Cersil : Budi Ksatria 4 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling]

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 07 Oktober 2011

Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah bocah
dusun itu, ujarnya lebih jauh
“Bocah ini adalah kunci yang paling penting didalam
memegang rahasia ini. tetapi sudah tentu kita tak boleh
lenyapkan dirinya dengan begitu saja, hadiahkan saja
beberapa tahil emas murni dan suruh dia secepatnya pindah
dari tempat ini”
“Toako tak usah kuatir, siau te akan menyelesaikan tugas
ini sebaik2nya”
Siau Ling segena mengenakan kembali jenggot palsu dari
peyamarannya, kemudian berpesan kembali
“Saudara Sang, engkau tidak diperkenankan mencelakai
jiwa bocah dusun ini!!”
“Baiklah siau-heng akan berangkat lebih dahulu!”

Sang Pat membuntuti dibelakang Siau Ling dengan suara
lirih dia segera menerangkan bagaimana caranya mengadakan
kontak rahasia dengan Bu Wi Tootiang.
Siau Ling berhenti, menunggu ia sudah menyelesaikan
kata-katanya pemuda itu baru mengangguk dan berkata
“Bagus sekali, akan kuingat selalu!”
Sang Pat tersenyum, ujarnya kemudian
“Rumah makan Hui-Sian loo dikota Tiang sah serta kebun
teh Jit ci-The wan selama ini merupakan tempat yang sering
kali dikumnjungi orang2 dari perkumpulan Pek-hoa.san cung
“Baik! kami akan pergi mengunjungi kedua tempat itu lebih
dahulu”
“Sang Pat segera memberi hormat
“Siau-te tak akan mengantar lebih jauh..” serunya.
Siau Ling ulapkan tangannya, dengan langkah lebar
bersama Pek li Peng dia segera berlalu dari situ.
---ooo0dw0ooo---
DENGAN melalui jalan raya mereka berangkat langsung
menuju kekota Tiang sah.
Suatu ketika tiba2 Pek ii Peng merasa perjalanan mereka
dibuntuti orang, ia segera berpaling kebelakang ternyata
sedikitpun tidak Salah seorang pria setengah baya memakai
pakaian ringkas warna hitam yang ketat sedang membuntuti
dibelakang mereka kurang lebih pada jarak tiga empat
tombak, baru saja ia akan memberitahukan perbuatan ini
kepada Siau Ling, sianak muda itu sudah keburu berkata
“Peng ji jangan melihat kearah mereka, anggaplah se-olah2
sama sekali tak tahu akan kejadian tersebut”

“Oooi...kiranya dia sudah tahu! “ pikir Pek-li Peng didalam
hati.
Agaknya Siau Ling sudah mempunyai rencana yang
matang, dia langsung menuju kearah jalanan dalam kota yang
paling ramai.
Sesudah melewati dua buah jalan besar, dan kejauhan
tampaklah sebuah merek papan nama yang besar, pada
papan nama itu tertera empat tulisan yang berbunyi
Kebun teh Jit ci-teh wan.
“Oooh....rupanya dia sudah mengetahui akan jalan
ditempat ini” kembali Pek-li Peng berpikir, “aku masih mengira
dia sengaja berjalan sesuka hatinya...”
Siau Ling menengadah kedepan ia lihat kebun teh Jit-citeh-
wan luas sekali, setelah masuk pintu gerbang sampailah
mereka didalam suatu halaman yang sangat luas. bunga
aneka warna tumbuh di-mana2, meja dengan kursi bambu
teratur sangat rapih.
Didepan pintu berdirilah seorang pelayan baju hijau bertopi
kcil, sambil memberi hormat katanya
“Apakah kalian berdua akan duduk didalam?”
Siau Ling mengangguk.
“Harap membawa jalan!”
“Engkau terlalu merendah, hamba tak berani menerimanya!
Dengan membawa kedua orang itu pelayan tadi berjalan
menuju kesudut barat laut, dan berhenti disuatu meja yang
dikelilingi pot pot beraneka ragam bunga.
Siau Ling menyapu sekejap sekeliling tem pat itu. Ia lihat
ditengah halaman yang begitu luas sudah ada enam bagian
tempat itu sudah ada enam bagian tempat duduk diisi oleh
para tetamu yang berjumlah hampir lima puluh orang lebih.

Ada banyak diantaranya hanya memesan secawan teh
wangi sambil minum sambil membaringkan diri dikursi malas,
benar2 nampak amat santai, ada pula beberapa diantaranya
memesan beberapa macam sayur dan sepoci arak.
Rupanya kebun teh Jit ci teh wan tersebut juga merangkap
sebagai rumah makan.
Sambil mengawasi keadaan disekitar tempat itu, Siau Ling
segera bertanya: “Pelayan apakah disebelah belakang kebun
sana masih ada tempat duduk. . ?”
“Ada, kebun teh Jit ci teh wan kami ini semuanya terdiri
dari tiga buah halaman luas, kecuali ruangan bagian dalam
masih ada tiga halaman lainnya lagi, jadi andaikata semua
kursi didalam kedua teh Jit ci teh wan ini penuh maka
jumlahnya kurang lebih ada seribu orang lebih.”
Siau Ling tertawa ewa katanya
“Sudah lama aku mendengar tentang nama besar dari
kebun teh Jit ci teh wan ini setelah ini hari melihat sendiri
ternyata memang luar biasa sekali”
“Kalian berdua harap duduk sebentar ! aku akan
menyiapkan air teh untuk kalian berdua!”
“Tunggu sebentar”
Pelayan itu berpaling dan bertanya
“Toa ya masih ada pesan apa lagi ?”
“Nama besar kebun teh Jit ci teh wan sudah amat tersohor
diseluruh kolong langit aku ingin sekali meninjau kedalam
apakah keinginanku ini dapat dikabulkan ?”
“Aaah ! ucapan toa ya terlalu serius” seru pelayan teh itu,
sambil tertawa, “kebun Teh Jit ci teh wan adalah tempat untuk
berdagang yang memakai aturan tamu ingin minum teh dalam
ruang manapun boleh bebas mengikuti seleranya masing
masing, tentu saja, boleh “

“KaIau memang begitu harap engkau suka membawa jalan
bagiku”
Pelayan teh itu segera gelengkan kepalanya berulang kali.
“Dalam setiap halaman dalam kebun teh Jit ci teh wan ini
dilayani oleh para pelayan yang berbeda2 aku hanya bertugas
melayani ruangan paling depan saja”
“Sebuah kebun teh mempunyai peraturan yang begini
ketat, kejadian ini benar2 luar biasa sekali’’ pikir Siau Ling
didalam hati, “bagaimanapun juga aku harus selidiki dengan
seksama..!”
Berpikir demikian diapun lantas berkata
“Terima kasih atas petunjukmu itu!”
Perlahan lahan ia berjalan maju kedepan.
Selama ini Pek li Peng membungkam terus dalam seribu
bahasa, melihat Siau Lingg berlalu diapun segera mengikuti
dibelakang tubuhnya.
Sesudah melewati halaman yang penuh dengan tumbuhan
bunga itu mereka melewati sebuah pintu dan sampailah
disebelah ruangan yang dilengkapi dengan barang barang
yang nampak jauh lebih mewah.
Sekeliling ruangan itu berwarna putih, meja dengan kain
putih, kursi berwarna putih hingga mangkuk teh, poci teh
semuanya berwarna putih salju.
Kecuali pakaian yang dikenakan para tamu, boleh dibilang
dalam ruangan ini tidak ditemukan warna kedua.
Dalam hati kecilnya Siau Ling lantas berpikir
“Didepan sana disebut tenda teh, tempat ini merupakan
ruangan pertama... mungkin di sinilah yang dinamakan ruang
depan?”

Sementara dia masih berpikir, seorang pelayan berbaju
putih telah maju menghampiri mereka sambil berkata
“Saudara berdua silahkan duduk!”
Siau Ling alihkan sorot matanya kearah pelayan itu, usianya
kurang lebih dua puluh tiga, empat tahunan, berbaju putih,
ikat kepala putih dan tidak nampak pandai bersilat.
Maka diapun lantas berkata
“Apakah tempat ini adalah ruang depan!”
“Sedikitpun tidak salah, apakah kek koan berdua akan
menuju keruang tengah?”
Mendengar ucapan itu Siau Ling kembali berpikir
“Ada ruang depan ruang tengah tentu ada pula ruang
belakang, bersama dengan tenda teh maka jumlahnya
memang genap jadi empat bagian....”
Sementara itu sang peayan baju putih telah berkata
“Silahkan lewat disini!”
Sambil memberi hormat ia segera membawa jalan menuju
kedepan.
Sesudah melewati sudut ruang depan sampailah mereka
didepan sebuah pintu berbentuk bulat, kemudan mereka harus
melewati sebuah jalan beralaskan batu putih yang di kedua
belah sisinya penuh dengan pot pot bunga yang menyiarkan
bau harum.
“Ruangan depan sudah begini megah apalagi ruangan
tengah, tentu tempat itu jauh lebih mewah lagi....” pikir Siau
Ling.
Pelayan baju putih itu mengantar Siau Ling berdua
melewati lorong beralas batu putih itu, setelah mencapai pada
ujung jalan ia segera berkata lirih

“Silahkan . .!” tanpa banyak bicara pelayan itu balik kembali
keruang depan.
Diluar wajahnya Siau Ling bersikap seolah olah sama sekali
tak ada urusan apapun, perlahan2 ia masuk kedalam ruangan
padahal dalam hati kecilnya dengan penuh seksama
memperhatikan setiap benda yang ada didalam ruangan itu.
Secara tiba2 dia merasakan bahwa keadaan bangunan
serta ruangan disitu seakan akan pernah dilihat olehnya
disuatu tempat, hanya saja ia lupa pernah melihatnya dimana.
Selesai melewati jalanan beralaskan batu putih itu, mereka
naiki anak tangga batu dan sampailah diruang tengah.
Pemandangan dalam ruang tengah jauh lebih megah,
keempat belah dindingnya berwarna kuning emas, meja kursi
berwarna kuning dan keenam tujuh orang pelayanpun
memakai baju warna kuning.
Sebelum masuk kedalam pintu ruangan seorang pelayan
telah menyambut kedatangañ mereka dengan penuh hormat.
Pek li Peng alihkan sorot matanya mengawasi sekeliling
tempat itu, ia lihat ditengah ruangan yang lebar hanya
berisikan lima enam belas buah meja belaka, diantaranya ada
tiga buah meja yang sudah berisi orang dan itupun tamu yang
ada cuma empat belas orang belaka.
Siau Ling segera mendehem, lalu bertanya:
“Kalau ingin menuju keruang belakang, aku harus lewat
mana?”
Pelayan itu nampak agak tertegun, kemudian sambil
mengawasi Siau Ling berdua serunya
“Kalian berdua adalah....”
“Kami hanya secara kebetulan saja lewat ditempat ini,
karena sudah lama mendengar akan nama besar dari kebun

teh Jit ci-teh wan, maka sengaja kami datang untuk
mengunjunginya”
“Oooh...! kedatangan saudara berdua sangat tidak
kebetulan” ujar pelayan itu sambil tertawa.
“Kenapa??”
“Ruangan belakang sudah penuh, terpaksa kalian berdua
harus kembali Lagi kemari besok agak lebih pagian!”
“Kebun teh Jit ci-teh wan ini diiengkapi dengan
kemewahan, mungkin selapis lebih kedalam keadaan
ruangannya semakin megah, entah bagaimanakah macam
ruang belakang? bagaimanapun juga aku harus berusaha
untuk memasukinya!” pikir Siau Ling didalam hati.
Berpikir sampai disini ia lantas mengawasi keadaan dalam
ruangan itu dengan seksama.
Tiba2 ia saksikan warna emas diatas dinding ruangan, serta
gorden dan meja kursi yang ada disitu ketihatan se akan2
masih baru dan dipergunakan belum lama, satu ingatan
dengan cepat berketebit didalam benaknya.
“Engkau adalah....”
“Oooh! tidak berani, hamba hanya seorang pelayan yang
melayani sayur dan teh ditempat ini”
“Sudah lama engkau bekerja disini?”
Pelayan itu nampak tertegun, kemudian bukan menjawab
dia balik berkata :
“Apakah kek-koan seringkali berkunjung kemari ?”
“Kebun teh Jit-ci-teh wan ini kelihatannya rada aneh aku
harus menggunakan akal untuk menggertak dirinya pikir Siau
Ling didalam hati.
Berpikir demikian diapun berkata:

“Satu tahun berselang aku seringkali berkunjung kesini
kenapa pada waktu itu aku tak pernah berjumpa dengan
dirimu ?”
Pelayan baju kuning itu memutar sepasang biji matanya
lalu menjawab:
“Hamba baru tiga bulan lamanya bekerja disini !“
“Sekalipun Shen Bok Hong mempunyai sarang rahasia lain
didalam kota Tiang sah ini kemungkinan juga kebun teh Jit citeh
wan itu adalah salah satu sarang rahasianya”, pikir Siau
Ling didalam hati, “apalagi kebun teh Jit ci teh wan
merupakan tempat tersohor dikota Tiang sah yang seringkali
dikunjungi orang persilatan tempat ini memang merupakan
suatu tempat yang sangat baik untuk menyadap pembicaraan
orang serta mencari berita .. .aku harus selidiki tempat ini
baik baik....”
“Kalau memang ruang belakang tak ada tempat, baiklah
kami akan duduk dalam ruangan tengah saja!”
“Kek-koan berdua silahkan duduk”, ujar pelayan baju
kuning itu sambil memberi
hormat.
Siau Ling masuk kedalam ruang tengah dan memilih satu
tempat lalu duduk.
Sinar matanya menyapu sekeliling tempat itu, ia lihat
diruangan yang luas itu berisikan enam belas meja, tiga
diantaranya sudah diisi tamu yaitu satu meja diisi dua orang
saja sedangkan dua meja lamanya masing2 ditempati enam
orang.
Ruang besar diisi tamu yang sedikit, suasana terasa amat
sepi dan tenang, ditambah pula pembiearaan orang2 itu amat
lirih membuat suasana terasa santai dan tenang.

Pelahan lahan pelayan baju kuning itu maju menghampiri,
lalu bertanya dengan suala lirih
“Kekkoan berdua akan pesan apa?”
“Sediakan dahulu dua cawan air teh Liong keng!”
Pelayan baju kuning itu mengiakan, setelah menuju
kesudut ruangan dia menyingkap sebuah horden warna
kuning dan berjalan masuk kedalam.
Diluar Siau Ling masih tetap bersikap santai, seolah2 tidak
pernah terjadi suatu apapun, sementara secara diam2 ia
perhatikan terus semua gerak gerik dan pelayan tadi.
Beberapa saat kemudian pelayan baju kuning muncul
kembali sambil membawa sebuah baki yang berisi dua cawan
air teh, lalu dihidangkan didepan Siau Ling serta Pek-Li Peng.
Sejak mendapat serangan bokongan dari Wu popo sikap
Siau Ling maupun Pek-li Peng telah berubah jadi sangat hati2,
sianak muda itu memandang sekejap kearah air teh dalam
cawannya lalu berkata,
“Pelayan, sediakan secawan air teh lagi!” Pelayan baju
kuning itu tertegun. kemudian serunya
“Kek-koan, kalian toh cuma dua orang buat apa engkau
pesan tiga cawan air teh?”
“Aku mempunyai sesuatu kebiasaan aneh yaitu tidak minun
air teh yang dihidangkan pertama kali!”
Pelayan baju kuning itu mengiakan, ia segera siapkan
secawan air teh lagi.
Sesudah menerima air teh baru itu Siau Ling mendorong
cawan air teh yang berada dihadapannya itu kehadapan orang
baju kuning itu kemudian katanya:
“Pelayan bagaimana kalau engkau menemani aku untuk
minum secawan air teh....??”

“Hamba tidak berani!”
“Tidak menjadi soal tamu mengundang minum sekalipun
sang taukee mengetahui juga tak jadi soal pokoknya engkau
tak akan dimarahi!”
Pelayan baju kuning itu termenung sebentar kemudian
sahutnya dengan suara Iirih
“Aah benar apakah kek-koan menaruh curiga kalau dalam
air teh ini terdapat kotorannya ?”
Tidak menampik lagi ia menerima cawan air teh itu dan
segera meneguk habis isinya setelah itu sambil memberi
hormat diri segera mengundurkan diri dan sana;
Dengan tajam Siau Ling mengawasi terus pelayan baju
kuning itu dia lihat setelah orang itu masuk kedalam ruangan
lama sekali belum nampak juga munculkan diri kembali
dengan ilmu menyampaikan suara segera serunya :
“Peng ji setelah masuk kedalam ruangan pelayan itu tak
pernah memunculkan diri kembali, hal ini membuktikan kalau
dalam air teh ada setannya. setelah siasat mereka ketahuan
aku duga mereka pasti tak akan berpeluk tangan dengan
begitu saja, setelah siasatnya gagal mereka pasti akan
menggunakan siasat yang lebih keji untuk menghadapi kita,
marilah kita makan siasat mereka itu dan berusaha menyusup
masuk kedalam! aku rasa dengan kecerdasan otakmu engkau
pasti sudah memahami bukan tanda rahasia yang pernah di
terangkan oleh Sang Pat tadi ? nah sekarang engkau keluarlah
dahulu dari sini dan tunggulah diluar, kalau dalam sepertanak
nasi lamanya aku masih belum juga unjukkan diri maka
pergilah bergabung dengan mereka dan tuturkan apa yang
telah terjadi kepada mereka”
Pek-li Peng mengerutkan dahinya seperti mau membantah,
tapi akhirnya ia tetap bersadar diri, bangkit berdiri dan
memberi hormat lalu berlalu dari sana.

Memandang bayangan punggung dan Pek li Peng sudah
lenyap dari pandangan, Siau Ling baru menggape lagi kearah
seorang pelayan
Pelayan baju kuning yang lain buru2 maju menghampiri
sambil bertanya lirih
“Kek koan, ada pesan apa??”
Sengaja Siau Ling memandang sekejap ke arah orang itu,
kemudian serunya keheranan:
“Aku rasa tadi bukanlah engkau yang melayani kami?”
“Toh sama saja...! kek-koan mau apa?? katakan saja!”
Siau Ling tertawa ewa, kemudian menjawab
“Aku hendak menanyakan satu persoalan dengan pelayan
yang melayani diriku tadi!”
“Urusan tentang kebun teh Jit ci-teh wan ini aku
mengetahui paling banyak, apa yang ingin kau tanyakan?
katakan saja!”
Siau Ling segera angkat cawan air tehnya dan berkata
“Baiklah! kalau begitu silahkan minum secawan air teh ini!”
Pelayan baju kuning itu nampak tertegun, kemudian
katanya
“Peraturan dalam kebun teh kami tidak memperkenankan
berbuat demikian hamba ti dak berani!”
Siau Ling tersenyum.
“Tidak mengapa” katanya. “minum saja air teh ini!”
Pelayan itu siap hendak mengundurkar diri tapi segera kena
ditangkap oleh Siau Ling dan diseret ketempat duduknya
kemudian memaksa orang itu untuk meneguk air teh dalam
cawannya itu.

Meskipun para tamu dalam ruangan itu melihat bagaimana
Siau Ling menarik tangan pelayan baju kuning itu, namun
berhubung pembicaraan mereka dilangsungkan dengan suara
lirih dan tidak minip orang yang sedang cekcok, tentu saja tak
ada orang yang mengurusi lagi.
Begitulah kejadian semacam itu berulang terus sampai
beberapa kali, tidak selang beberapa saat kemudian kelima
orang palayan baju kuning yang melayani ruangan tersebut
sudah dicekoki Siau Ling dengan secawan air teh hingga
terpaksa orang2 itu mengundurkan diri kedalam ruang
belakang dan tak pernah muncul kembali.
Menyaksikan orang2 itu lebih rela minum teh racun
daripada ribut2 dengan dirinya, Siau Ling segera berpikir
didalam hati
“Mungkin dalam kebun teh ini memang ada peraturan
semacam ini untuk menghindari percekcokan sehingga terjadi
kehebohan dan urusan pun sampai tersiar diluaran, rupanya
mereka lebih rela minum teh racun daripada nibut dengan
orang .....“
Sementana ia masih berpikir tiba tiba horden tersingkap
dan muncullah seorang pria setengah baya berbaju kuning
langsung menghampiri dirinya, sesudah memberi hormat ia
berkata
“Pelayan kami masih muda belia dan tak mengerti urusan,
sekarang atas kesalahan yang telah dilakukan itu mereka
sedang dicaci maki oleh taukee kami, tapi lima orang pelayan
telah menyalahi engkau semua kejadian ini benar benar
membuat aku tak habis mengerti....”
“Ada apa ?” seru Siau Ling sambil tertawa ewa.
“Kami orang yang membuka rumah makan bertemu orang
harus membawa senyuman dibibir aku tak habis mengerti
kesalahan apakah yang telah dilakukan terhadap dirimu…?
cuma saja… dalam gusarnya kemungkinan besar majikan kami

bisa memecat kelima orang pelayan itu, urusan menyangkut
masalah kehidpan mereka oleh karena itu aku harap…..”
“Urusan ini toh persoalan kebun teh Jit ci teh wan kalian
sendiri, apa sangkut pautnya dengan diriku?” tukas Siau Ling
cepat.
“Tentu saja sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan
dirimu, cuma saja urusan ini toh timbul lantaran engkau,
karenanya aku harap engkau suka mintakan ampun buat
kelima orang pelayan ini”
“Hmmm! siasat yang begitu sederhana juga hendak
dipergunakan dihadapanku?” diam2 Siau Ling memaki dalam
hatinya.
Sesudah berpikir sebentar, tanyanya
“Apakah aku mampu untuk menolong mereka??”
“Untuk melepaskan belenggu harus dilepaskan oleh orang
yang memasangnya sendiri, meskipun engkau tidak kenal
dengan majikan kami, tetapi dengan kehadiranmu sendiri
maka perkataanmu pasti akan jauh lebih manjur”
“Undang keluar majikanmu biar aku terangkan kepadanya
disini juga”
“Majikan kami sedang gusar, aku tidak berani berbicara
dengan dirinya, karena itu terpaksa harus merepotkan engkau
untuk berkunjung sebentar kesana....”
Siau Ling segera bangkit lalu bertanya
“Saat ini majikanmu berada dimana ?”
“Sekarang ia berada diruang dalam !”
“Kalau memang majikanmu tak mau berkunjung datang
kemari terpaksa aku harus pergi kesitu sendiri”

“Engkau begitu besar hati andaikata kau adalah orang Bu
lim maka dirimu pastilah seorang pendekar yang besar!” kata
pria baju kuning itu kemudian sambil berjalan lebih dahulu,
Siau Ling tertawa ewa
“Aku hanya seorang manusia gelandangan yang berkelana
didunia tanpa tempat tinggal tetap, aku bukanlah seorang
pendekar besar seperti itu “ sambil mengikuti dibelakangnya
diam diam Siau Ling berpikir dalam hati kecilnya.
“Mereka dapat melepaskan racun dalam air tehku itu
berarti bahwa mereka ahli dalam hal racun aku harus bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan”
Berpikir sampai disitu sepasang tangannya segera
dimasukkan kedalam saku diam-diam mengenakan sarung
tangan kulit ularnya.
Setelah berada didepan pintu masuk pria baju kuning itu
menyingkap kain horden sambil berkata
“Saudara silahkan masuk kedalam”
Diam diam Siau Ling mengepos tenaga mempersiapkan diri
kemudian selangkah demi selangkah masuk kedalam ruangan.
Setelah melewati sebuah lorong sempit yang panjangnya
mencapai beberapa tombak sampailah pemuda itu pada ujung
lorong yang merupakan sebuah pintu besi.
“Sahabat silahkan masuk kedalam”, dari balik pintu
berkumandang datang suara teguran dingin.
Siau Ling melongok kedalam ia lihat ruangan itu remang
dengan sinar yang redup membuat pandangan disitu tidak
nampak jelas tetapi dengan andalkan nyalinya yang besar
serta kepandaian silatnya yang tinggi dengan langkah tegap ia
berjalan masuk kedalam.
Baru saja ia melangkah masuk kedalam pintu, segulung
desiran angin tajam menyambar lewat dari sisi tubuhnya, dan

laksana sambaran kilat cepatnya langsung menghajar jalan
darah Tiong ho hiat diatas badannya.
Siau Ling sambil miringkan badan segera menerobos masuk
kedalam, ia membiarkan badannya kena tersambar oleh ujung
jari lawan, kemudian tarik napas panjang dan pura-pura roboh
keatas tanah.
Terdengar suara gelak tentawa yang amat nyaring
berkumandang memecahkan kesunyian
“Haaah....haaah…haaah... kita sudah menilai terlalu tinggi
terhadap dirinya!”
Diam2 Siau Ling meliirk sekejap kearah orang yang barusan
melancarkan serangan totokan terhadap dirinya itu, ia
saksikan orang tersebut mengenakan jubah warna hitam dan
dia bukan lain adalah murid tertua dari Shen Bok Hong yang
bernama Tan Hiong Ciang.
Seorang lelaaki berjubah hitam berkerudung kain hitam
mengikuti dibelakang tubuh orang she-Tan tersebut.
Siau Ling dengan sorot mata yang tajam segera mengawasi
orang baju hitam itu, walaupun cahaya dalam ruangan
remang2 akan tetapi ia menyaksikan kesemuanya itu dengan
jelas, ia merasa pakaian jubah hitam yang dikenakan itu
terlalu ketat, terutama sekati kain kerudung hitam yang
menutupi kepalanya, boleh dibilang tidak keruan.
Kejadian itu mencengangkan hatinya, segera pemuda she
Siau itu berpikir
“Dandanan orang ini benar2 luar biasa sekali, kalau
dikatakan ia sedang menyaru maka boleh dibilang
penyaruannya itu adalah penyaruan yang terjelek dikolong
langit”
Dalam pada itu terdengar manusia jubah hitam itu
mendehem ringan dan berkata

“ilmu silat yang dimiliki sau cungcu benar2 amat sempurna,
totokan jarimu itu cepat bagaikan sambaran kilat, sekalipun
seseorang memiliki ilmu silat sangat lihaypun tak akan mampu
untu meloloskan diri”
“Taysu terlalu memuji“ jawab Tan Hiong Ciang “ bukannya
ilmu silat yang kumiliki terlalu tinggi, sebenarnya kitalah yang
sudah menilai orang ini terlalu tinggi”
“Bagus sekali” batin Siau Ling, “ rupanya dia adalah
seorang hweesio, tidak aneh kalau pakaian yang dikenakan
olehnya luar biasa sekali”
Terdengar manusia berjubah hitam itu berkata kembali
“Pinceng tak dapat berdiam terlalu lama disini, aku hendak
mohon diri terlebih dahulu, semoga saja bilamana sau cungcu
berjumpa dengan Shen Toa cungcu sampaikanlah perkataanku
tadi”
“Taysu tak usah kuatir, bilamana aku berjumpa dengan
guruku malam nanti pasti akan kusampaikan perkataan dari
caysu itu”
“Kalau memang begitu pinceng mohon diri terlebih dahulu “
kata orang baju hitam itu sambil memberi hormat.
Tan Hiong Ciang balas sambil hormat dan berkata kembali
“Suhu telah berkata, bilamana dunia persilatan sudah
berada dibawah kekuasaannya maka taysulah ciangbunjin Siau
Lim!”
“Semoga sau cungcu suka membantu dari samping,
sekalian sampaikan salam Pinceng untuk Toa cungcu!” habis
berkata orang baju hitam itu segera berlalu.
Menungu orang itu sudah lenyap dan pandangan mata Tan
Hiong Ciang baru menggape kearah tempat kegelapan dan
muncullah dua orang pria kekar yang segera menggusur Siau
Ling menuju keruang rahasia yang lain.

Setelah menyaksikan dan mendengar apa yang barusan
terjadi mengertilah Siau Ling bahwa kebun teh Jit ci teh wan
adalah salah satu markas dari Shen Bok Hong, akan tetapi
bukan merupakan tempat penting jika didengar dari
pembicaraan Tan hong Ciang barusan rupa-rupanya Shen Bok
Hong berdiam ditempat lain.
Ia lihay dan bernyali besar dibiarkannya sang badan
digotong masuk oleh kedua orang pria kekar itu kedalam
sebuah ruangan rahasia.
Ruang rahasia itu besarnya menyerupai kamar biasa cuma
suasananya gelap gulita
Tan Hiong Ciang mengikuti dibelakang tubuh dua orang
pria yang menggotong tubuh Siau Ling setelah berada didalam
kamar ia segera berseru
“Pasang lampu lentera aku hendak memeriksa manusia
keparat ini”
Pria yang ada disebelah kiri segera mengiakan dan
memasang lampu, dalam waktu singkat suasana dalam
ruangan itu sudah berubah jadi terang benderang.
Siau Ling melirik sekejap kearah sekeliling ruangan itu,
dalam hati segera pikirnya
“Mungkin tempat ini merupakan ruang siksa yang biasa
digunakan oleh mereka untuk memeriksa tawanannya....”
Tampaklah Tan Hiong Ciang menutup pintu besi lalu
mengirim satu pukulan keatas badannya.
Siau Ling tahu bahwa dia hendak membebaskan jalan
darahnya, karena itu badannya sama sekali tidak bergerak.
Setelah pukulan tadi menghajar bahu Siau Ling, pemuda itu
segera berpura2 baru saja bebas dari pengaruh totokan.
Kedua orang pria kekar itu memuntir lengan Siau Ling dan
berdiri tegak dibelakang tubuhnya.

Siau Ling sama sekali tidak melawan, ia biarkan tangannya
dipuntir kebelakang namun hawa murninya diam2 sudah
disebarkan mengelilingi seluruh tubuhnya.
Terdengar Tan Hiong Ciang berseru dengan dingin
“Saudara nyalimu benar2 amat besar !”
Siau Ling melirik sekejap kearah Tan Hiong Ciang, lain
sambil pura-pura kebingungan katanya
“Aku toh sama sekali tiada ikatan dendam ataupun sakit
hati dengan kalian semua, perselisihanpun tak pernah terjadi,
mengapa kalian bersikap demikian terhadap diriku ?
sebenarnya apa maksud kalian ??”
Tan Hiong Ciang tertawa dingin kemudian berkata
Dihadapan orang budiman tak usahlah bicara bohong,
dalam sepasang mata aku orang she-Tan belum pernah
kemasukan sebutir pasirpun kalau sahabat tidak ingin
merasakan siksaan badan lebih baik jawablah sejujurnya
semua pertanyaanku !“
“Apa yang harus kukatakan ?”
“Apa yang kutanyakan jawab dengan sejujurnya, ingat !
jangan coba-coba berbohong”
“Ajukanlah pertanyaanmu asal aku tahu pasti akan kujawab
dengan sejujurnya !“
“Siapa namamu ? apa julukanmu ? mau apa datang kemari
? mendapat perintah dari siapa ?”
“Aku bernama Ciau Tong dalam persilatan punya sedikit
nama aku datang kemari karena sedang berpesiar dan
kedatanganku adalah muncul dari hati serta keinginanku
sendiri”
“Ciau Tong ?” gumam Tan Hiong Ciang seorang diri,
“kenapa aku belum pernah mendengar nama ini ??”

“Selamanya aku bergerak diatas air “ Siau Ling
menerangkan.
“Jadi kalau begitu engkau juga sahabat dari kalangan
persilatan ?”
“Benar selamanya aku bekerja dan cari untung diatas air,
diatas daratan jarang sekali beroperasi karena itu aku tak
kenal dengan dirimu”
Tan Hiong Ciang segera tertawa dingin.
“Oooh... rupanya engkau adalah bandit air aku gembira
sekali dapat bertemu dengan engkau”
Sambil mempertinggi suaranya ia menyambung lebih jauh
“Saudara kalau memang engkau cari keuntungan diatas air
lalu apa sangkut pautnya dengan kebun teh Jit ci teh wan
kami ini? Toh kita bagaikan air sumur tak pernah mengganggu
air sungai? ada urusan apa engkau datang kemari?”
“Tiada tujuan apa2, aku hanya merasa ingin tahu saja”
“Barang apa saja yang kau bawa dalam sakumu?”
perlahan2 Tan Hiong Ciang bertanya.
“Kecuali beberapa tahil uang perak, tiada benda lainnya
lagi!”
“Bagaimana kalau sampai kugeledah?”
“Kecuali beberapa setel pakaian, yang lain adalah barang
keperluan sehari2”
Tan hong Ciang segera ulapkan tangannya.
“Periksa yang teliti!” perintahnya.
Kedua orang pria itu mengiakan, tangan kiri mencekal
lengan Siau Ling sementara tangan yang lain merogoh
kedalam sakunya.

Siau Ling berdiam diri beberapa saat lanka nya, setelah itu
ujarnya
“Apakah sau cungcu menaruh curiga kalau maksud
kedatanganku adalah untuk bikin kekacauan..”
“Tutup mulut!” hardik Tan Hiong Ciang dengan keras, kalau
engkau tidak bermaksud mengacau, apa sebabnya kau paksa
pelayan dalam ruangan kami secara beruntun minum teh
berisi obat pemabok?”,
Siau Ling segera tersenyum.
“Hal ini harus salahkan pada sau cungcu sendiri mengapa
gunakan pelayan2 tolol untuk melakukan tugas tersebut?
lagipula mereka kurang mampu untuk menahan diri, baru saja
aku bercakap2 beberapa patah kata dengan mereka, mereka
sudah meracuni air tehku bahkan wajahnya menunjukan sikap
tidak tenang, itulah sebabnya dengan cepat aku dapat
membongkar maksud jahatnya.”
Tan Hiong Ciang termenung dari berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian berkata
“Meskipun kedatanganmu tanpa maksud apa2, tetapi
engkau toh sudah kami tangkap? pepatah mengataan
menangkap harimau mudah, untuk melepaskannya kembali
susah, selamanya kebun teh Jit ci teh wan adalah tempat
berdagang yang pakai aturan, setelah engkau mengetahui
latar belakang yang sebenarnya tentu saja tak dapat
dilepaskan kembali?”
“Lalu apa yang hendak engkau lakukan terhadap diriku?”
Tan Hiong Ciang menyeringai seram, katanya
“Tentu saja membinasakan dirimu, karena hanya itulah
satu2nya jalan yang paling aman”
Mendengar perkataan tersebut, dalam hati kecilnya Siau
Ling segera berpikir

“Rupanya suatu pertempuran sengit sudah tak dapat
dihindarkan diri lagi perduli pertarungan macam apapun juga
aku harus berhasil menangkap Tan Hiong Ciang dalam
keadaan hidup, dengan begitulah Shen Bok Hong baru tidak
akan memperoleh kabar hingga tindakanku ini tidak sampai
memukul rumput mengejutkan ular..”
Sementara itu Tan Hiong Ciang telah berkata kembali
dengan suara dingin
“Engkau tak perlu takut, meskipun aku telah menganbil
keputusan untuk membinasakan dirimu, akan tetapi aku akan
suruh engkau mati dalam keadaan nyaman, sedikitpun tidak
merasakan penderitaan apapun
“Engkau amat baik hati!”
Tan Hiong Ciang tertawa.
“Asal kuhajar jalan darah Tat an-Leng hiatmu diatas ubun2
maka engkau akan jatuh tak sadarkan diri kemudian menemui
ajalnya, tubuhmu sama sekali tak akan mengalami
penderitaan apapun”
Telapak kanannya segera diayun langsung menghajar
batok kepala sianak muda itu.
Walaupun dihari-hari belakangan ini tenaga dalam yang
dimiliki Siau Ling telah mendapatkan kemajuan yang amat
pesat, namun ia tak berani membiarkan jalan darah ”Thian
leng hiat” pada ubun2nya dihajar oleh Tan Hiong Ciang, dalam
keadaan yang mendesak mau tak mau dia harus melakukaa
perlawanan.
Sepasang telapaknya segera bekerja cepat masing2
mencengkeram jalan darah penting dipersendian dua orang
pria yang memuntir lengannya sementara kaki kanannya
mengirim satu tendangan kilat menghajar lambung orang she
Tan tersebut.

Murid tertua Shen Bok Hong ini mimpipun tak pernah
menyangka kalau pihak lawan memiliki ilmu silat yang begitu
lihay, dalam posisi saling berhadapan tiada kesempatan lagi
baginya untuk berkelit kesamping terpaksa telapak kanannya
ditabok kedepan memaksa sianak muda itu terpaksa harus
menarik kembali serangannya.
Walaupun begitu telapaknya tak urung mengena juga
diatas bahu seorang pria anak buahnya yang ada disamping
membuat orang itu mendengus berat dan tulang bahunya
seketika patah.
Bagaimana pun juga dia adalah seorang tokoh kelas satu
dalam dunia persilatan. sekalipun serangannya mengena
tubuh kawan, namun tubuhnya sempat melayang mundur dua
depa kebelakang.
Melihat tendangannya gagal, Siau Ling segera
mendorongkan sepasang telapaknya ke depan, tanpa bisa
dikuasai tubuh kedua orang lelaki itu segera menumbuk
kearah Tan Hiong Ciang.
Orang she Tan itu buru2 rentangkan sepasang telapaknya
kedepan...plok! plok! dua orang pria itu tertumbuk diatas
angin pukulannya sehingga terpental kesamping.
Menggunakan kesempatan itulah Siau Ling meloncat maju
kedepan, telapak kanannya diayun kedepan dan menghajar
dada lawan.
Tan Hiong Ciang tahu lihay, buru buru telapak kanannya
diayun pula kedepan menyambut datangnya ancaman tersebit
dengan keras lawan keras.
Bentrokan sepasang telapak menimbulkan suara ledakan
yang memekikkan telinga, termakan oleh dahsyatnya angin
pukulan dari Siau Ling, tubuh Tan Hiong Ciang terge tar
mundur tiga langkah kebelakang, darah panas dalam rongga
dadanya bergolak keras membuat hatinya merasa amat
terperanjat

Dengan cepat ia merogoh keluar sepasang senjata
garpunya, sambil dicekal dalam genggaman, serunya dingin
“Siapakah engkau?”
“Pencabut nyawa!” jawab Siau Ling sambil tertawa dingin.
Tangan kirinya diayun, dengan jurus Kim liong tam jiau
atau naga emas unjukkan cakar ia cengkeram pergelangan
lawan.
Setelah menyambut datangnya serangan tadi, Tan Hiong
Ciang telah mengetahui bahwa ilmu silatnya masih belum
mampu menandingi lawan kalau tidak menggunakan senjata
pasti tak akan mampu untuk menandingi lawannya, tangan
kanan segera diayun dan senjata garpunya yang
memancarkan cahaya kilat langsung menusuk tangan Siau
Ling.
Sianak muda itu putar tangan kanannya, kelima jari
tangannya digenggam dan segera mencengkeram senjata
garpu itu kencang2.
“Siau Ling…” jerit Tan Hiong Ciang dengan terperanjat.
Tangan kanan Siau Ling bekerja cepat dalam sebuah
kelebatan ia sudah totok jalan darah Poh long hiat ditubuh
orang she Tan tersebut.
Baru saja Tan Hiong Ciang meneriakan nama Siau Ling,
jalan darahnya sudah tertotok, tangan kanannya mengendor
dan senjata tajamnya terlepas dari genggaman.
Siau Ling segena pungut senjata garpu itu, kaki kirinya
menginjak diatas dada Tan hiong Ciang serta menendang
bebas jalan darahnya yang tertotok, dengan dingin serunya:
“Sekarang aku sudah belajar bagaimana caranya turun
tangan keji, kalau engkau berani berteriak maka akan
kucongkel keluar sepasang biji matamu itu”
Tan Hiong Ciang benar2 tak berani berteriak.

Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah salah
seorang diantara dua pria kekar yang dihajar oleh Tan Hiong
Ciang tadi hingga roboh dan waktu itu sedang merangkak
bangun, pikirnya didalam hati
“Kalau aku tidak turun tangan menghabisi nyawa kedua
orang ini pastilah Tan Hiong Ciang tak akan merasa takut
terhadap diriku…!”
Berpikir demikian senjata garpu ditangannya segera
diayunkan kearah depan....
“Creeet..! darah segar muncrat keluar membasahi seluruh
wajah dan tubuh Tan Hiong Ciang.
Ketika sorot matanya beralih kembali kearah pria kekar itu
tampaklah dadanya sudah merekah besar sedangkan isi
perutnya berhamburan keluar.
Pelahan-lahan Siau Ling menyeka darah segar diatas
senjata garpunya itu pada wajah Tan Hiong Ciang, kemudian
ujarnya dengan dingin
“Mungkin..., engkau sudah percaya bukan kalau aku sudah
belajar bagaimana caranya membunuh orang ?”
“Engkau adalah Sam cungcu.... kau benar-benar adalah
Paman Siau
“Hmm ! hubunganku dengan Shen Bok Hong sudah lama
putus diantara kami berdua sudah tiada ikatan apa-apa lagi
orang tak usah menyebut aku sebagai Sam cungcu lagi, sebab
dewasa ini kita adalah musuh bebuyutan….”
Setelah membuktikan bahwa orang yang sedang
dihadapinya pada saat ini benar2 adalah Siau Ling, Tan Hiong
Ciang tak berani melakukan perlawanan lagi, perasaan hati
pun jauh lebih tenang, tanyanya lirih
“Engkau ingin berbuat apa?”

“Berapa banyak orang yang berada didalam ruang kecil
ini??”
“Dalam ruang siksa ini hanya ada tiga orang dua
diantaranya sudah kau bunuh mati dan tinggal aku seorang
yang masih hidup”
“Kalau engkau tidak bicara sejujurnya, siksaan badan saja
yang akan kau dapatkan….”
“Ruangan ini toh kecil sekali dan sekilas memandang sudah
dapat dilihat semua, mengapa aku harus membohongi
dirimu??”
Siau Ling berpaling sebentar, dan ujarnya
“Aku bertujuan melenyapkan Shen Bok Hong serta
menghancurkan perkampungan Pek hoa san cung sehingga
bibit bencana bagi dunia persilatan dapat disingkirkan, sedang
engkau tidak lebih hanya seorang budak bayaran yang
dipergunakan tenaganya untuk berbuat kejahatan sekalipun
dibunuh juga tak perlu disayangkan, kalau engkau berani
berbohong sekaIi bacok kucabut selembar jiwamu,….”
“Seorang lelaki sejati tak takut mati dibunuh“ sela Hong
Ciang dengan cepat, “kalau Siau tayhiap ingin membunuh,
bunuh sajalah dengan cepat engkau tak perlu menakut nakuti
diriku lagi”
Siau Ling tertawa dingin.
“Hmmm! rupanya engkau sudah keracunan terlalu
mendalam sehingga tak bisa diselamatkan lagi jiwanya,
baiklah ! dari gurumu aku memang sudah terlatu banyak
mempelajari cara untuk turun tangan secara keji kalau suruh
aku membinasakan drimu dengan cara yang enak, mungkin
saja sulit bagiku untuk melakuknnya
“Lalu apa yang enak kau lakukan ??” Aku akan suruh
engkau merasakan penderitaan yang hebat secara perlahanlahan
kemudian baru menemui ajal.

“Engkau seorang pendekar besar, apakah engkau tidak
takut siksaan cara keji yang kau gunakan itu akan menodai
nama besarmu?”
“Hal itu harus dilihat siapakah yang sedang kuhadapi
gurumu berhati kejam dan tak kenal perikemanusiaan, kalau
aku tidak menggunakan cara racun lawan racun, siapakah
yang mampu untuk menbendung kekejamannya itu?”
Sesudah berhenti, sambungnya lebih jauh:
“Perduli bagaimana akhirnya sekarang hanya ada satu jalan
saja yang dapat kau tempuh”
“Jalan apa??”
“Bekerja sama dengan aku serta mendengarkan
perintahku!!”
“Kemudian”
“Akan kuberikan semua jalan kehidupan bagimu dan kali ini
jiwamu tak akan kuganggu, tapi lain kali jangan coba2 untuk
terjatuh lagi ditanganku”
---oo0dw0oo---
Jilid 20
MENDADAK dari luar ruangan berkumandang datang suara
panggilan yang rendah dan berat :
“Sau cungcu!”
“Selamanya aku tak pernah mengingkari janji” bisik Siau
Ling dengan suara lirih, “setelah aku menjanjikan sesuatu
kepadamu maka selamanya tak akan kusesali kembali, setelah
kujanjikan pengampunan bagimu janji itu pasti akan kupenuhi,
tetapi jikalau engkau berani main gila dengan aku, maka itu
berarti hanya akan mencari kematian buat diri sendiri”

Tan Hiong Ciang mengangguk dan membungkam dalam
seribu bahasa.
“Suruh dia masuk” bisik Siau Ling kembali.
Tan Hiong Ciang mengangguk, dan segera serunya
“Siapa diluar??”
“Aku Sam in jiu tangan pencabut nyawa Tiau Coan!!” jawab
orang diluar ruangan.
“Apakah Tiau heng cuma seorang diri.”
“Aku datang bersama Tok hwee api racun Keng Gak, cuma
Keng Gak berada diruang depan!”
Siau Ling segera memberi tanda kepada Tan Hiong Ciang
agar menyuruh Tiau Coan masuk kedalam ruangan.
Tan Hiong Ciang termenung sebentar, kemudian serunya
“Tiau- heng, silahkan masuk kedalam!”
Bayangan manusia berkelebat lewat, Tiau Coan sambil
mendorong pintu besi tahu-tahu sudah menerobos masuk
kedalam ruangan.
Sebenarnya Siau Ling akan melancarkan sebuah totokan
dikala orang itu masuk kedalam ruangan, akan tetapi Tiau
Coan adalah seorang manusia licik yang banyak pengalaman,
sikap ragu ragu dari Tan Hiong Ciang telah menimbulkan
perasaan was was didalam hati kecilnya.
Dengan telapak kiri melindungi dada, tetapak kanan siap
menghadapi segala kemungkinan dengan gerakan yang cepat
bagaikan sambararan kilat ia segera menerjang masuk
kedalam ruangan, begitu masuk telapak kanannya mengirim
satu pukulan dahsyat kearah belakang.
Meskipun Siau Ling sudah banyak pengalaman dan sering
kali menemui peristiwa besar, tetapi terhadap cara untuk
menghindari serangan bokongan seperti ini boleh dibilang

sama sekali diluar dugaan, tahu2 Tiau Coan telah berhasil
menerobos masuk kedalam ruangan.
Cahaya api lirih dalam ruangan telah dipadamkan oleh Siau
Ling, ditengah kegelapan yang luar biasa tubuh Tiau Coan
yang sedang menerobos masuk kedalam ruangan segera
tersandung oleh kaki kiri Tan Hiong Ciang yang berbaring
diatas tanah sehingga tubuhnya tergelincir dan roboh
kesamping.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu Siau Ling
segera menerjang maju kedepan, angin pukulannya yang
tajam langsung menghajar bahu kanan Tangan pencabut
nyawa.
Tiau Coan tangan pencabut nyawa segera putar telapak
kirinya menyambut datangnya ancaman dari Siau Ling,
sedangkan tangan kanannya menghajar lambung bagian
bawah dari sianak muda itu. Siau Ling segera mengerahkan
tenaga dalamnya lebih hebat ditangan kanan sementara
badannya bergeser dua langkah kesamping meloloskan dari
dari ancaman yang datang dari arah bawah.
Tiau Coan disebut orang Tangan pencabut nyawa, hal ini
dikarenakan ilmu telapaknya luar biasa sekali asal orang
berani beradu tenaga dengan dirinya niscaya pihak lawan
akan terluka diujung telapaknya, akan tetapi musuh yang
sedang dihadapnya pada saat ini adalah Siau Ling, tentu saja
dialah yang mengalami kerugian besar.
Sepasang telapak tangan saling beradu satu sama lainnya
sehingga menimbulkan suara benturan keras.
Pada telapak Siau Ling mengenakan sarung tangan kulit
naga, ia tak takut keracunan, dalam bentrokan tersebut
seketika itu juga Tiau Coan merasakan darah panas dalam
dadanya bergolak keras ia mendengus berat dan tubuhnya
tergetar mundur dua langkah kebelakang.

Tan Hiong Ciang yang berbaring diatas tanah dapat
menyaksikan jalannya pertarungan itu dengan amat jelas,
diam-diam hatinya merasa amat terkejut, pikirnya
“Oooh .... ilmu silat yang dimilikinya ternyata sudah
bertambah maju dengan pesatnya …”
Sesudah ayunan telapak kanan Siau Ling berhasil melukai
Tiau Coan, tangan kirinya laksana kilat melancarkan sebuah
totokan menghantam jalan darah jit gwat hiat diiga kanan
Tiau Coan.
Sementara Tangan pencabut nyawa sedang merasakan
kepalanya pening tujuh keliling. Totokan jari tangan kiri Siau
Ling sudah meluncur datang membuat ia sama sekali tak
dapat berkutik lagi.
“Tiau Coan!”, bentak Siau Ling dengan ketus, “engkau ingin
mati atau ingin hidup!”
Sambil berkata pergelangan kanan orang she Tiau itu
segera dicengkeram dengan kencang.
Tiau Coan merasakan matanya masih berkunang-kungan
dan kepalanya pusing tujuh keliling, lama sekali golakan darah
dalam tubuhnya baru bisa ditenangkan kembali, ia segera
menjawab,
“Kalau ingin mati bagaimana? Dan kalau ingin hidup
bagaimana?”
“Kalau engkau ingin mati, sekali hantam kubinasakan
dirimu, sebaliknya kalau engkau ingin hidup, haruslah
mendengar perkataanku!”
Dalam keadaan yang jauh lebih tenang Tangan pencabut
nyawa Tiau Coan dapat pula melihat keadaan disekelilingnya
dengan jauh lebih jelas, ketika menyaksikan Tan Hiong Ciang
roboh terkapar diatas tanah segera tegurnya..
“Apakah sau cungcu?”

Tan Hiong Ciang segera berpikir didalam hati kecilnya,
“Peristiwa yang amat memalukan ini dapat dilihat olehnya,
sesudah tinggalkan tempat ini aku harus berusaha keras untuk
melenyapkan dirinya dari muka bumi, daripada kejelekanku ini
tersiar sampai dimana-mana..”
Berpikir sampai disini, iapun menjawab,
“Sedikitpun tidak salah”
Siau Ling segera menarik tangan kanan lawan dengan
sekuatnya membuat tulang pergelangan Tiau Coan patah jadi
dua, saking sakitnya keringat sebesar kacang kedelai
mengucur keluar membasahi wajah orang she Tiau itu
membuat ia berseru tertahan.
“Aah….! Rupanya ia jauh lebih tersiksa daripada diriku”
kembali Tan Hiong Ciang berpikir.
Dalam pada itu sambil menahan sakit Tiau Coan telah
menengadah memandang wajah Siau Ling, kemudian
tegurnya :
“Siapakah engkau?”
“Pencabut nyawa!”
Tiau Coan tertegun, kemudian serunya kembali,
“Sau cungcu, siapakah orang ini?”
Meskipun ia merasakan kesakitan yang luar biasa, namun
berhubung Tan Hiong Ciang berada disitu, ia tak berani
mengutarakan kata-kata untuk minta diampuni jiwanya.
Tan Hiong Ciang sendiripun dalam hatinya berpikir.
“Siau Ling tak mau menyebut namanya itu berarti ia tak
ingin asal usulnya diketahui orang, terpaksa aku harus ikut
merahasiakannya…”
Berpikir demikian, diapun lantas berkata..

“Aku sendiripun kurang jelas, panggil saja pencabut nyawa
bukankah sudah beres…..?”
“Pencabut nyawa? Sungguh tak enak didengar….” pikir Tiau
Coan, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa serunya,
“Pencabut nyawa…”
Siau Ling memperkencang cekalannya membuat Tiau Coan
kesakitan hingga membungkam dalam seribu bahasa.
“Perlahan sedikit kalau bicara!” seru Siau Ling.
“Sau cungcu, apa yang harus kulakukan pada saat ini?
Harap sau cungcu suka memberi petunjuk” pinta Tiau Coan
kemudian.
“Peraturan dari perkampungan Pek hoa san cung kita amat
ketat dank eras, barang siapa berani membocorkan rahasia
dapat berakibat dijatuhi hukuman siksaan yang terkejam
dikolong langit, lagipula engkau toh tidak banyak mengetahui
rahasia, kalau pihak lawan gagal untuk memperoleh
keterangan yang benar, engkau pun pasti akan disiksa pula
mati-matian, kalau engkau tidak ingin merasakan yang kejam,
aku rasa lebih baik engkau mencari kematian buat dirimu
sendiri saja”
Ucapan ini benar-benar amat keji sekali, meskipun diluaran
nampaknya ia merasa kasihan terhadap rekannya dan takut
Tiau Coan tak kuat menahan siksaan, diam-diam dia memberi
kisikan kepada Tiau Coan agar bunuh diri saja.
Dan yang paling kejam lagi ia telah memberi kisikan kepada
Siau Ling bahwasanya tidak banyak rahasia yang diketahui
oleh Tiau Coan, dia anjurkan kepada pemuda itu agar
membinasakan dirinya saja.
Siau Ling sendiri walaupun cerdik, namun dia adalah
seorang manusia jujur karena itu ucapan dari Tan Hiong Ciang
tersebut tak dapat ditangkap arti sebenarnya.

Lain halnya dengan Tiau Coan yang licik dan banyak
pengalaman, tentu saja dia dapat menangkap maksud dari
ucapan orang she Tan itu.
Sambil tertawa dingin segera sindirnya,
“Siau cungcu apakah engkau suruh aku bunuh diri?”
“Kalau engkau merasa yakin bisa menahan siksaan tidak
matipun tidak mengapa!”
Siau Ling segera menggoyangkan tangan kanannya,
kembali Tiau Coan merasakan kesakitan hebat sehingga
keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh
tubuhnya.
“Tiau Coan!” ia berseru, “pada saat ini mati hidupmu
berada dalam genggamanku, engkau tak usah minta petunjuk
dari sau cungcumu lagi!”
Jalan darah Tiau Coan tertotok sehingga tak mampu
baginya untuk menggerakkan tenaga melawan rasa sakit yang
menyerang tubuhnya, terpaksa dia berkata..
“Sau cungcu, pada saat ini aku sudah sama sekali
kehilangan daya kemampuan untuk bunuh diri…”
Setelah berhenti sebentar, terusnya,
“Pencabut nyawa, apa yang kau inginkan??”
“Sekarang Shen Bok Hong berada dimana?”
“Tentang hal ini aku kurang begitu tahu!”
“Berapa banyak orang yang berada dalam kota Tiang sah
ini?” kembali Siau Ling bertanya dengan alis mata berkernyit.
“Tentang soal ini akupun kurang begitu jelas!”
“Benarkah engkau tidak tahu apa2”
Sambil berkata, tangan kanannya kembali menggoyang
tulang pergelangan Tiau Coan yang patah.

Orang she Tiau itu kontan saja kesakitan hebat sehingga
napasnya terengah-engah, serunya
“Aku benar-benar tidak tahu berapakah jumlah
keseluruhannya…”
“Lalu apa yang kau ketahui?”
“Aku hanya tahu tentang beberapa orang yang berada satu
rombongan dengan diriku saja…”
“Baik! Katakanlah, berapa jumlah anggota rombonganmu,
dan siapakah komandannya?”
“Kami semuanya dua belas orang, Seng Sam Koay
locianpwee yang menjadi komandan kami”
“Sekarang mereka berada dimana?”
“Dalam kuil Pek in koan sebelah barat kota Tiang sah…”
“Kuil Pek in koan….”
Benar aku serta Keng Gak mendapat tugas dari Seng Sam
Koay untuk datang kemari menghadap sau cungcu…”
Mendadak Tan Hiong Ciang berbatuk beberapa kali.
Mendengar suara batu itu buru-buru Tiau Coan tutup mulut
Siau Ling segera tertawa dingin, ejeknya.
“Sau cungcu, rupanya engkau sudah bosan hidup??”
Sebuah tendangan keras segera dilancarkan keatas tubuh
orang she Tan tersebut.
Tubuh Tan Hiong Ciang segera berguling guling sejauh
empat depa lebih dan menumbuk diatas dinding tembok,
namun mulutnya tetap membungkam.
Rupanya Siau Ling menotok jalan darah bisunya.
“Apakah dia sudah mati?” Tanya Tiau Coan setelah suasana
hening sejenak.

“Mungkin saja dia sudah mampus!” jawab Siau Ling dengan
nada dingin dan kaku, “lanjutkan perkataanmu apa tujuan
kalian datang kemari dan apa yang hendak diserahkan kepada
Tan Hiong Ciang??”
“Seng Sam Koay serahkan kami sepucuk surat dan
diperintahkan kepada kami untuk menyerahkan langsung
kepada sau cungcu”
“Serahkan kepadaku!”
Tiau Coan merasakan tulang pergelangan kanannya amat
sakit akibat dipatahkan oleh Siau Ling tadi, terpaksa dengan
menggunakan tangan kirinya, ia rogoh kedalam saku dan
ambil keluar sepucuk surat yang diserahkan kepada pemuda
itu..
Dalam pada itu, Tiau Coan mengira Tan Hiong Ciang sudah
mati ditendang oleh Siau Ling, karena itu rasa takut dan waswasnya
jauh sudah lebih berkurang.
Mimpipun ia tak menyangka kalau Tan Hiong Ciang Cuma
ditendang jalan darah bisunya saja sehingga tak dapat
berbicara, sementara sepasang matanya sedang melotot
tajam kearah dirinya.
Siau Ling menerima sampul surat itu lantas bertanya,
“Engkau membawa korek api?”
“Bawa”
“Baik, pasang lilin itu!”
Setelah merasakan pahit getirnya serangan dari Siau Ling,
terhadap pemuda ini boleh dibilang Tiau Coan menaruh jeri
dan segan yang luar biasa, dalam keadaan begini tentu saja ia
tak berani mempergunakan akal licik atau siasat buruk untuk
mempermainkan pemuda itu setelah ambil keluar korek api, ia
segera memasang lilin.

Mempergunakan kesempatan dikala Tiau Coan memasang
api lilin, Siau Ling menutup kembali pintu baja tersebut..
Kemudian dibawah sorot cahaya lilin, ia membaca sampul
surat tersebut, terbaca olehnya,
“Surat ditujukan kepada Shen toa cungcu dengan perantara
sau cungcu”
Siau Ling segera merobek sampul tadi dan membaca isinya,
“Dipersembahkan kepada yang mulia Shen Bok Hong toa
cungcu… kecerdasan toa cungcu luar biasa dan
benar2 patut dipuja, ketika hamba sekalian melaksanakan
siasat seperti apa yang dipesan, ternyata hasil yang diperoleh
sangat diluar dugaan, Siau yau cu telah mengutus para jago
lihaynya untuk bergerak, apabila urusan berjalan lancer dan
sesuai dengan rencana, dalam dua hari mendatang mereka
pasti sudah akan saling bertempur dengan serunya melawan
orang2 dari pihak partai Bu tong…”
Isi surat tersebut amat singkat dan hanya terdiri dari
beberapa patah kata, namun penuh dengan siasat busuk dan
kekejian hati yang luar biasa.
Selesai membaca isi surat tadi, Siau Ling segera tertawa
dingin dan berkata,
“Hmmm! Suatu siasat yang keji dan telengas….”
Setelah masukan kembali surat tadi kedalam sampul, ia
masukan kedalam sakunya.
Tiau Coan menyaksikan hal itu jadi tertegun, serunya,
“Engkau hendak membawa pergi surat tersebut?”
Siau Ling tidak menanggapi pertanyaan tersebut,
sebaliknya dia malahan balik bertanya,
“Engkau tahu apa isi surat tersebut?”
Tiau Coan menggeleng.

“Aku toh belum membacanya, darimana bisa tahu?”
sahutnya.
“Apa yang engkau ketahui? Aku harap engkau bersedia
untuk mengakuinya secara terus terang!”
“Apa yang kuketahui tak terlalu banyak….”
“Engkau tahu sepatah katakan saja sepatah kata…”
“Dalam hal yang bagaimana?”
“Mengenai gerakan yang kau ikuti hingga sekarang!”
“Kedudukanku rendah sekali, tiada kesempatan bagiku
untuk ikut serta membahas rencana dan siasat, oleh karena
itu bagaimanakah rencana mereka, aku sama sekali tak tahu!”
Mendengar jawaban tersebut, Siau Ling berpikir didalam
hati,
“Shen Bok Hong berhasil mencapai kejayaan seperti apa
yang dimilikinya sekarang, sebagian besar adalah
mengandalkan ilmu silatnya yang lihay, cara kerjanya yang
keji dan telengas, namun kerahasiaan cara gerak merekapun
merupakan salah satu alasan yang terpenting, ditinjau dari isi
surat yang tiada ujung pangkalnya itu sudah dapat diketahui
betapa rahasianya cara mereka bekerja, mungkin orang yang
bernama Tiau Coan itu memang benar2 tidak tahu duduknya
perkara….”
Berpikir sampai disitu, diapun tidak bertanya lebih jauh lagi,
setelah mendehem ringan katanya,
“Tiau Coan, sepanjang hidupmu sudah terlalu banyak
kejahatan yang pernah kau lakukan, orang yang kau
bunuhpun sudah tak terhitung jumlahnya, ini hari setelah
engkau terjatuh ketanganku, rasanya itulah saatnya bagimu
untuk menerima pembalasan!”
“Kenapa?” teriak Tiau Coan dengan wajah berubah hebat,
“engkau hendak membinasakan diriku?”

“Jadi engkau tidak ingin mati?”
“Semut, makhluk paling kecil dikolong langitpun ingin hidup
lebih lanjut apalagi aku adalah manusia.?”
Siau Ling pun lantas berpikir.
“Manusia-manusia semacam ini sekalipun kubinasakan
delapan atau sepuluh orang rasanya tidak akan mendatangkan
pengaruh apa-apa bagi diri Shen Bok Hong aku harus cari akal
untuk mengendalikan pikirannya dengan begitu maka
perbuatanku ini jauh lebih bagus daripada membinasakan
dirinya…”
Pemuda itu segera berkata,
“Kalau engkau tidak ingin mati hanya ada satu jalan yang
bisa ditempuh!”
“Coba katakanlah apa caramu itu?”
“Mulai sekarang engkau harus mendengarkan perintahku!”
“Kendatipun aku setuju belum tentu engkau bersedia untuk
mempercayai diriku!”
“Tentu saja aku tak akan mempercayai dirimu dengan
begitu saja!”
“Lalu apa yang harus kulakukan sehingga dapat membuat
engkau mempercayai diriku ?”
“Serahkan saja mati hidupmu itu ketanganku !”
“Bagaimana caranya untuk menyerahkan kepadamu ?”
Siau Ling termenung dan berpikir beberapa saat lamanya
setelah itu menjawab
“Akan kutotok sebuah jalan darah anehmu yang letaknya
diluar garis otot lainnya, setiap tujuh hari satu kali engkau
harus mendapat urutan dariku untuk memperpanjang masa
hidupmu jika didalam tujuh hari engkau tidak memperoleh

rawatan maka darah yang mengalir dalam tubuhmu akan
tersumbat hingga mengeras dan menggumpal separuh
tubuhmu akan jadi lumpuh hingga akhirnya mati secara
perlahan lahan”
“Masa begitu lihay akibatnya ?”
“Aku harap engkau bersedia untuk mempercayai
perkataanku untung lima hari kemudian engkau akan
merasakan sendiri apa yang kukatakan barusan, pada waktu
itulah engkau akan mempercayai dengan sendirinya.
Selesai berkata, ia segera melancarkan sebuah totokan
keatas tubuh Tiau Coan serta membebaskan jalan darah Jit
gwat hiatnya yang tertotok, setelah menyambung kembali
pergelangannya yang patah dan serahkan kembali surat tadi
ketangan Tiau Coan, ia padamkan lampu lilin, berpesan
beberapa patah kata dengan suara lirih kemudian orang itu
baru dilepaskan dari ruangan tersebut.
Selesai melepaskan Tiau Coan, pemuda Siau Ling baru
memasang lampu kembali dan menepuk bebas jalan darah
bisu dari Tan Hong Tiang, tegurnya
“Sudah kau lihat semua yang terjadi?”
“Sudah!”
“Bagaimana perasaanmu?”
“Tiau Coan maupun Keng Gak cuma kurcaci2 depan pintu
yang sama sekali tidak berperanan besar, kematian mereka
sama sekali takkan mempengaruhi keadaan situasi dalam
dunia persilatan, Siau tayhiap ! aku benar2 merasa tidak habis
mengerti, apa sebab nya engkau malah melepaskan mereka
untuk pergi dari sini”
“Karena membinasakan mereka sama sekali tidak
mendatangkan keuntungan apa apa bagiku, karena itu hendak
kusuruh mereka untuk melakukan pekerjaan yang jauh lebih
penting daripada membinasakan mereka”

“Dengan kedudukan mereka dalam perkampungan tak
mungkin ada kesempatan baik bagi orang-orang semacam itu
untuk ikut serta dalam perundingan rahasia, lagipula
perkampungan Pek hoa san cung kami memnpunyai peraturan
rumah tangga yang amat ketat, asal mereka berani berhianat
maka hukuman mati yang mengerikan sudah siap akan
mereka terima Hmm! kalau engkau hendak gunakan mereka
sebagai mata-mata maka pilihanmu itu sama sekali tidak
sesuai”
“Karena itulah, aku hendak mengandalkan jasamu”,
sambung Siau Ling dengan cepat.
“Apa rencanamu”
“Bagaimana dengan ilmu penyaruanku ini ??”
Tan Hiong Ciang mengamati Siau Ling beberapa saat
lamanya, kemudian menjawab:
“Lihay dan sempurna sekali !“
“Engkau boleh beritahu kepadaku baiknya aku menyamar
sebagai manusia macam apa sehingga bisa mengikuti dirimu
untuk pergi menemui Shen Bok Hong....”
Tan Hiong Ciang tersenyum.
“Engkau tidak takut kalau aku menghianati dirimu?”
“Engkau tak usah kuatir, aku bisa berjaga jaga terhadap
penghianatanmu itu!”
Tan Hiong Ciang termenung dan berpikir sebentar,
kemudian jawabnya
“Baiklah! kalau engkau memang mempunyai keberanian
untuk berbuat demikian, terpaksa akupun harus mengabulkan
permintaanmu itu”
Siau Ling pun segera menepuk bebas jalan darah Tan
Hiong Ciang yang tertotok, katanya

“Ada satu persoalan, aku harus menerang kan lebih dahulu
kepadamu!”
“Persoalan apa!? “
“Aku mengikuti dirimu untuk berjumpa dengan suhumu, itu
sama artinya memasuki sarang naga gua harimau bagi
diriku....”
“Kalau engkau menyesal sekarang masih ada kesempatan
bagimu untuk berubah pikiran” seru orang she Tan itu dengan
cepat.
“Persoalan yang telah kuputuskan selamanya tak pernah
kusesalkan kembali cuma di bawah kurungan berpuluh puluh
orang jago lihay membuat aku sendiri mau tak mau terpaksa
harus melakukan sedikit persiapan”
Kendatipun seluruh jalan darah ditubuh Tan Hiong Ciang
sudah dibebaskan semua namun ia tahu bahwa ilmu silatnya
masih bukan tandingan dari Siau Ling, maka ia tak berani
berkutik secara sembarangan
Mendengar perkataan itu, dengan alis mata berkernyit,
tanyanya,
“Persiapin apa yang hendak kau lakukan?”
“Mula-mula akan kutotok dahulu dua buah jalan darahmu
sehingga engkau tak mampu untuk mengerahkan tenaga
dalam”
“Apa manfaatnya hal itu bagimu ?”
“Kalau engkau berani menghianati diriku maka engkau
akan kubinasakan lebih dahulu, dalam keadaan tak bisa
mengerahkan tenaga tentu saja engkau tak dapat meloloskan
diri dari seranganku itu”
Tan Hiong Ciang mengangguk tanda membenarkan,
tanyanya lagi,

“Disamping itu, apa yang hendak kau lakukan lagi??”
“Sesudah itu, dengan cara menotok jalan darah yang
istimewa akan kutotok dua buah urat anehmu, dalam dua jam
kalau tidak mendapat pengobatan maka uratnya akan kaku
dan tegang dimana akhirnya jiwamu akan melayang”
“Kenapa engkau lakukan tindakan semacam itu?” tanya Tan
Hiong Ciang dengan hati terperanjat,
“Dengan begitu, bagaimana pun juga engkau terpaksa
harus datang untuk mencari aku”
“Sempurna amat jalan pikiranmu,” puji Tan Hiong Ciang.
Baru berbicara sampai disitu, mendadak terdengar suara
ketukan pintu yang gencar berkumandang dari arah depan
pintu besi.
Mendengar suara ketukan itu, Siau Ling mengerutkan
dahinya, dengan suara lirih dia bertanya,
“Siapa yang mengeruk pintu diluar?”
Tan Hiong Ciang gelengkan kepalanya tanda tidak mengerti
“Aku mana tahu siapa orang itu?” katanya, “engkau sih
bertindak terlalu gegabah, tidak sepantasnya kau lepaskan
Tiau Coan dari sini”
“Aku rasa dia tak akan punya nyali untuk berkunjung
ketempat ini!”
Suara ketukan bergema semakin santer, dan suara itupun
kian lama kian bertambah keras.
“Apakah kita perlu membukakan pintu baginya?” tanya Tan
Hiong Ciang dengan suara rendah.
Dengan tangan kirinya Siau Ling segera mencengkeram
urat nadi pada pergelangan kanan Tan Hiong Ciang, bisiknya
dengan suara lirih

“Lebih baik jangan biarkan orang itu masuk kedalam
ruangan, tapi seandainya orang itu bersikeras untuk masuk
kedalam maka engkau harus berusaha untuk menotok jalan
darahnya secara tiba2!”
Tan Hiong Ciang menatap tajam wajah Siau Ling, kemudian
mengangguk.
Sementara itu suara ketukan pintu dari luar telah berhenti,
rupanya sedang menunggu reaksi dari daLam ruangan.
Siau Ling tuding kearah pintu besi itu memberi tanda
kepada pria she Tan itu untuk membuka pintu.
Dengan tangan kirinya Tan Hiong Ciang membuka pintu
besi itu separuh bagian. sedang tubuhnya segera menghadang
didepan pintu seraya berseru
“Oooh...aku kira siapa, tak tahunya adalah hujin”
Dan luar dugaan berkumandang datang suara gelak
tertawa merdu, disusul suara seorang perempuan menyahut,
“Sau cungcu kenapa sih pintu besi itu kau tutup begitu
rapat? sudah setengah harian lamanya aku mengetuk pintu
namun sampai sekarang engkau baru membukakan bagiku
apa yang sedang kau lakukan dalam ruangan ini....??”
Nada ucapan tersebut penuh mengandung ejekan dan
sindiran, sama sekali tak ada tanda sikap kehormatan ataupun
segan, dan suara itu ternyata suara dari Kim Hoa hujin
Satu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling, pikirnya.
Malam itu Kim Hoa hujin dan Tong lo thay thay dari
propinsi Suchuan mengejar Shen Bok Hong dengan maksud
untuk membinasakan gembong iblis tersebut kenapa sekarang
mereka bisa muncul kembali dipihak perkampungan Pek hoa
san cung ? Shen Bok Hong adalah seorang manusia berpikiran
sempit setelah Kim Hoa Hujin berhianat kepadanya secara
terang terangan masa ia bisa menahan sabar?”

Dia merasa bahwa persoalan ini mencurigakan sekali
meskipun sudah putar otak beberapa waktu lamanya namun
gagal untuk memperoleh jawabannya.
Sementara itu Tan Hiong Ciang telah berkata
“Aku sedang membicarakan suatu masalah yang
menyangkut rahasia perkampungan dengan seorang sahabat
apa maksudmu kemari“
“Oooh....! siapa sih sahabatmu itu, bolehkah diperkenalkan
kepadaku ?”
“Nona tak usah melihat lagi siapakah orang itu aku harus
segera lanjutkan perundinganku dengan orang itu”, sambil
berkata ia menarik kembali pintu besi itu dan siap menutupnya
kembali.
Tiba tiba Kim Hoa Hujin mengulurkan tangan kanannya
menahan pintu besi tersebut ujarnya perlahan-lahan,
“Sau cungcu, kedatanganku kemari adalah sedang
melaksanakan perintah resmi”
“Perintah siapa ?”
“Tentu saja perintah dari Shen Toa cung cu!”
Tan Hiong Ciang termenung sebentar, lalu tanyanya,
“Ada urusan apa kau datang kemari?”
“Bagaimana kalau tunggu sampai aku masuk kedalam
ruangan lebih dahulu kemudian kita baru berbicara?” kata Kim
Hoa hujin sambil tertawa.
Hawa murninya disalurkan ketangan kanan untuk
mendorong pintu besi itu, kemudian sekali berkelebat ia
menerjang masuk ke dalam ruangan secara paksa.
Urat nadi pada pergelangan kanan Tan Hiong Ciang
dicengkeram Siau Ling, dengan andalkan tangan kiri belaka
sudah tentu bukan tandingan dari Kim Hoa hujin, melihat

perempuan itu berhasil menerjang masuk ke dalam ruangan,
terpaksa ia tarik kembali tangan kirinya dan secepat kilat
menotok dada kanan lawannya.
Kim Hoa hujin putar tangan kanan menyambut datangnya
pukulan dari Tan Hiong Ciang, lalu sambil tertawa ujarnya
“Sau cungcu kenapa sih engkau turun tangan sekeji ini
terhadap diriku...??”
Tan Hiong Ciang mengirim satu tendangan dengan kaki
kirinya untuk menutup pintu besi itu, membuat suasana dalam
ruangan itu jadi gelap gulita.
Tetapi ia tidak melancarkan serangan lagi kearah Kim Hoa
Hujin.
Kiranya ia menyadari bahwa kekuatannya telah ludas dan
Siau Ling tak mungkin akan melepaskan Kim Hoa hujin
dengan begitu saja, dengan kepandaian silat yang dimiliki
perempuan itu, belum tentu Siau Ling bisa menangkan dirinya
dalam dua tiga puluh gebrakkan, asal pemuda itu sudah
mengerahkan tenaganya untuk melawan Kim Hoa hujin maka
dengan sendirinya cengkeraman atas urat nadi dirinya pun
akan dilepaskan.
Siap tahu apa yang terjadi sama sekali berada diluar
dugaannya, Siau Ling hanya berpeluk tangan belaka berdiri
disamping, sementara cengkeramannya atas nadi dirinya sama
sekali tak berubah.
Ruangan itu gelap gulita, walau pun Kim Hoa hujin memiliki
ketajaman mata yang melebihi orang pun susah untuk melihat
pandangan dalam ruangan itu, apalagi baru saja ia masuk dari
tempat yang terang benderang.
Ketika Tan Hiong Ciang tidak melihat sesuatu gerakan
apapun dari Siau Ling, terpaksa sambil keraskan kepala dia
berseru
“Hujin, aku harap engkau suka melepaskan lengan kiriku!”

“Hmm! Gaya sau cungcumu boleh saja kau pamerkan
dihadapan orang lain, tetapi aku tak sudi menerima
perlakuanmu yang unik tersebut, sebenarnya apa maksudmu
turun tangan melukai jalan darahku?”
“Dengan tangan kanan dia balas mencengkeram urat nadi
pada pergelangan kiri Tan Hiong Ciang, sedangkan tangan
kirinya memasang api.
Dibawah sorot cahaya api, pemandangan dalam ruangan
kelihatan amat jelas, terlihat olehnya lengan kanan Tan Hiong
Ciang ternyata kena dicengkeram oleh seseorang.
Wajah Siau Ling sudah dirubah dengan obat penyamar
sekilas memandang sudah tentu Kim Hoa Hujin tak bisa kenali
siapakah lawannya, tetapi reaksinya ternyata sangat cepat,
sesudah mengetahui keadaan yang terpapar didepan mata, ia
segera melepaskan cengkeramannya pada nadi orang she Tan
itu, kemudian telapaknya bagaikan hembusan angin
melancarkan serangan kearah Siau Ling.
Pemuda itu dengan cepat menghindar kesamping untuk
meloloskan diri dari ancaman tersebut sementara Tan Hiong
Ciang ditarik kedepan untuk menghadang didepan tubuhnya.
Kim hoa hujin putar tangan kirinya menyambar dengan lilin
didalam genggamannya, sedang tangan yang lainpun pada
saat yang bersamaan menyerang secara berbareng.
Siau Ling tetap berkelit dan menghindari itu, dengan tubuh
Tan Hiong Ciang ia tangkis dan mengunci semua serangan
dari Kim Hoa hujin yang ditujukan kearahnya, tak satu jurus
seranganpun yang dilancarkan.
Secara beruntun Kim Hoa hujin melancarkan puluhan jurus
serangan, namun semua ancamannya gagal untuk melukai
Siau Ling, sekarang dia baru menyadari bahwa musuh yang
sedang dihadapi tangguh sekali, serangannya segera ditarik
kembali sambil mundur kebelakang, tegurnya dengan suara
dingin,

“Siapa engkau??”
“Aku adalah Siau Ling!”
“Engkau adalah Siau Ling? tanya Kim Hoa Hujin tertegun.
“Benar, apakah hujin tidak percaya?”
Dengan pandangan tajam Kim Hoa hujin menatap tajam
wajah Siau Ling, sesudah mengamatinya beberapa waktu ia
berkata
“Ehmm...! suaranya memang mirip”
“Hujin, rupanya hidupmu kembali makmur dan senang....”
“Aaaai ..! “ Kim Hoa hujin menghela napas panjang, “ mati
karena keinginan hati gampang, mati karena membela
kebenaran susah sekarang cici sudah dapat memahami kata2
tersebut”
“Kematian hanya akan dialami manusia sekali dalam
seumur hidup, dan sedari dahulu orang kuno sudah saling
mengatakan demikian, karena itulah Sau cungcu ini setelah
berpikir dengan seksama, ia beranggapan lebih baik mengalah
daripada mati...”
Tan Hiong Ciang segera mendehem ringan, tcgurnya
“Ehmm...! hubungan kalian berdua sungguh akrab sekali”
“Sedikitpun tidak salah” jawab Siau Ling sambil tertawa
dingin, “sau cungcu tak usah kuatir Kim Hoa hujin tak akan
membocorkan rahasia yang terjadi pada hari ini, bagaimana
kalau kita tetap melasanakan rencana seperti apa yang
disusun semula?”
“Kim Hoa hujin mendapat perintah dari guruku untuk
datang kemari, itu berarti bahwa ia membawa tugas penting,
mungkin sudah terjadi perubahan besar dan guruku telah
meninggatkan kota Tiang sah”

Mendengar perkataan itu, Siau Ling mengerutkan dahinya,
ía berkata,
“Seandainya Shen Bok Hong memang benar2 sudah
tinggalkan kota Tiang sah, itu berarti perjanjian kita semula
juga batal, rasanya akupun tak usah menahan kehidupanmu
lebih jauh dikolong langit ini”
Tan Hiong Ciang tak berani banyak bicara, bibirnya yang
bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu segera tertutup
kembali
“Apa yang diucapkan Tan Hiong Ciang sedikitpun tidak
salah“ sambung Kim Hoa Hujin, “Shen Bok Hong benar-benar
akan meninggalkan kota Tiang sah
“Sudah berangkat ?”
“Ketika aku berangkat kemari dia sih belum berangkat !“
“Apakah cici tahu kemana dia akan pergi ?”
Kim hujin gelengkan kepalanya.
“Aku rasa ia berhasil mendapatkan kabar penting sehingga
secara tiba tiba berubah rencana dan segera tinggalkan kota
Tiang sah”
Siau Ling mengangguk sorot matanya perlahan-lahan
diaLihkan kearah pria she Tan itu dan serunya,
“Tan Hiong Ciang, sekarang katakanlah sendiri hukuman
apa yang sepantasnya dijatuhkan atas dirimu ?”
“Apa yarng kusanggupi semuanya telah kulakukan dengan
sepenuh tenaga, jika tidak berhasil toh bukannya aku yang tak
mau berusaha, tapi karena kekuatankulah yang terbatas
hingga tak bisa berbuat apa apa, Siau tayhiap engkau harus
berpikir secara bijaksana !”
“Jadi kalau begitu apa yang kita bicarakan tadi masih
berlaku?”

“Tentu saja masih berlaku!”
“Baik! kalau memang Shen Bok Hong sudah pergi, akupun
sudah sepantasnya untuk berkunjung beberapa tempat kantor
cabang yang terletak amat rahasia itu, bsgaimana
pendapatmu? bersedia untuk mengantar bukan...?”
“Kenapa Kim Hoa Hujin,” ujarnya lebih jauh
“Apakah beberapa orang pentolan penting dari
perkampungan Pek hoa-san cung telah meninggalkan kota
Tiang sah semua?”
“Tidak” jawab Kim Hoa Hujin sambil menggeleng, “ hanya
Shen Bok Hong seorang yang tinggalkan tempat ini”
Siau Ling segera alihkan pula sorot matanya keatas wajah
Tan Hiong Ciang dan berkata
“Setelah Shen Bok Hong meninggalkan kota Tiang sah,
bukankah engkau dengan kedudukanmu sebagai sau cungcu
dapat memberi perintah kepada semua pihak?!”
Tan Hiong Ciang menggeleng.
“Tidak, dalam mengatur semua masalah suhuku bekerja
secara teliti dan cermat, kalau dihitung maka kawanan jago
dari pe kampungan Pek hoa san cung yang rata2 memiliki ilmu
silat sangat lihay itu adalah angkatan yang lebih tua semua
daripada diriku, kalau suruh mereka semua mendengarkan
perintahku sudah tentu tidak mungkin terjadi”
“Hmn! aku sih tidak bermaksud untuk memerintah mereka,
aku hanya mengharap agar engkau bersedia membawa aku
untuk melihat-lihat penjaggan yang diatur dikota gurumu
Tiang sah ini serta berapa besar kekuatan yang ditinggalkan
disini, selama Shen Bok Hong masih ada dikota Tiang sah
mungkin engkau agak jeri dan segan terhadap dirinya,
sekarang setelah ia pergi, dengan kedudukan sebagai sau
cungcu rasanya kita bisa pergi mengadakan pemeriksaan
secara terang2an bukan?”

Tan Hiong Ciang melirik sekejap kearah Kim Hoa Hujin, lalu
berkata
“Tapi sayang hujin tak bersedia untuk bekerja sama dengan
aku, kalau bisa bekerja sama mungkin tidak susah buat kita
untuk menaklukan Siau Ling”
“Kalau aku bekerja sama dengan dirimu, itu berarti hanya
akan mengantar nyawamu belaka”
“Apa maksud perkataanmu itu?”
“llmu silat yang dimiliki Siau Ling lihay sekali, kita berdua
bukan tandingannya, kalau kita terlalu memaksa dirinya maka
dia pasti akan membinasakan dirimu lebih dahulu”
“Benar juga perkataan dan hujin...”
Sorot matanya segera dialihkan kearah Siau Ling dan
menyambung lebih lanjut
“Siau tayhiap, memang tidak sulit bagiku untuk membawa
engkau berkunjung kemarkas penjagaan yang diatur oleh
guruku, tetapi tindakan kita ini makin rahasia semakin baik,
kalau sampai rahasianya bocor maka bukan saja tidak akan
menguntungkan diriku, bagi Siau tayhiap pun tiadk
mengunungkan”
“Maksud dari perkataan itu sudah jelas sekali, yakni dia
menganjurkan kepada Siau Ling agar membunuh Kim Hoa
hujin untuk melenyapkan saksi.
Sudah tentu Siau Ling dapat memahami perkataanya itu,
namun ia pura2 berlagak bodoh, tanyanya
“Oooh...! jadi maksudmu, engkau hendak suruh aku
membinasakan Kim Hoa Hujin untuk melenyapkan saksi?”
Ucapan yang diutarakan secara blak-blakan dan dan terus
terang ini sama sekali berada diluar dugaan Tan Hiong Ciang,
tanpa terasa berdiri tertegun.

“Aku sih hanya ingin memperingatkan diri Siau tayhiap
belaka “ katanya kemudian, ‘‘Bagaimana cara
penyelesaiannya, itu sih terserah pada keputusan Siau tayhiap
sendiri”
“Aku rasa hal itu tidak perlu!” kata Siau Ling sambil tertawa
ewa.
Tan Hiong Ciang segera berpaling dan memandang sekejap
kearah Kim Hoa hujin, nampak olehnya wajah perempuan itu
seperti sedang tertawa tapi bukan tertawa, sedang dipikirkan
olehnya maka diapun berkata:
“Kalau, memang begitu, mari kita berangkat sekarang
juga!”
“Baik, tetapi sebelum itu aku hendak menerangkan kembali
beberapa persoalan kepadamu”
“Akan kudengarkan dengan baik2!”
“Sesudah Shen Bok Hong berlalu dari kota ini, maka jago2
perkampungan Pek hoa san cung kalian yang mampu
menandingi diriku boleh dibilang jarang sekali aku harap Saucungcu
suka menyayangi jiwamu secara baik-baik, janganlah
berusaha untuk main gila atau tunjukkan hal2 yang lain sebab
setelah kutinjau kekuatan kalian yang benarnya maka aku
akan segera berlalu tanpa mengganggu mereka barang
seujung rambutpun”
“Apabila sebelum kedatangan kita rahasia tersebut sudah
keburu bocor hingga terjadi perubahan diluar dugaan, engkau
jangan menyalahkan diriku lho…!”
“Aku punya mata bisa melihat asal persoalan itu tiada
sangkut pautnya dengan dirimu tentu saja aku tidak akan
menyalahkan engkau”
“Persoalan tak dapat ditunda-tunda lagi bagaimana kalau
sekarang juga kita berangkat?”

“Apakah aku mengenakan pakaian saja?”
Tan Hiong Ciang termenung dan berpikir sebentar
kemudian menjawab,
“Apabila engkau bersedia membuang jenggot palsumu dan
berganti dengan pakaian ringkas lalu membubuhi kembali obat
penyamar diatas wajahmu selama melakukan perjalanan
bersama aku rasa siapaun tak akan menduga akan asal
usulmu yang sebenarnya”
Siau Ling tidak banyak bicara, dia segera melepaskan jubah
panjangnya dan membersihkan wajahnya dari jenggot palsu.
“Aku akan carikan pakaian untukmu!” seru Kim hoa hujin
kemudian, dengan cepat tubuhnya berkelebat keluar dari
ruangan itu.
Memandang bayangan punggung Kim hoa hujin yang
lenyap dari pandangan Tan Hiong Ciang berbisik lirih,
“Siau tayhiap, engkau tidak takut Kim hoa hujin akan
membocorkan rahasiamu?”
Siau Ling tersenyum
“Sekalipun dia membocorkan rahasia ini, belum tentu orang
lain bersedia untuk mempercayai perkataannya”
“Kenapa”
“Pertama orang lain tak akan percaya kalau Sau cungcu
bisa menghianati perkampungan Pek hoa sancung, kedua,
orang lainpun tak akan percaya kalau aku, Siau Ling bersedia
melakukan perjalanan bersama dirimu!”
Sungguh cepat gerak gerik Kim hoa hujin dalam waktu
singkat ia telah kembali sambil membawa seperangkat baju.
Setelah tukar pakaian Siau Ling berkata
“Sau cungcu bagaimana sebutan antara engkau dengan
diriku”

“Engkau sebut aku dengan Tan heng dan aku akan
memanggil engkau sebagai Pak heng!”
“Apakah sau cungcu mempunyai seorang sahabat yang
memakai she Pak”
“Ada dan orang itu jauh ada dilautan timur tidak banyak
yang kenal dengan dirinya”
“Bagaimana dengan mayat dalam ruangan ini?”
“Akan aku suruh mereka membereskan sekarang kita boleh
berlalu dari sini”
Dengan langkah lebar ia bermaksud keluar dari ruangan
tersebut.
Tiba-tiba Siau Ling menggerakan tangan kanannya
mencengkeram bahu Tan Hiong Ciang, ketika tangan kirinya
bergetar maka dua buah jalan darah anehnya sudah kena
ditotok katanya,
“Sekarang kita boleh berangkat!”
“Adik Siau Ling” bisk Kim hoa hujin dengan suara lirih,
“apakah engkau butuhkan perlindungan dariku setiap saat?”
“Tidak perlu!” jawab pemuda itu sambil menggeleng.
Dengan langkah lebar ia segera mengikuti dibelakang Tan
Hiong Ciang berlalu dari situ.
Sesudah keluar dari kebun teh Jit ci teh wan, tiba-tiba Tan
Hiong Ciang bertepuk tangan tiga kali, seorang pria kekar baju
hijau bertopi kecil maju menyongsong sambil memberi
hormat.
“Sau cungcu ada pesan apa?”
“Siapkan dua ekor kuda!”
Orang itu mengiakan, beberapa saat kemudian ia sudah
muncul kembali sambil menuntun dua ekor kuda jempolan.

Tan Hiong Ciang segera menekan pelana kuda, mengepos
tenaga untuk loncat naik, tiba-tiba kedua belah iganya terasa
sakit sekali bagaikan ditusuk oleh pisau tajam, keringat
sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya, hal ini
membuat hatinya jadi terkesiap.
Sekarang ia baru menyadari bahwa Siau Ling benar2
memiliki kemampuan untuk mencari letak jalan darah aneh
hingga membuat orang lain tak dapat menyalurkan tenaga,
iapun tak tahu bagaimana cara untuk membebaskan jalan
darah tersebut, dari situ bisa diketahui bahwa tidak semua
orang bisa menyelamatkan jiwanya.
Sementara itu Siau Ling sudah maju kedepan, dengan
tangan kanannya ia membantu Tan Hiong Ciang naik keats
kuda.
Dua ekor kuda satu didepan yang lain dibelakang bersamasama
berangkat tinggalkan tempat itu.
Sesudah melewati dua buah jalan raya, dari kejauhan
tampaklah Pek li Peng sedang berdiri dibawah wuwunga
rumah dan menengok kesana kemari dengan wajah gelisah.
Ketika itu Siau Ling telah mengganti pakaian dandanan,
tentu saja Pek li Peng tak dapat mengenali dirinya kembali.
Siau Ling melirik sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ia
memberi kode dengan tangan menyapa Pek li Peng.
Ketika melihat kode tersebut Pek li Peng kelihatan agak
tertegun, kemudian ia berjalan hendak menyusul kedepan.
Siau Ling segera memberi tanda lagi kearahnya untuk
mencegah Pek li Peng menyusul kedepan. Sedang kudanya
dilarikan dengan lebih cepat lagi.
Dua ekor kuda itu dengan cepatnya berlarian menuju
kearah barat.

Pek li Peng yang melihat kode rahasia tadi merasa amat
bergirang hati dan segera menyusul kedepan, tetapi setelah
dicegah oleh Siau Ling, terpaksa ia berhenti dan memandang
Siau Ling berdua menjauh dari situ.
Seorang pria memikul sayur berjalan lewat disamping tubuh
gadis tersebut, ketika mereka berpapasan pria itu segera
berbisik,
“Nona Pek li Peng, kita berbicara disana!”
Dengan perasaan apa boleh buat Pek li Peng menghela
napas panjang, dengan mengikuti dibelakang pria itu
berangkatlah gadis tersebut tinggalkan tempat semula.
---ooo0dw0ooo---
Setiba disuatu rumah makan kecil, mereka cari tempat dan
duduk disitu.
Dengan perasaan mendongkol Pek li Peng segera menegur,
“Ada urusan apa engkau suruh aku datang kemari?”
Pria itu tersenyum.
“Masa engkaupun berani bersikap begitu galak terhadap
toakoku?”
Pek li Peng nampak tertegun, kemudian sahutnya,
“Selamanya aku tak pernah bersikap galak terhadap
dirinya”
“Engkau kenal siapakah orang yang menunggang kuda dan
berjalan dipaling depan tadi?” tanya pria itu sambil tertawa
ewa.
“Siapakah dia?”
“Tan Hiong Ciang, murid kepala dari Shen Bok Hong !”

“Aduh celaka toako melakukan perjalanan bersama-sama
dia bukankah itu berarti keadaannya sangat berbahaya? Kita
harus segera melakukan pengejaran”
Tapi pria itu segera gelengkan kepalanya.
“Kalau toako membutuhkan bantuan kita dia sudah pasti
akan memberi tanda, kalau memang tidak memperkenankan
kita ikut serta itu berarti bahwa dia tidak membutuhkan
bantuan kita”
“Aku lihat engkau Tu Kiu masih belum bisa memahami
kecerdikan Sang Pat…”, seru Pek li Peng dengan gusar.
Tu Kiu segera tersenyum, selanya.
“Sedari kapan sih aku yang jadi adik bisa menangkan sang
kakak? Tentu saja aku bukan apa-apa kalau dibandingkan
dengan Sang Pat.”
“Hmm! Engkau tak kenal budi tidak setia kawan engkau
tidak punya perasaan !”
Beberapa patah kata makian itu kedengaran sangat berat
membuat Tu Kiu jadi tertegun, sesaat kemudian dia baru
dapat berkata,
“Semua orang mengatakan aku Leng bin tiat pit pit baja
bermuka dingin tak punya perasaan, itu memang benar aku
tak berperasaan, tapi kalau mengatakan aku tak setia kawan,
aku protes sekeras-kerasnya tuduhan tersebut!”
“Kalau engkau setia kawan dan berperasaan, mengapa
menyaksikan toako sendiri menempuh bahaya dan terancam
oleh maut, engkau malah berpeluk tangan belaka dan tidak
berani untuk memberi pertolongan?”
“Ooooh…! Rupanya engkau maksudkan demikian…” seru
Tu Kiu sambil tersenyum.
Setelah berhenti sebentar, sambungnya,

“Ilmu silat yang dimiliki Siau toako sangat lihay, dia telah
melarang kita untuk pergi kesana, kalau kita bersikeras untuk
membuntutinya, bukan saja tak dapat memberi bantuan
kepadanya malahan kemungkinan besar akan merepotkan
toako sendiri”
Tiba-tiba Pek li Peng bangkit berdiri dan berkata,
“Hmm..! berbicara dengan dirimu tiada pemecahan yang
berhasil diperoleh, kalau engkau tak mau pergi, biarlah aku
pergi seorang diri”
“Tunggu sebentar!”, seru Tu Kiu dengan gelisah, cepat2 ia
menghadang jalan pergi gadis itu.
“Ada apa?” teriak Pek li Peng dengan gusar, “ingin
berkelahi dengan aku?”
“Berkelahi sih tidak berani, cuma ada beberapa kata ingin
kusampaikan kepadamu, bagaimana kalau engkau dengarkan
dahulu sampai selesai kemudian baru pergi?”
“Baiklah! Kalau begitu cepatlah katakan keluar, sebab aku
tidak ada banyak waktu untuk mendengarkan ocehanmu itu!”
“Baik! Singkatnya saja kukatakan, pertama ia tidak
memperkenankan nona pergi, kalau nona bersikeras mengikuti
dirinya maka itu berarti engkau tak bersedia mendengarkan
perkataannya, apakah tindakanmu ini tidak akan
menggusarkan hatinya…”
“Tentang soal ini…..” Pek li Peng tampak tertegun.
“Kedua” sambung Tu Kiu lebih jauh, “andaikata dia
mempunyai rencana bagus, dan oleh karena kedatangan nona
hingga mengalam kegagalan, bagaimanakah pertanggung
jawaban nona?”
Perlahan-lahan Pek li Peng duduk kembali diatas kursi,
katanya,

“Jadi menurut perkataanmu, aku tak boleh mengikuti
dirinya?”
“Tentu saja tidak boleh”
“Sekalipun kita tak boleh ikut, tapi bagaimanapun juga
harus mencari akal untuk segera diam-diam memberi
sambutan kepadanya, hingga bila terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan kita sudah bersiap sedia.”
Melihat sikap gadis tersebut, diam-diam Tu Kiu berpikir
dalam hati kecilnya,
“Dalam hatinya ia terlalu memikirkan tentang keselamatan
toako, bahkan memandang jiwa toako jauh lebih penting
daripada dirinya , aku rasa susah menasehati orang semacam
ini, aku harus berusaha untuk menenteramkan dahulu
kegugupan dan kecemasan hatinya”
Berpikir sampai disitu perlahan-lahan ia berkata,
“Bu Wi tootiang mempunyai banyak akal dan cerdas mari
kita cari dia untuk merundingkan persoalan ini siapa tahu
kalau dia dapat mencarikan akal buat kita?”
“Kalau memang begitu, ayoh kita berangkat sekarang juga
!” kata Pek li Peng sambil bangkit berdiri dan berlalu lebih
dahulu dari ruangan tersebut, ……………………..
Sementara itu Siau Ling dan Tan Hiong Ciang telah
meninggalkan kota Tiang sah.
Ditengah jalan tiba-tiba Tan Hiong Ciang menahan tali les
kudanya untuk melambatkan lari kuda tunggangannya
kemudian berkata,
“Bagaimana kalau kita berkunjung lebih dahulu kekuil Pek
in koan?”
“Tentang soal itu terserah pada sau cungcu sendiri cuma
aku berharap bisa dengan cepat mengunjungi basis utama
kekuatan perkampungan Pek hoa sancung dikota Tiang sah ini

agar sau cungcu pun bisa secepatnya memperoleh
kemerdekaan kembali”
“Baiklah ! kalau begitu kita berangkat secepatnya”
Sambil memutar arah kudanya berangkatlah mereka
menuju kekuil Pek in koan.
Komplek kuil Pek in koan luas sekali banyak sekali para
peziarah yang bersembahyang ditempat itu sepintas
memandang siapapun tak akan menyangka kalau tempat ini
merupakan pusat kegiatan orang-orang dari perkumpulan Pek
hoa sancung.
Diluar kuil Siau Ling dan Tan Hiong Ciang turun dari kuda
dan berjalan masuk kedalam kuil tersebut.
Setelah menembus empat buah halaman rangkap,
sampailah mereka didepan sebuah halaman yang amat sunyi,
sebuah pintu kayu tertutup rapat dan kecuali itu tak nampak
bangunan lain.
Dalam seluruh komplek kuil Pek in koan, halaman itu
letaknya tersendiri dan sama sekali tidak berhubungan
dengan bagian bangunan lainnya.
Setiba didepan pintu, Tan Hiong Ciang mengetuk gelang
tersebut sebanyak sembilan kali.
Siau Ling yang menyaksikan hal itu, diam-diam berpikir,
“Oooh..! rupanya, dalam hal mengetuk pintu pun mereka
mempunyai kode rahasia tertentu.”
Lewat beberapa saat kemudian, dari dalam pintu
berkumandang suara teguran seseorang dengan suara lirih,
“Siapa diluar”
Pintu dibuka dan muncullah seorang pria baju hijau
menghadang didepan pintu.

Ketika orang itu mengetahui bahwa orang yang berada
dihadapannya adalah Tan Hiong Ciang mukanya yang dingin
ketus segera berubah jadi ramah dan penuh senyum dikulum,
“Hamba menjumapi sau cungcu!”
“Tak usah banyak adat, apakah Seng lo enghiong berada
disini!”
“Barusan saja komandan Seng mendapat surat lewat
burung merpati dan sudah berlalu dari sini.”
Tan Hiong Ciang segera melangkah masuk kedalam
halaman, kembali ia bertanya,
“Siapa yang berada disini?”
Buru-buru pria baju hijau itu menutup kembali pintunya
dan membuntuti disamping Tan Hiong Ciang, mendapat
pertanyaan itu dia segera menjawab,
“Wakil komandan Khong Siang!”
“Bagus laporkan kedalam dan katakan kalau aku ada
urusan hendak menghadap dirinya”
Pria baju hijau itu mengiakan buru-buru ia berlalu dari situ.
Tan Hiong Ciang segera memperlambat kakinya dengan
suara rendah bisiknya,
“Terpaksa aku harus mengurangi ruang gerakmu, engkau
hanya boleh memeriksa, melihat dan mendengar, janganlah
berusaha menimbrung atau menyela pembicaraan kami”
“Sau cungcu tak usah kuatir, aku bisa tutup mulut dan
mengurangi pembicaraan yang tak berguna”.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba2
tampaklah pria baju hijau itu dengan membawa seorang pria
setengah baya berusia empat puluh tahunan muncul dari
ujung halaman.

Dalam hati Siau Ling segera berpikir
“Rupanya kedudukan Tan Hiong Ciang dalam
perkampungan Pek hoa Sancung pada saat ini tidak
rendah....”
Sementara ia masih termenung, orang tadi sudah
menghampiri mereka berdua.
Pria itu segera memberi hormat dan berkata
“Khong Siang menjumpai sau-cungcu!”
“Tak usah banyak adat, apakah Seng heng tidak berada
disini?”
“Komandan Seng sudah pergi karena mendapat panggilan
lewat burung merpati, untuk sementara waktu tempat ini
diurus oleh siau te!”
“Ada berapa orang pembantu yang berada disini?”
“Kecuali Komandan Seng, masih ada dua belas orang
banyaknya”
“Apakah mereka berada disini semua?”
“Kecuali Tiau Coan dan Keng Gak yang sedang mendapat
tugas diluar, yang lain semuanya masih berada didalam kuil”
Diam2 Siau Ling mengawasi keadaan disekeliling tempat
itu, dia lihat ditengah halaman yang kecil penuh ditumbuhi
pepohonan yang rindang sehingga membuat pemandangan
indah menawan, kecuali ruang tengah di kedua belah sisinya
terdapat pula serangkaian bilik.
Tampak Khong Siang memberi homrmat dan berkata,
“Sau cungcu, silahkan masuk kedalam ruangan untuk
minum teh!”
Tan Hiong Ciang mengangguk, sambil melangkah masuk
kedalam ruangan tanyanya

“Beberapa waktu belakangan ini apakah dalam kuil Pek-inkoan
terdapat perubahan?”
“Komandan Seng melarang semua anak buahnya untuk
bergerak ditempat luaran, apabila bukan sedang melepaskan
tugas siapa pun dilarang meninggalkan halaman ini barang
selangkahpun, karena itu beradanya kami ditempat ini boleh
dibilang sangat rahasia…”
“Kiranya begitu....” sela Tan Hiong Ciang, setelah berhenti
sebentar sambungnya lagi
“Sudah lamakah komandan Seng pergi memenuhi
undangan?”
“Kurang lebih setengah jam berselang”
Tan Hiong Ciang berpaling memandang sekejap kearah
Siau Ling, kemudian sambil alihkan sorot matanya kearah
Khong Siang dia berkata,
“Secara kebetulan saja aku lewat disini maka sengaja aku
berkunjung untuk menengok keadaan kalian semua, apabila
tak ada urusan lain aku akan mohon diri lebih dahulu”
Khong Siang termenng sebentar, kemudian menjawab
“Persoalan sih ada, cuma mungkin sau cungcu telah
mengetahuinya”
“Persoalan apa?”
“Persoalan mengenai Su-hay Kuncu !”
Tan Hiong Ciang alihkan sorot matanya ketika melihat
sepasang mata Siau Ling sedang menatap kearahnya terpaksa
ia bertanya
“Kenapa dengan Su-hay Kun cu ?”
“Su-hay Kun cu telah mengutus Siau yau cu datang kemari
!”

“Apa yang mereka bicarakan ?”
“Banyak sekali yang mereka bicarakan dengan komandan
Seng dan aku hanya sempat mendengar sedikit saja agaknya
mereka berkata bahwa Siau Ling telah berhasil ditangkap
dalam keadaan hidup”
Mendengar perkataan itu, diam-diam Tan Hiong Ciang
memaki dalam hati kecilnya,
“Ngaco belo tidak karuan Siau Ling berada disisiku
sekarang juga siapa bilang ía sudah kena ditangkap dalam
keadaan hidup-hidup ??”
Dalam hati berpikir demikian diluaran dia bertanya dengan
dingin
“Bisa dipercayakah kabar berita itu ?”
“Bisa dipercaya atau tidak aku tidak berani memastikan ”
“Apakah masih ada persoalan lain??”
“Tidak ada!“ jawab Khong Siang sambil gelengkan
kepalanya.
“Kalau memang begitu, aku akan pergi dahulu !“ ujar Tan
Hiong Ciang sambil bangkit berdiri.
Khong Siang bangkit untuk menghantar, setibanya didepan
pintu halaman Tan Hiong Ciang segera berpaling sambil
berkata,
“Khong heng tak usah menghantar lebih jauh:’
“Sepantasnya aku menghntar sau cungcu lebih jauh, tetapi
Komandan Seng telah memberi peraturan yang ketat, karena
itu terpaksa aku turut perintah”
“Engkau tak usah menghantar lagi.....” sambil putar badan,
dengan langkah lebar orang she Tan itu berlalu dari situ.

Siau Ling mengikuti dibelakangnya, dalam beberapa waktu
kemudian kedua orang itu sudah keluar dari kuil Pek in koan.
Para jemaah yang bersembahyang dalam kuil itu banyak
sekali, manusia berlalu lalang tiada lentinya dengan suara
gaduh siapapun tak akan menduga kalau kuil Pek in koan
dengan jemaah yang begitu banyak, sebenarnya adalah
tempat basis kekuatan dan orang2 perkampungan Pek hoa
san cung.
Setelah keluar dari kuil Pek in koan, Tan Hiong Ciang dan
Siau Ling mendapatkan kuda mereka masih tertambat
ditempat semula.
Siau Ling pun menolong Tan Hiong Ciang naik keatas
pelana kuda, sambil memayang tubuhnya ía berbisik
“Ehmm! kerja samamu benar2 sangat bagus”
“Setelah aku menyanggupi dirimu, tentu saja aku akan
berusaha dengan sepenuh tenaga, cuma akupun
mengharapkan agar engkau juga pegang jauji”
“Tentang soal itu engkau tak perlu kuatir, asal engkau tidak
mempertunjukkan permainan setan, akupun akan tetap
memegang janji
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh
“Sekarang kita akan pergi kemana?”
“Aku akan membawa engkau untuk berkunjung ketempat
tinggal guruku…”
Sambil berkata, ia larikan kudanya menuju kedepan.
Siau Ling segera membuntuti dibelakang pria tadi dan
meneruskan perjalanannya lebih jauh.
Beberapa waktu kemudian mereka sudah menempuh jarak
sejauh dua puluh li lebih, sampailah kedua orang itu didepan
sebuah perkampungan kaum tani.

Dengan seksama Siau Ling mengamati sekeliling tempat
itu, ía lihat perkampungan itu merupakan gabungan dari
rumah2 gubuk yang disekelilingnya dipagari bambu.
Tan Hiong Ciang segera larikan kudanya menuju kepintu
pagar tersebut...
Ketika kuda mereka sudah hampir mendekati
perkampungan itu, tiba2 pintu pagar membuka dengan
sendirinya.
Dalam hati Siau Ling segera berpikir
“Sepintas lalu perkampungan ini nampaknya sama sekali
tidak memperoleh penjagaan, tapi dalam kenyataan
dimanapun ada penjaga yang mengawasi gerak gerik orang...”
Berpikir sampal disitu, ia segera mengempit perut kuda dan
larikan binatang itu masuk kedalam pagar mengikuti
dibelakang Tan Hiong Ciang.
Dua orang pria berpakaian ringkas meloncat diluar dan kiri
kanan dimana masing masing orang segera menahan tali les
kuda tersebut,
Diam-diam Tan Hiong Ciang menggigit bibir sambil turun
dari atas punggung kudanya ía bertanya
“Dimanakah Toa cungcu ?”
Pria baju hijau yang ada disebelah kiri segera memberi
hormat dan menjawab
“Toa cungcu telah tinggalkan tempat ini….”
Sorot matanya yang tajam mengawasi Siau Ling tanpa
berkedip sikapnya penuh rasa curiga.
Tan Hiong Cing segera mendehem ringan dan berkata,
“Saudara Pak ini ada urusan hendak menghadap toa
cungcu !”

Dua orang pria berpikaian ringkas itu segera mengangguk
dengan menunggang kedua ekor kuda itu mereka masuk
kedalam sebuah rumah gubuk.
“Pak heng” bisik Tan Hiong Ciang kemudian dengan suara
lirih “ harap engkau suka mengikuti dibelakang, tempat ini
mempunyai penjagaan yang ketat sekali, salah satu langkah
saja kemungkinan besar jiwamu akan terancam maya bahaya”
“Terima kasih atas perhatian dari Tan heng!”
Diam-diam awasi sekeliling tempat itu, tampaklah suasana
ditempat penjuru sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suarapun, juga tak nampak sesosok bayangan manusiapun,
hanya hembusan angin yang menyibakkan daun dan ranting
saja yang memperdengarkan desiran lirih:
Dengan langkah lebar Tan Hiong Ciang berjalan menuju
kerumah gubuk yang berada ditengah.
Siau Ling mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang dan
mengejar masuk kedalam ruangan.
Bayangan manusia berkelebat lewat, empat orang pria
berpakaian ringkas munculkan diri dari balik ruangan dan
menghadang jalan pergi kedua orang itu, sambil memberi
hormat mereka menyapa,
“Sau cungcu...!”
“Sudah berapa lama toa cungcu pergi dari sini?”
“Sudah pergi kurang lebih satu jam lamanya” jawab pria
yang ada diujung kiri.
Meskipun keempat orang itu bersikap sangat menghormat
terhadap Tan Hiong Ciang tetapi tak seorangpun diantara
mereka yang menyingkir untuk memberi jalan.
“Sekarang siapa yang bertanggung jawab ditempat ini ?”
“Ji cungcu!”

“Aku mau masuk kedalam apakah kedatanganku juga perlu
dilaporkan lebih dahulu?”
“Sau cungcu sendiri tentu saja tak usah, tapi saudara ini
….”
“Pak heng ini adalah sahabat karibku”, tukas Tan Hiong
Ciang dengan cepat.
“Ia datang bersama-sama sau cungcu sebenarnya tidak
pantas kalau kuhalangi jalan perginya tapi apa boleh buat ?
peraturan yang ditetapkan cungcu ketat sekali dan harus
dipegang teguh harap sau cungcu berserdia memberi maaf”
Tan Hiong Ciang tertawa dingin.
“Baik cepatlah kalian masuk kedalam untuk memberi
laporan”
Pria yang ada disebelah kiri itu segera memberi hormat dan
berlalu dari situ.
Sedangkan tiga orang pria lainya masih tetap menghalangi
jalan pergi kedua orang itu
Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu, segera berpikir
dalam hati kecilnya,
“Peraturan yang ditelapkan Shen Bok Hong benar2 ketat
sekali, sampai2 anak murid sendiripun harus menuruti
peraturan!”
Beberapa saat kemudian, pria tadi telah muncul kembali
sambil berkata
“Ji cungcu mempersilahkan kalian berdua untuk masuk
kedalam”
Sambil berkata, keempat orang itu bersama2 menyingkir
kesamping dan menyelinap kebelakang pintu.
Siau Ling segera mengikuti dibelakang Tan Hiong Ciang
berjalan masuk kedalam ruangan.

---oo0dw0oo---
Jilid: 21
SESUDAH melewati gubuk tadi, dibelakang adalah sebuah
jalan kecil yang beralaskan pasir putih.
Dengan pandangan mata yang tajam Siau Ling mengawasi
keadaan disekitar tempat itu, terlihat olehnya dikedua belah
sisi jalan beralas pasir putih itu merupakan sebuah pagar
bambu yang tingginya mencapai satu tombak, setiap satu
tombak berdirilah seorang pria berpakaian ringkas menjaga
keamanan.
Panjang jalan kecil itu delapan tombak, pada ujung jalan
merupakan sebuah rumah gubuk yang besar sekali.
Empat orang pria bersenjata lengkap berdiri didepan pintu.
Rupanya keempat orang pria bersenjata itu mengenal diri
Tan Hiong Ciang, mereka segera memberi hormat sambil
berkata "Menemui saucungcu"
Meskipun mereka berempat bersikap amat menghormat
terhadap saucungcu nya ini, tetapi seperti halnya dengan
empat orang pria pertama tadi, tak seorangpun diantara
mereka yang menyingkir dari tengah jalan.
"Harap kalian suka memberi laporan kepada Ji-cungcu,
katakanlah aku datang berkunjung " ujar Tan Hiong Ciang
kembali.
Sebelum pria itu sempat menjawab, Ciu Cau Liong sudah
munculkan diri sambil menyapa :
"Hian tit..."
Tiba tiba sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling
sambil bertanya :
"Siapa orang itu??"

"Dia she Pek, seorang sahabat karib siau-tit!"
"Silahkan duduk diluar saja! tempat ini tidak sesuai untuk
menerima tamu" jawab Ciu Cau Liong kemudian dengan wajah
serius.
"Ia datang bersama Sau-tit, karena ada urusan hendak
menjumpai toa cungcu"
"Tapi suhumu telah berangkat tinggalkan tempat ini!”
Tan Hiong Ciang melirik sekejap kearah Siau Ling,
kemudian dengan suara rendah bisiknya kepada Ciu Cau
Liong:
“Paman Ciu, kedatangannya kemari adalah untuk
mengunjungi guruku, rasanya kita tak enak untuk menyia
nyiakan harapan hatinya . . “
Ciu Cau Liong termenung dan berpikir sebentar, kemudian
jawabnya:
“Baiklah ! suruh dia masuk kedalam tetapi dilarang
menengok kekiri ataupun kekanan juga dilarang banyak
bertanya !"
Tan Hong Ciang segera berpaling kearah Siau Ling dan
berkata :
“Inilah peraturan dari perkampungan kami terpaksa Pek
heng harus turut peraturan itu "
Siau Ling kuatir Ciu Cau Liong mengenali suaranya ia tak
berani menjawab dan terpaksa hanya mengangguk belaka.
Ciu Cau Liong segera membentak lirih :”Kalian boleh
menyingkir!"
Keempat orang pria bersenjata itu mengiakan dan
bersama-sama menyingkir kesamping.
“Siau-te akan membawakan jalan bagi Pek heng !" ujar
Tan Hiong Ciang sambil berpaling dan memandang

sekejap kearah Siau Ling, kemudian ia berjalan lebih dahulu
kedalam.
Siau Ling tetap tidak membuka suara, dengan mulut
membungkam pemuda itu membuntuti dibelakang pria
tersebut.
Ciu Cau Liong berdiri disamping pintu, setelah melihat
kedua orang itu masuk kedalam ruangan, ia segera menutup
pintu rapat2, kemudian secara tiba2 tangannya berkelebat
mencengkeram urat nadi pada tangan kiri Pemuda she-Siau.
Kendatipun Siau Ling secara diam2 sudah bikin persiapan,
namun dia membiarkan tangannya dicengkeram orang.
Ketika mendengar suara berisik, Tan Hiong Ciang berhenti
dan segera berpaling kebelakang, memasang matanya dengan
tajam mengawasi perubanan wajah Siau Ling.
Tampak olehnya air muka sianak muda itu masih tetap
tenang dan sedikitpun tidak nampak kaget atau gugup,
rupanya ia sudah mempunyai keyakinan dalam hatinya.
Setelah melihat hal itu, ia baru berpaling kearah Ciu Cau
Liong sambil menegur :
“Paman Ciu sebenarnya apa maksudmu?"
“Heehhh.....heehhh.....heehhh hian-tit sahabatmu ini
sangat mencurigakan hatiku” kata Ciu Cau Liong sambil
tertawa dingin.
Tan Hiong Ciang tertawa ewa.
“Selamanya dia memang tidak suka bicara tetapi itu bukan
berarti mulutnya bisu "
“Bagaimanapun juga sudah sepantasnya kalau dia
mengucapkan beberapa patah kata agar aku bisa mendengar
suaranya "

Dengan suara yang parau dan kasar Siau Ling segera
berseru :
“Ji cungcu, beginikah caramu untuk menyambut
kedatangan seorang tetamu ?"
Perlahan-lahan Ciu Cau Liong melepaskan cengkeramannya
pada nadi Siau Ling sambil tersenyum ujarnya :
“Maafkanlah daku !"
Dengan melewati didepan Tan Hiong Ciang ia berjalan lebih
dahulu masuk kedalam ruangan.
“Syukur lolos...” bisik Siau Ling dalam hati, ia segera
menyusul dipaling belakang.
Ciu Cau Liong membawa kedua orang itu menuju kedalam
sebuah ruangan besar.
Ruangan itu sangat gelap dan tertutup rapat, sebagai
penerangan hanya disulut dua batang lilin.
Kursi diatur disekeliling ruangan, ketika itu sudah ada enam
orang yang hadir disitu,
Ciu Cau Long segera ambil tempat duduk dikursi utama,
kepada Tan Hiong Ciang bisiknya :
"Duduklah disini, kami sedang merundingkan suatu
masalah yang amat penting sekali"
Tan Hiong Ciang segera duduk disebuah kursi kosong
didekatnya, dan Siau Ling menempati disamping orang itu.
Setelah duduk, sorot matanya yang tajam secara diam2
baru mengawasi sekejap wajah orang yang hadir dalam
ruangan itu.
Terlihatlah diantara keenam orang itu terdapat seorang
kakek gemuk pendek yang memakai baju biru, wajahnya mirip
dengan Seng sam-koay.

Disampinnya adalah seorang nenek tua, dia bukan lain
adalah Tong Lo-thay thay dari propinsi Suchuan.
Empat orang yang lainnya adalah pria2 berbaju merah.
Pakaian yang dikenakan keempat orang itu sama semua,
paras muka mereka pun sama, pucat pias bagaikan mayat dan
sama sekali tidak ada perasaan sedikitpun.
Sesudah mengamati keempat orang pria baju merah itu
beberapa saat lamanya, mendadak satu ingatan berkelebat
dalam benak Siau Ling, secara tiba2saja ia teringat akan
kedelapan orang bayangan darah dari Shen Bok Hong, segera
pikirnya :
"Kalau ditinjau tampang dari keempat orang ini, rupanya
mereka adalah orang2 dari delapan bayangan darah ciptaan
gembong iblis tersebut, masa Ciu Cau Liong punya
kemampuan untuk memberi petunjuk dan perintah kepada
empat orang ini..."
Sementara dia masih berpikir, terdengar Ciu Cau Liong
telah berkata :
"Apa yang diucapkan Seng-heng tadi, apakah tak bakal
salah lagi?"
"Tak bakal salah" jawab Seng sam koay, "aku telah menulis
surat kepada Shen toa-cungcu dan menuturkan pula semua
kejadian dengan se-jelas2nya"
"Berhubung ada sesuatu urusan penting Toa cungcu harus
segera tinggalkan tempat ini, sebelum berangkat ia telah
berpesan kepadaku agar membicarakan persoalan ini secara
seksama dengan diri Seng-heng..."
"Setelah aku mengadakan pembicaraan dengan Siau-yau
cu, seketika itu juga kutulis sepucuk surat rahasia dengan
memerintahkan Tiau Coan Kong Gak untuk menyampaikan
kepada sau-cungcu agar diserahkan kepada Shen Toa
cungcu,siapa tahu baru saja kedua orang itu kuutus, surat

panggilan dari Shen toa-cungcu telah kuterima, terpaksa aku
berangkat kemari dengan ter buru2..."
"Setelah toa-cungcu melepaskan merpati untuk
mengundang kedatangan Seng heng, tiba2 ia mendapat
panggilan dari seorang sahabat karibnya yang sudah puluhan
tahun lamanya tak pernah bertemu, karena itu buru2 ia
berangkat, toa cungcu telah berpesan kepadaku agar
merundingkan persoalan ini dengan Seng-heng secara baik2"
“Ketika Siau yau cu membicarakan persoalan itu dengan
diriku, sikapnya amat jujur dan bersungguh sungguh,
keadaannya yang terdesak memaksa dia mau tak mau harus
bekerja sama dengan pihak kita..."
“Baik kecerdasan maupun ilmu silat yang dimiliki toa
cungcu benar benar luar biasa dan sukar ditemui dikolong
langit dalam seratus tahun terakhir ini, ada dia disini maka
urusan yang bagaimana besarpun dalam waktu singkat bisa
diputuskan, lain halnya dengan diriku, aku harus peras otak
setengah mati lebih dahulu untuk memikirkan persoalan itu,
kemudian setelah yakin tak akan gagal baru berani
diputuskan"
"Sebelum toa cungcu berlalu, apa yang dipesankan? "tanya
Seng Sam koay lagi.
“Karena peristiwa itu terjadi sangat mendadak dan lagi
sangat terburu maka dia hanya berpesan sepatah kata saja.”
“Apa pesan toa cungcu?”
“Dia bilang, persoalan mengenai masalah yang dibicarakan
mengenai Seng heng dengan Siau yau cu hendaknya
dirundingkan kembali antara aku dengan Seng heng sebelum
dilaksanakan.
“Itu berarti dia telah memberikan hak penuh kepada Jicungcu
untuk menyelesaikan persoalan ini ?"

“Berarti juga dibalik persoalan ini masih ada bagian yang
perlu dirundingkan lebih jauh atau dengan perkataan lain kita
tak boleh bertindak secara gegabah... .,"
“Lalu Ji cungcu bersiap sedia hendak menyelesiakan
persoalan ini secara bagaimana?"
Ciu Cau Liong tersenyum.
“Kesempatan untuk menjadi nelayan yang beruntung masih
belum tiba menurut pendapatku lebih baik semua rencana
dilaksanakan menurut maksud hati Seng heng hanya ada satu
hal harus kita rubah lebih dahulu "
“Bagian yang mana ?"
“Persoalan tentang tindakan kita menghantam mereka
secara diam diam lebih baik untuk sementara waktu ditunda
lebih dahulu daripada rahasia ini sampai diketahui mereka
hingga mengakibatkan perpecahan yang tidak diinginkan
selama Toacungcu ada disini tentu saja kita tak usah takuti
mereka, tapi dalam keadaan demikian mungkin kita masih
belum mampu untuk menghadapi mereka"
"Aku setuju sekali dengan pendapat dari Ji- cungcu!"
"Bagus sekali, persoalan lain kita laksanakan menurut
rencana semula..."
"Biarkan saja mereka bertempur sengit lebih dahulu dengan
pihak partai Bu-tong sesuai dengan rencana yang diatur Toa
cungcu, cuma setelah ji-cungcu merubah rencana, entah
bagian rencana ini perlu diperbaiki lagi atau tidak?"
Ciu Cau Liong termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, setelah itu dia menjawab :
"Untuk mendapat kepercayaan dari Siau-yau cu, menurut
pendapatku lebih baik Seng-heng memimpin sebagian jago
kita untuk memberikan bantuan kepadanya, cuma kalian baru
boleh turun tangan andaikata pertarungan mereka sudah

mencapai puncak kritis, selama toa cungcu tidak berada disini,
aku tidak mengharapkan ada kekuatan dari pihak kita yang
menderita luka ataupun cedera"
"Susunan rencana dari Ji cungcu sempurna sekali, aku
merasa amat kagum..." puji Seng Sam-koay.
Sorot matanya dialihkan kearah Tan-Hiong Ciang dan
menambahkan :
“Mengenai persoalan ini apakah sau cung cu ada pendapat
lain?"
Tan Hiong Ciang segera bangkit berdiri dan menjawab:
“Kalau memang suhu ada pesan dan paman Ciu telah
menyusun rencana sebaik baiknya aku bersedia untuk maju
kegaris depan"
Mendengar perkataan itu Seng Sam koay segera tertawa,
“Dalam persoalan semacam ini, aku tak berani merepotkan
diri sau-cungcu ...... " serunya.
Tiba tiba terdengar suara yang berat dan dalam
berkumandang datang : “Lapor Ji cungcu !"
“Ada urusan apa?”
“Kim Hoa Hujin mohon bertemu !" Air muka Tan Hiong
Ciang berubah hebat segera serunya :
“Ji-cungcu sedang repot dan banyak urusan sekarang tak
ada waktu untuk bertemu besok saja suruh dia datang lagi "
“Hamba telah menolak kedatangannya tapi ia berkata
bahwa kedatangannya membawa berita rahasia yang amat
besar katanya bagaimanapun juga dia harus bertemu dengan
ji-cungcu !"
Tan Hiong Ciang yang ketakutan jadi gusar, bentaknya:

..Kurang ajar, Kim Hoa hujin berani main paksa?
dianggapnya peraturan dari perkampungan Pek hoa san cung
sama sekali tidak berlaku baginya..."
“ Dia adalah tamu terhormat dalam perkampungan kita
"sela Ciu Cau Liong dari samping, keadaannya tentu seja jauh
berbeda untung masalah besar yang kita bicarakan telah
selesai, suruh saja dia masuk kedalam.”
Melihat Ciu Cau Liong sudah menyetujui walaupun dalam
hati Tan Hiong Ciang merasa tidak tenteram tapi diapun tidak
berani banyak bicara lagi.
“Persilahkan dia masuk kedalam”, seru Ciu Cau Liong
kemudian dengan suara lantang.
Orang itu mengiakan dan segera berlalu.
Beberapa saat kemudian Kim Hoa Hujin dengan wajah
penuh senyuman berjalan masuk kedalam ruangan.
Dengan biji mata yang jeli dia menyapu sekejap seluruh
ruangan tersebut kemudian sambil tertawa serunya:
“Ciu Ji-cungcu aku lihat lagakmu jauh lebih besar dari pada
Shen toa cungcu sendiri.”
Rupanya Ciu Cau Liong Segan untuk menghadapi
perempuan yang penuh dengan mahkluk beracun serta
berkepandaian tinggi itu dia tertawa ewa dan menjawab:
“Hujin suka amat bergurau!"
“Apa yang kukatakan adalah kata2 yang sesungguhnya''
kata Kim Hoa hujin dengan nada dingin, “jika Shen toa cungcu
berada disim, kalau aku hendak menjumpai dirinya maka hal
itu bisa kulakukan deagan gampang sekali, tetapi sekarang
untuk menjumpai engkau Ciu Ji cungcu saja harus memakai
tunggu diluar pintu dan memberi laporan lebih dahulu..Hmm!”
Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Tan Hiong
Ciang, sambil ulapkan tangannya ia menyapa:

“Sau cungcu, baik baikkah engkau? sudah lama kita tak
pernah berjumpa muka.”
Tan Hiong Ciang kuatir sekali kalau dia mengungkap
tentang persoalannya dengan Siau Ling namun dalam
kenyataan ternyata Kim Hoa Hujin sama sekali tidak menyinggung
barang sepatah katapun hal itu membuat hatinya jadi
lega sambil tersenyum sahutnya :
"Hujin baik2kan engkau!"
"Hujin, ada laporan rahasia apa yang hendak kau
sampaikan? sekarang juga engkau boleh katakan "ujar Ciu
Cau Liong kemudian.
Kim Hoa Hujin mendehem ringan, lalu menjawab:
"Hmm! kalau aku tidak mengatakan ada urusan penting
yang hendak disampaikan mungkin Ji cungcu tidak akan
menemui diriku"
"Hujin terlalu serius memandang persoalan ini "seru Ciu
Cau Liong sambil tersenyum.
Tiba2 Seng Sam Koay bangkit berdiri dan memberi hormat
kepada Ciu Cau Liong, katanya:
“Hamba akan berangkat selangkah lebih duluan"
“Seng heng silahkan berangkat lebih dahulu!
“Maaf! “, dengan langkah lebar Seng Sam Koay segera
berjalan menuju keluar.
Kim Hoa Hujin tepat berdiri didapan pintu dan menghadang
jalan pergi Seng Sam Koay ketika melihat orang itu berjalan
mendekat ternyata perempuan yang berasal dari wilayah Biau
ini sama sekali tidak berkutik dari tempat semula.
Seng Sam koay dibuat apa boleh buat, terpaksa dia
menjura sambil memohon.

“Hujin, bersediakah engkau menyingkir ke samping dan
memberi jalan kepadaku?''
Kim Hoa hujin tidak menyingkir, sebaliknya berkata dengan
suara berbisik.
“Aku melihat sekawanan hweesio sudah tiba dikota Tiang
sah!''
“Hweesio apa? "
“Hweesio yaa hweesio, darimana aku bisa tahu hweesio
apaan mereka itu...?”
“Berapa banyak rombongan padri itu?” tanya Ciu Cau
Liong.
“Lima orang, dua orang sudah tua dan tiga orang masih
muda.” perempuan itu tersenyum sambungnya kembali:
“Cuma yaag mudapun sudah berumur antara empat sampai
lima puluh tahunan!”
“Berapa usia yang tua?”
“Dua orang hwesio itu paling sedikitpun telah berusia tujuh
delapan puluh tahunan.”
“Apakah mereka adalah para padri dari gereja Siau lim si??
diatas wajah mereka toh tak ada tulisan dan akupun tidak
bertanya kepada mereka darimana aku bisa tahu kalau dia
berasal dari gereja Siau-lim-si atau bukan?"
Ciu Cau Liong tertawa getir, "Hujin suka amat bergurau..."
Dia mendehem ringan, lalu menyambung lebih jauh :
"Apakah mereka pandai bersilat atau tidak, aku rasa hujin
pasti dapat mengetahui bukan?"
"Menurut pengamatanku, mereka semua adalah jago2
kelas satu didalam dunia persilatan"

"Waah...! kalau begitu mereka pastilah jago2 lihay dari
gereja Siau-lim si" bisik Seng Sam Koay.
“Ji cungcu, aku rasa kabar berita ini pasti sudah engkau
ketahui bukan..."
"Tidak tahu, setelah mendengar perkataan dari hujin, aku
baru mengetahui akan berita ini"
"Sungguh aneh!" seru Kim Hoa Hujin dengan cepat, "
bukankah pihak Perkampungan Pek-hoa san cung kita telah
menyebar begitu banyak mata2 dalam kota Tiang-sah, kenapa
persoalan besar ini tidak mereka laporkan kemari?''
"Mungkin saja pemberitaan mereka datangnya terlambat
dan tak bisa memadahi kecepatan gerak hujin!"
Siau Ling yang mengikuti kejadian itu, dalam hati diam2
berpikir:
"Kim Hoa hujin amat gemar menggoda dan
mempermainkan orang, apalagi saat ini Shen Bok Hong tidak
berada disini, Ciu Cau Liong semakin pusing menghadapi
dirinya, entah pemberitaannya itu benar atau tidak?"
Sementara itu terdengar Kim Hoa Hujin berkata kembali
setelah hening sejenak :
"Setelah kutemui jejak hweesio gundul itu, aku berkeliling
pula mengitari kota Tiang-sah lebih dahulu sebelum datang
kemari, kalau mereka akan memberi laporan semestinya
sudah datang kemari, aku pikir mereka pasti tidak
melihatnya!"
"Aaah! tidak mungkin?"
Kim Hoa Hujin tertawa ewa.
"Baiklah! kalau begitu silahkan Ji cungcu menunggu
datangnya laporan dari mereka saja, aku tak akan bicara lagi!"
Habis berkata, tiba2 dia putar badan dan berjalan keluar.

Ciu Cau Liong jadi amat terperanjat, buru buru serunya:
Kim Hoa Hujin berhenti, sambil berpaling ia tertawa dan
berkata :
"Ada urusan apasih Ji cungcu?"
Perempuan itu menganggap suatu masalah yang besar dan
penting bagaikan gurauan yang diucapkan dalam suasana
santai, hal ini membuat Ciu Cau Liong jadi mendongkol dan
tak tahu bagaimana harus menghadapinya.
Meskipun dalam hati merasa gusar dan marah, tetapi
diluaran Ji cungcu dari perkampungan Pek-hoa san cung itu
pura2 tertawa tanyanya dengan halus:
"Apakah hujin melihat kearah mana beberapa orang
hweesio itu pergi...?"
“Aku cuma melihat mereka masuk kedalam kota Tiang sah,
kemudian kearah mana mereka pergi aku sama sekali tidak
tahu.”
Seng Sam Koay mendengus dingin :
"Hmm! kalau memang hujin sudah mengetahui bahwa
rombongan mereka merupakan jagoan kelas Satu dalam dunia
persilatan kenapa tidak kau lakukan pengintaian lebih jauh?
"serunya dengan nada kurang senang hati.
“Aku disuruh mengintai hweesio2 gundul itu? Hmm!
pertama, mata2 perkampungan Pek hoa san cung yang
disebar diseluruh kota Tiang sah untuk menyadap berita sudah
amat banyak sekali, dan kedua aku adalah seorang wanita,
masa kalian suruh aku mengintili terus beberapa orang padri
gundul itu?”
Seng Sam Koay segera miringkan tubuhnya dan berkata
lagi:
“Jikalau apa yang diucapkan Kim Hoa Hu jin tidak salah,
maka delapan bagian orang2 itu pastilah para hweesio diri

gereja siau-lim si, aku tak bisa berdiam terlalu lama lagi disini,
semoga Ji cungcu dapat tegera mengirim orang untuk
menyelidiki persoalan ini “
“Seng heng tak usah menguatirkan persoalan ini, silahkan
saja menyelesaikan tugasmu sendiri.”
Dengan cepat Seng Sam Koay berkelebat lewat dari sisi
badan Kim Hoa Hujin dan berlalu dari situ.
Sepeninggalnya jago yang gemuk dan pendek itu, Ciu Cau
Liong segera alihkan sinar matanya keatas wajah Tan Hiong
Ciang dan berkata :
"Didalam masalah ini. terpaksa aku harus merepotkan hiantit
untuk melakukan penyelidikan"
"Siau tit terima perintah!''
Ia bangkit berdiri dan menyapa Siau Ling:
"Pek heng, ayo ikut aku!"
Siau Ling segera bangkit berdiri, dan mengikuti dibelakang
Tan Hiong Ciang berlalu dari situ.
Diluar dugaan semua orang, ternyata kali ini secara
otomatis Kim Hoa Hujin menyingkir sendiri kesamping.
Setelah mengajak Siau Ling tinggalkan gubuk tadi,
sepanjang jalan Tan Hiong Ciang melakukan perjalanan
cepat,setelah berada didalam sebuah hutan lebat kurang lebih
lima li dari tempat semula, dia baru berkata :
"Siau-heng aku telah pegang janji secara baik2!"
"Karena itu akupun akan pegang janji pula terhadap dirimu
" sambung pemuda Siau Ling dengan cepat.
Tangannya bergerak kesana kemari, dan didalam waktu
singkat beberapa buah jalan darah Tan Hiong Ciang sudah
dibebaskan, Tan Hiong Ciang lalu berkata :

"Selama hidup baru kali ini aku mendapat tekanan diri
orang sehingga gerak gerikku sama sekali tidak bebas"
"Setelah ada yaag pertama maka yang kedua pasti akan
menyusul, aku harap gerak gerik sau-cungcu dikota Tiang-sah
bisa jauh lebih ber-hati2 lagi, sehingga jangan sampai
dikemudian hari kita saling berjumpa muka kembali"
"Terima kasih atas perhatianmu, lain kali aku pasti akan
bertindak jauh lebih berhati2"
Habis berkata ia putar badan lari keluar dari hutan itu,
dalam waktu singkat badannya sudah lenyap dari pandangan.
Siau Ling tahu dalam keadaan mendongkol dan dendam
akibat mendapat perlakuan secara demikian darinya,
kepergian Tan Hiong Ciang kali ini pasti akan mengundang
jago Jagonya untuk membalas dendam, maka buru2 sianak
muda itu berlalu dari hutan kayu tadi dan kembali kekota
Tiang -sah.
Setelah masuk kedalam kota, pemuda itu langsung lari
kembali kekebun teh Jit-ci-teh wan, sementara waktu
menginjak senja hari.
Ditempat itu ia temukan Pek-li Peng masih berada disekitar
sana sambil mengawasi setiap orang yang berlalu lalang.
Rupanya Pek-li Peng setelah berjumpa dengan Bu Wi
Tootiang, iapun dicegah oleh imam tua dari Bu tong Pay itu
agar jangan bertindak gegabah.
Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa seorang diri Pek li
Peng kembali lagi kedepan kebun teh Jit ci teh wan untuk
menantikan kedatangan Siau Ling.
Kali ini Bu Wi Tootiang maupun Tu Kiu tak dapat
menghalangi niatnya lagi, terpaksa secara diam2 mereka
melindungi keselamatan gadis tersebut.

Dan Siau Ling sendiri rupanya sudah menduga sampai
kesitu, masa sekembalinya dikota Tiang sah dia langsung
menuju kekebun teh Jit ci teh wan, ternyata dugaannya tidak
meleset dan Pek li Peng benar2 berada disitu.
Dihampirinya gadis itu, kemudian sapanya dengan suara
lirih : "Peng ji!!”
Mendengar suara panggilan dari Siau Ling, gadis Pek-li
Peng sangat kegirangan, ia putar badan menubruk kedalam
pelukan pemuda itu.
Dengan sebat Siau Ling menghindar kesamping, kemudian
sambil mencekal pergelangan tangannya ia melanjutkan :
"Tenangkan sedikit hatimu, cepatlah bawa aku menghadapi
Bu Wi tootiang....!..”
Pek-li Peng mengangguk, sambil menggandeng tangan
pemuda itu berangkatlah mereka berlalu dari sana.
Sambil berjalan, dengan halus gadis itu berkata :
"Ketika melihat kedatangan toako tadi, aku agak kurang
bisa menguasahi diri, toako tidak marah bukan dengan
sikapku barusan?"
Siau Ling tersenyum.
"Kita tak boleh bertindak ceroboh, sebab disekitar kota ini
penuh tersebar mata2 dari pihak perkampungan Pek-hoa-sancung!"
Pek-li Peng mengangguk, sesudah memandang sekejap
sekeliling tempat itu katanya :
"Aku akan berjalan didepan sambil mengawasi kedua belah
samping, sedang toako perhatikan belakang, jangan sampai
jejak kita diikuti oring"
“Bagus sekali! secara tiba2 engkau telah berubah jadi
begitu seksama dan ber-hati2..”

"Tadikan aku terlalu gembira..,"
Tiba2 pipinya jadi merah dan panas, kata selanjutnya tak
bisa dilanjutkan dan cepat2 dia meneruskan perjalanannya.
Ditengah lapat2nya cuaca karena malam telah menjelang
datang, kedua orang itu menembusi beberapa buah jalan pasir
dan masuk kedalam sebuah lorong kecil yang sunyi dan
terpencil letaknya.
Ketika tiba didepan sebuah pintu berwarna putih, Pek-li
Peng berhenti dan per-lahan2 mengetuk pintu.
Siau Ling segera angkat kepalanya memandang kearah
dalam, ia lihat dibalik pintu penuh dengan tiang2 kayu yang
tingginya mencapai tiga tombak, kain berkoli panjang
tergantung disana sini, rupanya tempat itu adalah tempat
pencuci pakaian.
Dari balik pintu tidak kedengaran suara orang menegur,
tapi pintu tadi perlahan lahan terbuka.
Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan muncul
didepan pintu.
Rupanya dia sudah kenal dengan Pek-li Peng, setelah
mengamati sebentar kedua orang itu, ia menyingkir
kesamping dan memberi jalan.
Pek li Peng dengan mengajak Siau Ling segera masuk
keruang tengah dan kemudian berputar menuju keruang
samping dibagian dalam.
Cahaya lampu menerangi seluruh ruangan seorang kakek
tua berjubah hijau bertopi bulu dan seorang pria berpakaian
compang camping segera bangkit berdiri menyambut
kedatangan mereka.
Kakek berjubah hijau itu memberi hormat dan menegur:
"Yang datang apakah Siau tayhiap?"

“Benar, aku adalah Siau Ling, dan siapakah engkau? '
Kakek berjubah hijau itu tertawa!
"Pinto adalah Bu wi, dan dia adalah adik mu Tu Kiu!"
Siau Ling segera mengamati kedua orang itu beberapa saat
lamanya, kemudian baru berseru :
"Ilmu penyaru yang kalian berdua memiliki sungguh hebat,
sampai2 aku tak dapat mengenali dirimu kembali"
"Orang2 dari perkumpulan Pek-hoa-San-cung rata2 lihay
dan ahli dalam ilmu menyaru sehingga membuat orang sama
sekali tidak menduga, untuk menghadapi musuh yang
demikian tangguh, terpaksa kita harus menggunakan pula
cara begini"
Sementara itu Tu Kiu sudah memberi hormat sambil
berkata :
"Menjumpai toa ko!"
Siau Ling balas memberi hormat dan berkata Sambil
tertawa :
"Tak usah banyak adat, mari kita berbicara sambil duduk,
aku masih ada urusan penting yang hendak dilaporkan kepada
tootiang!"
Ketiga orang itu segera mengambil tempat duduknya
masing2, sedang Pek li Peng duduk disampiug Siau Ling
dengan wajah penuh senyuman, ia nampak begitu penurut,
halus dan lembut.
Bu Wi Tootiang yang menyaksikan sikapnya itu, dalam hati
kecilnya segera berpikir:
"Tadi ia selalu ribut dan tak bisa tenang sehingga susah
dihadapi, sungguh tak nyana setelah berjumpa dengan Siau
Ling, ternyata berubah jadi lembut dan penurut!"
Siau Ling mendehem ringan, kemudian katanya:

"Baru saja aku berkunjung kemarkas besar dari
perkampungin Pek hoa san cung dikota Tiang sah,, dewasa ini
Shen Bok Hong telah meninggalkan kota Tiang sah dan Ciu
Cau Liong yang mewakili dirinya dalam mengatasi masalah
ditempat ini, Siau yau cu telah mengirim jago lihaynya.!."
Bagaikan air bah yang menjebolkan tanggul, perkataan
demi perkataan terlontar keluar dengan lancarnya sehingga
membuat Bu wi Tootiang serta Tu Kiu yang mendengar jadi
terbelalak matanya dan mulut melongo.
Mungkin Siau Ling merasakan juga bahwa perkataan yang
diucapkan keluar terlalu cepat, buru2 serunya kemudian.
"Mungkin perkataanku barusan telah membingungkan
kalian berdua? baiklah, akan kututurkan secara perlahan
lahan"
Maka diapun segera menceritakan semua pengalaman yang
baru saja dialaminya beberapa saat berselang.
Mendengar peraturan itu, Bu Wi Tootiang mengerutkan
dahinya rapat2 dan berkata :
"Siau yau cu bisa bekerja sama dengan Shen Bok Hong,
peristiwa ini memang merupakan suatu persoalan yang
merepotkan sekali"
"Kekuatan yang dimiliki kedua belah pihak sama2 besar dan
kuat, masing2 pihakpun mempunyai ambisi untuk merajai
kolong langit, selamanya dua ekor harimau yang bergaul jadi
satu tak akan berlangsung terlalu lama, entah apa sebabnya
kali ini mereka bisa bekerja sama untuk menghadapi kita,
kalau dilihat sepintas lalu kerja sama kedua belah pihak ini seakan2
didasarkan pada tujuan yang sama, tapi didalam
kenyataan secara diam2 pihak perkampungan Pek-hoa-san
cung lah yang terpaksa harus berbuat demikian"
Dengan wajah serius dan ber-Sungguh2 Bu Wi Tootiang
berkata :

"Andaikata mereka benar2 bekerja sama maka tindakan
mereka itu akan sangat mempengaruhi dunia persilatan, kita
tak boleh membiarkan mereka bekerja sama, kita harus
mencari akal untuk merusak hubungan kerja sama diantara
mereka itu"
"Kerja sama antara Shen Bok Hong dengan Su-hay Kun cu
pada dasarnya adalah hubungan yang didasarkan oleh siasat
busuk, asal kita dapat membongkar rencana busuk itu, maka
mudah sekali bagi kita untuk memancing suatu pertarungan
besar diantara mereka sendiri"
"Persoalan ini kalau dibicarakan saja gampang, namun
kalau dilaksanakan rasanya sulit sekali"
"Ketika Shen Bok Hong masih berada di kota Tiang sah,
mereka sudah punya rencana untuk menghadapi Siau-yau-cu
sekalian dengan jalan meracuni orang2 itu, asalkan kita bisa
menyampaikan berita itu kepada Siau-yau cu maka berita itu
sudah cukup beralasan mereka untuk saling bertempur
sendiri.Tapi sekarang Ciu Cau Liong yang memegang pucak
pimpinan, orang ini nyalinya terlalu kecil ternyata ia sudah
membatalkan rencana untuk meracuni mereka!"
"Seng Sam koay mengatakan hendak mengadu domba
pihak kita dengan Siau yau cu sehingga saling bertempur lebih
dahulu, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Kalau kudengar dari nada suara Seng Sam koay, agaknya
Siau yau cu sudah mengetahui amat jelas tentang keadaan
dari partai Bu tong, Shen Bok Hong menghendaki Siau yau cu
sekalian bertempur lebih dahulu melawan partai Bu tong,
menanti kedua belah pihak sudah jatuh korban yang sangat
banyak, mereka baru mengirim jago2nya untuk bertempur
serta menguasahi keadaan, aku rasa keadaan yang
sebenarnya begitulah"
Sesudah berhenti sebentar katanya lagi.

"Aku merasa tidak habis mengerti tentang satu hal?
dapatkah Tootiang memberi penjelasan??"
"Persoalan apa??”
"Dikota Tiang sah, Shen Bok Hong telah menyebarkan
banyak sekali mata2nya untuk mencari berita, tetapi mereka
tak dapat menemukan tempat persembunyian dari Tootiang
sekalian, dalam pertarungan rahasia melawan rahasia ini
agaknya kita masih sedikit diatas angin, sebaliknya Siau yau
cu yang tidak banyak mata2nya dikota ini, mengapa malahan
bisa mengetahui akan tempat persembunyian dari Tootiang??"
Bu Wi Tootiang termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian berkata:
"Aku rasa keadaan ini tak mungkin bisa terjadi,
kemungkinan besar hal ini merupakan salah satu dari siasat
setan Shen Bok Hong"
Siau Ling segera bertepuk tangan sesudah mendengar
perkataan itu, serunya:
"Sedikitpun tidak salah, tootiang benar2 memiliki
kecerdasan yang melebihi orang, selama ini aku selalu merasa
keheranan dan tak dapat menebak apa alasannya? tapi setelah
tootiang berkata demikian, akupun jadi paham dengan
duduknya persoalan"
"Kalau memang mereka ada rencana untuk menyergap
kita, bagaimanapun juga kita harus mengadakan sedikit
persiapan lebih dahulu, aku akan memerintahkan mereka
untuk bersedia "kata Bu wi tootiang sambil bangkit berdiri.
"Silahkan Tootiang!"
Bu wi Tootiang tertawa dan mengangguk, kemudian
bangkit berdiri dan berlalu.

Memandang hingga bayangan punggung Bu wi tootiang
lenyap dari pandangan, Tu Kiu berpaling kearah Siau Ling dan
berkata dengan suara lirih:
"Bu wi Tootiang telah memindahkan puluhan orang jago
inti dari partai Bu tong kedalam rumah penduduk disekitar
kota Tiang sah, kecuali beberapa orang jago lihay yang cerdik
dan cekatan serta mendapat petunjuk khusus, boleh dibilang
semuanya telah menghentikan seluruh kegiatan mereka,
Rumah gedung Sam siang ini adalah markas besar mereka,
semua penghidupan dilalui bagaikan orang biasa, meskipun
mata2 dari Shen Bok Hong tersebar luas diseluruh kota Tiang
sah, rasanya merekapun tak bisa berbuat apa2"
"Bu wi Tootiang sebenarnya adalah seorang ketua
terhormat dan suatu partai besar tetapi untuk menghadapi
Shen Bok Hong yang licik dan kejam, terpaksa diapun harus
menggunakan akal muslihat"
Sementara pembicaraan masih berlangsung Bu wi Tootiang
telah kembali kedalam ruangan.
Setelah mengetahui bahwa Bu wi Tootiang telah melakukan
persiapan, Siau Ling merasa hatinya agak lega, setelah
menghela napas panjang ia bertanya:
"Belum ada kabar beritanya "jawab Bu-wi Tootiang sambil
menggeleng.
Sun locianpwee dari Kay pang dengan membawa dua orang
jago lihaynya telah berangkat untuk mencari berita dan
jejaknya, Dewasa ini kekuatan kita kurang kuat dan susah
untuk bertempur melawan pihak lawan namun setelah
kedatangan Siau tayhiap disini, tentu saja keadaannya jauh
berbeda"
"Kalau dihitung dari saat berpisah, semestinya Teng ji-hiap
dan Chan heng sudah tiba dikota Tiang sah, kenapa kedua
orang itu sama sekali tak ada kabar beritanya? aai. ...! semoga

saja tidak terjadi hal2 yang tidak diinginkan atas diri mereka
berdua"
Sementara pembicaraan berlangsung tiba tiba sesosok
bayangan manusia berkelebat masuk, seorang bocah
berdandan pekerja kasar menerjang masuk kedalam ruangan
sambil berbisik kepada Bu Wi Tootiang :
"Ada orang yang berjalan malam mendekati kemari!"
"Sampaikan perintahku, suruh mereka bersabar sedapat
mungkin, apabila keadaan tidak terlalu mendesak jangan
sampai bertempur melawan pendatang itu!"
Siau Ling mengamati orang itu dergan cermat, ia segera
kenali bocah berpakaian pekerja kasar itu bukan lain adalah
bocah pengiring dari Bu Wi tootiang.
Bocah tadi segera mengiakan dan berlalu dari situ, Bu Wi
Tootiang segera berkata :” Mari kitapun keluar untuk melihat
siapa yang telah datang!" sambil berkata ia padamkan lampu
dimeja.
Siau Ling mengikuti dibelakang Bu Wi too tiang berjalan
keluar, Pek li Peng dan Tu Kiu mengikuti dari belakang,
mereka langsung menuju keruangan tengah.
"Apakah kita harus menunggu dalam ruang tengah?" tanya
pemuda Siau Ling.
"Pinto telah menginstruksikan semua anak buahku untuk
menyembunyikan diri, apabila keadaan tidak terlalu memaksa
mereka dilarang turun tangan, karena itu menurut dugaan
pinto, andaikata mereka berhasil menemukan tempat ini,
maka orang itu pasti akan langsung menuju keruang tengah,
kita dengan bersembunyi disini bisa mengamati gerak geriknya
sekalian mencari tahu siapakah gerangan orang itu"
"Walaupun ruangan ini tidak kecil, tapi aku rasa tempat
untuk menyembunyikan diri rasanya tidak terlalu banyak"

"Tentang soal itu aku sudah punya persiapan, tak usah Siau
thayhiap kuatirkan.....'
Setelah berhenti sebentar, sambungnya :
"Diarah Timur dan barat aku telah mempersiapkan sebuah
pintu rahasia, cuma tempat itu kecil sekali dan hanya cukup
ditempati satu orang, nona Pek li dan Tu Kiu silahkan
bersembunyi dibalik pintu rahasia tersebut, diatas tiang
gantung pakaian terdapat sebuah lubang kecil untuk
mengintip keluar"!
Walaupun Pek li Peng ingin sekali berada bersama2 Siau
Ling, tetapi dalam keadaan begini tidak leluasa baginya untuk
buka suara, terpaksa dengan uring2an dia berlalu
“Bagaimana dengan kita berdua ?" tanya Siau Ling.
Bu Wi Tootiang tertawa.
“Disamping kiri kanan tiang penglari terdapat satu tempat
yang bisa memuat badan kita secara berbareng " katanya.
“Bagus sekali, kalau begitu tunggu saja sampai mereka
datang, kita baru menyembunyikan diri.
Tidak lama setelah Pek li Peng dan Tu Kiu
menyembunyikan diri, tiba tiba....
“Plook!” sebutir batu disambit kearah halaman luar.
Inilah cara melempar batu bertanya jalan yang seringkali
dipergunakan orang persilatan untuk mencari tahu keadaan
musuh.
Siau Ling dan Bu Wi Tootiang berilmu tinggi dan bernyali
besar, mereka masih tetap berdiri tak berkutik ditengah
ruangan.
Dari atas wuwungan rumah melayang turun dua sosok
bayangan manusia dan berdiri ditengah halaman.

Bintang bertaburan diluar ruangan, secara lapat lapat dapat
melihat raut wajah pendatang yang tak diundang itu.
Bu Wi totiang dan Siau Ling segera mengerahkan
pandangan matanya mengamati kedua orang itu, yang satu
memakai baju hijau dengan membawa senjata hudtim
ditangan, potongan badannya mirip dengan Siau yau cu,
sedang yang lain adalah seorang pria berbaju ketat warna
hitam dengan sebelah golok tersoren diatas punggungnya.
Siau Ling dan Bu Wi Tootiang saling berputar pandangan
sekejap kemudian masing2 loncat naik keatas tiang penglari.
Terdengar orang berjubah hijau itu bertanya dengan suara
lirih :
"Engkau tidak salah lihat?''
Dari nada orang itu, Siau Ling segera mengenali sebagai
suara dari Siau-yau-cu.
"Tak bakal salah lagi!" jawab pria berpakaian ringkas itu
dengan cepat.
"Kalau Bu Wi tootiang dan Sun Pat Shia benar2 tinggal
disini, tak mungkin disekitar tempat ini sama sekali tak ada
penjagaan, apa lagi Sun Put Shia adalah seorang yang
sombong dan tinggi hati, tak mungkin mendekam terus
macam cucu kura2!"
"Mungkin pada malam ini kedua orang tersebut tidak
berada disini, bagaimana kalau kita masuk kedalam ruangan
untuk memeriksa lebih dahulu?"
"Engkau masuklah kedalam lebih dahulu coba lihat ada
orangnya atau tidak? kalau dalam ruangan itu tak ada
orangnya, pasang lah lampu penerangan! "
Siau Ling yang mendengar perkataan itu diam2 segera
berpikir didalam hatinya:

"Siau yau cu benar2 seorang manusia yang amat licik... dari
perbuatannya itu bisa diketahui betapa jahatnya hati orang
ini"
Sementara itu pria baju hitam tadi sudah mengiakan, dan
perlahan lahan berjalan masuk kedalam ruangan.
Dengan penuh kesiap siagaan orang itu mengamati
sekeliling tempat itu beberapa saat lamanya, kemudan
merogoh kedalam sakunya ambil keluar sebatang lilin.
Dibawah sorot cahaya api, terlihatlah ruang besar itu
kosong melompong tidak nampak sesosok bayangan
manusiapun.
Terdengar Siau-yau cu dengan suara lantang berseru:
"Bu Wi Tootiang adalah seorang manusia yang sangat licin,
hati-hati kalau dia sudah memasang jebakan didalam ruangan
tersebut engkau harus menggeledahnya secara teliti"
Pria baju hitam itu mengiakan, ia segera meloloskan
goloknya dari atas punggung dan mulai menggeledah seluruh
ruangan itu.
Bu Wi Tootiang yang sudah mempersiapkan tempat
persembunyian lebih dahulu, tentu saja sukar ditemukan
jejaknya oleh pihak lawan, setelah berputar mengitari seluruh
ruangan tersebut, tidak nampak sesosok bayangan
manusiapun yang ditemukan ia segera berseru;
"Mungkin Bu Wi Tootiang sudah mendapat kabar dan kabur
lebih dahulu dari sini..... "
Bayangan manusia berkelebat lewat, siau-ya cu tahu sudah
menerjang masuk kedalam ruangan, setelah mengamati
sekejap sekeliling tempat itu tegurnya ketus:
"Sudah kau periksa dengan seksama seluruh ruangan ini ? “
“Sudah. "

Siau-Yau cu segera tertawa dingin.
“Heehh.. .heehhh ..kalau begitu lepaskan api, kita bakar
dulu mulai ruang tengah ini " serunya.
"Orang baju hitam itu mengiakan, tetapi sebelum dia
sempat melepaskan api, Siau-Ling sudah tak dapat menahan
diri lagi, dia melayang turun dari atas tiang Penglari dan
berseru dengan dingin;
"Tootiang, apakah engkau tidak merasa bahwa tindakanmu
itu terlalu keji..?"
"Siapa engkau ?"tegur Siau Yau cu dengan dahi berkerut.
Siau Ling tertawa dingin.
"Kita tak perlu bercakap cakap dan aku rasa kitapun tak
perlu saling menyebut nama !” sahutnya
Tiba tiba manusia baju hitam itu maju dua langkah
kedepan, setelah berada dihadapan Siau Ling hardiknya.
"Manusia tekebur yang tak tau diri, engkau berani kurang
ajar terhadap tootiang ? Hmm ! rupanya sudah bosan
hidup..... "
"Hmm, kalau engkau ingin hidup lebih lama, cepatlah
mengundurkan diri dari sini”, sambung Siau Ling dengan
cepat.
"Bangsat, pingin mampus rasanya kamu ini " bentak orang
baju hitam itu sangat gusar, goloknya segera diayun dan
melancarkan sebuah babatan maut kedepan.
Sejak permulaan Siau Ling telah mengenakan sarung
tangan kulit naganya, melihat datangnya ancaman, tangan
kanannya segera berkelebat mencengkeram ujung senjata
tersebut.
Melihat senjata goloknya dicengkeram lawan, pria baju
hitam itu merasa amat terperanjat, pergelangan kananya

segera dikerahkan tenaga sambil memutar kebelakang,
maksudnya hendak memapas jari tangan lawan yarg sedang
menggenggam senjatanya.
Tetapi Siau Ling sudah melakukan persiapan, hawa
murninya diam diam disalurkan kedalam tangan, lima jarinya
menggenggam golok lawan semakin kencang, ketika pria baju
hitam itu memutar goloknya dengan sepenuh tenaga, ternyata
senjata itu sama sekali tidak bergeming sedikitpun jua.
Sekarang ia baru sadar bahwa musuh yang sedang
dihadapinya saat ini adalah musuh yang amat tangguh.
Baru saja dia hendak loncat mundur kebelakang, keadaan
sudah terlambat, tangan kiri Siau Ling laksana kilat sudah
melancarkan sebuah pukulan kearah depan.
Meskipun pria baju hijau itu menyadari bahwa musuh yang
sedang dihadapinya adalah seorang musuh tangguh, namun ia
tidak rela melepaskan goloknya dengan begitu saja,
sementara dia masih sangsi, angin pukulan dari Siau Ling
telah meluncur datang dan tepat menghantam dada bagian
depannya.
Pukulan itu mantap dan sangat berat, membuat tubuh pria
baju hitam itu terlempar hingga mencelat keluar pintu.
Darah segar bagaikan pancuran air memancar keluar dari
mulutnya.
Siau yau cu segera putar senjata Hud-tim nya menyerang
lengan kanan Siau Ling, dia berharap serangan tersebut dapat
membebaskan anak buahnya dari ancaman bahaya.
Tetapi sayang sekali gerak badan Siau Ling terlalu cepat,
baru saja senjata Hud-tim dari Siau yau cu meluncur keluar,
Siau Ling telah berhasil menghajar pria baju hitam itu dan
loncat mundur sejauh tiga depa dari tempat semula.
"Ilmu pukulan yang amat cepat!" puji Siau yau cu dengan
dahi berkerut kencang.

Hud tim nya yang meluncur keluar berhasil menggaet
tangan pria baju hitam itu, ketika disentak kebelakang tubuh
anak buahnya itu tertarik balik kebelakang.
Ketika denyut nadinya diperiksa, ternyata pria baju hitam
sudah putus nyawa, jelas isi perutnya sudah hancur terhantam
pukulan Siau Ling yang sangat berat itu.
Setelah serangannya mengenai sasaran kosong,
perasaan pandang rendah musuhnya seketika lenyap dari
ingatan Siau-yau cu, ia tarik kembali senjata Hud timnya dan
berseru :
"Ilmu sjlat yang engkau miliki lihay sekali...."
Sementara ia berbicara, tiba2 terdengara ujung baju
tersampok angin berkumandang datang.
Dengan cepat dia menengok kebelakang seorang manusia
baju hijau sedang melayang turun dari tiang penglari dan
menghadang didepan pintu, ia segera membentak keras :
''Siapakah engkau?"
Orang yang baru saja munculkan diri itu bukan lain adalah
Bu Wi Tootiang, ketika dia menyaksikan Siau Ling sudah
bertempur melawan orang itu, dia segera melayang turun dari
tiang penglari dan tepat menghadang jalan mundur Siau-yaucu.
Mendapat pertanyaan tersebut, Bu Wi too tiang segera
tertawa dingin dan menjawab:
"Aku adalah Bu wi totiang yang sedang dicari oleh
tootiang.. ! "
"Dan siapakah dia?" tanya Siau yau-cu sambil berpaling
kearah Siau Ling.
"Heeehh-heeehh …heeehh... apakah engkau tak bisa
bertanya sendiri:..?" jengek Bu wi tootiang sambil tertawa
dingin.

"Kalau dilihat dari ilmu silat yang dimilikinya, jelas tidak
berada dibawah kepandaian ilmu silat yang dimiliki engkau
sebagai ketua partai Bu tong, aku duga orang itu pastilah
seorang manusia yang punya nama besar dalam kolong langit"
"Too heng tak usah menggunakan siasat untuk mencari
keterangan dari mulut pinto, sebab berbuat demikian jauh
lebih sulit dari pada mendaki keatas langit"
Siau yau cu segera alihkan sorot matanya keatas wajah
Sian Ling, sambil menatap wajahnya ia menegur dengan suara
dingin:
"Tindakanmu dengan menyembunyikan nama dan tak
berani berterus terang bukanlah tindakan dari seorang lelaki
sejati!" Siau Ling tertawa ewa,
"Siau yau-cu, engkau tidak kenal siapakah aku sebaliknya
aku sangat mengetahui tentang dirimu!,.."
Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya :
"Engkau Siau-yau-cu boleh dibilang terhitung seorang
manusia berotak cerdik yang punya akal banyak, tapi sayang
kalau dibandingkan dengan Shen Bok Hong engkau masih
selisih jauh..."
"Kenapa.. ?" tanya Siau-yau-cu dengan perasaan sangat
tidak puas.
"Sebab Shen Bok Hong jauh lebih licin daripadamu, dan dia
jauh lebih keji dan pintar daripada dirimu sendiri, meskipun
kedua belah pihak sama2 menaruh perasaan waspada yang
mendalam, tetapi didalam hal menyergap atau melukai orang
secara diam2 engkau masih kalah satu tingkat jika
dibandingkan dengan dirinya"
“Sebenarnya siapakah engkau ? rupanya banyak persoalan
yang engkau ketahui..'."

“Sedikitpun tidak salah, aku masih mengetahui pula bahwa
engkau sama sekali tidak pernah berjumpa dengan Shen Bok
Hong, kerja sama diantara kalian semuanya diatur oleh Seng
Sam koay sebagai perantara, bukankah begitu?"
Siau yau cu mengerutkan dahinya, dibibirnya bergerak
seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi akhirnya niat
tersebut dibatalkan.
Dengan suara dingin, Siau Ling berkata lebih jauh:
"Engkau ingin mencari muka dan membaiki Shen Bok Hong
maka kalian lantas bersedia membunuhi orang2 dari partai Bu
tong sebagai hadiah tanda mata, sayang sekali Shen Bok
Hong sama sekali tidak pandang sebelah matapun terhadap
dirimu, dengan menggunakan kesempatan ini mereka siap
meracuni kalian semua dan kemudian meringkus semua jago
lihay dari golonganmu, agar kalian selama hidup jadi
budaknya perkampungan Pek hoa-san cung.:."
"Mereka siap sedia akan turun tangan di mana? dan
bagaimana caranya mereka akan turun tangan? "
Sian Ling tertawa dingin, jawabnya:
"Jangan dibilang aku tidak tahu, sekalipun tahu juga tak
akan memberitahukan kepada kalian"
Setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh :
"Cuma sekarang... kaliau masih dapat hidup aman
tenteram untuk beberapa saat lamanya! "
“Apa maksud dari perkataanmu itu?"
“Berhubung Shen Bok Hong mendapat kunjungan dari
seorang sahabat lamanya maka ia segera berangkat untuk
melakukan pertemuan, rencana ini jadinya ditangani oleh Ji
cungcu Ciu Cau Liong, orang she Ciu ini bernyali kecil dan tak
berani menanggung resiko, untuk sementara waktu ia tak
berani turun tangan lebih dahulu kepada kalian, oleh sebab itu

untuk sementara waktu kalian masih bisa hidup aman
tenteram untuk beberapa saat lamanya, ."
Tiba2 Siau yau cu tertawa tergelak, sambil menukas
pembicaraan Siau Ling yang belum selesai katanya:
“Shen Bok Hong mengadakan pertemuan dengan
sahabatnya dimana? "
Siau Ling segera tertawa dingin:
“Heeehh heeehh heeehh... dengan pertanyaanmu yang
begitu enteng dan sederhana, apakah dianggapnya semua
kecurigaanmu dapat diketahui? “ serunya.
“Lalu apa yang harus kulakukan sehingga apa yang ingin
kuketahui dapat didengar?"
“Tentang soal itu harus dinilai dahulu dari harga yang
diajukan olehmu kalau balas jasanya cukup sesuai dengan
kehendak kami, sudah tentu akan kami beri tahukan kalau
tidak cocok kedua belah pihakpun sama2 tidak mengalami
kerugian"
Siau yau cu jadi amat mendongkol, ia tertawa dingin dan
berseru:
"Heehh...heeehb..hheeehh... sebenarnya siapa engkau?
dapatkah engkau memberitahukan kepadaku?"
"Perduli siapakah aku, bukankah apa yang diinginkan
hanyalah perkataan yang hendak kuucapkan keluar?"
Siau-yau cu menengadah keatap rumah, dengan suara
dingin ia menjawab :
"Cukup ditinjau dari ketidak sediaanmu untuk menyebut
nama dan mengatakan asal usulmu, sudah lebih dari cukup
begiku untuk tidak mempercayai perkataanmu!"

"Kalau engkau tidak percaya yaa sudah, pokoknya
persoalan itu menyangkut tentang mati hidup kalian sendiri,
sedikitpun tidak sangkut pautnya dengan diriku!"
Meskipun Siau yau-cu tak dapat menduga asal usul dari
Siau Ling, tetapi dengan akalnya yang cerdik dan
pengalamannya yang luas, ia dapat menduga bahwa Siau Ling
adalah seorang jago persilatan yang memiliki ilmu silat amat
tinggi, sebab sikap maupun cara berbicara orang itu mantap
dan berpengalaman.
Oleh sebab itulah, Imam tersebut tak berani turun tangan
terhadap Siau Ling secara gegabah, sambil berpaling kearah
Bu Wi tootiang katanya :
"Tootiang, rumah gendung ini sudah dikepung rapat2 oleh
dua puluh orang jago lihay yang pinto pimpin, apabila pinto
membutuhkan bantuan mereka maka asal kode rahasia
dilepaskan semua jago dari perkampungan Pek-hoa-san cung
akan bersama2 datang kemari untuk memberi bantuan..."
Bu Wi Tootiang tertawa.
“Sayang sekali orang2 dari perkampungan Pek hoa-san
cung telah membocorkan rencana busukmu itu, dan kami
semua telah mengadakan persiapan, sebagian besar jago lihay
dari partai Bu tong telah berlalu dari gedung ini dan masing2
menempati posisi yang strategis untuk mengawasi gerak
gerikmu dan untuk menghadapi kekejaman dari Shen Bok
Hong serta para jago Perkampungan Pek hoa san cung
lainnya, aku telah melepaskan caraku bertindak menurut
peraturan Bu lim, akan kuhadapi semua serangan dengan
racun lawan racun. Pada saat ini para jago yang masih
tertinggal dalam gedung ini kecuali jago-jago lihay dari
perguruan Bu tong pay, masih ada pula beberapa orang jago
persilatan lainnya, kalau engkau tidak percaya silahkan saja
mencoba coba untuk turun tangan"
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya:

“Cuma... pinto tidak bersedia untuk melakukan pertarungan
mati2an dengan dirimu.”
“Kalau toh engkau sudah melakukan persiapan yang
demikian sempurnanya, mengapa kalian tidak bersedia untuk
melakukan pertarungan melawan pinto...'
“Shen Bok Hong mengharapkan agar kita sama2 jatuh
korban dan menderita, tapi pinto justru tidak menginginkan
apa yang diharapkan itu terpenuhi"
Siau yau cu termenung sebentar, lalu menjawab:
“Hingga saat ini pinto masih belum berani mempercayai
perkataan dari tootiang"
“Hmm! kalau engkau tidak percaya, tiada halangan bagimu
untuk turun tangan mencoba "seru Siau Ling dengan cepat,
bersamaan dengan selesainya perkataan itu tiba tiba
terdengar suara gemericit dan tahu2 Pek li Peng serta Tu Kiu
telah munculkan diri diri balik pintu rahasia.
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah Pek li
Peng serta Tu Kiu kemudian ujarnya :
"Kalian berjaga2lah dimulut pintu ruangan, hadang setiap
serbuan musuh tangguh yang berusaha masuk kemari, sedang
aku akan berlempar melawan Sau yau Cu yang punya nama
amat tersohor ini, akan kulihat apakah ilmu silat yang
dimilikinya di hari2 belakangan ini memperoleh kemajuan yang
pesat atau tidak"
Pek -li Feng tersenyum.
"Jumlah musuh lebih banyak diripada jumlah kita, bolehkah
aku aku turun tangan untuk melukai orang pada malam
ini??"
"Terserah keputusanmu sendiri!"
Pek-li Peng tersenyum.

“Sreset....! ia segera cabut pedang dari dalam sarungnya
dan per-lahan2 berjalan menuju kedepan pintu.
Rupanya ketika bersembunyi dibalik ruang rahasia tadi ia
melihat sebilah pedang tergantung disitu, maka diambilnya
senjata itu untuk mempersiapkan diri.
Tu Kiu sendiripun tidak banyak bicara, dia menyingkir
kepintu dan berdiri saling bertolak belakang dengan Pek-li
Peng, satu menghadap keluar sedang satu yang lain
menghadap kedalam.
Ketika Siau yau cu mendengar suara seorang perempuan,
pikirannya segera tergerak pikirnya:
“Orang itu jelas adalah perempuan yang nenyaru sebagai
seorang pria, hal ini membuktikan kalau ditempat ini kecuali
terdapat para jago dari partai Bu tong masih ada pula jago2
persilatan lainnya.."
Berpikir sampai disitu ia lantas berkata dengan suara
dingin:
"Sungguh tak nyana partai Bu tong yang tersohor ternyata
menerima pula kaum wanita sebagai murid..."
“Toako, "seru Pek li Peng dengan gusar orang ini bicara
sembarangan dan ngaco belo tamparkan mukannya sebagai
hukuman!"
Siau Ling tidak memperdulikan dari ocehan Pek li Peng itu,
sebaliknya sambil berpaling kearah Bu Wi Tootiang ujarnya.
"Tootiang, kalau memang Siau-yau Cu susah disadarkan
dari jalan yang sesat dan membiarkan dia hidup hanya akan
mendatangkan bencana belaka, lebih baik kita lenyapkan saja
dirinya dari muka bumi"
"Keadaan amat mendesak... yaaa, terpaksa kita harus
berbuat demikian.,."
Siau yau cu segera tertawa ter-bahak:

"Haaahh haaahh haaahh,. sungguh besar amat bacot
kalian, ketahuilah dikolong langit sekarang ini hanya beberapa
orang saja yang mampu membinasakan pinto! "
Mendengar perkataan itu, Siau Ling menengadah dan
tertawa pula dengan kerasnya.
“Haaah-haaahh haaahh.. menghadapi pentolan musuh
tangguh, rasanya kita tak usah memikirkan soal belas kasihan
atau rasa welas lagi... siaplah sedia untuk menerima
kematianmu! "
Beberapa patah kata itu amat gagah dan bersemangat
penuh rasa percaya pada diri sendiri dan seakan akan
membunuh Siau yau cu bukanlah suatu pekerjaan yang amat
berat.
Tertegun hati Siau yiu cu mendengar perkataan itu.
"Siapakah sebenarnya engkau ini? "ia menegur.
Siau Ling tertawa dingin, bukan menjawab dia malah
berseru :
“Sekarang engkau boleh mempersiapkan diri untuk turun
tangan "
Dari kemampuan Siau Ling dalam membinasakan pria baju
hitam tersebut dalam satu gebrakan belaka Siau yau cu
mengetahui bahwa dia adalah seorang jago lihay yang
memiliki ilmu silat sangat tinggi tetapi orang itu ternyata tak
sudi memperkenalkan namanya hal ini sama sekali berada
diluar dugaannya.
Dalam pada itu Siau Ling sudah tertawa dingin dan berseru
kembali :
„Kalau memang engkau tidak bersedia untuk turun tangan
terpaksa aku harus memulainya lebih dahulu "
“Sreet.... ! sebuah pukulan gencar segera dilepaskan.

Sebelum pukulan itu tiba angin pukulan yang santar dan
tajam telah menerjang ke tubuh imam tersebut.
Siau yaucu merasa amat terperanjat telapak kiri disabet
keluar mengirim satu pukulan untuk membendung datangnya
ancaman dari Siau Ling sementara senjata Hud-tim ditangan
kanannya dengan jurus " Lan kang cay to"atau Membendung
sungai yang deras membacok pergelangan kanan Sianak
muda itu.
Sambil balas melancarkan serangan, dia berseru:
"Engkau begitu sombong dan tekebur, terpaksa pinto harus
minta pelajaran dari mu!"
Siau Ling tarik pergelangan kanannya untuk melepaskan
diri dari ancaman senjata lawan, bukannya mundur dia malah
maju kedepan, sepasang terlapaknya laksana kilatmenyambar,
ajaran dari Lam it kong.
Siau-Yau-cu amat terperanjat, jeritnya:
"Engkau adalah Siau Ling ! "
"Tidak salah, memang aku orang she-siau!”
Sementara pembicaraan berlangsung, secara beruntun dia
lancarkan pula delapan buah pukulan yang memaksa Sianyau-
cu mundur beberapa langkah kebelakang.
Meskipun ia menggenggam senjata Hud-tim namun senjata
tersebut sama sekali tak ada gunanya, sebab dibawah
serangkaian pukulan telapak yang cepat laksana sambaran
kilat dari Siau Ling, ia sudah terdesak mundur kebelakang
berulang kali.
Bagaimanapun juga imam tersebut merupakan seorang
jago kawakan yang sudah amat berpengalaman dalam
melakukan pertarungan sengit dia segera mengempos tenaga
dan melancarkan tiga jurus serangan dahsyat untuk menolong
posisinya yang terdesak.

Pek-li Peng ,yang menyaksikan kejadian itu, segera
berteriak keras:
"Toako, kalau engkau tidak menggunakan senjata untuk
bertempur melawan dirinya, bukankah engkau sangat rugi??"
Walaupun Siau Ling telah memperoleh inti sari dari
pelajaran ilmu telapak kilat menyambar dari Lam it Kong,
tetapi apa bila dia menginginkan pukulannya dahsyat bagaikan
membelah bukit maka hal itu harus menunggu sampat tenaga
dalamnya benar2 sempurna, apa bila dia hendak mencari
kemenangan dalam pertarungannya hari ini, senjata memang
merupakan andalannya yang penting,
---ooo0dw0ooo---
KARENA pikirannya bercabang, permainan telapaknya
tanpa sadar jadi agak mengendor.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu, Siau-yau
cu melancarkan serangan balasan, dalam waktu singkat Siau
Ling berbalik kena didesak hingga berada diposisi bawah
angin.
Pek-li Peng segera ayun tangannya melemparkan pedang
itu kedepan. Ia berseru :
“Toako, sambutlah pedang ini”
Pedang laksana sambaran kilat meluncur kearah Siau Ling.
Dengan tangan kirinya Siau yau cu mengirim satu pukulan
menggunakan jurus” Siat san tiau hay” atau menjepit bukit
meluruk samudra, angin pukulan yang menderu2 langsung
menghantam dada Siau Ling, sementara senjata hud tim di
tangan kanannya menggulung pedang yang dilontarkan oleh
Pek li Peng itu.
Siau Ling mendengus dingin, tangan kanannya didorong
kedepan menyambut datang nya serangan itu dengan keras

lawan keras, sedang tangan kanannya melancarkan sentilan
jari kearah depan...
Inilah ilmu sentilan Sian ci singkang, salah satu kepandaian
maha ampuh diantara tujuh puluh dua macam kepandaian
sakti dari gereja siau lim si...
Mimpipun Siau yau cu tidak menyangka kalau dalam
beberapa tahun yang singkat Siau Ling sudah berhasil
mempelajari ilmu jari untuk menghindar sudah tak sempat lagi
segulung desiran angin tajam dengan telak menghajar iganya
membuat tangan kanan jadi kendor dan senjata hud tim itu
terjatuh ketanah.
Pada saat yang bersamaan, ayunan Hud-tim dari Siau yau
cu telab berhasil menggulung Pedang panjang yang
dilontarkan Pek li Peng kearah sianak muda itu, tetapi
berhubung iga kanannya kena dihajar oleh sentilan jari Sian ci
sinkang dari Siau Ling, maka baik senjata Hud tim maupun
pedang itu sama2 terjatuh keatas tanah.
Kaki tangan Siau ling segera mencukil ke atas pedang yang
terjatuh diatas tanah itu, dan dalam sekali sentakan senjata
tersebut sudah berhasil ditangkap dalam genggamanya
Sementara itu Siau yau cu sendiri setelah iga kanannya
kena hantaman, seluruh lengan kanannya jadi kaku, linu dan
sakitnya luar biasa, ia tahu bahwa dalam keadaan demikian ia
tak ada kekuatan untuk melakukan pertempuran lagi, maka
diambilnya keputusan untuk cepat dapat berlalu dari situ dari
pada terluka ditangan Siau Ling.
Ia segera mengepos tenaga dan melayang naik keatas
tiang penglari, kemudian tangan kirinya diayun mengirim satu
pukulan dengan sekuat tenaga......
“Blaaaam. .. ! “pasir dan atap berguguran keatas tanah,
muncullah sebuah lubang besar dilangit langit ruangan itu
terhajar oleh pukulan Siau-yau cu yang amat dahsyat itu.

Setelah berhasil membuat lubang, dengan sebat pula imam
itu menerobos keluar dan melarikan diri.
Menanti Bu Wi Tootiang menyusul naik keatas wuwungan
rumah, tampaklah bayangan Siau-yau cu telah menjauh dan
didalam beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan.
Siau Ling segera menyusul naik keatas dan bertanya :
“Totiang, apakah kau melihat kearah mana dia melarikan
diri ? “
Bu Wi tootiang menggeleng.
“Tak mungkin disusul lagi “ katanya,” Dia adalah seorang
manusia yang memiliki ilmu silat sangat tinggi, didalam
beberapa gebrakan saja ia sudah menderita kekalahan
ditanganmu sehingga melarikan diri terbirit birit dari sini, bila
berita ini tersiar diluaran kejadian tersebut sudah cukup
menyusah kan hatinya”
Siau Ling menghela napas panjang.
‘’Aaai.. ! kemenangan yang berhasil boan-pwee dapati
boleh dibilang diperoleh secara untung untungan belaka ! “
jawabnya.
Dengan suara lirih Bu Wi Tootiang berkata:
“Ada satu persoalan, sebenarnya pinto merasa tidak
leluasa untuk diajukan, tetapi aku tak menemukan
jawabannya karena itu terpaksa hendak kutanyakan
kepadamu, apakah engkau bersedia untuk menjawabnya?”
“Persoalan apa?”
“Mengenai sentilan jarimu yang berhasil menangkan diri
Siau-yau cu tadi, apakah ilmu tersebut adalah Siu-lo sin ci?”

“Bukan!” sang pemuda sambil menggeleng, “ilmu jari siu lo
sin ci hanya dapat menjangkau sejauh dua depa belaka,
lagipula totokannya harus disertai dengan ayunan tangan...”
“Jadi kalau begitu, totokan jarimu tadi bukanlah ilmu totok
Siu lo sin ci?”
---ooo0dw0ooo---
Jilid: 22
BUKAN, ilmu jari yang barusan kupergunakan adalah ilmu
sentilan Sian ci sin kang!"
"Sian-ci sinkang kepandaian ampuh dari gereja siau lim-si?"
seru Bu Wi tootiang dengan wajah tertegun.
"Benar, ilmu sentilan Sian ci-sin-kang dari partai Siau-lim?!'
Bu Wi tootiang segera anggukkan kepalanya berulang kali,
pujinya :
“Selama beberapa ratus tahun belakangan ini, Siau tayhiap
boleh dibilang merupakan manusia paling aneh dikolong
langit, satu orang menguasai ilmu silat dua aliran sudah luar
biasa sekali, tetapi engkau sekaligus menguasai ilmu silat dari
beberapa perguruan, peristiwa ini jarang sekali terjadi dalam
dunia persilatan..."
Dia menengadah memandang bintang yang bertaburan
diangkasa, kemudian sambungnya lebih jauh :
”Kecuali seorang manusia sakti seperti Siau tayhiap siapa
lagi yang mampu melawan Shen Bok Hong ??"
"Tootiang terlalu memuji " ujar Siau Ling sambil menghela
napas ringan.
"Keberhasilan boanpwee tidak lebih hanya terjadi karena
kebetulan saja sedangkan keberhasilan Shen Bok Hong benar
benar merupakan suatu kejadian yang langka dalam persilatan

apalagi berpengalaman luas dan berotak cerdas hingga orang
lain sukar untuk menandingi dirinya meskipun beberapa
perguruan besar dalam dunia persilatan mempunyai kekuatan
yang tak kalah besarnya sayang sekali mereka semua
mempunyai perasaan segan mencampuri urusan orang lain
dan tidak bersedia bekerja sama untuk menghadapi musuh
tangguh. Dewasa ini hanya partai Bu tong yang mengerahkan
segenap kekuatannya untuk bertempur melawan
perkampungan Pek hoa san cung setelah penyelidikanku
kebasis kekuatan pihak perkampungan Pek hoa san cung
dikota Tiang sah ini terasa olehku bahwa Shen Bok Hong
benar benar merupakan seorang musuh yang sukar dihadapi
masa depan kita betul betul masih terhalang oleh semak
berduri yang lebat...."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:
“Kali ini Shen Bok Hong bersedia melepaskan rencana
besarnya untuk pergi menjumpai seorang sahabat karibnya,
ditinjau dari sikapnya yang terburu buru dapat diketahui
bahwa orang itu pastilah bukan seorang manusia sembarang,
mungkin kita bakal bertambah dengan seorang musuh
tangguh lagi.”
“Dewasa ini orang yang paling disegani dan ditakuti oleh
Shen Bok Hong hanya engkau Siau tayhiap seorang dan
sekarang ia mengerahkan segenap kekuatannya untuk
melakukan penyerbuan tujuannya tidak lain adalah untuk
menghadapi diri Siau tayhiap seorang, karena itu aku serta
Sun Put Shia locianpwee telah berjanji untuk selanjutnya
mengerahkan segenap kemampuan yang kita miliki untuk
melindungi keselamatanmu .....”
Siau Ling segera tersenyum dan menukas :"Aku merasa
terharu dan berterima kasih sekali atas jerih payah serta
kesediaan dari locianpwee berdua, cuma mengenai kata
melindungi.... aku benar-benar tak berani untuk menerimanya,
kalau aku orang she Siau tidak bersedia menempuh bahaya,

kenapa orang lain harus menempuh bahaya bagi diriku?? dan
Shen Bok Hong sendiri walaupun ia punya hasrat yang besar
untuk melenyapkan diriku, tetapi asal aku bisa berhati2 dalam
menghadapi setiap persoalan, rasanya untuk menyelamatkan
diri bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu menyulitkan.."
Bu Wi Tootiang menghela napas panjang, selanya :
"Apa yang pinto serta Sun locianpwee harapkan adalah
semoga Siau tayhiap suka menjaga diri baik2 demi keamanan
umat persilatan dikolong langit, Shen Bok Hong paling benci
kepadamu dan dia paling takut pula menghadapi dirimu, dia
pasti akan mengerahkan segenap kemampuan yang
dimilikinya untuk menghadapi dirimu, bahkan cara yang
digunakan pasti amat keji dan menggunakan segala cara
rendah apapun, oleh sebab itu engkau harus berhati2 sekali
menghadapi mereka, kami bukannya takut ilmu silat yang
dimiliki Shen Bok Hong dapat menangkan dirimu dan
mencabut jiwamu, yang kami kuatirkan adalah dia mencelakai
dirimu dengan cara licik dan terkutuk, sebab serangan macam
itulah paling susah dihindari..."
“Tentang soal ini aku akan mengingatnya selalu didalam
hati...." ujar Siau Ling sambil tertawa ewa.
Sesudah memandang cuaca ujarnya kembali;
“Tootiang untuk menghadapi oraug orang dari
perkampungan Pek-hoa san cung rasanya kita tak usah
membicarakan tentang peraturan bu-lim lagi bukan ??"
“Kalau kita tak bisa menggunakan siasat racun lawan racun
maka pihak kitalah yang bakal menderita kerugian besar "
“Kalau memang tootiang merasa bahwa cara ini pantas
malam ini juga kita dapat mulai turun tangan...."
Setelah berhenti sebentar tanyanya :
“Berapa orang murid tootiang yang sekarang, masih
tertinggal didalam gedung ini?"

Bu Wi tootiang termenung dan berpikir sebentar kemudian
jawabnya :
“Kurang lebih ada dua belas orang !"
“Dan berapa orang diantara mereka yang memiliki ilmu silat
sangat lihay serta pengalaman paling luas??"
“Boleh dibilang ada lima orang."
"Kalau begitu bersama Tootiang, aku, Tu Kiu serta Pek-li
Peng semuanya berjumlah sembilan orang, rasanya jumlah itu
sudah cukup!?”
"Apa maksud Siau tayhiap??"
"Aku ingin turun tangan untuk melenyapkan kekuatan yang
ditinggalkan Shen Bok Hong dikota Tiang sah ini serta
melenyapkan markas besar mata2nya, dahulu kita selalu
dikuasahi orang lain dan semua gerak gerik kita diawasi
orang, maka sekarang kita harus merebut posisi yang baik dan
berbalik menghadapi mereka lebih dahulu"
Bu Wi Tootiang termenung dan berpikir sebentar,
kemudaan tanyanya :
"Kita akan berangkat sekarang juga??"
"Aku rasa makin cepat semakin baik!"
"Baik, pinto akan segera memilih orang2!” imam tua itu
segera loncat turun dari atas bubungan rumah.
Siau Ling mengikuti loncat turun pula ke atas tanah, baru
saja berdiri tegak, Pek li Peng telah memburu kedepan sambil
berseru"
"Toako, apakah Siau yau cu berhasil melarikan diri?"
"Ehmm! dia berbasil kabur" setelah berhenti sebentar,
lanjutnya lebih jauh :

“Peng ji, siapkan senjata tajam dan senjata rahasiamu,
malam ini aku akan mengajak engkau berkunjung kesuatu
tempat dan disitu engkau dapat membuka pantangan
membunuhmu sampai puas"
"Kita akan pergi kemana...? " tanya Pek-li Peng dengan hati
kegirangan.
"Ketempat yang telah kukunjungi pagi tadi !"
"Apakah siaute juga boleh ikut...? " tanya Tu Kiu sambil
maju menghampiri.
"Kalian semua boleh ikut!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Bu Wi
Tootiang dengan membawa lima orang pria berpakaian
ringkas telah munculkan diri disana.
Rupanya untuk menghindarkan diri dari pengawasan mata2
musuh, semua anak murid partai Bu tong telah berubah
dandanan dan menyaru jadi pria2 kekar.
Kelima orang itu mengenakan pakaian ringkas warna hitam
dan menyoren sebilah pedang diatas punggungnya.
Siau Ling melirik sekejap kearah lima o-rang itu kemudian
perlahan lahan berkata :
“Setiap anggota perkampungan Pek hoa san cung rata rata
berhari kejam dan bertangan telengas bilamana kalian semua
bertempur dengan mereka aku harap tak usah sungkan
sungkan atau memberi belas kasihan lagi basmi seadanya dari
muka bumi"
“Kami semua terima perintah" jawab lima orang pria
berpakaian ringkas itu berbareng.
“Kalianpun tak usah saling menyebut nama dengan mereka
Nah ! sekarang ikutilah diriku " ujar Siau Ling lagi selesai
berkata ia berangkat lebih dahulu kedepan.

Pek-li Peng dan Tu Kiu menyusut dibelakangnya,
sedangkan Bu Wi Tootiang dan ke lima orang murid partai Bu
tong lainnya menyusul dipaling belakang.....
Siau Ling sudah hapal dengan jalan yang harus dilaluinya,
sepanjang perjalanan ia bergerak cepat sekali dan langsung
meluncur kearah gubuk tanah pertanian yang dihuni oleh Ciu
Cau Liong sekalian.
Tidak selang setengah jam kemudian tanah pertanian
tersebut sudah nampak didepan mata..
Siau Ling menghentikan langkah kakinya, sambil menuding
kearah tanah pertanian di tengah kegelapan ujarnya:
"Menurut apa yang berhasil kuketahui, beberapa orang
jagoan yang paling sukar dilayani yang saat ini berada didalam
rumah rumah gubuk itu kecuali beberapa orang bayangan
darah ciptaan Shen Bok Hong, boleh dibilang Tong Lo thay
ciangbunjin keluarga Tong dan propinsi Suchuan lah yang
boleh dipandang ampuh, dia membawa puluhan jenis senjata
rahasia beracun yang sukar dihadapi dengan sembarangan,
oleh karena itu kita tak usah serentak menerjang masuk ke
dalam rumah rumah gubuk itu"
Bu wi Tootiang menyadari bahwa sianak muda itu takut
dengan ilmu silat yang di miliki beberapa orang anak muridnya
itu tak mampu menahan serangan senjata rahasia dan Tong
Lo-thay thay, oleh sebab itu segera ujarnya:
"Silahkan Siau tayhiap memegang pucuk pimpinan dalam
operasi kali ini, perintahkan saja kami untuk bertindak
sesuatu!"
Menurut pendapatku, lebih baik kelima orang anggota
partai Bu tong itu tetap berjaga jaga diiuar perkampungan,
sedang Tootiang dan aku bergerak paling depan.”

"Baik!" sahut Bu Wi Tootiang sambil mengangguk, "apa
yang harus mereka kerjakan? harap Siau tayhiap memberi
perintah!"
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah kelima
orang itu, kemudian jawabnya :
"Sudah lama aku dengar akan keampuhan barisan pedang
dari partai Bu tong pay, aku rasa Too heng berlima pasti
sudah hapal bukan dengan gerakan barisan pedang tersebut?"
"Kami sekalian sudah hapal!" jawab kelima orang itu sambil
memberi hormat.
"Bagus sekali, kalian berlima bersembunyilah didalam hutan
tersebut, apabila kalian melihat ada orang yang berusaha
melarikan diri dari tanah pertanian tersebut, lebih baik
tangkaplah orang2 itu secara tiba2 tak berduga, perduli mau
gunakan senjata rahasia atau pun menyergap secara diam2
terserah pada kehendak kalian sendiri, untuk menghadapi
orang2 dari perkumpulan Pek-hoa-san cung, kalianpun tak
usah membicarakan lagi soal peraturan persilatan dengan diri
mereka..."
Kelima orang itu mengiakan dan segera menyingkir
kedalam hutan ditepi jalan.
Baru-baru Siau Ling menambahkan kembali :
“Perduli dalam gubuk gubuk itu terjadi perubahan apapun,
kalian berlima tak usah maju menyongsong andaikata kalian
berjumpa dengan musuh musuh yang memiliki ilmu silat
sangat lihay, hadapilah orang itu dengan barisan pedang
kalian "
”Kami mengerti !" jawab kelima orang suara berbareng.
Siau Ling segera berpaling dan memandang sekejap kearah
Tu Kiu dan Pek li Peng kemudian ujarnya lagi :

”Kekuatan musuh amat tangguh kalian tak boleh bertindak
terlalu gegabah dan utamakanlah lebih dahulu keselamatan
sendiri daripada melukai lawan aku dan Bu Wi Too tiang akan
berjalan dipaling depan untuk membuka jalan, sedang kalian
berdua ikut melangkah di belakang tapi jaraknya jangan
terlalu dekat dan jangan pula terlalu jauh jaga selisih jarak
antara delapan depa sampai satu tombak lima depa, agar
diantara kita bisa saling membantu......"
Sorot matanya dialihkan kembali keatas wajah Pek li Peng
dan menambahkan:
”Peng-ji engkau tak boleh terlalu gagabah dalam bertempur
kalau bertemu dengan musuh yang telalu tangguh berilah
bisikan kepadaku, mengerti?"
"Siau moay akan ingat selalu !" jawab Pek-li Peng sambil
tersenyum.
"Kalau begitu, mari kita berangkat!" pemuda itu segera
bergerak lebih dahulu menerjang kearah gubuk.
Bu Wi tootiang segera mengempos tenaga dan berjalan
berdampingan dengan Siau Ling.
"Tootiang, loloslan senjatamu!" bisik Siau Ling.
Bu Wi Tootiang mengiakan dan cabut ke luar pedang poo
kiamnya, Ialu dia balik bertanya :
"Apakah Siau-heng tidak menggunakan senjata?"
"Aku membawa pisau mustika didalam saku, bilamana
bertemu dengan musuh tangguh nanti senjata itu baru akan
kupergunakan!"
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki keempat orang itu
sangat lihay, ditengah kegelapan tubuh mereka bagaikan
bintang yang meluncur berkelebat kearah depan, dalam
beberapa patah kata belaka tubuh mereka sudah berada
didepan rumah gubuk tersebut.

Dari balik pintu terdengar suara bentakan keras
berkumandang memecahkan kesunyian :
"Siapa diluar??"
Siau Ling tidak menjawab, sambil menyingkir kesamping ia
langsung menerjang masuk kedalam rumah gubuk itu.
Cahaya berkilauan memenuhi angkasa, sebilah golok tiba2
meluncur datang dan membacok kearah tubuhnya.
Siau Ling segera putar tangan kanannya mencengkeram
ujung golok lawan setelah itu sekuat tenaga disentak kearah
luar, seorang pria baju hitam seketika tertarik keluar dari
tempat persembunyiannya.
Bu Wi tootiang yang menyaksikan kejadian itu, diam2
menghela napas panjang, pikirnya :
"Sekalipun Sun Put Shia sendiri, belum tentu ia berani
bertempur melawan orang dengan cara begini"
Setelah tangan kanan Siau Ling berhasil menyeret keluar
tubuh orang itu, tangan kirinya segera diayun kemuka
melancarkan satu pukulan dahsyat keatas dada lawan.
Pria kekar itu mendengus berat dan seketika itu juga
menemui ajalnya ditangan orang.
Siau Ling sendiri, bersamaan waktunya dengan kematian
pria kekar tersebut, ia telah menerjang masuk kedalam rumah
gubuk tadi.
Dua kali dengusan berat bergema memecahkan
kesunyian, disusul dua sosok mayat terlempar keluar dan
dalam gubuk.
Pek-li Peng yang menyaksikan kejadian itu, diam diam
segera berpikir didalam hatinya:
"Toako selalu ramah dan welas kasih, tetapi malam ini ia
telah melakukan pembunuhan secara keji dan telengas, itu

membuktikan bahwa orang orang yang sedang dihadapinya
adalah manusia manusia laknat yang sudah banyak melakukan
kejahatan kalau toh toako sudah bertindak secara keji rasanya
akupun tak usah bertindak sungkan sungkan lagi"
Berpikir sampai di situ tangan kirinya segera merogoh
kedalam saku dan menggenggam sebatang jarum Han peng
ciam.
Bu wi Tootiang seadiripun tak pernah menyangka kalau
Siau Ling secara tiba tiba bisa melancarkan serangan dengan
begitu keji dan telengasnya ia jadi tertegun beberapa saat
lamanya sebelah mengikuti dibelakang Siau Ling untuk
menerjang masuk kedalam gubuk.
Tu Kiu dan Pek-li Peng menyusul dari belakang menyerbu
kedalam rumah gubuk tadi.
Jarak antara pintu gerbang rumah gubuk dengan ruang
tengah masih selisih agak jauh empat orang penjaga pintu
dalam waktu singkat telah dibunuh mati semua oleh Siau Ling
dengan gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat, dalam
anggapan pemuda itu orang orang dalam ruang dalam pasti
tidak akan tahu, siapa tahu dengusan penjaga pintu ternyata
kedengaran juga sampai kedalam.
Tatkala Siau Ling memimpin rekan rekan lainnya mencapai
satu tombak dari ruang tengah, tiba tiba terdengar desingan
tajam bergema memecahkan kesunyian, serentetan hujan
anak panah memenuhi seluruh angkasa.
Siau Ling segera mendorong sepasang telapaknya untuk
menghalau hujan panah tersebut.
Ia tidak membawa senjata, terhadap hujan anak panah
yang meluncur datang tiada hentinya itu lama kelamaan
dibuat kewalahan juga.
Bu Wi tootiang segera mengepos tenaga dan menerjang
maju kedepan, pedangnya berputar kencang memancarkan

cahaya putih yang berkilauan, anak panah yang mendekati
tubuhnya sama sama rontok keatas tanah terkena sambaran
pedangnya itu.
Ciangbunjin dari perguruan besar ini rupanya sudah
dibangkitkan semangatnya oleh permainan telapak Siau Ling
yang begitu cepatnya itu, pedang bagaikan pelangi berkelebat
mengitari seluruh badan melindungi Siau Ling dan diri sendiri
dari serangan panah, ketika berhasil mendekati pintu ruangan,
pedangnya segera membacok pintu hingga terbuka.
Gerakan tubuh Siau Ling cepat sekali, menggunakan
kesempatan dikala Bu wi Too-tiang membacok pintu ia sudah
menerobos masuk kedalam ruang tengah.
Sepasang telapaknya bekerja cepat, kembali dua orang
musuh berhasil dibacok sampai mati.
Bu Wi Tootiang segera menyusul kedalam pedangnya
berputar kekiri dan kekanan, dua orang pria dilukai pula pada
ujung pedangnya.
Sementara itu, Pek li Peng dan Tu Kiu telah ikut menerjang
masuk kedalam ruangan.
Pek li Peng segera putar pedangnya bagaikan titiran angin
kencang, mengikuti gerakan dari Bu wi tootiang, gadis inipus
berhasil melukai dua orang musuh.
Dalam ruang tengah rumah gubuk itu sebenarnya dijaga
oleh sepuluh orang jago pemanah jitu, ilmu silat yang
mereka miliki kendatipun sangat lihay, tetapi untuk
menghadapi serbuan dari empat orang jago lihay yang sudah
diliputi oleh napsu membunuh itu tentu saja masih bukan
tandingannya, dalam waktu singkat kesepuluh orang itu sudah
terkapar semua diatas tanah, dua orang yang belum matipun
sudah menderita luka dalam yang sangat parah.
Siau Ling masih tetap berjalan paling depan, tangan
kanannya diayun menghantam dinding tembok... Blaaam!

debu dan pasir berguguran keatas tanah, muncullah sebuah
lubang besar diatas dinding tadi.
Dalam hati kecilnya dia masih ingat dengan jelas letak
ruang rahasia yang dipergunakan Ciu Cau Liong untuk
melakukan perundingan dengan para jago2nya, dia berharap
dalam sekali gebrakan berhasil menerjang masuk kedalam
ruang rahasia tersebut dan menawan Ciu Cau Liong, atau
paling sedikit ia harus berhasil membinasakan beberapa orang
bayangan darah ciptaan dari Shen Bok Hong,
Oleh karena itu pemuda tersebut ingin membongkar
dinding untuk menerjang masuk kedalam.
Baru saja Siau Ling berhasil membobolkan dinding tembok
tersebut, tiba-tiba … terdengar suara bentakan gusar
berkumandang datang :
”Siapa disitu?”
Cahaya api memancar keempat penjuru dan muncullah
sebuah obor menerangi sekeliling tempat itu.
Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah depan,
tampaklah orang orang yang barusan munculkan diri adalah
Ciu Cau Liong dibelakangnya berdiri empat orang pria berbaju
merah membahu disisi kirinya adalah Tong Lothay sedang
disebelah kanannya adalah Tan Hiong Ciang.
Seorang pria lain sambil membawa obor berdiri kurang
lebih tiga depa didepan Ciu Cau Liong.
Pakaian yang dikenakan beberapa orang itu amat rapi,
agaknya belum tertidur semua.
Siau Ling dapat melihat keadaan dari Ciu Cau Liong
sekalian sedangkan Ciu Cau Liong juga dapat melihat Siau
Ling dengan dandanan serta pakaian yang tak ada ubahnya
seperti siang hari tadi hal ini membuat kepala kampung kedua
dari perkampungan Pek hoa san cung jadi tertegun.

"Tan Hian tit, sebenarnya apa yang telah terjadi.. ?"
tegurnya.
Tan Hong Ciang sama sekali tak menyangka kalau Siau Ling
berani menyerbu kesitu dengan membawa orang2nya, bahkan
masih memakai baju yang dikenakan pada siang harinya,
kejadian itu membuat hatinya tak tenang.
Apalagi sekarang setelah ditegur oleh Ciu Cau Liong, dia
semakin merasa gelisah dan tidak tenteram.
Siau Ling sendiri, setelah melihat bahwa beberapa orang
penting yang sedang dicari olehnya sudah berkumpul semua
disitu, ia malahan tidak terburu napsu untuk segera turun
tangan, perlahan2 tubuhnya malah mundur dua langkah
kebelakang.
Tan Hiong ciang sendiri, setelah berhasil mententeramkan
hatinya, sambil tebalkan muka tegurnya :
"Yang datang apakah Pek heng? '
"Bukan! " jawab Siau Ling sambil tertawa dingin," sekarang
aku sudah tidak bermarga Pek lagi! '
Mendengar suara pemuda itu, tiba-tiba …. Sekujur badan
Ciu Cau Liong gemetar keras, teriaknya :
"Engkau adalah Siau Ling?"
Siau Ling sama sekati tidak memperdulikan pertanyaan dan
Ciu Cau Liong itu, dengan nada dingin ujarnya :
"Kalian tak usah memperdulikan siapakah aku, cabut keluar
senjata kalian dan bersiap2lah untuk bertempur!"
Dengan pandangan dingin Ciu Cau Liong melirik sekejap
kearah Tan Hiong Ciang, berada dihadapan musuh tangguh
tak sempat baginya untuk menegur orang she Tan itu lagi,
sambil tertawa dingin segera ujarnya :

"Bagus sekali, kalau memang sahabat tak mau
menyebutkan namamu, itu membuktikan bahwa sahabat
masih menaruh perasaan segan terhadap perkampungan Pek
hoa san-cung kami. Tempat ini terlalu sempit dan tidak leluasa
untuk digunakan sebagai tempat bertanding, lebih baik kita
pilih ketaman sebelah luar sana!"
"Engkau Ciu ji-cungcu termasuk juga seorang yang
mempunyai kedudukan didalam dunia persilatan, aku rasa
apa yang sudah dikatakan tak akan dipungkiri kembali, pada
hal... sekalipun engkau ingin melarikan diri dari sini, mungkin
tak bisa kau lakukan dengan mudah!"
"Hanya mengandalkan kekuatan kalian berempat? “ejek Ciu
Cau Liong sambil tertawa sinis, “apakah ucapanmu itu tidak
terlalu tekebur.....?'
Dengan pandangan tajam Siau Ling mengawasi wajah Ciu
Cau Liong, kemudian perlahan-lahan mundur kebelakang.
Ciu Cau Liong sekalian segera mengejar ke arah depan.
Ketika melewati ruang tengah dan menyaksikan kesepuluh
orang ahli pembidik tepat yang ditugaskan menjaga ruang
tengah telah roboh terkapar semua dalam keadaan tak
bernyawa, diam-diam Cu Cau Liong merasa terkesiap,
pikirnya:
"Keempat orarg ini jelas merupakan jago lihay kelas satu
dalam dunia persilatan, hanya dalam waktu amat singkat
sepuluh orang pembidik tepat kami sudah menggeletak semua
dalam keadaan tak bernyawa.”
Mendadak sorot matanya membentur diatas senjata pit
baja yang ada ditangan Tu Kiu, sambil tertawa dingin segera
serunya :
“Pit baja berwajah dingin Tu Kiu, nyali nya benar2 tidak
kecil!"

Setelah namanya disebut orang,Tu Kiu pun tidak
merahasiakan asal usulnya lagi, sambil tertawa dingin
sahutnya :
"Sedikitpun tidak salah, memang aku orang she Tu!"
Ciu Cau Liong alihkan sorot matanya keatas wajah Bu Wi
Tootiang, sesudah mengamatinya beberapa waktu ia
menegur:
"Siapakah engkau??"
"Aku tak bersedia memberi jawaban!" sahut Bu Wi tootiang
dengan suara dingin.
Ciu Cau Liong menengadah dan tertawa ter-bahak2.
"Haahhh...haaahhh....haaahhh... engkau tidak bersedia
mengatakan? ataukah tidak berani mengatakannya keluar?
padahal sekalipun engkau tidak mengatakan juga sama saja,
karena aku sudah tahu bahwa engkau adalah Bu Wi tootiang"
Bu Wi tootiang tertawa dingin, ia tidak memberi tanggapan
tentang perkataannya itu.
Dalam hati Siau Ling segera berpikir :
Kedua belah pihak, membentuk posisi sendiri dan saling
berhadapan dengan keadaan siap bertempur.
Diluar dugaan Siau Ling, ternyata Ciu Cau Liang sama
sekali tidak menunjukkan rasa jeri, seakan2 ia mempunyai
sesuatu andalan.
Walaupun kesempurnaan Ciu Cau Liong didalam hal ilmu
silat tidak begitu cemerlang, tetapi kecerdasan otaknya
sungguh luar biasa sekali, sementara ia masih termenung,
mereka sudah tiba dihalaman paling depan.
Sikap Ciu Cau Liong seolah olah ada sesuatu yang
diandalkan olehnya, ia segera ulapkan tangannya sambil
berseru :

"Pasang beberapa buah obor lagi!,.
Suara mengiakan bergema dan beberapa saat kemudian
sudah ada tujuh batang obor yang telah dipasang.
Delapan buah obor dipegang oleh delapan orang pria
berpakaian ringkas dengan senjata lengkap berdiri pada
delapan posisi yang berbeda satu sama lainnya.
Dibawah sorot cahaya obor, suasana dalam kalangan jadi
terang benderang bagaikan disiang hari saja......
Diam diam Ciu Cau Liong mengamati Pek-li Peng sekejap
dari potongan badannya yang kecil ia tahu bahwa orang itu
adalah seorang gadis hanya tidak diketahui siapakah dia.
Dengan sikap yang sangat mencurigakan ini, Siau Ling
bertindak semakin ber-hati2, ia berpaling dan bisiknya kepada
Bu Wi tootiang dengan suara lirih :
"Selamanya Ciu Cau Liong tidak berani turun tangan
bertempur dengan orang secara sembarangan, tapi kali ini
sikapnya jauh berbeda dengan keadaan dihari biasa, mungkin
ia telah menyusun suatu rencana busuk, kita harus bertindak
hati2!"
Bu Wi Tootiang mengangguk tanda mengerti.
"Biarlah aku yang maju menantang perang lebih dahulu! '
bisiknya.
Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Ciu Cau
Liong, dan ujarnya dengan suara lantang:
"Sudah lama aku dengar akan nama besar dari Ji cungcu,
ini malam bisa saling berjumpa, betul betul suatu
keberuntungan bagiku, bersediakah engkau memberi
pelunjuk beberapa jurus kepadaku.”
Ciu Cau Liong tertawa dingin jawabnya : “Aku tidak
bersedia untuk turun tangan bergebrak dengan orang secara
sembarangan”

Ia berpaling dan memandang sekejap kearah Tong Lo thay
thay, serunya :
“Tong hujin harap engkau bersedia untuk bertempur dalam
babak pertama!"
Sambil menyambar tongkatnya Tong Lo thay thay maju
ketengah gelanggang katanya :
“Siapakah diantara kalian yang bersedia untuk bertempur
dengan aku siorang tua??"
Dalam hati Siau Ling berpikir : “Ketika dibawah puncak liwan-
hong tem po hari ia bersama Kim Hoa Hujin pergi
mengejar Shen Bok Hong yang terluka entah bagaimana
kemudian ternyata kedua orang itu telah bergabung kembali
dengan pihak Perkampungan Pek hoa san cung keadaan dari
Kim Hoa hujin masih tetap seperti sedia kala, banyak bicara
dan banyak berguraunya, tapi keadaan Tong Lo thay thay
pada saat ini jauh berbeda, rupanya ia telah mendapat
pengawasan yang jauh lebih keras...,."
Berpikir sampai disitu, ia segera menyerobot maju lebih
dahulu ketengah gelanggang.
Pada waktu itu, sebenarnya Bu Wi too-tiang telah bersiap
sedia untuk melakukan pertarungan, tetapi setelah diserobot
oleh Siau Ling, terpaksa ia hentikan langkah kakinya dan cuma
nonton belaka.
"Laporkan namamu'!" seru Tong La-thay thay sambil
ayunkan toya ditangannya.
Siau Ling tertawa ewa, jawabnya :
"Aku adalah Siau Ling!"
"Engkau benar2 Siau Ling?" seru Tong Lo-tbay thay setelah
tertegun sejenak.
"Sedikitpun tidak salah, akulah orangnya!”

Ciu Cau Liong sendiri, walaupun sejak permulaan tadi lelah
menduga bahwa kemungkinan besar orang yang berada
dihadapannya adalab Siau Ling, akan tetapi setelah
mendengar pengakuan sendiri dari Siau Ling, tak urung
sekujur badannya gemetar keras.
Hanya empat orang pria baju merah yang berada
dibelakang tubuh Ciu Cau Liong saja yang masih tetap
bersikap kaku, se-akan2 mereka sama sekali tidak tahu
siapakah orang yang bernama Siau Ling itu.
Senjata rahasia dimiliki Tong Lo thay thay meskipun sangat
lihay, akan tetapi orang yang paling disegani oleh Siau Ling
masih tetap keempat orang pria baju merah itu karenanya
secara diam diam ia awasi terus gerak gerik keempat orang
tadi.
Menyaksikan tingkah laku keempat orang pria itu kaku dan
sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun, satu
ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, diam diam
ia berpikir:
”Keadaan dari empat orang itu kaku bagaikan patung arca
dari tanah liat.....hal ini menunjukkan bahwa kesadaran otak
mereka sudah jelas dikuasai oleh sejenis obatan yang sangat
beracun ...."
Dalam pada itu terdengarlah Tong Lo thay thay berseru
dengan suara lantang :
“Hey orang she Siau berhati hatilah.....!”
Wesss... !toyanya diiringi deruan angin tajam langsung
membabat kearah batok kepala lawan.
Siau Ling merasakan sapuan toya itu disertai tenaga dalam
yang sangat hebat sehingga membawa deruan angin yang
sangat memekikkan telinga, diam diam hatinya terperanjat,
pikirnya;

"Kalau ditinjau dari keadaan tersebut, rupanya ia telah tulus
ikhlas tunduk dan berpihak kepada perkampungan Pek hoa
san-cung, aku harus memberi sedikit pelajaran kepadanya....!'
Dalam hati berpikir demikian, sementara tubuhnya segera
menyingkir kearah samping.
Tangan kanan secepat kilat meluncur kearah depan dan
menyapu sejajar dada dengan suatu gerakan yang manis tahu
tahu ia berhasil mencengkeram toya diri Tong Lo thay thay
dan membetotnya keras keras kearah depan.
Cara merampas senjata orang dengan kekerasan seperti ini
jarang sekali ditemui dikolong langit, kecuali seseorang sudah
mempunyai keyakinan sembilan puluh persen pasti berhasil,
jarang sekali ada orang yang berani bertindak secara
gegabah.
Dalam sekali gerakan tangan Siau Ling berhasil
mencengkeram toya baja dari Tong Lo thay thay, kejadian ini
bukan saja membuat Cau Liongmerasa amat terperanjat
sekalipun Bu Wi Tootiang sendiripun diam diam merasa
terkesiap, pikirnya :
"Sungguh berani amat pemuda ini menempuh bahaya dan
mengambil resiko.. . benar-benar hebat!"
Rupanya Tong Lo tbay thay sendiripun sama sekali tak
menyangka kalau didalam sekali gebrakan saja Siau Ling telah
berhasil mencengkeram senjata toyanya, peristiwa tersebut
seketika membuat nenek tua itu jadi tertegun.
Pada saat ia masih berdiri termangu Siau Ling telah
menggerakan tenaga dalamnya untuk membetot toya baja
tadi kearah depan termakan tenaga betotan yang maha hebat
itu tanpa bisa dikuasahi lagi tubuh Tong Lo thay thay ikut
terjengkang kearah depan.

Menggunakan kesempatan itulah laksana sambaran kilat
Siau Ling ayunkan tangan kirinya sebuah pukulan gencar
dilepaskan.
Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan yang luar biasa
begitu cepatnya sehingga tidak memberi kesempatan bagi
Tong Lo-thay thay untuk menghindarkan diri......
Bluuumm !! pukulan tersebut dengan telak bersarang diatas
bahu kanan Tong Lo- thay thay.
Mengingat hubungan persahabatan yang pernah terjadi
diantara mereka, serangan yang dilancarkan Siau Ling ini tidak
terlalu berat, berbicara sampai tenaga dalam yang dimiliki
Tong Lo thay thay, seharusnya pukulan itu tak akan sampai
melukai dirinya
Terdengar Tong Lo thay thay mendengus berat kemudian
badannya roboh terjengkang kebelakang, senjata toya yang
berada dalam genggamanpun segera terlepas dari cekalannya.
Dengan cepat Siau Ling merampas toya tersebut,
disamping itu diapun menyadari bahwa Tong Lo thay thay ada
maksud mengalah kepadanya, tetapi berhubung dalam hati
mempunyai kesulitan yang amat besar maka nenek itu tak
berani berbicara ataupun menyapa dirinya.
Oleh sebab itulah, setelah berhasil merebut senjata toya
tadi, pemuda itu membentak keras, toyanya langsung diputar
menerjang kearah Ciu Cau Liong.
Selama ini yang sangat menguatirkan perasaan hati Siau
Ling adalah berpuluh puluh macam senjata rahasia beracun
dari Tong Lo thay thay yang sangat lihay itu, ia kuatir kalau
Pek li Peng dan Bu Wi too-tiang sekalian terluka diujung
senjata tersebut.
Sekarang, setelah melihat nenek tua itu menggeletak diatas
tanah dan senjata toyanya terlepas dari cekalan, rasa kuatir

yang mencekam hatinya pun seketika lenyap tak berbekas dan
semangat jantannya berkobar kembali.
Mimpipun Ciu Cau Liong tak pernah menyangka kalau Tong
Lo thay thay sebagai seorang ketua dari suatu perguruan
besar yang amat tersohor dipropinsi Suchuan, ternyata kena
dirobohkan oleh Siau Ling dalam satu gebrakan belaka, dalam
hati ia merasa curiga bercampur takut.
Tapi ingatan tersebut berkelebat dalam waktu yang amat
singkat, sebab ketika itulah Siau Ling sambil putar toyanya
telah menerjang maju kearah depan.
Ciu Cau Liong menyadari bahwa kepandaian silat yang
dimiliki masih bukan tandingan dari Siau Ling, sambil
mengundurkan diri untuk menghindar, dengan cepat ia
memberi tanda kepada empat orang pria baju merah yang
berada dibelakang tubuhnya untuk bersama mengepung
pemuda she Siau tersebut.
Siau Ling tidak berani memandang enteng keempat orang
pria baja merah yang kaku bagaikan Patung itu, hawa
murninya segera dihimpun dan ia segera hentikan gerakan
tubuhnya yang sedang menerjang kemuka, toya diangkat siap
melancarkan serangan.
"Ciu Cau Liong!" teriak Bu Wi tootiang dengan gusar,
"apakah pihak perkampungan Pek-coa san cung kalian perduli
dimana selalu mengandalkan jumlah yang banyak untuk
merebut kemenangan?"
"Toako" teriak Pek-li Peng pula," biar kan kubantu dirimu
untuk menghadapi kurcaci kurcaci tersebut.... ."
Sambil membawa pedang ia menerjang maju kedepan.
Beberapa patah kata itu diucapkan dengan suara amat
nyaring dan jelas menunjukan sebagai suara seorang wanita.
Rupanya karena gelisah dan cemas, gadis itu telah lupa
untuk mempergunakan nada prianya untuk berbicara,

Siau Ling segera menengadahkan keatas dan tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhh...haaahhh...haaahaaahh...Peng-ji, ayoh cepat
mundur kebelakang, aku tidak membutuhkan bantuanmu!"
sahutnya.
Dalam pada itu Pek li Peng telah berada dihadapan
keempat orang pria baju merah itu dan siap melancarkan
serangan, mendengar sahutan dari Siau Ling tadi terpaksa ia
tarik kembali serangannya sambil mundurkan diri kebelakang.
"Toako, jadi engkau tidak membutuhkan bantuanku?"
katanya.
"Tak usah! " kata Siau Ling sambil mengempos tenaga
bersiap sedia, " keempat orang ini kalau dikatakan sebagai
manusia, sebenarnya kita menilai mereka terlalu tinggi...."
"Kalau bukan manusia, lantas mereka itu? “
"Bayangan darah hasil ciptaan dari Shen Bok Hong! “
"Apa sih yang disebut sebagai bayangan darah itu??"
"Banyangan darah adalah...adalah...."
"Adalah sejenis manusia yang dipengaruhi oleh obat2an "
sambung Bu Wi tootiang dari samping, " setelah mendapatkan
suatu latihan yang keras dan sadis maka terciptalah bayangan
darah yang sama sekali tidak punya otak,"
Bu Wi Tootiang sendiripun tidak memahami apakah
bayangan darah itu, akan tetapi berhubung ia lihat Siau Ling
tak mampu memberikan jawabannya maka ia menyambut
dengan sekenanya.
Tiba2... terdengar empat buah suara pekikan aneh
berkumandang memecahkan Kesunyian yang mencekam
dimalam buta itu, begitu seram suara pekikan tersebut hingga
kedengarannya mengerikan sekali.

Pek li Peng masih ingin bertanya lebih jauh, tetapi karena
takut pertanyaan yang akan membuyarkan konsentrasi Siau
Ling, ia tak berani banyak bicara lagi.
Dalam pada itu, setelah keempat orang pria baju merah
tadi memperdengarkan pekikan yarg mengerikan itu, mereka
mulai mengerahkan keempat anggota tubuhnya.
Dengan sorot mata yang tajam Siau Ling mengawasi gerak
gerik dari keempat orang itu, sedang mulutnya berteriak
keras:
"Tootiang, ber-hati2lah mengawasi Ciu Cau Liong, jangan
biarkan mereka meloloskan diri dari sini, sedang keempat
orang ini biarlah kulayani sendiri”
Bu Wi Totiang menyadari bahwa ilmu silat yang dimiliki
Siau Ling jauh lebih ampuh dari pada kepandaian sendiri,
andaikata ia tak mampu menghadapi keempat orang manusia
aneh baju merah itu, itu berarti iapun sukar untuk memberi
bantuannya, maka dari itu sehabis mendengar seruan tadi
imam tua dari partai Bu tong pay ini mengundurkan diri sejauh
dua tombak dari kalangan dan mengawasi gerak gerik dari
Ciu-Cau Liong.
Sementara itu gerakan tangan dan kaki dari keempat orang
pria baju merah itu kian lama kian bertambah cepat, ia tahu
bahwa keempat orang itu segera akan melancarkan serangan,
dalam hati segera pikirnya.
"Aku toh mempunyai hasrat untuk melenyapkan keempat
orang itu dari muka bumi kenapa aku musti menunggu sampai
mereka melancarkan serangan lebih dahulu.....?? '
Berpikir sampai disini diam diam hawa murninya disalurkan
kedalam telapak, dengan ilmu jari Siu loo sin ci nya tangan
kanan diayun mengirim segulung angin desiran tajam kearah
seorang pria baju merah yang berdiri diarah barat-daya.

Segulung desiran angin tajam dengan telak menghajar kaki
kiri pria baju merah itu
Terlihatlah pria aneh tadi tergetar mundur sejauh empat
lima langkah kebelakang sebelum berhasil berdiri tegak.
Jelas serangan yang dilancarkan oleh pemuda itu cukup
berat dan dahsyat akibatnya.
Yang aneh, ternyata diatas wajah pria baju merah itu sama
sekali tidak memperlihatkan rasa kesakitan atau menderita
akibat tersebut, seakan akan kaki kirinya sama sekali tak ada
hubungan dengan tubuh bagian lainnya.
Tergetar hati Siau Ling karena terperanjat, diam diam ia
berpikir:
"Sekalipun Shen Bok Hong sendiri yang terkena serangan
jariku itu, dia pasti tak akan mampu mempertahankan diri,
tapi pria tersebut sama sekali tidak menunjukkan rasa
kesakitan ataupun menderita, entah ilmu silat apakah yang
telah dilatih oleh mereka.,?
Sebelum ia sempat putar toyanya untuk melakukan
penyerangan, tiba tiba terdengar ujung baju tersampok angin
disusul berkelebatnya bayangan merah, dua orang pria aneh
baju merah itu satu dari kiri yang lain dari kanan bersama
sama menerjang maju ke depan.
Siau Ling segera putar toya ditangannya, dengan jurus "
Heng-san cian-kim!! atau menyapu rata selaksa prajurit ia
serang pria baju merah yang menyerang datang dari arah
barat laut, sedang tangan kirinya melancarkan pukulan udara
kosong menghantam pria baju merah yang menyerbu datang
dari tenggara.
Rupanya keempat orang pria baju merah itu masing2 telah
berdiri pada posisi yang berbeda sehingga tanpa disadari telah
mengepung Siau Ling rapat2.

Cuma ada satu hal yang aneh, yakni posisi yang ditempati
keempat orang pria baju merah itu bukannya timur, barat,
utara atau selatan, tetapi tempat kedudukan mereka justru
adalah tenggara, Timur laut, Barat-laut, serta baratdaya, suatu
posisi membujur miring.
Baru saja pria aneh yang menerjang datang dari arah
tenggara mencapai jarak lima depa dihadapannya, angin
pukulan yang dilepaskan Siau Ling tahu2 sudah meluncur
datang.
Dengan cepat pria baju merah itu ayun pula tangan
kanannya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut
dengan keras lawan keras.
“Braaaak” , “Blaaam” kekuatan besar saling membentur
satu sama lainnya hingga menimbulkan pusingan angin puyuh
yang amat kencang.
Termakan oleh bentrokan angin pukulan yang amat bebat
itu, tubuh pria itu seketika terdorong mundur satu langkah
kebelakang dengan sempoyongan,.,
Siau Ling sendiripun merasakan lengan kirinya jadi kaku
dan linu, hal itu mempengaruhi serangan toya ditangan
kanannya, akibat bentrokan tadi serangan yana dilancarkan
pun jadi agak mengendor.
Sementara itu pria baju merah yang maju menyerang dari
posisi Barat-laut telah meloloskan senjata tajamnya, dengan
gada baja nya ia menyerbu kemuka.
Pada saat serangan toya Siau Ling agak mengendor itulah,
pria baju merah itu memutar gada bajanya menyerbu
kedepan.
“Traaang...” terjadi bentrokan kekerasan yang
memekikkan telinga, termakan tangkisan gada pendek
tersebut, senjata toya dalam genggaman Siau Ling tersapu
miring kesamping.

Empat pria baju merah itu pada saat yang bersamaan,
dengan gerakan tubuh yang cepat bagaikan sambaran kilat
menerjang maju kedepan mengurung Siau Ling.
Sianak muda itu membentak keras, ia buang senjata toya
dari tangannya setelah itu tangan kirinya melancarkan dua
buah serangan menghantam pergi dua orang baju merah yang
sedang maju menyerang, sedang tangan kirinya merogoh
kedalam saku dan mencabut keluar sebilah pedang pendek.
Setelah bertempur beberapa saat lamanya melawan pria
baju merah itu, secara lapat lapat ia sudah dapat meraba
sedikit keistimewaan dari musuhnya, ia merasa keempat orang
pria itu bukan saja memiliki ilmu silat yang sangat lihay, lagi
pula tidak kenal apa artinya kesakitan atau menderita kecuali
serangan yaag dilancarkan dapat mengenai pada bagian
tubuhnya yang mematikan hingga membuat mereka tak bisa
berkutik lain cara rasanya sudah tak ada lagi.
Karena itu diambil keputusan untuk turun tangan keji
menghadapi manusia manusia aneh itu, agar mereka mati
atau terluka parah.
Dalam kerubutan itu, dua orang pria baju merah tadi sudah
meloloskan senjata tajamnya sedang dua orang lainnya
menyerang dengan tangan kosong belaka.
Siau Ling segera melayani serangan2 itu dengan gencar
dan seksama, pedang pendek ditangan kirinya memainkan
ilmu pedang Hoa san kiam hoat dari Tam In Cing, sedangkan
tangan kirinya melepaskan pukulan dengan ilmu telapak kilat
menyambar ajaran Lam it kong.
Sepasang tangan melancarkan serangan dengan dua jenis
kepandaian yang berbeda, kehebatannya benar2 luar biasa
sekali.
Terlihatlah angin pukulan menderu2, cahaya pedang amat
menyilaukan mata, seluruh serangan yang dilancarkan
keempat orang baju merah itu telah dikuasai oleh Siau Ling

Ditengah berlangsungnya pertarungan amat seru itu, tiba2
terdengar Siau Ling membentakk keras :
"Kena!"
Cahaya darah menyembur keempat penjuru, pria baju
merah yang bersenjatakan gada baja itu terlepas lengan
kanannya oleh babatan lawan, senjata dalam cekatannya
terpental sejauh enam tujuh depa dan darah segar bagaikan
hujan gerimis mengucur keluar membasahi seluruh
permukaan tanah.
Walaupun lengan kanannya sudah kutung, tapi pria itu
sama sekali tidak merasa kesakitan, sambil ayun tangan
kirinya kembali ia lancarkan sebuah babatan maut.
Siau Ling tertegun, mimpi pun ia tak mengira kalau seorang
yang lengan kanannya telah dikuntungi ternyata masih
memiliki kekuatan untuk melancarkan serangan.
Gerakan tangan pria itu cepat bagaikan kilat....Braaaaml
serangan telapak kiri tersebut dengan telak bersarang diatas
bahu kiri pemuda Siau Ling.
Selama beberapa hari ini Siau Ling berlatih tekun siang
maupun malam, tenaga dalamnya memperoleh kemajuan
yang amat pesat, hawa khi kang pelindung badanpun
mendapat pula kemajuan yang amat cepat, ketika pukulan
yang dilancarkan pria baju merah itu bersarang diatas bahu
Siau Ling, tubuh pria itu malahan tergetar mundur sendiri
sejauh dua langkah.
Walaupun begitu Siau Ling sendiripun merasakan darah
dalam rongga dadanya bergerak amat keras. Dalam hati
kecilnya ia berpikir:
"Bayangan darah hasil ciptaan dari Shen Bok Hong ini harus
dilenyapkan secepatnya dari kolong langit, apabila
membiarkan mereka tetap hidup didunia maka cepat atau
lambat pasti ada delapan jago persilatan yang harus

mengobarkan jiwanya bersama-sama kematian orang ini,
sebab bukan saja ilmu silat yang dimiliki orang orang ini
sangat lihay lagi pula mereka tidak terpengaruh oleh rasa sakit
ditubuhnya, kejadian ini belum pernah terjadi dikolong langit
siapapun juga tak akan menyangka setelah berhasil meluka
parahi mereka, orang orang ini masih memiliki sisa kekuatan
untuk melancarkan serangan balasan setelah mereka
menderita luka tentu jauh lebih hebat lagi. Kalau orang orang
persilatan itu tidak memiliki hawa khie kang pelindung badan
seperti yang kumiliki bukankah serangan berikutnya yang
dilepaskan secara mendadak dapat melukai dirinya hingga
mampus?? aku harus lenyapkan mereka untuk menolong jiwa
sesama rekan persilatan……"
Otaknya berputar kencang sementara serangan telapak dan
pedangnya sama sekali tidak berhenti, ia masih tetap
melakukan pertarungan sengit melawan beberapa orang pria
baju merah itu, dan kini setelah mengambil keputusan maka
napsu membunuhpun dengan cepat menyelimuti seluruh
wajahnya, serangan mematikan dilancarkan secara ber- tubi2.
Situasi pertarungan antara Siau Ling dengan keempat
orang pria baju merah itu meski berlangsung tegang, tetapi Bu
Wi Tootiang dan Ciu Cau Liong yang menonton jalannya
pertarungan dari sisi kalangan merasa jauh lebih tegang
daripada Siau Ling sendiri.
Ketika Bu Wi tootiang menyaksikan pria baju merah itu
setelah kehilangan sebuah lengannya ternyata masih punya
kemampuan untuk melancarkan serangan balasan, se-akan2
lengan yang kutung itu sama sekali tak ada sangkut paut
dengan dirinya, dalam hati merasa amat terperanjat, pikirnya
dihati:
"Luar biasa mengerikannya orang2 ini, entah ilmu silat
apakah yang mereka miliki??"

Ciu Cau Liong sendiri telah menyaksikan jalannya
pertarungan antara Siau Ling melawan keempat orang pria
baju merah itu, perasaan batinya mulai tak tenang, ia berpikir:
"Rupanya silat yang dimiliki Siau Ling telah memperoleh
kemajuan yang amat pesat, begitu pesat dan cepatnya hingga
hampir boleh dibilang melampaui keadaan pada umumnya..."
"Bluuum...!" seorang pria baju merah terhantam dadanya
oleh sebuah pukulan Siau Ling hingga menimbulkan benturan
keras.
Dalam serangannya itu Siau Ling telah mempergunakan
tenaga dalam sebesar delapan bagian hingga mengetarkan
jantung orang itu, terlihatlah pria baju merah itu mundur
kebelakang dengan sempoyongan, setelah muntah darah
segar badannya roboh terjungkal keatas tanah.
Siau Ling berkelebat berulang kali kekiri maupun kekanan
untuk menghindarkan diri dari sergapan dua orang pria baju
merah lainnya, sambil putar badan pedangnya berkelebat
melancarkan satu serangan dengan jurus "Tiat su-kay-hoa "
atau pohon besi mulai berbunga, pedangnya langsung
menusuk tenggorokan pria tersebut.
Ia tahu bahwa pria baju merah ini tidak takut akan rasa
sakit, hanya serangan yang mengena pada tempat kematian
saja yang bisa melenyapkan daya tahan mereka.
Berhubung darah yang mengalir dari kutungan lengan pria
baju merah tadi terlalu banyak, gerakan tubuhnya sudah tidak
selincah semula lagi, sekarang termakan pula oleh tusukan
pedang Siau Ling yang ditujukan kearah tenggorokannya, ia
semakin tak tahan lagi, tubuhnya roboh terkapar keatas
dengan darah mengalir keluar dari mulut lukanya sesudah
berkelit sebentar putuslah jiwarya.
Setelah berhasil melukai dua orang baju merah, semangat
Siau Ling semakin berkobar pedang pendeknya berputar
kencang melukai kembali seorang pria baju merah pada saat

yang bersamaan tangan kirinya melepaskan ilmu sentilan sian
ci sinkang, segulung desiran angin tajam meluncur kemuka
menghajar mata kanan pria baju merah yang lain.
Pemuda itu sadar walaupun dua orang pria baju merah itu
sudah terkena serangannya namun daya tempur mereka sama
sekali belum lenyap, karena itu setelah melepaskan serangan
yang pertama, menggunakan kesempatan itu ia menerjang
kedepan dan melancarkan pula empat buah serangan berantai
lainnya.
Keempat buah serangan tersebut semuanya merupakan
jurus2 ampuh didalam rangkaian ilmu pedang dari Tan Ing
Cing, tak bisa dihindari lagi kedua orang pria tersebut
termakan tusukan pedang pada bagian mematikannya dan
roboh binasa semua.
Ciu Cau Liong jadi terkejut bercampur ketakutan setelah
menyaksikan empat orang bayangan darah hasil ciptaan dari
Shen Bok Hong yang paling diandalkan itu sudah roboh binasa
semua ditangan Siau Ling, tiba2 ia putar badan dan melarikan
diri.
Terdengar Bu Wi Tootiang tertawa dingin, serunya :
"Ji cungcu, apakah engkau hendak melarikan diri??”
Sambil putar pedang ia hadang jalan pergi dari Ciu Cau
Liong.
…Sreeet...! Tan Hiong Ciang mencabut keluar pedangnya,
sambil keraskan hati ia berseru;
“Ayoh minggir dan beri jalan!"
Pek li Peng segera berkelebat maju kedepan, ujarnya :
"Bangsat, engkau tidak pantas untuk bertempur melawan
Bu Wi tootiang. ..!”
…Sreeet...! sebuah tusukan kilat segera dilepaskan
kedepan.

Tan Hiong Ciang dengan cepat putar pedang menangkis
datangnya ancaman dari Pek li Peng, setelah itu sambil putar
pedang ia balas mengirim satu serangan.
Dengan cepat kedua orang itu terlibat dalam suatu
pertempuran yang amat seru, serang menyerang berlangsung
makin ramai...
Ciu Cau Liong yang menyaksikan gelagat tidak
menguntungkan bagi pihaknya, dalam hati segera berpikir :
"Situasi pada saat ini sangat tidak menguntungkan diriku,
lebih baik aku kabur saja dari sini."
Buru2 ia putar badan siap merat dari situ.
Tapi ketika berpaling kebelakang, tampaklah Siau Ling
dengan pedang pendek terhunus tahu2 sudah menghadang
jalan perginya.
Ciu Cau Liong merasa terkesiap ia merogoh kedalam
sakunya, cabut keluar sebuah senjata penggaris kumala
sambil putar badan ia terjang Bu Wi tootiang dengan
ganasnya.
Senjata penggaris kumala berputar dia langsung membacok
kebawah.
Bu Wi tootiang putar pedangnya untuk menangkis.......
Traaaang! senjata penggaris kumala ditangan Ciu Cau Liong
terpental ke belakang.
Setelah berhasil menyampok Senjata penggaris kumala dari
Ciu Cau Liong itu, Bu Wi tootiang segera putar pedang
melancarkan dua buah serangan berantai.
Tu Kiu dengan senjata pit bajanya terhunus berdiri
disamping kalangan sambil mengawasi gerak gerik disekitar
itu.
Siau Ling pun menyadari bahwa ilmu silat yang dimiliki Pek
li Peng maupun Bu Wi tootiang tidak berada dibawah

kepandaian Ciu Ciu Liong serta Tan Hiong Ciang maka sambil
berdiri disamping kalangan diam diam ia mengatur napas
untuk mengembalikan kembali tenaga murninya.
Ternyata, setelah berhasil membinasakan keempat pria
baju merah itu, pemuda tersebut merasa lelah sekali.
Bu Wi Tootiang yang terlibat dalam pertempuran sengit
melawan Ciu Cau Liong melayani serangan serangan
musuhnya dengan ilmu Tay kek-hu kiam, cahaya pedang
berkilauan memenuhi angkasa, ditengah kekerasan terselip
kelembutan membuat tubuh Ji cungcu ketua dari
perkampungan Pek hoa san cung ini terkepung didalam
lingkaran cahaya pedang.
Pertarungan yang berlangsung antara Pek li peng melawan
Tan Hiong Ciang berlangsung lebih sengit lagi kedua belah
pihak sama sama mengerahkan tenaganya untuk saling
berebut menyerang.
Kiranya dalam hati kecilnya, Tan Hiong Ciang secara diam
diam telah mengambil keputusan untuk munembusi
pertahanan lawan dan melarikan diri dikala Siau Ling sedang
terlibat dalam pertempuran melawan keempat orang pria baju
merah itu makanya begitu turun tangan ia berusaha merebut
posisi dengan serangan berantainya.
Pek li Peng yang diteter terus dengan serangkaian
serangan gencar hingga tak mampu melancarkan serangan
balasan dalam hati merasa terkejut bercampur gusar, pikirnya:
“Malam ini kalau aku sampai dikalahkan oleh orang ini
bukan saja toako akan jadi marah, bahkan orang lain akan
memandang rendah akan diriku, bagaimanapun juga aku
harus menangkan pertarungan ini.”
Sejak pertama kali bertempur, gadis ini sudah kehilangan
kesempatan baik dan dipaksa untuk berada dalam posisi
bertahan, tetapi sebagai seorang gadis yang besar
keinginannya untuk merebut kemenangan, ia tak mau

mengalah terus menerus, sekuat tenaga ia balas melancarkan
Serangan.
Disatu pihak berusaha keras untuk melarikan diri, dipihak
lain menyerang dengan sepenuh tenaga untuk menjaga
gengsinya, pertarungan berlangsung makin gesit.
Ditengah berlangsungnya pertempuran yang amat seru itu,
tiba tiba terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati
berkumandang memecah kesunyian, sebuah tusukan kilat
yang dilancarkan Pek-li Peng dengan tepat berhasil
menembusi dada Tan Hiong Ciang, membuat anak murid dari
Shen Bok Hong itu menemui ajalnya seketika itu juga.
Ilmu silat yang dimiliki Pek li Peng sebenarnya sudah
termasuk dalam deretan jago kelas satu dikolong langit, tetapi
berhubung pengalamannya belum banyak maka setelah
diserang Tan Hiong Ciang secara ber tubi2, ia jadi kalang
kabut dan tak mampu mengembangkan kelihayannya.
Menanti gadis itu melancarkan serangan balasan dan
secara beruntun melepaskan jurus2 aneh, Tan Hong Ciang
berbalik jadi kelabakan dan terdesak hebat, suatu ketika
pedang Pek li Peng berhasil menghujam kedalam dadanya
membuat jago lihay tersebut menemui ajalnya detik itu
juga....
Dalam pada itu Bu Wi tootiang telah berhasil mendesak
pula diri Ciu Cau Liong sehingga terdesak hebat dan sama
sekali tak berkutik.
Keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuh
Ciu Cau Liong ia berusaha keras untuk mengempos tenaga
dan putar senjata penggaris kumalanya untuk
mempertahankan diri.
Pek-li Peng telah berhasil membinasakan Tan Hiong Ciang,
ia segera membersihkan pedangnya diatas mayat tersebut,
kemudian sambil berpaling kearah Siau Ling tanyanya :

"Jahatkah orang ini? setelah dibinasakan dirinya, apakah
engkau marah?"
Siau Ling tersenyum?
"Orang ini adalah muridnya Shen Bok Hong, ilmu silatnya
sangat lihay, engkau dapat membereskan jiwanya, hal ini
benar2 bukan suatu pekerjaan yang gampang.”
"Toakolah yang telah memberi pelajaran ilmu silat
kepadaku" kata Pek-li Peng sambil tertawa.
"Ilmu silat aliran keluargamu merupakan serangkaian ilmu
silat yang berdiri sendiri, aku tidak berani menerima
jasanya..."
Setelah berhenti sebentar, sambil mempertinggi suaranya
ia melanjutkan lebih jauh :
"Ciu Cau Liong, keempat orang bayangan darah itu sudah
mampus semua, sedang Tong Lo thay thay pun sudah kutotok
jalan darahnya sedang Tan Hiong Ciang menemui ajalnya
dengan dada tertembus pedang, dengan andalkan
kekuatanmu seorang masih ada kemampuan apa lagi yang
kau miliki untuk meloloskan diri dari sini? ayoh cepat buang
senjata dan menyerah kalah, kalau berani melawan lebih jauh,
Tan Hiong Ciang adalah contoh yang paling baik bagimu"
Sekuat tenaga Ciu Cau Liong ayunkan senjata penggaris
kumalanya untuk menangkis serangan pedang dari Bu wi
tootiang, kemudian sambil putar badan ia menerjang kearah
Siau Ling.
Pek li peng berebut maju kedepan pedangnya diputar dan
secara beruntun ia lancar kan tiga buah serangan berantai.
Ciu Cau Liong Putar senjata penggarisnya menangkis ketiga
buah serangan berantai itu meski berhasil mempertahankan
diri tak urung tubuhnya telah berhasil didesak mundur sejauh
dua langkah dari tempat semula.

”Peng ji !!” bisik Siau Ling dengan suara rendah, “Hentikan
seranganmu, rupanya dia ada perkataan yang hendak
disampaikan kepadaku ! "
Pek li peng tarik kembali serangannya dan mengundurkan
diri kesisi tubuh Siau Ling.
Ciu Cau Liong pun menarik kembali senjatanya, sambil
menyeka keringat yang membasahi tubuhnya, perlahan lahan
ia berkata:
“Siau Ling, apa yang kau lakukan untuk menghadapi diriku
... . ? "
Siau Ling tertawa ewa.
"Seandainya aku lepaskan dirimu, mungkinkah Shen Bok
Hong akan menaruh curiga kepadamu?" tanyanya.
"Aku sudah bergaul selama belasan tahun lamanya dengan
toa cungcu, sekalipun ia menaruh curiga kepadaku, belum
tentu bisa mencelakai selembar jiwaku'
Perasaan hati Siau Ling tenang sekali, kembali tanyanya :
"Apakah engkau ingin sekali melanjutkan hidupmu dikolong
langit?"
"Semut binatang yang paling kecilpun menginginkan
kehidupan, apalagi aku sebagai manusia ?? "
Kita pernah hidup berdampingan dalam jangka waktu yang
cukup lama, dan selama itu sikapmu terhadap diriku cukup
baik..."
"Engkau masih dapat mengingat kebaikan ku dimasa
lampau, kejadian ini jauh berbeda diluar dugaanku " sambung
Ciu Cau Liong dengan cepat.
"Tetapi...walaupun sikapmu terhadap diri ku sangat baik,
hal itu dikarenakan engkau mempunyai maksud tertentu,
kalau dibicarakan sesungguhnya kebaikan hatimu itu bukan

muncul karena hati yaug tulus dan ikhlas, sekarang mati
hidup tergantung pada keputusanmu sendiri aku harap kau
dapat memilih yang tepat:"
Ciu Cau Liong tertawa dingin.
"Heehhh...heehhh....heehhh...engkau suruh aku menerjang
keluar dari kepungan?” ejeknya.
Siau Ling segera menggeleng.
"Aku rasa dalam hati kecilmu sendiri juga menyadari dalam
keadaan seperti ini engkau tidak memiliki kemampuan untuk
melarikan diri"
"Justru disitulah letak ketidakmengertianku!"
"Dalam dunia persilatan dewasa ini, orang yang paling
banyak mengetahui rahasia tentang perkampungan Pek-hoasan
cung dan mempunyai hubungan paling erat dengan Shen
Bok Hong hanyalah engkau Ciu ji-cung cu seorang.....!"
"Engkau hendak suruh aku menghianati perkampungan
Pek-hoa san cung dan membongkar rahasia dari Shen Bok
untuk ditukar dengan keselamatan jiwaku?"
"Sedikitpun tidak salah!"
Tiba tiba Ciu Cau Liong menengadah keatas dan tertawa
terbahak bahak.
"Haahh....haaahhh . .haaahh.... engkau terlalu pandang
enteng, dan jalan pikiranmu terlalu sederhana.....'*
Sambil cabut keluar senjata penggarisnya, ia bersiap sedia
kembali untuk melakukan pertarungan.
"Toako, engkau tak usah turun tangan sendiri" seru Pek-li
Peng dengan cepat," bagimana kalau aku saja yang
menghadapi dirinya.......??''
Sambil berkata ia maju dua langkah kedepan dan siap
melancarkan serangan dengan pedangnya.

"Peng-ji cepat mundur! "bentak Siau Ling dengan suara
lirih.
Dalam dua tiga patah kata tersebut, Pek li Peng telah
melancarkan tiga buah serangan gencar.
Ciu Cau Liong putar senjata membendung ketiga jurus
serangan tersebut dalam hati pikirnya:
"Ilmu pedang yang dimiliki budak ini jauh lebih ganas dan
keji dari pada ilmu pedang dari Bu Wi tootiang aku harus baik
baik2 menjaga diri...."' Berpikir sampai disitu ia lantas berseru:
"Siau Ling, apa sebabnya engkau tak berani membinasakan
diriku?"
"Aku harus menerangkan dahulu duduknya perkara hingga
jelas, sehingga kalau engkau ingin mati maka engkau bisa
mati dengan mata merem" kata Siau Ling ketus.
"Apa yang hendak kau katakan? cepat utarakan keluar aku
akan mencuci telinga untuk mendengarkannya!"
"Seandainya engkau bersedia untuk membongkar semua
rahasia dari perkampungan Pek hoa san-cung, maka akupun
bersedia untuk mengusahakan suatu cara untuk
menyelamatkan jiwamu dari ancaman Shen Bok Hong..."
Ciu Cau Liong termenung dan berpikir sebentar, lalu
jawabnya : "Apakah caramu itu?"
Engkau akan kurubah wajahnya sehingga tak kenal orang
lagi kemudian berdiam disuatu tempat yang aman, menanti
kami telah berhasil membinasakan Shen Bok Hong, maka
engkau bisa munculkan diri kembali dalam dunia persilatan"
"Kalian tidak akan mempunyai kesempatan untuk berbuat
begitu” kata Ciu Cau Liong sambil menggeleng.
"Sejak dahulu sampat sekarang, belum pernah ada orang
jahat yang sering melakukan kejahatan berhasil meloloskan
diri dari pembalasan yang setimpal, sekarang semua orang

gagah dikolong langit dan semua perguruan besar telah
mendusin dari impian, sekalipun ilmu silat Shen Bok Hong
lebih lihay dan kecerdikan otaknya lebih dalampun, tak
mungkin ia mampu untuk beradu kekuatan dengan para orang
gagah dikolong langit"
"Aku tak suka bicara kosong tanpa bukti, yang kuutamakan
adalah kenyataan, bicara menurut keadaan pada saat ini,
terus terang kukatakan saja bahwa kesempatan kalian untuk
menangkan kekuatan kami sebenarnya kecil sekali"
"Kenapa??"
Ciu Ciu Liong termenung dan berpikir sebentar, lalu
menjawab :
"Baiklah, akan kubocorkan sedikit rahasia dari pihak kami,
terus terang saja kekuatan sesungguhnya dari perkumpulan
Pek hoa-san cung kami pada saat ini, kian lama kian
bertambah kuat, lagipula didalam setengah bulan kemudian
dalam dunia persilatan terjadi perubahan yang sangat besar,
partai2 besar dengan sendirinya akan....." berbicara sampai
disitu, mendadak ia membungkam dan tidak meneruskan
kembali kata katanya.
"Lanjutkan perkataanmu !”seru Siau Ling dengan suara
dingin.
Ciu Cau Liong segera gelengkan kepalanya.
“Aku sebagai cungcu kedua dari Perkampungan Pek-hoa
san cung sudah terlalu banyak mengikat tali permusuhan
dengan orang kangouw. Jika aku melepaskan diri dari ikatan
dengan pihak perkampungan Pek-hoa-san-cung maka orang
persilatan yang mengejar diriku serta berusaha membinasakan
diriku pasti banyak sekali, dari pada mati secara konyol
ditangan orang lain, lebih baik sekarang juga aku mati secara
gagah dan patriot.........!"

“Baiklah, kalau engkau memang begitu percaya pada
kesuksesan yang bakal diperoleh Shen Bok Hong. akupun
tidak akan menganjurkan dirimu lebih jauh mengingat pada
hubungan dimasa lampau, akan kuberi suatu kematian yang
utuh kepadamu. Nah, sekarang engkau boleh bunuh diri untuk
menyelesaikan hidupmu sendiri"
Tiba tiba terdengar suara merdu berkumandang datang
memecahkan kesunyian :
“Ciu ji cungcu tak boleh mati"
Ketika semua orang berpaling kearah mana berasalnya
suara itu, tampaklah Kim Hoa hujin perlahan2 sedang maju
kedepan”
"Kenapa??'' tanya Siau Ling.
"Karena ia paling banyak mengetahui rahasia tentang
perkampungan Pek-hoa san cung, membiarkan dia hidup jauh
lebih berharga daripada membinasakan dirinya"
"Meskipun ia mengetahui banyak rahasia dari Shen Bok
Hong, tetapi tidak bersedia nntuk mengatakannya keluar, apa
gunanya biarkan tetap hidup? “
Kim Hoa hujin tertawa.
"Kalau engkau mengajukan pertanyaan dengan cara begini,
tentu saja ia tidak bersedia untuk mengatakannya..."
Sambil membereskan rambutnya yang terurai, sambungnya
lebih jauh :
"Aku sudah pernah menyaksikan Ciu ji-cungcu menyiksa
musuh2nya, cara yang ia pergunakan sangat tepat dan luar
biasa sekali, aku rasa kalau kita gunakan cara yang sama pula
untuk mengorek keterangan dari mulutnya cara itu paling
tepat sekali"
''Apakah ia mengorek keterangan dengan cara menyiksa
lawannya secara keji?"

"Sedikitpun tidak salah, demikian keji dan telengas cara
yang dipergunakan sehingga membuat orang yang
menyaksikan jadi bergidik dan bulu romanya pada bangun
berdiri"
Secara tiba2 ia melancarkan serangan menotok dua buah
jalan darah ditubuh Ciu Cau Liong, kemudian melanjutkan :
"Kita tak boleh membiarkan dia mati!"
"Apa yang harus kita lakukan pada saat ini??”
"Kalau kita ajukan pertanyaan ditempat ini, sekalipun
engkau menggunakan cara penyiksaan yang bagaimana
kejipun tak mungkin ia bersedia untuk mengucapkan sepatah
kata pun.”
Se-akan2 telah menyadari akan sesuatu. Siau Ling segera
mengangguk.
“Oooh, ! aku mengerti sudah"
"Kalau sudah mengerti, itu lebih bagus lagi..."
Sorot matanya dialihkan keatas wajah Tong Lo-thay thay
yang menggeletak diatas tanah, kemudian menambahkan :
"Keadaan dari Tong Lo thay thay tidak jauh berbeda
dengan keadaanku, karena terdesak oleh keadaan mau tak
mau ia harus berbuat demikian, bebaskanlah jalan darahnya"
Rupanya Siau Ling sangat menuruti perkataan dari Kim Hoa
hujin, ia segera maju ke depan dan menepuk bebas jalan
darah Tong Lo thay thay yang tertotok.
Setelah jalan darahnya dibebaskan, nenek tua dari
perguruan Tong dipropinsi Suchuan itu segera loncat bangun
serunya :
"Siau tayhiap, terima kasih atas bantuanmu!"
---ooo0dw0ooo---

Jilid: 23
SIAU LING tersenyum. ''Sejak locianpwee bertempur
melawan diriku barusan aku sudah merasakan bahwa
locianpwee ada maksud untuk mengalah terhadap diriku"
"Aaai...! dalam kenyataan, kendatipun aku memberi
perlawanan sekuat tenagapun, paling banter aku cuma
mampu menahan sepuluh gebrakan dari Siau tayhiap"
"Kalian tak usah saling merendah lagi " potong Kim Hoa
hujin dari samping, kita harus cepat2 tinggalkan tempat ini!"
"Kita harus pergi kemana?"
"Dirimana kalian datang, kesitulah kita akan pergi!"
Dengan suara lirih Siau Ling segera berpaling kearah Bu Wi
Tootiang dan bertanya: "Apakah kita turun kembali kedalam
gedung tersebut??"
Bu Wi Tootiang gelengkan kepalanya.
“Untuk menghadapi musuh tangguh yang keji dan telengas
semacam Shen Bok Hong, pinto telah mempelajari pula
pelbagai macam cara yang keji untuk menghadapinya, "
katanya sambil tertawa, “kecuali gedung tersebut, pinto telah
menyediakan pula dua rumah tempat persembunyian lain
yang jauh lebih rapat dan tersembunyi"
“Bagus sekali, kalau begitu mari kita ber siap2 untuk
berangkat.,.,!''
“Jejak pertempuran ditempat ini apakah perlu dibereskan
lebih dahulu ..??"
"Beberapa buah rumah gubuk ini keseluruhannya telah
diduduki oleh pihak perkumpulan Pek hoa san cung " kata Kim
Hoa hujin, “kecuali orang2 dari perkumpulan Pek hoa san

cung, tak ada orang lain yang bisa berkunjung kemari, apabila
kalian ingin mengatur sesuatu yang untuk menipu Shen Bok
Hong hingga dia mempunyai jalan pikiran yang salah, maka
itu berarti kalian sudah terlalu memandang rendah
kemampuan Shen Bok Hong, satu2nya jalan yang paling tepat
pada saat ini adalah tidak meninggalkan bekas barang
sedikitpun juga, agar ia tidak berhasil menemukan sesuatu
pertanda apa pun"
"Maksud hujin..." seru Bu Wi tootiang tidak mengerti.
"Kita lepaskan saja api dan membakar habis rumah gubug
disekitar tempat ini"
“Bagaimana dengan orang2 disini? masa kita harus
membunuh habis mereka semua? tindakan semacam ini aku
rasa keterlaluan kejam mengerikan. ." seru Siau Ling dengan
dahi berkerut.
Kim Hoa hujin tersenyum:
"Tentang soal ini sudah kupikirkan masak2 sekarang ini
nama pendekarmu sudah memenuhi kolong langit tentu saja
engkau amat sayang dengan nama besarmu tidak bersedia
membunuh orang secara sembarangan biarlah cici yang
mewakili dirimu untuk melakukannnya"
“Dan engkau sudah turun tangan??"
Kim Hoa hujin tertawa.
"Tiga puluh delapan orang pelayan yang berada
ditempat ini kecuali mereka yang telah kalian bunuh,
sebagian besar telah mati ditanganku sekarang tinggal
beberapa orang yang masih berada dikalangan sambil
membawa obor saja yang belum mati, namun jalan darah
mereka telah kutotok semua.
“Setiap anggota perkampungan Pek hoa san cung pantas
untuk menerima kematian, aku setuju sekali dengan tindakan
yang cici laksanakan.”

“Bagus sekali dengan beberapa patah katamu itu, akupun
dapat berlega hati.”
Tangan kanannya segera berkelebat menotok beberapa
orang pria yang membawa obor itu dalam waktu singkat
semua orang telah dimatikan dari muka bumi .
Tiba2 Siau Ling seperti telah teringat akan suatu
persoalan, bisiknya kepada Bu wi Tootiang.
"Tootiang, aku telah teringat akan sesuatu, dalam kuil Pek
in koan masih terdapat sebagian jago lihay dari
perkampungan Pek hoa san cung, setelah kita melakukan
gerakan ini, bagaimana kalau kita gunakan kesempatan yang
sangat baik ini untuk menghabiskan semua sarang mereka
disekitar kota Tiang sah.”
Sebelum Bu wi tootiang sempat menjawab, Kim Hoa hujin
telah berseru lebih dahulu:
"Tidak usah!"
"Kenapa?''
"Mau membidik, bidiklah burung, mau menangkap bajingan
tangkap saja pentolannya, menurut pengamatanku
perkampungan Pek hoa san cung tidak mempunyai organisasi
yang terlalu ketat, semua pergerakan dan aktifitas berada
dalam cengkeraman Shen Bok Hong, asal engkau dapat
menyelesaikan Shen Bok Hong maka seluruh kekuatan
perkampungan Pek hoa san cung akan menjadi buyar dengan
sendirinya. Hal ini disebabkan pertama Shen Bok Hong terlalu
banyak curiga dan tak bersedia mempercayai orang lain, maka
ia tak berani mempercayai anak buahnya, kedua
kecerdikannya terlalu hebat hingga tak ada seorangpun
mampu melampaui dirinya, selama banyak tahun ia telah
mempergunakan pelbagai macam akal dan kekuatan untuk
menguasai semua anak buahnya, asal ia dibunuh maka semua
anggota perkampungan Pek hoa san cung akan menjadi buyar
dengan sendirinya..”

Setelah memandang sekejap kearah Ciu Cau Liong
sambungnya lebih jauh:
"Dewasa ini Shen Bok Hong sedang mempersiapkan suatu
gerakan besar, satu2nya orang yang mengetahui semua
rahasia tersebut kemungkinan besar hanya Ciu Cau
Liong, persoalan paling penting yang harus kita lakukan
sekarang adalah mengorek keterangan dari mulut Ciu Cau
Liong, setelah itu baru mencari akal serta menyusun rencana
untuk menghadapi mereka, sedang mengenai Seng Sam koay
beberapa orang itu tidak seberapa besar kegunaannya, kita
tak usah terlalu memusingkan kekuatan mereka.
Siau Ling termenung dan berpikir sebentar kemudian
jawabnya.
“Perkataan cici sangat masuk diakal mari kita berangkat!”
“Pinto akan membawa jalan "seru Bu wi tootiang dengan
cepat, ia segera berangkat lebih dahulu meninggalkan tempat
itu.
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kepada Tu
Kiu, kemudian serunya :
"Saudaraku,lepaskan api dan bakar saja semua bangunan
disini."
Tu Kiu mengiakan, api segera membakar bangunan rumah
disekitar sana.
Bangunan rumah itu semuanya terdiri dari rumput kering
yang gampang terbakar, begitu terkena api dalam sekejap
mata terjadilah kebakaran yang amat besar.
Siau Ling yang menyaksikan bangunan di situ sudah mulai
terbakar, ia berpaling kearah Pek li Peng sambil berseru;
"Peng ji mari kita berangkat!”

Pek-li Peng tersenyum, dengan mengikuti dibelakang Siau
Ling berangkatlah beberapa orang itu meninggalkan
perkampungan tersebut.
Tu Kiu sambil membopong Ciu Cau Liong berjalan
dibelakang tubuh Pek-li Peng.
Kim Hoa hujin mengikuti d belakang Ciu Ciau Liong.
Bu Wi tootiang dengan kelima orang anak murid partai Bu
tong nya telah menanti di luar.
Maka selelah semua orang telah berkumpul, dibawah
pimpinan Bu-wi tootiang berangkatlah mereka menuju kearah
utara.
Dalam waktu singkat belasan li sudah lewat, akhirnya
sampailah mereka ditepi sungai.
Bu wi tootiang menghentikan langkahnya, lalu bertepuk
tangan lima kali.
Beberapa saat kemudian dari balik semak yang lebat perlahan2
meluncur keluar sebuah sampan kecil.
Diatas sampan kecil itu berdirilah seorang pria memakai
topi lebar dengan jas hujan yang lebar pula.
Terdengar pria itu berseru dengan suara lantang “
"Langit gelap karena seisi bumi kering karena tanah . ''
“Seorang kakek tua berambut putih sibuk menangkap ikan”
sambung Bu Wi tootang dengan cepat.
Pria bertopi lebar itu segera menutulkan galanya keatas air
dan bergeraklah sampan kecil itu mendekati tepi pantai.
"Apakah sampan ini cukup untuk memuat orang sebegini
banyaknya??” tanya imam tua itu.
Pria tersebut mengangguk.

"Tidak mengapa silahkan saudara sekalian naik keatas
sampan!”
Bu Wi tootiang tidak banyak bicara ia segera naik
kesampan itu terlebih dahulu.
Para jago bersama sama loncat naik keatas sampan dan
berdesakan menjadi satu.
Sampan tersebut panjangnya hanya dua tombak dengan
lebar lima depa sebelah para jago berdesakan menjadi satu
sampan kecil itu agaknya hendak tenggelam.
Tu Kiu segera berseru lantang:
"Aaai! tidak boleh jadi lebih baik kita dibagi menjadi dua
rombongan saja! “
"Tidak jadi soal " jawab pria itu sambil tersenyum ia segera
terjun kedalam air dan mendorong sampan itu dari belakang
Didorong pria tersebut, sampan kecil itu meluncur kedepan
dengan tenaga yang mantap dalam sekejap mata saja sampan
tersebut telah masuk kedalam semak belukar.
Terdengar pria mendorong sampan mendengus sepasang
tangannya mendorong dengan tenaganya, sampan kecil itu
segera menerjang masuk kedalam semak yang lebat.
Rupanya didalam semak tersebut merupakan sebuah
daratan yang jauh lebih tinggi empat penjuru diliputi semak
dan rerumputan yang lebat tempat itu benar2 merupakan
suatu tempat persembunyian yang amat rahasia.
Diatas daratan yarg berpasir berdirilah beberapa rumah
gubuk.
Bu Wi tootiang loncat lebih dahulu dari atas sampan
sedangkan para jago lainnya mengikuti dari belakang.

Ditengah kegelapan terlihatlah sederet bayangan manusia
menghadang jalan pergi mereka diatas sorot cahaya bintang
sinar pantulan sepintas berkilauan.
Bu-wi tootiang segera maju kedepan dan memberi hormat,
serunya :
"Pinto adalah Bu wi, kalian tak usah terkejut!"
Seorang pria berlengan tunggal dan menggoyangkan kipas
ditangan kanannya maju ke depan dengan langkah lebar,
serunya:
"Benarkah engkau adalah Bu-wi tootiang? “
Dengan ketajaman mata Siau Ling, kendatipun berada
ditengah lapangan ia masih dapat mengenali orang itu sebagai
Be Bun Hui, dergan perasaan terharu ia memburu kedepan,
serunya :
"Be-heng, masih kenal dengan siau te..."
Kewaspadaan Be Bun Hui amat tinggi, ia loncat mundur
kebelakang dan membentak:
"Siapa engkau??"
Sesudah dibentak Siau Ling baru teringat bahwa
penyamarannya belum dibersihkan, dengan cepat ia
membersihkan wajahnya kemudian berseru :
"Siau te adalah Sau Ling!"
Dengan seksama Be Bun Hui mengamat orang yang berada
dihadapannya, setelah mengetahui bahwa orang itu adalah
Siau Ling ia baru tertawa ter-bahak2.
"Haahhh..haahh.,haaahh.. mimpipun aku tak menyangka
kalau akan ketemu dengan Siau heng disini!"
“Lengan kiri Be-heng “ bisik Siau Ling sedih.

Be Bun Hui mengibaskan kipas tangannya dan mencekal
lengan Siau Ling sahutnya:
“Bagi seorang pria sejati kehilangan sebuah lengan masih
terhitung tidak seberapa'"
Sambil berpaling kearah para jago yang berada
dibelakangnya ia melanjutkan:
"Sahabat2 yang begitu banyak dari dunia persilatan bukan
saja tidak memandang rendah aku orang she be karena hanya
memiliki sebuah lengan mereka malah lebih sayang
kepadaku!”
“Benar Be heng adalah pria sejati akupun merasa sangat
kagum terhadap dirimu"
“Haahh… haaahhh…haahh.. “ Be Bun Hui tertawa ter
bahak2, "sudah cukup dengan memandang ucapan dari Siau
tayhiap ini, kendatipun aku orang she be harus kehilangan
lengan yang lainpun tak akan menyesal”
"Be-heng sebut aku sebagai saudara saja'
"Haahhh. . haahh...haahhh ... baik! saudara Siau, dewasa
ini sejumlah perguruan besar dan orang gagah dikolong langit
telah menyadari bahwa satu hari Shen Bok Hong belum
terbunuh, satu hari lagi seluruh umat persilatan tidak bisa
hidup dengan tenteram mencari hidup, selama ini bukan saja
tak bisa menghindari bencana tersebut bahkan akan semakin
memperbesar wibawa Shen Bok Hong, karena perjuangan
saudara Siau beberapa kali dalam perlawananmu menghadapi
Shen Bok Hong, sekarang bukan saja mereka telah sadar
bahkan merekapun telah bangkit kembali untuk melakukan
perlawanan, kesemuanya ini adalah berkat jasa dari saudara
Siau......"
“Be heng terlalu memuji" tukas Siau Ling dengan cepat,”
Shen Bok Hong memang kejam dan lalim sudah sewajarnya

kalau umat persilatan pada menyadari akan kekejamannya
apa sih jasaku??
Be Bun Hui tersenyum.
“Sekarang semua orang dilima telaga empat sungai telah
menganggap saudara Siau sebagai bintang penolong bagi
umat persilatan, selama ratusan tahun kedepan hanya
saudara Siau seorang yang patut dikagumi dan dihormati......”
Sinar matanya segera dialihkan keatas wajah Tu Kiu
sekalian, lanjutnya lebih jauh: "Siapakah orang2 ini??"
"Mari...aku akan perkenalkan mereka kepada Be heng..."
Sambil membersihkan wajahnya dari obat penyamar Bu-wi
Tootiang berkata :
"Pinto adalah Bu wi!”
"Aku adalah Tu Kiu ! sambung Pit baja berwajah dingin.
Kim Hoa hujin, Tong Lo thay thay maupun Pek-li Peng
hanya berdiri disamping dengan mulut membungkam.
Siau Ling menuding kearah Pek-li Peng lebih dahulu, lalu
berkata :
"Dia adalah Nona Pek-li, putri kesayangan dari Pak-thian
Cuncu!"
"Aaah! putri istana salju" dari rombongan para jago
kedengaran seruan tertahan.
Pek-li Peng tersenyum, ia mengangguk sebagai tanda
penghormatan.
Dan yang ini adalah Tong Lo thay thay ketua perguruan
Tong dari propinsi Suchuan" sambung Siau Ling, sedang yang
ini adalah Kim Hoa hujin..."
Be Bun Hui segera mengerutkan dahinya, dengan cepat ia
menukas:

“Kedua Orang ini adalah jago lihay dari perkampungan Pek
hoa san cung, pembantu setia dari Shen Bok Hong !”
Seruan yang ramai dan suasana yang gaduh
berkumandang dari belakang tubuh Bu Ben Hui.
Jelas para jago jadi marah dan diliputi emosi ketika
mendengar nama kedua orang itu.
Siau Ling segera mendehem dan berseru lantang.
“Aku harap saudara sekalian jangan ribut dahulu,
dengarkanlah perkataan aku orang she Siau.”
Pada saat ini kedudukan Siau Ling dalam dunia persilatan
sangat tinggi dan dihormati setiap orang, setiap patah katanya
dijunjung tinggi oleh setiap jago, karena itu mendengar
seruan tersebut suasana berubah kembali jadi tenang.
Siau Ling kembali mendehem, kemudian serunya dengan
suara keras:
"Tong Loo thay thay adalah seorang ketua suatu perguruan
besar yang sangat terhormat dalam dunia persilatan, tentu
saja ia tidak akan rela takluk kepada orang lain dengan begitu
saja, akan tetapi ia mempunyai kesulitan yang tak bisa tidak
terpaksa harus tunduk dibawah perintah orang2 dari
perkampungan Pek hoa san cung."
Sesudah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh:
“Shen Bok Hong kejam dan telengas, aku rasa kalian
semua pasti telah mengetahui sendiri bukan? bukan saja Shen
Bok Hong telah melepaskan racun keji dalam tubuh Tong Lo
thay thay, bahkan anak menantu serta cucu perempuannya
telah dijadikan sandera semua, hal ini memaksa Tong Lo
cianpwee terpaksa harus menuruti perintahnya. Tetapi Tong
Lo thay thay adalah seorang pendekar perempuan yang
berjiwa besar, ia tidak rela tunduk dengan begitu saja,
berulangkali ia berhasil menolong jiwaku dari ancaman

bahaya, bahkan bersedia pula bentrok muka dengan Shen Bok
Hong, jasanya amat besar dan patut dihormati.”
Mendengar penjelasan itu Be Bun Hui segera menjura
kearah Tong Lo thay thay sambil berseru:
"Barusan kami telah menaruh pandangan yang salah
terhadap diri locianpwee, harap locianpwee bersedia untuk
memberi maaf."
Tong Lo thay thay menghela napas panjang, katanya :
“Meskipun aku berhasrat untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran bagi dunia persilatan tetapi setelah terjatuh
ketangan pihak perkumpulan Pek hoa san cung, nama baik
keluarga Tong kami dari propinsi Suchuan boleh dibilang
benar2 ternoda, hal ini membuat aku merasa amat malu dan
menyesal sekali.”
Siau Ling menarik napas panjag2, kembali ujarnya;
“Sedangkan mengenai Kim Hoa hujin mungkin pengertian
kalian terhadap dirinya jauh lebih sedikit.”
“Seringkali siau te mendengar tentang nama busuk dari
Kim hoa hujin. ia sering kali membantu Shen Bok Hong
melakukan kejahatan, masa diapun seorang manusia baik??"
"Aaai..! bukankah aku sengaja hendak mencuci bersih
semua dosanya, bicara terus terang meskipun ia membantu
Shen Bok Hong, tetapi justru Kim hoa hujin pula jago yang
paling banyak membantu umat persilatan dikolong langit
secara diam2.”
Meskipun para jago tak ada yang membantah, akan tetapi
tak ada pula yang menanggapi, jelas mereka sama sekali tidak
ingat memberi komentar terhadap ucapan dari Siau Ling
tersebut.
Sianak muda itu segera tersenyum, ujarnya kembali :

"Mungkin saudara sekalian masih tidak percaya dengan
perkataanku ini tapi aku segera akan menggunakan beberapa
contoh yang jelas dimana Kim Hoa hujin telah amat berjasa
bagi kita semua..."
Maka diapun lantas bercerita bagaimana Kim Hoa hujin
bertempur melawan Shen Bok Hong ketika berada dibawah
puncak lo-wan hong tempo hari.
Setelah mendengar penuturan tersebut, dengan perasaan
minta maaf Be Bun Hui berkata :
"Andaikata Siau tayhiap tidak menerangkan duduknya
perkara, Hujin pasti akan selalu merasa penasaran, bilamana
kami semua telah berlaku kurang hormat terhadap diri Hujin,
harap engkau jangan pikirkan didalam hati"
Kim Hoa hujin tertawa ter kekeh2 mendengar ucapan
tersebut.
"Heeehh ..heeeehh...heeehh... tidak menjadi soal,
bagamanapun juga akupun bukan seorang manusia baik,
seorang yang melakukan satu kali kesalahan akan dianggap
sebagai orang jahat, melakukan seribu kali kejahatan juga
orang jahat, kalau memang aku adalah orang jahat,
kendatipun semua orang telah melimpahkan seluruh kejahatan
diatas pundakku juga tak jadi soal.”
"Nona boleh saja berpikiran demikian, tetapi kami tak dapat
berbuat begitu, seorang lelaki sejati harus dapat membedakan
mana budi dan mana dendam, dengan begitu barulah hidup
kita cukup bijaksana.”
Kim hoa hujin merasakan bahwa Be Bun Hui adalah
seorang gagah dengan wajah yang berwibawa, bicara
terhadap seorang macam ini tak enak kalau disertai dengan
gurau, maka iapun tundukkan kepala dan tidak banyak
berbicara lagi.

Sorot mata Be Bun Hui segera dialihkan keatas tubuhTu
Kiu, tegurnya,
"Saudara Tu, siapakan orang yang berada dalam
boponganmu, itu??”
“Ketua kampurg kedua dari perkampungan Pek hoa san
cung! "jawab Siau Ling dengan cepat.
“Apa?? Ciu Cau Liong, “ seru Be Bun Hui tercengang.
“Sedikitpun tidak salah, orang itu memang Ciu Cau Liong”
“Orang ini membantu Shen Bok Hong melakukan kejahatan
dalan dunia persilatan, banyak sekali orang yang telah
dicelakai olehnya, disinipun ada beberapa orarg yang pernah
dicelakai oleh dirinya. Saudara Siau dapat menawan dirinya
dalam keadaan hidup, hal ini jauh lebih bagus! sekalipun kita
tak dapat membinasakan Shen Bok Hong, dapat mencincang
tubuh orang ini lebih dulupun, rasanya separuh sakit hati kita
sudah terbalas..."
Siau Ling tersenyum.
"Rahasia yang menyangkut pergerakan perkampungan Pek
hoa-san cung, kecuali Shen Bok Hong, orang inilah yang
mengetahui rahasia tersebut paling banyak, kita harus
memberi kehidupan baginya agar bisa mengorek keterangan
dari mulutnya"
"Hmm! tindakan tersebut memang mempunyai sangkut
paut yang sangat besar dengan keadaan dunia persilatan,
bukan saja aku merasa setuju sekalipun beberapa orang yarg
pernah dicelakai pun juga akan memuji akan usul serta
pendapat dari saudara Siau heng .."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya kembali :
"Gubuk didaratan selat pasir masih dapat digunakan untuk
menghindari tiupan angin dan curahan hujan, saudara Siau
dan Tootiang silahkan masuk dulu kedalam gubug! “

Siau Ling tersenyum.
“Tempat letaknya sangat rapat dan rahasia membuat aku
jadi teringat kembali kejadian dikota Kui-ci tempo hari di mana
para jago telah mengadakan pertemuan diatas daratan
terapung.."
''Kita bisa mencapai selat pasir yang dikitari air mungkin
didasarkan pula oleh ilham kejadian dimasa lampau” sahut Be
Bun Hui.
Sementara pembicaraan masih berlangsung semua orang
telah masuk kedalam rumah gubug tersebut.
“Pasang lampu!” bisik Be Bun Hui dengan suara lirih.
Cahaya api berkelebat lewat, dalam gubug itu sudah
dipasang dua buah lentera.
Perlahan lahan Siau Ling memutar biji matanya kesekeliling
tempat itu ia lihat para jago yang mengikuti dibelakang Be
Bun Hui sebagian besar pernah berjumpa muka, hanya saja
untuk beberapa saat lamanya ia tak ingat lagi dengan sama
mereka.
Be Bun Hui menunding empat buah kursi yang berada
dihadapannya dan berkata:
“Saudara Siau, engkau tak perlu sungkan sungkan lagi,
sekarang engkau adalah cahaya lampu ditengah kegelapan
yang menerangi dunia persilatan, silahkan duduki!”
"Tentang soal ini.... aku tak berani!"
“Siau taihiap tak usah sungkan” seru para jago.
Siau Ling segera menjura dan berkata: “Kalau memang
begitu aku akan menurut saja perkataan kalian!"
Perlahan lahan ia ambil tempat duduk:
Be Bun Hui segera alihkan sorot matanya keatas wajah Bu
wi Tootiang, lalu ujarnya pula:

“ Tootiang adalah seorang yang telah berbudi luhur, orang2
persilatan mengagumi dirimu dan diantara sembilan partai
besar Tootiang lah pertama tama yang bangkit berdiri
menentang kekuasaan Shen Bok Hong, kursi kedua sudah
sepantasnya ditempati oleh Tootiang!"
“Pinto tak banyak bicara lagi, biarlah kuterima tawaran ini"
kata Bu-wi Tootiang sambil duduk disamping Siau Ling.
“Nona Pek li, silahkan duduk !” seru Be Bun Hui kembali.
Pek li Peng tersenyum dan menggeleng.
"Biarlah aku duduk dibelakang toako saja!" katanya.
"Tong ciangbunjin, Kim Hoa hujin...”
“Be cong piau pacu silahkan duduk" seru Tong Lo thay thay
dengan cepat.
"Kami adalah manusia2 berdosa, tidak pantas manusia
semacam kami ikut duduk"
“Benar " sambung Kim Hoa hujin. “kami harus memeriksa
Ciu Cau Liong, jadi tak perlu duduk”
“Be-heng silahkan duduk, tak usah sungkan2 lagi'' seru
Siau Ling segera.
Be Bun Hui tersenyum.
“Baiklah, aku akan turut perintah " ia segera maju kedepan
dan mengambil tempat duduk.
Diantara empat buah kursi yang tersedia, sekarang sudah
terisi tiga orang dan hingga sebuah kursi saja yang masih
kosong.
Ketika para jago menyaksikan ketiga orang itu sudah
mengambil tempat duduk, merekapun duduk diatas lantai.
Be Bun Hui menyapu sekejap para jago kemudian katanya:
"Siau tayhap apakah engkau kenal mereka semua??"

"Sebagian besar telah kukenal hanya tak kuingat lagi
nama2 mereka!"
"Kalau begitu siaute akan memperkenalkan kembali mereka
satu persatu kepada saudara Siau”
Sambil menuding kepada kakek pincang dalam ruangan itu
ia memperkenalkan:
“Orang ini adalah pendekar pincing Siang Toa Hay!”
"Siang heng kita pernah bersua dua kali” seru Siau Ling
sambil memberi hormat.
“Sedikitpun tidak salah sungguh tajam pandangan mata
Siau tayhiap !”
Secara teratur Be Bun Hui memperkenalkan para jagonya:
“Yang ini adalah Sincian ceng kan kun panah sakti yang
menggetarkan jagad Tong Coan Kie, Sam yan sin tan peluru
sakti sam yang Liok Kui Ciang, Ciangbunjin dari perguruan Gi
hen bun,Tan kong Sen ketua perguruan Tay kek aliran
persilatan Sak Hong Siang “
Siau Ling menjura keempat penjuru.
"Sahabat2 terimalah hormat dari aku orang she-siau, ..!"
“Siau tayhiap terlalu merendah” para jago bersama2 balas
memberi hormat.
Sisa lainnya kebanyakan adalah para pembantu dan anak
buah jago silat itu dan Be Bun Hui memperkenalkan pula
mereka kepada Siau Ling sambil memberi hormat lagi.
"Terima kasih atas perhatian Siau tay-hiap” jawab para
jago.
"Sudah selesaikah upacara tetek bengek diantara kalian??”
tiba2 Kim Hoa hujin menegur sambil tersenyum.

“Hujin, apa yang hendak kau lakukan???” tanya Be Cun
Hui.
"Persoalan apa??"
“Menurut pengetahuanku, kepergian Shen Bok Hong pada
saat ini adalah untuk menjumpai seorang sahabat karibnya
ilmu silat yang dimiliki sahabatnya jauh diatas kepandaian silat
dari Shen Bok Hong, disamping itu rupanya Shen Bok Hong
telah merasakan bahwa situasi dalam dunia persilatan bila
dibiarkan kian lama kian tidak menguntungkan pihaknya
karena itu ia telah bersiap sedia melakukan sesuatu secara
besar2an beberapa hari kemudian. ."
Sesudah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh:
"Apa yang kuketahui hanya merupakan garis besar saja
bagaimanakah yang sesungguhnya kecuali Shen Bok Hong
hanya Ciu Ji cungcu lah yang mengetahuinya"
“Lalu bagaimana caranya kita harus menanyakan persoalan
ini kepada Ciu Ji cungcu.”
"Saudara sekalian adalah pendekar2 sejati dari golongan
lurus tentu saja kalian tidak bersedia unutuk menggunakan
cara luar biasa untuk menyiksa Ciu Cau Liang serta mengorek
keterangan dari mulutnya karena itu bagaimana kalau aku
saja yang melakukan penyiksaan?"
---ooo0dw0ooo---
KESEDIAAN perempuan dari wilayah Biau ini untuk
menyiksa Ciu Cau Liong dengan cepat membuat para jago
merasa tertegun.
Be Bun Hui segera berpaling dan memandang sekejap
kearah Siau Ling, kemudian ujarnya :
"Saudara Siau, mengenai persoalan ini..."

“Untuk mengorek keterangan dari mulut Ciu Cau Liong,
rasanya Kim Hoa hujin merupakan orang yang paling tepat"
"Kalau begitu bagus sekali..." sorot matanya segera
dialihkan kembali keatas wajah Kim Hoa hujin, lanjutnya :
"Kalau memang begitu, aku terpaksa harus merepotkan diri
hujin! “
Kim Hoa hujin tersenyum, sorot matanya dialihkan keatas
wajah Tu Kiu dan ujarnya:
"Bagaimana kalau jalan darahnya dibebaskan??"
Tu Kiu tidak banyak komentar, ia turunkan Ciu Cau Liong
dari bopongannya dan membebaskan jalan darahnya yang
tertotok.
Sikap dan tingkah lalu Kim hoa hujin masih tetap santai dan
senyuman penuh menghiasi bibirnya, sambil tertawa
terkekeh2 serunya.
"Hiih hiihh hiih .. Ciu Cau Liong, coba tebaklah keadaan
disekitarmu dengan seksama coba lihat siapakah yang berada
disampingmu setelah itu ambillah keputusan apakah engkau
sanggup untuk melarikan diri atau tidak!"
Ciu Cau Liong putar biji matanya memandang sekejap
kesekeliling tempat itu, setelah mengetahui bahwa disekitar
situ yang hadir hanyalah para musuh besarnya, cungcu kedua
dari perkampungan Pek hoa san cung ini baru nampak
tertegun.
Kim hoa hujin tertawa dingin, sambungnya lebih jauh:
“Ciu Cau Liong, sudah melihat jelas keadaanmu?? "
Ciu Cau Liong mengangguk, mulutnya tetap membungkam
dalam seribu bahasa.

"Aku rasa engkau pasti sudah memahami bukan, bahwa
engkau sama sekali tak ada kesempatan lagi untuk melarikan
diri?"kembali Kim hoa hujin berseru.
"Manusia hidup ditolong langit akibatnya toh tetap akan
mati, apalagi aku sudah hidup puluhan tahun dikolong langit,
sekali pun harus mati rasanya bukanlah suatu peristiwa yang
patut disayangkan.”
"Ji cungcu, aku rasa perhitungan sipoamu tidakkah terlalu
berlebihan?? “
“Mungkin kalian akan memberi kematian yang agak
menyedihkan bagi diriku, namun kecuali kematian aku rasa
tak akan ada peristiwa lain yang jauh lebih menakutkan dari
pada itu.”
''Ciu ji cungcu aku sudah dua kali menyaksikan cara mu
untuk mengorek keterangan dari mulut lawan, dan caramu itu
benar2 lihay sekali, aku percaya bila ku terapkan sistim
penyiksaan yang dipergunakan Ji cungcu untuk menyiksa
orang keatas tubuh ji-cungcu sendiri, maka aku yakin engkau
tidak akan kuat menahan diri.”
Ciu Cau Liong memutar sepasang biji matanya memandang
empat penjuru, kemudian katanya :
"Cara penyiksaan apakah yang akan kalian lakukan
terhadap diriku, silahkan lakukan saja kepadaku, aku akan
menerimanya dengaa senang hati! "
Terlihatlah sorot mata para jago sama2 ditujukan keatas
wajah Ciu Cau Liong, namun tak seorangpun yang buka suara.
Kim Hoa hujin tersenyum.
"Mereka semua tak sudi untuk berbicara dengan engkau,
nampaknya terpaksa akulah yang menghadapi dirimu!”
Ciu Cau Liong menghela napas panjang.

"Aaaai...? katakanlah, apa yang hendak kalian lakukan
terhadap diriku...?."
"Kalau memang Ji cungcu sudah berkata begitu, rasanya
akupun tak usah putar kayuh lagi!"
Sesudah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh .
"Asal Ciu ji-cungcu bersedia untuk membeberkan rencana
busuk yang telah dipersiapkan Shen Bok Hong, aku berani
tanggung engkau dapat dilepaskan meninggalkan tempat ini
dalam keadaan selamat.”
Ciu Cau Liong melirik sekejap kearah Kim Hoa hujin,
mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Rupanya Kim Hoa hujin dapat menebak suara hatinya, ia
tertawa ewa dan berkata:
"Apakah engkau merasa bahwa ucapan tadi tak ada
landasan yang kuat dan tidak bisa dipertanggung jawabkan..?"
Ciu Cau Liong tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Kim hoa hujin segera alihkan sorot matanya keatas wajah
Siau Ling, ujarnya dengan bersungguh sungguh.
"Saudara Siau apakah engkau mempercayai penuh
terhadap enci mu ini “
“ Tentu saja percaya penuh! “
“Baik! kalau begitu engkau harus memberi kekuasaan
kepada encimu ini!”
“Bagaimana caranya memberi kekuasan kepadamu??”
"Gampang sekali,” kata Kim hoa hujin, “beritahulah kepada
Ciu Cau Liong bahwa setiap janji yang kuucapkan kepadanya,
berarti pula janji yang kau ucapkan dengan mewakili segenap
orang gagah yang hadir, dalam kalangan pada saat ini.”
Siau Ling mengangguk.

"Ciu Cau Liong,” ia segera berseru :"perduli janji macam
apapun yang dikatakan Kim hoa hujin kepadamu, itu berarti
janji yang diucapkan mewakili kami sekalian!"
Kim Hoa hujin tertawa manis, ia bereskan rambutnya yang
terurai kalut dan berkata:
"Ciu ji cungcu, sekarang engkau sudah percaya bukan
dengan perkataanku..,"
"Baik Sekarang katakanlah apa yang hendak kau ucapkan "
jawab Ciu Cau Liong kemudian sesudah berpikir sebentar perlahan2
Kim Hoa hujin merogoh sakunya dan ambil keluar
seekor ular aneh yang panjangnya tujuh cun dengan jengger
merah darah tumbuh diatas kepalanya, sambil tertawa ia
berkata:
“Ji cungcu, racun Pek-sian ji ini terlalu lihay, jika terpagut
olehnya maka selembar jiwamu akan segera melayang
meninggalkan raga, bagaimana kalau Ji cungcu coba2 dipatuk
satu kali oleh ular berjengger merah ini?"
"Apa yang hendak kau tanyakan, lebih baik tanyakanlah
secepat mungkin...aku segan untuk menunggu lebih lama lagi''
kata Ciu Cau Liong dengan hati mendongkol.
..Bagus sekali, rupanya ji cungcu adalah seorang budiman
yang tahu gelagat dan pandai sekali menyesuaikan diri dengan
keadaan ..."
Sesudah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh :
“Aku dengar Shen toa cungcu sedang pergi menjumpai
seorang sahabat karibnya, siapakah orang itu ?"
“Kendatipun kuucapkan keluar, belum tentu engkau
bersedia untuk mempercayainya"
“Kalau begitu coba katakan lebih dahulu!"
“Aku sendiripun tak tahu siapakah sahabat karibnya itu,
tapi aku tahu bahwa dia adalah seorang padri!”

"Seorang hwessio?"
"Tidak salah!!”
"Bagaimanakah ciri2nya?"
“Aku sendiri belum pernah berjumpa dengan hweesio itu,
tapi menurut keterangan dari Shen toa-cungcu, dia
mempunyai ciri khas berjari tangan sembilan buah"
Satu ingatan segera berkelebat dalam benak Siau Ling,
pemuda itu teringat kembali akan peristiwa lampau yang
berlangsung dilembah Sam-seng kok. Ia masih ingat gurunya,
Cung San Pek dengan ilmu pedang terbang berhasil
menguntungi sebuah jari tangan dari seorang padri,
mungkinkah dia itu yang dimaksudkan...
Meskipun ingatan tersebut berkecamuk dalam benaknya,
namun ia tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Dalam pada itu Be Bun Hui telah alihkan sorot matanya
keatas wajah Siang Toa Hay, lalu bertanya:
"Siau heng, engkau adalah seorang jago kawakan yang
berpengalaman sangat luas, dapatkah engkau pikirkan hwesio
macam apakah yang sedang bekerja sama dengan Shen Bok
Hong?”
Agak lama Siang Toa Hay termenung lalu jawabnya:
"Maaf,., aku tak dapat mengingat atau menemukan padri
manakah yang telah kehilangan sebuah jarinya.”
“Menurut apa yang kuketahui “kembali Ciu Cau Liong
berkata, “taysu ini sudah puluhan tahun lamanya tak pernah
melakukan perjalanan dalam duma persilatan, aku rasa kalian
semua tak akan mampu untuk menebak siapakah gerangan
orang itu.
“Manusia berjari sembilan merupakan suatu ciri yang jelas
sekali, aku rasa hal ini tidak sulit untuk diselidiki.....” sela Kim
Hoa hujin.

Sorot matanya dialihkan kembali kewajah Ciu Cau liong
setelah itu sambungnya lebih jauh:
“Shen Bok Hong sudah mulai merasa bahwa keadaan
situasi dalam dunia persilatan tidak menguntungkan dirinya ia
siap mengerahkan segerap kekuatan yang dimilikinya untuk
mengadu dombakan sesama umat persilatan agar partai
persilatan dan perguruan besar saling bentrok dan selisih
paham sendiri .”
“Benarkah dia mempunyai rencana untuk berbuat begitu?”
"Recana semacam itu sih ada, tapi hingga detik ini masih
belum dilakukan keputusan terakhir!”
"Kenapa?"
"Sebab keputusan itu baru bisa diambil setelah Shen toa
cungcu berjumpa muka lebih dahulu dengan taysu berjari
sembilan itu.”
"Sekarang aku hendak mengajukan pertanyaan yang
terakhir dan pertanyaan ini merupakan suatu pertanyaan yang
maha penting"
Kata Kim hoa hujin dengan paras muka serius, ”selesai kau
jawab pertanyaan ini, maka aku akan melepaskan engkau
pergi tinggalkan tempat ini”
"Aku rasa pertanyaan yang hendak kau ajukan ini pastilah
suatu pertanyaan yang sulit untuk dijawab.”
Ciu Cau Liong berhenti sebentar, kemudian sambungnya
lebih jauh:
"Sebelum kau ajukan pertanyaan itu, terlebih dahulu aku
hendak merenungkan satu persoalan lebih dahulu kepadamu.”
"Katakanlah!"
“Persoalan yang menyangkut tentang perkampungan Pek
hoa san cung tidak kuketahui keseluruhannya masih terdapat

beberapa rahasia maha penting yang tidak kuketahui sama
sekali.”
"Kendatipun engkau tidak mengetahui keseluruhnya, tapi
pokoknya sebagian besar engkau mengetahui bukan??"
"Hal itu harus tergantung pada persoalan apa yang hendak
kau tanyakan kepadaku.”
"Shen Bok Hong telah menyusupkan mata matanya
kedalam setiap tubuh partai dan perguruan besar untuk
menjadi musuh dalam selimut bagi para jago, lagi pula semua
mata mata itu mempunyai jabatan dan kedudukan yang
sangat tinggi, dapatkah engkau memberi tahukan nama nama
mereka yang sebenarnya?"
Ciu Cau Liong menggeleng.
“Aku memang tahu kalau dalam tubuh setiap partai dan
perguruan telah disusupi mata2 kami, tetapi siapakah nama
mereka dan apakah jabatan mereka kecuali Shen Bok Hong
toa-cungcu, aku rasa tiada orang kedua yang
mengetahuinya!"
“Aku tidak percaya kalau engkau tidak mengetahui barang
sedikitpun diantaranya ! “ Seru Kim Hoa hujin dengan suara
dingin,
“Walaupun dalam hati kecilku, aku mempunyai suatu
gambaran, tetapi aku tak berani meyakini seratus persen"
“Kalau begitu coba katakan dahulu?"
“Seteah aku berjanji untuk menjawab, tentu saja aku akan
berusaha memberi jawaban sesuai dengan apa yang
kuketahui, cuma setelah kuucapkan keluar, aku harap bujin
bisa segera melepaskan diriku.”
“Tentu saja engkau akan dilepaskan.”
"Mata2 perkampungan Pek hoa san cung yang berhasil
menyusup dalam gereja Siau lim si menggunakan gelar yang

dimulai dengan kata (Hoat) sedang mata2 yang berada dalam
tubuh partai Kun lun menggunakan nama marga Kim, sisanya
aku sama sekali tidak tahu"
“Pernahkah engkau berjumpa dengan mereka??”tanya Be
Bun Hui tiba2 dengan suara nyaring.
“Bertemu sih pernah, tetapi setiap kali mereka mengenakan
kain cadar berwarna hitam hingga sulit bagi orang lain untuk
mengetahui bagaimanakah paras muka mereka yang
sebenarnya:
Mendengar jawaban tersebut, Be Bun Hui segera tertawa
dingin :
"Heeeh-heeh-heeh... kalau jawabanmu hanya begitu saja,
apa bedanya dengan tidak kau katakan sama sekali? paderi
tinggi yang menggunakan huruf (Hoat) dalam gereja Siau lim
si banyaknya tak terhitung, bagaimana caranya untuk
menyelidiki orang2 ini...”
“Aku rasa jawaban ini harus diberikan oleh ketua gereja
siau lim si sendiri" jawab Ciu Cau Liong, “Asal ia dapat
bersikap lebih hati2 dan waspada aku rasa tidak terlalu sulit
untuk menemukan suatu tanda yang mencurigakan dari
tingkah laku mereka dalam kehidupan se hari2, aku telah
memberitahukan bahwa orang itu dari kalangan huruf (Hoat),
hal ini sama artinya telah memperkecil lingkaran yang perlu
dicurigai, asal ketua gereja Siau lim si mau memperhatikan
para padrinya dari angkatan Hoat, toh urusan ini mudah
diselesaikan.”
Bu wi Tootiang yang mendengarkan perkataan itu segera
mengangguk.
"Ehmm! perkataan ini memang cengli dan masuk diakal.”
sahutnya.

Ciu Cau Liong melirik sekejap kearah Bu Wi Tootiang
dengan sorot mata penuh rasa terima kasih, sementara
mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
“Tootiang, apa yang dia ucapkan benarkah kata2 yang jujur
dan sebenarnya?” tanya Siau Ling kemudian.
“Menurut dugaan dan penilaian pinto, semestinya apa yang
dia ucapkan merupakan kata2 yang jujur dan sebenarnya!”
“Be heng, bagaimana dengan pendapatmu?” tanya Siau
Ling sambil berpaling kearah Be Bun Hui
“Bagaimana dengan pendapat saudara Siau sendiri? “
Setelah sering kali mengalami kejadian besar dan mara
bahaya, pengalaman yang dimiliki Siau Ling telah mencapai
kemajuan yang sangat pesat, ia tahu bahwa Be Bun Hui
mendapat penghormatan yang sangat besar dari para jago
sejak lengannya kutung, maka ketika mendapat pertanyaan
tersebut ia segera menjawab :
"Bagiku, selamanya siaute amat kagum dan menuruti
perkataan dari Bu Wi too tiang"
“Kalau memang begitu, saudara Siau boleh segera
memutuskan persoalan ini"
Kim Hoa hujin tertawa ter kekeh2.
"Heeehh...heeehhh.....heeehh.... Ciu Cau Liong, sudah kau
dengar semua pembicaraan itu? tegurnya.
“Sudah!"
“Kalau sudah dengar lebih bagus lagi, Siau Ling serta Bu Wi
tootiang sama2 mintakan pengampunan bagimu bila engkau
merasa berterima kasih dan ingin membalas budi paling sedikit
engkau harus sebutkan siapakah nama dari mata2
perkampungan Pek hoa san cung yang disusupkan kedalam
tubuh partai Bu Tong"

Ciu Cau Liong alihkan sorot matanya ke atas wajah Bu Wi
tootiang setelah berdiam diri beberapa saat ia berkata:
“Tootiang yang dapat kuberitahukan pada mu hanyalah
dalam perguruan tootiang benar2 terdapat seorang mata2 dari
perkampungan Pek hoa san cung mengenai siapakah orang itu
aku sama sekali tidak tahu''
“Pinto percaya akan perkataanmu itu tetapi bagiku
kendatipun siapapun diantara anggota perguruan kami yang
telah dipergunakan tenaganya oleh pihak perkampungan Pek
hoa san cung kalian urusan ini sudah bukan merupakan suatu
urusan penting lagi.”
“Kenapa?"
"Karena seluruh anggota perguruan Bu tong pay sudah
dipaksakan oleh pihak perkampungan Pek hoa san cung kalian
untuk berkelana dan mengembara dalam dunia persilatan,
beberapa orang anggota perguruan yang memiliki ilmu silat
paling tinggi telah mengikuti pinto kemanapun aku pergi,
mengenai sisa anggota perguruan yang masih ketinggalan
dalam kuil Sam goan koan, adaikata ada yang mati ditangan
kalian, dikemudian hari toh kami masih punya kemampuan
untuk menuntut balas hutang berdarah itu!''
“Mengenai persoalan ini tootiang tak perlu kuatir
berangkatnya tenaga inti partai Bu-tong meninggalkan kuil
Sam goan koan untuk berkelana didunia persilatan telah
diketahui oleh pihak perkampungan Pek hoa san cung, Shen
toa cungcu tidak nanti akan mengambil tindakan yang tidak
cerdas untuk mengusik manusia2 yang tak ada manfaat bagi
dirinya itu, oleh sebab itu selama ini tak mungkin ada
kekuatan kami yang bakal berkunjung kekuil Sam goan koan
untuk mengganggu mereka"
"Sekarang kau harus menjawab sebuah pertanyaanku lagi
sebelum engkau boleh pergi tinggalkan tempat ini " ujar Kim
Hoa hujin kemudian.

"Tanyalah ! "
"Kapankah Shen Bok Hong bersiap sedia melakukan
pergerakan ? bagaimanakah pergerakan itu hendak dilakukan
?"
….Sebelum Shen toa cungcu berangkat untuk menjumpai
hweesio tersebut, ia telah bersiap sedia untuk melakukan
pergerakan dalam tiga bulan mendatang, mula pertama aku
hendak memberi perintah kepada mata2 yang menyusup
dalam tubuh partai dan perguruan besar untuk melepaskan
racun keji lebih dahulu."
"Racun apa yang hendak mereka gunakan sudah
ditetapkan menurut keadaan situasi yang kemungkinan
mereka untuk bertindak, mungkin saja meracuni air minum,
mungkin juga meracuni bahan makanan yang bakal disantap
anggota perguruan.”
Beberapa patah kata itu diucapkan amat jelas dan bagaikan
guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, membuat
para jago yang hadir dalam kalangan jadi amat terperanjat.
Ciu Cau Liong mendehem , sambungnya lebih jauh:
"Cuma saja., setelah Shen Bok Hong bertemu dengan
hweesio itu, apakah rencana semula akan mengalami
perubahan atau tidak, aku kurang begitu tahu..."
“Engkau benar2 tidak tahu? "Kim hoa Hujin menengadah.
“Sedikitpun tidak salah, apa yang kuketahui telah
kuutarakan keluar semua!!”
Kim Hoa hujin tersenyum.
“Masih ada satu syarat terakhir yang hendak kuutarakan"
katanya,” jika engkau bersedia untuk mengabulkan, aku akan
segera melepaskan engkau pergi"
“Apa syaratmu itu??”

“Bawa sekalian diriku!"
“Membawa sekalian dirimu??”
“Benar! setelah engkau bocorkan rahasia penting dari Shen
Bok Hong, jika gembong iblis dari perkampungan Pek hoa-san
cung itu mengetahui akan kejadian ini, dia pasti tak akan
melepaskan dirimu dengan begitu saja, kalau seorang diri
bukankah kekuatanmu jadi minim sekali? lain halnya kalau aku
berada bersama dirimu, paling sedikit engkau bisa
mendapatkan seorang kawan berbicara, andaikata rahasia ini
sampai ketahuan oleh Shen Bok Hong, kitapun bisa hadapi
bersama.”
"Heeehh. .heeehh...heeehh..apakah engkau tidak merasa
bahwa tindakanmu ini kelewat berani??” kata Ciu Cau ji
cungcu dari perkampungan Pek hoa san cung ini sambil
tertawa dingin.
“Sekalipun Ciu ji cungcu menghianati aku belum tentu Shen
Bok Hong berani segera membinasakan aku, asal ia bertanya
beberapa patah kata kepadaku maka kita bisa mati bersama"
“Hujin, bukankah engkau bakal lebih aman jika tetap
berdiam ditempat ini? Kenapa engkau musti bersikeras
untuk melakukan perjalanan bersama sama aku?"
“Aku dan Tong lo-thay thay masih terancam oleh racun
keji, kalau dihitung menurut jari paling banter sepuluh hari lagi
racun itu akan mulai kambuh, aku tak ingin mampus karena
keracunan hebat, oleh sebab itu terpaksa aku harus pulang
untuk mendapatkan obat pemunah tersebut"
"Aku harap hujin dapat bekerja sama dengan aku" kata Ciu
Cau Liong kemudian.
“Asal engkau bersedia mendengarkan perkataanku, aku
tanggung kita bisa membohongi Shen Bok Hong dengan
mudah"
"Bagaimana kalau berangkat sekarang juga?" .

”Tentu boleh saja.." dengan tangan kiri perempuan itu
menggandeng tangan Ciu Cau Liong tangan kanan ulapkan
tangannya berulang kali, serunya kembali :
“Harap saudara2 sekalian baik2 jaga diri sampai jumpa
kembali dilain waktu!"
“Be heng segera turunkan perintah agar jangan
menyusahkan mereka berdua...” seru Siau Ling dengan cepat.
Be Bun Hui mengangguk dengan suara dalam ia lantas
berseru:
"Sampaikan perintahku lepaskan perahu dan hantar
mereka untuk menyeberangi sungai ini!"
Seorang pria baju hitam mengiakan dan buru2 berlalu dari
ruangan tersebut.
Be Bun Hui berpaling dan memandang sekejap kearah Siau
Ling lalu berkata.
"Apakah kita perlu pindah dari sini?"
"Kenapa?"
"Karena tempat ini sudah diketahui oleh Ciu Cau Liong aku
kuatir kalau dia menceritakan hal ini kepada Shen Bok Hong"
"Tak usah kuatir kendatipun ia beritahukan kita kepada
gembong iblis tersebut tak mungkin dia akan segera datang
kemari”
“Mengapa?"
"Karena Shen Bok Hong tak akan bertindak secara gegabah
tanpa perhitungan, ditempat ini kita punya kekuatan yang
cukup besar sebelum ia mampu untuk mengumpulkan
kekuatan besar yang mampu menandingi kekuatan kita, tak
nanti ia berani bertindak secara sembarangan, lagipula Ciu
Cau Liong sendiri demi keselamatan jiwanya tidak nanti akan

buka suara apalagi memberitahukan alamat kita kepada iblis
tersebut”
"Kalau memang saudara siau telah mengatakan begitu,
akupun bisa berlega hati…"
Setelah berhenti sebentar, Be Bun Hui menyambung lebih
jauh:
"Entah apa sebabnya, tiba2 dalam dunia persilatan telah
tersiar berita tentang kematian dan saudara Siau, berita ini
merupakan pukulan yang sangat besar bagi kekuatan yang
anti perkampungan Pek hoa san cung yang sedang berjuang
untuk menumpas kekuatan jahat itu dari muka bumi. Aaai…
sungguh tak kusangka cara kerja Shen Bok Hong ternyata
begitu rendah dan hina.”
Siau Ling tersenyum.
"Kabar berita itu bukan berita isapan jempol belaka, aku
memang betul 2 sudah mengalami suatu peristiwa yang
membahayakan jiwaku.”
"Oooh. . “pikirnya begitu, “dapatkah saudara Siau
menceritakan kisah pengalaman itu?”
“Tentu saja boleh! maka pemuda she Siau inipun segera
menceritakan pengalamannya ketika berjumpa dengan Wu
popo hingga akhirnya bertemu dengan para jago.
Selesai mendengar kisah tersebut, para jago berseru
hampir berbareng.
“Itu artinya nasib yang mujur bagi dunia persilatan, dari
bahaya Siau tayhiap bisa menemui keberuntungan.”
Siau Ling menghela napas panjang.
"Aaai, ! semoga saja Chang beng dan Teng ji-hiap dapat
kembali dengan cepat dalam keadaan selamat.”

Karena takut menggemparkan dunia persilatan, sianak
muda itu lelah merahasiakan kisah tentang dititipkannya dua
jilid kitab pusaka ilmu silat pada Teng It Lui dan Chang Yap
Cing.
Tiba2 terdenger Siang Toa Hay mendehem berat dan
berkata:
"Siau tayhiap, aku ada beberapa patah kata yang rasanya
tak pantas untuk diutarakan keluar, bolehkah aku
mengucapkannya keluar??"
“Siapa bilang tidak pantas? Siang heng ada urusan apa,
harap diutarakan keluar.”
"Tidak berani aku hanya merasa tidak habis mengerti, apa
sebabnya Siau tahyiap melepaskan Ciu Cau Liong dari sini
dalam keadaan hidup??”
Siau Ling menyapu sekejap kesekeliling ruangan itu dengan
sorot mata tajam, kemudian katanya :
“Dibawah perlindungan dan dukungan Shen Bok Hong, Ciu
Cau Liong memang sudah terlalu banyak melakukan kejahatan
dan perbuatan terkutuk, bahkan aku percaya diantara saudara
sekalian yang hadir disini banyak diantaranya yang pernah
merasakan pahit getir ditangannya, aku percaya saudara
sekali tentu merasa tak puas ketika menyaksikan aku lepaskan
Ciu Cau Liong dengan begitu saja... tapi kalian harus
menyadari bahwa Ciu Cau Liong tidak lebih hanya seorang
badut kecil yang sama sekali tidak memegang pesaran
penting, dan ilmu silat maupun kecerdasannya hanya biasa
saja, ia bisa melakukan keonaran dan kejahatan dalam dunia
persilatan tidak lain karena ia mendapat perlindungan dan
dukungan kekuatan dari Shen Bok Hong untuk membinasakan
manusia semacam ini bisa kita lakukan setiap saat bilamana
kita memerlukan, tapi aku rasa melepaskan dia pergi dalam
keadaan hidup justru malahan lebih menguntungkan bagi kita
daripada membinasakan dirinya"

“Perkataan saudara Siau sedikipun tidak salah" Be Bun Hui
mengangguk tanda membenarkan.”
“Semoga saudara sekalian dapat menyelami perasaan hati
aku orang she-Siau, dan aku harap jangan sampai terjadi
kesalahan pahaman diantara kita hanya disebabkan persoalan
ini"
“Kami semua tak akan menaruh salah paham terhadap Siau
tayhiap " jawab para jago hampir berbareng.
Be Bun Hui tertawa ter bahak2, serunya :
“Haahhh...haaahh ..haahh... saudara Siau, perkataanmu
terlalu serius semua umat persilatan dikolong langit kecuali
orang2 dari perkampungan Pek hoa san cung sama2
menyanjungkan dan menghormati dirimu, mana mungkin
mereka bisa menaruh rasa salah paham terhadap dirimu?"
Sesudah berhenti sebentar, katanya lagi: “Saudara, Sudah
lama kita tak pernah bertemu baik engkau maupun aku
sama sama baru saja lolos dari bahaya, bagaimana kalau kita
meneguk dua cangkir arak untuk merayakan sisa hidup kita
ini?”
"Aku tidak biasa minum arak, Be heng toh sejak dulu sudah
mengetahui....."
''Kita minum menurut kemampuan dan takaran masing2
siapapun tak akan memaksa.”
Dengan suara keras ia berseru:
“Hindangkan arak!"
Meski pun tempat itu letaknya terpencil dan jauh dari
dusun atau kota namun persediaan makanan dan minuman
banyak sekali selang beberapa saat arak telah dihidangkan.
Be Bun Hui, Siau Ling, BuWi tootiang Pek li peng, Tu Kiu,
panah sakti yang menyapu jagat Tong Goan Ki, peluru sakti
Liok Kui Gang, Lan Mong Sen dari perguruan Gi heng bun, Sak

Hong Sian dari perguruan Tay kek bagian selatan ditambah
pula dengan pendekar pincang Siang Toa pay, Tong Lo thay
thay sebelas orang bersama2 duduk diatas lantai membentuk
satu lingkaran meja arak terletak diatas tanah.
Be Bun Hui angkat cawan araknya, setelah menghormati
para jago dengan secawan arak ia berkata :
"Apakah saudara sekalian telah mendengar apa yang
dikatakan Ciu Cau Liong barusan? Beberapa perguruan dalam
dunia persilatan berhasil dihancurkan oleh Shen Bok Hong”
kata Tang Kong Seng dari perguruan Gi heng bun,” aku dan
Sak loo-te adalah salah satu diantara korban yang menderita
akibat perbuatanya yarg terkutuk itu, karenanya aku
berpendapat lebih baik kita cepat2 berusaha untuk
menyampaikan kabar berita ini kepada partai2 besar yang ada
dikolong langit, entah bagaimanakah menurut pendapat
saudara sekalian!?”
“Waktu itu selama tiga bulan merupakan waktu yang terlalu
pendek, aku takut sebelum berita yang hendak kita sampaikan
tiba di tangan partai besar, mereka sudah ketimpa musibah"
“Urusan toh sudah jadi begini" sambung Sak Hong sian,
terpaksa kita harus berusaha sedapat mungkin untuk
melaksanakan peker jaan yang maha penting ini"
Bu Wi Tooiiang menghela napas panjang
“Yang paling menguatirkan diri pinto adalah masih tetap
banyaknya perguruan dari partai besar dalam dunia persilatan
yang menaruh perasaan jeri terhadap Shen Bok Hong,
sebelum api membakar alis mata mereka belum tentu mereka
bersedia terlibat dalam perjuangan ini, kendatipun mereka
mendengar cerita ini toh belum tentu mereka bersedia untuk
mempercayainya..."
Be Bun Hui segera menghela napas pula :

“Dunia persilatan bisa mengalami peristiwa tragis semacam
sekarang ini tidak lain disebabkan lapuknya persatuan diantara
umat persilatan, seperti ibarat yang mengatakan sesuatu
benda yang membusuk akan timbul ulatnya sendiri, jika
pelbagai partai dan perguruan bisa bersatu padu dan kerja
sama sejak dahulu, Shen Bok Hong tidak nanti akan berhasil
memiliki kekuasaan seperti hari ini"
“Perkataan dari Be cong piau pacu sedikit pun tidak salah "
sambung Bu Wi Tootiang kembali : “tapi urusan telah
berkembang jadi begini satu satunya jalan yang bisa kita
lakukan sekarang adalah berusaha menggunakan kemampuan
yang kita miliki untuk menutupi kekurangan tersebut, untung
dewasa ini sebagian besar umat persilatan dikolong langit
telah sadar dari mimpinya, perjuangan Siau tayhiap
menentang kelaliman dan kekejaman Shen Bok Hong telah
tersebar luas di mana2 menurut pendapat pinto alangkah
baiknya kalau kita membuat surat atas nama Siau tayhiap dan
menerangkan duduknya perkara serta akibat yang bakal
ditimbulkan oleh peristiwa itu meskipun surat ini belum tentu
akan membangkitkan semangat berontak dan berjuang para
partai dan perguruan lain untuk menentang kelaliman Shen
Bok Hong, paling sedikit kita telah membangkitkan rasa was2
dihati mereka disamping itu dengan adanya surat pribadi dari
Siau tayhiap maka si pembawa surat ini bisa langsung mohon
bertemu dengan para ketua partai besar, dengan tindakan ini
kita pun dapat menghindari pula seandainya mata2 yang
menyusup dalam tubuh partai2 itu melakukan pengacauan
dari tengah.”
“Hhmm ! suatu pendapat yang sangat bagus ..." puji Be
Bun Hui, sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Siau
Ling dan menambahkan, “bagaimana dengan pendapat
saudara Siau?'"
“Aku takut namaku kurang memadahi sehingga
menghancurkan rencana bagus dari kita ini''

Bu wi Tootiang segera tersenyum, Tentang soal ini Siau
tayhiap tak usah kuatir" katanya, “menurut apa yang pinto
ketahui, nama besar dan kedudukan Siau-tayhiap dalam dunia
persilatan pada saat ini bagaikan sang surya yang berada
ditengah angkasa, setiap orang persilatan tak ada yang tak
kenal, tak ada yang tidak tahu"
“Kalau Tootiang merasa cara ini bisa dilaksanakan, akupun
tak akan banyak bicara lagi".
“Jikalau saudara saudara sekalian tidak merasa bahwa gaya
tulisan pinto kurang bagus bagaimana kalau surat ini pinto
yang tulis dengan atas nama Siau tayhiap?? “
“Kalau memang begitu, kita musti merepotkan diri Too
tiang " kata Be Bun Hui.
“Kita laksanakan saja pekerjaan ini seperti apa yang
tootiang kehendaki... "ujar Siau Ling pula.
Setelah berhenti sebentar, ia berkata kembali:
“Aku mempunyai satu persoalan yang ingin dirundingkan
dengan saudara2 sekalian, apakah bersedia untuk
membicarakan masalah ini?"
"Silahkan diutarakan, kami akan cuci telinga dan
mendengarkan dengan seksama.”
"Shen Bok Hong dapat kita akui sebagai seorang pemimpin
persilatan yang luar biasa, baik kecerdasan maupun ambisinya
mengagumkan sekali, ada satu hal yang aku merasa paling
gemas dan mendongkol yakni tersebar begitu banyaknya
mata2 disegenap wilayah maupun pelosok dikolong langit,
ditambah pula dalam setiap partai dan perguruan terdapat
pula mata2nya, ini berarti hampir seluruh gerak gerik dunia
persilatan telah diketahui olehnya, ia bisa makmur sebagian
besar disebabkan oleh karena suksesnya aksi mata2
tersebut..."

"Tidak salah,” sambung Be Bun Hui, "sering kali sebelum
pergerakan kita mulai, mereka sudah berhasil mendapat kabar
hingga pihak kita harus menderita kerugian yang tak sedikit.”
"Kalau kita berhasil mendapatkan daftar nama dan tempat
dimana ia tempatkan mata2nya dikolong langit, tentu saja hal
ini jauh lebih bagus, kita dapat kerahkan segenap kekuatan
yang kita miliki dan sekaligus menghancurkan mata telinga
pihak perkampungan Pek hoa san cung, tapi...aku percaya
untuk mendapatkan daftar nama dan tempat itu bukanlah
suatu pekerjaan yang mudah, kecuali Shen Bok Hong pribadi
aku rasa tiada orang kedua yang bakal mengetahui rahasia
tersebut, Oleh sebab itulah timbullah suatu cara yang bodoh
dalam benakku, entah caraku ini dapat dipergunakan atau
tidak.”
”Apakah caramu itu ? “ tanya Be Bun Hui sambil tertawa.
“Berusaha sedapat mungkin untuk membasmi setiap
anggota perkumpulan Pek hoa san cung, asal kita mengetahui
jangan dilepaskan barang seorangpun kalau tidak bisa
dinasehati untuk bertobat dan kembali kejalan yang benar kita
bunuh saja dirinya hingga tidak meninggalkan bibit bencana
dikemudian hari atau paling sedikit kita harus punahkan ilmu
silat yang dimilikinya .”
”Bagus sekali usul ini, sebelumnya aku tak pernah berpikir
sampai kesitu......"
"Jikalau kita melakukan penggeledahan secara serempak
kendatipun belum tentu bisa menghancurkan semua
organisasi gerakan She Bok Hong paling sedikit kita bisa
memaksa mereka untuk bergerak lebih tidak leluasa.”
"Dikemudian hari baiklah kita akan perhatikan persoalan
ini"
“Andai kata Shen Bok Hong selesai pertemuannya dengan
hweesio lantas mempercepat rencana untuk menyerang kita

bagaimana caranya kita menghadapi serangan mereka?"
terdengar Siang Toa Hay bertanya.
“Baik! Kalau begitu harap lootiang segera memuat surat
dan sebelum fajar menyingsing nanti kita segera utus orang
untuk menyampaikan surat itu itu keseluruh partai dan
perguruan besar"
Bu Wi tootiang mengangguk dibawah lampu lentera toosu
dari partai Bu-tong itu segera menulis surat.
Dalam pada itu Siau Ling memandang sekejap sekeliling
ruangan itu lalu berkata :
“Ketua partai Bu-tong adalah seorang jago yang
menguasahi baik dalam kesusastraan maupun ilmu silat aku
percaya isi surat tersebut pasti mengandung peringatan yang
tajam sehingga mempertinggi kewaspadaan para partai besar
untuk bersiap sedia, tapi kita juga harus memikirkan jauhnya
perjalanan yang harus ditempuh, jika sampai saatnya surat itu
belum tiba sementara partai2 besar telah jatuh dalam
kekuasaan lawan, sekalipun sepuluh tokoh sakti yang
terperangkap dalam istana terlarang hidup kembalipun belum
tentu bisa menggantikan kekuatan delapan partai besar, coba
pikirlah siapa yang mampu menggantikan segenap kekuatan
dari delapan partai besar?”
"Tidak salah, apakah pendapat Siau heng mengenai
persoalan ini?" kata Be Bun Hui.
"Menurut pendapat siaute, lebih baik kita pilih sebagian
kecil jago yang berada di sini untuk mengejar dan mendesak
Shen Bok Hong serta orang2 dari perkampungan Pek hoa San
cung lebih jauh. Seandainya kita bisa menghancurkan
semangat tempur pihak lawan satu kali lagi, tentu saja hal itu
lebih bagus, tapi paling sedikit kita harus membuat Shen Bok
Hong merasa serba susah hingga utusan2 yang kita kirim
kepelbagai partai bisa mendapat kesempatan yang lebih

banyak lagi untuk menyampaikan surat itu kepada masing2
ketua partainya.”
“Semangat jantan Saudara Siau benar2 sangat
mengagumkan hati kami semua, tetapi saat ini masanya
belum masak, seandainya harus terjadi pertempuran secara
kekerasan aku takut kekuatan yang kita miliki masih belum
mampu menandingi kehebatan pihak perkampungan Pek hoa
san cung...karenanya..."
”Orang2 perkampungan Pek hoa san cung yang ditugaskan
dikota Tiang sah hanya seperpuluh nya saja jika kita hadapi
mereka dengan sepenuh tenaga, aku percaya mereka akan
berhasil kita tumpas hingga ke-akar2 nya" kata Siau Ling
sambil tertawa.
"Tapi...bukankah Shen Bok Hong juga berada dikota
Tiangsah ??” sambung Sak Hong Siang mendadak.
Dari nada ucapan tersebut, bisa dilihat betapa jeri dan
takutnya jago ini atas kehebatan dari Shen Bok Hong.
Siau Ling termenung sebentar, lalu berkata :
Menurut hasil penyelidikanku, Shen Bok Hong berhasil
menciptakan keberhasilan dan pengaruh yang besar seperti
hari ini kesemuanya dikarenakan ia memiliki kecerdasan
dan kelihayan yang melebihi orang lain tapi yang paling
penting adalah kehebatan mata2nya yang tersebar luas
diseluruh kolong langit serta gerak geriknya yang serba
misterius, ditambah pula beberapa racun kejinya serta
tindakan yang kejam baik dalam mengendalikan anak buahnya
maupun dalam menghadapi musuh, membuat umat persilatan
dikolong langit sama2 menaruh rasa segan dan seram
terhadap dirinya, dengan begitu terciptalah pengaruh yang
luar biasa bagi perkampungan Pek hoa san cung.."
Ia putar biji matanya menyapu, sekejap para jago,
kemudian sambungnya lebih jauh:

"Sebab lainnya adalah tidak mau berkutiknya umat
persilatan untuk bangun menentang kelalimannya, mereka
sama2 membiarkan Shen Bok Hong melakukan persiapan
yang matang kemudian menjegal mereka satu persatu,
padahal didalam kenyataan kita secara resmi sudah bentrok
dengan mereka, daripada mati konyol tanpa berkutik
bukankah jauh lebih baik berjuang dengan semangat tinggi
dan gugur dalam medan pertarungan?"
Beberapa patah kata itu seketika menambah semangat
jantan dalam hati para jago, serentak mereka berseru:
“Siau tayhiap bersiap sedia akan membuat apa, kami
semua rela mengikuti dirimu.”
Siau Ling tersenyum.
"Bagus sekali kalau memang saudara2 semangat juang
yang tinggi maka aku pun tak akan menunda2 rencanaku lagi
sekarang juga mari kita berangkat!" katanya.
"Saudara Siau engkau siap sedia melakukan pergerakan
apa?” tanya Be Bun Hui kembali.
“Menurut apa yang kuketahui dalam kuil Pek in koan masih
terdapat sekelompok jago2 dari Shen Bok Hong sekarang kita
harus menghancurkan lebih dahulu mata2 yang tersebar
didalam dunia persilatan, markas besar mata2nya yang
terdapat dikota Tiang sah telah berhasil siau-te dan Bu witootiang
sekalian hancurkan seluruh anggota perkampungan
Pek-hoa san-cung yang ada disana telah binasa, menurut apa
yang kuketahui dikota Tiang sah pihak perkampungan Pek hoa
san cung masih mempunyai dua buah tempat bercokol yang
satu ada dikuil Pek in koan sedangkan yang lain ada diwarung
Jit ci-teh wan sekarang kita harus lenyapkan dua buah sarang
dari Shen Bok Hong ini kemudian baru mengeluarkan
segenap kekuatan yang dimiliki untuk mengerjai Shen Bok
Hong jikalau kita mampu mengepung dan membinasakan
dirinya sudah tentu Lebih bagus lagi tapi paling sedikit kita

harus membikin dia kalang kabut dan harus menjaga
keselamatan sendiri dalam keadaan begitu maka dia tak akan
memiliki kesempatan lagi untuk merencanakan siasat busuk
guna mencelakai orang lain “
"Baik! menurut pendapat Siau heng kapan kita akan
berangkat...?” tanya Be Bun Hui.
"Tentu saja lebih cepat lebih baik!”
"Kita harus mengerahkan segenap kekuatan yang kita
miliki?"
“Tak usah aku hanya ingin memilih beberapa orang
diantaranya saja.....
---ooo0dw0ooo---
Jilid: 24
SETELAH berhenti sebentar, lanjutnya : "Harapan Be heng
suka tetap tinggal di markas besar, siau-te hanya akan
membawa enam orang saja!"
Be Bun Hui tersenyum.
"Engkau akan memilih sendiri? ataukah aku yang pilihkan
untukmu?? Nona Pek-li, saudara Tu akan kubawa serta, dan
tolong Be-beng suka pilihkan dua orang lagi"
”Aku bersedia membuat pahala untuk me nebus dosa,
apakah Siau taybiap bersedia mempercayai diriku" sela Tong
Lo-thay thay secara mendadak.
Siau Ling tertawa.
"Tak usah, meskipun gerak gerik kita kali ini tidak terlalu
rahasia namun kamipun tak akan bekerja secara blak2an, jika
dapat merahasiakan indentitas kita jauh lebih baik. Untuk
sementara waktu harap Tong lo thay thay tetap tinggal disini,
aku percaya delapan bagian Kim Hoa hujin akan berhasil

mendapatkan obat pemunah dari Shen Bok Hong. menanti
racun keji yang bersarang ditubuh Lo hujin benar2 sudah
punah, saatnya belum terlambat bagimu untuk munculkan diri
dan memusuhi pi hak perkampungan Pek boa san cung secara
terang2an"
"Saudara siau, termasuk engkau cuma lima orang, masa
cukup, untuk menghadapi mereka?'
"Serangan kita kali ini adalah dengan racun menyerang
racun, yang diutamakan adalah suatu penyerangan secara
mendadak.”
"Panah sakti yang menggetarkan jagid Tong Goan Ki serta
peluru sakti Liok Kui Ciang masing2 memiliki keahlian khusus,
aku rasa jika mereka yang mengikuti dirimu pastilah akan
memberi bantuan yang sangat besar"
Siau Ling tersenyum.
”Entah saudara Liok dan saudara Tong bersedia atau tidak
melakukan perjalanan bersama aku orang she Siau??”
tanyanya.
Tong Goan Ki dao Liok Kui Ciaag serentak bangun berdiri,
jawabnya.
"Siau tayhiap bersedia membawa serta kami berdua hal ini
merupakan suatu kehormatan bagi kami.”
"Kalian memang kalian berdua bersedia membantu aku
orang she Siau didalam per gerakan ini, bagaimana kalau
sekarang juga kita berangkat.”
"Aku akan suruh mereka siapkan perahu,” kata Tong Goan
Ki dengan cepat . ia segera keluar lebih dahulu dari ruangan.
”Kalau begitu, akupun mohon diri terlebih dahulu kepada
saudara sekalian,” kata Siau Ling.
Dengan membawa Pek li Peng. Tu Kiu dan Liok Kui Ciang
berangkatlah mereka tinggal kan markas tersebut.

Buru2 Be Bun Hai mengejar keluar ruangan, katanya.
"Saudara Siau.baik2lah jaga diri! "
"Eigkau tak usah kuatir, Be Bun Hui tak perlu mengantar
lebih jauh! " jawab Siau Ling sambil berpaling.
Sesudah tiba ditepi sungai terlihatlah Tong Goan Ki telah
siap di depan perahunya Para jago segera naik perahu dan
bergerak menuju ketepi seberang
Sementara sarapan bergerak ketengah sungai Siau Ling
menengadah memandang cuaca lalu berkata.
''Sekarang waktu sudah menunjukan kentungan keempat
lebih jika dihitung dengan perjalanan yang harus ditempuh
sewaktu kita tiba di kuil Pek in koan mungkin fajar telah
menyingsing—"
"Jika kurang leluasa bertempur disiang hari bagai mana
kalau kita mencari tempat untuk beristirahat lebih dahulu dan
sergapan itu kita lakukan besok malam saja'" Liok Kui Ciang
mengusulkan.
"Tak usah!” jawab Siau Liog sambil menggeleng kita harus
melakukan suatu sergapan yang sama sekali diluar dugaan
mereka fajar merupakan saat yang paling baik untuK operasi
tersebut"
”Diudara terang tenderang bukankah asal usul kita bakal
diketahui lawan? "kata Tong Goan Ki.
"Asal kita tutup wajah kita dengan kain kerudung siapa
yang bisa menebak asal usul kita?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung perahu kecil itu
sudah merapat ketepian.
Siau Ling segera membawa para jago langsung menuju ke
kuil Pek in koang.

Sepanjang perjalanan para jago mengerahkan ilmu
meringankan tubuh secepat mungkin sebelum fajar
menyingsing mereka telah didepan kuil Pek in koang.
Dengan sorot mata tajam Siau Ling mengawasi keadaan
disekeliling tempat itu lalu dengan suara rendah bisiknya.
”Ruangan sudut timur laut kuil tersebut merupakan tempat
tinggal para jago dari perkumpulan Pek hoa-san-cung tapi
masih ada orangkah pada saat ini aku tak berani
memastikan...."
Ia memandang sekejap kearah Tong Goan Ki serta Liok Kui
Ciang lalu perintahnya:
"Aku harap kalian menjaga diatas atap rumah dan
membantuku kami dengan senjata2 rahasia kalian"
Tong Coan Ki serta Liok Kui Ciang mengi akan mereka
segera melayang naik keatas wu wungan rumah dan memilih
tempat yang srategis untuk bersiap sedia.
”Saudara To Peng ji bungkus wajah kalian dengan kain dan
serbu kedalam sebisanya jangan banyak bicara dengan
mereka " bisik siau Ling kembali dengan suara lirih,
Pek-li Perg tersenyum, dia ambil keluar secarik sapu tangan
dan membungkus sebagian wajabnya, kemudian berkata:
"Toako, kami harus mengikuti dibelakang tubuhmu..?
ataukah masing2 mencari lawan tandingannya sendiri?"
"Kita ber-sama2 membasmi musuh tangguh!"
”Kalau begitu, toako jadi pemimpin dan kami akan
membantu dari samping..!" Siau Ling tersenyum.
”Peng-ji, kali ini engkaulah yang memimpin serangan, aku
akan membantu kalian secara diam2 ” katanya.
Pek-li Peng segera cabut keluar pedangnya dan berbisik
kepada Tu Kiu dengan suara lirih:

"Mari kita serbu kedalam'"
Tu Kiu cabut keluar pedang pit baja dan gelang perak
pelindung tangannya sambil tertawa ia berkata :
”Dua macam senjata dari aku Tu lo sam telah menjadi
perak yang terkenal sekali kendatipun aku menyaru sebagai
apapun asal orang dapat melihat kedua macam senjata ini
mereka akan segera mengetahui siapakah diriku ini!"
”Engkau cakut kalau mereka mengenali dirimu? "
"Siapa yang takut?' seru Tu Kiu gusar ia segera loncat
kedepan dan melaijcarkan serbuan lebih dahulu.
Kedua orang itu dengan cepat menerjang masuk kedalam
ruang kuil,
Siau Ling membuntuti dengan kencang di-belakang Tu Kiu
serta Pek Li Peng mereka langsung menyerbu keruang
samping.
Dalam pada itu fajar baru mulai menyingsing dari ufuk
sebelah timur pemandangan disekeliling tempat itu dapat
terlihat jelas sekati.
Baru saja Siau Ling sekalian tiga sosok bayangan manusia
melayang turun dalam halaman samping seketika itu juga
muncullah dua sosok bayangan manusia menghadang jalan
pergi ketiga orang itu.
Desingan angin tajam menyambar lewat sebatang anak
panah dengan tajamnya meluncur memenuhi angkasa.
'"Aduuh.!” jeritan kesakitan bergama memecahkan
kesunyian, seorang pria baju hitam menyerang dan roboh
terkapar keatas tanah.
Tapi pada detik yang bersamaan itu pintu gerbang ruang
tengah terbentang lebar, seorang kakek yang gemuk pendek
murcul-kan diri dengan langkah lebar.

"Peng ji" bisik Siau Ling dengan suara lirih, orang itulah
yang bernama Seng Sam Kong. ilmu silatnya sangat lihay dia
tak boleh dipandang enteng.
Cahaya berkilauan menyambar lewat, kembali sebatang
anak parah meluncur menembusi angkasa langsung
mengancam tenggorokan Seng Sam Koay.
Kskek gemuk pendek itu dengan tangkas menggape tangan
kanannya, dengan suatu gerakan yang manis tahu2 ia berhasil
menangkap anak panah tersebut.
Tu Kiu mengetahui bahwa anak pinah itu dilepaskan oleh
panah sakti yang menggetarkan jagad Tong Goan Li, dengan
daya kekuatan yang luar biasa dari orang itu ternyata anak
parah yang dilepaskan berhasil ditangkap Seng Sam Koay
dengan begitu gampang hal ini menunjukkan betapa
sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki orang itu.
Seng Sam Kay sangat tenang setelah anak panah itu
berhasil ditangkap ia tetap berdiri tak berkutik ditempat
semula sorot rnatanya per-lahan2 menyapu sekejap wajah Pek
li Peng serta Siau Ling kemudian tegurnya
'"Saudara sekalian. kalau toh kalian berani datang kemari
mengapa tidak berani menghadapi kami dengan paras muka
aslimu?”
Sementara ucapan tersebut diutarakan keluar bayangan
manusia berkelebat lewat dari samping kiri kanan ruangan itu
dalam sekejap mata ditengah kalangan telah bertambah
dengan delapan orang pria kekar yang bersenjata lengkap.
Dengan sorot mata yang tajam Siau Ling mengawasi
beberapa orang itu dia lihat Khong Siang terdapat diantara
orang2 itu dalam hatinya pemuda itu segera berpikir:
"Baik Seng Sam Koay maupun Khong Siang masih berada
disini mungkin mereka belum tahu kalau Ciu Cau Liong
sekalian sudah tertimpa musibah.”

Sementara itu Tu Kiu sedang berseru sambil tertawa
dingin:
”Baik saudara sekalian hanya ada sebuah jalan kehidupan
saja yakni membuang senjata dan tidak bersedia diperbudak
oleh pihak perkumpulan Pek-hoa san cung lagi, kalau kalian
tak mau mendengarkan nasehatku ini, sekejap mata kamu
semua akan tekapar diatas tanah dengan darah bercucuran..'
Seng Sam Koay tertawa dingin, tiba2 ia memotong ucapan
Tu Kiu yang belum selesai :
"Hahh...heehh.. heehh... kalau dugaanku tidak keliru,
bukankah engkau adalah Tu loo ji dari sepasang pardangan
dari kota Tiong ciu...??.'
"Tebakanmu keliru " sahut Pek li Peng. ”sekarang ia sudah
menjadi Tu loo-sanl"
Suaranya lengking dan merdu, siapapun dapat mengetahui
kalau suara tersebut adalah suara kaum wanita.
Seng Sam Koay segera mengerutkan dahi nya rapat2.
"Sebenarnya siapakah engkau?" ia menegur.
"Aku adalah pencabut nyawa?"
Mendadak diaayun tangannya, dua batang jarum Hanpeng
ciam laksana kilat menyambar kedepan.
Seng Sam Koay membebaskan ujung yang lebar,
segulung hembusan angin pukulan merontokkan ancaman
jarum beracun tersebut.
Kembali Siau Ling menyapu sekejap kesekeliling tempat itu.
tatkala dilihatnya pihak lawan sudah membentuk barisan
pengepungan yang rapat, dalam hati segera pikirnya:
"Aku harus melukai dua orang diantaranya lebih dahulu,
sehingga barisan tersebut kacau balau tidak karuan."

Berpikir sampai disiiu, diam2 ia mengerahkan tenaga
dalamnya dan secara beruntun tangan kanannya melancarkan
sentilan maut.
Dua gulung desiran angin tajam segera meluncur kedepan
dengan dahsyatnya.
Kekuatan daya serang ilmu jari Sian ci-sinkang dari gereja
Siau lim si ini benar2 luar biasa dahsyatnya, apalagi serangan
tersebut dilancarkan Siau Ling secara diam2, bisa dibayangkan
bagaimanakah akibatnya.
Dua kali jeritan lengking berkumandang memecahkan
kesunyian, masing2 seorang pria yang berdiri disisi kiri dan
kanan roboh terjengkang keatas tanah dan tak berkutik lagi.
Rupanya Siau Ling ada maksud mengacau kan lebih dahulu
barisan musuh, oleh sebab itu Serangan tersebut dilancarkan
dengan sekuat tenapa dan arah yang ditujupun merupakan
jalan darah kematian.
Seng Sam Koay sendiri walaupun dapat melihat Siau Ling
menyentilkan tangan kanannya, namun ia sama sekali tak
menyangka kalau sentilan jarinya itu dapat melukai orang
hatinya tercekat dan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Dalam hati segera berpikir :
"Nampaknya diantara tiga orang yang munculkan diri ini,
orang itulah merupakan musuh yang paling tangguh, aku
harus ber hati2 dengan manusia tersebut..."
Berpikir sampai disitu, dengan suara dalam ia segera
berkata.
"Khong heng. mari kita ber-sama2 menghadapi orang yang
ada di belakang itu!"
Sambil berkata tangan kanannya dilapkan berulang kali.
Bayangan manusia saling berkelebat, cahaya senjata
menyilaukan mata, enam tujuh orang pria yang berdiri

dikedua belah samping ber-sama2 menyerbu kedepan dan
menyerang Tu Kiu serta Pek-li Peog habis2an.
Pek li Peng dan Tu Kiu dengan cepat menggetarkan senjata
masing masing menghadapi datangnya serangan maut itu
dengan gagah.
Khong Siang menggetarkan senjata tombak berantainya,
dengan suatu sentakan tajam ia totok dada lawan.
Tombak berantai adalah sejenis senjata yang luar biasa
dibelakang tombak dipasang rartai yang panjang, serangan
bisa dilakukan dari jarak jauh maupun dekat sesuai dengan
kehendak hatinya.
Siau Ling tetap melayani musuh2nya dengan tangan
kosong, ia berdiri tegak ditempat semula, terhadap datangnya
sergapan dari tombak berantai itu pemuda tersebut sama
sekaii tidak memikirkannya didalamhati.
Khong Siang mendengus dingin, teriaknya:
''Keparat, bagus sekali perbuatanmu.
Hawa murninya diam2 ditingkatkan, dengan kekuatannya y
ng berlipat ganda tombak berantai itu meluncur semakin
cepat kedepan.
Siau Ling masih tetap bersikap tenang, menunggu ujung
tombak sudah hampir mengenai tubuhnya, ia baru miring
kesamping, tangan kirinya laksana kilat menyambar ujung
tombak yang tajam itu.
Dengan mengenakan sarung tangan kulit menjangan,
bukan saja pemuda itu tidak takut tajamnya senjata, diapun
tak usah takut keracunan hebat.
Khong Siang termasuk salah seorang jago kawakan yang
sudah puluhan tahun lamanya berkelana dalam dunia
persilatan, banyak pertempuran sengit telah dia alami namun
belum pernah ia jumpai musuh yang begini berani menyambar

ujung senjatanya dengan tangan kosong, untuk beberapa saat
lamanya ia dibikin tertegun.
Gerakan tangan Siau Ling amat cepat dan cekatan, ketika
tangan kirinya menyambar kedepan, tahu2 ujung tombak
tersebut berhasil dicekerarn olehnya.
Khong Siang merasa terkejut bercampur gusar, sekuat
tenaga dia membetot kebelakang, sementara dalam hati
kecilnya berpikir :
"Sekalipun engkau memiliki telapak baja, atau ilmu weduk
yang kebal senjata, jangan harap bisa menahan ketajaman
ujung tombakku yagg berduri naga itu... akan kusuruh engkau
merasakan pahit getir ditanganku..."
Siapa tabu kendatipun betotannya sudah dilakukan dengan
segenap tenaga, akan tetapi sikap Siau Ling masih tetap
tenang dan se akan2 tak pernah terjadi suatu apapun diam2
pemuda itu mengerahkan tangan nya dan balas membetot
kebelakang
Setelah adu betot yang amat seru Kbong Siang tak kuasa
menahan diri tanpa terasa badannya terjengkang maju
kedepan
Semua peristiwa itu berlangsung sekejap mata pada saat
yang bersamaan ketika Siau Ling mencengkeram ujung
tombak berantai tersebut Seng Sam Koay bagaikan elang
menangkap anak ayam telah menerjang datang dari tengah
udara dengan jurus Thay-san-ya-teng atau dihimpit oleh bukit
Thay-san ia hajar batok kepala Siau Ting.
Sianak muda itu menyambut serangan yang datang dari
tombak berantai itu dengan tangan kirinya tiada lain adalah
bermaksud hendak menghadapi Seng Sam Koay dengan
tangan kanannya .

Melihat datangnya ancaman dari lawan yang menerjang
datang ia segera putar telapak kanan dan menyambut
datangnya serangan tesebut deagan keras lawan keras.
”Blaaarrr!!. sepasang telapak saling membentur satu sama
lainnya menimbulkan ledakan yang keras.
Seng Sam Koay berjumpalitan ditengah udara sesudah
bersalto satu lingkaran ia melayarg turun kurang lebih lima
depa jauhnya dari tempat semula,...
Siau Ling sendiri mundur satu langkah ke-belakang oleh
getaran angin pukulan dari Seng Sam Koay.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu Khong
Siang sekuat tenaga membetot kembali senjata tombak
berantainya.
Tiba2 Siau Ling lepas tangan Khong Siang yang sama sekali
tidak menduga akan hal itu secara beruntun mundur tiga
empat langkah kebelakang sebelum akhirnya berhasil berdiri
tegak.
Dengan sinar mata berkilat Seng Sam Koay mengawasi
pihak lawannya lalu dengan suara dingin berkata:
"Jago persilatan yang ada ditolong langit dewasa ini hanya
ada beberapa orang saja yang mampu menyambut serangan
aku orang she Seng dengan keras Lawan keras engkau
sungguh hebat!'
"Engkau terlalu memuji”
Mendadak sianak muda itu menerjang maju lagi kedepan.
sepasang telapaknya melancarkan serangan berantai.
Seng Sam Koay tak sudi memperlihatkan kelemahannya,
diapun melancarkan serangan-serangan balasan untuk
mengimbangi gerakan musuhnya.
Gerak serangan Siau Ling kian lama kian bertambah cepat,
setelah Seng Sam Koay menyambut serangan yang pertama,

mau tak mau dia harus menyambut pula serangan ke dua dan
berikutnya, terpaksa ia menggigit bibir dan menyambut semua
ancaman itu dengan sekuat tenaga.
"Blaaam... Blaaam..!! bentrokan kekerasan berlangsung
tiada hentinya, suara ledakan bergema saling susul menyusul
membuat suasana jadi ramai dan memekikkan telinga.
Dalam sekejap mata Siau Ling telah melancarkan delapan
buah pukulan berantai, terpaksa Seng Sam Koay pun harus
keraskan kepala untuk menyambut kedelapan buah ancaman
tersebut dengan keras lawan keras.
Selesai beradu tenaga sebanyak delapan jurus dengan
musuhnya Seng Sam Koay merasa bahwa darah dalam
dadanya bergelora keras peluh dingin membasahi seluruh
tubuh nya.
Siau Ling tertawa dingin ejeknya.
”Engkau hebat juga ternyata sanggup menerima delapan
buah serangan berantaiku dengan tenang!"
Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut kembali ia
lancarkan sebuah pukulan ke arah dada lawan.
Seng Sam Koay rupanya mulai menyadari jika ia sambut
serangan yang pertama ini maka serangan berikutnya
terpaksa harus ia terima terus pada saat itu bila ia tak kuat
menahan diri niscaya jiwanya akan melayang
Karena itu buru2 badannya berkelit kesamping untuk
menghindarkan diri.
Menyaksikan Seng Sam Koay tidak berani menyambut
datang serangan dengan keras lawan keras lagi Siau Ling
segera tertawa dingin dan mengejek hina:
"Seng Sam Koay, kamu sudah jeri? ayoh sambut lagi
seranganku berikut ini.,."

"Hmm!" Seng Sam Koay tidak gubris ejekan lawan, serunya
dengan dingin:
"Sebenarnya siapakah engkau? berani engkau utarakan
namamu??”
''Engkau tak usah bertanya siapakah aku, tetapi aku dapat
memberi kesempatan bagimu untuk bertobat dan kembali
kejalan yang besar, sekarang tempat tinggal kalian sudah
dikepung oleh para jago dari seluruh kolong langit yang telah
berkumpul dikota Tiang sah, mengingat ilmu silat yang kau
miliki didapatkan dengan tidak mudah, aku bersedia membuka
jaring dan memberi jalan kehidupan kepadamu, tentu saja
asal engkau bersedia melepaskan diri dari pengaruh
perkampungan Pek ho sian cung dia tidak mencampuri urusan
dunia persilatan lagi"
Seng Sam Koay tertawa dingin.
"Sebenarnya Shen toa cungcu memandang kemurahan
Thian menciptakan umatnya di-kolong langit merasa tak tega
untuk melakukan pembunuhan secara besar2an, oleh sebab
itu ia telah memberi waktu yang cukup lama bagi kalian untuk
merenungkan diri dengan harapan, kamu semua bisa tahu diri
dan per-lahan2 menggabungkan diri dengan perkampungan
Pek hoa san cung, sungguh tak dinyana ternyata kalian adalah
manusia2 yang tak tahu diri. berani melakukan perlawanan
yang nekad,,.”
”Hmm...! jika tindakan kalian ini membangkitkan hawa
gusar dari Shen toa cungcu, mungkin ia dapat merubah
keputusannya dan didalam waktu singkat dunia persilatan
akan terjadi perubahan besar, partai persilatan akan hancur
dan lenyap dan muka bumi, pada saat itu kalian akan
memperoleh kematian yang mengerikan tanpa tempat untuk
kubur"

"Besar amat nyalimu " tegur Siau Ling dengan suara ketus,
Shen Bok Hong sendiri pun tidak berani mengatakan kalau ia
berambisi untuk menguasai seluruh kolong langit"
Maksud Seng Sam Koay yang sebenarnya adalah untuk
menakutkan Siau Ling, siapa tahu sianak muda itu tak sudi
menerima gertak sambalnya, hal ini membuat sepasang alis
matanya kontan berkenyit.
"Sebenarnya siapakah engkau??" kernbali ia menegur.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, jeritan ngeri
yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan
kesunyian, seorang pria baju hitam menemui ajalnya secara
mengerikan diujung pedang Pek li Peng.
Khong Siang yang menyaksikan ilmu silat pihak lawan
sangat lihay. terutama sekali jurus pedang Pek li Peng yang
begitu aneh. ampuh dan sukar diraba hingga membuat orang
tak bisa menduganya sama sekali, tak berani berayal lebih
jauh. ia miringkan badan dan segera menerjang kedepan.
Ilmu silat yang ia miliki sangat dahsyat, terutama
permainan jurus tombak berantainya yang luar biasa, setelah
ia turun tangan dengan cepat serangan ganas dari Pek li Peng
dan Tu Kiu berhasil ditahan dan dibendung olehnya.
Diam2 Siau Ling memperhatikan sekejap keadaan medan
pertarungan yang sedang berlangsung, kemudian pikirnya
didalam hati:
"Jikalau dilihat dari keadaan pertarungan antara Pengji
dengan kawanan bandit yang dipimpin Khong Siang, mungkin
pertarungan tersebut masih harus berlangsung beberapa
waktu lamanya, terpaksa aku harus binasakan Seng Sam Koay
lebih dahulu untuk menggetarkan hati lawan..."
Berpikir sampai disitu dengan suara dingin ia lantas
berkata:

”Seng Sam Koay. aku telah menasehati dirimu dengan
kata2 yang baik. seandainya engkau tidak mau juga
mendengarkan nasehatku maka itu berani hanya mencari jalan
kematian bagi diri sendiri, ayoh loloskan senjatamu! aku
hendak mencabut jiwamu dalam seratus jurus!"
Ucapannya tegas dan mantap, sama sekali tidak
mengandung nada gertak sambal.
”Katakan dahulu siapa namamu, kemudian aku pasti akan
mengiringi kehendakmu itu!' ujar Seng Sam Koay.
"Baik! agar engkau bisa mati dengan hati terang, aku
adalan Siau Ling..."
"Apa? engkau Siau Ling?? teriak Seng Sam Koay terpongah.
"Sedikitpun tidak salah, Nah! cabutlah senjatamu...,.”
”Dalam permainan telapak kita belum sempat menentukan
siapa menang siapa kalah, bagaimana kalau kita beradu
pukulan lagi??”
"Baiklah!"
Tanpa banyak bicara sianak muda itu menerjang maju
kedepan. dan segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Seng Sam Koay ayun telapaknya menangkis ancaman
tersebut, dalam waktu singkat berkobarlah suatu pertempuran
yang seru antara dua orang jago lihay itu.
Serangan yang dilanncarkan Siau Ling di lakukan dengan
gerakan yang sangat cepat bagaikan sambaran kilat, dalam
sekejap mata ia telah melepaskan dua puluh buah serangan
berantai.
Setelah mengetahui musuh yang sedang dihadapinya
adalah Siau Ling, Seng Sam Koay sadar bahwa pertarungan
sengit yang sedang berlangsung ini menyangkut soal mati
hidup bagi dirinya, oleh karena itu dia pusatkan segenap
perhatiannya untuk melayani serangan2 lawan secara berTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
hati2, ia tak berani ambil resiko dan mengutamakan
keselamatan jiwa sendiri, apabila bukan terpaksa oleh
keadaan jago gemuk itu tak berani menyambut serangan
lawan dengan keras lawan keras.
Dalam sekejap mata kedua belah pihak telah saling
bertempur hingga mencapai lima puluh jurus lebih.
Makin bertempur Siau Ling merasa bersemangat dengan
sorot mata memitcarkan cahaya kilat bentaknya:
"Seng Sam Koay hati2lah dengan seranganku ini!"
Ditengah bentakan keras telapak kirinya membabat
kebawah dengan jurus pukulan Thian gwa lay in atau awan
tebal dilangit terbuka sementara tangan kanannya mele
paskan satu sentilan tajam.
Segulung desiran angin tajam meluncur kedepan dengan
sangat cepat dan dengan telak bersarang disikut kanan
manusia she Seng itu.
Dalam pada itu Seng Sam Koay baru saja akan
menggerakkan tangan kanannya untuk menangkis pukulan
dari Siau Ling mendadak ia merasa sikut kanannya jadi kaku
dan se luruh lengan kanannya terkulai lemas kebawah...
Ilmu sentilan sian ki sinkang ini merupakan salah satu dari
ketujuh puluh dua macam ilmu sakti gereja Siau lim si bila
tenaga dalam berhasil dilatih hingga mencapai kesempurnaan
maka serangan tersebut mampu mencabut jiwa manusia
dengan suatu totokan ke udara kosong.
Kendatipun tenaga dalam yang dimiliki Seng Sam Koay
amat sempurna namun ia tak rnampu menahan serangan
yang maha besar itu. sikut kanannya terasa amat sakit
bagaikan patah tulang
Setelah lengan kanannya terluka tak sempat lagi Seng Sam
Koay untuk menghindarkan diri dari datangnya serangan Siau
Ling yang dilakukan dengan kecepatan bagaikan kilat itu.

"Blaam...!” ditengah benturan yang sangat keras, pukulan
kilat yang dilancarkan Siau Ling itu dengan telak bersarang
dibahu kiri Seng Sam Koay.
Tenaga pukulan itu cukup dahsyat dan mampu
menghancurkan batu cadas, tulang bahu kiri Seng Sam Koay
yang termakan oleh angin pukulan tersebut segera patah jadi
dua bagian, ia mendengus berat dan mundur tiga langkah
kebelakang dengan sempoyongan.
Sebenarnya Siau Ling dapat menggunakan kesempatan
yang sangat baik itu untuk membebaskan jiwa Seng Sam
Koay. akan tetapi ia tidak turun tangan lebih jauh sebaliknya
malah berhenti, ujarnya dengan suara dingin.
"Seng Sam Koay, aku hendak membinasakan dirimu hingga
kau bisa mati dengan mata meram, gunakanlah kesempatan
ini untuk atur pernapasan dan pulihkan kembali kekuatanmu
untuk bertempur lebih jauh"
Bahu kiri Seng Sam Koay telah patah sedang sikut
kanannya terluka parah, kedua tempat itu merupakan
persediaan yang sangat penting, sekalipun berhasil disambung
dan diobati, paling sedikit dalam tiga lima hari tak mungkin
bisa digunakan untuk bertem pur lagi.
Tapi bagaimanapun juga dia adalah seorang jago yang
memiliki tenaga dalam amat sempurna, ia segera mengepos
tenaga dan mendadak meloncat keudara, dengan cepatnya ia
berhasil mencapai wuwungan rumah.
Desingan angin tajam bergema memecahkan kesunyian,
sebatang anak panah dengan hebatnya meluncur datang.
Buru2 Seng Sam Koay menutul permukaan wuwungan
rumah dengan ujung kakinya, ia melayang keudara untuk
kedua kalinya lalu secepat kilat melayangkan diri dari situ.

Siau Ling yang menyaksikan Seng Sam Koay melarikan diri,
sama sekali tidak melakukan pengejaran, ia tetap berdiri
ditempat semula.
"Ploooooik,, " anak panah itu menyambar dalam rumah dan
menembusi lantai hingga tembus segagangnya.
Bayangan manusia berkelebat lewat Tong Goan Ki dan Liok
Kui Chiang ber-sama2 melayang turun ketengah halaman.
Khong Siang yang mimpin kawanan bandit bertarung
melawan Pek Li Peng dan Tu Kiu berhasil mempertahankan
posisi seimbang tapi setelah menyaksikan Seng Sam Koay
melarikan diri dengan badan terluka sementara Pihak lawan
mendapat bantuan dari jago2nya sang hati jadi gugup dan
gelisah sekali pikirnya dalam hati:
"Rupanya kalau pertarungan ini dilanjutan lebih jauh
pihakku yang bakal menderita kerugian besar..."
Tong Goan Ki dan Liok Kui Chiang segera meloloskan
senjata dan bersiap sedia maju kedepan untuk membantu Pek
Li Peng dan Tu Kiu
Siau Ling yang menyaksikan hal itu segera tersenyum dan
berkata:
"Kalian berdua tak usah repot2 untuk turun tangan
sendiri,."
Jari tangannya menyentil kedsoan segulung desiran angin
tajam dengan cepat luncur kedepan.
''Plaaank...! serangan itu dengan telak menghajar lengan
kanan seorang pria kekar.
Pria itu merasakan lengannya jadi kaku dan tak kuasa lagi
senjata tajamnya terlepas dari cekalan.
Tu Kiu yang kebetulan berada disisinya segera putar
senjata pit nya dan langsung menusuk dada lawan diiringi

menyembur nya darah segar, senjata itu menembusi dada
lawan dan mampuslah orang itu seketika itu juga...
Siau Ling menyentilkan jarinya berulang kali, desiran2
tajam menyambar memenuhi angasa, dengan putaran senjata
pedang dan pit dari Pek li Peng dan Tu Kiu, kembali beberapa
orang pria roboh binasa
Dalam waktu singkat dalam gelangang tinggal Khong Siang
seorang yang masih melakukan pertarungan sengit, tombak
berantainya menyerang secara ber-tubi2 dengan harapan bisa
melindungi keselamatan jiwa nya.
Siau Ling segera menerjang maju kedepan ia sambar
tombak berantai dari Khong Siang itu dan melancarkan satu
tendangan kilat yang membuat jago itu jatuh terjungkal diatas
tanah. Tegurnya dengan suara dingin:
"Hmm' bagaimana sih kalau ilmu silatmu dibandingkan
dengan kepandaian dari Seng Sam Koay?? apakah engkau
masih akan meneruskan pertarungan nekadmu???”
Per lahan2 Khong Siang bangkit berdiri. ia memandang
sekejap kesekeliling tempat itu, ketika dilihatnya diantara para
jago yang berpihak pada dirinya. kecuali Seng Sam Koay yang
berhasil melarikan diri semuanya sudah mati binasa disitu
segera menghela napas panjang.
Ia cabuti keluar sebilah pisau belati dari sakunya, kemudian
berkata dengan sedih:
"Sekalipun Siau tayhiap telah berbuat murah hati dan
mengampuni jiwaku, tapi aku tak punya muka untuk
berkelana lagi didalam dunia persilatan... percuma aku hidup
dikolong langit lebih jauh”
Ii putar pisau belatinya dan segera ditusukkan keatas dada
sendiri.
Dengan enteng Siau Ling menyentilkan ujung jarinya,
segulung desiran angin tajam menghantam diatas pisau belati

itu membuat senjata tersebut mencelat dari cekalan dan jatuh
kebawah katanya dengus wajah serius:
''Kalau Khong heng sudah tahu kalah mengapa engkau
harus bunuh diri? dikolong langit terdapat banyak tempat yang
lain panoramanya bukankah Khong heng bisa mengundurkan
dari dunia persilatan dan hidup secara damai disuatu tempat
yang lebih indah”
Ia berhenti sebentar kemudian sambungnya lebih jauh:
"'Lagi pula kalau Khong heng bersedia kembali kejalan yang
benar aku tanggung para jago diseluruh kolong langit akan
menyambut kedatanganmu dengan senang hati,”
Khong Siang tertawa getir.
”Sekalipun aku punya maksud untuk menerima tawaran
dari Siau tayhiap terpaksa yang jiwaku tak bisa hidup lebih
dari tujuh hari lagi, tujuh hari kemudian racun keji yang
mengeram dalam tubuhku akan bekerja seluruh urat nadiku
akan mengerut dan akhirnya mati ...ooh penderitaan itu bukan
bisa ditahan oleh sementara orang.”
"Jadi maksud Khong heng engkau hendak kembali
keperkampungan Pek hoa san cung?”
Khong Siang rrenggeleng.
"Aku sudah muak dan sebal menyaksikan keganasan dan
kekejaman Shen Bok Hong, aku tak sudi jual nyawa untuk
diperbudak olehnya lebih lanjut..."
Ia berhenti sebentar dan menghela napas panjarg.
sambungnya lebih jauh:
"Aaai...! kedudukanku terlalu rendah, tidak banyak yang
kuketahui tentang rahasia mereka, kebaikan hati dari Siau
tayhiap biarlah kubalas pada penitisan yang akan datang”
Tiba2 ia ayun telapaknya dan menghajar ubun2 sendiri.

Kalau berbicara menurut kepandaian silat yang dimiliki Siau
Ling, dalam jarak yang begitu dekat sebenarnya besar sekali
kesempatan baginya untuk memberi pertolongan, tapi
berhubung ia tak menyangka sama sekali kalau Khong Siang
mempunyai hasrat untuk bunuh diri yang begitu besar,
ditambah pula ia tak tega melihat orang itu menderita siksaan
batin karena bekerja nya racun dalam tubuhnya, dalam hati
telah timbul ingatan untuk membiarkan dia mati...
Pada saat hatinya masih sangsi itulah Khong Siang telah
menghantam ubun-ubun sendiri dan menemui ajalnya
seketika itu juga.
Memandang jenasah dari Khong Siang terdengar Tu Kiu
berkata:
"Toako. orang yang mati ditangan kita ini sebagian besar
terpaksa harus menjadi budak perkampungan Pek hoa san
cung mari kita kubur mayat2 mereka!"
"Serahkan saja satu tahil emas murni kepada para imam
dalam kuil tersebut,” ujar Siau Ling suruh mereka saja yang
mengubur jenasah2 itu suruh mereka tak usah lapor
kepengadilan aku menanti dirimu diluar kuil!"
Tu Kiu mengiakan dan segera berlalu.
Siau Ling dengan membawa Pek li peng sekalian berlalu
dan kuil itu ketika mereka tiba dipintu kuil Tu Kie sudah
menunggu disitu.
''Siau tayhiap! Tong Goan segera bertanya sekarang kita
akan pergi kemana?"
"Warung teh Jit ci teh wan terletak ditepi jaian besar kita
tak bisa turun tangan disiang hari bolong sekarang kita cari
rumah penginapan untuk beristirahat dahulu malam nanti kita
baru satroni warung teh Jit-ci teh wan!"

Beberapa orang itu segera mencari rumah penginapan dan
beristirahat sehari 34 penuh, ketika malam menjelang tiba
mereka baru berangkat menuju kewarung teh Jit ci-teh-wan.
Pintu besar ditutup rapat, didepan pintu tergantung sebuah
papan pengumuman
Ketika beberapa orang itu mengamati papan pengumuman
tersebut, ternyata isinya adalah pemberitahuan bahwa untuk
sementara waktu warung teh itu ditutup.
Siau Ling segera loncat masuk kedalam warung teh itu,
Walaupun semua ruangan sudah diperiksa namun tak sesosok
bayangan manusiapun yang berhasil mereka temukan.
"Rupanya meteka sudah mendapat kabar” bisik Pek-li Peng.
Siau Ling mengangguk tanda membenarkan "Jangan
sentuh benda yang berada diruangan ini!" peringatnya dengan
cepat.
Para jago mengetahui betapa keji dan telengasnya hati
Shen Bot Hong, mereka benar2 tak berani menyentuh benda2
yang ada disana.
Siau Ling segera memimpin para jago mengundurkan diri
dari warung teh Jit-ci-teh-wao tersebut, kemudian berkata :
"Menurut apa yaog kuketahui, pusat mata2 Shen Bok
Hong dikota Tiang sah adalah beberapa tempat ini, apakah
kalian mengetahui tempat lainnya..."
Walaupun pertanyaan itu sudah diulangi beberapakali,
namun beberapa para jago tetap membungkam dalam seribu
bahasa.
Jelas semua orang tidak ada yang tahu lagi sarang mata?
yang ditempatkan Shen Bok Hong dikota Tiang sah.
Dengan suara lirih Tong Goan Ki segera berbisik :

"Siau tayhiap, kalau tiada tujuan yang harus kira kunjungi
lagi, bagaimana kalau sekarang juga kita kembali ketempat Be
cong piau pacu, dari pada ia musti menguatirkan keselamatan
kita terus menerus?''
"Baik! kita segera berangkat..."
Mendadak pemuda itu teringat kembali akan sie poa emas
Sang Pat, kepada Tu Kiu segera bisiknya :
"Saudara Tu mungkinkah saudara Sang dapat pergi
beretluk pasir ditengah sungai itu??"
Tu Kiu menggeleng.
"Tidak, ia tak mungkin kesana!',
"Kenapa?"
”Karena ia sedang menjaga sebuah benda milik toako "
"Sebuah kotak kayu:
"Benar dia bilang kemungkinan besar benda itu sangat
penting dan berharga sekali:
"Apakah ia masih berdiam ditempat semula??
Kembali Tu Kiu menggeleng.
"Tidak, ia sudah mencari suatu tempat lain yang jauh lebih
terpencil dan rahasia, tempat itu hanya diketahui oleh siaute
seorang.
Situ Ling segera berpaling kearah Tong Goan Ki dan Liok
Kui Ciang, kemudian ber kata.
"Tong heng. Liok heng, silahkan kalian kembali dulu keteluk
pasir, kami akan menjenguk seorang saudara lebih dulu,
paling ce pat malam ini paling lambat besok pagi, kami pasti
sudah kembali"
Tong Goan Kie dan Liok Kui Ciang segera memberi hormat
dan berkata:

"Kalau memang begitu, kami mohon diri lebih dahulu.”
Habis berkata mereka berpamitan dan ber lalu dari situ.
Dengan wataknya yang jujur dan terbuka, kedua orang ini
tidak ingin banyak bertanya mengenai urusan pribadi orang,
karenanya tanpa mengucapkan sebuah pertanyaan mereka
segera berlalu.
Memandang hingga bayang panggung dua orang itu lenyap
dari pandangan Siau Ling berpaling kearah Tu Kiu sambil
bertanya:
"Saudara Tu sekarang saudara tinggal di-mana?"
"Siaute aku membawa jalan silabkan mengikuti diriku!"
berangkatlah Tu Kiu menuju kedepan
Siau Ling serta Pek li peng membuntuti dari belakangnya.
Setelah melalui kedua jalan raya sampailah Tu Kiu disebuah
bangunan besar yang dipagar tembok pekarangan yang
sangat tinggi.
"Tempat apakah ini?'' bisik Siau Ling dengan suara lirih.
"Gedung terapat tinggal keluarga dari pembesar kota Tiang
sah!'
"Saudara San kenal dengan pembesar itu?”
”Tidak kenal!"
"Kalau memang tidak kenal dari mana ia bisa berdiam
disitu?"
"Sang loo ji berkata kepadaku, meskipun orang2 dari
perkumpulan Pekhoacung berhasil menyusup kesegala bidang
dan tempat, tindak tanduk mereka kejam dan tidak kenal peri
kemanusiaan, tetapi selamanya mereka segan untuk
mengganggu orang2 dari pemerintah, kecuali kalau pembesar
segera mendesak mereka sehingga tiada jalan lain, mereka
tak mau mengganggu kaum pembesar, karena itulah menurut

pendapatnya hanya tempat tinggal kaum pembesarlah
merupakan tempat yang paling aman untuk menyimpan
barang itu"
Satu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling, pikirnya :
"Secara tiba2 Sang Pat bisa menaruh perhatian yang
khusus terhadap kotak peti itu, dibalik kejadian ini pasti ada
hal lain yang luar biasa..."
Maka diapun berkata :
"Bagaimana caranya kita dapat menjumpai dirinya?"
"Ditengah kebun yang letaknya dibelakang gedung terdapat
sebuah ruang baca yang sudah tidak terpakai, kecuali tiap hari
dibersihkan satu kali jarang ada orang yang berkunjung
kesana, Sang loo ji berdiam disitu, biarlah siaute panggil dia
keluar!"
Siau Ling termenung sebentar kemudian jawabnya:
"Baiklah kitapun tak leluasa untuk mengganggu ketenangan
keluarga pembesar suruh saja dia keluar siau heng akan
menanti di tempat ini saja..."
Tu Kiu segera mengepas tenaga dan melayang masuk
kedalam pekarangan orang tidak selang sepertanak nasi
kemudian muncul kembali bersama Sang Pat yang
membopong kotak kayu itu.
Siau Ling segera alihkan sorot matanya ke arah Sang Pat ia
melihat tangan kirinya di balut dengan kain putih rupanya
baru saja ia menderita luka dengan dahi berkerut segera
tegurnya:
"Saudara Sang engkau terluka?"'
"Tidak mengapa cuma luka yang kecil saja"

"Ketika kita bertemu beberapa hari berselang aku rasa
saudara Sang masih belum menderita luka" Sang Pat
tersenyum.
”Pertarungan itu baru berlangsung menjelang senja
beberapa waktu berselang meskipun lengan kiri siaute
menderita luka namun orang itupun tak akan memperoleh
keuntungan apa2.”
”Apakah dia juga merupakan anggota perkampungan Pek
hoa san cung?"
Sang Pat menggeleng.
”Apakah dia adalah anak buah perkampungan Pek hoa sao
cung atau tidak, siaute tak berani memastikan, tapi kalau
dilihat dari gerak geriknya aku rasa tidak mirip:
"Macam apakah orang itu??”
'Justru yang membuat siaute tidak habis mengerti adalah
dandanan orang itu" seru Tu Kiu dari samping, ”potongan
pakaiannya membuat kita jadi bingung sekali.”
"Sebenarnya macam apa sih dandanan orang itu??” anya
Siau Ling keheranan.
"Dia adalah seorang hweesiol'"
"Seorang hweesio?"
"Tidak salah, disieilah letak masalah yang membuat siaute
tidak habis mengerti, orang orang yang tergabung dalam
perkampungan Pek hoa sang cung memang terdiri dari
beraneka ragam, seandainya terdapat pula beberapa orang
hweesie, rasanya juga tidak terlalu aneh, tapi mereka tak
mungkin akan munculkan diri didalam dunia persilatan dengan
dandanan mereka sebagai seorang hweesio"
"Mengapa ia sampai bertempur dengan dirimu??”

Sang Pat melirik sekejap kearah kotak kayu yang berada
dalam bopongannya, kemudian menjawab :
"Dia hendak merampas kotak kayu ini!''
Diam2 Siau Ling merasa keheranan, pikir nya didalam hati :
"Kotak kayu itu kuno dan antik sekali, kecuali orang yang
kenal dengan asal usul kotak kayu itu, tak mungkin ia bersedia
merampasnya dengan kekerasan!"
Berpikir sampai disitu ia lantas bertanya
"Berapa besar usia hweesio itu??”
"Kurang lebih lima puluh tahunan!"
Sepuluh orang manusia aneh yang terjerumus dalam istana
terlarang, rata2 merupakan manusia yang telah lanjut usia,
dengan usia sang hweesio yang masih begitu sedikit sudah
tentu bukan orang dari seangkatan dengan mereka tapi dari
mana ia bisa mengenali asal usul kotak tersebut,,.? sungguh
aneh!"
Beberapa orang itu sambil ber-cakap2 sambil melanjutkan
perjalanan, akhirnya sampailah didepan sebuah rumah
penginapan
Sementara itu malam telah menjelang datang pelayan dari
rumah penginapan itu sedang memasang lampu lentera untuk
menerangi ruangan.
Tu Kiu segera maju kedepan menghalangi jalan pergi
pelayan itu sambil menegur:
"Masih ada kamar kosong?'
Pelayan itu mengamti sekejap empat orang tamunya
kemudian menjawab:
"Masih ada sebuah halaman yang kosong entah kalian
merasa cocok atau tidak..."

"Cepat membawa jalan!" tukas Tu Kiu.
Pelayan itu segera membawa beberapa orang tamunya
masuk kedalam ruangan dan menuju sebuah halaman yang
luas.
Bangunan dibelakang halaman itu berdiri sendiri disamping
barat terdapat ruang tamu tempat itu merupakan suatu
tempat yang terpisah dengan kamar2 tamu lainnya.
Pelayan segera menghidangkan air teh memasang lampu
lentera dan mengundurkan diri.
Dengan cepat Tu Kiu melakukan pemeriksaan disekeliling
ruangan itu. kemudian baru mengundurkan diri kembali
kedalam kamar.
Sementara itu Siau Ling telah mengamati sekejap kotak
kayu itu. ia temukan dibalik kotak kayu bagian dasarnya
terukir sebuah lukisan Buddha.
Karena kotak itu telah dibersihkan oleh Sang Pat. maka
ukiran2 tersebut dapat keliatan amat jelas.
Tatkala Sang Pat menyaksikan Siau Ling telah menaruh
perhatian terhadap kotak kayu itu. sambil tersenyum ia
berkata:
"Setelah siaute bersihkan kotak kayu ini dari lapisan debu.
kutemukan ukiran2 indah ysng berbentuk Buddha itu didasar
kotak, hal ini pernah kubicarakan dengan saudara Tu.
menurut dugaan kami kemungkinan besar isi kotak ini adalah
benda yang sangat berharga sekali:
"Saudara Tu sudah memberitahukan hal ini kepadaku"
sahut Siau Ling.
"Karena kotak kayu ini, mau tak mau terpaksa siaute harus
menghindarkan diri dari kelompok Bu Wi Tootiang dan Be Bun
Hui sekalian para jago untuk sementara waktu, sebab diantara
kelompok jago2 silat itu banyak terdapat jago kawakan yang

berpengetahuan luas. seandainya ada orang yang bisa kenali
asal usul kotak ini kemudian suruh siaute membukanya,
bukankah siaute bakal serba salah? sedia payung sebelum
hujan tak ada salahnya, karena itulab unti k sementara waktu
aku menghindarkan diri dari pertemuannya dengan mereka
semia, tapi secara diam2 berjanji dengan saudara Tu untuk
bertemu disini, menanti toako sudah dijumpai dan toako telah
mengemati benda yang berada dalam kotak kayu ini, barulah
aku pergi menjumpai mereka"
”Seingatku siauheng sudah pernah membuka kotak kayu ini
dan isinya hanya sejilid kitab yang halaman depannya terbuat
dari kulit kambing, diatas kitab itu rupanya berisikan kitab injil.
bukankah begitu?"
Sang Pat tertawa.
"Tentang soal ini tentu saja siaute masih ingat, tapi pada
saat itu kita toh belum melakukan pemeriksaan dengan
seksama? dan lagi kitapun belum sempat membuka lembaran
kitab sembahyangan itu"
”Saudara Sang toh bisa membuka kocak itu dan melihat
sendiri. ."
"Tentang soal ini siaute tidak berani mengambil tindakan
secara gegabah." tukas Sang Pat sambil gelengkan kepalanya.
''Kita toh saudara angkat yang sehidup semati, engkau
terlalu kukuh dalam adat” seru Siau Ling.
Setelah berhenti sebentar, sambungnya:
"Nah sekarang, bukalah kotak itu dan periksalah isinya!"
Sang Pat menurut dan segera membuka kotak kayu itu,
isinya hanya berupa sejilid kitab berhalaman kulit kambing
kecuali itu tiada benda lain yang kelihatan,

Sang Pat segera mengambil lentera dan memeriksa sekitar
kotak itu dengan seksama ketika ia gagal menemukan sesuatu
yeng mencurigakan hati sambil geleng kepala katanya.
"Aneh sekali masa kitab sembahyangan ini sangat berharga
sekali hingga menjadi perhatian orang banyak?"
Dengan penuh seksama ia mulai mengetuk permukaan
kayu itu dan arah depan hingga arah belakang dengan
harapan berhasil menemukan suatu tanda yang
mencurigakan.
Tiba2 satu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling,
dengan suara rendah ia sege ra berbisik :
"Saudara Sang, kalau toh permukaan kotak didasar sebelah
luar dapat diukir dengan sebuah lukisan Buddha, apa salahnya
kalau dibalik dasar kotak ini diukir pula dengan tulisan
tulisan?"
”Sedikitpun tidak salah !” seru Sang Pat dengan girang,
dengan cepat ia bersihkan dasar kotak tersebut dengan
sebuah kain lap.
Sedikitpun tidak salah, dari dasar kotak tersebut ia benar2
menemukan lekukan2 tidak merata yang mirip dengan ukiran
tulisan. segera teriaknya :
"Oooh! dugaan toako tepat sekali, memang diisinilah tulisin
itu diukir...!"
Tu Kiu maju kedepan dan membersihkan kembali dasar
kotak itu dengau lebih keras hingga permukaan kotak nampak
licin dan berkilat, setelah itu barulah di teliti dengan seksama.
Sekarang kelihatan ukiran ukiran didasar kotak serta dasar
penutup kotak itu dengan jauh lebih jelas.
Siau Ling sesera meletakkan kotak kayu itu diatas meja.
kemudian mengambil lampu lentera dan didekatkan dengan
kotak tadi, ia lihat ukiran2 tersebut berbentuk seperti tulisan

bukan tulisan, bunga bukan bunga, luak liuk dan bungkak
bengkok susah ditangkap apa arti daripada ukiran tersebut.
Dengan dahi berkerut Sang Pat segera berkata:
"Tulisan yang terukir diatas kotak kayu itu rupanya tulisan
dari negeri Thian-tok (India), kita semua tak ada yang
mengerti!"
'Kalau memang tidak di mengerti, dari mana saudara Sang
dapat mengatakan kalau tulisan itu berasal dari negeri Thian
tok?"
"Tempo hari siaute pernah berjumpa dengan seorang
hweesio dari gereja Siau-limsi yang membawa setumpukan
kitab sembahyangan bertulisan huruf Thian tok. aku masih
ingat dengan bentuk tu!isan2 itu, maka setelah menyaksikan
tulisan diatas kotak ini mirip benar dengan tulisan yang
kuingat maka bisa kuyakini bahwa tulisan tersebut pastilah
bahasa negeri Thian tok!"
”Sayang sekali orang yang mengerti tulisan itu sukar
dicari”, keluh Siau Ling. "manusia berbakat demikian jarang
ada didaratan Tionggoan.. bagaimana baiknya?'
'Kecuali para hweesio yang berdiam didalam gereja siau lim
si. Kemungkinan sekali orang yang mengerti tulisan tersebut
memang susah ditemukan." sambung Sang Pat.
Tiba2 satu ingatan berkelebat dalam benaknya, segera
sambungnya lebih jauh:
"Bagaimana dengan hweesio itu.”
"Hweesio yang mana?” tanya Tu Kui dengan cepat-
"Hweesio yang saling bertempur melawan aku dan sama2
terluka itu.. !” Setelah ia melihat kotak kayu tersebut, tanpa
bertanya hijau atau merah ia segera turun tangan dan segera
untuk merampasnya, jika ia tidak kenal huruf Thian tok. dari
mana bisa kenali pula asal usul dari kotak kayu itu?"

"Tidak salah, kini hweesio tersebut berada dimana??”
Sang Pat termenung dan berpikir sebentar, lalu jawabnya:
"Aku rasa ia tak mungkin meninggalkan tempat ini terlalu
jauh, sebab sebelum tinggalkan diriku tadi ia masih sempat
memandang sekejap kearah kotak kayu milikku ini dengan
pandangan kesemsem, itu berarti bahwa dia sangat tertarik
dengan kotak kayu ini dan merasa keberatan untuk
meninggalkan dengan begitu saja"
"Parahkah luka yang diderita olehnya?"
Sang Pat menggeleng.
"Tidak terlalu parah tapi juga tak dapat dihitung terlalu
enteng!' sahutnya.
Kembali Siau Ling termenung beberapa saat lamanya lalu
ujarnya kembali dengan suara lirih:
"Jadi hweesio itu adalah seorang yang berasal dari negeri
Thian tok...??"
”Menurut pendapat siaute dia adalah rakyat dari daratan
Tionggoan, bahkan kemungkinan besar berasal dari gereja
Siau lim si”
”Apakah ia mempergunakan ilmu silat dari perguruan Siaulimsi?”
Ketika terjadi pertarungan untuk pertama kalinya ia
berusaha keras menggunakan pelbagai macam ilmu silat
untuk menghadapi diriku, rupanya dia tidak ingin
memperlihatkan ilmu silatnya yang berasal dari perguruan
Siau lim pay, tapi kemudian setelah berhasil siaute lukai,
dalam keadaan terdadak akhirnya toh ia gunakan ilmu silat
dari perguruan Siau lim pay untuk melukai siau-te"
”Dalam perkampungan Pek hoa san cung terdapat juga
anak murid dari gereja Siau lim Si, jika ditinjau dari cerita

saudara Sang, aku rasa dugaan ini tidak bakal salah lagi” seru
Siau Ling.
”Andaikata ia masih berada dikota Tiang sah maka
kemungkinan besar padri itu masih berdiam disekitar dua
belah jalan raya dari tempat ini, menurut penglihatan siaute
agaknya tujuan dari hweesio itu hanyalah berusaha untuk
merampas kotak kayu ini dan ia sama sekali tiada
hubungannya dengan perkampungan Pek hoi san cung, siaute
akan usahakan untuk mencari kabar berita tentang
tinggalnya....."
”Sekarang hari sudah jauh malam, engkau akan pergi
kemana untuk mencari kabar?"
”Tentu saja sukar untuk mencari kabar berita tentang
jejaknya....!” kata Sang Pat.
Ia memperendah suaranya dan melanjutkan "Kusir kereta,
tukang perahu, kuli kasar pegawai negeri adalah manusia2
yang paling sukar dihadapi, dan jarang sekali ditemui orang2
jujur tapi justru manusia2 seperti inilah yang paling mudah
digunakan tenaga mereka lagi pula pengetahuan mereka luas
serta tamak akan harta asal diberi pahala yang besar muka
pekerjaan macam apapun dapat dilakukan olehnya..."
Bicara sampai disini ia membungkam dan putar badan lalu
berlalu dari ruangan tersebut.
Tidak selang beberapa saat kemudian Sang Pat telah
muncul kembali didalam Kamar sambil tertawa haha hihi
katanya:
"Toako mari kita beristirahat sebentar! seandainya hweesio
itu benar2 masih ada di sekitar sini maka tidak sampai satu
jam kemudian pasti ada berita yang kami dapat kan"
Siau Ling tabu bahwa saudaranya ini berakal cerdik dan
berpengalaman amat luas diapun hanya tersenyum belaka
tanpa banyak bertanya lagi.

Sedikitpun tidak salah, tidak selang setengah jam kemudian
muncullah seorang pelayan dengan wajah penuh keringat,
sambil mengatur napasnya yang terengah engah bisiknya
lirih.
”Toako, tugas yang kau berikan kepada hamba telah
berhasil hamba laksanakan dengan baik"
"Bagaimana kabarnya??”
"Toa suhu itu berdiam dirumah penginapan Toa Seng!!”
Sang Pat merogoh kedalam sakunya dan serahkan dua
lembar daun emas kepada pelayan itu, katanya :
"Baik! bawalah kami ketempat itu..."
”Kita mau kemana??” bisik Siau Ling.
”Mengundang toa-suhu itu untuk menterjemahkan tulisan
Thian tok yang ada diatas kotak kayu itu!"
"Dari mana engkau bisa tabu kalau ia mengerti tulisan Tian
tok??”
"Paling sedikit ia mengetahui akan asal usul dari kotak kayu
itu. toako! duduklah sebentar disini, siau-te akan segera
kembali!"
"'Aku ikut! ' seru Tu Kiu sambil bangkit berdiri.
"'Bagus! kita berangkat ber-sama2 dengan begitu
kegagalanpun dapat diatasi!"
Dengan membawa pelayan itu buru2 mereka berlalu dari
ruangan tersebut.
Sepeninggal beberapa orang tu Pek li Peng bertanya
dengan suara lirih:
"Apakah mereka akan pergi membekuk hweesio itu?"
"Mungkin begitu!"

Meskipun mulutnya menjawab namun sepasang matanya
menatap ukiran diatas kotak kayu itu dengan saksama
rupanya pemuda itu tertarik sekali oleh kotak mustika
tersebut.
Tatkala dilihatnya sianak muda itu sedang pusatkan seluruh
perhatiannya pada ukiran diatas kotak kayu itu Pek li Peng
pun tidak berani mengganggu lebih jauh dia hanya berdiri
disamping Siau Ling sambil secara diam2 melakukan siap
siagaan untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan.
Kurang lebih sepenanak nasi kemudian, Tu Kiu muncul
kembali dalam ruangan itu samoil membopong seorang
hweesio berjubah abu2.
Sang Pat mengikuti dibelakang Tu Kiu.
Setelah berada dalam ruangan, Tu Kiu turunkan padri itu
keatas tanah dan membebaskan dua buah jalan darahnya
tertotok.
Siau Ling mengawasi padri itu dengan seksama, ia lihat
hweesio tersebut berusia antara lima puluh tabunan, diatas
kepalanya mempunyai lima buah cap pantangan yang
membekas dalam hal ini menunjukkan bahwa padri sersebut
adalah seorang padri tinggi yang menjalankan pantangan
secara keras...
Setelah jalan darahnya dibebaskan, hweesio itu segera
bangkit berdiri, tapi kemudian duduk kembali dengan
sempoyongan.
Ternyata sewaktu ia bangkit berdiri tadi, dirasakan jalan
darah para sepasang kakinya masih tertotok, maka begitu
bangkit berdiri dengan lemas ia terduduk kembali.
Sang Pat mendehem ringan dan menegur.
"Taysu coba lihat benda apakah yang berada diatas meja
itu??”

Hweesio itu angkat kepala dan memandang sekejap,
kemudian jawabnya.
''Sebuah kotak kayu! kenapa sih??''
”Engkau pernah berusaha untuk merampas kotak kayu itu
dus berarti engkau mengetahui asal usul dari kotak tersebut
bukan?"
Hweesio alihkan sorot matanya menyapu sekejap kearah
Siau Ling. Pek li Peng Sang serta Tu Kiu bukannya menjawab
sebaliknya dia malah bertanya:
"Siapakah kalian berempat?"
Rupanya Siau Ling masih dalam keadaan menyaru maka
asal usul mereka sulit diketahui orang.
Sang Pat segera tertawa dingin:
"Heehhh...heehhh..,heebhh...nampaknya taysu sangat
memamdang enteng soal mati hidup ...Hmm! betulkah engkau
tidak takut mati?”
"Apa maksud ucapanmu" padri balik bertanya,
"Kami sekalian belum sempat bertanya kepada taysu
ternyata taysu malahan ajukan pertanyaan untuk mengetahui
asal usul kami” Setelah berhenti sebentar, terusnya: "Engkau
toh kenal akan asal usul dan kotak kayu itu? berarti engkau
mengerti juga bukan akan tulisan Thian tok yang terukir diatas
kotak ini.”
"Dekatkan kotak itu kepadaku, pinceng akan
memperhatikannya dengan lebih seksama”
Sang Pat tak dapat berbuat lain terpaksa ia dekatkan kotak
kayu itu kehadapan taysu tersebut.
Dengan penuh seksama dan teleti Hweesio itu
memperhatikan seluruh kotak kayu itu. mendadak paras
mukanya berubah hebat, gumamnya seorang diri.

"Ooo..,rupanya benar2 kotak kayu ini, rupanya benar kotak
kayu ini..."
Sepasang matanya terbentang seksama lebar, dia awasi
ukiran didasar kotak kayu itu dengan lebar seksama.
Sang Pat letakkan lampu lentera di meja dan membuka
kotak kayu itu ujarnya kembali
”Apakah taysu sudah mengerti apa maksud tujuan kami
mengundang taysu kemari"
"Bukankah kalian berharap agar pinceng bersedia
menerangkan isi dari tulisan Thian tok itu.”
"Kalau taysu sudah mengerti, hal itu jauh lebih bagus lagi!"
Padri berjubah abu2 itu segera menggelengkan kepalanya
berulangkali.
”Apa yang hendak kalian lakukan atau diri pinceng silahkan
segera dilaksanakan, aku tak nanti akan buka suara,
Omintohud"
Mendadak padri tersebut pejamkan matanya dan mulut
membaca doa.
Tindakan tersebut jauh diluar dugaan Sang Pat sekalian,
untuk beberapa saat lamanya mereka berdiri terperangah.
Tu Kiu segera mendengus dingin.
"Hmm! taysu, engkau benar2 tidak takut mati”
Hweesio baju abu2 itu membuka matanya kembali dan
menjawab dengan ketus:
"Kenapa aku musti takut mati.”
”Apakah engkau merasa bahwa mati dalam keadaan begini
adalah satu kematian yang berharga??”

”Pinceng mengorbankan jiwa demi kepentingan umum dan
keamanan manusia dikolong langit, tentu saja kematian
sangat berharga”
Pek li Peng melirik sekejap kearah Siau Ling, kemudian
bisiknya:
”Kalau ditinjau dari tindak tanduknya itu. Se-olah2
menerangkan isi dari tulisan Thian rok tersebut, bagi dirinya
merupakan suatu perbuatan yang sangat berdosa sekali!
apakah engkau tahu sebabnya??
"Aku rasa dibalik persoalan ini pasti ada sebab-sebab
tertentu.”
Dalam pada itu Sang Pat telah bertanya dengan suara
keheranan.
"Eei... hweesio. apakah isi dari tulisan Thian tok itu jauh
lebih penting daripada kematian sendiri??”
"Kendatipun pinceng memiliki delapan sampai sepuluh
lembar nyawapun tak akan lebih penting dan berharganya
daripada isi tulisan tersebut.”
---ooo0dw0ooo---
Bab 82
”Ahhhh, masa iya ?” teriak Sang Pat dengan dahi berkerut.
Hweesio baju abu2 itu tertawa dingin.
"Omintohud..!” sepasang matanya kembali dipejamkan
rapat2.
Sang Pat segera berpaling kearah Siau Ling dan berbisik
dengan suara lirih:
"Toako, aku mulai agak mengerti! kemungkinan besar isi
dari tulisan itu adalah sejenis ilmu silat yang maha dahsyat!"

"Ia tidak takut mati, masa tidak takut juga menghadapi
rasa sakit yang menyiksa badan?” seru Tu Kiu dari samping,
”biar kita totok dulu jalan darah Ngo in Ciat hiat nya! '
Keringat sebesar kacang kedelai mulai mengucur keluar
membasahi batok kepala sang hweesio yang gundul kelimis
rupanya ia merasa jeri dan ngeri sekali terhadap ilmu totokan
Ngo in ciat hiat seperti apa yang diucapkan Tu Kiu barusan.
Dengan cepat ia membuka matanya kembali teriaknya
penuh kegusaran.
"Hmm! kendatipun kalian bendak menggunakan cara yang
kejipun untuk menyiksa diriku, jangan harap pinceng bersedia
buka mulut untuk menerangkan persoalan ini"
Rupanya Tu Kiu sendiripun dibikin naik pitam oleh sikap
sang padri yang keras kepala katanya:
"Baiklah! akan kubuktikan bahwa kambing memang tak
bisa memanjat pohon."
Dia ayun tangan kirinya dan segera menotok jalan darah
penting diatas padri itu.
Siau Ling yang kebetulan berada di sisi nya segera
bertindak cepat ia tangkis totokan dari Tu Kiu itu dengan
tangan kanan dan serunya dengan keras:
"Saudara Tu tahan! kita tak boleh melukai orang secara
ngawur dan sembarangan."
Kemudian sambil menjura kepada hweesio itu sambungnya
lebih jauh:
"Taysu, kalau engkau tidak memiliki iman yang teguh dan
semangat jantan sebagai seorang pendekar besar yang tak
takut mati tidak nanti engkau bisa menampilkan kegagahan
yang luar biasa seperti ini aku merasa kagum sekali
kepadamu!"

"Tak usah menjilat pantat dan membaiki diriku maaf
pinceng tidak doyan dengan cara permainan semacam itu "
tukas sang hweesio sambil gelengkan kepala.
Siau Ling tersenyum.
"Baiklah! kita tak usah membicarakan soal tulisan diatas
kotak kayu itu lagi, bagai mana kalau kiia bicarakan persoalan
yang lain saja?"
''Boleh toleh saja !'
"Apakah taysu berasal dari gereja Siau lim si??"
"Sedikitpun tidak salah!"
"Taysu bisa membaca tulisan Thian tok itu berarti
kedudukanmu didalam kuil tentu tinggi sekali bukankah
begitu?"
"Pinceng bertugas dalam ruang penyimpan kitab dan
bertanggung jawab atas segala urusan mengenai soal kitab
sembahyang."
"Aaaah!” Siau Ling berseru tertahan ”apa maksud dan
tujuan taysu berkunjung kekota Tiang sah kali ini?”
"Pinceng datang bersama suhengku tapi ketiga orang itu
sudah menemui ajalnya semua ditangan kalian!"
”Mati ditangan kami??“ seru Siau Ling terpongah.
”Tak bakal salah lagi! kecuali kalian orang2 dari
perkampungan Pek-boa-sancung siapa lagi yang dapat
melakukan perbuatan serendah dan sihina ini, memberi racun
lebih dahulu kemudian melakukan penyergapan!!”
"Sayang dugaan taysu keliru besar, kami semua bukanlah
anggota perkampungan Pek hoa san-cung!"
"Kalau bukan anggota perkampungan Pek hoa san cung,
mengapa kalian menyaru sebagai pelayan untuk menyusup

kedalam kamar pinceng dan melakukan serangan menggelap
untuk menotok jalan darahku??”
Siau Ling segera berpaling dan memandang sekejap kearah
Sang Pat serta Tu Kiu kemudian tegurnya :
"Benarkah kalian telah menyaru sebagai pelayan untuk
menyusup kedalam kamarnya dan melancarkan serangan
untuk menawan taysu ini?”
Tu Kiu tertawa jengah jawabnya : "Kami takut toako
sekalian menunggu terlalu lama, karena itu kami telah
mengguna kan sedikit siasat untik menawan taysu ini hiduphidup"
Siau Ling segera menghela napas panjang..
”Aaaai. .! tidak aneh kalau dia mengengira kita sebagai
anggota dari perkumpulan Pek hoa- san-cung..."
Setelah terhenti sebentar, terusnya :
"Bebaskan jalan darahnya yang tertotok”
Tu Kiu mengiakan, ia segera menepuk bebas jalan darah
sang hweesio yang tertotok.
Setelah melihat saudaranya menyelesaikan tugas itu, Siau
Ling mendehem ringan dan berkata kembali :
”Taysu, sekarang engkau boleh pergi dari ini!!”
---ooo0dw0oo---
Jilid: 25
HWEESIO itu menggerakkan lengannya hingga darah
berjalan dengan lancar, kemudian bertanya,
"Sebetulnya siapa engkau??”
"Aku adalah Siau Ling?"

“Siau Ling ?”
"Sedikitpun tidak salah apakah engkau tidak percaya?"
"Meskipun aku belum pernah berjumpa muka dengan Siau
Ling tapi sudah seringkali mendengar orang bercerita tentang
paras mukanya, aku rasa paras muka dari Siau-Ling tidaklah
berbentuk demikian!!”
Sianak muda itu segera melepaskan topeng kulit manusia
yang dii Kenakan, katanya:
"Silahkao taysu periksa muka asliku, coba cocokkan apakah
mirip dengan paras muka seperti apa yang paman taysu
dengar dari pembicaraan orang!"
Dengan seksama hweesio itu mengamati wajah Siau Ling
tajam2 kemudian sahutnya: "Agak mirip juga!”
Siau Ling tersenyum.
"Rupanya taysu masih rada tidak percaya” Ia berpaling
kearah sepasang pedagang dari Tiong ciu kemudian
tambahnya lagi. "Harap saudara berdua suka melepaskan pula
kulit topeng yang kalian kenakan”
Sepasang pedagang dari Tiong ciu mengiakan dan segera
melepaskan topeng yang mereka kenakan terlihatlah paras
muka mereka yang asli dihalik topeng teisebut:
Sambil menepuk perutnya yang gendut Sang Pat berseru,
"Apakah taysu kenal dengan diriku?”
Dengan pandangan yang tajam hweesio baju abu2 itu
mengamati Sang Pat tajam2 kemudian sahutnya
"Bukankah kalian berdua sepasang pendekar dari Tiong ciu
yang amat tersohor itu?”
San Pat tertawa ter bahak2.

"Haahh..hahh..haaaha rupanya engkau masih rada kurang
percaya?"
“Pinceng bertugas untuk menjaga keamanan dipagoda
penyimpan kitab. selamanya belum pernah melakukan
perjalanan dalam dunia persilatan, kepergianku kali inipun
merupakan perjalanan yang pertama bagi pinceng dalam
dunia persilatan"
"Jadi kalau begitu, taysu masih bisa kenali diri Siau tayhiap,
itu berarti pengetahuanmu masih lumayan juga"
"Aku bisa kenali raut wajah kalian beberapa orangpun
berkat penjelasan dan keterangan yang sempat kudengar
sebelum terjun kedalam duoia persilatan kali ini,."
Sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling. kemudian
sambungnya lebih jauh:
"Kendatipun aku baru pertama kali inl terjun kedalam dunia
persilatan, akan tetapi nama besar Siau tayhiap sudah sering
kali kudengar jauh sebelumnya..."
“Seringkali mendengar juga tak ada gunanya " seru Tu Kiu
dengan nada ketus, persoalan yang paling penting pada saat
ini adalah apakah taysu percaya dengan asal usul kami?"
“Pinceng sudah rada percaya, tapi aku masih belum berani
memastikan dengaa hati yang se-yakin2nya, oleh karena itu
akupun masih belum dapat memberi penjelasan kepada kalian
tentang tulisan yang terukir didasar kotak kayu tersebut”
Sang Pat merogoh ke dalam sakunya dan ambil keluar
senjata Sie Poa nya yang memancar cahaya kemilauan,
ujarnya kemhali,
“Senjata tajam semacam ini dikolong langit tiada orang
kedua yang pernah menggunakan. aku rasa taysu bisa
mempercayai kami bukan ?”
Hweesio baju abu2 itu termenung sebentar, lalu jawabnya :

"Pinceng juga pernah dengar orang membicarakan tentang
soal itu, menurut kebanyakan orang senjata tajam yang paling
diandalkan Sang sicu adalah sebuah sie poa emas, bahkan
biji2 sie poa nya dapat di pergunakan sebagai tumpukan
senjata rahasia"
"Haah...haahh...haahh... apakah engkau ingin mencoba
kepandaian silatku?!
'"Itu sih tak perlu!"”
"Jadi kalau begitu taysu sudah percaya?'
"Kalau dilihat keadaan yang tertera didepan mata. aku rasa
delapan bagian kalian adalah manusia manusia yang
sebenarnya, akan tetapi sebelum aku betul2 yakin dengan asal
usul kalian, rahasia besar itu tak berani pinceng utarakan
secara gegabah.”
Sang Pat kontan mengerutkan dahinya:
"Pentingkah isi tulisan yang terukir pada dasar kotak kayu
itu...? apakah engkau ber sedia menerangkan?”
"Penting sekali, bahkan menyangkut soal mati hidupnya
kaum lurus dan kaum sesat djdalam dunia persilatan.”
''Apakah tulisan itu berupa semacam ilmu silat?”
Hweesio baju abu2 itu termenung bebera pa saat lamanya,
kemudian menggeleng.
"Bukan!"
"Kalau bukan ilmu silat, kenspa begitu penting artinya?"'
"Baiklah, akan kuberitahukan sedikit tentang rahasia ini.
aku rasa pemberitahuanku ini tak akan mempengaruhi apa2
Sebetulnya tulisan tadi menerangkan tentang letak dari sejenis
ilmu silat yang disimpan oleh seorang jago silat yang maha
sakti.”

Sang Pat yang menyaksikan tingkah laku padri tersebut
segera tertawa getir.
"Toako” katanya "taysu ini demikian telii dan ber-hati2nya
aku rasa dia tak akan buka mulut untuk menerangkan rahasia
tersebut kepada kita!”
"Seandainya tulisan yang terukir didasar kotak kayu itu
benar? demikian pentingnya seperti apa yang dia katakan
tentu saji dia harus bersikap hati2 dan teliti!”
Setelah berhenti sebentar pemuda itu melanjutkan lebih
jauh!
"Taysu empat orang terjun kedunia persilaian ada tiga
orang diantarsnya telah mati ditangan orang2 perkumpulan
Pek- hoa-san cung sedangkan taysu sendiripun jarang sekali
melakukan perjalanan didalam dunia persilaian aku lihat
kecuali gurumu atau suhengmu yang dapat membuktikan asal
usul ku aku rasa jika orang lain yang membuktikan engkau
pasti tak akan percaya bukan?”
"Jika orang yang membuktikan asal usul kalian itu adalah
yang sama sekali tidak ku kenal bagaimana aku dapat
mempercayai perkataannya?"
"Persoalan ini benar2 amat sukar diselesaikan orang yang
taysu kenal tidak banyak jumlahnya sedang kami pun tak
mungkin bisa temukan orang yang kau kenali dalam waktu
singkat, rupanya kita terpaksa harus berangkat sendiri
kegeraja Siau lim si untuk minta petunjukmu dikemudian hari.”
”Orang2 yang berdiam dalam gereja siau lim si tidak
banyak yang mengerti akan tulisan negeri Thian tok. ditambah
pinceng maka jumlahnya hanya empat orang, tapi dalam
kenyataan orang yang benar2 menguasai akan bahasa
tersebut cnma dua orang belaka...”
”Dan engkau adalah salah satu diantara-nya?” sambung
Pek li peng dari samping.

"Sedikitpun tidak salah”
”Taysu!” sela Sang pat kemhali, ”kecuali saudaraZ
seperguruanmu sendiri, siapa lagi yang engkau kenal??”
Hweesio baju abu2 itu termenung beberapa saat lamanya,
kemudian menjawab.
”Pinceng tidak banyak kenalan orang yang kuketahui sedikit
sekali”
”Bagaimana dengan Bu Wi Tootiang, ketua dan partai Bu
tong? apakah taysu kenal dengan dirinya??
”Nama besarnya pernah kudengar, tapi kami kelum pernah
saling berjumpa muka.”
Mendengar pembicaraan tersebut Siau Ling segera
menghela nafas panjang.
"Aaai. .! harap taysu ingat baik2 tulisan yang terukir
dibawah kotak kayu itu !" ujarnya.
”Pinceng telah mengingatnya baik2 !!”
„Bagus sekali, sekarang taysu boleh pergi dari sini!”
”Apakah kita harus lepaskan dirinya dengan begitu saja?”
tanya Sang Pat dari samping.
Siau Ling tertawa.
”Ia bersikeras tak mau menerangkan rahasia tersebut
kepada kita sedangkan kita-pun tak bisa memaksa dia untuk
bicara dengan kekerasan, tentu saja harus dilepaskan agar dia
pergi !"
”Taysu ini tidak percaya dengan kita maka sampai matipun
ia tak mau bicara sehaliknya apakah kita dapat mempercayaii
diri nya??” bantah Sang Pat lagi.

”Ooh! jadi engkau menaruh curiga bahwa dia adalah orang
perkampangan Pek hoa-san cung yang menyaru sebagai padri
dari gereja Siau lim si..."
”Siapa tahu memang begitu, tapi aku tak berani
memastikan!"
”Kalau toh engkau tidak msrasa pasti bahwa dia adalah
seorang padri gadungan aku rasa tak usah kita susahkan lagi"
Sang Pat tidak berani banyak bicara ia segera menyingkir
kesamping untuk memberi jalan.
Dengan wajah serius Siau Ling berkata lagi
"Taysu engkau harus ingat baik2 isi dari tulisan yang terukir
didasar kotak kayu itu sebab setelah engkau pergi dari sini
kemungkinan besar aku akan memusnahkan kotak kayu ini..”
"Kenapa?” tanya hweesio baju abu2 itu dengan hati
terperanjat.
"Sebelum taysu menerangkan duduk persoalan akupun
tidak tahu betapa pentingnya isi kotak kayu itu sekarang
setelah mengetahui akan pentingnya benda itu maka timbullah
rasa kuatir dalam hatiku seandainya kotak kayu ini sampai
terjatuh ketangan orang2 dari perkampungan Peh hoa san
cung bukankah keadaan menjadi berabe? karena aku tahu
diantara orang2 perkampungan Pek hao san-cung terdapat
juga yang mengerti bahasa Thiantok jika kotak kayu ini
sampai terjatuh ketangan mereka dengan cepatnya mereka
akan berhasil membongkar rahasia tulisan itu dan
mengakibatkan dunia persilatan terancam bahaya. Demi
keamanan sudah tentu aku harus memusnahkan kotak kayu
ini!"
Rupanya bweesio baju abu2 itu tidak mengetahui apa yang
musti dijawab setelah termenung beberapa saat lamanya ia
baru berkata:
"Kalau di musnahkan rasanya terlalu sayang!”

"Disimpan terus toh akhirnya akan mendatangkan bibit
bencana yang besar bagi umat persilatan..”
Ia menghela napas panjang sambungnya lebih jauh:
"Setelah taysu tinggalkan tempat ini aku harap engkau bisa
baik2 jaga diri sebab di-kolong langit hanya taysu seorang
yang mengetahui rahasia ini.”
"Kalau memang begitu pinceng harus memperhatikan
kemhali kotak kayu itu dengan lebih seksama”
Sang Pat dengan cepat lintangkan tangannya menghadang
jalan pergi padri tersebut katanya.
"Sudah cukup Siau tayhiap adalah seorang kuncu yang
budiman dan bijaksana kalau engkau toh sudah mengetahui
bahwa dia adalah tayhlap tapi engkau tidak bersedia
menerangkan duduk persoalan yang sebenarnya itu
menunjukan bahwa hatimu licik dan keji permainanku itu tak
nanti bisa mengelabui sepasang mata dari aku orang she-
Sang”
Siau Ling yang berada disampingnya segera ulapkan
tangannya.
"Saudara San jangan menyusahkan dirinya”
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Sang Pat
menyingkir kesamping untuk memberi jalan.
Per-lahan2 ia mendekati Pek li Peng dan bisiknya lirih.
”Nona Pek li kita bakal kejungkal diri perahu jika permainan
ini diteruskan lebih jauh hweesio itu berwajah ramah dan
saleh padahal berhati busuk dan licik aku rasa ia sengaja
sedang mengatur siasat busuk untuk menjebak kita kira
jangan se-kali2 famoai tertipu olehnya ..'
"jangan kuatir aku dapat mengatasi pesoala ini 'seru Pek li
Peng sambil tersenyum

Tampaklah hweesio itu dengan langkah lebar telah maju
kedepan kemudian memeriksa kotak kayu itu dengan penuh
seksama setelah itu ia baru berkata:
”Pinceng telah mengingatnya dihati” Siau Ling mengangguk
”Ehmm engkau harus mengingatnya selalu dihati jangan
sampai lupa dan tak usah berdiam terlalu lama dikota Tiangsah
cepatlah kemhali kegereja Siau lim si dikemudian hari jika
aku ada waktu akan datang kesitu untuk menyambangi
dirimu"
"Pinceng mohon diri” ujar hweesio tersebut kemudian ia
putar badan dan berlalu dari ruangan itu.
Sang Pat jadi amat gelisih tatkala dilhatnya hweesio itu
sudah hampir keluar dari pintu ruangan namun Pek-li Peng
belum nampak menunjukan suatu gerakan apapun tanpa
terasa ia mendehem berat.
Pek-li Peng tertawa manis ia berseru.
"Toa suhu tunggu sebentar”
"Peng ji ada urusan apa?" tegur Siau Ling
"Aku hendak menghantar taysu ini'
Sambil berkata ia segera ikut keluar dari ruangan tersebut.
Siau Ling menurutkan dahinya, namun ia tidak buka suara
untuk menghandang jalan perginya.
Dengan langkah lebar Pek li Peng mengejar keluar,
sebentar kemudian bayangan tubuhnya Sudah lenyap dari
pandangan.
Sepeinggalnya gadis itu, Siau Ling segera alihkan sinar
matanya kearah Sang Pat. ia lihat saudaranya ini berdiri
dengan kepala diangkat keatas dan dada dibusungkan, seakan2
tingkah laku yang dilakukan Pek-li Peng sama sekali tak
ada hubungan dengan dirinya.

Beberapa saat kemudian. Pek-li Peng telah muncul
kemhali dalam ruangan itu.
"Peng-ji. dimanakah toa-suhu itu?” tanya Siau Ling dengan
wajah amat serius.
”Ia sudah pergil"
”Engkau tidak menyusahkan dirinya?.
"Toako. kalau kami sampai bertempur, masa engkau tidak
mendengar suara pertarungan itu?"
Siau Ling merasa ada benarnya juga perkataan itu sorot
matanya segera dialihkan kearah Tu Kiu dan Sang Pat
kemudian berkata:
"'Hian-te berdua siau heng percaya bahwa hweesio itu
kenal dengan tulisan Thian tok sebab kalau tidak mengapa dia
berusaha untuk merampas koiak kayu tersebut dari tangan
saudara Sang?”
'Ucapan toako sedikitpun tidak salah" Tu Kiu
membenarkan.
"Jikalau apa yang dia katakan tidak salah dan andaikata
kita tetap menyimpan kotsk kayu ini hingga kena dirampas
oleh She Bok Hong maka peristiwa ini boleh dibilang
merupakan satu peristiwa yang tragis”
”Jadi maksud toako ?” sambung Sang Pat.
"Aku bermaksud hendak musnabkan kotak kayu ini!'
"Jangan keburu napsu! "seru Pek-li Peng tiba tiba.
"Kenapa?"
”Sebab... sebab.,” untuk beberapa saat lamanya gadis itu
tidak berhasil temukan kata-kata yang cocok karenanya
meskipun ucapan tersebut sampai diulang beberapa kali
namun tidak muncul juga kata selanjutnya

"Peng ji. apakah engkau telah bunuh hwesio itu?” tegur
Siau Ling dengan wajah serius.
"Tidak..! siapa yang bilang ?!” tanya gadis itu setelah
tertegun ssjenak.
"Ayoh jawab yang jujur, apa yang telah kau lakukan
terhadap hweesio itu??!”
"Sewaktu berjabatan tangan dengan dirinya. aku telah
menusuk telapaknya dengan jarum"
"Apakah jarum itu beracun?"
”Tak ada racunnya, tapi aku membohongi dirinya bahwa
diatas jarum itu telah dipolesi racun yang amat keji. dalam
empat jam kemudian jika tidak minum obat pemunah maka ia
bakal mati karena keracunan"
"Mengapa engkau bohongi dirinya?"
”Andaikata dia adalah anggota perkumpulan Pek-hoa san
cung, tentu saja padri itu tak akan kemhali lagi ke sini. tapi
seandainya dia bukan anggota perkampungan Pek hoa san
cung. sebentar lagi dia pasti akaa kemhali kesini"
'Kenapa?!” tanya Siau Ling dengan nada yang dingin, paras
mukanya menampilkan perasaan tak senang hati.
"Seandainya dia adalah seorang padri yang saleh, setelah
mendapat titipan yang amat berat darimu maka ia pasti akan
datang kemhali pada saatnya serta memberikan keterangan
kepadamu..."
”Andaikata ia menaruh curiga bahwa kita sengaja sedang
mengatur siasat untuk menjebak dirinya kemudian dalam
gusarnya tak mau kemhali kesini bagaimana jadinya ??"
sambung Siau Ling lagi dengan suara dingin.
”Dia pasti akan kemhali kemari ! jika ia takut menghadapi
kematian dan timbul perasaan ingin melanjutkan hidup maka
ia pasti akan datang kemari untuk minta obat pemunah kalau

ia marah dan membeberkan persoalan ini kepada toako
sekalipun mungkin ia mencurigai toako terlibat pula dalam
siasat ini tapi asal rahasia tidak dibongkar maka paling sedikit
kita dapat merundingkan soal pertukaran syarat dengan
dirinya bila ia membutuhkan obat pemunah itu"
Dengan pandangan termangu-mangu Siau Ling mengawasi
lampu lilin yang ada diatas meja, ujarnya:
"Perduli engkau telah menerangkan pelbagai alasan tapi
yang jelas perbuatan semacam ini tidak pantas kita lakukan,
untuk menghadapi Shen Bok Hong serta orang2 perkumpulan
Pek hoa san cung. kita memang terpaksa harus menggunakan
segala macam siasat licik, tapi untuk menghadapi sesama
umat persilatan, tidak seharusnya kalau kita gunakan cara
seperti itu''
”Ia percaya tujuh bagian bahwa toako adalah Siau Ling,
tapi selalu tak mau mengakui bahwa engksu adalah Siau Ling,
dan diapun tidak bersedia menerangkan isi tulisan itu.."
”Walaupun tindakannya sedikit kelewat batas" tukas Siau
Ling. namun semua perbuatannya ini dilakukan karena rasa
hati2 dan waspadanya, aku rasa maksudnya tidaklah jelek"
"Darimana toako bisa merasa yakin kalau dia benar2 adalah
seorang padri saleh dari gereja siau-lim-si?"
Siau Ling tertegun menghadapi pertanyaan ini. jawabnya :
”Kalau dia bukan padri gereja siau lim si, toh engkaupun
sudah melepaskan dirinya dengan begitu saja, lalu apa
bedanya?"
Pek Li Peng tertawa.
”Secara diam2 aku telah melukai dua buah jalan darah
anehnya dengan ilmu menotok yang maha sakti, setelah
melakukan perjalanan beberapa saat lamanya maka dia akan
mulai merasakan badannya tidak enak. pada saat itu dia pasti

akan mengira bahwa racun keji yang mengeram dalam
tubuhnya telah kambuh.."
Ia berhenti sebentar, kemudian lanjutnya: ”Para kakak
seperguruan yang melakukan perjalanan bersama dirinya telah
mati semua. hanya satu jalan yang bisa ia tempuh dalam
keadaan begitu yakni kepada kita, tentu saja kecuali kalau
semua perkataan yang d katakan olehnya adalah kata2 yang
bohong!"
Siau Ling termenung dan berpikir sebentar. lalu menghela
napas dan berkata :
"Aaai ! Peng-ji. lain kali kalau ingin melakukan segala
perbuatan, rundingkan dahulu dengan diriku, janganlah
bertindak secara gegabah,.mengerti?!”
Pek li Peng tersenyum manis ”Seandainya perbuatan yang
kulakukan kali ini salah, lain kali aku tak akan berani bertindak
secara sembarangan. tapi bagaimana kalau seandainya
tindakanku ini benar?"
Siiu Ling mengerutkan dahinya, ia sebenarnya hendak
menegur gadis itu dengan beberapa patah kata yang pedas
tapi setelah teringat batowa gadis itu berulang kali menempuh
bahaya ber sama2 dirinya terpaksa ia menahan sabar dan
berkata:
”Kalau dugaanmu memang benar kita bicarakan lagi soal
teisebut sekarang kita tak usah pusing kepala memikirkan
persoalan itu lagi"
Pek Li Peng tidak banyak bicara lagi dan per-lahan2 duduk
disamping Siau Ling.
Diluaran meskipun ia tetap. menjaga ketenangannya,
padahal perasaan hatinya bergolak keras. diam2 ia berdoa
agar hweesio baju abu2 itu bisa cepat2 kemhali.

Sementara Siau Ling sendiri diam2 menganalisa perkataan
yang diucapkan Pek Li-Peng barusan ia merasa perkataannya
ada benarnya juga, pikirnya:
”Mungkin apa yang dia lakukan memang sama sekali tidak
keliru.. ."
Tiba2 ruangan itu berubah jadi hening dan sunyi sekali
begitu sepi hingga sama sekali tidak kedengaran sedikit
suarapun
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, tiba2 terdengar
suara langkah kaki manusia berkumandang datang.
Pek Li Peng kelihatan bergetar keras, ia segera berpaling
kearah pintu depan disitu ia saksikan seorang hweesio baju
abu2 dengan langkah sempoyongan sedang berjalan masak
ruangan.
Jubah abu2 yang dikenakan oleh padri itu sudah basah oleh
air keringat sambil menatap wajah Siau Ling ujarnya dengan
ketus:
„Semua orang mengatakan bahwa Siau tayhiap adalah
seorang lelaki budiman yang bijaksana. Hmm. tak tahunya
mereka sudah kena tertipu semua oleh dirimu kebejadanmu
tidak jauh berbeda dengan Shen Bok Hong!"
Siau Ling melirik sekejap kearah Pek Li Peng kemudian
alihkan sorot matanya keatos tubuh hweesio baju abu2 itu
katanya:
"Toa-suhu, aku tidak habis mengerti kenapa sih engkau
memaki diriku...??"
”Setelah engkau bersedia melepaskan pinceng kenapa kau
utus kemhali orang lain untuk menusuk badanku dengan
jarum?? jarum itu mengandung racun yang amat keji dan
empat jam kemudian bakal mematikan orang. Hmm! lain
dimulut lain dihati, begitukah perbuatan dari seorang lelaki
sejati? seorang ksatria?"

Siau Ling tertawa ewa.
"Taysu toh sama sekali tidak keracunan!!” katanya.
"Hmm! pada saat ini racun yang mengeram dalam tubuhku
telah kambuh, apakah engkau anggap aku sedang ber pura2
?” teriak hweesio itu penuh kegusaran.
"Taysu, sekarang apakah engkau percaya kalau dia adalah
Siau Ling?!” tanya Pek li Peng dengan suara lembut.
"Hmm! engkau sibudak sialan yang telah turun tangan keji
itu..!” maki hweesio itu dengan gusar.
”Aku sedang bertanya kepadamu, sekarang engkau sudah
percaya tidak kalau dia adalah Siau Ling?!” tukas Pek li Peng
ketus.
"Tentu saja percaya!"
"Kalau memang engkau sudah percaya, apa sebabnya
engkau tidak bersedia untuk menerangkan isi dari tulisan
dihalik kotak kayu itu?"
"Ooo .. untung pinceng belum sempat, aku tak menyangka
kalau Siau Ling sebenarnya adalah seorang manusia rendah
yang tak tahu malu"
Meskipun Siau Ling dimaki habis2an oleh hweesio itu
namun ia masih tetap tenang dan sama sekali tidak menjadi
marah.
Diam2 Pek Li Peng melirik sekejap kearah Siau Ling dengan
perasaan tidak tenang, pikirnya.
"Aku yang turun tangan atas hwesio itu namun toakolah
yang harus menanggung caci maki itu..."
Per lahan2 dia maju kedepan dan berkata ”Taysu, engkau
sama sekali tidak terluka !”
"Racun yang mengeram dalam tubuhku telah bekerja
kenapa engkau mengatakan bahwa aku tidak keracunan? kau

anggap pinceng. adalah seorang bocah cilik yang gampang di
tipu?" maki hweesio itu makin marah.
”Akulah yang menotok jalan darah ditubuh mu sehingga
mengakibatkan engkau merasakan tanda2 seperti itu"
Gadis itu maju kedepan dan menorok bebas jalan darah
sang hweesio yang tertotok, kemudian melanjutkan :
”Padahal asal engkau perhatikan dengan lebih seksama
maka hal ini akan segera kau ketahui dengan jelas, coba
periksalah mulut luka yang Terkena tusukariku itu, apakah
tanda2nya menunjukkan kalau engkau sedang keracunan?"'
Hweesio baju abu2 itu segera angkat lengan kirinya dan
periksa mulut luka tersebut, dengan cepat ia temukan bahwa
mulut lukanya berwarna merah dan sama sehali tidak
menunjukkan tanda2 keracunan, hal ini segera membuat padri
itu jadi tertegun
Pek li Peng tersenyum, kemhali ujarnya:
"Caraku menotok jalan darahmu sebetulnya enteng sekali,
asal engkau tenang dan segera bersemedi untuk atur
pernapasaan. maka kesehatanmu akan pulih kemhali seperti
sedia kala..!
Ia menghembuskan nipas panjang, sambungnya lebih jauh:
"Meskipun aku telah me nakut2i dirimu, tapi persoalan ini
sama sekali tak ada hubungannya dengan Siau tayhiap, dia
adalah seorang pendekar besar, seorang lelaki sejati dan
ksatria yang menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran,sudah
tentu ia tak suka mengajak dirimu untuk bergurau, lantaran
urusan ini baru saja aku dicaci maki secara habis2an.,.”
"Oooh! kiranya begitu." kata sang padri setelah tertegun
beberapa saat lamanya.
Kami tahu. meskipun dalam hati kecilmu engkau telah
mengakui bahwa dia adalah Siau Ling, tapi engkau masih

tetap tak mau bocorkan rahasia tentang tulisan itu, hal ini
dikarenakan engkau masih belum bisa mempercayai kami
dengan seratus persen, sehaliknya apakah kami dapat
mempercayai diri mu dengan begitu saja? oleh sebab itulah
secara diam2 kutotok jalan darahmu kemudian pura2
kukatakan bahwa engkau telah tertusuk oleh jarum beracun,
tujuanku tidak lain adalah untuk membuktikan apakah engkau
adalah mata2 dari perkampungan Pek hoa san cung atau
bukan.”
”Dan sekarang, menurut penglihatanmu apakah pinceng
adalah mata-mata dari perkampungan Pek boa sancung??”
"Sekarang kami dapat membuktikan bahwa engkau bukan
mata2 mereka.... "
”Darimana engkau bisa tahu?”
"Jika engkau adalah mata2 dari perkampungan Pek hoasancung
sudah tentu saat ini tak akan kemhali lagi kemari tapi
engkau telah muncul kemhali disini itu membuktikan bahwa
engkau bukan mata2 pihak perkampungan Pek hoa-san-cung”
”Pinceng masih tidak mengerti!”
"Gampangnya saja kalau engkau adalah anggoia
perkampungan Pek-hoa san cung maka pastilah orang2 dari
perkampungan Pek-hoa-san cung yang bakal menyembuhkan
lukamu itu dan itu berarti engkau pun tak usah kemhali lagi
kesini.”
Tiba2 Siau Ling bangkit berdiri dan menjura katanya.
"Bagaimanapun juga perbuatan yang kami lakukan ini
adalah suatu perbuatan yang tidak patut aku disini mohon
maaf yang sebesarnya kepada taysu harap taysu suka
memaklumi perbuatan ini.”
Hweesio baju abu2 itu menghela napas panjang

"Aaai.,! kalau ditinjau dari keadaan ini rupa2nya engkau
Siau Ling yang asli"
"Bagaimana caranya untuk membuat taysu jadi percaya
kalau dia adalah Siau Ling yang asli?!' seru Sang Pat.
"Sekarang pinceng sudah seratus persen mempercayai
nya.."'
Sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling dan
melanjutkan lebih jauh :
"Benarkah didalam kotak kayu ini terdapat sejilid kitab?"
'Sedikitpun tidak salah sejilid kitab sembahyangan!"
"Bolehkah diambil keluar agar pinceng dapat memeriksanya
dengan penuh seksama?” pinta hweesio itu lagi.
"Tentu saja boleh !" pemuda ambil kitab sembayangan
tersebut dari dalam kotak dan diangsurkan kedepan.
Hweesio baju abu2 itu menerima kitab sembayangan
tersebut dan dilihat dengan pe nuh seksama, tiba2 ia berhenti
pada halaman tengab dan berkata :
”Catatan ilmu silat itu berada disini!'
"Apakah catatan tersebut juga ditulis dengan huruf Thian
tok?"
"Tidak, catatan itu dituliskan dengan huruf Han!"
”Semestinya catatan itu harus ditulis dengan tulisan Thiantok
dengan begitu kecuali para padri saleh dari gereja Siau lim
si dikolong langit tiada beberapa orang yang bisa mengenali
tulisan lersebut"
”Orang yang bisa memahami huruf Thian tok belum tentu
memiliki kecerdasan yang melampaui orang lain didasar kotak
kayu itu dia telah meninggalkan catatan yang menerangkan
bahwa catatan ilmu silat tersebut disembunyikan didalam
sejilid kitab sembahyangan yang berada didalam kotak kayu”

Per-lahan2 dia membuka lembaran kitab sembahyangan
tersebut kemudian diangsurkan kedepan.
Siiu Ling menerima kitab tersebut dan di telitinya dengan
seksama terbaca olehnya bahwa tulisan2 yang rapat dan kecil
itu ditulis dengan huruf Han.
Pada tulisan yang paling depan tercatatlah kata2 demikian:
”Bilamana seseorang tidak memiliki dasar ilmu silat yang
sangat kuat serta kecerdasan otak yang melampaui orang lain
dilarang mempelajari ilmu stlat yang tercatat dalam lembaran
kertas ini"
Siau Ling letakan kitab sembayangan itu diatas meja,
ujarnya :
"Taysu, siapakah nama julukanmu? dapatkah kami
mengetahuinya?"
"Pinceng bernama Toa Jin!"
Mendengar nama itu, diam2 Pek-li Peng tertawa geli
pikirnya :
"Namun saja memakai Toa jin, tapi aku lihat engkau sama
sekali tidak sabaran.... Huuh! kenapa tidak saja pakai julukan
si berangasan...?"
Terdengar Siau Ling tertawa kemhali :
"Taysu. apakah engkau telah melihat catatan tulisan yang
ditulis dengan huruf Han itu?"
"Pinceng hanya mslibat dua barisan, dan selanjutnya tidak
berani membaca lebih jauh"
"Bagus sekali ...rupanya ia telah membaca sebanyak dua
baris...', pikir Siau Ling dalam hati.
Diluaran ia segera bertanya kemhali : "Betulkah apa yang
tertulis diatas catatan tersebut adalah catatan yang asli. tentu
saja kecuali kalau kotak kayu tersebut beserta kitab

sembahyangan yang berada didalamnya adalah barang2 yang
palsu..!"
Siau Ling tersenyum.
”Jika ada orang hendak memalsukan kotak kayu beserta
kitab sembahyangan tersebut, maka persoalan paling penting
yang harus dimiliki adalah memahami hurup Thin-tok.”
sambungnya.
"Sedikitpun tidak salah, oleh karena itu pinceng rasa kotak
kayu dan kitab sembahyangan ini tak mungkin bisa
dipalsukan orang, atau dengan perkataan lain benda ini adalah
benda asli!"
"Perkataan dari taysu sedikitpun tidak salah!"
Bicara sampai disini pemuda itu segera alihkan kemhali
sorot matanya keatas kitab tersebut dan membaca lebih jauh :
"Sekalipun memiliki dasar ilmu silat yang tinggi, tapi sang
pembaca tidak memiliki dasar tenaga dalam yang cukup, bila
memaksakan diri untuk melatih kepandaiaan yang tercantum
diatas catatan ini maka seseorang akan mengalami jalan api
menuju neraka jika kecerdasannya kurang hingga sukar
memecahkan makna dari tiap kata yang tercantum dalam
kitab ini jika paksakan diri untuk belajar maka kian membaca
kian terjerumus lebih mendalam sehingga akhirnya tak bisa
tertolong lagi dan mati karena kehabisan tenaga karena itulah
kata kata peringitan yang sengaja dicantum kan ini bisa
diindahkan oleh setiap pembaca.”
Selesai membaca kata pengantar tersebut Siau Ling segera
menutup kemhali kitab sembahyang itu lalu sambil tertawa
katanya:
”Dalam sekilas pindangan taysu segera dapat kenali kotak
kayu ini, itu berarti bahwa taysu sudah merasa hafal sekali
dengan bentuk kotak kayu itu bukankah demikian?'
Toa Jin taysu menghela nafas panjang:

"Asaai...! setelah berita dibukanya istana terlarang tersiar
luas didalam dunia persilatan dan terdengar oleh gereja siaulim-
si, hongtiang dari gereja kami merasa amat terperanjat
sekali, beliau kuatir jikalau sampai ilmu silat yang di tinggalkan
sepuluh orang jago sakti yang terkurung dalam istana
terlarang sampai diperoleh semua oleh Shen Bok Hong, maka
itu berarti kejayaan dan pengaruh perkampungan Pek hoa san
cung akan semakin meningkat dan meluas, oleh karena itulah
semua tiang-loo yang ada dalam gereja Siau lim si segera
dikumpulkaan untuk ber-sama2 merundingkan persoalan ini.
kebetulan pinceng pun ikut hadir dalam perundingan tersebut"
Siau Ling menghela napas panjang, katanya :
"Selama ratusan tahun belakangan ini perguruan taysu
selalu dianggap sebagai tulang punggung dunia persilatan,
pemimpin umat Bu lim dikolong langit, banyak pertikaian dan
sengketa yang terjadi dalam dunia persilatan selalu berhasil
diselesaikan secara baik oleh perguruan taysu, tapi didalam
peristiwa yang mengangkut tentang urusan perkampungan
Pak hoa san cung, ternyata perguruan taysu sama sekali tak
mau tahu ataupun mengurusinya, se akan2 terhadap semua
pergerakan yang dilakukan orang2 perkampungan Pek-hoasan-
cung tak pernah dengar ataupun segan untuk
mencampurinya..."
”Dalam kenyataan perguruan kami mempunyai kesulitan
yang tak bisa dipahami olei perguruan lain, sayang kedudukan
pinceng terlalu rendah sehingga tidak tahu tentang keadaan
latar belakang yang sebetulnya...”
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan.
"Tetapi kalau dikatakan perguruan kami sama sekali tak
mau tahu atau segan untuk mencapmurinya, ucapan ini
pinceng rasa terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan
keadaan yang sebetulnya. Menurut apa yang berhasil pinceng
ketahui, karena persoalan ini pihak gereja Siau lim si telah
mengadakan baberapa kali pertemuan rahasia antara para

tiangloo. bahkan sudah pernah lakukan pula beberapa
pergerakan, hanya saja dikarenakan pergerakan tersebut
dilakukan amat rahasia dan hati2, maka sulit bagi orang luar
untuk mengetahuinya"
Siau Ling mengangguk.
"Bagaimana dengan hasil yang kalian capai dalam
pertemuan kali itu??!” tanyanya.
"Dalam pertemuan tersebut semua orang merasa
terperanjat dan kaget atas keberhasilan Shen Bok Hong
memasuki Istana terlarang, seandainya kesepuluh orang tokoh
maha sakti itu tinggalkan catatan ilmu silat yang mereka miliki
dalam istana terlarang dan kemudian seluruh peninggalan
tersebut berhasil didapatkan oleh Shen Bok Hong. rasanya
dengan kecerdasan yang dimiliki gembong iblis tersebut serta
kesempurnaan ilmu silat yang dimilikinya, kemungkinan besar
dalam waktu singkat ilmu silat pelbagai partai akan berhasil
dikuasahi olehnya. Jika sampai benar2 terjadi peristiwa
tersebut, maka bukan saja berarti sepuluh orang tokoh maha
sakti itu sudah bangkit kemhali, bahkan sama artinya telah
dipergunakan tenaganya oleh Shen Bok Hong, dalam Keadaan
begini seluruh dunia persilatan akan terjerumus dalam
kegelapan, perduli dalam dunia persilatan ada manusia yang
bagaimana lihaypun tidak nanti akan berhasil menghadang
ambisinya yang menyerupai jebolnya bendungan air ini. Oleh
sebab itulah pihak gereja Siau lim si telah mengadakan
persiapan untuk menghadapi perubahan tersebut, kami telah
memilin empat puluh orang anak murid yang masih muda.
cekatan, dan cerdik untuk menyingkir letempat lain kemudian
mengutus pula dua orang tiangloo yang berpengalaman amat
luas serta memiliki ilmn silat paling sempurna untuk mendidik
mereka dalam ilmu silat maupun soal2 dunia persilatan!”
''Haahh..haahh..haahh...apakah kalian sedang mempersiapkan
kekuatan untuk membangun kemhali gereja Siau lim si

andaikata suatu ketika perguruan kalian ditumpas dari muka
bumi?” seru Sang Pat sambil tertawa ter bahak2.
”Sedikitpun tidak salah!”
"Persiapan yang disiapkan pihak gereja kalian rasanya
sama sekali tak ada hubungannya dengan soal kitab
sembahyang ini sambung” Tu Kiu dengan suaranya yang
dingin.
"Tentu saja ada sangkut pautnya!”
"Dimanakah letak hubungannya antara yang satu dengan
yang lain. .? apakah engkau dapat terangkan!”
"Dalam pertemuan itu pincsng telah mengemukakan satu
harapan, dan harapan itu ada hubungannya dengan kitab
sembahyang ini.”
"Begitu seriuskah persoalannya?" tanya Siau Ling dengan
dahi berkerut.
"Sedikitpun tidak salah, ketika pinceng sedang bertugas
dalam ruangan penyimpan kitab dari dalam sebuah buku
catatan telah berhasil menemukan saatu peristiwa besar
peristiwa itu sudah terjadi pada seratus tahun berselang pada
saat itu dari negeri Thian tok telah datang seorang padri saleh
untuk berkunjung kedataran Tionggoan selama berada
didalarn gereja Siau-lim-si- kami di-samping memjelajari kitab
sembahyang dia pun mempelajati bahasa Han tiga puluh
tahun lamanya ia berdiam dalam gereja kami setiap hari
kerjanya hanya membenamkan diri dalam pagoda penyimpan
kitab sambil membaca kitab sembahyangan...”
"'Lalu apa hubungannya antara cerita tersebut dengan ilmu
silat yang tercantum dalam kitab embahyang tersebut?"
kemhali Tu Kiu menyela.
'Kenapa sih engkau selalu ter buru2?" kataJlin taysu "kisah
ini bukan lain adalah cerita tentang asal usul munculnya
catatan ilmu silat didalarn kitab sembahyang itu pinceng

bercerita mulai awal sehingga dengan begiru kalian baru akan
tehu duduk persoalan yang sebenarnya''
”Tak jadi soal silahkan taysu bercerita mulai awal sampai
akhir kami akan dengar kan dengan sungguh2!'. sahut Siau
Ling
”Selama berdiam didalam gereja siau lim si hweesio itu
memperoleh sanjungan dan pujian yang tiada taranya dari
setiap manusia tapi tak seorangpun yang tahu kalau tujuan
kedatangannya kesitu adalah untuk mencari sejilid kitab ilmu
silat asal dari negeri Thian-tok yarg telah beredar didaratan
Tionggoan, sudah lama melakukan penyelidikan dan
pemeriksaan yang seksama setelah padri itu berhasil
membuktikan kalau kitab ilmu silat tadi terjatuh dalam gereja
Siau lim si kami maka dengan alasan hendak mempelajari
kitab sembihyangan ia telah berdiam selama tiga puluh tahun
lama nya dalam gereja kami sungguh tak nyana? akhirnya
kitab ilmu silat yang dicari carinya itu berhasil juga
ditemukan.”
"Apakah sebelum kejadian itu tak ada orang yang
mengetahui tentang kitab ilmu silat tetsebut?" tanya Siau Ling.
"Didalam pagoda penyimpan kitab tersimpan beratus ratus
ribu jilid kitab, berhubung. kitab ilmu silat itu ditulis dengan
huruf Thian-tok yang tidak diketahui orang maka selama ini
kitab tadi hanya disimpan pada ujung ruangan, tak nyana
akhirnya toh kitab pusaka tadi ditemukan juga olehnya.”
''Lalu bagaimana kisah selanjutnya? secara bagaimana kitab
itu sampai terjerumus kedalam istana terlarang dan telah
diterjemahkan kedalam tulisan Han?”
"Sejak padri dari negeri Thian-tok itu bermukim dalam
gereja Siau lim si timbullah kemhali kegemarannya dan
keinginan beberapa orang padri dalam gereja untuk
mempelajari adat istiadat negeri Thian tok serta huruf tulisan
Thian tok sebelumnya dalam eereja rremang sudah mendapat

beberapa orang padri yang dapat membaca tulisan Thian tok
tapi karena perubahan kebudayaan maka jarang ada orang
yang mempelajari bahasa itu lagi sampai akhirnya hweesio itu
bermukim dalam gereja kebudayaan untuk belajar tulisan
Thaian tok baru timbul kemhali berhubung pinceng
mempunyai bakat kesitu maka atas perintah ketua mulailah
pinceng mempelajari dan mendalami tulisan tersebut lima
tahun berselang ketika pinceng sedang membereskan rak2
kuno secara tidak sengaja berhasil kutemukan catatan
harian yang ditinggalkan oleh hweesio dari negeri Thian tok itu
dan akupun baru tahu kalau dalam gereja telah terjadi suatu
peristiwa yang mengerikan sekali..
Siau Ling mengerutkan dahinya.
”Darimana engkau bisa tahu kalau kitab ilmu silat itu sudah
terjemahkan kedalam bahasa Han dan darimana pula engkau
bisa tahu kalau kitab tersebut telah terjerumus kedalam istana
terlarang?”
"Setelah pinceng berhasil temukan rahasia tersebut aku
telah membuka buku catatan yang berisikan tulisan Thian tok
serta menelitinya satu persatu tiada sesuatu hasilpun yang
berhasil kutemukan pada waktu itu sebenarnya aku hendak
menyelidiki dahulu semua persoalan hingga jelas kemudian
baru dilaporkan pada ketua tapi setelah membuang waktu
selama setengah tahun toh tiada hasil yang dapat kutemukan
setelah kusadari betapa pentingnya persoalan ini dan tak
dapat diundur lebih jauh akhirnya kulepaskan juga masalah ini
Kepada ciangbun hong tiang.”
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil : Budi Ksatria 4 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] dan anda bisa menemukan artikel Cersil : Budi Ksatria 4 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/10/cersil-budi-ksatria-4-seri-kunci-wasiat.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil : Budi Ksatria 4 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil : Budi Ksatria 4 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil : Budi Ksatria 4 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/10/cersil-budi-ksatria-4-seri-kunci-wasiat.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar