Cersil : Budi Ksatria 5 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling]

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 07 Oktober 2011

'Aku rasa eiangbun hong tiang itu pasti tak dapat
membantu dirimu untuk memecahkan persoilan yang sulit ini
juga bukan begitu " sela Siau Ling.
”Benar!” Teng Jin taysu mengangguk tanda membenarkan
tapi dari mulut cianbun hongtiang pinceng berhasil
mengetahui akan suatu rahasia besar yaitu selama puluhan
tahun terarkbir ini dari negeri Thian tok secara beruntun telah

mengirim dua orang utusan untuk berkunjung kegereja Siau
lim si serta mencari tahu jejak dari Bok-bok taysu tersebut.."
Setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh:
"Hal ini membuktikan bahwa padri dari negeri utara Thian
tok itu kendatipun berahasia membawa pergi kitab ilmu silat
tersebut namun tidak dibawa pulang kenegeri Thian tok kalau
bukannya ia tinggal didaratan Tiong goan pastilah jiwanya
sudah melayang ditangan orang.”
Padri itu menghela napas panjang setelah tarik napas
terusnya lebih jauh:
”Dihadapan hong tiang pinceng telah membeberkan betapa
penting persoalan itu bagi keselamatan gereja Siau lim si dan
mohon kepadanya untuk kirim orang menyelidiki persoalan
tersebut Hong tiang kami ternyata menyetujui dan segera
mengutus sepuluh orang padri untuk melakukan penyelidikan”
"Apakah berhasil penyelidikan tersebut?” tukas Siau Ling.
"Setelah melakukan penyelidikan selama dua tahun
lamanya berhasil juga kami menemukan data2 yang amat
penting ternyata telah meninggalkan gereja siau lim si
dibawah bukit Bok Bok taysu telah ditunggu oleh Tiang Bi
taysu dan kemudian diajak pergi..”
"Pergi kemana?”
"Hingga kini tiada seorangpun yang tahu akan nasib dari
Bok Bok hweesio tersebut tapi kalau dilihat dari saat
berlangsungnya peristiwa itu sembilan puluh persen dia sudah
tak ada di kolong langit lagi.”
"Bagaimana dengan Tian Bi taysu?” sela Pek li Peng.
”Hampir pada saat yang bersamaan lenyap dari peredaran
dunia persilatan tapi beberapa waktu kemudian kami dapat
kabar yang mengatakan bahwa ia muncul kemhali dalam

dunia persilatan bahkan mengikuti pula pertarungan besar
untuk memperebutkan gelar nama sepuluh tokoh besar.."
Bicara sampai disini. seolah secara mendadak ia teringat
akan Suatu persoalan yang maha penting, sambil memandang
Siau Ling katanya :
”Kotak kayu ini bukan lain adalah kotak yang dibawa Bok
Bok taysu dari negeri Thian tok!”
"Peristiwa ini toh sudah berlangsung beberapa ratus tahun
lamanya.." sela Tu Kiu dengan ketus "darimana sekilas
memandang engkau bisa mengenalinya kemhali? lagipula
engkau toh belum pernah melihat kotak kayu tersebut?"
"Tidak salah, peristiwa ini memang telah berlangsung
seratus tahun lamanya dan pinceng belum pernah melihat
kotak kayu tersebut, tetapi diatas kotak tersebut terukir nama
dari Bok Bok taysu, oleh karena itulah sekilas memandang
pinceng dapat segera mengenalinya kemhali"
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan:
"Aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepada saudara
sekalian, aku harap cuwi sekalian bersedia memberi jawaban
sejujurnya!"
"Taysu, silahkan bertanya! asal pertanyaan yang kau
ajukan itu diketahui oleh kami, pasti akan kami jawab
sejujurnya!"
"Saudara sekalian dapatkan peti kayu ini dari mana?.'
"Dari dalam istana terlarang!
"Apakah kalian bersedia menceritakan kitab yang lengkap
selama perjalanan hingga berhasil mendapatkan kotak kayu
itu?”
'Tentu saja boleh! " Siau Ling menganguk tanda bersedia

Maka secara singkat tapi jelas sianak muda itupun
menceritakan pengalamannya selama dalam Istana terlarang
hingga berhasil dapatkan kotak kayu tersebut.
Selesai mendengarkan kisah tadi Toa Jin taysu termenung
dan berpikir beberapa saat lamanya kemudian kerkata:
"Aaaah..! benarlah kalau begitu.. benarlah kalau begitu..”
"Sebenarnya apa yang telah terjadi? tanya Tu Kiu tidak
sabaran lagi.
Toa Jin taysu termenung sebentar lalu ber tata:
'Keterangan yang dapat kuberikan kepada kalian hanyalah
merupakan kesimpulan yang berhasil kutarik dengan dasar
kumpulan catatan harian yang ditinggalkan Bok Bok taysu
dtmasa lampau kisah dari Tiang Bi taysu yang kukumpulkan
dari mulut ketua kami serta kisah saudara sekalian hingga
memperoleh kotak kayu ini tentu saja dalam keterangan yang
kuberikan ini masih terdapat banyak hal dan bagian yang
dapat memuaskan hati kalian semua tapi dalam kenyataan
aku pun hanya bisa menerangkan menurut data yang ada
belaka sedang kenyataan yang sukar dicari mungkin
selamanya hanya akan jadi rahasia persilatan yaug tak bakal
diketahui orang lagi.“
''Kalau toh pembicaraan dari taysu ini disadari pada
keterangan dan fakta yang bisa dipercayai aku rasa
kesimpulan yang berhasil ditarikpun dapat dipercaya seratus
persen apakah kami punya rejeki untuk mengetahuinya?“
"Secara singkat aku akan mengutarakan hasil dari
kesimpulanku itu bila ada hal atau bagian yang tidak kuat
dasarnya harap saudara sekalian suka memakluminya“
Setelah berhenti sebentar padri itu meneruskan kata2nya:
''Mungkin sejak permulaan kalinya Tiang Bi bweesio sudah
mengetahui maksud dan tujuan dari kedatangan Bok bok
taysu kewilayah Timur bahkan kemungkinan besar dialah yang

menganjurkan padri dari negeri Thian-tok ituuntuk bermukim
dalam gereja siau-lim si sementara ia sendiri selama banyak
tahun ditempat luar menunggu Bok bok taysu telah berhasil
menemukan kitab catatan ilmu silat yang ditulis dengan huruf
Thian toh itu dan meninggalkan gereja Siau lim si ia baru
membawa pergi kesatu tempat.....”
"Jika mereka sudah kenal antara satu dengan yang lain
kenapa Tiang Bi hweesio harus menawannya dengan
kekerasan? toh ia bisa menipunya secara halus?” sela Tu Kui.
Toa Jin taysu mengangguk
"Dengan cara apa ia berhasil memancing kepergian Bokbok
taysu lebih baik tak usah kita perbincangkan yang jelas ia
berhasil dipancing pergi oleh Tiang bi taysu kemudian dengan
suatu cara pula kitab pusaka itu berhasil didapatkan olehnya,”
"Bukankah isi catatan ilmu silat itu di tuliskan dalam huruf
Thian tok? apakah Tiang Bi taysu memahami?” tanya Siau
Ling.
"Tbian Bi taysu adalah seorang jago kawakan dari
perguruan Go-bi pay menurut hasil penyelidikan kami ternyata
padri tersebut adalah seorang ahli tulisan yang menguasai
hurup2 negeri Thian-tok!"
”Tentu keahliannya sejajar dengan taysu?” sela Sang pat.
”Waah... kalau aku dibandingkan dengan Tiang Bi taysu
masih selisih terlalu jauh..." Sesudah berhenti sebentar ia
melanjutkan ”Bakatku tidak bagus, untuk belajar ilmu silat
walaupun ada guru yang pandai dan sahabat yang setia
namun keberhasilanku tua sih 'etap terbatas sehaliknya Tiang
Bi taysu adalah seorang manusia aneh dari perguruan Gobi
pay kalau dibandingkan dengan aku maka perbedaannya
bagaikan langit dan bumi"

”Bagaimana selanjutnya? apakah Tiang Bi taysu telah
mewakili perguruan Gobi pay dan ikut serta dalam perebutan
nama besar antara sepulub orang tokoh besar?'
"Aku sebenarnya tidak mengerti ataupun mengenal urusan
mengenai dunia persilatan tapi untuk menyelidiki jejak dari
Bok Bok taysu hong tiang gereja kami telah memerintahkan
diriku untuk sering mendapat pelajaran dan keterangan dari
saudara seperguruan lainnya yang sering Kali melakukan perja
lanan dalam dunia persilatan.
"Menurut apa yang kudengar, Tiang Bi cinjin memang
benar2 mengikuti perbuatan nama besar di antara sepuluh
tokoh silat maha sakti, tapi dalam setiap pertemuan tersebut
ia belum tentu menang, ditinjau dari beradanya kotak kayu ini
didalarn istana terlarang sehingga berhasil kalian temukan hal
itu membuktikan bahwa Tiang Bi taysu benar2 pernah
memasuki istana terlarang, atau paling sedkit Bok Bok taysu
pernah masuk ksdalam istana terlarang"
”Mengenai asal usul dari Tiang Bi taysu, aku memang
pernah mendengar pula dari mulut orang lain ''ujar Sang Pat,
"meski pun jalannya cerita berbeda, namun garis besarnya
tidak banyak perbedaannya dengan apa yang taysu utarakan
barusan"
Pek-li Peng yang selama ini membungkam terus, tiba2
menyela dari samping :
'Taysu, engkau toh menguasai penuh atas bahasa dan
tulisan hian-tok asal engkau terjemahkan kemhali tulisan Han
yang ada dalam kitab itu menjadi tulisan Thian tok, kemudian
dicocokan dengan tulisan yang ditinggalkan Bok Bok taysu
bukankah hal itu dengan mudah bisa membuktikan apakah
benda itu benar2 adalah barang peninggalan dari Bok bok
taysu atau bukan.”

''Apakah yang kuucapkan tadi mungkin masih belum
dipahami oleh Li sicu kitab catatan dalam huruf Thian tok
tersebut telah dibawa kabur oleh Bok bok hweesio.”
"Jadi kalau begitu ilmu silat yang disembunyikan dalam
kitab pusaka itu adalah catatan yang ditinggalkan oleh Tian Bi
cinjin” tanya Siau Ling keheranan.
"Kemungkinan besar memang begitulah!”
Siau Ling segera menjura kepada hweesio itu sambil
berseru:
"Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih atas petunjuk
dari taysu."
"Hong tiang kamipun pernah menerima kabar yang
mengatakan bahwa Istana terlarang telah dibuka " ujar Toa
Jin taysu lagi "hanya saja dalam berita yang tersiar itu
mengatakan hanya Shen Bok Hong seorang yang berhasil
memasuki Istana tersebut.,"
Ia mendehem ringan ia melanjutkan:
"Aku mendapat tugas untuk melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan dengan tujuan mencari kotak kayu itu, dan
sekarang aku berhasil membuktikan bahwa kotak itu sudah
terjatuh ketangan Siau tayhiap, dengan sendirinya akupun tak
usah berkelana dan luntang lantung lagi dalam dunia
persilatan"
Habis berkata ia memberi hormat, lalu mengundurkan diri
dari ruangan tersebut.
'Selamat jalan taysu, semoga engkau dapat tiba kembali
digereja siau lim si dalam keadaan selamat" kata Siau Ling
sambil memberi hormat.
Tiba2 Toa Jin taysu menghentikan langkahnya, sambil
putar badan ia berkata :

"Siau tayhiap, aku mempunyai suatu permintaan yang
sebetulnya tak pantas untuk diutarakan, apakah Siau tayhiap
bersedia untuk mengabulkan permintaanku ini?"
"Permintaan apa?'-
"Kalau toh kotak kayu itu didapatkan oleh Siau tayhiap.
maka sudah sepantasnya kalau catatan ilmu silat yang ada
didalarn kotak kayu itu menjadi milik Siau tayhiap, tapi kitab
sembahyangan dan kotak kayu itu ditulis dalam huruf Thian
tok yang tidak diketahui oleh Siau tayhiap, bagi diri tayhiap
benda itu sama sekali tak ada guna nya bagaimana kalau
serahkan saja kepadaku untuk dibawa pulang kegereja Siaulim-
si”
Siau Tian termenung dan berpikir sebentar kemudian
jawabnya:
”Baiklah!”
Toa Jin taysu jadi amat girang pujinya ''Siau tayhiap betul2
seorang budiman yang besar jiwanya kegagahan dan kebijak
sanaanmu luar biasa dan terpuji sekali"
Sambil membalik halaman kitab itu Siau Ling berkata:
"Bukanlah terlalu sayang jika kitab sembahyang ini dirobek
halamannya..??
"Yaa...! tiada jalan lain kecuali berbuat demikian lain hari
jika Siau tayhiap ada waktu silahkan mampir digereja Siau-lim
si dan aku akan berusaha untuk menyempurnakan kembali
kitab ini.”
'Baiklah!" kata Siau Ling kemudian ia robek empat halaman
kitab yang berisikan catatan ilmu silat kemudian diserahkan
kembali kotak kayu dan kitab sembahyang itu ketangan Toa
Jin taysu.

Dengari amat girang padri itu menerma kotak kayu dan
kitab sembahyang tersebut kemudian sambil mengucapkan
banyak terima kasih ia berlalu dari sana.
Memandang hingga bayangan punggung Toa Jin taysu
lenyap dari pandangan Sang Pat segera mendehem ringan
dan berkata:
"Toako andaikata isi tulisan didasar kotak kayu itu adalah
catatan ilmu silat maka perbuatan kita kali ini bukankah sama
arti nya sudah masuk perangkap dari hweesio tersebut?.”
Siau Ling tersenyum.
"Kendatipun isi kotak kayu itu adalah catatan ilmu silat toh
tulisan itu terdiri d ri huruf Thian tok yang tidak kita kenali jika
ia tidak memberitahukan kepada kita maka selama hidup kita
tak akan memahaminya aku rasa di titipkan dalam gereja Siau
lim si jauh lebih aman dari pada kita bawa dibadan”
Sorot matanya dialihkan kearah Pek-li Peng dan Tu Kiu lalu
tambahnya lebih jauh
”Peng ji pergilah dengan saudara Tu untuk melindungi
keselamatan hweesio itu secara diam2 hantar dia hingga
keluar dari kota Tiang sah.”
Pek li Peng dan Tu Kio segera mengiakan, kedua orang itu
dengan , cepat berangkat tinggalkan ruangan itu.
Per-lahan2 Siau Ling sandarkan tubuhnya keatas kursi,
sepeninggalnya kedua orang itu dia berkata
"Saudara Sang! bagaimanakah perasaanmu mengenai
situasi dalam kota Tiang sah belakangan ini?"
'Sebenarnya posisi kita Terdesak dibawah angin, tapi vang
aneh ternyata Shen Bok Hong tidak melakukan pergerakan
apapun tidak mengadakan penggeledahan pun tidak
melakukan pembantaian. Tapi sejak kedatangan toako
ketempat ini. serta keberhasilan toako melenyapkan beberapa

buah sarang mata2nya. dari posisi yang terdesak rasanya kita
sudah berada diatas angin!"
"Shen Bok Hong amat membenci kita orang dan para jago
dari Bu tong pay bahkan boleh dibilang kebenciannya sudah
merasuk ketulang sumsum, tak munekin ia beriba hati atau
tak tega membinasakan kita semua, menurut pendapatku,
hingga sekarang ia masih belum juga turun tangan pastilah
disebabkan oleh alasan2 tersebut, siapa tahu kalau luka yang
diderita olehnya ketika berlangsungnya pertempuran sengit
diluar istana terlarang, hingga kini masih belum juga sembuh!"
"Benar, kemi'ngkinan besar memang begitu ! " Sang Pat
mengangguk.
"Didalam penilaian kira semua, keadaan seperti ini
sebenarnya merupakan suatu kesempitan yang sangat baik,
sebetulnya siau heng ada niat untuk memilih beberapa orang
jajo yang berkepandaian tinggi dan bernyali besar untuk
melangsungkan pembersihan dan pembantaian terhadap
anggota perkumpulan Pek hoa san cung mumpung Shen Bok
Hong masih lemah, menurut perkiraaanku kekuatan yang
dibawanya dalam perjalanan jauh meninggalkan
perkampungan Pek boa san cung pasti terbatas sekali, itu
berarti kita memiliki separuh bagian harapan untuk berhasil
dengan pergerakan ini. tapi sungguh taknyana... aaii. rupanya
Thian belum bersedia memberikan kesempitan baik bagi kita"
"Apakah ada yang tidak beres?!” tanya Sang Pat.
''Peristiwa pertama yang sangat diluar dugaan adalah
berhasilnya diplomasi Shen Bok Hong untuk bekerja sama
dengan Su Hay Kuncu dan Siau-yau-cu sekalian, kedua
kelompok kekuatan itu merupakan dua kelompok kekuatan
yang paling besar dari kaum sesat dalam dunia persilatan
dewasa ini. kerja sama itu membuktikan akan kelihayan dan
kecerdasan dari Shen Bok Hong yang betul2 melebihi batas
pikiran orang lain. Peristiswa kedua adalah relanya Shen Pok
Hong untuk meninggalkan kekuatan yang dia himpun untuk

menemui seorang sahabat lamanya, menurut apa yang
berhasil kudengar sahabat karibnya itu adalah seorang
hweesio yang kehilangan sebuah jari tangannya, meskipun
siau heng tidak begitu yakin namun delapan puluh persen dia
sudah pasti adalah musuh besar dari suhu dan ayah
angkatku.."
Ia berhenti sebentar, kemudian menambahkan :
Perduli siapakah orang itu, ia bisa membuat Shen Bok Hong
rela meninggalkan himpunan kekuatan dan rencana besar
yang telah disusunnya hanya untuk bertemu dengan dirinya,
orang itu sudah pasti merupakan seorang jago lihay yang
sulit di tandingi atau paling sedikit ilmu silatnya tidak berada
dibawah Shen Bok Hong"
”Perkataan toako sedikitpun tak salah!!”
„Ilmu silat yang kumiliki telah memperoleh kemajuan yang
pesat ilmu pedang Hoa san kiam hoat dari Tam In Cing pun
sudah banyak bagian yang telah kukuasai sedang mengenai
ilmu sentilan Sian ci sin kang aku rasa kekuatan daya
seranganku sudah makin mendalam bila berjumpa kembali
dengan Shen Bok Hong meskipun belum tentu bisa
menangkan dirinya tapi aku percaya kekuatanku masih
mampu jika digunakan untuk bergebrak dua sampai tiga ratus
jurus sayang Sun loocianpwee dari pihak Kay pang tidak ada
disini kalau toh Shen Bok Hong telah bekerja sama dengan
Siau yau cu sekalian dan seorang sahabatnya telah menyusup
pula kemari itu membuktikan bahwa kekuatan Shen Bok Hong
sama sekali belum menjadi lemah kemungkinan besar dunia
persilatan masih harus mengalami masa2 yang menyedihkan
dan musibah2 hebat akibat dari ulah gembong iblis tersebut"
Sang pat mendehem ringan ujarnya kemudian
"Dewasa ini para enghiong hoohan dari empat samudra
dan pelbagai perguruan besar telah sadar dari tidurnya aku
rasa maksud toako untuk membinasakan Shen Bok Hong juga

tak perlu dilaksanakan dengan terburu napsu menunggu
setelah semua kekuatan dunia persilatan yang bangkit
menentang kelaliman Shen Bak Hong telah terhimpun aku
tidak sulit untuk membasmi kekuatan dari Shen Bok Hong
beserta antek! perkampungan Pek hoa san cung nya!.”
Siau Ling tersenyum.
"Meskipun apa yang saudara Sang katakan sedikitpun tak
salah tapi dibalik persoalan ini sebenarnya masih terselinap
banyak masalah"
"Masalah apa?”
”Pertama kebusukan nama She Bok Hong sudah amat
tersohor dikolong langit meskipun para orang gagah dikolong
langit telah sadar dari tidurnya tapi untuk beberapa saat
lamanya masih sulit bagi mereka untuk melakukan suatu
pergerakan yang serempak dalam hal ini aku rasa masih harus
diulur sampai dua tahun mendatang. Walaupun Sekilas
memandang waktu sangat menguntungkan kita. tapi Shen Bok
Hong sendir pun pasti akan mempergunakan waktu yang ada
sebaik mungkin, mereka telah bersatu padu dibawah satu
komando, gerak gerikpun cepat sekali, kalau dibandingkan
dengan kekuatan kita yang ibaratnya sebaskom pasir benar2
selisih jauh sekali, dewasa ini kekuatan dunia psrsilatan yang
paling besar yakni partai Siau lim dan perkumpulan Kay pang
agaknya belum punya niat untuk melakukan perlawanan atas
kelaliman Shen Bok Hong dengan sungguh hati. apalagi mata2
yang diperintahkan gembong iblis itu untuk menyusup
kedalam tubuh setiap partai telah melakukan pergerakan,
mungkin saja sebelum persatuan terwujud pihak partai
persilatan telah saling bentrok dan pecah lebih dahulu. Kedua,
sekarang Shen Bok Hong sudah tidak takebur lagi. ia
berusaha sekiitt tenaga untuk mengumpulkan semua kekuatan
yang ada dikolong langit untuk berpihak kepadanya,
sedangkan pihak kita sama sekali tiada organisasi yang kuat.

mengulur waktu meskipun menguntungkan kita nampaknya,
dalam kenyataan justru sangat merugikan"
"Untuk mengorganisir semua kekuatan orang gagah
dikolong langit dalam perlawanannya terhadap kelaliman Shen
Bok Hong menurut pendapatku lebih baik diserahkan kepada
Bu Wi tootiang saja!”
Berbicara tentang ilmu silat maupun kedudukannya dalam
dunia persilatan Bu Wi Too tiang memang tepat untuk
memikul tanggung jawab ini tapi sayang ia masih belum
begitu memahami akan watak serta perangai dari Shen Bok
Hong berbicira tenteng racun lawan racun maka dia masih
kalah setingkat jika dibandingkan dengan gembong iblis itu”
"Lalu menurut pendapat toako siapakah yang lebih cocok
untuk memikul tanggung jawab ini?" tanya Sang Pat kemudian
"Orangnya sih sudah ada hanya aku tak tahu apakah orang
itu bersedia memberi bantuan dengan sepenuh tenaga atau
tidak.”
"Siapa sih orang itu?”
"It bun Han too.!!"
"Pemilik rumah perpustakaan Sing Ki?”
"Tidak salah ia telah berjanji dengan Siau heng untuk
bertemu muka dalam kuil Leng in si dikota Hang-ciu bila
sampai batas waktunya aku belum nampak juga maka dia
akan cukur rambut jadi pendeta dan selamanya tak akan
mencampuri urusan dunia persilatan lagi..”
Pemuda itu menghembuskan napas panjang kemudian
melanjutkan:
”Pada waktu itu kutampik perintahnya untuk membantu
pihak kita karena Siau-heng ada maksud hendak beradu
kekuatan dengan Shen Bok Hong dengan mengandalkan ilmu

silat tapi sekarang terpaksa kita harus mengundang dirinya
untuk membantu pihak kita"
"Benarkah It bun Han Too memiliki kemampuan sebebat
itu?”
"Menurut pendapat siau-heng ketajaman otaknya serta
kemampuannya untuk menduga kejadian yang akan datang
sama sekali tidak berada dibawah kemampuan dari Shen Bok
Hong”
"Kalau memang begitu mari kita undang dirinya!"
Siau Ling mengangguk.
'Setelah Peng ji dan saudara Tu kemhali nanti kita segera
kembali kepantai pasir dan merundingkan lebih dulu persoalan
ini dengan Be Sun Hui serta Bu Wi Too tiang.”
Sementara pembicaraan masih berlangsung tiba2 terdengar
suara langkah kaki yang sangat berat berkumandang datang.
Siau Ling segera mengerutkan dahinya dan berbisik:
"Mungkin pelayan!!"
Sang Pat segera enjotkan badan dan berkelebat keluar dari
ruangan itu.
Beberapa saat kemudian sie poa emas telah muncul
kembali sambil memayang tubuh Tu Kiu langkah mereka
lambat sekali.
Paras muka Tu Kiu pucat ke-hijau2an darah kental
mengucur keluar dari ujung bibirnya membasahi pakaian dan
mukanya.
Siau Ling segera loncat maju kedepan dan memayang
tubuh Tu Kiu sambil bertanya: ”Parahkah luka yang kau
derita??"
Tu Kiu mengangguk. ”Nona Pek li....dia...."

Siau Ling ulapkan tangannya kemudian menempelkan
telapaknya keatas punggung Tu Kiu serunya:
”Jangan berbicara dulu l"
Rupanya Tu Kiu mau lanjutkan kembal perkataannya tapi
dengan cepat Sang Pat menyela:
”Tu loo sam dengarkanlah nasehat toako ! kalau engkau
memaksakan diri untuk berbicara juga sebelum duduknya
persoalan dibikin jelas engkau sudah tak akan kuat menahan
diri'
Tu Kiu mengangguk ia segera pejamkan matanya.
Sementara itu Siau Ling telah menyalurkan hawa murninya
kedalam tubub Tu Kiu sambil mengerahkan tenaga iapun
memeriksa keadaan luka saudaranya itu dengan seksama ia
lihat luka dalam yang dideritanya amat parah darah mengucur
keluar dari mu lut dan hidungnya jelas pukulan yang berhasil
mampir ditubuhnya berat sekali.
Dengan disalurkannya hawa murni kedalam tubuhnya
pergolakan hawa murni dalam dada Tu Kiu perlahan2 jadi
reda dan tenang kembali.
”Toako ! ' bisik Sang Pat dengan suara lirih ”parahkah luka
yang ia derita?.”
”Parah sekali tapi engkau tak usah kuatir pertolongan yang
telah kita berikan tepat pada waktunya keadaan lukanya tidak
akan memburuk lagi..”
"Entah siapakah yang berhasil melukai dirinya sehingga
begitu parahnya..? tapi yang jelas orang itu pasti memiliki
tenaga dalam yang amat sempurna."
Siau Ling tempelkan jarinya keeatas bibir. "Ssst jangan
berisik sehingga mengganggu kontrasi. " ia memperingatkan.

Meskipun dalam hati kecilnya pemuda itu ingin cepat2
mengetahui tentang keadaan dari Pek li Peng namun dengan
sekuat tenaga ia berusaha untuk menahan perasaan itu.
Kurang lebih setengah jam kemudian Tu Kiu baru membuka
kemhali matanya sembil memandang sekejap kearah Sang Pat
dan Siao Ling ujarnya lirih:
''Nona Pek-li telah ditawan orang!.”
Siau Ling merasa amat terperanjat segera pikirnya:
”ilmu silst yang dimiliki Pek-Ii Peng tidak lemah untuk
merobohkan gadis itu bukanlah Suatu pekerjaan yang sangat
mudah apalagi menangkap dirinya dalam keadaan hidup .
Peristiwa ini luar biasa sekali entah siapakah yang mampu
melakukan perbuatan itu?"
Walaupun terperanjat namun sianak muda itu menekan
perasaannya didalam hati ia tertawa ewa dan menjawab :
"'Tidak menjadi soal, kalau toh dia sudah ditangkap hidup2
maka itu berarti babwa jiwanya tidak terancam oleh bahaya,
ceritakan lah secira per-laban2, sebenarnya kalian telah
berjumpa dengan siapa?,
"Kami telah bertemu dengan Shen Bok Hong!"
"Shen Bok Hong??" ulang Siau Ling dan Sang Pat dengan
wajah terperangah.
"Tidak salah! setelah Shen Bok Hong berhasil menangkap
nona Pek li. ia memerseni sebuah pukulan keatas tubuhnya
dan beritahu kepada siaute bahwa ia sudah mengetahui akan
rumah penginapan yang kita diami sekarang, tapi ia bilang
pada saat ini sedang sibuk dan untuk sementara waktu tak
minat uniuk berjumpa dengan toako. pukulan yang dia
hadiahkan kepadaku benar2 berat sekali namun tidak sampai
membereskan jiwaku, ia telah memperhitungkan daya tahanku
secara tepat...”

---ooo0dw0ooo---
Jilid: 26
BICARA sampai di sini nafasnya mulai tersenggal2. Siau
Ling segera tarik napas panjang dan berkata.
“Saudara Tu bicaralah per-lahan2 jangan terburu nafsu!"
Setelah mengatur nafasnya Tu Kiu melanjutkan kembali
kata2nya.
“Menurut dia setelah aku tiba kembali disni dengan susah
payah maka semua tenagaku sudah habis dan letih sekali
untuk memulihkan kembali keadaanku paling sedikit harus
beristirahat selama satu jam mungkin toako akan membantu
aku untuk memulihkan keadaanku itu dan tak mungkin bisa
mem percepat waktunya untuk melakukan pengejaran dalam
lagi selama masa satu jam aku tak dapat bicara kecuali kalau
toako tidak memperdulikan keadaanku lagi tapi ia sudah
memperhitungkan semuanya dengan tepat dengan kebesaran
jiwa toako tak mungkin engkau....'"
“Aaaai...! apa dia katakan memang tepat tekali segala
sesuatunya telah berada dalam dugaannya" sahut Siau Ling
“Aku rasa ada satu hal yang sama sekali diluar dugaan
Shen bok hong...." sela Sang Pat.
“Hal apa??”
“Kemajuan pesat dalam tenaga dalam yang dimiliki toako
menurut dugaannya toako harus membuang waktu selama
hampir satu jam untuk menyadarkan kembali diri sam-te, tapi
dalam kenyataan hanya setengah jam belaka yang dibutuhkan
toako untuk menolang saudara Tu "
Siau Ling menghela nafas panjang.

„Aaai.. ia tak membereskan jiwamu tapi sengaja
melepaskan engkau kembali aku rasa pasti ada banyak
persoalan yang disuruh sampaikan kepadaku, bukankah
begitu??"
Sedikitpun tidak salah, meskipun siau-te tabu bahwa apa
yang dia katakan kepadaku hanya berupa suatu jebakan
belaka tapi bagaimanapun juga aku harus mengutarakan
kepadamu.
"Tak menjadi soal, katakanlah ! "
Shen bok hong beritahu kepadaku katanya ia akan
mengirim Pek-li keatas gunung soat-hong san!"
"Luas gunung soat-bong-san mencapai be ribu2 li
panjangnya, apakah Shen bok hong tidak menerangkan kita
harus mencari kemana?” tanya Sang Pat.
"Ia sama sekali tidak menerangkan persoalan itu. tapi ia
pernah berkata asal toako berani pergi kesini maka pasti akan
kirim orang untuk menyambut kedatangannya"
"Mereka pasti telah mencari suatu tempat yang paling
strategis dan paling bahaya keadaannya diatas gunung Soat
hong san untuk menjebak kita, tindakannya yang sama sekali
tidak menerangkan letak tempat itu yang sebenarnya
membutikan bahwa ia tidak berharap kalau toako membawa
bila bantuan"
Siau Ling tertawa ewa.
"Justru disinilah letak kelihayan dari Shen bok hong,
jebakan yang dia persiap kan kelihatan sederhana dan jelas
sekali membuat siapapun yang melihat segera akan
mengetahuinya, tapi justru karena kesederha naantya itu
membuat orang mau tak mau terpaksa harus memenuhinya
juga!"
Sang pat termenung berpikikir beberapa saat lamanya,
kemudian berkata lagi:

"Setelah nona Pek-li tertimpa musibah, bagaimanapun juga
kita harus menolong dirinya, tapi jika toako pergi seorang diri,
bukankah hal itu sama artinya dengan memenuhi harapan dari
Shen bok hong?"
"Kalau tidak pergi seorang diri, Shen bok hong tidak akan
mengirim orang untuk menyambut diriku, dan diapun tak akan
munculkan diri, apakah kita harus periksa setiap pelosok
tempat diatas gunung Soat-bong san yang bu2 li panjangnya
itu?"
"Sepanjang jalan asal toako tinggalkan tanda rahasia, kami
toh bisa menyusul dengan andalkan tanda tersebut ?" seru
Sang Pat
Siau Ling menghela napas panjang. "aaaii...! shen bok
hong bukan seorang manusia bodoh, ia bisa mempersiapkan
siasat semacam itu berarti pula bahwa ia telah menduga
sampat kesitu. mungkin ia sudah menaruh mata2nya
sepanjang jalan"
"Kendatipun begitu, kamipun tak akan menguntit jejak
toako secara terang2an. Kami akan menyaru sedemikian rupa
sehingga tak dikenal lagi oleh siapapun.”
Siau Ling termenung sebentar akhirnya ia mengangguk.
"Baiklah! dia menjawab dalam keadaan seperti ini akupun
tak bisa temukan siasat lain yang jauh lebih baik tapi aku
harap jangan. terlalu banyak orang yang mengetahui akan
peristiwa ini. beritahu saja kepada Bu wi tootiang dan Be bun
hui dua orang" setelah berhenti sebentar ia melanjutkan :
“Orang yang menyusul diriku juga jangan terlalu banyak
pilih saja lima orang jago yang paling lihay mengerti??.”
“Menurut pendapat toako siapa saja yang pantas dipilih
untuk menyusul dirimu??.”
"kalau Sun put shia sun loocianpwee sudah kembali hal itu
lebih bagus lagi kemudian kalau Bu wi tootiang bisa ikut

ajaklah dia tapi kalau tak bisa jangan terlalu memaksa selain
itu ajaklah panah sakti yang menggetarkan seluruh jagad
Tong gom kie, peluru sakti Liok kui ciang dan kau sendiri.
Luka yang diderita Tu heng sangat parah, lebih baik dia
jangan ikut, ajaklah dia kesuatu tempat yang terpencil untuk
merawat lukanya itu dan jangan lupa beritahu kepada Be bun
hui agar semua jago persilatan yang telah berkumpul disekitar
sungai Tiang kang untuk menyembunyikan diri untuk
sementara waktu jangan adu kekuatan dahulu dengan pihak
perkampungan Pek Hoa san cung”
"Andaikata Sun put shia belum kembali?” tanya Sang pat.
''Kurang seorangpun tidak jadi soal..!” sahut Siau Ling.
Setelah berhenti sebentar ujarnya lagi:
"Engkau harus bersusah payah untuk melakukan perjalanan
lebih dahulu kekuil Len-ie-si dikota Hciu katakan kepada It-bun
too akan maksud hatiku dan undanglah dia untuk membantu
para jago persilatan dalam perjuangannya melawan kelaliman
She bok hong"
"Apakah dia juga diminta untuk menyusul toako kebukit
soat-hong-san..”
"Beri tahukan saja peristiwa ini kepadanya mau pergi atau
tidak terserah pada keputusan sendiri”
'Siaute akan mengingat selalu semua pesan dari toako!"
"ooh yaa... masih ada satu urusan hampir saja aku luka
untuk disampaikan kepadamu. Seandainya engkau berjumpa
muka dengan Kim hoa hujin, maka beritahukan juga peristiwa
ini kepadanya" Sang pat mengangguk " Siaute mengerti..-!'-
Siau Ling lantas alihkan sorot matanya kearah Tu kiu,
sesudah mengawasi wajahnya ia menegur :
"Saudara Tu kiu, bagaimana keadaanmu pada saat ini?"

'Kalau dipaksakan sih masih dapat melanjutkan
perjalanan...!"
''Baik, kalau begitu mari kita lakukan perjalanan bersama2..."
kata Siau Ling.
"toako!” bisik Sang pat tiba2. "kita harus menjanjikan
sebuah tanda rahasia khusus buat pergerakan kali ini. Dan
tanda itu harus tanda yang aneh sehingga tidak gampang
diketahui ataupun dikenali oleh orang lain"
"Menurut pendapatku, lebih baik kita gunakan benda dari
alam bebas saja sebagai tanda, asal diberi suatu perubahan
khusus rasa nya sukar untuk dikenali orang"
Setelah berunding beberapa saat lamanya dua orang itu
segera menetapkan suatu tanda rahasia khusus untuk
mengadakan kontak kemudian, sambil memayang Tu kiu
berangkatlah mereka tinggalkan rumah penginapan itu.
Setelah mengantar Sang pat keluar dari kota Tiang , Siau
segera mengajak kedua orang saudaranya itu berangkat
menuju kepantai pasir ditengah sungai. Setelah bertemu
dengan para peronda dari jago persilatan dibawah pimpinan
Be bun hut ia baru berbisik lirih:
“Setelah berjumpa dengan para peronda aku rasa tak
mungkin kalian sampai berjumpa dengan Shen bok hong,
Siau heng akan berangkat selangkah lebih dulu. Jika aku bisa
mendahului mereka dan menghadang mereka ditengah jalan
bukankah hal ini jauh lebih bagus??"
Sang pat menyadari betapa gelisah dan terburu burunya
sianak muda itu, dia sama sekali tidak berusaha mencegah
hanya pesannya dengan suara lirih:
"toako, baik2 lah jaga diri !!"
„Aku bisa berhati2...." jawab Siau Ling, ketika kata2 yang
terakhir diutarakan keluar, tubuhnya sudah berada beberapa
tombak jauhnya dari tempat semula.

Memandang bayangan punggung Siau Ling yang makin
menjauh, Sang Pat menghela napas panjang, sekali
membopong tubuh Tu kiu ia berangkat menuju ketepi sungai.
Sementara itu Siau Ling yang sudah memahami betapa
kejam dan telengasnya Shen bok hong, sepanjang perjalanan
ia berlari cepat, dia kuatir Pek li peng yang sudah terjatuh
ketangannya akan mengalami banyak penderitaan dan
siksaan, pemuda itu berharap sebelum mereka berhasil
memasuki bukit Soat san. ia berhasil menghalangi jalan pergi
orang2 itu.
Melakukan perjalanan setengah malaman. entah berapa
jauh sudah ia tempuh, dengan dasar tenaga dalam yang
begitu sempurna pun keringat sebesar kacang kedelai telah
membasahi seluruh tubuhnya.
Tatkala fajar baru saja menyingsing, ia sudah tiba di
sebuah persimpangan jalan.
Sebuah rumah kecil bertegger disisi jalan.
Dari bendera kain yang berkibar terhembus angin, ia kenali
tempat itu sebagai suatu warung arak.
Seorang kakek tua berusia lima puluh tahunan dengan
pakaian yang amat sederhana sedang membersihkan meja.
Siau Ling segera maju menghampiri dan menegur:
"Kakek apakah ada makanan yang bisa di hidangkan?”
Setelah melakukan perjalanan cepat setengah malaman
bukan saja sianak muda itu merasa amat lelah bahkan
perutnya sangat lapar sekali.
Kakek tua itu menengadah keatas dan mengawasi Siau
Ling, sekejap kemudian sahutnya
"Kek-koan sepagi ini engkau sudah tiba disini?

"aku telah kemalaman ditengah jalan apa boleh buat
terpaksa semalaman suntuk aku harus meneruskan
perjalanan" sahut pemuda itu sambil per-lahan2 duduk
dibangku.
Kakek desa itu tersenyum. "Silahkan duduk sebentar kekkoan
aku akan siapkan sepoci arak lebih dahulu" kata nya
"Ooh yaa kakek bolehkah aku menanyakan sesuatu?
apakah jalan ini adalah jalan raya yang harus dilalui jika aku
hendak pergi kebukit Soat hoang san
Pada waktu itu kakek desa tersebut sudah putar badan
hendak pergi, mendengar pertanyaan tersebut ia segera
berhenti dan menjawab:
"Jika kek koan melanjutkan perjalanan cepat sebelum hari
menjadi gelap nanti mungkin sudah dapat mencapai kaki bukit
Soat san, Cuma saja...
"cuma kenapa?”
“Bukit soat hoang san panjangnya sampai beberapa ribu li
entah kek koan akan pergi kemana?”
"aaah benar aku hendak pergi kemana?” pikir Siau Ling
dalam hati.
Walaupun dalam hati berpikir demikian ia menjawab.
“Yang kakek katakan barusan adalah tempat apa?”
"haabbh hashhh haaahb pertanyaan dari kek koan benar?
membingungkan hatiku..” seru kakek itu sambil tertawa terbahak2.
“Yang kukatakan tadi adalah kaki bukit Soat hong
san, kalau engkau hendak menuju kepuncak bukit tsrsebut
maka paling sedikit harus menempuh lima ratus li lagi!”
Untuk beberapa saat lamanya Siau Ling membungkam
sementara dalam hati kecilnya dia berpikir:

"perjalanan yang kutempuh sepanjang malam paling sedikit
dua ratus li, sekalipun Shen bok hong sambil menggusur
peng-ji berangkat satu jam lebih cepat, sepantasnya kalau aku
telah berhasil menyusul dirinya ... kenapa bayangan tubuh
mereka tak nampak? jangan2 aku telah salah memilih jalan?"
Berpikir sampai disitu ia lantas berkata :
“Dari kota Tiang sih menuju kebukit soat hong san apakah
cuma ada satu jalan ini saja?"
Rupanya kakek itu merasa keheranan atas cara Siau
mengajukan pertanyaannya ia gelengkan kepalanya berulang
kali.
“Kek-koan aku lihat seakan2 kau sendiripun tak tahu pada
saat ini hendak pergi ke mana? bukankah begitu?"
Siau Ling tertawa getir:
“Sedikitpun tidak salah,” jawabnya, “seorang sahabatku
mengajak aku untuk berjumpa muka dibukit soat hong san
tapi karena ter-buru2 ia lupa menerangkan letak dari tempat
pertemuan itu"
“Betul2 tolol... betul2 ceroboh...." seru kakek desa itu
sambil gelengkan kepalanya berulang kali. “Aku tak mengira
kalau dikolong langit bisa terjadi peristiwa yang tolol.”
Berbicara sampai disitu. tiba2 ia merasa bahwa ucapannya
tidak pantas untuk diutarakan didepan tamunya, dengan cepat
ia berseru:
"kek koan. jika engkau hendak berangkat menuju kepuncak
utama bukit Soar hong san. maka engkau telah salah ambil
jalan, tapi kalau engkau hendak menuju ketelaga Jit seng tam
maka jalan ini tepat sekali.”
Mendengar perkataan tersebut, satu ingatan segera
berkelebat dalam benak Siau Ling dengan cepat ia bertanya.
"Macam apa sih telaga Jit seng tam tersebut??"

"Telaga Jit seng tam adalah suatu tempat kenamaan diatas
bukit Soat bong san. Telaga tersebut merupakan muara dari
tujuh buah sumber mata air yang berkumpul menjadi satu.
ditengah telaga tersebut sebuah jaluran air berwarna hijau
bersih, bila digabungkan maka bentuknya mirip sekali dengan
tujuh bintang, karena itulah telaga tersebut dinamakan telaga
tujuh bintang”
"Kakek. pengetahuanmu benar2 sangat luas”
Kakek desa itu tertawa.
"Tempo hari sewaktu aku masih jejaka, banyak tempat
kenamaan yang telah kukunjungi. Paling sedikit lima enam
buah propinsi telah kujelajahi hingga rata sedang telaga jit
seng tam tersebut jangan dibilang baru satu kali mungkin
puluhan kali aku pernah pergi kesana, sayang aku sudah tua,
kalau tidak mungkin setiap tahun aku masih suka pergi
kesana”
“Dari kota Tiang-sah untuk menuju ketelaga tujuh bintang
apa musti lewati tempat ini?' .
"Sedikitpun tidak salah?".
Dalam hati sianak muda itu segera berpikir:
“Kalau jalan yang kutempuh pada saat ini adalah jalan yang
keliru sekalipun balik lagi kekota tiang-sah rasanya sudah tak
sempat untuk menyusul gembong iblis itu lagi, sebaliknya
kalau jalan yang kutempuh benar maka paling sedikit aku
sudah jauh melampaui mereka, lebih baik aku menanti disini
saja. Selain bisa istirahat untuk memulihkan kembali tenagaku,
disamping itu akupun bisa menyusun rencana dengan lebih
matang lagi.,..”
Kakek tua itu masuk keruang dalam beberapa saat
kemudian ia muncul kembali sambil membawa sepoci air teh.

Siau Ling memenuhi cawannya sebelum ia teguk isi cawan
itu mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya
pemuda itu segera berpikir:
“Kelicikan orang persilatan luar biasa sekali dan lagi Shen
bok hong punya mata2 yang tersebar luas di mana2 alangkah
baiknya kalau aku bertindak lebih hati2 terhadap kakek tua
ini...”
Ketika ia berpaling, tampaklah kakek tua itu sudah masuk
kembali kedalam ruang belakang.
Meskipun lapar dan dahaga, Siau Ling tidak berani minum
air teh dihadapannya dengan gegabah.
Lewat beberapa saat kemudian kakek tua itu dengan
membawa sepiring bakpao telah muncul kembali dihadapan
sianak muda itu sambil menghidangkan makanan tersebut
diatas meja, ia berkata:
“'Kek-koan, engkau toh sudah melakukan perjalanan
semalam suntuk? aku rasa perutmu tentu lapar sekali,
silahkan mendahar bakpao yang masih panas ini,"
Siau Ling tertawa.
"Kakek silahkan duduk! bagaimana kalau kita ber cakap2.”
Kakek tua itu melirik sekejap kearah Siau Ling kemudian
per-lahan2 duduk dihadapannya.
"Kek koan, apa yang hendak kau bicarakan.”
“Sejak pagi2 sudah bekerja. ? Kupikir loo-tiang pasti sudah
lapar sekali, mari... mari santaplah beberapa biji bakpao lebih
dahulu.”
"Aaah. hal ini mana boleh jadi, aku toh sang pemilik rumah
makan ini.”
"Aku yang akan menjamu lo tiang, tak usah kuatir silahkan
saja makan dengan hati lega!”

Dengan muka kebingungan dan tak habis mengerti kakek
desa tua mengawasi Siau-ling beberapa saat lamanya,
sekaligus ia habiskan dua biji bak-pao kemudian sambil
tertawa tergelak ia berkata:
"haaahh haahh-haahh . . . loo te. apakah engkau curiga
bahwa aku sedang membuka kedai gelap yang khusus
menjual daging manusia.”
Siau Ling tersenyum.
“Mana. mana., loo tiang pandai bergurau, bagaimana kalau
kau teguk pula isi cawan teh ini?!”
Kakek desa itu gelengkan kepalanya berulang kali.
“Waah.. cilaka nih! rupanya loo-te benar2 sudah menaruh
curiga kepadaku.."
Dia ambil cawan air teh itu dan sekali teguk menghabiskan
isinya.
Melihat pemilik kedai itu sudah meneguk habis isi cawan
tersebut. Siau Ling baru tertawa ewa dan berkata :
"Aku pernah mendengar suatu cerita,” katanya “bila
seseorang menginap dalam sebuah kedai gelap maka orang
itu akan dibunuh dan dagingnya dibikin isi bak pao untuk
kemudian dijual kembali, meskipun dikemudian hari banyak
kedai gelap yang tertangkap basah, tapi entah sudah berapa
banyak jiwa manusia yang keburu melayang, oleh sebab itulah
selama melakukan perjalanan aku selalu bertindak hati2..."
Kakek desa itu tiba2 bangkit berdiri dan berkata :
"Jika aku masih muda, ini hari aku pasti akan memberi
pelajaran yang setimpal kepadamu, bukankah perbuatanmu
itu sama artinya menuding hweesio memaki sebagai keledai
gurdul?"
Selesai berkata, ia segera bangkit dan masuk kedalam
kedainya.

Siau Ling masih tetap membungkam dalam seribu bahasa,
pikirnya didalam hati :
"'ucapanku mungkin sudah menyinggung perasaan
halusnya, sebelum berlalu dari sini nanti biarlah kuhadiahkan
beberapa tahil perak sebagai ganti rugi..."
Berpikir sampai disitu. diapun segera mengambil bak pao
itu untuk muiai bersantap.
Setelah masuk kedalam kedainya, kakek desa itu tak
pernah munculkan diri kembali, entah apa yang menyebabkan
ia tak mau muncul lagi?
Setelah habis bersantap. Siau Ling memenuhi cawannya
dengan air teh. tapi sebelum ia sempat meneguk air tersebut.
tiba2 dari tempat kejauhan muncul dua ekor kuda yang berlari
dengan cepatnya.
Kuda itu berlari dengan cepatnya, dalam waktu singkat
kedua ekor kuda tadi sudah berhenti didepan kedai.
Orang pertama yang duduk diatas pelana kuda itu
berperawakan tinggi kekar dan berjenggot putih sepanjang
dada, sepasang senjata roda baja cing kang jit-gwat siang-lun
tergantung pada punggungnya kantong senjata rahasia
tergantung di pinggang. Orang itu bukan lain adalah Sengji
Tiat tan atau tangan sakti peluru besi Cu kun san.
Tempo dulu, jago tua tersebut pernah menghadang Gak
siau cha dan berusaha hendak merampas anak kunci istana
terlarang, setelah banyak tahun tak berjumpa ternyata jago
tua itu masih tetap kekar dan sehat, (untuk mengetahui kisah
tersebut, silahkan membaca : rahasia kunci wasiat.)
Diatas pelana kuda yang kedua duduklah seorang pemuda
baju hijau yang berdandan seperti imam, orang itu bukan lain
adalah peramal sakti dari lautan timur Suma kan adanya.
0000odwo0000

Menyaksikan kemunculan dua orang jago itu Sling jadi
keheranan tak habis mengerti pikirnya didalam hati:
"Kenapa dua orang jago itu bisa melakukan perjalanan
bersama?”
Sementara itu terdengarlah Suma kan sedang berkata.
'Cu heng bagaimana kalau kita beristirahat dahulu ditempat
ini... tidak keberatan bukan?”
Tangan sakti baja Cu kun Sa menyapu sekejap sekeliling
tempat itu lalu menjawab:
''Sudah hampir setengah bulan lamanya aku mengikuti
dirimu luntang lantung kesana kemari tapi hingga sekarang
bayangan tubuh dari Siau Lingpun masih belum nampak.”
sambil ngomel ia loncat turun dari atas kudanya.
Suma kan tertawa.
"Sewaktu aku beri tahu kepada Cu heng apa yang telah
kukatakan? coba ingatlah lagi”
"Engkau bilang dalam waktu satu bulan Siau Ling pasti
berhasil ditemukan!”
"Benar! dan sekarang baru mencapai hari keberapa??”
"Hari ketujuh belas! dalam satu bulan toh ada tiga puluh
hari itu berarti aku masih punya kesempatan selama tiga belas
hari, Cu heng mengapa engkau musti terburu napsu??”
"Kita sudah mencari selama tujuh belas hari lamanya
selama ini jangan dibilang ketemu dengan orangnya bahkan
kabar berita tetang dirinyapun tak kedengaran sama sekali,
masa dalam tiga belas hari mendatang engkau benar2 akan
berhasil temukan jejak dari Siau Ling?”
Siau Ling yang selama itu duduk disamping dapat
menangkap semua pembicaraan mereka dengan jelas tetapi

berhubung ia sudah menyaru dengan wajah lain sulit untuk
mengenali dirinya
Kemunculan yang sangat mendadak dari dua orang itu
amat mengejutkan hati Siau Ling tapi ia tetap membungkam
sambil pura pura pejamkan matanya ia perbatikan
pembicaraan dari dua orang itu lebih jauh
Terdengar Cu kun berteriak dengan suara lantang
"Hey pemilik kedai apakah kalian tak punya pelayan untuk
melayani tamunya??”
Walaupun seruan tersebut diulang sampai beberapi kali
namun dari bilik kedai masih sunyi senyap tiada jawaban yang
kedengaran.
Suatu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling pikirnya
“Aneh benar, dengan jelas aku lihat pemilik kedai ini masuk
keruang dalam kenapa tiada jawaban apapun yarg diberikan?
masa ia ngambek dan marah sehingga tak sudi berdagang
lagi??”
Blaammmm..! Cu kun San mendeprak meja keras2
kemudian teriaknya dengan suara lantang:
“Selama hidup aku malang melintang ke-utara ataupun
keselatan belum pernah kutemui kedai makan semacam ini....
hmmm' kalau bikin aku jadi naik darah kuhancurkan papan
merekmu itu.”
“Kejadian ini memang aneh sekali" bisik Suma Kan
kemudian "Cu heng silahkan duduk sebentar disini biar aku
periksa kedalam”
"Apa yang perlu diperiksa lagi? aku tidak percaya kalau
teriakanku yang begitu keras sama sekali tak kedengaran
olehnya.”
"Siapa tahu kalau pemilik kedai ini sudah ketimpa nasib
malang.”

“Ehmm! betul juga ucapan iiu. coba periksalah keadaan
didalam kedai.”
Suma kan bangkit berdiri dan masuk ke dalam ruangan
dengan langkah lebar.
Ketika tiba didepan pintu. tiba2 ia berhenti dan berpaling
kearah Siau Ling
Sementara itu pemuda tersebut sedang memandang
kearah ruang dalam, ketika empat mata saling bertemu, buru2
Siau Ling melengos kearah lain.
Dengan langkah lebar suma kan segera masuk kedalam
ruang dalam, beberapa saat kemudian ia muncul kembali
sambil membopng tubuh kakek tua itu.
Cu Kun San segera bangkit berdiri dan menegur:
“loo te. sebenarnya apa yang telah terjadi?”
“Ia kena obat pemabuk" jawab Suma Kan. Sorot matanya
dialihkan keatas wajah Siau Ling, sambil baringkan kakek desa
itu keatas lantai ia melanjutkan:
'Sudah lama engkau tiba disini??”
Per-lahan2 Siau Ling turunkan topi rumputnya kebawah
hingga hampir menutupi bagian besar wajahnya sambil
bangkit berdiri ia memandang sekejap kearah kakek desa itu
kemudian balik bertanya. "dia sudah mati?"
"Mati sih belum, apakah perbuatan ini adalah hasil
karyamu" tegur Suma kan dengan dahi berkerut. Siau Ling
menggeleng.
"Bukan, kenapa aku musti mencelakai dirinya??"
"Tentu saja mengincar harta kekayaannya” sahut Suma kan
"tempat ini jauh dari rumah tetangga, jauh dari kota empat
penjuru sunyi sepi tiada seorang manusiapun aku rasa tempat
ini memang paling cocok untuk turun tangan.”

Siau Ling tertawa ewa.
"Mungkin dia sendiri yang mencari penyakit buat diri
sendiri" katanya.
"Hmmm! sudah lamakah 'engkau datang ke mari??”
“Ehmm kurang-lebih setengah jam berselang!”
Memandang sekejap kearah baki berisi bakpao dan teko air
teh diatas meja kemudian ujarnya:
"Sewaktu engkau tiba disini pemilik kedai ini masih berada
dalam keadaan sehat wal'afiat!”
Siau Ling mengangguk.
"Benar ia siapkan air teh bagiku lalu menyuguhkan pula
sebaki bak pao panas.”
“Kemudian?”
"Kemudian ia meneguk air teh dalam cawanku dan kembali
kedalam kamarnya tak nyana ia sudah terkena obat pemabok
yang begitu lihay oooh! benar2 menakutkan sungguh
mengerikan.”
"Jadi maksudmu racunnya berada didalam teko air teh itu?”
Bicara sampai disitu sang peramal sakti dari timur segera
mengambil teko air teh itu dan penuhi secawan lalu dibauinya
dengan seksama sesudah itu barulah dia berkata.
"Oooouw..! obat pemabok yang sangat lihay tidak berbau
tidak berasa dan sama sekali tiada tanda yang mencurigakan
ternyata engkau bisa menduga akan bahaya yang sedang
mengancam. Ketajaman matamu betul2 mengagumkan
sekali.”
“Terima kasih atas pujianmu!,”
“Kalau begitu pemilik kedai yang tak tahu diri ini pastilah
telah mengincar barang bawaanmu” kata Suma Kan,

Kemudian timbul niat jahat dengan mencampurkan obat
pemabuk kedalam teko air teh tak nyana bukan engkau yang
dirobohkan justru dialah yang kena kau robohkan itu namanya
senjata makan tuan!
"Ada satu hal yang tidak benar" ujar Siau Ling sambil
tertawa.
"Bagaimana yang tidak benar?"
“Aku sama sekali tidak memaksa dirinya untuk minum air
teh itu. sebaliknya dialah yang pura2 hendak membuktikan
bahwa di air teko itu tak ada campuran racunnya dan sengaja
minum seteguk.”
“Orang ini betul2 tolol sekali, sudah terang terangan tahu
kalau dalam air teh sudah di campuri obat pemabuk, ternyata
ia masih berlagak pilon pura2 tak tahu betul2 manusia
goblok!...” dalam hati kecilnya Siau Ling tertawa geli
sedangkan diluaran ia menjawab:
“Mungkin dia ingin pulang kekamarnya untuk mengambil
obat penawaraya. Siapa tahu obat pemabok itu bekerja
sebelum waktunya hingga membuat dia jadi pingsan dan tak
sadarkan diri"
Suma kan mengangguk tanda membenarkan.
“Ehmmm penilaianmu memang tepat dan betul semua.”
Tiba2 ia tertawa dingin dan meneruskan: 'jadi kalau begitu
sedari permulaan engkau sudah tahu kalau dilam air teh itu
telah di campuri obat pemabuk?”
“Aku cuma curiga saja karena itu air teh dalam cawan sama
sekali tidak kuminum menanti aku sudah bertemu lagi dengan
dirinya, pada waktu itulah aku bisa membuktikan bahwa
kecurigaanku ternyata sama sekali tidak keliru cuma andai
kata kalian berdua datang terlambat satu langkah saja
mungkin aku sudah minum air teh sang beracun ini dan jatuh
tak sadarkan diri”

"Kenapa dia bendak meracuni dirimu?“ tanya Suma kan
dengan perasaan ingin tahu
''Pemilik kedai itu toh belum mampus apa salahnya kalau
kita sadarkan drinya lalu menanyakan sebab musababnya?”
sahut Siau Ling.
"Ehmm! benar juga perkataan itu” sambung Cu kun san
dengan cepat, “Suma loo te, mari kita sadarkan dulu pemilik
kedai tersebut!"
Suma kan segera mengambil sebaskom air dingin dan
diguyurkan keatas wajah kakek itu, sementara telapaknya
ditabokkan keatas batok kepalanya.
Terguyur oleh air dingin, kakek desa itu sadar kembali dari
pingsanya dan perlahan duduk.
Setelah memandang sekejap kearah Siau Ling, kemudian
memandang pula kearah Suma kan dan Cu kun san, serunya
berulang kali :
"Peristiwa ini tak ada sangkut pautnya dengan diriku.,
urusan ini tak ada sangkut pautnya dengan aku....”
Siau Ling tertawa ewa, selanya dengan cepat :
“Asal engkau bersedia menerangkan duduk perkara yang
sebenarnya, tentu saja urusan ini tak ada sangkut pautnya
dengan dirimu"
Sesudah termenung sebentar, kakek pemilik kedai itu
berkata :
"Sebelum engkau tiba disini, ada seorang tamu yang tiba
disini lebih duluan....” serahkan sebuah bungkusan obat
kepadaku dan memerintahkan aku untuk membius engkau.
“Sekarang orang itu berada dimana??”
"Bersembunyi didalam kamarku, sebenarnya aku tak mau
tapi ia menyandera istriku dan mengancam akan bunuh bini

tuaku jika aku tak mau turuti perintahnya, dalam keadaan
demikian mau tak mau terpaksa aku harus menuruti
perintahnya.”
Mendengar keterangan tersebut, Siau Ling segera
menengadah dan memandang sekejap kearah Suma kan.
kemudian katanya:
'Suma heng. sewaktu engkau menyelamatkan kakek tua ini.
apakah kau sempat melihat sesuatu yang tak beres? "
Suma kan terperangah.
“Siapa kau? darimana engkau bisa tahu namaku?” serunya
keheranan.
Siau Ling tersenyum.
''Aku bukan lain adalah Siau Ling yang sedang dicari oleh
Suma heng serta Cu locianpwee.”
Cu kun san kontan membelalakkan mata nya lebar2. sambil
menatap wajah Siau Ling beberapa saat lamanya ia berseru:
"Engkau adalah Siau Ling?!”
"Sedikitpun tak salah!?”
Suma kan segera tertawa terbahak2.
"haahh.haahh..haahh. tak aneh kalau nada suaramu sangat
kukenal."
Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Cu kun san.
kemudian menambahkan:
"Cu-beng. coba lihat bagaimana dengan ramalanku?!”
Cu kun san tetap gelengkan kepalanya.
“Kejadian ini sama sekali tak masuk diakal. Aku setengah
percaya setengah tidak!"

Mendengar perkataan orang itu. tanpa banyak bicara Siau
Ling segera melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi
wajahnya, setelah itu dia baru bertanya :
"Sekarang, apakah locianpwee sudah percaya?!”
Suma kan tertawa keras, sambungnya dengan cepat :
“Kalau ini hari kami gagal berjumpa lagi dengan Siau heng,
mungkin aku masih harus menahan dongkol selama beberapa
hari lagi"
Dalam pada itu dengan langkah terburu2 Cu kun san sudah
maju menghampiri pemuda tersebut, sambil menggenggam
tangan Siau Ling katanya :
“Loo te, ternyata benar2 adalah engkau! sejak dahulu aku
sudah menduga bahwa engkau bukan manusia sembarangan,
ternyata dugaanku itu memang sama sekali tidak meleset”
Habis berkata ia menengadah dan tertawa ter-bahak2.
“Locianpwee memuji, aku hanya bernasib lebih baik saja
dari kebanyakan orang, kalau dibilang hebat sih tidak.."
Kembali Cu kun san tertawa tergelak.
"haah..haahh..haahh.. siau lote tak usah merendahkan diri,
seandainya engkau tidak memiliki kecerdasan, tak mungkin
bisa menghasilkan suatu karya yang demikian besar!”.
Sementara kedua orang itu masih ber-cakap2, tiba2
terlihatlah Suma kan menggerakkan tubuhnya dan langsung
menerjang masuk kedalam ruang belakang kedai itu.
Siau Ling tahu bahwa sahabat karibnya itu sedang mencari
jejak musuh ditempat persembunyiannya, karena itu dia tak
binyak bicara.
Lain halnya dengan Cu kun san, ia segera berteriak dengan
suara lantang :

'Hey! saudara Suma kan, sepanjang hari engkau selalu
menggerutu karena tak bisa berjumpa dengan Siau , sekarang
setelah siau ditemukan mengapa engkau malah kabur tak
ujung pangkalnya.”
Suma kan berlalu dengan cepatnya, dia sama sekali tidak
menggubris teriakan dari Cu kun san tersebut.
Siau Ling yang melihat tindakan sahabat nya itu segera
tersenyum.
“Dia sedang pergi mencari orang "katanya.
Dalam pada itu dari tempat kejauhan terlibatlah debu
mengepul keangkasa kembali ada beberapa ekor kuda
dikaburkan menuju kearah kedai tersebut.
Buru2 Siau Ling mengenakan topeng kulit manusianya,
kepada Cu kun san ia berkata:
“Locianpwee, pada saat ini aku merasa kurang leluasa
untuk berjumpa orang dengan muka asliku, aku harap
locianpwee suka maklumi keadaanku ini!”
Sambil tertawa Cu kun san mengangguk.
"Aku tahu. sekarang engkau adalah musuh besar nomor
satu dalam pandangan Shen bok hong, demi kebenaran dan
keadilan dalam dunia persilatan engkau memang tidak
sepantasnya kalau berjumpa muka dengan mereka dalam
muka yang sebenarnya"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, keempat ekor
kuda itu sudah tiba didepan kedai tersebut.
Siau Ling segera menengadah dan memandang kearah
penunggang2 kuda itu. ia lihat orang yang berada dipaling
depan adalah se orang kakek tua baju hijau yang berusia
enam puluh empat lima tahunan, dia bukan lain adalah Cu ban
ciang dari kota lokyang, salah satu diantara empat pujangga
dunia persilatan.

Dibelakang kakek itu mengikuti pula Chin su teng dari
Klam, Yu cu cing dari kota Kim leng serta Kho Su thong dari
kota Kang ciu.
Sewaktu Cu kun san masih aktif melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan tempo hari. ia kenal baik dengan
keempat orang pujangga besar dari dunia persilatan ini,
melihat kehadiran orang2 itu dia segera maju dan memberi
hormat.
"waah.. sungguh kebetulan, sungguh kebetulan sekali, ini
hari entah angin apa yang telah menghembus empat erang
pujangga besar hingga muncul disini?'
Cu bun ciang balas memberi hormat dari atas kudanya,
kemudian menjawab.
"oooh! rupanya saudara Cu kun san juga berada disinisudah
banyak tahun kita tak pernah saling berjumpa muka.
"haaahh haahh haahh..! selamanya empat pujangga besar
tak pernah mencampuri urusan mengenai dunia persilatan,
apakah pada saat ini kalian sedang berpesiar kebukit
kenamaan.
Cu bun ciang menghela napas panjang.
"Aaai. sebenarnya kami empat orang punya tujuan yang
sama yakni tidak akan mencampuri urusan dunia persilatan
dan sepanjang hidup hanya berpesiar ketempat kenamaan:
"Benar, kita Cu kun san. dalam dunia memang banyak
terdapat jago2 persilatan yang sudah lama mengasingkan diri
ditempat sunyi. tapi terdesak oleh keadaan kadang2 harus
munculkan diri kembali kedalam dunia persilatan, tapi kalian
berempat toh memiliki ilmu silat yang sangat tinggi dan lagi
sudah puluhan tahun lamanya tak pernah mencampuri urusan
apapun, orang persilatan memang tak salah kalau memberi
julukan empat pujangga besar kepada kalian semua'

Cu bu ciang gelengkan kepala berulang kali dengan sedih ia
berkata:
"Tidak terlibat dalam dunia persilatan merupakan cita2
kami berempat selama puluhan tabun meskipun seringkali
dimainkan oleh keadaan namun kami semua bisa
menempatkan diri sebaik baiknya dan tak mau ambil tahu.
Tapi sejak Shen bok hong muncul dalam dunia persilatan dan
membuat keonaran di mana2 kemudian muncul Siau Ling
yang lemah tapi bersemangat besar untuk mendobrak
kelaliman dan kekejaman iblis tersebut semangat dan
kebranian nya yang luar biasa itu sangat mengetuk perasaan
kami berempat karena itu setelah runding dan berdebat
selama tujuh hari tujuh malam...”
"Bagus sekali! "seru Cu kun san sambil tertawa '' ternyata
kalian berempatpun pandai berkelahi sendiri?”
Cu bun ciang gelengkan kepalanya berulang kali.
'Oooh! bukan, begitu' serunya."kami tidak berkelahi, tapi
berunding dan cari kemufakatan dalam masalah yarg sedang
kami hadapi."
"Apakah kalian berempat sudah berhasil mendapat
mufakat??
"Benar!” sahut Chin Su Teng dari kota Ki lam "hasil dari
musyawarah itu memutus kan bahwa kami tak boleh berpeluk
tangan belaka, kami sudah sepantasnya kalau membantu Siau
Ling untuk menanggulangi bencana yang sedang menimpa
dunia persilatan.
"Jadi kalau begitu, kalian berempat sudah mengambil
keputusan untuk melibatkan diri dalam perselisihan ini.
"Tidak salah,” sahut Yu cu cing dari kota Kimleng "Kami
empat bersaudara telah memutuskan untuk mengerahkan
segenap kemampuan yang kami miliki demi tegaknya keadilan
dan kebenaran didalam dunia persilatan.”

Mendengar sampai disitu. Cu kun san segera mendongak
dan tertawa ter-babak2
"haahh-haahh haahh.. aneh, aneh., sungguh aneh."
"Cu heng. apa yang kau herankan??” tanya Kho su thong
dari kota kang ciu.
“Empat pujangga besar dari dunia persilatan ternyata
melibatkan diri dalam urusan orang lain jika berita ini
diberitahukan orang lain belum tentu orang lain sudi untuk
mempercayai!"
“Meskipun kami sudah mengambil keputusan untuk
mencampuri urusan dunia persilatan tapi masih ada satu hal
yang masih belum selesai,” kata Cu bu ciang lagi.
‘Persoalan apakah itu??"
“Persoalan ini harus dibicarakan dulu setelah bertemu
dengan Siau Ling kemudian baru mengambil keputusan.”
Cu kun san tanpa sadar melirik sekejap kearah Siau Ling
kemudian ia bertanya lagi:
“Apa yang hendak kalian berempat bicara kan dengan Siau
Ling?? Bagaimana kalau beritahukan saja kepadaku bila aku
bertemu dengan Siau Ling nanti, persoalan itu akan
kusampaikan kepadanya"
Chia so teng gelengkan kepalanya.
"Tak mungkin!" ia menjawab, "Persoalan ini harus kami
tanyakan sendiri setelah bertemu muka dengan Siau Ling".
Tiba2 Yu cu ciang dari kota leng. menyela dari samping:
“Kalau didengar dari nada pembicaraan Cu heng, seakan2
engkau mengetahui akan jejak dari Siau Ling.
“Jejak Siau Ling memang sedikit banyak kuketahui, tapi
apakah kalian berjumpa dengan dirinya, aku tak berani
memastikan.”

"Kami sudah beberapa bulan lamanya mencari diri Siau"
Kho su menerangkan
'Tapi selalu tidak berhasil, dan kebetulan sekali kemarin
malam sewaktu ada dikota Tiang san kami sempat mendengar
babwa selama dua hari berselang Siau Ling pernah munculkan
diri disekitar kota tersebut, karena itulah kami empat
bersaudara terpaksa harus mencari jejaknya disekitar kota
thiang sah.”
"Benar,” sambung Cu bun ciang pula. “Telaga tujuh bintang
adalah suatu telaga yang sangat kenamaan, mungkin Siau
Ling akan ngunjungi tempat itu. Karenanya kami hendak
berangkat ketelaga tujuh bintang untuk beradu nasib.”
Cu kun san dibikin serba salah oleh keadaan yang
terbentang didepan matanya pada saat itu. Diam2 ia berpikir.
''Sekarang Siau Ling justru berada dihadapan mereka tapi
sampai detik ini dia tak pernah mengatakan sepatah katapun
hal itu menunjukan bahwa ia bersedia untuk unjukan diri
kepada tempat pujangga besar dan dengan sendirinya akupun
kurang leluasa untuk menerangkan duduk persoalan...aaai!
entah begaimana baiknya?”
Berpikir sampai disitu ia lantas berkata: ” saudara berempat
sekalipun terburu2 aku rasa perjalanan juga tak usah
dilakukan tanpa beristirahat bagaimana kalau beristirahat
diwarung sambil mengisi perut?”
Cu bun ciang termenung sebentar kemudikepada ketiga
orang saudaranya ia berkata:
'Hian-te bertiga bagaimana pendapat kalian??”
"Ada baiknya juga kita biarkan kuda2 itu beristirahat
sebentar kemudian baru meneruskan perjalanan " sahut Chin
su teng dari kota ki lam dengan cepat

Maka turunlah keempat orang pujangga besar dari dunia
persilatan itu dari atas kudanya setelah mengikat kuda
tunggangan diistal mereka be-ramai2 mencari tempat duduk.
Sementara itu pemilik kedai masih berdiri ter-mangu2 disisi
Siau Ling tanpa mengucapkan sepatah katapun pikirannya
kalut dan ia tak tahu apa yang musti dilakukan pada saat itu.
baru saja keempat orang itu ambil tempat duduk kebetulan
Suma kan sedang keluar dari dalam kedai dengan langkah
lebar ditangan kiri ia membawa teko air teh sedang ditangan
kanan membawa bak pao panas sambil menghidangkan
kemeja katanya:
'Kedai kecil ditempat terpencil tak ada makanan lezat untuk
melayani tamu silahkan kalian mendahar sedikit bak pao saja’.
Kho su thong dari lota Lang cu dengan sorot mata yang
tajam mengawasi Suma kan sekejap lalu tegurnya:
"Engkau tidak mirip seperti pemilik kedai ini!’
Cu kun san yang berada didepannya segera tertawa dan
menjawab.
'Dia memang bukan pemilik kedai ini, saudara itu bernama
Suma kan dia adalah sahabat karibku..”
setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh:
"Suma lote cepat kemari! Mari kuperkenalkan dirimu
dengan saudara2 ini mereka berempat adalah empat pujangga
besar yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan!”
Suma kan segera memberi hormat.
'Selamat berjumpa muka. selamat berjumpa muka, aku
bernama Suma kan” serunya.
Peramal sakti dari lautan timur Suma kan belum terlalu
lama muncul didaratan tionggoan, jarang sekali orang
persilatan yang mengetahui namanya apalagi empat pujangga

besar amat jarang berkelana dalam dunia kangou dengan
sendirinya mereka sama sekali tidak pernah mendengar
namanya walaupun begitu mereka segera menganguk sambiil
berseru:
"oooh kiranya adalah suma heng!’
Suma kan tersenyum kepada Cu kun san ia segera berseru
"Bu heng orang itu sudah kabur sambil membawa lari bini
tua pemilik kedai ini.’
Mendengar seruan tersebut tiba2 kakek pemilik kedai itu
lari pontang panting sambi! berteriak sepanjang jalan.
“Hek niu! oooh! Hek niu.. dimana engkau” suaranya keras
dan tajam hingga berkumandang diseluruh pelosok tempat,
dari sikapnya yang gelisah dan cemas bisa dibayangkan
bahwa hubungan suami istri diantara kedua orang itu amat
erat dan akrab sekali.
Siau Ling yang selama ini membungkam terus, tiba2
menyela:
"Suma heng, pemilik kedai itu kasihan sekali. mari kita
bantu untuk menemukan kembali bininya”
Cu kun san sebaliknya menghela napas panjang dan
menggerutu:
"Semasa muda jadi suami istri, semasa tua adalah kawan
senasib, orang ini hidup terpencil ditengab hutan sambil
membuka warung, bininya merupakan satu2nya orang yang
mendampingi dia selama ini, tak aneh kalau ia jadi kalap
setelah mengetahui bahwa bininya dibawa kabur orang.”
Sementara itu Siau Ling sudah angkat kaki menyusul
dibelakang pemilik kedai .
Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya
Suma kan. dia segera berseru:

“Silahkan kalian bersantap dahulu, aku akan membantu
saudara itu untuk menemukan kembali bininya sang pemilik
kedai.”
Habis berkata ia segera enjotkan badan nya menyusul Siau
Ling.
Tampaklah pemilik kedai itu kabur dengan cepatnya, dalam
beberapa waktu kemudian ia sudah lari masuk kedalam
sebuah hutan lebar dibelakang kedainya.
Setelah melepaskan diri dari pengawasan empat pujangga
besar dunia persilatan. Siau Ling mempercepat larinya
menyusul kakek pemikedai itu.
Suma kan dengan cepat telah menyusul kesamping Siau
Ling, sambil berlarian ia bertanya :
"bagaimanakah tabiat dari empat pujangga besar itu?"'
"keempat oragg itu suka menyindiri dan tak pernah
mencampuri urusan orang lain. tapi mereka harus menelan
kerugian yang besar ditangan Shen bok hong akibat dari
perbuatan mereka itu”
"Mereka sedang mencari engkau?!”
"Aku tahu, keempat orang itu sudah keracunan buku dan
filsafat, jika aku muncul kan diri pada saat ini maka suatu
perdebatan sengit tak bisa dihindari lagi. padahal pada saat ini
aku sama sekali tak punya waktu untuk ribut apalagi berdebat
dengan mereka..."
"Rupanya engkau sedang menghadapi suatu masalah
berat?., benarkah itu?”
"benar aku hendak mencari orang?”
"apakah siau-heng bersedia memberi tahu kepadaku
siapakah yang sedang kau cari?”

Tiba2 Siau Ling teringat akan kelihayan dari sahabatnya
dalam ilmu meramal dalam keadaan kepepet dan kehabisan
akal timbullah ingatan untuk minta penolong dan sahabatnya
ini guna meramalkan nasibnya maka ia segera berkata:
"Suma-beng aku herdak mencari seorang nona apakah
suma heng bersedia untuk meramalkan bagiku”
"Siapa percaya ramalan pasti cocok, jika saudara siau
dengan sungguh hati mempercayai diriku aku yakin ramalauku
tak akan membuat siau heng jadi kecewa"
"tentu saja aku percaya dengan sungguh hati dan
setulusnya.”
"baik mari kira menuju kedalam hutan disebelah hutan
sana”
Dua orang itu masuk dalam hutan dan meneruskan
perjalanannya kearah depan, sementara itu pemilik kedai
sedang lari kedalam sebuah gubuk ditengah hutan tersebut
Siau Ling segera mengempos tenaga, dengan gerakan
burung walet menuntut pemukaair tiga kali. laksana kilat ia
menerobos masuk kedalam gubuk itu mendahului kakek
pemilik kedai tersebut.
Rupanya Siau Ling kuatir kalau didalam gubuk itu
tersembunyi musuh tangguh yang akan mengakibatkan
kerugian besar bagi pemilik kedai itu. maka itu mendahuluinya
dengan harapan bisa selamatkan jiwa orang itu dari segala
kemungkinan yang tidak diinginkan.
Terlihatlah seorang nenek tua berbaju sederhana roboh
terkapar diatas tanah, perempuan tua itu sudah berada dalam
keadaan tak bernyawa lagi.
Setelah menubruk masuk kedalam gubuk, pemilik kedai itu
segera memeluk tubuh bininya yang menggeletak diatas
tanah dan menangis terisak dengan sedihnya.

Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa
menghela napas panjang, katanya;
"Lo tiang tak usah menangis lagi, manusia yang telah mati
tak bisa hidup kembali. disini ada dua tahil emas murni, harap
lo-tiang terima sebagai ongkos untuk kabur dari sini!"
Kakek pemilik kedai itu membopong jenasah istrinya dan
menerima uang emas tersebut dari tangan Siau Ling.
kemudian katanya :
"Aku menyesal sekali dengan semua perbuatan yang
kulakukan selama ini..!”
"Salam peristiwa ini. loo tiang tak dapat disalahkan!!”
“Orang itu memakai baju yang kumal dan combang
camping seperti pengemis" pemilik kedai itu menerangkan,
“usianya antara empat puluh tahunan, mukanya hitam dengan
alis tebal. ditengah kening sebelah kiri terdapat sebuah tahi
lalat merah sebesar kacang hijau"
Siau Ling mengangguk.
“Akan kuingat didalam hati" hiburnya, “dikemudian hari bila
aku berjumpa dengan orang itu, pasti akan kubalaskan
dendam sakit hali dari istrimu"
"terima kasih aku permisi dahulu” sambil membopong
jenazah istrinya berangkatlah pemilik kedai itu tinggalkan
gubuk tersebut.
Suma kan yang berdiri didepan pintu ruangan segera
memperingatkan dengan suara lirih :
"Kakek engkau harus berhati2"
“Lohan sudah tua dan tiada sanak tiada keluarga!” ujar
pemilik kedai dengan sedih, “selama ini aku hanya hidup
berdampingan dengan bini tuaku itu, sekarang biniku sudah
mati, kehidupanku pun jadi sama sekali tak berarti lagi"

Bicara sampai disitu dengin kepala didongakan dada
dibusungkan, ia maju ke depan dengan langkah lebar.
Per-lahan2 Siau Ling berjalan keluar dari ruangan itu.
katanya dengan cepat.
"suma heng, tolong ramalkan buat aku!"
Suma kan tersenyum, ia berjongkok dan ambil keluar kotak
ramalannya, sambil mengocok kotak tadi katanya dengan
suara lirih:
“Jikalau kita dapat menemukan pembunuh yang telah
membinasakan bini pemilik kedai itu, maka hasil tersebut akan
jauh lebih manjur daripada hasil ramalanku"
"Tapi saat ini sang pembunuh tersebut berada dimana?"
selanya.
“Menurut dugaanku sang pembunuh itu masih berada
disekeliling tempat ini, ia takut pemilik kedai bocorkan bentuk
badan serta paras mukanya karena itu pembunuh tersebut
sudah pasti akan berusaha keras untuk membinasakan dirinya
dan hilangkan jejak, asal kita bisa tidak tinggal bekas, rasanya
jauh lebih baik kalau kita mengikut dibelakang orang tua itu
saja.”
“Benar perkataanmu memang tepat sekali,” sambung Siau
Ling menyanjung usul tersebut.
“Kalau memang begitu harap Siau heng tunggu sebentar!”
seru Suma kan.
Tiba2 ia loncat kedepan dan menyusul ke arah pemilik
kedai tersebut.
Sesaat kemudian, tampaklah Suma kan telah muncul
kembali didalam rumah gubuk itu.
Setelah orang itu berada sangat dekat dengan mereka.
Siau Ling baru kenal orang yang dianggap sebagai Suma kan

tadi ternyata adalah pemilik kedai itu, dengan cepat ia telah
memahami apa yang sudah terjadi, pikirnya:
“Ahh! benar Suma kan pasti telah bertukar pakaian dengan
dirinya, dan ia pinjam jenasah dari perempuan tua itu guna
memancing kemunculan dari pembunuh tersebut.”
Sementara itu pemilik kedai tadi telah berkata.
“Pendekar tadi memerintahkan aku untuk mengenakan
pakaiannya dan membelikan pakaianku kepadanya, dia akan
berusaha untuk balaskan dendam bagiku.”
“Apa yang dia katakan memang tak salah, mari kita tunggu
kemunculannya didalam kedai” ajak Siau Ling.
Bersama kakek tua itu berangkatlah mereka tinggalkan
gubuk tadi dan kembali kekedai.
Siau Ling takut kakek tua itu menunjukkan kelemahan
sehingga penyaruanya ketahuan orang, sambil menggandeng
tangannya untuk melakukan perjalanan bersama, tanyanya:
“Too tiang dari mana engkau bisa tahu kalau jenasah
istrimu berada disini? begitu cepat engkau bisa datang kemari
untuk mencarinya?''
“Empat penjuru disekeliling tempat ini hanya merupakan
tanah pegunungan yang jauh dari keramaian orang, hanya
dalam hutan belantara inilah terdapat sebuah rumah gubuk.
karena aku teringat akan rumah gubuk ini maka buru2 aku
datang kesini.”
"oooh! kiranya begitu'
Tatkala dua orang itu tiba kembali diluar kedai' tampaklah
Cu kun san serta empat pujangga besar dunia persilatan telah
menghabiskan separuh bagian dari bak-pao yang dihidangkan
diatas meja!
Dari tempat kejauhan cu kun san segera berteriak keras:

"Suma loo te. kemarilah cepat dan ayoh makan dulu
beberapa biji bak pao.”
Pemilik kedai itu memandang sekejap kearah Siau Ling
dengan pandangan kebingungan. untuk beberapa saat
lamanya dia jadi gelagapan dua tak tahu apa yang musti
dilakukan.
Ketika tak mendengar jawaban dari Suma kan. Dengan
Cepat Cu kun san bangkit berdiri dan menghampiri kedua
orang itu.
Setelah dekat ia baru tahu kalau orang itu bukan suma kan,
dengan dahi berkerut ia segera menegur.
"apa yang sebenarnya telah terjadi??”
“loocianpwee lebih baik temanilah empat pujangga besar
dunia persilatan lebih dahulu untuk bercakap2, Suma heng
sebentar lagi akan muncul kembali disini.”
Cu kun san terperangah namun ia tak banyak bicara
dengan mulut membungkam ia balik kembali ketempat
duduknya
Baru saja dia duduk kembali Cu bun ciang dari kota Lokyang
telah berpaling dan sekejap kearah Siau Ling dan pemilik
kedai itu kemudian katanya:
''Cu heng kenapa sih suma-heng telah menyamar sebagai
pemilik kedai ? apa yang sudah terjadi?”
Cu kun san tidak segera menjawab diam2 pikirnya dihati:
"Tenaga dalam yang dimiliki empat pujangga besar dunia
persilatan betul2 sudah mencapai puncak kesempurnaan
untuk melihat jelas paras mukanya aku harus berjalan itu
sedangkan mereka bisa melibat jelas dari tempat kejauhan
benar2 luar biasa!”
Berpikir sampai disitu ia segera menengadah dan tertawa
ter-bahak2.

'haahhh haahhh haahhh persoalan ini sama sekali tak ada
sangkut pautnya dengan kalian berempat mari kita minum teh
saja.”
Tidak menanti jawaban ia sambar cawan air teh
didepannya dan sekali teguk menghabiskan seluruh isinya
hingga sama sekali tanpa tersisa barang setetespun
Jawaban semacam itu amat sulit untuk membuat orang jadi
paham artinya, andai kata berganti dengan orang lain maka
pertanyaan itu pasti akau diulangi terus hingga akhirnya
mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Tetapi lain halnya dengan empat pujangga besar dunia
persilatan, mereka selamanya tak pernah ribut dengan orang
lain. belum pernah mencampuri urusan dunia persilatan,
lebih2 tak suka mencari tahu rahasia orang, mendengar
jawaban tersebut mereka hanya tertawa ewa belaka dan tidak
banyak bertanya 1agi.
Diluaran walaupun Siau Ling tidak menunjukkan perbuatan
sikap apapun, tapi dalam hati kecilnya dia merasa sangat
kuatir dan sangat mengharapkan jawaban dari Suma kan.
Ia berharap pembunuh itu bisa ditangkap sehingga latar
belakang persoalan itu dapat diketahui andaikata
pembunuhnya tak berhasil ditangkap maka dia akan segera
melanjutkan perjalanannya sebab menurut pendapat pemuda
ini menanti disitu bukanlah suatu tindakan yang benar.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian muncullah sesosok
bayangan manusia dan orang itu bukan lain adalah Suma Han
dengan langkah cepat ia menghampiri pemuda itu.
Siau Ling segera bangkit berdiri sambil bertanya:
"Suma-heng apikah orang itu berhasil ditangkap?”
Suma Han mengangguk ia kibaskan bahu kanannya dan
“bluum' orang yang berada dalam punggungnya dibanting
keras2 diatas tanah sahutnya:

"lebih baik tanyailah sendiri''
Kepada pemilik kedai itu ia menambahkan
“jenasah istrimu pada saat ini berada di bawah sebuah
pohon tepat sebelah barat tem ini engkau boleh ambil jenasah
itu untuk dikebumikan.”
Tapi milik kedai itu tidak langsung pergi ia mendekati orang
itu dan mencengkeramnya setelah mengawasi sekejap ia
berseru:
"Dialah orangnya!"
Tiba2 hidung orang itu digigit keras2 hingga putus, darah
segar mengacur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Suma Han tarik badan pemilik kedai itu dan berseru:
“Setelah hidungnya kau gigit hingga putus aku rasa
perasaan benci dan dendam yang menyelimuti hatimu juga
sudah agak terlampiaskan, kami pun akan balaskan dendam
bagi kematian istrimu itu.”
Persoalan ini menyangkut masalah perselisihan dunia
persilatan, lebih baik engkau jangan menceburkan diri dalam
masalah ini nah! cepatlah pergi!.
Dengan pandangan penuh kebencian pemilik kedai itu
melotot kembali kearah orang itu kemudian ia baru putar
badan dan berlalu dari sana.
Sepeninggalnya pemilik kedai itu, suma kan menepuk
bebas jalan darah sang pria kekar yang tertotok kepada Siau
bisiknya.
"ia bersembunyi diatas sebuah pohon besar dan tiba2
lancarkan sergapan kearahku karena orang ini terlalu bahaya
maka kutotok beberapa jalan darahnya'
Siau Ling alihkan sorot matanya dan memperhatikan paras
muka orang itu ia lihat pria tersebut memakai baju compang

ping dengan dandanan seperti anggota kaypang ramputnya
pendek dan awut2tan diatas alis kirinya terdapat sebuah tahi
lalat berwarna merah
Segera ujarnya dengan lantang:
"kami sudah tahu kalau engkau adalah anggota
perkampungan pek-hoa-san-cung.”
Pria kekar itu membungkam dalam seribu bahasa tiba2 dia
ayun telapaknya dan melancarkan satu babatan dahsyat
keatas tubuh pemuda Siau Ling.
Dengan cekatan sianak muda itu menghindar kesamping
dan meloloskan diri dari serangan tersebut tangan kananya
segera berkelebat mencengkeram pergelangan tangan pria
tadi, ketika hawa murninya disalurkan keujung jari,. kraak!
tulang pergelangan pria itu tahu2 sudah dilepaskan dari
sendinya.
Ilmu melepaskan sendi tulang merenggangkan otot badan
mendatangkan siksaan dan penderitaan yang luar biasa bagi
penderitaannya. Rasa sakit itu melebihi sakitnya hidung yang
digigit sampai putus.
Pria kekar itu segera menjerit kesakitan keringat sebesar
kacang kedelai mengalir ke luar membasahi tubuhnya.
Siau Ling tertawa dingin, ujarnya lebih jauh:
“Aku tak punya banyak waktu untuk menanyai engkau asal
engkau yakin bahwa siksaan melepaskan otot dan sendi yang
kulancarkan masih dapat kau tahan, pertanyaanku tak usah
kau jawab lagi. Setelah pergelanganmu menyusul kulepaskan
sendi tulang pergelangan kirimu, kemudian bahumu, sepasang
kakimu ...”
Sekarang pria kekar itu baru menyadari bila ia telah
berjumpa dengan jago lihay yang ampuh, tak kuasa lagi orang
itu menghela nafas panjang.

''aaaai____! apabila aku bersedia untuk memberi jawaban
atas pertanyaan yang kau ajukan, hukuman apa yang hendak
kalian timpakan kepadaku??"
"'akan kuberi kematian yang sama sekali tak ada rasa sakit
bagimu.” jawab Siau Ling.
Pria itu segera menggelengkan kepalanya
"Semut yang merupakan binatang kecil-pun masih
menginginkan hidup apa lagi aku adalah seorang manusia??”
Siau Ling termenung beberapa saat lama nya kemudian
ujarnya kembali:
“semua ilmu silatmu akan kupunahkan sama sekali jiwanya
akan kuampuni dan selesai memberi jawaban kepada kami
maka engkau akan kami lepaskan hingga dengan demikian
engkau tak akan mampu membantu kaum durjana melakukan
kejahatan lagi”
"baik kini tentukan dengan sepatah kata itu. nah sekarang
kalian boleh mengajukan pertanyaan"
"siapa yang mengutus engkau datang keman? dan apa
maksud tujuan dari kedatanganmu itu?
"shen bok hong mengutus aku dengan membawa banyak
macam obat pemabuk untuk secara diam2 menghadapi Siau
Ling”
Begitu mendengar nama Siau Ling, Cu ciang dari kota lok
yang segera berseru:
"sekarang Siau Ling ada dimana?”
Pria itu dengan cepat gelengkan kepalanya.
"Entahlah, she toa cungcu telah mengutus delapan orang
jago dengan menyebarnya dalam delapan penjuru yang
berbeda untuk nantikan kedatangan Siau Ling"
"engkau kenal dengan manusia yang bernama Siau Ling ?”

"tidak!”
"kalau tidak kenal bagaimana caramu untuk menemukan
orang itu???”
"kami mendapat perintah untuk meroboh kan setiap orang
yang mencurigakan!’
"hmmm! '' Siau Ling mendengus dingin "cara ini betul2
amat keji, lebih baik salah nangkap seribu orang dari pada
melepaskan satu orang manusiapun.”
setelah berhenti sebentar ia melanjutkan
"kapan mereka baru tiba disini?’
"siapa yang kau maksudkan?”
"masa kalian tidak tahu apa sebabnya shen bok hong
mengutus kalian berdelapan untuk ber-jaga2 pada delapan
tempat yang berbeda..??"
Tiba2 ia cengkerami pergilangan kiri lelaki itu.
Merasakan pergelangannya dicengkeram orang, pria
tersebut jadi sangat gelisah. Dengan muka pucat karena
ketakutan ia segera menjawab.
"kami dengar sebelum sang surya tenggelam dibalik bukit
nanti, ada sebuah kereta kuda yang bakal lewati tempat ini,
apa isi kereta kuda itu kami benar2 tak tahu!"
"ehmm..! apakah kereta kuda itu pasti akan melalui jalan
ini..?" tanya Siau Ling, sambil mengangguk.
"benar. shen toa cungcu yang memberitahukan sendiri
rahasia tersebut kepada kami!"
‘Hey! kalau seandainya tiada kejadian semacam itu,
sekarang masih ada waktu bagimu untuk meralat!” sela suma
kan dari samping, sebab dengan begitu jiwamu dapat kami
ampuni, sebaliknya kalau sampai senja nanti tak ada kereta

kuda yang lewati tempat ini. berarti engkau akan merasakan
siksaan badan yang amat memberatkan dirimu"
"Aku tidak bohong..aku tidak bobong., setiap perkataan
yang kuucapkan adalah kata2 yang jujur!” sahut pria itu
dengan amat gelisah.
Siau Ling tidak banyak bicara, ia cengkeram pergelangan
kanannya yang lepas sendi, sekali sentak persendian yang
lepas tadi telah menyambung kembali, namun dengan suatu
gerakan cepat dia lancarkan pula dua totokan diatas
tubuhnya.
“Sekarang aku hendak memberitahu kepada mu!” serunya
dengan ketus,
“jika engkau berbohong maka itu berarti engkau mencari
penyakit buat diri sendiri.”
“Beberapa ratus tombak disebelah timur terdapat sebuah
pohon besar, bila diatas pohon besar itu kita gantung
selembar kain berwarna kuning, itu berarti mereka pasti akan
melewati tempat ini"'
"Sekarang kain itu berada dimana??!’
"Dalam saku ku!!’
Siau Ling merogoh kedalam sakunya, dan ia temukan
selembar kain kuning seperti apa yang dikatakan tadi.
Suma kan menyambut kain tadi seraya berkata :
"Biar aku yang menggantungkan kain kuning ini diatas
pohon besar tersebut"
Setelah menyambut kain kuning dari tangan Siau Ling,
dengan langkah cepat ia berlalu dari sana.
Siau Ling menotok jalan darah bisu diatas tubuh pria kekar
itu dan disembunyikan dalam ruang kedai, kemudian sambil

menjura kearah eupat pujangga besar dunia persilatan
katanya :
"Apakah locianpwee berempat sedang mencari Siau Ling?!”
“Apa engkau tahu sekarang dia berada di mana?!” Cu bun
ciang dan kota Lok-yang balas bertanya.
Siau Ling lepaskan topeng kulit manusia yang menutupi
paras muka aslinya, lalu jawab :
"Akulah Siau Ling, ada urusan apa locianpwee berempat
datang mencari diriku?"
Delapan buah mata dari empat pujangga besar dunia
persilatan menatap wajah Siau Ling tanpa berkedip, beberapa
saat kemudian ia mereka mengangguk.
“Ehmm ...engkau benar2 adalah tayhap"
Chin su teng dari kota Lam segera tampil dan berkata:
„Siau tayhap selama ini berada disini kami tak nyana
ternyata kami semua tak ada yang tahu!"
Habis berkata ia segera memberi hormat.
Cu bon ciang. yu cu cing serta Kho su tong sama2 bangkit
dan memberi hormat pula.
Siau Ling bangkit berdiri dan balas mberi hormat, katanya
dengan nada merendah
“Aku yang muda tak berani menerima penghormatan
sebesar ini dari locianpwee berempat !”
"aaaai....! sungguh tak nyana kami bersusab payah mencari
disegala penjuru, akhirnya toh berjumpa dalam suatu
pertemuan yang sama sekali tak terduga" kata Cu bun ciang.
---ooo0dw0ooo---

Jilid: 27
Perlahan lahan Siau Ling kenakan kembali topeng kulit
manusianya, ia berkata;
"Aku sedang bentrok dan main kucing2an dengan pihak
perkampungan pek hoa san cung, Mau tak mau untuk
sementara waktu jejakku harus dirahasiakan aku harap
locianpwee berempat sudi kiranya uotuk memakklumi
keadaanku"
“Aaaai!” Chin su teng menghela napas panjang "Siau Ling
tayhiap nasib muda belia bukan terpengaruh oleh nama
maupun kedudukan ternyata engkau lebih suka memerangi
kelaliman serta kekejaman dari pihak perkampungan pek hoa
san cung, perjuanganmu ini benar2 merupakan suatu
perjuangan yang suci dan mulia. Kami telah hidup puluhan
tahun lamanya bukan saja tak dapat melakukan kebajikan
bagi umat manusia bahkan tak dapat pula memupuk perasaan
bijaksana dalam hati kami sendiri kalau dipikir kembali hidup
kita selama ini boleh dibilang merupakan suatu kehidupan
yang sia2"
Cu kun san yang mendengarkan tersebut dari samping
merasa geli pikirnya:
"Sungguh aneh! Siau Ling benar2 memiliki daya iblis yang
sangat mengejutkan hati sampai2 empat orang pujangga
besar dunia persilatan yang tak pernah mencampuri urusan
dunia persilatanpun tertarik hatinya untuk membantu
perjuangannya itu"
Dalam pada itu Yu cu cing telah berkata pula:
"Setelah melakukan beberapa kali perundingan dan
pembahasan yang cermat akhirnya kami berempat merasa
bahwa sudah menjadi kewajiban kami untuk membantu
perjuangan Siau Ling tayhiap guna menanggulangi kejahatan
dan kelaliman yang mencengkram dunia persilatan dewasa ini.
Tapi sebelum itu masih ada beberapa persoalan yang kurang

di pahami oleh kami dapatkah Siau Ling tayhiap memberi
keterangan serta penjelasan dahulu kepada kami???”
Siau Ling membungkam dalam seribu bahasa dalam hati,
kecilnya ia berpikir.
"Meskipun keanehan watak empat orang ini belum tentu
bisa dikatakan luar biasa. namun dapat diakui sebagai sesuatu
keanehan yang belum pernah kujumpai sebelumnya, mereka
sudah pernah merasakan siksaan serta penderitaan ditangan
shen bok hong. Kendatipun tidak memikirkan kepentingan
umum. Sepantasnya kalau mereka mencari balas kepada shen
bok hong demi dendam pribadi, tapi nyatanya meskipun reka
telah membahas dan merundingkan persoalan itu, sampai
beberapa hari beberapa malam, akhirnya toh belum ada
keputusan, juga sebaliknya malahan hendak bertanya ke
padaku, entah apa yang hendak mereka tanyakan...??"
Berpikir sampai disitu. iapun bertanya: "persoalan apa yang
hendak kalian berempat tanyakan?? silahkan diutarakan
keluar!”
Empat pujangga besar dunia persilatan saling
berpandangan sekejap, kemudian jawabnya berbareng:
"sebenarnya kami ingin menggunakan tingkah laku kami
yang tawar terhadap nama dan kedudukan untuk
mempengaruhi daya pikir umat persilatan sehingga tidak lagi
melakukan perselisihan dan pertikaian hanya disebabkan
nama serta kedudukan, kemudian berharap setelah itu maka
rasa ingin menang dan saling mencari nadan kedudukan dapat
lenyap dari dunia persilatan, oleh sebab itulah kami berempat
lantas berunding untuk tidak melakukan pertikaian dengan
orang jika cuma kena hantam sedikit, kecuali ancaman jiwa,
apalagi mencampuri urusan pertikaian dan perselisihpaham
didalam dunia persilatan”
Terkesiap hati Siau Ling mendengar perkataan itu, diam2
pikirnya, dihati:

"Tak nyana mereda mempunyai cita2 luhur yang begitu
besar dan agung, nama besar empat pujangga besar dunia
persilatan betul2 bukan nama kosong belaka"
Terdengar cu bin ciang melanjutkan kem bali kata2nya:
"Ketika permulaan kala kami melakukan pergerakan
tersebut, seringkali kami diejek dan diolok2 orang sebagai
tindakan seorang manusia bodob. tapi kami berempat sama
sekali tidak memikirkan persoaan itu didalam hati kecilnya,
kami tetap bertindak atas perbuatan kami sen diri dan tak
kami gubris ejekan maupun olokon orang. Sepuluh tahun
kemudian usaha kami ternyata berhasil orang persilatan
menyebut kami sebagai empat pujangga besar dunia
persilatan.”
"Cita2 kalian berempat yang begitu agung dan luhur
memang merupakan sifat dari seorang pujangga besar, usaha
kalian itu benar2 patut dipuji.”
"Terima kasih atas pujian dari Siau Ling tay hiap!" kata Kho
su tong cepat.
"Aku bukan sedang memuji, apa yang ku ucapkan timbul
dari dasar hati kecilku!"
Kho su tong menghela napas panjang.
“Setelah nama empat pujangga besar dunia persilatan
tersiar dalam dunia persilatan diam2 dalam hati kecil kami
merasa amat gembira. Kami mengira setelah lewat dua tiga
puluh tahun kemudian perebutan nama dan kedudukan dalam
dunia persilatan pasti akan makin tawar dan akhirnya sama
sekali lenyap, siapa tahu kenyataan membuktikan bahwa cita2
kami menemui kegagalan total kecuali mendapat penghargaan
sebagai empujangga besar dunia persilatan, usaha kami
semuanya sama sekali tidak membantu umat persilatan
apalagi mendatangkan manfaat bagi mereka, Pertumpahan
darah, perselisihan pabam, perebutan nama dan kedudukan
masih sering kali terjadi di-mana2.”

“Sudah terlalu banyak peristiwa seram yang kami lihat,
sudah banyak berita mengerikan yarg kami dengar, banyak
persoalan membuat orang mau tak mau terpaksa harus turut
campur. Tapi berhubung kami telah bersumpah untuk tidak
mencampuri urusan orang lain, maka tak tega kami tinggalkan
sumpah tersebut ditengah jalan, agar tidak terlalu menyolok
dalam rencana kami dimasa mendatang, terpaksa kami harus
mencari suatu cara agar tindakan yang kami lakukan tidak
terlalu menyolok serta menyinggung perasaan hati orang lain"
Mendengar pembicaraan sampai disitu, dalam hati Siau
Ling segera berpikir :
'Rupanya mereka juga merupakan manusia2 yang berdarah
panas, aku masih menganggap mereka sebagai manusia tanpa
emosi yang sudah kering perasaan hatinya?"
Terdengar chin su teng melanjutkan kembali kata2nya :
“Tapi sejak kami semua mendapat penderitaan dan siksaan
dari shen bok hoag ketua perkumpulan pek hoa san cung,
kemudian membuktikan pula situasi dalam dunia persilatan
selama sepuluh tabun terakhir, dapat kami rasakan bahwa
harapan dan cita2 kami selama ini sama sekali tak ada
gunanya, pertumpahan darah dan perselisihan masih terus
berlangsung dalam dunia persilatan, bahkan kian lama kian
menghebat. Oleh karena itulah mau tak mau terpaksa kita
harus meninjau kembali kebijakan yang kami anut selama ini,
apakah mungkin keliru atau tidak"
"Bagaimanakah hasil dari pembahasan cianpwee berempat
selama ini. ? aku boleh tahu?"
Cu ban ciang dari kota lok yang menghela napas panjang.
"Kami merasa sayang kalau harus tinggalkan jerih payah
kami selama puluhan tahun belakangan ini, tapi kamipun tak
dapat berdiam diri lebih jauh menghadapi pembantaian
manusia dan perebutan sewenang2 yang dilakukan sementara
manusia, shen bok hong memang kami akui sebagai seorang

jago persilatan yang lihay dalam ilmu silat maupun pikiran,
tapi sayang ia tak mau berbuat kebajikan. Kalau toh kami tak
dapat mempengaruhi pandangan orang persilatan dengan
cara halus apa boleh buat lagi? terpaksa kita harus tampil
kedepan dan menggunakan sisa tenaga yang kami miliki
selama ini untuk menegakkan keadilan dan kebenaran bagi
umat persilatan"
Cu cun san segera bertepuk tangan memuji.
'Bagus.. . bagus sekali? seandainya sejak dua puluh tahun
berselang kalian berempat sudah mempunyai pandangan
seperti ini mungkin situasi dunia persilatan dewasa ini tidak
akan sekalut dan sekacau sekarang ini! tapi meskipun kita
berjuang dengan ngerahkan segenap kemampuan yang kami
miliki belum tentu sanggup menandingi kedahsyatan dari shen
hok bong " ujar chin su teng
Siau Ling tersenyum.
''Bagaimanapun juga kalian berempat sudah pasti
mengambil suatu kesepakatan bukan? aku ingin sekali
mengetahui keputcsan kalian itu apa aku boleh tahu ??”
Kho su tong yang selama ini berdiam diri segera menjawab:
“Jika kami sudah mengambil keputusan tak nanti akan kami
jelajahi seluruh penjuru dunia untuk menemukan diri Siau Ling
tayhiap”
“sebenarnya soal apa sih sehingga cian pwee berempat
mencari2 aku orang she-siau??” tanya Siau Ling keheranan.
“Kami ingin menanyakan dua macam masalah kepada diri
Siau Ling tayhiap.”
“Baik. katakanlah apa yang menjadi masalah bagi kalian
berempat?? selama aku orang she Siau Ling dapat menjawab
pasti akan kujawab dengan sejujurnya.”

“Kami ingin tahu sebabnya Siau Ling tayhiap memusuhi
shen bok hong sehingga berulang kali terjadi bentrokan secara
kekerasan??”
"Pertanyaanmu itu kok-lucu amat?" sela Cu kun sio dengan
cepat.
“Shen bok hong toh seorang bibit bencana bagi dunia
persilatan? ia seringkah melakukan kejahatan di-mana2
dengan tujuan hendak menguasai seluruh kolong langit Siau
Ling tayhiap ymg berjiwa mulia dan bijaksana tampilkan diri
untuk merentang segala kelaliman dan kejahatan yang
dilakukan oleh shen bok hong, yang satu lurus dan yang lain
sesat bukankah soal ini sudah terlihat amat jelas.”
“Tentang soal ini kami sudah tahu, tapi bagi seseorang
yang berakal tajam seringkali tidak membiarkan orang lain
mengetahui maksud serta tujuannya sebelum mencapai pada
akhirnya. Selama kami berbicara dengan Siau Ling tayhiap aku
harap cu heng jangan ikut nimbrung”
Perlahan2 Siau Ling alihkan sorot matanya menyapu
sekejap kearah empat pujangga besar dunia persilatan
kemudaan katanya
“Ketika untuk pertama kalinya aku terjun kedalam dunia
penilaian aku pernah terjerumus kedalam perkampungan pek
hoa san cung berkat penilaian dan pandangan yang tinggi dari
shen bok ho akhirnya aku ditawari untuk menduduki jabatan
sebagai cung cu”
Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan “andaikata aku
orang she Siau Ling masih tetap bercokol dalam
perkampungan pek hoa san cung paling sedikit aku bisa
mempertahankan kedudukanku sebagai cungcu, tapi akhirnya
aku telah meninggalkan perkampungan pek hoa san cung
bahkan putus hubungan bok hong. Selama berkelana
persilatan seringkali aku harus menjumpai marabahaya dan
berbagai ancaman jiwa, bila engkau bertanya apa sebabnya

maka aku hanya bisa menjawab bahwa aku tak tahan
menyaksikan kekejaman dan kelaliman tingkah laku shen bok
hong.”
"Persoalan pertama telah kami ketahui sekarang masih ada
satu masalah lagi yang ingin kami tanyakan keparda kepada
Siau Ling tayhiap.”
"Persoalan apa lagi yang hendak cianpwee berempat
tanyakan?? " tanya Siau Ling dengan alis berkenyit
"apabila shen bok hong berhasil membinasakan Siau Ling
taybiup maka kejadian ini akan merupakan peristiwa yang
belum pernah dijumpai sebelumnya dalam dunia persilatan,
seluruh kolong langit akan berubah jadi gelap ketegangan dan
keseraman akan menyelimuti dimana2. Bolehkah kami tahu
apa rencana Siau Ling tayhiap apabila engkau berhasil
menangkan shen bok hong?'"
Siau Ling tertawa ewa.
"Andaikata aku benar2 menjumpai hari bahagia seperti itu,
maka itu berarti sudah tiba saatnya bagi dunia persilatan
untuk tidak membutuhkan bantuan dan aku orang she Siau
Ling lagi. Pada saat itu aku akan mengundurkan diri dan
mengasingkan diri ditempat yang terpencil.”
“Aaaai ..! sebenarnya saja perjalanan yang yang telah aku
lakukan selama ini sudah cukup membuat aku orang she-Siau
Ling jadi jemu dan muak menyaksikan kelicikan dan
kebengisan orang persilatan"
Cu bun ciang tidak banyak bertanya lagi, ia ulapkan
tangannya dan Chin su eng, Yu cu cing serta Kho su tong
bersama mengerumun kedepan.
Empat orang itu ber-bisik2 merundingkan persoalan itu,
beberapa waktu kemudian mereka menghampiri Siau Ling dan
memberi hormat dalam2.

"Cianpwee berempat, ada urusan apa? harap katakan saja
secara terus terang " seru Siau Ling dengan gelisah.
"Mulai detik ini kami berempat siap menunggu perintah dari
Siau Ling tayhiap!” ujar Cu ciang.
Sebelum Siau Ling sempat menjawab Chia su teng telah
menyambung lebih jauh
"Sekalipun harus terjun kelautan api kami tak akan
menolak!”
"Apa bila ada perintah kami akan melaksanakan dengan
segenap kekuatan yang dimiliki” sambung Yu cu cing.
Dan terakhir Kho su tong yang berkata
"Setiap patah kata yang kami ucapkan merupakan kata2
yang sejujurnya semoga Siau Ling tayhiap jangan menolak
tapi menyetujuinya keputusan yang telah kami ambil ini,
andaikata Siau Ling tayhiap menolak itu berarti engkau tak
sudi mempercayai diriku karena nya kami akan bunuh diri
dihadapanmu sebagai pernyataan bahwa keputusan kami ini
diambil yang sejujur2nya"
"Kalau kalian suruh aku main perintah, main kuasa lebih
baik aku orang she Siau Ling tolak keputusan kalian itu, tapi
kalau kita bekerja sama untuk masalah dunia persilatan maka
dengan segala senang hati akan kusambut tawaran itu"
"Setiap perkataan yang telah kami ucapkan harus
dilaksanakan tanpa bantahan, jikalau Siau Ling tayhiap tidak
bersedia menerima tawaran kami ini, aku orang she Kho
akan membelah dada sendiri untuk memperlihatkan bahwa
hatiku berwarna merah!"
Tangan kanannya berkelebat dan tahu2 ia sudah cabut
keluar sebilah pisau tajam, yang mana langsung ditusukan
kearah dada sendiri.

Siau Ling jadi amat terperanjat menyaksii kan kejadian itu,
segera teriaknya :
“Eeei... tunggu sebentar, tunggu sebentar, Baiklah! Aku
orang she-Siau Ling menerima tawaran dari kalian itu"
Kho su tong tarik kembali pisau belatinya.
Kemudian berkata :
“Mulai detik ini kami akan menjalankan semua perintah dari
siu tayhiap. Satu hari shen bok hong belum mati, maka kami
satu hari pula mengikuti Siau Ling tayhiap hingga akhirnya
pihak perkumpulan pek-hoa san cung mengalami kehancuran
total"
"Selama beberapa bulan belakangan ini persoalan yang
paling menyusahkan hati kami adalah dikuatirkan lenyapnya
seseorang shen bok hong akan muncul Shen bok hong lagi,”
kata cu bun ciang, Sebab daya tarik suatu kekuatan jauh
melebihi daya tarik seorang gadis cantik, setelah ini hari
engkau utarakan perasaan hati yang jujur, maka kamipun tak
usah merasa sangsi atau ragu lagi”
Siau Ling tersenyum.
“Kecurigaan dan kesangsian kalian berempat memang tak
dapat disalahkan, dalam kenyataan memang terlalu banyak
manusia yang lebih mengutamakan nama serta kedudukan
daripada kebajikan.”
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan,
“Sebelum kalian berempat terseret dalam kancah massal
dunia persilatan yang serba rumit, terlebih dahulu aku
hendak mengucapkan sepatah dua patah kata lebih dahulu.”
„Apa yang hendak kau katakan??'*
"Shen bok hong adalah seorang pemimpin persilatan yang
lihay baik didalam ilmu silat maupun dalam kecerdikan, dalam
menghadapi setiap musuhnya seringkali akal muslihat dan tipu

licik yang digunakan, Cianpwee berempat sudah terbiasa
dengan kehidupan seorang manusia bijaksana, aku rasa bila
ditandingkan maka kalian masih ketinggalan jauh sekali"
"Tentang persoalan itu sudah lama kami pikirkan,
menggunakan tentara memang harus mengutamakan siasat,
makin lihay siasatnya semakin besar hasilnya"
"Akupun mengerti bahwa kecerdasan maupun ilmu silat
yang kalian betempat miliki merupakan kelas wahid dalam
dunia persilatan. Tapi karena budi pekerti yang baik serta hati
yang mulia membuat kalian tak tega untuk membunuh orang,
kebiasaan tersebut harus diubah, apalagi menghadapi
manusia licik seperti shen bok hong. asal kalian bisa
menyesuaikan diri dengan keadaan dalam perjuangan ini, aku
percaya shen bok hong telah menjumpai empat musuh
tangguh lagi"
Tiba2 Cu kun san tertawa ter bahak2.
"haahh. ,haahb i.haahh... empat pujangga besar bersedia
meninggalkan pengasingan diri untuk mencampuri urusan
dunia persilattan, kejadian ini benar2 merupakan suatu
keuntungan bagi umat persilatan dikolong langit, aku akan
gunakan air teh menggantikan arak untuk menghormati kalian
berempat dengan tiga cawan teh"
Habis berkata ia benar2 meneguk tiga cawan air teh.
Tiba2 Suma Kan berbisik dengan suara lirih :
"Siau Ling tayhiap, waktu sudah tidak pagi, engkau harus
mulai memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi
musuh yang bakal datang!"
Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah enam
ekor kuda yang ditambat dekat kedai, kemudian katanya .
"Kalian harus singkirkan dahulu kuda2 tersebut dari tempat
ini...!''

"Bagaimana kalau kita tambat dalam hutan belantara dekat
rumah gubuk itu?"
Siau Ling mengangguk, “Harap Suma heng suka
mengerjakannya!"
Tanpa banyak bicara lagi Suma kan segera menuntun
keenam ekor kuda itu dan diajak masuk kedalam hutan.
Sepeninggal peramal sakti dari laut tang hay tiba2 cu ciang
bertanya
"Siau Ling tayhiap, dari persiapan2 yang sedang kau
lakukan disekitar tempat ini rupanya ada seorang yang kau
nantikan kedatanganya???
"Shen bok hong telah menculik sahabatku, dia menyandera
temanku itu dan mengguna keselamatan jiwanya mendesak
aku untuk mengadakan pertemuan pribadi dengan dia.”
"Bila Siau Ling tayhiap hendak memerintahkan sesuatu
kami semua bersedia untuk melaksanakannya,”
Sementara pembicaraan masih berlangsung suma kan telah
muncul kembali disana.
Cu kun san segera berkata...
'Untuk menghadapi shen bok hong kita musti mengadakan
persiiapan yang masak dan cermat, aku rasa baiklah kita
rundingkan suatu cara yang baik.”
"Per-tama2 yang harus kita perhatikan adalah
menyembunyikan jejak kita semua karena jumlah kita pada
saat ini terlalu banyak.”
"Aku sih mempunyai satu akal cuma tak tahu apakah siasat
ini dapat dilaksanakan atau tidak" kata suma kan.
“Coba utarakan rencanamu itu!"
Perlahan! suma kan membeberkan rencananya yang ia
susun barusan...

Selesai mendengar rencana tersebut. Cu kun san segera
berteriak.
"Bagus! siasat ini bagus sekali! ayoh kita kerjakan sekarang
juga.”
Beberapa saat kemudian, suasana dalam rumah makan itu
telah mengalami perubahan besar.
Cu bun ciang menyaru sebagai pemilik kedai, Siau Ling , cu
kun san menyaru sebagai pedagang yang sedang mampir
dikedai itu, mereka berdua masing2 mengambil tempat duduk
yang berbeda
Chin su teng dan suma kan masing2 bersembunyi diatas
sebuah pohon besar kurang lebih dua puluh tombak dari
rumah penginapan itu untuk mengawasi gerak gerik dalam
kedai makan, karena pohon2 disana tinggal lebat dan rimbun
daunnya maka pemandangan disekitar beberapa li disekeliling
kedai berada dalam pengawasan mereka semua.
Yu cu cing dan Kho su tong menyembunyikan diri dalam
ruang kedai sambil menjaga pria kekar yang ditotok jalan
darahnya itu.
Waktu berlalu dengan cepatnya, beberapa waktu kemudian
sang surya telah condong kelangit sebelah barat, sen ja pun
menjelang tiba.
Dengan penuh kegelisahan dan hati tak tenang Siau Ling
meneguk secawan air teh, pikirnya dalam hati.
"Shen bok hong sangat licik dan banyak akalnya, mungkin
siasat setan ini memang sengaja diatur olehnya untuk
menjebak orang??”
Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat dalam
benaknya, tiba2 dari arah timur muncul debu yang
beterbangan di angkasa, pemandangan semacam itu dengan
cepat membangkitkan kembali semangatnya, ia memenuhi
kembali cawannya dengan air teh.

Ketika sorot matanya dialihkan kearah mana berasalnya
debu itu, tampaklah sebuah kereta kuda sedang dilarikan
mendekat dengan kecepatan penuh.
Seketika kereta kuda itu ditutup dengan kain hitam, ditinjau
dari keadaan tersebut jelas menunjukkan bahwa sang pemilik
kereta itu tidak ingin orang lain mengetahui isi dalam kereta
tersebut.
Beberapa saat kemudian, kereta kuda itu sudah makin
mendekat kedai makan itu.
Dengan gerakan se-akan2 tidak sengaja, Siau Ling melirik
sekejap kearah mana berasalnya kereta kuda itu munculkan
diri. Ia lihat empat orang pria kekar bersenjata lengkap.
Dibelakang kedelapan orang pria bersenjata lengkap itu
masih mengikuti pula dua buah kereta kuda, Cuma dua buah
kereta kuda yarg berjalan paling belakang itu mempunyai
bentuk yang jauh lebih kecil daripada kereta pertama, kereta2
itu hanya dihela oleh dua ekor kuda sedang kereta pertama di
hela empat ekor kuda jempolan.
Cu kun ssn melirik sekejap pula kearah kereta kuda itu, lalu
berpikir dalam hati kecilnya.
"Andaikata kereta kuda ini tidak mau berhenti, maka segala
persiapan yang telah kami atur selama ini akan menemui
kegagalan total."
Sementara ingatan tersebut masih berputar dalam
benaknya tiba2 kereta kuda itu berhenti.
Hordeng nampak tersingkap kesamping, seorang kakek tua
berbaju serba hitam meloncat keluar dari dalam kereta.
Siau Ling segera menyapu sekejap paras muka kakek tua
baju hitam itu. ia lihat sepasang matanya memancarkan sorot
cahaya yang sangat tajam, kedua telah pelipisnya menonjol
sangat tinggi sekali, Sekilas memandang dapat diketahui
bahwa orang itu adalah seorang jago lihay yang sempurna

dalam hal tenaga dalam, cuma saja pemuda itu tak pernah
menjumpai jago tua ini sebelum nya.
Setelah loncat turun dari kereta kuda tersebut, kakek tua
baju hitam itu mengamati sekejap wajah Cu kun san serta
Siau Ling , kemudian serunya dengan suara lantang.
"Hey pemilik kedai! dimana kau??”
Cu bun ciang yang menyaru sebagai pemilik kedai segera
mengiakan dan menjawab dari tempat kejauhan.
"Kek koan, ada perasaan apa?”
Sambil menjawab! ia berlarian menghampiri tamunya.
"Berhenti?!" mendadak kakek tua baju hitam itu
membentak dengan suara dingin.
Cu bun ciang menuruti perkataannya dan segera
menghentikan langkah kakinya.
“Ada sesuatu yang tidak beres?" tegurnya
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran petir
kakek tua baju hitam itu menatap wajah Cu ciang. Beberapa
saat lamanya, kemudian ia berseru:
“Hey pemilik kedai usiamu benar2 panjang sekali!!”
“Kesehatan badan loo han memang masih terhitung segar
bugar dan sehat wal'afiat.”
Kakek tua baju hitam itu mengerutkan dahinya rapat2 ,
sesaat kemudian kembali dia berseru:
“Fajar tadi aku telah mengirim orang datang kemari,
apakah sayur dan arak yang ku pesan telah disiapkan
semua??”
“Sudah kusiapkan semua silahkan duduk !! silahkan
duduk!!”

“Dimanakah ketiga orang utusan yang kukirim datang
kemari fajar tadi ...?? suruh dia keluar untuk berjumpa dengan
aku!”
„Kek koan maksudkan toa-ya yang memakai pakaian
rombeng dan dekil itu??"
"Benar, sekarang ia berada dimana"
"Sudah pergi"
"Pergi? aku toh memerintahkan padanya untuk menunggu
disini kenapa ia sudah pergi dari sini"
Cu bun ciang menunjukan apa boleh buat ia
menggelengkan kepalanya berulang kali'
“Yaa tabiat toa ya itu terlalu busuk dan jelek, sedikit2 maki
orang habis2an lohan tak berari banyak bertanya atas segala
tindak tanduknya"
"Ia pergi seorang diri?”
Kembali cu bun ciang menggelengkan kepalanya.
"Tidak ia pergi berduaan?"
"Macam apakah orang yang melakukan perjalanan ber
sama2 dirinya itu?”
“'Loo Han tak kenal siapakah orang itu tapi yang jelas dia
adalah seorang pemuda yang baru berusia tujuh delapan
tahunan."
Sesudah berhenti sebentar sambungnya lagi
“Pada waktu itu looban sedang berada didapur, aku
sendiripun tak tahu sejak kapan orang muda itu tiba disini,
sewaktu aku keluar dari dapur toa-ya itu sudah berangkat
bersama orang muda tersebut, waktu itu loohan hanya
sempat melihat bayangan punggung mereka berdua saja.”
Kakek tua baju hitam itu tertawa dingin tiada hentinya.

“Heeeh heeehh heeehh bagus bagusl sekarang cepatlah
siapkan sayur dan arak buat kita"
Meskipun dalam kedai itu sudah siap banyak sekali sayur
dan arak, tapi berhubung bini pemilik kedai telah lenyap tak
berbekas semua makanan maupun sayuran belum disiapkan
sama sekali, dan sekarang kakek tua baju hitam itu
memerintahkan cu bun ciang untuk menghidangkan sayur
serta arak sudah tentu jago dari empat pujangga besar ini tak
mungkin bisa memenuhi permintaan nya itu.
Tapi sebelum kejadian, beberapa orang itu sudah
merundingkan masalah ini secermat cermatnya, dengan
adanya persiapan didalam hati Cu ciang tidak dibikin bingung
atau gugup oleh permintaan . Ia segera tersenyum.
Sebelum toaya itu pergi ia sama sekali tak meninggalkan
pesan apa? Loo ban tak berani turun tangan untuk
menyiapkan sayur.
“Sekarang engkau toh bisa segera turun tangan untuk
mengerjakan??' tukas kakek tua baju hitam itu dengan cepat.
“Sekalipun segera dikerjakan, paling sedikit harus
menunggu beberapa waktu lamanya sebelum bisa
dihidangkan.”
'Kurang lebih engkan butuhkan waktu berapa lama?” tanya
kakek tua baju hitam itu kemudian.
“Paling sedikit satu jam lamanya.!
"Baik !” seru kakek tua baju hitam itu dengan suara dingin,
“kami akan menunggu satu jam lamanya disini!!
Jawaban ini bukan saja sama sekali diluar dugaan Cu bun
ciang. Bahkan Siau Ling yang menyaru sebagai tamupun
merasakan hatinya amat terperanjat, pikirnya:

"Andaikata orang yang duduk dalam kereta kuda itu adalah
peng-ji, tidak mungkin mereka berhenti begitu lama ditempai
ini.”
“Jangan2 persiapan kereta kuda ini termasuk salah satu
siasat setan yang disiapkan shen bok hong untuk mengibuli
aku.,"
Sementara itu cu bun cing telah mendehem ringan sambil
bertanya.
"tolong tanya berapa orang rombongan kek koan ini??”
"heeeh-heehh heehh..! apa sangkut pautnya urusan ini
dengan engkau??” tegur kakek baju hitam itu sambil tertawa
dingin tiada hentinya.
“Setelah mengetahui jumlah rombongan kek koan, akupun
bisa mengira-ngira berapa banyak sayur dan nasi yang harus
dipersiapkan.”
Kakek tua baju hitam itu segera menengadah dan tertawa
ter bahak2.
"haahh haahh baahh. ! didalam kereta kuda itu terdapat
beberapa orang gadis...”
Mendadak tangan kanannya menyambar kedepan dan
secepat kila dia cengkeram pergelangan kanan Cu ciang.
Empat pujanggu besar dunia persilatan adalah masing
masing jujur yang sama sekali tak mempunyai pandangan
jelek terhadap pihak lawan, apalagi menghadapi sergapan
yang dilakukan secara tiba2, tentu saja ia sama sekali tak
mengadakan persiapan apa2.
Serangan yang dilancarkan deogan kecepatan luar biasa
sertia sama sesali tak terduga itu sulit untuk dihindari lagi. Cu
bun ciang ingin berkelit kesamping tapi terlambat, tak bisa
dihindari lagi pergelangan kanannya kena dicengkeram
dengan telak.

Siau Ling yang dapat mengikuti serangan cepat kakek tua
baju hitam itu diam2 merasa terperanjat juga. pikirnya :
"Ilmu silat yang dimiliki orang ini betul2 lihay dan tak boleh
dipandang enteng. Aku tak boleh bersikap terlalu gegabah
dalam menghadapi manuusia semacam ini."
Berpikir sampai disitu diam2 ia segera menghimpun
segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap siaga
melancarkan serangan guna selamatkan Cu bun Ciang dari
ancaman mara bahaya.
Sementara itu cu bun ciang dari kota lok yang telah
menegur dengan nada datar :
"Apa maksud anda berbuat begini?"' kakek tua baju hitam
tertawa ter-bahak2
“haahh...Haah.laahh dalam mataku masih belum
kemasukan pasir, permainansiasat yang begitu rendah
mutunya masih belum cakup tangguh untuk membohongi
aku..."
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya lebih jauh :
"Siapakah engkau yang sebenarnya? ayoh cepat sebutkan
namamu, kalau engkau coba2 untuk mengulur waktu lagi,
jangan salahkan kalau sekali gaplok kuhajar engkau sampai
mampus"
Cu ban ciang merasakan jari2 tangan lawan yang
mencengkeram pergelangan tangan kanannya kian lama kian
mengencang, se-akan2 jepitan sebuah penjapit baja. Untuk
menyalurkan tenaga pun sama sekali tak mampu lagi.
Dengan terjadinya peristiwa ini berarti pula jejak
penyaruanya sudah ketahuan lawan, diapun tidak ber-pura2
lebih jauh. Dengan suara dingin sahutnya :
"Aku adalah cu bun ciang dari kota lok yang!'

Kakek tua baju hitam itu terperangah. "empat pujangga
besar dunia persilatan?”
"tepat sekali ucapanmu itu. Kami empat bersaudara hadir
semua ditempai ini!!
Kakek tua baju hitam itu tertawa sinis. 'Hmm! bagus.,
bagus sekali. Nama besar empat punjangga besar dunia
persilatan amat tersohor dikolong langit, entah bagaimanakah
dengan ilmu silat yang kalian miliki? Aku akan binasakan
engkau lebih dahulu. Kemudian baru akan kujajal Ilmu silat
dari beberapa orang saudaramu yang lain'.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, kelima jari
tangannya yang mencengkeram pergelangan kanan Cu ciang
kian lama kian bertambah kencang.
Dengan cepat Cu bun ciang merasakan separuh badannya
jadi kaku dan linu, tenaga untuk melancarkan serangan
balasan seketika punah sama sekali.
Kakek tua baju hitam itu angkat tangan kanannya ketengah
udara, dibawah sorot cahaya sang surya dikala senja
tampaklah telapak tangan orang itu dilapisi oleh cahaya hitam
yang amat menyolok pandangan mata.
Meskipun Cu bun ciang tak pernah bertempur melawan
orang2 persilatan, akan tetapi perjalanannya selama puluhan
tahun dalam bu lim membuat jago tua ini berpengetahuan
amat luas. Terutama sekali terhadap manusia2 yang seringkali
berkelana di dunia, karenanya begitu menjumpai telapak nya
yang berwarna hitam pekat dia segera berseru keras:
"Oooh! Rupanya engkau adalah Hek sat jiu malaikat telapak
hitam siang peng”
"Benar, akulah orangnya..!” sahut kakek tua baju hitam ttu
dengan suara ketus.

Tiba2 ia mendengus berat, celah pada pergelangan kanan
Cu bun ciang tiba2 mengendor dan kemudian sama sekali
terlepas.
Kiranya Siau Ling telah melancarkan sebuah sentilan maut
dengan ilmu sakti Sian ci sinkang nya ketika ia lihat keadaan
Cu ciang kian lama semakin terancam bahaya maut.
Segulung angin desiran tajam dengan cepat menembusi
udara dan langsung menghantam jalan darah 'gwaa-hiat' pada
pergelangan kanan malaikat tangan hitam Siang Peng.
Agar supaya serangan yang dilancarkan itu mengena pada
sasarannya dengan tepat, Siau Ling tak berani mengerahkan
segenap kekuatan yang dimilikinya, ia kuatir serangan yang
dilancarkan terlalu kuat akan menimbulkan kewaspadaan
dalam hati malaikat telapak hitam siang !
Setelah urat nadinya yang dicekal musuh terlepas, dengan
cekatan Cu bun ciang mengundurkan diri sejauh tiga langkah
kebela-kang. Sorot matanya mengawasi wajah siang tajam2.
Sambil ber-jaga2 atas sergapan berikutnya, dia salurkan hawa
murninya untuk memperlancar peredaran darah pada
pergelangan kanannya,
Mula pertama siang peng mengira jalan darah gwaa hiat
nya kena dilukai oleh sebangsa senjata rahasia, ia segera
memeriksa jalan darah yang terluka itu.
Ternyata disekitar pergelangan kanannya sama sekali tak
nampak mulut luka ataupun noda darah, sebaliknya
membengkak besar dan berwarna merah, kejadian ini sangat
mengagetkan hatinya.
"Ilmu silat apakah yang telah melukai diriku ini?? pikirnya
dalam hati.
Sambil menyalurkan hawa murni untuk memperlancar
peredaran darah, sorot matanya segera berputaran
mengawasi daerah disekeliling tempat itu.

Dengan pengalamannya yang amat luas serta
pengetahuannya yang banyak, jago tua ini tahu bahwa
serangan dahsyat tersebut berasal dari tempat duduk yang
ditempat Siau Ling, dalam hati kecilnya segera timbul ke
waspada, namun perasaan tersebut tidak segera diutarakan
keluar sebaliknya dia malah mundur empat langkah
kebelakang.
Dari keadaan tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
luka yang dideritanya pada jalan darah gwaa bun hiat diatas
pergelangan itu cukup parah, sebelum peredaran darahnya
pulih kembali seperii sedia kala, ia tak berani mengambil
tindakan apapun.
Dalam pada itu para pria kekar yang ber jaga2 disekitar
kereta kuda nampaknya sudah merasakan pula gelagat yang
makin menegang. Empat pria kekar bersenjata lengkap yang
berada didepan kereta segera loncat turun dan kudanya dan
memburu kebelakang kakek tua itu.
Tenaga dalam yang dimiliki siang peng cukup tangguh
sembari menyalurkan hawa murninya perlahan2 ia menguruti
jalan darah gwaa hiatnya yang terluka itu.
Ilmu sentilan sian ci sinkang yang dipelajari Siau Ling
masih belum mencapai puncak kesempurnaan Ditambah pula
serangan tersebut tidak dilancarkan dengan sepenuh tenaga
hal itu membuat luka yang diderita siang peng tidak seberapa
parah.
Setelah dituruti beberapa waktu lamanya peredaran
darahpun dapat berjalan kembali dengan lancar.
Sementara itu empat orang pria kekar bersenjata lengkap
tadi telah menyebarkan diri dan berdiri sejajar dibelakang
siang peng
Semua jago yang hadir dalam kedai makan dewasa ini
rupanya merupakan jago2 pilihan yang sudah banyak
pengalaman dalam menghadapi serangan musuh tangguh,

setelah terjun kedalam gelanggang mereka sama sekali tidak
membentak ataupun melancarkan serangan secara gegabah.
Orang orang itu cuma berdiri dengan tenang dibelakang
kakek tua baju hitam siang itu.
Siau Ling sendiri sebelum yakin kalau pek li betul2 berada
diialam kereta kuda itu, diapun tak ingin turun tangan secara
gegabah, karena itulah untuk sementara waktu suasana masih
tetap tenang meskipun ketegangan mulai menyelimuti paras
muka setiap orang.
Kesempatan bagus semacam ini merupakan suatu
kesempatan yang sangat menguntungkan bagi Siang Peng
untuk menyembuhkan luka yang dideritanya pada jalan darah
gwaa- hiat.
Kurang lebih seperminum teh kemudian, siang peng
merasakan luka yang dideritanya sudah sembuh sama sekali,
ketika itulah keberaniannya muncul kembali, dengan suara
lirih perintahnya kepada dua orang pria kekar yang berdiri
dibelakang tubuhnya :
"Bekuk orang itu!*'
sambil berkata ia menuding kearah Siau Ling .
Cahaya tajam berkilauan, dua orang pria kekar yang
berdiri diujung timur segera meloloskan senjata golok mereka,
satu dari kiri yang lain dari kanan mereka ber-sama2
mendekati diri Siau Ling .
Rupanya hingga detik itu siang peng masih belum habis
mengerti dengan ilmu silat apakah pergelangan kirinya dapat
terlukai dalam hati kecilnya timbul rasa jeri dan segan untuk
menghadapi Siau Ling , karena ke-ragu2annya itulah maka dia
perintahkan dua orang anak buabnya untuk mencoba sampai
dimanakah taraf kepandaian yang dimiliki sianak muda itu.
Sementara itu senja sudah semakin kelam namun dengan
ketajaman mata dari Siau Ling ia dapat mengawasi wajah dua

orang lawannya dengan seksama, meskipun hawa muminya
diam2 dipersiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan, namun tubuhnya masih tetap duduk di
tempat semula tanpa bergerak barang sedikit pun jua.
Setelah mendekati lawannya, dua orang pria kekar itu
ayunkan goloknya keudara dan menegur dengan suara dingin
'Engkau hendak menyerah dangan begitu saja, ataukah
memaksa kami berdua harus turun tangan sendiri?"
“Oooh kalian berdua adalah opas pengadilan??”
Pria kekar bersenjata golok yang berada disebelah kiri
segera menjawab dengan ketus:
“Kalau opas pengadilan yang menangkap engkau, paling2
kamu hanya diganjar empat puluh kali pukulan.”
"Waah! kalau begitu kalian berdua tentunya lebih galak dari
opas pengadilan,
Benar, kalau opas pengadilan cuma memukul orang maka
kami berdua inginkan jiwa mu!”
Hawa amarah segera berkobar dalam benak Siau Ling ,
tiba2 ia ayunkan sepasang telapaknya dengan sepuluh jari
tangannya yang amat ampuh serentak mencengkeram golok
baja ditangan kedua orang itu.
Sekarang, dua orang pria kekar itu baru sadar bahwa
mereka telah bertemu dengan musuh tanggub. Buru2 mereka
salurkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk cabut
kembali goloknya.
Sekalipun kedua orang itu telah mencoba dengan cara
apapun. semua usahanya tetap mengalami kegagalan, dua
bilah golok mereka bagaikan terjepit oleh sebuah jepitan
baja yang amat besar, ternyata sama sekali tak dapat
digerakan barang sedikitpun juga.

Diam2 Siau Ling salurkan hawa murninya kedalam golok
baja itu.
Dua orang pria kekar tersebut kontan rasakan pergelangan
tangan mereka bergetar keras, tanpa disadari cekalan mereka
menjadi kendor dan golok2 merekapun jadi lepas dari cekalan.
Menggunakan kesempatan itu, Siau Ling membetot
tangannya kebelakang, dengan satu sentakan dua bilah
senjata musuh telah berpindah tangan.
Dalam pada itu cu ban ciang yang melihat Siau Ling telah
turun tangan, dia sendiripun tak membuang banyak waktu
lagi. Sesudah siapkan tenaga tubuhnya langsung menerjang
kearah malaikat telapak hitam siang peng,
Sudah lama kau dengat orang berkata bahwa telapak hitam
anda mampu menghancurkan batu nisan, Sekarang ingin
buktikan apakah berita yang tersiar dalam dunia persilatan
benar2 demikian ataukah cuma isapan jempol belaka,
serunya.
Telapak kanan bergerak kedepan dan langsung menghajar
dada lawan.
Siang peng putar tangan kanannya menyambut datangnya
serangan cu ciang dengan keras, ia menyahut.
“ Kalau engkau tidak percaya, tak ada halangannya bagimu
untuk mencoba kehebatanku ini.”
Sementara pembicaraan masih berlangsung. blaam!
bentrokan nyaring yang memekikkan telinga telah
menggeletar diangkasa, kedua belah pihak saling beradu
tenaga satu kali.
Siang peng amat yakin dengan kemauan ilmu pukulan san
ciang nya, ditambah pula dengan tenaga dalam yang begitu
sempurna, kendatipun dalanm serangan tersebut tidak
berbasil melukai cu ciang, paling sedikit ia berhasil menghajar
tubuhnya sampai sakit dan linu.

Siapa tahu apa yang terjadi bentrokan sama sekait berada
diluar dugaan siang peng, setelah terjadi bentrokan tersebut
cu ciang segera menerjang kembali kedepan, telapak kirinya
diayun kemuka dan sebuah pukulan dahsyat kembali
dilepaskan.
Siang peng jadi amat terperanjat menghadapi serangan
tersebut, serunya dengan suara dingin.
“Nama besar empat pujangga besar dunia persilatan
benar2 bukan nama kosong belaka” sepasang telapaknya
diayun kedepan untuk menyambut datangnya ancaman
tersebut dan suatu pertarungan serupun segera terjadi.
Malaikat telapak hitam siang peng merupakan seorang jago
kenamaan dari kalangan hitam kesempurnaan ilmu
pukulannya sudah tersohor di mana2 pertarungan yang
berlangsung antara kedua orang itu boleh dibilang paling
ramai dan serem.
Dalam pada itu setelah Siau Ling berhasil merebut dua
bilah golok dari tangan dua orang pria tersebut Sepasang
goloknya segera dikibaskan kearah samping kiri maupun
kanan.
Gerakan serangan ini dilancarkan dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat meskipun hanya merupakan suatu
jurus serangan yang amat biasa namun setelah digunakan
ternytia jauh berbeda dergan keadaan pada umumnya.
Setelah goloknya kena dirampas dua orang pria kekar itu
berdiri tanpa mengetahui apa yang musti dilakukan.
Pada saat itulah babatan golok dari Siau Ling te lah datang
dari samping kiri maupun kanan. Untuk menghindarkan diri
jelas tidak mungkin lagi, kedua orang itu terhajar telak oleh
babatan golok tadi.
Walaupun Siau Ling telah membenci terhadap orang2 dari
perkampunga pek hoa san cun namun ia masih tetap tak tega

untuk melukai jiwa dua orang itu goloknya dibabat dengan
gerakan mendatar sehingga yang bersarang dibadan
musuhnya hanyalah badan golok itu.
Meskipun begitu karena Siau Ling menggunakan tenaga
yang sangat berat maka luka yang diderita dua orang itu tetap
parah sekali. Mereka telah kehilangan daya kemampuannya
untuk bertempur lebih jauh.
Tiba2 Siau Ling loncat kedepan dan langsung menerjang
kearah kereta kuda itu.
dua orang pria kesar lainnya segera cabut goloknya dan
menyambut terjangan sianak muda itu, mereka bermaksud
menghajalan pergi Siau Ling , tapi gerakan tubuh pemuda itu
jauh lebih cepat dari dugaan mereka, dalam sekali kelebatan
saja tahu2 ia sudah mendekati kereta kuda itu.
Udara telah gelap, pandangan disekitar tempat itu mulai
remang2. Delapan orang pria bersenjata lengkap yang berada
dibelakang kereta segera loncat turun dari kuda mereka dan
menerjang kearah Siau Ling , tatkala mereka saksikan sesosok
bayangan manusia sedang menerjang kearah kereta kuda itu.
Siau Ling bergerak cekatan, ia enjotkan badan dan
langsung loncat naik keatas kereta kuda itu.
Dalam pada itu seorang pria kekar yang mempunyai
gerakan tubuh paling cepat telah tiba, goloknya langsung
diayun kedepan me lepaskan sebuah bacokan.
Dari tempat kejauhan Siau Ling melepaskan sebuah
pukulan keudara kosongi angin pukulan yang maha dahsyat
meluncur kedepan dan menggulung setiap benda yang berada
dihadapannya.
Sebelum pria kekar itu sempat mendekati Siau Ling , angin
pukulan telah meluncur tiba, termakan oleh pukulan udara
kosong yang begitu berat dan dahsyat pria tadi mendengus
tertahan dan rontok kembali keatas tanah.

Blaaamm. ...!! Benturan nyaring bergema menuhi angkasa,
debu pasir beterbangan di mana2.
Sementara telapak kanannya melancarkan serangan. Siau
Ling menggerakan tangan kirinya untuk menyingkap horden
dan melongok kedalam kereta kuda itu.
Cahaya tajam yang berkilauan berkelebat lewat, serentetan
cahaya putih mendadak meluncur keluar dari dalam kereta itu.
Selisih jarak kedua belah pihak amat dekat sekali, apalagi
serangan tersebut dilancarkan dengan suatu gerakan yang tak
terduga, sebelum ingatan kedua sempat berkelebat dalam
benak Siau Ling tahu2 cahaya pedang itu sudah mengancam
tenggorokannya.
Dalam keadaan ter-buru2 dan sama sekali tak menduga itu
tak mungkin bagi Siau Ling untuk melancarkan serangan
balasan terpaksa ia harus menyelamatkan diri lebih dulu, dari
ancaman marabahaya mulutnya dipentangkan dan secepat
kilat menggigit ujung pedang yang sedang meluncur datang
itu.
Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu
sekejap mata, baru saja Siau Ling lolos dari ancaman bahaya
maut dua orang pria kekar yang sedang mengejar kedepan
telah sampai disitu.
Siau Ling tak berani bertindak gegabah lagi, setelah
menggigit ujung pedang yang menyergap tubuhnya barusan
dengan cepat tangan kanannya bergerak kedepan
mencengkeram pedang mustika itu.
Tangannya terlindung oleh sarung tangan kulit ular naga
berusia ribuan tahun karena itu ia tak mempan menghadapi
segala bacokan selelah mencengkeram pedang tadi dengan
sekuat tenaga senjata tersebut dibetot keluar.
Pada saat yang bersamaan pula sepasang kakinya menjejak
permukaan kereta dan tubuhnya melayang keangkasa.

Tenaga dalam yang dimiliki sang penyer gap dalam kereta
ternyata amat sempurna, Siau Ling gagal untuk merebut
pedang tersebut dari cekalannya tapi karena pada saat itu dia
harus menghindarkan diri dari kerubutan para pria kekar
bersenjata golok maka diputuskan untuk menyingkirkan diri
lebih dahulu dari sana,
Dalam keadaan begini sudah 'tentu tiada kesempatan lagi
baginya untuk merampas pedang orang itu.
Craat! craat dua bacokan polok bergema diangkasa dua
bilah senjata tahu2 membacok palangan kayu di sisi kereta.
Ternyata dua orang pria yang menyusul datang dari
belakang tadi sedang melancarkan bacokan kearah Siau Ling
dengan sepenuh tenaga karena sasarannya mendadak lenyap
dan bacokan itu tak dapat dikuasahi lagi maka serangan
tersebut bersarang dipalangan kayu kereta.
Dengan terjadinya pertarungan yang amat seru itu empat
ekor kuda jempolan yang menghela kereta itu jadi terkejut
tiba2 binatang itu meringkik keras dan kabur kedepan.
Lari kuda2 yang sedang kaget itu sungguh cepat sekali,
dalam sekejap mata kereta kuda itu sudah kabur sejauh
beberapa tombak dari tempat semula.
Meskipun Siau Ling sudah tahu kalau orang yang
melancarkan serangan pedang dan balik kereta itu bukan pekli
peng. tapi sebelum jelas keadaan dalam kereta itu ia masih
merasa tak lega hati.
Tanpa memperdulikan para pria yang membacok dirinya
barusan, pemuda itu segera mengepos tenaga dan mengejar
kereta kuda tersebut.
Dalam keadaan gelisah bercampur cemas si anak muda itu
segera mengerahkan ilmu meringankan tubuh “pat poh teng
gong" atau delapan langkah mendaki kelangit untuk mengejar
musuhnya, ibarat kuda semberani yang melayang diangkasa,

dalam dua tiga lompatan badannya sudah mencapai lima
enam tombak jauhnya dari tempat semula.
Beberapa orang pria yang mengejar Siau Ling dari
belakang, walaupun segera kegagalan tiga tombak jauhnya
dibelakang, namun jaraknya dengan kereta kuda itu masih
ada beberapa depa.
Pada waktu itulah, mendadak berkelebat lewat dua sosok
bayangan manusia bagaikan burung elang yang sedang
menyambar mangsanya, dua sosok bayangan manusia itu
langsung menghadang jalan pergi kereta kuda itu.
Dua orang manusia tersebut bukan lain adalah suma kan
serta Ching su teng dari kota ki lam.
Kiranya dua orang itu bersembunyi diatas pohon yang
besar dan rimbun daunnya, karena udara sudah gelap maka
sulit bagi mereka untuk melibat pemandangan disekitar
tempat itu dengan jelas, secara lapat2 mereka hanya sempat
melihat kalau kedua belah pihak telah saling bergebrak,
dengan tergesa2 mereka segera memburu ketempat kejadian.
Suma kan langsung menghadang jalan pergi kereta kuda
itu, sambil membentak keras telapaknya langsung membabat
kedepan.
"blaaamm..!" benturan keras terjadi diudara, seekor kuda
jempolan yang menghela kereta itu segera terbacok oleh
pukulan suma kan dan menggelepar diatas tanah tak bangun
kembali.
Kuda yang menghela kereta itu semuanya berjumlah empat
ekor, dengan matinya seekor berarti masih ada tiga ekor
lainnya yang menerjang dengan kecepatan penuh, kendatipun
suma kan adalah seorang jago lihay yang sempurna dalam
tenaga dalam, ia tak berani menghalangi terjangan kereta itu
dengan kekerasan.

Badannya segera berkelebat kesamping dan
menghindarkan diri dari terjangan kereta itu.
Chin su teng yang telah menyusul kesana segera
melancarkan sebuah pukulan pula ke arah lambung seekor
kuda yang lain sebelah ia merasa ragu2 sejenak.
Kuda itu meringkik panjang, kemudian roboh terkapar
diatas ranah.
Setelah kehilangan dua ekor kuda penghelanya lari kereta
tersebut seketika jauh lebih lambat.
Bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya. Siau
Ling menyusul kedepan dan melancarkan sebuah pukulan
pula.
"Duuk! ' kuda ketiga termakan pukulan berat itu dan roboh
binasa.
Pada saat yang bersamaan pemuda itu menggerakkan
tangan kirinya menangkap roda kanan kereta itu. Dalam satu
sentakan keras lari kereta itu segera tertahan hingga tak bisa
bergerak lebih jauh.
Ia segera alihkan sorot matanya keatas wajah Chin sa teng
serta suma kan. lalu katanya :
"Hadang para pengejar yang ada dibelakang. Jangan
Lepaskan dua buah kereta kuda yang lain. tempat ini serahkan
saja kepadaku. biar aku yang menghadapi seorang diri "
Suma kan rnengiakan. Ia segera loncat kedepan dan
menyambut kedatangan para pengejar yang sementara itu
sudah makin mendekat dengan tempat itu.
Chin su teng terperangah sebentar kemudian dengan cepat
menyusul dibelakang suma kan.
Dalam waktu singkat, beberapa orang pria kekar yang
mengejar jejak Siau Ling itu, sudah bentrok dengan suma
kan.

Seorang pria kekar baju hitam yang berada dipaling depan,
langsung ayunkan goloknya melepaskan sebuah bacokan.
Suma kan menyingkir kesamping. tangan kanannya
bergerak menyambar pergelangan kanan pria itu, lima jarinya
menekan keras2 dan segera merampas golok ditangan nya.
Sementara telapak kiri segera melepas kan sebuah sodokan
keras kedepan yang mana dengan telak bersarang d atas dada
pria itu.
Lelaki tersebut mendengus kesakitan, sesudah muntah
darah badannya segera roboh terjengkang keatas tanah.
Pada saat itulah seorang pria baju hitam yang lain telah
menyusul tiba. Goloknya berkelebat kedepan langsung
menusuk punggung peramal sakti dari laut tang- hay itu.
Kebetulan Chin su teng tiba ditempat kejadian, dia segera
membentak keras dan melancarkan sebuah bacokan
kedepan...Duuk! pukulan itu bersarang telak diatas lengan
kanan sang pria yang menggenggam senjata.
Lelaki baju bitam itu mendengus berat, golok baja dalam
genggamannya seketika terlepas dari cekalan dan rontok
keatas tanah.
Chin suteng maju ke depan melepaskan satu tendangan
kilat.. Duuuk! lambung pria itu terhajar keras, ditengah jerit
perih yang mendirikan bulu roma, tubuhnya mencelat sejauh
tujuh delapan depa dari tempat semula.
Begitu pertarungan berlangsung dua orang itu secara
beruntun telah membinasakan musuh. Bukan saja gerakan
tubuhnya cepat bahkan serangannya tepat, kejadian ini
membuat pria2 yang menyusul dibelakang jadi terperangah
dan sama2 menghentikan langkah kaki mereka.
Buat Chin su teng dari kota ki lam. Walaupun ia berilmu
tinggi namun sebagian besar hidupnya belum pernah
bertempur melawan orang lain apalagi membunuh orang

sekarang setelah secara beruntun ia binasakan seorang
manusia dan seekor kuda, perasaan batinya jadi tak tenang
dan untuk beberapa saat lamanya ia berdiri termangu2.
Dalam pada itu suma kan telah memainkan golok hasil
rampasannya dengan sebat ia hajar kaum penjahat itn
habis2an.
Ia mengetahui betapa keji dan telengasnya orang2
perkampungan pek hoa-san cung karena dari itu di dalam
serangan serangan yang dia lancarkan semuanya merupakan
jurus2 ampuh yang mematikan .
Ia sama sekali tidak menaruh belas kasihan pada lawannya,
cahaya golok berkilauan ke-sana kemari hingga memenuhi
seluruh kalangan.
Setelah termangu2 sebentar, Chin su teng sadar kemtali
dari lamunannya, ia segera menerjang maju kedepan.
Sementara itu dipihak Siau Ling telah melancarkan sebuah
pukulan dansyat ke atas badan kereta kuda itu setelah ia
berha sil mengbentikan gerak lari kereta tersebut.
Kayu jati yang menyelubungi kereta itu tentu saja tak
mampu menahan hajaran tenaga murni dari Siau Ling ...
Kraaak !! sebuah lubang besar segeta muncul diatas badan
kereta itu.
Cahaya berkilauan kembali berkelebat lewat dari balik
kereta, sebilah pedang mustika langsung menusuk kearah
badannya.
Ketika Siau Ling berkelit kesamping, pedang itupun tiba2
ditarik kembali kedalam kereta.
Pada saat ini pengalaman maupun pengetahuan yang
dimiliki Siau Ling sudah luas sekali. Dari gerak tusukan yang
dilancarkan orang itu. ia mengetahui bahwa orang yang
bersembunyi didalam kereta itu merupakan seorang jago yang

memiliki ilmu silat amat tinggi, atau paling sedikit dalam ilmu
pedang ia memiliki kesempurnaan yang luar biasa.
Yang aneh. ternyata orang itu tak mau unjukkan diri,
sebaliknya hanya bersembunyi terus didalam kereta. Ia tak
tahu apa sebab nya orang itu berbuat demikian??
Sementara otaknya berputar terus, diluaran ia segera
menegur:
"Siapakah engkau?? apa salahnya kalau unjukkan diri dan
bertemu muka diluaran kereta??”
Pertanyaan itu diulangi sampai beberapa kali, akan tetapi
orang yang berada dalam kereta itu masih tetap
membungkam terus dalam seribu bahasa.
Lama kelamaan Siau Ling jadi mendongkol bercampur
gusar juga kendatipun rasa heran masih menyelimuti perasaan
hatinya, ia segera membentak keras:
'Engkau anggap aku tak bisa paksa engkau untuk keluar
dari tempat persembunyianmu itu??”
Sambil berkata perlahan2 ia maju mendekati kereta kuda
yang berkerudung kain itu.
Ia tahu kalau penghuni dalam kereta itu memiliki ilmu
pedang yang tinggi dan lihay maka gerak geriknya sama sekali
tak berani terlalu gegabah, setibanya didepan kereta
mendadak tangannya berkelebat kedepan lancarkan sebuah
cengkeraman maut.
Ia berharap dapat merobek kain hitam yaug menutupi
kereta itu lebih dahulu sehingga dapat diketahui olehnya
siapakah orang yang berada didalam kereta itu.
Siapa tahu baru saja tangannya hampir menyentuh dinding
kain yang menutupi kereta itu, mendadak pedang lawan
diiringi desiran angin tajam telah menyambar keluar dan
langsung mengancam telapak tangannya, yang lebih aneh lagi

ternyata orang yang berada didalam kereta itu rupanya
sudah tahu kalau sepasang tangan Siau Ling sama sekali tak
mempan dibacok ataupun ditusuk dengan senjata ketika ujung
pedang itu hampir mengena pada sasarannya tiba2 ditengah
jalan dia merubah arah. Dari menusuk ia merubahkan
serangannya jadi membabat daan langsung membacok
pergelangan kanan Siau Ling .
Buru2 sianak muda itu tarik kembali tangan kanannya, dan
pedang panjang itupun segera ditarik kembali kedalam kereta.
Rupa2nya orang yang berada dalam kereta itu telah
memandang kereta kudanya sebagai daerah kekuasaan yarg
terpisah dari segala2nya. Kendatipun pertarungan yang
sedang berlangsung diluar kereta bagaimana dahsyat dan
sengitnya, ia tetap tidak ambil perduli dan sama sekali tak ada
minat untuk turut campur, bahkan terhadap kuda2 penghela
keretanya pun ia tak mau ambil perduli. Rupanya dia hanya
tahu melindungi kereta itu dan tidak sampai dimasuki orang
lain.
Secara beruntun Siau Ling sampai berganti menyerang dari
berbagai arah, namun usahanya selalu mengalami kegagalan,
setiap kali tubuhnya hampir mendekati kereta tersebut, pada
saat yang tepat pedang itu menyambar tiba, bahkan arah
yang diserang setiap kali merupakan tempat mematikan yang
mau tak mau terpaksa dihindari.
Lama kelamaan api amarah yang semula berkobar dalam
dada Siau Ling makin berkurang dan akhirnya lenyap tak
berbekas sekarang yang masih tersisa hanyalah rasa ingin
tahu yang kian lama kian menebal.
Sorot matanya segera dialihkan ketempat lain mendadak ia
temukan sebilah golok menggeletak tak jauh dari situ dengan
cepat ia memungut golok tersebut kemudian teriak nya
dengan suara lantang:

''Ilmu pedang yang kau miliki benar2 sangat lihay hati2lah
sekarang aku hendak menyerbu kedalam keratamu !"
Ditengah bentakan keras tubuhnya segera menerjang naik
keatas kereta kuda itu.
Cahaya berkilauan menerobos diangkasa dan memancar
keempat penjuru pada saat yang sangat tepat pedang mustika
itu kembali melancarkan serangan.
Siau Ling segera putar goloknya untuk menangkis
datangnya tusukan pedang tadi traaang! Benturan nyaring
mengakibatkan percikan bunga api memancar kesana sini.
Kali ini Siau Ling menerjang kedepan dengan membawa
tekad hendak menerobos masuk kedalam kereta tersebut,
maka dari itu tenaga murni yang disalurkan kedalam bacokan
goloknya kuat juga dahsyat melebihi pikiran.
Sekali lagi terjadi bentaran nyaring yang sangat memekikan
telinga, serangan pedang itu termakan oleh bacokan golok
Siau Ling hingga terpental dan miring kesamping.
Setelah berhasil menyingkirkan pedang itu. Serangan golok
tersebut kembali menyebar kekiri kanan dan membacok
kutung sebagian dari kereta kuda itu.
Sebelum pemuda itu sempat membacok bagian yang lain
serangan pedang itu kembali menyambar tiba.
Sekali lagi Siau Ling menggerakkan goloknya untuk
mementalkan serangan pedang tersebut
Orang yang bersembunyi dibalik kereta itu melancarkan
tusukan pedangnya secara beruntun, semua serangan
ditujukan kebagian bagian yang mematikan ditubuh Siau Ling,
tapi berhubung Siau Ling tak dapat menebak tempat
persembunyian lawan, ia tak sanggup melancarkan serangan
balasan terpaksa pemuda itu memilih dalam posisi bertahan.

Pertarungan sudah berlangsung beberapa jurus akan tetapi
Siau Ling masih tetap gagal untuk menyerbu kedalam kereta
itu. Lama kelamaan ia jadi gelisah diam2 hawa murninya
dihimpun se-hebat2nya dalam golok, Setelah mengarah tepat
tusukan pedang lawan mendadak ia potong gerak sambaran
pedang itu dan membacokan dengan keras.
Bacokan ini aneh dan luar biasa dahsyatnya memaksa
pedang yang berada diluar segera tertahan diluar.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu Siau Ling
geserkan tubuhnya kesamping dan mendesak maju kedepan
untuk lebih mendekati kereta kuda itu.
Tiba2 cahaya putih berkelebat lewat di-angkasa sebilah
pisau belati menyambar ke luar dari balik kereta dan langsung
menusuk kearah tubuhnya.
Tangan kanan Siau Ling mengenggam golok, tangan kirinya
segera berkelebat cengkeram datangnya tusukan pisau
belati tersebut.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik inilah sianak
muda itu menengok ke arah dalam kereta, ia saksikan seorang
pria berbaju serba hitam duduk bersila didalam kereta tangan
kanannya menggenggam pedang dan tangan kirinya mencekal
sebilah pisau belati.
Siau Ling dengan tangan kirinya mencengkeram separoh
dari pisau belati lawan sedang tangan kanannya yang
mencekal golok menahan tusukan pedang musuh dengan
demikian tak bisa dihindari lagi kedua belah pihak sama
berhenti menyerang dan saling mempertahankan diri.
Tiba2 pria baju hitam itu menarik kembali tangan kanannya
kebelakang ia tarik pedangnya kemudian meneruskan dengan
sebuah tusukan yang mengancam dada sianak muda itu.
Siau Ling segera membuang Golok dalam cekalannya,
dengan andalkan ampuhnya sarung tangan kulit ular berusia

seribu tabun yang tahan bacokan, ia membentangkan ke lima
jari tangannya lalu mencengkeram pedang itu.
"Saudara siapakah engkau? Aku harap engkau bersedia
menyebutkan namamu" tegurnya ketus:
Bukan saja pria itu memakai pakaian serba hitam, mukapun
ditutupi dengan selembar kain berwarna hitam pula. Ditengah
kegelapan susah untuk membedakan kelima indera nya, yang
nampak hanyalah sepasang biji matanya yang memancarkan
cahaya tajam.
"Siapa engkau..!?? “pria berbaju serba hitam itupun
menegur dengan suara dingin.
Siau Ling terperangah.
“Aneh benar! aku toh sedang bertanya kepadamu??"
tegurnya.
“Aku kenapa musti memberi jawaban atas pertanyaan yang
kau ajukan.”
Siau Ling tertawa dingin.
"heehh heehh heehh . . ! kalau engkau tidak bersedia
untuk menjawab, maka dalam pertarungan yang berlangsung
pada saat ini, salah satu diantara kita harus ada yang
mampus, aku tahu ilmu silat yang kau miliki sangat tinggi,
ilmu pedang yang kau yakinkan juga ampuh dan luar biasa,
dalam perkampungan pek-hoa san-cung tu terhitung jago
kelas satu, bila ini hari aku tidak berusaha untuk
membereskan selembar jiwamu, dikemudian hari entah ada
berapa banyak umat persilatan yang bakal menemui ajalnya
diujung pedangmu itu..."
Sesudah berhenti sebentar, dengan suara yang lebih gagah
dan lantang ia melanjut kan :
"Diantara kita berdua memang tak pernah terikat oleh
dendam sakit hati ataupun perselisihan apapun, jika aku

sampai mencabut jiwamu pada saat ini, maka tindakanku ini
tidaklah benar, tetapi saat ini merupakan saat yang paling
gawat bagi umat persilatan untuk menentukan siapa yang
akan berkuasa dikolong langit, kaum sesat atau kaum lurus?
karena engkau membantu shen bok hong untuk bikin
kejahatan, maka mau tak mau terpaksa aku harus
membinasakan dirimu"
Mendengar ucapan tersebut pria baju hijau itu segera
mendongak dan tertawa ter-bahak2.
“ Haaahbh ,.haaahbh. .haaahlh... kalau ku dengar dari nada
suaramu itu seakan2 engkau sudah merasa yakin untuk bisa
menangkan diriku?”
“Ucapanmu tepat sekali aku yakin masih mampu uniuk
melukai dirimu'.!"
"Hmm! tapi sayang aku tak percaya" jengek pria baju hitam
itu ketus,
"Kalau engkau tak percaya apa salahnya kalau kita
mencoba lebih dabulu?"
Diam2 hawa murninya disalurkan keluar dengan suatu
pancaran yang luar biasa dahsyatnya, serentetan aliran listrik
langsung menembusi tubuh pedang dan pisau belati
menyerang tubuh pria baju hitam itu.
---ooo0dw0ooo---
Jilid: 28
Bagi orang2 persilatan yang memiliki tenaga dalam amat
sempurna, seringkali mereka saling menempelkan sepasang
telapaknya untuk saling beradu tenaga dalam, meskipun
diluaran pertarungan ini tidak lebih seru dan mengerikan
daripada pertarungan dengan tangan kosong ataupun dengan
senjata, namun dalam kenyataan pertarungan yang sama

sekali tak menimbulkan suara sedikitpun itu justru merupakan
suatu pertarungan adu jiwa yang bisa membahayakan jiwa
kedua belah pihak.
Tapi serangan tenaga dalam lewat pedang dan pisau belati
untuk menyerang tubuh lawan yang dilakukan Siau Ling
barusan, merupakan sistim penyerangan yang setingkat jauh
lebih dahsyat daripada kepandaian lainnya.
Pria baju hitam itu kontan merasakan munCulnya segulung
desiran angin serangan yang tajam lewat pedang dan pisau
belatinya yang membuat sekujur badan jadi sakit dan dadanya
jadi sesak. Ia merasa amat terperanjat sekali, sambil
menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk
menahan Serangan tersebut, dia segera menegur dengan
suara yang lantang:
"Kau... kau... engkau adalah Siau Ling!!"
Sementara itu Siau Ling sendiripun sedang merasakan
datangnya tenaga perlawanan yang cukup tangguh untuk
memukul balik tenaga serangannya, sementara ia hendak
mengerahkan tenaga dalamnya lebih besar lagi, tiba2
terdengar olehnya teguran dari pihak lawan yang langsung
menyebutkan namanya, ia jadi tertegun dan segera balik
menegur:
"Siapakah engkau.???" pria baju hitam itu menggeleng.
"Jawab dulu pertanyaanku benarkah engkau adalah Siau
Ling atau bukan...??"
“Aku beritahu kepadamu pun tak ada salahnya pokoknya
hari ini aku tak akan berhenti menyerang sebelum berhasil
membinasakan dirimu"
"Kalau kudengar dari nada suaramu, rupanya engkau
benar2 adalah Siau Ling!"
"Sedikitpun tidak salah, aku memang Siau Ling! engkau
mau apa..??"

"'Engkau benar2 seorang jago kenamaaan yang bukan
bernama kosong belaka, untuk sementara waktu kita tunda
dahulu pertarungan yang bakal dilangsungkan, aku ada
beberapa patah kata hendak diutarakan kepadamu, selesai
mendengar perkataanku ini apabila engkau merasa tak puas
maka kita lanjutkan kembali pertarungan ini"
"Hmm! aku tak takut engkau bermain curang..!” sambil
berkata Siau Ling mengendorkan tangannya dan melepaskan
cekalannya pada pedang serta pisau belati tersebut.
Per-lahan2 pria baju hitam itu tarik kembali pedang
panjang serta pisau belatinya kemudian diletakkan disisi
tubuhnya, setelah itu barulah dia berkata :
'Bukankah engkau punya seorang adik angkat yang
bernama Pek-li peng..?"
Siau Ling terperangah.
"Benar, sekarang nona Pek Li berada dimana?"
"Ia tidak berada di sini, sekalipun engkau bunuh semua
orang yang berada disini juga tak akan kau temukan nona Pek
Li tersebut, dari mulut mereka semuapun engkau tak akan
berhasil mengetahui jejak nona itu!"
"Jadi kalau begitu maksudmu diantara orang2 yang hadir
ditempai ini sekarang hanya engkau seorang yang mengetahui
jejak dari nona Pek Li?"'
“Engkau memang amat cerdik"
Setelah berhenti sebentar terusnya.
"Apakah engkau bertemu dengan nona Pek Li?? "
Selama banyak waktu Siau Ling sudah seringkali
menghadapi gelombang percobaan yang luar biasa besarnya.
Pengalamannya dalam menghadapi musuh juga memperoleh
kemajuan meskipun dalam hati kecilnya dia ingin cepat
berjumpa dengan Pek Li Peng namun diatas paras mukanya

masib tetap mempertahankan ketenangan dan
keangkuhannya.
"Syarat apa yang harus kupenuhi untuk bisa bertemu
dengan nona itu?
"Gampang sekali! "jawab pria baju hitam itu dengan dingin
"Perintahkan sahabat2mu serta anak buahmu untuk segera
berhenti bertempur, kita berdua dengan naik kuda segera
berangkat menuju ketempat nona Pek Li disekap!"
"Hmm...! rupanya Shen Bok Hong telah memasang jebakan
untuk menunggu aku datang untuk masuk kedalam
perangkap"
"Nona Pek-li peng berada pula disana!"
"Ada satu hal, Apakah engkau pernah memikirkannya?"
"Persoalan mengenai apa??!
“Pada saat ini, kami bisa membasmi seluruh pengikutmu
sehingga seorang pun tak tersisa?"
Dalam pada itu empat pujangga besar dunia persilatatan
bekerja sama dengan Cu Kun San serta Suma Kan telah
berhasil membinasakan hampir sebagian besar musuh yang
berada disitu, kebanyakan kalau bukan mati tentu sudah
menderita luka yang sangat parah.
Cu Bun Ciang pun dalam pertarungan itu sudah berhasil
menawan telapak malaikat hitam Siang Peng dalam keadaan
hidup2.
Setelah selesai membinasakan kawanan penjahat,
beberapa orang jago itu segera berkumpul jadi satu dan
mengepung kereta kuda itu rapat2, dalam keadaan begini tak
mungkin bagi pria baju hitam itu untuk melarikan diri.
Terdengar Cu Kun San dengan suara keras berkata :

"Siau tayhiap pasti sudah mengejar penghuni kereta kuda
itu. Aku tidak percaya kalau mereka bisa melangsungkan
serangannya didalam kereta kuda itu"
Siau Ling yang sempat mendengar pembicaraan itu dalam
hati kecilnya segera berpikir :
"'Seringkali dikolong langit memang terjadi banyak kejadian
yang sama sekali diluar dugaan orang."
Dengan suara keras ia segera berseru :
"Harap saudara sekalian suka menunggu sebentar, aku
sedang bercakap2 dengan sahabat yang ada didalam kereta
kuda ini!"
Suma Kan segera tertawa "Cu-heng!" engkau tidak
percaya kalau mereka bakal melangsungkan pertarungan
didalam kereta itu tapi dalam kenyataan justru mereka sedang
melangsungkan pertarungan didalam kereta. Kenyataan yang
terbentang didepan mata pada saat ini tidak bisa dibantah lagi
mau tak mau kita harus mempercayainya.”
"Aku sudah hidup sampai setua ini tapi belum pernah ada
dua orang manusia melangsungkan pertarungan didalam
ruang kereta peristiwa ini benar2 membuat pandangan
mataku jadi terbuka!"
Sementara itu sambil tertawa Siau Ling telah menegur.
"Sudah engkau dengar apa yang mereka bicarakan??"
"Mendengar soal apa??"
“Kawan2 yang mengiringi kedatanganmu serta anak buah
yang kau andalkan tenaganya pada saat ini mungkin tak
seorang pun yang mampu membantu dirimu lagi"
"Kalau dilihat dari gelagatnya mungkin pergerakanmu kali
ini sudah disertai pula dengan suatu rencana yang banyak
semua pengiringmu merupakan jago2 lihay kelas satu dalam
dunia persilatan tapi sayang pengiringmu yang ampuh itu tak

dapat ikut serta dalam perjalanan ini serta membantu usaha
mu."
Ia berhenti sebentar kemudian dengan suara yang dingin
dan menyeramkan ia melanjutkan:
"Kecuali kalau sudah tidak memperdulikan soal mati hidup
dari nona Pek Li lagi!
Siau Ling termenung dan berpikir beberapa saat lamanya
kemudian sahutnya:
"Baik aku akan menyanggupi syarat yang kau ajukan itu"
"Apakah semua orarg yang berada diluar kereta dewasa ini
merupakan jago2 kenamaan semua dikolong langit?" tanya
pria baju hitam itu sambil pungut pedangnya.
"Tebakanmu tepat sekali mereka semua adalah jago2
persilatan yang memiliki ilmu silat amat tinggi dikolong langit"
"Jikalau Siau tayhiap tidak turun tangan untuk mencampuri
urusan ini aku ingin sekali menjumpai bebera orang jago lihay
itu serta menjajagi sampai dimanakah keyakinan ilmu silat
yang mereka miliki! Kata pria baju hitam itu dingin.
Siau Ling yang sudah bergebrak sebanyak belasan jurus
dengan pria tersebut, dalam hati kecilnya ia menyadari bahwa
ilmu silat yang dimiliki orang itu benar2 sangat lihay, untuk
bertarung satu lawan satu beberapa orang jago tersebut
belum tentu sanggup menandingi kepandaiannya, apalagi Pek
Li sedang berada dalam keadaan bahaya dan harus segera
diberi pertolongan, pemuda itu merasa tiada berkepentingan
untuk membuang banyak waktu dengan percuma di sana.
Berpikir sampai disitu, dengan suara dingin ia segera
menukas :
"Aku rasa hal itu tak perlu! Seandainya engkau benar ingin
bertarung, akupun tak akan menghalangi keinginanmu itu,
tapi kalau sampai menggusarkan hati mereka sehingga

mereka mengerubuti engkau seorang, aku pun tak akan dapat
membantu dirimu!"
Pria baju hitam itu menggerakkan pedang nya mencokel
sedikit horden diluar kereta dan melongok keluar, setelah
menyapu sekejap wajah empat pujangga besar dunia
persilatan Cu Kun San dan Suma Kan sekalian ujarnya dengan
suara hambar:
"Rupa2nya engkau lebih menaruh perhatian dan rasa kuatir
terhadap mati hidupnya Pek-li ?"
"Tentu saja aku sangat menaruh perhatian terhadap
nasibnya.. !" sahut pemuda itu dengan ketus.
Pria baju hitam itu masukkan kembali pedangnya kedalam
sarungnya dan loncat keluar dari ruang kereta, dengan cepat
ia dikepung oleh empat pujangga besar dunia persilatan. Cu
Kun San serta Suma Kan.
Menyaksikan tingkah laku rekan2nya Siau Ling segera
menengadah dan tertawa tergelak.
"Haaahh... haaahh... haaahhh .. harap kalian semua jangan
turun tangan secara gegabah!"
Sambil berseru ia loncat keluar dari balik ruang kereta.
Suma Kan memasang obor dan mengangkatnya tinggi2,
cahaya terang segera menyinari paras muka orang itu.
Terlihat oleh mereka pria baju hitam itu mempunyai paras
muka yang berwarna hitam Pekat bagaikan pantat kuali
sehingga kelihatan aneh sekali, begitu hitam sama persis
dengan pakaiannya yang serba hitam pula, dengan hati
keheranan peramal sakti dari laut Tang hai ini segera berpikir
dalam hatinya :
''Kalau dia mengenakan topeng kulit manusia diatas
wajahnya maka warna yang dipilih sepantasnya kalau makin

tipis semakin baik, kenapa ia kenakan topeng yang menyolok
dan aneh bentuknya??!”
Berpikir sampai disitu, dengan suara dingin ia segera
menegur
"Apakah engkau bukan penduduk pribumi??!!”
"Hmm! aku toh memikai topeng kulit manusia? masa
engkau tak dapat melihatnya ?” sahut pria baju hitam itu
dengan nada suara yang ketus.
Cu Kun San yang kasar dengan cepat membentak keras :
"Mari kita lepaskan topeng kulit manusia yang dia kenakan,
coba periksa bagaimana sih potongan wajah yang
sebenarnya??"
“Suatu usul yang tepat" sambung empat pujangga besar
dunia persilatan hampir ber bareng "Cukup ditinjau dari
topeng kulit manusianya yang berbentuk aneh dan
menyeramkan sudah bisa diketahui kalau dia bukan seorang
manusia baik2"
Maksud dari perkataan itu jelas sekali rupanya dia akan
segera turun tangan.
Tiba2 Siau Ling maju selangkah kedepan lalu mencegah;
“Saudara2 sekalian harap jangan turun tangan dulu untuk
sementara waktu!!”
“Haaahh haaahh haaahhh " Cu Kun San tertawa terbahak2.
'Apakah Siau tay-hiap hendak bertarung satu lawan
satu dengan dirinya?"'
Siau Ling menggeleng.
“Aku akan mengikuti sahabat ini untuk pergi menjumpai
Shen Bok Hong.”
“Baik! kita akan pergi ber- sama2 sambung Cu Bun Ciang
dari kota lok-yang dengan cepat.”

Siau Ling tertawa getir.
"Tak mungkin terjadi, sahabat ini hanya bersedia membawa
aku seorang diri"
"Kalau begitu jelaslah sudah kalau perkataannya adalah
suatu jebakan belaka teriak Cu kue san”
"Siau tayhiap jangan se kali2 engkau pergi temui gembong
iblis itu seorang diri.”
“Sekalipun aku tak ingin pergi juga tak mungkin, aku sudah
tahu kalau Shen Bok Hong pasti telah siapkan jebakan untuk
mancing aku masuk perangkap tapi bagaimanapun juga, mau
tak mau terpaksa aku harus pergi juga.”
"Kenapa harus begitu?"
"Kalau aku tidak pergi menjumpai dirinya maka seorang
nona cantik akan dianiaya dan dibunuh secara brutal oleh
Shen Bok Hong!"
"Tapi dengan kekuatan Siau tayhiap seorang mana
mungkin engkau berhasil menyelamatkan nona itu?”
"Memang kuakui dalam tindakanku ini sama sekali tiada
keyakinan apapun dalam hatiku untuk berhasil tapi urusan
sudah jadi begini dan mau tak mau aku harus pergi juga untuk
menempuh bahaya ini!"
Sebelum Cu Kun San sempat memberikan tanggapannya
Suma Kan berebut bicara lebih dahulu.
“Rupanya Shen Bok Hong hanya memberi batas pada Siau
tayhiap seorang yang boleh pergi menjumpai dirinya?”
"Kalau memang begitu rasanya kami tak leluasa uatuk
mengiringi kepergianmu ini tolong tanya kalian berdua kapan
baru akan berangkat.''
"Lebih cepat sih lebih baik!"

Bicara sampai disitu pemuda she Siau itu segera alihkan
sorot ronanya keatas wajah pria baju hitam itu lanjutnya
lebih jauh:
"Sahabat bagaimana pendapat mu??'"
"Baik kita segera berangkai!"
Suma Kan segera maju kedepan dengan menuntun kuda
jempolan sambil menyerahkan kedua ekor binatang itu kepada
mereka ujar nya:
"silahkan kalian berdua segera berangkat”
Siau Ling dan pria baju hitam itu menerima kuda tadi dan
loncat naik keatas punggungnya, sekali cemplak mereka
larikan kuda2 itu meninggalkan tempat tersebut.
Memandang hingga bayangan punggung Siau Ling dan pria
baja hitam itu sudah lenyap dibalik kegelapan perlahan2 Cu
Kun San berkata dengan nada keheranan:
"Suma loote. apa2an sih kamu ini?? perbuatanmu benar2
bikin aku tak habis mengerti dan kebingungan rasanya..."
“Persoalan apa sih??”
“Bukankah secara terang2an Shen Bok Hong telah
menyiapkan jebakan untuk memancing Siau tayhiap masuk
perangkap kenapa engkau biarkan Siau tay hiap pergi seorang
diri??”
Suma Kan tersenyum.
“Apakah Siau tay hiap sendiri tidak tahu kalau pihak lawan
secara terang2an telah menyiapkan jebakan untuk pancing dia
agar masuk perangkap? Kenapa ia justru sengaja berangkat
seorang diri untuk menempuh bahaya? Persoalannya justru
terletak Shen Bok Hong hanya mengijinkan Siau tayhiap yang
pergi memenuhi janji tersebut"

"Kenapa kita harus mendengarkan perkataan Shen Bok
Hong " bentak Cu Kun San
"Buat kita tentu saja tak usah menuruti perkataannya tapi
buat Siau tayhiap pribadi bagaimanapun juga mau tak mau
harus mendengarkan perkataan itu"
Se-akan2 memahami duduknya perkara itu Cu Kun San
mengangguk tiada hentinya.
"Oooh kiranya begitu kalau Siau tayhiap tidak menuruti
perkataan dari Shen Bok Hong maka tak mungkin baginya
untuk bertemu dengan nona itu??”
Suma Kan menghembuskan napas panjang-
"Aaaai Cu beng akhirnya toh engkau dapat memahami
duduknya persoalan"
"Paham sih paham tapi bagaimanapun juga toh kita tak
bisa menyaksikan Siau tayhiap pergi seorang diri tanpa
melakukan suatu perbuatan apapun jut!"
“Memang kita tak boleh berpeluk targan belaka, dan
satu2nya jalan yang bisa kita tempuh hanyalah menguntit
perjalanannya secara diam2"
'Persoalan ini tak boleh di tunda2 lagi, ayoh kita segera
berangkat!”
"Baik! kita segera berangkat, tapi sebelum kita harus
mengganti saruan kita lebih dahulu"
Dalam pada itu Siau Ling dan pria baju hitam itu larikan
kudanya cepat2 untuk lanjutkan perjalanannya, hingga dua
ekor kuda itu basah kuyup oleh air keringat, pria baju hitam
itu baru menarik tali les kuda nya sambil berkata :
"Perjalanan yang kita tempuh sudah Cukup jauh, mari kita
beristirahat dahulu!”

“Benar. kita harus beristirahat sebentar, sebab kalau tidak
beberapa puluh li lagi. ke dua ekor kuda ini pasti akan mati
karena kehabisan tenaga"
Dua orang itu menghentikan lari kudanya dan loncat turun
dari tunggangan tersebut.
Dengan sorot mata yang sangat tajam, pria baju hitam itu
menatap wajah Siau Ling tak berkedip, beberapa saat
kemudian katanya :
"Siau Ling engkaupun mengenakan topeng kulit manusia?”
"Dugaanmu tepat sekali!"
"Bersediakah engkau untuk lepaskan topeng kulit manusia
itu agar aku bisa melihat paras mukamu yang asli??'
"Seandainya engkaupun bersedia untuk menjumpai aku
dengan paras mukamu yang asli pula aku sih dengan senang
hati akan memperlihatkan pula paras muka asliku!"
"Bagaimana kalau kita turun tangan ber-sama2?"
Dua orang itu pada saat yang bersamaan melepaskan
topeng kulit manusia yang menutupi paras muka asli mereka.
Dengan pandangan tajam Siau Ling mengawasi orang itu
dia lihat pria baju hitam itu adalah seorang pemuda berusia
dua puluh tiga tahunan yang berwajah tampan sekali.
Dalam hati kecilnya sianak muda itu segera berpikir:
"Kalau ditinjau dari permainan jarus pedangnya serta
tingkah polanya dalam berbicara maupun bersikap, ia mirip
sekali dengan seorang jago persilatan yang sudah banyak
tatun melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, sungguh
tak nyana ia masih muda belia dan lagi berparas tampan”
Sementara itu pria baju hitam sendiripun menatap wajah
Siau Ling beberapa saat lamanya, kemudian menegur
“Siau Ling, engkau masih kenal dengan aku?”

Mendengar pertanyaan itu, satu ingatan dengan cepat
berkelebat dalam benak Siau Ling, tiba2 ia teringat kembali
akan seseorang dan orang itu bukan lain adalah Lan Giok
Tong yang pernah mencatut namanya untuk berkelana dalam
dunia persilatan tempo hari. (untuk mengetahui kisah ini, silah
kan membaca : rahasia kunci wasiat oleh penyadur yang
sama)
Dengan cepat pemuda itu menegur:
"Apakah engkau adalah Lan Giok Tong?"
"Benar, akulah orang she Lan.”
"Lan-heng adalah seorang enghiong hoo han dan berjiwa
seorang kesatria, sungguh tak kusangka engkau telah
menggabungkan diri dengan pihak perkampungan Pek hoa
san Cung"
Lan Giok Tong tertawa dingin.
"hehhh...heeehhh...heeeshhh... Siau Ling nama besarmu
kian lama kian bertambah cemerlang tapi musuh yang
berselisian dengan engkaupun makin lama makin banyak,
janganlah kau pandang dewasa ini terdapat banyak sekali jago
persilatan yang melindungi dirimu tapi dalam kenyataan orang
yang benar beuar memberi bantuan kepadamu hanyalan
beberapa gelintir orang belaka."
Ia menengadah keatas dan menghembuskan napas
panjang sambungnya lebih jauh.
"Menurut apa yang kuketahui gereja Siau lim si yang
merupakan pusat kekuasaan dan kekuatan terbesar dalam
dunia persilatan dewasa inipun telah dikuasai oleh Shen Bok
Hong bukan saja meresa tak dapat membantu usahamu
bahkan akan mengirim jago2 lihaynya untuk memusuhi
dirimu"

Dalam hati Siau Ling merasa terperanjat sekali setelah
mendengar perkataan itu, namun diluar wajahnya ia masih
tetap pura2 berlagak tenang katanya:
"Aku sudah tahu kelau Shen Bok Hong telah mengirim
mata2nya untuk menelusuri setiap partai, dan perguruan yarg
ada dikolong langit dewasa ini"
Lan Giok Tong tertawa dingin.
"Heeehh...heeehh...heeeehah... aku rasa masih ada banyak
persoalan yanp sama sekali tidak kau ketahui”
'Bolehkah aku mendengar penjelasanmu?”
"Bulan berselang bukankah engkau telah bentrok dengan
orang2 dari perkampungan Pek in san cung didasar jurang
Toan Hun gay digunung Heng san.??”
"Banyak benar urusanku yang diketahui olehnya pikir” Siau
Ling didalam hati.
Diluaran ia segera mengangguk tanda membenarkan.
"Betul memang sudah terjadi peristiwa tersebut!”
Menurut apa yang berhasil kuketahui pihak perkampungan
Pek in san Cung telah mengikat tali hubungan persahabatan
yang sangat erat dengan orang2 perkampungan Pek-hoa san
Cung, selain itu terdapat pula seorang jago yang tak memiliki
pengalaman ataupun nama besar barang sedikitpun dikolong
langit, tapi memiliki ilmu silat yang maha luar biasa
dahsyatnya.."
"Dia adalah seorang padri?!” sela Siau Ling ditengah
pembicaraan itu.
"Bukan, orang itu bukan seorang padri melainkan seorang
pemuda yang baru berusia dua puluh empat, lima tahunan, ia
telah bekerja sama dengan pihak perkumpulan Pek hoa-san
Cung"

Tiba2 Siau Ling teringat kembali akan kenangan lamanya
pada lima tahun berselang, sewaktu ia tercebur kedalam
sungai dan di tolong seseorang yang mengajak ia
mengunjungi sebuan gua batu diatas sebuah tebing batu
karang yang curam, disitu telah bertemu dengan seorang
kakek tua yang penuh penyakitan.
Kemudian, untuk mencuri jamur batu berusia seribu tahun
guna mengobati penyakit Lam kiang giok, ia pernah
mengunjungi Bu wu-san sekali lagi. Pada waktu itu ia malah
sempat bertempur sengit melawan majikan muda dari gua
batu itu.
Berpikir sampai disana iapun berkata: "Apakah orang itu
berdiam ditebing curam gunung Wu san dalam sebuah gua
batu?
"Dugaanmu tak keliru setelah engkau tahu akupun tak usah
banyak bicara lagi”
Setelah berhenti sebentar ia bertanya:
“Tahukah engkau apa sebabnya orang itu pada memusuhi
engkau seorang?”
“Tentang soal ini aku sama sekali tak mengerti!”
“Karena Gak Siau Cha.”
"Apa? karena enci Gak?" dari balik mata Siau Ling segera
terpancar cahaya mata yang sangat berkilauan
"Memang begitulah keadaannya” sahut Lan Giok Tong
setelah mendehem sebentar dia lanjutkan "Beberapa orang itu
merupakan jago2 kelas satu yang memiliki ilmu silat sangat
tinggi dalam dunia persilatan mereka semua mempunyai satu
tujuan yang sama terhadap dirimu yakni membunuh dirimu
sampai mampus!"
Mendengar perkataan itu Siau Ling segera menengadah
keatas dan tertawa ter-bahak2.

“Haaahh..haahh.-haahh.. karena persoalan itulah kalian rela
berbakti dan mengabdi kepada pihak perkumpulan Pek-hoasan
Cung. menuruti perintah dari Shen bok hong "
"'Meskipun kami teluh bergabung dengan pihak
perkumpulan Pek hoa-san cung, namun kedudukan kami
hanyalah sebagai tamu belaka, kami telah mengadakan
perjanjian lebih dahulu dengan Shen Bok Hong. Setelah
membinasakan engkau Siau Ling maka itu berarti pula saat
berakhirnya kerja sama diantara kami, Selanjutnya masing2
pihak tidak mempunyai hubungan apa2, dan keadaan kami
bagaikan air sungai yang tidak mengganggu air sumur"
"Dan kalian percaya dengan janji dari Shen Bok Hong?!”
seru Siau Ling sambil tertawa dingin.
“Shen Bok Hong tak boleh dipercaya dan tak ada harganya
untuk dipercayai, beberapa orang ini bisa bekerja sama
dengan seseorang yang sebenarnya tak dapat dipercayai,
tahukah apa sebabnya?”
“Tidak lain tidak bukan karena mereka mempunyai satu cita
cita dan satu tujuan yang sama. yakni rasa benci mereka yang
terlalu mendalam atas dirimu, sehingga mereka pernah
bersumpah dengan cara apapun juga engkau harus
dilenyapkan dari muka bumi!”
Siau Ling tertawa ewa.
"Diantara kalian bertiga memang sudah pernah kutemui
semua aku percaya ilmu silat yang kalian semua miliki
memang. sangat lihay dan termasuk luar biasa sekali..."
Ia menengadah keatas dan tertawa terbahak-bahak,
kemudian lanjutnya lebih jauh:
“Padahal sebenarnya kalian tak usah bekerja sama dengan
Shen Bok Hong pun tak jadi soal asal kamu bertiga dapat
bersatu padu dan bekerja sama, aku rasa mungkin aku sudah

tak sanggup untuk menghadapi tenaga gabungan dari kalian
itu”
"Tak mungkin kami tak mungkin bisa bekerja sama!"
"Kenapa???"
“Setelah kami bekerja sama untuk membinasakan dirimu,
lalu akhirnya Gak Siau cha akan menjadi milik siapa??”
“Jadi kalau begitu, meskipun kalian telah bekerja sama
dengan Shen Bok Hong untuk membinasakan aku, tapi setelah
aku mati bukan sama saja kalian harus saling bunuh
membunuh untuk akhirnya muncul seopemenang belaka..."
Tiba2 paras mukanya berubah jadi serius sekali,
sambungnya lebih jauh :
“Gak Siau cha hanya seorang, sedangkan kalian bertiga!
kecuali aku maka masih ada dua orang lagi diantara kalian
bertiga yang harus dibunuh sampai mati!"
“Perkataanmu memang benar!” jawab Lan Giok Tong.
“Tapi bagaimanapun juga engkau adalah musuh cinta kami
yang paling berat dan utama, dan engkau pula satu2nya
orang diantara kita yang paling dicintai dan disayangi oleh Gak
Siau cha, oleh sebab itu diantara kita berempat maka
engkaulah per tama2 yang harus disingkirkan lebih dahulu,
persoalan ini tak dapat dilakukan secara halus maupun dengan
jalan damai, masing2 pihak harus menggunakan segala tipu
muslihatnya untuk saling merobohkan, tentu saja orang
pertama yang jadi sasaran adalah orang yang paling lemah
kedudukannya',
'Baik, anggap saja apa yang kalian inginkan benar2
tercapai!” ujar Siau Ling dengan dingin, berkat kerja sama
kalian dengan Shen Bok Hong maka aku berhasil di singkirkan,
tapi berbicara menurut keadaan dan kenyataan maka diantara
kalian bertiga, engkaulah yang paling lemah kedudukannya,

jikalau kalian bertiga sampai saling bertempur dan saling
bertarung, maka engkaulah per tama2 yang akau mampus!”
"Hmm! Tentang hal itu sih tak usah kau kuatirkan bagi
seseorang yang cari nama dan kekuasaan dalam dunia
bersilatan. Cari mati dalam soal cinta, kecuali mengandalkan
tenaga dalam dan ilmu silat, bukankah kita dapat
mengandalkan pula cara lain yang lebih ampuh luar biasa ?"'
"Rupanya engkau mempunyai rasa percaya pada diri sendiri
yang begitu kuat?"
"Aku telah mengatur segala sesuatunya secara teliti, aku
percaya usahaku tak akan menemui kegagalan"
"Baik! sekarang aku telah mengetahui keseluruhannya, dan
untuk kesediaanmu untuk beritahu segala sesuatunya
kepadaku ini, kuucapkan banyak2 terima kasih''
"Siau Ling tahukah apa sebabnya kuberitahukan segala
sesuatunya kepadamu?”
“Ooooh .soal itu sih aku kurang tahu” jawab sianak muda
itu terperangah.
"Bukankah engkau sudah mempunyai Pek-li peng yang
kecantikan wajahnya tidak kalah dengan keayuan Gak Siau
cha disamping itu engkaupun masih, mempunyai Lam kiong
giok yang penyakitan dan kau tolong dengan pertaruhan jiwa
ragamu"
"Rupanya Lan heng sudah menyelidiki sampai jelas semua
persoalan mengenai diriku?”
"Tahu diri tahu lawan dengan begitu setiap pertempuran
baru bisa dimenangkan, tentu saja aku harus menyelidiki
nama lainmu dengan sejelas2nya dan seteliti2nya”
Mendadak nada suaranya berubah jadi keras bercampur
ketus lanjutnya lebih jauh:

"Masa engkau tak cukup ditemani oleh dua orang cantik
sekaligus? apakah engkau masih ada hasrat untuk
mendapatkan pula diri Gak Siau cha?”
Siau Ling tertawa ewa.
"Lan heng janganlah berpikir yang bukan2 dan menilai
seorang budiman dengan hati serta pikiran seorang manusia
rendah yang bina dina martabatnya.,"
'Engkau seorang budiman ?" ejek Lan Giok Tong ketus.
"Meskipun aku bukan seorang budiman namun akupun tak
pernah melakukan perbuatan yang dikutuk oleh langit dan
dihina oleh sesama umat manusia, aku yakin perbuatan dan
tingkah lakuku tak pernah merugikan siapapun juga.”
“Perduli amat engkau adalah seorang budiman atau
seorang ksatria yang gagah sejati, tapi dalam kenyataan
keadaanmu pada saat ini sudah diliputi tanda2 keruntuhan
sekalipun ada kekuatan inti pihak partai Bu tong yang
mendukung perjuangan ini, itupun ibaratnya cahaya kunang2
yang hendak berlomba dengan sinar rembulan"
Setelah termenung dan berpikir sebentar ia melanjutkan
jebih jauh:
“Sekarang engkau telah dianggap oleh semua umat
persilatan dikolong langit sebagai seorang pendekar besar,
seorang ksatria ber jiwa jantan dan rrerupakan pelita dalam
perjuangannya menantang kekuasaannya Shen Bok Hong,
andaikata usahamu kali ini untuk memimpin para jago
persilatan dalam membasmi kekuatan perkampungan Pek hoa
san Cung benar2 mencapai sukses maka namamu akan
cemerlang dimana2 dan kedudukkanmu akan dihormati oleh
setiap umat manusia”
“Lan heng toh sudah mengetahui dengan jelas keadaan
yang benar“ tukas Siau Ling “tapi apa sebabnya engkau tak
mau berjuang demi keadilan dan kebenaran melainkan

membantu kaum durjana untuk melakukan kelaliman dan
kebejatan??”
“waktu yang tersedia buat kita tak Cukup banyak aku ingin
menyelesaikan lebih dahulu semua perkataanku” dalam hati
Siau Ling berpikir: "rupanya dia hendak tundukan hatiku
dengan kata, coba akan kudengar perkataan apa saja yang
akan dia katakan??”
Berpikir sampai disini ia lantas berkata: "silahkan Lan heng
utarakan keluar akan kudengarkan dengan seksama!"
Perlahan2 Lan giok tong mendehem ringan lalu berkata:
"Seandainya Siau Ling bernasib jelek dan tak untung
menderita kekalahan total, bukan saja semua pasukanmu
akan musnah bahkan engkaupun harus mengorbankan jiwa
ragamu sendiri, pada waktu itu seluruh kolong langit akan
terjatuh dibawah kekuasaan Shen Bok Hong, keadaan tersebut
pasti akan menyedihkan umat persilatan yang ada dikolong
langit, penderitaan dan siksaan yang harus mereka alami pada
wak tu itu benar2 tak berani dibayangkan mulai sekarang"
"Lan beng toh sudah mengetahui persoalan itu sedemikian
jelasnya, apa sebabnya engkau tak bersedia untuk tampil
kedepan dan sumbangkan segenap tenagamu untuk
menyelamatkan dunia persilatan dari musibah yang luar biasa
itu?"
"Dalam hati kecilnya sih memang ada niat untuk membantu
segala usaha dan perjuangan Siau tayhiap. Cuma., sebelum
itu aku harap Siau tayhiap pun menyanggupi dahulu sebuah
permintaanku"
"Apa permintaanmu itu?!” tanya pemuda Siau Ling sambil
tertawa hambar.
"Tentu saja persoalan itu ada sangkut pautnya dengan diri
Gak Siau cha!!”
Siau Ling tarik napas panjang .

“Bagaimana dengan diri Gak Siau cha??” ia bertanya.
“Asalkan Siau heng bersedia membantu diriku sehingga
nona Gak akhirnya kawin dengan aku dan menjadi istriku,
maka akupun dengan suka hati akan menyumbangkan
segenap kemampuan serta tenaga yang kumiliki untuk
membantu perjuangan Siau-heng melawan Shen Bok Hong,
bukan saja usaha menolong nona Pek Li dapat kulakukan
dengan mudah sekali bagaikan membalikkan telapak tanganku
sendiri, Bahkan akupun akan membantu engkau sehingga
tenaga terakhir dari perkumpulan Pek-hoa san Cung tersapu
lenyap dari muka bumi?"
Mendengar tawaran itu. dalam hati kecilnya Siau Ling
merasa amat gusar sekali, tapi ia berusaha dengan sepenuh
tenaga untuk menahan golakan hawa amarahnya itu,
perlahan! katanya :
“Kalau toh Lan-heng sangat mengagumi nona Gak, kenapa
engkau tidak mohon sendiri kepadanya atau meminang
langsung kepada nya? Aku rasa dalam urusan semacam ini,
tak mungkin aku bisa memberikan bantuannya untukmu"
"Bukannya engkau tak bisa membantu, tapi yang jelas
engkau tak bersedia memberikan bantuannya, bukankah
begitu?" desak Lan Giok Tong lebih jauh.
Siau Ling segera tertawa dingin.
“Perkataanmu yang hendak Lan beng ucapkan sekarang
telah kudengar semua hingga selesai, aku rasa kitapun harus
segera melanjutkan kembali perjalanan kita ini.”
"Aku lihat sebelum Siau-heng melihat peti mati engkau tak
akan mengucurkan air mata; sebelum sampai ditepi sungai
huang hoo engkau tidak putus hati!"
"Maksud baikmu untuk membantu diriku biarlah aku terima
dalam hati saja, tapi soal bantuan nona Gak, rasanya aku

tetap tak bisa membantu engkau, rasanya kitapun tak usah
banyak bicara lagi"
Lan Giok Tong tidak banyak bicara, ia menuntun kudanya
dan segera loncat naik keatas punggung tunggangannya.
"Ayoh berangkat!" ia berseru, tali les kudanya disentak dan
kuda itupun dengan cepatnya meluncur kedepan.
Buru2 Siau Ling mengejar dari arah belakang dua ekor
kuda itu bagaikan anak panah lepas dari busurnya segera
kabur kearah depan.
Rupanya Lan Giok Tong sudah hapal sekali dengan jalan
disekitar tempat itu. Ditengah kegelapanpun tak usah
menentukan arah guna mengenali kembali jalannya kuda
mereka dilarikan terus dengan kencangnya.
Setelah berlarian beberapa waktu lamanya lari kuda mereka
berdua tiba2 jadi lambat keringat membasahi tubuh kuda
jempolan itu dan lari merekapun seakan2 dibebani dengan
benda yang berat sekali.
"Lan-heng!" Siau Ling segera berseru ''aku rasa kuda
tunggangan kita sudah tak mampu untuk melanjutkan
perjalanan lagi!''
Baru saja perkataan itu keluar dari mulutnya. Tiba2 Lan
Giok Tong loncat bangun dari kudanya dan baru saja sang
badan melayang keangkasa. kuda itu sudah roboh binasa
keatas tanah.
Siau Ling segera mengempos tenaga dan melayang
tinggalkan pelana kuda tunggangannya.dengan enteng ia
melayang turun keatas permukaan tanah.
Kuda yang ditungganginya tadi kembali lari beberapa jauh
kearah depan, akhirnya binatang itupun menggeletak diatas
tanah.

Sambil berpaling memandang sekejap kearab dua ekor
kuda yang menggeletak ditanab kembali Lan Giok Tong
berkata :
"Siau beng, sudahkah engkau pikirkan kembali apa yang
kuucapkan tadi?"
"Sudah kupikirkan!"
"Apakah Siau heng bersedia untuk merubah jalan pikiranmu
itu?!”
"Maaf. aku tetap dalam pendirianku semula!"
Lan Giok Tong segera tertawa dingin "kalau begitu mari
kita lanjutkan perjalanan.”
Tanpa banyak bicara lagi ia mengepos te naga dan
melanjutkan perjalanan dengan berlarian kearah depan.
Siau Ling rasakan gerakan lari pemuda itu makin lama
semakin cepat akhirnya tak kalah cepatnya dengan lari seekor
kuda. Terpaksa ia mengempos tenaga dan mengejar dari
belakang.
Perjalanan yang dilakukan saat ini benar2 sangat cepat
sekali kurang lebih tiga puluh li kemudian Lan Giok Tong baru
menghentikan gerakan larinya.
Ketika ia berpaling kebelakang tampaklah Siau Ling masih
tetap mengejar dibelakang tubuhnya pada jarak tiga empat
depa, paras mukanya tetap tenang dan paras mukanya tidak
dibasahi oleh air keringat Dengusan napas pun biasa dan
normal sekali.
Sebaliknya Lan Giok Tong sendiri secara lapat2 mendengar
bahwa dengusan napasnya agak memburu Dengan cepat dia
kerahkan tenaga dalamnya untuk menekan napasnya yang
agak memburu itu hingga tidak bersuara, sambil tertawa ewa
pujinya:

"Siau heng ilmu meringankan tubuh yang kau memiliki
benar2 lihay sekali."
"Saudara Lan terlalu memuji!" sementara dalam hati
kecilnya diam2 ia berpikir dengan hati gelisah:
“Dengan saudara lain aku telah berjanji untuk
meninggalkan tanda rahasia disepanjang jalan agar mereka
dapat mengajar diriku ketempat ini, tapi sepanjang
perjalanan Lan Giok Tong melakukan perjalanannya dengan
begitu cepat sehingga membuat orang sama sekali tak dapat
berhenti barang sebentar pun juga untuk tinggalkan kode
rahasia... aku tahu dua orang saudaraku itu bukanlah orang2
yang memandang rendah soal setia kawan, sekalipun mereka
tidak berhasil menemukan tanda rahasia sepanjang jalan, tapi
aku percaya mereka tak akan berhenti atau membatalkan
perjalanan nya di tengah jalan, jikalau mereka sampai datang
kemari secara ngawur dan gegabah, bukan saja tak akan
membantu apa2 terhadap diriku, bahkan jiwa merekapun
bakal terancam oleh mara bahaya, bagaimana baiknya
sekarang??"
Sementara ia masih termenung, Lan Giok Tong dengan
suara dingin telah berkata :
"tiba2 aku telah teringat akan suatu persoalan, dan mau
tak mau terpaksa aku harus beri tahu kepada Siau heng lebih
dahulu"”
'Persoalan apa??'
"Apabila dugaanku tidak salah, maka semestinya
dibelakang Siau-heng pastilah terdapat banyak jago lihay
yang menyusul serta menguntit perjalananmu!!"
Mendengar perkataan itu Siau Ling merasa amat
terperanjat, pikirnya dihati:

"Bukan saja orang ini memiliki ilmu silat yg sangat lihay,
kecerdasan otaknya-pun sangat mengejutkan hati... aku harus
bertindak lebih hati2 dalam menghadapi dirinya.”
Dalam hati meskipun berpikir demikian, namun diluaran ia
tetap tertawa ewa.
"Aku rasa mereka pasti akan menganggap persoalan ini
sebagai suatu urusan yang tak perlu diherankan!"
“Aku akan membuat mereka jadi kelabakan dan tak
sanggup mengejar jejakmu, mungkin juga akan kurubah arah
tujuannya agar mereka dengan sendirinya masuk perangkap”
Siau Ling mendongkol sekali, diam diam ia mencaci maki
didalam hatinya:
"Kurang ajar ... benar2 keji dan telengas hati orang ini!"
Dengan suara dingin ia segera berseru.
"Lan-beng menganggap dirimu sebagai seorang manusia
yang cerdik dan banyak akalnya, tapi menurut pandanganku,
belum tentu apa yang kau harapkan bisa terpenuhi sesuai
dengan apa yang kau inginkan '
Lan Giok Tong tertawa dingin.
"heeehh...beeehh...heeehh... engkau anggap aku tak dapat
melihat keadaan Siau-heng yang sebenarnya? Sekalipun diatas
wajahmu engkau dapat mempertahankan ketenangan hatimu,
dalam kenyataan hatimu sedang bergolak keras"
Siau Ling menyadari, apabila ia banyak bicara maka suatu
kali pasti akan salah berbicara, dengan cepat pemuda itu
membungkam seribu bahasa.
Ketika dilihatnya Siau Ling sama sekali tidak bersuara. Lan
Giok Tong segera mendehem ringan sambil bertanya :
“Siau-heng, apakah jalan pikiranmu sudah jauh lebih
terbuka lagi?"

"Pikiran soal apa?!”
"Mengenai urusan yang menyangkut nona Gak, apakah
Siau heng lebih memberatkan nona gak daripada
keberhasilanmu dalam memenuhi cita2 yang kau idamkan??"
"Bagaimana kalau kita jangan membicarakan tentang
urusan ini lagi .??”
"Bukankah engkau merasa serba salah menghadapi
keadaan ini??”
Siau Ling mendengus dingin:
"Dengan amat jelas dan tenang sudah kukatakan sejak tadi
aku tak mungkin rmembantu dirimu sekalipun dibicarakan
seribu kali atau sepuluh ribu kali juga sama sekali tak ada
gunanya!'
Lan Giok Tong berpaling dan memandang sianak muda itu
sekejap ujarnya serius:
"Siau heng inilah kesempatan terakhir bagimu jika
kesempatan ini dilewatkan dengan begitu saja maka
kendatipun akhirnya Siau heng merasa menyesal pada saat ini
urusan sudah tak dapat diatasi lagi!"
Siau Ling tidak memperdulikan Lan Giok Tong lagi dalam
hati kecilnya secara diam2 sedang memperhitungkan
bagaimana caranya meninggalkan tanda rahasia disepanjang
jalan disekitar tempat itu tanpa sepengetahuan Lan Giok
Tong.
Terdengar pemuda she Lan tertawa dingin lalu berseru:
"Apa yang dapat kuucapkan hanya sampai disini saja,
apabila Siau heng tak mau mendengarkan nasehatku .. yaa
apa boleh buat lagi? akupun tak bisa berbuat lain. ."
Berbicara sampai disitu, mendadak ia bertepuk tangan tiga
kali dengan nyaring.

Bersamaan dengan menggemanya suara tepukan tangan
itu, tiba2 dari tempat kegelapan dibalik semak belukar
muncullah empat orang pria kekar.
Keempat orang pria itu mengenakan pakaian ringkas
berwarna hitam gelap, masing2 menyoren sebilah golok gan
leng to diatas punggungnya.
Dengan sorot mata yang tajam Siau Ling menyapu sekejap
keempat orang itu, ia merasa tak seorangpun diantara mereka
yang dikenal olehnya, sambil tertawa dingin pemuda itu
membungkam dalam seribu bahasa.
Dengan suara yang nyaring dan lantang Lan Giok Tong
berkata:
"Sudahkah kalian berempat perhatikan orang ini dengan
seksama? dialah Siau Ling yang mempunyai nama besar yang
amat tersohor sekali dikolong langit..."
Sesudah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:
"Segala sesuatunya ternyata persis tepat seperti apa yang
di duga oleh Shen hoa Cuncu. Meskipun tayhiap ini berani
kemari seorang diri namun dibelakang tubuhnya masih
terdapat jago2 persilatan yang menguntit perjalanannya,
kalian harus hati2 menjaga tempat ini"
"Kami akan turut perintah! "jawab empat orang pria itu
sambil membungkuk memberi hormat:
Lan Giok Tong ulapkan tangannya "nah sekarang kalian
berempat boleh segera mundur kembali ketempat semula!"
Empat orang pria baju hitam itu sama2 memberi hormat
kepada Lan Giok Tong kemudian mengundurkan diri kembali
kedalam semak belukar dan menyembunyikan diri.
Sepeninggal keempat orang itu Lan giok tong mendehem
ringan lalu berkata:

"Mari kita lanjutkan perjalanan kita!” dengan langkah lebar
ia berangkat lebih dahulu meninggalkan tempat itu.
Siau Ling segera menggerakan tubuhnya menyusul Lan
giok tong.
Gerakan tubuh mereka kian lama kian bertambah cepat
dalam beberapa waktu saja mereka sudah menempuh
perjalanan sejauh belasan li dari tempat semula.
Suatu ketika Lan Giok Tong menghela napas panjang,
ujarnya lirih :
"Siau-heng, sudahlah kau lihat kesemuanya itu??!”
"ehmm! kenapa sih?"
Menggunakan kesempatan dikala berlangsungnya
pembicaraan itu, secara diam2 pemuda itu membuat dua
buah kode rahasia disisi jalan.
"Di-sepanjang jalan yang bakal kita tempuh, semuanya
telah disiapkan tujuh tempat jebakan yang sangat tangguh "
ujar Lan Giok Tong menerangkan, dalam setiap jebakan yang
tersedia, bersiap siagalah beberapa orang jago lihay yang
ampuh dalam melepaskan senjata rahasia.."
"Kecuali kalau mereka tidak berhasil temukan jalaran ini,
andaikata mereka betul! berhasil menjumpai jalanan yang kita
tempuh ini. maka mereka yang berani munculkan diri berarti
akan dipaksa oleh mereka untuk menjadi petunjuk jalan !"
Mendengar perkataan itu, Lan Giok Tong segera
menengadah keatas dan tertawa terbahak2.
''Haaahhe..haaahhh...haabii...rupanya kalau Shen Bok Hong
ditandingkan dengan dirimu tayhiap maka otaknya engkau
masih kalah jauh"
"maksudmu??”

"engkau anggap orang2 itu mengetahui semua dimanalah
Pek Li berada.”
Sesudah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh:
"Mereka hanya tahu menjaga pos mereka serta
mempertahankan tempat itu dari serangan musuh, jalan
kearah mana yang harus ditempuh tak mungkin bakal
diketahui dari mulut mereka"
"Cara Lan beng untuk memaksa dan menggertak orangpun
hanya begitu2 saja? Aku telah memahami semua dengan
sangat jelas mulai sekarang jikalau Lan beng masih
mempunyai cara lain yang jauh lebih keji dan lihay silahkan
dikeluarkan semua aku tak ingin diancam dan digertak oleh
Lan heng dengan ketajaman lidahmu"
"Baik ayoh kita lanjutkan perjalanan"
Dua orang itu segera meneruskan kembali perjalanan
mereka, satu berjalan didepan sedang yang lain mengikuti dari
arah belakang, dalam perjalanan kali ini Lan Giok Tong benar2
tidak buka suara ataupun berbicara lagi.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Siau Ling berasal dari
ajaran Hu-sian Cu yang tersohor karena kelihayannya dikolong
langit, tentu saja kalau dibandingkan dengan Lan Giok Tong
maka ilmu meringankan tubuh yang dimliki sianak muda itu
beberapa kali lipat jauh lebih lihay.
Tetapi selama melakukan perjalanan tak pernah Siau Ling
berusaha untuk melampaui Lan Giok Tong, ia selalu mengikuti
dibelakang tubuhnya, disamping menggunakan kesempatan
yang sangat baik itu untuk meninggalkan kode rahasia
disepanjang jalan agar bisa berhubungan dengan Sang pat..
Hanya saja tanda rahasia yang ditinggalkan olehnya saat ini
telah sedikit dirubah, meskipun dalam hati kecilnya ia tahu
bahwa kode rahasia yang sedikit dirubah oleh nya itu mungkin
akan menyulitkan diri sang pat namun asal It bun han too ikut

hadir, maka sudah pasti jago lihay yang amat cerdik itu dapat
memecahkan rahasia tersebut.
Dalam hal ilmu silat walaupun kepandaian yang dimiliki It
bun han too tidak banyak membantu usaha untuk
menanggulangi masalab besar ini namun kecerdasan otaknya
benar2 merupakan musuh tangguh dari Shen Bok Hong dalam
pertempuran besar antara golongan lurus dan sesat. Kali ini
bantuan bun han too sangat diperlukan mempengaruhi sekali
perkembangan selanjutnya.
Sementara pemuda itu masih melamun tiba2 Lan Giok Tong
menghentikan getakan tubuhnya'
Siau Ling yang selama ini hanya memikirkan masalah dalam
hatinya sama sekali tak menyangka kalau musuhnya
menghenti kan tubuh secara mendadak hampir saja ia
menumbuk tubuh pemuda Lan tersebut.
Lan Giok Tong tertawa ewa katanya
"Siau beng apakah engkau ingin beristirahat sebentar?”
'Tentang soal itu sih terserah kepada Lan heng sendiri
kalau kau ingin istirabat maka istirahatlah lebih dahulu!"
Sorot matanya dialihkan kesekeliling tempat itu, tampaklah
cahaya sang surya berwarna kuning ke emas2an memancar
diatas rumput yang rimbun dan membiaskan cahaya tajam
yang amat menyilaukan mata.
Ternyata perjalanan mereka tanpa terasa telah berlangsung
dari malam hari hingga fajar menyingsing.
Sambil menuding kearah bukit hijau nun jauh disana yang
kelihatan secara lapat2 Lan Giok Tong berkata:
'Bukit didepan sana itulah gunung soat hong san"
"Bukankah Shen Bok Hong telah menantikan kedatanganku
diatas bukit soat-hong san itu?

Air muka Lan Giok Tong berubah jadi amat serius dengan
nada dingin sahutnya. 'Tentang soal ini maaf! Aku tak dapat
memberitahukan padamu. "
SiauLing tertawa ewa dan tidak banyak bicara lagi.
Tiba2 Lan Giok Tong duduk bersila diatas tanah pejamkan
mata dan mengatur pernapasan.
Rupanya setelah melakukan perjalanan jauh selama ini, ia
merasakan badannya penat dan kehabisan tenaga.
Lan Giok Tong memahami dengan jelas, sebelum Siau Ling
berhasil temukan diri Pek-li maka sianak muda itu tak mungkin
akan menyergap atau melukai dirinya, oleh sebab itulah ia
dapat mengatur pernapasan dengan hati lega.
Sebaliknya bagi Siau Ling sendiri, mau tak mau terpaksa ia
harus mengadakan persiapan untuk menghadapi segala
kemungkinan yang tidak diinginkan, pemuda itu bergerak
menuju kebawah sebuah pohon kecil kurang lebih dua tombak
dari Lan Giok Tong. duduk bersandar diatas dahan dan
beristirahat sebentar.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, tiba2 terdengarlah
suara derap kaki kuda yang santar berkumandang datang dari
tempat kejauhan..
Ketika ia menengadah, tampaklah diatas kuda yang sedang
lari mendekat duduklah seorang pemuda berpakaian serba
hitam.
Ketika tiba di hadapan Lan Giok Tong. pemuda baju hitam
itu mendadak menarik tali les kudanya membuat kuda
tunggangan itu secara mendadak berhenti berlari.
Sikap pemuda itu terhadap Lan Giok Tong sopan dan
sangat menghormat, setelah loncat turun dari atas kuda ia
segera memberi hormat kepada Lan Giok Tong dan
membisikan sesuatu dengan suara yang amat lirih.

Tampaklah Lan Giok Tong anggukkan kepalanya dan
menjawab pula beberapa patah kata.
Karena jarak yang terlampau jauh, sulit bagi Siau Ling
untuk mendengarkan pembicaraan dari kedua orang itu.
Terlihatlah pria baju hitam itu menyahut dan loncat naik
kembali keatas kudanya, kemudian menceplak tunggangan itu
meninggalkan tenpat tersebut.
Menunggu pria baju hitam itu sudah pergi jauh, Lan Giok
Tong baru berpaling ke-arah Siau Ling dan berteriak keras :
"Siau heng, mari kita segera lanjutkan perjalanan!"
“Ayohlah, aku sih mengikuti maksud hatimu saja"
"Baik! aku akan membawa jalan untukmu" dengan langkah
lebar ia segera berangkat lebih dahulu.
Siau ling segera menyusul dari belakang, beberapa saat
kemudian ia telah berhasil mengejar sampai dibelakang Lan
Giok Tong. rupanya atas penolakan dari Siau ling tadi Lan Giok
Tong menaruh rasa benci dan dendam yang mendalam
terhadap dirinya, sepanjang perjalanan ia tak pernah berpaling
kebelakang untuk menengok sekejappun kearah musuhnya.
Siau Ling sendiri walaupun dalam hati kecilnya terdapat
banyak urusan yang hendak ditanyakan Lan Giok Tong, tapi
dia sendiripun menyadari andaikata dia mengajukan
pertanyaan kepada pemuda itu dalam keadaan seperti ini,
bukan saja sukar untuk memperoleh jawaban bahkan akan
disindir secara pedas oleh musuhnya itu, karenanya terpaksa
ia menahan diri dan membungkam dalam seribu bahasa.
Tanpa berpaling barang sekalipun.Lan Giok Tong
melanjutkan perjalanannya sejauh beberapa puluh li, akhirnya
mereka ber henti didepan sebuah rumah gubuk. Siau Ling
mendehem ringan, tegurnya : "'Lan heng, tempat apakah ini?"
tanpa berpaling Giok Tong menjawab :

“Tempat untuk mengisi perut setelah melakukan perjalanan
sejauh ini apakah Siau heng tak merasakan 1apar?”
Siau Ling tidak berbicara lagi. sorot matanya dengan tajam
menyapu sekejap sekali gubuk itu ia temukan dua batang
pohon kecil didepan rumah tadi. maka dengan cepat ia
meninggalkan tanda rahasia disana kemudian mengikuti
dibelakang Lan Giok Tong masuk kedalam ruangan.
Rumah gubuk itu sederhana sekali dan sama sekali tiada
sesuatu keistimewaan apa-pun, hanya saja lantai dan ruangan
disapu bersih sekali hingga tak nampak adanya debu yang
menempel.
Sebuah meja bulat berkaki delapan terletak ditengah
ruangan, diatas meja sudah tersedia beberapa macam
makanan ringan yang lezat.
Begitu masuk kedalam ruangan. Lan Giok Tong segera
mengambil kursi ditempat utama, lalu serunya:
"Ada orang disini??"
Seorang gadis mengiakan dan buru2 munculkan diri dari
balik ruangan.
Lan Giok Tong segera mendehem ringan dan berseru:
"Emas. kayu, air, api, tanah, orang pertama dari timur.”
Gadis cantik berbaju hijau itu mengernyit kan sepasang
alisaya yang lentik, kemudian sambi1 memberi hormat
sapanya.
"Engkau adalah Lan toa ya! '
“Benar, setelab melakukan perjalanan jauh kami merasa
lapar sekali, siapkan sayur dan arak!.”
Gadis itu menyahut dan buru2 mengundur kan diri.
beberapa .saat kemudian sayur dan arak telah dihidangkan.

Sesudah meneguk secawan arak, Lan Giok Tong berkata
dengan suara dingin.
“Sebelum senja menjelang tiba nanti, Siau-heng sudah
dapat bertemu dengan nona Pek Li, andaikata Siau-heng
punya keberanian mungkin saja pada saat itu juga engkau
akan berhasil merebut kembali nona Pek Li Sekarang lebih
baik makanlah sedikit untuk mengisi perut, agar supaya
kekuatan badanmu masih tetap utuh "
Siau Ling tidak segera menjawab dalam hati kecilnya ia
berpikir:
''Shen Bok Hong adalah seorang manusia yang licik dan
sangat berbahaya perbuatan macam apapun dapat dilakukan
olehnya secara keji lebih baik sayur dan arak ini jangan
dimakan saja dari pada terjadi hal yang tak diinginkan,
berpikir sampai disini diapun berkata:
"Aku tidak lapar pun tidak dahaga lebih baik Lan heng
bersantap seorang diri"
Setelah berhenti sebentar ia lanjutkan kembali.
"Seandainya Lan heng tidak merasa lapar dan dahaga lebih
baik bertindaklah sedikit lebih hati2!”
Mula2 Lan Giok Tong terperangah kemudian sambil
tertawa ter bahak2 serunya
"Haaahhh . .haaahhh. .haaahhh... apakah Siau heng takut
dalam sayur dan arak ini sudah dicampuri obat racun yang
keji"
"Bila ditinjau sikap serta watak Shen Bok Hong dihari2
biasa sukar dikatakan apakah ia telah mencampurkan obat
racun kedalam sayur dan arak ini atau tidak?"
Dari sakunya Lan Giok Tong ambil keluar sebatang tusuk
konde yang dibuat dari gading kemudian dicelupkan kedalam

sayur dan arak yang dihidangkan didepan mata setelah itu
ujarnya sambil tertawa:
'Siau beng terlalu banyak curiga” dengan lahapnya ia
minum dan makan hidangan yang ada didepan mata hingga
ludas sama sekali.
Siau Ling sendiri walaupun perutnya amat lapar namun
dengan sekuat tenaga masih mempertahankan diri dan tak
mau makan barang sesuappun.
Dalam waktu singkat Lan Giok Tong telah selesai bersantap
sementara Siau Ling sendiri tak setetes airpun yaog
membasahi kerongkongannya.
Gadis baju hijau itu membereskan sisa sayur dari meja lalu
bertanya.
“Lan toaya apakah engkau hendak beristirahat dahulu?”
"Tak usah aku hendak melanjutkan perjalanan"
Seraya berkata ia bangkit berdiri dan berjalan menuju
keluar ruang gubug itu.
Siau Ling teringat kembali akan peringatan dari Lan Giok
Tong seandainya ia sama sekali tak makan maka kekuatan
tubuhnya pasti akan menyusut dan mengalami kemunduran
karena itu sewaktu lewat dirumah petani yang berdiam
disekitar sana ia telah membeli kueh kering yang terbuat dari
terigu untuk mengisi perut yang lapar.
Lan Giok Tong yang menyaksikan perbuatannya itu dari
samping kalangan segera menyindir dengan suara tajam.
"Hmm! agaknya Siau heng takut menghadapi kematian?"
"Darimana engkau bisa berkata begitu?"
"Siau heng, tak berani makan dan minum sayuran dan arak
yang dipersiapkan itu menandakan bahwa engkau takut sayur
dan arak tersebut telah dimasuki racun keji yang

mengakibatkan engkau mati akibat keracunan bukankah
begitu?"
Siau Ling tertawa ewa.
"Cara Shen Bok Hong menguasai jago2 di dunia persilatan
hingga tunduk pada perintahnya bukan lain adalah per tama2
melepaskan sejenis racun keji yang tak bisa di sembuhkan
kedalam tubuh mereka semua, kecuali minum obat pemunah
khusus yang hanya ada dalam sakunya kendatipun seorang
tabib sakti romor wabid dikolong langitpun tak mungkin bisa
menyembuhkan racun aneh hasil campurannya yang dibikin
secara khusus itu. Lan heng lebih baik jangan menguatirkan
nasibku tapi pikirkanlah lebih dulu nasib serta keselamatanmu
pribadi.”
Ucapan tersebut dengan cepat menggerakkan hati Lan Giok
Tong rasa kaget dan terkesiap melintas diatas wajahnya, tapi
hanya sebentar saja ketenangan kembali menyelimuti seluruh
wajahnya, ia tertawa ewa dan menjawab:
“Sebelum engkau berhasil dibunuh sampai mati aku rasa
belum tentu Shen bok hong sampai turun tangan sekeji itu
terhadap anak buahnya terutama terhadap aku.”
'Yaaa. . apa yang dapat kuucapkan hanya terbatas sampai
disini saja, mau menurut atau tidak bukan menjadi urusanku
kesemuanya tercerah pada keputusan lan-heng sendiri.”
Lan Giok Tong tak banyak bicara lagi ia segera melanjutkan
perjalanan menuju kedepan.
Setelah melanjutkan perjalanan selama kurang lebih satu
jam kemudian, akhirnya tibalah kedua orang itu dibawah kaki
sebuah bukit, ketika pemuda itu angkat kepalanya, tampaklah
rentetan bukit memanjang hingga jauh sekali, sebuah jalan
datar menghubungkan kaki bukit dengan puncaknya.
Lan giok tong berpaling dan memandang sekejap kearah
Siau Ling, kemudian serunya dingin :

"kita sudah sampai ditempat tujuan!"
Dengan langkah yang amat cepat ia menerotos naik keatas
bukit tersebut.
Siau Ling segera enjotkan badan dan nyusul dengan
kencangnya dibelakang orang itu.
Kurang lebih beberapa puluh tombak kemudian, tiba2 Lan
Giok Tong membelok ke arah sebelah kanan.
Dibalik rimbunrya dedaunan yang hijau dan segar,
tampaklah dinding bangunan muncul dengan megahnya.
Rupanya dipunggung bukit hutan yang lebat telah dibangun
sebuah rumah bata yang indah, megah dan mentereng.
Setibanya dihadapan bangunan rumah itu, terbaca oleh
Siau Ling diatas sebuah papan nama yang terbentang didepan
pintu bertulisan beberapa huruf yang berbunyi :
"Pesanggrahan Bu wa Siau-Cut"
Membaca tulisan itu, dalam hati kecilnya pemuda itu segera
berpikir :
"Entah tempat pertapaan dari jago lihay manakah yang
telah dirampas dan dipergunakan oleh Shen Bok Hong??"
Dalam pada itu Lan Giok Tong telah mengetuk tiga kali
diatas pintu kayu yang tertutup rapat diiringi suara
gemericitan nyaring pintu itu segera terbentang lebar.
Seorang pria tinggi besar yang berbadan bongkok berdiri
angker didepan pintu, orang itu ternyata bukan lain adalah
Shen Bok Hong sendiri.
Disisi kiri Shen Bok Hong berdiri seorang padri tua
berpakaian kasa warna kuning, sedang disebelah kanannya
berdiri seorang wanita berbadan suku biau yaug bukan lain
adalah Kim hoa hujin.

Belum sempat Siau Ling buka mulut untuk mengucapkan
sesuatu, Shen bok hong telah mengeluarkan telapak
tangannya yang menyeramkan itu sambil tersenyum.
"Saudara Siau“ ia berseru "semoga dalam pertemuan kita
saat ini, pembicaraan yang akan berlangsung bisa dilakukan
dalam suasana riang gembira"
Dalam keadaan terdesak dan posisi yang sangat tidak
menguntungkan mau tak mau terpaksa Siau Ling harus
mengeluarkan telapaknya untuk menjabat tangan Shen Bok
Hong:
"Suasana tentu saja dapat berjalan dengan riang gembira
asal sikap Shen Hoa Cungcu terhadap aku orang she Siau pun
berjalan sebagai mana mestinva"
"Diruang tengah sudah tersedia aneka macam sayur dan
arak wangi bagaimana kalau saudara Siau bersantap dan
minum arak lebih dahulu sebelum pembicaraan kita
langsungkan?"
"Setelah datang kesini kenapa aku musti ragu2 menerima
undangannya?” pikir Siau Ling dalam hati
'Akan kulihat dan kurasakan kelihayan macam apakah yang
akan dia perlihatkan terhadap diriku."
Berpikir sampai disitu tanpa diundang lebih jauh oleh Shen
bok hong ia segera melangkah masuk lebih dahulu kedalam
ruang tengah.
Suasana dalam ruangan itu santai indah dan
menyenangkan, beraneka macam sayuran lezat dan arak
wangi telah tersedia diatas. sebuah meja perjamuan, bahkan
cawan2 yang tersedia sudah diisi penuh dengan arak wangi.
"Saudara Siau, silahkan untuk pilih tempat sendiri?” bisik
Shen Bok Hong.

Siau Ling alihkan sorot matanya menyapu sekejap sekeliling
tempat itu, akhirnya ia pilih tempat tepat dibawah kursi
utama.
Shen Bok Hong sendiri duduk dikursi tuan rumah, padri
baju kuning duduk disisi kiri nya sedangkan Kim hoa hujin
serta Lan Giok Tong menempati disisi sebelah kanan.
Siau Ling segera masukkan sepasang tangannya kedalam
saku, diam2 ia kenakan sarung tangan kulit ular sementara
hawa murni disalurkan keseluruh badan bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan,
mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Pertama2, Shen Bok Hong angkat cawan-nya lebih dahulu
dan menghabiskan isi cawannya kemudian sambil tersenyum
dia berkata:
"Saudara Siau bagaimana kalau minum arak dan bersantap
lebih dahulu??”
"Shen toa Cuncu" sahut Siau Ling cepat, Apabila engkau
ada urusan yang hendak diutarakan keluar harap segera
diucapkan, perutku sama sekali tidak lapar, biarlah arak wangi
dan sayur itu kuterima dalam hati saja.”
Shen bok hong tertawa kering.
'Saudara Siau rupanya engkau mempunyai pandangan
yang terlalu dalam terhadapku? “
"Perkataan shen toa CunCu terlalu serius” sesudah berhenti
sebentar ia melanjutkan
"Sekarang nona Pek Li berada dimana? apakah syaratnya
jikalau aku hendak membawanya tinggalkan tempat ini?”
"Nona Pek Li tidak berada disini tapi ia berada dalam
keadaan baik2 saja tanpa mengalami cindera berat sedikit
juga, Tentu saja kalau saudara Siau mau membawanya pergi

dari sini maka engkau musti mengabulkan dulu beberapa buah
permintaanku."
"Oooh jadi maksud tujuan shen toa-Cungcu memancing
kedatanganku kemari, adalah untuk memaksa aku agar
menyanggupi beberapa buah syarat yang kau ajukkan itu?”
sela Siau Ling dengan cepat:
"Bukan bukan itu ! perkataan muncul dari mulutku dan
masuk kedalam telinga saudara Siau, mengenai soal mau
mengabulkan permintaan itu atau tidak sama sekali terserah
pada keputusanmu sendiri tak ada seorang manusiapun yang
berani memaksa kemauanmu untuk terima syarat2 tersebut"
"Baik! coba shen toa Cungcu sebutkan dahulu apa saja
syarat yang akan kau ajukkan??"
“Kalau dibicarakan sebetulnya gampang dan sangat
sederhana aku Cuma minta saudara Siau mulai detik ini juga
mengundurkan diri dari dunia persilatan dan tidak memusuhi
diriku lagi”
---ooo0dw0ooo---
Jilid: 29
“Andaikata aku tidak bersedia untuk mengabulkan
permintaanmu itu? apa yang hendak kau lakukan?'.
"Baiklah, kalau memang engkau tidak bersedia untuk
penuhi permintaanku itu, terpaksa aku harus merepotkan
saudara Siau untuk pergi menolong nona Pek Li sendiri!"
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran kilat
Siau Ling menyapu sekejap kearah empat orang itu, lalu
tegurnya :
"Jadi kalian berempat sudah bersiap sedia untuk
mengerubuti diriku..?"

Shen Bok-hong menengadah dan tertawa ter bahak2.
"Haabh. haahh.haahh.. tak usah kuatir, aku tak nanti akan
main kerubut dengan andalkan orang orang itu, aku tahu
bahwa setiap orang yang yang hadir dimeja perjamuan saat
ini sama2 merupakan jago lihay dari dunia persilatan diantara
semua orang yeng hadir ilmu silat dari saudara Siaulah yang
paling hebat, kami tak akan main kerubut"
"Jadi kau hendak bertempur dengan sistim roda berputar?.
Tidak sistim itupun tidak akan kami pakai.
"Kalau begitu Shen Toa cungcu akan menghadapi aku
orang she Siau dengan satu lawan satu??
"Saudara Siau di saat dan tempat manapun engkau selalu
menantangku untuk berduel aku rasa kesempatan baik ini
suatu saat pasti akan kau temui cepat atau lambat?
"Siang cung menari pedang tujuannya adalah untuk
menggorok leher Bei kong eng, kau Shen Hoa cungcu
menculik Pek Li Peng tujuannya juga untuk menghadapi aku
orang sbe Siau, sekarang aku Siau Ling sudah jauh memasuki
wilayah Shen Toa cungcu yang penuh disebari perangkap keji
seorang diri, andaikata hari ini Shen Hoa cungcu tidak bunuh
aku orang she Siau, maka selama hidup engkau akan selalu
merasa menyesal"
“Untuk bunuh dirimu sih sudah pasti, cuma aku tak ingin
untuk melaksanakan sendiri rencanaku itu.”
Siau Ling segera alihkan sorot matanya dari atas wajah
padri baju kuning perlahan2 bergeser keatas wajah Kim Hoa
hujin serta Lan giok tong, kemudian ujarnya:
"Kalau Shen Toa cungcu tak mau turun tangan sendiri,
maka aku rasa orang yang hendak melaksanakan keinginanmu
itu pastilah salah satu diantara ketiga orang itu?
Kembali Shen Bok-hong gelengkan kepala nya.

“Tiga orang jago lihay yang ikut hadir sekarang merupakan
tamu2 kehormatanku, tentu saja tak nanti kubicarakan mereka
untuk adu jiwa bagi kepentinganku.”
"Jadi maksudmu, dalam pesanggrahan Bu wa si au cut ini
sudah kau siapkan perangkap lain??”
Shen Bok-hong gelengkan kepalanya.
“Ratusan orang pria gagah lelaki sejati yang berada dalam
perkumpulan Pek Hoa San-cung kami belum tentu mampu
mengurung dirimu kendatipun akan siapkan pasukan besar di
sini belum tentu mereka mampu membekuk engkau orang she
Siau”
“Shen Toa cungcu! Sebenarnya perangkap keji macam
apakah yang telah kau siapkan bagi aku orang she Siau?
Harap suka memberi penjelasan yang terang.”
"Sepuluh li masuk dari bukit ini terdapat sebuah lembah
ymg menjorok jauh kedalam deretan bukit ini, ditengah
lembah itu lah Pek Li Peng kami sekap.”
"Oooh! jadi Shen Toa cungcu sudah siapkan perangkap
dalam lembah tersebut, dan sekarang mempersilahkan aku
untuk menerobosi perangkap2mu itu untuk menolong orang.”
“Begitulah maksud hatiku, sepanjang lembah aku siapkan
delapan buah perangkap untuk bertemu dengan nona Pek Li
maka eng kau harus dapat menghancurkan dahulu ke delapan
buah perangkapku itu."
Bicara sampai disini ia tertawa terbahak2 dan
membungkam.
Siau Ling segera mengernyitkan alisnya sesudah
mendengar perkataan itu, katanya.
"Sebelum aku masuk kedalam lembah tersebut terlebih
dahulu aku ingin memberitahukan suatu hal kepada diri Shen
Toa cung cu"

"Baik apa yang ingin kau katakan? utarakanlah keluar aku
akan pentang telingaku lebar2 untuk mendengarkan
perkataanmu itu.”
"Tahukah engkau Pek Li Peng sebetulnya putri siapa?”
"Pak Thian cungcu!"
"Anak buah dari Pak Thian cungcu ber-ratus2 orang
banyaknya, kehebatan jago silat mereka sama sekali tak ada
dibawah ke kuatan perkampungan Pek Hoa San-cungmu itu
jikalau Pek Li sampai cindera atau luka itu berarti engkau
orang Shen bakal memperoleh musuh tangguh lagi"
Shen Bok-hong segera tertawa terbahak,
"Haaahhh haaahhh haaahh tentang soal ini engkau tak
usah kuatir" tukasnya “aku sudah mempunyai siasat bagus
untuk menfitnah orang agar menanggung resiko tersebut!"
Sorot matanya berputar dan memandang sekejap kearah
baju kuning itu kemudian perlahan2 katanya:
'Saudara Siau diantara orang2 yang hadir disini ada
seorang padri kenalkah engkau dengan taysu itu??”
"Apakah Shen Toa cungcu bersedia urtuk kenalkan taysu
itu kepadaku?"
“Oooh! tentu saja"
Sesudah berbenti sebentar sambil menuding kearah padri
baju kuning itu katanya
"Taysu ini adalah seorang padri lihay dari gereja Siau lim si
yang mengurusi ruang Tat mo tong ia biasa disebut sebagai
Sip-hong taysu... "
Kemudian sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling
dan menambahkan!
"Sedang saudara ini bukan lain adalah Siau Ling. Siau
tayhap yang punya nama besar dalam kolong langit"

Sip hong taysu segera merangkap tangannya didepan dada
sambil memberi hormat.
"Sudah lama aku dengar dan kagum akan nama besar dari
Siau taybiap sungguh beruntung ini hari ktia dapat saling
berjumpa muka!"
Sikap Siau Ling dingin dan ketus sahutnya serius.
"Selamanya padri Siau lim selalu dianggap kawanan
persilatan sebagai tulang punggung aliran persilatan didunia.
Sumber dari segala ilmu.”
Sip hong taysu tertawa, tukasnya:
"Aaah! itu kan pujian dan sanjungan dari kawan2 persilatan
terhadap partai Siau lim kami, sebagai murid gereja Siau lim si
aku ikut merasa bangga.”
Siau Ling tertawa dingin.
"Heehh heehh-heehh..! setiap murid gereja Siau lim si
patut disanjung dan dibanggakan, tapi manusia seperti taysu
rasanya belum pantas untuk menerima pujian dan sanjungan
semacam itu. Sebab akhlak dan moral manusia2 semacam
taysu sudah merosot terlalu rendah hingga sama sekali tak
ada nilainya lagi.”
Senyum yang semula menghiasi wajah sip hong taysu
kontan lenyap tak berbekas, namun ia tidak sampai
menunjukkan tanda2 marah atau gusar, cuma dengan suara
yang hambar ia berkata;
"Siau taybiap, tabiatmu terlalu jelek”
"Aku rasa untuk menghadapi manusia rendah semacam
taysu tak perlu aku gunakan kata2 yang halus dan manis
untuk melayaninya!”
Sip hong taysu tertawa ia tidak bicara lagi.

Shen Bok-hong yang berada disamping segera tertawa
terbahak2 setelah menyaksikan kejadian itu ujarnya:
"Saudara Siau nampaknya kita berdua sudah tak ada
kesempatan lagi untuk bekerja sama"
“Kesempatan masih ada asal engkau Shen Toa cungcu
dapat menghilangkan ambisimu untuk menguasai dunia
persilatan dan menjajah umat persilatan aku bersedia
mewakili toa cungcu untuk tampil kedepan dan memberi
penjelasan kepada rekan2 persila lainnya.
Shen Bok-hong tertawa ewa. "tentang soal ini bagaimana
kalau kita bicarakan lagi setelah saudara Siau berhasil
selamatkan nona Pek Li dari dalam lembah itu? '
Siau Ling segera bangkit berdiri serunya 'Shen Toa cungcu
jalan mana yang harus kutempuh? Harap engkau suka
memberi petunjuk!"
"Saudara Siau tidak makan dan minum arak lebih dulu
sebelum berangkat...?
"Aku tidak lapar...!"
"Baik kalau toh Siau tayhiap sangat merindukan diri nona
Pek Li, akupun tidak akan terlalu mendesak lagi"
Gembong iblis itu segera bangkit berdiri dan berjalan
menuju keluar ruangan.
Lan Giok Tong, Kim-Hoa hujin serta Sip hong taysu segera
ikut bangkit dan menuju keluar ruangan.
Siau Ling berjalan dipaling belakang dan ikut berlalu dari
ruangan tersebut.
"Mari kita lewat jalan kecil saja agar lebih cepat..." seru
Shen Bok-hong. Ia tertawa terbahak2 kemudian melanjutkan
"Saudara Siau, aku lihat banyak sekali bantuanmu yang telah
mengejar sampai ditempai ini!"

Tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya langsung meluncur kearah puncak bukit itu.
Meskipun banyak pohon siong tumbuh di sepanjang tebing
curam sehingga dahan pohon itu dapat dipergunakan untuk
tempat pegangan. Namun karena terlalu curam dan tajam
maka perjalanan tetap ditempuh dengan penuh bahaya maut.
Untung beberapa orang itu merupakan jago2 silat kelas
satu dalam kolong langit, ilmu meringankan tubuh yang
mereka miliki masih sanggup untuk melewati tempat2 curam
yang berbahaya itu.
Setelah tiba diatas puncak bukit, mereka berpaling kearah
bawah dan terlihatlah di dasar jurang yang curam dan dalam
terdapatlah sebuah selat yang sempit jauh menjorok ketengah
rentetan bukit yang menjulang tinggi keangkasa.
Sambil menuding kearah selat tersebut Shen Bok-hong
berkata :
"Nah. itulah selat yang kumaksudkan tadi engkau boleh
langsung menembusi lembah tersebut dan menembusi
delapan buah rintangan yang telah kusiapkan, asal engkau
mampu uutuk melewatinya maka dengan cepat engkau akan
berhasil menjumpai nona Pek Li"
Dengan pandangan mata yang tajam Siau Ling mengawasi
sekejap lembah sempit itu. secara lapat2 ia dapat
menyaksikan rumput liar yang tumbuh subur disana sini,
dalam hati segera pikirnya:
"Berjalan didalam lembah sempit itu mungkin jauh lebih
berbahaya daripada berjalan diatas puncak tebing yang curam
ini"
Berpikir sebentar ia segera berkata:
"Shen Bok-hong bagaimana caranya supaya aku dapat
mempercayai perkataanmu itu?"

''Bagus pertanyaanmu itu" kata Shen Bok-hong sambil
mengangguk "cuma sayang pada saat ini engkau sudah
berada dalam keadaan yang tak mungkin bisa menanyakan
sesuatu lagi kepadaku. Aku bersedia menunggu
kedatanganmu kembali kesemuanya itu berdasarkan pada
hubungan pribadi yang pernah terikat diantara kita dimasa
lampau.”
"selain itu aku tahu masih ada satu alasan yang lain hanya
saja Shen Toa cunecu tidak bersedia untuk mengutarakannya
belaka bukan begitu " kata Siau dengan rada dingin.
Shen Bok-hong segera tertawa terbahak2
"Haaahhh haaahhh haaahh saudaraku kita berpisah belum
terlalu lama tapi rupanya kecerdasanmu sudah memperoleh
kemajuan yang amat pesat tentang soal ini aku ingin sekali
mengetahuinya apa sih alasannya”
“Seandainya engkau tak dapat menerangkan kalau Pek-li
benar2 berada dalam lembab ini bahkan masih dalam keadaan
hidup tanpa kekurangan sesuatu apapun, mana mungkin aku
orang she-Siau bersedia untuk menempuh bahaya melewati
kedelapan buah rintanganmu itu, jika sampai begini bukankah
semua usahamu selama ini hanya akan sia sia belaka?"
„Ehmm ! masuk akal juga perkataanmu itu..." ujar Shen
Bok-hong sambil mengangguk.
Lan Giok Tong yang selama ini membungkam terus, tiba2
berseru dengan nada dingin:
“Bicara yang sebenarnya saja kita tak usah membuang
banyak waktu dan tenaga dengan begitu repotnya, Asal kita
berempat bersatu padu dan mengerubuti dirinya, aku rasa
untuk membunuh bangsat cilik ini gampang sekali bagaikan
membalikkan telapak tangan sendiri.”
Siau Ling putar biji matanya dan menyapu sekejap keempat
orang itu, kemudian ia menjawab dengan ketus:

“Sekalipun aku masih bukan tandingan kamu sekalian jika
kalian berempat bersatu padu, tapi untuk meloloskan diri dari
kepungan rasanya masih bukan merupakan suatu kesulitan
bagiku, kalau kalian berempat tidak percaya, silahkan uji
untuk mencoba nya sendiri?"
Shen Bok-hong tersenyum.
"Aku percaya dengan kemampuanmu itu, saudara Siau
memang benar2 memiliki kemampuan untuk menerobos
keluar dari kepungan kami!"
Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan:
"Syarat yang bakal diajukan saudara Siau sudah kami
pikirkan sejak permulaan, tentu saja engkau harus merasa
yakin lebih dahulu kalau nona Pek Li benar2 berada dalam
lembah tersebut sebelum berangkat untuk menempuh
bahaya”
Mendengar perkataan itu. diam2 Siau Ling berpikir didalam
hatinya :
"Kalau dilihat dari bentuk lembah tersebut mungkin luasnya
mencapai puluhan li. Entah cara apa yang hendak
dipergunakan olehnya untuk membuat aku percaya kalau Pek
Li benar2 berada disitu..?"
Terdengar Shen Bok-hong bertanya :
''Apakah engkau dapat mengenali gaya tulisan dari nona
Pek Li??”
Siau Ling termenung beberapa saat lamanya sebelus
menjawab kemudian ia mengangguk.
"Tentu saja dapat!”
"Kalau cuma tulisannya ,saja mungkin masih belum cukup
untuk meyakinkan hatimu lebih baik lagi kalau dalam surat itu
di sertai pula sejenis benda miliknya makin rahasia benda itu
semakin baik, sebab kalau orang lainpun tidak tahu rasanya

akupun tak dapat meluluskan benda tersebut untuk menipu
kepercayaanmu!"
“Baik aku cuma menginginkan sebuah anting-antingnya”
kata Siau Ling kemudian.
"Baik! “
Shen Bok-hong segera menggape kearah samping, seorang
pria dengan cepat rnengia-kan dan munculkan diri dari tempat
persembunyiannya.
Pria tersebut memakai baju abu2 ditangannya membawa
sangkar yang besar.
"Lepaskan burung merpati itu" perintah Shen Bok-hong
"bawalah surat ini kepada nona Pek Li Peng, kalian mintakan
sebuah anting2 yang dikenakan olehnya sebagai bukti"
Pria kekar itu mengiakan. Dari pinggangnya dia lepaskan
sebuah buntalan dan dari dalam buntalan dia ambil keluar
alat2 tulis yang telah disediakan sebelumnya.
Dengan cepat pria itu menulis sepucuk surat kemudian
diberikan kepada Shen Bok-hong untuk diperiksa, setelah itu
dia buka sangkar menangkap seekor burung merpati dan
mengikat surat itu dibawah kakinya, ketika tangan kanannya
digetarkan burung merpati itu segera meleset keudara.
Shen Bok-hong tersenyum, ujarnya :
“Saudara Siau mari kita duduk disini sambil menunggu
datangnya kabar berita, tunggu burung merpati itu sudah
kembali kesini dan membuktikan kalau apa yang kuucapkan
bukan kata2 yang bohong belaka, saat itulah engkau baru
boleh berangkat!"
Siau Ling tidak berbicara lagi, ia awasi burung merpati putih
yang terbang diangkasa itu, setelah berputar satu lingkaran
burung tadi menyusup kearah lembah dan lenyap dibalik
bukit.

Setelah menunggu hampir satu jam lama nya diatas puncak
bukit itu, akhirnya burung merpati putih itupun terbang
kembali kearah mereka.
Pria baju abu2 itu segera bangkit berdiri dan bersuit
nyaring, tiba2 burung merpati itu meluncur dan menukik
kearah bawah kemudian hinggap diatas lengan kirinya yang
diangkat tinggi2 itu.
Pria baju abu2 itu segera melepaskan secarik kertas yang
diikat diatas kaki merpati tadi dan dengan sikap yang sangat
hormat diserahkan kepada Shen bok hong.
Ketua dari perkampungan Pek Hoa San-cung itu
menyambut surat tadi, tiba2 dia ngerutkan dahinya sambil
berseru :
"Eei.. kenapa dalam surat ini tak ada anting2nya?"
"Hamba telah menyebutkan hal tersebut dengan ama jelas
sekali " buru2 pria baju abu2 itu menerangkan.
"Bolehkah aku baca isi surat itu ?" ujar Siau dengan suara
lambat.
"Nah, ambil dan bacalah sendiri isi surat ini!'-
Siau liog membuka surat itu dan membaca isinya, terbaca
olehnya tulisan itu berbunyi demikian:
"aku berada dalam keadaan baik, sewaktu ditangkap aku
tidak memakai anting2! “
Beberapa tulisan itu tak lain tak bukan adalah tulisan dari
Pek Li Peng sendiri.
Walaupun Siau Ling tidak tahu apa saja yang ditulis
didalam surat Shen Bok-hong buat Pek Li Peng itu, tetapi dari
nada surat tersebut dapatlah diketahui olehnya kalau Pek Li
Peng masih hidup sehat walafiat di-kolong langit

"Kenapa dalam surat itu tidak disertai dengan anting2nya”
tanya Shen Bok-hong kemudian.
"Dia sama sekali tidak membawa anting2, tentu saja tak
mungkin bagi gadis itu untuk serahkan anting2nya untuk
dibawa kemari.”
“Mengatur tentara tak ada salahnya menggunakan siasat,
makin licik siasatnya semakin baik, kemajuan yang diperoleh
saudara Siau beberapa hari belakangan ini sungguh pesat
sekali, dan tiga atau lima tahun kemudian aku yakin dalam hal
menggunakan siasat dan mengatur rencana mungkin aku
sudah bukan tandinganmu lagi"
“Perkataanmu terlalu serius!”
Shen Bok-hong mendehem ringan, sambil tertawa kembali
ia bertanya lantang:
“Saudara Siau, kapan engkau baru berangkat masuk
gunung??”
“Segera aku akan berangkat !”
Shen Bok hong segera ulapkan tangannya
“Kalau begitu aku tak akan menghantar dirimu lebih jauh,
kita berpisah dulu sampai disini.”
“Terima kasih, Siau te pun tak berani terlalu merepotkan
dirimu...!”
Berbicara sampai disitu, pemuda tadi segera bangkit berdiri
dan mengepos tenaga, setelah mencari arah yang benar
berangkatlah sianak muda itu menuruni tebing.
Terdengar Shen bek hong berteriak keras dari arah
belakang.
“Saudara Siau, kalau nasibmu kurang baik sehingga
menderita luka, atau sudah sadar bahwa kekuatan yang kamu
miliki tidak mungkin bisa mereka lagi. Beritahukanlah keluhan

tersebut kepada mereka dan katakan kalau engkau hendak
bertemu dengan ak, dengan gerakan yang paling cepat aku
akan berangkat untuk menjumpai dirimu.”
Sambil tetap meneruskan perjalanannya Siau Ling
menyahut:
“Harap Shen to cungcu legakan harimu, seandainya aku
tidak berhasil selamatkan nona Pek Li dari kurungan, sekalipun
Shen Toa cungcu tak dapat berjumpa lagi dengan aku orang
Siau, tapi paling sedikit engkau akan bertemu dengan
mayatku.”
Mendengar perkataan itu, Shen Bok-hong menghela napas
panjang.
"Aai..! saudara, apakah engkau tidak merasa terlalu keras
kepala?”
Siau Ling tidak menjawab pertanyaan dari Shen Bok-hong.
Sambil pusatkan seluruh perhatiannya ia melanjutkan
perjalanan, tidak lama kemudian tibalah dimulut lembah
tersebut.
Lembah tersebut merupakan sebuah lembah yang dijepit
oleh tebing tinggi, luasnya kurang lebih tujuh delapan depa,
tapi ketika menengok kearah dalam terlihatlah keadaan dalam
lembah tersebut kian masuk kedalam kian melebar dan jauh
kearah depan nampaklah luas lembah itu mencapai ribuan
tombak luasnya.
Tempat di sekitar sana tidak tampak jalanan kecil, hal itu
membuktikan bahwa tempat tersebut jarang sekali dilalui
orang.
Rumput hijau tumbuh dengan suburnya disepanjang
lembah, bunga pucung yang mekar dan menyiarkan bau
harum semerbak tersebar disana sini hingga menambah
semarak dan indahnya suasana.

Perlahan2 Siau Ling berjalan masuk kedalam lembah, ia
patahkan sebatang ranting dan digenggamnya ditangan.
Pemuda itu pernah menyeberang lembah ular yang paling
berbahaya ditebing toan hud gay tempo hari, Karena itu
terhadap banyaknya ular berbisa atau binatang buas dalam
lembab tersebut sama sekali tidak dipikirkan dalam hatinya,
namun ia tetap bertindak waspada karena Shen Bok-hong
telah menerangkan bahwa di dalam lembah ini sudah
disiapkan delapan buah rintangan, jelas perkataan nya bukan
gertak sambal belaka. Ia tak tahu apakah kedelapan buah
rintangan tersebut berupa sergapan dari para jago2 lihay
ataukah jebakan alat rahasia??
Dua puluh tombak sudah dilewati Siau Ling, akan tetapi tak
nampak sebuah gerak gerikpun yang mencurigakan hatinya, ia
segera berpikir.
“Lembah ini entah berapa panjang dan berapa jaubnya
kalau aku harus melakukan perjalanan dengan cara seperti ini,
entah sampui kapan baru sampai ditempat tujuan? Menurut
Shen Bok-hong disini ada delapan buah rintangan yang telah
disiapkan, sedang tujuanku hanya untuk menolong orang,
lebih baik hindari saja pertarungan2 yang tak berguna, asal
bisa melewati rintangan tersebut bukankah sama artinya aku
berhasil lampauinya..!?”
Berpikir sampai disitu. ia segera kerahkan tenaga untuk
meneruskan perjalanannya kearah depan.
Kembali beberapa tikungan bukit sudah di lewati. Tiba2
pemandangan dihadapannya berubah.
Pohon2 siong yang pendek menghadang jalan perginya,
rumput ilalang sebatas pinggang tumbuh dengan suburnya
disekeliling sana pemandangannya sangat mengenaskan
sekali.

Lembah itu penuh dengan tikungan2an tajam, setiap
melewati tikungan pemandangannya selalu berbeda dan tak
sama.
Diam2 Siau Ling mengamati pepohonan pendek yang
menghalangi jalannya itu. Ia merasa luas pepoHoaan tersebut
mungkin mencapai ribuan tombak, pemuda itu segera
kerahkan bawa murninya untuk melayang diatas pohon2an
tersebut dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang
sempurna.
Kurang lebih belasan tombak kemudian pepobonan song
pendek yang menghadang jalan tersebut terputus, di
hadapannya segera muncul kembali sebuah tikungan bukit
yang tajam.
Siau Ling melayang turun keatas tanah dan
menghembuskan napas panjang ketika sorot matanya
dialihkan kearah depan maka tampaklah bukit yang terjaldan
curam menjulang tinggi keangkasa. Batu cadas berserakan dimana2,
pemandangan sangat gersang.
Dalam hati kecilnya dia segera berpikir:
"Aku sudah memasuki lembah ini kurang lebih sepuluh lie
lebih, kenapa tak sebuah tantanganpun yang kujumpai?
Memang aneh"
Baru saja ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya,
tiba2 terdengarlah suara teguran manusia berkumandang
datang :
“Sungguh lihay dan indah ilmu meringankan tubuhmu, aku
rasa engkau pastilah manusia yang disebut Siau Ling!”
Siau Ling yang semula tak menjumpai sesuatu
rintanganpun sepanjang perjalanan masuki lembah, dalam
hati kecilnya sudah menaruh perasaan curiga, kini selelah
mendengar suara teguran tanpa sadar semangatnya berkobar
kembali, dengan cepat ia menjawab:

"Benar, akulah Siau Ling! siapa engkau ? harap segera
tampakkan diri untuk bertemu”
Sesosok bayangan manusia berkelebat jewat dari balik batu
besar, dan tahu tahu, muncullah seorang kakek tua berambut
putih berdiri dengan angkernya dihadapan pemuda itu.
Siau Ling mengamati lawannya dengan tajam. Ia lihat
paras muka orang itu berwarna kuning keemasan, Perawakan
tubuhnya tinggi kekar tapi sama sekali tak dikenal olehnya,
tanpa terasa ia segera menjura sambil menegur :
"Kakek tua, bolehkah aku mengetahui siapa namamu?"
Kakek tua bermuka kuning emas itu terta wa ewa.
"Aku bernama Teng lun. Sudah puluhan tahun lamanya
mengasingkan diri dari keramaian dunia, aku rasa jarang
sekali ada orang persilatan yang kenal dengan diriku"
Dalam hati kecilnya Siau Ling segera ber pikir :
"Shen Bok-hong benar2 mempunyai kemampuan yang
sukar ditandingi, entah cara apa saja yang digunakan olehnya
sehingga begitu banyak jago2 persilatan yang sudah lama
mengasingkan diri dari dunia persilatan rela munculkan diri
kembali dan berbakti kepadanya..."
Berpikir sampai disini ia lantas berkata.
"Kakek tua kalau toh engkau sudah mengasingkan diri dari
keramaian dunia persilatan mengapa sekarang munculkan diri
lagi dan melibatkan diri dalam persoalan bu lim?”
"Aku mendapat undangan dari Shen Toa-cung cu kepala
kampung perkampungan Pek boa San-cung.... mau tak mau
aku harus keluar dari tempat pengasingan untuk membantu
dirinya"'
"Nampaknya Shen Bok-hong benar2 adalah seorang tokoh
persilatan yang mempunyai daya pengaruh hebat.”

Setelah berhenti sebentar tiba2 sambil memperkeras dan
mempertajam nada suara nya dia melanjutkan:
'Apakah lociaupwee tahu dengan segala tingkah laku serta
perbuatan dari Shen Bok-hong? kalau toh sudah
mengundurkan diri dari dunia persilatan sudah sepantasnya
kalau sisa hidupmu kau lewatkan dengan sebaik baiknya
mengarungi empat penjuru dan menikmati keindahan alam.
Kenapa engkau munculkan diri kembali kedalam dunia
persilatan untuk membantu manusia durjana yang melakukan
kejahatan?”
Teng lun tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehh heeehh heeehhh Siau Ling, apakah engkau tidak
merasa terlalu banyak perioalan yang telahh kau campuri?”
“Meninjau dari paras muka Teng loocian-pwee, aku yakin
engkau bukanlah seorang manusia bengis yang biasa
melakukan kejahatan. Oleh sebab itu aku hendak menasehati
dirimu secara baik2 sehingga tidak sampai menyesal
dikemudian hari, ketahuilah jika nasi telah menjadi bubur
maka menyesalpun tak ada gunanya.”
“Andaikata aku tidak bersedia untuk mendengarkan
nasehatmu itu? apa yang hendak kau lakukan?”
"Kalau engkau tetap keras kepala, terpaksa kita harus
mengaldalkan ilmu silat masing2 untuk berduel hingga salah
satu diantara kita lenyap dari muka bumi"
Teng lun menghembuskan napas panjang.
"Kalau kutinjau dari sikap Shen Toa cung cu yang begitu
pandang tinggi dirimu, aku rasa ilmu silat yang kau miliki tentu
lihay sekali, sekarang akupun tak ingin menegur dirimu karena
nada ucapanmu yang jumawa dan tekebur, marilah! engkau
boleh segera turun tangan"
'Baik! locianpwee bersiap sedia untuk bertanding dalam hal
senjata tajam? ataukah cuma beradu kepalan kosong belaka?"

"Senjata tajamku berada dibalik ujung baju setiap saat
dapat kugunakan untuk menghadapi musub2ku.. Karenanya
aku anjur kan kepadamu lebih baik gunakanlah senjata tajam
selama pertarungan ini berlangsung"
Siau Ling mengepos tenaga, tubuhnya mendadak meloncat
ketengah udara dan langsung menerjang keatas batu cadas
dimana Teng lun munculkan diri tadi. Sambil meluncur
kedepan serunya lantang :
"Aku lihat lociaopwee tidak mirip seorang penjabat, karena
itu benar harapanku apabila locianpwee dapat bertobat dan
menyesal setelah pertarungan seru antara kita berlangsung"
Melihat pemuda lawannya merebut batu cadas tempat
pijaknya. Teng lun merasa gusar bercampur kagum, pikirnya
dihati:
"Meskipun bocah ini masih muda sekali umurnya, tapi
akalnya benar2 amat cerdik dan keberaniannya terpuji, begitu
berani ia rebut batu cadas tempatku berpijak dengan
menggunakan kekerasan.."
Berpikir sampai disitu, tangan kanannya segera diayun
kedepan dan melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah
musuhnya itu.
Serangan tersebut amat jujur dan terbuka sedikitpun tiada
maksud untuk mencari keuntungan dengan andalkan kelicinan
otak, jelas orang itu hendak mengandalkan kekuatan
murninya untuk menghadang terjangan dari Siau Ling.
Melihat datangnya ancaman, sepasang kaki Siau Ling
menginjak batu kencang2, ujung kaki menempel diatas batu
karang sementara telapak kanannya menerima serangan dari
Teng lun dengan gerakan keras lawan keras serangan terarah
yang jujur dan sama sekali terbuka dari Teng lun ini sama
sekali berada diluar dugaan Siau Ling.

Keadaan tersebut memaksa rencana semula yang telah
dipersiapkan untuk menghadapi serangan lawan ini jadi
terbengkalai dan tak bisa digunakan lagi.
Dalam keadaan begitu pemuda tersebut dengan cepat
ambil keputusan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi,
kakinya menempel permukaan tanah kuat2 sedang
tubuhnya bagian atas terbaring kearah belakang.
Sekalipun keadaan sangat tidak menguntungkan baginya,
tapi pemuda itu nekad untuk menerima juga serangan
tersebut dengan gerakan keras lawan keras.
"Blaamm!" bentrokan nyaring berkumandang memecahkan
kesunyian, Siau Ling yang berdiri setengah berbaring segera
terdesak oleh gulungan angin pukulan lawan sehingga
badannya terjatuh kembali kebawah.
Tapi ketika badannya hampir menubruk permukaan tanah,
tiba2 tangan kirinya melancarkan sebuah pukulan kencang
keatas permukaan tanah.
Menggunakan kekuatan daya pantul yang terpancar keluar
dari balik permukaan tanah itulah, tiba2 badan Siau Ling
meletik keudara dan melayang kembali keatas batu cadas
tersebut!
Teng lun sendiri yang menyambut datang serangan situ
ling. seketika merasakan pergelangannya jadi kaku linu, tak
kuasa lagi ia terperangah dibuatnya.
Pada saat ia masih berdiri tertegun itulah, Siau Ling telah
berdiri tegak diatas batu karang itu.
Teng lun setera tertawa terbahak2
'Haah..haaa hh haaah. Siau tayhiap. nama besarmu benar2
bukan nama kosong belaka!"
Ditengah bentakan keras yang amat nyaring, sekali lagi dia
lancarkan sebuah babatan dahsyat kearah depan.

Kali ini sepasang kaki Siau Ling sudah menempel diatas
permukaan batu cadas, meskipun posisinya yang berada
diatas masih tetap merugikan dirinya, tapi kalau dibanding kan
dengan keadaan semula, posisinya saat ini jauh lebih
menguntungkan, diam2 ia mengempos tenaga dan menerima
kembali datangnya ancaman itu dengan keras lawan teras.
Di dalam perasainnya, serangan yang dilancarkan teng lun
kali ini agaknya jauh lebih berat daripada pukulan pertama
tadi, tapi karena posisinya yang jauh lebih menguntungkan
membuat pemuda itu sanggup menerima datangnya serangan
secara baik tanpa dipaksa untuk terjatuh kembali dari atas
batu cadas itu.
Rupanya teng lun merasa agak tercengang dan agak diluar
dugaan menyaksikan keampuban lawannya, serangan yang
ketiga tidak berlangsung dilepaskan.
Dengan pandangan yang tajam diawasinya paras muka
Siau Ling tajam2 kemudian ujar nya :
"Kalau engkau mampu untuk menerima sebuah pukulanku
lagi, maka dengan aman dan bebas engkau dapat lewati
rintangan yang pertama ini dengan selamat"
Siau Ling dapat merasakan jiwa ksatria dan jujur dari
lawannya, pemuda itu cuma sekali tidak menganggap
lawannya sebagai orang jahat, ia tahu kakek tua ini bisa mem
bantu Shen Bok-hong pastilah dikarenakan kesulitan hatinya
yang tak dapat diucapkan dengan kata . karena berpendapat
demikian, hawa napsu membunuh yang semula menyelimuti
wajahnya kini lenyap tak berbekas, perlahan2 ujarnya:
"Baiklah? silahkan engkau lancarkan kembali sebuah
pukulan”
Pada waktu itu sebenarnya Siau Ling mempunyai
kesempatan untuk melancarkan serangan balasan, namun ia
tetap tak berkutik dari tempat semula.

Teng lun anggukkan kepalanya berulangkali, ia berkata.
“Kegagahan dan kejantanan Siau taybiap sangat
mengagumkan hatiku.."
Sesudah berhenti sebentar ia melanjurkan:
“Dalam serangan ini aku akan menghimpun segenap
kekuatan yaag kumiliki, aku harap Siau Ling suka bertindak
hati2"
"Silahkan lociapwee turun tangan dengan sepenuh tenaga "
sahut Siau Ling dengan muka serius. "Seandainya aku sampai
terluka diujung telapakmu sekalipun mati tak kusesalkan!"
"Baik harap Siau taybiap suka maju dua langkah kedepan
aku ingin adu kekuatan sebaik2 dengan Siau tayhiap dan
didalam pertarungan yang terakhir ini lebih baik kita berduel
yang jujur dan adil hingga dapat kita ketahui kepandaian
siapakah yang sebenarnya lebih tangguh!”
Setelah menyambut dua buah serangan tadi Siau Ling pun
tahu kalau musuhnya benar benar memiliki ilmu silat yang
melebihi siapapun. Serangan yang bakal dilancarkan, dengan
sepenuh tenaganya ini pasti mengerikan sekali karenanya ia
tak berani bertindak gegabah. Hawa murninya segera
disiapkan untuk menghadapi segala - kemungkinan yang tak
diinginkan.
Teng lun tarik napas panjang2 perlahan2 ia dorong telapak
tangannya kedepan.
Melihat gerak gerik dari musuhnya itu Siau Ling segera
berpikir didalam hatinya
"oooh rupanya dia hendak mengajakku untuk beradu
tenaga dalam"
Telapak kanannya segera diangkat keudara dan
menyambut datangnya ancaman itu dengan kekerasan.

“Duuk..! blaamm!" sepasang telapak ia menempel satu
sama lainnya hingga menimbulkan ledakan.
Begitu menempel, sepasang telapak tersebut sama sekali
tidak berpisah lagi, kedua belah pihak sama2 mengerahkan
segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk menyerang
pihak musuh.
Beberapa saat kemudian, batok kepala Teng lun sudah
basah kuyup oleh butiran air keringat yang mengucur keluar
tiada hentinya
Siau Ling sendiri juga nampak basah oleh keringat, asap
putih yang tipis mengepul keluar dari atas ubun2nya.
Kedua belah pihak kembali bertempur beberapa saat
lamanya. Tiba2 Teng lun kendorkan tangannya dan meloncat
mundur lima depa kebelakang.!
Sebetulnya Siau Ling dapat menggunakan kesempatan itu
untuk menerjang kedepan dan melukai Teng lun, Namun ia
tidak meneruskan gerakannya tapi menarik kembali hawa
murninya dengan cepat!
"Siau tayhiap, silahkan berlalu " ujar Teng lun kemudian,
aku sadar bahwa kepandaianku masih belum mampu untuk
menandingi dirimu! "
"Terima kasih atas kesediaan lociaipwee untuk mengalah."
kata Siau Ling sambil memberi hormat.
Teng lun tertawa getir. ia segera menyingkir kesamping.
Siau Ling sama sekali tak menduga kalau rintangan
pertama dapat dia lewatkan dengan begitu gampang, Dengan
gerakan cepat pemuda itu lanjutkan kembali perjalanannya
kearah depan.
Setelah membelok pada dua tikungan lembah yang semula
melebar kini semakin menyempit sehingga akhirnya tinggal
sebuah selat sempit yang luasnya hanya dua tombak.

Ditengah selat yang amat sempit itulah berdirilah berjajar
empat orang pria kekar bersenjatakan golok,
Paras muka keempat orang itu ditutup dengan secarik kain
berwarna hitam sehingga raut muka yang sebenarnya tak
kelihatan. Pakaian yang dikenakan adalah seperangkat baja
ketat yang berwarna hitam pula!
Siau Ling menyapu sekejap kearah lawan2nya. kemudian
mematahkan dua batang ranting pohon satu keras yang lain
lunak, digenggam ditangannya.
Dalam pada itu keempat orang pria baju hitam itu tak
berkutik ditempat semula. Delapan sorot mata mereka
ditujukan kearah tubuh Siau tanpa mengucapkan sepatah
katapun.
Perlahan2 Siau Ling maju menghampiri keempat orang itu
dengan suara dingin tegurnya:
"Kenapa kalian berempat tidak mau perlihatkan paras muka
asli kalian!”
Keempat orang itu tidak menjawab tapi dengan gerakan
yang cepat segera menyebarkan diri keempat penjuru dan
siap melakukan pengerubutan.
Melihat sikap lawannya Siau Ling tertawa dingin dan
berkata.
"Kalian berempat menutup paras muka asli kalian dengan
kain berwarna hitam itu menunjukkan kalau kamu semua
sudah tahu bahwa perbuatan yang hendak kalian lakukan
adalah suatu perbuatan yang memalukan dan dikutuk setiap
orang, tak mau bicara karena hati kalian merasa malu sekali,
bukankah begitu??"
Empat orang jago berkerudung hitam itu tetap
membungkam dalam seribu bahasa, golok yang berada dalam
genggaman segera di angkat bersama ketengah udara.

Ketika dilihatnya empat orang lawannya sama sekali lidak
berbicara Siau Ling mengerutkan dahinya kemudian
membentak keras:
"Kenapa kalian berempat tidak berbicara? apakah kamu
semua adalah orang bisu??"
Empat orang pria berkerudung hitam itu tetap
membungkam dan tak menjawab barang sepatah katapun.
Siau Ling merasa amat gusar, ranting pohon yang berada
ditangan kanannya segera disentilkan kedepan dan
melancarkan sebuah babatan maut dengan cepat.
Melihat datangnya ancaman, keempat orang pria
berkerudung hitam itu dengan gerakan yang cepat Segera
bergeser ganti posisi, golok mereka membacok kedepan dari
pelbagai arah yang sukar diikuti dengan pandangan mata.
Dalam watu singkat cahaya golok memancar keempat
penjuru, desingan tajam meluruk datang dari delapan arah
yang sama sekali berlawanan antara yang satu dengan
lainnya.
Siau Ling merasa amat terperanjat, pikirnya
"Suatu barisan golok yang sangat aku tak boleh bertindak
gegabah"
Ranting pohon siong dalam genggamannya buru2
dikebaskan kedepan menangkis datangnya ancaman tersebut.
Berbicara menurut tenaga dalam yang dimiliki Siau Ling
menggunakan pohon siong sebagai senjata, pada waktu itu
bukanlah suatu rintangan atau penghalang baginya, hanya
saja pemuda itu sama sekali tak menyangka kalau barisan
golok musuh2nya mempunyai daya pengaruh yang amat besar
dan kuat sekali. Salah bertindak besar sekali kerugiannya yang
harus diterimanya.

Dalam waktu singkat ranting2 pohon siong yang berada
ditangan kanan dan kirinya kena tertabas kutung oleh cahaya
golok yang datang dari empat arah penjuru itu.
Cahaya golok yang menyerang datang kian lama kian
bertambah hebat dan gencar berkilauan sinar tajam itu
membentuk selapis jaring golok yang rapat dan ketat
memaksa tubuh Siau Ling sama sekali terkurung didalam
senjata lawan.
Dalam hati kecilnya Siau Ling segera berpikir:
"Andaikata aku harus layani pertarungan mereka dengan
sistim dengan semacam ini meskipun aku masih bisa
mempertahankan diri sampai berakhirnya pertempuran ini,
tapi berapa waktu yang kubutuhkan untuk menyelesaikannya?
Dan sampai kapan menang kalah bisa ditentukan?"
Setelah berhenti sebentar pemuda itu berpikir lebih jauh:
"Waktu makin lama keadaan tidak menguntungkan bagiku
lebih baik pertarungan ini diselesaikan dalam waktu yang
singkat mungkin kalau bisa, aku harus bisa menyelesaikan
semua rintangan ini dalam waktu sesingkat2nya hingga sama
sekali diluar dugaan Shen Bok-hong, sebab hanya bertindak
semacam itulah aku hanya punya peluang untuk selamatkan
nona Pek Li,'
Berpikir sampai disitu ia segera membuang senjata yang
berada digenggamannya tangan kanannya segera diayun
kedepan berulang kali dengan menggunakan sentilan maut
sian ci sinkang.
"criiit...! criiit...!" desingan tajam menyambar lewat
mementalkan dua bilah golok yang sedang meluncur datang,
sementara tangan kirinya menyingkirkan golok lain yang
sedang meluncur tiba.

Bukan sampai disitu saja, tubuhnya segera loncat ketengah
udara dengan lincah untuk melepaskan diri dari sergapan
golok yang mengancam datang dari arah belakang.
Rupanya Siau Ling telah mengenakan sarung tangan kulit
ularnya, sehingga ia sama sekali kebal terhadap serangan
senjata.
Bersamaan dengan melayangnya sang badan ketengah
udara, dengan cepat tangan kirinya merogoh kedalam saku
untuk ambil keluar pedang pendeknya yang tajam.
Barisan golok dari empat manusia berkerudung hitam itu
sungguh memiliki daya pengaruh yang luar biasa sekali, begitu
menyaksikan tubuh Siau Ling ketengah udara keempat orang
itupun ikut meluncur keudara dengan kecepatan bagaikan kilat
dari empat arah yang berlawanan, mereka rnasing lepaskan
sebuah tusukkan maut.
Diam2 Siau Ling memuji pula akan kedahsyatan ilmu
barisan orang, pikirnya
"luar biasa sekali barisan golok ini. Andaikata aku harus
melayani keempat orang ini sebelum nasuk kedalam istana
terlarang, mungkin sekarang aku sudah terluka ditangan
mereka..!”
Berpikir sampai disitu. mendadak timbullah perasaan
sayang atas lawan2nya. dengan cepat pemuda itu
mengeluarkan ilmu bobot seribu untuk meluncur kebawah
dengan cepatnya.
Gerakan ini dilakukan dengan gerakan yang cepat, dalam
satu tindakan belaka empat buah bacokan golok lawan
sekaligus berhasil dihindari dengan baik.
Begitu badannya menempel diatas permukaan tanah, Siau
Ling segera menjejakkan kakinya keras2, Tubuhnya ibarat
anak panah yang terlepas dari busurnya mendadak meluncur
kembali kearah depan.

Sementara itu empat orang pria berkerudung hitam itu
telah tarik kembali hawa murninya dan meluncur keatas
permukaan tanah setelah tusukan maut mereka mengenai
sasaran yang kosong.
Baik didalam hal ilmu silat, hubungan batin maapun gerai
gerik, empat orang itu bisa bekerja sama dan saling mengisi
dengan begitu sempurna, walaupun harus loncat keudara bersama2
sambil melancarkan sebuah tusukan, ketika melayang
kembali keatas permukran tanah posisi barisan mereka sama
sekali tidak jadi buyar atau kacau karenanya. Tempat
kedudukan mereka persis seperti komposisi semula.
Sebaliknya Siau Ling sendiri telah berada kurang lebih satu
tombak lebih dari tempat semula.
Empat orang pria berkerudung itu segera alihkan sorot
matinya kearah pemuda itu. kemudian ber-sama2 enjotkan
badan dan mengejar kedepan.
Bagaimanapun indah dan bagusnya barisan golok mereka,
ketika empat orang itu sedang bergerak kedepan untuk
mengejar musuhnya, maka posisi barisan mereka tak dapat
dipertahankan seperti sedia kala. Kedudukan mereka jadi
kelihatan goyah sekali.
Siau Ling sendiri mengerti andaikata ia kerahkan ilmu
meringankan tubuhnya maka pihak lawan tak nanti dapat
menyusul dirinya, tapi diapun dapat memaklumi seandainya
empat orang itu tidak dirobohkan lebih dahulu sehingga
membiarkan mereka menyusul dirinya dan bergabung dalam
para jago lihay yang berjaga pada rintangan berikutnya pada
saat itu daya kekuatan yang terpancar keluar pasti luar biasa
besarnya dan mungkin dalam keadaan begitu sulitlah bagi nya
untuk melakukan perlawanan.
Oleh sebab itulah sambil kabur kearah depan tangan kirinya
merogoh saku untuk ambil keluar pedang pendek yang tajam
itu kemudian sengaja memperlambat larinya.

Sementara itu empat orang berkerudung hitam tersebut
sambil acungkan goloknya mengejar ketat dari arah belakang
kian lama jarak diantara mereka kian mendekat hingga
akhirnya tinggal beberapa tombak saja.
Siau Ling segera memperlambat gerakan larinya hingga
dalam waktu singkat ia lelah kena dikejar oleh musuh2nya itu.
Seorang pria baju hitam yang berada di barisan terdepan
segera mendorong goloknya kearah depan dengan jurus sin
liong hiat atau naga sakti keluar dari sarangnya ia tusuk
punggung Siau Ling
Merasakan datangnya desiran tajam dari arah belakang,
Siau Ling putar tangan kanannya kebelakang. cahaya tajam
berkelebat lewat dan.
Traangl! golok pria itu kena ditebas hingga kutung jadi dua
oleh pedang mustikanya, sementara tangan yang sebelah kiri
dengan cepat melepaskan ilmu sentilan siu-loo sin
Desingan angin totokan meluncur dahsyat kemuka dan
tepat menghajar jalan darah huan tiauoh dikaki kanan pria
tersebut.
Begitu termakan oleh angin totokan, pria berkerudung
hitam, itu seketika merasakan kaki kanannya jadi linu dan
lemas tak bertenaga lagi, tubuhnya yang sedang meluncur
kedepan tak bisa di pertahankan keseimbangannya lagi dan
tak ampun ia segera roboh terjengkang keatas tanah.
Setelah serangan pertamanya mendatangkan hasil, Siau
Ling segera putar badan sambil loncat kedepan menyongsong
kedatangan pria berkerudung hitam yang kedua.
Sementara itu pria kedua yang sedang mengejar cepat
kedepan sedang berdiri terperangah, ketika secara tiba2 ia
saksikan rekan nya mendadak roboh terkapar keatas tanah.
Pada saat ia masih terperangah oleh keadaan yang berada

didepan mata itulah Siau Ling dengan satu gerakan yang
cepat telah menyerang tiba.
Pria berkerudung hitam itu buru2 angkat goloknya untuk
menangkis...criiiing...l! senjata dalam genggamannya tahu2
sudah kutung jadi dua bagian.
Siau Ling segera mengirim satu tendangan kilat kearah
depan menghajar lutut kanan pria tersebut Duuk...! tendangan
tersebut dengan telak menghajar lututnya jadi linu dan sakit
bagaikan patah tulang Dalam keadaan seperti itu tak mungkin
lagi baginya untuk meneruskan perjalanan terpaksa ia
berhenti ditengah jalan.
Perlu diketahui empat orang pria itu berlarian dengan jalan
beriringan ketika salah seorang diantara mereka tlba2 terluka
dan berhenti orang ketiga yang berada dibelakag nya sama
sekali tidak menduga.
Bluuukk...! tak ampun lagi pria ketiga itu segera menumbuk
punggung pria kedua yang menghadang jalan perginya itu.
Siau Ling secara beruntun melepaskan ilmu siu sin ci nya.
dalam waktu singkat ia berbasil merobohkan pula dua orang
pria berkerudung lainnya.
Sampai disitu maka berakhirlah daya perlawanan dari
empat orang pria berkerudung dengan barisan golok nya yang
dahsyat.
Siau Ling putar badan hendak berlalu, baru saja berjalan
dua langkah tiba2 ia berjalan kembali kesisinya, Ia memayang
bang un ketiga orang itu. setelah menotok jalan darah
keempat anggota badannya pemuda itu sembunyikan tubuh
mereka dibalik sebuah batu karang yang besar.
"Apa salahnya kalau kubuka kain kerudungnya untuk
melihat bagaimanakah raut wajah asli mereka berempat?"
pikir Siau Ling kemudian.

Tetapi ketika ujung jarinya hampir menyentuh kain cadar
pria2 ketar tersebut, tiba2 ia tarik kembali tangannya dan
membatalkan niatnya, tanpa berbicara apa2 lagi pemuda itu
putar badan dan berlalu dari sana.
Setelah berhasil menembus dua buah rintangan secara
beruntun, tak kuasa lagi semangat jantan Siau Ling berkobar
kembali, pikirnya didalam hati '.
"Seandainya kedelapan buah rintangan yang disiapkan
Shen Bok-hong terdiri dari manusia2 sejenis ini. Aku rasa
untuk melewati kedelapan buah rintangan tersebut, tidaklah
teimasuk suatu Pekerjaan yang terlalu sulit"
Sementara otaknya masih berputar, ia sudah membelok
pada suatu tikungan bukit.
Segulung angin gunung berhembus lewat membawa bau
amis yang amat kuat dan keras, membuat siapapan yang
mencium bau tersebut merasa hendak muntah2.
Ketika ia menengadah ketengah udara dan alihkan sorot
matanya kearah depan, tampaklah beribu2 ekor ular berbisa
sedang ber kumpul diatas sebuah tanah lapang yang luas.
Ular2 berbisa itu terdiri dari pelbagai jenis yang suram,
bentuknya dari yang besar bagaikan ular raksasa sampai kecil
cuma beberapa cun berkumpul disitu. Pemandangan sekeliling
sana nampak mengerikan sekali.
Dikelilingi oleh beribu2 ekor ular berbisa yang berbau itu,
seorang pemuda baju hijau duduk bersila sambil pejamkan
mata ditengah gelanggang.
Sementara itu Siau Ling sudah dapat kenali kembali
pemuda baju hijau itu sebagai orang yang pernah mendorong
tubuhnya hingga terjungkal kedalam jurang berbatu karang
ditebing bukit wu-san serta pernah bertempur dengan dirinya
ketika tahun berselang ia berkunjung kembali kebukit wu-san
untuk menolong Lam kiong giok.

Meskipun pemuda itu sudah dua kali pernah berjumpa
dengan manusia baju hijau itu, namun ia sama sekali tidak
paham atau jelas tentang asal usulnya, ia cuma tahu kalau
ayah pemuda itu kenal dengan bibi Im koh.
Siau Ling terpaksa hentikan langkahnya karena tak dapat
maju kedepan lebih jauh. Sebab dua tombak disekitar pemuda
baju jau itu penuh berkeliaran ular2 beracun, dengan suara
lantang ia berseru:
"Aku Siau Ling memberi hormat kepada saudara!'
Per-lahan2 pemuda baju hijau itu membuka matanya,
kemudian menegur:
"Shen Bok-hong bilang engkau telah masuk kedalam istana
terlarang dan berhasil mendapatkan kitab pusaka ilmu seruling
dari raja seruling Thio hong, benarkah berita tersebut?"
Mendengar perkataan itu, kembali Siau Ling berpikir
didalam hati kecilnya :
"Orang lain selalu menyebut Shen Bok-hong sebagai Shen
Toa-cungcu, tapi pemuda ini langsung menyebut gembong
iblis tersebut sebagai Shen Bok-hong, hal ini membuktikan
kalau dalam hati kecilnya dia sama sekali tidak merasa jeri
ataupun menghormat terhadap diri Shen Bok-hong, mungkin
kerja sama ini dilaksanakan olehnya berdasarkan pertukaran
syarat..."
Berpikir sampai disini, ia lantas menyahut :
"Perkataanmu sedikitpun tak salah!"
Pemuda baju hijau itu tertawa dingin.
"Heehh,.heehhh..heehh.. jadi kalau begitu, ilmu silat yang
kau miliki jauh lebih tangguh daripada dua tahun berselang,
bukan gitu?"
"Kemajuan sih ada. cuma soal tangguh tak berani
kukatakan"

Diam2 ia mengepos tenaga bersiap sedia, kemudian
serunya kembali :
"Bicara sesungguhnya aku telah berkenalan dengan engkau
sejak enam tahun berselang.”
"Hmm! justru karena tempo hari kau tidak sampai mati
terjatuh kedalam jurang timbullah bibit beccsna pada hari ini:
"Terima kasih atas doronganmu tempo dulu justru karena
dorongan tersebut aku orang she Siau baru bisa maju hari ini.”
"Tapi keadaan pada hari ini dengan keadaan pada dua
tahun berselang sama sekali berbeda, ketika untuk pertama
kalinya aku bertemu dengan engkau waktu itu engkau masih
belum bisa silat aku jadi menyesal kenapa berhati welas dan
tak tega untuk turun tangan keji pada waktu itu"
Siau Ling tertawa dingin.
"Heehhh heeeghb heeebhh engkau telah mendorong
seorang bocah yang sama sekali tak dapat bersilat kedalam
jurang yang dalamnya sampai ribuan kaki kecuali timbul
keajaiban boleh dibilang hanya kematian yang bakal
diterimanya. Sekarang engkau katakan tak tega untuk turun
tangan keji aku jadi heran dan ingin tahu kejadian macam
apakah baru terhitung kekejian yang benar2 bagimu?”
Pemuda baju hijau itu kembali tertawa dingin.
"Hmm. hmm! bagaimanapun juga engkau toh sudah
menjumpai keajaiban andaikata aku tidak mendorong engkau
jatuh kedalam jurang sebaliknya menghadiahkan sebuah
pukulan diatas punggungmu hingga isi perutmu hancur dan
jantungmu berhenti berdetak aku rasa sekalipun ada
keajaiban juga tak mungkin kau alami lagi'
“Sayang sekali pada saat ini menyesal pun tak ada gunanya
karena nasi sudah jadi bubur " teriak Siau Ling dengan penuh
kegusaran.

"Siapa bilang nasi sudah jadi bubur? ini hari tob aku masih
mempunyai satu kesempatan lagi. Apa lagi pada saat ini tiada
raja obat bertangan keji yang bunuhkan ular bagimu. Akan
kulihat bagaimana caramu menyelamatkan diri!'
Meskipun Siau Ling memilik ilmu silat yang amat tinggi
namun tak urung bulu kuduknya pada bangun berdiri setelah
berhadapan muka dengan ular berbisa ribuan ekor banyaknya,
tapi u r u s a n telah jadi begini mau tak mau terpaksa dia
harus keraskan kepala sambil bertanya:
'Jadi engkau hendak memerintahkan ular mu untuk
menghadapi aku orang she Siau?"
“Ilmu silat yang kau miliki sangat tinggi kalau cuma
andalkan ular beracun belaka mungkin masih belum sanggup
untuk menaklukan dirimu, kawanan ular beracun ini tidak lebih
hanya akan membantu diriku belaka.”
Dalam hati Siau ling segera berpikir setelah mendengar
perkataan itu:
"Sungguh tak kusangka kalau Shen Bok-hong bakal
mempersiapkan barisan ular untuk menghadapi diriku,
Sekarang aku sama sekali tak membawa obat untuk mengusir
ular, racunnya untuk melewati rintangan ketiga ini bukanlah
suatu Pekerjaan yaag gampang.”
Tapi kenyataan sudah terbentang didepan mata, mau tak
mau terpaksa ia harus menempuh rintangan tersebut dengan
pertaruh jiwa raganya, dengan suara lantang seru nya:
"Kita sudah dua kali berjumpa muka. Tapi aku orang she
Siau hingga kini masih belum tahu siapakah nama heng-tay..."
"Hmmm! Kita toh bukan sanak bukan saudara kenapa aku
musti perkenalkan namaku?” jawab orang berbaju hijau itu
dengan ketus

"Meskipun engkau tidak bersedia menyebutkan namamu
tapi dikemudian hari aku orang she Siau pasti akan
memahami dengan sendirinya"
"Aku tak mau menyebut namaku bukankah karena takut
engkau tahu namaku sekali pun dikemudian hari engkau
sudah tahu, lantas bisa apa? Lagi pula mayatmu akan habis
dimakan oleh ulah beracun itu mana ada di kemudian hari
bagimu?"
Siau Ling tidak melayani ejekan lawan dengan tangan
kanan mencekal pedang pendek tangan kiri mematahkan
ranting pohon siong katanya:
"Kalau memang begitu kitapun tak usah banyak bicara lagi
silahkan engkau mulai turun tangan!"
Pemuda itu menengadah dan tertawa ter bahak2
"Haahhh hbaahhh haabh jadi engkau hendak suruh aku
turun tangan?"
"Perkataanmu sedikitpun tak salah!"
“Masuklah sendiri kedalam barisan ular kalau ingin
bertempur melawan aku! Siau Ling engkau tentu sudah tahu
bukan dengan keadaanmu pada saat ini? bagiku cukup duduk
tak berkutik disini, tapi engkau harus melewati diriku kalau
ingin berlalu dari sini"
Mendengar perkataan itu Siau Ling berpikir didalam hati
kecilnya:
"Rupanya dia hendak paksa aku untuk masuk kedalam
barisan ularnya sebelum bertarung melawan aku. Hmm ! dia
ingin memecahkan perhatianku disamping harus menghadapi
serangan2nya, akupun harus memperhatikan pula ular2
beracunnya, cara ini benar2 amat keji.... tapi saat ini aku
sama sekali tak ada maksud untuk mengadu kepandaian cari
kemenangan dengan dirinya, jikalau aku bisa gunakan sedikit
akal sehingga dapat menghemat tenaga, rasanya keadaan ini

jauh lebih menguntungkan bagiku sebab masih ada lima
rintangan lagi yang harus kuhadapi..."
Berpikir sampai disitu, sorot matanya segera dialihkan
kedepan memandang keadaan disekitar situ.
Tampaklah se1at itu sempit sekali dan luasnya cuma dua
tombak lebih sedikit, ke dua belah sisi selat sempit itu
merupakan dinding berbatu katang yang menjulang tinggi
diangkasa. Kecuali menerjang lewat dari hadapan pemuda
baju hijau itu memang tiada jalan lain yang bisa ditempuh lagi'
Tak kuasa pemuda itu menghela napas panjang, pikirnya :
“Tempat ini sudah dipilih dan diatur Shen Bok-hong secara
teliti dan cermat, sudah pasti tiada jalan lain kecuali melewati
diri nya...yaa apa boleh buat lagi?"
Sementara itu pemuda baju hijau tersebut telah berkata
"Siau Ling sebenarnya aku sama sekali tiada maksud untuk
membantu Shen Bok-hong, lagi bagaimanapun juga aku
bermusuhan dengan dirimu!"
"Kenapa?!”
"Karena seseorang!"
“Siapakah orang itu?'
"Gak Siau Cha."
setelah berhenti sebentar. ia melanjutkan kembali :
"Asal engkau bersedia untuk berikan Gak Siau Cha
kepadaku dan setuju kalau gadis itu menjadi istriku kita boleh
lepaskan rasa permusuhan dan saling bersahabat. ."
Siau Ling jadi mendongkol dan bercampur gusar ia
menengadah keatas dan tertawa terbahak2'
'Haaahhh haaahhh baaahhh lebih baik jangan ngaco balo
bicara tak karuan!"

Pemuda bajau biju itu tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehhh heeeehhh heeehhh apa yang kau ucapkan
semuanya merupakan kata2 yang jujur dan inilah satu2nya
kesempatan paling baik bagimu untuk melanjutkan hidup"
"Engkau hendak mempersunting Gak Siau Cha lalu apa
sangkut paut nya dengan aku orang she Siau dan mana bisa
kuberikan gadis itu padamu dengan seenaknya."
Dengan paras muka keren bercampur serius ia
melanjutkan:
"Aku selalu memandang tinggi dan menaruh hormat
kepada nona Gak Siau Cha setiap keputusan dan kehendak
hatinya tak pernah kutampik atau kutolak"
Pemuda baju hijau itu tetawa ewa.
"Tapi Gak Siau Cha mempunyai surat wasiat dari ibunya,
yang menerangkan bahwa ia sudah dijodohkan kepadamu!"
"Aku belum pernah membaca surat wasiat itu, dan sama
sekali tidak tahu menahu akan persoalan ini"
“Jangan kita bicarakan dulu apakah yang diucapkan Gak
Siau Cha adalah kejadian yang sesungguhnya atau tipuan
belaka: aku hanya mengharapkan agar engkau orang she Siau
bersedia mengabulkan sebuah pemintaanku. Bila kau setuju
bukan saja dapat lewati rintangan ini dengan mudah, babkan
akupm bersedia untuk bantu dirimu .untuk menolong nona
Pek Li Peng, bukan begitu saja akupuo tidak akan
mempersoalkan kembali perbuatanmu yang telah bikin huru
hara dalam istana batu dibukit wu-san tempo dulu"
"Apa yang kau inginkan?"
“Tentu saja perbuatan yang dapat kau lakukan dengan
kemampuan yang kau miliki!"
'Coba katakan dulu apa permintaanmu itu. kemudian aku
baru akan mempertimbangkan dan memutuskannya"

'Tulislah sepucuk surat yang isinya menyatakan bahwa
antara engkau dengan nona Pek-li sudah mempunyai ikatan
perkawinan, katakan pula kalau engkau batalkan isi surat
wasiat dari Im koh yang mengatakan bahwa Gak Siau Cha
akan dijodohkan kepadamu untuk selanjutnya tak akan
mengungkap kembali persoalan itu, aku telah siapkan alat tulis
bagimu, asal engkau orang she-Siau bersedia untak menulis
surat tersebut maka kita akan lepaskan rasa permusuhan dan
menjadi sahabat, akan kubantu usahamu untuk menolong
Pek Li Peng dan mengatur engkau tinggalkan tempat
berbahaya ini, selanjutnya permusuhan selisih paham diantara
kita pun terhapus sampai disini saja"
Siau Ling tertawa dingin setelah mende ngar perkataan itu.
“Heehh..heeh.. antara aku dengan nona Pek Li sama sekali
tidak pernah terikat oleh tali perkawinan, sedang enci Gak
sendiripun mempunyai pendapat sendiri. Cara berpikir sendiri,
persoalan itu sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan
diriku, bukan saja aku tak dapat mencampuri, akupun tak
dapat mengusulkan apa2. Permintaanmu yang brutal tersebut
tak sanggup kupenuhi barang sepotongpun"
"Padahal tak usah berbuat begitupun sama saja, asal
kubunuh dirimu lalu memenggal batok kepalamu dan
diperlihatkan kepada Gak Siau Cha, maka jalan pikirannya
pasti akan kurubah"
"Asal engkau punya kemampuan untuk memenggal batok
bepalaku, sekalipun mati aku orang she-Siau tak akan
menyesal"
Tiba2 pemuda baju hijau itu bangkit berdiri, katanya
dengan nada gusar :
“Nampaknya persoalan diantara kita berdua tak mungkin
bisa diselesaikan tanpa melalui suatu pertarungan yang
menentukan mati hidup kita..!"

Ia merogoh sakunya dan ambil keluar sebuah sumpritan
yang terbuat dari bambu, kemudian ditiupnya berulang kali
sehingga memperdengarkan suara Pekikan tajam yang tinggi
melengking.
Begitu suitan nyaring itu berkumandang memecahkan
kesunyian, kawanan ular beracun itu segera angkat kepalanya
masing2 menerjang kearah Siau Ling
Sianak muda itu tak berani berayal, ranting dahan pohon
siong yang berada ditangannnya segera dikebaskan
kedepan..sreet!' sebuah sapuan meluncur kedepan menghajar
lawanan ular yang berada disekitarnya
Seekor ular berbisa didekat pemuda itu seketika tersambar
oleh ranting tadi hingga badannya putus jadi dua dan
kepalanya hancur lebur.
Sebetulnya pemuda itu merasa takut sekali dengan
kawanan ular berbisa yang amat banyak. Jumlahnya itu, tapi
setelah melancarkan sapuan tadi tiba2 ia merasa bahwa apa
yang dia anggap menakutkan ternyata tidak lebih cuma begitu
saja, ia anggap untuk melukai ular2 tersebut sebenarnya
merupakan Pekerjaan yang sangat gampang, tanpa sadar
semangatnya kembali berkobar.
Baru saja dia hendak lancarkan sebuah sapuan kembali
untuk membinasakan sekelompok ular berbisa, mendadak
suitan nyaring dari pemuda baju hijau itu berubah.
Kawanan ular berbisa yang sedang bergerak maju sambil
angkat kepalanya itu tiba2 saja meluncur kedepan, dan
menyerang Siau Ling dengan gemas.
Siau Ling dengan cepat putar badannya ranting dahan
ditangan kirinya secepat kilat menyapu keluar.
Praak ! praak ! bunyi gemerutuk- berbunyi tiada hentinya
diiringi suara jeritan aneh dari kawanan ular berbisa yang
besar dan kecil .

Ternyata Siau Ling telah salurkan hawa murninya kedalam
dahan ranting tersebut ketika disapu keluar maka
terpancarkan tenaga tekanan yang sangat berat sekali, setiap
ular berbisa yang terkena serangan itu tentu hancur dan
terbelah2 jadi beberapa bagian.
Tiba2 desiran angin tajam menyambar lewat menggulung
angin pukulan yang kuat mengancam dadanya.
Ternyata pemuda baju hijau itu sudah menerjang maju
kedepan sambil melancarkan serangan.
"Ayoh cabut keluar senjatamu" teriak Siau Ling penuh
dengan kegusaran, "aku tak punya waktu untuk bertempur
terlalu lama melayani dirimu"
Ditengah bentakan keras, pedang pendek dalam
genggamannya bagaikan pagutan ular berbisa menerjang
tubuh pemuda baju hijau itu.
Tenaga dalam yang dimiliki Siau Ling pada saat ini luar
biasa dahsyatnya, hawa murni yang disalurkan kedalam
pedang itu menimbulkan desiran angin serangan yang
menggidikan hati.
Rupanya pemuda baju hijau itu sama sekali tak menduga
kalau tenaga dalam yang dimiliki Siau Ling luar biasa sekali, ia
terperangah dan buru2 menghindar sesamping.
Siau Ling sendiri ketika dilihatnya pihak lawan
menggunakan suara suitan untuk memberi perintah kepada
kawanan ularnya, ia tahu bahwa kepandaian yang dimiliki
pemuda itu bukan terbatas sampai disitu saja, Kalau
pertarungan semacam ini dilanjutkan lebih jauh maka hanya
kejelekan yang diterima olehnya tanpa ada kebaikan apapun.
---ooo0dw0ooo---

Jilid: 30
Menyadari situasi yang sedang dihadapinya dengan cepat
pemuda itu menerjang maju kedepan, dengan meminjam
putaran pedang untuk melindungi badan, ia nerjang ke muka.
Rupanya pemuda baju hijau itu sama sekali tak menyangka
kalau secara tiba2 Siau Ling dapat melancarkan serangan
sedahsyat itu, kesempatan untuk cabut senjata baginya sama
sekali tak sempat lagi, dalam keadaan tergopoh2 terpaksa ia
putar telapaknya sambil melancarkan sebuah babatan ke
depan, sementara tubuhnya menyingkir kesamping.
Ranting dahan ditangan kiri Siau Ling se gera menutul
permukaan tanah, menggunakan kesempatan tersebut ia
loncat keudara dan melayang sejauh satu tombak dari tempat
semula.
Pada saat yang bersamaan pula ia menghindarkan diri dari
ancaman telapak pemuda baju hijau itu.
Orang itu membentak gusar dengan cepat tangan kirinya
menyambar dua ekor ular berbisa dan disambit kearah Siau
Ling sementara tangan kanannya melepaskan satu pukulan
dahsyat.
Dalam keadaan demikian Siau Ling sudah tak punya
keinginan lagi untuk meneruskan pertarungan lagi pedangnya
berkelebat mbunuh dua ekor ular berbisa yang disambit
kearahnya sedang bahu kirinya ditekan kebawah hawa murni
disalurkan dan ia sambut ancaman itu dengan keras lawan
keras.
Kekuatan angin pukulan yang dilancarkan itu cukup berat
membuat Siau Ling merasakan pandangan matanya jadi
gelap.
Tapi justru pemuda itu telah manfaatkan kekuatan dari
pukulan itu sebaik2nya ia berjumpalitan beberapa kali

diangkasa lalu melayang tiga tombak jauhnya dari tempat
semula”
Ketika badannya meluncur keatas permukaan tanah,
ranting pohon siong dalam genggamannya kembali menutul
permukaan tanah, sekali lagi dia meluncur diangkasa dan
melepaskan diri dari lingkaran kepungan ular2 beracun itu.
Pemuda baju hijau itu amat gelisah, ia segera menghardik
dengan suara nyaring:
"Hey Siau Ling , anjing bedebah! engkau hendak kabur
kemana? kita masih belum melangsungkan pertarungan sengit
yang menentukan siapa menang siapa kalah!"
"Kenapa urusan ini musti di-ribut2kan sekarang? toh waktu
dikemudian hari masih panjang, lebih baik pertarungan
tersebut kita tunda sampai waktu yang akan datang. Nah!
selamat tinggal, maaf aku tak dapat menemani dirimu lebih
lama lagi!"
Tanpa membuang waktu lagi Siau Ling enjotkan badan dan
kabur kearah depan, dalam waktu singkat ia sudah berada
kurang lebih sepuluh tombak jauhnya dari tempat semula.
Pemuda baju hijau itu mengumpulkan kawanan ular
beracunnya dan segera mengejar tapi sayang usahanya itu
hanya sia2 belaka sebab dalam waktu singkat bayangan
tubuh lawan sudah nun jauh diujung sana.
Sementara itu Siau Ling sendiri berkelebat meneruskan
perjalanannya dengan cepat, empat lima puluh tombak
kemudian baru memperlambat langkahnya, ketika ia lihat
pemuda baju hijau bersama kawanular beracunnya tidak
mengejar lagi ia berhenti dan menghembuskan napas
panjang.
Setelah atur pernapasan sebentar, sianak muda itu baru
melanjutkan perjalannya ke depan, dalam hati dia berpikir :

"Pertarungan yang baru saja kulewati benar2 merupakan
suatu pertarungan yang sangat mujur bagiku, seandainya aku
menuruti emosi dan layani pertarungannya, dengan bantuan
kawanan ular beracun yang begitu ganas dan berbahaya,
mungkin sulit bagiku untuk melewati pos tersebut dengan
gampang..."
Sementara ia masih termenung sambil membayangkan
kemujurannya. Tiba2 dari arah depan berkumandang suara
teguran yang tajam dan tinggi melengking :
"Apakah engkau adalah Siau Ling?"
Dengan cepat sianak muda itu menghentikan langkahnya,
lalu tarik napas panjang2.
"Benar, aku adalah Siau Ling!"
Sebuah tanah lapang berumput yang sangat luas
terbentang dihadapannya, beberapa buah batu karang yang
tinggi besar berdiri tegak ditengah lapang itu kecuali batu
cadas tiada sesuatu benda yang nampak mencurigakan.
Mendengar suara tanpa melihat bayangan musuhnya, taktik
menggertak ini cukup menggidikan hati orang yang sedang
menghadapinya. Tanpa sadar suasanapun makin bertambah
tegang.
Siau Ling hentikan sama sekali gerakan tubuhnya dengan
pandangan yang tajam dia awasi daerah disekelilingnya ia
berharap agar pihak lawan bersedia menjawab sehingga
dapat diketahui olehnya jejak tempat persembunyian lawan,
dalam hati kembali dia berpikir:
“Shen Bok Hong sengaja siapkan delapan buah rintangan
untuk menghadapi jalan majuku, sudah tentu kedelapan buah
rintangan tersebut merupakan rintangan2 yang berkekuatan
tangguh, jelas amat sulit bagiku untuk melampui semua
rintangan itu"

Setelah menghadapi tiga buah rintangan yang dijaga oleh
kawanan musuh yang sangat tangguh rasa waspada dalam
hati kecil Siau Ling telah ditingkatkan beberapa kali lipat,
peristiwa Ini pun merupakan peristiwa besar yang pertama
kali pernah dihadapi Siau sejak ia terjun kedalam dunia
persilatan, belum pernah ia merasa ngeri atau bergidik seperti
apa yang dialami pada saat ini.
Sepeminum teh sudah berlalu dengan cepat , Siau Ling
masih tetap menanti dengan tenang ditempat semula, namun
tiada jawaban yang terdengar, kejadian ini segera cengangkan
hatinya.
"Aku adalah Siau Ling!" teriaknya keras keras "jago lihay
dari manakah yang berada disitu? Kalau toh engkau hendak
berhadapan dengan aku orang she-Siau, kenapa tak berani
unjukkan diri untuk saling berhadapan.
Kegagahan dan kejantanan Siau Ling mental Shen Bok
Hong seorang gembong iblis yang lihaypun menaruh tiga
bagian rasa jeri atas dirinya, tapi sekarang setelah secara
beruntun Siau lewati tiga buah rintangan, suatu perasaan
ngeri yang aneh telah nyelimuti benaknya, membuat jago
muda kita yang gagah tak berani memasuki tanah lapang itu
secara gegabah.
Tiba2 dari belakang batu karang muncul seorang padri
berjubah merah dengan dingin sahutnya:
"Siau Ling nyalimu benar2 amat besar!”
Dari nada suara, dandanan maupun raut wajahnya Siau
Ling tahu bahwa padri itu adalah orang Tionggoan satu
ingatan segera berkelebat dalam benaknya,
"Taysu apakah engkau berasal dari gereja Siau lim si?"
tegurnya kemudian.

Padri berjubah merah itu termenung dan berpikir sebentar
belum sempat ia menjawab dari balik batu karang muncul
seorang padri berjubah merah, hwesio itu segera menyahut:
"Tebakanmu tepat sekali kami semua datang dari gereja
Siau-lim-si...!”
Siau Ling segera menengadah keatas dan tertawa
terbahak2 dengan gagah ia maju dua tombak kedepan dengan
tangkah lebar kembali ia berseru:
"Kalau begitu kalian telah siapkan barisan Lo han-tin untuk
menyambut kedatanganku?"
Baru saja ucapan itu selesai diucapkan dari belakang batu
karang ditengah tanah lapang itu tampaklah bayangan
manusia berkelebat lewat, dari masing2 sudut lapangan
muncullah seorang padri berjubah merah.
Diam2 Siau Lmg menghitung jumlah para padri itu ternyata
jumlahnya tepat dua belas orang.
Terdengar padri berjubah merah yang munculkan diri
terlebih dahulu tadi berkata:
"Siau tayhiap engkau memang sangat cerdik barisan yang
akan kami siapkan memang bukan lain adalah barisan Lo-han
tin cuman barisan ini termasuk barisan yang memiliki daya
pengaruh paling lemah, apakah Siau tayhiap bersedia untuk
masuk kedalam barisan guna mencoba kehebatannya? “
Aku mengetahui sedikit banyak tentang keampuhan barisan
Lo han-tin, memang benar barisan Lo han-tin yang terdiri dari
dua belas orang merupakan barisan dengan jumlah yang
tersedikit namun sedikitnya jumlah orang bukan berarti
semakin lemahnya daya pengaruh barisan itu, bukan begitu?"
Dua belas orang padri itu semuanya mengenakan jubah
Ibadah warna merah darah, usia mereka hampir sebaya yakni
antara empat puluh tahunan, yang paling aneh lagi ternyata
dandanan mereka temui tak ada yang berbeda, satu2nya

perbedaan hanya terletak rada panjang pendeknya tasbeh
yang melingkar diatas leher mereka.
Padri yang munculkan diri paling depan tadi mempunyai
tasbeh yang paling panjang diantara rekan2nya mungkin
dialah pemimpin rombongan dari beberapa orang itu.
Terdengar hwesio itu berkata kembali:
"Rupanya Siau tayhiap sangat menaruh perhatian terhadap
barisan Lo han-tin dari gereja Siau lim si kami, sampai
dimanakah pengetabuan Siau tayhiap mengenai barisan kami
ini?”
"Sebetulnya saja untuk melayani perubahan yang terdapat
dalam barisan Lo han-tin maka sembilan orang saja sudah
lebih dari cukup, dengan ditambahnya tiga orang itu berarti
posisi barisan satu tingkat lebih kuat lagi atau dengan
perkataan lain walaupun aku menyerang kalian dari arah
manapun maka sentuhan yang terjadi atas serangan yang
kulancarkan sama artinya dengan menahan serangan
gabungan dari empat orang sekaligus"
Padri berjubah merah itu tertawa ter-bahak2.
"Haahh., .haahhh ..haaahh. . Siau tayhiap engkau betul2
bebat kalau memang begitu engkau tak berani untuk mencoba
masuk ke dalam barisan kami ini?
“Menurut kabar yang tersiar dalam dunia persilatan selama
ratusan tahun belakangan ini belum pernah ada orang yang
mampu tembusi keampuhan, dari barisan Lo-tin tapi keadaan
yang kuhadapi sekarang jauh berbeda, sekalipun barisan Lo
han terdiri dari gunung golok ataupun lautan minyak aku tetap
akan mencoba lampuinya sekalipun aku harus mengerahkan
segenap kemampuan yang kumiliki dan korbankan jiwaku aku
tetap pantang mundur.”

"Heeehhhh...heeeehhhh..heeehhh... kalau begitu Siau
tayhiap memang patut dipuji sebagai seorang lelaki jantan!"
sela hwesio itu sambil tertawa dingin.
Siau Ling tidak marah dengan muka serius ia berkata lagi:
"Sebelum pertarungkan dilangsungkan, terlebih dabulu aku
hendak mengajukan beberapa pertanyaan yang selama ini
terasa mengganjal dihati, apakah kalian bersedia untuk
memberi keterangan?"
"Apa yang ingin kau tanyakan?”
“Sudah lama aku dengar kalau gereja Siau lim-si adalah
tonggak kekuatan dari dunia persilatan, selama ratusan tahun
belakangan ini selalu menjadi tulang punggung kaum lurus
untuk melenyapkan kaum sesat dari muka bumi. semua umat
persilatan amat kagum dan hormat terhadap setiap padri dari
gereja Siau-lim si. Tapi sekarang... dalam kenyataan pihak
Siau-lim-si bukan saja tidak membantu kaum lurus untuk
melenyapkan kejahatan, malahan kalian membantu kaum
jabat untuk berbuat kebejatan dan keonaran didunia, buktinya
sekarang! Kalian telah membantu Shen Bok Hong untuk
menentang ditegaknya kemudian dan kebenaran dalam dunia
apakah dalam hati kecilnya kalian rela membiarkan Shen Bok
Hong mencapai cita2nya dan menguasahi seluruh jagad"
Teguran itu sangat tajam dan berat, kawanan padri dari
gereja Siau lim-si tersebut segera tundukkan kepala dengan
mulut membungkam, rupanya dalam hati kecilnya sudah
timbul perasaan menyesal...
Lama ....lama sekali, padri baju merab itu berkata :
"Kesulitan yang sedang kami hadapi sulit untuk
diberitahukan kepada Siau tayhiap, kami harap Siau tayhiap
segera masuk kedalam barisan dengan hati yang lega.”
Rupanya arti kata yang terakhir itu mengandung maksud
yang sangat mendalam, secara lapat2 padri itu memberi

ketikan seakan akan mereka ada maksud untuk lepaskan
pemuda itu lewat.
Siau Ling bukan orang bodoh, tentu saja ia dapat
menangkap arti dari kata2 itu, setelah menghela napas
panjang katanya :
"Aaaai...!! Aku benar2 tak habis mengerti kekuatan iblis
apakah yang dimiliki Shen Bok Hong sehingga bukan saja ia
dapat memaksa kaum sesat untuk mendukung dirinya bahkan
dapat pula manfaatkan kekuatan dari kaum lurus untuk
mencapai apa yang dia cita-citakan.”
“Siau tayhiap, silahkan masuk kedalam barisan” ujar
pemimpin hwesio itu dengan cepat, waktu yang tersedia
bagimu tidak terlalu lama. Makin malam semakin tidak
menguntungkan posisimu, lebih baik manfaatkanlah waktu
sebaik2nya"
Terperangah Siau Ling mendengar perkataan itu, pikirnya .
“Kalau didengar dari nada ucapan padri ini rasanya ia sama
sekali tidak mengandung rasa permusuhan dengan diriku,
bahkan ucapannya amat lembut dan diam2 memberi
peringatan kepadaku, andaikata dua belas orang padri itu
mempunyai sikap yang sama seperti dirinya, aku rasa untuk
melewati barisan lo han-tin bukanlah suatu pekerjaan yang
terlalu susah..."
Berpikir sampai di situ, diapun segera berkata :
“Aku masih ada satu persoalan hendak diutarakan.."
"Persoalan apa? cepatlah katakan!” Sahut hwesio itu
dengan dahi berkerut.
“Pedang mustika yang berada ditanganku adalah sebilah
pedang mustika yang amat tajam sekali, aku harap saudara
sekalian sedikitlah ber hati2"
“Terima kasih atas peringatanmu itu!"

Diam2 Siau Ling menghimpun bawa murninya. lalu serunya
:
"Aku orang she-Siau datang..!"
Dengan langkah lebar ia masuk kedalam-barisan yang telah
disiapkan oleh kawanan-hwesio itu.
Tampaklah kawanan padri itu menggetarkan sepasang
bahunya dan melepaskan kain khasa berwarna merah yang
dikenakan ditubuhnya. Tangan kirinya menyambar kesamping
dan tabu2 mereka sudah menggenggam sebuah toya sian
ciang yang terbuat dart baja murni.
Siau Ling alihkan sorot matanya dan mengawasi kawanan
padri itu, sekejap kemudian pikirnya dihati :
"Seandainya aku dapat menyeringai kawanan padri ini
lewat atas kepalanya dengan ilmu meringankan tubuh pat-poh
teng gong atau delapan langkah menyebrangi angkasa,
bukankah itu berarti tak usah bergebrak menggunakan
kekerasan melawan mereka..?”
Sementara dia masih berpikir, ujung baju tersampok angin
berkumandang datang, kedua belas orang padri itu ber-sama2
tinggalkan posisinya semula dan mengepung Siau Ling
ditengah gelanggang.
Kedua belas orang jago lihay dari gereja Siau lim si itu.
bukan saja tinggi dalam ilmu silat merekapun sangat paham
dengan segala perubahan dari ilmu barisan Lo-han tin, dalam
waktu singkat mereka telah rebut posisi yang menguntungkan
serta mengurung Siau ditengah barisan mereka.
Walaupun dalam hati kecilnya Siau Ling tahu bahwa
kawanan padri dari gereja Siau lim-si itu sama sekali tidak
mengandung maksud bermusuhan dengan dirinya, akan tetapi
ia tak berani bertindak gegabah atau pun memandang rendah
lawannya, sebab ia tahu barisan Lo han-tin dari gereja Siau

lim si adalah sebuah barisan aneh yang amat tersohor didnnia
persilatan selama ratusan tahun lamanya.
Pedang pendek yang tajam dipegang daam telapak tangan
sebelah kanan, ia pun segenap kekuatannya untuk mainkan
jurus jurus pedang yang ampuh dari ilmu pedang ciptaan
Tam In Cing seorang jago lihay dari gunung Hoan san
sementara sisa tenaga dalam yang lain disalurkan ketengah
sela2 jari tangan kirinya untuk bersiap sedia menggunakan
ilmu sentil sian-ci sinkang untuk merobohkan musuh yang
dekati dirinya.
Kemudian dengan sorot mata yang tajam dia awasi daerah
disekelilingnya.
Tampaklah kawanan padri dari gereja Siau lim si yang
mengitari di sekelilingnya per-laban2 mulai bergerak dan
berputar.
Guru Siau Ling yakni Cung San Pek adalah seorang jago
lihay yang berpengetahuan amat luas, ia mengetahui intisari
dan keampuhan dari jurus2 silat tiap partai dan perguruan
yang berada didudia persilatan, terutama sekali terhadap
keampuhan dari ilmu barisan Lo han-tin ia pernah
menjelaskan cara memecahkannya secara khusus kepada si
anak muda itu.
Karenanya Siau Ling mengetahui seandainya dia
melancarkan serangan lebih dahulu maka keampuhan dari
barisan Lo han-tin segera akan bekerja, sebaliknya kalau
biarkan kalau pihak lawan yang menyerang lebih dahulu maka
hal ini akan sangat mempengaruhi daya kekuatannya.
Setelah mengetahui akan rahasia itu, sianak muda itu tak
sudi menyerang lebih dahulu, dia pusatkan seluruh
perhatiannya untuk awasi gerak gerik kawanan padri itu dan
menunggu sampai mereka bergerak lebih dahulu.
Tampaklah kawanan padri dari gereja Siau lim si itu tiba2
hentikan gerakannya setelah berputar satu kali.

Siau Ling amat tercengang, pikirnya.
Penjelasan yang pernah kuterima dari suhu tentang barisan
Lo ban-tin rasanya bukan begini, dia malah bilang andaikata
barisan Lo han telah berputar maka dari lambat ia akan
bertambah cepat, kemudian secara otomatis akan
melancarkan serangan dengan sendirinya....tapi kenyataan
mereka malahan berhenti, entah apa sebabnya bisa
demikian??
Baru saja ingatan tersebut selesai berkelebat dalam
benaknya mendadak terdengarlah serentetan suara bisikan
yang lembut dan lirih berkumandang disisi telinganya :
"Siau tayhiap menyeranglah lebih dahulu sebab apa bila
engkau hendak menunggu sampai barisan Lo-han-tin bergerak
secara otomatis maka serangkaian serangan berantai yang
jumlahnya mencapai enam puluh empat gebrakan akan
meneter dirimu, sebelum keenam puluh empat jurus
serangan itu habis digunakan sulit bagai siapapun untuk
menghentikan barisan ini sebaliknya andaikata Siau tayhiap
menyerang dulu maka keadaannya akan jauh berbeda,
kedudukan kami jadi pihak yang diserang dalam keadaan
seperti ini Terpaksa kita harus mengambil posisi bertahan
menangkis dan melancarkan serangan itu berarti lebih besar
kesempatan nya bagimu untuk meloloskan diri dari kepungan .
Nah! waktu yang tersedia sudah tak banyak lagi aku tak dapat
berbicara lebih banyak lagi dengan dirimu"
Mendengar bisikan tersebut dalam hati kecilnya Siau Ling
kembali berpikir:
"Oooh rupanya dibalik persoalan ini masih terdapat banyak
sekali kejadian yang sama sekali ada diluar dugaan kalau toh
mereka bersedia untuk bocorkan rahasia barisan Lo han-tin
kepadaku itu berarti mereka bermaksud untuk lepaskan aku
dan kepungan barisan ini dengan cara yang tidak menyolok?"

Berpikir sampai disitu telapak tangan kirinya segera
melancarkan satu pukulan dahsyat kedepan.
Begitu pukulan dilepaskan Siau Ling pun pada saat yang
bersamaan ikut menerjang.
Rupanya sianak muda ini sudah mempunyai rencana yang
matang ia bersiap sedia menggunakan kesempatan yang
sangat baik itu untuk terjang keluar dari barisan Lo-han tin.
Siapa tahu baru saja pukulan gencar itu dilepaskan, barisan
Lo han tin pun pada saat yang bersamaan melancarkan
serangan balasan, seorang padri bersenjatakan toya baja
mendorong tangan kirinya kemuka untuk menyambut
datangnya ancaman tersebut kemudian secara tiba2 ia
menyingkir kearah samping.
Dan batang toya baja dengan cepat meluncur datang, tepat
dikala padri pertama tadi menghindarkan diri dari samping,
segulung angin serangan melurcur tiba dari sisi kiri dan kanan
langsung mengancam tubuh Siau Ling.
Merasakan datangnya ancaman tersebut Siau Ling amat
terperanjat, dalam hati segera ia berpikir:
"Ooooh...! sungguh cepat serangan toya itu...untung aku
bersikap cukup cekatan"
Buru2 pedang pendek ditangan kanannya menyambar
kedepan menangkis ancaman yang datang dari toya sebelah
kanan, pada saat yang bersamaan tubuhnya ikut maju
selangkah kedepan, dengan manis dia berhasil lolos pula dari
ancaman tosu sebelah kiri.
Ketika ancaman mengena sasaran yang kosong, dua buab
toya baja itu kembali menyingkir kearah sisi kanan dan kiri,
sementara tiga batang toya baja lainnya kembali menyerang
datang.

Buru2 Siau Ling putar pedang pendeknya kembali, diam2
hawa murninya disalurkan kedalam telapak tangan... Criing! ia
menebas kutung sebatang toya lawan.
Pedang pendek itu sangat tajam dan luar biasa sekali,
termakan oleb babatan kilat itu, toya baja yang kuatpun patah
jadi dua bagian.
Siau Ling bertindak cepat, tangan kiri nya menyambar
kemuka menerima kutungan toya lawan.
Senjata yang digunakan kawanan padri itu adalah senjata
jenis berat, sekalipun pedang pendek yang berada dalam
genggaman Siau sangat tajam, sukar baginya untuk melawan
scrangan2 dari senjata berat lawan, oleh sebab itulah untuk
mematahkan ancaman musuh pemuda itu segera putuskan
untuk manfaatkan ketajaman pedangnya guna menebas
kutung toya2 lawan.
Belum sempat Siau Ling periksa pedang nva apakah cacad
atau tidak, tiga batang toya baja kembali menyerang datang:
Ia segera membentak keras, dengan menggunakan
kutungan toya yang berada ditangan kirinya dia babat
pinggang musuh.
"Blaamm. .! “ benturan keras bergema di angkasa,
sebatang toya baja yang mendekati tubuhnya paling awal
kena terpukul oleh babatan pemuda itu sehingga terpental
kebelakang.
Dengan cepat seluruh kekuatan barisan Lo han-tin mulai
bekerja, sekalipun hanya dua belas orang padri dengan dua
belas batang toya baja. namun serangan demi se rangan yang
dilancarkan secara bergelombang menciptakan bawa tekanan
yang ber-lapis2 banyaknya.
Dua belas batang toya baja ditambah perubahan yang
ampuh, dari barisan Lo han-tin, membuat serangan mereka

tercipta ibaratnya ribuan batang toya yang menyerang secara
bersama dari empat arah delapan penjuru..
Siau Ling dengan tangan kanan mencekal pedang tajam,
tangan kiri mengandalkan kutungan toya menyerang dan
bertahan dengan sepenuh tenaga, ia berharap bisa menguasai
keadaan dan merebut posisi pihak yang penggerak.
Namun serangan yang dilancarkan kawanan padri itu
datang bertubi2 begitu gencar dan dahsyatnya membuat
sianak muda sama sekali kehilangan peluang untuk lancarkan
serangan balasan.
Kecepatan perubahan yang timbul dari barisan Lo han-tin
dari posisi menyerang keposisi bertahan menciptakan suatu
perasaan yang aneh bagi diri Siau Ling ia merasa seolah2
semua kepandaian silatnya tak mampu digunakan
sebagaimana mestinya, hal ini menimbulkan rasa kaget heran
dan kuatir dalam hati kecilnya ia berpikir:
"Walaupun aku tidak tahu siapakah akhir nya yang akan
menangkan pertarungan sengit ini, kalau keadaan seperti ini
dibiarkan ber larut2 maka keadaan tersebut sangat merugikan
keadaanku, serangan yang terpancar keluar dari barisan Lo
han-tin begitu dahsyat dan begitu rapat sehingga hampir tiada
lowongan bagiku untuk melancarkan serangan balasan kalau
aku tak berani sedikit menempuh bahaya untuk melepaskan
serangan maut mungkin sulit bagiku untuk dapatkan
kemenangan, dari tindak tanduk yang diperlihatkan kawanan
padri ini rupa nya mereka sama sekali tidak bermaksud untuk
melukai diriku sebaliknya kalau aku sampai melukai orang
mereka mungkin saja peristiwa ini akan berakhir dengan
tertanamnya bibit permusuhan."
Berpikir sampai disini diam2 pemuda itu merasa serba
salah.

Dalam keadaan yang serba salah itulah serentetan suara
bisikan yang sangat lembut kembali berkumandang disisi
telinganya
"Siau tayhiap dibawah serangan dan terjangan barisan Lo
han-tin kami yang berantai ternyata engkau masih mampu
bertahan sambil melancarkan serangan hal ini menunjukkan
kalau ilmu silatmu memang sangat lihay akan tetapi jika
engkau bertahan terus dalam keadaan seperti ini maka lama
kelamaan posisinya sangat tidak menguntung dirimu, untuk
mengelabuhi pengawasan dari pihak mereka tak mungkin bagi
kami untuk lepaskan engkau dengan begitu saja lebih baik
lukailah beberapa orang diantara kami"
Siau Ling dengar perkataan itu diutarakan dari arah yang
berbeda sebentar dari arah sini sebentar lagi dari arah sana
sehingga seolah2 suara itu muncul dari empat arah delapan
penjuru.
Ia segera mengetahui bahwa padri itu memberi kisikan
kepadanya sambil tetap mengikuti perubahan2 dari gerak
barisan Lo han-tin, oleh karena itu ucapannya seakan2 datang
dari empat arah delapan penjuru.
Pikirnya didalam hati :
"Sekalipun ia sudah memberi petunjuk ke padaku, namun
aku tak boleh turun tangan secara gegabah, aku harus dapat
menggunakan kesempatan yang terbaik untuk bertindak,
dengan begitu seranganku tidak akan sampai melukai mereka
terlalu ringan ataupun terlalu berat"
Sementara pikiran itu masih berkecamuk dalam benaknya,
tiba2 ia merasa gerak perubahan dan serangan! yang
dilancarkan barisan Lo han-tin semakin lambat dan
mengendor.
Siau Ling tahu kawanan padri dari gereja Siau lim si telah
memberi kesempatan ke padanya untuk bertindak, dengan
sepenuh tenaga ia segera melancarkan serangan balasan

tangan kirinya berkelebat kedepan melepaskan sebuah
sentilan tajam.
Segulung desiran angin sentilan, dengan cepat meluncur
kedepan, inilah ilmu jari sian ci sinkang dari gereja Siau lim-si.
Dengusan tertahan menggema memecahkan kesunyian,
seorang padri bersenjatakan toya baja mendadak roboh
terjengkang keatas tanah, senjatanyapun terlepas dari
genggaman
Rupanya Serangan jari dari Siau Ling itu dengan telak
berhasil menghajar pergelangan tangan kanan padri itu,
senjatanya jadi lepas dan iapun roboh ketanah karena
kesakitan.
Perputaran barisan Lo han-tin segera dapat gangguan,
gerakkan merekapun kian bertambah lambat
Menggunakan kesempatan itu Siau Ling memutar
pedangnya menangkis dua serangan toya yang mengancam
tiba, tangan kirinya kembali menyentil kemuka melepaskan
sebuah serangan jari.
Sentilan dahsyat itu kembali menghajar diatas pergelangan
tangan kiri seorang padri, senjata toyanya segera terlepas dan
hwesio itupun roboh keatas tanah.
Setelah dua orang padri terluka, kecepatan gerak dan
menyerang dari barisan Lo han jauh lebih lambat lagi.
Siau Ling segera membentak keras, pedang dan telapak
melancarkan serangan berbareng lalu tubuhnya menerjang
keluar dari barisan Lo-han-tin tersebut:
"Taysu sekalian, terima kasih atas bantuan kalian!" serunya
dengan suara berat.
Dia segera enjotkan badan dan kabur menuju kearah
depan.

Beberapa patah kata yang diutarakannya itu bukan cuma
kata2 sungkan belaka. tapi merupakan kata2 yang muncul dari
hati sanubarinya .
Kawanan padri dari gereja Siau-lim-si tak melakukan
pengejaran, mereka hanya mengawasi kepergian Siau Ling
dengan tetap berdiri ditempat semula.
Dengan langkah lebar Siau Ling berbasil melalui sebuah
lembah rakit, dia menengadah dan menghembuskan panjang,
pikirnya dihati .
“Andaikata delapan buah rintangan yang disiapkan Shen
Bok Hong satu rintangan lebih hebat dari rintangan
sebelumnya entah jago lihay dari manakah yang telah ia
siapkan pada rintangan berikutnya ini!"
Setelah melalui empat kali pertarungan sengit, kegagahan
Siau Lsng pada saat permulaan tiba disana telah hilang
separuh, ia merasa terlalu pandang enteng kekuatan Shen Bok
Hong yang sesungguhnya.
Sambil melamun pemuda itu meneruskan perjalanannya
kedepan. Kali ini perjalanan dilakukan sangat lambat.
Suatu ketika ia menengadah dan memandang cuaca, lalu
berseru tertahan, gumamnya :
"Kalau aku berhasil melewati sebuah rintangan lagi
mungkin hari sudah jadi gelap. Padahal masih ada tiga
rintangan lagi yang musti aku lewati, aai! nampaknya aku
harus bekerja lembur untuk selesaikan semua rintangan pada
malam ini juga"
Tiba2 ia merasa perut lapar sekali, sorot matanya dialihkan
kesekeliling tempat itu. tapi yang nampak hanyalah batu cadas
serta rumput hijau belaka, sama sekali tidak kelihatan ada
pohon buah yang tumbuh di sana. Yang lebih aneh lagi
ternyata disepanjang lembah tak kelihatan ada sebuah
pepohonanpun, walau pohon itu kecil atau rendah..

Terapi begitu teringat akan keselamatan jiwa dari Pek-li
Peng, tanpa sadar semangatnya berkobar kembali, pikirnya :
"Sekalipun ini hari aku bakal mati di tempat ini. aku bisa
mati dengan hati tenang, lain halnya dengan nona Peng, ia
masih punya keluarga dan ia tinggalkan a-yah bundanya
karena hendak mengikuti diriku. Ia telah menitipkan rasa
percaya yang tak terhingga kepadaku, aku tak boleh
menyia2kan dirinya dengan begitu saja"
Setelah pikirnya berkobar kembali, dengan langkah lebar ia
meneruskan perjalanannya kedepan.
Setelah melewati sebuah tikungan bukit, pemandangan
yang tertera didepan mata kembali berubah.
Dalam pada itu cahaya sang surya yang telah condong
kearah barat, membiarkan sinarnya melalui celah2 bukit
disekitar tempat itu, jauh memandang kedepan lembah itu
kelihatan terang diseparuh bagian dan gelap dibagian lain.
Keadaan dalam lembah itu jauh berbeda dengan lembah2
ditempai lain. Batu cadas berserakan di mana mana. tak
nampak pepohonan ataupun rerumputan rubuh
disekelilingnya.
Dalam hati Siau Ling berpikir.
"Mungkin rintangan yang kelima berada didalam lembah
itu, aku tak boleh bertindak secara gegabah.."
Karena berpendapat demikian tindak tan duknya makin
hati2 dan penuh kewaspadaan
Pedang pendeknya digenggam pada tangan kanan, lalu
perlahan2 maju kedepan.
Setelah melewati empat buah rintangan Siau Ling sudab
punya pengalaman ia naruh perhatian yang khusus pada
setiap batu cadas yang berserakan disana dia kuatir ada orang

bersembunyi dibelakang batu cadas itu dan menyergap dirinya
secara tiba2
Siapa tahu walaupun telah masuk sejauh tiga empat
tombak kedalam lembah itu suasana disekitar sana masih
tetap sunyi senyap dan tak nampak ada suatu gerakan apa
pun. Kenyataan tersebut membuat hatinya tercengang
bercampur keheranan pikirnya-"Apakah rintangan kelima ini
tidak berada didalam lembah ini? kenapa tidak ada pertanda
apapun?"
Belum habis ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya.
tiba2 terdengar suara teguran seorang wanita berkumandang
datang dari arah depan :
"Apa yang datang adalah Siau Ling?"
"Benar, aku adalah orang she Siau, siapa engkau?" seraya
berkata sorot matanya yang menyeramkan segera dialihkan
ketempat berasalnya suara itu.
Sebuah batu cadas yang tinggi besar terbentang didepan
mata. suara itu berasal dari belakang batu cadas tadi.
Dalam hati kembali Siau Ling berpikir :
"Tidak perduli siapakah orang itu, kali ini aku tak boleh
memberi kesempatan kepada lawan untuk merebut posisi
menyerang, aku harus melancarkan serangan lebih dahulu dan
menguasahi keadaan!"
Diam2 ia perhitungkan jarak antara tempat ia berada
dengan batu cadas yang amat besar itu. Dia punya rencana
apabila pihak lawan munculkan diri maka dia akan segera
menyerang, Suara tertawa yang amat nyaring berkumandang
memecahkan kesunyian, disusul perempuan itu berkata :
"Siau Ling, perlaban2 datanglah kemari!"
Mendengar ucapan tersebut, Sianak muda itu merasa
keheranan, kembali ia berpikir :

"Dia suruh aku maju mendekati dirinya dengan langkah
yang perlahan, entah apa yang hendak dilakukan?
mungkinkah ia akan menyergap diriku secara mendadak disaat
aku sama sekali tak bersiap sedia? Baik kita lihat sajalah ranti.
Siapa yang akan rugi kalau kita berdua sama2 menggunakan
cara yang rendah nanti!"
Setelah berpikir demikian, iapun menjawab:
"Baik. aku akan datang kesana!"
Hawa murninya diam2 disalurkan mengelilingi seluruh
badan, kemudian selangkah demi selangkah maju kedepan.
Setelah mengitari batu cadas tersebut, tampaklah seorang
gadis muda yang amat cantik duduk bersila diatas batu cadas
itu.
Begitu sorot matanya saling membentur dengan sinar mata
gadis itu. Siau Ling berdiri terperangah.
Ternyata gadis muda yang amat cantik itu bukan lain
adalah Wu Yong.
Ketika berjalan mendekati batu cadas tadi Siau Ling secara
diam2 telah menyusun rencana, ia ada maksud untuk
melancarkan serangan kilat begitu berjumpa dengan orang
yang ada dibelakang batu itu, tapi mimpi pun ia tak
menyangka kalau perempuan yang duduk dibelakang batu
cadas itu bukan lain adalah Wu Yong.
Hawa murni yang telah disalurkan ketangan kiri untuk siap
melancarkan sentilan jari sian ci sinkang dibuyarkan kembali,
dan untuk sesaat pemuda itu berdiri melongo.
Dengan sepasang sorot mata yang tajam Wu Yong awasi
Siau Ling sekejap, kemudian tegurnya .
"Siau tayhiap. engkau sudah tidak kenal lagi dengan aku?"
"Tentu saja masih kenal, bukankah engkau adalah nooa Wu
Yong?"

"Benar!"
Tanpa sadar Siau Ling teringat kembali dengan keadaan
gadis itu dikala ia saksikan neneknya Wu Popo mati secara
mengenaskan, waktu itu ia kabur dalam keadaan seperti orang
gila, sungguh tak disangka keadaannya saat ini tetap sehat
walafiat tanpa kekurangan barang sedikitpun jua.
Dalam hati dia ingin bertanya, karena terpaksa ia batalkan
niat tersebut.
Wu Yong masih tetap duduk tak berkutik ditempai semula,
ia hanya memandang kearah Siau dengan sepasang biji
matanya yang jeli dan bening.
Dalam hati pemuda itu tahu, ilmu silat yang dimiliki Wu
Yong amat cetek dan tak mungkin bisa menandingi dirinya,
tapi ilmu melepaskan racun yang dimiliki gadis itu benar2
mengerikan sekali.
Sekalipun kepandaian menggunakan racun yang dimiliki
dara itu masih belum mampu menandingi kehebatan
neneknya yakni Wu Popo, tapi sejak kecil ia sudah belajar
menggunakan racun, itu berarti kepandaiannya mengenai soal
racun sudah sangat mendalam sekali.
Melihat gadis itu tetap duduk tak berkutik ditempat semula,
seakan akan dia sedang menantikan sesuatu, Siau Liag tidak
berani bertindak secara gegabah.
Terdengar Wu Yong menghela nafas panjang, lalu berkata .
Ilmu silat yang kumiliki masih jauh ketinggalan kalau
dibandingkan dengan kepandaianmu. Aku tak ingin bertempur
melawan engkau, asal kau ayun pedangmu maka selembar
jiwaku bisa kau cabut setiap waktu.
“Apakah nona tak takut mati?"

“Tidak, aku tidak takut mati. aku merasa kesepian hidup
seorang diri dikolong langit lebih baik mati ! aku bisa bertemu
lagi dengan nenekku"
Siau Ling menghela napas panjang. "Aaaai .. Shen Bok
Hong tahu dengan jelas kalau ilmu silatmu bukan tandinganku
dalam tiga lima gebrakan saja aku sudah mampu untuk cabut
jiwamu, kenapa ia -tempatkan engkau dalam rintangan yang
kelima ini? apa engkau tahu apa yang menjadi tujuannya ? "
Walaupun aku lemah dalam ilmu silat, tapi sangat lihay
dalam ilmu melepaskan racun aku rasa Shen Bok Hong
mengetahui jelas akan keunggulanku ini.
"Bagaimana kalau ilmu melepaskan racun. yang kau miliki
dgn nenekmu Wu Popo?"
"Selisihnya masih jauh sekali!"
"Jadi kalau begitu, nona telah menyebar kan racun keji
disekitar lembah berbatu aneh ini?!” seru Siau Ling kemudian
dengan cepat.
“Shen Bok Hong bermaksud untuk berbuat begitu.
andaikata aku benar2 telah lepaskan racun disekitar tempat
ini, maka sekarang engkau sudah keracunan hebat!"
Diam2 Siau Ling atur pernapasannya untuk memeriksa
sekujur tubuhnya, ketika ia tidak berhasil menemukan
pertanda yang mencurigakan, dengan cepat pemuda itu ber
kata :
"Tapi...aku sama sekali tidak merasa bagaikan orang yang
keracunan bebat!"
"Itulah disebabkan aku tidak sebarkan racun jahat disekitar
tempat ini, sekalipun engkau ingin keracunan dalam keadaan
begini hal tersebut tak mungkin bisa terjadi"

"Nona, mengapa kau tidak sebar racun disekitar tempat ini?
kalau Shen Bok Hoag mengetahui akan peristiwa ini jelas
jiwamu tak akan diampuninya!"
"Shen Bok Hong yang bunuh aku atau engkau yang bunuh
aku apa bedanya? yang jelas sekarang aku tidak takut mati
lagi"
"Kalau nona tidak tega untuk menyebar racun serta
mencelakai jiwaku darimana aku bisa tega untuk turun tangan
membinasa kan dirimu?”
"Kalau engkau tidak bunuh aku Shen Bok Hong pasti akan
menghabisi jiwaku aku toh cuma punya selembar jiwa siapa
yang membunuh sama saja bagiku kalau aku disuruh pilih
salah satu diantaranya maka aku lebih suka mati ditanganmu
sebab aku bisa mati dengan hati yang lebih puas dan
perasaan yang lebih lega"
"Nona" seru Siau Ling kemudian setelah termenung sejenak
"engkau toh sudah melihat akhir dari kehidupan nenekmu,
mengapa engkau masih terjunkan diri kedalam dunia
persilatan?"
"Aku ditangkap oleh mereka dengan obat yang mujarab
mereka sembuhkan penyakit sintingku kemudian suruh aku
balaskan dendam atas kematian dari nenekku”
"Ketika nenekmu terbunuh waktu itu nona masih dalam
keadaan sadar dan mengetahui semua peristiwa dengan mata
kepala sendiri tidak susah rasanya untuk mengenang kembali
kejadian itu, nenekmu toh bukan mati ditanganku?"
"Aku tahu bukan saja engkau bukan pembunuh besar yang
membinasakan nenekku bahkan engkau telah membantu dia
orang tua untuk membalas dendam aku sangat berterima
kasih sekait atas bantuan yang pernah kau berikan kepada
kami"

"Kalau memang begitu kenapa engkau sanggupi
permintaan mereka dan bersedia memusuhi diriku?"
"Bicara menurut keadaan yang terbentang didepan mata
pada waktu itu andaikata aku tidak menyanggupi maka
mereka sudah pasti tak akan lepaskan aku, rintangan yang
kelima inipun bakal diserahkan kepada orang lain kalau
sampai begitu bukankah engkau bakal repot dan harus buang
tenaga lagi?"
"Oooh..." Siau Ling berseru tertahan "kalau begitu nona
sedang membantu aku?”
"Aku sedang membantu engkau atau bukan aku sendiripun
tak dapat membedakan. Tapi aku hanya merasa bahwa
kehidupanku didunia pada saat ini sangatlah tidak berarti,
nenek telah mati. Didalam dunia tak ada seorang manusia pun
yang menaruh perhatian kepadaku aku tak rela mati ditangan
Shen Bon Hong, maka aku sanggupi permintaan mereka untuk
menyebar racun disini dan mencelakai jiwamu"
“Shen Bok Hong adalah seorang manusia licik yang Kejam
dan sangat berbahaya apakah ia percaya dengan semua
perkataanmu?”
“Sebenarnya ia tidak percaya dengan kepandaian racunku
kemudian setelah aku demonstrasikan kelihayanku didepan
matanya ia baru mau percayai"
"Bagaimana caranya untuk mencoba kepandaian racunmu
itu?“ tanya Siau Ling lagi.
"Aku menyebrangi tanah lapang yang luas diam2 aku sebar
racun keji disekitar tanah lapang itu. Kemudian Shen Bok
Hong memanggil dua orang anak buahnya yang tak tahu
persoalan dan diperintahkan untuk melewati tanah lapang itu
siapa tahu baru menyebrangi setengah jalan kedua orang
sudah roboh ketanah dan mampus. Saat itulah ia baru
memandang lain kepadaku ia ijinkan aku untuk menyebarkan

racun disekitar batu cadas ini guna bereskan jiwamu dan
akupun pura2 menyanggupi permintaannya itu"
“Oooh! kiranya begitu maksud baik nona sangat
mengharukan hatiku, aku merasa sangat berterima kasih
sekali atas bantuan yang telah nona berikan kepadaku ini!"
Ia berhenti sebentar lalu melanjutkan
“Meskipun kepandaian nona dalam melepaskan racun
sudah berhasil mencapai puncak kesempurnaan yang tak
terhingga tapi bagaimanapun juga menggunakan racun untuk
mencelakai orang bukan suatu perbuatan yang benar bagi
seorang manusia budiman. Aku harap dikemudian hari nona
bisa menggunakan ilmu tersebut secara hati2 dan lebih
bijaksana, budi kebaikan yang nona berikan hari ini tak akan
kulupakan untuk selamanya, dikemudian hari pasti aku akan
membalasnya. Nah sampai jumpa lagi”
Sesudah menjura dia lanjutkan perjalanan kearah depan.
"Eeei eeei Siau Ling, engkau tak boleh pergi!" tiba2 Wu
Yong berteriak dengan suara gelisah.
Siau Ling terperanjat, diam2 pikirnya: "Apa yang hendak
dia kehendaki? jangan2 dayang ini berubah pikiran lagi?
waaah.. bergaul dengan seorang perempuan racun macam
dia, aku memang harus berhati2!"
Dengan hati berat ia berhenti. Lalu seraya berpaling
tanyanya:
“Nona, apa yang hendak kau katakan lagi??”
“Bunuhlah aku lebih dulu sebelum pergi tinggalkan tempat
ini”
“Kenapa ?”
“Sebab kalau engkau telah pergi maka mereka akan segera
membinasakan aku, kenapa engkau tidak biarkan aku mati
ditanganmu saja ?”

Siau Ling berpaling dan memandang sekejap disekeliling
tempat itu, lalu berkata:
“Aku lihat disekitar tempat ini tak ada manusia dari
perkampungan Pek-hoa-san-cung apa salahnya kalau nona
melarikan diri sa ja dari tempat ini??”
Wu Yong tertawa .
"Mana mungkin aku bisa keluar dari tempat ini?”
"Mengapa tak bisa keluar?!”
“Walaupun Shen Bok Hong memandang tinggi diriku, tetapi
ia sangat tidak rela hati terhadap diriku, oleh karena itu
sebelum aku ditempatkan disini. Terlebih dahulu dua buah
jalan darahku telah ditotok olehnya, kemudian ia beritahu
kepadaku bahwa totokan itu tidak terlalu berat, asal aku tidak
melakukan perjalanan jauh maka luka tersebut baru akan
kambuh tiga hari kemudian, ia berjanji bila aku telah berhasil
membunuh engkau maka jalan darahku yang tertotok segera
akan dibebaskan, pada waktu itu dia akan mendirikan sebuah
istana yang sangat indah dan megah untukku, akan
menghadiahkan pula lima puluh orang dayang cantik untuk
melayani diriku. Selain itu dia berjanji akan mewariskan ilmu
silatnya kepadaku, melayani semua jago yang ada didunia
persilatan yg brani mengganggu ketentramanku dan dia akan
menjadikan aku seorang pendekar perempuan yang paling
tangguh dalam dunia!"
“Dan engkau percaya dengan Janji nya yang sangat muluk
itu..."
“Aku tidak percaya. Janji yang terlalu indah, terlalu muluk
se lamanya adalah kata2 yang bohong.”
Wu Yong menghela nafas panjang.
“Aaaai... selain itu. dia masih bicara banyak lagi..."
“Apa saja yang dia katakan??”

“Dia bilang, kalau aku diperintahkan untuk membunuh
orang lain maka dia tak akan banyak curiga atas diriku, tapi
berhubung engkaulah yang harus kubunuh, maka ia telah
menotok jalan darahku untuk menghindari segala
kemungkinan yang tak diinginkan.”
“Kenapa begitu? Perbedaannya antara aku dengan orang
lain??”
"Dia bilang wajahmu serta tingkah lakumu paling mudah
mendapat rasa simpatik dari kaum wanita, kalau kaum wanita
ber jumpa dengan dirimu maka mereka jadi tak tega untuk
turun tangan!"
Siau Ling segera tersenyum setelah mendengar perkataan
itu.
"Bagaimanakah pendapat nona mengenai hal ini” ia balik
bertanya.
"Ketika untuk pertama kalinya aku bertemu dengan engkau
hatiku sama sekali bebas dari perasaan tersebut mungkin hal
ini disebabkan karena waktu itu engkau sedang menyamar
sebagai seorang imam. Kemudian meskipun aku sudah
mengetahui rahasiamu dan mengetahui pula paras muka
aslirmu tapi berhubung Kita sedang berhadapan sebagai
musuh yang saling bertentangan maka akupun tidak terlalu
memperhatikan tindak tandukmu itu. Lain dengan sekarang
setelah aku berjumpa dengan dirimu untuk ketiga kalinya aku
percaya bahwa apa yang dikatakan Shen Bok Hong sedikitpun
tidak salah”
"Aku kurang bisa mengerti dengan ucapan dari nona masa
tindak tandukku sangat romantis dan menarik hati?"
"Justru karena engkau telalu jujur dan gagah maka
gampang sekali kaum gadis ter tarik oleh pembawaanmu
tentu saja selain beberapa syarat yang kau miliki mengenai
badaniah misalnya saja wajahmu yang tampan serta potongan
badan yang menarik!"

Siau Ling menengadah dan memeriksa cuaca sebentar,
kemudian ujarnya lagi :
"Aku rasa sekali tidak mempunyai perasaan seperti itu, budi
kebaikan nona sangat mengharukan hariku, karena tiada
banyak waktu lagi bagiku untuk berdiam disini maka terpaksa
aku hendak minta diri lebih dahulu...”
"Aku tahu engkau sangat menguatirkan kesalamatan dari
nona Pek li, tapi bagaimanapun juga engkau harus selesaikan
dulu persoalanku sebelum pergi, tentunya engkau bersedia
bukan?"
"Apa yang musti aku lakukan ?"
”Bunuhlah aku lebih dahulu, kemudian baru pergi!"
Mendengar permintaan itu, Siau Ling menghela napas
panjang
"Aaaii.. ! seandainya nona menyebarkan racun kejimu
disekitar batuan cadas ini. sekarang aku sudah keracunan
hebat dan mungkin jiwaku sudah lama melayang tinggalkan
raga. Engkau telah selamatkan jiwa ku itu berarti engkau
adalah penolong yang telah menyelamatkan jiwaku dari
kematian, aku tak bisa membunuh engkau dengan tanganku
sendiri!"
"Jadi engkau hendak guruh orang lain yang membunuh
diriku?” sambung Wu Yoog dengan cepat.
Siau Ling termenung dan berpikir sebentar. lalu berkata.
“Jalan darah mana yang telah ditotok oleh Shen Bok Hong?
coba aku periksa, akan kulihat apakah aku mampu menolong
diri nona atau tidak !”
“Shen Bok Hong telah beritahu padaku katanya ia menotok
jalan darahku dengan satu cara menotok yang amat Khas,
orang lain tak mungkin bisa membebaskan totokan tersebut.”

“Tapi tak ada salahnya bukan kalau aku memeriksanya juga
?”
"Aku telah ditotok pada jalan darah yang ada dibawah bahu
kiri dan bahu kananku!"
Dengan penuh seksama Siau Ltrtg periksa keadaan diatas
punggung Wu Yong, kemudian ayunkan telapaknya
melancarkan dua buah totokan, katanya :
“Aku akan membantu nona untuk membebaskan jalan
darahmu yang tertotok itu dengan tenaga dalam, aku harap
nona dapat mengerahkan pula tenaga dalammu untuk
membantu.”
“Baiklah! mari kita coba...”
Setelah menemukan letak luka diatas punggung Wu Yong
dengan cepat Siau Ling salurkan hawa murninya kedalam
tubuh gadis itu.
Wu Yong membantu dengan mengerahkan tenaga
dalamnya, darah segar beredar mengelilingi seluruh tubuhnya.
Menanti Wu Yong sudah salurkan hawa murninya mencapai
puncak yang paling penting tiba2 Siau melepaskan telapak
tangan kanannya dan melancarkan dua buah totokan kilat.
Sekujur badan Wu Yoog gemetar keras ia segera berpaling
sambil bertanya:
"Aya yang telah terjadi"
"Inilah ilmu pembebasan jalan darah yang diajarkan guruku
kepadaku Kepandaian ini khusus digunakan untuk
membebaskan segala macam ilmu totokan yang aneh maupun
khas perguruan cuma manjur atau tidak tak berani kupastikan
sebab selama ini belum pernah kugunakan, nona! cobalah
untuk atur pernapasan dan lihatlah apakah jalan darahmu
masih tersumbat atau tidak!"

Wu Yong menurut dan segera Salurkan hawa murninya
untuk mencoba ternyata Jalan darahnya yang tertotok sudah
bebas, ia segera berpaling sambil memuji .
"Kepandaiamu benar2 sangat tinggi dan hebat, jalan
darahku telah bebas!”
"Bagus sekali !” kata Siau Ling. Kalau toh jalan darah nona
sudah bebas. Sekarang kaburlah tinggalkan tempat ini!”
"Tak mungkin aku bisa meloloskan diri, lebih baik bunuh
saja diriku..."
Paras muka Siau Ling berubah keren, dengan serius ia
berkata lagi :
“Aku sendiri pun tidak punya keyakinan untuk bisa lolos
dari beberapa rintangan berikutnya, tapi aku tetap datang
kemari! Sekarang nona suruh aku membunuh engkau, itu
berarti nona tidak takut menghadapi kematian. Kalau toh
engkau tak takut menempuh bahaya, apa salahnya kalau
engkau berusaha untuk cari kehidupan ditengah kematian.. "
“Ilmu silat yang kumiliki tak mampu me nandingi
kepandaian orang, aku tak akan lolos dari kejaran dan
sergapan mereka!"
"Tapi kepandaian dalam menggunakan racun toh sangat
lihay dan hebat sekali? Kenapa tidak kau gunakan untuk
menghadapi musuh?"
"Setelah lolos dari rintangan yang kau jaga ini aku harus
melewati tiga buah rintangan lagi"
Wu Yong tertawa ewa.
"Bukankah engkau telah menasehati diriku bahwa
menggunakan racun bukanlah perbuatan dari seorang
manusia budiman engkau anjurkan pula agar memakai
kepandaian itu dengan lebih hati2 lagi? sekarang kena pa

engkau malah suruh aku menggunakan racun untuk
membunuh orang.."
"Kalau kepandaian tersebut kau gunakan untuk melindungi
jiwa-nu maka perbuatanmu itu tidak keliru!" sahut Siau Ling
dengan dahi berkerut kencang.
Wu Yong menghela napas panjang.
"Aaai ., ! apakah engkau takut menodai tanganmu untuk
membunuh aku .? “
Siau Ling menggeleng.
“Tidak begjtu nona aku hanya menganjurkan kepadamu
untuk coba meloloskan diri denganmenempuh bahaya toh
sekarang engkau telah memiliki kesempatan untuk
melanjutkan hidup?"
"Berapa banyak rintangan lagi yang harus kau lewati?"
"Setelah lolos dari rintangan yang kau jaga ini aku harus
melewati tiga buah rintangan lagi"
"Tahukah engkau diatas puncak bukit disekeliling tempat ini
terdapat banyak sekali orang yang sedang mengawasi gerak
gerikku” ujar Wu Yong.
"Aku tidak tahu tentang soal ini,.."
"Perbuatan yang barusan kau lakukan dalam membantu
aku untuk membebaskan jalan darahku yang tertotok sudah
pasti telah diketahui oleh mereka semua sekarang asal kan
aku menunjukan sesuatu gerakan maka selamanya aku akan
berada dibawah pengawasan mereka"
Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan
"Kecuali engkau membinasakan diriku sebenarnya masih
ada satu jalan lagi yang dapat engkau tempuh!"
"Bagaimana caranya?”

"Bawalah serta diriku!”
"Aku telah melewati empat buah rintangan dan rintangan
yang kesatu jauh lebih berat dari rintangan berikutnya kalau
engkau ikut serta bersama aku, bukankah sama artinya
engkau mengumpankan diri sendiri kemulut harimau?"
Paras muka Wu Yong agak berubah. "Engkau takut nona
Pek Li menjadi gusar karena melihat aku bersama2 engkau?”
"Tidak aku tidak maksudkan begitu”
"Ooh..! kalau begitu engkau tidak percaya dengan
perkataanku?"
“Nona aku hanya merasa bahwa nona mempunyai
kesempatan untuk melarikan diri dan engkau harus
menfaatkan peluang ini dengan sebaik2nya!"
Wu Yong tertawa sedih mendengar perkataan itu.
“Baiklah!" ia berkata "tunggulah sebentar disekitar tempat
ini bagaimana kalau engkau tunggu aku sampai berhasil
melampaui hutan diatas tebing curam itu baru ber lalu"
Siau Ling menengadah dan memandang tebing batu yang
amat curam itu lalu sahutnya
"Tebing batu ditempat ini sangat licin dan tajam apakah
engkau mampu untuk melanjutkan ?"
“Bagaimana kalau engkau bantu aku?”
"Baiklah tebing batu yang licin dan curam ini hanya setinggi
empat tombak, dengan tenaga gabungan kita berdua rasanya
tidak susah untuk melewatinya. ."
Ia memandang sekejap kearah hutan lebat dipinggang
bukit kering lebih seratus tombak dari permukaan tanah,
kemudian melanjutkan :

“Asalkan engkau berhasil melarikan diri kedalam hutan itu
dan menyebarkan racun keji yarg kau miliki disitu, aku rasa
jiwamu pasti dapat diselamatkan”
"Jalan pikiranmu terlalu gampang dan sederhana.. " bisik
Wu Yong lirih.
"Nona, silahkan berdiri diatas sepasang tanganku, aku akan
melontarkan tubuhmu keatas dan pada saat yang bersamaan
gunakanlah ilmu meringankan tubuh untuk melayang keatas"
Wu Yong tak banyak bicara, ia segera loncat naik keatas
telapak tangan Siau Ling kemudian katanya :
“Kalau engkau melihat aku telah mati ingatlah ! sisipkan
sekuntum bunga gunung diatas dadaku, tapi jangan kubur
badanku ke dalam tanah.”
Siau Ling tak ingin terlalu banyak bicara dengan gadis itu,
hawa murninya segera disalurkan kedalam telapak dan
teriaiknya keras2 :
“Nona, hati-hatilah !"
Dengan satu daya lontaran yang sangat kuat, dia
melemparkan tubuh dara ayu itu ketengah udara.
Wu Yong segera melejit dan melontarkan badannya keatas
sebuah pohon siong pendek yang tersembul diatara tebing
batu yang licin.
Setelah melepaskan tubuh gadis itu. Siau Ling segera
alihkan sorot matanya kearah gadis itu dia kuatir kalau dara
ayu itu tak mampu menyambar pohon siong diatas tebing
sehingga terjatuh ketanah, maka siap dia untuk
menyambutnya.
Tampaklah Wu Yong berjumpalitan beberapa kali ditengah
udara, Kemudian sepasang telapaknya dengaa cepat
menyambar pohon siong itu.
Siau Ling menghembuskan napas panjang, pikirnya dihati :

"Asal dia dapat memasuki hutan belantara tersebut. Shen
Bok Hong tak mungkin berani mencari setori dengan gadis itu
dalam hutan tersebut, apalagi gembong iblis itu tahu kalau
kepandaian melepaskan racun yang dimiliki Wu Yong luar
biasa sekali... itu berani dia mempunyai separuh peluang
untuk meloloskan diri..."
Belum habis ingatan tersebut berkelebat lewat dalam
benaknya, tiba2 terdengar jerit lengking kesakitan
berkumandang dari atas tebing curam tersebut.
Dengan cepat pemuda itu menengadah ke atas. ia lihat
tubuh Wu Yong sedang menggelinding turun dari atas tebing.
Siau Ling merasa amat terperanjat. buru2 ia maju dua
langkah kedepan dan menyambut tubuh Wu Yoag.
Tampaklah sebuah anak panah menancap diatas dada Wu
Yong, paras mukanya pucat pias bagaikan mayat, sambil
tertawa getir ia berkata :
"Tadi kan sudah katakan, tak mungkin bisa lolos dari
tempat ini tapi engkau tak percaya,.sekarang tentunya engkau
sudah percaya bukan?"
"Aku akan balaskan dendam untukmu!” seru Siau Ling
sambil baringkan tubuh dara itu keatas tanah.
"Jangan pergi!” erang Wu Yoag dengan gelisah.
"Kenapa?!” tanya sang pemuda sambil menghentikan
langkah kakinya.
"Tebing curam ini tingginya melebihi seratus tombak,
sekalipun engkau memiliki ilmu silat yang sangat tinggi namun
untuk mendaki sampai keatas memerlukan suatu tenaga yang
sangat besar, mereka melepaskan anak panah dari tempat
yang tersembunyi, sukar untuk temukan tempat itu. Sekalipun
engkau berhasil membinasakan me reka. toh sudah terlalu
banyak tenaga yang kau buang dengan sia-sia, padahal masih

ada tiga buah rintangan lagi yang harus kau lewati, jangan
membuang tenaga dengan percuma.... ! "
"Ehmm ..! benar juga perkataan itu..." pikir Siau didalam
hati.
Sampai disitu maka diapun segera berkata :
“Bagaimanapun juga aku tetap merasa tak enak, karena
nona terpanah akibat mentaati perkataanku.”
"Aaai...! aku tahu bahwa aku pasti mati tapi cepat atau
lambatnya kematian itu datang menjemput aku, Engkau tak
usah memperdulikan aku lagi, cepatlah berangkat!"
Siau Ling tidak menuruti perkataan gadis itu. dengan penuh
seksama ia periksa luka parah diatas dadanya, tampaklah
anak panah itu jauh masuk kedalam menembusi dadanya tapi
tidak sampai melukai jantung. Diujung panahpun tidak
mengandung racun hal itu menunjukkan bahwa lukanya
bukan tak dapat ditolong, maka ujarnya :
“Nona Wu, apakah diujung panah mengandung racun ?”
"Aku tak merasakan tanda2 keracunan” sahut Wu Yong
sambil menggeleng, "mungkin saja ujung panah itu tak
beracun"
"Apakah melukai jantungmu?"
“Aku tidak tahu. tapi sakitnya bukan kepalang !”
"Nona, tahanlah rasa sakit! aku akan bantu engkau untuk
cabut keluar anak panah tersebut"
“Apa yang hendak kau lakukan??”
“Asal ujung panah tidak sampai melukai jantung, itu berarti
luka yang nona derita tidak termasuk suatu luka yang terlalu
parah.”
"Tetapi mereka toh masih mempunyai anak panah!" seru
Wu Yong dengan lirih. “Meskipun anak panah yang ia bidikkan

lebih dulu tidak sampai melukai tubuhku, tapi asal dipanahkan
sebatang lagi aku pasti akan mampus seketika itu juga!"
"Andaikata keadaan luka yang nona derita tidak terlalu
mengganggu kesehatanmu, akan kubalut lebih dahulu mulut
luka tersebut sebelum aku lanjutkan kembali perjalananku"
"Tak perlu!” tampik Wu Yong, engkau tidak punya cukup
waktu untuk berbuat demikian, jalan pikiranku sudah lebih
terbuka dan sekarang aku punya pendapat lain, kalau toh aku
tak bisa menghindari suatu kematian, kenapa aku tidak
mencabut pula nyawa mereka sebagai penggantinya? paling
sedikit aku bisa cabut dua lembar jiwa untuk menarik kembali
modal”!"
“Kalau nona sudah berpendapat demikian maka akupun
semakin yakin dengan kemampuan serta ketabahan nona,
cuma... membunuh musuh untuk melindungi keselamatan
pribadi barulah suatu tindakan yang tepat, kalau engkau
bermaksud untuk ada jiwa dengan mereka maka sekalipun
engkau berhasil membunuh dua orang lawan, itupan belum
cukup untuk kembali modal...!"
“Tapi kecuali adu jiwa dengan mereka, aku tidak berhasil
menemukan cara lain untuk mengatasi kesulitan ini.”
“Sembuhkan dulu lukamu itu kemudian ikutlah aku
melanjutkan perjalanan, mungkin aku bisa membantu
engkau!”
Rupanya Wu Yong tidak percaya dengan telinga sendiri, ia
pentangkan matanya lebar2 dan berseru:
"Apa yang kau katakan?"
Siau Ling tersenyum.
“Sekarang jalan pikiranku pun sudah lebih terbuka, aku
sadar kalau nona dibiarkan tetap berada disini maka engkau
pasti akan mati ditangan mereka, dari pada mati konyol lebih
baik ikut saja aku untuk menempuh bahaya. “

Diantara kerutan2 menahan rasa sakit yang hebat, terlintas
rasa girang yang sukar dilukiskan dengan kata2, dengan cepat
ia berseru :
"Sungguh ??”
"Tentu saja sungguh"
“Engkau tidak takut kalau nona Pek li marah padamu?"
"Kalau dia tahu kalau engkau telah menghianati Shen Bok
Hong karena ingin menolong aku tentu saja tak akan marah.”
"Baik apabila aku telah berjumpa muka dengan dirinya
dengan sabar akan kuberi penjelasan yang teliti kepadanya”
Paras muka Siau Ling berubah jadi amat serius kembali dia
berkata
"Sebelum perjalanan kita dilanjutkan ter lebih dahulu akan
kuberi penjelasan yang seterang2nya kepadamu keadaan yang
sedang kuhadapi amatlah berbahaya, beberapa buah
rintangan lagi harus kulewati dan aku merasa tidak terlalu
besar harapanku untuk menembusi semua rintargan tersebut"
“Kalau aku ditinggalkan seorang diri disini jelaslah sudah
jiwaku pasti melayang ditangan mereka sebaliknya kalau aku
mengikuti dirimu siapa tahu Kalau aku malahan bisa hidup?.”
“Baik kalau begitu tahanlah rasa sakit aku akan segera
cabut keluar anak panah itu.”
Dengan tangan kanannya ia memegang anak panah, lalu
dengan sekuat tenaga dicabut kebelakang, pedangnya
berkelebat menyambar panah itu.
Pancaran darah segar mengucur kemuka dan mengotori
seluruh badan Siau Ling.
Dari dalam sakunya sianak muda itu ambil keluar obat luka
dan membalut mulut luka tersebut. Setelah selesai ia baru
berbisik lirih .

"Sakit yaa?"
Wu Yong menggeleng, ia bangkit berdiri dan menjawab :
"Mari kita lanjutkan perjalanan!"
"Duduklah beristirahat sebentar, kemudian kita baru
teruskan perjalanan!"
“Tak perlu, sekalipun aku beristirahat satu hari lagi. belum
tentu keadaan lukaku bisa sembuh, padahal Waktu sudah
tidak pagi lagi, kita tak boleh terlalu lama membuang waktu!"
"Engkau benar2 tidak terganggu kesehatanya?!” tanya Siau
Ling kemudian setelah periksa cuaca.
“Benar, aku sudah tidak apa2!"
"Baik! kalau begitu sekarang juga kita lanjutkan perjalanan,
cuma...sebelum itu engkau harus menyanggupi dahulu sebuah
persoalan!"
“Soal apa?”
"Selama aku bertempur melawan orang engkau tak boleh
turun tangan secara gegabah."
“Kalau aku pakai racun untuk meracuni lawan?”
"Tidak boleh pokoknya engkau tak boleh menempuh
bahaya"
Setelah menghela napas panjang sambungnya lebih jauh:
"Nona Wu kedelapan buah rintangan yang disiapkan dalam
lembah ini rintangan demi rintangan jauh lebih hebat dan
mengerikan kalau pikiranku sampai bercabang maka pastiIah
akan tercipta suatu kesalahan besar itulah sebab aku
melarang engkau untuk menempuh bahaya karena begitu
engkau ikut turun tangan maka perhatianku segera akan
bercabang ."
Sambil tertawa Wu Yong menganggut.

"Akan kuingat selalu, mari kita berangkat“ tanpa menanti
jawaban gadis itu berangkat lebih dahulu.
“Lebih baik engkau mengikuti dibelakangku Saja!" seru Siau
sambil melampui gadis itu dengan langkah lebar.
Selelah berjalan kurang lebih seribu tombak. kedua orang
itu kembali menikung pada sebuah celah bukit yang terjal.
Setelah melawati celah bukit itu tampaklah tanah
pegunungan jadi melebar, diantara apitan dua bukit yaug
tinggi terbentang sebuah tanah lapang yang luasnya beberapa
puluh tombak tempat itu begitu luas dan datar sehingga amat
sesuai sebagai tempat bertempur
Menyaksikan keadaan disekitar sana. tanpa terasa Siau Ling
segera berpikir didalam hati kecilnya :
"Seandainya Shen Bok Hong mendapatkan rintangan
berikutnya ditempat ini, dia pasti telah menyiapkan
sekelompok jago persilatan yang berkepandaian tinggi untuk
menjaga tempat ini. Rupa2nya ia siapkan tanah lapang bagiku
untuk melangsungkan suatu pertarungan keras yang masing2
pihak harus mengandalkan kepandaian silat masing2 "
---oo0dw0oo--
Jilid: 31
Terdengar suara dari Wu Yong berkumandang dari arah
belakang, ia berkata :
"Siau tayhiap, apakah engkau sangat menguatirkan
keselamatan jiwaku..?!”
"Tentu saja aku sangat menguatirkan keselamatan
jiwamu!” sahut Siau Ling dengan cepat.

“Aku pernah mencelakai engkau dan mencelakai pula
sahabat2mu. Apakah engkau sama sekali tidak menaruh rasa
dendam atau sakit hati atas diriku?!”
Mengungkap soal itu. tanpa terasa Siau Ling teringat
kembali akan nasib Teng Lui serta Yap Cing yang hingga saat
ini masih belum diketahui kabar beritanya, dalam hati ia
berpikir :
"Kalau teringat akan perbuatan dari kalian nenek dan cucu,
sebenarnya saja aku memang tak pantas untuk menguatirkan
nasib serta keselamatanmu..."
Walaupun dalam hati berpikir demikian diluaran ia
menjawab .
"Meskipun engkau pernah mencelakai aku tapi ini hari
engkau telah menolong jiwaku aku suruh engkau tinggalkan
tempat ini sebaliknya malahan melukai engkau, kejadian
tersebut membuat batiku merasa sangat tak tenang....”
"Maka dari itu maka engkau menguatirkan keselamatan
jiwaku?" sambung Wu Yong
"Aaah..-! itu sih bukan cuma lantaran soal itu " sahut Siau
Ling sambil berpaling.
"Lalu karena apa lagi??”
“Aku tak puas melibat nasibmu menderita, maka timbul
perasaan tak puas dalam hatiku, sebagai seorang jago yang
punya ilmu silat sudah menjadi kewajibanku untuk membantu
mereka yang perlu pertolongan, terutama keadaan nona
setelah terluka oleh panah sangat berbahaya, kalau ikut aku
berarti timbul harapan hidup untukmu, aku tak bisa
melenyapkan kesempatan dan harapan baikmu itu dengan
begitu saja.”
Mendengar perkataan itu. Wu Yong menghela napas
panjang.

“Aaaii..! engkau adalah seorang enghiong. seorang manusia
gagah maka engkau bersedia membawa aku pergi, karena aku
adalah seoperempuan lemah yang tiada sanak tak ada
keluarga, hidup seorang diri. maka engkau kasihan kepadaku,
simpatik kepadaku dan terpaksa menyanggupi untuk
membawa serta diriku, bukankah begitu?"
Siau Ling berpaling dan menatap wajah gadis itu tajam, ia
lihat sepasang matanya telah basah oleh air mata yang jatuh
bercucuran, mukanya begitu pucat dan mengenaskan sehinga
membuat hati orang jadi iba. Satu ingatan dengan cepat
berkelebat dalam benaknya, dalam hati ia berpikir :
"Apa yang dia katakan sedikitpun tidak salah. aku hanya
karena kasihan kepadanya, iba pada nasibnya maka
menyanggupi permintaannya untuk membawa serta gadis itu
tinggalkan tempat ini, tapi kalau aku mengakui sejujarnya
sudab pasti dia akan merasa sedih bati, dalam keadaan dan
situasi seperti ini lebih baik aku tak usah menjawab dengan
sejujurnya..."
Berpikir sampai disitu. diapun segera berkata:
"Apa yang diucapkan nona hanya bisa di anggap sebagai
benar separuh bagian”
"Apa lagi yang separuhnya itu?"
"Nona berani meninggalkan jalan yang sesat untuk kembali
kejalan yang benar, keberanian dan kegigihanmu ini sangat
mengagumkan setiap hati orang, tentu saja aku harus
berusaha dengan sekuat tenaga untuk bantu nona meloloskan
dari dari kesulitan"
Wu Yong teramat sedih.
"Semua orang menyebut engkau sebagai Siau tayhiap
rupanya perkataan ini sedikit pun tak salah alasanmu sangat
lugas dan memdalam, artinya siapapun tentu akan takluk dan
tunduk setelah mendengar perkataan tersebut”

Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan
"Bagaimana kalau kita percepat perjalanan kita?"
Tanpa menunggu jawaban tiba2 gadis itu mempercepat
langkah kakinya.
"Engkau tak boleh berjalan disebelah depan, cepatlah
berhenti!" teriak Siau Ling dengan gelisah.
Tanpa berpaling Wu Yong kabur kearah depan bahkan
perjalanannya kian lama kian bertambah cepat.
Siau Ling sangat gelisah dia segera mengepos tenaga dan
mengejar kearah depan.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki pemuda ini sangat
lihay tentu saja Wu Yong tak mungkin bisa menangkan
kehebatannya, belum sampai lima tombak tahu2 pemuda itu
sudah berada dibelakang tubuh gadis she Wu .
Asal ia lewati satu tombak lagi kedepan niscaya sianak
muda itu akan berhasil melampaui Wu Yong.
Pada saat itulah tiba2 terdengar suara bentakan keras
berkumandang dari arah depan
"Eeeei dayang cilik ayoh cepatan sedikit larinya"
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil : Budi Ksatria 5 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] dan anda bisa menemukan artikel Cersil : Budi Ksatria 5 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/10/cersil-budi-ksatria-5-seri-kunci-wasiat.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil : Budi Ksatria 5 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil : Budi Ksatria 5 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil : Budi Ksatria 5 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/10/cersil-budi-ksatria-5-seri-kunci-wasiat.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar