membuat boanpwee merasa rada tidak kuat.”
“Ada perkataan yang hendak kau sampaikan?”
Dalam hati diam2 Ti Then menghela napas sedih, pikirnya;
“Tidak. tidak , , . . . Majikan patung emas benar2 mempunyai
kekuatan untuk membinasakan mereka ayah beranak, aku tidak
boleh mencari keselamatan buat diriku sendiri sebaliknya
mencelakai diri mereka berdua”
Pikiran ini dengan cepat berkelebat didalam benaknya dia lantas
menjawab dengan cepat:
“Boanpwee ada satu urusan yang hendak minta bantuan dari
Gak-hu Thay jien”
“Urusan apa ?” Tanya Wie Ci To keheranan.
“Suhu dari boanpwee Bu Beng Loojien walaupun jejaknya tidak
jelas tetapi boanpwee rasa adalah suatu keharusan bagiku untuk
berusaha mencari dapat dia orang tua dan memberi kabar
kepadanya akan berita baik ini”
“Baik . . baik . . bilamapa bukannya kau yang mengingatkan
Loohu sendiripun akan melakukan akan hal ini, cuma dunia
demikian luas entah harus kemana kita pergi untuk menemukan dia
orang tua dan menyampaikan kabar ini ?”
“Perkataan Gak-hu sedikitpun tidak salah, untuk menemukan dia
orang tua memang bukanlah satu pekerjaan yang gampang,
sekalipun misalnya berhasil juga kita menemukan dirinya, mau
datang atau tidak masih merupakan satu persoalan, boanpwee
cuma ingin menunjukkan sedikit rasa baktiku saja sebagai
muridnya.”
“Lalu Hian-say (menantu) bermaksud untuk berbuat apa ?” tanya
Wie Ci To kemudian.
“Tempo hari setelah suhu menerima boanpwee sebagai muridnya
pernah membawa aku berpesiar ke gunung Lok san, terhadap
pemandangan disekitar tempat itu dia sangat tertarik, dia pernah
bilang lain kali mau mendirikan sebuah rumah didekat tempat itu
maka itulah ada kemungkinan di tempat tersebut kita bisa
menemukan dia orang tua"
“Jarak dari sini ke gunung Lok San sangat jauh sekali sedangkan
hari perkawinanmu dengan In-Jie pun sudah dekat, apalagi masih
ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, bilamana kau
bermaksud untuk pergi mencari sendiri loohu rasa ....”
"Boanpwee tidak bermaksud untuk pergi mencari sendiri " ujar Ti
Then dengan gugup.
"Kalau tidak apakah Hian-Say bermaksud minta loohu kirimkan
seseorang untuk mewakili dirimu pergi mencari ?"
"Benar, tetapi tidak usah khusus kirim seseorang, asalkan Gak-hu
ada teman yang tinggal disekitar gunung Lok San maka sewaktu
membagi undangan sekalian suruh saudara itu pergi keatas gunung
untuk mencari-cari atau meninggalkan tulisan diatas puncak,
dengan berbuat demikian entah berhasil menemukan dia orang tua
atau tidak hati boanpwee pun sudah rada lega".
"Baiklah, kalau memangnya begitu kau pergilah kekamar Pek Tha
yang lagi menulis undangan, katakan kepadanya sewaktu mengirim
undangan buat "Auh in Suseng" Han Tiong Thian di gunuog Lok San
sekalian perintah saudara yang menyampaikan undangan itu untuk
pergi keatas puncak gunung mencari cari jejak dari Suhumu " kata
Wie Ci To kemudian.
Ti Then segera bungkukkan badannya menjura.
"Baiklah, terima kasih atas perhatian dari Gak-hu" Sahutnya.
Selesai berkata dia segera mengundurkan dirinya dari dalam
kamar baca itu.
Sewaktu memasuki kamar baca tadi dia sebetulnya ber-siap2
untuk membuka rahasia dimana dia menerima perintah dari majikan
patung emas untuk melaksanakan segala sesuatunya. Tetapi setelah
mtndapatkan peringatan dari majikan patung emas yang mendadak
itu mcmbuat keberanian yang sudah muncul dihatinya seketika itu
juga hancur lumur kembali.
“Dia tahu demi suksesnya tujuan yang diharapkan majikan
patung emas sudah membuang banyak waktu dan tenaga, bilamana
dirinya bermaksud hendak merusak rencananya yang sudah hampir
mencapai keberhasilan itu didalam keadaan gusar ada kemungkinan
dia dapat melaksanakan ancamannya itu.
Karena itulah demi untuk melindungi keselamatan dari Wie Ci To
berdua terpaksa dia melenyapkan kembali maksud hatinya dan
sengaja mengarangkan satu alasan hendak mencari suhunya untuk
menutupi maksud yang sebetulnya.
Tetapi pada saat ini hatinya benar-benar merasa sangat
menderita karena undangan saat ini mau dibagikan.
Bilamana dia tidak membuka rahasia ini pada waktu sekarang
maka begitu undangan tersebut dibagikan maka keadaan sudah
terlambat.
Dengan hati murung dia berjalan menuju ke kamarnya Shia Pek
Tha, tampaklah pada saat itu Shia Pek Tha lagi menulis undangan
dengan repotnya.
Sambil tertawa dia lantas maju kedepan menghampiri dirinya.
“Pek Tha heng,” Tegurnya. “Buat apa kau begitu terburu-buru.”
“Ti Ktauw-tauw apa tidak merasa terburu-buru?” goda Shia Pek
Tha sambil tertawa.
“Siauwte sedikitpun tidak merasa ter-buru2 !”
“Haaa . . haaa . . . bilamana perkataanmu ini sampai didengar
oleh nona- dia pasti tidak akan mengampuni dirimu.” Seru Shia Pek
Tha sambil tertawa ter-bahak2.
Ti Then pun tertawa, dia segera mengambil selembar undangan
dan dilihatnya sekejap.
“Sebenarnya kita mau mengundang beberapa orang sahabat?”
tanyanya.
"Kawan karib dari Benteng kami seluruhnya ada tiga ratus orang,
ditambah dengan kawan2 karib Ti Kiauw-tauw aku rasa kali ini tentu
akan ramai sekali.”
"Walaupun Siauw-te juga ada beberapa orang kawan karib tetapi
jejak mereka tidak menentu, sulit untuk mencari mereka itu " kata
Ti Then perlahan.
"Apa Ti Kiauw-tauw tidak bermaksud untuk mengundang mereka
ikut minum arak kegiraaganmu ?” tanya Shia Pek Tha keheranan.
"Benar, cuma ada seorang yang harus diundang, cuma saja aku
takut orang ini pun sulit untuk ditemukan .... diantara nama2 yang
diundang apakah Pek Tha-heng mengikut sertakan juga "Auh Ih
Suseng" Han Tiong Thian yang tinggal digununc Lok San !"
Shia Pek Tha segera memeriksa sebentar daftar yang ada dimeja,
setelah itu dia baru mengangguk.
"Ada, orang ini juga merupakan sahabat dari Benteng kami,
apakah Ti Kiauw tauw mempunyai hubungan persababataa dengan
orang ini ?"
"Yang hendak Siauw-te undang bukan dia melainkan suhuku Bu
Beng Loojien dia orang tua ada kemungkinan sudah menetap diatas
puncak gunung Lok San. baru saja Siauw-te melaporkan hal ini
kepada Poocu. Sekarang Siauw-te sangat mengharapkan agar Pek
Tha-heng suka memberi tugas kepada saudara yang mengantarkan
undangan bagi Auh In Suseng Han Tiong Thian ini untuk sekalian
menaiki puncak Lok san mencari tahu jejak dan suhuku, bilamana
tidak menemukan dia disana maka tolong disuruh dia meninggalkan
pesan di atas puncak itu katakan saja tanggal serta hari dimana
siauw-te serta nona Wie akan menikah.
Dengan berbuat demikian maka hati siauw-te baru bisa merasa
rada lega.”
“Baiklah” sahut Shia Pek Tha dengan girang. “Undangan besok
akan mulai dibagi, nanti biarlah aku suruh seorang saudara pergi
menghadapi Ti Kiauw tauw, waktu itu Ti Kiauw tauw bisa berikan
sedikit keterangan tentang bentuk wajah serta perawakan badan
suhumu kepadanya, dengan demikian dia baru bisa mengenali
suhumu itu”
“Baiklah, kali ini harus membuat
merepotkan banyak saudara bukan ?”
undangan
tentu
bakal
“Tidak seberapa banyak, cukup kirim dua puluh orang saja.”
“Betul,” Seru Ti Then setuju. “Menurut apa yang aku dengar
para jago pedaog merah yang mau keluar Benteng atau kembali
kedalam benteng tentu mencatatkan tanggal terlebih dahulu di
tempat Pek Tha-heng sini, apakah sungguh-sungguh ada urusan
lain ?”
“Ada, Waktu keluar benteng serta tempat yang hendak dituju
semuanya dicatat jelas-jelas agar dikemudian hari bilamana ada
urusan bisa menemukannya kembaii dengan gampang.”
“Buku catatan tersebut entah dapatkah siauw-te melihatnya
sebentar ?”
“Sudah tentu boleh.” Jawab Shia Pek Tha tertawa. “Kini Ti Kiauw
tauw sudah menjadi menantu dari Poocu kami, kenapa kau malah
berlaku begitu sungkan2 ?”
“Sehabis berkata dia segera membuka lacinya dan mengambil
keluar sejilid buku yang tebal kemudian diangsurkan kepada diri Ti
Then.
Ti Then lantas menyambut buku itu dan mencari sebuah kursi
didalam kamar untuk mulai membuka setiap lembar dengao teliti.
Apa yang sedang dicari dari kitab tersebut ?
Kiranya secara mendadak dia teringat kembali akan diri pemuda
berkerudung yang mendapat perintah dari majikan patung emas
untuk mengawasi gerak geriknya itu, dia memastikan kalau pemuda
berkeruduug itu pastilah salah satu dari pendekar pedang merah
dari Benteng Pek Kiam Poo karena itu dia bermaksud untuk mencari
tahu dirinya.
Dengan mengikuti tanggai dimana dirinya meninggalkan Benteng
menuju ke gunung Cun san untuk mencari Cu Kiam Loojien akhirnya
dia berhasil menemukan kalau semuanya ada tiga orang pendekar
pedang merah yang ber-sama2 dengan dirinya meninggalkan
Benteng.
Ketiga orang itu adalah Thio Yen Hoat, Fang Loo Tek serta Ie Si
Kuang.
Sekalipun sejak memasuki Benteng sampai sekarang cuma ada
tujuh delapan bulan saja tetapi terhadap setiap pendekar pedang
merah yang ada didalam Benteng dia tidak dapat meng-ingat2nya
satu persatu.
"Pek Tha-heng!" ujarnya kemudian sambi1 dongakkan kepalanya.
"Diantara pendekar pedang merah yang ada didalam Benteng kita
ada siapa yang usianya paling muda ?”
Shia Pek Tha menghentikan menulisnya dan berpikir sebentar,
beberapa saat kemudian dia baru menjawab :
"Usianya yang paling muda adalah Yuen Cia Nian, tahun ini dia
baru berusia dua puluh empat tahun",
"Yang keiua ?".
Yang kcdua adalah Pang Loo Tek, tahun ini dia berusia dua puluh
enam tahun, kecuali dua orang ini lainnya sudah berusia diantara
tiga puluh tahun keatas. Ti Kiauw-tauw buat apa kau menanyakan
persoalan ini ?".
“Aaah . . . , tidak mengapa. apakah saat ini Yuen Cia Nan serta
Pang Loo Tek ada didalam benteng?".
"Tidak ada, mereka lagi kembali ke rumah untuk menjenguk
orang tuanya tetapi beberapa hari kemudian ada kemungkinan
mereka akan kembali lagi kedalam Benteng".
"Mereka masuk ke dalam Benteng sudah ada berapa tahun
lamanya ?” tanya Ti Then lagi.
"Yuen Cia Nian masuk kedalam Benteng sewaktu berusia dua
belas tahun. Poo cu yang melihat tulang serta bakatnya amat bagus
bahkan memiliki kecerdikan yang luar biasa maka sengaja
mendatangi orang tua mereka untuk mengangkat dia orang jadi
murid. Sedangkan Pang Loo Tek masuk kedalam Benteng sewaktu
berusia lima belas tahun, dia masuk dengan perantara orang lain".
"Siapakah perantaranya?" Tanya Ti Then mendesak.
"Cui Toojien dari gunung Cing Shia!".
Ti Then segera merasakan dugaannya tidak mungkin bisa terjadi,
majikan patung emas tidak mungkin menyelundupkan orang2nya
sejak sebelas, dua belas tahun yang lalu karenanya dia lantas Yuen
serta Pang dua orang bukanlah orang yang patut dicurigai.
Dia segera bangkit berdiri dan mengembalikan kitab tersebut
kepada diri Shia Pek Tha.
“Tidak mengganggu lebih lama lagi, siauw-te mau kembali
kekamar untuk beristirahat nanti...”
Baru saja berbicara sampai disini tampaklah seorang pendekar
pedang merah yang berjulukkan sebagai Liong Cau Kiam Khek atau
si jagoan pedaog cakar naga Sun Thian Jiu berjalan masuk kedalam
kamar.
“Aaaah ... sungguh kebetulan sekali..” Seru Shia Pek Tha dengan
cepat, “Ti Kiauw tauw harap tunggu sebentar, cayhe memang ada
bermaksud untuk meminta bantuan dari Thian Jiu heng untuk pergi
satu kali ke gunung Lok San, kini Ti Kiauw tauw boleh menjelaskan
bagaimana bentuk wajah serta perawakan badan dari suhumu
kepada Ihian Jiu heng sehingga dia bisa sedikit memahami.”
“Eeeei ada urusan apa ?” tanya si jago pedang cakar naga ini
melengak.
Shia Pek Tha segera menceritakan maksud Ti-Then untuk
mencari dapat suhunya Bu Beng Loojien untuk ikut merayakan
perkawinannya ini, akhirnya dia menambahkan :
“Ti Kiauw tauw merasa ada kemungkinan suhunya tinggal
disekitar puncak gunung Lok san. maka itu cayhe punya maksud
untuk meminta bantuan Thian Jiu heng, agar bsrtanggung jawab
didaiam penyebaran undangan kawan2 yang ada di sekitar daerah
Kan Cing, dan sekalian harap Thian Jiu heng suka pergi ke puncak
gunung Lok san untuk mencari jejak dari Bu Beng Loojien.”
“Baik, akan cayhe lakukan dengan senang hati” sahut Sun Thian
Jiu dengan hati girang.
“Bilamana tidak menemukan dia orang tua maka harap Thian Jiu-
heng suka meninggalkan beberapa patah tulisan di suatu tempat
yang mencolok di atas puncak gunung Lok San itu, tulis saja kalau
siauw-te mengundang dia orang tua untuk dating ke Benteng Pek
Kiam Poo mengikuti perayaan perkawinan siauw-te..”
“Ti Kiauwtauw, bagaimanakah bentuk wajah dari suhumu?”
Ti Then segera menerangkan bagaimanakah bentuk wajah dari
suhunya Bu Beng Loojien, setelah itu dia baru meninggalkan kamar
dari Shia Pek Tha.
Baru saja berjalan keluar dari dalam kamar itu mendadak
tampaklah pelayan dari Wie Lian In, itu si budak Cun Lan sudah
berjalan mendatang.
“Cun Lan, ada urusan apa?” tanyanya kemudian sambil
menghentikan langkahnya.
“Siocia mengundang Ti Kiauwtauw untuk bertemu muka di dalam
kebun, katanya ada urusan yang hendak dirundingkan dengan diri
Ti Kiauw-tauw" jawab Cun Lan sambil memberi hormat.
"Kenapa tidak melihat dia munculkan dirinya?" tanya Ti Then lagi
sambil tertawa.
Cun Lan segera menutup mulutnya menahan rasa geli di hatinya.
"Nona kami takut malu, dia tidak berani keluar sendiri..”
Ti Then segera tersenyum dan melanjutkan langkahnya menuju
kearah kebun.
xxxxx
Didalam sekejap saja sebulan sudah lewat dengan cepatnya,
jarak dengan waktu perkawinan Ti Then pun tinggal dua puluh hari
lagi.
Pagi itu sewaktu Wie Ci To serta Ti Then sedang ada ditengah
lapangan latihan silat memberi petunjuk para pendekar pedang
hitam dan putih berlatih silat, mendadak terlihatlah seorang
pendekar pedang hitam lari masuk dengan tergesa2 lalu memberi
hormat didepan Wie Ci To.
"Lapor Poocu, Ciangbunjien dari Siauw lim pay. Bu tong pay,
Kun-lun pay serra Tiang Pek pay datang menyambangi!”
Mendengar laporan tersebut air muka Wie Ci To segera
terlintaslah satu perasaan keheranan.
"Iih . . . bagaimana mungkin mereka dapat datang dengan begitu
cepat ?".
“Benar, para pendekar pedang yang dikirim untuk menyebar
undangan pun belum kembali, bagaimana mungkin tetamu yang
hendak memberi selamat sudah datang dua puluh hari lebih pagi?”
Ti Tnen pun merasakan didalam urusan ini ada hal2 yang tidak
beres.
"Apakah keempat orang ciangbunjin ini datang untuk memberi
selamat ?" serunya.
Sepasang mata Wie Ci To berkedip2 lalu sambil mengulapkan
tangannya dia berseru:
"Ayoh jaian kita pergi menyambut kedatangannya !".
Mereka berdua dengan tergesa-gesa berjalan keluar dari benteng
terlihatlah Yuen Kuang taysu itu ciangbunjin dari Siauw lim pay
beserta Leng Cing Ceng jien dari Bu-tong Pay, Kiem Cong Loojien
dari Kun lun pay serta sekuntum bunga Bwee Mong Yong Sian Kauw
dari Tiang Pek pay sedang berdiri didepan pintu benteng.
Wie Ci To segers maju kedepan menyambut.
“Tidak mengetahui kunjungan dari empat orang ciangbunjin,
maaf loohu tidak menyambut dari jauh . . maaaf , maaf , ,”
Yuen Kuang Thaysu segera merangkap tangannya membalas
hormat.
“Kunjungan secara tidak sengaja, masih mengharapkan Wie
Loosicu jangan marah”
“Aaa , mana . mana, Ciangbunjin berempat silahkan masuk” ujar
Wie Ci To kembali.
Sehabis berkata dia segera miringkan badannya kesamping
mempersilahkan tetamunya untuk masuk,
Keempat orang ciangbunjin dari Siauw lim pay, Butong pay, Kun
lun pay serta Tiang Pek pay sembari tersenyum segera bersama-
sama jalan masuk kedalam benteng.
Setelah masing-masing dipersilahkan duduk di dalam ruangan
tamu, Ti Then baru maju kedepan menghunjuk hormat.
Dengan pandangan yang amat teliti Leng Cing Ceng jien
memperhatikan seluruh tubuh Ti Then dari atas kebawah, setelah
itu sambil tartawa ujarnya.
“Diakah Kiauw tauw dari Benteng Pek Kiam Poo, si pendekar baju
hitam Ti Then, Ti Siauw sicu ?”
“Benar” sahut Wie Ci To sambil tersenyum pula.
“Tampan, cerdik, bersemangat dan gagah sekali, sungguh
merupakan orang pilihan” puji Leng Cing Ceng jien tiada hentinya,
“Apakah Ciangbunjien berempat sudah menerima undangan yang
kami bagikan? “ tanya Wie Ci To kemudian sambil tertawa.
Ciangbuojin dari Bu tong Pay, Leng Cing Ceng jien kelihatan rada
tertawa,
“Undangan apa ?” balik tanyanya.
Wie Ci To segera menuding kearah diri Ti Then.
“Aku orang She Wie sudah menjodohkan Siauw li Lian In
kepadanya, dan hendak mengawinkan mereka pada tanggal dua
puluh delapan bulan ini undangan yang aku orang She Wie kirimkan
pada sebulan yang lalu apakah ciangbunjien berempat belum
menerimanya?”
"Tidak! " Sahut Leng Cing Ceng-jien dengan terperanjat. "Pada
sebulan yang lalu Pinto sudah turun gunung, tentu undangan itu
tiba sewaktu Pinto baru saja turun gunung . . . hal ini sungguh
kebetulan sekali”
"Tidak salah!” Sambung Kiem Cong Loojien dari Kun-lun Pay
sambil tertawa. "Kedatangan kita kali ini sungguh kebetulan sekali
haaa , . . haaa . . . aku bisa mencicipi arak kegirangan itu."
"Kalau memangnya ciangbnnjien berempat tidak mengetahui
akan urusan ini maka kedatangan kalian ini hari entah ada arusan
apa? " tanya Wie Ci To kemudian,
Air muka Yuen Kuang thaysu dari Siauw-lim Pay segera berubah
serius.
"Sebelum menyelesaikan persoalan ini Pinceng dengan
memberanikan diri hendak menanyakan beberapa persoalan kepada
diri Wie Loo-sicu ". katanya.
"Ciangbunjien ada petunjuk apa?" tanya Wie Ci To sembari
memandang tajam wajahnya.
"Pada sebulan yang lalu apakah Wie Loo Sicu pernah ber-sama2
dengan Ti Siauw Sicu pergi mengunjungi perkampungan Thiat Kiam
San cung?".
"Aaaa . . . bagaimana ciangbun thaysu bisa mengetahui akan
urusan ini ?" Tanya Wie Ci To melengak.
Yuen Kuang Thaysu segera tersenyum, "Dapatkah Wie Loo sicu
memberikan jawaban atas pertanyaan dari pinceng ini ?”
Wie Ci To termenung beberapa saat, akhirnya dia mengangguk.
"Pernah!" jawabnya.
"Ada urusan apa kalian berdua pergi ke perkampungan Thiat
Kiam San Cung?" tanya Yuen Kuang Thaysu lagi.
Wie Ci To segera mengerutkan alisnya rapat2. Tetapi dengan
ramahnya dia tetap tersenyum.
“Bilamana ciangbun thaysu ada beberapa persoalan yang
mencurigakan hatimu kenapa tidak ditanyakan secara terus terang
saja?".
Wajah Yuen Kuang Thaysu berubah semakin serius lagi,
"Ada orang yang melaporkan kepada pinceng berempat dan
minta peradilan kepada kami katanya Wie Loosicu ber-sama2
dengan Nyio Sam Pak dari perkampungan Thiat Kiam San Cung
telah membunuh seseorang untuk merebut harta kekayaannya"
ujarnya setelah berdiam beberapa saat lamanya.
Wie Ci To jadi tertegun, tapi sebentar kemudian dia sudah
tertawa terbahak-bahak dengan gusarnya.
“Sungguh berarti .... sungguh berarti. tolong tanya siapakah
orang yang sudah melaporkan urusan ini kepada kalian?”
“Si pembesar kota Cuo It Sian.”
Air muka Wie Ci To seketika itu juga membeku, sepasang
matanya terbelalak besar;
“Apa ? Cuo It Sian, ?” tanyanya keras-keras.
“Tidak salah.”
“Kapan dia pernah pergi ketempat ciangbunjin berempat untuk
mengadukan persoalan ini ?” tanya Wie Ci To dengan rasa
keheranan.
“Kurang lebih pada empat bulan yang lalu mendadak dia
munculkan dirinya di kuil Siauw lim si dan menyerahkan sepucuk
surat kepada pinceng dia memesan wanti2 kepada pinceng katanya
surat itu baru boleh dibuka setelah mendengar berita tentang dia
terbunuh, didalam surat itulah dia menuliskan siapakah yang sudah
membunuh dirinya,”
Berbicara sampai disini dia segera menuding kearah Leng Cing
Ceng jien, Kiem Cong Loojin serta si sekuntum bunga Bwee Mong
Yong Sian Kauw lalu sambungnya lagi:
“Mereka bertigapun saling susul menyusul memperoleh sepucuk
suratnya, dia minta surat itu disimpan terus hingga ada kabar yang
mengatakan dia sudah mati, saat itu dia minta kami membaca isi
suratnya itu dan mengajukan tuntutan”
“Satu bulan yang lalu”, sambung Leng Cing Ceng jien kemudian,
“seorang pelayan dari Cuo It Sian datang ke kuilku, sambil menangis
dia melaporkan akan kematian majikannya diatas perkampungan
Thiat Kiam san Cung dia bilang simpanan uang dari Cuo Loosicu
yang disimpan diperbagai gudang uang sudah diambil oleh
seseorang sehingga habis dan uang itu lima puluh laksa tahil
banyaknya setelah pinto mendengar berita itu lantas membaca
suratnya itu . , ,”
Berbicara sampai disini dia segera berhenti berbicara agaknya dia
merasa tidak enak untuk meneruskan kembali kata-katanya itu.
“Apa yang ditulis diatas suratnya itu ?” tanya Wie Ci To sambil
tertawa dingin.
Dari dalam sakunya Yuen Kuang Thaysu dari Siauw lim pay
segera mengambil keluar sepucuk surat dan diangsurkan kehadapan
Wit Ci To.
“Wie Loo sicu boleh membaca sendiri.” ujarnya.
Wie Ci Tio segera menyambut surat itu dan dibukanya untuk
kemudian membaca:
"Ditujukan kepada Yuen Kuang thaysu Ciangbunjien dari Siauw-
lim pay :
Selama hidupnya loolap berkelakuan malas, satu2nya
kegemaranku cuma berpesiar ke-tempat2 yang berpemandangan
indah, selama puluhan tahun bergeluntungan di dalam Bu-lim
sekalipun tidak banyak melakukan kebajikan tetapi perbuatan jahat
belum pernah loolap lakukan barang sebuahpun, tentunya thaysu
tahu bukan akan hal ini?
Siapa tahu baru2 ini beberapa kali Pek Kiam Poocu Wie Ci To
muncul dirumah lolap secara tiba2 dan menuduh loolap pernah
melakukan kejahatan memperkosa perempuan orang, dia berkata
asalkan loolap suka memberi seratus laksa tahil perak maka rahasia
ini akan disimpan baik2, kalau tidak maka dia akan siarkan didepan
umum.
Loolap yang menerima tuduhan ini sudah tentu merasa kaget,
coba bayangkan dengan tindak tanduk dari loolap yang tidak psrnah
melakukan kejahatan bagaimana mungkin bisa melakukan
perbuatan tersebut ?
Sejak ini hari bilamana loolap mengalami kejadian diluar dugaan
maka perbuatan ini pastilah perbuatan dari Wie Ci To beserta Kiauw
tauwnya Ti Then harap Thaysu suka membela keadilan
menuntutkan persoalan ini dihadapan umum sehingga walaupun
loolap mati juga tidak mati dengan kecewa.”
Akhirnya tertulislah beberapa kata:
"Tahun xxx bulan xxx tanggal xxx, Cuo It Sian ".
Selesai membaca surat itu tidak kussa Wie Ci To tertawa pahit.
"Hmmm! Kiranya yang dimaksud sebagai pasukan aneh tersebut
sebelum bunuh diri adalah permainan semacam ini!" Serunya,
Dia segera menyerahkan surat itu ketangan Ti Then lalu kepada
Leng Cing Ceng jien, Kiem Cong Loo-jien serta Si sekuntum bunya
Bwee Mong Yong Sian Kouw tanyanya:
“Surat yang ciangbunjien bertiga terima apakah persis sama
seperti apa yang ditulis didalam surat yang ditujukan kepada Yuen
Kuang Thaysu itu?".
“Tidak salah! " Sahut Leng Cing Ceng-jien, Kiem Cong Loo jien
serta Mong Yong Sian Kauw ber-sama2,
"Apakah ciangbunjien berempat mempercayai atas segala
tuduhan yang dia lontarkan atas diri loohu ?" tanya Wie Ci To
kembali.
"Pinto sekalian tidak bcrani mempercayai begitu saja seluruh
tuduhannya, tetapi setelah mengadakan penyelidikan kami bisa
mengambil kesimpulan kalau kematian Cuo Loo Sicu diatas
perkampungan Thiat Kiam San cung adalah benar2 karena terpaksa
oleh Wie Loo Sicu serta Nyio Loo Sicu" ujar Leng Cing Ceng-jien
dengan serius. "Oleh karena itulah didalam hati tidak terhindar kami
menaruh curiga juga. karena menurut pengetahuan kami tidak ada
orang yang menggunakan kematiannya untuk memfitnah orang,"
"Betul!" ujar Wie Ci To mengangguk. "Bilamana seorang hendak
memfitnah orang lain dia tidak mungkin tidak akan menggunakan
cara membunuh diri untuk melaksanakan niatnya itu, karena setelah
dia bunuh diri walaupun tujuannya tercapai tetapi dirinya sendiripun
tidak mendapatkan apa pun !"
"Wie Poocu serta Nyio Cung-cu paksa dia untuk melakukan
bunuh diri sudah tentu ada alasannya, dapatkah kau
menjelaskannya kepada kami ?" ujar Si Sekuntum bunga Bwee
Mong Yong SianKauw dengan perlahan.
Dia adalah seorang wanita yang sudah berusia setengah abad
tetapi dandanan serta suaranya masih jelas, nyaring dan merdu.
Air muka Wie Ci To berubah jadi amat keren.
"Aku orang she-Wie pernah menjamin terhadap dirinya untuk
tidak mengumumkan dosa2nya asalkan dia suka membunuh diri
untuk menebus kesalahan yang sudah diperbuat, tetapi kalau
memangnya dia tidak menyesal juga sekalipun sudah mati bahkan
mau menyeret aku orang she-Wie maka terpaksa seluruh dosanya
aku umumkan kepada semua orang".
Demikianlah dia segera meceritakan kembali peristiwa yang
sudah terjadi pada tiga tahun yang lalu dimana dia menemukan Cuo
It Sian memperkosa lalu membunuh istri orang lain, dikarenakan
mengingat perbuatan mulia yang dilakukan pada masa sebelumnya
maka dia mengijinkan dirinya untuk hidup empat tahun lagi.
Siapa sangka untuk menghilangkan dosanya ini ternyata dia
sudah mencelakai sekeluarga penduduk petani dusun Tbay Peng
Cung dan menggunakan gudang dibawah tanahnya untuk
mengurung putrinya serta Ti Then, akhirnya dia berhasil menawan
tiga orang pendekar pedang merah untuk rebut kembali separuh
pedang pendeknya itu untuk kemudian dibawa ketempatnya Cu
Kiam Loojien untuk diperbaiki, lalu bagaimana dia membunuh mati
Cu Kiam Loojien Cau Ci Beng dan lain ... lainnya . . .
Akhirnya dia meceritakan juga siasatnya yang sudah ia susun
bersama2 Ti
Then untuk merebut kembali potongan pedang itu dengan jalan
menyamar sebagai Nyio Sam Pak, siapa sangka sewaktu ada
diperkampungan Thiat Kiam San Cung dia sudah menemukan si iblis
bungkuk Leng hu Ih mencari gara2, lalu bagaimana Ti Then
membunuh mati Leng Hu Ih, Cuo It Sian bagaimana datang ke
perkampungan untuk membantu mengusir musuh lalu bagaimana
membuka rahasia terbunuhnya Cau Ci Beng, akhirnya dia terdesak
dan bunuh diri.
Terakhir dia menambahkan juga dengan beberapa patah kata :
"Aku orang She Wie tahu dengan nama serta kedudukannya
didalam Bu-lim maka perbuatannya tidak akan dipercaya oleh orang
lain, maka itu sengaja loohu pergi ke gunung Ngo Thay san
mengundang datang It Ie Sang-jien sebagai saksi, seluruh
pengakuan dari Cuo It Sian sudah didengar sendiri oleh dirinya,
bilamana ciangbunjien berempat tidak percaya boleh segera-
berangkat kegunung Ngo Thay San dan tanyakan sendiri kepada It
Ie Sang jien".
Mendengar perkataan itu Yuen Kuang Thaysu, Leng Cing Ceng-
jien, Cong Loo-jien serta Mong Yong Sian Kauw jadi terperanjat.
"Jadi dengan demikian Cuo It Sian lah bermaksud jahat, heeei
sungguh tidak disangka dia adaiah seorang manusia kejam yang
hatinya seperti binatang. "
"Untung sekali It Ie Sang-jien yang bertindak sebsgai saksi, kalau
tidak bukankah aku orang she Wie akau terkena getahnya” Seru
Wie Ci To sambil menghela napas.
"Harap Wie Loo Sicu yangan marah atas perbuatan pinceng
sekalian yang menanyakam kembali persoalan ini kepada dirimu,
sesungguhnya dengan nama serta kedudukan dari Cuo Loo Sicu
yang ada di dalam Bu-lim siapapua tidak bakal menyangka akan
perbuatan jahatnya itu." ujar Yuen Kuang Thaysu menjelaskan.
"Saudara berempat suka turun tangan mengusut peristiwa ini
boleh dikata merupakan pekerjaan yang mulia. aku orang she Wie
mana berani menyalahkan diri kalian?”
Berbicara sampai disini mendadak dia menghela napas lalu
tambahnya :
"Aku orang she Wie selamanya menganggap orang jahat musuh
buyutan, sungguh tidak kusangka menghadapi urusan ini ternyata
harus menemui berbagai kesulitan. . . Sampai sekarang urusan
semacam ini didalam hati aku orang she-Wie masih ada sebuah lagi.
heeey aku bingung harus berbuat bagaimana enaknya".
Ti Then yang mendengar perkataan itu diam2 dalam hati segera
berpikir :
"Apakah perkataan yang diucapkan ini menunjukkan peristiwa
seperti apa yang ditunjuk majikan patnog emas?".
“Wie Loo sicu, kau sedang membicarakan apa?" tanya Yuen
Kuang Thaysu tiba2.
"Heeei , . . lebih baik tidak usah dibicarakan lagi" jawab Wie Ci
To sambil gelengkan kepalanya.
oooOOOooo
“PERTEMUAN puncak para jago di atas gunung Hoa San yang
diadakan tahun besok telah hampir tiba, bilamana Wie Loo sicu ada
urusan yang susah dipecahkan kenapa tidak diberitahukan
dihadapan umum? pinto sekalian tentu akan berusaha keras untuk
memberi bantuan " ujar Leng Cing Ceng-jien.
"Tidak mudah . . . tidak mudah . . . “ Seru Wie Ci To sambil
gelengkan kepalanya.
"Peristiwa mengenai diri Cuo It Sian lebih baik Wie Poocu cepat2
umumkan dihadapan umum, sehingga semua orang bisa dibikin
paham kembali " ujar Kiem Tong Loojien memberikan pendapatnya"
Kalau tidak bilamana ada urusan seperti ini hari bukankah hanya
mendatangkan kerepotan saja?”
"Benar !” Sambung Mong Yong Sian Kauw dengan cepat "Kami
berempat mungkin masih mempercayai perkataan dari Wie Poocu,
tetapi para jagoan dari kalangan Hek-to aku rasa belum tentu mau
percaya atas perkataanmu ini, aku lihat lebih baik Wie Poocu cepat2
mengumumkan peristiwa ini ke dunia-kangouw sehingga mereka
pun mengetahui kejahatan yang sudah dilakukan oleh diri Cuo It
Sian".
Dengan perlahan Wie Ci To segera mengangguk.
"Perkataan dari ciangbunjin berdua sedikitpun tidak salah,"
Sahutnya. "Dua puluh hari lagi adalah saat perkawinan putriku, aku
orang she-Wie pun sudah membagikan undangan kepada semua
sahabat, ada kemungkinan It Ie Sang-jien dari Ngo-thay San pun
ikut datang, biarlah menggunakan kesempatan itu aku siarkan berita
ini dihadapan para jago".
"Wie Poocu pun baru sedikit mengadakan persiapan, orang2 dari
kalangan Pek-to ada kemungkinan mau mendengarkan penjelasan
dari Wie Poocu ini tetapi orang2 dari kalangan Hek-to belum tentu
mau menerima penjelasan itu dengan demikian saja" kata Mong
Yong Sian Kauw member peringatan.
“Aku orang She Wie cuma takut kesalah pahaman dari jago2
kalangan Pek-to, sedang mengenai orang2 dari golongan Hek-to
baik dia mau percaya atas perkataan dari aku orang She Wie atau
tidak hal itu bukanlah satu urusan yang terlalu penting" ujar Wie Ci
To sambil tertawa.
"Kini rasa curiga sudah tersapu bersih, kita berempat bermaksud
untuk tinggal di sini menanti saat diadakannya perayaan perkawinan
Ti Kiauw-tauw atau pulang dahulu ?" tanya Kiem Cong Loojien
tiba2.
“Sudah tentu harus menunggu didalam Benteng loohu" sahut Wie
Ci To dengan gugup. "waktu perkawinan siauw-li sudah dekat, buat
apa kalian lari2 dengan percuma?".
"Diatas gunung Go-bie banyak terdapat kuil Pinceng ada maksud
untuk tinggal selama beberapa hari di kuil, menanti setelah hari
Perkawinan menjelang Pinceng baru datang lagi untuk
mengganggu" ajar Yuan Kuang Thaysu sambil tertawa.
“Pinto juga bermaksud untuk pergi ke kuil Sang Cing Kong diatas
gunung Cing Shia untuk temui bsberapa Too-su yang sudah lama
tidak bertemu muka" ujar Leng Cing Ceng-jien memberikan maksud
hatinya.
Kiem Cong Loojien yang mendengar perkataan dari kawan2nya
itu segera tertawa terbahak-bahak.
“Haaa . , haaa . . , si hwecsio pergi cari hweesio yang Toosu
pergi mencari Toosu, loolap adalah rakyat biasa terpaksa harus
pergi mencari kawan sebangsaku” katanya.
“Bukankah aku orang
ciangbunjin ?” seru Wie
she
Wie
adalah
kawan
sebangsa
Ci To sambil tertawa.
“Tidak salah” sahut Kiem Tong Loojien sambil mengangguk,
“Maka itu loolap bermaksud untuk tetap tinggal di dalam Benteng”
Wie Ci To segera menoleh kearah si sekuntum bunga Bwee Mong
Yong Sian Kauw lalu katanya, ”Bagaimana kalau Mong Yong
ciangbunjin tetap tinggal didalam Benteng?”
“Didalam Benteng Wie Poocu banyak lelaki daripada perempuan,
aku rasa tidaklah terlalu leluasa untuk melayani aku seorang
perempuan bukan?” ujar Mong Yong Sian Kouw sambil tertawa.
“Haa , , haa . tidak. tidak benar” ujar Wie Ci To sambil tertawa
terbahak-bahak. “Didalam benteng kami masih terdapat banyak
sekali istri-istri pendekar pedang merah kami, bilamana Mong Yong
ciangbunjin merasa perempuan harus mencari perempuan maka
didalam Benteng loohu ini masih terdapat banyak sekali orang
perempuan.”
Dia berhenti sebentar, senyuman yang semula menghiasi
bibirnya mendadak lenyap tak berbekas,
“Mong Yong ciangbunjien” ujarnya lagi “Aku orang she-Wie ada
satu urusan ingin meminta bantuan dari ciangbunjien”
“Ada urusan apa ?” tanya Mong Yong Sian Kouw sambil
tersenyum.
Dengan perlahan Wie Ci To mengalihkan
ketempat kejauhan lalu menghela napas panjang.
pandangannya
“Sejak kecil siauwli sudah kehilangan ibunya sehingga sifatnya
rada manja bahkan banyak urusan yang dia tidak mengerti, kini dia
sudah hampir kawin, harap ciangbunjien suka membantu loohu
untuk sedikit mendidik urusan dapur maupun rumah tangga
daripada tugas seorang istri,”
“Sifatku rada berangasan dia tidak mirip seorang perempuan,
bilamana suruh aku yang memberi petunjuk ada kemungkinan
malah jadinya tidak karuan” ujar Mong Yong Sian Kouw sambil
tertawa.
“Aaah . . . mana., mana – “
"Bilamana Wie Poocu merasa berlega hati maka aku akan tinggal
disini saja" akhirnya ujar Mong Yong Sian Kauw sambil
mengangguk.
Wie Ci To segera mengucapkan terima kasihnya, kepada Yuan
Kuang thaysu serta Leng Cing Ceng-jien ujarnya kemudian:
"Silabkah ciangbunjien berdua untuk
bagaimana kalau besok baru berangkat ?"
tinggal
semalam,
"Baiklah!" Sahut Yuen Kuang Thaysu dan Leng Cing Ceng-jien
berbareng.
"Ti Kiauw-tauw!" Seru Wie Ci To kemudian kepada Ti Then. "Kau
masuklah dan panggil In-jie untuk keluar menghunjuk hormat
kepada ciangbunjien berempat, setelah itu perintah juga untuk
menyediakan dua meja perjamuan, yang sata tanpa daging yang
satu biasa".
Dengan hormatnya TiThen segera menyahut dan mengundurkan
diri dari ruangan.
Tidak lama kemudian dengan seorang diri Wie Lian In munculkan
dirinya ditengsh ruangan kemudian dsngan malu2 maju menghunjuk
hormat kepada keempat orang ciangbunjien itu.
Tampak sembari tertawa ujar Mong Yong Sian Kauw dengan
perlahan:
"Aku tidak tahu kalau nona Wie mau menikah sehingga tidak
membawa barang sumbangan, lain kali aku kirim saja untuk
menyusul kekurangan ini".
Baru saja perkataan itu selesai diucapkan mendadak terlihat Ti
Then berjalan masuk kedalam ruangan dsngan ter-gesa2 wajahnya
kelihatan sangat aneh sekali.
Wie Ci To yang melihat wajahnya rada aneh dalam hati merasa
sedikit terkejut.
“Ada urusan apa?" tanyanya dengan cepat.
Ti Then tertawa dingin.
"Diluar benteng sudah kedatangan serombongan orang yang
ingin bertemu muka dengan Gak-hu thayjien serta boanpwee!"
katanya.
"Siapa ?" tanya Wie Ci To dengan air muka berubah.
"Jago2 dari kalangan Hek-to, kebanyakan adalah anak buah dari
si anjing langit rase bumi serta si iblis bungkuk Leng Hu Ih, sebagai
pentolannya adalah si pendekar tangan kiri Cian Pit Yuan!".
Wie Ci To mulai tertawa dingin tak hentinya, lalu dengan
perlahan bangun dari tempat duduknya.
“Hmmm kedatangan mereka tentu disebabkan oleh karena
peristiwa matinya Cuo It Sian, heee . . hee . . . sungguh cepat
kedatangan mereka” ujarnya.
“Semuanya ada bsrapa orang ?” tanya Yuen Kuang Thaysu tiba-
tiba.
“Kurang lebih ada dua ratus orang banyaknya.”
“Lalu Wie Loosicu siap2 mau berbuat apa ?” Tanya Yuen Kuang
thaysu sambil menoleh kearah Wie Ci To.
“Sudah tentu menjelaskan urusan ini terlebih dahulu, bilamana
mereka tidak mau percaya maka terpaksa terserah mereke ingin
berbuat apa,”
Saat ini ada beberapa orang pendekar pedang merah sudah
memasuki ruangan tamu untuk siap menerima perintah.
Dengan perlahan Wie Ci To pandang diri mereka kemudian baru
ujarnya dengan keren:
“Perintahkan semua jago pedang yang ada di Benteng untuk siap
menghadapi pertempuran tetapi tidak diperkenankan turun tangan
terlebih dahulu.”
Bcberapa orang pendekar pedang merah itu segera menyahut
dan mengundurkan diri dari ruangan untuk menjalankan
perintahnya,
“Bagaimana kalau biarkan pinceng berempat menjelaskan
terlebih dahulu akan persoalan ini kepada mereka, ada
kemungkinan mereka bisa mendengar perkataan kami, bagaimana
menurut pendapat Wie Loo sicu ?” ujar Yuen Kuang Thaysu
memberikan usulnya.
“Baiklah, mari kita keluar bersama-sama”.
Demikianlah tua muda tujuh orang segera bersama-sama
meninggalkan ruangan untuk menuju ke pintu luar benteng.
Sewaktu hampir tiba di pintu benteng suara hiruk pikuk serta
percakapan orang yang ramai berkumandang datang dari tempat
luaran jika didengar dari suara itu jelas gerakan dari orang-orang
golongan Hek-to kali ini amat dahsyat sekali.
Sesampainya dibawah pintu benteng Wie Ci To segera
memberikan perintahnya kepada bsberapa orang pendekar pedang
hitam yang berjaga-jaga disana,
“Segera buka pintu!” bentaknya.
Dengan perlahan-lahan pintu benteng mulai terbuka, terlihatlah
didepan benteng sudah berkumpul banyak orang yang lagi
berkerumun diantara orang- orang itu kelihatan ada beberapa orang
jagoan Hek-to yang rada terkenal.
Kecuali sisa anak buah dari istana Thian Teh Kong serta Si Iblis
bungkuk yang bergabung, Ti Then menemukan juga tiga orang
"Kawan lamanya " mereka adalah Si majikan ular Yu Toa Hay, Si
kakek kura2 Phu Tong Seng serta Si nenek iblis penghalang jalan
Han Giok Bwee.
Dan sebagai pentolannya bukan lain adalah si Pendekar tangan
kiri Cian Pit Yuan.
Sewaktu Ti Then melihat adanya Si pendekar pedang tangan kiri
Cian Pit Yuan ada disana mendadak dalam hatinya timbul sedikit
harapan, dia mengharapkan didalam pembicaraannya dengan Wie
Ci To Cian Pit Yuan bisa "menyinggung' pula si pemuda berkerudung
yang telah menolong dia lolos dari kurungannya diatas gunung Boe
Leng San itu.
Mengenai peristiwa tertawannya dia oleh Cian Pit Yuan selama ini
belum pernah dia ceritakan kepada Wie Ci To ayah beranak, sedang
kini bilamana Cian Pit Yuan mengungkat kembali peristiwa tersebut
maka setelah urusan ini dia pasti akan mendesak dirinya untuk
memberi penjelasan, saat itulah dia merasa punya "alasan" untuk
menceritakan rahasia diperintahnya dia orang oleh majikan patung
emas.
Atau dengan perkataan lain demikian Wie Ci To tidak akan
menjodohkau putrinya kepadanya dan diapun bisa melaporkan kalau
Cian Pit Yuan lah yang sudah merusak rencana dari majikan patung
emas ini.
Maka itu dia sangat mengharapkan Cian Pit Yuan dapat
mengungkat kembaii peristiwa hari itu.
Saat ini sewaktu si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan
melihat munculnya Yuen Kuang Thaysu, Leng Cing Ceng jien, Kiem
Cong Loojien serta Mong Yong Sian Kauw empat orang
Ciangbunjien ber-sama2 dengan munculnya Wie Ci To air mukanya
tidak kuasa lagi berubah hebat, agaknya mereka menduga Wie Ci
To sudah mengetahui terlebih dahulu akan rencana mereka
sehingga kini mengundang empat orang ciangbunjien sebagai
pembantunya.
Tidak menanti Wie Ci To membuka mulut si pendekar pedang
tangan kiri Cian Pit Yuan sudah tertawa keras dengan amat
seramnya.
"Wie Toa Poocu!" serunya dengan dingin, “Kedatangan loohu ini
hari bukannya dimaksudkan untuk menuntut dendam kita dahulu!".
"Kalau memang demikian bagaimana kalau Cian-heng berserta
kawan2 lainnya untuk minum the terlebih dulu didalam ruangan?"
ujar Wie Ci To dengan tawar.
“Terima kasih, lebih baik kita membicarakan persoalaa ini
ditempat luaran saja”
"Kalau begitu silahkan Cian~heng mulai berbicara.
"Hey Penguasa Go ayoh keluar kemari" Teriak Cian Pit Yuan
kearah tengah gerombolannya.
Seorang kakek tua yang memakai pakaian perlente jalan keluar
dari antara gerombolan manusia dan mendekati kesamping badan
Cian Pit Yuan.
Kiranya orang tua itu bukan lain adalah Si-penguasa dari Cuo It
Sian itu Si-pembesar kota.
"Wie Toa Poocu apakah kenal dengan orang tua ini?" Tanya Cian
Pit Yuan sembari menuding kearah Si penguasa.
"Maaf Loohu tidak kenal!" jawab Wie Ci To sambil gelengkan
kepalanya.
“Dia adalah penguasa rumah dari Cuo It Sian" Bisik Ti Then
sewaktu dilihatnya ayah mertuanya tidak kenal.
Walaupun telinga dari Cian Pit Yuan sudah terkena papas habis
sehingga lenyap tetapi pendengarannya masih amat tajam.
"Tidak salah!" Sambungnya sambil tertawa. "Bagaimanapun
orang muda jauh lebih jujur dan suka terus terang daripada orang
tua, dia memang penguasa rumah dari Cuo It Sian”
“Cuo It Sian sudah loohu hokum, apakah ini hari kalian siap2
datang kemari untuk membalas dendam?" Tantang Wie Ci To
dengan nada mendongkol.
Agaknya Cian Pit Yuan sama sekali tidak menduga kalau Wie Ci
To berani mengakui dialah yang sudah memaksa Cuo It Sian untuk
bunuh diri mendengar perkataan tersebut dia jadi tertegun, tetapi
dengan cepat wajahnya sudah berubah jadi beringas kejam.
"Bagus sekali !” Serunya sambil tertawa dingin. "Kalau
memangnya Wie Toa poocu sudah mengakui kaulah yang paksa Cuo
It Sian untuk melakukan bunuh diri maka urusan jadi lebih mudah
lagi untuk dibicarakan ".
Berbicara sampai disini dia segera menoleh kearah keempat
orang ciangbunjin dari Siau-lim pay, Bu-tong Pay, Kun-lun Pay serta
Tiang Pek Pay, lalu tambahnya.
"Sekarang aku orang she Cian cuma ingin bertanya beberapa
patah kata dengan ciangbunjien berempat, kalian berempat
bermaksud untuk berbuat apa terhadap urusan ini? hendak
menegakkan keadilan Bu-lim dengan menghukum Wie Toa Poocu
ataukah membalaskan dendam bagi kematian Cuo It Sian?"
"Omintohud . . Omintohud!” Seru Yuen Kuang Thaysu sambil
merangkap tangannya memuji keagungan Buddha. "Kedatangan
pinceng berempat kali ini bermaksud untuk menegakkan keadilan di
Bu-lim. Cuma saja, mengenai persoalan yang menyangkut kematian
Cuo It Sian ini sesudab mengalami suatu penyelidikan dari kami
berempat maka kami menemukan kalau tuduhan yang dilancarkan
Cuo Loo-sicu sebenarnya adalah terbalik."
“Bagaimana bisa terbalik?” seru Cian Pit Yuan sambil mendengus
dingin.
“Urusan yang sebetulnya adalah begini: Pada tiga tahun yang lalu
Cuo Loo Sicu pernah melakukan perkosaan terhadap istri orang lain
lalu membunuh suaminya sekalian. Dan urusan ini kebetulan ditemui
oleh Wie Loosicu..”
“Omong kosong !" Teriak si penguasa Go secara tiba2. "Dikolong
langit pada saat ini ada siapa yang tidak tahu akan keluhuran budi
dari Loo-ya kami, apa maksud kalian memfitnah kesucian nama
serta kedudukannya ?"
"Go Sicu jangan keburu marah dulu" ujar Yuen Kuang Thaysu
dengan wajah serius. "Pinceng sebagai seorang ketua partai tidak
akan berani berbicara sembarangan sebelum ada bukti yang nyata.”
“Lalu apa buktinya?" Teriak penguasa Go lagi dengan gusar.
“Seorang penganut agama tidak akan berbobong. Silahkan
saudara sekalian mendengarkan penjelasan dari Pinceng setelah itu
pinceng akan tunjukkan sekalian buktinya !" Jawab Si hweesio dari
Siauw-lim Pay ini dengan wajah amat tenang.
“Baik, sekarang cepatlah katakan !" Seru Si penguasa Go lagi
dengan mendongkol.
Demikianlah Yuen Kuang Thaysu segera membeberkan seluruh
dosa yang telah diperbuat oleh Cuo It Sian tanpa kekurangan
sepatah katapun.
Dia bercerita sampai dimana Cuo It Sian kedesak dan merlakukan
bunuh diri di perkampungan Thiat Kiam San Cung, akhirnya sambil
menuding kearah Ti Then tambahnya:
"Ti siauw-cu ini boleh dikata termasuk salah seorang saksi, dia
melihat dengan mata kepala sendiri dimana Cuo Loo-sicu
membunuh Cu Kiam Loojien serta si elang sakti Cau Ci Beng.”
"Heee . . hee . . . Thaysu kau sungguh tolol" Seru si penguasa Go
sambil tertawa dingin. “Bilamana bangsat cilik itu boleh bertindak
sebagai saksi maka aku pun bisa pula sembarangan memanggil
orang sendiri untuk menfitnah orang lain!".
Yuen Kuang thaysu sama sekali tidak menjadi marah karena
kata2 yang kasar dari penguasa Go itu, dia malah tersenyum.
"Jadi maksud dari sicu setiap perkataan yang diucapkan oleh
orang2 Benteng Pek Kiam Poo tidak boleh dijadikan sebagai bukti".
“Sudah tentu".
"Kalau begitu bagaimana kalau orang yang lepas dari Benteng
Pek Kiam Poo bertindak sebagai saksi ?” Tanya Si hweesio lagi
sambil tersenyum.
"Soal itu harus dilihat siapakah dia orang!".
"Seorang hweesio dari gunung Ngo Thay San, It Ie Sang-jien!".
“Apakah dia melihat Loo-ya kami membunuh orang?” Dengus si
penguasa Go dengan dingin.
“Wie Loo-sicu pasti akan datang mengunjungi perkampungan
Thiat Kiam san Cung agar dia jangan sampai mungkiri lagi atas
dosa-dosanya maka sengaja sudah mengirim orang ke gunung Ngo
Thay San untuk mengundang It Ie Sangjien datang mengunjungi
perkampungan Thiat Kiam San Cung. Cuo Loo-sicu yang tidak
mengetahui disampingnya masih ada orang luar yang sedang
mencuri dengar dia sudah mengakui seluruh dosa yang pernah
dilakukan”
"Lalu dimanakah It Ie Sang-jien itu?" Tanya si penguasa Go lagi
sambil tertawa dingin.
"Lewat sepuluh hari lagi dia bakal datang mengunjungi benteng
Pek Kiam Poo bilamana saudara2 sekalian tidak percaya atas
perkataan yang pinceng ucapkan maka sampai waktunya kalian
boleh datang kemari lagi untuk langsung mendengarkan
penjelasannya "
Si Penguasa Go mendenus, lalu sambil menoleh kearah para jago
lainnya dia berkata kembali:
"Saudara2 aekalian apakah parkataan dari It Ie Sang jien boleh
dianggap sebagai bukti?"
"Tidak, mereka tentu sudah bersekongkol!” jawab Cian Pit Yuan
sambil tertawa.
"Cian Loo Sicu! kau seharusnya mempercayai perkataan dari It Ie
Sang-jien sebagai seorang psndeta beribadat. " Seru Yuen Kuang
Thaysu kurang senang." Dia pernah menjabat sebagai ciangbunjin
kuil Lak Hok dikota Tiang An dan pernah mendalami pelajaran
agama Buddha dengan kedudukannya dia tidak akan berbohong, dia
adalah seorang pendeta yang patut kita hormati!"
“Tetapi sungguh sayang aku orang she Cian sudah menganggap
dia sebagai seorang hweesio yang pinter berbohong !” Ejek Cian Pit
Yuan sambil tertawa.
Mendengar ejekan ini Yuen Kuang Thaysu jadi amat gusar, toya
ditangannya segera diayunkan kedepan melancarkan serangan.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 36
“PERKATAAN dari pinceng sampai disini saja, bilamana saudara2
sekalian suka mendeagarkan perkataanku maka silahkanlah turun
gunung, jikalau tidak suka percaya kenapa tidak lantas turun tangan
saja".
"Tidak salah" sambung Wie Ci To dengan cepat. "Yuan Kuang
ciangbunjin sudah menjelaskan seluruh persoalan hingga benar2
terang, bilamana saudara2 sekalian merasa kalau perkataan ini
boleh dipercaya maka silahkan sekarang juga turun gunung,
bilamana tidak percaya heee . . . . heee . . . aku orang she-Wie
akan menantikan petunjuk selanjutnya dari saudara2 sekalian".
Dua ratus orang jagoan dari kalangan Hek-to dengan
membusungkan dadanya pada berdiri tidak bergerak.
Tidak, akhirnya ada juga seorang yang mempercayai perkataaa
tersebut.
Dialah si "Tang Loo Koei Bo" Han Giok Bwee.
"Selamanya aku si nenek tua paling tidak suka mencari gara2
tetapi akupun tidak ingin mengikat permusuhan dengan lain
golongan, hey penguasa Go, aku pergi dulu !" teriaknya dengan
keras.
Selesai berkata tanpa mengucapkan kata2 lagi dia lantas putar
tubuh untuk turun gunung.
"Han Giok Bwee, kau berani pergi ?” bentak si penguasa Go
dengan nada amat gusar.
"Benar" jawab Tang Loo Koei Bo tertawa, "Oooh yaa haa . . . haa
kurang sedikit saja aku si nenek tua sudah melupakan akan sesuatu
urusan, maaf . . maaf...”
Dari dalam sakunya dia lantas mengambil keluar sebuah kertas
uang dan dilemparkan kembali kearah sipenguasa Go,
“Naah itu ambillah kembali, aku si nenek tua tidak akan merasa
tertarik oleh selaksa tahil perakmu itu!”
Selesai berkata dia lantas putar badan dan berlalu bagaikan
angin yang berhembus.
Seketika itu juga air muka si penguasa Go berubah jadi merah
padam dia benar2 merasa amat malu sekali.
Belu lagi dia orang memperlihatkan sesuatu gerakan apapun
terdengarlah si majikan ular Yu Toa Hay dengan amat gusarnya
sudah gembar-gembor dan mencak2.
"Apa ?" Teriaknya keras. "Kau kira si Tang Loo Koei Bo jauh lebih
kuat dari loohu? dia boleh mengambil selaksa tahil perak, kenapa
Loohu cuma mendapat delapan ribu tahil perak saja, Loo Phu kan
ambil berapa?"
"Loohu juga hanya mendapat delapan ribu tahil perak " jawab
sikakek kura2 Phu Tong Seng.
"Hal ini tidak bisa jadi !” Teriak si majikan ular Yu Toa Hay sambil
mencak2. "Hey orang she-Go kau tidak adil. kami majikan ular serta
kakek kura2 di dalam hal apa tidak dapat melebihi si Tang Loo Koei
Bo itu ? dia boleh mendapat selaksa tahil perak kenapa kami hanya
mendapat delapan ribu tahil?”
“Benar, hal ini tidak adil . . . .kurang ajar ! kurangajar! kau lihat
bagaimana sekarang??? "
"Jangan mau kerjakan pekerjaan ini" Teriak simajikan ular Yu
Toa Hay keras. "Mari kita pergi saja dari sini !”
Sehabis berkata dia mengambil keluar sabuah kertas uang dan
dilemparkan kehadapan si penguasa Go tersebut, setelah itu kakinya
menjejak tanah dan berkelebat pergi dari sana.
Si kakek kura2pun dengan cara yang sama melemparkan uang
kertas it keatas tanah lalu mengikuti dari belakang kawannya berlalu
dari situ.
Si penguasa Go benar2 merasa amat malu sekali atas terjadinya
peristiwa ini.
"Pemberontak ! Pemberontak !” Teriaknya sambil mendepakkan
kakinya berulang kali keatas tanah.
Si "Boe Cing Shu"; Ko Cing Liong yang tempo hari berhasil
meloloskan diri dari gunung Lak Ban San dengan cepat bergeser
kesamping badannya, dan dalam saku diapun mengambil keluar
secarik uang kertas lalu disusupkan ketangannya.
“Hmmm ! Bilamana bukannya Han Giok Bwee sengaja bicara
terus terang maka Loohu akan kau tipu mentah2" Serunya dengan
dingin. "Hmm! Kau kira aku yang harus menjual nyawa buat kau
orang she Go hanya berharga enam ribu tahil perak saja? Niiiih ....
aku kembalikan kepadamu !".
Sehabis berkata tanpa menoleh lagi dia segera berlalu dari sana.
Si muka aneh Ling Ang Lian dengan jalan yang menggiurkan pun
berjalan keluar dari barissn setelah itu dia melemparkan uang kertas
tersebut keatas wajah si penguasa Go.
"Han Giok Bwae adalah Loocianpwee aku tidak akan menandingi
dirinya", Serunya sambil tertawa dingin. "Tetapi si majikan ular serta
sikakek ular adalah orang cacad, mereka boleh mengambil delapan
ribu tahil kenapa aku cuma mendapat lima ribu tahil saja”
Dengan genitnya diapun berlalu dari sana.
"Maknya . . . !" Terdengar seorang lelaki bercambang memekik
keras dengan amat gusarnya, "Kiranya orang lain bisa mendapat
lebih banyak lagi dari loohu ... mak nya! loohu cuma mendapat tiga
ribu tahil, tidak mau, aku tidak mau !"
Demikianlah satu demi satu para jago dari kalangan Hek-to itu
melemparkan kembali uang kertasnya keatas tanah lalu ber-sama2
mengundurkan diri dari kalangan pertempuran.
Hanya didalam sekejap saja sudah ada seratus orang lebih yang
mengundurkan dirinya.
Melihat kejadian ini tidak kuasa lagi Wie Ci To mendongakkan
kepalanya tertawa ter-bahak2.
"Haaa . . . haha .... haaa . . Loohu masih kira saudara2 sekalian
datang kemari karena setia kawan . . , haaa . . .haaa kiranya
mereka lagi menjual nyawa buat orang lain !".
Yuan Kuang Thaysu, Leng Cing Cang-jien, Kiem Cong Loojien,
Mong Yong-Sian Kauw beserta seluruh jagoan pedang merah yang
ada disana tidak tertahan lagi bersama-sama tertawa ter-bahak2;
Sebaliknya sipenguasa Go saking gusarnya seluruh tubuhnya
gemetar amat keras.
Cian Pit Yuan semakin gusar lagi, mendadak dia mencengkeram
dada si penguasa Go itu lalu memakinya dengan amat gusar.
"Kau kakek tua celaka . . . kiranya kau orang sedang
menggunakan uang untuk membeli nyawa mereka! Hampir2 Loohu
kena kau kibuli !"
"Bukankah kau sama saja seperti mereka menerima uang dariku
?" Teriak si penguasa Go. “Kau malah menerima paling banyak, kau
mengambil lima, . .”
"Omong kosong”
Ditengah suara bentakan yang amat keras telapak tangannya
sudah melayang turun menghajar ubun2 dari si penguasa Go
sehingga seketika itu juga kepalanya hancur berantakan.
Sehabis membunuh sipenguasa Go itu, tanpa banyak bicara lagi
Cian Pit Yuan segera meloncat beberapa kaki jauhnya, dengan
melewati kepala para jagoan dari kalangan Hek-to lainnya dia
melayang kearah depan.
"Orang she-Cian, kau tidak boleh pergi!" bentak Wie Ci To sambil
menjejakkan badannya meloncat ketengah udara.
Tetapi belum berhasil dia menyandak diri Cian Pit Yuan, sejak
semula sudah ada orang yang menanti kedatangannya di tempat
kejauhan, begitu melihat Cian Pit Yuan melayang datang dia lantas
melancarkan satu pukulan kedepan.
"Terimalah seranganku!” bentaknya.
Orang itu bukan lain Ti Then adanya.
Cian Pit Yuan yang tubuhnya masih ada di tengah udara tidak
dapat menghindarkan diri lagi, terpaksa dia mendorong telapak
tangannya kedepan menyambut datangnya serangan tersebut.
"Braak . .. !” disertai suara bentrokan yang amat keras sekali,
tdbuh Cian Pit Yuan sudah kena dipukul mental sehingga jatuh dari
tengah udara dan rebah terlentang diatas tanah.
Pada saat itulah Wie Ci To kebetulan sudah berada disamping
badannya, dengan cepat pedangnya berkelebat mengancam di atas
lehernya.
"Jangan bergerak!” ancamnya.
Dengan langkah yang perlahan Ti Then pun segera menghampiri
datang.
Air muka Cian Pit Yuan berubah pucat pasi bagaikan mayat,
tetapi nada ucapannya masih amat kasar.
"Wie Toa Poocu sungguh dahsyat kepandaian silatmu!"
Jelas dari ucapannya ini mengandung nada mengejek yang amat
pedas.
"Kau boleh berlega hati" Seru Wie Ci To sambil tertawa dingin.
"Loohu bisa memberi satu kesempatan yang amat adil buat dirimu,
sekarang loohu mau tanya terlebih dulu akan satu hal, kau sudah
menerima berapa banyak uang dari si penguasa Go itu."
"Kau anggap Loohu manusia macam apa, tidak mengambil uang
barang sesenpun dari dirinya!" Teriak Cian Pit Yuan dengan amat
gusarnya.
"Tetapi agaknya loohu pernah mendengar si penguasa Go
mengucapkan kata2 "Lima" bukankah kau sudah menerima lima
laksa tahil perak dari dirinya?"
Air muka Cian Pit Yuan seketika itu juga berubah jadi memerah,
"Kau memfitnah!" gembornya.
“Semua orang mengambil uang, mana mungkin kau sendiri yang
tidak menerima?"
"Dia datang padaku meminta Loohu bantu dirinya untuk
menegakkan keadilan, dia bilang kau orang she Wie serta Nyio Sam
Pak sudah membunuh mati Cuo It Sian majikannya dengan
menggunakan akal; Loohu mempercayai penuh atas perkataannya
itu maka lantas menyetujui permintaan bantuannya, aku sama sskali
tak menerima uangnya!"
"Kalau memangnya demikian kenapa dia membenci dan memaki
dirimu?" Seru Wie Ci To sambil mendengus dingin.
“Siapa yang tahu?” Teriak Cian Pit Yuan pula dengan benci.
“Bilamana kau tidak mengambil uangnya maka ada seharusnya
meninggalkan satu kehidupan untuk loohu tanyai sampai jelas,
tetapi secara tiba2 kau turun tangan membinssakan dirinya
bukankah tindakanmu itu mirip pula dengan perbuatan membunuh
untuk melenyapkan bukti hidup?"
"Omong kosong, loohu membinasakan dirinya karena merasa
gemas akan kelicikan serta kekejaman hatinya, aku sama sekali
tidak bermaksud membunuh untuk melenyapkan bukti hidup."
Dengan perlahan Wie Ci To segera menoleh kearah Ti Then.
“Ti Kiauw tauw, coba kau periksa sakunya!" perintahnya dengan
cepat.
Ti Then menyahut dan berjalan kesisi tubuh Cian Pit Yuan setelah
itu berjongkok dan memeriksa sakunya.
Air muka Cian Pit Yuan dari pucat pasi kini berubah jadi biru ke-
hijau2an, mendadak teriaknya dengan keras:
"Didalam saku Loohu ada selembar uang kertas, tetapi itu adalah
uang dari loohu sendiri".
Tangan kanan Ti Then yang merogoh ke da!am sakunya lantas
dapat meraba secarik uang kertas, setelah dilihatnya nilai yang
tertulis diatas kertas itu tidak kuasa lagi dia lantas tertawa cekikikan.
"Haaa . . . haaa . . . kenapa kertas uang ini pun kebetulan
bernilai lima laksa tahil perak?".
"Tidak Salah, uang itu adalah uang tabungan dari Loohu
sendiri!".
"Kalau begitu biarlah aku periksa sebentar dengan kertas uang
yang lainnya, bilamana gudang uang yang tertera diatas kertas
uang ini sama dengan gudang uang yang tertera diatas kertas2
uang lainnya maka hal ini membuktikan kalau uang itu bukan
milikmu".
Dia berjalan beberapa langkah kedepan untuk memungut secarik
kertas uang, setelah dilihatnya gudang uang yang tertera di atas
kertas uang itu tak ada bedanya tidak terasa sambil tertawa dingin
ujarnya kepada sipendekar pedang tangan kiri ini.
"Hmm ! Kiranya berasal dari sebuah gudang uang yang sama,
sekarang tentu saja kau tidak ada perkataan lain bukan ?".
Saking malunya saat ini Cian Pit Yuan jadi amat gusar sekali,
"Kalau memangnya Loohu menerima uangnya, lalu ada sangkut
pautnya apa dengan dirimu??" Bentaknya keras.
"Siapa yang bilang tiada sangkut pautnya dengan kami?"
sambung Wie Ci To sambil tertawa dingin. "Kau orang she Cian
terang2an mengetahui kalau tuduban yang dilancarkan mereka
terhadap Loohu adalah suatu peristiwa yang tidak nyata tetapi
karena ingin mempeioleh uang lima laksa tahil peraknya kau sadah
membolak-balikkan persoalan.
Hmmmm! Sekarang dengan memimpin jago2 dari kalangan
Hitam kalian datang mencari gara2 dengan Loohu apakah dalam
urusaa ini Loohu tidak boleh menuntut ??"
"Tetapi kau harus lihat dulu orang yang menerima uangnya ada
dua ratus orang banyaknya, bukannya cuma loohu seorang saja"
Bantah Cian Pit Yuan dengan ter-buru2.
"Orang lain boleh dipandang rendah tapi kau orang she Cian
tidak akan dipandang demikian!”
"Diluar mukanya walaupun loohu dibeli olehnya tetapi hal yang
sebenarnya adalah ingin berkelahi dengan dirimu, beranikah kau
bergebrak melawan loohu ??"
"Bagus sekali . . . bagus sekali . . Loohupun sudah siap sedia
untuk mamadamkan niatmu itu !" Seru Wie Ci To sambil tertawa
dingin.
Berbicara sampai disini pedang yang mengancam
tenggorokannya segera ditarik kemball dan mengundurkan diri tiga
langkah kebelakang.
"Ayoh bangun berdiri !" Bentaknya dengan keras.
Cian Pit Yuan dengan cepat meloncat bangun, diantara
berkelebatnya sinar pedang yang keemas-emasan ditangan kirinya
sudah bertambah lagi dengan sebilah pedang yang memancarkan
hawa yang amat dingin sekali.
Tetapi agaknya dia masih menaruh rasa jeri terhadap Ti Then
yang berdiri disamping, dia memandang sekejap kearahnya lalu
ujarnya.
"Kita harus menjelaskan dulu perkataan kita, ini hari bilamana
loohu kalah di tangan Wie Tou Poocu maka loohu akan menanti
hukuman, tapi bilamana menang?".
"Bilamana kau menang maka Loohu akan serahkan diri dan
menerima hukuman yang dijatuhkan kepada Loohu !" Sambung Wie
Ci To dengan cepat.
"Justru karena loohu takut tidak bertenaga untuk jatuhi hukuman
kepadamu, karena anak buahmu amat banyak sekali"
Sekali dengar saja Wie Ci To sudah mengerti apa maksud dari
perkataannya itu; kepada para jago pedang merah lantas pesannya:
"Kalian dengarlah semua, bilamana nantti loohu mati ditangannya
maka kalian tidak boleh menyusahkaa dirinya, biarkanlah dia pergi
dengan bebas, sudah dengar?"
"Dengar!” Seru pendekar pedang merah itu serempak.
“Ti Kiauw-tauw kaupun sama juga!” pesannya pula kepada diri Ti
Then.
"Baik!" sahut pemuda itu sambil menjura.
Wie Ci To segera kebas2kan pedangnya dan menoleb kembali
kearah Cian Pit Yuan.
“Sudahlah!" ujarnya sambil tertawa “Loohu sudah memberi pesan
wanti2 kepada mereka, sekarang kau boleh turun tangan dengan
berlega hati!"
"Baik, ini hari bilamana bukannya kau yang mati maka akulah
yang modar!" Teriak Cian Pit Yuan sambil tertawa seram.
Kuda2nya diperkuat, seketika itu juga dia sudah bersiap
melancarkan serangan.
Walaupun terhadap orang ini Wie Ci To memandang menghina
tetapi terhadap ilmu pedangnya dia tidak berani berlaku gegabah,
tubuhnya dengan cepat diperendah kemudian dengan pandangan
mata yang amat tajam memperhatikan pihak musuh.
Jago kelas satu bertempur situasinya sudah tentu tidak sama,
tampaklah mereka berdua yang satu ada diselatan yang lain ada di
sebelah Utara berdiri saling berhadap-hadapan, seluruh
perhatiannya dicurahkan pada gerak-gerik pihak musuhnya
kemudian dengan perlahan baru bergeser maju kedepan.
Suasana jadi amat tegang, seluruh jago yang hadir disana
merasakan hatinya berdebar keras, napasnya menjadi sesak.
Dengan wajah yang amat seram dan penuh diliputi napsu
membunuh Cian Pit Yuan segera bergeser maju terus kedepan.
Sebaliknya wajah Wis Ci To amat halus, ramah tetapi keren dan
berwibawa sekali.
Ti Then yang melihat sikap serta air muka mereka berdua segera
berjalan kesamping Wie Lian In dan bisiknya dengan suara yang
amat lirih.
“Pertempran kaii ini ayahmu pasti menang,”
“Bagaimana kau bisa tahu ?” tanya Wie Lian In dengan hati tidak
tenang.
Ti Then tidak menjawab sebaliknya malah bertanya.
“Tahukah kau pada tempo dulu ayahmu harus menggunakan
berapa jurus untuk mengalahkan dirinya ?”
“Teringat akan perkataan Tia, agaknya dia bertempur sebanyak
seribu jurus banyaknya.
“Tetapi situasi pada saat ini sama sekali berbeda, aku percaya
tidak sampai membutuhkan dua ratus jurus ayahmu sudah dapat
memperoleh kemenangan”
“Bagaimana kau bisa tahu?”
“Orang yang bergebrak melawan orang selamanya harus
membutuhkan keteguhan serta kepercayaan diri sendiri, terutama
kali niat.
Cian Pit Yuan yang dibeli oleh orang lain sebetulnya tidak
mempunyai niat untuk bergebrak ditambah pula keteguhan hatinya
berhasil kita pecahkan. maka pertempuran ini dengan amat
cepatnya bisa diselesaikan.”
Baru saja perkatan itu selesai diucapkan mendadak terdengar
Cian Pit Yuan membentak keras, dialah yang pertama-tama
melancarkan satu serangan dahsyat menutuk kearah diri Wie Ci To.
Dia orang yang memiliki julukan sebagai si pendekar pedang
tangan kiri sudah tentu serangannya berlawanan dari biasanya, jelas
kelihatan serangannya kali ini amat dahsyat sekali.
Sebaliknya permainan pedang dari Wie Ci To adalah kebalikan
dari permainan pedangnya, tampak dia sedikit mengangkat
psdangnya, jurus serangan tersebut segera dapat dipunahkan
dengan manis.
Tetapi sewaktu dilihatnya Cian Pit Yuan mengubah jurus
serangan lagi dan menyapu badannya dengan mengikuti gerakan
badannya dengan mantap dia segera membabat pundak kanan dari
Cian Pit Yuan,
Jurus serangan ini kelihatanya amat sederhana tetapi secara
samar-samar mengandung satu tenaga tekanan yang maha
dahsyat.
Mendadak , . sepasang pedsng mereka bagaikan kilat cepatnya
sudah terbentur satu sama lain, hanya di dalam sekejap saja
mereka berdua sudah saling serang menyerang sebanyak puluhan
jurus banyaknya setelah itu baru berpisah dan masing2
mengundurkan diri keutara dan keselatan.
Beberapa puluh orasg jagoan dari kalangan Hek-to serta jago2
pedang merah dari Benteng Pek Kiam Poo pada saat ini ber-sama2
mengundurkankan dirinya kebelakang, karena mereka merasakan
adanya segulung hawa pedang yang amat tajam dan santar
berkelebat memenuhi angkasa.
Selangkah demi selangkah kembali Cian Pit Yuan maju kearah
Wie Ci To dengan langkah yang mantap mengikuti terus kearah
sebelah kiri mereka baru berhenti setelah saling berhadap-hadapan
muka.
Pada wajah Cian Pit Yuan terlintaslah satu senyuman buas yang
amat seram sekali,
Sedangkan pada wajah Wie Ci To terlintas satu senyuman yang
ramah tapi mempersonakan.
Mendadak . . , masing2 pihak kembali melayang kedepan
melancarkan serangannya.
Kali ini tubuh mereka bersama melayang ketengah udara lalu
dengan cepat bagaikan kilat saling serang menyerang beberapa
jurus banyaknya, hanya didalam sekejap mata saja mereka berdua
sudah menyerang dua puluh jurus serangan dahsyat.
Tetapi belum juga bisa menentukan siapa menang siapa kalah.
Sikap Cian Pit Yuan berubah semakin menyeramkan lagi.
Sedangkan sikap dari Wie Ci To berubah semakin rsmah dan
halus.
Melihat akan hal itu dalam hati Ti Then benar2 merasa sangat
kagum.
Ilmu pedang mereka berdua yang satu jalan keras yang lain
mengutamakan
kegesitan walaupun belum bisa dikata betul-betul sempurna
tetapi telah mencapai pada taraf yang benar2 matang “ pikirnya di
hati.
Pada saat pikirannya sedang berputar itulah mendadak
pandangannya terasa jadi kabur, Wie Ci To serta Cian Pit Yuan
untuk ketiga kalinya sudah bergebrak saling serang menyerang
dengan serunya.
Pertempurannya kali ini jauh lebih dahsyat lagi dari bentrokannya
yang semula, walau pun jurus2 serangan yang mereka lancarkan
sedikitpun tidak kacau tetapi kelihatannya bagaikan dua ekor macan
betina yang lagi berduel membuat setiap orang merasa hatinya
amat tegang sekali.
Dan untuk pertempuran kali ini mereka berdua tidak berpisah
lagi, sinar pedang bagaikan api membara yang berkelebat ke atas
kebawab tidak hentinya seperti juga ombak ditengah samudra yang
melanda pantai . . .
Saking dahsyatnya pertempuran ini hampir boleh dikata tanah
merekah seluruh jagat tergoncang hebat.
Hanya didalam sekejap saja mereka berdua sudah bertempur
sebanyak seratus jurus banyaknya walaupun pertempuran ini amat
seru tetapi masih belum juga bisa ditentukan siapa yang menang
siapa yang kalah.
Semakin lama Wie Lian In merasa hatinya semakin tidak tenang,
dengan cepat dia menyenggol badan Ti Then.
“Eeeei coba kau lihat, mereka sudab bergebrak sebanyak seratus
jurus” serunnya cemas.
“Jangan kuatir, ayahmu pasti akan menang”
“Bilamana sampai kalah ?” tanya Wie Lian In murung.
Ti Then segera tersenyum, “Peristiwa ini tidak bakal ada.”
katanya-
“Sewaktu bertempur didalam Benteng tempo hari agaknya
bajingan tua ini tidak selihay ini hari”
“Soal ini ada dua sebab musabsbnya, pertama: waktu itu dia
terlalu memandang rendah pihak musuhnya. Kedua, didalam
setengah tahun ini dia telah berlatih kembali akan beberapa buah
jurus serangan yang baru .... aaah . . menang kalah sudah dapat
ditentukan.”
Sedikitpun tidak salah, akhirny menang kalah bisa ditentukan
juga,
Semua orang mendengar suara dengusan berat terlebih dulu
setelah itu tampaklah masing2 pihak dengan cepatnya
mengundurkan diri beberapa kaki kearah belakang.
Sepasang kakinya menempel permukaan tanah, semuanya berdiri
tegak tak bergerak, sedang matanya saling melotot tak berkedip.
Cian Pit Yuan dengan senyum kemenangan yang amat seram
berdiri tak bergerak disana.
Sebaliknya air muka Wie Ci To berubah sangat keren, baju
dibagian dadanya sudah terobek beberapa coen panjangnya oleh
ujung pedang Cian Pit Yuan sehingga pakaian dalamnya pun ikut
tergores robek, tetapi tidak terlihat adanya darah yang mengalir
keluar.
Dengan sangat terkejutnya Wie Lian In menjerit kaget, hatinya
merasa amat kecewa sehingga tubuhnya hampir2 rubuh tak
sadarkan diri,
Air muka ciangbunjin dari Siauw lim pay, Bu tong pay, Kun Lun
Pay, Tiang Pek Pay serta seluruh pendekar pedang merah pada
berubah sangat hebat,
Ternyata Wie Ci To sudah menemui kekalahan.
Walaupun tubuhnya tidak sampai mengucurkan darah tetapi
dengan kekalahannya ini akan mempengaruhi meti hidupnya,
karena dengan diri Cian Pit Yuan dia sudah mengadakan perjanjian
terlebih dahulu.
Siapa yang kalah dia bakal dihukum oleh pihak lawannya sedang
dia sepagai seorang Toa Poocu dari Benteng Pek Kiam Poo yang
namanya sudah amat terkenal didalam Bu-lim tidak akan
memungkiri perkataannya yang sudah diucapkan, sudah tentu dia
akan membiarkan Cian Pit Yuan turun tangan menghukum dirinya.
Senyum kemenangan yang menghias wajah Cian Pit Yuan pun
semakin lama semakin menebal, dia memandang sekejap kearah
diri Wie Ci To lalu sambil menuding dengan menggunakan
pedangnya dia membentak:
“Orang she Wie, kau sudah kalah..”
Siapa tahu baru saja perkataan itu selesai diucapkan air mukanya
sudah berubah jadi tertegun.
Pokoknya sinar matanya yang buas dan amat menyeramkan itu
hanya didalam sekejap saja sudah berubah jadi amat tawar dan
sedih sekali.
Diikuti tubuhnya yang berdiri tegak dengan perlahan-lahan rubuh
kedepan dan jatuh tertelungkup diatas tanah.
Apa yang sudah terjadi?
Semua jago dibuat tertegun oleh peristiwa ini.
Untuk beberapa saat lamanya mereka semua tidak mengetahui
siapakah yang menang dan siapakah yang kalah, masing-masing
dengan mata terbelalak lebar-lebar berdiri mamatung di tempat.
Saat itu cuma Ti Then seorang yang dapat melihat seluruh
kejadian itu dengan amat jelas, tampak dia berjalan maju kedepan
dan menendang badan Cian Pit Yuan sehingga tidur terlentang,
setalah itu dengan menggunakan tangannya dan membuka
pakaiannya.
“Gak hu, sambaran pedangmu kali ini sungguh indah sekali!”
pujinya sambil tertawa.
Waktu itulah semua orang baru dapat melihat kalau pada jalan
darah Cang Bun Hiat pada pinggang Cian Pit Yuan sudah dibasahi
oleb darah segar karena itulah seketika itu juga mereka mengerti
peristiwa apa yang sudah terjadi.
Kiranya sewaktu dia berhasil mcmbabat robek baju bagian dada
dari Wie Ci To itulah jalan darah Cang Bun Hiat pada bagian
pinggangnya sendiripun terkena satu tusukan pedang dari Wie Ci
To.
Sedang dirinya sama sekali tidak merasakan akan hal itu, dia
masih mengira dirinyalah yang sudah memperoleh kemenangan.
Setelab semua orang mengerti apa yang telah terjadi, maka tidak
kuasa lagi suara tepukan tangan serta teriakan memuji bergema
memenuhi seluruh angkasa.
ocooOoooo
BEBERAPA puluh jago dari kalangan Hek-to yang melihat
kemenangan ada dipihak Wie Ci To tidak berani berada disana lebih
lama lagi, masing2 pada bubaran dan melarikan diri dari sana,
Hanya didalam sekejap saja seluruh kalangan sudah dibikin
bersih dari jago2 kalangan Hek-to.
Suatu angin taupan yang bakal melanda, dengan demikian jadi
tenang kembali.
Suara teriawa dari sisekuntum Bunga Bwee Mong Yong Sian
Kauw tiba2 memecahkan kesunyian.
"Aaaih . , kiranya pasukan aneh yang disusul oleh Cuo It Sian
sama sekali tidak lihay !" ujarnya.
"Benar!" sahut Kiem Cong Loojien dari Kun Lun-pay," Apalagi
Tang Loo Koei Bo sinenek tua itu, dia paling mengerti bilamana
bukannya dia yang sudah memecahkan rahasia sipenguasa Go yang
membeli tenaga mereka dengan uang mungkin badai ombak dan
angin taupan yang dahsyat ini tidak bakal sirap dengan sebegitu
cepatnya.”
“Dia adalah simanusia paling cantik di dalam Bu lim Han Giok
Bwee" timbrung Wie Lian In pula." -Waktu yang ialu dia menaruh
kesalah pahaman terhadap kami dan hendak merebut kitab pusaka
Ie Cin Keng, terakhir dia berhasil kami tawan tetapi kemudian kami
lepaskan kembali dirinya.”
"Kiranya begitu, mungkin dia sengaja memecahkan rahasia
sipengua&a Go ini juga dengan maksud untuk membalas budi kalian
itu" ujar Kiem Cong Loojien.
"Inilah yang dinamakan semangka akan mendapatkan semangka,
menanm sayur akan mendapatkan sayur”
Wie CiTo tertawa, dia lantas memerintahkan orang2 dari Benteng
untuk membereskan jenasah dari Cian Pit Yuan, setelah itu kepada
keempat orang Ciangbunjin ujarnya:
"Meja perjamuan ada kemungkinan sudah dipersiapkan, mari kita
masuk kedalam untuk meneguk beberapa cawan arak!".
XX XXX
Keesokan harinya Yuan Kuang Thaysu serta Leng Cing Ceng-jien
berpamit kepada Wie Ci To dan masing2 menuju ke gunung Go-bie
dan Cing Shia untuk menyambangi teman2nya, sedangkan Kiem
Cong Loojien serta Mong Yong Sian Kauw tetap menjadi tamu
didalam benteng Pek Kiam Poo . . .
Sedangkan suasana didalam Benteng Pek Kiam Poo untuk
sementara menjadi tenang kembali.
Sebaliknya perasaan hati dari Ti Then tidak dapat tenang, bahkan
boleh dikata duduk tidak enak tidurpun tidak tenang, hatinya benar2
terasa kacau sekali karena hari perkawinannya sehari demi sehari
mulai mendekat sedangkan tak sebuah akal pun didapat olehnya hal
ini membuat hatinya bertambah tidak tenang.
Terhadap diri Wie Lian In dia sama sekali tidak mempunyai
perasaan " Sayang atau keberatan " bilamana dia bisa pergi dan
membereskan urusan ini maka walau pun seperempat jam pun dia
tidak ingin berada lebih lama lagi didalam Benteng Pek Kiam Poo.
Tetapi dikarenakao ancaman dari majikan patung emas membuat
dia orang
mau tidak mau harus mengambil satu keputusan untuk
menyelesaikan urusan ini, barang yang diinginksn oleh majikan
patung emas agaknya harus didapatkan juga, bilamana dirinya
tanpa memperdulikan lagi segala urusan dan meninggalkan benteng
Pek Kiam Poo maka majikan patung emas pasti akan menggunakan
cara yang paling kejam dan paling ganas untuk membinasakan Wie
Ci To ayah dan anak.
Walaupun Ti Then merasa harga diri adalah amat penting tetapi
nyawa dari Wie Ci To ayah beranak jauh lebih penting lagi. dia tidak
akan mengorbankan nyawa Wie Ci To ayah beranak, karena ingin
menjaga harga dirinya sendiri.
Bahkan undangan sudah dibagikan, bilamana dia melarikan diri
dari Benteng Pek-Kiam Poo bukankah Wie Ci To ayah beranak bakal
kehilangan muka dihadapan orang2 Bu-lim ?
Maka itulah saat ini dia sudah berada didalam keadaan kepepet.
keadaannya seperti sedang menunggang harimau sekali pun mati
tidak boleh melakukan niatnya tersebut.
Satu2nya cara yang dapat dilakukan oleh dia adalah didalam
sepuluh hari sebelum hari perkawinannya ini berusaha untuk
menyelidiki nama serta asal usul dari majikan patung emas,
bilamana nama serta asal usul dan majikan patung emas ini dapat
diketahui olehnya maka ada kemungkinan dia masih bisa
memikirkan satu cara untuk menghadapinya.
Tetapi, harus membutuhkan beberapa waktu dia baru berhasil
mengetahui nama serta asal-usul dari majikan patung emas ini?
Hal ini sama sekali tak terpikir olehnya!
Hari itu, sewaktu dia lagi memberi petunjuk ilmu pedang kepada
seorang pendekar pedang mendadak masuklah kedalam benteng
seorang pemuda dengan menunggang kuda, jika dilihat dari gagang
pedang merah yang tersoren pada pinggangnya jelas dia
merupakan seorang pendekar pedang merah.
Ketika dilihatnya pula perawakan tubuh dari orang itu mendadak
hatinya merasa rada bergerak, kepada seorang pendekar pedang
putih yang ada disampingnya dia lantas bertanya :
“Eeeei . . pendekar pedang merah itu apakah anggota dari
Benteng kita?".
"Benar, apakah Ti Kiauw-tauw sudah lupa ??".
"Pendekar pedang didalam Benteng kita, ada sembilan puluh
orang banyaknya, bahkan ssbagian bssar berkelana didalam dunia
kangouw, sudah tentu aku tidak akan kenal satu persatu" sahut Ti
Then pura2 serius.
"Saudara ini tentunya Ti Kiauw-tauw pernah menemuinya, dia
baru dua bulan yang lalu pulang kerumah menjenguk keluarganya.
Ini hari dia baru pulang kembali ke dalam Benteng kita !".
“Dia tentu Yuan Cia-heng?”
"Salah ! Dia adalah Phoa Loo Tek, usianya jauh lebih besar dua
tahun dari diri Yuan Cia" sahut pendekar pedang putih itu sambil
gelengkan kepalanya.
"Aaah . . . benar, benar," dia adalah Phoa Loo Tek, heeeei ....
bagaimana ingatanku bisa begitu buruk ?”
Saat itulah Phoa Loo Tek sudah turun dari kudanya ditengah
kalangan latihan silat itu, sewaktu dilihatnya Ti Then sedang
memberi petunjuk ilmu pedang kepada para pendekar pedang
lainnya sambil tertawa dia lantas maju menghampiri dan menjura.
“Ti Kiauw-tauw kau sudah pulang ?" ujarnya.
“Benar, aku dengar Phoa-heng pun sedang pulang untuk
menjenguk keluarga?" ujar Ti Then mengangguk.
"Betul, sebenarnya cayhe hendak kembali kedalam Benteng lebih
pagian tetapi dikarenakan ibuku selalu tidak memperbolehkan cayhe
untuk berangkat maka terpaksa aku harus tinggal satu bulan di
rumah ".
"Dimanakah rumah Phoa heng ?"
"Cayhe tinggal disuatu dusun kecil, Swie Mo Kauw, sebelah Barat
dari gunung Cing Shia!"
“Aaaah . . . tempat itu tidak terlalu jauh, dengan menunggang
kuda paling banter cuma dua tiga hari perjalanan "
"Benar!”
"Phoa-heng baru saja kembali kedalam Benteng perjalanan jauh
melelahkan sekali, kau pergilah untuk beristirahat!".
Phoa Loo Tek segera menyahut dan mengundurkan diri dari
sana,
Ti Then yang melihat cuaca sudah mendekati siang dia lantas
membubarkan para pendekar pedang lalu berjalan menuju kamar
istirahat dari sipenembus ulu hati Shia Pek Tha.
Sesampainya didalam kamar Shia Pek Tha dia melihat Phoa Loo
Tek lagi mencatatkan tanggal kembalinya kedalam Benteng didalam
buku..
Shia Pek Tha yang melihat Ti Then berjalan masuk kedalam
kamar dia segera bangkit berdiri dan menuding kearah Phoa Loo
Tek.
"Ti Kiuw tauw, Phoa Lote ini baru saja kembali dari liburannya."
"Siauw te sudah tahu, kita sudah bartemu muka sewaktu ada
dilapangan latihan silat" sahut "Ti Then sambil tertawa.
Saat ini Phoa Loo Tek sudah menulis tanggal liburannya, setelah
itu kepada Ti Then dan Shia Pek Tha dia tertawa dan putar badan
berjalan keluar dari kamar.
"Ti Kiauw tauw ada urusan apa?” tanya Shia Pek Tha.
Ti Then yang mendengar suara langkah dari Phoa Loo Tek sudah
menjauh dia berbisik.
"Shia heng, siauwte rada menaruh perasaan curiga terhadap
jagoan pedang she Phoa ini!"
Shia Pek Tha jadi melengak.
"Aaah . . apanya kurang beres dari dirinya?"
"Peadekar psdang she Phoa ini tinggal didusun Swee Mo Kauw,
jaraknya dari sini cuma ada tiga hari perjalanan saja, tetapi sekali
pergi sudah ada dua bulan lamanya, agaknya didalam urusan ini
rada sedikit tidak beres."
Mendengar perihal tersebut Shia Pek-Tha segera tertawa.
“Tinggal beberapa hari di rumah adalah biasa, apanya yang tidak
beres ?”
“Ingatkah sewaktu tempo hari Siauw-te datang untuk memeriksa
buku tersebut ?”
“Masih ingat, bagaimana ?” tanya Shia Pek Tha sambil
mengangguk.
“Tempo hari sewaktu siauw-te kembali ke dalam benteng dan
ditengah jalan melewati gunung Lak Ban San ada satu hari di
sebuah rumah penginapan di kota Kiam Bun Koan sudah
menemukan dua orang Bu-lim yang lewat dari samping siauw te,
salah satu diantaranya sudah berkata;
“Kau harap berlega hati, tadi Phoa Loo Tek sudah berbicara amat
jelas sskaii, dia bisa turun tangan memberi bantuan... siauw te yang
merasa nama Phoa Loo Tek ini rada dikenal maka setelah dipikir-
pikir setengah harian baru teringat kembali kalau didalam Benteng
dari antara pendekar pedang merah pun ada seseorang yang
bernama Phoa Loo Tek . . .”
“Akhirnya bagaimana ?” Tanya Shia Pek Tha dengan pandangan
tajam.
“Menanti siauw-te teringat kembali akan hal ini kedua orang Bu-
lim itu sudah pergi tak berbekas, tetapi wajah dari kedua orang itu
siauw te masih ingat, jika dilihat dari potongannya jeias dia
bukanlah seorang manusia baik2”
“Lalu apakah arti dari perkataan kedua orang itu ?”.
Dengan perlahan Ti Then gelengkan kepalanya;
“Siauw te sendiri pun tidak paham, akhirnya setelah siauw-te
melakukan pemeriksaan di buku catatan itu dan mengetahui kalau
Phoa Loo Tek baru pulang kerumah dalam hati siauw-te baru
menaruh rasa heran. Bukankah Shia heng tahu jarak antara dusun
Swie Mo Kauw serta Kiam Bun Koan ada enam ratus li jauhnya,
kalau memangnya Phoa Loo Tek pulang ke rumah bagaimana dia
bisa lari ke kokta Kiam Bun Koan yang jaraknya ada enam ratus li
itu?”
Shia Pek Tha segera termenung berpikir sebentar, akhirnya dia
menjawab juga;
“Apakah Ti Kiauw tauw menaruh curiga kalau alasan Phoa Loo
Tek pulang kerumah adalah pura2, sebaliknya secara diam2 dia
sudah pergi mengadakan hubungan dengan orang dikota Kiam Bun
Koan ?”
“Tidak salah!”
“Bagaimana kalau sekarang juga kita pergi menanyai dirinya ?”
kata Shia Pek Tha, setelah itu dia lantas melangkah keluar dari
dalam kamar.
Dengan terburu-buru Ti Then menarik dia kembali,
“Kau tidak boleh berbuat demikian” sahutnya sambil
menggelengkan kepalanya.
“Kenapa ?” tanya Shia Pek Tha melengak.
“Pertama, yang dimaksudkan sebagai Phoa Loo Tek oleh orang
itu belum tentu Phoa Loo Tek dari benteng kita, ada kemungkinan
nama mereka adalah sama. Kedua, Jikalau misalnya dia orang
sendir, maka sekalipun Shia heng tanya dirinya belum tentu dia
orang suka mengaku buat apa kita mengejutkan dirinya terlebih
dahulu ?”.
“Lalu menurut pendapat dari Ti Kiauw tauw kita harus berbuat
bagaimana ?”
“Secara diam2 kirim seorang kedusun Swie Mo Kauw untuk
menyelidiki apakah dia sungguh-sungguh sudah pulang kerumah.
Bilamana orang tuanya menjawab bahwa dia ada disana maka hal
ini membuktikan kalau Phoa Loo Tek ini bukanlah dia, sebaliknya
bilamana orang tuanya berkata bahwa dia tidak ada dirumah atau
mungkin cuma tinggal sehari dua hari saja maka ada kemungkinan
dia orang adalah Phoa Loo Tsk yang dimaksudkan kedua orang Bu-
lim itu, dengan sendirinya dia adalah seorang yang patut dicurigai.”
“Hmmm . . , sangat beralasan sekali”
“Kedua orang Bu-lim itu bsrwajah amat menyeramkan, bilamana
mereka berasal dari kalangan hitam maka janji Phoa Loo Tek untuk
turun tangan membantu sudah tentu bukan satu pskerjaan yang
cemerlang, apalagi Poocu kita selalu menasahati seluruh jagoan
pedang yang ada didalam Benteng kita untuk menjauhkan diri dari
segala kejahatan maka itu urusan ini harus kita selidiki sampai
jelas.”
“Benar . . benar . . .” sahut Shia Pek Tha sambil mengangguk
berulang kali, “Ti Kiauw tauw rasa baiknya kirim siapa untuk
melakukan penyelidikan ini ?”
“Urusan ini untuk sementara waktu janganlah dilaporkan terlebih
dahulu kspada Poocu sehingga jangan sampai pula kawan yang lain
mengetahui maka itu maksud dari Siauw te bilamana Shia heng
tidak keberatan maka dengan mengambi1 beberapa waktu ini
berangkatlah sendiri untuk melakukan penyelidikan, bagaimana
maksud dari Shia heng ?”
“Boleh, waktu perkawinan dari Ti Kiauw tauw masih ada enam
belas hari lamanya dari sini menuju ke dusun Swie Ma Kauw pun
pulang balik cuma membutuhkan enam hari saja, kemungkinan
sekali Poocu akan memberi izin uutuk turun gunung, cuma entah
harus menggunakan alasan apa untuk minta libur ?”
“Coba Shia-heng pikirlah dengan cermat.”
Lama sekali Shia Pek Tha termenung bsrpikir akhirnya dia
menjerit kegirangan.
“Aaash. sudah ada, setiap tahun pada waktu begini cayhe tentu
akan menuju ke gunung Kiu Cing san untuk menengok istri dari
seorang kenalanku yang telah meninggal, biarlah aku menggunakan
alasan ini untuk minta ijin.”
“Tetapi apa hubungannya antara dirimu dengan dia orang ?”
“Dahulu cayhe mempunyai seorang sahabat karib yang bernama
Siauw Tioen Hoo, dia pun merapakan seorang jagoan Bu-lim tapi
akhirnya dia dibunuh orang dan meninggalkan seorang istri dengan
tiga orang anak, keadaannya sangat kasihan sekali, karenanya
setiap tahun cayhe tentu pergi menengok meraka dan membagi
sedikit uang buar mereka, urusan ini pun diketahui pula oleh Poocu
sendiri.”
“Kalau memangnya begitu hal ini amat bagus sekali. Poocu tentu
mengijinkan Shia heng untuk pergi keluar.”
“Cayhe sekarang juga akan minta ijin kepada Poocu, bilamana
Poocu setuju maka cayhe sekarang juga akan berangkat”
Sehabis berkata dengan ter-buru2 dia terus berlalu dari sana.
Tidak lama kemudian dengan wajah penuh senyuman dia sudah
berjalan kembali lagi.
“Haaa .. haaa . Poocu sudah setuju” ujarnya tertawa, “Dia cuma
memberi pesan agar beberapa hari sebelum perkawinan dari Ti
Kiauw tauw harus sudah kembali ke dalam Benteng.”
Dalam hati Ti Then merasa amat girang sekali.
“Lalu Shia heng mengambil keputusan hendak berangkat
sekarang juga ?”
“Tidak salah, cayhe adalah seorang yang mempunyai sifat ingin
terburu2, sesuatu urusan setelah diambil keputusan maka segera
juga kepingin berangkat”
Dia berganti pakaian, mengambi1 beberapa stel ganti dan
beberapa ratus tahil perak yang dibungkus menjadi satu buntalan
lalu dipanggul keatas bahu,
“Sudahlah. sekarang aku mau berangkat” katanya kemudian.
“Shia heng hendak berangkat dengan menunggang kuda ?”
“Sudah tentu”
“Kawan-kawan Benteng lainnya bilamana melihat secara tiba2
Shia heng berangkat meninggalkan benteng tentu akan menaruh
rasa curiga. lebih baik kau pesanlah beberapa patah kata kepada
mereka.”
“Baiklah, apakah Ti Kiauw tauw ada pesan lainnya ?”.
“Tidak ada, Siauw te punya maksud tidak menghantar Shia heng
keluar benteng, harap di perjalanan Shia heng suka berhati-hati”
Demikianlah Shia Pek Tha lantas berangkat meninggalkan
benteng itu.
Sedangkan Ti Then sendiri pun dengan wajah penuh
kegembiraan berjalan kembali kedalam kamarnya.
Apa yang dikatakan pernah bertemu dua orang Bu-lim di kota
Kiam Bun Koan sudah tentu adalah perkataaa kosong belaka, tujuan
yang utama dari dirinya adalah pergi menyelidiki kemana perginya
Phoa Loo Tek selama dua bulan ini, karena dia merasa perawakan
badan dari Phoa Loo Tek ini sangat mirip sekali dengan perawakan
pemuda berkerudung yang diperintah majikan patung emas untuk
menyelidiki dan mengawasi dirinya itu.
Bilamana Shia Pek Tha mendapat tahu kalau Phoa Loo Tek tidak
pernah pulang ke rumah atau mungkin cuma beberapa hari saja
disana maka delapan bagian Phoa Loo Tek ini adalah si pemuda
berkerudung.
Jikalau dia berhasil membuktikan kalau Phoa Loo Tek adalah si
pemuda berkerudung itu, dirinya secara diam2 bisa pancing dia
keluar dari Benteng kemudian menawan dirinya dan paksa dia untuk
mengaku nama serta asal usul dari majikan patung emas, dengan
demikian ada kemungkinan dia akan memperoleh cara yang amat
baik untuk menghadapi majikan patung emas itu.
Terhadap urusan ini dia menaruh harapan yang amat besar
sekali.
Sakembalinya kedalam kamar dia lantas berganti dengan pakaian
singsat.
Saat itulah tampak si Loo-cia pelayan tua itu sudah berjalan
masuk ke-dalam kamar.
“Ti Kiauw tauw,” ujarnya. “Tadi Coen Lan datang kemari, katanya
nona mengundang kau pergi ke-sana setelah bersantap.”
“Baiklah.”
“Beberapa hari ini agaknya setiap hari nona terus menerus
bersembunyi didalam kamar, apakah dia merasa malu?”
“Benar” jawab Ti Then tertawa.
Mendadak, dengan pandangan mata yang tajam si Loo-cia
pelayan tua itu memperhatikN dirinya lalu sambil tertawa tanyanya:
“Ti Kiauw tauw, ada urusan apa yang membuat hatimu jadi
begitu gembira ?”
“Urusan yang menggembirakan ?” tanya Ti Then melengak.
“Air muka Ti Kiauw tauw amat giraag sekali, tentu ada satu
urusan yang menyenangkan hatimu,” seru si Loo-cia sambil
menuding wajahnya.
"Setiap orang yang menghadapi hari perkawinannya sudah tentu
akan bsrsemangat, aku sudah hampir jadi pengantin . . . coba kau
bilang patutkah aku merasa tidak gembira?".
"Tidak, rasa girang dari Ti Kiauw-tauw kali ini sangat luar biasa
sekali, perasaan gembira ini belum psrnah ditemui sejak Ti Kiauw-
tauw memasuki benteng Pek Kiam Poo".
"Kau jangan omong sembarangan!".
“Sungguh, hamba yang selama hidup bekerja sebagai pelayan
paling pinter melihat perubahan wajah dari majikanku, hati
majikanku lagi senang atau sedih hamba mengetahuinya dengan
amat jelas sekali".
Ti Then tidak banyak bicara lagi dengan dirinya, dia lantas
berjalan keluar dari kamar dan menuju ke ruangan makan, karena
waktu itu adalah waktu bersantap.
xxxxx
Selesai bersantap dia berjalan menuju ke kamar Wie Lian In, saat
itu dia melihat Wie Lian In lagi duduk disamping Mong Yong Sian
Kauw itu si ciangbunjin dari Tiang Pek Pay dan melihat dia sedang
menyulam.
Dengan amat hormatnya dia lantas menjura kepada diri Mong
Yong Sian Kauw setelah itu baru ujarnya kepada diri Wie Lian In:
"Coen Lan tadi bilang kau ada urusan mencari aku ?".
"Aaaah . . tidak ada urusan yang penting" sahut Wie Lian In
sambil tertawa malu. "Mong Yong ciangbunjien lagi memberi
pelajaran menyulam kepadaku, aku ingin membuatkan satu
kantongan uang buat dirimu cuma saja tidak tahu kau suka
kembangan yang bagaimana maka aku sengaja mengundang kau
kemari".
"Tidak boanpwee sangka Mong Yong ciangbunjin pun bisa
menyulam, sungguh luar biasa sekali" puji Ti Then kepada Mong
Yong Sian Kauw sambil tertawa.
"Aku adalah seorang perempuan sudah tentu mengerti akan
menyulam, hal ini ada apanya yang aneh?7" seru Mong Yong Sian
Kauw tertawa pula.
"Tetapi kau sebagai seorang ciangbunjien suatu partai besar
bagaimana ada waktu untuk mempelajari soal begini ??".
"Sekarang aku adalah seorang ciangbunjien tetapi sewaktu kecil
tidak, permainan macam ini aku mempelajari ini dari ibuku semasa
kecil".
Waktu ini dia sedang menyulam sebuah bunga Bwee, kelihatan
sulamannya amat bagus sekali.
"Agaknya ciangbunjien amat suka dengan bunga Bwee?" tanya Ti
Then lagi.
"Bukankah julukanku sebagai sekuntum bunga Bwee?".
"Mong Yong ciangbunjien bukan saja pandai membuat bunga
Bwee bahkan bunga yang lain pun saagat indah sekali" timbrung
Wie Lian In dari samping.
"Lalu kau sendiri sudah bisa mempelajari berapa macam?” tanya
Ti Then terhadap diri sang nona.
"Sama sekali tidak bisa, maka itu aku mau tanya dulu kau suka
dengan bunga apa, setelah kau menyebutkannya maka aku akan
mempelajarinya dari Mong Yong ciangbunjien!".
Mendengar perkataan tersebut Ti Then segera tersenyum.
"Bilamana diatas kantongan uang disulam sekuntum bunga, hal
ini aku rasa rada kurang bagus.”
"Kenapa ?"
"Mudah menghamburkan uang hingga habis!" jawab Ti Then
sambil tertawa. (Huruf Tionghoa "Hoa" berarti bunga, berarti pula
menghamburkan).
Wie Lian In segera tertawa cekikikan, “Uang yang ada didalam
kantongan uang memang seharusnya di-hambur-hamburkan!"
serunya.
“Mengirit adalah satu kebaikan, buat apa orang harus
menghambur-hamburkan uang? aku lihat lebih baik kau sulamkan
sebuah kepala harimau saja”
"Kepala macan?" tanya Wie Lian In melengak,
"Benar?" jawab Ti Then tsrtawa. "Bilamana diatas kantongan
uang disulam dengan seekor kepala macan maka setiap kali aku
merogoh kantong untuk mengamhil uang lantas bisa merasakan
seperti masuk kedalam mulut macan, maka setiap pengeluaran
sangat berhati-hati."
Wie Lian In serta Mong Yong Sian Kauw yang mendengar
perkataan tersebut tak terasa lagi segera tertawa keras.
Pada saat mereka bertiga sedang bercakap-cakap itulah
mendadak dari luar bangunan terdengar suara si Loo-cia pelayan
tua itu sedang berteriak teriak:
"Ti Kiauw tauw . . Ti Kiauw-tauw... diluar ada seorang tamu yang
sedang mencari dirimu!"
Mendengar perkataan tersebut Ti Thens segera merasakan
hatinya tergetar amat keras, dengan terburu-buru dia mohon pamit
dan berjalan keluar.
"Siapa?" tanyanya setelah bertemu muka dengan Loocia si
pelayan tua itu.
"Orang itu tidak suka melaporkan namanya, dia cuma bilang
dirinya kenal dengan Ti Kiauw tauw dan sekarang ada urusan untuk
bertemu muka.”
Ti Then merasa tidak mungkin ada seorang kawannya yang
sengaja datang untuk bertemu muka dengan dirinya karena itu
dalam hati dia merasa amat curiga, tanyanya lagi :
"Bagaimana potongan dari orang itu ?".
"Katanya seorang kakek tua, hamba tidak melihatnya sendiri
sehlngga tidak begitu jelas".
"Sekarang dia ada dimana?”
"Masih ada didalam pintu luar benteng".
Dengan langkah yang tergesa-gesa Ti Then segera berjalan
keluar dari pintu luar Benteng.
Sewaktu tiba dihalaman depan dia bertemu muka dengan Wie Ci
To.
"Loo-cia bilang di luar ada seorang kakek tua yang hendak
bertemu dengan siauw say!" katanya sambil menghentikan
langkahnya.
"Benar, mari kita berjalan keluar untuk melihat sebentar" ujar
Wie Ci To sambil mengangguk.
Tua muda dua orang segera berjalan keluar dari pintu Benteng,
terlihatlah didepan pintu berdiri seorang kakek tua berbaju hijau
dengan pada kepalanya tertutup oleh sebuah topi lebar yang
terbuat dari rerumput, saat ini dia sedang menundukkan kepalanya
sebingga tidak terlihat wajahnya, tetapi jika ditinjau dari sikapnya
tidak salah lagi dia adalah searang jagoan dari Bu-lim.
Ti Then sagera mengerutkan alisnya cepat 2, sambil maju
merangkap tangannya memberi hormat ujarnya :
"Cayhe adalah Ti Then, entah...”
Si kakek tua berbaju hijau itu mendongakkan kepalanya lalu
tersenyum.
Melihat kedatangan dari orang itu, terasa lagi Ti Then segera
tertawa sanang, dengan gugup dia berlari kedepan dan jatuhkan diri
berlutut.
"Aaaah . , , kiranya adalah Yuan Loocianpwee ..."
Suaranya gemetar, jelas hatinya merasa sangat terharu sekali!
Tidak salah, kakek tua itu adalah Piauw Tauw dari Yong An
Piauw-kiok, Si Kiem Kong So, Yuan Siauw Ko adanya.
Dengan cepat Yuan Siauw Ko membangunkan dia.
"Tidak usah banyak adat " ujarnya sambil tertawa. "Loohu
dengar kau sudah hampir menikah maka sengaja berangkat kemari
untuk menengok dirimu."
Bertemu dengan orang ini Ti Then merasa bertemu dengan
orang yang paling rapat dengan dirinya, dsngan rasa yang amat
girang dia lantas menoleh kearah Wie Ci To dan ujarnya.
"Gak-hu, dialah Piauw-tauw dari Yong An Piauw-kiok!"
"Nama besar dari Yuan-heng sudah lama aku orang she Wie
kagumi, selamat bertemu! selamat bertemu! " ujarnya sambil
merangkap tangannya menjura.
Dengan gugup Yuan Siauw Ko pun membalas hormat itu.
"Kunjungan yang mendadak harap Wie Poocu suka jangan
marah."
"Mana . . . mana . . mari masuk ke dalam untuk minum teh".
Sambil berkata dia menyingkir ke samping mempersilahkan
tamunya untuk masuk ke dalam.
Mereka bertiga segera mengambil tempat di ruangan tengah
Benteng dan duduk menurut urutan.
Ti Then lantas menghidangkan air the, setelah masing2 pihak
berbicara beberapa kata kesopanan terdengarlah dengan wajah
serius Wie Cl To berbicara:
“Mengenai peristiwa lenyapnya barang kawalan sewaktu Ti Then
bekerja di dalam Piauw-kiok Yuan-heng, aku orang she-Wie baru
tahu pada kurang lebih sebulan yang lalu, karena urusan ini bocah
ini makan tidak enak tidur tidak tenang. Tetapi aku orang she-Wie
sudah berjanji setelah perkawinan mereka aku akan mengerahkan
ssluruh pendekar pedang yang ada untuk menyelidiki jejak dari si
Hong Liuw Kiam Khek ini, aku tidak percaya dia bisa lenyap".
"Bilamana Wie Poocu suka turun tangan memberi bantuan sudah
tentu Loohu merasa sangat berterima kasih sekali" ujar Yuan Siauw
Ko sambil tertawa. "Tetapi sejak semula Loohu sudah tidak pikirkan
urusan ini didalam hati, apakah lain kali berhasil menemukan
kembali barang kawalan yang lenyap itu soal tersebut sudah tidak
terlalu penting lagi."
"Apa maksud dari psrkataan Yuan-heng itu?”
"Loohu sudah mengganti lenyapnya barang itu dengan si pemilik
barang, sedang terhadap mereka pun tidak ada tanggung jawab lagi
maka itu dapatkah kita menemukan kembali barang itu loohu rasa
bukanlah satu urusan yang penting."
"Yuan-heng sangat lapang dada menganggap harta seperti
kotoran, sungguh membuat Loohu merasa amat kagum, tetapi di
pihak Ti Then hal ini tidak bakal menenangkan hatinya, karena dia
sudah mencelakai seluruh keluarga Yuan-heng.”
"Usia Loohu sudah lanjut, terhadap pekerjaan pun sudah tidak
terlalu mementingkan, setelah berkelana selama beberapa tahun
didalam Bu-lim, loohu merasa sudah bosan dan ingin beristirahat
saja.”
“Tidak perduli bagaimana pun lenyapnya barang kawalan itu
harus berusaha untuk dicari kembali” ujar Wie Ci To dengan wajan
yang amat serius. “Hal ini bukan saja demi Yuan-heng tetapi demi Ti
Then pula. Sejak dia menjabat sebagai Kiauw tauw didalam benteng
aku orang she Wie jarang sekali melihat wajahnya menampakkan
kegembiraan, selalu saja dia merasa amat murung, kini dia sudah
menjadi menantu dari aku orang she Wie, maka aku orang
seharusnya memberi satu kebahagiaan kepada mereka.
Mendengar psrkataan tersebut saking terharunya tidak kuasa lagi
Ti Then mengucurkan air matanya,
Dia benar2 merasa terharu, luka dihatinya pun terungkap
kembali.
Dengan sedihnya Yuan Siauw Ko menghela napas panjang.
“Sudah tentu Loohu sendiri pun sangat mengharapkan barang
kawalan yang sudah lenyap itu bisa dicari kembali, bilamana Wie
Poocu bisa bantu mencarinya kembali maka Loohu bersedia untuk
menyumbangkan separohnya untuk menolong kaum miskin”
“Lao-heng serta putrimu apa tidak ikut datang ?” tiba-tiba Ti
Then menyambung dari samping.
“Setelah pertemuan kita dulu, sebulan kemudian Loohu sudah
menikahkan Lao Ie dengan putriku, kini mereka tinggal di rumah”
"Apakah mereka sudah tidak ikut loocianpwee menjual silat ?”
"Benar! " Sahut Yuan Siauw Ko sambil mengangguk. "Alasannya
ada dua, pertama; sekaraag Lan-jie sudah mengandung sehingga
tidak leluasa baginya untuk berluntang-lantung didalam dunia
kangouw. Kedua: Lao Ie sekarang sudah menjadi Piauw-su dari
Liong Hauw Piauw-kiok, penghidupan mereka pada saat ini lumayan
juga”
"Lalu kau sendiri?” tanya Ti Then dengan rasa kuatir.
"Menganggur, heeeei .... di kota Han Yang Loohu buka sebuah
perguruan silat dan menerima murid, idep2 mencari tambahan
sesuap nasi!”
"Bilamana bisa mencari satu tempat untuk tinggal memang jauh
lebih baik dari pada harus berkelana terus didalam Bu-lim ..." seru Ti
Then dengan rada lega.
"Kapan kau akan menikah dengan nona Wie ?" tanya Yuan Siauw
Ko kemudian.
"Masih ada enam belas hari lagi".
"Apakah Yuan-heng suka menetap selama beberapa hari disini ?”
sambung Wie Ci To kemudian.
"Baiklah, Loohu sengaja datang kemari untuk memberi selamat
sudah tentu baru pulang setelah perkawinan mereka selesai,
asalkan tidak mengganggu ketenangan didalam Benteng, loohu
tentu akan tinggal disini".
"Aaaah . . . buat apa Yuan-heng membicarakan perkataan
tersebut ? Tempo hari aku orang she Wie pun pernah
membicarakan soal Yuan-heng dengan diri Ti Then, cuma karena
tidak mengetahui dimanakah Yuan-heng berada maka sulit untuk
mengirim undangannya keluar, kini Yuan-heng sudah datang, sudah
tentu hal ini amat bagus sekali”
Sedang mereka bercakap-cakap terlihatlah ciangbunjien dari Kun
Lun Pay Kiem Cong Loojien ber-sama2 dengan ciangbunjien dari
Tiang Pek Pay, Mong Yong Sian Kauw sudah berjalan masuk ke
dalam ruangan.
Dengan cepat Wie Ci To memperkenalkan mereka berdua dengan
Yuan Siauw Ko setelah itu baru ber-sama2 mengambil tempat
duduk, karena semuanya adalah orang2 dari kalangan dunia
kangouw maka apa yang dibicarakan pun tidak akan lebih dari
persoalan tersebut.
Malam itu Wie Ci To mengadakan perjamuan untuk menjamu diri
Yuan Siauw Ko, orang yang ada didalam perjamuan itu, Kiem Cong
Loojien. Mong Yong Sian Kauw, mereka dengan amat gembiranya
bersantap dan minum arak sehingga tengah malam baru bubaran.
Setelah itu Ti Then menghantar sendiri Yuan Siauw Ko ke dalam
kamarnya untuk beristirahat.
“Malam sudah larut, kau pun kembalilah ke kamar untuk
beristirahat, ada perkataan kita bicarakan lagi besok pagi”. katanya
kemudian.
Ti Then ssgera menyahut dan mengundurkan diri dari ruangan
tersebut.
Pada saat dia mengundurkan diri kedalam kamarnya itulah
langkahnya amat perlahan sekali, beberapa kali dia kepingin
berhenti dan berbicara sepuasya dengan Yuan Siauw Ko.
Dia ingin memberitahukan rahasia dirinya kepadanya, dia akan
menceritakan bagaimana dia diperalat oleh majikan patung emas.
Rasa hormatnya terhadap si Kiam Kong So Yuan Sauw Ko ini
tidak berada dibawah Wie Ci To, karena Yuan Siauw Ko adalah
merupakan seorang jagoan Bu lim yang paling disayang olehnya, dia
pernah mengangkat dirinya, memberi petunjuk kepadanya bahkan
menyayangi dirinya.
Sesuatu kehilangan barang kawalan tempo hari pun bukan saja
dia tidak memaki dirinya bahkan terus menerus menghibur dirinya.
Karena itu di dalam hatinya Yuan Siauw Ko adalah seorang ayah
yang pstut dihctmati dan disayangi, sekarang dirinya menemui
urusan yang menyulitkan dia ingin mengutarakan seluruh kesulitan
itu kepadanya.
Tetapi berbagai ingatan kembali berkelebat memenuhi seluruh
benaknya, akhirnya dengan paksakan diri dia membatalkan maksud
hatinya itu dan berjalan kembali ke kamarnya.
Karena dia sudah memikirkan akan satu hal dia merasa kuatir
bilamana hal ini sampai diketahui oleh majikan patung emas atau
mata2 yang dikirim olehnya untuk mengawasi dan
memperdengarkan apa yang dikatakaa olehnya Yuan Siauw Ko
bakal menemui kematian yang mengerikan sekali,
Hal ini boleh dikata ada kemungkinan bisa terjadi, majikan
patung emas tidak akan membiarkan orang ketiga untuk ikut
mengetahui rencana busuknya ini, sewaktu dia mengetahui kalau
Yuan Siauw Ko pun mengetahui akan rahasianya ini maka dia bisa
turun tangan membinasakan dirinya.
Maka itu setelah berpikir pulang pergi akhirnya dia paksakan diri
untuk bersabar.
Sekembalinya kedalam kamar dia lantas mencuci muka,
membuka pakaian dan tidur.
Malam itu kembali Majikan patung emas munculkan dirinya.
Dengan diam2 dia menurunkan patung emasnya kebawah lalu
menggerakkan patung tersebut untuk membangunkan Ti Then.
"Ti Then, kau bangunlah!" tegurnya.
Dengan cepat Ti Then membuka matanya kembali.
"Ada urusan apa?”
"Aku man membicarakan soal Kiam Kong Su Yuan Siauw Ko
dengan dirimu".
"Kenapa ?" tanya Ti Then tawar.
"Aku ingin mengetahui hubunganmu dengan si tangan baja Yuan
Siauw Ko itu?"
"Tidak perduli aku mempunyai sangkut paut apa dengan dirinya
hal ini tiada hubungannya dengan dirimu".
"Sekarang kau masih merupakan patung emasku " bentak
majikan patung emas dengan gusar. "Sekalipun aku suruh kau
mengorek keluar hatimu kaupun harus melaksanakannya.”
“Baik, aku akan mengorek hatiku baru kau lihat2".
Sehabis berkata dari dalam sakunya dia mencabut keluar sebilah
pisau belati.
Agaknya majikan patung emas merasa amat terkejut sekali
melihat kejadian itu.
"Tidak, aku tidak akan taruhan dengan dirimu" serunya dengan
terburu-buru, "Aku tidak menyuruh kau untuk mengorek keluar
hatimu".
"Hmmm! aku sih mengharapkan sekali kau benar2
memerintahkan aku untuk mengorek keluar hatiku, dengan
demikian semua kesulitanku bisa musnah" seru Ti Then sambil
tertawa pahit.
Nada suara dari majikan patung emas seketika itu juga berubah
jauh lebih lunak lagi.
"Aku cuma ingin mengetahui hubungan diantara kalian, apakah
soal inipun tidak boleh dikatakan?"
"Sewaktu ada di gua Hu Lu Tong di gunung Ccen san kau pernah
berjanji tak akan mendesak aku untuk membuka rahasia".
Majikan patung emas termenung sebentar, akhirnya dia
menyahut.
“Baiklah, kau tidak usah mengatakan pun tidak mengapa,
padahal aku cuma ingin membantu kau..”
“Bagaimana kau bisa tahu kalau aku mempunyai kesulitan yang
membutuhkan bantuan dari orang lain ?” desak Ti Then dengan
sedikit tergerak.
“Aku bisa melihatnya.”
“Kemunculanmu malam ini apakah sengaja hendak
menyampaikan maksud baikmu itu?”
“Di samping itu aku mau mengatakan satu hal kepadamu aku
merasa bahkan hubunganmu dengam Yuan Siauw Ko agaknya amat
rapat sekali, tetapi bagaimanapan hubungan diantara kalian berdua
aku melarang kau untuk menceritakan urusan di antara kita ini
kepadanya.
“Bilamana aku memberitahukan rahasia ini kepadanya kau punya
maksud untuk berbuat apa?”
“Aku bermaksud untuk berbuat apa tentunya kau bisa
menebaknya sendiri bukan?” seru majikan patung emas dengan
dingin.
“Bilamana secara diam2 aku memberitahu kepadanya ?" tanya Ti
Then dengan nada mencoba.
"Soal itu tidak akan mengelabuhi diriku " jawab majikan patung
emas sambil tertawa dingin.
"Benar " kata Ti Then sambil mengangguk. "Ada seseorang yang
bersembunyi di dalam benteng dan setiap waktu setiap saat
mengawasi setiap gerak gerikku secara diam2 ..."
"Hmm! kalau kau sudah tahu itulah sangat bagus sekali”
"Kau ingin menakut nakuti diriku ?”
"Bukannya menakuti dirimu " sahut majikan patung emas
sepatah demi sepatah. "Aku benar2 bisa berbuat demikian, setiap
kali aku melihat kau hendak membocorkan rahasiaku maka aku bisa
perintah dia untuk membunuh mati orang itu".
"Kau berlegalah hati. bilamana aku bermaksud hendak
memberitahukan urusan ini kepadanya maka sewaktu tadi aku
membawa dia kedalam kamar aku bisa memberitahukan hal ini
kepadanya, aku tidak akan menanti sampai sekarang".
"Aku sangat tidak ingin membunuh mati sahabatmu yang paling
intim maka itu aku memberi peringatan kepadamu, lebih baik kau
sedikit berhati-hati".
“Terima kasih atas peringatanmu, aku bisa meng-ingat? urusan
dihati".
Nada suara dari majikan patung emas kembali berubah jadi amat
halus.
"Apakah kau sudah mengambil keputusan untuk tidak
memberitahukan kepadaku apakah hubungannya antara dirimu
dengan dia orang?".
"Hubunganku dengan dirinya Wie Ci To ayah beranak pun sudah
tahu, maka aku bermaksud hendak menceritakan rahasia ini
kepadamu".
Segera dia menceritakan kisahnya pada dua tahun yang lalu
sewaktu dia menjadi Piauw-su diperusahaan Yong An Piauw-kiok
lalu bagaimana sewaktu melindungi suatu barang sudah kena
dicegat oleh si "Hong Liuw Kiam Khek" Ih Ping Siauw lalu
bagaimana ia dikalahkan dan seterusnya.
Selesai mendengar kisahnya itu majikan patung emas lantas
tertawa.
"Tidak aneh kalau kau ingin mencari si kakek pemalas Kay Kong
Beng untuk mengangkatnya sebagai guru, haaa . , haaa . . kiranya
kau ingin belajar ilmu silat kemudian mencari Ih Ping Siauw untuk
membalas dendam".
"Sekarang kau sudah tahu rahasia hatiku, tolong tanya
bagaimana kau ingin membantu aku untuk menyelesaikan urusan
ini?"
Majikan patung emas termenung sebentar, akhirnya dia
menjawab:
“Walaupun didalam urusan ini aku bermaksud untuk membantu
dirimu tetapi tidak akan aku lakukan secepat mungkin, unsan itu
bisa aku kerjakan setelah tujuanku tercapai sukses”
"Menanti setelah tujuanmu tercapai aku bisa pergi mencarinya
sendiri, buat apa membutuhkan bantuanmu lagi?”
"Kau seorang diri mau pergi mencari kemana ? bila ada aku yang
memberi bantuan . . .”
"Semoga saja kau tidak tertarik oleh karena intan permata
tersebut " potong Ti Then dengan cepat.
"Itulah pikiran dari seorang manusia rendah " Seru majikan
patung emas dengan nada tidak senang. "Walaupun intan permata
itu nilainya ada diatas ratusan laksa tahii tetapi aku tidak akan
memandangnya barang sebelah matapun"
Ti Then termenung tidak menjawab. Majikan patung emas segrra
menarik kembali patung emasnya keatas.
"Ingat !” ujarnya lagi. "Bilamana kau tidak ingin melihat Yuan
Siauw Ko mati dengan sangat mengerikan maka urusanku janganlah
kau bocorkan kepadanya.”
XXX
Hanya didalam sekejap saja enam hari sudah berlalu.
Jarak dengan hari perkawinanpun tinggal sepuluh hari saja ! Hari
itu mcndekati lohor sipendekar pedang penembas ulu hati Shia Pek
Tha sudah kembali kedalam Benteng.
Setelah menemui Poocu Wie Ci To, sewaktu didengarnya Ti Then
lagi main catur dengan Kiem Cong Loojien di kebun dia lantas
berjalan menuju kesana.
XxxdwxxX
TI THEN yang lagi bermain catur di dalam gardu kebun, sewaktu
dilihatnya Shia Pek Tha berjalan mendekat, semangatnya mendadak
berkobar.
"Shia heng kau sudah kembali?" tanyanya.
"Benar, baru saja pulang "
Ti Then yang melihat adanya Kiem Cong Loojien disana merasa
tidak leluasa untuk menanyakan jejak dari Phoa Loo Tek di
hadapannya, segera sambil manuding kearah bangku batu dia
berseru:
"Shia-heng, silahkan duduk disini."
Shia Pek Tha segera memberi normat kepada Kiem Cong Loojien
setelah itu baru duduk disampingnya.
"Bagaimana kesudahan dari permainan semula?" tanyanya
sembari memperhatikan permainan catur itu.
"Seri . . . sudah main dua kali, satu menang satu kalah, sekarang
adalah permainan yang ketiga".
"Agaknya didalam permainan kali ini ciangbunjien sudah ada
diatas angin".
Kiem Cong Loojien segera terlawa ter-bahak2.
"Has .... haa kentutnya yang ada di atas angin! pada permainan
yang semula pun loolap selalu memimpin didepan tetapi setelah
sampai pada akhirnya selalu saja menemui kegagalan, permainan
catur dari Ti Kiauw-tauw ini sangat aneh sekali !".
Mendadak Ti Then menggerakkan biji caturnya.
"Biji catur ini harus dihidupkan" serunya keras.
Dengan rasa tegang Kiem Cong Loojien segera memperhatikan
biji catur dari Ti Then tersebut setelah itu berpikir sebentar akhirnya
dengan wajah yang amat girang tanyanya:
"Kau sudah pasti ?".
“Pasti!” jawab Ti Then mengangguk.
"Kau tidak boleh mengulangi kembali biji caturmu lho!"
"Ciangbunjin kapan melihat aku ber main curang?"
"Bagus sekali, permainan caturmu kali ini sudah mati !" sahutnya.
Sambii berkata dia menjalankan sebuah biji caturnya.
Melihat akan hal itu Ti Then segera menjerit keras:
"Aduh . . . celaka ! celaka! kiranya mataku sudah buta."
"Haa ,. . sekarang kau sudah kalah aku lihat . . "
Ti Then segera membubarkan biji2 catur tersebut.
"Boanpwee mengaku kalah!" serunya sambil tertawa pahit.
Agaknya Kiem Cong Loojien merasa amat bangga sekali.
"Bagaimana?" Ujarnya sambii tertawa "Permainan catur dari
Loolap tidak jelek bukan?"
"Benar, tidak disangka permainan catur dari ciangbunjien sangat
lihay sekali sungguh mengagumkan!"
Berbicara sampai disini dia lantas bangkit berdiri.
“Tetapi boanpwee masih tidak mau mengaku kalah, besok pagi
kita teruskan lagi dengan dua kali permainan !".
"Selalu menanti petunjuk darimu" jawab Kiem Cong Loojien
sambil tertawa.
Dia lantas membereskan catur itu lalu bertiga berjalan keluar dari
kebun.
Ti Then serta Shia Pek Tha mengawani Kiem Cong Loojien
kembali kedalam kamarnya terlebih dulu setelah itu baru kembaii
lagi kedalam kebun,
Ti Then yang melihat ditempat itu tidak kelihatan ada orang lain
segera tanyanya dengan suara perlahan:
"Bagaimaaa ?”
"Dugaan dari Ti Kiauw-tauw sedikitpun tidak salah, Phoa Loo Tek
benar-benar sangat mencurigakan sekali" sahut Shia Pek Tha
dengan air muka yang berubah amat keren.
Mendengar perkataan tersebut Ti Then hanya merasakan hatinya
berdebar amat keras, tanyanya dengan cemas:
"Apa yang dikatakan oleh orang tuanya?”
"Dia sama sekali tidak pulang kerumah, orang tuanya bilang Loo
Tek sudah ada setahun lamanya tidak pernah puiang!".
"Jika demikian adanya, didalam hal ini tentu ada suatu persoalan
yang mencurigakan".
"Dia keluar benteng dengan alasan hendak pulang menemui
orang tuanya tetapi dia tidak kembali hal ini jelas sekali
menunjukkan kalau ditempat luaran dia sudah melakukan suatu
pekerjaan yang tidak genah, urusan ini harus cepat2 dilaporkan
kepada Poocu" ujar Shia Pek Tha dengan wajah ssrius.
"Tidak bisa jadi!" bantah Ti Then sambil gelengkan kepalanya.
"Kenapa?”
"Apa yang sudah dilakukan oleh Phoa-heng selama ditempat
luaran kita sama sekali tidak tahu, apalagi hari perkawinan dari
siauw-te pun sudah dekat, lebih baik didalam waktu seperti ini
jangan mengganggu diri Poocu",
Agaknya Shia Pek Tha merasa kalau perkataannya ini sedikitpun
tidak salah, dia lantas mengangguk.
"Kalau begitu, Ti Kiauw-tauw rasa kita harus berbuat bagaimana
baiknya?"
"Besok pagi Siauw-te akan meminjam kesempatan ini untuk
keluar dari Benteng; setelah itu Shia-heng pura2 teringat kalau
masih ada dua orang kawan yang belum kebagian undangan, maka
kirimlah dia serta Yuan Cia untuk membawa undangan itu, sudah
tentu kedua buah undangan itu harus mempunyai tujuan yang
berbeda, hingga dengan demikian Siauw-te bisa mencegatnya
ditengah jalan dan menanyainya dengan se-jelas2nya."
"Ehm ... ini memang suatu cara yang amat bagus sekali ..."
"Coba Shia-heng pikirkan apakah masih ada sahabat yang belum
kebagian undangan?”
Shia Pek Tha termenung berpikir sebentar setelah itu baru
jawabnya :
"Diatas gunung Cing Shia masih ada seorang To Pit Toojien yang
ada perkenalan satu kali jumpa, karena sifatnya yang suka
menyendiri dan tidak akur untuk berkumpul dengan orang maka
undangan itu tidak dikirim buatnya, tetapi bilamana membagikan
undangan ini kepadanya pun boleh juga ..."
“Kalau begitu kirimlah dia pergi!”
"Di kota Tiong Lam didaerah Siok Tiong ada seorang hartawan
Cau yang boleh juga dibcri undangkn tetapi kenapa kau ingin
menggunakan cara ini"
“Bilamana di dalam waktu yang bersamaan Shia-heng mengirim
mereka berdua untuk kirim undangan maka dia orang baru tidak
menaruh rasa curiga."
"Baiklah Besok pagi Cayhe akan kirim dia menuju ke gunuug Cing
Shia, sedang mengirim Yuan Cia ke kota Ticng Lam.. Bilamana Ti
Kiauw tauw ingin menanyakan dirinya maka kau boleh mencegatnya
ditengah jalan, biiamana alasan yang dikatakan amat masuk diakal
maka lepaskan dia pergi tetapi jikalau alasannya terlalu dibuat-buat
maka segeralah membawa dia pulang untuk dihadapkan kepada
Poo-cu!"
Setelah mengadakan perundingan beberapa saat lamanya
mereka berdua baru berjalan keluar dari kebun itu dan kembali ke
dalam kamarnya masing2.
Sekembalinya didalam kamar Ti Tthen segera naik keatas
pembaringannya untuk beristirahat, dengan amat tenang dia mulai
memikirkan satu peristiwa yang sulit dan berada diluar dugannya.
Hal itu adalah: Sewaktu besok pagi dia mencegat diri Phoa Loo
Tek ditengah perjalanan dan akhirnya membuktikan kalau dia
benar2 anak buah dari majikan patung emas, setelah itu dia harus
mengambil tindakan apa untuk memberi hukuman kepadanya ?
Sudab tentu dirinya harus memaksa dia untuk mengakui siapakah
nama serta asal usul dari majikan patung emas, setelah itu
memaksa dirinya pula untuk mengaku siasat apa yang sudah
disusun olehnya, tetapi tidak perduli dia mengatakan apa pun
akhirnya dia harus mengambil suatu tindakan terhadap dirinya.
Bunuh matia dia orang?
Tentu Tidak!
Bilamana membisakan dirinya dia bisa mengelabuhi diri majikan
patung emas, tetapi bagaimana dia harus bertanggung-jawab
terhadap Wie Cito serta Shia Pek Tha?
Lepaskan dia pergi?
Hal ini semakin tidak mungkin lagi.
Bilamana majikan patung emas mengetahui kalau dia berhasil
menawan “Anak buahnya”nya, mana mungkin dia mau berpeluk
tangan.
Persoalan ini terus menerus berkelebat di hatinya, akhirnya
saking tidak kuatnya Ti Then mengambil keputusan untuk
menentukan sikapnya setelah situasi berada dihadapan mata.
xxxx
Hari kedua, dia minta ijin kepada Wie Ci To dengan alasan
hendak mencari angin di luar benteng, dengan menunggang
kudanya dia lantas meninggalkan benteng Pek Kiam Poo.
Didalam perjalanannya menuju ke kota Go-bie, dia sama sekali
tidak berhenti, setelah melewati kota sebelah utara dia melanjutkan
kembali perjalanannya sejauh beberapa li dan sampailah di suatu
tempat pegunungan yang amat sunyi dengan disampingnya tumbuh
lebat pepohonan yang besar.
Setelah turun dari kudanya dan mengikat tunggangannya baik2,
dengan amat tenangnya Ti Then duduk disamping hutan untuk
menunggu.
Jalan raya ini adalah satu jalan yang harus dilalui bilamana
hendak menuju ke gunung Ching Shia, di dalam hati dia
memastikan kaiau Phoa Loo Tek pasti akan melewati tempat ini.
Kurang lebih setelah menunggu satu jam lamanya, akhirnya
terdengarlah olehnya suara derapan kuda yang amat ramai
bergema mendatang.
Dengan gesitnya Ti Then meloncat bangun dan berdiri di
samping hutan, ketika menengok kearah sebelah depan terlihatlah
dari arah kota Go-bie berlarilah mendatang seekor kuda dengan
amat cepatnya.
Dalam hati dia lantas menduga kalau orang itu pastilah Phoa Loo
Tek adanya, karena itu sengaja dia duduk disamping jalan pura2
lagi beristirahat
Hanya didalam sekejap saja kuda itu sudah berada dekat dengan
dirinya.
Tetapi ketika dia dapat melihat si penunggang kuda itu, seketika
itu juga dia orang dibuat tertegun.
Kiranya orang yang ada di atas kuda itu bukan Phoa Loo Tek,
melainkan seorang pendekar pedang merah yang lain dari benteng
Pek Kiam Poo.
Pendekar pedang merah itu bernama Tong Ceng Boe dan
merupakan salah seorang pendekar pedang merah yang pernah
menerima petunjuk ilmu silat dari diri Ti Then.
Bukankah terang2an orang yang di kirim untuk membagi
undangan itu adalah Phoa Loo Tek, bagaimana secara tiba2 orang
bisa berganti dengan Tong Ceng Boe?
Untuk beberapa saat lamanya Ti Then dibuat kebingungan.
Tong Ceng Boe yang melihat Ti Then ada di samping jalan, air
mukanya pun kelihatan sedikit berubah, dengan gugup dia lantas
menahan tali les kudanya dan meloncat turun ke atas tanah.
-oo0dw0oo-
Jilid 37 : Pengakuan Ti Then kepada Yuan Siauw Ko
“Ti Kiauwtauw, kau ada urusan apa datang kemari ?" tanyanya
sambil merangkap tangannya memberi hormat.
"Aku keluar lagi cari angin" sahut Ti Then sambil bangkit berdiri.
"Baru saja beristirahat ditempat ini, Tong-heng hendak pergi
kemana ?".
"Cayhe mendapat perintah dari Shia Toako untuk kirim satu
undangan ke gunung Cing Shia"
'Bukankah undangan sudah habis dibagi?"
'Benar ! cuma secara tiba2 Shia Toa-ko sudah teringat dua orang
yang belum mendapat undangan, karenanya lantas perintah cayhe
serta Yuan Cia untuk mengirimnya.”
"Mau diberikan buat siapa undangan itu?" tanya Ti Then lagi.
"To Pit Toojien !”
"Lalu bagaimana bisa kirim kau orang?"
"Sebetulnya Shia Toa-ko memerintahkan Phoa Loo Tek yang
kirim surat undangan ini, siapa tahu mendadak Phoa Loo Tek sakit
perut sehingga terpaksa harus diganti cayhe !”
Saat itulah Ti Then baru paham kembali sebab2nya, tidak terasa
lagi diam2 lantas berpikir:
"Hmm! bajingan itu sungguh licik sekali, apakah dia sudah
mengetahui siasatku ini sehingga sengaja ber-pura2 sakit perut?"
Setelah berpikir sampai disitu tidak terasa lagi dia lantas
bertanya: ”Bagaimana mendadak perutnya bisa sakit?”
"Siapa yang tahu" ujar Tong Ceng Boe sambil tertawa.
"Ada kemuagkinan sudah salah makan “
Dengan perlahan Ti Then mengangguk.
"Baiklah kau boleh pergi !" ujarnya kemudian.
Tong Ceng Boe lantas merangkap tangannya memberi hormat,
naik keatas kuda tunggangannya dan berlalu dari situ.
Ti Then sendiripun sambil menuntun keluar kuda Ang Shan Khek-
nya bsrangkat kembali kedalam Benteng.
Perubahan yang terjadi secara tiba2 ini benar2 berada diluar
dugaannya, tetapi dia memahami mengapa Shia Pek Tha ganti
mengirim Tong Ceng Boe untuk kirim surat undangan itu, bilamana
dia sendiri yang menghadapi peristiwa ini diapun akan berbuat
demikian, yang penting jangan sampai karena sakitnya perut Phoa
Loo Tek surat undangan itu tidak jadi dikirim sehingga menimbulkan
kecurigaan dari Phoa Loo Tek.
Pcrsoalannya sekarang, kenapa Phoa Loo Tek pura2 sakit perut?
apa dia sudah menduga kalau dirinya bisa menunggu dia ditengah
jalan dan hendak membongkar rahasianya sehingga tidak berani
kwluar? atau mungkin sebabnya dia sakit perut karena hanya ingin
menghindari tugas yang diberikan?
Bilamana soal ini termasuk hal yang di belakang hal itu masih
tidak mengapa, tetapi bilamana termasuk yang ada didepan maka
urusan ini rada tidak beres.
Bilamana dia tidak membongkar urusan ini sampai terang, dia
pasti akan laporkan urusan ini kepada majikan patung emas,
dengan demikian , . .
Berpikir sampai disini Ti Then segera merasakan hatinya gelisah
dia mempercepat larinya kuda untuk cepat2 tiba di-dalam Benteng
Pek Kiam Poo.
Satu jam kemudian dia sudah tiba kembali di Benteng Pek Kiam
Poo.
Sewaktu dilihatnya didepan Benteng masih kelihatan adanya
pendekar pedang hitam yang lagi ber-jaga2, hatinya merasa rada
lega, dia tahu didalam Benteng tidak terjadi urusan,
Dengan psrlahan dia orang mengambil keluar sapu tangaanya
dan mulai menyeka kering keringat yang mengucur keluar setelah
itu baru menjalankan kudanya masuk ke dalam Benteng, dia tidak
ingin semua orang melihat kalau dia kedalam Benteng dalam
keadaan terburu-buru.
Kuda Ang Shan Khek-nya dimasukkan dulu kedalam istal setelah
itu dia baru pargi menjenguk Wie Ci To dalam kamarnya.
Waktu itulah dia melihat Shia Pek Tha berjalan menuju
kearahnya, dia lantas berdiri tidak bergerak,
"Shia-heng !" ujarnya sambil tertawa. "Sudah lama kuda Ang
Shan Khek itu melakukan perjalan jauh, ini hari Siauw-te
membawanya jalan2 larinya sungguh bersemangat sekali!"
Shia Pek Tha tertawa dan maju lebih dekat lagi dengan Ti Then,
setelah dirasanya disekeliling tempat itu tidak ada orang dia baru
berbisik :
"Ti Kiauw-tauw kau sudah bertemu muka dengan Tong Ceng Boe
?".
Dengan perlahan Ti Then mengangguk.
"Hmmm! Bangsat cilik itu sungguh licik sekali" Dengus Shia Pek
Tha dengan sengit. "Sewaktu aku kirim dia ber-sama2 Yuan Cia
untuk kirim undangan dia menyahut dengan senang hati, tetapi
sewaktu kembali ke dalam kamar untuk mangadakan persiapan
mendadak dia berjongkok diatas tanah dan teriak2 katanya sakit
perut, oleh karena pada waktu itu banyak saudara-saudara yang
ada disana aku tidak punya akal lain kecuali memerintahkan Tong
Ceng Boe untuk menggantikannya. Hmm... ! Aku lihat sakitnya perut
tentu pura-pura belaka”.
"Tidak salah, memang pura2 belaka!”
"Tetapi dia sama sekali tidak tahu Ti Kiauw-ta«w lagi menanti
dirinya ditengah jalan, kenapa dia harus pura2 sakit perut ?".
“Soal ini Siauw-te sendiripun tidak paham" seru Ti Then sambil
gelengkan kepalanya.
"Apa mungkin dia mempunyai berbagai macam alasan yang
mengharuskan dia untuk tetap tinggal didalam Benteng ?".
Sekali lagi Ti Then gelengkan kepalanya.
"Dia sekarang ada diraana ?" tanyanya kemudian.
"Sekarang dia lagi berbaring didalam kamarnya.”
"Apakah Shia-heng melaporkan urusan ini kepada Poocu ?".
"Benar!" sahut Shia Pek Tha mengangguk. "Cuma aku tidak
melaporkan kecurigaan dari Ti Kiauw-tauw ini, aku cuma bilang
secara mendadak sudah teringat kalau To Pit Toojien serta
hartawan Cau belum mendapat undangan maka sengaja kirim Phoa
serta Yuan dua orang untuk menyampaikannya, siapa tahu tiba2
Phoa Loo Tek sakit perut lalu ganti mengirim Tong Ceng Boe untuk
melaksanakan tugas ini!".
Diam2 Ti Then menghembuskan napas lega.
"Bagus . . bagus sekali !" serunya dengan girang. "Untuk
sementara waktu kita jangan laporkan dulu urusan ini kepada
Poocu",
“Tetapi kita harus memikirkan yang buruk2 bilamana secara
diam2 bangsat cilik itu mengadakan hubungannya dengan orang
luar dan bersiap-siap hendak berbuat suatu urusan yang tidak
menguntungkan benteng kami bukankah urusan akan jadi semakin
berat? Karena menurut cayhe lebih baik kita laporkan saja kepada
Wie Poocu.”
“Tidak!” Potong Ti Then dengan cepat, “Urusan ini jangan sekali-
kali dilaporkan dulu kepada Poocu!”
“Kenapa?” tanya Shia Pek Tha tidak paham.
“Seperti perkataan yang terdahulu, hari perkawinan siauw-te
sudah hampir tiba sehingga kita menimbulkan banyak urusan
sehingga membuat poocu jadi tidak senang hati apalagi bilamana
kejelekan rumah tangga sendiri sampai tersiar di tempat luarpun
tidak ada baiknya kini Ciangbunjin dari Kun-lun pay serta Tiang-pek
pay juga Yuan Loocianpwee masih ada di dalam Benteng, bilamana
sampai terjadi sesuatu bukankah hanya mendatangkan tertawaan
dari orang2 Bu-lim saja? Maka itu menurut pendapat siauw-te lebih
baik untuk sementara waktu kita jangan bergerak dulu tapi secara
diam2 memperhatikan terus seluruh gerak-geriknya, menanti
setelah perkawinan siauw-te lewat dan semua tetamu pada bubaran
kita baru periksa dirinya lagi.”
Shia Pek Tha berpikir sebentar dan akhirnya mengangguk.
"Demikianpun baik juga ...," sahutnya.
"Sekarang siauw-te mau pergi menemui Poocu serta Yuan
locianpwee sekalian, kita berbicara kembali dikemudian hari.”
Dia lantas berjalan masuk kekamar baca Wie Ci To.
Waktu itu Wie Ci To serta Kiem Cong Loojien lagi main catur,
sedang si tangan sakti Yuan Siauw Ko lagi duduk disamping
menonton jalannya pertempuran tersebut, dia lantas maju kedepan
dan memberi hormat kepada mereka semua.
Kiem Cong Loojien memandang sekejap kearahnya, lalu tanyanya
sambil tertawa:
"Ti Kiauw-tauw, pagi ini kau sudah pergi kemana ?"
"Achh . . . naik kuda putar2 sebentar digunung, boanpwee
mempunyai seekor kuda jempolan yang suka bergerak sedang pada
waktu mendekat ini jarang sekali menungganginya, sewaktu
boanpwee melihat kuda itu me-ringkik2 tiada hentinya maka
sengaja membawa dia untuk lari berputar2 sebentar.”
"Ooooh...” Seru Kiem Cong Loojien setelah itu dia menundukkan
kepalanya berpikir kembali.
Biji catur yang dipegang olehnya adalah hitam dan saat ini ada
dua buah yang digencet mati oleh Wie Ci To tetapi dia tidak mau
mengaku kalah juga, dia masih dengan susah payah meronta.
"Apakah Wie Poocu juga mengalah buat dirimu"
"Mengalah tiga biji, sejak permulaan Loolap sudah menang diatas
angin, siapa tahu sedikit kurang hati2 sudah kena digencet mati dua
biji...coba kau lihat payah tidak?”
"Omong terus terang saja, dengan kekuatan permainan dari
ciangbunjien seharusnya aku orang she Wie mengalah empat biji
catur" ujar Wie Ci To tertawa.
"Lalu kau mengalah berapa biji kalau main dengan menantumu?”
"Tiga biji!"
"Bagaimana kesudahannya?" tanya Kiem Cong Loojien lagi.
"Lumayan."'
"Kalau bagitu bagus sekali, kemarin sewaktu loolap main catur
tiga kali dengan dia loolap berhasil menangkan dua kali kalah sekali,
dengan mengikuti patokan ini maka bilamana Wie Poocu kalah
empat biji catur buat loolap ada kemungkinan biji-biji caturmu
baka1 habis aku makan.”
"Haa ...haa, tetapi dalam permainan kali ini ciangbunjien sudah
kalah
amat banyak sekali!" ujar Wie Ci To sambil tertawa ter-bahak2.
"Soal itu kan disebabkan Loolap terlalu berlaku gegabah, kalau
kau tidak percaya mari kita main satu kali lagi!"
Sehabis berkata dia lantas mengacaukan biji2 catur dan siap
untuk sekali lagi main catur dari depan.
Wie Ci To lantas tersenyum.
"Sudah hampir makan, mari kita bersantap dulu baru main lagi."
ajaknya.
Selesai bersantap siang Kiem Cong Loojien kembali mengajak
Wie Ci To untuk main catur lagi, Wie Ci To merasa tidak enak untuk
menolak lalu kepada Yuan Siauw Ko ujarnya sambil tertawa.
"Yuan-heng, bilamana merasa menganggur bagaimana kalau
main satu dua babak dengan Ti Then?"
“Tidak! Loohu sudah lama mendengar keindahan alam dari
gunung Go bie, sore ini aku punya rencana untuk bsrpesiar kesana!”
“Kalau begitu suruh Ti Then mengawani!” seru Wie Ci To.
Setelah itu dia menoleh kearah Ti Then dan ujarnya lagi
“Ti Kiauw-tauw, kau temanilah Looianpwee untuk berpesiar!”
“Baik!” sahut Ti Then dengan hormat.
Sekembalinya kedalam kamar dia lantas berganti pakaian.
Loo Cia itu pelayan tua yang membawa air teh tampak berjalan
masuk kedalam kamar sewaktu dilihatnya pemuda itu ada dikamar
dia lantas bsrkata.
"Ti Kiauw-tauw, pagi ini nona memerintahkan Cun Lan untuk
mengundang kau pergi kesana, lalu budak tuamu jawab kau tidak
ada ..."
"Ada urusan apa ?" potong Ti Then dengan cepat.
"Budakmu tidak tahu, ada kemungkinan dia merasa rindu
mungkin !”
"Omong kosong !"
"Ti Kiauw-tauw, kau pergi kemana toch tadi pagi ?” tanya Loo-cia
lagi sambil meletakkan air teh keatas meja.
"Mencari angin diatas gunung".
Si Loo-cia lantas garuk2 kepalanya.
"Aku belum pernah mendengar orang bilang kalau seorang calon
pengantin mendadak mencari angin keatas gunung, apa mungkin
Kiauw-tauw ada urusan dihatimu ?"
"Justru karena hendak jadi pengantin pikiranku jadi kacau!".
"Lhoo sungguh lucu, mau jadi penganten hatinya kok jadi
kacau?”
"Kau sudah pernah jadi penganten?”
"Belum!” jawab Loo-cia sambil gelengkan kepalanya.
"Kalau begitu lain kali bilamana kau punya kesempatan untuk jadi
penganten hatimu akan paham bagaimana kacaunya pikiran pada
waktu itu".
"Ach . , . Ti Kiauw-tauw lagi guyon nih!” ujar Loo-cia sambil
tertawa malu-malu, "Dengan usia budakmu yang lanjut mana
mungkin bisa memperoleh kesempatan untuk jadi penganten".
"Siapa yang bilang tidak boleh? sekali pun sudah berusia delapan
puluh tahun pun masih boleh jadi penganten, apalagi tahun ini kau
baru berusia tujuh puluh tahunan.”
Berbicara sampai disini pakaian yang dipakai sudah beres
sehingga dia lantas berjalan menuju keluar kamar.
"Ti Kiauw-tauw kau hendak pergi kemana lagi?” tanya Loo-cia
dengan cepat.
"Yuan Loocianpwee ingin berpesiar ke gunung Go-bie, lalu Poocu
perintah aku untuk mengawaninya".
"Nona sana, apakah Ti Kiauw-tauw tidak pergi ?”
"Nanti saja sekembalinya dari gunung".
Sewaktu dia tiba di kamar Yuan Siauw Ko saat itu si orang tua
sudah menanti disana. Demikianlah mereka berdua lantas bersama-
sama berjalan keluar dari Benteng dan menuju ke gunung Go-bie.
Baru saja berjalan beberapa ratus langkah mendadak Ti Then
berhenti bergerak, sambil menoleh memandang jalan yang semula
dia bertanya:
“Yuan Loocianpwee, kau bermaksud untuk berpesiar kemana
dulu ?”
Maksudnya berhenti dia menoleh ke belakang sudah tentu
sedang memeriksa apakah ada crang yang menguntit atau tidak.
"Sembarang saja!" jawab Yuan Siauw Ko sambil tersenyum,
“Tempat mana yang indah kita pergi saja kesana untuk melihat-lihat
".
"Pemandangan indah digunung Ga-bie amat banyak sekali, kalau
cuma saharian saja tidak mungkin bisa melihat hingga selesai..”
"Kalau begitu kita berpesiar saja ke tempat-tempat yang dekat,
ada kesempatan di kemudian hari kita jalan2 lagi ke tempat lain..”
“Pemandangan indah yang ada di dekat tempat ini ada Wang
Siang Thay serta Kiu Loo Tong.”
Mendadak Yuan Siauw Ko menemukan pemuda itu sedang
memperhatikan jalan raya semula. Tidak terasa hatinya rada
menaruh curiga.
“Kau lagi melihat apa?” tanyanya.
“Ach..tidak mengapa!” jawab Ti Then sambil menoleh dan
melanjutkan kembali perjalanannya ke depan.
Tetapi baru saja berjalan beberapa langkah mendadak dia
menghentikan langkahnya kembali.
Karena didalam sekejap mata itulah secara mendadak dia sudah
teringat akan satu persoalan, terpikir olehnya bilamana dia
menggunakan kesempatan ini untuk memberitahukan rahasia
tentang dirinya yang diperintahkan majikan patung emas kepada
Yuan Siauw Ko, sekali pun misalnya majikan patung emas
mengetahuinya agaknya dia orang tidak bakal berani turun tangan
membunuh Yuan Siauw Ko.
Alasannya : bilamana dia turun tangan membunuh Yuan Siauw
Ko maka Wie Ci To akan mengadakan penyelidikan dengan jelas,
dengan demikian ada kemungkinan bisa mengakibatkan perkawinan
dirinya dengan Wie Lian In mendapat gangguan, hal ini pasti bukan
satu persoalan yang diingini oleh majikan patung emas.
Atau dengan perkataan lain, hari perkawinan antara dirinya
dengan Wie Lian In sudah dekat sedang siasat yang disusun
olehnya pun sudah hampir jadi kenyataan, di saat seperti ini dia
tidak akan berani membunuh orang untuk mencari kerepotan buat
dirinya sendiri.
Ti Then yang teringat akan hal ini hatinya mulai terasa tergetar
amat keras, sehingga tanpa terasa lagi dia sudah menghentikan
tindakannya.
Yuan Siauw Ko yang melihat sikapnya amat aneh tidak terasa
dalam hati merasa semangkin tercengang.
“Eeei kau kenapa ?” tanyanya.
Ti Then menoleh kembali sekejap ke belakang, setelah dirasanya
tidak ada orang yang menguntit dia baru kirim suara dengan
menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara;
“Tadi Yuan Loocianpwee menanyai boanpwee lagi melihat apa,
sekarang akan boanpwae jawab yang sebenarnya . . . boanpwee
lagi memeriksa apakah ada orang yang menguntit atau tidak.”
Mendengar perkataan tersebut Yuan Siauw Ko jadi melengak.
Tetapi dia yang selama hidupnya bekerja sebagai seorang
Piauwsu otaknya amat tajam sekali, dia tahu Ti Then yang
menjawab pertanyaannya dengan menggunakan ilmu untuk
menyampaikan suara sudah tentu sedang menjaga jangan sampai
terjadi satu peristiwa yang tidak terduga.
Karena itu setelah melengak beberapa saat lamanya dia
melanjutkan kembali perjalanannya kedepan, sembari pura2*
menikmati keindahan alam dia menggerakkan bibirnya juga untuk
mengirim suara.
“Sebenarnya sudah terjadi urusan apa ?”
Ti Then yang mengikuti dari samping
bergendong tangan lantas menjawab.
badannya
sambil
“Dengan meminjam kesempatan ini hari boanpwee akan
membuka satu rahasia yang amat mengerikan sekali, setelah
Loocianpwee mendengar kisah ini lebih baik jangan sekali-kali
memperlihatkan rasa kaget atau tercengang, sikapnya harus seperti
biasa saja. Bersama pula sewaktu bercakap-cakap dengan
boanpwee diluarnya pun harus bercerita yang lain2 sehingga tidak
sampai menaruh rasa curiga dari orang yang mengawasi aku secara
diam-diam”
“Baiklah, kau boleh mulai bercerita.”
Selesai menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara dia lantas
berkata lagi dengan suara yang nyaring.
“Heeei . . . pemandangan di gunung Go-bie sungguh indah
sekali, setiap gunung setiap batu setiap tempat dan setiap kayu
mempunyai keindahan yang tersendiri.”
“Benar” sahut Ti Then sambil mengangguk. “Pemandangan yang
indah digunung ini boanpwee sudah berkali-kali melihatnya, tetapi
dalam hati aku merasa tiada bosan-bosannya, setiap kali melihat
pemandangan itu hatiku serasa jadi amat tentram.”
Berbicara sampai disini dia segera berganti dengan menggunakan
ilmu untuk menyampaikan suara :
“Urusan akan boanpwee ceritakan sejak boanpwee meninggalkan
perusahaan Yong An Piauw-kiok, tentunya loocianpwee masih ingat
bukan apa yang boanpwee ucapkan sebelum meninggalkan Piauw-
kiok ?”
Sembari memandang keindahan alam Yuan Siauw Ko lantas
menyahut:
“Ingat, kau pernah bersumpah hendak mencari kembali barang2
yang dirampas itu dengan sekuat tenaga, sebelum berhasii tidak
akan kembali”
“Benar, sehingga boanpwee secara tiba2 saja teringat akan
sesuatu urusan, teringat akan kepandaian ilmu pedang dari Hong
Liuw Kiam Khek yang jauh lebih tinggi dari boanpwee
mengharuskan aku untuk lebih giat berlatih ilmu silat sehingga
setelah bertemu kembali dengan Ih Peng Siauw dapat mengalahkan
juga dirinya dan rebut kembali barang pusaka yang sudah dirampas
itu.”
Yuan Siauw Ko tidak segera menyahut mendadak dia menuding
kearah sebuah kuil yang ada di punggung gunung.
“Eeei itu kuil apa ?” tanyanya.
“Oooh ,, . kuil Ci Im Tan Yuan, didalamnya tiada yang bisa
dilihat, lebih baik kita menuju ke Wang Siang Thay saja,” ujar Ti
Then.
Sehabis berkata dia melanjutkan kembali parjalanannya kedepan,
disamping itu dia mengirim suara terus dengan menggunakan ilmu
untuk menyampaikan suara.
“Demikianlah akhirnya boanpwee pergi mencari seorang guru
kenamaaan untuk belajar silat, pertama-tama boanpwee pergi ke
gunung Kiem Teng san untuk mencari si kakek pemalas Kay Kong
Beng, dia adalah satu-satuna jagoan terlihay di kolong langit pada
saat ini, bilamana aku bisa diterima sebagai muridnya maka untuk
mengalahkan Ih Peng Siauw bukanlah satu persoalan yang sukar
lagi..”
Dengan amat jelasnya dia lantas menceritakan bagaimana dia
ditolak oleh si kakek pemalas Kay Kong Beng dan lain-lainnya,
akhirnya dia menambah lagi.
“Boanpwee yang melibat dia duduk tidak bergerak sama sekali
terpaksa terpaksa turun gunung, pada saat itulah mendadak
dibawah gunung diatas sebuah batu besar sudah menemui sepucuk
surat, sewaktu boanpwee mendekatinya terlihatlah diatas sampul itu
ditulikan kata2:
Baca didaiamnya, agaknya surat itu sengaja diberikan kepada
Boanpwee, karenanya boanpwee lantas mengambil dan membaca
isi suratnya tetapi pada saat itu pula dibalik batu yang menutupi
sampul surat tadi tampak ssbuah tanda telapak tangan yang
membekas ssngat dalam sekali di atas batu yang amat keras itu,
dalamnya kurang lebih ada tiga coen.”
“Hmmm.. sungguh dahsyat tenaga pukulannya” puji Yuan Siauw
Ko dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara. “Apa dia
sengaja meninggalkan bekas pukulan itu untuk kau lihat ?”
“Benar, dia 1agi mempamerkan ilmu saktinya yang mengejutkan,
waktu itu boannpeee benar2 dibuat tercengang dan kaget oleh
kedahsyatannya itu karena boanpwae selamanya belum pernah
mendengar ada orang yang berhasil mempelajari ilmunya sehingga
mencapai taraf yang begitu tingginya.”
“Lalu yang ditulis didalam surat itu ?”
“Cuma ada dua puluh kata saja: Bilamana ingin belajar ilmu silat
yang mengejutkan pergilah ke puncak gunung Gouw Ong Hoog
digunung Pek Gouw San kurang lebih tiga ratus li sebelah Barat dari
tempat ini”
“Ada tanda tangannya?”
“Tidak ada.”
“Bagus, teruskan.”
Mendadak Ti Then menuding kearah depan.
“Coba lihat,” serunya. “Itulah yang dinamakan Wang Siang
Thay!”
Yuan Siauw Ko ter-buru2 angkat kepalanya.
“Ehhmm . . . . tempat itu kenapa yaa disebut sebagai Waan
Siang Thay..?”
“Boaapwee tidak tahu, tetapi menurut orang2 yang sering
berpesiar disini setiap kali mereka sampai di Wang Siang Thay
lantas teringat kembali oleh mereka akan desanya”
“Benar”
Ti Then melanjutkan kembali kata-katanya dengan menggunakan
ilmu untuk menyampaikan suara.
“Walaupun boanpwee tidak tahu maksud hati dari orang yang
mengirim surat itu tetapi dalam hati lantas mengambil keputusan
untuk melihatnya sehingga jelas, pada hari ketiga siang boanpwee
sampai juga di atas puncak Gouw Ong Hong di gunung Pek Gouw
san, tetapi disana tidak kelihatan ada seorang manusia pun, setelah
mencari setengah harian lamanya akhirnya diatas batu gunung
kembali menemui secarik kertas putih yang diatasnya tertulis kata-
kata: “Berjalanlah kearah Barat daya dua ratus li dibawah pohon
siong tua diatas gunung Mao Gouw san" beberapa kata , .”
“Ehmm .. . sebenarnya orang itu lagi main apa toh ?”
“Sedang mengetes apakah boanpwee punya guru atau tidak.”
“Oooh , , , kiranya begitu.”
Demikianlah dengan mengikuti petunjuknya boanpwee berangkat
menuju ke gunung Mao Gouw san dan mendapatkan pohon siong
tersebut, tetapi disanapun tidak kelihatan ada seorang manusiapun
kecuali secarik kertas yang bertuliskan, Berjalan dua ratus li ke
sebelab Selatan, didalam gua Sak Touw Tong digunung Sak Touw
San, beberapa kata.”
“Kelihatannya dia benar-benar sedang mencoba keteguhan hati
serta semangatmu untuk berguru”
“Benar, tetapi tidak sampai disitu saja, sesampainya didalam gua
Sak Tauw Tong digunung Sak Tauw san boanpwee mendapatkan
secarik kertas kembali agar boanpwee suka pergi ke puncak Cian
Hong digunung Koan Mau san dua ratus li dari tempat itu, setelah
tiba di puncak Cian Hong dia kembali memerintahkan boanpwee
untuk pergi kegua Ho Lu Tong di gunung Loo Coen san dua ratus li
jauhnya dari temoat puncak Cian Hong itu, akhirnya seluruh
perjalanan sewaktu boanpwee jumlah ada seribu li lebih.”
“Apakah dia orang ada didalam gua cupu-cupu digunung Loo
Coen san itu?” “Loocianpwe, coba kau lihat bagaimana
pemandangan dari Wang Siang Thay ini?”
“Sungguh luar biasa dari tempat kejauhan cuma kelihatan tebing-
tebing gunung yang terjal, kelihatannya sungguh luar biasa sekali,
agaknya tadi kita naik dari sana bukan ?”
“Benar, itulah tebing Sian Ciang dan bawahnya adalah benteng
Pek Kiam Poo.”
“Ehmm...”
“Benar, orang itu ada didalam cupu2 di gunung Loo Coen san,
tetapi boanpwee sama sekali tidak pernah menemui orangnya
kecua1i suaranya saja hal ini dikarenakan dia bersembunyi di balik
sebuah batu diatas dinding gua dan tidak ingin bertemu muka
dengan boanpwee”
"Sebabnya ?”
“Dia tidak ingin terima boanpwee sebagai muridnya, dia cuma
ingin memberi pelajaran ilmu silat kepadaku dan syaratnya adalah
menjadi patung emasnya selama satu tahun untuk mengerjakan
seluruh pekerjaan yang diperintahkan olehnya..”
"Aahh..”
"Setelah lewat tempat ini maka kita akan tiba dikuil Thian Hong
Tan Yan. Kuil Sian Hong si yang bernama pula Kiu Lo Tong, didalam
kuil itu amat indah sekali, mari kita pergi kesana”
"Baik”
Tua muda dua orang lantas berangkat menuju ke Wan siang
Thay dengan melalui sebuah jalan usus kambing yang kecil.
Yuan Siauw Ko yang sedang mendengar kisah dari Ti Then
dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara sikapnya
selalu tenang-tenang saja, tetapi setelah mendengar kalau pihak
lawan meminta Ti hen untuk menjadi patung emasnya selama
setahun pada air mukanya tidak kuasa lagi sudah menunjukkan rasa
kagetnya yang tak terhingga.
“Orang itu laki atau perempuan ?” tanyanya.
“Jika didengar dari suaranya jelas dia adalah seorang lelaki,
usianya ada diatas enam puluh tahunan”
“Apa tujuaannya memaksa kau untuk menjadi patung emasnya
?”
“Dia tidak menjawab, dia cuma minta boanpwee belajar ilmu
silat yang sakti lalu menyerahkan satu tugas buat boanpwee”
“Kau menyanggupinya?”
“Semula boanpwee menolak karena menurut maksud hatinya lain
kali bilamana dia perintahkan boanpwee untuk berbuat apa maka
aku harus melaksanakannya” , . .
“Benar, bilamana dia suruh kau bunuh orang maka kau harus
membunuhnya, urusan ini tidak boleh jadi.”
“Tetapi akhirnya boanpwee mengabulkan juga”
“Aaach . , “
“Loocianpwee coba kau lihat itulah puncak Ban Hud Cing,
jaraknya dari sini kelihatannya jelas padahal bila berjalan kaki harus
membutuhkan satu jam perjalanan.”
Agakanya saat ini Yuan Siauw Ko sudah tidak bermaksud untuk
melihat pemandangan lagi,setelab menyahut dia lantas kirim suara
lagi dengan menggunakan ilmua untuk menyampaikan suara.
“Kau sungguh amat tolol, bilamana dia perintahkan kau untuk
membunuh orang apa kaupun harus pergi membunuh orang ?”
Dengan pandangan yang sayu Ti Then memandang ke tempat
kejauhan,
“Aku berani menjamin aku tidak akan pergi membunuh orang,
sekalipun misalnya dia paksa boanpwee juga tidak akan
melakukannya.”
“Sekalipun tidak bunuh orang, diapun sama saja bisa
memerintahkan dirimu untuk melakukan pekerjaan yang merugikan
banyak orang.”
“Benar, tetapi dia pernah bilang misalnya boanpwee merasa
pekerjaan itu tidak benar maka aku boleh menggunakan cara yang
benar untuk menyelesaikan pekejaan itu misalnya saja bilamana dia
ingin seekor ayam maka boanpwee harus memberi seekor ayam
kepadanya, sedang mengenai ayam itu didapatkan dari mencuri
atau membeli dia tidak akan ikut campur.”
“Sungguh aneh sekali, akhirnya bagaimana?”
Tua muda dua orang itu sembari menggunakan ilmu
menyampaikan suara untuk bercakap-cakap merekapun bercerita
tentang keindahan alam sehingga sewaktu tiba digua Kiu Loo Tong,
Ti Then baru selesai menceritakan seluruh kisahnya.
Air muka Yuan Siauw Ko berubah jadi amat terharu, makinya
berulang kali.
"Sungguh bodoh! Sungguh bodoh! Wie Poocu adalah seorang
jagoan yang punya hati jujur dan adil, bagaimana kau boleh
melakukan pekerjaan yang sama sekali menyalahi mereka ayah
beranak?”
Ti Then bungkam tidak menjawab, dia berjalan masuk terlebih
dulu ke dalam gua Kiu Loo Tong itu.
Gua Kiu Loo Tong ini dibagi menjadi gua sebelah dalam dan gua
sebelah luar sedang luar gua itu amat lebar laksana pintu kota.
Gua sebelah luar sudah ditumbuhi rotan dengan amat rapatnya,
disebelah kiri kanannya terdapat dua buah pintu yang masing-
masing jaraknya ada beberapa kaki jauhnya, jika dipandang dari
luar gua kelihatannya amat dalam sekali sehingga tak kelihatan
dasarnya, di belakang dinding gua sebelah luar terdapat kembali
sebuah gua kecil, keadaan di sana pun gelap gulita, berpuluh-puluh
ekor burung walet terbang kian kemari dengan tiada hentinya.
Setelah menuruni tangga batu sampailah di sebuah ruang yang
tanahnya datar dan dipenuhi dengan batu-batu cadas, di paling
belakang terdapat sebuah ruangan yang diatas meja sembahyang
masih kelihatan sinar lilin berkedip-kedip, tempat itu biasanya
digunakan untuk sembahyang oleh pengunjung-pengunjung yang
datang berpesiar kesana.
Saat ini didalam gua itu tidak tampak adanya kaum pelancong
yang datang.
Ti Then dengan bungkam diri berlutut di dalam meja
sembahyangan itu, sambil melelehkan air mata diam-diam dia
bersembahyang.
Setiap manusia sesudah berada di dalam keadaan kepepet saat
itu teringat olehnya untuk minta bantuan dengan Dewa, demikian
juga dengan diri Ti Then.
Lama sekali Yuan Siauw Ko berdiam diri tidak berkata,
kemudian...
“Sekarang kau bermaksud untuk berbuat apa?” tanyanya
kemudian.
“Boanpwee sendiri juga tidak tahu bagaimana harus berbuat
sesuatu”
“Bilamana kau suka percaya atas perkataan loohu maka segera
pergilah temui Wie Poocu dan ceritakan seluruh kejadian ini
kepadanya.”
“Tidak bisa jadi!” seru Ti Then sambil gelengkan kepalanya.
“Dia sudah peringatkan kepada boanpwee untuk jangan
membocorkan rahasia ini kepada orang lain, kalau tidak maka dia
akan turun tangan membunuh mati Wie Ci To ayah beranak”
“Loohu tidak percaya kalau dia bisa membunuh mati Wie Poocu”
“Tidak, dia pasti bisa melakukannya, boanpwee yang cuma
belajar ilmu silat selama setengah tahun saja sudah berhasil
memperoleh kepandaian melebihi kepandaian Wie Ci To, bilamana
dia ingin turun tangan membinasakan diri Wie Ci To hal itu adalah
satu pekerjaan yang amat gampang sekali baginya.”
“Dia sudah bersembunyi selama tujuh delapan bulan lamany di
dalam Benteng Pek Kiam Poo, adakah kau secara diam-diam tidak
berhasil mencari tahu dirinya?”
000O000
63
“BENAR, boanpwce secara diam-diam sudah memeriksa seluruh
orang yang ada didalam Benteng, tetapi selama ini tidak berhasil
juga untuk menemukan dirinya”
“Setiap kali dia bercakap cakap dengan dirimu apakah selalu saja
menurunkan patung emasnya dari atas genting ?”
“Tidak salah.”
“Lalu di samping kiri kananmu adakah orang yang mendiaminya.”
“Cuma seorang pelayan tua si Loo Cia, Cia Tiang San seorang.”
“Apa mungkin Cia Tiang San itulah si majikan patung emas?”
“Seharusnya tidak mungkin, Loocia sudah ikuti Wie Ci To selama
empat puluh tahun lamanya bahkan secara diam-diam boanpwee
sudah ada dua kali menjajal dirinya dan aku temukan walaupun
badannya amat sehat tapi tidak mengerti ilmu silat.”
“Kalau begitu cuma ada satu cara saja yang bisa digunakan
untuk mencarinya.”
“Cara apa?”
“Malam ini kau kirim tanda untuk ajak bertamu, loohu akan
secara diam-diam-diam menanti di dekat kamarmu, dengan begitu
bilamana dia muncul diatas kamarmu loohu akan segera mengenali
siapakah dia sebenarnya”
“Tapi cara ini kurang baik”
“Apa maksudmu?”
“Saat ini dia gelap aku terang, kitapun tidak tahu siapakah dia
orang, karena itu bilamana loocianpwee naik keatas atap ada
kemungkinan bisa ditemui olehnya, waktu itu keadaan buat
loocianpwee bisa sangat berbahaya , . .”
"Loohu bisa berjaga2 dengan sangat ber-hati2, bilamana
menemukan hal-hal yang tidak beres ssgera akan menyingkir, aku
percaya dia tidak akan bisa mengapa-apakan diri loohu".
"Dia pernah berulang kali memberi tahu padaku, bilamana dia
merasa ada orang yang ikut mengetahui rahasianya itu maka dia
akan turun tangan membunuh orang itu dengan gerakan cepat,
maka itu cuma mengetahui siapakah dia orang percuma saja, kita
harus sekalian tangkap dirinya.”
"Kalau begitu diam2 biar aku laporkan urusan ini kepada Wie
Poocu agar dia suka mengadakan persiapan, sampai waktunya kita
bisa bersama-sama turun tangan mengerubut, waktu itu sekalipun
dia memiliki tiga kepala enam tangan jangan harap bisa meloloskan
diri”
"Locianpwee karena tidak mengenal ilmu silat yang dimiliki
sebenarnya ada ada seberapa tinggi sehingga bisa berpikir
demikian, padahal dia sudah berada ditingkat yang paling
sempurna, dia dapat menghancurkan kerubutan dari seluruh
anggota benteng, menurut boanpwee bilamana kita ingin menawan
dirinya hal ini tidak mungkin bisa terjadi".
"Demikian tidak baik, begitupun tidak baik, apa kau benar2 ingin
mendengarkan perintahnya untuk kawin dengan nona Wie?”
"Inilah satu2nya jalan yang bisa melindungi Wie Ci To ayah
beranak dari gangguannya".
"Tidak, bilamana kau kawin dengan Nona Wie maka sama saja
dengan mau mencelakai mereka ayah beranak".
"Majikan patung emas pernah berkata, bilamana boanpwee
sudah kawin dengan nona Wie maka dia akan memberi perintah
yang kedua, maka itu boanpwee kira . . . setelah habis kawin aku
mau tahu dulu apakah perintah dari majikan patung emas yang
kedua itu, bilamana perintahnya itu sama sekali kurang ajar maka
boanpwee bermaksud hendak adu jiwa dengan dirinya".
"Walaupun kau berbuat demikian tetapi setelah kawin dengan
dirinya bukankah nama sucinya akan ternoda ?".
"Tetapi sekarang sama saja sudah terlambat karena undangan
sudah disebarkan”.
"Seharusnya sebelum undangan itu dibagi kau harus pergi
mengaku kepada Wie Poocu"
"Boanpwee pun punya maksud untuK berbuat demikian tetapi
baru saja tiba di depan kamar baca dari Wie Ci To maksud hatiku
sudah diketahui oleh majikan patung emas, dia mengirim suara
mengancam boanpwee bilamana berani membocorkan rahasia ini
maka dia akan segera turun tangan membinasakan Wie Ci To ayah
beranak, mendengar nada suaranya yang amat tegas aku rasa dia
bukan lagi main gertak”
"Apa kau sungguh2 senang dengan nona Wie?”
"Benar”
"Kalau memangnya begitu, seharusnya kau tidak menipu
dirinya".
"Persoalannya sekarang justru kalau aku tidak mengerjakan
perintah dari majikan patung emas maka mereka ayah beranak
akan mati di tangan majikan patung emas".
"Bilamana loohu adalah Wie Cji To maka loohu rela mati di
tangan majikan patung emas daripada melihat putrinya sendiri kena
kau tipu ".
Mendengar perkataan tersebut Ti Then segera merasakan
hatinya tergetar amat keras, karena dia merasa psrkataan yang
diucapkan oleh Yuan Siauw Ko ini sedikit pun tidak salah, dia tahu
Wie Ci To adalah termasuk orang yang bersifat demikian dia adalah
seorang yang membenci kejahatan seperti musuh buyutan,
selamanya tidak pernah kompromi dengan orang2 jahat karena ini
bilamana dia meceritakan rahasia ini kepada Wie Ci To maka ada
kemungkinan dia rela mati ditangan majikan patung emas daripada
putrinya ditipu, dan sudah tentu waktu itu dia tidak akan
menyalahkan dirinya.
Sebaliknya bilamana dia terus bungkam sehingga pada suatu hari
dia menemukan kalau dirinya sedang menipu mereka maka waktu
itu dia akan membenci dirinya hingga akhir jaman.
Maka itu dia merasa perkataan yang diucapkan oleh Yuan Siauw
Ko ini sedikitpun tidak salah, seharusnya dia menceritakan rahasia
ini kepada Wie Ci To.
Dengan perlhan dia lantas mengangguk.
“Baiklah, boanpwee pasti akan mengikuti petunjuk dari Yuan
loocianpwee dan menceritakan seluruh kejadian ini kepada Wie Ci
To,” katanya dengan teguh.
Mendengar perkataan itu Yuan Siauw Ko jadi teramat girang
sekali.
“Tetapi sebelum memberitahukan urusan ini kepadanya lebih
baik kau mengetahui lebih dulu siapakah majikan patung emas itu.”
"Jadi maksud Loocianpwe ..."
"Sebelum mengetahui siapa majikan patung emas itu, kau
hendak secara bagaimana melaporkan hal ini kepada Wie Poocu?
Bilamana dia tidak sabaran dan segera perintahkan seluruh isi
benteng untuk menangkap majikan patung emas, ada kemungkinan
saat ini majikan patung emas segera melarikan diri.
Tetapi bilamana kau sudah tahu siapakah majikan patung emas
maka semua orang bisa melakukan tugasnya secara diam-diam
setelah itu memberi satu penyerangan serentak yang membuat
majikan patung emas jadi kelabakan, dengan begitu kita bisa
berhasil tangkap dia dengan amat mudah.”
“Loocianpwee tetap menginginkan agar boanpwee suka kirim
tanda untuk ajak dia berbicara lalu loocianpwee intip dari samping?”
“Benar!” sahut Yuan Siauw Ko mengangguk.
“Tetapi....bilamana jejak dari loocianpwee diketahui, waktu itu....”
"Kau tidak usah merasa kuatir buat loolap." Potong Yuan Siauw
Ko dengan cepat. "Bilamana dia membinasakan loolap maka Wie Ci
To tentu akan menguntungkan gerakannya, Loolap percaya dia
tidak akan berani bertindak sembarangan”
Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambungnya lagi.
“Apalagi dia tidak tentu bisa menemukan jejak dari loolap, kamar
loolap cuma berada pada jarak dua belas, tiga belas kaki saja
bilamana dari atas atap aku mengintip keluar dia tidak bakal bisa
mengetahui kalau loolap lagi mengawasi gerak-geriknya.”
Ti Then termenung berpikir sebentar, akhirnya dia mengangguk.
“Baiklah, tetapi lebih baik besok malam saja kita baru melakukan
pekerjaan, karena ini hariboanpwee datang berpesiar dia pasti akan
menaruh rasa curiga, bilamana boanpwee ajak dia untuk bertemu
malam ini tentu dia sudah tertipu.”
"Baiklah! kalau begitu kita putuskan besok malam baru mulai
bekerja...”
"Didalam
hal
ini
Loocianpwee
janganlah
sekali-kali
memperlihatkan tanda-tanda yang mencurigakan! Sikapnya harus
seperti biasa dan pura-pura tidak pernah terjadi sesuatu urusan,
kalau tidak...”
“Kau legakanlah hatimu, di dalam hati loolap sudah punya
pegangan!” ujar Yuan Siauw Ko tertawa.
Ti Then segera merasa mereka telah lama sekali berhenti di gua
Kiu Loo Tong, karenanya dia lantas berkata;
"Di dekat tempat ini ada beberapa kuil yang bagus, mari kita
pergi keluar".
Tua muda dua orang segera berjalan keluar dari gua Kiu Loo
Tong itu dan
Melihat-lihat di kuil yang ada di sekeliling tempat itu, sesudah
Sang surya condong kearah barat mereka baru balik ke dalam
Benteng.
Sekembalinya didalan Benteng malam haripun telah tiba.
Sehabis bersantap malam Ti Then duduk-duduk sebentar di
kamarnya Wie Lian In setelah itu baru kembali ke kamarnya untuk
beristirahat.
Semalam tidak terjadi satu peristiwa apa pun.
Keesokan harinya selesai cuci muka Ti Then seperti biasanya
pergi ke kamar Yuan Siauw Ko untuk memberi hormat, sesampainya
di depan pintu kamarnya waktu itu keadaan masih sunyi.
Ti Then lantas mulai mengetuk.
"Yuan loocianpwee, kau orang tua sudah bangun belum?"
teriaknya.
Dari dalam kamar suasana tetap sunji senyap.
Sedang pintu kamar itu setelah diketuk beberapa kali pun lantas
membuka sedikit, kiranya pintu itu sama sekali tidak terkunci.
Ti Then segera mendorong pintu dan berjalan masuk, tampaklah
seprei dan selimut sudah diatur amat rajin sedangkan Yuan Siauw
Ko sendiri tidak tampak di kamar.
"Ach . . . tentunya dia lagi berjalan-jalan di tempat luaran!”
Pikirnya di hati.
Karena itu dia lantas mengundurkan diri dan menuju ke kamar
dari Kiem Cong Loojien yang ada disebelahnya untuk memberi
hormat, dan terakhir dia baru menuju kekamar baca dari Wie Ci To.
Setiap pagi dia tentu pergi ke kamar baca Wie Ci To untuk
memberi hormat.
Sesampainya dipintu sebelah luar dari kamar baca itu kebetulan
Wie Ci To pun lagi mau keluar, dia lantas tanya.
“Gak-hu, apakah
Loocianpwee?”
kau
sudah
bertemu
dengan
Yuan
“Tidak! Apa dia tidak ada di kamar?”
“Benar, aku rasa dia tentu lagi berjalan-jalan di dalam Benteng,
biarlah siauw-say pergi mencarinya.”
Dia lantas berputar ke halaman sebelah dalam, tetapi walaupun
sudah dicari kalang kabut tidak ditemukan juga bayangan itu Yuan
Siauw Ko, ketika dia menanyai para pendekar pedang hitam yang
berjaga-jaga di pintu benteng sebelah depan, mereka pun tidak
melihat Yuan Siauw Ko keluar dari sana.
Hatinya mulai merasa berdebar amat keras sekali.
“Celaka! Apa mungkin dia sudah dicelakai oleh majikan patung
emas?”
Tidak! Ada kemungkinan dia sudah pergi ke kebun.
Dengan tergesa-gesa dia lari menuju ke kebun di belakang
benteng, sembari mencari teriaknya berulang kali.
“Yuan loocianpwee!!! Yuan Loocianpwee....”
Akhirnya walau pun sudah dicari di seluruh kebun tetapi
bayangan dari Yuan Siauw Ko tidak kelihatan juga.
Kali ini hatinya benar-benar amat kalut.
Setelah dia menceritakan seluruh rahasianya kepada Yuan Siauw
Ko kemarin hari sewaktu ada di gunung selama ini isi hatinya
merasa terus menerus kuatir bilamana urusan ini bisa diketahui oleh
majikan patung emas, dia merasa kuatir Yuan Siauw Ko dicelakai
oleh majikan patung emas sedang kini....peristiwa yang sangat tidak
diinginkan ini sudah terjadi di depan mata.
Dengan termangu-mangu dia berdiri di dalam kebun, hatinya
benar-benar terasa amat kacau.
“Heeiii..semoga saja bukan begitu” gumamnya seorang diri.
“Benteng ini amat luas, ada kemungkinan dia lagi berbicara di
kamar seorang pendekar pedang merah, biarlah aku pergia cari dia
lagi.”
Akhirnya dia berjalan kembali ke halaman depan, setiap kali
bertemu dengan orang dia tentu menanyakan jejak dari Yuan Siauw
Ko.
Tetapi sekali pun satu deretan kamar para pendekar pedang
merah itu sudah diperiksanya dan kali ini tidak kedengaran juga
suara dari Yuan Siauw Ko.
Hatinya mulai merasa semakin cemas lagi.
“Ehm..apa mungkin dia sudah pergi ke kamar kecil?”
Kembali dia berjalan menuju ke benteng sebelah kiri dimana
berdiri gubuk-gubuk kecil yang digunakan untuk membuang hajat,
akhirnya hasil yang diperoleh hanya nihil saja.
Ehmm , . . !! ada kemungkinan dia sudah mendatangi kamar
kecil dan sekarang sudah kembali kekamarnya lagi.
Karenanya dia lantas kembali lagi ke kamar Yuan Siauw Ko,
tetapi sekalipun sudah masuk kedalam kamar keadaannya sama
saja, sama sekali tidak kelihatan ada sesosok manusiapun.
Tetapi didalam kamar diatas meja dia menemukan secarik surat.
Isi surat itu berbunyi demikian:
Ditujukan kepada Wie Toa poocu serta Ti Kiauw-tauw.
Sewaktu sadar dart impian tiba2 aku teringat masih ada
perjanjian dengan seorang kawan digunung Cing Shia dua hari
kemudian.
Karena waktu mendesak dan takut terlambat dalam perjanjian
maka aku pergi tanpa pamit, harap kalian suka memaafkan dan
semoga ssja aku bisa datang kembali untuk ikut merayakaa hari
perkawinanmu.
Loolap Yuan Siauw Ko-
Beberapa perkataan itu ditulis dengan tergesa-gesa sekali
sehingga tidak begitu genah tulisannya.
Surat ini didalam pandangan Wie Ci To serta orang2 lainnya
kecuali merasa diluar dugaan dan sayang terhadap Yuan Siauw Ko
yang pergi tanpa pamit tidak akan menimbulkan kecurigaan yang
lain, tetapi dimata Ti Then hal ini segera menimbulkan rasa curiga
yang luar biasa.
Karena dia tahu Yuan Siauw Ko bukanlah manusia yang bernyali
kecil, dia tidak akan pergi menemui perjanjian dengan kawannya
secara tiba2 setelah mengadakan perundingan untuk membuka
rahasia dari majikan patung emas, didalam keadaan yang
sesungguhnya hal ini tidak mungkin bisa terjadi.
Tetapi, sekarang Yuan Siauw Ko benar2 sudah pergi tanpa pamit,
apa sebabnya dia berbuat demikian ???
Tidak ragu2 lagi kepergian Yuan Siauw Ko secara tiba2 ini tentu
ada sangkut pautnya dengan Majikan patung emas!.
Majikan pstung emas pastilah sudah menggunakan satu tindakan
yang amat lihay untuk memaksa Yuan Siauw Ko mau tidak mau
harus meninggalkan Benteng Pek Kiam Poo.
Atau ada kemungkinan surat ini sama sekali bukanlah ditulis oleh
Yuan Siauw Ko sendiri sebaliknya hasil karya dari Majikan Patung
emas.
Setelah dia membunuh Yuan Siauw Ko lantas menulis surat ini
untuk pasang jebakan agar perbuatan dosanya ini tidak sampai
diketahui oleh orang lain.
Berpikir sampai disini Ti Ihen merasakan kepalanya pusing
matanya berkunang-kunang, hampir-hampir dia jatuh tidak
sadarkan diri.
Seluruh badannya terasa panas dingin, tangan yang memegang
surat itu pun gemetar tiada hentinya.
“Ti Kiauw-tauw, kau kenapa?” tiba-tiba berkumandang dayang
pertanyaan dari seseorang.
Dan orang itu bukan lain adalah Kiem Cong Loojien.
Sewaktu melewati dari depan kamar Yuan Siauw Ko dia bisa
melihat air muka Ti Then rada aneh, karenanya dia lantas berhenti
untuk bertanya.
“Yuan loocianpwee sudah pergi,” sahutnya sambil tertawa sedih.
Kiem Cong Loojien jadi melengak.
“Kau bilang apa?”
Dengan tangan masih gemetar Ti Then lantas serahkan surat itu
kepadanya.
“Inilah surat yang ditinggalkan Yuan Loocianpwee. Ciangbunjien,
kau boleh lihat..”
Kiem Cong Loojien segera menerimanya dan membaca hingga
habis. I
“Aaach . . sungguh aeeh , . . sungguh aneh , . .” Teriaknya
tercengang, “Sekali pun ada urusan yang bagaimana pentingnya
seharusnya dia bilang dulu dengan Wie Poocu kalau mau pergi.”
“Ada kemungkinan Yuan Loocianpwee merasa membangunkan
Wie Poocu di tengah malam buta adalah satu pekerjaan yang
kurang sopan sehingga...”
“Tetapi kepergiannya yang tanpa pamit bukankah kurang sopan
juga?” Potong Kiem Cong Loojien dengan cepat.
“Ciangbunjien tidur di kamar sebelahnya, apakah kau tidak
mendengar sedikit suara pun?”
Kiem Cong Loojien dongakkan kepalanya termenung sebentar,
dia gelengkan kepalanya.
“Tidak, loohu yang menjadi tetamu di dalam Benteng sudah
tentu tidak usah bersiap sedia, karenanya begitu naik ke atas
pembaringan kontan tidur dengan nyenyaknya, mungkin sekalipun
ada suara Loohu juga tidak akan mendengarnya.”
“Kalau begitu ayoh cepat kita laporkan urusan ini kepada Poocu.”
Karena waktu itu adalah waktu bersantap pagi maka kedua orang
itu langsung menuju ke ruangan bersantap.
Sedikitpun tidak salah, Wie Ci To sudah menanti diruang
bersantap, bagitu melihat munculnya Kiem Cong Loojien dia lantas
bangun menyapa.
“Kemarin malam ciangbunijien bisa tidur dengan nyenyak bukan
?”
“Sungguh nyenyak sekali sehingga kamar sebelah sudah
kehilangan orangpun tidak merasa" jawab Kiem Cong Loojien sambil
menyengir.
"Apa ? Sudah kehilangan orang?” Wie Ci To tertegun.
Ti Then segera maju ke depan dan menyeraahkan surat dari
Yuan Siauw Ko kepadanya.
"Yuan Loocianpwee kemarin malam sudah meninggalkan benteng
!" lapornya.
Air muka Wie Ci To berubah hebat, dia lantas terima surat itu
dan diperiksanya satu kali, jeias wajahnya memperlihatkan rasa
terkejut yang luar biasa.
"Aach . . . ! Sebenarnya sudah terjadi urusan apa?" serunya tak
terasa.
"Ada kemungkinan Yuan Loocianpwe tidak suka mengganggu
Gak-hu sehingga dia pergi tanpa pamit . . . “
Wie Ci To termenung berpikir sebentar mendadak dari sepasaag
matanya memancarkaa sinar yang amat tajam dan memandang diri
Ti Then tak berkedip.
"Apakah diantara kalian berdua sudah terjadi satu urusan yang
tidak menyenangkan hati ?"
"Tidak !" sahut Ti Then dengan serius, "Kemarin sore siauw-say
temani dia orang berpesiar keatas gunung dan kami ber-cakap2
dengan hati yang amat girang, di antara kami berdua sama sekali
tidak terjadi satu peristiwa yang tidak menyenangkan hati".
"Kalau begitu urusan ini sungguh aneh sekali." Seru Wie Ci To
dengan suara yang berat, sinar matanya berkedip-kedip. "Loohu
tidak percaya kalau dikarenakan sungkan mengganggu Loohu
ditengah malam buta Yuan Piauw tauw sudah pergi tanpa pamit,
didalam soal ini pasti ada sebab2nya!”
"Loolap merasa kepergian Yuan Piauw-tauw meninggalkan
benteng adalah satu hal yang mengherankan . . " tukas Kiem Cong
Loojien.
Ti Then termenung tidak berbicara, sebelum dia mengadakan
pembicaraan dengan Majikan patung emas, dan sebelum
membuktikan kalau kepergian Yuan Siauw Ko ada hubungannya
dengan Majikan patung emas dia tidak ingin memberi pendapatnya,
dia pun tidak bisa membongkar rahasia dari majikan patung emas
karena bilamana kepergian tanpa pamit dari Yuan Siauw Ko ini
adalah hasil karya dari Majikan Patung emas maka hal ini
membuktikan kalau peringatan yang diucapkan Majikan Patung
Emas bukanlah satu gertakan sambal belaka, dia benar2 berani
turun tangan membunuh orang, apa yang diucapkan tidak akan
dipungkiri kembali.
Atau dengan perkataan lain, Ti Then benar2 merasa bilamana
dirinya tanpa
memikirkan akibatnya lantas menyiarkan patung emas maka
Majikan Patung emas pun segera turun tangan membereskan Wie Ci
To serta Wie Lian In, hal ini Ti Then tidak akan merasa tega untuk
melihatnya.
“Bilamana Loohu adalah Wie Ci To maka Loohu rela mati di
tangan majikan patung emas daripada melihat putriku ditipu
mentah-mentah oleh dirimu.”
Walau pun perkataan dari Yuan Siauw Ko ini benar tetapi
bagaimana pun juga dirinya belum betul-betul mencelakai Wie Lian
In, bilamana sampai saat ini dia harus membinasakan nyawa dari
mereka ayah beranak ini benar-benar tidak berharga.
Karena itu pikiran Ti Then pun kini berubah kembali, semangat
serta keberanian yang diperlihatkan kemarin hari kini meruntuh...dia
mulai merasa ragu-ragu.
Wie Ci To sendiri agaknya merasa tidak paham juga, alisnya
dikerutkan rapat-rapat, sambil bergendong tangan dia berjalan
mondar-mandir.
“Apa mungkin pelayanan dari Benteng kita tidak baik sehingga
dia jadi jemu dan pergi?” terdengar dia kembali bergumam.
“Bilamana membicarakan soal itu seharusnya Loolaplah yang
paling memperhatikan” sela Kiem Cong Loojien sambil tertawa,
“Tetapi setelah menjadi tamu selama beberapa hari didalam
Benteng Loolap merasa pelayanan disini amat bagus sekali”
“Benar” sambung Ti Then, “Terhadap sifat dari Yuan
Loocianpwee siauw-say lah yang paling paham, dia orang tua
bersifat lapang dada dan bukanlah seorang manusia yang berhati
sempit”
“Tetapi kepergiannya yang tanpa pamit sama sekali tidak benar.
Dia bilang secara tiba-tiba sudah teringat kembali ada janji dengan
seorang sahabat karib, bilamana partemuan ini harus pergi kenapa
dia bisa melupakannya?”
“Ada kemungkinan pertemuan ini sudah dijanjikan pada tempo
hari karena tidak pernah diingat-ingat maka sewaktu kemarin
malam teringat kembali dia jadi ribut sendiri”
“Kau lihat partemuan apakah yang sudah dijanjikan dengan
temannya itu ?” tanya Wie Ci To sambil memandang tajam
wajahnya.
“Soal ini sulit untuk diketahui, kalau memangnya dia orang tua
menyebut sebgai sahabat karib maka seharusnya pertemuan ini
tidak sampai membahayakan jiwanya” sahut Ti Then.
“Kalau begitu lebih baik kita kirim dia orang untuk lihat-lihat di
gunung Cing Shia, kau lihat bagaimana?”
“Begitu pun bagus sekali.”
“Coba kau panggil Shia Pek Tha dan suruh dia kirim seorang
pendekar pedang merah untuk pergi ke gunung Cing Shia”
Ti Then segera menyahut dan mengundurkan diri dari ruangan
bersantap, setelah menemukan Shia Pek Tha dia lantas
menceritakan kepergian dari Yuan Siauw Ko yang tanpa pamit pada
kemarin malam serta perintah dari Poocu untuk kirim seseorang
untuk mengadakan pemeriksaan di gunung Cing Shia, setelah itu dia
baru kembali lagi ke ruang bersantap.
Dia menemani Kiem Cong Loojien serta Wie Ci To untuk
bersantap, tapi hatinya yang lagi murung mana ada napsu untuk
makan?
Dia cuma mengharapkan hari cepat malam.
Malam hari pun mulai menjadi kelam.
Dari dalam kamar Wie Lian In dia langsung kembali ke kamarnya,
setelah mengundurkan si Loo Cia pelayan tua itu dia lantas
mengambil lampu dan diketuknya tiga kali di dekat jendela, setelah
itu baru naik ke atas pembaringan.
Saat ini napsu untuk tidur pun berkurang, sepasang matanya
dengan melotot lebar-lebar memandang tajam atas genting....
Kentongan pertama....kentongan kedua.....dengan
berlalu, kini kentongan ketiga pun menjelang.
cepatnya
Tidak lama melewati kentongan ketiga dari atas atap terasa
adanya suara tindakan seorang diikuti sepasang tangan yang samar-
samar membuka atap kesamping lalu menurunkan patung emas itu
ke bawah.
Majikan patung emas sudah tiba.
Dia turunkan patung emasnya itu ke samping pembaringan Ti
Then lalu dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan
suaranya dia lantas kirim perkataan:
“Ti Then, aku terka malam ini kau tidak dapat tidur bukan?
Bukankah kau lagi menunggu aku?”
“Tidak salah” sahut Ti Then dengan suara yang amat dingin
sekali.
“Kau sudah bunuh Yuan Piauw-tauw?”
Majikan patung emas tidak menjawab, sebaliknya malah balas
bertanya:
“Kenapa kau orang tidak suka mendengarkan perkataanku dan
menceritakan seluruh rahasia ini kepada Yuan Siauw Ko?”
Mendengar perkataan tersebut Ti Then segera merasakan
hatinya tergetar amat keras.
“Siapa yang bilang aku sudah menceritakan seluruh rahasia ini
kepadanya? Apa kau mendengar dengan telinga sendiri?” bantahnya
dengan keras.
“Heee . . heee . . . kemarin sore kalian bersama-sama berpesiar
keatas gunung, dengan mengambil kesempatan itu kau ceritakan
seluruh rahasia ini kepadanya. Hmmm urusan sudah nyata, kau
masih ingin mungkir ?” Seru Majikan patung emas sambil tertawa
dingin tiada hentinya.
“Hmm, sewaktu Wie Ci To menunjuk aku untuk mengawani dia
berpesiar keatas gunung dalam hati aku sudah tahu kalau kau pasti
akan menaruh curiga. Hmmm, ternyata dugaanku sedikitpun tidak
salah.”
“Kau tidak mengaku ?” seru Majikan patung emas sambil
mendengus.
“Tidak.”
“Tetapi Yuan Siauw Ko sudah mengaku.”
“Heee . . . heee , . . hee , , jangan coba tipu aku. Yuan Piauw-
tauw sama sekali tidak tahu urusan ini, dia bisa mengaku tentang
soal apa dengan dirimu?” ejek Ti Then tertawa dingin.
Majikan patung emas tidak langsung memberi jawaban, dia
termenung berpikir sebentar kemudian baru sahutnya:
“Dia mengaku kalau kau sudah menceritakan seluruh rahasia ini
kepadanya bahkan sudah menyusun rencana siap-siap hendak
menawan diriku.”
Ti Then tahu Yuan Sianw Ko bukanlah seorang manusia yang
takut mati, dia tidak akan mau mengakui keseluruhan ini.
“Kau yangan omong kosong!” teriaknya kemudian dengan gusar.
“Kau sendiri yang omong kosong”
“Kau sudah bubuh dirinya?”
“Tidak"
“Lalu kau membawa dirinya kemana?” desak Ti Then lebih lanjut.
“Suatu tempat yang sangat rahasia.”
“Kalau kau sudah mengambil kesimpulan kalau aku sudah
membocorkan rahasia ini kepadanya, kenapa tidak sekalian
bereskan nyawanya?”
Majikan patung emas segera tertawa seram.
“Aku tahu bilamana aku bunuh dirinya maka kau tidak akan
mendengarkan petunjukku lagi, maka itu untuk sementara waktu
aku kurung dia di suatu tempat tertentu, setelah tujuanku tercapai
maka waktu itulah aku baru lepaskan dirinya kembali.”
“Lalu surat yang ditinggalkan di kamarnya apa kau yang tulis?”
“Bukan”
“Lalu dia yang menulis?”
“Juga bukan”
“Kalau begitu surat itu ditulis oleh pemuda yang kau kirim untuk
menyelundup ke dalam Benteng Pek Kiam Poo itu?”
“yangan lupa kau adalah patung emasku, kau dilarang untuk
menyelidiki urusanku.”
“Walau pun aku adalah patung emasmu tetapi sama sekali
berbeda dengan patung emas yang ada di depanmu ini, bilamana
aku mengambil keputusan untuk tidak mendengarkan perintahmu
lagi maka kau sedikitpun tidak bisa berbuat apa-apa.”
“Benar” sahut majikan patung emas membenarkan, “Tetapi kau
yangan lupa aku masih ada satu cara untuk menghadapi dirimu, aku
bisa pergi membinasakan Wie Ci To ayah beranak, menghancurkan
seluruh pendekar pedang yang ada di dalam Benteng Pek Kiam Poo,
soal ini tentunya bukan satu persoalan yang menyenangkan bukan?”
Mendengar ancaman itu Ti Then segera merasakan hatinya
kurang puas, dia merasa sangat jengkel.
“Bilamana kau ingin aku menyelesaikan rencanamu ini dengan
baik, maka kau harus beritahu padaku apakah Yuan Piauw-tauw
sudah mati atau belum...”
“Soal itu sangat mudah sekali, lewat dua hari kemudian aku bisa
membawa tulisannya untuk kau lihat, bilamana kau bisa melihat
surat yang ditulis dia sendiri maka segera akan kau ketahui kalau
dia masih ada di dalam dunia.”
“Cuma sayang aku tidak kenal dengan tulisannya, dulu aku sama
sekali tidak pernah melihat tulisannya”
“Bagaimana kalau aku suruh dia menulis satu urusan yang
diketahui oleh kalian berdua saja?”
“Bagus, kau suruhlah dia menulis nama-nama dari seluruh nama
serta gelar dari Piauwsu yang ada di Yong An Piauwkiok, bilamana
ada satu kata saja yang salah maka aku tidak akan percaya kalau
dia masih hidup.”
“Baik,” sahut majikan patung emas. “Aku pun memberi
peringatan kepadamu, Yuan Siauw Ko adalah satu contoh yang baik
buat dirimu, sejak ini hari bilamana kau berani bocorkan kembali
rahasiaku maka bukan saja aku mau bunuh orang yang mengetahui
rahasiaku itu bahkan Yuan Siauw Ko pun akan aku bunuh”
“Aku tidak mau bicara lagi dengan dirimu, cepat kau pergi!”
teriak Ti Then dengan kasar.
Dengan perlahan majikan patung emas menarik kembali patung
emasnya dan berlalu dari sana.
Dua hari kemudian....
Jarak dengan hari perkawinan pun tinggal lima hari.
Para sahabat serta handai taulan yang menerima undangan pun
mulai berdatangan sehingga suasana di dalam Benteng Pek Kiam
Poo semakin lama semakin menjadi ramai.
Pagi hari itu sewaktu Ti Then bangun dari tidurnya dia
menemukan di samping badannya sudah menggeletak secarik
kertas yang di dalamnya tertuliskan kata2 dengan amat rapat sekali.
Majikan patung emas sama sekali tidak mengingkari janji, dia
benar2 sudah membawa tulisan asli dari Yuan Siauw Ko.
Semangat Ti Then jadi berkobar kembali, dia segera mengambil
kertas putih itu dan dibacanya dengan teliti.
Di atas kertas putih itu tertuliskan nama2 orang serta gelarnya,
dan mereka bukan lain adalah nama2 Piauw-su yang dulu pernah
bekerja di perusahaan ekspedisi Yong An Piauwkiok.
Menurut pemikiran Ti Then dahulu Piauwsu yang bekerja di
perusahaan Yong An Paiuwkiok semuanya ada seratus dua puluh
orang banyaknya, sekali pun majikan patung emas memiliki
pengetahuan yang amat luas juga sukar baginya untuk mengetahui
seluruh nama-nama dari piauwsu itu, dan bilamana didalam nama-
nama itu dia tidak menemukan tulisan yang salah maka hal ini
membuktikan kalau tulisan itu benar-benar ditulis oleh Yuan Siauw
Ko dan hal ini membuktikan juga kalau dia masih hidup, kalau tidak
mana jelas Yuan Siauw Ko menemui bencana.
Dengan telitinya dia memeriksa nama-nama serta gelar dari
Piauwsu, tetapi sewaktu melihat nama dari Piauwsu keempat
mendadak hatinya terasa tergetar dengan keras.
Karena dia menemukan nama dari piauwsu keempat itu telah
salah ditulis!
Nama yang sebenarnya adalah “Cian Se Jien” tetapi yang ditulis
adalah “Cian Su Wo”
Hm! Bagaimana mungkin Yuan Siauw Ko bisa salah menulis
dengan kata-kata “Jien” jadi “Wo” atau “saya”? jelas nama-nama ini
bukan ditulis sendiri oleh Yuan Siauw Ko, Yuan Siauw Ko pasti
menemui bencana.
Berpikir akan hal ini Ti Then segera merasakan darah panas
didalam dadanya bergolak dengan amat kerasnya, hawa amarah
bergolak dihati.
“Iblis bajingan, kiranya kau betul2 sudah membinasakan Yuan
Loocianpwee!” makinya dengan gusar.
Tetapi walau pun hatinya merasa sedih bercampur gusar dia
tetap melanjutkan membaca nama2 itu karena dia masih menaruh
harapan kalau nama2 selanjutnya tidak ditwmui kesalahan lagi.
Bilamana diantara nama2 itu Cuma satu tulisan saja yang salah,
hal ini bisa dijelaskan ada kemungkinan Yuan Siauw Ko tidak
sengaja menulis salah.
Tetapi sewaktu membaca sampai nama piauwsu yang ketujuh
kembali dia menemukan kesalahan!
Di atas kertas itu tertuliskan nama “Huo Cay Ciang” padahal
seharusnya nama itu salah, kata-kata “Cay” dituliskan jadi “Cay”
yang berarti “berada”!.
“Ehm...! “Cay” dan “Cay” artinya sama, apa mungkin ini pun
kesalahan dari Yuan Siauw Ko?”
Karenanya dia melanjutkan kembali untuk membaca nama-nama
itu.
Akhirnya didalam kertas itu samuanya dia sudah menemukan
tujuh tulisan yang salah: Ong Beng ditulis jadi Lui Beng, Cau It Jan
ditulis jadi Cau It Tong, Kang Kuang Peng ditulis jadi Kang Kuang
Ping.....
Dengan amat gusarnya dia merobek2 kertas itu hingga hancur,
tetapi sewaktu dia hendak menghancur lumurkan kertas itu, tiba2
satu ingatan berkelebat didalam ingatannya.
Berpikir sampai disitu dengan terburu2 dia menyambung kembali
sobekan kertas itu dan dilihatnja lagi dengan lebih teliti lagi tulisan2
yang salah itu,
Dengan cepatnya dia menemukan disetiap tulisan yang ditulis
salah tentu ada satu titik hitam.
Ehmm!! Titik2 hitam ini apa sengaja ditulis oleh Yuan Siauw Ko?
apakah tujuannya agar dia bisa memperhatikan beberapa tulisan
yang ditulis salah itu?
Benar! bagaimana kalau tulisan2 yang salah itu disambung
menjadi satu??
“Aku ada didalam gua karang dibawah gua Lui Tong Ping".
Seketika itu juga Ti Then jadi amat girang sekali sehingga
hampir2 terjingkrak-jingkrak.
Satu harapan kembali muncul dihatinya . . . dia mengharapkan
malam hari cepat menjelang.
XXXXXX
Akhirnya, malam haripun menjelang datang, seluruh jagat sudab
menjadi gelap gulita bintangpun tidak tampak.
Keramaian yang mencekam di dalam Benteng Pek Kiam Poo pun
dengan perlahan menjadi sunyi kembali. Ti Then segera kembali ke
kamarnya dan ganti pakaian untuk tidur.
Malam itu dia tidak kirim tanda untuk mengajak Majikan patung
emss untuk bertemu muka, bahkan secara diam2 berdoa agar
majikan patung emas tidak munculkan dirinya tanpa diundang,
karena malam ini dia bersiap sedia untuk pergi ke dalam gua karang
dibawah gua Lui Tong Ping untuk menjenguk Yuan Siauw Ko.
Dengan tenangnya dia berbaring diatas pembaringan untuk
menanti saat kentongan ketiga lewat, dia harus menanti setelah
lewat kentongan ketiga baru pergi karena dia harus menanti pula
apakah majikan patung emas akan munculkan dirinya atau tidak.
"Tok . tok . . tok!"
Akhirnya kentongan ketiga pun tiba.
Dia tetap berbaring diatas pembaringannya tidak bergerak, dia
menanti kembali seperempat jam lamanya setelah benar-benar
mengetahui kalau Majikan patung emas tidak datang dia baru turun
dari pembaringannya dengan perlahan-lahan lalu membuka jendela
dan meloncat ke atas atap.
Setelah itu dengan menggunakan bayangan rumah sebagai
tempat persembunyian dia mengitari satu lingkaran benteng itu
kemudian panjat tembok benteng dan berjalan keluar.
Dia Yang bertindak sebagai kiauw-tauw dari Benteng Pek Kiam
Poo sudah tentu mengetahui dengan amat jelas sekali seluruh
tempat2 penjagaan yang terbesar didalam Bsnteng itu, karenanya
dengan amat mudah sekali dia berhasil menghindarkan diri dari
penjagaan para pendekar pedang.
Hanya didalam sekejap saja dia sudah berhasil mencapai
dibawah tembok benteng.
Setelah dilihatnya disekeliling tempat itu tak ada orang dia lantas
mengeluarkan ilmu cecak merayap untuk melewati tembok itu dan
meloncat keluar kemudian dengan gerakan tubuh yang amat cepat
sekali berkelebat menuju ke gunung Go-bie.
Dia sudah ber-kali2 berpesiar keatss gunung ber-sama2 dengan
Wie Lian In, terhadap keadaan pemandangan disekitar tempat itu
pun dia sudah hapal benar.
Dia tahu goa Lui Tong Ping itu letaknya diatas puncak gunung
tidak jauh dari kuil Pek Im Si.
Setelah melewati kuil Toa Jan Si, Auw Ceng Ti, Pek Im Si, dan
jalan gunung yang kecil dan sempit akhirnja dia berhasil tiba diatas
gua Lui Tong Ping.
Dibawah gua Lui Tong Ping itu merupakan satu tebing yang
curam dengan jurang yang dalamnya tak terhingga, dan merupakan
satu tempat yang jarang sekali dikunjungi oleh kaum pesiar, karena
tempat itu sangat berbahaya dan sukar sekali untuk dilalui.
Saat ini waktu sudah menunjukkan kentongan ketiga lebih,
suasana didalam gua Lui Tong amat gelap gulita dan secara samar2
membawa rasa seram yang mendirikan bulu roma.
Ti Then dengan sedikitpun tidak ragu2 berjalan menuruni tebing
itu, dengan menggunakan batu2 cadas yang pada tersebar di
seluruh tempat setapak demi setapak dia meloncat turun.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian dia tiba dibawah gua Lui
Tong Ping itu.
Walaupun cuaca dimalam hari amat gelap tetapi ia masih bisa
melihat pemandangan disekitar tempat itu dengan jelas.
Dia melihat dibawah gua Lui Tong Ping itu merupakan satu
lembah yang amat terjal itu, empat penjuru dikelilingi tebing yang
hampir tegak lurus dengan pohon siong yang tumbuh miring
menjulang kearah jurang.
Diatas permukaan tanah penuh tersebar batu2 cadas yang besar
dan tajam dengan ditumbubi lumut yang amat banyak, agaknya
sejak pertama kali hingga kini tiada seorangpun yang pernah
mendatangi tempat itu.
Setelah berjalan dan memeriksa disekeliling tempat itu beberapa
saat lamanya akhirnya diantara dua buah batu cadas yang amat
besar dia menemukan sebuah gua alam yang tidak begitu besar.
Sambil berjongkok dia memeriksa permukaan tanah itu, ternyata
sedikitpun tidak salah di depan gua itu tampak telapak kaki yang
samar2, didalam hati dia tahu dugaannya tidak salah karenanya
sembari mencabut keluar pedangnya dia menerobos masuk kedalam
gua.
Suasana didalam gua itu amat gelap tak tampak lima jarinya
sendiri.
Dengan menggunakan pedang Ti Then meraba-raba beberapa
saat lamanya, dia menemukan pedangnya sudah terbentur dengan
sebuah dinding gua yang amat keras, karena dia tidak tahu arah
gua itu berbelok ke arah mana terpaksa dari dalam sakunya
mengambil keluar obor sebagai penerangan.
Dengan menggunakan cahaya sinar obor itulah dia mulai
memeriksa keadaan di sekeliling tempat itu, saat itulah dia baru
melihat walaupun gua itu Cuma satu tapi berbelok-belok, sebentar
melebar sebentar lagi menyempit dan dinding yang saat ini
menghalangi perjalanannya adalah sebuah batu cadas yang
menonjol keluar sedang lorong itu berbelok kearah sebelah kanan.
Dengan mengikuti lorong itu dia berbelok kekanan, setiap kali
bsrjalan beberapa langkab dia menyulut kembali obornya.
Setelah berjalan beberapa saat lamanya akhirnya dia tiba juga
disuatu ruangan yang amat besar sekali.
Gua itu dibatasi dengan dinding batu yang terjal dan tajam,
disekelilingnya tak tampak barang apa pun kecuali batu sehingga
keadaannya amat menyakitkan.
Baru saja Ti Then hendak melakukan pemeriksaan lebih teliti lagi,
mendadak obor yang ada ditangannya padam kembali.
Hatinja rada mendongkol, dia lantas mengambil keluar sebuah
obor kembali siap2 disulut.
Mendadak . . .
"Ti Then, kau?" Suara seseorang secara tiba2 saja
berkumandang keluar dari sisi kirinya, jelas dari nada suara itu
menunjukkan hatinya merasa amat kegirangan.
Dan suara itu . , . , bukan lain adalah suara dari si tangan sakti
Yuan Siauw Ko.
Mendengar teguran itu Ti Then jadi amat girang sekali, dengan
ter-buru2 dia menyulut obornya untuk memeriksa tempat
disekeliling tempat itu.
"Yuan Loocianpwee, kau ada dimana?"
Tetapi sebentar kemudiam dia sudah lihat dimana Yuan Siauw Ko
berada.
oooOOOOooo
64
Dari balik sebuah batu cadas yang tingginya ada tiga depa
dengan panjang empat depa tampak si tangan sakti Yuan Siauw Ko
merangkak keluar, kaki kanannya diborgol sedang rantainya diikat
kebawah batu cadas tersebut, cuma tangan tiga hari saja tidak
melihat sinar sang surya keadaannya sudah benar-benar berubah,
wajahnya tidak mirip manusia lagi.
Dengan sekali lompat Ti Then meloncat ke hadapannya dan
berjongkok.
“Yuan Loocianpwee, dia...dia mengurung kau di tempat ini?”
tanyanya dengan terperanjat.
Dia bisa mengajukan pertanyaan ini dikarenakan dia melihat batu
cadas yang mengikat rantai itu cuma seribu kati saja beratnya,
sedang dengan tenaga dalam yang dimiliki si tangan sakti Yuan
Siauw Ko untuk mendorong batu cadas itu bukanlah satu pekerjaan
yang sulit, tetapi kelihatannya dia terkurung rapat dan tak dapat
meloloskan diri.
Sambil bersandar pada batu cadas itu Yuan Siauw Ko tertawa
sedih.
"Tentunya kau merasa heran bukan, kenapa cuma batu seberat
seribu kati saja bisa mengurung loohu ?" tanyanya.
Sepasang mata dari Ti Then dengan amat tajamnya
memperhatikan rantai yang memborgol kakinya itu lalu memandang
ke arah ujung rantai yang ditindih batu cadas itu.
"Benar !" sahutnya keheranan. "Apakah batu cadas ini ada
permainan lainnya ?".
"Tidak ada!" sahut Yuan Siauw Ko sambil gelengkan kepalanja.
"Dia cuma mendorong batu cadas ini untuk ditindihkan keatas rantai
besar itu . .” "Kalau memangnya demikian, kenapa kau orang tua
tidak mendorongnya ?”
Dengan sedihnya Yuan Siauw Ko menghela napas panjang.
"Dia sudah musnahkan seluruh kepandaian silat dari loohu !”
“Apa? dia sudah musnahkan seluruh kepandaian silat kau orang
tua?” teriak Ti Then terperanjat.
"Kini Loohu seperti juga orang tua biasa, seorang kakek biasa
bilamana ingin mendorong batu cadas bukankah hal ini sama saja
dengan satu impian disiang hari bolong ?"
"Apakah dia memberi makanan serta minuman buat kau orang
tua?" tanya sang pemuda lagi dengan gusarnya.
"Ada, dia membawa sekantong ransum kering serta sekantongan
air bersih, hanya cukup buat Loohu gunakan selama setengah
bulanan."
"Mari aku bantu tarikan rantai besi itu”
Dia meletakkan kembali pedangnja lalu dengan menggunakan
sepasang tangannya menarik rantai itu kebelakang.
“Sreeett . . . ! " dengan satu kali sentakan dia berhasil
memutuskan rantai itu menjadi dua bagian.
Tetapi Yuan Siauw Ko masih tetap duduk tidak bergerak
sedikitpun.
"Apa kau bisa mencari tempat ini setelah mengertikan
kesembilan nama yang sengaja aku tulis salah itu ?" tanyanya.
"Benar !" sahut Ti Then mengangguk. “Dia bilang kau orang tua
masih hidup, boanpwee tidak percaya dan paksa dia untuk meminta
nama2 dari seluruh Piauw-su yang pernah bekerja di perusahaan
'Yong An Piauw-kiok”
Kemarin dia meletakkan nama2 itu di samping pembaringan
boanpwce, sewaktu boanpwee melihat diatas daftar nama itu
banyak terdapat tulisan yang salah dalam anggapanku pasti bukan
tulisan yang sebenarnya dari kau orang tua, akhirnya setelah
boanpwee baca seluruh kesalahan itu menjadi satu, akhirnya aku
baru tahu kalau kau orang tua sengaja hendak memberi tahu
tempat dimana Loocianpwee dikurung"
“Malam ini kau datang kemari, apakah dia orang tahu ?" Tanya
Yuan Siauw Ko dengan cemas.
"Mungkin dia tidak tahu".
"Apa yang dia katakan kepadamu ?" tanya Yuan Siauw Ko lagi
sambil tertawa pahit.
"Dia bilang kau orang tua sudah mengakui pernah mendengar
rahasianya”
"Kau percaya ?”
"Tidak percaja !".
"Bagus sekali !" Seru Yuan Siauw Ko dengan amat girang. "Dia
sudah mengetahui bagaimanakah sifat dari loohu, loohu sama sekali
tidak mengakui soal apa pun kepadanya”
"Bagaimana dia bisa membawa kau orang tua meninggalkan
Benteng Pek Kiam Poo?" tanya Ti Then ingin tahu.
"Ditengah malam buta dia mengetuk pintu kamar loohu, katanya
kau lagi menunggu diluar benteng dan ada urusan penting yang
hendak dirundingkan dengan loohu, pada waktu itu Loohu tidak
tahu kalau dia lagi main siasat..”
“Kalau begitu kau sudah melihat dia orang?" tanya Ti Then
dengan hati berdebar-debar.
Dia dengan Majikan patung emas sudah mengadakan hubungan
selama tujuh, delapan bulan lamanya tetapi hingga hari ini tidak
tahu sebenarnya Majikan patung emas itu lelaki atau perempuan
dan bagaimana wajahnya.
Kini mendengar Majikan patung emas sudah munculkan dirinya
untuk memancing Yuan Siauw Ko keluar benteng hatinya jadi
berdebar ingin cepat-cepat tahu.
“Benar! Bahkan loohu melihatnya dengan amat jelas sekali” sahut
Yuan Siauw Ko sambil tertawa.
Ti Then segera merasa hatinya semakin berdebar keras lagi.
“Siapakah dia orang?” tanyanya cemas.
“Seorang kenalan yang setiap hari dapat kau temui.”
Agaknya dia merasa didalam urusan ini amat menarik sekali
sehingga sengaja jual mahal untuk menyebutkan nama orang itu.
“Apakah dia adalah salah seorang pendekar pedang merah dari
Benteng Pek Kiam Poo?” tanya Ti Then ingin tahu.
“Bukan!” jawab Yuan Siauw Ko tertawa, dengan perlahan dia
gelengkan kepalanya.
“Apa...apa Wie Ci To?”
Sekali lagi Yuan Siauw Ko gelengkan kepalanya.
“Bukan!”
“Lalu siapakah dia orang?”
“Coba kau terka...!”
Ti Then termenung berpikir sebentar tetapi sekali pun sudah
lewat beberapa saat lamanya dia tidak dapat mengetahui juga
siapakah orang itu.
“Yuan Loocianpwee, kau jangan jual mahal, sebenarnya siapakah
orang yang sudah menyamar sebagai Majikan patung emas itu?”
“Haa . . . haaa .... buankah tadi aku sudah berkata orang iiu
dapat kau temui setiap hari . . .!”
"Pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Poo bukan, Wie
Ci To bukan lalu . .. lalu siapakah dia orang?"
Dengan pandangan tajam Ti Then memperhatikan Yuan Siauw
Ko tanpa berkedip, dalam hati dia merasa gemas atas ke-jual-
mahalan dari si orang tua she Yuan itu.
Yuan Siauw Ko yang melihat pemuda itu dibuat gemas dia cuma
tersenyum saja.
“Loocianpwee, aku mohon siapakah orang yang sudah menyamar
sebagai Majikan Patung Emas itu?”
“Dia . . . dia . . . adalah.......”
“Siapa ? siapa dia ??" desak Ti Then dengan gemas.
Sekali lagi Yuan Siauw Ko tertawa ter-bahak2.
"Kalau aku beritahu siapakah majikan patung emas itu, kau ingin
beri apa kepadaku?”
“Apa yang Loocianpwee inginkan pasti aku kabulkan !" sahut Ti
Then dengan bernapsu.
-oo0dw0oo-
Jilid 38 : Loo-cia ternyata Majikan Patung Emas...
Mendadak Ti Then membelalakkan matanya lebar-lebar.
“Apa mungkin Loo-cia si pelayan tua itu?” tanyanya gemetar.
Dengan perlahan Yuan Siauw Ko mengangguk.
“Tidak salah, memang dialah orangnya.”
Air muka Ti Then seketika itu juga berubah menjadi pucat psi
bagaikan mayat, seluruh tubuhnya terasa jadi dingin dan kaku,
mulutnya melongo-longo sedangkan matanya terbelalak lebar-lebar,
untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun diucapkan
keluar.
Kiranya Majikan patung emas adalah penyamaran dari Loo-cia itu
pelayan tua!
Cia Tiang Sian!!
Seorang pelayan tua yang sudah mengikuti Wie Ci To selama
empat puluh tahun lamanya ternyata bukan lain adalah majikan
patung emas yang sangat misterius itu.
Lama sekali Ti Then berdiri termangu-mangu, setelah itu baru
serunya tertahan:
“Ooh...Thian!”
“Orang yang menjalankan tidak bakal tahu sedang yang
menonton dari samping amat jelas, hari itu setelah kau
menceritakan seluruh persoalan kepada Loohu, Loohu segera
teringat kalau si Loo-cia pelayan tua itu adalah seorang manusia
yang patut dicurigai, tapi kau tidak suka mempercayainya.”
Ti Then tetap berada didalam keadaan yang amat terkejut,
terdengar dia bergumam seorang diri:
“Bagaimana mungkin dia adalah Majikan Patung Emas?
Bagaimana mungkin dia adalah Majikan Patung Emas ? Dia sudah
ada empat puluh tahun lamanya mengikuti Wie Ci To, sedang
kepandaian silatnya...”
Baru saja berbicara sampai disitu mendadak di dalam ruangan
gua itu terasa adanya kelebatan cahaya terang sebentar kemudian
suasana di tempat itu sudah terang benderang oleh cahaya obor.
Seorang tua dengan membawa lampu lentera berjalan masuk ke
dalam.
Dia.....bukan lain adalah Loo-Cia itu pelayan tua!
Sewaktu melayani Ti Then di dalam benteng wajahnya selalu
tersungging satu senyuman ramah, sedang sekarang.....bukan saja
wajahnya tidak diliputi oleh senyuman bahkan kelihatan begitu
dingin kaku, dan menyeramkan sekali, bahkan boleh dikata sudah
nerubah jadi seorang...seorang berdarah dingin!
Terhadap Loo-Cia yang melayani dirinya terus dan dirinya tidak
mengetahui kalau dia adalah Majikan Patung Emas, Ti Then merasa
hatinya amat tergetar keras sehingga wajahnya berubah pucat pasi.
Walau pun dengan memegang pedang erat-erat dia berdiri di
hadapan Majikan patung emas tetapi tak sepatah kata pun bisa dia
ucapkan keluar!
Loo-cia meletakkan dahulu lampu lentera itu keatas sebuah batu,
sikapnya amat dingin bagaikan es, setelah memandang sekejap
kearah Ti Then serta Yuan Siauw Ko dia baru berkata:
“Hmm! Selama ini kau tidak suka menerima perintahku dengan
hati rela dan selama ini pula tidak suka menerima peringatan dari
diriku, kelihatannya kau merasa tidak percaya kalau aku berani
turun tangan membunuh orang.”
Nada suaranya amat dingin, seperti perkataan yang diucapkan
oleh Raja Akhirat! Membuat setiap orang yang mendengar segera
merasakan bulu kuduknya pada berdiri.
Ti Then yang untuk pertama kalinya mencium bau kematian
tubuhnya terasa tergetar amat keras, dengan cepat kuda-kudanya
diperkuat, siap-siap menghadapi sesuatu pertempuran yang
menentukan mati hidupnya.
“Loo-cia!” teriaknya dengan keras. “Rupanya kaulah Majikan
Patung Emas!”
“Hee...heee..cuma sayang keadaan sudah terlambat, sekali pun
kau tahu juga tiada gunanya.”
Ti Then yang melihat dari sinar matanya memancarkan napsu
membunuhnya yang luar biasa, tak kuasa lagi dia menghembuskan
napas dingin.
“Bilamana kau sungguh-sungguh mau membinasakan kami, aku
ada satu permintaan.”
“Coba kau katakan.”
“Aku tidak suka menerima kematian dengan demikian saja, aku
mau mengadu jiwa dengan dirimu!”
“Hee..hee..itu memang menjadi hakmu!” seru Majikan patung
emas sambil tertawa dingin.
“Tetapi aku tahu dengan kepandaian silatku masih bukan
merupakan tandinganmu maka itu aku sangat mengharapkan
sebelum kau membinasakan diriku suka menjelaskan apakah
sebenarnya tujuan yang engkau tuju!”
“Baik!” jawab Loo-cia dengan seram. “Menanti napasmu hampir
putus, aku bisa beritahukan kepadamu! Sekarang kau boleh mulai
turun tangan!”
Ti Then segera menoleh kearah Yuan Siauw Ko dan ujarnya
dengan hati menyesal:
“Boanpwee sudah menyeret cianpwee ikut terancam jiwanya,
dalam hati aku benar-benar merasa menyesal. Semoga saja pada
penjelmaan di kemudian hari bisa menjadi anjing atau kuda untuk
membalas jasa dari Loocianpwee ini!”
Terhadap soal kematian agaknya Yuan Siauw Ko merasa sangat
tawar, mendengar perkataan dari Ti Then itu dia tertawa.
“Tidak! Soal ini bukanlah kesalahanmu, kau tidak hutang apa-apa
dengan loohu!”
Dengan sedihnya Ti Then segera menghela napas panjang,
dengan perlahan dia menoleh ke arah Loo-cia.
“Yuan loocianpwee ini tidak tahu urusan, bilamana kau tidak suka
melepaskan dirinya maka harap kau suka kasih satu pemberesan
yang cepat,” katanya.
“Baik!”
Nada suaranya amat tegas sedikitpun tidak ragu-ragu, jelas
terhadap diri Ti Then serta Yuan Siauw Ko dia sudah punya maksud
untuk membereskannya.
“Hee...hee..kepandaian silatku aku berhasil pelajari dari dirimu,
entah kali ini bisa tidak menerima dua puluh jurus seranganmu?”
kata Ti Then sambil tertawa.
Sehabis berkata tubuhnya maju ke depan, pedangnya diayun
menotok tubuh Loo-cia.
Jurus serangan ini bernama “Sian Jien Ci Lo” atau dewa sakti
menunjuk jalan, yang merupakan satu jurus serangan yang bukan
dipelajari dari pihak lawannya karena dia tahu bagaimana harus
menggunakan ilmu pedang yang dipelajari darinya untuk menyerang
dia orang maka hal ini sama sekali tidak ada gunanya.
Loo-cia tertawa dingin, dia tetap berdiri tidak bergerak.
Menanti ujung pedang dari Ti Then sudah hampir mendekati
badannya, mendadak telapak kanannya baru membalik, dengan
menggunakan tangan kosong dia mencengkeram pedang dari Ti
Then.
Melihat serangan tersebut Ti Then jadi terkejut, dengan gugup
dia menarik kembali serangannya, sambil menyingkir kekanan
dengan menggunakan jurus “Jie Lang Tan San” atau Jie Lang
memanggul gunung, membabat pinggang musuhnya.
“Ilmu pedang bagus!” puji Loo-cia dengan keras.
Tubuhnya menyingkir ke samping, dengan amat gesit dan
lincahnya kembali dia berhasil menghindarkan diri dari tusukan Ti
Then, mendadak tubuhnya menyerang ke sebelah kiri, telapaknya
dengan mengubah jadi cengkeraman elang, menghajar jalan darah
‘Ciang Bun’ pada pinggang Ti Then.
Dengan gugup Ti Then menyingkir kebelakang, pedangnya
dengan memutar satu lingkaran bagaikan burung merak lagi
mementangkan sayap dia menghajar dadanya Loo-cia.
Masing-masing pihak bergebrak dengan kecepatan yang luar
biasa, setiap jurus dipecahkan dengan jurus, didalam berjaga
membawa daya menyerang hanya didalam sekejap saja sudah
puluhan jurus sudah berlalu dengan amat cepatnya.
Tetapi pada saat masing-masing pihak bertempur dengan amat
seru itulah tiba-tiba........
“Rubuh!” bentak Loo-cia dengan keras.
Hanya didalam sekejap saja sinar pedang berkelebat memenuhi
angkasa, bayangan telapak mengacaukan pandangan, masing-
masing pihak sudah berhenti bergerak sedang tubuh Ti Then pun
dengan perlahan-lahan rubuh ke atas tanah.
Semuanya ini membuat Yuan Siauw Ko yang menonton di
samping dibuat melongo-longo, dia yang melihat Ti Then dapat
dengan amat sengitnya melawan Majikan Patung emas menurut
anggapannya, walau pun Ti Then tidak dapat memperoleh
kemenangan paling sedikit untuk menerima seratus jurus pun masih
bisa.
Siapa sangka cuma sepuluh jurus saja dia sudah menemui
kekalahan secara mendadak, hal ini benar-benar amat
mencengangkan hatinya.
Sedang Ti Then sendiri pun merasa kebingungan, dia tidak
mengerti pihak lawan sudah menggunakan cara apa untuk menotok
jalan darahnya, bahkan dia pun merasa jari tangan pihak lawan pun
tidak sampai mengenai tubuhnya tetapi sudah cukup membuat
badannya jadi kaku sehingga tak dapat berdiri lebih lama.
Tetapi pikiran serta kesadarannya masih penuh, keadaannya
mirip dengan orang yang tertotok jalan darah kakunya.
Dengan menggunakan kakinya Loo-cia lantas membalik
badannya sehingga terlentang, air mukanya masih tetap dingin dan
buas kejam.
“Kau lihat!” ujarnya, “Walau pun aku sudah menciptakan dirimu
sebagai jago nomor tiga di seluruh Bu-lim, tetapi bilamana ingin
membereskan dirimu aku masih bisa lakukan dengan amat mudah.”
“Sekarang tentunya kau sudah boleh menceritakan tujuanmu
bukan?”
“Sebentar lagi pasti aku beritahukan kepadamu!”
Dengan perlahan dia bergeser kesamping tubuh Yuan Siauw Ko
dan memasukkan sepasang tangannya kebawah batu cadas, entah
dengan menggunakan cara yang bagaimana tahu-tahu batu cadas
itu sudah terangkat setinggi satu depa kemudian kakinya
menendang rantai besi itu kebawah batu dan menurunkan kembali
batu cadas itu.
“Buat apa kau berbuat demikian?” ujar Yuan Siauw Ko sambil
tertawa dingin.
“Karena kau cuma tinggal satu jam saja hidup di dunia.”
“Seluruh kepandaian silat loohu sudah kau punahkan, apa kau
takut loohu melarikan diri?”
“Benar, untuk sementara waktu aku akan meninggalkan gua ini
satu jam kemudian akan kembali lagi kesini untuk membereskan
kalian berdua!”
Sehabis berkata dia lantas berjalan keluar dari gua tersebut.
Melihat tindakan dari Majikan Patung Emas itu Ti Then segera
merasakan hatinya tergetar amat keras.
“Tunggu dulu!” teriaknya dengan cemas.
Majikan Patung Emas segera menghentikan langkahnya dan
menoleh.
“Permintaanmu itu bisa aku penuhi satu jam kemudin, sekarang
lebih baik kau berbaring dulu disini!” katanya dingin.
“Kau mau kemana?”
“Pulang ke dalam Benteng.”
“Mau apa?”
“Urusi pekerjaan!” sahut Majikan Patung Emas singkat.
Sehabis berkata dia melanjutkan kembali langkahnya menuju ke
depan.
Ti Then sudah dapat menebak apa yang hendak dikerjakan
olehnya sekembalinya ke dalam Benteng, hatinya merasa semakin
cemas lagi.
“Tunggu dulu, apa yang hendak kau lakukan sekembalinya ke
dalam Benteng?” “Teriaknya dengan cemas.
“Sejak semula aku sudah bilang” ujarnya sambil menghentikan
langkahnya kembali, “Bilamana dengan menggunakan cara yang
lunak tidak dapat mencapai tujuan terpaksa aku harus
menggunakan cara kekerasan!”
Mendengar kata-kata itu Ti Then merasakan matanya berkunang-
kunang.
“Tidak! Kau tidak boleh membunuh mereka ayah beranak!”
teriaknya dengan keras.
“Satu jam kemudian kau pun bakal mati, buat apa sekarang kau
merasa kuatir buat orang lain?”
Sehabis berkata dia melangkah kembali keluar.
Dalam hati Ti Then tahu didalam keadaan tak siap sedia Wie Ci
To ayah beranak pasti sukar untuk meloloskan diri dari kematian,
tidak terasa lagi dia sudah menghela napas panjang.
“Sudahlah, aku menyerah kepadamu!” katanya lemas.
Majikan Patung Emas pura-pura tidak mendengar,
melanjutkan kembali langkahnya menuju ke depan.
dia
“Kau kembalilah, aku suka menurut petunjukmu lagi!” teriak Ti
Then semakin keras.
Dengan perlahan Majikan Patung Emas baru menghentikan
langkahnya dan menoleh.
“Kau bangsat cilik tidak bisa dipercaya, bagaimana aku dapat
mempercayai kembali kata-katamu?” ujarnya dingin.
“Yuan loocianpwee masih ada di tanganmu, kau takut apa?”
Majikan Patung Emas termenung berpikir sebentar, setelah itu
baru putar badannya berjalan balik.
“Kau sungguh-sungguh tidak akan mengkhianati aku lagi?”
“Tidak!”
“Sekarang kau sudah tahu akulah Majikan Patung Emas,
bilamana kau berani memecahkan rahasiaku, maka yang pertama-
tama aku bunuh adalah Yuang Cong-piauwtauw ini!”
“Kau boleh berbuat demikian.”
“Baik, untuk terakhir kalinya aku suka mempercayai dirimu!”
Sehabis berkata dia lantas berjongkok untuk membebaskan jalan
darah kaku dari Ti Then yang tertotok.
Ti Then yang merasa cara menotok jalan darahnya ini sangat
istimewa sekali, tidak tertahan lantas tanyanya:
“Agaknya tadi kau orang tidak membentur badanku bukan?”
“Sudah tentu, karena yang aku gunakan adalah totokan angin!”
jawab Loo-cia sambil tertawa seram.
Jari tangan kanannya segera ditekuk dan disentilkan ke depan.
“Plaaak!” dengan disertai suara angin yang amat nyaring batu
kecil yang ada beberapa depa jauhnya segera tersentil jatuh ke
tengah kejauhan.
Waktu itu Ti Then baru bangkit berdiri, melihat kedahsyatan dari
ilmu tersebut dalam hati merasa amat terperanjat.
“Agaknya ilmu silat semacam ini kau orang belum pernah
mengajarinya kepadaku!”
“Seharusnya aku tinggalkan beberapa ilmu untuk aku simpan,
kalau tidak bagaimana aku bisa menguasai dirimu?”
Ti Then segera bangkit berdiri dan menoleh ke arah Yuan Siauw
Ko sambil tertawa pahit.
“Loocianpwee! Sebenarnya boanpwee tidak ingin takluk dengan
perbuatan jahat, tetapi saat ini aku mau tidak mau harus tunduk
satu kali!”
Sudah tentu Yuan Siauw Ko mengerti akan maksud hatinya,
kesemuanya ini dia lakukan dikarenakan Wie Ci To ayah beranak,
karenanya terhadap keputusan inipun dia mengetahui jelas.
“Loohu tahu, kau pergilah dengan lega hati!” ujarnya sambil
tertawa.
“Kau punya rencana hendak mengurung Yuan loocianpwee
sampai kapan baru dilepaskan kembali?” tanya Ti Then kemudian
sambil menoleh kearah Loo-cia.
“Sesudah tujuanku tercapai!”
“Kau orang tidak seharusnya memusnahkan ilmu silatnya” omel
Ti Then.
“Caraku untuk memusnahkan ilmu silat orang lain sama sekali
berbeda dengan cara biasanya, sampai waktunya aku lepaskan dia
pergi tentu kepandaian silatnya aku pulihkan kembali.”
“Apa sungguh-sungguh perkataanmu itu?” tanya Ti Then dengan
hati girang.
“Tidak salah”
“Di dalam waktu-waktu ini aku mengharapkan kau jangan
merugikan dirinya”
“Asalkan dia tidak melarikan diri, aku pasti tidak akan merugikan
dirinya.”
“Keadaan dari loohu sekarang ini seperti anjing pun lebih baik,
kau masih bilang tidak merugikan?” cela Yuan Siauw Ko dari
samping.
“Aku merasa senang untuk memberi lebih enak sedikit
kepadamu, tetapi dengan keadaan pada saat ini terpaksa aku cuma
bilang bersikap demikian kepadamu.”
Berbicara sampai disini dia lantas menoleh kearah Ti Then.
“Sekarang cepat kau kembali ke dalam Benteng!” perintahnya.
“Kau tidak kembali bersama-sama aku?”
“Kau pulanglah terlebih dahulu.”
Dengan wajah ragu-ragu Ti Then menoleh sekejap kearah Yuan
Siauw Ko, lama sekali baru ujarnya:
“Kau masih ada disini untuk berbuat apa?”
“Kau boleh lega hati, bilamana aku ingin mencelakai dirinya saat
ini pun aku bisa turun tangan.”
Ti Then yang merasa perkataannya ini sedikit pun tidak salah
lantas merangkap tangannya menjura kearah Yuan Siauw Ko,
setelah itu memungut kembali pedangnya dimasukkan kedalam
sarung.
Baru saja Ti Then berjalan beberapa langkah mendadak
terdengarlah Loo-cia si majikan patung emas berkata kembali:
“Ooh benar, bilamana jejakmu malam ini diketahui oleh para
pendekar pedang yang berjaga-jaga di benteng, kau hendak
menggunakan cara apa untuk memberi penjelasan?”
Sembari melanjutkan perjalanannya keluar dari gua itu jawab Ti
Then tawar.
“Aku bilang baru saja menemukan orang yang melakukan
perjalanan malam melewati benteng, aku lantas melakukan
pengejaran hingga di luar benteng.”
“Betul, memang seharusnya kau memberi penjelasan secara
demikian” sahut Loo-cia tertawa.
Dia pun lantas ikut di belakang Ti Then berjalan keluar dari gua,
menanti bayangan tubuh Ti Then sudah lenyap dari pandangan dia
baru kembali lagi kedalam gua dan menarik lepas rantai besi yang
ditindih dibawah batu cadas tersebut.
Kemudian sambil membawa kantongan ransum serta air, ujarnya
kepada Yuan Siauw Ko.
“Ayoh, kita pun harus berangkat!”
“Kemana?”
“Tempat ini sudah diketahui oleh Ti Then, maka aku harus
membawa dirimu menuju kedalam gua yang lain”
Dengan berdiam diri Yuan Siauw Ko bangkit berdiri dan
mengikuti dari belakang tubuhnya berjalan keluar dari gua tersebut.
Sesampainya diluar gua, dikarenakan kepandaian silat dari Yuan
Siauw Ko sudah musnah sehingga tidak bisa mengerahkan ilmu
meringankan tubuh maka dengan dibimbing oelh Loo-cia mereka
melayang dan menaiki keatas tebing gua Lui Tong Ping tersebut.
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanannya menuju kedalam
gunung yang lebih jauh lagi.
Sewaktu bayangan tubuhnya sudah ada beberapa kaki jauhnya
dari sana, mendadak dari bawah gua Lui Tong Ping itu berkelebat
kembali sesosok bayangan hitam yang secara diam-diam tanpa
mengeluarkan sedikit suara pun menguntit dari belakang Loo-cia
hingga ke tempat tujuannya.
Adakah bayangan hitam itu adalah Ti Then?
Bukan, saat ini Ti Then sudah kembali ke benteng Pek Kiam Poo.
XXXdwXXX
Para tetamu yang sengaja datang membawa selamat sudah
berdatangan, suasana di dalam benteng Pek Kiam Poo mulai jadi
ramai.
Saat itu sewaktu Ti Then lagi duduk melamun di dalam kamar
mendadak tampak Loo-cia masuk ke dalam kamar.
“Ti Kiauw-tauw, Poocu mengundang kau ke kamar baca untuk
bercakap-cakap” katanya sambil tertawa.
“Urusan apa?” tanya Ti Then melengak.
“Entahlah!”
Dia menoleh dulu memandang sekeliling tempat itu kemudian
sambil memperendah suaranya dia berkata kembali.
“Jarak sekarang dengan hari perkawinanmu tinggal empat hari
saja. Di dalam empat hari ini apa yang dikatakan oleh Wie Ci To
kepadamu harus kau laporkan semua kepadaku, tahu tidak?”
Ti Then segera mengangguk dan putar badan berlalu dari sana.
Setibanya didalam kamar baca Wie Ci To tampaklah Wie Lian In
pun pada sat itu ada didalam kamar baca, karenanya dia lantas
maju memberi hormat kepada Wie Ci To.
“Loo-cia bilang
menantumu?”
katanya
Gak-hu
thayjien
lagi
mencari
“Benar” sahut Wie Ci To tersenyum, “Loohu punya satu urusan
yang hendak dirundingkan dengan dirimu, kau duduklah”
Ti Then segera duduk di samping.
Wie Ci To mendehem beberapa kali, lalu sambil menuding kearah
Wie Lian In ujarnya sambil tertawa.
“Lian In budak ini secara mendadak kemarin hari minta kepada
Loohu untuk mendirikan satu kamar baru...”
Ti Then jadi melengak.
“Apa sempat untuk membangun sebuah kamar baru lagi?”
tanyanya.
“Maksud dari Lian In bukannya minta dibangunkan satu kamar
yang baru, dia cuma bilang tidak suka menganggap kamarnya
sekarang sebagai kamar yang baru, dia pikir ingin mencari tempat
lain untuk mendirikan kamar baru buatnya.”
Dengan tidak paham Ti Then memandang sekejap ke arah Wie
Lian In.
“Bukankah
tanyanya.
kamarmu
sekarang
ini
sangat
bagus
sekali?”
“Hmm, kamar itu syudah aku diami selama puluhan tahun
lamanya, sejak semula aku sudah merasa bosan” seru Wie Lian In
sambil mencibirkan bibirnya.
“Sudah..sudahlah, kau tidak usah seperti bocah cilik saja!”
“Perkatraannya memang amat betul” timbrung ie Ci To sambil
tersenyum. “Setelah kalian menikah ada seharusnya dimulai dengan
barus segala-galanya”
“lalu kau sudah setuju dengan kamar yang mana di dalam
Benteng ini?” tanya Ti Then sambil tertawa, dengan perlahan dia
menoleh kearah Wie Lian In.
“Aku sudah setuju dengan kamar didalam loteng penyimpan kitab
tersebut.”
Semula Ti Then agak melengak, tetapi sebentar kemudian dia
sudah tertawa geli.
“Lian In, kau jangan berguyon” serunya.
“Tetapi tia sudah setuju”
Sekali lagi Ti Then dibuat kebingungan, dia merasa urusan ini
ada diluar dugaannya.
“Sungguh?” tanyanya sambil menoleh kearah Wie Ci To.
“Sungguh...” sahut Wie Ci To mengangguk.
“Tetapi...”
“Loteng penyimpan kitab itu tidak mengandung rahasia apa pun”
potong Wie Ci To dengan cepatnya, apalagi setelah Loohu ceritakan
soal lukisan Shu Sia Mey kepada kalian hatiku pun rada baikan,
maka itu Loohu sudah mengabulkan permintaan dari Lian In untuk
serahkan itu loteng penyimpan kitab sebagai kamar baru kalian.”
Untuk beberapa saat lamanya Ti Then dibuat kebingungan, dia
tahu didalam loteng penyimpan kitab pasti sudah tersimpan satu
rahasia, sedang barang yang diinginkan oleh Majikan patung emas
itu pun pasti tersimpan di dalam Loteng penyimpan kitab tersebut.
Sekarang mereka ayah beranak menyerahkan loteng tersebut
kepada dirinya untuk dijadikan sebagai kamar baru, bukankah hal ini
sama saja dengan mengundang pencuri ke dalam kamar? Dan
memberi kesempatan buat Majikan Patung emas atau boleh dikata
dirinya sendiri untuk melakukan niatnya?
“Kau tidak suka dengan tempat itu ?” tanya Wie Lian In tiba-
tiba.
“Bilamana kau menyuruh aku mengambil keputusan maka aku
rasa kamarmu yang sekarang itu jauh lebih baik.”
“Kenapa ?” tanya Wie Lian In kurang senang.
“Loteng penyimpan kitab itu tentu merupakan tempat yang
paling tenang dari ayahmu, kita tidak seharusnya merebut tempat
kesenangan dari ayahmu itu.”
“Soal ini kau tidak usah kuatir,” sambung Wie Ci To dengan
cepat, “Pada beberapa waktu ini Loohu sudah jarang membaca
buku lagi bahkan loohu rela memberikan loteng penyimpan kitab itu
buat kalian gunakan sebagai kamar baru.”
“Apa maksud dari Gak hu ?”
“Loohu masih teringat dengan kata-katamu tempo hari,
dikarenakan Loohu sudah melarang setiap orang memasuki loteng
penyimpan kitab itu maka mudah menimbulkan rasa curiga dari
orang lain kalau di dalam loteng itu benar-benar sudah tersimpan
barang pusaka, demi jelasnya persoalan ini maka Loohu rasa
serahkan ruangan itu buat kalian adalah merupakan satu
penyelesaian yang paling baik.”
“Asalkan kau tidak menolak maka aku segera akan suruh orang
untuk membersihkan tempat itu dan memasukkan semua alat2
rumah tangga kedalam ruangan” sambung Wie Lian In dengan
cepat.
“Lalu buku-buku itu hendak pindah kemana ?”
“Kamar kosong didalam Benteng masih banyak, buku-buku itu
mudah saja dipindahkan ke tempat lain”
“Sedang alat rahasianya ?”
“Alat rahasia sukar untuk dibongkar, tetapi Loohu bisa jelaskan
semua alat rahasia itu kepada kalian agar kalian pun mengerti cara
menggunakannya.”
“Sebetulnya menantumu merasa kurang setuju,” ujar Ti Then
sambil tertawa. “Tetapi kalau memangnya Gak hu serta Lian In
sudah setuju maka siauw say pun tidak akan menolak lagi”
Mendengar perkataan tersebut Wie Ci To segera bangkit berdiri,
"Loohu akan pergi menutup alat rahasianya, kemudian suruh
orang untuk memindahkan kitab serta lukisan-lukisan itu. Dan
mengadakan pembersihan seperlunya".
Sehabis berkata dia lantas berlalu dari sana.
Menanti bayangan tubuh dnri Wie Ci To sudah lenyap dari
pandangan Ti Then baru menoleh kearah Wie Lian In dan
mengomel.
"Kau tidaklah patut untuk mengajukan permintaan ini kepada
ayahmu !".
"Kenapa ?" tanya Wie Lian In sambil mencibirkan bibirnya.
"Membaca buku dan memandang lukisan adalah satu-satunya
kesenangan dari ayahmu, tidak seharusnya kau mengganggu
kesenangan beliau itu !".
"Tetapi membaca buku atau melihat lukisan tidak seharusnya
diatas loteng penyimpan kiiab !".
"Tetapi belum tentu juga ruangan loteng penyimpan kitab itu
harus dijadikan kamar baru kita".
"Aku rasa loteng penyimpan kitab itu sangat indah sekali,
dibawah loteng ada ruangan tamunya, diatas loteng adalah kamar
tidur dan bisa digunakan untuk memandang ketempat kejauhan
apalagi bila mana musim panas menjelang tidak merasa terlalu
panas, bukan begitu ?".
Sambil mengerutkan alisnya rapat2 Ti Then tidak mengucapkan
sepatah katapun.
“Disamping itu” ujar Wie Lian In lagi tertawa, “Kita bisa pula
melenyapkan pikiran yang bukan2 dari ayahku terhadap Shu Siu
Mey, bukankah itu sangat bagus sekali ?”
Ti Then tertawa tawar dan tidak mengucapkan kata-kata lagi.
“Ayoh jalan, kila pergi melihat-lihat.”
Mereka berdua segera berjalan keluar dari kamar baca itu
menuju kebawah loteng penyimpan kitab.
Waktu itu kebetulan Wie Ci To sedang berjalan mendatang,
terdengar sambil tertawa ujarnya :
“Loohu sudah mematikan alat2 rahasianya, sekarang aku mau
suruh pelayan singkirkan buku-buku serta lukisan2 itu.”
Tidak lama kemudian dangan diawasi oleh Wie Ci To sendiri
tampak tiga orang pelayan tua mulai menurunkan peti-peti buku
yang ada didalam loteng penyimpan kiiab itu.
Agaknya Wie Ci To merasa kekurangan tenaga, kepada Ti Then
lantas ujarnya;
“Coba kau panggil Loo-cia kemari untuk membantu.”
“Kenapa tidak suruh pendekar pedang hitam saja ?”
“Tidak, beberapa orang tua itu sudah ada sangat lama mengikuti
loohu, cuma mereka saja yang tahu bagaimana caranya
membereskan barang-barang tersebut.”
“Ooow . .” seru Ti Then, setelah itu dia berjalan ke ruangan
tengah untuk mencari datang Loo cia.
“Loo-cia, poocu perintah kau membantu mengangkati barang,”
serunya.
“Mengangkati barang apa ?” tanya Loo-cia dengan sinar mata
ragu-ragu.
“Membongkar kitab-kitab serta lukisan2 yang ada didalam loteng
penyimpan kitab, Poocu mau berikan tempat itu untuk dijadikan
kamar pengantenku”
“Apa maksudmu ?” tanya Loo-cia dengan air muka berubah
sangat hebat.
“Ini adalah atas perintah dari Wie Lian In, dia bilang mau pindah
kamar dan Wie Ci To setuju, maksudnya yang lain adalah agar
semua orang paham kalau didalam loteng penyimpan kitab itu
sebetulnya tidak ada barang pusaka apapun.”
“Lalu alat-alat rahasia didalam loteng itu apakah sudah dibuang?”
“Tidak,” jawab Ti Then perlahan. “Wie Ci To bilang alat-alat
rahasia itu tidak bisa dibongkar, tetapi dia hendak memberi
penjelasan kepada kami bagaimana caranya menggunakan alat-alat
rahasia tersebut.”
"Kalau begitu sangat bagus sekali !!" Teriak Loo-cia dengan hati
girang.
"Aku tahu setelah mendengar berita ini kau pasti akan merasa
girang, tapi bilamana kau bermaksud untuk mendapatkan semacam
barang dari Wie Ci To saat ini merupakan satu kesempatan yang
baik, kau boleh menggunakan kesempatan sewaktu menggotongi
buku2 serta lukisan2 itu untuk mencari dapat barang itu".
"Soal itu tidak mungkin bisa terjadi !" ujar Loo-cia sambil
gelengkan kepalanya.
"Kenapa ?"
Loo-cia tersenyum, dengan suara yang amat lirih ujarnya;
"Barang yang aku maui itu sudah disimpan oleh Wie Ci To
dengan amat rahasia, barang itu baru bisa diperoleh bilamana kau
benar2 sudah memahami seluk beluk dari alat2 rahasia yang
menyelubungi loteng penyimpan kitab itu".
"Jadi maksudmu, barang yang kau inginkan itu tidak mungkin
dipindahkan oleh Wie Ci To keluar dari loteng penyimpan kitab
tersebut ?".
"Benar".
"Besarkah barang itu?".
"Tidak besar yaa tidak kecil!" sahut Loo-cia sambil tcrtawa
misterius.
"Kau rasa setelah aku bisa menggunakan alat2 rahasia itu lalu
bisa bantu dirimu untuk mendapatkan barang tersebut?"
“Tidak salah”
"Kalau begitu ada kemungkinan sebelum tiba saatnya aku kawin
dengan Wie Lian In barang itu sudah dapat aku dapatkan?".
"Ada kemungkinan memang begitu".
"Bilamana aku bisa memperoleh barang itu sebelum hari
perkawinanku, apakah kau hendak memaksa aku tetap kawin
dengan Wie Lian Ini?”
"Tidak!" seru Loo-cia, "Waktu itu kau boleh ambil keputusan
sendiri, bilamana suka kawin dengan dirinya kau boleh tetap tinggal
disini. bilamana tidak suka yaa boleh meninggalkan benteng Pek
Kiam Poo”
Mendengar perkataan itu Ti Then jadi amat girang.
"Kalau begitu sekarang juga kau boleh beritahukan kepadaku
barang macam apakah yang kau kehendaki itu, akupun bisa segera
melaksanakan tugas tersebut, karena ada kemungkinan sebentar
lagi Wie Ci To bakal memberitahukan kepadaku cara2 kegunaan dari
alat2 rahasia tersebut".
Loo-cia
termenung
berpikir
menggelengkan kepalanya.
sebentar,
akhirnya
dia
“Tidak, sekarang masih belum bisa, menanti setelah kau benar2
mengerti jelas cara-cara dari alat rahasia itu . . hmm. hmmm„
benar, apakah Wie Ci To ayah beranak pernah mengajukan
permintaan untuk tunjuk aku lagi untuk melayani dirimu?”
“Tidak.”
“Ada kesempatan kau boleh katakan soal ini dengan Wie Ci To,
katakan saja kau suka padaku dan mengharapkan aku bisa
melanjutkan pekerjaannya melayani dirimun di loteng penyimpan
kitab tersebut”
Dalam hati Ti Then tahu pihak lawan berkata demikian dengan
tujuan ingin mencari barang, memang cara itulah yang terbaik,
karenanya dia lantas mengangguk.
“Baiklah, bilamana Wie Ci To tidak setuju, aku tidak punya cara
lhoo,” katanya.
“Asalkan kau tidak membocorkan rahasiaku maka dia tidak akan
menaruh curiga terhadap diriku, bilamana dia tidak menaruh curiga
terhadap diriku maka permintaanmu itu pasti akan dikabulkan.”
“Semoga saja demikian, sekarang kau boleh pergi bekerja.”
Loo-cia segera mengangguk dan berjalan menuju ke Loteng
Penyimpan kitab itu.
Ti Then pun mengikuti dari belakangnya berjalan menuju kearah
Loteng penyimpan kitab.
Wie Ci To yang melihat munculnya Loo-cia dia lantas berseru.
“Loo-cia, dahulu kau pernah membantu loohu aturkan buku2 dan
lukisan2 coba kau masuklah kedalam dan membantu”
Dengan hormatnya Loo-cia menyahut dan dengan langkah cepat
masuk kedalam loteng penyimpan kitab untuk membantu
membongkari buku2 serta lukisan tersebut.
XxxdwxxX
WIE CI TO segera menoleh kearah Ti Then dan tertawa.
"Loo-Cia orang ini tidak jelek, dia sudah mengikuti puluhan tahun
lamanya dengan Loohu, selamanya belum pernah ribut maupun
mengomel, dia adalah seorang yang rajin . . . . "
"Benar !” sahut Ti Then mengangguk. "Sebelum dia mengikuti
Gak-hu apa kerjanya?”
"Seorang kuli di dusun, ada satu kali karena miuum arak dan
mabok dia sudah membuat gara2 sehingga diusir oleh majikannya.
Loohu yang melihat dia orang amat jujur lantas menerimanya
sebagai pembantu, kaiau di-hitung2 boleh dikata dia sudah ada
empat puluh tahun lamanya mengikuti Loohu."
"Apakah dia pernah belajar ilmu silat?".
"Pernah belajar beberapa waktu lamanya, karena bakatnya tidak
ada kemudian dia tidak berlatih lagi".
Sewaktu mereka ber-cakap2 terlihatlah Loo-cia dengan
menggotong sebuah peti buku berjalan keluar dari Loteng
penyimpan kitab itu dan berhenti dihadapan mereka, kepada Wio Ci
To sambil tertawa tanyanya :
"Peti ini berisikan tulisan tangan dari para sejarah Wan, Poocu
punya maksud untuk menyimpannya dikamar yang mana?”
"Taruh saja disebelah kiri dari kamar baca".
Loo-cia segera menyahut dan sambil menggotong peti tersebut
berjalan menuju ke kamar baca.
"Loo-cia" tiba2 terdengar Wie Lian In menegur sambil tertawa
perlahan. "Tenagamu sungguh tidak kecil !",
Sembari berjalan Loo-cia menjawab :
"Peti buku ini tidak lebih cuma enam tujuh puluh kati beratnya,
bilamana budakmu tidak kuat untuk mengangkat bukankah hanya
memalukan orang2 benteng Pek Kiam Poo saja".
"Loo-cia bekerja amat gesit, p«rkataannya pun amat lincah,
siauw-say berharap lain kali dia bisa meneruskan untuk melayani
aku " ujar Ti Then sengaja mengambil kesempatan ini.
"Tapi aku tidak suka padanya, dia sering menggoda aku!” sela
Wie Lian In amat kesal.
"Kan tidak mengapa bukan kalau cuma berguyon ??"
"Lain kali ada Cun Lan seorang sudah cukup buat apa ditambahi
dengan dirinya?”
“Tetapi apakah Cun Lan bisa mengerjakan pekerjaan besar?"
"Tidak salah“ sela Wie Ci To sambil tertawa. "Walaupun usia dari
Loo-cia sudah tidak kecil tetapi untuk melakukan pekerjaan kasar
aku lihat masih bisa, lebih baik biar dia ikut dengan kalian lagi."
Wie Lian In tersenyum dan tidak membantsh lagi.
Empat orang pelayan tua itu setelah repot setengah harian
akhirnya buku2 serta lukisan2 yang ada didalam loteng penyimpan
kilab itupun sudah berhasil dibereskan Wie Ci To lantas perintah
mereka untuk membersihkannya, kepada Ti Then serta putrinya dia
memberi pesan:
"Kemungkinan sekali besok pagi barang2 rumah tangga sudah
bisa dibawa masuk, sekarang kalian ikutlah loohu menuju ke kamar
baca, Loohu hendak menjelaskan dulu keadaan dari alat rahasia
itu.”
xxxdwxxx
Magrib itu juga Loo-cia berempat sudah menyelesaikan
pekerjaannya untuk membereskan Loteng Penyimpan kitab itu, Wie
Ci To pun dengan mengambil kesempatan sebelum alat2 rumah
tangganya diatur didalam ruangan tersebut dengan mengajak Ti
Then serta putrinya memasuki loteng penyimpan kitab dan
menjelaskan cara2 menutup serta membuka alat2 rahasia itu
beserta perubahannya.
Dengan telitinya Ti Then mengingat semua keterangan itu di hati,
diam2 dia merasa terperanjat juga karena ini harilah dia baru
benar2 mengetahui kalau Loteng penyimpan kitab itu benar2
merupakan satu tempat yang sukar ditembusi oleh orang asing.
Alat rahasia yang dipasang didalam ruangan itu ada delapan
belas macam jumlahnya bahkan cara untuk menggerakkan alat
rahasia itupun bisa diubah sesukanya sehingga memaksa pihak
musuh tidak dapat memecahkannya untuk selamanya.
Diam2 pikirnya dihati:
"Tidak aneh kalau Loo-cia hendak menggunakan aku untuk
mencuri barang tersebut, bilamana tidak mendengarkan penjelasan
dari Wie Ci To ini hari siapapun tidak bakal bisa keluar lagi dari sini
dalam keadaan hidup2 setelah tiba disini!".
Setelah Wie Ci To selesai menjelaskau rahasia itu mendadak dia
menggerakkan suatu alat rahasia sehingga membuat dinding
tembok itu memutar dengan sendirinya, ujarnya sambil tertawa:
"Tempo hari Loohu pun pernah membuka dinding rahasia ini
untuk melihat lukisan dari Shu Sin Mey ....".
Sedang sekarang lukisan dari Shu Sin Mey yang ada disana sudah
tidak kelihatan lagi!
"Dimanakah lukisan itu sekarang berada? tanya Wie Lian In
keheranan.
"Loohu sudah simpan lukisan kedalam ruaogan rahasia tersebut,
sebetulnya Loohu bermaksud untuk membawanya keluar dari loteng
penyimpanan kitab ini tetapi dikarenakan semasa hidupnya dia
paling suka ketenangan maka loohu rasa lebih baik biarkan dirinya
tinggal didalam loteng saja".
"Apakah disebelah sana masih ada sebuah kamar rahasia?" tanya
Wie Lian In lagi.
"Ada! disebelah dalam!" sahut Wie Ci To sambil mengangguk.
Dari samping dinding kembali dia menekan sebuah tombol. Kraak
. . . kraak . . dengan menimbulkan suara yang nyaring dari balik
dinding rahasia itu kembali terbuka sebuah ruangan rahasia yang
amat gelap dan cuma kelihatan anak tangganya saja.
Anak tangga yang terbuat dari batu itu menghubungkan ke
tempat yang lebih dalam lagi, kemana tujuannya? tiada yang tahu.
Wie Ci To segera menuju kedalam ruangan tersebut.
"Dari sini menuju kebawah akan tiba disuatu tempat yang amat
rahasia, ruangan itu letaknya ada tiga kaki dalamnya dari atas
permukaan tanah" ujarnya.
"Bagaimana kalau aku masuk untuk melihat?".
"Tidak!" cegah Wie Ci To denpan wajah keren.
"Ada yang penting?" tanya Wie Lian In kaget.
“Loohu tidak ingin ada orang yang mengganggu dirinya, sejak ini
hari ssluruh ruangan Loteng Penyimpan kitab ini loohu serahkan
kepada kalian suami istri, cuma satu2nya ruangan rahasia ini saja
loohu harap kalian suka tinggalkan buat dirinya."
"Jadi maksud Tia apa mungkin sukmanya masih ada didalam
loteng penyimpan kitab ini?" tanya Wie Lian In tiba2 sambil tertawa.
"Benar, walaupun dia sudah meninggal amat lama tapi loohu
selalu merasa bahwa sukmanya tidak bakal pergi dari tempat ini!”
Dia berhenti sebentar, kemudian dengan menggunakan sepasang
matanya yang amat tajam memperhatikan diri Ti Then serta Wie
Lian In sekejap, dan ujarnya dengan suara keren:
"Loohu tidak akan menggunakan kekerasan untuk memaksa
kalian pergi menghormat dirinya, tapi bilamana kalian suka
menghormati loohu maka harap janganlah kalian pergi mengganggu
dirinya!"
"Baik!” sahut Wie Lian In dengan amat hormatnya. “Putrimu pasti
tidak akan menginjak ruangan rahasia ini barang selangkah pun!"
"Gak-hu harap berlega hati!" ujar Ti Then dengan muka yang
serius, “Siauw-say akan menganggap di dalam loteng penyimpan
kitab ini sama sekali tidak ada lorong rahasia ini dan tidak pula
ruangan bawah sekali.”
"Kalau begitu sangat bagus sekali!" sahut Wie Lian In dengan
hati girang.
"Apakah didalam ruangan itu tidak dipasangi alat rahasia ?".
"Tidak ada, maka itu loohu mengajukan permintaan ini kepada
kalian. karena loohu takut secara sembunyi2 kalian hendak
mengintip masuk".
"Tidak mungkin terjadi" Seru Wie Lian In sungguh2. "Bilamana
Tia tidak berkata ada kemungkinan putrimu akan masuk ke dalam,
sekarang Tia sudah memberi pesan demikian sudah tentu putrimu
tidak akan berani masuk lagi".
Wie Ci To yang mendengar perkataan dari putrinya itu amat
tegas diapun lantas menekan kembali tombol rahasianya sehingga
dinding rahasia itu menutup kembali.
"Mari kita turun kebawah!" ujarnya.
Malam itu setelah Ti Then menemui para tetamu untuk bersantap
malam dia kembali kekamarnya sendiri.
"Loo-cia ambil teh!" teriaknya dengan keras,
"Sebentar!" seru Loo-cia dari kamar samping kemudian tampak
dia berjalan datang dengan membawa secawan teh.
Setelah dilihatnya dia meletakkan air itu keatas meja sekali lagi
dengan kasar Ti Then memberi perintah:
“Loo-cia, pergi masak segentong air panas, aku mau mandi !”
"Baik . . . baik . . . sebentar lagi datang! " sahut Loo-cia sambil
bungkuk2 badannya.
Selesai berkata dia lantas mengundurkan dirinya.
Ti Then yang melihat dia orang sama sekali tidak dibuat
mendongkol oleh sikapnya yang kasar itu dalam hati merasa amat
kagum sekali atas kesabaran hatinya.
Setelah membersihkan badan Loo-cia membantu dia orang
membuang air kotor itu, membereskan pakaian kotor lalu ujarnya
sambil tertawa:
"Bangsat cilik, selama beberapa bulan ini walaupun kau
menerima perintahku tetapt aku pun sudah membantu kau untuk
melakukan berbagai macam pekerjaan, maka itu seharusnya kau
sudah merasa puas.”
"Tidak salah! " sahut Ti Then tersenyum lalu meneguk air teh itu
satu tegukan. "Di dalam melayani majikan kau memang sangat
pandai sekali".
Setelah menutup pintu kamar Loo-cia segera duduk disamping
badannya, dan ujarnya dengan menggunakan ilmu untuk
menyampaikan suara:
"Tetapi hari inipun tidak bisa terlalu lama !".
“Wie Ci To sudah menjelaskan seluruh rahasia dari alat rahasia
didalam loteng penyimpan kitab dengan jelas, aku pikir sekarang
kau sudah boleh memberitahukan barang apa yang sebetulnya kau
inginkan”
“Apa kau sudah memeriksa seluruh rahasia didalam Loteng
penyimpan kitab itu ?”
“Kecuali sebuah ruangan rahasia aku tidak memeriksanya . . . “
Air muka Loo-cia segera memperlihatkan kegirangan, tanyanya
dengan cemas,
“Ruangan rahasia yang ada didalam Loteng penyimpan kitab itu
terletak di sebelah mana?”
“Mulut pintu ada di loteng tingkat dua, sedang ruangan rahasia
itu terletak pada tiga kaki dibawah tanah.
“Kalian dilarang untuk mssuk memeriksa apakah hal ini
disebabkan oleh larangan dari Wie Ci To ?” tanya Loo-cia lagi
dengan cemas.
“Benar,” sahut Ti Then sambil mengangguk, “Dia bilang lukisan
dari Shu Sin Mey ada didalam ruangan rahasia itu, dia minta kami
jangan mengganggunya.”
“Bagus sekali” seru Loo-cia lagi sambil tertawa dingin.
“Aku rasa barang yang kau inginkan tentunya terletak didalam
ruangan rahasia itu bukan ?”
“Tidak salah” sahut Loo-cia mengangguk,
“Wie Ci To bilang dalam ruangan rahasia itu tidak dipasang alat
rahasia, bilamana hendak mengambil barang itu bukankah sangat
mudah sekali ?”
“Hmm aku tidak percaya kalau didalam ruangan rahasia itu tidak
dipasangi alat rahasia” ujar Loo-cia sambil gelengkan kepalanya.
“Tetapi perkataan ini dia katakan kepada putrinya sendiri,
bilamana dia berbohong dan ada kemungkinan Wie Lian In karena
rasa ingin tahu secara diam-diam memasuki ruangan tersebut
bukankah hal ini sama saja dengan mencelakai putrinya sendiri?”
Agaknya Loo-cia merasa perkataannya ini sedikitpun tidak salah,
alisnya segera dikerutkan rapat-rapat,
“Ehmm . . . tidak salah, bilamana didalam ruangan rahasia itu
benar-benar ada alat rahasianya dia seharusnya bisa memikirkannya
sampai disini tetapi . . . aku benar-benar merasa tidak percaya kalau
didalam ruangan rahasia itu tidak dipasangi alat rahasia . . “
“Apa aku
pemeriksaan?”
pergi
masuk
kedalam
untuk
mengadakan
Dengan amat tajamnya Loo-cia memperhatikan lalu tertawa
mengejek.
“Hmm,
tanyanya.
bagaimana
sekarang
kau
begitu
bersemangat
?”
“Aku sangat mengharapkan perintah dan tugasmu itu bisa aku
selesaikan sebelum hari pernikahanku dengan Wie Lian In, karena
aku tidak ingin menipu dirinya.”
“Kau punya rencana untuk meninggalkan benteng Pek Kiam Poo
setelah menyelesaikan tugas ini ?”
“Benar,” sahut Ti Then mengangguk,
Dengan cepat Loo-cia lantas gelengkan kepalanya.
“Aku rasa hal ini tidak mungkin.”
“Apa maksudmu ?”
“Kau tidak mungkin bisa menyelesaikan tugasmu sebelum kawin
dengan Wie Lian In ... .”
“Karena sukar ?”
“Tidak, soal ini sangat mudah tetapi kau pasti tidak akan bantu
aku untuk menyelesaikannya.”
“Bilamana barang yang hendak kau curi itu adalah sebuah barang
tidak berharga dan tidak mendatangkan bencana buat keselamatan
dari Wie Ci To ayah beranak, demi keselamatan dari Wie Ci To ayah
beranak serta Yuan Loocianpwee aku suka pergi menyelesaikan
pekerjaan ini.”
“Tetapi keadaan pada saat ini sudah berubah kembali, aku
sudah ambil keputusan untuk mengerjakannya sendiri” kata Loo-cia
sambil tertawa seram.
Dengan pandangan melongo dan kebingungan Ti Then
memperhatikan dirinya, tak sepatah katapun diucapkan kembali.
“Semula aku memang benar2 ingin menggunakan dirimu untuk
mencuri suatu benda, tetapi sekarang barang itu sudah aku
dapatkan” ujar Loo-cia lagi.
Ti Then jadi melengak-
“Aku sudah bantu dirimu untuk mencurinya ?”.
“Benar” sahut Loo-cia mengangguk, “Barang yang aku inginkan
adalah keterangan dari alat2 rahasia yang dipasang di Loteng
Penyimpan Kitab tersebut, sekarang aku sudah bisa bebas
memasuki loteng itu maka itu tidak membutuhkan buku keterangan
lagi.”
“Apa gunanya kau menginginkan buku keterangan mengenai
alat-alat rahasia di loteng penyimpan kitab itu ?”
“Tujuannya hanyalah ingin memasuki loteng penyimpan kitab
tersebut.”
“Apa tujuanmu untuk memasuki loteng penyimpan kitab itu ?”
“Membunuh seseorang.”
Mendengar jawaban itu Ti Then jadi amat terperanjat, dengan
terburu-buru dia meloncat bangun.
“Apa ? kau mau membunuh orang? siapa yang hendak kau
bunuh ?” tanyanya.
Loo-cia segera mengulapkan tangaanya agar dia jangan terlalu
terburu napsu, setelah itu dengan menggunakan ilmu untuk
menyampaikan suara jawabnya;
“Aku mau membunuh mati seorang musuh besarku.”
“Musuh besarmu .... dia bersembunyi dida1am loteng penyimpan
kitab tersebut?” tanya Ti Then dengan terperanjat.
Dengan dinginnya Loo-cia mengangguk dan katanya.
“Benar, dia bersembunyi didalam loteng penyimpan kitab itu
sudah ada puluhan tahun lamanya.”
Ti Then segera merasakan hatinya berdebar-debar dengan amat
kerasnya.
“Siapakah orangnya?” tanyanya kaget.
“Seorang manusia yang tidak termasuk anggota benteng Pek
Kiam Poo, selama beberapa tahun ini dia selalu menerima lindungan
dari Wie Ci To “ Sahut Loo-cia sepatah demi sepatah.
Air muka Ti Then masih tetap dipenuhi oleh rasa terkejut,
desaknya lebih lanjut.
“Siapakah namanya? Lelaki atau perempuan?”
“Sekarang
kepadamu.”
aku
tidak
bisa
memberitahukan
dulu
soal
ini
“Apa mungkin Shu Sin Mey?”
“Sejak dulu aku sudah bilang perempuan yang disebut sebagai
Shu Sin Mey sebetulnya tidak ada, kesemuanya ini cuma omong
kosong dari Wie Ci To saja.”
“Lalu kenapa Wie Ci To suka melindungi dirinya?”
“Karena dia sudah memberi banyak kebaikan untuk Wie Ci To.”
“Apa kau betul-betul yakin kalau dia bersembunyi didalam loteng
penyimpan kitab?”
“Tidak salah!”
“Kalau begitu tentu bersembunyi didalam ruangan rahasia
tersebut?”
“Ada kemungkinan memang begitu.”
“Tetapi kalau memangnya didalam loteng penyimpan kitab itu
sudah bersembunyi seseorang kenapa Wie Ci To suka menyerahkan
ruangan dari loteng penyimpan kitab itu kepada kami untuk
dijadikan kamar pengantin?”
“Alasannya ada dua, pertama: Sengaja dia berbuat
untuk menjebak aku didalam loteng penyimpan kitab
kedua: dia sudah menaruh kepercayaan terhadap dirimu
menggunakan kepandaian silatmu untuk menakut-nakuti
hendak menerjang masuk.”
demikian
tersebut,
dan ingin
aku yang
“Jikalau demikian adanya hal ini membuktikan kalau Wie Ci To
sudah mengetahui kalau kau hendak membunuhh orang itu.”
“Benar.”
“Kalau memang demikian adanya, bagaimana
membiarkan kau tetap tinggal di dalam Benteng ?”
dia
suka
“Karena dia tidak tahu kalau aku sudah menyelinap ke dalam
bentengnya.”
“Aaah . . . kiranya kau bukanlah Loo-cia yang sungguh-
sungguh?”
“Benar, Loo-cia yang sebenarnya sudah mati.”
“Kau yang membunuh dirinya ?”
“Ehmm, aku bunuh mati dirinya lalu menyayat seluruh kulit
wajahnya serta rambutnya dengan melalui sesuatu pembuatan yang
amat teliti akhirnya kulit tersebut berhasil aku buat menjadi sebuah
topeng.”
“Hmm, cukup ditinjau dari hal ini saja sudah membuktikan kalau
hatimu kejam tanganmu telengas”
“Kesemuanya ini untuk lancarkan memberi petunjuk dan
mengawasi dirimu, aku mau tidak mau harus berbuat demikian”
kata Loo-cia.
“Sebenarnya orang itu sudah mengikat permusuhan apakah
sehingga kau hendak membinasakan dirinya ?”
“Dendam sedalam lautan, karena dia . , tuuggu dulu, ada orang
datang”
Baru saja Loo-cia selesai berbicara terdengarlah suara ketukan
pintu bergema datang.
“Ti Kiauw-tauw, kau sudah tidur belum?” tanya Shia Pek Tha dari
luar.
“Belum. Shia-heng silahkan masuk.”
Loo-cia pun segera bangun berdiri dan memperlihatkan sikapnya
lagi melayani.
Sambil mendorong pintu masuk kedalam ujar Shia Pek Tha ;
“Saudara yang dikirim Poocu tempo hari untuk pergi ke gunuog
Cing Shia sudah kembali.”
Terang2an Ti Then mengetahui kalau saudara itu pasti tidak akan
menemukan Yuan Siauw Ko tetapi dengan nada amat kuatir
tanyanya;
“Apa sudah ketemu ?”
“Belum”
“Hal itu sungguh aneh sekali,” seru TI Then sambil mengerutkan
alisnya rapat2.
“Apa mungkin dia meninggalkan surat yang mengatakan dia
orang hendak pergi ke gunung Cing Shia adalah bohong belaka ?”
"Ada kemungkinan memang begitu" jawab Shia Pek Tha
tersenyum.
"Hal ini sungguh membuat orang lain jadi kebingungan".
“Tetapi Ti Kiauw-tauw tidak usah kuatir, bukankah dia sudah
meninggalkan pesan bahwa pada waktu perkawinanmu dia bakal
ikut merayakannya?"
"Dia bilang semoga bisa datang, kata2
membuktikan kalau belum tentu dia bisa datang".
semoga
inilah
“Tetapi dengan kepandaian silat yang dimiliki Yuan Cong Piauw-
tauw, aku rasa sukar baginya untuk memperoleh musuh tangguh,
seharusnya dia tidak menemui kesulitan".
"Benar, semoga saja begitu".
"Aku mau pergi laporkan urusan ini kepada Poocu, maaf sudah
mengganggu diri Kiauw-tauw".
Selesai berkata dia lantas menjura dan berlalu dari sana.
Loo-cia menghantar dirinya sampai keluar dari kamar, setelah
dilihatnya bayangan tubuh Shia Pek Tha lenyap dari pandangan dia
baru balik lagi ke dalam kamar.
“Dia sudah pergi” ujarnya dengan menggunakan ilmu untuk
menyampaikan suara.
“Mari kita melanjutkan kembali dengan percakapan kita tadi, kau
bilang orang itu mempunyai dendam sedalam lautan dengan orang
itu, sebetulnya bagaimana toh kejadiannya?”
“Dia sudah bunuh mati istriku.” jawab Loo-cia sambil berjalan
kembali ke kursinya semula.
“Kenapa dia harus membunuh mati istrimu?”
“Hmmm, hendak memperkosa tapi gagal, dia lantas bunuh mati
dirinya” seru Loo-cia dengan benci.
“Kepandaian silatmu amat tinggi tak terhingga, ada siapa yang
berani mengganggu istrimu ?”
“Waktu itu kepandaian silatku tidak setinggi seperti sekarang ini.”
“Omong terus terang saja, aku tidak terlalu percaya dengan
omonganmu, karena aku tidak percaya Wie Ci To suka melindungi
orang semacam itu”
Mendengar perkataan itu Loo-cia segera tertawa dingin.
“Bilamana orang itu mempunyai hubungan persaudaraan yang
amat erat sekali?” tanyanya.
“Sekali pun saudara kandung sendiri, bilamana dia salah Wie Ci
To tidak bakal mau melindungi dirinya.”
“Hmmm, kau terlalu memandang agung diri Wie Ci To.”
“Benar, aku merasa dialah seorang pendekar pedang yang
berhati baja dan selalu berada di keadilan.”
“Malam ini aku tidak punya maksud untuk beribut soal pribadi
dari Wie Ci To ini.”
“Kau bilang orang itu sudah bersembunyi selama sepuluh tahun
lamanya didalam loteng penyimpan kitab itu, aku merasa rada
kurang percaya.”
“Hmm, urusan yang tidak akan kau percaya masih sangat banyak
sekaii”
“Sering kali aku melihat Wie Ci To masuk kedalam loteng
penyimpan kitab itu dengan tangan kosong, bilamana didalam sana
ada seorang manusia hidup maka ada seharusnya dia masuk
kedalam dengan membawa bahan makanan.”
“Dari kamar bacanya ada sebuah jalan rahasia yang langsung
menembus loteng penyimpan kitab itu, dia bisa menghantarkan
bahan makanan serta minuman dengan melalui lorong rahasia itu.”
“Apakah kau benar2 merasa yakin kalau dari dalam kamar
bacanya ada sebuah lorong rahasia yang menghubungkan tempat
itu dengan loteng penyimpan kitabnya ?” tanya Ti Then ragu2.
"Tidak salah! dengan meminjam kesempatan sewaktu Wie Ci To
tak ada didalam benteng beberapa kali aku memasuki lorong
rahasia itu untuk menuju kedalam loteng penyimpanan kitab
tersebut, tetapi akhirnya hasil yang aku dapat adalah nihil karena
pada ujung lorong rahasia itu sudah dipasangi dengan alat rahasia"
"Sekarang kau punya rencana kapan hendak masuk kedalam
ruangan rahasia itu?"
“Setelah lewat tiga hari komudian" sahut Loo-cia setelah berpikir
sejenak, "Pokoknya sehari atau dua hari sebelum hari
perkawinanmu, yang jelas kau harus turun tangan?"
Ti Then jadi terperanjat.
Dengan liciknya Loo-cia lantas tertawa menyengir.
“Wie Ci To bilang didalam ruangan dibawah tanah itu tidak
dipasangi alat rahasia aku merasa rada tidak percaya!".
“Hmmm! Hee...hee..kiranya kau kepingin aku jadi setan
gentayangan yang mewakili dirimu?" seru Ti Then sambil tertawa
dingin.
Loo-cia cuma angkat pundaknya saja,
"Perkataanmu jangan kau ucapkun begitu tidak enak didengar,
aku rasa bilamana didalam ruangan itu benar2 ada alat rahasianya
maka tidak tentu harus mencabut nyawamu !" katanya.
"Kau kira nyawaku jauh lebih panjang daripada nyawa orang lain
?”
"Tidak !" bantah Loo-cia sambil tertawa. "Caraku melihat:
bilamana didalam ruangan rahasia itu dipasang alat rahasia maka
kiranya tidak akan sampai menimbulkan kematian seperti alat2
rahasia yang di pasang disekeliling loteng penyimpan kitab tersebut,
maka itu aku rasa bilamana sampai kau menggerakkan alat rahasia
maka paling2 juga cuma terluka ringan atau tertangkap basah".
"Kalau memangnya begitu, kenapa kau tidak pergi sendiri?”
"Aku tidak bisa kalau sampai tertawan, bilamana aku sampai
tertawan oleh alat rahasia yang dipasang didalam ruangan tersebut
ada kemungkinan Wie Ci To segera turun tangun menghukum mati
diriku !"
“Bilamana aku yang tertangkap, apakah Wie Ci To akan
melepaskan diriku dari hukuman mati?" Teriak Ti Then jengkel.
Dengan kalemnya Loo-cia mengangguk.
"Sedikitpun tidak salah, karena dia adalah mertuamu dan lusa
bakal kawin dengan putrinya, bilamana dia menghukum mati dirimu
maka bagaimanakah dia orang hendak bertanggung jawab kepada
putrinya serta para undangan yang sudah pada berdatangan?".
Dia berhenti sebentar, kemudian sambungnya lagi:
“Pokoknya, inilah tugas yang terakhir bagimu, bilamana kau bisa
melakukan tugas itu dengan lancar maka aku menyanggupi pula
untuk bebaskan janji kita sebelum waktunya agar kaupun bisa cepat
bebas dari ikatan.”
“Bilamana hasil dari latihan itu membuktikan kalau didalam
ruangan rahasia itu tidak dipasangi alat rahasia, apakah kau segera
akan turun tangan membinasakan orang itu ?”
“Benar,” sahut Loo-cia mengangguk.
Kembali Ti Then termenung beberapa saat lamanya, setelah itu
sambil mengangguk ujarnya:
“Baiklah, aku menyanggupi untuk pergi mengadakan
pemeriksaan, tetapi perkataan harus kita ucapkan dari semula,
bilamana aku tidak sengaja menyenggol alat rahasia sehingga mati
atau tertangkap maka kau tidak diperkenankan turun tangan
membinasakau Wie Ci To ayah beranak.”
“Baik, aku menyanggupi.”
“Besok Wie Lian In akan kirim orang untuk memindahkan alat2
rumah tangga kedalam loteng penyimpan kitab itu, sampai
waktunya aku bisa berkata kepadanya mengijinkan aku untuk
tinggali tempat itu terlebih dahulu. bilamana dia menyanggupinya
maka ditengah malam buta , . .”
“Tidak.” Potong Loo-cia dengan cepat, “Lebih baik dilakukan
siang hari saja karena sering-sering di tengah malam buta Wie Ci To
memasuki kamar rahasia itu untuk menjenguk orang tersebut.”
“Bilamana memilih siang hari maka besok pagi aku rasa tidak
mungkin bisa kita lakukan karena Wie Ci To sudah pesankan amat
banyak alat-alat rumah tangga, besok siang belum tentu bisa diatur
semuanya didalam ruangan loteng penyimpan kitab itu”
“Kalau begitu lusa siang saja” seru Loo-cia kemudian, “Sewaktu
bersantap siang maka kau boleh berkata pura-pura mau tidur siang
sebentar lalu masuk kedalam loteng penyimpan kitab itu, aku bisa
mengikuti dari belakang dan secara diam2 jagalah keselamatanmu
dari luar”
“Baiklah, kalau begitu kita kerjakan demikian saja”
Mereka berdua setelah berunding beberapa waktu lamanya Loo-
cia baru kembali ke kamarnya sedang Ti Then naik keatas
pembaringan untuk beristirahat.
Sudah tentu dia tidak dapat langsung tertidur, karena pernyataan
yang diutarakan oleh Majikan patung emas secara tiba2 ini
membuat hatinya amat kaget, dia sama sekali tidak menyangka
kalau dia orang bermaksud untuk membunuh seseorang yang
bersembunyi didalam loteng penyimpan kitab tersebut.
Hal ini benar2 amat merangsang pikirannya, dia mimpipun tidak
pernah berpikir kalau didalam Loteng penyimpan kitab bisa
bersembunyi seseorang, sedang apa yang dicari oleh Majikan
patung emas pun benar2 merupakan sebuah barang yang sama
sekali tidak berharga buat orang2 Benteng Pek Kiam Poo.
Tetapi hal yang membuat hatinya rada terhibur adalah Majikan
patung emas hendak turun tangan sendiri untuk bunuh mati orang
itu dan bukannya memerintahkan dirinya untuk melakukan!
Tetapi siapakah orang itu?
Kenapa dengan susah payah Wie Ci To berusaha untuk
melindungi dirinya? dan apakah tujuannya dengan membangun
loteng penyimpan kilab yang demikian angkernya hanya bermaksud
uatuk melindungi seseorang yang sama sekali tidak punya sangkut
paut dengan dirinya?.
XXXdwXXX
Keesokan harinya dengan dipimpin sendiri oleh Wie Lian In dia
mengatur perabot rumah tangga kedalam ruangan.
Perabotnya sungguh luar biasa sekali banyaknya termasuk
barang2 buat ruangan tamu serta kamar pengantin, para pelayan
harus bekerja setengah harian penuh baru dikata selesai.
Setelah semuanya selesai Wie Lian In baru mengontrolnya satu
kali, kemudian kepada Ti Then tanyanya sambil tertawa;
"Diatur dan disusun secara begini apa kau merasa senang ?"
"Sungguh bagus sekali" puji Ti Then sambil tertawa. "Aku sama
sekali tidak pernah menyangka bakal bisa mendiami sebuah kamar
yang demikian mewah dan menterengnya."
"Kalau begitu malam ini kau boleh pindah kemari saja " seru Wie
Lian In dengan pandangan mesra.
Ti Then yang mendengar dia begitu dalam hati benar2 merasa
kebetulan, dia rada melengak dibuatnya.
"Aaaach . , . aku boleh pindah dulu kemari ?"
"Bukannya boleh saja tapi harus!" sahut Wie Lian In sambil
mengangguk.
Untuk kedua kalinya Ti Then dibuat melengak lagi.
"Bagamiana bisa dimaksudkan pasti ?" tanyanya keheranan.
"Ooooh . . . itu cuma adat saja. kamar pengantin yang baru saja
diatur malam harinya tidak boleh kosong tetapi harus tetap diisi
dengan orang".
"Oooh . . . kiranya begitu !" seru Ti Then tertawa.
“Sekarang coba kau perintah Loo-cia si pelayan tua itu untuk
mengangkuti barang2 itu kemari!!".
xxxdwxxx
Satu hari kembali menjelang . , . !
Suasana didalam Benteng Pek Kiam Poo-pun semakin ramai lagi,
para tamu yang pada berdatangan dari tempat kejauhan sudah
pada berkumpul sehingga membawa rasa yang amat ramai didalam
Benteng Pek Kiam Poo.
Semua orang pada menantikan munculnya keesokan harinya,
besok pagi adalah saat Ti Then serta Wie Lian In bersembahyang
didepan arwah para leluhur.
Sebaliknya Ti Then yang bakal jadi pengantin malah merasa
kesepian, depannya kesepian, sebaliknya hatinya berdebar2 dengan
amat kerasnya.
Apalagi saat ini hatinya terasa berdebar semakin keras, karena
dia siap2 pergi ke loteng penyimpan kitab untuk "tidur siang".
Hidup selanjutnya serta kematian yang
kesemuanya ditentukan pada saat ini juga!
bakal
diterima
Tadi setelah dia menemani para tetamu bersantap siang dengan
alasan kepalanya rada sakit dia kembali kekamar untuk berbaring
sebentar.
Wie Ci To yang menganggap dia terlalu tegang sehingga jadi
pusing lantas tertawa dan suruh dia mengundurkan diri dari ruangan
perjamuan dan kembali ke loteng penyimpan kitabnya untuk
beristirahat.
Scwaktu tiba di bawah loteng penyimpan kitab itu dia
menemukan Kiem Cong Loojien itu ciangbunjien dari Kun-lun pay
sedang menghalangi perjalanannya,
"Ti Kiauw-tauw, bagaimana kalau loolap mengalah tiga biji dan
kita main stu babak?"
"Mengalah tiga biji?" seru Ti Then sambil tertawa serak.
"Tidak salah, ini hari loolap akan mengalah tiga biji kopadamu,
aku punya pegangan untuk sikat kau sampai habis"
"Sungguh maaf boanpwee tidak dapat melayani karena kepalaku
terasa rada pusing" seru Ti Then menolak.
"Haaa.. . . haa. . sejak ladi loolap sudah menduga kalau kau
orang tak bakal berani menyambut datangnya tantanganku ini . . ha
..ha.."
Dengan bangganya dia tertawa dan meninggalkan tempat
tersebut.
Demikianlah Ti Then lantas masuk ke dalam loteng penyimpan
kilab dan naik ke atas tingkat kedua untuk kemudian duduk
disamping pembaringan yang bersulamkan bunga merah.
Matanya dengan perlahan menyapu sekejap memperhatikan
keadaan di sekeliling tempat itu kemudian dengan sedihnya
menghela napas panjang.
Semuanya itu bakal jadi miliknya .... tetapi sedikit dia salah
bertindak maka. . .
"Tok . , . tok . . tok . . . !.”
Dari luar terdengar suara tiga kali ketokan pintu.
"Siapa ?" tanya Ti Then dengan kaget.
"Hamba !".
Tidak salah lagi, d:a adalah majikan patung emas!
"Masuk!" seru Ti Then lawar.
Loo-cia mendorong pintu kamar dan berjalan masuk sambil
membawa air teh.
Dia meletakkan terlebih dahulu cawan teh itu ke atas meja
sedang matanya dengan sangat tajam memperhatikan keadaan di
sekeliling tempat itu kemudian dengan mengerahkan ilmu untuk
menyampaikan suara tanyanya:
"Dimana letaknya mulut lorong rahasia tersebut?”
Ti Then segera menuding kearah kamar dinding di hadapannya.
"Itu dibalik tembok tersebut"
Loo-cia segera menoleh dan memperhatikan sekejap keadaan
dari ruangan tamu yang ada disana.
"Baiklah, kau boleh masuk kedalam.", perintahnya kemudian,
"Aku akan berjaga-jaga didepan pintu!"
Sehabis berkata dia mengundurkan diri ke samping pintu.
Ti Then dengan perlahan bangkit berdiri, air mukanya sudah
berubah jadi amat tegang sekali,
"Aku mau bicara sekali lagi. Aku suka melakukan pekerjaan ini
dengan hati sungguh2 asalkan bilamana misalnya aku tertangkap
atau mati oleh alat rahasia didalam ruangan tersebut kau tidak lagi
pergi mencelakai Wie Ci To ayah beranak serta Yuan Piauw-tauw!"
"Hati manusia dibuat dari daging, bukankah dahulu aku sudah
pernah berkata kepadamu, asalkan kau suka melakukan pekerjaan
bagiku dengan seluruh perhatian dan seluruh tenaga sekalipun
gagal misalnya aku tidak akan menyalahkan dirimu, semakin tidak
akan mencari gara2 dengan orang lain, soal ini kau boleh berlega
hati”
"Aku masih ada satu permintaan lagi" ujar Ti Then kemudian.
"Tapi kau pun bisa menolak permintaanku ini, bilamana kau sudah
menyanggupi maka pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan
sungguh hati".
"Apa itu permintaanmu ?" Tanya Loo-cia dengan sinar mata yang
amat tajam.
"Aku pernah bersumpah hendak menemukan kembali si Hong
Liuw Kiam Khek Ih Peng Siuw dan merebut kembali harta kekayaan
dari Yuan Cong Piauw-tauw, nanti semisalnya aku mati karena
terkena alat rahasia sudah tentu niatku ini pun tidak bisa aku
penuhi, entah maukah kau orang membantu aku untuk mencari
dapat si Ih Peng Siuw itu dan rebut kembali harta kekayaan itu
untuk diserahkan kembali kepada Yuan Cong Piauw-tauw ?”
"Aku kabulkan pcrmintaanmu !".
Mendengar dia orang sudah menyanggupi Ti Then merasakan
hatinya rada terhibur, dia tersenyum.
"Kalau begitu aku ucapkan banyak terima kasih terlebih dahulu
kepadamu".
"Kau tidak usah sungkan2 lagi" jawab Loo-cia tcrtawa pula.
Demikianlah dengan per-lahan2 Ti Then berjalan mendekati
dinding tembok dihadapannya dan menekan tombol.
Dinding itu mulai bergerak dan memutar kedepan sehingga
muncul kembali sebuah tombol rahasia yang lain.
Ti Then tanpa ragu2 lagi segera menekan tombol yang ada
disebelah dalam itu.
"Kraak . . . Kraak . . . " . dengan menimbulkan suara yang
nyaring dinding rahasia itu membuka menjadi dua bagian dan
muncullah sebuah lorong rahasia yang amat gelap sekali.
Loo-cia yang berdiri di samping pintu menjaga gerak-gerik diluar
loteng Penyimpan kitab matanya dengan amat teliti sekali
memperhatikan cara Ti Then membuka dinding rahasia tersebut,
sewaktu dilihatnya dinding itu membuka ke samping hatinya benar2
merasa amat kegirangan.
"Apakah itu pintu masuk ke dalam ruangan rahasia?" tanyanya
dengan mengerahkan ilmu untuk menyampaikan suara.
"Sedikitpun tidak salah, dibawah pintu mulut rahasia ini adalah
tangga2 batu yang panjang, suasana didalamnya amat gelap
sekali."
"Apa kau menemukan sesuatu ?” tanya Loo-cia lagi.
"Aku cuma bisa melihat tangga2 batu yang lurus kebawah,
keadaan disekitar tiga kaki amat gelap sekali dan tidak dapat
melihat suatu apapun !"
"Kalau begitu kau lekas turun kebawah!" desak Loo-cia kemudian
dengan hati ber-debar2.
Ti Then ragu2 sebentar, akhirnya dia melangkah juga mwmasuki
lorong rahasia tersebut.
Inilah merupakan satu tugas yang maha berat dan sudah
dipikirkan sejak dahulu kala, dia tahu ada satu hari dia bakal
mendapatkan perintah paksaan yang bisa mengakibatkan
kematiannya karena itu dia tidak begitu merasa tegang, dia cuma
merasa menyesal dan sedih.
Menyesal terhadap diri Wie Ci To serta Wie Lian In.
Dan sedih atas nasibnya yang buruk !!
Kesemuanya ini hanya dikarenakan dia kepingin mempelajari ilmu
silat yang lebih tinggi sehingga bisa mengalahkan Ih Peng Siuw
mengakibatkan dirinya terseret kedalam keadaan yang salah besar
....
Dia menjadi patung emas dari orang lain, menerima perintah
orang lain, dan melakukan berbagai pekerjaan yang menyalahi hati
nalurinya ....
Untung saja Majikan Patung Emas sudah menyanggupi untuk
tidak melukai Wie Ci To ayah beranak serta Yuan Siauw Ko maka itu
dirinya boleh menemui ajalnya dengan hati yang tenang ...
Sembari berpikir dia berjalan menuruni tangga2 batu yang gelap
itu, mendadak dia merasa hatinyo sangat mengharapkan bisa
menggerakkan alat rahasia sehingga didalam sekejap saja dirinya
sudah mati, bilamana dirinya mati maka semua kekesalan serta
kemurungan yang mencenkam di hatinya bakal musnah dan lenyap
dengan begitu saja.
Tetapi walaupun dia sudah menuruni kurang lebih lima puluhan
tangga batu tersebut keadaan masih tetap tenang2 saja tak terjadi
sedikit urusan pun.
Sedang kini dihadapannya sudah muncul sebuah lorong rahasia
yang sangat datar.
Luas lorong itu sama besarnya dengan luas tangga2 batu tadi
cuma bisa dilalui oleh dua orang yang berjalan bersama-sama.
Dikarenakan tempat itu jauh memasuki tanah maka sinar yang
menerangi tempat itupun tak ada sehingga keadaannya amat gelap
gulita, benda yang ada pada jarak lima depa tak dapat dilihat lebih
terang.
Dia rada menghentikan langkahnya, dalam hati diam2 pikirnya:
"Jika dilihat keadaan disini maka ruangan rahasia itu pasti ada di
ujung dari lorong ini, tetapi apakah di dalam ruangan rahasia itu
benar2 sudah bersembunyi musuh besar dari majikan patung emas?
Bilamana sungguh2 maka orang itu yang bersembunji selama
puluhan tahun lamanya dibawah ruangan rahasia yang tak terkena
sinar matahari ini sungguh merupakan satu siksaan yang luar biasa
sekali!.
Bahkan . . . bilamana didalam ruangan rahasia itu benar2 sudah
bersembunyi seseorang maka dia percaya orang itu pastilah sanak
famili dari Wie Ci To dan dia pun akan percaya kalau orang itulah
musuh besar pembunuh istri dari majikan Patung emas, kalau tidak
Majikan patung emas
tidak bakal menyusun seluruh rencana dengan peras keringat
untuk mencabut nyawanya sedangkan Wie Ci To pun tidak bakal
bersusah payah mendirikan Loteng penyimpan kitab yang demikian
kuatnya untuk melindungi dirinya. Orang yang berhali jujur dan adil
seperti Wie Ci To tidak disangka diapun mempunyai pikiran yang
tidak genah.
Diam2 Ti Then menghela napas panjang dan melanjutkan
kembali langkahnya memasuki lorong tersebut.
-oooOdwOooo
SETIAP KALI dia berjalan maju setindak maka dalam hati dia
sudah ber-siap2 menerima datangnya elmaut .... dia bersiap sedia
menerima datangnya sambaran anak panah yang menembusi ulu
hatinya .... dia bersiap sedia menerima jatuhan batu besar yang
akan menggencet dirinya jadi rata ....
Tetapi akhirnya semua itu bisa dilewati dengan selamat tanpa
kekurangan sasuatu apa pun.
Kini dihadapannya sudah terhalang kembali dengan sebuah pintu
kayu yang besar.
Pintu kayu itu cuma sedikit dirapatkan saja, dari dalam ruangan
memancarkan keluar sinar yang redup2 . .
Jelas dibalik pintu kayu itu adalah ruangan yang dikatakan
"Kamar rahasia!"
Sekali pandang saja Ti Then dapat tahu kalau didalam ruangan
rahasia itu ada orangnya, karena itu dengan memperingan
langkahnya dengan perlahan dia mendekati pintu pasang telinga
dan memperhatikan dengan taliti.
Sedikitpun tidak salah dari dalam ruangan itu berkumandang
keluar suara dengkuran dari seseorang yang keras.
Jelas orang yang ada didalam ruangan rahasia itu sedang tidur
siang!
Ti Then ingin sekali membuka pintu kayu itu untuk melihat
siapakah orang yang ada didalam ruangan itu.
Tetapi akhirnya dia membatalkan kembali rasa ingin tahu yang
mencekam dihatinya iiu, dia merasa tugas bagi dirinya sudah selesai
dan tidak usah pergi menempuh bahaya lagi.
Urusan selanjutnya adalah tugas dari Majikan Patung emas
sendiri!
Maka itu dia cuma memperhatikan sebentar dari samping pintu
kemudisn dengan perlahan-lahan mengundurkan diri dari sana dan
dengan langkah lebar berjalan kembali keatas ruangan loteng
penyimpan kitab.
Hanya didalam sekejap saja dia sudah tiba didalam lorong
rahasia dan berjalan keluar dari tempat tersebut.
Loo-cia masih tetap berdiri di samping pintu berjaga-jaga,
sewaktu dilihatnya Ti Then meloncat keluar dari lorong rahasia itu
air mukanya segera berubah amat girang bercampur tegang.
“Bagaimana?” tanya Loo-cia dengan hati rada berdebar-debar.
“Perkataan dari Wie Ci To sedikitpun tidak salah, didalam
ruangan itu benar-benar tidak dipasangi alat rahasia.”
“Coca kau katakan lebih jelas lagi!”
“Dari sini masuk kedalam semuanya ada lima puluh buah tangga
batu,” ujar Ti Then sambil menuding kearah mulut pintu rahasia
tersebut.
“Setelah itu melalui sebuah lorong rahasia yang panjangnya ada
tiga puluh langkah, di ujung lorong muncullah sebuah pintu kayu
dan dibalik pintu kayu itu adalah ruangan rahasia, saat itu pintu itu
cuma dirapatkan saja sedang orang yang ada didalam ruangan itu
pun lagi tidur nyenyak, cepat kau turun ke bawah.”
Loo-cia dengan tergesa-gesa menutup rapat pintu itu dan
berjalan ke sisi Ti Then.
“Kau sudah melihat orang itu?” tanyanya sambil melongok
kedalam lorong rahasia tersebut.
“Tidak!” jawab Ti Then sambil menggelengkan kepalanya.
“Kalau tidak melihat orangnya bagaimana kau bisa tahu kalau
orang itu lagi tidur?”
“Aku bisa mendengar suaranya.”
“Kau bilang pintu kamar rahasia itu cuma dirapatkan saja?”
“Benar!”
“Kenapa tidak dikunci sekalian?”
-ooo0dw0ooo-
Jilid 39
“AKU TIDAK tahu" sahut Ti Then. "Mungkin biar hawa segar bisa
lancar masuk kedalam ruangan !".
"Kalau memangnya kamar itu tidak dikunci, kenapa kau tidak
secara diam2 mencuri masuk untuk melihat keadaan yang
sebenarnya ??".
"Aku takut sudah mengganggu orang itu sehingga sudah
merusak pekerjaanmu".
Dengan amat tenangnya Loo-cia memperhatikan dirinya, agaknya
dia mau melihat apakah didalam perkataannya itu ada siasat atau
tidak.
Setelah termenung beberapa saat lamanya terakhir dia baru
berkata:
"Baiklah, aku mau pergi kebawah untuk melihat-lihat, kau
berbaringlah untuk sementara diatas pembaringan".
Ditengah suara percakapannya dengan cepat bagaikan kilat jari
tangannya melancarkan satu totokan menghajar jalan darah kaku
dari Ti Then, setelah itu dia baru membopoog tubuhnya keatas
pembaringan.
“Bilamana ada orang datang aku harus berbuat bagaimana ?”
tanya Ti Then dengan suara perlahan.
"Kau boleh berkata kapadanya lagi sakit dan tidak ingin keluar
kembali”
Mendengar perkataan itu Ti Then tertawa pahit.
"Terhadap para pendekar pedang dari Benteng Pek Kiam Poo aku
bisa menolak untuk membuka pintu tetapi terhadap Wie Ci To serta
beberapa orang ciangbunjien, apakah aku bisa menolak ?" katanya.
"Urusan tidak bakal begitu kebetulan, bahkan aku pun dengan
cepatnya akan keluar kembali!".
Sehabis berkata dengan cepatnya dia menerobos masuk kedalam
lorong rahasia tersebut.
Diam2 Ti Then menghela napas panjang, dia sendiripun pernah
berpikir hendak menggunakan kesempatan sewaktu dia orang
masuk kedalam lorong rahasia itu dia hendak menggerakkan tombol
untuk menutup kembali jalan rahasia tersebut sehingga pihak lawan
terkurung didalam bawah tanah.
Setelah itu dia akan melaporkan hal ini kepada Wie Ci To untuk
menawan dirinya.
Siapa tahu baru saja pikiran tersebut berkelebat didalam
benaknya pihak lawan sudah turun tangan menotok jalan darah
kakunya. “Sungguh licik sekali rase tua itu!”
Sejak dia dipaksa menjadi patung emasnya Ti Then selalu
mencari kesempatan untuk memberikan perlawanan, dia sangat
mengharapkan bisa mendapatkan satu kesempatan untuk balas
menguasai majikan patung emas tetapi kssempatan itu tiada
kunjung datang.
Sedang kini tujuan dari Majikan patung emas sudah hampir
tercapai tetapi dirinya sudah dibuat tak berdaya oleh akal liciknya.
Kalau memangnya dirinya sudah menemui kekalahan dan dirinya
tidak bakal bisa mendapatkan kebahagiaan dengan Wie Lian In
didalam pcrkawinan ini maka saat ini dia cuma mengharapkan
Majikan patung emas bisa cepat2 memperoleh hasil agar dia cepat2
meninggalkan benteng Pek Kiam Poo dan memberi kesempatan
buat dirinya untuk menghindarkan diri dari perkawinan ini..,
"Sreeet . . ,!"
Sewaktu dia lagi memejamkan mata dan berpikir tidak karuan
itulah mendadak terasa adanya ujung baju yang tersampok angin
berkumandang dari luar jendela loteng sebelah kanan dari
pembaringannya.
Mendengar suara tersebut dia lantas tahu kalau ada orang yang
melayang datang dari loteng sebelah depan.
Gerak gerik dari orang itu yang diluar kebiasaan seketika itu juga
membuat hatinya merasa kaget dan tergetar amat keras.
Ketika dia membuka matanya . . air mukanya segera berubah
sangat hebat!!
Coba terka siapa yang sudah datang??
Dia bukan lain adalah Wie Ci To.
Air muka Ti Then berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat,
matanya terbelalak lebar2 sedang mulutnya melongo . . dia benar2
dibuat tertegun !!!
Dengan air muka amat keren tetapi tersungging satu senyuman
ramah ujar Wie Ci To dengan suara perlahan:
"Bilamana dugaan Loohu tidak salah maka ada kemungkinan kau
sudah tertotok jalan darahnya oleh Majikan patung emas bukan??".
Sepasang mata Ti Then melotot semakin lebar lagi, dia benar2
merasa amat terperanjat.
"Gak-hu, kau , . semuanya kau . . kau sudah tahu ???".
Sambil tersenyum Wie Ci To mengangguk dengan perlahan.
"Cepat tutup ruangan rahasia tersebut!” seru Ti Then kemudian
dengan cemas,
"Tidak perlu lagi, dia tidak bakal bisa lolos !”
"Didalam ruangan rahasia itu sudah dipasangi alat2 rahasia ??"
tanya Ti Then terkejut bercampur girang.
"Tidak salah !".
Ti Then segera teringat kembali dengan Phoa Loo Tek si
pendekar pedang merah.
"Kalau begitu masih harus menangkap seorang lagi! dia adalah .“
"Bukankah Phoa Loo Tek??" sambung Wie Ci To cepat.
Mendengar disebutnya nama itu Ti Then jadi semakin melengak.
"Pek Tha-heng yang melaporkan urusan ini kepada Gak-hu?"
tanyanya.
"Tidak . . . ".
Dia berjalan maju kedepan menekan tombol rahasia itu untuk
menutup kembali dinding tersebut setelah itu menekan tombol yang
lain untuk menutup kembali dinding paling luar setelah itu dia baru
mendekati pembaringan dan membebaskan jalan darah dari Ti Then
yang tertotok itu.
Dengan cepat Ti Then meloncat bangun dari atas pembaringan.
“Gak-hu bagaimana kau bisa mengetahui seluruh urusan ini?"
tanyanya dengan terharu.
"Selama ini kau selalu menutup-nutupi urusan Majikan patung
emas ini dengan Loohu, sekarang loohu pun mau jual mahal
terhadap dirimu . . mari ikutlah loohu turun loteng!" ujar Wie Ci To
sambil tersenyum.
Sehabis berkata dia berjalan keluar dari pintu itu dan menuruni
ruangan loteng penyimpan kitab.
Ti Then pun mangikuti dari belakangnya, mimpipun dia tidak
pernah menyangka kalau urusan ini bisa berakhir dengan begini
mudah.
Berakhirnya urusan ini benar2 membuat hatinya jadi kaget
bercampur heran, tetapi membuat hatinya merasa girang juga!! dia
kepingin sekali mencak2 dan berteriak2 kegirangan sehingga semua
kemurungan di hatinya bisa terlempar keluar dari dalam dadanya.
Dia boleh dikata tidak bisa mempercayai akan kenyataan ini ... .
dia sama sekali tidak menyangka kalau Wie Ci To bisa menyusun
jebakan secara diam2 dan memancing Majikan patung emas untuk
masuk kedalam pancingannya.
Bagaimana Wie Ci To bisa mengetahui rencana busuk dari
Majikan patung emas ini ???
Masih ada lagi, mengapa dia sama sekali tidak menyalahkan
dirinya ?
Sewaktu beberapa persoalan yang mencurigakan hatinya itu
berkelebat didalam benaknya itulah dia bersama-sama dengan Wie
Ci To sudah keluar dari loteng penyimpan kitab tersebut.
Sekeluarnya dari loteng penyimpan kitab itu Ti Then segera
merasakan suasana ditempat itu rada berubah.
Benteng Pek Kiam Poo yang semula diliputi oleh rasa kegirangan
saat ini sudah berubah jadi tenang dan serius sekali:
Ciangbunjin dari Siauw-Lim Pay, Bu Tong Pay, Kun-lun Pay serta
Tiang Pek Pay berdiri berdiri berjajar didepan loteng, air mukanya
mereka amat tegang jelas merekapun mengetahui urusan yang
sebenarnya.
Air muka Ti Then berubah jadi merah padam hingga menjalar
sampai ditelinganya, kepalanya ditundukkan rendah2 karena dalam
hati benar2 dia merasa menyesal.
Ti Then benar2 merasa takut kalau Wie Lian In pun hadir disana
.... tetapi untung tak tampak dia orang muncul dikalangan.
Wie Ci To segera kirim satu senyuman kearah keempat orang
ciangbunjien itu dan ajaknya :
"Mari kita pergi melihat Phoa Loo Tek dahulu !".
Demikianlah beberapa orang itu segera berjalan ber-sama2
kehalaman depan.
Sesampainya dikamar istirahat dari para pendekar pedang merah
terlihatlah olehnya didepan kamar tidur dari Phoa Loo Tek sudah
berkerumun beberapa puluh orang pendekar pedang merah.
Agaknya mereka belum mengerti urusan apa yang sudah terjadi,
saat ini masing2 lagi berbisik-bisik dan membicarakan persoalan
tersebut.
Ketika dilihatnya Poocu mereka berjalan mendatang, semua
orang pada menyingkir kesamping memberi jalan lewat buat Wie Ci
To sekalian untuk masuk kedalam.
Ti Then pun mengikuti dari belakang Wie Ci To berjalan masuk
kedalam ruangan beristirahat tersebut, terlihat olehnya Phoa Loo
Tek dengan diikat kencang2 lagi berbaring dibawah kaki Shia Pek
Tha, Kie Tiong Hong beberapa orang pendekar pedang merah.
Menanti setelah keempat orang ciangbunjien itu sudah masuk
semua kedalam ruangan Wie Ci To baru menoleh kearah Ti Then
dan tertawa.
“Yang inipun baru saja berhasil ditawan, dikarenakan dia orang
tidak mengetahui terlebih dahulu bakal terjadi urusan ini maka tak
ada kesempatan buat dirinya untuk melawan.
Ti Then berdiam diri tidak menjawab, karena dia sendiripun tidak
tahu harus menjawab secara bagaimana.
Sekali lagi Wie Ci To tertawa.
“Bilamana kau dapat menebak tahu siapakah dia orang maka
didalam hati kau tentu akan merasa terkejut” katanya.
“Apakah dia bukan Phoa Loo Tek yang sungguh2 ?” tanya Ti
Then tertegun.
Senyuman yang semula menghiasi bibir Wie Ci To pun segera
lenyap tak berbekas diganti dengan rasa sedih:
“Sudah tentu bukan !” sahutnya. “Phoa Loo Tek yang
sesungguhnya sudah menemui bencana .. dia cuma memakai kulit
wajah dari Phoa Loo Tek saja !.
“Lalu siapakah dia orang?” tanya Ti Then dengan terperanjat.
“Temanmu !".
"Temanku ??”.
"Bilamana kau tidak percaya boleh sobek kulit mukanya !".
Ti Then menurut dan maju satu langkah kedepan untuk
kemudian berjongkok disamping badan Phoa Loo Tek, dengan
kerasnya dia tarik rambutnya sehingga seluruh kulit wajahnya
terobek lepas,
Sewaktu dia dapat melihat wajah yang sesungguhnya dari orang
itu tidak kuasa lagi saking kagetnya dia menjerit keras.
"Aaaach .... Thian ! Kiranya kau adalah si "Hong Liuw Kiam Khek"
Ih Peng Siauw”
Sedikitpun tidak salah, orang itu adalah si "Hong Liuw Kiam
Khek" Ih Peng Siauw yang setiap hari dipikirkan dan berharap bisa
merebut kcmbali harta pusaka yang direbut olehnya,
Soal ini dia sama sekali tidak pernah menduga, dia tidak pernah
berpikir kalau anak buah dari Majikan Patung emas sebenarnya
adalah Hong Liuw Kiam Khek Ih Peng Siauw.
Jika ditinjau dari hal ini maka jelas rencana Majikan patung emas
hendak menurunkan ilmu silat kepadanya dan minta dia menjadi
patung emasnya selama setahun sudah disusun sejak dua tahun
sebelumnya.
Dalam hati Ti Then benar2 merasa amat gusar, saking marahnya
seluruh tubuhnya sudah gemetar amat keras.
"Tadi dia sudah mengakui kalau dia bersama-sama dengan
Majikan patung emas sengaja kerja sama uniuk memancing dirimu
terjerumus pula kedalam lingkungan ini, kelihatannya dia sengaja
merampok barang kawalanmu dengan tujuan agar kau pergi
mencari seorang guru dan tujuannya yang di-cita2kan bisa
tercapai."
Dengan cepatnya Ti Then mencengkeram baju dibagian dada Ih
Peng Siauw dan menariknya duduk.
"Sebetulnya terjadi urusan apa?" Bentaknya dengan keras.
Si "Hong Liuw Kiam Khek” Ih Peng Siauw yang jalan darah
kakunya tertotok seluruh tubuhnya tak dapat bergerak, tetapi dia
masih bisa berkata.
Dari wajahnya yang
senyuman mengejek.
tampan
segera
tersungginglah
satu
"Tidak salah !" sahutnya. "Selama beberapa tahun ini kami sudah
menipu dirimu mentah2 sungguh maaf sekali!"
Ti Then betul2 merasa amat gusar, tangannya dengan cepat
diayun kirim satu tamparan keras menggaplok wajahnya.
"Kalian sengaja mengatur siasat untuk memancing aku apakah
tujuannya hendak mengunakan diriku sebagai patung emasmu?"
bentaknya kembali.
Si "Hong Liuw Kiam Khek" Ih Peng Siauw yang wajahnya kena
digaplok air mukanya segera berubah sangat hebat.
"Urusan sudah menjadi begini, aku suka menceritakan seluruh
kejadian ini kepadamu, tetapi bilamana kau main kasar lagi maka
sekalipun mati aku tidak akan menjawab pertanyaanmu!".
"Cepat katakan!".
"Terhadap barang2 kawalan yang kami rampas itu aku orang
tidak menaruh rasa tertarik, saat ini kesemuanya kami titipkan
disebuah gudang uang, kami punya maksud setelah urusan ini
dibikin beres maka uang itu akan kami ambil kembali untuk
diserahkan kepadamu".
"Dititipkan di gudang uang yang mana?" desak Ti Then.
"Kiem San Cian Cung dikota Go-bie"
Mendengar perkataan itu dalam hati Ti Then merasa amat
girang.
"Lalu apa hubunganmu dengan majikan patung emas?".
"Dahulu aku adalah kacung bukunya, achirnya dia menerima aku
sebagai murid!”
"Dia sudah mempunyai murid seperti kau, lalu buat apa mencari
diriku untuk dijadikan patung emasnya?".
"Soalnya bakatku tidak baik sehingga tidak dapat mempelajari
seluruh kepandaiannya, bilamana aku yang datang kemari belum
tentu Wie Poocu suka menghargai diriku".
"Hmmm! kau tahu tidak aku benar2 benci diri kalian guru
bermurid hingga merasuk ketulang sumsum!” Teriak Ti Then sambil
menggigit kencang bibirnya.
"Sudah tentu tahu, ini urusan sudah mengalami kegagalan, aku
pun tidak berani minta diampuni dari kematian, Bilamana kau orang
merasa aku adalah seorang lelaki sejati maka janganlah memberi
siksaan kepadaku melainkan berilah satu kematian yang cepat buat
diriku."
"Heee . . . heec . . . bilamana kau ingin mati dengan sempurna
lebih baik jawab lagi satu pertanyaanku ini !"
"Silahkan bertanya, mulai sekarang asalkan ada pertanyaan pasti
akan kujawab, kecuali urusan yang aku sama sekali tidak tahu
menahu ..."
"Aku rasa suhumu sudah menguruog Yuan Cong Piauw-tauw
disuatu tempat, sekarang Yong Cong Piauw-tauw ada dimana ?"
"Maaf, soal ini suhu tidak pernah memberitahukan kepadaku,
sehingga aku sendiripun tidak tahu."
"Omong kosong!" teriak Ti Then gusar.
"Yuan Cong Piauw-tauw dikurung disebuah gua diatas puncak
Hud Ting, loohu sudah kirim orang uutuk pergi menolongnya, ada
kemungkinan aebentar lagi bakal kembaii” timbruug Wie Ci To.
"Gak-hu bagaimana bisa tahu?" tanya Ti Then melengak.
Wie Ci To tersenyum.
"Urusan sebcnarnya adalah begini:. sewaktu malam itu kau pergi
menjenguk Yuan Cong Piauw-tauw didalam gua Loei Tong Peng
tengah malam itu Loohu terjaga dari tidur dan entah bagaimana tak
bisa tidur ksmbali, karenanya lantas masuk kedalam Loteng
Pcnyimpan kitab untuk melihat buku, tetapi tidak lama kemudian
hatiku merasa murung sehingga berdiri didekat jendela loteng.
Pada saat itulah mendadak Loohu menemukan dari dalam
kamarmu ada sesosok bayangan manusia berkelebat dengan
cepatnya. . ."
Berbicara sampai disitu mendadak dia berhenti sebentar, setelah
tukar napas, sambungnya lagi sambil tersenyum.
"Bayangan manusia itu adalah Loo-cia, waktu itu Loohu tidak bisa
melihat jelas kalau dia orang adalah Loo-cia, didalam anggapanku
ada orang asing yang menyelinap masuk kedalam benteng,
karenanya aku lantas meloncat keluar dari Loteng Penyimpan kitab
dan mengadakan pengejaran.
Sesampainya dibawah tembok banteng Loohu baru bisa melihat
jelas kalau orang itu adalah Loocia, melihat tangannya membawa
lampu lentera sedang gerak=geriknya amat mencurigakan bahkan
amat gesit dan lihay sekali dalam hati Loohu segera menaruh rasa
curiga, demikianlah diam2 lantas aku menguntil dari belakanggnya.
Demikianlah Loohu menguntil terus sampai di gua Loei Tong
Ping, melihat dia meloncat pula cuma saja aku tidak ikut masuk
kedalam gua, karena waktu itu Loo-cia sudah pasang lampu
bilamana aku ikut masuk bukankah jejakku segera akan di ketahui ?
karena itu Loohu cuma bersembunyi ditenpat luaran saja
mendengarkan seluruh pembicaraaan kalian, waktu itulah Loohu
baru tahu kalau dia bukanlah Loo-cia yang sebenarnya sedang
kaupun adalah patung emasnya yang sengaja menerima perintah
untuk menyelinap masuk kedalam Benteng.”
Dengan muka menyesal Ti Then menundukkan kepalanya tidak
berkata.
"Tetapi " ujar Wie Ci To lagi sambil tertawa. "Dari pembicaraan
diantara kalian berdua Loohu bisa tahu walaupun kau jadi patung
emas yang menerima perintah darinya tetapi tidak ber-sunggguh2
ada di pihaknya, bahkan rasa sayangmu terhadap Loohu ayah
beranak membuat hatiku merasa amat terharu.”
Saat itulah Ti Then baru tahu kenapa dia orang sama sekali tidak
menyalahkan dirinya, dalam hati dia lantas merasa amat girang.
"Akhirnya" sambung Wie Ci To lebih lanjut. "Loohu melihat kau
berjalan keluar dari gua itu dan meloncat naik dari Loei Tong Ping.
Tidak lama kemudian Majikan patung emas dengan membawa Yuan
Cong Piauw-tauw berjalan keluar pula dari dalam gua tersebut,
karena itu dari tempat kejauhan Loohu lantas menguntitnya terus,
akhirnya sewaktu tiba didekat puncak Ban Hud Ting dia membawa
Yuan Cong Piauw-tauw masuk kedalam sebuah gua, Loohu menanti
beberapa saat lamanya diluar gua . . . kurang lebih sepertanak nasi
kemudian baru melihat dia berjalan keluar dari gua tersebut dan
meninggalkan tempat itu.
Menanti dia sudah pergi jauh Loohu baru masuk ke dalam gua
untuk menemui Yuan Cong Piauw-tauw, waktu itu dia sudah
ditindihi dengan b«berapa buah batu cadas ..."
"Aaakh . . . Yuan Loocianpwee tidak terluka?" tanya Ti Then
dengan terperanjat setelah mendengar sampai disitu.
"Tidak, Yuan Cong Piauw-tauw terkurung diantara sela2 batu2
cadas itu, dia cuma tak dapat keluar sedang badannya tidak sampai
tertindih . .”
Waktu itulah Ti Then baru bisa menghembuskan napas lega
tetapi disusul pula dengan helaan napas sedih.
"Dikarenkan Yuan Loo-cianpwee mengetahui seluruh rahasia ini
maka dia sudah ditawan dan dipunahkan seluruh kepandaian
silatnya.”
"Sewaktu dia melihat Loohu muncul di sana benar2 merasa amat
giraog sekali, dia lantas menceritakan aeluruh hubunganmu dengan
majikan patung emas, Sebetulnya Loohu ingin menolongnya keluar
tetapi dia bilang menawan majikan patung emas dan menolong
orang lebih penting; Loohu merasa perkataannya tidak salah maka
itu lantas berangkat pulang kedalam benteng dan mengadakan
perundingan rahasia dengan Pek Tha serta Lian In, akhirnya kami
ambil keputusan untuk mengubah loteng penyimpanan kitab itu
sebagai kamar pengantin dan pancing majikan patung emas untuk
masuk kedalam jebakan!".
"Bilamana bukannnya Gak-hu menemukan jejaknya aecara
mondadak, siauw-say entah harus berbuat bagaimana baiknya?"
ujar Ti Then dengan terharu.
Sehabis berkata dia melelehkan air mata kegirangan.
"Lalu sekarang dia sudah terkena alat rahasia apa?" tanya Yuan
Kuang Thaysu dari Siauw-Lim pay secara tiba2.
"Terkurung didalam kurungan besi".
"Sebenarnya siapakah dia orang??" tanya Leng Cing Ceng-jien
pula.
"Apa tujuannya menggunakan Ti siauw-sicu unluk menyelinap
kedalam Benteng ??"',
Wie Ci To segera tertawa dingin.
"Dia memerintahkan Ti Then untuk menyelinap masuk kedalam
Benteng sebetulnya hendak mencuri buku keterangan mengenai alat
rahasia loteng penyimpan kitab itu setelah itu masuk kedalam loteng
penyimpan itu untuk membunuh seseorang yang menerima
lindungan dari aku orang she-Wie".
"Aaakh .. siapakah orang itu?" tanya Leng Cing Ceng-jien dengan
kaget.
"Aku orang she Wie sudah atur dia orang untuk bersembunyi
didalam kamar gudang kayu, mari silahkan saudara2 sekalian
mengikuti aku orang she-Wie untuk menemui dirinya !!".
Sehabis berkata dia lantas berjalan keluar dari kamar.
Ti Then, Yuan Kuang Thaysu, Leng Cing Ceng-jien, Kiem Cong
Loojien, Mong Yong Sian Kauw serta ber-puluh2 orang pendekar
pedang merah lantas ber- sama2 mengikuti dari belakangnya.
Saat ini para tetamu yang datang untuk memberi selamat pun
sudah pada mengetahui sudah terjadi urusan, oleh karena itu
sewaktu tiba di depan gudang kayu tersebut orang yang mengikuti
datang ada tiga ratus banyaknya.
Wie Ci To mempersilahkan para tetamu untuk menunggu didepan
pintu sedang dia sendiri berjalan kedalam, sebentar saja dia sudah
berjalan keluar kembali dengan membawa seorang manusia "Aneh"!
Sewaktu semua hadirin melihat munculnya orang aneh itu tidak
terasa pada bergidik semuanya, bulu kuduk pada berdiri.
Sedikitpun tidak salah, wajah dan bentuk orang aneh itu amat
menakutkan.
Jikalau ditinjau dari rambutnya yang sudah memutih kira2
usianya ada enam puluh tahunan, wajahnya amat jelek sehingga
sukar untuk dilukiskan.
Kulitnya kering dan hangus seperti bekas terbakar tempo dahulu
seluruh wajahnya berwarna darah dengan mata, hidung serta mulut
yang bengkok tidak keruan, sungguh menyeramkan.
Disamping itu sepasang tangannya sudah lenyap
pundaknya, ternyata diapun merupakan seorang cacad.
hingga
Melihat kejadian itu Ti Then segera merasakan hidungnya jadi
kecut, hatinya benar2 terharu.
"Orang yang sudah cacad seperti begini pun majikan patung
emas masih mau membunuh dirinya, orang itu sungguh amat
kejam!".
Dengan dibawah bimbingan Wie Ci To orang aneh itu berdiri
didepan pintu gudang kayu.
"Saudara2 sekalian coba lihatlah" ujarnya dengan keras. "Inilah
orang yang hendak dibunuh oleh majikan patung emas!"
Semua orang dengan hati terperanjat berdiri ter-mangu2, tak
sepatah katapun bisa diucapkan keluar.
Wie Ci To kembali menuding keatas wajah orang aneh itu,
teriaknya lagi dengan keras, "Pada sepuluh tahun yang lalu dia
dibakar oleh majikan patung emas, bahkan memotong lidahnya dan
sepasang tangannya, Sang Kwan-heng coba kau bukalah mulutmu
agar bisa dilihat orang!".
Untung telinga orang aneh itu masih baik, mendengar perkataan
tersebut dia lantas membuka mulutnya lebar2.
Sedikitpun tidak salah didalam mulutnya memang benar2 tidak
terdapat lidah lagi!
Yuan Kuang Thaysu yang tidak tega melihat kekejaman itu lantas
memejamkan mata memuji keagungan Buddha.
Sedangkan Kiem Cong Loojien dengan suara yang berat dan hati
khe-ki berteriak.
"Sebenarnya ada dendam sakit hati apakah antara dirinya
dengan majikan patung emas sehingga dia turun tangan begitu
kejam terhadap dirinya ?"
"Hee . . . heee . . . sedikitpun tidak ada dendam apa-apa, bahkan
mereka berdua adalah suheng-te. Majikan patung emas adalah
suheng sedang dia adalah sute-nya!”
"Kalau memangnya tak ada dendam sakit hati bahkan saudara
seperguruan pula, kenapa majikan patung emas hendak menyiksa
dirinya?” tanya Kiem Cong Loojien keheranan.
“Semuanya hanya dikarenakan sejilid kitab pusaka ilmu silat!”
jawab Wie Ci To dengan wajah adem, “Orang ini she Sang-kwan,
bernama Jien. Pada tiga puluh tahun yang lalu dengan majikan
patung emas bersama-sama belajar ilmu silat dengan seorang
jagoan Bu-lim, akhirnya setelah tamat belajar dan turun gunung,
dengan amat cepatnya Majikan patung emas berhasil memperoleh
nama didalam Bu-lim, sebaliknya Sang-kwan Jien karena berhati
tawar dan tidak suka mencari nama maka tidak lama setelah turun
gunung lantas berpesiar ke daerah Si Ih.
"Berturut2 dia berdiam selama delapan belas tahun lamanya
didaerah Si Ih, pada saat dia hendak kembali kedaerah Tionggoan
itulah dari seorang hweesio Si Ih dia memperoleb sejiiid kiiab
pusaka ilmu silat. Sekembalinya kedaerah Tionggoan dia lantas
membawa kitab puiaka itu pergi mencari suhengnya Majikan patung
emas, untuk diajak belajar bersama-sama.
"Siapa tahu Majikan patung emas sudah timbul hati serakah,
diam2 dia memasukkan racun kedalam arak yang diminum oleh
Sang Kwan Jien, memotong pula lidah serta sepasang tangannya
membuat dia jadi seorang cacad yang tak dapat menulis mau pun
berkata.
"Akhirnya dia mengurung dirinya dalam sebuah gua, tetapi tak
lama kemudian dia berhasil melarikan diri dan datang ketempat aku
orang she Wie. Dengan menggunakan kakinya dia menulis seluruh
kejadiannya dan minta bantuan aku orang she Wie untuk membalas
dendam ini. aku orang she Wie yang merasa bukanlah tandingan
dari suhengnya terpaksa melindungi dirinya didalam loteng
penyimpan kitab dan berharap dengan menggunakan alat rahasia
yang ada disana untuk menangkap suheng-nya, karena cuma
dengan loteng penyimpan kitab ini saja bisa menawan dirinya,
setelah menanti selama puluhan tahun lamanya akhirnya aku orang
she Wie berhasil pula mendapatkan kesempatan ini.”
Air muka Sang-kwan Jien sedikit pun tidak berubah, dia tetap
berdiri tak bergerak di tempat semula cuma saja dari sepasang
matanya menetes keluar titik-titik air mata.
Terdengar Leng Cing Cengjien menghela napas panjang.
“Heee...Sang-kwan sicu ini sudah mau berlatih bersama-sama
dengan dirinya kenapa dia masih merasa tidak puas?” ujarnya.
“Karena pada waktu itu dia sudah merasa dirinya adalah seorang
jagoan yang tak terkalahkan, dia sudah menerima penghormatan
dari para jago Bu-lim, dia tidak ingin membagikan kecemerlangan ini
kepada orang lain...karena itu dia melakukan pekerjaan ini!”
Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambungnya lagi.
“Bilamana diantara saudara=saudara sekalian ada yang merasa
ragu-raagu terhadap perkataan dari aku orang she Wie maka nanti
bilamana bertemu dengan Majikan Patung emas boleh
menanyakannya sendiri, asalkan saudara-saudara sekalian dapat
melihat wajahnya yang sesungguhnya maka waktu itulah kalian
bakal mengetahui kalau perkataan dari aku orang she Wie
sedikitpun tidak salah”
“Siapakah dia orang?”
"Bilamana Sian-kauw melihat orang itu maka waktu itulah bakal
mengetahui siapakah dia orang, sekaraog mari saudara2 ikuti aku
menuju ke lapangan latihan silat, aku orang she Wie akan suruh
orang membawa dirinya datang untuk bertemu muka dengan
saudara2 sekalian!"
Demikianlah semua orang lantas bergerak menuju ke lapangan
latihan silat dengan bersama-sama.
Sedangkan Wie Ci To dengan membawa Shia Pek Tha serta Kie
Tong Hong berjalan masuk kedalam Loteng Penyimpan kitab itu,
Ti Then yang melihat di sekeliling tempat itu tidak kelihatan
munculnya Wie Lian In dalam hati merasa amat tidak tenang.
Diam2 dia menghela napas panjang dan serunya :
"Heei . . .dia tentu sedang menangis didalam kamarnya, dia
merasa gemas karena aku sudah menipu dirinya . . .
Dia kepingin sekali pergi menemui dirinya dan minta maaf
kepadanya, tetapi teringat kalau sebentar lagi dia bakal menemui
majikan patung emas terpaksa pikiran ini untuk sementara waktu
dihapuskan dari hatinya, dengan mengikuii orang lain ber-sama2
berjalan menuju lapangan latihan silat.
Sesampainya di tengah lapangan latihan silat, tiba-tiba..
"Aaach . . Yuan Cong Piauw-tauw sudah kembali, Yuan Cong
Piauw-tauw sudah kembali !!"
Terdengar suara teriakan dengan riuh rendah.
Dengan cepat Ti Then menoleh kearah sana, sedikitpun tidak
salah, terlihatlah si tangan sakti Yuan Siauw Ko dengan dibimbing
oleh dua orang pendekar pedang merah berjalan masuk kedalam
benteng, hatinya hadi amat girang.
Dengan cepat dia berlari mendekat sambil teriaknya dengan amat
gembira:
"Yuan Loocianpwee, kau sudah kembali!”
Yuan Siauw Ko mengangguk, tetapi sewaktu dilihatnya ditengah
lapangan latihan silat sudah berkumpul beratus-ratus orang dia jadi
rada terkejut.
"Orang2 itu lagi berbuat apa ?? apakah majikan patung emas
sudah kena ditawan?" tanyanya.
"Sudah .... sudah berhasil ditawan !" sahut Ti Then sambi!
Tersenyum.
"Dia sudah menggerakkan alat rahasia yang dipasang didalam
lorong rahasia dibawah loteng penyimpan kitab, saat ini Wie Poocu
sedang masuk kedalam loteng penyimpan kitab untuk membawanya
keluar, orang2 ini lagi menanti untuk melihat wajahnya".
"Apa sudah tahu siapakah dia orang?" tanya Yuan Siamv Ko
dengan girang pula.
"Masih belum tahu, Wie Poocu jual mahal, katanya setelah
melihat wajah aslinya tentu bakal ada orang yang tahu dengan
sendirinya.”
Saat ini para tamu yang kenal dengan Yuan Siauw Ko sudah pada
berdatangan untuk menyapa. Yuan Siauw Ko pun lantas menjura
membalas hormatnya.
Kepada Ti Then ujarnya lagi:
"Wie Poocu apakah sudah menjelaskan kisahnya kisahnya malam
itu menguntit Loo-cia?”
"Benar!" Sahut Ti Then mengangguk, “Boanpwee sama sekali
tidak menyangka bisa berakhir dengan demikian . . .”
"Bukankah berakhir secara begini mendapatkan kebaikan buat
dirimu ?".
"Sudah tentu!!".
"Masih ada Phoa Loo Tek apakah sudah ditangkap sekalian ?".
"Benar! Loocianpwee tentu tidak menyangka siapakah dia orang
!!".
"Siapa?"
"Hong Liuw Kiam Khek, Ih Peng Siauw!”
"Aaah, bagaimana bisa dia orang?" tanya Yuan Siauw Ko
melengak.
"Kiranya dia merampok barang kawalanku tempo hari karena
mendapat petunjuk dari Majikan patung emas, sedang tujuan
mereka guru bermurid merampok kawalan itu pun hanya bertujuan
untuk memancing keinginan boanpwee untuk mencari guru belajar
silat, sstelah dengan menggunakan cara itu pula memaksa
boanpwee untuk menjadi patung emasnya dan mengerjakan
rencananya yang sudah disusun."
"Kalau begitu kesemuanya ini hanya merupakan satu siasat yang
licik saja?" tanya Yuan Siauw Ko terperanjat.
"Sedikit pun tidak salah!"
"Apakah Ih Peng Siauw mengakui dimana barang2 pusaka itu
disimpan olehnya?"
"Benar! dia bilang barang itu tetap seperti sedia kala dan
disimpan didalam sebuah gudang uang didalam kota Go bie, lain kali
biarlah aku pargi kekota untuk megambilnya kembali."
Baru saja perkataan itu selesai diucapkan terdengarlah suara
yang hiruk pikuk bergema datang.
"Ach . . , sudah datang, sudah datang!” teriaknya,
Tidak salah, Shia Pek Tha serta Kie Tong Hong dengan
menggotong sebuah kurungan besi berjalan masuk kedalam
lapangan latihan silat.
Kurungan baja itu tidak besar cuma ada enam depa tingginya
dengan tiga depa tebalnya, saat ini di-sekeliling kurungan itu
tertutup dengan secarik kain sehingga tidak dapat melihat jelas
wajah majikan patung emas yang ada didalam kurungan,
Semua hadirin pada berkerumun maju untuk saling rebut melihat
wajahnya.
Dibawah perintah Wie Ci To, Shia Pek Tha serta Kie Tong Hong
segera meletakkan kurungan itu ketengah kalangan.
Semua orang yang melihat kurungan itu tertutup oleh secarik
kain sedang dari dalam kurungan tak terlihat adanya gerakan
apapun dari majikan patung emas pada merasa terkejut bercampur
ke-heran2an.
Kiem Cong Loojien dari Kun-lun Pay tidak dapat menahan ssbar
lagi, tak tertahan segera tanyanya.
"Apakah dia sudah mambunuh diri?".
"Belum!" jawab Wie Ci To tertawa.
"Kalau belum, kenapa tidak meronta?”
"Kurungan besi itu amat kuat sekali, dia tahu sekalipun meronta
juga tak berguna maka terpaksa dia harus berbaring didalam
kurungan dengan tenang !".
Berbicara sampai disini dia lantas menoleh ke arah Shia Pek Tha
dan perintahnya:
"Pek Tha, coba buka kain penutup itu!"
Dengan amat hormatnya Shia Pek Tha menyahut dan menarik
kain penutup tersebut.
Dengan begitu maka Loo-cia (majikan patung emas) itu dapat
dilihat keseluruhan tubuhnya oleh semua orang.
Keadaannya amat mengenaskan sekali sehingga mirip dengan
seekor tikus, tetapi buas pula seperti seekor binatang, wajahnya
menyengir kejam sedang dari sepasang matanya memancarkan
senar kejam yang membuat orang bergidik.
Ti Then adalah orang yang paling mengetahui jelas kedahsyatan
ilmu silatnya, melihat seluruh wajahnya sudah diliputi oleh napsu
membunuh dan siap2 menerjang keluar dari kurungan hatinya
merasa bergidik.
Dengan cepat dia menggeserkan badannya mendekati Wie Ci To,
lalu tanyanya dengan suara yang amat lirih.
"Apakah kurungan itu benar2 sangat kuat?",
"Sedikitpun tidak ada parsoalan!" sahut Wic Ci To mengangguk.
"Ada kemungkinan dia bisa membobol kurungan itu untuk
keluar?”
"Aaakh . . . tidak mungkin bisa terjadi”.
Waktu itu Leng Cing Ceng-jien yang berdir di dekat mereka
sudah membuka mulut,
"Wie Poocu tadi bilang pada wajahnya memakai topeng,
sekarang apakah kau bisa melepaskan topeng tersebut agar pinto
bisa melihat jelas wajahnya?"
“Sudah tentu boleh saja" sahut Wie Ci To sambil mengangguk,
"tetapi kepandaian silat orang iui amat lihay sekali, bilamana
kepandaian silatnya tidak dimusahkan terlebih dahulu siapapun
jangan harap bisa mendekati dirinya, biarlah sekarang aku orang
she-Wie mausnahkan dulu tenaga dalamnya”
Sambil berkata dia mengambil sebilah psdang dari seorang
jagoan pedang merah dan berjalan maju kedepan.
Mendadak Ti Than teringat kembali dengan kata2 dari majikan
patung emas yang mengatakan dia punya cara untuk memulihkan
kembali tenaga murni dari Yuan Siauw Ko, melihat Wie Ci To
berjaIan maju kedepan diapun lantas menyusul.
"Gak-hu tunggu sebentar!" serunya.
"Ada urusan aps ?" tanya Wie Ci To sambil menoleh.
Ti Then lantas menuding kearah Yuan Siauw Ko yang berdiri
diantra para jagoan lainnya.
"Yuan Loocianpwee sudah kembali, sedang kepandaian silainya
sudah dipunahkan oieh majikan patung etnas, tetapi dia bilang dia
orang punya cara untuk memulihkan kembali ilmu silatnya . . . ".
"Ehmm . . Loohu paham !".
Dia maju tiga langkah kedepan dan berdiri didepan kurungan
besi tersebut, kepada majikan patung emas yang ada didalam
kurungan itu lantas teriaknya:
"Loo-heng!! perbuatanmu jauh lebih kejam dari perbuatan Cuo It
Sian, maka itu kau tidak bisa diampuni lagi, tetapi bilamana kau
suka menjelaskan cara untuk memulihkan kembali ilmu silat dari
Yuan Cong Piauw-tauw, Loohu bisa pergi memintakan keringanan
dari sute-mu agar kau bisa mati lebih tenang, bagaimana ?".
“Hee . . . heee . . . kau bersiap sedia hendak menghukum loohu
dengan cara bagaimana ?” tanya majikan patung emas sambil
tcrtawa dingin.
"Menggunakan api membakar wajahmu lalu memotong lidah dan
sepasang tanganmu.'
Mendengar perkataan tersebut majikan patung amas segera
tertawa ter-bahak2.
“Haaa , . . . haaa . , . bagus . . . bagus sekali, inilah yang
dinamakan adil . . dahulu aku menyiksa dia dengan cara begitu dan
sekarang diapun hendak menggunakan cara yang sama untuk
menyiksa aku . . haaa . . . bagus, bagus sekali !”
"Bilamana mengikuti keputusan dari sute-mu maka walaupun kau
bisa hidup didunia tetapi jauh lebih tersiksa dari pada mati, maka itu
menurut pendapat loohu lebih baik kau memilih mati sempurna saja
bagaimana ?".
“Tidak ! haaa - - haaa ..." Teriak majikan patung emas sambil
tertawa ter-bahak2 " Loohu bilamana hidup malah tersiksa lebih
baik aku terima saja keputusanmu itu!".
"Kalau begitu kau tidak ingin memulihkan kembali ilmu silat dari
Yuan Siauw Ko ?".
"Tidak !".
"Seorang lelaki sejati bisa membedakan dendam dan budi, dia
tidak ada sakit hati apa pun dengan dirimu buat apa kau menyiksa
dirinya?”.
"Heee . . . hee . . . Loohu tidak akan punya hati welas kasih,
terus terang aku beritahu padamu, loohu masih ingin membunuh
beberapa orang untuk main-main!".
"Sudah besar sekali omonganmu, apakah kau punya tenaga
untuk membunuh orang?” ejek Wie Ci To sambil tertawa dingin.
"Sedikitpun tidak salah, kalau kau tidak percaya lihatlah sendiri!”.
Berbicara sampai disini mendadak dia dongakkan kepalanya dan
memandang ke arah Ti Then dengan buas.
"Bangsat cilik, kau kemarilah!" bentaknya.
Ti Then segera merasakan seluruh bulu kuduknya pada berdiri,
dengan paksakan diri dia berjalan maju juga.
"Kau ada perkataan apa lagi?".
"Aku mau tanya padamu, sewaktu kau menyanggupi untuk
menjadi patung emas ku apa yang pernah kau katakan?" tanya
majikan patung emas dengan amat gusar.
"Aku bilang setelah menyanggupi perknataanmu tidak akau
menyesal kembali ".
"Dan akhirnya ?" tanya Majikan patung emas sambil tertawa
dingin.
"Akhirnya aku selalu merasa menyesal, tetapi masih untung
perbuatanku tidak sampai melanggar janji kita".
Sepasang mata Majikan patung emas melotot semakin bulat lagi.
"Kau tidak melanggar janji ?" tanyanya sepatah demi sepatah.
"Bonar, tidak !".
Agaknya saking bencinya majikan patung emas kepingin menelan
diri Ti Then didalam satu kali terkaman.
"Lalu siapa yang sudah mengkhianati diriku ?” bentaknya dengan
keras.
"Aku sama sekali tidak mengkhianati dirimu, tertawannya dirimu
adalah siasat yang diatur oleh Wie Poocu sendiri, aku sama sekali
tidak tahu menahu".
"Omong kosong !" bentak majikan patung emas dengan gusar.
Wie Ci To tertawa dingin.
"Saat ini walaupun saudara mempunyai sayap juga jangan harap
bisa meloloskan diri dari sini, buat apa kami berbohong?? dia benar2
tidak mengkhianati dirimu, rahasiamu berhasil loohu bongkar
sendiri!.”
Sudah tentu majikan patung emas tak mau percaya akan
perkataannya itu. Dia segera mendengus dengan amat dinginnya.
"Ooooh begitu?"
"Tidak salah, ditengah malam buta tempo hari karena Loohu
tidak bisa tidur maka sudah naik keatas loteng penyimpan kitab,
waktu itu secara tidak sengaja aku sudah menemukan jejakmu lalu
menguntit sampai diluar gua Loei Tong Peng, karenanya rahasiamu
bisa aku ketahui semuanya."
"Apa benar2 begitu?" tanya majikan patung emas sambil
memandanng tajam wajahnya.
"Sedikitpun tidak salah"
Dari air muka majikan patung emas segera tersungginglah
senyuman dingin yang mengerikan.
"Wie Ci To! kau paling auka ikut campur didalam urusan orang
lain," ujarnju perlahan. "Kau ikut campur didalam urusan Cuo It Sian
masih boleh2 saja tetapi kau berani juga menyinggung kepala loohu
. . Hmm! Sungguh tidak tahu kekuatan sendiri!"
"Loohu memang rada tidak mengetahui kekuatan sendiri, tapi
loohu punya kesabaran untuk memancing ikan kakap, selama
sepuluh tahun tiada sedikitpun loohu lelah menanti kedatanganmu,
dan akhirnya cita-cita loohu itu terjadi pula.
"Hmm! apa kau kira bisa membereskan loohu ?"
"Benar! kecuali kau punya tenaga untuk menghancurkan
kurungan baja ini!” seru Wie Ci To sambil mengangguk.
"Baik, Loohu akan mendemontrasikan kepandaian silatku!"
Begitu perkataan terakhir diucapkan keluar mendadak
terdengarlah suara yang amat keras berkumandaug memenuhi
seluruh angkasa ....
"Braak . . . !" kurungan baja itu sudah terpental hancur sebagian
besar oleh tenaga pukulannya sehingga terbang sejauh lima depa.
Dia benar2 berhasil menghancurkan kurungan besi tersebut.
Dengan menggunakan sepasang telapak tangannya dia
menghancurkan tutup kurungan besi yang amat kuat, dari hal ini
saja sudah jelas menunjukkan kalau tenaga pukulannya benar2
sangat dahsyat sekali.
Tak ada seorangpun yang pernah menyangka kalau dia bisa
menghancurkan tutup kurungan besi yang begitu kuat, untuk
beberapa saat lamanya mereka dibuat termangu.
Tampaklah olehnya setelah sepasang telapak tangannya berhasil
menghancurkan penutup kurungan tersebut tubuhnya pun
mengikuti gerakan tersebut melayang keluar dan mololoskan diri
dari kurungan itu.
Melihat kejadian itu Wie Ci To jadi merasa sangat terperanjat.
"Saudara2 sekalian cepat mundur!" serunya.
Ditengah suara bentakannya yang amat keras tubuhnya pun
bagaikan kilat cepatnya menerjang ketergah udara dan kirim satu
tusukan dahsyat kwtubuh Majikan patung emas,
Majikan patung emas segera tertawa ter-bahak2, telapak kirinya
menekan kebawah balas menghantam tubuh pedang dari Wie Ci To
sehingga tusukan tarsebut berubah arah, bersamaan pula dua jari
tangannya dengan gaya "Jie Liong Ciang Cu" aiau dua naga berebui
mutiara menotok ke arah sepasang mata Wie Ci To.
Gerakannya amat cepat dan dahsyat laksana malaikat yang turun
dari kahyangan.
Wie Ci To yang tubuhnya masih ada di tengah udara tidak
sempat untuk berubah jurus, dia dipaksa untuk berjungkir balik dan
melayang turun kembali keatas tanah.
Bagaikan kilat cepatnya majikan patung emas segera menerjang
kearah gerombolan para hadirin, sepasang telapak tangannya
bagaikau kilat cepatnya sudah melancarkan cangkeraman
menghajar seorang pendekar pedang putih.
"Braaak ! Braaak ! Braaak !" dengan menimbulkan tiga kali suara
yang amat nyaring, tiga orang pandekar pedang putih sudah kena
dihajar sehingga otaknya berceceran memenuhi seluruh permukaan
tanah,
Melihat kejadian itu Wie Ci To jadi amat gusar, sepasang
matanya melotot lebar-lebar dengan disertai suara bentakan yang
amat keras dia manubruk kedepan melancarkan satu tusukan kilat.
Ti Then yang melihat Majikan patung emas berhasil meloloskan
diri dari kurungan tersebut dalam hati sudah mengerti kalau urusan
bakal celaka. dengan cepat dia merebut sebilah pedang dari seoraug
peadekar pedang merah dan siap2 menghadapi musuh,
Saat ini melihat dia orang didalam sekali kelebatan berhasil
membinasakan tiga orang pendekar pedang putih, dia semakin tidak
berani berayal lagi.
Tubuhnya dengan cepat menubruk kearah depan melancangi
tubuh Wie Ci To yang lagi menubruk kedepan pula, pedangnya
dengan cepat membabat pinggangnya.
Hanya didalam sekejap saja diantara mereka bertiga sudah
terjadi suatu pertempuran yang amat sengit.
Beberapa orang ciangbunjien serta be-ratus2 tetamu yang
melihat pertempuran diantara mereka bertiga sudah mencapai pada
ketegangannya pada dibuat merasa bergidik.
Kiranya Majikan patung emas yang baru menghadapi dua orang
musuh ternyata sudah menggunakan tangan kosong untuk melawan
serangan2 pedang dari Wie Ci To serta Ti Then, semakin bertempur
semakin bersemangat dan semakin lihay bahkan berhasil menduduki
diatas angin.
Semua orang tahu bahwa kepandaian silat dari Wie Ci To ada
sedikit dibawah kepandaian silat dari si kakek pemalas Kay Kong
Beng, dengan kedahsyatan ilmu silatnya ditambah lagi dengan si
pendekar baju hitam Ti Then ternyata tidak berhasil pula untuk
menahan serangan2 dari Majikan patung emas, hal ini benar2
merupakan satu peristiwa yang tak pernah diduga sebelumnya.
Kiem Cong Loo-jien yang melihat pertempuran itu dalam hati
benar2 merasakan hatinya bee-debar2, gumamnya:
"Loohu berlatih ilmu silat selama hidupku, ini hari boleh dikata
terbuka sepasang mataku . . . “
Yuan Kuang Thaysu yang melihat kejadian itupun lantas
mengerutkan alisnya rapat2 dan mulai bergeser mendekati diri Leng
Cing Ceng-jien.
“Jika ditinjau situasi saat ini agaknya Wie Poocu serta Ti kiauw
sicu tidak bakal kuat bertahan lebih lama lagi,” ujarnya dengan
suara perlahan. “Apakah ciangbunjien sekalian punya maksud untuk
maju memberi bantuan ?”
“Kepandaian silat majikan patung emas memang benar amat
dahsyat sekali dan seharusnya kita maju membantu” ujar Leng Cing
Cengjien agak ragu2. “Tetapi . . . walaupun kepandaian silat
majikan patung emas amat tinggi tatapi kita masing2 adalah
seorang ketua dari suatu partay besar bilamana kita pun harus
harus bekeja sama untuk mengerubuti seseorang bukankah hal ini
mendapatkan tertawaan dari orang lain . . .”
“Walau pun perkataan dari Ciang kauw sedikit tidak salah” Sahut
Yuan Kuang Thaysu perlahan. “Tetapi jikalau kiia tidat maju
membantu sehingga Wie Poo cu serta Ti siauw-sicu menemui
kekalahan bukankah keadaan malah semakin bertambah runyam ?”
Leng Cing Cengjien termenung beberapa saat lamanya, akhirnya
dia mengangguk.
“Baiklah.,mari kita maju”
Tetapi pada saat mereka hendak maju kedepan itulah mendadak
menang kalah sudah bisa ditentukan.
“Plak.” dengan disertai suara yang amat nyaring Wie Ci To sudah
terkena pukulan dengan amat tepat sehingga tubuhnya terjengkang
kebelakang.
Majikan patung emas segera tertawa terbahak-bahak, dengan
meminjam kesempatan ini dia mengejar lebih jauh sedang
serangannya pun semakin gencar menghajar perut Wie Ci To.
Ti Then membentak keras tidak perduli keselamatan dirinya
sendiri dia lantas maju dua langkah kedepan pedangnya dengan
disertai sambaran angin tajam membabat telapak kanan dari
majikan patung emas,
Serangannya kali ini sudah menggunakan seluruh tenaga yang
dimiiikinya sehingga gerakannya amat tajam dan ganas.
Majikan patung emas terdesak dan terpaksa dia menarik kembali
tangan kanannya, kakinya dengan cepat kirim satu tendangan kilat
menghajar pergelangan tangan kanan dari Ti Then.
“Bangsat cilik, Loohu jagal dirimu dulu!” makinya dengan gusar.
Sepasang tangan Ti Then kembali berputar dari gerakan
membabat berubah jadi gerakan menghadang menancam
pinggangnya.
Tetapi baru saja bergerak sebanyak tiga jurus dia sudah terpukul
pundaknya oleh serangan yang umat aneh dari majikan patung
emas sehingga terjungkir balik dan jatuh terlentang diatas tanah.
Wie Ci To yang melihat akan hal ini segera meloncat bangun dari
atas tanah, pedangnya dengan gaya ‘Coan Sin Si Ing’ atau putar
badan memanah elang menusuk jalan darah "Thay Yang Hiat" pada
pelipis kiri majikan patung emas,
Waktu itu majikan patung emas sedang mengangkat telapak
tangannya untuk membereskan nyawa Ti Then, kini melihat
datangnya serangan pedang yang amat ganas terpaksa dia
bubarkan serangan semula untuk meuolong diri, kakinya bergeser
badannya berputar menghindarkan diri dari tusukan tersebut,
bersamaan pula kaki kanannya menyapu kedepan menghajar
sepasang kaki dari Wie Ci To.
Dengan mengambil kesempatan itulah Ti Then cepat2 meloncat
bangun lalu kirim satu tusukan.
Tua muda dua orang dengan bekerja sama amat erat ber-sama2
menerjang diri majikan patung emas.
Semula mereka masih bisa bertahan tetapi lama kelamaan
keadaan mulai barubah setelah dengan susah payah mereka
menerima sepuluh jurus akhirnya mereka berdua cuma bisa
menangkis saja tanpa dapat menyerang barang sejuruspun.
Yuan Kuang Thaysu serta Leng Cing Ceng-jien tidak berani
berayal lagi mereka segera kirim kerdipan mata lalu ber-sama2
menubruk kedepan.
Yang satu dengan menggunakan senjata toya sedang yang lain
menggunakan senjata Hud-tim dari kiri serta kanan menggencet
pihak musuh.
Wajah majikan patung emas segera berubali amat dahsyat, dia
dongakkan kepalanya tertawa ter-habak2,
"Bagus . , bagus sekali!" teriaknya: “haaa ... haa . . . ayoh maju
beberapa orang lagi, dari pada banyak buang waktu ayoh berbareng
saja pada maju semua!"
Sekali lagi suatu pertempuran yang amat sengit kembali
berlangsung!
Dengan terjunnya Yuan Kuang Thaysu serta Leng Cing Cin-jien
maka situasi pertempuranpun lantas berubah seimbang, untuk
beberapa saat lamanya mereka bertempur semakin sengit.
Tampaklah tubuh mereka berlima bagaikan kilat cepatnya saling
menyambar. angin pukulan menyambar tiada hentinya diselingi
babatan hawa pedang yang menggigilkan serta sambaran toya serta
hud-tim yang setiap saat mengancam jiwa . . .
Enam puluh jurus berlalu dengan amat cepatnya tetapi keadaan
masih seimbang,
Kiem Cong Loojien yang melihat kejadian itu segera garuk2
kepalanya, mendadak dia bergeser kesisi Mong Yong Sian Kauw itu
Ciangbunjien dari Tiang Pek Pay dan ujarnya sambil tertawa:
"Mong Yong ciangbunjien, aku lihat kita pun harus segera maju!"
"Aku rasa tunggu sebentar lagi" jawab Mong Yong Sian Kauw
tawar.
"Apa kau kira mereka berempat bisa mempcroleh kemenangan?"
“Sedikit-dikitnya tidak sampai dikalahkan”
“Aku lihat tidak bisa jadi....” Seru Kiem Cong Loojien sambil
gelengkan kepalanya.
“Lebih baik kita maju sekalian untuk membantu mereka.”
Agaknya Mong Yong Sian Kauw merasa keberatan atas usul
tersebut.
“Bilamana kitapun ikut maju” ujarnya, “Hal ini berarti bahwa dari
Benteng Pek Kiam Poo sudah bekerja sama dengan Siauw Lim, Bu-
tong, Kun-lun serta Tiang-Pek lima partay besar untuk mengerubuti
seseorang bilamana berita ini sampai tersiar dalam Bu-lim bukankah
rada tidak enak?”
“Haa..haa..Siauw-Lim serta Bu-tong merupakan gunung Thay-san
dari Bu-lim, mereka berdua pun tidak takut ditertawakan bagaimana
kita harus takut?”
Mong Yong Sian Kauw termenung tidak menjawab.
“Eeeii aku mau tanya kepadamu, besok pagi kau kepingin minum
arak kegirangan tidak?” desak Kiem Cong Loojien lagi.
“Sudah . . . sudahlah, mari kita pun maju” seru Mong Yong Sian
Kauw kemudian sambil tertawa.
Demikianlah mereka berdua pun segera menerjang pula kedepan
untuk mengerubut diri majikan patung emas.
Dengan demikian keadaan dari majikan patun& emas semakin
teedessk lagi, dia dibuat agak repot oleh kerubutan ini.
Walaupun dia crang memiliki kepandaian silat yang amat tinggi
tetapi seorang manusia tidak bakal berhasil menangkan kerubutan
enam pasang tangan, apalagi keenam orang itu pun merupakan
jago2 nomor wahid didalam Bu-lim pada saat ini dan memiliki
kepandaian silat yang amat tinggi sudah tentu dia rada kedesak.
Wie Ci To yang melihat keempat orang ciangbunjien itu turun
tangao dengan tanpa belas kasihan dan setiap serangannya tentu
mengancam tempat yang berbahaya, dengan gugup lantas serunya
: “Harap saudara2 sekalian suka turun tangan lebih ringan, jangan
sampai membinasakan dirinya,”
Keempat orang ciangbunjien sendiri pun tahu kalau ilmu silat dari
Yuan Siauw Ko belum pulih dan tak dapat membinasakan dirinya
karena itu serangannya mulai mengendor,
Mendadak Majikan Patung Emas melayang setinggi empat kaki
jauhnya dan meloloskan diri dari kurungan enam orang untuk
kemudian menerjang kearah sebelah luar.
Tujuannya bukan lain adalah gerombolan dimana para tamu lagi
berdiri.
Wie Ci To yang melihat dia bermaksud hendak bunuh orang
secara sembarangan hatinya jadi merasa amat terkejut, dengan
diiringi suara bentakan yang keras tubuhnya segera menubruk
kedepan.
Ti Then pun bersamaan waktunya mengejar dari bslakang, per-
tama2 dialah yang tiba terlebih dahulu dibelakang tubuh majikan
patung emas.
Tetapi pada saat yang bersamaan pula majikan patung emas
berhasil menangkap sepasang kaki dari seorang tetamu, dia lantas
mengangkat tubuh tetamu itu dan diputar keatas kepala untuk
kemudian dihajarkan kearah Ti Then.
Dengan cepat Ti Then membungkkukan badannya menghindar
pedangnya dengan disertai desiran tajam menusuk kakinya
sehingga mengucurkan darah segar.
Majikan patung emas segera menjerit keras, sepasang tangannya
dipentangkan lebar2, tubuh dari tamu yang berhasil dicengkeram
sudah kena disobek sehingga robek jadi dua bagian, setelah itu
lengannya lalu diayunkan kedepan.
Separuh badan yang masih dibasahi oleh darah segar lalu
disambitkan kearah Wie Ci To sekalian yang mengejar datang
sedangkan separuh lainnya dengan mengerahkan tenaga murninya
yang dahsyat disambitkan ketubuh Ti Then.
Dengan cepat Ti Then meloncat empat depa kesamping, dengan
mengikuti getakan itu tubuhnya berputar satu lingkaran besar
pedangnya dengan menggunakan jurus Liuw Seng Kun Gwat" atau
bintang meluncur mengejar rembulan menusuk kedepan dengan
datar.
Tetapi pada saat itulah mendadak dia sudah kehilangan
bayangan dari Majikan patung emas.
"Aduuh . . .”
Suara teriakan ngeri berkumandang datang dari tiga kaki dari
tempat tersebut !
Kiranya Majikan patung emas sudah berhasil menerjang
ketengah gerombolan para tamu, dengan menggunakan ilmu Ing
Jiauw Kang dia menghajar wajah tetamu itu sehigga hancur dan
binasa seketika itu juga.
Melihat kejadian itu Wie Ci To benar2 amat gusar, sepasang
matanya ber-api2, dengan mencekal pedangnya kencang2 dia
mengejar kearah depan.
"Bunuh dia! bunuh dia! tidak usah sungkan2 lagi" teriaknya
dengan keras.
Ti Then, Yuan Kuang Thaysu, Leng Cing Ceng-jien, Kim Cong
Loo-jien serta Mong Yong Sian Kauw bagaikan sambaran kilat
cepatnya segera menerjang kedepan dan mengerubuti kembali diri
Majikan patung emas.
Walaupun untuk melawan serangan enam orang musuh sekaligus
Majikan patung emas menemui kesukaran tetapi untuk meloloskan
diri dari kurungan sangatlah mudah sekali, kembali dia melancarkan
serangan dahsyat mendesak mundur keenam orang itu kemudian
bagaikan seekor burung dengan cepatnya menerjang keluar dari
kurungan.
Kali ini Ti Then tidak memberi kesempatan buatnya untuk
melarikan diri lagi, tubuhnya dengan cepat ikut mengejar ke tengah
udara dan kirim satu tusukan.
"Turun!" bentaknya keras.
Tubuh majikan patung emas yang meloncat ke tengah udara
mendadak berhenti bergerak, tubuhnya membalik dan kirim satu
pukulan dahsyat ke depan.
"Coba kau rasakan pukulanku ini!" teriaknya sambil tertawa aneh.
Ti Then sama sekali tidak menyangka dia bisa menghentikan
tubuhnya di tengah udara untuk sesaat lamanya dia tak sempat
menarik tubuhnya kembali sehingga dengan amat tepatnya pukulan
tersebut bersarang didadanya,
" Braaak . . . !" dadanya kena dihantam sehingga tubuhnya
terjatuh kembali dari tengah udara.
Tetapi satu peristiwa yang diluar dugaan pun sudah terjadi pada
saat itu pula.
Sewaktu tubuh Ti Then terkena serangan itu hingga jatuh keatas
tanah kelihatannya dia tentu akan terluka parah atau mati, siapa
tahu pada saat itulah mendadak pedangnya diangkat, dengan jurus
"Gien Liong Jut Hay" atau naga perak keluar dari lautan mengirim
satu tusukan kedepan. Tusukan ini datangnya jauh berada di luar
dugaan dari majikan patung emas !
Dia mimpi pun tidak mengira kalau Ti Then mnsih bertenaga
untuk kirim satu tusukan kearahnya, tadi dia melancarkan serangan
kearah Ti Then dengan menggunakan seluruh tenaga, barang
siapakah yang terkena serangan itu maka seketika itu juga akan
binasa atau se-dikit2nya jatuh tidak sadarkan diri, karena itu dia
tidak pernah berpikir kalau Ti Then masih bisa melancarkan
serangan kearahnya.
Baru saja hatinya mcrasa kaget tusukan pedang yang amat cepat
dari Ti Then itu dengan amat tepatnya sudah menembus
lambungnya hingga tembus kebelakang.
"Aaaach . . .”
Seketika itu juga seluruh kalangan jadi gaduh dan ramai oleh
suara teriakan terkejut bercampur girang. Tubuh majikan patung
emas yang terjatuh dari atas tidak sampai rubuh ke atas tanah, dia
tetap berdiri tegak dengan gagahnya.
Dengan perlahan kepalanya ditundukkan melihat sekejap kearah
pedang yang menusuk lambungnya itu kemudian dengan wajah
penuh rasa terperanjat memandang diri Ti Then dengan melotot.
"Kau . . . kau tidak terluka?" gumamnya.
Terhadap diri Ti Then yang tidak terluka oleh pukulan dia merasa
amat terkejut, bahkan jaun lebih terkejut dari pada tusukan pedang
yang berhasil menembus lambungnya itu.
Ti Then sendiri pun sama sekali tidak menyangka kalau didalam
keadaan gugup pedangnya berhasil menembus lambungnya hingga
tembus kebelakang punggung, walaupun saat ini dia sudah jauh
dari kematian tetapi hatinya masih merasa takut, dengan ter-buru2
dia mundur satu langkah kebelakang.
"Selamanya aku tidak bermaksud untuk membinasakan dirimu,
tetapi perbuatanmu terlalu kejam . . .”
Air muka majikan patung emas berubah jadi amat keren,
bentaknya lagi:
"Cepat katakan, kenapa kau tidak terganggu oleh pukulan Loohu
tadi?".
"Dapatkah kau beritahukan dulu kepadaku bagaimana caranya
untuk nemulihkan kembali ilmu silat dari Yuan Cong Piauw-tauw?".
Dari atas wajah majikan patung emas segera tersungginglah rasa
kesakitan yang luar biasa, bibirnya bergerak dengan gemetar.
"Asalkan dia bisa mempelajari sim hoat dari tenaga dalamku
maka tiga bulan kemudian dia bisa pulih kembali seperti keadaan
semula" katanya.
"Tetapi. . heee-. . . heee . . . tahukah kau bilamana waktu ini aku
sudah tak ada waktu lagi untuk memberi pelajaran Sim-hoat
tersebut kepadanya!".
"Lalu apakah Sang Koan Loocianpwee dia orang mengerti Sim-
hoat tersebut?"
Dengan perlahan majikan patung emas menundukkan kepalanya.
"Aaaa . . aku . . aku tidak tahu . , . kau boleh . . boleh taa . . tanya
sendiri . . . keee . . kepada . . . kepadanya . . ".
Tubuhnya mulai sempoyongan, mendadak dia angkat kepalanya
dan membentak keras :
"Cepat katakan, bagaimana kau tidak terluka oleh serangan dari
Loohu??".
“Karena aku memakai pakaian luar tameng landak !".
"Aaaach . . . darimana kau mendapatkan pakaian luar tameng
landak tersebut?" tanya majikan patung emas dengan terperanjat,
"Nyio Loo cung-cu dari perkampungan Thiat Kiam San Cung yang
hadiahkan kepadaku".
"Bagus . . bangsat . . bangsat cilik . , nasibmu sungguh mujur!"
serunya sambil menundukkan kepalanya dengan perlahan.
Baru saja dia selesai berkata mendadak tubuhnya bergerak maju
kedepan, bagaikan kilat cepatnya dia menerjang kedepan tangan
kirinya mencengkeram dada Ti Then sedang telapak kanannya
dengan beratnya menghajar keningnya.
"Aduuuh . . . !".
Semua orang yang melihat kejadian itu pada berteriak terkejut.
Tetapi pada saat itulah . . .
"Bruuk!" tubuh majikan patung emas sudah keburu dipukul dulu
hingga terpental sejauh tiga kaki dan jatuh terlentang diatas tanah.
Bersamaan waktunya pula serentetan darah segar muncrat keluar
dari lambungnya!
Kiranya pada saat Ti Then melancarkan serangan menggetarkan
tubuhnya kebelakang itulah tangannya yang lain sudah mencabut
keluar pedangnya yang tertancap pada lambungnya itu. Darah segar
memancur amat tinggi, semakin lama semakin rendah dan akhirnya
suasana menjadi amat tenang. Akhirnya majikan patung emas mati
juga.
Ti Then merasa amat terkejut bercampur girang, lama sekali dia
berdiri mematung disana. Suasana di seluruh kalanganpun jadi sunyi
senyap, lama sekali baru terlihatlah Wie Ci To beserta keempat
orang ciangbunjien berjalan mendekat. Sang Kwan Jien pun
dibawah bimbingan dua orang pendekar pedang merah berjalan
mendekati mayat dari majikan patung emas. Wajahnya masih tetap
dingin tak berperasan tetapi sinar matanya memancar keluar cahaya
kegirangan, disamping rasa sedih, girang bercampur pula rasa
kasihan.
Setelah berdiam diri beberapa saat lamanya akhirnya Wie Ci To
berjongkok dan tangannya mulai meraba leher majikan patung
emas . . , lama sekali dia meraba terakhir tampaklah dengan
perlahan dia melepaskan selapis topeng kulit dari dagunya, mulut . .
hidung . . . mata . . .
Mendadak terdengar keempat orang ciangbunjien itu pada
berteriak kaget. Para tetamu yang ada diempat penjuru pun tak
tertahan lagi pada berkerumun ke depan untuk melihat wajah yang
sesungguhnya dari majikan patung emas.
Sewaktu semua orang bisa melihat jelas wajah asli dari majikan
patung emas itulah tak ada seorangpun yang tidak menjerit kaget,
karena didalam hati mereka sama sekali tidak menyangka kalau
majikan patung emas sebenarnya adalah seorang jagoan yang
paling dihormati oleh orang2 Bu-lim selama puluhan tahun ini!
"Oooh Thian, bukankah dia adalah si "KAKEK PEMALAS KAY
KONG BENG"
"Huuus jangan sembarangan bicara, dia bukan si kakek pemalas
Kay Kong Beng, cuma wajahnya saja mirip dengan si kakek pemalas
Kay Kong Beng!".
Dengan perlahan Wie Ci To bangkit berdiri, wajahnya amat
dingin sekali.
"Tidak!" serunya. "Dia benar2 adalah si KAKEK PEMALAS KAY
KONG BENG".
Kenyataan ini seketika itu juga membuat semua orang berdiri ter-
mangu2 untuk beberapa saat lamanya. Ti Then yang berkenalan
paling lama dengan majikan patung emas, kini setelah mengetahui
dia ornng bukan lain adalah si kakek pemalas Kay Kong Beng dibuat
tertegun juga untuk beberapa saat lamanya.
Teringat kembali olehnya keadaan sewaktu dia naik kegunung
Kiem Teng san untuk mohon diterima sabagai muridnya, waktu itu
dia tetap duduk tak bergerak bahkan melihat pun tidak terhadap
perbuatannya itu.
Tidak disangka dibalik kesemuanya itu dia sudah mengambil
tindakan yang luar biasa . . . secara diam2 dia sudah menyamar
sebagai majikan patung emas dan memancing dirinya untuk pergi
ke gua Hu Lu Tong diatas gunung Loo Cun san . . .
Somakin berpikir dia merasa hatinya makin bergidik.
Saat itulah terdengar Yuan Kuang Thay-su dari Siauw-lim pay
sudah berkata.
"Omintohud . . omintohud . . ! Tidak disangka majikan patung
emas sebetulnya adalah samaran dari Kay Loo sicu !".
"Kalau memangnya Wie sicu sudah tahu atas perbuatannya yang
mencelakai saudara perguruan kenapa tidak sejak dahulu siarkan
dosanya ini ?" sambung Leng Cing Cin-jien.
Dengan perlahan Wie Ci To meletakkan tangannya keatas
pundak Sang Kwan Jien setelah itu menghela napas panjang.
"Waktu itu orang yang mengetahui kalau Sang Kwan Jien adalah
sute dari Kay Kong Beng tidak banyak, apa lagi dia tidak bisa
berbicara mau pun menulis, wajah aslinya pun sudah dihancurkan,
bilamana aku orang she- Wie siarkan dosanya ini ada siapa yang
suka mempercayainya ? siapa yang suka percaya kalau dia adalah
sute dari Kay Kong Beng ?".
"Soal ini memang kenyataan". sahut Leng Cing Cin-jien
membenarkan.
"Bilamana bukannya ini hari Pinto melihai dengan mata-kepala
sendiri kalau majikan patung emas adalah hasil penyamaran dari
Kay Kong Beng, Pinto memang benar2 tidak akan percaya kalau dia
adalah seorang manusia yang begitu",
“Maka itu sebelum berhasil menawan dirinya aku orang she-Wie
terpaksa harus menyimpan baik2 rahasia ini, bilamana aku ceritakan
hal ini dia malah bisa balik menuduh aku orang sengaja memfitnah
dirinya. Dia orang seharusnya dibeginikan seperti ini hari baru bisa
mengaku terus terang.”
"Aaah . . kiranya inipun termasuk sebab2 mengapa Wie Poocu
mendirikan loteng penyimpan kitab yang dilengkapi dengan alat2
rahasia” seru Kiem Cong Loojien sambil mengangguk. "Terus terang
saja aku katakan sebelum kejadian ini loohu selalu menganggap
kalau didalam loteng penyimpan buku itu sudah disimpan sebuah
benda pusaka yang berharga sekali !"
"Aku orang she Wie merasa hanya membiarkan dia datang
sendiri baru bisa semua orang percaya " ujar Wie Ci To sambil
senyum. "maka sengaja aku dirikan sebuah loteng penyimpan kitab,
sengaja aku orang she Wie kirim berita pula kepadanya kalau Sang
Kwan Jien sebenarnya ada didalam Benteng aku orang she Wie,
setelah menunggu selama sepuluh tahun lamanya dia tidak datang2
juga, aku orang she Wie malah mengira dia sudah tidak mempunyai
niat."
"Omitohud ! kejahatan akan memperoleh balasan. Kay Loo sicu
tidak tahu budi bahkan membalas kebaikan dengan kejahatan
sutenya, dia memang harus menerima ganjaran !" ujar Yuan Kuang
Thaysu dengan serius.
"Aku orang she Wie cuma merasa sayang, sebenarnya dia tidak
boleh melakukan pekerjaan seperti ini."
Tiba2 terdengar Mong Yong Sian Kauw tertawa geli.
"Wie Poocu, menantumu hilang!" serunya.
Mendengar perkataan tersebut Wie Ci To jadi kaget, dengan
gugup dia menoleh dan memeriksa keadaan disekeliling tempat itu,
"Bocah ini kemana perginya ?" pikirnya di hati.
"Jangan cemas . . . jangan cemas !” Seru Mong Yong Sian Kauw
lagi sambil tertawa.
"Dia masih belum jauh meninggalkan pintu benteng."
Semua orang dengan cepat menoleh ke arah luar, terlihatlah
pada saat itu Ti Then lagi berjalan meninggalkan pintu, agaknya dia
bermaksud meninggalkan tempat itu tanpa pamit.
Dengan cepat Wie Ci To mengejar dari belakangnya sambil
berseru :
"Eeei Ti Then, kau kembali."
Mendengar teriakan Ti Then menghentikan langkahnya dan
tundukkan kepalanya. Dia benar2 ingin pergi meninggalkan tempat,
karena dia merasa walaupun hatinya merasa cinta terhadap Wie
Lian In tapi tidak bakal bisa menjelaskan urusan ini hingga benar2
terang karena itu jauh lebih baik dia cepat2 meninggalkan Benteng
Pek Kiam Poo. Tetapi maksud hatinya itu ternyata sudah diketahui
oleh seseorang . . . si sekuntum bunga bwee Mong Yong Sian Kauw,
Dengan cepatnya Wie Ci To mengejar sampai dibelakang
tubuhnya.
"Ti Then, kau hendak kemana??" tanyanya dengan terharu.
"Siauw-say sudah tidak punya muka untuk tetap tinggal di
Benteng lebih lama maka ... ".
"Omong kosong!!" potong Wie Ci To dengan cepat.
"Bagaimanakah sifatmu loohu sudah mengetahuinya amat jelas,
Loohu sama sekali tidak marah kepadamu dan kau pun tidak punya
alasan untuk meninggalkan Benteng !".
Ti Then cuma menggerakkan bibirnya tanpa mengucapkan
sepatah katapun.
"Sifatmu Loohu mengerti amat jelas" ujar Wie Ci To lagi. "Dan
kini kau sudah membinasakan dirinya, hal ini membuktikan kalau
pikiranmu adalah jujur kau sudah merasa menyesal terhadap
perbuatan tersebut, Loohu percaya tak seorang pun yang bakal
mengatakan bahwa perbuatanmu itu salah !!".
Saking terharunya air mata mulai mengucur keluar membasahi
seluruh wajahnya, dia benar2 merasa berterima kasih sekali atas
kebaikan hati Wie Ci To.
"Perhatian dari Gak-hu yang ber-lebih2an ini membuat siauw-say
merasa amat berterima kasih, cuma ....”
"Kau maksudkan Lian In ?" seru Wie Ci To sambil tarsenyum,
"Terus terang Loohu beritahu padamu, dia sama sekali tidak
menaruh rasa dendam kepadamu, dia sejak semula sudah tahu
kalau kau benar2 sudah menyenangi dirinya, sampai kini dia tidak
munculkan dirinya hal ini disebabkan oleh karena besok pagi dia
bakal menikah, seharusnya kau tidak boleh memaksa seorang nona
yang hendak menikah untuk munculkan diri dihadapan umum bukan
?".
Mendengar perkataan tersebut Ti Then segera tertawa . ..
tertawanya kali ini amat luwes dan menarik . . .
"Cepat . . . cepat masuk kedalam temui dirinya" seru Wie Ci To
kemudian sambil ulapkan tangannya berulang kali.
"Dia lagi menanti kedatanganmu kedalam !".
Ti Then mengangguk dan lari masuk ke dalam Benteng dengan
terburu2.
Di belakangnya terdengar olehnya suara teriakan serta gelak
yang amat ramai sekali . .
TAMAT
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 1 komentar... read them below or add one }
poker online terpercaya
poker online
Agen Domino
Agen Poker
Kumpulan Poker
bandar poker
Judi Poker
Judi online terpercaya
Posting Komentar