Cersil : Rahasia Istana Terlarang 2 [Serial Kunci Wasiat]

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 07 Oktober 2011

Namun Koen-cu kami
berpendapat bahwa tabiat manusia adalah welas asih, dia harus ditundukkan dengau budi
lalu baru digunakau….”
“Perkataan kosong yang tak berguna lebih baik tak usah kau teruskan lebih jauh aku
sipengemis tua sudah jemu uncuk mendengarnya.”
“Benar!” Sambung To Kioe. “Keadaan yang terbentang didepan mata saat ini sudah
jetas sebenarnya Tootiang pingin bertempur atau damai lebih baik cepat-cepat
diputuskan.”
Hmmm meskipun kalian sanggup mematahkan otot kerbau yang membelenggu tubuh
pengemis tua itu. Selama kalian tak berhasil mematahkan borgol cmas tersebut, dengan
tubuh terbelenggu oleh borgol, berani benar kalian menantang pihak kami untuk
bergebrak.”
“Meskipun borgol ini masih berada dalam tubuh kami, namun benda kecil ini tidak akan
mengganggu kami.”
Siauw Yauw-cu tidak menggubris ucapan dari Tu Kioe tersebut, perlahan-lahan ia
berjalan majn kedepan, tatkala tiba di depan pintu ruangan, air mukanya mendadak berubah
jadi amat serius katanya lirih, “Kalian harus tahu bahwasannya pinto jadi orang
paling teliti, sejak semula aku telah mempersiapkan segala hal untuk menanggulangi
peristiwa semacam ini. Apabila sekarang juga kalian meletakkan senjata kalian dan takluk
kepada kami, mungkin kalian masih punya kesempatan untuk hidup lebih lanjut.”
Siauw Ling tertawa hambar.
“Kalau kami sekalian rela menyerah kalah kepada kalian, nanti takkan kami lakukan
pemberontakau seperti ini,” sambungnya.
sambil busungkan dadanya Soen Put-shia tertawa dun berseru pula.
“Hey hidung kerbau, beranikah kau layani aku sipengemis tua untuk bergebrak sampai
titik darah penghabisan!?”
“Kan anggap pinto jeri kepadamu?” je-ngek Siauw Yauw-cu, sinar matanya perla-hanlahan
dialihkan keatas wajah Soen Put-shia
“Bagus sekali, kalau begitu ayoh kita ta-rung saat ini juga, sebelum salah satu roboh
binasa jangan kita akhiri pertarungan ini.”
Mungkin sipengemis tua itu takut Siauw Yauw-cu berucah pendapat, maka begitu ia
habis berbicara, sambil menenteng pedang tubuhnya langsung menerjang kemuka.
Siauw Yauw-cn kebaskan senjata Hud-tim nya, segulung angin pukulan segar
menyampok miring ancaman tersebut. serunya dingin
“Bangsat! agaknya sebelum kalian lihat sendiri bagaimanakah kelihayan dari ilmu
silatku. kamu semua tidak akan taati dengan mata meram!”

Soen Put-shia tidak gubris jengekan orang. pedangnya ditarik kembali lalu
mengayunkan telapak kirinya mengirim sebuah babat-an dahsyat.
Tenaga dalam yang dimlliki oleh sipengemis tua ini benar-benar amat sempurna angin
pukulannya laksana gulungan ombak ditengah samudra segera melanda kedepan dan
menyapu segala sesuatu yang ditemuinya.
Sreeet! sreeet senjata Hudtim ditangan Siauw Yauwcu buru bnru dikebaskan mengirim
dna buah babatan dahsyat, segulung angin pnkulan yang lunak dan berhawa di-ngin
dengan cepat menyusup keluar lewat Hudtim yang tipis tersebut dan memunahkan semua
serangan telapak Soen Put hia yang keras dan cepat itu.
Menyaksikan kehebatan lawannya, dalam hati Soen Put shia terperanjat, Pikirnya,
“Toosu tua hldung kerbau ini benar-benar luar biasa, aku tak boleh pandang enteng
dirinya!”
Pedang yang berada ditangan secara tiba-tiba digetarkan membentuk tiga kuntum bunga
pedang, secara berpisah namun bersama-an waktunya mengancam tiga buah jalan
darah penting diatas dada Sianw Yauw-cu.
Siauw Yauw-cu tertawa dingin. Hudtimnya disapu dari samping kemudian menggulung
keatas pedang lawan.
“Hmm! akan kujajal sampai dimana sih kehebatan tenaga Iweekang dari sihidung
kerbau ini,” pikir Soen Put shia:”
Pedangnya yang terancam bukannya disingkirkan kesamping, justru malahan
menyongsoug datangnya senjata lawan.
Traa arjg…. raaaang…. pedang yang kuat segera saling membentur dengan serat-serat
Hudtim yang lunak sebingga menimbulkan suara bentrokan nyaring.
Namun dengan cepat pula serat serat Hudtim itu membelenggu pedang lawan kuatkuat.
Diam-diam Soen Put-shia salurkan tenaga dalam keatas pedangnya…. dia berdiri kokoh
diatas tanah sementara seluruh perhatiannya dicurahkan keujung senjata tajam.
Siauw Yauw-cu tertawa dingin, mendadak ia serakan senjata Hudtimnya. Dengan
kepandaian meminjam benda menyalurkan tenaga,segulung tenaga pukulan dahsyat
dengan melewati pedang Soen Put-shia menye-rang tiba.
Pengemis tua itu tertawa dingin pula, tenaga dalam yang telah dipersiapkan ditangan
kanan mendadak dilepaskan. Ujung pedang bergetar keras lain secepat kilat menotok
dada toosu tersebut, Siauw Yauw-cu terdesak mundur selangkah kebelakang, batinnya,
“Luar biasa…. luar blasa…. tenaga dalam yang dimiliki pengemis tua ini betu’-betul luar
biasa.” Belam habis membathin, tiba-tiba Soen Put-shia mundur dua langkah kebelakang,
sambil melindungi pedangnya ia berdiri kokoh. Kiranya iapun dapat merasa-kan datangnya
ancaman tenaga pukulan dari Siauw Yauw-cu yang disalurkan lewat pedang tajamnya,
namun pengemis tua ini tidak mau menghindar. Dengan andakan tenaga dalam hasll
latihan puluhan tahun ia siap menerima pukulan itu dengan keras lawan keras. Oleh sebab
itu tenaga dalam yang telah ta siapkan pun segera disalur kan keluar pula lewat ujung
pedang dan menusuk toosu itu dengan dahsyat.
Seandainya dalam keadaan seperti itu Siauw Yauw-cu tidak mau mengalah pula-maka
didalam bentrokan tersebut kedua belah pibak sama sama akan menderita luka parah
Siapa nyana Siauw Ytuw cu tidak sudi melakukan pertempuran keras lawan keras pada
detik yang terakhir ia telah geserkan badanya untuk menghindar.
Dengan kejadian ini maka Soen Put-shia lah yang menderita kerugian besar, tenaga
pukulan yang menyambar tiba tersebut langsung menghantam bahunya.
Masih untung reaksi pengemis tua itu cukup cepat, pada saat bahaya mengancam tiba,
buru buru ia mundur dua langkah kebelakang, ambil kesempatan itu ia musnahkan tenaga

tekanan yang sedang menumbuk bahunya. dengan demikian sekalipun ia termakan
pukulan itu dengan keras lawan keras, namun luka yang diderita tidak begitu parah.
Dalam pada itu meskipun Siauw Yauw-cu berhasil menang diatas angin, namun ia sama
sekali tak berani menunjukkan slkap congkak. Bukannya maju sebaliknya malah mundur
kebelakang
“Toako, jangan biarkan dia mengundurkan diri dari sini!” tiba-tiba terdengar Sang Pat
berteriak keras.
“Tootiang, harap tunggu sebentar!” Siauw Ling segera melompat maju kedepan dan
menghardik.
Ketika Siauw Yanw-cn telah mengundurkan diri enam tujuh depa jauhnya dari tempat
semnla, tatkala mendengar hardikan dari Siauw Ling, terpaksa ia berhenti sambil
bertanya, “Sicu ada urusan apa?”
“Cayhe ingin sekali mohon petunjuk beberapa jurus serangan dari totiang “
“Telah lama pinto kagumi kecepatan pedang yang anda miliki, Siauw-heng memang
boleh dibilang seorang jagoan muda yang paling berbakat,” kata Siauw Yauw-cu sambil
melirik sekejap keatas borgol diatas tubuh Siauw Ling. Namun sayang seribu kali sayang
tubuhmu masih diborgol. lagi pula ditanganmn tiada senjata tajam, mana mungkin kau
bisa menandingi kepandaian pinto?”
“Meskipun tiada bersenjata, bagi cayhe minta petunjuk dengan tangan kosong pun
sama saja.”
“Hey toosu bau hidung kerbau,” sela To Kioe dengan nada dinginnya. “Apabila kau
betul-betul jagoan, dan kau benar-benar eng hiong tulen. Ayoh lepaskan dulu borgol
diatas tubuhnya.”
Siauw Yauw-cu menggeleng.
“Pinto adalah seorang toosu yang beriman tebal, tidak nanti pinto termakan oleh olokolokanmu
itu.
“Meskipun kau ingin kami sekalian benar-benar takluk dan rela berbakti kepada Su Hay
Koen-cu, maka hanya ada jalan saja yang dapat kau tempnh.”
“Apakah caramu itu?”
“Lepaskan borgol yang membelenggu toako kami. kemudian berikan sebilah pedang
kepadanya dan tootiang harus layani dirinya untuk bergebrak. seandainya tootiang
berhasil menangkan toako kami, maka kami sekalian dengan hati rela akan berbakti
padamul”
“Seandainya pinto tidak beruntung dan menderita kekalahan ditangan toako kalian?”
“Kalau memang demikian keadaannya, buat apa kau hidup lebih lanjut? Lebih baik
gorok lehermu dan bunuh diri saja…. jengek Tu Kioe sinis.
“Mati sih tidak perlu,” sela Sang Pat. “Cukup soal tootiang suka melepaskan kami
semua!”
Seandainya peristiwa ini terjadi pada tiga puluh tahun berselang mungkin tanpa berpikir
panjang pinto sanggupi tantangan kalian semua ini.”…. t
“Sekarang bagaimana?”
“Sekarang? pinto tidak akan sanggupi permintaan kalian itu dengan seenaknya.”
“Kenapa?”
“Pinto rasa tindakan ini merupakan suatu perbuatan yang bodoh. suatu perbuatan yang
terlalu menempuh bahaya.”
“Kalau tidak berani, katakanlah saja tidak berani, buat apa pura-pura cari alasan
segala…. Hmmm sungguh tak tahu malu!”
“Hrnmmm ; silahkan kalian olok olokan diri pinto, sekalipun kamu olok diriku sampai
mulut kalian berbusa, tidak nanti hati pinto tergerak oleh ucapan kalian itu.”

“Seandainya cayhe dengan badan terborgol dan tangan kosong melayani beberapa
jurus serangan dari pintu, apakah pinto suka melayani tanganku ini,” hardik Siauw Ling.
Dalam pada itu Soen Put shia telah menyelesaikan semedhinya, sambil membuka
sepasang matanya ia menjengek dingin, “Sianw Yauw-cu adalah seorang manusia yang
terlalu tinggi memandang dirinya, hinaan saudara Siauw tidak nanti akan dikabul-kan
olehnya.”
Siauw Yanw-cu tertawa dingin.
“Sepanjang hidnpku. pinto paling suka melakukan tindakan diluar dugaan orang lain,
kali ini pinto kabulkan pemintaannya!”
“Lorong ini terlalu sempit untuk mengge-brak, silahkan tootiang memberi petnnjuk
didalam ruangan saja!”
Perlahanlahan Siauw YauW cu balik lagi kepintu ruangan, kemudian menyahut.
“Ditempat ini saja pinto mohon petunjuk dari ilmu silat Siauw thaybiap yang lihay itu.”
“Tootiang silahkan turun tangan!” Diam-diam Siauw Yauw-cu perhatikan sekejap diri
Siauw Ling, ia temukan bahwasanya tempat dimana si anak muda itu berhenti bisa dicapai
oleh kebutan senjata Hudtim nya, dalam hati ia lantas berpikir.
“Usia orang ini tidak terlalu tna. namun keberanian serta kegagahannya sulit ditandingi
oleh siapapun”.
Tanpa terasa timbnlah perasaau hormat dan serta kagumnya terhadap si anak muda
ini, segera ujarnya, “Kau menghadapi diriku dengan tangan kosong belaka, mana boleh
pinto turun tangan lebih dulu!”
“Heee hidung kerbau!” Jengek Sang Pat dari samping. “Kalau hati kecilm umerasa
sungkan, lebih baik lepaskanlah lebih dahulu borgol yang membelenggu toako kami”,
Siauw Yauw-cu tertawa hambar
“Bukankah sudah berulang kali pinto katakan bahwa kendati cuwi mengunakan cara
apapun untuk mengolok olok diri pinto tidak akan berhasil kalian kobarkan hawa
amarahku”.
Dalam pada itu Siauw Ling telah mengem-pos hawa murninya. kemudian berseru lantang!
“Tootiang, sekarang kau boleh turun tangan’
“Baik! tidak malu Siauw thayhiap disebut seorang enghiong, pinto akan turuti semua
perintahmu!”
Senjata Hndtimnya diputar dan segera mem babat keatas batok kepala lawan.
Menyaksikan serat-serat Hud tim lawan mengembang bagaikan payung dan mengurung
beberapa depa disekeliling tububnya, dalam hati Siauw Ling berpikir.
Rupanya untuk menhindari serangan Hud tim jaub lebih sulit dari pada untuk mengegos
dari ancaman pedang…. aku harus lebih berhati bati….”
Kakinya melangkah kedepan, kemudian secara tiba-tlba bergeser dua depa kesamping,
dengan suatu gaya yang manis ia berhasil menghindarkan diri dari ancaman lawan.
“Siauw.heng, aku rasa luas ruangan ini cuma beberapa tombak belaka, tidak leluasa
bagi kita untuk bergebrak. Aku lihat lebih baik pertempuran ini tak usah diteruskan lebih
janh.” kata Siauw Yauw-cu seraya tarik kembali senjata Hud-tim nya. Sianw Ling tertawa
dingin. “Tootiang, rupanya kau hendak memaksa ayhe untuk turun tangan lebih dahulu.
Nan berhati-hatilah.”
Tangan kanannya diayun, segulung desiran angin totokan segera meyambar kemuka.
Kiranya dikala berbicara tadi, secara diam-diam Siauw Ling telah mempersiapkan sebuah
serangan dengan ilrnu jari saktinya Siuw Loo Ci Kang.
Desiran angin tajam menderu-deru. diiringi serentetan cahaya tajam segera
mengancam tubuh lawan.

Rupanya Siauw Yaow cn tidak menyangka dengan usia yang begitu muda Siauw Ling
ternyata memiliki kesempurnaan ilmu silat yang luar biasa. Tatkala dia merasa betapa
dahsyatnya ancaman ilmu jari lawan, desiran angin tajam tersebut sudah berada dihadapan
tubuhnya.
Bnru buru ia berkelit kesamping, meski demikian desiran angin pukulan yang
menyambar lewat dari tubuhnya itu masih sempat melubangi jubah Siauw Yauw-cu dan
meneruskan terjangan menghantam luar dari ruang perahu itu.
“Aduuhh…. mati aku!” jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang dari arah
luar. seorang bocah lelaki berbaju hijau kena terhajar dan roboh binasa keatas tanah.
Kiranya serangan jari dari Siauw Ling yang menyambar keluar ruang perahu itu telah
menghantam telak salah seorang bocah berbaju hijau yang mengiringi kedatangan Siauw
Yauw-cu itu.
Air muka tosu tua itu kontan berubah he-bat, serunya, Ilmu jari Kiem Kong Cie yang
memiliki Siauw thayhiap benar-benar luar biasa ilmu tersebut mernpakan kepandaian
ketujuh dari pada tujuh puluh dua macam ilmu sakti Siauwlim Pay, entah secara
bagaimana berhasil Siauw thayhiap pelajari!”
“Tooiiang, kau telah salah melihat. ilmu jari yang cayhe gunakan sama sekali bukan
ilmu Kiem Kong Cie dari Siauwlim Pay.”
“Kecuali ilmu jari Kiem Kong Chie dari Siauwlim Pay, belum pernah cayhe dengnr kalau
dalam dunia persilatan terdapat ilmu jari lalu yang demikian dahsyatnya.”
“Hmm! hal ini harus disalahkan mengapa pengetahuanmu piclk sekali….” Tukas Tu Kioe
dari samping dengan nada sinis.”
Meskipun Siauw Yauw-cu mempunyal iman yang kuat, setelah dibina oleh kata-kata
tersebut tak urung hawa gusarnya ber-kobar juga. Dengan penuh kemarahan teriak-nya.
“Bajingan yang tak tahn diri! cuwi seka-lian jangan anggap Koen cu kami terlalu
menghargai dirimu lantas kami tak berani mengapa apakan kalian? Justru karena sayang
pada bakat kalian maka kami coba menoloug kamu semua. Hmm apabila kalian berani
mengobarkan kegusaran pinto…. lihat saja nanti, sampai dimanakah penderitaan yang
bakal cuwi sekalian terima “
“Hey tosu bau bidung kerbau, apakah kau sudah mulai merasa bahwa kesempatanmu
untuk membinasakan kami sekalian telah berlalu.” seru Soen Pnt-shia ketus.
“Mungkinkah karena otot kerbau yang membelenggu tubuh Soeu-heng telah putus,
maka kau berani mengucapkan kata-kata semacam itu 7″
“Hey toosu bau hidung kerbau, aku sipengemis tua masib merasa yakin bahwa
kepandaianku masib cukup untuk menghadapi dirimu. Walaupun pada saat ini tubuh
Siauw tayhiap serta Tiong-chi Siang-ku terbelenggu oleh borgol emas, namun mereka
masih punya kekuatan untuk melinduigi dirinya sendiri!”
“Heeeh hee…. hee…. seandainya pinto benar benar ada maksud membinasakan cuwi
sekalian, tidak nanti pinto sudi bertarung dengan cuwi sekalian melalui ilmu silat,”
“Kalau tootiang mau tenggelamkan perahu panca warna ini, kami bersaudara pun terpaksa
harus pasrah pada nasib. hanya saja…. heeehh…. kamipun ingin mencari seseorang
untuk teman kubur!” sambnng Tu Kioe dingin.
“Aku s pengemis tua mau cari Siauw Yauw tootiang saja.”
“Sedang kami sepasang pedagang dari Tiong-chiu lebih baik ditemani oleh beberapa
orang bocah lelaki serta bocah perempuan ini saja.”
sedangkan Siauw Ling segera berkata, “Tootiang, terpaksa aku harus merepotkan diri
tootiang untuk mengundang keluar Su Hay Koen-cu, katakan saja bahwa aku orang she
Siauw sangat berharap bisa minta petunjuk dari ilmu silat koen-cu kalian.”

Air muka Siauw Yauw-cu berubah jadi hijau membesi, hawa napsu membunuh mu-lai
menghiasi alisnya, jelas sang toosu yang Punya iman tebal Ini telah dibikin naik pi-tam
oleh ejekan-ejekan serta olok-olokan lawan.
Terdengar ia tertawa dingin dan berseru, “Bilamana cuwi sekalian memang kepingin
sekali menjajal cara pinto untuk membunuh orang. pinto pun tak bisa berbuat lain lagi.
akan pinto kabulkan permintaan kalian.”
Mendadak Soen Put-shia mengebaskan pedang panjangnya. lalu berseru, “Tootiang
setelah hari ini aku sipengemis tua berjumpa dengan dirimn aku rasa bila tootiang ingin
meninggalkau tempat ini dalam keadaan arnan tenteram, lebih baik tundukkan dahulu
diriku.”
Belum habis ia berkata, tiba-tiba tampak-lah seorang bocah berbaja hijau buru-buru lari
masuk kedalam. kemudian membisikkan sesnatu disisi telinga Siauw Yauw-cu dan bumburu
berlalu lagi.
Meskipun Siauw Yauw cu berhasil menguasai ketenangan jiwanya, namun dalam
pandangan Soen Put-shia yang mempunyai pengalaman sangat luas dalam dunia
persilatan. secara lapat-lapat ia dapat menyaksi-kan bahwa kabar berita yang disampaikan
bocab tersebut barusan pastilah bukan suatu kabar berita yang baik.
Dalam hati ia berpikir ; “Menggunakan kesempatan dikala pikiran-nya tidak tenang, kita
harus menerjang keluar dari ruang perahu ini, kemudian kita paksa ia masuk kedalam
ruangan. Dengan kerja sama Siauw Ling serta Tiong-chiu Siang-ku rasanya tidak terlalu
sulit bagi kita uutuk merobohkan dirinya. Seaudainya kun-ci borgol emas itu berada
disakunya. Siauw Ling serta Tiong-chiu Siang-ku segera akan bebas dari beienggu. Dalam
keadaan seperti itu siapa yang perlu kita jerikan lagi?”
Berpikir akan hal itn, diam-diam ia mengempos tenaga, kemudian tanpa mengucap-kan
sepatah katapun tubuhnya melayang keluar dan menerjang keluar dari ruangan pera hu
itu.
Pedang yang berada ditangannya bersama-an waktunya pula diputar kencang
membentuk selapis hawa pedang yang sangat tebal.
Siauw Yauw cu sadar akan bahaya yang mengancam dirinya, Hud-tim nya dikebas
keluar terus menghantam tubuh Soen Put shia.
Tenaga serangan Hud tim yang membawa hawa lunak namun dahsyat itu benar-benar
luar biasa sekali, pedang Soen Put Shia seketika terbendung didalam ruangan perahu.
Tatkala sang tosu tersebut melancarkan serangan menghadang jalan pergi dari Soen-
Put shia ladi tubuhnyapun ikut bergerak maju kedepan, senjara Hud-tim nya seketika
berge-rak dan melancarkan serangan kembali.
Socu Put-shia kebaskan pedangnya menyongsong datangnya serangan itu, dengan
cepat mereka terlibat dalam suatu pertempuran yang amat seru.
Nampak cahaya pedang berkilanan memenuhi angkasa dan menciptakan cahaya
keperak-perakan yang menyilaukan mata. angin serangan laksana gulungan ombak
ditengah samudra menerjang, dan menggulung Siauw Yauw cu tiada hentinya.
Desiran angin serangan dari senjata menambah semaraknya suasana serat-serat halus
senjata itu melebar dan mengurung kebawah bagaikan selapis awan hitam seketika
cahaya keperak-perakan dari perak penge-mis tua itu terbendung tak sanggup maju lebih
kedepan.
Dalam sekejap mata kedua orang itu sudah saling bergebrak hampir mencapai dua
puluh gebrakaa
Namun kedua belah pihak sama-sama ber-tahan dengan seimbangan, siapapnn tak
sanggup merobohkan lawannya, setiap kali Soen Put-shia bermaksud menerjang satu
langkah lagi kedepan, setiap kali pnla ia dipaksa Siauw Yauw-cu untuk mundur kembali
keposisinya semnla.

Selama berlangsungnya pertempuran itu Siauw Ling yang berada disisi kalangan secara
diam-diam memperhatikan setuasi dika-langan. Ia temukan bahwasanya jurus serangan
yang dimiliki Siauw Yanw-cu. dalam ilmu hudtimnya betul-betul luar biasa sekaii,
seandainya Soeu Put-shia tidak lihay niscaya sejak semula tentu sudah terluka dibawah
serangannya.
Kedua orang itu kembali bergebrak sebanyak puluhan jurus lagi, mendadak terdengar
Siauw Yauw-cu membentak keras, jurus hudtimnya berubah dan gerakannya semakia
aneb.
Dibawah pukulan yang ampuh dan dahsyat, Soen Put-shia kena didesak mundur dua
langkah kebelakang.
Tiba-tiba Siauw Yauw cu merogoh kedalam sakunya mengambil keluar sebuah benda.
Blum… tatkala benda tadi membentur lantai segera meledak dengan dahsyatnya.
Segumpal asap Putih yang tebal dengan cepat menyembur keseluruh ruangan hingga
menghalangi pandangan mata orang.
“Cuwi sekalian cepat tutup seluruh pernapasan, jangan sampai menghisap asap beracun
itu,” teriak Soen Put-shia keraskeras.
Menggunakan kesempatau itulah Siauw Yauw-cu putar badan dan ngeloyor pergi dari
sana.
Soen Put-shia tidak jadi panik, telapak tangan diayunkan keluar mengirim sebuah
pukulan dabsyat.
Biummm! kembali sebuah bentrokan dahsyat menggema diangkasa, pintu ruangan
yang baru saja dirapatkan SiauwYauw-cu segera terpental hancur termakan oleh serangan
dari pengemis tua ini.
Sepasang telapak tangan Soen Put shia bergerak cepat, angin pukulan menderu-deru,
dalam sekejap mata asap putih yang memenuhi seluruh ruangan tadi berhasil dibuyar-kan
sama sekali.
Menanti asap putih tadi sudah kena dibu-yarkan sama sekali. Sang Pat menghembuskan
napasnya panjang. serunya, “Sungguh tak nyana sitoosu tua hidung kerbau itu bisa –
bisanya menggunakan obat pemabok dari kalangan paling rendah untuk membokong
perbuatannya betul-betul terkutuk!”
Soen Put-shia termenung berpikir sejenak lalu menjawab, “Aku sipengemis tua telah
menghisap be-berapa kali sedotan asap putih tadi, namun aku rasa asap tadi tidak mirip
dengan obat pemabok atau sebangsanya.”
“Tidak mirip obat pemabok??”
“Tidak salah, bau asap tadi rada sedikit wangi. Menurut pengalaman yang aku mi-liki,
setiap obat pemabok maka bau harum-nya tentu tebal dan menusuk hidung sekali.”
“Bukan obat pemabuk? Waaah…. kejadian ini rada aneh.”
“Mungkin saja benda itu merupakan sebuah benda yang jauh lebih keji. tapi yang jelas
asap tadi bukanlah obat pemabuk.”
“Perduli benda apakah itu, yang jelas pastilah bukan benda baik. Sitoosu hidung kerbau
itu buru-buru berlalu, aku lihat hal ini bukanlah disebabkan ia jeri atas ilmu silat dari
looeianpwe atau toako kami. pastilah di tempat luaran telah terjadi snatu peristiwa yang
serius, mengapa kita tidak mengguna-kan kesempatan yang sangat baik ini untuk
menerjang keluar dari sini?”
“Aku rasa mereka tentu sudah adakan persiapan!”
“Biarlah cayhe yang buka jalan, ingin ku-coba sampai dimanakah keiihayan mereka,”
seru Tu Kioe seraya melangkah keluar dengan tindakan lebar.
‘Bila kita buang waktu sedetik, make persiapan mereka akan lebih kuat selapis.” sam
bung Sang Pat. “Seandainya kita terjang keluar pada saat ini juga. mungkin kita bisa pukul
mereka sampai kocar-kacir.”

“Aku takut apa yang bakal terjadi jauh dari dugaan kalian berdua,” sela Soen Put shia.
“Namun, memang lebih baik lagi kalau kita coba-coba untuk menengoknya.”
Dengan mengikuti dibelakang Tu Kioe. si pengemis tua itupun berjalan keluar dari
ruangan.
Demikianlah dibawah pimpinan Tu Kioe yang berada dipaling depan, para jago segera
menerjang keluar dari ruang perahu. Tetapi baru saja mereka berbelok pada sebuah
tikungan, dari arah depan segera berkuman-dang datang suara bentakan nyaring dari
seorang gadis, “Berhenti!”
Bersamaan dengan bentakan tersebut, dari balik tikungan lambat-lambat berjalan
keluar seorang dara berbaju hijau. diatas tangan si dara tersebut mencekal sebuah benda
hitam berbentuk bulat panjang bagaikan tongkat dimana moncong tongkat tersebut
diarahkan kepada para jago.
“Didalam tebing besi itu. berisikan cairan racun yang ganas sekali.” Terdengar ia
berseru. “Apabila cuwi sekalian berkeras kepala ingin menerjang keluar juga. jangan
salahkan kalau budak akan menggunakan benda ini untuk menghadapi kalian.”
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, dari balik tikungan kembali muncul dua
orang dara berbaju hijau, ditangan dayang-dayang itupun mencekal pula sebuah tabung
besi yang tiada berbeda sama sekali dengan tabung besi yang berada ditangan dara
pertama kali tadi,
Sementara itu jarak antara Tu Kioe dengan dara perbaju hijau itu cuma terpaut enam
tujuh depa belaka, sementara ia hendak menerjang kedepan dengan gerakan secepat
kilat. tampaklah Soen Put Snia maju selangkah kedepan melampaui tubuh Tu Kioe dan
menghalangi jalan perginya.
“Jangan bertindak gegabah!” bisiknya lirih.
Perlahan lahan ia angkat kepala memandang tiga dara tersebut, lalu berkata,
“Sungguhkah perkataan kalian itu? aku si pengemis tua kok rada merasa kurang percaya.”
“Justru Siauw Yauw toatiang takut cuwi sekalian tidak mempercayai atas perkataan
kami. maka dari itu sengaja kami diperintahkan untuk mendemontrasikan kelihayan dari
tabung besi ini dihadapan cuwi sekalian” sahut berbaju hijau itu.
“Bawa kemari bajingan yang telah dija-tuhi hukuman mati itu’” teriak dara tersebut.
Dua orang bocah berbaju hijau segera munculkan diri dari balik tikungan sambil
menggusurkan seorang lelaki kekar berbaju ring-kas.
Terdengar para berbaju hijau itu berkata: “Berhubung orang itu berani membangkang
perintah yang dikeluarkan Koencu kami maka ia dijatuhi hukuman mati, kami akan
menggunakan dia sebagai kelinci percobaan! Nah saksikanlah dengan seksama.
Dua orang bacah berbaju hijau itu segera mendorong tubuh lelaki kekar berpakaian
ringkas tadi kehadapan dara tersebut, setelah itu ia membebaskan jalan darahnya yang
ter totok dan cepat-cepat mundur kebelakang.
Dara berbaju hijau tadi dengan gerakan yang paling cepat segera angkat tabung besi.
tersebut dan didorong tepat mengarah lelaki tersebut
Berpuluh-puluh rentetan putih bagaikan pancuran menyemprot tubuh lelaki itu daa
dengan telak menghajar tubuhnya.
Sementara itu lelaki kekar tadi baru saja berhasil membebaskan tubuhnya dari pengaruh
totokan, sebelum ia bertindak sesuatu berpuluh-puluh rentetan semprotan berwarna
putih itu sudah menyambar tiba.
Ia menjerit kesakitan dan lari dua lang-kah kedepan. namun akhirnya lelaki itu
terjungkal mati binasa.
“Ooooow…. cairan racun yang sangat lihay,” bisik Soen Put-shia dengan penuh kaget.
Dalam beberapa saat saja mayat lelaki tadi sudah berubah jadi hijau kebiru-biruan,
kemudian menghitam dan akhirnya membusuk.

Dara berbaju hijau Itu melirik sekejap wajah Soen Put-shia sekalian, kemudian berkata
“Setelah cuwi sekalian menyaksikan sen-diri kehebatan cairan beracun itu, rasanya
kamu tentu mengerti bukan bahwasanya apa yang budak ucapkan bukanlah gertak
sambal belaka, apabila cuwi sekalian merasa yakin babwa ilmu silat yang kalian miliki
amat lihay dan mampu untuk menghadapi semprot-an air beracun ini silahkan Cuwi mulai
ber-gerak.”
Selesai berkata bersama-sama dua orang dara berbaju bijau serta dua orang orang
bocah berbaju hijau lainnya sama-sama mengundurkan diri dari tempat itu.
Menanti beberapa orang itu telah berlalu Siauw Ling geleng kepala dan berkata,
“Semprotan air racun yang dipancarkan dari tiga buah tabung besi bagaikan hujan gerimis
memenuhi seluruh angkasa, kendati ilmu silat yang kita miliki jauh lebih lihay pun, rasanya
sulit untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut.”
“Jalan ini tidak mnngkin bila ditembusi lagi, lebih baik kita mundur dulu kedalam
ruangan dan mencari akal lain.” Soen Put-shia mengusulkan.
“Hmm!” Tu Kioe mendengus dingin. “Hidung kerbau itu betul-betul keji sekali, bila
dikemudian hari ia terjatuh ketangan aku si Tn Loo-jie, tidak nanti kuampuni selembar
jiwanya.”
Sedangkan Sang Pat bergumam sendirian.
“Seandainya kita melepaskan senjata raha-sia secara berbareng dan didalam sekali
gebrakan berhasil merobohkan ketiga orang dara tersebut bukankah dengan sangat
mudah kita berhasil menerjang keluar dari sini?”
“Rupanya mereka sudah mengadakan persiapan ditempat ini.” kata sang pengemis.
“Oleh karena ltuu gadis-gadis tadi bersembunyi dibalik tikungan, sekalipun kita memiliki
senjata rahasia yang paling jitupun belum tentu berhasil merobohkan mereka bertiga!”
“Seandainya lorong yang mereka jaga cuma satu tempat ini saja. cayhe punya satu akal
untuk menghadapi lawan”. “Apakah akalmu itu?”
“Dengan menempuh bahaya siauwtee akan munculkan diri memancing kehadiran
mereka, menggunakan kesempatan yang baik ini-lah toako lepaskan senjata rahasia untuk
ro-bohkan mereka semua”.
“Apakah sandara ingin menggunakan tubuhmu sebagai umpan untuk ajak ketiga orang
gadis itu gugur bersama??”
“Haaaaaa…. haaaaa…. seandainya siasatku Ini bisa dilaksanakan. tentu saja jauh lebih
baik keadaannya daripada kita berempat sama-sama terjungkal ditempat ini.”
Soen Put-shia kembali geleng kepala.
“Apabila dugaan aku sipengemis tua tidak salah Siauw Yauw-cu tidak nanti melepaskan
kita dengan lega hati, aku rasa penjagaan yang telah dipersiapkan bukan ditempat Ini
saja.”
Tu Kioe mengeluarkan tangannya menge-tuk dinding rnangan, lain berkata, “Dinding
ruangan ini terbuat dari bahan kayu, mengapa kita jebol dinding dan menerjang keluar
dari sini?”
“Bagus sekali! Caramu Ini memang tidak jelek. Pada saat ini mereka Sudah pertingkat
rasa waspada serta penjagaannya, terkurung terus ditempat ini bukanlah suatu tindakan
yang tepat….” Tiba-tiba terdengar suara ben trokan yang sangat dahsyat berkumandang
datang, disusul terjadinya goucangan yang amat keras diseluruh tubuh perahu itu.
“Aaaaaari sekarang akn tahu!” teriak Sang Pat.” Si too su tua hidung kerbau itu berla-lu
dengan tergopoh-gopoh. rupanya ada musuh tangguh yang datang mencari setori!”
Mendadak Soen Put shia mengebaskan pedang panjangnya, sementara tangan kirinya
menyambar sebuah meja. katanya.

“Seandainya betul-betul ada musuh tangguh yang datang mencari satroni dengan pihak
hidung kerbau itu, inilah kesempatan yang paling baik bagi kita untuk menerjang keluar
dari sini”.
“Loociaopwee. apakah kau hendak menggunakan meja tersebut sebagai tameng untuk
menahan semprotau air beracun dari mereka?” tanya Siauw Ling cepat.
“Aku memang ada maksud demikian “
“Bagus sekali! dengan adanya meja tersebut sebagai tameng maka semprotan air racun
merekapun bisa terbendung dan harapan untuk. berhasil pun jauh lebih besar. Cayhe
akan turun tangan bersama-sama cianpwe!”
“Tidak usah…. tidak usah…. tubuhmn masih diborgoi rantai emas, gerak gerikmu tentu
kurang leluasa. Lagipula beberapa orang bocah lelaki dan bocah perempuan itupun belum
merupakan tandingan dari aku sipengemis tua Yang kita takuti bukan lain adalah
semprotan air beracunnya, asal air racun itu bisa terbendnng rasanya, dengan kekuatan
aku sipengemis tua sanggup untuk menghadapi mereka”.
“Tapi…. mana boleh kami biarkan loocian pwe menempuh bahaya seorang diri!”
“Ha ha ha ha seandainya kalian tidak datang mungkin sejak semula nyawa dari aku si
pengemis tua sudah melayang….”
Ia merandek sejenak, lalu melanjutkan: “Aku berharap kalian bertiga suka menaati
lebih dahulu disini, nantikanlah kabar baik dariku I”
Seraya berkata ia angkat meja tersebut sebagai tameng dan mencekal erat erat
pedangnya ditangan kanan lalu maju kedepan dengan langkah lebar.
Jilid 6
BAGAIMANA kalau cayhe pergi bersama sama loocianpwe? mungkin sedikit banyak
cayhe bisa membantu dirimu.” seru Tu Kioe.
“Apakah kau anggap aku sipengemis tua masih belum sanggup umuk menandingi
bocah-bocah ingusan itu?” teriak Soen put-shia dengan sepasang mata melotot bulat.
“Cayhe sama sekali tiada maksud demikian.”
“Kalau begitu tak usahlah banyak ribut….”
Kembali terjadi ledakan dahsyat diikuti tubuh perahu goncang dengan kerasnya,
Siauw Ling mengerutkan alisnya lalu berkata, “Rupanya pihak musuh tangguh semakin
mendekati perahu panca-warna entah benda apakah yang digunakan untuk menumpuk
perahu itu?”
“Bagus sekali! Inilah kesempatan bagi kita untuk menghajar mereka dari dalam.
Meja yang berada ditangan kirinya segera dilintangkan didepan dada kemudian
bentaknya keras.
“Air racun kalian tidak seberapa lihay ayoh kalau betul-betul hebat gunakanlah terhadap
aku sipengemis tual”
Siauw Ling segera menyambar sepasang sumpit dan dicekalnya ditangan, ia berkata.
“Keadaan sangat memaksa, mau tak mau terpaksa Siauw heng harus turun tangan keji
terhadap mereka!”
“Berhadapan dengan musuh tangguh tidak perlu kita berwelas asih sebab kalau kita
tidak bunuh pihak lawan maka kemungkinan besar kitalah yang bakal dibunuh oleh
mereka. Toako. siauw te merasa kaupun tak usah berwelas kasih lagi terhadap manusiamanusia
macam itu.”
Haruslah diketahui sepasang tangan ketiga orang itu telah diborgol jadi satu oleh
seutas rantai emas yang kuatnya luar biasa, maka dari baik dalam mengambil benda
maupun dalam menghadapi musuh. sepasang tangan mereka mau tak mau harus
bergerak secara berbareng.

Dalam pada itu Siauw Ling sambil mencekal sepasang sumpit berdiri didepan pintu
ruangan memperhatikan gerak gerik son put-shia.
Tampaklah Soen put shia dengau menyembunyikan diri dibalik meja ia berjalan terus
hingga tiba didekat tikungan, pada saat itu-lah mendadak pedangnya berputar
melancarkan sebuah tusukan kilat.
Siauw Ling pusatkan seluruh perhatian-nya kearah tikungan tersebut, diam-diam hawa
murninya telah dipersiapkan, asal ia lihat ada gerakan yang mencurigakan muncul diatas
maka serangan senjata rahasia sesuai dengan ajaran dari Tiauw-siancu segera akan
digunakan.
Tampak dua belah pedang muncul dari balik tikungan membendung datangnya
serangan pedang dari Soen Put Shia.
Tiga bilah pedang saling berbentrokan dengan kerasnya diujung tikungan. namun tidak
nampak kemunculan kedua orang bocah berbaju hijau serta ketiga orang dara berbaju
hijau yang membawa tabung besi berisi-kan air racun itu.
Soen Put Shia dengan tangan kiri mence-kal meja siap sedia menghadapi semprotan air
racun dari ketiga orang dara itu, dengan gerakan yang cepat laksana kilat pula ia
menerjang terus kearah depan.
Slapa sangka kejadian selaujutnya jauh di luar dugaan sipengemis tua dari
perkumpulan Kay-pang ini, pertarungan telah berlangsung lama sekali namun pihak lawan
belum juga munculkan diri, disamping itu tidak ada pula semprotan air racun yang
memancar tiba, hal ini membuat hatinya jadi tercengang dan keheranan.
Tenaga dalamnya segera disalurkan keujung pedang, sekuat tenaga disambarnya
pedang lawan…. Traaaang! sebilah pedang berhasil ia sampok hingga jatuh keatas tanah.
Bersamaan itu pula tangan kirinya tarik kembali meja pelindung badan itu, pedang
ditangan kanannya diperketat dau pedang keduapun berhasil ia sampok rontok
Dengan suatu gerakan yang cepat pengemis ini melongok kebalik tikungan, tampaklah
dua orang bocah berbaju hijau itu sedang bongkokkan badan memungut kembali
pedangnya yang tersampok jatuh, sementara ketiga orang dara berbaju hijau tadi entah
sudah lenyap kemana.
Soen Put-shia segera angkat pedangnya dan berteriak keras, “Kalian cepatlah datang
kemari, kita Sudah tertipu!”
Dimulut ia mengundang kehadiran Siauw Ling sekalian, sedangkan tangan kirinya
segera membuang meja dan mengirim sebuah pukulan.
Siaow Ling serta Tiong-chiu Siang-ku yang mendengar teriakan itu buru-buru lari
datang, Tenaga pukulan yang dilepaskan Soen Put-shia betul-betul luar biasa sekali.
sebelum kedua orang bocah berbaju hijau ingusan tersebut sungguh menghadapi
serangan dahsyat dari Soen Put-shia? ditengah ben-trokan dahsyat. tubuh mereka
terpukul mundur tiga langkah kebelakang.
Pada waktu itulah Siauw Ling, Sang Pat serta Tu Kioe telah tiba disana, terdengar
mereka berbareng bertanya, “Apa yang telah terjadi???”
“Haaa…. haa.-.haaaa…. mungkin Siauw Yanw cu cuma memiliki tiga buah tabung
belaka„sekarang tabung tersebut harus digunakan untuk menghadapi lawan tangguh
mememungut kembali pedangnya, angin pukulan dari sipengemis tua itu sudah
menyambar tiba. terpaksa kedua orang bocah tersebut harus menggabungkan kedua
tenaganya untuk membendung datangnya ancaman itu.
Tapi mungkinkah kedua orang bocah
Dalam pada itu kedua orang bocah berbaju hijau yang tidak sempat memungut kembali
pedangnya, kemudian kembali pula kemunculan Siauw Ling bertiga disana, dalam hati
mereka sadar bahwa mereka berdua bukanlah tandingan mereka, tanpa banyak bicara
lagi kedua orang bocah tersebut lari ngacir dari situ.

Berhenti’.” bentak Siauw Ling.
Dalam keadaan seperti kedua orang bocah itu mana sudi menurut, tanpa berpaling
mereka percepat larinya ngacir dari situ.
“Kalau kalian berdua tidak mau menuruti perintahku, jangan salahkan kalau aku
bertindak keji” teriak Siauw Ling penuh kegusaran.
Bersarnaan dengan bentakan itu sepasang telapaknya diayun berbareng. dua batang
sumpit tersebut segera meluncur kedepan Iaksana sambaran petir.
Terdengar dua jeritan lengking yang mengerikan berkumandang datang, kedua orang
bocah berbaju hijau itu jatuh terjungkal keatas lantai dan tak berkutik lagi.
Soeh Put-shia menyambar kembali meja tersebut untuk melindungi badannya lalu ia
menerjang dahulu kedepan, tatkala tubuhnya berlalu disisi kedua orang bocah tadi
tampaklah dua batang sumpit yang dilepaskan Siauw Ling tersebut dengan telak
menembusi tekukan lutut dari bocah-bocah itu, lukanya amat parah dan dalam sekali.
Tekukan lutut merupakan suatu bagian tubuh yang berbahaya, apabila tempat itu
terluka maka sulit untuk sang penderita untuk berjalan kembali.
Siauw Ling mencabut keluar kedua batang sumpit tersebut, ia menghela nafas ringan
dau bungkam dalam seribu bahasa. Jelas dalam hati kecilnya timbul rasa iba setelah
menyaksikan kedua orang bocah itu.
Tu Kioe yang menyuSul datang segera menyepak tubuh Sang bocah yang ada
disebelah kiri, jengeknya dingin, “Hey bocah cilik, usiamu paling banter cuma empat lima
belasan, kalau mati dalam usia begini muda apakah tidak terlalu sayang.
Dari sepasang mata bocah berbaju hijau ito secara lapat-lapat terpancar keluar. rasa
takutnya yang luar biasa, namun ia tetap gertak gigi membungkam dalam seribu ba-hasa.
Dengan selembar wajah yang kaku dan dingin, kembali Tu Kioe berseru, “Kalau kau
tidak ingin mati, maka cuma ada satu cara saja yang dapat kalian termpuh.”
Bocah berbaju hijau itu bergerak sedikit, namun tetap tiada suara yang muncul.
“Kemanakah ketiga orang bocah perem-puan itu?”
Bocah berbajn hijau itu melirik sekejap, rekannya tetap membisu.
Menyaksikan keadaan bocah-bacah itu, Siauw Ling menghela napas paujang, bisik-nya,
“Tak usah ditanya lagi, mari kita terjang keluar “
“Biarlah aku sipengemis tua yang membuka jalan!”
Lorong dimana mereka lewat amat sempit dan cuma beberapa tombak saja
panjangnya, setelah menikung pada suatn tikungan, munculah sebuah tangga kayu yang
mengabungkan tempat itu dengan geladak.
Terdengar suara bentrokan senjata berku-mandang dengan nyaringnya dari arah lnar,
jelas diatas geladak sedang dilangsungkan suatu penempuran yang amat seru.
Soen Put-shia yang menyaksikan mulut tangga amat sempit dan meja dibawahnya tidak
muat, tanpa banyak bicara pedangnya bekerja keras membabat sisi meja tadi. kemudian
ia meloncat lebih dahulu keluar dari mulut tangga.
Rupanya kepergian ketiga orang dara berbaju hijau tadi amat tergopoh? sehingga
mulut tangga pun lupa ditutup kembali.
Soen-put-shia loncat naik keatas tangga dia menengok keluar. namun dengan cepat ia
berdiri tertegun.
Sang Pat menjumpai perubahan air muka sipengemis tua itu, dengan cepat bertanya
lirih, “Apa yang terjadi?”
“Shen Bok Hong….”
“Ehmm. ada satu persoalan cayhe telah lupa memberitahukan pada loociaopwe,” tu-kas
Siauw Ling sambil mengangguk.” Beberapa hari berselang Shen Bok Hong telah menderita
kerugian besar dengan Su Hay Koen Cu. berpuluh-puluh buah sampan nja telah
ditengelamkan oleh Koaen cu tersebut bahkan jago-jago lihaynya yang sekarat banyak

sekali. Aku rasa dengan tabiat Sen Bok Hong yang maunya menang sendiri, setelah rugi
tentu saja ia tak mau berpeluk tangan belaka.”
Soen-put-shia tersenyem. “Inilah yang dinamakan dengan racun melawan racun,
pertempuran yang sedang berlangsung diatas geladak amat seru sekali. bagai-mana kalau
kita tunggu dulu sampai pertarungan mereka usai dan menentukan siapakah yang
menang diantara mereka??”
Seandainya kami bersaudara tidak memakai borgol dibadan, maka ini memang
merupakan satu tindakan yang palig tepat. seru Sang Pat.” Tetapi keadaan kita sekarang
lain, kesempatan baik ini kita harus cepat cepat naik kegeladak sambil memperhatikan
situasi disitu, begitu ada kesempatan bagus kita harus bertindak.”
“Baiklah. inilah ypng dinamakan menangkap ikan diair keruh, aku sipengemis tua akan
memberikan jalan buat kalian bertiga.” Setelah pengemis itu…. meloncat keluar dari
tangga, Siauw Ling segera menyusul dari belakang Tampaklah noda darah berceceran
diatas geladak, berpuluh-puluh sosok mayat menggeletak disana-sini, pemandangan
ketika itu mengerikan sekali.
Soen Put-shia sambil mencekal pedangnya bersembunyi dibalik sebuah liang besar,
waktu itu ia sedang mengape kearah Siauw Ling sekalian.
Tiong-chiu Siang ku sekalian buru-buru kesana dan sama-sama bersembunyi dibalik
sebuah tiang besar. Dalam pada waktu itu rupanya pasukan pengawal yang berada diatas
perahu panca warna itu sebagian besar telah gugur atau luka parah, kecuali pertempuran
sengit yang maslh berlangsung diatas geladak, empat penjuru sudah tidak nampak
manusia hidup lagi Dengan suara lirih Soen Put-shia segera berbisik….”Rupanya pihak Suhay
Koen-cu telah menderita kerugian yang sangat besar, seluruh anak buahnya telah
hampir binasa semua.”
Siauw Ling alihkan sinar matanya kedepan. tampaklah tubuh Shen Bok Hong yang
tinggi besar namun bongkok itu berdiri tegak diujung perahu, dari ujung pedang yang
berada ditangannya titik-titik darah segar menetes terus tiada hentinya.
Sedangkan Siauw Yauw-cu menari narikan hudtimnya sedang melangsungkan
pertarung-an sengit melawan dua orang kakek tua.
Pakaian yang dikenakan kedua orang kakek tua itu menyolok sekali, yang satu
memakai baju serba putih, sedang yang lainnya memakai baju serba hitam, mereka bukan
lain adalah Hek-pek Jie loo dari Tiang Pek-san. Tatkala dalam perkampungan Pek Hoasan-
cung diadakan pertempuran para enghiong, Siauw Ling pernah berjumpa dengan Hek
Pek Jie-loo ini, namun ketika itu mereka berdua sama sekali tidak turun tangan, maka
tidak mereka ketahui sampai dimanakah taraf kepandaian mereka.
Kini setelah diperhatikan dengan seksama, maka dirasakanlah bahwa ilmu silat kedua
kakek itu sangat aneh, gerak-geriknya jauh berbeda dengan aliran ilmu silat didaratan
Tiong goan
Empat buah telapak baja mereka bagaikan titiran angin puyuh melayani setiap
ancaman yang datang dari senjata hudtim Siauw Yauw cu, masing-masing pihak saling
merebut menyerang, semua jurus yang ampuh kejipun meluncur keluar semua.
Kecuali Siauw Yauw-cu yang sedang ber-tempur sengit melawan Hek-pek Jie-loo, tidak
nampak Su hay Koen-cu yang memakal jubah kuning itu hadir disana, kemungkinan ia
pergi?”
“Su Hay Koen-cu benar-benar congkak dan tinggi hati, sekalipun menyaksikan segenap
pasukannya punah, ia masih tidak sudi munculkan diri menghadapi musuh,” pikir Siauw
Ling.
“Aneh…. sungguh aneh sekali,” bisik Soen put-shia tiada hentinya. “Sekalipun Shen Bok
Han telah mengerahkan segenap jagoan lihay dimilikinya tidak mungkin mereka telah mati

binasa semua, dan aneh sekali, mengapa korban yang bergelimpangan diatas geladak
rata-rata merupakan anak buah dari Sui Hay Koen-cu semua?”
“Mungkln Shen Bok Hong telah mengang-kut para korbannya!”
Baru saja ucapan itn selesai diutarakan, mendadak terlihatlah senjata hudtim dari Siauw
Yauw-cu mengirim dua buah serangan dahsyat memaksa mundur Hek Pek Jie Loo. setelah
itu ia putar badan dan lari masuk kedalam ruang perahu
Piutu ruang perahu yang terukir naga serta burung hong itu mendadak membentang
lebar, setelah melepaskan Siauw Yauw-cu, pintu tadi menutup kembali seperti sedia kala.
Siauw Ling alihkan sinar sinar matanya kearah pintu ruang perahu yang berukiran
burung hong dan naga tadi, terlibatlah suasana disana tetap utuh tidaK kekurangan
barang sedikitpun. Jelas pertempuran sengit yang barusan berlangsung hanya terbatas
diatas geladak belaka, ruang belaka, ruang perahu tersebut sama sekali tidak
terpengaruh-hal ini menegangkan hati si anak muda ini maka bisiknya kepada Soen-putshia.
. “Loociaupwe, coba kau lihat korban yang berjatuhan diatas geladak sangat
mengerikan, namun suasana dalam ruang perahu itu aman tenteram seolah-olah sama
sekali tidak terjadi peristiwa apapun.”
“Aku sipengemis tna pun merasa rada tercengang dengan keadaan tersebut, baik
pertempuran besar maupun pertempuran kecil sudah sering kali kusaksikan, namun belum
pernah kujumpai pertempuran yang demikian aneh macam ini hari. DewaSa ini diatas
geladak kecuali Shen Bok Hong serta Hek Pek Jie loo tidak nampak kehadiran orang-orang
perkampungan Pek-hoa-san-cung lagi, bukan-kah kejadian ini tidak kalah anehnya dengan
ketenangan ruang perahu itu?????”
Siauw Ling memperhatikan suasana disekitar sana dengan lebih seksama. sekalipun
tidak salah, diatas geladak yang luas, kecuali Shen Bok Hong serta Hek Pek Jie Loo sama
sekali tidak nampak sesosok manusiapun. dalam hati ia lantas berpikir.
“Mungkin Shen Bok hong datang kesitu hanya dengan mengajak Hek Pek Jie Loo
belaka Seandainya betul, dengan kekuatan mereka bertiga berhasil menyapu rontok
seluruh jagoan lihay yang ada diatas perahu panca warna ini. hal tersebut membuktikan
bahwa kepandaian silat yang dimiliki Hek Pek Jie-loo tidak berada dibawah kepandaian
silat Shen Bok Hong sendiri “
Terdengar Shon Bok Hong yang berada di-tengah geladak dengan suara yang parau
berseru lantang.
“Su Hay Koen-cu, keempat puluh delapan orang perwira pengawal perahumu telah mati
binasa semua. aku rasa dalam ruang perahumu sudah tiada panglima yang bisa terapung
lagi. Dalam keadaan seperti ini aku rasa sudah waktunya bagimu untuk memunculkan diri
sendiri?”
“Hemm! walaupun keempat puluh delapan orang pengawal perahukn berhasil kau
binasakan semua, namun tengok dulu! apakah kedelapan belas orang jago lihay yang kau
bawa masih ada yang hidup segar?” sahut Su Hay Koen-cu dari dalam ruang perahu
dengan suara berwibawa, “Dewasa ini kecuali kalian bartiga jangan harap bala bantuan
kalian bisa datang kemari.
“Shen Bok Hong?” snara diri Siauw Yauw cu pun berkumandang datang pula dengan
lantang. “Pinto ingin memberitahukan satu persoalan kepada dirimu’”
“Heee…. heee.fc.apakah kau anggap aku orang She shen tidak berani meuerjang
masuk kedalam ruang perahumu?”
Tiba-tiba pintu ruang perahu tersebut terbuka lebar diikuti munculnya Siauw-Yauw-cu
dengan langkah lambat. katanya kembali: “Diatas perahu panca warna ini kecuali
dilindungi oleh empat puluh delapan orang pengawal berbaju hitam, masih ada tiga puluh
enam bocah lelaki serta dua puluh orang cantik berkumpul disini semua. Asal Koen-cu

kami turunkan perintah maka dengan cepat mereka akan menerjang keluar dan
mengerebuti kalian bertiga!”
“Hemmmm! sekalipun lebih banyak seorangpun percuma. mereka tidak lain hanya-lah
sukma-sukma yang mendaftarkan diri pada raja akhirat dan kini banya menunggu saat
ajalnja belaka. Cayhe ingin sekali berjumpa dengan Koen-cu kalian, entah berani-kah ia
munculkan diri untuk bergebrak dengan melawan aku orang She shen?”
Tampak pintu ruang perahu kembali terbuka lebar lebar, Su Hay Koen-cu yang
memakai jubah kuning emas dengan langkah lebar. muucullah diri diatas geladak.
“Shen-toa Cung-cu, benarkah kau hendak tantang cayhe untuk berduel?” Tegurnya
sambil tertawa hambar.
Sinar mata Shen Bok Hong perlahan-lahan dialihkau keatas wajah Suhay Koencu.
tampaklah orang itu berusia tiga puluh ta-hunan, jubah yang dikenakan berwarna kuning
dengan sulaman naga yang beraneka rupa dari benang emas. tangannya kosong dan
tidak bersenjata. Ia segera tertawa dingin-
“Saudara. jubah kuning emas yang kau kenakan memang cukup mentereng, cuma
tidak tahu bagaimana dengan ilmu silatnya?”
“Apakah Shen toa cungcu ingin menjajal kepandaian silatku?”
“Dua kali bertempur, anak buah kita berdua yang jatuh korban sudah tiada tara
banyaknya, dari pada mereka pada modar semua alangkah baiknya kalau kita berdua
melakukan pertarungan tersendiri, dengan demikian memang kalahpun bisa cepat
ditentukan
“Sudah lama aku mendengar nama besar dari Shen-toa-cungcu, apalagi jika aku tidak
berkeyakinan untuk menandingi kepandaian silatmu, tidak nanti aku berani munculkan diri
didalam dunia persilatan!”
Tiba-tiba Shen Bok Hong maju kedepan hingga tiba ditengah geladak, lain berseru
dingin.
“Bila Koencu pun ada maksud demikian, dengan senang hati aku orang she Shen
menantikan petunjukmu!”
Diam-diam Siauw Ling perhatikan gerak gerik simanusia bayangan berdarah ini.
tampaklah tatkala ia berjalan melewati tumpukan mayat-mayat tersebut, mendadak laksana
dicengkeram dan dilempar orang, mayat tadi segera pada mencelat dengan sendirinya
masuk kedalam sungai.
Hal ini menimbulkan rasa kagum dalam hatinya, ia berpikir
“Ilmu silat yang dimiliki orang ini benar benar luar biasa sekali!”
Dalam pada itu terdengar Su Hay Koea-cu tertawa terbahak-bahak dan berseru, “Nama
besar She-toa-cungcu telah menggetarkan sungai telaga, aku rasa tidak perlu kau
demontransikan kelihayanmu dihadapan diri cayhe….”
-000O000-
SOEN PUT SHIA yang ada dibalik tiang, dengan ilmu menyampaikan suaranya berbisik
kepada siauw Ling serta Tiong – chiu Slang cu, “Yang satu baru yang lain lama, kedua
orang jagoan dahsyat ini bakal melangsungkan pertempuran sengitnya diatas perahu
panca-warna ini, menurut pendapatku pertarungan ini sangat besar pengaruhnya
terhadap nasib serta keselamatan umat Bu-Iim, dikala kedua orang itu bertarung hingga
kehabisan tenaga nanti alangkah baiknya kalau kita turun tangan secepat kilat untuk
membereskan mereka berdua, bila tindakan kita ini berhasil maka perbuatan tersebut
merupakan suatu pahala yang besar bagi umat Bu lim. Nah, agar suksesnya usaha
tersebut, baik baiklah menyembuyikan diri jangan sampai jejak kita ketahuan mereka.”
Tampaklah Shen Bok Hong yang tinggi besar tapi bongkok itu berhenti ditengah
geladak, tangan kanannya diangkat keatas dan berkata.

“Tamu tidak akan mendahului tuan rumah, silahkan Koencu turun tangan terlebih dahulu.”
Sementara Su Hay Koencu hendak majn kedepan, mendadak terdengar Siauw Yauwcu
berseru lantang, “Koencu, tunggu sebentar!”
Aku tidak boleh perlihatkan kelemahan dihadapannya, Tootiang masih ada persoalan
apa lagi.
“Koen-cu. cita-citatmu adalah memimpin Bu-lim dan menguasai jagad, apa gunanya
disebabkan sedikit persoalan lantas hendak turun tangan sendiri….”
“Asal kalian dapat mengalahkan aku orang she Shen, maka persoalan dalam Bu-lim
kendati belum seluruhnya rampung, paling sedikit cita cita Koen-cu Sudah tak jauh!” tukas
Shen Bok Hong dingin.
“Cepat atau lambat aku tak bisa menghindarkan diri lagi untuk bertarung melawari
Shen Bok Hong, buat apa kita harus ragu-ragu lagi?”
“Walaupun perkataan Koen cu tidak salah namun saat ini bukanlah saat yang tepat.”
“Mengapa?”
“Pada saat dan situasi seperti ini, kita telah berhasil menguasahi seluruh keadaan,
musuh sedikit dan kita berkekuatan besar, tentu Saja Koen-cu tidak usah turun tangan
sendiri untuk menghadapi musuh
“Jadi menurut pendapat tootiang?” tanya Su Hay Koen cu dengan alis berkerut.
“Maksud pinto, lebih baik kita paksa Shen Bok Hong untuk mengikatkan diri kepada kita
dan rela berbakti diri”
“Perlahan lahan Su Hay Koen-cn mengangguk.
“Apa bila tootiang sudah mempunyai rencana yang masak, tentu saja akupun tak usah
membuang tenaga dengan percuma lagi.” katanya.
“Silahkan Koen cu kembali kedalam ruang-an, biarlah pinto, yang hadapi mereka bertiga.”
Sebelum Su Hay Koen-cu sempat menjawab mendadak tampaklah seorang bocah
berbaju hijau buru-buru munculkan diri dari dalam ruangan dan membisikkan sesnatu disisi
telinga Siauw Yauwcu.
Menyaksikan tingkah laku bocah itn, dalam hati Siauw Ling berpikir, “Dalam
menghadapi pertarungan yang amat Sengit tadi tentu saja baik Su Hay Koen cu maupun
Siauw Yanw cu tidak sempat mengurusi kami, kini anak buah masing-masing pihak samasama
binasa dan posisi pihak Su Hay Koen-cu rupanya jauh lebih unggul, tentu saja Siauw
Yauw-cn teringat kembali akan diri kami sekalian, rupanya bocah berbajn hijan itn sedang
melaporkan peristiwa memberitahukan dirinya kami beberapa orang”
Tampak air muka Siauw Yauw-cu tetap tenang seperti sedia kala, ia tertawa hambir dan
ulapkan tangannya memerintahkan bo-cah tersebut mengundurkan diri.
Rupanya Shen Bok Hong sudah tidak Sa-baran untuk menunggu lebih jauh, dengan
dingin ia menghardik.
“Koen-cu apakah kau jeri untuk berduel melawan diriku?” Su Hay Koen-cu tersenyum.
“Siauw Yauw-cu, tootiang telah mengatur-kan segala sesuatu bagi diriku, dalam waktu
singkat ia akan berhasil meringkus kalian bertiga, tentu saja dalam keadaan seperti ini
tidak perlu bagiku untuk bergebrak melawan kalian,” katanya.
Sinar mata Shen Bok Hong berputar, diam dia ia memberi kisikan kepada Hek Pek Jieloo
untuk menerjang masuk kedalam ruang perahu itu dengan gerakan yang paling cepat.
Sepasang telapak Su Hay Koen-cu berbareng didorong kedepan, dua gulung angin
pukulan yang maha dahsyat secara terpisah segera menyerang Hek Pek Jie-loo.
“Buru-buru Siauw Yauw-cu kebaskan senjata hudtim lalu berseru,
“Koen-cu, harap kau cepat-cepat kembali kedalam ruangan lebih dulu!”

Su Hay Noen cu tidak membangkang, ia putar badan dan meloncat masuk kedalam
ruangan.
Hek Pek Loo-jie masing-masing mengeluarkau telapak tangannya menyambut
kedatangan pukulan udara kosong yang dilancarkan Su Hay Koen-cu tadi.
Meski akhirnya kedua orang kakek tua itu berhasil menyambut datangnya serangan
tersebut namun tak urung tubuh mereka terge-tar juga sampai mundur selangkah
kebelakang.
Dalam pada itu kebasan hudtim dari Siauw Yauw-cu telah menyambar tiba. secara
terpisah ia menyerang Hek Pek Loo-jie secara berbareng hingga memaksa kedua orang itu
harus mundnr selangkah lagi kebelakang.
Dan tidak menanti kedua orang itu melancarkan serangan balasan. tubuhnya telah
berkelebat meloncat kembali kedalam ruang-an perahu.
“Serbu kedalam ruang perahu mereka!” hardik Shen Bok Hong lantang, dengan pedang
melindungi badan ia bergerak menuju kearah ruacgan perahn.
Hek Pek Jie-loo mengiakan, masing masing dengan telapak kiri melindungi badan.
telapak kanan bersiap sedia melancarkan serangannya segera menerjang kedalam ruang
perah.
Tiba-tiba…. serentetan titik hitam bagaikan hujan gerimis menyemprot keluar dari balik
ruangan.
Untuk sesaat sulit bagi Hek Pek Jie-loo untuk melihat jelas senjata rahasia macam
apakah yang mengancam mereka, seraya lintangkan telapaknya melindungi badan mereka
loncat mundur kebelakang.
Tetapi dengan cepat pnla mereka menjerit kesakitan, diatas masing masing telapak
terasa amat sakit bagaikan diantuk tawon.
Shen Bok Hong yang berada dibelakang masih sempat meloloskan diri dari bahaya,
melihat rekannya menjerit ia segera gerakan tubuhnya meloncat mundur keujung geladak.
“Air racun….” pikir Siauw Ling dalam hati Belum habis ia berpikir, dari balik ruangan
terdengar gelak tertawa dari Siauw Yauw cu berkumandang datang disusnl suara
jengekan yang berada disini
“Bagaimana dengan keadaan luka kalian berdua?”
Hek Pek-jie- loo sama-sama tundukan kepalanya menendang keatas tangan kiri mereka
yang telah berubah menjadi hitam pekat. rasa bergidik meyelimuti seluruh benak mereka,
sambil mengempos napas menutup jalan darah dilengan kiri mereka, jeritnya lengking.
“Jarum beracun”
“Haaa…. haaa…. tidak salah, jarum tersebut dinamakan jarum tawon pemutus nyawa
yang disimpan dalam sebuah tabung berisi air racun,bagi orang-orang yang terkena air
racun itu, mulut mukanya segera akan membusuk dan hancur, kendati tenaga Iwekang
sang penderita bagaimana lihaypun tidak nanti dapat melawan keganasan dari cairan ular
berbisa ini. Apalagi kalian berdua telah terkena jarum beracun yang maha lihay….”
Meskipun Hek Pek Jie-lop sama-sama disebut sebagai enghiong dari luar perbatasan,
tak urung berubah juga air mnkanya setelah mendengar ucapan itu.
Terdengar Sianw Yauwcu melanjutkan ka-tanya, “Jarum beracun itu lembut bagaikan
bulu kerban, begitu kena darah maka jarum tadi akan mengalir menuju kejmtung.
sekalipun kalian berdua memiliki badan yang terdiri dari otot kawat tulang besi jangan
harap nyawa kalian bisa lolos dari ini hari!”
Hek Pek Jie loo saling bertukar pandangan sokejap, bibir mereka bergerak seperti mau
mengucapkan sesuatu namun akhirnya tak sepatah katapun meluncur keluar.
Siauw Yauw cu lintangkan senjata Hud-timnya didepan dada kemudian perlahan-lahan
keluar pintu ruangan, ia tertawa bambar dan melanjutkan, “Bagi kalian dewasa ini hanya
ada satu jalan bidup saja yang bisa ditempuh.”

Hek Pek Jie-loo sama-sama kerutkan dahinya, bibir mereka kembali bergerak seperti
mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya ditahan juga.
Siauw Yauwcn mendehem perlahan dan.berkata lebih jauh.
“Kecuali obat penawar yang disimpan dalam saku Koencu kami, dikolong langit dewasa
ini tiada bahan obat lain yang bisa menolong jiwa kalian berdua lagi,”
Hek Pek Jie loo tundukkan kepalanya memandang mulut luka diatas lengannya, tampak
lapisan hit m semakin melebar keatas, sadarlah kedua orang jagoan itn bahwa waktu tak
bisa diundur- undur lagi.
Berada diambang pintu kematian, tak urung semangat jantan Hek Pek Jie-loo lun-tur
juga, mereka berpaling kearah Shen Bok Hong dan berseru, “Shen Toa Cun-cu….”
Shen Bok Houg mendehem berat memotong ucapan kedua orang itu, sambungnya
kembali, “Dalam saku cayhe saat ini tersimpan obat pemunah racun yang paling mujarab,
Silahkan kalian berdua datang kemari, coba kutinjau keadaan luka kalian.”
Hek Pek Jie-loo menurut, mereka sama-sama berjalan menghampiri diri Shen Bok
Hong.
“Dimanakah letak luka kalian berdua?”
“Diatas lengan sebelah kiri!”
“Apakah dibagian lain tubuh kalian tak ada luka lagi?”
Hek, Pek Jie-loo sama-sama menggeleng.
“Mungkin tenaga pukulan yang kami lancarkan tadi berhasil merontokan jarum
berancun dan memukul balik air racun. “sahutnya hampir berbareng. “Kecuali lengan kiri,
tiada luka lain yang kami derita.”
“Harap kalian berdua suka menggulung njung baju kalian itu, biarlah caybe periksa
keadaan lukanya.”
Hek Pek Jie-loo sama menggulung ujung bajunya, terlihatlah beberapa buah titik hitam
muncul diantara tekukan lengan kedua orang itu.
“Mengapa kalian berdua tidak tutup seluruh jalan darah yang ada sehingga membiarkan
racun keji itu merangsang naik?” tegur Shen Bok Hong kemudian setelah memeriksa
keadaan lengan mereka.
luar biasa sekali, mesti semua jalan darah kami telah tertutup namun gagal juga bagi
diri kami untuk membendungnya.
“Bagus?” bentak Shen Bok Hong sambil ayunkan telapak kirinya secara tiba-tiba ” Akan
kusuruh kalian saksikan kehebatan golok beracun dari siorang she Shen.”
Sementara angin pukulan yang amat nyaring diiringi desiran tajam langsung menghajar
tubuh Siauw Yanwcu.
“Shen Toa- cungcu sekalipnn kau miliki kepandaian untuk menjungkir balikan jagad
pun, jangan harap kalian bisa lolos dari tempat ini dalam keadaan selamat.” jengek Siauw
Yauwcu sambil menghembaskan senjata Hit timnya.
Tenaga lwekeng yang disalurkan keluar lewat ujung senjata tersebut, bagaikan kilatan
guntur menerjang keluar dan menyambut datangnya serangan udara kosong dari Shen
Bok-Hong.
Serangan udara kosong ini telah menggunakan segenap tenaga Iwekang yang dimiliki
Shen Bok Hong selama ini, kedahsyatannya luar biasa sekali. Kendati Siauw Yauwcu telah
menggunakan tenaga Iwekangnya yang di pancar keluar lewat Hud-tim untuk
menyampaikan serangan, tak urung tubuhnya tergetar mundur juga sejauh satu.langkah.
Diam-diam hatinya terkesiap, pikirnya, “Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong betulbetul
luar biasa, aku tak boleh memandang enteng dirinya….”
Sementara otaknya masih berputar, dua jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang dari belakang tubuhnya, dua orang bocah berbaju hijau yang berdiri disisi

pintu ruangan secara mendadak roboh keatas tanah. menggeliat kesakitan dan putus
nyawa.
Tatkala diteliti lebih seksama lagi, maka tampaklah diatas dada kedua orang bocah
berbaju hijau itu masing-masing tertancap sebilah pisau tipis yang berwarna kebirubiruan,
jelas golok itu telah direndam didalam air racun yang keji pula.
Kiranya setelah Shen Bok Hong melancarkan sebuah pukulan udara kosong tadi,
menyusul ia pun melepaskan dua bilah golok beracun.
la sadar bahwa serangan goloknya tidak mungkin akan berhasil melukai diri Siauw
Yauwcu oleh sebab itu orang bocah berbaju hijau yang berada dibelakangnya diincarnya.
Tidak salah lagi. serangan golok yang ia lepaskan benar-benar mengenai sasarannya
tanpa banyak berkutik kedua orangbocah berbaju hijau roboh binasa
Dikala Siauw Yauwcu masih memperhatikan keadaan anak buahnya itu, kembali terdengar
suara dengusan berat berkumandang datang.
Dengan cepat ia mendongak, terlihatlah sepasang lengan kiri Hek-Pek Jie-loo telah di
betot sampai patah oleh orang lain.
Kiranya setelah Shen Bok Hong melukai kedua orang bocah berbaju hijau tadi. ia
memecahkan perhatian dari Hek Pek Jie-loo menggunakan kesempatan itulah pedangnya
laksana sambaran kilat menebas kutung lengan kiri dari kedua orang kakek itu,
Siauw Ling yang bersembunyi dibalik tiang dan menyaksikan peristiwa itu, hati-nya
bergidik pikirnya.
“Shen Bok Hong betul-betul seorang manusia yang ganas dan keji, seandainya ia tidak
tebas kutung lengan kiri Hek Pek Jie-loo mungkin kedua orang itu bakal kena gertak
Dalam pada itu terdengar suara dari Shen Bok Hong yang serak-serak basah
menggema lagi, “Loka beracun yang kalian berdua derita Sudah terlalu parah sekali, meski
ada obat mujarab belum tentu bisa disembuhkan seratus persen dan pada keadaan lebih
runyam apa boleh buat terpaksa siauwtee harus mewakili kalian berdua untuk memenggal
putus bencana tersebut, dengan begitu hubungan persaudaraan kita bertiga bisa
diselamatkan dari usilan serta rencana keji Siauw YauW-cu.”
Darah segar mengucur keluar tiada hentinya dari mata luka diatas lengan Hek Pek Jieloo,
Saking sakitnya air muka kedua orang kakek ini telah berubah hebat, namun mereka
mengiakan juga dengan penuh rasa hormat,
Perkataan Shen Toa Cung cu sedikitpun tidak salah.
“Silahkan enghiong berdua cepat-cepat mengatur napas dan mengerem aliran darah
dari mulut luka tersebut, sebentar lagi kita harus melangsungkan kembali suatu
pertempuran yang sengit.”
Hek Pek Jie-loo saling bertukar pandangan sekejap, akhir mereka sama-sama merobek
selapis kain dan dibalutkan keatas mulut luka ditangannya.
Mesti mereka tundukkan kepalanya memandang kutungan yang menggeletak diatas,
terlihatlah kutungan tersebut dari warna ke hijauan kini telah berubah jadi hitam pekat
dan mengerikan sekali keadaannya.
Shen Bok Hong angkat kepala memandang sekejap kearah Siaoiw Yauw-cu, lantas ujarnya.
“Tootiang, kau telah menggunakau nya-wa kedua orang bocah pengiringmu untuk
mendapat ganti dua buah lengan sahabatku, rasanya pihakmu tidak terlalu merasa rugi”
Siatiw Yauw-cu tertawa hambar
“Pinto merasa kagum sekali atas tindakan Shen Toa Cung-cu yang begitu keji dan
telengas, disamping itu akupun merasa kagum atas kegagahan kedua orang Cnng-cu yang
kehilangan lengan itu.” Katanya.
“Ucapanmu terlalu berlebihan.” tukas Shen J3ok Hong dingin. “Tootiang menggunakan
siasat licik, permainan setan apa lagi yang kau miliki? ayoh keluarkan semua! aku orang
she shen ingin sekali mendapat petunjuk darimu.”

Tiba-tiba Siauw Yauw-cu angkat kepa’a tertawa terbahak bahak, kemudian berseru,
“Shen Toa Cung cu, silahkau kau menengok kebelakang!”
“Ada apa?”
“Sudah kau lihat, dimanakah kita berada saat ini?”
lihatlah ombak sungai yang menggulung tiada bertepi dan, entah berada dimanakah dia
pada saat itu? tanpa terasa sepasang alisnya berkerut kencang.
“Makin lama perahu panca warna ini meninggalkan daerah perkampungan Pek Hoasan-
cung makin jauh. apabila Shen Toa Cnng cu punya kegembiraan mari kita bersamasama
berpesiar lebih dulu ke Lam Hay, setelah itu baru kembali lagi kedataran Tionggoan.”
‘ Heeeee…. heeee…. Tootiang anggap aku orang she Shen tidak mengerti akan ilrnu
be-renang dalam air?”
“Haaaa…. haaaa sekalipun kau mengerti akan llmu berenang dalam air, tidak nanti kau
sanggup menandingi kehebatan ilmu berenang dari Koen cu kami.”
Soen Put-shia yang mengikuti pembicaraan tersebut dari balik tiang segera berbisik lirih
kepada diri Siauw Ling, “Makin jauh panca warna ini meninggal-kan daratan, makin tidak
menguntungkan posisi kita Terus terang kukatakan bahwa aku sipengemis tua adalah
seekor bebek darat yang tidak mengerti ilmu dalam air entah bagaimana dengan keadaan
cuwi sekalian?”
“Cayhe sendiripnn tidak mengerti ilmu dalam air.” sahut Siauw Ling.
“Ditinjau dari situasi pada saat ini, kemungkinan besar kedua belah pihak akan saling
bertahan terus, keadaan ini kalau dibiarkan berlangsung terus maka hal tersebut tidak
akan mendatangkan kebernntungan buat kita semua. Terdesak oleh keadaan mau tak
mau rasanya kita harus menggunakan sedikit kelihayan.”
“Kelihayan apa?”
“Lihat saja kelihayan aku sipengemis!” sahut Soen Pat-shia sambil tersenyum. Dengan
langkah lebar ia segera tampil kedepan dan langsung menegur.
“Shen ToaCung cu selamat berjumpa kembali. bagaimana kabarmu selama ini?”
Sekilas rasa kager berkelebat diaras wajah Shen Bok Hong yang seram, namun hanya
sedetik kemudian wajahnya telah pulih kembali dalam ketenangan, ia tertawa hambar.
“Aaaaah….! Kiranya Soen-heng pun berada disini.” serunya. Dalam pada itu Siauw
Yauw-cu pun berpaling memandang sekejap kearah Soeu Put shia, lalu tanyanya
“Dimanakah ketiga orang lainnya?”
“Mereka sudah tidak sabar menanti iebih lama lagi.”
“Menanti siapa?”
“Aku rasa dalam hati kecil Tootiang Sudah punya perhitungan sendiri, tak perlu bukan
rasanya aku sipengemis tua harus menerangkan sekali lagi?”
“Persoalan apa sih? Kali ini pinto benar-benar tidak bisa menebak!”
“Baiklah! Kalau tootiang memang inginkan aku sipengemis tua bicara terus terang.
terpaksa aku harus buka kartu didepan orang.
“Mereka sedang menunggu kunci borgol yang tootiang simpan.”
Bibir Shen Bok Hong tampak bergerak seperti mau mengatakan sesuatu, namun
akhirnya maksud tersebut dibatalkan.
“Aaaaat…. benar….” seru Siauw Yauw-cu sambil tertawa hambar. “Bukankah kalian
berempat ingin menggunakan kesempatan di kala orang lain lagi terdesak untuk
menggertak kami?”
“Haaa…. haaa haaa…. mara bahaya apa sih yang sedang tootiang hadapi? kenapa aku
sipengemis tua sama sekali tidak melihatnya?

Soen-heng!” tiba-tiba Shen Bok Hong menyelak diri kesatnping. “Hidung kerbau ini
sombong sekali. coba kau libat, ia sama sekali tidak pandang sebelah matapun terhadap
diri Soen-beng.”
“Bangsat!” maki Soen Pot Shia dalam hati”
“Manusia keji dan licik macam kau rasanya harus dibasmi lebih dahulu dari pada Su Hay
Koencu sendiri….”
Namun diluar ia cuma tertawa terbahak-bahak belaka, tak sepatah katapun ia
menyahut.
Sementara itu Siauw Yauwcu berpaling memandang sekejap kearah ruang perahu, lalu
ujarnya sambil tertawa, “Seandainya Soen-heng telah membuka harga mengapa persoalan
ini tidak dibicarakan lebih dabulu???”
“Berbicara mengikuti situasi yang terbentang dewasa ini. aku sipengemis tua tanpa
mengeluarkan modalpun rasanya masih bisa memperoleh keuntungan yang lumayan. Bila
Tootiang masih juga memaksa aku sipengemis tua untuk berdamai…. waaah…. tootiang
benar tak tahu kekuatan sendiri!….”
“Meskipun Soen thayhiap suka digunakan orang untuk menghadapi kami, namun apakah
kau Sudah lupa bahwa dewasa ini posisi kamilah yang jauh lebih unggul….”
“Kalau Tootiang…. memang ingin paksa aku sipengemis tua berbalik pada orang lain,
penstiwa ini merupakan suatu kejadian apa boleh buat.”
“Soen heng.” tiba-tiba Sheng Bok Hong menimbrung ” Apabila kau suka membantu aku
orang she Shen, aku Shen Bok Hok percaya dalam pertempuran hari ini kita pasti akan
peroleh kemenangan total.”
Sulit bagi aku sipengemis tua untuk menentukan kami harus membina pihak yang mana
persoalan ini haras kurundingkan dahulu dengan mereka.”
“Apa??? dari pihak Kay-pang masih ada jagoan lain yang berkumpul disini….”
“Kalau mereka adalah orang orang Kay-pang, aku sipengemis tua tidak bakal ajak
mereka untuk berunding lebih dahulu “
“Kalau bukan orang orang Kay-pang lantas….” sinar mata ketua perkampungan Peahoa
cung ini dialihkan kesamping, tampaklah Siauw Ling bersama-Sama Tootiang – chin
Siang Ku dengan langkah gagah sedang munculkan diri diatas geladak.
Kemunculan Siauw Ling ditempat itu lebih kaget lagi tatkala tahu bahwa Tiong-chiu
Siang-ku berserta Soen Put Shia pun berada disani…. ia sadar bahwa kekuatannya tak
mungkin bisa mengimbangi kekuatan lawan, tanpa sadar ia berdiri tertegun.
Sementara ituTiong chiu Siang Ku dengan membawa selembar papan dimasing-masing
tangannya menengok sekejap kearah Siauw Yauw cu lantas berkata serentak
“Dengan mempertaruhkan selembar jiwa kami coba membendung ancaman air beracun
serta jarum beracun tersebut dengan dua lembar papan ini!”
“Dewasa ini waktu bagi kami tidak terlalu banyak bila Tootiang tidak cepat-cepat ambil
kepmusan, aku takut kau bakal menyesal sepanjang masa,” sela Soen Put Shia.
Tiba-tiba Siauw Yauwcu merogoh kedalam sakunya ambil keluar sebuah kunci
diangkatnya tinggi-tinggi ketrngah udara ancamannya;
“Kunci ini merupakan anak kunci untuk membuka alat borgol emas tersebut, meski-pun
dikolong langit banyak terdapat akhli pembuat kunci, mungkin tak seorangpun bisa
menciptakan kunci yang rumit dan seperti ini.Jika cuwi sekalian memaksa diri pinto terus,
kunci tersebut akan kulemparkan lebih dahulu kedalam sungai-
Ucapan ini membuat Soen Put Shia tertegun diam-diam pikirnya, “Ditinjau dari
kekuatan Siauw Ling dimana ia patahkan otot kerbau yang bisa terlihat betapa dahsyat
kekuatan yang dimiliki namun ia tidak berhasil juga melepaskan alat borgol yang
membelenggu pergelangan tangannya. Jika Siauw Yauwcu benar benar membuang anak
knnci itu kedalam sungai, waaah.-kejadian ini akan menyulitkan sekali diriku.”

Terdengar suara Shen Bok Hong yang gerak berkumandang datang.
“Bukannya aku she Shen sengaja mengucapkan kata yang menakutkan hati orang.
aku berani menjamin bahwasanya kunci yang berada dalam genggaman Slauw-cu saat
ini pasti bukanlah anak kunci untuk membuka alat borgol tersebut “
Ia merandek sejenak. lalu sambungnya, “Bila Soen-heng suka bekerja sama dengan
aku orang she shen, maka dalam sepertanak nasi kemudian sisa- sisa musuh yang berada
diatas perahu panca warna ini akan berhasil kita sapu bersih, Siauw Yauw-cu serta Su hay
Koen-cu pasti berhasil kita bekuk dan anak kunci untuk membuat borgol itu-pun dengan
sangat gampang berhasil kita dapatkan.”
“Hmmm Jikalau Soen Put-shia serta Tiong-chiu Siang-ku adalah sebangsa manusia yang
gampang ditipu, tidak mungkin mereka dihormati serta dikagumi oleh semua Umat Bulim,”
sela Siauw Yauw-cu dingin.
Shen Bok-hong tertawa hambar.
“Perkataan aku dari orang she-shen cuma sampai disini saja, benar atan tidak terserah
kebijaksanaan Soen-heng sendiri.”
“Bagaimana pendapat kalian bertiga?” Soen Put shia tidak menjawab sebaliknya malah
berpaling kearah Siauw Ling serta Tiong Chiu-siang Ku.
Soen Loocianpwee lah yang menolong kami bersaudara, bagaimanakah tindakan kita
selanjutnya alangkah baiknya kalah Soen Loo cianpwee sendiri yang memutuskan.”
Aaaaaah kalau memang kamu semua begitu mempercayai diriku sipengemis tua ini.
aku harus baik-baik memikirkan lebih dahulu persoalan ini sebelum mengambil
keputusan.”
Soen thayhiap, kau tak usah berpikir panjang lagi!” seru Siauw Yauw-cu.
“Bila kalian suka turun tangan menawan diri Sben Bok-hong, maka pinto akan segera
menyerahkan anak kunci tersebut kepada kalitn.
“Aku sipengemis tua tak mungkin bisa menandingi kekuatan Shen Bok Hong….”
“Bagaimana kalau kubukakan borgol ditangan Tiong chiu Siang Ku agar mereka
membantu dirimu?”
“Sekalipun kau buka borgol ditangan kami Tiong.chiu Siang Ku percuma saja. sebab
tindakan tootiang tersebut cuma akan menemui kegagalan total belaka….” sambung Sang
Pat.
“Mengapa?”
“Sebab kekuatan kami bertiga sama saja tak mungkin bisa menandingi kehebatan Shen
Bok Hong.”
Mula-mula Siauw Yauw-cu tertegun, diikuti ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak.
“Haaaa…. haaaa…. betul, jadi maksud cuwi sekaiian adalah minta pinto agar suka
membuka borgol ditangan Siauw Ling, bukankah begitu?
“Sedikitpun tidak salah,” jawab Tu Kioe ketus. “Dalam dikoloug langit dewasa ini kecuali
Siauw toako kami, mungkin jarang sekali ada orang bisa menandingi kekuatan Shen Bok
Hong.”
“Haaaa…. haaaa….” tiba-tiba Shen Bok Hong tertawa tergelak-gelak. “Tu-heng, dengan
ucapanmu barusan bukankah terang-te-rangan kau sudah pandang rendah kekuatan
Siauw Yauw tootiang serta Su HayKoen-cu?”
Beberapa orang itu rata-rata merupakan jago kawakan semua. mereka Sudah kenyang
makan asam garam dalam dunia persilatan meski masing-masing pihak saling berhadapan
sebagai musuh bebuyutan, namun perubahan serta taktik licik yang digunakan semua
pihak tak terhingga banyaknya. dalam adu akal ini siapa teledor akau termakan.”
Mendadak Siauw Yauwcu maju dua langkah kedepan, setibanya disisi tubuh Siuuw Ling,
ia segera turun tangan melepaskan alat borgol yang membelenggu tubuh si anak itu,
katanya.

“Pinto percaya bahwa Shen thayhiap serta Siauw thayhiap merupakan orang orang
yang dapat dipercaya setiap perkataannya setelah menyanggupi tidak nanti akan
mengingkari janji. Baiklah, pinto akan mengambil keputusan sendiri dengan melepaskan
lebih dahulu borgor ditubuh Siauw thayhiap.” Setelah terlepas dari belenggu Siauw Ling
melepaskan otot-otot tubuhnya dan menghembuskan napas panjang, dalam hati ia
merasa lega dan nyaman sekali.
Tiba-tiba terdengar Sang Pat mendongak dan tertawa terbahak-bahak, Siauw Yauwcu
berpaling mendengar sekejap kearah Siauw Ling, timbul rasa menyesal didalam hati
kecilnya Ia sadar bahwa melepasken borgol dari tubuhnya memang gampang namun
kalau ia ingin memborgol dirinya lagi, mungkin pekerjaan ini akan jauh lebih sulit dari
pada terbang kelangit. Tindakan tersebut bukan saja bagaikan buka sangkar melepaskan
burung hong, membuka rantai dileher naga,
umpama kata beberapa orang ini sampai berkerja sama dengan diri Shen Bok Hong
bukankah dirinya bakal runyam.
Berpikir sampai disitu. dengan nada dingin segera tegurnya.
‘ “Apa yang anda tertawakan?”
“Tidak salah, memang selamanya perkataan yang telah Siauw toako ucapkan tidak
pernah dipungkiri, tetapi sampai detik ini ia tak pernah mengucapkan sepatah katapun,
apalagi menyanggupi sesuatu. dari Tootiang.”
“Omong kosong….” tiba-tiba toosu tersebut ingat bahwa Siauw Ling mamang tak
pernah menjanjikan sesuatu pada dirinya, maka dengan cepat ia membungkam.
Sang Pat tersenyum. ujarnya kembali: “Tootiang, coba pikirlah lebih seksama lagi,
bukankah perkataan dari aku orang she Sang sedikitpun tidak salah?”
“Pinto percaya bahwa Soen thayhiap serta Tiong-chiu-siang Ku adalah jago kenamaan
didalam dunia persilatan, apa yang telah diutarakan tidak akan diingkari kembali.” ‘coba
loocianpwee sedang pertimbangkan apakah harus membantu tootiang atau tidak. sebelum
ia mengambil keputusau sudah tentu perkataannya belum bisa terhitung sebagai suatu
janji, sedangkan mengenai kami sepasang pedagang dari Tiong chiu, yang kami utamakan
selamanya adalah keuntungan dari suatu perdagangan, kalau pekerjaan rugi tidak akan
kami kerjakan apalagi membicarakan soal hubungan persahabatan….”
“Meskipun kalian menitik beratkan pada soal perdagangan, dalam jual belipun ada
peraturannya, perkataan yang telah kalian ucapkan sudah sepantasnya kalau ditepati….”
“Tootiang, coba kau terangkan kepada kami. persoalan apakah yang telah kami Tiongci
Siang ku sanggupi.”
Jilid 7
UNTUK beberapa saat lamanya Siauw Yauw cu tidak sanggup untuk menerangkan
persoalan apa yang telah disanggupi sepasang tersebut, tak kuasa hawa amarahnya
berkobar, segera bentaknya.
“Kalian berdua jangan lupa bahwa tubuh kalian masih terbelenggu oleh borgol emas “
“Tentang soal ini biarpun Tootiang legakan hati selamanya sepasang pedagang dari
Tiong chiu tidak pernah mohon kepada orang lain untuk membuka borgol dibadan kami.”

Seandainya tootiang cukup berbesar hati, bagaimana kalau borgol yang ada diatas
tubuh Tiong-chiu Siang Ku sekalian dibuka?” sela Soen-put-shia dari samping.
Sianw Yauwcu termenung berpikir sejenak, kemudian mendongak dan tertawa
terbahak-bahak.
“Apa susahnya berbuat demikian?” dengan langkah lebar didekatinya sepasang
pedagang dari Tiong.chiu. dan membuka borgol yang membelenggu tubuh mereka.
Tootiang, sungkan benar kau terhadap di-riku?” jengek Tu Kioe dengan suara yang
dingin seraya melepaskan otot-otot tubuhnya yang mulai menjadi kaku.
Sedangkan Sang Pat menyimpan borgol emas tadi kedalam saku dan berkata sambil
tertawa.
“Tootiang, kau telah memborgol kami lama sekali. sudah sepantasnya kalau borgol
emas ini diberikan kepadaku sebagai tanda pembayaran, rasanya permintaan kami ini
tidak terlalu mahal bukan?”
Siauw Yauwcu kerutkan dahinya. akan rnarah, tetapi akhirnya rasa mangkelnya itu
ditekan juga kedalam hati, seraya perlaban-lahan ia balik kedepan pintu ruangan.
“Tootiang. kau telah melupakan satu persoalan!” seru Tu Kioe lagi dengan nada di-ngin.
“Soal apa?”
“Sudah sepantasnya kalau tootiang mengembalikan pula senjata senjata milik kami!”
“Hmm…. hmm„.orangpun telah pinto lepaskan, buat apa aku harus menahan senjata
tajam milik cuwi sekalian? harap kalian menanti sejenak, pinto segera akan perintahkan
mereka untuk mengembalikan senjata tersebut kepada cuwi semua.”
Habis berkata dengan langkah lebar lebar jalan masuk kedalam ruangan dan lenyap
dibalik pintn.
Sepeninggalnya Siauw Yauw cu, dengan suara lirih Soen-Put-shia berbisik kepada diri
Siauw Ling.
“Secara tiba-tiba toosu tua hidung kerbau ini bertindak royal, tindakannya ini justeru
membuat aku sipengcmis tua mereka serba salah.”
“Ditinjau dari situasi dewasa ini rasanya keadaan telah terjerumus dalam suatu
keseimbangan kekuatan yang sensitif, kita tak boleh terlalu mengikuti perasaan dalam
menghadapi kejadian ini.”
“Tidak salah, baik Shen Bok Hong maupun Siauw Yauwcu sama-sama merupakan jago
kawakan yang berakal panjang, tujuan dari Siauw Yauwcu membuka alat borgol di tubuh
kalian bukan lain adalah ingin menciptakan suatu keadaan dimana harimau dan serigala
saling bertarung sementara ia sendiri akan duduk menanti sebagai nelayan yang mujur,
kita tak boleh sampai tertipu oleh siasatnya.”

Menanti pengemis tua itu mendongak kembali, tampaklah Shen Bok Hong sedang
duduk bersemedi diujung perahu…. sedangkan Hek-pek jie loo berdiri dikedua belah
sisinya
Dibawah sorotan sinar sang surya, tampaklah dari atas batok kepalanya secara lapatlapat
mengepul keluar selapis asap berwarna putih.
Menyaksikan perbuatan jagoan lihay itu Soen-put-shia mendehem ringan dan berkata
“Rupanya Shen Bok Hong telah mempersiapkan diri untuk melangsungkan suatu
pertempuran sengit, kini ia bersemedi mengatur. penapasan jelas sedang mempersiapkan
diri untuk turun tangan dengan segenap tenaga kita boleh bertindak sebagai panglima
pembuka jalan.”
Mendadak terdengar Suara Sianw Yauwcu berkumandang datang
“Senjata tajam milik kalian telah tiba!” Sang Pat berpaling, tampaklah dua orang dari
berbaju hijau sambil membawa senjata tajam milik Tong-chiu Siang Ku sekalian sedang
berjalan mendekat. tatkala tiba dihadapan mereka, gadis itu berseru, “Inilah senjata tajam
milik kalian, silahkan untuk menerimanya kembali.”
Tu Kioe memungut balik senjata pit besi serta gelang peraknya sedangkan Sang Pat
mengambil siepoa emasnya, kemudian serunya kepada dua orang dara tersebut, “Kalian
berdua boleh cepat-cepat berlaln dari sini.” Sejak dibokong oleh Siauw Yauw cu dengan
akalnya yang licik, terhadap gadis tersebut timbulah rasa was-was yang tebal.
Kedua orang dayang itu tidak membangkang setelah menjura buru-buru mereka putar
badan balik kedalam ruang.
Dalam pada itu Siauw Yauw cu beserta semua penghuni perahu panca warna telah
mengundurkan diri kedalam ruang perahu dan pintu ruanganpun ditutup rapat rapat.
Dengan demkian diatas geladak tinggal Siauw Ling, Soen Pat shia, sepasang pedagang
dari Tiong-chiu beserta Shen Bok Hong sekalian bertiga
Selama ini Siauw Ling memperhatikan terus setiap gerak gerik dari Shen Bok Hong
terlihatlah asap putih yang mengepul keluar dari atas batok kepalanya makin lama makin
tebal, kurang lebih sepertanak nasi kemudian asap putih yang memenuhi seluruh angkasa
itu secara tiba-tiba lenyap sama sekali hingga tak be bekas.
Siauw Ling segera meraba gagang pedang nya secara lirih bisiknya, “Hati-hati, mungkin
Shen Bok Hong akan segera melakukan tindakan?”
Sang Pat berjalan kisisi Siauw Ling bisik nya.
“Apa yang harus kita lakukan?”
“Nantikan dahulu tindakan dari Shen Bok Hong, seandainya ia menunjukan tanda-tanda
yang tidak menguntungkan bagi pihak kita yang paling baik ini untuk membasmi dirinya.

tampak Shen Bok Hong membuka sepasang matanya dan berpaling memandang
sekejap kearah para jago, kemudian perlahan-perlahan bangun berdiri, membisikan
sesuatu kesisi telinga Hek Pek Jie-loo dan dengan perlahan-lahan berjalan kedepan.
Sreeet! Siauw Ling cabut keluar pedangnya, kepada Tiong-chiu Siang Ku ujarnya
dengan suara berat-
“Kalian jagalah disini, jangan sembara-ngan bergerak!” perlahan-lahan lapun maju
menyongsong kehadiran iblis sakti tersebut.
Untuk beberapa saat lamanya, timbul rasa serba salah dalam hati Sianw Ling, ingin
sekali ia gunakan kesempatan ini untuk melenyapkan diri Shen Bok Hong, namun iapun
merasa bahwa tidak sepantasnya ia melangsungkan pertempuran sengit dengan Shen Bok
Hong dalam waktu dan keadaan seperti itu. sebab menang atau kalah Siauw Yauwcu lah
yang bakal mengeruk keuntungan dari kejadian tersebut.
Sementara otaknya masih berputar, ia Sudah saling berjumpa muka dengan diri Shen
Bok Hong ditengah geladak.
Jarak diantara mereka berdua cuma terpaut empat lima depa belaka, dan tatkala itu
kedua belah pihak sama sama berhenti.
“Samte!” sapa Shen Bok Hong sambil menghela napas panjang.
“Ada urusan apa?” tanya Sianw Ling setelah tertegun sejenak.
“Sudah lama sekali kita tidak saling berjumpa muka!”
“Siauw Ling termenung berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia berkata.
“Shen toa Cung en. kau ada urusan apa? silahkan diutarakan keluar!”
“Samte, dengan panggilan semacam itu kau sebut kakakmu, apakah tindakan ini tidak
sedikit keterlaluan?”
“Tidak mungkin bagi dua orang yang berbeda cita cita lain untuk bekerja sama,
hubungan persaudaraan diantara kitapun sudah sepantasnya putus sampai disini saja.
“Jadi kalau begitu, samte memang ada maksud hendak memusuhi diri Siauw heng?
“llmu silat yang Shen Toa cung cu miliki sangat lihay. sejak semula aku orang she
Siauw sudah merasa kagum apabila kau sudi memberi petunjuk beberapa jurus kepada
aku Siauw Ling merasa amat berterima kasih.”
Air muka Shen Bok Hong segera berubah jadi keren dan serius, katanya, “Dalam hati
kecil siauw-heng. terdapat beberapa patah perkataan yang rasanya rasanya menyumbat
didalam tenggorokanku, kalau tidak ku utarakan keluar rasanya tidak leluasa sekali.”
“Silahkan kau utarakan keluar, dengan senang hati aku orang she Siauw akan
mengikutinya.”

“Empek Siauw telah kami jempnt kembali dan kini beliau berada dalam perkampungan
Pek Hoa san-cung.”
Beberapa patah kata ini bagaikan Sambaran guntur yang membelah bumi disiang hari
bolong seketika membuat Siauw Ling terjelos.
Setelah berdiri menjublak lama sekali ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
“Aku tidak percaya!” serunya kemudian.
“Tempo dulu sikap mereka terhadap empek kurang sopan dan tidak halus, maka kali ini
siauw-heng telah menegur mereka habis-habisan dan telah memesan pula kepada mereka
agar jangan lupa melayani kedua orang itu secara baik-baik. Agar supaya orang tua-mu
kerasan, aku telah mengutus empat orang dayang cantik-cantik serta dua orang kacung
ku untuk melayani mereka, bahkan Kim Lan serta Giok Lan pun berada disisi Pekbo.”
“Omong kosong!”
Shen Bok Houg tidak marah. Sambil tertawa hambar ujarnya kembali, “Apa yang siauwheng
ucapkan adalah kata- kata yang jujur, kalau saudara Siauw tidak man percaya, aku
pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi,”
“Aku tetap tidak percaya!” Sinar mata Shen Bok Hong segera dialihkan keatas wajah
Hek Pek Jie ioo, katanya lagi.
“Kalau kan tidak percaya tanyakan saja kepada mereka, maka kau akan segera merasa
yakin bahwasanya apa yang cayhe ucapkan sedikitpun tidak bohong….”
la mendongak dan tertawa lantang, ujar-nya lebih jauh.
“Si pencuri sakti Siang Hwie menganggap dirinya pintar, padahal gobloknya luar biasa
seandainya ia mengantarkan kedua orang tua itu sedikit jauh lagi, mungkin siauw-heng
tidak akan berhasil mendapat tahu keadaan mereka sayang sekali ia cuma berputar
disekitar seratus lie saja perkampungan Pek Hoa san-cung, bukankah Siauw-heng sengaja
bicara mengibul, hembusan angin serta goyangan rumput yang berada seratus lie
disikeliling daerah kekuasaanku dapat siauw heng ketahui dengan amat mudah sekali.”
“Ehmmtn. perkataannya memang tidak salah,” Pikir Siauw Ling didalam hatinya.” Matamata
dari perkampungan Pek Hoa-san-cung memang terkenal akan ketajamannya,
seandainya Siang Hwie cuma berputar diseratus li belaka di perkampungan Pek-hoa san -
cung, jejak mereka pasti bisa konangan….”
Dalam pada itu secara diam-diam Shen Bok Hong memperhatikan perubahan air muka
Siauw Ling tatkala menyaksikan si-anak muda itu sudah mulai percaya dalam hati merasa
amat girang sekali. Namuu di-luar ia bersikap serius, ujarnya kembali-
“Cioe Jie-te pintar dalam menghadapi urusan kecil, bodoh dalam menghadapi urusan
besar. tidak sepantasnya kalau Siauw-heng serahkan rencana mengnndang kedua orang
tua mu kepada dirinya, ditambah pula ketika itu Siauw-heng sedang terlalu sibuk, tiada

waktu bagiku untuk, mengurus persoalan lain, sehingga akhirnya terciptalah keadaan
yang semrawut…. Aaaai….! bila teringat kejadian kejadian masa lampau Siauw-heng
merasa amat tidak tenteram!”
Keteguhan hati Siauw Ling mulai goyang dibuatnya, tanpa sadar hatinya mulai
mempercayai perkataan dari Shen Bok Hong, untuk sesaat ia tak tahu apa yang harus
diucap kan keluar.
Tampak Shen Bok Hong, menghela napas ringan lalu berkata lagi, “Sam-te, apabila kau
suka bekerja sama dengan Siauw heng, dengan senang hati aku Siauw-heng…. sambut
kembali dirimu….”
Sekalipun kedua orang tuaku benar-benar terjatuh kembali ketanganmu, tidak nanti
aku orang she Sianw sudi bekerja sama lagi dengan dirimu!” sahut Siauw Ling dingin
“Apabila sam-te ngottot tidak mau bekerja sama jnga dengan diri Siauw-heng aku orang
pun tidak akan terlalu memaksa dirimu!”
“Selama napasku masih berjalan dan jantungku masih berdenyut, jangan harap aku
sudi bekerja sama lagi dengan dirimu.”
“Aaaa….! perubahan yang terjadi pada seseorang memang sukar ditemukan, Siauwheng
sama sekali tidak menyangka kalau aku bisa berjumpa muka lagi dengan diri Sam-te
diatas perahu panca-warna ini….” ia merandek sejenak mendadak dengan suara keras
ben-taknya.
“Perkataan diri Siauw-heng hanya sampai disini saja, apabila Sam-te ada perkataan
yang hendak disampaikan kepadaku, boleh kau ucapkan sekarang juga.”
Semula dalam hati Siauw Ling masih terliput perasaan sangsi, namun setelah
mendengar nada suara Shen Bok Hong secara tiba-tiba berubah jadi keras, hatinya jadi
tertegun
“Tidak perkataan lain yang akan kuucapkan,” sahutnya
“Kalau begitu bagus sekali, sekarang tenagamu telah digunakan oleh orang, apabila kau
memang benar-benar ingin bergebrak dengan diriku. sekarang juga kau boleh turun
tangan.”
Siauw Ling gelengkan kepalanya lalu mundur kebelakang.
Sang Pat buru-bnru maju menyangsong, tanyanya.
“Siauw toako, apa saja yang kau bicara-kan dengan Shen Bok Hong….?”
“Aaaai…. habislah sudah, susah payah kita selama ini telah menemui kehancuran total.”
“Apa yang telah terjadi?” seru Soen-put-shia.
“Dapatkah persoalan itu kau beritahukan kepada aku sipengemis tua?”

“Dengan mengeluarkan segenap tenaga serta kemampuan yang kumiliki ditambah pula
memperoleh bantuan dari Loocianpwe, kami telah berhasil menolong kedua orang tuaku
dari perkampnngan Pak Hoa san-cung, tapi sayang aaai mereka kena ditangkap kembali
oleh Shen Bok Hong dan dida-lam perkampungan Pek Hoa san cung….”
Mendengar kabar berita itu Soen-put-shia serta Tiong-chiu Siang Ku saling
berpandangan dengan mulut melongo, siapapun tidak tahu apa yang harus diucapkan
dalam keadaan seperti itn.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, dengan suara lirih Sang-pat berkata.
“Toako, apa rencanamu selanjutnya?”
“Aaai…. Sianw-heng sendiri merasa serba salah.”
“Apakah Shen Bok Hong telah berjanji ke padamu, setelah meninggalkan tempat in dia
akan mengajak dirimu, untuk bersama-sama menjumpai kedua orang tuamu?” tanya Soen
put- shia.
“Menurut pandangan aku si pengemis tua, kemungkinan besar Shen Bok Hong sedang
menggunakan akal untuk menipu dirimu.
Tetapi persoalan ini merupakan masalah yang besar aku sipengemis tua tidak berani
mengambil keputusan apa-apa lebih baik Siauw thaybiap sendirilah yang memutuskan”
“Baiklah biar aku bercakap-cakap dulu dengan dirinya,” kata Sang Pat dengan langkah
lebar ia segera berjalan kedepan.
“Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong sangat lihay. Sang heng, kau harus hati-hati,”
Siauw Ling memperingatkan.
Tak usah toako kuatirkan, dalam keadaan seperti ini Shen Bok Hong tidak akan turun
tangan keji terhadap diriku.”
Dengan langkah lebar ia segera berjalan kehadapan Shen Bok Hong dan berhenti tiga
depa dihadapan iblis tersebut, seraya menju-ra tegurnya.
“Shen toa Cung Cu Cayhe adalah sie-poa emas Sang Pat, kau tahu bukan akan diriku?”
“Telah kuketahui namamu sejak tadi,”
“Ha ha ha ha Shen Toa Kung-cu, apakah kau sudah lama mendengar nama besarku?”
“Ehm, pernah mendengar dari orang lain.”
“Cayhepun tidak lama berselang baru mendengar akan nama besar dari Shen Toa Cung
cu.”
Rupanya Shen Bok Hong hendak mengumbar hawa amarahnya, tetapi dengan cepat ia
tekan golakan hati tersebut.

“Benarkah kedua orang tua Siauw toako kami telah kalian tangkap dan kau jebloskan
kembali kedalam perkampungan Pek Hoa san cung?” tanya Sang Pat dengan wajah serius.
“Telah kuberitahukan berita ini kepada diri Siauw Ling.”
Tetapi ia tidak mempercayai perkataan dari kau Shen Bok Hong, dan minta cayhe untuk
datang kemari membicarakan lagi persoalan ini.”
Ia merandek sejenak lalu sambungnya.
“Maksud Siauw toako kami, apabila perkataan Shen Toa Sung-cu tidak salah, ia sangat
berharap agar kau bisa mengeluarkan suatu tanda bukti yang menunjukkan bahwa
perkataanmu tidak bohong.”
“Kalau tidak mau percaya ya sudahlah. Apa perlunya aku harus repot repot memenuhi
permintaannya!?” teriak Shen Bok Hong gusar.
Sang Pat tertawa hambar,
“Seandainya kami bisa turun tangan membinasakan diri Shen Toa Cung cu lebih dahulu.
kemudian baru menolong orang tua dari Siauw toako. rasanya tindakan ini jauh lebih
gampang lagi.”
Shen Bok Hong tertawa mendengar perka-taan itn, lama sekali ia termeuung, kemudiao
ujarnya, “Aku tidak merasa kalau ditempat ini dapat bertemu dengan saudara Siauw, dari
mana aku bisa membawa barang bukti “
“Damai akan mendatangkan harta, inilah syarat penting bagi kita orang yang
berdagang….” ia merandek sejenak, kemudian tambahnya, “Siauw toako kami ingin sekali
mendapatkan jaminan dari Shen Toa Cung-cu untuk bertemu satu kali dengan kedua
orang tua-nya.”
“Dewasa ini mati hidup kitapun sukar di-ramalkan, apakah kalian tidak merasa kepagian
mengucapkan kata-kata seperri itn?’
“Perkara mati hidup akan kami atur sendiri, tidak perlu Shen Toa Cung cu kuatirkan
lagi!”
“Umpamanya setiap yang ada diatas pe-rahu panca warna ini bakal modar semua,
rasanya kau orang she Shen akan merupakan manusia terakhir yang hidup disini.”
“Haa…. haa haa…. tentang soal ini harus lihat dulu bagaimanakah perubahan situasi
selanjutnya! Kemungkinan besar akan ter-jadi perubahan yang diluar dugaan dan
sebaliknya Shen Toa Cung-cu akan merupakan korban pertama!”
Shen Bok Hong mendengus dingin, sinar matanya yang seram dan menggidikkan hati
itu menatap wajah Sang Pat tajam-tajam, lama sekali ia membungkam dalam seribu
bahasa.

Sang Pat yang ditatap seperti itu seketika merasakan suatu kekuatan yang maha dahsyat
memancar keluar dari sepasang matanya membuat hati terasa bergidik dan bulu
roma pada bangun berdiri. Dengan cepat ia mele-ngos kesamping seraya berkata, “Shen
Toa Cnng-cu bagaimana keputusan-mu? Harap cepat-cepat sampaikan kepada diri cayhe.
sebab aku orang she Sang pun hurus memberi laporan kepada toako kami.”
“Katakan kepada Sianw Ling bahwa aku kabulkan permintaannya.”
“Cnma bicara kosong belaka tiada guna.”
“Apakah kan inginkan orang she Shean angkat snmpah dihadapanmn?….” teriak Shen
Bok Hong semakin marah
“Sekalipun kau angkat sumpahpun, belum lentu kami suka mempercayai janjimu itu.”
“Apabila aku orang she Shen berhasil meninggalkaa perahu ini, orang pertama yang
akan kubunuh adalah kalian sepasang pedagang dari Tiong chiu….” sumpah iblis tersebut
“Aaaah, itu sih kejadian dikemndian hari’ sekarang keadaan Shen Toa Cung cu
bagaikan berada diwuwungan yang rendah, mau atau tidak kau harus tundukan kepala
juga.”
Seandainya mengikuti maksudku, apa yang harus kulakukan??7″
“Tentang soal ini sulit untuk dikatakan….”
Belum habis ia bicara, tiba-tiba tampak dua ekor burung merpati berputar satu
lingkaran ditengah udara kemudian melayang turun dan hinggap diatas bahu Shen Bok
Hong.
Menyaksikan kehadiran burung data tersebut, Shen Bok Hong mendongak dan tertawa
terbahak-bahak. mendadak dari sakunya ia ambil keluar dua buah benda kecil yang di
sisipkan kedalam sayap burung dara tersebut.
Kedua ekor burung dara itu segera pentang sayapnya melayang kembali ketengah
udara.
Pintn ruang perahu yang tertutup rapat-rapat tersebut mendadak membentang lebar,
dua titik cahaya kilat meluncur keluar langsnng menghajar burung dara itu.
“Kawanan tikus, kalian berani main curang!” hardik Shen Bok Hong penuh kegusaran,
tangan kanannya segera diayun pula kedepan.
Dua titik cahaya putih laksana kilat meluncur ketengah udara.
Traaang…. terjadi bentrokan nyaring ditengah angkasa, cahaya berkilat yang meluncur
belakangan berhasil disampak rontok olah golok terbang Sheu Bok Hong, namun cahaya
kilat yang meluncur dahulu tadipun berhasil menghajar seekor burung dara, tidak ampun
lagi burung itn jatuh binasa kedalam sungai.

Rupanya burung-burung dara itu telah memperoleh didikan yang ketat sekali,
menyaksikan rekannya binasa. burung tersebut dengan cepat menukik kebawah, dengan
hampir menempel diatas permukaan sungai dia terbang lebih jauh kedepan, maka dalam
sekejap rnata telah lenyap tak berbekas.
Tiba-tiba, pintu ruang perahu terbentang lebar diikuti Siauw Yauwcu sambil mencekal
pedang munculkan diri diatas geladak. Di belakang tosu itu mengikuti dua belas orang
bocah berbaju hijau, sepuluh orang mencekal pedang dan dua orang mencekal tabung
besi air beracun serta jarum beracun. “Tabung besi yang dibawah bocah berbaju hijau
dibelakang Siauw Yauwcn itu berisikan jarum beracun serta air beracun yang biasa
dahsyatnya,” bisik Sang Pat lirih…. Kesempatan bagi kita tidak banyak lagi, bila Shen Toa
Cungcu masih ragu-ragu juga, mungkin waktu tidak akan mengijinkan lagi.
Shen Bok Hong yang terkenal akan kegagahan serta kedahsyatannya dalam dunia
persilatan ini ternyata dibikin apa boleh buat oleh keadaan yang mengancam dirinya, ia
mendongak menghembuskan napas panjang, perlahan lahan dari sakunya ambil keluar
sebuah Kim-pay dan katanya.
“Tanda pengenal ini merupakan Kim-pay paling tinggi dalam perkampungan Pek Hoa.
san-cung, barang siapa pnn yang membawa Kim pay tersebut berarti sama halnya dengan
kehadiran aku orang she Sheng pribadi. Dengan membawa Kim-pay ini masuk kedalam
perkampnngan Pek Hoa-san-cung, bukan saja tiada orang yang beranl menghalangi jalan
pergi kalian gemua, bahkan akan disambut dengan penuh kehormatan.
Sang Pat Sadar bahwasanya kepandalan silat yang dimiliki iblis tersebut amat lihay, ia
tak berani bertindak gegabah, maka serunya.
“Lemparkan saja benda itu kemari!”
“Htnm! kecil benar nyalimn,” jengek Shen Bok Hong sambil melemparkan Kim pay
tersebut ketangannya.
“Bukan nyalikn terlalu kecil. adalah disebabkan nama busukmu Sudah amat terkenal
dalam dunia persilatau, mau aku harus bertindak waspada….”
“Masih ada satu persoalan lagi hendak ku sampaikan kepadamn. Kim-pay ini hanya bisa
digunakan satu kali saja, pada saat Sianw Ling menyerahkan kembali Kim-pay tersebut
kepadaku berarti pula saat kematian bagi kalian sepasang pedagang dari Tiong-chiu. Aku
orang she Shen tidak pernah main gertak sambal atau mengancam, setiap perkataan yang
telah kuantarkan bisa kulaknkan tanpa menyesal.
Sang Pat tidak mengubris diri Shen Bok Hong lagi, ia putar badan dan berjalan
mendekati Siauw Ling.
Dalam pada itu Siauw Yauw cu yang berada dikalangan telah meloloskan pedangnya
dari dalam sarung, sepuluh orang bocah berbaju hijau pun telah menyebarkan diri
membentuk Suatu barisan pedang dan siap menantikan serangan lawan.
Sang Pat dengan membawa Kim-pay itu balik kerombongannya, dengan suara lirih ia
ceritakan apa yang dialaminya barusan kepada diri Siauw Ling.

Habis mendengarkau kisah tersebut. Soen Put Shia berbisik lirih.
Berbicara dari situasi yang ada dewasa ini. kita beberapa orang mempunyai kekuatan
imbangan dari kedna belah pihak yang berlawanan. seandainya kita membantu Shen Bok
Hong, maka Su Hay Koenc merasa tiada keyakinan untuk merebut kemenangan
sebaliknya kalau kita membantu Siauw Yauw cu maka Shen Bok Hong akan merasa
keadaannya terancam. Namun perduli siapapnn yang kita bantu maka hasil yang kita
peroleh cuma dendam ditambah dengan dendam. setelah kita berhasil membunuh Shen
Bok Hong…. maka Su Hay Koencu tidak akan melepaskan kita. Kalau kita pertimbangkan
lebih lanjut aku rasa dalam situasi seperti ini maka lebih baik kita tetap pertahankan posisi
yang seimbang ini lebih jauh.”
“Kalau kita bisa membiarkan mereka ber dua saling bertempur sampai sama sama luka
itulah lebih bagus lagi, dengan ambil kesempatan itu kita bisalenyapkan bibit bencana
tersebut bagi umat Bulim,” kata Tu Kioe.
Siauw Yauwcu sudah merasa amat menyesal sekali karena perhitungan meleset dan
melepaskan saudara Siauw dari belenggu, ia melepaskan borgol ditubuh sepasang Tiong
cu pun disebabkan keadaan yang mendesak. Dengan perhitungannya yang panjang serta
akalnya yang licik. baik sitoosu hidung ker-bau maupun Shen Bok Hong tidak nanti akan
membiarkan kita orang berdiri sebagai nelayan yang menunggu rejeki….”
Dalam pada itu terdengar Sianw Yauw-cu berseru lantang.
Soen-put-shia, kau adalah Tiang loo perkumpulan Kay-pang yang amat tersohor
namamu dalam dunia persilatan. pinto perca-ya bahwa yang pernah kau ucapkan tidak di
ingkari kembali.”
“Tidak salah,” sahut Soenpnt-shia sambil maju kedepan. Apa yang pernah aku
pengemis tua sanggupi. baik aku terjun keapi, terjun ke air maupun aku akan terjun
kedalam air tidak akan kuingkari.”
32
“Kau telah sanggupi diri pinto, setelah pinto membebaskan Siauw Ling serta Tiong-chiu
siang-Kn dari belenggu maka kalian akan bekerja sama menawan Shen Bok Hong.
Perkataan itn masih mendengung disisi telingaku. rasanya Soen-heng pun belum
melupakannya bukan?”
“Tentang soal itu? haaaa…. haaa…. haaa…. aku pengemis tua sih memang kepingin
menyanggupi, sayang sekali tindakan tootiang terlalu cepat sebelum aku sipengemis akan
menyanggupi kau telah melepaskan borgol ditubuh Siauw Ling. Eeeeei…. hidung kerbau
pikirlah lagi dengan seksama, bukankah perkataanku ini tidak salah?”
“Apa yang kau ucapkan ketika itn?” teriak Siauw Yauw cu dengan wajah jadi berubah
hijau membesi.
“Aku sipengemis tua berkata bahwa dengan kekuatanku seorang bukanlah tandingan
dari Shen Bok Hong, bukankah begitu?”

“Tidak salah. kemudian?”
“Kemudian tootiang hendak membuka borgol ditubuh Tiong-chiu-siang-ku, tapi entah
apa sebabnya telah membuka borgol ditubuh Siauw Ling.”
“Mengapa pinto membebaskan Siauw Ling dari belenggu borgol/”‘
“Apakah tootiang mengharapkan kami suka turun tangan menghadapi Shen Bok Hong?”
“Memang demikianlah maksudku. Shen Bok Hong adalah penjahat besar yang telah
tampak mencelakai umat Bu-llm, kejahatan bertumpuk-lumpuk dan perbuatannya
terkutuk, sekalipnn kalian tidak sudi mengabulkan permintaan dari pinto sudah
sepantasnya bagi kalian untuk turun tangan membinasakan dirinya dan melenyapkan bibit
bencana bagi umat Bn-lim.?
Meskipun perkataanmu tidak salah, sayang seribu sayang Koen-cu kalianpun bukan
termasuk manusia baik-baik, daripada melenyapkan satu iblis tapi membiarkan iblis yang
lain tetap hidup sentosa, lebih baik ke dua-duanya tak usah dibasmi semua.
“Jadi kalau begitu. Soen- heng benar-benar akan mengingkari janjimu sendiri?”
“Aku sipengemis tua tak pernah menjanji kan sesuatu kepadamu. Hey hidung kerban
busuk tiada gunanya kau panasi hatiku.”
Sianw Yauw-cu menghela napas ringan katanya penuh rasa sesal, “Semestinya pinto
harus paksa kau buka suara terlebih dahulu baru membuka borgol ditubuh mereka.
seandainya begitu tidak nanti aku menderita kerugian seperti ini kali.”
“Bagaimana cerdiknya seorang. suatu kali ia akan melakukan kesalahan juga, rasanya
peristiwa ini bukan terhitung sebagai suatu masalah besar! “
“Yaaah…. anggap saja kau tidak pernah menyanggupi “
“Tak bisa kau katakan begitu, aku pengemis tua tak pernah menyanggupi yang tak
pernah, kenapa kau bilang anggap-anggap Segala.”
“Persoalan ini susah sekali, untuk apa diributkan lebih jauhpun percuma. saat ini pinto
ada perkataan penting yang hendak ditanyakan kepada diri Soen-heng.”
“Setelah ada kejadian semacam tadi, kali ini kita harus berbicara yang lebih jelas.”
“Seandainya pinto akan turun tangan melenyapkan bibit bencana bagi umat Bu-lim dan
bergebrak melawan Shen Bok Hong, bagaimana sikap Soen-heng? Siapakah yang akan
kau bantu”
“Tentang soal ini sulit bagi akn sipengemis tua untuk menentukan akn harus
memikirkannya lebih jauh sebelum menjawab.”

Meskipun dalam hati Siauw Yauwcu merasa amat gusar sekali,namun ia tak berani
turun tangan secara gegabah, bagaimanakah ilmu sllat yang dimiliki Siauw Ling telah ia
saksikan sendiri tadi, ia yakin bahwa kepandaiannya masih sukar menandingi si anak
muda itu, ditambah pula baik Soen Pnt-shia maupun sepasang pedagang dari Tiong-chiu
sama-sama merupakan jagoan kenamaan yang Sudah lama tersohor dikolong langit.
seandainya keempat orang ini berpihak pada diri “Shen Bok Hong, kemungkinan besar
posisi-nya akan terancam mara bahaya.
Selama ini Shen Bok Hong hanya berdiri membungkam terus disisi kalangan sembari
mengempos tenaga dalamnya siap menghadapi serangan mnsuh, iapun memperhatikan
situasi perubahan ditengah kalangan, otak-nya berputar mencari akal untuk mengatasi
masalah tersebut.
Suasana hening beberapa saat lamanya, seperminum teh kemudian akhirnya Siauw
Yauw-cu tak sanggup menahan diri, tegurnya dengan nada dingin, “Soen-heng.
bagaimana kepatusanmu?! Harap kau suka menjelaskan lebih terang lagi.”
Sinar mata Soen Put-shin berputar meman-dang pula keatas Siauw Yauw cu, akhirnya
sambil tertawa ia berkata, “Menurut pandangan aku sipengemis tua. lebih baik petarungan
ini hari dibatalkan saja,”
“Mengapa??”
“Bukannya aku sipengemis tua terlalu pandang rendah dirimu, apabila kau ingin
mengandalkan kepandaian silatmu saja untuk membekuk Shen Bok Hong, maka kau pasti
akan dikalahkan dengan mengenaskan sekali. De-wasa ini posisimu Jauh lebih unggul dari
pihak lain, hal ini disebabkan jumlah orang-mu jauh lebih besar, disamping itu berada
diatas perahu. Justrn “karena Shen Bok Hong tidak pandai ilmu dalam air maka ia suka
bersabar terus sampai kini/’
•’Kesempatau sebaik ini tidak akan dijumpai lagi dikemudian hari, bila peluang ini kita
buang dengan sia-sia, maka sulitlah bagi kami untuk membinasakau diri Sben Bok Hong
dikemudian hari!”
Soen Put-sbia gelengkau kepalanya berulang kali.
“Masih ada satu persoalan yang mungkin masih belum diketahui oleh kau sibidung
kerbau!”
“Persoalan?”
“Aku sipengemis tua maupun Siauw Ling sama-sama tidak mengerti ilmu dalam air,
apabila kalian benar-benar ingin bertempur, lebih baik janganlah langsungkan pertarungan
ini diatas air.”
“Tetapi sayang sekali pada saat ini cuwi sekalian sedang berada ditengah sungai, setiap
bocah lelaki manpun gadis cantik yang ada diatas perahu panca warna ini rata-rata pandai
semua ilmu dalam air, apabila kallam memaksa diri cayke terus menerus, terpaksa kami
akan tenggelamkan perahu panca war-na ini. dan kalian akan berusaha kami tangkap
didalam sir!”

Pada saat itu Siauw Ling merasa kuatir sekali atas keselamatan kedua orang tnanya ia
takut kedua orang tuanya benar-benar telah ditawan Shen Bok Hong dan dibawa masuk
kembali kedalam perkampungan Pek Hoa san-cung. disamping itu pun takut terlalu
memaksa diri Shen Bok Hong sehingga mengakibatkan dia bekerja sama dengan Su Hay
Kocn-cu, maka dengan suara dingin segera tukasnya, “Aku rasa tootiang tidak akan
memperoleh kesempatan untuk menenggelamkan perahu ini.”
“Benar, agar kita bisa lolos dari keadaan yang amat bahaya ini. agaknya untuk
sementara waktu harus berhubungan lebih dahulu dengan pihak Shen Bok Hong.” Soen
Put-shia menambahkan.
Sinar matanya beralih keatas wajah gembong iblis itu, tambahnya dengan suara dingin
;
“Bagaimana dengan pendapat Soen Toa cung-cu sendiri?”
Shen Bok Hong tertawa hambar.
“Waktu dikemudian hari masih panjang sekali, cayhepnn tidak terlalu memburu waktu
kalau memang Soen-heng berkata demi-kian aku orang she Sheu akan menurut saja.”
Katanya.
“Haaa…. haaaaa…. snugguh tak nyana ini hari kau orang she Shen harus tundnk
seratus persen kepada aku sipengemis tua?”
Mendadak Siauw Ling loncat kedepan dan menghadang didepan pintu ruang perahu,
serunya, “Tootiang. lebih baik baru segera turun-kan perintah agar, perahu ini menepi”
Diam-diam sarung tangan kuht ular sakti nya dikenakan diatas tangan untuk siap men
jaga sesuatu tak tak diinginkan.
Dam-diam Siauw Yauw-cu mempertimbangkan kekuatan musuh serta kekuatan sendiri,
ia sadar bahwa tidak mungkin bagi pihaknya untuk merehut kemenangan, maka setelah
termenung beberapa saat lamanya ia pun turunkan perintah untuk menjalankan perahu
kedalam daratan.
Setelah perahu menepi Shen Bok Hong serta Hek Pek Jie loo loncat naik keatas daratan
lebih dahulu disusul Siauw Ling, Soen Put-shia serta Tiong-chiu-siangcu pun mendarat.
Menanti semua orang sudah berada diatas daratan, merekapun menghembuskan napas
lega. rasa tegang yang selama ini menyeli-muti wajah mereka seketika tersapu lenyap.
Shen Bok Hong berpaling memandang sekejap kearah perahu panca warna itu,
kemudian teriaknya, ” Siauw Yauw tootiang, aku orang she Shen telah minta penunjuk
perahu panca warna-mu.apabila tootiang punya keberanian, sllah-kas datang berkunjung
kedalam perkampung-an Pek Hoa san cung kami.
“Siauw Yauw tootiang tertawa dingin, tanpa mengucapkau sepatah katapun ia
memerintahkan jaiankan perahu meninggalkan tem pat itu.

Dalam sekejap mata perahu tersebut telah meajauh dari pandangan dan akhirnya
lenyap tak berbekas.
Sepeninggalnya perahu panca warna itu, Shen Put shia alihkan sinar matanya kearah
Shen Bok Hong lalu menjengek dingin, “Shen Toa cnng-cu, akhirnya aku sipengemis tua
berhasil juga menyaksikan seorang yang disegani seluruh umat Bu Iim mengalami
keadaan yang amat mengesankan sekali.”
“Hmmm! apabila aku seorang she Shen tidak naik keatas perahu panca warna tepat
pada saatnya, mungkin kalian berempat tidak akan berhasil meninggalkan perahu tersebut
dengan gampang.”
“Pada saat ini kedudukan kita adalah satu banding tiga, kedua orang bawahan Shen
Toa Cung-cu pun sudah mengalami luka berat pada lengannya, mampukah mereka
lanjutkan pertarungan ini, rasanya tak usah di-katakan pun sudah amat jelas sekali.
Sinar mata Shen Bok Hong berputar memandang sekejap suasana disekeliling tempat
itu kemudian sambil tertawa hambar jawab-nya, “Tempat ini merupakan daerah
kekuasaan dari aku orang she Shen, apabila kita sam-pai bertempur. dalam satu jam
kemudian bala bantuanku pasti akan mengalir datang semua.”
Mendadak Sianw Ling tampil kedepan dan berjalan kehadapan gembong iblis itu
kemudian bertanya, “Shen Toa Cnng-cu, seteiah ini kau hendak pergi kemana “
“Kembali ke perkampungan Pek Hoa-san-cnng.”
“Cayhe ingin sekali ikut berkunjung ke perkampungan Pek Hoa-san-cung agar cayhe
bisa berjumpa dengan kedua orang tuaku.”
Shen Bok Hong termenung berpikir sejenak, laiu menyahut, “Sang Pat telah membawa
tanda pengenai Kim-pay miiikku, setiap saat setiap waktu kalian bisa berkunjung kedalam
perkampungan Pek Hoa-san-cung tanpa hadangan, akn rasa Siauw-heng lebih baik
berangkat lebih duluan.”
“Apabila Toa cung-cu tidak mau membe-rikan janji kepadaku, tidak nanti kau bisa
tinggalkan tempat ini dengan gampang.”
“Haaaa…. haaa…. haaa…. sam-te, apakah kau benar benar hendak memaksa aku turun
tangan?!”
“Aliran yang berbeda sukar untuk hidup berdampingan. hubungan persaudaraan diantara
kita telah punah, tak usah kau sebut diriku sebagai saudara lagi.”
“Sam-te! Misalkan kau paksakan diri juga untuk bertarung melawan diriku, baik menang
atau kalah kau tidak akan dapat menolong kedua orang tuamu.”
Siauw Ling tarik napas panjong, telapak kanannya perlahan-lahan diangkat keatas
serunya.

“Aku masih ingat Shen Toa Cung cu pernah mengatakan bahwa antara aku Siauw Ling
dengan kau Shen Toa Cung-cu cepat atau lambat pasti akan melangsungkan juga suatu
pertarnngan yang menentukan mati hidup kita berdua, apabila pertarungan ini memang
tak bisa dihindari lagi. lebih baik kita selesaikan sekarang juga. Nah. mulailah turun
tangan \”
Senyuman yang menghiasi wajah Shen Bok Hong seketika lenyap tak berbekas, air
mukanya jadi dingin dan serius, serunya, “Apabila saudara Siauw memang memaksa
diriku terus menerus. akupun tidak akan menampik lagi ajakanmu itu. Nah, cabutlah
senjatamu itu!”
Soen Put-shia rentangkan tangannya melemparkan sebilah pedang kearah anak muda
itu.
Setelah mencekal pedang, kata Siauw Ling. Tempo dulu cayhe pernah mendapat budi
kebaikan dari dirimu, ini hari aku akan mengalah tiga jurus bagi dirimu.”
“Saudara, apakah kau merasa amat yakin dapat mengalahkan diriku”
“Yakin benar sih tidak, aku orang she Siauw sadar bahwa ilmu silat yang Shen Toa
Cung-cu miiiki amat lihay sekali, dalam pertarungan ini hari aku tak berani menjamin
siapakah yang bakal menemui kekalahan.”
“Apabila kau memang tiada keyakinan untuk menangkan diriku, apa gunanya kau pak
sakan terus diriku untuk bergebrak?!”
Sementara Siauw Ling hendak menjawab, tiba-tiba Sang Pat menimbrung dari samping.
pada saat ini Shen Toa Cung-cu tentu Sudah amat lelah sekali, sekalipun toako
menang, kemenangan ini tidak didapatkan secara gemilang, bukanknh kita sudah
mendapatkan tanda Kim-pay untuk mengunjungi perkampungan Pek Hoa-san-cnng? Aku
rasa pertarungan ini hari lebih baik dibatalkan saja.”
Siauw Ling mengerti bahwa Sang Pat ada-lah seorang manusia yang berakal panjang.
secara tiba-tiba ia mengucapkan kata-kata tersebut pastilah dibalik perkataan itu tersembunyi
pula maksud-maksud tertentu, namun keadaan pada saat ini bagaikan
menunggang dtpunggung harimau, sulit baginya untuk mengundurkan diri lagi, maka
dengan alis berkerut ia bungkam dalam seribu bahasa,
Shen Bok Houg tersenyum, tiba-tiba ia putar badan dan berseru kepada Hek Pek Jie
loo, “Mari kita pergi.
Memandang hingga bayangan punggung ke tiga orang itu lenyap dari pandangan,
Siauw-Ling baru putar kepala memandang kearah Sang Pat, katanya, “Perkataan Siauw
Yauwcu sedikitpun tidak salah, setelah ini hari lepaskan diri Shen Bok Hong, mungkin
dikemudian hari sulit sekali untuk memperoleh kesempatan yang sebaik ini lagi.
“Haa…. haaa…. siraja obat bertangan keji telah datang, ia baru ingin berjumpa dengan
diri toako. katanya ada urusan penting hendak disampaikan kepada dirimu.”

“Sekarang ia berada dimana?”
“Berada disemak belukar sebelah kiri.” Siauw Ling berpaling, sedikit tidak salah
tampaklah siraja obat bertangan keji dengan membawa anjing hitam milik Sang Pat
sedang berjalan menghampiri dirinya.
Tubuhnya yang kurus kecll ditambah pula pakaiannya berwarna hitam dan kulit wajah
kaku, sewaktn berjalan agaknya tiada berada dengan sesosok mayat hidup.
“Hey siraja obat berrangan keji kiranya kau masih belum mampus!”seru Soen-put shia
sambil mendehem.
Dengan pandangan dingin si raja obat memandang sekejap kearah Soen-put-shia lalu
menjawab.
“Eeeei pengemis tua. hitung-hitung mungkin kaulah yang bakal modar lebih dahulu
daripada lo-hu.”
Ia alihkan sinar matanya keataa wajah Siauw Ling kemudian nenambahkan.
“Kedua orang tuamu telah ditangkap kembali oleh anak buah Shen Bok Hong dan di.
gusur kedalam perkampungan Pek Hoa-san-cung.”
“Tahukah loocianpwe, dimanakah mereka ditawan???”
Tok-chin Yok Oong angkat kepala menghembuskan napas panjang kemudian
menjawab, “Saat ini mereka berada didalam sebuah rumah petani kurang lebih lima lie
dari sini….”
Aaaah jadi mereka tak berada didalam perkampungan Pek Hoa-san cung???….”
“Mereka telah berhasil loo hu selamatkan!”
“Apakah kedua orang tuaku dalam keadaan baik???”
“Ayahmu ibumu serta Kim-lan dan Giok Lan semuanya dalam keadaan sehat wal’afiat.”
“Kalau begitu aku mengucapkan banyak terima kasih atas budi pertolongan dari
loocianpwe buru-buru Sisuw Ling menjura.
wajah siraja obat yang kaku tampak berkerut seperti mau mengucapkan sesuatu,
namun akhirnya ia tak jadi berbicara.
“Yok Ong. tolong tanya sipencuri lakti Siang Hwie berada dimana….” sela Sang Pat.
“Dia terluka parah saat ini entah berada dimana”?
Sang Pat menghela napas panjang

“Menurnt kabar yang berhasil loo-hu dengar tatkala Se Boen Hwie herdak melindungi
keselamatan ayah ibumu. diapun kena dilukai oleh jago jago lihay perkampungan Pek Hoa
san cung,” siraja obat menam-bahkan.
Darah panas bergelora dalam dada Sianw Ling sekilas cahaya tajam memancar keluar
dari sepasang matanya sambil gertak gigi ia berseru.
“Aku orang she Siauw pasti akan menuntut balas buat mereka.”
“Tindakan tersebut merupakan kejadian di kemudian hari. persoalan pokok yang paling
penting dewasa ini masih belum selesai. mara bahaya setiap masih mengancam kita
semua Untuk menyelamatkan jiwa kedua orang tuamu terpaksa loo-hu harus turun tangan
keji dan secara beruntun telah mencelakai jiwa dua belas orang jagoan perkampungan
Pek Hoa-san cung!”
“Cayhe berterima kasih sekali atas bantuan cianpwel”
“Rumah petani itu bukan tempat yang aman, kita harus capat-cepat tinggalkan tempat
ini,” seraya berkata si Raja Obat ini pun badan dan segera berlalu.
Sianw Ling sekalian tidak berani berayal lagi, buru-buru merekapun kerahkan tenaga
untuk menyusul dari belakang.
Ditengah perjalanau, Soen Put-shia menghela napas panjong d.n berkata, “Aaai….
rupanya sepanjang hidapmu Yok ong…. baru kali ini kau melakukan suatu perbuatan
mulia.”
“Terima kasih atas pujianmu “
Siauw Ling sangat menguatitkan kesela-matan kedua orang tuanya merasa amat
gelisah sekali ia lantas berjalan amat cepat hingga para jago Lainnya terpaksa harus
percepat pula larinya untuk menyusul anak mnda itu.
Dalam sekejap mata beberapa lie telah di lewati, dan sampailah mereka disebuah
rumah petani yang berdiri ditengah semak belukar yang lebar.
Pintu kayu yang Sudah lapuk tertutup rapat sekali, suasana disana amat sunyi tak
kedengaran suara sedikitpun
“Apakah berada didalam rumah gubuk ini?!” tanya siauw Ling sambil berpaling
memandang sekejap kearah Yok Oug,
“Sedikitpun tidak salah!”
Siauw Ling” sudah tidak sabaran lagi, tanpa menantikan jawaban dari Tok Chiu Yok
Oug lagi, tangan kanannya dengan cepat ber gerak membuka pintu kayu itu.
Menanti ia mendongak, tampaklah Kim Lan serta Giok Lan dengan pedang terhunus
berdiri menghalang ditengah jalan.

Namun ketika kedua orang dayang itu menyaksikan kehadiran Siauw Ling, dengan
cepat mereka menjura dan meuyingkir kesamping.
Siauw Ling langsung menyerbu masuk ke dalam, diatas tumpukan padi kenng tampak
lah kedua orang tuanya sedang duduk disana, disamping mereka berbaringlah seorang
gadis, dia bukan lain adalah putri kesayangan dari si Raja Obat Bertangan keji,
Siauw Ling segera memburu kedepan, jatuhkan diri berlutut dan berseru, “Anak yang
tidak berbakti Siauw Ling menghunjuk hormat buat ayah dan lbu!”
Bangunlah nak….” kaia Siauw thayjien sambil memandang sekejap wajah putranya.
Dsngan air mata bercucurau Siauw Ling bangun berdiri.
“Berulang kali ananda menyusahkan kalian berdua, kejadian ini membuatku merasa
amat sedih….”
“Kisah yang telah nyata sudah kudengar dari mutut nona ini, dalam peristiwa ini kau
tidak bisa disalahkan….” bisik Siauw thayjien sambil menggeleng, setelah merandek
sejenak tambahnya, “Hanya saja pendekar Siang telah menderita L_ka parah, mati
hidupnya tak diketahui. Aaai pertempuran yang trrjadi waktu itu benar benar mengerikan
sekali.
“Dengan segala kemampuan yang ananda miliki, ananda pasti akan menuntut balas
bagi dendam sakit hati ini.”
“Masih ada lagi seorang pendekar she Be” sela Siauw hujian pecara mendadak.
“Seluruh tubuhnya telah dipeuuhi bacokan-bacokan senjata tajam, darah segar telah
menodai seluruh tubuhnya namuu ia tetap bertempnr mati-matian. namun akhirnya aaai!
ia pun tak kuat dan roboh keatas tanah.”
‘”Budi kebaikan mereka yang sedalam lautan ini akan ananda ukir didalam hati kecil
dikemudian hari ananda pasti akan berusaha membalasnva.?
“Bagaimana dengan keadaan situkang ramal dari lautan Timur Suma Kan? tanya Sang
Pat.
‘Mungkin dia pun terluka. berpuluh-pulnh orang boesu dari perkampungan Pek Hoa-san
cang menyerang secara serentak, mereka beberapa orang terpaksa harus sekuat tenaga
untuk menghadapi mereka. pertarungan waktu itu amat kalut sekali, loohu hanya sempat
menyaksikan pendekar Siang serta pendekar Be menderita luka parah kemudian kami
berdua digusur keperkampungan Pek Hoa-san-cung. sehingga bagaimana kejadian
selanjurnya tak kami ketahui,”
Sambil menuding kearah Tok Chiu Yok Ong. mendadak Siauw hujien menyela kem-bali,
“Saudara inilah tuan penolong yang telah menyelamatkan aku serta ayahmu dari tangan
penjahat laknat itu.”
“Budi ini akan ananda ingat terns.”

“Loohu ayah dan anak sudah berulang kali mendapat budi kebaikan dari Siauw
thayhiap, perbuatanku kali ini pun hitung-hitung sebagai pembalasan kami terhadap
dirinya” seru Yok Ong.
Baru saja ia habis berbicara mendadak terdengar suara burung dara berkelebat lewat di
atas gubuk petani ini, suaranya nyaring dan cepat, “Burung dara dari perkampungan Pek
Hoa san cung?” seru Soen Put-shia dengan alis berkerut.
“Ditinjau dari situasi dewasa ini, rnpanya suatu pertarungan sengit tak akan bisa
dihindari lagi, kemungkinan besar orang-orang perkampungan Pek Hoa-san-cung telah
menantikan kedatangan kita diluar gubuk.” Yok Ong memberikan pendapatnya.
“Ketika berada diatas perahu panca warna tadi Shen Bok Hong mengalami nasib yang
mengenaskan sekali, sekembalinya kedalam perkampungan ia pasti akan mengumpulkan
segenap tenaganya untuk menyerang kita semua.”
“Tidak salah, oleh sebab itulah sebelum hujan harus sedia payung, sebelum terjadi
suatu peristiwa yang tidak diinginkan kita harus bikin persiapan lebih dahulu.
“Apakah loocianpwee punya akal bagus?” tanya Siauw Ling.
“Lebih baik kita atur kekuatan kita lebih duhulu, beberapa orang harus melindungi
keselamatan Siauw tahjien serta Siauw hu jien dan beberapa orang harus membendung
serangan musuh.”
“Apakah loocianpwee sudah punya rencana didalam pembagian ini?”
“Tentang soal ini loohu sih belum berpikir sampai disitu” sinar matanya beralih keatas
wajah Soen Put-shia kemudian menambahkan. “Hey pengemis tua. apakah kau
mempunyai akal untuk menghadapi serangan musuh.”
“Haaa…. haaaaa…. aku si pengemis tua selamanya tidak pernah main akal-akalan, lebih
baik saudara siauw saja yang bikin persiapan.
Belum habis ia berbicara, mendadak telapaknya diputar melancarkan sebuah pukulan
dahsyat.
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat laksana gulungan ombak ditengah
samudra meluncur keluar dari dalam gubuk.
Siauw Ling enjotkan badannya melayang keluar dari gubuk
“Tak usah cari lagi,” cegah Soen Put-shia sambil tersenyum. “Ada seorang penjahat
yang coba berjalan mendekati gubuk kita, namun aku sekarang sipengemis tua telah
mengirim sukmanya kedunia barat.”
Kiranya Soen Put-shia berdiri sambil bersanding didepan pintu, meskipun dimulutnya
bercakap-cakap dengan siraja obat bertangan keji namun sepasang matanya memperhatikan
terus gerak gerik diluar ruangan.

“Mereka sudah datang.” bisik Tok chiu Yok Ong.
“Setelah pasukan pembuka jalan tiba, mungkin pasukan induk merekapun akan segera
menyusul tiba pula….” sahut Siauw Ling sambil balik kembali kedalam ruangan.
Sinar matanya berputar keatas wajah Tiong-chiu Siang Ku serta siraja obat berta-ngan
keji, pintanya.
“Harap saudara berdua beserta Yok Ong suka melindungi kedua orang tuaku serta nona
Wan.”
“Biarlah aku sipengemis tua membantn dirimu menghadapi musuh!”
“Cayhe memang bermaksud demikian.”
“Kekuatan kalian berdua terlalu lemah sekali,” sela Yok Ong.” Lebih baik biarkanlah
Tiong chiu Siang Ku membantu kalian berdua, sedang Loo-hu dengan dibantu oleh Kim
Lan serta Glok Lan rasanya masih sanggup untuk melindungi keselamatan kedua orang
tuamu.
“Ilmu silat yang Yok Ong miliki amat lihay kalau memang anda berbicara demikian aku
rasa kan pasti sudah punya rencana ter tentu, baiklah cayhe akan menuruti
perkataanmu.”
Dari arah luar terdengar suara gonggongan anjing yang santer berkumandang datang
tiada hentinya
“Musuh tangguh telah tiba. aku rasa tidak sempat lagi bagi kita untuk berlalu dari sini,”
kata Sang Pat.
Siauw Ling cabut keluar pedangnya serunya.
“Aku dengan Soen Loocianpwe akan menyongsong lebih dahulu kedatangan mereka.
semoga hian te berdua harap untuk sementa-ri waktn membantu diri Yok Ooug untuk
melindungi keselamatan kedua orang tuaku….”
“Jangan gegabah.” seru Yok Ong sambil mengeleng.” Apa pasukan induk…. pihak
lawan telah menyerang datang kita harus berusaha pukul mundur diri mereka lebih
dahulu, kemudian baru berangkat meninggalkan tempat ini.”
“Mengapa”
“Baik ayahmu maupun ibumu bukanlah orang-orang yang mengerti akan ilmu silat
seandainya mereka menyerang dengan menggunakan senjata rahasia maka kita akan
mengalami kesulitan dalam melindungi keselamatan mereka, dari pada menerjang keluar
bukankah jauh lebih bertahan untuk sementara waktu dirumah bobrok ini selain pihak
musuh berhasil kita pukul mundur barulah melanjutkan perjalanan kembali.”
‘Jumlah jagoan dari perkampungan Pek Hoa-san cung tiada terhingga banyaknya.” kaia
Soen put shia memberikan pendapatnya. “Apabila jumlah bala bantuan yang mereka kirim

datang makin lama semakin banyak dan orang yang harus kita bunuh tidak habis
habisnya, bukankah sepanjang masa kita ba-kal terkurung terus ditempat ini???”
“Masih ada satu hal yang kurang menguntungkan,” Sang Pat menambah.” Seadai-nya
mereka melancarkan serangan dengan menggunakan api. dan kita harus tetap ber-tahan
terus didalam rumah gubuk ini, bukankah kerugian yang bakal kita peroleh akan semakin
besar?”
Jilid 8
Perkataan tersebut memang tidak salah. tapi menurut pendapat lohu tetap bertahan
ditempat ini jauh lebih baik dari pada mengungsi pergi. dalam melakukan pertarungan hari
bukan menang kalah yang kita cari, melainkan bagaimanakah caranya kita selamatkan
Siauw thayjin dan Siauw hujin dari mala bahaya. semisal kita bisa bertahan ditempat ini
sampai malam tiba nanti, loohu bisa mengundurkan musuh tangguh dengan menyebarkan
bubuk racun.”
“Seandainya kalau ingin menggunakan racun, apa bedanya antara pagi hari dan malam
hari? batin Siauw Ling
Meski dalam hati ia curiga namun perkataan tersebut tidak dapat diutarakan keluar.
Mendadak terdengar suara seruan seseorang yang amat berat berkumandang datang.
“Dewasa ini gubuk yang kalian huni telah kami kurung rapat. tiga puluh pucuk gendewa
serta dua puluh pucuk anak panah otomatis telah kami sebar disekeliling rumah gubuk ini.
Jangan dibilang manusia sekalipun burung yang terbang diangkasa pun jangan harap bisa
berlalu dari tempat ini dalam keadaan selamat “
“Aaaaah, suara dari Tan Hong Ciang!”seru Kim lan tiba-tiba.
“Murid tertua dari Shen Bok Hong???”
“Tidak salah itulah orangnya “.
“Harap cuwi sekalian berhati hati mengawasi gerak gerik mereka terutama sekali kalau
mereka akan menyerang dengan api!” pesan Siauw Ling dengan langkah perlahan ia
berjalan keluar dari dalam ruangan.
Sepeninggalnya anak muda Itu. Tok chin Yok Ong memperhatikan sekejap situasi
dalam gubuk itu, lalu dengan suara lirih katanya.
“Siauw thay jin. harap kau bergeser kesudut rumah sebelah kiri, dinding disebelah sana
terbuat dari tembok yang kuat. Rasanya hujan anak panah tidak akan sampai melukai
dirimu “.
Siauw tayjien serta Sianw hujien mengatakan mereka akan pindah…. keujung

rumah bagian kiri.
“Yok Ong. rupanya kau tidak merasa leluasa untuk membunuh orang-orang
perkampungan Pek Hoa-san-cung secara langsung, bukankah begitu?” tanya Soen Put
Shia, “KaLau begitu silahkan bertahan didalam rumah gubuk ini. Aku sipengemis tua akan
keluar untuk membantu diri Siauw thayhiap!….
“Rasanya cukup aeorang saja bertahan didalam ruangan ini. biarlah kami berdua
berjaga diluar ruangan saja” seru Tiang-chiu Siang ku hampir berbareng.
‘Silahkan kalian berdua mengawasi dua arah saja” Kim Lan serta Giok Lan dengan
pedang terhunus menambahkan. “kami berdua akan kerahkan segenap tenaga yang
dimilikinya uutuk membantu kalian”.
“Tak usah, lebih baik kalian berdua tetap bertahan didalam ruangan ini saja, jumlah
kekuatan kita amat sedikit, mungkin penjagaanpun akan jauh lebih lemah, kemungkinan
besar ada satu dua orang musuh yang berhasil menerjang masuk kedalam ruangan. Dikala
Yok-ong turun tangan menghadapi musuh nanti, lebih baik kalian berdua baik-baik
melindungi keselamatan Looya serta hujien.” Pesan sang Pat
Kim Land an Giok Lan saling bertukar pandang sejenak kemudian mereka tidak
memaksa lagi.
Sang Pat serta Tu Kioe pun dengan mengikuti dibelakang Soen Put Shia berjalan ke luar
dari gubuk tersebut beberapa tombak diluar bangunan. matanya dengan tajam
mengawasi ke empat penjuru.
Sang surya telah condong kebarat dan bersembunyi dibalik gunung, senjapun telah
menjelang tiba.
Angin musim gugur yang dingin bertiup-tiup kencang menggoyangkan rumput-rumput
kering disekelillng sana.
Para jago jago lihay dari perkampungan Pek Hoa san-cung yang mengejar datang tidak
kelihatan batang hidungnya, mungkin mereka pada bersembunyi dibalik alang-alang
disekitar sini.
“Tan Hong Chang?” hardik Sianw Ling dengan nada keras. “Hmmm! kau cuma berani
main sembunyi macam cucu kura-kura, be-gitukah yang disebut kegagahan seorang
Bersamaan dengan selesainya ucapan itn mendadak dari balik alang yang lebat muncul
tiga orang lelaki lekar berpakaian ringkas.
Salah satu diantara mereka berusia dua puluh lima, enam tahunan, sebilah pedang
tersoren di punggungnya dan dia bukan lain adalah murid tertua dari Shen Bok Hong,
yaitu Tan Hiong Chang.

Disebelah kiri kanan Tan Hiong Chang masing-masing berdiri satu orang, mereka
memakai baju ringkas berwarna abu-abu, yang disebelah kiri berjanggut hitam sedang
orang yang berada disebelah kanan berwajah bersih.
Mereka bukan lain dalah Kiam Boen Siang si pengejar angin Pei Pek Li serta sipedang
tanpa bayangan Than Tong.
“Tan Hiong Chang menghunjuk hormat buat Sam-cengcu!” seru orang she Tan itn
seraya memberi hormat.
“Tak usah banyak adat,” tukas Siauw Ling dingin “Hubungan persaudaraan ku dengan
Shen Bok Hong telah putus sejak dulu, kini aku sudah bukan anggota perkampangan Pek
Hoa sancung lagi, jadi tak perlu banyak adat terhadap diriku?
“Sebelum mendapat perintah dari suhu bagaimanapun juga penghormatan seorang
boanpwee terhadap angkatan yang lebih tua tak berani kami hilangkan.”
“Hmm! bila kau masih anggap diriku sebagai Sam Cung-cu dari perkampungan Pek Hoa
sancung segeralah buyarkan jago jagomu yang mengurung sekeliling tempat ini.”
“Tentang soal ini……. tentang soal ini….
“Ooaow…. jadi kammu tidak berani buyarkan orang orangmu. kalau begitu kau
pandang sebelah mata terhadap aku orang she Siauw?”
“Boanpwe datang membawa perintah, sebelum mendapat hasil boanpwe tidak berani
pulang dengan tangan kosong belaka, bagai-mana pertanggungan jawabku nanti?”
“Jadi apa maksudmu yang sebenarnya?”
“Menyambut kedua orang tua sam Cung-cu dan menghantar mereka kembali ke dalam
perkampnngan Pek Hoa san-cang.”
“Kau merasa yakin punya kekuatan untuk mengalahkan dirika ” jengek Siauw Ling
pelan.
“Perintah yang diturunkan perkampungan Pek Hoi sau-cung selamanya berat bagaikan
batu karang, cayhe datang dengan membawa perintah, maka sudah menjadi kewajiban
boanpwe untuk berusaha dengan kemampuan yang kumiliki. Sedangkan mengenai kalah
menangnya, hal ini tidak termasuk didalam perhitungan.”
“Hubunganku dengan pihak perkampnngan Pek Hoa san cung telah putus, bila kalian
berani bertindak kurang ajar, jangan salah kan kalau aku orang she Siauw akan bertindak
telengas.”
000O000
TAN HIONg CHiaNG sebagai murid ter-tua dari Shen Bok Hong tidak kalah licik dan
uletnya jika di bandingkan dengan guru-nya sendiri. meski ia diejek terus menerus namun
hawa gustrnya masih sanggup ditekan terus dalam dada. ia tersenyum hambar dan

berkata, “Siauw thayhiap, kalau memang berulang kali, kau Sudah menjelaskan bahwa
hubungan dengan pihak perkampungan Pek Hoa San cung telah putus, aku orang she Tan
pun tidak punya muka untuk mengaku saudara lagi dengan dirimu.”
Ia merandek sejenak kemudian lanjutnya, “Telah lama aku orang she Tan mendengar
akan kelihayan iLmu silat yang dimi-liki Siauw thayhiap, cayhe sadar bahwa kekuatanku
masih bukan tandingan anda.”
“Seandainva kau sudah tahu akan kekuat-an sendiri, cepat cepatlah angkat kaki dari
sini. daripada darah segar membasahi bumi maka menyesal pun terlambat.” tukas Siauw
Ling.
Tan Hiong Chiang tetap tersenyum.
“Cayhe masih ada beberpa kata yang ingin kusampaikan terlebih dahulu kepadamu ”
katanya
“Ada urusan apa? cepat katakan.”
Siauw Ling sendiripun tidak ingin melangsungkan pertarungau dengan plhak lawan apa
bila keadaan tidak terlalu memaksa. sebab ia kuatir akan keselamatan kedua orang
tuanya.
“Cayhe ingin memperingatkan kepada diri Siauw Thayhiap,” ujar Tan Hiong Chang.
“Kecuali Cayhe serta Kim Boen Siang In, ditempat ini telah hadir pula empat puluh orang
boe su utama Pek hoa-san-cung yang bersembunyi disekeliling gubuk ini, mereka semua
membawa alat gendewa otomatis yang sebagian besar anak panahnya telah dipolesi
dengan racun keji, barang siapa yang terkena dia pasti akan mati Kami percaya dengan
kepandaian silat Siauw thayhiap yang lihay gendewa gendewa otomatis tersebut tidak
akan mampu melukai dirimu, tapi ayah ibu-mu bukan anggota Bulim, seandainya sampai
terjadi pertempuran darah segar tentu akan menggenangi seluruh permukaan bumi kami
takut apa bila kedua orang tuamu pun ikut terluka ditangan kami. sebab seandainya
Sampai terjadi peristiwa tragis macam Itu, cay-hepun tidak mampu untuk menolong
mereka.”
“Hmm! cayhepun ingin memperingatkan dirimu pula” sahut Siauw Ling dengan nada
dingin. “Didalam rumah gubuk ini kecuali aku siauw Ling masih ada pula beberapa orang
jago Bn-Lim yang nama besarnya telah menggetarkan seluruh dunia persilatan, apa bila
kalian ingin coba turun tangan Itu men cari kematian buat diri seudiri. Perkataan aku
orang she Siauw pun hanya sampai di-sini bila kau tidak percaya, silahkan untuk tnrun
tangan men^oba.”
Tang Hiong ChaTig berpalisg memandang seksjap kearah Kim Boen Si&ng log.
kemudian sambil menjura kearah Siauw Liag katanya, “Kecuali kami sekalian serta para
boe su perkampungan Pek Hoa san-cung yang ber-sembuuyi disekeliling tempat ini, bala
bantuan dari perkampungan lainnyapun dengan cepat akan tiba disini.”
“Saudara Siauw, tak usah kita bersitegang lebih jauh dengan mereka, biarlah aku
sipengemis tua membereskan mereka bertiga lebih dahulu” Teriak Soen Put Shia dengan
suara lantang.

Ditengah bentakan yang keras, tubuhnya meloncat kedepan langsung menerjang
kearah Tang hiong Chang sekalian.
Kiam Boen Siang Ing serentak membentak berbareng, serta pedang sama-sama berkelebat
keluar dari sarung dan melancarkan sebuah tangkisan.
Dua bilah pedang berkelebat menciptakan Selapis cahaya tajam yang menyilaukan mata.
serangan dari Soen Put-shia segera terbendung ditengah jalan.
Soen Put shia mengempos tenaga mengerem tubuhnya yang sedang menerjang
kedepan secara mendadak. telapak diayun dan kembali ia melancarkan sebuah pukulan.
Tatkala pengemis tua ini masih berkelana didalam dunia persilatan tempo dulu, ia
mempunyai julukan sebagai si telapak baja kehebatan ilmu pukulannya telah
menggetarkan Sungai sebelah utara maupun sebelah selatan. Meskipun selama banyak
tahun ia mengasingkan diri dari permainan Bu lim, namun ilmu silatnya sama sekali tidak
di-tinggalkan, bahkan kehebatannya jauh melebihi tempo dulu.
Bisa dibayangkan betapa hebatnya angin pukulan yang terpancar keluar dari balik
telapak Soen Put-shia kali ini ketika ia mengirim serangan dengan tenaga penuh
Rupanya baik Tan Hiong Chang manpun Kiam Boen Siang lng sama-sama menyadari
akan kelihayan Soen Put Shia, ketika merasakan datangnya angin pukulan maha dah-syat.
buru-buru mereka loncat kesamping untuk menghindar. Tak seorang manusiapun yang
berani menyambut pukulan itu dengan keras lawan keras.
“Hasa…. haa. haa…. kalian hendak ngacir kemana?” jengek Soen Put Shia sam-bil
tertawa terbahak bahak, tubuhnya meloncat kedepan langsung menubruk kearah Tan
Hiong Chang.
Murid tertua dari Shen Bok Hong ini tidak berani bertindak gegabah buru-buru
badannya bergeser kedepan smbil tanganya berputar secepat kilat ia cabut keluar
pedangnya dan mengirim sebuah sapuan kedepan.
ilmu silat yang dimiliki lelaki ini langSung dibawah didikan Shen Bok Hong, gerakan
pedangnya aneh, serangannya bergerak dari arah bawah langsung mengancam keatas,
arah yang dituju jalan darah “Jiet Gwa hiat” diatas iga kanan Soen Put Shia.
Meskipun ilmu silat yang dimiliki Soen Put Shia sangat lihay, namun berhubung ujung
pedang lawan mengancam jalan darahnya, ia tidak berani bertindak gegabah, tubuhnya
segera miring kesamping menghindarkan diri dari ancaman setelah itu tangan kanannya
bertukar mencakar bagian depan Tan Hong Chang.
Pedang orang she Tan itu berubah, sreeet sreet sreeet! secara beruntun ia melepaskan
tiga buah serangan berantai sementara tubuhnya berpindah. posisi melepaskan diri dari
cengkeraman lima jari Soen Put shia.

Semua serangan yang ia lancarkan tak sebuahpun yang lepas dari jalan darah penting
ditubuh pengemis tua itu. hingga memaksa Soen Put Shia mau tak mau harus
menghindarkan diri dari mala bahaya.
Secara beunntun Soen Put Shia mengirim dua serangan berantai namun semuanyu
berhasil dihindari Tan Hiong Chang dengan gerakan yang lincah. orang itu tak sudi
menyambut datangnya angin pukulan itu dengan keras lawan keras kejadian ini memaksa
pengemis itu harus berpikir dalam hatinya, “Ilmu silat yang dimiliki keparat ini benar-benar
tidak lemah, bila aku tidak berhasil menundukkan dirinya ini hari, bukankah nama baik aku
si pengemis tua yang telah kupupuk dengan susah payah selama ini bakal hancur
berantakan ditangannya?”
Gerakan telapaknya tiba -tiba berubah, dalam sekejap mata saja bayangan telapak
memenuhi angkasa menyelimuti daeerah diseki-tar beberapa tombak dari tempat itu. tidak
ampun Tan Hiong Chang pun terkurung di-bawah angin serangannya.
Tan Hiong Chang tak malu disebut murid tertua dari Shen Bok Hong, meskipun
tubuhnya terkurung oleh angin pukulan dari Soen Put-shia namun gerak – geriknya sama
sekaii tidak menunjukkan kegelisahan mau-pun kegugupan. badannya berkelit kekiri
menghindar kekanan setiap kali ia selalu menghindarkan diri dari bentrokan kekerasan
dengan telapak Soen Put shia, sementara tangany disamping melindungi badan, setiap
kali melancarkan serangan balasan pula.
Dengan cara beginilah ia mempertahankan diri sebanyak puluhan gerakan tanpa
menderita luka oleh pukulan Soen Put-shia sedikitpun jua Kiam Boen-siang-ing masing
masing dengan melantjarkan pedangnya, empat mata mengawasi terus situasi ditengah
kalangan, namun tak seorangpun diantara mereka yang turun tangan terlebih dahulu.
Sedangkan Siauw Ling sendiri sebenarnya ingin turun tangan namun setelah menyaksi
kan pertempuran satu lawan satu antara Soen Put-shia melawan Tan Hiong Chang, ia
merasa seandainya dirinya turun tangan membantu maka kejadian itu mungkin akan
mendatangkan rasa tidak senang bagi sang pengemis tua, maka ia pun berpeluk tangan
belaka
Dalam pada itn pertempuran yang berlangsung di tengah -tengah kalangau kian lama
bertambah seru, angin pukulan dari Soen Put-shia pun makin lama makin dahsyat. daerah
sekitar beberapa tombak seketika terbungkus didalam deruan angin pukulannya, membuat
baju Tan Hiong Chang berkibar tiada hentinya.
Yang aneh meskipun Tan Hiong Chang terjerumus dalam keadaan yang amat
berbahaya namun Kiam Boen-siang ing belum juga mau turun tangan membantu. bahkan
para boesu yang bersembuuyi disekitar rumah gubuk itupun tak ada munculkan diri
membantu.
Tiba-tiba Soen Put-shia menunjukkan kelihayannya, ia membentak keras dan
melancarkan sebuah pukulan kilat.
Kedahsyatan angin pukulannya ini luar biasa sekali bagaikan gulungan ombak raksasa
ditengah samudra, buruburu Tan Hiong Chang meloncat ke kiri untuk menghindar.

Kendati gerakannya cuknp cepat namun ia tak sanggap untuk menyingkirkan tubuh-nya
sama sekali. bahu kirinya tersambar oleh deruan angin pukulan membuat badan-nya
mundur dua langkah kebelakang dan terjatuh kedalam semak.
Menyaksikan musuhnya keok, Soen Put-shia tartawa terbahak-bahak.
-Haaa…. haaa…. kau sanggup menerima puluhan jurus serangan dahsyatkn, meski kini
kalah namun kau cukup kalah dengan bangga.”
Sinar matanya berputar memandang kearah Kiam Boen siang Ing, lalu tambahnya.
“Ayoh, kalian berdua maju serentak!” Kiam Boen siang ing saling bertukar pandangan
sekejap, kemudian pedangnya, serentak dicabut keluar.
Kedua orang jago pedang ini paling mengandalkan kerja sama ilmu pedangnya, setelah
menyaksikan kehebatan ilmu silat Soen Put-shia, mereka sadar bila diantara mereka
berdua harus turun tangan sendirian maka tak akan sanggnp menyambut lima gebrakan
seja. Oleh sebab inilah tanpa sungkan sungkan lagi serentak Kedua orang itu maju
berbareng.
Soen Pui-shia mengempos tenaga. telapak kanannva perlahan-laban diayun ketengah
udara dan serunya, “Hati hatilah! Nih, terima saja sebuah pukulan dari aku sipengemis
ini….!’
Baru saja tangan akan didorong keluar tiba-tiba terdengar suara gelak tertawa yang
keras berkumandang datang
Dengan cepat pengemis tua itu angkat kepalanya, terlihatlah nyonya cantik berbaju
hijau dengan sulaman sekuntum bunga emas didepan dadanya laksana hembusan angin
puyuh meluncur datang, dalam sekejap mata ia telah berada kurang lebih empat lima
depa dihadapan Soen Put-shia.
Perempuan itu mengulapkan tangannya yang putih halus mengundurkan Kiam Boon
Siang-ing. setelah itu dengan nada genit tegurnya pada diri Soen Put shia.
“Apakah kau yang disebut Soen Put-shia. Tiang-loo dari perkumpulan Kaypang?”
“Sedikitpun tidak salah, itulah diri loohu.”
“Kenalkah kau dengan diriku?
“Bila dugaan loohu tidak salah, kau pasti lah Kim Hoa Hujien yang berasal dari wilayah
Biauw!”
“Heoeh heeeh. sedikitpun tidak salah, eeeoi meski kau Sudah tua bangka ternyata
matamu masih tajam juga, sekali tebak lantas benar….”
“Telah lama aku si pengemis tua mendengar akan nama besarmu, ini hari aku akan
bisa mendapatkan kesempatan untuk mohon petunjuk darimu, kejadian ini benar-benar
merupakan suatu peristiwa yang menggembirakan bagiku.”

“Tak usah gugup dan tak usah camas, aku ingin menyapa saudaraku terlebih dulu,
rasanya kita bertarung nantipun belum terlambat bukan?”
Sinar matanya perlahan beralih keatas wajah Siauw Ling, seraya ulapkan tangannya ia
menegur.
“Saudara Siauw, setelah bertemu dengan cicimu, kenapa kau tidak menegur maupun
menyapa?”
“Bukankah kau datang kemari atas perintah dari Shen BoK Hong?” tanya Sianw Ling
Sambil tertawa hambar.
“Sedikitpun tidak salah.”
“Apa maksudmu datang kemari?”
“Bantu dia untuk menangkap orang.”
“Tahukah kau hendak menangkap buronan dari perkampungan Pek Hoa -san cung!”
‘Omong kosong!” hardik Siauw Ling gusar. “Yang hendak mereka tangkap adalah kedua
orang tuaku!”
“Heeeh…. heeeh siapa yang tidak tahu dia tidak berdosa. sekalipun mereka adalah
orang tuamu, tidak pantas kalau kau ngambek padaku!”
“Hemmm! selama masih didalam wilayah Biauw kaupnn terhitung seorang jago kawakan.
buat apa kau sudi mendengarkan perintah dari Shen Bok Hong dan rela jual nyawa
bagi diriya? Bila kau suka mendengarkan nasehatku. lebih baik cepat-cepatlah kembali ke
wilayah Biauw dan hidup baik-baik di sana I”
“Sandaraku,” Kim Hoa Hujin tertawa sedih. “Beberapa patah katamu memang baik
sekali untuk dituruti, namun sayang sekali terlalu lambat kau utarakan perkataan itu.”
“Mengapa?”
Kim Hoa Hujin tidak menjawab. ia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain, serunya,
“Kalau memang benar mereka adalah kedua orang tuamu, sudah sepantasnya kalau kau
bawa aku untuk mengunjungi mereka.
Siauw Ling termenung berpikir sejenak, kemudian menjawab, “Cuma ada satu jalan
saja yang bisa di-tempuh yaitu kau harus menangkan dulu pedang panjang ditangan aku
orang she Siauw.”
“Apakah kecuali jalan ini, tiada jalan lain yang lebih bagus lagi yang bisa kutem-puh?”
“Hanya satu jalan ini saja, jadi musuh atau jadi teman keputusannya tergantung pada
sepatah katamu!”

“Aku tidak ingin memusuhi dirimu, namun akupun tidak bisa membangkang perintah
dari Shen Bok Hong. Aaaai sungguh membuat orang serba salah….
Belum habis dia berkata, terdengar suara berkeleningan nyaring berkumandang datang
Cioe Cau Liong dengan memakai baju perlente dan menunggang seekor kuda jempolan
berjalan mendekat.
Menyaksikan kehadiran dari Jie cungcu tersebut, Siauw Ling kerutkan dahinya, diamdiam
ia berpikir, “Baik Kim Hoa Hujin maupun Cioe Cau Liong sama-sama telah datang ke
tempat ini rupanya seluruh jago lihay dari perkampungan Pek Hoa san-cung telah
dikerahkan kemari semua.”
Tampak Cioe Cau Liong menarik tali les kudanya dan menyapa, “Sam-te, baik-baikkah
keadaanmu selama kita berpisah?”
“Aku telah memutuskan hubungan persaudaraanku dengan Shen Bok Hong, tidak
berani kuterima sebutan semacam itu dari Cioe Jie cung cu
“Haaah…. haaa…. barusan aku telah bertemu dengan Shen toako, apa sebabnya aku
tidak mendengar ia menyebut-nyebut tentang persoalan itu?”
“Apa yang cayhe ucapkan adalah keadaan yang sebenarnya, mau percaya atan tidak
terserah pendapatmu sendiri.”
Sinar mata Cioe Can Liong perlahan-lahan menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu
kemudian sambil menuding ke arah rumah gubuk itu, katanya, “Seandainya aku
memerintahkan anak buahku untuk melancarkan serangan anak panah berapi, mungkin
didalam sekejap mata rumah gubuk itu akan hancur punah menjadi abu”
“Keparat busuk. Kau tak usah berlagak sok, aku si pengemis tua ingin kasih sedikit
pelajaran kepadamu!” teriak Soen Put-shia
Meudadak tubuhnya meloncat ke depan langsung menubruk kearah Cioe Cau Liang
“Tahan!”‘ bentak Kim Hoa Hujin.
Tangan kanannya diayun, sebuah benda laksana kilat meluncur kearah diri Soen Put
Shia.
“Hati-hati ia melepaskan binatang berbisa” teriak Sianw Ling memperingatkan
Telah lama Soen Put Shia mendengar bahwa Kim Hoa Hujien adalah seorang ahli racun,
dalam hati secara diam-diam ia sudah pertinggi kewaspadaannya, apalagi setelah
mendengar peringatan dari Siauw Ling, maka dengan cepat ia mengempos tenaga, tubuh
yang sedang menubruk kearah Cioe Cian Liong secara mendadak melayang lima enam
depa lebih tinggi, setelah itu berjumpalitan diudara dan mundur kurang lebih satu tombak
lebih kearah belakang.
Tampak benda yang dilepaskan Kim Hoa Hujien tadi secara tiba-tiba menyusuri dengan
sendirinya ditengah udara dan melingkar jadi satuTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Soen Put shia tertegun pikirnya
“Ia menggunakan ular beracun sebagail senjata rahasia. benar-benar suatu peristiwa
yang aneh sekaii.”
Sementara itu terlihatlah Kim Hoa Hujien msmbungkukan pinggangnya melayang
kedepan, tidak menanti ular berbisanya jatuh ke atas tanah tangan kanannya bergerak
cepat menyambutnya kedalam genggaman.
Soen Put-shia merasa amat mendongkol dengan perbuatan perempuan itu, tangannya
diayun, segulnng angin puknlan yang amat santer langsung menghantam tubuh Kim Hoa
Hujien.
Kim Hoa-hujien tarik kemball tangan kanannya yang mencekal ular. sedang telapak: kiri
diayun kedepan mengirim sebuah pukulan.
Blunum…. ‘ sepasrng telapak saling beradu ditengah udara, tak kuasa tubuh Kim Hoa
hujien terdesak mundur satu langkah ke belakang, air mukanya serta berubah hebat
“Tenaga dalam yang anda miliki sungguh tidak lemah, beranikah kau layani diriku untuk
berduel satu lawan satu?”
“Tentu saja aku sipengemis tna berani.” Siauw Ling sadar bahwasannya Kim Hoa-hnjien
menggembol banyak sekali makhluk-makhluk berbisa, ia takut Soen Put shia kena
dipecundangi oleh perempuan tersebut, maka buru-buru tubuhnya berkelebat
menghadang dihadapan pengemis itu sembari berkata, “Locianpwee. kau telah
menangkan satu kali pertarungan biarlah pertampuran kali ini serahkan pada aku orang
she Siauw saja!”
Kim Hoa-hujien menatap wajah Siauw Ling tajam-tajam, akhirnya ia menghela napas
panjang.
“Oooh saudaraku! benarkah kan ingin bergebrak melawan diriku?” keluhnya.
“Bila kau tidak sudi mendengarkan nasehatku maka cepat atau lambat kita pasti akan
saling bergebrak. Tiada berguna banyak bicara. Nah, cepatlah cabut keluar senjatamu!”
“Cici berbuat demikian karena terpaksa apakah kau tak dapat memahami keadaanku!”
“Kau membantu manusia laknat untuk bertindak sewenang-wenang, siapa bilang kau
berbuat karena terpaksa?!”
“Aaaaai….! saudara cilikkn yang bodoh, bila kau memaksa diriku terus menerus.
terpaksa aku harus menyalahi dirimu “
“Bila kau punya kepandaian keluarkan saja keseluruhannya. dalam periempuran nanti
siapa menang siapa kalah kedua belah pihak tak usah sungkan sungkan “

“Cici ada beberapa perkataan yang ingin kujelaskan lebih dulu.” Seru Kim Hoa Hnjin lagi
dengan alis berkernt.
“Apa yang ingin kau ucapkan lagi?”
“Aku rasa saudara cilik tentu sudah tahu kan, bahwa seluruh tubuh cici penuh dengan
makhluk berbisa?
“Sedikitpun tidak salah.
“Seandainya cici berhasil menangkap diri mn, tentu saja tak ada urusan tapi kalau aku
tak bisa menangkap dirimu, terpaksa keadaan mendesak diriku untuk menggunakan
makhluk-makhluk berbisa’”
“Terima kasih atas pemberitahuanmn itu!”
“Baiklah saudaraku, silahkan turun tangan.” kata Kim Hoa-hujien sambil merogoh
keluar dua kuntum bunga emas.
“Terima kasih atas kebaikan hatimu selama ini, cayhe akan turuti perintahmu!”
Pedang diayun dan si anak muda itupun melancarkan sebuah tusukan kilat.
Setelah menyaksikan keadaan situasi yang terbentang saat ini, Siauw Ling sadar, meski
jago jago libay dari perkampungan Pek-boa-sau-cung tidak sampai dikerahkan semua
namun jago yang hadir ditempat tersebut dewasa ini amat banyak sekali, bahkan bala
bantuan mereka tiada hentinya mengalir datang
seandainya ia turun tangan lebih cepat berarti merebut pula satu bagian kesempatan
untuk mendapatkan kemenangan
Dalam pada Itu Kim-hoa-hujin yang mencekal sekuntum bunga emas ditangan kiri
kananya, tatkala menyaksikan kedatangan ujung pedang Siauw Ling segera mengayunkan
tangan kanannya menyongsong ancaman tersebut.
Melihat perbuatan perempuan itu, Siauw Ling segera berpikir didalam hatinya
“Panjang dari kedma kuntum bunga emas lima coen belaka, sungguh luar biasa kalau ia
gunakan benda sekecil Itu sebagai senjata. Mungkinkah dibalik bentuknya yang mini itn
masih tersimpan kegunaan lain yang mengerikan

Berpikir akan hal itu. gerakan secara tiba-tiba berubah, pedangnya yang sedang
menusuk tubuh Kim HOa hnjien berubah arah di tangah jalan dengan gerakan
menjirat tangan, ia babat pergelangan kanan perempuan cantik dari wilayah Bianw itu.

Pergelangan kanan Kim Hoa Hujien menekuk kebawah menghindarkan diri dari
ancaman ujung pedangnya.bunga emas ditangan kirinya meluncur tiba-tiba kemuka
menotok dada Siauw Ling.
Dengan pandangan tajam Siauw Ling memperhatikan kuntum bunga emas itu, tangan
kirinya diayun laksana kilat mencengkeram bunga emas tersebut.
Kim Hoa Hujien segera menarik kebelakang tangan kirinya serta tarik kembali bunga
emasnya, lalu ia berkata dingin, “Bunga emasku menganduttg racun yang amat ganas,
mungkin kau Sudah bosan hidup?”
“Cayhe si pingin sekali coba menjajal sampai dimanakah kebebatan racunmu itu”
“Hm! sampai dimanakah kelihayan ilmu silat yang kau miliki, kendati tenaga Iweekang
yang kau miiiki sempurnapun, setelah kena racun keji diujung bunga emasku, jangan
harap nyawamu bisa tertahan lama.”
Mendadak terdengar Cioe Cau Lioag tertawa terbahak-bahak dan menjengek dari luar
kalangan, “Ooouh…. sungkan benar pertarungan yang kalian jalankan. Aku lihat tingkah
laku kalian tidak mirip dengan dua orang yang sedang bertarung, tapi lebih mirip dengan
dua orang lahabat karib yang sudah lama tidak saling berjumpa “
Sreet! Sreet! Sreet! secara beruntun Siauw Ling melancarkan tiga buah serangan
berantai hlngga menciptakan selapis bunga pedang yang tebal. seluruh tubuh Kim Hoa-
Hujien segera terkurung didalam serangannya, sementara itu mulutnya mendesis dingin,
“Cioe Ciau Liong hubungan persaudaraan diantara kita berdua telah putus janganlah kau
timbulkan kembali hawa gusarku. Hmm, bila kau tidak tahu diri, terpaksa aku akan cabut
dulu selembar jiwamu.
“Sam-te, kok serins benar ucapanmn. kau harus tahu bahwa siauw heng bukanlah
seorang manusia yang gampang dibuuah orang, jago kangouw yang mampu
membinasakan diri siauw-heng dewasa Ini cuma beberapa orang belaka, coba kau lihat,
bukankah siauw-heng hingga detik ini masih dapat hi-dap.dengan baik dikolong langit?”
“Siauw-heng berjiwa budiman dan penuh welas kasih, mengingat hubungan
persaudaraannya dengan dirimu tempo dulu, mungkin dia tidak akan membinasakan diri
mu.” sela Soen Put-shia dingin. “Namun aku sipengemis tua tidak ada hubungan apapun
dengan dirimu, ini hari aku tidak akan melepaskanmu dengan begitn saja.”
Ditengah bentakan keras, badannya berputar satu lingkaran ditengah udara kemudian
langsung menubruk kearah Cioe Cau Liong.
Ketua dari perkampungan Pek Hoan-san-cung ini buru buru menarik tali les kudanya
binatang tunggangannya yang jempolan tadi tiba-tiba bergeser kekiri dan lari kedepan.
“Heee…. heee…. kau coba melarikan diri kemana….” jengek Soen Put shia Sambil
tertawa dingin.
Belum habis ia bersuara, mendadak tampaklah bunga pedang berkilauan diseluruh
angkasa, dua sosok bayangan manusia laksana kilat meluncur kearah pengemis tua itu.

Ditengah kilatan cahaya tajam. dua jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang
memecahkan kesunyian.
Dua orang lelaki kekar berbajn hitam yang menyongsong kedatangan Soen Put shia itu
kena disampok senjata tajamnya oleh tenaga pukulan pengemis tua itu kelima jarinya
menancap didepan dada mereka dan putuslah yawa kedua orang itu seketika juga.
Soen Put shia membentak keras. begitu ke dua belah kakinya menginjak tanah
sepasang tangannya bergerak serentak, dua sOsok ma-yat yang berada ditangannya
dengan cepat disambit kearah Cioe Cau Liong.
Cung-cu kedua dari perkampnngan Pek Hoa~san-cung sedang merasa bergidik meski ia
berbasil meloloskan jiwanya dari ancaman, dalam hati pikirnya.
“Sunggnh hebat ilmu silat yang dimiliki pengemis tua ini, seandainya tiada mereka berdua
yang menghadang serangan tersebut, niscaya aku sudah modar ditangannya.”
Menyaksikaa dua sosok mayat meiuncur kearahnya buru-buru ia ayun telapaknya
menghajar rontok mayat tersebut.
Setelah serangan gagal, Soen Put-Shia tidak meneruskan gerakannya kemuka. ia berdiri
keren sementara sinar matanya yang tajam menatap diri Cioe Can Liong tak berkedip
rupanya ia sedang mempersiapkan diri untuk melancarkan serangan yang kedua
Meudadak
“Cioe Ji Cung cu!” dari ballk semak kurang lebih satu tombak diluar kalangan berkumndang
keluar suara peringatan yang bernada amat dingin dan menyeramkan. “Ilmu
Chioe Sat Coan in Chin morupakan kepandaian yang paling diandalkan pengemis tua itu,
kemungkinan besar Jie-cungcu masih bukan tandingannya!”
Bersamaan dengan munculnya suara tersebut, muncul pula seorang kakek tua
berperawakan pendek gemuk yang memakai baju serba hijau menghadang dihadapan
Soen Put shia.
Menjumpai kehadiran orang tua itu. sepasang kening Soen Put-shia langsung berkerut.
” sam Koay! kiranya kau masih hidup dikolong langit? peristiwa ini benar-benar ada di
luar dugaan aku si pengemis tua,” serunya.
“Heee…. heee…. kau sendiripun rasanya panjang usia….”
“Hmm! semestinya kau harus mati namun sekarang masih hidup, bilamana kejadian In
berlangsung ditempat yang terasing masih tidak mengapa. sungguh tak nyana kau
malahan menggabungkan diri dengan perkampungan Pek Hoa-san-cung menjual nyawa
bagi Shen Bok Hong. Perbuatanmu ini
benar-benar membuat aku si pengemis tua merasa gemas….”

“Pertempuran kita pada tiga pulnh tahuu berselang diatas gunung Huang-san belum
sampai menetapkan siapa menang siapa kalah aku rasa sudah sepantasnya kalau kita
lanjutkan pertempuran tersebut pada saat ini hingga salah satu diantara kita tersingkirkan
dari muka bumi”
“Kau anggap aku sipengemis tua jeri kepadamu….”
Tiba-tiba terdengar Siauw Ling yang berdikalangan lain membentak keras, “Hujien! bila
kau tidak mau juga mengaku kalah, jangan salahkan kalau aku orang she Siauw terpaksa
turun tangan keji terhadap dirimu!”
Tatkala semua orang berpaling maka terlihatlah senjata pedang ditangan si anak muda
itu laksana seekor naga sakti yang muncul dari balik mega, menyambar kesana kemari
menerjang sambil menciptakan berkuntum bunga pedang, seketika itu juga seluruh tubuh
Kim Hoa-hujien terkurung didalam lapisan cahaya pedangnya.
Dua kuntum bunga emas ditangan Kim-hoa-hu jien telah kena dikurung oieh pedang
lawan sehingga sukar dikembangkan besar ia bakal terluka ditangan pemuda itu
“Lepas tangan….!” ditengah berlangsungnya pertempuran yang amat seru mendadak
Siauw Ling membentak keras.
Plaaaak.! pedangnya diayun kemuka menghantam pergelangan kanan Kim-hoa-hujien.
Sekuntum bunga emas seketika tersampok rontok keatas tanah. Sebetulnya babatan
pedang dari Siauw Ling barusan dapat memotong pergelangan kanan Kim-hoa-hujien,
namun dengan wataknya yang penuh welas kasih, tatkala pedangnya hampir menyentuh
pergelangan kanan perempuan itu, mendadak ia putar pedangnya. bukan membabat
malahan menghantam pergelangan tangannya belaka.
Laksana kilat Kim-hoa-hujien meloncat mundur kebelakang, tangannya merogoh saku
lalu diayun kemuka, seekor ular kecil dengan cepat melayang kemuka!
Siauw Ling tertawa dingin, telapak kirinya diayun dan ia tangkap ular kecil itn erat erat.
“Kau cari mati?” teriak Kim-hoa-hujien dengan air mnka berubah hebat. “Hmmm, belum
tentu!” Pergelangan kiri diayun, ular kecil yang berada dalam genggamannya mendadak
meluncur kearah Shen sam Koay.
Tatkala Sam Koiy manyaksikan mnnculnya sesosok bayangan hitam mengancam
tubuhnya. ia bertindak sebat. Meski tak diketahui olehnya senjata rahasia macam apakah
yang mengancam tubahnya namun dengan kepandaian silat yang dimilikinya masih
sanggup untuk menghadapi ancaman tersebut, maka tanpa berayal lagi ditangkapnya
benda tersebut.
Menanti benda itu sudah berada ditangan dan terasa amat licin. ia baru merasakan
sesuatu yang tidak beres, buru-buru tangannya diayun melepaskan kembali benda tadi
dari genggaman, namun sayang usahanya ini telah terlambat.
Terasa pergelangan tangannya jadi sakit tahu-tahu ia sudah terpagut oleh ular berbisa

Ular ini meski badannya kecil namun bisanya luar biasa kejinya kendati ilmu silat Shensam
Koay amat lihay ia tak sanggup mempertahankan diri, seketika lengan kanan nya jadi
kaku.
Dengan cepat Kim Hoa Hujiea loncat kedepan dipungutnya lebih dahulu ular kecil yang
dibanting Shen-sam Koiy keatas tanah itu kemudian dari sakunya ambil keluar sebutir pil
dan dilemparkan kearah kakek tua itu sambil berseru, “Cepat telan pil tersebut”
Shen-sam Koay bukanlah seorang jago kemarin sore, separoh dari umurnya ia gunakan
untuk berkelana dalam dunia persilatan, bukau saja pengalamannya luas. pengetahuan
pun amat luas. Ia sadar pada saat Ini jiwa-nya telah berada diambang pintu kematian.
Oleh sebab itu ia tidak berani membangkang perintah Kim Hoa Hujien, setelah
menerima pil tadi langsung ditelan kedalam perut.
“Shen-heng, bagaimana keadaan lukamu?” buru-buru Cioe Cau Liong bertanya
“Pada saat Ini ia tidak mempunyai kemampuan untuk bertempur lagi, ia harus
beristirahat paling sedikit dua hari,” sambung Kim-hoa Hujien dengan cepat.
Cioe-cau Liong segera menarik tali les kudanya dan melarikan kuda tunggangan
tersebut meninggalkan tempat itu.
“Ayoh cepat berlalu dari sini!” serunya.
“Cioe-cau Liong, kau hendak lari kema-na? hardik Soen Put-shia sambil loncat kedepan,
laksana segulung angin puyuh ia kejar Jie-cng-cu tersebut.
“Cioe-cau Liong mengempos tenaga, tubuhnya secara tiba-tiba meninggalkan pelana
kuda dan melayang turun kebalik semak belukar.
Babatan yang dilepaskan Soen Put-shia benar-benar luar biasa sekali, terdengar
ringkikan yang menggema ditengah kesunyian. kuda tunggangan miiik Cioe can Liong tadi
telah hancur kehantam oleh babatan pengemis tua itu.
Namun dalam sekejap mata Itu pula Kim-hoa Hujien maupun Shen-sam Koay,
semuanya telah lenyap dibalik kegelapan.
Soen Put-shia benar-benar naik pitam, makinya kalang kabut, “Cioe cau Liong, cepat
atau lambat aku ipengemis tua pasti akan membabat tubuh-mu jadi beberapa bagian.”
Sekonyong-konyong…. suara detiran tajam memecahkan kesunyian, serentetan hujan
anak panah berluncuran mengarah tubuh Soen Put-shia.
Menyaksikan datangnya ancaman, pengemis tua itu tidak menjadi gugup, ia sambar
bangkai kuda tersebut dari atas tanah lalu dipergunakan sebagai tameng”, dalam sekejap
mata sebagian besar hujan panah tadi telah bersarang semua diatas tubuh bangkai kuda
tadi.

“Malam yang gelap sulit bagi kita untuk menembusi kepungan.” hardik Siauw Ling
keras. “Locianpwe, harap kau cepat kembali, kita harus merundingkan persoalan ini lebih
jauh “
Soen Put-shia tidak membangkang, ia buang bangkai kuda itu keatas tanah lalu
meloncat mundur kebelakang. Setibanya disisi Siauw Ling bisiknya lirih, ‘Mengapa tidak
kita gunakan kesempatan yang baik ini untuk menerobos keluar dari kepungan? mumpung
beberapa orang pemimpin mereka sedang menderita luka….”
“Aaaaai….! kedua orang tuaku tidak pernah belajar ilmu silat. ditengah kegelapan
malam yang mencekam seperti ini, seandai-nya para jago perkam pungan Pek Hoasancung
yang bersembunyi disekitar gubuk secara tiba-tiba menghujani kita dengan anak
panah serta sanjeta rahasia bukankah kedua orang tuaku bakal konyol?”
“Seandainya kita harus menunggu sampai terang tanah “nanti, mesti senjata rahsia
pihak lawan bisa kita lihat jalas, namun bukankah pihak musuhpun dapat melihat keadaan
kita dengan jelas pula? untung dalam hal ini lebih baik saudara pikirkan sekali lagi.”
“Aaaaai…. kalau menurut pendapat boanpwee lebih baik kita sapu dahulu semua
musuh yang bersembunyi disekeliling tempat ini, setelah itu barulah kita bawa kedua
orang tuaku untuk menerobos keluar dari kepungan!”
“Baiklah! aku turut pendapat saudara!”
“Cayhe akan mengitari gubuk ini lewat sebelah kiri sedang loocianpwee harap mengitari
gubuk ini lewat sebelah kanan. kita berjumpa dibelakang rumah gubuk ini,” ujar Siauw
Ling sambil mengayunkan pedang panjangnya. ‘Meskipun berbuat demikian belum tentu
bisa melenyapkan seluruh musuh yang bersembunyi disekitar sini, namun asal kita dapat
membasmi sebagian besar dari mereka saja, berani kita telah mengurangi sebagian besar
marabahaya yang
Soen Put shia putar badan hendak berlalu tapi secara tiba-tiba ia ingat akan sesuatu
hal, segera tanya dengan suara lirih, “Saudara Siauw,ada satu persoalan yang tidak
kupahami, dapatkah aku mohon petunjuk darimu?”
“Soal apa?”
“Kim hoa Hujien menggunakan ular racun sebagai senjata rahasia, biasanya amat keji
dan tiada tandingan. apa sebabnya saudara Siauw berani menyambut ular itu dengan
tangan?”
“Boanpwe telah menggunakan sarung tangan yang terbuat dari kulit naga. golok
maupun pedang tidak akan mempan, apalagi ular berbisa tentu saja tidak kupikirkan
didalam hati.”
“Oooow, kiranya begitu” ia merandek sejenak, kemudian terusnya. “Ilmu silat yang
dimiliki Shen-sam Koay sangat lihay sekali, tatkala aku sipengemis tna melangsungkan
pertarungan sengit satu bari diatas gunung Hoa-san tempo dahulu, sulit bagi Kami
menetapkan siapa menang siapa kalah. Setelah terjadi peristiwa itu aku dengar katanya ia
terluka ditangan seorang padri sakti dari partai Siauwiim yang bergelar Boe Ngo Thaysu,

sejak itulah kabar beritanya lenyap tak berbekas, dari peredaran Bu-lim, sungguh tak
nyana kiranya ia bersembunyi didalam perkampungan Pek Hoa san-cung. Nama besar
Shen sam Koay dimasa silam amat menggetarkan sungai telaga. pamornya tidak be-rada
dibawah Shen Bok Hong sendiri, entah apa sebabnya kini ia masih sudi diperalat oleh
gembong iblis Itu.”
Secara tiba iba Sianw Ling teringat kembali mata mata dari Shen Bok Hong yang
tersebar diberbagai partai serta pergu-ruan besar, ia sadar bahwa setiap garak gerik
partai besar itn telah diketahui semua dengan jelas oleh Shen Bok Hong, seandainya mata
mata tersebut ikut ambil bagian dalam perasaan partai. maka keadaan dari partai partai
besar mungkin tidak lama lagi dalam keadaan seperti ini pihak Shen Bok Hong akan
menduduki posisi yang tak terkalah lagi.
Tatkala Soen Put-shia menyaksikan Siauw Ling bungkam diri tak berbicara tidak tahan
ia lantas menegur, “Saudara Siauw, apa yang sedang kau pikirkau?”
“Panjang untuk membicarakan persoalan ini, dikemudian hari akan boanpwe jelaskan
lebih seksama lagl kepada diri locianpwe!”
Berbicara sampai disitu ia lantas bergerak lebih dahulu kearah kiri.
Soen Put-shia tidak berani berayal. diam-diam dia mengempos tenaga lain…. wnuut….
ia mengirim sebuah babatan kearah semak dihadapannya
Dengusan berat berkumandang keluar dari balik alang alang, seorang lelaki kekar berbaju
hitam terpental dari tempat persembu-nyiannya setelah termakan oleh hantaman
pengemis tua itu.
Pedang Siauw Ling Berkelebat mengirim sebuah sapuan kearah semk belukar itu.
Cahaya tajam, berkilat dari balik alang-ilang meuyongsong datang sebilah golok baja
menyambut kedatangan pedang si anak muda Itu.
Sianw Ling segera salurkan hawa murninya kedalam pedang. dengan keras lawan keras
ia sambut benturau golok itu…. Trang….! ditengah bentrokan nyaring yang menimbulkan
percikan api. golok tadi terpental jatuh dari semak setelah terhajar oleh pedang Siauw
Ling.
Dalam pada itu Soen Put shia telah berteriak lantang, “Cioe Cau Liong serta Kim Hoa
Hujien telah melarikan diri terbirit-birit, bila anda semua masih tetap ngotot berada disini
terus, berarti kalian mencari kematian buat diri sendiri.
Ditengah bentakan keras, sepasang telapak berputar serentak wuunt wuuut….!
berpuluh puluh desiran tajam meluncur kearah semak kedua orang jagoan lihay ini turun
tangan, dalam sekejap mata tujuh delapan orang ja-goan yang bersembunyi dibalik alangalang
mencelat keangkasa dan menderita luka pa-rah.
Tetapi dengan adanya perisitwa ini maka para jago dari perkampungan Pek Hoa-sancung
yang bersembunyi didalam semakpun jadi marah. mereka melancarkan serangan

balasan yang tak kalah gencarnya. hujan anak panah serta senjata rahasiapun melanda
diseluruh tempat.
Siauw Ling putar pedangnya menjadi segulung hawa pedang yang sangat kuat,
dibaawah hujan senjata rahasia yang deras ia teruskan terjangannya kemuka.
Dimana ujung pedangnya menyambar. Jeritan ngeri yang menyayatkan hati menggema
memenuhi angkasa, hujan darah menyelubungi seluruh semak. kutungan tangan serta
kaki mencelat dan menyebar keempat penjuru.
Soen Put-shia yang berada di pihak lain-pun tidak kalah hebatnya, angin pukulan yang
ia lepaskan dahsyat laksana gulungan ombak ditengah samudra, semua babatan di
arahkan kebalik semak.
Demikianlah, dibawah serangan dahsyat nya orang jago lihay ini meski jago-jago per
kampungan Pek Hoa-san-cung yang bersembunyi disekitar semak amat banyak sekali
namun mereka tak sanggup membendung terjangan kedua orang itn.
Dalam sekejap mata separuh dari mereka sudah tewas atau luka parah, sisanya segera
mengundurkan diri terbirit-birlt dari situ sebab siapapun sadar bahwa mereka bukan
tandingan dari kedua orang jagoan tersebut.
Tidak sampai sepertanak nasi kemudian, kedua orang itu telah berhasil menyapu bersih
seluruh jago perkampungan Pek Hoa-san cung yang bersembunyi dibalik semak.
Sambil mencekal pedangnya Siauw Ling melayang kehadapan Soen Put-shia, kemudi-an
tegurnya dengan suara lirih, “Locianpwue, kau tidak kekurangan sesuatu bukan?”
“Haaa…. haaa haaa…. sunggah beruntung Thian masih melindungi selembar jiwa ku.
Nah, mumpung mereka sedang lari terbirit birit mari kita cepat cepat tinggalkan tempat
ini.
“Perkataan Loocianpwee sedikitpun tidak salah.” merekapun segera lari balik kedalam
gubuk.
“Apakah semua jago dari perkampungan Pek Hoa san cnng telah menguudurkun diri
Sementara Si raja obat bertangan keji seger menegur.
“Berkat bantuan Soen Locianpwee, sungguh beruntung semua musuh berhasil kami
pukul mundur!’
“Niat Shen Bok Hong untuk menangkap dirimu amat besar sekaii, untuk itu tak boleh
terlalu lama berdiam disini “
“Baik! biar locianpwe sudi menggendong putri kesayanganmu, sekarang juga kita berangkat.”
Berbicara sampai disitu, dengan langknh lebar ia lantas menghampiri Siauw thay-jien,
berjongkok dan berkata, “Tia, harap kau suka memberi kesempatan bagi ananda untuk
menunjukkan kebaktian-ku kepada kau orang tua, mari kugendong!”

“Toako!” Sie-poa emas Sang Pat segera menyela dari samping. “Dewasa ini urusan
yang paling penting bagi kita. adalah pukul mundur musuh tangguh yang menghalangi
jalan pergi kita, Loo-pek serahkan saja kepadaku, tentu kau tidak keberatan bukan?”
“Tapi…. hal ini akan merepotkan dirimu.”
“Situasi yang kita hadapi sekarang amat kritis sekali, harap toako tak usah menampik
lebih jauh!” seraya berkata ia lantas berjongkok menggendong Siauw Thay-jien.
Begitulah dengan Kim Lan menggendong Siauw Hujien. Sang Pat menggendong Sianw
Thayjien, Siraja obat bertangan keji menggendong putrinya.
Siauw Ling segera membnka jalan dipaling depan diiringi Tn Kioe serta Giok Lan
bertahan dibarisan paling belakang mereka menerjang keluar dari dalam gubuk.
setibanya dimuka rumah. terlihatlah caha-ya api berkobar diarah sebelah Utara, cahaya
itu bergerak amat cepat sekali. dalam sekejap mata telah berada dekat sekali dengan
rombongan.
Menyaksikan cahaya tersebut, Soen Put-shia mendekati pemuda kita dan berbisik,
“Kemungkinan benar cahaya obor itu di-bawa oleh bala bantuan dari perkampungan Pek
Hoa San cung, mereka datang dengan membawa lampu dus berarti jagoan yang datang
pastilah jagoan yang terpilih!”
Jilid 9
“Dalam keadaan serta situasi seperti ini tidak beruntung bagi kita untak melakukan
pertarungan melawan mereka, lebih baik kita menghindar saja….
Mereka semua sadar bahwa situasi yang dihadapan saat ini sangat berbahaya sekali.
maka tak seorangpun berani berayal. dengan gerakan paling cepat mereka lari terus ke
muka, dalam sekejap mata empat lima li telah dilalui.
Tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda yang santar berkumandang disisi mereka.
seekor kuda dengan cepatnya berkelebat menuju kearah jalan raya dari sisi beberapa
orang itu.
Orang itu pasti adalah mata mata perkam-pungan Pek Hoa San cung yang bersembunyi
disini,” seru yok Ong cepat.
Siauw Ling segera berjongkok mengambil sebutir batu cadas, kemudian hawa murninya
disalurkan kearah kepergelangan seraya membentak
“Siapa itu? ayoh cepat berhenti!” Orang itu berlagak pilon, ia tetap membandel,
kudanya lari menjauhi tempat itu.

Siauw Ling segera melayang kedepan, di dalam dua tiga kali loncatan tubuhnya sudah
berada dibelakang knda itu, tangan kanan di ayun maka pecahan batu cadas itupun
segera meluncur kedepan.
Orang itu mendengus berat tubuhnya jatuh bergelindingan dari atas pelana dan
menggeletak disisi jalan,
Sementara Siauw Ling hendak maju kedepan untuk memeriksa lebih jelas lagi raut
wajah orang itu, tiba-tiba dari sisi tubuh orang itn rneluncur keluar segulung cahaya api
dimana langsung menerjang keangkasa dan meledak dengan kerasnya, terciptalah
serentetan bunga-bunga api berwarna perak menerangi jagad yang gelap
“Hmm! keparat cilik ini belum modar!” seru Tn Kioe sambil mendengus dingin,
tubuhnya segera meloncat kedepan.
Menanti ia periksa orang itu lebih seksa-ma terlihatlah lelaki kekar tadi sudah
menggeletak diatas tanah tak berkutik. dari mulut serta lubang hidangnya mengeluarkan
darah segar berwarna hitam, jiwanya telah putus
Rupanya serangan yang dilancarkan Siauw Ling teramat berat, setelah punggung orang
terhajar telak tubuhnya langsung terjatuh ke tanah, namun sebelum putns nyawa ia masih
sempat melepaskan bom udara untuk memberi kabar kepada rekan rekannya.
Tu Kioe amat kheki, sekali tendang ia melemparkan mayat orang itn hingga mencelat
enam tujuh depa dari tempat seniula.
“Jejak kita sudah konangan,” seru Yok Ong sambil memandang sekejap kearah bunga
api diangkasa. Arah perjalanan kita harus dirubah.”
“Mari kita lari kearah timur.”
Para jago tidak membuang tempo lagi, mereka sama-sama berlari menuju kearah
timur.
Emapt lima li kembali dilalui, sampailah rombongan jago teresbut tiba disisi hutan.
Dalam pada itu Siauw hujien yang digendong oleh kim Lan, meski tidak bisa berjalan
sendiri namun setelah berlari-lari lama tubuhnya tidak tahan, dengan suara lirih pintanya,
“Ling jie bagaimana kalau kita beristirahat dulu, kemudian baru melanjutkan perjalanan
kembali.”
Ucapan Mama tidak salah sedikitpun, sekarang kita sudah keluar dari daerah yang
berbahaya memang sepantasnya kita beristirahat terlebih dahulu.
Tiba-tiba dari empat arah delapan penjuru bermunculan boesu-boesu yang telah
mengurung rapat sekeliling tempat itu dengan bersenjatakan gendewa dan pedang.
Sinar mata Siauw Ling berputar, terlihat olehnya dibelakang setiap batang obor
berdirilah sepuluh orang lelaki berbaju hitam, dua orang mencekal gendewa otomatis dari
delapan orang yang mencekal senjata tajam.

Rupanya orang-orang itu telah berdiri pada posisi yang telah teratur rapi, meskipun
mengurung datang dari empat arah delapan penjuru namun posisinya sama sekali tidak
menjadi kacan. Tampak cahaya api berkilauan. dalam sekejap mata rombongan Siauw
Ling telah terkurung rapat rapat.
Kepungan yang dibuat orang orang. bukan saja ketat bahkan berlapis-lapis, setiap
gendewa didampingi oleh empat orang boe-su berbaju hitam yang bersenjata lengkap….
DiAM-DIAM Siauw Ling menghitung jumlah obor yang ada disana, semuanya berjumlah
dua puluh empat buah. itupun belum termasuk Shen Bok Hong serta para jagonya yang
belum munculkan diri.
Cukup para boe-su berbaju bitam yang hadir pada saat itu saja, semuanya telah ber
jumlah dua ratus empat puluh- orang, ditam-bah dengan lelaki berbaju hitam yang
mencekal obor, semuanya berjumlah dua ratui enam puluh empat orang lebih.
Sewaktu beraada didalam perkampungan Pek Hoa-san-cung tempo dulu, Siauw Ling
pernah merasakan kelihayan dari para bos-su berbaju hitam itu. meski ilmu silat yang
mereka miliki belum dapat terhitung sebagai seorang jagoan kelas satu, namun setiap
boe-su boe-su itu rata -rata tidak takut mati, sewaktu turun tangan gerak gerik mereka
mendekati kalap, depan rontok belakang menyusul datang tiada hentinya, cara bertarung
macam begitu betul-betel mengerikan sekali. Dalam situasi seperti ini dengan cepat Tiong
chiu Siang Ku, Kim Lan, Giok Lan serta Tok Chiu Yok Oag menurunkan Siauw Thay-jien
suami istri serta Wan-jie keatas tanah, kemudian mereka bentuk sebuah barisan yang
mengelilmgi ketiga orang itu guna berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan.
Dibawah sorotan cahaya obor yang terang benderang…. tidak mungkin lagi bagi si Raja
Obat bertangan keji untuk menyembunyikan tubuhnya lebih jauh. terpaksa dengan
busungkan dada ia tampil kedepan. Sementara itu para boe-su berbaju hitam yang
sedang bergerak maju, tiba-tiba menghentikan gerakan mereka kira kira beberapa tombak
dari beberapa orang itu.
Terdengar suara Shen Bok Hong yang serak-serak sember berkumandang datang,
“Saudara Siauw, siauw-heng mengerti bahwa boe-su ku yang berjumlah dua ratus orang
tidak akan berhasil mengurung dirimu, tetapi di bawah hujan anak panah yang dilepaskan
dari empat puluh lembar gendewa otomatis, aku rasa bukan pekerjaan yang gampang
bagimu untik melindungi kedua orang tuamu lolos dari kepungan dalam keadaan
selamat.”
Air muka Siauw Liag berubah jadi hijau membesi, ia bungkam dalam seribu bahasa.
“Hmmm! Kawan Bu-lim semua mengatakan bahwa Shen Bok Homg adalah seorang
manusia yang tidak mengindahkan sahabat, namun hubungan persaudaraan mereka itu
dengan dirinya amat akrab, perkenalan kamipun sudah berlangsung lama sekali, aku rasa
asal loohu munculkan diri niscaya persoalan yang terjadi pada saat ini segera dapat
diselesaikan….”
Ia merandek sejenak, kemudian teriakaya lantang, ‘Shen-heng, apakah kau dapat
menjumpai diri siauwte.

“Sudah kulihat sejak tadi “
Tak menanti Shen Bok Hong melanjutkan kata-katanya lebih jauh, Si raja bertangan
keji menyela lebih jauh ;
“Shen-heng, kau terlalu mengerti tentang keadaan siauwte, jiwa Wanjie putri kesayanganku
lebih jauh berharga dari pada jiwa siauw-te sendiri. Setelah Siauw Ling menolong
dirinya berulang kali, bagaimanapun juga siauwte harus membalas budi kebaikan-nya
ini.”
‘Heee…. heee.heee…. aku rasa penyakit dari keponakan perempuanku itu sudah
merasuk kedalam tulang, sekalipun Siauw Ling ada niat menolongnya belum tentu
sanggup melaksanakannya.”
“Peristiwa yang terjadi sungguh kebetulan sekali dan merupakan kebalikan dari dugaan
Sheng-heng, dengan menempuh bahaya Siauw Ling telah berhasil mendapatkan obat
muja-rab untuk menyembuhkan penyakit siauwli. kini penyakit yang ia derita sudah mulai
sembuh mungkin setelah beristirahat sepuluh sampai setengah bulan, ia akan sehat
kembali seperti orang biasa “
‘Kalau begitu Siauw-heng harus mengha-turkan Kiong hie kepadamu!”
“Persahabatan kita erat melebihi saudara, selama banyak tahun siauwte pun sudah banyak
mencurahkan tenaga uutuk membantu usahamu. Perkampungan Pek Hoa san-cung
dapat jaya seperti sekarang. bisa memiliki Boe su Boe-su yang tidak takut mati sehingga
menakutkan hati para jago Kangouw, meski siauwte tidak berani merebut pahala, namun
hitung2 tenagaku yang kusumbangkan kepadamu tidaklah sedikit….
“Sedikit pun tidak salah, kau bantu aku dalam perkampungan Pek Hoa san-cung,
apakah kau sekarang hendak membantu orang lain untuk menghancurkan kembali
kesemua itu.
“Siauwte tidak berani berbuat demikian cuma saja siauwte mempunyai satu
permohonan hendak di ajukan kepada diri Shen-heng!”
“Katakanlah!”
“Siauw Ling telah menyelamatkan jiwa siauwli, sudah sepantasnya kalau siauwte
menolong orang tua dari Siauw Ling. Seandainya Shen-heng suka memberi muka kepada
diriKu. bubarkanlah para boasu berbaju hitam yang mengurung disekeliling tempat itu,
lepaskanlah Siauw Ling dari sini. Sete-lah hutang budi siauwte terhadap Siauw Ling
dibayar lunas, dikemudian hari kita masih tetap merupakan saudara karib. Menanti
kelemahan tubuh siauwli telah pulih, siauwte akan mendidik dirinya menjadi seorang
jagoan yang tak terkalahkan didalam Bu-Iim. Saa itulah kami ayah dan anak pasti akan
sumbangkan seluruh tenaga kami buat Shen-heng guna mencapai cita-cita merajai
kangouw.”
“Hna. haa…. meskipun tiga liima tahun tidak terhitung panjang, dan aku orang si Shen
bisa menunggu dirimu. Tetapi aku takut partai-partai besar yang ada dikolong langit

dewasa ini tidak sudi menanti lebih jauh. Menurut pandangan aku orang she Shen.
didalam tiga tahun mendatang, dunia persilatan pasti akan terjadi sesuatu penyeIcsaian
secara besar-besaran, tatkala saudara turun gunung kembali pada tiga lima tahun
mendatang, mungkin kalau bukan siauwte telah menjagoi seluruh Bu-lim, tulang
belulangku mungkiu sudah jadi dingin!”
“Kalau begitu Shen-heng tidak sudi memberi muka buat siauwte untuk membayar
hutang budiku mi?”
“Haaa…. haaa…. haha…haaaaa.haaaaaaaa…. lain dulu lain sekarang, lain belalang
lainpadangnya,dahulu kau siraja obat bertangan keji adalah air untuk memelihara ikan,
rumput untuk memelihara kuda bagi perkampungan Pek Hoa san-cung, kini bunga telah
bersemi indah bunga harum semerbak telah menyebar keempat penjuru, kau siraja obat
bertangan keji sudah tak berguna lagi bagi mereka, keadaanmu sekarang bagaikan
kotoran kuda yang disisikan.
Ecee Yok Ong, terpaksa aku sipengemis tua harus memakai dirimu, lebih baik sedikitlah
tahu diri dari pada mendapatkan malu yang tak berguna,” seru Soen Put shia sembari
tertawa terbahak-bahak,
“Hmmm!” Yok Ong mendengus dingin. “Persoalan diantara kami dua persaudaraan
lebih baik tak usah kau Campuri!”
Terdenqar Shen Bok Hong telah berbicara: “Siauw Ling telah menoloug selembar ji-wa
keponakan perempuanku, saudarapun telah menolong jiwa orang tuanya bahkan
meracuni sampai mati kedua belas orang boe-su ku, kalau dihitung-hitung rasanya kau
sudah tidak berhutang budi lagi terhadap diri-nya.”….
“Kalau mau tolong orang harus menolong sampai akhir, siauwte ada maksud menolong
kedua orang tua Siauw Ling, sudah tentu aku tidak logis menyaksikan mereka dita-wan
kembali kedalam perkampungan Pek Hoa san-cung oleh diri Shen-heng. Aku harap Shenheng
suka membubarkan para boe-su berbaju hitam yang ada disekeliling tern-pat ini,
bukalah jaring untuk malam ini sa-ja dan melepaskan mereka semua pergi dari sini.
Setelah peristiwa ini siauwte tidak akan mencampuri urusan mengenai diri Siauw Ling
lagi.”
“Saudaraku kau memiliki gelar sebagsi si Raja Obat bertangan keji, mengapa tabiatmu
pada malam ini kok berubah jadi begitu welas kasih….? sungguh mengherankan….
bagaimana mungkin sifatmu bias berubah dratis begitu…!”
“Harimau yang ganaspun tidak akan mencaplok anaknya sendiri masa siaw-te sebagai
seorang manusia jadi lebih bejad moralnya dari pada seekor binatang? Kendati siauwte
disebut orang Raja obat bertangan keji, namun aku terhadap siauw-heng tak bisa
dibanding-bandingkan dengan apapun. Siauw ling telah menyelamatkan jiwa putriku,
dalam perasaan siauwtem budi yang telah ia lepaskan kepadaku jauh lebih besar dari
pada menolong jiwaku sendiri. Aku tetap berharap agar Sianw heng suka memberi muka
kepada siauwte dan lepaskanlah mereka….”

‘ Siauw Ling yang berada disisi kalangun sebenarnya ingin menukas perkataan dari si
raja obat tersebut, tapi teringat akan keselamatan kedua orang tuanya terpaksa ia telan
penghinaan tadi dan pasrah.
“Dengan hubungan persahabatan kita yang akrab, sepantasnya siauw-heng kabulkan
permintaanmu itu,” sahut Shen Bok Hong “Tetapi….”
“Tetapi kenapa?”
“Melepaskan harimau pulang gunung. meninggalkan bencana bagi kemudian hari
bukanlah tindakan dari seorang lelaki sejati dalam menghadapi situasi seperti ini kita tak
boleh berhati lemah seperti wanita, maka….
“Shen heng!” sela Tok-chlu Yok-Ong dengan wajah berubah hebat. “Selama hidup
belum pernah aku memohon kepada siapa-pun juga, apabila Shen-heng begitu keras
kepala dan tak sudi memberi muka kepada siauwte, hal ini sama arti kau hendak paksa
siauwte untuk memutuskan hubungan persaudaraan kita.”
Mendadak, para boe su berbaju Mtam yang berada disebelah timur sama-sama
menyingkir kesamping, shen Bok Hong dengan membawa kedelapan lelaki kekar berbaju
merah perlahan-lahan muculkan diri dari balik pohon.
Pada punggung kedelapan orang lelaki berbaju merah itu menyoren sebilah pedang
yang amat besar, wajah mereka dingin kaku dan sama sekali tiada perubahan apapun,
seolah-olah kedelapan orang itu merupakan delapan sosok mayat hidup yang baru saja
keluar dari dalam peti mati.
“Hmm! Delapan orang bayangan berdarah!” jengek Yok Ong sambil tertawa sinis.
”Sedikitpun tidak salah, aku rasa kau pun seharusnya mengerti bahwa kedatangan ku
kesini telah disertai dengan susunan rencana yang sempurna’.”
Ia merandek sejenak, kemudian sambil tersenyum tambahnya, “Bila kau hendak
berubah niat, mungkin pada saat ini masih belum terlambat!”
Raut wajah si Raja obat bertangan keji yang kaku itu berkerut kencang. tangan kirinya
perlahan-lahan menyingkap ujung jubahnya kemudian laksana kilat tangan kanannya
merampas pedang Poo-kiam dari tangan Kim Lan
‘Sreei! ia babat putus ujung jubahnya seraya berseru, “Sejak saat ini hubungan
persaudaraan kita telah putus “
Pedangnya membabat kebawah, sebuah babatan yang amat panjang muncul diatas
tanah lapang yang berlumpur itu, tambahnya, “Menggurat tanah memutuskan hubungan
sejak kini siapapun tak usah lagi mempunyai perasaan persaudaraan!”
Senyuman yang menghiasi wajah Shen Bok hong lenyap tak berbekas, dengan wajah
serius, serunya

“Saudaraku.apakah kau tidak memikirkan lagi keputusanmu itu?’
“Telah loohu pikirkan berulang kali, mulai Saat ini, aku tak berani lagi saling menyebut
saudara dengan diri Shen Toa Cung cu”
Haaa…. haaa…. haa apabila Yok Ong memang bersikeras hendak memutuskan
hubungan persaudaraan dengan aku orang Shen, akupun tidak memaksa lebih mengingat
hubungan kita selama belasan tahun, aku orang she Shen ingin memperingatkan lebih
dulu satn persoalan padamu.”
“Silahkan Shen Toa Cungcu utarakan.”
“Dalam pertarungan nanti, golok dan panah tak bermata, seandainya sampai melukai
jiwa putrimu, jangan menyalahkan aku orang she Shen turun tangan terlalu telengas.”
Selembar wajah Tok Chiu Yok Ong yang sudah jelek sekali, kini bertambah semakin
jelek saja, sahutnya sepatah demi sepatah, “Barang siapapun yang berani melukai jiwa
siauw li, looou tidak akan mengampuni jiwanya….”
‘ Hmm’ orang lain mungkin takut dengan racunmu. sedang aku orang she Shen takutkah
kepada racunmu, rasanya dalam hati kecilmu sudah ada perhitungan sendiri bukan.”
tukas gembong iblis itu dengan tertawa hambar.
Racun ada beribu-ribu jenis banyaknya, aku yakin kau oranh she Sben belum sampai
kebal terhadap segala jenis racun.
Dalam hubungan kita selama belasan tahun. aku orang she Shen sudah memahami
caramu menggunakan racun.”
.heee heheee heeeeeeee…. kau anggap aku si raja obat bertangankeji tak dapat
menyimpan beberapa macam kepandaian untuk berjaga diri.
- Kini kita berdua telah betdiri dalam posisi saling bermusuhan, aku orang she Shenpun
tidak akan mengelabui dirimu lagi. Sebelum hujan sedia pajung, jauh hari sebelum
kejadian ini secara diam-diam aku telah
meracuni dirimu, agar tubuhmu menderita luka parah, asal di dalam setahun
mendatang aku tidak berjumoa muka dengan dirimu, maka racun yang mengeram pasti
akan kambuh dan mulai bekerja.
“Loohu sudah menduga kau bisa meracuni diriku secara diam-dam, maka akupun
secara diam-diam telah meracuni pula dirimu, tidak sampai setengah tahun racun dalam
tubuhmu akan mulai bekerja.
Dari tanya jawab kedua orang ini, terlihatlah dengan jelas betapa keji dan
berbahayanya dunia persilatan.
Diam-diam Siauw Ling menghela napas panjang, pikirnya, “Aaaai meskipun mereka
telah saling bersahabat selama belasan tahun lamanya sungguh tak nyana nmsing-masing

pibak telah saling meracuni pihak yang lain peristiwa ini benar-benar membuat diri bulu
roma orang….”
Sementara Itu terdengar shen bok hong mendongak tertawa terbahak-bahak. lalu
berkata kembali, “Anggap Saja perkataanmu tidak salah dan kau benar-benar telah
menanamkan racun keji kedalam tubuhku, namun aku masih punya kesempatan hidup
selama setengah tanun lamanya. Sedang kau kau si raja obat ber-tangan keji tidak akan
bisa lolos pada malam hari ini juga “
“Hmmmm, dewasa ini menang kalah masih belum bisa ditentukan, lebih baik Shen-toacung-
cu tak usah bicara sumbar lebih duln.”
Siauw Ling yang meninjau situasi dari sisi kalangan mulai menyadari bahwa
keadaannya sudah bagaikan anak panah diatas busur menunggang diatas punggung
harimau pertempuran antara mati dan hidup diantara merekapun tak bisa dihindari lagi,
maka sambil ayunkan pedangnya ia berseru lantang, “Shen Bok Hong, nama besarmu
telah belasan tahun bersemayam dalam dunia persilatan sebagai seorang lelaki sejati
tunjukanlah kejantananmu sebagai seorang lelaki dan jang-an bicarakan lebih dulu hasil
dari pertem-puran ini hari. Aku Siauw Ling dengan bilah pedang ditangan ingin menantang
dirimu untuk berduel, aku rasa Shen Toa Cung-cu sebagai lelaki tulen tidak akan menolak
tantanganku ini bukan?”
Sepasang mata Shen Bok Hong yang tajam bagaikan pisau perlahan-lahan menatap
wajah Siauw Ling, kemudian ia menjawab ;
“Berbicara dari situasi yang ada dewasa ini, aKulah yang memegang posisi untuk
menang. bila aku layani tantanganmu untuk berduel, bukankah tindakan ini merupakan
tindakan seorang tolol?”
Siauw Ling tertawa dingin, ia berpaling memandang sekejap kearah Soen Put-shia serta
si Raja Obat bertangan Keji, kemudian katanya
“Aku orang she Siauw ada beberapa- patah perkataan hendak kuutarakan kepaada
kalian, aku mohon loocianpwe berdua suka bertin-dak mengikuti permintaanku ini.”
“Haas…. haaa haaa…. sekalipun pada malam ini kita tak dapat menerjang keluar dari
kepungan, paling sedikit jumlah jagoan perkampungan Pek Hoa-san ong yang mati pun
ada separuhnya, bila dibicarakan menurut cara dagang, bukan saja modal sudah di dapat
kembali bahkan mendapat untung pu-la, Siauw thay-hiap apa perintahmu katakan lah
segera, suruh terjun keair aku akan terjun ke air, suruh ke api aku akan terjun ke api!”
seru Soen Put-shia.
“Kalau begitu eayhe ucapkan banyak teri-ma kasih lebih dulu” seraya berkata ia lan-tas
menjura dalam-dalam, sementara sinar matanya berputar kearah si raja obat menantikan
jawabannya.
Si Raja Obat Be tangan Keji mendehem ringan, lantas berkata, “Loohu telah
memutuskan persaudaraanku dengan Shen Bok Hong, dalam hati kecilpun tiada hal yang
patut kutakuti lagi. perduli apa perintahmu segeralah perintahkan.”

“Tatkala cayhe turan tangan menghadapi Sheu Bok Hong nanti, aku minta kalian
berdua tak usah turun tangan membantu diriku’Ujar Siauw Ling dengan wajah serius. aku
berharap agar kalian sudi membawa sepasang pedagang dari Tiong-ciu serta Kim Lan,giok
Lan sekalian untuk menerjang keluar
dari kepungan. Dengan kepandaian yang dimiliki locianpwee berdua rasanya para
boesu dari perkampungan Pek Hoa san cung tidak nanti biSa menghalangi kepergian
kalian, harapan untuk menerjang keluar kepunganpun besar sekali.
“Apa? kau hendak melayani Shen Bok Hong serta kedelapan orang bayangan berdarah
seorang diri….?” tanya Soen put-shia dengan wajah tertegun
“Ditambah pula dengan dua ratus orang boe su berbaju hitam yang tidak tatut mati.”
Yok Ong menambahkan.
Siauw Ling menggeserkan tubuhnya dan mengambil sebuah posisi menguntungkan
yang kebetulan sekali menghalangi Shen Bok Hong serta kedelapan orang bayangan
berdarahnya lalu menjawab perlahan, “Cayhe yakin aku masih mempunyai kemampuan
untuk meloloskan diri dari kepungan, aku mohon agar locianpwee suka mengabulkan
permiutaan cayhe ini….
“Kalau begitu biarlah Yok Ong yang memimpin rombongan untuk menerjang keluar dari
kepungan, sedang aku sipengemis tua akan tinggal disini untuk membantu dirimu.”
“Tidak bisa jadi,” tampak Yok Ong seraya geleng kepala. “Tenaga pukulan yang kau
miliki sangat libay, justru kepandaianmu itulah yang paling diandalkan untuk melindungi
mereka menerjang keluar dari kepungan, biarlah aku yang tetap tinggal membantu Siauwheng
menahan serbuan mereka “
Saking gelisahnya sepasang mata Siauw Ling pada waktu itusudah berubah jadi merah,
segera teriaknya lantang, “Loocianpwee berdua, apabila kalian berdua tidak mau
mendengarkan perkataan dari akuorang she siauw, mulai hari in kita putus hubungan…
“Sam-te, kau tak usah marah-marah,” ejek shen bok Hong sambil tertawa seram,
mungkin si pengemis tua serta si raja obat itu menyadari bahwa kekuatan mereka tidak
sanggup uatuk melindungi kedua orang tuamulolos dari kepungan maka mereka tak
berani mengabulkan permintaan itu.”
Tak usah anda ikut cerewet!” teriak -Sianw Ling…. naik pitam
Sinar matanya berputar, ia lihat para lelak berbaju hitam yang berada disekeliling
tempat itu sudah mulai mencabut keluar senjata tajamnya dan mempersiapkan gendewa.
Kiranya Shen Bok Hong yang diluaran membiarkan musuhnya berunding, padahal
secara diam-diam ia telah mempersiapkan orang-orangnya dengan menggunakan kesempatan
itu.
Dari antara delapan orang lelaki berbaju merah yang berada dibelakang Shen Bok Hong
secara tiba-tiba ada empat orang meninggal-kan tempatnya dan menyebarkan diri kearah
utara, Barat dan Selatan Siauw Ling yang menyaksikan Shen Bok Hong telah mengatur

orang-orangnya sedemikian rupa sehingga kian lama kian bertam-bah rcpat, diam-diam ia
menghela napas panjang, pikirnya, “Mengulur waktu terus tidak akan menda-tangkan
keuntungan bagiku, malahan akan merugikan, ditinjau dari situasi yang terbentang
dewasa ini terpaksa. aku harus melaku-kan serangan secara kejam. bila beruntung aku
bisa membinasakan Shen Bok Hong, peristiwa ini akan merupakan suatu keberuntungan
bagi umat Bu-lim, kalau aku harus mati dalam pertempuran tersebut, akupun mati tanpa
menyesal.”
Berpikir sampai disitu, ia lantas mengem-pos napas, pedangnya perlahan-lahan diangkat
siap turun tangan.
Mendadak….
“Jangan bertindak gegabah!” suara seorang yang merdu namun lemah sekali
berkuman-dang datang.
Tatkala semua orang berpaling, maka tampaklah putri Yok Oeg yang berpenyakitan itu
secara tiba-tiba meronta bangun, seraya mencekal pergelangan tangan Kim Lan seru-? ya,
“Ooooh ayah! bukankah kau selalu memuji putrimu adalah seorang gadis yang pintar,Aku
ingin memohon kepada empek agar ia suKa melepaskan diri kita.
Aku mempunyai hubungan persaudaraan selama belasan tahun dengan dirinya.
membantu pula usahanya membangun perkampungan Pek hoa-san-cungv namun ia sama
sekali tidak mau memberi mnka kepadaku.” katanya. “Mulai detik ini hubunganku dengan
dirinya telah putus, mana ia sudi mendengarkan perkataanmu….
“Tentang soal ini harap tia tak usah ikut campur, putrimu yakin mempunyai akal yang
bisa memaksa ia untuk membuyarkan boe-su-boe-su berbaju hitam itu.” sahut Wan jie
sambil bersandar dibahu Kim Lan. kemudian lambat lambat ia berjalan kearah Shen Bok
Hong.
“Kematian merupakan suata kejadian yang maha besar. dan kematian bukanlah suatu
permainan. Nona cepat mundur….!” teriak Siauw Ling.
Wan Jie berpaling, dengan sepasang matanya yang bulat besar ia pandang sekejap
wajah si anak muda itu lalu tersenyum manis.
“Kenapa, apakah kau takut kalau aku sampai’.serunya.
Dalam situasi yang amat gawat serta mengancam selembar jiwanya, bukannya takut
gadis in malah menunjukan senyuman serta tingkah laku yang yang tenang, peristiwa
in membuat siauw ling khaki bercampur jengah akhirnya ia menghela napas dan
membungkam
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil : Rahasia Istana Terlarang 2 [Serial Kunci Wasiat] dan anda bisa menemukan artikel Cersil : Rahasia Istana Terlarang 2 [Serial Kunci Wasiat] ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/10/cersil-rahasia-istana-terlarang-2.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil : Rahasia Istana Terlarang 2 [Serial Kunci Wasiat] ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil : Rahasia Istana Terlarang 2 [Serial Kunci Wasiat] sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil : Rahasia Istana Terlarang 2 [Serial Kunci Wasiat] with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/10/cersil-rahasia-istana-terlarang-2.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar