"Go Sam-kui, sudah tentu" sahut Jui Wi, "Co tayjin
atau Co Kong-liok itu adalah orang kepertiayaan kesatu
dari Go Samkui. Mendapat hinaanmu tadi, sudah tentu
dia penasaran. Benar dewasa ini Go Sam-kui bermaksud
hendak berpaling haluan, tapi seperti kita ketahui, dia
adalah musuh rakyat Han nomor satu yang telah
memimpin orang Ceng merampas tanah air kita. Dia
mempunyai pasukan kuat. Apabila dia jadi menentang
pemerintah Ceng, itulah suatu bantuan besar bagi
perjoangan kita. Menilik hal itu, tak seharusnya kau
gegabah membikin sakit hatinya!"
Biasanya tokoh Jui Wi itu, aneh sekali gerak geriknya,
gemar memper-olok2 orang.
Tapi kalini dia bicara dengan wajah dan nada yang
ber-sungguh2.
Setelah mendengarinya sampai sekian saat barulah
kedengaran Kiau To membuka mulut: "Kalau Tio Jiang
pulang, biarlah aku menerima dampratannya!"
"Bagus!" seru Jui Wi sembari tunjukkan jempolnya,
"Itulah ucapan seorang lelaki jantan. Kemengkalan hatiku
selama mengikuti kedua orang ini, hari ini baru dapat
obat penawarnya!"
Sembari pasang omong dengan gembira tawa, mereka
berdua lalu naik kepuncak Giok-li-nia lagi.
"Siao-lan!" seru The Go dengan rawan kepada sang
isteri. Dan setelah isterinya mengiakan, kembali The Go
berkata: "Siao-lan, karena kesesatanku semasa muda,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku telah melakukan banyak sekali kejahatan. Setelah
sepasang kakiku kutung barulah aku insyaf. Benar aku
telah mengunjuk jasa membantu menemukan harta
karun digereja Kong Hau Si, tapi apabila jasa itu
dibanding dengan kejahatan yang telah kulakukan
sungguh belum sembabat. Kalau dewasa ini Peng-se-ong
Go Sam-kui sungguh2 mau bergerak, ah......, disitulah
kesempatanku. Kubermaksud,....”
”Kau bermaksud hendak menasehati Go Sam-kui
supaya jangan berbanyak hati lagi untuk melaksanakan
cita2nya menentang pemerintah Ceng bukan?" tukas
Siao-lan
The Go menggukkan kepala. Tapi saat itu wajah Siaolan
menampil kemuraman.
"Apa yang kau kehendaki, aku selalu menurut saja.
Tapi permintaanku supaya menemukan Ing-ji dahulu!"
Rencana The Go ialah hendak membunuh Tio Kongliok,
kemudian pergi menghadap Peng-se-ong di Gunbing.
Dengan begitu hilanglah sebuah rintangan iang
menghalangi terlaksana cita2 Go Sam-kui itu. Tapi pada
saat itu, dia harus menemukan puterinya dahulu. Ah, dia
memiliki ilmu berjalan cepat yang sempurna, lebih dahulu
mencari The Ing baru kemudian menyusul Co Kongliok,
rasania masih belum terlambat. Demikian The Go
mengambil keputusan.
"Baiklah!" dia memberi penyahutan kepada Siao-lan.
Mereka lalu lanyutkanpenyelidikannya lagi.
---o0-dwkz_kupay-0o---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah hampir setengah harian menjelajah daerah
situ, barulah mereka tiba di goa rahasia tempat
persembunyian si wanita aneh. Sembari berseru
memanggil nama puterinya, Siao-lan menerobos masuk
kedalam air terjun, The Go mengikutinya. Keadaan disitu
tepat seperti iang diceritakan Tong Ko, namun anehnya
hanya kawanan kelelawar yang beterbangan digoa situ,
tiada barang seorang manusiapun. Kegelisahan Siao-lan
yang dialaminya berhari2 ini memikirkan keselamatan
The Ing, cukup hebat. Kini sewaktu tak didapatinya sang
puteri, ia segera mendekap kebahu suaminya seraya
menangis tersedu sedan.
"Kalau tak bertemu Ing-ji, aku bersumpah tak mau
pulang!"
The Gopun cemas, dia berdiri ter-longong2. Tiba2
dirasanya selain tangis Siao-lan, disebelah sama seperti
kedengaran ratap tangis seseorang lain. Ah, Tong Ko
pernah mengatakan bahwa goa itu banyak sekali
ruangannya, mungkin dia belum memeriksanya habis.
Cepat dia suruh Siao-lan berhenti menangis. Benar juga
walaupun lemah samar2, namun isak tangis orang itu
memang ada.
"Ing-jikah?" serentak Siao-lan berteriak dengan
girang.
Tapi The Go yang lebih tajam petidengarannya tahu
kalau itu adalah nada tangis seorang lelaki yang samar2
seperti memanggil seseorang lain. The Go pasang telinga
betul2. Tapi ketika dia berpaling mengawasi Siao-lan,
dilihatnya wajah sang isteri itu seperti orang terpesona.
"Siao-lan kau kenapa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siao-lan gelagapan. "Ai, tadi sepertinya aku
mendengar Ing-ji memanggil aku, tapi begitu kau
menegur, mengapa suaranya hilang?" sahutnya dgn
heran.
Kini tak ragu2 lagilah The Go, cepat disuruhnya sang
isteri menyalurkan lwekang untuk menutup semua jalan
darahnya.
"Jangan melamun, terutama jangan terkenang akan
Ing-ji. Suara tangis itu dari tempat jauh. Kalau tak salah
itulah yang dibilang "A-siu-lo-pit-mo-biau-im" semacam
ilmu sihir untuk mengikat semangat orang. Ilmu jahat itu
dapat membikin linglung orang dan dengan tak sadar
masuk kedalam perangkapnya. Tapi ilmu itu sudah lama
menghilang, mengapa kini ada orang yang menggunakan
lagi? Ayuh, kita kesana meninjaunya, mungkin ada
sangkut pautnya dengan "Ing-jil"
The Go ajak isterinya menyusup kebagian dalam yang
ber-liku2 itu. Tiba diujung lorong goa dan membiluk
sebuah tikungan tiba2 tampak ada penerangan dan
suara tangis itupun terdengar jelas. Nada tangisan itu
aneh benar, setempo melengking menyayat hati,
setempo lincah macam orang tertawa. The Go robek
bajunya sedikit, setelah dibasahi dengan ludahnya lalu
disumbatkan ketelinga Siao-lan. Setelah itu, dia memotes
sebatang dahan, lalu menuju ke goa itu.
Dimuka pintu goa itu penuh ditumbuhi dengan alang2
gelagah yang setinggi orang, sehingga sepintas pandang
goa itu tak kelihatan dari luar. Begitu memandang
kesebelah luar, tampak pada sebuah batu pesegi seluas
3 tombak yang terletak dipinggir sebuah puhun hwe,
duduk seorang lelaki bertubuh gemuk, Wajahnya aneh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tengah menangis tersedu sedan tapi setetespun tiada
mengucurkan air mata. Dihadaparnya duduk pula
seorang hweshio tua sembari mencekal tongkat timah.
Wajah hweshio itu agung bagai seorang Buddha hidup.
The Go cepat mengenal hweshio ini sebagai Tay Siang
siansu, itu kepala gereja Liok-yong-si di Kwiciu yang
sakti. Terang kalau siorang gemuk tadi tengah menangisi
Tay Siang siansu dan nyatalah pula kalau dia itu bukan
tokoh dalam kalangan persilatan daerah Kwiciu. Kalau
tidak, masakan dia berani keluarkan ilmu iblis dihadapan
siansu sakti itu. Tay Siang telah mendapat
kesempurnaan, baik dalam pelajaran keagamaan
maupun dalam ilmu silat. Sudah tentu segala macam
ilmu hitam begitu2an, tak mempan terhadap dirinya.
Tak tahu The Go entah sudah berapa lama kedua
tokoh itu mengukur kepandaian disitu dan adakah
mereka itu mengetahui jejak The Ing. Yang diketahuinya
jelas, wanita aneh yang menawan puterinya itu tentulah
Say-hong-hong Bek Lian, jelita yang dia lukai hatinya itu.
Maka walaupun dia bisa menghiburi Siao-lan, tapi dia
sendiri sebenarnya cemas tak keruan. Kemungkinan Bek
Lian membalas dendam terhadap The Ing pun bukan
tidak mustahil.
Setelah memandang beberapa jurus, dia membetot
serumpun akar rotan dan sekali tongkat dahan puhun
tadi ditutukkan ketanah, The Go pun muncul keluar. Si
gemuk tadi tengah meramkan mata. Begitu terdengar
ada suara, dia segera membuka mata mengawasi kearah
The Go. The Go terkesiap kaget melihat pancaran sinar
mata si gemuk yang luar biasa itu. Tahu kelihayan orang,
The Go tak mau memandangnya lagi, tapi se-olah2
tertarik oleh besi sembrani, dia terpaksa beradu pandang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan si gemuk. Apa boleh buat, buru2 dia pusatkan
perhatiannya.
Kira2 sepeminum teh lamanya, kembali si gemuk
menangis lagi. Nada tangisnya itu menyusup kedalam
telinga The Go dan tergetarlah perasaannya. The Go
terkesiap kaget. Untung dia sekarang sudah tinggi
lwekangnya, berkat ketekunannya belajar sedari menjadi
orang cacad. Namun betapapun dia kerahkan
lwekangnya, tetap telinganya dibisingkan oleh tusukan
tangis si gemuk itu. Lewat setengah jam, tenaganya
sudah diperas sebagian besar, jauh melebihi lelahnya
dari bertanding dengan seorang jago lihay.
Ah, itu mati sia2 namanya. Tanpa ragu2 lagi, dia
melangkah maju 2 tindak dan secepat kilat dia tusukkan
ujung tongkat dahan puhun kejalan darah su-hiat-hiat
dipipi orang itu. Namun si gemuk itu tampak tenang2
saja, masih enak2 berdiam diri. The Go terkesiap melihat
sikap orang itu dan gerakannyapun agak lamban. Tahu2
si gemuk itu berkisar kesamping hingga tusukan The Go
menemui tempat kosong.
The Go makin terperanjat. Gerak penghindaran orang
itu, disebut 'kian-gun-toa-na-i-hwat', yalah suatu ilmu
lwekang yang teratas kesempurnaannya. Terang orang
itu tak mau mencelakainya, karena asal membalas, dia
(The Go) pasti celaka. Diam2 dia mengeluh. Duapuluh
tahun dia berjerih payah meyakinkan kepandaian, tapi
sekali digunakan dia bertemu dengan seorang sakti
begitu. Namun karena sudah terlanjur bergerak, dia tak
mau setengah jalan. Kemball dia menusuk kearah jalan
darah su-hiat-hiat si gemuk lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
”Harap sicu jangan turun tangan. Lo-ceng masih
mempunyai perhitungan yang belum selesai dengan dia.
Orang luar dilarang campur tangan, harap sicu mundur
saja!" tiba2 kedengaran Tay Siang siansu berseru dengan
nada yang bening nyaring.
The Go percaya bahwa, tentu ada sebabnya hweshio
sakti itu mengatakan begitu.
Sekali gentakkan ujung tongkat ketanah, dia melesat
setombak jauhnya dari gelanggang situ.
"Mohon tanya adakan kiranya siansu berjumpa dengan
seorang wanita setengah umur membawa seorang gadis
ditempat ini?" tanyanya.
Tay Siang siansu tak mau menyahut. Tadi sewaktu
siansu itu berseru, dengan cepatnya si gemuk segera
tujukan tangisannya ke arahnya (Tay Siang), The Go
mengetahui akan hal itu, tapi tidak dengan Siao-lan yang
segera tampil kemuka dan berseru menegur:
”Siansu, apa kau masih ingat padaku? Duapuluh tahun
yang lalu aku telah berhutang budi padamu karena telah
menolong jiwaku ketika digereja Kong Hau Si. Tapi kini
kalau tak menemukan Ing-ji, akupun lebih baik mati sajal
Siansu, mengapa kau tak mau menjawab?"
The Go percaya kalau siansu itu tahu dimana
beradanya The Ing, tapi dia belum mau menerangkan
karena masih menghadapi orang gemuk itu. Maka dia
menyuruh Siao-lan bersabar sampai si gemuk itu enyah
dari situ. Ho....., jadi si gemuk itulah yang menjadi gara2
Tay Siang siansu tak mau menjawab. Kalau menunggu,
mungkin 8 sampai 10 hari belum tentu bisa selesai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dilihatnya si gemuk itu tiada suatu apa yang luar biasa,
kecuali nada tangisnya yang aneh.
"Tay Siang siansu, orang gemuk ini memang
menjemukan, biar kubantumu mengusirnya!" tanpa
banyak pikir lagi Siao-lan lalu menyerang dengan
garunya.
"Siao-lan, jangan!" teriak The Go.
"Tahan!" seru Tay Siang. Tapi Siao-lan sudah terlanjur
menusuk. Serentak berhenti si gemuk menangis, sekali
gerakan sepasang tangannya dia dapat. menangkap garu
Siao-lan Dengan tertawa gelak2, berbangkit dia seraya
berseru: "Tay Siang hweshio, apa katamu lagi?!", lalu
menarik garu itu dari tangan Siao-lan siapa terpaksa
melepaskannya.
Tay Siang siansupun tampak berbangkit menghela
napas: "Ah, kalah menang sudah nasib! Tapi tetap
kuharap kau suka robah sepak terjangmu. Aku tak mau
mengganggumu lagi, tapi kelak tetap ada orang yang
mengurusimu Dimana kejahatan sudah mencapai
ukurannya disitulah timbulnya pembalasan, pergilah!”
Tanpa berkata apa2, orang itu segera berputar
kebelakang terus ngacir pergi.
Gerakannya tampak lambat2 saja, namun
kecepatannya bukan kepalang. Sekejap saja dia sudah
jauh sekali. Itulah ilmu gin-kang dari kian-gun-toa-na-ihwat
yang sakti.
Tahu apa yang diartikan oleh ucapan Tay Siang siansu
tadi, buru2 The Go mintakan maaf untuk isterinya. Tapi
belum habis kata2nya atau siansu itu sudah
menukasnya: "Kemauan nasib sukar dirobah. Sicu tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
usah berbanyak kata, kedua orang yang kau tanyakan
itu, aku memang pernah melihatnya.........."
"Dimana?" serentak Siao-lan memutus kata2 orang
tanpa bersabar lagi.
"Beberapa hari yang lalu, mereka berdua bertempur
dengan seorang tua gemuk pendek. Orang tua kate itu
lebih lihay sehingga wanita setengah umur itu menderita
luka2 parah. Karena aku sedang mempunyai urusan
penting, jadi tak dapat memberi bantuan. Mereka berdua
lari mengitari kebalik gunung sanal"
Hendak Siao-lan menegas lebih jauh, tapi dengan
kebutkan lengan jubahnya siansu itu sudah melesat jauh.
The Go duga, bahwa yang dimaksud dengan 'urusan
penting' itu, tentulah menunjuk orang gemuk yang
memiliki ilmu tangis lwekang hebat tadi. Seorang imam
suci macam Tay Siang siansu betapapun jahatnya orang
itu namun kalau terluka berat, hweshio itu pasti tetap
akan mau menolongnya. Tapi dia ternyata Iebih.
memperhatikan siorang gemuk tadi. Jadi bagaimana
pentingnia orang gemuk tadi, kiranya sudah jelas bagi
The Go. Tadi Tay Siang siansu mengatakan 'sudah nasib',
makin menunjukkan pentingnya urusan itu. Tapi kini
siansu itu sudah berlalu, tak dapat dimintai maaf lagi.
Waktu berpaling The Go dapatkan Siao-lan sudah tak
berada didekatnya tapi jauh disebelah tikungan sana,
hendak menuju kebelakang gunung. Terpaksa The Go
menyusulnya. Dibalik gunung itu ternyata terdapat rimba
kecil. Hati mereka berdebar ketika tampak ada sepotong
baju bergelantungan pada sebuah puhun. Rupanya baju
itu hendak dijemur. Melihat baju itu adalah baju
puterinya tak ragu2 lagi Siao-lan segera meneriakinya.
Baru dua tiga ia me-manggil2, muncullah dari balik
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semak puhun seorang gadis yang bukan lain The Ing
adanya. Saking girangnya, Siao-lan sampai tegak
membisu seperti patung, air matanya bercucuran.
"Ya..., mah....aku tak kurang suatu apa, tapi lekaslah
tolong aku. Nona Bek sudah bebrapa hari ini menderita
luka parah, aku tak dapat mengobati, ah...... benar2 aku
cemas sekali!" seru The Ing dengan gugupnya.
Mendengar puterinya menyebut 'nona Bek', makin
berat dugaan The Go bahwa wanita aneh itu tentulah
nona yang pernah disakiti hatinya pada 20 tahun yang
lalu, Tak kunjung habis sesalnya dan dia tak ada muka
untuk bertemu dengan nona itu lagi.
Namun kalau tak menemuinya, berarti dia tetap
menanggung kesalahannya itu.
"Ia berada dimana?" dia buru2 menegas.
Sebenarnya dengan Bek Lian Siao-lan itu adalah
saingan.
Dulu karena ter-gila2 dengan nona itu, maka The Go
telah menolak kasihnya (Siao-lan). Tapi kini setelah
diketahuinya nona itu sakit berat, hilanglah rasa
dendamnya. Buru2 ia ikut The Ing masuk kedalam rimba.
Pada tumpukan daun, tampak berbaring seorang wanita
setengah umur, sepasang matanya setengah meram dan
mulutnya meng-erang2 kesakitan Masa 20 tahun tetap
tak mengaburkan ingatan mereka. Sekalipun sudah
menanjak usia pertengah umur, namun kecantikan Bek
Lian tetap mempesonakan.
"Lian-moay...., Lian-moay.....!" tak kuasa lagi The Go
menahan jeritan hatinya menampak bekas kekasihnya
dalam keadaan sedemikian rupa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Yah, beberapa hari yang lalu nona Bek masih sadar,
tapi kini ia sudah tak ingat suatu apa lagil" menerangkan
The Ing.
The Go menanyakan, Bek Lian terluka dibagian mana.
Sahut The Ing: "Aku dibawanya kedalam goa......"
"Hal itu Tong Ko telah menceritakan semua, lekas
katakan di bagian mana lukanya itu sajal" tukas The Go.
"Yah, kau sudah bertemu dengan Tong Ko? Dimana
dia sekarang?" nona itu malah lupa menerangkan
berbalik bertanya. Melihat puterinya begitu
memperhatikan sekali akan anak muda itu dan bahkan
dari sinar matanya memancarkan tanda2 timbulnya rasa
kasih, The Go keruntukan keningnya. Dia hanya
menyahut ringkas kalau Tong Ko berada dirumah.
"Ketika berada didalam goa, tiba2 ada seorang tua
kate menorobos masuk. Nona Bek bukan tandingannya,
syukur aku keburu membantu dan dapat menyelamatkan
jiwa nona Bek. Ia terluka dibagian mana, aku sendiripun
tak tahu Bebrapa hari yang lalu ia mengatakan kalau
dirinya itu orang she Bek. Pada 20 tahun yang lalu ia
telah dikhianati cintanya oleh seorang pemuda, dan sejak
itu ia mengasingkan diri. Dari waktu menawan aku, kini
sikapnya terhadap aku berobah baik. Karena takut
kesamplokan dengan setan kate itu, terpaksa kami
bersembunyi disini. Tapi lukanya dari hari kesehari makin
beratl" kata The Ing.
The Go memeriksa dan dapatkan pernapasan Bek Lian
sangat lemah. Dia memasukkan beberapa butir pil
kedalam mulut Bek Lian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ing-ji, apakah kau pernah mengatakan namaku
kepadanya?" tanya The Go.
The Ing menyatakan tidak. Pil yang diberikan The Go
itu, adalah ramuan obat yang dibikinnya sendiri dari daun
obat2an digunung Sip-ban-tay-san.
Lewat beberapa saat kemudian, Bek Lian tak
kedengaran mengerang kesakitan lagi.
"Ing-ji, maukah kau membantu ayah?" tanya The Go
kepada puterinya.
The Ing terkejut heran. Belum pernah selama ini sang
ayah mengucap kata2 yang sedemikian sungkannya.
Buru2 la mengiakan.
Lebih dahulu The Go menatap kearah wajah isterinya
dan berkata dengan berbisik: "Siao-lan, mungkin kaupun
tahu bagaimana aku telah, mempersakiti hati Lian-moay.
Maksudku, biarlah Ing-ji merawatinya disini sampai
sembuh. Mungkin dengan memandang muka Ing-ji,
nantinya Lian-moay tentu akan menghapus dendamnya
itu. Bagaimana pendapatmu?"
Bermula Siao-lan cemas sekali kalau2 puterinya itu
akan dijadikan bulan2 tempat Bek Lian menumpahkan
dendam penasarannya.
Tapi serta kini sang puteri tak kurang suatu apa, iapun
menurut saja akan maksud suaminya itu.
"Ing-ji, aku dan mamahmu masih ada urusan penting
ke Hunlam. Kau tinggal disini merawati nona Bek.
Kutinggali 49 butir pil, tiap hari boleh kau minumi 7 butir.
Kelak kalau ia sudah sembuh, kau harus menurut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
padanya jangan bikin sakit hatinya. Maukah kau
melakukan permintaan ayah ini?"
Walaupun heran namun The Ing mengiakan juga.
"Dan masih ada suatu hal lagi. Jangan se-kali2 sebut
namaku dihadapannya, ya!"
"Mengapa yah?" kini tak dapat lagi The Ing menahan
keherannya.
"Ing-ji, kelak kau tentu mengetahui sendiri. Lebih
dahulu jawablah mau tidak kau meluluskan permintaanku
tadi?" jawab The Go.
Perangai The Ingpun keras, tapi demi dilihatnya sang
ayah bersungguh2, terpaksa ia tak berani membantah.
"Terhadap Tong Ko, kelak kau jangan terlalu rapat
hubunganmul" kata The Go pula.
Apapun perintah ayahnya tadi, The Ing selalu menurut
saja. Tapi kalini ia benar2 membangkang atas pesan
terakhir itu.
"Yah, mengenai hal itu..............."
Sebenarnya ia hendak menyatakan "aku tak dapat
meluluskan", tapi demi pancaran mata sang ayah
menatap kearahnya, teringatlah ia bagaimana tadi
sebelumnya sang ayah telah mengutarakan "minta
bantuannya", disamping itu teringat juga ia bagaimana
mesra hubungan Tong Ko dengan Tio In itu, cepat2 ia
robah kata2nya: "Baik, yah, aku suka melakukannyal"
The Go menghela napas longgar, ujarnya: "Ing-ji,
ayah girang mendengar kesanggupanmu itu. Percayalah
kesemuanya itu adalah untuk kebaikanmu. sendiri. Apa
artinya permintaanku itu, untuk sementara ini tak dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kukatakan, kelak kau tentu mengetahuinya sendiri.
Semua2nya itu adalah kesalahan ayah semasa muda,
harap kau maafkanl"
The Ing terharu lalu jatuhkan diri kedalam pelukan
sang ayah seraya menghiburinya: "Yah, aku tentu
melaksanakan pesanmu itul"
The Go telah mengatur rencananya sedemikian
cermat. Namun seperti kata pepatah 'tiada gading yang
tak retak' atau tiada sesuatu pekerjaan yang sempurna
betul2.
Rencana bagus, tapi kejadiannya malah runyam.
Tapi karena kejadian itu nanti terjadi di bagian
belakang dari cerita ini, baiklah untuk sekarang kita
tinggalkan dahulu.
Begitulah The Go dan Siao-lan segera ambil selamat
berpisah dengan puterinya.
Mereka tinggalkan Lo-hu-san untuk mengejar jejak
Co-Kong-liok dan Ma Ki.
---o0-dwkz_kupay-0o---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 22 : PENYELIDIKAN THE GO
Dewasa itu sekalipun desas desus Go Sam-kui hendak
memberontak sudah menjadi rahasia.
Empat hari kemudian, dia mendapat keterangan
bahwa baru saja kemarinya Co Kong-liok itu lewat
ditempat situ.
Malam itu juga The Go meneruskan pengejarannya.
Lewat sebuah thing (rumah kecil macam pagoda tak
bertingkat), tiba2 Siao-lan berseru: "Engkoh Go, lihatlah,
apa2an orang2 yang menggelantung diujung atap thing
itu?"
The Go memalingkan paridangannya dan benar juga
pada keenam ujung atap thing itu masing2 tergantung
seseorang.
Keenam orang sama terjungkir kepalanya, terang
bukan sedang melakukan latihan apa2.
Dalam herannya The Go menghampiri.
Astaga, kiranya keenam orang itu sudah menjadi
mayat semua.
Tulang belulangnya sama remuk patah.
Keenam ujung atap thing itu terbuat daripada besi.
Orang2 itu digantung dengan paha tertancap.
Ditilik dari bekas noda darah yang belum kering,
terang mereka belum lama meninggalnya. Pembunuhnya
itu benar2 seorang algojo yang ganas.
Saking tak tahannya, Siao-lan segera mendekap
mukanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Go yang lebih bernyali, meng-amati2i mereka
dengan seksama.
Keenam korban itu adalah orang2 persilatan semua.
Malah ada salah seorang yang lebih kurang berumur
50-an tahun, The Go pernah mengenalnya, tapi dimana,
lupalah dia.
Diantara korban2 itu, ada seorang yang belum binasa.
Kalau dengan luka2nya yang diderita itu dia belum
meninggal, terang kalau orang tua itu berkepandaian
tinggi.
"Lotiang.......", baru The Go hendak menyapanya,
kedengaran napas orang tua itu mendesis, matanya
terbuka dan bibirnya bergerak2 seperti hendak berkata.
The Go tahu orang tua itu tengah meregang jiwa,
kalau diangkat turun dari "cantelannya", malah akan
melekaskan kematiannya.
Dia hanya menghampiri dekat untuk mendengari
kata2 lemah dari korban itu.
"Pembunuhan besar2an....... dikalangan persilatan
........ akan tiba.......... hati2-lah ......... tolong sampaikan
pada Siau-beng-siang...”
Berkata sampai disini, kepala orang itu terkulai,
napasnya berhenti The Go loncat mundur kesamping
isterinya.
Hampir 20 tahun dia tak muncul dikalangan persilatan,
jadi sudah hampir asing.
Entah jago mana yang telah membunuh keenam jago
itu, tapi dari mulut siorang tua tadi yang meminta dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyampaikan pada Tio Jiang, terang kalau ko-chiu itu
bermusuhan dengan kaum Lo-hu-san.
"Siao-lan, orang tua itu belum berapa lama
meninggalnya, jadi si pembunuh tentu masih belum jauh.
Nanti kalau. kita kesamplokan dengannya dan terpaksa
bertempur, kalau aku sampai kalah kau harus Iekas2
melarikan diri, jangan turut nekad" The Go memesan
isterinya.
Sejak gadis sampai menjadi wanita setengah umur,
cinta Siao-lan terhadap The Go tetap ber-nyala2.
Mulutnya saja ia mengiakan pesan suaminya itu, tapi
dalam hati ia telah ambil putusan, biar bagaimana juga
tak nanti ia mau tinggalkan sang suami.
The Go kini telah mencapai tingkatan seorang jago
kelas utama.
Terhadap jago2 persilatan terang tak dipandangnya
mata.
Tapi atas kematian keenam orang persilatan tadi,
benar2 telah membuat hatinya bercekat. Dengan
perasaan itulah maka dia meninggalkan pesan kepada
sang isteri.
Tujuh delapan Ii jauhnya berjalan lagi, mereka tak
menjumpai sesuatu apa.
Baru hati mereka agak longgar, atau tiba2 dari arah
semak2 rumput terdengarlah suara orang merintih.
The Go cepat menghampiri dan menyingkap semak2
itu dengan ujung tongkatnya ..... hai........, kiranya disitu
rebah si Co Kong-liok. Mukanya mendongak keatas,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengunjuk ketakutan yang hebat, jiwanya sudah
melayang.
Disebelahnya rebah tertelungkup si-imam Ma Ki.
Jubahnya robek tak keruan, sedang diulu punggungnya
terdapat sebuah telapak tangan. Bekas kelima jarinya
bahkan gurat2nya, tampak jelas sekali. The Go balikkan
tubuh si-imam, tapi hanya sekali mata si-imam terbuka
dan sebelum dapat mengucap apa2, dia sudah
menghempuskan napas terakhir.
The Go dan Siao-lan yakin bahwa pembunuh kedua
orang itu, adalah yang membunuh keenam korban di
thing itu juga.
Orang itu tentu berada disekitar situ.
"Siao-lan......, hati2lah aku hendak bersuit memancing
orang itu. Hendak kulihat siapakah sebenarnya dia itu!"
kata The Go lalu mulai bersuit nyaring2.
Dalam keheningan malam, suitan itu makin
berkumandang nyaring kedengaran sampai jauh sekali.
Lewat bebrapa detik kemudian, benar juga tampak ada
dua sosok tubuh berlari mendatangi. The Go buru2
mengumpat, hatinya berdebar keras.
Begitu tiba, kedua orang itu berhenti.
Mereka saling berpandangan.
"Hai, aneh, mengapa tiada tampak seorang jua?"
"Ditilik dari nada suitannya, terang seorang tokoh
yang lihay, tapi entah orang gagah dari mana dianya
itu?" kata yang seorang.
Mendengar pembicaraannya, terang mereka itu bukan
orang jahat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Baru The Go hendak mengunjukkan diri, tiba2 salah
seorang dari mereka menjerit ngeri, terus rubuh
kebelakang.
"Toako, kau kenapa?" tanya yang seorang.
Namun yang dipanggil itu, napasnya sudah lemah dan
dengan ter-engah2 berkata: "Aku....... kena...... dibokong
......."
Selanjutnya The Go tak mendengar korban itu
mengatakan apa2 lagi, jadi terang kalau sudah
meninggal. Hatinya makin bercekat.
Pada lain saat kedengaran orang yang satunya itu
mencabut senjatanya dan berseru dengan gusar:
"Kawanan tikus, ayuh keluarlah jangan main membokong
orang!"
Tampak oleh The Go senjata orang itu aneh
bentuknya yani seuntai bola baja.
Dia sebenarnya tengah tertegun memikirkan siapa
yang melakukan penyerangan gelap itu atau tahu2 orang
itu telah menyerang kearahnya.
"Hai, kau mau apa itu!" cepat2 Siao-lan membentak
sembari menangkis dengan garunya. Trang, ketika kedua
senjata itu beradu, kedua orang saling tersurut
kebelakang sampai 3 tindak.
Orang itu terkesiap kaget, lalu membentak: "Apa?
Bukankah kau yang melakukan penyerahan gelap itu?!"
Habis berkata, dia terus hendak merangsang lagi.
Tapi baru sang kaki melangkah maju, bluk...... tahu2
dia tersungkur jatuh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah diperiksa, kiranya dia tadi tersandung pada
sesosok tubuh yang rebah ditanah. Dan terbanglah
serasa semangatnya demi diketahui siapa mayat yang
ditabraknya itu.
"Co tayjin, astaga, kiranya kaupun telah teraniaya
juga!" serunya sembari loncat setorrbak kebelakang.
Menduga kalau orang itu rombongan utusan Go Samkui,
buru2 The Go menyapanya: "Sahabat, jangan
keburu pergi dahulu. Kami adalah orang Lo-hu-san, dan
kau dari fihak Gun-bing bukan?"
The Go tahu bahwa fihak Go Sam-kui hendak bersatu
dengan fihak Lo-hu-san, maka dengan menyebut nama
Lo-hu-san tadi, dia duga orang itu tentu akan berhenti.
Tapi diluar dugaan, tanpa menoleh lagi, orang itu
terus loncat melarikan diri.
Orang itu memiliki ilmu gin-kang yang tinggi, sehingga
dalam sekejab saja sudah menghilang jauh. Merasa tak
dapat mengejar, terpaksa The Go biarkan saja orang itu.
Kini dia hanya memeriksa kawan orang itu yang
menggeletak ditanah.
Ternyata korban itu tak menderita luka suatu apa.
Benar2 ajaib sekali kematiannya itu.
Karena terus menerus disuguhi pemandangan yang
mengerikan itu, Siao-lan makin kecil hatinya. la usulkan
lebih baik pulang ke Sip-ban-tay-san saja, tak usah
campur tangan dalam urusan yang berdarah itu.
Setelah merenung sejenak, berkatalah The Go: ”Siaolan,
kini tiada gunanya kita pergi ke Gun-bing, lebih baik
kita balik ke Lo-hu-san lagi untuk memberitahukan Tio
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jiang tentang peristiwa aneh ini, agar dia dapat berjaga2!"
Begitulah keduanya tak jadi melanyutkan
perjalanannya ke Hunlam, tapi balik ke Lo-hu-san. Tak
berapa hari lamanya, ketika hampir masuk kekota Kwiciu,
mereka berpapasan dengan Shin Leng-siau dan Shin
Hiat-ji.
Syukur untuk menghindari hal2 yang tak diingini,
selama dalam perjalanan itu The Go memakai kedok
muka, menyaru menjadi pengemis. Sedang Siao-lan
terpisah agak jauh dengan suaminya. Tiada seorangpun
yang mengetahui bahwa sebenarnya mereka itu adalah
sepasang suami isteri yang ber-sama2 melakukan
perjalanan.
Dengan berkaki tongkat. The Go berjalan membuntuti
kedua saudara Shin itu, Hiat-ji berpaling dan ketika
melihat hanya seorang pengemis saja, diapun tak kuatir
lagi dan melanjutkan pasang omong dengan engkohnya.
"Kalini kalau Tio Tay-keng datang dan melakukan
perintahku, wah......, kita bakal mengecap kenikmatan
menjadi pembesar kerajaan!" kata Hiat-ji.
"Mungkin tak semudah itu. Kabarnya Go Sam-kui
hendak membrontak, maka pemerintah pusat telah
memberi instruksi kepada kita, agar penjagaan di Hunlam
diperkuat," sahut engkohnya, Shin Leng-siau.
"Huh, takut apa! Kalau orang itu benar mau
memberontak, dia tentu berserekat dengan orang2 Lohu-
san. Dahulu tempo Tay-keng kembali dari Hun-lam,
lebih dahulu dia perlihatkan padaku surat Go Sam-kui
yang hendak diberikan kepada Siau-beng-siang. Habis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lo-hu-san, kita boleh suruh Tay-keng ke Gun-bing
(markas Go Sam-hui) untuk mengaduk. Ini namanya,
sekali tepuk dua lalat, bukan?"
"Benar," kata Shin Leng-siau, "tapi lebih baik kita
jangan bicara keras2 dijalan besar. Ayuh, kita lekas
pulang. Setengah bulan Tay-keng akan datang, terserah
bagaimana kau mengaturnyalahl"
Kedua kakak beradik itu segera cepatkan langkahnya.
Adalah The Go yang menjadi terperanjat mendengar
pembicaraan itu.
Tong Ko pernah mencela habis2an pemuda Tay-keng
yang tak bermoral itu, kini memang berbukti. Tong Ko
dihina orang2 Lo-hu-san, dipaksa bunuh diri terjun
kedalam jurang curam, dihajar babak belur oleh Siaubeng-
siang, kiranya memang diatur oleh pemuda she
Shin itu.
Dan tadi rupanya Hiat-ji itu hendak memasang siasat
lagi untuk membasmi orang2 Lo-hu-san.
---o0-dwkz_kupay-0o---
"Ah, baik kumampir ke Kwiciu dulu. Setelah
mengetahui tipu muslihat mereka, baru nanti kupergi ke
Lo-hu-san untuk memberitahukan Siau-beng-siang,
bahwa puteranya itu adalah seorang pengchianat," pikir
The Go.
Setelah berunding dengan Siao-lan, mereka masuk ke
Kwiciu dan menginap sampai dua hari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Keesokan harinya, ketika melihat keramaian digereja
Kong Hau Si, dia melihat Shin Hiat-ji tengah kasak kusuk
dengan para hweshio disitu.
Dia duga, Hiat-ji hendak mengatur pertemuannya
dengan Tay-keng didalam gereja situ.
Segera dia berunding dengan Siao-lan tentang
rencana yang hendak dijalankan.
Tapi diluar dugaan, rencana itu mengalami kegagalan.
Dia suruh Siao-lan menyusup kedalam gereja, untuk
menahan Hiat-ji yang pada saat itu tengah menunggu
kedatangan Tay-keng.
Seperti telah diceritakan dalam bagian dimuka,
rencana The Go yalah memperdayakan Tay-keng dan
menyuruh Tio In datang menghadap Hiat-ji.
Kemudian setelah dapat memperdayakan Tay-keng
supaya menunggu dikakus, dia hendak buru2 masuk
kedalam gereja tempat Hiat-ji.
Dihadapan Tio In, dia hendak paksa Hiat-ji untuk
mengakui, bahwa Hiat-ji berhubungan dengan Tay-keng.
Rencana berjalan baik. dapat memancing Tay-keng
ke-kakus, buru2 dia masuk kedalam gereja.
Tapi, ah, ternyata disitu tak tampak seorangpun juga.
Kiranya dengan siasatnya yang cerdik, Hiat-ji telah
berhasil menggagalkan ancaman Siao-lan dan berhasil
membawa Tio In kegedung ti-hu (residen).
Siao-lan mengejar masuk kesarang harimau.
Betapa kagetnya The Go dapat dibayangkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apa boleh buat, dia terpaksa menyusul kegedung tihu.
Tapi pada saat2 ini, Tay-keng telah berjumpa dengan
Hiat-ji dan dengan membawa obat racun hong-sin-san,
lalu pulang ke Lo-hu-san.
Demikianiah rencana The Go telah mengalami
kegagalan total.
Demikianlah disekitar kejadian, mengapa The Go dan
Siao-lan bisa tiba digereja Kong Hau Si dan mengapa The
Go dengan menyaru sebagai Bu-kak-sian dapat
mempedayai Tay-keng serta Siao-lan dapat menyusup
kedalam kamar Hiat-ji tepat dikala Tio In terancam
keselamatannya oleh pemuda itu.
---o0-dwkz_kupay-0o---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 23 : DI TOLONG THE GO
Sekarang marilah kita ikuti usaha The Go masuk
kedalam gedung pembesar Ceng itu.
Tiba dimuka halaman gedung, dia segera naik keatas
titian.
Melihat ada seorang pengemis buntung hendak
masuk, para pengawal pintu terus hendak melabrak, tapi
dengan kesebatan yang luar biasa.
The Go dapat menutuk rubuh kempat penjaga itu.
Bung....., sekali hantam dapatlah The Go membuka
pintu gerbang yang bercat merah itu.
Gegerlah orang2 dalam gedung situ.
Kemana ujung tongkat The Go menutuk, disitulah
tentu ada orang rubuh.
Walaupun kedua kakinya buntung, namun The Go
tetap gagah perkasa, laksana seekor harimau mengamuk
kawanan kambing.
Cepat sekali dia sudah menyerbu masuk keruangan
belakang, tapi Siao-lan tetap tak kelihatan.
Pada lain, kilas, tersadarlah dia. Kalau Siao-lan belum
di-apa2kan tentulah keadaan didalam gedung itu tidak
sedemikian sepinya. Ah, mungkin isterinya itu telah
dibinasakan!
Suatu perasaan pedih dan geram mencengkeram
sanubarinya.
Saking gemasnya, dia hantam berantakan sebuah
pintu angin kaca.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Diluar terdengar sorak-sorai orang2 sama hiruk-pikuk,
tapi tiada yang berani masuk.
The Go makin kalap, hendak dia menerjang keluar
untuk menghajar orang2 itu.
Tapi baru dia hendak bergerak atau tiba2 terdengar
suara menggelegar hebat, daun pintu ruangan belakang
roboh dan tegaklah berdiri diambang pintu situ seorang
tua yang bertubuh kate.
"Hai, siapa yang berani bikin onar disini itu?!" seru
orang kate bernada anak kecil.
Kiranya dia itu bukan lain adalah Liat Hwat cousu,
atau Mo Put-siu, suhu dari Shin Hiat-ji. Setelah berhasil
meyakinkan hwat-hun-kang, ilmu lwekang tertinggi,
segera dia keluar untuk meringkus pengacau itu.
The Go dapatkan bahwa selain Liat Hwat, kini dia
sudah dikepung oleh ratusan orang.
Sebenarnya mengandal otaknya yang cerdas, dapatlah
dia lolos dari kepungan itu.
Tapi karena sang isteri sudah tertangkap, hatinyapun
sudah tawar, tak mau dia hidup seorang diri.
"Dimana Siao-lan dan nona Tio itu?" serunya nyaring2.
Liat Hwat agak bingung, syukur saat itu Hiat-ji
muncul, terus menyahut:
"Perempuan gila yang ngamuk kemari itu, sudah
kutangkap. Nona Tio hendak menikah dengan aku, perlu
apa kau tanya?"
The Go mendapat ketenangan pula demi didengarnya
Siao-lan masih hidup.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau kau menikah dengan puteri raja, aku sih tak
peduli. Tapi yang itu, lain halnya. Lekas keluarkan Siaolan,
baru aku habisi perkara inil" serunya dengan dingin.
Hiat-ji mendongak tertawa keras. "Ho, kiranya kaulah
si Bu-kak-sian itu bukan? Ini namanya ular cari gebuk!"
serunya sembari hendak melangkah....maju, tapi cepat
dicegah Liat Hwat. "Hiat-ji, orang itu berkepandaian
tinggi, biar kucoba hwat-hun-kang-yang habis
kuyakinkan itu!"
Iblis kate itu maju pe-lahan2, tubuhnya ber-goyang2
dalam gerak gerik yang aneh.
Lengan kanan pe-lahan2 diangkat keatas, sepasang
matanya menatap lekat2 kearah The Go. Insyaf bahwa
pertempuran kalini penting sekali artinya.
Kalau kalah, bukan saja dia dan Siao-lan akan binasa,
pun rahasia Tay-keng tetap tak terbongkar se-lama2nya.
Tapi melihat gelagat, sukarlah rasanya untuk menang.
Sesaat lengan Liat Hwat diangkat, sebuah tenaga
dahsyat menindih muka The Go.
Karena kakinya buntung, The Go mengandalkan
tongkat untuk berjalan, sudah tentu gerakannya tak
leluasa. Ditambah pula, ilmu yang dilancarkan Liat Hwat
itu adalah hwat-hun-kang, ilmu simpanan yang menjadi
modal penghabisan baginya. Sebenarnya ilmu sakti itu
diperuntukkan menghadapi ilmupedang termasyhur dari
sepasang suami isteri Tio Jiang dan Yan-chiu. Dia pernah
mendapat kekalahan, dan kini dengan hwat-hun-kang itu
ia hendak menuntut balas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Atas serangan Liat Hwat itu, buru2 The Go mundur
selangkah. Secepat kilat di-gerakan kedua tongkatnya.
Yang kiri dibuat menahan tubuh, sedang yang kanan
digerakkan dalam jurus sam-yang-gay-thay (3 matahari
membuka gunung Thay-san).
Sin-hong, siang-kiok dan thong-ko, 3 buah jalan darah
dibagian dada orang ditutuknya dengan gerak cepat.
Tapi Liat Hwat sudah menutup semua jalan darannya.
Kecuali jarum emas yang khusus untuk menyusup
lubang lwekang atau orang yang lebih tinggi lwekangnya
dari dia, barulah Liat Hwat kena dirubuhkan.
Tapi kedua syarat itu, The Go tak mempunyai.
Tuk...., tuk...., tuk....., benar tepat sekali ujung
tongkat mengenai sasarannya, tapi sebaliknya dari Liat
Hwat rubuh, seketika itu The Go rasakan didorong oleh
suatu tenaga-balik yang kuat, hingga dia hampir
terhuyung...... Krek......, tongkat ditangan kiri yang
dibuat menahan tubuhnya itu patah.
Hilanglah keseimbangan badan dan tubuhnyapun
menurun jatuh.
Dengan tertawa iblis, Liat Hwat maju selangkah,
tangannya ber-gerak2 dengan pelahan. Itulah geraklambat
ilmusilat Thay-kek-kun. Suatu lingkaran tenaga
dahsyat segera mengurung The Go.
Tapi The Go sekarang bukan The Go 20 tahun yang
lalu. Begitu melayang turun, dengan sisa kutungan
tongkat, dia tekankan kelantai dan dengan meminjam
kekuatan tekanan itu, tubuhnya melayang sampai
bebrapa meter tingginya. Dengan gaya yau-cuhoan-sim
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(burung membalik badan), dia berjumpalitan hinggap
diatas tiang penglari.
Bagi seorang buntung, sungguh suatu kepandaian
yang tiada taranya Liat Hwat tetap ketawa walaupun
serangannya terbentur tempat kosong.
Kini dia gerakkan tangannya menghantam keatas.
Jaraknya dengan The Go kiranya ada setombak lebih,
tapi tenaga yang menderu dari hantaman itu, tetap tak
berkurang kedahsyatannya.
Sejak dalam pengasingannya menemukan kitab Tat
Mo co-siang (Ilmu bersemadhi dari guru besar Tat Mo),
walaupun tak seluruhnya dapat menyelami, namun
dengan menurutkan gambar2 orang bersamadhi dalam
kitab itu, lwekang The Go mendapat kemajuan yang
pesat sekali.
Tapi dia heran juga melihat gerak Liat Hwat yang
sedemikian lambatnya itu.
Adakah udang dibalik batu?
Dalam dia meragu itu, tenaga gempuran Liat Hwat
sudah menyerang datang.
Sesaat itu dirasakan dirinya dibakar oleh api panas.
Bagaikan tumpukan kayu bakar yang dihempus oleh
tiupan angin.
Dalam kejutnya, The Go hendak enjot tubuhnya naik
keatas wuwungan yang lebih tinggi lagi, agar dapat
menghindar dari pembakaran itu.
Tapi apa yang terjadi?
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Benar gerakan Liat Hwat tadi lambat tampaknya, tapi
sebenarnya dia tengah melancarkan salah suatu jurus
ilmu hwat-hun-kang (awan api) yang disebut hwat-hunbong
(jaring awan api).
Lihaynya bukan alang kepalang.
Sekali dilancarkan, jaring api itu meliputi empat
penjuru.
Bagaikan sebuah jaring, makin sang ikan berontak,
makin dia terbentur dengan jaring. Demikianlah keadaan
The Go yang hendak menghindar itu.
Segera dia rasakan terbakar dengan api yang marong.
Salah satu keistimewaan hwat-hunbong lagi, sewaktu
dilancarkan mungkin tak menarik perhatian lawan, tapi
begitu orang mengetahui, itu sudah terlambat, sudah
terperangkap.
Demikianlah The Go. Walaupun gerakan Liat Hwat itu
agak aneh, tapi dia tak mengira kalau sedemikian hebat
kesaktiannya.
Sewaktu dia hendak loncat dari tiang penglari keatas
wuwungan, baru setengah meter tingginya dia segera
terperanjat.
Tahu terjebak, buru2 dia hendak turun kembali
ketiang penglari, tapi tak dapat.
Pada saat itu, Liat Hwat mundur dua tindak,
tangannya disentakkan kebelakang, wut, bagaikan
sebuah layang2 putus, tubuh The Go turut terlempar
menurut gerakan tangan Liat Hwat.
Kini barulah The Go tahu lihaynya. Dalam gugupnya
dia cepat kerahkan lwe-kang dan coba meronta naik
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keatas lagi, berbareng tongkat ditangan kanan dijujukan
kebatok kepala lawan.
Kalau lain orang yang dilibat oleh hwat-hun-kang,
tentu tak dapat berkutik lagi.
Tapi peyakinan selama 20 tahun digunung Sip-bantay-
san itu, telah membuat The Go lain dari yang lain.
Liat Hwat terpaksa miringkan tubuh untuk
menghindari ujung tongkat, krak, ujung tongkat
menyusup masuk seperempat meter kedalam lantai dan
membarengi kelonggaran itu, dapatlah tangan kanan The
Go mencapai tiang penglari.
Tapi diapun cukup tahu bahwa nantinya Liat Hwat
tentu akan menyerang lagi, maka dia ambil putusan
untuk menyerang lebih dahulu.
Dengan gerak cian-kin-tui (tindihan 1000 kati), dia
menggelandot turun.
Krek...., bum....., tiang penglari sebesar paha itu patah
seketika dan berguguranlah batu dan tembok
menghujani kebawah.
Sudah tentu tubuh The Gopun turut jatuh kebawah,
tapi kini dia dapat ganti tongkat baru yang berupa
kutungan tiang penglari itu.
Sebelum Liat Hwat sempat merencanakan serangan,
The Go menekan kelantai.
Dengan masih mencekal kutungan penglari, dia
melayang kearah Hiat-ji.
Sebat dan mengagumkan sekali gerakan jago buntung
dari Sip-ban-tay-san itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sesaat Liat Hwat terpesona melihat ketangkasan
orang.
Sedikitpun dia tak mimpi, dalam kekalahan The Go
masih bisa merebut kemenangan lagi.
Begitu tersadar.
Liat Hwat segera akan melancarkan serangan lagi, tapi
saat itu The Go sudah tiba dihadapan Hiat-ji.
Untuk melancarkan hwat-hunbong. lagi, memang
mudah bagi Liat Hwat.
Tapi karena kini lawan merapati Hiat-ji, dia menjadi
ragu2.
Hwat-hun-ong mempunyai lingkaran radius yang luas.
Kalau The Go diserang, Hiat-ji pasti akan kena juga.
Memang kecerdikan The Go itu sudah termasyhur.
Setelah mendapat keterangan bahwa Siao-lan masih
hidup, dia tak mau adu jiwa dengan Liat Hwat, lebih2
setelah diketahuinya bahwa dia bukan tandingan orang
kate itu.
Pikiran untuk lolos, makin kuat.
Taruh kata Siao-lan sudah ter-aniaya, kelak dia masih
ada kesempatan membalaskan hutang darah itu daripada
kalau dia turut terbinasa sekarang.
Baginya, sudahlah untuk merencanakan siasat
meloloskan diri itu.
Begitu dia melayang ketempat Hiat-ji, segera dia
hantamkan tiang penglari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-ji gugup, terus menangkis, tapi tak tahu gerakan
The Go tadi hanya gertakan kosong belaka.
Dia hantamkan penglari kelantai, dengan meninjam
tenaga hantaman itu, tubuhnya melayang ketembok,
bruk......, tembok hancur dan via lubang itu dia melesat
keluar. Tiba diruang sebelah, dia segera loncat kepintu
hendak lolos.
Tapi ternyata pintu itu sukar didorong. Celaka, itu dia
Liat Hwat kedengaran melengking memburu datang.
Dengan berjalan diatas tangan, dia buru2 mundur 3
tindak.
Baru saja dia siap hendak menerjang pintu itu, tiba2
kedengaran ada suara rintihan orang dari kamar sebelah
situ.
Dia melongok dan didapatinya dalam kamar itu
terdapat sebuah ranjang kayu.
Dari ranjang situlah rintihan itu keluarnya. Cian-binlong-
kun The Go yang cerdas tangkas itu, segera
mendapat akal. Disambarnya sebuah kursi, terus
dilemparnya kearah pintu tadi, bum...., kursi yang
disertai lemparan Iwekang itu telah berhasil
menggempur tembus pintu itu. Berbareng itu, sekali
tangan menekan lantai, dia segera menyusup masuk
kedalam kamar terus naik keatas ranjang.
"Hai, kemana larinya bangsat itu?”
”Dia sudah menobros keluar pintu, suhu...., ayuh kita
kejar!" pada lain saat diluar kamar terdengar Hiat-ji
berseru.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak, mungkin dia masih berada dalam ruangan
sini!" sahut Liat Hwat.
"Mana bisa, kalau berada disini, mengapa dia
menggempur pintu?!" bantah Hiat-ji.
Menyusul terdengarlah suara dua sosok tubuh
menobros keluar pintu.
The Go menghela napas longgar.
Tapi dalam pada itu dia heran juga mengapa Hiat-ji
rupanya tak setuju Liat Hwat menggeledah ruangan situ.
Ketika dia berpaling muka, astaga, kiranya disebelah
situ terdapat seorang nona cantik bermata bundar, rebah
dengan tangan terikat dan mulut tersembat.
Ho, inilah sebabnya mengapa Hiat-ji berbuat begitu
tadi.
Kiranya dia mempunyai simpanan dalam kamar itu.
Takut rupanya pemuda itu kalau diketahui suhunya.
Diam2 The Go berterima kasih kepada nona itu.
"Nona, siapa ........", The Go menarik sumbat mulut
nona itu, tapi sebelum dia lanyutkan kata2nya 'namamu',
dia terkesiap kaget.
Benar, wajah nona itu mirip sekali dengan seseorang
yang dikenalnya.
Sebaliknya, setelah dapat bergerak, nona itu cepat
benturkan kepalanya kepada The Go sembari memaki:
"Bangsat, tak usah merayu lidah, nonamu tak jeri
padamu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Go menghindar sembari menangkap tangan
sinona, ujarnya: "Set, jangan ribut, kalau ketahuan
orang, aku yang dibunuh dulu. Apakah nona ini bukan
puterinya Hui-lay-hong Liau Yan-chiu yang bernama Tio
In?"
"Huh, apa kau masih pura2 tak tahu?" jengek sinona
yg bukan lain memang Tio In adanya. Dia ditawan disitu
oleh Hiat-ji. Melihat kedatangan The Go, dikiranya kalau
orang suruhan si Hiat-ji untuk membujuknya. Sudah
tentu ia marah2 dan mengumpat caci.
"Ai, harap jangan bicara keras2!" kata The Go sembari
membuka tali ikatan tangan Tio In. “Aku bernama The
Go, sudah kenal dengan ayah bundamu. Kita harus
lekas2 cari jalan lolos dari sini dulu!"
Teringat Tio In bahwa ayah bundanya pernah
menceritakan tentang diri Cian-bin-long-kun The Go itu
kepadanya. Setelah kakinya kutung, dia (The Go)
menyesal dan bertobat lalu mengasingkan diri entah
kemana.
Waktu menuturkan riwayatnya itu, ayahnya terkenang
dan menaruh rasa symphati.
Tapi tidak demikian dengan mahnya (Yan-chiu), yang
tetap menuduh The Go itu sebagai orang yang culas
jahat.
Mungkin penyesalannya itu hanya pura2 saja.
Maka mamahnya itu memesan Tio In, apabila
berjumpa dengan orang itu hendaknya berlaku hati2
jangan mudah percaya omongannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lazimnya, anak perempuan itu lebih dekat dengan
sang ibu.
Nasehat Yan-chiu itu termakan dalam hatinya.
Mendengar dengan siapa ia berhadapan sekarang,
timbullah purbasangkanya yang jelek.
"Mengapa kita harus ber-sama2 lari, bukantah lebih
baik cari jalan sendiri2 saja?" sahutnya dengan tertawa
dingin.
Menyingkap kelambu, ia terus hendak turun dari
ranjang.
The Go yang cerdik segera dapat menerka hati nona
itu.
Tentulah ajaran ayah bundanya yang menyebabkan
nona itu berlaku sedemikian tawar kepadanya.
Tapi biar bagaimana, kalau Tio In sampai keluar
sendirian, terang tentu berbahaya.
"Nona Tio, jangan!" cepat dia mencekal tangan Tio In,
setelah ambil putusan untuk menolongnya. Tapi baru ia
mengucap begitu, disebelah luar sana kedengaran suara
Liat Hwat melenglking: ”Aneh, sekalipun dia bisa
terbang, juga tak nanti dapat menghilang sedemikian
cepatnya!"
Sebaliknya kedengaran Hiat-ji tertawa, serunya:
"Wanita itu masih disini masakan dia tega tak kembali
lagi!"
"Apa kau tahu, pernah apa dia dengan perempuan itu,
mengapa kau yakin dia tentu kembali kesini lagi?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-ji terkesiap mendengar nada suara suhunya yang
gusar itu.
Buru2 dia memberi keterangan: "Entahlah, tapi
bersama perempuan itu jugalah dia mempedayakan Taykeng
tempo hari, jadi tentu mempunyai tali hubungan
yang rapat. Tapi rasanya tak mengapalah dia bisa lolos,
karena Tay-keng sudah menuju ke Lo-hu-san untuk
menjalankan rencanaku!"
Hanya kedengaran hidung Liat Hwat mendengus
sekali, lalu kedua orang itu tinggalkan ruangan situ.
Mereka berjalan lewat disamping ranjang situ, namun
sedikitpun tak bercuriga kalau The Go mungkin
bersembunyi disitu.
"Ai, mengapa engkohku bisa kenal dengan orang2 itu?
Apa mungkin ada orang yang bersamaan namanya?" Tio
In berkata seorang diri.
The Go ambil putusan tetap.
Lebih dahulu dia hendak membeber kelakuan khianat
dari Tay-keng kepada Tio In.
Kemudian dia akan berusaha keras untuk meloloskan
nona itu dari situ, agar sepulangnya ke Lo-hu-san
dapatlah ia memberi laporan pada Siau-beng-siang Tio
Jiang.
Andai kata dia (The Go) terpaksa harus mengadu jiwa
disarang harimau situ, relalah sudah dia untuk binasa.
Tugasnya untuk menyelamatkan orang2 gagah Lo-husan
sudah terpenuhi.
"Bukan lain orang, tapi memang engkohmu Tio Taykeng
itu sendiri!" sahutnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tio In terkesiap. Teringat ia akan kejadian tempo
terjebak diruang gereja Kong Hau Si itu. la sudah
menduga, bahwa Hiat-ji tentu akan membunuhnya, tapi
ternyata tidak.
Jadi teranglah, kalau Hiat-ji hendak menggunakan
siasat 'pinjam mulutnya' untuk mencelakai engkohnya.
Memang masih penuhlah kepercayaan Tio In terhadap
engkohnya itu.
Terhadap The Go sememangnya ia sudah mempunyai
purbasangka jelek, maka demi mendengar kata2 The Go
itu, makin teguhlah dugaannya kalau Cian-bin-long-kun
itu sekaum dengan kawanan kaki tangan pemerintah
Ceng itu (rombongan Hiat-ji dkk).
"Terima kasih atas peringatanmu itu!" sahutnya
dengan nada sinis.
"Kalau nanti nona sudah lolos dari sini, saya minta
dengan sangat apa yang kau saksikan dan dengar disini
itu semua, kau ceritakan pada ayahmu!"
The Go yang mengira Tio In sudah insyaf, buru2
menyusuli kata2nya.
Tapi sebaliknya, kecurigaan Tio In kalau The Go itu
menjadi kaki tangan Hiat-ji, makin teguh.
Pertama, ia tak percaya kalau enkohnya sampai
berbuat sedemikian hina menjadi kaki tangan musuh.
Dan kedua kalinya, ia percaya dirinya pintar dewek,
menetapkan kalau kesemuanya Itu adalah siasat pinjammulut
dari Hiat-ji.
Dugaan ini makin diperbuat dengan kenyataan,
mengapa begitu bernapsu tampak-nya The Go minta
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepadanya supaya menceritakan pengkhianatan Taykeng
itu kepada ayahnya.
Sudah tentu ia tak menghiraukan permintaan The Go
itu.
Setelah dilihatnya tiada seorangpun lagi, cepat2 Tio In
turun dari ranjang.
The Go cemas, seorang diri Tio In tentu celaka.
Maka diapun lalu turun, menyempal dua buah kaki
kursi, lalu berjalan mengikuti Tio In.
Tapi baru berjalan tak berapa jauh, tampak penjagaan
digedung situ diperkeras.
Memang setelah The Go lolos, Liat Hwat perintahkan
agar penjagaan diperkuat.
Buru2 Tio In dan The Go menyelinap bersembunyi
diujung tembok.
Tapi dia segera merasa bahwa cara main bersembunyi
begitu, tidak tepat.
"Nona Tio, biar kupancing perhatian mereka, dan kau
supaya lekas2 lolos. Jangan lama2 tinggal disini,
berbahaya sekalil" bisik The Go.
"Terima kasih atas kebaikanmu itu. Sekalipun Liat
Hwat yang berada disini, diapun serupa juga tentu akan
membiarkan aku lolos, karena dia memerlukan
tenagaku!"
The Go terbeliak, mengapa nona itu berkata begitu.
Sebaliknya Tio In tertawa lagi, nadanya penuh dengan
rasa mengejek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau 20 tahun yang lampau The Go mendengar
ketawa ejekan itu, mungkin dia tak kaget.
Dengan sepak terjang kejahatannya tempo dulu itu,
ber-ulang2 dia menerima ejekan semacam itu. Tapi tidak
demikian dengan dia sekarang. Dia bertobat, dia
berusaha keras untuk menebus kesalahannya, tapi tetap
mendapat ejekan begitu macam. Kepedihan hatinya,
sukar dilukis.
Ah, kiranya betapapun kuberusaha untuk menebus
dosa, tetap orang tak mau mengampuni. Nona kecil
macam Tio In bisa berlaku demikian, apalagi lain2 orang.
The Go tertegun, terbit pertentangan dalam batinnya.
Mana Tio In mengetahui isi hati The Go saat itu.
Mengira kalau 'serangannya' tadi telah berhasil
menelanjangi isi hati orang, ia makin gembira.
Pikirnya, lain orang dapat dipedayai Ciam-bin-longkun,
tapi tidak ia.
Dengan langkah lebar, ia berjalan keluar.
Kebetulan penjaga yang bertugas disitu adalah
seorang yang kakinya pendek.
Melihat Tio In hanya seorang nona kecil, Maka
dibiarkan saja ia keluar dari gedung tihu situ.
Tiba dijalan besar, Tio In masih geli, menertawakan
'siasat tolol' dari kawanan Hiat-ji itu.
Segera ia menuju lagi kegereja Kong Hau Si.
Setelah disana tak menjumpai Tay-keng, ia duga
engkohnya itu tentu sudah pulang melapor pada
ayahnya. Agar jangan membikin gelisah hati orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tuanya. Tio In pinjam seekor kuda dari seorang kenalan
ayahnya di Kwiciu situ, terus mencongklang ke Lo-husan.
---o0-dwkz_kupay-0o---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 24 : HONG-SIN-SAN . . . . . .
OBAT ANJING GILA
Dua hari kemudian ketika tiba dikaki gunung, dari
kejauhan sana tampak Tay-keng sedang melepaskan
lelah duduk dibawah sebatang puhun. la merasa girang
mendapatkan engkohnya itu belum naik keatas gunung.
"Engkoh....., engkoh......!" serunya dengan gembira.
Sebaliknya jantung Tay-keng berdebar keras demi
mendengar suara adiknya itu.
Buru2 dia hendak mengumpat dibelakang puhun, "tapi
saat itu Tio In sudah tiba dan loncat turun dari kudanya,
"Kau tentunya gelisah karena tak dapat mencari aku di
Kong Hau Si bukan?" tegur Tio In dengan tertawa.
Tay-keng pucat wajahnya, baru dia hendak menyahut,
Tio In sudah tertawa berkata lagi: "Aku kan sudah lolos
dari bahaya, mengapa kau masih gelisah begitu macam?"
Tay-keng coba melipur getar hatinya dengan
senyuman getir, tanyanya: "In-moay, kau kemana saja
itu waktu?"
,”Kalau kuceritakan lucu rasanya," sahut adiknya,
"ketika terhimpit dalam lautan manusia itu waktu, tiba2
tanganku tersisip segulung kertas. Setelah kau pergi, lalu
kubuka gulungan kertas itu dan isinya ternyata ada orang
yang mengundangmu datang keruangan perpustakaan
gereja itu!"
"Kau kau pergi tidak?" tanya Tay-keng dengan nada
gemetar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
”Sudah tentu pergi. Aku hendak mengetahui siapa
orangnya yang mengundangmu itu, kiranya si jagoan
istana Shin Hiat-ji!" sahut Tio In masih tetap tertawa.
Kalau adiknya tertawa, adalah Tay-keng serasa
terbaring semangatnya.
Pikirnya Tio In tentu sudah mengetahui rahasia itu,
untuk menjaga bahaya lebih baik dia bunuh adiknya itu.
Tangannya meraba tangkai pedang dan kakinya
mundur selangkah untuk bersiap.
Masih Tio In tak mengetahui gerak gerik Tay-keng
yang luar dari biasanya itu.
Dan setitikpun tak terlintas dalam hatinya, bahwa Taykeng
engkoh kandungnya sendiri, mengandung maksud
sedemikian kejam terhadap dirinya.
Karena masih mengira engkoh geram mendengar
nama Hiat-ji itu, Tio In tertawa lepas berseru: "Kau
tentunya merasa aneh bukan? Memang bermula aku
sendiri pun merasa aneh, masakan kau mengelabuhi
ayah dan bergaul dengan orang macam itu?"
Tangan Tay-keng bergerak, sring......., pedang
dilolosnya sampai separoh bagian.
Keringatnya bercucuran membasahi tubuh,
"Ngaco!" dia menjerit keras.
Tio In terkesiap. Diam2 ia puji engkohnya itu seorang
pemuda perwira, sehingga marah namanya dinodai itu.
"Dengerkan dulu kulanjutkan ceritaku. Begitu
berhadapan muka dengan aku. Hiat-ji lantas
menanyakan dirimu, lucu bukan? Kalau dia hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengundangmu, masakan suratnya diterimakan
padaku!"
Mendengar kata2 adiknya itu, hati Tay-keng tenang
kembali.
Dia melihat ada setitik sinar terang.
"Lalu kau bagaimana?" tanyanya buru2.
"Kuhajar dia, tapi dia lebih lihay. Aku ditawan
digedung ti-hu Kwiciu sana, diikat pada sebuah ranjang.
Tiba2 muncul seorang lelaki buntung kedua kakinya yang
mengatakan dirinya ada lah si Cian-bin-long-kun The Go"
”Seorang lelaki buntung?" tukas Tay-keng dengan
kagetnya.
Tapi rupanya Tio In tak menghiraukan pertanyaan.
engkohnya itu dan hanya melanyuntukan ceritanya lagi:
"Dia memberitahukan padaku kalau kau bersekongkol
dengan kaki tangan Ceng, lalu suruh aku pulang ke Lohu-
san dan melaporkan pada ayah!"
Merah putih wajah Tay-keng saat itu.
Butir2 peluh sebesar kedele, bercucuran jatuh dari
dahinya.
Dengan suara gemetar dia berseru: "Ho........bagus
ya!"
Tangannya siap mencabut pedang yang sudah
setengah keluar tadi.
Begitu Tio In lengah, dia hendak menusuknya dengan
tiba2.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Urusan sudah mencapai tingkat sedemikian
gentingnya, rasanya lebih baik dia habisi jiwa adiknya
disitu, daripada dia nanti dibunuh ayahnya.
Tapi sesaat itu kedengaran hidung Tio In mendengus:
"Hem......, mereka ngimpi hendak jalankan siasat pinjammulutku,
lucu benar!"
"Siasat pinjam-mulut?" serentak Tay-keng menegas
dengan kaget.
”Hem...., kau lebih tua beberapa tahun dari aku,
mengapa urusan begitu sederhana saja, kau tak dapat
mengetahui”, sahut Tio In dengan ke-bangga2an,
”kawanan budak Ceng berikut dengan The Go nya itu
hendak main sandiwara agar aku mau percaya bah wa
kau ini turut dalam gerombolan mereka. Kalau
kulaporkan ayah, dia tentu akan membunuhmu, dan jika
mamah mencegahnya, pasti akan timbal keretakan
hebat. Dan jika ayah bunda kita itu bertengkar,
organisasi Lo-hu-sanpun tentu akan berantakan. Tapi
mana aku kena dikelabuhi dengan "akal bulus itu?"
Setiap patah yang diucapkan adiknya itu didengarinya
dgn penuh perhatian.
Setelah Tio In mengakhiri kata2nya, serasa longgarlah
rongga dada Tay-keng dari perasaan tertindih batu berat.
Sudah tentu Tio In tak mengetahui, bahwa tadi setiap
saat jiwanya bisa melayang!
Dan sememangnya, andaikata Tay-keng itu berhati
ganas, tadi2 tentu dia sudah turun taagan. Soalnya, dia
berhati khianat tapi bernyali kecil. Sekalipun demikian,
tadi dia Sudah mandi keringat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Diam2 dia masih curiga dan kuatir.
Tio In ajak engkohnya lekas2 naik keatas, tapi segera
dia minta agar adiknya itu jangan mengatakan suatu apa
kepada ayahnya.
"Takut apa” bantah Tio In seraya tarik tangan
engkohnya diajak naik.
Tiba diruang Gi-su-thia (tempat permusyawaratan)
dilihatnya orang banyak sama berkumpul diluar thia.
Menyusup masuk, Tay-keng dan Tio In tampak
ayahnya duduk ditengah ruangan, mamahnya berdiri
disampingnya sedang Kiau To berdiri dihadapan mereka
dongakkan kepalanya tak mengucap apa2.
Wajah sekalian orang itu keren2 tampaknya.
Tio In menduga tentu terjadi sesuatu hal yang
genting, maka iapun tak berani membuka mulut.
Lewat beberapa saat kemudian, barulah kedengaran
Siau-beng-siang Tio Jiang mengeluarkan kata2: "Baik
dalam hal umur mau pun tingkatan, sebenarnya tak
pantaslah kalau ku duduk sebagai pemimpin Lo-hu-san.
Tapi oleh karena saudara2 sekalian mendesak, maka
akupun terpaksa menjabatnya. Apapun lembaran
sejarah-hidup Peng-se-ong itu, tapi karena dia hendak
bersatu haluan dengan kita, kita harus
mempertimbangkan dengan baik. Siapa dan bagaimana
tingkah laku utusan yang dikirimkan kemari itu, kita
harus pandai menguasai diri untuk menyambutnya
dengan baik2".
Muda usia Siau-beng-siang Tio Jiang itu, namun
sebagai pemimpin dia cukup mempunyai kewibawaan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orangnya jujur, tegas dan berani. Sedikit bicara, tapi
setiap kali dia merigutarakan apa2, tentu diturut. Tapi
kali ini agak berlainan. Sehabis dia berkata, tiada
seorangpun yang menyatakan apa2, keadaan hening2
saja.
Satu2-nya suara yang terdengar yalah mulut Kiau To
mendenguskan tertawa sinis.
Tio Jiang terkesiap sejenak lalu berkata: "Kiau jiko,
sebaiknya kau dan aku pergi ketempat Peng-se-ong di
Gun-bing sana untuk menghaturkan maaf kepada Co
Kong-liok. Bagaimana sikap mereka nanti, barulah kita
tetapkan haluan lagi!"
Tegas dan positip ucapan Tio Jiang itu, tapi Kiau To
pun seorang jago yang berangasan. Jangan kata Co
Kong-liok, sedang Go Sam-kui sendiripun dia tak
pandang mata.
"Aku tak sudi kesana!" serunya keras.
Bahkan saat itu disana sini terdengar sambutan
hangat menunjang pernyataan siberangasan itu, "orang
macam apa dia itu maka kita kaum persilatan harus
menghaturkan maaf!" kata seorang.
Dan lain orang lalu menyambungi pula: "Kalau tahu
begini, lebih baik tempo hari mampusi saja bangsat itu!"
Sana sini terdengar orang mencaci maki si Co Kongliok
itu.
Sebenarnya Tio Jiang baru saja datang dari bepergian.
Kiau To menceritakan apa yang terjadi dengan utusan
Go Sam-kui itu.
Dia gembira kalau Tio Jiang tentu akan tertawa geli.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi ternyata dia kecele.
Siau-beng-siang Tio Jiang bukan Tio Jiang pada tahun
berselang.
Dia kini seorang pemimpin perserekatan orang gagah,
yang bertanggung jawab.
Orang2 gagah dari kedua propinsi Kwitang dan
Kwisay, sama bernaung dibawah panji Lo-hu-san.
Ceng Bo siangjin telah berlayar keluar negeri untuk
mencari bantuan, tapi hingga belasan tahun lamanya dia
tak ada kabar beritanya.
Sejak itu Siau-beng-siang Tio Jianglah yang memikul
tugas berat memimpin organisasi menentang penjajah
Ceng yang sudah berakar pengaruhnya.
Tugas berat inilah yang menjadikan Tio Jiang seorang
yang masak, tak mudah terpengaruh oleh sesuatu nafsu
sentimen.
Berkat pimpinan Siau-beng-siang dapatlah dibentuk
suatu koordinasi yang rapi antara organisasi2 dibawah
tanah dari kedua propinsi itu.
Pemerintah Ceng mempunyai jaringan mata2 yang
luas, maka gerak-gerik Lo-hu-san itu tak lepas dari
pengintaiannya.
Sudah tentu merekapun cemas melihat pertumbuhan
yang menguatir kan itu.
Mereka segera bertindak. Lebih dahulu dikirimkan
bebrapa taylwe ko-chiu (jagoan istana) untuk
menyelundup dan mengobrak-abrik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rencana Go Sam-kui untuk berpaling haluan, cepat
disambut dengan langkah tepat oleh Siau-beng-siang.
Dikirimnya bebrapa orang antara lain Tay-keng
kemarkas Go Sam-kui di Gun-bing, untuk mengadakan
kontak.
Sebab Tio Jiang sadar sesadar2nia, bahwa apabila Go
Sam-kui sampai memberontak dan mau diajak
berserekat, itulah suatu potensi kekuatan yang tak
ternilai besarnya bagi perjoangan menentang penjajah.
Maka terhadap urusan yang mengenai fihak Go Samkui,
dia bersikap hati2 sekali.
Untuk merealisir perserekatan itu, Tio Jiang rela
kesampingkan soal2 remeh, misalnya yang mengenai
gengsi, sentimen dan lain lain.
Segera dia menegur perbuatan Kiau To terhadap
utusan Go Sam-kui itu.
Kiau To yang berangasan, tak mau mengerti.
Dengan suara keras, dia membantah hingga terbitlah
perbantahan sengit dengan Siau-beng-siang.
Mendengar suara ramai2 itu, sekalian orang sama
menjenguk datang ke Gi-su-thia.
Demikianlah asal mula suasana tegang yang terdapat
diruang permusyawarahan itu.
Tio Jiang ceritakan urusan itu kepada sekalian orang,
tapi ternyata reaksi malah runyam. Bukan melainkan Kiau
To yang tak mau disalahkan, pun sekalian orang malah
turut menunjang sikap Kiam To.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kehendak Tio Jiang untuk minta maaf pada Co Kongliok,
mendapat tentangan hebat. Mereka benar2 gusar
atas sikap yang dibawa oleh utusan Go Sam-kui tempo
hari itu.
Sepasang mata Siau-beng-siang ber-kilat2 menyapu
kearah sekalian orang gagah.
Hanya dengan sikapnya yang penuh perbawa itulah
maka orang2 yang marah2 tadi, dapat dibikin bungkam,
"Baik, kini hanya ada dua jalan. Pertama, aku berhenti
dari pucuk pimpinan, silahkan saudara2 memilih ketua
baru lagi. Kedua, Kiau jiko harus ikut aku ke Gun-bing.
Kita telah berlaku kurang hormat, masakan mereka mau
datang kemari lagi?" akhirnya Tio Jiang mengeluarkan
pernyataan. Nadanya keras, menyatakan kemarahan.
Sebaliknya siberangasan Kiau To sudah tak mengerti
isi hati Siau-beng-siang.
Dia salah kira, Tio Jiang bernyali kecil, maka dengan
tertawa dingin menyahutlah dia: "Untung hanya fihak Go
Sam-kui, kalau fihak kaisar Ceng yang mengirim utusan,
aduh mak, mungkin aku diharuskan mengganti kepalaku
ini, huh!"
Sehabis menumpahkan kemengkalannya itu, Kiau To
lalu tinggalkan ruangan situ.
Suasana makin meruncing. Sekalipun orang tak berani
membuka mulut.
Sesaat itu suasana ruang Gi-su-thia menjadi lelap.
Brak......, se-konyong2 Tio Jiang menghantam meja
didekatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tanpa disadari, dia telah gunakan tenaga besar,
sehingga muka meja itu menjadi amblong, pecahannya
berhamburan kelantai.
"Kembali!" teriaknya dengan suara mengguntur.
Kiau To terperanjat. Cepat dia memutar tubuh seraya
berseru dengan tawar: "Bagaimana?"
"Tak usah Kiau jiko pergi, biarlah aku saja yang pergi!"
kata Siau-beng-siang, lalu melirik kepada isterinya dia
berseru: "Yan-chiu, sekalian saudara sudah tak
menggubris perintahku, biar kupergi dari sini!"
Kalau Siau-beng-siang pergi, Lo-hu-san tentu kacau.
Dan ini diinsyafi juga oleh Ki Ce-tiong yang segera
tampil kedepan serunya: "Jiang koji, jangan terburu
nafsu dulu. Kiau loji, apa ucapan kita sewaktu memilih
Jiang koji menjadi ketua? Itu waktu diapun sebenarnya
menolak karena usianya masih muda, dikuatirkan nanti
orang2 tak mau tunduk perintah. Dan bukankah kau
sendiri yang kala itu memberi pernyataan tegas, siapa2
yang tiada taat akan kau hajar dengan pian? Kini
mengapa kau sendiri yang menyalahi janji itu?"
Kiau To dibikin bungkam oleh teguran Ki Ce-tiong itu.
"Mendaki gunung golok, menyilam kelautan api, aku
orang Kiau ini, tak nanti mundur. Tapi kalau suruh aku
minta maaf pada bangsat Co itu, aku sungguh tak dapat
menjalani. Kalau dikatakan aku melanggar janji, aku
sedia menerima hukuman!" akhirnya dia berseru dengan
geram.
Tio Tay-keng dan Tio In yang baru jelas akan duduk
perkaranya itu, tak menduga kalau urusan menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sedemikian pentingnya. Tapi si Tay-keng itu diam2
malam bersorak dalam hati. Pucuk dicintai alam tiba
(artinya: mendapat sesuatu lebih dari yang di-harapkan).
Biasanya Tio Jiang selalu diturut segala perintahnya.
Kalau kali ini sekalian orang sudah berani
membangkang, itulah saat yang sebaik-baiknya untuk
menjalankan rencananya.
Obat bius pemberian Hiat-ji itu, katanya akan dapat
membikin orang tak ingat diri sampai bebrapa hari.
Setelah ayahnya dibikin tak ingat, dia lalu bubarkan
perserekatan orang gagah itu.
Untuk mengumpulkan lagi orang2 gagah dari kedua
propinsi itu, bukanlah suatu pekerjaan mudah. Dan kelak
apabila ayahnya sudah tersadar, taruh kata tahu bahwa
dialah (Tay-keng), yang melakukan perbuatan itu, namun
saat itu dia (Tay-keng) akan jauh berada dikota raja.
Dia akan ganti nama, menikmati penghidupan sebagai
pembesar kerajaan Ceng.
Memikir sampai disini, tangannya merabah kekantong
baju.
Didapatinya obat hong-sin-san itu masih ada.
Diam2 dia lalu melangkah keluar menyusul Kiau To.
"Paman Kiau, entah begaimana ayah ketakutan
setengah mati terhadap Go Sam-kui.
”Peribadi semacam paman ini, masakan sudi disuruh
minta maaf pada bangsat macam orang she Co itu!"
bisiknya membakar hati Kiau To.
Kiau To mengangguk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Diam2 dia puji ketegasan anak muda itu.
Hubungan Ki Ce-tiong dengan Kiau To sudah
sedemikian akrabnya.
Berpuluh tahun keduanya bahu membahu memegang
pucuk pimpinan gerakan Thian Te Hui dahulu.
"Kiau loji, Jiang kojipun tak mau menghukummu," kata
bekas pemimpin Thian Te Hui kepada Kiau To.
Kemudian kepada Tio Jiang, dia memberi pernyataan:
"Karena loji tak mau, biarlah aku saja yang ikut padamu
kesana!"
Bagaimana perasaan Tio Jiang ketika menghadapan
tantangan tadi, sukar dilukiskan. Satu2nya orang yang
mengetahui isi hatinya hanyalah Yan-chiu. Pernyataan Ki
Ce-tiong tadi suatu bantuan moreel yang se-besar2nya
Serentak itu Yan-chiupun menyatakan kesediaannya
untuk ikut sang suami.
Namun Kiau To tetap penasaran.
"Puncak Giok-li-nia gunung Lo-hu-san sini adalah
tempat berkumpulnya kaum pencinta negeri dari kedua
propinsi Kwi, bukan tempat permusyawaratan untuk
mengambil hati Go Sam-kui, bah!" bekas wakil pemimpin
Thian Te Hui itu mengejek.
Betapapun toleransi seorang pemimpin bijaksana
macam Tio Jiang, namun diejek begitu, benar2 dia tak
dapat menguasai dirinya lagi.
Wajahnya menampil kemarahan hebat. Hui-lay-hong
Yan-chiu yang mengetahui perobahan muka suaminya
itu, karena kuatir akan terjadi perkelahian, buru2
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencegahnya: "Jiang-ko, rasanya urusan sudah sampai
disini saja, tak usah mengumbar hawa kemarahan!"
Tio Jiang menjadi tenang lagi, lalu bersama isterinya
tinggalkan ruang Gi-su-thia situ. Tio In menyusul dan
memanggil mamahnya. Tio Jiang berpaling. Melihat sikap
ayahnya itu, Tio In ketakutan setengah mati, tak berani
bercuwit lagi.
"Jiang-ko, jangan gitulah, In-ji sampai ketakutan
setengah mati!" Yan-chiu menggerutu.
Setelah mendapat hati mamahnya itu, barulah Tio In
berani melanjuntukan kata2nya: "Mah, waktu pergi ke
Kwiciu ini, aku berjumpa dengan Cian-bin-long-kun The
Go!"
Kali ini Siau-beng-siang terkesiap kaget.
Ya, kalau The Go yang cerdik itu berada disitu,
pastilah dia (Tio Jiang) tertolong dari kesulitan. Buru2 dia
menanyai anaknya dimana telah berjumpa dengan The
Go.
Sebaliknya Yan-chiu menjadi kurang senang dan
menyeletuk: "Perlu apa dengan orang macam itu?"
"Benar, mah, aku berjumpa dia didalam gedung ti-hu
Kwiciu. Mereka hendak gunakan siasat pinjam mulutku
supaya mengatakan pada ayah kalau engkoh Tay-keng
itu bersekongkol dengan orang2 Ceng!"
"Tu dia, untuk mengharap orang macam dia kembali
kejalan benar, adalah seperti orang mengharap halilintar
berbunyi ditengah hari!" Yan-chiu memberi bumbu lebih
pedas.
Darah Tio Jiang tersirap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hatinya makin uring2an.
Bersama Yan-chiu, dia lalu balik kekamarnya untuk
ber-kemas2.
Besok pagi mereka hendak berangkat ke Gun-bing.
Seperginya Tio Diiang dari ruang Gi-su-thia disana
orang2 masih ramai kasak kusuk.
Mereka tetap menyesali sikap Tio Jiang yang tak
seharusnya meminta maaf ke Gun-bing itu.
Ki Ce-tiong berusaha untuk menenangkan mereka,
tapi rupanya mereka tetap tak puas.
Melihat itu, Tay-keng makin girang. Kesana sini dia
menambahi minyak (membakar), hingga orang2 itu
makin panas. Seorang anak saja bisa mencelah
perbuatan ayahnya, jadi terang kalau tindakan Tio Jiang
itu keliwat merendahnya, demikian kesan buruk terhadap
diri Siau-beng siang makin menggores tajam dalam hati
orang2 itu.
Ki Ce-tiong menasehati Kiau To, supaya nanti malam
apabila sekalian orang sudah sama reda kemarahannya,
baiklah dia minta maaf pada Tio Jiang agar ganjelan
pada hari itu dapat dibikin habis.
"Suruh aku mengangguk 3 kali kepadanya, aku sih tak
keberatan!" ujar siberangasan itu.
Tahu walaupun Kiau To itu beradat berangsan namun
berhati diujur, legahlah hati Ki Ce-tiong.
Saat itu karena tiada pekerdiaan, Tio In keluar berjalan2
dipuncak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tahu2 sang kaki membawanya ketempat Tong Ko
dipaksa loncat kebawah lembah tempo hari.
la tahu kalau pemuda itu belum binasa, tapi
kemanakah perginya?
Entah bagaimana hatinya terasa pilu.
Terkenang ia akan peristiwa iang lampau, dimana
Tong Ko dengan membawa 3 kaki tangan Ceng telah
membinasakan adiknya dan membakar perumahan
rakyat di Lo-hu-san.
Ah......, mengapa pemuda yang menjadi tambatan
hatinya itu, menghambakan diri kepada musuh?
Dengan kenangan yang penuh tanda tanya itu, ia termangu2
sampai bebrapa saat.
Tak antara lama kemudian, haripun masih gelap. Taykeng
merasa girang setelah dapat membakar hati orang2
gagah itu.
Kini dia ambil ketetapan untuk menjalankan
rencananya. Kalau malam nanti, dia minumkan obat itu,
besok pagi ayahnya tentu tak jadi berangkat ke Gunbing.
Dia menuju kedapur untuk mengambil dua gelas teh
wangi, lalu menuju kekamar Tio Jiang. Dilihatnya sang
ayah masih bermuram durja dalam kamarnya,
Melihat puteranya datang membawa teh, hati Tio
Jiang merasa terhibur, tegurnya:
"Ho, kau sudah pulang? In-ji mengatakan, kamu
berdua telah dipermainkan orang di Kwiciu. Besok aku
hendak berangkat ke Gun-bing, bagaimana hasilnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
entahlah. Sebaiknya kalian berdua diangan turun gunung
lagi dulu!"
Ketika menuang teh kedalam gelas tadi, Tay-keng
telah memasuk kan obat racun hong-sin-san.
Sebenarnya diapun tak mengetahui bahwa obat
pemberian Hiat-ji itu, ganas sekali kerjanya.
Tapi demi berhadapan dengan ayah kandungnia yang
hendak dia "kerjai" itu, tak urung hatinya bercekat juga.
Maka diapun tak berani mendongak mengawasi sang
ayah, melainkan hanya mengiakan saja.
"Kudengar fihak Ceng hendak mengadu domba
hubungan kita berdua ayah dan anak maka kuharap
diluaran kau harus berkelakuan yang baik. Oh, ya, coba
terangkanlah, mengapa sekembalinya deri Gun-bing
tempo hari, kau mengatakan padaku bahwa Go Sam-kui
tak mempunyai rencana untuk memberontak?"
Tay-keng seperti disambar petir kagetnya.
Memang kepergiannya ke Hun-lam tempo hari itu, dia
tak berhasil menjumpai Go Sam-kui, melainkan
menerima surat dari pembesar itu.
Tapi surat itu dia berikan pada Hiat-ji, siapa lalu
unjukkan surat itu kepada kerajaan. bukti itu, fihak
kerajaan Ceng gusar sekali, tapi oleh karena Go Sam-kui
mempunyai tentara kuat, jadi untuk sementara belum
diambil tindakan.
Satu2nya langkah, yaIah mengirim rombongan jagoan
lihay untuk memperkuat penjagaan di Hun-lam Sejak dua
bulan ini, daerah Hun-lam menjadi pusat berkumpulnya
mata2 pemerintah Ceng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kepada ayahnya, Tay-keng mengatakan tiada tanda2
bahwa Go Sam-kui itu hendak berpaling haluan.
Waktu itu, Tio Jiang percaya juga akan keterangan
puteranya itu.
Tapi setelah mendanat keterangan Kiau To bahwa Go
Sam-kui mengirim utusan ke Lo-hu-san, tapi oleh karena
Co Kong-liok itu teramat gila hormat, maka lalu
dihajarnya tumpang siur.
Dengan adanya kejadian itu, Tio Jiang menduga tentu
ada sesuatu sang terselip dalam urusan itu. Maka demi
berhadapan dengan Tay-keng dia segera
menanyakannya lagi.
Sebagai orang yang bersalah, sudah tentu Tay-keng
menjadi ketakutan.
Saking getarnya, gelas yang berada dalam tangannya
itu gemetar goyang, bebrapa tetes airnya tertumpah
keluar.
"Mung.........kin aku belum menyelidiki jelas..............
akupun........tak tahu apa sebabnya!" sahutnya dengan
ter-putus2.
Yan-chiu, ibu yang memanjakan anak itu, mengira
kalau Tay-keng ketakutan akan sikap Tio Jiang yang
masih belum reda kemarahannya itu, maka buru2 ia
menyela: "Jiang-ko, jangan gegeri dialah. Menilik
umurnya yang masih belum sebrapa itu, masakan dia
dapat mengetahui sikap mereka yang sebenarnya!"
Sejak puteranya bungsu meninggal, harapan Tio Jiang
ditumpahkan pada Tay-keng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia menghendaki agar puteranya itu kelak menjadi
seorang jantan yang luhur perwira.
Memang lahirnya dia berlaku keras terhadap anak itu,
tapi kebatinannya dia amat cinta, ya mungkin perasaan
sayangnia itu lebih dari permanjaan Yan-chiu.
Sekalipun begitu dia tetap tak melepaskan cara
pendidikan yang bengis itu.
"Jangan salah terima. Kalau siang2 aku mendapat
kepastian tentang maksud mengajak berserekat dari Go
Sam-kui itu, tentu aku tak turun gunung mengerjakan
lain urusan. Dengan begitu pastilah aku dapat
menyambut kedatangan Co Kong-liok itu. Selain tadi tak
usah bentrok dengan Kiau jiko, pun kita tak perlu repot2
dibelakang hari" kata Tio Jiang.
Tay-keng hanya ter-sipu2 mengiakan saja, keringatnya
mengucur deras.
"Minumlah teh itu, Tay-keng membawakan teh untuk
menenangkan pikiranmu, sebaliknya kau malah
menggegerinya!" kata Yanchiu.
Tio Jiang mengambil gelas dan terus ditempelkan
kemulut.
Lekas minumlah, lekas minumlah! Demikian Tay-keng
si anak "berbakti" itu mendoa dalam hati.
Tap! Tio Jiang tak lekas2 meminumnya, melainkan
lebih dahulu berkata lagi: "Tay-keng, kalau kau tak
mempunyai urusan apa2, besok kau turut aku ke Gunbing.
Kabarnya ketika Co Kong-liok datang kemari turut
juga datang Cui-kui Jui Wi itu cianpwe persilatan yang
sudah lama tak muncul. Rasanya di Gun-bing sana tentu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkumpul banyak orang2 gagah. Biar kau tambah
banyak pengalaman!"
Hati Tay-keng pada saat itu gelisah sekali.
Apa yang diucapkan ayahnya itu, dia tak mendengar
sama sekali.
Pada detik itu, hatinya hanya berbantah sendiri:
"Mengapa belum diminum? Mengapa belum diminum?"
Saking kerasnya goncangan hatinya itu, sampai2
mulutnya turut mengingaukan suara hatinya itu.
"Hai, Tay-keng, apa2an itu, kau sedang liam-keng
(berdoa sembahyang)?" tegur Tio Jiang yang heran diuga
melihat sikap puteranya itu.
"Tidak apa2"! sahut Tay-keng yang sudah lemas
lunglai persendian tulangnya itu.
Kalau mencelakai lain orang. mungkin tidak segoncang
itu perasaan Tay-keng
Tapi yang hendak diracuni itu adalah ayah
kandungnya sendiri.
Dia cukup tahu bagaimana peribadi ayahnya itu.
Seorang lelaki yang tegas perwira, menjunjung
kepentingan negara diatas kepentingan peribadi.
Kalau saja, perbuatannya chianat itu sampai ketahuan
sang ayah dia tentu akan dibunuhnya. Ini sudah tentu
dan cukup diinsyafi Tay-keng.
Membayangkan hal itu, tubuh Tay-keng
bergemetaran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apa lagi mengingat bahwa gelas itu berada ditangan
sang ayah, suatu bukti yang tak dapat dibantahnya lagi.
Penyahutannya "tidak apa2" tadi, jelas diucapkan
dengan nada gemetar.
Melihat tindak tanduk puteranya tak wajar itu, Tio
Jiang makin mendongkol. diletakkan lagi kemeja, lalu
membentaknya: "Tay-keng, mengapa kau gugup
setengah mati begini?"
Semangat Tay-keng serasa terbang dibuatnia.
Serentak dia memalingkan muka kebelakang, tak
berani berhadapan muka dengan sang ayah.
Dan Tio Jiangpun makin curiga.
Tapi baru dia hendak menanyai lagi, Tay-keng sudah
meneriaki Yan-chiu: "Mah......"
Kala itu benar2 Tay-keng sudah mati kutu.
Mungkin kalau Yanchiu tak campur tangan, pastilah
Tay-keng akan sudah terbuka kedoknya dan Tio Jiang
pun tak sampai mengalami peristiwa yang tragis.
Tapi lagi2 datang Yan-ciu mengeloni puteranya, "Ah,
sudah malam, kau tentu capai dari Kwiciu, ayuh, tidur
sana!" serunya kepada Tay-keng.
Tio Jiang menarik napas panjang, ujarnya:
"Dijelmakan sebagai manusia, tapi gerak geriknya seperti
setan, omong saja ple......gak pleguk seperti maling
tertangkap basah!"
"Ayahnya seorang jantan perwira, masakan anaknya
menjadi maling? Kata2mu itu menghilangkan
kedudukanku sebagai ibunya!" kata Yan-chiu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rupanya Tio Jiang merasa kalau mendamprat kelewat
batas, maka diambilnya gelas teh terus diteguk habis,
kemudian berkata: ”Sana masuk tidur, besok pagi2, turut
aku turun gunung?"
Sebagaimana diketahui, hong-sin-san atau obat
membikin gila orang, adalah ramuan segala jenis
dedaunan yang beracun, dan yang lebih hebat yalah
dicampuri juga dengan busa ludah anjing gila, ular
berbisa dan lain lain. Sang korban tiada lekas mati, tapi
lebih dahulu akan menjadi gila. Dalam pertempuran
digereja Ang Hun Kiong tempo hari, Kui-ing-cu hanya
terkena sebuah piau Can Bik san yang dipolesi dengan
hong-sin-san tersebut, tapi itu cukup sudah membuatnya
gila seperti anjing buas. (baca: Lam Beng Ciam Liong).
Apalagi kini Tio Jiang meminumnya.
Bagaimana ngerinya dia nanti, dapat di-kira2kan.
Dalam menunggu ravun ganas itu mencelakai Tio
Jiang, ........................
---oo-dwkz)0(kupay-oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 25 : TIO JIANG MENOLONG
PUTRINYA
........ baiklah kita tengok sebentar keadaan The Go.
Sewaktu mengetahui bahwa Tio In dengan lenggangnya
dapat melangkah keluar dari gedung ti-hu, dia terkejut
juga.
Mengapa kawanan penjaga itu tak merintanginya?
Merenung sedienak akan sikap Tio In selama tadi, dia
segera mengeluh dalam hati.
"Celaka, menilik gelagatnya Tio In mendakwa aku
menjadi kaki tangan pemerintah Ceng. Ini berbahaya,
kalau pulang ke Lo-hu-san ia tentu mengatakan kepada
ayahnya kalau aku dan rombongan Hiat-ji itu hendak
mencelakai Tay-keng! Entah rencana apa yang Tay-keng
terima dari Hiat-ji itu. Hai, Hiat-ji telah menyimpan Tio In
didalam ranjang, dia tentu akan kembali lagi. Baik
kutunggunya disana, mungkin aku dapat menggorek
keterangan yang jelas."
Cian-bin-long-kun The Go adalah seorang yang
memiliki kecerdasan luar biasa.
Dahulu dengan menggunakan sedikit siasat, dapatlah
dia membuat 72 buah markas Hoa-san menjadi
berantakan.
Adanya Hui-lay-hong Yan-chiu benci tujuh turunan
kepadanya, karena dalam segala hal, ia selalu terjebak
dalam perhitung The Go yang lihay itu.
Lewat setengah jam kemudian, benar juga
didengarnya ada derap kaki mendatangi. Dia yang sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
naik keatas ranjang, lalu menyingkap kelambu dan benar
juga dilihatnya Hiat-ji lah yang muncul disitu.
"Nona Tio, maaf, kau tentu menderita!" kata Hiat-ji
ketika tiba didepan ranjang, seraya menyingkap
kelambu.
The Go bersiap. Sembari kecilkan nada suaranya
menyahuti, tangannya kiri diangkat, siap menyambut
kepala anak muda itu dengan kelima jarinya yang
seruncing kait.
Sudah tentu Hiat-ji tak mengira, kalau dalam waktu
sejam saja nona yang di-idam2kan itu sudah berganti
orangnya.
Auk tahu2 Hiat-ji rasakan lehernya dicekik keras dan
ditarik kedalam ranjang.
"Apa masih kenal padaku?" kata sebuah suara bengis.
Betapa kaget anak muda yang melamun hendak
menjadi temanten baru itu, dapat dibayangkan. Lebih
ketika dia mengetahui telah jatuh kedalam tangan siapa.
Tapi diapun seorang yang keras kepala.
Tahu sudah tak berdaya, masih dia coba berusaha
untuk menghantam dengan kedua tangannya.
Tapi secepat itu juga. Tangan kiri The Go sudah
tergerak kekanan kiri dan jalan darah kiok-ti-hiat kedua
lengan Hiat-ji itu kena tertutuk, lemas terkulai kebawah.
Masih anak itu membangkang.
Dengan sebelah kaki dia menjejak lantai ranjang, bluk,
ranjang itu bergoncang keras.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ho, kau masih berkeras kepala?" bentak The Go
dengan berbisik.
Tangan kirinya segera menekan umbun2 kepala anak
itu.
Pada umbun2 terdapat jalan darah peh-hui-hiat,
merupakan sumber tenaga orang. Seketika itu juga,
lemas lunglailah tubuh Hiat-ji tak dapat berkutik lagi.
The Go tambah lagi menutuk jwan-hiat atau jalan
darah pelemas Hiat-ji, ini untuk menjaga kemungkinan
Liat Hwat keburu datang mencari kesitu.
The Go tepuk tenggorokan orang, supaya dapat
bicara.
Sembari tangan kiri masih meraba diatas umbun2, dia
segera mulai mengorek keterangan: "Kau ajarkan apa
kepada Tay-keng, ayuh lekas bilang!"
"Sesudah tahu lalu kau hendak mengapa? Sudah
terlambatlah!" sahut Hiat-ji dengan tertawa mengejek.
Melihat sikap orang yang sedemikian tengiknya itu,
The Go menduga kalau rencana iang diberikan kepada
Tay-keng itu tentu sangat berbahaya.
Cekikannya diperkencang sehingga lidah Hiat-ji
menjulur keluar tak dapat bernapas lagi.
"Lekas bilang atau tidak!" bentak The Go.
Hiat-ji coba meronta, tapi tak dapat.
Dengan marah dia berusaha kuat2 untuk membuka
suara: "Kusuruh Tay-keng untuk meminumkan hong-sinsan
kepada ayah bundanya. Biarkan sebelum mati,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sepasang suami isteri itu mengamuk habis kawanan
pemberontak Lo-hu-san!"
The Go terperanjat bukan kepalang.
Hebat dan ganas sekali rencana itu.
Karena tak mengira anaknya sendiri tega berbuat
begitu, Tio Jiang dan Yan-chin pasti kena dibikin celaka.
Sedemikian hebat kegoncangan hati The Go, sehingga
dia tertegun diam.
Rupanya kesempatan itu dipergunakan se-baik2nya
oleh Hiat-ji.
Sekali meronta, dapatlah dia lepaskan diri.
The Go seperti diguyur air dingin, serentak dia
lancarkan sebuah hantaman dahsyat.
Tapi Hiat-ji sudah lebih cepat dapat loncat jauh2.
Brak......, alat2 perabot kamar itu berantakan hancur,
tapi Hiat-ji sendiri tak kena.
Dia menghindar kesamping, menyambar salah sebuah
tiang ranjang terus ditarik se-kuat2nya.
Ranjang sempal, kelambunya jatuh menguruki The
Go.
"Siappp.........!" serunya meneriaki penjaga.
Belasan penjaga lengkap dengan tombak dan pedang
segera menobros masuk.
The Go masih berkutetan dalam kelambu.
Hiat-ji cepat mengambil sebuah tombak dari salah
seorang pengawal terus ditusukkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Terdengar suara jeritan seram dan tubuh The Go yang
terbungkus kelambu itu tak tampak bergerak lagi. Masih
Hiat-ji tak puas.
Diambil 3 batang tombak lagi, lalu dilemparkan kearah
bagian tubuh The Go yang menonjol.
Kini 4 batang tombak, menancap masuk sampai
puluhan senti dalamnya.
Kini Hiat-ji baru dapat menarik napas longgar.
Masakan dengan 4 batang tombak itu, The Go masih
bisa bernyawa!
Tapi tiba2 dia hentikan napas setengah jalan, demi
mengetahui sesuatu yang mencurigakan.
Kalau benar tubuh The Go telah terpanggang tombak,
mengapa kelambu itu tetap kering merinting, setetespun
tiada berwarna merah?
Hiat-ji terbelalak kaget.
Tahu dia kalau dirinya ditipu musuh.
Kiranya sewaktu kawanan penjaga hiruk-pikuk
menghampiri datang tadi, The Go insyaf kalau dirinia
bakal celaka.
Dalam saat2 yang berbahaya itu, cepat dia mendapat
akal.
Digulungnya sebuah selimut, lalu diangkatnya berdiri
untuk menyanggah kelambu.
Dengan ilmu sut-kut-kang (menyurutkan tulang) dia
memperkecilkan tubuhnia lalu bersembunyi disudut
ranjang. Begitu Hiat-ji masuk untuk menyeret keluar
"korbannya", dia hendak membarengi menerjangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi rencana yang sedemikian bagus itu, telah gagal
akibat kecermatan Hiat-ji yang bercuriga karena kelambu
tiada berdarah.
Tahu kalau diselomoti, Hiat-ji mundur 3 langkah.
Mengawasi kedalam randiang dilihatnia tubuh The Go
melingkar disudut.
"Orang she the, kau telah binasa secara mengenaskan
dengan menderita 4 buah tusukan tombak. Kalau
bertemu raja akhirat, jangan mengadu kalau aku Shin
Hiat-ji berhati kejam ya!" serunya dengan tertawa keras.
Baik kata2 maupun ketawa itu sengaja dia lakukan,
perlunya untuk membalas tipu dengan tipu. Biarlah The
Go percaya kalau siasatnya itu berhasil.
Tapi dalam pada itu, diam2 dia sudah siapkan dua
tombak dan tahu2 secepat kilat dia lemparkan sebatang
kedalam ranjang.
Memang sewaktu mendengar ejekan Hiat-ji tadi, The
Go mengira kalau anak itu termakan siasatnya.
Tapi dia segera menjadi kaget demi mendengar ada
samberan angin mendesis datang. Oh, kiranya lawan
sudah mengetahui.
Dari arah datangnya suara itu, cepat dia ulurkan
tangan untuk menyanggapinya.
Sewaktu Hiat-ji melontarkan lagi tombak kedua,
dengan tangkasnya The Go gunakan tombak yang
disanggapinya tadi untuk menangkis.
Tombak Hiat-ji itu, putus menjadi dua dan terpental
keluar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua orang pengawal yang tak sempat menghindar,
sepera menjerit keras dan rubuh tak bernyawa lagi.
Jumlah pengawal yang sama ber-bondong2 datang,
makin banyak.
Hiat-ji perintahkan supaya dinding kamar dirobohkan
agar mereka dapat masuk semua. Setelah itu Hiat-ji lalu
memberi komando supaya mengepung ranjang itu.
Ratusan pengawal lengkap dengan senjatanya, segera
mengepung rapat2 ranjang itu.
"Orang she The, mengapa tak keluar menjenguk
sebentar, kematian cara bagaimana yang menunggumu
saat ini? Sekali kuberi komando, badanmu akan berhias
ratusan tombak. Sekalipun kau mempunyai ilmu
menembus langit, tetap kau takan lolos!" seru Hiat-ji
dengan tertawa kemenangan.
Pada saat Hiat-ji memberi komando pengepungan
tadi, The Gopun sudah membuat sebuah lubang pada
kelambu.
Apa yang terjadi disekeliling situ, dia dapat
mengetahui jelas.
Diam2 dia memuji bukan saja Hiat-ji itu lihay dalam
ilmusilat pun juga cerdas otaknya. Kecerdasan anak itu
mungkin tak dibawahnya.
Memang sekalipun dia tumbuh sayap, tetap takkan
dapat lolos dari kepungan serapat itu.
Selama anak itu masih hidup, perjoangan kaum
pecinta negeri akan menghadapi kesukaran.
Akhirnya The Go mengambil putusan untuk
menjalankan siasat menyakiti diri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Memang hanya dengan cara itulah dia akan dapat
menipu lawan.
"Ha, ha, Shin Hiat-ji, tuanmu besar orang she The ini
mempunyai kim-ciong-toh-kong (ilmu weduk). Masakan
tombak2 kawanan pengawal itu dapat melukai diriku.
Kalau tak percaya, cobalah!" The Go tertawa ber-gelak2.
Hiat-ji terkesiap, tapi cepat dia dapat menguasai diri,
serunya: "Baiklah, biar aku yang menggaruk gatalan itu!"
Wut......, sebuah tombak melayang.
Sebenarnya pada The Go masih ada sebatang tombak,
kalau mau dapatlah dia menghalau serangan itu.
Tapi oleh karena dia hendak jalankan tipu menyakitidiri,
sengaja dia menangkis luput sembari miringkan
tubuh untuk menyambut datangnya tombak Hiat-ji itu.
Cret......., tombak menyusup kedalam bahu dan kelambu
yang putih bersih itu segera berobah warnanya dengan
merah darah. "Aya........", hanya sekali mulut The Go
kedengaran mengerang dan tubuhnyapun tampak tak
berkutik lagi.
Kali ini baru Hiat-ji betul2 bergirang, demi melihat
darah membasahi kelambu.
Setelah menunggu bebrapa saat tak tampak The Go
berkutik, dia terus hendak maju menghampiri. Tapi
sesaat terkilas dalam pikirannya bahwa yang dihadapinya
itu adalah seekor rubah (rase) yang luar biasa licinnya.
Jangan2 dia belum mati dan hanya pura2 saja, demikian
Hiat-ji bertanya dalam hati.
Batal melangkah maju, dia lontarkan lagi sebatan
tombak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tombok menancap, darah menyembur, tapi tubuh The
Go tetap tak berkutik.
Memang The Go sengaja kasihkan pundaknya yang
lain, untuk menyanggapi tombak itu. Jadi kini kedua
pundaknya terluka parah!
----o^dwkz0tah^o---
"Ha, ha, bangsat yang bernyali besar, berani
memasuki sarang harimau, tu rasakan sendiri upahmu"
Hiat-ji tertawa bangga setelah yakin musuh telah
"terbinasa".
Tanpa ragu2 lagi, dia terus melangkah menghampiri.
Inilah saat yang di-nanti2kan The Go salurkan lwekang
dia tahan derita kesakitan-nya.
Begitu Hiat-ji tiba dimuka ranjang, dia lalu loncat
keatas sembari pentang kedua lengannya untuk
menjaring lawan dengan kelambu.
Mimpipun tidak Hiat-ji kalau musuh yang sudah
menderita luka sedemikian hebatnya itu masih
mempunyai ke kuatan begitu dahsyat.
Hendak dia menghindar kesamping tapi sudah tak
keburu.
Kepalanya kena kejaring dan secepat itu pula The Go
segera menindihinya.
Saat itu keadaan The Go mirip dengan seorang
manusia darah.
Karena ditindihi, Hiat-jipun turut berlumuran
darahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan hasil peyakinannya selama 20 tahun itu,
walaupun terluka parah tenaga The Go masih cukup
dahsyat.
Hiat-ji merasa seperti ditindihi ribuan kati, seketika
kakinya lunglai dan kepalanya ber-kunang2.
Dia jatuh ngelumpruk dihimpit tubuh The Go.
Ratusan pengawal itu sama hiruk pikuk, tapi karena
pemimpinnya kena diringkus, mereka tak berani
mendekati.
The Go menarik napas lega, setelah menyapukan
pancaran matanya yang ber-kilat2, dia kedengaran
berseru: "Lekas menyingkir semua! Lekas bawa kemari
wanita yang tertawan siang tadi, baru nanti kuampuni
jiwa pemimpinmu ini!"
Kawanan pengawal itu sama berpandangan satu sama
lain.
Tiada seorangpun yang berani berkutik.
Memang The Go sudah bertekad bulat, bila perlu akan
sama2 binasa dengan Hiat-ji. Dahulu pemuda Ciam-binlong-
kun itu banyak sekali bekerja membantu pemerintah
Ceng. Tapi sejak kakinya buntung dan menyembunyikan
diri dipegunungan Sip-ban-tay-san, dia telah insyaf akan
kesesatannya.
Selama dalam pertapaannya itu, tetap The Go
mengharapkan suatu kesempatan dimana dia bisa
menebus dosanya itu dengan jasa2 kepada negara.
Diketahuinya muda sekalipun usia Hiat-ji itu, namun
sudah sedemikian lihaynya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apabila dia sudah makin dewasa, tentu akan
merupakan bahaya besar bagi perjoangan rakyat.
Mati ber-sama2 dengan anak itu, kiranya cukup
berharga sebagai sumbangsih baktinya kepada negara.
Dengan ketetapan itu, dia kerahkan seluruh kekuatan
dan berseru keras seraya hendak menindih remuk anak
itu.
Dalam saat2 maut hendak meregut jiwa Hiat-ji tiba2
terdengarlah sebuah benda mengaum dan tahu2 The Go
rasakan tubuhnya lemas tak bertenaga lagi.
Ah, kiranya jalan darah jwan-hiat pada lambung kena
termakan sebuah senjata rahasia. Menyusul dengan itu,
kawanan penjaga sama gempar menyisih kesamping.
Seketika itu ruangan disitu terasa ada hawa panas
meniup, sehingga tenggorokan serasa kering. Sesosok
tubuh kecil tampil muncul.
Demi The Go melihat yang datang itu adalah Liat
Hwat, dia mengeluh dalam hati.
Jadi yang menutuk jalan darahnya tadi, tentulah si Liat
Hwat itu.
Bagaimanapun juga, kini nasibnya sudah dapat
dibayangkan.
Saking gusarnya, The Go menjerit keras, mulutnya
menyembur darah segar.
Sesaat itu Hiat-ji rasakan tindihan The Go agak
kendor, maka sekali meronta bangun dapatlah dia
menyengkelit The Go kebawah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini kedua suhu dan murid itu tertawa iblis melihati
korbannya.
"Cian-bin-long-kun The Go, kalau saat ini kugerakkan
tanganku, kau pasti akan jadi setan tanpa kepala lagi.
Tadi kumendapat keterangan bahwa pada 20 tahun yang
lampau, kau telah banyak membantu pada kerajaan
Ceng. Nah, kalau sekarang kau mau bekerja pada
kerajaan lagi, tentu akan kuobati lukamu itu" seru Liat
Hwat dengan nada melengking seperti anak kecil.
The Go sudah diambang pintu kematian.
Kalau dia berkeras membangkang, jiwanya pasti
melayang.
Tak usah Liat Hwat turun tangan, cukup dibiarkan
begitu saja, dia akan sudah mati karena kehabisan
darah.
Tapi kalau menyerah, berarti dia pulang kandang
menjadi kaki tangan pemerintah penjajah lagi.
Namun The Go bukan Cian-bin-long-kun kalau dia tak
dapat memecahkan kesulitannya itu dengan tiepat.
Setelah merenung sedienak, berserulah dia: "Baik, aku
menurut tawaranmu!"
Liat Hwat saling berpandangan dengan Hiat-ji, karena
terkejutnya.
Dalam pembicaraannya dengan beberapa orang
persilatan yang menjadi kaki tangan pemerintah Ceng
tadi, Liat Hwat mengetahui bahwa dahulu The Go itu
seorang pembantu kerajaan yang jempol.
Selain tinggi ilmusilatnya pun menjadi gudang otak
dari segala siasat yang lihay.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Diam2 timbul keinginannya untuk mendapatkan The
Go lagi.
Menurut perhitungannya, hal itu baru terlaksana
setelah melalui jerih payah membujuknya. Maka
bahwasanya selekas dan semudah itu berbalik pikiran,
sungguh diluar dugaan Liat Hwat dan Hiat-ji.
Ketidak wajaran itu telah membuat Hiat-ji curiga dan
memperingatkan suhunya hendak berlaku hati2 jangan
terkena tipu,
"Kalau begitu, bunuh sajalah aku!" The Go menghela
napas.
Liat Hwat merenung sebentar lalu berseru: "Kalau kau
benar2 hendak bekerja pada kerajaan, haruslah
mengangkat aku sebagai suhu!"
Tanpa banyak ini itu lagi The Go serentak berbangkit
dan menjurah dihadapan Liat Hwat seraya menyerukan
"suhu".
Liat Hwat dan Hiat-ji kembali saling berpandangan,
lalu menolonginya bangun, menutuk jalan darah
pundaknya untuk menghentikan perdarahan.
Hiat-ji masih mengunjuk kecurigaan, tapi Liat Hwat
segera menegurnya dengan girang: "Hiat-ji, sejak
sekarang kalian berdua adalah suheng dan sute, ayuh
lekas kasih hormat!"
Hendak Hiat-ji memberitahukan kandungan hati
kepada sang suhu tapi oleh karena The Go berada disitu
jadi tak leluasa.
Apa boleh buat diapun segera menjura memberi
hormat kepada The Go.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suheng kutahu kau tentu menyangsikan tindakanku
kembali keduli kerajaan. Saat ini bukanlah waktunya
untuk bersitegang leher (ngotot), kelak kau tentu
mengetahui sendiri bagaimana isi hatiku!" kata The Go.
Tapi Hiat-ji hanya menyahut sekenanya saja, tak
banyak menaruh perhatian.
The Go menghela napas seraya meminta pada Liat
Hwat agar suka membebaskan Siao-lan. Oleh karena The
Go banyak berkata2, mukanya menjadi pucat lesi.
"Liat Hwat memberi isyarat mata pada Hiat-ji untuk
mengambil Siao-lan sedang dia sendiri lalu menggotong
The Go keatas ranjang Tak berapa lama, datanglah Hiatji
dengan membawa Siao-lan.
Sejak ditawan, Siao-lan dijebluskan dalam tutupan
dibawah tanah.
Ketika dibawa keluar Hiat-ji itu ia kira bakal dihukum
mati.
Maka betapa girang dan terkejutnya demi ia
diantarkan kepada The Go.
Namun, tatkala dilihatnya sang suami mandi darah
terluka parah, hatinya gelisah bukan main.
"Engkoh Go," serunya sembari lari menghampiri.
"Siao-lan, lekas beri hormat pada suhu dan suheng
dahulu, aku masih ada lain2 perkataan untukmu!"
Siao-lan hampir tak percaya apa yang didengarnya itu.
"Ai, adakah Ang Hwat cinjin tiba kemari?" ia menegas.
"Siao-lan, aku sudah kembali pada kerajaan Ceng lagi
dan mengangkat suhu pada Liat Hwat cousu, jago nomor
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satu dari Tibet!" tenang2 saja The Go memberi
keterangan.
Kalini benar2 Siao-lan terkejut sekali. "Engkoh Go,
bukan sekali dua kau mengatakan padaku hendak
kembali kejalan yang benar, mengapa kini kau
mengangkat suhu pada bangsa imam siluman?"
"Kau seorang wanita, tahu apa!" bentak The Go
dengan wajah bengis, "Liat Hwat cousu adalah orang
nomor satu dari Tibet, ilmunya hwat-hun-kang tiada
tandingnya dikolong langit. Beliau mendapat tugas berat
dari kerajaan untuk mengamankan daerah Kwiciu. Aku
bisa diterima menjadi muridnya itulah suatu berkah
besar, mengapa kau omong tak keruan begitu?" .
Siao-lan tiada mempunyai sesuatu cita2 apa2. Asal ia
tetap berdamping disisi sang suami, itulah sudah puas.
Memang sejak masih gadis sampai sekarang, ia cinta kepati2
dengan Cian-bin-longkun itu. Buntung sekalipun
pemuda itu, tetap ia terima dengan sepuluh jari.
"Baiklah, apapun kehendakmu, aku menurut saja.!"
"Siao-lan, kau benar isteriku yang dengar kata," kata
The Go dengan wajah terang, "aku hendak tinggal disini
untuk beberapa waktu. Pertama untuk berobat dan
kedua hendak minta pengajaran lebih lanjut kepada suhu
dan suheng. Kau boleh pergi mencari Ing-ji untuk
memberitahukan bahwa aku berada disini!"
Baru Siao-lan mengiakan, Hiat-ji cepat2 menyela:
"Nanti dulu, kalian berdua lebih baik tinggal disini saja,
untuk sementara jangan pergi ke-mana2 dulu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Go tahu apa yang dikandung dalam hati Hiat-ji
maka dengan tertawa dia menyetujuinya. Memang Hiat-ji
masih belum yakin palsu tidaknya tindakan The Go itu.
Tadi oleh karena suhunya telah menerima The Go
menjadi murid, jadi diapun tak dapat berbuat apa2.
Tindakan satu2nya, dia hendak mengenakan tahananrumah
pada sepasang suami isteri itu, dalam pada itu dia
titahkan orang2nya menyiarkan berita diluaran bahwa
Cian-bintong-kun The Go kini sudah kembali pada
kerajaan Ceng lagi, menjabat kedudukan sebagai taylwe
wi-su (bayangkari). Kaum persilatan tentu gempar
dengan berita itu dan mempercayainya.
Dengan begitu mau tak mau dia dapat memaksa The
Go, andaikata hanya siasat saja untuk benar2 menakluk
pada kerajaan.
Liat Hwat cousu Mo Put-siu diam2 menyetujui
tindakan muridnya yang tepat itu.
Dia memberi bebrapa butir pil kepada The Go,
menyediakan sebuah gedung besar untuk sepasang
suami isteri itu.
Begitulah sejak itu The Go dan Siao-lan menetap
digedung ti-hu tersebut.
---o^dwkz0tah^o--
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 26 : ILMU TALI CHENG-SI
PENINGGALAN ANG SIAN LIHIAP
Sekarang mari kita jenguk keadaan The Ing yang
disuruh ayahnya tinggal digoa merawati Bek Lian itu.
Sepergi kedua orang tuanya, dia kembali masuk
menjenguk Bek Lian. Didapatinya pernapasan si sakit itu
agak teratur baik.
Terkesiap menampak wajah Bek Lian yang cantik itu,
diam2 ia merenung seorang diri: "Nona Bek sekarang
sudah berusia 40-an, namun masih sedemikian
cantiknya. Sewaktu mudanya, entah berapa jumlahnya
pemuda yang tergila2 padanya. Tapi mengapa ia
mengasingkan diri ditempat begini? Adakah jelita
semacam ia itu juga mengalami kepatahan hati?”
Tiba pada kesimpulan "patah hati", hatinya serasa
tercekat sendir.
Terkenang ia akan hubungannya dengan Tong Ko
yang sedemikian mesra mengesankan. Tapi pemuda itu
telah mempunyai kekasih, maka naga2nya ia tentu akan
menubruk bayangan kosong saja nantinya.
Tio In, gadis pujaan Tong Ko itu, cantik dan menarik,
apalagi sudah lebih dahulu merebut hati Tong Ko. Benar
sekarang ini mereka berdua sedang retak hubungan, tapi
ada satu hari salah faham itu tentu akan dapat
dijelaskan.
Untuk menjauhkan Tong Ko dari Tio In, satu2nya jalan
yalah menambah lebar jurang keretakan itu. Tapi
bagaimana ia hendak melakukan "siasat itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Gadis The Ing yang dilamun asmara itu, ingin sekali
tumbuh sayapnya agar dapat terbang ke Sip-ban-tay-san
sana untuk menjumpai Tong Ko.
Tapi ayahnya tadi telah melarang ia mengadakan
pertemuan dengan pemuda itu lagi. Entah berapa lama
The Ing terbenam dalam lamunannya itu, atau tiba2 ia
dikejutkan dengan suara erangan dari Bek Lian yang
berusaha hendak duduk. Tampak wajah sisakit itu sudah
banyak berobah baik. MaIah dengan rasa heran. Bek Lian
segera menanyainya kalau tadi ia diminumi obat apa
saja.
"Ya, dari ayahku.......” baru mulutnya meluncurkan
kata2 itu, serentak teringatlah The Ing akan pesan
ayahnya tadi supaya jangan mengatakan nama ayahnya
itu dihadapan Bek Lian Maka buru2 ia menyusuli:
"Seorang kenalan ayahku kebetulan lewat disini dan
memberikan 3 butir pil. Memang benar, kau kini sudah
banyak baikan nona Bek!"
"Ai........ kiranya kau masih mempunyai ayah, siapa
namanya? Dan siapa nama kenalan ayahmu itu?"
Dengan gelagapan tak lampias, The Ing menyahut
sembarangan saja.
Sejak 20 tahun lamanya, baru sesaat itu hati Bek Lian
terharu dan berterima kasih atas ketekunan The Ing
merawatinya.
Sejak ia tinggalkan bayinya kepada mamahnya (Kiang
Siang Yan), ia segera mengembara jauh.
Rencananya hendak menjadi nikoh (rahib atau paderi
perempuan).
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi kegoncangan hatinya akibat dikhianati cintanya
oleh The Go itu tetap berkesan, apalagi ia tak berhasil
mendapat seorang guru nikoh yang berilmu jadi setahun
setelah mencukur rambutnya, ia mengembara lagi
didunia persilatan.
Belakangan disekitar Lo-hu-san, dalam sebuah goa
rahasia dibalik air terjun, ia berhasil menemukan tali
cheng-si, jaring liok-i-ong dan sebuah kitab pelajaran
tiara menggunakan benda2 pusaka itu.
Tiada ditulis siapa2 yang meninggalkan kitab itu,
hanya sedikit tulisan yang menyatakan dendam
penasaran asmara yang gagal.
Orang itu mengambili sarang laba2 dan dianyamnya
menjadi tali cheng-si (tali asmara) yang istimewa beserta
jaring liok-i-ong (enam macam keinginan).
Barangsiapa. yang kesasar masuk dalam goa itu,
apabila mereka itu adalah sepasang pria wanita, pasti
akan dipaksanya menikah satu sama lain.
Bek Lian turut terharu atas nasib si orang tak dikenal
yang malang itu.
Sejak itu ia ambil putusan menetap digoa situ, hingga
sampai belasan tahun lamanya. Oleh karena pelik
letaknya, maka kecuali Tong Ko, The Ing, Hiat-ji dan Tio
In tempo hari tak pernah ada orang yang kesasar masuk
disitu.
Selesai belasan tahun bertapa itu, Bek Lian telah
menjadi seorang wanita yang berhati batu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi kini demi mengetahui jerih payah The Ing
merawatinya selama itu, tersentuhlah hati nuraninya. Ia
duduk bersila untuk melakukan latihan bernapas.
Keesokan harinya, ia merasa sakitnya lebih dari
separoh bagian sudah baik.
Ketika membuka mata, tampak olehnya The Ing
berdiri bersandar pada sebatang puhun, ter-longong2
memandang jauh kesebelah depan, sikapnya sebagai
seorang yang tengah melamun.
Bek Lian adalah seorang yang kenyang makan pahit
getirnya hubungan kaum muda mudi. Sekilas
memandang, tahulah sudah ia apa yang bersemayarn
dalam hati The Ing itu.
Serentak ia berbangkit lalu menghampiri, serunya:
"Nona Ing, siapa yang kaupikirkan itu? Apakah dia juga
memikirkan padamu?"
The Ing terperanjat, mengapa Bek Lian dapat
membaca isi kalbunya.
Wajahnya tampak ke-merah2an dan dengan kepala
menunduk, ia menghela napas dalam2.
"Ah, tak usah kiranya kau menggado hatimu sendiri.
Semua orang laki2 didunia ini, tidak ada yang baik!" Bek
Lian menghiburinya.
"Bukan, dia tidak begitu!" bantah The Ing cepat2.
"Dia, dia itu siapa?"
"Yang kau hajar babak belur itulah!" sahut The Ing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bek Lian tertawa dingin, ujarnya: "Kalau benar dia itu
seorang baik, masakan dia tega tinggalkan kau seorang
diri didalam goa?!"
"Aku kenal padanya agak terlambat, sebelumnya dia
sudah saling menyinta dengan nona In, mengapa dia
dipersalahkan?" The Ing mengajukan pembelaan.
Bek Lian terkesiap. Teringat ia akan peristiwa dahulu.
Karena terpincut dengan kecantikannya (Bek Lian),
maka The Go telah tinggalkan Siao-lan.
la anggap, ucapan The Ing tadi memang beralasan.
"Jangan kluatir, kalau dia memang seorang pemuda
yang baik, aku akan berusaha agar dia mau menerima
cintamu!" kata Bek Lian.
Teringat akan pesan ayahnya, The Ing unjuk ketawa
getir, tak menyahut lagi
Berkata pula Bek Lian: "Sekarang ini kau tak usah
pikirkan yang tidak2. Disini aman. Aku hendak mengajar
pelajaran tali cheng-si yang istimewa itu kepadamu.
Jangan meremehkan tali kecil itu, kalau sudah
dikembangkan, merupakan suatu permainan yang kaya
dengan gerak perobahan, melebihi dari permainan segala
macam senjata. Hanya sayang, jaring liok-i-ong itu sudah
dirampas si-imam siluman, kalau tidak tentu merupakan
pasangan senjata yang lebih sakti lagi!"
Habis berkata, Bek Lian lalu mengeluarkan segulung
tali cengsi. Baru kini The lng jelas betul, bagaimana
bentuk tali istimewa itu. Tali itu besarnya sama dengan
selembar rambut yang halus, warnanya merah gelap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekali pun gulungannya hanya sebesar kepelan tangan,
tapi kalau diulur, tentu akan bebrapa li panjangnya.
"Karena ilmu permainannya hendak kuajarkan, maka
separoh bagian dari tali cheng-si inipun hendak
kuberikan padamu, nah, kau ikal lah pada tanganmu!"
The Ing mengiakan. Setelah beberapa lamanya
mengikal, barulah ia beroleh separoh bagian. Bek Lian
menyatakan sudah cukup, suruh The Ing letakkan tali itu
diatas tanah, lalu dipijaknya dengan kaki. Ia mengambil
sebuah batu, kemudian bersama The Ing mulai menarik
tali itu. Ho......, jangan menyepelekan tali sehalus rambut
itu, karena uletnya bukan kepalang. Sampai2 kelima jari
The Ing sakit sekali dibuatnya, tetapi tali cheng-si tak
mau putus. Setelah mendapatkan tali itu tak dapat melar
lagi, barulah Bek Lian mulai menghantamnya dengan
batu tadi.
Au........ jerit The Ing karena tak tahan kesakitan
jarinya akibat benturan batu itu.
Kini benar juga, tali itu telah putus. Berkata Bek Lian:
"Permainan tali ini, hanya terdiri dari 4 jurus, namun
penuh dengan gerak perobahan yang sukar diduga. Bagi
seorang akhli lwekang yang tinggi, dapatlah menyalurkan
lwekangnya sampai satu li jauhnya, tapi orang seperti
aku ini, hanya dapat menyalurkan sepanjang empat lima
tombak, saja. Untuk melibat senjata musuh, tali ini paling
boleh diandalkan, coba lihatlah ini! lihatlah ini!"
Sir....., tali itu segera dilayangkan kearah sebatang
puhun empat lima tombak jauhnya. Sekali Bek Lian tarik
tangannya, sebuah dahan sebesar lengan orang, tertarik
jatuh, Girang The Ing tak terkira.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau lwekangnya tinggi, dapatlah dibuat melukai
lawan pada jarak satu li jauhnya tanpa orang itu
mengetahuinya. Rasanya kedahsyatan ang-sian (tali
merah) yang begitu menggetarkan kalangan persilatan
pada masa yang lampau itu, tak lebih tak kurang hanya
seperti inilah!" kata The Ing.
"Benar, kemungkinan besar tali cheng-si ini memang
peninggalan dari Ang Sian lihiap (pendekar wanita tali
merah) pada jaman Tong-tiau. Karena lihiap itu
menggunakan tali yang bersinar merah, maka orang lalu
menggelarinya sebagai Ang-sian lihiap!" sahut Bek Lian.
Pernah The Ing mendengar cerita tentang pendekar
wanita itu, yang ilmu kepandaiannya telah mencapai
tingkatan tinggi. Kalau begitu, ilmu permainan tali chengsi
yang walaupun hanya terdiri dari 4 jurus itu, tentulah
teramat saktinya. Ia ambil putusan hendak
mempelajarinya dengan sungguh2.
Nama dari keempat jurus itu adalah begini: ham-cengmeh-
meh (asmara merayu-rayu), liang-cheng-siang-gwat
(dua hati saling berpadu), ceng-hay-seng-bo (gelombang
lautan asmara) dan ceng-ay-ho-sin (jangan percaya
suara asmara).
”Perhatikanlah, aku hendak mulai mengajarkan
gerakan jurus2 itu!" kata Bek Lian sembari mundur
setombak jauhnya.
Sir...., Sir...., sir...., tali dilontarkan sejauh 5 tombak,
sekali tangan menyentak maka tali itu lalu meluncur naik
keatas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada lain saat, tahu2 tubuh Bek Lian seperti
terbungkus dengan sinar merah, bagaikan ratusan ekor
ular halus panjang, me-lingkar2 naik turun.
Jangankan dapat melihat cara Bek Lian melakukan
gerakan itu, sedang untuk mengawasi jalannya tali itu
saja, mata The Ing sudah kabur.
Makin lama gerakan Bek Lian makin gencar.
Diatas udara tak henti2nya terdengar suara menderu
dan mendesis.
Pepuhunan seluas satu tombak pesegi, sama
berhamburan rontok daunnya, batu2 dan pasir terbang
berhamburan.
Beberapa jenak kemudian, barulah Bek Lian sudahi
permainannya itu, serunya: "Empat jurus telah
kumainkan semua, apa kau sudah jelas?"
"Sedikitpun aku tak mengerti," sahut The Ing dengan
ke-malu2an.
"Tak apa, nanti kalau kuulangi bebrapa kali, kau tentu
jelas. Lebih dulu hendak kuterangkan padamu kunci
rahasia gerakan dari setiap jurusnya!" ,
The Ing mencatat didalam hati apa yang diuraikan
oleh Bek Lian itu.
The Ing adalah keturunan seorang cerdas macam
Cian-bin-long-kun.
Jadi iapun mewarisi kecerdasan yang tak tercelah.
Dalam setengah jam saja, dapatlah sudah ia
menghafalkan kunci permainan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Waktu Bek Lian bermain sekali lagi, kini baru ia jelas
seluk beluk gerakannya itu.
Jurus ham-ceng-meh-meh, bergaya lincah tangan dan
serba indah.
Kedua liang-cheng-siang-gwat, gencar dahsyat macam
taufan menderu.
Tali cheng-si itu sebentar menyurut sebentar
memanjang, ber-lingkar2 menjari ratusan lingkaran kecil.
Ceng-hay-seng-bo atau jurus ketiga, ujung tali itu melilit2
bagaikan naga menari, keras buas.
Jurus penghabisan ceng-ay-ho-sin, mencapai
klimaksnya.
Tarian tali yang melilit lingkar dengan buasnya itu
tiba2 menjadi jinak tak men-deru2, namun sumber
kesaktiannya tiada habisnya.
The Ing terpesona melihat keindahan ilmu permainan
yang hanya terdiri dari 4 jurus itu.
Sehari suntuk ia tumpahkan perhatiannya untuk
belajar, tapi hanya dapat mempelajari jurus pertama. Itu
saja masih banyak kekurangan. la hanya dapat
melontarkan sejauh satu tombak.
Berkat ketekunannya, dapatlah ia mengetahui letak
rahasia cara melontarkannya.
Malamnya ketika Bek Lian sudah tidur, ia masih tetap
berlatih sampai fajar.
Ia hanya tidur bebrapa jam lalu berlatih jurus kedua.
Begitulah lewat bebrapa hari kemudian, dapatlah ia
mempelajari keempat jurus itu semua.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
la dapat melontarkan tali sampai satu setengah
tombak.
"Kini kau telah memahaminya, untuk mencapai
kesempurnaan hanya tergantung pada latihan2
selanjutnya saja. Aku masih mempunyai urusan lama
yang belum terhimpas. Selama aku menyikap diri dalam
goa, aku tak merasa apa2. Tapi kini setelah berada
diluar, kurasa urusan itu harus kuselesaikan. Ayuh, kau
ikut aku mengembara!" kata Bek Lian.
Oleh karena tak mengetahui bahwa apa yang
dimaksudkan "urusan lama" itu mengenai diri ayahnya,
The Ingpun mengiakan.
Mereka berdua lalu turun dari gunung Lo-hu-san.
---oo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 27 : TIO JIANG KERACUNAN . .
. . . . DAN MENGAMUK
Kalau itu hari sudah mulai gelap.
Tiba dibawah puncak Giok-li-nia, mereka berhenti.
Terkenang akan peristiwa 20 tahun berselang dimana
untuk pertama kali berjumpa dengan Cian-bin-long-kun
The Go, hati Bek Lian serasa pilu.
Sebaliknya The Ing yang terkenang akan
pertemuannya dengan Tong Ko, juga ditempat itu, pun
ter-longong2 seperti orang kehilangan semangat.
Mereka berdua tanpa berjanji, sama termenung
mengenangkan kejadian yang pernah mengambil tempat
dalam takhta hatinya.
Tiba2 dari atas puncak sana terdengar suara hirukpikuk
dari orang2 yang sama membawa obor.
Diantara suara yang amat gempar itu. terdengar suara
teriakan seorang wanita: "Jiang suko, kau mengapa,
Jiang suko, itu saudara2 kita sendiri!"
Yang paling nyaring adalah gerungan sebuah suara
yang laksana guntur menyambar.
Dari nada teriakannya yang mengunjuk ke-marahan
hebat itu, orang itu memiliki lwekang yang dalam.
Bek Lian tersentak kaget, wajahnya serentak berobah
dan lekas2 ajak The Ing tinggalkan tempat itu.
"Nona Bek, siapa lelaki dan perempuan yang berteriak2
itu?" tanya The Ing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Si perempuan bernama Liau Yan-chiu, yang laki
bernama Tio Jiang!" sahut Bek Lian dengan dingin.
The Ing terkesiap. Adanya ia dapat berjumpa dengan
Tong Ko adalah karena disuruh ayahnya (The Go) supaya
datang membantu usaha Siau-beng-siang Tio Jiang.
Tapi karena percaya akan cerita Tong Ko tentang
tindakan Tio Jiang yang kurang bijaksana itu, The Ing
gusar dan tak jadi pergi ke Giok-li-nia, jadi selama itu
belum pernah ia melihat bagaimana perwujudan Siaubeng-
siang.
Sesaat timbullah hasratnya untuk menemui tokoh
yang namanya begitu agung dalam dunia pergerakan
menentang penjajah itu.
Ingin sekali ia mendamprat Tio Jiang atas tindakannya
yang begitu kejam memaksa Tong Ko loncat kedalam
jurang.
The Ing enggan pergi dan merontak dari cekalan Bek
Lian, serunya: "Aku hendak melihat bagaimana
sebenarnya perwujudan suami isteri Siau-beng-siang -
Hui-lay-hong itu. Nona Bek, kau.......", sembari berkata
itu The Ing berpaling, tapi untuk kekagetannya, ternyata
Bek Lian sudah tak berada disitu. Ber-ulang2 ia
meneriakinya, tetap tiada penyahutan. Dalam pada itu,
suara hiruk-pikuk diatas puntiak itu, makin lama makin
jelas menurun kearah kaki gunung. Jerit siwanita yang
meneriakkan "Jian, suko" itu, sedemikian nyaring dan
gelisah.
The Ing. cukup faham akan watak Bek Lian yang
aneh, maka iapun tak kuatir lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tampak olehnya bagaimana rerotan obor itu sudah
tiba disitu.
Diantara ratusan orang2, ada seorang lelaki gagah
tengah mengamuk dengan membolang-balingkan
sebatang pedang pusaka.
Bagaikan seekor kerbau gila dia mengamuk kian
kemari.
Kemana dia merangsang, disitu tentu terdengar jeritan
orang mengaduh kesakitan hebat.
Sementara wanita yang meneriaki "Jiang suko" itu,
sebaya umurnya dengan Bek Lian, dan juga mencekal
sebatang pedang pusaka.
Ia tampak gugup gelisah sekali, menghadang kesana,
mencegat kemari.
Terdorong oleh keinginan tahu apa yang telah terjadi
itu, The Ing maju menghampiri. Tampak ada seorang tua
bertubuh pendek tampil kemuka dengan bersenjata
sepasang sarung tangan macam cakar.
Kelima jarinya, hampir setengah meter panjangnya.
"Saudara2, jangan panik. Ki-toako, Kiau jiko, ayuh kita
bertiga kepung dia!" serunya dengan lantang.
Suasana hiruk pikuk menjadi hening.
Menyusul loncat kemuka dua orang lelaki.
Yang satu membawa jwan-pian, yang satu sebatang
kong-cian.
Mereka bertiga lalu pecah diri menjadi segi tiga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi seketika itu juga, siorang kalap tadi segera
menyerang orang yang mencekal senjata kong-cian itu.
Bagi The Ing, karena wajah wanita yang berteriak2
"Jiang suko" itu mirip dengan Tio In, maka ia
menduganya kalau Hui-lay-hong Yan-chiu, sedang
sipengamuk itu tentulah Siau-beng-siang Tio Jiang.
la tak tahu bahwa ketiga orang lainnya itu adalah
Siang-eng Ko Thay, Ki Ce-tiong dan Kiau To.
"Ki toako, hati2lah dia gunakan jurus ceng-wi-tian-hay
untuk menyerang kebawah," Yan-chiu meneriaki Ki Cetiong
yang hendak diserang Tio Jiang itu.
Sebenarnya Ki Ce-tiong dan kawan2 sudah hendak
masuk tidur, karena kala itupun sudah tengah malam.
Tapi tiba2 mereka dikejutkan oleh suara orang
menggerung keras disusul dengan ayeritan ngeri. Bergegas2,
mereka sama memburu keluar dan dilihatnya
Tay-keng berlumuran darah bahunya lari pontang
panting. Dibelakangnya mengejar Tio Jiang dengan
pedang terhunus. Sedang dibelakangnya, tampak Yanchiu
ber-teriak2 memanggil
"Jiang suko...., Jiang suko.....".
Semua orang sama mengira kalau Tay-keng kesalahan
besar terhadap ayahnya hingga dihajar. Tapi bagi Ki Cetiong,
Kiau To, Ko Thay dan kawan2 cukup tahu bahwa
sekalipun Tio Jiang bersikap bengis terhadap puteranya,
namun tetap tak tega untuk membunuh puteranya itu.
Cepat2 mereka menolongi Tay-keng dan melerainya:
"Segala apa boleh dirunding, mengapa ayah dan
anak......."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Baru mulut orang itu hendak mengatakan "saling
berkelahi", atau, ujung pedang Tio Jiang cepat menusuk
kedadanya. Orang itu adalah seorang tokoh dari Holam
yang baru saja datang ke Lo-hu-san untuk
menggabungkan diri. Dia tak menyangka sama sekali
kalau bakal mendapat serangan yang secepat itu
datangnya, Au....... rubuhlah dia tak bernyawa lagi!
Kaget semua orang bukan kepalang.
Pedang kuan-wi-kiamm itu adalah sebuah pusaka
yarig dapat memapas kutung segala macam logam,
ditambah dengan ilmu pedang to-hay-kiam-hwat yang
termasyhur itu, menjadikan Tio Jiang seekor harimau
yang menggasak kawanan kambing.
Dalam lain kejab, kembali ada 5 orang yang terluka,
salah seorang dari mereka adalah cecu no. 9 dari markas
Hoasan.
Kini gegerlah semua orang.
Bagaikan dikejar setan, mereka sama lari turun
kebawah gunung.
Namun Tio Jiang tetap mengubernya.
Demikianlah setiba dikaki gunung, kepanikan itu dapat
dibikin sirap setelah Sin-eng Ko Thay ajak Kiau To dan Ki
Ce-tiong untuk mengepung sikalap itu.
Tapi akibat bekerjanya racun hong-sin-san yang
ganas, Tio Jiang sudah lupa diri sama sekali. Sampaikan
Yan-chiu dia sudah tak ingat siapa lagi. Dalam
pandangannya, setiap orang itu adalah setan muka hijau
yang bercaling, mereka harus dibasmi semua.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tak menghiraukan lagi adakah ketiga tokoh itu
tergolong cianpwe, Tio Jiang segera menyerang dengan
gerak ceng-wi-tiam-hay kearah Ki Ce-tiong: Atas
peringatan Yan-ciu tadi, Ki Ce-tiong cepat memutar
kongciannya untuk melindungi seluruh tubuhnya.
Tapi secepat itu pula, Tio Jiang robah gerakannya
menjadi boan-thiau-kok-hay, trang....... sebilah benda
hitam terlepas dari tangan Ki Cetiong.
Senjata kong-cian itu terbuat dari baja murni yang
beratnya tak kurang dari 70-an kati. Tapi terhadap kuanwi-
kiam, amblaslah kutung menjadi dua.
Ki Ce-tiong sebat sekali menghindar kesamping, tapi
tak urung pundaknya kena dimakan ujung kuan-wi-kiam
juga.
Dari kanan dan kiri Kiau To dan Ko Thay cepat
merangsang.
Sarung cakar Ko Thay itu dengan disaluri lwekang
menerkam bahu Tio Jiang, sedang Kiau To dalam jurus
sim-ji-cek-keng, menyapu kaki Tio Jiang.
Tapi oleh karena mereka berdua belum jelas duduk
perkaranya, mereka sudah tak mau menyerang dibagian
yang berbahaya.
Tapi tidak demikian dengan Tio Jiang yang sudah lupa
daratan itu.
Secepatnya dia membalik tubuh, segera dia lancarkan
dua buah serangan yang ganas. Terlebih dahulu dia
kalau Ko Thay mundur, lalu dengan jurus hay-siang-tiaugo,
dia hantam kepala Kiau To.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bermula Kiau To gembira begitu kaki Tio Jiang tergaet
jwan-pian, tentulah mudahlah untuk menariknya jatuh.
Tapi waktu dia menariknya, ternyata sepasang kaki
Tio Jiang itu bagaikan tumbuh akarnya masuk kedalam
tanah.
Hendak dia kerahkan tenaga untuk menariknya lagi
tapi pada saat itu kepalanya terasa tersambar deru
angin.
Waktu mendongak, semangatnya serasa terbang.
Kuan-wi-kiam dengan cahayanya yang hijau kemilau,
sudah berada dua tiga puluh senti jauhnya dari mukanya.
Celaka, mati aku!
Demikian Kiau To sudah pejamkan mata menunggu
ajalnya.
Tring........, berbareng dengan terdengarnya benturan
senjata, mukanya terasa sakit kena muncratan apinya.
Namun dia insyaf bahwa dirinya tertolong, sebat sekali
dia segera loncat kesamping.
Ketika mengawasi, kiranya yang menolong merebut
jiwanya dari tangan Tio Jiang tadi, bukan lain Yan-chiu
adanya.
Ya, memang hanya Yan-chiu dengan pedang yap-kunkiamnya
yang dapat menahan babatan kuan-wi-kiam itu.
Andaikata lain senjata, tetap muka Kiau To akan terbelah
menjadi dua.
"Siao Chiu....., Siao Chiu....." seru Kiau To meneriaki
Yan-chiu dengan cemasnya, Kiau To kenal Yan-chiu
sedari ia masih. Umur l7-an tahun, Sampai sekarang dia
tetap memanggilnya Siao Chiu (Chiu kecil).
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tak jeri padanya, dengan kupunya hoan-kiangkiam-
hwat, tak nanti Jiang suko dapat melukai akul"
sahut Yau-chiu.
Memang benarlah kiranya.
Tiga kali Tio Jiang lancarkan serangan, tapi
kesemuanya. itu dapat dihindar oleh isterinya dengan
tepatnya.
Malah Yan-chiu merapat kedekat sang suami.
Sebenarnya to-hay-kiam-hwat dan hoan-kiang-kiamhwat
itu, merupakan sepasang ilmu pedang suami isteri.
Kalau bersatu padu menyerang musuh, hebatnya
bukan tertara.
Tapi kalau untuk berkelahi saling gasak sendiri, tiada
yang kalah atau menang alias serie. Maka Yan-chiu pun
tak gentar menghadapi amukan suaminya.
Ketika rapat kedekat Tio Jiang, tampak oleh Yan-chiu
urat2 pada muka suaminya sama menonjol besar2,
matanya tak berkesiap, biji matanya bagian yang putih
penuh dengan urat2 merah.
Sudah lebih 20 tahun lamanya Yan-chiu menjadi isteri
Tio Jiang, tapi belum pernah selama itu dia menampak
wajah suaminya sedemikian buas menakutkan itu.
Dalam pedihnya, ia mengeluh: "Jiang suko,
kau............ !"
Saking sedihnya, Yan-chiu tak dapat melanjutkan
kata2nya. Sekalian orang sama mencemaskan keadaan
Yan-chiu, Pedang Tio Jiang tetap tak berkurang
kedahsyatannya, sedikit lengah saja Yan-chiu pasti
celaka. Dalam pada itu mereka saling tanya menanya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apakah yang sebenarnya terjadi dengan Tio Jiang itu. Tio
In yang melihat ayah bundanya saling bertempur dengan
gigihnya itu, gelisah bukan kepalang. Tapi ia tak tahu,
cara bagaimana dapat melerai mereka itu.
Tak dapat lekas2 merobohkan lawan, Tio Jiang
menjadi makin beringas.
Dengan menggerung keras, dia gerakkan tangan kiri
untuk menghantam dada "musuh"nya itu. Dalam
kagetnya, Yan-chiu cepat miring kesamping, tapi tak
urung, pundaknya kena terhantam.
Tio Jiang yang sekarang jauh berbeda dengan Tio
Jiang 20 tahun yang lalu dimana dia belum menjadi
pemimpin Lo-hu-san dengan gelar Siau-beng-siang itu.
Apalagi minum obat hong-sin-san, wah, tenaganya
menjadi berlipat ganda saktinya.
Yan-chiu rasakan tulang pundaknya patah, serta
menderita luka dalam yang tak ringan. la terhuyung
kebelakang sampai bebrapa langkah, sambatan angin
dari pukulan Tio Jiang yang berikut-nya segera
menyusul.
Sebenarnya dapat Yan-chiu mengelakkan diri dari
serangan fatal itu, tapi karena ia mengira Tio Jiang hanya
sedang dirangsang oleh hawa kemarahannya, ia malah
maju menyongsong seraya menangis: "Jiang suko!"
Pukulan kedua dari Tio Jiang, lebih hebat dari yang
pertama.
Dapat dibayangkan Yan-chiu pasti akan binasa
karenanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi pada saat2 segenting itu, tiba2 melayanglah
datang sesosok bayangan hitam.
Tio Jiang cepat tarik pulang tangannya tadi, begitu
bayangan hitam itu melayang dekat, segera dia sambut
dengan hantaman dahsyat.
Siapakah gerangan bayangan hitam itu?
Ternyata dia bukan lain yalah Sin-eng Ko Thay. Si
Garuda sakti ini, enjot tubuhnya menyambar pundak
Yan-chiu, justeru yang disambar itu pundaknya yang
terluka tadi, maka sekali menjerit rubuhlah Yan-chiu tak
ingat orang lagi.
Memang itulah yang dikehendaki Ko Thay.
Begitu orang sudah pingsan tentu tak dapat meronta
dan dengan sigapnya dia segera lemparkan tubuh Yanchiu
kesamping seraya berseru: "Saudara, sambutlah ia!"
Dua orang gagah cepat maju menyanggapi tubuh Yanchiu.
Dengan cemasnya buru2 Tio In menghampiri
mamahnya
"Mah, bagaimana keadaanmu?"
Yan-chiu paksakan membuka mata seraya menyahut
dengan suara ter-putus2: "Jangan........ hiraukan .......
aku...... ayahmu.......". Yan-chiu tak dapat lanjutkan
kata2nya lagi, karena napasnya serasa memburu keras.
Kalau dahulu ia tak pernah memakan mustika kuning
dalam batu, mungkin saat itu ia akan sudah bertamasya
keakhirat.
Tio In bercucuran pir matanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sewaktu: berpaling kesebelah sana, dilihatnya Sin-eng
Ko Thay menderita kesakitan hebat. Tadi karena
melemparkan tubuh Yan-chiu, dia agak berayal sedikit.
Sekalipun dengan sebatnya dia coba menghindar dari
pukulan Tio Jiang yang ketiga itu, namun tak urung
ketika sudah berdiri jejak disebelah sama, dia muntah
darah.
Begitulah dalam beberapa kejab saja, tiga tokoh lihay:
Kiau To, Ko Thay dan Yan-chiu, terluka semua.
Sekalian orang menjadi panik lagi.
Tapi Ki-Ce-tiong cepat mengangkat kong-cian berseru
nyaring2: "Saudara2. Siau-beng-siang Tio Jiang tentu
kena dicelakai orang. Kita tak boleh panik, kalau panik itu
berarti termakan siasat musuh. Lekas selidiki barangkali
ada orang asing disini!"
Selama menyaksikan pengamukan itu, The Ing
terpikat sekali akan permainan pedang Tio Jiang yang
sedemikian hebatnya itu.
Ia baru gelagapan ketika Ki-Ce-tiong mengucapkan
perintahnya yang terakhir itu.
Kalau sampal ketahuan, bukankah dirinya bakal celaka
nanti.
Buru2 ia hendak menyelinap kesamping, tapi pada
saat itu ada 3 orang datang menghapiri kedekatnya.
dengan membawa obor.
"Hai, budak perempuan, kau datang dari mana ini?"
tegur mereka.
Tampak oleh The Ing bahwa ketiga orang itu sama
tegap2 perawakannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pikir The ing tak berguna untuk memberi penjeIasan
pada orang2 kasar macam begitu. Maka dengan deliki,
mata, ia mendamprat: "Peduli apa dengan kamu?!"
Ketiga orang itu sama terbelalak.
Tapi pada lain saat mereka segera berteriak keras2:
"Ki toako, inilah orang yang mencelakai Siang-bengsiang!"
Ki Ce-tiong cepat menyuruh 3 orang ko-chiu (jago
lihay) untuk membekuk hidup2an nona itu.
Bukan kepalang marah The Ing karena dituduh
mencelakai Tio Jiang itu.
"Kentut busukl" dampratnya seraya lontarkan tali
cheng-si kearah ketiga orang itu.
Mereka bertiga segera rasakan kepala, muka, kaki dan
tangan seperti disayat pisau silet, sakitnya jangan
ditanya. Yang membuat ketiga jago itu marah bukan
terkira, yalah mereka tak tahu sama sekali senjata apa
yang digunakan oleh si nona untuk melukainya itu.
"Budak hina, kau berani melukai orangl" mereka
berteriak dengan kalap terus hendak merangsang maju.
Tapi saat itu Ki Ce-tiong keburu datang mencegahnya.
Sejenak mengawasi, dapatkan orang asing itu adalah
seorang nona cantik yang menggenggam semacam
senjata aneh, yani segulung benang merah yang
halusnya sama dengan rambut kepala. Dia tak kenal
siapa, nona itu, maka ditegurnya dan ditanyainya nama
dan maksud kedatangan The Ing ke Lo-hu-san situ.
Mendengar kisah Tong Ko, The Ing sudah mempunyai
purbasangka terhadap orang2 Lo-hu-san yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dianggapnya bangsa kasar yang bo-ceng-li (tiada
aturan).
Tuduhan yang dilancar oleh ketiga orang kepadanya
tadi, makin menambah besar rasa antipathinya.
"Apakah ada larangan bagi orang yang datang
ketempat seluas Lo-hu-san ini? Adakah orang harus
memberitahukan nama dan maksudnya dahulu baru
boleh datang kemari?" sahutnya dengan tajam.
Ki Ce-tiong terkesiap atas tajamnya mulut sinona itu.
Tapi karena urusan itu amat penting, jadi dia tak mau
mengalah juga.
"Sewaktu Siau-beng-siang tiba2 menjadi kalap, kau
justeru berada disini. Adakah itu kurang pantas, kalau
aku bertanya padamu?"
The Ing tertawa menghina, balasnya: "Ucapan yang
tekebur! Kalau aku tak menghiraukan, kau mau apa?"
Saat itu Kiau To yang terluka pundaknya tadi, datang
juga melihat ramai2 itu.
Dia adalah seorang berangasan yang beradat keras.
Mendengar penyahutan The Ing yang memanaskan
telinga itu, tanpa banyak kata lagi, dia terus ulurkan
kelima jarinya untuk mencengkeram bahu The Ing.
Itulah gerak oh-liong-tham-jiau (naga hitam
menjulurkan cakarnya), salah satu jurus yang terlihay
dari ilmu cengkeram toh-beng-cap-jit-jian (17
cengkeraman maut).
Melihat kekurang ajaran orang itu, The Ing makin
gusar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Secepatnya menghindar kesamping, dengan jari
tengah dan manis, ia jemput tali cheng-si. Setelah diputar2
menjadi beberapa lingkaran merah, terus
dilontarkan kemuka.
Kalau lain orang mungkin akan memandang remeh
pada tali ceng-si yang sebesar rambut itu. Tapi Kiau To
benar orangnya berangasan, namun dalam ilmusilat, dia
juga mempunyal pengetahuan yang luas. Dalam ilmu
permainan ruyung liok-kin-pian-hwat yang diterimanya
dari sang suhu Tay Siang siansu, juga terdapat gerakan2
istimewa yang sukar diduga orang. Melihat gaya
melayangnya tall cheng-si itu, dia terkejut juga. Itulah
suatu permainan yang tak dibawah liok-kin-pianhwatnya..
Cepat dia enjot kakinya loncat rmundur.
Jurus yang digunakan oleh The Ing itu, adalah jurus
ceng-ay-ho-sin.
Begitu lawan menghindar kebelakang, cepat iapun
turunkan tangan kebawah berganti jurus ham-ceng-mehmeh.
Lingkaran tali cheng-si itu tiba2 menurun ketanah.
Begitu tiba didekat Kiau To, The Ing berganti lagi
dengan jurus ceng-hay-seng-bo.
Tahu2 lingkaran tali itu melayang keatas lagi.
Dalam kagetnya Kiau To buru2 menghindar lagi, tapi
sesaat itu betisnya terasa terikat kencang untuk
kemudian diseret kemuka.
Untuk kesekian kalinya Kiau To terperanjat lagi,
bahkan kali ini serasa terbang semangatnya. Dengan
menggerung keras, dia salurkan kekuatannya kebawah
untuk gunakan gerak cian-hin-tui (tindihan seribu kati).
Berpuluh tahun dia meyakinkan gerak cin-kin-tui itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga kedua kakinya itu se-olah2 terpancar kedalam
bumi saja.
Tapi karena The Ing menarik, maka akibatnya betis
Kiau To itu seperti disayat pisau silet, sakitnya jangan
dikata lagi.
Saking marahnya, Kiau To menyabet dengan jwanpian
kearah tali ceng-si.
Ini suatu kekeliruan lagi.
Kalau dia tak begitu buru2 hendak menapas kutung
tali cheng-si itu, mungkin saat itu Ki Ce-tiong akan maju
menyerang The Ing.
Karena diserang itu, The Ingpun tentu akan kendorkan
gubatannya untuk menghadapi Ki Ce-tiong. Tapi karena
dia (Kiau To) telah menghantamnya, bukannya tali itu
putus, sebaliknya malah menambahkana daya tarik The
Ing.
Seketika itu, betis kirinya yang tergubat tali ceng-si,
kelihatan tertarik kemuka bebrapa inci.
The Ing tak sia2kan kesempatan itu. Liang-chengsiang-
gwat dan ceng-hay-seng-bo, sekaligus dilontarkan
ber-turut2.
Bluk......, dihadapan sekian banyak orang gagah dari
Lo-hu-san, Kiau To siberangasan yang pernah menjabat
pemimpin nomor dua dari Thian Te Hui itu, terjerembab
jatuh mencium tanah. Hinaan itu cukup meledakkan dada
Kiau To.
Dan memangnya The Ing itu agak keliwatan juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Baru orang tengel2 bangun, atau ia sudah imbuhi lagi
dengan gerak ham-ceng-meh-meh. Tali cheng-si
berkeliaran merubung kemuka Kiau To.
Pipi kiri siberangasan itu segera timbul 3 buah
bengkak merah.
Kini baru The Ing puas.
Menarik pulang talinya, ia tertawa mengejek: "Ho....,
kukira kawanan hohan dari Lo-hu-san itu lihay2,
sehingga main gertak pada setiap orang yang datang
pesiar ke Lo-hu-san sini. Tak tahunya kalau mereka itu
adalah bangsa kantong nasi belaka!"
Adanya The Ing mengobral olok2nya itu, bukan karena
ia dituduh mencelakai Tio Jiang tadi, tapi karena teringat
akan pengalaman Tong Ko yang pernah dipaksa bunuh
diri oleh orang2 Lohu-san. Maka ia hendak balaskan sakit
hati pemuda yang dikasihinya itu.
Pada saat itu, Kiau To pun sudah bangun berdiri,
dengan wajah beriagas dia hendak menyerang lagi, tapi
berbareng dengan itu Tio In pun sudah mendahului
berseru: "Jangan lepaskan ia, ia sekaum dengan Tong
Ko!"
Atas seruan Tio In, tertumpahlah amarah sekalian
orang kepada The Ing.
Para orang gagah yang berkumpul di Lo-hu-san itu,
adaIah patriot2 yang menentang penjajah Ceng.
Mereka tinggalkan rumah dan kekayaannya untuk
menggabungkan diri ke Lo-husan.
Kebencian mereka terhadap pemerintah Ceng dan
segala antek2nya, me-luap2lah sekali. Dalam anggapan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka, Tong Ko itu adalah salah seorang kaki tangan
penjajah Ceng. Putera bungsu dari Tio Jiang, mereka
tuduh Tong Ko yang membunuhnya. Maka kalau The Ing
itu kawan Tong Ko, itu harus dihajar.
Berpuluh orang gagah2 segera mengepung The Ing
dengan senjata terhunus.
Dari cahaya obor, The Ing seram juga melihat wajah
orang2 itu sama beringas se-olah2 hendak meminum
darahnya. Cepat ia pasang kuda2, siap menunggu setiap
serangan. Tapi sampai sekian lama, tiada seorangpun
yang mulai bergerak.
"Paman sekalian, ayah terang ia yang mencelakai,
mengapa tak lekas2 menghajarnya?" seru Tio In sembari
terus memberi contoh maju menyerang dengan jurus
kiang-sim-poh-lou.
The Ing berlaku tenang, sedang Tio In tampak
bernapsu, apalagi jurus itu tak seberapa hebatnya. Baru
orang hendak bergerak, The lng telah mendahuluinya
dengan sebuah sabatan ceng-hay-seng-bo.
Seketika itu tangan Tio In terasa sakit sekali, tring.......
pedangnya jatuh ketanah. The Ing tertawa dingin, begitu
tangannya bergerak, ia libat pedang orang dengan tali
cheng-si terus disentak keatas udara.
Ditingkah cahaya obor, pedang itu bagaikan sebuah
meteor jatuh. Tio In kesima seperti patung.
"Nona Tio, taruh kata aku benar sekaum dengan Tong
Ko, toh belum tentu tergolong orang jahat. Bukantah kau
sendiri menjadi gadis pujaan Tong Ko?" The Ing tertawa
lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Serangan ini lebih tajam rasanya dari tali cheng-si itu.
Dada Tio In penuh sesak, matanya ber-kunang2,
hampir2 ia rubuh coba tidak Kiau To buru2 memapahnya
"Lekas katakan, kau apakan Siau-beng-siang Tio Jiang
itu? Kalau Siau-beng-siang bisa sembuh, kita tentu ada
pertimbangan yang adil, jiwamu tetap terpelihara!" seru
siberangasan itu.
The Ing tertawa ter-kial2, serunya: "Garang benar! Ya,
memang aku kawan Tong Ko, kalau mau andalkan
jumlah banyak, ayuh kalian boleh maju semual"
Jalan menggabung diri kedalam perserekatan Lohusan,
telah tertutup untuk The Ing. Dia benci akan
kelakuan bo-ceng-li dari orang2 Lo-hu-san, sebaliknya
orang Lo-hu-sanpun keliru menyangkanya sebagai kaki
tangan Ceng.
"Harap saudara2 mundur, biar kuminta pengajaran
darinya beberapa jurus!" sahut Kiau To atas tantangan
The Ing.
Setelah mendorong Tio In kesamping, lalu mainkan
jwan-pian sebagai tanda siap bertempur.
Memang The Ing sudah menduga bakal menghadapi
pertempu-an berat.
Asal kali ini ia dapat mengatasi Kiau To, mudahlah
untuk lolos dari situ.
Tapi baru ia hendak gerakkan talinya, tiba2 orang
banyak sama hiruk-pikuk lagi menyisih kesamping. Kiau
To menengoh kebelakang dan didapatinya Siau-bengsiang
mengamuk kesitu. Bebrapa ko-chiu yang
mengepungnya tadi, kena dilukai semua.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang2 sama menyisih tadi, karena gentar melihat
tandangnya.
Hati Kiau To seperti diremas.
Benar tadi ia bentrok dengan Tio Jiang karena urusan
Go Sam-kui, tapi tali persaudaraan yang di pupuknya
sejak berpuluh tahun itu, telah menganggap Tio Jiang itu
seperti saudara sendiri, Apa boleh buat, ia tinggalkan The
Ing dulu untuk menghadang Siau-beng-siang.
Tapi berbareng pada saat itu terdengarlah seseorang
berseru keras: "Kiau loji, kasih aku yang melayaninya!"
Ketika semua mata memandang kepada orang itu,
ternyata dia seorang lelaki berusid 50 tahun lebih,
mencekal sebatang pikulan, sikapnya seperti orang
tukang cari kayu digunung.
Ho...., itulah si Hoa-san-kiau-cu Ma Cap-jit.
Ilmu permainan pikulannya itu, berasal dari salah
seorang gagah dari perserekatan Liang-san yang
bernama Long-cu Yan-ceng.
"Cap-jit-ko, hati2lah!” seru Kiau To.
Ma Cap-jit mengiakan, lalu menyongsong maju.
Bluk....., untuk pertama kali Tio Jiang rubuh mencium
tanah.
Tio Jiang menggerung keras, begitu, loncat bangun
dia terus merangsang Ma Cap-jit.
Tapi Hoa-san-kiau-cu itu tak menjadi gugup.
Begitu dia menghindar kesamping, pikulannya
disodokkan kebawah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tio Jiang hendak membabatnya, tapi secepat kilat Ma
Cap-jit kaitkan pikulan dan blug......, lagi2 Tio Jiang jatuh
meloso.
Tio Jiang yang sudah tak ingat siapa2 lagi, makin
beringas. Dia loncat tinggi keatas, Magi masih diudara
dia bolang balingkan pedangnya dalam jurus boan-thiankok-
hay, hay-siang-tiau-go dan ceng-wi-tiam-hay.
Bagaikan gunung pedang, roboh kearah kepala Ma
Cap-jit.
Keistimewaan ilmu pikulan Hoa-san-kiau-cu itu yalah
kalau lawan berada dibawah.
Atas serangan dari udara itu, betul2 dia menjadi
gugup.
Apa boleh buat terpaksa ia tangkiskan pikulannia
keatas. Saat2 itu sangat menggelisahkan sekali. Kalau
pedang Siau-beng-siang tiba, tak ampun pikulan akan
terpapas kutung dan Ma Cap-citpun tentu celaka.
Untung seketika itu, dari empat jurusan segera
meluncur bantuan berupa ber-macam2 senjata rahasia.
Diantaranya yang paling hebat adalah senjata pelor
yang dilepas oleh Sin-tan Gong Lian, seorang sahabat
Sin-thok Ih Liok yang baru saja setahun yang lalu datang
ke Lo-hu-san. Jago yang berasal dari Shoatang itu
seorang akhli Panah pelor.
Wut..., wut..., wut..., 8 butir pelor menghujani Siaubeng-
siang.
Orang yang meminum hong-sin-san, walaupun
pikirannya sudah kabur, tapi ilmu silatnya tetap tak
terpengaruh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tio Jiang putar pedangnya untuk menghalau hujan
senjata rahasia itu.
Ber-turut2 terdengar suara gemerincing dari benda
logam yang tersampok jatuh.
Siau-beng-biang telah dapat menyapu bersih semua
senjata rahasia itu.
Salah sebuah pelor darl Sin-tan Gong Lian telah
mengenai punggung pedang Tio Jiang, tring....., pelor itu
mental kelain arah dan menimpah pundak kawan sendiri.
Pedang Tio Jiang masih berputar, tring...., pikulan Ma
Cap-jit terbabat kutung ujungnya. Membarengi itu, Tio
Jiang hendak teruskan menabas lawannya.
Melihat itu Gong Lian lepaskan lagi 8 buah pelor untuk
meng-halang2inya.
Sebenarnya kalau semua orang gagah itu maju
mengeroyok, Tio Jiang pasti keok.
Tapi yang sulit, tiada seorangpun yang tega untuk
melukai Tio Jiang.
Mereka tahu, kelakuan Tio Jiang itu bukan atas
kehendaknya sendiri.
Ada belasan orang yang maju lagi, tapi itu hanya
penundaan sementara waktu saja, karena tak lama
kemudian kembali orang2 itu kena dihajar kocar-kacir
oleh Siau-beng-siang.
Kiau To makin gelisah.
Satu2nya jalan untuk menolong Siau-beng-siang yalah
harus meringkus The Ing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi baru dia hendak bergerak maju, tiba-tiba
muncullah Yan-chiu dipapah oleh dua orang wanita. "Ki
toako....., Kiau jiko....., kulihat Jiang suko itu macamnya
seperti orang minum hong-sing-san!" seru Yan-chiu.
Kiau To seperti orang disadarkan. Memang ketika Kuiing-
cu kalap digereja Ang Hun Kiong dahulu, tingkah
lakunya seperti Tio Jiang sekarang. Itu waktu beruntung
mendapatkan obat penawarnya yang tersimpan ditubuh
Ti-an Bik-san. "Siao Chiu, apakah obatnya Kui-ing-cu itu
masih ada?".
"Ini harus ditanyakan padanya sendiri. Dia bersama
Thaysan sin-thok membuka warung minuman dikaki
gunung sana. Lekas suruh orang memanggilnya!" sahut
Yan-chiu.
"Biar kupergi sendiri!" kata Kiau To terus ayunkan
langkah.
"Hai, bagaimana, apa tak jadi minta pengajaran dari
aku?" tegur The Ing.
Kiau To berhenti, tapi dia hanya mendengus sebentar
lalu lari kebawah gunung.
Melihat bahwa untuk sementara ini suaminya dapat
dibatasi oleh kepungan orang2 gagah, Yan-chiu lalu
arahkan perhatiannya kepada The Ing. Setelah
mengawasi beberapa jenak, bertanyalah ia "Siapakah
nama nona yang mulia?
Suamiku tiada mempunyal dendaman padamu,
mengapa kau kaniaya dia?"
"Namaku tidak mulia, sederhana saja yani The Ing.
Memang aku tak mendendam apa2 terhadap Siau-bengTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
siang, juga tak mencelakainya. Adalah orang2mu itu
sendiri yang menuduh serampangan saja!"
Yan-chiu mendapat kesan bahwa nona itu mirip
dengan seseorang yang dikenalnya.
Waktu mendengar nona itu orang she The, wajahnya
segera berobah pucat, tanyanya dengan tandas : "Entah
siapakah ayah nona ini?"
The Ing terkesiap. Ayahnya pesan jangan ia
mengatakan nama ayahnya itu kepada Bek Lian tapi
tidak apa2 kalau kepada orang lain.
"Ayahku bernama The Go, pada 20 tahun yang lalu,
orang menggelarinya sebagai Cian-bin-long kun!"
Serentak mendengar nama itu, naiklah darah Yanchiu.
Oleh karena tadi ia sudah terluka berat, maka seketika
itu juga ia segera muntahkan darah segar, namun
dengan ter-engah2 ia paksakan diri berseru : "Serigala
tentu beranak serigala, saudara2 ayuh tangkap budak
ini!".
Ki Ce-tiongpun terpengaruh, tanpa banyak pikir lagi
dia segera memberi komando untuk menyerang. Tiga
orang gagah, cepat tampil kemuka. Mereka adalah sanak
jauh dari Kang Siang Yan, yani 3 saudara she In.
Senjatanya adalah 3 buah kim-kong-gwan (lingkaran
baja, macam gelang besar).
Tatkala masih digunung Sip-ban-tay-san, The Go
sering menceritakan tentang kesesatannya dimasa
mudanya, untuk itu dia benar2 menyesal dan insyaf.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Ing percaya penuh bahwa kini ayah-nya sudah
bertobat betul2.
Maka ia gusar sekali mendengar umpat caci Yan-chiu
dan Ki Ce-tiong itu.
"Kalau mau berkelahi, aku sedia melayani. Tapi jangan
mengobral caci makian terhadap ayahku!"
Ketiga saudara In itupun sudah siap mengepung The
Ing, serunya: "Kami bertiga saudara, selalu maju
berbareng. Terhadap satu maupun seratus musuh, kami
tetap begitu. Harap nona jangan tuduh kami main
keroyok!"
"Terhadap kawanan babi, aku memang tak dapat
memberi komentar apa2 lagi!" jawab The Ing sembari
mainkan tali cheng-si untuk melingkungi tubuhnya.
Setelah saling memberi isyarat mata, ketiga orang itu
lalu ber-suit keras dan mainkan kim-kong-gwan sebentar,
terus dilontarkan kearah The Ing.
The Ing terkesiap, mengapa kim-kong-gwan dapat
dilepas dan kembali ketangan, si-pemilik lagi? Cepat ia
mendak kebawah, lalu gerakkan jurus ceng-hay-seng-bo.
Sebenarnya dalam permainan tali cheng-si itu, ia baru
saja habis meyakinkan jadi belum. faham betul. Tadi
dicobanya terhadap Kiau To dan dalam percobaan itu ia
mendapat pengalaman2 yang berharga lagi. Maka dalam
serangannya yang ini, gayanya makin hebat.
Ternyata ketiga, saudara itu, memiliki kim-kong-gwan
yang serupa. Habis melempar mereka lalu berputar,
maka tak heranlah kalau kim-kong-gwan se-olah2 seperti
kembali lagi ketangannya. Serangan The Ing tadi benar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat mengenyahkan mereka bebrapa langkah jauhnya,
tapi dalam sekejab waktu mereka maju merapat lagi.
Demikianlah orang disuguhi dengan pertempuran yang
menarik.
Si nona bagaikan seekor kupu2 menari2 diantara
hujan kim-kong-gwan.
Benar tali cheng-si itu teramat halusnya, tapi setiap
kali berbentur, tentu kim-kong-gwan itu terpental
kesamping.
Begitulah pertempuran antara 3 orang lelaki lawan
seorang gadis itu berjalan dengan serunya.
Dalam waktu setengah jam saja, pertempuran itu
sudah berlangsung sampai tiga empat puluh jurus.
Karena halusnya tali cheng-si itu, maka sukarlah ketiga
saudara In itu menjagainya. Pundak dan lengan mereka
bebrapa kali kena tersayat, benar tak parah tapi cukup
membuatnya meringis kesakitan. Sebaliknya The Ing pun
nyaris dari bodor kepala, melainkan hanya rambutnya
saja yang kena terpapas kim-kong-gwan itu.
Orang2 gagah yang berkumpul di Lo-hu-san itu datang
dari seluruh peloksok. Yang berasal dari daerah utara,
sampai meliputi orang2 gagah daerah Kwangwa. Sedang
yang dari selatan, berasal dari Hun-lam. Tapi tiada
seorangpun yang kenal akan permainan The Ing yang
aneh itu. Selagi mereka menikmati dengan penuh
perhatian, tiba2 ada orang berteriak. nyaring : "Hore,
itulah Kui locianpwe dan Thaysan sin-thok sudah
datang!"
Siapa tokoh Kui-ing-cu itu, tentulah pembaca sudah
maklum adanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia kini sudah menjadi seoranng kakek berusia 80-an
tahun.
Sekalipun begitu, adatnya yang aneh itu, tetap masih
dipraktekkan.
Begitu tokoh itu muncul, orang2 yang mengepung Tio
Jiang tadipun segera menyingkir.
"Jiang ko-ji, apa2an kau ini? Apa kau sedang marah2
karena bertengkar dengan isterimu?" orang aneh itu
berdiri dihadapan Tio Jiang sembari tertawa mengikik.
Ya, memang anehlah tokoh itu, masa dalam keadaan
segenting itu, ia masih sempat ber-olok2.
Dalam sibuknya, The Ing mencuri kesempatan untuk
melihatnya.
Seorang kakek yang pakaiannya penuh tambalan,
tampak menghadapi Tio Jiang.
Sikap orang tua itu tiada sesuatu yang luar biasa,
kecuali sepasang matanya yang ber-api2, pertanda dia
itu seorang akhli Iwekang yang sudah mencapai
kesempurnaan.
Benar kata2nya tadi secara bergurau, tapi ternyata
kumandangnya melengking nyaring sekali sehingga
memekakkan telinga orang.
Sampaipun Tio Jiang kelihatan tertegun sejenak,
seperti agak sadar.
Tapi karena hebatnya pengaruh hong-sin-san, pada
lain saat dia sudah lantas menyerang tenggorokan orang.
Kui-ing-cu masih mengikik, tegak seperti patung.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat itu semua orang sama mengucurkan keringat
dingin.
Tapi Kui-ing-cu adalah seorang cianpwe yang
diagungkan kaum persilatan.
Tatkala ujung pedang terpisah hanya bebrapa dim dari
tenggorokannya, barulah dia berkisar kesamping. Tepat
dan necis sekali penghindarannya itu, mata pedang yang
membawa angin dingin itu, lewat disisi pipinya.
Secepat kilat, dua buah jari Kui-ing-cu menyulur
kearah kedua mata Tio Jiang.
Tenang tapi ganaslah gerakan Kui-ing-cu itu, sehingga
kalau bukan seorang ko-chiu pasti sukar menghindar dari
serangannya itu.
Semua orang sama menahan napas, malah Yan-chiu
cepat sudah menjerit :"Kui locianpwe!"
"Ho, ho, jangan kuatir, tak nanti kulukai lakimu ini!"
sembari bergurau itu, tangan kiri Kui-ing-cu menerkam
dada Tio Jiang.
Saat itu pada perasaan Tio Jiang, setiap orang yang
dijumpai adalah musuhnya.
Dia rebahkan badannya kebelakang untuk
menghindari terkaman jurus song-liong-jiang-cu
(sepasang naga berebut mustika) itu.
Tapi Kui-ing-cu sudah memperhitungkan hal itu.
Tangan kanan yang hendak menerkam mata itu,
diteruskan kemuka untuk mencengkeram dada orang.
Tapi sudah berulang kali diterangkan, keadaan Tio
Jiang itu sudah seperti orang gila, maka tak anehlah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau dia mempunyai pikiran untuk sama2 mati dengan
"musuh"nya itu.
Sembari miringkan tubuh, dia babatkan pedangnya
kepundak orang.
Gila benar Siau-beng-siang itu.
Tapi memang demikian ketekadannya.
Biar separoh tubuhnya kena dicengkeram, tapi pundak
lawanpun tentu kena terpapas.
Sakti sekalipun tokoh Kui-ing-cu itu, namun pada saat
itu tak urung ia terkejut juga. Sebenarnya mudahlah ia
untuk menghadapi serangan itu. Cukup mengisar
kesamping, lalu menghantam, To Jiang pasti tak dapat
menghindar lagi, jiwanyapun tentu melayang. Tapi kalau
dia tak mau berbuat begitu, pundaknya tentu akan
menjadi korban tabasan pedang. Namun Kui-ing-cu
bukan Kui-ing-cu kalau dia tak dapat memecahkan
kesukaran itu. Berbareng dengan datangnya pedang,
diapun sudah mendapat siasat. Apa boleh buat, dia
balikkan lengan, lima jarinya yang bagai kaitan besi itu
se-konyong2 merangsang. Berbareng dengan
mengeluarhan bentakan keras, tahu2 tangannya itu
sudah menjepit batang pedang.
Kejadian itu hanya berlangsung dalam sekejap mata.
Tio Jiang hanya terpisah setengah meter darinya. Kalau
lain orang mungkin sudah terluka berat rontok
pekakasnya dalam karena teriakan Kui-ing-cu yang
sedahsyat halilintar memecah bumi itu. Tapi oleh karena
lwekang Tio Jiang sudah bertambah sempurna, jadl dia
hanya tertegun sejenak saja. Pada lain saat, ketika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meerasa pedangnya dijepit orang, cepat2 dia menariknya
kebelakang.
---oo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 28 : MEMBANTU MERINGKUS
YANG MENGAMUK DI BALAS
TUDUHAN MENGADU DOMBA
Melihat Kui-ing-cu dapat merebut kemenangan, dalam
kekalahan-nya.
Yan-chiu girang. Tapi pada lain saat, ia menjadi
cemas.
Pedang Tio Jiang yang diterkam Kui-ing-cu itu, adalah
pedang pusaka yap-kun-kiam, pedang yang dapat
menabas segala macam logam. Kalau Kui-ing-cu sampai
terluka, tiada lain orang lagi yang sanggup mengatasi Tio
Jiang.
"Kui locianpwe, hati2lah!" seru nyonya itu
memperingatkan.
Kui-ing-cu bukan tak tahu bagaimana pedang Tio
Jiang itu.
Kalau pedang biasa, sekali tekan dapatlah tentu Kuiing-
cu mematahkannya.
Adanya dia berani mencengkeram pedang lihay itu,
karena dengan perhitungan agar Tio Jiang tertegun
sejenak dan saat itu Kui-ing-cu akan lepaskan cekalannya
untuk mundur kebelakang.
Dalam 20 tahun belakangan ini, kepandaian Tio Jiang
sudah mencapai hampir setingkat dengan Kui-ing-cu.
Memang terkesiap Tio Jiang waktu mendengar
bentakan menggeledek dari Kui-ing-cu itu, tapi itu hanya
sedetik, karena pada lain detik dia, segera tarik pulang
pedangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sudah tentu Kui-ing-cu belum sempat melepaskan
cekalannya.
Kelima jari tangannya kiri itu, terpapas kutung!
Bagaimanapun saktinya tokoh itu, namun tak dapat
dia menahan kesakitan itu.
Dia loncat mundur seraya berseru: "Siau Chiu,
suamimu itu benar termakan racun hong-sin-san,
makanya tenaganya begitu dahsyat. Obat penawarnya
sudah kubawa, soalnya bagaimana cara meminumkan
padanya!"
Melihat Kui-ing-cu menderita kekalahan, sekalian
orang sama pucat.
"Kui-heng, lebih baik kau hajar mampus budak
perempuan she The ini. la sudah mengakibatkan banyak
saudara2 kita terluka!" seru Thaysan sin-tho, Si bongkok
yang lihay itu ternyata sudah dapat meringkus The Ing.
Kui-ing-cu dan Thaysan sin-tho Ih Liok sedang minum
arak diwarung yang mereka usahakan dikaki gunung.
Sewaktu Kiau To datang dan mengatakan bahwa Tio
Jiang keracunan hong-sin-san, Kui-ing-cu cepat masuk
kedalam untuk mengambil obat penawar, lalu lari secepat2nya
keatas gunung.
Ih Liok menyusul, lalu Kiau To.
Begitu tiba, Kui-ing-cu lalu bertanding dengan Tio
Jiang.
Waktu Ih Liok datang, Yan-chiu menyongsong dan
mengatakan bahwa gadis yang meracuni suaminya itu,
adalah anak perempuannya The Go.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar nama The Go, amarah si bongkok
berkobar.
Dahulu tempo pasukan Ceng menyerang markas
Hoasan Ih Liok pernah termakan tipu The Go. Dengan
membawa 3 laksa anak buah, dia menyerbu kemarkas
Ceng tapi terperangkap. Puluhan ribu anak buah Hoasan
itu, ludas binasa semua.
Kesemuanya itu adalah berkat tipu muslihat The Go
yang cerdik.
Saking marahnya, Ih Liok memapas jarinya selaku
sumpah akan menuntut balas pada The Go Peristiwa itu
terjadi pada 20-an tahun berselang, tapi si bongkok tak
pernah melupakannya.
Yan-chiupun benci kepada The Go, tapi masih kalah
sengitnya dengan Ih Liok.
Mendengar laporan Yan-chiu itu, serentak dia
menghampiri The Ing.
"Saudara In, mundurlah, biar kuringkusnya!"
Mendengar seruan si bongkok itu, ketiga persaudaraan
In segera loncat keluar gelanggang. The Ing terkesiap
melihat seorang bongkok yang wajahnya kumal seperti
tak pernah cuci muka itu.
"Bagus, mau bergiliran ya?" tanya nona yang tak tahu
siapa si bongkok itu.
"Benar, kau mau apa! Aku si Ih Liok memang tak mau
main jujur2an!" sahut si bongkok sembari layangkan
pukulan.
Saat itu The Ing belum sempat gerakkan tali cengsinya,
atau tahu2 ia merasa disambar angin dahsyat. la
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
coba menghindar kesamping, tapi ternyata pukulan
lwekang biat-gong-ciang yang diIancarkan si bongkok
itu, menggunakan 8-9 bagian dari tenaganya, jadi
lingkaran radius anginnya luas sekali. Benar The Ing tahu
dan menghindar, namun tak urung ia terpental sampai
setombak jauhnya. Itupun ia masih ter-huyung2
beberapa tindak lagi baru dapat berdiri tegak.
Marahlah ia, tali ceng-si digerakkan, tapi lawan sudah
menghilang dan tahu2 ada angin menyambar dari arah
belakang. Cepat dia memutar tubuh kebelakang dan
tampak si bongkok melayang jatuh terlentang, punuknya
mengenai tanah, tangannya me-ronta2.
The Ing terkesiap. Mengapa si bongkok jatuh
terlentang, tentulah karena ada seorang ko-chiu
membantu The Ing.
Dugaannya jatuh kepada diri Bek Lian. Serentak
mulutnya berseru: "Nona........"
Belum sampai ia mengucapkan kata "Bek......", begitu
punuk menggentus tanah tahu2 tubuh si bongkok
mencelat kemuka, menerjang The Ing. Dalam kagetnya
The Ing tak dapat menghindar lagi. Tadi la sudah diperas
habis tenaganya oleh ketiga saudara In kini si bongkok
keluarkan permainannya yang luar biasa anehnya, maka
seketika itu The Ing rasakan lambungnya kesemutan.
Masih ia coha meronta, tapi si bongkok jauh lebih
tangkas.
Memang terhadap kaum pesilatan golongan hek-to
(jahat), dia selalu turunkan tangan ganas. Mengira
bahwa The Ing itu seorang kaki tangan Ceng, maka si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bongkokpun tak sungkan lagi. The Ing terus ditelikung
tangannya. Sedikitpun ia tak dapat berkutik lagi.
Peringkusan itu hanya berjalan dalam sesingkat waktu,
justeru saat Kui-ing-cu terluka dan loncat keluar tadi.
Maka Ih Liok segera berseru menyuruh Kui-ing-cu
menghantam mampus nona yang dituduh menjadi
biangkeladi huru hara keributan di Giok-li-nia itu.
Kui-ing-cu merobek secarik bajunya untuk membalut
lukanya, lalu berseru: "Tho-cu, kita berdua sama2 tak
berjari, sejenis namanya, kau beresi sendirilah!"
Ih Liok mengangkat tangannya dan The Ing segera
rasanya suatu tenaga dahsyat menekan kepalanya.
Mimpipun tidak ia kalau bakal mati secara begitu
penasaran dan tanpa ada orang yang menuntutkan
balas. Sebelum mati berpantang ajal atau berusaha
untuk menyelamatkan jiwa, adalah pembawaan setiap
manusia The Ing menjerit keras2.
la duga, satu2nya orang yang kemungkinan besar
berada disekeliling tempat situ, adalah Bek Lian.
"Nona Bek......, ayahku bernama The Go, tolong kasih
tahu pada ayahku bahwa aku telah dibunuh oleh orang2
yang tak kenal aturan ini, biar dia menuntutkan balas!"
serunya. Semoga Bek Lian mendengar, demikian harapan
satu2nya.
Dengan tangan masih berada diatas ubun sinona, Ih
Liok, menyeringai: "Kalau ayahmu datang, itulah
memang yang kuharapkan, ayuh berteriak beberapa kali
lagilah!"
The Ing menghamburkan makian "bangsat bongkok,
setan jelek." dan macam2 lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Liok-siok, lekas beresi dia, Tio suko tiada yang dapat
menahannya!" seru Yan-chiu.
Ada obat penawar, tapi tak berdaya untuk
meminumkan.
Karena. kecuali Kui-ing-cu dan Ih Liok tiada
seorangpun yang dapat melawan Tio Jiang. Maka setelah
Kui-ing-cu terluka, Tio Jiang seperti kerbau gila
mengamuk kesana sini.
"Baik!" sahut Ih Liok Tapi baru saja dia hendak
turunkan tangannya, tiba2 terdengarlah suara tertawa
ter-bahak2. Suara tertawa yang bernada kejengkelan dan
sindiran.
Baik Ih Liok maupun sekalian orang sama terkesiap.
Diatas sebuah batu menonjol disebelah muka sana,
tampak tegak seorang anak muda mencekal sebatang
golok bengkok yang ber-kilau2 cahayanya.
Orang itu mendongak sembari tertawa.
Kini dia melayang turun.
Mukanya yang cakap, sikapnya gagah, gerakannya
yang indah diantar oleh kilau kemilau cahaya golok, telah
mempesonakan sekalian orang.
Hanya ada dua nona yang segera berteriak berbareng:
"Engkoh Ko!"
Kedua nona itu bukan lain adalah Tio In dan The Ing.
Memang dewa yang melayang turun itu adalah Tong
Ko.
Tong Ko memang seorang pemuda yang cakap seperti
Arjuna.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka walaupun pemuda itu seorang kerucuk yang tak
ternama, Tio In sampai jatuh hati kepadanya.
Hanya dalam waktu setengah tahun saja, sejak dia
berjumpa, dengan Ang Hwat cinjin dan diberi petunjuk
tentang cara meyakinkan kitab "72 gambar orang
semedhi" ciptaan Tat Mo cousu itu, kini sudah menjadi
seorang Tong Ko baru.
Kaum persilatan daerah Kwiciu pada 20 tahun yang
lalu, mempunyai 4 orang datuk yani: Ang Hwat cinjin,
suami isteri Hay-te-kau (Ceng Bo Siangjin) dan Kiang
Siang Yan dan Tay Siang siansu.
Menurut hierarkhi (urut2an), Tay Siang nomor satu,
Ang Hwat nomor dua dan sepasang suami isteri itu
nomor tiga.
Waktu Tong Ko bertemu lagi dengan cin-jin yang
menjadi kakek guru The Go itu, Ang Hwat sudah
mengasingkan diri selama 20 tahun, jadi ilmunya sudah
mencapai puncak kesempurnaan. Walaupun tidak
seluruhnya faham akan isi kitab pusaka Tat Mo itu,
namun dia cukup mengerti.
Maka tak heranlah kalau kemajuan yang diperoleh
Tong Ko itu ibarat dikatakan satu hari seribu li pesatnya.
Disamping itu, Ang Hwatpun menurunkan ilmu golok 3
jurus hasil ciptaannya sendiri kepada anak muda itu.
Setelah itu, golok bengkok pi-lik-to diserahkan juga.
Tong Ko menetap di Sip-ban-tay-san untuk bebrapa
lama, mematangkan pelajarannya sembari menunggu
kedatangan suami isteri The Go dan Siao Lan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi setelah sampai sekian lama suami isteri itu tak
pulang, Tong Ko ambil putusan pergi ke Lo-hu-san.
Disana dia berpapasan dengan Bek Lian dan The Ing.
Buru2 dia mengumpat dibalik sebuah karang.
Pada lain saat tampak Tio Jiang dikepung oleh orang
banyak turun kekaki gunung.
Karena tak mengerti duduk perkaranya, dia tinggal
diam ditempat persem bunyiannya. Sampai pada saat
The Ing terancam jiwanya oleh si bongkok, barulah dia
muncul. Tertawanya berhasil mencegah tangan maut si
bongkok.
Sebenarnya dia tak mau unjuk kesombongan.
Tapi ada dua hal yang menyebabkan dia marah, hal
tersebut adalah :
Pertama, karena The Ing menderita panasaran.
Ayahnya yang berbuat jahat, anaknya yang dihina
habis2an. Pada hal kini menurut penglihatannya (Tong
Ko), The Go itu sudah insyaf dan kembali kejalan yang
lurus.
Kedua, mengingat bagaimana nasib dirinya yang
diperlakukan se-wenang2 dan di tuduh menjadi kaki
tangan Ceng oleh orang2 Lo-hu-san. Pada hal dia
menjadi korban fitnahan putera Tio Jiang sendiri.
Mengingat kedua hal yang menyakiti hati itu, Tong Ko
sudah tumpahkan semua isi kemarahan hatinya dalam
nada ketawanya yang sinis tadi.
Tong Ko pun terkesiap, mendengar suara dua orang
gadis yang memanggilnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua ada yang berlagu satu: rindu dendam. Waktu Tio
In dan The Ing berdebat mulut mengenai
perhubungannya dengan Tong Ko, jelas diketahuinya
bagaimana perasaan hati The Ing itu kepadanya (Tong
Ko).
Tapi sewaktu memanggil namanya tadi, nyatalah
bahwa Tio In itu sebenarnya tetap menyintai dirinya
(Tong Ko).
Karena kehilangan faham, Tong Ko lampiaskan
kesesakan dadanya dengan tertawa sampai 3 kali berturut2.
Habis itu dia mengerlingkan mata kearah Tio In, lalu
menghampiri kearah The Ing.
Saking girangnya, The Ing menjerit : "Engkoh Ko!".
Tong Ko hanya tersenyum, lalu berkata kepada si
bongkok: "Liok-siok, harap lepaskan nona The ini, dia
bukan si biang keladi!'
Huak, cuh.......segumpal ludah menyembur dari mulut
si bongkok, bentaknya: "Kau bangsa kaki tangan Ceng,
jangan, banyak bacot!"
Sebenarnya dapat Tong Ko menghindar dari semburan
ludah itu, tapi demi orang mendampratnya sebagai kaki
tangan Ceng, terkesiaplah dia.
Marah dan pedih menyesakkan ruang dadanya.
Dibiarkan ludah itu menempel dimukanya dan tertawalah
dia se-lapang2 nya.
"Bagus, jempol, sekali lihat dapat mengetahui aku ini
seorang kaki tangan Ceng Orang2 Giok-li-nia sini, benar2
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gagah perwira!" Tong Ko hamburkan ejekan dengan
nyaring.
Kiau To marah, bentaknya: "Jangan kurang ajar! Siaubeng-
siang pernah mengampuni jiwamu, tapi kau balas
budinya dengan racun. Nah, kali ini kau tak dapat
pengampunan lagi!"
"Siapa yang berani tak melepas aku?" serentak Tong
Ko berhenti tertawa.
"Aku!" seru Kiau To sembari sabatkan ruyungnya.
Kiau To masih tetap tak memandang mata pada anak
muda itu.
Tong Ko tertawa mengejek.
Tubuhnya bergerak.
Sesuai dengan namanya pi-lik-to (golok halilintar),
maka golok bengkok itupun segera mengeluarkan angin
men-deru2 laksana halilintar.
Dengan tangan kiri Tong Ko menghalau ruyung,
sedang tangan kanan yang mencekal pi-lik-to segera
menghantam.
Kiau To seperti tersambar halilintar kejutnya.
Pertama melihat sinar golok iang aneh bentuknya itu,
dia sudah silau.
Lalu ruyungnya dihantam kesamping oleh tangan kiri,
makin membuatnya kaget.
Masa tangan kosong dapat dibuat menangkis ruyung.
Tokoh persilatan yang memiliki kepandaian demikian,
tak banyak jumlahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mengapa pemuda kerucuk macam Tong Ko tiba2
berobah begitu sakti.
Sungguh dia tak dapat menerima kejadian yang luar
biasa itu!
Pada saat ujung pi-lik-to hampir mengenai dada Kiau
To, tiba2 terkilas suatu pikiran pada Tong Ko. Benar dia
telah mendapat hinaan dan penasaran dari Kiau To, tapi
orang itu adalah tokoh patriot yang gigih. Kalau dia
bunuh orang itu, berarti suatu kerugian bagi kekuatan
kubu2 perjoangan pembebasan negara.
Penasaran adalah urusan peribadi, perjoangan negara
diatas segala.
Cepat Tong Ko berpikir, cepat pula dia bertindak.
Tangannia di sentakkan kebelakang, ujung golok batal
menusuk tapi sebagai gantinya tangkai golok
menghantam pundak lawan.
Seketika itu terjungkallah Kiau To kebelakang, namun
dia selamat tak kurang suatu apa2.
Kejadian itu, telah membuat Kiau To kesima.
Selagi Kiau To ter-longong2 karena merasa seperti
orang mati yang hidup kembali, adalah Tong Ko sudah
melesat kearah Ih Liok sembari memutar pi-lik-to.
Juga tokoh lihay itu terkejut karena tersambar angin
keras, buru2 dia lepaskan cekalannya terhadap The Ing,
lalu loncat menyingkir dua tombak jauhnya.
"Ha...., ha...., bukannya mencari tahu siapa yang
meracuni hong-sin-san pada Siau-beng-siang, sebaliknya
kamu orang sembarang menuduh orang. Coba jawab,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaimana nona The dapat menobros penjagaan kuat
untuk meracuni Siau-beng-siang?" Tong Ko bertanya.
Pertanyaan itu telah membuat sekalian orang tersadar.
Tapi kesadaran mereka itu hanya terbatas bahwa The
Ing bukan orang yang meracuni Tio Jiang. Namun
tuduhan mereka bahwa Tong Ko dan The Ing itu kaki
tangan Ceng, masih tetap.
Adalah hanya seorang tokoh Kui-ing-cu yang cepat
dapat meneropong peribadi Tong Ko. Dia kagum dan
merasa suka akan sikap dan gerak gerik pemuda yang
gagah dan berwibawa itu. Bahwa seorang yang dapat
tertawa berkumandang jauh, tentulah seorang gagah
yang berpambek luhur perwira.
Tak nanti orang semacam itu bisa menjadi kaki tangan
musuh.
"Hai, siapa namamu? Rasanya aku pernah melihatmu".
seru Kuiing-cu sembari menghampiri.
Tong Ko tahu siapa peribadi Kui-ing-cu itu.
Seorang beradat aneh licin, tapi berhati baik.
Namun karena kala itu dadanya sudah penuh sesak
dengan penasaran, maka dingin2 saja dia menyahut:
”Terima kasih atas perhatianmu. Aku bukan bangsa
penjual negara, tapi orang2 gagah disini sama menuduh
aku seorang kaki tangan Ceng, ha....., ha............
ha............, ha........... "
Sembari lintangkan pi-lik-to, didada, Tong Ko kembali
umbar ter tawanya.
Sesaat itu Kui-ing-cu kehilangan kata2.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia mengawasi tajam2 kearah pemuda itu.
Sejenak kemudian, terdenglarlah hiruk-pikuk orang2
menjerit.
Kiranya, Siau-beng-siang kembali melukai dua orang.
"Tong Ko, senjata yang kau pegang itu rasanya adalah
golok pusaka kian-thian-it-gwan-pi-lik-to. Hanya dengan
golok itulah yap-kun-kiam Tio Jiang dapat diatasi. Asal
kau dapat membikin lepas pedangnya, segala apa
serahkan padaku!" kata Kui-ing-cu.
Tong Ko membungkukkan badan, ujarnya: "Kalau Kuilocianpwe
yang menyuruh, tentu akan kuturut!"
Tapi baru dia melangkah maju setindak, tiba2
berpaling dan berseru dengan bengis: "Barangsiapa
berani mengganggu seujung rambut pada nona The,
awas, pi-lik-to tak bermata!"
Habis itu, dia berputar lagi. Tapi baru sang kaki
hendak melangkah, Yan-ciu berseru dengan nada
gemetar: "Kui locianpwe, jangan suruh dia yang maju!"
Tong Ko cukup memahami kata2 Yan-chiu itu.
Nyonyah itu takut kalau Tong Ko membunuh suaminya.
Dia hentikan langkah, tertawa keras.
Begitu berputar kebelakang, segera dia ajak The Ing:
”Nona The, ayuh kita tinggalkan tempat suci ini"
Tapi rupanya The Ing masih penasaran, sahutnya:
”Engkoh Ko, begini saja kita berlalu, apakah tidak terlalu
murah bagi mereka?"
Mata Tong Ko yang ber-kilat2 menyapu kearah Ih Liok
dan Yan-chiu, ujarnya: "Kulihat kawanan orang2 ini,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
walaupun membabi buta tak kenal nalar, tapi adalah
pejoang2 menentang penjajah Ceng. Untuk kali ini
biarlah kita mengalah!"
Suatu ucapan yang bernada ejekan jumawa.
Beda dengan dahulu ketika masih rendah ilmunya dia
selalu merendah, kini Tong, Ko berobah ke-congkak2an.
Sebenarnya bukan begitu watak Tong Ko.
Hal itu karena luapan hatinya karena dituduh menjadi
kaki tangan musuh.
Habis itu, segera dia tarik The Ing untuk diajak pergi.
"Saudara. Tong, tunggu!" tiba2 Kui-ing-cu mencegah.
Ketika Tong Ko berhenti dan tanyakan maksud orang,
berkatalah Kui-ing-cu: "Tadi kau sudah sanggup untuk
menundukkan Siau-beng-siang, kini mengapa kau
pungkir janji?"
Tong Ko tertawa dingin, sahutnya: "Nyonyah Siaubeng-
siang yang terhormat, kuatir aku membunuh
suaminya. Mengapa aku membuang tenaga yang tak
diterima baik malah dicurigai?"
"Benar memang aku kuatir kau melukai Tio suko. Apa
sudah lupa bagaimana kau membawa kaki tangan Ceng
untuk membakar rumah dan membunuh puteraku?" Yanchiu
menjawab dengan sengit.
Kui-ing-cu memberi isyarat mata kepada Yan-chiu, lalu
berseru: "Saudara Tong, kupercaya kau tentu takkan
mencelakai Siau-bengsiang, lekas majulah!"
Tong Ko menghela napas panjang. "Ada orang yang
mengetahui hatiku, matipun aku tak penasaran. Kui
Locianpwe, Tong Ko akan melakukan titahmu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekali melesat, dia sudah loncat setombak jauhnya.
"Orang2 yang mengepung Siau-beng-siang,
menyingkirlah!"
Oleh karena kini lwekang Tong Ko sudah tinggi, maka
orang2 yang mengepung Tio Jiang sama terkesiap.
Apalagi memang mereka sudah gentar, jadi tak usah
diulangi, mereka sudah sama menyingkir.
Kini berhadapan kedua jago itu. Tio Jiang tegak
berdiri, pedangnya masih bergemetaran. Bagi seorang
akhli tahulah sudah apa artinya itu. Begitu to-hay-kiamhoat
dilancarkan, maka gerak-getarnya sukar dihentikan
lagi, laksana ombak samudera mengalir.
Menghadapi seorang jago tua macam Siau-beng-siang,
tak urung bercekat juga hati Tong Ko. Sikapnya yang
congkak tadi, hilang lenyap. Dengan pelahan dia maju
dua tindak. Semua orang sama2 menahan napas.
Pertempuran antara pi-lik-to lawan yap-kunkiam, tentu
bakal merupakan pertempuran yang maha dahsyat.
Diantara orang2 yang menguatirkan keselamatan Tio
Jiang, adalah Yan-ciu yang paling hebat.
Ia tetap tak melupakan kematian puteranya.
la tetap menganggap Tong Ko itu seorang musuh. Ah,
kalau saja suaminya itu sampai binasa.
Yan-chiu ter-longong2 seperti patung tak berjiwa.
Tangannya geirretar, keringatnya ber-ketes2 keluar.
Melihat itu, buru2 Tio In menghampiri dan
menghiburinya bahwa Tong Ko tak nanti mencelakai
ayahnya, Yan-chiu dapat dibikin tenang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada saat itu, Tio Jiang dan Tong Ko setindak demi
setindak saling menghampiri.
Sepasang mata Tio Jiang merah darah, sikapnya buas.
Begitu jarak masing2 hanya terpisah satu setengah
meteran, tangan Tio Jiang melayang. Bagaikan bianglala,
boan-thian-kok-hay menusuk tenggorokan Tong Ko.
Tong Ko tak berani lengah. Cepat diapun putar pi-likto,
wut, wut, anginnya menderu2 seperti angin puyuh
Orang2 yang berkumpul disekitar gelanggang situ,
adalah orang2 persilatan yang sudah belasan tahun
makan asam garam golak, dunia persilatan.
Apalagi tokoh macam Kui-ing-cu dan Thaysan sin-tho
Ih Liok, sudah ber-puluh2 tahun menyaksikan
pertempuran dahsyat.
Pertempuran memakai senjata, sebenarnya sudah
jamak.
Tapi tiada seorangpun yang pernah merasakan
suasana yang begitu tegang meruncing macam
pertempuran Tia Jiang lawan Tong Ko saat itu.
Tringngng......, pi-lik-to dan yap-kun-kiam saling
berbentur.
Dering kumandangnya jauh mengaum sampai
kelembah-lembah, hingga telinga orang2 serasa pecah
dibuatnya.
Tong Ko sendiripun kaget.
Kuatir kalau pi-lik-to menderita kerusakan, buru2 dia
loncat kesamping utk memeriksanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kian-thian-it-gwan-pi-lik-to tetap ber-kilau2
memancarkan cahaya rembulan bening, sedikitpun tiada
gempil. Tong Ko lega, dia maju lagi.
Begitu angkat goloknya keatas, dia terus
mengguratkan kebawah.
Kini dia mainkan ilmu golok ajaran Ang Hwat cinjin
yang chas diciptakan untuk memainkan pilik-to. Ilmu
golok itu hanya terdiri dari 3 jurus saja.
Yang dimainkan Tong Ko yalah jurus pertama yang
disebut lui-tong-in-in (halilintar berkumandang gemuruh).
Waktu menggurat turun, pi-likto mengeluar aum.....
kumandang suara angin dan guruh. Jalannya golok
bergoyang kian kemari, penuh dengan perobahan yang
sukar diduga. Karena bentuk golok itu bengkok
melengkung, maka Ang Hwat cinjin sepesial menciptakan
ilmu permainan yang, terdiri dari 3 jurus. Hasil karya
seorang tokoh kawak macam Ang Hwat, sudah tentu luar
dari biasanya, Tio Jiang silau dan mundur selangkah.
Dia gerakkan jurus Tiok Ik cut-hay.
Turut ceritanya, Tio Ik atau Tio Hui dalam jaman Sam
Kok, sewaktu menemukan serenceng uang tembaga, lalu
dimasak dalam kuali.
Ketika air kuali mendidih, air lautpun turut ber-golak2.
Dari cerita inilah, maka jurus itu diberi nama. Ketika
dilancarkan memang perbawanya seperti air laut
bergalak.
Ketika pi-lik-to menabas turun, Tong Ko kisarkan kaki
kiri kesamping, tangannya kanan dilambaikan menurun
menjadi setengah lingkaran. Tiba2 dia robah gerakannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam jurus lui-tiankiau-co (kilat dan petir saling
berbentur). Ujung golok dipagutkan kebawah, berbareng
tubuhnya menurun untuk menghindar pedang lawan.
Serang menyerang itu hanya berlangsung dalam dua
jurus, namun indah hebatnya bukan kepalang. Semua
orang sama ter-longong2.
Ketika serangannya menemui tempat kosong, Tio
Jiang belahkan pedangnya kebawah, justeru pada saat
itu Tong Ko menjungkitkan golok keatas, tring......,
kembali dua senjata pusaka itu saling beradu.
Tapi secepat itu, Tong Ko putar tangannya.
Karena bentuk goloknya luar biasa (melengkung),
maka putaran itu berhasil mengait pedang lawan. Sekali
kerahkan tenaga, Tong Ko cepat menariknya kebelakang,
tapi ternyata Siau-beng-siang tegak laksana sebuah
gunung.
"Kui locianpwe, lekas bantu kemari!" teriak Tong Ko.
Kui-ing-cupun sudah menginsyafi bahwa sekalipun
pemuda itu lihay, tapi untuk merampas pedang ditangan
Siau-beng-siang, bukanlah suatu perkara yang mudah.
Diapun memang bermaksud memberi bantuan.
Maka tepat disaat Tong Ko mengucapkan kata2
terakhir, tangan Kui-ing-cu sudah menekan pundaknya.
Sesaat itu Tong Ko rasakan ada hawa hangat mengalir
ketubuhnya.
Buru2 dia salurkan hawa murni untuk dipersatukan.
Berkat persatuan itu, sekali sentak dapatlah Tong Ko
menarik lepas pedang Siau-beng-siang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pedang itu ber-kilau2 laksana sebuah bianglala
melayang jauh sekali.
Setelah berhasil, Kui-ingcu dorong Tong Ko
kebelakang, lalu julurkan jari menutuk jalan darah
dipundak Tio Jiang, Siau-beng-siang gunakan ilmu kinna-
chiu (merampas senjata dengan tangan kosong)
untuk menyambar siku lengan Kui-ing-tiu.
Tapi terniata serangan tokoh aneh itu hanya gertakan
kosong.
Secepat lengannya ditarik turun, jarinya menusuk
jalan darah jwan-hiat (pelemas) dilambung orang.
Tio Jiang menjerit keras, lalu rubuh tak berkutik
Sekalian orang sama menarik napas longgar.
Kui-ing-cu cepat merogoh keluar obat penawar.
Tapi baru tangannya menjulur untuk memasukkan
obat kedalam mulut Siau-beng-siang, tiba2 matanya
disilaukan oleh cahaya kilat.
Saking kagetrrya, dia buru2 menyurut mundur, tapi
tak urung segumpal rambutnya terpapas.
Ketika diawasi, ternyata Tong Ko yang melakukan
serangan tadi.
Sudah tentu dia tak habis mengerti, tegurnya: "Siaubeng-
siang sudah sementara lama terkena racun,
mengapa aku dilarang memberi obat?"
Tong Ko palangkan golok didada, dengan tertawa
geram dia rnenuding kemuka: "Lihatlah!"
Waktu Kui-ing-cu melihat kearah yang ditunjuk Tong
Ko, diapun terkejut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kiranya The Ing sedang dikepung oleh orang banyak.
Yan-chiu dengan gemas hendak menyerangkan
pedangnya.
"Kui locianpwe, tolong kau sampaikan pada nyonyah
Tio, sedikit saja dia berani mengganggu The Ing, Siaubeng-
siangpun tak bakal dapat minum obat!" kata Tong
Ko dengan tertawa mengancam.
Kui-ing-cu berpaling menatap anak muda itu, katanya
dengan sungguh2: "Engkoh kecil, lagak kegaranganmu
itu, boleh jugalah!"
Tong Ko tertawa, sahutnya: "Aku didesak begitu oleh
orang2, bukan kemauanku sendiri!"
"Engkoh kecil, semoga kau tak mengalami tekanan
orang lagi!" kata Kui-ing-tiu dengan mendalam. Habis itu
dia melesat menghadang Yan-chiu.
"Ada apa lagi?" tegurnya. Singkat kata2nya itu, tapi
nadanya mengunjuk kurang puas.
Yan-chiu yang cerdas sudah tentu dapat memahami,
teguran itu, sahutnya: "Ketika pedang suko terlepas
melayang diudara, baru aku hendak loncat menyanggapi,
ia sudah merebut dengan tali merahnya. Waktu kuminta,
dia tak mau menyerahkan. Apakah aku yang
dipersalahkan?"
Ditempatnya yang agak jauh itu, Tong Ko
perdengarkan ketawa sinis, serunya lantang2: "Nonsens,
pada sepasang pedang pi-i-song-hong-kiam itupun tak
terukir huruf yang menyatakan bahwa mereka adalah
milik orang she Tio dan orang she Liau. Nona The,
karena kau yang memperoleh pedang itu, tak perlu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dikembalikan! Siapa yang berani mengganggu kau. Siaubeng-
siang sudah kukuasai!'
Selesai mengucap, Tong Ko mendak kebawah, ujung
pi-lik-to ditujukan kedada Siau-beng-siang. Sudah tentu
Yan-chiu kaget tak terkira, tapi Kui-ing-cu mengedipkan
mata kearahnya. Memang dengan kepandaian yang
dimiliki sekarang, belumlah cukup bagi Tong Ko untuk
menindas orang2 gagah yang berkumpul di Giokli-nia
situ.
Tapi pertama karena mempunyai golok pusaka, kedua
karena pandainya menggunakan kesempatan, maka
dapatlah Tong Ko menguasai orang2 itu.
The Ing makin girang bukan kepalang, nyata2 anak
muda itu memihak padanya.
Malah saat itu Tong Ko suruh nona itu datang
kedekatnya.
Demi keselamatan suaminya, terpaksa Yan-chiu
membiarkan nona itu berlalu.
The Ing makin mangkak. Jalannya dibikin sedemikian
rupa hingga menimbulkan kemarahan orang2, namun
mereka tak berani berbuat apa2. Belum lagi The Ing tiba
ditempat Tong Ko, sesosok tubuh langsing melesat
kesamping Tong Ko dan berseru: "Engkoh Ko, naikkan
sedikit ujung golokmu; jangan terlalu melekat didada
ayah!"
Itulah Tio In, Sanubari Tong Ko penuh sesak dengan
pelbagai perasaan.
Tanpa terasa, dia benar juga naikkan goloknya keatas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat itu Tio In tertawa, kembali dia mengajukan
permintaan: "Engkoh Ko, sepasang pedang pi-i-songhong-
kiam adalah pusaka peninggalan sucouku, harap
kau suruh nona The mengembalikan pada ayah!"
Semangat Tong Ko me-layang2, dia tak menyahut
apa2 tapi mengangguk.
Sepasang matanya terlongong memandang Tio In.
Nona itu tundukkan kepala, bisiknya: "Engkoh Ko, kau
tak mencelakai ayahku, dulu aku telah salah faham
padamu!"
Karena bisikan itu pelahan, jadi hanya Tong Ko
seorang yang mendengarnya.
Tanpa disadari meluncurlah dua patah kata dari mulut
Tong Ko: "In-moay!"
Mendengar itu, Tio In berputar kebelakang terus lari.
Tong Ko seperti lapang kesesakan dadanya.
Dia tahu bahwa sekarang gadis pujaannya itu sudah
mengetahui peribadinya yang bersih. Tapi oleh karena
saat itu dalam suasana ketegangan jadi tak dapatlah dia
menyusul kekasihnya itu. Dengan hati gundah kelana, dia
antar kepergian nona itu dengan sepasang sorot
matanya yang mengandung beribu arti!
The Ing melihat jelas apa yang terjadi diantara Tong
Ko dan Tio In tadi.
Walaupun hanya tukar pembicaraan sebentar, tapi
nyata kalau Tong Ko masih berkobar asmaranya kepada
puteri Siau-beng-siang itu, The Ing tahu bahwa tadi
tentulah Tio In membujuk Tong Ko agar pemuda itu
menyuruhnya (The Ing) mengembalikan pedang yanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
kun-kiam itu kepada Tio Jiang. Hatinya serasa rawan
pilu, dan pedang yap-kun-kiam itu segera dibanting
menancap kedalam tanah. Tong Ko berpaling dan beradu
mata dengan puteri The Go itu. Mengacai pancaran sinar
mata Tong Ko, lemas lunglailah sendi perasaan The Ing,
bagaikan sebuah layang2 putus tali
Kiranya pada sorot mata Tong Ko itu memancarkan
sinar minta maaf.
Benar permintaan maaf itu dikarenakan Tong Ko
terpaksa memintanya mengembalikan pedang itu, tapi
hal itu tak layak dilakukan terhadap seorang kekasih.
Jadi nyatalah bahwa perasaan Tong Ko yang
dikandung terhadap Tio In berlainan dengan yang
ditujukan kepadanya.
Teringat ia akan pesan ayahnya (The Go), supaya dia
jangan rapat perhubungan dengan Tong Ko. Mungkin
ayahnya yang mempunyai pandangan tajam itu sudah
dapat mengetahui bahwa Tong Ko itu seorang pemuda
yang setia-cinta.
Mungkinlah ayahnya itu kuatir jangan2 ia (The Ing)
hanya akan menubruk bayangan kosong saja
Lewat bebrapa saat kemudian, harulah Tong Ko ajak
The Ing meninggalkan tempat itu. The Ingpun
mengiakan, terus mendahului berjalan.
Tong Ko melihat sejenak kearah orang2 itu.
Tampak disana Tio In menelungkupi bahu mamahnya,
rupanya sedang ter-isak2 menangis. Kui-ing-cu tengah
mencekoki mulut Tio Jiang, dengan obat penawar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekalian orang sama mengawasi kearah Siaubengsiang.
Ah......., betapa inginnya Tong Ko menggabung diri
dalam rombongan orang2 gagah patriot itu, berjoang
melawan penjajah Ceng.
Tapi dalam prakteknya, tak mungkin dia diterima
dalam kalangan mereka.
Berpikir begitu, buru,buru Tong Ko menyusul The Ing.
Tapi baru berjalan 3-4 tombak jauhnya, tiba2 dia
teringat sesuatu, lalu berpaling dan berseru. "Kui
locianpwe, peristiwa Siau-beng-siang keracunan itu,
sebenarnya tak aneh, memang cumi2 dalam rumah sukar
dijaga!"
Memang orang2 gagah itu tak mengerti mengapa
Siau-beng-siang sampai terminum racun jahat itu. Waktu
mendengar peringatan Tong Ko, tadi, mereka terkejut
sekali.
Benarkah ada pengkhianat dikalangan dalam?
Sebenarnya tepat sekali saatnya, Tong Ko memberi
peringatan itu.
Tapi lagi2 Yan-chiiu, wanita yang sudah tercengkeram
oleh prasangka jelek itu, menyahut dengan sengit: "Tong
Ko, apa kau masih tak mau lekas2 enyah, masih mau
mengadu domba lagi?"
Tajam, sekali pengaruh kata2 Yan-chiu itu. Kecurigaan
sekalian orang, lenyap seketika.
Tong Ko tertawa keras lalu melangkah pergi.
---oo(dwkz)0(kupay)oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 29 : MELUNASI HUTANG
Kira2 dua jam berjalan dia dan The Ing sudah keluar
dari Lo-hu-san.
Kala itu rembulan purnama.
Lapisan mega tipis sayup2 bertebaran melalui dewi
malam itu.
Untuk melonggarkan kemengkelannya, Tong Ko
mainkan goloknya dalam ilmugolok ajaran Ang Hwat
cinjin. Lui-tong-in-in, lui-tian-kiau-co, hong-luiki-seng, 3
jurus lengkap dia mainkan sampai selesai.
Sewaktu mengakhiri permainannya, Tong Ko papaskan
goloknya kesebuah batu besar. Tring......., terbelah batu
besar itu menjadi dua.
Tong Ko maju mendekati dan menghantam lagi.
Dua belah batu itu, terhantam menjadi empat belah.
Setelah puas, barulah Tong Ko lintangkan goloknya
dimuka dada.
Dengan tertawa dia berpaling, tanyanya: "Nona The,
kemana kita hendak pergi ini?"
The Ing tahu bahwa hati anak muda itu sedang
gundah resah, maka iapun menyahut: "Terserah
padamu, hanya saja aku ingin sekali berjumpa dengan
ayah dan mamahku!"
"Aku bagaikan seekor burung, empat penjuru lautan
ini adalah rumahku. Baik, mari kita menuju ke Sip-bantay-
san!"
Menjelang malam, mereka baru mencari rumah
penginapan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Keesokan harinya mereka lanjutkan perjalanan lagi.
Selama dalam perjalanan itu, mereka menuturkan
pengalaman masing2 sejak berpisah.
Setelah jelas mengetahui bahwa anak muda itu masih
tetap menyintai Tio In, maka sengaja The Ing perlambat
perjalanannya.
Pertama karena ia berduka, kedua supaya dapat lebih
lama berkumpul dengan Tong Ko.
Perjalanan ke Sip-ban-tay-san itu hampir memakan
waktu satu bulan.
Begitu mendorong pintu rumah The Go, segera Tong
Ko berseru: "Ang Hwat cianpwe, aku sudah kembali!"
Tiada penyahutan.
The Ing menyatakan herannya mengapa kedua ayah
bundanyapun belum pulang, Tong Ko menghiburnya
barangkali ayah bunda The Ing itu masih ada lain
urusan.
"Engkoh Ko mengasohlah dahulu, biarlah
kutangkapkan dua ekor ayam hutan untuk santapan!"
kata The Ing terus menuju keluar.
Belum sempat Tong Ko mengiakan, atau The Ing
kedengaran menjerit kaget.
Cepat Tong Ko loncat memburu. Diatas dahan
sehatang pohon lengkeng tua yang separoh bagian
sudah kering, tampak ada sesosok tubuh bergelantungan
dengan kaki diatas. Puhun itu ada 6-7 tombak tingginya
dan tubuhnya ber-goyang2 tertiup angin, jadi tak
kelihatan jelas air mukanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aneh, pohon lengkeng itu sudah lama layu kering.
Ketika masih kecil aku pernah memanjat dan putuslah
dahan yang kuinjaknya. Ilmu gin-kang siapa yang dapat
naik sedemikian tingginya?" kata The Ing.
Setelah mendongak mengawasi sejenak, baru Tong Ko
berkata: ”Nona The, ilmu ginkang orang itu memang
sempurna, orang yang tergantung dipuhun itu sudah
mati. Setelah mati, baru orang itu digantung!"
Jadi dapat dibayangkan bagaimana lihay ginkang
orang itu.
"Ang Hwat cinjin?" seru The Ing dengan kagetnya.
Tong Ko menggeleng: "Ang Hwat cinjin tak nanti
berbuat begitu, mari kita naik memeriksa keatas!"
Tong Ko enjot tubuhnya naik kesebatang dahan, tapi
baru sang kaki menginjak, dahan itu segera patah. Tong
Ko cepat mencapai dahan lainnya sebelah atas, tapi
dahan itupun patah dan jatuhlah Tong Ko bersama
dahan itu.
"Engkoh Ko, separoh bagian dari pohon itu entah
sudah berapa tahun kering kerontang, memang sukar
dipanjat!"
"Aneh, mengapa dahan yang dibuat menggantung
orang itu tak putus? Kita harus memeriksa keatas!"
"Untuk memanjat keatas, mudah saja. Kita harus
melalui bagian batang yang tidak kering!"
Tong Ko lakukan usul itu dan tak lama kemudian
dapatlah dia tiba dipuncaknya, tapi masih terpisah 2
meteran dari tubuh mayat itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun dari situ dapat dilihatnya jelas keadaan korban
itu.
Umurnya kira2 50-an tahun, memelihara janggut
pendek yang menjikrak.
Sikapnya menandakan seorang persilatan.
Kiranya dahan yang dibuat menggantung orang itu,
bukan dahan puhun tapi sebatang tiang besi yang
ujungnya dimasukkan kedalam batang puhun. Sepintas
pandang, tampaknya memang seperti dahan kering.
Tong Ko loncat keatas dan menurun mayat itu. Tubuh
korban itu tak terdapat luka apa2 melainkan
punggungnya terdapat sebuah telapak tangan. Inilah
yang menyebabkan kematian orang itu. Tong Ko belum
pernah mendengar tentang akhli silat yang begitu hebat
pukulannya.
"Nona The, mungkin si pembunuh belum jauh dari
sini, ditilik dari kepandaiannya rasanya kita masih
dibawahnya. Lebih baik kita ber-hati2, siapkan
senjatamulah!" kata Tong Ko.
The Ing mengatakan bahwa tali cengsi-nya sudah siap
segala waktu. Tapi mencari kesekeliling situ sampai
sekian lama, mereka tak bertemu dengan jejak apa2.
Terpaksa mereka kembali kedalam pondok lagi. Baru The
Ing hendak membuka mulut atau Tong Ko cepat
memberi isyarat tangan supaya diam, karena,
didengarnya dikamar sebelah ada suara orang tidur
mendengkur. Cepat dia mendorong pintu dan dapatkan
diatas balai2 bambu tidur seorang gemuk dengan
pulasnya. Tong Ko belum pernah melihat orang itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ai, rasanya aku pernah kenal dianya!" kata The Ing.
Dan karena suara The Ing itu maka menggeliatlah orang
itu bangun. Dia memandang kearah kedua anak muda
itu.
Tampak jelas bagaimana sorot matanya bersinar
ungu. Teringat akan telapak tangan ungu yang terdapat
pada punggung mayat dipuhun itu, Tong Ko dan The Ing
terkesiap.
"Hai, kau siapa, mengapa seenaknya sendiri tidur
diranjang ayah ku?" tegur The Ing.
Orang itu tertawa sahutnya: "Aku selalu bebas berbuat
sesukaku, sedang Tay Siang siansu saja tak dapat
mengganggu usik diriku, masakan seorang budak
perempuan berani usilan?"
Waktu orang itu mengungkit nama Tay Siang siansu,
sesaat teringatlah The Ing sewaktu ia bersama Bek Lian
melarikan diri dari kejaran Liat Hwat cousu digunung Lohu-
san tempo hari. Ia menjumpai Tay Siang siansu
sedang duduk berhadapan dengan seorang gemuk.
Benar Tay Siang itu waktu tak memberi tahu, tapi pernah
ayahnya (The Go) mengatakan sesuatu tentang orang
itu. Maka siraplah amarahnya dan berseru "Kau..."
Tapi belum ia lanjutkan kata2nya, Tong Ko sudah
menyelutuk: ”Yang tergantung diatas puhun itu, apakah
tuan yang melakukankan?"
Orang itu menguap dulu, baru acuh tak acuh
menjawab: ”Benar, orang itu bergelar Tiat-pi-tong-kak
Cin Gun!"
Tong Ko terbeliak. Tiat-pi-tong-kak (lengan besi kaki
tembaga) Cin Gun, seorang tokoh kenamaan di daerah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwisay yang sangat dihormati orang karena kemuliaan
budinya.
"Mengapa kau mencelakainya?" tegur Tong Ko.
Kembali orang itu menguap seperti oraang masih
ngantuk, ujarnya: "Untuk membunuh orang, masa harus
mencari alasan? Tempo hari aku kena diakali si keledai
gundul Tay Siang, diajak adu bersemedhi. Sudah tentu
karena dia seorang paderi, aku tak dapat menang.
Syukur kala itu datang seseorang membantunya untuk
memukul aku, sehingga aku dapat keluar dari
perangkapnya untuk meng-gantung2i orang, ha.....,
ha....., senang senang sekalii......!'
Bagi orang itu menggantungi orang sudah menjadi
hobbynya. Habis berkata kembali dia tampak menggeliat,
justeru telapak tangannya menghadap kemuka. Tong Ko
melihat jelas bagaimana telapak tangan orang aneh itu
berwarna ke-ungu2an. Orang aneh, kepandaian aneh
dan tingkah laku yang aneh pula.
"Cin Gun dihormati oleh kaum persilatan, apakah kau
tak kuatir ada orang menuntut perhitungan padamu?"
tanya Tong Ko pula.
Habis menggeliat, orang itu tundukkan kepala dan
matanya seperti tertumbuk pada pi-lik-to. Serentak
mulutnya memuji: "Golok bagus"!
Seenaknya sendiri, dia ulurkan tangan, ujarnya:
"Berikan padaku!"
Tong Ko tahu bahwa dia sedang berhadapan dengan
seorang tokoh sakti yang menyangsikan kelakuannya.
"Cunke, jangan ber-olok2!" serunya sembari mundur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa yang ber-olok2 denganmu. Kalau tak mau
memberikan kaupun tentu akan kugantung dipuhun tua
itu supaya dapat menikmati pemandangan alam Sip-bantay-
san sini!" bentaknya dengan marah.
Tong Ko yang selama itu tak lepaskan matanya
kepada orang aneh itu, memperhatikan bahwa setiap kali
tangan si gemuk itu diangkat naik. tentu warnanya makin
tua. Selama digembleng dan diwejang ilmu silat oleh Ang
Hwat cin-jin, baik kepandaian maupun pengetahuan
Tong Ko mengenai ilmu itu, bertambah maju dan luas.
Dia yakin tangan ungu dari si gemuk itu tentu termasuk
jenis lwekang yang sakti, kemungkinan besar sangat
jahat. Setelah menolak permintaan orang, dia mundur
sembari isyarat anggukan kepala kepada The Ing.
Maksudnya suruh nona itu juga ikut mundur, tapi
ternyata malah runyam. Sememangnya The Ing sudah
benci melihat kecongkakan orang itu.
Maka demi tampak Tong Po mengangguk, ia mengira
kalau pemuda itu suruh dia turun tangan. Tanpa berayal
lagi, dia segera lambaikan tali cheng-sidalam gerak cenghay-
sen-boh. Ratusan lingkaran kecil warna merah
segera bergelombang menabur kearah muka si gemuk.
"Nona The......" Tong Ko menjerit kaget, tapi belum
sempat dia lanjutkan kata2nya, orang gemuk itu dengan
malas2an menyambar tali itu. Seketika permainan tali
cheng-si dalam jurus ceng-hay-sen-boh yang dahsyat itu,
tak dapat digerakkan alias macet. Sekali orang itu
menarik tangannya keperut, The Ing seperti ditarik
kemuka, jatuh tertelungkup kearah ruangan dalam.
Tong Ko bertindak sebat. Cepat dia hantamkan pi-likto,
begitu tali cheng-si putus, dia segera tarik tangan The
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ing untuk diajak loncat keluar. Untung dia berlaku sebat,
karena sesaat itu terasa ada hawa amis menyambar, bau
yang memaksa orang muntah2.
Tapi karena sudah berada diluar, mereka tak sampai
begitu.
Jelas bahwa hawa amis itu, keluar dari telapak tangan
si gemuk yang ungu itu, suatu tok-ciang (ilmu pukulan
beracun) yang jarang terdapat.
Pada saat Tong Ko hendak mencari siasat menghadapi
si gemuk jahat itu, tiba2 ada orang berseru diluar pintu:
"Nona The apa dirumah? Leng-cun (ayahmu) suruh aku
mengantarkan surat kemari!"
Tong Ko seperti kenal dengan suara orang itu. Dia
terkejut mengapa orang itu hendak mencari The Ing.
Juga The Ing tak terkecuali herannya. "Nada suara orang
itu tak asing rasanya, mengapa ayah menyuruhnya
kemari? Mari kita keluar menjenguknya!" katanya.
"Habis bagaimana dengan orang gemuk didalam
kamar itu?" tanya Tong Ko.
The Ing mengintip kedalam dan tampak orang aneh
itu menggeliat lalu terlentang tidur menggeros lagi. The
Ing segera ajak Tong Ko keluar menerima surat itu lebih
dahulu.
Seorang yang mengenakan pakaian opsir Ceng dan
seorang tinggi besar, tengah menggendong tangan
berdiri membelakangi pintu. Rupanya mereka tengah
menikmati aIam pegunungan disitu.
"Siapa yang hendak menerimakan surat padaku?"
tegur The Ing.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua orang itu serentak sama berputar diri. Tapi
demi melihat Tong Ko, siorang tinggi besar itu segera
berseru keras: "Bagus, kau juga disini!"
"Ai, kiranya kau!" The Ing pun tak kurang kagetnya
demi mengetahui bahwa orang itu bukan lain sipemuda
berumur 20-an tahun yang sudah menduduki jabatan
sebagai tay-lwe ko-chiu (jagoan istana), si Cek-cing-long
Shin Hiat-ji. Anak itupun terperanjat melihat The Ing.
"Oh, kiranya nona itu adalah puterinya The sute, maaf
karena belum mengenal tempo hari sudah kesalahan
tangan. The sute mengirim sepucuk surat, harap nona
terima!" secepat Hiat-ji dapat menguasai getar wajahnya,
dia lantas memulai buka pembicaraan.
The Ing terkesiap, serunya: "Ngaco, apa katamu?
Ayahku suruh kau kemari menyerahkan surat?"
"Benar," Hiat-ji tertawa, The Go yang dahulu dikenal
orang sebagai Cian-bin-long-kun, kini sudah menjadi
murid suhuku Liat Hwat cousu, ketua sebuah partai di
Tibet. Dengan begitu, walaupun aku lebih muda, tapi
karena aku yang menjadi murid terdahulu, jadi. dia
menyebut aku suheng!"
The Ing tak percaya pendengarannya. "Jangan
mengoceh tak keruan. Ayahku mana sudi campur gaul
dengan kamu kawanan bebodoran ini?"
Hiat-ji tak marah, katanya: "Harap nona jangan
marah2, bacalah suratnya dan kau tentu akan percaya!"
Dari saku bajunya, Hiat-ji mengambil sepucuk surat
terus diserahkan pada sinona. The Ing bersangsi, ia
berpaling menghadap kearah Tong Ko dan tak mau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyambuti surat itu Tong Ko berapi2 matanya
memandang. pada Hiat-ji.
Sebentar lagi dia hendak menyelesaikan rekeninghinaan
yang diutangnya dari anak itu. Tapi demi
dilihatnya surat itu bercoretkan tulisan yang indah
garang, dia tak ragu lagi.
"Nona The, surat itu benar tulisan ayahmu!" serunya.
Ketika The Ing berpaling, memang benar apa yang
dikatakan Tong Ko itu.
Dengan perasaan sangsi, surat itu disambutinya dan
astaga, kiranya memang benar tulisan ayahnya.
Surat itu berbunyi demikian:
Kepada anakda Ing :
Harap anakda ketahui, bahwa putusan ayah untuk
kembali menakluk, sungguh bukan pura2. Lekas datang
jangan ayal menemui aku.
Ayahmu The Go.
Uruf2-nya yang indah garang itu, memang buah
tangan The Go. The Ing terkesiap sejenak. Diulanginya
membaca sekali lagi. Wajahnya berobah merah putih,
penuh dengan seribu kesangsian. Tong Ko menghampiri
turut membaca.
”Gila, mengapa terjadi begini? Ah, tak mungkin!"
serunya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-ji tertawa dingin, memberi komentar singkat:
"Saudara Tong, surat itu menjadi bukti yang berbicara!"
Melihat cecongor anak itu, amarah Tong Ko meluapluap.
Walaupun perkenalannya dengan Cian-bin-long-kun
tak berapa lama, tapi dalam waktu yang sesingkat itu dia
sudah mengetahui jelas bagaimana peribadi ayah The
Ing itu.
Tong Ko tak percaya barang serambutpun, bahwa The
Go sudi bertindak menjadi pengkhianat lagi. Tapi seperti
yang dikatakan Hiat-ji, surat itu merupakan bukti hitam
diatas putih yang tak dapat dibantah lagi.
Ketika dia mengamat2i sampulnya, ternyata pada
tutup sampul itu tertera sebuah huruf "Sam" (tiga).
Memang pada jeman dulu, orang suka memberi sesuatu
tanda tulisan diatas surat, agar pengantar surat itu atau
lain orang tak sembarangan berani membuka mencuri
baca isinya. Tapi mengapa The Go juga membubuhi
tanda itu, pada hal yang disuruh mengantarkan adalah
Hiat-ji? Dengan kecurigaan itu dia menanyakan The Ing:
"Nona The, lengcun menulis huruf "sam" pada tutup
sampul, apakah artinya itu?"
The Ing teringat sesuatu bisiknya dengan pelahan:
"Benar, ayah sering bilang padaku, dalam keadaan
genting, orang bisa menuliskan maksudnya secara
rahasia dalam sebuah surat. Dengan adanya tanda huruf
"sam" itu, ayah tentu menyuruh aku membaca setiap
huruf yang ketiga. Disitulah terdapat maksud yang
sebenarnya dari ayah!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko mulai membaca lagi menurut peraturan itu.
Huruf ketiga dari setiap perkataan, dia ambil keluar.
Huruf ketiga dari baris pertama yalah "Ing". Huruf ketiga
pada baris kedua dan selanjutnya adalah "ketahuilah",
lalu "ayah" lalu "menakluk", lalu` "pura2", lalu "jangan"
dan terakhir "kemari". Apabila kedelapan huruf itu
dirangkai maka terdapatlah pesan begini: "Ing
ketahuilah. Ayah menakluk pura2 jangan kemari!"
Setelah yakin akan maksud sebenarnya dari surat itu,
segera Tong Ko memberi isyarat mata kepada The Ing,
bisiknya: "Kau beresi si opsir, aku si Hiat-ji, biar mereka
tak dapat pulang se-lama2nya!"
The Ing mengerti. Dengan tertawa-tawa, ia
menghampiri Hiat-ji, ujarnya dengan ramah: "Ya,
memang surat dari ayahku, terima kasih!"
Sudah tentu Hiat-ji tak mengetahui mengapa sikap
The Ing kini mendadak berobah seratus derajat. The Ing
berpaling kepada si opsir dan tanyanya: "Tuan opsir yang
entah siapa namanya, aku membilang banyak terima
kasih juga padamu!"
Selagi siopsir masih main aksi ke-sombong2an, The
Ing sudah gerakkan tali merahnya dalam jurus ceng-hayseng-
boh. Tahu2 leher siopsir itu serasa terlibat dengan
tali tajam. Sekali tangan The Ing menyentak, tanpa
berkuik lagi opsir itu rubuh tak bernyawa!
Sementara itu, Tong Kopun maju menghampiri Hiat-ji
dan berkata dengan dingin: "Shin tayjin, urusan diantara
kita berdua, sebaiknya juga diselesaikan sekarang!"
Hiat-ji tersenyum ewah, ujarnya: "Sebenarnya setelah
The Go menakluk kepada kerajaan Ceng, kau dan nona
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The seharusnyapun mengikuti tindakannya itu. Tapi
kalau kau berkeras hendak menyelesaikan hutang itu,
akupun terpaksa melayani juga!"
Tong Ko lintangkan goloknya pe-lahan2 kedada,
setelah melepas tertawa, berserulah dia dengan girang:
"Shin tayjin, kau sungguh menolong mukaku!"
Kata2nya itu ditutup dengan sabetan pi-lik-to.
Tadi sebenarnya Hiat-ji pun sudah mengetahui bahwa
golok ditangan anak muda itu sebuah senjata pusaka.
Tapi dikarenakan kesombongannya, dia sudah tak mau
memandang mata. Dia tetap mengira, lawannya itu
adalah pemuda Tong Ko dahulu.
Mundur selangkah, dia gunakan tangan kosong gongchiu-
kin-na-tihiu untuk merebut senjata lawan. Karena
bencinya terhadap pemuda pengchianat itu, sekali
gebrak Tong Ko sudah keluarkan jurus hong-lui-ki-seng,
jurus yang paling lihay dari ilmugolok 3 jurus itu Golok itu
menyemburkan badai dan kilat yang men-deru2. Demi
melihat Hiat-ji dengan sombongnya menggunakan
tangan kosong, dengan tertawa gelak2 Tong Ko berputar2
memainkan golok pusakanya. Belum reda suara
ketawanya itu atau Hiat-ji sudah menjerit ngeri. Tong
Kopun lantas menarik pulang goloknya dan mengawasi
keadaan lawan.
Hiat-ji ter-huyung2 jatuh kira2 8 tindak jauhnya,
mukanya pucat seperti kertas dan yang mengerikan
lengan kanannya sudah hilang
"Shin tayjin, dengan membayar sebuah lengan ini,
rasanya hutangmu itu masih belum lunas!" Tong Ko
tertawa dingin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena sakitnya, sebenarnya dengan wajah pucat
mayat Hiat-ji sudah menunggu ajalnya. Tapi tiba2
matanya tertumbuk akan sesuatu bayangan dan
berserulah dia keras2: "Toa-supeh, kiranya kau berada
disini. Kedatangan suhu kali ini keselatan, sebagian besar
adalah untuk mencarimu!"
Tong Ko berpaling kebelakang. Si gemuk tadi kiranya
sudah berdiri diambang pintu sambil molat molet
(bergeliat).
"Kau ini anak murid siapa, mengapa mengomong tak
keruan!" tegurnya.
Sewaktu kedua orang itu berbicara, Tong Ko merasa
bakal terjadi sesuatu hal. Cepat dia hampiri The Ing
untuk bahu membahu menunggu setiap kemungkinan.
Tampak Hiat-ji paksakan diri untuk menyahut:
"Toa............... supeh, aku adalah.......muridnya Liat
Hwat cousu............... apa kau sudah membalaskan sakit
hati kedua suheng?"
"Hem, baru saja aku tiba di Lo-hu-san dalam
perjalanan ke Kwitang, aku sudah ditantang adu semedhi
oleh seorang paderi bangsat, dan itu telah menghabiskan
waktuku sampai 10 tahun!" kata orang itu.
Memang si gemuk itu bukan lain adalah toa suheng
dari Liat Hwat cousu.
Sepuluh tahun yang lalu dia berangkat dari Tibet
untuk menuntutkan balas bagi kedua muridnya suami
isteri Hwat Siau dan Swat Moay, yang telah dibikin
lumpuh punah kepandaiannya oleh Tay Siang siarisu.
Tapi begitu pergi, dia tak ada kabar beritanya lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebenarnya Hiat-ji sudah tak kuat, hanya karena
melihat munculnya sang toa-supeh yang tak di-duga2
itulah maka dia kuatkan, diri untuk memanggil.
Tapi habis itu, diapun segera rubuh terkulai tak
bernyawa lagi.
Melihat sutitnya (murid keponakan) binasa, orang itu
mengicupkan mata kearah Tong Ko. Tong Ko tahu apa
artinya itu dan pe-lahan2 dia kisiki The Ing mundur
kebelakang.
"Shin-sutit tak dapat ditolong Iagi, diantara kalian
berdua, siapa yang mengganti jiwa?" tanya si gemuk.
Tong Ko tertawa, dingin, sahutnya: "Dia mati itu
sudah selayaknya, siapa yang mau mengganti jiwa-nya?"
Orang itu perdengarkan geraman aneh tubuhnya
bergetar, tangannya pelahan2 diangkat. Sesaat lagi, dia
tentu bakal melancarkan pukulan amis. Menyerang dulu,
adalah siasat yang paling baik. Demikian pikir Tong Ko
dan dia segera serukan The Ing supaya menyingkir, lalu
putar pi-lik-to menyerang orang gemuk itu.
Tepat pada saat itu pukulan lawanpun sudah
melancar, serangkum bau amis memuakkan perut orang.
Buru2 Tong Ko tutup napas, tapi tetap tak tahan.
Tanpa menghindar, cukup dengan gerakkan telapak
tangannya yang hitam, orang itu telah dapat menahan
arus serangan Tong Ko.
Tong Ko terperanjat, terpaksa dia mundurkan langkah.
Orang itu kedengaran menguap beberapa kali,
selangkah demi selangkah maju menghampiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Walaupun mempunyai golok pusaka yang dahsyat,
namun Tong Ko tak berani maju menyongsong.
Cepat dia tarik The Ing untuk diajak lari.
Se-konyong2 dari arah samping terdengar suara
seorang tua berseru: ”Akumuba! Inilah pemimpin besar
dari Tibet yang digelari orang sebagai Sui-giam-lo sohhun-
ciang Kwan Tay-kin!"
Tong Ko berpaling dan dapatkan kakek gurunya, Ang
Hwat cinjin berdiri disebelahnya. Dadanya serasa longgar
sekali. Orang itu berhenti demi tampak ada seorang cinjin
muncul disitu
"Bagus, diantara barisan ko-chiu daerah Kwiciu, aku
sudah berjumpa derigan Tay Siang si kepala gundul, kini
gilirannia dengan seorang imam gembel. Apa kau juga
mau ajak bertanding semedhi?"
"Kwan Tay-kin, kali ini entah berapa banyak sudah
orang2 persilatan yang kau celakai? Kaum persilatan
Kwiciu, tiada sudi menerima seorang bebodoran macam
kau!" sahut Ang Hwat.
Orang she Kwan itu jebikan: bibirnya, menyeringai :
"Bagus, mari kita segera mulai saja!"
Ketika dia hentikan langkah tadi, tangannya masih
diacungkan keatas.
Habis mengucap dia lantas enjot tubuhnya loncat
setombak jauhnya.
Gerakannya aneh, pesatnya bukan alang kepalang.
Karena loncatan itu, kembali ada serangkum angin
amis menyampok.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Saking tak kuatnya, Tong Ko dan The Ing menyurut
mundur.
Ang Hwat cinjin pun cepat kibaskan lengan baju,
melayangkan sebuah pukulan.
Kedua gembong itu, jaraknya terpisah 3-4 meter,
namun ketika kedua pukulan itu saling berbentur,
terbitlah suatu angin puyuh besar sehingga puhun2
disekliling situ sama rontok daunnya, dahan2nya patah.
Bau amis itupun bertebaran ke-mana2. Kedua tokoh itu
sama2 mundur bebrapa langkah.
"Kalian berdua harus menyingkir pergi, makin jauh
makin baik!" seru Ang Hwat kepada Tong Ko dan The
Ing.
Tong Ko tahu bahwa cin-jin itu telah mencapai
kesaktian yang tinggi.
Kwan Tay-kin lihay, tapi rasanya takkan dapat berbuat
banyak kepadanya.
"Cin-jin, ayah The Ing berada di Kwiciu, entah
mengapa dia melakukan siasat pura2 menakluk pada
pemerintah Ceng, kami berdua hendak menyusul
kesana!" seru Tong Ko.
"Pergilah!" sahut Ang Hwat tanpa menoleh.
Ketika kedua anak muda itu berjalan jauh tiba2 dari
arah belakang sana terdengar suara menggelugur yang
dahsyat. Kiranya itulah puhun tua lengkeng yang roboh.
Mereka duga tentulah kedua gembong itu sedang
bertempur didekat puhun situ, hingga puhun itu sempal
separoh bagian. Pertempuran antara dua gembong
persilatan, merupakan hal yang jarang terjadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beruntunglah mereka yang mempunyai kesempatan
untuk menyaksikan, karena dalam pertempuran itu tentu
akan dipertunjukkan ilmu sakti dan lain2 kepandaian
istimewa yang jarang keluar.
Ini sangat berfaedah untuk menambah pengalaman.
Tong Ko dan The Ing saling berpandangan, dan The
Ingpun tahu apa yang dimaksudkan anak muda itu.
Berkata Tong Ko dengan penuh kesungkanan :"Nona
The, ayahmu di Kwiciu..........."
”Tak menjadi soal. Setelah dia mengabdi pada
pemerintah Ceng, tentu keselamatan-nya terjamin.
Sebaliknya kalau kita lewatkan pertempuran besar ini,
kita tentu akan menyesal seumur hidup!" The Ing buru2.
memotong.
Tong Ko mengiakan dan begitulah keduanya lalu
diiam2 menyelinap kembali, bersembunyi dibalik sebuah
batu besar.
Dilihatnya Ang Hwat cinjin seperti orang gila
keadaannya. Rambutnya yang berwarna merah itu riyap2
rebah berdiri, sikapnya menyeramkan sekali.
Sedang difihak lawan, Kwan Tay-kin matanya melotot,
tak mengantuk seperti tadi.
Nyata2 kedua gembong itu sedang mengerahkan
seluruh kepandaiannya untuk menghadapi lawannya
yang berat.
Cek-hun-ciang atau pukulan awan ungu yang
diyakinkan oleh Kwan Taykin, merupakan suatu ilmu
ganas yang paling lihay sendiri diantara 7 macam ilmu
ganas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dan karena peyakinannya itu sudah mencapai tingkat
kesempurnaan, angin pukulannyapun bisa mengeluarkan
hawa racun. Andaikata yang diyakinkan itu bukan jenis
Iwekang tok-ciang (pukulan racun), artinya meyakinkan
ilmu Iwekang bisa, tingkatan yang dicapai oleh Kwan
Tay-kin itu, akan dapat dibuat menangkis senjata lawan
yang jaraknya beberapa meter jauhnya!
Adanya dia sampai meyakinkan pukulan ganas itu
karena marah atas nasib yang diderita kedua muridnya
(Hwat Siau dan Swat Moay). Setelah berhasil
meyakinkan, dia segera menuju ke Kwiciu untuk
melakukan pembalasan. Tapi apa lacur, ketika tiba di Lohu-
san dia telah berpapasan dengan Tay Siang siansu.
Paderi agung yang sakti itu sepintas pandang segera
mengetahui, bahwa orang itu memiliki ilmu yang keliwat
saktinya.
Tapi sorot matanya mengunjuk kebuasan yang ganas
sekali.
Hweshio agung itu mengambil putusan untuk
menjinakkannya dengan pelajaran agama Hud. Maka
sengaja dia cari perkara dan tantang tokoh Tibet itu
untuk bertanding duduk semedhi. Kecuali ada orang
yang membantu siansu itu atau dia (Kwan Tay-kin)
berjanji takkan mengijakkan kaki didaerah Kwan-lwe
(Tiongkok) lagi, barulah dia menang dan boleh bebas.
Gembong Tibet itu tinggi sekali adatnya (congkak).
Nafsu ingin menangnya, besar sekali. Begitulah setiap
hari mereka duduk bersemedhi sampai 8 jam dan
kejadian itu berlarut sampai 10 tahun lamanya. Dalam
waktu sekian lama itu; dengan sendirinya, Kwan Tay-kin
bertambah maju kepandaiannya. Sedikit waktu lagi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan falsafah2 Hud Tay Siang percaya tentu dapat
menerangi bathin orang itu. Tapi ternyata jerih payah
selama 10 tahun itu, lenyap hanya dalam satu hari saja.
Tanpa mendapat idin Tay Siang, Siao-lan telah
menusukkan senjata garunya kepada orang itu.
Sesuai dengan janji yang telah diikrarkan dimuka,
Kwan Taykin segera berbangkit dan pergi situ dengan
lenggangnya. Setiap tokoh persilatan yang dijumpainya,
tentu dibunuh. Habis dibunuh lalu digantung tinggi2.
Keenam orang persilatan yang ditemukan The Go
tergantung diujung serambi pagoda bungalow, adalah
orang, Tibet itu yang melakukan!
Sampai bebrapa saat kemudian, kedua gembong itu
masih belum mulai lagi.
"Ai, mengapa mereka itu?" saking tak sabarnya The
Ing segera menggerutu dengan pelahan. Tapi Tong Ko
menjawilnya supaya jangan banyak omong.
Benar juga, rupanya Ang Hwat seperti mendengar
bisikan nona itu tadi. Gerakan tubuhnya agak lambat
justeru pada saat itu Kwan Tay-kin sudah melancarkan
sebuah hantaman. Ang Hwat buru2 membalas. Kali ini
jarak mereka lebih dekat. Ketika terjadi benturan, Ang
Hwat kedengaran bersuit panjang sedang Kwan Tay-kin
tertawa seram. Kembali keduanya sama. berpencar lagi.
Kini mereka bergerak-gerak melakukan serang
menyerang, dari pelahan menjadi cepat. Apa yang
tampak digelanggang situ, hanya, lah dua gulung sinar
yang mengeluarkan deru angin dahsyat.
Se-konyong2 terdengar suara benturan keras, dan
kedua gembong itu tampak tegak berdiri diam,
tangannya saling menempel. Melihat itu, bukan main
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kejutnya Tong Ko. Terang mereka sedang mengadu
lwekang. Serentak berdiri, berteriaklah Tong Ko dengan
cemasnya : "Cin-jin, tangannya beracun!"
Ang Hwat berpaling. Wajahnya merah padam karena
murka.
"Budak yang tak mau mendengar kata, lekas enyah.
Kalau kudapatkan kau masih berada dalam jarak 100 Ii
dari sini, awas jiwamu ya!"
Tong Ko tersipu-sipu.
Dia yakin Ang Hwat tentu sudah mempunyai
pegangan.
Segera diajaknya The Ing berlalu.
Baru berdialan belum lama, mereka berpaling
kebelakang tampak kedua gembong itu masih tegak
berdiri seperti tiang.
"Engkoh Ko, kau berpendapat siapa yang menang
nanti?" tanya The Ing setelah jauh sekali dari gelanggang
itu. Tapi Tong Ko hanya menggeleng kepala.
Belum sampai petang hari, mereka sudah keluar dari
daerah Sip-ban-tay-san. Malam itu mereka tidur
disembarang tempat. Keesokan harinya barulah
meneruskan perjalanan ke Kwiciu. Tiba disana, langsung
mereka menuju kegedung tihu (residen). Pintu kantor
pembesar itu tertutup rapat. Mereka mencari sebuah
warung untuk berunding. Tong Ko menyatakan supaya
malam nanti melakukan penyelidikan kegedung tihu, The
Ing diam saja, berselang bebrapa saat baru ia menyahut
: "Engkoh Ko, aku punya jalan! Bukantah dalam suratnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu ayah menyuruh aku datang? Nah, dengan surat itu
aku akan masuk kesana!"
"Benar, tapi kalau kau seorang diri, berbahaya sekali !"
The Ing menatap wajah Tong Ko, tiba2 ia tertawa geli.
Tong Ko heran dan mengira kalau mukanya itu apa
barangkali kotor, maka sampai ditertawai sinona. Buruburu
dia menghampiri kaca, tapi ternyata bersih2 saja.
"Kau menertawai apa?" tegurnya dengan heran.
"Aku punya akal, tapi, jangan2 kau tak mau!"
""Asal bisa menjumpai paman The, aku tentu tak
menolak!"
"Kau menyaru jadi seorang nona dan ikut aku masuk.
Mereka tentu tak mencurigai" kata The Ing sembari
ketawa:
"Hai, apa2an itu?!"
"Kalau begitu biar aku pergi seorang diri saja," kata
The Ing dengan mengangkat pundak.
Setelah merenungkan sejenak, akhirnya Tong Ko
menerima. The Ing lekas2 keluar membeli pakaian
wanita dan beberapa macam perhiasan. Oleh karena
sememangnya berparas cakap, maka ketika sudah
berganti pakaian wanita, jadilah Tong Ko seorang nona
cantik. Malah The Ing sendiri sampai terkejut :"Ai,
mengapa kau menyerupai benar dengan suatu orang?!"
"Siapa?"
"Say-hong-hong Bek Lian!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko tertawa, ujarnya :"Say-hong-hong Bek Lian
adalah ratu bunga dari Kwiciu, masakan aku dapat
menyamainya, sudah jangan omong tak keruan!"
The Ing tetap ngotot.. "Benar2 seperti pinang dibelah
dua, percaya atau tidak itu terserah padamu!"
Tong Ko tak mau berbantah.
Keesokan harinya, mereka menuju kegedung tihu.
"Mau apa?" hardik serdadu penjaga seraya
menghadang.
The Ing deliki mata. "Kawanan yang tak bermata, kau
kenal tidak dengan Shin Hiat-ji tayjin?"
Shin Hiat-ji adalah taylwe-wisu (barangkari keraton).
Segera kawanan serdadu itu merobah sikapnya.
"Nona ini adalah........"
"Aku she The, kemari hendak menemui ayah!"
Ter-sipu2 kawanan serdadu itu membawa kedua nona
itu masuk.
Tiba disebuah ruangan, terdengar lengking suara Liat
Hwat cousu berkata : "Sudah bebrapa hari, mengapa
Hiat-ji masih belum pulang? Jangan2 dia mendapat
halangan ditengah jalan!"
"Kukira tidak!" sahut suara The Go.
Mendengar itu, tak dapat The Ing menahan teriaknya
lagi : "Yah, aku sudah datang!"
Pintu ruangan itu terbuka sendiri. Liat Hwat dan The
Go duduk dikursi, sedang Siao-lan berdiri disisi suaminya.
Bermula The Go terbeliak melihat puterinya kesitu, tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lebih kaget lagi demi tampak seorang nona mengikut
dibelakang The Ing. Pikiran The Go terbayang lagi akan
kenangan pada duapuluh tahun berselang, Say-honghong
Bek Lian, dewi jelita dari gunung Lo-hu-san..........
Juga Siao-lan terperanjat bukan terkira.
The Ing cukup cerdas dan buru2 memberi keterangan
: "Yah, Hiat-ji susiok sedang mempunyai lain urusan, jadi
agak terlambat beberapa hari. Aku telah mengerti jelas
isi suratmu itu, maka aku datang kemari!"
Sengaja ia tekankan kata2 "jelas" itu. Sebagai seorang
yang berotak, tajam, The Go dapat menangkap isyarat
itu.
"Ing-ji, lekas beri hormat pada sucoumu!" serunya
sembari menatap tajam2 kearah "Bek Lian". Ah, Bek-Lian
tak semuda itu keadaannya. Hai, itulah Tong Ko, secepat
itu The Go sudah dapat meneropong penyaruan yang
lihay itu.
Sebenarnya pada perkenalannya pertama dengan
Tong Ko, The Go sudah dapat merabah-rabah asal usul
anak muda itu. Tapi dia anggap belum tiba saatnya
untuk memberi tahu. Hanya dia larang puterinya supaya
jangan bergaul rapat dengan pemuda itu. Maka
sangatlah gelisahnya demi The Ing datang bersama Tong
Ko, suatu tanda bahwa hubungan kedua anak muda itu
tentu sudah makin akrab. Namun dalam saat dan
keadaan seperti itu, dia terpaksa tekan perasaannya dan
pura2 berseri girang.
"Ha, kiranya tit-li (keponakan perempuan) juga ikut?"
ujarnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Titli ingin menyambangi susiok dan subo!" sahut
Tong Ko dengan nada kecil.
Ternyata anak muda itu juga cakap bersandiwara.
Untuk membuktikan dirinya itu seorang nona
sesungguhnya, dia kerutkan tenggorokannya supaya bisa
bersuara kecil.
Adalah Siao-lan yang lamban pikirannya, tak dapat
segera mengetahui sandiwara yang sedang dimainkan
oleh suaminya dan anak muda itu. Wajahnya menampil
rasa heran. Buru2 The Go menyentuhnya sebagai isyarat
jangan bicara apa2. Liat Hwat duduk anteng menerima
pemberian hormat dari kedua gadis itu. Rupanya dia
sangat gembira dan tertawa ter-bahak2.
"Ha..., ha..., tak kira bisa mendapat tambahan dua
orang titli yang cantik dan gagah," ujarnya, lalu berkata
kepada The Go : "The Go, kau bilang hendak
menyumbangkan suatu jasa pada pemerintah kerajaan,
entah bagaimana caranya? Turut pendapatku, kembalimu
kepada kerajaan itu, masih belum diketahui umum.
Bunuhlah bebrapa tokoh pemberontak, barulah kerajaan
menaruh kepercayaan penuh padamu!"
"Bukan begitu!" sahut The Go.
"Lalu bagaimana kau hendak mengunjuk jasa?" Liat
Hwat, berobah wajahnya dengan serius.
The Go tertawa, ucapnya : "Pepatah mengatakan
'tangkap kawanan penjahat harus ringkus dulu
pemimpinnya'. Dengan membawa batang kepala Siaubeng-
siang kemari, itulah baru suatu pahala besar!"
"Bagus, bagus! Tapi apakah prakteknya sernudah itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Segala usaha besar, tentu sukar. Tapi itu bukan
berarti tak dapat dilakukan. Kalau aku suami isteri dan
kedua anak perempuan itu diperboleh pergi kesana,
tanggung tentu berhasil!"
Liat Hwat perdengarkan tertawa aneh, serunya :
"Kamu berdua suami isteri dan seorang titli bolehlah
pergi, tapi anakmu perempuan itu harus inggal disini!"
The Go cerdik, tapi Liat Hwatpun tak mudah diakali.
Mendengar pernyataan, "suhunya" itu, hati The Go
terkesiap, namun wajahnya tetap dikuasai, sahutnya
dengan lapang : "Kurang satu orangpun tak menjadi
soal!"
Tapi Liat Hwat tetap menggeleng; katanya :"Tidak,
lebih baik aku ikut pergi juga!"
Kali ini benar2 The Go terkejut sekali. Celaka, kalau
setan kate itu turut pergi, dia tentu dipaksa untuk
melakukan rencana itu. "Guyon2 jadi sungguhan"
namanya itu. Tapi kini jelaslah sudah bahwa Liat Hwat
masih tetap menaruh kecurigaan, maka tak mau biarkan
dia (The Go anak isteri) pergi. Untuk menolak maksud
Liat Hwat, tentu akan makin mengentarai.
The Go bukanlah si Cian-bin-long-kun yang pernah
menghabiskan 3 laksa pejoang Hoasan, kalau
berhadapan dengan Liat Hwat seorang saja, dia sudah
menyerah.
"Kalau insu mau sekalian turut, itulah bagus sekali!"
katanya dengan girang.
---oo^dwkz0kupay^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Bersambung Ke Bagian 30)
BAGIAN 29 : MELUNASI HUTANG
Kira2 dua jam berjalan dia dan The Ing sudah keluar
dari Lo-hu-san.
Kala itu rembulan purnama.
Lapisan mega tipis sayup2 bertebaran melalui dewi
malam itu.
Untuk melonggarkan kemengkelannya, Tong Ko
mainkan goloknya dalam ilmugolok ajaran Ang Hwat
cinjin. Lui-tong-in-in, lui-tian-kiau-co, hong-luiki-seng, 3
jurus lengkap dia mainkan sampai selesai.
Sewaktu mengakhiri permainannya, Tong Ko papaskan
goloknya kesebuah batu besar. Tring......., terbelah batu
besar itu menjadi dua.
Tong Ko maju mendekati dan menghantam lagi.
Dua belah batu itu, terhantam menjadi empat belah.
Setelah puas, barulah Tong Ko lintangkan goloknya
dimuka dada.
Dengan tertawa dia berpaling, tanyanya: "Nona The,
kemana kita hendak pergi ini?"
The Ing tahu bahwa hati anak muda itu sedang
gundah resah, maka iapun menyahut: "Terserah
padamu, hanya saja aku ingin sekali berjumpa dengan
ayah dan mamahku!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku bagaikan seekor burung, empat penjuru lautan
ini adalah rumahku. Baik, mari kita menuju ke Sip-bantay-
san!"
Menjelang malam, mereka baru mencari rumah
penginapan.
Keesokan harinya mereka lanjutkan perjalanan lagi.
Selama dalam perjalanan itu, mereka menuturkan
pengalaman masing2 sejak berpisah.
Setelah jelas mengetahui bahwa anak muda itu masih
tetap menyintai Tio In, maka sengaja The Ing perlambat
perjalanannya.
Pertama karena ia berduka, kedua supaya dapat lebih
lama berkumpul dengan Tong Ko.
Perjalanan ke Sip-ban-tay-san itu hampir memakan
waktu satu bulan.
Begitu mendorong pintu rumah The Go, segera Tong
Ko berseru: "Ang Hwat cianpwe, aku sudah kembali!"
Tiada penyahutan.
The Ing menyatakan herannya mengapa kedua ayah
bundanyapun belum pulang, Tong Ko menghiburnya
barangkali ayah bunda The Ing itu masih ada lain
urusan.
"Engkoh Ko mengasohlah dahulu, biarlah
kutangkapkan dua ekor ayam hutan untuk santapan!"
kata The Ing terus menuju keluar.
Belum sempat Tong Ko mengiakan, atau The Ing
kedengaran menjerit kaget.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cepat Tong Ko loncat memburu. Diatas dahan
sehatang pohon lengkeng tua yang separoh bagian
sudah kering, tampak ada sesosok tubuh bergelantungan
dengan kaki diatas. Puhun itu ada 6-7 tombak tingginya
dan tubuhnya ber-goyang2 tertiup angin, jadi tak
kelihatan jelas air mukanya.
"Aneh, pohon lengkeng itu sudah lama layu kering.
Ketika masih kecil aku pernah memanjat dan putuslah
dahan yang kuinjaknya. Ilmu gin-kang siapa yang dapat
naik sedemikian tingginya?" kata The Ing.
Setelah mendongak mengawasi sejenak, baru Tong Ko
berkata: ”Nona The, ilmu ginkang orang itu memang
sempurna, orang yang tergantung dipuhun itu sudah
mati. Setelah mati, baru orang itu digantung!"
Jadi dapat dibayangkan bagaimana lihay ginkang
orang itu.
"Ang Hwat cinjin?" seru The Ing dengan kagetnya.
Tong Ko menggeleng: "Ang Hwat cinjin tak nanti
berbuat begitu, mari kita naik memeriksa keatas!"
Tong Ko enjot tubuhnya naik kesebatang dahan, tapi
baru sang kaki menginjak, dahan itu segera patah. Tong
Ko cepat mencapai dahan lainnya sebelah atas, tapi
dahan itupun patah dan jatuhlah Tong Ko bersama
dahan itu.
"Engkoh Ko, separoh bagian dari pohon itu entah
sudah berapa tahun kering kerontang, memang sukar
dipanjat!"
"Aneh, mengapa dahan yang dibuat menggantung
orang itu tak putus? Kita harus memeriksa keatas!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Untuk memanjat keatas, mudah saja. Kita harus
melalui bagian batang yang tidak kering!"
Tong Ko lakukan usul itu dan tak lama kemudian
dapatlah dia tiba dipuncaknya, tapi masih terpisah 2
meteran dari tubuh mayat itu.
Namun dari situ dapat dilihatnya jelas keadaan korban
itu.
Umurnya kira2 50-an tahun, memelihara janggut
pendek yang menjikrak.
Sikapnya menandakan seorang persilatan.
Kiranya dahan yang dibuat menggantung orang itu,
bukan dahan puhun tapi sebatang tiang besi yang
ujungnya dimasukkan kedalam batang puhun. Sepintas
pandang, tampaknya memang seperti dahan kering.
Tong Ko loncat keatas dan menurun mayat itu. Tubuh
korban itu tak terdapat luka apa2 melainkan
punggungnya terdapat sebuah telapak tangan. Inilah
yang menyebabkan kematian orang itu. Tong Ko belum
pernah mendengar tentang akhli silat yang begitu hebat
pukulannya.
"Nona The, mungkin si pembunuh belum jauh dari
sini, ditilik dari kepandaiannya rasanya kita masih
dibawahnya. Lebih baik kita ber-hati2, siapkan
senjatamulah!" kata Tong Ko.
The Ing mengatakan bahwa tali cengsi-nya sudah siap
segala waktu. Tapi mencari kesekeliling situ sampai
sekian lama, mereka tak bertemu dengan jejak apa2.
Terpaksa mereka kembali kedalam pondok lagi. Baru The
Ing hendak membuka mulut atau Tong Ko cepat
memberi isyarat tangan supaya diam, karena,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
didengarnya dikamar sebelah ada suara orang tidur
mendengkur. Cepat dia mendorong pintu dan dapatkan
diatas balai2 bambu tidur seorang gemuk dengan
pulasnya. Tong Ko belum pernah melihat orang itu.
"Ai, rasanya aku pernah kenal dianya!" kata The Ing.
Dan karena suara The Ing itu maka menggeliatlah orang
itu bangun. Dia memandang kearah kedua anak muda
itu.
Tampak jelas bagaimana sorot matanya bersinar
ungu. Teringat akan telapak tangan ungu yang terdapat
pada punggung mayat dipuhun itu, Tong Ko dan The Ing
terkesiap.
"Hai, kau siapa, mengapa seenaknya sendiri tidur
diranjang ayah ku?" tegur The Ing.
Orang itu tertawa sahutnya: "Aku selalu bebas berbuat
sesukaku, sedang Tay Siang siansu saja tak dapat
mengganggu usik diriku, masakan seorang budak
perempuan berani usilan?"
Waktu orang itu mengungkit nama Tay Siang siansu,
sesaat teringatlah The Ing sewaktu ia bersama Bek Lian
melarikan diri dari kejaran Liat Hwat cousu digunung Lohu-
san tempo hari. Ia menjumpai Tay Siang siansu
sedang duduk berhadapan dengan seorang gemuk.
Benar Tay Siang itu waktu tak memberi tahu, tapi pernah
ayahnya (The Go) mengatakan sesuatu tentang orang
itu. Maka siraplah amarahnya dan berseru "Kau..."
Tapi belum ia lanjutkan kata2nya, Tong Ko sudah
menyelutuk: ”Yang tergantung diatas puhun itu, apakah
tuan yang melakukankan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang itu menguap dulu, baru acuh tak acuh
menjawab: ”Benar, orang itu bergelar Tiat-pi-tong-kak
Cin Gun!"
Tong Ko terbeliak. Tiat-pi-tong-kak (lengan besi kaki
tembaga) Cin Gun, seorang tokoh kenamaan di daerah
Kwisay yang sangat dihormati orang karena kemuliaan
budinya.
"Mengapa kau mencelakainya?" tegur Tong Ko.
Kembali orang itu menguap seperti oraang masih
ngantuk, ujarnya: "Untuk membunuh orang, masa harus
mencari alasan? Tempo hari aku kena diakali si keledai
gundul Tay Siang, diajak adu bersemedhi. Sudah tentu
karena dia seorang paderi, aku tak dapat menang.
Syukur kala itu datang seseorang membantunya untuk
memukul aku, sehingga aku dapat keluar dari
perangkapnya untuk meng-gantung2i orang, ha.....,
ha....., senang senang sekalii......!'
Bagi orang itu menggantungi orang sudah menjadi
hobbynya. Habis berkata kembali dia tampak menggeliat,
justeru telapak tangannya menghadap kemuka. Tong Ko
melihat jelas bagaimana telapak tangan orang aneh itu
berwarna ke-ungu2an. Orang aneh, kepandaian aneh
dan tingkah laku yang aneh pula.
"Cin Gun dihormati oleh kaum persilatan, apakah kau
tak kuatir ada orang menuntut perhitungan padamu?"
tanya Tong Ko pula.
Habis menggeliat, orang itu tundukkan kepala dan
matanya seperti tertumbuk pada pi-lik-to. Serentak
mulutnya memuji: "Golok bagus"!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seenaknya sendiri, dia ulurkan tangan, ujarnya:
"Berikan padaku!"
Tong Ko tahu bahwa dia sedang berhadapan dengan
seorang tokoh sakti yang menyangsikan kelakuannya.
"Cunke, jangan ber-olok2!" serunya sembari mundur.
"Siapa yang ber-olok2 denganmu. Kalau tak mau
memberikan kaupun tentu akan kugantung dipuhun tua
itu supaya dapat menikmati pemandangan alam Sip-bantay-
san sini!" bentaknya dengan marah.
Tong Ko yang selama itu tak lepaskan matanya
kepada orang aneh itu, memperhatikan bahwa setiap kali
tangan si gemuk itu diangkat naik. tentu warnanya makin
tua. Selama digembleng dan diwejang ilmu silat oleh Ang
Hwat cin-jin, baik kepandaian maupun pengetahuan
Tong Ko mengenai ilmu itu, bertambah maju dan luas.
Dia yakin tangan ungu dari si gemuk itu tentu termasuk
jenis lwekang yang sakti, kemungkinan besar sangat
jahat. Setelah menolak permintaan orang, dia mundur
sembari isyarat anggukan kepala kepada The Ing.
Maksudnya suruh nona itu juga ikut mundur, tapi
ternyata malah runyam. Sememangnya The Ing sudah
benci melihat kecongkakan orang itu.
Maka demi tampak Tong Po mengangguk, ia mengira
kalau pemuda itu suruh dia turun tangan. Tanpa berayal
lagi, dia segera lambaikan tali cheng-sidalam gerak cenghay-
sen-boh. Ratusan lingkaran kecil warna merah
segera bergelombang menabur kearah muka si gemuk.
"Nona The......" Tong Ko menjerit kaget, tapi belum
sempat dia lanjutkan kata2nya, orang gemuk itu dengan
malas2an menyambar tali itu. Seketika permainan tali
cheng-si dalam jurus ceng-hay-sen-boh yang dahsyat itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tak dapat digerakkan alias macet. Sekali orang itu
menarik tangannya keperut, The Ing seperti ditarik
kemuka, jatuh tertelungkup kearah ruangan dalam.
Tong Ko bertindak sebat. Cepat dia hantamkan pi-likto,
begitu tali cheng-si putus, dia segera tarik tangan The
Ing untuk diajak loncat keluar. Untung dia berlaku sebat,
karena sesaat itu terasa ada hawa amis menyambar, bau
yang memaksa orang muntah2.
Tapi karena sudah berada diluar, mereka tak sampai
begitu.
Jelas bahwa hawa amis itu, keluar dari telapak tangan
si gemuk yang ungu itu, suatu tok-ciang (ilmu pukulan
beracun) yang jarang terdapat.
Pada saat Tong Ko hendak mencari siasat menghadapi
si gemuk jahat itu, tiba2 ada orang berseru diluar pintu:
"Nona The apa dirumah? Leng-cun (ayahmu) suruh aku
mengantarkan surat kemari!"
Tong Ko seperti kenal dengan suara orang itu. Dia
terkejut mengapa orang itu hendak mencari The Ing.
Juga The Ing tak terkecuali herannya. "Nada suara orang
itu tak asing rasanya, mengapa ayah menyuruhnya
kemari? Mari kita keluar menjenguknya!" katanya.
"Habis bagaimana dengan orang gemuk didalam
kamar itu?" tanya Tong Ko.
The Ing mengintip kedalam dan tampak orang aneh
itu menggeliat lalu terlentang tidur menggeros lagi. The
Ing segera ajak Tong Ko keluar menerima surat itu lebih
dahulu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seorang yang mengenakan pakaian opsir Ceng dan
seorang tinggi besar, tengah menggendong tangan
berdiri membelakangi pintu. Rupanya mereka tengah
menikmati aIam pegunungan disitu.
"Siapa yang hendak menerimakan surat padaku?"
tegur The Ing.
Kedua orang itu serentak sama berputar diri. Tapi
demi melihat Tong Ko, siorang tinggi besar itu segera
berseru keras: "Bagus, kau juga disini!"
"Ai, kiranya kau!" The Ing pun tak kurang kagetnya
demi mengetahui bahwa orang itu bukan lain sipemuda
berumur 20-an tahun yang sudah menduduki jabatan
sebagai tay-lwe ko-chiu (jagoan istana), si Cek-cing-long
Shin Hiat-ji. Anak itupun terperanjat melihat The Ing.
"Oh, kiranya nona itu adalah puterinya The sute, maaf
karena belum mengenal tempo hari sudah kesalahan
tangan. The sute mengirim sepucuk surat, harap nona
terima!" secepat Hiat-ji dapat menguasai getar wajahnya,
dia lantas memulai buka pembicaraan.
The Ing terkesiap, serunya: "Ngaco, apa katamu?
Ayahku suruh kau kemari menyerahkan surat?"
"Benar," Hiat-ji tertawa, The Go yang dahulu dikenal
orang sebagai Cian-bin-long-kun, kini sudah menjadi
murid suhuku Liat Hwat cousu, ketua sebuah partai di
Tibet. Dengan begitu, walaupun aku lebih muda, tapi
karena aku yang menjadi murid terdahulu, jadi. dia
menyebut aku suheng!"
The Ing tak percaya pendengarannya. "Jangan
mengoceh tak keruan. Ayahku mana sudi campur gaul
dengan kamu kawanan bebodoran ini?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-ji tak marah, katanya: "Harap nona jangan
marah2, bacalah suratnya dan kau tentu akan percaya!"
Dari saku bajunya, Hiat-ji mengambil sepucuk surat
terus diserahkan pada sinona. The Ing bersangsi, ia
berpaling menghadap kearah Tong Ko dan tak mau
menyambuti surat itu Tong Ko berapi2 matanya
memandang. pada Hiat-ji.
Sebentar lagi dia hendak menyelesaikan rekeninghinaan
yang diutangnya dari anak itu. Tapi demi
dilihatnya surat itu bercoretkan tulisan yang indah
garang, dia tak ragu lagi.
"Nona The, surat itu benar tulisan ayahmu!" serunya.
Ketika The Ing berpaling, memang benar apa yang
dikatakan Tong Ko itu.
Dengan perasaan sangsi, surat itu disambutinya dan
astaga, kiranya memang benar tulisan ayahnya.
Surat itu berbunyi demikian:
Kepada anakda Ing :
Harap anakda ketahui, bahwa putusan ayah untuk
kembali menakluk, sungguh bukan pura2. Lekas datang
jangan ayal menemui aku.
Ayahmu The Go.
Uruf2-nya yang indah garang itu, memang buah
tangan The Go. The Ing terkesiap sejenak. Diulanginya
membaca sekali lagi. Wajahnya berobah merah putih,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penuh dengan seribu kesangsian. Tong Ko menghampiri
turut membaca.
”Gila, mengapa terjadi begini? Ah, tak mungkin!"
serunya.
Hiat-ji tertawa dingin, memberi komentar singkat:
"Saudara Tong, surat itu menjadi bukti yang berbicara!"
Melihat cecongor anak itu, amarah Tong Ko meluapluap.
Walaupun perkenalannya dengan Cian-bin-long-kun
tak berapa lama, tapi dalam waktu yang sesingkat itu dia
sudah mengetahui jelas bagaimana peribadi ayah The
Ing itu.
Tong Ko tak percaya barang serambutpun, bahwa The
Go sudi bertindak menjadi pengkhianat lagi. Tapi seperti
yang dikatakan Hiat-ji, surat itu merupakan bukti hitam
diatas putih yang tak dapat dibantah lagi.
Ketika dia mengamat2i sampulnya, ternyata pada
tutup sampul itu tertera sebuah huruf "Sam" (tiga).
Memang pada jeman dulu, orang suka memberi sesuatu
tanda tulisan diatas surat, agar pengantar surat itu atau
lain orang tak sembarangan berani membuka mencuri
baca isinya. Tapi mengapa The Go juga membubuhi
tanda itu, pada hal yang disuruh mengantarkan adalah
Hiat-ji? Dengan kecurigaan itu dia menanyakan The Ing:
"Nona The, lengcun menulis huruf "sam" pada tutup
sampul, apakah artinya itu?"
The Ing teringat sesuatu bisiknya dengan pelahan:
"Benar, ayah sering bilang padaku, dalam keadaan
genting, orang bisa menuliskan maksudnya secara
rahasia dalam sebuah surat. Dengan adanya tanda huruf
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"sam" itu, ayah tentu menyuruh aku membaca setiap
huruf yang ketiga. Disitulah terdapat maksud yang
sebenarnya dari ayah!"
Tong Ko mulai membaca lagi menurut peraturan itu.
Huruf ketiga dari setiap perkataan, dia ambil keluar.
Huruf ketiga dari baris pertama yalah "Ing". Huruf ketiga
pada baris kedua dan selanjutnya adalah "ketahuilah",
lalu "ayah" lalu "menakluk", lalu` "pura2", lalu "jangan"
dan terakhir "kemari". Apabila kedelapan huruf itu
dirangkai maka terdapatlah pesan begini: "Ing
ketahuilah. Ayah menakluk pura2 jangan kemari!"
Setelah yakin akan maksud sebenarnya dari surat itu,
segera Tong Ko memberi isyarat mata kepada The Ing,
bisiknya: "Kau beresi si opsir, aku si Hiat-ji, biar mereka
tak dapat pulang se-lama2nya!"
The Ing mengerti. Dengan tertawa-tawa, ia
menghampiri Hiat-ji, ujarnya dengan ramah: "Ya,
memang surat dari ayahku, terima kasih!"
Sudah tentu Hiat-ji tak mengetahui mengapa sikap
The Ing kini mendadak berobah seratus derajat. The Ing
berpaling kepada si opsir dan tanyanya: "Tuan opsir yang
entah siapa namanya, aku membilang banyak terima
kasih juga padamu!"
Selagi siopsir masih main aksi ke-sombong2an, The
Ing sudah gerakkan tali merahnya dalam jurus ceng-hayseng-
boh. Tahu2 leher siopsir itu serasa terlibat dengan
tali tajam. Sekali tangan The Ing menyentak, tanpa
berkuik lagi opsir itu rubuh tak bernyawa!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, Tong Kopun maju menghampiri Hiat-ji
dan berkata dengan dingin: "Shin tayjin, urusan diantara
kita berdua, sebaiknya juga diselesaikan sekarang!"
Hiat-ji tersenyum ewah, ujarnya: "Sebenarnya setelah
The Go menakluk kepada kerajaan Ceng, kau dan nona
The seharusnyapun mengikuti tindakannya itu. Tapi
kalau kau berkeras hendak menyelesaikan hutang itu,
akupun terpaksa melayani juga!"
Tong Ko lintangkan goloknya pe-lahan2 kedada,
setelah melepas tertawa, berserulah dia dengan girang:
"Shin tayjin, kau sungguh menolong mukaku!"
Kata2nya itu ditutup dengan sabetan pi-lik-to.
Tadi sebenarnya Hiat-ji pun sudah mengetahui bahwa
golok ditangan anak muda itu sebuah senjata pusaka.
Tapi dikarenakan kesombongannya, dia sudah tak mau
memandang mata. Dia tetap mengira, lawannya itu
adalah pemuda Tong Ko dahulu.
Mundur selangkah, dia gunakan tangan kosong gongchiu-
kin-na-tihiu untuk merebut senjata lawan. Karena
bencinya terhadap pemuda pengchianat itu, sekali
gebrak Tong Ko sudah keluarkan jurus hong-lui-ki-seng,
jurus yang paling lihay dari ilmugolok 3 jurus itu Golok itu
menyemburkan badai dan kilat yang men-deru2. Demi
melihat Hiat-ji dengan sombongnya menggunakan
tangan kosong, dengan tertawa gelak2 Tong Ko berputar2
memainkan golok pusakanya. Belum reda suara
ketawanya itu atau Hiat-ji sudah menjerit ngeri. Tong
Kopun lantas menarik pulang goloknya dan mengawasi
keadaan lawan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiat-ji ter-huyung2 jatuh kira2 8 tindak jauhnya,
mukanya pucat seperti kertas dan yang mengerikan
lengan kanannya sudah hilang
"Shin tayjin, dengan membayar sebuah lengan ini,
rasanya hutangmu itu masih belum lunas!" Tong Ko
tertawa dingin.
Karena sakitnya, sebenarnya dengan wajah pucat
mayat Hiat-ji sudah menunggu ajalnya. Tapi tiba2
matanya tertumbuk akan sesuatu bayangan dan
berserulah dia keras2: "Toa-supeh, kiranya kau berada
disini. Kedatangan suhu kali ini keselatan, sebagian besar
adalah untuk mencarimu!"
Tong Ko berpaling kebelakang. Si gemuk tadi kiranya
sudah berdiri diambang pintu sambil molat molet
(bergeliat).
"Kau ini anak murid siapa, mengapa mengomong tak
keruan!" tegurnya.
Sewaktu kedua orang itu berbicara, Tong Ko merasa
bakal terjadi sesuatu hal. Cepat dia hampiri The Ing
untuk bahu membahu menunggu setiap kemungkinan.
Tampak Hiat-ji paksakan diri untuk menyahut:
"Toa............... supeh, aku adalah.......muridnya Liat
Hwat cousu............... apa kau sudah membalaskan sakit
hati kedua suheng?"
"Hem, baru saja aku tiba di Lo-hu-san dalam
perjalanan ke Kwitang, aku sudah ditantang adu semedhi
oleh seorang paderi bangsat, dan itu telah menghabiskan
waktuku sampai 10 tahun!" kata orang itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Memang si gemuk itu bukan lain adalah toa suheng
dari Liat Hwat cousu.
Sepuluh tahun yang lalu dia berangkat dari Tibet
untuk menuntutkan balas bagi kedua muridnya suami
isteri Hwat Siau dan Swat Moay, yang telah dibikin
lumpuh punah kepandaiannya oleh Tay Siang siarisu.
Tapi begitu pergi, dia tak ada kabar beritanya lagi.
Sebenarnya Hiat-ji sudah tak kuat, hanya karena
melihat munculnya sang toa-supeh yang tak di-duga2
itulah maka dia kuatkan, diri untuk memanggil.
Tapi habis itu, diapun segera rubuh terkulai tak
bernyawa lagi.
Melihat sutitnya (murid keponakan) binasa, orang itu
mengicupkan mata kearah Tong Ko. Tong Ko tahu apa
artinya itu dan pe-lahan2 dia kisiki The Ing mundur
kebelakang.
"Shin-sutit tak dapat ditolong Iagi, diantara kalian
berdua, siapa yang mengganti jiwa?" tanya si gemuk.
Tong Ko tertawa, dingin, sahutnya: "Dia mati itu
sudah selayaknya, siapa yang mau mengganti jiwa-nya?"
Orang itu perdengarkan geraman aneh tubuhnya
bergetar, tangannya pelahan2 diangkat. Sesaat lagi, dia
tentu bakal melancarkan pukulan amis. Menyerang dulu,
adalah siasat yang paling baik. Demikian pikir Tong Ko
dan dia segera serukan The Ing supaya menyingkir, lalu
putar pi-lik-to menyerang orang gemuk itu.
Tepat pada saat itu pukulan lawanpun sudah
melancar, serangkum bau amis memuakkan perut orang.
Buru2 Tong Ko tutup napas, tapi tetap tak tahan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tanpa menghindar, cukup dengan gerakkan telapak
tangannya yang hitam, orang itu telah dapat menahan
arus serangan Tong Ko.
Tong Ko terperanjat, terpaksa dia mundurkan langkah.
Orang itu kedengaran menguap beberapa kali,
selangkah demi selangkah maju menghampiri.
Walaupun mempunyai golok pusaka yang dahsyat,
namun Tong Ko tak berani maju menyongsong.
Cepat dia tarik The Ing untuk diajak lari.
Se-konyong2 dari arah samping terdengar suara
seorang tua berseru: ”Akumuba! Inilah pemimpin besar
dari Tibet yang digelari orang sebagai Sui-giam-lo sohhun-
ciang Kwan Tay-kin!"
Tong Ko berpaling dan dapatkan kakek gurunya, Ang
Hwat cinjin berdiri disebelahnya. Dadanya serasa longgar
sekali. Orang itu berhenti demi tampak ada seorang cinjin
muncul disitu
"Bagus, diantara barisan ko-chiu daerah Kwiciu, aku
sudah berjumpa derigan Tay Siang si kepala gundul, kini
gilirannia dengan seorang imam gembel. Apa kau juga
mau ajak bertanding semedhi?"
"Kwan Tay-kin, kali ini entah berapa banyak sudah
orang2 persilatan yang kau celakai? Kaum persilatan
Kwiciu, tiada sudi menerima seorang bebodoran macam
kau!" sahut Ang Hwat.
Orang she Kwan itu jebikan: bibirnya, menyeringai :
"Bagus, mari kita segera mulai saja!"
Ketika dia hentikan langkah tadi, tangannya masih
diacungkan keatas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Habis mengucap dia lantas enjot tubuhnya loncat
setombak jauhnya.
Gerakannya aneh, pesatnya bukan alang kepalang.
Karena loncatan itu, kembali ada serangkum angin
amis menyampok.
Saking tak kuatnya, Tong Ko dan The Ing menyurut
mundur.
Ang Hwat cinjin pun cepat kibaskan lengan baju,
melayangkan sebuah pukulan.
Kedua gembong itu, jaraknya terpisah 3-4 meter,
namun ketika kedua pukulan itu saling berbentur,
terbitlah suatu angin puyuh besar sehingga puhun2
disekliling situ sama rontok daunnya, dahan2nya patah.
Bau amis itupun bertebaran ke-mana2. Kedua tokoh itu
sama2 mundur bebrapa langkah.
"Kalian berdua harus menyingkir pergi, makin jauh
makin baik!" seru Ang Hwat kepada Tong Ko dan The
Ing.
Tong Ko tahu bahwa cin-jin itu telah mencapai
kesaktian yang tinggi.
Kwan Tay-kin lihay, tapi rasanya takkan dapat berbuat
banyak kepadanya.
"Cin-jin, ayah The Ing berada di Kwiciu, entah
mengapa dia melakukan siasat pura2 menakluk pada
pemerintah Ceng, kami berdua hendak menyusul
kesana!" seru Tong Ko.
"Pergilah!" sahut Ang Hwat tanpa menoleh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika kedua anak muda itu berjalan jauh tiba2 dari
arah belakang sana terdengar suara menggelugur yang
dahsyat. Kiranya itulah puhun tua lengkeng yang roboh.
Mereka duga tentulah kedua gembong itu sedang
bertempur didekat puhun situ, hingga puhun itu sempal
separoh bagian. Pertempuran antara dua gembong
persilatan, merupakan hal yang jarang terjadi.
Beruntunglah mereka yang mempunyai kesempatan
untuk menyaksikan, karena dalam pertempuran itu tentu
akan dipertunjukkan ilmu sakti dan lain2 kepandaian
istimewa yang jarang keluar.
Ini sangat berfaedah untuk menambah pengalaman.
Tong Ko dan The Ing saling berpandangan, dan The
Ingpun tahu apa yang dimaksudkan anak muda itu.
Berkata Tong Ko dengan penuh kesungkanan :"Nona
The, ayahmu di Kwiciu..........."
”Tak menjadi soal. Setelah dia mengabdi pada
pemerintah Ceng, tentu keselamatan-nya terjamin.
Sebaliknya kalau kita lewatkan pertempuran besar ini,
kita tentu akan menyesal seumur hidup!" The Ing buru2.
memotong.
Tong Ko mengiakan dan begitulah keduanya lalu
diiam2 menyelinap kembali, bersembunyi dibalik sebuah
batu besar.
Dilihatnya Ang Hwat cinjin seperti orang gila
keadaannya. Rambutnya yang berwarna merah itu riyap2
rebah berdiri, sikapnya menyeramkan sekali.
Sedang difihak lawan, Kwan Tay-kin matanya melotot,
tak mengantuk seperti tadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nyata2 kedua gembong itu sedang mengerahkan
seluruh kepandaiannya untuk menghadapi lawannya
yang berat.
Cek-hun-ciang atau pukulan awan ungu yang
diyakinkan oleh Kwan Taykin, merupakan suatu ilmu
ganas yang paling lihay sendiri diantara 7 macam ilmu
ganas.
Dan karena peyakinannya itu sudah mencapai tingkat
kesempurnaan, angin pukulannyapun bisa mengeluarkan
hawa racun. Andaikata yang diyakinkan itu bukan jenis
Iwekang tok-ciang (pukulan racun), artinya meyakinkan
ilmu Iwekang bisa, tingkatan yang dicapai oleh Kwan
Tay-kin itu, akan dapat dibuat menangkis senjata lawan
yang jaraknya beberapa meter jauhnya!
Adanya dia sampai meyakinkan pukulan ganas itu
karena marah atas nasib yang diderita kedua muridnya
(Hwat Siau dan Swat Moay). Setelah berhasil
meyakinkan, dia segera menuju ke Kwiciu untuk
melakukan pembalasan. Tapi apa lacur, ketika tiba di Lohu-
san dia telah berpapasan dengan Tay Siang siansu.
Paderi agung yang sakti itu sepintas pandang segera
mengetahui, bahwa orang itu memiliki ilmu yang keliwat
saktinya.
Tapi sorot matanya mengunjuk kebuasan yang ganas
sekali.
Hweshio agung itu mengambil putusan untuk
menjinakkannya dengan pelajaran agama Hud. Maka
sengaja dia cari perkara dan tantang tokoh Tibet itu
untuk bertanding duduk semedhi. Kecuali ada orang
yang membantu siansu itu atau dia (Kwan Tay-kin)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjanji takkan mengijakkan kaki didaerah Kwan-lwe
(Tiongkok) lagi, barulah dia menang dan boleh bebas.
Gembong Tibet itu tinggi sekali adatnya (congkak).
Nafsu ingin menangnya, besar sekali. Begitulah setiap
hari mereka duduk bersemedhi sampai 8 jam dan
kejadian itu berlarut sampai 10 tahun lamanya. Dalam
waktu sekian lama itu; dengan sendirinya, Kwan Tay-kin
bertambah maju kepandaiannya. Sedikit waktu lagi,
dengan falsafah2 Hud Tay Siang percaya tentu dapat
menerangi bathin orang itu. Tapi ternyata jerih payah
selama 10 tahun itu, lenyap hanya dalam satu hari saja.
Tanpa mendapat idin Tay Siang, Siao-lan telah
menusukkan senjata garunya kepada orang itu.
Sesuai dengan janji yang telah diikrarkan dimuka,
Kwan Taykin segera berbangkit dan pergi situ dengan
lenggangnya. Setiap tokoh persilatan yang dijumpainya,
tentu dibunuh. Habis dibunuh lalu digantung tinggi2.
Keenam orang persilatan yang ditemukan The Go
tergantung diujung serambi pagoda bungalow, adalah
orang, Tibet itu yang melakukan!
Sampai bebrapa saat kemudian, kedua gembong itu
masih belum mulai lagi.
"Ai, mengapa mereka itu?" saking tak sabarnya The
Ing segera menggerutu dengan pelahan. Tapi Tong Ko
menjawilnya supaya jangan banyak omong.
Benar juga, rupanya Ang Hwat seperti mendengar
bisikan nona itu tadi. Gerakan tubuhnya agak lambat
justeru pada saat itu Kwan Tay-kin sudah melancarkan
sebuah hantaman. Ang Hwat buru2 membalas. Kali ini
jarak mereka lebih dekat. Ketika terjadi benturan, Ang
Hwat kedengaran bersuit panjang sedang Kwan Tay-kin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tertawa seram. Kembali keduanya sama. berpencar lagi.
Kini mereka bergerak-gerak melakukan serang
menyerang, dari pelahan menjadi cepat. Apa yang
tampak digelanggang situ, hanya, lah dua gulung sinar
yang mengeluarkan deru angin dahsyat.
Se-konyong2 terdengar suara benturan keras, dan
kedua gembong itu tampak tegak berdiri diam,
tangannya saling menempel. Melihat itu, bukan main
kejutnya Tong Ko. Terang mereka sedang mengadu
lwekang. Serentak berdiri, berteriaklah Tong Ko dengan
cemasnya : "Cin-jin, tangannya beracun!"
Ang Hwat berpaling. Wajahnya merah padam karena
murka.
"Budak yang tak mau mendengar kata, lekas enyah.
Kalau kudapatkan kau masih berada dalam jarak 100 Ii
dari sini, awas jiwamu ya!"
Tong Ko tersipu-sipu.
Dia yakin Ang Hwat tentu sudah mempunyai
pegangan.
Segera diajaknya The Ing berlalu.
Baru berdialan belum lama, mereka berpaling
kebelakang tampak kedua gembong itu masih tegak
berdiri seperti tiang.
"Engkoh Ko, kau berpendapat siapa yang menang
nanti?" tanya The Ing setelah jauh sekali dari gelanggang
itu. Tapi Tong Ko hanya menggeleng kepala.
Belum sampai petang hari, mereka sudah keluar dari
daerah Sip-ban-tay-san. Malam itu mereka tidur
disembarang tempat. Keesokan harinya barulah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meneruskan perjalanan ke Kwiciu. Tiba disana, langsung
mereka menuju kegedung tihu (residen). Pintu kantor
pembesar itu tertutup rapat. Mereka mencari sebuah
warung untuk berunding. Tong Ko menyatakan supaya
malam nanti melakukan penyelidikan kegedung tihu, The
Ing diam saja, berselang bebrapa saat baru ia menyahut
: "Engkoh Ko, aku punya jalan! Bukantah dalam suratnya
itu ayah menyuruh aku datang? Nah, dengan surat itu
aku akan masuk kesana!"
"Benar, tapi kalau kau seorang diri, berbahaya sekali !"
The Ing menatap wajah Tong Ko, tiba2 ia tertawa geli.
Tong Ko heran dan mengira kalau mukanya itu apa
barangkali kotor, maka sampai ditertawai sinona. Buruburu
dia menghampiri kaca, tapi ternyata bersih2 saja.
"Kau menertawai apa?" tegurnya dengan heran.
"Aku punya akal, tapi, jangan2 kau tak mau!"
""Asal bisa menjumpai paman The, aku tentu tak
menolak!"
"Kau menyaru jadi seorang nona dan ikut aku masuk.
Mereka tentu tak mencurigai" kata The Ing sembari
ketawa:
"Hai, apa2an itu?!"
"Kalau begitu biar aku pergi seorang diri saja," kata
The Ing dengan mengangkat pundak.
Setelah merenungkan sejenak, akhirnya Tong Ko
menerima. The Ing lekas2 keluar membeli pakaian
wanita dan beberapa macam perhiasan. Oleh karena
sememangnya berparas cakap, maka ketika sudah
berganti pakaian wanita, jadilah Tong Ko seorang nona
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cantik. Malah The Ing sendiri sampai terkejut :"Ai,
mengapa kau menyerupai benar dengan suatu orang?!"
"Siapa?"
"Say-hong-hong Bek Lian!"
Tong Ko tertawa, ujarnya :"Say-hong-hong Bek Lian
adalah ratu bunga dari Kwiciu, masakan aku dapat
menyamainya, sudah jangan omong tak keruan!"
The Ing tetap ngotot.. "Benar2 seperti pinang dibelah
dua, percaya atau tidak itu terserah padamu!"
Tong Ko tak mau berbantah.
Keesokan harinya, mereka menuju kegedung tihu.
"Mau apa?" hardik serdadu penjaga seraya
menghadang.
The Ing deliki mata. "Kawanan yang tak bermata, kau
kenal tidak dengan Shin Hiat-ji tayjin?"
Shin Hiat-ji adalah taylwe-wisu (barangkari keraton).
Segera kawanan serdadu itu merobah sikapnya.
"Nona ini adalah........"
"Aku she The, kemari hendak menemui ayah!"
Ter-sipu2 kawanan serdadu itu membawa kedua nona
itu masuk.
Tiba disebuah ruangan, terdengar lengking suara Liat
Hwat cousu berkata : "Sudah bebrapa hari, mengapa
Hiat-ji masih belum pulang? Jangan2 dia mendapat
halangan ditengah jalan!"
"Kukira tidak!" sahut suara The Go.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar itu, tak dapat The Ing menahan teriaknya
lagi : "Yah, aku sudah datang!"
Pintu ruangan itu terbuka sendiri. Liat Hwat dan The
Go duduk dikursi, sedang Siao-lan berdiri disisi suaminya.
Bermula The Go terbeliak melihat puterinya kesitu, tapi
lebih kaget lagi demi tampak seorang nona mengikut
dibelakang The Ing. Pikiran The Go terbayang lagi akan
kenangan pada duapuluh tahun berselang, Say-honghong
Bek Lian, dewi jelita dari gunung Lo-hu-san..........
Juga Siao-lan terperanjat bukan terkira.
The Ing cukup cerdas dan buru2 memberi keterangan
: "Yah, Hiat-ji susiok sedang mempunyai lain urusan, jadi
agak terlambat beberapa hari. Aku telah mengerti jelas
isi suratmu itu, maka aku datang kemari!"
Sengaja ia tekankan kata2 "jelas" itu. Sebagai seorang
yang berotak, tajam, The Go dapat menangkap isyarat
itu.
"Ing-ji, lekas beri hormat pada sucoumu!" serunya
sembari menatap tajam2 kearah "Bek Lian". Ah, Bek-Lian
tak semuda itu keadaannya. Hai, itulah Tong Ko, secepat
itu The Go sudah dapat meneropong penyaruan yang
lihay itu.
Sebenarnya pada perkenalannya pertama dengan
Tong Ko, The Go sudah dapat merabah-rabah asal usul
anak muda itu. Tapi dia anggap belum tiba saatnya
untuk memberi tahu. Hanya dia larang puterinya supaya
jangan bergaul rapat dengan pemuda itu. Maka
sangatlah gelisahnya demi The Ing datang bersama Tong
Ko, suatu tanda bahwa hubungan kedua anak muda itu
tentu sudah makin akrab. Namun dalam saat dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keadaan seperti itu, dia terpaksa tekan perasaannya dan
pura2 berseri girang.
"Ha, kiranya tit-li (keponakan perempuan) juga ikut?"
ujarnya.
"Titli ingin menyambangi susiok dan subo!" sahut
Tong Ko dengan nada kecil.
Ternyata anak muda itu juga cakap bersandiwara.
Untuk membuktikan dirinya itu seorang nona
sesungguhnya, dia kerutkan tenggorokannya supaya bisa
bersuara kecil.
Adalah Siao-lan yang lamban pikirannya, tak dapat
segera mengetahui sandiwara yang sedang dimainkan
oleh suaminya dan anak muda itu. Wajahnya menampil
rasa heran. Buru2 The Go menyentuhnya sebagai isyarat
jangan bicara apa2. Liat Hwat duduk anteng menerima
pemberian hormat dari kedua gadis itu. Rupanya dia
sangat gembira dan tertawa ter-bahak2.
"Ha..., ha..., tak kira bisa mendapat tambahan dua
orang titli yang cantik dan gagah," ujarnya, lalu berkata
kepada The Go : "The Go, kau bilang hendak
menyumbangkan suatu jasa pada pemerintah kerajaan,
entah bagaimana caranya? Turut pendapatku, kembalimu
kepada kerajaan itu, masih belum diketahui umum.
Bunuhlah bebrapa tokoh pemberontak, barulah kerajaan
menaruh kepercayaan penuh padamu!"
"Bukan begitu!" sahut The Go.
"Lalu bagaimana kau hendak mengunjuk jasa?" Liat
Hwat, berobah wajahnya dengan serius.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Go tertawa, ucapnya : "Pepatah mengatakan
'tangkap kawanan penjahat harus ringkus dulu
pemimpinnya'. Dengan membawa batang kepala Siaubeng-
siang kemari, itulah baru suatu pahala besar!"
"Bagus, bagus! Tapi apakah prakteknya sernudah itu?"
"Segala usaha besar, tentu sukar. Tapi itu bukan
berarti tak dapat dilakukan. Kalau aku suami isteri dan
kedua anak perempuan itu diperboleh pergi kesana,
tanggung tentu berhasil!"
Liat Hwat perdengarkan tertawa aneh, serunya :
"Kamu berdua suami isteri dan seorang titli bolehlah
pergi, tapi anakmu perempuan itu harus inggal disini!"
The Go cerdik, tapi Liat Hwatpun tak mudah diakali.
Mendengar pernyataan, "suhunya" itu, hati The Go
terkesiap, namun wajahnya tetap dikuasai, sahutnya
dengan lapang : "Kurang satu orangpun tak menjadi
soal!"
Tapi Liat Hwat tetap menggeleng; katanya :"Tidak,
lebih baik aku ikut pergi juga!"
Kali ini benar2 The Go terkejut sekali. Celaka, kalau
setan kate itu turut pergi, dia tentu dipaksa untuk
melakukan rencana itu. "Guyon2 jadi sungguhan"
namanya itu. Tapi kini jelaslah sudah bahwa Liat Hwat
masih tetap menaruh kecurigaan, maka tak mau biarkan
dia (The Go anak isteri) pergi. Untuk menolak maksud
Liat Hwat, tentu akan makin mengentarai.
The Go bukanlah si Cian-bin-long-kun yang pernah
menghabiskan 3 laksa pejoang Hoasan, kalau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berhadapan dengan Liat Hwat seorang saja, dia sudah
menyerah.
"Kalau insu mau sekalian turut, itulah bagus sekali!"
katanya dengan girang.
---oo^dwkz0kupay^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 30 : AYAHKU
Diluar dugaan setelah menatap sejenak kearah The
Go, Liat Hwat kedengaran berkata : "Tak usahlah, biar
kusuruh Shin Leng-siau ikut kalian saja. Kapan kalian
hendak berangkat?"
"Urusan ini amat penting, rasanya lebih baik berangkat
sekarang juga!" serentak The Go memberi penegasan,
lalu memesan The Ing : "Ing-ji, kau tinggal disini belajar
silat pada sucou. Paling lama setengah bulan, aku tentu
kembali!"
The Ing kaget, namun dihadapan Liat Hwat, ia tak
mau menyatakan apa2 dan hanya mengiakan. Tapi Tong
Ko yang menguatirkan keselamatan nona itu, segera
mengusulkan dirinya : "Susiok, biarlah aku mengawani
Ing-moay disini!"
"Kita kekurangan orang, sukar berhasil, lebih baik kau
ikut!" The Go tetap dengan pendiriannya.
Tong Ko tak dapat membantah. Begitulah mereka
berkemas, lalu bersama Shin Leng-siau berangkat naik
kuda. Dua jam kemudian, mereka sudah jauh dari
Kwiciu.
"The-heng, kemana rencana kita ini?" tanya Shin
Leng-siau.
The Go hentikan kudanya, memberi isyarat pada Tong
Ko Pemuda itu mengerti, diam2 siapkan golok pi-lik-to.
Setelah melihat disekeliling tempat itu sunyi dari orang,
menyahutlah The Go : "Kami bertiga hendak menuju ke
Lo-hu-san, tapi Shin tayjin kelain tempat"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kemana aku?" tanya orang she Shin itu karena masih
terselubung kegelapan.
The Go tertawa, ujarnya : "Ketempat yang aman
sentausa, disebut neraka!”
Kejut Shin Leng-siau seperti orang disambar petir. Dia
jelas sudah apa artinya itu. Baru dia hendak kebutkan
kendali mencongklangkan kudanya, Tong Ko sudah
loncat dari kuda menabas dergan jurus lui-tian-kiau-co.
Dalam kagetnya Shin Leng-siau buang dirinya kebawah,
tapi tak kurang sebatnya begitu menginjak tanah, Tong
Ko sudah lantas loncat menginjak lawan. Sebelum Shin
Leng-siau tengel2 bangun, tahu2 dadanya sudah terinjak
kaki Tong Ko.
Teringat Tong Ko bagaimana fitnah muslihat Sin Tok,
Shin Leng-siau dan Hiat-ji, Siau Beng-siang telah
kehilangan seorang putera, sementara dia (Tong Ko)
mengalami dera hinaan yang ber-tubi2. Coba kalau tiada
mempunyai peruntungan besar, siang2 dia tentu sudah
binasa. Saat itu kedengaran The Go mencegah jangan
membunuhnya, tapi Tong Ko yang sudah kerangsokan
setan haus darah, sudah seperti orang tuli dan terus
hantamkan goloknya. Tanpa berkuik lagi, tubuh Shin
Leng-siau terbelah menjadi dua.
Tong Ko mengantar kematian musuhnya itu dengan
serangkum tertawa panjang.
Puas tertawa dia berputar untuk, menghampiri The
Go. Tapi saat itu kedengaran Cian-bin-long-kun seperti
menyesali perbuatannya tadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ing-ji masih ditawan di Kwiciu, kalau bangsat itu
dibiarkan hidup, tentu ada gunanya. Tapi sekarang dia
sudah mati, dan kita kehilangan barang pegangan!"
Mendengar ucapan suaminya itu, Siao-lanpun menjadi
cemas, katanya : "Engkoh Go, bagaimana dengan Ing-ji
nanti?"
Tong Ko terkesiap. Sesaat darah mudanya mendidih,
serentak dia berseru tegas : "Harap jiwi jangan kuatir,
dengan golok pi-lik-to ini aku sanggup masuk kesarang
harimau untuk menolong Ing-moay.”
Begitu naik keatas kuda, dia terus hendak kembali ke
Kwiciu. Tapi The Go cepat mencegahnya. Tong Ko
hentikan kudanya. Memandang kearah The Go,
didapatinya ayah The Ing itu ber-sungguh2 wajahnya.
Diam2 Tong Ko tercekat hatinya. Pada lain saat
kedengaran The Go menghela napas dan berkata
:"Dimana kau berjumpa dengan Ing-ji lagi?"
Tong Ko menuturkan pengalamannya ketika
menolongi The Ing yang sedang dikepung oleh orang2
Lo-hu-san. Dari situ ke Sip-ban-tay-san terus menuju ke
Kwiciu.
"Apakah selama bergaul itu, kalian, telah melanggar
batas2 kesusilaan?" nada The Go berobah dalam.
"Harap The pehpeh legakan pikiran. Aku hanya
menyintai,Tio In, mana aku mau melakukan perbuatan
seperti binatang itu?"
The Go menghembuskan napas lega, tukasnya :
"Tepat sekali makianmu itu, nak?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"The pehpeh, aku tak memaki padamu!" Tong Ko
menjelaskan.
Kembali The Go menghela napas panjang. Berputar
tubuh kearah Siao-lan, dia bertanya : "Siao-lan, siapakah
anak muda ini, seharusnya sekarang kau tentu
mengetahui?"
Tapi ternyata otak Siao-lan memang tumpul. la tetap
tak mengetahui; lalu balas bertanya : "Dia ini siapa?
Masakan dia ini bukan Tong Ko?"
Sebaliknya Tong Ko yang cerdas menduga, tentu
terselip sesuatu dalam pertanyaan The Go tadi, maka
buru2 dia bertanya : "The pehpeh, rasanya kau
mengetahui jelas asal keturunanku ini, makanya
mengatakan begitu tadi bukan?"
The Go menarik napas, ujarnya : "Waktu kau di Lo-husan
dulu masakan tidak merasakan sesuatu yang ganjil?"
"Ya, ada. Aku sendiripun sampai heran, Siau-bengsiang
beberapa kali mengatakan diriku ini menyerupai
seseorang. Dan begitu Kang Siang Yan melihat aku, dia
tertawa kegirangan sampai putus uratnya!"
"Benar, memang begitulah. Baik Kang Siang Yan
maupun Siau-beng-siang, keduanya sama terkenang
akan seseorang. Orang itu bukan lain adalah sucinya Tio
Jiang, suci yang pernah menjadi gadis pujaannya, ialah
puteri tunggal dari Kang Siang Yan”
"Say-hong-hong Bek Lian!" tukas Tong Ko, "apa
hubunganku dengan dia?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Go tundukkan kepala, menyahut dengan terharu :
"Dahulu Say-hong-hong pernah melahirkan seorang
putera, anak itu adalah kau!'
Seperti ada gempa bumi, tubuh Tong Ko tampak
menggigil keras. Memang pernah dia dengar cerita
tentang percintaan antara Bek Lian dan The Go yang
berakhir dengan tragis itu. Setelah melahirkan seorang
putera, Bek Lian lalu mengasingkan diri entah kemana.
Waktu Tong Ko bertemu pertama kali dengan The Go,
memang The Go pernah menuturkan hal itu.
Kalau Say-hong-hong itu ibunya, bukantah The Go itu
ayahnya? Hal-hal yang tak terduga itu, telah
menggoncangkan seluruh sendi perasaannya, hingga
sesaat dia sampai ter-longong2. Pada lain saat, tampak
anak itu mendongak dan tertawa keras2. The Go
menghela napas.
"Ko-ji, aku telah keliwatan menyiksa kalian ibu dan
anak. Sekarang apa kemauanmu, bilanglah !"
Tong Ko memutar tubuh berkata : "The locianpwe,
anggap saja kata2-mu tadi seperti sendau gurau, bukan
hal yang sebenarnya. Sekarang aku hendak ke Kwiciu!"
The Go tahu bahwa dada anak muda itu tentu sedang
dirundung kedukaan dan kemarahan. Adanya The Go
menyimpan rahasia itu sampai sekarang, adalah
dikarenakan hal itu. Cepat dia menghadang dimuka Tong
Ko, ujarnya : "Kau tak mau mengakui aku sebagai ayah,
itu tak menjadi soal. Perbuatanku tempo dulu, membuat
aku tak layak menjadi ayahmu. Tapi sekali-kali jangan
kau kembali ke Kwiciu! Kau bukan tandingannya Liat
Hwat ! Kau hanya memiliki pi-lik-to, tapi apa memperoleh
juga ilmu permainannya ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko menggeleng.
"Nah, itulah ! Lebih baik kita kubur mayat Shin Lengsiau,
lalu menuju ke Lo-hu-san dulu saja !" kata The Go
pula.
Tanpa mengucap apa-apa, Tong Ko menanam mayat
Shin Leng-siau, lalu naiki kudanya ikut The Go. Selama
dalam perjalanan itu, mereka tak bicara. Malamnya
mereka bermalam disebuah hutan kecil. Pikiran Tong Ko
masih bergolak-golak, bagaimanapun matanya tak mau
dibawa tidur. Sejak berkenalan dengan The Go, dia
anggap itulah dia orang pertama yang tahu betul
peribadinya. Tapi kalau mendadak sontak disuruh
mengakuinya sebagai ayah, sungguh tak mudah
termasuk dalam hatinya.
Tengah malam dia bangun dan menghampiri
kesamping The Go.
Dilihatnya The Go tidur dengan pulasnya.
Tong Ko termangu-mangu mengawasinya.
Hubungan darah antara ayah dan anak, telah
menangkan pertentangan batin Tong Ko. Air matanya
bercucuran, tanpa disadarinya, mulutnya berseru : "Yah
!"
Kiranya The Go masih belum tidur, cepat dia buka
matanya dan tertawa, katanya menghiburi : "Ko-ji,
jangan terlalu goncang perasaanmu !"
Tong Ko berjongkok, keduanya saling berpandangan.
Bahwa puteranya telah mau mengakui dirinya sebagai
ayah, hatinya meluap-luap sehingga tak dapat mengucap
apa-apa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sampai sekian lama barulah dia berkata : "Ko-ji dalam
sepanjang hidupku, belum pernah aku merasakan
kebahagiaan seperti waktu mendengar kata-katamu
tadi!"
Tong Ko hanya tersenyum, lalu alihkan pembicaraan :
"Yah, kepergian kita ke Lo-hu-san ini sebenarnya untuk
apa? Ing-moay ditahan Liat Hwat, cara bagaimana kita
menolongnya ?"
The Go menghela napas, sahutnya :"Dua-duanya
merupakan soal yang sulit, Tio Tay-keng bersekongkel
dengan kaki tangan Ceng, mungkin Tio Jiang mau
percaya, tapi susah bagi Yan-chiu untuk menerima
kenyataan itu. Sedang untuk menolong Ing-ji, ah !"
"Hanya Ang Hwat sucou seorang yang dapat
mengatasi kesukaran itu !" tiba-tiba Tong Ko teringat.
The Go menghela napas sedih, berkata :"Setelah
mendengar penuturanmu tadi, saat ini kukuatir Ang Hwat
cin-jin sudah tak berada didunia fana lagi !"
"Mengapa ?" Tong Ko tersentak kaget.
"Adanya dia menyuruh kau berdua menyingkir jauh,
ialah karena dia sudah bertekad hendak sama-sama
binasa dengan Kwan Tay-kin itu. Kedua gembong itu
tokoh2 sakti yang jarang terdapat didunia. Sekali mereka
bertempur, sebelum ada kesudahannya tentu tak mau
berhenti. Bagi kedua gembong itu, menang kalah serupa,
tentu sama2 terluka parah atau mungkin binasa ! Sejak
peristiwa digereja Ang Hun Kiong dahulu itu, beliau telah
mengasingkan diri. Kuyakin bathin beliau tentu serupa
dengan aku, sudah insyaf. Beliau tentu bercita-cita untuk
melepas kebaikan pada kaum persilatan. Mati bersama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwan Tay-kin, berarti menghilangkan suatu malapetaka
bagi dunia persilatan. Rasanya beliau tentu akan puas
dengan kematiannya yang berharga itu !"
Tong Ko menghibur ayahnya bahwa biar bagaimana
dia tentu akan berhasil menolong The Ing, karena kini
dia sudah memiliki sebuah golok pusaka macam pi-lik-to.
Melihat setelah ganti pakaian lelaki, puteranya itu
tampak amat gagah, hati The Go terhibur, ujarnya :
"Konon kabarnya : ilmu golok it-gwan-to-hwat itu,
mempunyai kesaktian yang sukar dijajaki. Kalau kau
dapat mempelajari ilmu itu, mungkin baru bisa
menandingi Liat Hwat!"
Memang Tong Ko yang mendapat pengunjukan dari
Sik Losam sudah beberapa kali ke Sip-ban-tay-san untuk
mencari jejak ilmu golok sakti itu, tapi selalu gagal. Maka
dia menjadi terdiam waktu mendengar pernyataan
ayahnya itu.
---oo(dw^kz)0(kupay)oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 31 : NYARIS TERBUKA
KEDOKNYA
Dalam perjalanan selanjutnya, ayah dan anak itu
selalu asyik bercakap-cakap dengan gembira. Menjelang
terang tanah, tibalah mereka dikaki gunung Lo-hu-san.
Ternyata setelah terjadi peristiwa peracunan pada
Siau-beng-siang secara mysterieus itu, kini penjagaan di
Lo-hu-san diperkuat. Teringat bahwa satu-satunya orang
Lo-hu-san yang symphati pada dirinya yalah Kui-ing-cu,
Tong Ko ajak ayahnya mampir kewarung arak yang
diusahakan oleh tokoh itu.
"Kui locianpwe!" Tong Ko segera berseru begitu masuk
kedalam ruangan warung.
Kui-ing-cu dan Thaysan sin-tho berpaling. Serentak
berbangkitlah si bongkok, lalu berseru keras2: "Cian-bin
long-kun, kau berani datang kemari lagi?"
Wut......, wut......, tangannya bergerak
menghantamkan pukulan lwekang dan tubuhnyapun
menyusuli loncat kemuka. The Go cepat menghindar
kesamping, sedang Tong Ko sudah sebat melintangkan
pi-lik-to kedada, bentaknya: "Thocu, kalau masih tak
kenal adat, tentu kuhajar!"
"Bah....... anak busuk, kau berani kurangajar padaku!"
bentak Ih Liok sembari terus rangsangkan tangannya
kanan untuk menyambar siku Tong Ko.
Tong Ko tertawa, begitu miringkan tubuh, dia segera
menabas dengan jurus lui-tong-in-in.
Benar lwekang si bongkok itu sudah mencapai tingkat
sempurna, tapi berhadapan dengan golok pusaka kianTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
thian-it-gwan-pi-lik-to serta dengan jurus permainannya
yang luar biasa anehnya, dia menjadi gugup. Peristiwa
aneh, ber-tubi2 terjadi didepan matanya. Tubuh anak
muda itu silang berganti dengan kilat benda, yang
menyilaukan dan tahu2 ubun2 disambar angin. Buru2 dia
hendak kerahkan lwekang untuk menghalau, tapi
anehnya, lwekang itu menjadi macet.
Kui-ing-cu buru2 loncat menghadang, tapi Tong Ko
menenangkannya: "Harap Kui lociangpwe jangan kuatir!"
Saat itu Ih Liok rasanya kepalanya silir, maka lekas2
dia loncat kesamping. Ketika merabah, setan alas
............ rambutnya sudah kelimis! Saking kagetnya, dia
sampai kucurkan keringat dingin.
"Thocu, kau sudah tua jangan tetap berdarah panas.
Ingat, dalam sungai Tiangkang, ombak yang dibelakang
selalu mendorong yang dimuka. Dia mempunyai pi-lik-to,
rasanya kita tak dapat berbuat apa2" Kui-ing-cu setengah
menghibur setengah menyesali si bongkok. Habis itu dia
lalu tanyakan maksud kedatangan Tong Ko.
"Urusan ini, sebenarnya dulu sudah hendak
kujelaskan, tapi karena kuatir orang tak mempercayai,
jadi tetap kusimpan saja. Sekarang ayahku berada disini,
mengenai rahasia itu, dia jelas, maka biarlah dia yang
menuturkan!" kata Tong Ko.
"Urusan apa? Rupanya sangat penting!" tanya Kui-ingcu
dgn keheranan.
"Ko-ji, kau sajalah yang menceritakan!" kata The Go
kepada Tong Ko.
"Baiklah!," sahut Tong Ko.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kui locianpwe, Tio Tay-keng itu seorang kaki tangan
musuh. Peracunan terhadap Siau-beng-siang itu,
kemungkinan besar dialah yang melakukan!"
Kalau Kui-ing-cu terkesiap kaget, adalah si bongkok
yang dengan kontan terus mendamprat: "Ngaco, kau
sendiri membawa kaki tangan Ceng membunuh putera
Siau-beng-siang, mau menuduh orang lain yang
bukan2!"
Tong Ko bergelak tawa, serunya: "Thocu, kau seorang
bongkok yang tak mengerti nul puntul urusan apa2,
masakan mengerti?"
Sindiran itu hebat, diucapkan dengan nada yang
jumawa.
Belum pernah seumur hidupnya Ih Liok dihina macam
begitu.
"Binatang, besar sekali nyalimu!" "
Ih Liok tampil selangkah, matanya ber-api2
memancarkan kemarahan.
Tong Kopun siap dengan pi-lik-tonya.
"Sebenarnya hal itu tak ada sangkut pautnya dengan
diriku" kata Tong Ko, "tapi karena hati nuraniku tak tega
membiarkan sekalian orang gagah di Lo-hu-san binasa
ditangan anak itu, terpaksa aku turut campur. Jika aku
hanya bersentimen pada Tay-keng, tak usah
kumenfitnahnya, tapi terus kubunuhnya saja, rasanya
semudah orang membalikkan telapak tangan!"
"Ai, ai jangan gitu, engkoh kecil. Mungkiri kami berdua
tua bangka ini bangsa kantong nasi yang tak berguna,
tapi jika Siau-beng-siang dan isterinya sudah bergabung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan pi-i-song-hong-kiamnya, rasanya kau tentu
belum dapat mengalahkan" kata Kui-ing-cu dengan terus
terang.
Diam2 Tong Ko mengakui kebenaran ucapan tokoh
itu.
Dan hal itu makin membuatnya perihatin untuk
mendapat ilmugolok it-gwan-to-hwat yang sakti itu.
"Tapi kedatanganku kemari, bukan mencari
permusuhan tapi persahabatan" Tong Ko menjelaskan
kata2nya tadi. Setelah itu dia lalu tuturkan pengalaman
sendiri selama ini. Bagaimana dia dipitenah oleh
kawanan Sin Tok, bagaimana Tay-keng, hendak
menukari pedang ayahnya dan apa yang dipercakapkan
anak itu dengan Shin Hiat-ji tatkala dihutan Sip-ban-taysan.
Kesemuanya itu merupakan rangkaian faktor yang
menjelaskan siapakah Tay-keng itu sebenarnya.
The Go menyambung penuturan puteranya dengan
ceritakan kejadian digereja Kong Hau Si. Namun Kui-ingcu
dan si bongkok Ih Liok tak henti2nya menggeleng
kepala, pertanda mereka masih belum percaya penuh.
Tong Ko marah2.
"Baik, aku hendak naik kepuncak untuk menanyai Taykeng.
Coba lihat saja dia berani menyangkal tidak!"
serunya dgn gemas.
Kui-ing-cu setuju dan menyatakan suka ikut.
Begitulah mereka berlima segera naik kepuncak Gio-linia.
Sekalian orang gagah terkejut melihat Kui-ing-cu
datang bersama seorang buntung. Sikap tokoh aneh itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti sedang menghadapi persoalan penting. Denqan
berisik sekalian orang gagah disitu sama ber-bondong2
menuju keruang Cip-gi-tong (permusyawarahan).
Kala rombongan Kui-ing-cu masuk ke Cip-gi-tong, saat
itu Siau beng-siang tengah berunding dengan beberapa
orang tokoh. Mereka kebanyakan adalah bekas pemuka2
Thien Te Hui yang lalu. Benar mereka itu masing2
pernah meminum kopi pahit dari The Go, tapi setelah dia
insyaf dan berbuat jasa terhadap Thian Te Hui khususnya
dan kalangann pergerakan menentang penjajah Ceng
umumnya, orang2 gagah itu sama menaruh perindahan.
Melihat kedatangan rombongan Kui-ing-cu dengan The
Go yang tak di-sangka2nya itu, mereka ter-sipu2
menyambutnya.
"The-heng, sudah hampir 20 tahun kita tak berjumpa,
angin apakah yang meniup The-heng kemari ini?" tanya"
Kiau To siberangasan itu.
The Go hanya ganda tertawa.
Begitupun ketika Yan-chiu perdengarkan suara ketawa
sinis, diapun tak menghiraukan.
Kui-ing-cu minta sekalian orang sama duduk tenang.
Suasana mendiadi hening sejenak.
Memang Kui-ing-cu mempunyai wibawa besar
terhadap orang2 gagah di Lo-hu-san itu. Tampak tokoh
itu menyapukan sepasang matanya yang ber-kilat2
kesekelilingnya sebentar, lalu memanggil anak muda
yang berdiri disebelah Siau-beng-siang.
"Tay-keng, kemarilah!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejak peristiwa ayahnya itu, saking takutnya Tay-keng
tak berani keluar rumah.
Untung tiada orang yang menaruh kecurigaan
padanya.
Tetapi orang yang berbuat jahat, selalu dikejar dengan
perasaan takut.
Tampak dengan wajah keren Kui-ing-cu
memanggilnya, pucatlah segera wajahnya. "A............da
apa?" ia tanya.
"Tay-keng, adanya Kui locianpwe memanggilmu tentu
ada urusan, tak usah kau tanya ini itu!" bentak ayahnya.
"Tio suko, jangan keliwat bengis terhadap anaklah,"
lagi-lagi Yan-chiu, ibu yang memanjakan anak itu,
menyelutuk. Ia tak puas dengan sikap Kui-ing-cu.
Mau tak mau terpaksa Tay-keng maju menghampiri
ketempat Kui-ing-cu.
Sekalian orang yang berada disitu sama menahan
napas.
Mereka tak-tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Hanya yang diketahui, biasanya Kui-ing-cu itu selalu
periang, mengapa kalini begitu keren (bengis), tentu ada
sesuatu urusan yang sangat gawatnya.
"Tay-keng, waktu kau memberikan racun, apa kau
tahu kalau itu hong-sin-san?" begitu Tay-keng datang,
Kui-ing-cu terus melancarkan pertanyaan langsung.
Mimpipun tidak Tay-keng, bahwa locianpwe itu
menanyakan urusan itu. Saking keras goncangan
hatinya, dia kelepasan menyahut : "Tidak tahu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ucapan Tay-keng itu bagaikan halilintar berbunyi
ditengah hari.
Suasana ruang Cip-gi-tong situ menjadi tegang.
Yan-chiu dan Tio Jiang serentak loncat berdiri dari
tempat duduknya.
"Tay-keng, apa katamu? Jadi hong-sin-san itu kau
yang meminumkan?!" seru Tio Jiang dengan bengis.
Saat ini barulah Tay-keng tersadar dari kesalahannya
omong.
Karena gugup tadi dia telah memberi pengakuan. Tapi
secepat itu dia sudah segera dapat memungkir, sahutnya
: "Yah, mana aku mau melakukan perbuatan serendah
itu?"
Kui-ing-cu berpaling kearah The Go dan Tong Ko,
serunya : "Ayah dan anak orang she The, kini aku
percaya pada keteranganmu!" Setelah itu dia kembali
menuding Tay-keng dan berkata : "Tay-keng, mereka
berdua mengatakan kau ini seorang kaki tangan Ceng,
apa kata pembelaanmu?"
Tubuh Tay-keng bergemetaran.
Dia insaf saat2 itulah yang menentukan nasibnya, mati
atau hidup. "Hem....., mengapa tuduhan mereka
dipercaya?" ia coba membela diri.
"Sebenarnya akupun masih setengah tak
mernpercayai, masakan kau dapat berbuat sehina itu.
Tapi begitu kutanya kau lantas menyahut 'tidak tahu'.
Jadi tak dapat disangsikan lagi, kaulah yang memberikan
racun itu!" kata Kui-ing-cu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kehilangan akal, Tay-keng berpaling kepada tiang
andalannya: "Ma, pertanyaan Kui locipwe itu, suruh aku
bagaimana menjawabnya?"
Memang sudah tadi2 Yan-chiu tak puas, serentak
menyahutlah dia dengan lantang : "Kui locianpwe, tadi
Tay-keng mengatakan bahwa dia tak tahu apa2,
mengapa kau lantas tuduh dia kaki tangan. Ceng?"
Kui-ing-cu terbeliak. Jawaban Tay-keng "aku tak tahu"
itu, dubieus (samar2 artinya, bisa diartikan begitu, tapi
juga. "Aku tak tahu" dapat diartikan : aku tak tahu
bahwa racun itu adalah hong-sin-san (tafsiran Kui-ingcu).
"Aku tak tahu" pun dapat diartikan : aku tak tahu
urusan peracunan itu sama sekali (tafsiran Yan-chiu).
Kui-ing-cu tampak ragu2. Melihat itu, Tay-keng
melancarkan desakan : "Kui locianpwe, kau termakan
tipu merekalah!"
The Go perdengarkan tertawa dingin, tegurnya : "Tio
tay-keng, sewaktu kau bersama adikmu berada digereja
Kong Hau Si, apa yang kau kerjakan?"
The Ing yang sedari tadi berdiri dibelakang
mamahnya, pun teringat akan gerak gerik engkohnya
yang aneh sewaktu di Kwiciu tempo hari. Maka iapun
turut mengeluarkan suara : "Ya, koko, apa yang
sebenarnya terjadi dalam gereja Kong Hau Si itu?"
"Bah, siapa yang tahul" Tay-keng mengangkat bahu.
"Hem" The Go mendeham, "kau berjanji dengan taylwe
kochiu Shin Hiat-ji untuk bertemu diruang
perpustakaan gereja itu. Surat dari Shin Hiat-ji, telah
kutukar, sehingga ber-jam2 kau menunggunya dikakus
umum. Surat Hiat-ji itu kuselipkan di tangan nona Tio, ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pergi keruang perpustakaan dan bertemu dengan Hiat-ji.
Tapi disitu ia segera ditawan oleh Hiat-ji, dibawa
kegedung ti-hu. Hampir saja ia tak dapat lolos dari
sarang harimau itu. Benar atau tidak, nona Tio?"
Tio In mengangguk.
The Go dan Tong Ko lalu bentangkan semua apa yang
dilihat dan didengarnya mengenai komplotan Hiat-ji yang
menggunakan Tay-keng untuk meracuni Siau-beng-siang
itu. Seketika itu, gemparlah Cip-gi-tong.
Para orang gagah, baik yang berada didalam maupun
diluar ruangan itu, sama hiruk pikuk.
Tay-keng tampak ber-kaok2 kalang kabut, wajahnya
pucat seperti kertas.
Lagi2 Yan-chiu, induk semang yang keliwat
memanjakan anak itu, unjuk gigi.
Diperhatikan bahwa wajah suaminya masih
mengunjuk keraguan, maka induk betina yang selalu
mengiloni puteranya itu, segera tampilkan suaranya: "Tio
suko, jangan percaya omongan mereka yang beracun.
Suruh mereka membawa buktinya!"
Dalam istilah tinju, keadaan The Go dan Tong Ko
disebut groggy (terhuyung) kena "pukulan" lidah Yanchiu
yang tajam itu. Kalau Shin Leng-sian masih hidup,
tentu bisa dijadikan bukti. Pada saat itu, dimintai
mengunjukkan bukti, sudah tentu tak dapat.
The Go dan Tong Ko kesima sedang ada bebrapa
orang gagah yang sudah me-rabah2 senjatanya.
Begitu tajam Yan-chiu memainkan lidahnya, sehingga
barang yang sudah hitam dapat dikatakan putih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akibatnya, beberapa orang yang cupat pandangan,
segera terpengaruh.
Dalam keheningan yang exploisif (dapat meledak) itu,
tiba2 ada seorang menobros masuk dan mendekati Siaubeng-
siang.
Dia membisiki telinga Sian-beng-siang.
Entah apa yang dibisikkannya itu, tapi yang nyata
wajah Siau-beng-siang berobah seketika. Dia segera
memberi kerlingan mata kepada Yan-chiu, habis itu lalu
mencabut pedangnya, dan menuding pada The Go:
"Cian-bin long-kun, tak kira setelah kakimu buntung,
kau masih tak insyaf. Dari laporan saudara2 kita di
Kwiciu kau telah mengangkat guru pada. Liat Hwat cousu
Mo Put-siu dan berhamba pada penjajah Ceng lagi.
Bukantah kedatanganmu kemari ini karena hendak
mengambil kepalaku?"
The Go terbeliak. Diam2 dia mengakui luasnya jaring
organisasi Lo-hu-san itu.
Rahasia yang belum diketahui umum itu, toh sudah
diketahui mata2 Lo-hu-san.
Percuma saja dia hendak sumpah kerak keruk bahwa
penaklukannya kepada pemerintah Ceng itu hanyalah
suatu siasat saja, toh nanti orang2 Lo-husan itu akan
menertawakannya saja.
"Ko-ji, ayuh kita pergi dari sini, nanti kita berunding
lagi!"
Serentak berbangkit mengajak puteranya, The Go lalu
tekankan tongkatnya kelantai. Bagaikan burung alap2,
dia sudah melayang bebrapa tombak jauhnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beberapa orang yang tersambar anginnya, sudah
sama terhuyung rubuh.
"Tahan” seru Tio Jiang dan isterinya sembari
rangsangkan pedangnya.
Tapi secepat itu pula, Tong Ko sudah babatkan pi-likto,
trang......seketika Tong Ko rasakan bahwa sepasang
pedang yap-kun dan kuan-wi itu bukan olah2 hebatnya.
Memang benar seperti yang dikatakan Kui-ing-cu,
dewasa itu dia (Tong-Ko) masih belum cukup kuat untuk
menandingi suami isteri Siau-beng-siang.
Buru2 dia mundur keluar sembari bolang balingkan pilik-
tonya, serunya: "Jangan mendesak aku melukai
orang, lekas menyingkir!"
Tapi kala itu semua orang gagah Lo-hu-san sudah
sama menganggap, bahwa kedatangan The Go ayah dan
anak itu, adalah hendak menumpas keluarga Siau-bengsiang.
Sudah tentu mereka tak mau melepaskan kedua
"penjahat" itu.
Apa boleh buat, Tong Ko terpaksa unjuk gigi.
Trang....., trang....., trang...., bebrapa senjata telah kena
dibabatnya putus.
Juga kala itu Siao-lan sudah dikepung oleh beberapa
orang.
Diruang Cip-gi-tong situ, menjadi kalut.
Pedang, golok, ruyung, kepal, silih berganti
berseliweran membawa samberan angin yang menderu2.
Oleh karena tempatnya kecil orangnya banyak,
maka pertempuran itu sifatnya desak mendesak tak
dapat mengembangkan permainannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beberapa kali The Go dan Tong Ko hendak menobros
keluar, tapi selalu gagal.
Lawan keliwat banyak. Sepasang suami isteri Tio Jiang
dan Yan-chiu, dengan sepasang pedang yap-kun-kuan-wi
dan sepasang ilmu pedang Hoan-kang-kiam-hwat dan
To-haykiam-hwat, bagaikan sepasang naga muncul dari
laut. Meskipun ilmugolok Tong Ko cukup sakti, tapi toh
hanya dapat bermain seri.
"Semua diharap mundur! Kui-heng, Kiau loji, Ki lotoa
dan Ko-heng, kita menjagai pintu, biarkan Jiang koji dan
isterinya yang menangkapnya!" si bongkok Ih Liok
berseru untuk menguasai kekalutan itu.
Oleh karena hebatnya hiruk pikuk, jadi setelah
menyerukan bebrapa kali, barulah orang2 sama
menyingkir. Sibangkok. Sin-eng Ko Thay, Ki Ce-tiong dan
Kiau To menjaga dipintu. Siao-lan sudah dapat diringkus.
Selama dalam ramai2 itu, Kui-ing-cu hanya enak2 diam
saja melihati dipinggir. Tak mau dia turut2an mengumbar
sentimen.
Kini yang tertinggal ditengah ruang Cip-gi-tong,
hanyalah The Go dan Tong Ko berhadapan dengan Tio
Jiang suami isteri. Benar The Go dan Tong Ko dapat
bertahan, tapi merekapun tak dapat lolos. Kalau
pertempuran ber-larut2 sampai lama tentu payahlah
keadaannya. Ini diinsyafi The Go.
"Ko-ji, tinggalkan aku, ada suatu hari urusan ini tentu
menjadi terang. Meskipun aku terbunuh, kelak mereka
tentu menyesal!" The Go segera perintah puteranya.
"Tidak yah, biar mati aku tetap disampingmu!" Tong
Ko menyahut tegas sembari menangkis serangan YanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
chiu. Begitu pedang lawan terdorong, dia mendesak
maju terus membabat. Tapi saat itu Tio Jiang sudah
menabas, maka terpaksa Tong Ko mundur lagi.
"Tong- Ko, kau panggil apa pada Cian-bin-long-kun?"
tegur Tio Jiang. Dia tadi agak terkejut mendengar
pembicaraan ayah dan anak itu.
"Dia adalah ayahku!" sahut Tong Ko.
Tio Jiang tertegun, lalu menegas pula: "Kalau begitu,
siapa mamahmu?"
Tring....., lebih dahulu Tong Ko menghalau serangan
Tio Jiang ceng-wi-tiam-hay, baru dia menyahut: "Sayhong-
hong Bek Lian!"
Tio Jiang terperanjat bukan kepalang, buru2 dia tarik
tangan isterinya untuk diajak loncat mundur.
"Ada apa?" tanya Yan-chiu keheranan.
Tio Jiang putar pedangnya dalam sebuah lingkaran
sinar, lalu berseru agar The Go dan Tong Ko hentikan
permainannya. The Go menekan dengan tongkatnya,
loncat berjajar dengan puteranya Juga kalian orang
gagah sama menjadi heran. Mengapa Siau-beng-siang
itu?
"Siao Chiu," sesaat kemudian terdengar Tio Jiang
membuka mulut, "memang sejak semula sudah kuduga,
bahwa antara Tong Ko dan Lian suci yang seperti pinang
dibelah dua itu tentu ada hubungannya darah. Maka
bukan tak ada sebabnya mengapa begitu melihatnya,
subo sudah begitu kegirangan sekali sehingga binasa!"
"Lalu bagaimana?" tanya Yan-chiu dengan tawar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu mengembara sampai sekarang belum ketahuan
rimbanya, subo, sudah meninggal. Dia adalah cucu
luarnya suhu, kurasa kita maafkan dia sekali lagilah!"
Yan-chiu penasaran, sanggahnya: "Kalau memberi
ampun, sedikitnya harus. dipunahkan seluruh
kepandaiannya!"
"Kentut!" damprat Tong Ko dengan tertawa sinis.
Yan-chiu cepat angkat pedangnya hendak menyerang,
tapi dicegah suaminya.
"Dengan memandang muka suhu, biarlah, kita
lepaskan dia sekali lagi!"
"Kalau suhu berada disini, rasanya beliau tentu takkan
mengampuni binatang itu!"
Tong Ko tertawa ter-bahak2, sahutnya dengap kontan:
"Kalau engkong luar disini, tak nanti dia menjadi orang
buta macam kalian ini!"
Setapakpun Tong. Ko tak mau mundur, adu pedang
atau adu tajamnya lidah.
Pada saat itu barulah Kui-ing-cu berbangkit dari
tempat duduknya, pe-lahan2 maju menghampiri: "Siao
Ciu, ucapan Jiang koji itu benar juga. Darah daging Bekheng
hanya tinggal satu ini, melepaskan mereka sekali
lagi, tak lebih dari pantas!"
"Kui locianpwe, mengapa kau selalu berfihak pada
mereka?" tanya Yan-ciu dengan tak puas.
Kui-ing-cu tertawa, sahutnya: "Karena aku tetap
percaya keterangan mereka itu benar, Siao Chiu, coba
pikirkan, pada malam Jiang koji keracunan, siapakah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang berada didekatnya? waktu racun itu mulai bekerja
siapa yang berada dirumahmu?"
Yan-chiu terpukul knock-out dengan rangkaian
pertanyaan itu.
Lama baru dia buka mulut, bukan merupakan jawaban
tapi balas bertanya: "Tapi mengapa mereka mau lari dari
sini?"
"Entahlah, tapi tentu ada sebabnya. Dihadapan
sekalian saudara yang berada disini, aku berani
mempertaruhkan jiwaku, bahwa setelah turun gunung,
mereka tentu akan naik kemari lagi. Siau Chiu, Jiang koji,
jagalah Tay-keng, sebelum mereka kembali kemari,
jangan kasih anakmu pergi ke-mana2!" kata Kui-ing-cu,
Ialu berpaling kepada Tong Ko: "Nak akulah yang
tanggung, kalian boleh turun gunung.!"
"Kui locianpwe, terima kasih atas kebaikanmu!
Cepatnya satu bulan, lambatnya 3 bulan, aku tentu
kembali kesini lagi!"
Habis berkata, Tong Ko lalu ajak ayahnya melangkah
keluar.
Oleh karena Kui-ing-cu yang tanggung, maka tiada
seorang yang berani menghadangnya.
Tiba dikaki gunung, mereka beristirahat.
Mengenangkan pengalamannya tadi, The Go
menghela napas, tapi sebaliknya Tong Ko tertawa lepas.
"Ko-ji, mengapa kau tertawa?"
Tong Ko tak menyahut pertanyaan ayahnya itu, tapi
tetap ketawa terus, namun wajahnya mengerutkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemuraman. Nyatalah anak muda itu hendak melepaskan
kemarahannya dengan tertawa.
The Go pilu menampak keadaan puteranya itu.
Dia sih sudah tua dan cacad, sebaliknya Tong Ko
adalah laksana matahari terbit, hari depannya penuh
dengan harapan yang gilang gemilang.
Serentak dia mengambil dua pilihan: kalau urusan
Tay-keng itu dapat beres, itu tak menjadi persoalan lagi.
Tapi kalau tidak, dia hendak ke Kwiciu untuk mencari Liat
Hwat.
Biarlah dia, terbunuh mati, asal dengan kematian itu
Tong Ko akan diterima kedalam barisan orang gagah Lohu-
san.
"Ko-ji, pergilah ke Sip-ban-tay-san untuk menengok
bagaimana kesudahannya pertempuran antara sucou dan
Kwan Tay-kin. Aku hendak ke Kwiciu untuk menolongi
In-ji!"
Sudah tentu Tong Ko tak mengetahui isi hati ayahnya
itu.
Coba dia tahu bagaimana ayahnya hendak berkorban
untuknya, sudah tentu dia akan menolak. Maka setelah
mengiakan, mereka lalu berangkat.
Disuatu tempat, mereka berpisah, satu ke Sip-bantaysan
dan satu ke Kwiciu.
---oo*dwkz^0^kupay*oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 32 : ILMU GOLOK KIAN-THIANIT-
GWAN-TO-HWAT
Sekarang mari kita ikuti perjalanan Tong Ko lebih
dahulu. Karena pesatnya dia larikan kuda, dalam satu
hari saja, tibalah sudah dia digunung Sip-ban-tay-san.
Didepan pondok ayahnya, didapatinya Ang Hwat cin-jin
dan Kwan Tay-kin, duduk bersila berhadapan satu sama
lain. Mereka diam seperti patung. Apakah kedua
gembong itu masih saling mengadu lwekang, demikian
Tong Ko bertanya dalain hati.
Tapi serta didekatinya, astaga.......kiranya kedua tokoh
itu sudah kaku menjadi mayat! Tentulah karena
kehabisan lwekang, kedua gembong itu sama2 binasa.
Walaupun hanya setengah tahunan dia berkumpul
dengan Ang Hwat tetapi Tong Ko merasa berhutang budi
besar kepada cin-jin itu. Kepandaiannya yang dimiliki
sekarang ini, adalah berkat gemblengan sucounya itu,
Ditendangnya tubuh Kwan tay-kin sehingga terpental
sampai beberapa meter jauhnya. Habis itu dia lalu
menggali lubang untuk mengubur jenazah sucounya.
Tapi tiba2 diperhatikan sikap duduk suytounya itu
agak aneh.
Tangannya kanan ditaruhkan didada, sedang tangan
kiri menjulai kebawah, jari telunjuknya menjulur, seperti
menunjuk sesuatu.
Ketika mata Tong Ko mengikuti arah yang ditunjuk itu,
ternyata ditanah yang tertutup daun, seperti ada coretan
tulisannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Waktu daun2 itu dikebutnya, ternyata disitu terdapat
guratan tangan yang berbunyi begini: "It-gwan-to-hwat
berada di Thiat-san........."
Huruf "san" (gunung) dituliskan sangat kecil,
pinggirnya agak mencong seperti hampir belum selesai.
Memang Tong Ko pernah mendengar, bahwa ilmugolok
it-gwan-hwat itu berada pada suku Thiat-theng-biau
(orang Biau dari daerah Thiat-theng). Diapun pernah
naik kepuncak Thiat nia untuk mencarinya. Jadi dia
yakin, huruf "san" kecil itu, tentulah kepala dari huruf
"nia". Dalam huruf Tionghoa huruf nia (puncak) itu,
atasnya memakai huruf san (gunung).
Selesai mengubur jenazah Ang Hwat, dia segera bergegas2
menuju ke Thiat-nia.
Tapi baru berjalan belum jauh, matanya tertumbuk
dengan mayat Shin Hiat-ji.
Kebenciannya terhadap anak muda itu meresep
sampai ditulang.
Melihat orang sudah jadi mayat, Tong Ko tetap meluap
amarahnya.
Diangkatnya mayat Hiat-ji terus dibanting jauh2.
Sekali, dua kali, ya sampai beberapa kali dia ulangi
bantingannya itu.
Setelah tubuh Hiat-ji hancur mumur, barulah puas dia.
Untuk penutupnya, dia kirim sebuah tendangan kearah
perut mayat.
Tiba2 secarik surat muntah keluar.
Buru2 Tong Ko mengambilnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Demi dibacanya, dia berjingkrak kegirangan.
"Yah!" serunya memanggil The Go.
Saking girangnya, lupa sesaat bahwa kala itu dia
hanya seorang diri.
Sesaat kemudian, baru dia insyaf dan ter-sipu2.
Dibacanya sekali lagi surat itu.
Ternyata itu adalah sebuah surat perjanjian.
Separoh bagian adalah perjanjian hutang Tay-keng
kepada Hiat-ji dan sebagian lagi pembelian sebuah
rumah gedung dikota raja atas nama Tio Tay-keng.
Dalam surat pembelian rumah itu, terlampir sepucuk
surat pernyataan terima kasih Tay-keng kepada Hiat-ji
yang sudah membelikan rumah itu untuknya.
Ah, kalau kemaren lusa dia sudah dapat mengunjuk
surat bukti itu kepada Tio Jiang, tak nanti dia sampai
bentrok dengan orang2 gagah disana. Sebenarnya pada
saat itu, dia terus hendak menyusul ayahnya ke Kwiciu,
tapi serta teringat akan it-gwan-tohwat, dia ambil
putusan hendak ke Thiat-nia lebih dahulu.
Toh kesana pulang pergi hanya memakan waktu tak
berapa lama.
---oo^dwkz*0*kupay^oo---
Tak antara berapa lama tibalah dia dipuncak Thiat-nia.
Thiat nia. itu sebenarnya tempat kediaman suku Thiattheng-
biau. Tapi sejak pemimpin mereka Kit-bong-to
binasa, mereka sama tinggalkan tempat itu. Tiba
dilamping gunung, tampak tempat itu sunyi lelap, hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kawanan burung alap2 yang terbang kian kemari. Hati
Tong Ko serasa rawan melihat pemandangan yang
menyayukan itu. Gua2 tempat kediaman suku Thattheng-
biau, berobah menjadi sarang rumput yang lebat
dan tinggi. Disana sini Tong Ko tak menemukan sesuatu
tanda apa2. Akhirnya dia mengambil putusan untuk
lekas2 menyusul ayahnya. Tapi pada lain saat tiba2 dia
teringat, ketika berada disitu tempo dulu, pernah dia
melihat sebuah gua yang pintunya memakai tirai bambu
dan dijaga oleh pengawal. Ya........, tempat itu memang
mencurigakan, baik ia mencarinya.
Tak lama dia mencari, benar juga ada sebuah gua
yang memakai tirai bambu.
Buru2 dia melangkah masuk. Dilihatnya ditengah gua
situ, terdapat sebuah ciok-pay (alter batu). Permukaan
ciokpay itu diukir dengan lukisan sebuah golok bengkok,
macamnya persis dengan pi-lik-to. Sedang sebelah
belakangnya, terdapat tulisan yang berbunyi "it-to, capto
peh-to cian-to ban-to" (satu golok, sepuluh golok,
seratus golok, seribu golok, selaksa golok). Dibawah
tulisan itu, kembali terdapat lukisan sebuah golok
bengkok melayang diudara, berputar melingkar.
Lukisannya tampak hidup sekali.
Sampai sekian saat Tong Ko memandangnya terlongong2.
Apakah artinya tulisan itu? Adakan itu penuntun
ilmugolok it-gwan-to-hwat?
Melihat lukisan golok melingkar itu, dia agak mengerti,
tapi hanya samar2 sekali.
Bebrapa kali mulutnya menghafalkan tulisan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba2 dia teringat sesuatu. Nama ilmugolok itu adalah
it-gwan, ini diambil dari kata2 dalam kitab Chun Ciu yang
artinya sumber dari segala apa.
Dengan begitu, bukankah yang dimaksudkan dengan
kata it-gwan-to-hwat itu, sebenarnya hanya terdiri dari
satu jurus saja? Dari satu jurus itu, timbullah perobahan
yang tak terbatas, dari sebatang golok menjadi sepuluh,
dari sepuluh menjadi seratus, seribu dan sepuluh ribu!
Memikir sampai disini, dia mempelajari lukisan golok
terbang melingkar itu dengan perdata. Ah......,
tampaknya sederhana sekali. Tapi kembali dia teringat,
bahwa sebelum jagad ini terbuka, bermula hanyalah
sebuah gumpalan bundar yang samar2 perwujutannya.
Kemudian baru tercipta langit, bumi dan seluruh isi alam.
Lingkaran bundar itulah pokok pelajaran it-gwan-to-hwat,
terdiri hanya satu jurus, jurus pertama yang juga
menjadi jurus terakhir. Satu jurus yang akan melahirkan
sepuluh, seratus, seribu dan selaksa gerak perobahan!
Saking girangnya, Tong Ko sampai loncat berjingkrak2,
jantungnya ber-tak2 seperti alu2 (bandul)
lonceng. Pi-lik-to diangkat terus diputar dalam sebuah
lingkaran besar. Selingkar sinar kilat, segera
membungkus dirinya. Tong Ko mengambil napas, lalu
me-lingkar2-kan goloknya keempat jurusan, atas bawah
dan kanan kiri. Makin lama makin lancar, lingkaran
sinarnya dari besar menjadi kecil dan pada lain saat
pecahlah beribu lingkaran bola sinar, bertaburan
disekitarnya. Guruh angin yang men-deru2 juga makin
gencar dan riuh.
Segera Tong Ko dapatkan bahwa sekalipun jurus
permainan golok itu hanya terdiri satu gerakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melingkar, namun kedahsyatannya jauh berlipat kali dari
ilmugolok 3 jurus ciptaan Ang Hwat cinjin itu.
Benar tokoh Ang Hwat itu seorang gembong persilatan
yang tinggi ilmunya, namun untuk menciptakan suatu
ilmu golok yang menyamainya tak usah melebihi, dari itgwan-
to-hwat, rasanya masih belum dapat. Sederhana
tampak ilmu golok sejurus itu, namun dia merupakan
sumber kelahiran dari segala gerak perobahan yang tak
terbatas banyaknya!
Tong Ko seperti kerangsokan setan. Dia mainkan
gerakan itu sampai setengah jam dengan non-stop.
Angin guruh yang ditimbulkannya, sampai
menggoncangkan gua itu. Sampai disitu barulah dia
berhenti, terus menuju ke Kwiciu.
---oo^dwkz*0*kupay^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 33 : BUKTI PENGHIANATAN
Sekarang mari kita tengok keadaan The Go dahulu.
Tiba di Kwiciu dia sudah merancang.
Kalau langsung menuju kegedung tihu, Liat Hwat pasti
akan gusar melihat dia datang seorang diri. Dia tak takut
mati, tapi jangan sampai hal itu menimpah diri puterinya
juga. Maka lebih dulu dia cari sebuah tempat penginapan
didekat gedung tihu situ.
Siangnya dia tak berani keluar. Setelah malam tiba,
baru dia lakukan penyelidikan kegedung tihu. Tapi
sampai 10 malam ber-turut2 menyelidiki, tak berhasil
masuk.
Penjagaan disitu teramat kuatnya, jangan kata
manusia, sampaipun kawanan kelelawar tak dapat
menobros masuk.
Kecerdikan otak Cian-bin long-kun menghadapi ujian
berat.
Dia makin gelisah. Hari makin berlarut panjang, berarti
kecurigaan Liat Hwat makin bertambas besar.
Kemungkinan Liat Hwat akan mendapat laporan tentang
peristiwa di Lo-hu-san, makin besar. Sehari berlalu,
sehari itu kemungkinan rahasia itu akan diketahui Liat
Hwat.
Begitu mengetahui, Liat Hwat pasti akan bertindak
terhadap The Ing.
Sampai pada malam ke 16, The Go tak dapat
menahan diri lagi.
Lewat tengah malam, dia keluar dari penginapan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Penginapan, itu dengan gedung tihu hanya terpisah
dua buah jalan besar.
Dalam sekejab saja dia sudah berada didekat tembok
gedung yang hampir dua tombak tingginya. Dilihatnya
lampu penerangan diatas tembok masih menyala. Kalau
sampai jam lampu itu dimatikan, sukarlah untuk
menyelinap masuk. Dia sudah membayangkan suatu
pertempuran, apabila memasuki gedung itu. Tapi masih
ada satu kemungkinan, yalah kalau saja Liat Hwat masih
belum mengendus peristiwa di Lo-hu-san itu, bukantah
dia bisa mengelahuhi penjaganya? Untung2an namanya,
tapi biarlah dicobanya, toh sememangnya dia sudah
bertekad bulat untuk mengadu jiwa. mengapa berbanyak
hati (ragu2). Diam2 dia menyesali kebodohannya
membuang waktu sampai hampir setengah bulan itu.
Begitu tiba dimuka pintu gerbang, segera terdengar dua
buah suara berkerontangan. Menyusul dengan itu,
terdengar dua orong pengawal membentak : "Siapa?"
"Kawanan orang buta, mengapa tak kenal padaku!"
The Go mendamprat dengan garang.
Begitu menghampiri dekat, kedua pengawal itu segera
berseru : "Hai, kiranya The tayjin!"
Habis mengeluarkan kata2 itu, salah seorang tertawa
menyengir, tapi kawannya buru2 memberi isyarat mata,
hingga dia hentikan tertawanya.
"The tayjin, sudah bebrapa hari lamanya Liat Hwat
sucou menunggu kedatanganmu!"
The Go yang tajam matanya segera mengetahui sikap
yang aneh, dari penjaga itu. Bahwasanya penjagaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
digedung tihu itu makin lama makin diperkuat, tentulah
terjadi sesuatu yang luar biasa.
"Benarkah? Benar aku menyiksa pikiran dia siorang
tua saja!" kata The Go dengan wajar sembari berjalan
dengan tongkatnya ketengah kedua orang itu. Matanya
memandang kesekitar halaman dalam. Kiranya disekitar
pintu itu tiada lain orang selain kedua orang tadi. Diam2
dia menduga, kedua orang itu tentu golongan jago yang
berilmu.
Cepat The Go bertindak. Hanya sekali tampak
lengannya ditarik kebelakang, atau sikunya telah
memakan jalan darah khi-hay-hiat salah seorang
pengawal itu. Hekk....., hanya terdengar mulut menguak
sekali dan penjaga itu segera terkulai ditembok tak dapat
berkutik lagi.
Melihat itu, kawannya terperanjat terus melolos golok
kui-thau-to. Tapi belum sempat dia gerakkan, kelima jari
The Go yang bagaikan cakar garuda itu sudah
mencengkeram dadanya sembari mengancam : "Kalau
berani berteriak, nyawamu hilang!"
Orang itu pucat, golok yang sudah diangkat keatas
terpaksa diturunkan lagi.
"Apakah benar Liat Hwat cousu menunggu aku?"
tanya The Go dengan berbisik.
Orang itu mengangguk. The Go lalu tanyakan dimana
adanya The Ing.
"Takut kau nyeleweng, maka Liat Hwat cousu telah
menahan nona The didalam sebuah kamar, tapi ia tak
kena apa2!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mata The Go berkicup sejenak mencari akal, lalu
berkata: "Bawalah nona The keluar kota!"
Orang itu meringis, dan kembali The Go ketawa
dingin: "Kau takut kehilangan baju kebesaran bukan?
Tapi hanya dengan begitulah, jiwamu tetap terpelihara!"
Orang itupun mempunyai rencana. Kalau nanti dilepas,
dia tentu bebas melapor pada atasannya, maka diapun
lantas menyanggupi. Tapi The Go jauh lebih cerdas dari
dia. Melihat wajah orang, dia sudah tahu apa yang
dikandungnya. Jari tengahnya ditekankan pada jalan
darah dipundak si orang, katanya: "Jalan darahmu hukut-
tiam-hiat sudah kututuk. Dalam 3 jam, kau tentu
mati. Inilah ilmu tutukan ajaran Ang Hwat cinjin tempo
dulu. Tapi nona The dapat membukanya. Jiwa atau
pangkat, terserah padamu!"
Habis itu The Go tinggalkan dia, terus masuk kedalam.
Sebenarnya apakah sedemikian sakti ilmu tutukan Ang
Hwat cinjin itu? Tidak, cinjin yang termasyhur sakti itu,
tidak mempunyai ilmu tutukan hu-kut-tiam-hiat yang
dapat mematikan orang dalam waktu 3 jam. Tapi untuk
menghadapi perangkap yang telah disediakan Liat Hwat
itu, The Go telah gunakan gertakan itu untuk menakuti
orang. Melangkah bebrapa meter jauhnya, dia masih
belum mendengar orang berseru memanggilnya, tapi dia
yakin orang itu tentu sudah kelabakan takut.
Sebenarnya setelah itu, The Go dapat lolos, namun tak
mau dia.
Dia tetap hendak bertemu dengan Liat Hwat, agar
penjaga tadi dapat lancar melakukan perintahnya. Biar
dia menghadapi bahaya, asal puterinya tertolong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang yang ditinggalkan The Go tadi, ter-longong2
sampai bebrapa saat. Akhirnya dia lebih menyayangi
jiwanya dari kedudukan. Dengan langkah gegas, dia
segera menuju kekamar tempat The Ing. Sepanjang
lorong dia berjumpa dengan beberapa penjaga, tapi
mereka sama tak mencurigainya.
"Liat. Hwat cousu memerintahkan supaya membawa
nona The keluar ............... "
Melihat kawannya itu adalah orang kepercayaan Liat
Hwat, penjaga kamar tahanan disitu main percaya dan
mempersilahkannya masuk. Didapatinya wajah The Ing
pucat ketakutan.
"Nona The, ayahmu menunggu diluar!" bisik siu-wi
atau penjaga yang bakal mati dalam 3 jam itu. Bahwa dia
tak mengatakan kalau The Go masuk kedalam gedung
situ, adalah untuk kepentingannya sendiri. Kalau dia
mengatakan begitu, The Ing tentu membangkang diajak
pergi dan ini berarti jiwanya (penjaga itu) takkan
tertolong.
"Apa kata2mu itu sungguh?" tanya The Ing masih
setengah tak percaya.
Orang itu tak mau membuang waktu terlalu banyak,
dengan ter-sipu2 dia meyakinkan: "Nona The, percayalah
padaku! Mana aku berani berdusta, karena ayahmu telah
menutuk jalan darahku hu-kut-hiat, dalam 3 jam jiwaku
tentu lenyap. Akan kuantar kau keluar kota, tapi harap
kau nanti buka jalan darahku itu!"
The Ing terbeliak. Seingatnya, ayahnya tak
mempunyai ilmu penutuk jalan darah yang disebut hukut-
toa-hiat itu. Tapi dari raut wajahnya, terang orang itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tak pura2. Nona cerdas itupun segera dapat mengetahui
kalau itu hanya siasat ayahnya saja.
"Ya, benar," sahutnya tertawa "memang ilmu tutukan
ayahku itu lihay sekali. Duapuluh tahun yang lalu,
tutukannya itu akan membinasakan orang dalam waktu 3
jam. Tapi kini, karena dia lebih sakti, mungkin lebih cepat
lagi dari itu!"
Muka orang itu berobah pucat seperti mayat, serunya:
"Ayuh, kita lekas pergi saja!"
Orang itu tak berani jalan pintu besar, tapi dari pintu
samping. Tapi baru tiba dimuka pintu itu, didalam
ruangan gedung sana terdengar suara berisik. Ha...., itu
tentulah The Go sedang mengadu biru, maka diapun
segera ajak The Ing lekas2 cepatkan langkah. Justeru
karena terjadi keributan itu, maka banyaklah para
pengawal yang ber-lari2 masuk kedalam ruangan, jadi
dengan lenggangnya dapatlah mereka berdua melewati
pintu samping, menikung sebuah jalanan kecil terus
menuju keluar kota.
Ya....., memang yang membikin keributan dalam
gedung itu adalah The Go.
Memang dia telah bertekad untuk mengobrak-abrik
gedung tihu.
Baru dia melangkah bebrapa tindak, dia sudah
berpapasan dengan 3 orang siu-wi (penjaga). Siu-wi itu
sudah tentu tak mencurigai The tayjinnya.
Begitu dekat, tahu2 The Go sapukan tongkatnya.
Siu-wi yang berada dimuka segera rubuh, tubuhnya
merabuhi kawannya kedua, membentur tembok dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pingsan. Orang yang ketiga coba menghantam dengan
golok. tapi secepat kilat The Go sudah menyelinap
kebelakang seraya tutukkan ujung tongkatnya
kepunggung orang. Disitulah terdapat jalan darah lengta-
hiat atau disebut juga jin-sim-hiat, karena The Go
menutuk keras, maka orang itupun melayang jiwanya.
The Go sudah hilap tampaknya. Tanpa peduli
diketahui orang, dia tinggalkan begitu saja ketiga mayat
yang mayang melintang dijalan itu. Tak lama berjalan
masuk, kembali dia bersua dengan 3 orang siu-wi lagi,
berbaris medatangi.
Baru The Go hendak turun tangan, atau siu-wi yang
berada paling belakang sendiri memperingatkan
kawannya: "Hati2, The Go sudah menyelundup kemari!',
Siu-wi yang dimuka sendiri mendongak dan hai......,
"penjahat" yang dimaksudkan itu sudah berada
dihadapannya. Cepat mereka loncat kesamping, tapi tak
kurang cepatnya lagi The Go sudah lantas loncat
menerjang. Sewaktu masih melayang, ujung tongkatnya
sudah ditusukkan kekepala orang, siapa coba berusaha
menghindar kesamping. Tapi The Go sudah robah
gerakannya mengikuti gerak lawan. Senjata sam-ciat-kun
(ruyung 3 ruas) orang itu terpental menghantam
kawannya sendiri. Kedua siu-wi yang lain lalu men-jerit2
macam babi hendak disembelih.
Sekejab saja muncullah 4-5 puluh siu-wi mengepung
The Go. Tempat disitu merupakan sebuah lorong jalan
yang sempit, kedua pinggirnya yalah tembok. The Go tak
mau lari, tapi hendak mengamuk mereka. Dua buah
tongkatnia berkelebatan kian kemari, sebentar kebawah
atas, sebentar kekanan kiri, menyapu, menghantam,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menutuk. Ada kalanya tubuhnya melayang diudara
bagaikan seekor burung alap2 sembari tarikan kedua
tongkatnya.
Walaupun jumlah mereka banyak, tapi karena
tempatnya sempit, jadi mereka tak dapat
mengembangkan permainannya.
Tak berapa lamanya, The Go telah dapat menghajar
mereka kocar kacir.
The Go tertawa lebar, tapi belum saja nada ketawanya
itu sirap, atau terdengarlah serangkum ketawa
melengking kecil. Suara itu samar2 kedengarannya
seperti teraling sesuatu barang. Tapi itu sudah cukup
menciutkan nyali The Go. Juga kawanan siu-wi itu,
lekas2 menyingkir mundur.
Ketawa itu datangnya dari sebelah kiri yang
merupakan tembok tinggi.
The Go cepat mundur setombak kebelakang.
Suara ketawa itu makin dekat.
Tiba2 tembok bergemuruh rontok dan tembuslah
sebuah lubang besar.
Bukan kepalang kejut The Go. Kiranya masih satu
meteran jauhnya, Liat Hwat sudah membuka jalan
dengan menghantam tembok, menandakan sampai
dimana kemajuan yang dicapai oleh cousu itu dalam
penyakinannya ilmu ganas, hun-kang-hwat (lwekang
awan api). The Go cepat pusatkan perhatiannya bersiap2.
Liat Hwat ajukan langkahnya kelubang tembok, lalu
dengan suaranya yang seperti anak kecil melengking:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau sudah pulang The Go? Bagaimana hasilnya ke Lohu-
san?"
The Go merapat ketembok, jaraknya dengan Liat Hwat
hanya tak lebih dari satu tombak. Sahutnya: "Berhasil
memuaskan! Seluruh pahlawan Lo-hu-san sudah masuk
ke Kwiciu dan sebentar lagi akan menyerbu kemari!"
Liat Hwat tertawa meringkik, semprotnya: "Bagus, kau
akan menemani mereka menghadap Giam-ong!"
Tangannya diangkat keatas, lalu diajukan kemuka.
Benar samberan anginnya tak seberapa keras, tapi
hawanya yang amat panas benar2 membakar orang.
The Go menginsyafi dirinya bukan tandingan cousu
itu, namun dia tetap berusaha untuk memperpanjang
kematiannya. Dengan punggungnya dia bentur tembok
dibelakang, dari situ dia menerobos kesebuah ruangan
besar. Liat Hwat mengejarnya sambil tertawa iblis seraya
melontarkan 4 kali pukulan. Sesaat The Go rasakan
dirinya diselubungi oleh badai hujan yang hebat sehingga
ter-huyung2. Untung Liat Hwat masih agak jauh.
Dia segera tekankan tongkatnya ke!antai lalu
melayang keluar pintu.
Ada dua orang siu-wi coba menghadangnya, tapi The
Go cepat semprotkan ludahnya. Salah seorang yang
maju dimuka, segera menutupi mukanya ber-kaok2
kesakitan. Sedang kawannya yang dibelakang terus
hendak melarikan diri, namun sudah didahului dengan
sebuah sapuan tongkat. Orang itupun menggelapar
jatuh.
Semula kejadian itu hanya berlangsung dalam
sekejaban mata, namun saat itu dari belakang sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terasa ada angin menyambar, terang kalau Liat Hwat
sudah tiba.
Dengan kesebatan yang mengagumkan, The Go
lontarkan tubuh orang itu kearah Liat Hwat. Ketika Liat
Hwat kaget dan menarik pulang tangannya, The Go
sudah menyelinap masuk kedalam sebuah ruangan, dari
situ loncat keluar jendela, melewati sebuah pintu bundar,
tiba dikebun belakang.
Diatas pagar tembok sudah penuh ber-jajar2 barisan
pengawal, tapi syukur mereka belum mengetahui
kedatangan The Go.
The Go menyelinap bersembunyi dalam sebuah
goa2an palsu. Dia sudah memperhitungkan, bahwa Liat
Hwat tentu akan mengadakan penggeledahan, tapi
biarlah.
Setiap menit berlalu, setiap menit pula jiwanya masih
terpelihara.
---oo^dwkz*0*kupay^oo---
Sekarang mari kita tengok The Ing dan siu-wi yang
menelantarnya keluar dari sarang harimau itu. Begitu
tiba diluar kota, bertanyalah The Ing: "Hai......, mana
ayahku?"
“Nona The, buka dulu jalan darahku, baru nanti aku
bilang!"
The Ing cukup tahu bahwa sebenarnya jalan darah
orang itu tak kena apa2, tapi untuk mengorek
keterangan, iapun bersikap sungguh2: "Sebelum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjumpa dengan ayah, aku tak mau membuka jalan
darahmu itu!"
Siu-wi itu banting2 kaki, ujarnya: "Ai, saat ini kukuatir
ayahmu sudah binasa dibawah pukulan Liat Hwat cousu!"
"Apa?!" alangkah terkejutnya The Ing.
Orang itu lalu menceritakan segala yang terjadi.
The Ing terlongong2 kehilangan faham.
Ketika orang itu mendesaknya lagi, The Ing tak ambil
mumet, terus hendak angkat kaki. Sudah tentu bukan
kepalang kejut orang itu. Berseru memanggil nama The
Ing, dia lari menyusulnya, The Ing sudah gemas. Ia
sangat cemas memikirkan keadaan ayahnya, kalau
dapat, ingin dia mempunyai sayap supaya dapat lekas
terbang kesana.
Melihat orang mengejar, tanpa berpaling lagi, ia
segera kebutkan tali cheng-si dalam jurus ceng-hayseng-
boh. Kala itu sudah malam, tali cheng-si hanya
sebesar rambut orang halusnya, dilayangkan keudara
sedikitpun tak mengeluarkan suara. Sudah tentu orang
itu mengaduh kesakitan ketika tali cheng-si menggurat
mukanya dan kakinyapun serasa kejang (kramp) lalu
rubuh ketanah. Sedang waktu melayangkan tali itu, The
Ing masih tetap berjalan. Begitu ia tarik pulang talinya,
diapun sudah berada beberapa tombak jauhnya.
Orang itu ternyata keliwat sayang jiwanya. Mengira
betul2 jiwanya terancam mati dalam 3 jam, dia lalu
bangun dan mengejar lagi. The Ing tak peduli, ia tancap
gas berlari se-kencang2nya. Pikirannya hanya tertuju
kepada ayahnya. Begitulah terjadi kejar mengejar. Yang
mengejar tak henti2nya berteriak2 me-manggil2.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tak antara berapa lama, tiba2 ada selingkar cahaya
api ber-gulung2 ditengah tegalan. Melihat itu, girang The
Ing bukan alang kepalang. Setelah jelas siapa yang
berada di balik cahaya api itu, berserulah ia dengan
keras: "Engkoh Ko, ayah..... ayah....."
Saking kesusu dan gugup, The Ing tak dapat bicara
lampias.
Memang lingkaran api yang menghampiri datang itu
bukan lain adalah pemuda Tong Ko yang telah
mendapatkan rahasia ilmugolok kian-thian-it-gwan-tohwat.
Cukup dengan tiga loncatan, Tong Ko sudah tiba
ketempat si nona yang kini telah diketahui sebagai
adiknya sendiri.
"In-moay, dimana ayah?"
Mendengar sipemuda menyebut "ayah" kepada The
Go, The Ing terkesiap kaget.
"Kau maksudkan ayahku kan?" ia menegas. "Benar,
ayahmu dan ayahku juga!"
The Ing makin ter-heran2. Secara ringkas, Tong Ko
ceritakan apa yang telah terjadi. Tepat pada saat itu, si
siu-wi yang mengejar tadipun sudah tiba. Tanpa berkata
ba atau bu, Tong Ko menyambutnya dengan sebuah
hantaman. Siu-wi itu terlempar sampai bebrapa meter
jauhnya. Benar jiwanya tak sampai melayang, tapi kini
hanya me-rintih2 tak dapat bangun lagi.
Serta tahu bahwa Tong Ko itu sebenarnya engkohnya
sendiri, tersadarlah The Ing mengapa tempo hari
ayahnya melarang keras ia bergaul rapat dengan
pemuda itu. Apa yang diceritakan oleh siu-wi tadi,
dituturkan kepada engkohnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Biar bagaimana juga kita harus kesana!" Tong Ko
memberi ketetapan.
Kedua engkoh beradik itu lalu berlari menuju ke
Kwiciu.
Karena sudah malam, pintu kota sudah ditutup.
Mereka memanjat tembok kota, tapi segera
pandangannya tersilau dengan cahaya obor yang terang
benderang laksana siang hari. Waktu mereka mendekati,
ternyata disitu terdengar sorak-sorai yang hiruk sekali.
Diantara keributan itu, jelas terdengar suatu suara
ketawa yang melengking nyaring. Tahulah kedua saudara
itu siapa yang ketawa itu.
Cepat Tong Ko ajak The Ing: menuju kegedung tihu,
terus memanjat temboknya. Ketika melongok kebawah,
tepat mereka berhadapan dengan kebun belakang.
Disitulah adanya penerangan obor yang menyilaukan
tadi.
Ber-puluh2 orang dengan memegang obor tengah
mengepung sebuah gunung2an palsu. Gunung2an itu
separoh bagian sudah didorong rubuh. Didalam lingkaran
kepungan itu, tampak Liat Hwat setapak demi setapak
maju menghampiri The Go, sedang yang tersebut
belakangan ini selangkah demi selangkah mundur
kebelakang!
Tong Ko menginsyafi betapa gawatnya keadaan sang
ayah.
Tiba2 dia mendongak tertawa keras2. Lwekangnya kini
sudah memasuki tingkat kesempurnaan seorang akhli
jempolan. Benar suara itu tak dapat menyirapkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lengking ketawa Liat Hwat, tapi kumandangnya
mengejutkan seluruh suasana.
Semua orang memandang kearah Tong Ko.
Sebaliknya The Go terperanjat melihat kehadiran
puteranya itu.
"Ko-ji, lekas... ....."
Belum sempat dia mengatakan "pergi", sesosok tubuh
lain muncul didekat Tong Ko.
Makin gelisah resah perasaan The Go.
Putera dan puterinya datang kesitu, celaka, habislah
keturunan orang she The.
Karena mengeluh, perhatiannya menjadi agak lengah
dan tahu2 krak....krak...., kedua tongkatnya sudah kena
terhantam putus oleh Liat Hwat.
Tongkat putus, orangnyapun turut terjerembab
kebelakang.
Liat Hwat tak memandang mata pada Tong Ko.
The Go rubuh, dia segera maju menghantam dengan
kedua tangannya.
The Go meramkan mata menunggu ajal. Hawa panas
yang menekannya, makin membara. Tapi dalam
keheranannya, tiba2 hawa panas itu lenyap dan perasaan
tubuhnyapun enak kembali. Ketika membuka mata, dia
segera terkesiap. Kiranya tubuh Tong Ko itu terbungkus
dengan ribuan lingkaran sinar kecil2, berkilau2 macam
kilat menyambar. The Go tahu kalau sinar kilat itu terjadi
dari golok pi-lik-to, tapi dia tak tahu mengapa puteranya
dapat memainkan secara begitu sakti sekali. Rambut Liat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hwat menebar lempang, sepasang tangannya bergerak2,
tapi tak mempan terhadap anak muda itu.
Menyaksikan kesemuanya itu, girang The Go meluap2.
Dan saat itu The Ingpun melayang turun sembari
meng-gerak2an tangannya.
Belasan wi-su (penjaga) rubuh. Gadis itu menghampiri
kearah ayahnya.
The Go pulih semangat. Dia loncat menerjang dua
orang penjaga. Sekali hantam dia sudah dapat merebut
dua batang tombak. The Go makin garang. Dengan
sebuah seruan mengguntur, kawanan wi-su itu sama
menyingkir mundur.
"Ing-ji, kau menghendaki yang mana dulu?" tanyanya
kepada sang anak.
"lni!" sahut The Ing sembari menuding seorang opsir.
"Baik," kata The Go sembari tekannya ujung tombak
kelantai terus melayang
Dipartai sana, Liat Hwat tadi terkejut demi sudah
mengetahui bahwa golok yang dimainkan Tong Ko itu
bukan lain adalah golok pusaka kian-thian-it-gwan-pi-likto.
Maka dia lalu lepaskan The Go untuk menghadapi
anak muda itu. Pada saat itu dia sudah tumplak seluruh
kepandaiannya. Setiap pukulan yang dilancarkan,
panasnya seperti api membakar. Namun it-gwan-to-hwat
itu mempunyai ribuan gerak perobahan yang tak
habis2nya. Hawa api itu tak dapat meranggas tubuh
Tong Ko, bahkan kebalikannya, badai kilat yang menTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
deru2 dan ribuan pagutan golok, pelahan tapi tentu,
makin mendesaknya.
Begitulah keduanya dalam beberapa kejab saja, sudah
bertempur sampai 5-6 puluh jurus. Sebenarnya menurut
penilaian, kepandaian Liat Hwat jauh diatas Tong Ko.
Tapi anehnya, setiap serangannya selalu dikebut
hilang laksana mega tertiup angin.
Kalau beberapa jurus Liat Hwat terpaksa menelan
kerugian, adalah Tong Ko yang selama itu kebanyakan
hanya bertahan jarang menyerang, kini mengetahui
bahwa tenaga lawan sudah makin lemah. Inilah yang dinanti2-
kan. Membolang-balingkan pi-lik-to, dia berganti
cara, dari bertahan menjadi menyerang!
Dalam saat Tong Ko masih melibat Liat Hwat itu, The
Go dan The Ing sudah dapat menghalau mundur puluhan
wi-su itu.
"Lekas panggilkan pasukan untuk mengurung kebun
ini!" seru mereka kepada kawan2nya. Dengan seruan itu,
mereka lalu pencarkan diri.
The Go terperanjat. Kalau benar bala bantuan
didatangkan secara besar2an, tentu sukar untuk
meloloskan diri.
"Ing-ji, tempo berharga, kita bertiga selesaikan iblis
itu!" serunya sembari terus layangkan tubuhnya menusuk
punggung Liat Hwat. Liat Hwat menyambar kebelakang
terus menariknya kuat2, hingga tubuh The Go terhuyung
bersama tombaknya kemuka.
Tapi tiba2 dia rasakan pundaknya dilekati sebuah
tangan dari belakang. Serempak ada aliran lwekang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
deras mengalir ketubuhnya, maka buru2 dia kerahkan
tenaganya untuk menarik tombak yang hendak dirampas
Liat Hwat itu.
Diluar dugaan, usahanya itu memberi hasil lebih dari
yang diharapkan.
Bukan saja tombaknya dapat dirampas balik, pun
tubuh Liat Hwat turut tertarik sampai dua langkah
kemuka. Dan untuk kekagetannya lagi, entah dari mana
datangnya tahu2 ada sinar golok memapas kepala Liat
Hwat. Si kate dari Tibet itu, rompal rambutnya menjadi
botak....
Tahu The Go kalau datang seorang ko-chiu yang
membantunya.
Buru2 dia berpaling kebelakang dan hai, kiranya........
Kui-ing-cu adanya!
"Bukan 3 lawan 1, tapi 4 tanding 1. Setelah kalian
pergi, aku selalu kuatir, lalu menyusul ke Kwiciu.
Sebenarnya malam ini aku hendak "berdagang tanpa
modal" (istilah kaum persilatan untuk mengambil uang
dari hartawan atau pembesar jahat), tapi serta kudengar
orang ribut2 hendak mengundang bala pasukan baru aku
menyusul kemari!" kata tokoh aneh itu. Habis itu dia
tertawa sejenak, lalu berkata kepada Liat Hwat:
"Mo Put-siu, kami orang Kwitang bukannya takut
hidup bernasib jelek, tapi takut mendapat nama jelak.
Namamu Put-siu (tidak panjang umur), hari ini benar2
menjadi kenyataan" Habis mengejek, dia lantas
layangkan sepasang tangannya. Walaupun yang satu tak
berjari lagi, tapi tak mengurangkan kedahsyatannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada jamannya, tokoh Kui-ing-tiu itu sama kelasnya
dengan Ang Hwat cinjin, Tay Siang siansu dan lain2
tokoh sakti dari Kwiciu. Itu jaman 20-an tahun yang
lampau.
Kini sudah tentu makin hebat lagi.
Liat Hwat cousu Mo Put-siu satu lawan satu
berhadapan dengan dia, hanya serie saja. Apalagi kini
ditambah dengan lwekang seorang akhli macam The Go,
sudah tentu dia kontal. Ketika dia hendak kerahkan
seluruh tenaganya untuk menahan. Tong Ko mendesak
maju. Pi-lik-to bergerak keluar dengan beribu sinar
kemilau, sehingga membuat matanya silau.
Liat Hwat coba hendak menghindar kesamping, tapi
tombak The Go sudah menyambutnya dari sebelah kiri,
sedang kakinya (Liat Hwat) terasa terlibat tali kencang
yang dilontarkan The Ing. Jadi kini Liat Hwat mendapat
tekanan dari empat jurusan! Dari sebelah belakang
dihantam Kui-ing-cu, dari muka diancam pi-lik-to, dari kiri
disambut ujung tombak dan celakanya, kakinyapun
serasa diikat dengan lingkaran benang halus yang tajam
sekali
Namun orang kate itu masih tak mau menyerah.
Diantara keempat pengepungnya itu, The Go lah yang
dapat diatasi. Secepat mengambil putusan, secepat itu
pula dia lantas menyambar tombak The Go, lalu hendak
menerjang kesebelah kiri. Tapi belum lagi kakinya
bergerak, pundaknya sudah remuk termakan pi-likto,
menyusul terdengar lagi suara hantaman menggedebuk
keras Punggungnya terkena pukulan Kui-ing-cu.
Hukkk....., baru saja Liat Hwat rasakan dadanya ampek
mulutnya mengecap ludah manis2 amis, tangan The Ing
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah menyentak kuat2, buk...... tubuh jago kate itu
terjengkang rubuh. Sebagai finishing touch
(penyelesaian), The Go tanamkan tombaknya kedada
Liat Hwat
"Sudah...., sudah selesai....., ayuh kita lekas2
tinggalkan tempat ini. Kalau pasukan musuh datang, kita
celaka!" buru2 Kui-ing-cu memperingatkan.
---oo^dwkz*0*kupay^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 34 : AKHIR SEBUAH
PENGHIANATAN
Saat itu lapat2 sudah terdengar derap kaki kuda
mendatangi. Itulah pasukan Ceng yang kuat. Tanpa
berayal lagi keempat orang itu lalu loncat dari tembok.
Kui-ing-cu amat faham akan jalanan di Kwiciu situ.
Setelah berbilak-biluk beberapa kali mereka masuk
kedalam sebuah rumah penduduk. Disitu ada beberapa
orang yang menyambutnya.
Kiranya tempat itu merupakan pos kaum Lo-hu-san
untuk mencari berita di Kwiciu.
Setelah merasa aman, barulah keempat orang itu
menarik napas lega, Tong Ko memperlihatkan surat
utang yang ditulis Tay-keng itu.
Kui-ing-cu kedengaran menghela napas, ujarnya
dengan nada rawan: "Ah, seorang peribadi jujur perwira
seperti Siau-beng-siang itu, tentu akan menderita
pukulan bathin yang berat kalini!"
Keesokan harinya, mereka menyelundup keluar kota
terus menuju ke Lo-hu-san.
Tiba dipuncak Giok-li-nia, sekalian orang gagah yang
melihat The Go dan puteranya benar2 kembali lagi,
malah ber-sama2 Kui-ing-cu, sama hiruk-pikuk
mengerumuninya.
Walaupun ditawan, tapi ternyata Siao-lan mendapat
perlakukan yang baik.
Demi melihat suami dan puterinya datang, iapun turut
menyongsongnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melangkah maju kedepan Ci-gi-tong, berserulah Tong
Ko dengan lantangnya: "Apakah Siau-beng-siang ada?"
"Kalau ada bagaimana, kalau tidak bagaimana!" Yanchiu
si nyonya katak itu bertanya dengan dingin.
Tong Ko cepat berpaling dan dapatkan Tio In tengah
berdiri disebelah mamahnya.
Dengan tindakan lebar, majulah Tong Ko menghampiri
lalu berkata dengan nada yang lapang: "In-moay, hari
inilah kau betul2 bakal mengetahui bagaimana peribadiku
itu!"
Baru dia berkata itu, Tio Jiang bersama Tay-keng
muncul keluar.
Melihat itu Tong Ko segera kedipkan mata kepada Kuiingcu
dan tahu2 tokoh aneh itu melejit kemuka terus
mencengkeram bahu Tay-keng.
Muncul2 dibegitukan sudah tentu Tay-keng kaget
bukan buatan.
Wajahnyapun pucat seketika, namun dia tak berani
berkutik, dan pura2 tenang2 saja.
"Siau-beng-siang, aku hendak mempersembahkan
suatu hadiah padamu!" kata Tong Ko sembari merogoh
keluar segulung kertas lalu diangsurkan pada Tio Jiang,
Demi membacanya, wajah Tio Jiang menjadi pucat
lesi. Yan-chiu heran dan turut membaca. lapun mendelik
matanya. Sambi! melanjutkan baca, sepasang tangan
Siau-beng-siang itu tampak gemeteran. Rupanya getaran
itu makin lama makin keras, hingga bebrapa lembar
surat itu jatuh berhamburan tertiup aingin. Beberapa
orang gagah segera memungutinya. Tatkala Tio In turut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memungut selembar dan membacanya, ternyata surat itu
berbunyi sebagai berikut:
Aku yang bertanda tangan dibawah ini, dengan surat
ini benar mengakui telah meminjam uang sebanyak 500
tail perak pada Tay-lui-su-bin-si-wi Shin Hiat-ji.
Tertanda: Tio Tay-keng.
Demi habis membaca surat pengakuan hutang itu, kini
tersadarlah ia akan kesalahannya menuduh Tong Ko.
Diluar kemauannya, sang kaki membawanya
menghampiri kedekat sang, kekasih itu, tapi tak tahu ia
bagaimana harus menyatakan perasaan baru sesalnya
itu.
"Ensoh yang baik!" tiba2 kedengaran ada orang
berbisik didekat telinganya.
Ketika ditoleh, kiranya itulah The Ing.
Selebar Tio In berobah merah jambu.
Untuk menolong mukanya, cepat Tong Ko
menyambuti tangan sang kekasih itu, lalu sama2
berputar memandang keruangan tengah.
Tampak saat itu Siau-beng-saing sudah merabah
tangkai pedangnya, sepasang matanya ber-api2 melekat
pada Tay-keng. Wajahnya yang sebengis itu, seperti
harimau yang hendak mengoyak-ngoyak kan mangsanya.
Tubuh Tay-keng menggigil seperti orang terserang
malaria tropical.
"Yah, aku mengaku salah, aku mengaku berdosa!"
serunya meratap-ratap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi detik itu Tio Jiang sudah maju dua tindak.
Tring....., begitu mencabut yap-kun-kiam, dia terus
menusuk ulu hati puteranya.
"Aiiii......."Yan-chiu segera menjerit ngeri, sedang
sekalian orangpun tak berani berbuat apa2.
"Tahan!" tiba2 terdengar ada dua orang berteriak,
menyusul sebatang golok berkelebat menangkis pedang
Tio Jiang.
Ketika Tio Jiang mengawasi kiranya itu tadi Tong Ko
yang berbuat, sedang disampingnya tampak berdiri The
Go. "Aku sudah akan membunuh mati binatang itu,
mengapa kalian menghalangi?" ''
"Ucapan Tio-heng itu salah. Perbuatan puteramu itu,
walaupun tersesat, tapi tetap belum memadai
kedosaanku dimasa muda. Itu waktu aku hanya
mendapat hukuman potong kaki, tapi masih hidup
sampai sekarang. Dia masih muda, masakan tak diberi
kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya?" The Go
menampilkan dirinya sebagai tauladan untuk membela
Tay-keng. Inilah peribadi The Go yang sekarang!
"Kalau lain orang, aku sih masih dapat memaafkan,
terhadap binatang itu, aku tak dapat mengasih ampun
lagi!" Tio Jing berkeras.
Bahwa dalam saat2 segenting itu, bahkan sebaliknya
The Go dan Tong Ko yang membela mati2an pada
puteranya, Yan-chiu bersyukur terharu.
"Jiang suko, luluskanlah permintaan mereka!" buru2 ia
menghampiri dan membujuk suaminya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun Siau-beng-siang tetap menggelengkan kepala.
Waktu membaca surat yang menyatakan siapa
sebenarnya Tay-keng itu, tangan Tio Jiang sudah
bergemetaran keras, kepalanya ber-kunang2 serasa bumi
yang dipijaknya ini amblong. Seekor harimau masakan
beranak seekor serigala. Arang yang menconteng
(hinaan) dimukanya itu sudah sedemikian besarnya,
hingga rela dia untuk membunuh satu2nya putera
keturunannya itu.
Se-konyong2 Tong Ko tertawa keras lalu berseru: "Kui
locianpwe, harap menyingkir dahulu!"
Kui-ing-cu menurut. Begitu Tong Ko tampak
mengangkat pi-lik-to, maka menjeritlah Tay-keng dengan
ngerinya. Lengan kirinya sudah terpapas kutung.
"Potong lengan, rasanya cukup sebagai hukuman,
janganlah Siau-beng-siang bersitegang leher!" seru Tong
Ko dengan nyaring.
Tio Jiang menghela napas panjang, pedang dibanting
ketanah, lalu ngeloior masuk.
Kelapangan dada Tong Ko itu, telah membangkitkan
rasa kagum dan perindahan dari sekalian orang gagah.
Sejak itu, Tong Ko dan ayahnya tinggal di Lo-hu-san.
Bersama-sama para patriot, keduanya melanjutkan
perjoangannya yang gigih untuk mengusir kaum
kolonialis dari muka bumi ini.
Biarlah sejarah menjadi saksi!
---o0o--- T A M A T ---o0o---
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 2 komentar... read them below or add one }
Cerita yang seru nih untuk di ikuti, belum selesai bacanya izin bukmark dulu ya..
poker online terpercaya
poker online
Agen Domino
Agen Poker
Kumpulan Poker
bandar poker
Judi Poker
Judi online terpercaya
Posting Komentar