
baru datang itu berjumlah delapan orang dan duduk didua

meja. setelah pesan sayur merekapun bersantap dengan tergesa2.
ternyata tak seorangpun diantara mereka yang pesan
arak.
Padahal arak adalah kegemaran dari sebagian besar orang
persilatan, dari sikap tersebut dapatlah ditarik kesimpulan
bahwa be berapa orang itu sedang murung dan mempunyai
pikiran yang berat.
Terdengar salah seorang diantara rombongan yang baru
datang itu berteriak lantang:
"Eh pelayan, apakah di sini ada tukang jahit?"
Seorang pelayan buru2 menghampiri sambil bertanya .
"Tuan mau bikin apa?"
"Buatkan delapan stel pakaian berkabung, makin cepat
makin baik, betapapun beaya-nya akan kami bayar!"
Pelayan itu msmadang sekejap kearih delapan orang itu.
lalu jawabnya agak ragu2:
”Rumah makan kami telah tersedia pakaian berkabung
dalam bentuk jadi, cuma harganya saja rada mahal sedikit,
apakah toaya sekalian bersedia untuk membelinya??”
Pria itu tidak banyak bicara lagi, selesai bersantap mereka
berdelapan segera mengenakan pakaian berkabung yang telah
diselesaikan oleh pelayan, kemudian mereka merogoh kesaku
dan melemparkan sekeping uarg perak keatas meja
Siau Ling yang selama ini mengikuti semua perkembangan
tersebut, dalam hati kecil nya lantas berpikir
”Pandai amat rumah makan ini mencari untung, sampai2
pakaian berkabunjpun mereka sediakan dalam bentuk jadii
Sementara dia hendak memanggil pelayan untuk
membayar rekening, tiba 2 dilihatnya ada seorang tua dan
Seoraog muda masuk kedalam rumah makan tersebut.

Yang tua berusia antara enam pulun tahunan, sedang yang
muda baru berusia enam tujuh belas tahunan. mereka berdua
bersama2 menggembol senjata.
Satu ingatan lantas berkelebat dalam benaknya pemuda itu
berpikir dihati
"Kedua orang ini mempunyai perbedaan usia yang
menyolok akan kulihat mereka berasal darimana?"
Terdengar pemuda yang baru datang itu berseru.
"Yaya! tampaknya banyak sekali orang yang menghadiri
upacara kebaktian untuk arwah Siau tayhiap?"
"Sepanjang jalan yang kita temui tak lebih hanyalah
mereka yang baru mendengar kabar dan buru2 melakukan
perjalanan, padahal mereka yang datang dari jauh jumlahnya
bahkan mencapai sepuluh kali lipat, mungkin besok pagi baru
akan tiba disana"
''Oh yaya, kenapa toh begitu banyak orang yang hadiri
upacara kebaktian bagi arwah Siau Ling?"
"Karena Siau Ling adalah seorang pendekar besar yang
berjiwa ksatria,' ia tak gentar menghadapi pengaruh
perkampungan Pek hoa san cung, tak tergerak hatinya oleh
pikatan kedudukan serta pahala, yang diutamakan hanyalah
keadilan serta kebenaran bagi dunia persilatan, dahulu tak
seorang manusiapan berani memusuhi perkampungan Pekhoa
san cung, mereka semua lebih suka mengurusi persoalan
pribadi daripada mencampuri urusan orang lain, berbeda
dengan Siau tayhiap. dengan kebesaran jiwanya, keberanian
serta kejantanannya dia berjuang demi kepentingan umum,
kerelaan untuk berkorban inilah yang telah menggugah hati
semua jago dikolong langit, dan justru karena
pengorbanannya yang maha besar inilah semua umat
persilatan jadi tersadar dari impian, mereka bertekad umuk
berjuang sampai titik darah penghabisan daripada selamanya

diperbudak dan dipermainkan oleh oraog2 dari perkampungan
Pek hoa san cung..."
Setelah menghela napas panjang, sambung nya lebih jauh .
"Kini Siau tayhiap sudah terjebak oleh siasat licik yang
diatur Shen Bok Hong, ia mati terbakar disebuah bukit.. ..Aiai!
sejak kini tiada orang lagi yang mampu menentang Shen Bok
Hong, oleh karena itulah para jago dan orang gagah dari
pelbagai daerah telah berdatangan semua ke empat ini. selain
untuk mengikuti ucapan kebaktian bagi arwah Siau Tayhiap,
merekapun akan menuntut balas bagi kematianoya,... yaah!
asalkan umat persilatan bisa bersatu padu, tak sukar untuk
menumbangkan segala kelaliman dan kejahatan yang ada
didunia"
'Oh, kiranya begitu!" pemuda itu mengangguk.
Selesai bersantap kakek dan cucunya itu-pun segera
membayar rekening dan berlalu.
Sang pelayan segera maju manghampiri mereka sambil
amsarkan dua stel pakaian berkabung, katanya:
"Hamba rasa tuan berdua pastilah hendak menghadiri
upacara kebaktian bagi arwah Sau tayntap, apakah tuan tidak
membutuhkan pakaian berkabung?"
Kakek tua itu mengangguk, setelah menerima pakaian
berkabung tersebut, ia mengangsurkan sekeping uang perak
lalu pergi.
Menunggu kedua orang itu sudah berlalu Siau Ling baru
menggape ke arah pelayan tadi.
"Toaya ada keperluan apa?” tanya sang pe layan.
"Aku juga ingin membeli pakaian berkabung itu!" sahut
sang pemuda,

"Toaya. sslahkan coba pakaian ini, pas atau tidak?!” kata
seorang pelayan sambil angsaurkan satu stel pakaian
berkabung.
"Aah! Umum kalau pakaian berkabung di pakai terlalu
kedodoran, cuma aku heran tak nyana dalam rumah
makanpun bisa tersedia pakaian berkabung dari kain blaco!'"
Pelayan itu tertawa paksa,
''Hehe.. Ooya, kalau bukan dalam keadaan istimewa, tentu
saja rumah makan kami tidak menjual pakaian blaco.cuma..
keadaannya sekarang lain. mulai kemaren dulu malam,
banyak tamu yang berdatangan ke sini, mereka sama2 suruh
orang sediakan penjahit, sediakan kain blacu, rata2 pada
pesan pakaian berkabung semua.."
Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian
melanjutkan :
"Harap toaya jangan marah, terus terang Saja buat kami
yarg buka rumah makan, manusia jenis busu atau tukang silat
yang paling kami benci karena sedikit salah bicara. bisa2 jiwa
ikut melayang, maka untuk menghindari hal2 yang tidak
diinginkan, terpaksa kami khusus panggilan tukang jahit untuk
menyediakan pakaian blaco yang sudah jadi. jadi kalau ada
yang membutuhkan tinggal pesan dan bayar.."
Sementara itu Pek-li Peng juga membeli satu stel pakaian
blaco setelah dilihatnya Siau Ling telah membeli satu stel.
Selesai membayar rekening, berangkatlah kedua orang itu
menuju keluar kota dengan mengenakan pakaian berkabung
itu.
Ditengah jalan, Siau Ling berbisik lirih:
"Peng ji, kalau lt bun Han-to tak ada disitu maka orang
yang lain tak akan mampu mengatasi rencana busuk dari Shen
Bok Hong, itu berarti kitalah yang harus selalu waspada untuk
mengatasi segala kemungkinan yang tidak diinginkan"

"Tapi., bagaimana cara pencegahannya?!” tanya Pek-li
Peng.
"Kita pura2 belagak tidak saling mengenal. masing2 pilih
suatu tempat yang luas jangkauan pandangannya untuk
mengawasi getak gerik dalam gelanggang secara diam2, bila
menemukan sesuatu yang mencurigakan maka kita segera
mengadaka kontak dengan kode tangan, tapi ingat! engkau
harus bertindak hati?, ketahuilah orang yang hadir dalam
ruang sembahyangan terdiri dari aneka ragam manusia, jika
sam pai salah menuduh maka lelucon itu tidak lucu lagi!"
Sampai disitu dia lantas merundingkan kode tangan dengan
gadis itu untuk saling mengadakan kontak.
Dengan seksama Pek-li Peng awasi semua kode tangan itu
dan mengingatnya dihati, kemudian ia bertanya :
''Kalau aku temukan seseorang yang sangat mencurigakan,
apa yang mesti kulakukan?"
"Lebih baik lukai dirinya secara diam2 sehingga dia tak
mampu melakukan pengacau apabila keadaan tidak terlalu
terdesak lebih baik jagan sampai bocorkan rahasia sendiri "
'Baik! Semuanya akan kulakukan seperti apa yang toako
pesan"
Berangkatlah dua orang itu melanjutkan perjalanan,
ketika mereka tiba kembali dikedai terpencil itu,
pemanndangan disitu sama sekali telah berubah
Tenda telah didirikan ber deret2, jumlahnya mencapai
belasan buah, di sekitar tenda itu dibuat dinding pemilah
dengan memakai tali yang dibentangkan ber-susun2, setiap
jarak dua kaki tergantung sebuah lentera anti angin.
Sebelah timur terbuka sebuah pintu besar dibaiik pintu
duduk dua orang manusia, di depan kedua orang itu terletak
sebuah meja besar.

Sejilid kitab yang sangat tebal terletak di atas meja besar
itu, tinta bak maupun alat tulis tersedia lengkap disana.
Tdk jauh dari tenda, tepatnya dibalik hutan yang lebat
tertambat beratus ratus ekor kuda jempolan, semuanya
tertambat rapi dan teratur ringkikan kuda menggema
memecahkan kesunyian
Per lahan2 Siau Ling mendekati piutu gerbang, ia kenali
dua orang yang bertugas di balik meja itu adalah Suma Kan
serta Coh Kun san.
Kiranya sejak keerangkatan Siau Ling beberapa orang itu
segera melakukan pengejaran dari belakang. tapi sepanjang
perjalanan mereka dihadang oleh jebakan jebakan musuh
hinggaa sukar untuk menerjang masuk lebih jauh, menyusul
bukit disebelah depan terbakar hebat dan tersiar berita
kematian dari Siau Ling, dalam keadaan begitu terpaksa
kawanan jago lihay itu mengundurkan diri.
Belum sempat Siau Ling mendekati meja besar. Coh
Kunsan telah bangkit berdiri, seraya menjura dia menegur .
"Siau te adalah Coh Kun-san. boleh aku tahu apakah
kedatangan saudara adalah untuk menghadiri ucapan
berkabung bagi Siau tayhiap?"
Siau Ling kuatir suaranya dikenal orang, ia tak berani
menjawab dan terpaksa cuma mengangguk.
Ruparya Coh Kun sao telah mengetahui kalau tamunya
tidak menunggang kuda. terbukti dari pakaiannya yang kotor
oleh debu, kembali dia berkata :
"Ooh .. rupanya sahabat datang kemari dengan berjalan
kaki. semangat besar saudara patut dipuji dan dihargai,
silahkan tinggalkan nama dan cepat2lah masuk ke tenda
untuk beristirahat!''
Mendengar ucapan tersebut. Siau Ling kembali berpikir :

"Kalau pertanyaan yang diajukan hanya begitu sederhana
dan gampang, sekalipun ada mata2 yang dikirim Shen Bok
Hong untuk menyelinap kemari, belum tentu kalian bisa tahu
dengan jelas!''
Cepat ia ambil pit dan meninggalkan namanya diatas kitab
tebal itu. ia menulis dirinya sebagai Teng Toa wan dari Siang
pak kemudian dengan langkah lebar masuk ktda iam tenda,
Untuk menghindari kecurigaan orang Siau Ling tak berani
berpaling lagi, ia langsung masuk kedalam tenda setelah
berada ditengah tenda barulah berpaling kebelakarg.
Tampak olehnya Suma Kan masih mengawasi gerak
geriknya dengan sepasang mata melotot besar, ia tak berani
berpaling terlalu lama dengan langkah lebar cepat pemuda itu
masuk keruang tenda.
Sebuah lilin warna putih yang besar memancarkan cahaya
yang terang, sudah banyak orang yang berkumpul dalam
tenda itu, sekilas memandang jumlah mereka mencapai empat
puluh lima puluh orang letih, beberara lembar permadani
lebar digelar diatas tanah, sebagian besar para jago yang
berkumpul disitu duduk bersila sambil atur pernapasan, tapi
ada pula diantara mereka yang sudah tertidur pulas.
Siau Ling kuatir kalau ada orang menegur atau ajak dia
berbicara, setelah memandang sekejap cepat ia mencari
tempat duduk cara bersila sambil penjamkan matanya,
sebentar kemudian dia sudah atur pernapasannya.
Walaupun sudah ber puluh2 li yang harus d tempus, selama
ini. akan tetapi dengan dasar tenaga dalamnya yang sangat
sempurna, ia sama sekali tidak merasa lelah.
Secara lapat2 sianak muda itu merasa tenda disitu telah
dibuka orang, untuk menghindari kecurigaan lawan dia tak
berani membuka matanya, cuma didalam hati pikir nya :

”Semoga saja Peng-ji cukup cerdik dan bisa mengatasi
kesulitan itu hingga berhasil menyusup masuk dengan
selamat"
Sementara itu tenda sudah diturunkan kembali, menyusul
suara langkah manusia masuk kedalam ruang tenda, rupanya
setelah mengawasi sejenak suasana disitu maka orang itu
masuk kedalam ruangan.
Siau Ling masih tetap memejamkan mata nya, dalam hati
kembali dia berpikir :
"Semoga Peng-ji dapat melewati penjagaan di pintu
gerbang din masuk pula kedalam ruang tenda ini!"
Ttba2 ia merasa pipinya jadi panas, seteah2 ada seseorang
sengaja menghembuskan napas diatas wajahnya, bahkan
hawa yang ditiup kearabnya itu hangat2 panas.
Siau Ling membuka matanya, ia lihat seorang pria gemuk
pendek duduk tepat dihadapannya, jarak mereka berdua cuma
dua depa lebih sedikit, waktu itu dengan sepasang matanya
yang bulat besar ia sedang mengawasi raut wajahnya tanpa
berkedip.
Tingkah laku orang itu agak menggusarkan hati Siau Ling,
tapi sebelum sempat mengumbar amarah dia telah kenali pria
gemuk pendek itu, terayata dia tak lain tak bukan adalah padri
pemabuk Poan-cay taysu.
Meskipun sudah banyak tahun mereka tak berjumpa, tapi
dandanan dari padri itu masih seperti sedia kala, mukanya
penuh berminyak dan mukanya berbau arak yang sangat
menusuk perciuman, maka sekali pandang segera dapat
dikenali kembali.
Setelah mengetahui siapakah orang itu, Siau Ling berusaha
menahan diri dan menekan kembali hawa amarahnya kedalam
hati sekali lagi dia pejamkan matanya.

Baru saja ia pejam mata, hawa panas itu berhembus
kembali keatas wajahnya, kali ini malah membawa bau arak
yang sangat tebal rupanya padri pemabuk sengaja
menghembuskan nafasnya itu keatas wajah Siau Ling.
Anak muda itu tidak melakukan perlawanan, ia bangkit
berdiri dan pindah kesudut tenda yang lain. disana kembali
pemuda im duduk sambil atur pernafasan.
Walaupun tingkah laku yang dilakukan padri pemabuk ini
sangat kasar dan gampang membuat hati orang jadi panas,
akan tetapi Siau Ling tidak memberi tanggapan. dia tak tahu
apa maksud setta tujuannya berbuat begitu
Selain itu untuk menjaga rahasia penyaruannya diapun tak
ingin membuat banyak keributan sehingga membongkar
rahasia sendiri
Sementara itu padri pemabuk ikut bangkit dan mengejar
kesisi Siau Ling ketika dilihatnya anak muda itu pindah
ketempat lain. kali ini dia duduk persis disisinya.
"Sahabat, engicau pandai membawa diri sungguh sabar
dan tenang hatimu !" tegur nya lirih.
"Ada apa?" tanya Siau Ling sambil menengadah.
”Boleh toh kalau aku hweesio gundul ingin bercakap2
dengan kau??”
”Apa yang mau dibicaratan? Aku paliag segan banyak
bicara dengan orang lain !”
"Siapa namamu ? " tanya Poan-cay taysu kemudian.
“Aku she-Teng bernama Toa wan, cukup bukan?”
"Oooh..rupanya saudara Teng, selama ini cari harta
Kekayaan d daeran mana?" tanya poan-cay taysu lagi.
“Selama ini aku cuma bergerak disekitar daerah Siang pak”

“Aaah..suatu tempat yang indah, akupun seringkali
bergerak didaerah sekitar sana, kenapa tak pernah kudengar
nama besar saudara Teng?”
“Berbicara menurut kata agama, itu berarti aku tak punya
jodoh dengan diri taysu “
"Oooh...!" Poancay taysu berseru tertatahan, "jadi kalau
begitu saudara Teng kenal dengan aku hwesio tua?"
Siau Ling menyapu sekejap keseluruh ruang tenda, lalu
katanya:
"Sekarang banyak orang sedang beristirahat, lebih baik kita
jangan mengganggu ketenangan orang, bila taysu ingin
mengikat persahabatan lebih baik kita bicarakan esok pagi
saja!”
Poan cay taysu mengangguk berulang kali;
"Perkataan dari saudara Teng memang benar! Cuma.... aku
hwesio gede ingin mengajukan satu pertanyaan lagi, bersedia
menjawab bukan?"
Siau Ling pejamkan matanya, ia tak mau menggubris
ocehan dari padri itu lagi.
Sampai beberapa kali Poancay taysu ulangii pertanyaannya
itu, namun Siau Ling sama sekali tidak menggubris.
Sekalipun tidak peroleh jawaban, Poan cay taysu sarna
sekali tidak putus asa, dengan hati yaug sabar dan suara yang
halus dia ulangi kembali kata2 itu sampai belasan kali
banyaknya, kalau dilihat dari tekadnya itu
selama Siau Ling belum menjawab maka dia akan ulangi
terus pertanyaan itu sampai akhirnya memperoleh jawaban.
Siau Ling bcn.r2 dibuat mati kutunya, dengan perasaan apa
boleh buat ia buka ma tanya dan menyahut:
”Baik! Hanya kulayani sebuah pertanyaanmu ini saja.”

Poan-cay taysu mengangguk.
"Engkau kenal dengan aku hwesio gede?!“ ia bertanya.
"Tentu saja kenal !“ sahut Siau Ling sambil membuka
matanya.! „bukankah engkau adalah padri pemabuk Poan cay
taysu?“
Pojh cay taysu tertegun dan untuk sesaat duduk melongo,
akhirnya dia menggerakkan bibirnya seperti mau bertanya
lagi, namun Siau Ling telah pejamkan matanya dan tidak
menggubris hwesio itu lagi.
Kali ini sang padri itu yang dibuat kewalahan, setelah
mengamati kembali wajah Siau Ling dengan seksama,
akhirnya ia bangkit dan berlalu.
Siau Ling membuka sedikit matanya dan melirik sekejap
kearah poaa cay taysu, dalam hati ia tertawa geli. pikirnya :
„Padri ini memang terlalu susah dilayani kalau aku tidak
hadapi dirinya dengan memakai akal. waah! rahasia
penyaruanku pasti bisa terbongkar olehnya"
Sementara pikiran tersebut masih melintas dalam
benaknya, tenda itu kembali disingkap orang, menyusul
seorang kakek kurus bermuka hitam melangkah masuk ke
dalam ruangan.
Sekilas pandangan Siau Ling kenali orang itu sebagai
penyamaran dari Pek-li Peng, ia lantas berpikir :
"Semoga dia mempunyai hati yang sabar dan otak yang
encer, kalau hatinya cepat dibuat gusar oleh tingkah pola Poan
cay taysu.. waah! Urusan bisa berabe, dan penyamannya
tentu akan ketahuan!"
Sementara itu Pek li Peng telah menyapu sekejap sekitar
tempat itu, kemudian langsung berjalan menghampiri Siau
Ling.
Sianak muda itu jadi amat terperanjat; segera berpikir :

'Aduuh.. celaka, kalau sampai dia ajak aku berbicara, orang
lain pasti akan mena ruh curiga kepadaku!"
Ketika mencapai jarak kurang lebih tiga depa dari samping
tubuhnya, tiba tiba Pek li peng berhenti dan duduk disana ia
sama sekali tak memandang barang sekejappun kearah Siau
Ling.
Agak lega hati pemuda itu setelah menjumpai keadaan
tersebut, ia membatin:
'Gadis ini memang jauh lebih cerdik, pengetahuannya
makin bertambah maju!"
Ketika Siau Ling masuk ke dalam tenda tadi Pek li peng
telah mengikutinya diri kejauhan apa yang dilakukan si anak
muda itu tertampak jelas olehnya, diam2 apa yang perlu
dicatat telah diingat selalu didalam hat i.
Ternyata tak salahlah dugaannya, baru saja gadis itu duduk
padri pemabuk telah maju menghampirinya dan duduk disisi
dara itu.
"Sahabat, engkau datang dari mana?” tegurnya
Dengan pandangan dingin Pek li peng memandang sekejap
kearah Poan cay taysu. mulutnya tetap membungkam diam
seribu bahasa.
Poan cay taysu mendehem ringan kembali ia menegur.
”Hay. aku hwesio gede toh lagi ajak engkau berbicara?
Kedengaran tidak suaraku ini? "
Kembali Pek li peng memandang sekejap kearah Poan cay
taysu. mulutnya terus membungkam.
"Engkau kena! dengan aku hwesio gede?“ Poan cay
mendesak lebih jauh dengan gencarnya.
Sementara mulutnya mengajukan serangkaian pertanyaan,
sementara sepasang mainnya yang tajam mengawasi wajah

Pek li peng tanpa berkedip agaknya dia mau periksa apakah
wajah itu asli ataukah hasil dari penyamaran.
Pek li peng membelalaka n matanya dengan lebar, sinar
tajam memancar dari balik sorot matanya, setelah
memandang sekejap ke arah hwesio itu dia menggeleng dan
pejam kan kembali matanya.
Meihat Pek li peng selalu membungkam dan tak mau
mengucapkan sepatah katapun padri pemabuk Poan cay taysu
dibikin kehabisan akal. akhirnya ia tidak banyak bertanya lagi
segera bangkit dari situ dan tinggalkan dara itu seorang diri.
Selama ini Siau Ling sangat menguatirkan bagi diri Pek li
peng. dia tahu asal gadis itu buka suara maka nada
perempuannya dengan cepat akan membangkitkan kecurigaan
sang padri itu siapa tahu Pek li peng ambil sikap untuk
membungkam, dengan begitu Poan cay taysulah yang dibikin
kepalang pusing dan tak mampu berbuat apa2
Malam itu berlalu tanpa gangguan lagi. ketika fajar baru
menyingsing keesokan harinya, tiba2 dari luar tenda
berkumandang irama musik yang membawa nada sedih.
Dengan suara keras padri pemabuk segera berseru lantang:
”Ruang sembahyangan bagi arwah Siau tayhiap telah
dibuka. saat upacara kebaktian sudah mulai, silahkan saudara
sekalian berkunjung kesana untuk pasang hio.”
Ketika Siau Ling membuka matanya, dia lihat sebagian
besar orang yang ada dalam enda itu sudah pada bangkit
berdiri dan mulai mengalir keluar dari tenda tersebut.
Siau Ling dan Pek li Peng ikut bangkit berdiri, mengikuti
ditengah rombongan para jago yang lain, kedua orang itu ikut
berjalan keluar dari ruang tenda.
Dalam pada itu para jago yang tertampung didalam tenda
yang didirikan disekitar tempat itu sudah berkerumun keluar
menuju keruang upacara, sekilas memandang Siau Ling taksir

orang2 itu mencapas ratusan jumlahnya, mereka semua rata2
memakai baju berkabung warna putih dengan ikat kepala
warna putih pula
Ketika dia alihkan pandangannya kearah kedai,
pemandangan ditempat itupun sudah mengalamiperubahan
besar.
Kain putih telah didirikan disekitar panggung upacara,
tinggi kain2 itu mencapai empat kaki, dipandang dari
kejauhan bentuk nya persis seperti sebuah loteng tinggi yang.
berwarna putih.
Ber puluh2 buah lentera warna putih digantungkan jauh
diujung tiang kaju yang menjulang keangkasa, semua lentera
teratur rapi dan mengitari sekeliling ruang kebaktian.
Tiang2 kayu itu dibalut semua dengan kain putih, sekitar
panggung upacara berwarna putih malahan pepohonan
tumbuh disekitar sanapun sudah ditutup semua dengan kain
putih, hingga ratusan kaki disekitar tempat upacara berubah
jadi putih bersih, sama sekali tidak kelihatan warna yang lain.
Menyaksikan kesemuanya itu Siau Ling, merasa amat
terharu, pikirnya didalam hati .
"Aaai .! Sungguh tak kusangka kematianku telah
diperingatkan dengan begini besar2an serta spontan....ini
menandakan kalau semua orang menaruh hormat kepadaku
sepantasnya kalau akupun bersedia berkorban demi
kepentingan mereka semua..."
Rombongan jago yang berjalan keluar dari dalam tenda
serta merta membentuk diri jadi empat buah barisan yang
panjang dan teratur rapi, per lahan2 mereka bergerak menuju
panggung kebaktian.
Menanti rombongan sudah hampir mendekati panggung
kebaktian tersebut, Siau Ling baru dapat melihat jelas bila
dinding tinggi yang terdiri dari kain putih itu membungkus

suatu wilayah yang sangat luas. sekali pun beberapa buah
bangunan kecil ditengah dijadikan titik pusatnya, namun kain
putih yang melingkari bangunan tersebut boleh di bilang be
ratus2 kali lipat lebih besar dari bangunannya sendiri;
Yang lebih aneh lagi, kain putih yang melingkari sekitar
panggung kebaktian itu ibaratnya sebuah dinding tembok
yang sangat tinggi, kecuali tersedia empat buah pintu tidak
tampak jalan tembus lainnya lagi.
Ketika mula pertama Siau Ling ikut berbaris dalam
rombongan itu. ia masih tidak merasakan apa2 tapi semakin
dipikir ia merasa semakin curiga ia yakin dibalik kesemuanya
itu pasti tersembunyi suatu rahasia yang sangat besar.
Keanehan itu tanpa sadar telah membangkitkan rasa ingin
tahunya, dalam hati ia sepera berpikir:
"Aku yakin ruang upacara yang terbuat dari lingkaran kain2
putih ini pasti mempunyai suatu kegunaan yang sangat besar,
aku harus perhatikan baik2 daerah disekitar situ setelah
masuk kedalam nanti!"
Sementara ia masih termenung, rombongan mereka telah
tiba didepan pintu masuk.
Sam-yang-sin lan (peluru sakti) Liok kui ciang berdiri
didepan pin'u m-isuk dengan muka murung bercampur sedih,
setiap kali tamunya lewat ia segera menjura sambil berkata:
"Terima kasih atas kunjungan saudara!
Siau Ling balas memberi hormat dan melangkah masuk
kedalam ruangan, pikirnya lagi
"Sekarang aku baru tahu, rupanya mereka bertindak
sebagai tuan rumah untuk menerima tamu kalau disini begitu
keadaannya berarti ditiga tempat yang lainpun demikian juga
keadaannya!!.."

Setelah masuk kedalam ruangan, sebuah meja berbentuk
empat persegi panjang tersedia ditepi ruangan, meja itu
dialasi dengan sebuah alas meja warna putih, dua orang
murid partai Bu-tong yang mengenakan jubah pendeta warna
putih berdiri dibelakang meja dengan muka murung, alat tulis
tersedia lengkap diatas meja, sebuah kitab tebal tersedia
disana dan sudah penuh berisikan nama2 para jago yang
hadir.
Siau Ling segera mencantumkan namanya sebagai Teng
Toa wan dari Siang-pak diatas kitab itu, kemudian melangkah
masuk keruang kebaktian.
Ruangan yang digunakan sebagai tempat kebaktian
tersebut diatur sedemikian rupa sehingga mendatangkan
suasana yang hening dan penuh keseriusan, sebuah panggung
sembahyangan yang terbuat dari kayu dan di bungkus dengan
kain pulih berdiri ditengah ruangan itu.
Ruang kebaktian sangat luas dengan suatu lapangan
rumput yang lebar terbentang dihadapanya. lapangan itu
dialasi pula dengan kain putih, menurut taksiran Siau Ling,
kemungkinan besar lapangan itu bisa muat jemaah sebanyak
ribuan orang.
Sebuah kain putih yang besar tergantung ditengah ruangan
tepat dibelakang panggung sembahyangan, dialas kain putih
itu tertera tujuh huruf besar yang berbunyi : " THIAN HE TIT
IT HIAP SIAU LING"
Artinya: Pendekar nomor satu didunia Siau Ling
Sajian dan buah2an penuh teratnr rapi didepan meja
sembahyangan itu, bunga warna putih menghiasi disekitarnya,
lilin putih yang besar memancarkan sinar yang redup
menerangi suasana dengan remang2 suasana amat sunyi,
tiada yang berbicara, semuanya berlalu dalam suasana duka
dan penuh keseriusan.

Per lahan2 Siau Ling masuk kedalam lapangan dan duduk
dialas kasur putih yang telah tersedia, ketika dia alihkan
kembali sorot rnataaya kearah depan, terbaca oleh nya diatas
meja sembahyangan tergantung sebuah papar, nama dengan
tulisan : " BU LIM BENG TENG"
Artinya : Lentera kebenaran bagi dunia persilatan.
Diam2 ia menghela napas sedih, pikirnya: "Kemampuan
dan kebaikan apakah yang dimiliki aku orang she-Siau.
Sehingga umat persilatan demikian menaruh hormat
kepadaku? Aaaai .! Kalau diingat kembali, aku benar2 merasa
malu din menyesal ..' Kurang lebih sepermiaum teh kemudian
dari belakang panggung kebaktian muncul dua orang manusia.
Orang yang pertama berperawakan kurus kecil dengan
pakaian berkabung yang amat panjang, besar dan kedodoran,
kepalanya di ikat dengan sebuah kain putih, meskipun
keadaannya kelihatan sangar kocak namun mukanya seram
dan diliputi kedukaan yang berat, sehingga siapapun yang
memandang kearahnya tak sanggup mentertawakan lagi.
Orang itu tak lain adalah Sun Put-shia, tianglo dari Kayoaog
yang disegani dan di hormati oleh rekan2 persilatan baik
dari golongan putih maupun dari golongan hitam.
Sedangkan orang kedua berjenggot panjang sedada
dengan memakai jubah pendeta warna putih, dia adalah Bu wi
totiang, ketua dari perguruan Bu tong pay.
Tampak Sun put shia menjura keseluruh penjuru lapangan,
lalu berkata dengan suara serak ;
”Aku pengemis tua adalah Sun put-shia tentunya diantara
saudara sekalian ada yang pernah kenal dengan aku pengemis
tua ini.”
Ia berhenti sebentar, kemudian melanjut-kan :
”Dengan usia aku pengemis tua, sebetulnya sudah banyak
tahun mengundurkan diri dari dunia persilatan dan

mengasingkan diri disuatu tempat terpencil, tapi aku tak rela
menyaksikan rekan2 persilatan terjatuh dalam cengkeraman
iblis Shen Bok Hong. maka serta merta aku tinggalkan tempat
pengasinganku dan muncul kembali kedalam dunia
persilatan.”
Seseorang dengan suara yang berat dan kasar menanggapi
dari antara rombongan jago
”Sun tayhiap munculkan diri dalam dunia persilatan demi
kesejahteraan kami sekalian sebagai umat persilatan kami
semua merasa sangat berterima kasih.”
Sun Pui-shia tertawa getir.
”Aku pengemis tua sudah terlalu reyot, aku tak punya
kemampuan lagi untuk menyumbingkan tenagaku bagi
kesejahtraan umat persilatan. aaai...Siau tayhiay yang punya
jiwa besar, semangat jantan dan berkemampuan membantu
umat persilatan lolos dari cengkeraman iblis, justru telah
dibakar mati oleh siasat busuk Shen Bok-Hong, peristiwa ini
benar2 menyedihkan hatiku..menyedihkan kita semua umat
persilatan ”
Sampai disini, pengemis tua itu tak kuasa menahan
emosinya lagi. ia menangis ter sedu2 dengan sedihnya, tak
sepatah katapun mampu dilanjutkan kembali.
Sebagai seorang tokoh berkedudukan yang sangat
tinggipun San Put-shia tak mampu menahan diri hingga
menangis terisak, apa lagi kawan2 jago lain yang sebagian
berhati lemah. air mata bercucuran membasahi wajah mereka
semua.
Lama.. lama sekali.. Sun Pat shia baru menghapus air
matanya dan melanjutkan kembali kata2nya :
"Aku pengemis tua berjumpa untuk pertama kalinya
dengan Siau tayhiap sewaktu ada didalam perkampungan Pekhoa
San cung, dengan mata kepalaku sendiri disaksikan

betapa ia mengobrak abrik delapan belas orang kim kong
yang paling diandalkan iblis Shen Bok Hong, kehebatan dan
keberaniannya benar2 sukar dicarikan tandingannya di
seantero jagad, dengan usiaku yang setua ini belum pernah
pula aku pengemis tua mengalami pertarungan masal yang
begitu sengit, seru dan bahaya..."
Dia menghembuskan napas panjang, setelah berhenti
sejenak terusnya kembali:
”Shen Bok Hong telah peras semua kecerdikannya,
menggunakan pelbagai macam akal dan perbuatan yang licik
dan berbahaya dengan harapan bisa memakai tenaga Siau
tayhiap, bahkan menculik orang tuanya sebagai sandera untuk
paksa Siau tayhiap menyerah kalah, tapi.... Siau tayhiap walau
pun masih muda tapi berjiwa ksatria ini sama sekali tak gentar
oleh tantangan maut yang dihadapinya, ia rela mengorbankan
segala sesuatunya demi kepentingan umum... demi
kesejahteraan umat manusia dikolong langit, selama hidup
belum pernah aku pengemis tua menjumpai seorang pendekar
besar seperti dia, sungguh tak nyana..sungguh tak nyana
pendeka sejati yang berjiwa besar dan ber cita2 tinggi ini mati
dibunuh Shen-Bok Hong dengan akal muslihatnya yang keji.
Aaai! Aku benar2 tak sanggup melanjutkan kata kataku...."
Lama sekali Sun Put shia membungkam untuk menekan
perasaan sedih yang bergelora dalam dadanya, setelah ia
dapat menguasai diri lagi pengemis tua itu berpaling sekejap
kearah Bu wi totiang dan meneruskan kembali kata2nya:
"Walaupun belum lama Siau tayhiap terjun kedalam dunia
persilatan, tapi pengaruhnya bagi perkembangan dunia
persilatan teramat besar, yah begitu besar pengaruhnya
hingga semua orang, setiap insan manusia dapat merasakan
tenaga serta perjuangannya itu Totiang. aku tak sanggup
melanjutkan kembali kata2ku. hatiku terlampau sedih, engkau
sajalah yang melanjutkan kata2 ini.."
Bu wi totiang menghela napas sedih, katanya kemudian.

"Aaaai! Sekalipun kita gunakan seluruh kata pujian yang
ada dikolong langit, belum cukup rasanya untuk melukiskan
kebesaran jiwa dan budi kebaikan Siau tayhiap sebagai
seorang ksatria sejati...."
Dia berpaling dan memandang sekejap meja abu Siau Ling,
kemudian meneruskan:
''Dia ibaratnya sekilas sinar terang, sinar yang menerangi
awan gelap, sinar yang menjadi pelita dalam kegelapan, tapi
begitu cepat dia berlalu, pergi meninggalkan kita untuk selama2nya..
yang masih tertinggal hanya pujian, sanjungan dan
kenangan., selain itu dia tinggalkan pula suatu permainan
catur yang belum sempat diselesaikan"
Ia berhenti untuk menyeka air mata lalu meneruskan lagi:
"Sekalipun begitu, sinar kuat yang ditinggalkan Siau tayhiap
telah menerangi semua kebusukan2, semua intrik jahat yang
ada dalam dunia persilatan, walaupun ia mati karena
kedengkian dan keculasan hati kaum iblis, tapi justru dialah
yang telah membukakan sebuah jalan bagi kita, sebuah jalan
rata yang bisa kita lewati untuk menegakkan kembali keadilan
dan kebenaran bagi umat persil: tan, karena itu sepantasnya
kalau kita balaskan dendam bagi kematiannya. kita harus
pertaruhkan jiwa raga kita untuk menumpas semua kebusukan
dan kejahatan yang ada diducia saat ini"
Semua jadi gaduh, kawanan jago yang berkumpul dalam
lapangan mulai menunjukkan reaksinya, tapi tak seorangpun
diantara mereka yang memberi tanggapan
Bu wi toiiang melanjutkan kembali kata2nya :
"Bicara menurut keadaan yang terbentang didepan mata
kita sekarang, taktik hanya mengurusi urusan pribadi tanpa
bersedia mencampuri urusan orang lain sudah menjadi basi.
sekarang sudah tak berlaku lagi, tujuan Shen Bok Hong saat
ini adalah menguasai dunia persilatan dan mengangkat diri
menjadi pemimpinnya, kecuali kalau kalian sudi menjadi budak

perkampungan Pek hoa-san-cung, selain itu hanya kematian
dan pembantaian saja yang akan kalian terima. kalau tidak
mulai sekarang kita bangkit untuk berjuang, mau tunggu
sampai kapan lagi?"
"Benar!" seseorang dengan suara yang kasar dan lantang
menanggapi dari tengah lapangan, "Siau tayhiap berkorban
demi keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan,
memangnya kita hanya akan berpeluk tangan belaka sambil
menantikan tibanya saat ajal ? Sekalipun kita menyadari masih
bukan tandingan Shen Bok Hong, tapi sebagai seorang ksatria
kita wajib untuk bangun dari tidur serta berjuang sampai titik
darah penghabisan, lebih baik mati sebagai pahlawan daripada
hidup sebagai pengecut!"
Begitu seseorang memberi tanggapan, para jago yang
lainpun memberikan reaksinya dalam sekejap mata seluruh
lapangan telah penuh dengan suara renungan untuk
membalaskan dendam bagi Siau Ling.
Betapa terharunya Siau Ling menyaksikan reaksi spontan
dari umat persilatan itu, dalam hati ia lantas berpikir:
"Padahal sampai detik inipun mereka belum pernah
bertemu dengan aku, tapi mereka memandang serius
kematianku, rela membalaskan dendam bagi
kematianku...Aaaah! Budi sebesar ini sudah sepantasnya kalau
ku balas akupun harus berjuang pula bagi kesejahtraan
mereka!"
Kembali Bu-wi totiang berkata dengan nyaring:
”Justru karena pancaran sinar suci dari Siau tayhiap, semua
perguruan besar maupun umat persilatan telah sadar kembali
dari tidurnya, asal kita umat persilatan bisa bersatu padu dan
menghimpun diri dalam satu wadah, apalagi yang musti kita
takuti.,?"
Tiba2 nada suaranya berubah, dia meneruskan :

"Pinto serta beberapa orang sahabat karib dari Siau tayhiap
telah mengambil keputusan, setelah tiga hari kita berkabung
maka kami akan angkai sumpah setia kawan, dihadapan meja
abu Siau tayhiap, kami akan bersumpah untuk bersatu padu
serta ber-sama2. membasmi pengaruh perkampungan Pek
hoa-san cung dari muka bumi. Sepanjang hidupnya Siau
tayhiap berjiwa besar dan bersifat terbuka, pinto tak ingin
menodai nama sucinya, karena itu kami beri kesempatan
kepada saudara sekalian untuk berpikir tiga kali sebelum ambil
keputusan, untung masih ada waktu tiga hari, jika ada
diantara kalian yang bersedia tetap tinggal disini dan rela
mengorbankan segala sesuatunya demi melanjutkan cita2 Siau
tayhiap yang belum sempat diselesaikan, dengan senang hati
kami atau sambut uluran tangan kalian itu, tapi kalau ada di
antara kalian yang tidak bersedia mengorbankan diri untuk
menempuh bahaya, karnipun tak akan menghalangi, pokoknya
dalam tiga hari ini saudara sekalian bebas mau pergi
kemanapun juga.”
Tiba2 seorang murid partai Bu tong dengan jubah pendeta
warna putihnya muncul dengan langkah tergesa. ia segera
membisikkan sesuatu di sisi telinga Bu-wi totiang.
Imam tua itu segera mengangguk, dengan suara lantang ia
berseru:
”Saudara sekalian merupakan rombongan yang paling pagi
datang menyambangi arwah Siau tayhiap. aku rasa setiap
orang yang datang kemari dengan ter-buru2 semuanya
merupakan orang yang sangat menaruh hormat terhadap diri
Siau tayhiap, sekarang orang2 dari Kaypang datang untuk
bersembahyang itu berarti saudara sekalian boleh bebas
kembali ketenda untuk beristirahat, bahkan kalau ada yang
mau ber jalan2 disekitar tempat ini boleh juga. hari keempat
lohor adalah saat diselenggaranya pertemuan besar untuk
mengangkat sumpah setia pembalasan dendam bagi Siau
tayhiap, siapa saja yang ingin datang kemari, kami akan

menyambut degan segala senang hati, kalau ada yang tak
ingin menghadiri upacara sumpah setia, kami ikut
mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran kalian untuk
datang menghormati arwah Siau tayhiap"
Kawanan jago yang berkumpul dalam lapangan sama2
bangkit berdiri dan mengundurkan diri dari ruang kebaktian.
Diam2 Siau Ling mengamati rombongan jago yang
mengundurkan diri itu, ia taksir jumlahnya mencapai dua ratus
orang lebih.
Tiba2 ruang kebaktian berubah jadi hening dan sepi,
sebagian besar peziarah telah mengundurkan diri dari ruangan
tersebut, tapi masih ada belisan orang yang tak mau pergi,
mereka sama2 berkumpul disudut ruangan itu.
Siau Ling memandang sekejap sekeliling ruangan itu, dia
lihat Pek-li Peng terdapat diantara belasan orang itu, maka
dia pun bangkit dan per lahan2 menggabungkan diri dengan
mereka.
Dengan langkah lebar Sun Put shia maju menghampiri
mereka, dengan penuh hormat dia menjura kepada orang2
itu.
Kedudukan Sun Put shia dalam dunia persitatan amat tinggi
dan dihormati setiap orang, penghormatan ini kontan
menggugupkan belasan jago yang tetap tinggal disitu. cepat
mereka bangkit sambil membalas hormat,
"Locianpwe, kami semua tak berani menyambut!
penghormatan besar dari cianpwe ini" serunya hampir
bersama.
Dengan suara nyaring Sun Put shia menjawab:
"Kalian tak mau mengundurkan diri dari sini, itu berarti
kalian semua tentulah mempunyai pandangan yang lebih
mendalam atas kebesaran jiwa Siau tayhiap. Tapi perlu diingat
Shen Bok Hong justru berada dikiri kanan kita, kemungkinan

besar mereka akan kinm jago2 lihaynya untuk membuat
keonaran disini, karenanya mau tak mau kita harus bikin
persiapan untuk menghadapinya silahkan saudara sekalian
berkumpul di sebelah barat ruang kebaktian, dengan begitu
kami dapat mengendalikan keamanan dalam ruangan itu
dengan ketat bila terjadi perubahan atau sesuatu yang tidak
diinginkan, kamipun bisa menanggulangi dengan seksama"
---o0dw0o---
Jilid: 35
BELASAN orang jago itu sama2 mengia-kan, mereka
segera bangkit dan mengundurkan diri keruang sebelah barat.
Siau Ling serta Pek-li Peng mencampurkan diri diantara
kawanan jago tersebut, mereka ikut duduk bersila diatas
tanah sambil atur pernafasan.
Terdengar suara lengking dari Suma Kan berkumandang
dari luar ruangan;
"Seng pangcudari Kay pang datang untuk memberi
penghormatan!"
Siau Ling alihkan pandaagan matanya ke tengah ruangan,
dia lihat seorang pengemis kurus berusia lima puluh tahunan
perlahan lahan berjalan masuk kedalam ruangan.
Dibelakang pengemis kurus itu mengikuti pula empat orang
pengemis tua berumur enam puluh tahunan.
Mereka semua mengenakan jubah panjang warna abu 2
dengan sepatu warna putih, sebuah ikat kepala putih
menghiasi jidatnya dan sekuntum bunga putih menghiasi
dadanya.
"Pengemis kurus yang berjalan dipaling depan itu pastilah
Seng pangcu dari Kay pang!” pikir Siau Ling.

Sementara itu dengan paras muka serius Seng pangcu
telah melangkah maju kedepan meja abu Siau Ling, setelah
memberikan penghormatannya tiba2 dia menyingkap jubah
sambil jatuhkan diri berlutut.
Dari belakang layar panggung tiba2 berkumandang irama
musik sedih yang menambah tebalnya suasana duka
diruangan itu.
Empat orang pengemis tua yang lain berdiri berjejer
dibelakang ketuanya, jarak mereka antara empat sampai lima
depa.
Dikala Seng pangcu jatuhkan diri berlutut maka keempat
orang pengemis tua yang berada dibelakangoya ikut pula
jatuhkan diri berlutut.
Menanti mereka sudah bangkit kembali, irama duka itupun
berhenti dengan sendirinya
Sun Put shia segera maju dengan langkah lebar, tegurnya
dengan suara lantang:
"Pangcu. masih ingat dengan aku pengemis tua?"
Dengan penuh hormat Seng pangcu memberi hormat
kepada Sun Put shia kemudian sapanya:
"Baik2lah keadaan susiok selama ini.."
Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan:
"Sudah lama boanpwe mendengar berita tentang
kemunculan kembali susiok dalam dunia persilatan
sepantasnya kalau boanpwe menyambangi sedari dulu sayang
karena dalam perkumplan terjadi suatu persoalan kecil maka
tiada waktu bagi boanpwe untuk melakukan penyambanganl"
Sun Put shia menghela napas panjang; "Dan sekarang
apakah urusan dapat dibereskan?” tanyanya.

"Berkat doa restu dari susiok, keponakan telah berhasil
menumpas kawanan penghianat serta menjatuhi hukumannya
setimpal sesuai dengan peraturan perkumpulan"
Sekarang Siau Ling baru tahu apa sebabnya Kay pang
selama ini tak ada kabar beritanya, ia lantas berpikir.
"Wah! Rupanya dalam Kaypang telah terrjadi
pemberontakan, makaya aku lagi heran, dunia persilatan
terancam oleh bahaya dan situasi menjadi saagat gawat,
kenapa dari pihak Kay pang tak ada orang2 penting yang
nongolkan diri, ternyata begitulah duduknya persoalan.."
Dalam pada itu Sun Put shia sedang mengangguk seraya
berkata :
"Bagus..'kalau memang begitu bagus. Kebetulan aku
pengemis tuapun hendak mercari engkau, ayoh kita masuk
kedalam!"
Seng pangcu mengangguk, dengan membawa keempat
orang pelindung hukumnya mereka masuk kebelakang
panggung kebaktian.
Kembali Siau Ling berpikir .
"Kalau ditinjau dari keputusan Seng Pang cu untuk datang
kemari menyambangi arwahku. tampaknya pihak Kay pang
benar2 telah menghimpun kekuatannya untuk siap adu
kekuatan dengan pihak Shen Bok Hong,, aaail Semoga saja
apa yang kuduga tak meleset! '
Lewat beberapa saat kemudian, suara Suma Kan yang
berada dipintu gerbang kembeli berkumandang datang :
"Tiga orang padri tinggi dari gereja Siau limsi datang untuk
menghormati arwah Siau tayhiap!"
Kembali Siau Ling merasakan hatinya tergerak, pikirnya :
"Ketika aku sedang menyebrangi rintangan demi rintangan,
dikedua belah sisi Shen Bok Hong masing2 berdiri seorang

hwesio, mungkinkah mereka berada diantara sesat dan lurus
hingga dikala melakukan semua perbuatan hanya menuruti
suara hati sendiri?"
Sementara ia masih termenung, tiga orang padri berjubah
warna putih per lahan2 melangkah masuk kedalam ruangan.
Salah satu diantara ketiga orang padri itu sudah berumur
enam puluh tahunan, sedang dua orang padri lain yang
mengiringinya berumur diantara tiga puluh tahunan
Ketiga orang padri itu masuk dengan jalan bersama,
setibanya didepan meja abu mereka rangkap telapak
tangannya memuji keagungan sang Buddha, kemudian
serentak jatuhkan diri berlutut di tanah.
Irama duka berkumandang kembali dari balik panggung,
suara yang sayup2 sampai itu cukup hati orang merinding,.
Dengan seksama Siau Ling mendengarkan irama duka itu,
dia dengar suara tersebut amat datar, namun memancarkan
nada yang begitu sedih dan memilukan hati, suaranya mirip
tiupan seruling, miring pula petikan alat pie pa (sebangsa
kecapi), tapi yang jelas sang pemain musik itu pandai
membawa perasaan hati oracg kealam kedukaan.
Mengikuti irama sedih yang memilukan hati itu, ketiga
orang hwesio tadi jatuh berlutut.
Ketika mereka bangkit kembali, irama musik itupun ikut
sirap.
Dengan langkah lebar Bu-wi totiang menyambut ketiga
orang tamunya, setelah memberi hormat ujarnya :
"Silahkan taysu bertiga masuk keruaog belakang untuk
makan santapan berpantang!"
Padri yang tua itu menghembuskan napas panjang.

"Sudah lama aku mendengar nama besar Siau sicu, aku
merasa amat kagum dan menghormatinya, sungguh tak nyana
akhirnya toh tiada kesempatan bagiku uituk menjumpainya"
Sambil berkata meteka teruskan langkahnya menuju
kebelakang panggung kebaktian.
"Siapakah ketiga orang padri itu?" pikir Siau Ling dihati,
"entah apa kedudukan mereka dalam gereja siau lim si? Kalau
toh Bu wi totiang kenal dengan mereka, apa sebabnya tidak
menyebut nama agama mereka? Mungkinkah mereka
memang sengaja tidak mengumumkan namanya?"
Sementara itu Pek li peng sudah menggeser tubuhnya
duduk disamping Siau Ling.
Terdengar Suma Kan kembali berseru dengan suara
lantang:
"Seorang tamu tanpa nama sengaja datang untuk
menghormati arwah Siau tayhiap!”
”Aneh benar orang ini!” pikir Siau Ling. ”kalau toh bersedia
datang untuk memberi hormat kenapa tidak sebutkan
namanya? Eh tapi siapa gerangan orang ini??
Tampaknya Pek li peng mempunyai perasaan yang sama
dengan dirinya, gadis itu segera memberikan perhatian khusus
kepada pendatang ini.
Suara langkah kaki menggema dalam ruangan menyusul
seorang pemuda baju hijau yang memakai baju rangkap putih
diluarnya per lahan2 masuk keruang sembahyang,
Begitu melihat jelas tampang orang itu Siau Ling langsung
merasakan hatinya tergetar keras.
Ternyata pemuda baju hijau itu tak lain tak bukan adalah
Giok siau long kun cucu lelaki dari Raja seruling Thio Hong
pemilik perkampungan Pek in san cung.

'Walaupun Giok siau Tong kuo seringkali celakukan
perjalanan dalam dunia persilatan tapi dengan ilmu silatnya
yang tinggi sulitlah bagi orang2 persilatan biasa untuk
mengetahui wajahnya. selain itu diapun sering kali
mengenakan topeng kulit manusia, maka setelah dia tampil
dengan muka aslinya sekarang boleh dibilang jarang atau
bahkan tak seorangpun yang mengenal indentitasnya.
Setibanya didepan meja abu Siau Ling Giok siau long kun
sama sekali tidak memberi hormat ataupun melakukan
persembahan dia cuma berdiri didepan meja sambil
mengawasi papan nama disana dengan termangu mangu.
Lama sekali dia baru bergumam dengan suara lirih'
”Siau Liog... Siau Ling aku tak tahu kematianmu kali ini
adalah kematian yang sungguh2? Ataukah hanya pura2
mati??”
'Sialan!” maki Pek li peng dalam hati. ”engkau berani
menyumpahi toakoku mati? Huuh dia akan berumur panjang,
dia akan hidup seratus tahun lagi malahan seribu tahun lagi”
Karena tingkah lakunya yang sangat aneh semua
pandangan mata maupun perhatian para jago yang hadir
dalam ruangan itu tertuju keatas tubuh Giok siau long kun,
tapi pemuda itu sama Sekali tidak menggubris, dia anggap
disitu se olah2 tak ada orang lain kecuali dia sendiri.
Pada waktu itu baik Sun Put shia maupun Bu wi totiang
sedang berada dibelakang panggung untuk melayani tamu,
karena itu tak seorangpun yang menghalangi tingkah pola
Giok siau long kun yang eksentrik itu.
Kurang lebih seperminuman teh kemudian tiba2 Giok siau
long Kun membentak nyaring
"Siapa yang bertugas menjaga ruang sembahyangan ini?"
Dari belakang panggung kebaktian perlahan-lahan berjalan
keluar Coh Kun san yang berjenggot putih, sahutnya.

”Sahabat, engkau ada urusan apa??
Dengan sorot mata tajam Giok siau long kun mengawasi
Coh Kun san sekejap, kemudian tegurnya lagi.
”Kakek tua. aku boleh tahu siapa namamu?”
”Aku adalah Coh Kun san”
"Ehm..! Nama itu pernah kudengar.”
”Terima kasih, terima kasih, apakah sahabat ada urusan?
Katakan saja kepadaku”
''Kakek tua she-Coh, jadi engkau yang bertanggung jawab
dalam ruang kebaktian ini?" tanya Giok siau long kun dengan
nyaring.
”Pada saat ini, akulah yang mendapat tugas bergilir
didalam ruang kebaktian ini.”
Giok siau long kun segera rnengangguk.
”Kalau begitu sangat bagus, aku ada suatu permohonan
yang sebenarnya tidak pantas apakah lotiang bersedia untuk
mengabulkan”
”Kalau toh engkau sudah tahu permintaan itu tak pantas
sebenarnya tak usah kau katakan, tapi aku yakin urusan itu
pasti penting sekali, Nah ! Sahabat, katakan saja kepadaku
apa permintaanmu itu, aku akan berusaha untuk
memenuhinya.”
”Aku sangat ingin melihat jenasah dari Siau Ling, apakah
lotiang bersedia untuk mengabulkan??”
"Tentang soal ini., tentang soal ini..." Coh Kun san berbisik
dengan dahi berkerut
"Mungkinkah perkataanku itu belum kuterangkan dengan
jelas" sambung Giok siau long kun kembali.

"'Harap sahabat utarakan, lebih jelas lebih baik agar
akupun bisa mengetahui maksudmu yang sebenarnya"
"Aku hendak memeriksa jenasah dari Siau Ling dengan
penuh seksama, andaikata dia benar2 telah mati. maka aku
akan kerahkan segenap kemampuan yang kumiliki untuk
bantu kalian balaskan dendam baginya, tapi kalau jenasahnya
tak ada.."
"Kenapa?!” tanya Coh Kun san cepat.
"Akan kubakar ruang kebaktian ini hingga hangus jadi abu.''
Dia tertawa dingin, kemudian melanjutkan kata2nya :
”Buat seseorang rasanya sudah cukup kalau dia ber-pura2
mati sebanyak satu kali, tapi Siau tayhiap kalian itu., aku
kuatir sudah mengidap suatu penyakit edan.."
Coh Kun-san tarik napas panjang2 untuk menekan emosi
dalam dadanya, kemudian ia bertanya :
"Sahabat, boleh aku tahu siapa namamu?"
"Dalam keadaan seperti ini aku tak ingin menyebutkan
namaku, harap lo-tiang suka memaklumi"
"Sahabat kalau kudengar dari pembicaraanmu kadang kala
kurasa bahwa engkau adalah seorang sahabat, tapi kadang
kala aku merasa engkau punya permusuhan dengan kami.
sungguh bikin hatiku jadi bingung dan tak habis mengerti,
sebetulnya engkau adalah sahabat kami? Ataukah musuh
kami?”
Dalam kenyataan perasaan bati Giok siau long kun pada
saat ini sama ruwetnya seperti pembicaraan yang dia
utarakan, pemuda itu merasa serba salah semua pendapatnya
serasa saling bertentangan satu sama lainnya membuat dia
jadi bingung..
Paras muka Giok siau long kun berubah jadi dingin
bagaikan es katanya dengan ketus:

"Lotiang kalau engkau tidak ingin terjadinya keributan
dikala engkau sedang mendapat giliran bertugas, kuanjurkan
kepadamu lebih baik jawablah semua pertanyaanku dengan
sejujurnya..!"
"Baik! Akan kujawab dengan sejujurnya, jenasah Siau
tayhiap sama sekali tidak di-sini"
"Lalu apa sebabnya kalian mengatakan dia sudah mati?”
tanya Giok siau long kue dengan paras muka berubah hebat.
”Shen Bok Hong telah memancing Siau tayhiap masuk
kedalam sebuah hutan belantara yang sangat lebat, disitu ia
lepaskan api dari empat penjuru, kebakaran hebatpun terjadi.
jangankan pepohonan sampai batu karangpun sudah berubah
warna, coba bayangkan saja apa lagi seorang manusia yang
terdiri dari darah dan daging. mungkinkah masih ada
kehidupan baginya,.??"
”Tapi hal itu toh tak dapat digunakan sebagai pegangan
yang mengatakan bahwa dia pasti telah mati?!”
”Tentu saja, semua umat persilatan yang ada didunia
berharap agar Siau tayhiap masih hidup, tapi kalau dia tetap
hidup dimanakah orangnya..??"
”Kalau dia benar2 telah mati, kenapa ti dak kelihatan pula
jenasahnya?!” sambung Giok siau long Kua Cepat.
"Api telah berkobar dengan hebatnya batu karangpun
meleleh jadi bubur, memangnya jenasah seorang manusia
masih bisa di temui dalam keadaan utuh?"
Giok siau long Kun termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian ia berkata .
"Jadi kalau begitu lotiang berkeyakinan kalau Siau Ling
benar2 sudah mati?"
”Sudah tentu dia tak bisa hidup lagi sahut” Coh Kun san
dengan suara amat sedih.

"Seandainya dia masih tetap hidup?!” tiba2 Giok-siau long
kun berseru lagi dengan mata melotot besar.
"Itulah rejeki bagi seluruh umat persilatan yang ada
didunia"
'"Hm! Hm! Apanya yang rejeki, aku justru kuatir dialah
yang akan menjadi sumber segala kekacauan dalam duoia
persilatat!"
”Aku sudah hidup sampai setua ini, telah kujelajahi baik
wilayah utara maupun selatan, beraneka ragam manusia telah
kujumpai, tapi..."
"Tapi belum pernah berjumpa dengan seorang manusia
macam diriku bukan?!” sambung Giok siau long kun cepat.
”Bukan saja tak pernah kujumpai manusia seperti kau.
bahkan akupun tak dapat memahami apa yang sedang kau
katakan!"
"Kalau begitu engkau memang sudah tua, saking tuanya
sampai pikiranmu jadi melantur, sampai engkau jadi goblok!"
Paras muka Coh Kun san berubah hebat, rupanya hawa
amarah telah berkobar dalaua dadanya.
"Hey orang muda” dia berseru "aku tak ingin sampai terjadi
suatu pertarungan di depan meja tayhiap"
"Itulah karena engkau cukup cerdik,” sambung Giok siau
long kun dengan cepat.
Sesudah berhenti sebentar tiba2 nada pembicaraanya
berubah jadi lembut dan jauh lebih lunak sambungnya:
"Aku ingin mencari tahu berita tentang seseorang
bersediakah lotiang memberi tahu?”
Sikapnya yang sebentar dingin bagaikan es sebeotar ramah
taman dan lemah lembut ini kontan membuat Coh kun san

yang berpengalaman luaspun jadi pusing tujuh keliling ia
sendiripun jadi kebingungan rasanya.
"Siapa yang hendak engkau cari?” ia bertanya dengan
sepasang alis matanya berkernyit”
"Gak Siau cha, nona! Pernah kenal bukan dengan nona
ini?"
"Tentu Saja!" jawab Coh kun san sambil mengelus
jenggotnya yang panjang.
"Apakah nooa Gak Siau cha sudah berada disini?" desak
Giok siau long kun cepat,
''Menurut apa yang kuketahui, asalkan nona Gak Siau cha
mendengar tentang kematian dari Siau Ling, sudah pasti dia
akan berangkat kemari!''
”Aku tak mau tahu tenang soal itu, aku hanya ingin tahu
apakah sekarang dia sudah berada disini??”
Coh Kun san menggeleng.
"Belum, dia belum sampai disini!" sahutnya
“Belum sampai disini? Jadi berarti dia pasti akan tiba
kemari??”
“Soal ini harus dilihat apakah dia mendengar berita tentang
kematian Siau Ling atau tidak”
"Nah ! coba lihat, Aku toh sudah bilang”
”Egkau makin tua makin melantur otakmu makin tua makin
bebal hingga jadi goblok tapi engkau tak mau mengakui
ketololan sendiri" tukas GioK-siau long-kun dengan suara
setengah membentak.
"Setiap perkataanku amat jelas dan nyata setiap orang
dapat memahami apa yang kukatakan, kenapa aku musti
tolol? Kenapa aku rrusti goblok dan melantur ?" hardik Coh
Kun san dengan kemarahan yang ber-kobar2

Giok-siau-long kun mendengus dingin, dia berusaha keras
untuk menelan hawa amarah dalam dadanya, kembali dia
berkata dengan suara dingin :
"Apabila ditempat ini masih tersedia penanggung jawab
lain, lebih baik lotiang pergi kebelakarg saja untuk
beristirahat!"
"Saudara, bila kedatanganmu kesini adalah untuk
menghormati arwah Siau tayhiap, silahkan kalau kau memberi
penghormatanmu, tapi kalau engkau memang datang kesini
untuk mencari gara2, silahkan pasang kuda2, tak usih kuatir !
Aku tentu akan melaycan kehendak hatimu itu walau sampai
di manapun juga"
Mendengar tantangan itu. Dalam hati Siau Ling merasa
terperanjat, pikirnya :
"Ilmu silat yang dimiliki Giok siiu-long kun sangat tinggi dan
Iihaynya luar biasa, jurus serangan dari ilmu serulingnya amat
ganas dan lagi tak kenal ampun, sudah pasti Coh Kun san
bukan tandingannya.. bila sungguh2 terjadi pertarungan,
waah! Mau tak mau aku tak bisa berpeluk tangan belaka."
Sementara itu Giok siau long kun telah menengadah dan
mengamati sekejap sekujur badan Coh Kun san, lalu sambil
tertawa dingin ejeknya sinis .
'Tidak gagah kalau kubunuh dirimu.."
Ia berhenti sebentar, lalu melanjutkan :
”Sebelum aku bisa menentukan mati hidup Siau Ling secara
meyakinkan, aku masih belum bisa untuk menentukan apakah
engkau seorang sahabat ataukah Seorang musuh !”
Coh Kun-san menepuk jidat sendiri kemudian berseru;
”Kalau memang tak ingin banyak urusan apa gunanya
banyak bicara ? Aaaai.. Kelihatannya aku memang sudah tua
hingga otak ku benar2 menjadi bebal, diantara kita memang

tak ada penyelesaian yang baik, makin ngomong semakin
melantur sehingga bikin pusing kepala saja.”
”Ada dua orang pasti berada disini, kecuali kalau
merekapun mati dibakar oleh Shen Bok Hong.”
"Siapa yang kau maksudkan dengan dua orang itu?" tanya
Coh Kun-san cepat.
”Sepasang pedagang dari kota Tiong-ciu”
"Benar, mereka memang ada disini” kakek tua itu
mengangguk tanda membenarkan.
”Baik, panggil kedua orang itu dan suruh mereka keluar
untuk bertemu dengan aku, kemudian pembicaraan ini kita
lanjutkan kalau tidak begini aku kuatir habislah kesabaranku.”
Sebelum Cob kun san memberikan jawabannya Sang Pat
telah munculkan diri dari belakang panggung kebaktian ,
setelah menjura dia berkata:
"Boh heng silahkan masuk untuk beristirahat kalau toh
saudara ini ingin berjumpa dengan aku, biar siaute yang
temani dia untuk bercakap cakap!”
Coh Kun sen segera menggelengkan kepalanya berulang
kali.
"Apa yang terjadi pada saat ini, benar2 merupakan suatu
kejadian paling membingungkan yang pernah kualami selama
ini"
Sembari berkata per lahan2 dia mengundurkan diri
kebelakang panggung.
Giok siau long kun sendiripun tidak memperdulikan Coh
Kun san lagi, sorot matanya dialihkan keatas wajah Sang Pat
lalu menegur:
"Sang Pat masih kenal dengan aku??”
”Rupa2nya kita pernah saling mengenal?”

"Kita pernah saling berjumpa, mungkin Waktu itu aku
mengenakan topeig sehingga saat ini kau pangling.”
"Dan sekarang?"
"Sekarang yang kau lihat adalah raut wajah asliku"
Sang Pat termenung dan berpikir beberapa saat lamanya
kemudian dia menjawab'
"Jika tebakanku tak keliru, semestinya engkau adalah Giok
siau long kun bukan?”
Giok siau long kun mendengus dingin.
“Hmm! Benar memang akulah yang telah datang"
"Ada persoalan apa Tho heng datang kemari mencari aku?”
“Aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu!”
'Katakanlah saudara Thio apa yang ingin kau tanyakan!"
"Sebetulnya Siau Ling betul2 sudah mati? Ataukah dia
hanya pura2 mati?"
"Kain putih menyelubungi wilayah seluas sepuluh li, umat
persilatan sama2 berduka, panggung kebaktian didirikan disini
dan berita tersebut menggemparkan seantero jagad, coba
katakan sendiri dia benar2 sudah mati? Ataukah hanya pura2
mati? '
"Jadi kalau begitu, dia betul sudah mati?” Giok siau long
kun menegaskan
"Kami semua mengharapkan dia masih tetap hidup!"
"Aku dengar kebakaran hebat yang mengurung tempat
kejadian itu sudah membakar sampai beberapa hari lamanya,
batu karang pun jadi leleh, mungkinkah dia masih dapat
hidup?'"

"Semoga umat persilatan masih dilindungi oleh Thian
sehingga Siau toako bisa lolos dari musibah yang maha
dahsyat itu!"
Sementara Gio-siau long kun hendak menanggapi ucapan
tersebur, tiba2 tampaklah Suma Kan lari masuk kedalam
ruangan dengan langkah ter gesa2. sambil lari masuk ia
berseru penuh kegelisahann:
'Shen Bok Hong telah datang! Shen Bok Hong datang untuk
memberi penghormatan.."
Berita itu ibarat guntur yang membelah bumi disiang hari
bolorg, semua orang yang hadir disitu terperanjat hingga
berdiri ter-mangu2, untuk sesaat lamanya semua orang tak
tahu apa yang musti dilakukan.
Giok siau long kun segera menengadah dan ter bahak2
"Hahh.. hahhh haah. bagus sekali, bagus sekali, sungguh
kebetulan sekali kedatangannya, memang sangat kebetulan
kehadirannya disini !"
”Jadi engkau telah berjanji dengan Shen Bok Hong untuk
bertemu ditempat ini?!” tegur Sang Pat dingin.
'Tidak, kami bertemu hanya secara kebetulan saja"
"Lalu apanya yang bagus dan apanya pula yang
kebetulan?"
”Dari mulut Shen Bok Hong aku dapat membuktikan
apakah kematian Siau Ling adalah benar2 berita yang betul
ataukah cuma isapan jempol belaka!"
Sementara itu bayangan manusia telah berkelebat lewat
dari balik panggung kebaktian menyusul mana Sun Put-shia,
Bu wi totiang serta seorang lelaki berpakaian kabung yang
memelihara jenggot hitam sepanjang lambung munculkan diri
di tengah ruangan

Begitu melihat kemunculan lelaki berjenggot panjang itu,
Siau Ling merasa sangat girang, pikirnya :
"Aih..! Diapun telah datang kemari, kalau begitu segala
persiapan yang diatur dalam panggung kebaktian ini adalah
hasil pemikirannya yang seksama.."
Siapakah orang itu? Dia tak lain adalah It-bun Han-to,
pemilik perpustakaan sian ki-su-liok yang ada di Siang yang
peng propinsi Ci-pak
Rupanya Sun Putshia maupun Bu wi totiang telah
mendengar tentang penghormatan dan rasa kagum Siau Ling
terhadap It bun Han to dari mulut Sang Pat, karena itu
merekapun menaruh rasa hormat dan kagum terhadap jago
lihay itu.
Setibanya dalam ruang kebaktian, Bu-wi totiang segera
berpaling kearah It bun Han to dan berbisik lirih:
'It bun heng silabkan melakukan persiapan!"
It bun Han-to mengangguk, dia lantas a lihkan sorot
matanya kiarah Suma Kan dan bertanya:
”Saudara Suma. berapa banyak pengikut yang dibawa Shen
Bok Hong??”
”Ciu Cau liong. Kim-noa hujin serta seorang pemuda baju
biru, mereka datang ber empat.”
”Suruh mereka masuk, cuma harus berganti dengan
pakaian berkabung, jika mereka tidak bersedia mengenakan
pakaian berkabung kita hadang jalan masuk mereka dengan
se kuat tenaga.”
"Baik, akan kusampaikan kata2 ini kepadanya.”
It bun Han to alihkan pula sinar matanya kearah Bu-wi
totiang, kemudian ujar nya kembali:

”To heng, tolong sampaikan perintah agar segenap
kekuatan dari pihak kita bersiap sedia, tapi sebelum mendapat
perintah darimu larang mereka untuk turun tangan secara
sembarangan.”
Bu wi tcotiang mengiakan dan segera masuk kebelakang
panggung.
Sekarang It bun Han to baru alihkan sinar matanya keatas
tubuh Giok siau long kun. dia menegur :
"Tio si heng, apakah maksud dan tujuanmu hanya ingin
membuktikan kematian yang sebenarnya dari Siau Ling
dengan bertanya kepada Shen Bok Hong..?"
”Benar, aku memang bermaksud begitu !”
”Sebelum engkau bisa membuktikan kematian Siau Ling
adalah kematian yang sungguh2 atau kematian pura2 belaka.
diantara kita walaupun bukan sahabat, jaga bukan musuh
bukan?"
Giok siau long kun termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian mengangguk tanda membenarkan.
'Ehmm! Memang begitulah...'
”Kalau memang begitu silahkan untuk sementara waktu
Thio siheng duduk disamping ruangan upacara, setelah Shen
Bok Hong melakukan penghormatan untuk arwah Siau Ling.
tak ada salahnya kalau Thio siheng bertanya sendiri kepada
nya, apakah Siau Ling benar2 sudah mati ataukah cuma pura2
mati saja?"
"Shen Bok Hong paling benci terhadap Siau Ling, boleh
dibilang rasa benci telah merasuk ketulang sumsum, masa dia
mau memberikan penghormatannya untuk arwah Siau Ling?"
"Menurut pandanganku, Shen Bok Hong adalah seorang
pemimpin besar yang patut dikagumi sudah tentu jiwa dan
pikirannya tidak sesempit dan secupat Thio siheng!"

Giok siau long kun tertawa dingin, rupanya dia hendak
mengumbar hawa amarahnya, tapi perasaan itu akhirnya
ditahan dan disimpan kedalam hati, tanpa berbicara lagi per
lahan2 dia mengundurkan diri kesisi ruangan dan duduk
disana.
Setelah pemuda she Thio itu mundur. It bun han to serta
Sun Put shia pun mengundurkan diri kebelakang panggung,
sementara Bu wi totiang malahan tampil keluar dari balik
panggung.
Saat itulah Suma Kan berseru kembali dengan suara
lantang:
"Shen toa cungcu Shen Bok Hong dari perkampungan Pek
hoa-sau-cung datang memberi hormat untuk arwah Siau
Ling!"
"Silahkan masuk !” seru Bu wi to tiang,
Baru ia berseru, Shen Bok Hong dengan langkah lebar telah
berjalan masuk kedalam ruangan.
Cepat Siau Ling alihkan sorot matanya kearah gembong
iblis itu, dia lihat Shen Bok Hong masuk kedalam ruangan
diiringi tiga orang, disebelah kirinya berjalan Ciu Cau hong,
disebelah kanannya Kim hoa hujin, sementara pemuda baju
biru yang tak lain adalah Lan Giok tong berjalan dipaling
belakang
Dengan sorot mata yang sangat tajam Shen Bok Hong
melirik sekejap keirah meja abu ditengah ruangan, ketika
dilihatnya disitu tak tampak jago2 lihay, sorot matanya baru
dialihkan keatas wajah Bu wi totiang.
'Totiang, baik2kah selama ini?!” dia menegur.
Sikap Bu wi totiang dingin tapi penuh keseriusan,
"Pinto selalu berada dalam keadaan sehat wal'afiat, terima
kasih atas perhatian dari Shen toa cungcu"

Shen Bok Hong tertawa ter-bahak2.
"Hahhh haahh haah sungguh cepat kedatangan totiang
ketempat ini, aku lihat ruang upacara sangat megah dan
sudah benar2 luar biasa”
"Ruang upacara ini dibangun dalam semalam oleh kawan2
persilatan yang datang dari Seantero jagat, kain putih kaci
putih yang ada dikota Tiang sah telah kami pindahkan semua
ketempat ini, aku baru merasakan sekarang bahwa bersatu
kita teguh bercerai kita runtuh, asal kecuatan disatu padukan
bentengpun akan ambruk dibuat-nya!"
"Ehmm. memang gagah sekali perkataan itu, cuma sayang
meskipun totiang gagah dan berotak, belum tentu apa yang
kau ucapkan benar2 bisa berwujut '
'Apa maksud dari ucapan Shen toa cang cu itu? Pinto
merasa tak paham dan tak habis mengerti"
Shen Bok Hong tertawa,
"Aku percaya, totiang pasti sudah memahami atas
perkataanku itu.."
'Pinto tidak mengertl!” ujar Bu wi totiang sambil tertawa
dingin.
Kembali Soen Bok Hong menengadah sambil tertawa terbahak2.
”Hiaah haah haaah setelah Sampai di sini, aku tentu akan
berhenti beberapa waktu, sebelum pembicaraan kita
lanjutkan, lebih baik kuhormati dulu arwah dari Siau Ling !”
Selesai berkata per-lahan2 dia maju mendekati meja abu
ditengah ruangan, setelah menjura dalam2 kemudian jatuhkan
diri berlutut diatas tanah.
Siau Ling tercengang bercampur keheranan sama sekali tak
terduga olehnya kalau Shen Bok Hong bersrdia melakukan
penghormatan begitu besar bagi arwahnya.

Ketika Shen Bok Hong berlutut, Kim-hua Kujin. Ciu Cau
liong maupun Lan Giok-tong yang berada dibelakangnya ikut
pula berlutut keatas tanah.
Pek li Peng menaruh perhatian khusus terhadap diri Kim
hoa hujin. ia lihat sewaktu perempuan itu berlutut ditanah, air
matanya tak terbendung lagi hingga mengucur keluar
membasahi wajahnya.
Selesai berlutut, Shen Bok Hong bangkit berdiri dan
memandang kearah meja abu Siau Ling dengan pandangan
serius, katanya
”Meskipun engkau lahir lima puluh tahun lebih lambat tapi
dalam perasaanku dalam beberapa generasi terakhir ini hanya
engkau dan akulah yang pantas disebut enghiong jika adik
bersedia kerja sama dengan kakakmu, mungkin sekarang
dunia persilatan telah jatuh kedalam cengkeraman Kita. setiap
perintah yang kiia turunkan tentu akan menggetarkan seluruh
kolong langit, waktu itu semua jago yang ada dalam dunia
bisa kita perintah sekehendak hati. jangankan cuma menjadi
seorang Bulim bengcu. sekalipun mau jadi kaisar yang
memerintah negara juga bukan suatu pekerjaan yarg sulit.."
Dia menghembuskan napas panjang, setelah berhenti
sebentar lanjutnya lebih jauh: ”Sayang seribu kali sayang adik
tak mau tahu keadaan, engkau hanya memikirkan ke
pentingan umum daripada kepentingan pribadi. engkau lebih
suka mengorbankan diri demi kesejahteraan orang lain
daripada menyenangkan diri sendiri, aaaaiii Adik, justru karena
penentangan inilah akhirnya engkau harus mati terbakar
ditengah hutan, intrik orang2 yang sok ksatrialah yarg
mencelakai jiwamu menghancurkan masa depanmu., ooh.
saudaraku.. coba bayangkanlah. berhargakah kematianmu
itu.."
Bu wi totiang yeng berada disampingnya segera
menanggapi dengan suara dingin :

”Dia mati secara ksatria, nama besarnya akan dicatat dalam
sejarah persilatan dengan tinta emas, semua umat persilatan
bersedih hati akan kematian itu, semua orang berduka dan
merasa sayang atas kepergian nya dari dulu sampai sekarang,
tak seorang enghiorg hohan atau pendekar besar manapun
yang pantas disejajarkan dengan dirinya, dia mati dengan
cemerlang, berkorban sebagai seorang ksatria sejatil Justru
karena kematiannya, berita tersebut ibarat guntur yang
menggeletar diseluruh angkasa, menyadarkan kembali umat
persilatan dari tidur mereka.. Hmm! Jangankan rencana busuk
yang kau susun belum terwujud, sekali pun engkau sudah
menguasai seluruh jagad. akhirnya toh akan tertumpas dari
muka bumi. namanya akan dimaki dan disumpahi oleh setiap
umat manusia"
Mendengar ucapan itu Shen Bok Hong segera tertawa
dingin, ia berseru dengan nyaring :
"Perkataan totiang terlalu kasar dan tak sedap didengar,
sikapmu terlalu kurangajar. kalau kejadian ini berlangsung
pada lima tahun berselang, aku orang she Shen tentu sudah
cabut selembar jiwamu.”
Dia berhenti sebentar, kemudian melanjutkan:
”Tapi sekarang, aku tak ingin membinasakan dirimu.”
”Mungkin saja pinto bukan tandingan dari Shen toa cungcu.
tapi jikalau Shen toa cung cu ingin berkelahi, dengan senang
hati pinto pasti akan melayani.”
Shen Bok Hong tertawa terbahak bahak.
”Haaab haaah baah keberanian totiang sungguh membuat
hatiku merasa kagum.”
Bu wi totiang mendengus dingin.
“Shen Bos Hong! Engkau telah memberi penghormatan
bagi arwah Siau taybiap. Ji”ka tiada urusan yang lain lebih
baik cepatlah pergi dari sini.

Shen Bok Hong berpaling dan memandang sekejap kearah
Kian bok hujin. ia lihat perempuan dari suku Biau itu masih
berdiri termangu didepan meja abu Siau Ling. sementara air
mata yang bercucuran makin deras membasahi pipinya.
Dari sini dapatlah diketahui betapa sedihnya perasaan hati
perempuan ini hingga sukar untuk dikendalikan lagi
Sementara itu Lan Giok-tong telah memandang sekejap
kearah Bu wi Totiang dengan pandangan dingin, lalu ia tegur
"Engkau adalah ciangbunjin dari Bu tong pay?"
"Benar” jawab Bu wi totiang sambil mengangguk.
“Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan,
katanya ilmu pedang dari Bu-tong-pay sangat lihay dan luar
biasa, tapi menurut pandanganku. semua berita yang tersiar
hanya kabar bohong belaka''
"Pinto meraca pernah berjumpa denganmu sayang untuk
sesaat tak dapat kuingat kembali siapakah kau! '
Ucapan itu mengandung dua arti yang berbeda, nadanya
sinis dan sama sekali memandang rendah lawannya.
"Aku adalah Lan Giok-tong! pemuda baju biru itu”
memperkenalkan diri, “kalau totiang tidak percaya dengan
perkataanku ini. bagaimana kalau kita buktikan sekarang
juga? Dalam seratus gebrakan aku mampu paksa totiang
untuk lepas pedang dan mengaku kalah!"
Shen Bok Hong yang berada disampingnya segera
goyangkan tangannya mencegah.
''Jangan ribut dulu, aku ingin bercakap cakap lebih jauh
dengan diri totiang.'"
"Apa yang hendak kau bicarakan?” tanya Bu wi totiang.
"Membicarakan soal misalah besar dalam dunia persilatan!”

"Baik! Silahkan Shen toa cungcu katakan pinto akan
mendengarkan dengan sebaik baiknya"
"Mungkin totiang tidak percaya, dalam kenyataan aku
sudah mencengkeram tujuh puluh persen dari kekuasaan
dunia persilatan, asal kuturunkan perintah maka dalam
sekejap mata sembilan partai besar dalam dunia persilatan
akan terjatuh kedalam cengkeraman aku orang she Shen"
"Menurut apa yang pinto ketahui, dalam dunia persilatan
terdapat pula banyak sekali umat persilatan yang bersumpah
akan balaskan dendam bagi kematian Siau tayhiap, tentu saja
diantara mereka terdapat pula orang orang dari sembilan
partai besar"
"Bukankah tujuan kalian menyelenggarakan upacara
kebaktian di tempat juga adalah untuk membalas dendam?
Sayang kalian kembali bertirdak keliru"
"Pinto tak tahu dimanakab letak kekeliruan kami itu??”
"Justru karena kalian berkumpul semua disini, maka aku
akan manfaatkan kesempatan yang ada ini dengan se
baik2nya, aku telah siapkan segerap kekuatan yang kumiliki
dari perkampungan Pek hoa san cung untuk mengepung rapat
seputar tempat ini jika aku gagal untuk menaklukan hati kalian
semua, maka terpaksa aku akan gunakan kekerasan untuk
membasmi kalian semua dari muka bumi"
"Sebelum diselenggarakan upacara kebaktian ditempat ini.
kami semua telah melakukan parsiapan yang matang,
mungkinkah apa yang Shen toa cungcu harapkan bisa
tercapai, aku kuatir pertanyaan tersebut masih merupakan
sebuah tanda tanya besar!"
Sementara Shen Bok Hong hendak menanggapi perkataan
itu. tiba2 terdengar serentetan suara yang amat dingin
menimbrung dari samping:

"Andaikata Siau Ling tidak benar benar mati aku rasa
Shen toa cungcu tak akan mempunyai rasa percaya pada diri
sendiri yang begitu kuat dan tebal!”
Shen Bok Hong segera alihkan sorot mata nya kearah Giok
siau long kun. setelah memandangnya sekejap kemudian ia
menegur:
"Siapa engkau??"
Rupanya Lan Giok tong sendiripun sama sekali tak
menyangka kalau Giok siau long kun bakal munculkan diri
ditempat itu, tak kuasa lagi ia berseru kaget.
Shen Bok Hong segera berpaling.
"Saudara Lan, engkau kenal dengan orang ini ?" dia
menegur.
”Kenal !”
”Siapa dia??”
”Cungcu muda dari perkampungan Pek in sang cung. cucu
lelaki dari Raja Seruling Tio Ci shia.”
"Tutup mulut!" bentak Giok siau long lun dengan gusar
"kakekku adalah apamu? Enak benar menyebut namanya
secara langsung!"
”Hmm ! Hubungan kekeluargaan diantara kita telah putus.”
Shen Bok Hong ulapkan tangannya mencegah Lan Giok
tong berbicara lebih jauh, dengan suara dalam ia beikata.
”Sudah lama kudengar akan nama besar perkampungan
Pek in San cung, sungguh beruntung hari ini aku dapat
berjumpa muka dengan sau cungcu !
”Tak usah berlagak sungkan, maksudku tak lebih hanya
ingin menanyakan suatu persoalan kepada Shen toa cungcu,
aku harap engkau bersedia untuk menjawab dengan
sejujurnya.”

Shen Bok Hong tertawa ewa.
”Perkataan dari sau cungcu memang cukup sadis dan
memaksa orang untuk menuruti nya, andaikata aku tak ingin
menjawab...”
Tapi sebelum Giok siau long kun menanggapi perkataan itu,
dia telah melanjutkan kembali kata2nya.
”Tapi, aku bersedia untuk mendengarkan pertanyaanmu
itu!”
”Pertanyaanku sangat sederhana, aku cuma ingin bertanya
apakah Siau Ling benar2 sudah mati??”
"Kalau benari sudah mati kenapa?? Ka!au cuma pura2 mati
lantas bagaimana??'' Shen Bok Hong balik bertanya.
"Besar sekali sangkut pautnya, berbicara bagi diriku dan
Shen toa cungcu maka hubungannya boleh dibilang antara
mati dan hidup"
Shen Bok Hong tersenyum.
"Aaah! Perkataanmu itu terlalu serius, masa dengan usia
sau cungcu yang masih begitu muda sudah suka
membicarakan soal mati?"
"Aku cuma ingin tahu apakah Siau Ling benar2 sudah
mati?! bentak Giok siau long kun dengan begitu keras.
"Tentu saja benar2 sudah mati!” jawab Shen Bok Hong
dengan sepasang alis matanya berkenyit.
Tiba2 nada suara Giok-siau long kun berubah jadi lembut
dan halus.
"Sungguhkah perkataanmu itu?!”
Shen Bok Hong sendiri diam2 dibuai tercengang oleh sikap
lawannya yang aneh. sebentar bicara sambil mem-bentak2,
sebentar kemudian berbicara dengan suara lembut dan halus,
untuk sesaat ia tak dapat menduga apa yang dia kehendaki

"Aneh benar bocah ini dia berpikir dihati entah apa maksud
serta tujuan yang sebenarnya?!
Berpikir kesitu, diapun menjawab :
"Tentu saja aku tak bohong, bagaimma pendapat saudara?'
"Dimanakah jerasah dari Siau Ling?!”
''Jenasahnva sudah hangus terbakar oleh kobaran api! '
”Pengakuan ini diutarakan dari mulut Shen toa cungcu
sendiri, aku rasa pengakuan ini tak mungkin salah lagi!”
"Dalam kenyataan memang begitulah..."
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan :
"Apakah sau cungcu bersiap sedia untuk balaskan dendam
bagi kematian Siau Ling?'
”Andaikata Siau Ling benar2 sudah mati, aku punya
maksud untuk berbuat begitu, tapi sebelum melihat sendiri
akan jenazahnya aku merasa kurang tenteram"
Sementara itu Kim-hoa bujin telah bangkit berdiri, katanya
dengan suara dingin:
"Hey. usiamu begitu muda tapi kalau ngomong kenapa
begitu tak jelas?”
”Sebenarnya engkau mengharapkan kematian dari Siau
Ling? Ataukah berharap agar dia masih tetap hidup?'"
Selama ini Shen Bok Hong selalu bertindak serius dan tidak
banyak bicara asal dia hadir disesuatu tempat maka dialah
yang berkuasa dan dia juga yang akan melakukan tanya
jawab, tapi terhadap Kim hoa hujin sikapnya sangat istimewa,
dia tak pernah menaruh suatu sikap yang serius terhadap
dirinya. melihat perempuan itu sudah buka suara maka
gembong iblis ini segera menyingkir kesamping dan tidak
berbicara lagi

Giok siau long kun memandang sekejap ke arah Kim hoa
hujin, ia lihat perempuan itu memiliki alis mata yang panjang,
biji mata yang jeli dan muka yang menawan hati, dia segera
mendehem ringan dan menjawab:
"Tentu saja aku berharap dia telah mati.”
Jawaban ini bukan saja sama sekali berada diluar dugaan
Kim hoa hujin, bahkan Shen Bok Hong sendiripun tertegun
dibuatnya, ia lantas berpikir didalam hati:
"Entah permainan busuk apa yang sedang direncanakan
oleh Giok siau long kun? Aneh benar orang ini...."
Sementara itu Kim hoa hujin telah mengerdipkan sepasang
matanya yang besar dan bulat kemudian ujarnya:
”Kalau memang begitu, apa perlunya engkau bertanya lagi?
Dia sudah mati terbakar ditengah hutan.”
Tiba2 Giok siau long kun menengadah dan tertawa terbahak2,
suaranya keras bagaikan Pekikan naga hingga seluruh
ruangan upacara bergetar keras.
Betapa mendongkolnya hati Pek li Peng menyaksikan
tingkah laku pemuda itu, diam diam ia menyumpah didalam
hati:
"Sialan ! Keparat yang tak tahu diri... Hmm. kalau engkau
tahu jika Siau toako duduk segar bugar disini tanggung
engkau tak sanggup tertawa lagi!"
Shen Bok Hong adalah seorang jago kawakan yang
mempunyai pengalaman amat luas-dalam dunia persilatan, ia
dapat menilai keadaan dengan otak dingin, sebelum duduk
nya persoalan dapat diketahui dengan jelas dia tak ingin
mengumbar hawa amarahnya secara sembarangan.
Dengan wajah dingin ia berdiri disisi gelarggang, menanti
Giok siau long kun menghentikan sendiri gelak tertawanya ia
baru berkata dengan nada ketus :

"Siu cungcu, apa yang sedang kau tertawakan ?"
Senyum yang menghiasi wajah Giok-siau long kun lenyap
tak berbekas, per lahan2 katanya :
"Aku sedang tertawa, apabila Siau Ling benar2 telah mati,
maka aku rasa tak akan ada orang yang akan mencatut nama
Siau Ling untuk menjadi Siau Ling gadungan lagi”
Bicara sampai disitu dia melirik sekejap kearah Lan Giok
tong dengan pandangan dingin.
Sorot mata itu penuh mengandung rasa benci dongkol dan
pelbagai perasaan lain yang bercampur aduk.
Kiranya, dalam kejadian yang lampau justru karena Lan
Giok tong menyaru sebagai Siau Ling gadungan maka Gak
Siau cha yang mendapat kabar itu segera tinggalkan dirinya
seorang diri, andaikata Lan Giok tong tidak menyamar sebagai
Siau Ling gadungan, mungkin saat ini Gak Siau cha sudah
menjadi istrinya.
Walaupun dikemudian hari Siau Ling yang asli benar
benar munculkan diri dunia persilatan, waktu itu nasi sudah
menjadi bubur. Gak Siau cha telah menjadi Thio hujin, apa
yang bisa dikatakan lagi
Setelah kejadian itu, berulang kali Giok siau long kun
membayangkan persoalan itu makin dipikir ia merasa semakin
benci, dia merasa semua perubahau yang terjadi hingga
berakhir demikian ini adalah berkat pengacauan dari Lan Giok
tong.
Sementara itu Lan Giok tong telah berkata pula dengan
suara dingin :
”Heeeh heeeh heeebb Thio heng jangan terlalu gembira,
meskipun Siau Ling telah mati, aku toh masih hidup dikolong
langit!”

"Heeeh heeeh heeeh kalau engkau sudah bosan hidup,
itulah jauh lebih baik lagi, akan kuhantar engkau pulang
keakhirat” balas Giok siau long kun pula sambil tertawa dingin.
Ucapan tersebut makin menggusarkan hati Lan Giok tong,
teriaknya dengan lantang:
”Orang lain mungkin akan jeri terhadap ilmu seruling
keluarga Thio, tapi aku tidak takut, akan kulayani keinginanmu
sampai di manapun juga ..”
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah ribut sendiri
dan saling maki memaki dengan ramainya, semua orang tak
tahu apa yang sedang diributkan oleh mereka berdua , hanya
Siau Ling seorang yang tahu duduk persoalan yang
sebenarnya, dua orang bersaudara yang masih punya
hubungan darah ini bisa saling bermusuhan hingga ibaratnya
air dan api, lak lain tak bukan hanya disebabkan mereka saling
memperebutkan diri Gak Siau cha .
Ada satu hal yarg tidak dimengerti Siau Ling, di hari2 biasa
Lan Giok-tong sangat jeri terhadap Giok siau long-kun. apa
sebab nya sekarang malah unjukkan sikap yang gagah berani
dan sama sekali tidak terlintas perasaan takut ?
Sementara itu Giok siau-long kun telah menggertak mundur
dua langkah kebelakang, ujarnya dengan dingin :
"Hayo kita adu kepandaian didepan meja abu Siau Ling.
dalam seratus jurus akan ku cabut selembar jiwamu!"
Walaupun Lan Giok-tong sendiri sadar kalau ilmu silat yang
dimilikinya masih belum dapat menandingi kehebatan dari
Giok siau long kun, tetapi dia sendiripun tak dapat menahan
diri. Per lahan2 pemuda itu maju kedalam gelanggang dan
berkata :
"Baik! Kita adu kekuatan sebanyak seratus gebrakan"
Sebenarnya maksud Lan Giok-tong adalah memancing
kemarahan Giok-siau long kun sehingga dia menantang Shen

Bok Hong dan Kim hoa hujin. apabila kedua orang jago inipun
menjadi gusar maka dalam pertarurgan yang kemudian
berlangsung, Giok-siau long kun pasti dapat dibasmi dari muka
bumi, itu berarti daa akan kehilangan seorang musuh cinta.
Siapa tahu apa yang diharapkan sama sekali tidak
terwujud, bukan saja Giok siau-long kun sama sekali tidak
menyerang dirinya. dia malah mundur dua langkah dan
menantang dirinya untuk berduel.
Berada dihadipan umum, sudah tentu Lan Giek tong tak
dapat menarik tantangan orang, walaupun dia sadar bahwa
kepandaian silatnya masih belum mampu menandingi Giok
siau-long kun, terpaksa dengan perasaan apa boleh buat dia
maju kedepan.
Langkah kakinya sangat lambat dalam hati dia berharap
agar Shen Bok Hong atau Kim hoa hojin turun tangan
menghalangi perbuatannya itu, dengan demikian diapun akan
mengundurkan diri secara hormat.
Siapa tahu baik Shen Bok Hong maupun Kim hoa hujin
sama sekali udak buka suara, malahan memandangpun tidak
se olah2 mereka sama sekali tidak melihat akan kejadian
tersebut.
Dalam keadaan seperti ini. terpaksa Lan Giok tong harus
tampil kedepan untuk menerima tantangan Giok siau long kun,
pedangnya segera dicabut keluar dari dalam sarung.
Bu wi lotiang mengerutkan dahinya, ia segera berseru.
"Tempat ini tidak sesuai untuk melangsungkan
pertarungan, kalau ingin adu kepandaian silahkan pilih saja
tempat yang lain.”
Lan Giok tong berpaling dan memandang sekejap kearah
Shen Bok Hong, dari sikapnya yang tertegun agaknya ia
sedang menunggu pertimbangan dari gembong iblis itu.

Setelah urusan jadi begini, tentu saja Shen Bok Hong tak
dapat pura2 belagak pilon lagi, dia tertawa ewa dan berkata:
'"Lan si heng. bagaimana kalau kau berabar untuk
sementara waktu? Kesempatan di-kemudian hari masih
banyak, Suatu ketika toh akhirnya persengketaan diantara
kalian berdua dapat dibereskan"
Menggunakan kesempatan itu Lan Giok tong batalkan
niatnya untuk bertarung, dia masukkan kembali pedangnya
kedalam sarung dan per lahan2 mundur kebelakang Shen Bok
Hong.
Giok situ long kun sendiri segera menengadah keatas dan
tertawa ter bahak2 dia melangkah keluar dari ruangan itu.
Belum jauh dia berjalan. tiba2 Suma Kan telah lari masuk
kedalam sambil berkata:
"Ada seorang tamu perempuan datang menyambangi
arwah Siau tayhiap!'
"Beritahu kepadanya kalau Shen toa cane cu berada disini,
harap tunggu sesaat lagi!” jawab Bu wi totiang.
"Aku telah berkata demikian, tapi ketika tamu perempuan
itu mendengar kalau Shen toa cungcu ada disini. ia semakin
bersikeras untuk masuk kedalam"
Waktu itu Giok siau long kun sudah hampir keluar dari
ruang sembahyangan ketika mendengar laporan dari Suma
Kan itu ia segera menghentikan langkahnya.
Terdengar Bu wi totiang bertanya:
”Sudah kau tanyakan siapa nama nona itu”
"Sudah!'' jawab Sumi Kan "ia mengaku she Gak."
' Bagus ..bagus sekali!' Shen Bok Hong segera menanggapi
"apakah nona Gak menerangkan juga, apa sebabnya dia
hendak ber jumpa dengan aku?''

Suma Kan tidak mananggapi pertanyaan itu.
Sementara Bu wi totiang telah bertanya kembali;
”Apakah dia adalah nona Gak Siau-cha?”
”Tentang soal ini, aku tidak sampai menanyakan,”
”Silahkan dia masuk !”
Suma Kan mengiakan, baru saja dia hendak putar badan,
tiba2 terdengar seorang dara berkata :
”Tak usah merepotkan engkau !”
Seorang dara baju putih yarg gagah dan agung per-lahan2
berjalan masuk kedalam ruangan.
Siau Ling segera berpaling, begitu mengetahui siapa yang
datang hatinya langsung berdebar keras pikirnya:
"Aaah.. ,benar2 enci Gak yang datang"
Gak siau cha mengenakan pakaian berkabung, malahan
suatu pakaian berkabung yang lengkap dengan kain kerudung
kepala warna putih serta sepatu warna putih juga.
Meskipun sedang berkabung, akan tetapi pakaian tersebut
sangat ringkas dan ketat, se akan2 dia telah bersiap sedia
untuk melangsungkan pertarungan dimanapun juga.
Sepasang mata gadis itu merah membengkak karena
terlalu banyak menangis meski begitu sinar mata yang
memancar keluar terasa tajam bagaikan aliran listrik.
Rupanya Gak siau cha sama sekali tak menduga kalau Giok
siau long kun serta Lan Giok tong semuanya hadir disana
dikala mereka saling bertemu muka, dara itu kelihatan rasa
tertegun
Tapi semua kejadian itu hanya berlangsung dalam sekejap
mata, setelah tertegun sebentar akhirnya dia pulih kembali

dalam ketenangan, per lahan2 gadis itu lanjutkan kembali
langkahnya menuju kejapan meja abu.
Bersamaan itu pula dua orang gadis berpakaian warna
putih berkabung dengan pedang tersoren dipinggang ikut
masuk kedalam ruangan tanpa menimbulkan sedikit suarapin,
mereka langsung berdiri dibelakang Gak siau cha
Siau Ling segera kenali dua orang gadis itu sebagai Soh
Bun serta Siau Hong.
Di hari2 biasa Siau Hong gemar mengenakan pakaian
warna merah menyolok, tapi sekarang ia telah mengenakan
pakaian warna patih bersih, mukanya kelihatan jauh lebih
kalem dan lebih dewasa daripada dihari hari biasa.
Setibanya didepan meja abu. Gak siau cha segera jatuhkan
diri berlutut diatas tanah dengan suara lantang dia berkata:
"Adik Ling walaupun arwahmu telah dialam baka tentunya
kau mengetahui bukan akan kehadiranku kesini surat wasiat
dari mendiang ibuku dengan jelas mengatakan bahwa aku... "
Tiba2 suara batuk keras dan berat memotong perkataan
dari Gak sian cha itu.
Cepat gadis itu berpaling ia lihat orang yang terbatuk itu
adalah Giok siau long kun-sepasang alis matanya kontan
berkenyit, namun ia tidak menegur atau mengatakan sesuatu.
Giok siau long kun adalah seorang pemuda yang cerdik,
dari nada suara Gak Siau cha, dia telah menebak suara hati
gadis itu, ia tahu dara tesebut hendak menggunakan
kesempatan yang ada sekarang untuk mengutarakan suara
hatinya dan menyatakan kalau dia sudah menjadi istri Siau
Ling.
Jikalau sampai terjadi begini, maka sekalipun dikemudian
hari dia mempunyai kesempatan untuk menebak dara itu, Gak
Siau cha bisa menggunakan alasan tersebut untuk menampik
permintaannya.

Oleh sebab itulah Giok s au long kun se cgaja mengacau,
agar gadis itu tak mampu r.engutarakan suara batinya itu.
Setelah memandang sekejap kearah Giok tiiau long kun,
Gik Siau cha melanjutkan kembali kata2nya dengan suara
lantang :
"Dalam surat wasiat yang ditinggalkan mendingan ibuku
dengan jelas telah tertera bahwa aku telah dijodohkan
kepada,.."
"Nona Gak!" kembali Gak siau long kun mengacau dengan
suara keras bagaikan geledek.
"Ada apa?" sanya Gak Siau cha dingin.
”Siau Ling telah mati, bukankah ergkau akan balaskan
dendam bagi dirinya??”
”Tentu saja aku harus membalas dendam bagi
kematiannya.”
”Dengan kekuatanmu seorang diri, tidakkah engkau merasa
bahwa tenagamu terlalu minim??”
”Tidak mengapa, jika aku gagal untuk membalaskan
dendam, paling sedikit aku bisa bertarung sampai titik darah
yarg penghabisan, diakhiratpun aku bisa berjumpa lagi dengan
dirinya.”
Giok siau long kun tertawa ewa.
”Jika engkau mati dalam pertarungan, itu berani engkau
gagal untik balaskan dendam bsgi dirinya, apikah kematianmu
itu tidak terlalu penasaran??”
”Apakah Thio heng mempunyai usul yang bagus-,??”
“Maksudku, apalagi nona memang berhasrat untuk
membalaskan dendam bagi kematian Siau Ling, maka
sepantasnya kalau engkau pusatkan segenap perhatian dan

kekuatan untuk membalas dendam, walau harus
menggunakan cara yang paling rendahpun.”
Rupanya Gak siau cha sudah dibikin tertarik hatinya oleh
ucapan Giok siau long kun itu. dia mengerdipkan matanya dan
bertanya:
"Lalu bagaimana?"
"Setiap orang yang sanggup membalaskan dendam bagi
kematiaa Siau Ling harus nona anggap sebagai sahabat karib
dan berbicara dari keadaan dunia persilatan saat ini
sepantasnya kalau pertama tama nona menarik aku masuk
kedalam rombonganmul”
Gak siau cha termenung dan berpikir sebentar lalu
menjawab:
'Benar, apabila aku hendak balaskan dendam bagi kematian
saudaraku itu dengan cara apapun juga, pertama tama aku
memang harus mengundang Thio heng karena engkaulah
satulnya orang yang paling tangguh"
Giok siau long kun tertawa ter bahak2!
''Haahh haahhh haahnh terima kasih atas pujian nona.. ."
Tiba2 ia menghela napas sedih, sambung-nya:
"Nona, tidaklah engkau merasakan bahwa hubungan
diantara kita berdua menjadi jauh lebih renggang, malah
terasa asing sekali...."
Terbayang kembali hubungan mereka dimasa yang silam,
Gak Siau cha ikut menghela napas sedih, ia gelenglan
kepalanya berularg kali.
"Sudah sembuhkah yang diderita Thiong heng?!” dia
bertanya.
Bukan menjawab Giok siau-long-kun malah balik bertanya.
"Nona sudah berjumpa dengan gurumu?"

Gak Siau cha menggeleng.
"Belum” jawabnya
"Untung Ilmu pertabiban, obat mujarab serta
penyembuhan secara batin dari Koh may-nay sangat lihay. aku
berhasil diselamatkan dari jurang kematian"
Tentu saja Gak Siau-cha dapat memaklumi apa yang di
maksudkan sebagai penyembuhan secara batin, cuma dia
tidak bertanya lebih jauh.
Terdengir Giok siau long kun melanjutkan kembali
kata2nya:
"Bibi telah memberitahukan sepatah kata kepadaku, ucapan
tersebut jauh lebih mannur rasanya daripada minum be ratus2
butir obat mujarab, dia. berjanji kepadaku apapun yang
kuhendaki dia pasti akan penuhi, asal badanku sehat kembali
maka dia bersedia membatu diriku dengan sepenuh tenaga..."
Gak Siau-cha berdiri menjublak din untuk sesaat lamanya
tak mampu ber-kata2 ia tak menyangka kalau gurunya
bersedia membantu pemuda itu dengan sepenuh tenaga.
Giok siau-long-kun tertawa getir, kembali ia bertanya :
"Engkau takut?"
Gak Siau-cha menggeleng.
”Aku berhutang budi kepada suhu budi itu kalau dihitung
maka jauh lebih berat daripada sebuah bukit karang,
walaupun demikian aku tak dapat pula membangkang pesan
terakhir dari ibuku, aku tak ingin menjadi seorang anak yang
tidak berbakti! '
Giok-siau long kun menghembuskan napas panjang.
"Aku tahu, sekalipun dia orang tua membantu aku dengan
sepenuh tenaga, belum tentu apa yang kuharapkan dapat
tercapai dengan memuaskan hati, tapi apa yang dia katakan

memang benar, aku harus menyayangi tubuh sendiri, sebab
hanya tubuh yang sebat baru dapat melakukan segala
galanya.
”Cepat amat penyakitmu itu sembuh kembali.”
”Asal pikiran dan perasaanku terbuka kembali, tentu saja
sakitku akan cepat sembuh toh bibi mempunyai obat2an yang
sangat mujarab! '
Gak Siau cha tidak menggubris ocehan dari Giok siau long
kun lagi, per lahan2 dia berpaling dan menyembah didepan
meja abu Siau Ling.
Kali ini dia tidak berdoa dengan suara keras lagi. tapi hanya
berkemak kemik dengan suara lirih, orang lain hanya melihat
bibir nya bergetar namun tak tahu apa yang sedang
diucapkan.
Sikap Shen Bok Hong sangat tenang, selama ini dia hanya
berdiri diam tanpa bergerak ataupun mengucapkan sepatah
kaia
--ooo0dw0ooo—
89
BU WI TOTIANG sendiripin menunjukkan sikap yang tenang
dan kalem, sebab jauh sebelum kejadian itu berlangsung, hal2
sererti ini telah diduga olehnya dan It bun Han-to serta Sun
Put shia telah mengatu1" segala sesuafurya dengan rapi.
Menanti Gak Siau-cha telah bangkit berdiri. Shen Bok Hong
baru berkata dengan per lahan :
”Akulah Shen Bok Hong, aku dengar nona hendak
menjumpai diriku??”
”Aku kenal engkau !”

Shen Bok Hong bukan erang bodoh, dari pembicaraan yang
sedang berlangsung antara Giok siau-long kun dengan Gak
Siau cha ia dapat meraba sedikit duduk persoalan yang
sebenarnya, bahkan dari pembicaraan Lan Giok tong diapun
tahu kalau pemuda tersebut rela berbakti kepadanya,
kesemua nya itu tak lain hanya dikarenakan soal Gak Siau cha.
Syarat yang diajukan Lan Giok tong sewaktu
menggabungkan diri hanya ada satu, yakni minta bantuan
Shen Bok Hoag untuk menanggap Gak Siau cha serta
mengawinkan gadis iiu dengan dirinya.
Oleh karena itulah dalam hati kecil Shen Bok Hong telah
membekas Suatu kesan yang mendalam atas diri Gak Siau
cha, ia tak tahu apa sebabnya Giok-siau-long-kun mau pun
Lan giok siau.cha bisa ter-gila2 kepada gadis itu sehingga rela
saling gontok2an.
"Aku harus amati raut wajah gadis ini dengan seksama"
pikirnya dalam hati," akan kulihat keistimewaan apakah yang
di miliki dara ini sehingga begitu memikat hati dua orang
pemida itu ."
Ketika paras muka gak siau cha diawasi dengan teliti, ia
lihat paras gadis itu memang cantik dan agung namun tiada
suatu daya tarik lain yang mampu membuat hati orang jadi
kesima, ini membuat hatinya jadi tercengang dan tak habis
mengerti.
"Sungguh aneh !" pikirnya, " sekalipun gadis ini termasuk
seorang gadis yang cantik jelita namun tidak memiliki ke
istimewaan apapun, tapi apa sebabnya Giok siau long kun
serta Lan Giok tong bisa di bikin ter gila2 olehnya?"
Dalam pada itu Giok siau cha telah menegur dengan suara
dingin:
"Shen Bok Hong engkau telah membunuh saudara Siau
ku?"

Shen Bok Hong tersenyum.
"Aku tidak membunuhnya kami melepaskan api dan
membakarnya hidup? dihutan belantara! '
"Aku rasa baik dibunuh atau dibakar sama sekali tak ada
bedanya!"
"Memang sama2 mampusnya. cumi aku yakin rasanya
sewaktu kematian berlangsung tentu sangat berbeda!' kata
Shen Bok Hong sambil tertawa tergelak.
"Hutang uang- bayar uang. hutang nyawa bayar nyawa...."
”Betul!” balas gembong iblis itu lagi; ”hutang nyawa
memang musti dibayar dengan nyawa, cuma harus dilihat
dulu adakah orang yang sanggup balaskan dendam bagi
kematiannya"
"Akulah yang akan balaskaa dendam bagi kematian
saudara Siau!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, dengan
sepasang mata yang tajam Shen Bok Hong awasi gerak gerik
Gak Siau-cba tanpa berkedip, ia berbarap bisa temukan
keistimewaan yang dimiliki gadis ini, sehingga kecantikannya
mampu membuat dua orang pemuda ter-gila2 kepadanya.
Haruslah diketahui, bukan saja Giok siau long kun serta Lan
Gio tong memiliki ilmu silat yang sangat tinggi bahkan
memiliki paras muka yang tampan dan lagi masih muda,
kegantengan mereka merupakan incaran dari kebanyakan
gadis2 cantik, sebaliknya Gak Siau cha bukan saja tidak
menerima cinta mereka berdua, bahkan menolaknya mentah2,
kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang
aneh.
Setelah di amatinya dengan seksarna, akhirnya Shen Bok
Horg baru berhasil menemukan kalau Gak Siau cha memang
benar2 mempunyai kelainan jika dibandingkan dengan gadis2
lain.

Dia memiliki raut wajah yang cantik serta daya tarik yang
gampang membuat hati orang jadi terpesona sekalipun
sedang gusar namun sikap maupun mimik wajahnya
menunjukkan suatu kelainan dari pada orang biasa.
Sesaat kemudian, Shen Bok Hong merasakan jantungnya
berdebar keras. dia ikut terkesima sehingga lupa untuk
menjawab pertanyaan dan Gak siau cha itu
"Shen Bok Hong! kembali Gak siau cha membentak dengan
suara keras, mari kita langsungkan pertarungan yang
menentukan mati hidup kita didepan meja abu dan saudara
Siau ini juga!"
Sinar mata yang sangat aneh memancar keluar dari
sepasang mata Shen Bok Hoag„ tiba2 ia tertawa tergelak.
'Haahh haahhh hahh nona, engkau percaya kalau
kemampuan yang kau miliki sanggup untuk menangkan aku
orang she Shen??”
Gak siau cha mendengus dingin.
"Hmmm! Untuk menang aku memang tidak punya
keyakinan, tapi aku memiliki suatu tekad, tekad untuk
bertempur hingga titik darah penghabisan.!''
Shen Bok Hong tertawa ewa.
"Ada satu hal sampai sekarang aku masih tidak paham,
bersediakah nona untuk memberi penjelasan?"
'Soal apa? Cepat katakan!"
Sementara itu Siau Ling yang mengikuti jalannya peritiwa
dari samping gelanggang, diam2 merasa amat cemas, pikirnya
Sudah pasti kepandaian silat yang dimiliki enci Gak tak
akan berhasil menangkan Shen Bok Hong, andaikata mereka
berdua betul2 sampai terlibat dalam suatu pertarungan yang
seru. terpaksa aku harus tampilkan diri untuk membela
dirinya...'

Sementara itu Shen Bok Hong telah berkata :
"Kelebihan apa yang dimiliki Siau ling sehingga nona begitu
kesemsem dan terkesima olehnya? Apa pula harganya bila
nona untuk mengorban diri demi dia yang sudah tiada?"
"Itu urusan pribadiku, aku rasa sama sekalii tak ada
sangkut pautnya dengan engkau!"
Shen Bok Hong berpaling dan memandang sekejap kearah
Lan Giok tong. kemudian bertanya lagi ;
”Nona Gak, engkau kenal bukan dengan saudara ini?"
"Kenal, ada apa?"
Shen Bok Hong tertawa ter bahak2.
“Haaah haaah haah kalau memang begitu bagus sekali,
saudara Lan bersedia masuk kedalam perkampungan Pek hoa
san cung ku lantaran dia cinta kepada nona Gak ia takluk
kepadaku karena mengharapkan bantuanku dan aku telah
menyanggupi sebuah syaratnya.”
Berbicara sampai disitu ia berhenti sebentar sambil
memandang kearah Gak Siau cha
Rupanya gadis itu pun mempunyai rencana sendiri yang
dianggap matang, ia cuma mendengus tanpa menanggapi.
Melihat gadis itu membungkam, terpaksa Shen Bok Hong
melanjutkan kembali kata2 nya:
“Syarat yang telah kusanggupi adalah membantu dia untuk
menawan nona, kemudian menjodohkan diri nona untuk
menjadi istri nya.
Gak Siau cha tertawa dingin, ia masih tetap membungkam
dalam seribu bahasa.
---ooo0dw0ooo---

Jilid: 36
MELIHAT mana Shen Bok Hong berkata lebih jauh :
“Berhubung syarat itu sudah kukabulkan, maka dari itu aku
harap nona tak usah kuatir, sekalipun engkau sangat benci
kepadaku dan ingin membunuh aku, namun sebaliknya aku
tak akan membinasakan dirimu!”
“Cabut senjatamu!” seru Gak Siau-cha dingin,
“Silahkan nona yang pakai senjata, aku akan melayani
permainan nona dengan sepasang tangan kosong!”
Gak Siau cha melepaskan ikat pinggangnya dan cabut
keluar sebilah pedang lemas, kemudian sekali sentak dia siap
untuk turun tangan.
“Nona, harap tunggu sebentar!” tiba-tiba Giok siau longkun
berseru lantang.
Gak Siau cha berhenti seraya memandang sekejap kearah
pemuda itu.
“Ada urusan apa??
“Biar aku yang melakukan pertarungan babak pertama ini
!”
“Aaai..engkau tidak mungkin bisa menandingi kelihayan
dari Shen Bok Hong ! “ kata gadis itu sambil menghela nafas.
Giok siau long kun tertawa ewa.
“Aku tahu tak mungkin ilmu silatku dapat menangkan
dirinya, tapi, memangnya aku tak dapat melakukan
perlawanan hingga titik darah penghabisan??”
“Tapi apa gunanya bagimu ? Engkau toh tidak mempunyai
hubungan apa-apa dengan Siau Ling??”
Giok siau long kun menghela nafas.

“Aaai ! Bukankah engkau akan balaskan dendam bagi Siau
Ling dan bertarung hingga titik darah penghabisan??”
“Benar !”
Dengan sedih Giok siau long kun berkata kembali :
“Kalau engkau akhirnya mati disini, lalu apa artinya pula
kehidupan bagiku?”
“Daripada hidup sebatang kara, lebih baik aku mati duluan,
siapa tahu aku bisa menangkan berapa titik air mata
simpatimu? Aaai. meskipun hanya dua titik air mata, aku
sudah merasa lebih dari cukup”
Gak Siau-cha yang tenang dan pandai membawa diri kali ini
tak dapat membendung rasa harunya lagi, ia menghela napas
panjang.
“Saudara Thio, siau moay dapat merasakann cinta kasihmu
yang tulus itu dan cintamu dapat kuresapi hingga kedalam hati
sanubariku, engkau tak perlu berkorban bagi Siau Ling, sebab
hal ini tak perlu bagimu! “
Tiba-tiba Giok siau long kun menengadah dan tertawa
tergelak.
“Haahh..haah... haah., sudah lama sekali siau heng tak
pernah mendengar ucapanmu yang begitu lembut dan halus..”
Ia menyingkap jubah panjangnya dan cabut keluar sebuah
seruling kumala yang panjang, kemudian melanjutkan :
“Aku bukan berkorban untuk Siau Ling aku pertaruhkan
selembar jiwaku hanya untukmu seorang!”
Kepada Shen Bok Hong sambil menuding dengan seruling
kumalanya dia berseru,
“Dalam dunia persilatan tersiar berita yang mengatakan,
ilmu silat dari Shen toa-cungcu sangat lihay, sudah lama
kudengar akan kehebatanmu ini, aku harap hari ini bisa kau

tunjukkan kehebatanmu itu dihadapanku. Nah saudara,
silahkan cabut keluar senjatamu !”
“Engkau adalah keturunan dari Raja seruling Thio Hong? “
tanya Shen Bok Hong sambil tertawa ewa.
“Benar, dengan kedudukan aku orang she Thio, rasanya
masih berhak untuk menantang Shen toa cungcu untuk
berduel bukan??”
“Keluarga Thio tersohor sebagai keluarga besar yang
bermartabat tinggi. Kalau ditinjau kembali perkampungan
kalian memang terhitung sebuah perkampungan besar, cuma
aku orang she Shen betul-betul tak habis mengerti, apa
sebabnya saudara ajak aku untuk berkelahi??”
“Apa yang kupikir dan apa yang kulakukan tak mungkin
bisa dipahami oleh semua orang, Shen toa-cungcu ! Engkau
tak usah banyak bicara lagi, silahkan cabut senjatamu.”
Shen Bok Hong masih tetap mengejek dingin.
“Aku merasa sangat heran, sekalipun tujuanmu adalah Gak
Siau-cha, tapi Siau Ling toh merupakan musuh cintamu yang
terutama? Halangan bagimu telah kubantu untuk singkirkan,
sepantasnya kalau engkau merasa berterima kasih atas
bantuan yang kuberikan ini, bukannya menerima kasih kenapa
engkau malah tantang aku untuk berkelahi?!”
“Masalah ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Siau
Ling, aku berbuat begini hanya untuk nona Gak seorang!”
“Seandainya Siau Ling masih hidup?”
“Tentang soal ini., tentang soal ini..” untuk sesaat lamanya
Giok siau long kun cuma bisa tertegun.
Dengan suara dingin Shen Bok Hong berkata lebih jauh :
“Seandainya aku tidak bakar Siau Ling sampai mati, maka
antara engkau dengan Siau Ling masih akan tetap terikat
hubungan sebagai musuh yang tak mungkin bisa diakurkan

lagi, sudah tentu Gak Siau cha akan membantu Siau Ling
daripada membantu kau bila sampai terjadi pertarungan..”
“Saudara, sebentar lagi aku akan menjadi masuh
bebuyutan dari nona Gak, ini disebabkan karena aku telah
membantu kau untuk bunuh Siau Ling, cobalah bayangkan?
Aneh toh rasanya kalau orang yang berbudi kepadamu
malahan kau anggap sebagai musuh besar? Nah, pikirlah
sendiri pantas tidak kalau engkau bikin perhitungan dengan
aku? “
Walaupun Gik Siau cha sendiripun tahu kalau Shen Bok
Hong sedang menghasut pemuda itu agar jangan membantu
pihaknya untuk bikin perhitungan dengan iblis tersebut, akan
tetapi dia sama sekali tidak berusaha untuk mencegah, sebab
dia sendiri pun memang tidak berharap kalau Giok-siau-long
kun pertaruhkan jiwa demi dirinya, diam-diam ia malah
berharap agar hasutan itu manjur hingga pemuda itu
mengundurkan diri dari situ.
Ia merasa sudah terlalu banyak ia berhutang budi pada
Giok siau long kun, kalau sekarang pemuda itu bersedia untuk
korbankan jiwanya demi dia, sudah pasti dia akan semakin
tidak tenteram.
Oleh karena itulah, gadis itu tetap membungkam tanpa
mengucapkan sepatah katapun
Terdengar Giok siau long kun berkata
“Apa yang toa cuogcu katakan memang betul, jika Siau
Ling hidup didunia maka aku merupakan musuh bebuyutan
yang tidak mungkin bisa diakurkan lagi, sebaliknya kalau dia
sudah mati maka dia merupakan sahabat karibku!”
“ Oooh suatu perhitungan yang tolol dan membingungkan!

“Tidak, tidak membingungkan, tapi jelas.. yah jelas sekali !
Inipun harus dilihat dulu bagaimana tanggapanmu ? Jikalau

engkau tidak menginginkan suatu kehancuran secara total,
aku harap engkaupun jangan terlalu membenci diri Siau Ling
lagi”.
Shen Bok Hong mengangguk.
“Jadi kalau begitu, Thio si-heng sudah bertekad untuk
menantang aku berduel??”
“Benar, dan pertarungan ini bukan pertandingan adu silat,
kita akan bertempur sampai salah seorang diantara kita
mampus !”
“Sekarang juga engkau akan bertarung ? Tidakkah merasa
terlalu kepagian?” kata gembong iblis itu seraya tertawa.
“Kenapa??”
“Aku hendak memberi kesempatan lagi bagimu untuk
berpikir lebih jauh, bagaimana kalau pertarungan ini kita
undur sampai besok tengah hari??”
Giok-siau long-kun alihkan sorot matanya keatas wajah Gak
Siau cha, kemudian bertanya:
“Bagaimana pendapat nona Gak??”
“Terimalah permintaannya itu !”
“Besok kita akan berjumpa dimana?” tanya Giok siau long
kun kemudian.
“Menurut pendapat Thio si heng??”
“Bagaimana kalau kita tetap berjumpa didepan meja abu
dari Siau Ling ini ?”
“Baik, besok tengah hari aku orang she-Shen pasti akan
dalang tepat pada waktunya”
“Kalau begini, akan kunantikan kedatanganmu besok
siang.”
Shen Bok Hong segera memberi hormat sambil putar badan

“Aku mohon diri dulu !”
Kemudian kepada Bu wi totiang katanya pula:
“Harap totiang mengadakan persiapan pula, besok siang
selesai aku orang she-Shen bertempur melawan Thio kongcu
akupun hendak menantang totiang sekalian untuk berduel.”
“Sampai waktunya pinto sekalian akan me nantikan
petunjukmu, maaf tidak kuhantar sampai jauh”
“Tak perlu!” dengan langkah lebar gembong; iblis itu
segera berlalu dari ruangan.
Menanti bayangan tubuh dari Shen Bok Hong sekalian
sudah lenyap dari pandangan Bu wi totiang baru
menghembuskan napas panjang seraya berkata:
“Nona Gak, Thio kongcu, silahkan masuk keruang belakang
untuk beristirahat!”
Giok siau long kun tidak memberi tanggapan, diam-diam
dia awasi semua gerak gerik dari Gak Siau cha, menanti gadis
itu sudah masuk keruang belakang Giok siau long kun baru
menyusul dibelakangnya.
Melihat gerak gerik mereka, dengan ilmu menyampaikan
suara Pek li Peng segera berbisik :
“Toako, setelah kita melihat kesemuanya itu, kita tak boleh
membiarkan Giok siau long kun sampai menipu diri enci Gak,
aku akan beri tahu kepadanya kalau engkau masih hidup”
Siau Ling terperanjat cepat dia sambar pergelangan kiri Pek
li Peng dan mencegah gadis itu pergi dari sana.
“Jangan bertindak gegabah.” bisiknya dengan lirih.
Mereka berdua dengan jarak yang sangat dekat, sekali
sambar tangan gadis itu sudah dapat disentuh, karenanya
gerak gerik mereka tidak sampai menimbulkan kecurigaan
orang.

Walau begitu Siau Ling mengerti bahkan It bun Han to
adalah seorang manusia yang bertindak cermat, sudah pasti
dia telah menyebarkan anak buahnya sekitar ruangan
tersebut, apabila jejak nereka ketahuan maka sudah pasti
rahasia penyaruan merekapun akan terbongkar.
Maka setelah menarik pergelangan kiri Pek li Peng, dia
segera lepas tangan kembali sambil berbisik lirih:
“Sudah terlalu lama kita berdiam didalam ruangan ini, hayo
kita pergi saja sini”
Sambil bangkit pemuda itu berjalan keluar dari situ.
Pek li Peng mengikut dibelakangnya, dalam waktu singkat
mereka sudah meninggalkan ruang kebaktian tersebut.
Akhirnya mereka mencari sebuah tenda yang tiada
penghuninya dan masuk kedalam. Setibanya dalam tenda,
dengan sorot mata tajam Pek-li Peng menyapu sekejap sekitar
ruangan, setelah yakin kalau disitu tak ada orang, dia lantas
berbisik lirih
“Toako, bagaimanapun juga kita harus berusaha untuk
menyusup masuk keruang belakang. kita lihat bagaimana
keadaan didalam situ”
Lama sekali Siau Ling membungkam, sementara sinar yang
sangat aneh memancar keluar dari balik matanya.
Ketika merasa keanehan Siau Ling, dengan cepat Pek li
Peng berpaling kemudian ujarnya lagi :
“ Giok siau long kun mempunyai maksud yang kurang baik
terhadap enci Gak, padahal enci Gak menganggap kau sudah
mati, Bagaimanapun juga kita harus berusaha keras untuk
menyampaikan berita tentang masih hidupnya engkau kepada
dirinya?”

Per-lahan-lahan Siau Ling berpaling, ia mena tap wajah
Pek-li Peng tanpa berkedip, lama sekali pemuda itu baru
menggeleng sambil berkata,
“Peng ji, Giok siau long kun amat mencintai enci Gak
bahkan cinta yang berkobar membuat pikirannya jadi
nyeleweng, bukankah pemuda itu kelihatan mengenaskan
sekali?”
Pek li Peng tertegun, sesaat kemudian baru mengangguk.
“Memang benar perkataan toako, tapi kenapa ?”
“Kecuali wataknya yang terlau kasar, pikiran serta jiwanya
terlalu cupat dan sempit, sebetulnya Giok situ long kun tidak
terhitung seorarg manusia yang jahat, benar bukan??”
“Tapi dia amat jahat terhadap toako!” bantah Pek li Peng
dengan penasaran.
“Sebenarnya antara aku dengan dia tiada ikatan dendam
ataupun sakit hati, tapi lantaran enci Gak dia jadi membenci
kepadaku dia selalu menganggap aku sebagai satu-satunya
musuh cinta yang menghalangi habungannya dengan enci Gak
!”
Pek li Peng menghela napas panjang.
“Toako tidak membenci dirinya?” ia bertanya.
“Kenapa aku musti benci kepadanya..” jawab Siau Ling
seraya menggeleng.
“Aaai, kebesaran jiwa dan toako memang kian lama kian
bertambah agung, sungguh membuat hati orsng jadi kagum!”
Siau Ling tertawa sedih.
“Peng ji, setelah Giok siau long kun menantang Shen Bok
bong untuk berduel disini besok siang, dia pasti akan
melakukan suatu persiapan yang amat matang, sebelum
semuanya jadi terlambat kita harus berusaha untuk

menyelidiki kekuatan yang dimiliki gembong iblis itu, kemudian
beri tahu kepada It bun Han to agar dia sempat melakukan
persiapan”
“Tiba-tiba akupun teringat akan satu persoalan, andai kata
besok siang benar-benar terjadi suatu pertarungan sengit,
apakah toako jaga akan munculkan diri untuk membantu
mereka?”
“Hal ini musti dilihat dulu keadaan pada waktu itu. kalau
kita tak perlu munculkan diri, sudah tentu kita tak usah
munculkan diri!”
“Sekarang siau moay sudah mengerti mengapa selama ini
toako tak bersedia munculkan diri, akupun tahu maksudmu
kenapa selalu merahasiakan diri..,!”
“Bagus sekali perkataanmu itu ”seru Siau Ling sambil
tersenyum, setelah berpikir sebentar dia melanjutkan :
“Setelah berulang kali kutentang dan ku-lawan kekuasaan
dari Shen Bok Hong, pengaruh ini banyak merembet pula ke
tubuh sementara umat persilatan, mereka dari takut: terhadap
Shen Bok Hong kian lama kian berubah jadi makin berani, tapi
banyak pule diantara jago2 lihay yang semula berhasrat untuk
menantang kekuatan Shen Bok Hong„ tapi lantaran ada aku
maka mereka membatalkan maksudnya, jika mereka tahu
kalau aku sudah mati dan dalam dunia persilatan sudah tiada
orang yang bersedia menjadi pembuka jalan lagi bagi mereka,
siapa tahu kalau sementara orang persilatan yang
kumaksudkan ini malah bangkit berdiri dan membela diri
dengan kekuatan yang mereka miliki..”
“Benar “ sambung Pek-li Peng sambil mengangguk,” dalam
dunia persilatan memang terdapat manusia sebangsa itu,
meskipun tak dapat kusebutkan nama mereka, tapi aku dapat
merasakannya” Siau Ling tertawa ewa.
“Tahukah engkau apa maksud dan tujuan dari kedatangan
Shen Bok Hong pada hari ini??”

“Ia merasa tak tenang hatinya karena telah membakar mati
toako dengan siasat licik karena itu sengaja datang kemnari
untuk memberi penghormatan kepada arwah toako.”
Sambil tertawa Siau Ling segera menggeleng.
“Orang lain mungkin akan berpendapat demi kian, tapi bagi
Shen Bok Hong pribadi tak mungkin karena persoalan itu.”
“Masa kedatangannya membawa rencana serta maksud
tertentu??”
“Karena tak lega hati sebab jenasahku tak berhasil
ditemukan, maka dia sengaja datang kemari untuk melakukan
pemeriksaan, bahkan membawa serta Kim-hoa hujin serta Lan
Giok tong. dari sini maksud tujuannya tertera jauh lebih jelas
lagi,”
“Kenapa?”
Sebab Lan Giok tong adalah orang yang sengaja pancing
masuk kedalam jebakan, sedangkan Kim hoa hujin adalah
satu-satunya anak buah Shen Bok Hong yang berhubungan
akrab dengan diriku”
“Nah itulah dia ! seru Pek li Peng.! Aku lihat tangisannya
pada waktu itu amat menyedihkan sekali, jelas tangisan
seperti itu tak mungkin dilakukan dengan ber pura-pura!”
Siau Ling tertawa ewa.
“Shen Bong telah memperhitungkan dengan tepat,
andaikata aku masih hidup dikolong langit maka tujuanku
pasti akan kemari”, Nah, dia telah menyiapkan Lan Giok-tong
dan Kim hoa hujin untuk memancing meluapnya perasaanku,
Lan Giok-tong akan membangkitkan hawa amarahku yang tak
terkendalikan, sedangkan Kim hoa hujin akan memancing rasa
sedihku yang tak tertahan, dari situlah dia akan mencari titik
kelemahanku..”

“Seandainya engkau menyembunyikan diri, bukankah
mereka juga tak akan melihat akan dirimu?”
“Tapi dari suasana kesedihan yang menyelimuti seluruh
ruang upacara, ia bisa menemukan akan hal yang sedang
dicarinya itu, dan disini pula tujuan datang menyambangi
arwahku!”
“Kalau memang demikian, apakah sekarang dia sudah tahu
kalau kita masih hidup?!”
“Aku rasa dia pasti tak tahu, dia sama sekali tak
menyangka kalau kita akan membaurkan diri diantara
kawanan jago yang datang memberi penghormatan, ia tak
pernah meneliti jago-jago yang datang berziarah dengan
seksama, sebab menurut dugaannya bila aku kembali kesini
maka Bu wi totiang sekalian tentu akan mengetahuinya”
“Aaai..! Selama beberapa bulan kita berkumpul, bukan saja
ilmu silat yang toako miliki telah mendapat kemajuan yang
sangat pesat, bahkan kecerdasan otakpun kian hari kian
bertambah hebat, semua orang mengatakan toako bagus
dalam bakat cerdik dalam otak, perkataan ini rasanya memang
tidak salah!”
Dengan cepat Siau Ling menggeleng.
“Keadaanlah yang memaksa aku harus meronta dan
berjuang melepaskan diri dari kesengsaraan, karena tiap hari
harus bergelim pangan dalam suasana bahaya dan tepi
lembah kematian, lama kelamaan otakku mengalami
perubahan dengan sendirinya, dulu aku tak pernah berpikir
sampai disitu, tapi sekarang aku mulai belajar menggunakan
otak, maka tak bisa dikatakan suatu kecerdasan otak yang
luar biasa !”
Pek li Peng tertawa manis
“Kalau toako makin lama semakin hebat maka akulah yang
makin lama makin bodoh”

Ia berhenti sebentar kemudian melanjutkan:
“Sekalipun siang malam aku mengikuti disisi toako, tapi
dalam menghadapi setiap persoalan engkaulah yang
melindungi diriku aku tak pernah punya kesempatan untuk
berpikir dengan menggunakan otak sendiri.”
Siau Ling meneghela nafas panjang.
“Aaai...Peng-ji, tahukah engkau akan keadaan situasi yang
sedang kita hadapi sekarang”
“Kenapa?”tanya Pek li Peng tertegun “masa situasi yang
berada disekitar kita sangat berbahaya?”
“Sekaranglah waktunya pertarungan antara kaum sesat
dengan kaum lurus, Shen Bok Hong telah siapkan segenap
kekuatan yang dimilikinya untuk menggempur kita, meskipun
sekilas pandangan suasana tampaknya tenang dan tentram
dalam kenyataan inilah kesunyian sementara sebelum suatu
hujan badai yang dahsyat menjelang tiba, dan pada detik ini
juga saat yang paling kritis bagi kita untuk menentukan mati
atau hidup, perasaan hatiku saat ini berat bagaikan ditindih
dengan buku karang yang besar, jika kita salah bertindak
hanya selangkah saja pada saat seperti ini, maka akibatnya
akan menciptakan suatu musibah dan tragedi yang paling
besar bagi umat persilatan!”
”Aaah! Masa keadaannya sampai seserius itu!”
“Aku tidak bohong, keadaan memang sudah berubah jadi
sangat gawat dan berbahaya, oleh sebab itulah aku lebih suka
menyaksikan saudara Sang dan saudara Tu menangis sedih,
membiarkan enei Gak meneteskan air mata bercampur
dengan darah, daripada memberitahukan kepada mereka
kalau aku masih hidup”
Pek-li Peng termenung dan berpikir sebentar, kemudian
tanyanya 1agi :

“Apakah tindakan dari toako ini disebab kan oleh suatu
tujuan atau maksud tertentu?”
“Ehmm! Justru karena Shen Bok hong menganggap aku
benar-benar sudah mati, maka aku baru bisa bergerak dengan
leluasa untuk menghancurkan semua rencana besarnya agar
ambisinya yang besar serta kemauannya yang busuk hancur
berantakan”
Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian
lanjurnya lebih jauh:
“Agaknya It bun Han to telah menyusun suatu rencana
yang amat matang aku percaya dengan kemampuannya,
orang itu lihay serta pintar, kelihayannya tidak dibawah Shen
Bok hong, sayang ia tak mampu memegang keyakinan untuk
menang, oleh sebab itulah aku harus membantu usahanya
secara diam diam”
“Kalau toh kecerdasan dan kemampuan It bun Han to bisa
lebih hebat dari Shen Bok hong. mengapa ia tak bisa
memegang keyakinan untuk menang?”
“Rencana masak yang disusun Shen Bok bong sudah
disiapkan sejak puluhan tahun berselang, karena
kelangsungan yang sudah berjalan sangat lama inilah maka
dia berhasil mengumpulkan sebagian besar jago persilatan
yang lihay untuk berpihak kepadanya, walaupun It bun Han to
juga hebat dan cerdik tapi kedua belah pihak sebenarnya
memiliki perbedaan yang sangat besar”
Berbicara sampai disini, tiba-tiba sinar matanya dialihkan
keatas wajah Pek li Peng, kemudian menambahkan:
“Peng-ji, untuk sementara waktu kita harus berpisah dulu!”
“Toako mau pergi kemana ? Memang tak dapat membawa
serta diriku?”

“Bukankah sudah kuterangkan kepadamu bagaimana
gawatnya situasi pada saat ini? Kita tak boleh menelantarkan
masalah besar hanya dikarenakan urusan muda mudi.”
Perlahan-lahan Pek li Peng mengangguk. “Baiklah, kapan
kita akan bertemu lagi??”
“Mungkin malam nanti, tapi paling lambat besok sebelum
tengah hari tiba !”
“Akan kunantikan kedatanganmu diruang tengah ini.”
“Engkaupun harus melakukan suatu pekerjaan bagiku “
“Pekerjaan apa?” tanya Pek li Peng cepat dengan semangat
berkobar kembali
“Sudah pasti enci Gak bukan tandingan Shen Bok Hong,
seandainya pertarungan yang besok siang akan diadakan
didepan meja abu ini benar-benar terlaksana, sudah pasti enci
Gak maupun Giok siau long kun akan mati ditangan Shen Bok
Hong, oleh karena, itu sebelum tengah hari tiba besok bila aku
masih belum kembali maka engkau harus berusaha untuk
menghalangi terjadinya pertarungan sengit itu”
“Tapi., bagaimana caranya untuk menghalangi pertarungan
itu?”
“Beri tahu enci Gak secara diam-diam kalau aku belum
mati, minta dia jangan layani pertarungan adu kekerasan
dengan Shen Bok Hong ...”
Ia termenung dan berpikir sebantar, kemudian
melanjutkan.
“Alangkah baiknya kalau engkau bisa atasi persoalan ini
tanpa menggunakan cara tersebut, kalau terpaksa memang
tiada jalan lain cara itu baru kau gunakan, mengerti?”
“Akan kuingat selalu!” jawab Pek li Peng sambil
mengangguk.

Siau Ling segera bangkit berdiri, pesannya kemudian:
“Ilmu silat yang kau miliki cukup untuk melindungi diri
sendiri, tapi engkau musti berhati-hati dalam semua masalah,
tunggulah sampai aku kembali dengan tenang”
Habis berkata pemuda itu segera bangkit dan keluar dari
tenda.
Pek li Peng mengejar keluar tenda, ia lihat Siau Ling telah
berlalu dengan langkah lebar.
Setelah meninggalkan tenda yang berderet deret, anak
muda itu langsung menuju ketanah belukar.
Haruslah diketahui, kawanan jago persilatan yang
berkumpul ditempat itu jumlahnya mencapai ratusan orang,
suasana amat gaduh dan orang-orang itu berkeliaran kesana,
kemari hingga sukar dikontrol dengan baik, tentu saja It bun
Han to maupun Bu wi totiang tahu kalau diantara mereka
kemungkinan besar terdapat mata-mata2 yang dikirim Shen
Bok Hong untuk mencari berita, tapi mereka berlagak terbuka
asalkan pihak lawan tidak melakukan sesuatu gerakan maka
merekapun tidak melarang;
Oleh karena itulah gerak gerik Siau Ling berdua disekitar
tempat itu sama sekali tidak mengganggu boleh dibilang
leluasa....
Menanti bayangan punggung dari Siau Ling sudah lenyap
dari pandangan mata. Pek li Peng baru menghembuskan
napas panjang. ia putar badan dan berjalan kembali keruang
kebaktian.
Waktu itu sebagian besar peziarah telah memberikan
penghormatannya, sedangkan mereka yang berdiam agak
jauh dari tempat itu masih belum tiba maka suasana dalam
ruang telah sunyi dan hening.
Perlahan-lahan Pek-li Peng masuk keruang tengah, asap
tipis mengepul keangkasa menyiarkan bau harum semerbak,

sepi seluruh ruangan itu sama sekait tak nampak sesosok
bayangan manusiapun.
Perlahan-lahan ia mendekati meja abu itu memandang
papan nama yang bertuliskan nama Siau Ling tak tahan lagi
dia tersenyum, tangannya dengan lembut meraba beberapa
huruf yang tertera ditengah meja abu tersebut.
“Itu cuma tulisan hitam diatas kain putih, entah apa
maksudmu merabanya??”
Tiba-tiba...serentetan suara teguran yang berat dan rendah
menggema disisi telinganya;
Cepat Pek-li Peng berpaling, ia lihat orang itu adalah pria
baju putih yang melihara jenggot sepanjang lambung, dia tak
lain adalah It-bun Han to.
Dalam hati segera pikirnya :
“Toako seringkali memuji akan kehebatan orang ini.
katanya kecerdikannya melebihi Shen Bok Hong. kalau aku
buka suara maka dia pasti akan mencurigai identitasku, lebih
baik aku membungkam saja.!”
Dengan sorot mata yang amat tajam bagaikan pisau belati
It-bun Han to mengawasi wajah Pek-li Peng tanpa berkedip,
hal ini membuat gadis itu merasa tidak seharusnya
membungkam terus.
Betapa gelisahnya hati dara ini, dia berpikir
“Andaikata toako berada disini dia pasti punya akal untuk
menghadapinya, sekarang aku hanya berada disini seorang
diri, celaka, bila rahasiaku ketahuan!”
Dalam gelisahnya tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam
benak gadis ini, kembali dia berpikir :
“Aaah. aku ada akal, lebih baik aku pura-pura berlagak bisu
dan tak pandai berbicara, dengan begitu dia toh tak bisa
paksa aku mtuk bercakap cakap”

Berpikir sampai disitu, dia lantas menunjuk kemulut sendiri
kemudian gelengkan kepalanya.
“Engkau tak bisa bicara? “ tanya It bun Han to dengan dahi
berkerut kencang.
Pek li Peng mengangguk, ia lantas menulis diatas meja
dengan abu hio:
“Aku bisa mendengar bisa menulis, tapi tak mampu
berbicara!”
It bun Han to termenung dan berpikir sebentar, kemudian
ujarnya lagi dengan lembut:
“Bersedia bukan untuk bersantap diruang dalam?”
Pek li Peng segera berpikir:
“Kalau ditinjau dari keadaan yang kulihat hari ini, rupanya
ruang belakang khusus disediakan mereka untuk melayani
tamu-tamu terhormat atau mempunyai kedudukan yang
terpandang, semestinya disitulah letak pusat kekuatan untuk
menentang Shen Bok liong, malahan enci Gak ada disitu. Giok
siau long kun serta Bu wi totiang sekalipun berada disana,
semestinya sukar untuk masuk kesitu.,.. sekarang ada
kesempatan baik untuk masuk, apa salahnya kalau kuterima
tawaran ini?”
Karena berpendapat begitu maka ia tidak menampik, tapi
langsung berjalan masnk ke ruang belakang,
Dibelakang meja abu itu merupakan sebuah lorong jalan
yang lebarnya cuma dua depa. Kedua belah sisinya ditutup
dengan kain warna putih.
Terdengar It bun Han to berkata lagi:
“Lorong jalan ini sudah tertera sangat jelas, dinding
pemisah hanyalah berupa kain putih yang tipis, aku harap
sahabat jangan sengaja menjebolkan kain putih ita hanya

dikarenakan rasa ingin tahu, sebab kalau sampai terjadi begitu
maka akan berakibat fatal sekali!”
Pek li Peng coba berpaling, ia lihat It -bun Han to tidak ikut
masuk tapi hanya berdiri tegak ditempat semula, ini
menyebabkan hatinya jadi keheranan.
Tapi gadis itu sudah terlanjur berlagak bisu, maka ia tak
bisa buka suara untuk bertanya.
Tampak It bun Han to siapkan tangannya seraya berkata
lagi :
“Silahkan masuk kedalam, asal engkau bersedia masuk
kedalam dengan melewati jalan berdinding kain putih yang
ada, pastilah ada orang yang akan menyambut
kedatanganmu”
Pek li Peng segera berpikir lagi :
“Orang ini memang cerdik banyak akal dan sukar diraba
perasaan hatinya, entah mengapa dia suruh aku berjalan
masuk seorang diri “
Tapi keadaannya pada waktu itu ibarat menunggang diatas
punggung harimau, mau tak mau terpaksa dia harus
melanjutkan langkahnya masuk kedalam lorong itu.
Setelah berada didalam lorong tersebut, Pek li Peng baru
merasakan betapa banyaknya tikungan yang ada disana,
seakan-akan dia sedang berada dalam sebuah barisan Patkwa-
tin yang lihay:
Sepertanak nasi sudah Pek li Peng berjalan dalam lorong
itu, namun ujang lorong belum juga ditemukau, bahkan tak
nampak pula seorang manusiapun yang menyambut
kedatangannya.
Tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya, ia segera
berhenti dan berpikir :

“Berapa besar toh ukuran dari ruang penghormatan itu?
Kenapa belum juga kusampai di tempat tujuan”? Paling sedikit
aku sudah berja1an sejauh lima li, tapi masih juga berputar
terus disekitar lorong yang berdinding kain putih... sudah pasti
aku terjebak dalam suatu barisan yang aneh....”
“Aaah! Kalau begitu pujian toako atas kehebatan It bun
Han to memang tak salah lagi, dia memang lihay dan berilmu
tinggi.”
Oleh sebab dia sangat mengagumi akan ketajaman mata
toakonya, maka meskipun harus terjebak didalam barisan
aneh hatinya sama sekali tidak terpengaruh oleh hawa gusar.
Pada saat itulah tiba-tiba melintas lewat sesosok bayangan
manusia menyusul It bun Han to munculkan diri disebuah
tikungan lorong, sambil maju menghampiri gadis itu pujinya“
“Sababat, sungguh bagus imanmu engkau sabar dan
tenang sekali!”
Pek li Peng menggetarkan bibirnya dan hampir saja
menjawab perkataan itu, untung dia cukup sigap sehingga
kata-kata yang hampir terlontar keluar segera ditelan kembali
It bun Han to segera ulapkan tangannya dan berkata lagi;
“Mari ikutilah dibelakangku “
Pek li Peng tidak banyak bertingkah, dia segera mengikuti
dibelakang orang itu.
Hanya berbelok beberapa kali saja diantara lorong tersebut,
mereka sudah keluar dari himpitan lorong tadi, pemandangan
yang terbentang didepan mata pun berubah.
Di hadapan mereka sekarang terbentang sebuah ruangan
indah yang terbentuk dari kain putih, ruangan itu terbagi jadi
dua sisi yang saling berpisah satu sama lainnya.
Menyaksikan hal itu kembali Pek li Peng memuji didalam
hati :

“Bukan saja dapat membangun barisan yang hebat
didaerah seluas beberapa li, bahkan dapat pula membangun
ruangan seindah, ini, kalau tidak memiliki pengetahuan
tentang bangunan yang luar biasa, tak mungkin kesemuanya
itu dapat diselesaikan hanya di dalam beberapa hari saja”
Tampak It bun Han to menyiapkan semua borden dan
berkata dengan halus :
“Silahkan masak kedalam”
Per lahan-lahan Pek li Peng masuk kedalam ruangan,
kemudian mengamati susunan ruang tersebut dengan
seksama.
Dia lihat warna ruangan itu serba putih dan sama sekali
tidak nampak warna lain, sebuah meja dilapisi pula dengan
kain putih berada ditengah ruangan sedang disekelilingnya
tersedia empat buah kursi, teko air teh dan cawan putih
tersedia disana.
Pada waktu itu ada dua orang sedang duduk didalam
ruangan itu, mereka adalah Bu wi lotiang serta Sun Put-shia.
Pek li Peng memandang sekejap kearah dua orang itu,
kemudian per lahan-lahan duduk disitu.
Sun Put shia memandang sekejap kearah Pek li Peng,
kemudian sambil memandang kearah It bun Han to tanyanya :
“Siapa orang ini?”
“Seorang sahabat persilatan yang punya mulut tak mampu
berbicara!”
“Punya mulut tak mampu berbicara? Memangnya dia
seorang bisu?” tanya Sun Put shia lagi dengan dahi berkerut.
It bun Han to mengangguk.
“Memang begitulah!”.

Sambil berkata diapun ambil tempat duduk dikursi yang
masih kosong.
Dengan sorot mata yang amat tajam Sun Put shia
mengawasi wajah Pek li Peng beberapa saat lamanya,
kemudian menegur:
“Bukankah raut wajahmu telah dipoles dengan obat
penyaru?”
Pek li Peng segera menggeleng.
Tiba-tiba It bun Han to duduk mendekati gadis itu,
kemudian dia tepuk bahunya dengan perlahan.
Pek li Peng, amat terperanjat, cepat-cepat ia bangkit dan
menghindar.
Tingkah lakunya yang kaget dan gugup ini kontan
membuat It bun Han to jadi tertegun dan memandang
kearahnya dan melongo.
Tapi hanya sebentar kemudian ia sudah pulih kembali
dalam ketenangannya seperti sediakala setelah tertawa ewa
katanya:
“Bila dugaanku tidak keliru, aku yakin engkau bukanlah
sungguh-sungguh bisu!”
“Kalau aku bisu, sudah pasti kalian tak akan bisa berbuat
apa-apa terhadap diriku...” batin Pek li Peng dihati
Terdengar It bun Han to melanjutkan kembali kata-katanya
“Bukankah engkau mempunyai seorang sahabat yang
sangat baik dan sekarang dia telah meninggalkan tempat ini?
Aku lihat kalian berbicara lama sekali, bahkan engkaupun
pernah bercakap-cakap dengan orang lain, tidak keliru bukan
kata-kataku ini?”
“Ia bisa mengetahui segala sesuatu tentang gerak gerik
kami, itu berarti sejak permulaan mereka telah kirim orang

untuk mengawasi semua gerak gerikku” pikir Pek li Peng
dalam hati, urusan sudah menjadi begini, rasanya walaupun
aku ingin menyangkal juga tak mungkin lagi”
Ketika dilihatnya Pek li Peng tetap membungkam, untuk
kesekian kalinya It bun Han to berkata lagi:
“Sekalipun engkau mata-mata dari Shen Bok Hong, selama
upacara pengambilan sumpah belum diselenggarakan, kami
tak nanti akan mencelakai jiwamu”
“It bun heng!” tiba-tiba Sun Put shia menimbrung,” engkau
yakin kalau dia bukan seorang yang bisu? “
“Tentu saja yakin”
“Baik! Aku pengemis tualah yang akan paksa dia untuk
buka suara!”
Seraya berkata tangan kanannya langsung berkelebat
kedepan dan mencengkeram pergelangan tangan kiri dari dara
tersebut.
Cepat Pek li Peng berkelit kesamping dengan lincahnya,
sementara tangannya digoyangkan berulang kali.
Dari gerakan tubuh Pek li Peng dikala melepaskan diri dari
gerak cengkeraman Sun Put shia itu Bu wi to tiang menyadari
kalau musuh, yang sedang dihadapi berilmu tinggi, cepat dia
bangkit berdiri dan menghadang didepan pintu keluar.
Dengan muka serius It bun Han to segera berkata lagi :
“Saudara, aku rasa engkau tak usah berlagak pilon lagi,
bukankah aku sudah katakan tadi. sekalipun engkau adalah
mata-mata yang dikirim oleh Shen Bok Hong, tidak nanti kami
akan binasakan dirimu, tapi kalau engkau bersikeras untuk
tetap berlagak pilon dan tak tahu diri. itulah artinya engkau
yang paksa kami untuk turun tangan”
Sun Put shia telah maju dua langkah ke depan untuk
mengejar Pek-li Peng, diapun berseru dengan dingin :

“Asal engkau masih sanggup berbicara aku pengemis tua
tidak percaya kalau engkau tidak akan buka suara.”
Sambil berseru, telapak tangan kanannya kembali diayun
kedepan melepaskan sebuah babatan kilat.
Pukulan tersebut sangat dahsyat dan membawa segulung
hawa pukulan yang sangat tajam.
Cepat Pek li Peng ayun pula tangan kanannya untuk
menyambut serangan tersebut, sementara tubuhnya cepatcepat
berkelit kembali kearah samping gelanggang.
Ketika sepasang telapak tangan saling beradu satu sama
lainnya, terdengarlah suara benturan nyaring.
Sun Put-shia mendengus dingin, serunya keras
“Sungguh hebat tenaga pukulan saudara “
Tiba-tiba ia mendesak maju kedepan, sepasang telapak
tangannya melepaskan serangkaian pukulan berantai.
Serangan-serangan itu dilepaskan dengan kecepatan ibarat
sambaran petir, Pek-li Peng terdesak hebat dan mau tak mau
dia musti menggerakkan pula sepasang tangannya untuk
menangkis.
Agak tercengang hati Sun Put shia ketika dilihatnya tiga
buah serangan berantai yang dilepaskan dapat disambut oleh
lawannya dengan jitu.
Peristiwa ini sama sekali di luar dugaannya, diam-diam ia
memuji didalam hati :
“Sungguh tak kusangka ilmu silat yang dimiliki tua bangka
celaka ini tangguh sekali, dia memang terhitung seorang
jagoan lihay”
Kiranya waktu itu Pek li Peng sedang menyaru sebagai
seorang kakek kurus yang berperawakan kecil.

Sun Put shia mempergencar serangan-serangannya, suatu
ketika ia membentak keras dan sepasang telapak tangannya
dibabat kedepan secara berbareng.
Serangan yang datang dari tangan kanan berhasil dihindari
Pek li Peng dengan manis, namun serangan yang tiba dengan
kiri tak mampu dihindari lagi. Dalam keadaan demikian
terpaksa ia harus menyambutnya dengan kekerasan.
Sungguh dahsyat angin tersebut, Pek li Peng berseru
tertahan dan jatuh terduduk diatas lantai.
Melihat lawannya sudah roboh, cepat Sun Put shia tarik
kembali serangannya sambil mundur kebelakang, dengan alis
mata berkernyit ia berseru keheranan.
“Eeeh. gimana ini? Kok nyatanya seorang perempuan?”
Sementara itu It bun Han to sudah mendekati pula Pek li
Peng dengan langkah lebar, ia langsung menegur:
“Siapa kau? Kenapa datang kemari dengan menyamar
sebagai seorang lelaki?”
Perlahan-lahan Pek li Peng bangkit berdiri, ia tempelkan
tangan kanannya didepan bibir kemudian berbisik lirih:
“Sstt,. jangan berisik!”
It bun Han to yang cerdik dibuat tertegun juga oleh tingkah
laku Pek li Peng yang sangat aneh itu. segera ia menjawab:
“Tempat ini aman sekali, kalau nona hendak mengatakan
sesuatu silahkan diutarakan dengan bebas, tak usah ragu-ragu
dan jangan kuatir rahasia pasti terjamin!”
Pek-li Peng rupanya sudah sadar, bila dia tidak mengaku
terus terang maka sulitlah untuk melayani tekanan-tekanan
dari beberapa orang ini, mau melawan pakai kekerasan dia
pun tahu kalau ilmu silatnya tak mungkin bisa menandingi
gabungan tenaga dari tiga orang jago lihay itu. Daripada

tertawan sehingga penyamarannya dibongkar secara paksa,
bukankah jauh lebih baik mengaku terus terang??
Berpendapat demikian, diapun berbisik lirih:
“Aku adalah Pek li Peng ?”
Baik It bun Han to maupun Bu wi totiang serta Sun Put shia
sama-sama berseru kaget ketika mendengar pengakuan
tersebut.
“Apa ? Eagkau adalah nona Pek li...”
“Ssstt ! Jangan keras-keras” seru Pek li peng dengan
cemas.
It bun Han to segera memperendah suaranya, hampir
setengah berbisik ia berseru. “Bukankah nona ada bersama
Siau tayhiap?”
“Benar !”
“Apakah nona tidak mati terbakar oleh siasat busuk Shen
Bok Hong? “ tanya Bu wi totiang dari samping.
“Kalau sudah mampu karena terbakar, memangnya aku
bisa muncul lagi disini?”
“Jadi kalau begitu, Siau tayhiap juga tidak sampai mati
terbakar bukan?“desak It bun Han to.
“Aku saja tak mampu dibakar sampai mati, memangnya
Siau toako bisa mampu dibakar Shen Bok Hong? “
“Lalu saat ini Siau tayhiap berada dimana??”
“Bukankah engkau sudah tahu kalau dia telah pergi
tinggalkan tempat ini??
“Aaah! Jadi kalau begitu orang yang memakai nama Teng
Toa wan dari Siang pak itu adalah Siau tayhiap?” seru It bun
Han to dengan terperanjat.

“Toako selalu memuji akan kecerdikanmu serta
kecermatanmu dalam menilai segala urusan. tampaknya apa
yang dia katakan memang tak salah”
“Jadi., jadi engkau benar-benar adalah nona Pek li Peng?”
Sun Put shia menegaskan pula dengan mimik masih sangsi.
“Tanggung seratus persen murni!”
“Aku rasa tak mungkin bisa salah lagi” It bun Han to
menanggapi dari samping
“secara lapat-lapat aku masih dapat mengenali logat
suaranya !”
“Sekarang kita tak boleh berbuat teledor sehingga
membuat urusan jadi berabe, agar bisa dipercayai secara
seratus persen maka lebih baik kita buktikan dengan melibat
raut wajah aslinya!”
Tentu saja Pek-li Peng tak dapat menampik permintaannya
itu, terpaksa ia menghapus obat penyamarannya hingga
tampaklah raut wajah aslinya.
Dengan seksama den teliti Bu wi totiang mengawasi wajah
Pek-li Peng beberapa saat lamanya, tiba-tiba ia
menghembuskan napas panjang dan berkata lirih :
“Aaah ! Dia memang benar nona Pek-li, kalau begitu Siau
tayhiap tak sampai ketimpa bencana..”
“Sstt! Jangan keras-keras..” sela Pek-1i Peng bertambah
gelisah.
Sun put-shia tak sanggup mengendalikan rasa girangnya
lagi, kontan dia menengadah dan tertawa terbahak-bahak.
“Haahh. haahh. haahh. nah, apa kubilang? saudara Siau
memang tidak memiliki paras muka orang yang berumur
pendek, apa kenyataannya sekarang? Dia toh masih hidup,
haahh. haahh. haahh..”

“Hey pengemis tua, jangan tertawa keras tentunya kau bisa
bukan?”seru Pek-li Peng dengan gusar.
Sun Put-shia agak tertegun.
“Eeeh..budak ingusan, engkau berani sebut aku sebagai
pengemis tua??”
“Baik baik berteriaklah kalian sekeras kerasnya. Teriaklah
biar semua orang tahu toako pasti akan marah-marah besar
kepadaku!”
Dengan mendongkol ia segera putar badan dan berjalan
keluar dari ruangan itu.
Cepat It-bun Han-to menghalangi jalan perginya, dengan
suara lirih dia berkala :
“Nona harap jangan marah, duduklah dahulu ! Mari kita
perlahan-lahan bicarakan soal ini.”
San Put shia mendehem ringan dan berkata pula:
“Baiklah ! Aku pengemis tua berjanji tak akan tertawa keras
lagi”
“Nona, duduklah disini ! “ bisik It bun Han-to kemudian
sambil mengambil sebuah bangku.
Perlahan-lahan Pek li Peng duduk dia ulapkan tangannya.
“Hayo kalian semua juga duduk!”
Sun Put shia, It bun Han to serta Bu wi totiang tidak
membantah lagi, mereka segera duduk disekeliling gadis itu.
Menunggu semua orang sudah duduk, Pek li Peng baru
berkata :
“Berulang kali toako telah berpesan kepadaku melarang
aku bocorkan rahasia bahwa dia sebenarnya masih hidup !”

“Kenapa?” tanya Sun Put shia keheranan, “apakah dia
senang kalau melihat semua orang bersedih hati karena
kematiannya?”
“Tentu saja dia mempunyai maksud tertentu dengan
perbuatannya itu, tanggung dia tak akan suruh kalian bersedih
hati dengan sia-sia belaka,”
“Aku benar-benar tak habis mengerti, batu karangpun
meleleh dan batang kayupun hangus jadi abu ketika Shen Bok
Hong membakar bukit, ternyata Siau tayhiap serta nona dapat
lolos dengan selamat” ujar Bu wi totiang sambil gelengkan
kepalanya berulang kali.
“Memangnya kenapa ? apa kalian mengharapkan aku dan
Siau toako sungguh-sungguh mati terbakar??”
Mula-mula Bu wi totiang agak tertegun, menyusul sambil
tertawa hambar sahutnya :
“Nona, janganlah kau salah artikan perkataanku ini!”
Dengan paras muka serius Pek li Peng berkata lagi:
“Toako berulang kali berpesan kepadaku agar untuk
sementara waktu jangan sampai bocorkan berita tentang
masih hidupnya dia. Sekarang aku kena kalian paksa hingga
mau tak mau harus kubocorkan juga rahasia ini bila dia
sampai tahu pastilah dalam hati akan merasa tak senang
hati!”
“Jangan kuatir, aku pengemis tua akan bertanggung
jawab!” seru Sun Put shia dengan cepat sambil tepuk dada
sendiri.
“Nona, aku tahu pengalaman kalian sewaktu lolos dari
kebakaran pasti lebih banyak bahayanya dari pada
kesenangan” kata It bun Han to “dan kejadian itu
bagaimanapun juga toh sudah lewat, diceritakan pada lain
kesempatan rasanya belum terlambat. Justru persoalan
terpenting yang kita hadapi sekarang adalah kemana perginya

Siau tayhiap pada saat ini?? Aku yakin Shen Bok Hong tentu
sudah menyiapkan jago jago lihaynya disekitar tempat ini,
dengan kekuatan Siau tayhiap seorang yang begitu minim
susah rasanya untuk menghadapi mereka semua kita harus
segera mengirim orang untuk menyambut dirinya!”
“Ooh. jangan, jangan, kalian tidak boleh sekali-kali berbuat
begitu !” seru Pek-li Peng sambil gelengkan kepalanya
berulang kali, “kalau kamu semua utus orang untuk
menyusulnya, bukankah itu sama artinya telah membocorkan
berita kehidupannya..”
Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, menyusul
sambungnya lebih jauh :
“Pada hakekatnya aku sendiripun tak tahu kemana ia telah
pergi padasaat ini, sebab aku hanya tahu kalau dia sedang
menyelesaikan sesuatu urusan!”
“Lalu kapan dia baru akan kembali kesini?!” tanya It-bun
Han to dengan cepat.
“Sebelum tengah hari besok, katanya dia pasti akan
kembali kesini sebelum pertarungan seru antara nona Gak dan
Shen Bok Hong berlangsung..”
Tiba-tiba ia merendahkan suaranya dan melanjutkan lebih
jauh :
“Eeh.. untuk sementara waktu kecuali kamu bertiga,
janganlah kalian beritahu lagi kepada orang lain tentang masih
hidupnya toakoku. terutama jangan sampai Giok siau long kun
mengetahui tentang rahasia ini, bisa berabe nanti jadinya!”
“Bagaimana kalau kami beritahukan soal ini kepada Tiongciu-
siang-ku?” tanya Sun Put shia dengan cepat, kasihan
kedua orang itu, sejak mendengar berita kematian dari Siau
Ling, senantiasa mereka menangis terus, makan tak mau
minum segan, terlalu payah keadaannya! Kalau dibiarkan
begitu terus maka mereka akhirnya akan jatuh sakit, kasihan

toh? Sekarangkan kita sudah tahu kalau Siau Ling belum mati,
masa kita sudah tahu kalau Siau Ling belum mati. mana kita
biarkan mereka tersiksa terus lahir maupun batinnya?”
Pek-li Peng termenung dan berpikir sebentar, kemudian
sahutnya
“Aaai..! Memang kasihan sekali kedua orang itu, hiburlah
mereka, agar jangan terlalu bersedih hati!”
“Tak mungkin bisa menghibur mereka, kecuali kalau
biarkan mereka ikut tahu bahwa Siau Ling sebenarnya masih
hidup, sebab hanya kabar inilah merupakan obat paling cespleng
buat kesedihan mereka itu!”
“Memang boleh-boleh saja kita kabarkan pula kepada
mereka berdua, tapi kalau lain hari toako menyalahkan diriku
lantas bagaimana? Aku tentu akan dicueki habis-habisan!”
“Jangan kuatir nona !” seru Sun Put shia lagi dengan tegas.
“toh sedari tadi telah kukatakan, bila toakomu marah dan
menegur engkau, aku si pengemis tua yang akan memikul
tanggung jawabnya!”
“Pada hakekatnya Shen Bok Hong toh sudah berkunjung
kemari!” sela It bun Han to tiba-tiba dari samping,
“Kendatipun Tiang ciu siangku ikut mengetahui rahasia ini
rasanya tidak akan berpengaruh apa-apa pada situasi yang
sedang kita hadapi, menurut pendapatku lebih baik kita
kabarkan rahasia ini kepada Tiong ciu siang ku, agar batin
mereka tidak tersiksa lebih lama lagi!”
“Toako selalu memuji dan mengagumi kecerdasan otakmu,
katanya engkau hebat dan tinggi tipu muslihatnya, hanya
engkaulah yang mampu beradu kecerdasan dengan Shen Bok
Hong, coba berilah penilaian menurut jalan pikiranmu, apakah
perlu kita buka rahasia ini dihadapan mereka?!”
Tersenyum bangga It bun Han to sehabis mendengar
ucapan tersebut, cepat sahutnya

“Aah .! Siau tayhiap terlalu memuji diri ku. kecerdikan apa
yang kumiliki dan keampuhan apa yang bisa kuandalkan? Bila
dibandingkan kegagahan serta kehebatan Siau tayhiap, pada
hakekatnya aku masih tertinggal amat jauh.”
Dia berhenti sebentar, kemudian sambungnya lebih jauh:
“Beberapa hari belakangan ini Tiong ciu siang ku tidak
makan maupun minum, keadaannya mulai payah dan
kesehatan badannya merosot sekali, padalah justru kita
sangat membutuhkan tenaga orang-orang macam mereka
untuk menanggulangi situasi begini, apa bila kedua orang itu
dibiarkan tersiksa terus batinnya, sudah pasti kita tak akan
mampu manfaatkan tenaga mereka lagi, malahan mungkin
mereka akan terluka ditangan musuh, kalau sampai terjadi hal
yang begini ini kan telalu sayang bukan??”
“Jadi menurut pendapatmu, lebih baik kita beritahukan
rahasia ini kepada mereka??” tanya sang dara kemudian.
“ Ooh..! Aku hanya memberikan penilaianku saja atas berat
ringannya masalah ini, mau beritahu kepada mereka atau
tidak keputusannya tetap berada ditangan nona!”
Mendengar jawaban tersebut, kembali Pek li Peng
termenung dan berpikir beberapa saat, kemudian ujarnya:
“Baik ! Kita beritahukan saja rahasia ini kepada mereka,
tapi jangan kalian katakan pula kalau aku juga berada disim!”
“Masa nona mau menghindarkan diri ? “ kembali It bun Han
to berseru “jika mereka tidak berhasil menjumpai diri nona,
kendatipun sudah kuberitahukan, belum tentu mereka mau
mempercayainya dengan begitu saja!”
“Lalu bagaimana baiknya??”
“Lebih baik nona temui mereka sebentar asal sudah
bertemu muka aku yakin mereka pasti akan percaya.”

“Aaaai.. iya sudahlah, kalau memang tak ada jalan lain
yang lebih baik, biar kutemui mereka berdua!”
“Kalau begitu biar pinto yang pergi undang mereka
datang!” kita Bu wi totiang kemudian.
Dia lantas bangkit berdiri dan melangkah keluar dari
ruangan tersebut.
Sepeninggalnya imam tua itu, It bun Han to menghembus
nafas panjang dan berkata
“Apakah Siau tayhiap memberi pesan khusus kepadamu
mengenai pertarungan yang akan dilangsungkan antara Shen
Bok Hong dengan nona Gak besok tengah hari??
“Tidak, ia tidak meninggalkan apa-apa sebelum tengah hari
besok dia sudah akan kembali lagi kemari!”
It bun Han to membungkam sebentar, ia termenung dan
putar otaknya kemudian baru berkata:
“Sekarang kita sudah tahu kalau Siau tayhiap masih hidup
didunia ini. itu berarti rencana kita untuk menghadapi
serangan lawanpun mau tak mau harus mengalami banyak
perubahan!”
“Aku sipengemis tua mempunyai suatu usul yang bodoh,
entah usulku ini bisa digunakan atau tidak?” tiba-tiba Sun Put
shia menyela kembali.
“Apa usulmu itu locianpwe??”
“Kita semua tahu, kekuatan dari perkampungan Pek hoa
san cung amat tangguh dan hebat, tapi dalam kenyataan
otaknya cuma satu yaitu Shen Bok Hong, bila kita dapat
membinasakan atau menawan Shen Bok Hong bukankah
secara otomatis kekuatan yang dahsyat dari perkampungan
Pek hoa san cung akan buyar dengan sendirinya??”
“Memang benar ucapanmu itu! sahut It bun Han to sambil
tersenyum, akan tetapi pernahkah locianpwee bayangkan,

bahkan menawan atan membunuh Shen Bok Hong bukanlah
suatu pekerjaan yang terlalu mudah”
Menurut pandangan aku pengemis tua, sebelum tengah
hari besok, Shen Bok Hong pasti sudah akan hadir disini untuk
memenuhi janji.
“Benar, sebelum waktunya ia pasti sudah tiba di sini!”
“Kalau memang dia pasti datang kesini, maka sampai
waktunya aku pengemis tua berniat untuk membantu Gak
Siau-cha untuk memerangi gembong iblis ini, akan kupaksa
suatu pertarungan adu kekerasan dengan dirinya, siapa tahu
kalau aku sedang mujur dan berhasil melenyapkan iblis itu
dari muka bumi Asal dia bisa dibasmi, bukankah sama artinya
kita sudah lenyapkan sebuah bibit bencana besar bagi umat
persilatan??”
It-bun Han to menghela nafas panjang sehabis mendengar
perkataan itu.
“Aaai.. ! Rencana dari locianpwe itu memang bagus, tapi
engkau telah melupakan sesuatu, janganlah locianpwe
menganggap Shen Bok Hong seorang menusia yang bodoh
dan gampang tertipu, bila dugaanku tak keliru tengah hari
besok dia tak akan datang seorang diri, jago-jago lihay yang
dibawanya besok tentu banyak sekali jumlahnya, ini berarti tak
mungkin bagi locianpwe untuk mengajak berduel gembong
iblis itu”,
Dia berhenti sebentar untuk tukar napsu kemudian
lanjutnya lebih jauh.
“Sebenarnya aku hendak menggunakan siasat busuknya
untuk menghadapi siasat busuk itu, agar senjata makan tuan,
bila perlu akan kukorbankan selembar jiwaku sendiri untuk
balaskan dendam bagi kematian Siau tayhiap, dan lenyapkan
bibit bencana ini bagi umat persilatan, tapi berhubung Siau
tayhiap masih hidup, maka rencanaku ini terpaksa harus
dirombak lagi mulai dari awal.

“Eeh.. kenapa aku sipengemis tua sama sekali tidak tahu
menahu tentang rencana besarmu itu?!” tanya Sun Put shia
keheranan.
It bun Han to tertawa penuh permintaan maaf, jawabnya :
“Bukan saja Sun locianpwe tidak tahu tentang rencana ini.
bahkan Bu wi totiang juga tak akan tahu, demi terjaganya
rahasia ini jangan sampai bocor, kecuali aku hanya Tiong ciu
siang ku berdua saja yang ikut mengetahui adanya rencana
ini.”
“Tapi sekarang toh sudah kau katakan keluar? Bagaimana
kalau kalian terangkan kepada aku sipengemis tua?”
“Harap locianpwe jangan salah paham, rahasia tersebut
terpaksa harus kuberitahukan kepada Tiong ciu siang ku
berhubung aku memang membutuhkan bantuan mereka
berdua, karena itu aku musti terangkan dulu duduknya
persoalan kepadanya,...”
Ia berhenti sebentar, kemudian sambungnya lebih jauh:
“Semua orang persilatan tahu kalau Tiong ciu siangku kaya
raya, harta kekayaan boleh dibilang melebihi nilai dari satu
kota, bahkan Shen Bok Hong sendiripun belum tentu mampu
mengalahkan kekayaan mereka berdua.
Orang luar kebanyakan tahu kalau mereka berdua gemar
mengumpulkan intan permata dan barang-barang sebangsa
mutu manikam, padahal dalam penyataannya kecuali bendabenda
berharga itu mereka mengumpulkan juga setiap barang
yang dianggap menarik hati!”
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya:
“Nah itulah dia! Rencanaku ini justru timbul setelah
mengetahui bahwa kedua orang itu menyimpan sebutir peluru
peledak Poh san sin lui ( geledek sakti penghancur bukit )
tentunya locianpwe masih ingat bukan dengan kisah lama
tentang seorang kakek tua penghancur bukit yang menjadi

tersohor namanya pada seratus tahun berselang? orang itu
sangat gemar bermain dengan mesiu dan bahan-bahan
peledak hingga akhirnya terciptalah bahan peledak Poh san sin
lui yang tersohor itu. Dalam suatu pertarurgan sengit yang
dialaminya kemudian, ia membinasakan dua puluh tujuh orang
jago lihay dalam sekejap mata, bahkan karena dahsyatnya
bahan peledak itu sampai-sampai empat orang murid Poh san
lojin pun ikut jadi korban.Walaupun Poh san lojio sendiri
berhasil lolos dari malapetaka itu. namun disebabkan luka
yang dideritanya terlalu parah setengah tahun iapun tewas.
Nah. dua biji peluru sakti Poh san sin lui peninggalannya itu
berhasil ditemukan Tiong ciu siangku dan disimpannya secara
baik-baik hingga saat, ini “
Sun Put shia mengangguk tiada hentinya.
“Ehmm... aku sipengemis tua pernah mendengar juga kisah
tragedi tersebut, aaai! Kekuatan bahan peledak itu memang
betul-betul mengerikan sekali..”
“Sejak Tiong ciu siang ku berhasil mendapatkan dua biji
bahan peledak Poh san sin lui itu “ tutur It bun Han to lebih
jauh, “mereka selalu menyimpan bahan meledak itu dalam
sebuah kotak besi dan ditanam didalam tanah, sebab mereka
tahu betapa dahsyatnya kekuatan bahan peledak itu. Sejak
berita kematian Siau Ling tersiar, mereka berdua telah
bertekad mengadakan pembalasan dendam, dalam sedihnya
tiba-tiba mereka teringat akan dua biji peluru sakti itu, secara
diam-diam ternyata mereka telah mengambilnya dan disimpan
dalam saku, Sang Pat telah memberitahukan rencananya
kepadaku, maka segera kuatur sebuah rencana besar untuk
beradu jiwa dengan Shen Bok Hong. tempat yang kupilih
menjadi tempat sasaran pun sudah kutemukan, yakni dalam
ruang abu dari Siau tayhiap masih hidup, terpaksa rencana
inipun harus mengalami perubahan”
“Ooh.. kiranya begitu, pahamlah sudah aku sipengemis tua,
rupa-rupanya Tiong ciu siang ku bersiap sedia

menggunakan peluru sakti Poh san sin lui itu untuk berangkat
ke akherat bersama-sama Shen Bok Hong” It bun Han to
menghela napas panjang.
“ Aaai..! Locianpwe terlalu memandang rendah kehebatan
Shen Bok Hong dengan kecerdasan serta kelihayan ilmu silat
yang dimilikinya, kita harus benar-benar siap dengan suatu
senjata ampuh yang mampu melenyapkan dirinya sebelum
melakukan segala tindakan, bila rencana kita ini sampai
ketahuan dirinya hingga ia sempat membuat persiapan. itu
berarti kita telah memberi kesempatan kepadanya untuk lolos
dari bencana itu, sebaliknya kalau kita kurang tepat dalam
penggunaan bahan peledak itu, diapun bisa menanggulangi
musibah itu disaat yang terakhir. Maka untuk amannya bila
kita ingin membinasakan gembong iblis itu, maka bahan
peledak tersebut harus bisa diledakkan tanpa disadari olehnya
asal ia tidak menduga sampai kesitu, pastilah jiwanya bisa kita
lenyapkan!”
Sementara pembicaraan masih berlangsung Bu wi totiang
mengiringi sepasang pedagang dari kota Tiong ciu telah
masuk kedalam ruangan. Begitu melangkah masuk kedalam
ruangan, sepasang mata dua orang pedagang itu langsung
dialihkan keatas wajah Pek li Peng
Walaupuu kedua orang itu sudah melihat jelas bahwa dara
itu tak lain adalah Pek li Peng. akan tetapi dalam hati mereka
tak berani percaya dengan pandangan matanya itu, setelah
mengamatinya beberapa lama sekulum senyum manis baru
bersungging diujung bibirnya, dan menyapu bersih
kemurungan serta kesedihan yang semula masih jelas
menyelimuti raut wajahnya.
Sepasang mata dua orang itu masih merah membengkak
mukanya rada pucat dan perut Sang Pat yang semula buncit
kini jauh lebih kempes.

Sebetulnya wajah Tu Kiu yang dasarnya memang pucat kini
berubah jadi hijau membesi, tubuhnya kurus seperti lidi,
keadaannya benar-benar mengenaskan.
Pek li Peng sangat terharu menyaksikan keadaan dua orang
itu. Dia tahu siksaan yang diderita dua orang ini luar biasa
hebatnya, perlahan ia bangkit berdiri lalu berjalan
menghampiri kedua orang itu, bisiknya dengan lembut;
“Kami telah menyusahkan kalian berdua!”
“Sekarang sudah baik, cuma., sampai kapan kita baru
dapat bertemu dengan toako?” sahut Sang Pat sambil
tersenyum.
“Sebelum tengah hari besok, kalian pasti akan bertemu
dengan dirinya,.”
Tiba-tiba dara itu mengerutkan dahinya, lalu menyambung
lebih jauh :
“Cuma., aku tak dapat memberitahukan raut wajah dan
dandanannya kepada kalian berdua, dan kalianpun tak boleh
saling menyapa dengan dirinya, sebab ini bisa mengakibatkan
rahasianya ketahuan orang!”
Sekulum senyum yang jarang ditemui orang tampak
tersungging diatas wajah Tu Kiu yang senantiasa dingin dan
kaku itu, jawabnya cepat :
“Asal kami tahu bahwa toako masih hidup dikolong langit,
hal ini sudah lebih dari cukup, buat apa kami musti terburuburu
mengetahui raut wajahnya?”
Rupanya Bu wi to tang telah memberitahukan duduk
persoalan yang sebenarnya kepada Tiong ciu siang ku, maka
tanpa diulang lagi mereka sudah menjadi jelas.
“Saudara Sang, saudara Tu, hayolah duduk dulu disini!”
ujar It bun Han to sambil mempersilahkan kedua orang itu
duduk.

Rasa sedih dan murung yang menyelimuti wajah Sang Pe t
serta Tu Kiu telah terhapus dalam hatinya, mereka menurut
dan segera ambil tempat duduk, katanya:
“Apakah It bun heng ada sesuatu petunjuk??”
“Barusan aku dan Sun locianpwe membicarakan kembali
rencana adu jiwa kita, sekarang telah kita ketahui bahwa Siau
tayhiap masih hidup di kolong langit, aku rasa rencana
tersebut tak mungkin bisa kita gunakan lagi!”
“Siau Toako kami selalu menyanjung dan memuji akan
kecerdasan saudara It bun, lebih baik semua persoalan dan
rencana kita selanjutnya dipimpin oleh It bun heng tanpa
persetujuan kami lagi” sela Sang Pat cepat.
Sun Put shia segera menimbrung pula dari samping:
“Aku tak ambil perduli apakah rencana adu jiwa itu masih
bisa dipakai atau tidak aku sipengemis tua ingin sekali
mendengarkan rencana kalian selanjutnya dalam menghadapi
Shen Bok Hong!”
It bun Han to tertawa:
“Pada hakekatnya rencana itn tidak termasuk terlalu hebat
aku hanya berharap agar Shen Bok Hong tahu bahwa kami
dapat mengiringi kematiannya, gampang sekali caranya itu
yakni aku dan saudara Sang masing-masing membawa sebutir
bahan peledak Poh san-sin lui tersebut, kemudian dalam suatu
pertarungan yang sengit kami akan ledakan bahan peledak
tersebut sehingga kami bertiga serentak mati bersama-sama!”
Mendengar itu, Sun Put- shia segera menghela napas
panjang, katanya kemudian :
“Sepantasnya kalau sedari dulu-dulu kalian beritahukan
rencana ini kepada aku sipengemis tua, biarlah aku
sipengemis yang menggembol bahan peledak itu dan beradu
jiwa dengan mereka, ketahuilah aku sudah tua dan aku tak
ikut mati, daripada hidup beberapa tahun lagi kan lebih enak

beradu jiwa dengan Shen Bok Hong, aku bisa mati dengan
bangga dan siapa tahu nama harumku akan dikenal sepanjang
masa? sedang kalian berdua masih muda dan kesempatan
hidup masih panjang, mengapa kalian korbankan jiwa dengan
begitu saja?”
Kembali It bon Han-to tertawa.
“Sudah kupikirkan soal ini dengan masak, aku tahu jika
berbicara mengenai ilmu silat maka memang paling tepat
kalau meminta locianpwe yang menghadapi Shen Bok Hong,
tapi dalam keadaan begitu justru locianpwe serta Bu wi
totiang tak boleh mati!”
Bu wi totiang memang sama sekali tak tahu menahu
tentang rencana adu jiwa itu, maka dia hanya pasang telinga
sambil mengikuti jalannya pembicaraan tersebut tanpa
memberi komentar.
Lain halnya dengan Sun Put shia, cepat dia berseru :
“Kenapa kami berdua tak boleh mati?”
“Sebab setelah Shen Bok Hong mati bersama kami, antekanteknya
yang bercokol dalam perkampungan Pek hoa
sancung kan masih belum buyar, maka permainan catur yang
masih ditengah jalan ini harus dibereskan oleh manusiamanusia
berbudi, berilmu dan berkedudukan tinggi maka Sun
locianpwe serta Bu wi Totiang. Asal Shen Bok Hong telah mati
dan pihak Pek hoa san cung tak ada pentolan yang memimpin
kekuatan mereka lagi. dengan kedudukan dan nama besar
Sun locianpwe serta Bu wi to tiang, asal kalian berseru kepada
umat persilatan, rasanya tidak susah untuk menghimpun
kekuatan yang terdiri dari jago-jago persilatan untuk
menumpas sisa-sisa gerombolan tersebut, sebaliknya jika
locianpwe dan Bu wi to heng mati lebih duluan dalam
gelanggang pertarungan, lalu siapakah yang harus memikul
tugas berat ini?”

Sun Put shia tampak termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian ia baru berkata lagi :
“Sekarang terbukti Siau Ling belum mati, situasipun ikut
mengalami perubahan, bagaimana caranya kita untuk
mengulangi persoalan ini..?”
“Nah inilah masalah serius yang harus kita rundingkan
bersama saat ini juga sambung It bun Han to cepat,
“Aku rasa tak usah dirundingkan lagi!., sela Sun Put shia
sambil menggeleng, “lebih baik It bun heng saja yang carikan
akal kemudian beberkan kepada aku pengemis tua dan Bu Wi
totiang, apabila kita merasakan ada bagian yang tak beres,
segera dibetulkan dan dirubah, bila tak ada yang tidak beres,
lebih baik kita turuti saja rencana seperti apa yang It bun
heng usulkan itu!”
“Baiklah..! ujar It bun Han-to kemudian, kalau memang
begitu, aku akan mengajukan suatu rencana bagus, jika kalian
merasa ada bagian yang kurang sesuai harap segera
dikemukakan. dengan begitu persoalan tersebut dapat kita
rundingkan lagi.”
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:
“Sekarang terbukti Siau tayhiap belum mati, aku rasa
rencana kita, untuk menghadapi musuh dengan menggunakan
bahan peledak poh san sin lui lebih baik ditangguhkan untuk
sementara waktu.
---oo0dw0oo---
Jilid: 37
“KETIKA Shen Bok Hong tiba kemari tengah hari besok
mungkin Siau tayhiap sendiri pun ikut hadir di tempat itu
kurang sesuai bila kita lepaskan bahan peledak poh san sin lui
dalam keadaan begitu, apalagi bisakah membunuh Shen Bok

Hong dengan benda tersebut masih merupakan suatu tanda
tanya besar, maka aku pikir rencana darurat tersebut lebih
baik jangan kita gunakan lagi dalam keadaan begini.. !”
“Menurut pendapat aku si pengemis tua lebih baik serahkan
saja bahan peledak Poh san sin lui tersebut kepadaku, tengah
hari besok aku akan tampil kedepan dan menantang Shen Bok
Hong untuk berduel di sebuah tanah lapang kosong, bilamana
nasibku lagi mujur tentu saja aku sipengemis tua tidak akan
melepaskan Poh san sin lui tersebut, sebaliknya kalau aku
merasa tak mampu menangkan dia maka Poh san sin lui itu
akan kulepaskan untuk beradu jiwa dengan dirinya.”
Siapa nyana It bun Han to segera gelengkan kepalanya
berulang kali setelah mendengar perkataan itu.
“Tidak bisa, cara dari locianpwe itu tak mungkin bisa
dilaksanakan. !”
“Kenapa?”
“Sekarang kami sedang kepepet dan sangat membutuhkan
tenaga-tenaga berpengalaman macam locianpwe tak boleh
sekali-kali mengkorbankan diri, kendatipun Shen Bok Hong
sendiri, dengan akal muslihatnya yang banyak serta
kecerdasan otaknya yang brilian belum tentu dia bersedia
untuk menyambut tantangan dari locianpwe itu!”
“It bun heng, engkau tak usah menguatirkan keselamatan
jiwa aku si pengemis tua setelah aku muncul kembali kedalam
dunia persilatan kali ini, dalam hati aku memang tidak berniat
untuk mengundurkan diri lagi ketempat pengasinganku dalam
keadaan hidup, aku jadi tak habis mengerti setelah
mendengar dugaanmu yang mengatakan bahwa Shen Bok
Hong belum tentu mau menerima tantangan dari aku si
pengemis tua!”
It bun Han to menghela napas panjang.

“Tidak heran kalau locianpwe sendiripun sampai
mengajukan pertanyaan semacam itu, pada hakekatnya
memang terlalu sedikit orang yang benar-benar memahami
watak Shen Bok Hong, oleh karena itulah dia bisa malang
melintang tanpa tandingan hingga saat ini. Ketahuilah orang
itu halus sekali perasaan hatinya, dia banyak curiga dan
liciknya luar biasa, bila menemukan sesuatu gejala yang tidak
beres, walau sedikit apapun gejala tersebut tak pernah ia
lepaskan dengan begitu saja. Oleh karena itu, jika locianpwe
hendak mengajak dia untuk berduel disebuah tanah lapang
yang kosong, maka ajakan mu ini justru akan mendatangkan
kecurigaan yang amat besar didalam hatinya.. “
“Aaah, apakah It bun heng tidak terlalu berlebihan
melukiskan kehebatan dan kepintaran Shen Bok Hong, aku si
pengemis tua tidak percaya kalau dia benar-benar amat lihay
sampai tak bisa dikibulin dalam soal apa pun.. !” tukas Sun Put
shia penasaran.
It bun Han to termenung sebentar, lalu ujarnya :
“Jadi locianpwe tidak percaya dengan perkataanku itu?
Kalau memang begitu, bagaimana kalau kita buktikan
bersama?”
“Baik! Serahkan bahan peledak Poh san sin lui itu
kepadaku, dan beritahukan pula bagaimana caranya
melepaskan benda ini, akan kuajak gembong iblis itu untuk
berduel dilapangan terbuka!”
“Boleh-boleh saja kalau locianpwe ingin membuktiktan, tapi
sebelum itu locianpwe harus menyanggupi dahulu sebuah
permintaanku”
“Apa permintaanmu itu?!”
“Andaikata Shen Bok Hong menampik tantangan locianpwe
untuk berduel disebuah tanah lapang, maka mulai detik itu
juga locianpwe harus mendengarkan semua perkataanku

tanpa menanyakan lebih jauh duduknya persoalan, engkau
bisa menyetujui?”
Bu wi totiang hendak mencegah perbuatan rekan-rekannya
itu akan tetapi setelah menyaksikan keseriusan It buu Han to
yang rup nya hendak manfaatkan kesempatan itu untuk
menaklukan kekerasan hati Sun Put shia maka diapun lantas
membungkam dan tidak banyak bertanya lagi.
Sun Put shia tidak langsung menjawab, dia termenung dan
berpikir sejenak, kemudian baru sahutnya :
“Baiklah ! Kusanggupi syaratmu itu, aku yakin Shen Bok
Hong pasti akan menuruti tantanganku ini...!”
“Mengapa begitu?” sela Pek-li Peng dari samping secara
tiba-tiba.
Sun Put-shia tersenyum, katanya:
Menurut pengalaman yang berhasil kukumpulkan selama
banyak tahun, kebanyakan orang persilatan pada menyukai
gengsi dan jaga muka, bila kutantang Shen Bok Hong untuk
berduel satu lawan satu dihadapan ratusan orang jago
persilatan yang hadir besok siang, masa dia mau tunjukkan
kelemahannya dihadapan orang banyak ? Sudah pasti akan
diterimanya tantanganku ini!”
“Locianpwe, engkau tak dapat menilai watak Shen Bok
Heng dengan penilaianmu terhadap kebanyakan orang
persilatan ! “ kata It-bun Han to lagi dengan lembut.
“Aku si pengemis tua tetap tidak percaya kalau Shen Bok
Hong lebih suka mengorbankan muka dan gengsinya daripada
menerima tantanganku!”
“Aaai..agaknya sebelum dibuktikan dengan kenyataan,
locianpwe tidak akan mempercayai perkataanku ini. baiklah!
Mari kita buktikan bersama, akhirnya siapa yang benar.”

“Jika apa yang diduga It bun heng tepat dan sama sekali
tidak meleset, maka mulai hari itu juga aku pengemis tua akan
menuruti semua perkataanmu, walaupun engkau suruh aku
terjun keair, aku akan terjun ke air, kau suruh aku terjun ke
api akupun akan terjun ke api aku pengemis tua tak akan
bertanya: Mengapa lagi!”
“Baik! Kita tetapkan perjanjian kita ini dengan sepatah kata
tersebut .!”' seru It bun-Han to kemudian.
Pek li Peng yang mengikuti jalannya perdebatan tersebut,
segera mengerutkan dahinya, kemudian berkata:
“'Sun locianpwe, toako selalu memuji akan kecerdasan otak
dari It bun sianseng, mengapa engkau bersikeras tak mau
percaya dengan perkataanya?”
“Sudah berpuluh-puluh tahun aku sipengemis tua hidup
dikolong langit, masa pengetahuan seminim itupun tidak
kumiliki? Eeh, anak perempuan, apa yang kamu ketahui?”
“Yaa. pandangan setiap orang memang saling berbeda”
kata It bun Han to kemudian. Tampaknya kita harus
menunggu sampai hasil taruhan tengah hari besok..”
Setelah berhenti sebentar, simbungnya lebih lanjut :
“Tengah hari besok Siau tayhiap pasti akan munculkan diri
diruang meja abu, kalau waktu itu dia tidak bersedia
munculkan diri maka lebih baik sementara waktu kita
rahasiakan pula identitasnya dan jangan sekali-kali kita paksa
dia untuk munculkan diri!”
“Apakah kita harus siapkan pula segala perlengkapan yang
dibutuhkan untuk menghadapi situasi gawat tengah hari
besok?” tanya Bu wi totiang.
“Benar, kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi
keadaan itu, hal ini perlu kita lakukan guna berjaga-jaga
apabila usaha Sun locianpwe untuk meledakan Poh san siu lui
dan adu nyawa dengan Shen Bok Hong mengalami kegagalan”

Ia berhenti sebentar, lalu terusnya lebih jauh:
“Sebagai langkah pertama, tengah hari besok aku minta
agar To heng bersedia untuk membentuk sebuah barisan
kekuatan yang terdiri dari jago-jago tangguh untuk
menghadapi para pengikut Shen Bok Hong. sedangkan
saudara Sang dan saudara Tu menggantikan kedudukan Sun
locianpwe memimpin pasukan kedua yang khusus bertugas
menghadang jalan pergi Shen Bok Hong pribadi bilamana
perlu kita hadapi mereka dengan pakai bahan peledak poh san
sin lui tersebut, persoalan diluar tugas-tugas tersebut akan
kutangani sendiri!”
Bu wi totiang, Sang Pat serta Tu Kiu segera menyambut
dan menerima pembagian tugas itu.
Perlahan-lahan dan dengan sangat hati-hati It bun Han to
ambil keluar bahan peledak Poh san sin lui itu dari sakunya,
sambil diangsurkan ketangan Sun Put shia ujarnya:
“Locianpwe, inilah Poh san sin lui tersebut, silahkan
locianpwe menerimanya!”
Pek li Peng ikut mengalihkan sorot matanya kearah benda
itu, ternyata yang di sebut geledek sakti penghancur bukit itu
tidak lebih cuma sebuah benda sebesar telur itik yang
berwarna merah darah, apabila tidak mendengarkan
penjelasan terlebih dahulu, siapapun tak akan percaya kalau
benda sekecil itu ternyata memiliki daya kekuatan penghancur
yang benar-benar mengerikan.
Sun Put shia menerima benda itu dan diamatinya sejenak,
lalu ujarnya:
“Sekecil inikah benda yang kau lukiskan amat dahsyat itu?
Aku si pengemis tua jadi tidak percaya kalau benda sekecil ini
sebenarnya memiliki daya penghancur sehebat itu!”
“Locianpwe....!” ujar It bun Han to dengan wajah serius,
bilamana engkau merasa tak yakin untuk beradu dengan Shen

Bok Hong, aku harap janganlah sekali-kali kau gunakan benda
itu secara sembarangan!
Sun Put shia mengangguk tiada hentinya.
“Bila aku tak dapat beradu jiwa dengan Shen Bok Hong
tidak nanti benda ini kugunakan dengan sembarangan, It bun
heng tak usah kuatir, kalau bisa aku si pengemis tua pun
masih ingin hidup beberapa tahun lagi di dunia ini!”
“Bagus sekali, kalau locianpwe sudah punya ingatan
demikian maka akupun bisa berlega hati, cara penggunaan
benda ita sederhana sekali, asal terkena benturan keras maka
benda itu segera akan meledak, lebih baik lagi apabila
locianpwe bisa memancing Shen Bok Hong agar menghantam
sendiri benda itu sehingga meledak, bila itu tak mungkin maka
serahkanlah hawa murnimu ke dalam telapak tangan
kemudian membanting bahan peledak itu keatas tanah, maka
benda itu segera akan meledak!”
Ia berhenti sebentar, kemudian melanjutkan.
“Meskipun bahan peledak Poh san-sin lui mempunyai daya
penghancur yang luar biasa tapi korban yang pasti mati
hanyalah mereka-mereka yang berada diseputar radius satu
kaki selebihnya masih ada harapan untuk hidup lebih jauh.”
“Akan kuingat terus perkataan itu!”
“Tengah hari besok, bila Shen Bok Hong telah datang maka
Gak Siau cha dan Giok siau-long-kun pasti akan turun tangan
lebih dahulu.”
“Menurut Siau toako, nona Gak bukan tandingan dari Shen
Bok Hong” tiba-tiba Pek-li Peng menyela “toako suruh aku
berusaha menghalangi terjadinya peristiwa itu, dan terutama
sekali jangan sampai membiarkan nona Gak terluka ditangan
Shen Bok Hong”
It-bun Han-to mengangguk.

“Aku tahu dan aku bisa aturkan segala sesuatunya sampai
beres, harap nona jangan terlalu memikirkannya dihati, bila
nona hadir pula dalam gelanggang tengah hari besok, aku
harap nona bisa bersikap lebih tenang, jangan berteriak
maupun bersuara, sehingga tidak sampai mengacaukan
semua rencana kami yang telah diatur dengan matang
“Apakah engkau yakin bisa menghalangi niat nona Gak
sehingga ia tak sampai menderita luka?”;
“Nona tak usah kuatir, aku pasti dapat mengusahakan
suatu cara yang mencegah Gak Siau cha sampai menderita
luka, tengah hari besok nona boleh berpeluk tangan belaka
sambil menonton harimau berkelahi, engkau tak perlu
mencampuri urusan ini lagi”
“Baik, kusanggupi permintaanmu itu!”
It bun Haa to segera bangkit berdiri, katanya lagi:
“Menurut garis muka dari Siau tayhiap dia tidak mirip
seseorang yang berumur pendek, maka ketika berita
kematiannya tersiar aku masih setengah percaya setengah
tidak, walaupun begitu aku pun bisa membayangkan keadaan
yang kalian alami waktu itu, seseorang yang terjebak ditengah
kepungan kobaran api yang amat berat, memang tidak
mungkin bisa lolos dari keadaan hidup, sungguh tak nyana
keajaiban memang bisa juga terjadi di dunia ini. ternyata Siau
tayhiap lolos dari bencana. Sekarang tentunya perasaan hati
kalian semua sudah senang bukan? Aku harap kalian bisa
beristirahat dengan sebaik-baiknya untuk menghimpun
kembali kekuatan tubuh kita sebab kemungkinan besar tengah
hari besok bakal berlangsung suatu pertarungan sengit....”
Berbicara sampai disini, dia lantas alihkan sorot matanya
kearah Pek li Peng dan melanjutkan:
“Aku telah siapkan tempat penginapan bagi nona, letaknya
persis disebelah kamar istirahat dari nona Gak, antara ruangan
dengan ruangan hanya dipisahkan dengan selembar kain

putih, silahkan nona beristirahat dengan tenang disana, selain
itu dapat kau curi dengar pembicaraan disitu, tapi engkau tak
boleh banyak bicara sebab ketajaman pendengaran dari nona
Gak sangat luaar biasa, sepatah kata saja engkau berbicara
niscaya indentitasmu akan ketahuan!”
Pek li Peng mengangguk.
“Sekarang aku lapar, aku ingin mengisi perut dahulu!”
“Beristirahatlah didalam kamar sana nanti akan ada orang
yang mengantarkan makanan untuk nona, Nah, sekarang
perbaiki dahulu penyamaranmu kemudian pergilah
beristirahat!”
Pek-li Peng tidak banyak berbicara, dia perbaiki
penyaruannya kemudian mengikuti dibelakang It bun Han to
menelusuri beberapa lorong dan tiba dalam sebuah ruang
kecil.
It bun Han to singkapkan kain gorden dan Pek li Peng
segera melangkah masuk ke dalam ruangan, tanpa
mengucapkan sepatah katapun It-bun Han-to menurunkan
kembali gordennya dan segera berlalu.
Setelah masuk kedalam ruangan, dengan sorot mata yang
tajam Pek li Peng menyapu sekejap kedalam ruangan itu, dia
lihat dalam ruangan tersebut hanya terdapat sebuah
pembaringan kecil yang terbuat dari papan kain sepre serta
selimutnya berwarna putih bersih, walaupun sederhana
perlengkapannya tapi jelas ruangan-ruangan itu khusus
disediakan untuk menampung para tamu terhormat.
Selang sesaat kemudian, seorang dara baju putih masuk
kedalam ruangan sambil menghidangkan sayur dan nasi.
Sayurnya amat sederhana tapi cukup nikmat dimakan,
selesai bersantap Pek li Peng naik keatas pembaringan dan
bersiap-siap untuk atur pernapasan lalu tidur.

Baru saja matanya dipejamkan tiba-tiba dari kamar sebelah
terdengar seseorang berseru dengan suara yang lirih dan
rendah:
“Nona Gak....!”
Pek li Peng segera kenali suara itu sebagai suara dari Giok
siau long kun, tanpa sadar semangatnya lantas bangkit, cepat
pikirnya :
“Agaknya It bun Han to memang sengaja mengatur aku
disini dengan tujuan mengupingi pembicaraan dari Giok siau
long kun dengan enci Gak, aku tak boleh menyia-nyiakan
kesempatan ini dengan begitu saja..!”
Karena berpendapat demikian, maka ia lantas pusatkan
seluruh perhatiannya untuk mendengarkan pembicaraan
tersebut.
Terdengar suara dari Gak siau cha berkumandang lirih:
“Apakah saudara Thio disitu?”
“Benar;” jawab Giok siau long kun, dalam pertarungan kita
melawan Shen Bok Hong tengah hari besok mungkin jiwa kit
akan sama-sama melayang dari tubuh kita, aku pikir mungkin
sekali malam ini adalah malam terakhir bagi kita untuk hidup
didunia ini maka....”
Dia menghela napis panjang dan menambahkan :
“Maka aku ingin manfaatkan kesempatan terakhir ini untuk
bercakap-cakap dengan nona Gak, apakah engkau bersedia
untuk temui aku??”
“Silahkan masuk saudara Thio!”
Mendengar pembicaraan tersebut, Pek li-Peng berpikir di
hati:
“Entah kemana perginya dua orang dayang yang dibawa
enci Gak itu? Mereka masih ada di kamar atau sudah pergi?”

Baru pikiran itu terlintas dalam benaknya, Giok Siau long
kun telah bertanya:
“Kemana perginya kedua dayang itu!?”
“Oooh..! Mereka ada dikamar sebelah!”
Kembali Giok Siau long kun menghela napas panjang.
“Dua orang dayang itu sangat menyintai dan menghormati
nona bila engkau mati di tangan Shen Bok Hong tengah hari
besok, mungkin mereka berdua akan ikut mengorbankan pula
jiwanya untuk mengiringi dirimu”
“Sudah banyak tahun mereka ikut aku, umum kalau mereka
berkorban mengiringi keberangkatanku, tapi diri Thio heng..”
“Di depan meja abu tengah hari tadi aku telah
membeberkan isi hatiku dihadapanmu, masa aku harus ulangi
kembali pernyataanku itu sekali lagi..?” tukas Giok siau long
kun cepat.
Gak Siau-cha menghela napas panjang.
“Sudah terlalu banyak budi kebaikan yang kuterima dari diri
Thio heng. Aaai!Entah bagaimana caraku untuk membalas
budi kebaikanmu itu dalam hidupku kali ini??”
“Buat apa engkau pikirkan soal balas budi segala ?
Memangnya kesempatan hidup bagi kita tengah hari besok
amat besar??”
“Kalau toh engkau sudah tahu bahwa kesempatan hidup
bagi kita sangat tipis, mengapa engkau harus melibatkan diri
dalam peristiwa ini??”
“Inilah yang dinamakan kobaran api cinta yang sukar
dikendalikan lagi, apa daya ? Aku memang tak mampu
menguasahi diriku sendiri”
“Tapi aku toh tidak menaruh rasa cinta padamu!” seru Gak
Siau-cha dengan cepat.

“Engkau tidak cinta, tapi aku menaruh rasa cinta
kepadamu, aku rela mengorbankan jiwaku demi kau seorang!”
“Ketahuilah saudara Thio, dari keluarga besar Thio hanya
engkaulah satu-satunya bibit keturunan bila engkau mati
ditempat ini siapa lagi yang akan meneruskan keturunan
keluarga Thio??”
“Kalau engkau mati dalam pertempuran, akupun segan
hidup sendirian kalau kususul engkau kea1am baka bukankah
keluarga Thio tetap akan putus turunan??”
Gak Siau cha mengeluh, katanya :
“Kebaikan apakah yang kumiliki? Thio heng. mengapa
engkau begitu tergila-gila kepadaku?”
Bila aku dapat menceritakan kebaikan-kebaikan nona, tidak
nanti aku bakal tergila-gila kepada dirimu!”
Sekali lagi Gak Siau cha menghela napas panjang :
“Aaai..! Thio heng bagaimana pandanganmu mengenai dua
orang dayang yang mendampingi diriku itu?”
“Cantik jelita bagai bidadari dari khayangan, cerdas dan
brilian, pandai pula membawa diri, mereka merupakan gadisgadis
pilihan yang susah ditemui dikolong langit!”
“Kalau memang begitu, carilah akal dan utus saja mereka
untuk menyelesaikan suatu tugas, bukankah dengan begitu
mereka akan terhindar dari musibah ini??”
“Tidak mungkin ! kata dara itu seraya menggeleng, mereka
telah mengetahui akan kejadian tersebut, sekalipun mereka
kusuruh pergi belum tentu mereka mau pergi, kecuali.....”
Tiba-tiba ia berhenti berbicara.
“Kecuali kenapa?” Tanya Giok siau longkun cepat.
“Kecuali Thio heng yang membawa mereka pergi dari sini!”
sahut Gak siau Cha lirih.

“Aku yang membawa mereka pergi dari sini....?”
“Benar, asal engkau bersedia membawa mereka pergi maka
selamatlah jiwa kedua orang ini”
Sampai disiui, Giok Siau long kun segera menghela napas
panjang.
“Aaaai.. sekarang aku dapat memahami perasaan hatimu
katanya, rupanya engkau sedang mainkan siasat Ih hoa ciap
bok ( memindah bunga menyambung ranting). dengan siasat
ini maka akupun akan turut di singkirkan dari sini..yaa,
tampaknya engkau masih belum dapat menyelami perasaan
hatiku.”
“Perasaan cinta dan pelampiasan rasa sayang Thio heng
kepadaku telah siau moay simpan dalam hati kecil, sepanjang
hidup perasaan tersebut tak akan terlupakan lagi dari
benakku, sayang kita terlalu lambat waktu bertemu, karena itu
terpaksa siau moay hanya bisa memendam perasaan tersebut
dihati..”
Ia berhenti sebentar dan menghela napas panjang, lalu
lanjutnya lebih jauh :
“Meskipun antara aku dan Siau Ling tidak terikat dalam
hubungan apa apa, tetapi pesan ibuku almarhum tak bisa
kubangkang dengan begitu saja, aku tak ingin menjadi
seorang anak yang Put hau, tidak berbakti pada orang tuanya,
sebab itulah aku sudah menganggap Siau Ling sebagai
suamiku walau tidak demikian dalam kenyataannya Thio heng!
Pikirkanlah kembali posisiku sekarang ini, mungkinkah seorang
gadis mempunyai dua orang suami? Thio heng, engkau harus
memaklumi keadaanku ini, biarlah pelimpahan rasa cinta
kasihmu kusimpan dalam hati saja, semoga dalam penitisan
yang akan datang Gak Siau cha dapat membalas semua budi
kebaikan yang telah kuterima selama ini...”
“Tapi apakah nona tak pernah memikirkan tentang diri Siau
Ling..?! seru Giok siau longkun dengan cepat, dia tidak serius

dalam bercinta, setelah mempunyai engkau, dia berpacaran
lagi dengan nona Pek li setelah ia tidak menunjukkan
kesetiaan lebih dahulu kepada nona. apa pula gunanya nona
Gak bersikeras untuk mempertahankan pandangan tersebut
atas dirinya?”
Pe li Peng yang mencuri dengar pembicaraan itu dari ruang
sebelah, kontan dibikin mendongkol sesudah mendengar
ucapan tersebut.
“Sialan orang ini pikirnya dihati, ! apa sangkut pautnya aku
dengan kalian? Huh, memangnya aku tak boleh berpacaran
dengan toako.? Harus ditampar bacot anjing ini!”
Sementara itu Gik Siau cha telah menghela napas panjang
dan berkata lagi :
“Engkau jangan menyalahkan Siau Ling dia sama sekali
tidak bersalah dalam masalah ini, sebab Siau Ling sendiri
sama sekali tidak tahu kalau ibuku telah menjodohkan aku
kepadanya dengan sendirinya diapun tak pernah menganggap
akn sebagai istri atau kekasihnya!”
“Terus dia anggap engkau sebagai apanya?? “
“Sebagai encinya, angkatan yang lebih tua”
“Andaikata Siau Ling hanya menganggap engkau sebagai
encinya. itu berarti sama se kali tidak bentrok atau adanya
persaingan antara hubungan segitiga kita bertiga, aku pun
bersedia mengerahkan segenap kemampuan yang kumiliki
untuk membantu dirinya .”
Tiba-tiba teringat olehnya kalau Siau Ling sudah mati,
setelah menghela napas panjang tambahnya :
“Sayang dia sudah mati.”
Pek li Peng segera berpikir kemballi dalam hati
“Toakoku seringkali membuat kebaikan dan membantu
orang lain, memangnya dia berumur pendek? Huuh, sialan!.”

Sementara itu Gak Siau-cha telah menjawab :
“Benar, ia sudah mati, berarti akupun tak dapat hidup
sendirian didunia ini!”
“Engkau akan membalas dendam bagi kematiannya?!”
“Tentu saja, aku memang hendak membalaskan dendam
bagi kematiannya!”
“Nona Gak, tiba-tiba aku mempunyai suatu jalan pikiran
yang sangat aneh.,apakah aku bisa mengetahui bagaimana
pendapatrnu dengan jalan pikiranku ini??”
“Cobalah katakan?”
“Bagaimanakah perhitunganmu tentang menang kalah
dalam pertarunganmu melawan Shen Bok Hong tengah hari
besok?!”
“Aku sama sekali tidak berkeyakinan untuk menang?”
“Dalam hal ilmu silat tentu saja kita bukan tandingan Shen
Bok Hong. Dalam pertarungan ini tampaknya kita hanya
mengandalkan keberanian kita untuk berjuang sampat titik
darah penghabisan saja, selain itu tiada kekuatan lain yang
bisa kita andalkan lagi!”
“Dalam hati aku telah menganggap diriku sebagai istrinya,
tentu saja aku berkewajiban untuk berkorban demi suamiku,
sedangkan engkau sama sekali tak ada hubungan apa-apa
dengan Siau Ling, mengapa engkau bersikeras untuk ikut
mengorbankan diri?!”
Giok siau long kun tertawa ewa.
“Kendatipan engkau tewas dalam pertarunganmu melawan
Shen Bok Hong itu belum berarti engkau telah membalaskan
dendam bagi kematian Siau Ling!” katanya.
“Aaai!” Gak Siau cha menghela nafas panjang '“Aku tahu
kepandaianku tak mungkin bisa digunakan untuk menuntut

balas, karena itu tujuanku berbuat begitupun tak lain hanya
mencari kepuasan hati saja!”
“Bilamana kita turun tangan bersama, apakah kita
mempunyai harapan untuk mengalahkan Shen Bok Hong??”
Gak Siau cha menggeleng.
“Tidak terlalu besar harapan itu !”
“Andaikata kita berdua sama-sama mempunyai suatu
pengharapan, aku rasa kemungkinan besar kita mempunyai
harapan untuk memperoleh kemenangan.”
“Pengharapan yang bagaimana ?”
“Kan sudah kukatakan tadi, harapan tersebut hanya muncul
berdasarkan suatu jalan pikiranku yang aneh, jika aku salah
berbicara nanti, aku minta engkau jangan gusar!”
“Kasihan amat orang ini” pikir Pek li Peng dalam hati,
“untuk mencari muka di depan enci Gak, bukan saja dia musti
berhati-hati sewaktu berbicara, bahkan tak berani melukai
hatinya aaai ! Begitukah korban cinta? “
---oo0dw0ooo---
KATAKANLAH...!” ucap Gak siau-cba,
“Bila nona setuju, maka setelah kita bunuh Shen Bok
Hong..”
“Bagaimana?! Sela Gak Siau cha ketus, Giok siau long kun
sangsi sebentar, kemudian katanya :
“Setelah kita bunuh Shen Bok Hong dan andaikata kita
masih diberi kehidupan didunia ini, maka sepantasnya kalau
kita buatkan sebuah kuburan yang paling bagus untuk Siau
Ling. setelah itu..., setelah itu..”

“Setelah itu kita lantas kenapa?!”kemba li Gak Siau cha
menimbrung.
“Setelah itu kita bangun sebuah rumah gubuk didepan
kuburan dari Siau Ling dan berkabung selama tiga tahun bagi
arwahnya, aku rasa bila nona bersedia melakukan
kesemuanya itu, sama pula artinya nona telah menunjukkan
rasa cintamu terhadap Siau Ling”
Gak siau cha menghela napas panjang, dia membungkam
dalam seribu bahasa dan sama sekali tidak memberi
komentar.
Melihat dara itu membungkam Giok siau long kun
melanjutkan kembali katanya.
“Selewatnya tiga tahun masa berkabung, barulah engkau
ambil keputusan lagi apakah engkau bersedia menjadi istriku
atau tidak, entah bagaimana pendapat nona tentang usulku
ini??”
“Siau moay merasa amat terharu dan tak tenteram setelah
mengetahui kasih sayang Thio heng yang sedalam lautan
terhadap diriku....”
“Jadi engkau setuju?” seru Giok siau long kun kegirangan,
hampir saja ia menjerit saking gembiranya.
“Pada hakekatnya kusanggupi permintaanmu itu atau tidak
bukanlah suatu persoalan yang penting, sebab dalam
pertarungan adu kepandaian maupun adu kecerdasan yang
akan berlangsung tengah hari besok, tipis sekali harapan kita
untuk tetap hidup”
“Tatkala Koh nay nay memberi obat mujarab kepadaku, ia
wariskan beberapa jurus silat kepadaku, katanya jurus-jurus
silat itu merupakan hasil ciptaannya sendiri setelah bertapa
banyak tahun, aku berharap bisa mengandalkan ilmu silat
baru itu untuk mengalahkan Shen Bok Hong.”

“Oooh....! Rupanya engkau sudah mempunyai kekuatan
yang dapat diandalkan..!”
“Berhasil atau tidak, sukar untuk ditentukan mulai
sekarang, terpaksa kita harus berjuang sambil mengadu
nasib!”
“Tapi kalau kudengar dari nada ucapanmu, tampaktampaknya
engkau sudah mempunyai keyakinan untuk
menang!”
“Bila kita bisa menang, bukankah berarti juga kita telah
berhasil balaskan dendam bagi kematian Siau Ling??”
“Memang begitu!”
“Siau Ling mati di tangan Shen Bok Hong jika kita berhasil
balaskan dendam baginya bukankah arwahnya yang berada
dialam baka akan merasa puas dan lega?”
“Aaai .” Thio heng, silahkan engkau mengundurkan diri
lebih dahulu, berilah kesempatan kepada Siau moay untuk
berpikir lagi.”
“Baiklah, kalau memang begitu aku akan mohon diri,
pikirkanlah persoalan ini hingga matang, besok pagi aku akan
datang kemari untuk menunggu berita gembira dari nona”
“Baik-baik dijalan Thio heng, maaf Siau moay tak dapat
mengantar lebih jauh!”
Terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang
memecahkan kesunyian, agaknya Giok siau long kun telah
meninggalkan kamar tidur Gak siau cha....
Pek li Peng segera berpikir dihati:
“Pada hakekatnya toako belum mati, bila besok pagi enci
Gak menyanggupi usul Giok siau long kun maka urusan akan
jadi berabe. Aku harus berusaha untuk memberi tahu
kepadanya bahwa toako belum mati, sehingga enci Gak tidak
sampai tertipu oleh orang ini!”

Karena berpikir begitu, dia lantas bangkit berdiri dan siap
melangkah keluar dari ruang itu.
Tapi baru saja maju beberapa langkah, tiba-tiba satu
ingatan terlintas dalam benak gadis itu, ia berhenti dan
berpikir lagi:
“Kalau aku berbuat agak serakah dengan tidak
menyampaikan kabar ini kepada nona Gak, besok dia tentu
akan menyanggupi permintaan Giok siau long kun. Nah! Jika
nasi sudah menjadi bubur, bukankah itu berarti toako hanya
milikku seorang..?!”
Kepentingan pribadi, dan otak yang sadar saling
bertentangan didalam hati kecilnya, untuk sesaat ia jadi
bingung dan tak tahu bagaimana harus menyelesaikan
persoalan ini..
Sementara ia masih berdiri kebingungan, tiba-tiba gorden
disingkap orang menyusul Giok siau long kun dengan wajah
penuh kegusaran telah berdiri tegak, didepan pintu.
Pek li Peng memandang sekejap kearah Giok siau long kun,
perlahan-lahan ia mundur kembali kesamping pembaringan
dan duduk.
Giok siau long kun menerobos masuk ke dalam tenda,
selangkah demi selangkah ia mendekati Pek li Peng,
sementara dengan muka hengis tegurnya :
“Heehhh..heeehh..heehhh.. kalau dugaanku tidak keliru,
sudah lama bukan engkau curi dengan pembicaraan kami?!”
Pek li Peng tidak menjawab, dengan cepat ia berpikir :
“Jika aku berbicara maka dia akan segera mengetahui kalau
aku adalah seorang perempuan. tampaknya aku terpaksa
harus pura-pura berlagak bisu..”
Berpikir demikian, dia lantas menunjuk kearah mulut
sendiri, kemudian gelengkan kepalanya.

“Engkau bisu..?” tegur Giok-siau-long kuo dengan alis mata
berkernyit
Pek-li Peng mengangguk.
Giok siau long kun segera tertawa dingin dan berkata lagi :
“Kalau bisu biasanya juga tuli, entah bagaimana dengan
pendengaran engkau..?”
Hampir saja Pek li Peng buka suara untuk berbicara,
untung dia masih ingat dengan penyamarannya, buru-buru dia
mengangguk.
Giok-siau-long-kun tertawa ewa, ia berkata lebih jauh :
“Padahal pembicaraanku itu kulakukan dengan suara yang
amat lirih, heran !”
“Kenapa engkau bisa mendengarkan sejelas itu?”
Buru-buru Pek li Peng gelengkan kepalanya, ia berlagak
seakan-akan tidak mendengar jelas apa yang mereka
bicarakan.
“Waktu berbicara aku menggunakan suara yang sama
kerasnya, tapi engkau bisa mendengar jelas sebagian katakataku,
ada pula sebagian yang tidak jelas dalam
pendengaran, Hmmm! Mana mungkin hal ini bisa terjadi..?
Huh! Rupanya engkau memang sedang berlagak
dihadapanku”
Pek li Peng segera berpikir :
“Jika aku bersikap lemah dan mengalah terus, pasti dia
akan makin curiga kepadaku!”
Sepasang matanya kontan melotot besar, sepasang telapak
tangannya diulapkan berulang kali artinya mengusir Giok siau
long kun dari ruangan tersebut.
Tentu saja Giok siau long kun tak mau mengalah dengan
begitu saja, ia tertawa dingin tiba-tiba sambil bergerak maju

kedepan telapak tangan kanannya melancarkan sebuah
cengkeraman kilat kearah pergelangan tangan Pek li Peng.
Dengan cekatan gadis itu mengundurkan diri dua langkah
kebelakang, lolos dengan serangan itu tangan kirinya sengaja
membentur dinding kain di sampingnya.
Memang cerdik gadis ini dalam keadaan terdesak tiba-tiba
satu ingatan bagus melintas dalam benaknya, dia bermaksud
untuk menarik perhatian Gak siau cha, sehingga gadis itu bisa
datang untuk bantu dia meloloskan diri dari kesulitan itu.
Gioi siau long kun sendiripun sama sekali tak menyangka
kalau lawannya berhasil lolos dari serangan kilatnya itu, dalam
perkiraannya semula serangan tersebut pasti akan berhasil
mencengkeram pergelangan tangan sang lawan.
Untuk sesaat ia berdiri tertegun, kemudian dengan dingin
katanya :
“Hooh.! Rupanya engkau adalah seorang jago lihay yang
tak mau unjukkan diri!”
Tiba-tiba ia menerjang maju kedepan, sapasang telapak
tangannya melancarkan seran an berantai yang semuanya
ditujukan pada bagian-bagian penting ditubuh Pek li Peng.
Memang hebat dan lihay ilmu silat yang dimiliki Giok siau
long kun, apabila dia menyerang dengan sepenuh tenaga,
maka tanpa melakukan perlawanan tak mungkin bagi Pek li
Peng untuk mempertahankan diri.
Untungnya Giok siau long kun tidak bermaksud melukai diri
Pek li Peng, dan serangan yang dipakai hanya ilmu sebangsa
Ki na jiu hoat belaka, maka untuk sementara waktu posisi
masih bisa bertahan dalam keadaan seimbang.
Siapa sangka walaupun dia sudah melancarkan belasan
buah serangan berantai, kesemuanya berhasil dihindari Pek li
Peng de ngan mudah lama kelamaan berubah juga air muka
pemuda itu.

“Kalau kulihat dari gerak gerikmu, jelas ilmu silat yang kau
miliki terhitung ilmu silat kelas satu dalam dunia persilatan
kenapa tidak kau lancarkan serangan balasan?” serunya.
Betapa gelisahnya Pek-li Peng ketika dilihatnya Gak Siau
cha belum juga munculkan diri untuk membantu dia lepaskan
diri dari ancaman bahaya, dalam hati sepera pikirnya “Waduh
celaka, jika enci Gak tidak datang juga, terpaksa aku harus
melakukan perlawanan”
Didalam menghadapi beberapa jurus ki na jiu yang
dilancarkan Giok siau long kun barusan, secara lapat-lapat
gadis itu sudah merasakan betapa tinggi dan lihaynya ilmu
silat yang dimiliki orang itu, bila sampai terjadi pertarungan,
terpaksa ia harus melayani dengan sepenuh tenaga sebab
kalau tidak niscaya dia akan keteter hebat.
Tidak memperoleh jawaban dari Pek li Peng, Giok siau long
kun segera tertawa dingin dan berkata:
“Aku harap engkau suka berhati-hati, sebab dalam sepuluh
gebrakan berikut ini, aku hendak mencabut jiwamu!”
Berbareng dengan selesainya perkataan itu secepat
sambaran petir tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan
dahsyat kedepan.
Untung Pek li Peng sudah bersiap sedia merasakan
datangnya serangan tersebut, cepat ia menghindar kesamping
dan meloloskan diri dari ancaman itu.
Gagal dengan serangannya yang pertama Giok siau long
kun menyusul dengan serangannya yang kedua, dalam
sekejap mata dia telah melancarkan empat buah serangan
berantai.
Tiga jurus pukulan musuh yang pertama berhasil dihindari
Pek li Peng dengan manis tapi untuk mematahkan serangan
yang keempat terpaksa dia harus menangkis dengan telapak

tangannya, kemudian dengan ilmu memapas jalan darah ia
paksa Giok siau long kun untuk menarik diri kebelakang.
Menghadapi musuh yang cukup tangguh ini, Giok siau
longkun mendengus dingin.
“Hmmm ! Agaknya aku sudah menilai terlalu rendah akan
kemampuanmu!” katanya.
Sebelum ia sempat melancarkan serangan serangan
berikutnya, mendadak dari luar pintu terdengar seseorang
membentak nyaring.
“Thio heng, tahan!”
Cepat Giok siau long kun berpaling dia lihat Gak Siau-cha
telah berdiri didepan ruang itu, dan entah sedari kapan telah
melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
Giok siau long kun yang pemberani dan tak takut tingginya
langit tebalnya bumi, segera mundur dengan sikap yang
menghormat, ia mendehem ringan kemudian serunya.
“Nona Gak..”
“Apa sebabnya dia akan kau bunuh?”tukas Gak siau cha.
“Ia telah curi dengar semua pembicaraan kita berdua,
ketika kuajukan pertanyaan kepadanya, dia berlagak bisu dan
tuli, dari sini dapat kita ketahui kalau dia bukan orang baik,
siapa tahu kalau orang ini adalah mata-mata yang dikirim
Shen Bok Hong??”
Betapa terperanjatnya Pek li Peng sesudah mendengar
tuduhan tersebut, cepat ia berpikir dihati.
“Bukan saja orang ini berilmu tinggi, cukup licik dan
menakutkan pula wataknya, dia menuduh aku sebagai matamata
Shen Bok Hong, bila enci Gak percaya dan mereka
berdua tanpa membedakan mana merah mana putih lantas
menyerang bersama kepadaku, tidak sampai sepuluh
gebrakan niscaya jiwaku akan kena dicabut!”

Tatkala mendengar tuduhan tadi, Gak Siau cha mengamati
sekejap seputar wajah Pek li Peng. kemudian ia menggeleng
“Aaah..! Tidak mungkin, Bu wi totiang dan It-bun Han to
adalah orang-orang persilatan yang tinggi ilmunya dan cerdas
pula otaknya, tidak mungkin dia biarkan mata-mata musuh
sampai menyelinap kemari, apalagi memberi tempat
beristirahat kepadanya di tempat ini..!”
“Hmm! Entah api maksud dan tujuan tosu tua hidung
kerbau dan It bun Han to itu? Heran, kenapa ia menempatkan
seorang kakek tua yang jelek dan memuakkan dikamar
sebelahmu, aku..”
“Tak usah banyak bicara lagi “ Tukas Gak Siau cha cepat, “
mereka semua adalah sahabat-sahabat Siau Ling yang hendak
menuntut balas bagi kematiannya, buat apa engkau musti
membuat kesulitan bagi mereka?!”
“Baik, memandang diatas wajahmu, untuk kali ini kuampuni
mereka semuaa....”
Gak Siau cha tersenyum.
“Beristirahatlah Thio-heng sebab besok kita masih harus
bekerja sama untuk menghadapi musuh tanggu”.
Paras muka Giok siau long kun yang dingin kaku bagaikan
es, tiba-tiba tersungging satu senyuman manis, sahutnya
cepat .
“Perkataan nona memang tak salah, besok kita masih harus
bekerja sama untuk menghadapi Shen Bok Hong, engkau juga
harus baik-baik beristirahat disini”
Berbicara sampai disitu, tanpa berbicara lagi ia lantas putar
badan dan keluar dari ruangan itu.
Pek li Peng yang berada disamping gelanggang dapat
mengikuti semua perubahan wajah Giok siau long kun dengan
jelas, dalam hati ia menghela napas panjang, pikirnya:

“Cinta kasih Giok siau long kun terhadap enci Gak
tampaknya jauh lebih dalam dari samudra buktinya asal enci
Gak menunjukkan sikap yang halus, maka berbungalah
perasaan hatinya aai.... cinta memang buta, cinta dapat
membuat orang berubah seratus delapan puluh derajat.”
Sementara dia masih termenung, Giok siau long kun telah
berlalu dari ruangan itu.
Gak Siau cha ikut melangkah keluar dari tuang tenda tadi.
Baru beberapa tindak gadis itu maju ke depan, tiba-tiba
Pek li Peng memburu kedepan dan menghadang jalan pergi
Gak Siau cha.
Sepasang alis mata gadis itu langsung berkernyit, tapi
sebelum ia sempat mengumbar hawa amarahnya, Pek li Peng
telah berjongkok dan buru-buru menulis beberapa patah kata
diatas permukaan tanah itu.
“Ada beberapa patah kata hendak kusampaikan kepada
cici, tapi jangan sampat kedengaran Giok siau long kun!”
Selesai membaca tulisan itu, Gak Siau cha termenung dan
berpikir sebentar, kemudian ia menulis pula ditanah :
“Siapa engkau !”
“Siau moay adalah Pek li Peng “tulis Pek li Peng dengan
cepat.
Tampaknya Gak Siau cha tidak percaya dengan penglihatan
sendiri, dia mengucak-ucak matanya berulang kali, kemudian
mengamati pula nama yang tertulis ditanah itu dengan
seksama.
Akhirnya gadis itu mengangguk, bisiknya:
“Kita berjumpa sebentar lagi.”
Dengan langkah lebar ia lantas berlalu dari ruangan tenda.

Secara diam-diam Pek li Peng awasi terus perubahan wajah
Gak Siau cha, ia lihat selapis warna merah yang aneh
menghiasi sepasang pipi gadis itu, ini menunjukkan bahwa
berita tersebut telah mendatangkan suatu pergolakan
perasaan dalam hati kecilnya, cuma ia masih dapat
mengendalikan pergolakan tersebut hingga tidak sampai
terlampiaskan dalam gerak geriknya.
Setelah keluar dari ruangan Gak Siau cha lihat Giok Siau
longkun masih berdiri disebuah sudut tikungan sambil
mengawasi kemari, rupanya pemuda itu menunggu terus
disana hingga tampak olehnya bahwa gadis itu berlalu dari
ruang tenda tadi.
Menunggu anak dara itu sudah keluar da ri ruang tenda,
barulah ia putar badan dan berlalu dari sana.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian Gak Siau-cha telah
muncul kembali didalam ruang tenda.,
Ketenangan telah menyelimuti kembali paras mukanya,
setibanya didalam ruangan dengan nada serius segera ujarnya
:
“Aku minta engkau bersedia lepaskan topeng kulit manusia
yang menutupi raut wajahmu itu. akan kuteliti dahulu paras
mukamu yang sebenarnya..! “
“Giok siau long kun tidak akan masuk kemari bukan?”tanya
Pek li Peng dengan kuatir.
“Sudah kuatur segala sesuatunya untuk mencegah
kedatangannya kemari, engkau tak usah kuatir”
Setelah memperoleh penegasan tersebut barulah Pek li
Peng menghapus obat penyaruannya dan memulihkan kembali
paras muka aslinya.
“Silahkan periksa cici!”

Diamatinya sekejap wajah gadis itu, akhirnya Gik Siau cha
menghela napas panjang.
“Aaai..! Rupanya benar-benar engkau.!”
Cepat ia tarik tubuh Pek li Peng dan dirangkul dengan
penuh kemesraan, bisiknya dengan lembut:
“Adikku sayang, selama ini engkau tentu menderita sekali
bukan., kasihan kau!”
Dalam perkiraan Pek li Peng, sudah pasti pertanyaan
pertama yang akan terlontar dari mulut Gak Siau cha pastilah
soal keselamatan Siau Ling, tak tahunya dugaan tersebut
meleset sama sekali, bukannya mengajukan pertanyaan, dia
malah menghibur dahulu kepadanya.
Cepat ia berkata :
“Untung toako cerdik dan banyak akalnya, dengan segala
daya upaya, toako inilah akhirnya kami berhasil meloloskan
diri dari kepungan barisan api itu!” Gak Siau cha manggutmanggut.
“Bagaimana dengan saudara Siau?!”ia bertanya.
“Rupanya toako telah menemukan suatu rencana busuk
dari Shen Bok Hong yang ada minat membantai semua orang
yang hadir disini, maka seorang diri ia telah berangkat untuk
menyelidiki sampai dimanakah kekuatan pasukan jago lihay
yang dipimpin Shen Bok Hong”
“Jadi ia pernah bertemu dengan aku?!”
“Benar waktu enci bersembahyang didepan meja abunya!
kami semua hadir dalam ruangan tersebut”
“Mengapa kalian tidak secara diam-diam memberitahukan
soal ini kepadaku..? Sampai-sampai aku musti berkuatir
terus!” omel Gak Siau cha dengan alit mata berkeryit.

“Aduh..tampaknya enci Gak marah, aku musti berikan
penjelasan kepadanya sehingga ia tak sampai tak senang hati
dengan toako!” pikir Pek li Peng dalam hati.
Dia lantas berkata :
Menurut toako, kita tak boleh sekali-kali membuat Shen
Bok Hong tahu bahwa sebenarnya ia tidak mati terbakar oleh
kobaran api itu.”
“Kenapa?!”
“Sebab jika Shen Bok Hong sampai tahu kalau toako belum
mati, maka sudah pasti dia akan melakukan segala persiapan
untuk menghadapi dirinya lagi, maksud toako, dia hendak
munculkan diri secara mendadak jauh diluar dugaan Shen Bok
Hong, sehingga gembong iblis itu bisa dibikin kelabakan
sendiri..”
“Maksudnya, dia hendak membunuh Shen Bok Hong?!”
tanya Gak Siau cha tiba-tiba.
“Toako sih tidak pernah mengutarakan maksud hatinya itu,
tapi siau moay dapat melihat bahwa toako memang
bermaksud untuk berbuat begitu”
“Aaai. !” Gak Siau cha menghela napas panjang, “Seringkali
dia menasehati orang lain agar baik-baik menyayangi
keselamatan jiwa sendiri, tapi dia sendiri sama sekali tak tahu
bagaimana harus menyayangi jiwa sendiri”
“Perkataan cici memang tepat, bila nanti berjumpa dengan
toako enci musti tegur dia sekeras-kerasnya!”
Walaupun dahinya masih berkerut dan wajahnya masih
murung, namun sekulum senyuman manis sempat
tersungging di bibirnya
“Mengapa bukan engkau yang menegur dia??” ucapnya.
“Aaai..! Masa dia mau mendengarkan perkataanku?” sahut
Pak li Peng dengan sedih.

“Kalau toh perkataanmu tidak di gubris olehnya, apalagi
aku yang memberi nasehat kepadanya, masa dia bersedia
untuk menurutinya?”
“Dia pasti akan menurut, setiap perkataan enci tentu akan
ditaati olehnya....!”
“Mengapa begitu??”
“Setiap kali toako membicarakan tentang cici. Siau moay
dapat lihat bahwa paras mukanya menunjukkan sikap yang
sangat menghormat, oleh sebab itu Siau moay lantas
mengambil kesimpulan kalau toako sebetulnya takut sekali
dengan cici”
Gak Siau cha kontan tertawa geli.
“Aaai,.! Masa engkau tidak tahu? Pada hakekatnya saudara
Siau adalah seorang manusia yang lembut diluar keras
didalam masa dia takut kepadaku?”
“Cici. engkau jangan berkata begitu” Seru Pek-li Peng
dengan gelisah “perkataanku ini bukan karanganku sendiri,
kenyataannya memang memang begitu, kalau enci kurang
percaya, buktikan saja apabila kalian telah berjumpa nanti!”
Gak Siau cha tersenyum geli, tiba-tiba ia alihkan pokok
pembicaraan kesoal lain katanya.
”Bagaimana caranya kalian meloloskan diri dari tengah
kepungan api yang membara dengan dahsyatnya itu? Hayo
cepat ceritakan kepada cici, aku sungguh tak habis mengerti,
dengan cara apa jiwa kalian berdua dapat diselamatkan?
Padahal kebakaran hebat itu katanya mencakup daerah seluas
beberapa puluh li persegi”
Pek-li Peng mengiakan, dia lantas menuturkan semua kisah
pengalamannya sejak lolos dari sekapan dan menghadapi
kebakaran hebat yang sengaja ditimbulkan Shen Bok Hong.

Sebagai penutup cerita, ia berkata “Begitulah cici, untung
toako memang tabah dan cerdik, sehingga kami bisa lolos dari
bahaya maut meskipun harus mengalami siksaan lahir maupun
batin..”
Gak Siau-cha manggut-manggut beberapa kali, ujarnya
kemudian :
“Aaai,.! Kejadian yang kalian alami, boleh dibilang
merupakan suatu keajaiban alam, siapapun tak akan menduga
kalau seseorang yang sudah terjebak dalam kobaran api,
ternyata berhbasil meloloskan diri dengan selamat. Yaa..!
Thian memang maha adil siapa berhati baik dia selalu akan
dilindungi olehnya”
Suasana hening untuk sesaat, kemudian Pek li Peng
berkata lagi :
“Cici, aku hendak memohon sesuatu kepadamu, apakah
engkau bersedia untuk mengabulkan??”
“Katakanlah terus terang, asal pekerjaan itu mampu cici
kerjakan, pasti akan kuusahakan dengaa sepenuh tenaga”
“Aku minta cici bersedia untuk berlagak seakan akan belum
tahu kalau toako masih hidup didunia ini, engkau harus
bersikap seolah-olah amat sedih oleh kematiannya, sebab
toako telah berpesan kepadaku agar tidak membocorkan
rahasia ini kepada siapapun”
“Baik! Cici kabulkan permintaanmu itu.”
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan kembali:
“Kalau begitu, saudara Siau juga sudah tahu tentang
pertarunganku melawan Shen Bok Hong tengah hari besok??”
“Tentu saja tahu sebab ketika cici berjanji dengan Shen Bok
Hong diruang meja abu tadi, kami semua hadir pula di sana!”
Mendengar perkataan itu. tanpa sadar Gak Siau cha
teringat kembali akan perbuatannya selama berada di ruang

meja abu, berada dihadapan umum ia telah menunjukkan
sikap sebagai istri Siau Ling, dan ternyata Siau Ling belum
mati, bahkan ia turut serta mendengarkan perkataannya itu,
tanpa bisa dicegah lagi merah padamlah selembar wajahnya
karena jengah:
Dengan rada mendongkol ia lantas mengomel.
“Aaai..! Saudara Siau memang keterlaluan, semakin besar
ia semakin nakal.”
“Dalam soal ini cici tak dapat menyalah dirinya!” bisik Pek li
Peng segera, “sebab jikalau ia berusaha untuk menyampaikan
beritanya kepada cici niscaya Shen Bok Hong akan curiga dan
ikut mengetahui pula rahasia tersebut!”
“Apa yang hendak dilakukan saudara Siau mengenai
pertarunganku melawan Shen Bok Hong tengah hari besok”
“Sebelum tengah hari besok, dia akan kembali keruang
meja abu, dan dia suruh siau-moay untuk menghalangi
berlangsungnya pertarungan tersebut !”
Ia berhenti sebentar, kemudian sambungnya lebih jauh:
“Juga kami semua menguatirkan sekuli tentang satu hal..!”
“Soal apa ?”
“Mengenai Giok siau long kun, kami ingin tahu bagaimana
tindakan cici untuk mengatasi masalah ini ? Jangankan cici
yang terlibat langsung dalam peristiwa itu, sekalipun siau
moay sendiripun dapat merasakan pula cinta kasihnya yang
amat dalam, siau moay rasa persoalan ini benar-benar
merupakan suatu masalah yang memusingkan kepala!”
Mengungkap kembali masalah Giok siau long kun, Gak
Siau-cha merasa agat pusing juga, sepasang alis matanya
langsung berkernyit.
Setelah termenung beberapa lamanya, dia pun berkata:

“Aaai ! Terus terang saja cici juga dibikin pusing kepala
oleh persoalan ini, pakai kekerasan dia tak gubris, main
lembut dia juga tidak perduli, mati-matian dia mengejar terus
diriku, sungguh bikin pening kepalaku saja..aai, entah
bagaimana caranya untuk atasi soal ini ?”
“Siau moay mempunyai cara yang bagus untuk mengatasi
soal ini, sekaligus dapat menghilangkan pula niat Gioi siaulong
kun untuk mengawini dirimu!”
“Bagaimana caranya ?”
“Cici musti berjanji dulu, asal siau-moay utarakan keluar
maka cici tak boleh marah”
“Baik, cici berjanji tak akan marah. Nah katakanlah !”
“Asalkan cici cepat menikah dengan Siau toako, bukankah
Giok siau long kun akan patah hati dan menghilangkan sendiri
niatnya untuk mengawini cici?”
“Ehmm. ternyata dugaanku tidak meleset engkau benarbenar
mengajukan cara tersebut” kata Gak Siau cha dengan
wajah serius.
“Ada apa? Memangnya jalan pikiran siau moay ini keliru
besar ?”
Gak Siau cha berjalan kesisi pembaringan dan duduk disitu,
kemudian sambil menepuk pembaringan disampingnya ia
berkata.
“Kemarilah kesini dan duduklah, aku ada beberapa patah
kata hendak disampaikan kepadamu”
“Cici akan mengatakan soal apa kepadaku?” tanya Pek li
Peng sambil menghampiri dara itu.
Ditariknya Pek li Peng agar duduk disisinya, kemudian Gak
Siau cha bertanya.

“Semua perkataan yang kuucapkan dikala masih ada dalam
ruang meja abu, tentunya sudah kau dengar semua bukan??”
“Benar.!” Pek li Peng mengangguk.
“Aku tak bisa membantah kenyataan tersebut karena pesan
terakhir dari mendiang ibuku menyuruh aku berbuat demikian,
tapi aku masih punya banyak urusan yang musti dikerjakan,
maka hubungan tersebut hanya tercantum hitam diatas putih
belaka, sudah tentu dalam kenyataannya tak mungkin bagi
kami untuk hidup berdampingan hingga akhir tua nanti”
“Kenapa begitu?” tanya Pek li Peng tercengang.
Gak Siau cha menghela napas panjang, ia tidak langsung
menjawab, sesudah termenung beberapa waktu barulah dia
berkata.
“Untuk selamatkan anak kunci Istana terlarang, ibuku harus
melarikan diri sampai ke ujung langit, tapi toh akhirnya kena
dikejar juga oleh musuh-musuhnya. dalam suatu pertarungan
yang amat seru akhirnya menderita luka yang amat parah,
untung orang tua saudara Siau memberikan pertolongannya
dan merawat ibuku di rumah mereka, tapi karena lukanya
yang terlalu parah, tak lama kemudian ibuku menghembuskan
napasnya yang terakhir, sebelum meninggal beliau telah
menulis sepucuk surat dan menyuruh aku menikah dengan
Siau Ling...”
“Kalau memang pesan itu diberikan ibumu sebelum ajalnya,
kenapa enci tidak melaksanakan pesan tersebut sebagaimana
mustinya?”
“Pada waktu itu saudara Siau menderita suatu penyakit
aneh, nadi penting sam in ciat mehnya tersumbat dan
menimbulkan penyakit yang parah, dengan penyakit seperti
itu maka dia tak akan hidup lewat dari dua puluh tahun,
sekalipun ia mengawini seorang istri yang setia dan bijaksana
toh akhirnya akan ditinggal mati dalam usia yang sangat
muda, karena itu untuk membalas budi orang tua saudara

Siau, lantas beliau ambil keputusan untuk menjodohkan cici
dengan Siau Ling, bahkan dalam surat wasiatnya dengan jelas
menerangkan pula agar cici..”
Tiba-tiba sepasang pipinya jadi merah padam karena
jengah, kata-kata selanjutnya tak mampu diutarakan lagi.
“Eeh. cici, kenapa tidak kau lanjutkan kata-katamu itu.?!”
tanya Pek-li Peng keheranan.
“Baiklah, bagaimanapun juga kita kan sama-sama putri
rimba persilatan, tiada halangan bagi cici untuk
memberitahukan kepadamu..”
Dia tertawa jengah, kemudian ujarnya lebih lanjut :
“Dalam surat wasiat ibuku, dengan jelas diterangkan bahwa
Siau heng tak bisa hidup lebih dari dua puluh tahun, maka aku
disuruh cepat-cepat kawin dengannya dan melahirkankan
anak buat keluarga Siau untuk menyambung keturunan
mereka, bila nantinya Siau Ling sudah mati maka anak itu
akan kuserahkan kepada Siau hujin, setelah menyiapkan suatu
tempat yang terpencil dan rahasia bagi mereka, waktu itulah
aku baru usahakan pembalasan dendam bagi kematiannya” ia
berhenti untuk tukar napas, lalu sambungnya lebih jauh:
“Agar berhasil dalam pembalasan dendam aku harus masuk
ke istana terlarang dan mempelajari ilmu silat yang
ditinggalkan kesepuluh orang tokoh silat itu. Aaai.! Siapa tahu
kenyataan jauh lebih berbeda dengan apa yang dibayangkan
ibuku dahulu, bukan saja aku tak dapat melaksanakan pesan
yang ditinggalkan ibuku, malahan saudara Siau telah
menjumpai pengalaman aneh sehingga berhasil memiliki
serangkaian ilmu silat vang tinggi, dengan begitu pesan ibuku
sudah tak mungkin bisa terlaksana lagi”
“Walaupun kenyataan mengalami perubahan, akan tetapi
perubahan ini toh lebih menguntungkan bagi cici? Bukan saja
Siau Ling berhasil sembuh dari penyakit aneh, sekarang ia
telah menjadi seorang pendekar besar yang nama besarnya

menggetarkan sungai telaga, aku lihat cici dan toako
merupakan sepasang sejoli yang paling sesuai..”
Gak Siau cha gelengkan kepalanya berulang kali tukasnya.
“Dendam ibuku belum terbalas, hutang budi guruku belum
kubayar, mana mungkin aku bisa melayani Siau Ling dengan
hati tenteram?”
“Cici, bukan saja Siau Ling akan membantu cici untuk
balaskan dendam bagi kematian ibumu, sekalipun siau moay
pribadi akan mengerahkan juga segenap kekuatan yang
kumiliki untuk membantu diri cici.”
Tapi Gak Siau cha segera menggeleng.
“Bukannya aku tak senang menerima bantuan kalian
berdua, pertama musuh besar yang mencelakai mendiang
ibuku adalah seorang jago yang licik, lihay dan tinggi ilmu
silatnya, buat apa saudara Siau musti mengikat tali
permusuhan dengan seorang musuh lagi? Kedua, cici telah
menemukan cara yang paling jitu untuk menghadapi orang
itu, maka tak usah kalian membantu diriku.”
Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya lebih jauh
“Adikku, tahukah engkau kenapa cici beritahukan semua
persoalan ini kepadamu?”
“Siau moay tidak tahu!'
“Sebenarnya cici ingin menitipkan satu pekerjaan
untukmu!”
“Pekerjian apa cici? Katakan saja secara blak blakan! Masa
sama siau moay pun engkau bertindak sungkan-sungkan?”
“Aku minta engkau baik-baik melayani Siau Ling, sebab
masih terlalu banyak urusan yang harus cici kerjakan hingga
tak mungkin aku senantiasa mendampingi dirinya, kalaupun
mendiang ibuku suruh aku berbuat begitu dan dihati kecil cici,
dia telah kuanggap sebagai suamiku sendiri, akan tetapi aku

mohon bantuanmu agar engkaulah yang mewakili aku
menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang istri,
untungnya mertua kita pintar dan berpandangan luas, mereka
pasti akan memandang engkau bagaikan terhadap putri
sendiri, tentang soal ini engkau tak usah kuatir”
Pek li Peng gelengkan kepalanya sambil menghela napas
panjang.
“Aaai, menurut cici, mampukah aku mewakili tugasmu itu?”
tanyanya.
“Masa ia tidak puas setelah mengawini seorang gadis yang
cantik, pintar dan bijaksana macam adik?!”
“Keliru besar bila cici berpendapat begitu, dalam
pandangan toako hanya cici seoranglah yang pantas disayang
dan dihormati meskipun ia tak pernah menyatakan kalau ia
mencintai cici, tapi aku sangat memahami perasaan hatinya, ia
selalu berbuat hati-hati, takut menodai nama baik cici, padahal
dalam kenyataannya ia mempunyai api cinta yang membara
terhadap cici, hanya api cinta yang membara itu selalu
dipendam didaftar hatinya, ia tak berani memperlihatkan rasa
cintanya itu kepada orang lain, karena itulah gelora cinta
dalam dadanya kian lama kian bertambah besar, bukan saja
siau moay tak akan mampu menggantikan kedudukan cici,
sekalipuu seorang gadis tercantik diduniapun belum tentu
sanggup menggantikan kedudukan cici.”
“Eeh..adikku, rupa-rupanya engkau baru jadi mak
comblang bagi hubunganku dengan saudara Siau yaa?”' tegur
Gak Siau cha setengah mengomel
“Jangan bercanda cici, setiap patah kata yang kuucapkan
adalah kata-kata yang sejujurnya. tak sepatah katapun
merupakan kata bohong.”
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil : Budi Ksatria 6 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] dan anda bisa menemukan artikel Cersil : Budi Ksatria 6 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/10/cersil-budi-ksatria-6-seri-kunci-wasiat.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil : Budi Ksatria 6 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil : Budi Ksatria 6 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil : Budi Ksatria 6 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/10/cersil-budi-ksatria-6-seri-kunci-wasiat.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...