Cersil : Budi Ksatria 3 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling]

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 07 Oktober 2011

“Merekalah yang memaksa aku untuk berbuat begini!
Jenasah bibi Im belum dikebumikan kedalam tanah, benarkah
cici bersedia mati didasar lembah Tom hun gay ini?"
"Keadaanku terpaksa harus berbuat begini sedang engkau
toh tidak harus menghadapi keadaan semacam ini?"
"Setelah cici mati. mereka tak akan melepaskan diriku
sebaliknya jika engkau hidup maka merekapun secara diam2
dapat berusaha untuk membunuh diriku. Sekarang posisi kita
sudah terdesak dan kitapun telah berada dalam keadaan
saling bermusuhan dengan mereka. Mungkin saja mereka bisa
membantu Shen Bok Hong untuk menyulitkan diriku. Pada
waktu itu keadaanku sepuluh kali lipat akan jauh lebih buruk
daripada sekarang, daripada tinggalkan bencana dikemudian
hari apa salahnya hari ini juga kita tentukan menang kalah
dengan mereka?”
Gak Siauw-cha berpaling memandang sekejap ke arah
Siauw Ling sorot matanya memancarkan kerumitan dan
kebingungan.
Dalam ingatan Siauw Ling belum pernah ia jumpai sorot
mata yang begitu aneh dari Gak Siauw-cha. Ia sendiripun tak
dapat membedakan apikah sorot mata itu memancarkan rasa
cinta, benci, murung atau kesal.....
Dengan suara keras Sam Ciat sutay telah berkata kembali:
“Mengingat hubungan kita selama banyak tahun, aku akan
mengalah satu jurus kepadamu, sekarang kau boleh turun
tangan”.
Tiba tiba Siauw Ling loncat maju kedapan melampaui Gak
Siauw-cha sambil berpaling serunya keras keras, “Kau
mundurlah kebelakang”

Selamanya ia selalu memandang Gak Siauw-cha bagaikan
malaikat dan tak berani mempunyai pikiran jelek kepadanya,
apalagi membentak dengan suara keras, tapi sekarang karena
terpengaruh emosi tak dapat di tahan lagi suaranya begitu
keras hingga memekakkan telinga.
Dalam perkiraan Siauw Ling bentakan tersebut pasti akan
memancing kegusaran dari gadis itu. Siapa tahu kejadian
sama sekali diluar dugaan, sambil tundukkan kepalanya, Gak
Siauw-cha mengundurkan diri kebelakang, Siauw Ling jadi
lega.
kepada Sam Ciat sutay segera serunya. “Engkau dengan
enci Gak adalah saudara seperguruan, engkau masuk
perguruan lebih dahulu dari pada dirinya, sampai dimanakah
taraf kepandaian silat yang dia miliki engkau pasti
mengetahuinya dengan jelas, bila sutay bergebrak melawan
dirinya bukankah seratus persen kau dapat memenangkan
dirinya?”
Sam Ciat sutay tertawa dingin. “Sekalipun begitu antara
kami masih terdapat hubungan cinta kasih, paling banter aku
hanya melukai dirinya saja dan tidak sampai melukai jiwanya”
"Kalau bertarung melawan aku?"
“Kita harus andalkan ilmu silat kita masing-masing untuk
menemukan siapa menang siapa kalah”
“Baik! sutay boleh segera turun tangan"
Sejak masuk kedalam gua Sam Ciat sutay tak pernah
memperhatikan diri Siauw Ling, sekarang setelah dia ditantang
maka tanpa terasa diperhatikannya pemuda itu dengan
seksama.
Ketika dilihatnya pemuda itu gagah dan berwajah keren, ia
tertegun dan pikirnya di dalam hati. "Usia orang ini tidak
begitu besar, tapi semangat tempurnya tinggi sekali, kalau

kulihat sikapnya jelas tenaga dalam yang dimilikinya tidak
lemah, aku tak boleh memandang enteng dirinya"
Dengan cepat diapun memandang tinggi pemuda itu. sikap
maupun tingkah lakunya tidak sesombong tadi lagi, katanya:
"Bila kau harus bertarung melawan Gak sumoay, keadaan ini
memang kurang adil. Kalau memang Siauw tayhiap bersedia
mewakili darinya untuk bertempur, pin-ni bersedia untuk
mohon beberapa petunjuk darimu”
Siauw Ling jadi tercengang ketika dilihatnya sikap rahib itu
secara tiba tiba berubah jadi lunak, pikirnya. "Rahib ini selalu
ketus dan dingin, kenapa secara tiba2 berubah jadi begini
lunak"
Ujarnya kemudian: "Sutay engkau hendak beradu kepalan
tangan kosong? ataukah hendak menggunakan senjata
tajam?"
“Pertarungan kita bukanlah pertarungan Pi bu atau mencari
nama, tentu saja tidak terbatas pada tangan kosong atau
senjata belaka. Semua kepandaian yang kita miliki bisa
dikeluarkan semua...”
“Caramu memang adil, silahkan sutay turun tangan”
“Pin-ni akan mengalah kepadamu”
“Kalau begitu aku akan menuruti kehendakmu itu.....”
Habis berkata telapaknya diayun dan mengirim satu
pukulan kedepan.
Dalam beberapa bulan terakhir, seluruh perhatian dan
tenaganya dicurahkan untuk mempelajari ilmu jari Sian cit
sinkang dari partai Siauw lim serta ilmu pedang dari Tam In
Cing yang berasal dari gunung Hoa san. Bukan saja
kepandaiannya, memperoleh kemajuan. Dalam tenaga
dalampun ia peroleh kemajuan yang pesat.

Begitu serangan dilancarkan, terbitlah segulung angin
pukulan yang maha dahsyat meluncur kedepan.
Begitu Siauw Ling melancarkan serangannya. Sam Ciat
sutay segera menyadari bahwa ia telah bertemu musuh
tangguh, jari tengah dan telunjuk tangan kirinya segera
dibabat kemuka mengancam urat nadi sianak muda itu.
“Gerakan yang sangat indah!" puji Siauw Ling, terpaksa
kanannya menekan kebawah, laksana kilat telapak kirinya
melancarkan sebuah serangan lagi.
Ilmu telapak yang dimilikinya merupakan hasil ciptaan dari
Lam It Kong, bukan saja kecepatannya sukar diikuti dengan
pandangan mata bahkan luar biasa dahsyatnya.
Diam2 Sam Ciat sutay merasa amat terperanjat, pikirnya:
“Sungguh tak nyana gerakan ilmu telapak yang dimiliki bocah
ini demikian cepatnya."
Berpikir demikian, tubuhnya dengan cepat berputar dan
menyingkir tiga depa kesamping untuk melepaskan diri dari
ancaman tersebut.
“Sutay. jangan salahkan kalau aku bertindak kurangajar...”
bentak Siauw Ling keras keras.
Ditengah bentakan telapaknya bagaikan bayangan
mengejar kemuka. Sepasang telapaknya melancarkan
serangan berantai dan dalam waktu singkat, delapan buah
pukulan telah dilepaskan.
Bukan saja kedelapan buah serangan tersebut dilancarkan
dalam waktu singkat bahkan kecepatannya luar biasa dan lagi
hawa pukulannya sangat tajam dan kuat.
Dengan kepandaian yang dimiliki Sam Ciat sutay ternyata ia
terdesak mundur berulang kali kebelakang. Setelah bersusah
payah akhirnya delapan buah serangan tersebut baru bisa
dihindari.

Gak Siauw-cha tak pernah menyangka kalau kepandaian
silat yang dimiliki Siauw Ling begitu lihaynya. Dalam hati ia
merasa girang bercampur kuatir.
Girang karena dengan usia Siauw Ling yang masih begitu
muda ternyata mempunyai kemampuan sedahsyat itu, kuatir
karena ia takut pemuda tersebut salah melukai Sam Ciat sutay
sehingga mengakibatkan terjalinnya hubungan permusuhan
antara pemuda itu dengan perguruannya.
Thio lo hujin serta para pengikutnya merasa terperanjat
juga melihat kelihayan dari Siauw Ling. Dengan demikian
harapan mereka yang semula diletakkan diatas bahu Sam Ciat
sutay untuk membekuk Gak Siauw-cha pun mengalami
kegagalan total.
Sementara itu setelah Sam Ciat sutay kehilangan posisi baik
sehingga secara beruntun ia didesak mundur berulang kali
oleh serangan Siauw Ling yang amat gencar, hatinya merasa
amat terperanjat menanti delapan buah serangan berantai
dari Siauw Ling sudah lewat, ia segera putar pergelangan
kanannya mencabut senjata Hud-tim dari punggungnya,
bayangan tajam segera menyebar keempat penjuru.
"Ilmu telapak sicu amat lihay, belum pernah pin-ni
menjumpai kepandaian seperti itu sekarang berhati-hatilah
engkau"
Siauw Ling mengepos hawa murninya lalu meloncat
mundur tiga depa kebelakang.
Meskipun gerakan menghindarnya dilakukan sangat cepat
namun serangan kebutan dari Sam Ciat sutaypun cukup
dahsyat, pemuda itu tetap terkena sapuan, sehingga
pakaiannya robek dan kulit badannya terluka.
Serat kebutan yang lunak dan halus ketika mengena di
tubuh Siauw Ling, bagaikan sayatan pisau tajam, munculan
guratan2 darah di tubuhnya.

Setelah sapuan hud timnya mengena dibahu kiri Siauw
Ling, rahib tersebut tidak mengejar lebih jauh malahan ia
berdiri tertegun.
Rupanya setelah sapaan tersebut mengena dibadan Siauw
Ling. ia segera merasa munculnya segulung tenaga pantulan
amat keras dari badan pemuda itu hingga membuat
pergelangan kanannya jadi linu dan sakit.
Pengetahuan yang dimiliki Sam Ciat sutay amat luas,
setelah serangannya mengena di badan lawan ia tahu bahwa
tenaga khikang pelindung badan sianak muda itulah yang
menggetarkan tangannya kembali, tak pernah disangka
olehnya dengan usia pemuda itu yang masih muda ternyata
berhasil menyaksikan kepandaian yang amat tinggi itu...
Baru saja ingatan tersebut berkelebat da lam benaknya,
dari dalam sakunya Siauw Ling telah ambil keluar sebilah
pedang pendek yang memancarkan cahaya ke emas2an,
katanya: "Jurus serangan sutay amat ampuh, aku pun
terpaksa harus gunakan pedang...”
Pedang pendek disilangkan didepan dada namun ia tidak
langsung melancarkan serangan balasan.
Dari cara pemuda itu memegang pedang, satu ingatan
berkelebat dalam benak Sam Ciat sutay, segera tegurnya:
"Siapa gurumu?”
Sebelum Siauw Ling sempat menjawab, bayangan manusia
berkelebat lewat, dan Pek-li Peng telah berdiri dihadapan
Siauw Ling, sambil memandang rahib itu serunya: “Bagaimana
kalau pertarungan ditunda sebentar?”
“Ada apa?”.
“Aku hendak membalutkan luka yang diderita toako lebih
dahulu, kemudian pertarungan baru dilanjutkan kembali”
“Hmmm... pertarungan antara dua jago merupakan
penentuan antara mati dan hidup, belum pernah aku lihat ada

pertarungan di hentikan ditengah jalan hanya karena memberi
kesempatan pada musuhnya untuk membalut luka lebih
dahulu?" ejek Thio lo hujin.
Tentu saja maksud dari perkataan itu jelas sekali, ia sedang
membakar hati Sam Ciat sutay yang tidak seharusnya
memberi kesempatan kepada Siauw Ling untuk mengatur
pernapasan.
Tapi Sam Ciat sutay sama sekali tidak menggubris ucapan
dari Thio lo hujin, sambil memandang kearah Pek li Peng
tanyanya: “Apa hubunganmu dengan Siauw Ling?"
"Aku adalah adik angkatnya?"
“Baik! balutkan dulu lukanya..."
Dengan penuh rasa sayang Pek-li Peng ambil keluar sebuah
botol perselen dari sakunya dan menuangkan sejumlah bubuk
obat berwarna putih, kemudian dibubuhkan dialas mulut luka
pemudi itu, dengan menggunakan secarik kain luka tadi
dengan cepat dibungkus.
Gak Siauw-cha hanya menyaksikan semua tingkah laku
gadis tersebut dari sisi kalangan, ia membungkam dalam
seribu bahasa.
Sebenarnya Siauw Ling ingin menampik maksud baik Pek-li
Peng untuk membalutkan lukanya itu, tetapi setelah teringat
bahwa penolakannya dihadapan umum mungkin akan
membuat malu dara tersebut, terpaksa ia biarkan lukanya
dibalut olehnya.
Selesai membalut luka Siauw Ling. Pek-li Peng menghela
napas pajang dan berkata: "Oooh Toako... kalau ini hari
engkau mati dilembah Toan-hun gay maka bukan saja nona
Gak akan menemani kematianmu itu, Siauw-moay pun akan
mengorbankan diri pula untuk menemani dirimu. Bertarunglah
dengan hati lega”

Habis berkata ia melirik sekejap kearah Gak Siauw-cha,
kemudian mundur kembali ke tempat semula.
Air muka Gak Siauw-cha tetap tenang dan sama sekali tidak
menunjukkan perubahan apapun seakan akan perkataan dari
Pek-li Peng itu sama sekali tak terdengar olehnya.
Menunggu Pek-li Peng sudah mundur kembali ketempat
semula, Sam Ciat sutay baru berkata dingin: “Siauw Ling,
engkau sudah mampu untuk melanjutkan pertarungan?"
Siauw Ling tarik napas panjang, setelah menarik hawa
murninya dari pusar menyebar keseluruh tubuh ia menjawab.
“Sekalipun luka yang kuderita lebih parah pun aku masih
mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pertarungan
ini....."
Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan : “Cuma
sebelum pertarungan dimulai terlebih dahulu aku hendak
memperingatkan sesuatu kepada sutay”
“Memperingatkan soal apa?"
"Pedang yang kumiliki ini sangat tajam sekali, aku harap
sutay suka berhati hati!"
"Kalau berbicara dari tingkat usia” pikir Sam Ciat sutay
didalam hati kecilnya, tidak pantas kalau aku gunakan senjata
lebih dahulu, sekarang aku sudah pakai senjata bahkan
melukai dirinya, namun sikapnya masih gagah dan terbuka,
hal ini sungguh tidak mudah”.
Berpikir demikian diapun menjawab, "Pin-ni telah
mengetahuinya!"
"Kalau begitu sutay berhati-hatilah....."
Dengan menggunakan jurus naik naga memanggil burung
hong ia tusuk kedepan.
Sam Ciat sutay ayun senjata hud-tim nya menangkis, lalu
maju kedepan melancarkan serangan balasan.

Siauw Ling tekan pedang pendeknya ke bawah, dari
samping ia babat hud tim itu ke atas.
Tenaga dalam yang dimiliki Sam Ciat su tay amat
sempurna, balu hud tim yang lunak dan halus dalam
penggunaannya ternyata jadi kaku dan lurus bagaikan
sebatang pit. kadangkala menyebar pula bagaikan sarang
laba-laba, lihaynya bukan kepalang.
Namun jurus pedang Siauw Ling pun aneh sekali, ditengah
kelurusan terdapat keanehan tersembunyi. Kebenaran
semuanya ditujukan untuk menghadapi kibasan senjata lawan.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung
sebanyak belasan jurus lebih.
Meskipun serangan hud-tim yang dilancarkan Sam Ciat
sutay amat dahsyat, ditengah kebasan terselip pula serangan
menotok serta membabat namun ia selalu hanya mampu
membendung datangnya serangan dari lawan saja ia sendiri
tak berhasil mendekati tubuh pemuda itu.
Selelah bertarung lima gebrakan kembali mendadak Sam
Ciat sutay tarik serangannya dan loncat mundur kebelakang
serunya: “Engkau belajar ilmu pedang dari siapa?"
“In-jin yang mewariskan ilmu pedang tersebut kepadaku
she Cung....” mendadak pemuda itu teringat kembali akan
pantangan gurunya, dengan cepat perkataannya diputus
ditengah jalan.
“Apakah dia adalah Cung San Pek?" sambung rahib
tersebut.
Mendengar pihak lawan dapat menyebut nama gurunya,
Siauw Ling tertegun kemudian menjawab: "Sedikirpun tidak
salah, apakah sutay kenal dengan dia orang tua?"
"Hanya pernah mendengar namanya saja" jawab Sam Ciat
sutay setelah kemurungan menyelinap diatas wajahnya.

Habis berkata ia segera putar senjata dan melancarkan
serangan kembali.
"Dia adalah seorang pendeta dari mana bisa mengetahui
tentang guruku,..?" batin Siauw Ling.
Karena pikiranrya bercabang dua kali nyaris tertusuk oleh
sodokan lawan. buru2 ia pusatkan perhatian dan melayani
serangan lawan dengan bersungguh hati.
Sepanjang pertarungan berlangsung, Siauw Ling hanya
berusaha untuk menebas kurung bulu Hud-tim ditangan Sam
Ciat sutay. Siapa tahu perubahan jurus yang dimiliki rahib
tersebut luar biasa sekali, dalam gerakan sebanyak puluhan
jurus ternyata Siauw Ling gagal untuk mewujudkan
keinginannya tersebut bahkan ia malah terdesak dibawah
angin dan membuat pertahanannya agak kacau balau.
Dengan cepat ia menyadari kesalahannya, dalam
pertarungan selanjutnya pemuda itu tidak lagi memusatkan
perhatiannya pada ujung senjata lawan, tapi berusaha
merebut posisi yang lebih menguntungkan daripida lawannya.
Dengan begitu situasi dalam kalangan seketika herubah
jadi seru dan ramai sekali, baik senjata hud tim maupun
pedang pendek sama2 mengeluarkan jurus2 yang ampuh
untuk merobohkan lawannya.
Selelah beberapi bulan lamanya memperdalam ilmu pedarig
dari Tan In Cing, tanpa terasa Siauw Ling sudah
menghapalkan semua gerakan dari ilmu pedang tersebut
diluar kepala, dalam pertarungan itupun jurus serangan tadi
segera dipergunakan.
Bisa dibayangkan dengan dahsyat ampuh dan sadisnya
ilmu pedang yang pernah dimiliki oleh salah seorang diantara
sepuluh tokoh maha sakti dalam dunia persilatan ini.

Karena itulah, dalam pertarungan seringkali Sam Ciat sutay
didesak oleh munculnya serangan yang luar biasa, hal ini
membuat rahib tersebut dengan cepat berada dibawah angin.
Thio lo hujin serta para pengikutnya untuk kssekian kalinya
dibuat terperanjat oleh kelihaian ilmu pedang yang dimiliki
Siauw Ling, pikir mereka tanpa terasa: "Jika hari ini Siauw Ling
tidak disingkirkan dari muka bumi, untuk melukainya di
kemudian hari pasti merupakan suatu pekerjaan yang amat
sulit"
Dari tengah gelanggang pertarungan mendadak menggema
suara bentakan keras dari Siauw Ling. Ditengah kilatan cahaya
pedang ia mundur lima langkah kebelakang sambil serunya
berulang kali: "Maaf... maaf..."
Ketika sorot mata semua orang dialihkan kearah Sam Ciat
sutay, tampaklah bulu senjatanya telah tersebar diatas tanah.
Memang bulu hud tim nya yang buntung, Sam Ciat sutay
berbisik lirih: "Engkau telah menang..."
"Ini berkat sutay yang bersedia mengalah”
"Pedang yang berada dalam genggamannya tajam luar
biasa” sela Thio Lo hujin dari samping. “Meskipun bulu
senjatamu kena terpapas, namun hal ini masih belum
terhitung suatu kekalahan”
Air muka Sam Ciat sutay berubah jadi dingin menyeramkan,
setelah memandang sekejap kearah Thio Lo hujin katanya.
"Maksud Thio locianpwee. apakah aku baru dapat disebut
kalah jika diriku sudah terluka diujung senjata Siauw Ling?”
“Kalau engkau rela mengaku kalah, tentu saja aku tak
dapat berkata apa2 lagi"
"Ada satu hal pin-ni hendak bertanya kepada Thio
locianpwee!” seru Sam Ciat sutay dengan wajib serius.
"Persoalan apa?"

"Ilmu pedang yang dimiliki Siauw Ling amat kacau dan
diantaranya terdapat jurus2 yang ampuh, apakah locianpwee
dapat melihat asal usul dari ilmu pedangnya itu?"
"Sebelum mendiang suamiku mati, ia pernah
membicarakan tentang ilmu pedang yang ada dikolong langit
dengan diriku, pernah membicarakan pula tentang diri Cung
San Pek. katanya meskipun ilmu pedang yang dimilikinya
sangat lihay tapi karena bakatnya yang kurang bagus
ditambah agak terlambat waktu belajar ilmu. maka ia tak
berani ikut serta didalam perebutan nama diantara sepuluh
tokoh sakti....”.
"Menurut anggapan lohujin beberapa patah kata dari Thio
locianpwee isi bermaksud memuji ataukah menyindir?"
“Perduli dia bermaksud memuji atau menyindir, setelah ia
tak berani ikut serta dalam perebutan sepuluh tokoh sakti, itu
berani ia tak mempunyai keyakinan untuk merebut
kemenangan”
Air muka Sam Ciat sutay berubah membesi, ujarnya
kembali. “Thio Lo hujin, kau telah membawa pokok
pembicaraan ini terlalu jauh. Aku hanya ingin lo hujin
memperbincangkan tentang ilmu pedang yang dimiliki pemuda
Siauw Ling, bukan memandang rendah Cung San Pek....”.
Satu ingatan berkelebat dalam benak Siauw Ling, pikirnya.
“Rupanya Sam Ciat sutay merasa amat tidak puas karena Thio
lo hujin memandang rendah guruku, apakah ia kenal dengan
guruku..."
Terdengar Sam Ciat sutay melanjutkan kembali kata
katanya: “Bila penglihatan Pinni tidak salah, di antara jurus
pedang yang dipergunakan Siauw Ling terselip pula ilmu
pedang dari partai Hoa san”.
Mendengar perkataan itu Siauw Ling merasa terperanjat,
pikirnya: "Pengetahuan yang dimiliki Sam-Ciat sutay benar2

amat luas, ternyata ia dapat melihat bahwa diantara ilmu
pedangku terdapat pula jurus2 ampuh dari partai Hoa san”
Sementara itu Thio Lo hujin sudah mengerutkan alisnya,
lalu berkata: "Ilmu pedang aliran Hoa san biasa2 saja tak ada
anehnya, kalau dibandingkan dengan partai Bu tong atau
partai Kun lun mereka terkebelakang sekali. Selama seratus
tahun belakangan ini hanya Tan In Cing seorang yang kosen,
Tapi sejak ia terjebak dalam istana terlarang dari partai Hoa
san tak ada orang kosen lagi. Kendatipun ilmu pedang partai
Hoa san telah dipelajari olehnya, itupun bukan termasuk ilmu
pedang yang sakti"
"Pin-ni maksudkan ia telah menggunakan ilmu pedang
aliran Hoa san. Bahkan merupakan jurus2 ampuh yang pernah
digunakan Tan In Cing didalam perebutan sepuluh tokoh
sakti"
"Tapi Tan In Cing toh sudah terjebak dalam istana
terlarang?”
“Pin-ni curiga Siauw Ling telah berhasil memasuki istana
terlarang serta mendapatkan ilmu pedang peninggalan dari
Tan In Cing itu”
Thio Lo Hujin gelengkan kepalanya dan tertawa terbahak
bahak. “Haa... haa.. haa... tidak mungkin! hal itu tidak
mungkin terjadi. Sutay terlalu pandang tinggi bajingan yang
bernama Siauw Ling itu. Ketahuilah selama puluhan tahun
entah sudah ada berapa banyak jago kosen yang berusaha
untuk memasuki Istana terlarang, tapi usaha mereka
mengalami kegagalan total. Siauw Ling itu manusia macam
apa? masa seorang bajingan cilik-pun mampu untuk
memasuki Istana terlarang....?"
Setelah berhenti sebentar ujarnya kembali: “Sekalipun
Siauw Ling telah mempergunakan jurus pedang dari Tan In
Cing darimana sutay bisa tahu?”

Air muka Sam Ciat sutay berubah jadi dingin kaku, katanya:
“Tempo hari sebelum Thio locianpwee terjerumus kedalam
istana terlarang ia pernah membicarakan tentang ilmu pedang
Tan In Cing dengan guruku, suatu kali ditengah pertarungan
antara Thio locianpwee melawan Tan In Cing hampir saja ia
terluka diujung senjata lawan. Untuk membicarakan soal tadi
suhu dan Thio locianpwee telah menghabiskan waktu selama
sehari semalam. Boanpwee yang ikut mendengarkan
pembicaraan itu dari samping merasa menambah
pengetahuan, karena itu kesan tersebut sudah mendalam
sekali dalam hatiku. Ketika Siauw Ling berhasil membabat
kutung senjataku tadi, kebetulan sekali aku merasa bahwa
jurus yang ia gunakan mirip sekali dengan jurus In yau thian
san atau gunung thian san tertutup awan. Bukan saja
gerakannya ini sulit dipelajari bahkan harus memiliki bakat
yang bagus. Padahal sejak Tan In Cing lenyap di Istana
terlarang, jurus tersebut ikut punah pula dari partai Hoa san.
Siauw Ling sebagai jago yang bukan berasal dari partai Hoi
san tapi dapat mempergunakan jurus tadi. Kecuali ia
mempelajari dari kitab catatan milik Tan In Cing, tentu saja
kepandaian itu tak dapat dipelajarinya, maka pin-ni curiga
kalau ia sudah pernah memasuki Istana Terlarang"
Thio Lo hujin termenung sebentar, kemudian berkata.
“Andaikata Siauw Ling benar benar pernah memasuki istana
terlarang, semestinya dia akan mengambil kitab catatan ilmu
seruling dari keluarga Thio kami lebih dahulu”
“Ucapan ini memang benar...” jawab Sam Ciat sutay, sinar
matanya segera dialihkan ke arah Siauw Ling dan tanyanya:
“Jurus yang barusan kau gunakan apakah jurus gunung Thian
san diliputi awan dari aliran partai Hoa san?"
“Sedikitpun tidak salah, pengetahuan sutay luas sekali,
jurus itu memang jurus In yau thian san”.
“Jadi kau sudah memasuki istana terlarang?" seru Thio lo
hujin sambil tertawa dingin.

“Sedikitpun tidak salah, bahkan aku telah melihat pula
jenasah dari Thio locianpwee!"
---ooo0dw0ooo---
SEKUJUR badan Thio Lo hujin gemetar keras. “Sudah
puluhan tahun lamanya ia terjerumus didalam istana
terlarang, sekarangpun yang tersisa hanya sesosok tulang
putih, darimana engkau bisa mengetahuinya kembali?”
“Apa yang terjadi sama sekali berada di luar dugaan Thio
Lo-hujin, pertama istana terlarang tertutup rapat sekali. Kedua
tenaga dalam dari beberapa orang locianpwee amat
sempurna, maka kendatipun sudah mati lama sekali, namun
keadaan mereka masih tetap seperti sedia mula"
“Sungguhkah perkataanmu itu?”
“Selamanya aku orang she Siauw tak pernah bohong”
“Setelah kalian masuk kedalam istana terlarang, bukankah
udara ikut mengalir hingga masuk jenasah mereka jadi
rusak?”
“Setelah melewat, masa puluhan tahun lamanya, jenasah
beberapa orang locianpwee itu sudah mengering, aku rasa
tubuh mereka tak mungkin bisa rusak kembali"
"Apakah engkau sudah dapatkan kitab catatan ilmu seruling
dari keluarga Thio kami?"
"Setelah kami sekalian berada diistana terlarang, barulah
kuketahui bahwa ada orang yang masuk kedalam Istana
Terlarang mendahului kami semua....”
"Jadi kalau begitu kitab catatan ilmu seruling dari keluarga
Thio kami ikut diambil pula oleh orang itu?” sela Thio lo hujin.
"Sebagian besar kitab catatan dari beberapa orang
locianpwee yang terjerumus dalam Istana Terlarang telah

diambil orang, sedangkan mengenai kitab catatan ilmu
seruling dari Thio locianpwee....”
Setelah memandang sekejap kearah Gak Siauw-cha, ia
membungkam.
Per-lahan2 dari dalam sakunya Gak Siauw-cha ambil keluar
sejilid kitab catatan, sambil diangsurkan kedepan katanya:
"Aku bersedia menghadiahkan kembali kitab catatan ilmu
seruling dari Thio locianpwee ini sebagai tanda budi atas
pertolongan yang pernah ia berikan kepadaku”
Perubahan yang terjadi diluar dugaan ini membuat semua
orang berdiri tertegun, mereka tak tahu api yang musti
dijawab dalam keadaan begini.
Bukankah Sam Ciat sutay yang selama ini selalu tenangpun
dibikin tertegun sehingga tak dapat mengucapkan sepatah
katapun.
Per-lahan2 Gak Siauw-cha melangkah maju kedepan
mendekati Giok Siauw long-kun, kemudian sambil angsurkan
kitab tersebut kepadanya ia berkata: "Thio heng Siauw moay
bukanlah seorang yang lupa budi. Tapi pesan terakhir dari ibu
ku yang membuat aku tak bisa memenuhi harapanmu itu.
Lagipula sewaktu Siauw moay mengadakan hubungan dengan
Thio heng, toh sudah kujelaskan lebih dahulu duduk perkara
yang sebenarnya. Terimalah hadiah kitab ini sebagai tanda
balas budi atau pertolongan yang pernah kau berikan
kepadaku, keluarga Thio didalam dunia persilatan”
Per-lahan2 Giok Siauw long kun angkat kepalanya dan
memandang wajah Gak Siauw-cha tanpa berkedip, sinar
matanya begitu tajam se-akan2 hendak menembusi hati gadis
itu.
Gak Siauw-cha tundukkan kepalanya dan menghela napas
sedih. "Thio heng, terimalah barang peninggalan dari
mendiang kakekmu, setelah mempelajari isi kitab ini tidaklah
sulit bagimu untuk angkat nama dalam dunia persilatan,

anggaplah kesemuanya itu sebagai balas budi dari Siauw
moay...”
"Terima kasih atas maksud baik nona, biarlah aku terima
didalam hati saja...”
Ia berpaling dan memandang sekejap ke arah Thio lo hujin,
tiba2 ia membungkam.
Jelas perkataan itu belum selesai diucapkan, tapi dengan
paksakan diri ucapan tersebut ditelan kembali mentah2.
Tiba2 Thio lo jin mengulurkan tangannya berkata dengan
nada dingin: "Benda itu milik mendiang suamiku, aku berhak
untuk mendapatkannya kembali..."
Dengan cepat Gak Siauw-cha tarik kembali tangannya dau
geleng kepala, "Siapapun tahu kalau benda peninggalan dari
Thio locianpwee terlimpah dalam Istana Terlarang, dan
siapapun tahu bahwa untuk memasuki Istana Terlarang, orang
akan mempertaruhkan jiwa raganya sendiri. Sekalipun
locianpwee adalah nyonya raja seruling, namun engkau sudah
tak berhak lagi untuk mendapatkan kitab catatan ini"
"Aku adalah istrinya, kenapa tidak berhak untuk
mendapatkan kembali barang peninggalan dari suamiku?"
Dari sepasang matanya memandang keluar cahaya berapi
yang penuh mengandung kegusaran, sambil menatap kitab
ditangan Gak Siauw-cha tajam2 nenek itu bersiap siaga,
rupanya ia bermaksud merampas kitab itu tapi takut
merusaknya, maka untuk sementara waktu nenek itu jadi tak
tahu apa yang musti dilakukan.
Per-lahan2 GaK Siauw-cha simpan kembali kitab catatan itu
kedalam sakunya, lalu menjawab: "Perkataan locianpwee
memang masuk di akal. tapi keadaannya pada saat ini sama
sekali berbeda”

"Kalau memang ucapanku tidak keliru, budak ingusan,
karena kitab catatan itu tidak kau serahkan kembali
kepadaku?"
“Seandainya Thio locianpwee sebelum masuk kedalam
Istana Terlarang telah menulis kitab catatan ini kemudian
kitab itu dibawa masuk kedalam istana terlarang, maka sudah
sepantasnya kalau kitab catatan ini harus dikembalikan kepada
locianpwee. Sayang sekali kitab itu ditulis setelah Thio
locianpwee berada dalam istana terlarang tujuannya tidak lain
karena ia tak ingin kepandaian silatnya lenyap dari permukaan
bumi. Siapa yang dapat masuk kedalam istana terlarang dialah
yang berhak untuk mendapatkan kitab catatan ini....”
“Tapi orang yang masuk kedalam istana terlarang toh
bukan nona sendiri....” sela Thio Seng kakek berjubah abu2 itu
secara mendadak.
Gak Siauw-cha melirik sekejap kearah Siauw Ling lalu
berkata : “Meskipun bukan aku sendiri yang masuk kedalam
istana terlarang, tetapi buku ini di hadiahkan kepadaku oleh
orang itu sendiri”
“Kitab itu ditulis oleh majikan tua kami, perkampungan Pekin-
sau-cung berhak untuk mendapatkannya kembali, kalau
nona tak mau serahkan kepadaku terpaksa aku akan
merampas dengan gunakan kekerasan”
Gak Siauw-cha tertawa ewa. “Sebelum kalian datang
kemari, tak seorangpun diantara kamu sekalian yang menduga
kalau aku menyimpan kitab catatan dari Thio locianpwee.
Tujuan kalian adalah memaksa aku turuti maksud kalian serta
mengawini Thio beng. Kalau aku tak setuju toh sama saja
akhirnya aku bakal mati ditangan kalian semua....''
Sorot matanya dialihkan keatas wajah Sam Ciat sutay,
kemudian melanjutkan: “Siauw moay telah berusaha
menerima penghinaan dan bersedia membereskan urusan ini
sebaik baiknya. Tapi keadaan telah memaksa aku untuk gagal

memenuhi harapan itu, sekarang akupun sudah tak tahan
lagi...."
Setelah bertarung melawan Siauw Ling tadi, Sam Ciat sutay
sudah tahu kalau keadaan pada saat ini kritis sekali andaikata
terjadi bentrokan kekerasan maka urusan pasti akan berakhir
dengan tragis. Meskipun semua kekuatan inti dari
perkampungan Pek-in-san cung telah berkumpul disini. tapi
dengan keampuhan ilmu pedang yang dimiliki Siauw Ling
serta kesempurnaan dalam tenaga dalamnya bila bertarung
satu lawan satu termasuk juga Thio lo hujin belum tentu bisa
menangkan dirinya kalau secara mengerubut maka keadaan
tentu akan semakin runyam.
Maka setelah menilai situasi yang terbentang didepan mata
diapun bertanya dengan tenang: “Apakah rencana sumoay
selanjutnya?"
“Aku bersedia mengembalikan kitab catatan itu kepada Thio
heng, tapi kalau Thio lo hujin sekalian terlalu memaksa diriku,
apa boleh buat... terpaksa kejadian pada hari ini harus
diselesaikan secara kekerasan”
Sam Ciat sutay memandang sekejap kearah Thio lo hujin,
lalu bertanya: “Bagaimana pendapat lo hujin?”
Thio lo hujin tertawa dingin. “Gak Siauw-cha lupa budi dan
mencelakai cucuku, nampaknya kalau ia tidak kembali pada
cucuku, penyakit yang diderita cucuku tak akan sembuh. Lagi
pula ia sudah mengangkangi pula kitab peninggalan dari
mendiang suamiku. Jika cucuku sampai mengalami suatu
musibah sehingga keturunan keluarga Thio tertumpas, apa
yang dapat kulakukan lagi? Oleh sebab itu bukan saja dia
harus kawin dengan cucuku bahkan kitab catatan itupun harus
diserahkan kembali kepadaku”
“Boanpwee toh bersedia mengembalikan kitab catatan ini
sebagai balas budi atas pertolongan yang pernah ia berikan

kepadaku, kalau Thio heng memang tak mau menerima apa
yang bisa kulakukan lagi?"
Thio lo hujin tertawa dingin: "Masih ada satu cara lain lagi,
yakni kami akan gunakan kekerasan untuk merampas kembali
kitab catatan itu, menangkap Gak-Siauw-cha kemudian
memunahkan ilmu silatnya dan memaksa dirimu untuk kawin
dengan cucuku"
Tiba tiba Siauw Ling maju dua langkah ke depan, tapi
sebelum ia sempat membantah Gak Siauw-cha telah
menghalanginya.
Thio lo-hujin ulapkan tangannya, tiba-tiba pemuda
berpakaian ringkas itu melancarkan totokan merobohkan Giok
Siauw long kun.
"Bagaimana pendapat suci?" tanya Gak Siauw-cha dengan
suara berat, “harap engkau suka memberi keputusan, sebab
jika kedua belah pihak sampai terjadi pertarungan mungkin
suci pun tak dapat menguasai keadaan”
Dikala Gak Siauw-cha serta Sam Ciat sutay sedang
bercakap cakap itulah, kakek berjubah abu-abu Thio Seng
serta manusia bertangan besi telah mengambil posisi
mengurung disekeliling tempat itu.
Gak Siauw-cha segera meloloskan pedang ringannya dari
pinggang, sedang Soh Bun serta dayang baju merah masing2
mencabut pula pedang mustika mereka.
Dari sakunya Thio lo hujin ambil keluar sepasang senjata
palu emas.
Senjata tersebut berbentuk istimewa sekali palu emas itu
tidak terlalu besar dan kurang lebih sebesar cawan air teh,
dibelakang palu terikat tali kecil berwarna putih.
Terdengar Thio lo hujin bergumam seorang diri: “Sudah
puluhan tahun lamanya aku tak pernah menggunakan palu
emas pencabut nyawa...”

Ketika mengetahui bahwa Thio lo hujin membawa pula
senjata andalannya, Sam Ciat sutay mengerti bahwa ia telah
membuat persiapan, atau berarti pertarungan tak bisa di
hindari lagi.
Situasi bertambah tegang, setiap saat pertarungan bisa
berlangsung....
Dengan pandangan serius Gak Siauw-cha memandang
sekejap kearah Sam Ciat sutay lalu berkata: “Sekarang
keadaan sudah bertambah kacau, pertarungan tak dapat
dihindari lagi. Aku harap suci bersedia mengundurkan diri dari
tempat ini”
Sam Ciat Sutay menunjukan sikap serba salah. setelah
berpikir sebentar ia menyahut: “Sumoay, kalau engkau
kalah.....”
“Mayatku akan terkapar didasar Toan hun gay ini” sambung
Gak Siauw-cha cepat.
“Tahukah engkau apas akibatnya jika Thio lo hujin berhasil
kau lukai”?
“Aku menyerahkan diri kepada suhu dan menantikan
hukuman yang bakal dijatuhkan kepada diriku”
“Kalau kalah mati konyol kalau menang di hukum oleh
perguruan, menang kalah tiada manfaat apa pun bagimu, apa
gunanya engkau bertempur?”.
“Berbicara dari situasi yang sedang kuhadapi sekarang,
kecuali melakukan pertarungan rasanya tiada jalan lain lagi”
“Aku mempunyai satu jalan, apakah sumoay bersedia untuk
mendengarkan?...."
“Silahkan suci utarakan!"
“Kalau memang engkau tidak bersalah dalam hal ini, apa
salahnya kalau mengikuti suci untuk menghadap suhu. Agar

suhu yang munculkan diri menyelesaikan persoalan ini
bagaimana menurut pendapatmu?"
Gak Siauw-cha memandang sekejap ke arah Siauw Ling
kemudian menjawab: "Kalau aku menyetujui usul dari suci,
lalu bagaimanakah dengan saudara Siauw..? dengan
tenaganya seorang mana mampu menahan keributan dari
pihak perkampungan Pek in san cung?"
"Diantara para jago yang hadir disini pada saat ini mungkin
kepandaian silatnya yang paling tinggi” pikir Sam Ciat sutay di
dalam hati, sekalipun Thio lo hujin turun tangan sendiripun
belum tentu berhasil mendapatkan keuntungan apa-apa....”
"Suci akan usahakan untuk menasehati Thio locianpwee....”
Sorot matanya dialihkan keatas wajah Thio lo hujin
kemudian melanjutkan: "Locianpwee sudah dengar perkataan
dari Gak sumoay?"
"Sudah!”
"Kalau Gak sumoay bersedia mengikuti aku keperguruan
dan menunggu keputusan dari suhu, apakah locianpwee
bersedia untuk melepaskan dirinya...?”
“Hmm...! mungkin adikku itu tak akan memandang sebelah
matapun terhadap aku yang menjadi ensonya..."
Ia berhenti sebentar, selelah termenung lanjutnya.
“Walaupun ia tidak memandang sebelah matapun terhadapku
yang menjadi ensonya tetapi bagaimanapun juga aku harus
tetap menghormati dirinya. Gak Siauw-cha akan kuserahkan
kepadamu, tapi tiga bulan kemudian aku harap suhumu suka
berkunjung ke perkampungan Pek in san cung untuk memberi
jawaban”
“Boanpwee pasti akan menyampaikan pesan dari
locianpwee ini kepada guruku”

Thio lo hujin tertawa dingin. “Kau harus beritahu
kepadanya bahwa persoalan ini menyangkut soal ketururan
dari keluarga Thio. Ia yang menjadi bibinya ikut bertanggung
jawab dalam masalah ini”
Tidak menunggu Sam Ciat sutay menjawab ia segera
ulapkan tangannya sambil berseru: “Ayoh kita pergi dari sini”
Siauw Ling dengan pedang pendek masih di silangkan
didepan dada memandang perubahan ini dengan wajah tak
berubah. Mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
Sejak dulu senjata hud timnya terpapa kutung diujung
pedang Siauw Ling yang tajam, Sam Ciat sutay selalu
berwajah murung dan tidak menunjukkan sikap dingin dan
sombong seperti sewaktu datang tadi, ia mendehem ringan
dan menyambung, "Thio lo hujin, pin-ni ada satu persoalan
hendak diucapkan kepada kau orang tua"
Rupanya secara diam2 Thio lo-jin telah menilai pula
keadaan situasi yang terbentang didepan mata. Ia tahu
seandainya kedua belah pihak sampai saling bertarung dengan
gunakan kekerasan maka siapa menang siapa kalah masih
menpakan suatu tanda tanya besar apalagi kalau Sam Ciat
sutay suci tangan dan tidak ikut campur dalam masalah ini.
keadaan sangat mempengaruhi sekali keadaan lawan.
Sekarang Sirn Ciat sutay usulkan akan membawa pergi Gak
Siauw-cha untuk dihadapkan kepada gurunya, hal ini malah
jauh lebih baik bagi posisinya. Sebab setelah Gak Siauw-cha
pergi ia dapat menghimpun segenap kekuatan yang
dimilikinya untuk membunuh Siauw Ling lebih dahulu, setelah
musuh tangguh ini berhasil disingkirkan dan memutuskan
harapan Gak Siauw-cha maka tidak sulit baginya untuk
memaksa gadis itu kawin dengan cucunya.
Oleh sebab itu ia segera menyetujui usul dari Sam Ciat
sttay dan mengharapkan Gak Siauw-cha cepat2 berlalu dari
sana.

Setelah didalam hati kecilnya mempunyai rencana itu, tidak
menunggu Sam Ciat sutay banyak bicara lagi, ia
menyambung: "Bawalah pergi Gak Siauw-cha dari sini!
persoalan selanjutnya ditempat ini tak usah kau sangsikan
lagi”
"Maksud pin-ni, aku harap Thio Lohujin bukan saja
serahkan Gak Siauw-cha kepada guruku, bahkan
pertarungan yang terjadi pada hari inipun tak usah
dilangsungkan kembali"
"Gak Siauw-cha adalah adik seperguruanmu. Dengan Siauw
Ling toh engkau tak mempunyai hubungan apa-apa?” seru
Thio lo-bujin.
"Kalau Thio locianpwee tidak bersedia melepaskan Siauw
Ling lebih dahulu, locian pwee tidak akan tinggalkan tempat
ini dengan begitu saja” seru Gak Siauw-cha dengan cepat.
“Hmm....! selama hidup belum pernah aku digertak dan
diancam orang dengan cara begini”
Gak Siauw-cha alihkan sorot matanya ke arah Sam Ciat
sutay, lalu berkata: "Suci, rupanya engkau tak dapat
menyelesaikan persoalan ini secara baik2, tapi aku tahu
bahwa suci telah mengerahkan segenap kemampuan yang kau
miliki dan Siauw moay pun telah berusaha memberi muka
kepada suci, tapi situasi telah berubah jadi begini terpaksa
suci harus mengundurkan diri dari masalah pertikaian ini"
Beberapa patah kata ini diucapkan dengan nada yang
cukup berat, air muka Sam Ciat sutay tanpa terasa berubah
bebat.
Tapi bagaimanapun juga dia adalah seorang rahib yang
beriman tebal, sesudah termenung sebentar ujarnya: "Kalau
memang Thio lo hujin tak mau memberi muka kepadaku dan
akupun sudah menderita kalah ditangan Siauw Ling... yaa....
terpaksa untuk sementara waktu aku harus mengundurkan diri
dari masalah pertikaian ini"

Selesai berkata perlahan lahan ia mengundurkan diri
kesudut ruangan dan berpeluk tangan belaka.
Rupanya Thio lo hujin tak pernah menyangka kalau Sam
Ciat sutay bakal ambil keputusan untuk berpeluk tangan
belaka, setelah tertegun sejenak ia tertawa dingin dan
berkata: “Walaupun senjata hud tim milik sutay berhasil
dipapas kutung oleh pedang tajam milik Siauw Ling tapi
engkau toh belum terluka ditangan Gak Siauw-cha...."
Sam Ciat sutay tertawa ewa. “Kalau memang Thio lo hujin
tak mau mendengarkan perkataan pin-ni dengan sendirinya
pin-ni pun tak akan memaksa sumoay untuk menuruti
perkataanku lagi....”
Siauw Ling yang selama ini tidak mengucapkan sepatah
katapun tiba tiba maju selangkah kedepan dan berkata:
“Pertikaian ini bisa terjadi karena aku orang she Siauw tidak
mati, tapi pada saat ini locianpwee toh mempunyai
kesempatan ini tidak kau pergunakan?"
“Hmmm ...! kau anggap aku tidak berani?"
Gak Siauw-cha enjotkan badannya melewati Siauw Ling,
dan ia berseru: “Urusan ini timbul lantaran aku dengan Siauw
Ling sama sekali tak ada sangkut pautnya. Kalau locianpwee
ingin turun tangan, sepantasnya kalau menghadapi diriku”
Siauw Ling tersenyum. “Cici. sekalipun engkau memikul
dosa-dosa itu belum tentu mereka bersedia untuk melepaskan
Siauw-te. Ini hari mereka tidak membunuh diriku toh hari esok
masih banyak kesempatan untuk membunuh aku, jalan paling
bagus yang harus kita tempuh sekarang adalah berusaha
membuat mereka mengerti kalau orang orang dari
perkampungan Pek-in-sancung tidak mampu membunuh aku
orang she Siauw setelah hal ini dapat dibuktikan mereka baru
bersedia lepas tangan. Cici! bayangi saja diriku dari sisi
gelanggang bila Siauw-te tak mampu mempertahankan diri
barulah cici turun tangan”

Sementara Gak Siauw-cha hendak membantah, tiba tiba
suara dari Sam Ciat sutay telah menggema disisi telinganya:
“Sumoay, mundurlah kebelakang. Ilmu silat yang dimiliki
Siauw ling tidak berada di bawah kepandaianmu dalam
keadaan seperti ini memang mereka harus dikasih tahu bila
Siauw Ling adalah seorang jago yang lihay. Sebab hanya inilah
satu satunya jalan untuk menghindari akibat yang lebih tragis.
Jika engkau bersikeras turun tangan...bisa jadi pertarungan
massal akan terjadi”
Gak Siauw-cha mengerti bahwa apa yang d katakan Sam
Ciat sutay adalah suatu keadaan yang nyata, oleh karena itu
perlahan lahan dia mengundurkan diri kebefakang.
Semangat tempar Siauw Ling seketika berkobar, sambil
siapkan pedang pendeknya ia berseru, “Locianpwee. siiahkan
turun tangan”
Thio Lo hujin tertawa dingin, perlahan-lahan ia maju dua
langkah kedepan, senjata palu emas pencabut nyawanyapun
berputar silih berganti kesana kemari...
Siauw Ling menghimpun hawa murninya, dan berpikir:
“Tenaga dilara yang dimiliki nenek tua ini sempurna sekali, dia
memang musuh yang patut disegani..."
Tiba2.. bayangan manusia berkelebat lewat kakek berjubah
abu abu itu sambil loncat masuk kedalam gelanggang
serunya: “Untuk menghadapi seorang angkatan muda, kenapa
hujin musti turun tangan sendiri? serahkan saja kepada budak
tua”
“Pedang pendek ditangannya tajam sekali” ujar Thio lo
hujin dengan wajah serius, “Hud tim dari Sam Ciat sutay pun
terpapas olehnya, mungkin engkau bukan tandingannya.”
“Bila budak tidak mampu menghadapinya belum terlambat
bila hujin turun tangan menggantikan diriku”

“Oooon toako!" mendadak Pek-li Peng berseru, “orang lain
sedang menghadapi dirimu dengan pertarungan cara roda
berputar, kau musti ber-hati2...!"
Thio Seng takut majikan tuanya terbakar oleh ucapan
tersebut dan menghalangi dia untuk turun tangan, tanpa
banyak bicara lagi seruling baja ditangan kanannya segera
menotok dada depan pemuda tersebut dengan jurus Tiat
sukay hoa atau pohon besi mulai berbunga.
Pedang pendek Siauw Ling segera berputar dengan jurus
”Hoat lun kiu coan" atau roda sakti berputar sembilan kali,
berlapis lapis cahaya putih tercipta diudara menghalangi
babatan dari seruling baja itu, sementa ia tubuhnya masih
tetap berdiri tegak di tempat semula.
Sejak kecil Thio Seng telah mengikuti raja seruling Thio
Hong bahkan mendapat perhatian khusus dari majikannya,
karena itu banyak petunjuk ilmu silat yang berhasil ia
dapatkan.
Sejak Thio Hong terjerumus didalam istana terlarang, Thio
Seng makin giat melatih diri dan memperdalam ilmu
serulingnya, selama empat puluh tahun latihan itu tak pernah
dihentikan barang sehari pun. kendatipun kedudukannya
hanya seorang pembantu namun kesempurnaan tenaga dalam
serta ilmu silatnya jauh lebih dahsyat dari pada majikan
mudanya, dia merupakan salah satu jago yang paling lihay
dalam perkampungan Pek in san-cung.
Setelah masing2 pihak melangsungkan pertarungan, Thio
Seng segera menyadari bahwa ia telah berjumpa dengan
musuh tangguh. Seruling bajanya segera berputar kencang,
dalam waktu singkat sembilan buah serangan berantai telah
dilancarkan.
Siauw Ling sendiri walaupun berhasil mendapatkan kitab
catatan ilmu seruling dari raja seruling Thio Hong, tetapi
selama ini tak sempat membacanya, karena itu terhadap

perubahan gerak ilmu seruling lawan boleh dibilang buta sama
sekali, sekalipun begitu dengan andalkan ketajaman pedang
pendeknya ia berusaha memapas kutung senjata lawan.
Sejak menyaksikan pertarungan antara Siauw Ling
melawan Sam Ciat sutay dimana senjata kebutan rahib
tersebut kena tersayat Kutung, Thio Seng agak jeri terhadap
ketajaman pedang lawan. Setiap kali ia berusaha untuk
menghindari bentrokan kekerasan dengan senjata lawan,
dengan demikian daya tekanan yang dipancarkanpun tak
dapat mencapai tingkat yang sebenarnya, walaupun sembilan
buah serangan berantai telah dilancarkan tapi tak
selangkahpun ia berhasil mendesak musuhnya.
Siauw Ling tetap berdiri tegak ditempat semula. Menjumpai
serangan ia punahkan dengan serangan, menjumpai ancaman
dibalas dengan ancaman, sejuruspun ia tak mengendorkan
pertahanannya.
"Berhenti!” mendadak Thio Lo hujin membentak keras.
---oo0dw0oo---
Jilid: 14
Thio Seng tarik kembali serangannya dan loncat mundur
kebelakang. Katanya “Hujin kau ada petunjuk apa??”
“Kalau bertarung dengan cara begini mana mungkin kau
berhasil melukai musuh? lebih baik aku turun tangan
sendiri...”
“Hujin” kata Thio Seng dengan gelisah “pedang pendek
dalam genggamannya tajam sekali, sedangkan seruling milik
hamba adalah pemberian dari majikan tua dimasa lampau
selama puluhan tahun lamanya seruling ini tak pernah
berpisah dari sisiku, hamba takut seruling ini terluka sehingga
tak berani kugunakan secara sembarangan... dengan

sendirinya daya tekananpun tak dapat dipancarkan
sebagaimana mestinya”
“Hmm ..! dia punya pedang tajam dianggapnya kami tak
punya benda mustika yang dapat digunakan untuk
menghadapi senjatanya itu...?”
Sambil berpaling kearah pemuda berpakaian ringkas itu
serunya:
“Bawa kemari benda mustika dari perkampungan Pek insan-
cung kita”
Pemuda berpakalan ringkas itu mengiakan dia melepaskan
sebuah bungkusan kain hitam dari punggungnya dan
membuka ikatan tersebut, dari dalam ia ambil keluar sebuah
kotak kayu yang panjangnya satu depa delapan cun.
Siau Ling yang menyaksikan hal itu, dalam hati segera
pikirnya:
“Macam apa sih benda mustika dari perkampungan Pek in
San cung?? aku ingin melihat dengan cermat”
Dengan sikap yang penuh hormat pemuda berpakaian
ringkas itu membuka kotak kayu itu dan ambil keluar sebuah
penggaris kumala dan segera diangsurkan ketangan Thio lo
hujin.
Senjata itu panjangnya cuma satu depa tujuh cun, berarti
satu cun lebih pendek dari kotak kayu itu.
Dengan wajah serius Thio lo hujin menerima senjata itu,
ujarnya
“Thio Seng, penggaris kumala ini kuat sekali dan tak takut
senjata mustika, engkau boleh gunakan benda lni untuk
menghadapi musuh”
Thio Seng segera menerima penggaris kumala itu ditangan
kanan dan mencekal seruling bajanya ditangan kiri, sambil
memberi hormat katanya:

“Hamba bisa mendapat pinjaman benda yang begini
berharganya, ini hari aku pasti akan menangkap Siau Ling,
kalau tidak hamba rela terkubur ditempat ini sebagai balas
budi atas penghargaan ini”
Habis berkata ia putar badan dan mendekati sianak muda
itu.
Dalam pada itu Siau Ling sedang mengawasi senjata
penggaris kumala yang berwarna putih bersih itu pikirnya:
“Bagaimana kerasnya penggaris putih itu tak mungkin kalau
mampu untuk menangkis pedang mustika milikku...
Baru saja berpikir sampai disitu, Thio Seng dengan
memegang seruling baja dan penggaris kumala tadi sudah
mendekati kearahnya.
Walaupun dalam hati kecilnya Siau Ling tak percaya kalau
penggaris kumala itu mampu bentrok dengan senjata
mustikanya, namun ia sama sekali tiada maksud memandang
enteng lawannya, melihat Thio Seng mendekati kearahnya dia
segera tarik napas panjang dan bersiap sedia.
Setelah bersenjatakan penggaris kumala, keberanian Thio
Seng semakin bertambah, tangan kanannya segera diangkat
dan langsung membabat kedepan,
Siau Ling ayun pedang pendeknya menyongsong
kedatangan senjata tersebut pikirnya:
“Masa senjatamu itu lebih ampuh daripada pedang
mustikaku... mau coba marilah silakan dicoba. ..“
Belum habis ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya,
senjata pedang dan penggaris kumala itu sudah saling
membentur satu sama lainnya.
Criiing.. ! ternyata penggaris kumala itu masih utuh dan
sama sekali tidak cedera.

Thio Seng sendiri meskipun mengetahui bahwa senjata itu
merupakan benda mustika dari perkampungan Pek-in-san
cung dan kerasnya bukan kepalang, tetapi melihat ketajaman
pedang lawan hatinya merasa agak kuatir juga ia takut
mustikanya cedera.
Maka setelah terjadi bentrokan tersebut, kedua orang itu
sama2 loncat mundur kebelakang untuk memeriksa
senjatanya masing-masing.
Setelah mengetahui bahwa pengaris kumala itu ampuh
sekali, keberanian Thio Seng semakin tebal ia maju lagi
kedepan sambil melancarkan serangan. Penggaris kumala
ditangan kanannya khusus menangkisi pedang tajam Siau Ling
sebaliknya seruling baja ditangan kirinya mengancam jalan
darah penting ditubuh lawan.
Oleh serangan2 lawan yang begitu gencar dengan cepat
Siau Ling keteter hebat:
Pedang pendeknya selalu dikunci okh sejata lawan,
sementara seruling bajanya mengancam tempat2 berbahaya
ditubuhnya, untuk beberapa saat ia terdesak dan mundur
terus kebelakang.
Menyaksikan kedudukannya sudah berada diatas angin dan
serangan2nya berhasil memaksa mundur lawannya, Thio Seng
semakin gencar melancarkan serangan mautnya, ia berusaha
untuk melukai Siau Ling diujung seruling bajanya,
Serangan yang begitu gencarnya itu telah menggunakan
segenap kekuatan tubuh hasil latihan selama puluhan tahun,
desiran angiti tajam men.deru2 mengikuti berkelebatnya
senjata penggaris kumala, sedang totokan seruling baja
mengandung gulungan angin pukulan bagaikan amukan
ombak disamudra, karena itulah Siau Ling merasakan
tekanannya kian lama kian bertambah kuat sehingga sukar
ditahan:

Bukan pemuda itu saja yang merasa terperanjat Sam ciat
suthay yang berada disampingpun ikut terperanjat sementara
Gak Siau cha pusatkan perhatiannya kedalam gelanggang,
pedang dalam genggamannya dipegang semakin kencang.
Asal Siau Ling menemui bahaya dia akan segera memberikan
pertolongannya.
Ditengah pertarungan yang berlangsung dengan serunya
itu tiba2 Siau Ling ayun tangan kirinya kedepan, sebuah
sentilan tajam memaksa seruling baja yang menyodok
dadanya seketika terpental kesamping.
Semua jago yang ada di sana merasa terperanjat siapapun
tak tahu ilmu silat apakah yang telah digunakan Siau Ling,
mereka hanya lihat sebuah sentilan yang perlahan ternyata
mampu menggetarkan seruling baja Thio Seng hingga
mencelat kesamping.
Dengan ilmu sentilan mautnya Siau Ling berhasil
menumbangkan semua serangan lawan, dalam keadaan begini
ia segera melancarkan serangan balasan. Pedang pendeknya
dengan menciptakan diri jadi selapis cahaya tajam langsung
mengurung tubuh musuhnya.
Bentrokan nyaring berkumandang memecahkan kesunyian
segenap serangan gencar yang
Dilancarkan Thio Seng berhasil dipunahkan oleh Siau Ling.
Cahaya pedang yang tajam dan menyilaukan matapun kian
lama kian bertambah cemerlang.
Dalam waktu singkat dari posisi bertahan Siau Ling berubah
jadi kedudukan menyerang dan diapun berhasil duduk diatas
angin.
Thio Seng berusaha untuk merebut kembali posisinya yang
kian lama kian terdesak hebat itu tapi sayang ilmu pedang
Siau Ling yang sempurna telah berhasil menguasai keadaan
sehingga untuk beberapa waktu ia tak mampu berkutik Lagi.

Melihat Siau Ling telah berhasil menguasai keadaan, Thio
Seng sudah menunjukkan tanda2 akan menderita kekalahan,
Sam ciat suthay segera berbisik kepada Gak siau cha:
“Gak sumoay andaikata engkau tak ingin mengikat
hubungan permusuhan dengan pihak perkampungan Pek insan
sung, lebih baik beritahulah kepada Siau Ling agar jangan
turun tangan keji
Baru saja ucapan itu selesai diutarakan menang kalah
sudah ditentukan dalam gelanggang. Dua sosok bayangan
yang saling menubruk tiba2 berpisah satu sama lainnya.
Dengan muka serius Siau Ling berdiri di sisi kalangan,
pedangnya tetap disilangkan didepan dada.
Sebaliknya Thio Seng dengan muka pucat pias beruntun
mundur tiga langkah kebelakang, jelas ia sudah menderita
luka yang cukup parah.
Dengan muka hijau membesi Thio lo hujin segera menegur:
“Thio Seng, parahkah tuka yang kau derita?”
Dengan seruling bajanya menahan tubuh yang gontai Thio
Seng menjawab setelah napasnya dapat diatur kembali.
“Hujin, bocah itu berhasil mempelajari ilmu sentilan maut
Sian-ci sinkang dari Bu- siang taysu..”
Badannya gemetar keras dan muntah darah segar, tapi ia
tetap mempertahankan diri sambil menyambung:
“Ketika budak mengikuti majikan tua tempo hari seringkali
kusaksikan sepuluh tokoh sakti saling bertarung satu sama
lainnya, hweesio dari Siau-lim-si telah mengandalkan sentilan
maut inilah seruling majikan tua, hujin kalau bertarung nanti
engkau harus berhati2”
Selesai mengucapkan beberapa patah kata itu, tubuhnya
segera roboh terjungkal diatas tanah.

Thio Lo hujin berpaling dan memandang sekejap kearah
pemuda berpakaian ringkas itu, lalu katanya.
“Berikan sebutir Po mia wan kepadanya” Pemuda itu
mengiakan, sambil membopong tubuh Thio Seng ia segera
mengundurkan diri kesudut ruangan.
Perlahan2 Thio Lo-hujin maraya keatas wajah Siau Linh
dengan tubuh gemetar keras menahan emosi ujarnya dengan
ketus:
“Siau Ling. engkau telah melukai dirinya dengan ilmu
apa??”
“Ilmu totok Siu lo ci, tapi aku telah turun tangan ringan dan
tidak sampai mencabut jiwanya karena aku merasa tak ada
hubungan permusuhan dengan pihak perkampungan Pek in
San cung. andaikata ia tidak banyak bicara niscaya luka dalam
yang dideritanya tak akan separah itu, tapi ia bicara banyak
dan memberitahu keadaan yang sebenarnya kepadamu, itulah
yang menyebabkan lukanya makin bertambah parah, tapi
tidak sampai merenggut jiwanya... asal ia beristirahat selama
dua hari lukanya pasti akan sembuh..”
Thio Lo hujin tertawa dingin, tukasnya.
“Mati hidup orang perkampungan Pek in san cung tak usah
kau kuatirkan”
Siau Ling mengerutkan dahinya, ia hendak membantah tapi
akhirnya niat tersebut dibatalkan.
Thio lo-hujin berpaling kearah pemuda berpakaian ringkas
itu, lalu serunya.
“Serahkan penggaris kumala itu kepadaku”
Dengan hormat pemuda itu angsurkan senjata itu kepada
sang nenek, rupanya walaupun Thio Seng sudah tak sadarkan
diri, namun senjata penggaris kumala itu masih dipegangnya
erat2.

Setelah menerima pengaris kumala itu, Thio Lo hujin
berkata dengan nada dingin.
“Engkau memiliki ilmu silat dari berbagai aliran, tidak aneh
kalau sikapmu begitu congkak dan tinggi hati. Aku sudah tua
dan hampir saatnya mati soal mati hidup bukan masalah lagi
bagiku, engkau tidak usah bersikap sungkan2 lagi kepadaku,
kerahkanlah segenap kepandaian yang engkau miliki…”
“Aku orang she Siau dengan pihak Perkampungan Pek in
sancung tidak pernah terikat dendam permusuhan apapun,
tetapi jika locianpwee ingin memberi petunjuk kepadaku tentu
saja boanpwee tidak akan menghindar, mari kita bertarung
dan berhenti setelah saling menutul..’
“Siapa bilang pertarungan ini diakhiri dengan saling
menutul?? Pertarungan ini adalah pertarungan yang
mempengaruhi mati hidup kita” bentak Thio lo hujin dengan
gusar.
“Nenek ini sudah tua, kenapa wataknya masih begitu
berangasan.. “ pikir Siau Ling dalam hati.
Terdengar Gak siau cha berkata:
“Saudaraku, mundurlah kebelakang ! biar cici yang
melayani locianpwee ini beberapa jurus”
“Cici, tunggulah sampai siau te berhasil dikalahkan lebih
dahulu” seru sang pemuda dengan alis berkerut.
“Tidak” bentak Gak siau cha dengan serius, “ayoh cepat
mundur ke belakang”
Siau Ling yang pada dasarnya amat menghomati Gik Siau
cha. melihat sikapnya yang begitu serius tak berani
membantah lagi, per-lahan2 ia mengundurkan diri kebelakang.
“Locianpwee...” seru Gik Siau cha sambil memberi hormat:

“Hmm siapa yang kesudian menjadi locianpwee mu, kalau
mau bertempur melawan ku, cepat cabut keluar senjata
tajammu!”.
Dari dalam sakunya Gak Siau cha ambil keluar kitab catatan
ilmu seruling dari Thio Hong kemudian dengan hormat
diangsurkan kedepan, ujarnya:
“Harap locianpwee suka menerima lebih dahulu kitab ilmu
silat ini”
Meskipun Thio lo hujin ada maksud untuk menerimanya,
tetapi ia merasa berat untuk mengulurkan tangannya, setelah
berpikir se bentar ia balik bertanya
“Sebenarnya apa maksudmu?”
“Thio heng sudah berapa kali menyelamatkan jiwaku,
sudah sepantasnya kalau boan pwee kembalikan kitab ilmu
silat ini kepada locianpwee sebagai tanda balas budi dari
diriku.”
“Hmm...! cucuku sudah hampir mati, mana ia mampu untuk
mempelajari ilmu seruling dari kakeknya”
“Kalau locianpwee tidak bersedia untuk mnenerimanya, dan
andaikata boanpwee sampai terluka atau mati ditangan
locianpwee, maka aku takut kitab catatan dari Thio lo
cianpwee ini akan terjatuh kedalam dunia persilatan dan sukar
untuk ditarik kembali“
Thio Lo hujin berpikir sebentar, ia tahu betapa hebatnya
persoalan itu maka sambil menerima kembali kitab pusaka dari
Raja seruling katanya:
“Meskipun aku sudah menarik kembali kitab pusaka milik
mendiang suamiku, itu bukan berarti aku sudah mengabulkan
keinginan nona”
“Boanpwee tidak berani mempunyai jalan pikiran seperti
itu”

“Bagus sekali cabutlah senjata tajammu!”
“Sebelum pertarungan dimulai boanpwee masih ada
beberapa patah kata hendak dibicarakan lebih dahulu!”
“Apa yang hendak kau katakan? cepat utarakan keluar”,
“Persengketaan yang terjadi antara aku dengan Thio heng
sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan saudara Siau,
tapi keadaan telah memaksa dia untuk turun tangan, hal ini
merupakan suatu kejadian yang apa boleh buat...pepatah
bilang tiada pertarungan yang bersifat baik, luka atau mati tak
dapat dihindari lagi, aka harap setelah pertarungan ini
berlangsung, baik menang maupun kalah perselisihan diantara
kita harus dibikin beres sampai disini saja.
“Hmm! kalau didengar dari ucapanmu itu rupanya engkau
punya keyakinan untuk menangkan diriku, bukan begitu???”
“Locianpwee salah paham, maksudku perselisihan antara
kita sudah sepantasnya kalau diakhiri sampai disini saja perluli
siapapun yang menangkan pertarungan ini, dan dikemudian
hari kita tak boleh saling balas membalas lagi.”
“Kau tak usah kuatir, seandainya aku sampai mati
ditanganmu maka kendatipaun pihak perkampungan Pek in
san cung ada orang hendak membalas dendam maka hal ini
akan terjadi sepuluh tahun mendatang kalian boleh
menggunakan kesempatan tatkala pihak perkampungan Pek in
san cung belum ada ahli warisnya untuk melakukan
pembasmian sehingga tidak meninggalkan bibit bencana
dikemudian hari....”
“Locianpwee. “seru Gak Siau cha dengan alis berkerut
“Jangan panggil aku sebagai locianpwee lagi“ tukas Thio lohujin
“engkau she-Gak dan aku she Thio, kedua belah pihak
sama2 tidak ada hubungan antara yang satu dengan yang
lain.”
Ia berhenti sebentar, kemudian melanjutkan:

“Tetapi seandainya aku menangkan dirimu, bagaimana
keadaannya??”
“Sekalipun mati boanpwee tak akan menyesal.”
“Seandainya engkau tidak sampai mati?”
“Maksud locianpwee?”? seru Gak Siau cha dengan alis
berkerut.
“Engkau harus menerima pinangan cucu dan menjadi
bininya”
“Tentang soal ini, boanpwee.. “
“Tak usah banyak bicara lagi, engkau tak mau juga harus
mau, mampu harus mampu, ayoh cabut keluar senjatamu.”
Penggaris kumala diayunkan dan langsung membacok
tubuh dara itu.
Gak Siau cha tarik nafas dan mundur lima depa
kebelakang, kepada Soh Bun serunya:
“Berikan pedangmu kepadaku.“
Soh Bun tertegun, sambil mengangsurkan pedangnya
kemuka ia merasa keheranan, pikirnya:
“Bukankah diatas pinggangnya terdapat sebilah pedang
lemas, kenapa tidak ia gunakan senjata tersebut sebaliknya
malah pinjam senjata dengan diriku....??”
Tindakan Gak Siau cha yang meminjam pedang ini bukan
saja membingungkan hati Soh Bun, bahkan Sam ciat suthay
sekalianpun merasa keheranan mereka tak habis mengerti apa
sebabnya gadis itu pinjam senjata orang lain dan tidak
memakai pedang sendiri.
Hanya Siau Ling seorang yang mengerti, ia tahu Gak Siau
cha tentu sudah berhasil mempelajari isi kitab pusaka dari
Raja seruling, karena memakai pedang lemas sukar untuk
menggunakan ilmu seruling maka ia hendak gunakan pedang

untuk menggantikan seruling dan menghadapi Thio lo hujin
dengan ilmu keluarganya sendiri.
Setelah menerima pedang itu, Gak Siau cha segera
menyilangkan didepan dada, katanya:
“Locianpwee maafkanlah bila boanpwee terpaksa bertindak
kurang ajar”
Thio Lo hujin sendiri sesudah melancarkan babatan tadi
sama sekali tidak melancarkan serangan kembali, rupanya ia
sedang menunggu lawannya untuk meloloskan senjata.
Sam ciat suthay memahami kesempurnaan tenaga dalam
yang dimiliki kedua orang ini ia tahu sekalipun Gak Siau Cha
ada maKsud Mengalah tapi oleh perkataan yang diucapkan
Thio lo hujin tadi membuat gadis itu tak bisa mengalah lagi
pertarungan yang akan berlangsung pun pasti luar biasa
dahsyatnya.
Andaikata Thio lo-hujin sampai terluka atau mati dendam
permusuhan tersebut tak akan dahabisi sampai disini saja,
sebaliknya kalau Gak siau cha yang mati, Siau Ling pasti tak
akan ambil diam jadi bagaimana pun akhir dari pertarungan
ini, keadaannya sama2 tidak menguntungkan bagi kedua
belah pihak.
Sementara ia masih termenung pertarungan telah
berlangsung.
Dengan andalkan keampuhan penggaris kumala itu, begitu
melancarkan serangannya Thio Lo Hujin segera meneter
dengan serangan serangan yang ganas dan keji, hal ini
membuat Gak Siau cha terdesak hebat dan hanya mampu
menangkis belaka.
Sam ciat suthay kuatir sekali, ia takut Thio lo hujin turun
tangan keji sehinga melukai Gak Siau cha.
Pertarungan sengit berlangsung dengan serunya, dalam
waktu singkat dua puluh gebrakan sudah lewat dan Gak Siau

cha delama ini hanya mampu menangkis dan menghindar
melulu.
Sekalipun begitu, walaupun serangan yang dilancarkan Thio
lo hujin amat dahsyat, tapi setiap kali Gak Siau cha berhasl
pula meloloskan diri dari bahaya maut.
Siau Ling jadi kuatir dan merasa tak tenang, beberapa kali
ia saksikan Gak Siau cha mendapat kesempatan untuk
melancarkan serangan balasan akan tetapi kesempatan
tersebut selalu tak pernah digunakan tanpa terasa pikirnya
didalam hati.
“Rupanya ia memang ada maksud untuk mengalah.... tapi
tenaga dalam yang dimiliki Thio lo hujin lihay sekali,
seranganpun tajam dan ganas, satu kali kurang waspada
kemungkinan besar ia akan terluka diujung senjata lawan...”
Baru saja hatinya merasa kuatir, tiba tiba terdengar seruan
nyaring dua sosok bayangan manusia berpisah satu sama
lainnya.
Ketika ia menengok didalam gelanggang, tampaklah Gak
siau-cha dengan wajah pucat pias berdiri dikalangan dengan
pedang masih silangkan didepan dada
Pada waktu itu Siau Ling sedang melamun maka ia tak
memperhatikan dimanakah letak luka yanp diderita Gak Siay
Cha, tapi di tinjau dari keadaannya jelas membuktikan bahwa
ia terluka parah dengan hati terkesiap ia segera loncat kemuka
dan menghadang didepan tubuh gadis itu.
Thio Lo Hujin tertawa dingin, sindirnya:
“Siau Ling sekalipun engkau akan menghadapi diriku
dengan cara roda berputar aku tak akan jeri”
“Saudara Siau, engkau boleh mundur kebelakang“ bentak
Gik Siau Cha dengan suara lantang.

Siau Ling yang tak takut langit tak takut bumi, setelah
mendengar bentakan segera mengundurkan diri kebelakang
“Gak siau cha, apakah kau masih punya kemampuan untuk
bertempur lagi ?......“ seru Thio lo hujin sambil tertawa dingin.
Ga! Siau cha tarik napas panjang panjang jawabnya:
“Mungkin locianpwee tclah menaruh belas kasihan
kepadaku, maka serangan tadi tidak sampai menghilangkan
daya tempur boanpwee .”
Thio Lo hujin tertawa dingin.
“Bagus sekali, kalau begitu mari kita lanjutkan kembali
pertarungan ini..”
“Barusan boanpwee telah menggunakan segenap
kemampuan yang kumiliki untuk melakukan perlawanan, tapi
tubuhku masih tetap terkena sebuah gebukan, hal ini
membuktikan kalau ilmu silat yang dimiliki locianpwee
memang lihay sekali”
“Kalau engkau menyadari akan hal ini dan mengaku kalah
serta menerima syaratku, demi cucuku aku tak akan
mengungkap kembali kejadian yang telah lalu. “
Gak Siau cha tertawa ewa.
“Seandainya peristiwa ini terjadi pada tiga bulan berselang,
boanpwee pasti sudah tak punya kemampuan untuk
melakukan perlawanan lagi, tapi sekarang keadaannya sama
sekali berbeda. “
“Apa bedanya?”
“Dalam pertarungan berikutnya ini, boanpwee akan
menggunakan ilmu seruling dari keluarga Thio untuk
bertarung kembali me lawan cianpwee”
“Huuh...! mau pakai ilmu orang untuk melukai diriku...
sialan!”

“Peninggalan dari Thio locianpwee memang sangat hebat
dan banyak terdapat jurus jurus yang ampuh, banyak
diantaranya merupakan jurus2 aneh yang berhasil ia ciptakan
setelah berada didalam istana terlarang”
Thio lo-hujin tertawa dingin.
“Kalau memang begitu bagus sekali. jika engkau bisa
kalahkan diriku dengan ilmu seruling dari keluarga Tho,
sekalipun kalah akupun rela. Tapi bagaimana kalau engkau
yang kalah ditanganku??”
“Boanpwee akan gorok leher dan bunuh diri dihadapan
cianpwee..” jawab Gak Siau cha sambil tertawa getir.
Sorot matanya segera berputar dan menambahkan.
“Saudara Siau, apakah engkau bersedia me menuhi
beberapa buah permintaanku??”
“Katakanlah cici, aku pasti akan menuruti”
“Seandainya aku menderita kalah ditangan locianpwee
sehingga harus bunuh diri engkau tak boleh membalaskan
dendam bagiku”
“Tentang soal ini...tentang soal ini...siau te”
“Kabulkanlah permintaanku. sundara Siau,engkau pasti tak
ingin kalau aku mati dengan tidak tenang bukan?”
“Baiklah, aku menyetujui” sahut Siau Ling kemudian
dengan perasaan apa boleh buat.
"Setelah aku mati, kumpulkanlah ranting dan kayu dan
bakarlah jenazahku, kemudian bawalah abuku kedepan
jenasah ibuku, aku rasa jenasah ibuku tak akan rusak lagi, bila
engkau ada waktu carilah sebuah gua dan simpanlah jenasah
bibi immu serta abuku didalam gua tersebut, kemudian
tutuplah kembali gua itu”
“Siau te turut perintah”

“Masih ada satu soal lagi, yaitu Soh Bun dan Siau Hong
sebenarnya adalah murid dari seorang jago lihai, sungguh tak
beruntung suhunya menemui bencana dan mati, setelah
bertemu dengan aku mereka merasa cocok dan rela jadi
dayangku, walaupun namanya dayang padahal hubungan
kami lebih erat dari saudara sendiri, bila aku sampai mati
engkaupun harus baik2 merawat mereka berdua"
"Siau te ingat”
Isak tangis berkumandang memecahkan kesunyian:
"Siocia, kalau engkau tidak beruntung dan mati dalam
pertarungan, kami rela mengiringi dirimu. Siangkong tak usah
repot2 merawat kami lagi”
Ketika Siau Ling berpaling, dilihatnya Soh Bun dan Siau
Hong sudah menangis dengan sedihnya, ia segera menghela
napas panjang, katanya
"Perintah cici tak berani siau-te bantah, tapi cici harus
berusaha untuk mempertahankan hidupmu"
“Aku tahu dendam bibi Im mu toh belum terbalas, tentu
saja aku harus berusaha untuk mempertahankan hidupku"
"Cici tak pernah berbuat salah, tidak seharusnya engkau
punya niat untuk mencari mati."
Gak Siau cha tidak memperdulikan diri Siau Ling lagi,
kepada Soh Bun dan Siau Hong dia berseru
"Apa yang kalian tangisi ? aku belum mati !”
Soh Bun dan Siau Hong tidak menangis lagi, namun air
matanya masih jatuh berlinang membasahi pipi.
Gak Siau cha menghela napas panjang ujarnya lagi
"Tujuan locianpwee hanya membunuh aku seorang,
dengan budinya yang luhur aku rasa tidak nanti dia
menyusahkan kalian berdua, Siau Siangkong berjiwa besar,

mereka pasti akan memberi suatu penyelesaian yang baik,
ikutilah dia!”
Dengan air mata bercucuran Soh Bun dan Siau Hong
mengangguk, mereka tak berani banyak bicara lagi.
Sorot mata Gak Siau cha perlahan-lahan dialihkan keatas
wajah Sam ciat suthay, ujarnya kembali,
"Setelah siau moay mati, aku harap suci suka
menyampaikan rasa terima kasihku kepada suhu atas budi
kebaikan yang pernah beliau berikan kepadaku”
“Aku pasti akan memenuhi harapanmu itu..”
Setelah menyelesaikan pesan2nya Gak Siau cha lintangkan
pedangnya didepan dada dan berkata:
“Thio lo hujin, sekarang engkau boleh turun tangan "
Thio lo hujin tidak banyak bicara lagi penggaris kumalanya
diayun dan segera melancarkan sebuah serangan
Kali ini Gak Siau cha tidak menghindar atau mengalah lagi
setelah meloloskan diri dari serangan tersebut, pedangnya
segera berputar melancarkan serangan balasan.
Pertarungan yang berlangsung kali ini jauh lebih seru
daripada pertarungan semula, dengan pedang menggantikan
seruling Gak Siau cha telah mencampurkan jurus serulingnya
kedalam permainan pedang, cahaya tajam berkilauan diudara,
sebentar menotok sebentar membabat menyerang maupun
bertahan dilakukan dengan amat sempurna.
Thio lo hujin sendiri jauh lebih banyak menyerang daripada
mempertahankan diri.
Siau Ling pusatkan segenap perhatiannya kedalam
kalangan. Keadaan Gak Siau cha selalu terancam oleh bahaya,
senjata pengaris ditangan Thio lo hujin berputar kencang
menguasai kalangan, tapi duapuluh gebrakan kemudian
keadaan segera berubah.

Jurus2 aneh bermunculan dari tangan Gak Siau cha, dari
bertahan ia mengambil inisiatip menyerang setelah puluhan
jurus Thio lo hujin berhasil mendesak lawan, tapi serangan
aneh dari gadis itu memaksa posisi berubah kembali.
Setelah lewat limapuluh gebrakan, walaupun kedua belah
pihak masih bertarung sengit dan menang kalah masih belum
dapat ditentukan, tapi baik Siau Ling maupun Sam ciat suthay
sama2 dapat melihat bahwa Gak Siau cha tak bakal kalah lagi,
perubahan pedang ditangannya sering kali menunjukkan suatu
keampuhan yang luar biasa.
Gak Siau cha yang berada ditengah pertarungan, tiba2
merubah permainan pedangnya, secara beruntun dia
melancarkan tiga buah serangan berantai.
Ketiga jurus serangan ini mempunyai perubahan yang luar
biasa membuat pandangan orang jadi kabur, dengan
kelihaiannya Siau Ling serta Sam ciat suthay pun mampu
melihat jelas asal mulanya perubahan gerak tersebut
Ditengah kerlipan cahaya pedang, dengusan berat
menggema memecahkan kesunyian, senjata penggaris kumala
dalam genggaman Thio lo hujin terlepas diatas tanah, sambil
meloncat mundur tiga depa kebelakang darah segar tampak
mengucur keluar dari tangan kanannya.
“Maaf.. maaf..” seru Gak Siau cha sambil memberi hormat.
Dengan wajah sedih dan pandangan berkaca Thio lo hujin
berkata lirih
“Ombak belakang sungai Tiang kang mendorong ombak
didepannya, manusia generasi baru menggantikan generasi
lama. .. aku memang sudah tua"
"Tiga jurus serangan berantai yang boanpwee gunakan
barusan bernama tiga seruling sambaran kilat" ujar Gak Siau
cha, "jurus serangan itu merupakan hasil ciptaan dari Thio
locianpwee setelah terjerumus didalam istana terlarang,

dengan kesempurnaan ilmu silat yang dimiliki hujin rasanya
tak sulit untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi setelah
membaca kitab catatan tersebut, anggaplah kitab itu sebagai
balas jasa dariku dan anggap pula kitab tersebut telah balik
kembali kedalam perkampungan Pek in san cung"
Setelah mengalami kekalahan, Thio lo hujin sudah tak
memiliki semangat untuk bertempur lagi, sambil berpaling
sekejap kearah Giok siau long kun, gumamnya seorang diri:
“Pembalasan ini tak dapat dihitung ringan…”
"Nenek, mari kita pergi! " seru Giok siau long kun, ia
meronta bangun dan dengan langkah lebar berjalan keluar
dari sana.
"Cun ji" teriak Thio lo hujin dengan suara lengking" siapa
suruh kau berjalan sendiri..”
Dengan cepat ia mengejar dari belakang.
Thio Seng serta pemuda berpakaian ringkas segera
mengejar dari belakang, dalam waktu singkat semua jago dari
perkampungan Pek in san cung telah berlalu semua dari situ.
Memandang bayangan punggung orang2 itu Gak Siau cha
hanya bisa menghela napas panjang belaka, tak sepatah
katapun yang dia ucapkan.
Lama…. Lama…. sekali…. Akhirnya Sam ciat suthay buka
suara dan bertanya,
"siau moay, apa rencanamu sekarang??”
"Aku tidak punya rencana apa?”
"Bersediakah engkau ikut aku menjumpai suhu?”
"Apakah suci beranggapan bahwa aku harus pergi??” tanya
Gak Siau cha setelah termenung sebentar.

"Perduli engkau ingin pergi atau tidak, dalam setengah
tahun mendatang kau harus pergi menjumpai suhu untuk
memberi penjelasan tentang peristiwa yang terjadi pada hari
ini, suci akan menjadi saksi bagimu”
"Terima kasih suci"
"Walaupun suhu tidak begitu senang dengan ensonya Thio
lo hujin, tetapi hubungan persaudaraannya dengan Raja
Seruling Thio locianpwee baik sekali Giok siau long kun adalah
satu2nya keturuna keluarga Thio, tentu saja suhu tak akan
tega membiarkan Giok siau long kun mati karena urusan ini,
meskipun diluaran sikapnya tetap dingin dan hambar tapi
menurut apa yang suci ketahui, suhu telah mengumpulkan
obat-obat mujarab dan membuat semacam obat mujarab
untuk Thio cun, kecuali engkau bersiap sedia bentrok dengan
suhu, lebih baik engkau menanyakan dahulu maksud hati
suhu”
"Terima kasih atas perhatian suci, siau moay tak akan
melupakan untuk selamanya"
"Aku berharap engkau selalu mengingat perkataanku, nah
suci akan pergi dulu..”
Habis berkata
Habis berkata ia segera berlalu dari gua tersebut.
Setelah menghantar kepergian Sam ciat suthay dan kembali
lagi kedalam gua, Gak Siau cha memandang sekejap kearah
Siau Ling lalu berkata sambil menghela napas panjang ,
"Saudaraku mengapa kau tak suka mendengarkan
perkataanku?”
"Ada apa sih??”
“Andaikata hanya Giok siau long kun seorang yang datang,
siau te tak akan banyak urusan seperti ini, tetapi mereka

terdiri dari beberapa orang sedangkan cici hanya seorang diri,
sudah sepantasnya kalau aku datang memberi bantuan”
Sambil menatap wajah sianak muda itu, Gak Siau cha
tersenyum ujarnya kembali,
"Aku tak pernah menyangka kalau dalam tiga bulan yang
amat singkat bukan saja engkau berhasil membuka istana
terlarang, bahkan ilmu silat yang engkau miliki telah mendapat
kemajuan yang demikian pesatnya,”
“Kejadian ini hanya boleh dibilang kebetulan saja untung
siau te tidak sampai kehilangan nyawa”
“Sewaktu aku serahkan anak kunci istana terlarang
kepadamu, tujuanku adalah agar engkau bisa membuka istana
tersebut, dan tidak mencampuri urusan cici lagi, dalam
perkiraanku Istana Terlarang sebagai tempat yang diidamkan
setiap umat bulim sudah puluhan tahun belum ada jago
persilatan yang berhasil menemukan, dalam waktu beberapa
bulan yang singkat engkaupun pasti tak akan menemukannya.
Aaai … sungguh tak nyana tempat itu akhirnya berhasil juga
kau temukan”
“Kalau dibicarakan kembali, kesemuanya ini adalah berkat
lindungan dari Thian sehingga kedatangan siau te ditempat itu
sangat kebetulan sekali…”
Diapun segera menceritakan semua pengalamannya
sebelum dan setelah masuk kedalam istana terlarang.
"Aaai .. engkau sudah terlalu banyak menempuh bahaya.. "
Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Pek li Peng
katanya,
"Engkau belum memperkenalkan nona ini kepadaku"
Belum sempat Siau Ling menjawab, Pek li Peng telah
mendahuluinya dan menjawab,
"Aku bernama Pek li Peng, menemui nona”

Melihat gadis itu halus, lincah dan menyenangkan, Gak Siau
cha segera tersenyum.
“Nona Pek li…”
"Aku lebih muda beberapa tahun, kalau nona tidak
menampik anggap saja aku sebagai adikmu!”
"Baik" jawab Gak Siau cha sambil mengangguk, "aku masih
belum tahu asal usul dari adikku..”
"Aku dibesarkan didalam istana es di laut utara"
"Kalau begitu Pek thian cuncu adalah.. "
"Dia adalah ayahku"
"Oooh.. tuan putri dari laut utara, bukan saja ayahmu
pernah menggentarkan seluruh wilayah laut utara bahkan
didaratan Tionggoanpun punya nama besar, anak buahnya
telah mengumpulkkan banyak jago lihay, setiap beberapa
tahun ia tentuk melakukan perjalanan kedaratan Tionggoan,
dimana ia lewat setiap orang persilatan pada menaruh hormat
kepadanya…”
“Aku jarang mengetahui tentang tingkah laku ayahku,
sedang ayahpun jarang sekali menceritakan soal dunia
persilatan kepadaku..”
“Oooh … kiranya begitu… “ sorot matanya segera dialihkan
kearah Siau Ling dan bertanya,
“Saudaraku, secara bagaimana kau bisa kenal dengan nona
Pek li…”
Siau Ling tidak takut bumi tidak takut langit, hanya takut
pada Gak Siau Cha mendengar pertanyaan itu ia jadi ragu2,
tak dijawab tak mungkin menjawab sejujurnya banyak hal
yang tak leluasa untuk dikatakan, untuk beberapa saat
lamanya ia jadi gelagapan:
“Tentang soal ini.. tentang soal ini…”

“siau moay lah yang melakukan perjalanan jauh mencari
jejaknya” sambung Pek li Peng dengan cepat
“Apakah ayahmu tahu??” tanya Gak Siau Cha sambil
tersenyum
“Tidak ayahku tidak tahu”
“Engkau tinggalkan istana es tanpa pamit, ayahmu pasti
akan mencari jejaknya dimana-mana, suatu hari bila ayahmu
mengetahui akan peristiwa ini, tentu ia tak akan berpeluk
tangan belaka..”
“Akupun mengetahui akan persoalan ini dan mungkin akan
mendatangkan banyak kesulitan bagi Siau toako, tetapi aku
tak dapat menguasai diri…”
“Karena dua siau te pernah bertempur satu kali dengan Pak
Thian cuncu…”sela Siau Ling.
Gak Siau Cha terperanjat.
“Apakah engkau mampu menandingi Pak thian cuncu”
“Siau te menderita luka parah, tapi berhasil ditolong orang”
Gak Siau Cha adalah seorang gadis yang cerdik, dari sikap
Pek li Peng yang begitu tergila-gila pada Siau Ling, jika
pertanyaan ini ditanyakan lebih jauh maka keadaan akan jadi
tidak enak, pokok pembicaraanpun segera dirubah, ujarnya;
“Saudaraku, dalam perjuangan kita tempo hari aku masih
belum menanyakan keadaanmu dalam dunia persilatan
belakangan ini, aku dengar nama besarmu kian lama kian
bertambah cemerlang, tapi permusuhan yang diikat semakin
banyak..”
Setelah berhenti sebentar lanjutnya
“Cuma.. aku hanya mendengarnya dari berita dunia
persilatan, bagaimana keadaan yang sesungguhnya kau harus
terangkan sendiri kepadaku”

“Musuhkuh hanya seorang yakni Shen Bok Hong, tetapi
orang ini punya hubungan yang luas sekali, setiap sudut
persilatan rasanya ada anak buah serta kuku garudanya..”
“Nah, itulah dia” seru Gak Siau Cha sambil mengangguk,
“semakin besar pengaruh dari Shen Bok Hong, semakin jarang
orang persilatan berani melakukan perlawan terhadap dirinya,
hanya kau seorang saja yang berani menentang
kekuasaannya..”
Dalam kenyataan ia sering kali menolong Siau Ling,
terhadap hasil yang dicapai Siau Ling dalam dunia persilatan
tentu mengetahui dengan jelas sekali.
Siau Ling menghela nafas panjang, katanya
“Cici, aku tidak mempunyai niat untuk berebut kedudukan
dengan Shen Bok Hong, aku hanya ingin mencegah orang itu
melakukan kejahatan didalam dunia persilatan, andaikata
suatu hari Shen Bok Hong bisa sadar dan bertobat, maka siau
te pun…”
Gak Siau Cha gelengkan kepalanya dan berkata;
“Selamanya Shen Bok Hong tak bakal menyesal ataupun
tobat dari dosa dosanya, diantara kau dengan dia akhirnya
harus ada suatu penyelesaian secara tegas, yakni salah satu
diantara kalian harus ada yang mati”
Ia membereskan rambutnya yang terurai tak beraturan,
kemudian menyambung lebih jauh;
“sebenarnya cici ingin sekali membantu dirimu agar apa
yang kau cita-citakan dapat tercapai sebagaimana mestinya,
tapi sayang masalah pelik yang sedang kuhadapi saat ini
masih belum ada suatu penyelesaian yang baik, aku rasa tak
mungkin cici bisa membantu dirimu lagi”
“Cici, apakah masalah pelik yang sedang kau hadapi
sekarang masih sekitar mengenai masalah Giok siau long kun
“ tanya Siau Ling dengan suara lantang.

“Boleh dibilang begitulah! tabiat Raja Seruling Thio Hong
dimasa lampau gagah dan berjiwa besar, peraturan
keluarganya ketat sekali serta lebih mengutamakan keadilan
serta kebenaran bagi umat manusia, oleh karena itulah
perkampungan Pek in-san-cung jarang sekali terikat oleh
selisih paham atau persengketaan dengan orang2 persilatan,
sebaliknya tabiat dari Thio lo hujin itu terlalu mementingkan
diri sendiri dan berangasan, karena itulah hubungannya
dengan sang ipar yaitu guruku selamanya tak pernah akur,
sejak Thio hong mati kedua orang itu semakin jarang
berhubungan satu dengan yang lain, sekalipun begitu
terhadap keponakannya yakni Thio Cun guruku merasa sayang
dan memanjakan hanya saja berhubung sudah banyak tahun
ia mengasingkan diri sebagai seorang rahib dan imannya
sudah amat tebal sekali, maka girang atau gusar perasaan
hatinya tak pernah terlihat diwajahnya, andaikata Giok siau
long kun benar2 menghadapi keadaan yang sangat berbahaya
sehingga mempengaruhi hidup matinya, dia pasti tak akan
berpeluk tangan belaka…”
“Lalu apa yang hendak Cici lakukan?? “tukas Siau Ling
dengan suara yang gemetar.
“Sekarang aku sendiripun tak tahu apa yang musti
kulakukan, terpaksa melangkah satu langkah kita berbicara
satu tindak..”
Siau Ling termenung beberapa saat lamanya mendadak ia
menengadah dan berseru;
“Cici, siaute berhasil mendapatkan satu jalan yang baik,
bagaimana menurut pendapat cici??”
“Apa akalmu itu?
“Biarlah Siau te yang menyelesaikan persoalan ini,
pertama-tama kita mangunjungi gurumu lebih dahulu serta
menerangkan duduk perkara yang sebenarnya.”

“Cara ini tak dapat dilaksanakan “tukas Gak Siau cha sambil
gelengkan kepalanya,“suhuku paling segan untuk bercakap
cakap dengan orang asing, apa lagi engkau adalah seorang
pria??”
“Kenapa apakah gurumu paling benci dengan orang pria??
“tanya Siau Ling tercengang.
Gak Siau cha tersenyum.
“Kecuali Thio Hong seorang, tak pernah ada pria lain yang
pernah masuk kedalam kuil Bu seng an tersebut. Giok siau
long kun kendati amat disayang dan dimanja oleh guruku,
namun diapun tidak diperkenankan melangkah masuk
kedalam kuil Bu seng an barang satu langkahpun
“ltu tak jadi soal aku akan menanti diluar kuil biarlah Pek ji
yang masuk kedalam kuil untuk menyampaikan suratku
kepadanya serta kuundang dia untuk keluar dari kuil guna
merundingkan masalah ini”
“Aaai...! jalan pikiranmu benar2 terlalu sederhana”
“Lhoo .!” bagian mana yang tidak benar?”
“Saudaraku, kendatipun dewasa ini namamu dalam dunia
persilatan sudah amat tersohor dan disegani setiap orang,
akan tetapi pemilik dari kuil Bu-seng-an tak nanti akan ikut
tengetar hatinya oleh namamu.”
“Cici, aku tak bermaksud demikian“ tukas Siau Ling. “aku
sedang bayangkan bahwa cici adalah seorang murid yang
pernah mendapat budi karena ia wariskan ilmu silatnya
kepadamu maka selama berada dihadapannya engkau segan
atau merasa kurang leluasa untuk mencurahkan isi hatinya,
karena itu lebih tepat kalau siau-te yang menghadap, bukan
saja aku tak usah ragu? bahkan dengan lebih leluasa bisa
kusampaikan semua isi hati cici kepadanya.”
Gak Siau cha menghela napas panjang.

“Aaai...! diatas nama meskipun Bu seng An-cu tidak
mengakui diriku sebagai anak muridnya, dalam kenyataan ia
telah menganggap aku sebagai anak muridnya, setelah
bergaul selama beberspa tahun cici sudah dapat meresapi jiwa
serta wataknya, kepergianmu untuk menghadap dirinya bukan
saja sama sekali tak bermanfaat tapi persoalan ini, bahkan
malah ada kemungkinan besar bisa merusak duduknya
persoalan...”
“Lalu apa yang berus kita lakukan sekarang???”
“Hanya ada satu jalan saja yang bisa ditempuh, yakni biar
cici berangkat seorang diri untuk menghadap dia orang tua
“Andaikata Bu Sang nikou tak bersedia untuk
mendengarkan penjelasan cici, apa yang hendak kau
lakukan?“
Gak Siau Cha tertawa getir,
“Aku berhutang budi kepada dia orang tua karena beliau
pernah mendidik serta mewariskan kepandaiannya kepadaku,
karena itu aku tak dapat turun tangan bertarung dengan
dirinya, aku hendak menerangkan duduk perkaranya serta
kejadian secara terperinci satu demi satu, meskipun Thio Cun
orang yang patut dikasihani, tetapi kesalahan bukan terletak
pada diriku, oleh karenanya aku hendak mohon pengampunan
darinya”
“Kalau ia tak mau mengampuni dirimu”
“Kalau ia memohon kepada enci Gak dengan perasaan
hatinya agar enci suka membantu dirinya untuk menolong jiwa
Giok siau-long-kun? apa yang hendak enci lakukan” tiba2 Pek
li Peng menyela dan samping
Gak Siau cha tertegun, kemudian jawabnya
“Tentang soal ini, belum sempat kupikir kan sampai disitu”

“Enci adalah seorang yang berperasaan halus” ujar Pek li
Peng lagi, “Kalau Bu Sang An-cu memohon kepada cici dengan
dengan perasan halus pula,aku rasa sulit bagi cici untuk
menampik permohonannya itu”
Gak Siau cha menulurkan tangannya dan membelai rambut
Pek li Peng yang panjang perlahan-lahan ucapnya
“Terima kasih untuk peringatanmu ini, dengan usiamu yang
begitu muda lagi pula dibesarkan dalam kasih sayang dan
sikap manja dari orangtua mu, ternyata dalam menilai satu
persoalan amat seksama dan tajam hal ini benar2 luar biasa
sekali. Aaaai...! bila ada seorang nona cantik yang begitu
cerdik dan banyak akal semacam engkau yang selalu
mendampingi saudara Siau, hal inibenar benar merupakan
suatu bantuan yang amat besar bagi dirinya“
“Pek li Peng masih belum hilang sifat kekanakannya,
melihat betapa cantik dan supelnya Gak Siau Cha, ia merasa
tak heran apa sebabnya Siau Ling begitu menghormati gadis
tersebut.
Yang paling sulit ternyata ia sama sekali tidak menaruh
perasaan cemburu atau tak senang hati terhadap dirinya
teringat betapa ia pernah merasa cemburu terhadap gadis itu
diam2 she Pek li ini merasa malu sendiri, ujarnya kemudian
sambil tertawa.
“Siau toako selalu tak mau mendengarkan perkataanku”
Gak Siau Cha segera melirik sekejap kearah Siau Ling,
kemudian sambil tertawa serunya:
“Adik Pek li amat cerdas dan banyak akal selanjutnya harus
seringkali mendengarkan pendapat serta perkataannya”
“Siau Ling melirik sekejap kearah Pek li Peng, kemudian
kepada Gak Siau Cha sambil tertawa bantahnya”

“Cici jangan percaya dengan perkataannya, dalam
kenyataan setiap pendapatnya pasti kudengarkan dengan
seksama ! “
“Huuuh ! apa sih gunanya kalau Cuma didengarkan melulu
? selamanya engkau tak mau melaksanakan menurut
perkataanku”
Gak Siau Cha jadi geli melihat sepasang muda mudi itu
cekcok sendiri, sambil tertawa ewa ia segera berkata;
“Waktu adik Pek li dibesarkan didalam istana salju dilautan
udara dan diapun jarang melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, akan tetapi kecerdasan otaknya sangat membantu
dirimu, selama dia berada disampingmu akupun dapat selalu
berlega hati”
“Andaikata cici mau melakukan perjalanan bersama kami
serta memegang tampuk pimpinan didalam pergerakan ini,
kemenangan yang bakal kita raih tentu jauh lebih besar..”
“Kalian berangkatlah lebih dahulu” tukas Gak Siau Cha.
“Setelah persoalan pribadi selesai, aku pasti akan pergi
mencari kalian.”
“Cici, engkau seorang diri harus menghadapi musuh yang
begitu tinggi, apakah engkau tidak merasa terlalu kesepian
dan sebatang kara? Menurut pendapat siaute, lebih baik kita
bersama-sama pergi menyelesaikan cici lebih dahulu,
kemudian kita bersatu padu untuk bersama2 menghadapi
Shen Bok Hong..”
Ia menengadah dan menghela napas panjang, lanjutnya,
“Walaupun tidak terlalu lama kau berkelana serta
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, akan tetapi
terhadap cara hidup orang kang ouw sudah merasa muak
sekali, andaikata kita sanggup menyelesaikan jiwa Shen Bok
Hong maka segera akan kucarai sebuah tempat yang tenang

dan terpencil untuk beristirahat selama beberapa tahun dan
selamanya tak akan muncul kembali dalam dunia persilatan.”
“Engkau bisa mempunyai bayangan seperti itu, hal tersebut
menunjukkan bahwa engkau sama sekali tidak berambisi
untuk mencari nama serta kekuasaan, berbicara menurut usia
serta keberhasilan yang dapat kau peroleh selama ini,
tindakanmu itu benar benar merupakan suatu pengecualian.
Dirimu sekarang sudah bukan menjadi milikmu seorang lagi,
melainkan merupakan kepunyaan dari kawan kawan persilatan
dewasa ini, sekalipun engkau muak sekali dengan
penghidupan dalam persilatan akan tetapi tak mungkin
engkau bisa melepaskan diri dari masalah ini engkau bilang
setelah membunuh Shen Bok Hong maka engkau akan
mengasingkan diri dan menutup diri?? Didalam kenyataan
mungkin apa yang kau harapkan itu sulit terlaksana..”
“Kenapa?? Kejahatan serta kebejadan moral yang terjadi
didalam dunia persilatan dewasa ini bersumber pada Shen Bok
Hong seorang, asal gembong she Shen itu kita bunuh
bukankah dunia persilatan segera akan menjadi tenang dan
damai? Selama puluhan tahun lamanya belum tentu bisa
muncul seorang gembong iblis penjahat seperti dia lagi !”
“Engkau tidak percaya dengan perkataanku?? Baiklah, akan
kuceritakan tentang satu persoalan kepadamu!”
“Persoalan apa??”
“Seandainya engkau mengetahui siapakah pembunuh2
yang telah membinasakan bibi Im mu dapatkah engkau
berpeluk tangan belaka??”
Tertegun hati Siau Ling mendengar perkataan itu,
jawabnya kemudian;
“Bibi Im sangat baik kepadaku, budi kebaikan yang
dilimpahkan kepadaku sudah menumpuk bagaikan bukit, tentu
saja aku harus balaskan dendam bagi kematiannya”

“Dan bagaimana dengan urusanku??”
“Dengan sekuat tenaga pasti akan kubantu walaupun mati
juga tak akan menyesal”
Gak Siau Cha berpaling sekejap kearah Pek li Peng, lalu
melanjutkan lebih jauh
“Seandainya nona Pek li menemui kesulitan pula?”
“Tentu saja aku tak dapat berpeluk tangan belaka”
“Cukup…cukup…! Dalam ruangan ini semuanya ada berapa
orang ?? kalau setiap orang menemui persoalan dan engkau
mau tak mau harus mengurusi semuanya, bagaimana kalau
dalam dunia persilatan terdapat beberapa ratus laksa orang ??
apakah engkau bisa berdiam diri belaka menyaksikan mereka
terbelenggu kesulitan…”
Ia berhenti sebentar, lalu dengan wajah serius melanjutkan
lebih jauh :
“Kehidupan dalam belasan tahun belakangan ini boleh
dibilang kesemuanya dilalui dengan pelbagai kejadian serta
penemuan yang aneh serta diluar dugaan. Aaai …! Berbicara
tentang soal tahayul, semua penemuan aneh yang kau alami
selama ini, bukankah kesemuanya telah diatur oleh suatu
tenaga tak berwujud yang maha besar dan maha kuasa??”
Siau Ling berpikir sebentar, kemudian mengangguk.
“Perkataan cici benar sekali, siau te pasti akan berusaha
dengan sekuat tenaga untuk menyelamatkan umat persilatan
dari bencana besar serta berusahauntuk menegakkan
kebenaran serta keadilan dalam kolong langit”
Sambil tertawa Gak Siau Cha manggut.
“Kalau engkau bersedia mendengarkan nasehatku, aku
merasa amat gembira. Nah! Sekarang kalian berangkatlah
lebih dahulu” katanya, “kini keadaanmu ibaratnya lentera yang
menerangi seluruh dunia persilatan, karena urusanku sudah

berapa bulan lamanya engkau mengasingkan diri ditengah
pegunungan yang terpencil, janganlah kau lumpuhkan
kekuatan dalam bulim yang baru saja bangkit untuk
menentang Shen Bok Hong akibat lenyapnya jejakmu, sebab
engkau sudah amat mempengaruhi jatuh bangunnya seluruh
kebenaran dalam kolong langit tunggulah sebentar! Akan
kubereskan tempat ini sejenak kemudian kita bersama sama
tinggalkan tempat ini”
“Cici mengapa engkau segan untuk melakukan perjalanan
bersama-sama kami…”
“Tadi aku sudah pikirkan persoalan ini dengan masak, cici
rasa persoalan yang menyangkut tentang diriku lebih baik
diselesaikan oleh cici sendiri, ketahuilah suciku itu meskipun
bergelar Sam ciat atau tiga pantangan didalam kenyataan satu
pantanganpun tak mampu dilaksanakan ia mempunyai
hubungan batin yang amat mendalam dengan diriku,
sekembalinya dikuil ia pasti akan menjelaskan duduk perkara
dengan amat jelas kepada suhu, kalau engkau mengikuti
diriku maka hal ini malahan akan membuat suhu jadi salah
paham sebab itulah aku rasa lebih baik biarlah aku pergi
menemui suhu seorang diri saja”
“Andaikata suhumu itu memaksa engkau untuk menerima
kehendaknya??” Tanya Siau Ling dengan nada kuatir.
“Suhuku adalah seorang bijaksana, ia pasti dapat
menyelesaikan persoalan ini dengan sebaik baiknya, jika
kubeberkan semua keberatan serta alasanku rasanya dia tak
nanti akan memaksa diriku untuk menuruti kemauannya”
“Akupun hendak memohon kepada cici, aku harap engkau
suka mengabulkan permintaanku ini”
“Apakah permintaanmu itu?? Sekarang kau sudah menjadi
seorang pendekar yang amat tersohor dikolong langit, kenapa
kalau bicara masih seperti waktu kecil dulu saja??”

“Selama berada dihadapan cici, aku tetap adalah seorang
bocah cilik, aku rasa selamanya aku tak bakal tumbuh jadi
dewasa”
“Sudahlah katakan cepat apakah permintaanmu itu??”
“Aku harap cici suka menentukan saat perjumpaan dengan
diriku, sampai waktunya kalau cici tidak datang menepati janji,
maka akan kupimpin seluruh jago yang ada dikolong langit
untuk menyatroni kuil Bu Seng an serta minta pertanggung
jawaban dari Bu Seng An cu.
Gak Siau Cha segera mengerutkan dahinya sesudah
mendengar perkataan itu.
“Tentang soal ini…”
“Kalau cici tidak mengabulkan permintaanku ini, maka siau
te pun akan bersikeras untuk mengikuti terus diri cici
kemanapun engkau pergi.”
Gak Siau Cha gelengkan kepalanya tanda kehabisan akal,
serunya kemudian dengan perasaan apa boleh buat;
“Baiklah ! kita tentukan saja setengah tahun kemudian
dalam kuil Pek in koan di atas gunung Thay san…”
“Tidak bisa, setengah tahun terlalu lama”
“Kalau begitu tiga bulan kemudian!”
“Cici ! kata Siau Ling dengan sedih, “untuk berjumpa
dengan gurumu serta membicarakan masalah tersebut, dalam
dua tiga hari saja sudah bisa diambil keputusan, kenapa
engkau musti suruh aku untuk menunggu sebegitu
lamanya??”
“Mungkin aku harus bersilat lidah serta bicara tiada
hentinya untuk menggerakkan hati guruku, untuk itu dalam
sepuluh sampai setengah bulan aku bura akan berhasil!”

“Kalau begitu kita tetapkan satu bulan saja, kalau didalam
satu bulan enci masih tak ada kabar beritanya maka aku akan
segera menyusul dirimu kekuil Bu seng an”
“Tahukah engkau berapa jauh jaraknya dari sini menuju
kekuil Bu seng an tersebut?”
“Entahlah, aku tak tahu!”
“Nah itulah dia! Dari sini menuju kekuil Bu seng an paling
sedikit harus melakukan perjalanan antara sepuluh hari
sampai setengah bulan, waktu sebulan mana cukup
untukku??”
“Enci Gak, kalau memang begitu demikian saja” seru Pek li
Peng dari samping, “kita hitung batas waktu itu sejak berpisah
satu bulan kemudian kalau enci Gak masih tetap tak ada kabar
beritanya maka kami akan segera berangkat kekuil Bu seng
an, jika cici dalam keadaan sehat wal afiat maka silahkan
engkau menantikan kami diluar kuil.”
Gak Siau Cha masih ingin menampik,tapi Siau Ling dengan
cepat telah menyambung lebih jauh;
“Apa yang enci ucapkan selamanya pasti akan kuturuti,
kenapa perkataan dari siau te tak sepatah kata pun yang suka
cici dengar?”
Gak Siau Cha benar-benar dibikin apa boleh buat, akhirnya
dia menghela napas panjang dan berkata;
“Baiklah! Mulai besok kita hitung batas waktu itu, satu
bulan kemudian kalau kalian berangkat kesana mungkin masih
agak kepagian”
Siau Ling tertawa
“Kalau begitu kita kan tiba diluar kuil Bu seng an pada satu
bulan lebih satu hari kemudian”
Jelas sekali pemuda itu kegirangan atas keputusan
tersebut, mukanya nampak berseri-seri.

Tiba2 Pek li Peng mengerutkan dahinya dan bertanya;
“Cici, lalu dimanakah letak dari kuil Bu seng an tersebut??”
Gak Siau Cha agak sangsi, setelah termenung dan berpikir
sebentar akhirnya dia menjawab
“Diatas bukit See yang san dalam bilangan propinsi Kwang
see, sekarang kalian boleh berangkat”
Siau Ling serta Pek li Peng saling bertukar pandangan
sekejap, kemudian mereka sama2 memberi hormat, serunya:
“Cici, engkau harus baik2 berjaga diri!”
Setelah berkata berangkatlah mereka meninggalkan tebin
Toan hun gay tersebut.
Pek li Peng menengadah memandang keadaan cuaca, ia
lihat sang surya telah tenggelam dilangit barat, burung
berkicau terbang kesarangnya dan tanda senja mulai
menyelimuti seluruh angkasa.
Siau Ling menghembuskan napas panjang, ujarnya,
“Peng ji, ada satu persoalan yang selama ini tak kupahami,
apakah engkau bersedia menerangkan kepadaku??”
“Mengenai persoalan apa??”
“Kenapa enci Gak tak bersedia untuk melakukan perjalanan
bersama sama kita, sebaliknya suruh kita berangkat lebih
dahulu??”
Pek li Peng termenung dan berpikir sebentar, lalu
menjawab ;
“Mungkin saja dia masih ada sedikit urusan yang harus
diselesaikan lebih dahulu??”
“Urusan apa??”

“Mungkin saja persoalan pribadi dari kaum gadis..”
senyuman yang semula menghiasi wajahnya tiba-tiba lenyap,
sesudah menghela napas panjang sambungnya lebih jauh;
“Aku benar2 merasa amat menyesal!”
“Apa yang kau sesalkan??”
Merah padam selembar wajah Pek li Peng karena
jengahnya, setelah sangsi sebentar dia menjawab
“Sebelum berjumpa dengan nona Gak, aku selalu kuatir
bilamana ia tak senang melihat aku, sungguh tak nyana dia
adalah seorang gadis berjiwa besar, aku telah membayangkan
yang bukan2 tentang dirinya dengan pikiran seorang manusia
rendah, kalau diingat kembali aku benar2 merasa amat
menyesal”
Siau Ling tersenyum
“Sedari dahulu bukankah sudah kukatakan kepadamu
bahwa enci Gak adalah seorang gadis yang berjiwa besar,
siapa suruh engkau tidak mempercayainya,?? Nah! Sekarang
tentunya kau sudah rasakan bukan bagaimana kalau rasa
kuatirmu itu hanya sia2 belaka??”
Pek li Peng mencibirkan bibirnya dan berseru,
“Huuuh, … sekarang engkau telah mendengarnya, dalam
hati tentu merasa amat gembira bukan??”
75
Aku bisa membantu nona Gak, tentu saja hatiku merasa
amat gembira sekali!”
“hmm! Tentunya tidak hanya begitu saja bukan??”
“Lalu masih ada apa lagi??”
“Hmmm! perkataan dari enci Gak, tentunya engkau sudah
mendengar bukan..??”

“Apa yang dikatakan oleh enci Gak? “ seru Siau Ling
keheranan, “kenapa aku sama sekali tidak teringat lagi??”
“Engkau benar2 sudah tak teringat? Ataukah sudah tahu
tapi pura-pura bertanya lagi??”
“Tentu saja aku benar2 tak tahu.”
“Aaai…! Perkataan sepenting itu masa engkau benar2 tidak
mengingatnya didalam hati??”
“Peng ji engkau tak usah berputar kayuh lagi, lebih baik
katakanlah secara langsung??”
Melihat pemuda itu bukan lagi berlagak pilon, Pek li Peng
segera berkata;
“Enci Gak bukankah pernah mengatakan kepada Sam ciat
suthay bahwa didalam surat wasiat ibunya ia telah dijodohkan
kepadamu?? Toakoku yang tolol… meskipun dia mengucapkan
kata2 itu untuk Sam ciat suthay tetapi hal ini sama halnya
dengan memberitahukan kepadamu secara terus terang !
bukankah hal ini menunjukkan pula kalau enci Gak telah
memberitahukan kepadamu jika dia telah jadi calon istrimu?”
Siau Ling berpikir sebentar, kemudian menjawab,
“Sedikitpun tidak salah agaknya enci Gak memang pernah
mengucapkan kata2 semacam itu, tetapi dia mengucapkannya
hanya sebagai suatu siasat untuk menanggulangi posisinya
pada waktu itu saja…”
“Bagi seorang gadis nama baik dan kesucian badan adalah
suatu persoalan yang maha penting, aku tak percaya kalau ia
berani mengucapkan kata kata semacam itu secara
sembarangan !”
Siau Ling menghentikan langkah kakinya lalu berpaling dan
memandang sekejap kearah Pek li Peng, air mukanya
menunjukkan perubahan yang amat serius.

Belum pernah Pek li Peng mengalami kejadian seperti ini,
terutama pandangan sang pemuda dengan wajah kereng
serta serius, tanpa terasa jantungnya berdebar keras, pelahan
lahan kepalanya ditundukkan kebawah dan bertanya dengan
suara lembut,
“Ooooh..! apakah aku telah salah berbicara??”
“Mungkin perkataanmu itu tidak salah, tetapi aku harus
memberitahukan semua persoalan yang sedang kupikirkan
didalam hati kepada dirimu”
Pek li Peng menengadah serta memandang kearah Siau
Ling dengan pandangan bimbang serta tak habis mengerti,
katanya;
“Katakanlah toako… siaumoay akan mendengarkan semua
perkataan itu dengan seksama.
“Didalam pandanganku enci Gak adalah seorang dara yang
maha agung serta tidak pantas diganggu atau dinodai nama
baiknya, aku tidak pantas untuk menikah dengan dirinya, Giok
siau long kun juga tidak pantas untuk mempersunting dirinya,
lain kali engkau jangan mengucapkan kata2 yang
menyinggung tentang nama baik enci Gak lagi..”
Tiba-tiba ia tertawa lebar dan menambahkan;
“Sekarang kita harus melanjutkan perjalanan dengan cepat,
sebelum malam menjelang tiba, kita sudah harus melewati
pada rumput yang amat liar ini…”
Pek li Peng gelengkan kepalanya, bibir bergetar seperti mau
mengucapkan sesuatu namun niat itu akhirnya dibatalkan, ia
segera mempercepat langkah kakinya menyusul dibelakang
Siau Ling.
Ketika padang rumput yang amat luas itu berhasil
diseberangi, sang surya sudah lenyap dari pandangan mata
dan senja yang remang-remang menyelimuti seluruh jagad.

“Toako, kita akan berangkat menuju kemana??” tanya Pek
li Peng.
Lama sekali Siau Ling termenung dan berpikir, laku
menjawab;
“Sejak terjadinya pertempuran sengit melawan Shen Bok
Hong dibawah tebing In wan Hong, entah bagaimanakah
situasi didalam dunia persilatan dewasa ini ?? malam ini
terpaksa kita harus melakukan perjalanan cepat untuk
berjalan keluar dari daerah pengunungan ini, kemudian
mencari tempat yang sepi dan tenang untuk beristirahat
sejenak, keesokan harinya baru berangkat menuju kekota
Heng yang untuk menyusun rencana lebih jauh”
“Sejak sepasang pedagan dari kota Tiong ciu berlalu, dia
pasti akan menyebar luaskan kabar berita mengenai kepergian
toako Heng san kepada semua jago yang ada dikolong langit,
dugaanku tidak salah maka setelah keluar dari daerah
pegunungan ini kemungkinan besar kita sudah dapat
berhubungan dengan orang2 persilatan, tetapi aku tak bisa
menduga dengan tepat orang pertama yang bakal kita temui
adalah sahabat atau lawan??”
“Sepasang pedagang dari kota Tiong ciu adalah seorang
manusia yang cermat dan tak sama, tak mungkin dia bocorkan
jejak kita kepada semua kawan bu lim”
“Sepanjang perjalanan kita memburu kesini, apakah tak
seorang manusiapun yang pernah melihat kita??
Bagaimanapun juga bertindak hati2 tetap merupakan suatu
perbuatan yang tidak merugikan bagi kita, bukankah begitu??”
“Enci Gak memuji akan kecerdikanmu, nampaknya ucapan
itu sedikitpun tak salah, sekarang apa yang harus kita
lakukan”.
“Kita harus menyaru serta menghindarkan diri dari
pengawasan orang, bukankah engkau hendak menyelidiki

situasi dalam dunia persilatan ? Nah! Lebih cocok kalau
penyelidikan itu dilakukan secara diam2”
Siau Ling mengangguk tiada hentinya.
“Benar juga perkataanmu itu” sahutnya, “tapi…. Kita harus
menyaru menjadi manusia macam apa??”
“Malam ini kita tetap berdandan seperti biasa, besok pagi2
kita dapat menyaru sebagai sepasang imam dan berusaha
menyusup turun gunung”
“Bagaimana dengan engkau??” apakah kau juga akan
menyaru sebagai seorang imam??”
“Aku akan menyaru menjadi seorang imam cilik yang
mengiringi perjalananmu, dengan begitu sepanjang perjalanan
gerak-gerik kita tidak akan menimbulkan kecurigaan serta
perhatian orang lain”
“Tapi sayang kita tidak membawa pakaian untuk menyaru…
jadi bagaimana baiknya??”
“Tak menjadi, sewaktu naik gunung tempo hari aku ingat
bahwa kita pernah melalui samping sebuah kuil too koan,
jaraknya dari sini tidak terlalu jauh, malam ini kita dapat
mencuri dua stel pakaian milik mereka”
“Seorang lelaki sejati tak akan minum air bekas pencurian,
tidak mengambil pakaian milik orang, sekarang bagaimana
jadinya?”
“Kalau memang begitu kita tinggalkan saja uang perak
didalam itu, bukankah hal ini sama artinya dengan membeli
dua stel pakaian mereka??”
Siau Ling tersenyum dan tidak berbicara lagi.
---oo0dw0oo---

Jilid 15
TIBA tiba Pek li Peng teringat akan sesuatu dan berkata
kembali: “Toako, sewaktu berada didalam istana terlarang
tempo hari engkau telah berhasil mendapatkan sebuah kotak
kayu, selama ini belum pernah kita buka kotak kayu tersebut,
siapa tahu kalau isi kotak itu adalah suatu benda yang amat
berharga sekali?"
“Secara tiba2 kenapa kau teringat akan persoalan itu??"
“Sedari dulu sudah kuingat akan persoalan itu, hanya saja
berhubung selama beberapa hari ini toako selalu rajin melatih
ilmu silat dan bersiap siap untuk membantu enci Gak, maka
karena takut mencabangkan pikiranmu, selama ini tak berani
kuungkap lagi”
Diatas kotak peti itu berukiran sebuah lukisan sang Buddha,
rupanya isi dari kitab tersebut adalah sejilid kitab
sembahyangan”
Pek li Peng segera gelengkan kepalanya,
“Aku masih ingat pintu besi yang digunakan untuk
menyimpan kotak kayu itu rupa belum pernah dibuka orang,
seandainya didalam Istana Terlarang benar2 terdapat barang
yang paling utuh maka kotak kayu itulah merupakan benda
yang paling utuh, karena orang yang masuk kedalam istana
terlarang mendahului kita itu sama sekali pernah memasuki
ruang batu tersebut"
“Sedikitpun tidak salah! "
“Semoga saja sepasang pedagang dari kota Tiong-ciu dapat
menyimpan kotak kayu secara baik2.”
Kedua orang saudaraku itu selama hidup paling gemar
mengumpulkan, emas perak intan permata, karena itu orang
persilatan diberi julukan sepasang pedagang dari kota Tiong
ciu kepada mereka berdua, menurut apa yang diketahui harta
kekayaan yang dimiliki kedua orang itu boleh dibilang bisa

menandingi kekayaan suatu negara. Hanya saja beberapa
tahun belakangan ini sifat mereka agaknya mengalami
perubahan besar, terhadap harta kekayaan mereka sudah
tidak begitu tertarik lagi”
"Semoga saja mereka tidak membuka kotak tersebut
karena perasaan ingin tahu”
Keesokan harinya baru saja fajar baru saja menyingsing
diufuk timur, dari sebuah jalan kecil gunung Heng san
munculah dua orang imam
Seorang adalah imam berjubah hijau yang mempunyai
jenggot hitam sepanjang dada sedang yang lain adalah
seorang imam cilik yang menyoren sebilah pedang pada
punggungnya.
Langkah kedua orang imam tersebut amat lambat sekali,
sambil menuruni bukit tersebut sepasang matanya berputar
kian kemari menikmati keindahan alam yang terbentang
disekeliling tempat itu.
Sesudah melakukan perjalanan sejau belasan li, akhirnya
sampailah kedua orang itu disebuah persimpangan jalan.
Terdengar imam baju hijau itu berkata dengan suara lirih;
“Peng ji ayoh kita percepat perjalanan kita, mungkin kota
Heng yang sudah tidak terlalu jauh lagi”
“Eeeei… lihatlah bukankah dari sana muncul manusia??
Sambung sang imam cilik dengna cepat.
Rupanya imam tua berjenggot hitam itu bukan lain adalah
hasil penyaruan dari Siau Ling, sedangkan imam cilik itu
adalah penyaruan dari Pek li Peng, sigadis yang cerdas itu.
Siau Ling segera menengadah keatas, tampaklah olehnya
dua ekor kuda berlari dengan cepatnya menghampiri mereka,
dalam sekejap mata pendatang itu sudah berada dihadapan
mereka bedua.

Pada kuda pertama duduklah seorang pemuda berusia dua
puluh tujuh delapan tahunan dengan sebilah pedang tersoren
diatas punggungnya dan pakaian ketat membungkus
tubuhnya, orang itu bukan lain adalah Chan Yap Cing dari
partai butong.
Pada kuda yang kedua duduklah seorang pria kekar
berwajah persegi dengan mata besar, alis tebal, hidung
mancung serta penuh cabang diatas wajahnya, dia bukan lain
Loo ji dari Tiong lam ji hiap yakni Teng It Lui adanya.
Siau Ling merasa amat gelisah sekali, pikirnya didalam hati.
“Kenapa kedua orang ini bisa sampai disini?? Apa mau
mereka??
Berpikir demikian, ia segera merentangkan tangannya dan
menghadang jalan pergi kedua orang itu.
Tatkala menyaksikan ada seorang imam berjenggot hitam
menghadang jalan perginya, Chan Yap Cing segera menarik
tali les kudanya, diiringi suara ringkikan panjang kuda itu
angkat sepasang kaki depannya keudara, dengan begitu lari
sang kuda yang amat cepatpun berhasil ditahan.
Teng It Lui pung menarik tali les kudanya namun binatang
itu tetap melanjutkan terjangannya hingga mencapai dua tiga
tombak kedepan sebelum akhirnya berhenti pula.
Sesudah mengalami banyak pengalaman dan kejadian
besar, tabiat Chan Yap Cing tidak seberangasan tempo dulu
lagi. Diamatinya sebentar wajah Siau Ling, kemudian sambil
loncat dari atas kuda ia memberi hormat dan menegur,
“Toatiang, ada urusan apakah engkau menghadang jalan
pergiku?? Apakah aku boleh tahu??
Siau Ling tersenyum.
“Aku adalah Siau Ling, Chan heng! Engkau hendak pergi
kemana??” serunya.

“Apa?? Engkau adalah Siau Ling?” tanya Chan Yap Cing
dengan wajah sangsi dan tidak percaya.
“Sedikitpun tidak salah, aku adalah Siau Ling. Masa Chan
heng tidak dapat mengenali suaraku lagi???”
“Siau heng mengapa engkau memakai pakaian jubah
seorang imam???”
Siau Ling mengawasi sejenak sekeliling tempat itu, lalu
balik bertanya dengan suara lirih;
“Apakah Chan heng masih tetap tidak percaya??”
“Walaupun siaute masih dapat mengenali suaramu sebagai
suara dari Siau heng. Akan tetapi aku tidak berani
meyakininya seratus persen!”
“Chan heng datang kemari hendak mencari siapa?”
“Kami datang kemari hendak mencari Siau heng???”
“Rupanya ada persoalan penting yang hendak disampaikan
kepadaku“ pikir Siau Ling didalam hati,
Sesudah termenung sebentar lalu berkata.
“Aku benar2 adalah Siau Ling, didepan situ ada rumah
seorang petani mari kita sebuah ruangan dari mereka, setelah
siaute membuktikan asal usulku yang sebenarnya kita baru
berbicara lagi, bagaimana??? setuju bukan??”
“Ehmm! memang sudah seharusnya begitu “jawab Chan
Yap Cing sambil mengangguk:
Chan Yap Cing segera mendekati Teng It Lui serta
menyampaikan maksud sianak muda itu. dan berangkatlah
keempat orang itu menuju kerumah seorang petani.
Semua padri didalam rumah petani itu telah pergi kesawah,
yang ada dirumah tinggal sang nenek dengan menantunya.

Chan Yap Cing segera meminjam sebuah ruangan,
disanalah Siau Ling segera melepaskan penyaruannya serta
memperlihatkan raut wajah aslinya.
Sesudah mengetahui bahwa orang yang dihadapinya bukan
lain adalah Siau Ling dengan cepat Chan Yap Cing
menggenggam tangan kanan sang pemuda sambil berkata:
“Sepasang pedagang dari kota Tiong-ciu hanya mau
mengatakan bahwa Siau tayhiap pada saat ini sedang berada
digunung Hengsan, mereka tak mau menerangkan berada di
gunung Hengsan sebelah mana, suheng kami mengajak
mereka untuk datang kemari mencari Siau heng akan tetapi
kedua orang itu tidak bersedia dalam, dalam keadaan apa
boleh buat terpaksa secara diam2 suhengku segera mengutus
siaute serta Teng Ji hiap untuk berangkat kegunung Heng san
untuk mencari jejak Siau tayhiap. Gunung Heng san begitu
luas mencapai ratusan li dengan puncak yang tak sedikit
jumlahnya, kami benar2 tidak mempunyai keyakinan untuk
berhasil menemukan diri Siau tayhiap, sungguh tak nyana
dtengah jalan kita bisa saling berjumpa muka, rupanya Thian
benar2 telah memberi jalan terang kepada umatnya.”
Siau Ling mengenakan kembali jenggot palsu serta
penyaruannya, kemudian baru berkata;
“Chan-heng, engkau bersusah payah datang mencari diriku,
apakah ada urusan penting yang hendak disampaikan
kepadaku?”
“Aaaai.! kalau bukan keadaan yang amal mendesak dan
terpaksa, tidak nanti suhengku begitu gelisah dan cemas
untuk bisa bertemu dengan Siau tayhiap.”
“Sekarang suhengmu berada di mana?? dan bagaimana
dengan situasi didalam dunia persilatan??”
“Sejak Siau tayhiap berangkat menuju ke bukit Bu gi san,
gerakan yang dilakukan perkampungan Pek-hoa san cung
semakin hebat dan brutal. Dimanapun mereka melakukan

bentrokan dan keonaran, banyak jago2 silat yang dijagal oleh
mereka. Tetapi partai partai besar serta perguruan kenamaan
diseluruh kolong langit rupanya sudah mulai menyadari bahwa
mereka tak bisa berpeluk tangan belaka, jikalau tidak
melakukan perlawanan maka perkampungan Pek hoa san
cung pasti akan menelan mereka bulat2 ditambah pula dalam
dunia persilatan sudah seringkali tersiar berita bahwasanya
jika perkampungan Pek hoa san cung berulang kali menderita
kekalahan ditangan Siau tayhiap, hal ini membuat semangat
mereka bertambah besar…”
Tiba2 ia memperendah suaranya dan melanjutkan lebih
jauh.
“Bahkan pihak Kuil siau lim pun sudah mulai menyadari,
apabila tidak menggunakan kesempatan ini untuk mencegah
ambisi serta kebrutalan dari pihak perkampungan Pek hoa
sancung, kemungkinan besar dikemudian hari sudah tiada
peluang lain untuk menghalangi kebrutalan orang2 itu lagi
maka dari itu secara diam-diam mereka telah mengutus dua
puluh kelompok jago lihaynya untuk bentrok dan bertempur
melawan orang2 dari perkampungan Pek hoa san cung, hanya
saja sampai detik ini mereka masih belum berani secara
terang terangn berjuang dengan nama partai Siau lim.
Siau Ling menghela napas panjang setelah mendengan
laporan tersebut, ujarnya:
“Hal itu sama sekali tak ada gunanya, dalam setiap pantai
besar serta perguruan besar yang ada dalam dunia pensilatan
semuanya telah terselip mata2 dari perkampungan Pek-hoasan
cung, bagaimana ketatnya rahasia itu dipegang teguh,
asalkan mereka melakukan pergerakan maka dengan
cepatnya Shen Bok Hong akan mengetahui kejadian tersebut.
Chan Yap Cing mengambil keluar sekeping uang perak dan
diletakkan diatas meja, kemudian berkata lagi:

“Suhengku serta Sun Locianpwee ditambah pula para jago
lihay yang telah berkumpul dengan kami bersama2 telah
berangkat menuju ke propinsi Oulam ketika mendengar bahwa
Siau tayhiap telah memasuki gunung Heng san, sekarang
mereka berada ditengah bukit Gi li san....”
“Baik ! setelah bertemu dengan suhengmu dan Sun
loocinpwee serta setelah kuketahui situasi dunia persilatan
yang sebenarnya, kita baru mengadakan perundingan
kembali.”
Sesudah terhenti sebentar, dia melanjutkan:
“Didalam wilayah propinsi Oulam apakah terdapat
pergerakan dari orang orang pihak perkampungan Pek hoa
san cung ??“
“Kemarin serta pagi tadi aku serta Teng Ji hiap sudah dua
kali bertempur dengan orang. Tetapi pihak lawan segera
mengundurkan diri sesudah bertempur sebentar hingga kini
kami berdua masih belum tahu apakah mereka adalah orang
dari perkampungan Pek hoa sancung atau bukan..”
Ia berpaling memandang sekejap kearah Teng Ji hiap.
kemudian meneruskan lebih jauh
“Masih ada satu hal berhasil siau-te ketahui secara samar2
sesudah bertemu dengan suhengku nanti dia tentu akan
membicarakannya dengan Siau tayhiap lebih jelas lagi.”
Pada waktu itu Siau Ling sedang melangkah keluar dari
ruangan, ketika mendengar perkataan itu ia segera
menghentikan langkah kakinya sambil berkata:
“Persolan apakah itu?? dapatkah Chan heng
memberitahukannya lebih dahulu kepadaku??”
“Dalam dunia persilatan telah tersiar kabar berita yang
mengatakan bahwa Su hay Kuncu telah bekerja sama dengan
pihak perkampungan Pek hoa san cung benarkah berita ini

dan bisa dipercayakah kabar tersebut hingga kini masih sulit
untuk dibuktikan kebenarannya”
“Mahluk yang sejenis akan berkelompok mungkin saja
dalam keadaan yang terdesak pihak perkampungan Pek hoa
sancung telah bekerja sama dengan Su Hay Kuncu..”
Dia tarik napas panjang, kemudian menambahkan:
“Kalau mereka telah bersatu padu hal ini jauh lebih baik
lagi daripada kita musti repot2 untuk membasmi mereka satu
persatu”
Teng It Lui yang selama ini tidak pernah buka suara tiba2
menyambung dari sisi kalangan;
“Aku lihat Sun locianpwee merasa kuatir dan murung sekali
atas bekerja samanya pihak perkampungan Pek hoa san cung
dengan Su hay Kuncu, dia orang tua yang selamanya gagah
dan tidal gentar menghadapi segala sesuatu apapun, tetapi
setelah mendengar berita itu secara tiba2 ia membungkam
dalam seribu bahasa, lama sekali tidak bersuara dan batinnya
tampak murung dan tersiksa sekali hal ini dengan jelas tertera
diatas raut wajahnya.”
“Berbicara dari keadaan dunia persilatan pada saat ini, baik
perkampungan Pek hoa san cung maupun Su hay Kuncu
merupakan dua kekuatan sesat yang paling berkuasa dalam
dunia persilatan dewasa ini, jikalau kedua kekuatan sesat ini
berkumpul jadi satu tentu saja berita ini amat mengejutkan
hati, cuma dengan adanya kejadian ini mendatangkan
kebaikan pula untuk kita...”
“Kebaikan apa ? “
“Dengan demikian maka siapa musuh siapa teman bisa
terbagi dengan jelas sekali, dan didalam pertarungan yang
akan berlangsung kemudian kita bisa secara langsung
membasmi mereka hingga seakar akarnya”

Teng It Lui maupun Chan Yap Cing tidak tahu kalau Siau
Ling sudah memasuki istana terlarang dan ilmu silatnya telah
memperoleh kemajuan yang amat pesat, ketika mendengar
perkataan pemuda itu amat besar sekali, terpaksa mereka
hanya membungkam dalam seribu bahasa.
“Mau kita berangkat! “seru Pek li Peng kemudian.
Karena kurang hati2 ia telah menggunakan suara dari
gadisnya.
Timbullah kecurigaan dalam hati Chan Yap Cing, dengan
pandangan mata yang tajam ia menatap wajah Pek li Peng
tanpa berkedip, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan
sesuatu namun akhirnya maksud itu dibatalkan.
Siau Ling segera tersenyum dan berkata.
“Oooh yaa... Siau te sudah lupa memperkenalkan kalian
berdua..”
Sambil menuding kearah Pek li Peng lanjutnya.
“Dia adalah nona Pek li..”
Kemudian sambil memandang kearah Chan Yap Cing serta
Teng It Lui tambahnya kembali,
“Dia adalah Chan Yap Cing tayhiap, sedang yang itu adalah
Teng It Lui salah satu dan Tiong lam ji hiap”
“Menjumpai saudara berdua “kata Pek li Peng kemudian
sambil menberi hormat.
Baik Chan Yap Cing maupun Teng It Lui sama2 balas
memberi hormat dan tidak berbicara lagi.
Siau Ling tahu andaikata dia mengatakan asal usul Pek li
Peng, maka kedua orang itu tentu akan bertanya ini itu tiada
hentinya, dan diapun pasti akan bicara panjang lebar, oleh
sebab itu pemuda itupun tidak menerangkan panjang lebar.
Sambil alihkan pokok pembicaraan kesoal lain ujarnya.

“Kalian berdua boleh melakukan perjalanan lebih dahulu
dengan menunggang kuda, aku serta nona Pek li akan
menyusul dari belakang, sewaktu datang kalian berdua
mendapat hadangan ditengah jalan, waktu kembalipun pasti
ada pula yang menghadang jalan pergi kalian aku serta nona
Pek li segera akan menyusul sambil melihat siapakah
sebenarnya pihak lawan itu”
“Kami akan menuruti perintah “jawab Chan Yap Cing, habis
berkata ia putar badan lebih dahulu,
Teng It Lui mengikuti dibelakang Chan Yap Cing, dengan
cepat kedua orang itu berlalu lebih dahulu dengan
menunggang kuda menuju kearah depan.
Sedangkan Siau Ling serta Pek li Peng mengikuti
dibelakangnya dengan berjalan kaki.
Kedua belah pihak tetap mempertahankan jaraknya pada
posisi sepuluh tombak....
Setengah harian melakukan perjalanan tiada peristiwa
apapun yang terjadi, ketika malam menjelang datang
sampailah mereka didalam sebuah kota yang kecil.
Meskipun kota itu kecil dan terdiri dan seratus keluarga
belaka, akan tetapi berhubung letaknya strategis dan
merupakan jalan utama yang didahului oleh para pedagang
dan pelancong maka suasana dikota itu ramai sekali, diantara
ratusan keluarga ada belasan diantaranya merupakan
penginapan serta rumah makan.
Teng It Lui serta Chan Yap Cing segera memasuki sebuah
rumah penginapan yang paling besar.
Siau Ling lihat rumah penginapan itu besar sekali, pada
tingkat bawah adalah rumah makan yang cukup mentereng,
pada saat itu delapan bagian diantaranya sudah terisi oleh
tetamu.

Teng It Lui serta Chan Yap Cing segera turun dan kuda,
setelah tali les kudanya diterima pelayan, merekapun
mengambil kursi yang dekat dengan pintu depan.
Perlahan lahan Siu Ling masuk pula kerumah makan itu, ia
memilih sebuah meja disudut ruangan, secara diam2
diawasinya semua tamu yang berada didalam rumah makan
itu dengan pandangan tajam.
Tamu yang berada dalam rumah makan itu terdiri dari
aneka ragam manusia, dari pedagang yang berperut gede
sampai kuli2 kasar yang berbadan kekar dan berbaju kain
biasa.
Dengan sorot mata yang tajam Siau Ling menyapu sekejap
seluruh rumah makan itu, ternyata tidak nampak seorang jago
persilatanpun yang ada disitu, diam2 ia jadi tercengang,
pikirnya:
“Apakah pihak perkampungan Pek hoa san cung masih
belum tahu tentang masuknya rombongan Bu Wie toatiang
kedalam wilayah propinsi Ou-lam??”
Sementara ia sedang berpikir, tiba2 terdengar suara derap
kali kada berkumandang memecahkan kesunyian, disusul
berhentinya dua ekor kuda jempolan didepan pintu rumah
makan.
Diatas kuda duduklah seorang nenek tua serta seorang
nona yang berusia antara enam tujuh belas tahunan.
“Toako! aku lihat asal usul kedua orang itu rada kurang
beres”, bisik Pek-li Peng dengan suara lirih.
Siau Ling alihkan sorot matanya menyapu sekejap sekeliling
tempat itu, terlihatlah nenek itu berwajah jelek sekali dengan
muka yang penuh keriput, sedangkan gadis itu berwajah
cantik dengan alis yang lentik, mata bening dan pipi berwajah
semu merah.

Nenek tua itu memandsng pula sekeliling tempat itu,
kemudian perlahan lahan berjalan menuju kemeja yang masih
kosong disamping tempat duduk Chan Yap Cing serta Teng It
Lui.
Berhubung gadis muda itu berwajah cantik jelita sedangkan
nenek tua itu jeleknya luar biasa hingga boleh dibilang
manusia paling jelek diantara orang jelek lainnya, keadaan
yang amat menyolok itu segera menimbulkan perhatian
khusus dari semua tamu yang berada didalam ruangan itu.
Walaupun kuda tunggangan merka sudah diterima oleh
pelayan dan dibawa masuk ke dalam istal kuda, akan tetapi
berhubung rumah makan itu sedang ramai ramainya maka
sekalipun kedua orang itu sudah duduk amat lama, tidak
tampak seorang pelayanpun yang datang menghampiri
mereka.
Rupanya nenek tua itu sudah tidak sabaran, ia mendeprak
meja keras2 sambil berteriak:
“Eeei dalam rumah makan ini masih ada manusia yang
hidup atau tidak. .?“
Seorang pelayan buru2 lari menghampiri sambil berseru:
“Loo thay thay”
Nenek tua bermuka jelek segera tertawa dingin, tukasnya:
“Apakah kalian memandang aku sudah tua dan tak
sanggup membayar rekening ini ??“
Sambil berteriak dia merogoh kedalam sakunya ambil
keluar sekeping emas murni dan dibuang keatas meja,
sambungnya:
“Cukup tidak uang itu untuk membayar ongkos makan dan
tidur kami nenek dan cucu berdua ?”
Emas murni tersebut paling sedkit beratnya ada sepuluh
tahil jangan dibilang rumah makan dikota kecil, sekalipun

rumah penginapan yang tersohor dikota besarpun masih
cukup untuk bersantap dan menginap selama setengah bulan
lebih.
Sambil tertawa paksa, pelayan itu segera berkata:
“Heeehh-heeeh engkau siorang tua jangan marah, kani
membuka rumah makan tentu saja mengharapkan tamu
dalam jumlah yang banyak, terus terang saja rumah makan
kami memang terlalu ramai sehingga pelayanan kurang
memadai, harap engkau jangan marah”
“Hmm ! sekarang sediakan empat macam sayur yang lezat
dengan dua kati arak wangi” seru sang nenek jelek sambil
tertawa dingin.
Pesanan arak itu mengejutkan semua orang yang ada
dalam ruangan, mereka tak mengira kalau dua orang
perempuan itu bisa menghabiskan arak sebanyak dua kati
dalam sekali tegukan.
Rupanya nenek jeiek itu ada maksud menarik perhatian
orang, dengan suara keras kembali ia berseru;
“Ini hari aku sinenek tua sedang merasa merasa amat
gembira pelayan ! malam ini berapa banyak tamu yang ada
disini ? dan berapa uang arak serta uang sayur yang harus
mereka bayar ?? aku sinenek tua akan membayarnya untuk
mereka “
Pelayan itu nampak tertegun, lalu berkata
“Engkau orang tua benar benar pandai bergurau”
“Setiap patah kata yang kuucapkan adalah kata2 yang
sejujurnya, apakah kau anggap aku sinenek tua tak mampu
untuk membayarnya? ”
“”Sekalipun engkun banyak uang, juga tidak seharusnya
dihabiskan dengan cara ini. “bisik sang pe!ayan.
Nenek jelek itu jadi marah sekali, teriaknya keras-keras,

“Aku nenek tua punya uang banyak, lagi pula uangku ini
didapatkan secara halal dan bersih sedikitpun tidak berbau
darah, kenapa aku tidak boleh membuangnya menurut
keinginan hatiku??”
Maksud pelayan itu berbisik dengan suara lirih sebenarnya
bermaksud untuk mencari muka dihadapan nenek tua itu,
tetapi setelah nenek tua itu berteriak keras pelayan itu
malahan merasa tak dapat turun dan panggung buru2
sambungnya.
“Uang adalah milikmu, mau dipergunakan secara
bagaimana tentu saja aku tak dapat mencampurinya...
baiklah! akan kuturuti kehendakmu itu”
Nenek tua bermuka jelek itu tertawa terahak2
“Haaaaa…haaaaah…haaaaah.... ini hari ada berapa banyak
tamu didalam rumah makanmu ini??? berapa banyak makanan
yang telah dihabiskan, rekening mereka semua boleh ditagih
atas namaku”
Pelayan itu mengerutkan dahinya.
“Sudah hampir dua puluh tahun lamanya hamba bekerja
sebagai pelayan, teman atau sahabat karib menjamu
temannya setiap hari sering terjadi ditempat ini, tetapi belum
pernah kujumpai ada pelancong menjamu orang yang tak
pernah dikenalnya, bahkan sekaligus membayar rekening dari
ratusan orang, coba biar hamba tanyakan dulu kepada
majikan, bagaimana caranya memperhitungkan rekening ini”
Kalau sang nenek jelek berteriak2 bagaikan disekitar situ
sama sekali tak ada orang lain, sebaliknya gadis cantik itu tak
pernah ikut berbicara barang sepatah katapun juga, ia duduk
disamping dengan senyuman menghiasi bibirnya. seakan2
peristiwa yang demikian anehnya itu sudah terbiasa sekali
baginya.
Dengan suara bisik Pek li Peng segera berkata:

“Gerak garik, situa dan simuda yang satu jelek satu cantik
ini aneh sekali bahkan sama sekali tidak biasa, entah mereka
datang dari mana??? kita tak usah makan makanan dari kedua
orang itu”
Chan Yap Cing serta Teng It Lui pun melototkan sepasang
matanya bulat2, ditinjau dari raut wajah mereka nampaknya
kedua orang itupun tercengang dan tidak habis mengerti
terhadap gerak gerik nenek dan cucu yang aneh itu.
Beberapa saat kemudian pelayan itu sudah muncul kembali
dihadapan nenek jelek tersebut.
Tidak menunggu pelayan itu buka suara, nenek jelek tadi
sudah bertanya lebih dahulu.
“Apa yang dikatakan oleh majikannu?”
“Menurut majikan kami, belum pernah ia berjumpa dengan
kejadian seperti ini, tetapi engkau orang tua yang punya uang,
kalau memang engkau hendak menjamu semua tamu, tentu
saja hambapun tidak leluasa untuk menghalanginya, cuma
rumah makan kami adalah tempat yang penting serta
didatangi oleh tamu dari pelbagai lapisan masyarakat menurut
majikan kami, banyak diantaranya yang tidak suka dijamu
orang, oleh karena itu hamba harus bertanya dulu, seandainya
ada orang tidak ingin dibayar olehmu, terpaksa akupun tak
bisa berbuat apa apa”
Nenek tua bermuka jelek itu berpikir sebentar, lalu
menjawab.
“Baik, coba tanyakan dahulu berapa banyak orang yang
tidak suka dijamu oleh diriku.”
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa pelayan itu
berseru dengan suara lantang.
“Toa-ya dan Kek-koan sekalian, Lo hujn ini hendak
menanggung rekening arak dan sayur kalian, kami tak bisa

mengambil keputusan maka tolong tanyakan adakah diantara
kalian yang tidak bersedia dibayari oleh nyonya tua ini....?”
Terdengar seseorang dengan suara yang serak dan berat
segera berseru lantang.
“Selamanya aku siorang tua tidak pernah makan nasi yang
datangnya tidak diketahui ujung juntrungnya”
Suara lain segera menyambung pula dengan nyaring.
“Aku bisa membayar rekeningku sendiri, tak usah orang
lain membayarnya bagiku.”
Siau Ling segera alihkan sorot matanya, tampaklah orang
pertama yang buka suara itu berbadan kate kecil dan kekar
logat suaranya berasal dari daerah Su chuan celana panjang
dan pakaian pendek dari dandanannya bisa diketahui bahwa
dia adalah seseorang yang biasa bekerja sebagal Piausu.
Orang kedua berbadan tinggi besar dan memakai pakaian
ringkas dengan sebilah golok besar tersoren pada
punggungnya, usia diantara empat puluh tahunan, rupanya
orang itu adalah seorang Busu yang sering kali melakukan
perjalanan didalam dunia persilatan.
Tampaklah Pek li Peng segera bangkit berdiri dan berteriak
dengan suara yang amat serak,
“Pelayan aku siorang pertapa biasanya hanya makan nasi
yang kasar lauk pauk yang terbatas, akupun tidak bersedia
dijamu orang lain”
Nenek bermuka jelek itu segera tertawa terkekeh2,
serunya,
“Anak Yong..! coba tengoklah beberapa orang, toaya itu
apa sebabnya mereka tidak bersedia dijamu oleh nenek!”
Perkataan semacam ini amat menyimpang dan kebiasaan
orang, nenek tua itu dengan wajahnya yang amat jelek serta
ucapannya yang begitu sesumbar membuat kebanyakan orang

mengira bahwa dia rada sinting, yang aneh ternyata gadis
cantik itu segera bangkit berdiri dan per-lahan2 maju kearah
depan.
Mula mula ia mendekati manusia kate itu lebih dahulu,
kepada manusia dengan logat daerah Suchuan itu ia
membisikkan sesuatu kemudian pindah pula kehadapan pria
kekar berbadan tinggi besar itu dan mengucapkan pula
beberapa patah kata kemudian balik kembali ketempat
semula.
“Nenek ! serunya dengan suara merdu, kedua orang toaya
itu dengan memandang di atas wajah cucu telah bersedia
untuk dijamu oleh nenek.”
Nenek bermuka jelek itu menghela napas panjang.
“Aaaai..! bagaimanapun juga nenek memang sudah tua.... “
sorot matanya segera di alihkan keatas wajah Siau Ling dan
Pek li Peng, kemudian menyambung:
“Masih ada dua orang toa ya itu, kenapa tidak sekalian kan
katakan pula...??”
Yong ji mengamati sejenak wajah Siau Ling dan Pek li
Peng, kemudian berkata;
“Nenek ! orang lain toh seorang pendeta kalau memang
mereka tak bersedia kita jamu cucu lihat lebih baik kita tak
usah terlalu memaksa “
“Aaah! kalau begitu kita akan kurang menghormati diri
mereka kesanalah sebentar dan coba bicarakan kepada
mereka berdua akan maksud hati nenek ini”
Agaknya Yong ji merasa segan tetapi dengan perasaan apa
boleh buat akhirnya dia berjalan pula menuju kehadapan Siau
Ling serta Pek-li Peng, setelah memberi hormat dan tertawa
merdu katanya:
“Menjumpai toa ya berdua!”

Melihat gadis itu tersenyum dengan wajah yang cantik,
dalam hati Pek li Peng merasa keki sekali, dengan ketus dia
segera bertanya.
“Ada urusan apa??”
“Siau- li bernama Yong-ji”
“Aku sudah tahu sejak tadi”
“Nenekku yang sudah tua adalah seorang hartawati yang
kaya raya, tetapi berhubung ia terlalu menguatirkan
keselamatan cucunya yang mendapat penyakit maka akhirnya
nenekku itu jadi rada setengah sinting.”
“Urusan itu sama sekali tak ada hubungannya dengan
kami!” tukas Pek-li Peng dengan cepat.
Diatas raut wajah Yong ji yang cantik terlintas rasa gusar
yang amat tebal, akan tetapi dalam sekejap mata telah lenyap
tak berbekas, sambil tertawa ujarnya kembali,
“Berhubung penyakit sintingnya tidak begitu parah, maka
seringkali penyakitnya itu kambuh”
“Sayang kami guru dan murid sama sekali tidak mengerti
akan ilmu pengobatan, karena itu kamipun tak dapat
memeriksakan penyakit nenekmu itu”
“Tidak menjadi soal, penyakit sinting itu hanya kambuh
setiap setengah tahun satu kali, dikala penyakitnya tidak
kambuh maka dia ada bicara ada tertawa, sikapnya ramah
tamah sekali, tetapi kalau penyakitnya sedang kambuh maka
apa yang dpikirkan ingin sekali dilakukan sampai dapat,
sekarang dia hendak menjamu semua tamu yang ada disini,
tetapi hanya kalian berdua saja yang belum bersedia”
“Tentang soal itu kami sudah mengetahuinya tukas Pek li
Peng sambil ulapkan tangannya harap nona suka
menyampaikan kepada nenekmu, katakan saja maksud
baiknya akan kami terima didalam hati saja, sekarang perut

kami belum lapar, setelah beristirahat sebentar kami harus
melaku kan perjalanan kembali”
Tidak menanti Yong ji berbicara lagi, Pek li Peng segera
ulapkan tangannya menyuruh ia pergi.
Yong ji merasa apa boleh buat, terpaksa dia balik kembali
ketempat semula.
“Yong ji! Apakah kedua orang toaya itu tidak bersedia
dijamu oleh nenek??” tanya nenek jelek itu.
Yong ji menggeleng.
“Selamanya kaum imam memang paling keras kepala,
sukar untuk menundukkan hati mereka“
“Sungguhkah perkataanmu itu?? tanya nenek bermuka
jelek dengan alis berkerut.
“Tentu saja sungguh!“
“Heeeh…heeeh…heeeh...”nenek tua itu tertawa dingin,
“aku lihat engkau sibudak tidak berbicara dengan hati
sungguh2!”
“Aku telah berusaha dengan sekuat tenaga tapi imam itu
tak bersedia, apa yang dapat kulakukan lagi???”
Nenek tua itu mendengus dingin dan tidak mengajak Yong
ji untuk berbicara lagi, sambil melemparkan sekeping uang
emas ke tangan pelayan itu tanyanya:
“Cukupkah uang emas ku?”
“Hamba rasa cukup tidak kurang”
Nenek tua bermuka jelek itu segera bangkit berdiri ambil
menuding kearah Siau Ling serta Pek li Peng serunya
“Kecuali dua orang imam itu, yang lain akan kujamu
semua, rekening mereka boleh ditagih atas namaku.”

Siau Ling merasa gerak gerik dari nenek serta cucunya itu
aneh dan kukoay, membuat orang sukar untuk menduga apa
yang hendak mereka lakukan, setelah memandang sekejap
kearah Pek li Peng ujarnya sambil tertawa.
“Dibawah kolong langit yang begini luasnya benar benar
terdapat banyak kejadian yang serba aneh, bahkan ada pula
orang yang mengidap penyait suka membuang uang, sungguh
luar biasa sekali”
“Menurut pendapatmu benarkah mereka bersungguh
sungguh hencal menjamu orang?” tanya Pek li Peng.
“Gerak gerik serta tingkah laku mereka aneh serta sukar
diraba dengan mata telanjang, tetapi kalau dilihat dari uang
emas yang sudah diserahkan kepada sang pelayan rupanya
jamuan itu benar benar akan berlangsung.
“Budak itu baru berusia belasan tahun akan tetapi gerak
geriknya seperti siluman sekilas memandang sudah dapat
diketahui bahwa dia adalah manusia yang aneh, aku tak akan
sudi dijamu oleh mereka berdua”
Siau Ling alihkan sorot matanya, dia lihat baik nenek tua
bermuka jelek maupun perempuan cantik itu sedang
mengalihkan sorot matanya mengawasi kearah mereka,
pemuda itu segera angkat cawan utuk menutupi separuh
bagian wajahnya dan mempergunakan kesempatan itu dengan
ilmu menyam paikan suara bisiknya,
“Peng ji, nyonya tua serta gadis muda itu tampaknya
menaruh perhatian khusus kepada kita, hati hatilah sedikit dan
jangan sampai terkena sergapan mereka”
Pek li Peng tertawa
“Setiap kali kulihat tampang dari budak setan itu hatiku
lantas keki dan mendongkol sekali kalau mereka berani
menyergap diriku, ini hari aku pasti akan menjagal nenek dan
cucunya itu sampai mampus.”

Dalam hati Siau Ling lantas berpikir:
“Dihari2 bisa Pek li Peng selalu penurut dan halus sekali,
tetapi sayang rasa cemburunya terlalu besar, sukar kalau
dibandingkan dengan kebesaran jiwa enci Gak”
Sementara diri masih berpikir, tiba2 terdengar seseorang
dengan suara yang tinggi lengking berteriak keras:
“Hey pelayan...sayur dan arak kalian kurang bersih,
aduuuh..sakit sekali perutku”
“Seorang pelayan buru buru lari menghampiri dan berseru:
“Toa-ya, mungkin penyakit lamamu kambuh kembali.”
Siau Ling alihkan sorot matanya kearah orang itu, terlihat
olehnya orang itu berdandan sebagai seorang kusir kereta
kuda, ikat pinggangnya berwarra biru dengan sepatu terbuat
dan rumput, alis matanya segera berkenyit, pikirnya:
“Orang ini sama sekali tidak mirip dengan orang persilatan,
tentu saja ia tak akan berani mempermainkan pihak rumah
makan”
Sementara otaknya masih berputar, tiba terdengar jeritan
kesakitan berkumandang datang dari sebagian bear tamu
yang berada dirumah makan itu mereka pada bangkit berdiri
dan memegangi perut sendiri sambil berteriak teriak keras.
“Keadaan ini sedikit kurang beres, pikir Siau Ling didalam
hati kecilnya, kenapa secara tiba2 orang orang ini bisa sakit
perut semua... sungguh aneh sekali!”
Ingatan kedua belum selesai berkelebat dalam benaknya
terlihatlah manusia kate dari wilayah Suchuan serta pria kekar
berdandan busu itupun bangkit berdiri sambil memegangi
perutnya sendiri.
Kedua orang itu sama2 mengerti akan ilmu silat, rupanya
pada waktu itu mereka sedang mengerahkan tenaga
dalamnya untuk melakukan perlawanan, akan tetapi sesudah

bangkit berdiri mereka tak kuasa menahan diri dan segera
berteniak keras. Teriakan pertama disusul oleh teriak2kan
berikutnya membuat suasana jadi amat ramai.
Siau Ling segera menyingkirkan cawan air teh itu sambil
berbisik
“Jangan minum air teh itu lagi”
Sorot matanya dialihkan keatas wajah Teng It Lui serta
Chan Yap Cing, terlihatlah kedua orang itu mengerutkan
dahinya rapat2 jelas merekapun sedang mengerahkan tenaga
dalamnya untuk menahan rasa sakit yang menyerang perut
mereka.
“Pengji!” bisik Siau Ling dengan suara lirih, apakah engkau
merasakan sesuatu yang kurang beres”
Pek li Peng menggeleng.
“Aku merasa baik sekali dan sama sekali tidak merasa sakit
atau penderitaan apapun juga!“ sahutnya.
Dalam pada itu nenek tua bermuka jelek itu sudah
berteriak dengan suara lantang:
“Hmm.. apakah katian semua mengira makanan yang
dijamu oleh aku sinenek tua adalah makanan yang enak
disantap??”
Sebenarnya seluruh ruangan telah diramaikan oleh jeritan
kesakitan yang berkumandang memenuhi seluruh tempat,
sesudah nenek bermuka jelek itu buka suara suasana jadi
hening dan sepi namun suara rintihan yang amat lirih masih
berkumandang tiada hentinya.
Ternyata sebagian besar para tamu yang berada dalam
ruangan itu sudah tak kuat berteriak lagi saking sakitnya,
banyak diantaranya yang berjongkok diatas tanah ada pula
yang merangkak2 atau berguling2 menahan rasa sakit ang
tiada taranya itu, sepasang tangan mereka sekuat tenaga

ditekan pada lambungnya sendiri dengan napas yang
terengah2
Siau Ling segera bangkit berdiri dan berjalan kehadapan
nenek tua bermuka jelek itu dengan langkah lebar, tegurnya
dengan nada dingin:
“Nyonya tua....!”
Nenek tua bermuka jelek itu berpaling dan memandang
sekejap kearah Siau Ling kemudian bertanya:
“Apakah toa ya sudah berubah pendirian dan ingin dijamu
pula oleh aku sinenek tua ??“
Siau Ling berusaha keras untuk menekan hawa gusar yang
berkecamuk didalam dadanya, ia menjawab dengan nada
dingin:
“Tanpa kulihat bagaimna caranya Lo hujin turun tangan
namun racun keji telah kau sebarkan kedalam sayur dan arak
dari semua orang yang ada dalam ruangan ini, caramu turun
tangan keji betul2 hebat dan luar biasa sekali, membuat aku
merasa amat kagum”.
“Haaahh haaaahh haaahh...” Nenek jelek itu tertawa
terbahak bahak, “akan tetapi aku sinenek tua berbuat
demikian bukanlah tanpa didasari oleh sebab2 tertentu”.
Siau Ling tertawa dingin.
“Aku percaya semua orang yang berada didalam rumah
makan ini sebagan besar tak pernah mengikat tali
permusuhan ataupun perselisihan dengan dirimu, mengapa
engkau turun tangan keji diatas tubuh mereka? Lo hujin, aku
ingin tahu dimanakah letak alasanmu”
Nenek tua bermuka jelek itu tertawa ewa:
“Sekarang saking sakitnya mereka sudah tak bertenaga
untuk berteriak kembali inilah kesempatan yang paling baik
bagi kita untuk bercakap cakap...” katanya.

Siau Ling memasang telinga dengan seksama, sedikitpun
tidak salah ia sudah tidak mendengar suara rintihan lagi,
bahkan yang terdengar tinggal suara dengusan tipis yang
terengah engah belaka.
Sorot matnya segera dialihkan kearah Teng It Lui serta
Chan Yap Cing, tampaklah keringat sebesar kacang kedelai
mengucur keluar membasahi seluruh mereka, hanya saja
kedua orang itu telah mengerahkan segerap kemampuan yang
dimilikinya untuk menahan rasa sakit yang menyerang tubuh
mereka itu.
Terdengar nenek tua bermuka jelek itu berkata:
“Kalau seseorang sudah timbul nafsu serakahnya, maka dia
harus diberi ganjaran dengan suatu penderitaan yang cukup
berat”
Setelah tertawa ter-bahak2, sambungnya lebih jauh:
“Tetapi seandainya mereka seperti halnya dengn dua orang
toaya ini sedikitpun tidak punya rasa serakah dan tak bersedia
pula dijamu oleh kami berdua, maka sudah tentu saja mereka
selamat dari keracunan”
Mendengar perkataan itu Siau Ling segera berpikir dalam
hati kecilnya:
“Andaikata Peng ji tidak merasa cemburu dan muak
terhadap nona itu, mungkin pada ssat ini akupun sudah
keracunan dan menderita seperti halnya dengan orang2 itu”
“Dalam hati berpikir demikian diluaran ia menjawab dengan
nada dingin,
“Lo hujin telah melepaskan racun keji kedalam tubuh
orang2 yang sama sekali tak ku kenali ini, ebtah apakah
maksud serta tujuanmu??”
“Haaah...haaahh...haaahh... pepatah kuno mengatakan:
membuang uang melenyapkan bencana, asal merea bersedia

menyumbang sejumlah uang dengan sendirinya sakit perut
yang dideritanya itu akan sembuh dengan sendirinya”
Bicara sampai disitu nenek tua bermuka jelek itu berhenti
sebentar, senyum yang semula menghiasi bibirnya seketika
lenyap tak berbekas, dengan wajah adem dia berkata.
“Toa-ya apakah engkau tidak merasa bahwa pertanyaan
yang kau ajukan sudah terlalu berlebihan??”
“Belum pernah kujumpai cara mencari uang dengan cara
seperti ini!”
Yong-ji yang selama ini membungkam segera tertawa
cekikikan dengan merdunya.
“Dan ini hari engkau akan terbuka matanya untuk
menyaksikan kejadian aneh ini!” sambungnya.
Siau Ling memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, lalu
berkata kembali
“Pada saat ini mereka semua telah kesakitan sehingga
sama seka tak dapat bergerak lagi apakah Loo-hujin bersiap
sedia untuk merampok mereka secara habis2an??”
“Selamanya aku sinenek tua tak sudi menyusahkan orang
dengan jalan kekerasan aku hendak memaksa mereka untuk
serahkan sendiri harta kekayaannya secara sukarela”
“lewat beberapa saat lagi rasa sakit perut yang mereka
derita akan jauh lebih berkurang“ sambung Yong ji dari
samping, pada saat itu bukan saja mereka dapat berbicara
bahkan bergerak pula cuma sepeminuman teh kemudian sakit
perutnya akan kambuh kembali, bahkan rasa sakit pada saat
kedua kalinya ini satu kali lipat lebih hebat dan rasa kesakitan
yang pertama kali, jikalau ada orang yang tidak takut mati
kesakitan sudah tentu tak usah mengeluarkan uang untuk
lenyapkan bencana itu”

Beberapa patah kata itu diucapkan dengan suara yang
tinggi dan keras rupanya sengaja diucapkan agar semua orang
yang berada didalam ruang rumah makan itu dapat
mendengar semua.
Terdengar nenek bermuka jelek itu berkata lantang:
“Yong-ji cepat ambil keluar kantong uang kita sekarang
sudah tiba saatnya bagi kita untuk menarik uang”
Yong-ji mengiakan dan segera bangkit berdiri, lewat
beberapa saat kemudian ia telah masuk kembali kedalam
ruangan sambil meletakkan sebuah kantung besar ditas meja.
Nenek tua bermuka jelek itu bangkit berdiri ujarnya:
“Baik! sekarang kita akan mulai menarik uang....”
Per-lahan2 ia berjalan kehadapan Teng It Lui serta Chan
Yap Cing ujarnya:
“Kalian berdua memiliki ilmu silat yang sangat tinggi,
selama ini tak kudengar suara rintihan barang sekejap pun,
apakah kalian bersedia mengeluarkan uang untuk membeli
obat pemunah??”
Pada saat itu baik Teng It Lui maupun Chan Yap Cing
sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan rasa
sakit dalam perutnya, oleh sebab itu dua orang jago tersebut
tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Nenek tua bermuka jelek itu tersenyum katanya:
Ilmu silat yang kalian miliki amat lihay, dengan sendirinya
harga yang kuajukan pun harus agak tinggi...”
Dia alihkan sorot matanya kearah Teng It Lui, lalu berkata
lebih jauh:
“Badanmu tinggi kekar dan berotot rasanya seratus tahil
perak tidak terlalu banyak”

Teng It Lui melototkan sepasang matanya bulat2 dia cuma
bisa memandang kearah nenek tua bermuka jelek itu tanpa
sangup mengucapkan sepatah katapun..
Sorot mata nenek tua bermuka jetek itu dialihkan pula
keatas wajah Chan Yap Cing ujarnya kembali:
“Jago gagah yang begitu tampan serta berusia masih amat
muda, kalau sampai mati rasanya teramat sayang sekali, dua
ratus tahil perak tidak terlalu mahal untukmu”
Tenaga dalam yang dimiliki Chan Yap Cing serta Teng It Lui
amat sempurna, meskipun mereka telah mengerahkan tenaga
dalamnya untuk melawan daya kerja racun keji itu, akan tetapi
mereka rasakan bahwa racun yang bersarang ditubuh mereka
itu aneh sekali, daya tekannya kian lama kian bertambah
besar semakin mereka melawan, racun itu menyerang makin
ganas, terpaksa kedua orang itu tak berani mengendorkan diri
hingga tak sepatah katapun yang sanggup diucapkan keluar.
Terdengar nenek tua bermuka jelek itu berkata kembali:
“Kalau memang kalian berdua tidak menampik itu berarti
sudah menyetujui dengan harga yang aku sinenek tua ajukan
bukan ??“
Sinar matanya segera dialihkan keatas wajah gadis genit itu
dan berkata kembali:
“Yong ji waktunya sudah hampir tiba!”
“Sudah hampir, paling banter tinggal sepeminuman teh
lagi“ jawab Yong ji setelah termenung sebentar.
“Perkataan yang aku nenek tua ucapkan sudah terlalu
banyak lagipula aku sudah tua dan jelek kalau ucapanku
terlalu banyak mungkin orang lain tak bersedia untuk
mempercayainya aku lihat lebih baik engkau saja yang
berbicara ! Thian menghendaki umatnya hidup secara damai
dan membantu mereka yang sedang menderita melihat kalian

bakal mampus bagaimanapun juga kami berdua terpaksa
harus turun tangan untuk memberi pertolongan!”
Yong ji tertawa dengan suara merdu ia segera berseru.
“Toa-ya empek dan paman sekalian, aku harap dengar
baik2 perkataan yang hendak kuucapkan ini lewat beberapa
saat kemudian sakit perut yang kalian derita bakal berkurang,
pada waktu itu kalian semua dapat berbicara dan bisa
bergerak pula namun itu bukan berarti rasa sakitnya telah
hilang sama sekali sebab keadaan itu bagaikan suasana
tenang sebelum terjadinya badai dahsyat, lewat seperempat
jam kemudian rasa sakit akan menyerang tubuh kalian untuk
kedua kalinya, pada saat itu rasa sakit yang bakal kalian derita
beberapa kati lipat lebih dahsyat dan menderita daripada sakit
yang untuk pertama kalinya ini”
Sorot matanya menyapu sekejap kearah nenek tua
bermuka jelek itu, kemudian sambungnya lebih lanjut.
“Nenekku adalah seorang manusia berbaik budi yang tak
tega menyaksikan semua manusia hidup tersiksa dan
menderita dihadapannya tanpa memberikan pertolongan
karena itu beliau telah mengambil keputusan untuk turun
tangan memberi pertolongan kepada kalian semua, disini telah
tersedia obat2an yang akan diberi nilai menurut bentuk
manusianya masing2, kalau saudara sekalian ingin sembuh
silahkan merundingkan harga obat itu dengan nenekku
sendiri, uang diserahkan obat boleh segera diterima
sebaliknya bila ada yang tidak ingin disembuhkan kamipun
tidak akan memaksa, tapi ada satu hal hendak kuterangkan
lebih dahulu, waktu yang tersedia bagi kami berdua untuk
berada disini amat terbatas sekali, bagaimanakah keputusan
kalian harap segera diberikan”
Siau Ling yang berada disamping kalangan, pada saat ini
telah mengerti sama sekali sebab musabab semua orang yang
ada dalam rumah makan itu bisa pada sakit perut bukan lain

adalah hasil permainan gila dan nenek serta cucunya ini,
dengan cara inilah rupanya mereka mencari harta.
Hanya ada satu hal yang membuat Siau Ling tak habis
mengerti, yakni sampai sekarang ia masih belum memahami
cara apakah yang telah dipergunakan oleh kedua orang itu
sehingga dalam waktu singkat beberapa puluh orang tamu
dalam rumah makan itu bisa bersama2 keracunan.
Setelah mengalami pelbagai badai dan pertarungan besar,
pengalaman yang dimiliki Siau Ling pada saat ini boleh
dibilang luas sekali, sebelum ia berhasil mengetahui
bagaimana caranya mereka turun tangan sianak muda itu tak
berani turun tangan secara gegabah, ia hanya berdiri,
disamping kalangan sambil menyaksikan semua tingkah laku
kedua orang itu.
Beberapa saat kemudian tampaklah seorang hartawan
gendut yang berperut besar seperti “cukong” sambil
memegang petut sendiri perlahan lahan berjalan maju
kedepan katanya:
“mau membeli sebutir obat pemunah!”
Dengan sorot mata yang tajam nenek tua itu menatap
sekejap kearah orang itu, kemudian sahutnya:
Toa tauke banyak uang dan kaya seratus tahil perak tak
boleh kurang setengek pun!”
Tapi sekarang aku tidak membawa uang Perak sebanyak
itu!”
Kalau begitu serahkan saja semua barang berharga yang
kau bawa Sekarang!”
Tauke gendut itu tak bisa berbuat apa apa terpaksa ia
lepaskan sebuah Begiok dua lembar daun emas serta sisa
uang perak sebanyak dua puluh tahil dan diletakkan diatas
meja.

Perlahan2 diri dalam sakunya nenek jelek ambil keluar
sebuah kotak kayu yang kecil dan membuka penutupnya dari
saku dia sambil keluar sebutir pil berwarna putih lalu
diserahkan ketangan tauke gendut tadi.
Obat itu segera ditelan kedalam perut dan tauke gendut
itupun merasakan sakit perutnya langsung sembuh, dengan
wajah berseri ia segera berlalu dan rumah makan itu.
Secara beruntun para tamu lainnya dalam rumah makan
itupun segera pada bangkit berdiri untuk minta obat, nenek
itupun buka harga menurut penilaian dandanan dari orang iu,
paling sedikit sepuluh tahil dan paling tinggi ratusan tahil, tapi
ada pula yang cuma dua tiga tahil perak belaka, dalam
sekejap mata sebagian besar orang yang ada dirumah makan
itu sudah mendapat obat dan berlalu, kini yang tersisa tinggal
Siau Ling, Pek li Peng, Teng It Lui, Chan Yap Cing, manusia
kate dari propinsi Su chuan serta busu berbadan kekar.
Dalam pada itu karung goni yang berada diatas meja telah
penuh dengan pelbagai macam perhiasan serta uang, jumlah
ditaksir berada diatas seribu tahil lebih, Siau Ling segera
berkata
“Nyonya tua, aku lihat uang perak sebanyak itu sudah
cukup untuk membiayai penghidupan kalian berdua selama
beberapa bulan”
Dengan sorot yang amat tajam nenek jelek itu menatap
wajah Siau Ling tanpa berkedip, kemudian ujarnya:
“Kalau pandangan mataku tidak meleset toa ya adalah
seorang manusia yang paling berharga didalam rumah makan
ini selembar jiwamu bisa dinilai dengan emas seratus tahil,
sayang sekali toa-yaa tak bersedia menerima jamuan makan
dariku..”
Sementara itu mnusia kate dari propinsi Suchuan telah
maju kedepan sambil bertanya.

“Aku siorang tua aku berapa tahil?”
“Haahh…haaahh…haaahh tidak banyak, tidak banyak lima
puluh tahil perak sudah lebih dan cukup!“ jawab nenek jelek
itu sambil tertawa.
Rupanya rasa sakit yang menyerang perut manusia kate
dari propinsi Su chuan itu sudah tak dapat ditahan tanpa
banyak cingcong sambil keluar lima puluh tahil perak untuk
ditukar dengan sebutir obat pemunah.
Pada waktu itu rasa sakit gelombang kedua sudah mulai
bekerja, dengan langkah ter-buru2 busu berbadan kekar itu
segera lari menghampiri nenek jelek itu sambil serunya
tergagap.
“Berapa nilaiku untuk membeli obat penawar itu??”
“Engkau?? Seratus tahil perak tidak bisa kurang” jawab
nenek jelek itu sambil tertawa ewa.
Pria kekar berbadan busu itu tidak menawar lagi. Sambil
menggigit bibir dia ambil keluar seratus tahil perak dan ditukar
dengan sebutir obat pemunah.
Nenek jelek itu memandang sekejap kearah uang perak
yang bertumpuk-tumpuk diatas meja, lalu ujarnya.
“Yong ji, bungkuslah uang perak itu dalam satu
kantungan!”
Kemudian sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling
dan menambahkan lebih jauh,
Too ya, aku lihat engkau begitu terpesona oleh caraku
mengumpulkan uang?”
“Lo hujin menggunakan cara begini rendah dan terkutuk
untuk mengobati penyakit orang, aku lihat engkau benar2
seorang tabib yang paling busuk dikolong langit”
Sesudah berhenti sebentar, sambungnya kembali;

“Akan tetapi kalau dibandingkan dengan para bandit yang
merampol barang kemudian membunuh korbannya, perbuatan
ini boleh dibilang rada mendingan..”
Nenek itu kontan tertawa dingin.
“Too ya, aku harap engkau lebih baik mengurusi dirimu
sendiri dan janganlah mencampuri urusan yang sama sekali
tak ada sangkut pautnya dengan dirimu”
Sorot matanya beralih memandang sekejap kearah Teng It
Lui sertah Chan Yap Ching, kemudian katanya,
“Kalian berdua dapat mengandalkan tenaga dalam yang
kalian miliki untuk bertahan sampai sekarang, kesempurnaan
tenaga murni yang kalian miliki benar-benar membuat hatiku
merasa amat kagum, akan tetapi aku harus segera berangkat,
waktu yang kumiliki sudah tidak terlampau banyak lagi!”
Teng It Lui maupun Chan Yap Ching masih tetap
menggertak giginya rapat2 dan sama sekali tak mau
menyerah kalah.
Selama ini Siau Ling tidak berhasil melihat jelas
bagaimanakah caranya nenek jelek itu melepaskan racunnya,
karena itu ia tak berani bertindak secara gegabah, tetapi
sekarang keadaan serta situasilah yang mendesak ia tak dapat
mengulur waktu lebih jauh sekarang keaddaan serta situasilah
yang mendesak ia tak dapat mengulur waktu lebih jauh segera
ujarnya:
“Lo hujin, bagaimana kalau aku yang mewakili kedua orang
pendekar itu untuk buka suara?”
diluar ia berkata demikian, dalam hati diam2 ia berpikir,
seandainya sepasang pedagang dari kota Tiong ciu berada
disitu niscaya asal usul dari nenek jelek itu dapat diketahui
olehnya.
Dalam pada itu Yong ji telah membenahi karung goni itu
rupanya mereka siap untuk tinggalkan tempat itu.

Tiba-tiba dari balik mata nenek tua yang bermuka jelek itu
memancar keluar serentet cahaya tajam yang menggidikkan
hati, sambil menyapu sekejap kearah Siau Ling katanya;
“Selama aku mengobati penyakit orang, selalu
kulaksanakan dengan suatu peraturan yang tertentu!”
“Apakah peraturanmu itu?”
“Kalau ada orang yang bermaksud mewakili seseorang
untuk membayar jumlah uang yang harus dibayar olehnya,
maka harga yang kuajukan akan sepuluh kali lipat lebih tinggi
daripada harga yang semestinya, aku sudah membuka tarif
tiga ratus tahil untuk ekdua orang itu, jika too ya ingin
mewakili mereka untuk membayar rekening tersebut, maka
uang yang harus engkau bayar adalah tiga ribu tahil perak,
atau tiga ratus tahil emas murni, too ya! Engkau merasa tidak
keberatan bukan untuk membayar jumlah seperti apa yang
kukatakan barusan?”
“Duduk kedudukan yang mereka miliki tiga ribu tahil perak
memang tidak terhitung banyak, akan tetapi pada saat ini
pinto tidak membawa uang kontan.
“Too ya boleh menggunakan benda berharga lainnya benda
berharga lainnya untuk membayar rekening tersebut.
Perlahan lahan Siau Ling cabut keluar pedang pendeknya
dari dalam sakunya, mencekalnya dalam genggaman ia
bertanya;
“Pedangku ini bisa laku berapa?”
nenek bermuka jelek itu memandang sekejap kearah
pedang pendek yang berada dalam genggaman Siau Ling,
kemudian jawabnya :
“Too ya, silahkan engkau saja yang membuka harga!”
perlahan lahan Siau Ling maju dua langkah kedepan, dan
berkata kembali ;

“Lo hujin, bagaimana kalau engkau periksa dahulu pedang
mustika miliku ini, kemudian barulah buka harga??”
“Pedang itu memang pedang mustika aku sudah
mengenalinya dalam pandangan yang pertama tadi”
“Pedang mustika tiada terlnlilai harganya, kalau aku buka
harga sepuluh laksa tahil perak rasanya tidak terlalu banyak
bukan?”
“Haaaah...Haaaah... haaaahh... tidak banyak, sedikitpun
tidak banyak” jawab nenek bermuka jelek sambil tertawa
terbahak-bahak cuma sayang saat menjual pedang yang too
ya lakukan bukanlah saat yang tepat...”
“Bagaimana tidak tepatnya?”
“Kalau diwaktu biasa, sepuluh laksa tahil perak tidaklah
terlalu tinggi, tetapi harga itu kalau digunakan untuk
menyelamatkan dua lembar jiwa manusia, wah..! kamilah
yang rugi besar” sambung Yong ji yang berada disamping
dengan cepat.
Sekali lagi Siau Ling maju selangkah kedepan, katanya;
“Nona, bukalah suara dan tawar dong!”
Yong ji memandang sekejap kearah nenek bermuka jelek
itu, lalu berkata;
“Oh...! nenek bagaimana kalau kita tawar dua ribu
sembilan ratus tahil saja?”
“Baik kita tawar dua ribu sembilan ratus tahil! Jawab nenek
bermuka jelek sambil tertawa.
Ia melirik sekejap kearah Siau Ling kemudian sambungnya;
“Kalau engkau menambah seratus tahil perak lagi, kami
segera akan serahkan obat pemunah tersebut kepadamu!”
Siau Ling telah berhasil menguasai situasi yang
menguntungkan, segera ujarnya;

“Apakah kalian berdua tidak merasa bahwa cara kalian
terlalu ganas!”
tangan kanannya didorongkan kedepan, pedang pendek
bergeletar menusuk ketubuh nenek tua itu sementara telapak
kirinya dibabat kedepan menghajar dara cantik itu.
Setelah Siau Ling turun tangan nenek bermuka jelek itu
baru menyadari bahwa mereka telah bertemu dengan musuh
tangguh, sebelum serangan pedang mencapai sasaran,
segulung desiran angin tajam yang sangat kuat telah
mengancam depan dadanya ia segera mendengus dingin dan
meloncat mundur lima depa kebelakang.
Yong ji adalah seorang gadis muda yang kurang
pengalaman, ia tak tahu sampai dimanakah kelihayan dari
Siau Ling, dengan keras lawan keras ia sambut datangnya
serangan tersebut.
“Blam...!” di tengah benturan yang amat keras, lengan
kanan Yong ji tergetar sampai kaku dan linu, secara beruntun
ia mundur sejauh empat lima depa kebelakang, kalau bukan
benturan pada sebuah meja mungkin badannya bakal mundur
lebih jauh lagi kebelakang.
Ternyata Siau Ling sudah mengadakan persiapan, dalam
melancarkan serangan pedang maupun telapak tangan tadi, ia
telah menpergunakan tenaga serangan yang cukup ampuh.
Siau Ling sesudah berhasil memukul mundur nenek tua
bermuka jelek itu, dan menghajar mundur Yong ji, dengan
gerakan yang cepat tangan kirinya menyambar obat pemunah
yang tersedia diatas meja.
Diikuti sebuah tendangan dilancarkan untuk menghajar
kantong berisi uang perak tadi sehingga mencelat keluar dari
ruangan rumah makan!

Setelah berhasil merampas kotak kayu berisi obat pemunah
tadi, Siau Ling melemparkan kotak itu ketangan Pek li Peng
sambil serunya;
“Cepat suruh mereka telan obat pemunah tersebut!”
bagaikan burung elang tubuhnya mencelat ketengah udara
dan menerjang kearah Yong ji.
Meskipun nenek tua bermuka jelek itu adalah seorang
manusia yang beraksi panjang dan licin, namun ia tak pernah
menyangka kalau ilmu silat yang dimiliki Siau Ling begitu
lihaynya, melihat sekantung uang peraknya mencelat keluar
dari ruang rumah makan, buru2 dia enjotkan badannya
menerjang kearah mana kantong berisi uang perak itu jatuh!
Tujuan Siau Ling dengan melemparkan kantong berisi uang
perak itu keluar ruang rumah makan, bukan lain untuk
memecahkan perhatian nenek tua bermuka jelek itu sehingga
tak sempat baginya untuk bermain setan dengan dirinya.
Setelah menerima kotak kayu berisi obat itu, Pek li Peng
dengan cekatan meloncat kehadapan Teng It Lui serta Chan
Yap Ching ambil keluar dua biji obat pemunah itu dan
dimasukkan kedalam mulut mereka berdua.
Sementara Pek li Peng sedang memberi obat pemunah
kepada dua orang jago lihay itu, Siau Ling telah menerjang
kehadapan Yong ji, pedang pendek ditangan kanannya
menotok dengan dadanya, sementara tangan kiri menyambar
kearah pergelangan Yong ji serta mencengkeram urat
nadinya.
Pada waktu itu Yong ji yang kena dihantam oleh Siau Ling
sehingga darah panas dalam dadanya bergolak keras belum
sempat untuk memulihkan kembali tenaganya, ketika
dilihatnya Siau Ling sudah menerjang datang, cahaya pedang
ditangan kanannya berkelebat kemuka menusuk dadanya,
buru2 ia mengepos tenaga dan menyingkir kesamping.

Ia hanya memperhatikan serangan pedang yang berada
ditangan kanan Siau Ling dan sama sekali lupa dengan
ancaman yang datang dari arah kiri, sebelum ingatan kedua
berkelebat dalam benaknya tahu2 urat nadi pada pergelangan
kirinya sudah kena dicengkeram.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam waktu singkat dan
cepat, menanti nenek tua bermuka jelek itu berhasil untuk
merampas kembali kantong berisi uang perak itu, Siau Ling
pun telah berhasil mencengkeram urat nadi Yong ji, katanya
dengan dingin;
“Lo hujin, kalau engkau tidak menginginkan cucu
perempuanmu roboh terkapar bermandikan darah, aku harap
engkau jangan bergerak secara sembarangan!”
Sambil berkata dia angkat pedang pendeknya dan
ditudingkan keatas tenggorokan Yong ji.
Nenek tua bermuka jelek itu benar-benar tak berani
bergerak secara sembarangan, perlahan lahan dia turunkan
karung goni berisi uang perak itu lalu berkata;
“Lepaskan Yong ji dari ancaman, uang perak ini kuserahkan
semua kepada kalian!”
“Hmm! Apakah lo hujin mengira bahwa semua manusia
yang berada dikolong langit rata2 pada suka akan uang perak
seperti halnya dengan waktakmu itu???”
“Hmm..! kalau memang engkau tak suka benda itu, kenapa
engkau memusuhi diriku” teriak nenek tua bermuka jelek
dengan marah.
Siau Ling tertawa dingin.
“Heeeh...heeeh...heeeh... pertanyaan dari lo hujin benarbenar
aneh sekali serunya, dengan caramu yang rendah, kotor
dan berbahaya untuk memaksa orang lain serahkan harta
kekayaannya sudah patut dikutuk oleh setiap orang yang ada

dikolong langit, apakah engkau anggap jalan yang telah kau
lakukan itu adalah jalan yang benar??”
nenek tua bermuka jelek itu kembali tertawa dingin
“Dimanakah letak ketidak benarannya?” ia berteriak, aku
toh tidak turun tangan merampas, juga tidak turun tangan
mencuri, merekalah yang sukarela menyerahkan uang
tersebut kepadaku, apa sangkut pautnya hal ini dengan
diriku??”
“Enteng benar ucapan lo hujin...”
“Aku suka akan harta, caraku mendapatkanpun teratur dan
tidak secara kasaran, apa salahnya kalau aku berbuat begitu?”
saking gusar dan mendongkolnya Siau Ling tertawa dingin
tiada hentinya.
Heeeh...heeeh...heeeh... lo hujin!” serunya, engkau boleh
dibilang merupakan satu satunya manusia yang paling
serakah, paling sadis dan paling serakah, paling sadis dan
paling tidak pakai aturan diantara orang2 yang pernah
kujumpai.
“Sekalipun aku tidak pakai aturan dan serakah, apa sangkut
pautnya watakku ini dengan dirimu?” ejek sang nenek jelek
dengan nada yang amat dingin.”
“Kalau memang lo hujin tidak pakai aturan, tentu saja
akupun tak usah memakai aturan pula terhadap dirimu.”
“Mengajukan penawaran untuk menebus barang lain, apa
salahnya kalau aku gunakan hasil yang kuperoleh pada saat ini
untuk menebus kembali selembar jiwa cucu perempuanku??”
Ia alihkan sorot matanya keatas wajah Pek li Peng
kemudian tanyanya.
“Bagaimana dengan keadaan mereka ??”

Chan Yap Ching menghela napas panjang, sambil berdiri
jawabnya.
“Aku telah pulih kembali seperti sedia kala!”
“Bagaimana keadaan dari Teng ji hiap?”
Teng It Lui tertawa dan menyahut.
“Racun yang mengidap dalam tubuhku telah punah sama
sekali akupun merasakan tubuhku sehat serta kuat kembali”
mendengar kedua orang itu sudah pulih kembali kesehatan
badannya Siau Ling alihkan sorot matanya kembali keatas
tubuh nenek tua bermuka jelek itu katanya;
“Pada saat ini lo hujin telah kehilangan semua syarat untuk
mengadakan perundingan dengan diriku...”
“Hmmm.! Kalau engkau memaksa diriku terus hingga
membangkitkan kemarahanku... heeeh...heeeh heeeh...jangan
salahkan kalau aku akan mengorbankan selembar jiwa cucu
perempuan itu dan menghukum mati kalian berempat”
Chan Yap Ching menggerakkan tangan kanannya mencabut
keluar tiga bilah pedang pendek dari pinggangnya kemudian
dengan nada dingin berseru.
“Aku sekalian baru saja meloloskan diri dari bahaya
kematian terhadap soal mati hidup suda tidak terlalu dipikirkan
dalam hati lagi aku percaya sebelum engkau mampu
melepaskan serangan racunmu itu, maka suatu pengorbanan
yang amat besar harus kau berikan lebih dahulu.”
“Lepaskan aku!” tiba2 Yong ji menyela dari samping, “mari
kita rundingkan persoalan ini secara baik2”
Kelima jari Siau Ling diperkencang dan dibetot kebelakang,
Yong ji seketika itu juga merasakan kesakitan hebat sehingga
menjerit tertahan dahinya berkerut dan alis matanya
berkernyit, keringat dingin sebesar kacang kedelai mengucur
keluar tiada hentinya.

Perlahan lah nenek tua bermuka jelek itu alihkan sorot
matanya menyapu sekejap sekeliling tempat itu, ia lihat baik
Teng It Lui maupun Pek li Peng masing2 suda berdiri pada
posisi ang berbeda membuat ia segera terkurung dalam
kepungan yang rapat sekali, asal pertarungan terjadi mereka
pasti akan maju menyerang secara berbarinf dari segala arah.
Ketika dilihatnya pula urat nadi pada pergelangan tangan
Yong ji yang dicengkeram Siau Ling dicekal dengan begitu
kencangnya sehingga dara manis itu memperlihatkan rasa
sakit yang tak terhingga, keberanian serta semangat
bertempurnya seketika lenyap tak berbekas, perlahan-lahan
ujarnya;
“Baik, anggap saja hari ini aku sudah terjungkal didalam
selokan, ajukanlah syarat2 kalian”
“Cara orang ini melepaskan racunnya sama sekali tidak
memperlihatkan sedikit pertandapun yang mencurigakan” pikir
Siau Ling didalam hati. Lagi pula sekaligus bisa meracuni
berpuluh2 orang banyaknya secara bersama, manusia
semacam ini memang sangat menakutkan sekali”
Ia berpikir sebentar, setelah itu pikirnya lebih jauh…
---oo0dw0oo---
Jilid 16
“Seandainya dia cuma malang melintang seorang diri
belaka, dan tujuannya hanya untuk mencari harta kekayaan,
keadaan tersebut masih rada mendingan, sebaliknya kalau dia
sampai ditarik Shen Bok Hong untuk menjadi komplotannya,
entah berapa banyak jago persilatan lagi yang bakal menemui
ajalnya ditangan mereka berdua...."
Berpikir sampai disini, timbulah napsu membunuh dalam
hati kecilnya, dengan suara dingin ia segera berkata

"Memandang pada perbuatan kalian berdua yang begitu
terkutuk, serta cara melepaskan racun yang sama sekali tidak
menimbulkan sedikit gerakanpun, sungguh membuat orang
sukar untuk menjaga diri seandainya tujuan lo hujin adalah
untuk menjagoi kolong langit, entah berapa banyak
pembunuhan serta peristiwa menyedihkan yang bakal
berlangsung dalam dunia persilatan”.
"Hmm!Kalau dikatakan aku suka akan harta kekayaan, hal
itu akan kuakui dengan senang hati, akan tetapi selamanya
aku belum pernah mencelakai jiwa seorang manusiapun" seru
nenek itu bermuka jelek itu dengan suara dingin.
“Mungkin saja lo hujin memang memiliki hati yang halus
seperti itu, akan tetapi dunia persilatan penuh diliputi berbagai
kelicikan, banyak kejadian dalam dunia persilatan yang sukar
diduga sebelumnya andaikata lo hujin sampai terseret oleh
arus kejahatan dalam dunia persilatan, bukankah keadaan itu
bakal berabe dan seperti halnya meninggalkan bibit bencana
buat kemudian hari??”
Mendengar perkataan itu nenek bermuka jelek itu jadi amat
gusar. Segera bentaknya
"Kalian memaksa diriku terus menerus dengan ucapan yang
sama sekali tak masuk diakal, rupanya kalian benar2 hendak
paksa aku untuk mengadu jiwa??"
"Apabila keadaannya memang sangat mendesak, daripada
kejadian ini berlangsung di masa mendatang, aku lihat lebih
baik terjadi pada saat ini juga....!"
Sorot matanya segera dialihkan kearah Teng It Lui
kemudian sambungnya lebih jauh.
"Teng jihiap, engkau adalah seorang jago persilatan yang
kawakan, banyak pengalaman serta pengetahuan yang kau
miliki apakah engkau mengetahui akan asal usul dari nenek
dan cucu perempuannya berdua ini ??"

“Aku belum pernah mendengar" jawab Teng It Lui sambil
gelengkan kepalanya berulang kali.
Siau Ling segera alihkan kembali sorot matanya keatas
tubuh nenek bermuka jelek itu ujarnya lagi:
“Teng ji hiap sudah berpuluhan tahun lamanya melakukan
perjalanan didalam dunia persilatan, akan tetapi ia belum
pernah mendengar nama serta asal usul dari kalian berdua hal
ini menunjukkan kalau perbuatan kalian didalam dunia
persilatan masih belum terlalu lama"
“Apa yang sebenarnya kau kehendaki!" seru nenek tua
bermuka jelek itu dengan nada dingin, "cepat katakanlah akan
tetapi ada satu hal aku hendak menerangkannya lebih dahulu
kalau syarat yang kau ajukan terlalu muluk2 maka bukan saja
aku tak akan menerima syaratmu itu bahkan kemungkinan
besar aku akan mengandalkan kepandaian silat yang kumiliki
untuk beradu jiwa dengan kalian"
“Hal itu harus dilihat dulu bagaimanakah jalan pikiran lo
hujin..” sahut Siau Ling.
Setelah berhenti sebentar, dia menyambung lebih jauh:
“Pertama engkau harus membawa cucu perempuanmu
untuk segera mengundurkan diri dari dunia persilatan, selama
lima tahun mendatang dilarang untuk melakukan perjalanan
lagi didalam dunia persilatan, disamping itu kalianpun harus
mengasingkan diri kesuatu tempat yang terpencil dan jauh
dari keramaian dunia. Kalian dilarang untuk menerima
undangan diri siapapun jua untuk muncul kembali didalam
dunia persilatan.”
“Selain itu???” tanya sang nenek jelek dengan cepat.
“Jawab dulu, sanggupkah engkau menerima syarat yang
barusan kuajukan itu...??"
“Aku sudah pernah berdiam selama puluhan tahun lamanya
ditengah hutan serta pegunungan yang terpencil, untuk

mengasingkan diri selama lima tahun lagi bukanlah suatu
pekerjaan yang terlalu menyulitkan bagiku.”
“Kedua, asalkan lo hujin dapat mengajukan suatu cara
yang bisa menjamin bahwasanya engkau akan menepati janji
serta pegan teguH syarat tersebut maka aku segera akan
lepaskan cucu perempuanmu ini
“Jaminan bagaimanakah yang kau inginkan?”
“Asalkan engkau dapat menjamin bahwa dalam lima tahun
mendatang engkau tidak akan melakukan kegiatan lagi
didalam dunia persilatan.”
“Aku tak dapat melakukan sesuatu cara apa pun jua!”
Siau Ling memandang sekejap kearah gadis manis yang
berada dicekalannya, kemudian berpikir didalam hati:
“Ilmu melepaskan racun yang dimiliki nenek tua bermuka
jelek itu lihay sekali, aku rasa budak inipun pasti sudah
mendapat warisan atas seluruh kepandaian yang dimilikinya,
kalau aku gunakan perempuan ini sebagai jaminan, maka
rasanya dia tak akan berani melanggar perjanjian”
Berpikir sampai disini ia segera berkata.
“Kami akan menahan cucu perempuanmu sebagai jaminan,
asalkan lohujin bisa pegang janji dan selama lima tahun tak
akan melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan, maka
kamipun akan melayani cucu perempuanmu ini secara baik2.
Lima tahun kemudian akan kulepaskan dirinya kembali
sehingga dapat berkumpul kembali dengan dirimu.
Mendengar perkataan tersebut nenek tua bermuka jelek
itu jadi naik pitam, teriaknya:
"Tidak bisa jadi, kami berdua hidup bersama sudah banyak
tahun, kalau engkau menahan dirinya sebagai jaminan,
alangkah baiknya kalau selembar jiwaku dicabut sekalian
saja!"

Padahal ketika Siau Ling mengutarakan cara tersebut,
dalam hati kecilnya dia sudah merasakan ketidak sesuaian
cara itu untuk dilaksanakan, meskipun caranya bagus, namun
tindakan itu terlalu kasar dan tidak memakai aturan,
Sebelum sianak muda itu sempat buka suara, Ceng Yap
Ching telah berkata dengan suara lantang
"Kalau engkau merasa cara ini tidak sesuai dengan jalan
pikiranmu, aku lihat lebih baik engkau sendiri saja yang
mengajukan suatu cara yang lebih baik?"
Tiba2 nenek tua bermuka jelek itu menengadah keatas dan
tertawa terbahak2.
"Haaah..haaah…haaah... Tidak sulit apabila kalian
mengharapkan agar aku menerima syarat yang kalian ajukan
itu, akan tetapi aku mohon dilangsungkan lebih dahulu suatu
pertarungan yang adil”
"Bagaimana maksudmu?? Pertarungan adil yang
bagaimana??"
“Diantara kalian pilihlah salah seorang jago untuk berduel
satu lawan satu melawan diriku, kalau kalian tidak mampu
untuk menandingi kepandaian silatku maka lepaskanlah cucu
perempuanku itu, jangan campuri soal gerak gerik dari diriku
lagi.”
"Seandainya kami yang beruntung dan berhasil merebut
kemenangan?"
"Kalau kalian yang menang maka aku akan menyetujui
dengan syarat yang kalian ajukan itu aku akan serahkan cucu
perempuanku kepada kaiian sebagai jaminan, sementara aku
sendiri akan mencari suatu tempat yang terpencil dan jauh
dari keramaian dunia untuk melewatkan masa lima tahun yang
sepi dan sunyi itu seorang diri"
"Ehmm! cara yang kau ajukan itu memang adil sekali!"
sahut Siau Ling kemudian.

“Kalau memang engkau merasa bahwa cara yang kuajukan
itu adil mengapa tidak kalian setujui cara itu??"
“Tentu saja akan kusanggupi..."
“Tunggu sebentar!” tiba2 Teng It Lui berseru dengan suara
lantang.
“Teng jihiap, engkau ada urusan apa??” Siau Ling segera
bertanya.
“Kita harus tanyakan dahulu pertarungan yang akan
dilangsungkan itu adalah suatu pertarungan dengan cara
bagaimana? Andaikata masing2 harus andalkan ilmu silat
untuk bertempur, tentu saja kita boleh menerima syarat
tersebut sebaliknya kalau dia menggunakan racun keji untuk
menjebak kita, lebih baik kita jangan terjebak oleh siasat
liciknya itu....”
“Ehmm! Masuk diakal juga perkataanmu itu..."
“Siapakah yang akan bertarung melawan diriku??” tanya
nenek tua bermuka jelek itu kemudian.
“Aku yang akan menghadapi dirimu”, sahut Siau Ling serta
Ceng Yap Cing hampir bersamaan waktunya.
Nenek tua bermuka jelek itu tertawa dingin tiada hentinya.
“Too ya ini memiliki ilmu silat yang sangat tinggi dan luar
biasa sekali, aku bersedia untuk melangsungkan pertarungan
melawan too ya ini saja.”
“Bagus sekali! Jawab Siau Ling cepat, aku pun dengan
senang hati akan melayani dirimu.”
Nenek tua bermuka jelek itu tertawa dingin, katanya
kemudian.
“Heeeeh… Heeeeh… Heeeeh... Kita akan saling beradu
senjata tajam? ataukah beradu kepalan????”
“Tentang soal ini terserah kepada kehendakmu sendiri!”

“Aku sinenek tua ingin bertempur dengan kepalan kosong
maupun senjata tajam secara bersama!” Kata nenek tua
bermuka jelek itu lagi dengan nada dingin.
“Apa maksudmu itu???.”
“Mula mula kita saling beradu kepalan kosong lebih dahulu.
Kalau didalam seratus jurus gebrakan menang kalah masih
sukar untuk diientukan, maka kita beradu lagi dengan
menggunakan senjata tajam kalau dalam seratus jurus
gebrakan dalam senjatapun kita tak berhasil untuk
menentukan siapa menang siapa kalah. Terpaksa kita harus
saling beradu dalam hal tenaga dalam.
Jikalau dalam seratus jurus bertempur dengan kepalan
kosong. Menang kalah sudah bisa ditentukan? Apa yang kita
lakukan???."
"Siapa yang menderita kekalahan. Dialah orang yang
berada dipihak kalah....!"
Siau Ling segera berpaling dan menotok dua buah jalan
darah penting diatas tubuh Yong ji.
Pek li peng menggerakkan tangan kanannya untuk
mencengkeram pergelangan kanan Yong ji, lalu serunya:
"Serahkan saja orang ini kepadaku!"
Siau Ling melepaskan Yong ji lalu perlahan2 berjalan msju
kedepan, ujarnya:
"lo hujin, sekarang engkau boleh bersiap-siap untuk turun
tangan”
Meskipun dia memakai baju seorang toosu akan tetapi
dalam pembicaraan sianak muda itu tak mampu untuk
menirukan gerak gerik serta logat berbicara dari kaum
beribadat. Dengan suara dingin dan ketus,nenek tua bermuka
jelek itu segera berseru lantang:
"Engkau bukan seorang imam ..bukankah begitu??"

"Engkau tak usah menanyakan siapakah aku, kalau bisa
menangkan diriku maka sama urusan akan menjadi jelas
dengan sendirinya”
Nenek tua bermuka jelek itu seketika naik pitam, hawa
amarahnya sukar dibendung lagi, dengan mulut membungkam
telapak tangannya langsung diayun kedepan menghajar dada
lawannya.
Angin pukusan amat kuat dan kencang, segulung desiran
angin tajam langsung menghajar kearah muka.
Siau Ling angkat tangan kanannya dan menyambut
datangnya ancaman tersebut deng an keras lawan keras...
“Blaaam?” Suatu benturan yang amat dahsyat segera
menggeletar diangkasa.
Nenek tua bermuka jelek itu merasakan tenaga pukulan
yang dilancarkan Siau Ling sangat hebat sekali, tak dapat
dikuasai lagi badannya tergetar mundur satu langkah
kebelakang.
Siau Ling sendiripun merasakan pengelangan tangan
kanannya jadi linu dan kaku diam2 diapun merasa amat
terperanjat. Pikirnya
“Tenaga dalam yang dimiliki nenek tua ini betul2 amat
kuat"
Berpikir sampai disini, sepasang telapaknya secara
beruntun didorong kearah depan, secepat kilat ia lancarkan
serangan yang betubi2 kearah nenek tua jelek itu.
Rupanya rienek tua bermuka jelek itu telah menyadari
bahwa ia telah berjumpa dengan musuh amat tangguh, sekuat
tenaga ia berusaha melancarkan serangan cepat untuk
merebut posisi yang lebih menguntungkan.
Daiam waktu singkat suatu pertarungan sengit yang amat
mendebarkan hatipun berlangsung disana.

Enam puluh jurus telah berlalu tanpa terasa, rupanya
nenek tua bermuka jelek itu telah menyadari bahwa
pertarungan dalam seratus jurus tak mungkin dapat
menangkan Siau Ling, ia segera merubah posisinya dari
menyerang jadi bertahan, ia bersiap siap untuk bertarung
sampai seratus jurus kemudian baru mencari kemenangan
dalam pertarungan senjata tajam.
Akan tetapi serangan demi serangan yang dilancarkan Siau
Ling semakin lama semakin cepat, makin lama makin gencar
dan luar biasa.
Kembali belasan jurus telah lewat, nenek tua bermuka jelek
itu sudah digencet dan didesak Siau Ling habis-habisan hingga
sama sekali tak bertenaga lagi untuk melancarkan serangan
balasan.
Keringat dingin sebesar kacang kedelai mulai mengucur
keluar membasahi seluruh wajah nenek tua itu, secara
paksakan diri kembali ia bertahan sebanyak jurus lagi suatu
ketika ia meleset untuk menghindarkan diri dan tak ampun
lagi bahu kirinya termakan sebuah pukulan yang amat keras
dari si anak muda itu.
Serangan tersebut mengenai sasarannya dengan amat
berat, menggetarkan sekujur badan nenek tua bermuka jelek
itu sehingga secara beruntun mundur empat lima langkah
kebelakang dengan sempoyongan, setelah berusaha dengan
susah payah akhirnya ia baru berhasil berdiri tegak.
Siau Ling segera menarik kembali serangannya dan loncat
mundur kebelakang, ujarnya dengan lirih:
“Maaf.."
Air muka nenek tua bermuka jelek itu berubah jadi hijau
membesi, katanya dengan dingin:
“Serangan itu berhasil pada jurus yang ke berapa ??"
“Jurus kesembilan puluh tiga ! "

“Diantara sembilan puluh tiga gebrakan tersebut sudah
berapa kali engkau saling beradu tenaga dengan diriku ?"
“Tiga kali!"
“Ada suatu hal aku hendak menerangkan lebih dahulu
kepadamu!"
“Katakanlah, akan kudengarkan dengan seksama!"
Aku sudah menderita kekalahan ditanganmu, tentu saja
aku harus menuruti perjanjian dan segera mengasingkan diri
dari keramaian dunia persilatan... "
“Aku lihat lohujin bukanlah seseorang yang biasa
mengingkari janji "sela Siau Ling dengan cepat
"Aku hendak menerangkan kepadamu bahwasanya diatas
telapak tanganku mengandung sejenis racun keji yang sangat
aneh sekali, ketika engkau saling beradu tenaga sebanyak tiga
kali tadi, racun keji tersebut sudah menempel diatas telapak
tanganmu dan menyusup masuk kedalam tubuh, tiada obat
lain yang bisa menyelamatkan jiwamu lagi. Setelah aku
mengasingkan diri dari keramaian dunia pada akhirnya
engkaupun akan menemui ajal”,
Pek li Peng segera tertawa dingin, ujarnya :
“Heeh..heeh..heeh. Lo hujin, aku rasa engkau telah
melupakan tentang suatu persoalan”
“Persoalan apa”
“Cucu perempuan masih berada didalam cengkeraman
kami setiap saat kami dapat pula menyelesaikan selembar
jiwanya.
Nenek tua bermuka jelek itu jadi naik pitam dibuatnya ia
segera berteriak keras.
“Perkataan yang telah kalian ucapkan masih terhitung atau”
tidak?”

“Engkau meracuni orang secara diam-diam tentu saja janji
pertaruhan tersebut batal dan tidak berlaku lagi!”
“Akan tetapi pada waktu itu engkaupun belum mengatakan
pula bahwa engkau akan mempergunakan racun, jika obat
pemunah tersebut tidak kau serahkan kepada kami, maka
engkaupun jangan harap cucu perempuanmu bisa hidup
dengan segar bugar di kolong langit.”
“Kalau kalian mengingkari janji serta mencelakai jiwa cucu
perempuanku, maka aku akan pergunakan beribu-ribu lembar
jiwa manusia dalam dunia persilatan untuk menebus
kematiannya itu!”
“Hmmm! Engkau mana mampu untuk meloloskan diri dari
tempat ini?? setelah cucu perempuanmu kubunuh maka kami
akan mencabut selembar jiwamu, kemudian badanmu akan
kami geledah untuk mencari obat pemunah tersebut.”
Mendengar ancaman itu nenek tua bermuka jelek tersebut
segera tertawa dingin tiada hentinya.
“Heeeh.. heeeh heeeh kecuali hidung kerbau ini, aku masih
belum dapat melihat jelas siapa diantara kalian yang mampu
menandingi diriku, sekalipun kalian turun tangan bersama, bila
aku ingin melarikan diri rasanya bukanlah suatu pekerjaan
yang terlalu menyulitkan bagiku”
Siau Ling tertawa ewa, selanya.
“Mungkin lo hujin menganggap bahwa racun yang
mengeram dalam telapak tanganmu itu amat dahsyat dan luar
biasa sekali sehingga cukup untuk membinasakan diriku, akan
tetapi kalau aku tidak jeri menghadapi kematian dan tetap
memegang janji apakah lo hujin pun akan tetap memegang
janjimu semula??”
“Tentu saja aku akan memegang janjiku seperti semula!”
“Bagus sekali kalau memang begitu mari kita laksanakan
janji kita seperti apa yang telah dirundingkan tadi.”

Nenek tua bermuka jelek itu memandang sekejap kearah
Siau Ling, kemudian dengan nada tercengang serunya;
“Benarkah engkau tidak takut mati?”
“Tidak takut!” Jawab Siau Ling sambil gelengkan kepala
berulang kali
“Kalau memang begitu aku akan berpamitan kepada kalian
sekarang juga aku akan mengasingkan diri ditengah
pegunungan yang terpencil dan selama lima tahun tak akan
muncul kembali didalam dunia persilatan, tetapi kalianpun
harus baik-baik melayani cucu perempuanku ini apabila dia
mendapat sesuatu perlakuan yang tidak genah sehingga
terluka atau cedera, bukan saja semua orang yang berada
disini harus mengorbankan jiwanya, bahkan dunia
persilatanpun akan dilanda oleh badai darah yang sangat
mengerikan.”
“Jangan kuatir, kalau engkau mau pergi pergilah dari sini
secepatnya,
Nenek tua bermuka jelek itu tidak banyak bicara lagi, tiba2
muncullah dua orang pria kurus tinggi berbaju abu2 yang
berjalan masuk kedalam rumah makan secara bersama-sama.
Pintu ruangan itu lebarnya hanya lima depa, dengan jalan
bersanding maka seluruh pintu itu tersumbat.
Sejak menderita kekalahan ditangan anak muda she Siau
itu, hawa gusar dan rasa mendongkol yang berkecamuk dalam
dada nenek tua bermuka jelek itu belum tersalur, menyaksikan
ada dua orang pria menghalangi jalan perginya, ia jadi
semakin naik pitam tegurnya dengan suara dingin.
Kedua orang pria tinggi kurus yang memakai baju abu2 itu
saling bertukar pandangan sekejap mereka masih tetap berdiri
tegak ditempat semula tanpa berkutik barang sedikitpun jua.
Nenek tua bermuka jelek itu segera berpaling kearah Siau
Ling dan bertanya dengan suara lirih:

“Apakah engkau kenal dengan kedua orang itu??”
“Aku sama sekali tidak kenal dengan dirinya!” jawab Siau
Ling sambil gelengkan kepalanya berulang kali.
Mendengar jawaban tersebut napsu membunuh dengan
cepat terpancar keluar dari balik mata nenek tua bermuka
jelek itu, serunya kemudian dengan nada dingin;
“Apakah kalian berdua telah mendapat perintah dari
seseorang untuk menyusahkan diriku??”
Sambil berkata tangan kanannya secara tiba-tiba berkelebat
kearah depan dan mencengkeram pergelangan tangan pria
kurus yang berada disebelah kanannya itu.
Dengan cepat pria itu memutar tangan kanannya, tiba2
dengan jari tengah serta jari telunjuknya dia melancarkan
serangan balas menotok urat nadi diatas tubuh nenek tua
bermuka jelek itu.
Dengan cepat nenek tua itu menarik kembali tangan
kanannya, tangan kiri bersamaan waktunya bergerak kedepan,
sepasang telapak secara beruntun melancarkan serangan
berantai.
Pria tinggi kurus itu sama sekali tak mau mengalah, tiap
serangan dibalas dengan serangan, tiap kepala dibalas dengan
kepala sehingga suatu pertarungan yang amat sengitpun
terjadi.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah saling
bergebrak sebanyak belasan jurus lebih.
Diantara kedua orang manusia berbaju abu-abu itu hanya
orang yang berada disebelah kanan saja yang turun tangan
sedangkan orang yang berada disebelah kiri masih tetap
berdiri tak berkutik ditempat semula, ia tidak melerai pun tidak
turun tangan membantu, sambil berpeluk tangan tetap berdiri
menonton jalannya pertarungan itu dari sisi kalangan.

Diam-diam Siau Ling mengawasi kedua orang manusia
berbaju abu-abu itu dengan seksama, ia lihat mereka berdua
mempunyai perawakan badan yang tinggi dan kurus, berdiri
didepan pintu persis seperti sepasang bambu yang tinggi.
Potongan wajah kedua orang itu aneh sekali, kalau
sebelumnya pernah mendengar atau pernah melihat orang itu
maka dalam sekilas memandang siapapun akan mengenalinya
kembali, akan tetapi sesudah setengah harian lamanya Siau
Ling memperhatikan kedua orang itu, namun tak seorangpun
diantaranya yang ia kenal.
Ketika ia berpaling kearah lain, maka tampaklah Teng It Lui
berdiri termangu-mangu ditempat semula, air mukanya
menunjukkan sikap yang kereng dan amat serius.
Jelas ia merasa amat kaget dan terperanjat sekali dengan
kehadiran dua orang manusia berbaju abu2 yang muncul
secara tiba-tiba itu.
Dalam pada itu, pertarungan antara nenek tua bermuka
jelek dengan manusia berbaju abu2 masih berlangsung
dengan serunya, menang kalah masih sukar untuk ditentukan,
kedua belah pihak sama2 menggerakkan telapak tangannya
dan saling beradu sebanyak puluhan jurus.
Tiba-tiba lelaki berbaju abu2 itu loncat mundur kebelakang
dengan hati terperanjat, serunya dengan dingin.
“Diatas tanganmu mengandung racun yang amat keji!”
“Sedikitpun tidak salah, diatas tanganku memang
mengandung racun yang amat keji.’
Napsu membunuh yang amat tebal dengan cepat
menyelimuti seluruh wajah manusia berbadan kurus kering itu,
dia singkap baju luarnya dan cabut keluar sebatang senjta
penggaris kumala panjang, serunya lantang.
“Sekarang obat pemunah berada dimana??”

“Berada didalam sakuku!”
“Kubunuh engkau obat pemunah itu segera akan
kudapatkan!”
“Hmm! Yang aku kuatirkan justru engkau tak mampu untuk
membinasakan diriku.”
“Baik!” seru manusia baju abu2 itu sambil ayunkan senjata
penggaris kumalanya, “mari kita coba saja”
Sambil miringkan badan ia segera maju kedepan.
Tiba-tiba manusia baju abu2 yang ada disebelah kiri
menghalangi jalan maju rekannya sambil berseru,
“Loji, jangan bergerak secara gegabah!”
Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah nenek tua
bermuka jelek itu, serunya,
“Apakah engkau adalah Wu Popo??”
Nenek tua bermuka jelek itu tertegun, kemudian sahutnya,
“Siapa engkau? Dari mana bisa tahu akan asal usulku??”
“Haaah…haaah…haah… aku adalah Ma Poo!”seru manusia
baju abu-abu itu sambil tertawa tergelak-gelak.
“Sepasang pendekar dari propinsi Leng lam??”
“Wu Popo, engkau tak usah menempelkan emas diatas
wajah kami dua bersaudara, kami sama sekali tidak keberatan
orang lain memanggil diri kami dengan sebutan yang ada,
orang kangouw menyebut diri kami sebagai sepasang iblis dari
propinsi Leng lam saja.”
“Kalau memang kalian berdua kenal dengan diriku, sudah
sepantasnya kalau kuhadiahkan pula obat pemunah untuk
mu!”
Sambil berkata dari dalam sakunya nenek itu ambil keluar
sebutir pil dari kotak emas kemudian diangsurkan kedepan.

Manusia baju abu2 itu melirik sekejap kearah obat
pemunah tersebut akan tetapi dia sama sekali tidak
menerimanya.
Ma Poo segera tersenyum katanya,
“Lo ji, terimalah obat pemunah itu! Wu Popo bukan orang
luar.”
Manusia baju abu-abu yang ada disebelah kanan segera
menyimpan kembali senjata penggaris kumalanya kemudian
menerima obat pemunah itu dan dimasukkan kedalam mulut.
Siau Ling maupun Ceng Yap Ching sekalian yang
menyaksikan orang2 itu dari pertarungan kemudian jadi
bercakap-cakap dengan suasana damai dalam hati segera
menyadari apabila pembicaraan itu berlangsung terus ada
kemungkinan besar sepasang iblis dari propinsi Leng lam itu
akan membantu Wu Popo untuk merebut kembali Yong ji dari
tangan mereka dan pada waktu itu suatu pertarungan sengit
tak akan terhindar lagi.
Sedikitpun tak salah terdengar Wu Popo sedang berkata.
“Aku baru saja kalah bertarung dengan orang lain sehingga
menderita kekalahan total, sekarang juga harus tinggalkan
tempat ini aku harap kalian berdua suka menyingkir
kesamping!.”
“Engkau kalah ditangan siapa?? apa pula yang kalian
pertaruhkan??” tanya Ma Po keheranan.
“Hmmm! Peristiwa ini tak ada sangkut pautnya dengan
kalian berdua.”
Sambil menjawab Wu Popo segera bergerak menuju kearah
luar.
Dengan cepat Ma Po merentangkan tangannya untuk
menghalangi jalan pergi Wu Popo, serunya:

“ Wu Popo, mengapa engkau pandang luar terhadap kami
berdua ?? engkau pasti kenal bukan dengan Siau yau cu
totiang??”
“Kalian berdua kenal dengan Siau yau cu ?” Wu Popo
segera menghentikan langkah kakinya.
“Kedatangan kami justru karena mendapat undangan dari
Siau yau cu totiang untuk datang kemari menyambut
kedatangan Wu Popo “
sesudah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh.
“Sebenarnya kami sudah puluhan tahun lamanya
mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan setelah kali
ini mendapat undangan dari Siau yau cu totiang, tak bisa tidak
terpaksa kami harus turun gunung untuk memenuhi undangan
itu”
“Aku sendiripun sudah duapuluh tahun lebih tak pernah
melakukan perjalanan lagi didalam dunia persilatan, tapi
setelah tiap hari datang sepucuk surat undangan dari Siau yau
cu hidung kerbau tua itu, lama kelamaan aku jadi tak betah
juga sehingga akhirnya munculkan kembali didalam dunia
persilatan, sungguh tak nyana nasib kami memang kurang
begitu beruntung, dalam suatu pertaruhan aku telah
menderiia kekalahan total, bukan saja aku sudah kehilangan
muka, bahkan cucu perempuankupun kalah bertaruh ditangan
orang "
Mendengar perkataan itu, Ma Po segera mengerutkan
dahinya, ia berkata perlahan.
"Kami dua bersaudara telah mendapat pesan dari Siau yau
cu totiang untuk menyambut kedatangan Wu Popo, sepanjang
perjalanan kami memburu kesini sungguh beruntung akhirnya
dapat ditemukan juga..."
"Tidak bisa jadi. "tukas Wu Popo sambil gelengkan
kepalanya, aku telah kalah bertaruh dan sekarang harus

mengasingkan diri selama lima tahun lagi, tolong kalian
berdua suka menyampaikan pesanku kepada Siau yau cu
totiang, katakanlah kalau aku tak dapat memenuhi
undangannya lagi dan berharap agar dia suka memaafkan!"
"Kalah bertaruh kita toh bisa menebusnya
kembali"sambung Ma Po dengan cepat, “sekalipun popo sudah
kalah, kami dua bersaudara toh dapat membantu dirimu untuk
bertaruh pula dengan orang itu”
Siau Ling yang mendengarkan pembicaraan tersebut,
dalam hati kecilnya segera berpikir.
"Oooh...! Rupanya ketiga orang ini adalah bala bantuan
yang diundang oleh Siau yau cu untuk membantu pihaknya.
Su hay kun cu sudah bekerja sama debgan Shen Bok Hong.
Setelah Siau yau cu mengundang kehadiran begitu banyak
gembong iblis yang sudah lama mengasingkan diri dari
keramaian dunia untuk membantu pihaknya mungkin suatu
gerakan secara besar2an bakal dilakukan, aku harus
dengarkan pembicaraan mereka secara baik2”
Setelah mengambil keputusan didalam hati kecilnya.
Diapun berdiri tak berkutik lagi ditempat semula.
Tampak wajah Wu Popo berkerut kencang perlahan2
katanya.
“Aku sudah kalah bertaruh, tidak panya muka lagi untuk
berjumpa dengan mereka!"
“Kalau memang begitu harap popo suka menonton dari
samping kalangan saja, lihat sajalah kami dua bersaudara
akan tuntut kembali modalmu yang sudah kalah
dipertaruhkan itu...."
Ia memandang sekejap kearah Siau Ling serta Teng It Lui,
kemudian tanyanya:
“Apakah engkau sudah kalah bertaruh dengan beberapa
orang itu?"

00000o00000
76
Rupanya Wu Popo telah digerakkan hatinya oleh perkataan
dari Ma Poo ia mundur kesamping dan tidak berbicara lagi.
Ma Poo segera alihkan sinar matanya keatas wajah Teng It
Lui, ujarnya dengan suara lantang:
“Kalau daya ingatku tidak keliru, semestinya engkau adalah
Teng ji hiap bukan ?”
“Sedikitpun tidak salah pada lima belas tahud berselang
kita pernah saling berjumpa dikota Si ciu ! "
“haaahh...haaahh... haah... Sungguh hebat daya ingatanmu
sedikitpun tidak salah! " jawab Ma Poo sambil tertawa
terbahak2.
Ia berhenti sebentar senyuman yang semula menghiasi
bibirnya tiba2 lenyap tak berbekas dan segera menyambung
lebih jauh;
“Barang apakah yang telah dipertaruhakan Wu Popo
dengan kalian beberapa orang?"
Sebenarnya Siau Ling ingin menjawab tapi akhirnya ia
batalkan niatnya itu sambil berpikir didalam hati.
“Usia Teng It Lui paling besar semua persoalan memang
sudah sepantasnya kalau diselesaikan olehnya....
Berpikir sampai disinipun ia segera membungkam dalam
seribu bahasa.
Teng It Lui memandang sekejap kearah Siau Ling,
kemudian menjawab:
“Persoalan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan
kalian bedua, lebih baik janganlah terjunkan diri kedalam air
keruh ini”

Ma Poo kontan saja tertawa dingin.
“Heeeh...heeeeh...hereeh....kami dua bersaudara sudah
mengambil keputusan untuk mencampuri urasan ini”, serunya,
“kalau Teng ji hiap tak mau menjawab sejujurnya, terpaksa
kami harus....”
“Hmm! Tak ada salahnya untuk memberitahukan kepada
kalian”, tukas Teng It Lui dengan ketus.
Maka diapun segera menceritakan apa yang telah
dilakukan Wu Popo untuk mencari harta dengan jalan
meracuni semua orang. Selesai mendengarkar kisah cerita itui
Ma Poo alihkan sorot matanya keatas wajah Siau Ling lalu
berkata.
"Tooya mendiami kuil manakah selama ini??”
“Kuil Sam Koan dikolong langit"
“Hmm! Tekebur amat perkataanmu itu...” Sorot matanya
segera dialihkan keatas wajah Pek li Peng dan melanjutkan
“Apakah tosu kecil ini adalah murid too tiang???”
“Aku rasa persoalan ini tak ada sangkut pautnya dengan
dirimu!”
Ma Poo kembali tertawa dingin;
"Heeehh... heeeehh.. heeehh... Wu Popo sudah kalah
bertaruh sehingga kehilangan cucu perempuannya, aku akan
menebuskan kembali kekalahannya itu!"
“Apakah kalian ingin bertaruh lagi dengan diriku??”
“Sedikitpun tidak salah, yang kita pertaruhkan adalah
menghapuskan perjanjianmu dengan Wu Popo serta serahkan
kembali cucu perempuannya kepada kami....!"
“Pertaruhan macam apakah yang hendak kalian ajukan ?
Katakan saja secara terbuka aku pasti akan melayani
keinginanmu itu.”

“Kalau kudengar dari nada ucapanmu agaknya belum lama
engkau masuk menjadi seorang imam!" seru Ma Poo dengan
dahi berkerut
Rupanya Siau Ling selalu lupa bahwa dirinya sedang
menyaru sebagai seorang imam sehingga dalam berbicara
maupun tingkah lakunya selalu pula bertindak mengikuti
keadaan sehari-hari.
Teng It Lui maupun Ceng Yap Ching sama sama
mempunyai perhitungan bahwa ilmu silat yang dimiliki Siau
Ling jauh diatas kepandaian mereka, semua persoalan
memang sudah sepantasnya kalau dibereskan oleh pemuda itu
maka kedua orang itu tetap membungkam dalam seribu
bahasa.
Ma Poo sendiri dari kisah yang diceritakan oleh Teng It Lui
barusan telah mengetahui kalau Wu Popo menderita
kekalahan ditangan totiang tersebut, andaikata dia harus
bengebrak juga melawan dirinya niscaya dia sendiripun akan
menderita kekalahan ditangannya, maka ia berusaha mencari
suatu cara bertaruh yang kesempatan bagi pihaknya untuk
merebut kemenangan jauh lebih besar.
Berpikir sampai disini iapun sengaja berkata:
“Kalau aku yang mengajukan usul untuk pertaruhan ini, aku
kuatir totiang tak berani untuk menerimanya!"
Siau Ling tertawa dingin mendengar perkataan itu, serunya
dengan cepat:
“katakan saja apa caramu itu. Pinto pasti akan melayani
kehendakmu itu...."
“Aku ingin bertaruh dengan totiang dengan menggunakan
suatu cara yang baru!" ..pertaruhan macam apakah itu??"
..tontiang pilihkan seekor ular berbisa untukku dan aku akan
makan ular itu mentah mentah, setelah itu akupun akan
pilihkan seekor ular beracun yang lain untuk totiang, seperti

halnya dengan aku, totiangpun harus menghabiskan pula ular
beracun itu.”
Siau Ling sama sekali tidak menyangka kalau mereka dapat
mengajukan cara Bertaruh yang aneh dan luar biasa seperti
ini, ia jadi tertegun dan untuk beberapa saat lamanya tak
mampu mengucapkan sepatah katapun.
Menyaksikan keadaan lawannya, dengan dingin Ma Poo
segera berkata:
"Aku sudah menduga sejak semula kalau totiang pasti tak
berani menerima tantanganku ini, ternyata dugaanku
sedikitpun tidak salah "
Siau Ling mengerutkan dahinya.
"Mencabut gigi dimulut harimau, aku sih pernah mendengar
orang hendak bertaruh dengan cara makan ular berbisa??”
serunya.
"Ini hari toh totiang sudah mendengarnya sendiri, bahkan
melibat dengan mata sendiri. Aku akan menelan ular berbisa
itu dalam keadaan hidup2”
"Tidak membicarakan soal keracunan atau tidaknya
sesudah makan ular beracun tersebut” pikir Siau Ling didalam
hati, "cukup meninjau dari keadaan sewaktu makan ular
berbisa itu sudah cukup membuat orang merasa muak dan
ingin tumpah kalau ia benar2 berani memilih seekor ular
berbisanya untuk dimakan, nampaknya hari ini aku bakal
menderita kekalahan total ditangan orang ini:”
Berpikir sampai disitu ia lantas berkata.
"Belum pernah pinto mendengar ada orang yang berani
makan ular berbisa dalam keadaan hidup2, aku tidak percaya
kalau engkau berani makan ular berbisa itu"
"Oleh karena itulah aku menantang dirimu uutuk bertaruh!"
sambung Ma Poo dengan cepat;

Siau Ling segera alihkan sorot matanya ke atas wajah Teng
It Lui, ia berharap dari perubahan wajahnya dapat
menemukan suatu petunjuk untuk menghadapi kejadian
tersebut, siapa tahu wajah Teng It Lui masih tetap diliputi oleh
keraguan dan kebingungan.
“Apakah totiang merasa menyesal?" ejek Ma Poo dengan
suara dingin.
“Apakah pinto sudah menyanggupi caramu itu??"
Pada saat ini Siau Ling sudah tahu bahwa maksud
kedatangan sepasang iblis dari propinsi Leng lam ini adalah
membantu Siau yau cu untuk menarik Wu Popo serta cucunya
membantu komplotan mereka, bagaimanakah ilmu silat yang
dimiliki kedua orang nenek dan cucunya untuk sementara
waktu tak usah dibicarakan, cukup meninjau dari cara mereka
lepaskan racun tanpa meninggalkan bekas sudah cukup
membuat orang merasa sulit untuk berjaga2 seandainya
didalam pertaruhan ini dia menderita kekalahan dengan Ma
Poo sehingga perjanjiannya dengan Wu Popo dibatalkan,
dengan kerjasama Wu Popo dengan Su hay kuncu dan para
jago lihay dan perkampungan Pek Hoa San cung bukankah
berarti keadaan musuh bagaikan harimau yang tumbuh sayap.
Tetapi sebagai seorang pendekar yang berjiwa besar,
meskipun tahu bahwa persoalan ini menyangkut suatu
masalah yang besar, akan tetapi perkataan yang telah
diucapkan keluar tak mungkin bisa ditarik kembali.
Terdengar Ma Poo tertawa dingin dan berkata.
“Kalau totiang merasa menyesal dan ingin membatalkan
pertarungan ini sebenarnya tidaklah sulit "
“Apakah maksudmu mengucapkan kata kata semacam itu !
" seru Siau Ling dengan dahi berkerut.

“Asal totiang sebut gelarmu kemudian mengakui bahwa
persetujuanmu itu tidak berlaku lagi, maka kita bisa
merundingkan cara bertaruh yang lain...."
"Siau Ling tertegun lalu berkata: "andaikaka pinto benar2
sudah menyetujui, tentu saja apa yang telah kusetujui itu tak
bisa dibatalkan kembali..."
"Hmm.. coba bayangkan, apakah engkau telah
menyetujuinya atau tidak?" tukas Ma Poo dengan cepat.
Air muka Siau Ling berubah jadi amat serius. Ia segera
berseru:
"Baik, engkau makanlah dahulu, sayang sekali ditempat ini
tidak terdapat ular"
Ma Poo tertawa dingin, dari dalam sakunya dia ambil
keluar sebuah kantong kain, dari dalam kantong kain itu
nampaklah berisikan dua ekor ular yang amat kecil.
Panjang kedua ekor ular kecil itu hanya tujuh delapan cun,
seluruh tubuhnya berwarna putih berbintik2, berkepala
segitiga dan lidahnya yang merah mendesis amat
menyeramkan, sekilas memandang dapat diketahui bahwa
ular tersebut termasuk sejenis ular yang sangat berbisa.
"Nah! Pilihkanlah seekor ular itu untukku" kata Ma Poo
dengan suara dingin.
Menelan ular berbisa dalam keadaan hidup2 merupakan
suatu kejadian yang amat langka dalam dunia persilatan, air
muka Teng It Lui serta Ceng Yap Ching seketika berubah
hebat setelah menyaksikan kesemuanya itu,
Dengan pandangan dingin Siau Ling memandang sekejap
kearah Ma Poo, lalu ujarnya:
"Agaknya setiap waktu dan setiap saat kalian selalu bersiap
sedia untuk bertaruh makan ular berbisa dengan orang. Maka
ular2 itu selalu dibawa didalam saku!"

"Ular itu adalah ular hidup masa diantaranya masih ada
yang palsu, lagipula didalam pertarungan ini engkaulah yang
jauh lebih beruntung daripada diriku”
“Jauh lebih beruntung?? Dalam hal apa k mi lebih
beruntung???"
"Asal aku makan seekor ular dan totiang pun makan seekor
ular berbisa. Maka kemenangan sudah berada dipihakmu”
"Jadi kalau begitu engkau sudah menduga kalau aku tak
berani makan ular itu??"
"Semoga saja totiang berani makan, sehingga aku bisa
kalah dalam keadaan yang benar2 puas..."
Setelah berhenti sebentar, tambahnya:
“Harap totiang suka pilihkan seekor ular beracun untukku”
Memandang kedua ekor ular berbisa itu mempunyai bentuk
serta potongan yang tidak berbeda Siau Ling segara menuding
salah satu diantaranya sambil berkata:
"Yang ini saja"
Ma Poo segera menangkap bagian tujun cun dari ular
berbisa itu. Dengan ditangkapnya bagian yang penting itu,
ular tadi tidak berkutik lagi.
Ia segera memasukkan ular tersebut kedalam mulut, dan
ekor sampat keatas kepala segera dilalap dengan nikmatnya.
Siau Ling membelalakkan sepasang matanya bulat2.
Dengan wajah tertegun ia saksukan Ma Poo menghabiskan
ular berbisa itu hingga sama sekali tak ada sisanya.
Pada waktu itu semua orang yang hadir ditempat itu sama2
menyaksikan jalannya peristiwa dengan wajah tegang,
suasana sepi tak kedengaran sedikit suara pun.

Jelas, perbuatan Ma Poo dengan menghabiskan ular
berbisa itu dalam sekali lahapan telah membuat semua orang
berdiri terbelalak dengan melongo.
Setelah menghabiskan ular berbisa itu, Ma Poo segera
alihkan sorot matanya keatas wajah Siau Ling sambil berkata
"Totiang sekarang tiba giliranmu!”
Secara diam2 Siau Ling telah memperhatikan bagaimana
caranya dia menangkap ular berbisa itu. Seperti halnya
dengan apa yang dilakukan Ma Poo barusan. Bagian tujuh cun
dari ular tadi segera dicekal.
Memandang tubuh ular berbisa itu yang peouh dengaan
bintik putih, diam2 Siau Ling merasakan arak dan makanan
yang sudah berada didalam perutnya terasa mau tumpah
semua,
Akan tetapi ketika ia teringat kembali akan keselamatan
dunia persilatan. Bagaimanapun juga terpaksa harus dimakan
juga ular beracun itu, maka dia segera pejamkan matanya dan
masukan ekor ular itu kedalam mulutnya.
Namun sebelum ia sempat meneruskan perbuatannya,
Tiba-tiba ujung bajunya ditarik orang.
Disusul terdengarlah Pek li Peng berbisik dengan suara lirih
“Lebih baik mengaku kalah saja!”
Jari tengah dan telunjuk tangan kanannya segera
dikerahkan tenaga dan secara tiba tiba dikebaskan keatas
tubuh ular berbisa yang berada dicekalan Siau Ling sehingga
tersampok jatuh keatas tanah sambil menggandeng tangan
Yong ji maju kedepan katanya;
“Orang ini kuserahkan kembali kepadamu kami mengaku
kalah.”

Ma Poo menerima Yong ji dan menepuk bebas jalan
darahnya kemudian mengambil ular berbisa yang jatuh
ditanah dan dimasukkan kembali kedalam sakunya.
“Maaf.. maaf..." katanya sambil memberi hormat.
“Hmmm dalam pertaruhan kali ini kami mengaku kalah"
ujar Pek li Peng dengan ketus, tapi aku harap kalian semua
janganlah sampai bertemu kembali dengan kami sebab dalam
pertemuan selanjutnya kita harus mengandalkan kepandaian
silat yang sesungguhnya untuk menentukan mati hidup tidak
mungkin kami akan menantang dirimu untuk melakukan
pertaruhan makan ular lagi"
Ma Poo sama sekali tidak menjawab dengan membawa
serta Wu Popo sekalian mereka segera berlalu dari sana.
Dalam sekejap mata bayangan tubuh mereka telah lenyap dari
pandangan
Sepeninggalnya beberapa orang itu, Siau Ling menghela
napas panjang katanya;
“Aku benar benar merasa amat menyesal, pertaruhan yang
berhasil kumenangkan akhirnya kalah kembali!”
“Pertaruhan makan ular bukanlah perbuatan yang bisa
dilakukan oleh setiap orang”, sahut Cheng Yap Cing dari
samping “Propinsi Leng lam adalah daerah penghasil ular
beracun, mungkin saja sedari kecil dahulu mereka sudah
berlatih makan ular berbisa,
“Sekalipun sedari kecil mereka sudah berlatih kepandaian
makan ular berbisa dalam keadaan hidup, belum tentu mereka
berani menelan pula leher ular serta kantong berisi racunnya
kedalam perut, aku rasa dibalik kesemuanya itu pasti sudah
terselip suatu tipu muslihat yang licin” sambung Teng It Lui
dengan cepat.
Siau Ling mengangguk,

"Ia selalu membawa serta dua ekor ular beracun, itu berani
bahwa setiap saat ia telah bersiap sedia untuk bertaruh
dengan siapapun juga... Orang itu memang sangat
berbahaya.”
“Sekarang kita tak usah membicarakan persoalan ini lagi
"tukas Pek li Peng dari samping, “apakah dibalik kejadian itu
terselip tipu muslihat atau tidak yang penting kita sudah
menderita kekalahan ditangan mereka. Persoalan yang paling
penting pada saat ini adalah bagaimana caranya untuk
menangkap kembali orang itu, tadi aku sudah terangkan
kepada mereka jikalau sampai bertemu lagi dikemudian hari
maka kita tak akan bertaruh lagi dengan mereka tapi akan
bertarung dengan andalkan ilmu silat yang dimilikinya.."
Ia memandang sekejap kearah Siau Ling, kemudian
melanjutkan:
“Andaikata Wu Popo itu sangat berbahaya bagi
keselamatan dunia persilatan maka kita tak boleh lepaskan
mereka dengan begitu saja kita harus segera melakukan
pengejaran dan membasmi mereka dari muka bumi”.
“Sangat masuk diakal" sahut Teng It Lui dengan cepat,
“Sekarang juga mari kita susul mereka"
Sesudah membayar rekening rumah makan berangkatlah
mereka untuk melakukan pengejaran.
Berbubung Siau Ling serta Pek li Peng sama-sama tidak
menunggang kuda maka Teng It Lui serta Ceng Yap Ching
pun rneninggalkan kudanya untuk melanjutkan perjalanan
dengan berjalan kaki.
Dalam pada itu senja hari telah menjelang tiba, pandangan
disekeliling tempat itu mulai kelihatan samar2,
Keempat orang itu segera mengambil jalan raya dan terus
mengejar kearah depan.

Malam semakin kelam.. orang yang melakukan perjalanan
pun sudah tak nampak lagi,membuat suasana jalan raya itu
hening sepi dan menyeramkan.
Dengan andalkan sepasang matanya yang tajam Teng It
Lui menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, namun sejauh
pandangannya sama sekali tidak nampak cahaya lampu, ia
segera berkata:
“Perjalanan yang bakal kita tempuh benar-benar sunyi dan
jauh dari keramaian, empat penjuru di sekeliling tempat ini
agaknya tidak terdapat dusun atau rumah penduduk”
Tiba-tiba Siau Ling teringat sesuatu, ia segera berkata;
"Aku rasa Wu Popo masih tak akan rela menderita kerugian
dengan begitu saja, mereka pasti akan berusaha untuk
membalas dendam terhadap kita semua, sepanjang perjalanan
kita harus bertindak sangat hati2 sehingga tidak sampai jatuh
kecundang ditangan mereka.”
"Dalam kolong langit benar2 banyak terdapat kejadian
yang serba aneh" kata Ceng Yap Ching dari samping, "kau
percaya dan yakin bahwa semua gerak gerik serta perbuatan
dari Wu Popo serta cucu perempuannya telah kuperhatikan
dengan seksama, akan tetapi aku tidak berhasil melihat jelas
bagaimana caranya mereka turun tangan untuk melepaskan
racun keji itu, nampaknya ilmu silat bukanlah satu2nya
sumber pokok yang kisa dipengunakan untuk mencari
kemenangan dalam dunia persilatan.”
Sementara pembicaraan masih berlangsung sampailah
mereka dibawah sebuah pohon besar.
Tiba2 Pek li Peng berseru tertahan dan menjerit:
"Aaah!Apakah itu??"
Siau Ling sekalian segera hentikan langkah kakinya dan
menengadah keatas, tampaklah sesosok mayat mengantung
diatas pohon besar.

Meskipun kegelapan malam sudah mencekam diseluruh
jagad, akan tetapi dengan ketajaman mata beberapa orang
itu,mereka dapat melihat jelas bahwasanya benda itu adalah
sesosok mayat.
“Agaknya sesosok mayat ??" bisik Ceng Yap Ching dengan
suara lirih.
“Mungkin seseorang telah dibunuh orang? sambung Teng It
Lui, .
“Sedikitpun tidak salah pohon besar ini tingginya mencapai
tiga tombak lebih, jarak antara mayat itu dengan tanahpun
masih ada satu tombak lima depa. Kalau orang itu mencari
mati tak mungkin keadaannya demikian.”
Sambil berkata jago muda dari partai Butong ini segera
cabut keluar sebilah pedang Ji kiam yang terselip
dipinggangnya dan sekali ayun, pedang pendek itu laksana
kilat segera berkelebat kearah depan.
Gerakan tangannya benar-benar luar biasa dimana cahaya
pedang itu berkelebat lewat, tali penggantung itu segera
terkena babat sehingga putus menjadi dua.
Setelah tali penggantungnya patah jadi dua bagian, mayat
itupun segera terjatuh kebawah.
Ceng Yap Ching segera loncat maju kedepan menyambut
jatuhnya mayat itu. Ketika dilihat dengan seksama ia segera
menjerit dengan hati terkesiap:
"Aaah...!Wu Popo..."
Terhadap Wu Popo yang bermuka jelek rupanya ia sudah
menaruh perasaan waswas yang amat tebal, sekalipun yang
ditemukan hanya mayatnya namun tak dapat membendung
rasa kagetnya yang luar biasa, cekalannya jadi mengendor
dan mayat itu segera terjatuh keatas tanah.

Sreeet..! Desiran ringan berkelebat, pedang Jit siu kiam itu
terjatuh kembali keatas tanah.
Pedang Jit siu kiam milik Ceng Yap Ching tersebut adalah
pedang yang dibuat dari baja murni hasil gunung Thin san
yang berusia seribu tahun, pedang itu dibuat oleh ciangbunjin
partai Butong dua angkatan sebelumnya, bukan saja kuat
sekali bahkan tajam luar biasa dan amat berharga sekali,
tanpa memperdulikan keadaan dari Wu Popo lagi, buru2 ia
ambil kembali pedang pendeknya dan segera disorenkan
kembali kedalam sarungnya.
Baik Teng It Lui maupun Siau Ling sekalian sama-sama
sudah menaruh perasaan was-was yang amat tebal terhadap
diri Wu Popo, oleh karena itu semua orang sama-sama tidak
menggerakkan mayatnya.
Teng It Lui memandang sekejap tubuh Wu Popo yang
menggeletak diatas tanah, kemudian bisiknya:
“Kejadian semacam ini tak mungkin terjadi, kenapa dia bisa
dibunuh orang dan mayatnya digantung diatas pohon??"
Ketika beradu tenaga dengan Wu Popo sewaktu berada
dirumah makan tadi, secara diam2 Siau Ling telah
mengenakan sarung tangan kulit ular berusia seribu tahun,
oleh karena itu dia sama sekali tidak keracunan setelah
memandang sekejap kearah mayat Wu Popo, sianak muda itu
kembali mengenakan sarung tangan kemudian berjongkok
disisi tubuhnya dan memeriksa pernapasannya.
“Jangan sentuh dirinya!’ Teriak Pek li Peng dengan suara
keras.
‘Tidak mengapa!” jawab Siau Ling sambil tersenyum, ia
julurkan tangannya dan memeriksa pernapasan nenek itu.
Teng It Lui agak jera menghadapi nenek bermuka jelek itu,
ia tak berani berjalan terlalu dekat, segera serunya.

“Bagaimana ?? Dia sungguh2 sudah mati? Atau pura2 mati
?"
“Sungguh sungguh sudah mati ! aneh siapa yaa yang
sudah bunuh nenek tua itu!" gumam Teng It Lui keheranan,
kalau dibilang sepasang iblis dari propinsi Lenglam yang sudah
mengerubuti dirinya, meskipun tidak sampai menderita
kekalahan ditangannya tetapi kalau ingin membunuh nenek itu
bukanlah suatu pekerjaan yang gampang, apalagi cucu
perempuannya tentu akan membantu nenek itu ??"
Dengan sorot mata yang tajam Siau Ling segera memeriksa
raut wajah mayat itu, kemudian katanya:
“Aku rasa yang mati bukanlah Wu Popo yang asli! "
Sambil berkata ia segera mencengkeram raut wajah mayat
itu sedikitpun tidak salah segera terlepaslah selembar topeng
kulit manusia.
Teng It Lui maupun Ceng Yap Ching segera memeriksa
wajah mayat itu, ternyata yang mati adalah seorang nenek
tua.
Ceng Yap Ching segera menggertak giginya rapat rapat dan
berseru :
“Wu Popo benar benar berhati kejam, telengas dan tak
kenal peri kemanusiaan, untuk mencarikan pengganti bagi
dirinya, ternyata ia telah membinasakan seorang nenek tua
yang sama sekali tak ada sangkut paut dengan dirinya.”
“Kalau lain kali kita bertemu muka lagi dengan dirinya, jiwa
nenek jahat itu tak boleh diampuni lagi.”
“Oooh toako menurut penglihatanmu orang ini sudah mati
berapa lama???" tanya Pek Li Peng.
Dengan seksama Siau Ling mengawasi wajah nenek tua itu
beberapa saat lamanya, kemudian menjawab:
“Agaknya belum terlalu lama!"

Pek li Peng tersenyum dan segera berjongkok sambil
memegang dada nenek tua itu, kemudian katanya:
“Hawa panas ditubuhnya belum hilang, jelas kematiannya
terjadi belum lama berselang!"
Ternyata Siau Ling tak mau langsung periksa dada nenek
tua itu sebab pihak lawan adalah wanita, kendatipun sudah
tua peyot dan jadi mayat.
Pek li Peng menengadah memandang sekejap kearah Teng
It Lui lalu berkata dengan lantang:
“Locianpwee pengetahuan dan pengalamanmu luar sekali,
apakah engkau dapat menebak apa maksud serta tujuan Wu
Popo membunuh seorang nenek tua untuk menyaru sebagai
dirinya ?"
“Kalau dugaanku tidak salah tujuannya pasti akan
melepaskan racun dengan menggunakan cara ini”
Tiba tiba.... Ploook! Segumpal bubuk halus terjatuh dari
tubuh mayat itu dan segera menyebar keempat penjuru.
Siau Ling amat terperanjat, buru2 ia loncat mundur
kebelakang untuk menghindarkan diri.
Terdengarlah suara gelak tertawa yang amat keras
bagaikan jeritan kuntilanak bergema memecahkan kesunyian
disusul seseorang berseru:
“Sedikitpun tidak salah aku hendak melepaskan racun
diatas tubuh kalian semua!"
Bersamaan dengan bergemanya suara bentakan itu,
sesosok bayangan hitam melayang turun dari atas pohon.
Teng It Lui, Ceng Yap Ching serta Pek li Peng sama-sama
menaruh perasaan jeri terhadap kelihayan Wu Popo didalam
melepaskan racun, tetapi mereka sama sekali tidak menduga
kalau Wu Popo bakal memasang racunnya diatas mayat
seorang nenek tua yang disaru bagaikan wajahnya.

Mendengar seruan tersebut mereka tersentak kaget dan
segera loncat mundur kebelakang, namun pada saat itulah
segulung bau harum yang sangat aneh secara lapat2 masuk
kedalam lubang hidung mereka, membuat orang-orang itu
segera tutup napas.
Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah bayangan
hitam yang baru saja melayang turun dari atas pohon itu,
sedikitpun tidak salah! Ternyata bukan lain orang itu adalah
Wu Popo, hal ini membuat hatinya jadi amat gusar.
Sambil tertawa dingin segera ujarnya
"Caramu ini benar2 keji dan jahat sekali!"
“Selamanya aku tak pernah memikirkan dengan cara apa
aku harus turun tangan, yang penting adalah bagaimanakah
pembalasan dendam yang kulakukan itu bisa terwujud!”
Tetapi engkau jangan lupa, sebelum kami keracunan
hebat masih ada sisa kekuatan yang kami miliki untuk
membinasakan dirimu"
"Akan tetapi dalam melepaskan racun kali ini aku telah
mempergunakan cara yang paling cepat dan paling dahsyat.”
Tiba2 Siau Ling miringkan badannya kemudian menerjang
kearah nenek bermuka jelek itu.
Wu Popo sepera ayunkan tangan kanannya kedepan,
segumpal kabut berwarna putih dengan cepat menerjang
kearah depan.
Siau Ling mengerutkan dahinya, diam2 ia haturkan hawa
murninya dan balas melancarkan satu pukulan kedepan.
Pukulan ini benar2 luar biasa sekali, segulung angin
pukulan yang sangat kuat dengan cepat menerjang kearah
tubuh nenek tua itu.

Kabut putih yang sedang meluncur dating sesudah
termakan oleh angin pukulan Siau Ling yang kuat itu segera
mencelat balik dan melayang kembali kearah tubuh Wu Popo.
Dengan cepat Wu Popo meloncat dan menghindarkan diri
dari datangnya ancaman tersebut.
Menggunakan kesempatan tersebut Siau Ling loncat maju
kedepan, telapak kirinya membabat dengan gerak melintang
sementara tangan kanannya laksana kilat mencengkeram urat
nadi nenek itu.
Rupanya Wu Popo sudah mengetahui akan kelihayan dari
Siau Ling, ia tarik napas panjang2 kemudian loncat mundur
lima depa kearah belakang.
Napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah Siau Ling,
jarinya menyentil kedepan dan ia lancarkan serangan dengan
ilmu Sian ci sinkang.
Segulung desiran angin tajam segera berkelebat
menembusi angkasa dan langsung menyerang kemuka.
Baru saja Wu Popo berdiri tegak, angin serangan yang
dilancarkan iga Wu Popo!
Terdengar nenek tua bermuka jelek itu mendengus berat.
Badannya tergetar mundur dua langkah ke belakang hingga
jatuh terduduk diatas tanah.
Siau Ling segera menerjang maju kedepan siap
melancarkan totokan untuk menghajar jalan darahnya, tiba2
dari arah belakang berkumandang datang suara benda berat
terjatuh keatas tanah....
Ia segera berpaling kebelakang tampaklah Teng It Lui,
Ceng Yap Cing serta Pek li Peng sudah roboh terkapar diatas
tanah, hal ini membuat hatinya jadi tertegun.
Pada saat itulah terdengar suara Wu Popo yang lirih
berkumandang datang memecahkan kesunyian:

“Mereka semua telah keracunan hebat!"
“Kenapa aku sama sekali tidak merasakan sesuatu
apapun?? ejek Siau Ling dengan nada dingin.
“Akupun sedang merasa keheranan”,setelah berhenti
sebentar sambungnya, “aku tidak percaya kalau tenaga
dalam yang engkau miliki telah mencapai pada taraf tidak
mempan terhadap segala macam serangan racun”.
Dalam hati kecilnya Siau Ling segera berpikir:
“Perduli siapapun dan tenaga dalamnya telah mencapai
puncak kesempurnaan yang bagaimanapun, tak mungkin dia
bisa kebal terhadap serangan racun, andaikata akupun
keracunan dan sampai sekarang racun itu belum mulai
bekerja, dibaiik kejadian ini pasti terdapat latar belakang
lainnya.”
Berpikir sampai disini ia lantas berkata,
"Walaupun ketiga orang itu keracunan, belum tentu mereka
bakal mati, tapi engkau sudah pasti bakal mati diujung
telapakku!"
Tiba2 ia maju dua langkah kedepan, telapak kanannya
segera diayun kedepan.
“Jangan kau lukai nenekku!" tiba2 satu jeritan lengking
berkumandang datang.
Bersamaan dengan bergemanya suara itu, sesosok
bayangan manusia melayang turun dari atas pohon besar, dia
bukan lain seorang gadis berpakaian ringkas:
Kepalanya memakai kain pengikat berwarna hijau, sebilah
pedang tersoren pada punggungnya, rasa panik dan gelisah
mencekam raut wajahnya yang manis dan menawan itu.
Rupanya gadis itu sudah menyadari bahwa kepandaian silat
yang dimilikinya masih bukan merupakan tandingan dari Siau

Ling, oleh sebab itu ia sama sekali tidak menunjukkan sikap
untuk melakukan serangan.
Siau Ling mendengus dingin lalu berkata:
“Nenekmu pandai sekali menggunakan racun keji, lagipula
jadi orang tidak berhati bajik, kalau manusia semacam ini
dibiarkan hidup dikolong langit entah berapa banyak orang
yang bakal dkelakai olehnya. Nenekmu tak dapat dibiarkan
hidup"
“Kalau engkau tidak bersedia mengampuni jiwa nenekku,
masa engkaupun sama sekali tidak berminat untuk
menyelamatkan jiwa rekan-rekanmu itu??” Tanya Wu Yong
dengan sedih.
“Sekalipun nenekmu sudah mati. Nona ton masih hidup
dikolong langit, aku rasa nona masih memiliki kemampuan
untuk membebaskan mereka dari pengaruh racun.”
“Kalau engkau binasakan nenekku yang selama ini hidup
berdampingan dengan diriku, apakah engkau anggap aku
bersedia pula membantu dirimu untuk membebaskan
kawan2mu dan pengaruh keracunan??”
“Aku rasa pada waktu ini nona tak dapat mengambil
keputusan dengan sekehendak hatimu sendiri.”
“Orang yang beribadah paling mengutamakan kebajikan
dan perasaan welas kasih”, seru Wu Yong dengan gusar,
“engkau toosu hidung kerbau berhati kejam dan telengas hm
mm! Sedikitpun tidak mencerminkan kebesaran jiwa seorang
manusia yang beribadah.”
Selama Siau Ling bertindak dan mengambil keputusan
dengan berdasarkan kebesaran jiwanya. Kali ini berhubung dia
menaruh perasaan was2 terhadap kelihayan nenek itu didalam
melepaskan racun, timbullah niatnya untuk membinasakan Wu
Popo sehingga melenyapkan bibit bencana bagi umat
persilatan di kemudian hari. Kemudian ia baru paksa Wu Yong

untuk menyerahkan obat pemunah serta memusnahkan
kepandaian silatnya,
Siapa tahu Wu Yong telah mencaci maki dirinya dengan
kata2 yang tajam, hal ini membuat Siau Ling jadi terbelalak
dan gelagapan, untuk beberapa saat lamanya ia tak mampu
mengucapkan sepatah katapun.
"Bunuhlah aku! "kembali Wu Yong berseru “setelah engkau
binasakan nenekku, aku pun akan bunuh diri menyusul nenek
kealam baka. Kami dua lembar jiwa harus ditukar dengan
kalian tiga lembar jiwa, sekalipun harus mati aku rasa kami
akan mati dengan mata meram”
"Kalau obat pemunah itu berada didalam saku kalian
berdua, setelah pinto membinasakan kalian berdua, obat
pemunah itu toh dapat kutemukan pula didalam saku kalian”
Wu Yong segera tertawa dingin, jengeknya.
"heeeh…heeeh…heeeh… racun yang bersarang ditubuh
mereka adalah sejenis racun keji hasil campuran pelbagai
macam2 yang dilakukan oleh nenekku sendiri, kalau engkau
tidak mengerti bagaimana caranya mencampurkan bahan2
obat itu, darimana pula jiwa mereka bertiga dapat kau
selamatkan??"
Wu Popo yang duduk diatas tanab tiba2 loncat bangun,
tangan kanannya diayun menunjukkan gerakan seakan2
sedang melepaskan senjata rahasia...
Siau Ling sendiri menyatakan bahwa ilmu sentilan Sian ci
sinkangnya masih belum berhasil mencapai puncak
kesempurnaan, tempat yang dituju meskipun tepat sekali, dan
serangan yang barusan dia lancarkan meskipun bersarang
telak ditubuh Wu Popo, namun belum tentu melukai dirinya
secara telak, karena itu meskipun sedang bercakap2 dengan
Wu Popo namun seluruh perhatiannya ditujukan untuk
mengawasi semua gerak gerik dari nenek bermuka jelek itu.

Tatkala dilibatnya Wu Popo loncat bangun dari atas tanah,
ia segera menerjang maju kedepan sambil melancarkan
sebuah serangan.
Gerakan tubuhnya amat cepat bagaikan sambaran kilat,
serangan yang dilancarkan olehnya itu dengan telak bersarang
diatas bahu kanan nenek tua bermuka jelek itu.
:Blaaam...! Tubuh Wu Popo yang baru saja hendak bangkit
berdiri, setelah termakan lagi oleh serangan dari Siau Ling itu,
badannya terjungkal sejauh empat lima depa keluar dan roboh
terkapar kembali diatas tanah...
Wu Yong menggerakkan tangan kanannya, pedang panjang
segera dicabut keluar dari dalam sarungnya, cahaya tajam
berkilauan dan ia mengirim sebuah lusukan maut kearah
tubuh Siau Ling.
Sianak muda itu mengigos kesamping tangan kanannya
berputar dan mencengkeram ujung pedang lawan yang
sedang menyapu datang itu.
Wu Yong segera memutar pedangnya dengan sekuat
tenaga, maksudnya ia hendak membabat kutung beberapa
ruas jari tangan Siau Ling yang sedang mencengkeram
senjatanya itu.
Siapa tahu tangan kanan Siau Ling yang mencengkeram
pedangnya itu kuat bagaikan sebuah jepitan baja, keras dan
kuat, sekalipun Wu Yong sudah mencoba dengan sekuat
tenaga, bukan saja ia gagal untuk mengutungkan jari2 tangan
Siau Ling, bahkan uutuk menggerakan pedangnya barang satu
dimpun ia tak mampu.
Setelan mengetahui sampai dimanakah taraf kepandaian
silat yang dimiliki lawannya sadarlah Wu Yong bahwa dia
masih bukan tandingan sianak muda itu, sambil melepaskan
pedangnya ia segera lari kesisi tubuh Wu Popo dan menangis
tersedu sedu.

Suaranya merdu dan menawan hati, meskipun sedang
menangis akan tetapi suaranya tetap mempesonakan hati
orang.
Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu segera
mengerutkan dahinya, lalu menegur
“Eeeeei... Kenapa engkau??"
“Engkau hendak membunuh nenekku, lebih baik bunuhlah
juga diriku"
“Aaaaai.. perempuan… perempuan selamanya kaum hawa
paling susah dilayani” pikir Siau Ling didalam hati,
Segera ujarnya dengan suara lantang
“Bukankah nenekmu sudah terlalu banyak membunuh
orang????”.
“Tingkah laku nenekku memang agak aneh dan sukar
dijajaki oleh manusia, akan tetapi dalam ingatanku belum
pernah ia bersungguh sungguh membunuh orang”, jawab Wu
Yong dengan cepat.
"Hmm! Sungguhkah perkataan nona itu?"
“Kalau aku bicara bohong barang sekejap pun, biarlah aku
mendapat kematian dalam keadaan yang mengerikan!”
“Nona tak usah bersumpah, baiklah aku tidak akan
membinasakan dirinya.”
“Dapat dipercayakah perkataanmu itu?” tanya Wu Yong
sambil menghapus air mata yang membasahi wajahnya.
“Seorang pria sejati tidak akan bicara bohong apalagi
menjilat kembali ludah yang telah dikeluarkan, akan tetapi ada
suatu hal pinto pun mengharapkan bantuan nona.”
“Persoalan apa”, tanya Wu Yong sambil tertawa.

---oo0dw0oo---
Jilid : 17
“ENGKAU harus selamatkan dahulu ketiga orang rekanku,
kecuali membebaskan mereka dari pengaruh racun,
engkaupun harus berjanji pula tak akan mengganggu kami
lagi.”
“Oooh...! tentu saja,” sahut gadis itu, ia segera memayang
bangun neneknya dan berseru:
“Ooooh...nenek, obat pemunahnya berada dimana?”
“Disebelah kiri, dalam kantong ketiga!”
Wu Yong segera menyingkap baju warna hitam yang
dikenakan Wu Popo, dari balik baju dalamnya ia cari saku
nomor tiga diantara belasan buah saku lainnya.
Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu diam2 segera
berpikir dalam hatinya:
“Aaaaaah.....!. tak kusangka dalam bajunya terdapat begitu
banyak saku dan didalam tiap saku terdapat begitu banyak
obat-obatan, kalau dia salah mengambil obat pemunah
menjadi bubuk racun bukankah tiga lembar jiwa Peng ji bakal
jadi korban dengan percuma??”
Berpikir sampai disini, tak tahan lagi dia segera berseru:
“Nona, engkau jangan sampai salah mengambil obat loo. .”
Sementara itu Wu Yong sudah mengambil keluar sebuah
botol porselen dari dalam saku ketiga disebelah kiri,
mendengar ucapan itu gadis tersebut nampak tertegun,
kemudian serunya:
“Oooh! nenek kalau engkau membohongi diriku, bukan saja
engkau akan kehilangan selembar jiwamu, bahkan kalau

sampai tosu tua ini naik pitam maka Yong ji pun akan ikut jadi
korban”
Setelah termakan sentilan jari Sian-ci sin kang dari Siau
Ling kemudian terhajar pula oleh sebuah pukulan yang lain,
ada dua batang tulang iga dari nenek tua itu yang terhajar
sampai patah, darah panas yang bergolak dalam rongga
dadanya belum sempat ditenangkan kembali hingga waktu
berbicarapun suaranya amat lirih.
Terdengar ia menjawab dengan suara perlahan:
“Nenek mana berani membohongi dirimu !”
Wu Yong segera menyerahkan botol obat itu kearah depan,
katanya.
“Nah, terimalah obat ini dan tolonglah rekan-rekanmu itu”
Sambil menerima botol obat itu perlahan-lahan Siau Ling
memperingatkan:
“Nona, sebelum ketiga orang rekanku berhasil sadar dari
pengaruh racun itu, aku anjurkan kepadamu lebih baik
janganlah memperlihatkan suatu tindak tanduk apapun”
Wu Yong sudah menyadari sampai dimanakah hebatnya
ilmu silat yang dimiliki pemuda itu, dengan amat penurut
sekali dia mengangguk.
“Aku akan berlalu setelah engkau suruh kami pergi !“
Sambil membawa botol porselen itu Siau Ling pun
menghampiri tiga orang rekannya, kemudian ia buka penutup
botol itu dan ambil keluar tiga biji obat pemunah yang mana
masing2 dimasukkan kedalam mulut ketiga orang itu.
Ketika obat itu masuk kedalam mulut segera mencair dan
masuk kedalam perut.

Obat pemunah itu benar-benar sangat mujarab, beberapa
saat kemudian ketiga orang itu sudah mendusin kembali dari
pingsannya dan bangun duduk.
“Sekarang kita sudah boleh pergi bukan? “ujar Wu Yong
sambil memayang bangun neneknya.
“Jangan terburu napsu tunggulah sebentar lagi”
Wu Yong benar2 tidak berani pergi, tangannya yang
semula telah memayang tubuh nenek jelek kembali dilepaskan
dan cekalannya.
Menyaksikan gadis itu menaruh perasaan yang amat jeri
terhadap dirinya, Siau Ling tak dapat menahan geli lagi, ia
segera tertawa terbahak bahak, seraya berpaling kearah Pek li
Peng serta Teng It Lui tanyanya:
“Cobalah mengerahkan tenaga dalam, apakah didalam isi
perut kalian masih terdapat sisa racun???”
Teng It Lui, Pek li Peng serta Ceng Yap Ching segera
mengerahkan tenaga untuk mencoba, kemudian jawabnya:
”Racun keji itu sudah lenyap tak berbekas.”
“Nona, engkau boleh pergi sekarang!” jawab Siau Ling
sambil ulapkan tangannya.
Wu Yong segera memayang tubuh nenek jelek itu,
kemudian putar badan dan berlalu dari sana.
“Jangan lepaskan mereka pergi!” tiba-ti ba Pek li Peng
menjerit dengan suara lengking.
Dalam gugupnya ia berteriak keras sehingga melupakan
penyaruan terhadap dirinya. suara jeritan itu merdu, tinggi
melengking dan suara itu adalah suara dari seorang gadis
“Pengji!” kata Siau Ling sambil goyangkan tangannya,
lepaskanlah mereka pergi, aku telah menyanggupi
permintaannya!”

Pek li Peng segera enjotkan badannya siap mengejar kedua
orang nenek dan gadis itu, siapa tahu baru saja berlarian
beberapa langkah mendadak ia jatuh tenjungkal keatas tanah.
Siau Ling merasa amat terperanjat, buru2 ia bangunkan
tubuh gadis muda itu sambil tertegun:
“Kenapa engkau??”
“Sepasang kakiku lemas, tubuhku sama sekali tak
bertenaga. “
Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Siau
Ling, segera bentaknya keras
“Berhenti!”
Ia mengepos tenaga dan meloncat kedepan, sekali
berkelebat dua tombak lebih telah dilompati.
Ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya amat sempurna,
dalam sekali enjotan badan
Ia telah berhasil mengejar sampai dibelakang tubuh Wu
Yong serta neneknya, baru saja ia menggerakkan badannya
siap menangkap Wu Yong, mendadak kepalanya terasa pening
dan pandangan matanya jadi gelap, tubuhnya gontai hampir
saja roboh terjengkang diatas tanah, buru2 dia mengerahkan
tenaganya dan mempertahankan sang badan sehingga tidak
sampai roboh keatas tanah.
Terhadap diri Siau Ling, rupanya Wu Yong sudah menaruh
perasaan jeri yang sangat mendalam, ketika mendengar
teriakannya dia segera menghentikan langkah kakinya.
Ketika berpaling kebelakang, ia saksikan tubuh Siau Ling
gontai seakan-akan tak mampu berdiri tegak hal ini membuat
hatinya agak tertegun.
Terdengar Wu Popo nenek bermuka jelek itu tertawa
terbahak-bahak, lalu serunya:

“Haaah... haaah... haaah... Yong ji pergilah kesitu dan
bunuhlah beberapa orang itu”
“Apa???” tanya Wu Yong tertegun.
“Pergilah kehadapan orang2 itu dan bunuhlah mereka
semua hingga mampus!”
“Oooh...Nenek tahukah engkau siapakah mereka itu?” kata
Wu Yong dengan perasaan hati cemas.
“Aku tahu, engkau tak usah banyak bertanya, bunuh saja
orang2 itu sampai mampus semua”
Namun dengan cepat Wu Yong gelengkan kepalanya
berulang kali, kembali dia berkata:
“Sekali pun sekali menyerang pukulanku bakal mampu,
menghantam tubuh mereka, akupun tak berani untuk turun
tangan sendiri secara sembarangan...”
Sementara itu terlihatlah Siau Ling sedang menggunakan
telapak kanannya menekan diatas kedua belah keningnya
sendiri, jelas ia sudah mulai tak mampu mempertahankan diri.
Wu Yong segera melepaskan cekalan pada neneknya,
dengan langkah lebar ia maju menghampiri sianak muda itu,
sambil memandang wajahnya gadis itu menegur:
“Eeei... kenapa??”
Pada waktu itu Siau Ling segera mengerahkan segenap
tenaga dalam yang dimilikinya untuk menahan daya kerja
racun yang mengeram didalam tubuhnya, ia sama sekali tak
mampu untuk mndengarkan apa yang sedang dibicarakan Wu
Yong terhadap dirinya itu??”
Pek li Peng paling gelisah diantara beberapa orang itu,
teriaknya keras2:
“Oooh. toako, apakah engkaupun keracunan hebat??”

Rupanya Siau Ling digetarkan hatinya oleh jeritan
lengkingan gadis itu, sesudah memandang sekejap kearah Pek
li Peng, tiba2 badannya roboh terjengkang keatas tanah.
Pek li Peng segera memburu kedepan,sambil berjongkok
disisi tubuh sianak muda itu, tanpa memperdulikan apakah dia
sedang menyaru sebagai seorang pria atau tidak, sambil
memegang tangan kanan pemuda teriaknya sambil menangis
tersedu2.
“Oooh, toako! mengapa engkau tidak berbicara...”
Dalam pada itu Teng It Lui, serta Ceng Yap Ching telah
memburu datang ketempat kejadian tersebut, langkah mereka
amat lambat sekali.
Rupanya keadaan dari kedua orang ini sama sekali tak jauh
berbeda dengan keadaan dari Pek li Peng, sepasang kakinya
lemas tak bertenaga dan sulit untuk melakukan perjalanan.
Wu popo, nenek bermuka jelek itu segera menengadah
keatas dan tertawa terbahak2, suaranya mengerikan bagaikan
jeritan kuntilanak.
“Haaahh….haaaahh…haaaahh.... semula aku masih
mengira kalian terdiri dan otot kawat tulang besi manusia2
ampuh yang kebal terhadap racun keji, ternyata kalian hanya
mengandalkan tenaga dalam yang amat sempurna saja untuk
menahan daya kerja racun yang mengeram didalam tubuh...”
Sambil tertawa tergelak, dia bergumam tiada hentinya
seakan2 nenek tua itu merasa amat gembira sekali dengan
hasil yang berhasil dicapai olehnya itu.
Mendadak ia hentikan gelak tertawanya, sambil memegangi
pinggangnya tiba2 ia berjongkok diatas tanah
Ternyata sewaktu tertawa keras tadi dua batang tulang
iganya yang patah ikut bergetar sehingga menimbulkan rasa
sakit yang bukan kepalang.

Sementara itu Teng It Lui serta Ceng Yap Ching tiba
dihadapan Siau Ling.
Kiranya kedua orang itu ingin mengandalkan sisa tenaga
yang dimilikinya untuk melindungi keselamatan Siau Ling,
siapa tahu setelah mereka berjalan berdua beberapa langkah,
mereka baru sadar bahwa sedikitpun tiada harapan baginya
untuk berbuat demikian, sekalipun nereka tidak jeri
menghadapi kematian, namun perbuatan semacam itupun tak
dapat dilakukan untuk melindungi keselamatan sianak muda
itu.
Untung Wu popo juga menderita luka yang parah sehingga
tak mampu untuk melangsungkan pertarungan lagi, dewasa
ini tinggal Wu Yong seorang yang berada dalam keadaan
sehat walafiat tanpa kekurangan sesuatu apapun juga.
Sambil mengempos tenaga, per lahan2 Teng It Lui berkata:
“Nona, serahkanlah obat pemunah itu kepada kami!”
Wu Yong memandang sekejap kearah Siau Ling yang roboh
terkapar diatas tanah, kemudian jawabnya:
“Apakah engkau hendak menolong toosu tua itu??”
“Sedikitpun tidak salah, dewasa ini kami bertiga sedangkan
nona hanya satu orang keadaan sangat tidak menguntungkan
dan engkau belum tentu mampu untuk mengalahkan kami”
“Toosu tua ini tak dapat ditolong!” sahut Wu Yong sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali.
“Mengapa??’’
“Ilmu silat yang dimilikinya sangat tinggi kalau kami
selamatkan jiwanya maka kami berdua pasti akan mendapat
tekanan lagi dari dirinya, karena itu biarkanlah dia keracunan.

Teng It Lui yang mendengar jawaban itu segera berpikir
didalam hati kecilnya:

“Oooh... nampaknya budak ini masih belum paham dengan
keadaan situasi sebenarnya yang sedang dihadapi, biarlah aku
coba untuk menggertak dirinya.”
Berpikir sampai disini dengan suara dingin ia segera
berkata:
“Nona.. kalau engkau tak mau serahkan obat pemunah itu
kepada kami, apakah kami tak dapat merampas dengan jalan
kekerasan.”
Tiba2 terdengar Wu popo berterak dengan suara lantang.
“Yong ji, engkau jangan sampai kena digertak oleh orang2
itu, mereka sudah kehilangan daya kemampuannya untuk
bertempur lagi, asal engkau menggerakkan tangan mereka
akan mampus ditanganmu.”
Wu Yong menggerakkan sepasang biji matanya yang jeli
sehabis mendengarkan perkataan itu, serunya.
“Nenek sungguhkah perkataan yang kau ucapkan itu?”
Terkesiap juga hati Teng It Lui mendengar ucapan tadi,
pikirnya didalam hati:
“Andaikata budak ingusan ini benar2 turut tangan...wah!
urusan bisa berabe, aku benar benar tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan perlawanan lagi.”
Sebagai seorang jago kawakan yang banyak
pengalamannya, meskipun menyadari bahwa keadaan yang
sedang dihadapinya sangat berbahaya, namun diatas
wajahnya dia masih tetap memperlihatkan keterangannya
dengan dingin ia balas berseru:
“Nona apakah engkau merasa bahwa ucapan itu
sungguh????”
Wu Yong termenung beberapa saat lamanya kemudian
menjawab:

“Sukar untuk dikatakan demikian saja, mari kita berdua
saling bergebrak lebih dahulu beberapa jurus aku ingin
membuktikan lebih dahulu apakah kalian masih memiliki
kemampuan untuk bertempur lagi atau tidak?”
Tertegun hati Teng It Lui sehabis mendengar perkataan itu
balik serunya dengan suara lantang.
“Apakah nona merasa yakin dapat menangkan diriku
didalam pertarungan itu???”
“Sedikitpun tidak salah, asalkan engkau masih bisa
berkelahi maka akupun dapat membuktikan apakah kalian
masih mempunyai kemampuan untuk melanjutkan
pertarungan atau tidak”
Tiba2 Pek li Peng meloncat bangun, serunya.
“Budak busuk yang tak tahu diri, engkau telah membohongi
toakoku sehingga dia melepaskan kalian pergi, sebaliknya
engkau telah menggunakan racun untuk merobohkan dirinya,
toako adalah seorag manusia berjiwa besar, dia teatu saja tak
pernah menyangka kalau kalian adalah manusia2 rendah yang
terkutuk dan tak tahu malu.”
Dalam gugupnya Radis itu sudah lupa pada penyaruannya
lagi, suara makiannya merdu melengking dan tiada jauh
berbeda dengan suara kaum gadis pada umumnya,
Wu Yong nampak tertegun, lalu tegurnya:
“Engkau sebenarnya seorang lelaki ataukah seorang
perempuan?”
“Lelaki atau perempuan perduli amat dengan dirimu?”
Wu popo yang sedang mendongkol karena rulang iganya
terasa sakitnya luar biasa sehingga membuat keringat dingin
mengucur keluar tiada hentinya ketika mendengar ucapan Pek
li Peng yang tajam dan kasar itu dia jadi naik pitam, tak tahan

lagi segera serunya,
“Yong-ji hajar dihadiahkan beberapa buah tamparan diatas
mukanya, agar dia bisa tahu diri....”
Berbicara sampai disini, tulang iganya kembali terasa amat
sakit sehingga terpaksa ia harus menutup mulutnya kembali.
Mendengar perintah dari neneknya itu, tanpa berpikir
panjang lagi Wu Yong segera menerjang maju kedepan sambil
melancarkan sebuah gaplokan.
Pek li Peng merasakan sepasang kakinya lemas sama sekali
tak bertenaga meskipun dalam hati dia ada maksud untuk
menghinda kan diri, namun ada maksud sayang sekali tak
bertenaga, tubuhnya sama sekali tak mampu untuk berkelit
dari datangnya ancaman, tersebut.
“Blaaam....!” dengan telak serangan tersebut bersarang
diatas tubuhnya.
Pek li Peng yang sudah kehilangan seluruh kekuatan
tubuhnya, tak kuat menahan diri lagi, dengan Sempoyongan
badannya terdorong beberapa langkah kebelakang, kemudian
roboh terjengkang diatas tanah.
Wu Yong sama sekali tidak menyangka kalau serangan
yang dilancarkannya itu berhasil merobohkan lawan, tanpa
terasa senyuman manis tersungging diujung bibirnya.
Teng It Lui yang menyaksikan Pek li Peng kena digaplok
sampai jatuh terjungkal diatas tanah, diam2 merasa jeri,
pikirnya:
“Aku sudah lanjut usia begini, kalau sampai kena ditampar
beberapa kali oleh budak cilik itu... waah! kejadian ini akan
merupakan suatu peristiwa memilukan yang tak akan
kulupakan untuk selamanya...”

Berpikir sampai disitu, ia tak berani melanjutkan kembali
langkah kakinya menuju kearah depan
Sesudah menghajar Pek li Peng, Wu Yong segera
mendekati tubuh Siau Ling yang terkapar diatas tanah, sambil
menarik jenggot diatas wajah pemuda itu ujarnya sambil
tertawa
“Tadi ia masih begitu lagak dan seramnya menganiaya
diriku, sekarang akupun akan menghadiahkan beberapa
gaplokan kearah tubuhnya agar engkaupun bisa tahu rasa...”
Jenggot yang dimiliki Siau Ling pada saat ini pada dasamya
adalah jenggot palsu, ketika ditarik sekuat tenaga oleh Wu
Yong, seketika itu juga jenggot itu terlepas, dan obat
penyaruan yang berada diatas wajahnya pun ikut rontok
bersamaan dengan terlepasnya jenggot palsu tadi.
Wu Yong jadi tertegun dibuatnya ia berseru tertahan.
“Aah..! rupanya engkau adalah seorang toosu gadungan!”
Ceng Yap Ching yang berada disamping kalangan segera
cabut keluar sebilah pedang Jit-siu kiamnya, kemudian
membentak dengan nada keras:
“Nona, kalau engkau tidak menyerahkan obat pemunah lagi
jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji terhadap dirimu
!”
“Engkau tak usah menggertak diriku lagi” kata Wu Yong
sambil gelengkan kepalanya berulang kali, “keadaanmu tidak
jauh berbeda dengan keadaan yang lain, engkau sudah tidak
memiliki tenaga lagi untuk bergebrak melawan orang”.
“Akan tetapi aku masih mempunyai kekuatan untuk
melepaskan senjata rahasia !”
Sebenarnya jago muda dari partai Bu tong ini akan
melepaskan senjata Jit siu kiamnya secara diam2 dan
sedikitpun tidak mengeluarkan suara, akan tetapi setelah

pedang tersebut dicekal dalam genggamannya, dia merasa
bahwa tindakan semacam ini bukanlah tindakan yang benar
dari seorang lelaki sejati maka tanpa terasa pula dia berteriak
lebih dahulu untuk memberi peringatan.
Ketika Yong berpaling dan menyaksikan pedang pendek
yang berada didalam cekalan Ceng Yap Ching memancarkan
cahaya yang sangat tajam dan nampaknya tajam sekali ia tak
berani bertindak gegabah. Tangan kanannya segera diayun
kedepan, laksana kilat dia lepaskan sebuah serangan yang
maha dahsyat kearah jago muda itu.
Pada waktu itu sekujur badan Ceng Yap Ching merasa
lemas dan sama sekali tak bertenaga, sebelum senjata
rahasianya sampai dilepaskan, angin pukulan yang dilancarkan
Wu Yong sudah keburu datang lebih dahulu dan tepat
bersarang diatas pergelangan tangan kanannya.
“Traaang...!” tak dapat dihindari lagi pedang pendek dalam
genggamannya itu terlepas dari cekalannya dan rontok keatas
tanah, sementara tubuhnya sendiri telah terhajar sampai
berputar beberapa kali tiba2 roboh terkapar diatas tanah.
Menyaksikan kesemuanya itu Teng It Lui menghela napas
panjang, ujarnya dengan putus asa:
“Saudara Ceng, pada saat ini keadaan kita tidak jauh
berbeda dengan keadaan manusia biasa, mana mungkin kita
bisa menandingi kehebatan mereka?? duduklah disini dan tak
usah membuang tenaga dengan percuma lagi, tak ada
gunanya.”
“Maksud Teng heng, apakah kita hanya mandah ditawan
dan dijagal orang tanpa berusaha untuk melawan????”
“Kecuali terbuat demikian, apa yang bisa kita lakukan lagi
dalam keadaan seperti ini?”
Ceng Yap Ching menghela napas panjang dan iapun
membungkam dalam seribu bahasa.

Sesudah berhasil merobohkan Ceng Yap Ching hingga
roboh terkapar diatas tanah, Wu Yong tertawa dan berkata:
“Kalian tunggulah dengan hati tenang aku ingin
menyaksikan lebih dahulu raut wajah yang sebenarnya dan
imam gadungan ini!”
Sambil berjongkok disisi tubuh Siau Ling, diapun
melepaskan seluruh penyaruan diatas wajah pemuda itu.
Pek li Peng yang kena dihajar oleh serangan Wu Yong
hingga jatuh tak sadarkan diri, pada saat itu telah mendusin
kembali dari pingsannya, ketika dilihatnya Wu Yong sedang
membersihkan wajah Siau Ling dari obat penyaruan, ia jadi
amat terperanjat, sambil meronta bangun bentaknya keras2.
“Jangan kau usik dirinya!”
“Ada apa?” seru Wu Yong sambil bekerja
“Engkau tak boleh snengusik dirinya!”
“Apa gunanya engkau berteriak???” ejek Wu Yong sambil
tertawa, “engkau sudah tak memiliki kemampuan apa2 lagi
untuk menghalangi niatku ini, tunggu sajalah setelah aku
melihat jelas raut wajah aslinya, kemudian akan kulepaskan
pula jubah toosumu itu untuk melihat pula wajah aslimu!”
Pek li Peng tertegun dan tidak berani banyak bicara lagi.
Wu Yong segera merobek secarik kain dari jubab toosu
yang dikenakan Siau Ling dengan menggunakan kain itulah
dia membersihkan wajah sianak muda itu dari pengaruh obat
penyaruan.
Beberapa saat kemudian obat penyaru tadi sudah
dibersihkan, dibawah sinar bintang yang remang2 tampaklah
seraut wajah amat tampan dan menawan hati.
Wu Yong yang menyaksikan kesemuanya itu jadi tertegun,
beberapa saat kemudian ia berjalan menghampiri Pek li Peng
sambil ujarnya

“Engkau akan melepaskan sendiri?? ataukah aku yang
harus turun tangan mewakili dirimu?”
“Apa yang ingin kau lihat?? ‘teriak Pek li Peng dengan
perasaan hati amat gelisah,
“Aku ingin lihat engkau sebenarnya adalah seorang pria
ataukah wanita?”
Terbayang bagaimana kalau pakaian yang dikenakan
dilepas semua sehingga bagian pentingnya terlihat oleh
banyak orang, Pek li Peng merasa sangat gelisah, sebab
andaikata sampai terjadi hal demikian maka peristiwa tersebut
akan merupakan suatu kejadian yang paling memalukan.
Buru-buru jawabnya dengan gemas
“Aku adalah seorang perempuan”
WuYong tersenyum.
“Kalau engkau adalah seorang perempuan kenapa memakai
baju seorang imam...?? dan mengapa melakukan perjalanan
bersama dengan dia?? hmm! aku lihat engkau pasti bukan
seorang manusia baik2!!”
“Dia adalah toakoku, tentu saja kami boleh melakukan
perjalanan bersama sama... “ seru Pekli Peng.
“Oooh.. ! kiranya begitu!!”
Sesudah berhenti sebentar, tiba2 dengan dahi berkerut
sambungnya lebib jauh.
“Mengapa kalian harus menyaru sebagai imam tua?? “
“Tentang soal ini... tentang soal ini... karena kami hendak
menghindari pengawasan dari musuh2 besar kami”
Wu Yong mengerdipkan matanya dan mengangguk.
“Baiklah! untuk sementara waktu aku suka mempercayai
jawaban kalian itu.” katanya.

Pek-li Peng menghela napas sedih, ujarnya beberapa saat
kemudian.
“Nona, bolehkah aku mohon suatu persoalan
kepadamu???”
Mendengar perkataan itu mengenaskan sekali dan patut
dikasihani, Wu Yong segera bertanya.
“Persoalan apakah yang kau inginkan???”
“Tolonglah toako kami ini! Dia adalah seorang lelaki sejati
yang berjiwa besar, di kolong langit sulit menemukan seorang
pria baik budi seperti dia, engkau tak boleh mencelakai
jiwanya!”
“Benarkah dia sangat baik hati dan berbudi??”
“Setiap perkataanku kuucapkan dengan sejujurnya”
Wu Yong segera gelengkan kepalanya berulang kali.
“Tidak bisa,” katanya, “kepandaian silat yang dimilikinya
terlalu tinggi, kalau kuselamatkan jiwanya maka aku serta
nenekku pasti akan dianiaya pula olehnya.”
“Jangan kuatir, asal kalian dapat menguasai keselamatan
jiwaku, maka dia pasti akan menuruti semua perintah dan
perkataan yang kalian ucapkan…”
Demi keselamatan jiwa Siau Ling, gadis itu bersedia untuk
mengorbankan diri dan mohon belas kasihan orang.
“Dia sudah melukai nenekku, aku tak dapat menolong
dirinya” sahut Wu Yong kembali.
“Sebenarnya dia dapat saja membinasakan engkau serta
nenekmu, akan tetapi buktinya dia toh mengampuni kalian
berdua…”
Mendengar perkataan itu Wu Yong segera tertawa dingin,
tukasnya dengan cepat,

“Karena aku merengek dan meminta-minta kepadanya,
akhirnya dia baru bersedia mengampuni jiwa nenekku!”
“Akan tetapi sekarang aku toh sedang merengek dan
meminta-minta kepadamu…” bentak Pek li Peng.
Tiba-tiba Wu popo maju kedepan dan berseru.
“Yong ji mereka tak dapat diampuni lagi”
“Kalau tak dapat diampuni, kita bereskan saja jiwa mereka
semua!”
“Sedikitpun tidak salah, kita harus bikin mampus orangorang
itu, daripada meninggalkan bibit bencana dikemudian
hari.”
Tiba-tiba Wu Yong menghela napas panjang,
“Aaaai…! Nenek, seandainya toosu tua tadi membinasakan
kita, maka sekarang kita tak mampu lagi untuk membinasakan
mereka”
Tertegun hati Wu popo mendengar perkataan itu, serunya
“Eeeei! Kenapa engkau? Apakah engkau hendak
mengampuni jiwa mereka semua..?”
“Bagaimana kalau kita ampuni saja mereka dan punahkan
ilmu silat yang dimilikinya saja? apakah nenek setuju?? “
Sambil menuding kearah Siau Ling, terdengar Wu popo
berkata:
“Orang itu harus dibunuh, sedangkan sisanya yang tiga
orang terserah pada keputusanmu sendiri, mau punahkah ilmu
silat mereka atau mau dibunuh aku tak mau tahu”
“Aku akan mewakili dirinya untuk mati!” seru Pek liPeng
dengan cepat.
Sorot mata Wu popo perlahan2 dialihkan keatas wajah Pek
li Peng sambil tertawa dingin ejeknya:

“Engkau akan mewakili dirinya untuk mati”
“Kalau engkau hanya bermaksud membinasakan satu orang
saja, membunuh dirrinya atau membunuh aku toh sama saja
tak ada bedanya!”
“Kalau engkau menginginkan dia bisa diampuni tentu saja
boleh akan tetapi kalian tiga lembar jiwa harus ditukar dengan
dirinya selembar jiwa”
“Kenapa??”
“Karena ilmu silat yang dimilikinya sangat tinggi, orang
biasa sulit untuk menandingi kepandaiannya itu” jawab Wu
popo.
Sebelum Pek li Peng sempat menjawab Ceng Yap Ching
yang berada disampingnya sambil menjura telah berkata:
“Yang lo hujin maksudkan dengan tiga lembar jiwa ditukar
dengan selembar jiwa. apakah termasuk memberi obat
pemunah baginya??”
“Benar!” jawab Wu popo setelah termenung sebentar,
“akan kupunahkan pula racun keji yang bersarang didalam
tubuhnya!!”
“Dia jauh lebih penting kedudukan serta tenaganya
daripada kita semua, tenaga serta kekuatannya pada saat ini
sedang dibutuhkan dunia persilatan, aku memang
sepantasnya kalau mengorbankan jiwa demi dirinya …” pikir
Ceng Yap Ching didalam hati.
Setelah menghela napas panjang segera ujarnya.
“Baiklah! kau boleh sembuhkan dahulu orang itu dari
pengaruh racunnya, sesudah itu aku akan bunuh diri
dihadapanmu.”
Wu popo segera alihkan sorot matanya keatas wajah Teng
It Lui, dan katanya pula

“Selama-lamanya manusia hanya hidup satu kali dikolong
langit, usiamu jauh lebih lanjut daripada yang lain, tentunya
engkau tidak akan menyetujui tindakan itu bukan?”
“Asal lo hujin dapat memegang janji, aku bersedia
mengorbankan selembar jiwaku demi menyelamatkan orang
itu “jawab Teng It Lui dengan suara yang tenang.
Wu popo, jadi tertegun setelah menjumpai kenyataan
tersebut, serunya.
“Apakah semua ucapan kalian itu diutarakan dan hati
sanubari?”
“Setiap perkataan kami diutarakan dan hati sanubari!
“jawab Teng It Lui serta Ceng Yap Ching hampir bersamaan
waktunya.
Dengan pandangan tercengang Wu popo segera alihkan
sorot matanya keatas wajah Siau Ling, setelah memandang
beberapa saat lamanya ia berseru
“Siapa orang ini?? kenapa ia begitu penting, sehingga
kalian bertiga bersedia untuk mengorbankan jiwa sendiri untuk
menyelamatkan dirinya??..”
“Kalau lo hujin sudah menyanggupi persyaratan tersebut,
sudah sepantasnya kalau kita putuskan persoalan itu sampai
disini saja, buat apa engkau musti bertanya siapakah dia??
“tukas Ceng Yap Ching dengan suara yang lantang.
“Kalau kalian tidak mengatakan lebih dahulu siapakah
orang ini, maafkanlah daku terpaksa aku harus batalkan
pembicaraan kita barusan ini.”
Ceng Yap Ching berpaling dan memandang sekejap kearah
Teng It Lui, namun jago kawakan itupun berdiri melongo
dengan wajah gelisah jelas diapun tak tahu apa yang harus
dilakukan.

Pek li Peng yang selamanya cerdik pada saat inipun dibuat
kehilangan akal, setelah termenung beberapa saat lamanya ia
berkata:
“Boleh saja aku beritahukan kepadamu siapakah dia, tetapi
engkau tak boleh mengingkari janji dan harus
menyembuhkaan muka racun yang diderita olehnya??”
“Haaah….haaah…haaah..selamanya aku tidak menerima
perintah dari orang, maka engkaupun tak usah memerintah
pula terhadap diriku “ seru Wu popo sambil tertawa terbahak
bahak.
Pek li Peng merasa amat membenci terhadap nenek tua
bermuka jelek ini sambil tertawa dingin serunya
“Pengemis tua kalau dikemudian hari engkau sampai
terjatuh kembali ditanganku, aku pasti akan cincang tubuhmu
sehingga hancur berkeping2”
Mendengar perkataan itu Wu popo naik pitam, bentaknya;
“Budak ingusan cilik engkau perempuan menyaru sebagai
pria, berjalan bersama orang lelaki. Hmmm…engkau pasti
bukan seorang perempuan yang genah...”
Karena sewaktu bicara suaranya terlampau keras, mulut
lukanya jadi teramat sakit sekali sehingga sambil memegang
pinggangnya ia berjongkok keatas tanah menahan sakit,
segera sambungnya kembali.
“Yong ji pergilah kesana dan hadiahkan dua tempelengan
keatas pipinya agar dia tahu rasa:”
Per-lahan2 Wu Yong segera maju kedepan katanya;
“Nenek suruh aku menghajar dirimu, apa daya perintah ini
bagaimanapun juga terpaksa harus dilakukan...”
Tangan kanannya diayun kedepan, dan sebuah
tempelengan yang amat nyaring bersarang diatas pipinya.

Gaplokan ini benar2 tidak enteng, membuat tubuh Pek li
Peng mundur sempoyongan dan darah segar segera mengalir
keluar membasahi ujung bibirnya.
Setelah bangkit berdiri Pek li Peng menyeka darah yang
menodai bibirnya. kemudian berkata.
“Tidak mengapa kalau kau hendak memukul aku tapi
janganlah membinasakan dirinya mati hidup semua umat
persilatan yang ada dikolong langit telah berada dalam
genggamannya dialah yang akan selamatkan seluruh kolong
langit dari badai pembunuhan”
Wu Yong ketika menyaksikan gadis itu sama sekali tidak
memperhatikan dirinya. tapi selalu memohon pengampunan
bagi Siau Ling hatinya jadi sangat keheranan serunya:
“Aku lihat rasa cintamu terhadap dirinya sudah begitu
mendalam sekali, sebenarnya siapakah dia ??”
Sejak Pek li Peng kehilangan seluruh tenaga dalamnya
meskipun ia tak mampu selamatkan jiwa Siau Ling dengan
keampuhan ilmu silatnya akan tetapi ia selalu berusaha
dengan pelbagai macam cara untuk menolong jwa sianak
muda itu, mendengar pertanyaan tersebut terpaksa dia
berkata:
”Baiklah, kalau kalian ingin mengetahui siapakah dia akan
kuberitahukan kepadamu, dia adalah Siau Ling !”
“Apa ? dia adalah Siau Ling??” seru Wu popo yang sedang
berjongkok diatas tanah itu sambil loncat bangun.
“Sedikitpun tidak salah, dia adalah Siau Ling”
“Yong ji !” seru Wu Popo kemudian dengan cepat, “cepat
bersihkan sisa obat penyaru yang masih melekat data
wajahnya.”

Wu Yong mengiakan, dari dalam sakunya dia ambil keluar
sebuah saputangan kemudian membersihkan sisa obat
penyaru yang masih menempel diatas wajah sianak muda itu.
Dari dalam sakunya Wu Popo ambil keluar sebuah botol
porselen dan berkata kembali:
“Yong ji cepat berikan obat pemunah ini kepadanya“
Pek li Peng jadi amat gembira sekali ketika dilihatnya Wu
Popo segera mengeluarkan obat pemunahnya sesudah ia
mengucapkan nama Siau Ling, sambil berpaling kearah Ceng
Yap Ching serta Teng It Lui, katanya sambil tertawa:
“Nama besar toako benar2 luar biasa sekali, tahu begini
sedari tadi kita sebutkan saja nama toako, daripada
merengek2 tanpa hasil apapun!”
“Sebelum duduknya persoalan dapat dibikin jelas aku harap
nona jangan keburu merasa gembira lebih dahulu”, kata Teng
It Lui.
Ketika mereka berpaling kembali ketengah kalangan
tampaklah Wu Yong sudah menerima bolol porselen itu,
membuka penutupnya dan ambil keluar sebutir pil yang
segera dimasukkan kedalam mulut pemuda itu.
Obat pemunah tersebut benar2 amat mujarab sekali, tidak
lama kemudian Siau Ling telah sadar kembali dan pingsannya
dan bangun duduk dan atas tanah.
“Toako bagaimana perasaanmu?” teriak Pek li Peng dengan
gelisah.
Per-lahan2 Siau Ling bangkit berdiri, sesudah menyapu
sekejap sekeliling tempat itu jawabnya:
“Aku sangat baik!”
‘‘Apakah engkau adalah Siau Ling??”seru Wu popo
kemudian sambil tertawa nyaring.

Siau Ling memegang jenggotnya namun ia temukan
jenggot palsu itu sudah lenyap tak berbekas.
Wu Yong yang menyaksikan kejadian itu segera
mendengus dingin, serunya
“Engkau tak usah mencari jenggot palsu lagi, jenggot itu
sudah kucabut lepas...”
Siau Ling segera alihkan sorot matanya keatas wajah Pek-li
Peng, ketika dilihatnya bekas telapak membekas nyata diatas
wajahnya air mata masih jatuh berlinang dengan dahi
berkerut ia segera berkata:
“Peng-ji parahkah luka yang kau derita???”
“Tidak lukaku sama sekali tidak parah! jawab Pek-li Peng
sambil tertawa manis
Sementara itu Wu popo sudah mendengus dingin dan
berkata.
“Siau Ling aku hendak memberitahukan tentang satu
persoalan kepadamu... dengarkanlah baik2.”
“Persoalan apa??”
“Pada saat ini baik engkau maupun ketiga orang
sahabatmu itu sudah tak bertenaga lagi, keadaan kalian tidak
lebih bagaikan manusia belaka.”
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh.
“Yong-ji, mungkin tidak percaya dengan apa yang
kukatakan, coba lancarkanlah sebuah serangan kearahnya.”
Wu Yong ayunkan telapak kanannya kedepan melancarkan
sebuah sapuan yang cepat bagaikan sambaran kilat.
Secara otomatis Siau Ling mengerahkan pula tangan
kanannya untuk menyambut datangnya serangan tersebut.

Ketika sepasang telapak saling beradu satu sama lainnya,
tubuh Siau Ling segera ter hantam sampai berputar kencang
dan geser dari tempatnya semula hingga sejauh empat lima
kaki lebih dengan susah payah ia berhasil mempertahankan
tubuhnya tidak sampai roboh keatas tanah.
Wu Yong tertawa, katanya:
“Siau Ling! sekarang engkau tentu sudah percaya bukan
dengan apa yang dikatakan oleh nenekku?”
Siau Ling mengangguk.
“Cara kerja nenekku benar2 keji dan jahat membuat orang
keracunan sehingga seluruh kepandaian silainya punah sama
sekali...”
“Siau Ling!” ujar Wu popo dengan dingin. “Ketiga orang itu
bersedia untuk mengorbankan jiwanya demi keselamatan
jiwamu dan akupun telah menyanggupi permintaan mereka
untuk menukar tiga lembar jiwa mereka dengan selembar
jiwamu, pada waktu itu aku merasa sangat geli, kenapa ada
juga orang yang bersedia mengorbankan jiwanya demi
menolong orang lain, akan tetapi sewaktu kukabulkan
permintaan mereka aku belum tahu kalau engkau sebenarnya
adalah Siau Ling”
Setelah mengalami pelbagai peristiwa besar Siau Ling
sekarang bukanlah Siau Ling dahulu, kini ia jauh lebih tenang
dan mantap, sambil tertawa ewa katanya:
“Sekarang setelah engkau mengetahui siapakah aku apa
yang hendak engkau lakukan.”
“Aku hendak persilahkan engkau untuk memilih sendiri
salah satu diantara dua jalan yang kuajukan!”
“Katakalah! dua jalan bagaimana yang kau ajukan”
“Jalan yang pertama aku bunuh dirimu kemudian
membawa batok kepalamu untuk menemui seseorang, jalan

yang kedua dengarkan baik2 perkataanku dan ikutlah
denganku untuk bertemu dengan dua orang!”
“Siapakah dua orang yang kau maksud itu?”
“Shen Bok Hong serta Su-hay Kuncun”
Mendengar perkataan itu Siau Ling segera berpikir didalam
hati kecilnya:
“Berjumpa dengan Shen Bok Hong serta Su - hay Kuncu,
sama artinya menghantarkan diri menuju gerbang kematian.”
Berpikir demikian dengan nada ketus segera ujarnya:
“Lo hujin, apakah engkau menganggap aku Siau Ling
adalah seorang manusia yang takut menghadapi kematian ?”
“Engkau adalah seorang enghiong, seorang pahlawan,
kalau engkau bukan seorang enghiong tak mungkin mereka
mengundang kedatangan aku sinenek tua untuk menghadapi
dirimu!”
Siau Ling tertawa dingin.
“Heehhh….heehh….heeehh…. Shen Bok Hong adalah bandit
diatas daratan sedang Su hay Kuncu adalah perampok diatas
air, sekarang bandit-bandit daratan telah bersekongkol dengan
bandit-bandit air untuk bersama-sama menguasai kolong
langit...”
“Kalau tujuan mereka bukan untuk menghadapi engkau
Siau Ling kedua orang itu mungkin susah untuk bekerja sama”
sambung Wu popo cepat.
Kembali Siau Ling tertawa dingin.
“Hmmm! sekalipun untuk sementara waktu mereka dapat
bekerjasama, akan tetapi suatu hari nanti pasti akan bentrok
satu sama lainnya dan suatu pertumpahan darahpun tak akan
terhindar pada saat itu engkau akan membantu pihak yang
mana....?”

Setelah berhenti sebentar dengan nada suara yang lebih
keren dan nyaring sambungnya lebih jauh:
“Aku ingin tanya kepandaian lo hujin didalam melepaskan
racun kalau dibandingkan dengan kepandaian Tok jiu Yok ong
Raja obat bertangan keji siapakah yang jauh lebih unggul ?”
Wu popo termenung sebentar lalu menjawab:
“Kalau berbicara tentang cara melepaskan racun belum
tentu kepandaian yang kumiliki berada dibawah
kepandaiannya akan tetapi kalau berbicara tentang cara
menggunakan campuran obat dan pembuatan racun aku
mengakui bahwa kepandaianku masih belum dapat
mengungguli Raja obat bertangan keji”
Siau Ling mendengus dingin, ujarnya kembali:
“Tahukah engkau bagaimanakah hubungan persahabatan
antara Shen BoK Hong dengan Tok-jiu Yok ong?? sejak
menderita kekalahan dibawah kerubutan partai2 besar
sehingga hampir mati, Shen Bok Hong dapat membangun
kembali semua usahanya hingga sedemikian besar boleh
dibilang kesemuanya ini adalah berkat jasa dan Raja obat
bertangan keji, tetapi apakah yang dilakukan Shen Bok Hong
terhadap jasa jasanya itu?? secara diam diam ia telah
meracuni Raja obat bertangan keji, lo hujin! sekarang engkau
diundang turun gunung dengan segala kebesaran, hal ini
disebabkan mereka hendak mengandalkan kepandaian
racunmu untuk menghadapi para, jago persilatan yang
sekarang mulai bangkit berdiri untuk menentang kekuasaan
Shen Bok Hong,”
“Yang paling penting adalah untuk menghadapi engkau
Siau Ling”, sela Wu Popo dengan cepat.
Siau Ling tertawa ewa,
“Setelah Siau Ling dibunuh, maka nilai dari lo hujin yang
diundang datangpun akan ikut lenyap, pada saat itulah

dengan kekejamannya serta kekejian Shen Bok Hong, kalian
berdua pasti akan didesak mundur terus hingga kehilangan
jalan mundur, pada saat itulah hanya ada dua jalan yang bisa
kalian tempuh, pertama dibunuh mati olehnya dan kedua
selama hidup menjual nyawa baginya jadi budaknya.”
Wu popo termenung dan berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian ia menjawab:
“Sudah lama aku mengetahui akan kekejaman serta
kesadisan Shen Bok Hong, sekalipun begitu kedatanganku kali
ini atas undangan Shen Bok Hong serta Siau-yau cu telah
disertai pula dengan perjanjian, aku hanya bertanggung jawab
dalam menghadapi dirimu Siau Ling saja, begitu urusan selesai
maka akupun akan pulang kegunung.”
“Darimana lo hujin bisa tahu kalau mereka pasti akan
menuruti perjanjian dan melepaskan engkau pulang
kegunung?... Aaaai! sudahlah banyak bicara sama sekali tak
ada gunanya, sekarang aku sudah terjatuh ketangan lo hujin.
silahkan engkau memutuskan akan jatuhkan hukuman apa
kepadaku”
“Lo hujin!” tiba2 Pek li Peng menyela dari samping,
“bukankah engkau turun ganung karena mendapat hadiah dari
mereka?? aku rasa hadiah yang ia berikan kepadamu tentu
luar biasa besarnya bukan??”
“Sedikitpun tidak salah!”
“Bolehkah aku mengetahui hadiah itu berupa apa saja???”
“Mutiara seratus biji, emas murni sepuluh laksa tahil,
batang antic, lukisan kenamaan, sutera dan macam2 benda
berharga lainnya”
“Asal engkau bersedia memberikan obat pemunah kepada
kami semua, kamipun akan menghadiahkan pula benda2
seperti yang kau sebutkan tadi kepadamu!”
Wu popo gelengkan kepalanya berulang kali serunya:

“Siapakah engkau?? besar amat mulutmu kalau bicara!”
“Nama ayahku mungkin pernah locianpwe dengar.”
“Siapakah dia???”
“Pak-thian Cuncu”
“Apa? Pak thian Cuncu adalah ayahmu”, teriak Wu popo
dengan amat terperanjat.
“Sedikitpun tidak salah, dia adalah ayahku! apakah engkau
tidak percaya..?”
“Aku memang benar2 agak tidak percaya!” jawab nenek
bermuka jelek itu sambil gelengkan kepalanya berulang kali.
Siau Ling yang ada disamping tiba-tiba menyela:
“Kalau membicarakan tentang harta kekayaan maka
sepasang pedagang dari kota Tiong-ciu lah yang mempunyai
kekayaan melebihi siapapun, mereka adalah saudara angkat
dari aku orang she Siau, sekalipun begitu aku orang she Siau
tidak sudi menukar nyawa kami dengan benda berharga.
Dewasa ini kami sudah tiada bertenaga untuk melakukan
perlawanan lagi, mau digorok, mau dipancung ataupun mau
dicincang terserah kehendak hatimu, ucapankupun hanya
sampai disini saja, lo hujin tak usah membicarakan persoalan
itu lagi dengan diriku”
“Oooh, toako, engkau tak boleh mati....”
“Peng ji!” tukas Siau Ling dingin
“Mati atau hidup sudah digariskan Thian didalam suratan
takdir, semua yang telah menjadi takdir tak dapat dipaksakan
dengan cara apapun juga, seandainya siau heng bersikap agak
keras kepala dan hatiku tidak tergerak oleh rengekan nona
Yong, pada saat ini mereka berduapun sudah menemuj
ajalnya sedari tadi”

Tiba2 Wu Yong berpaling memandang kearah neneknya,
lalu berseru:
“Nenek, Yong-ji ada sepatah dua patah kata hendak
diucapkan keluar, apakah engkau memperbolehkan aku untuk
mengutarakan keluar???”
“Katakanlah!”
“Ketika Yong ji memohon kepada Siau Ling tadi, bukan saja
ia telah mengampuni diriku bahkan mengampuni pula nenek,
sekarang sudah sepantasnys kalau kitapun mengampuni
mereka!”
“Kalau kita lepaskan Siau Ling bukankah semua intan
permata, mutiara seratus biji emas murni sepuluh taksa tahil
dan benda berharga lainnya akan lenyap tak berbekas.”
“Buat apa harta kekayaan sebanyak itu buat kita???” sela
Wu Yong dengan cepat.
Wu Popo tertawa.
“Aku hanya mempunyai seorang cucu perempuan yang
tersayang saja, sudah sepantasnya kalau mulai sekarang aku
kumpulkan pelbagai macam barang berharga untukmu,
sehingga apabila dikemudian hari engkau akan menikah
dengan orang, barang perhiasan untukmu pun sudah
tersedia... “
Ia menengadah keatas memandang bintang yang
bertaburan diangkasa, kemudian gumamnya seorang diri:
“Aku hendak menggunakan barang berharga yang paling
bagus dan paling indah dikolong langit untuk pesangon
bagimu...”
Wu Yong segera menghela napas panjang.
“Aaaai...! nenek, aku akan kawin dengan siapa...???”

“Tentu saja kawin dengan pemuda pilihanmu sendiri,
kecantikan wajahmu luar biasa ditambah pula engkau memiliki
kekayaan yang luar biasa sekali, aku rasa orang yang bersedia
mengawini dirimu pasti banyak sekali bagaikan ikan dalam
sungai...”
Sambil menggelengkan kepalanya kembali Wu Yong
menghela napas panjang, katanya:
“Apakah orang hendak mengawini diriku, aku lantas
menerima pinangannya itu !”
“Haaahh….haaaahhh….haaahhh.... budak tolol, tentu saja
engkau harus memilih salah satu diantaranya dari beberapa
ribu orang yang ada”
“Nenek kalau berbuat demikian bagi diriku sebenarnya
boleh dibilang merupakan suatu hal yang jelek”
“Kenapa ?”
“Kalau aku mempunyai banyak harta maka orang2 yang
akan mengawini aku bukanlah mengawini orangnya, tapi
mengawini harta kekayaanku.”
“Aaai...! nenek sudah tua sekali”, kata Wu popo sambil
menghela napas panjang.
“Suatu ketika aku pasti akan berpulang lebih dahulu kalau
aku tidak meninggalkan sedikit kekayaan untukmu, mana
mungkin hatiku bisa lega ?”
Wu Yong tersenyum.
“Oooh...nenek, mengapa engkau tidak berbuat sesuatu
yang maha besar hingga meninggalkan sedikit nama yang
bersih dan bersifat pendekar bagi dirimu? emas intan dan
berlian hanya benda sampingan, apa gunanya benda2 seperti
itu??”
“Engkau suruh aku menciptakan nama apa buat nenek
yang sudah tua??”, kata Wu popo dengan dahi berkerut.

“Kerjakanlah satu perbuatan besar yang bisa menggetarkan
seluruh kolong langit, agar semua orang menghormati dirimu”
“Bukankah nenek sekarang sedang berbuat demikian??
banyak jago? dalam dunia persilatan selalu berusaha untuk
membereskan jiwanya, akan tetapi semua orang tidak mampu
untuk melakukannya, sedangkan nenek mampu untuk
menangkapnya dalam keadaan hidup2, bukankah perbuatan
ini cukup menggetarkan dunia persilatan?”
“Haaaahh….haaaah…..haaaahh.... Shen Bok Hong setelah
berjumpa dengan aku pasti akan bangkit berdiri dan
menyambut kedatanganku, pada waktu itu nama nenek akan
tersebar luas diseluruh kolong langit dan dikagumi oleh setiap
orang. “Nenek, seandainya pada saat ini kita lepaskan Siau
Ling, bukankah perbuatan kita inipun sangat mengemparkan
seluruh dunia persilatan” seru Wu Yong dengan air mata
bericucuran.
Air muka Wu popo seketiak itu juga berybah hebat.
“Kalau kita berbuat demikian, bukankah intan permata dan
emas murni itu bakal terlepas dari tangan kita”, serunya:
“Nenek kalau ingin memberikan kepadaku, aku tidak
membutuhkan benda semacam itu”
“Masih ada satu persoalan, sebenarnya aku tidak ingin
memberitahukan kepadamu tapi sekarang mau tak mau
terpaksa aku harus mengatakannya juga kepadamu.”
“Seringkali engkau mengatakan bahwa hidup kita adalah
saling menguntungkan, mengapa ada persoalan yang kau
rahasiakan??”
Wu popo menghela napas panjang
“Aaai.. meskipun kita diundang oleh Shen Bok Hong serta
Siau yaucu karena mendapat hadiah besar, didalam kenyataan
kita pergi karena mendapat desakan yang membuat kita mau
tak mau terpaksa harus berbuat demikian,”

“Mengapa??
“Kita sudah kena serangan oleh Shen Bo Hong dengan
suatu tindakan yang amat keji”
“Maksud nenek engkau sudah keracunan hebat??”
“Aku sudah tua dan sebentar lagi bakal mati, sekalipun
keracunan hebat juga tak menjadi soal, tapi engkau, Yong-ji
kau masih muda, engkau tak boleh mati dengan begitu saja”
“Apakah akupun sudah keracunan pula?”
Sekali lagi Wu popo menghela napas panjang.
“Aaai.! rupanya mereka tahu bahwa engkau jauh lebih
penting dalam pandanganku daripada jiwaku sendiri, karena
itu merekapun sudah melepaskan racun keji dalam tubuhmu. “
“Kenapa selama ini aku tak tahu??”
“Karena racun keji tersebut adalah jenis racun aneh yang
dibuat secara khusus oleh Tok- jiu Yok ong raja obat
bertangan keji, sebelum daya kerja racun itu kambuh maka
seseorang tak ubahnya seperti manusia biasa, akan tetapi
setelah racun itu mulai bekerja maka darah kental akan
mengalir keluar dan tujuh lubang inderanya dan akhirnya mati
Secara mengerikan sekali”
Siau Ling yang mendengar pembicaraan itu diam2
menghela napas panjang pikirnya:
“Cara Wu popo turun tangan melepaskan racun keji boleh
dibilang jarang sekali ditemui dikolong langit, Teng It Lui serta
Ceng Yap Ching yang memiliki kepandaian ampuh pun bisa
diracuni tanpa disadari olehnya, sungguh tak kusangka
seorang jago lihay yang ahli didalam melepaskan racun
akhirnya terjebak pula dalam soal racun...”
Dalam pada itu Wu Yong telah berkata kembali:

“Jadi kalau begitu nenek mengatakan bahwa kita diundang
dengan mendapat hadiah besar sebenarnya hanyalah
membohongi diriku belaka ?”
“Aku sama sekali tidak membohongi dirimu mereka sambil
memberi hadiah kepada kita secara diam2 melepaskan racun
pula untuk melukai kita berdua kita dipaksa mau tak mau
terpaksa harus menerima undangannya itu”.
Wu Yong berpaling dan memandang sekejap kearah Siau
Ling kemudian ujarnya kembali:
“Nenek, engkau toh seorang ahli didalam hal ilmu racun
apakah engkau tidak mampu untuk menemukan cara untuk
memunahkan daya kerja racun keji yang berada didalam
tubuh kita ini??”
Wu popo gelengkan kepalanya.
“Pil racun itu dibuat oleh Raja obat bertangan keji, nenek
tidak mengerti bagaimana caranya untuk membebaskan
pengaruh racun tersebut.
Wu Yong termenung beberapa saat lamanya, kemudian
sambil berpaling kearah Siau Ling ujarnya:
“Siau thayhiap, aku minta maaf kepadamu nenekku sudah
lanjut usia aku tak dapat membiarkan dia mati keracunan...”
“Semua pembicaraan yang sedang kalian ucapkan telah
kudengar semua maksud baik nona biarkan kuterima didalam
hati “tukas Siau Ling dengan cepat.
“Nenek”, tiba2 Wu Yong berseru, “apa hubungannya antara
kita yang keracunan dengan Siau Ling?? bukankah sama saja
kalau kita lepaskan dahulu Siau Ling, setelah itu baru pergi
menghadap Shen Bok Hong...??”
“Tentu saja sama sekali berbeda jauh”,
“Shen Bok Hong bisa meracuni kita berdua kemudian
mengundang kita dengan diberi hadiah tujuannya bukan lain

adalah hendak menggunakan kekuatan yang kita miliki untuk
menghadapi Siau Ling, mana boleh kita lepaskan dirinya ?”
“Sekalipun kita lepaskan dirinya Shen Bok Hong toh tidak
mengetahui akan perbuatan kira ini ?”
“Ketajaman mata dan pendengaran Shen Bok Hong sudah
tersohor dikolong langit mata matanya tersebar dimana-mana,
mungkin saja semua gerak gerik kita pada saat ini telah
diawasi pula oleh seseorang tanpa kita ketahui !”
“Tapi... dimanakah orang itu ? “ seru Wu Yong sambil
memandang sekejap kearah sekeliling tempat itu.
Tiba-tiba Siau Ling menghela napas panjang, timbrungnya:
“Nona Yong, sikap nenekmu terhadap dirimu boleh dibilang
baik sekali apa yang dikatakan memang tepat sekali, dalam
keadaan seperti ini memang sudah sepantasnya kalau aku aku
ikut serta dirimu pergi untuk menghadap Shen Bok Hong,
cuma...”
“Cuma kenapa??” tanya Wu popo.
“Ketika to hujin mendapat ancaman serta hadiah untuk
turun gunung, bukankah tujuanmu hanya untuk menghadapi
aku Siau Ling seorang?? nah! aku akan mengikuti dirimu pergi
tetapi aku berharap agar engkau suka berbuat kebajikan
dengan melepaskan orang-orang yang mengikuti bersama
diriku ini!”
“Bukankah sekarang orang2 itu berada dalam keadaan
baik?”
“Akan tetapi ilmu silat yang mereka miliki toh belum
dipulihkan kembali seperti sedia kala...”
“Kalau ilmu silat yang mereka miliki kupulihkan kembali,
maka mereka pasti tak akan melepaskan diriku pergi dan
sin..Hm bukan mintakan ampun bagi diri sendiri, Sebaliknya

mintakan ampun buat sahabatmu lebih dahulu, caramu
berpikir benar2 luar biasa sekali!”
“Harap lo hujin jangan salah paham” sela Siau Ling sambil
gelengkan kepalanya berulang kali, aku jamin mereka akan
segera tinggalkan tempat ini setelah kepandaian silat mereka
pulih kembali, aku jamin mereka tak akan menghalangi niat lo
hujin untuk membawa aku pergi dan sini...”
“Perbuatan itu terlalu menempuh bahaya aku tidak ingin
terjatuh ketangan orang lain.”
Siau Ling jadi mendongkol sekali sambil tertawa dingin
serunya.
“Lo hujin, tahukah engkau bahwa bagi seorang manusia
yang berlatih ilmu silat kehilangan ilmu silatnya sama halnya
dengan kehilangan selembar jiwanya”
“Kami akan melakukan perjalanan bersama sama Siau
tayhiap, teriak Teng It Lui dengan suara keras biarlah kami
mati hidup bersama2 dirimu..”
“Buat apa??? Shen Bok Hong serta Siau yau cu amat
membenci diriku sehingga boleh dibilang rasa benci mereka
terhadap diriku sudah merasuk ketulang sumsum. mereka tak
akan melepaskan diriku dengan begitu raja.. jikalau kalian
mengikuti diriku maka sama halnya dengan mencari kematian
buat diri sendiri, lagipula Sun Put Shia locianpwee serta Bu Wi
Tootiang sedang menantikan kabar berita kalian...”
Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Wu Popo,
sambungnya dengan nada serius:
“Aku ingin mengajukan suatu pertanyaan kepadamu, harap
lo hujin suka menjawab dengan sejujurnya”
“Apa yang ingin kau tanyakan?”
“Apakah kepandaian silat yang mereka miliki masih dapat
dipulihkan kembali seperti sedia kala??”

“Tentu saja dapat, akan tetapi kalau sampai terlampau
lama hal ini sukar untuk dikatakan!”
‘‘Berapa lama batas waktunya untuk bisa pulih kembali
seperti sedia kala?”
“Kurang lebih tiga bulan selewatnya aku tidak tanggung!”
“Toako!” tiba2 Pek li Peng berseru keras aku ingin ikut
bersamamu!!”
“Baik, engkau dengan umat Bulim sama sekali tidak terikat
dendam sakit hati, aku rasa Shen Bok Hong akan jeri terhadap
nama besar ayahmu dan tidak sampai mencelakai jiwa mu.”
---oo0dw0ooo---
PEK LI PENG tertawa sedih ia berkata ,”Aaai...! toako,
seandainya engkau mati apakah engkau mengira aku akan
hidup seorang diri ?”
Beberapa patah kata yang menunjukan, be tapa setianya
gadis itu terhadap dirinya, seketika menggetarkan hati Siau
Ling.
Tanpa terasa lagi ia berpaling dan memandang sekejap
kearah Pek li Peng ujarnya,
“Peng ji engkau toh sama sekali tak pernah ribut dengan
orang lain, mengapa engkau harus mengikuti diriku untuk
terjun kedalam kancah persoalan yang memusingkan kepaIa
ini ?”
Pek li Peng tertawa,
“Selama aku mengikuti toako, kendatipun harus terjun
kelautan api rasanya aku jauh lebih gembira daripada harus
hidup seorang diri”

Wu Yong yang mendengar perkataan itu mendadak timbul
rasa cemburu dalam hati kecilnya, ia segera mendengus
dingin dan berkata:
“Hmm! nenek jangan biarkan budak tersebut ikut bersama
kita”
Pek li Peng segera berpaling, ketika dilihatnya wajah Wu
Yong diliputi kegusaran mendadak ia merasakan hatinya
begitu nyaman dan gembira, sambil membereskan rambutnya
yang terurai, ia tersenyum dan tidak menanggapi ucapan
lawan.
Siau Ling sendiri tahu bahwa kepergianya kali ini untuk
menjumpai Shen Bok Hong jauh lebih banyak bahayanya
daripada tidak bahkan selembar jiwanya kemungkinan besar
bakal lenyap ditangannya. Itu berarti semua perjuangan
selanjutnya untuk menentang kaum kejahatan harus
digantungkan pada kekuatan Sun Put Shia serta Bu Wi Too
tiang.
Pemuda itu segera mengambil keputusan untuk
menyerahkan kitab pusaka ilmu pedang partai Hoa-san serta
Sin ci sinkang dari partai Siau lim kepada Teng It Lui dan Ceng
Yap Ching agar bisa diserahkan ketangan Sun Put Shia serta
Bu Wi Tootiang.
Berpikir sampai disitu, dia segera alih kan sorot matanya
keatas wajah Wu popo sambil ujarnya:
“Lo hujin aku ingin sekali membicarakan beberapa
persoalan pribadi dengan kedua orang itu, kemudian aku akan
mengikuti kalian berdua untuk meneruskan perjalanan guna
menjumpai Shen Bok Hong serta Siau-yau tootiang aku rasa
engkau pasti mengijjnkan bukan?”
Wu popo termenung dan berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian menjawab.

“Baiklah,cuma jangan mengulur waktu terlalu lama”
‘‘Sebentar saja.”
Pemuda itu segera berjalan menghampiri kehadapan Teng
It Lui serta Ceng Yap Ching kemudian berkata dengan suara
dalam.
“Kematian ada yang berat bagaikan gunung Tay San, ada
pula yang enteng bagaikan bulu domba, jikalau kalian berdua
mengikuti diriku pergi menghantar nyawa maka kematian
kalian boleh dibilang enteng bagaikan bulu domba.”
Teng It LUi menghela napas panjang, ujarnya.
“Seandainya kami tidak makan-makanan yang beracun
sehingga menyebabkan Siau tayhiap bentrok dengan Wu
popo, tidak mungkin pada saat ini bakal terjadi peristiwa
macam ini..”
“Benar” sambung Ceng Yap Ching, “kalau dibicarakan
kembali, kamilah yang mengundang datangnya bencana
sehingga menyusahkan Siau tayhiap serta nona Pek-li.”
“Semua kejadian toh sudah terlalu, apa gunanya
dibicarakan lagi? sekarang ada satu masalah penting yang
hendak kubicarakan dengan kalian berdua!”
“Persoalan apa? “ tanya Teng It Lui dengan cepat,
“sekarang ilmu silat yang kami miliki sudah lenyap tak
berbekas, mungkin apa yang diinginkan Siau tayhiap tak
mampu kami laksanakan!”
Siau Ling menghela napas panjang bisiknya dengan lirih
“Manusia berusaha Thian lah yang menentukan, aku cuma
berharap agar kalian berdua suka berusaha dengan sepenuh
tenaga...”
Ia berhenti sebentar, kemudian sambungnya:

“Didalam sakuku terdapat dua jilid kitab, aku berharap agar
kalian berdua suka berusaha sekuat tenaga untuk
menyerahkan kedua jilid kitab tersebut ketangan Sun
locianpwee serta Bu Wi tootiang”
“Kami akan berusaha dengan sekuat tenaga” jawab Ceng
Yap Ching dengan cepat.
“Tugas ini penting sekali, apabila merasa perlu kalian
berdua boleh melakukan perjlanap dengan jalan menyaru,
berusahalah untuk memhindarkan diri dan pengawasan mata
Shen Bok Hong “
“Benda hilang nyawa hilang, barang ada manusia ada, kami
pasti akan lebih menaruh perhatian terhadap benda itu
daripada keselamatan jiwa sendiri...“ jawab Teng It Lui.
Siau Ling segera berpaling, ia lihat Wu popo sedang
menaruh perhatian khusus terhadap semua gerak geriknya,
hal ini membuat hatinya amat risau, pikirnya.
“Kalau sekarang juga kuambil keluar kedua jilid kitab
pusaka itu, dia pasti akan menaruh perasaan ingin tahu dan
pasti suruh Yong-ji untuk memeriksanya, kalau sampai
begitu... waah! bisa celaka, aku harus berusaha keras untuk
memecahkan perhatiannya”
Tapi untuk beberapa saat lamanya diapun tidak berhasil
menemukan suatu cara yang dirasakan amat sesuai, hatinya
jadi gelisah bercampur cemas sekali.
Pada saat itulah dari tempat kejauhan tiba-tiba
berkumandang datang suara derap kaki kuda yang amat ramai
kian lama suara tersebut kian bertambah dekat.
Wu popo segera berpaling kearah mana berasalnya suara
derap kaki kuda tadi.
Menggunakan kesempatan itulah Siau Ling segera ambil
keluar dua jilid kitab pusaka itu dan diserahkan ketangan Teng
It Lui bisiknya :

“Kalian berdua baik baiklah menjaga diri “
Kemudian sambl memperkeras suaranya dia melanjutkan:
“Ditempat sepasang pedagang dari Tiong ciu terdapat
sebuah kotak kayu milikku bila kalian berdua telah berjumpa
dengan mereka suruhah mereka membuka kotak itu serta
memeriksa isinya, suruhlah mereka simpan kotak itu baik2.”
Beberapa patah perkataan itu diucapkan dalam keadaan
seperti ini, terasalah penuh pancaran rasa sedih yang amat
tebal,
“Siau tayhiap adalah seorang budiman Thian pasti akan
melindungi keselamatan jiwamu, semoga engkau selalu sehat
walafiat”, sahut Teng It Lui perlahan.
“Kalian berdua boleh pergi, semoga berhasil dan sampai
ditujuan dalam keadaan selamat:
Teng It Lui maupun Ceng Yap Ching mengetahui bahwa
Siau Ling suruh mereka segera melakukan perjalanan, setelah
memberi hormat ujarnva.
“Kalau memang begitu kami akan mohon diri lebih dahulu!”
Habis berkata mereka putar badan dan segera berlalu dari
sana.
Memandang hingga bayangan tubuh kedua orang itu
lenyap dan pandangan. Siau Ling merasakan hatinya lega
sekali dia menghembus napas panjang dan segera alihkan
kembali pandangan matanya.
Tampaklah dua ekor kuda jempolan yang tinggi besar
berhenti disamping tubuh Wu popo, dari atas kuda loncat
turun dua orang manusia nereka bukan lain adalah sepasang
iblis dari propinsi Leng-lam.
Tampak kedua orang itu bercakap-cakap sebentar dengan
Wu popo, kemudian terdengarlah Ma Poo tertawa terbahak2
sambil berkata.

“Haaah…haah…haaah... inilah yang dikatakan mencari
dengan susah payah sampai satupun jebol, akhirnya
didapatkan dengan gampang sekali”
Ditengah gelak tawa yang keras dia alihkan sorot matanya
keatas wajah Siau Ling kemudian sambungnya dengan dingin:
“Engkaukah yang bernama Siau Ling??”
“Sedikitpun tidak salah!”
“Nama besarmu amat tersohor sekali dalam dunia
persilatan. Sungguh tak ku nyana engkau hanya seorang
bocah cilik belaka”
“Wu lo hujin”, terdengar iblis kedua berkata aku lihat ada
dua oang diantaranya yang melarikan diri dan sini, apakah
perlu mereka ditangkap kembali???”
Siau Ling merasa amat terperanjat setelah mendengar
perkataan itu pikirnya.
“Aduh... celaka, kalau dia sampai menyusul kedua orang
itu, maka tubuh mereka pasti akan digeledah kalau sampai
kitab pusaka itu didapatkan, bukankah keadaan akan
bertambah berabe.”
Meskipun dalam hati merasa amat gelisah, akan tetapi
perasaan tersebut tidak sampai diperlihatkan diatas wajahnya,
dengan muka yang masih tetap tenang ia berseru sambil
tertawa dingin
“Sayang sekali aku kena racun keji sehingga kepandaian
silat yang kumiliki punah...”
“Kalau kepandaianmu belum musnah, apa yang hendak kau
lakukan ?” tukas Ma Poo.
“Dengan berdasarkan beberapa patah kata yang tidak
hormat itu, aku harus memberi pelajaran yang setimpal buat
kalian berdua”

Iblis kedua yang mendengar jawaban itu jadi amat gusar,
bentaknya
“Keparat cilik, berada dalam keadaan serta situasi seperti
ini! Kau masih berani bicara tekebur?? Hmmm! rupanya
engkau sudah bosan hidup lagi dikolong langit.”
Telapak tangannya segera diayunkan kearah depan.
Meskipun Siau Ling dapat menyaksikan datangnva
serangan tersebut, akan tetapi ia tak mampu untuk
menghindarkan diri..., Blam! tidak ampun lagi pipi kirinya
segera satu sodokan keras,
Pukulan tersebut benar2 kuat dan keras sekali, tubuh Siau
Ling berputar dua kali bagaikan gansing, ia tak mampu
mempertahankan diri lagi dan tubuhnya segera roboh
terkapar diatas tanah.
Sejak terjun kedalam dunia persilatan, belum pernah Siau
Ling mendapat pengalaman yang demikian pahitnya, kepala
langsung terasa pening tujuh keliling dan pandangan matanya
jadi berkunang2.
“Aduuh...” jerit Pek li Peng, dengan langkah lebar segera
menghampiri tubuh
Siau Ling dan membimbingnya bangun.
---oo0dw0oo---
Jilid: 18
SAMBIL menahan rasa sakit pikir Siau Ling dalam hatinya:
“Entah racun keji apakah yang telah dipergunakan Wu
popo ini sehingga membuat orang tak mampu untuk
mengerahkan tenaga dalamnya dan seluruh kepandaian silat
yang dimilikipun tak mampu dikembangkan semua andaikata
ia gunakan racun semacam ini secara besar besaran rasanya

tidak sulit baginya untuk menguasai seluruh kolong langit, lain
kali kalau ada kesempatan aku harus binasakan orang ini dan
tak dapat membiarkan dia tetap hidup lagi dikolong langit...”
Berpikir sampai disini ia segera meronta untuk bangkit
berdiri.
Ketika ia berpaling kembali, bayangan tubuh Teng It Lui
serta Ceng Yap Ching sudah lenyap dari pandangan dalam hati
segera pikirnya kembali
“Semoga Thian bisa melindungi mereka sehingga mereka
berhasil berjumpa kembali dengan Sun Put Shia serta Bu Wi
Totiang dalam keadaan hidup, asalkan kedua jilid kitab itu bisa
sampai ditempat tujuan, sekalipun ditempeleng lagi juga tak
mengapa...”
Sementara itu iblis kedua dari Leng lam diam2 merasa
kagum juga ketika dilihatnya Siau Ling sama sekali tidak
menjadi gusar kendatipun sudah dijotos olehnya dengan amat
keras, ia berpikir didalam hati kecilnya.
“Usia Siau Ling belum begitu besar akan tetapi imannya
sangat tebal .. orang ini memang luar biasa sekali!”
Belum habis ia termenung, tiba2 Wu Yong telah maju
dengan langkah lebar serta menghadang dihadapan Siau Ling,
terdengar gadis itu dengan nada tak senang hati menegur:
“Kenapa engkau hajar dirinya??”
Iblis kedua dari Leng lam yang ditanya seketika jadi
tertegun, serunya dengan nada tercengang:
“Nona maksudkan kami berdua?”
“Engkau turun tangan memukul orang, sebenarnya apa
maksudmu?”, seru Wu Yong sambil tuding iblis kedua.
Iblis kedua dari Leng lam segera tertawa ewa.

“Nona Wu, apakah engkau maksudkan mengapa aku turun
tangan memukul Siau Ling?”
“Sedikitpun tidak salah Siau Ling adalah buronan yang
berhasil kami tangkap, siapa suruh engkau ikut-ikutan
memukul?”
Ma Poo yang ikut mendengarkan perkataan itu kontan saja
mengerutkan dahinya,
“Memang tidak salah orang itu ditangkap oleh kalian
berdua. Katanya membela iblis kedua, akan tetapi masa kami
berdua tak boleh hanya memukulnya sebentar?”
“Tidak boleh, kalau mau pukul kami berdualah yang berhak
untuk memukul tawanan kami”, jawab Wu Yong ketus,
Ma Poo segera berpaling memandang sekejap kearah iblis
kedua, kemudian kedua orang itu kuluk-kuluk berbicara
dengan bahasa yang aneh sekali dan sama sekali tidak
dimengerti oleh orang lain.
Wu Yong mengerutkan dahinya berusaha menangkap
pembicaraan antara kedua orang itu, namun kecuali
mendengarkan bahasa asing yang sama sekali tidak
dimengerti olehnya ia tak dapat menangkap apa yang
dimaksudkan oleh orang-orang itu.
Dengan alis mata berkerut dia segera membentak.
“Hey apa yang sedang kalian berdua bicarakan??”
Ma Poo tertawa dingin, sinar matanya segera dialihkan
keatas wajah Wu Popo dan serunya.
“Wu lo-hujin aku lihat badanmu kurang sehat??”
“Aku telah mendapat luka dalam yang sangat parah!“Tanpa
syak wasangka nenek tua itu mengaku terus terang.”
Kembali Ma Poo tertawa dingin, ejeknya.

“Kali ini kami berdua mendapat perintah untuk menyambut
kedatangan lo hujin, sungguh tak kusangka lo hujin telah
berhasil menangkap pula diri Siau Ling, andaikata Shen Bok
Hong serta Siau yau tootiang mengetahui akan persoalan ini,
mereka pasti akan merasa sangat gembira,”
Air muka Wu Popo berubah hebat, sambil tertawa paksa ia
segera berkata:
“Secara kebetulan saja aku telah berhasil menangkap Siau
Ling, kalian berdua jauh2 datang menyambut kedatangan
kami berdua, seandainya hasil penangkapan kami ini
merupakan suatu pahala besar, maka kalian berdua pasti akan
mendapat bagian pula”
Ma Poo tersenyum.
“Wu lo hujin begitu menaruh perhatian terhadap kami dua
bersaudara, hal ini membuat kami merasa sangat berterima
kasih, cuma…”
Tiba-tiba ia putar telapaknya dan mencengkeram tangan
kanan Wu Yong.
Meskipun Wu Yong cukup cekatan, akan tetapi dia sama
sekali tidak menyangka kalau secara tiba-tiba Ma Poo bisa
turun tangan terhadap dirinya, urat nadi diatas
pergelangannya seketika tercekal, lagipula tenaga yang
dipergunakan besar sekali, kendatipun Wu Yong sudah
berusaha untuk meronta namun gagal untuk melepaskan diri
dari cengkeraman orang.
Pada saat Ma Poo turun tangan mencengkeram tangan
kanan Wu Yong, iblis kedua pun turun tangan mencengkeram
tangan Wu popo.
Sekalipun nenek tua bermuka jelek itu sudah melakukan
persiapan, akan tetapi berhubung luka dalam yang dideritanya
cukup parah, kendatipun ia saksikan iblis kedua mengancam

urat nadi pada pergelangan tangannya akan tetapi ia tak
mampu untuk meaghindarkan diri.
Terdengar Ma Poo tertawa ter-bahak2 sambil berkata:
“Setelah Siau Ling berhasil ditangkap, aku rasa engkau dan
cucumu tak perlu lagi pergi menghadap Shen toacungcu serta
Siau yau tootiang!”
“Apa maksud perkataanmu itu?”seru Wu Popo.
Tujuan Shen toa cungcu serta Siau-yau tootiang
mengundang kedatangan kalian berdua adalah bukan lain
hendak suruh kalian menghadapi Siau Ling, kini setelah Siau
Ling berhasil ditangkap, aku rasa kepandaian silat yang kalian
miliki sama sekali tak akan berfaedah bagi dunia persilatan
lagi .!“
“Aku telah membicarakan dengan mereka” tukas Wu popo,
“begitu Siau Ling berhasil ditangkap dan kami berdua berhasil
mendapatkan hadiahnya, maka saat itu juga kami akan pulang
kerumah serta tidak mencampuri urusan dunia persilatan
lagi..”
“Kalau memang engkau dan cucumu akan mengasingkan
diri, biarlah kami antar kalian pulang kerumah!“ seru Ma Poo
dengan ketus, habis berkata dia segera ayunkan telapak
kanannya.
Siau Ling serta Pek-li Peng yang menyaksikan perubahan
situasi itu hanya bisa menghela napas belaka, dalam keadaan
ilmu silat punah dan sedikitpun tak bertenaga, bukan saja
meeka tak mampu untuk turun tangan menolong orang,
bahkan menggunakan kesempatan itu untuk melarikan
diripuntak dapat.
“Apakah kalian berdua ingin membunuh aku serta
cucuku?... “seru Wu Popo dingin.

“Sedikitpun tidak salah, setelah kalian kubunuh maka jasa
berhasilnya menangkap Siau Ling akan jatuh ketangan kami
berdua!”
“Hmm.! kalau kubebaskan racun yang mengeram dalam
tubuh Siau Ling, aku rasa kalian berdua bukanlah
tandingannya”, seru Wu Popo sambil tertawa dingin.
Mula mula Ma Poo nampak tertegun, kemudian sambil
tertawa ewa katanya:
“Apakah Wu lo-hujin tidak merasa bahwa perbuatanmu itu
terlalu lambat....??”
Wu Popo memandang keatas langit, setelah termenung
sebentar ujarnya dengan serius:
“Tahukah kalian berdua, mengapa Shen Bok Hong serta
Siau yau cu mengundang aku turun gunung?”
“Karena lo hujin pandai didalam menggunakan racun. maka
mereka undang kedatanganmu untuk menghadapi Siau Ling!”
“Orang yang pandai menggunakan racun dikolong langit
toh tak terhitung jumlahnya, mengapa mereka datang mencari
diriku?”
“Pertama, karena caramu melepaskan racun sangat lihay
melebihi siapapun, dan kedua, engkau terlalu kemaruk akan
harta kekayaan karena itulah mereka ambil keputusan untuk
mengundang kehadiranmu..”
“Tahukah kalian berdua dimanakah letak perbedaan antara
caraku melepaskan racun dengan cara yang dipergunakan
orang lain?”
“Kami dua bersaudara mendapat tugas untuk menyambut
kedatanganmu serta cucumu, tentu saja kami mengetahui
tentang hal ini.”
“Kalau begitu, coba katakanlah! “

“Kemampuan lo-hujin dalam melepaskan racun, bisa
membuat korbannya keracunan tanpa disadari sama sekali.”
Tiba tiba ia seperti teringat bahwa ucapannya salah, buru2,
mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
“Nah, itulah dia!” sambung Wu popo dengan cepat, kalian
berdua mempunyai satu kesalahan yang sangat besar, mebuat
aku mau tak mau terpaksa harus memberi petunjuk.”
“Kesalahan apa??”
“Seandainya kalian berdua tidak bercakap cakap dengan
menggunakan logat serta bahasa wilayah Leng lam sebaliknya
secara tiba tiba turun tangan mencengkeram urat nadi kami
berdua dalam keadaan sama sekali tak bersiap sedia tentu
saja kami akan terbekuk tanpa sempat melakukan
perlawanan, tetapi sekaran kalian berdua sudah kena diserang
oleh racun keji, sebab bahasa wilayah Leng lam itulah yang
membuat aku terpaksa harus melakukan persiapan..!”
Ma Poo tertawa dingin, ejeknya
“Nyawamu dan cucumu sudah berada di dalam
cengkeraman kami dua bersaudara. Hmm! aku bisa saja
menggunakan tindakan serta siksaan yang paling keji untuk
memaksa engkau serahkan obat pemunah tersebut kepada
kami!’’
“Andaikata aku sudah menyerahkan obat pemunah itu dan
jiwa kami dapat diselamatkan tentu saja aku tidak keberatan
untuk memberikan obat tersebut, sayang sekali rencana kalian
untuk mencelakai kami berdua dilakukan terlalu awal..”
“Bagaimana kalau sekarang juga kukabulkan pemintaanmu
itu serta memberi jalan kehidupan bagi kalian nenek dan cucu
berdua...”
“Terlalu lambat, aku tak dapat mempercayai perkataan
kalian berdua “ tukas Wu Popo.

Ma Poo segera berpaling dan memandang sekejap kearah
iblis kedua, kemudian perintahnya :
“Loo ji, coba kerahkan tenaga dalammu, periksalah apakah
engkau benar benar sudah terkena racun keji dari nenek
siluman itu?”
Iblis kedua menurut dan diam2 menyalurkan hawa
murninya beberapa saat kemudian menjawab
“Siaute sama sekali tidak merasakan seauatu yang aneh!”
Ma Poo segera alihkan kembali sorot ma tanya keatas
wajah Wu Popo, ujarnya dengan dingin..
“Wu lo hujin dengan kedudukanmu yang terhormat
dikolong langit, andaikata perbutanmu hanya menggertak
orang dengan ucapan kosong belaka maka perbuatanmu ini
hanya akan ditertawakan oleh orang saja”
Wu Popo, tertawa ewa,
“Dua lembar jiwa kami berdua bisa ditukar dengan dua
lembar jiwa kalian dua bersaudara, sekalipun mati juga tak
menyesal silahkan kalian turun tangan”.
Ma Po segera menggerakan tangan kirinya untuk menotok
dua buah jalan darah di tubuh Wu Yong, setelah itu diam2
diapun mengatur hawa murninya untuk memeriksa badan
sendiri.
Dirasakan hawa murni berjalan dengan lancar sedikitpun
tidak memperlihatkan tanda2 keracunan, hal ini membuat
hatinya segera berpikir”
Cara nenek tua ini melepaskan racunnya sudah tersohor
karena tak dapat diduga atau pun dirasakan ancamannya
boleh dipercaya boleh juga tak percaya, pokoknya yang
penting baik nenek dan cucunya maupun Siau Ling sekalisn
sudah jatuh ditanganku, cepat atau lambat akhirnya toh
mereka tak akan lolos dari tanganku. “

Berpikir sampai disini dia lantas berkata
“Wu lo hujin sekalipun engkau sudah melepaskan racun keji
kedalam tubuh kami berdua obat pemunahnya toh masih
berada dalam sakumu, apa susahnya untuk mengambil obat
pemunah itu dari dalam sakumu?”
“Obat obatan yang kubawa semuanya berjumlah ratusan
botol kalau kalian berdua mempunyal keyakinan untuk bisa
memilih sendiri, silahkan saja turun tangan untuk
membinasakan kami berdua”
Ma Poo tertawa dingin.
“Berapa lama racun keji yang kau lepaslan kedalam tubuh
kami berdua itu baru akan mulai bekerja?” ia bertanya.
“Dalam dua belas jam kemudian!”
“Kalau sampai waktunya sama sekali tidak bekerja??”
“Aku bersed.a mendapat hukuman dan kalian berdua!”
“Baik! perkataan ini engkau sendirilah yang
mengucapkannya keluar, sampai waktunya aku akan
menbunuh cucu perempuanmu lebih dahulu.. “
Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah iblis kedua
dan perintahnya:
“Musnahkan saja sepasang tangannya yang sering
melepaskan racun itu....!”
Iblis kedua mengiakan dan segera turun tangan
mematahkan pergelangan dari nenek tua itu.
Ditengah kegelapan tampaklah keringat sebesar kacang
kedelai mengucur keluar membasahi seluruh tubuh Wu Popo,
akan tetapi ia masih tetap menggertak giginya rapat-rapat dan
sama sekali tidak merintih.
Siau Ling Yang menyaksikan kejadian itu diam2 menghela
napas panjang, pikirnya didalam hati:

“Pads dasarnya Wu popo adalah seorang manusia yang
licin, sungguh tak dinyana sepasang iblis dari wilayah Leng
lam ini jauh lebih kejam dan telengas daripada dirinya..
penderitaan ini boleh dibilang merupakan hukum karma bagi
dirinya.”
Sementara itu Wu Yong yang menyaksikan tulang
pergelangan tangan neneknya dipatahkan orang, hatinya jadi
amat terkesiap sambil menangis teriaknya berulang kali
“Oooh...nenek...nenek..”
“Penderitaan semacam ini masih belum terhitung seberapa,
jangan menangis..!” bentak Wu Popo
Meskipun Wu Yong berhenti menangis, namun air mata
mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh wajah
gadis itu.
Perlahan2 Wu Popo alihkan sinar matanya keatas wajah Ma
Poo, kemudian katanya:
“Pada saat ini sekalipun aku bersedia berunding dengan
dirimu aku rasa kalian berdua pasti tak akan mau
menerimanya bukan??”
“Sedikitpun tidak salah, sebelum aku merasakan bahwa
tubuhku benar benar keracunan aku tidak bersedia menerima
perundingan macam apapun jua.”
“Jadi kalau begitu terpaksa aku harus menunggu sampai
racun keji yang bersarang ditubuh kalian berdua mulai bekerja
kemudian baru merundingkan lagi persoalan ini dengan
dirimu.”
Pada saat itu, demi keselamatan jiwa kami berdua
kemungkinan besar kami dapat menyanggupi beberapa buah
permintaan itu, tetapi aku harus menerangkan lebih dahulu’
syarat tersebut tak boleh terlalu memaksa orang.”
“Kita bicarakan saja setelah waktunya tiba!”

Ma Poo segera memandang sekejap kearah iblis kedua, lalu
serunya:
“Loo ji, tempat ini tak boleh didiami terlalu lama kita harus
segera meneruskan perjalanan.
Iblis kedua memandang sekejap kearah Siau Ling, lalu
berkata
“Sahabat kangouw yang dimiliki Siau Ling terlalu banyak
sepanjang perjalanan kemungkinan besar ada orang yang
akan berusaha untyk menolong selembar jiwanya.”
“Maksudmu ??”
“Lebih baik kita bunuh saja, kemudian membawa batok
kepalanya pulang menghadap Shen Bok Hong serta Siau Yau
totiang aku rasa keadaan ini jauh lebih aman”
Pek li Peng yang mendengar perkataan itu jadi amat
terperanjat sekali namun dalam keadaan seperti ini ia tak
dapat berbuat lain diam2 pikirnya didalam hati:
“Sekalipun aku harus membayar pengorbanan yang tak
ternilai harganya aku harus berusaha untuk menyelamatkan
jiwa Siau toako dan bencana besar ini “
Tiba tiba terdengar Wu popo menengadah dan tertawa
terbahak bahak.
“Apa yang kau tertawakan ?? “ bentak Ma Poe dengan
gusar
Luka yang diderita Wu popo cukup parah, sewaktu tertawa
rasa sakitnya bukan kepalang tanggung, akan tetapi ia tetap
mempertahankan sekuat tenaga.
Ketika Ma Poo membentak ia berhenti tertawa dan berkata:
“Aku sedang mentertawakan kalian berdua yang terlalu
goblok, ketika aku terbayang kembali betapa diriku sudah

terjebak oleh siasat licikmu itu, aku jadi geli dan ingin
tertawa.”
“Kami bodoh?? hal yang bagaimana kami dianggap terlalu
goblok???”
“Hmm! apakah kalian berdua mengharapkan agar aku bisa
memberi petunjuk pada ketololanmu itu??” ejek Wu popo
dengan suara dingin.
“Kalau alasanmu diberikan secara paksaan jangan
salahkan, kalau aku akan bertindak keji terhadap dirimu!”
“Sebaliknya kalau yang aku katakan masuk diakal??”
“Tentu saja kami dua bersaudara akan menurut!”
“Baiklah! aku memberitahukan dimanakah letak
ketololanmu itu....” seru Wu popo.
Sesudah berhenti sebentar, sepatah demi sepatah kata
sambungnya lebih jauh.
“Seandainya pada saat ini kalian berdua membinasakan
Siau Ling, kemudian menghadap Shen Bok Hong serta Siau
yau cu hanya dengan membawa batok kepalanya belaka,
berapa hari yang kalian butuhkan untuk menempuh
perjalanan serta sampai ditempat tujuan pada waktu itu
bukankah batok kepala Siau Ling sudah akan membusuk dan
rusak? dalam keadaan begitu mana mungkin Shen Bok Hong
serta Siau yau cu bisa mengenalinya kembali....siapa tahu
kalau mereka lantas mengatakan bahwa batok kepala yang
kalian bawa bukanlah batok kepala dari Siau Ling....”
Rupanya beberapa patah kata ini sangat masuk diakal,
sepasang iblis dari wilayah Leng-lam pun segera
membungkam dan tidak memberi komentar apapun juga.
“Sekalipun kalian dapat menjaga agar sampai batok kepala
itu tidak rusak akan tetapi batok kepala yang sudah dipenggal
bagaimanapun juga susah untuk disamakan dengan batok

kepala aslinya”, sambung Wu Popo lebih jauh dengan suara
dingin, “disamping itu aku dengan mata kepala sendiri sudah
pernah menyaksikan sampai dimanakah kehebatan ilmu silat
yang dimiliki Siau Ling, apa yang hendak kalian jawab
seandainya Shen Bok Hong serta Siau yau cu bertanya kepada
kalian, dengan andalkan apakah kalian berdua berhasil
menangkap Siau Ling??”
“Kita toh sudah berhasil membawa batok kepalanya, aku
rasa Shen Bok Hong serta Siau yau tootiang pasti akan
mempercayainya”
“Seandainya mereka mengatakan bahwa memalsukan
batok kepala dengan tujuan mencari pahala ?? apa yang bisa
kalian perbuat paling2 apa yang bakal kalian berdua derita
jauh lebih mengenaskan daripada apa yang kami berdua
derita !”
Ma Poo termenung dan berpikir beberapa saat lamanya
kemudian dia menjawab:
“Perkataanmu memang sangat masuk diakal, tetapi kalau
kami harus melakukan perjalanan sambil membawa Siau Ling,
rasanya perjalanan ini agak kurang leluasa sedikit!”
“ternyata dua orang manusia setolol kalianpun bisa
mencelakai diriku, kejadian ini benar benar merupakan suatu
peristiwa yang amat menyedihkan bagiku.”
“Hey aku sedang bertanya kepadamu, apakah engkau
mempunyai cara lain yang jauh lebih baik?” bentak Ma Poo.
“Tentu saja ada!”
“Apakah aku boleh mengetahuinya?”
“Hmmm! kenapa ku harus memberitahukan kepada
kalian??”
“Karena kami dua bersaudara telah mencengkeram
keselamatan hidup engkau serta cucumu! “

“Jikalau kalian membersihkan jiwaku serta cucuku, maka
pada akhirnya kalian berduapun tak akan terlepas dari bahaya
keracunan yang mengakibatkan jiwa kalian melayang “
“Apa yang baru kulakukan sehingga engkau bersedia
mengatakannya keluar?”
“Kalian berdua harus bersikap lebih menghormat dan
sungkan terhadap aku orang tua”
Sepasan iblis dari wilayah Leng-lam saling berpandangan
sekejap, kemudian mereka ber-sama2 memberi hormat,
katanya
“Lo hujin, harap engkau suka memberi petunjuk kepada
kami berdua, jalan apakah yang paling baik??”
“Siau Ling toh bisa menyaru sebagai seorang toojin, apakah
kalian berdua tak dapat menyaru pula sebagai manusia lain ?”
“Ehmm...! benar2 suatu pendapat yang tinggi!” seru Ma
Poo.
Selelah memandang sekejap kearah sekeliling tempat itu,
sambungnya lebih jauh
“Mari kita segera lanjutkan perjalanan!”
Wu Popo memandang sekejap kearah dua ekor kuda
jempolan yang ditambat dihadapannya, lalu berkata:
“Siau Ling setelah minum obat beracun ilmu silatnya telah
punah tak berbekas, ia tak dapat melanjutkan perjalanan
dengan berjalan kaki lagi, ia harus dibiarkan naik kuda”
“Dia adalah buronan penting dari Shen toa cungcu, tentu
saja aku harus bersikap istimewa pula terhadap dirinya!”
“Aku sudah dihajar Siau Ling sampai terluka, jalan darah
cucuku pun tertotok, kami semua tak dapat melanjutkan
perjalanan!”

“Baik kalian berdua boleh naik seekor kuda, biarlah Siau
Ling berdua menunggang kuda yang lain.”
“Tidak bisa jadi!” teriak iblis kedua, “nenek ini harus
dipisahkan dengan cucunya”
“Sedikitpun tidak salah!”
Maka Siau Ling dan Wu Yong diikat pada seekor kuda,
sedangkan Pek li Peng dan Wo popo diikat pada kuda yang
lain.
Sapasang pergelangan tangan Wu popo walaupun sudah
patah, dua buah jalan darah dikaki kanannya sudah tertotok
akan tetapi kaki kirinya masih bebas merdeka, diam2 ia
mengendalikan kuda itu sehingga sebentar berlari kencang
dan sebentar berlari agak lambat.
Sepasang iblis dari Leng lam, seorang mengurusi seekor
kuda dan bermaksud melakukan parjalaaan dangan
menggunakan kegelapan malam yang masih menyelimuti
seluruh jagad itu, akan tetapi berhubung Wu popo secara
diam mengacau dengan sebentar mempercepat lari kudanya
kemudian sebentar lagi memperlambat lari kudanya, hal ini
membuat kedua orang itu harus mengikutinya dengan teratur.
Pek-li Peng sendiri walaupun naik seekor kuda yang sama
dengan Wu popo, akan tetapi berhubung dia amat membenci
terhadap watak serta perbuatannya maka sepanjang perjaIan
ia tak sudi untuk bercakap cakap dengan nenek tua bermuka
jelek itu.
Ketika kuda mereka berjalan memasuki sebuah hutan, tiba2
Wu Popo menjejakkan sepasang kakinya pada perut kuda itu,
membuat sang kuda berlari dengan kencangnya berbelok
masuk kehutan.
Iblis kedua siap melakukan pengejaran namun sebelum ia
sempat bergerak terdengar Ma Poo sudah berteriak keras:

Siau Ling serta Wu Yong toh masih berada disini aku rasa
mereka tak akan berani melarikan diri tak usah dikejar”
Dalam pada itu ketika Wu Popo telah melarikan kudanya
masuk kehutan, dengan suara berbisik ia segera berkata:
“Nona, didajam saku sebelah kananku terdapat sebuah
botol kecil, dalam botol itu berisikan butiran obat berwarna
merah, obat itu akan memunahkan racun aneh yang
bersarang ditubuh nona serta Siau Ling, dan memulihkan
kembali ilmu silat yang kalian miliki,”
Sebelum Pek li Peng sempat menjawab tampaklah sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat tahu2 Ma Poo sudah
menghadang dihadapan kuda mereka, dengan suara dingin ia
menegur:
“Wu lo-hujin seandainya engkau tidak ingin merasakan
penderitaan karena disiksa aku anjurkan kepadamu lebih baik
janganlah bermain sabun dihadapanku lagi, jarak antara kuda
yang satu dengan kuda yang lain tak boleh terpaut lebih dari
satu tombak”
“Aku sudah menderita luka dalam yang parah, tulang
pergelangan tangankupun sudah kalian patahkan, aku sama
sekali tidak mempunyai daya untuk menguasai lari kuda ini
ditambah pula nona ini tidak sudi bekerja sama dengan ku,
darimana mungkin aku dapat mempengaruhi kecepatan lari
kudamu itu ??”
Ma Poo mendengus dingin sorot matanya dialihkan keatas
wajah Pek li Peng lalu sambungnya lebih jauh:
“Nona, kalau engkau tidak man menuruti perkataanku,
maka siksaan yang luar biasa segera akan kau rasakan”
Pek-li Peng mengerdipkan matanya, ia tetap membungkam
dan tidak membantah ataupun buka suara.
Selesai berbicara Ma Poo segera menyingkir kesamping dan
membiarkan, kuda itu meneruskan kembali perjalanannya

Wu Popo berpaling memandang sekejap ke arah belakang,
ia saksikan sepasang iblis dari wilayah Leng lam itu berjalan
dibelakang kuda yang ditumpangi Siau Ling serta Wu Yong,
dengan suara lirih dia segera berkata kembali:
“Obat ini tidak gampang cara pembuatannya dan akupun
hanya memiliki satu botol belaka, engkau harus baik2
menyimpannya dan jangan sampai ditemukan oleh sepasang
iblis dari Leng lam.
Pek-li Peng tetap membungkam, hanya saja dalam hati
kecilnya dia berpikir:
“Perduli amat perkataannya ini sungguhan atau bohong,
biarlah pada saat seperti ini kupercayai perkataannya satu kali.

Ia jadi orang amat teliti, meskipun sudah mengetahui
dimanakah letak obat pemunah itu disimpan, namun tidak
berani mengambilnya secara gegabah, ia takut gerak geriknya
secara diam2 diawasi terus oleh sepasang iblis tersebut.
Sementara dia merasa serba salah tiba2 terdengar jeritan
tertahan berkumandang datang dan arah belakang disusul
roboh seseorang dari atas kuda.
Dengan penuh kegusaran Wu popo segera menbentak
keras:
“Jangan kau aniaya cucu perempuanku!” Menggunakan
kesempatan itulah Pek- li
Peng segera menggerakkan tangan kanannya dan
mengambil keluar botol obat pemunah tersebut dari saku
kanan Wu popo kemudian menyembunyiknnya kedalam saku.
Menanti ia berpaling kebelakang maka terlihatlah orang
yang terjatuh keatas tanah itu bukan lain adalah Wu Yong,
segera pikirnya didalam hati:

“Seandainya budak itu sengaja menjatuhkan diri dari atas
kuda sehingga memecahkan perhatian dari sepasang iblis
tersebut, kecerdikannya ini benar2 mempesonakan...”
Dalam pada itu terdengar iblis kedua sedang memaki
kalang kabut:
“Budak cilik ingusan ilmu silatmu toh belum lenyap sama
sekali, melainkan hanya beberapa buah jalan darahnya saja
yang tertotok kenapa engkau bisa terjatuh dari atas kuda ?
Hmmm! rupanya engkau sengaja mengacau yaa.. ??”
Ma Poo tertawa dingin sambungnya:
“Loo ji, mari kita cari tempat yang baik untuk berteduh kita
bereskan dahulu kedua orang budak cilik ini kemudian baru
meneruskan perjalanan..”
“Haaahh… haaahh….haaahh… perkataan toako memang
tepat sekali, dua orang budak ini boleh dibilang sangat
menarik hati sedari tadi siau-te sudah mempunyai pikiran
sampaj kesitu hanya saja aku tak berani mengatakannya
keluar.”
“Menurut penglihatanku kedua orang dayang ini mungkin
saja masih tetap perawan yang belum dijamah orang!”
“Aku rasa Wu Yong kemungkinan besar masih tetap
perawan, sebaliknya dayang itu mungkin saja sudah tidak
perawan lagi bukankah sepanjang hari dia selalu berada
bersama sama Siau Ling, aku lihat keperawanannya sudah
disikat oleh Siau Ling”
Pek-li Peng yang mendengar pembicaraan kedua orang itu
jadi amat terperanjat pikirnya.
“Pada saat ini tubuhku sama sekali tak bertenaga
seandainya kedua orang itu benar2 akan melakukan tindak
kekerasan dengan memperkosa diriku waktu Itu mau matipun
rasanya tak dapat..”

Berpikir sampai disini ia jadi amat jeri sehingga buru2
mengambil keluar botol porselen tadi, ambil keluar sebutir
obat pemunah dan segera dimasukkan kedalam mulut.
Sebenarnya dia ingin membedakan warnanya lebih dahulu
kemudian hari menelan obat pemunah tersebut akan tetapi
setelah mendengar perkataan dari sepasang iblis dari Leng
lam itu hatinya jadi ketakutan, pikirnya didalam hati.
“Sekalipun aku salah makan obat jauh lebih baik mati
keracunan daripada digagahi oleh mereka secara brutal”
Barusan Wu Yong sengaja menjatuhkan diri dan kuda
tujuannya bukan lain adalah hendak menggunakan
kesempatan itu,untuk memaki sepasang iblis tersebut akan
tetapi setelah mendengar ucapan tadi, ia jadi ketakutan dan
tak berani bicara secara sembarangan lagi katanya:
“Sepasang kakiku ditotok, aku tak bisa duduk tenang diatas
punggung kuda”
Iblis kedua tertawa dingin, ia segera mencengkeram tubuh
Wu Yong dan segera didudukkan keatas punggung kuda.
Siau Ling sendiri ketika menyaksikan kekejaman sepasang
iblis dari Leng-lam kemudian mendengar pula ucapannya yang
terkutuk, dalam hati merasa amat membenci hal ini, membuat
ia tak mampu berbuat apa-apa kecuali membungkam dalam
seribu bahasa”
Terdengar Wu Yong menghela napas panjang kemudian
bisiknya dengan suara lirih:
“Tidak seharusnya nenekku melepaskan racun keji untuk
memusnahkan ilmu silatmu”
Siau Ling tertawa ewa, dia membungkam dalam seribu
bahasa.
Ia tahu rasa benci sepasang iblis dari Leng lam terhadap
dirinya jauh melebihi terhadap dua gadis lainnya, bila salah

berbicara niscaya yang diperoleh hanyalah penghinaan serta
pemukulan yang tak ada artinya, oleh karena itu ia tak berani
buka suara untuk mengundang datangnya bencana.
Kurang lebih puluhan li sudah lewat waktu sudah
menunjukan kentongan kelima dan
fajarpun hampir menyingsing.
Tiba2 iblis kedua mempercepat langkah kakinya menarik
tali les kuda yang ditunggangi Wu Popo berdua, sambil
berjalan cepat serunya:
Lotoa, didepan sana terdapat sebuah kuil kecil yang tak
berpenghuni. Bagaimana kalau kita bereskan dahulu perawan
dua orang gadis ini kemudian baru melanjutkan perjalanan
kembali?”
“Haaahhh….haaahhh…haaaahh....baik! biarlah kita suruh
kedua orang dayang itu merasakan dahulu bagaimana
nikmatnya sorga dunia sebelum akhirnya mati.”
Pek li Peng serta Wu Yong yang mendengar perkataan itu
jadi ketakutan setengah mati sehingga bulu kuduknya pada
bangun berdiri, dengan mulut membungkam mereka tahan
napas untuk menenangkan golakan perasaan hatinya....
Kurang lebih belasan li kemudian, akhirnya sampailah
mereka didepan sebuah kuil yang tak berpenghuni, iblis kedua
segera membentak keras
“Kalian berempat mau turun sendiri ?? ataukah aku yang
harus turun tangan bagi kalian??”
Tanpa bicara Wu Popo loncat turun dan punggung kudanya
terlebih dahulu.
Pek li Peng, Wu Yong serta Siau Ling segera meloncat
turun pula dari atas punggung kudanya.
Iblis kedua mengikat kedua ekor kudanya diatas pohon liu
diluar kuil, setelah itu ujarnya

“Kalian tidak masuk kedalam kuil apakah harus menunggu
sampai aku turun tangan mengundang kalian untuk masuk??”
Siau Ling segera berjalan masuk kedalam ruang kuil, ketika
berjalan lewat disisi tubun Pek-li Peng, ujarnya dengan sedih
“Peng-ji, akulah yang sudah mencelakaj dirimu, aku harap
engkau suka baik-baik menjaga diri”
Air mata bercucuran membasahi seluruh wajah Pek-li Peng,
katanya
“Toako, sekalipun harus mati siau moay akan tetap
mempertahankan kesucian badan ini!”
Ma Poo yang berada disisinya segera ayunkan tangan
kanannya kedepan…. Blaaam sebuah serangan dahsyat
dengan telak bersarang diatas bahu Siau Ling membuat tubuh
sianak muda itu terjungkal sejauh empat lima depa lebih dari
tempat semula.
“Toako..! “jerit Pek li Peng dengan suara lengking, ia
segera lari menghampiri Sianak muda yang terjungkal diatas
tanah itu.
Ma Poo menggerakkan tangan kirinya mencengkeram
tubuh Pek li Peng tangan kanannya bergerak dan.. Breet!
jubah toosu yang dkenakan gadis itu segera tersambar hingga
robek.
“Nak, tenangkanlah hatimu... aturlah pernapasan...” bisik
Wu popo memperingatkan.
Iblis kedua ayunkan tangan kanannya.... Plok! sebuah
tamparan keras bersarang diatas wajah Wu popo membuat
darah segar segera mengucur keluar membasahi seluruh
wajahnya.
Diantara Siau Ling berempat. Wu popo adalah satu satunya
orang yang masih memiliki tenaga untuk melakukan
perlawanan, sekalipun sepasang tangannya sudah patah dan

isi perutnya menderita luka parah, namun berhubung tenaga
dalamnya amat sempurna ia masih mampu untuk menghadapi
musuh.
Kendatipun begitu ia masih tetap menyabarkan diri dan
sama sekali tidak melakukan suatu perlawanan apapun.
Iblis kedua segera menyambar tubuh Wu Yong dan tertawa
terbahak bahak serunya:
“Haahhh….haaah…haaah.. bocah perem puan, apa sih
enaknya mengikuti nenekmu asaI engkau bersedia untuk
melayani aku mencari kepuasan maka akan kubawa dirimu
untuk berpesiar keseluruh tempat-tempat yang indah dikolong
langit”
Dalam hati Wu Yong merasa mendongkol sekali, akan
tetapi berhubung jalan darah dikeempat anggota badannya
sudah tertotok ia tak memiliki kemampuan untuk melakukan
perlawanan, maka dibiarkan dirinya di permainkan orang lain.
Ketika iblis kedua tidak mendengar jawaban dari Wu Yong,
kembali ia tertawa terbahak-bahak
“Perempuan cantik sekalipun engkau tidak menyetujuinya
juga tak dapat, terpaksa aku harus mempergunakan
kekerasan!”
Tangan kanannya diayun kedepan dan... Sreeeit pakaian
yang dikenakan Wu Yong segera tertarik hingga robek.
“Tahan!” bentak Wu Popo dengan suara keras.
“Nenek pengemis, apa yang kau kehendaki??” seru iblis
kedua sambil menghentikan gerakan tangannya.
Wu Popo melirik sekejap kearah Pek li Peng ketika
dilihatnya ia sedang berdiri sambil pejamkan mita, tahulah
nenek itu bahwa gadis tersebut sedang mengatur pernapasan,
segera pikirnya didalam hati

“Semoga saja ia dapat serahkan obat pemunah tersebut
ketangan Siau Ling”
Berpikir sampai disini, ia lantas berkata:
“Jikalau engkau ingin mengawini cucu perempuanku itu
sebagai isterimu urusan sudah seharusnya dirundingkan
secara baik-baik janganlah menggunakan kekerasan bagaikan
binatang...”
‘Haaah... haaahh… haaah… aku sudah tua bangka seperti
ini, masa cucu perempuanmu bersedia untuk menjadi istriku
?? tentang soal ini aku sudah mengerti keadaanku sendiri”
Tanpa memperdulikan ocehan dari Wu popo lagi, ia
lanjutkan perbuatan merobek pakaian yang dikenakan Wu
Yong.
“Breeet..! Breeet…..! robekan kain berkumandang tiada
hentinya, tidak selang beberapa saat kemudian sebagian besar
pakaian yang dikenakan Wu Yong sudah disingkirkan.
Dibawah sorot bintang yang redup, secara lapat2
nampaklah kulit tubuhnya yang putih bersih bagaikan salju.
Wu Yong sendiri tetap berdiri sambil pejamkan matanya, ia
tak berkutik maupun mengucapkan sepatah katapun.
Ketika Ma Poo melihat Iblis kedua telah merobek sebagian
besar pakaian yang dikenakan Wu Yong, diapun segera turun
tangan merobek pakaian yang dikenakan Pek li Peng.
Pada waktu itu hawa murni yang ada dalam tubuh Pek li
Peng belum berjalan lancer, akan tetapi berhubung keadaan
yang sangat mendesak gadis itu tak dapat berdiam diri lebih
jauh, tiba2 ia membentak nyaring dan segera melancarkan
sebuah babatan kearah depan.
Ma Poo sama sekali tidak menduga sampai kesitu, hampir
saja bacokan telapak yang dilancarkan Pek li Peng bersarang

ditubuhnya, buru2 dia menyingkir kesamping lalu balas
melancarkan satu serangan.
Gerakan tubuh Pek li Peng sama sekali belum leluasa dan
lincah seperti sedia kala, akan tetai secara dipaksakan ia dapat
bertempur melawan orang, tangan kanannya segera merogoh
kedalam sakunya ambil keluar botol berisi obat pemunah itu
dan segera dilemparkan kearah Siau Ling sambil berteriak
keras,
“Toako, terimalah obat pemunah ini!”
Setelah melemparkan botol berisi obat pemunah itu,
telapak dan kakinya segera melancarkan serangan bertubi-tubi
menghajar diri Ma Poo.
Setelah dihajar oleh Ma Poo tadi, Siau Ling merasakan
kepalanya pusing tujuh keliling dan pandangan matanya
berkunang-kunang, ketika Pek li Peng berseru, ia sama sekali
tidak sempat melihat jelas dimanakah botol berisi obat
pemunah itu dilemparkan dan tahu2… plook! Benda itu
terjatuh disisi tubuhnya.
Dalam pada itu walaupun gerakan tubuh Pek li Peng masih
belum leluasa dan lincah seperti sedia kala, namun dengan
andalkan jurus jurus serangannya yang sakti dan aneh, untuk
beberapa saat lamanya memaksa Ma Poo tak mampu untuk
melancarkan serangan balasan.
Terpaksa dengan suara keras bentaknya,
“Loo ji, cepat rampas obat pemunah itu!”
Iblis kedua mengiakan, dia segera melepaskan Wu Yong
dan menerjang kearah Siau Ling
Wu Yong berseru tertahan, tiba2 ia mementangkan
mulutnya dan menyemburkan darah segar kearah depan.
Selisih jarang diantara kedua orang itu sangat dekat sekali,
lagi pula Iblis kedua sama sekali tak menduga akan datangnya

serangan tersebut, termakan oleh semburan darah segar dari
Wu Yong yang bercampur dengan gumpalan angina, sepasang
matanya segera terasa amat perih dan sakit.
Rupanya Wu Yong menyaksikan bahwa tubuhnya tak bakal
lolos dari cengkeraman lawan, diam2 ia menghancurkan lidah
sendiri untuk mencari mati, ketika Pek li Peng turun tangan
menyerang Ma Poo serta melemparkan obat pemunah itu
kearah Siau Ling, ia segera mengerahkan pula segenap
kekuatan tubuhnya untuk menggigit hancur lidah sendiri dan
disemburkan kearah Iblis kedua.
Sambil menutupi wajahnya dengan tangan sendiri, Iblis
kedua mencaci maki dengan penuh kemarahan.
“Lonte cilik, rupanya kau pingin mampus, “
Sebuah tendangan kilat segera dilancarkan kearah depan.
Jalan darah ditubuh Wu Yong tertotok, meskipun ia melihat
datangnya tendangan tersebut akan tetapi tak mampu untuk
menghindarinya, dengan telak lambungnya segera termakan
oleh serangan tersebut.
Ditengah rintihan, tubuh gadis itu mencelat ketengah
udara dan menumbuk diatas dinding tembok.
Wu Popo menjerit lengking.
“Yong ji.. Yong ji…” ia segera menerjang maju kearah
depan.
Menggunakan kesempatan itulah Siau Ling segera
mengambil botol obat itu, mengeluarkan sebiji dan
dimasukkan kedalam mulutnya.
Iblis kedua sendiri setelah menendang tubuh Wu Yong
sampai mencelat, kemudian menyeka darah yang membasahi
wajahnya, segera bergerak mendekati pemuda she Siau
tersebut.

Siau Ling setelah menelan obat pemunah segera mengatur
pernapasan.
Ketika Wu Popo menyaksikan Iblis kedua berjalan
mendekati Siau Ling, tubuhnya yang sedang berjalan menuju
kearah Wu Yong tiba2 dibatalkan, bagaikan banteng ia
menumbuk tubuh iblis itu.
Setelah kena semburan darah segar yang tepat menghajar
sepasang matanya itu, meskipun Iblis kedua tidak sampai
menderita luka parah, akan tetapi air mata mengucur keluar
tiada hentinya dari balik matanya, dalam keadaan begini
ketajaman mata serta pendengarannya sama sekali tak
berfungsi sebagaimana mestinya, ketika Wu Popo batalkan
niatnya dan tanpa menimbulkan sedikit suara pun balik
menumbuk tubuh iblis itu, sang iblis kedua sama sekali tak
mampu menghindarkan diri, tak ampun lagi iganya kena
terjang hebat.
Terjangan tersebut dilakukan dengan mengerahkan
segenap kekuatan tubuh yang dimiliki Wu Popo, bias
dibayangkan betapa dahsyatnya terjangan itu.
Tubuh Iblis kedua segera terhantam sampai mencelat
beberapa depa jauhnya dari tempat semula dan menumbuk
diatas meja sembahyangan.
Akan tetapi Wu Popo sendiri yang pada dasarnya menderita
luka dalam yang cukup parah, setelah melancarkan terjangan
dengan sepenuh tenaga, meskipun serangannya mencapai
hasil, tak urung tubuhnya roboh juga diatas tanah hingga tak
sadarkan diri.
Dipihak lain Pek li Peng yang sedang bertempur sengit
melawan Ma Poo, semakin bertarung gerakan tubuhnya
semakin lincah, serangan2 yang dilancarkan pun semakin jauh
lebih dahsyat lagi.
Ma Poo sama sekali tak menyangka kalau ilmu silat yang
dimiliki seorang gadis muda ternyata begitu hebat dan

lihaynya, kejadian itu membuat hatinya merasa amat
terperanjat, meskipun dia ingin sekali melancarkan serangan
balasan, apa daya tenaganya tidak memadai.
Iblis kedua yang berulangkali menderita kerugian, hawa
amarahnya segera memuncak sambil mengepos tenaga ia
segera mencengkeram tubuh Siau Ling, makinya.
“Nenek pengemis, setelah kubereskan Siau Ling maka
akupun akan membuat perhitungan dengan dirimu”
Tiba-tiba…., iganya jadi kaku, dan tahu-tahu urat nadinya
sudah kena dicengkeram orang.
Tenaga dalam yang dimiliki Siau Ling amat sempurna,
setelah mengatur pernapasan beberapa waktu, sebagian dari
tenaga dalamnya telah pulih kembali seperti sedia kala, akan
tetapi diapun tahu bahwa Iblis kedua dari wilayah Leng lam ini
bukan manusia yang gampang dilayani, ia tak berani turun
tangan secara gegabah.
Karena itulah menanti sampai Iblis kedua melancarkan
cengkeraman, ia barulah menggerakkan tangannya balas
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan Iblis kedua
tersebut.
Sorot matanya segera dialihkan ketengah gelanggang,
ketika dilihatnya permainan telapak Pek li Peng berjalan lancar
dan leluasa, dan lagi diapun berada pada posisi diatas angina
hatinnya merasa lega sambil memperkencang genggamannya
pada urat nadi Iblis kedua, diam2 ia mulai mengatur
pernapasan.
Tiba-tiba terdengar Pek li Peng dengan ilmu menyampaikan
suara berbisik.
“Toako, baik-baikkah engkau?”
“Kurung Ma Poo dengan ketat jangan biarkan dia berhasil
meloloskan diri dari sini” sahut Siau Ling.

Ketika mendengar jawaban dari sianak muda itu, Pek li
Peng merasa amat kegirangan dengan semangat berkobar
serunya,
“Dia tak bakal mampu untuk melarikan diri”
Serangannya segera diperketat, semua jurus serangannya
merupakan serangan-serangan mematikan yang semuanya
ditujukan kearah jalan darah penting ditubuh Ma Poo. Hal ini
membuat iblis dari wilayah Leng lam tersebut harus
menghadapinya dengan segenap tenaga.
Setelah Siau Ling berhasil mencengkeram urat nadi Iblis
kedua, ia tidak melanjutkan dengan serangan yang lain,
sebaliknya sambil pejamkan mata diam2 mengatur
pernapasan lagi.
Iblis kedua sendiri, setelah urat nadinya kena cengkerama
sebenarnya sudah tidak berkutik lagi dan pejamkan mata
menunggu saat kematiannya tiba, siapa tahu setelah
ditunggunya beberapa saat namun tiada gerakan lain, ia
segera membuka matanya.
Melihat Siau Ling berdiri sambil mengatur pernapasan
timbullah satu ingatan dalam hatinya, keinginan untuk hidup
muncul kembali dalam benaknya, diam-diam ia mengerahkan
tenaga kemudian ayunkan telapak kirinya menghajar dada
sianak muda itu.
“Blaaaam…!” dengan telah serangan tersebut bersarang
diatas dada Siau Ling.
Akan tetapi berhubung kesatu, Siau Ling sedang mengatur
pernapasan dan tenaga dalamnya sudah banyak yang pulih,
kedua urat nadi pada pergelangan kanan Iblis kedua kena
dicengkeram sehingga tenaga pukulannya terpengaruh,
sekalipun serangannya berhasil menghajar telak diatas dada
pemuda itu, namun itupun hanya mampu menggetar
mundurkan tubuh Siau Ling satu langkah kebelakang.

Perlahan-lahan pemuda itu membuka matanya kembali,
sambil tertawa dingin ujarnya,
“Kalian berdua adalah manusia licik yang sangat
berbahaya, manusia seperti engkau tak dapat dibiarkan hidup
lebih jauh dikolong langit”
Tangan kirinya diperketat cengkeramannya lima jari ditarik
menyeret Iblis kedua maju kedepan, sementari telapak
kanannya segera dibabat kearah depan.
Separuh badan Iblis kedua kaku karena kena dicengkeram,
meskipun ia dapat menyaksikan datangnya serangan tersebut
namun tak mampu untuk menghindarinya, tak ampun lagi
jalan darah “Thian leng hiat” pada ubun-ubunnya terkena
dihajar sampai hancur berantakan, tubuhnya segera terkapar
diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi.
Selesai membinasakan Iblis kedua, Siau Ling alihkan sorot
matanya kearah pihak lain.
Ia saksikan Pek li Peng sedang memutar telapak tangannya
mendesak Ma Poo habis2an sehingga sama sekali tak
bertenaga lagi untuk melancarkan serangan balasan.
Dengan langkah lebar ia segera berjalan menuju ke pintu
kuil, serunya dengan suara lantang.
“Peng ji, pergilah tolong Wu Popo serta nona Wu Yong
serahkan bandit itu kepada ku!”
Meskipun Pek li Peng nakal tetapi terhadap perkataan Siau
Ling ia selalu menurut, mendengar perkataan itu ia segera
menyahut dan menarik kembali serangannya.
Siau Ling tertawa dingin, ujarnya kemudian
“Malam ini adalah malam terakhir bagi kalian sepasang iblis
dari Leng lam untuk mengumbar kejahatan, adikmu sudah
menantikan kedatanganmu dialam baka. Nah! Silahkan
engkau menyusul dirinya…”

Ma Poo berpaling memandang sekejap kearah iblis kedua,
kemudian dilihatnya Iblis kedua sudah roboh terkapar diatas
tanah dengan batok kepalanya hancur, hatinya kontan
terkesiap.
Siau Ling maju melangkah kedepan, serunya lebih jauh,
“Ma Poo, sekarang aku memberi satu kesempatan bagimu
untuk melanjutkan hidup, Nah! Bersiap-siaplah untuk
bertempur…”
Terhadap Siau Ling boleh dibilang Ma Poo merasa
ketakutan sekali, apalagi setelah menyaksikan mayat Iblis
kedua roboh terkapar diatas tanah, ia semakin ketakutan
sehingga berdiri termangu-mangu ditempat semula, terhadap
apa yang diucapkan Siau Ling sama sekali tak didengarnya.
Siau Ling jadi teramat gusar, bentaknya,
“Kalau engkau tidak bersedia turun tangan, engkau telah
mengabaikan satu kesempatan untuk meloloskan diri dari
ancaman maut, dan akupun tak dapat menunggu lebih lama
lagi…”
Telapak tangannya segera diayunkan kedepan melancarkan
sebuah babatan kilat.
Buru-buru Ma Poo meloloskan diri dengan mengegos
kesamping, sebelum ia sempat melancarkan serangan
balasan, serangan kedua yang dilancarkan Siau Ling sudah
menggulung tiba.
Sungguh cepat gerak serangan yang dilancarkan Siau Ling,
dalam sekejap mata ia sudah lancarkan delapan buah
serangan berantai, sementara Ma Poo sendiri tak mampu
melepaskan serangan balasan barang satu juruspun, langkah
serta gerakan tubuhnya sudah kacau balau tak karuan, suatu
ketika kakinya menginjak diatas mayat Iblis kedua hingga
tubuhnya tergelincir dan roboh terjengkang kebelakang.

Laksana kilat Siau Ling segera melepaskan satu pukulan
kearah depan… Blamm! Dengan telak serangan tadi bersarang
diatas bahu kanan Ma Poo.
Serangan tersebut rupanya berat sekali, tulang badan Ma
Poo seketika terhajar patah, tak tertahan lagi ia mendengus
berat dan mundur tiga langkah kebelakang.
Napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah Siau Ling, ia
tidak membiarkan musuhnya berhasil meloloskan diri dari
ujung telapaknya, laksana kilat tangan kanannya melancarkan
serangan susulan, kali ini pukulan tersebut dengan telak
bersarang diatas dada Ma Poo.
Sekujur tubuh iblis dari wilayah Leng lam itu bergetar keras
ia muntahkan darah segar dan tubuhnya roboh terjengkang
keatas tanah, dalam waktu singkat sukmanya telah melayang
tinggalkan raganya.
Setelah membinasakan dua orang iblis tersebut, Siau Ling
segera menghampiri Pek li Peng sambil bisiknya lirih.
“Peng ji, apakah nenek itu beserta cucunya masih bias
ditolong??”
Pek li Peng gelengkan kepalanya berulang kali.
“Aku lihat kemungkinan besar Wu Popo sudah tak dapat
ditolong lagi, aku sudah mengerahkan hawa murniku untuk
menyerang jalan darah Mia bun hitanya, akan tetapi sama
sekali tak ada reaksi apapun.
“Bagaimana keadaan nona Yong??”
“Nona Yong telah memutuskan lidah sendiri, darah yang
mengalir keluar terlalu banyak, aku rasa diapun sulit untuk
diselamatkan, aku telah menotok beberapa buah jalan
darahnya untuk menghentikan aliran darah ditubuhnya.

“Aaaai…! Seandainya ia tidak menyemburkan darah segar
keatas wajah Iblis kedua, mungkin aku sudah terluka ditangan
iblis tersebut…”
Berbicara sampai disitu, ia segera menjongkok dan
membangunkan Wu Popo, sambungnya lebih jauh,
“Peng ji, pergilah merawat nona Wu Yong, aku akan
mencoba dengan andalkan tenaga dalamku apakah masih
mampu untuk menyadarkan Wu Popo barang sebentar saja,
kalau kita tak mampu menyelamatkan jiwanya, paling sedikit
sudah sepantasnya kalau sadarkan sebentar dirinya agar bias
meninggalkan pesan”
Pek li Peng mengiakan, ia segera putar badan dan
membopong Wu Yong yang menggeletak ditanah.
Setelah memayang bangun tubuh Wu Popo, Siau Ling
segera tempelkan telapak kanannya diatas punggung Wu
Popo, segulung aliran hawa panas dengan cepat menerjang
masuk kedalam isi perut Wu Popo.
Kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Siau Ling tentu
saja tak dapat dibandingkan dengan tenaga dalam yang
dimiliki Pek li Peng, Wu Popo yang sudah senin kemis tinggal
menunggu saat ajalnya itu setelah termakan oleh gulungan
hawa panas yang menyerang kedalam tubuhnya tiba2
mendusin kembali dari pingsannya.
Per lahan2 ia membuka matanya, setelah memandang
sekejap kearah Siau Ling lalu berkata,
“Siau tayhiap, aku… aku….merasa amat menyesal
sekali…menyusahkan kalian…”
Siau Ling menghela napas panjang.
“Aaaai…! Urusan yang sudah lewat apa gunanya
dibicarakan lagi, locianpwee tak usah memikirkan lagi
persoalan itu…!” katanya.

“Aku menyadair bahwa luka yang kuderita parah sekali dan
tiada harapan lagi untuk melanjutkan hidup dikolong langit”
ujar Wu Popo dengan nada amat sedih, “aku sudah banyak
melakukan dosa dan kesalahan, sudah sepantasnya kalau
mendapat ganjaran yang setimpal, tetapi cucu perempuanku..
Yong ji…”
Bicara sampai disini ia terbatuk-batuk dan ucapannya
terpotong ditengah jalan.
Rupanya dia cepat-cepat menyampaikan suara hatinya,
sambil mengepos tenaga ia berkata lebih jauh,
“Yong ji ku itu selama hidup belum pernah melakukan
suatu perbuatan jahat apapun juga, semoga Siau tayhiap suka
mengabulkan permintaanku…”
Bicara sampai disini, napasnya tak bias berlangsung terus
dan melayanglah selembar jiwanya tinggalkan raga.
Siau Ling segera menyalurkan hawa murninya kedalam isi
perut Wu Popo dengan harapan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
Akan tetapi hawa murni yang bersarang dalam tubuh Wu
Popo sudah punah sama sekali, kendatipun Siau Ling telah
berusaha keras untuk menolong jiwanya namun usaha
tersebut hanya sia2 belaka.
Perlahan lahan Siau Ling turunkan mayat Wu Popo keatas
tanah dan berjalan menghampiri Pek li Peng tanyanya sambil
menghela napas panjang.
“Peng ji, bagai mana keadaan nona itu?”
“Sukar untuk dikatakan!”
“Persoalan ini sudah berkembang menjadi demikian rupa,
rasanya akupun tak usah memperdulikan perbedaan antara
laki dan perempuan lagi, pikir Siau Ling dalam hatinya.

Ia segera berjongkok, dengan tangan kiri merangkul Wu
Yong, tangan kanannya alihkan wajah gadis itu kearahnya, ia
lihat sepasang matanya terpejam rapat2, agaknya sedang
merasakan suatu penderitaan yang sangat hebat.
Pemandangan yang tertera didepan mata pada waktu itu
benar2 mengenaskan sekali. Dua orang nenek dan cucu yang
satu telah mati sedang yang lain menderita luka parah,
sekalipun mereka pernah merasakan kerugian ditangan
mereka berdua, namun tak urung membuat hati Siau Ling
berdua ikut merasa iba juga.
“Peng ji apakah engkau membawa api?” bisik Siau Ling.
Pek li Peng gelengkan kepalanya.
“Aku rasa nona Wu pasti membawa batu api!” jawabnya.
Ia segera menggeledah sakunya, tidak salah dalam saku
Wu Yong dia benar2 telah menemukan batu apai dan segera
disundutkan.
Setelah suasana jadi terang benderang, Siau Ling pun
menepuk bebas jalan darah Wu Yong yang tertotok, membuka
mulut dara itu dan memeriksa keadaan lukanya.
Tampaklah darah dan hancuran daging bergumpal menjadi
satu dalam mulut gadis itu, hamper sebagian besar lidahnya
sudah hancur.
Darah segar mengucur keluar tiada hentinya membasahi
ujung bibir gadis she Wu tersebut.
“Ooooh… benar2 mengerikan!” seru Pek li Peng sambil
menghela napas panjang.
Perlahan-lahan Siau Ling melepaskan mulut Wu Yong yang
penuh berlepotan darah itu, kemudian ujarnya.
“Nona apakah engkau bersedia mendengarkan beberapa
patah perkataanku…”

Wu Yong alihkan sinar matanya memandang sekejap
kearah Siau Ling kemudian mengangguk.
Siau Ling berbatuk ringan, kemudian sambungnya lebih
jauh.
“Luka yang kau derita amat parah, tetapi bukannya berarti
bahwa aku tidak mampu untuk selamatkan jiwamu. Hanya
saja nona harus mempunyai hasrat yang besar untuk
melanjutkan hidupmu itu, dengan begitu aku baru dapat
menolong engkau.”
Sementara pembicaraan masih berlangsung kembali
segumpal darah segar mengucur keluar membasahi bibir Wu
Yong.
Dengan cepat Siau Ling turun tangan menotok duah buah
jalan darah diatas leher Wu Yong, kemudian sambungnya
lebih jauh,
“Nona aku harap engkau suka melindungi hawa murnimu,
janganlah sampai mengalami kerusakan kembali,”
Tiba2 Wu Yong goyangkan tangannya berulang kali,
kemudian menuding kearah leher sendiri, seakan2 dia suruh
Siau Ling membebaskan jalan darah diatas lehernya yang
tertotok.
Siau Ling menghela napas panjang, ujarnya.
“Nona, engkau sudah kehilangan banyak darah, janganlah
membiarkan darah segar mengalir terlalu banyak”
Wu Yong goyangkan tangan kanannya berulang kali, biji
matanya berputar tiada hentinya seakan2 ia sedang menyuruh
Siau Ling secepatnya membebaskan jalan darahnya yang
tertotok.
Siau Ling dibikin apa boleh buat, terpaksa ia membebaskan
jalan darahnya yang tertotok itu.

Wu Yong tarik napas panjang2, tiba-tiba ia bangkit berdiri
dan berjalan menuju kehadapan Wu popo, kemudian jatuhkan
diri berlutut diatas tanah.
Walaupun Siau Ling ingin sekali memayangnya bangun,
akan tetapi ia merasa tindakanya itu kurang pantas, maka
akhirnya dia hentikan gerakan tubuhnya dan berdiri
ditempat semula.
Wu Yong setelah memberi hormat kepada mayat neneknya,
ia segera menyingkap baju luar yang dikenakan oleh Wu
popo.
Dalam pada itu fajar telah menyingsing, pemandangan
dalam kuil dapat terlihat dengan jelas sekali.
Dibalik baju yang dikenakan Wu popo penuh berisikan
botol2 obat yang tak terhitung jumlahnya.
Dari antara puluhan botol obat2an itu Wu Yong
menemukan sebuah botol kecil. membuka penutup botolnya
dan menuangkan obat tadi kedalam mulutnya yang mana
segera ditelan bersama darah yang mengalir keluar.
Siau Ling serta Pek-li Peng yang berada dikedua belah
sisinya hanya bisa berdiri dengan hati melongo, untuk
beberapa saat lamanya mereka belum dapat menentukan apa
yang hendak dilakukan oleh gadis itu, maka dibiarkanlah gadis
itu berbuat sesuka hatinya.
Setelah itu terlihatlah Wu Yong memilih kembali beberapa
macam botol kecil dari dalam saku Wu Popo lalu dimasukkan
kedalam sakunya, diatas permukaan tanah dia menulis
“Aku sudah tak bertenaga lagi untuk mengubur nenekku,
tolong kalian berdua suka mengebumikan jenasahnya
sebagaimana mestinya, budi kebaikan setinggi gunung ini tak
akan kulupakan untuk selamanya!”

Membaca tulisan itu, Siau Ling segera mengangguk
jawabnya
“Meskipun nenekmu mati, akan tetapi sepasang iblis dari
wilayah Leng-lam pun berhasil di beresin jiwanya, itu berarti
dendam sakit hatinya sudah dituntut balas harap nona jangan
terlalu sedih hingga mengganggu kesehatan badanmu,
tentang jenasah nenekmu pasti akan kami kebumikan
sebagaimana layaknya, tentang soal ini engkau tak usah
kuatir”
“Terima kasih atas kebaikan kalian berdua” kembali Wu
Yong menulis diatas tanah.
Selesai meninggalkan pesannya ia segera keluar dari kuil
itu dan berlalu dengan cepatnya dari sana.
Pek-li Peng yang menyaksikan semua kejadian itu segera
berkata dengan sedih,
“Ia sedang menderita luka parah, baik tubuh maupun jiwa
sedang mengalami penderitaan apabila ia dibiarkan pergi
seorang diri apakah tidak terlalu berbahaya ?? biarlah kukejar
kembali dirinya”
“Aaaaai….! biarkanlah dia pergi” kata Siau Ling sambil
gelengkan kepalanya, “mereka sudah terbiasa hidup bersama,
kematian neneknya amat memukul perasaan dan batinnya,
biarlah dia pergi seorang diri sehingga disuatu tempat yang
terpencil dapat menangis sepuas puasnya, hal itu hanya ada
keuntungan baginya dan sama sekali tidak merugikan !”
“Tetapi dia menderita luka yang sangat parah. Aaai…!
seorang gadis muda menderita luka yang demikian parahnya
kemudian harus melakukan perjalanan seorang diri di tengah
kegelapan kalau tidak ditemani sebenarnya amat kasihan
sekali”
”Justru karena ia sedang menderita luka dalam yang amat
parah maka timbullah semangatnya untuk mempertahankan

hidup dan tetap bersikap tabah menghadapi semua perubahan
ini, coba kalau ia sama sekali tidak terluka, tak mungkin ia
bisa menghadapi pukulan batin yang demikian beratnya ini...”
Setelah menyapu sekejap kearah mayat dari Wu popo,
sambungnya lebih lanjut
“Peng ji, dengarkanlah perkataanku, biarkanlah dia pergi!
sekarang kita harus mengubur jenasah dari Wu Popo lebih
dahulu”
Pek li Peng mengiakan, dua orang itu segera bekerja
membuat liang dibelakang kuil kemudin mengebumikan
jenasah dari Wu Popo ditempat itu
Setelah memandang sekejap kearah mayat dari sepasang
iblis itu kembali Siau Ling berkata
“Mari kita buat sebuah liang lagi untuk mengubur jenasah
dari Leng lam siang mo ini !”
“kedua orang itu sudah terlalu banyak melakukan
kejahatan biarlah mayat mereka terlantar ditengah hutan, biar
mayat mereka jadi santapan anjing2 liar ...“
“Mereka toh sudah mati? meskipun semasa hidupnya sudah
terlalu banyak kejahatan yang mereka lakukan tetapi setelah
mereka mati rasanya kita dengan terlantarnya kedua sosok
mayat tersebut ditempat itu, dengan cepaat beritanya akan
tersiar lua, kalau sampai diketahui oleh mata-matanya Shen
Bok Hong, maka iblis itu pasti akan mengetahui kalau
usahanya mengundang kedatangan Wu Popo guna
menghadapi kita sudah menemui kegagalan dia pasti akan
memikirkan siasat keji lainnya lagi untuk mencelakai kita!”
“Perkataan toako sedikitpun tidak salah, nampaknya
engkau memang jauh lebih cerdik daripada diriku”
Dua orang itu segera bekerja kembali membuat sebuah
liang, kemudian mengubur jenasah sepasang iblis dari wilayah
Leng lam di saman.

Selesai bekerja sambil membersihkan tubuhnya dari debu
Pek li Peng berkata
“Toako, sekarang kita harus pergi kemana?”
Siau Ling termenung sebentar kemudian menjawab,
“Lebih baik untuk sementara waktu kita jangan munculkan
diri lebih dahulu tapi secara diam-diam menyelidiki gerak gerik
dari Shen Bok Hong serta Su Hay kuncu, kita harus berusaha
sedapat mungkin untuk lebih banyak mengetahui gerak gerik
mereka serta latar belakang mereka, dengan begitu akan jauh
lebih mudah untuk mencari akal guna menghadapi kerja sama
mereka”
“Lalu apakah kita harus menyaru lagi?”
“Shen Bok Hong menganggap aku sebagai musuh besarnya
yang nomor satu, mata-mata yang disebar olehnya rata2 pasti
membawa lukisan tentang wajahku, kalau tidak menyamar
maka sulitlah bagi kita untuk meloloskan diri dari
pengawasannya”
Pek li Peng mengangguk, ujarnya.
“Kali ini kita tidak menyaru sebagai toosu tua lagi bukan??”
“Lalu baiknya kita harus menyaru sebagai apa??”
Pek li Peng termenung dan berpikir sebentar, kemudian
jawabnya.
“Engkau menyamar sebagai seorang pelajar berusia
pertengahan, biarlah aku menyamar sebagai kacungnya saja,
bagaimana ?”
“Wah…! Kalau begitu, engkau bakal menderita rugi???”
Pek li Peng tertawa manis, serunya.
“Engkau toh toakoku…”

Bicara sampai disini ia berhenti sebentar kemudian dengan
suara sedih ia menambahkan .
“Lain kali, kalau engkau kawin dengan nona Gak, janganlah
lupa untuk menerima aku sebagai dayangmu”
Meskipun ia berusaha untuk menenangkan hatinya, namun
tak urung tak berhasil menyembunyikan pergolakan hatinya,
sekalipun senyuman menghiasi bibirnya namun air mata jatuh
bercucuran dengan derasnya.
Siau Ling segera menggenggam tangan gadis itu, ujarnya
dengan suara yang amat lembut.
“Peng ji, janganlah berkata demikian, kita sudah sering kali
menghadapi kesusahan dan bahaya secara bersama-sama,
aku tak akan melupakan dirimu untuk selama-lamanya
Selama ini Pek li Peng selalu menyembunyikan perasaan
cinta dan sayangnya terhadap sianak muda itu didalam hati
sekarang ia sudah tak dapat menahan diri lagi sambil
menjatuhkan diri kedalam pelukan Siau Ling, gadis itu
menangis tersedu-sedu
Siau Ling jadi amat terperanjat, sambil mengangkat wajah
Pek li Peng, serunya.
“Peng ji, dimanakah letak kesalahanku??”
Pek li Peng menangis tersedu-sedu, air matanya jatu
bercucuran membasahi seluruh pakaian yang dikenakan
sianak muda itu, terhadap pertanyaan tadi dia sama sekali tak
menjawab.
Siau Ling jadi semakin cemas serunya kembali,
“Peng ji, sebenarnya urusan apakah yang telah membuat
engkau jadi demikian sedihnya??”
---oo0dw0oo---

Jilid 19
Pek li Peng menengadah keatas, menyeka air mata yang
membasahi pipinya lalu berkata dengan lembut,
“Aku bukan sedang merasa sedih, aku merasa amat
gembira karena engkau sangat baik terhadap diriku,
sedangkan aku sama sekali tidak merasakannya…”
Habis berkata, ia lepaskan diri dari pelukan Siau Ling dan
mulai menari-nari didalam kuil tersebut.
Fajar baru saja menyingsing diufuk sebelah timur,
menyoroti wajahnya yang masih basah oleh air mata,
membuat wajah gadis itu nampak semakin cantik dan
menawan hati.
Siau Ling sendiri sambil bergendong tangan, menikmati
tariannya yang indah menawan itu.
Selesai menari Pek li Peng tiba-tiba meloncat kedepan dan
menubruk kedalam pelukan Siau Ling.
Sianak muda itu segera merentangkan tangannya dan
memeluk tubuh gadis itu sambil ujarnya,
“Peng ji tarianmu indah sekali”
“Kalau engkau suka, setiap hari aku akan menari
dihadapanmu!”
“Setelah dunia persilatan aman tenteram, aku pasti akan
suruh engkau mengenakan pakaian yang berwarna warni,
kemudian menari dengan diiringi tabuhan musik yang
merdu….”
Pek li Peng mengiakan, setelah melepaskan diri dari
pelukan Siau Ling, ia berseru,
“Mari kita pergi!”

Siau Ling mengajak Pek li Peng memberi hormat lebih
dahulu dihadapan kuburan Wu Popo, kemudian berangkat
meninggalkan tempat itu,
Kemudian tengah hari menjelang tiba, diatas jalan raya
menuju kota Tiang sah muncullah seorang pelajar berusia
setengah baya serta seorang kacung cilik berbaju hijau.
Kedua orang itu bukan lain adalah Siau Ling serta Pek li
Peng. Terdengar pemuda itu berkata,
“Peng ji, kita harus memperhatikan jejak Teng It Lui serta
Ceng Yap Ching, apabila jejaknya ditemukan maka kita tak
perlu menyapa mereka, melainkan secara diam-diam lindungi
saja keselamatan jiwanya”
“Racun yang mengeram ditubuh mereka belum lenyap, ilmu
silatnya masih punah, andaikata bertemu musuh tangguh,
entah bagaimana jadinya?”
“Aaai….” Siau Ling menghela napas panjang, “seandainya
sepasang iblis dari Leng lam tidak kemaruk harta dan ingin
menelan pahala tersebut seorang diri sehingga mereka turun
tangan keji terhadap Wu Popo berdua, kitapun belum tentu
bisa loloskan diri dari cengkeramannya”
“Itulah yang dinamakan orang budiman selalu dilindungi
Thian!” jawab Pek li Peng sambil tertawa. “toako jadi orang
berperasaan halus, budiman dan suka menolong kaum lemah,
tentu saja Thian selalu melindungi keselamatanmu”
“Aaai…! Sekalipun begitu, andaikata Leng lam siang mo
tidak kemaruk pahala, kitapun tak mungkin bisa lolos dari
bahaya maut”
Berbicara sampai disini tiba-tiba dia iang mo tidak kemaruk
pahala, kitapun tak mungkin bisa lolos dari bahaya maut"gi
keselamatanmu"turun membungkam.

Dari tempat kejauhan berkumandanglah suara derap kaki
kuda yang amat ramai disusul munculnya seekor kuda dari
tempat kejauhan.
Siau Ling segera alihkan sorot matanya kearah orang itu, ia
lihat penunggang kuda tadi berbadan kate, tapi warna hijau
yang dikenakannya ditarik kebawah hingga menutupi sebagian
besar wajahnya, dengan cepat kuda itu sudah berkelebat
lewat dari sisi mereka berdua.
Dalam waktu singkat, kuda itu sudah kabur jauh dari sisi
tubuh mereka dan lenyap diujung jalan.
Sambil memandang kearah lenyapnya bayangan kuda itu,
Siau Ling berbisik lirih,
“Orang itu sangat pandai menunggang kuda, lagi pula kuda
yang ditunggangi juga merupakan kuda jempolan, jelas ia
bukan kaum pelancongan bisaa… kita harus lebih waspada!”
“Apakah orang itu adalah mata-mata dari Shen Bok Hong?”
Tanya Pek li Peng.
Siau Ling termenung dan berpikir sebentar, kemudian
menjawab.
“Sulit untuk dikatakan, sebelum mendapat bukti yang nyata
aku tak berani secara sembarangan, akan tetapi kalau kita
tinjau dari persoalannya jelas Shen Bok Hong tak akan merasa
lega untuk melepaskan sepasang iblis dari wilayah Leng lam
itu untuk bergerak sendiri, dibelakang sepasang iblis itu pasti
terdapat orang yang mengawasinya..”
“Maksud toako, apakah Shen Bok Hong sekalian sudah tahu
tentang kematian yang menimpa sepasang iblis dari Leng
lam?” sela Pek li Peng.
“Soal kematian sepasang iblis itu, mungkin saja mereka
tidak tahu, tetapi mereka pasti mengetahui tentang
berhasilnya sepasang iblis itu menemukan Wu Popo”

“Darimana toako bisa tahu”
“Menurut penilaian sendiri, Shen Bok Hong telah
menyebarkan mata-matanya disemua pelosok tempat,
peristiwa Wu Popo meracuni semua orang yang ada di rumah
makan dilakukan dihadapan umum, diantaranya siapa tahu
kalau terdapat pula mata-mata dari Shen Bok Hong…”
Sesudah berhenti sebentar, ia sambung lebih jauh,
“Setiap orang persilatan pada jeri terhadap Shen Bok Hong
se akan-akan semua persoalan diketahui olehnya dan semua
urusan tak ada yang dilewatkan olehnya, hal ini dikarenakan
tugas mata-mata yang dilaksanakan oleh anak buahnya
dilakukan terlalu baik, hampir boleh dibilang dalam setiap
partai serta perguruan yang ada didalam dunia persilatan pada
saat ini terdapat penghianat yang berhasil dibeli olehnya,
cuma sayang aku tak dapat mengingat-ingat wajah orangorang
itu”
“Seandainya semua mata-mata dan penghianat yang diatur
oleh Shen Bok Hong berhasil kita lenyapkan, sehingga sama
halnya dengan membutakan matanya menulikan
pendengarannya, aku rasa tidak sulit untuk menghadapi
gembong iblis itu”
“Sedikitpun tidak salah, andaikata kita bisa lenyapkan
mata-mata yang ia sebar di dunia persilatan dan penghianat
dalam tubuh partai besar, ia memang dapat kita bikin tak
berkutik, oleh sebab itulah sesudah berjumpa Sun Put Shia
locianpwee serta Bu Wi Tootiang, aku hendak ajak mereka
untuk merundingkan bagaimana caranya untuk melenyapkan
mata-mata dari Shen Bok Hong ini”
Pek li Peng termenung beberapa saat lamanya, kemudian
berkata,
“Aku rasa persoalan ini tidak gampang untuk dilakukan,
dimana toako bisa tahu tentang keadaan serta gerakan matamata
yang diatur oleh Shen Bok Hong?”

“Aku tahu bahwa pekerjaan ini adalah suatu pekerjaan
yang sulit dan memusingkan kepala, tetapi bukan berarti tak
bisa dikerjakan sama sekali, aku pikir jaringan mata-mata
mereka pasti diatur dari suatu markas besar yang tertentu di
setiap daerah, asal kita berhasil mengetahui pusat jaringan
tersebut maka tidak sulitlah untuk mengacaukan sepak terjang
mereka, paling sedikit kita bisa bikin kacau pengawasan
mereka hingga info yang diperoleh sama sekali tidak benar”
Ia berpaling memandang sekejap kearah Pek li Peng,
kemudian sambil tersenyum sambungnya.
“Meskipun pekerjaan ini amat penting namun tidak perlu
dilakukan terlalu cepat, setelah berjumpa dengan Bu Wi
Tootiang sekalian nanti barulah kita rundingkan kembali, aku
rasa dengan kecerdasan Bu Wi Tootiang serta luasnya
pengalaman dari Sun Put Shia locianpwee, siapa tahu kalau
kita berhasil menemukan suatu cara yang jitu?”
Pek li Peng mengangguk dan tidak banyak bicara lagi ia
segera meneruskan perjalanannya menuju kedepan.
Perjalanan yang dilakukan kali ini amat perlahan sekali,
selama beberapa hari mereka tidak menemukan kejadian
apapun.
Sepanjang perjalanan Siau Ling pun tidak berhasil
menemukan jejak Teng It Lui serta Ceng Yap Ching.
Siang hari itu sampailah mereka disebuah kota kecil dalam
distrik Tiangsah hu.
Dari letak kota itu Siau Ling tahu bahwa tempat itu
merupakan jalur terpenting yang menghubungkan kota Tiang
sah, dalam hati segera pikirnya,
“Andaikata Teng It Lui serta Ceng Yap Ching sekalian telah
berjumpa dengan Bu Wi Tootiang serta menceritakan kejadian
yang menimpa kami kepada orang-orang itu, Bu Wi Tootiang
serta Sun Put Shia pasti akan kirim orang untuk menelusuri

jejakku aku rasa sekarang tidak perlu terburu-buru untuk
berjumpa mereka, sebaliknya Shen Bok Hong yang kehilangan
jejak dari sepasang iblis dari Leng lam, pasti akan bingung dan
kalut sekali, apa salahnya kalau kugunakan kesempatan ini
untuk menyelidiki gerak gerik mereka…??”
Berpikir demikian, dia lantas mengajak Pek li Peng
memasuki sebuah rumah makan yang paling besar.
Ketika itu tengah hari sudah menjelang tiba, delapan
bagian kursi dalam rumah makan sudah terisi tamu.
Siau Ling yang mempunyai tujuan, diam-diam segera
mengawasi setiap tamu yang ada didalam rumah makan tadi.
Pada sudut utara dekat jendela duduklah seorang pria baju
hijau berusia setengah baya, orang itu paling mencurigakan
diantara tamu yang lain, pemuda itu segera mencari tempat
yang gampang untuk mengawasi gerak gerik orang itu dan
duduk disana.
Pelayan menghidangkan air teh, dan Siau Ling pun
memesan beberapa macam sayur.
Beberapa saat kemudian, sayur telah dihidangkan, sambil
bersantap diam-diam Siau Ling mengawasi terus gerak-gerik
orang baju hijau tadi.
Pria baju hijau itu sama sekali tidak merasakan akan
pengawasan ini, dia masih bersantap dan minum arak dengan
santainya.
Beberapa waktu kemudian Siau Ling telah selesai
bersantap, akan tetapi pria baju hijau itu masih tetap duduk
tenang ditempat semula, hal ini membuat pemuda itu berpikir
“Aku tak dapat duduk termenung terus disini…”
Belum sempat ia menghadapi orang itu, tiba-tiba tampaklah
seorang bocah dusun sambil membawa sebuah kain panjang
berwarna putih berjalan masuk kedalam rumah makan.

Diatas kain putih itu tertuliskan empat huruf yang berbunyi:
“Siang Thian Hee Su”
Membaca tulisan itu, Siau Ling segera menggape bocah
dusun itu sambil serunya,
“Saudara cilik, silahkan datang kemari”
Bocah dusun itu segera datang menghampiri, tanyanya,
“Toa ya, apakah engkau mau lihat nasib?”
Pek li Peng berpaling, ia lihat bocah dusun itu baru berusia
dua tiga belas tahunan, mukanya dekil dengan rambut yang
kusut, sedikitpun tidak mirip dengan orang yang pandai
melihat nasib, hal ini membuat hatinya jadi keheranan,
pikirnya,
“Kenapa toako bersedia mempercayai seorang bocah dusun
yang belum tahu urusan itu? Apakah ia berhasil menemukan
sesuatu yang mencurigakan??”
Ketika tulisan diatas kain itu diperhatikan, ia tidak berhasil
menemukan sesuatu yang mencurigakan.
Sementara itu , Siau Ling telah berkata,
“Tukang ramal cilik, coba lihatlah bagaimanakah nasib
peruntunganku?”
Tanpa memandang Siau Ling barang sekejappun, bocah itu
berkata,
“Menurut pengamatanku, wajah anda merupakan wajah
seorang pemimpin, hanya sayang tersembunyi tiga mara
bahaya, kalau tiga mara bahaya itu tidak dilenyapkan maka
selamanya tak dapat unjukkan diri, cuma kepandaianku tidak
mencukupi hingga tak mampu untuk menolong engkau
hilangkan tiga bua bencana tersebut”
“Lalu siapakah yang mampu??”

“Suhuku”
“Sekarang, suhumu berada dimana?”
“Tidak jauh diluar kota ini!”
“Baik!” ujar Siau Ling kemudian sambil bangkit berdiri,
“harap saudara cilik suka membawa kau untuk menemui
gurumu”
Bocah dusun itu segera menggulung kain putihnya dan
berjalan lebih dahulu kedepan.
Sedang Siau Ling segera mengikuti dibelakangnya.
Dalam keadaan demikian terpaksa Pek li Peng mengikuti
dibelakang Siau Ling berlalu dari sana.
Dari arah belakang suara gelak tawa keras bergema
memecah kesunyian, jelas para tamu yang hadir dalam rumah
makan itu sedang mentertawakan ketololan Siau Ling yang
bersedia ditipu mentah-mentah oleh bocah dusun tersebut.
Pek li Peng jadi amat gusar sehingga tanpa terasa berpaling
kebelakang dan melotot sekejap kearah orang-orang itu,
namun akhirnya ia menahan gusar dan tidak mengumbar
hawa amarahnya lagi.
Setelah keluar dari kota dan berjalan kurang lebih dua li
jauhnya, sampailah bocah dusun itu kedepan sebuah gubuk
yang tertutup oleh pohon bambu yang lebat.
Pek-li Peng menyapu sekejap sekeliling tempat itu, suasana
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, kecuali bocah
dusun itu tiada orang yang lain lagi, buru buriu ia maju
kedepan menyusul sianak muda itu sambil bisiknya
“Benarkah engkau hendak bertemu dengan rukang ramal
itu?”
Siau Ling tersenyum, sahutnya,

“Bersabarlah sebentar, sesaat kemudian duduknya
persoalan akan kau ketahui”
Sesudah berada didepan rumab gubuk iyu. bocah dusun
tadi segera mendorong pintu ruangan sambil berkata,
“Suhuku berdiam disini!”
Diam diam Siau Ling salurkan hawa murninya bersiap
sedia, kemudian selangkah demi selangkah berjalan masuk
kedalam gubuk.
Ketika ia menengadah keatas, maka tampaklah seorang
kakek tua berambut putih berjenggot putih dengan memakai
kacamata duduk dibelakang sebuah meja kayu.
Meskipun menyamaran yang dilakukan orang itu amat
sempurna, namun tak dapat menyembunyikan perutnya yang
besar.
Sesudah memperhatikan kakek tua itu beberapa saat
lamanya, Siau Ling mendehem ringan sambil sapanya,
“Saudara Sang!”
Kakek tua itu melepaskan kaca matanya dan dan bangkit
berdiri, lalu tegurnya nyaring.
“Siapa engkau?”
“Aku!” jawab Siau Ling sambil melepaskan penyaruannya.
Sesudah mengetahui siapakah orang yang berada
dihadapannnya, kakek tua itu mendadak jatuhkan diri berlutut
diatas tanah.
Buru-buru Siau Ling membimbingnya bangun sembari
berkata,
“Jangan, saudara Sang!”
Ternyata kakek tua itu bukan lain adalah penyaruan dari
Sie poa emas Sang pat.

Sambil melepaskan jenggot dan rambut palsunya, Sang Pat
berkata,
“Kabar berita tentang tertangkapnya toako oleh Wu Popo
begitu tersiar luas, Bu Wi Tootiang serta Sun locianpwee jadi
amat terperanjat sekali hingga pada malam itu juga diadakan
perundingan, semua jago lihai sudah disebar luaskan untuk
mencari jejak toako, sungguh tak nyana toako telah terlepas
dari bahaya maut”
Siau Ling tertawa ewa, ujarnya,
“Caramu ini memang baik, cuma tindakanmu ini hanya
bersifat untung-untungan, andaikata aku tidak memasuki
rumah makan itu, tetapi secara langsung berangkat kekota
Tiang sah shia, bukankah engkau tak bakal bertemu dengan
aku?”
“Siau te telah membuat dua belas buah kain putih yang
disebarkan oleh dua belas orang bocah, mereka tersebar luas
diseluruh kota dan rumah makan, dari pagi mereka berjalan
sampai senja, aku rasa kemungkinan untuk berjumpa dengan
dirimu besar sekali.”
“Ooooh…..! perkiraannya begitu” kata Siau Ling sambil
mengangguk, “kalau begitu tentu saja aku pasti akan
berjumpa dengan salah seorang diantara mereka.”
“Toako” sela Pek li Peng, darimana engkau bisa tahu kalau
bocah dusun itu diutus oleh Sang tayhiap??”
Sebelum Siau Ling sempat menjawab, Sang Pat telah
keburu berseru,
“Dia tentulah nona Pek li Peng bukan?”
“Benar darimana engkau bisa tahu kalau aku” seru sang
dara.
Sang pat tertawa
“Aku hanya menduga saja...”

Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh
“Sebelum diterangkan memang cara kerja ku nampak aneh
sekali, padahal setelah dikatakan sama sekali tidak nampak
aneh, di atas kain putih itu aku sudah terakan tanda
rahasiaku, asal orang yang mengenali tanda rahasiaku itu
pasti akan menetahui siapakah aku”
“Caramu ini walaupun tidak sulit, namun aku tak
menyangka kalau engkau dapat menemukan cara tersebut!”
“Siapa yang bertanggung jawab didalam kota Tiang sah?”
tanya Siau Ling kemudian.
“Saudara Tu serta Bu Wi tootiang”
“Lalu Sun Put Shia locianpwee?”
“Sun locianpwee dengan memimpin anak murid anggota
Kay pang serta beberapa orang jago lihay dari partai Bu tong
telah membagi diri jadi empat rombongan untuk mencari jejak
Wu Popo”
“Teng It Lui serta Ceng Yap Ching telah dilukai oleh racun
keji sehingga kepandaian silatnya sama sekali punah.
Darimana mungkin mereka dapat menyampaikan kabar berita
tersebut dengan begitu cepat??”
“Apakah saat ini Teng It Lui serta Ceng Yap Ching sudah
kembali kekota Tiang sah aku kurang begitu tahu jawab Sang
Pat, tetapi sewaktu Bu Wi Tootiang menyampaikan berita
tersebut kepadaku mereka belum kembali, mendengar berita
buruk itu hatiku jadi kacau akupun tak sempat bertanya
kepada Bu Wi tootiang ia dapatkan kabar berita tersebut dari
mana”
“Apakah ada cara lain untuk mengejar kembali Sun
locianpwee ?”
“Aku rasa Bu Wi tootiang pasti sudah mejanjikan cara
berhubungan dengan mereka”

“Kalau begitu bagus sekali lebih baik berusahalah secepat
mungkin memberi kabar kepada Bu Wi tootiang agar mereka
undang kembali Sun Locianpwee serta sekalian para jago
lainnya mereka tak usah membuntuti jejak dari Wu Popo lagi”
“Apakah Wu Popo telah mati ditangan toako ?”
“Wu popo yang berada dalam keadaan luka parah telah
menemui ajalnya ditangan sepasang iblis dari Leng-lam !”
“Dan sepasang iblis dari Leng-lam ?”
“Iblis-iblis itu berhati keji dan bahaya kalau dibiarkan hidup
lebih lanjut, karena itu aku telah membinasakan mereka
berdua !”
“Apakah toako hendak menjumpai Bu Wi Tootiang ?”
“Untuk sementara waktu lebih baik jangan bertemu lebih
dahulu dengan dirinya, aku ingin secara diam diam menyelidiki
gerak gerik dari Shen Bok Hong”
Sesudah berhenti sehentar, sambungnya lebih jauh:
“Apakah kalian sudah mendengar berita tentang kerja
samanya Shen Bok Hong dengan Su hay kuncu ?”
“Sudah mendengar kabar beritanya, cuma tidak begitu jelas
!”
“Bagaimanakah gerak gerik anak buah Shen Bok Hong
dihari-hari belakangan ini?”
“Beberapa hari berselang, Shen Bok Hong pernah
munculkan diri satu kali dikota Tiang sah, tapi dalam sekejap
mata lenyap tak berbekas, entah ia sudah menyembunyikan
diri kemana? orang2 dari pihak perkampungan Pek hoa-san
cung kadang2 melakukan pula suatu pergerakan, tapi dua hari
belakangan ini mendadak jadi sepi dan tiada gerakan2 seperti
dihari hari biasa”
Siau Ling mengangguk dan berkata

“Mungkin mereka sedang menantikan kabar berita dari Wu
Popo serta sepasang Iblis dari Leng lam..”
Sesudah termenung berpikir beberapa saat lamanya, dia
menyambung lebih jauh
“Menurut dugaanku, disekitar wilayah Tiang-sah ini Shen
Bok Hong pasti mempunyai suatu kantor cabang yang
tersembunyi letaknya, semua jaringan mata2 yang tersebar
disekitar ratusan li disekitar tempat ini pastilah dikendalikan
dan kantor cabang tersebut, siapa tahu kalau gembong iblis
itupun bersembunyi disitu..”
Berbicara sampai disini, tiba tiba ia termenung dan
membungkam dalam seribu bahasa.
“Maksud toako....?” seru Sang Pat;
“Andakata kita bisa lenyapkan kantor cabangnya didaerah
Tiang sah tersebut, berarti pula kita sudah kecil mata Shen
Bok Hong bagi wilayah sekitar seratus li ditempat ini,
sekalipun kantor cabang tersebut tak usah kita usik, asalkan
bisa sudah tahu letak markasnya aku rasa tidak susah untuk
mengendalikan gerak mereka dan bilamana perlu kita bisa
jebak mereka dengan siasat”
“Pendapat toako benar2 mengagumkan, siaute pasti akan
rundingkan persoalan ini dengan Bu Wi tootiang setelah
berjumpa muka nanti, kemudian mengirim orang untuk
mengobrak abrik sarangnya”
‘‘Baik! kita bekerja secara terpisah, aku serta Peng ji akan
tetap berusaha untuk menyusup masuk kekota Tiang sah!”
“Setiap saat perlukah siau te utus orang untuk
berhubungan dengan toako....?”
“Apabila tidak terlalu penting, lebih baik jangan terlalu
sering mengadakan kontak, ketahuilah orang2 dari pihak
perkampungan Pek hoa san-cung bukannya sama sekali sudah
berherti bergerak, hanya saja dari posisi terang sekarang

mereka pindah keposisi gelap, hingga gerak geriknya jauh
lebih rahasia, karena itulah aku harap kedatangan Siau heng
ketempat ini jangan sampai diketahui oleh muereka, lebih baik
lagi kalau engkau memberikan bisikan kepada Bu Wi tootiang
serta saudara Tu agar jangan terlalu banyak orang yang
mengetahui akan persoalan ini daripada rahasia kita
bocor..karena hanya tindakan yang sangat rahasialah baru
bisa membuat Shen Bok Hong kalang kabut dan kelabakan
sendiri”
Sang Pat hanya membungkam terus, ia merasa
pcrpisahannya selama beberapa bulan dengan pemuda
tersebut telah membuat Siau Ling jauh lebih berpengalaman
dan matang daripada dahulu, caranya mnengatur siasatpun
tidak kalah dengan jago pengalaman lainnya maka ia lantas
menyahut,
“Siau te akan mengingatnya!”
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil : Budi Ksatria 3 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] dan anda bisa menemukan artikel Cersil : Budi Ksatria 3 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/10/cersil-budi-ksatria-3-seri-kunci-wasiat.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil : Budi Ksatria 3 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil : Budi Ksatria 3 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil : Budi Ksatria 3 [Seri Kunci Wasiat Pendekar Siauw Ling] with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/10/cersil-budi-ksatria-3-seri-kunci-wasiat.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar