Lelaki itu segera menjerit kesakitan. ternyata anak panah
tersebut persis menancap di atas pantatnya,
http://kangzusi.com/
Para pemanah yang berada di atas perahu di kiri dan
kanan mereka jadi ketakutan setengah mati, serentak semua
orang menghentikan serangan masing-masing.
Lan See giok menjadi kagum sekali setelah menyaksikan
kejadian ini, kejadian itu menjadi peringatan yang paling
baik bagi dia yang berhati penuh rasa kasihan. pelajaran
tersebut adalah, dibalik kewelas kasihan. kadang-kala
seseorang perlu juga bertindak keji
Si Cay soat tat dapat menahan rasa geli nya lagi, dia
segera tertawa cekikikan. kemudian pujinya.
"Waah, tindakan yang dilakukan bibi memang tepat
sekali"
Hu-yong siancu memandang sekejap anak panah yang
menancap di atas pantat lelaki itu, kemudian dengan wajah
merah padam karena jengah, ujarnya sambil tersenyum:
"Mara bahaya di atas air masih kelewat sedikit yang
kalian ketahui, sebetulnya anak panah itu bertujuan untuk
memaksa kita menghindar atau berkelit, asal kita sudah
bergerak maka anak panah kedua den berikut nya akan
saling susul menyusul, tujuannya tak lain untuk memaksa
kita agar meninggal kan ujung perahu, bila mendapat
dukungan dari hujan panah yang datang dari kedua perahu
lain, sudah pasti usaha kita untuk merampas perahu ini
akan mengalami kesulitan besar.”
Sembari berkata. dia lantas mengendorkan cekalannya
dan membuang lelaki itu ke atas tanah.
Si Cay-soat yang mendengar penjelasan tersebut,
senyuman yang semula menghiasi wajahnya segera hilang,
lenyap tak berbekas, dia menengok ke samping dan
sekeliling tempat itu, ternyata kecuali ke tiga batang kayu
http://kangzusi.com/
tiang layar di situ tidak ditemukan lagi tempat apapun yang
bisa digunakan untuk menyembunyikan diri.
Paras muka Lan See-giok berubah pula menjadi merah,
perasaan menyesal sempat menghiasi wajahnya, dia
menyesal mengapa tidak menuruti nasehat dari bibinya,
dimana dua kali bertindak secara gegabah, hampir saja
gara-gara perbuatannya. mereka harus menghadapi
ancaman bahaya yang besar sekali.
Bila dipikirkan kembali, perbuatannya itu memang
terlampau berbahaya..
Mendadak terdengar Hu-yong siancu berkata lagi.
"Anak Giok, bebaskan ja1an darah orang ini, biar bibi
menanyakan maksud tujuannya datang kemari."
Lan See giok segera mengiakan, dia menuju ke hadapan
lelaki yang terluka di pantat itu serta menepuk bebas jalan
darahnya yang tertotok ..
Lelaki itu segera menggerakkan tangannya. untuk
meluruskan anggota badannya, setelah mencabut anak
panah tersebut dari atas pantatnya, dengan tetap berbaring
di tanah. ia mengawasi Hu-yong siancu berempat dengan
penuh penderitaan:
Sambil menarik muka, Hu-yong siancu segera menegur
dengan wajah gusar,
"Sudah hampir belasan tahun lamanya dari Lim lo pah
kalian tak pernah memasuki telaga Phoa yang oh, kali ini
mengapa secara tiba-tiba melakukan penyerbuan secara
besar besaran?"
"Apa yang menyebabkan kami sampai di sini hamba
kurang begitu jelas .," sahut lelaki itu sambil mengeluh,
http://kangzusi.com/
"tapi kami sudah membuat surat tantangan perak untuk
pihakWi-lim-poo"
"Bagaimana kemudian?" tanya Hu-yong siancu lebih
jauh sambil menarik muka.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Dari pihak Wi-lim-poo ternyata tidak memberikan
gerakan apapun, reaksi sedikitpun tak ada "
Hu-yong siancu segera berkerut kening, lalu memandang
sekejap ke arah Lan See giok yang sedang termangu dengan
pandangan tak mengerti, mereka berdua sama-sama tidak
mengerti apa sebabnya pihak Wi-lim-poo tidak mengirim
kapal perangnya untuk menyambut tantangan tersebut.".
Yang paling diperhatikan oleh Lan See giok adalah jejak
dari setan bengis bermata tunggal Toan Ki-tin, dengan suara
dalam kembali dia menegur.
"Apakah pemimpin kalian juga turut serta dalam
penyerbuan kali ini?"
Lelaki kekar itu mengangguk dengan penuh penderitaan.
Mengetahui hal tersebut timbul napsu membunuh dalam
hati Lin See-giok, dia segera mengangkat kepalanya sambil
memandang kapal komandan yang berada di kejauhan
sana,
Tapi dengan cepat dia tertawa dingin sambil berkata
kembali.
"Jika mereka datang kemari, hal ini memang jauh lebih
baik lagi , . . "
Hu-yong siancu, Si Cay soat serta Ciu siau cian yang
mendengar perkataan tersebut sama-sama mendongakkan
kepalanya ternyata terdapat puluhan buah kapal besar yang
terbagi dalam dua rombongan membentuk sebuah lingkaran
http://kangzusi.com/
mengepung yang melindungi sebuah kapal besar di
tengahnya yang bergerak maju menghampiri mereka.
Suasana di atas kapa1 besar tadi terang benderang
bermandikan cahaya. bahkan di atas geladak sama sekali
tak terlihat sesosok bayangan manusia pun.
Hu-yong Siancu segera berbisik kepada Lan See giok,
"Anak Giok. kapal yang berada ditengah itu merupakan
kapal komando, setelah mendekat nanti, kau boleh
langsung menantang perang kepada Toa Ki tin pada perahu
tersebut."
Lan See giok menutup mulutnya rapat-rapat sambil
menggigit bibir, ia mengangguk berulang kali mengiakan,
memang tak pernah disangka olehnya bahwa malam ini
dendam kesumatnya bisa dituntut balas.
Kapal komando itu semakin melambat gerakannya
dimana akhirnya berhenti hanya lima kaki dari kapal besar
dimana Lan See giok sekalian berada sekarang. sementara
puluhan buah kapal yang berada di kedua belah sisinya
langsung melakukan pengepungan dari empat penjuru.
Saat itulah, dari atas sederet kapal besar yang
menghadap ke utara muncul dua buah kapal dengan
lambang yang sama yakni pada ujung kapal terdapat sebuah
kepala setan besar, sedangkan panji yang berkibar pada
masing-masing tiang besi warna hitam dan kuning.
Di atas kapal berpanji hitam tampak berdiri puluhan
orang lelaki kekar berpakaian ringkas warna hitam, diantara
mereka berdiri angkuh seorang lelaki kasar berkepala singa,
mata besar. hidung samsi dengan perut yang membuncit.
Orang itu penuh bercambang, bulu dadanya yang hitam
pekat memenuhi dadanya bagaikan sikat, senjatanya adalah
sebuah tongkat baja yang kelihatannya berbobot ratusan
http://kangzusi.com/
kati, dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa
dia adalah seorang manusia yang berkekuatan raksasa.
Sebaliknya di atas kapal berpanji kuning itu berdiri
puluhan lelaki kekar berpakaian ringkas warna kuning.
diantara mereka, nampak seorang lelaki setengah umur
berwajah pucat, kurus kering berbaju ringkas warna kuning
yang membawa senjata tombak berantai.
Orang ini mempunyai bentuk muka yang licik, busuk
dengan sepasang mata yang liar, bibirnya tipis lagi lebar
dengan berapa lembar kumis menghiasi atas bibirnya, dari
kejauhan orang akan bingung untuk menduga ia sedang
membuka matanya atau sedang memejamkan sepasang
matanya,
Lan See-giok kecewa sekali, ternyata di atas kedua buah
kapal tersebut sama sekali tidak ditemukan si iblis bengis
bermata tunggal Toan Ki tin, ia mengerti bahwa dua orang
yang tampak olehnya adalah pemimpin dari ke dua macam
panji tersebut.
Agaknya Hu-yong siancu dapat menebak isi hati Lan See
giok, dia segera memperingatkan.
"Setelah kaki tangannya digebuk, masa pentolannya tak
akan munculkan diri? Anak Giok: kau tak usah gelisah
lantaran peristiwa tersebut!"
Lan See-giok mengangguk sambil mengiakan berulang
kali, sorot matanya kembali dialihkan ke arah kedua kapal
tersebut, waktu itu ia saksikan si lelaki baju hitam bersenjata
toya raksasa tersebut sedang berunding dengan si lelaki
kurus berwajah pucat.
Menyusul kemudian tampak lelaki berbaju hitam itu
manggut-manggut. lalu mengalihkan sorot matanya sambil
menegur dengan suara dalam.
http://kangzusi.com/
"Perbuatan kalian menyerang kapal perang kami sambil
melukai orang betul-betul merupakan perbuatan yang amat
berani dan terkutuk, kalau memang ada urusan hendak
menjumpai pemimpin kami, sepantasnya bila kalian
sodorkan kartu nama.."
Lan See-giok sama sekali tak berminat untuk
mendengarkan obrolannya, sebelum lawan menyelesaikan
kata katanya, ia telah membentak dengan suara
menggeledek.
"Lebih baik tutup saja bacot baumu itu dan segera
undang Toan Ki tin agar berbicara denganku, kalau tidak
jangan salahkan bila aku berhati kejam dengan membantai
kalian semua!"
Lelaki berbaju hitam itu kontan saja tertawa terbahak
bahak, kemudian jengeknya sinis:
"Hmm, kau benar-benar seorang bocah cecunguk yang
tak tahu diri, biar toaya kasih pelajaran dulu kepadamu."
Tubuhnya yang berat bebal macam babi bunting itu
langsung melompat ke tengah geladak,
Jangan dilihat badannya yang gembrot macam babi
bunting itu, ternyata lompatannya tidak menimbulkan
sedikit suarapun.
Berkerut kening Lan See-giok setelah menyaksikan
kejadian ini, tampaknya dia tak menyangka kalau Ho Haihim
memiliki ilmu meringankan tubuh yang begitu
sempurna.
Sesudah melompat ke muka, Ho Hai-him segera melotot
besar, kemudian sambil menuding teriaknya,
http://kangzusi.com/
"Bocah terkutuk, ayo maju untuk mampus, jangan harap
kau bisa bertemu dengan pemimpin kami dalam
kehidupanmu kali ini"
Belum lagi ucapan tersebut selesai diutarakan. Siau cian
dan Cay soat sama-sama sudah membentak keras, tubuh
mereka melompat ke muka, dua titik cahaya perak langsung
menyambar ke tengah geladak,
Dalam pada itu puluhan buah kapal perang sudah
mengurung sekitar kapal tersebut, beratus buah lentera yang
memancarkan sinar terang membuat suasana di sekitar situ
terang benderang bermandikan cahaya..
Melihat kehadiran Siau cian dan Cay soat, sekali lagi Ho
Hai him tertawa tergelak, serunya kemudian dengan
nyaring:
"Waah . . . malam ini aku Ho hui him memang lagi
ketiban rejeki, masa ada dua bidadari cantik mau menemani
ku..hmmmn. biar malam ini aku mesti mampus pun. aku
Ho Hui him akan mampus dengan mata meram!"
Kembali ia tertawa tergelak
Merah jengah selembar wajah Siau cian serta Cay soat,
mereka semakin gusar.
Siau cian yang cekatan sekali lagi membentak keras,
sebuah tusukan langsung ditusukkan ke tubuh Ho Hai him.
Cay soat tak mau ketinggalan, diiringi bentakan kaki dia
maju pula melepaskan serangan kilat.
Dalam sekilas pandangan saja, Ho Hai him sudah tahu
kalau senjata yang dipergunakan Siau cian adalah sebilah
pedang mestika namun ia tak gentar karena dalam
anggapannya senjata yang ia gunakan lebih berat dari
lawan.
http://kangzusi.com/
Maka disaat pedang Siau cian menusuk tubuhnya, ia
membentak keras, dengan jurus Teng hay sin ciam (jarum
sakti penenang lautan) toyanya menyodok ke atas pedang
Gwat hui kiam lawan.
Tentu saja Siau cian tak ingin beradu senjata dengan
musuh, cepat ia memutar pergelangan tangannya dan balik
menusuk ke dua bahu lawan . . .
Agaknya Ho Hui him tidak menyangka kalau pedang
Siau cian bisa bergerak begitu cepat dan enteng, ia terkejut.
Buru-buru tubuhnya berkelebat ke samping, kemudian
sambil membentak toya nya disodokkan ke atas tubuh
pedang nona itu. Siau cian ada maksud untuk menunjukkan
sedikit kebolehannya di depan kekasihnya, ditambah lagi
ejekan Hui him yang membuatnya malu ini semua
membuat hawa napsu membunuh dengan cepat
menyelimuti perasaannya.
Ketika dilihatnya Ho Hui him maju sambil
menyodokkan toyanya. ia tidak mundur sebaliknya sambil
maju ke muka. kepalanya ditundukkan mengiringi
bungkukkan badan, toya lawan serta merta menyambar
lewat dari atas punggungnya .
Cay soat dan Lan See giok amat terkesiap menyaksikan
kejadian ini, hampir saja mereka menjerit kaget saking
ngerinya,
Tiba-tiba Siau cian maju sambil menegakkan kembali
tubuhnya, begitu toya lawan sudah menyambar lewat.
Pedang Gwat hui kiam diputar kencang memainkan
jurus Ku siu boan keng (pohon kering akar melingkar),
cahaya pedang berkelebat lewat menyusul kemudian
berkumandang suara jeritan ngeri yang memilukan hati.
http://kangzusi.com/
Tubuh Ho Hui-him yang tinggi besar terpaksa kutung
menjadi dua bagian, darah segar memancar kemana mana
dan isi perut nya berhamburan memenuhi lantai, sementara
toya raksasanya yang mencapai berapa ratus kati itu
tercebur ke dalam sungai hingga menimbulkan percikan air
yang tinggi . .
Sedangkan paras muka Siau cian pucat pias seperti
mayat, bibirnya gemetar keras. disaat cahaya pedangnya
menyambar lewat tadi, tubuhnya telah melayang kembali
ke hadapan Cay soat.
Dalam pada itu, suasana di atas telaga tersebut hanya
diramaikan oleh suara jeritan ngeri yang memilukan hati
tadi, kecuali itu tak kedengaran sedikit suara pun.
Rupanya beratus ratus jago yang berada di atas puluhan
buah kapal perang itu telah dibikin tertegun saking
kagetnya.
Lelaki setengah umur berbaju kuning yang selama ini
berdiri di ujung perahu berpanji kuning tanpa menimbulkan
reaksipun, kini dibikin ketakutan sehingga sekujur
badannya gemetar keras. sepasang mata yang semula,
menyipit pun kini terbelalak lebar.
Hu-yong siancu juga berkerut kening sambil merasa
sangat keheranan, ia tak tahu apa sebabnya Siau cian
sampai melakukan pembunuhan tersebut? Padahal dia tahu
putrinya merupakan seorang gadis yang berperasaan sangat
halus.
Berbeda sekali dengan Lan See giok yang sedang
dipengaruhi oleh rasa dendam yang berkobar. dia
menganggap Ho hui him yang cabul dari jahat itu sudah
sepantasnya peroleh ganjaran yang setimpal.
http://kangzusi.com/
Suasana di sekitar situ menjadi sangat hening, tak
kedengaran sedikit suara pun.
Cay soat tak ingin ketinggalan, setelah melihat Siau cian
berhasil membantai Ho Hui him dalam satu gebrakan saja,
sekalipun dilakukan sambil menyerempet bahaya tapi hasil
yang diperoleh sungguh di luar dugaan.
Sebagai gadis yang mempunyai watak ingin menang,
sudah barang tentu ia tak mau berdiam diri saja.
Sambil menjejakkan kakinya dia melompat ke tengah
ge1adak. dengan pedang terlintang ditangan kanan. ia
menuding lelaki setengah umur berbaju kuning itu sambil
membentak.
"Aku lihat tampangmu mirip sekali dengan manusia
cecunguk, ayo kemari saja untuk menerima kematian pula!"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, Hu-yong siancu tak
sanggup menahan diri lagi, dia menggelengkan kepalanya
berulang kali sambil tertawa geli.
Sementara itu, lelaki setengah umur berbaju kuning itu
sudah dibuat ketakutan setengah mati, sorot wataknya.
Memancarkan sinar gelisah, pipinya kelihatan gemetar,
biarpun pandangannya tertuju ke arah Cay soat namun
mulutnya tetap membungkam dalamseribu bahasa.
Suasana gaduh dengan cepat meliputi segenap jago yang
berada di atas kapal-kapal perang, nampaknya semua orang
merasa tak puas atas jiwa kepengecutan lelaki tersebut.
Lelaki setengah umur itu sendiri meski mengerti bahwa
perbuatannya ini sangat memalukan, tapi setelah
menyaksikan mayat-mayat yang bergelimpangan di atas
geladak, tegakah dia untuk berbuat nekad?
http://kangzusi.com/
Bagaimanapun jua dia adalah seorang komandan dari
suatu pasukan besar, dalam hati kecilnya diapun ingin turun
ke arena sambil mendemonstrasikan kehebatannya, tapi ..
Ia pun sadar bahwa kepandaian silat yang dimiliki gadis
itu kelewat hebat, yang pasti bukan tandingannya, dalam
menghadapi masalah yang mempertaruhkan keselamatan
jiwanya ini, jelas dia tak ingin bertindak kelewat gegabah.
Dalam pada itu, Cay-soat semakin naik darah karena
tidak memperoleh tanggapan dari lawan, sekali lagi
hardiknya dengan penuh amarah yang meluap.
"Hei, aku suruh kau kemari untuk menerima kematian,
sudah kau dengar belum teriakanku ini?"
Sementara berbicara, pedangnya dialihkan ke tangan
kiri, sedang tangan kanannya diayunkan ke depan
melepaskan sebatang senjata garpu ke muka.
Sekilas cahaya tajam secepat sambaran petir langsung
menyerang tubuh lelaki setengah umur itu.
Semenjak tadi lelaki setengah umur itu memang sudah
mengawasi gerak gerik Cay soat tanpa berkedip, karena itu,
disaat cahaya tajam menyerang ke arahnya, cepat-cepat dia
berkelit pula ke samping ..
Akibatnya berapa puluh orang lelaki kekar yang berdiri
di belakangnya menjadi gaduh dan kalut.
Di mana cahaya tajam berkelebat lewat, berkumandang
jeritan kaget yang amat keras. Ternyata senjata garpu itu
sudah menembusi telinga seorang lelaki kekar lalu
meluncur ke muka dan akhirnya menancap di atas tiang
layar perahu.
http://kangzusi.com/
Pada saat inilah. dari telaga sebelah utara tiba-tiba
berkumandang datang suara genta yang dibunyikan bertalu
talu.
Begitu suara genta dibunyikan, serentak semua jago yang
berada di atas puluhan buah kapal perang itu
memperdengarkan tempik sorak yang gegap gempita.
Lelaki setengah umur itupun merasakan semangatnya
berkobar kembali, dia mulai menggosok kepalannya dan
sambil menggertak gigi siap melompat masuk ke arena.
Dengan cepat Lan See-giok berpaling ke depan, ia
saksikan sesudah perahu besar yang penuh dihiasi lentera
merah sedang bergerak mendekat, kapal ini berbeda sekali
dengan bentuk perahu lainnya, bahkan lebih mirip dengan
sebuah kapal perang milik kerajaan.
"Mungkin Toan-Ki tin yang datang" seru Hu-yong siancu
kemudian agak emosi.
Lan See-giok segera mengepal sepasang tinjunya yang
mulai berkeringat. dia ingin sekali kapal besar itu tiba
dihadapannya da1am waktu singkat.
Tapi tak selang berapa saat kemudian, pemuda itu sudah
mengeluh kembali dengan kecewa.
"Aaah, lagi-lagi bajingan tua Toan tak berada di atas
kapal itu .."
Ketajaman mata Hu-yong siancu sedikit di bawah Lan
See giok, maka ia baru bisa melihat dengan jelas orang yang
berada di atas perahu itu berapa saat kemudian, tiba-tiba
wajahnya berubah hebat setelah melihat jelas siapa
gerangan orang tersebut. hatinya menjadi amat pedih
sehingga sekujur tubuhnya gemetar keras.
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian dengan air mata bercucuran ia
berseru sambil menggertak gigi,
"Dia .. aah. rupanya dia .."
Dengan perasaan tertegun Lan See giok berpaling, tapi ia
segera dibikin terperanjat.
Paras muka bibinya telah berubah menjadi pucat pasi, air
mata membasahi pipinya, dengan perasaan terkejut ia lantas
berseru. . "Bibi."
Namun Hu-yong siancu seolah-olah tidak mendengar
lagi seruannya itu, ia masih saja mengawasi orang yang
berada di atas perahu bendera merah itu tanpa berkedip,
sedang mulutnya tetap berguman terus dengan suara
gemetar.
"..ternyata benar-benar bajingan cabul itu..Pek In hong.."
Waktu itu agaknya Cay-soat dan Siau cian juga telah
me1ihat keanehan perempuan tersebut, serentak mereka
melompat kembali ke sisinya dan mengawasi Hu-yong
siancu dengan perasaan penuh kekuatiran
Dengan cepat Lan See giok dapat menyimpulkan bahwa
orang yang berada di atas perahu berlentera merah itu
sudah pasti ada hubungannya dengan perubahan aneh bibi
nya, sebab itu dia mengawasi perahu tadi dengan lebih
seksama.
Setelah perahu itu semakin mendekat Cay soat dan Siaucian
dapat melihat dengan lebih jelas lagi, ternyata orang
yang berdiri di ujung geladak perahu itu adalah seorang
lelaki setengah umur yang berwajah tampan.
Orang itu mengenakan kopiah perak dengan jubah yang
amat halus, wajahnya tampan dan gagah, jenggot hitam
http://kangzusi.com/
menghiasi sepanjang dada, sebilah pedang tersoren di
pinggangnya.
Satu satunya kejelekan yang dimiliki orang itu adalah
kulit wajahnya yang pucat tanpa warna darah sehingga ia
kelihatan kurang sreg dihati.
Hanya di dalam sekilas pandangan saja, Siau cian dan
Cay-soat sudah menduga bahwa orang ini pastilah seorang
manusia bergajul yang paling cabul dan paling berbahaya.
Akhirnya kapal berlentera merah itu berhenti, lelaki
berbaju perlente itu memandang sekejap mayat-mayat yang
tergeletak di atas geladak dengan penuh amarah, kemudian
berpaling kearah lelaki setengah umur tadi dan agaknya
sedang mengumpatnya.
Lan See giok menggunakan kesempatan itu segera
berbisik kepada Hu-yong siancu:
"Bibi, kalau toh orang itu sangat jahat. biar Giok ji ke
situ untuk membekuknya kemudian biar bibi yang
menjatuhi hukuman kepadanya .. ..
Belum selesai ia berkata, Cay-soat telah menimbrung
pula.
"Biar aku saja yang pergi membekuknya.. "
"Jangan" Hu-yong siancu segera mencegah, bajingan ini
mempunyai dosa yang amat besar dia telah menghancurkan
kebahagian hidupku yang terindah, aku bersumpah hendak
mencincang tubuh bajingan ini sampai hancur lumat,
dengan begitu dendamku baru dapat terlampiaskan . ."
Selesai berkata ia menyeka air matanya, kemudian
dengan jurus burung hong hinggap diranting, ia meluncur
ke arah perahu tersebut.
http://kangzusi.com/
Lan See giok, Siau cian dan Cay soat tak berani
membangkang perintah Hu-yong siancu, karenanya mereka
bertiga hanya bisa berdiri di tempat sambil bersiap dalam
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Dengan langkah yang ringan Hu-yong siancu turun di
depan lelaki tadi, setelah meloloskan pedang Hu-yong
kiam, dia menuding lelaki berbaju perlente sambil
membentak.
”PEK IN-HONG, bajingan cabul yang tak tahu malu,
ayo cepat menerima kematianmu aku Han Sin-wan sudah
sembilan belas tahun menantikan kesempatan seperti hari
ini untuk membunuhmu, sungguh tak nyana Thian telah
mengabulkan keinginanku ini dengan membiarkan kita
bersua di sini, bajingan terkutuk, cepat serahkan jiwa
anjingmu!"
Mula-mula lelaki berbaju perlente itu nampak tertegun,
tapi setelah melihat jelas paras muka lawannya, air
mukanya kontan beruban.
Tapi hanya sebentar saja, dengan cepat ia berhasil
menguasai kembali perasaannya bahkan tertawa terbahak.
bahak.
"Haaahhh.. haaahhh. haaahhh.. kukira siapa yang begitu
berani mendatangi kami dengan sebuah sampan kecil, Eeeh
tak tahu nya adalah perempuan paling cantik dari dunia
persilatan, Hu-yong siancu Han- Sin -wan yang terkenal
dimasa lalu!"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, seruan kaget kembali
berkumandang dari atas kapal-kapal perang itu, beratus
pasang sinar mata pun serentak dialihkan bersama ke wajah
Hu-yong siancu.
http://kangzusi.com/
Sinar mata itu penuh diliputi perasaan bimbang den
tercengang, seandainya perkataan ini bukan diucapkan oleh
tongcu bagian hukuman perkumpulan mereka sendiri
niscaya tak ada yang percaya kalau nyonya muda yang
cantik jelita itu tak lain adalah Hu-yong siancu yang sudah
mulai tersohor semenjak dua puluhan tahun berselang.
Dengan sorot mata berkilat bagaikan sinar pedang, sekali
lagi Hu-yong siancu membentak keras.
"Bajingan tengik yang tak tahu malu, tak usah banyak
berbicara lagi, segera kau serahkan jiwa anjingmu!"
Biarpun tenang di luar, sesungguhnya Pek In hong ngeri
di dalam hati, biar begitu ia toh memaksakan diri juga
untuk tertawa terbahak bahak sambil mengejek.
"Han Sin Wan kau jangan lupa, tempo hari aku Pek In
hong Cuma datang terlambat selangkah ketimbang Ciu Ki
san, kalau tidak saat inipun kita sama saja merupakan
sepasang suami istri yang berbahagia-haaahhh- haaahhh”
Merah padam selembar wajah Hu-yong siancu, saking
gusarnya dia segera membentak keras.
"Bajingan tengik yang tak tahu malu, serahkan jiwa
badakmu!"
Lan See giok turut merasa naik darah karena kecabulan
musuhnya itu, diam-diam ia menghimpun tenaga dalamnya
ke dalam tangan kanan dan siap melepaskan sebuah
sentilan maut- -
Untung Siau cian bermata jeli, dengan cepat dia
cengkeram lengan kanan pemuda itu sambil mencegah.
"Bila kau berbuat begini, betul Pek In hong bakal
mampus, tapi belum bisa menebus semua dosanya, biarlah
http://kangzusi.com/
ibuku yang menjagal bajingan keparat ini sehingga ibu tak
akan menyesal lagi di kemudian hari"
Lan See giok segera menyadari kesalahannya, hingga dia
mengangguk berulang kali.
Menggunakan kesempatan tersebut bisiknya kepada
nona itu.
"Enci Cian, siapa sih Ciu Ki san yang di maksudkan oleh
Pek In hong itu . . . ?"
"Dia adalah ayahku . , ." sahut Siau cian sedih.
Mendadak dari atas perahu sebelah depan kedengaran
Hu-yong siancu membentak lagi.
"Pek In hong, kejahatanmu sudah bertumpuk-tumpuk,
lebih baik serahkan saja batok kepala anjingmu. dari pada
membiarkan orang lain yang tak bersalah menjadi setan
pengganti nyawamu".
Tatkala semua orang berpaling lagi ke muka, terlihat Pek
In hong sedang memberi perintah kepada lelaki setengah
umur berbaju kuning itu agar turun lebih dulu ke arena
untuk bertarung melawan Hu-yong siancu.
Lelaki setengah umur berbaju kuning itu tak berani
melanggar perintah dari Pek In hong. meski ia tahu berbuat
demikian sama artinya dengan mencari kematian. toh mau
tak mau terpaksa ia mesti maju juga ke dalam arena.
Cay soat tidak ambil diam, sudah lama ia menunggu
kesempatan untuk mendemonstrasikan kebolehannya,
serentak bentaknya keras.
"Bibi. silahkan mundur, biar Soat ji yang menghabisi
nyawa bajingan ini!"
Sambil berkata tubuhnya sudah melejit setinggi beberapa
kaki dan langsung menerjang ke muka.
http://kangzusi.com/
Sebenarnya tujuan Pek In hong memerintahkan si setan
gantung kuning Ciang In sian maju ke arena adalah
mencoba dulu kemampuan yang dimiliki Hu-yong siancu,
dengan mengetahui data kemampuan lawan niscaya ia bisa
membuat perhitungan dalam pertarungannya nanti.
Siapa tahu seorang gadis berbaju merah telah
menghadang niatnya itu, hal tersebut membuatnya
mendongkol sekali.
Sementara itu Cay soat sudah mencapai ke tengah arena
persis disaat musuhnya si setan gantung kuning baru
mencapai arena kontan saja ia membentak sambil
menerjang ke depan, pedang Jit hoa kiam nya langsung
ditusukkan ke dada lawan.
Setan gantung kuning cukup licik dan jahat, tapi ia tak
menyangka kalau gadis itu akan menusuknya sebelum dia
berhasil berdiri tegak, dalam keadaan begini, ia menjadi
nekad.
Sambil membentak keras cambuk berantainya membuat
satu lingkaran bunga untuk melindungi badan, kemudian
tubuh berikut senjata bersama - sama menggulung nona
tersebut.
Pertarungan macam ini pada hakekatnya merupakan
suatu pertarungan beradu jiwa melihat hal ini Hu-yong
siancu segera menjerit kaget.
"Hati- hati anak soat!"
Pek In-hong sendiri malah segera mengejek sambil
tertawa terbahak bahak.
”Haaahhh..Haaahhh.haaahhh Ciang In-sian, dalam
keadaan seperti ini pun kau masih ditemani mati oleh
seorang gadis yang begitu cantik, aku lihat kau sudah
sepantasnya merasa puas."
http://kangzusi.com/
Kemudian sekali lagi ia tertawa terbahak bahak.
Agaknya Cay soat hendak meniru cara Siau cian tadi
yang mana mencari kemenangan dengan menyerempet
bahaya.
Tiba-tiba nona itu membentak keras. tubuhnya melejit
setinggi satu kaki pinggangnya berputar dan kakinya
berubah jadi di atas, sementara hawa murninya disalurkan
ke dalam tubuh pedang.
Cahaya tajam segera memancar berapa depa lebih
panjang dari pedang Jit boa kiam itu sendiri,
"Bajingan tengik. serahkan nyawamu .." bentaknya lagi
dengan suara keras.
Pedangnya secepat kilat meluncur ke bawah menembusi
bayangan, cambuk lawan yang membukit.
Percikan bunga api segera memancar ke empat penjuru
menyusul bergemanya suara dentingan keras, jeritan ngeri
yang menyayatkan hati bergema pula menyusul kemudian
darah memercik ke empat penjuru.
Batok kepala si setan gantung kuning telah tersambar
pedang lawan sehingga terlepas dari tubuhnya dan
menggelinding sejauh berapa kaki, tak ampun habis sudah
riwayat si setan gantung kuning.
Cay soat gembira sekali atas keberhasilan serangannya
itu. menggunakan kesempatan disaat tenaga murninya
belum habis, dia berputar satu lingkaran di tengah udara
lalu melayang kembali ke samping bibinya .
Kini, Pek In hong berdiri tertegun, begitu pula dengan
segenap jago yang berada di puluhan buah kapal perang itu.
Di tengah keheningan yang kemudian mencekam
seluruh jagad. tiba-tiba Hu-yong siancu membentak lagi.
http://kangzusi.com/
"Bajingan cabul nyawamu begitu kecil, jiwamu begitu
pengecut, tidakkah kau kuatir ditertawakan oleh semua
anak buahmu?"
Di hari-hari biasa Pek In hong selalu di sanjung dan
dihormati orang sebagai pemimpin yang disegani. tak heran
kalau ejekan mana sangat menyakitkan hatinya.
Keningnya kontan saja berkerut, lalu dengan penuh
amarah bentaknya keras- keras
"Budak rendah Han Sin wan, kau anggap aku Pak In
hong benar-benar takut kepadamu? Berulang kali kau
memanasi hatiku, kau anggap aku tak bisa melupakan
hubungan mesra kita dimasa lampau."
Perkataan ini semakin membuat gusarnya Hu-yong
siancu. sekujur tubuhnya sampai gemetar keras karena
marahnya, ia menghardik keras:
"Tutup bacotmu yang bau, bajingan tengik”
Semakin marah Hu-yong siancu, semakin gembira Pek in
hong, kembali ia mendongak kan kepala sambil tertawa
terbahak-bahak:
"Haaahhh. haaahhh- haaahhh. Han Sin wan apabila aku
takut kepadamu, sejak tadi sudah kabur dengan
menceburkan diri ke dalam air, biarpun kau akan maju
bersama sama kedua orang gadis berbaju merah itu, aku
Pak Im hong tak bakal menjadi jeri."
Hu-yong siancu sangat membenci kepada Pak Im hong,
dia tak berani mendekatinya, maka kepada Si Cay soat yang
berada di sisinya dia berseru cemas:
"Soat-ji, mundurlah kau dari sini!"
Merasa dipanggil sebagai "Soat-ji" Si Cay soat menjadi
girang setengah mati, karena nya satu ingatan segera
http://kangzusi.com/
melintas di dalam benaknya, dia kuatir Hu-yong siancu
yang gusar kelewat batas malah kurang waspada dalam
pertarungan nanti, maka dengan penuh rasa kuatir bisiknya:
"Bibi. kau harus berhati , hati, jangan sampai terkena
tipu muslihat bajingan tersebut!"
Selesai berkata dia baru melompat kembali ke sisi tubuh
See giok dan Siau cian.
Melihat Si Cay soat sudah mengundurkan diri. Hu-yong
siancu baru berteriak lagi dengan suara keras.
"Kini nona Si sudah mengundurkan diri, bajingan tengik,
apa lagi yang hendak kau katakan sekarang?”
Ketika Pek Im hong melihat Si Cay soat telah kembali ke
perahu besar, dia menjadi lebih lega, sambil mendongakkan
kepala nya dan tertawa terbahak bahak serunya.
"Budak sialan, berdiri yang baik, aku orang she Pek
segera datang !"
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu. tubuhnya
segera melejit ke tengah udara, diantara ujung baju yang
berkibar terhembus angin, dengan jurus "naga perak masuk
samudra" ia melayang turun di atas geladak perahu itu.
Tempik sorak yang gegap gempita kembali
berkumandang dari puluhan perahu besar yang mengelilingi
tempat itu.
Setelah berdiri tegak di geladak, Pek Im hong pun
meloloskan sebilah pedang dari pinggangnya, kemudian
sambil menengok ke arah Hu-yong siancu yang bermuka
hijau membesi, dia berseru sambil tertawa seram.
"Aku tahu, Pedang Hu-yong merupakan sebilah pedang
mestika yang tajamsekali, tapi pedangku ini, tak akan kalah
tajamnya daripada pedangmu!"
http://kangzusi.com/
Dalam keadaan begini, kalau bisa Hu-yong siancu ingin
mengayunkan pedangnya dan membacok bajingan itu
sampai mampus, maka tanpa berpikir panjang dia
menyahut.
"Aku bertekad tak akan menggunakan pedangku ini
untuk mengutungi senjatamu!"
Pek Im hong berlagak seperti tidak percaya. sambil
tertawa tergelak kembali jengeknya. "Bagaimana kalau
pedangku terpapas kutung oleh senjatamu itu ..?"
"Aku Han Sin wan tentu akan menggorok leherku
sendiri." jawab. Hu-yong siancu dengan alis mata
berkernyit.
Lan See giok yang ikut mendengarkan pembicaraan
tersebut, kontan saja mendepak depakkan kakinya berulang
kali seraya berseru:
"Aai. bibi terjebak juga oleh perangkap licik bajingan
tengik itu, dengan demikian biarpun bibi mempunyai
pedang yang tajam, ia malah dibatasi sekali ruang
geraknya!"
Belum habis dia berguman. Pek Im hong dengan kening
berkerut telah berteriak gembira, pedangnya segera diayun
sambil tubuhnya menubruk ke muka. dengan jurus
"menguakkan rumput mencari ular" dia babat pinggang Huyong-
siancu
Melihat kejadian ini, Hu-yong siancu baru tahu bahwa
dirinya tertipu. andaikata ia tidak terlanjur mengucapkan
kata - kata tadi, niscaya dia mampu mendesak mundur
pedang bajingan tersebut dengan jurus "jarum emas
penenang samudra" kemudian dengan melepaskan serangan
"Ular putih memperlihatkan lidah", ia akan bisa
menyelesaikan nyawa si bajingan tersebut.
http://kangzusi.com/
Kini sambil membentak keras terpaksa ia mesti
menyingkir ke samping, kemudian dengan jurus
"Menyingkap liu memetik bunga" menutuk wajah musuh,
Pek Im-hong amat gembira melihat kejadian ini, biarpun
sudah banyak tahun ia tak bersua dengan musuhnya ini,
ternyata kepesatan ilmu pedang yang dicapai perempuan itu
belum mencapai apa yang dibayangkan semula.
Berpendapat begini semangatnya. segera berkobar, secara
beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai.
Hu-yong siancu sendiri tetap tidak memandang sebelah
matapun terhadap musuhnya, kendatipun ruang geraknya
sudah di batasi sekali, dia membentak keras kemudian
berkelit ke samping, setelah itu serangkaian serangan gencar
mendesak Pak Im-hong harus mundur ke belakang.
Pada saat itulah ..
Serentetan suara tambur yang keras berkumandang
datang dari arah utara, suaranya keras dan sangat
memekikkan telinga.
Menyusul suara tambur tersebut, seluruh permukaan
telaga diramaikan oleh suara teriakan yang begitu keras
hingga membumbung ke angkasa.
Lan See giok, Si Cay soat dan siau Cian serentak
berpaling, ternyata di luar kepungan puluhan perahu itu
kembali muncul puluhan buah perahu besar lagi.
Sedangkan suara tambur yang keras berasal dari atas
sebuah perahu besar, dimana suasana terang benderang
bermandikan cahaya, dari jauh memandang perahu itu
nampak sangat megah dan mewah, persis seperti perahu
seorang pembesar.
http://kangzusi.com/
Berkilat sepasang mata Lan See giok, sebab melihat
perahu itu, hatinya berdebar dan bibirnya terkatup kencang,
dia yakin musuh besar pembunuh ayahnya Toan Ki tin
pasti akan munculkan diri-
Sementara itu dipihak lain Pek-Im-hong sedang
membentak keras sambil melompat mundur dari arena
pertarungan, kemudian teriaknya lantang.
"Pemimpin kami telah datang, jika ada urusan boleh
dibicarakan langsung dengan pemimpin kami"
”Kedatanganku malam ini adalah untuk mencarimu,
urusan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan
Toan Ki-tin!" jawab Hu-yong siancu amat gusar.
Mendengar jawaban ini Pak Im-hong terkesiap, ia sudah
semakin merasa kalau permainan pedang Hu-yong siancu
makin lama semakin bertambah hebat, biarpun cuma tiga
jurus serangan namun mampu mendesak nya sampai
kalang kabut, ia sadar bila pertarungan ini berlangsung lebih
lanjut niscaya selembar jiwanya akan terancam bahaya
maut.".
Mendengar kalau kehadiran, pemimpin mereka sama
sekali tak ada hubungan nya dengan Hu-yong siancu,
bajingan ini menjadi semakin ketakutan, tanpa terasa dia
melirik sekejap ke arah permukaan air yang berada di
belakang perahu.
Melihat sikap lawan, sambil tertawa dingin Hu-yong
siancu segera mengejek:
"Pek In hong, apakah kau ingin melangsungkan
pertarungan di dalam air?"
Pak Im-hong cukup mengerti, sepasang pahlawan dalam
air yang selama ini merajai dua telaga pun masih bukan
tandingan Hu-yong siancu di air, maka jika dia berharap
http://kangzusi.com/
dapat meraih kemenangan dalam air, tindakan mana tak
lebih hanya tindakan untuk mencari kematian bagi diri
sendiri.
Maka dia pun melirik sekejap kearah perahu mewah
yang bergerak semakin mendekat itu, tiba-tiba ia menjadi
nekad dan memutuskan untuk beradu jiwa saja, siapa tahu
dengan perbuatan nekadnya ini, jiwanya bisa diperpanjang
hingga tibanya pemimpin mereka?
Berpikir sampai di situ, diapun membentak keras sambil
menerjang lagi kearah Hu-yong siancu, pergelangan tangan
kanannya di putar kencang, secara beruntun dia lancarkan
tiga buah serangan yang mengancam alis mata, lutut dan
pusar lawan.
Menjumpai musuhnya sudah menyerang secara nekad.
Hu-yong siancu kuatir kehadiran Toan Ki tin nanti malah
akan mengganggu pertarungannya maka satu ingatan
melintas pula di dalam benaknya.
Diiringi suara bentakan nyaring, tubuh nya berputar
secepat kilat lalu maju ke muka bagaikan segulung asap,
dalam berapa kali kelebatan saja pedangnya memancarkan
cahaya tajam yang berkilauan bagaikan seekor naga sakti
langsung menggulung ke tubuh Pek In-hong,
Terkesiap sekali Pek In-hong menghadapi serangan
tersebut, saking kagetnya ia sampai berteriak-teriak keras,
pedangnya di putar semrawut untuk menyelamatkan diri, ia
berharap pedang itu dapat dikutungi oleh musuh, dengan
begini ia pasti punya alasan untuk mendesak Hu-yong
siancu agar bunuh diri.
Berhasil dengan serangannya. Hu-yong siancu mendesak
lebih jauh, tiba-tiba permainan pedangnya berubah,
diantara kilatan cahaya pedang yang menyilaukan mata,
secepat kilat ia melepaskan serangkaian serangan berantai.
http://kangzusi.com/
Pada saat itu pula dari atas perahu mewah kedengaran
seseorang berteriak keras dengan penuh rasa kuatir,
"Han lihiap, harap tahan!"
Sayang sekali keadaan sudah terlambat.
Batok kepala Pek In hong tahu-tahu sudah mencelat ke
tengah udara termakan oleh serangkaian serangan berantai
Hu-yong siancu yang gencar dan dahsyat itu.
Sedangkan mayat Pek In hong yang tanpa kepala itu
sempat berputar putar berapa kali sebelum akhirnya roboh,
terjengkang ke atas geladak dengan darah segar menyembur
ke luar seperti pancuran.
Lan See giok tertegun. dia tak menyangka kalau bibinya
dapat mempergunakan jurus ”guntur langit meledak hebat"
dari ilmu pedang Tong-sim kiam hoat untuk menghabisi
nyawa Pek In hong.
Tapi teriakan keras yang penuh kegelisahan tadi sempat
menarik perhatiannya, suara tersebut sangat dikenal
olehnya hingga tanpa terasa gemetar keras sekujur
tubuhnya.
Sewaktu ia berpaling, tampak di atas perahu mewah itu
telah berdiri berbagai ragam manusia, seorang diantaranya
berdiri di ujung geladak dengan wajah penuh kekuatiran .,
Orang itu berambut sepanjang bahu, berjubah hitam dan
wajah penuh codet, dua biji taringnya menonjol amat
menyolok, matanya tunggal dan wajahnya bengis, ternyata
orang itu bukan lain adalah Lim- To pacu Toan Ki tin dari
telaga Tong ting.
Tampaknya Toan Ki tin di buat tertegun oleh gerak
serangan pedang Hu-yong siancu yang lihay sewaktu
http://kangzusi.com/
menghabisi nyawa Pak Im hong tadi, untuk sesaat dia
terbungkamdalam seribu bahasa.
Bertemu dengan musuh besarnya, Lan See giok tak
sanggup mengendalikan emosinya, tapi dengan wajah
diliputi hawa napsu membunuh dia membentak keras-keras:
"Bajingan tua, kembalikan selembar jiwa ayahku “ .
Ditengah bentakan. tubuhnya melejit ke tengah udara
dan langsung melayang ke perahu lawan.
Siau cian dan Cay soat tahu, kalau musuh besar
pembunuh ayah See giok telah datang, sambil membentak
keras, mereka meloloskan pedang sambil menyusul di
belakang Lan See giok.
Hu-yong siancu kuatir Lan See giok dikecohi musuhnya,
terutama sekali jarak antara perahu besar Toan Ki tin
dengan perahu dimana mereka berada masih amat jauh,
maka cegahnya keras-keras.
"Anak Giok jangan.."
Tapi keadaan Lan See giok waktu itu sudah mendekati
kalap. Dengan sorot mata yang tajam seperti sembilu dia
awasi Toan Ki tin tanpa berkedip. walaupun tubuhnya
sedang melewati sisi bibinya, namun tak terdengar olehnya
teriakan dari bibinya itu.
Setelah sampai di ujung perahu, dia segera menerjang ke
atas perahu mewah tadi
Hu-yong siancu tahu, amarah Lan See giok telah
mencapai pada puncaknya dan tak mungkin dapat dicegah
lagi., dengan pedangHu-yong masih terhunus, dia memberi
tanda kepada Cay soat dan Siau cian yang masih ragu,
kemudian ia melayang ke arah perahu mewah tersebut
menyusul sang pemuda.
http://kangzusi.com/
Sementara itu suasana di atas perahu mewah itu sudah
berubah menjadi sangat kacau, puluhan komandan atau
hiangcu bersama sama membentak, mereka bersama sama
meloloskan senjata untuk menghalangi usaha See giok naik
ke atas perahu mereka.
Kilauan senjata yang gegap gempita dengan segera
memancar di seluruh angkasa, suasana yang mencekam
sekitar situ pun kian lama kian bertambah tegang.
bila See giok ingin naik ke atas perahu keraton yang
ditumpangi Toan Ki tin, maka dia harus melewati perahu
besar berlentera merah lebih dulu.
Waktu itu tubuhnya masih berada di udara melihat
ujung geladak sudah di depan mata, pemuda itu
membentak keras, ujung baju kanannya segera dikebutkan
ke depan dan melepaskan segulung angin pukulan yang
maha dahsyat.
Segera benturan yang amat keras bergema memecahkan
keheningan, disusul berkumandangnya beberapa kali jeritan
ngeri. diantara bayangan manusia yang berpencaran, empat
lelaki kekar yang berada dipaling muka telah terpental
sejauh tujuh delapan langkah dan roboh terjengkang ke atas
tanah.
See giok segera menjejakkan kakinya di ujung geladak.
menyusul kemudian dalam sekali lompatan ia sudah
menyerbu ke arah buritan kapal.
Kawanan jago lihay yang berada di perahu berpanji
kuning dan perahu berlentera merah itu menjadi termangu
saking kagetnya, semua orang hanya berdiri mematung di
posisi semula tanpa mengetahui apa yang harus diperbuat.
http://kangzusi.com/
Bentakan nyaring kembali bergema di ang-kasa, Hu-yong
siancu, Cay soat dan Siau cian bersama sama menyerbu
pula ke atas perahu berlentera merah itu.
Suasana di atas geladak semakin bertambah kalut,
jeritan-jeritan kaget bergema di sana sini, kawanan jago
yang sudah pecah nyali dan ketakutan itu bersama sama
terjun ke dalam telaga, suasana bertambah kalut percikan
air menghambur pula kemana- mana.
Dalam keadaan begini Hu-yong siancu tak ingin melukai
orang yang tak berdosa, terburu buru dia menyusul ke
belakang See-giok.
Dalam pada itu, Toan Ki-tin sedang di bikin bingung dan
tak tahu apa gerangan yang telah terjadi, dikala ia jumpai
ada seorang pemuda berbaju biru menyerbu datang seperti
orang kalap sambil mengumpat "Bajingan tua" kepadanya.
apalagi setelah menjumpai tiga orang perempuan menyusul
di belakangnya, dia semakin tidak mengerti.
Kepada seorang kakek berusia lima puluh tahunan yang
berdiri di belakangnya, ia pun bertanya dengan keheranan:.
"Adakah diantara kalian yang kenal dengan pemuda
yang berbaju biru itu ."
Dengan bingung dan tidak mengerti, ketiga kakek
berpakaian ringkas itu menggelengkan kepalanya berulang
kali.
Mendadak Toan Ki-tin melototkan mata tunggalnya.
kemudian kepada ke empat lelaki kekar berbaju hitam yang
berdiri di kiri kanannya ia membentak.
"Cepat kalian bekuk pemuda tersebut!"
http://kangzusi.com/
Ke empat lelaki kekar itu mengiakan bersama, kemudian
serentak melompat ke atas perahu berlentera merah itu dan
menyongsong kedatangan See-giok.
Amarah yang berkobar di dalam dada See giok telah
membuat si anak muda itu dicekam oleh hawa napsu
membunuh yang membara, melihat datangnya ke empat
lelaki bengis yang menerjangnya, dengan suara
menggeledek ia segera membentak.
"Minggir kalian.",
Dalam bentakan mana, ke empat lelaki bengis itu sudah
menerjang tiba, masing-masing mengayunkan kepalannya
menghajar tubuh anak muda tersebut.
Napsu membunuh yang berkobar di dada See giok
semakin membara setelah melihat hal ini, dia berkelit
dengan cekatan, lalu sepasang tangannya diayunkan
berulang kali melepaskan empat buah serangan berantai.
Dimana bayangan tangannya berkelebat, empat jeritan
ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan
keheningan. ke empat lelaki tersebut telah terhajar hancur
batok kepalanya dan roboh binasa.
Pada saat itu pula, dari buritan kapal telah bergema
datang suara bentakan gusar yang amat keras, tiga orang
kakek berpakaian ringkas itu secara beruntun telah
menerjang tiba.
See giok segera mendongakkan kepala nya sambil
tertawa seram, teriaknya keras-keras.
"Jika toh kalian pingin mampus. jangan salahkan kalau
aku berhati keji- lagi!
Sepasang lengannya diputar lalu menolak bersama ke
arah depanhttp://
kangzusi.com/
Segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat, diiringi
suara desingan yang amat tajam langsung menghajar ke tiga
orang kakek berpakaian ringkas yang mendekat itu,
"Blaaammmm -.!"
Suatu ledakan keras bergema, memecahkan keheningan,
debu dan hancuran kayu beterbangan ke empat penjuru,
tampak tiga sosok bayangan manusia diiringi tiga kali jerit
kesakitan, tahu-tahu sudah terpental jatuh ke dalam telaga.
Keadaan Lan See giok waktu itu tak ubahnya seperti
orang kalap. tubuhnya melejit ke udara dan menyerbu lebih
ke muka, bentaknya keras-keras.
"Bajingan tua, serahkan nyawamu!"
Dia langsung menerjang ke arah perahu, besar dimana
Toan Ki tin berada.
Tak terkirakan rasa marah dan dendam Toan Ki tin
menyaksikan ulah si anak muda itu, berkilat sorot mata
yang terpancar dari balik mata tunggalnya, sambil
mengawasi Lan See giok yang meluncur tiba, ia tertawa
seram tiada hentinya, sembilan butir paku penyesak hati
yang teramat beracun segera dikeluarkan dan siap
dibidikkan ke arah lawan.
-ooo0dw0ooo-
BAB 27
HU-YONG SIANCU dapat menyaksikan kejadian
tersebut dengan sangat jelas, ia cukup mengetahui akan
kelihaian paku penyesak hati dari Toan Ki tin tersebut,
tanpa sadar teriaknya kaget.
"Anak Giok, hati-hati dengan senjata rahasia!"
http://kangzusi.com/
Dalam teriakan tersebut, dia bersama Siau cian dan Cay
soat telah memutar pedang masing-masing menciptakan
selapis kabut cahaya di depan mata, lalu menyusul di
belakang Lan See giok menerjang ke atas perahu bermodel
keraton itu.
Keadaan Lan See giok selama ini tak ubahnya seperti
orang kalap, hawa sakti Hud-kong sinkang telah
dipancarkan menyelimuti seluruh badan, hasratnya
sekarang hanya satu yakin membunuh Toan Ki tin dalam
sekali pukulan, bahkan terhadap peringatan dari Hu-yong
siancu pun seolah-olah sudah tidak terdengar lagi.
Tubuhnya bagaikan sambaran petir meluncur ke bawah
terus dengan cepatnya.
Sekarang, Toan Ki tin baru mengerti apa gerangan yang
telah terjadi, namun dia tetap tidak paham, mengapa
pemuda berbaju biru itu hendak beradu jiwa dengannya?
Melihat Lan See giok menyerang ke arah-nya secepat
petir, sekali lagi ia tertawa dingin, sambil membentak keras,
ke tiga batang paku penyumbat hati yang telah dipersiapkan
itu segera dibidikkan ke wajah Lan See giok.
Biarpun Toan Ki tin sendiri diliputi oleh kobaran
amarah, namun berhubung di belakang Lan See giok
mengikuti Hu-yong siancu maka timbul pula perasaan
segan dan jeri dihati kecilnya.
Alhasil dia tak berani melepaskan serangan mematikan
ke tubuh Lan See giok, biar pun ke tiga paku penyumbat
hati itu dibidikkan secepat kilat, namun sasarannya bukan
ubun-ubun lawan.
Dalam pada itu, Lan See giok tidak menyangka kalau
Toan Ki tin bakal membidikkan senjata rahasia ke arahnya,
http://kangzusi.com/
dalam kejutnya, tiga titik bayangan hitam telah mendekati
kepalanya dengan disertai desingan angin tajam.
Dalam gugup dan gelisahnya, ia segera membentak
keras, secepat kilat tangan kanannya dikebaskan ke depan,
serta merta ke tiga titik bayangan hitam itu sudah di hajar
hingga terpental ke tengah udara.,.:.,
Tapi dengan demikian, hawa murninya jadi membuyar,
tubuhnya otomatis terperosok ke bawah dan meluncur ke
arah telaga . . . .
Menyaksikan kejadian ini, Toan Ki tin segera tertawa
terbahak - bahak sambil berseru:
"Bocah yang tak tahu diri, tanpa sebab tanpa musabab
berani amat kau menyerang aku . . . ”
Belum selesai perkataan itu diucapkan. angin tajam
melesat lewat, diantara kilatan cahaya pedang. Hu-yong
siancu. Si Cay soat serta Ciu Siau cian telah mendarat pula
di atas perahu tersebut.
Dalam saat yang bersamaan, Lan See -giok yang
terperosok kearah telaga itu sudah membentak keras,
sepasang ujung bajunya bersama sama dihantamkan ke
arah permukaan telaga . . .
”Blaaammmm . . "
Percikan bunga air memancar setinggi berapa kaki dari
permukaan telaga, memanfaatkan tenaga pantulan yang
dihasilkan atas pukulan ini, Lan See giok melejit kembali ke
udara dan hampir bersamaan waktunya dengan kehadiran
Hu-yong siancu bertiga. ia mendarat pula di atas perahu.
Toan Ki tin menjadi amat terperanjat sambil
membentak, cepat-cepat dia mengayunkan telapak
tangannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang sementara itu belum sempat berdiri
tegak.
Waktu itu Lan See giok telah menghimpun segenap
tenaga sinkangnya mengelilingi seluruh badan, tenaga
pukulan juga telah dipersiapkan dalam telapak tangan
kanan.
Belum lagi tubuhnya berdiri tegak, ia sudah merasakan
datangnya serangan musuh yang semakin mendekat. maka
dalam kerepotan ia membentak seraya melontarkan tangan
kanannya ke muka..
Segulung angin pukulan yang dahsyat dengan disertai
desingan angin yang memekikkan telinga langsung
membendung datangnya serangan dahsyat dari Toan Ki tin
yang disertai tenaga pukulan sebesar puluhan tahun hasil
latihan itu.
"Blaammm.::"
Sekali lagi terdengar suara ledakan keras yang
memekikkan telinga, angin puyuh memancar ke empat
penjuru, perahu bergoncang keras, seluruh lentera pun
padam semua di buatnya.
Secara beruntun Toan Ki tin mundur beberapa langkah,
wajahnya yang jelek berubah menjadi pucat pias seperti
mayat.
Sepasang tangannya menekan dada sambil menahan
penderitaan yang hebat, keadaannya nampak dicekam
kesakitan.
Berhubung serangan dilancarkan secara terburu buru.
Lan See giok tidak dapat melancarkan serangan dengan
sepenuh tenaga, akibatnya ia tergetar pula sampai tubuhnya
gontai dan nyaris terjatuh ke dalam air.
http://kangzusi.com/
Bayangan manusia tiba-tiba berkelebat lewat. Siau cian
dan Cay soat menerjang ke muka untuk membimbing si
anak muda tersebut-
Disaat mereka sedang menahan tubuh Lan See giok,
Toan Ki tin juga tak mampu menahan diri lagi sehingga
tubuhnya roboh terduduk di atas lantai geladak. bahkan
sempat muntah darah segar.
Waktu itu, suasana di sekeliling telaga dicekam
keheningan yang luar biasa, hampir semua orang yang
berada di perahu-perahu perang itu berdiri tertegun karena
kaget dan termangu oleh peristiwa tersebut.
Hu-yong siancu dengan pedang terhunus sedang bersiap
siap menegur Toan Ki tin.
Ketika secara tiba-tiba Lan See giok yang baru saja dapat
berdiri tegak telah membentak nyaring.
"Bajingan tua, serahkan nyawamu . . "
Dalam bentakan tersebut, tubuhnya menerjang tiba, tibatiba
telapak tangan kanannya diayunkan ke depan
membacok ubun-ubun Toan Ki tin . . . .
Saat itu. Toan Ki tin sudah luka parah, isi perutnya telah
goncang dan kehilangan kekuatan untuk menghindar,
menghadapi ancaman demikian, dia hanya bisa
memejamkan matanya menunggu saat kematian tiba.
Pada saat inilah .
Sesosok bayangan ungu berkelebat lewat, Hu-yong
siancu telah meluncur ke muka sambil membentak keras,
secepat kilat dia cengkeram pergelangan tangan Lan See
giok yang sedang melepaskan bacokan itu.
Mimpi pun Lan See giok tidak menyangka kalau orang
yang menghalangi usahanya membunuh Toan Ki tin adalah
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu, dalam keadaan tanpa persiapan
pergelangan tangan kanannya segera kena di cengkeram.
Peristiwa ini kontan membuat anak muda tersebut
berdiri tertegun.
Siau cian serta Cay soat juga dibikin tertegun oleh
kejadian tersebut.
Untuk sesaat suasana yang semula dicekam keheningan.
kini diledakkan kembali oleh teriakan-teriakan yang keras di
seluruh kapal perang yang mengepung di sekitar telaga,
bersama sama bergerak mendekat..
Hu-yong siancu takut terjadi kesalahan paham, atas diri
Lan See-giok. dengan cepat dia melepaskan
cengkeramannya kemudian bertanya dengan wajah serius.
"Anak Giok, apakah kau tidak merasa kelewat gegabah
dengan membacok mati Toan Ki tin dengan begitu saja?"
Lan See giok terkesiap, teringat kematian ayahnya masih
menyangkut pula keterlibatan Oh Tin san dan Makhluk
bertanduk tunggal yang hingga kini masih merupakan
sebuah teka teki besar, untuk sesaat dia menjadi
terbungkamden tak mampu menjawab.
Hu-yong siancu segera memperhatikan sekejap sekeliling
arena yang dipenuhi perahu-perahu besar itu, kemudian
dengan sikap yang tenang, tanpa kegugupan barang
sedikitpun jua, dia berpaling lagi ke arah Lan See giok
seraya berkata.
"Kita harus membuat Toan Ki tin mati dengan perasaan
puas, jangan membiarkan dia mati dalam keadaan bingung
dan tidak habis mengerti, walaupun perbuatan kita sah dan
benar, toh paling tidak mesti memberi penjelasan dulu agar
semua anggota Lim lo pah yang hadir di sekitar sini ikut
memahami duduk persoalan yang sebenarnya.."
http://kangzusi.com/
Selama ini, Lan See giok memang selalu menganggap
Hu-yong siancu sebagai ibu kandung sendiri. tentu saja
diapun tak berani membantah ucapan mana.
Sambil menahan hawa amarah yang berkobar di dalam
dadanya, dia segera mengangguk berulang kali.
Sementara itu Toan Ki-tin sedang berusaha
mengerahkan hawa murninya guna menyembuhkan luka
yang dideritanya, ketika mendengar ucapan tersebut, ia
membuka mata tunggalnya dengan lemah dan memandang
sekejap ke arah Hu-yong siancu dengan sinar mata penuh
kekaguman..
Dengan langkah lebar Hu-yong siancu Segera berjalan
mendekati Toan Ki tin.
Waktu itu semua kapal perang telah saling berhimpitan
sehingga tak mampu bergerak maju lebih ke depan lagi,
tatkala semua orang menyaksikan Hu-yong siancu
mendekati pemimpin mereka dengan pedang terhunus,
serentak semua orang berteriak -teriak keras bagaikan orang
kalap.
Namun Hu-yong siancu tak acuh atas teriakan-teriakan
kalap yang gegap gempita itu, dia tetap melanjutkan
langkahnya menghampiri Toan Ki-tin, ia yakin. asal Toan
Ki-tin tidak dibantai, mustahil ada orang berani
membidikkan panahnya kearah mereka.
Sementara itu Lan See giok dibikin terkesiap juga
menghadapi situasi yang rawan dan gawat itu, ia segera
memutar otak untuk mencari jalan bagaimana caranya
meloloskan diri sehabis membunuh Toan Ki tin nanti.
Dipihak lain, Hu-yong siancu telah tiba di depan Toan
Ki tin yang masih duduk bersila sambil mengobati lukanya
itu, dengan suara yang dalam ia segera menegur.
http://kangzusi.com/
"Lo pacu, kenalkah kau dengan pemuda berbaju biru
yang berdiri dihadapanmu sekarang?"
Sambil berkata ia menunjuk ke arah Lan See giok yang
berdiri dengan wajah penuh amarah dan napsu membunuh
itu.
Toan Ki tin masih memegangi dadanya dengan kedua
belah tangan, mukanya pucat pasi, dibukanya mata yang
tunggal itu dengan lemah, lalu setelah melirik sekejap ke
arah Lan See giok, ia menggelengkan kepalanya berulang
kali sementara mata tunggalnya kemba1i dipejamkan rapatrapat.
Waktu itu agaknya semua orang yang berada di kapalkapal
perang pun ingin mengetahui apa sebabnya orang
prang tersebut hendak membunuh Lo pacu mereka,
karenanya setelah Hu-yong siancu berseru, suara teriakan
yang ramai pun segera terhenti sama sekali.
Hu-yong siancu melirik sekejap ke arah Toan Ki-tin, dari
mimik wajah orang dia tahu kalau luka yang diderita orang
tersebut amat parah, tapi begitu teringat bahwa orang ini
besar kemungkinan adalah musuh besar mereka, tanpa
berpikir panjang lagi diapun berseru dengan suara lantang:
"Kalau toh kau tidak kenal, tak ada salah nya bila
kuberitahukan kepadamu sekarang, dia bukan lain adalah
Lan See giok putra tunggal dari di Gurdi emas peluru perak
Lan tayhiap.”
Toan Ki tin nampak sedikit terperanjat, tapi setelah
membuka sebentar matanya, pelan-pelan ia memejam
kembali.
"Sekarang, kau sudah mengetahui akan asal usul dari
Lan See giok, tentunya juga sudah paham bukan mengapa
dia datang mencarimu.-!” ujar Hu-yong siancu lebih jauh.
http://kangzusi.com/
Tapi Toan Ki tin menggelengkan kembali dengan pelan,
mata tunggalnya masih tetap dipejamkan rapat-rapat.
Lan See giok menjadi naik darah melihat sikap Toan Ki
tin yang berlagak bisu tadi, namun teringat akan perkataan
bibinya barusan, dengan kening berkerut dan bibir terkatup
rapat, akhirnya ia berusaha untuk tetap menahan diri.
Hu-yong siancu memandang sekejap ke arah Toan Kitin,
kemudian setelah tertawa dingin serunya dengan gusar:
"Sekarang Lan See giok datang untuk membalas dendam
sakit hati ayahnya, dia hendak menuntutmu agar
mengembalikan nyawa ayahnya. mengerti?"
Seluruh tubuh Toan Ki tin bergetar keras, lalu dengan
wajah penuh amarah dia membuka mulutnya agak gemetar,
tapi baru saja hendak berbicara, sekali lagi darah segar
menyembur ke luar dari mulutnya.
Hu-yong siancu dan Lan See giok menjadi amat terkejut,
cepat-cepat mereka mundur sejauh tiga depa dan saling
berpandangan sekejap, baru sekarang mereka tahu kalau
Toan Ki tin telah menderita luka dalam yang cukup parah.
Sekali lagi suasana di sekeliling arena di liputi
kegemparan dan kegaduhan, demi menyelamatkan jiwa Lo
pacu mereka, meski busur dan panah telah mereka
persiapkan. namun tak seorangpun diantara mereka yang
berani bertindak secara gegabah. Waktu itu semua jago
lainnya juga telah meloloskan senjata masing-masing dan
mengawasi Hu-yong siancu serta Lan See giok dengan
wajah terkejut bercampur gelisah, tapi kuatir akan
keselamatan pemimpinnya, mereka pun tidak berani
bergerak secara sembarangan.
Bagaimanapun juga, Hu-yong siancu adalah seorang
perempuan yang amat cerdas. ia segera menduga kalau
dibalik peristiwa tersebut nampak nya masih terdapat
http://kangzusi.com/
persoalan lain, karena itu sambil maju ke depan dan
mengawasi Toan Ki-tin yang masih terengah engah,
tanyanya dengan tenang.
”Lo pacu, kau bilang Si Gurdi emas peluru perak Lan
tayhiap bukan tewas ditangan mu?"
Toan Ki tin sama sekali tidak membuka matanya,
namun ia mengangguk dengan cepat.
Melihat pengakuan ini, Lan See giok kembali merasakan
hatinya tergetar keras. diam-diam ia pun bertanya kepada
diri sendiri, mungkinkah pembunuh tersebut adalah si
Makhluk bertanduk tunggal?
Hu-yong siancu merasakan juga hatinya tergerak, buruburu
serunya kepada Lan See giok.
"Anak Giok. cepat kau ambil cairan kemala Leng sik
giok ji!"
Lan See giok tahu, Hu-yong siancu ingin mencari tahu
duduk persoalan yang sebenar nya dari mulut Toan ki-tin
maka tanpa ragu-ragu dia mengeluarkan botol kemala kecil
itu dari dalam sakunya.
Pertama tama Hu-yong siancu menyarungkan dulu
pedangnya, kemudian setelah menerima botol porselen
kecil ini dia berpaling dan berteriak keras kepada
sekawanan yang sedang bersembunyi di belakang pintu
ruangan kapal.
"Cepat kalian ambil sebatang sumpit perak akan
kuselamatkan jiwa pacu kalian!"
Seketika itu jua, puluhan orang jago yang berada di atas
perahu tersebut dibikin kebingungan, akhirnya seorang
kakek berusia lima puluh tahunan melompat masuk ke
http://kangzusi.com/
dalam ruangan dan memerintahkan seorang dayang untuk
menyiapkan benda yang diminta,
Tak selang berapa saat kemudian, seorang dayang telah
muncul dari ruang perahu dengan langkah terburu-buru-
Bayangan merah berkelebat lewat, Si Cay soat segera
menyongsong kedatangan dayang tersebut dan
menerimanya sebelumdiserah kan kepadaHu-yong siancu.
Ketika Hu-yong siancu membuka penutup botol kemala
itu, bau harum semerbak yang segar segera menyebar ke
seluruh angkasa membuat para jago yang masih berdiri
kaget sama-sama merasakan semangatnya berkobar
kembali.
Ketika Toan Ki tin, mendengar jiwanya ada harapan
untuk diselamatkan, ia segera membuka pula mata
tunggalnya dan melirik sekejap ke arah Hu-yong siancu
dengan perasaan berterima kasih.
Dengan amat cekatan Hu-yong siancu menutulkan
setetes cairan putih ke ujung sumpit itu, kemudian
menitahkan kepada si dayang yang masih berdiri termangu
di kejauhan sana untuk menghantarkan ke mulut Toan Ki
tin.
Toan Ki tin mencoba untuk menjilat dengan ujung
lidahnya, merasakan bau segar yang membangkitkan
semangat, ia tahu kalau obat itu teramat mujarab, cepatcepat
dia menghimpun kembali tenaganya untuk mengatur
napas.
Dari mimik wajah Toan Ki tin. Hu-yong siancu tahu
kalau orang tersebut sudah menaruh kepercayaan
kepadanya, maka sambil mengangkat kepala serunya
kepada kawanan jago di kejauhan sana
http://kangzusi.com/
"Pacu kalian sedang bersemedi sekarang, kalian jangan
gaduh lebih dulu, paling baik jika kalian titahkan kepada
semua kapal agar menjauh dari sini."
Ketika mendengar ucapan mana kakek berusia lima
puluh tahunan tadi kelihatan agak ragu, tapi kemudian ia
membisikkan sesuatu ke sisi telinga seorang lelaki setengah
umur berbaju abu-abu yang berdiri di sisinya.
Lelaki setengah umur itu segera melirik sekejap ke arah
Hu-yong siancu dengan pandangan terkejut bercampur
gelisah, tapi ia mengangguk dengan cepat dan beranjak
pergi.
Dalam pada itu, Hu-yong siancu sudah mempunyai
perhitungan yang matang dihati kecilnya, dia lama sekali
tidak memikirkan persoalan tersebut di dalam hati, pelanpelan
perempuan itu balik ke depan Lan See giok. ketika
dilihatnya pemuda itu masih berdiri dengan bimbang, ia
pun berbisik dengan suara lembut.
"Sebentar lagi, bila Toan pacu telah selesai bersemedi,
kau bisa menanyakan secara langsung kepadanya tentang
duduk persoalan yang sebenarnya, bila diketahui ucapannya
saling bertentangan satu sama lain nya. kita bisa bertindak
cepat untuk menyanderanya kembali.."
Maksud dari perkataan itu sudah jelas, nanti bilamana
keadaan memaksa mereka harus menyandera pemimpin
tersebut guna meloloskan diri dari kepungan.
Terhadap kejadian seperti ini Lan See giok telah
mempunyai pengalaman berapa kali, maka diapun
mengangguk tanda mengerti.
Dalam pada itu, kawanan kapal perang yang mengepung
sekeliling tempat itu sudah pada mengundurkan diri,
http://kangzusi.com/
kecuali suara air yang diterjang perahu, suasana terasa amat
hening dan tak kedengaran suara apa pun.
Ketika Hu-yong siancu dan Lan See giok mendongakkan
kepalanya, mereka jumpai di atas Tiang layar perahu
keraton yang tinggi itu tampak sesosok bayangan manusia
sedang menggoyangkan sebuah lentera berwarna biru dan
sebuah lentera hijau.
Makin lama perahu yang mengepung di sekitar situ
semakin menjauh, kini di atas permukaan telaga tinggal
kapal model keraton itu, meski begitu, kawanan kapal
perang tersebut masih tetap mengepung dari kejauhan sana.
Lan see giok, Si Cay soat dan Ciu Siau cian, merasa agak
lega, asal perahu itu masih berada sejauh satu panahan saja,
dengan ilmu berenang yang mereka berempat miliki,
mereka yakin pasti dapat menyelamatkan diri dengan
aman.
Ketika Hu-yong siancu menyaksikan puluhan orang jago
yang berada dikejauhan sana masih tetap bersikap tegang
dan serius maka untuk meredakan suasana yang mencekam
di atas perahu ini, dia segera memberi tanda pada Si Cay
soat dan Ciu Siau cian agar menyimpan kembali pedang Jithoa
dan Gwat hui kiam mereka.
Ketika Siau Cian dan Cay soat telah menyimpan kembali
pedang mereka, suasana di atas perahu pun semakin
mereda, puluhan jago lihay yang semula berdiri di kejauhan
tadi, kini sudah menyimpan pula senjata masing-masing.
Sementara itu, Toan Ki tin yang masih duduk bersila di
atas geladak kapal telah pulih kembali, mukanya nampak
segar kembali dan napasnya tidak lagi terengah engah.
Tak selang berapa saat kemudian, Toan Ki tin telah
membuka matanya, mula-mula dia memandang sekejap
http://kangzusi.com/
kearah Lan See- giok, Siau cian dan Cay - soat, kemudian
baru menengok kearah Hu-yong siancu sambil pelan-pelan
bertanya, "Han lihiap. belasan tahun tak pernah bersua,
darimana kau bisa tahu kalau malam ini aku berada di sini?
Apakah kau telah mengunjungi telaga Tong-ting?"
Hu-yong siancu tahu bahwa Toan Ki tin amat
menguatirkan nasib sarangnya, maka dia segera memberi
penjelasan.
"Sebenarnya malam ini kami bermaksud pergi ke
benteng Wi-lim-poo untuk mencari si manusia bengis
bertelinga tunggal Oh Tin san, ketika melihat ada kapal
perang berkumpul disini dan cahaya lentera menyinari
seluruh penjuru, kami sangka kapal-kapal ini adalah kapal
perang dari Wi-lim-poo, baru setelah terjadi bentrokan,
kami tahu kalau Lo pacu lah yang berada di sini "
Toan Ki Tin melirik sekejap kearah Lan See giok dengan
pandangan penuh kebencian, kemudian ia baru bertanya
dengan suara dingin. " Pemuda inikah kongcu dari Lan
tayhiap?"?
"Benar, dialah Lan See giok," jawab Hu-yong siancu
dengan cepat, Kemudian dia balikkan badan dan sambil
menuding ke arah Siau cian serta Cay soat katanya lebih
jauh.
"Dia adalah putriku Ciu Siau cian, sedangkan yang ini
adalah nona Si Cay soat, dia adalah murid perempuan To
Seng-cu locian-pwe.."
Gemetar keras sekujur badan Toan Ki tin sesudah
mendengar ucapan itu, dengan pandangan terkejut dia
melirik sekejap ke arah Si Cay soat.
Lan See giok mengerti. tujuan bibinya memperkenalkan
Si Cay soat sebagai murid To Seng-cu adalah untuk
http://kangzusi.com/
menakut nakuti Toan Ki tin, sedangkan tujuannya
memperkenalkan Siau Cian adalah untuk menjernihkan
kecurigaan di hati Toan Ki-tin sebab kebanyakan umat
persilatan mengira Hu-yong siancu dan Lan Khong-tay,
bapak Lan See giok adalah suami istri.
Melihat mimik muka Toan Ki tin, tanpa terasa Hu-yong
siancu tertawa dingin sambil melanjutkan.
"Sedangkan Lan See giok pun termasuk ahli waris dari
To Seng-cu locianpwe."
Sekali lagi Toan Ki tin terkejut. paras mukanya berubah,
sinar mata tunggalnya memandang ke arah Lan See giok
dengan rasa kejut dan gelisah. dalam wajahnya yang penuh
codet, terselip pula putus asa.
Biar begitu, ia tetap bertanya juga dengan suara dalam:
"Darimana kau bisa menuduh kalau aku lah pembunuh
ayahmu?"
Sebagai seorang pemuda yang berhati bajik, Lan See giok
tak ingin menceritakan kalau hal tersebut didengarnya dari
si Beruang berlengan tunggal, maka sambil menahan rasa
pedih di dalam hatinya ia berkata.
"Tempo dulu, karena suatu urusan aku sedang pergi ke
luar, ketika kembali ke kuburan kuno, kujumpai mendiang
ayahku sudah tergeletak di atas genangan darah, sementara
aku masih menangis sedih, kudengar suara pekikanmu yang
ke dua kalinya . . "
Toan Ki tin merasa sangat terperanjat, cepat-cepat dia
menyela.
"Darimana kau bisa tahu kalau kedatanganku adalah
untuk ke dua kalinya?"
Tanpa sangsi Lan See giok segera menjawab:
http://kangzusi.com/
”Sebab pekikanmu itu penuh dengan perasaan gelisah
dan gusar, bahkan sesudah masuk ke dalam kuburan kuno,
kau tidak menggeledah jenazah ayahku sebaliknya malah
membongkar pembaringan serta benda-benda lainnya, hal
ini sudah cukup membuktikan kalau kedatanganmu waktu
itu sudah kedatanganmu untuk kedua kalinya."
Sekali lagi paras muka Toan Ki tin berubah menjadi
pucat pias, sementara peluh sebesar kacang kedelai jatuh
bercucuran tiada henti-nya dengan suara bimbang dan
gemetar ia bertanya kemudian.
"Waktu itu kau berada dimana?"
Lan See giok tertawa dingin.
"Aku bersembunyi di belakang meja batu besar dimana
kau ambil gurdi emas tersebut"
Mendengar kata "gurdi emas", Toan Ki- tin kembali
mengamati wajah Lan See giok dengan agak gelisah.
"Apalagi yang telah kau jumpai?" tanya nya terburu
buru.
Lan See giok mendengus gusar, teriaknya keras: "Aku
masih melihat kau telah membunuh seseorang."
Toan Ki tin tahu bahwa pihak telaga Pek toh oh sedang
melepaskan mata-mata dalam jumlah banyak untuk
mencari tahu jejak si makhluk bertanduk tunggal Si Yu-gi,
takut tampaknya dia kuatir pihak Pek - toh - oh turut
mengetahui rahasia tersebut hingga datang mencari balas
kepadanya.
Dengan suara gelisah cepat - cepat dia menjelaskan.
"Apa yang kulakukan cuma salah tangan saja, aku sama
sekali tidak tahu kalau dia sedang bersembunyi di kamar
sebelah."
http://kangzusi.com/
"Aku tak ambil perduli atas persoalan-persoalan itu "
teriak Lan See giok dengan kening berkerut, ”tujuan
kehadiranku hari ini adalah menuntut ganti rugi atas
kematian ayahku almarhum, apa yang hendak kau ucapkan
sekarang?"
Sambil berkata dia memutar pergelangan tangan
kanannya sambil maju ke muka, sebuah pukulan siap
dilontarkan ke depan.
Menyaksikan tindakan lawan, Toan Ki tin malah dibuat
lebih tenang lagi, bantah nya kemudian dengan suara
dingin.
"Atas dasar apakah kau mengatakan aku-lah si
pembunuh keji itu.?"
Pertanyaan ini segera membuat Lan See giok tertegun,
tapi ia membentak kemudian,
"Ada orang menyaksikan kau dan Si Yu gi sedang
berunding secara rahasia di dalam hutan, kemudian
memasuki kuburan kuno.."
Sebelum Lan See-giok menyelesaikan kata katanya
sambil tertawa dingin Toan Ki-tin telah menukas,
"Hmm, aku justru beranggapan pembunuh sebenarnya
dari ayahmu adalah orang yang secara diam-diam telah
melihat aku bersama si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi
berbicara dalam hutan tersebut."
Lan See-giok menjadi teramat gusar, ia menganggap
Toan Ki tin sedang mengaco belo sehingga napsu
membunuhnya kembali berkobar .
"Anak Giok. Biarkan dia berbicara sampai jelas lebih
dulu!" ujar Hu-yong siancu secara tiba-tiba.
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan mana, Lan See giok segera berusaha
untuk mengendalikan hawa amarahnya, kemudian sambil
menatap Toan Ki-tin lekat-lekat katanya lagi.
"Mengapa kau tidak berusaha untuk menjelaskan bahwa
orang yang telah membunuh ayahku adalah kau sendiri"
Toan Ki-tin menganggap jiwanya tak akan tertolong lagi,
oleh sebab itu dia ingin mati sebagai seorang pahlawan,
seorang yang bersih dan bebas dari peristiwa berdarah itu,
maka serunya kemudian dengan gusar,
"Sudah puluhan tahun lamanya aku berkelana di dalam
dunia persilatan, walaupun banyak sekali orang yang telah
kubunuh, namun sepanjang hidup belum pernah aku
membunuh orang secara membokong..!”
Agaknya di dalam hal ini Hu-yong siancu pun sudah
pernah mendengar, ia pun berkata kemudian dengan suara
dalam:
"Toan Pacu kuharap kau jangan kelewat kasar. keras
kepala dan tak tahu aturan, andaikata Lan See-giok berniat
membunuhmu, ia dapat melakukan dengan sekali ayunan
tangan saja, biarpun sekelilingmu terdapat ratusan buah
kapal perang yang mencoba melindungimu, kami
semuapun termasuk orang-orang yang pandai ilmu di
dalam air, kalian semua tetap tak akan mampu berbuat apaapa
terhadap kami, lagi pula aku sudah menyelamatkan
jiwamu dengan cairan mestika Leng Sik giok ji. selain
menyelamatkan jiwamu dari ancaman, menambah pula
tenaga dalam yang kau miliki, tujuanku tak lain adalah
hendak memberi kesempatan kepadamu untuk menjelaskan
duduknya persoalan.
"Di samping itu, masalah kematian yang aneh dari Lan
tayhiap, menyangkut pula banyak orang, demi jelasnya
persoalan maka Lan See giok berusaha untuk mencari tahu
http://kangzusi.com/
duduk persoalan yang sebenarnya, bukan maksud hatinya
untuk membunuhmu .."
Kemudian setelah berhenti sejenak dan memandang
sekejap ke arah puluhan jago yang berdiri tak jauh dari
mereka, dia berkata lebih lanjut.
"Apabila apa yang kau ucapkan tidak cocok dengan apa
yang kami ketahui, berarti tak disangkal lagi Lan tayhiap
tewas di tangan-mu, dengan tewasnya kau Toan Ki tin,
maka hasil karya besarmu di telaga Tong ting pun niscaya
akan terjatuh ke tangan orang lain"
Seusai mendengar penjelasan tersebut, timbul kembali
ingatan Toan Ki tin untuk melanjutkan hidup. apalagi
setelah mengetahui bahwa cairan Leng sik giok ji telah
menambah tenaga dalamnya, semangat dan harapan
hidupnya kembali berkobar.
Setelah memandang sekejap ke arah Hu-yong siancu
dengan pandangan berterima kasih, ujarnya kemudian. .
"Aku sudah hidup enam tujuh puluh tahunan, tak nyana
hari ini telah berhutang budi lagi kepada Han lihiap,
kebaikanmu itu tak akan kulupakan untuk selamanya"
Kemudian setelah menghela napas sedih, sambil
menengok ke arah Lan See giok dia berkata lebih jauh.
"Ketika Lan siauhiap bertemu aku malam itu.
kedatanganku saat tersebut memang kedatangan yang ke
dua kalinya”
"Kalau memang begitu, kuharap kau pun
mengungkapkan seluruh duduk persoalan yang sebenarnya
kepada kami" pinta Hu-yong siancu cepat-cepat.
Paras muka Toan Ki tin berubah menjadi serius, katanya
agak gelisah.
http://kangzusi.com/
"Sebelum kuteruskan ceritaku tentang peristiwa tersebut,
sekali lagi ingin kutandaskan yaitu Lan tayhiap bukan tewas
di tangan ku- "
"Lalu siapa yang telah melakukan per buatan keji itu?
Apakah Si Yu gi?" tak tahan Lan See giok membentak keras
dengan kening berkerut.
Toan Ki tin segera menggelengkan kepala nya berulang
kali.
"Bukan, pada mulanya aku sendiripun curiga kalau
peristiwa ini hasil karya dari Si- oh-cu."
Hu-yong siancu kuatir Lan See-giok menjadi mata gelap
saking marahnya, maka dengan suara tenang ia segera
menimbrung.
"Anak Giok, sekarang kita sudah mencapai tahap
menjadi terangnya duduk persoalan, kau tak usah kelewat
terburu napsu, berilah kesempatan kepada Toan pacu untuk
menceritakan pengalamannya, kemudian kita cocokkan
dengan apa yang kita ketahui dan di ambilkan
kesimpulannya, dari situ kita akan mengetahui apakah
ucapan Toan pacu benar atau salah.”
"Perkataan Han lihiap memang sangat tepat" Toan Ki tin
segera menimpali, "orang yang membunuh ayahmu betulbetul
bukan aku, tunggulah sampai kuceritakan keadaan
yang sesungguhnya nanti. kau pasti akan mengetahui
dengan sendirinya apakah ucapan-ku itu benar atau salah.."
Berbicara sampai di situ ia berhenti sejenak, lalu
berpaling ke arah puluhan jago yang masih berdiri
dikejauhan sana dan mengulapkan tangannya.
Puluhan orang jago tersebut serentak mengundurkan diri
dari situ, bahkan para dayang yang semula bersembunyi
http://kangzusi.com/
dibalik pintu ruang perahu pun sekarang berlalu semua dari
situ.
Dari sikap Toan Ki tin ini, Hu-yong siancu, Lan See
giok, Si Cay soat dan Ciu Siau cian segera berkesimpulan
bahwa orang ini belum pernah membicarakan peristiwa
tersebut kepada siapa pun. karenanya dia pun tak ingin
anak buahnya ikut mengetahui rahasia peristiwa tersebut,
apalagi kalau sampai membocorkan ke tempat luaran
bahwa Si Yu gi memang tewas di tangannya.
Begitulah, menunggu sampai anak buah nya sudah
berlalu semua, Toan Ki tin baru berkata kepada Hu-yong
siancu.
"Silahkan kalian berempat duduk dulu untuk
mendengarkan ceritaku ini . . . "
Hu-yong siancu mengangguk dan duduk lebih dulu, Lan
See giok, Si Cay soat dan Ciu Siau cian segera turut duduk
pula di atas geladak, untung lantai geladak amat bersih dan
berkilat. sehingga mereka tak usah kuatir akan mengotori
pakaian mereka.
Setelah menghembuskan napas panjang dan termenung
sejenak, Toan Ki-tin baru berbicara dengan suara rendah.
"Oleh sebab ada orang menyaksikan aku bersama Si Ohcu
sedang berbisik bisik dalam hutan, biarlah aku mulai
bercerita sejak bertemu dengan Si Yu gi saja.
"Menjelang senja hari itu, aku sedang berjalan melalui
kuburan Leng ong bong, tiba-tiba kujumpai si Makhluk
bertanduk tunggal Si Yu gi dari telaga Pek toh oh sedang
celingukan di belakang sebatang pohon dengan sikap yang
sangat mencurigakan, dia seperti lagi mengintip seseorang
atau mungkin juga sedang menguntit seseorang,
http://kangzusi.com/
Tergerak hatiku waktu itu maka akupun menerjang ke
arahnya, Si Yu gi nampak amat terkejut atas kehadiranku
ini, tapi dengan cepat dia memberi tanda kepadaku dan
mengajakku ke luar dari hutan terus menuju ke utara.
"Aku tahu, tentu sudah terjadi sesuatu yang tak beres,
karenanya ku ikuti terus di belakangnya, tiba di sebuah
hutan, Si oh-cu bercerita kepadaku bahwa tiga hari
berselang dia telah berhasil menemukan tempat
persembunyian dari Lan tayhiap."
Mendengar sampai disini, Lan See giok segera
menyimpulkan bahwa jejak ayahnya berhasil ditemukan
oleh siMakhluk bertanduk tunggal Si Yu gi tatkala ayahnya
menghantar ia pergi ke rumah bibinya tempo hari akibat
nya musibah datang menimpa dirinya..
Berpendapat demikian, tanpa terasa dia melirik sekejap
ke arah Hu-yong siancu.
Agaknya Hu-yong siancu pun mempunyai perasaan yang
sama, karena itu perasaan sedih dan murung segera
menyelimuti wajahnya. Sementara itu Toan Ki tin telah
bercerita lebih jauh.
. . waktu itu aku masih setengah percaya setengah tidak
sesudah mendengar cerita dari Si Yu gi, agaknya Si Yu gi
pun dapat melihat kalau aku tidak percaya, maka dia pun
melukiskan banyak sekali lingkaran-lingkaran di atas tanah,
setiap lingkaran melambangkan sebuah kuburan raksasa,
bahkan menunjukkan dimanakah Lan tay-hiap
menyembunyikan diri, dia bilang letak tempat tersebut
berada di urutan delapan sebelah kiri."
Diam-diam Lan See giok menghela napas panjang, dia
tak menyangka ayahnya yang selalu cekatan dan pintar,
waktu itu bisa berbuat begitu gegabah, mungkin dia sedang
merenungkan keselamatannya dalam perjalanan menuju ke
http://kangzusi.com/
rumah Hu-yong siancu sehingga tidak dirasakan olehnya
kalau orang sedang menguntitnya secara diam-diam.
TERDENGAR TOAN KI-TIN berkata lebih jauh.
"-Ketika kujumpai Si Yu gi menjelaskan dengan amat
terperinci, diam-diam aku merasa amat gembira, tapi
akupun tak tahan bertanya kepadanya mengapa tidak
berusaha masuk sendiri untuk merampas benda mestika itu?
Kata Si Yu gi, tenaga dalam yang dimiliki-nya amat
terbatas dan ia sadar bukan tandingan Lan tayhiap, apabila
dia masuk secara gegabah berarti hanya akan menghantar
nyawa dengan sia-sia belaka. itulah sebabnya dia minta
pertolonganku untuk bekerja sama dengannya.
"Aku percaya dengan perkataannya begitu saja, bersama
Si Yu gi kami bersama-sama kembali ke kuburan Leng ong
bong dan masuk kembali ke hutan siong, waktu itu hari
sudah gelap. ketika kami berdua sampai di kuburan nomor
delapan, ditemukan pintu kuburan secara kebetulan masih
terbuka lebar. maka akupun diam-diam menyelundup
masuk ke dalam, berjalan baru puluhan kaki, kami jumpai
setitik cahaya lentera yang redup muncul di depan sana. ."
Ketika mendengar sampai di situ airmata Lan See giok
tak bisa dibendung lagi dan segera jatuh bercucuran
membasahi wajah nya. darah yang mengalir dalam
tubuhnya turut bergolak keras.
Hu-yong siancu nampak mengucurkan pula air mata,
sedang Siau-cian serta Cay soat kelihatan sedih.
Terhadap sikap dari Lan See giok beberapa orang itu,
Toan Ki tin bersikap seolah-olah tidak melihat, pikiran dan
perasaannya seperti sudah balik kembali pada peristiwa
setahun berselang.
http://kangzusi.com/
Sambil mengawasi kegelapan malam yang mencekam
seluruh angkasa, dia berkata lebih jauh dengan suara rendah
dan dalam-
"..ketika kulihat cahaya lentera itu, dengan terkejut
segera kuhentikan langkah-ku dan berdiri dengan menempel
didekat dinding, waktu berpaling, kujumpai Si Yu gi akan
memperoleh keuntungan apa-apa, aku bertekad hendak
mencari suatu tempat yang terpencil untuk mempelajari isi
dari kitab pusaka tersebut dan menjadi satu-satunya jago
silat yang tiada tandingnya di dunia ini"
Mendengar sampai disini, Hu-yong-siancu serta Lan Seegiok
segera menggelengkan kepalanya dengan perasaan iba,
andaikata umat persilatan mengetahui betapa sulitnya
untuk mempelajari isi kitab cinkeng tersebut. tak mungkin
akan timbul musibah sebesar ini
Melihat dua orang itu menggelengkan kepalanya
berulang kali. Toan Ki-tin juga tidak menanyakan
alasannya. kembali dia berkata lebih lanjut.
" ..waktu itu kupusatkan semua perhatian untuk
memperhatikan situasi di sekeliling tempat tersebut, namun
suasana amat sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun,
agaknya di dalam kuburan itu tiada seorang manusia pun,
akhirnya akupun meneruskan perjalananku menuju ke
dalam ruangan, pada saat itulah pandangan pertama yang
berhasil kulihat adalah tubuh ayahmu tergelepar ditengah
genangan darah"
Ia berhenti sejenak sambil memandang Lan See-giok
yang berdiri dengan air mata bercucuran, kemudian
lanjutnya:
"Waktu itu aku sangat terkejut dan segera memeriksa
ayahmu. aku jumpai dadanya masih terasa ada sedikit hawa
hangat, tapi ke empat anggota badan serta bagian badan
http://kangzusi.com/
lambungnya sudah mulai membeku, dari keadaan yang
kujumpai, paling tidak ia telah tewas setengah jam
berselang..”
Sedih perasaan Lan See giok bagaikan di sayat-sayat
pisau, tanpa terasa dia membayangkan kembali keadaan
waktu itu, kemudian dicocokkan dengan apa yang didengar
dari si beruang berlengan tunggal, ketika ayahnya
ditemukan tergelepar di atas genangan darah, tubuhnya
memang sudah menjadi dingin semua
Berpikir demikian. dia pun memandang ke arah Toan Ki
tin sambil manggut-manggut tanda setuju.
Maka Toan Ki tin melanjutkan kata kata nya:
"Waktu itu aku merasa terkejut bercampur gusar,
semacam perasaan di permainkan orang mencekam diriku,
aku bertekad hendak mencari si makhluk bertanduk tunggal
untuk menuntut keadilan darinya, tapi setelah kupikirkan
kembali, dicocokkan pula dengan apa yang kulihat, rasanya
tidak mirip dengan perbuatannya, setelah mendapatkan
kotak kecil itu niscaya Si Yu gi telah melarikan diri, buat
apa dia mesti mengintip dengan gerak gerik yang
mencurigakan?
Biarpun aku mengerti bahwa harapannya tipis, tapi
terdorong oleh rasa serakah dan ingin mendapatkan benda
tadi. maka terburu-buru akupun menggeledah lagi jenazah
Lan tayhiap, kemudian aku malah menderita pelbagai
kerugian sehingga akhirnya memutuskan untuk kabur
kearah barat jalan.
Setelah kabur sejauh puluhan li dan duduk terpekur di
sebuah batu, segera kurasakan hilangnya si makhluk
bertanduk tunggal sangat aneh dan mencurigakan, kuburan
kuno itu begitu besar, mustahil Lan tayhiap akan
menyembunyikan kotak kecil itu di tubuhnya, berpikir
http://kangzusi.com/
demikian akupun balik kembali ke kuburan dan
kedatanganku Waktu itu tak lain adalah saat Lan siauhiap
melihat aku menggeledah almari dan pembaringan"
Berbicara sampai di situ. wajahnya menunjukkan
perasaan menyesal, tampaknya apa yang hendak diutarakan
telah selesai diucapkan ke luar.
Hu-yong siancu mendengarkan cerita itu dengan tenang,
kini dia mulai mencurigai si makhluk bertanduk tunggal,
walau dengan perasaan tidak mengerti tanyanya.
”Ketika Lo pacu menolong Si oh-cu apakah kau sempat
menanyakan sesuatu pertanyaan kepadanya?"
Toan Ki tin segera mengangguk.
"Yaa, aku bertanya kepadanya, tapi waktu itu
keadaannya sudah amat kritis. agaknya lidahnya sudah
menjadi kaku sehingga tak mampu bersuara lagi, ketika
kutanyakan tentang sebab kematian Lan tayhiap, dia cuma
dapat menggelengkan kepalanya dengan paksa tanda tidak
tahu.."
Dengan kening berkerut Hu-yong siancu bertanya lebih
lanjut:
"Apakah Lo pacu sudah bertanya kepada si makhluk
bertanduk tunggal Si Yu gi, apa sebabnya dia tidak
mengikutimu memasuki kuburan ong bong dan selanjutnya
mengapa dia menyembunyikan diri terus menerus di kamar
sebelah?"
Toan Ki tin menghela napas panjang, katanya agak
menyesal.
"Sudah kutanyakan persoalan ini, Cuma sayang Si Yu gi
sudah tidak mampu berbicara lagi ketika itu, ditambah lagi
akupun sudah salah melukainya, perasaanku gugup dan tak
http://kangzusi.com/
tenang. tahu kalau jiwanya tak akan tertolong lagi, maka
akupun masukkan tubuhnya ke dalam sebuah peti mati
bobrok."
Lan See giok yang termenung lama sekali ini. segera
teringat bahwa Si Yu gi baru menghembuskan napasnya
yang penghabisan setelah Oh Ti San menotok jalan darah
kematiannya, jarak antara terluka sampai tewas ini paling
tidak mencapai empat jam lamanya, dari sini bisa
disimpulkan pula kalau ketidak mampuan Si Yu gi
berbicara adalah suatu tindakan pura-pura, maka selanya
kemudian:
"Menurut pendapatku, ketidak mampuan si makhluk
bertanduk tunggal Si Yu-gi berbicara merupakan suatu
tindakan siasat untuk menutupi rencana busuknya, sebab
dengan berlagak tak mampu berbicara maka banyak
bertanya kepadanya pun percuma saja, otomatis kau akan
segan untuk banyak bertanya lagi"
Toan Ki tin segera menjadi sadar kembali, sambil
menepuk lututnya dia berseru agak mendongkol:
"Benar. kalau begitu aku benar-benar sudah dibodohi
oleh manusia yang licik itu"
Kemudian dengan kening berkerut dan berguman lebih
jauh:
"Jika ditinjau dari situasi waktu itu, keadaan lukanya
memang nampak sangat parah, paling banter dia cuma
dapat bertahan selama setengah jam saja."
Sebelum perkataan itu selesai diucapkan Lan See giok
telah menukas sambil tertawa dingin.
"Sampai hari kedua tengah hari, dia masih berbaring di
dalam peti mati bobrok dalam keadaan hidup .”
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan tersebut, gemetar keras sekujur badan
Toan Ki tin, paras mukanya berubah hebat, ia membuka
mulutnya lebar-lebar dan hampir saja menjerit, tak kuasa
lagi dengan suara rendah bisiknya.
"Lan siauhiap, kau. kau.. bagaimana cara-mu
menemukan dia? Bagaimana kemudian keadaannya?"
Tanpa berpikir panjang Lan See-giok menyahut:
"Dia baru tewas setelah ditotok jalan darahnya secara
diam-diam oleh si manusia bengis bertelinga tunggal Oh
Tin San"
Sekali lagi Toan Ki tin menepuk lututnya sambil berseru
penuh pengertian.
"Yaa, tak salah lagi, ternyata Oh Tin san memang hadir
di sekitar kuburan Ong -bong waktu itu, bulan berselang
aku pun mendapat tahu hal ini dari laporan seorang saudara
mata-mata, dia pernah melihat Oh Tin san muncul di
sekitar kuburan Leng ong bong dan lenyap dengan begitu
saja. itulah sebabnya aku telah mengerahkan segenap
kekuatan Lim lo pah untuk datang menantang Oh Tin san
kali ini, maksudku adalah agar dia serahkan kotak kecil
tersebut”
Untuk menghindarkan suatu pertumpahan darah di
tempat tersebut, cepat-cepat Hu-yong siancu menimbrung:
"Isi kotak kecil itu adalah kitab pusaka Tay lo hud bun
Pwe tiap cinkeng, tapi kitab tersebut sudah ditarik kembali
oleh To Seng cu locianpwe, biarpun Oh Tin san berhasil
memasuki kuburan kuno. namun dia tak berhasil
mendapatkan kitab pusaka tersebut, jadi kaupun tidak usah
mengerahkan bala bantuanmu untuk melakukan
pembunuhan lagi,"
http://kangzusi.com/
Biarpun Toan Ki tin merasa rada kecewa, namun diapun
bersyukur di hati. kecewa karena gagal mendapatkan kitab
pusaka, tapi bersyukur, karena dia berhasil lolos dari lubang
kematian bahkan secara tidak disangka telah mendapatkan
setetes cairan Leng sik giok ji yang mahal harganya.
Karenanya sesudah mendengar perkataan dari Hu-yong
siancu ini, dia pun mengangguk berulang kali seraya
berkata dengan sungguh-sungguh.
"Terima kasih banyak atas petunjuk dari lihiap, malam
ini juga aku akan pulang ke telaga Tong ting dan
selanjutnya akan meneruskan hidupku sebagai seorang
nelayan"
Hu-yong siancu yang mendengar ucapan mana kontan
saja memuji.
"Jikalau lo pacu benar-benar melakukan apa yang
dijanjikan, kejadian ini benar-benar merupakan rejeki bagi
segenap nelayan di telaga Tong ting, Lo pacupun tentu akan
disanjung dan dipuja oleh setiap umat persilatan!"
Ketika mendengar ucapan mana. sekilas rasa bangga
membayang di wajah Toan Ki tin yang jelek, katanya
kemudian dengan hormat.
"Semoga saja apa yang dikatakan lihiap bisa terlaksana,
aku tentu akan bersyukur atas nasehatmu hari ini."
Hu-yong siancu manggut-manggut sambil tertawa,
setelah melihat keadaan cuaca, dia pun berkata sambil
mengangguk:
"Kentongan ketiga sudah lewat, biar aku segera mohon
diri lebih dulu.."
Tidak sampai Hu-yong siancu menyelesaikan kata
katanya, Toan Ki tin telah menukas dengan gembira.
http://kangzusi.com/
"Aku akan mengantar kalian berempat.."
Kemudian sambil bangkit berdiri dia membentak,
"Siapkan sampan cepat!"
Suara sahutan bergema dari buritan perahu dikejauhan
sana.
Hu-yong siancu memang berharap Toan Ki tin berbuat
demikian, maka tidak sungkan bersama See giok berbangkit
berdiri.
Suara tali gemerisik berbunyi, kemudian dari buritan
kapal muncul dua buah sampan yang melesat tiba dengan
kecepatan tinggi, dalam waktu singkat perahu itu sudah tiba
di ujung perahu:
"Sampan kecil ini terdiri dari dua ujung yang runcing
sehingga sulit untuk dibedakan mana buritan mana geladak,
di muka maupun belakang semuanya terdapat empat buah
dayung sehingga tidak heran kalau perahu itu dapat
meluncur datang dengan kecepatan tinggi.
Menjumpai hal tersebut, Hu-yong siancu segera berkata
sambil tersenyum.
"Sampan kecil yang kami tumpangi telah
ditenggelamkan semua oleh perahu kalian, yaa apa boleh
buat terpaksa aku mesti meminjam sampan dari pacu!"
Toan Ki tin tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh- haaahhh- haaahhh - cuma sampan kecil apa
sih artinya, silahkan lihiap gunakan kedua sampan tersebut"
"Tidak usah dua, sebuah pun cukup!"
Sementara pembicaraan berlangsung, sampan kecil itu
sudah berhenti, maka Hu-yong siancu berempat pun pindah
ke sampan sebelah kiri, sedangkan Toan Ki tin seorang
http://kangzusi.com/
berada di sampan sebelah kanan, dimana ke dua sampan itu
segera meluncur ke depan bersama sama.
Puluhan buah kapal besar yang semula mengelilingi
kapal keraton, sekarang sudah mulai berpencar makin
menjauh.
Ketika Lan See-giok berpaling, dia jumpai dua buah
lentera merah yang tergantung di atas tiang kapal keraton
itu sedang digoyangkan ke kiri dan kanan secara pelanpelan,
agaknya sedang memberikan suatu kode rahasia.
Angin malam berhembus semakin kencang di atas
permukaan telaga, gelombangpun makin tinggi, tapi ke dua
sampan itu masih meluncur dengan kecepatan tinggi, ini
membuat udara terasa makin dingin.
Dalam waktu singkat ratusan kaki sudah dilampaui,
ditambah pula perahu perang tadi mulai bergerak menuju
ke utara, tidak heran kalau jarak diantara mereka dengan
kapal berbentuk keraton itu makin lama semakin men jauh.
Hu-yong siancu segera memberi tanda kepada si
pendayung agar menghentikan sampannya. lalu kepada
Toan Ki tin yang di sampan lain dia berseru lantang:
"Lo pacu, silahkan kembali saja, lebih baik kita berpisah
disini saja, semoga di kemudian hari kita dapat bersua
kembali!"
Toan Ki tin tertawa terbahak - bahak, serunya dengan
penuh kegembiraan. "Malam ini aku merasa gembira,
sekali, bukan saja Han lihiap sudah menyelamatkan jiwaku
, menambah tenaga dalamku, yang lebih penting lagi adalah
memberi kesempatan kepadaku untuk mengutarakan semua
kemurungan dan kemasgulan yang telah terpendam hampir
setahun lebih dihati kecilku, sejak kini aku akan
mengasingkan diri di Lim lo pah dan selamanya tak akan
http://kangzusi.com/
berkelana lagi dalam dunia persilatan, bila suatu ketika Han
lihiap, Lan siauhiap dan nona berdua melewati telaga Tong
ting, silahkan mampir di Lim-lo-pa, aku pasti akan
menyambut kedatangan kalian dengan senang hati.."
Hu-yong siancu tertawa hambar, kemudian menyahut.
"Bila ada kesempatan, kami pasti akan menjumpai Lo
pacu".
Agaknya dalam waktu yang sangat singkat, tabiat Toan
Ki-tin telah mengalami perubahan yang sangat besar, ia
segera tertawa terbahak-bahak dengan amat nyaring.
"Haaahhh . . . haah . . . haaahhh . . kalau memang
demikian, semoga Han lihiap baik-baik menjaga diri, maaf
bila aku tak bisa mengantar lebih jauh lagi."
Siau cian dan Cay soat secara terpisah menerima ke
empat dayung yang berada di muka dan belakang sampan,
sementara ke dua orang lelaki kekar yang semula
memegang dayung kini sudah pindah ke atas sampan Toan
Ki tin.
Tampaknya Cay soat dan Siau cian berniat untuk
memamerkan tenaga dalam yang dimilikinya, dia memutar
pergelangan tangannya dan sampan kecil itupun segera
melesat ke muka dengan kecepatan luar biasa .
Toan Ki tin yang menyaksikan peristiwa ini menjadi
terkejut sampai paras mukanya berubah hebat, apalagi ke
empat lelaki kekar yang lain, mereka sampai termangu
mangu di buatnya.
Ketika Hu-yong Siancu sekalian mengucapkan kata
selamat berpisah, sampan kecil itu sudah meluncur sejauh
dua puluhan kaki dari posisi semula,
Siau cian dan Cay-soat baru menghentikan dayungan
mereka setelah tidak melihat Toan Ki tin lagi.
http://kangzusi.com/
"Bibi, apakah kita perlu untuk berkunjung lagi ke benteng
Wi-lim-poo?" tanya Lan See giok kemudian dengan hormat.
Hu-yong siancu melirik sekejap ke arah ratusan buah
perahu yang telah berkumpul di sebelah timur itu, lalu
bisiknya dengan suara rendah:
"Duduklah lebih dulu, mari kita merundingkan persoalan
ini sekali lagi sebelum mengambil keputusan."
Lan See giok mengiakan dan duduk di samping Hu-yong
siancu, sementara Cay -soat den Siau cian pun sama-sama
melepaskan pendayung dan menghadap ke arah ke dua
orang itu.
Hu-yong siancu memandang sekejap ke arah Lan See
giok, setelah itu tanyanya dengan wajah serius:
"Anak Giok, menurut pendapatmu siapakah pembunuh
yang sesungguhnya ..?"
Lan See-giok mengernyitkan alis matanya, kemudian
sambil menggertak gigi menahan rasa geram sahutnya:
"Anak Giok rasa orang itu adalah si manusia bengis
bertelinga tunggalOh Tin san"
Hu-yong siancu segera mengangguk berulang kali:
"Benar, setelah mendengar penjelasan dari Toan Ki-tin
malam ini, semakin terbukti kalau Oh Tin san lah si
pembunuh biadab tersebut. "
"Siapa tahu kalau hal tersebut merupakan permainan
busuk dari makhluk bertanduk tunggal?" timbrung Cay soat
tidak mengerti.
Hu-yong siancu segera menggelengkan kepalanya
berulang kali.
http://kangzusi.com/
"Tidak cocok dengan kenyataan bila kita berpandangan
demikian, andaikata pembunuh aslinya adalah Si Yu-gi,
waktu itu pastilah dia sedang melarikan diri dengan gugup
dari kuburan setelah berhasil dengan pembunuhannya,
andaikata dia yang menemukan jejak Toan pacu lebih dulu
sehingga baru berlagak sok rahasia dam mencurigakan,
untuk melepaskan diri dari cengkeraman Toan pacu, tidak
seharusnya dia memasuki kuburan Ong bong lagi dam
bersembunyi dibalik dinding sehingga akhir nya mesti
terluka."
Si Cay goat segera mengangguk sambil membenarkan,
sebaliknya Siau cian menimbrung lagi.
"Berdasarkan penuturan Toan Ki tin waktu itu Si Yu gi
tidak masuk ke dalam kuburan bersama-samanya.
mungkinkah dia menyusup lagi ke dalam kuburan dengan
melalui jalan rahasia baru?"
"Tentu saja," jawab Hu-yong siancu tanpa ragu, "itulah
sebabnya pada mulanya aku menganggap lorong baru itu
hasil perbuatan dari si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi
sebab ketika si beruang berlengan tunggal Kiong Tek ciong
bertarung dengan si toya baja berkaki tunggal Gui Pakciang,
secara kebetulan mereka ke luar dari lorong baru
tersebut. sedangkan si manusia bermata tunggal Toan Ki tin
masuk ke luar lewat pintu utama, dari sini membuktikan
juga kalau dia sama sekali tidak tahu dalam kuburan itu
terdapat lorong baru. sebaliknya jika si manusia bengis
bertelinga tunggal Oh Tin san bila mengetahui kuburan
tersebut masih terdapat lorong rahasia baru, diapun tak
akan merusak tombol rahasia pintu belakang kuburan itu
secara tergesa-gesa
Biarpun si makhluk bertanduk tunggal Si Yu-gi bajingan
tengik ini bukan pembunuh sebenarnya, tapi anak- Giok
http://kangzusi.com/
yakin dialah biang keladi dari peristiwa berdarah ini" seru
Lan See giok kemudian dengan penuh kebencian,
Si Cay soat segera menimbrung pula dengan gemas.
"Justru karena dialah si biang keladi dari peristiwa
berdarah itu, maka gurdi emas telah menembusi dadanya
lebih dulu!"
Hu-yong siancu yang mendengar perkataan ini segera
menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela
napas.
"Aai, inilah yang dinamakan hukum karma, siapa pula
manusia di dunia ini yang bisa lolos dari kejadian tersebut?"
Seperti mengerti akan sesuatu, Siau cian ikut pula
berbicara.
"Berdasarkan kesimpulan yang telah di himpun.
andaikata pembunuh paman Lan yang sebenarnya adalah si
manusia bengis bertelinga tunggal Oh Tin san, maka di saat
si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi dan Toan Ki tin
memasuki kuburan Ong bong, mungkin Oh Tin san sudah
berada di sana, waktu itu mungkin saja ia baru membunuh
paman Lan, mungkin pula sedang menggeledah seluruh
bangunan kuburan tersebut, karena mengetahui Si Yu gi
menyelundup masuk barulah dia menyembunyikan diri di
belakang meja batu besar"
Agaknya Hu-yong siancu, Lan See giok dan Si Cay soat
mempunyai perasaan yang sama pula, maka mereka pun
mengangguk berulang kali tanpa komentar.
Berdasarkan analisanya, Siau cian berkata lebih jauh.
"Tindakan si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi tidak
masuk bersama sama Toan Ki tin, sebaliknya secara diamdiam
menyelundup masuk melalui lorong rahasia baru,
http://kangzusi.com/
mungkin- tujuannya ingin berpeluk tangan menyaksikan
harimau berkelahi, tapi diapun tidak menyangka kalau
setelah tiba dalam kuburan ternyata paman Lan telah tewas
terbunuh, karena itu Si Yu gi tidak mengikuti Toan Ki-tin
mengundurkan diri dari situ karena dia berniat
menggeledah semua tempat yang mencurigakan dalam
kuburan tersebut, siapa tahu disaat dia hendak melakukan
penggeledahan itulah. adik Giok telah pulang."
Melihat pandangan serta kesimpulan yang diambil putri
kesayangannya Ciu Siau-cian begitu cermat dan teliti, tanpa
terasa dia memandang gadis itu dengan sorot mata memuji,
sementara kepalanya manggut-manggut berulang kali.
Si Cay soat segera menyela.
"Menurut penuturan enci Cian tadi. jadi kau
menganggap Si Yu-gi sendiripun tidak tahu kalau Oh Tin
San telah bersembunyi di belakang meja batu?"
Siau cian kembali mengangguk.
"Tentu saja, bila ia tahu kalau Oh Tin san bersembunyi
di dalam kuburan, disaat Toan Ki tin menyelamatkan Si Yu
gi dari kuburan tersebut, Si Yu gi pasti sudah menjelaskan,
tentang jejak Oh Tin san, tapi kenyataannya Toan Ki tin
baru mengetahui akan gerak gerik Oh Tin san waktu itu
baru-baru ini."
"Tapi ketika itu keadaan Si Yu gi toh sudah payah
sehingga untuk berbicara saja tak mampu?" tanya Cay soat
seperti baru teringat akan hal ini.
Lan See giok segera menyela.
"Hal itu tak lain hanya merupakan taktik licik Si Yu gi,
bila dia tahu kalau si manusia bengis bertelinga tunggal Oh
Tin san bersembunyi di dalam kuburan, dia pasti dapat
berbicara."
http://kangzusi.com/
"Jadi kalau begitu kepura-puraannya tak mampu
berbicara hanya untuk menghindari pelbagai pertanyaan
yang diajukan Toan Ki tin kepadanya?", tanya Cay soat
tidak mengerti.
Lan See giok mengangguk.
"Tentu saja demikian, sebab dengan berbuat begitu
berarti dia bisa terhindar dari terbongkarnya maksud dan
rencana busuk-nya, kembali Si Cay soat bertanya tidak
mengerti.
"Kalau toh Si Yu gi sendiripun tidak tahu kalau Oh Tin
san juga berada dalam kuburan, mengapa pula Oh Tin san
mesti membinasakan Si Yu gi?"
Hu-yong siancu tertawa-tawa, dan lantas menyela.
"Tentu saja hal ini dikarenakan Si Yu gi sudah
mendengar kalau anak Giok telah mengirim kotak kecil
perak itu kemari, dengan dibunuhnya Si Yu gi oleh Oh Tin
san berarti kecuali anak Giok, hanya dia seorang yang
mengetahui tentang jejak kotak kecil itu."
"Sungguh aneh," kata Siau cian pula seolah-olah
berguman, "kenapa Oh Tin san juga mendapat tahu akan
tempat persembunyian paman Lan? Dengan cara
bagaimana dia menyelundup ke dalam kuburan kuno dan
membunuh paman Lan?"
”Hal ini hanya bisa di jawab oleh si manusia buas
bertelinga tunggal Oh Tin san seorang." sahut Hu-yong
siancu sedih.
Ketika mendengar sampai disini, Lan See giok segera
berkerut kening, sorot mata tajam melintas lewat dari balik
matanya, kalau bisa dia ingin sekarang juga memasuki
benteng Wi-lim-poo dan mencari pembunuh ayahnya itu
untuk membuat perhitungan.
http://kangzusi.com/
Maka kepada Hu-yong siancu. diapun memohon.
"Bibi, mari kita mencari Oh Tin san sekarang juga, kita
dapat meneruskan perjalanan, dengan menumpang sampan
ini, kita pun bisa menantangnya secara terang terangan, jika
dia bersikeras tak mau ke luar, kita bisa menyelundup
masuk dengan menyelam di bawah permukaan air."
Hu-yong siancu termenung sejenak kemudian
mengiakan, maka Siau cian dan Cay soat pun bersamasama
mendayung kembali berangkat menuju ke benteng
Wi-lim-poo.
Malam itu udara sangat gelap, kecuali bintang hanya
rembulan yang bersinar redup tapi nun di ufuk timur sana
setitik cahaya putih sudah mulai muncul.
Ratusan perahu perang Lim lo pa yang semula
berkumpul di situ, kini sudah lenyap dari pandangan mata.
Di tengah hembusan angin yang lembut, meski ke empat
orang itu tidak tidur semalam suntuk, saat itu mereka tidak
merasa lelah barang sedikitpun jua.
Kecuali sampan kecil mereka yang sedang bergerak
mengarungi telaga, serta suara percikan air yang memecah
ke tepian, tiada terdengar suara lain di sana.
Setelah melalui keheningan berapa saat, tiba-tiba
terdengar Hu-yong siancu menghela napas panjang.
Lan See giok dan Si Cay soat sama-sama merasa terkejut
sehingga tanpa terasa bertanya bersama.
"Bibi, persoalan apa sih yang membuatmu kesal?"
-ooo0dw0ooo-
BAB 28
http://kangzusi.com/
SEDANGKAN Siau cian dengan nada mengomel
berseru pula. "Ibu memang selalu begini, bila seseorang lagi
menenangkan diri, ia selalu menghela napas pendek, apa
lagi kalau tidak lagi memikirkan kejadian-kejadian lama
yang memedihkan hatinya."
Tergerak hati Lan See giok sesudah mendengar
perkataan itu. memanfaatkan kesempatan tersebut dia ingin
mencari tahu keadaan yang sejelasnya dari bibinya itu.
Maka dengan penuh rasa kuatir dia menegur. "Bibi. . . ."
Tidak sampai anak muda itu menyelesaikan kata
katanya, Hu-yong siancu telah menghela napas sedih
kemudian pelan-pelan menggelengkan kepalanya.
Lan See giok tahu bahwa bibinya sedang kurang senang
hati, dalam keadaan begini biasanya persoalan apa pun
yang ditanya kan pasti tiada jawaban. Karenanya diapun
merasa enggan untuk bertanya lagi
Padang ilalang yang luas semakin dekat di depan mata,
sementara fajar pun mulai menyingsing.
Hu-yong siancu segera menenangkan hatinya, seakan
akan sedang menyimpan kembali semua kesedihan hatinya.
kemudian setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, ia memberi tanda kepada Cay soat dan Siau cian agar
memperlambat dayungan nya.
Dengan ketajaman matanya yang luar biasa Lan See giok
memandang sekejap ke arah padang ilalang di sebelah kiri,
kemudian serunya.
"Di tempat tersebut terdapat sebuah pintu -air “
Hampir bersamaan waktunya. Cay soat dan Siau cian
telah melihat pula jalan air itu, sampan pun segera
diarahkan ke sana.
http://kangzusi.com/
Diam-diam Lan See-giok menghimpun tenaga dalamnya
ke dalam tangan untuk bersiap siaga menghadapi segala
sesuatunya, sedang kan Hu-yong siancu juga bersiap sedia,
dengan sorot mata yang tajam mereka awasi situasi di
seputar sana, kuatir tibanya sergapan yang datang secara
tiba-tiba..
Setelah makin mendekat, mereka temukan tempat itu
memang sebuah jalan air, di depan jalan air itu tumbuh dua
lapis rumput ilalang yang tinggi, tak heran kalau tempat
tersebut sukar ditemukan dari kejauhan.
Untuk berjaga jaga terhadap segala kemungkinan yang
tak diinginkan, Lan See -giok bangkit berdiri, sorot matanya
yang tajam dipancarkan memperhatikan sekitar situ. sedang
ke sepuluh jari tangannya bersiap sedia melepaskan
serangan ke arah tempat yang mencurigakan..
Siau cian serta Cay soat mendayung semakin kuat.
sampanpun bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya menembusi jalan air selebar delapan depa itu.
"Sreeet..!"
Sampan kecil itu menerjang masuk dengan cepat.
Mendadak . . . . . dari balik hutan ilalang itu bergema suara
tempik sorak yang gegap gempita "Sau-pocu telah
kembali..!
"Hooore . . . sau pocu telah kembali.."
Menyusul sorak sorai yang amat nyaring itu. ilalang
disingkap orang dan muncul enam orang lelaki kekar
berpakaian renang warna hijau dengan wajah penuh
pengharapan.
Lan See giok merupakan seorang yang kaya akan
perasaan, sehabis mendengar suara sorak sorai tersebut dia
http://kangzusi.com/
menjadi terpengaruh emosi. hawa murni yang telah
dihimpun pun segera dibubarkan kembali.
Siau cian dan Cay soat yang menyaksikan kejadian ini
pun dibikin tertegun.
Sebaliknya berkilat sepasang mata Hu-yong siancu, cepat
dia bangkit berdiri, lalu bisiknya kepada Lan See giok.
"Anak Giok, ayolah kita makan siasat dengan siasat
cepat kau tanggapi mereka !"
Cepat Lan See giok mengunjukkan senyuman di
wajahnya, dia mengangkat tangannya dan diulapkan
berulang kali kearah ke enam lelaki kekar yang sedang
berenang mendekat itu.
Dalam pada itu, dari balik ilalang di depan sana pun
saling menyusul bergema tempik sorak yang penuh
kegembiraan, lalu dari mana-mana muncul orang yang
berenang mendekat.
Lan See-giok kuatir kehadiran mereka akan menunda
rencananya, sambil memberi tanda kepada siau- cian dan
Cay soat agar mempercepat dayungnya, dia pun mengulap
kan tangannya sambil berteriak keras:
"Musuh besar belum pergi jauh, harap saudara sekalian
tetap berjaga di pos masing-masing, ingat jangan bergerak
meninggalkan pos masing-masing secara sembrono!"
Sementara pembicaraan berlangsung sampan kecil itu
meneruskan perjalanannya melesat ke dalam lorong air, tapi
kawanan lelaki kekar yang berada di kedua sisi lorong itu
tetap memberi sambutan yang meriah. .
Hu-yong siancu sangat terharu oleh kejadian tersebut. dia
tak menyangka kehadiran Lan See giok dalam bentengWilim-
poo mesti hanya berlangsung selama dua hari, namun
http://kangzusi.com/
kehadirannya telah meninggalkan kesan yang begitu
mendalamdihati lelaki-lelaki kekar anggota benteng itu..
Semakin ke dalam sampan itu bergerak, sambutan yang
diberikan semakin bertambah meriah, dimana mana
muncul tangan manusia yang sedang menggapai, atau
wajah-wajah gembira yang bersorak sorai..
Di samping membalas sambutan orang-orang itu dengan
senyuman, dalam hati kecilnya Lan See giok juga maju
sendiri, pikirnya.
"Yaa, dari mana mereka bisa tahu kalau kedatanganku
kali ini adalah bertujuan membunuh loo-pocu mereka?"
Setelah menempuh perjalanan sekian waktu lagi. muncul
banyak jalan lorong yang bercabang cabang, dalam keadaan
begini Siau cian dan Cay soat tidak tahu harus menempuh
jalan yang mana.
Untung saja di kedua sisi jalan telah muncul banyak
lelaki kekar yang memberi petunjuk belok ke kiri kanan, ke
barat atau utara.
Setelah menempuh perjalanan sekian waktu, akhirnya
mereka ke luar dari pepohonan ilalang yang lebat dan
semua pemandangan pun muncul di depan mata.
Seratus kaki di depan mereka, kini nampak sebuah
bangunan benteng yang besar dan kokoh. di atas lorong
benteng tergantung tiga buah lentera merah yang besar dan
bergoyang goyang ketika terhembus angin.
Berhubung tempik sorak telah bergema semenjak sampan
memasuki lorong air. maka ketika sampan itu akhirnya
muncul di bawah benteng, sorak sorai yang keras pun
kembali menggema di situ.
http://kangzusi.com/
Enam orang lelaki kekar, berbaju merah celana hijau,
bersama sama meniup terompet mereka begitu melihat Lan
Se giok telah muncul di situ.
Tambur yang menderu deru seperti guntur membelah
pula keheningan. sementara para pengawal bersama sama
mengangkat tombak mereka memberi hormat.
Menyaksikan keadaan demikian, tanpa terasa Lan Seegiok
jadi teringat kembali dengan upacara perkenalan yang
diselenggarakan Oh Tin-san setahun berselang, hal tersebut
membuat perasaannya menjadi tak karuan.
Hu-yong siancu diam-diam memberi tanda kepada Si
Cay soat dan Ciu Siau cian agar meneruskan perjalanan
untuk menghindari segala kemungkinan, setelah itu
bisiknya kepada Lan See giok.
"Anak Giok, pembunuhan atas ayahmu merupakan
dendam yang lebih dalam daripada samudra, harap kau
jangan melupakan tujuan kedatanganmu kemari!"
Lan See giok terkesiap dan buru-buru menyahut, hampir
saja air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya.
Ketika sampan berada puluhan kaki dari pintu gerbang,
suara gemerincing nyaring bergema memecahkan
keheningan, pintu gerbang yang tertutup pelan-pelan
bergerak ke atas.
Agak emosi juga Siau cian dan Cay-soat setelah
menyaksikan kejadian ini, terutama sekali setelah
menyaksikan arsitek pembangunan benteng Wi-lim-poo
yang begitu megah
Untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak
diinginkan, Lan See giok berdiri di ujung sampan dengan
wajah serius meski senyum tetap dikulum, sementara
http://kangzusi.com/
tangannya berulang kali diulapkan untuk membalas hormat
para lelaki bertombak yang berada di atas dinding benteng.
Bagaikan anak panah yang terlepas dari busur, sampan
itu melesat masuk ke dalam pintu benteng, dari balik
benteng segera bergema sorak sorai penuh kegembiraan.
suara tambur dari bangunan loteng juga dibunyikan bertalu
talu.
Sepanjang tanggul lorong air, manusia berdesakan
memberi sambutan yang meriah, malah boleh dibilang
sambutan yang mereka berikan mendekati kalap.
Diam-diam Siau - cian dan Cay soat gembira melihat
kejadian tersebut, mereka tidak mengira kalau usaha
mereka memasuki benteng Wi-lim-poo dapat berlangsung
dengan luar biasa lancarnya. dengan leganya hati mereka
sampan pun bergerak makin lamban.
Sementara itu Lan See-giok merasa keheranan oleh
kejadian yang dihadapinya, dia tidak mengerti apa
sebabnya diantara para penyambut yang amat ramai itu
sama sekali tidak nampak Oh Tin-san dan Say-kui hui?
Diapun heran mengapa masalah kaburnya dia dari benteng
tidak disiarkan Oh Tin san kepada segenap anak buahnya?
Atau mungkin mereka berdua yakin dia tak akan berani
datang ke sini lagi?
Pada saat itulah sebuah sampan kecil tiba-tiba muncul
dari ruangan tamu telaga emas dan bergerak mendekat.
Mengetahui siapa yang datang, dengan perasaan terkejut
Lan See giok berpaling ka arah Hu-yong siancu sembari
berkata.
"Bibi yang datang adalah Be Siong pak. orang
menyebutnya Say go yong, dia adalah juru pikir Oh Tin
http://kangzusi.com/
san. orangnya licik dan banyak akal muslihatnya, sebentar
bibi mesti berhati-hati terhadapnya."
Dengan tenang Hu-yong siancu mengangguk tanda
mengerti, di samping itu diapun mulai memperhatikan si
kakek bungkuk yang waktu itu berdiri hormat di atas
sampan.
Kakek bungkuk itu berperawakan pendek dan kecil, dia
mengenakan jubah panjang berwarna putih. bermata segi
tiga dan memelihara jenggot kambing, sorot matanya
diliputi perasaan kaget dan gelisah tapi senyuman penuh di
bibir, jelas seorang manusia berwajah licik.
Ketika kawanan lelaki kekar yang memberi sambutan di
kedua sisi tanggul melihat kemunculan Be Siong pak.
suasana seketika berubah menjadi amat hening.
Be Siong pak segera menjura kepada Lan See giok dari
kejauhan. lalu dengan wajah penuh senyuman licik dia
berkata:
"Hamba Be Siong pak gembira sekali, mendengar
kedatangan kembali sau pocu. bila penyambutan agak
terlambat harap sau pocu sudi memaafkan"
Lan See giok tertawa tergelak. dia batas memberi hormat
seraya merendah.
"Tidak berani. tidak berani. banyak tahun tak bersua
muka, Be to enghiong masih tetap nampak segar bugar"
Be Siong pak sama sekali tak berani melirik kearah Huyong
siancu, Si Cay soat maupun Ciu Siau cian, ketika
mendengar perkataan dari Lan See-giok tersebut, Ia segera
tersenyum sambil menyahut dengan hormat:
"Kesemuanya ini tak lain berkat puji syukur dari sau
pocu.."
http://kangzusi.com/
Sambil berkata dia memandang sekejap ke arah Hu-yong
siancu yang memegang kemudi serta Cay soat dan Siau cian
yang memegang dayung. lalu buru-buru serunya kepada
kawanan lelaki kekar yang berada di sisi tanggul.
"Ayo kemari dua orang untuk mengganti kan kedua
nona ini."
"Tidak usah Be lo-enghiong.." cegah Lan See giok .
Belum selesai is berkata, tiba-tiba dari arah ruang tamu
telaga emas telah berkumandang suara keleningan kecil
yang amat ramai. .
Paras muka Lau See giok berubah hebat sekilas sinar
tajam melintas dibalik matanya.
Hu-yong siancu segera mengerti, sudah pasti Manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin-san yang telah datang,
Dari ujung lorong air itu muncul sebuah perahu
berkepala naga emas, perahu itu meluncur datang dengan
kecepatan tinggi, ternyata orang yang berada di ujung
geladak adalah seorang gadis genit bergaun panjang, waktu
itu dia sedang menggapai kearah ke mari dengan wajah
penuh kegelisahan.
Be Siong pak yang menjumpai hal itu segera berteriak
keras:
"Nona telah datang untuk menyambut kedatangan sau
pocu"
Lan See giok segera berpaling, betul juga ternyata Oh Li
cu yang datang, hal ini membuat hatinya amat kecewa, tapi
ia toh bertanya juga.
"Sejak kapan nona kembali ke benteng?"
Waktu itu Be Siong pak sedang sibuk memerintahkan
orang untuk menggantikan pemegang dayung, jadi ia tidak
http://kangzusi.com/
melihat akan perubahan wajah Lan See giok, kini Setelah
berpaling meski di jumpai pula perubahan aneh pada wajah
pemuda itu, dia mengira hal tersebut dikarenakan tak
bersua dengan lo pocu, karenanya hal mana tak dipikirkan
ke dalam hati.
Sahutnya kemudian dengan hormat. "Baru senja kemarin
tiba di benteng."
Lan See giok terkejut juga oleh kecepatan Oh Li cu
pulang ke benteng, tapi ia tidak memberi tanggapan lebih
jauh. hanya tanyanya kemudian sewaktu tidak menjumpai
kehadiranOh Tin-san di atas perahu naga emas tersebut:
"Mana Lo-pocu?"
"Semenjak Sau pocu meninggalkan benteng, keesokan
harinya lo pocu dan hujin turut meninggalkan benteng
pula.."
Lan See giok terkejut dan segera berkerut kening, timbul
perasaan gelisah, mendongkol dan tak tenang yang
akhirnya meletus menjadi api kemarahan, berkilat sorot
matanya.
Oleh pandangan sang pemuda yang menggidikkan hati
itu, Bee Siong-pak gemetar keras dan cepat-cepat
menundukkan kepala nya kembali..
Baru sekarang Hu-yong siancu mengerti, apa sebabnya
selama setahun lebih ini mengapa jejak Oh Tin san suami
istri tidak nampak, lantas kemana perginya Oh Tin san
berdua? Inilah yang membuat pusing kepalanya.
Dalam pada itu, Hu-yong siancu yang melihat Lan See
giok memperlihatkan sikap yang kurang wajar segera
mendehem dan ujarnya dengan tenang,
"Anak Giok, nonaOh tiba!"
http://kangzusi.com/
Ketika mendengar sebutan “anak Giok." Be Siong pak
segera mengangkat kepalanya dan memandang sekejap
wajah anggun perempuan itu dengan terkejut, ia nampak
agak termangu.
Lan See giok segera menyadari akan kekhilafannya,
cepat dia memusatkan kembali pikirannya sambil
mendongakkan kepala, waktu itu perahu naga emas telah
berada lima kaki dihadapannya.
Tampak Oh Li cu sedang mengulapkan tangannya
berulangkali dengan wajah gembira bercampur gelisah,
dibalik matanya yang genit, dia seakan akan hendak
memperingatkan kepada pemuda itu agar jangan banyak
bicara.
Ketika Oh Li cu menyaksikan Hu-yong siancu juga
berada di atas kapal tersebut, dengan kejut bercampur
girang ia segera bersorak gembira.
"Aaah, bibi! Baik. baikkah kau?"
Kemudian dengan sikap yang amat tulus dia memberi
hormat kepada perempuan tersebut.
Tentu saja peristiwa ini membuat Be Siong pak tertegun,
ia betul-betul dibuat semakin kebingungan.
Lan See giok, Siau clan dan Cay soat saling. menyapa
pula dengan Oh Li cu, ada yang memanggil enci Oh, ada
pula yang menyebut enci Cu. suasana betul-betul riang
gembira.
Dengan senyum ramah menghiasi wajahnya Hu-yong
siancu menyapa pula.
"Baik baikkah kau nonaOh!"
http://kangzusi.com/
Setelah perahu naga emas itu bersandar di sisi sampan
kecil. Oh Li cu mempersilahkan Hu-yong siancu sekalian
naik ke atas kapalnya.
Hu-yong siancu pun tidak menampik, tidak melihat
bagaimana gerakan tubuhnya tahu-tahu dia sudah
melambung ke tengah udara.
See-giok, Cay soat dan siau cian segera menyusul pula di
belakangnya dan melayang ke atas perahu.
Untuk kedua kalinya Be Siong pak dibuat termangu,
apalagi kawanan lelaki yang berkerumun di sekeliling situ,
mereka benar-benar terkesima dibuatnya, mimpi pun
mereka tidak mengira kalau dalam dunia persilatan terdapat
ilmu meringankan tubuh yang begitu sempurna dan
hebatnya.
Menanti Siau cian serta Cay soat telah meninggalkan
tempat duduknya. maka dibagian buritan sampan kecil itu
segera muncul sebuah gambar kepala setan yang bertaring.
lambang khas dari pihak Lim-lo pah pimpinan Toan Ki tin.
Paras muka Be Siong pak serta Oh Li cu segera berubah
hebat. saking kagetnya mereka berdua sampai menjerit
tertahan, sebaliknya kawanan lelaki yang berada di kedua
tanggul menjadi gaduh.
Hu-yong siancu dapat menyaksikan semua nya itu
dengan jelas. sambil tertawa hambar segera ujarnya kepada
Oh Li-cu.
"Kemarin malam anak Giok sedang pulang ke benteng
dengan naik sampan kecil. ketika tiba di tengah te1aga, ia
saksikan di situ berlabuh beratus buah kapal perang, anak
Giok mengira kapal-kapal itu milik benteng kalian, siapa
tahu setelah mendekat baru diketahui sebagai pasukan
kapal perang dari Lim lo pah, akibatnya terjadilah
http://kangzusi.com/
bentrokan kekerasan, namun alhasil anak Giok berhasil
menghajar Toan Ki tin hingga terluka parah, malam itu
juga Toan Ki tin telah memimpin pasukannya kembali ke
telaga Tong ting. itulah sebab nya kami datang dengan
memakai sampan kecil milik mereka"
Baru saja Hu-yong siancu menyelesaikan kata katanya.
para lelaki kekar yang berada di sekitar sana telah bersorak
sorai penuh kegembiraan. ada yang berlarian menyampai
kan berita itu kepada rekan rekannya, ada pula yang lari ke
loteng benteng dan menyiarkan kabar tersebut ke seantero
benteng.
Tak heran kalau dalam waktu singkat berita tentang
dirobohkannya Toan Ki tin oleh sau pocu telah tersebar rata
di seluruh bentengWi-lim-poo:
Be Siong pak berpikir agak tertegun, setelah berulang kali
mengalami rasa terkejut bercampur gembira, manusia yang
paling pandai mengumpak ini sekarang betul-betul
kebingungan sehingga dia tak tahu bagaimana mesti
mengucapkan selamat kepada Lan See-giok.
Dengan sorot mata penuh rasa terima kasih Oh Li cu
memandang sekejap ke arah Lan See giok, demi
keleluasaan mereka dalam berbincang, tampaknya dia
sengaja hendak menyingkirkan Be Siong-pak dari situ,
maka serunya kemudian dengan gembira.
"Be congkoan untuk merayakan kemenangan sau pocu,
seluruh isi benteng harus ikut merayakan nya,
terselenggaranya pesta tersebut kuserahkan pertanggungan
jawabnya kepadamu, sedang sau pocu sudah lelah karena
bertempur semalaman, biar aku yang menjamunya dalam
benteng, jadi dia tak akan menghadiri pesta kalian."
http://kangzusi.com/
Be Siong pak merasa semangatnya bangkit kembali
setelah mendengar ucapan tersebut, cepat dia meluruskan
yang bungkuk serta mengiakan.
Oh Li cu mempersilahkan Hu-yong siancu dan Lan See
giok sekalian naik ke perahu naga emasnya diiringi suara
dentingan bel berangkatlah perahu tersebut menuju ke
dalam benteng.
Hu-yong siancu duduk dikursi utama milik Oh Tin san
sambil memperhatikan sekejap ruang perahu yang
gemerlapan itu kemudian tanyanya dengan penuh
perhatian.
"Nona Oh, ketika semalam kau kembali, apakah sudah
kau tanyakan arah kepergian lo-pocu dan hujin?"
Dengan cekatan Oh Li cu yang duduk di kursi sebelah
kiri memandang sekejap ke arah beberapa orang lelaki
berpakaian ringkas yang berada tak jauh dari situ, lalu
jawabnya dengan hormat.
"Berhubung ayah pergi dengan tergesa gesa sehingga
tidak memberi pesan yang jelas, maka tak seorangpun yang
tahu kemanakah mereka berdua telah pergi"
Hu-yong siancu tahu kalau Oh Li cu merasa kurang
leluasa untuk berbicara di sini, maka diapun mengangguk
serta tidak banyak bertanya lagi.
Siau cian dan Cay soat duduk termenung sambil
mengawasi bangunan rumah di air sepanjang perjalanan.
tampaknya mereka tertarik oleh keadaan bangunan di situ,
Setelah melewati lagi dua pintu gerbang, dia menembusi
sebuah jembatan besar sampailah mereka dalam benteng,
perahu naga emas pun berlabuh di depan bangunan rumah
Oh Li cu.
http://kangzusi.com/
Oh Li cu mengajak Hu-yong siancu. Cay soat dan Siau
cian memasuki gedung bagian belakang, banyak dayang
segera munculkan diri serta menyambut kedatangan
mereka.
Sedangkan Lan See giok sendiri segera teringat dengan
pengalamannya dimasa Lampau disaat dia sedang berdua
dengan Oh Li cu. waktu itu keadaannya sungguh berbeda
dengan keadaan sekarang.
Setelah Oh Li cu menjelaskan keadaan yang dialaminya
semalam. diapun menitahkan dayang untuk menyiapkan
hidangan lezat. tapi berhubung ada kaum dayang turut
hadir di situ maka mereka tidak membicarakan soal jejak
yang menyangkutOh Tin san.
Seusai bersantap, dengan alasan sau pocu perlu
beristirahat, semua dayang diperintahkan agar
mengundurkan diri.
Setelah Oh li cu mempersilahkan Hu-yong siancu
sekalian memasuki kamarnya untuk beristirahat.
Ketika memasuki kamar Oh Li cu. Lan See giok segera
dibuat tertegun, ternyata dalam semalam, saja kamar tidur
Oh Li cu telah dirubah dari warna merah menjadi warna
biru, hal ini mendatangkan suasana yang nyaman bagi
siapapun yang memandang,
la mengerti apa yang telah menyebabkan Oh Li cu
berubah begini, sebaliknya Hu-yong siancu, Cay soat, dan
Siau cian selain merasa ruang itu nyaman, sama sekali tidak
tahu kalau Oh Li cu telah merubah sama sekali corak
dekorasi dalam ruangannya
Kalau Siau cian menemukan perubahan yang menyolok
dari watak Oh Li cu maka Cay soat justru memperhatikan
http://kangzusi.com/
pandangan penuh rasa cinta dari Oh Li cu terhadap engkoh
Giok nya.
Lain halnya dengan Hu-yong siancu, dia cuma
menguatirkan jejak Oh Tin san suami istri, sebab hal ini
menyangkut soal dendam kesumat Lan See giok.
Selesai menghidangkan air teh. Oh Li cu baru
mengeluarkan sepucuk surat dari bawah pembaringannya
dan diserahkan kepadaHu-yong siancu.
Hu-yong siancu tahu pasti ada yang tak beres maka surat
itu segera diteliti dengan seksama.
Pada sampul bagian depan, tertera beberapa huruf yang
cukup besar.
"Ditujukan untuk anak Cu pribadi."
Biarpun Hu-yong siancu melihat sampul surat telah
robek, tak urung ia bertanya lagi kepada Oh Li cu dengan
suara rendah.
"Sudah nonaOh baca isi suratnya?"
"Sudah" Oh Li cu mengangguk dengan hormat. "anak
Cu telan melihat dengan seksama, silahkan bibi untuk
memeriksa sekali lagi-."
Dari panggilan "bibi" kepadanya, Hu-yong siancu segera
memahami apa maksud Oh Li cu berbuat demikian, maka
dia pun tidak menampik lagi dan memeriksa isi surat
tersebut.
Tapi wajahnya berubah hebat sambil mengangkat
kepalanya cepat ia bertanya.
"Tahukah nona Oh tujuan mereka ke sana?"
Dengan cepat Oh Li cu menggeleng, "Anak Cu bodoh,
tak dapat kutebak maksud tujuan mereka," sahutnya lirih.
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu segera memberi tanda kepada Lan See
giok. Siau cian serta Cay- soat untuk ikut membaca isi surat
tersebut.
Lan See-giok paling menguatirkan jejak Oh Tin san,
maka ia menghampiri perempuan tersebut lebih dulu dan
membaca iri surat tersebut, tapi wajahnya segera berubah.
Dalam surat tersebut hanya tercantum beberapa huruf
yang garis besarnya mengatakan bahwa mereka telah
berangkat ke luar lautan, menuju ke tempat kediaman Wan
san popo untuk membalas dendam. bila Oh Li-cu telah
kembali maka dia diminta untuk mengurusi masalah
benteng dan paling lambat setengah tahun kemudian pasti
akan kembali. Seusai membaca surat tersebut, Lan See giok
segera bertanya kepada Oh Li-cu.
"Apa hubungan antara Wan San popo dengan Oh Tinsan?"
"Wan-san popo adalah guru dari ibu..bukan guru dari ibu
angkatku Say kui hui."
Lan See giok berkerut kening sambil termenung, lalu
sambil menoleh ke arah Hu-yong siancu katanya.
"Bibi, menurut pendapat Anak Giok, kepergian Oh Tin
san, suami istri ke bukit Wan san tak lebih karena dua
alasan, pertama karena dia mulai gugup dan panik sehingga
berusaha untuk menghindari suhu To Seng cu kedua diapun
ingin memperdalam ilmunya di bukit Wan san agar di
kemudian hari bisa mencari bibi untuk membalas
dendam.."
Siau cian, Cay soat serta Oh Li cu segera mengangguk
tanda setuju dengan pendapat itu.
Berbeda sekali dengan Hu-yong siancu, katanya.
http://kangzusi.com/
"Kalau menurut pendapatku, tujuan mereka yang
terutama mungkin menghadapi To seng cu Cia locianpwe"
Tergerak hati Cay soat. dia seperti teringat akan sesuatu,
segera bisiknya kepada Lan See giok.
"Engkoh Giok, ucapan bibi memang benar, kau sudah
lupa dengan perkataan Lam hay lo koay tahun berselang
sebelum pergi meninggalkan suhu, bukankah dia bilang
sampai berjumpa di rumah kediamanWan san popo . . . ?"
Sekali lagi paras muka Lan See giok berubah setelah
mendengar ucapan tersebut, kepada Hu-yong siancu
kembali ia berkata.
"Bibi, Lam hay lokoay memang telah berkata begitu,
menurut pendapat anak Giok, tidak kembalinya suhu
hingga kini bisa jadi sudah termakan perangkap mereka,
kita sudah seharusnya berangkat ke Wan san dalam waktu
singkat."
Hu-yong siancu termenung sesaat, lalu sahutnya dengan
tenang.
"Lebih baik menunggu sampai si naga sakti pembalik
sungai Thio lo enghiong pulang kembali, kita baru
berunding sebelum memutuskan untuk mengambil suatu
tindakan, siapa tahu Thio lo enghiong masih lebih tahu
daripada kita?"
Lan See giok merasa perkataan ini ada benarnya juga,
maka diapun segera mengusulkan.
"Bagaimana kalau sekarang juga anak Giok pergi ke
dusun kaum nelayan? Siapa tahu Thio loko dan Thi gou
telah kembali?"
http://kangzusi.com/
"Jangan!" cegah Hu-yong siancu. "saat ini segenap
anggota benteng sedang bergembira atas kedatanganmu,
kau tak boleh pergi secepatnya . . . "
"Bibi, biar aku saja yang menjemput Thio loko" buruburu
Cay soat menyela.
Oh Li cu yang mendengar perkataan tersebut segera
berubah wajahnya. dengan gelisah ia berkata.
"Bibi, jangan kalian ajak si naga sakti pembalik sungai
Thio locianpwe datang ke-mari, sebab selama ini Thio
locianpwe dan pihakWi-lim-poo bersikap bermusuhan"
Lan See giok tahu bahwa apa yang dikatakan Oh Li cu
memang benar, maka katanya kemudian:
"Lebih baik aku saja yang pergi. sebab Thio loko berniat
menjumpaiku secepatnya."
"Kalian tak usah pergi semua," ucap Hu-yong siancu
dengan kening berkerut. "biar aku seorang diri pergi ke situ,
karena aku masih ada masalah yang perlu dirundingkan
dengan Thio lo enghiong."
Cay soat menguatirkan keselamatan Siau-thi-gou, cepatcepat
dia berkata pula.
"Kalau begitu, biar aku dan bibi pulang lebih dulu, sebab
di rumah aku masih ada kudaku dan perlu secepatnya
menengok keadaan adik Thi gou."
Hu-yong siancu merasa seorang diri memang sulit
mengurusi dua ekor kuda sekaligus, maka diapun
mengangguk.
"Baik. biar anak Soat yang ikut aku pulang, aku seorang
diri memang tak akan mampu mengurusi dua ekor kuda
sekaligus."
http://kangzusi.com/
"Tapi Thio loko ada urusan yang ingin segera
dibicarakan denganku.." kata Lan See-giok agak gelisah.
"Besok, kau boleh mencari kesempatan untuk mengajak
nona Oh berpesiar ke luar benteng. aku akan menunggu
kedatangan kalian di rumah kediaman Thio lo enghiong"
usul Hu-yong siancu.
Lan See giok mengangguk sambil mengiakan, Oh Li cu
pun memerintahkan dayangnya untuk mempersiapkan
perahu,
Tengah hari itu, Hu-yong siancu dan Cay soat dihantar
oleh See giok bertiga berangkat meninggalkan bentengWilim-
poo menuju ke dusun kaum nelayan.
Mereka baru kembali ke dalam benteng setelah
menyaksikan sampan yang di tumpangi Hu-yong-siancu
berdua telah berada ratusan kaki dari benteng.
Untuk pertama kali ini Siau-cian hidup berpisah dari
ibunya, terutama sekali tinggal dalam lingkungan yang
masih asing baginya, timbul suatu perasaan yang tak
terlukiskan dengan kata-kata di dalam hatinya, untung Lan
See-giok selalu mendampinginya sehingga tidak sedikit
kesulitan yang dapat di atasi.
Oh Li cu cukup mengetahui akan bobot Siau cian dalam
perasaan Lan See-giok, terhadap kelembutan, ketenangan
sikapnya yang jarang berbicara dia selalu memperhatikan
secara bersungguh-sungguh .
Sesungguhnya Lan See-giok sudah mengetahui akan
perasaan hati Siau cian dan selalu menaruh perhatian
khusus terhadapnya, tapi berhubung selama ini adik
Soatnya yang binal selalu hadir di situ, maka ia tak berani
memperlihatkan perhatian yang berlebihan.
http://kangzusi.com/
Tapi sekarang setelah Hu-yong siancu dan Si Cay soat
pergi, rasa perhatian tadi otomatis tertera nyata di atas
wajahnya.
Oh Li-cu ternyata cukup tahu diri, ia mengerti andaikata
tiada belas kasihan dari Siau cian dan bantuan dari Huyong
siancu, jangan harap ia akan tercapai cita-citanya
sepanjang hidup
Betul kakak kandungnya Tok Nio-cu telah "menjamin"
kepadanya berulang kali bahwa selama Lan See giok masih
hidup di dunia ini. dia pasti punya akal untuk memenuhi
pengharapannya. tapi persoalan di dunia, terlalu banyak
perubahannya, siapa yang bisa menduga keadaan dimasa
mendatang?
Siau cian segera menemukan kalau Oh Li cu berdiri
seorang diri di belakangnya. maka diapun mengalihkan
pembicaraan ke soal lain. tapi biarpun kedua orang itu
berbincang sambil tertawa, namun kedua belah pihak samasama
tak mampu menyembunyikan kemurungan yang
melekat di wajah mereka, Lan See giok melihat hal ini
dengan jelas. dia merasa berkewajiban untuk
mengusahakan agar enci Ciannya menjadi gembira.
Setelah masuk ke pintu gerbang suara gelak tertawa dan
orang bertaruh kedengaran di mana-mana, satu ingatan
segera melintas dalam benaknya, kepada Siau-lian si dayang
yang berada di belakangnya ia pun berseru: "Siau-lian, aku
hendak melihat lihat keadaan di ruang tamu telaga emas."
Siau - lian mengiakan dengan hormat, sampan kecil
itupun melaju lebih cepat.
Selamanya Oh Li cu tak pernah membangkang
keinginan Lan See-giok, karenanya dia tak banyak
berbicara, sedangkan Siau-cian yang melihat Oh Li cu tidak
http://kangzusi.com/
memberi pendapat apa-apa tentu saja lebih tak leluasa
untuk menghalangi.
Tatkala sampan muncul di lorong air yang lebar, para
pengawal yang berada di luar ruang tamu telaga emas telah
melihat kedatangan mereka, seorang diantaranya segera
berlarian memasuki ruangan yang lebar itu.
Suasana gaduh yang semula mencekam ruangan itu
seketika menjadi tenang, tapi menyusul kemudian meledak
kembali tempik sorak yang gegap gempita.
Menyusul suara bangku ditarik, berpuluh puluh manusia
dengan aneka macam pakaian telah bermunculan dari
ruangan sambil bersorak sorai menyambut kedatangan
sampan kecil itu.
Be Siong pak yang bungkuk diiringi ke empat komandan
kapal perang sama-sama menampilkan diri pula dari
ruangan dan menyambut kedatangan sau cengcu nya
dengan hormat.
Sekulum senyuman segera menghiasi ujung bibir Lan
See giok, dengan mata berkilat dia mengulapkan tangannya
berulang kali-
Dalam keadaan begini, Siau cian dan Oh Li cu tak
mampu berbicara lagi, terpaksa mereka mengalihkan
perhatiannya ke wajah manusia-manusia yang berjajar di
tepi dermaga dengan wajah memerah dan sorot mata yang
setengah mabuk itu.
Tiba-tiba di tepi tanggul, Lan See giok segera berbalik
badan dan berkata sambil tertawa.
"Cici berdua silahkan naik ke daratan lebih dulu!"
http://kangzusi.com/
Ditatap begitu banyak manusia, Siau cian merasa
pipinya memerah, apa lagi oleh sikap Lan See giok
sekarang, ia semakin tersipu sipu dibuatnya,
Sementara dia masih ragu, Oh Li cu. telah menuntun
tangannya sambil berkata dengan senyuman dikulum.
"Adik Cian adalah tamu sedang adik Giok adalah tuan
rumah, sudah sepantasnya, adik Cian yang naik lebih dulu."
"Tentu saja, tentu saja?” Lan See giok segera menimpali,
"mana ada tuan rumah naik lebih dulu?" "
Sementara berbicara, tidak kelihatan gerakan apapun,
tahu-tahu tubuhnya sudah, naik ke daratan.
Seketika suasana dicekam keheningan lagi, Be Siong pak
dan ke empat komandan pasukan. ditambah puluhan lelaki
kekar lainnya sama-sama memandang dengan tertegun.
Bukan saja mereka terkejut oleh kehebatan Siau cian.
terutama sekali oleh kecantikan wajahnya, mereka benarbenar
dibuat terkesima.
Sebagai tuan rumah, Lan See-giok pun memperkenalkan
Be Siong-pak beserta ke empat komandan pasukan itu
kepada si nona
"Dia adalah satu-satunya putri kesayangan Hu-yongsiancu
Han lihiap, nonaCiu siau cian adanya"
Seruan tertahan sekali lagi bergema di seluruh arena,
malah ada diantara mereka yang maju sampai berapa
langkah agar bisa mengamati wajah putri cantik itu lebih
jelas lagi.
Sebaliknya Be Siong-pak dan ke empat komandan
pasukan itu sama-sama terkesiap buru-buru mereka
memberi hormat kepada gadis tersebut..
http://kangzusi.com/
Dalam hati kecilnya Siau cian menggerutu karena
kelancangan mulut adik Gioknya tapi di luar dia tetap
merendah kepada Be Siong-pak sekalian dengan senyuman
dikulum bagaikan mengiringi seorang kaisar mereka
mengiringi Lan See-giok sekalian memasuki ruangan.
Di meja bagian tengah terdapat lima buah tempat yang
semula memang dipersiapkan buat Lan See-giok sekalian,
maka mereka bertiga pun menempati tempat masingmasing.
Begitulah perjamuan pun berlangsung amat meriah
sehingga matahari condong ke barat, saat itulah Lan See
giok sekalian baru kembali ke gedung mereka.
Tiba di gedung kediaman Oh Li-cu Lan See giok sudah
mabuk oleh arak, sedang wajah Siau cian juga berubah
menjadi merah padam karena pengaruh alkohol, untung
saja tenaga dalam yang mereka miliki cukup sempurna
sehingga tak sampai roboh tak sadarkan diri seperti
kebanyakan orang lainnya.
Oh Li cu mengajak Lan See giok berdua menuju ke
kamar tidurnya dan memberi mangkuk kuah hati teratai
kepada mereka, pengaruh arak seketika bilang sebagian
besar.
Mendadak Lan See giok teringat akan sesuatu, semenjak
tiba di benteng Wi-lim-poo dia merasa tak pernah bertemu
dengan Thio Wi kang si muka monyet, dengan nada tak
mengerti segera tanyanya.
"Apakah Thio Wi kang tidak berada dalam benteng?"
Oh Li cu berkerut kening lalu menjawab dengan sedih:
"Menurut Be congkoan, suatu malam entah mengapa, tibatiba
Thio Wi-kang memasuki ruang pribadi lo-pocu,
setengah jam kemudian mendadak terdengar jeritan ngeri
http://kangzusi.com/
bergema dari ruangan tersebut, lalu muncul Thio Wi-kang
dengan sempoyongan dan akhirnya, roboh tewas, mimik
wajahnya memperlihatkan rasa ketakutan yang luar biasa,
seakan akan bertemu setan saja.”
Lan See giok merasa amat tergetar perasaannya. dengan
nada tidak mengerti tanyanya kemudian. "Apakah ada jagojago
lihay yang di tempatkan di gedung pribadi pocu untuk
menjaga keamanan di situ ?"
Oh Li-cu menggeleng.
"Pintu gedung terkunci rapat, pada hakekatnya tak
nampak seorang manusiapun."
"Darimana Be congkoan bisa tahu kalau Thio Wi kang
kaburnya dari dalam gedung pribadi pocu?", tanya Siaucian
dengan tidak mengerti
"Be congkoan sendiripun mendapat keterangan tersebut
dari seorang dayang.”
Dengan kening berkerut Lan See-giok segera termenung,
lama kemudian dia bergumam.
"Heran, mengapa ditengah malam bisa Thio Wi-kang
memasuki gedung kediaman pocu? Bila gedung itu tidak
dijaga orang mengapa pula Thio Wi-kang bisa mati cara
mendadak.."
"Pernahkah kau memasuki gedung untuk melakukan
pemeriksaan?! tanya Siau cian tiba-tiba sambil menengok
kearah Oh Li-cu.
Oh Li-cu segera mengangguk, "Aku bersama Be
congkoan telah melakukan pemeriksaan semalam”
"Adakah sesuatu yang kau temukan?" tanya -Lan Seegiok
penuh perhatian.
Oh Li cu segera menggeleng.
http://kangzusi.com/
“Kecuali gerendel jendela sebelah kiri sudah dibongkar,
tidak kujumpai sesuatu yang aneh."
Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, dengan suara
lirih kembali dia berbisik:
"Seingatku, dulu Thio Wi-kang adalah anggota benteng
Wi-lim-poo ini."
Tergerak perasaan Lan See-giok dan Ciu Siau cian oleh
perkataan itu, tanpa terasa bisiknya:
"Apa kau bilang"
Oh Li-cu menghela napas sedih:
"Aaaai, masalah telah berkembang jadi be-gini, aku rasa
akupun tak usah menyimpan rahasia ini bagi Oh Tin-san
suami istri lagi.”
Lan See-giok dan Ciu Siau cian kembali saling
berpandangan sekejap sesudah mendengar perkataan ini.
Oh Li cu mengalihkan sorot matanya dan memandang
ke tempat kejauhan sana, lama kemudian dia baru berkata:
"Peristiwa ini terjadi pada lima belas tahun berselang,
waktu itu aku baru berusia empat-lima tahunan. waktu itu
pemilik benteng Wi lim poo bukan Oh Tin san suami istri,
menurut apa yang masih ku ingat, waktu itu pocunya
adalah seorang kakek bermuka merah yang berusia tujuh
puluh tahunan, orang menyebutnya Phoa -yang-ong.
"Suatu tengah malam, aku terbangun dari tidurku oleh
suara kasak-kusuk orang yang berbicara bisik-bisik, ketika
aku membuka mataku, kujumpai Be congkoan, Thio wikang
dan Oh Tin san suami istri sedang berunding secara
serius.
"Waktu itu aku tidak mendengarkan dengan seksama,
tapi masih sempat kudengar Thio Wi kang dan Be
http://kangzusi.com/
congkoan berbisik demikian: - - dengan berbuat demikian,
siapa pun tak akan menyadari apa yang terjadi. sedang WI
lim poo akan menjadi milik-mu - - - "
"Benar juga, tak sampai berapa hari kemudian Phoa yang
ong ditemukan tewas, maka atas dukungan banyak orang
Oh Tin san pun menjadi majikan baru dari benteng Wi-lim
Poo."
Mendengar kisah tersebut Lan See-giok berkerut kening
dengan mata berkilat, katanya dengan amarah meluap.
"Tidak kusangka bentengWi-lim-poo masih menyimpan
suatu dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra,
mendingan kalau aku, Lan See-giok tidak mengetahui
rahasia tersebut. setelah kuketahui hari ini. Aku bertekad
akan menyelidiki persoalan ini sampai tuntas - - "
Siau cian menunggu sampai Lan See-giok menyelesaikan
kata katanya, kemudian ia baru menengok kearah Oh Li-cu
sambil bertanya:
"Ketika Oh Tin-san suami istri meninggalkan surat
untukmu, apakah Be Siong-pak ikut mengetahui?"
Oh Li-cu segera menggeleng:
"Aku rasa dia tak tahu, karena surat itu diam-diam
diserahkan kepadaku oleh seorang dayang yang paling
dipercaya oleh Say-kui hui”
"Sewaktu Oh Tin-san suami istri pergi, adakah seseorang
yang melihatnya?" kembali Siau cian bertanya pelan.
Sekali lagi Oh Li-cu menggeleng,
"Dalam soal ini aku tidak bertanya"
Tapi sesudah berhenti sejenak, seperti memahami
sesuatu diapun bertanya.
http://kangzusi.com/
"Apakah adik Cian curiga Oh Tin-san suami istri masih
berada di dalam benteng?"
"Orang luar sama-sama mencurigai Oh Tin-san suami
istri sedang melatih sejenis ilmu silat secara diam-diam!"
sela Lan See giok dari samping.
Siau-cian kembali berkata pula:
"Bila Oh Tin-san suami istri tidak bersembunyi di dalam
gedungnya, ini berarti gedung tersebut tentu ada
sesuatunya."
Ucapan ini agaknya sangat mengena di hati Oh Li-cu.
tiba-tiba dia mengusulkan:
"Ucapan adik Cian benar, akupun merasa gedung itu
amat mencurigakan, bagaimana kalau kita menyelidikinya
sekarang juga.."
Tidak sampai perkataan dari Oh Li-cu itu selesai
diutarakan, Siau-cian telah menggelengkan kepalanya
seraya menukas:
"Tidak, dalam masalah ini kita harus bertindak ditengah
malam buta. tapi kau harus tetap berada disini untuk
menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan."
Oh Li-cu merasa perkataan tersebut ada benarnya juga,
andaikata sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan, dia
memang perlu untuk bertindak cepat, apalagi kepandaian
silat yang dimilikinya amat terbatas, keikut sertaannya
justru malah merupakan beban bagi mereka berdua.
Dalam pada itu, Lan See-giok mulai mencurigai Oh Tinsan
tetap berada dalam gedungnya, atau sekalipun sudah
mengunjungi bukit Wan san. bisa jadi secara diam-diam ia
telah kembali ke situ.
http://kangzusi.com/
Terbayang akan Oh Tin san, pemuda itu jadi ingin sekali
berangkat sekarang juga,
Tapi diapun tahu, dalam menghadapi persoalan
semacam ini. bukan saja tak boleh gegabah, bahkan harus
memegang rahasia rapat-rapat. karena itu diapun
menanyakan letak dan situasi dalam gedung tempat
kediaman Oh Tin-san tersebut kepada Oh Li cu dengan
sejelas jelasnya.
Menjelang kentongan pertama. Lan See -giok kembali ke
kamar sebelah timur untuk beristirahat. sudah dua malam ia
pernah tidur di situ. dalam ruangan terdapat pintu yang
berhubungan langsung dengan kamar tidur Oh Li cu.
Untuk menghindari pembicaraan orang, Siau Cian dan
Oh Li cu tidur bersama,
Menyusul datangnya malam. suasana dalam benteng Wi
lim poo juga mulai dicekam keheningan, kecuali suara
tambatan sampan di lorong air, tidak kedengaran suara lain
di sekitar sana.
Lan See-giok segera turun dari pembaringannya, Siau
Cian danOh Li-cu pun muncul dari kamarnya.
Mereka bertiga berunding sebentar. kemudian anak
muda itu membuka jendela belakang.
Suasana di luar kamar amat hening dan tak kedengaran
sedikit suara pun, diam-diam Lan See giok memberi tanda
kepada Siau cian. kemudian melompat keluar melalui
jendela itu.
Siau cian segera mengikuti dibelakangnya dan melayang
keluar tanpa menimbulkan sedikit suarapun. gerakan
tubuhnya enteng bagaikan selembar daun kering.
http://kangzusi.com/
Lan see giok berdiri menempel di atas dinding sambil
memperhatikan sekejap situasi di sekeliling situ, kemudian
sambil menarik tangan Siau cian melayang ke muka.
Oh Li cu yang mengamati dari balik jendela diam-diam
merasa terkejut, ia dapat melihat bahwa ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki Siau cian ternyata tidak kalah dengan
kemampuan Si Cay soat. murid dari To Seng cu tersebut,
bahkan kehebatannya masih setingkat lebih atas.
Sementara dia termenung, Lan See giok dan Siau cian
telah lenyap dari pandangan mata, maka diapun
menggelengkan kepala sambil menghela napas sedih,
kemudian merapatkan kembali jendela belakang.
Dalam pada itu, Lan see giok dan Siau cian dengan
menelusuri tempat kegelapan telah tiba di depan pintu
gedung kediaman Oh Tin-san.
Walaupun Lan See giok pernah dua hari berdiam dalam
benteng Wi-lim-poo tersebut namun belum pernah
mengunjungi gedung kediaman Oh Tin-san ini, untung ada
petunjuk dari Oh Li-cu, sehingga sedikit banyak ia telah
mempunyai gambaran atas keadaan di situ.
Dengan pandangan mata yang tajam mereka berdua
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu. setelah yakin
tiada, sesuatu tempat yang mencurigakan. mereka baru
melompat ke udara dan melayang masuk ke balik gedung
dengan melompati pagar pekarangan
Sebuah halaman seluas tujuh kaki terbentang dibalik
pagar pekarangan, di sisi dinding berdiri rak-rak bunga yang
tumbuh aneka warna, sedangkan dibagian tengah terdapat
sebuah lorong yang menghubungi ruang gedung
http://kangzusi.com/
Dengan menarik tangan Siau-cian, Lan See giok
mengikuti petunjuk dari Oh Li-cu mengitari ruang samping
dan langsung menuju ke halaman belakang.
Di halaman belakang terdapat sebuah beranda. dari situ
susah melihat keluar sehingga suasananya amat gelap,
hampir boleh dibilang tak nampak sesuatu apapun di situ.
Tapi hal semacam ini tidak menyulitkan Lan See giok
maupun Siau cian, dengan ketajaman mata mereka biar
gelap pun mereka dapat melihat segala sesuatunya seperti
melihat disiang hari bolong saja.
Untuk berjaga jaga terhadap sesuatu yang tidak
diinginkan. diam diam Lan See giok menghimpun tenaga
dalamnya ke dalam le-ngan, kemudian diikuti Siau cian
mereka melompat masuk ke dalam gedung dengan langkah
yang sangat berhati hati.
Mereka mencoba untuk memasang telinga serta
memperhatikan suasana di seputar situ, namun suasana
hening dan tak kedengaran sedikit suara pun-
Mendadak Siau cian menjawil lengan anak muda itu,
dengan perasaan tergerak Lan See giok berpaling, ia segera
menjumpai gadis tersebut sedang menuding ke arah jendela
depan sebelah kiri dengan hati-hati.
Jendela sebelah kiri itu dalam keadaan terbuka, yang
membuat Lan See giok curiga adalah jendela kiri itu hingga
kini masih tetap berada dalam keadaan terbuka walaupun
peristiwa Thio wi-kang memasuki gedung tersebut sudah
hampir setahun lamanya. apa gerangan yang terjadi?
Kalau ditinjau dari keadaan tersebut, sudah jelas tiada
orang yang berani memasuki gedung tersebut lagi, tapi..
bukankah semalam Oh Li cu dan Be congkoan telah
http://kangzusi.com/
melakukan pemeriksaan kemari? Apa kah mereka lupa
menutupnya kembali?
Berpikir sampai di situ. satu ingatan kembali melintas di
dalam benaknya, iapun berbisik kepada Siau cian,
"Enci Cian"
Dihembus udara panas dari anak muda tersebut, apalagi
telinganya tersentuh bibir yang panas, Siau cian merasakan
timbulnya rasa hangat yang menjalar hingga ke lubuk
hatinya, dengan wajah memerah dia menggosok telinga
sendiri seraya menyahut.
"Ada apa?"
Memandang wajah Siau cian yang begitu cantik, hampir
saja Lan See-giok tak mampu mengendalikan diri. tapi
untung dia masih teringat akan keadaan, sambil
menenangkan kembali pikirannya, sekali lagi dia berbisik.
"Agaknya di dalam ruangan ada orangnya"
Walaupun Siau-cian juga sempat menaruh, curiga bahwa
di dalam ruangan terdapat orang, tapi benarkah ada orang
ia tak bisa memastikan. Selain itu diapun tak berani
mengemukakan keluar kuatir ditertawakan pemuda
tersebut.
Sekarang, setelah mendengar perkataan dari pemuda itu,
dia baru mengangguk tanda setuju dan pelan-pelan berjalan
mendekati jendela tersebut.
Setelah tiba di sisi jendela dan memeriksa keadaan di
seputar situ. paras mukanya berubah hebat dan cepat-cepat
bersembunyi di balik jendela, bisiknya kemudian.
"Jendela ini bersih dan tak nampak debu yang
menempel, ini menandakan kalau ada orang yang sering
masuk keluar melalui jendela ini, perduli dalam ruangan
http://kangzusi.com/
ada orang nya atau tidak. kita wajib meningkatkan
kewaspadaan kita!"
Lan See giok mengangguk berulangkali dan kembali
memperhatikan jendela itu sekejap, lalu setelah
menghimpun tenaga dalamnya ke ujung jari, pelan-pelan ia
mendongkel jendela tadi.
Setelah terbuka lebar. dia semakin terkejut. rupanya
diatas dinding terdapat sebuah pintu kecil. sebuah anak
tangga menghubungkan pintu tadi melalui meja dan
menuju ke dasar tanah.
Dengan perasaan terkejut mereka berdua saling
berpandangan sekejap, mereka seperti hendak bilang. sama
sekali tak disangka dalam kamar tidur Oh Tin san suami
istri ternyata masih terdapat ruang rahasia.
Teringat akan Oh Tin san. berkobar kembali napsu
membunuh di dalam dada Lan See giok. dia segera
mendorong pintu jendela dan melayang masuk ke dalam
ruangan.
Dengan perasaan terkejut Siau Cian segera menyusul
dibelakangnya dan mengawasi sekeliling tempat itu dengan
penuh perhatian, ditemukan pada ujung pintu kamar
terdapat sebuah gembokan kunci yang besar, jelas tak
mungkin ada orang yang memasuki ruangan tersebut .
Sedang Lan See giok telah menaiki anak tangga dan
menerjang kearah pintu rahasia diatas dinding.
Siau cian kuatir terjadi sesuatu atas diri pemuda itu,
cepat dia menyusul dibelakangnya, menarik pemuda itu dan
memberi tanda agar dia lebih berhati hati.
Suasana dibalik pintu rahasia itu gelap gulita sehingga
tak nampak kelima jari tangan sendiri. mereka berdua harus
http://kangzusi.com/
berdiri cukup lama di situ sebelum matanya dapat
menyesuaikan diri dengan situasi di sana.
Akhirnya secara lamat-lamat mereka dapat melihat anak
tangga itu membelok ke kanan dan begitu sempitnya
sehingga cuma dapat dilewati satu orang dengan
menghimpun tenaga dalamnya melindungi dada Lan See
giok berjalan di muka sedang Siau cian mengikuti dari
belakang, mereka berdua bergerak dengan berhati hati
sekali
Setelah berjalan sejauh tujuh delapan kaki, kembali
mereka jumpai sebuah pintu yang berada dalam setengah
terbuka, tempat itu pun hanya bisa dilalui seseorang dengan
jalan miring.
Lan See giok segera menggenggam tangan Siau cian
yang lembut seolah-olah hendak berkata di dalam mungkin
ada orangnya.
Memasuki pintu ruangan tempat itu berupa sebuah
lorong sempit berbentuk bulat, lorong itu terbagi menjadi
dua, yang belok ke kanan bertanah datar, sedangkan yang
belok ke kiri merupakan undak-undakan yang menjurus ke
atas.
Mereka berdua saling berpandangan sekejap, kemudian
memutuskan untuk belok ke kanan.
Lorong yang semula sempit kini semakin melebar, tak
sampai lima kaki, muncul kembali sebuah pintu bulat, di
atas pintu tergantung empat buah lentera yang tak disulut,
lentera-lentera itu bergoyang sendiri terhembus angin.
Memasuki ke dalam ruangan, ternyata tempat itu
merupakan sebuah ruang besar berbentuk bulat. di sana
terdapat meja dan kursi secara lengkap, bentuknya mirip
sebuah ruang tamu.
http://kangzusi.com/
Setelah memandang sekejap suasana di dalam kamar
tersebut, Siau cian segera berbisik kepada pemuda itu:
"Kemungkinan besar tempat ini merupakan tempat
diselenggarakannya rapat rahasia dari Oh Tin san."
Lan See giok manggut-manggut dan menambahkan:
"Bisa jadi tempat ini merupakan ruang rapat dari Phoa
yang ong, pemilik bentengWi lim poo yang lampau, karena
itu Thio Wi kang mengetahui akan rahasia tempat ini."
Siau cian mendekati meja di depannya dan mencoba
untuk meraba, di atas permukaan meja telah dilapisi selapis
debu, maka diapun berbisik:
"Aneh, kalau dilihat dari keadaan disini, agaknya tak ada
orang berdiam di sini .."
Belum selesai dia berkata, mendadak sekujur badan Lan-
See giok bergetar keras, dengan sorot mata yang tajam
bagaikan sembilu dia awasi dinding batu dibelakang meja
dengan pandangan terkejut.
Siau cian segera ikut berpaling, apa yang kemudian
terlihat membuat perasaannya turut bergetar keras, ternyata
diatas dinding itu tertera beberapa huruf besar yang
berbunyi:
"Disini dimakamkan jenasah Wi lim pocu Phoa yang
ong Kian Hui hong" Kedua orang itu saling berpandangan
sekejap sementara dihati kecilnya timbul perasaan seram,
mereka berdua tidak menyangka kalau di balik kamar
rahasia Oh Tin san suami istri ternyata berbaring pula
sesosok jenasah.
Pada saat itulah.
"Kraaakkkk.."
http://kangzusi.com/
Pintu kecil yang berada di sebelah kiri membuka dengan
sendirinya ..
Lan See giok dan Siau cian menjadi sangat terperanjat,
dengan cepat mereka menyembunyikan diri di belakang
sebuah tonggak batu dan berdiri saling berdempetan sambil
mengawasi pintu kecil itu dengan pandangan terkejut.
Dibalik pintu kecil itu merupakan sebuah lorong yang
sempit pula, hanya keadaan di situ lebih gelap lagi.
Tiba-tiba muncul setitik cahaya lentera dari balik pintu
kecil tadi, kemudian dari sebuah tikungan lebih kurang lima
kaki dari pintu tadi pelan-pelan muncul sesosok tubuh
manusia.
Berhubung cahaya lenteranya sangat redup maka hanya
nampak wajahnya yang pucat dengan sepasang mata yang
melotot ke atas, sepintas lalu kelihatan seperti sebutir kepala
tanpa tubuh saja.
Tak terlukiskan rasa terperanjat Lan See giok dan Siau
cian setelah menyaksikan peristiwa ini, keringat dingin
bercucuran ke-luar dengan derasnya.
Lan See giok menggenggam tangan nona Ciu semakin
kencang, dengan sorot mata penuh rasa terkejut diawasi
kepala manusia berambut putih itu semakin mendekati
pintu rahasia.
Untuk sesaat sulit baginya untuk membedakan apakah
dia manusia ataukah setan.
Walaupun demikian dia toh mengalihkan juga
pandangan matanya dan melirik sekejap kearah batu nisan
diatas dinding tersebut.
Dalam pada Ciu Siau cian membelalakkan matanya
lebar-lebar, mukanya pucat pasi, tangannya basah oleh
http://kangzusi.com/
keringat dingin yang mengucur keluar dengan derasnya,
sekarang dia sudah tidak merasakan sakit lagi akibat
genggaman Lan See giok yang begitu kencang.
Lambat laun sepasang mata diatas kepala manusia tadi
mulai berkedip kedip dan bergerak kian kemari, agaknya
dia sedang memeriksa apakah di ujung lorong rahasia
tersebut terdapat hal-hal yang mencurigakan
Lentera yang berada di tangannya juga turut bergoyang
kian kemari menerangi sekitar lorong sempit tersebut ..
Sekarang Lan See giok dan Siau cian sudah dapat
memastikan kalau kepala yang mereka saksikan tadi
sesungguhnya tak lebih hanya seorang kakek kecil yang
membawa lentera.. Tiba-tiba . . .
Sekali lagi Lan See giok merasakan hatinya bergetar
keras, kembali dia menggenggam tangan Siau cian erat-erat.
Siau cian sendiripun dapat melihat dengan jelas, ternyata
kakek kecil berlentera itu tak lain adalah Be Siong pak,
congkoan dari bentengWi lim Poo.
Be Siong pak berjalan sangat lamban sering-kali dia
mendongakkan kepalanya memperhatikan bagian atas
dinding dengan seksama, entah apa yang sedang dicarinya?
Lan See giok dan Siau cian saling berpandangan sekejap
lagi, dihati kecil mereka telah paham, saat ini mereka sudah
dapat menyimpulkan kalau Thio Wi kang pasti tewas
ditangan Be Siong pak.
Tapi mengapa? Dalam keadaan demikian ini, mereka
berdua tak berhasrat untuk memikirkannya kembali, atau di
dalam kenyataan memang tiada kesempatan bagi mereka
untuk berpikir ..
http://kangzusi.com/
Karena waktu itu Be Siong pak sudah muncul dari balik
pintu kecil dan berdiri mengawasi lenteranya sambil
termenung, di atas wajahnya yang berkeriput nampak jelas
kekecewaan yang amat mendalam.
ooo0dw0ooo
BAB 29
TIBA-TIBA..
Berkilat sepasang, mata Be Siong pak, dia seperti teringat
akan sesuatu, sambil mendongakkan kepalanya, ia berjalan
menuju ke tonggak batu dimana Lan gee giok dan Siau
Cian sedang menyembunyikan diri.
Lan gee giok sangat terkejut oleh tindakan mana, untuk
menghindari jejaknya jangan sampai ketahuan lawan, serta
merta dia menyentilkan jari telunjuknya ke depan ..
"Wuuuusss!"
Lentera yang berada ditangan Be Siong pak seketika itu
juga menjadi padam.
Be Siong pak terkejut sekali, sambil menjerit ngeri dia
melompat mundur sejauh berapa depa dan..
"Praangg-.!" lenteranya terjatuh ke lantai dan hancur
berantakan.
Seketika itu juga suasana di dalam ruangan menjadi
gelap gulita hingga susah untuk melihat ke lima jari tangan
sendiri, suasanapun makin terasa menyeramkan.
Be Siong pak berdiri sambil menempel di atas dinding,
dari dengusan napasnya yang memburu serta, sepasang
matanya yang melotot besar seperti lentera, dapat diketahui
betapa seramdan ngerinya orang itu sekarang.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu Lan See giok sedang menyesal atas
perbuatannya memadamkan lentera ditangan Be-Siong pak,
sebab dengan berbuat demikian maka dia tak akan berhasil
menyelidiki tujuan lawan datang kesana.
Walaupun demikian, bila dipikirkan kembali, rasanya
memang tiada jalan lain untuk terhindar dari perjumpaan
dengan Be Siong pak selain memadamkan lentera yang
berada di tangannya itu.
Siau cian sendiripun tidak berniat mengomeli si anak
muda itu, sebab dia mengerti hanya dengan berbuat
demikianlah mereka baru dapat bertindak lebih jauh.
Dalam pada itu, Be Siong pak telah berhasil
mengendalikan ketegangan yang mencekam perasaannya,
setelah dicekam perasaan takut dan ngeri tadi, kini dia
sudah dapat menduga kalau ruang rahasia tersebut telah
kedatangan jago lihay, sebab padamnya lentera di
tangannya tadi kelewat aneh.
Dengan sinar mata diliputi perasaan terkejut dan ngeri
dia mencoba untuk mengawasi bagian-bagian dalam
ruangan yang mungkin bisa dipakai sebagai tempat
persembunyian ..
Lan See giok dan Siau cian sudah pernah minum cairan
Leng sik giok ji, karenanya tenaga dalam mereka telah
mencapai tingkatan yang paling sempurna, itulah sebabnya
Be Siong pak tidak berhasil menyaksikan sinar mata mereka
berdua.
Mendadak Be Siong pak membentak dengan suara yang
menggeledek seperti guntur:
"Siapa di situ?"
Ditengah bentakan keras, sinar matanya yang buas dan
penuh hawa pembunuh itu ditujukan ke arah tonggak batu
http://kangzusi.com/
besar di mana Lan See giok dan Siau cian sedang
menyembunyikan diri.
Lan See giok berdua merasa amat terkejut. mereka tak
mengira kalau ketajaman mata Be Siong pak demikian
hebatnya sehingga di dalam ruangan yang gelap gulita sulit
melihat ke lima jari tangan sendiripun jejak mereka bisa
ditemukan.
Terdengar Be Siong pak membentak sekali lagi:
"Sobat, bila kau tidak segera unjukkan diri, jangan
salahkan bila aku bertindak kurang hormat kepadamu."
Semenjak tahu kalau Be Siong pak telah bersekongkol
dengan Thio Wi kang dalam usaha membunuh majikannya
Phoa yang ong Kian Hui hong tadi, sesungguhnya Lan See
giok sudah bertekad hendak melenyapkan manusia ini dari
muka bumi.
Maka setelah mendengar suara tantangan dan bentakan
dari Be Siong pak sekarang, anak muda tersebut menjadi
naik darah, baru saja dia hendak munculkan diri, lengan
kirinya telah dicekal Siau cian erat-erat.
Biarpun gerakan mereka amat lirih, namun hal ini segera
diketahui oleh Be Siong pak.
Dasar manusia licik, tanpa membuang waktu lagi Be
Siong pak segera membentak keras dan melontarkan
sepasang telapak tangannya ke depan..
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung
meluncur ke depan dan menerjang ke arah tonggak batu di
mana Lan See giok dan Siau cian menyembunyikan diri.
Lan See giok mendengus marah, ujung tangan kanannya
dikebaskan ke muka segulung angin pukulan yang tak kalah
kuat-nya segera menggulung pula ke depan.
http://kangzusi.com/
"Blaaammm!"
Suatu benturan yang amat keras segera menggema
memecahkan keheningan.
Akibat dari bentrokan itu, tubuh Be Siong pak segera
terlempar ke arah dinding belakang.
"Duuuk!"
Punggungnya yang bungkuk dan menonjol keluar itu
menumbuk di atas dinding keras-keras.
Be Siong pak segera mendengus tertahan, tubuhnya
mundur dengan sempoyongan sedang pandangan matanya
berkunang kunang, sadarlah dia bahwa seorang jago
tangguh telah berada di depan mata, hanya tidak di ketahui
olehnya siapa gerangan jago lihay tersebut.
Dengan perasaan terkejut bercampur ngeri ia bersandar
diatas dinding, hawa murninya dicoba untuk mengitari
badan, ternyata tidak dijumpai sesuatu hambatanpun, ini
membuat nya merasa terkejut bercampur gembira.
la terkejut karena kesempurnaan tenaga dalam yang
dimiliki lawan telah mencapai tingkatan yang bisa
digunakan menurut kehendak hati sendiri,
la gembira karena tubuhnya yang sama sekali tidak
cedera walaupun sudah terkena sebuah pukulan yang maha
dahsyat.
Sadar, kalau kepandaian silatnya masih bukan tandingan
lawan, timbullah ingatan dalam hati kecil Be Siong pak
untuk memanfaatkan kegelapan yang mencekam tempat
tersebut untuk melarikan diri.
Dia yakin pihak lawan pasti tidak hapal dengan situasi di
tempat tersebut sehingga mustahil bagi mereka untuk
mengejarnya.
http://kangzusi.com/
Maka diapun menghimpun tenaga dalam nya ke dalam
telapak tangan, lalu sambil maju tiga langkah ke depan,
sambil membentak sepasang telapak tangannya didorong
sekali lagi ke muka.
Padahal sedari tadi Lan See giok sudah, melihat sorot
mata Be Siong pak yang berkeliaran kian kemari, dari
sikapnya yang berdiri tak bergerak, pun tidak melakukan
terjangan tersebut pemuda itu sudah menduga, bahwa
lawannya bermaksud hendak melarikan diri. . .
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, serangan
yang jauh lebih dahsyat dari-pada serangan permulaan tadi
telah dilontarkan kembali ke arahnya.
Maka sambil tertawa dingin dia melepaskan sebuah
pukulan pula dengan ayunan tangan kanannya,
“Blaaammmm!"
Benturan nyaring menggelegar di angkasa, membuat
seluruh ruangan dipenuhi oleh desingan angin pukulan
serta debu yang beterbangan di angkasa, begitu tebalnya
debu sehingga hampir saja Lan See giok dan Siau cian tak
mampu membuka matanya.
Dimana angin pukulan menyambar lewat, suasana
dalam ruangan pulih kembali dalam keheningan,
Lan See giok mencoba untuk memasang telinga, tiba-tiba
ia berseru tertahan:
"Aduuh celaka!"
Bersamaan dengan selesainya perkataan ini, tubuhnya
telah menerjang keluar pintu ruangan.
Siau cian ikut memperhatikan situasi di seputar sana,
namun bayangan tubuh Be Siong pak sudah tidak nampak
lagi di dalam ruangan, nona ini sadar niscaya Be Siong pak
http://kangzusi.com/
telah memanfaatkan tenaga pantulan yang dihasilkan dari
serangan tadi untuk melarikan diri, maka diapun
menggerakan tubuhnya dan mengejar dibelakang Lan See
giok.
Belum sampai di pintu dinding, dari depan sana sudah
kedengaran suara gemerincingan yang amat nyaring.
Lan See giok dan Siau cian semakin gelisah lagi, mereka
percepat gerakan tubuhnya menuju ke pintu dinding, masih
untung pintu rahasia tersebut belum merapat sama sekali,
masih terbuka lebih kurang seluas tiga depa saja.
Lan See giok berdua tidak menyia-nyiakan kesempatan
yang sangat baik ini lagi, mereka berdua segera menerobos
masuk me lalui celah pintu yang masih terbuka dan
menelusuri anak tangga menuju ke depan situ,
Tapi di kamar ataspun sudah tidak nampak lagi
bayangan tubuh dari Be Siong pak.
Lan See giok sama sekali tidak menghentikan gerakan
tubuhnya, dengan sebuah gerakan "burung walet
menembusi tirai" dia menerobos langsung menuju ke
beranda depan.
Dari situ ia sempat melihat sesosok bayangan manusia
sedang kabur menyelamatkan diri.
Lan See giok tahu kalau orang itu adalah Be Siong pak,
sambil mendengus gusar ia berkelebat ke muka seperti
hembusan angin dan berputar menuju ke halaman depan.
Dari desingan angin yang menyambar lewat, Be Siong
pak sudah tahu kalau pengejar telah tiba dibelakangnya
dengan perasaan terkejut dia segera berpaling.
http://kangzusi.com/
Tapi apa yang terlihat membuatnya sangat terperanjat
sampai paras mukanya berubah hebat, tak kuasa lagi
diiringi jeritan ngeri yang memilukan hati dia berteriak:
Kata "pocu" belum sempat diutarakan, telapak tangan
kanan Lan See-giok sudah menghajar punggungnya yang
bungkuk secara telak.
"Duuuuuuuuukkkkk ."
Tubuh Be Siong pak yang termakan serangan tersebut
segera mencelat jauh ke depan, diiringi jeritan ngeri yang
menyayat hati dia muntah darah segar, namun ia masih
berusaha untuk kabur terus menuju ke halaman depan.
Bayangan manusia berkelebat, Siau cian telah menyusul
tiba, ia segera menarik tangan See giok dan berdua
menyelinap ke tempat kegelapan lalu kembali ke rumah
kediaman Oh Li cu.
Gerakan tubuh mereka sedemikian cepatnya sehingga di
dalam waktu singkat mereka telah tiba ditempat tujuan.
Bersamaan waktunya mereka tiba di situ, Oh Li cu juga
sedang melompat keluar dari balik kamarnya.
Wajah Oh Li cu kelihatan gugup, mukanya pucat pasi,
tapi setelah melihat Lan See giok dan Siau cian kembali
dengan selamat, dia nampak jauh lebih lega.
Sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, Siau cian telah
menempelkan jari tangannya di ujung bibir pertanda agar
jangan bicara dulu. Suara kentongan titir kedengaran di
bunyikan bertalu talu dari seberang gedung situ.
Menyusul kemudian suara bentakan bersahut-sahutan,
dari empat penjuru bayangan manusia bermunculan.
http://kangzusi.com/
Lalu kedengaran pula jeritan-jeritan kaget kawanan
perempuan, ada puluhan orang dayang muncul dari balik
gedung.
Oh Li cu seperti memahami akan sesuatu, sambil
menunjuk ke depan sana buru-buru dia berseru:
"Ayo cepat, kita menuju ke gedung tempat kediaman lo
pocu ..!"
Selesai berkata, bersama lama Siau cian dan See giok
mereka berangkat ke depan.
Dalam keadaan demikian Oh Li cu tak sempat lagi untuk
menanyakan kisah perjalanan kedua orang rekannya
memasuki gedung tempat kediaman Oh Tin san, sebaliknya
Lan See giok berduapun tak sempat menceritakan
pengalaman mereka kepadanya. . .
Sebelum mereka bertiga tiba ditempat tujuan, Oh Li cu
telah melihat sesosok bayangan manusia tergelepar diatas
lantai depan pintu gedung tempat kediamanOh Tin san.
Sementara itu berpuluh puluh sampan telah
bermunculan dari segala penjuru gedung, ada yang
menyandang golok, ada yang membawa anak panah,
semuanya menunjukkan wajah penuh ketegangan.
Oh Li cu mendekati sang korban, tapi setelah
mengetahui siapa yang terbunuh dengan terkejut ia
menjerit:
"Aaaah, kenapa bisa dia?"
Sambil berseru ia mendongakkan kepalanya dan
mengawasi Lan See giok yang berwajah hijau membesi dan
Siau cian yang tetap tenang dengan pandangan penuh tanda
tanya.
http://kangzusi.com/
Siau cian segera maju ke muka dan pura-pura mengawasi
pula sang korban menggunakan kesempatan tersebut dia
menyikut Oh Li cu agar bersikap lebih waspada.
Setelah itu dengan wajah terkejut bercampur keheranan
ia baru pura-pura berseru:
"Hei, bukankah dia adalah Be congkoan?"
Sesungguhnya Oh Li cu benar-benar merasa tegang dan
di luar dugaan, persis seperti apa yang dirasakan Lan See
giok dan Siau cian ketika pertama kali mengetahui Be Siong
pak muncul dalam ruang rahasia, namun setelah diingatkan
kembali oleh Siau Cian, gadis itu segera berhasil
mengendalikan gejolak emosinya.
Cepat-cepat dia mengangguk sambil sahutnya:
"Ya, betul! ia memang Be congkoan!"
Sambil menjawab dia maju dua langkah ke muka dan
memeriksa jenasah Be Siong pak dengan seksama.
Be Siong pak tergeletak dengan mata terbelalak lebar dan
mulut melongo, keadaannya sangat mengerikan hati.
Dalam pada itu, puluhan sampan yang berdatangan dari
segala penjuru benteng, tapi setelah mereka menyaksikan
keadaan sang korban yang ternyata adalah Be cong-koan
mereka sendiri, semua lelaki kekar itu jadi tertegun dan
berdiri melongo.
Diiringi suara bentakan-bentakan keras. akhirnya ke
empat komandan kapal perang juga muncul di situ dengan
menumpang sampan kecil.
Begitu mendarat, ke empat orang itu memberi hormat
lebih dulu kepada Lan See giok, kemudian baru memeriksa
keadaan luka yang diderita Be Siong pak.
http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian, komandan kapal perang "naga
perkasa", mendongakkan kepala nya kembali dan berkata
kepada Lan See giok dengan sikap hormat:
"Lapor sau pocu, kematian Be congkoan saat ini tidak
jauh berbeda dengan keadaan Thio Wi kang setahun
berselang!"
Sebagai seorang pemuda yang berbelas kasihan, Lau See
giok mulai bertanya kepada diri sendiri setelah
menyaksikan keadaan Be Siong pak tersebut, pantaskah ia
membunuh orang itu?
Karenanya setelah mendapat keterangan dari komandan
kapal perang "naga perkasa" dia hanya manggut-manggut
tanpa memberi komentar apa pun..
Sebaliknya Siau cian segera merasakan hatinya tergerak,
cepat ia menimbrung:
"Komandan Ciang,. masih ingatkah kau jam berapa Thio
Wi kang menemui ajalnya malam itu?"
Komandan kapal perang "naga perkasa" mendongakkan
kepalanya dan memandang sekejap letak bintang, kemudian
menjawab:
"Keadaannya tak berbeda jauh dengan keadaan saat ini!"
"Apakah gedung kediaman Lo pocu dilengkapi dengan
sesuatu alat rahasia?" tiba-tiba Lan See giok bertanya,
"mengapa Thio Wi kang dan Be congkoan harus memasuki
gedung kediaman lo pocu di tengah malam buta begini.”
Ketika mengucapkan kata-kata tersebut, selapis hawa
amarah menghiasi wajahnya, sementara sorot mata yang
tajam dialihkan ke wajah ke empat komandan itu.
Buru-buru ke empat orang itu menyahut
"Hamba sekalian kurang tahu!"
http://kangzusi.com/
"Apakah kalian menganggap tindakan Be congkoan
memasuki gedung kediaman Lo pocu, ditengah malam buta
begini merupakan tindakan yang dibiarkan ?"
"Menurut peraturan Loo pocu, jika hal ini sampai terjadi
maka orang itu pantas dijatuhi hukuman mati"
Lan See giok manggut-manggut, katanya kemudian.
"Baiklah, sekarang kita tak usah membicarakan soal
keadaan di dalam gedung kediaman Lo pocu tersebut, kita
harus menunggu sampai Lo pocu pulang dan memperoleh
persetujuannya lebih dulu sebelum melakukan pemeriksaan
yang seksama didalam gedung itu. "
Ke empat komandan tadi kembali menyetujui.
Maka Lan See giok pun berpaling kearah Oh Li cu,
sambil bertanya pula:
"Bagaimana pendapat enci Cu ?”
"Segala sesuatunya terserah pada keputusan adik Giok"
Oh Licu segera menjawab
Lan See giok mengangguk, Ke empat komandan kapal
perang itu ia berkata kemudian: "Sekarang perintahkan
orang untuk memindahkan jenasah Be congkoan dari sini,
saudara-saudara yang lain dipersilahkan kembali ke posnya
masing-masing dan mulai sekarang, setiap bangunan di
dalam benteng ini harus diberi penerangan secukupnya serta
perketat penjagaan, masalah kedudukan congkoan yang
lowong, untuk sementara waktu biar dijabat oleh komandan
Ciang dari kapal perang naga perkasa dengan wakil
komandan Ong, Seng dan Nyoo kalian berempat harus
bekerja sama di dalam mengatasi pelbagai masalah dalam
benteng ini."
http://kangzusi.com/
Ke empat komandan itu sama-sama mengiakan, sedang
kawanan lelaki lainnya sama-sama berdiri dengan wajah
serius.
Lan See giok memandang sekejap lagi ke seluruh
ruangan, lalu setelah mengangguk ramah kepada semua
orang, dia baru beranjak pergi dari situ diikuti Siau Cian
dan Oh Li cu.
Sedang ke empat komandan tadi saling berunding
sebentar, kemudian baru menjalankan perintah sesuai
dengan apa yang dikata kan Lan See giok tadi.
Baru sekarang Lan See giok dapat meresapi apa yang
dimaksud dengan "kekuasaan" itu, dan mengapa pula
sementara orang saling memperebutkan kekuasaan hingga
mempertaruhkan jiwa raga serta segala harta miliknya.
Tiba kembali di gedung kediaman mereka, lentera telah
dipasang di mana-mana hingga suasana diliputi terang
benderang.
Setelah mengambil tempat duduk di ruang utama, Lan
See giok memerintahkan agar semua dayang berkumpul di
situ.
Dua puluhan orang dayang dengan wajah gugup samasama
berkumpul di ruang utama, sementara sorot mata
mereka mengawasi Lan See giok dan Oh Li cu secara
bergantian dengan pandangan terkejut, takut dan
keheranan.
Lan See giok menunggu sampai semua dayang itu
berkumpul di situ, kemudian dengan suara dalam ia baru
berkata:
"Aku minta semua dayang yang selama ini melayani lo
pocu dan hujin segera tampil ke depan.”
http://kangzusi.com/
Sebelas orang dayang segera munculkan diri dari barisan
dengan wajah pucat dan sikap tegang dan tak tenang.
Sebagai perempuan yang pintar, sejak semula Siau cian
sudah memahami maksud hati pemuda itu, sebaliknya Oh
Li cu meski belum paham, namun iapun bisa menduga
kalau hal ini ada hubungannya dengan persoalan yang
mereka hadapi malam ini.
Dengan kening berkerut dan mata bersinar tajam, Lan
See giok mengawasi ke sebelas dayang itu sekejap,
kemudian ia baru bertanya dengan suara dalam:
"Tahun berselang, dalam saat apakah pocu dan hujin
pergi meninggalkan gedung kediamannya?"
"Kentongan ke empat, ketika mendekati fajar," sahut
para dayang cepat-cepat.
"Sewaktu lo pocu dan hujin hendak berangkat, apa yang
mereka pesankan kepada kalian?" tanya Lan See giok lebih
lanjut.
Kawanan dayang itu segera termenung untuk beberapa
saat, akhirnya salah seorang dayang berbaju kembang
melirik sekejap ke arah Oh Li cu dengan pandangan gugup
dan takut.
Lan See giok segera tahu kalau dayang itulah yang
menyerahkan surat kepada Oh Li cu, maka ia bertanya
lebih jauh:
"Siapa yang suruh kalian pindah dari gedung kediaman
Lo pocu dan berkumpul di gedung kediaman nona?"
"Be congkoan!" sahut segenap dayang bersama sama
Lan See giok manggut-manggut sambil melirik sekejap
kearah Siau cian dan Oh Li Cuhttp://
kangzusi.com/
"Menurut Be congkoan” timbrung Oh Li cu kemudian,
"ia berbuat, demikian agar para dayang tidak mengusik
barang-barang milik lo pocu, itulah sebabnya mereka
dikumpulkan di sini."
Sekali lagi Lan See giok manggut-manggut ia tahu hal
tersebut hanya merupakan bagian dari siasat busuk Be
Siong pak, maka kepada para dayang iapun bertanya lebih
jauh.
"Sewaktu Thio Wi kang memasuki kamar pribadi Lo
pocu malam itu, siapakah diantara kalian yang melihat
perbuatannya itu?”
Para dayang segera saling berpandangan dengan wajah
bimbang, sampai lama sekali belum juga ada yang
menjawab.
Berhubung Lan See giok merasa apa yang diharap
ternyata memang mirip dengan apa yang diduga, diapun
mengulapkan tangannya seraya berseru kemudian:
"Sekarang kalian boleh pergi tidur!".
Bagaikan mmemperoleh pengampunan, serentak
kawanan dayang itu memberi hormat sambil mengiakan.
kemudian bersama sama mengundurkan diri dari situ.
Sedangkan Lan See giok, Siau cian serta Oh Li cu masuk
kembali ke ruang dalam.
Dalam pada itu di jendela belakang ruang dalam telah
disulut setitik cahaya lentera.
Lan See giok mendekati jendela dan membukanya, ia
saksikan setiap jarak tiga kaki telah didirikan sebuah tiang
dengan lentera yang besar. hal mana membuat suasana,
menjadi terang benderang.
http://kangzusi.com/
Selain itu, di sisi setiap lampu tersebut berdiri pula dua
orang pengawal yang melakukan penjagaan, di loronglorong
air tampak pula sampan bersimpang siur melakukan
perondaan.
Menyaksikan kesemuanya itu, Lan See giok manggutmanggut
dengan perasaan puas, kepada Siau cian dan Oh
Li cu yang berada dibelakangnya ia berkata
"Penjagaan dalam keadaan beginilah baru bisa dibilang
sebagai suatu penjagaan yang ketat."
Siau cian serta Oh Li cu manggut-manggut pula sambil
memuji tiada hentinya.
Lan See giok menutup kembali jendelanya, kemudian
sambil berpaling kearah Oh Li cu dia bertanya:
"Terhadap tindakan Be Siong pak memasuki gedung
kediaman Oh Tin san, apakah kau merasa agar di luar
dugaan?"
Oh Li cu segera mengangguk.
"Yaa, memang aneh sekali," sahutnya keheranan,
"peristiwa ini memang sama sekali di luar dugaanku."
Lan See giok tertawa hambar, lalu secara ringkas ia
menceritakan pengalamannya sampai menemukan Be
Siong pak memasuki kamar rahasia, akhirnya sambil
memandang wajah Oh Li cu yang diliputi perasaan kaget,
ia bertanya lagi:
"Dibalik kamar Oh Tin san ternyata terdapat kamar
rahasia, sebelum kejadian ini apakah kau sudah tahu?”
Oh Li cu segera menggelengkan kepalanya berulang kali,
jawabnya lirih:
"Pada hakekatnya aku tidak mengetahui akan persoalan
ini, tapi jika ditinjau keadaan tersebut, bisa jadi soal tahu
http://kangzusi.com/
atau tidaknya Oh Tin san akan kamar rahasia di dalam
kamarnya masih menjadi sebuah tanda tanya besar."
"Bukankah dahulu Oh Tin san juga termasuk anak buah
Phoa yang ong atau dia bukan?" tanya Siau cian tidak
mengerti.
Oh Li cu termenung sebentar, kemudian menjawab:
"Kemungkinan besar dia hanya sebagai tamu agung saja
waktu itu, atau turut serta di dalam merencanakan atau
merundingkan suatu persoalan, bisa jadi dia tidak
mengetahui akan rahasia tersebut."
"Bila kita himpun semua keterangan yang ada kemudian
menarik kesimpulan, kalau toh Thio Wi kang dan Be Siong
pak adalah bekas anak buah Phoa yang ong pocu yang
terdahulu, berarti merekapun sering turut di dalam
perundingan rahasia yang diselenggarakan dalam ruang
rahasia tersebut.
“Thio Wi kang dan Be Siong pak tentu mengetahui juga
kalau di dalam ruang rahasia itu tersimpan harta mestika
yang tak ternilai harganya sehingga menimbulkan sifat
kemaruk pada diri mereka.
"Oh Tin san bisa mmemperoleh bantuan dari Thio Wi
kang dan Be Siong pak untuk melaksanakan pembunuhan
atas diri Phoa yang ong. sudah bisa dipastikan masalah
harta karun yang berada di dalam ruangan rahasia tersebut
merupakan alasan mereka yang terutama.
"Mungkin juga Thio Wi kang serta Be Siong pak tidak
menyangka kalau Oh Tin san tetap akan berdiam dalam
gedung milik Phoa yang ong setelah meneruskan jabatan
sebagai pocu dalam benteng itu, akibatnya merekapun tak
pernah mmemperoleh kesempatan untuk memasuki ruang
rahasia itu.
http://kangzusi.com/
"Secara kebetulan Oh Tin san suami istri berangkat
keluar lautan, kali ini enci Cu juga belum pulang dari
berpergian, kesempatan semacam ini memang merupakan
kesempatan terbaik bagi mereka untuk melakukan
penyelidikan atas letak harta karun tersebut.
"Thio Wi kang maupun Be Siong pak sama-sama
mempunyai maksud jahat dan kedua belah pihak samasama
berniat mengangkangi segenap isi harta karun dalam
ruang rahasia itu bagi kepentingan pribadinya. Maka
sewaktu malam itu Thio Wi kang mulai bertindak
memasuki ruang rahasia untuk menyelidiki letak harta
karun tersebut, dibunuhlah orang itu oleh Be Siong pak
hingga akhirnya tewas di tengah halaman gedung.
"Sedang mengenai soal apakah Oh Tin san tahu tentang
rahasia tersebut, rasanya masalah ini sudah bukan
merupakan persoalan yang serius lagi .."
Oh Li cu manggut-manggut berulang kali, tapi ia toh
bertanya lagi dengan nada tidak mengerti:
"Tapi kali ini, mengapa Be Siong pak memasuki ruang
rahasia lagi secara diam-diam?"
Sebelum pemuda itu menjawab, Siau Cian sudah
menjelaskan terlebih dulu:
"Berdasarkan kesimpulan yang kuambil setelah melihat
keadaan waktu itu, Be Siong pak pasti belum berhasil
menemukan harta karun yang berada dalam ruang rahasia
itu, adapun tujuannya memasuki gedung itu lagi, pastilah
disebabkan kepulangan adik Giok, maka dengan
menyerempet bahaya dia hendak melakukan penyelidikan
sekali lagi dengan harapan kali ini berhasil menemukan
sesuatu yang aneh!"
http://kangzusi.com/
"Yaaa, tampaknya setiap orang yang melakukan
kejahatan, pada akhirnya memang tak akan lolos dari
pembalasan.." gumam Oh Ii cu dengan suara lirih.
"Yaaa benar," sahut Lan See giok, "bisa di bayangkan,
berapa banyak pikiran, tenaga serta biaya yang dihabiskan
Phoa yang ong sewaktu mendirikan bangunan benteng ini
dulu, cukup ruang rahasia tersebut, entah berapa banyak
materi yang telah dihabiskan..”
Tampaknya Oh Li cu sangat berharap bisa menyaksikan
keadaan ruang rahasia tersebut, ia segera mengomel:
"Coba kalau adik Giok tidak mengumumkan larangan
kepada setiap orang untuk memasuki gedung tersebut
sebelum kepulangan Oh Tin san suami istri, sekarang juga
kita dapat memasuki lorong rahasia itu lagi untuk
melakukan pemeriksaan."
Lan See giok tertawa.
"Sebenarnya ada tiga alasan bagiku untuk melarang
setiap orang memasuki gedung itu:
"Ke satu, dengan kesempatan setahun yang tersedia bagi
Be Siong pak. nyatanya dia belum berhasil menemukan
benda yang dicari, dari sini membuktikan kalau rahasia
dalam ruangan tersebut tak mungkin bisa dipecahkan di
dalam satu dua hari saja.
“Ke dua, sekarang kita sudah tahu kalau Oh Tin san
suami istri telah pergi ke tempat kediaman Wan san popo,
dan lagi kita pun akan berangkat dalam dua hari
mendatang, mungkin kepergian kali ini akan mencapai satu
bulan malah setengah tahun lamanya, bila keadaan dalam
gedung tersebut keburu bocor, sedang kita tak ada disini,
bukankah ini sama berarti memberi kesempatan kepada
sementara oknum untuk menunggangi peluang tersebut?
http://kangzusi.com/
“Ketiga, saat ini segenap anggota benteng sama-sama
membicarakan masalah gedung tersebut, semua orang
curiga, tak tenang dan takut akan hal-hal yang tahayul,
apalagi dengan kepandaian yang begitu hebat dari Be Siong
pak serta Thio Wi kang pun akhir nya ditemukan tewas
dimuka gedung, bayangkan saja, siapakah diantara mereka
yang berani melakukan penyelidikan lagi di dalam gedung
tersebut, apalagi merekapun belum mengetahui tentang
rahasia ruangan rahasia itu.
"Menurut pandanganku, lebih baik tunggu saja sampai
kita kembali dari bukit Wan san baru melakukan.
penyelidikan secara diam-diam, kemudian hasil
penyelidikan tersebut kita umumkan kepada segenap
anggota benteng, apa tindakan ini tidak bagus?"
Mendengar sampai di situ, Siau cian dan Oh Li cu samasama
mengangguk sambil memuji.
Begitulah, berhubung besoknya mereka masih harus
menempuh perjalanan untuk melaksanakan tugas, mereka
bertiga segera kembali ke tempat masing-masing untuk
beristirahat.
Tanpa terasa fajar sudah mulai menyingsing di ufuk
timur.
Pertama tama Oh Li cu mengutus orang untuk
memberitahu kepada ke empat komandan kapal perang
bahwa sau pocu hendak keluar benteng untuk melakukan
pemeriksaan apakah kapal-kapal perang pihak Lim lo pa
telah mengundurkan diri semua dari telaga Phoa yang oh,
kemudian memerintahkan pula kepada komandan Ciang
agar tengah hari nanti mengirim sebuah kapal pengangkut
untuk membawa kembali kuda milik sau pocu yang ada di
pantai telaga barat.
http://kangzusi.com/
Selesai sarapan, Lan See giok, Siau cian dan Oh Li cu
dengan memerintahkan dua orang dayang untuk
mendayung sebuah sampan kecil, segera berangkat
meninggalkan benteng.
Waktu itu matahari sudah bersinar cerah, sinar matahari
yang lembut menyinari seluruh permukaan telaga dan
memercikkan cahaya keemas emasan yang menyilaukan
mata.
Keluar dari padang ilalang, sampan di kemudikan
menuju ke arah barat laut.
Setengah jam kemudian, di ujung langit sana muncul
bayangan gunung dan hutan yang lebat.
Berdiri di ujung geladak, Lan See giok bergumam agak
murung. "Entah si naga sakti pembalik sungai Thio loko
serta Thi gou sudah kembali belum?"
Siau cian termenung sejenak, kemudian sahutnya:
“Menurut perhitungan ibuku, seharusnya kemarin
malam mereka sudah tiba disini!"
Lan See giok ingin selekasnya mengetahui jejak gurunya
serta membalaskan dendam bagi kematian ayahnya, dia
berharap si naga sakti pembalik sungai bisa memberi kabar
gembira kepadanya.
Sampan masih melaju ke depan dengan kecepatan tinggi
..
Lambat laun di depan situ muncul bayangan tanggul,
kemudian tampak kaum wanita sedang mencuci pakaian,
gadis-gadis nelayan membetulkan jala serta anak-anak yang
sedang berlarian ..
Ketika menjelang pantai tersebut. Lan See giok
menyaksikan pula di sisi sebaris kapal dimana ia pernah
http://kangzusi.com/
menyembunyikan diri dulu hampir sebagian besar perahu
telah turun ke telaga untuk menangkap ikan, kini hanya
tertambat satu dua buah sampan belaka.
Peristiwa malam itu, ketika ia menyembunyikan diri
dibalik sampan melintas kembali dalam benaknya.
Ia seolah-olah menyaksikan wajah To Seng cu yang
ramah dicekam perasaan murung dan kesal ..
Diapun seakan akan menjumpai wajah si naga sakti
pembalik sungai dicekam kegelisahan ..
Diapun seperti melihat adik seperguruan nya Si Cay soat
sedang terkejut, gelisah dan tegang ..
Akhirnya Lan See giok tersadar kembali dari
lamunannya. Ketika ia mendongakkan kepalanya kembali,
ternyata jaraknya dengan tepi pantai tinggal sepuluh kaki.
Setelah menambat sampan di pantai, mereka bertiga
segera melompat naik ke atas daratan, sedangkan kedua
orang dayang itu kembali ke telaga untuk menantikan
datang nya kapal pengangkut yang dikirim komandan
Ciang.
Kemudian Lan See giok bertiga di pantai telaga itu
segera disambut oleh sekelompok, anak-anak kecil yang
datang mengerubung.
Mendadak dari belakang mereka kedengaran suara
teriakan keras:
"Hai, coba lihat, enci Soat telah datang!"
Ketika Lan See giok mendongakkan kepalanya, dia
melihat ada sesosok bayangan merah sedang meluncur
datang dari balik hutan bambu di depan sana, orang itu
adalah adik Soat, dan dia tak menyangka anak-anak di
dusun itu masih tetap mengenal Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Berpikir demikian, tanpa terasa dia berpaling dan
memandang sekejap kearah bocah-bocah itu.
Ketika Lan See giok berpaling, kembali terdengar bocahbocah
itu berteriak keras:
"Aaaah, rupanya dia, yaa rupanya dia .. haaahh..
haaahh.. dia kan bocah tanggung yang dihajar enci Soat
sampai lari terbirit birit?"
Teriakan ini kontan saja membuat paras muka Lan See
giok menjadi merah padam.
Si Cay soat tersenyum manis ke arah pemuda itu,
kemudian kepada Siau cian dan Oh Li cu katanya sambil
tertawa:
"Begitu kudengar suara teriakan adik-adik kecil ini,
sudah kuketahui tentu kalian yang telah datang."
Sambil berkata dia menuding ke arah sekelompok bocah
yang mengelilingi mereka berempat.
Siau cian sangat menguatirkan ibunya, dia segera
bertanya dengan penuh perhatian:
"Adik Soat, mana ibuku?"
Si Cay soat tertawa, agaknya dia sedang mentertawakan
Siau cian yang tak bisa berpisah dengan ibunya, kemudian
sahutnya sambil tertawa riang:
"Bibi sedang - berunding dengan Thio loko."
Mendengar jawaban ini, kembali Lan See giok bertanya
dengan gelisah:
"Mana adik Thi gou?"
Belum habis dia bertanya, dari balik hutan sudah
kedengaran suara teriakan dari -Thi gou yang penuh dengan
kegembiraan:
http://kangzusi.com/
"Heei .. engkoh Giok .. engkoh Giok.."
Mendengar teriakan itu Lan See giok mendongakkan
kepalanya, tampak Siau thi gou yang hitam kulitnya sedang
berlarian mendekat dengan cepat.
Baru pertama kali ini Siau cian serta Oh Li cu berjumpa
dengan Siau thi gou.
Ketika mereka saksikan bocah itu mengenakan pakaian
hitam sehingga membuat kulit tubuhnya yang memang
hitam bertambah hitam, di mana cuma nampak ke dua biji
matanya yang bulat besar saja, tanpa terasa mereka samasama
tertawa geli.
Begitu mendekat, Siau thi gou langsung memeluk Lan
See giok dan berseru dengan girang bercampur marah:
"Engkoh Giok, cepat amat perjalananmu aku dan Thio
loko tak pernah berhasil menyusulmu!"
Lan See giok tertawa terbahak bahak.
"Haahh..haaahhh..haaahhh..aku kan menunggang kuda,
sudah barang tentu jauh lebih cepat dari pada kalian!"
"Padahal biar hujan badai pun kami tetap menempuh
perjalanan, tapi kenyataannya tidak mampu menyusulmu.."
Sebelum Siau thi gou menyelesaikan perkataannya, Si
Cay soat telah menimbrung dengan tak sabar:
"Sudah, sudahlah, ayo kita balik dulu ke rumah sebelum
berbicara lagi."
Selesai berkata dia mengajak Lan See giok sekalian
menuju ke hutan bambu.
Thi gou berjalan pula di depan dengan langkah lebar,
setelah menembusi hutan bambu, di depan sana muncul
beberapa buah bangunan rumah kecil.
http://kangzusi.com/
Tiba di depan rumah mereka menembusi sebuah
halaman kecil dan masuk ke dalam ruangan, waktu itu Hu
yong siancu sedang berbicara dengan si naga sakti pembalik
sungai, ketika melihat kedatangan See giok, kedua orang itu
segera muncul untuk menyambut.
Dalam sekilas pandangan saja, Lan See giok dapat
melihat si naga sakti pembalik sungai yang bertubuh kekar
itu, hanya di dalam waktu tujuh bulan saja wajahnya
kelihatan sudah jauh lebih tua dari semula
Saat ini, meskipun wajahnya masih tetap segar dan
penuh semangat, namun diatas wajahnya yang tua masih
tetap tersisa keletihan yang mencekam.
Bertemu dengan Lan See giok, si naga sakti pembalik
sungai segera berkata sambil tersenyum:
"Ketika aku tiba kemarin tengah malam, kudengar dari
putraku Ji keng yang mengatakan, saudara cilik serta adik
Soat telah tiba dua hari berselang."
Lan See giok maju ke depan dan memberi hormat, lalu,
sahutnya dengan hangat.
"Siaute dengar dari adik Soat, katanya ketika engkoh tua
ke situ, siaute baru saja turun gunung."
"Haaaahh..haaaaahhh..haaaahh .. maka itulah,
selangkah sudah terlambat, selanjutnya selalu ketinggalan .”
Selesai berkata kembali dia tertawa terbahak bahak.
Dari gelak tertawa si naga sakti pembalik sungai, Lan
See giok bisa merasakan bahwa kegembiraan orang itu
sudah jauh berkurang ketimbang dahulu.
Setelah masuk ke dalam ruangan, Lan See giok memberi
hormat dulu kepada bibinya, kemudian baru
http://kangzusi.com/
memperkenalkan Oh Li cu kepada si naga sakti pembalik
sungai.
Pada dasarnya si naga sakti pembalik sungai adalah
kenalan lama dari pemilik benteng Wi lim poo yang
terdahulu setelah mendengar penjelasan dari Hu yong
siancu tentang asal usul Oh Li cu yang sebenarnya, diapun
menghela napas panjang.
Begitulah, dalam kesempatan tersebut Lan See giok
kembali menanyakan keadaan gurunya.
"Thio loko, selama setengah tahun ini, apakah kau
berhasil mendapat kabar tentang suhu”
Begitu menghadapi pertanyaan ini, paras muka si naga
sakti pembalik sungai segera dicekam kemurungan lagi.
"Anak Giok" Hu yong siancu segera menimbrung,
"situasi yang kita hadapi saat ini amat kalut, boleh dibilang
menyangkut pula tentang mati hidupnya semua perguruan
dan partai besar di dalam dunia persilatan, soal bertemunya
kau dengan Keng hian sian tiang dibukit Bu tong, juga telah
kubicarakan dengan Thio lo enghiong.."
Pelan-pelan si naga sakti pembalik sungai mengangkat
kepalanya, kemudian menyela dengan sedih:
"Waktu itu aku bermaksud untuk menenangkan pikiran
dan perasaan kalian bertiga, dalam keadaan demikian
terpaksa engkoh tua harus memakai taktik semacam itu
untuk menghadapi kalian .”
Berbicara sampai di situ dia melirik sekejap ke arah Lan
See giok, Si Cay soat dan Siau thi gou yang menanti dengan
harapan serta kegelisahan, kemudian terusnya:
"Namun surat itu benar-benar tulisan dari Cia locianpwe
sendiri, dia orang tua memerintahkan kepadaku untuk
http://kangzusi.com/
menghantar surat tersebut ke Hoa san dan menyerahkan
kepada kalian bila setengah tahun kemudian masih belum
juga nampak dia orang tua kembali.
"Tampaknya Cia locianpwe telah menduga bahwa di
dalam perjalanannya menuju ke luar lautan kali ini,
masalahnya tidak akan segampang masalah beradu
kepandaian biasa, karena itu dia telah persiapkan surat
tersebut guna menenteramkan hati kalian bertiga, dari pada
mempengaruhi usaha kalian berlatih ilmu silat "
Belum selesai perkataan itu diutarakan, Siau thi gou
sudah mengucurkan air mata dan bertanya sambil
menangis:
"Thio lo koko, sudah setahun lebih suhu belum juga
kembali, apakah dia tak akan kembali lagi?"
Siau cian teringat pula bagaimana To Seng cu
menghadiahkan pedang kepadanya serta mewariskan ilmu
silat kepadanya, karena itu diapun ikut menangis.
Sebaliknya Oh Li cu yang melihat semua orang
menangis, hatinya ikut sedih hingga air mata bercucuran
membasahi pipinya.
Akibatnya Hu Yong siancu dan si naga sakti pembalik
sungai tak bisa membendung pula kesedihan yang
mencekam perasaan mereka, sepasang mata mereka pun
turut berkaca kaca.
Lama kemudian, si naga sakti pembalik sungai baru
dapat menghibur sambil manggut-manggut.
"Tak usah kuatir Adik Thi gou, Cia locian-pwe adalah
seorang tokoh persilatan yang memiliki kepandaian silat
sangat tangguh, belum ada manusia di dalam dunia ini yang
mampu menandingi dia orang tua.."
http://kangzusi.com/
Siau thi gou agak tidak percaya, mendengar ucapan itu
dia segera membantah.
"Kalau memang begitu, kenapa suhu belum juga
kembali?"
Hu yong siancu ada maksud untuk menghibur Siau thi
gou, dia segera menyela:
"Thi gou, biarpun jejak Cia locianpwe masih belum jelas
hingga kini, namun kami sudah memastikan bahwa dia
terkurung di bukit Wan san.."
"Apa? Terkurung dibukit Wan san?" tanya Lan See giok
dengan paras muka berubah.
Si naga sakti pembalik sungai manggut-manggut:
"Yaa, inilah hasil kesimpulan yang berhasil kami tarik
berdasarkan kata-kata yang diucapkan To Seng-cu Cia
locianpwe sebelum berangkat tempo hari, benarkah dia
tersekap di bukit Wan san, hal ini belum bisa dipastikan
seratus persen."
"Apa yang dikatakan suhu sebelum berangkat?" tanya
Lan See giok dan Si Cay-soat hampir bersamaan waktunya.
"Sebelum berangkat Cia locianpwe telah berkata
kepadaku bahwa kali ini Lam hay lo-koay telah mewakili
Wan san-popo mengundang dirinya untuk berkunjung ke
bukit Wan-san sambil membicarakan rencana mereka untuk
menyatukan segenap perguruan dan partai silat yang ada di
dunia ini, bila Cia Locianpwe tidak datang dan kemudian
terjadi peristiwa besar dalam dunia persilatan maka Cia
locianpwe tidak diperkenankan untuk turut
mencampurinya.
"Dengan tekad hendak melenyapkan semua bencana dari
muka bumi akhirnya berangkat lah Cia locianpwe menuju
http://kangzusi.com/
bukit Wan-san untuk turut menghadiri pertemuan puncak
yang kali ini diselenggarakan Wan san popo sebab Lamhay-
lokoay dan Su-to cinjin telah berada ditempat
kediaman Wan San-popo, maka tidak mungkin Cia
locianpwe pergi ke Hay-lam.
"Berdasarkan hal inilah Han lihiap dan aku segera
menyimpulkan bahwa Cia locianpwe telah disekap di bukit
Wan san atau dikarenakan pelbagai alasan, ia tak bisa
meninggalkan tempat tersebut untuk sementara waktu."
Lan See giok berusaha keras untuk mengendalikan
amarah yang berkobar di dalam dadanya, kemudian
bertanya lagi dengan tenang.
"Thio loko, kali ini kau buru-buru pergi ke Hoa san
untuk menjumpai siaute, apakah maksudmu hendak
memberitahukan kepada siaute tentang berita ini?"
Si naga sakti pembalik sungai sudah dapat menangkap
hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajah Lan See
giok, maka dia segera menggeleng sambil menjelaskan.
Semua perbuatan yang kulakukan hampir semuanya
menurut pesan yang ditinggalkan Cia locianpwe.
sesungguhnya kedatanganku ke Hoa san tempo hari adalah
hendak berpesan kepada saudara cilik agar turun gunung
dan mulai mencari pembunuh ayah mu, bila urusan telah
selesai kau diminta pergi ke wan san untuk bersama Cia
Locian-pwe memecahkan pelbagai masalah lain"
Dengan kening berkerut dan amarah membara Lan See
giok segera berkata.
"Siaute telah berhasil menyelidiki bahwa pembunuh
ayahku adalah Oh Tin-san, dan kebetulan sekali diapun
berada dibukit Wan san, membalas dendam bagi kematian
ayahku. Menolong guru dari kesulitan, agaknya kedua hal
http://kangzusi.com/
tersebut dapat kita laksanakan bersama sama, menurut
Siaute masalah ini tak bisa ditunda tunda lagi, kita harus
berangkat secepatnya"
Si naga sakti pembalik sungai cukup mengetahui
bagaimanakah perasaan Lan See giok saat ini, maka diapun
mengangguk:.
"Ucapan saudara cilik memang benar, kita harus
berangkat secepatnya. tapi aku sudah pernah berangkat ke
bukit Wan san dan diam-diam melakukan penyelidikan di
situ tatkala kembali dari bukit Hoa san setengah tahun
berselang.”
Berkilat sepasang mata Lan See giok setelah mendengar
ucapan tersebut, dengan wajah terkejut bercampur girang
segera timbrungnya:
"Apakah kau berhasil mendapat kabar tentang suhu?"
Dengan wajah serba susah si naga sakti pembalik sungai
menerangkan:
"Wan san terletak ditengah samudra yang dikelilingi dua
ratus empat puluhan pulau kecil, bukan hanya begitu,
ombak samudra amat besar dan mengerikan, kepulauan itu
pun berderet-deret, ada yang lebat dengan pepohonan. ada
pula yang gersang tak nampak tumbuhan apapun, ada pula
yang tenggelam disaat air pasang dan muncul kembali
disaat surut, keadaannya berbahaya dan amat rumit, sudah
beberapa bulan lamanya aku melakukan pemeriksaan
namun akhirnya tanpa hasil .."
Timbul kembali kegelisahan dalam hati Lan See giok
setelah mendengar ucapan ini, tanpa terasa dia menyela:
"Menurut pendapatmu itu, bagaimanakah kita mesti
berbuat? Apakah tahu sukar dan kemudian mengundurkan
diri.."
http://kangzusi.com/
"Ooooh, tentu saja kita harus pergi, biar gunung golok
kuali berminyak mendidih pun tetap akan kita datangi,
untuk membunuh Oh Tin san dan menolong Cia
locianpwe, kita harus bertindak tanpa memperhitungkan
bagaimanakah resikonya . . . ."
Berbicara sampai disini, dia memandang sekejap ke arah
Lan See giok dengan tenang, kemudian sambungnya:
"Cuma saja, kita harus mempunyai suatu rencana yang
cermat dan matang, dengan demikian kita baru punya
harapan untuk berhasil di dalam perjalanan kali ini. . ."
"Engkoh tua, rencana apakah yang kau miliki? Ayo cepat
diarahkan keluar. . ." seru Si Cay soat tidak sabar.
Dengan pandangan hangat si naga sakti pembalik sungai
memandang sekejap ke arah Si Cay soat, kemudian
sambungnya:
"Sudah beberapa kali aku dan Han lihiap merundingkan
persoalan ini, menurut pen-dapat kami, jika kita hanya
mengandalkan kekuatan beberapa orang saja untuk mencari
letak pulau tersebut, akhirnya pasti akan mengalami nasib
seperti usahaku dulu, gagal total, Sebaiknya bila dibagi
menjadi beberapa kelompok, dengan kemampuan Lam hay
lo koay dan Si to cinjin di tempat kediaman Wan san popo,
andaikata bertemu dengan mereka, selain engkoh Giok mu
seorang, yang lainnya sudah pasti bukan tandingan mereka.
. ."
Mendadak berkilat sepasang mata Lan See giok,
teriaknya keras-keras.
"Engkoh Thio, aku punya akal!"
Teriakan yang sangat tiba-tiba itu segera membuat
ruangan tersebut dicekam keheningan, semua sorot mata
orang sama-sama ditujukan kearah anak muda tersebut.
http://kangzusi.com/
Dengan keyakinan yang sudah mantap, si naga sakti
pembalik sungai bertanya:
"Kau mempunyai akal apa? Tak ada salahnya bila
saudara cilik kemukakan disini agar engkoh tua dan Han
lihiap bisa turut mengetahuinya .”
Dengan wajah gembira Lan See giok segera berkata.
"Berbicara soal kekuatan yang dimiliki Wi lim poo saat
ini, mereka mempunyai ratusan buah kapal perang dan
anggota sebanyak dua ribuan lebih, asal kita mengerahkan
segenap kekuatan untuk berangkat ke bukit Wan-san, satu
diantaranya pasti akan berhasil menemukan letak pulau
tersebut.
Di samping itu kita dapat menyebarkan perhatian dari
Wan-san popo, dengan kemampuan yang ada, hasil yang
bakal diperoleh tentu akan lebih besar malahan bisa jadi
sebelum kapal-kapal kita mengurung pulau Wan-san, Oh
Tin-san suami istri sudah terpancing keluar lebih dulu"
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu Siau cian, Cay
soat danOh Li cu sama-sama berteriak tanda setuju.
Si naga sakti pembalik sungai memandang sekejap
kearah Hu-yong siancu sambil tertawa misterius, kemudian
baru menyahut:
"Ternyata apa yang dikatakan saudara cilik sekarang
persis seperti hasil perundinganku dengan Han lihiap."
Kemudian ia berhenti sejenak sambil melirik kearah Oh
Li cu, lalu terusnya.
"Cuma hal ini tergantung pada persetujuan nona Oh,
apakah ia setuju atau tidak."
Oh Li-cu segera tersenyum.
http://kangzusi.com/
"Boanpwe tidak mempunyai kemampuan apa-apa, sebab
kekuasaan tertinggi di dalam benteng Wi lim poo saat ini
berada ditangan adik Giok, segala sesuatunya tergantung
pada perintahnya sedang boanpwe hanya akan turut
perintah saja "
Ucapan ini begitu diutarakan, semua orang sama-sama
dibikin tertegun, agaknya mereka tidak menyangka kalau
Oh Li cu bisa tanpa kekuasaan semacam ini.
Menyaksikan mimik wajah yang diperlihatkan semua
orang, Oh Li cu kembali tertawa sambil melanjutkan:
"Adik Giok mempunyai wibawa dan simpatik yang
sangat mendalam di benteng Wi lim poo, seperti sambutan
yang diberikan segenap anggota benteng kemarin, tentunya
bibi serta adik berdua telah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri hingga tak usah boanpwe tuturkan lagi, asal
adik Giok menurunkan perintahnya sekarang, niscaya
segenap anggota benteng akan melakukan perintah tersebut
dengan segera, dalamhal ini boanpwe berani menjamin."
Hu yong siancu berkerut kening, dengan perasaan kuatir
katanya tiba-tiba:
"Yang kita kuatirkan sekarang justru ulah dari Be Siong
pak, siapa tahu dia bermain gila secara diam-diam?"
Siau cian segera tertawa cekikikan sambil menyela:
"Saat ini, mungkin jenasah Be Siong pak sudah lama
menjadi kaku .."
Begitu ucapan mana diutarakan, selain Lan See giok dan
Oh Li cu, semuanya sama-sama berseru kaget dengan
wajah berubah:
"Kenapa?" Hu yong siancu segera bertanya dengan
wajah tidak mengerti.
http://kangzusi.com/
Oh Li cu tersenyum, secara ringkas ia lantas
menceritakan kisah yang dialami Lan see giok sekalian
pada malam itu .
Sewaktu selesai mendengar kisah mana, si naga sakti
pembalik sungai segera menepuk pahanya sambil berseru
dengan gembira:
"Bagus sekali kalau begitu, besok, kita bisa segera
berangkat, dengan melewati sungai tiangkang, melalui Kimleng,
Go-siong langsung menuju samudra dan mencapai
pulau Wan-san"
Tiba-tiba Hu yong siancu menyela sambil tersenyum.
"Kalau toh kita sudah mengambil keputusan untuk
berbuat demikian, aku rasa kita tak perlu terburu napsu lagi,
yang pertama kita mesti lakukan adalah membuat para
komandan dan anggota Wi lim poo tahu bahwa mereka
hendak melakukan perjalanan jauh, kemudian mereka
harus mempersiapkan pula kebutuhan bagi ratusan buah
kapal perang tersebut dalam melakukan perjalanan jauh.
aku rasa untuk kedua hal ini kita memerlukan waktu cukup
lama. di samping itu kita sendiri toh mesti mempunyai
persiapan juga, sebab di dalam perjalanan menuju ke Wansan
kali ini. meski hanya membutuhkan waktu setengah
bulan, tapi siapapun tak bisa memastikan kalau kita tak
akan mengunjungi Hay lam."
Tidak sampai Hu yong siancu menyelesaikan katakatanya,
dengan wajah memerah si naga sakti pembalik
sungai telah mengangguk berulang kali.
"Benar, benar sekali, kalau begitu kita laksanakan sesuai
dengan perkataan Han lihiap tadi, tapi kita harus
menggunakan alasan apa untuk menggerakkan kapal-kapal
perang dari bentengWi lim-poo tersebut?"
http://kangzusi.com/
"Apakah Thio locianpwe akan turut serta di dalam
perjalanan kali ini?" tiba-tiba Oh Li-cu menyela:
"Tentu saja harus ikut." sela Lan See giok.
"Kalau begitu, jika kita tidak mempunyai sebuah alasan
yang cocok dan bisa diterima dengan akal sehat, niscaya
perbuatan kita ini akan menimbulkan kecurigaan dari para
komandan kapal perangWi-lim-poo!"
"Ucapan nona memang benar" Si naga sakti pembalik
sungai segera manggut manggut dengan kening berkerut.
Oh Li-cu tertawa hambar.
"Harap Thio locianpwe jangan menyebutku dengan
nama margaku yang sebenarnya, sebab dengan panggilan
tersebut, tentu akan mudah memancing kecurigaan orangorangWi
lim-poo"
"Baik, baiklah" sahut naga sakti pembalik sungai sambil
mengangguk berulang kali. "aku memang sudah makin tua,
sehingga kian tua kian bertambah pikun saja,"
Oleh ucapan tersebut, semua orang segera tertawa geli.
Hu yong siancu segera mengulapkan tangan nya
mencegah semua orang tertawa lebih lanjut, setelah itu
katanya dengan serius:
"Biarpun aku dan Thio lo enghiong berhasil memikirkan
cara tersebut, namun kami selalu merasa bahwa cara
tersebut kurang begitu terbuka dan jujur. . ."
"Untuk menghadapi kawanan manusia yang licik busuk
dan berbahaya semacam itu, buat apa kita mesti
membicarakan soal jujur, atau tidak apalagi Oh Tin san
adalah musuh besar pembunuh ayahku. Dengan cara
apapun aku bertekad membinasakan dirinya"."
http://kangzusi.com/
"Anak Giok" ujar Hu yong siancu dengan sungguhsungguh.
"biarpun orang lain licin dan banyak tipu
muslihatnya. Namun jangan mengurangi kejujuran dan
kelurusan kita di dalam bertindak, apalagi kitapun harus
memikirkan pertanggungan jawab kita terhadap
keselamatan segenap anggota Wi- lim-poo yang kita ajak
berangkat bersama-sama itu. . ."
Merah dadu selembar wajah Lan See-giok, namun ia
sadar bahwa perkataan itu memang benar, karenanya
diapun membisu di dalam seribu bahasa, terdengar Huyong
siancu berkata lebih jauh.
"Sekarang sudah ada kenyataan bahwa Be Siong-pak
hendak menyelidiki gedung kediaman bagian dalam, apa
salahnya jika kita manfaatkan kesempatan ini untuk
membongkar rahasia kematian dari Phoa yang ong Kian
pocu dimasa lampau? Kita dapat beralasan hendak
menangkap pembunuh keji itu di Wan-san, bahkan
kemudian setelah persoalan itu kita bisa mengajak para
komandan bersama-sama melakukan pembuktian di dalam
kamar rahasia tersebut aku yakin segenap anggotaWi limpoo
pasti bisa kita tundukkan."
Mendengar sampai di situ, si naga sakti pembalik sungai
yang pertama-tama bertepuk tangan lebih dulu tanda setuju,
menyusul kemudian Lan See-giok sekalian juga manggut
manggut sambil memuji:
"Kalau memang begitu, kita boleh mulai bekerja
sekarang" kata naga sakti pembalik sungai kemudian
dengan gembira.
Hu yong siancu segera berpaling kearah Lan See giok
dan Oh Li cu, kemudian tanyanya:
"Apakah kalian sudah mengirim kapal besar datang
kemari?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok memandang kearah matahari yang
ditengah angkasa. kemudian menyahut:
"Yaa, aku mengirim sebuah kapal kemari, mungkin saat
ini sudah tiba disini."
"Langkah pertama kita harus mengangkut kuda-kuda itu
pulang ke benteng!" kata Hu yong siancu kemudian.
"kedua, nona Oh harus mengatur kedua orang dayang agar
pulang menyampaikan perintah kepada komandan kapal
agar besok pagi berangkat, di samping itu menyebar luaskan
tentang sebab-sebab kematian Phoa yang ong si pocu di
masa lalu kemudian secara diam-diam sebarkan pula kabar
yang mengatakan kemungkinan besar Oh Tin san suami
istri akan terbunuh di luar lautan. usahakan agar anggota
benteng mengetahui tentang berita ini.."
Setelah berhenti sejenak, ia baru memandang sekejap
semua orang yang hadir dan menambahkan:
"Sekarang secara terpisah kita lakukan persiapan untuk
memenuhi barang-barang yang dibutuhkan, besok tengah
hari kita naik perahu dari sini dan bersama-sama kembali ke
bentengWi lim poo."
Baru selesai dia berkata, dua orang pelayan telah muncul
menyiapkan makan siang.
Dengan gembira si naga sakti pembalik sungai segera
berseru.
"Mari kita bersantap dulu, selesai bersantap kita baru
melaksanakan tugas masing-masing"."
Dalam kesempatan itu Hu yong siancu berpaling kearah
Oh Li-cu dan berpesan:
http://kangzusi.com/
"Nona Oh, malam nanti kau bersama anak Cian dan
anak Giok boleh menginap di tempatku sana, sebab aku
masih ada urusan dan malam ini tak dapat kembali .."
Belum habis ia berkata, Thi gou telah berteriak dengan
marah.
"Tidak, tidak. malam ini semua orang tak boleh tidur
bersama engkoh Giok, aku si Thi gou yang akan tidur
bersama engkoh Giok.."
Atas teriakan ini, si naga sakti pembalik sungai segera
tertawa terbahak-bahak kegelian.
Sedangkan Si Cay soat dengan kening berkerut segera
mengomel:
"Thi gou, siapa sih yang menyuruh kau mengaco belo
tidak karuan ..?"
Sebaliknya paras muka Siau cian dan Oh Li cu berubah
menjadi merah padam, mereka tertunduk malu meski
matanya sempat memandang sekejap ke arah Lan See giok
yang berdiri jengah pula di situ.
ooo0dw0ooo
BAB 30
HU YONG SIANCU sendiri hanya tersenyum sambil
membungkam diri, agaknya dia merasa tidak mampu untuk
memberi penjelasan kepada Siau thi gou yang polos tapi
menyenangkan ini.
Dari mimik muka semua orang, Siau thi gou menyadari
kalau dia sudah salah berbicara, tak heran kalau enci
Soatnya mengumpat dan menegurnya.
http://kangzusi.com/
"Siau thi gou" kata si naga sakti pembalik sungai
kemudian dengan gembira, "di kemudian hari, bila kau
tetap bersikeras demikian, pokoknya kau pasti akan
disediakan makanan-makanan yang lezat.." sambil berkata
sekali lagi ia tertawa tergelak.
Merah dadu selembar wajah Si Cay soat, kontan saja ia
mengomel: "Thio loko. jenggotmu saja sudah memutih
semua. Tapi sifatmu masih saja seperti adik Gou."
Hu yong siancu tertawa, selanya kemudian: "Kalau
memang begitu biarlah Thi gou dan anak Giok tidur di
rumahku sedang nona Oh tinggal dirumah kediaman Thio
lo enghiong."
"Bibi, anak Cu masih harus menengok enci ku Be Cui
peng.." sela Oh Li cu segera, baru sekarang Hu yong siancu
teringat kembali akan Tok Nio-cu, maka diapun bertanya
dengan cemas.
"Saat ini Gui hujin berada dimana?"
"Dia berdiam di sebuah rumah nelayan dalam dusun
ini."
"Kalau begitu cepat kau undang dia ke mari" seru naga
sakti pembalik sungai dengan cepat.
Tapi Oh Li cu segera menggeleng, katanya sambil
tersenyum:
"Tidak usah, biar kita bersua kembali besok pagi diatas
perahu saja."
Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai tahu
kalau diantara mereka kakak beradik pasti masih ada
persoalan pribadi yang hendak dibicarakan, karena itu
merekapun tidak kukuh dengan pendirian "Enci Cu, tolong
titip salam buat enci Peng, katakan kepadanya bahwa hari
http://kangzusi.com/
ini siaute belum berkesempatan untuk pergi menengok nya"
kata Lan See giok pula sambi1 tertawa.
Oh Li-cu tertawa penuh rasa terima kasih sambil
mengangguk, setelah berpamitan kepada semua orang. ia
berangkat lebih dulu.
Kemudian Hu yong siancu juga memberi pesan-pesan
kepada Siau cian.
Tatkala Lan See giok dan siau cian, berpamitan dengan
Hu yong siancu serta naga sakti pembalik sungai, tiba-tiba
Siau thi gou mengurungkan niatnya untuk pergi bersama
pemuda itu.
Melihat hal ini. Naga sakti pembalik sungai segera
tertawa terbahak-bahak, teriaknya dengan gembira.
"Haaahh.. haaahhh.. haaahhh.. Thi gou memang tepat
sekali bila kau berada disini saja, nah pergilah untuk
mencari Sam keng untuk bermain bola dengan mereka"
Siau thi gou bersorak gembira dan segera berlarian keluar
dari ruangan.
Lan See giok dan Siau cian tahu sudah pasti Si Cay soat
yang secara diam-diam menghalangi niat Siau thi gou
tersebut, kalau tidak, tak mungkin Siau Thi gou akan
berubah pendirian ditengah jalan.
Berpendapat demikian, tanpa terasa dia memandang
sekejap ke arah Si Cay soat sambil tertawa penuh rasa
terima kasih.
Setelah keluar dari halaman rumah, untuk menghindari
perhatian orang maka kedua orang itu menempuh
perjalanannya dengan menelusuri jalan setapak dibelakang
dusun,
http://kangzusi.com/
Waktu itu matahari sedang bersinar cerah ditengah
angkasa. langit cerah dan angin berhembus sepoi-sepoi.
Lan See giok dan Siau cian menelusuri jalan yang
dikelilingi pemandangan alam indah, perasaan mereka
terasa lebih lapang dan gembira.
Tak sampai satu jam kemudian, sampailah mereka di
dusun nelayan yang lain, ketika Siau cian membuka kunci
pintu dan masuk ke dalam halaman, ditemukan rumahnya
berada dalam keadaan bersih dan tak ada sedikit debupun
yang menempel di situ, dia tahu tentu ibunya sudah pulang
lebih dulu untuk membereskan rumahnya.
Bagi Lan See giok, kali ini merupakan kesempatan yang
pertama baginya dapat bersama-sama enci Ciannya tanpa
diganggu oleh kehadiran pihak ketiga, sudah lama dia
impikan kesempatan seperti apa yang dialaminya hari ini.
Siau cian pergi menyiapkan air teh, lalu berdua duduk di
ruang dalam sambil berpandangan tanpa mengucapkan
sepatah kata pun.
Siau cian yang dipandang sedemikian rupa oleh pemuda
itu kontan saja merasakan hatinya berdebar dan
perasaannya tidak tenang.
Dia tak tahu mengapa bisa begitu, semakin tenangtenang
suasananya dia merasa hatinya semakin gugup.
Maka nona itupun bangkit berdiri dan berjalan mondar
mandir dalam ruangan dengan perasaan gelisah yang tak
terlukiskan dengan kata-kata mencekam benaknya, apa
yang digelisahkan? Ia sendiri pun tak mampu
mengutarakannya keluar.
Lan See giok yang menyaksikan keadaan tersebut
menjadi amat keheranan, dengan kening berkerut tegurnya
kemudian:
http://kangzusi.com/
"Enci Cian, apakah kau sedang memikirkan bibi?"
Tergerak perasaan Siau cian, ia segera berhenti dan
manggut-manggut, sahutnya:
"Yaa, entah sampai kapan ibu baru akan kembali?" .
Ia duduk di depan pembaringan dan meneguk air teh
dengan perasaan tak tenang.
Lan See giok segera teringat akan sesuatu, cepat-cepat
dia bertanya:
"Enci Cian, sebenarnya bibi kemana sih?"
"Setiap satu dua bulan sekali, ibu tentu akan pergi ke
Kwan im an di Khu leng."
Dengan perasaan terkejut agak berubah wajah Lan See
giok, ia bertanya lagi.
"Bukankah kuil Kwan im an merupakan tempat tinggal
kaum rahib.?"
"Benar.." Siau cian mengangguk sedih, "Pemimpin kuil
itu merupakan seorang nikou kenalan ibu semasa masih
berkelana di dalam dunia persilatan dulu."
Sebelum Siau cian menyelesaikan kata katanya, dengan
kening berkerut Lan See giok segera bangkit berdiri.
Menjumpai hal tersebut, dengan perasaan terkejut
bercampur gelisah Siau cian, segera menegur:
"Adik Giok, mau apa kau?"
"Hmm, aku hendak memperingatkan nikou tersebut, jika
ia berani membujuk bibi memasuki kuil tersebut, akan
kubakar Lam hay toa si Kwan im an itu sampai rata dengan
tanah.."
Kontan saja Siau cian tertawa cekikikan.
http://kangzusi.com/
"Coba kau lihat tampangmu yang gelisah itu, biarpun
pengalaman ibu selama ini tidak menguntungkan dan selalu
menderita, toh dia masih mempunyai anak, sebelum
harapannya terkabul, masa dia akan menjadi nikou?"
Tergerak hati Lan See giok mendengar ucapan itu, dia
segera teringat kembali dengan pengalaman bibinya yang
masih menjadi tanda tanya baginya.
Maka dengan wajah lebih tenang ia duduk kembali di
tempat semula, kemudian dengan nada mendatar ia
bertanya:
"Enci Cian, mengapa sih bibi begitu benci dengan Pek
Im hong dari Lim lo pah tersebut?"
Terbayang kembali pengalaman tragis yang dialami
ibunya. segera timbul perasaan murung dan pedih dalam
hati Siau cian, perasaan tak tenang yang semula mencekam
perasaannya kini turut lenyap pula tak berbekas.
Dengan kening berkerut dan pandangan sedih dia
memandang sekejap ke arah pemuda itu, bukan menjawab
dia justru balik bertanya:
"Apakah kau mengetahui tentang pengalaman sedih
yang dialami ibu sepanjang hidupnya?"
Lan See giok tidak leluasa untuk mengatakan tak tahu,
maka sahutnya kemudian:
"Sewaktu masih kecil dulu, aku sering kali mendengar
ibuku membicarakan tentang persoalan ini, cuma saja aku
sudah tak dapat mengingatnya kembali.."
Agaknya Siau cian mengetahui dengan jelas sampai
dimanakah hubungan antara ibunya dengan orang tua Lan
See giok, maka dengan perasaan tak paham ia bertanya:
"Apa cerita ibumu dulu. . ."
http://kangzusi.com/
Lan See giok tidak menyangka Siau cian akan bertanya
demikian tapi ia segera berpikir lain, jawabnya segera:
"Sebelum meninggal ibuku berpesan agar aku jangan
melupakan bibiWan!"
Siau cian segera menghela napas sedih:
"Aaai.. semasa masih gadis dulu, nama ibu sudah
termasyhur di seantero dunia persilatan, tatkala mencapai
usia sembilan belas tahun ia telah bertemu dengan seorang
pemuda tampan yang mempergunakan sema-cam senjata
berbentuk aneh, orang itu adalah Gurdi emas peluru perak
paman Lan yang namanya menggetarkan seluruh dunia
persilatan."
"Ibu dan paman Lan merasa jatuh hati dalam pandangan
pertama, ditambah pula mereka punya urusan untuk
bersama-sama pergi ke Ciong-lay-san, maka hubungan yang
makin erat menumbuhkan benih cinta, kemudian ibu
mengetahui bahwa paman Lan sesungguhnya sudah
menjalin cinta yang mendalam dengan Ki lu lihiap Ong yan
hoa jauh sebelum mereka berdua saling berkenalan."
"Mungkin ibu beranggapan bahwa ia tak pantas merebut
kekasih orang lain, tapi menurut ibu sebenarnya ia kuatir
paman Lan tak akan memperoleh kebahagian di kemudian
hari, maka diapun memutuskan untuk meninggalkan
paman Lan.."
Tergerak perasaan Lan See giok setelah mendengar
sampai di situ, tiba-tiba dia menimbrung:
"Enci Cian, menurut pendapatmu bagaimanakah
keputusan bibi waktu itu? Apakah tindakan yang
diambilnya itu benar?"
http://kangzusi.com/
Siau cian memandang sekejap kearah Lan See giok
dengan pandangan cinta, kemudian sambil tertawa paksa
dia menggeleng:
"Aku tidak tahu, aku hanya mengetahui bahwa sejak ibu
dan ayah kawin, hatinya selalu menderita."
"Enci Cian, maafkan kegegabahanku, sebenarnya siaute
ingin sekali mengetahui alasan bibi sampai kawin dengan
ayahmu Ciu ki san.."
Senyuman yang semula menghiasi wajah Siau cian
seketika hilang lenyap tak berbekas, katanya kemudian
dengan sedih:
"Membicarakan persoalan ini, sebenarnya hal tersebut
akan melukai perasaan hatiku, namun akupun mempunyai
hal-hal yang pantas dibanggakan, yaitu sejak ibu kawin
dengan ayah, ia memang seorang istri yang setia, betul
bahwa ibu seringkali bertemu dengan paman Lan semenjak
kematian ayahku, namun aku tahu ibu selalu menjaga
kesucian tubuhnya.."
Tiba-tiba Lan See giok merasakan hatinya bergetar keras,
bibirnya bergetar tanpa terasa, namun ia toh merasa kurang
leluasa untuk bertanya kepada gadis itu darimana ia bisa
tahu?
Tampaknya Siau cian dapat meraba suara hati si anak
muda tersebut, ia segera menjelaskan:
"Pada mulanya, setiap kali ibu pergi keluar dia selalu
kembali dengan cepat, tapi lambat laun ia baru pulang
menjelang tengah malam, waktu itu aku merasa amat
menderita dan marah, ada suatu waktu aku sengaja
menguntit Ibu secara diam-diam, ingin kulihat sebenarnya
rahasia apakah yang dia miliki.."
http://kangzusi.com/
Diam-diam Lan See giok mencemaskan ayah dan
bibinya, dengan penuh perhatian ia bertanya:
"Tentunya bibi telah pergi ke kuil Kwan im an bukan?"
"Tidak" Siau cian menggeleng, "Ibu memasuki hutan
yang lebat itu dan menuju ke suatu tempat yang sangat
gelap, dari situlah melayang turun seorang lelaki setengah
umur berdandan sastrawan, dia mempunyai wajah yang
tampan dengan sedikit kumis, meski rambutnya mulai
berubah, namun tidak menutupi ketampanan nya semasa
masih muda dulu.."
"Dia.. dia adalah ayahku!" ucap See giok emosi.
Siau cian mengangguk, lanjutnya:
"Waktu itu aku sangat gusar, kalau bisa ingin kubunuh
sastrawan tampan itu, di samping akupun sangat membenci
ibu, aku tidak merasakan lagi kelembutan ibuku.
"Ibuku memanggil ayahmu sebagai engkoh Khong tay,
sedang ayahmu menyebut adik Sin kepada ibuku, pada
waktu itu aku dapat melihat dengan jelas dari mimik wajah
mereka, betapa tulus dan lurusnya sikap mereka, tak
ubahnya seperti saudara kandung sendiri.."
"Yaa, benar." sela Lan See giok dengan perasaan haru,
"ketika ayah memerintahkan siaute mengirim kotak kecil
tersebut kemari, berulang kali ayah berpesan kepadaku
bahwa bibi adalah orang yang paling dikaguminya,
meskipun dia bukan bibi kandungku, namun ayah
memerintahkan kepadaku agar selalu menganggapnya
sebagai bibi kandung sepanjang masa."
Siau cian memandang sekejap ke arah pemuda itu
dengan perasaan berterima kasih, lalu terusnya:
http://kangzusi.com/
"Apa yang mereka bicarakan sebenarnya tak sempat
kudengar dengan jelas, hanya setelah pulang ke rumah, aku
ribut dengan ibuku, dan saat itulah dengan air mata
berlinang ibu baru memberitahukan kepadaku bahwa
sebenarnya dia tidak sepantasnya kawin dengan ayahku Ciu
Ki san.
"Ayahku berasal dari keluarga pembesar dan muak
dengan suasana pemerintahan waktu itu sehingga akhirnya
dia pergi ke bukit Kun-lun dan belajar silat di situ, dalam
suatu kesempatan ia telah menyelamatkan ibu dari suatu
musibah.."
"Kepandaian silat yang dimiliki bibi sangat hebat, waktu
itu jarang ada yang mampu menandinginya.." kata See giok
dengan perasaan tidak mengerti.
Sebelum pemuda itu menyelesaikan kata-katanya, Siau
cian telah menjelaskan:
"Masalahnya bukan soal kemampuan yang hebat atau
bukan, ketika ibu sedang menginap di sebuah rumah
penginapan, Pek Im hong si bajingan laknat itu telah
mencampurkan bubuk pembingung sukma di dalam
hidangan yang dipesan ibu, akibatnya dalam keadaan tak
sadar ibu dibawa oleh manusia laknat itu ke dalam sebuah
kuil, ketika ibu mendusin ia mendengar ada suara
pertempuran sedang berlangsung di halaman kuil dan
kedengaran pula jeritan-jeritan ngeri, sedang ibu sendiri
menjadi malu sampai merah padam mukanya setelah
mengetahui keadaan sendiri yang terikat di atas kursi
wanita Cantik .." .
Biarpun Lan See giok merasa gusar, tak urung ia
bertanya juga "Apa sih yang di namakan kursi wanita cantik
itu?"
http://kangzusi.com/
Setelah mengungkap soal "Kursi wanita Cantik",
sebenarnya Siau cian merasa agak menyesal, apalagi setelah
mendengar pertanyaan tersebut ia menjadi tersipu-sipu
dibuatnya, dengan perasaan malu bercampur mendongkol
segera serunya:
"Siapa yang tahu benda apakah itu, kau ini bagaimana
sih? masa bertanya sampai ke dasar-dasarnya?"
Dari sikap si nona yang tersipu-sipu dan mengomel, Lan
See giok segera sadar kalau "kursi wanita cantik" tentu
termasuk sebuah benda yang tak baik, maka buru-buru dia
mengiakan sambil bertanya lebih jauh:
"Bagaimana akhirnya?"
Siau cian tertawa jengah dan melanjutkan:
"Pada saat itulah dari belakang jendela melayang masuk
sesosok bayangan manusia, orang itu adalah seorang
pendekar setengah umur yang berwajah gagah dan lurus, ia
segera menolong ibu, bahkan mencarikan pakaian serta
senjata ibu."
"Atas peristiwa ini, semua pendeta cabul yang berada di
dalam kuil itu dibantai ibu sampai punah, hanya seorang
yang berhasil kabur yakni Pek In hong si manusia jadah itu,
untuk mencari jejak si manusia jadah ini ibu sudah
mengarungi samudra menelusuri ujung jagad untuk
menemukannya, sungguh tak nyana akhirnya berhasil
ditemukan dalam kapal perangnya Lim lo pah."
Ketika berbicara sampai di situ, nona tersebut menatap
sang pemuda lekat-lekat, kemudian tanyanya lagi:
"Tahukah kau, siapakah pendekar setengah umur yang
berwajah gagah ini?"
http://kangzusi.com/
"Aku tahu, dia adalah empek Ciu!" buru-buru pemuda
itu menyahut dengan cepat.
Siau cian menghela napas sedih:
"Sungguh tak disangka ketika aku berusia tiga tahun,
ayah jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia.."
Menyaksikan kepedihan yang menyelimuti wajah Siau cian
waktu itu, meski Lan See giok ingin bertanya lebih jauh,
namun untuk menghindari nona itu dicekam kepedihan ia
tak berani bertanya lebih jauh.
Kedua orang itu termenung dan saling membungkam,
lama kemudian Siau cian baru menengok keluar jendela
dan bangkit berdiri seraya berkata:
"Aaah.. aku harus menanak nasi dulu."
Maka bersama sang pemuda, mereka masuk ke dapur
untuk mempersiapkan hidangan, kesibukan membuat
perasaan mereka berdua menjadi cerah kembali.
Ketika bersantap kemudian, suasanapun telah pulih
kembali seperti sedia kala, ada suara tertawa ada pula suara
gurauan.
Ketika selesai bersantap malam, malampun sudah tiba,
suasana mulai diliputi kegelapan, Lan See giok segera
mengunci pintu rumah, sedang Siau cian menyulut lilin.
Dalam suasana begini, tanpa terasa kedua orang itu
saling berpandangan sekejap, sedang dalam hati kecil
mereka tumbuh suatu perasaan gembira yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Perasaan demikian ini belum pernah mereka berdua
alami sebelumnya.
Siau cian merasakan hatinya berdebar dan pipinya
memerah..
http://kangzusi.com/
Begitu pula dengan Lan See giok, dia merasakan pipinya
memerah dan detak jantungnya semakin bertambah cepat ..
Siau cian tak berani memperhatikan pandangan mata
adik Gioknya yang memukau hati itu lagi, ia tertunduk
malu dan sambil membawa lilin berjalan masuk ke dalam
kamar tidur sendiri.
Diam-diam gadis itu agak terkejut juga melihat sang
pemuda mengikuti dibelakangnya, ia benar-benar merasa
agak gugup dan baru kini ia betul-betul dapat merasakan
bahwa suasana begini mirip sekali dengan kamar pengantin
sepasang pengantin baru.
Ketika Lan See giok menyaksikan keadaan enci Cian-nya
yang bermuka merah, tersipu-sipu dan tak tahu apa yang
mesti dilakukan itu, mendadak timbul jiwa kelelakian di
dalam hatinya.
Wajahnya yang tampan seketika terasa memerah dan
panas, dengan senyum dikulum dia awasi gadis itu agak
termangu, agak tertegun.
Siau cian yang sudah gugup semakin bertambah tegang,
tersipu-sipu ia memandang wajah sang pemuda yang
memerah, kemudian pelan-pelan mundur ke belakang..
Namun di dalam keadaan begini, dia seolah-olah
menjadi seorang yang kehilangan ilmu silat, sepasang
kakinya terasa lemas tak berkekuatan, lututnya amat lemah
seakan-akan tertotok jalan darahnya .
Selangkah demi selangkah Lan See giok mendekati Siau
cian, senyuman hangat masih menghiasi bibirnya, sambil
mengawasi bibir si nona yang merah merekah, ia sambut
lilin merah itu dari tangannya.
http://kangzusi.com/
Perasaan tegang yang mencekam Siau cian mencapai
pada puncaknya, tiba-tiba ia bertanya dengan gugup dan
gelisah:
"Adik Giok .. mau.. mau apa kau?"
Lan See giok meletakkan lilin merah itu ke meja, lalu
berpaling sambil melemparkan senyuman misterius,
digenggamnya tangan si nona kemudian menariknya ke
arah pembaringan..
Siau cian semakin gelagapan, peluh telah bercucuran
membasahi tubuhnya, kembali dia berseru:
"Adik Giok.. tidak boleh.. tidak boleh berbuat begitu..
sebentar ibu akan kembali.."
Lan See giok tahu kalau encinya salah paham, tapi tibatiba
saja timbul akalnya untuk menakut-nakuti gadis
tersebut, maka ia segera berlagak tertawa nyaring:
"Haaaahhh.. haaaahh.. haaaahh.. bibi telah berpesan
kepada siaute .."
"Ibu berpesan apa kepadamu?" tukas Siau cian dengan
tubuh gemetar dan semakin gelagapan.
Sekali lagi Lan See giok tertawa misterius kemudian
bisiknya lirih:
"Bibi suruh siaute tak usah takut untuk.. untuk
menciummu .."
Selembar pipi Siau cian semakin memerah, tentu saja ia
tak percaya dengan ucapan pemuda itu.
Baru saja dia hendak mendorong pemuda itu, tahu-tahu
pinggangnya yang ramping telah dipeluk erat-erat oleh sang
pemuda.
http://kangzusi.com/
Dengan demikian, seluruh tubuhnya terjatuh ke dalam
pelukan Lan See giok kini.
Tak terlukiskan rasa kaget Siau cian, segera jeritnya:
"Jangan.. jangan.. adik Giok.."
Ketika Lan See giok memeluk si nona ke dalam
rangkulannya tadi, perasaan cinta yang terpendam dalam
hatinya selama ini kontan saja meledak, tindakan yang
semula dilakukan hanya bermaksud gurauan, sekarang
berubah menjadi tindakan yang benar-benar.
Bersamaan waktunya Siau cian berteriak tadi, Lan See
giok telah menggeserkan bibirnya dan mencium bibir si
nona yang kecil mungil dan merah menantang itu.
Siau cian merintih, semula dia agak mendongkol, tapi di
saat bibir sang pemuda telah menempel di atas bibirnya, ia
segera merasakan kenyamanan dan kehangatan yang tak
terlukiskan dengan kata-kata menjalar ke seluruh tubuhnya.
Dia menjadi mabuk, ia pun menjadi tenang kembali,
dengan lembut dan penuh kepasrahan ia sambut ciuman
sang pemuda yang sebenarnya sangat dicintainya ini.
Sebetulnya Lan See giok sudah pernah mencium Si Cay
soat, tapi ketika ia mencium Ciu Siau cian saat ini,
perasaannya yang diterima ternyata jauh berbeda.
Ia dapat merasakan tubuh Siau cian gemetar keras,
jantungnya berdebar-debar dan wajahnya merah padam
seperti buah apel..
Mendadak..
Air mata yang terasa asin menyusup ke dalam bibir Lan
See giok, pemuda itu menjadi terperanjat dan segera
mendongakkan kepalanya, ia saksikan gadis itu masih
http://kangzusi.com/
memejamkan matanya, sementara air mata berlinang
membasahi pipinya.
Siau cian menubruk ke dalam pelukan pemuda itu
kemudian menangis tersedu.
"Enci Cian, maafkanlah aku.." buru-buru Lan See giok
minta maaf.
Tidak sampai si anak muda itu menyelesaikan katakatanya,
Siau Cian telah membenamkan kepalanya ke
dalam pelukan anak muda itu, kemudian sambil
menggeleng sahutnya jengah:
"Tidak.. aku kelewat gembira."
Kejut dan gembira menyelimuti perasaan Lan See giok,
ia memeluk tubuh si nona makin erat, bahkan serunya
penuh kegembiraan:
"Enci Cian, aku benar-benar kelewat gembira!"
Kembali mereka berdua saling berpelukan erat sambil
membaringkan diri di atas ranjang, mereka saling
mendengarkan detak jantung masing-masing, semua rasa
cinta dan kangen terlampiaskan di dalam pelukan itu.
Setelah melewati suasana hening beberapa saat lamanya,
mendadak Siau cian menghela napas panjang kemudian
berbisik dengan sedih:
"Sekarang, kita begini gembira, mungkin inilah
perlambang dari suatu ketidak baikan untuk kita berdua!"
Lan See giok segera berkerut kening dan melepaskan
pelukan gadis tersebut, kemudian tanyanya dengan tidak
mengerti:
"Mengapa enci Cian?"
http://kangzusi.com/
Dengan termangu-mangu Siau cian mengawasi lidah api
yang membara di sudut lilin, kemudian menggeleng tanpa
mengucapkan sepatah katapun jua.
Tergerak perasaan Lan See giok, kembali ia mendesak:
"Apakah kau teringat akan kepergian kita ke Wan san?"
Siau cian mengangguk sementara air mata nya kembali
jatuh bercucuran dengan deras.
Sekalipun Lan See giok telah membayangkan juga
pelbagai kesulitan yang bakal ditemuinya dalam perjalanan
menuju pulau Wan san, tapi demi dendam kesumat
kematian ayahnya, demi menyelamatkan gurunya dari
kesulitan seperti apa yang diucapkan si naga sakti pembalik
sungai, biar naik ke bukit golok atau terjun ke kuali minyak
mendidih, ia tak akan gentar.
Maka sambil membelai rambut si nona, ia berkata
lembut:
"Apakah kau menguatirkan tentang kehebatan Lam hay
lokoay dan Si to cinjin sekalian?"
Sekali lagi Siau cian mengangguk, dengan mulut
membungkam, Lan See giok tertawa paksa, segera
hiburnya:
"Dalam hal ini, siaute telah memikirkannya secara baikbaik,
apabila kemampuanku tak sanggup menandingi Hay
gwa sam koay (tiga manusia aneh dari luar lautan), tak
mungkin suhu menyuruh aku ke situ setahun setelah
kejadian.."
"Tapi ke tiga manusia aneh itu berkumpul semua diWan
san!" keluh Siau cian sebelum anak muda itu menyelesaikan
kata-katanya.
Lan See giok segera menggeleng sambil tersenyum:
http://kangzusi.com/
"Berbicara soal kepandaian silat serta tingkat kedudukan
tiga manusia aneh dari luar lautan, mustahil mereka bertiga
akan bergabung untuk menghadapi seorang angkatan muda
seperti aku!"
"Sekalipun demikian, kau toh tak boleh begitu yakin"
omel Siau cian tidak senang hati, "andaikata mereka tak
melanggar aturan dan selalu menepati peraturan yang telah
ditentukan, mengapa para jago persilatan menyebut mereka
sebagai "tiga manusia aneh" dan bukannya menyebut Sam
hiap atau tiga pendekar?"
Lan See giok segera tertegun oleh ucapan ini, ia tak
mampu menjawab lagi.
Kembali Siau cian berkata:
"Gembong-gembong iblis tua itu hampir semuanya
berhati kejam, membunuh orang tanpa berkedip, tidak tahu
soal peraturan dan tidak mengenal perasaan, begitu ia tak
mampu menandingimu, tentu saja mereka tak akan
memperdulikan soal tingkat kedudukan atau nama besar
lagi." .
Dengan kening berkerut Lan See giok membungkam diri,
ia tahu dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang, tak
mungkin dia seorang diri mampu menandingi ke tiga
manusia aneh tersebut sekaligus, bilamana perlu dia harus
berusaha menghadapinya dengan akal.
Tiba-tiba.. berkilat sepasang matanya sambil mengamati
gadis itu, cepat-cepat serunya:
"Aaaah, enci Cian, aku punya akal!"
Ia segera bangkit berdiri dan cepat merogoh ke dalam
sakunya untuk mengeluarkan botol porselen kecil itu.
http://kangzusi.com/
"Oooh, rupanya kau ingin melipatkan tenaga dalammu
dengan andalkan Leng sik giok ji ini?" seru Siau clan
menjadi paham.
Anak muda itu mengangguk tanpa ragu.
"Satu satunya kelemahan yang masih terdapat pada
diriku adalah ketidak mampuan-ku untuk menandingi
kesempurnaan tenaga dalam ketiga manusia aneh itu,
sekarang aku harus menambah kesempurnaan tenaga
dalamku dengan bantuan Leng sik giok ji ini!"
Sewaktu tutup botol itu dibuka, bau harum semerbak
segera memancar ke seluruh ruangan.
"Adik Giok, kau tak boleh melupakan ucapan ibu." seru
Siau cian memperingatkan. "katanya orang muda tak boleh
kelewat banyak minum Leng sik giok ji!"
"Aaaah, itu kan alasan dari bibi untuk menghalangi kita
menghambur-hamburkan Leng sik giok ji dengan percuma."
kata sang pemuda sambil tertawa hambar.
Selesai berkata, dia segera menuang seluruh isi cairan itu
ke dalam mulutnya.
Dengan perasaan tegang Siau cian mengawasi perbuatan
pemuda itu, ia tak tahu akibat apakah yang akan di alami
Lan See giok setelah meneguk begitu banyak Leng sik giok
ji.
Cairan yang harum itu dengan cepat mengalir masuk ke
dalam perut Lan See giok, hawa dingin bagaikan es segera
mencekam perutnya, sambil menyerahkan botol kecil, tadi
ke tangan Siau cian, ia berkata seraya tertawa:
"Enci Cian, paling tidak di dalam botol itu masih tersisa
satu dua tetes, gunakanlah jari kelingkingmu untuk
mengeluarkan cairan tersebut dan cepatlah kau makan."
http://kangzusi.com/
Siau cian tahu bahwa Leng sik giok ji merupakan benda
mestika yang amat langka di dunia ini, biar cuma setetes
namun kalau di buang terlalu sayang, karenanya dia
menuju ke meja dan menuangkan air teh ke dalam botol
tadi, kemudian setelah dikocok lantas diteguk sampai habis.
Begitu Leng sik giok ji mengalir ke dalam perut, Siau
cian baru terperanjat, ia merasa cairan mestika tersebut
ternyata masih tebal, ini membuat tubuhnya gemetar keras.
Hawa dingin yang luar biasa menyebar ke seluruh
tubuhnya dan merasuk sampai ke jari-jari kakinya, dari
keadaan tersebut bisa diduga kalau paling tidak ada sepuluh
tetes yang telah berpindah ke dalam perutnya.
Kenyataan tersebut membuat si nona menjadi gelagapan,
buru-buru ia bertanya:
"Adik Giok, benarkah kau telah meneguk habis isi cairan
tersebut..?"
Dari sikap si nona yang gugup, Lan See giok tahu kalau
ada yang tidak beres, maka sahutnya dengan serius:
"Benar, aku telah meneguknya sampai habis, paling
banter isi botol itu tinggal setetes!"
"Tidak, tidak mungkin," Siau-cian semakin tegang,
"berdasarkan kekentalan dalam air, paling tidak masih
tersisa sepuluh tetes."
Lan See giok menjadi kebingungan, sampai lama
kemudian ia baru memahami akan sesuatu, katanya
kemudian..
"Yaa, siaute teringat sekarang, mungkin cairan giok ji itu
sudah tersimpan kelewat lama sehingga dasarnya mulai
mengerak itulah sebabnya ketika diguyur air teh panas,
http://kangzusi.com/
cairan itu pun mencair sehingga tak heran, kalau air itu
mengental.."
Pucat pias selembar wajah Siau cian, apa lagi bila
teringat akan peringatan dari ibunya.
"Adik Giok, apa yang mesti cici lakukan sekarang?"
tanyanya gelagapan.
Lan See giok tertawa riang.
"Coba kau lihat wajahmu begitu tegang, padahal Leng
sik giok ji adalah benda mestika yang amat langka, semakin
banyak yang diteguk akan semakin baik pula, jangan kau
ingat terus peringatan dari bibi, ayo cepat naik ke
pembaringan dan bersemedi, asal beberapa kali kau atur
pernapasanmu niscaya tenaga dalamWan san popo pun tak
akan mampu menandingimu!"
Siau cian setengah percaya setengah tidak, tapi diapun
gelisah bercampur mendongkol, kini dia tidak menguatirkan
lagi bagaimana reaksi dari adik Gioknya, tapi justru
menguatirkan keadaan sendiri..
Cepat-cepat dia melepaskan sepatunya dan naik ke
pembaringan untuk bersemedi.
Lan See giok pun segera memejamkan mata dan
mengatur napas untuk menghisap sari Giok ji yang berada
di dalam tubuhnya.
Pikiran dan perasaan Siau cian waktu itu benar-benar
sangat kalut, sampai lama sekali hatinya belum juga dapat
tenang, dia merasa hawa dingin yang semula mencekam
pusarnya kini berubah menjadi panas, aliran hawa panas
yang membara itu menyebar ke seluruh badan dan
membuat perasaan semakin bertambah gelisah.
http://kangzusi.com/
Dihati kecilnya dia selalu dihantui oleh peringatan
ibunya, tak heran kalau gadis tersebut tak mampu
menghisap sari giok ji itu ke dalam pusarnya.
Diam-diam ia membuka matanya dan melirik sekejap
Lan See giok yang duduk bersemedi di sisinya:
Tapi begitu melihat ia menjadi amat terkejut sehingga
hampir saja bersuara.
Nampak olehnya, pemuda itu duduk bersila sambil
memejamkan mata, namun diatas bahunya lamat-lamat
muncul sekilas cahaya lingkaran berwarna kuning emas
yang menyelimuti tubuhnya, dia tahu bisa jadi itulah yang
disebut Hud kong sin kang (ilmu Sakti cahaya Buddha)
Ia pernah mendengar ibu dan si naga sakti pembalik
sungai membicarakan soal Hud kong sinkang tersebut,
konon dengan watak yang baik dan kecerdasan yang luar
biasa, orang akan berhasil melatih ilmu tadi di dalam
sepuluh tahun, namun jika ingin berlatih hingga mencapai
taraf pemunculan sinar tadi dari tubuhnya, maka orang itu
mesti berlatih tekun selama sepuluh tahun lagi.
Namun kenyataannya sekarang, Lan See giok hanya
berlatih Hud kong sinkang selama satu tahun lebih, tapi
kemampuan yang di capai telah luar biasa sekali, dari sini
dapat diketahui bahwa kecepatannya menguasai ilmu
tersebut benar-benar luar biasa.
Tapi setelah berpikir lebih jauh, diapun menjadi paham,
keberhasilan Lan See giok mencapai tingkatan tersebut
tentulah di sebabkan ia telah berulang kali minum Leng sik
giok ji.
Teringat soal Leng sik-giok-ji, Siau cian segera tersadar
kembali bahwa dia harus segera mengatur pernapasan dan
membawa sari mestika itu ke seluruh bagian tubuhnya.
http://kangzusi.com/
Sayang keadaan sudah terlambat, baru saja dia hendak
mengatur napas, hawa panas yang membara sudah terlanjur
menyebar rata di seluruh tubuhnya, napasnya menjadi
memburu dan pusarnya bagaikan dibakar, malah semua
persendian tulangnya bagaikan ditusuk-tusuk dengan jarum
tajam.
Tak terlukiskan rasa terkejut Siau cian menghadapi
kenyataan ini, peluh mulai bercucuran amat deras, dia tahu
apa yang di peringatkan ibunya benar-benar telah menimpa
dia, tak heran kalau gadis itu semakin bertambah gugup.
Dia ingin memanggil adik Giok, tapi sewaktu membuka
matanya, ditemukan lingkaran cahaya yang muncul dibahu
pemuda itu kian lama kian bertambah besar, kekuatan
cahayanya pun semakin bertambah kuat, malah lingkaran
cahaya tadi semakin bergeser ke bawah.
Pemandangan yang terpampang di depan matanya ini
membuat si nona merasa terkejut bercampur gembira, tapi
penderitaan yang dirasakan olehnya juga makin menghebat.
Dalam keadaan begini dia semakin tak berani memanggil
pemuda itu, ia tahu tenaga dalam adik Gioknya sedang
mmemperoleh kemajuan yang luar biasa.
Selang berapa saat kemudian..
Lingkaran cahaya dituduh Lan See-giok telah bergeser
sampai di iga, selisihnya dengan jarak permukaan
pembaringan tinggal lima inci.
Tapi aliran hawa panas yang mengelilingi tubuh Siau
cian justru telah berubah menjadi api yang membara.
Akhirnya dia benar-benar tak sanggup menahan diri lagi,
dengan napas tersengkal-sengkal ia roboh terguling diatas
pembaringan.
http://kangzusi.com/
Kebetulan juga Lan See-giok telah menyelesaikan
latihannya waktu itu, ketika melihat keadaan tersebut,
pemuda itu segera menjerit kaget.
"Aaaah.. Enci Cian! Kau.."
Sambil berseru cepat-cepat dia memeluk tubuh Siau-cian
ke dalam rangkulannya.
Waktu itu Siau-cian memejamkan matanya dengan bibir
terbuka, wajahnya merah padam seperti bara api.
Lan See-giok benar-benar amat terkejut, jangan-jangan
encinya mengalami keadaan yang disebut jalan api menuju
neraka?
Berpikir sampai disini, telapak tangannya di tempelkan
di atas dadanya dengan segera lalu menyalurkan hawa
murninya, ternyata jalan darah Sim-ki-hiat tidak terhambat,
lantas..
Setelah dipikirkan sejenak, dengan cepat pemuda itu
menjadi sadar, sudah pasti encinya tak mampu menggiring
sari Leng-sik-giok-ji ke dalam pusar tepat pada saatnya.
Dengan penuh perhatian iapun bertanya:
"Enci Cian, bagaimana rasanya sekarang?"
Siau Cian yang berada dalam keadaan setengah sadar itu
hanya merasakan tubuhnya bagaikan terbakar api,
mukanya merah padam dan perasaannya goyah, bahkan
suatu ingatan aneh muncul dari hati kecilnya..
Ketika mendengar suara panggilan pemuda itu, ia
membuka matanya dengan lemah dan memancarkan sinar
aneh dari balik matanya itu..
Lan See-giok segera terangsang oleh keadaan tersebut,
timbul setitik kehangatan dan kemesraan dari hatinya,
meski sorot mata gadis itu sangat aneh, namun baginya
http://kangzusi.com/
penuh mengandung pancingan dan daya rangsangan yang
luar biasa.
Tak kuasa lagi dia menundukkan kepalanya dan berbisik
di sisi telinga gadis itu.
"Enci Cian. . . . ."
Bersamaan waktunya, tanpa disadari tangan kanannya
mulai meraba sepasang payudara si nona yang montok dan
padat berisi itu kemudian meremas-remasnya dengan penuh
bernapsu.
Gemetar keras sekujur badan Siau Cian, ia segera
memperdengarkan rintihan penuh kenikmatan, malah
sepasang matanya kembali dibuka sambil memancarkan
sinar aneh.
Dari balik tubuhnya yang montok itu lamat-lamat timbul
suatu keinginan yang mendorongnya membayangkan halhal
yang erotik, dia seperti berharap kepada pemuda itu
untuk mengambil tindakan kekerasan lebih jauh atas
tubuhnya.
Dalam keadaan begini, Siau Cian hanya bisa
mengerdipkan matanya, membuka bibirnya yang mungil
dan tiada hentinya memanggil adik Giok. . .
Dengan termangu-mangu Lan See-giok mengawasi
wajah si nona yang merangsang hawa napsunya itu, makin
dipandang berahinya semakin membara, tiba-tiba muncul
segulung api napsu yang luar biasa dari pusarnya, tak dapat
ditahan lagi dia mencium bibir gadis itu dengan penuh
bernapsu.
Siau Cian tidak pasif saja, diapun balas merangkul anak
muda itu serta memeluknya erat-erat.
http://kangzusi.com/
Ciuman, tak dapat memuaskan harapan yang tumbuh di
dasar hati kecilnya..
Lan See-giok seperti mendapat ijin, seperti
mmemperoleh dorongan, rintihan dan rangsangan dari si
nona yang begitu menggiurkan hati membuat pemuda kita
tak sanggup menahan diri lagi. . .
Jiwa asli kelakiannya segera muncul dan menguasai
seluruh pikiran serta perasaannya, dia mulai bertindak tak
sopan lagi, terutama sekali tangannya.
Kini bukan hanya payudara si nona saja yang
digerayangi dan diremas-remas, bahkan tangan itu bergeser
semakin ke bawah dan akhirnya meraba-raba dan membelai
hutan bakau yang lebat dengan gundukan tanah yang
mempesona hati itu.
Cahaya lilin yang semula menerangi ruangan mendadak
menjadi padam.
Lalu di tengah kegelapan kedengaran suara pakaian
dilepas dan suara gemerisik yang lirih..
Lan See-giok, sejak lahir hingga kini baru pertama
kalinya melangkah ke dalam kehidupan manusia dewasa,
untuk pertama kalinya dia merasakan kenikmatan hidup.
Rangsangan, rayuan dan tehnik bermain sama sekali
belum ia kuasai.
Dia hanya tahu meraba, menggerayang, meremas dan ..
Sebaliknya Ciu Siau-cian yang cantik, lembut dan halus
hanya memejamkan mata sambil menggigit bibir, bahkan
berulang kali memperdengarkan suara rintihan yang lirih
dan mendebarkan hati.
http://kangzusi.com/
Bagaikan gunung berapi yang meletus, seperti hujan
badai di musim panas, atau bendungan yang dijebol air
bah.. segalanya tak terbendung lagi.
Perahu besar akhirnya memasuki mulut pelabuhan
dengan lembut dan perlahan, melayani samudra yang
tenang dan dalam..
Siau Cian meronta penuh kelemahan, kemudian
memperdengarkan rintihan kesakitan yang membaur
dengan kenikmatan..
Lan See-giok yang gagah perkasa akhirnya keok dan
lunglai kembali, menyusul diapun sadar apa yang telah
diperbuat.
Enci Cian yang cantik dan lemah, akhirnya dilalap
secara kasar dan brutal..
Entah berapa lama sudah lewat..
Dengan penuh berhati-hati Lan See-giok memeluk gadis
itu, membetulkan rambutnya yang kusut dan membesut
keringat yang membasahi kening serta jidatnya.
Lalu dengan wajah menyesal ia mencium pipi, bibir dan
wajah si nona..
Siau cian, berbaring tenang di dalam pelukan See-giok,
matanya masih terpejam, bibirnya masih terbuka dan
pipinya masih merah membara bagaikan api.
Napasnya masih tersengkal-sengkal seperti kuda yang
baru berlarian kencang, bau harum mengembus keluar dan
menerpa wajah kekasihnya..
Membayangkan kembali pengalaman manis yang baru
dialaminya, See-giok merasa tak terkirakan gembiranya,
puas dan bahagia.
http://kangzusi.com/
Namun bila teringat rintihan kesakitan dan goyangan
pinggul enci Cian yang berusaha menghindar kian kemari,
tanpa terasa ia menempelkan bibirnya disisi telinga Siau
cian dan berbisik lirih:
"Enci Cian. . ."
Siau cian tidak berkata apa-apa, hanya dua baris air mata
jatuh berlinang membasahi pipinya.
Lan See giok menjadi gugup setelah menyaksikan
kejadian ini, buru-buru dia berseru:
"Enci Cian, semuanya ini siaute-lah yang salah ."
Siau cian tahu apa yang telah terjadi, maka sahutnya
dengan air mata bercucuran:
"Tidak, kau tak bisa disalahkan, takdirlah yang
menentukan segala-galanya."
Mendadak Lan See giok teringat kembali akan
pembicaraan Siau cian dengan Hu yong siancu pada malam
itu, tergerak hatinya dengan segera, cepat-cepat ia berbisik:
"Enci Cian, rasa cinta siaute kepadamu.."
"Aku tahu.." tukas Siau cian sebelum pemuda itu
menyelesaikan kata-katanya.
Belum selesai ucapan mana, ia sudah menjatuhkan diri
ke dalam pelukan Lan See giok dan menangis semakin
keras.
Lan See-giok tidak berani berkata apa-apa lagi, dia hanya
membelai gadis itu dengan penuh kasih sayang, perempuan
inilah yang pertama kali memasuki lubuk hati serta
lembaran hidupnya..
Tatkala ia mendengar pembicaraan dari enci Cian dan
bibi Wan nya malam itu, hampir saja dia putus asa, tapi
http://kangzusi.com/
sekarang, enci Cian telah mempersembahkan kesucian
tubuhnya kepadanya.
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa lagi dia memeluk
tubuh Siau cian semakin kencang.
Dia pun masih ingat ketika tahun berselang datang
menghantar kotak kecil itu, Enci Cian dianggap sebagai
bidadari dari kahyangan, dewi yang suci dan anggun dalam
lubuk hatinya, waktu itu ia pernah bersumpah, asal dapat
menggenggam tangannya saja, ia sudah merasa amat puas.
Tapi sekarang, Enci Cian telah menjadi istrinya, mulai
malam ini mereka akan hidup berdampingan terus
sepanjang masa dan tak pernah akan berpisah lagi.
Memikirkan hal-hal yang menggirangkan hati ini, tanpa
terasa lagi ia tertawa tergelak, Siau cian yang masih
berbaring dalam pelukan See giok segera mengangkat
kepalanya dan menegur agak tersipu-sipu:
"Apa sih yang kau tertawakan?"
Tergerak hati Lan See giok, cepat dia memeluk gadis itu
dan berkata lembut:
"Aku ingin kita punya anak dengan cepat!"
Merah jengah selembar wajah Siau cian dengan seketika,
cepat dia mengomel:
"Huuuh, tak tahu malu .."
Namun di dalam benaknya, ia benar-benar
membayangkan seorang bocah yang gemuk dan menawan
hati.
Siau cian segera membenamkan kepalanya ke dalam
pelukan See giok dan tertawa bahagia, andaikata ia benarbenar
punya anak, kehidupan mereka tentu akan lebih
bahagia.
http://kangzusi.com/
Lan See giok memandang sekejap kearah enci Ciannya,
kemudian memperhatikan pula tubuhnya yang masih
berada dalam keadaan bugil itu, sekulum senyuman segera
tersungging, ia tak sanggup menahan rangsangan napsu
birahinya lagi dan ingin ..
Serta merta pemuda itu memeluk tubuh si nona serta
membalikkan badannya hingga tidur terlentang .
Siau cian memejamkan matanya rapat-rapat, dia tahu
hujan badai akan melanda datang sekali lagi.
Namun ketika Lan See giok menyaksikan titik-titik noda
darah yang membasahi seprei hatinya jadi terperanjat dan
paras mukanya berubah hebat, cepat-cepat dia menarik
selimut serta ditutupkan ke atas badan enci Cian.
Ia dapat mendengar debaran jantungnya belum pernah
berdetak sehebat ini, dia tahu kali ini dia sungguh-sungguh
telah melakukan suatu perbuatan yang besar..
Ketika ia membaringkan kembali tubuhnya dengan
tegang, Ciu Siau cian telah tertidur karena lelah.
Lambat laun Lan See giok berhasil menenangkan
kembali hatinya, sebab ia menjumpai gadis itu tertidur amat
nyenyak.
Dan akhirnya diapun tersenyumtenteram.
Pada saat itulah, mendadak .
Sesosok bayangan manusia berkelebat lewat di luar
jendela dan melayang ke luar halaman.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok, peluh dingin
sampai jatuh bercucuran saking kagetnya.
Dia yakin si pendatang tersebut pastilah seorang jago
silat kelas satu yang sempurna ilmu meringankan tubuhnya,
http://kangzusi.com/
kalau tidak mana mungkin kehadirannya tidak diketahui
sama sekali?
Terutama sekali dari gerakan tubuhnya yang begitu
enteng dan lincah ketika melayang keluar dari halaman.
semakin membuktikan kalau orang itu bukan manusia
sembarangan di dalam dunia persilatan.
Dia yakin orang itu pasti sudah melihat atau
mendengarkan perbuatan yang dia lakukan bersama enci
Cian.
Berpikir akan hal tersebut, ia menjadi semakin gelisah,
tidak tenang.
Maka secara diam-diam dia melompat turun dari
pembaringan, buru-buru mengenakan pakaian, keluar dari
kamar dan mempersiapkan sepasang telapak tangannya di
depan dada untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak
diinginkan.
Tiba di halaman depan, tubuhnya segera menyelinap dan
melompat ke luar halaman. Namun suasana di sekeliling
tempat itu sangat hening dan tak nampak sosok bayangan
manusiapun, yang ada Cuma suara hembusan angin serta
air telaga yang memecah di tepian. Namun berdasarkan
suara hembusan angin yang terbawa orang itu dia yakin
orang tadi tentu sedang kabur ke arah utara.
Maka dia segera mengebaskan ujung baju kanannya dan
mengejar kearah utara dengan kecepatan bagaikan
hembusan angin.
Hingga tiba di luar dusun dan menelusuri padang
rumput, ternyata tak sesosok bayangan manusiapun yang
nampak.
http://kangzusi.com/
Ia mencoba melompat naik ke atas pohon dan dari situ
memperhatikan seputar sana. namun suasana tetap hening
dan tak nampak siapa saja.
Hal ini membuat Lan See giok keheranan, siapakah
orang itu?
Jangan-jangan orang itu adalah adik Soat atau Oh Li cu?
Tapi pikiran lain kembali melintas lewat tak mungkin
kedua orang gadis itu memiliki ilmu meringankan tubuh
yang begini sempurna..
Tiba-tiba satu ingatan melintas di dalam benaknya..
Berkilat sinar matanya, dengan wajah berubah hebat ia
berseru tertahan, kemudian dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya secepat petir pemuda itu balik
kembali ke rumah ..
Ia tahu, gara-gara bertindak gegabah alhasil sudah
termakan siasat "memancing harimau turun gunung" dari
lawan, padahal Siau cian sedang tertidur nyenyak waktu itu
niscaya jiwanya terancam bahaya maut.
Ketika tiba di halaman depan, ia menjerit kaget dan
benar-benar termangu dibuatnya.
Ternyata pintu kamar yang semula terkunci, entah sejak
kapan telah dibuka orang.
Setelah berhasil menenteramkan hatinya. pemuda itu
membentak keras dan menerjang masuk ke dalam kamar..
Tapi apa yang kemudian terlihat membuat pemuda itu
berdiri kaku dengan wajah pucat pias, bagaikan disambar
guntur tengah hari bolong. dia maju dengan sempoyongan
kemudian jatuhkan diri berlutut ke atas tanah.
Hu yong siancu dengan wajah yang tenang dan alis mata
berkernyit telah berdiri di depan pembaringan, dia sedang
http://kangzusi.com/
mengawasi Siau cian yang masih tertidur nyenyak itu tanpa
berkata-kata.
Mungkin karena bentakan See giok yang menggelegar
tadi, Siau cian yang masih tertidur nyenyak segera
terbangun dari tidurnya.
Begitu melihat ibunya telah berdiri di depan
pembaringan, Siau cian menjadi malu bercampur menyesal,
dalam gugupnya ia segera memeluk ibunya sambil
menangis tersedu-sedu.
Hu yong siancu hanya bisa merangkul putrinya sambil
membelai rambutnya yang kusut dengan penuh kasih
sayang, ia tak tahu haruskah menghibur ataukah
mengumpatnya.
Kemudian ia berpaling ke arah See giok yang masih
berlutut dan serunya dengan suara ramah.
"Anak Giok, bangunlah.."
Tapi See giok masih tetap berlutut di tanah sambil
berbisik dengan suara, malu dan gemetar.
"Anak Giok memang manusia tak tahu diri, silahkan bibi
memberi hukuman kepada ku."
"Aaai, anak Giok. inilah kehendak Thian, bibi tak akan
menyalahkan kalian berdua." Hu yong siancu menghela
napas sedih.
Belum selesai dia berkata, Siau cian sambil menangis
terisak telah berseru.
"Ibu, anak Cian tidak suka dengan adik Giok, aku
hendak mencukur rambut dan menjadi nikou di kuil Kwan
im an!"
Berubah paras muka Lan See giok, saking gelisahnya
titik air mata sampai jatuh berlinang.
http://kangzusi.com/
Tapi Hu yong siancu malah tertawa, sebab dia tahu
putrinya sedang bohong. maka hiburnya kemudian:
"Anak Cian, kau tidak usah berbicara yang bukan-bukan,
bukankah kau sendiripun telah mengakui bahwa kejadian
ini merupakan kehendak dari takdir?"
Siau cian tertegun, ia tak mengerti kenapa ibunya bisa
tahu akan perkataannya itu.
Sebaliknya See giok segera menyadari bahwa apa yang
telah diperbuatnya tadi telah disaksikan semua oleh bibinya,
kontan saja wajahnya berubah menjadi merah padam
saking jengahnya.
Setelah menghibur putrinya, kembali Hu yong siancu
berkata kepada Lan See giok.
"Anak Giok, cepatlah bangun, bibi masih ada urusan
penting yang hendak dibicarakan denganmu, jika kau tak
mau bangun lagi. bibi akan marah lo . . .!"
See giok tak berani berlutut lagi, terpaksa dia mengiakan
dan segera bangkit berdiri, kemudian dengan kepala masih
tertunduk ia menyingkir ke samping, sekejappun ia tak
berani menatap wajah bibi ini . . . .
ooo0dw0ooo
BAB 31
Melihat Lan See giok telah bangkit berdiri, Hu yong
siancu kembali berkata ke pada putrinya:
"Anak Cian, kaupun cepatlah bangun, aku akan siapkan
sedikit hidangan untuk kita semua, selesai bersantap nanti,
masih ada urusan penting yang akan kita lakukan"
Selesai berkata, ia lantas beranjak keluar dari kamarnya.
http://kangzusi.com/
Lan See giok benar-benar tidak habis mengerti, tanpa
terasa dia melirik sekejap kearah si nona.
Waktu itu Siau cian yang masih bersembunyi dibalik
selimut sedang memandang ke arahnya dengan wajah
tersipu-sipu, ketika ibunya sudah lenyap dibalik pintu, ia
segera menggapai si anak muda itu agar mendekatinya.
Lan See giok mengerti dan melirik sekejap kearah dapur
dengan hati-hati, kemudian cepat-cepat mendekati nona
tersebut.
Tidak sampai Lan See-giok mendekat, Siau cian telah
berbisik dengan gelisah.
"Kapan sih ibu kembali?"
Lan See giok menggeleng dengan bimbang.
"Siaute sendiripun tidak tahu sejak kapan bibi pulang
kemari, menanti kurasakan ada orang di luar jendela, bibi
telah melompat keluar dari halaman, menanti kususul
keluar dan kembali lagi, ia telah berada di dalam kamarmu
lebih dulu."
Teringat hal-hal yang menjengahkan, kembali paras
muka Siau cian berubah menjadi merah padam, segera
omelnya.
"Semuanya ini gara-garamu, coba kalau kau tidak
memberi Leng sik giok ji begitu banyak kepadaku ."
"Tapi, mana aku tahu ." See giok segera membantah.
Siau cian segera mengulapkan tangannya berulang kali
mencegah pemuda itu berkata lebih jauh.
"Sudah, sudahlah, ayo kau cepat keluar!"
Berhubung Hu-yong siancu sama sekali tidak menegur
mereka atas terjadinya peristiwa itu, perasaan tegang dan
http://kangzusi.com/
tak tenang yang semula mencekam perasaan See giok
sekarang telah menjadi tenang kembali, melihat Siau cian
mengusirnya, dia malah duduk di tepi pembaringan sambil
tertawa cengar cengir.
Tak heran kalau Siau cian dibuat semakin jengah sampai
pipinya memerah seperti kepiting rebus .
Pada saat itulah dari dapur kedengaran suara Hu yong
siancu sedang berteriak:
"Anak Giok. ayo bawa keluar hidangan ini!"
Cepat-cepat Lan See giok bangkit berdiri dan lari keluar
dari dalam kamar.
Melihat wajah See giok yang tegang, Siau cian segera
tertawa cekikikan dengan gembira.
Gadis itu cepat-cepat mengenakan kembali pakaiannya,
membayangkan kembali kemesraan yang baru dialami serta
wajah adik giok yang kebodoh-bodohan, tanpa terasa dia
menggeleng dengan wajah jengah.
Namun, sekulum senyuman manis toh sempat menghiasi
wajahnya yang makin cerah.
Disaat ia sedang membereskan rambutnya yang kusut,
See giok telah muncul kembali membawa hidangan.
Bertemu dengan pemuda tersebut, timbul perasaan manis
dan hangat dihati kecil Siau cian, ia melemparkan sekulum
senyuman mesrah kepadanya sambil berpikir dihati.
Mungkin beginilah rasanya sepasang pengantin baru.
Sebaliknya See giok segera melemparkan sebuah
kerlingan mata ke arahnya.
Melihat ibunya muncul sambil membawa air teh,
terburu-buru Siau cian menundukkan kepalanya kembali.
http://kangzusi.com/
Hu yong siancu adalah perempuan yang sudah
berpengalaman, sejak tadi ia telah mengetahui dengan jelas
sikap kedua orang muda mudi itu, hanya saja dia berlagak
seolah tidak melihat.
Walau begitu hatinya merasa sangat gembira dan
bahagia, malah kegembiraannya tidak berada di bawah See
giok maupun Siau cian, sebab apa yang dikuatirkan bila
putrinya enggan memenuhi pengharapannya, kini tak
mungkin akan terjadi lagi, tak heran kalau hatinya merasa
amat lega.
Terutama sekali sesudah menyaksikan kemesraan dari
muda mudi itu, membuatnya teringat kembali akan engkoh
Khong tay dan enci Hoanya dimasa lalu. Akhirnya ia
berhasil juga melimpahkan rasa cintanya kepada engkoh
Khong tay.
Biarpun ia pribadi tak pernah memperoleh kebahagian.
ia tak bisa hidup berdampingan sampai tua dengan Lan
Khong tay, namun setelah putrinya kawin dengan satusatunya
yang ia miliki, sedikit banyak kejadian ini akan
menutupi kekosongan dalam hati kecil nya.
Sementara dia masih termenung, Siau cian telah
menerima cawan air teh itu dari tangan nya.
Mereka bertigapun mengambil tempat duduk dan
menikmati hidangan masing-masing dengan mulut
bungkam.
Sebelum Hu yong siancu berbicara lebih dulu, baik See
giok maupun Siau cian tak berani bertanya kepadanya
mengapa dia pulang secara tiba-tiba.
Saban kali See giok melirik ke arah Siau cian, Siau cian
pun diam-diam melirik ibunya, mereka berdua bersamasama
bersantap namun tak tahu bagaimana rasanya.
http://kangzusi.com/
Padahal Hu yong siancu sudah dapat membaca perasaan
kedua orang itu, maka dengan suara dalam iapun bertanya:
"Apakah kalian berdua merasa kepulanganku kali ini
terlalu mendadak?”
See giok dan Siau cian saling bertukar pandangan
sekejap lalu menundukkan kepalanya melanjutkan santapan
mereka. tak seorangpun diantara mereka berani
mengemukakan pendapatnya.
Hu-yong siancu memandang sekejap ke arah kedua
orang itu, kemudian ia berkata.
"Sekarang kalian berdua cepatlah bersantap. selesai
makan kita harus segera berangkat ke dusun nelayan untuk
mencari Thio lo enghiong"
Mendengar ucapan ini. See giok dan Siau cian bersama
sama mendongakkan kepalanya sambil berseru keheranan.
"Apa yang telah terjadi."
Hu yong siancu menunggu sampai mereka berdua selesai
bersantap, kemudian dengan tenang ia baru berkata:
"Ada orang telah berjumpa denganOh Tin San”
Mencorong sinar tajam dari balik mata See giok setelah
mendengar perkataan itu, buru-buru dia bertanya:
"Bibi, dimanakah hal ini terjadi?"
Sambil berkata ia segera bangkit dari tempat duduknya.
Hu yong siancu memandang sekejap ke arah See Giok.
kemudian katanya dengan tenang.
"Anak Giok, duduklah lebih dulu, dengarkan ucapanku
hingga selesai sebelum berangkat".
http://kangzusi.com/
Sekuat tenaga See giok mengendalikan kegelisahan
hatinya dan duduk kembali.
Sedangkan Siau cian sambil membelalakkan matanya
lebar-lebar mengawasi ibunya dengan terkejut.
"Apakah kalian mengira aku sedang pergi ke kuil kwanim-
an?" tanya Hu yong siancu kemudian,
Ia berhenti sejenak dan memandang See-giok serta Siau
cian yang tak berani banyak berbicara itu, kemudian
terusnya. "Kali ini aku pergi ke Leng ong bong, itu ingin
berdoa kepada arwah engkoh Khong tay serta enci Yan
hoa, memohon perlindungan mereka agar usaha anak Giok
berangkat ke Wan san kali ini bisa terhindar dari mara
bahaya dan berhasil membalas dendam atas sakit hatinya."
Belum selesai ia berkata, air mata telah bercucuran di
wajah Siau cian sedangkan Lan See giok menangis terisak.
Pelan-pelan Hu yong siancu membesut air mata yang
membasahi pipinya, lalu se telah memandang termangu ke
tempat ke jauhan. ia berkata lebih jauh.
"Mungkin arwah mereka mendapat tahu, bersamaan
dengan selesainya doaku itu tiba-tiba dari luar hutan sana
berkumandang suara ujung baju yang terhembus angin,
berdasarkan suara hembusan angin yang terdengar orang itu
hanya memiliki dasar ilmu meringankan tubuh yang biasa
saja. Padahal waktu itu sudah menjelang magrib. maka
akupun mengejarnya sampai di luar hutan, dari kejauhan
kutemukan bayangan tubuh orang itu sangat kukenal,
menanti kukejar semakin dekat, baru kuketahui ternyata dia
adalah putra Thio loenghiong, Thio Toa-keng adanya."
Mendengar sampai disini, Lan See-giok segera teringat
ketika mengunjungi dusun nelayan tadi, dia memang tidak
berjumpa dengan Thio Toa keng.
http://kangzusi.com/
Sementara ituHu yong siancu telah, berkata lebih jauh:
"Sewaktu bertemu aku. wajah Thio Tay keng yang
semula gelisah seketika berubah menjadi amat gembira. ia
memberitahu kepadaku, ketika dalam perjalanan pulang
dari Cian nia. ketika lewat sungai Sin hoo, secara kebetulan
ia jumpai selembar wajah manusia yang kurus sedang
menongol dari balik jendela. Waktu itu Toa keng tidak
begitu memperhatikan, namun ketika kakek tadi menarik
kepalanya kembali setelah memeriksa keadaan cuaca, Tay
keng baru melihat dengan jelas bahwa dia adalah seorang
kakek bermata liar dan kehilangan sebuah telinganya. "
Sebelum Hu yong siancu menyelesaikan kata katanya.
See giok telah menimbrung, “tidak salah lagi. orang itu
adalah manusia bengis Oh Tin san”
Hu yong siancu manggut-manggut, sahutnya:
"Meskipun Thio Tay keng belum pernah jumpa dengan
Oh Tin san, namun ia pernah mendengar ayahnya
membicarakan tentang manusia laknat tersebut. seketika
tergerak hatinya hingga secara diam-diam menguntit
dibelakangnya. waktu perahu sampai di kota Siong tho,
matahari belum turun gunung tapi perahu itu tidak
meneruskan perjalanannya lagi."
Thio Tay keng sadar kalau ada hal-hal yang tak beres,
maka ia buru-buru berangkat pulang dan hendak
menyampaikan berita ini secepatnya kepada ayahnya .
Dengan wajah berkerut karena tak mengerti, Siau cian
tiba-tiba menyela.
"Menurut wajah yang dilukiskan Thio Tay keng,
seharusnya orang itu adalah Oh Tin san, tapi mengapa Oh
Tin san tidak langsung kembali ke benteng Wi-lim poo
http://kangzusi.com/
sebaliknya secara diam-diam memasuki sungai Sin hoo dan
berlabuh di sebuah kota kecil?"
"Justru disinilah letak kecurigaan itu.,"
Berkilat sinar mata See giok, agaknya dia seperti teringat
akan sesuatu, tanpa terasa ujarnya dengan gelisah.
"Bibi, Oh Tin san sengaja berlabuh di kota kecil itu
mungkin karena dia hendak berkunjung ke Leng ong bong
sekali lagi sebelum kembali ke bentengWi lim po."
"Atas. dasar apa kau berkata demikian?" tanya Hu yong
siancu.
"Setelah mencuri sepasang pedang dari muka peti mati
Leng ong. Oh Tin sang kena dihadang oleh suhu hingga
akhirnya melarikan diri, atas terjadinya peristiwa ini dia
tentu merasa tak puas, padahal benda mestika yang berada
di dalam kuburan itu amat banyak dan sudah terlihat semua
oleh nya, siapa tahu kalau dia hendak manfaatkan
kesempatan ini untuk menelusurinya sekali lagi.!
Tidak sampai si anak muda itu menyelesaikan katakatanya,
Hu-yong siancu telah menukas lagi:
"Mungkin saja hal ini merupakan salah satu alasan. tapi
menurut dugaanku. tujuan nya yang terutama adalah
hendak membalas dendam."
"Membalas dendam? Dia hendak membalas dendam
kepada siapa?", tanya See-giok dan Siau-cian hampir
bersamaan waktu.
"Pertama adalah si naga sakti pembalik sungai Thio loenghiong,
kemudian adalah kita."
Mendengar kata-kata tersebut, Lan See giok segera
tertawa tergelak penuh amarah:
http://kangzusi.com/
"Haaahhh.haaahh.haaahhh.kalau ia berani berbuat
begitu, berarti perbuatannya itu bagai kunang-kunang
menubruk api. cuma mencari kematian buat diri sendiri!"
Melihat gejolak emosi yang mencekam anak muda itu,
cepat-cepat Hu yong siancu mengingatkan.
"Anak Giok, Oh Tin-san adalah seorang manusia licik
yang berhati busuk dan berbahaya, bila ia berani datang
mencariku berarti dia yakin kalau kepandaian silat yang
dimilikinya mampu mengungguli kita, kalau tidak, tak nanti
dia akan datang untuk mencari penyakit buat diri sendiri",
Lan See giok tidak mampu mengendalikan lagi kobaran
hawa amarahnya lagi. ia segera berteriak keras.
"Kita tak usah menunggu sampai ia datang mencari kita.
sekarang juga ayo kita mencarinya .”
Selesai berkata ia lantas melompat bangun dari tempat
duduknya, Hu yong siancu memandang sekejap kegelapan
malam di luar pintu sana, lalu sambil bangkit berdiri
katanya.
"Sekarang kentongan kedua sudah lewat mari kita
berangkat”
Mereka bertiga segera mengunci semua pintu dan
jendela, kemudian melayang keluar dari halaman rumah.
Begitu melompat ke atas dan menggunakan tenaganya.
tiba-tiba Siau cian berkerut kening.
Hu yong siancu dapat menyaksikan hal tersebut dengan
jelas, maka dia sengaja berseru kepada See giok.
"Anak Giok, jalanlah bersama sama enci Cian mu"
Selesai berkata dia lantas mengebaskan ujung bajunya
dan bagaikan segulung asap tubuhnya menelusuri tanggul
telaga menuju ke arah utara.
http://kangzusi.com/
Pada waktu itu sebenarnya Lan See giok sedang diliputi
oleh amarah yang meluap luap, kalau dapat ia hendak
menuju ke Siong tho tin secepatnya, namun setelah
mendengar pesan dari bibinya, tanpa terasa ia berpaling.
Tapi apa yang kemudian terlihat segera membuat paras
mukanya berubah hebat, kobaran amarah yang semula
mencekam seluruh perasaannya turut lenyap pula tak
berbekas.
Ia menemukan siau cian sedang memegangi perutnya
sambil berkerut kening, sementara sorot matanya sedang
mengawasinya dengan pandangan tersipu sipu, agaknya ia
sedang mengomel kepadanya.
Dengan perasaan terkejut cepat-cepat dia memburu ke
depan dan merangkul tubuh Siau cian. kemudian dengan
perasaan gelisah bercampur kuatir dia berbisik.
"Enci Cian. kenapa kau-?"
Hangat juga perasaan Siau cian melihat kecemasan si
anak muda itu, dengan wajah jengah dia menggeleng seraya
menjawab.
"Tidak apa-apa, aku cuma merasa agak."
Lan See giok merasa amat gelisah, cemas dan sayang.
semua perasaan tersebut berkecamuk di dalam dadanya.
sewaktu menjumpai bibinya sudah pergi tak berbekas, ia
segera berkata dengan gelisah.
“Enci Cian, biar siaute memayangmu saja sambil
melanjutkan perjalanan"
Sekali lagi Siau cian merasakan hatinya menjadi hangat,
dia tidak menampik lagi dan mengikuti kehendak pemuda
itu, bersama sama mengerahkan ilmu meringankan tubuh
sambil meneruskan perjalanan.
http://kangzusi.com/
Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya merasakan
angin menderu deru di sisi telinga, pemandangan yang
dilewati hanya terlintas begitu saja. Kecepatan gerak tubuh
mereka benar-benar ibarat sambaran kilat.
Dalam perjalanan, Siau cian segera menoleh kearah
kekasihnya dengan pandangan terkejut bercampur
keheranan. ia dapat merasakan bahwa ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki si anak muda tersebut, paling tidak
telah maju beberapa lipat, ia yakin tenaga dalam yang
dimiliki pemuda tersebut pasti memperoleh pula kemajuan
yang amat pesat.
Sebaliknya Lan See giok pun merasa terkejut bercampur
keheranan atas kecepatan gerak tubuhnya, kemampuan
tersebut pada hakekatnya sudah melampaui puncak
kesempurnaan. karenanya dibalik perasaan gusar dan
gelisah yang mencekam perasaannya, terlintas pula
perasaan gembira yang meluap luap.
Suasana di luar dusun sangat gelap, selain angin malam
yang berhembus kencang. di langit hanya terdapat beberapa
titik bintang yang berkedip kedip.
Lambat laun mereka jumpai sesosok bayangan manusia
sedang berlarian di depan situ. lalu sekejap mata kemudian
bayangan tadi sudah tersusul.
Dalam sekilas pandangan saja, Siau cian dapat
mengenali bayangan manusia itu sebagai ibunya Hu yong
Siancu.
Hu yong siancu sendiripun diam-diam merasa terkejut
setelah menyaksikan gerakan tubuh See giok yang begitu
cepat, pikirnya dihati.
"Hebat benar bocah ini, kemajuan yang dicapai bocah ini
benar-benar luar biasa pesatnya."
http://kangzusi.com/
Setelah berhasil menyusul bibinya, Lan See giok mulai
memperlambat gerakan tubuhnya. tiga sosok bayangan
manusia, bagaikan tiga gulung asap ringan berkelebat ke
depan dengan menelusuri sepanjang tanggul telaga tak lama
kemudian bayangan dusun nelayan telah muncul secara
lamat-lamat di kejauhan sana.
"Bibi" ujar See giok kemudian, "apakah kita akan pergi
ke rumah kediaman Thio lo-enghiong?"
"Yaa, tentu saja. lebih baik kita mengajaknya untuk
berangkat bersama sama."
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka telah tiba
di depan dusun nelayan itu.
Gerak tubuh merekapun semakin diperlambat. See-giok
juga mulai mengendorkan cekalannya atas Siau cian.
Ketika tiba dirumah kediaman si naga sakti pembalik
sungai, ditemukan suasana gelap mencekam seluruh
bangunan, keadaan pun teramat hening.
Dengan cepat mereka bertiga dapat merasakan ada hal
yang tidak beres, dengan kemampuan yang dimiliki si naga
sakti pembalik sungai serta Si Cay-soat. biar sedang tertidur
nyenyakpun seharusnya mereka dapat menangkap suara
desiran ujung baju mereka bertiga yang sedang melayang
tiba.
Namun kenyataannya sekarang, sama sekali tiada reaksi
dari pihak mereka .
Hu-yong siancu segera berkerut kening. kemudian
sesudah sengaja mendehem keras dia melompat naik lebih
dulu ke atas atap rumah.
Lan See-giok dan Siau cian segera menyusul pula di
belakangnya. Namun dengan cepat mereka jumpai jendela
http://kangzusi.com/
dan pintu kamar yang dihuni si naga sakti pembalik sungai
dan Si Cay soat berada di dalam keadaan tertutup rapat.
"Anak Giok. bisa jadi Oh Tin san telah datang kemari."
bisik Hu yong siancu dengan wajah gelisah.
Hawa napsu membunuh dengan cepat menyelimuti
seluruh wajah Lan See giok dia menggertak gigi kencangkencang,
sementara matanya yang tajam mengawasi
sekeliling tempat itu dengan seksama.
Tiba-tiba.
Dari arah barat laut di depan sana lamat-lamat ia
mendengar suara bentakan manusia yang keras.
Disusul kemudian terjadi bentrokan nyaring yang
memekikkan telinga. tampaknya ada orang sedang beradu
pukulan.
Mendengar suara tersebut dengan kening berkerut dan
sorot mata berkilat See giok mendongakkan kepalanya dan
berpekik nyaring,
Suara pekikan tersebut amat keras sehingga suaranya
membumbung tinggi ke angkasa dan menyebar ke empat
penjuru.
Bersamaan dengan menggemanya suara pekikan
tersebut, tubuhnya segera melejit setinggi berapa kaki, lalu
bagaikan seekor burung rajawali raksasa dia menerjang ke
arah mana berasalnya suara bentakan tadi.
Hu-yong siancu amat terkejut, buru-buru dia berseru
kepada Ciu Siau cian:
"Anak Cian, mari kita susul ke sana, tampaknya Thio lo
enghiong telah bentrok dengan seseorang."
http://kangzusi.com/
Di dalam pembicaraan tersebut, dia sudah menarik
tangan Siau-cian dan menyusul di belakang anak muda
tersebut.
Bersamaan waktunya dengan keberangkatan kedua
orang itu. dari arah barat laut sana segera berkumandang
pula suara pekikan panjang yang keras,
Mendengar pekikan ini, Siau-cian lantas berkata kepada
Hu yong siancu:
“Ibu tidak bakal salah lagi, adik Soat telah berpekik dari
situ memberi tanda ke pada kita.”
Sementara pembicaraan berlangsung, dari kegelapan
diarah barat laut situ tiba-tiba bergema suara gelak tertawa
yang amat keras, "Haaaahhh.haaaahhh.haahhh. si naga
Sakti pembalik sungai, banyak tahun berselang kita selalu
seimbang dan tiada yang lebih unggul atau kalah, hari ini .
haaahhh .haaahhh . tidak kau sangka bukan bahwa
seranganku barusan mampu menghajarmu sampai mundur
sejauh enam langkah . haahhh . . . haahhh . . . "
Belum selesai gelak tertawa itu bergema, Si naga sakti
pembalik sungai telah kedengaran membentak penuh
amarah.
"Oh Tin san, kau tak usah berlagak di sini, malam ini
adalah hari naasmu, ayo sambutlah sekali lagi seranganku
ini."
Bersama dengan selesainya teriakan mana, suatu ledakan
nyaring kembali berkumandang di angkasa
Lan See giok yang meleset ke depan dengan kecepatan
tinggi kini sudah tiba ditempat tujuan, ia jumpai diantara
sawah yang mengering debu dan pasir beterbangan di
angkasa, lalu tampak sesosok bayangan manusia mundur ke
belakang dengan langkah sempoyongan.
http://kangzusi.com/
"Huaakkkk”
Orang itu muntahkan darah segar, dan ternyata dia tak
lain adalah si naga Sakti pembalik sungai,
Dari balik debu yang beterbangan, mendadak menggema
lagi suara bentakan keras:
"Tua bangka celaka, serahkan nyawamu"
Dalam bentakan tersebut. Oh Tin san si kakek bermuka
kuda, berjubah abu-abu, bermata sesat dan bertelinga
tunggal itu sudah menerkam ke depan, telapak tangan
kanannya diangkat secara tiba-tiba lalu dibacokkan ke atas
tubuh si naga sakti pembalik sungai yang sudah jatuh
terduduk di tanah,
Untunglah disaat yang amat kritis bergema suara
bentakan nyaring, lalu bayangan merah berkelebat lewat,
sekilas cahaya tajam yang menyilaukan mata melejit di
udara.
Ternyata Si Cay soat dengan pedang Jit hoa kiamnya
telah melepaskan bacokan kilat ke depan tubuh Oh Tin san
serangan tersebut amat cepat dan melebihi sambaran petir.
Dengan perasaan terkejut Oh Tin san segera menarik
kembali langkahnya sambil mundur sejauh satu kaki
sementara sepasang mata sesatnya mengawasi wajah Si Cay
soat dengan perasaan terkejut bercampur keheranan.
Siau thi gou yang berdiri di sisi arena tak mau berdiam
diri saja. ia segera berteriak pula.
"Bajingan bermata sesat bertelinga tunggal, kau tidak
usah berlagak sok di depan kami, tunggu saja sampai
kedatangan engkoh Giokku. tanggung kau bakal mampus
seketika!" Baru selesai ucapan itu diutarakan Lan See giok
http://kangzusi.com/
telah melayang turun dari tengah udara sambil membentak
keras.
"Oh Tin san serahkan nyawamu."
Ditengah bentakan keras sebuah pukulan tangan kanan
yang disertai tenaga sebesar sepuluh bagian sudah siap
dilontarkan ke depan. Pada saat itulah.
"Anak Giok, jangan kau bunuh dirinya terlebih dulu" Hu
yong siancu berteriak keras. namun ketika ia selesai berkata
telapak tangan kanan Lan See giok sudah terlanjur
dibacokkan ke muka.
Dalam keadaan begitu, buru-buru pemuda itu menarik
kembali tenaga pukulannya sebesar delapan bagian.
"Blaaammmm. "
Ditengah suara ledakan keras yang menggetarkan bumi
dan mencekam perasaan orang itu, pasir beterbangan ke
empat penjuru, pusaran angin menyebar kemana mana.
suara jeritan kaget bergema dari sana sini.
Bayangan manusia berkelebat lewat, Hu yong siancu
serta Siau cian telah menyusul tiba dan langsung
menghampiri si naga sakti pembalik sungai yang masih
duduk bersemedi di tanah.
Dalam pada itu. Lan See giok telah berdiri dengan
kening berkerut dan mata bersinar tajam. diatas wajahnya
yang hijau membesi penuh dilapisi hawa napsu membunuh
yang membara, selangkah demi langkah dia bergerak maju
ke depan menghampiri Oh Tin san yang sementara itu
sudah mundur sejauh dua kaki,
"Oh Tin san" serunya penuh perasaan dendam. "kau
bajingan laknat. manusia bedebah yang terkutuk dan tak
tahu malu, bila malam ini siauya tak mampu mencincang
http://kangzusi.com/
tubuh mu sehingga hancur berkeping-keping tak akan bisa
kuhibur arwah ayahku dalam baka"
Sebenarnya si manusia bengis bertelinga tunggal Oh Tin
san sudah dibikin terkejut sampai termangu oleh suara
ledakan yang memekikkan telinga tadi, apalagi setelah
menyaksikan liang sebesar berapa kaki di depan matanya
serta hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajah Lan
See giok, pada hakekatnya dia tak mampu melarikan diri
lagi. sukma terasa mau lepas dari tubuh dan peluh dingin
membasahi sekujur badannya.
Dipihak lain Hu yong siancu telah mengeluarkan sebutir
pil mestika yang dijejalkan ke mulut si naga sakti pembalik
sungai kemudian memerintahkan kepada Siau cian, Cay
soat dan Thi gou untuk melindungi keselamatannya.
Sesudah itu dia baru membalikkan badan dan melangkah
ke tengah arena. Dijumpai olehnya dengan segera bahwa
dibelakang tubuh Oh Tin san yang sementara itu sudah
berdiri memucat seperti mayat berdiri tiga orang manusia,
dua orang tosu berbaju merah dan seorang lelaki kekar yang
berwajah bengis.
Kedua orang tosu tua berbaju merah itu, sama-sama
menyoren pedang dipunggungnya, seorang berwajah
kuning dan bertubuh kurus, sedang yang lain beralis
gundul, bermata cekung ke dalam, dalam sekilas pandangan
saja dapat diketahui bahwa mereka berdua bukan termasuk
orang-orang baik.
Sebaliknya lelaki kekar itu, berpakaian ringkas berwarna
coklat, dia membawa senjata kaitan pelindung tangan, alis
mata yang tebal, matanya besar dan kulit tubuhnya kuning
kehitam hitaman, manusia inipun tidak mirip orang baikbaik.
http://kangzusi.com/
Dengan suatu pandangan cepat Hu yong siancu
memperhatikan sekejap seluruh arena, segera diketahui
olehnya bahwa Say kui hui, istri Oh Tin san tidak nampak
hadir di situ.
Maka kepada See giok yang berdiri di depan Oh Tin san,
ia berkata dengan suara dalam:
"Anak Giok, biarlah dia memberi penjelasan lebih dulu
sebelum membunuhnya."
Mendengar ucapan ini, Lan See giok segera berhenti
bergerak, namun sorot matanya yang memandang Oh Tin
San nampak memancarkan sinar berapi api.
Dalam pada itu, Oh Tin San pun sadar bahwa sulit
baginya untuk lolos dari kematian hari ini, biarpun begitu,
ia tetap berharap bisa lolos dari musibah ini, pikirnya, asal
bisa kabur kembali ke benteng Wi lim poo, maka dia tak
usah ketakutan lagi.
Dalam keadaan demikian, ia mulai menyesal
tindakannya yang kurang cermat, ia menyesal mengapa
tidak pulang ke Wi lim poo lebih dulu untuk mencari bala
bantuan sebelum datang menuntut balas.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, disesalkan pun tiada
gunanya, terpaksa dia harus menenangkan pikirannya, lalu
sambil menatap wajah Hu yong siancu, tegurnya dingin:
"Apa yang ingin kalian ketahui dariku?"
Hu yong siancu segera tertawa dingin, ujarnya dengan
suara dalam, "Oh Tin san, kau tidak usah berlagak pilon
lagi, apa yang pernah kau lakukan tentu saja hanya kau
seorang yang tahu?"
Dalam pada itu, si lelaki kekar dan kedua orang tosu tua
berbaju merah itu sudah diliputi hawa kegusaran yang
http://kangzusi.com/
membara, mendadak mereka beranjak dan berjalan menuju
ke sisi tubuh Oh Tin san .
Oh Tin San melirik sekejap kearah ketiga manusia itu,
sekilas senyuman licik segera menghiasi wajahnya yang
pucat, dengan cepat dia menggeleng seraya berseru.
"Selama hidup, belum pernah aku melakukan perbuatan
yang takut diketahui orang."
"Anjing tua" umpat See giok dengan napsu membunuh
makin membara, teriaknya kemudian, "jika kau enggan
membicarakan ke luar, siauya akan segera mencincang
tubuhmu sehingga hancur berkeping keping .”
Ditengah seruan mana, tubuhnya langsung menerjang ke
depan.
Disaat Lan See giok menerjang ke depan inilah, dua
orang tosu tua serta seorang lelaki kekar yang berdiri
dibelakang Oh Tin san telah membentak bersama sama,
lalu sambil meloloskan senjata masing-masing serentak
mereka menyerang anak muda itu.
Lan See giok tertawa dingin, serunya penuh perasaan
dendam:
"Bajingan tengik, kawanan tikus busuk, pingin mampus
rupanya kalian semua."
Tubuhnya berputar kencang secepat kilat, jari tangan
kanannya serta merta disentilkan ke arah depan.
Beberapa kali dengusan tertahan bergema memecahkan
keheningan, tahu-tahu jalan darah dari si tosu tua dan lelaki
kekar itu sudah tertotok semua.
Mereka bertiga sama-sama tertotok pada posisi senjata
lagi diangkat ke udara dan mata melotot, mulut melongo,
http://kangzusi.com/
tubuh mereka menjadi kaku semua hingga sedikit pun. tak
mampu berkutik lagi.
Oh Tin san segera merasakan bahwa kesempatan baik
tak boleh disia siakan dengan begitu saja, tanpa
mengucapkan sepatah katapun, ia membalikkan badan dan
langsung kabur kearah utara.
"Anjing tua, kembali kau." bentak Lan See giok keraskeras.
Dalam bentakan itu, tubuhnya bagaikan segulung asap
melesat ke tengah udara dan melayang turun dihadapan Oh
Tin san, kemudian ujung baju kanannya dengan tehnik
"lembut" melepaskan sebuah kebutan ke tubuh lawan.
Oh Tin san segera menjerit kaget, ia merasakan
timbulnya segulung kekuatan yang maha dahsyat
mendorong tubuhnya balik kembali ke tempat semula.
bagaikan sebuah bola saja, tak ampun lagi tubuhnya
menggelinding balik ke posisi semula.
Akibat dari gelindingan ini, hidung dan muka Oh Tin
san selain membengkak besar pun dilapisi oleh lumpur dan
debu, ia merasa dunia seperti berputar kencang, pandangan
matanya berkunang kunang, dan tubuhnya jadi lemas
seolah-olah, tidak berkekuatan lagi. mimpi pun dia tak
pernah menyangka, biarpun dia sudah berlatih selama satu
tahun di pulau Wan san dan ilmu silatnya telah
mendapatkan kemajuan yang pesat. namun sama sekali tak
terduga tenaga dalam yang dimiliki Lan See giok justru
telah mencapai kemajuan yang luar biasa.
Duduk terpekur diatas tanah, dia hanya bisa
menggelengkan kepalanya berulangkali sambil
menghembuskan napas panjang dengan wajah penuh
kebencian dan napsu membunuh yang membara, dia awasi
wajah Lan See giok tanpa berkedip.
http://kangzusi.com/
Hu yong siancu segera berkerut kening kemudian
bentaknya penuh kegusaran.
"Oh Tin San, ayo cepat katakan, dengan cara
bagaimanakah kau berhasil mendapat tahu kalau Lan
tayhiap bersembunyi dalam kuburan Leng ong bong,
bagaimana caramu memasuki kuburan dan membunuh Lan
tay-hiap. Kenapa pula kau totok jalan darah kematian si
makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi? Kuanjurkan
kepadamu lebih baik jawab saja dengan sejujurnya, aku
yakin Lan See giok tentu tak akan menyiksamu sebelum
menghabisi nyawamu, kalau tidak ."
"Kalau tidak kenapa?" teriak Oh Tin san sambil
berpaling dan memandang kearah Hu yong siancu dengan
penuh kegusaran.
"Akan kusuruh kau rasakan bagaimana lihaynya ilmu
memisah otot melepas tulang", seru See giok dengan cepat.
Oh Tin san tertawa dingin, sorot matanya yang sesat
sengaja memandang sekejap ke arah kedua orang tosu tua
dan lelaki kekar yang tertotok jalan darahnya itu, kemudian
mengancam:
"Kau si bocah keparat tidak usah berbangga dulu, tak ada
gunanya kau bunuh Oh Tin san. ketahuilah murid-murid
kesayangan dari Lam hay koay kiat dan Si to cinjin telah
kau totok jalan darahnya malam ini, itu berarti kau sudah
ditetapkan bakal mampus,"
Mendengar ucapan tersebut, Lan See giok jadi teringat
kembali dengan gurunya yang hingga kini masih belum
ketahuan bagaimana nasibnya, kobaran napsu membunuh
sekali lagi menyelimuti wajahnya.
Ia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram
serunya keras-keras:
http://kangzusi.com/
"Jangan lagi baru jalan darahnya yang di totok sekalipun
menghabisi nyawa mereka, apa yang mesti siauya takuti?".
Dalam pembicaraan mana, tubuhnya melompat ke
depan kedua tosu tua serta lelaki kekar itu, kemudian
sambil mementangkan kelima jari tangan kanannya dia
melepaskan serangkaian serangan.
Dimana bayangan berkelebat lewat, “plaak, plaak,
plaak!" diiringi suara benturan yang keras, tiga kali jeritan
ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan
keheningan
Darah segar segera berceceran di mana-mana, dalam
sekali ayunan tangan saja pemuda tersebut telah menghabisi
nyawa ke tiga manusia tersebut.
Lan See giok sama sekali tidak mencoba untuk
menghindar, tak ampun lagi sekujur badannya terkena
semburan darah lawan hingga keadaannya menjadi
menakutkan sekali dan membuat berdirinya bulu kuduk
orang.
Hu yong siancu sekalian serta Si naga Sakti pembalik
sungai yang segera membuka matanya setelah mendengar
jeritan tadi, diam-diam merasa amat terkejut oleh kejadian
tersebut, paras muka mereka berubah amat hebat.
Sebaliknya Oh Tin San yang duduk di atas tanah tidak
menyangka kalau Lan See giok tidak takut atas ke tiga
manusia aneh dari luar lautan, saking takutnya dia sampai
terbelalak dengan mulut melongo, wajahnya pucat pias,
sementara butiran keringat sebesar kacang kedelai jatuh
bercucuran tiada henti nya.
Selesai menghabisi nyawa kedua tosu tua dan lelaki
kekar tadi, sekali lagi Lan See giok mendongakkan
http://kangzusi.com/
kepalanya sambil tertawa seram, dia mendesak ke arah Oh
Tin san lebih jauh, kemudian hardiknya:
"Bajingan bertelinga tunggal, jika kau berani
membohong lagi, siauya akan segera mengutungi lenganmu
lebih dulu."
Oh Tin san tahu bahwa kesadaran Lan See giok sudah
mendekati kalap, dengan ketakutan setengah mati buruburu
sahutnya dengan suara gemetar:
"Baik, aku akan berbicara ... aku akan berbicara."
Sementara itu.
Dua sosok bayangan tubuh kecil muncul dari arah dusun
nelayan dan bergerak mendekat dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat, menyusul kemudian, terdengar Oh Li cu
berteriak keras:
"Adik Giok, tunggu sebentar, adik Giok,. tunggu
sebentar."
Dalam teriakan itu, Tok Nio-cu serta Oh Li cu telah
melayang turun ke dalam arena.
Menyaksikan Oh Tin san yang duduk ketakutan di atas
tanah, Oh Li cu sama sekali tidak menghentikan gerakan
tubuhnya: dia langsung menubruk ke muka, kemudian
berteriak sambil menangis tersedu sedu:
"Ayah. oooh, ayah."
Lan See giok amat gusar menjumpai sikap nona itu,
mendadak dia membentak nyaring:
"Minggir kau dari sini ."
Ditengah bentakan keras, tiba-tiba tubuhnya berputar
sambil melepaskan sebuah bacokan keras ke tubuh Oh Li cu
yang sedang menerjang tiba itu .
http://kangzusi.com/
Agaknya Oh Li cu sama sekali tidak menyangka kalau si
anak muda tersebut bakal melancarkan serangan ke
arahnya, diiringi jeritan lengking, tubuhnya segera
tergulung oleh tenaga serangan yang maha dahsyat itu.
Hu yong siancu, Tok Nio-cu, Si Cay soat serta Ciu Siau
cian sama-sama menjerit kaget sembari menyusul ke depan.
Tatkala tubuh Oh Li-cu melayang turun ke atas tanah, Ho
yong siancu segera bertindak cepat dengan menyambut
tubuhnya.
"Ooooh. bibi!" gadis itu segera berteriak sambil
menangis, kemudian menjatuhkan diri ke dalam pelukan
Hu yong siancu sembari menangis terisak.
Tok Nio-cu, Si Cay soat dan Ciu Siau cian baru merasa
lega setelah melihat Oh-Li cu tidak menderita luka apapun,
perasaan tegang yang semula mencekam, kini pun semakin
mengendor.
Mendadak Oh Tin San yang duduk diatas tanah itu
memancarkan sinar bengis dari balik matanya, tanpa
mengucapkan sepatah katapun ia melompat bangun,
kemudian menggunakan kesempatan di saat Lan See giok
sedang mengawasi Oh Li-cu dengan pandangan sedih, dia
mengayunkan telapak tangannya sambil menyerang
punggung pemuda tersebut dengan sebuah serangan
mematikan. Mendengar desingan angin tajam menyambar
tiba, Lan See giok menyadari akan datangnya bahaya,. tibatiba
dia membalikkan badan sambil membentak keras:
"Anjing keparat, kepingin mampus rupanya kau!"
Dengan telapak tangan menggantikan pedang, secepat
kilat dia bendung datangnya ancaman tersebut, kemudian
melanjutkan dengan bacokan ke tangan kanan lawan
http://kangzusi.com/
Pada waktu itu, Oh Tin san sadar bahwa dia pasti
mampus, karenanya timbul niatnya untuk beradu jiwa
dengan lawan.
Maka dari itu, ketika dilihatnya Lan See giok
mengangkat telapak tangannya untuk membendung
datangnya ancaman tersebut, dengan cepat dia
mengerahkan tenaga dalamnya mencapai sepuluh bagian,
lalu ditebaskan ke muka.
Lan See giok tertawa dingin, telapak tangan bajanya
membabat lebih jauh ke muka dan.
"Krassss!"
Diiringi desingan tajam yang menggidikkan hati,Oh Tin
San menjerit kesakitan, tahu-tahu lengan kanannya sudah
terpapas kutung menjadi dua bagian, percikan darah
segarpun memancar hingga kemana mana .
Pucat pias selembar wajah Oh Tin San, dengan
sempoyongan dia mundur beberapa langkah dari posisi
semula, lalu jatuh terduduk kembali ke atas tanah.
Menyaksikan peristiwa ini, Oh Li cu menangis semakin
keras, hatinya benar-benar merasa amat pedih.
Sedangkan Lan See giok dengan kening berkerut dan
mata memerah seperti bara api selangkah demi selangkah
maju terus mendekati Oh Tin san, jari-jari tangan kanannya
masih terpentang lebar siap melepaskan serangan berikut.
Kemudian setelah itu tiba-tiba dia berteriak penuh
perasaan dendam:
"Oh Tin San, mau bicara tidak?"
Oh Li cu merasa sangat tidak tega menjumpai Oh Tin
San duduk bermandikan darah sambil menunjukkan
http://kangzusi.com/
keadaan yang amat menderita itu, sambil menangis terisak,
serunya keras-keras:
"Ayah .ayolah cepat bicara, cepatlah kau katakan, uuuhh
.uuuhhh.uuuh."
Kalau orang sudah hampir mati, biasanya hatinya
menjadi lemah, demikian pula halnya dengan Oh Tin San.
Dia menghela napas sedih kemudian mengangguk penuh
penderitaan, katanya kemudian dengan napas terengah
engah:
"Baik, akan kukatakan, akan kukatakan."
Mendengar kesediaan lawan, Hu yong siancu sekalian
bersama sama maju ke depan dan mengelilingi orang itu,
tinggal Siau thi gou seorang masih tetap berdiri di samping
si naga Sakti pembalik Sungai untuk melindungi
keselamatan jiwanya.
Melihat Oh Tin san telah bersedia menjawab, Lan See
giokpun menyentilkan jari tangan nya ke tengah udara serta
menghentikan aliran darah dari lengan Oh Tin san yang
terluka.
Setelah mengatur napas sebentar untuk menghilangkan
napasnya yang terengah, Oh Tin San mendongakkan
kepalanya dan memandang sekejap kearah Oh Li cu
kemudian berkata:
"Anak Cu, sekarang kau sudah berada bersama sama
Tok Nio-cu dari Pek hoo cay, ini berarti kaupun sudah tahu
bahwa kau sebetulnya bukan putri kandungku,
bagaimanapun juga aku toh pernah melepaskan budi
pemeliharaan selama belasan tahun kepada mu, maka
kuharap sebelum ajalku tiba, sanggupilah sebuah
permintaanku ."
http://kangzusi.com/
Oh Li cu sendiripun tahu bahwa tipis harapan bagi Oh
Tin San untuk hidup lebih lanjut hari ini, teringat selama
hidupnya dia selalu menyebut ayah kepada orang ini,
sedikit banyak masih tersisa pula perasaan yang mendalam
dengannya, karena itu ia mengangguk sambil menangis.
Oh Tin san menarik napas panjang-panjang, lalu
memandang sekejap ke arah Oh Li cu dengan pandangan
gembira di samping menderita, lalu setelah menundukkan
kepala nya dia melanjutkan:
"Aku tidak mempunyai permintaan yang terlalu muluk
kepadamu, aku hanya berharap setelah mati nanti, kuburlah
jenasahku di dalam tanah ."
Mendengar permintaan ini, Oh Li cu tak dapat menahan
rasa sedihnya lagi, dia menangis semakin menjadi jadi,
sembari menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan,
serunya sambil tersedu.
"Adik Giok, kau harus menyanggupi permintaanku
untuk berbuat begitu ."
Pelan-pelan Oh Tin san mendongakkan kepalanya dan
memandang kearah Lan See giok dengan penuh kebencian,
sekulum senyuman licik segera tersungging di ujung
bibirnya dan ujarnya dengan dingin:
"Kau tak usah bertanya kepadanya, dengan kedudukan
Si Yu gi sebagai penyebab kejadian ini pun dia masih
berhak dikubur dalam peti mati yang bobrok, apakah dia
benar-benar akan tega membiarkan jenasahku terbengkalai
di tepi jalan dengan begitu saja?"
Hu yong siancu dan Lan See giok yang mendengar
ucapan tersebut sama-sama merasakan hatinya bergetar
keras.
Dengan cepat Hu yang siancu berseru:
http://kangzusi.com/
"Kau maksudkan orang yang membinasakan Lan
tayhiap adalah si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi?"
Secara licik Oh Tin san menggelengkan kepalanya,
kemudian menjawab singkat:
"Bukan!"
"Lantas siapa?" dengan perasaan terkejut bercampur
gusar Lan See giok berseru.
Oh Tin san tertawa dingin, kemudian jengeknya sinis:
"Akulah yang melakukan!".
Lan See giok teramat sedih, hawa napsu membunuhnya
dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya, penuh rasa
geram dia berteriak keras-keras:
"Bajingan terkutuk, jadi kau yang telah membunuh
ayahku? Bajingan tengik, akan kubunuh kau."
Dalam teriakan tersebut, tubuhnya segera mendesak
maju ke muka sambil mengangkat telapak tangan kanannya
siap melepaskan serangan mematikan.
"Anak Giok." Hu yong siancu segera berseru dengan
suara gemetar.
Mendengar teriakan mana, Lan See giok segera
menghentikan langkahnya, dia tahu bibi Wan menyuruh
dia untuk menahan rasa sedih dan dendam yang membara
dalam dadanya untuk mencari tahu duduknya persoalan
hingga jelas.
Maka dengan mata yang berapi api, diawasinya Oh Tin
San tanpa berkedip, kemudian bentaknya keras:
"Ayo cepat bicara!"
Berhubung rasa sakit yang dideritanya pada lengan yang
kutung sudah jauh mereda, sikap si manusia bengis
http://kangzusi.com/
bertelinga tunggal Oh Tin San kembali berubah menjadi
beringas dan mengerikan
Setelah tertawa dingin, ujarnya, dengan sinis:
"Lan See giok, kau tidak usah berlagak sok lebih dulu,
aku tahu hari ini aku bakal mampus, tapi saat
kematianmupun sudah tak akan jauh lagi, ketahuilah kau
telah menghabisi nyawa ketiga orang murid dari tiga
manusia gagah dari luar lautan, mereka tidak akan
melepaskanmu dengan begitu saja."
Belum selesai perkataan tersebut diutarakan, Lan See
giok telah mendongakkan kepala nya sambil tertawa seram:
"Heeehh.heeehh.heeehh.sepasang hidupnya tiga manusia
aneh dari luar lautan selalu mengganggu dunia persilatan,
melakukan kejahatan dimana mana dan dosa-nya sudah
menumpuk-numpuk, terhadap manusia laknat macam
mereka, setiap anggota persilatan siap untuk melenyapkan
orang-orang tersebut dari muka bumi. Jangan lagi dibilang
ketiga manusia aneh itu tak akan melepaskan siauya,
sekalipun mereka bertiga melepaskan siauya pun, siauya tak
akan melepaskan mereka dengan begitu saja."
Mendengar perkataan mana, Oh Tin San segera
menengok kearah Lan See giok dengan pandangan sinis,
sekulum senyuman dingin pun menghiasi wajah kudanya.
Sekali lagi Lan See giok dibikin naik darah, sikap lawan
membuat ia bertambah geram, rasa ingin menangpun
terpancing ke luar, maka dengan suara menggeledek dia
membentak:
"Kau anggap aku tak berani melenyapkan mereka dari
muka bumi . "
Bersamaan dengan selesainya seruan itu, tiba-tiba dia
membalikkan badan, sepasang lengannya diputar satu
http://kangzusi.com/
lingkaran kemudian dilontarkan ke arah sebuah batu besar
yang berada tiga kaki di hadapannya sana, tenaga sakti Hud
kong sinkang yang maha dahsyat pun segera meluncur ke
depan .
Sesudah berulang kali minum Leng sik giok ji, kemudian
ditambah pula dia telah melakukan senggama dengan Siau
cian, membuat tenaga dalamnya bukan saja berlipat ganda,
bahkan gabungan hawa yang dan im yang diterima dalam
tubuhnya membuat kemampuan pemuda ini benar-benar
telah mencapai puncaknya.
Bersamaan dengan ayunan telapak tangan anak muda
tersebut, tampak sekilas cahaya berkelebat lewat kemudian
berubah menjadi segulung hawa putih yang melesat ke arah
batuan cadas tadi secepat sambaran petir .
"Blaaammmm!"
Suatu ledakan yang benar-benar memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan.
Batu dan pasir segera beterbangan di angkasa, kabut dan
debu memancar ke empat penjuru, suasana terasa amat
mengerikan.
Sampai lama sekali suara ledakan itu, masih terasa
menggaung di angkasa, bintang dan rembulan di angkasa
bagaikan turut punah .
Dikejauhan sana, batuan beterbangan dan rontok ke
tanah bagaikan hujan gerimis, di sana sini muncul percikan
bunga api akibat gesekan antara batu dengan batu yang
saling beterbangan .
Oh Tin san tertegun seketika, Hu yong siancu sekalian
juga tertegun, malah Lan See giok sendiripun sampai berdiri
termangu.
http://kangzusi.com/
Sebaliknya si naga sakti pembalik sungai yang masih
duduk bersila diatas tanah hanya bisa membelalakkan
matanya lebar-lebar, ia sungguh tak percaya dengan apa
yang terlihat di depan mata sekarang, di samping itu diapun
menjadi paham apa sebabnya To Seng-cu berpesan agar
Lan see giok berangkat keWan san setahun kemudian:
Akhirnya Oh Tin san yang pertama tama menghela
napas sedih, dengan wajah yang lemas dan putus asa
katanya kemudian:
"Aaaaai, nampaknya apa yang mereka rencanakan
memang sulit untuk diwujudkan sebagai kenyataan ."
"Rencana siapa?" tegur See giok dengan suara dalam.
Oh Tin san segera sadar kalau dia telah salah berbicara,
maka, sambil tertawa dingin serunya.
"Ucapan itu bukan termasuk persoalan yang wajib
kujawab kepadamu .”
"Kalau memang begitu, mengapa tidak kau sebutkan
bagaimana caramu menemukan ayahku bersembunyi di
dalam kuburan kuno tersebut?" teriak See giok penuh
amarah.
"Jika kau bertanya dengan sikap yang begitu kasar, aku
akan menjawab tak tahu"
Berkilat sepasang mata Lan See giok, dia maju dua
langkah ke muka dan siap menotok kembali jalan darah di
tubuhOh Ti san,
Mendadak terdengar Oh Li cu menjerit dengan suara
yang sangat memilukan hati:
"Cepatlah kau katakan, kau tak usah mencari penyakit
buat diri sendiri!"
http://kangzusi.com/
Oh Tin san memandang sekejap kearah Lan See giok
yang sedang menghentikan langkahnya setelah mendengar
perkataan itu, dia tahu bersikap keras kepala hanya mencari
penderitaan bagi diri sendiri.
Menyadari akan hal tersebut, dia menghela napas sedih,
kemudian ujarnya dengan suara dalam:
"Tadi, aku mengatakan bahwa Pek toh oh-cu siMakhluk
bertanduk tunggal Si Yu gi sebagai biang keladinya
peristiwa ini karena tengah hari tersebut secara kebetulan
saja kujumpai gerak gerik Si Yu gi yang sangat
mencurigakan, ketika kukuntit gerak geriknya maka
kutemukan akhirnya tempat persembunyian dari Lan
Khong tay."
Mendengar keterangan ini, Hu yong siancu serta Lan See
giok benar-benar amat mendendam kepada Si Yu gi,
ternyata semua peristiwa berdarah ini memang bersumber
pada dirinya seorang.
Setelah termenung dan berpikir beberapa saat, Oh Tin
san berkata lebih jauh:
"Semenjak kami lima manusia cacad dari tiga telaga
memperoleh kabar tentang ditemukannya jejak dari Hu
yang siancu Han lihiap, siang malam tiada hentinya aku
selalu melakukan pelacakan di sekitar tempat tersebut.
"Hari itu, aku sedang beristirahat di luar hutan siong
dekat kuburan Leng ong bong, mendadak kujumpai si
makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi dengan membawa
sebuah sekop sedang melayang masuk ke dalam hutan
tersebut.
Karena curiga, secara diam-diam kukuntit jejaknya itu,
tapi agar jejakku tidak diketahui Si Yu gi, maka aku tak
berani menguntit terlampau dekat, karenanya setelah dia
http://kangzusi.com/
masuk ke dalam Ong bong, aku tidak mengetahui ke mana
perginya Si Yu gi tersebut.
Waktu itu aku menjadi amat gelisah sehingga segera
melompat naik ke atas sebatang pohon besar untuk
memeriksa keadaan di sekeliling tempat itu, namun
bayangan tubuh Si Yu gi seolah-olah lenyap ditelan bumi,
lama sekali tak berhasil kutemukan jejaknya, karenanya
akupun berkesimpulan bahwa Si Yu gi masih tetap berada
di dalam kompleks tanah pekuburan ini.
Karena itulah secara diam-diam aku duduk di atas
ranting pohon sambil menunggu, sampai matahari condong
ke barat belum juga kutemukan Si makhluk bertanduk
tunggal Si Yu gi menampakkan diri lagi.
Dan pada saat itulah, tiba-tiba kudengar suara
gemerincingan nyaring berkumandang dari balik kuburan...
Mendengar sampai di situ Lan See giok tahu bahwa
suara itu berasal dari suara rantai pintu rahasia yang sedang
dibuka oleh ayahnya, selain itu diapun menyimpulkan
bahwa Si Yu gi sedang memasuki lorong rahasia barunya
sambil secara diam-diam meneruskan galiannya.
Setelah berhenti sejenak untuk menarik napas, Oh Tin
San berkata lebih lanjut:
"...waktu itu aku merasa sangat keheranan, tapi
bersamaan dengan berhentinya suara gemerincingan
tersebut, tiba-tiba dari sebelah kiri kuburan besar itu muncul
seorang lelaki setengah umur yang memakai jubah panjang
berwarna kuning.
Seluruh rambut orang itu telah beruban, dia memakai
ikat kepala berwarna biru, hanya dikarenakan dia berdiri
membelakangiku, maka tidak kuketahui siapakah dia.
http://kangzusi.com/
Menanti orang itu membalikkan badannya, aku baru
merasa terkejut sehingga hampir saja terjatuh dari atas
dahan pohon, ternyata orang itu berwajah tampan dengan
kumis menghiasi atas bibirnya, hehh... hehhh... hehh...
rupanya orang ini bukan lain adalah Lan Khong tay yang
selama banyak tahun ini menyembunyikan diri,
Tak terlukiskan perasaanku waktu itu, selain kaget juga
gembiranya bukan kepalang, di dalam keadaan begini aku
sudah melupakan Si Yu gi yang memasuki kuburan tersebut
tadi, namun dari keadaan Lan Khong tay yang baru berusia
empat puluh tahun, namun dalam sepuluh tahun saja
rambutnya telah beruban semua, dapat disimpulkan bahwa
dalam hatinya tersimpan banyak masalah yang
memusingkan kepalanya .... "
Berbicara sampai di situ, Oh Tin San berhenti sejenak
seraya memandang sekejap ke seluruh arena ....
Si Cay soat, Siau cian, Oh Li cu maupun Tok Nio-cu
semuanya lagi mendengarkan dengan seksama .....
Si naga Sakti pembalik sungai sedang membelalakkan
matanya pula mendengarkan penuturan tersebut.
Demikian juga keadaan siau thi gou, matanya melotot
besar sekali ....
See giok berdiri dengan air mata berlinang membasahi
pipinya, bibir yang terkatup kencang nampak membentuk
satu lingkaran busur ....
Sedangkan Hu yong siancu mendongakkan kepalanya
memandang kegelapan di angkasa, sedang butiran air mata
satu demi satu bercucuran keluar tiada habisnya, bibir yang
pucat pias tak bisa menahan gemetar yang berlangsung
tiada hentinya.MakaOh Tin san pun berkata lebih jauh:
http://kangzusi.com/
"Waktu itu aku sadar bahwa kepandaian yang kumiliki
masih bukan tandingan Lan Khong tay, karena itu aku tak
berani berisik apalagi menimbulkan suara, sampai Lan
Khong tay sudah melangkah keluar dari hutan siong, aku
baru berani melayang turun dari tempat persembunyianku,
Ketika kudekati kuburan tersebut, baru kujumpai
dibagian belakangnya terdapat sebuah pintu, tapi aku tak
berani memasukinya secara gegabah, sebab aku tahu istri
Lan Khong tay, Ki lu lihiap Ong Yan hoa juga termasuk
seorang jago silat yang berilmu silat sangat hebat...
Sampai aku memasuki kuburan itu secara diam-diam,
baru kujumpai dalam kuburan ini selain sebuah lentera
diatas meja, ternyata tidak kujumpai siapapun ...
Pada saat itulah, tiba-tiba dari arah pintu kuburan
berkumandang datang suara ujung baju yang terhembus
angin.
Aku menjadi amat terperanjat dan cepat-cepat
menyembunyikan diri di bawah meja, kemudian kulihat
ada seseorang melayang datang, ternyata dia adalah si gurdi
emas peluru perak Lan Khong tay yang barusan keluar
kuburan.
Lan Khong tay masuk dengan tergesa gesa sehingga
sama sekali tidak memperhatikan jika aku lagi bersembunyi
di bawah meja, dia lalu menuju ke atas meja besar untuk
mengambil senjata gurdi emasnya, aku merasa inilah
kesempatan terbaik untuk bertindak, maka secepat kilat
kulepaskan sebuah pukulan dahsyat yang ternyata persis
bersarang di pusarnya.,..”
Mendengar sampai di sini, air mata bercampur darah
bercucuran ke luar dari balik mata Lan See giok, sambil
menggertak gigi pelan-pelan ia menghampiri Oh Tin San
lagi, kesepuluh jari tangannya yang di pentangkan lebarhttp://
kangzusi.com/
lebar kedengaran berbunyi gemerutukan nyaring.
Sebaliknya Hu yong siancu masih tetap mengangkat
kepalanya sambil memandang kegelapan malam, sambil
menahan rasa sedih di hatinya, ia berkata lirih:
"Teruskan ceritamu itu ......
Oh Tin San memandang sekejap wajah See giok yang
semakin mendekati tubuhnya itu, dengan wajah memucat
dan menggertak gigi keras-keras, dia meneruskan:
"Seketika itu juga Lan khong-tay mendengus tertahan
dan mundur tiga langkah dengan sempoyongan,
memanfaatkan peluang emas ini, kusarangkan sebuah
pukulan lagi ke arahnya, dan kali ini persis menghajar
dadanya..."
Belum selesai dia berkata, tiba-tiba terdengar Lan See
giok berteriak keras, dia muntahkan darah segar dan
tubuhnya roboh terjengkang ke atas tanah, namun
bersamaan waktunya dia melontarkan pula sepasang
telapak tangannya ke depan.
Suatu ledakan keras segera berkumandang memecahkan
keheningan, percikan darah memancar ke mana-mana,
hancuran daging beterbangan diangkasa tubuh Oh Tin San
telah terhembus oleh angin serangan itu hingga meluncur
sejauh puluhan kaki lebih dari tempat semula.
Semua orang menjadi terkejut dan buru-buru
menghampiri Lan See giok yang jatuh pingsan itu, hanya
Hu yong siancu seorang masih tetap berdiri tak bergerak
sambil mengawasi angkasa.
Tampaknya si naga Sakti pembalik sungai telah berhasil
pula mengendalikan luka yang dideritanya, bersama Siau
thi gou, mereka memburu pula ke depan.
http://kangzusi.com/
Siau cian, Cay soat dan Oh Li cu bertiga bersama sama
membangunkan See giok dari atas tanah, ada yang
memanggil engkoh Giok ada pula yang menjerit adik Giok,
suasana menjadi kalut tidak karuan .....
Walaupun si naga Sakti pembalik sungai belum pernah
bersua muka dengan Tok Nio-cu, agaknya diapun sudah
mengetahui akan asal usul perempuan ini, dengan suara
lemah katanya kemudian:
"Nona Be, harap kau segera memukul jalan darah Mia
bun hiat di tubuh Lan siauhiap keras-keras!"
Selesai berkata, dia meneruskan langkahnya mendekati
Hu yong siancu yang masih berdiri termangu.
Pada dasarnya pengalaman yang dimiliki Tok Nio-cu
memang amat luas, dia tak lebih cuma dibikin bingung oleh
isak tangis Siau cian bertiga saja, setelah mendengar
peringatan dari si naga sakti pembalik sungai, serta merta
dia menarik Siau thi gou dan Oh Li cu agar menjauh ....
Setelah itu perempuan tersebut berjongkok di sisi
pemuda tadi dan mengerahkan tenaga dalamnya untuk
memukul jalan darah Mia bun hiat di tubuh pemuda
tersebut.
Tapi Lan See giok masih tetap memejam kan matanya
rapat-rapat, sama sekali tak ada gejala dia telah mendusin.
Tok Nio-cu tidak tahu kalau Lan See giok telah berhasil
melatih ilmu memindahkan jalan darah, melihat pemuda
tersebut belum juga menunjukkan suatu gejala akan
mendusin saking gelisahnya dia sampai bermandikan
keringat dingin.
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar si naga sakti
pembalik sungai berteriak kaget "Aaaah. nona Cian kau
cepat kemari!"
http://kangzusi.com/
Siau-cian segera menerjang ke depan dengan kecepatan
tinggi, dijumpai ibunya masih memandang ke atas dengan
sorot mata kaku. tampaknya perempuan inipun sudah jatuh
tak sadarkan diri,
Dengan perasaan gugup gadis itu segera menjerit keras.
"Oooh ibu...!
Diiringi isak tangis yang ramai, ia memeluk tubuh Hu
yong siancu erat-erat.
Menyusul kemudian bayangan marah berkelebat lewat Si
Cay soat telah menerjang pula ke depan, dengan cepat nona
ini menotok jalan darah Jin-tiong-hiat di hidung Hu-yong
siancu disusul menabok jalan darah Mia-bun hiat nya,
Hu-yong siancu segera menghembuskan napas panjang
dan sadar kembali dari pingsannya, ia tertunduk sedih, air
matapun bercucuran membasahi wajahnya, dibimbing oleh
Siau-cian, pelan-pelan ia duduk diatas tanah.
Dalam suasana yang serba kalut inilah. tiba-tiba....
Suara pekikan nyaring berkumandang dari balik dusun
situ, kemudian tampak sesosok bayangan manusia dengan
kecepatan luar biasa meluncur datang, kearah mana
beberapa orang itu sedang berdiri,
Si naga sakti pembalik sungai yang menyaksikan
peristiwa tersebut menjadi amat terkejut. dia tahu
pendatang bukan seorang jago silat biasa, maka dengan
perasaan cemas, bercampur gelisah dia berseru keras.
"Cepat, cepat kalian sadarkan kembali See giok.. cepatan
sedikit...."
Baik Tok Nio-cu maupun Oh Li-cu, mereka sudah
melihat betapa gawatnya situasi yang dihadapi, namun
meski kedua orang itu sudah berusaha untuk menguruti
http://kangzusi.com/
jalan darah di tubuh See giok, anak muda tersebut belum
juga sadarkan diri.
Di dalam kekalutan, akhirnya Si Cay-soat menyadari apa
gerangan yang telah terjadi sekali, lagi dia melayang turun
di sisi See giok, kemudian secara beruntun dia melancarkan
lima buah serangan berantai.
Barulah setelah termakan kelima pukulan itu, See-giok
menjerit keras dan sekali lagi memuntahkan darah segar.
Dalam pada itu. Siau-cian telah membimbing ibunya
duduk bersila diatas tanah, ketika melihat jelas wajah si
pendatang itu. tanpa terasa dia menjerit kaget:
"Aaaah. Say nyoo-hui yang telah datang!"
Tok Nio-cu dan Oh Li cu sama-sama merasa terkejut.
namun kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini
masih terlalu cetek sehingga ketajaman mata mereka belum
dapat melihat dengan jelas apakah orang ini adalah Say
Nyoo-hui sungguh atau bukan.
Bahkan si naga sakti pembalik sungai serta Si Cay soat
pun belum mampu melihat dengan jelas paras muka si
pendatang itu, berbeda sekali dengan Siau cian yang telah
minum Leng sik giok ji dalam jumlah banyak, tenaga
dalamnya telah memperoleh kemajuan yang amat pesat."
Tidak heran kalau beberapa orang itu masih
menyangsikan kebenaran dari ucapan Siau-cian.
oooOde-wiOooo
BAB 32
Gerakan tubuh si pendatang itu benar-benar sangat
cepat, di dalam waktu singkat dia sudah berhenti dua kaki
http://kangzusi.com/
dihadapan orang-orang tersebut, benar juga, ternyata orang
itu adalah Say Nyoo hui, istri Oh Tin san.
Diam-diam si naga sakti pembalik sungai sekali ini
merasa terkejut, sudah setahun lamanya Say Nyoo hui
berdiam di pulau Wan san. kenyataannya tenaga dalam
yang dia miliki telah peroleh kemajuan yang demikian
pesat. hal tersebut kontan saja meningkatkan kewaspadaan
dari beberapa orang itu
Say nyoo hui masih tetap mengenakan pakaian merah
dengan celana panjang, di pinggangnya memakai ikat
pinggang kembang kembang, sedangkan dipunggungnya
menggembol sepasang golok burung hong yang diberi pita
merah dan hijau pula.
Baru saja berdiri tegak, perempuan itu segera
menyunggingkan senyuman dingin diatas wajahnya yang
penuh berkeriput itu, kemudian dengan angkuh dia
memandang sekejap seluruh arena.
"Hmmm, tidak heran kalau lonio menubruk tempat
kosong. rupanya kalian manusia-manusia yang hampir
mampus telah berkumpul semua disini" jengeknya dingin.
Oh Li cu yang melihat kemunculan Say-nyoo hui tak
tahan lagi segera berseru.
"Ibu, anak Cu berada disini-."
Belum habis seruan itu, Tok Nio-cu dengan kening
berkerut dan mata melotot besar telah melangkah maju ke
depan menghampiri Say Nyoo hui. tubuhnya kelihatan
gemetar keras,
Semenjak melihat raut wajah Tok Nio-cu, Say Nyoo hui
sudah merasakan keadaan tak beres, namun dia percaya
kepandaian silat yang dimilikinya sekarang amat hebat,
http://kangzusi.com/
karena itu kehadiran Tok Nio-cu sama sekali tak dipandang
sebelah matapun olehnya.
Akan tetapi setelah di jumpai batok kepala yang hancur
lebur diatas tanah serta tiga sosok mayat dari kedua tosu
dan seorang lelaki kekar itu, paras mukanya kontan berubah
hebat,
Ketika Oh Li cu melihat Tok Nio-cu sama sekali tidak
berbicara bahkan meneruskan langkahnya mendekati
lawan, dia tahu dengan segera bahwa orang yang
menghabisi nyawa Ibu kandungnya dulu bisa jadi adalah
Say nyoo hui ini,
Berpikir demikian, hatinya menjadi sakit, dendam,
menyesal dan malu. berbagai perasaan yang berkecamuk
menjadi satu di dalam benaknya, tak dapat dibendung lagi
air matanya segera jatuh bercucuran membasahi wajahnya.
Sementara itu. Say nyoo hui Gi Ci hoa telah berhasil
menguasai diri dengan cepat, wajahnya berubah menjadi
menyeringai amat mengerikan. Setelah memandang sekejap
kearah Hu yong siancu dan Lan See giok yang masih duduk
bersila diatas tanah, ia berseru keras.
"Siapa ... siapakah yang telah membunuh anak murid Si
to cinjin serta Lam hay-koay-kiat?"
Suasana tetap hening. semua orang memandang kearah
Say-nyoo hui dengan pandangan sinis dan tak kedengaran
sedikit suara pun yang memberi jawaban.
Menyaksikan hal ini. Say nyoo hui semakin gusar lagi.
dia mengira semua orang sudah menaruh perasaan takut
kepadanya, ditambah lagi kehadiran Hu yong siancu dan
Lan See giok yang masih bersila diatas tanah, disangkanya
mereka berdua telah terluka ditangan tosu tua tersebut, hal
http://kangzusi.com/
mana membuat dia semakin tidak memandang sebelah
matapun terhadap beberapa orang itu.
Dengan kening berkerut diapun berpaling ke arah Tok
Nio-cu. kemudian bentaknya keras-keras.
"Siapa kau? Apakah kau ingin mencari kematian buat
diri sendiri.?"
Waktu itu Tok Nio-cu telah mempersiapkan dua buah
pukulan dengan disertai tenaga penuh yang siap dilontarkan
ke tubuh Say nyoo hui...ia telah bertekad untuk menghabisi
nyawa si pembunuh ibunya ini dalam serangan mana.
Maka menghadapi pertanyaan lawan, ia tertawa dingin
seraya serunya dengan penuh kebencian..
"Siapakah aku. aku yakin kau sudah mengetahui dengan
jelas, bayangkan saja piausu Be Yu liang serta Mao Kim go
dari Juan tiong, maka kau akan segera tahu siapakah diriku
yang sebenarnya."
Berubah hebat paras muka Say nyoo hui atas jawaban
ini, sambil membentak nyaring tiba-tiba ia memutar
sepasang pergelangan tangannya,
Dua cahaya tajam berkelebat lewat dan tahu-tahu
berubah menjadi segulung bukit golok yang langsung
menerjang ke tubuh Tok Nio-cu..
Oh Li cu menjadi amat terkejut melihat kejadian ini,
saking kagetnya dia sampai menjerit lengking.
Ditengah bentakan nyaring kembali tampak cahaya
merah berkelebat lewat, diantara kilatan sinar pedang, Cay
Soat telah menerjang pula ke depan dengan kecepatan luar
biasa.
Tampaknya Tok Nio-cu sama sekali tidak menyangka
kalau Say nyoo hui akan melepaskan serangannya secara
http://kangzusi.com/
tiba-tiba, tubuhnya segera berkelebat mundur sejauh lima
langkah kemudian tangannya diayunkan berulang kali ...
"Sreeeet. sreeeet!?”
Dua batang panah pendek langsung melesat ke udara
dan menembusi bayangan golok
"Traaaang, traaaangg- !"
Panah-panah pendek itu seketika terpental ke udara. tapi
Si Cay soat telah keburu menyambar tiba dengan jurus
"membantai hong mencabut bulu" pedang Jit hoa kiam nya
secepat petir membabat masuk ke balik bayangan golok
yang membukit itu.
Sesungguhnya Say Nyoo hui berniat membunuh Tok
Nio-cu dengan suatu serangan kilat, siapa tahu dari tengah
jalan muncul seorang Thia Kau kim yang menghalangi
niatnya.
Tahu-tahu saja dia merasa cahaya pedang lawan
berkelebat lewat, hawa desiran dingin sudah muncul di
depan mata.
Dalam hati kecil nya diapun berpekik,
"Aduuuh celaka...."
Serta merta, dia menghentikan gerak terjangannya ke
depan sambil menarik kembali sepasang goloknya, namun
gerak serangan pedang lawan terlampau cepat, ia sudah tak
sempat lagi untuk menghindar kan diri -
"Triing. traaang, triing, traanggg- -"
Letupan bunga api memercik ke udara, sepasang golok
tersebut sudah terpapas kutung menjadi empat bagian.
Merasakan genggamannya menjadi enteng, Say nyoo hui
merasa terkejut lalu sambil menjerit lengking melompat
http://kangzusi.com/
mundur sejauh dua kaki, diawasinya Si Cay soat yang
berdiri sambil melintangkan pedangnya itu dengan
pandangan tertegun.
Si Cay soat balas menatap Say nyoo hui, lalu setelah
tertawa dingin ejeknya sinis.
"Lebih baik buang saja gagang golokmu itu dan
berduellah secara jantan melawan Gui hujin, coba kalau
diantara kalian tidak terjalin hubungan dendam kesumat
sedalam lautan, nona tak akan melepaskan dirimu dengan
begitu saja!"
Selesai berkata, dia menarik kembali pedangnya dan
mengundurkan diri ke posisi semula.
Berada di dalam posisi demikian Say Nyoo hui menjadi
nekad, satu ingatan jahat pun muncul dalam benaknya,
sekali tangan nya digetarkan. gagang golok itu, segera
menancap di tanah, lalu tanpa banyak berbicara dia
mendesak Tok Nio-cu.
Tiba-tiba...........
Sekujur badan Say nyoo hui gemetar keras. wajahnya
sekali lagi berubah, dengan pandangan kaget bercampur
ngeri diawasinya sebuah kutungan lengan yang tergeletak
tak jauh dibelakang Tok Nio-cu, kemudian sambil
menghentikan gerakan tubuhnya, ia bertanya agak gemetar.
"Lengan...lengan siapakah itu?"
"Punya dia!" jawab Siau thi gou cepat sambil menunjuk
dengan moncong bibirnya.
Yang ditunjuk adalah sebutir batok kepala manusia
bermuka pucat yang masih melototkan mata sesatnya,
kepala itu tergeletak berapa kaki dari sisi arena.
http://kangzusi.com/
Sekilas pandangan saja Say nyoo hui sudah tahu batok
kepala siapakah itu, kontan saja dia menjerit lengking.
"Bajingan keparat, aku akan beradu jiwa dengan kalian
semua!"
Ditengah jeritan tersebut, tubuhnya menerjang ke muka,
telapak tangan kanan nya secepat petir dibacokkan ke tubuh
Tok Nio-cu.
Dalam pada itu, Tok Nio cu sudah bertekad hendak
membalas dendam, tanpa memikirkan keselamatan diri, ia
tangkis tangan kanan lawan dengan lengan kirinya,
kemudian tangan kanannya, dilontarkan ke muka
menghantamdada Say nyoo hui.
Bagaikan orang kalap yang sudah kehilangan pikiran,
Say-nyoo-hui tertawa seram, tubuhnya berputar secepat
kilat, tangan kirinya membentuk gerakan tipuan sementara
telapak tangan kanannya langsung menghajar iga kiri Tok
Nio-cu.
Menghadapi ancaman tersebut, Tok Nio cu sangat
terkejut. ia sadar tak sempat lagi baginya untuk menghindar
"Duuuuukk!"
Tubuhnya seketika terasa sakit bagaikan disayat sayat,
tubuhnya telah terhajar telak oleh sodokan tangan kanan
musuh.
Dalam keadaan demikian. Tok Nio cu memaksakan diri
untuk menarik napas panjang, lalu ia bertekuk pinggang
dan menundukkan kepalanya ke bawah .....
"Sreeeet -!"
Sebatang panah beracun secepat petir menyambar ke
depan. Say Nyoo hui tentu saja tak mengira kalau
musuhnya adalah Tok Nio-cu yang amat termasyhur itu. ia
http://kangzusi.com/
menjerit kesakitan, panah beracun tahu-tahu sudah
menancap diatas dada kanannya,
Bersamaan dengan kejadian itu. Tok Nio maupun Say
Nyoo hui sama-sama roboh terjengkang ke atas tanah.
Semua peristiwa ini berlangsung dalam waktu singkat, lagi
pula selisih jarak diantara kedua belah pihak begitu dekat,
pada hakekatnya tiada kesempatan lagi bagi Siau cian. Cay
Soat maupunOh Li cu untuk memberikan bantuan.
Sedangkan si naga sakti pembalik sungai baru sembuh
dari lukanya, dia belum berkemampuan untuk turun
tangan, sebaliknya Hu yong siancu dan See giok masih
bersemedi.
Melihat cicinya roboh terkapar diatas tanah berbarengan
dengan robohnya ibu angkatnya. Oh Li cu segera menjerit
sambil menangis, cepat ia menubruk ke muka.
Kebetulan sekali pada saat yang bersamaan See giok
telah selesai dengan semedinya, ketika membuka matanya,
satu ingatan segera melintas di dalam benaknya, yakni
pembantaian keji seorang nenek di depan ruangan Pek ho
cay.
Maka dengan perasaan terkejut diapun membentak
keras.
"Ayo kembali !”
Dalam bentakan mana, dengan posisi masih duduk ia
menerjang kearahOh Li cu.
Tapi sayang berhubung jaraknya terlalu dekat, Oh Li cu
telah membopong jenasah Tok Nio-cu,
Say Nyoo hui yang setengah badan sebelah kanannya
sudah menjadi kaku menjadi amat geram ketika dilihatnya
Oh Li cu membopong tubuh Tok Nio-cu tanpa
http://kangzusi.com/
memperdulikan dirinya. hal ini menimbulkan hawa napsu
membunuh dalam benaknya.
Diiringi bentakan keras, secepat kilat tangan kirinya
mencengkeram wajah Oh Li cu.
Sebenarnya Lan See giok telah menerjang tiba waktunya
itu. namun berhubung dia kuatir melukai Oh Li cu sehingga
merasa kurang leluasa untuk mengeluarkan ilmu thi siu yau
khong atau pukulan tangan kosongnya,
Di dalam keadaan yang gugup. pemuda itu segera
membentak keras, dengan jari telunjuk dan jari tengahnya
menyentil ke depan keras-keras-
Segulung desingan angin jari yang sangat kuat langsung
menghajar batok kepala Say Nyoo hui.
"Plaakkk..!"
Diiringi jerit kesakitan yang memilukan hati, batok
kepalanya segera hancur berantakan dan isi benaknya
berceceran kemana mana, dalam keadaan kepala yang
hancur Say Nyoo hui roboh terjengkang ke belakang dan
menghembuskan napas yang penghabisan.
Tapi cengkeraman tangan kirinya ke atas wajah Oh Li cu
tetap menyambar ke depan. Hanya saja disebabkan
tubuhnya terjengkang hingga sambaran jari tangannya itu
hanya menghasilkan tiga buah garis darah diatas pipi kanan
gadis tersebut. "
Walaupun demikian Oh Li cu sempat dibikin terkejut
sampai menjerit tertahan, tubuh nya cepat-cepat melejit ke
udara. tapi isi benak Say nyoo hui yang putih kemerah
merahan sempat menyembur diatas tubuh nya.
http://kangzusi.com/
Begitu terkesima dan terkesiapnya nona ini. sampaisampai
dia tak sadar kalau darah segar telah mengucur
keluar dari luka diatas wajah itu.
Dalam pada itu, Hu yong siancu telah selesai mengatur
pernapasan. bersama Siau cian dan Cay soat sekalian buruburu
mereka lari mendekat.
Lan See giok yang bermata tajam. dalam sekilas
pandangan saja dia sudah melihat dengan jelas tiga buah
jalur luka yang dalam diatas pipi Oh Li cu. oleh sebab itu
ketika Oh Li cu melayang turun kembali ke atas tanah.
buru-buru dia memayang tubuhnya.
Kemudian diambilnya sebuah sapu tangan berwarna
putih dan cepat-cepat diusapkan diatas pipi Oh Li cu yang
berdarah itu.
Oh Li cu seperti agak terkejut dan gugup oleh sikap si
anak muda itu, sedangkan Siau cian dan Cay soat segera
merasa amat cemburu, hanya Hu yong siancu seorang yang
agak berubah wajahnya setelah menyaksikan peristiwa itu.
kemudian berseru kaget
"Aaah. nona Be sudah terluka!"
Seraya berkata. dengan wajah gelisah dan penuh
perhatian dia turut memayang tubuhOh Li cu.
Baru sekarang Siau cian dan Cay soat mengetahui
dengan jelas apa yang telah terjadi, buru-buru mereka
menyusul ke depan, sedang dihati kecilnya timbul perasaan
malu gugup dan gelisah.
Lan See giok menyeka luka di wajah Oh Li cu itu
berulang kali, tapi darah masih juga bercucuran keluar
dengan deras, tampaknya luka yang dideritanya cukup
parah. dengan suara gelisah dia lantas berpaling seraya
berkata.
http://kangzusi.com/
"Siapa yang membawa obat luka?"
"Obat ada dirumah. aku tidak membawanya serta."
jawab si naga sakti pembalik sungai cepat, tanpa membuang
waktu lagi Hu Yong siancu segera berseru keras,
"Anak Giok, kau cepat bopong nona Be dan pulang ke
rumah.-!"
Lan See giok tidak banyak berbicara lagi, dia segera
membopong tubuh Oh Li cu.
Sementara Itu perasaan Oh Li cu benar-benar sedih dan
hancur. dia menangis terus tiada hentinya, air mata
bersama darah bercucuran tiada hentinya:
"Oooh bibi.. bagaimana dengan Jenasah ciciku...?"
keluhnya kepada Hu yong siancu.
Mendengar perkataan tersebut. Hu yong siancu ikut
merasa sedih, sambil menahan cucuran air matanya ia
menyahut:
"Kau tak usah kuatir, akan kuperintahkan kedua orang
adikmu untuk menggotongnya pulang.."
Baru selesai dia berkata. Lan See giok sudah melejit ke
udara bagaikan segulung hembusan asap ringan, tahu-tahu
tubuhnya sudah berada sejauh puluhan kaki dari tempat
semula.
"Saudara cilik" si naga sakti pembalik sungai segera
berteriak keras "Perintahkan ke tiga orang putraku agar
membawa sekop datang kemari!"
Biarpun Lan See giok mendengar teriakan tersebut,
namun dia tidak menjawab. sebab tubuhnya sudah
memasuki hutan di sisi dusun sana
Oh Li-cu yang berbaring di dalam pelukan See giok
mengucurkan air mata tiada henti nya, dalam sekejap mata
http://kangzusi.com/
itulah dia merasa dirinya adalah manusia yang bernasib
paling jelek di dunia ini.
Ibu yang selama ini disayang dan dicintainya, ternyata
tak lebih hanya musuh besar pembunuh ibu kandungnya.
ayah yang selama ini selalu memperhatikannya,tak lain
cuma seorang pentolan pencoleng yang berhati kejam dan
licik.
Dan sekarang, baru saja bertemu kembali dengan enci
kandungnya, tahu-tahu dia ditinggalkan seorang diri di
dunia ini, bukankah kesemuanya itu sudah cukup
membuktikan bahwa dia adalah manusia yang bernasib
paling jelek di dunia ini?
Dan detik ini, untuk pertama kalinya dia berbaring di
dalam pelukan kekasih hatinya, namun wajahnya yang
cantik justru telah bertambah tiga buah luka memanjang
yang berdarah,
Encinya yang selama ini merencanakan perkawinannya
telah tewas, wajahnya yang selama ini dianggap cantik dan
tak kalah dengan kecantikan Siau cian maupun Cay soat,
kini pun telah bertambah dengan tiga buah luka
memanjang.
Padahal dia sudah tahu dengan jelas. biar pun dia sendiri
sangat mencintai See giok. namun See giok tak pernah
mencintainya, apalagi berencana mengawininya dan hidup
sampai tua nanti.
Kesemuanya ini ditambah lagi dengan luka codet di
wajahnya, mungkin pemuda pujaan hatinya itu tak akan
memandang sekejap lagi ke arahnya.
Sementara dia masih melamun. Lan See -giok telah
melayang turun didalam pagar rumah si naga sakti
pembalik sungai.
http://kangzusi.com/
Baru saja See giok melayang turun, dia sudah menoleh
ke kamar sebelah kiri dan kanan seraya berseru.
"Siauhiap bertiga, cepat ambil sekop dan berangkat ke
barat laut dusun. Thio loko sedang menantikan kedatangan
kalian di tempat tersebut."
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan Thio Sam keng
yang gemuk seperti genjik telah melompat keluar dari
kegelapan sambil berseru cemas.
"Apakah kami harus memendam mayat?”
Lan See giok tidak berhasrat untuk menjawab
pertanyaan itu, dia segera menerobos masuk ke dalam
kamar dan membaringkan tubuh Oh Li cu diatas
pembaringan, setelah itu tanyanya dengan penuh rasa
kuatir.
"Enci Lan, bagaimana rasamu sekarang?"
Oh Li cu menggelengkan kepalanya berulang kali,
bisiknya dengan pedih.
"Sungguh tak kusangka aku Be Cui lan ternyata bernasib
begini buruk"
Lalu dengan air mata bercucuran ditatap nya wajah si
anak muda itu kemudian melanjutkan,
"Adik Giok, walaupun aku berniat melayanimu
sepanjang masa. namun saat ini wajahku telah berubah
menjadi begini rupa, tampaknya apa yang menjadi
harapanku tak pernah akan terkabulkan lagi"
Lan See giok merasa keadaan Oh Li cu betul-betul amat
kasihan, keadaannya tidak jauh berbeda dengan nasib yang
dialaminya, hal mana yang segera menimbulkan perasaan
simpatik yang besar dihati kecilnya.
http://kangzusi.com/
Dari perkataan tersebut. ia segera memahami maksud
lain dari ucapan itu, maka ujarnya kemudian dengan
lembut:
"Enci Lan, kita adalah orang yang senasib sependeritaan.
apa yang kau alami persis pula seperti apa yang ku alami
...."
Belum habis perkataan itu diutarakan. dari balik
halaman telah melayang turun seseorang. menyusul
kemudian bayangan manusia itu berkelebat lewat. tahutahu
Hu yong siancu telah melompat masuk ke dalam
ruangan.
Oh Li cu segera melompat bangun dan duduk setelah
melihat kehadiran perempuan itu, teriaknya mengenaskan.
"Ooooh.... bibi apakah jenasah enci Peng telah diangkut
kemari ....?"
Hu yong siancu mengangguk berulang kali.
"Sudah dan sekarang Thio lo-enghiong sedang
menyiapkan peti mati di belakang kami putuskan besok
akan mengirim orang untuk menyampaikan berita buruk ini
ke pada Pek hoo caycu"
Sementara itu Lan See giok telah menyulut sebuah
lentera, Hu yong siancu segera menerimanya dan
didekatkan pada lukaOh Li cu.
Tapi setelah diperiksa sejenak segera serunya dengan
perasaan lega.
"Masih untung yang terluka hanya di bawah rambut. asal
kau dapat menutupi bagian tersebut dengan rambutmu.
niscaya luka codet tersebut tak akan terlihat"
Selesai berkata, berdasarkan petunjuk dari si naga sakti
pembalik sungai, dia berhasil menemukan sebuah botol
http://kangzusi.com/
putih kecil didalam almari, mula-mula luka di sekitar wajah
Oh Li cu dibersihkan dulu dari noda darah, kemudian
sekitar mulut luka ditaburi dengan bubuk obat penghenti
darah.
Selang sejenak kemudian kedengaran suara langkah
manusia yang ramai. Siau cian serta Cay soat telah muncul
pula, terakhir menyusul pula si naga sakti pembalik sungai
dan Siau thi gou.
Dengan simpatik yang besar serta perasaan penuh
kekuatiran. semua orang turut memeriksa luka yang
diderita Oh Li cu. sebaliknya Oh Li cu hanya bisa
mengucurkan air matanya.
"Nona Be, kau tak usah bersedih hati lagi" Hu yong
siancu segera menghibur. "malam ini, wajahmu tak sampai
hancur terkena cengkeraman maut tadi, boleh dibilang hal
tersebut merupakan keberuntungan ditengah ketidak
beruntungan, apalagi bila terlalu sering menangis, air mata
yang membasahi luka akan menimbulkan keadaan yang
kurang baik."
Lan See giok yang berada di sisinya segera turut pula
menimbrung. "Sewaktu berada di Pek hoo cay tempo hari,
aku sendiripun sudah pernah mengalami nasib tragis seperti
ini. itulah sebabnya tadi aku tergesa gesa memperingatkan
enci Lan agar balik, tapi ."
Hu yong siancu menghela napas panjang, selanya:
"Pepatah kuno bilang. Satu kali mengalami nasib sial,
selanjutnya akan lebih berpengalaman, di kemudian hari
kalian mesti bersikap lebih berhati hati lagi, banyaklah
mendengarkan nasehat serta pengalaman dari orang lain."
"Yaa, sungguh tidak kusangka kalau Oh Tin san suami
istri ternyata merupakan manusia yang berhati kejam tak
http://kangzusi.com/
berperasaan." kata si naga sakti pembalik sungai pula
"padahal nona Be sudah belasan tahun memanggil ibu
kepadanya, tapi sampai detik-detik terakhir ia toh masih
berusaha untuk merusak kehidupan nona Be."
Hu yong siancu kuatir ucapan tersebut kembali akan
menimbulkan kesedihan di hati Oh Li cu dengan cepat ia
mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, tanyanya:
"Thio lo enghiong, sejak kapan sih Oh Tin san datang
kemari ...?"
"Setelah mendapat kabar dari Toa keng senja itu aku
bersama adik Soat dan Thi gou segera melakukan
perundingan, kami simpulkan bahwa Oh Tin san bisa jadi
akan datang mencari gara-gara. ternyata dugaan kami
memang benar. tidak sampai kentongan kedua. Oh Tin san
telah muncul diatas atap rumah dan menantang aku,
”Menanti aku dan adik Soat menyusul ke atas atap
rumah, Oh Tin-san telah berkelebat menuju kearah barat
laut, kamipun mengejar sampai di luar dusun, ternyata di
situ telah menanti dua orang tosu serta seorang lelaki kekar.
”Oleh sebab Oh Tin-san berteriak hendak menantangku
untuk berduel, terpaksa aku-lah yang menerima
serangannya itu. sungguh tak disangka hanya dalam waktu
satu tahun saja. tenaga dalam yang dimiliki Oh Tin san
telah peroleh kemajuan yang amat pesat dalam serangan
yang pertama saja aku sudah kena dipukul mundur sejauh
lima enam langkah.
"Waktu itu adik Soat dan Thi-gou hadir semua di arena,
aku menganggap tak bakal menderita kerugian. karena itu
sama sekali tak memandang sebelah matapun terhadap
mereka. aku beranggapan bila kukerahkan segenap
kekuatan yang dimiliki untuk bertarung, niscaya pihak
musuh akan kalah.
http://kangzusi.com/
”Pada saat itulah aku mendengar suara pekikan nyaring
dari adik See giok, suara pekikan tersebut membuat
semangatku berkobar kembali, keberanianku semakin besar,
aku tahu Oh Tin-san pasti akan mampus, karena itu sekali
lagi kugunakan segenap kekuatan yang kumiliki untuk
beradu kekuatan dengannya.
”Tapi akibat dari bentrokan kekerasan tersebut, ternyata
aku kena dihajar sampai terduduk diatas tanah, bahkan
sempat memuntahkan darah segar ...."
Ketika berbicara sampai di situ, wajahnya berubah
menjadi merah dadu, dia melirik sekejap ke arah Cay soat
dengan perasaan berterima kasih kemudian melanjutkan:
"Waktu itu, seandainya adik Soat tidak turun tangan
secepatnya, mungkin aku telah di binasakan oleh Oh Tin
san."
Hu yong siancu segera manggut-manggut, katanya
kemudian.
"Selama setahun belakangan ini, tenaga dalam yang
dimiliki Oh Tin-san dan Say-nyoo-hui memang telah
peroleh kemajuan yang pesat. ditinjau dari kemampuannya
untuk menghajar iga kiri Gui hujin dengan suatu gerakan
tubuh yang aneh, bisa diketahui bahwa kemajuan yang
dicapainya masih jauh melebihi Oh Tin san"
Teringat kembali kematian dari encinya, sekali lagi air
mata jatuh bercucuran memba-sahi wajahOh Li cu,
Lan See giok yang teringat kebaikan Tok Nio-cu
menghadiahkan kuda, menemani menyerbu sarang musuh
dan lain lainnya turut merasa sedih. katanya.
"Gui hujin adalah seorang yang periang dan pandai
bergaul, lagi pula tindak tanduk nya sangat mengagumkan
orang. budi kebaikannya menghadiahkan kuda kepadaku
http://kangzusi.com/
serta membantuku menyerang bukit lawan. akan selalu
kusimpan didalam hati dan selamanya tak pernah akan
kulupakan lagi"
Melihat Oh Li cu masih juga menangis. Kembali Hu
yong siancu menghibur.
"Nona Be tak usah bersedih hati lagi, jika air matamu
masuk ke mulut luka, hal ini akan mempengaruhi daya
kerja obat luka tersebut.."
Teringat luka diatas wajahnya, Oh Li Cu semakin sedih
hingga matapun diapun menangis lebih memilukan hati
Sebagai orang yang pintar, tentu saja Hu yong siancu
sekalian mengerti apa yang menyebabkan perempuan
tersebut menangis dengan begitu sedihnya:
Siau cian dan Cay soat terdorong oleh simpatik dan
ibanya melihat penderitaan yang menimpa Oh Li cu, diamdiam
bertekad dihati masing-masing untuk berusaha
menjodohkan perempuan itu kepada adik Gioknya.
Oleh sebab itu mereka berdua sering memperhatikan
mimik muka Lan See giok, kebetulan sekali si anak muda
itu sedang menunjukkan sikap kuatir dan menaruh
perhatian terhadap Oh Li cu.
Sementara Hu yong siancu sekalian masih menghibur
Oh Li cu. Thio Toa-keng bertiga telah pulang.
Si naga sakti pembalik sungai segera ke-luar dari
ruangan, tak lama kemudian ia muncul kembali sambil
berkata.
"Ketiga orang anakku telah mengubur jenazah Oh Tin
san sekalian sedangkan jenazah Gui hujin disimpan di
ruang belakang, apakah nona Be hendak..."
http://kangzusi.com/
"Tidak usah." tukas Hu yong siancu cepat, dia kuatir
kepedihan yang kelewat batas akan mempengaruhi luka
yang diderita Oh Li cu, "Saat ini kondisi badan nona Be
masih lemah, dia tak perlu ke belakang lagi..”
Kemudian sambil menatap wajah Oh Li cu, dia
menyambung:
"Bagaimana kalau kita minta kepada Thio lo enghiong
agar segera mengirim orang untuk menyampaikan berita
buruk ini kepada Gui caycu di benteng Pek hoo cay?"
Sebenarnya Oh Li cu hendak pergi menengok wajah
encinya untuk terakhir kali, tapi berhubung Hu yong siancu
sudah berkata demikian, tentu saja ia merasa kurang leluasa
untuk berbicara lain, ditambah pula mulut lukanya memang
tidak dapat membiarkan ia menangis terus, akhirnya sambil
mengangguk sahutnya:
"Segala sesuatunya terserah pada perintah bibi!"
Dengan berhasilnya membunuh Oh Tin san, berarti Lan
See giok, sudah melepaskan sebuah beban berat yaitu
membalaskan dendam bagi kematian ayahnya, sekarang
hanya tinggal satu masalah lagi yang harus di laksanakan
secepatnya yaitu membebaskan gurunya dari pulau Wan
san.
Namun, berhubung Oh Li cu masih terluka, maka
dengan perasaan kuatir ujarnya:
"Sekarang enci Lan sedang terluka, aku lihat jadwal
perjalanan kita menuju ke Pulau Wan san, harus
diundurkan, hingga luka yang diderita enci Lan sembuh
kembali."
"Kenapa?" tanya Oh Li cu dengan perasaan terkejut,
"andaikata gara-gara aku sampai urusan terbengkalai,
bukankah akulah penyebab dosa? Lagi pula mati hidupnya
http://kangzusi.com/
To Seng-cu locianpwe sangat mempengaruhi kehidupan
dalam dunia persilatan, kalian tak boleh sekali kali sampai
menunda jadwal keberangkatan, siapa tahu perbuatan kita
membunuh Oh Tin san suami istri barusan telah diketahui
mata-mata musuh? Bila kabar tersebut sampai bocor,
mungkin usaha kita, untuk memanfaatkan kapal perangWi
lim poo akan menemui banyak kesulitan."
Mendengar perkataan ini, semua orang segera manggutmanggut
tanda setuju.
Lan See-giok yakin tiada orang sedang mengintip mereka
dalam jarak radius sepuluh kaki, karenanya dia segera
menghibur:
"Jangan kuatir, tak mungkin ada orang mencuri lihat
perbuatan kita..."
Hu yong siancu sendiripun kuatir bila jadwal
keberangkatan harus dirubah kembali, sebelum si anak
muda itu menyelesaikan kata katanya, dia segera
menimbrung: "Dari mana kau bisa memastikan bila tiada
orang sedang mencuri lihat dirimu?, Ada kalanya bila
pikiran seseorang lagi tak tenang, biar ada orang sudah
dekat di depan mata pun belum tentu jejaknya akan
ketahuan."
Lan See giok dan Siau cian baru saja berbuat salah, betul
ucapan dari Hu yong siancu tersebut tidak bermaksud apaapa,
namun diterima lain oleh Lan See giok berdua, kontan
saja paras muka kedua orang itu berubah menjadi merah
sampai di telinga.
Tak kuasa lagi Siau cian menundukkan kepalanya
rendah-rendah, sedangkan Lan See giok mengiakan
berulang kali, Cuma orang tak akan tahu mengapa paras
muka kedua orang itu bisa memerah secara tiba-tiba. Hu
http://kangzusi.com/
yong siancu, segera sadar kalau dia telah salah berbicara,
buru-buru katanya lagi:
"Untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak
diinginkan, lebih baik kita kerjakan sesuai dengan rencana
semula, aku lihat luka yang diderita nona Be tidak terlalu
parah, dalam setengah bulan saja akan sembuh dengan
sendirinya, lebih baik kita ajak serta nona Be dalam
perjalanan, dia toh masih bisa merawat lukanya di atas
kapal...”
"Tidak bibi, Lan ji bertekad akan tetap tinggal didalam
benteng.." tukas Oh Li cu sebelum Hu yong siancu
menyelesaikan kata katanya," saat itu benteng pasti kosong
dan tiada orang yang mengurusi, untuk menjaga segala
yang tak diinginkan, anak Lan tidak pantas jika turut serta."
Hu yong siancu merasa ucapan ini ada benarnya juga,
karena masalah tiadanya seorang pemimpin dalam suatu
benteng memang merupakan suatu masalah yang serius,
untuk beberapa saat lamanya dia menjadi bingung dan tak
tahu apa yang mesti dilakukan.
Sementara itu, langit sudah terang tanah.
Agak gelisah si naga sakti pembalik sungai berseru:
"Pergi atau tidak harus diputuskan secepatnya, karena
selesai bersantap nanti kita masih harus mempersiapkan
segala sesuatu nya dalam operasi ini."
Melihat semua orang dibikin susah oleh dirinya, Oh Li
cu semakin kukuh dengan pendiriannya semula, katanya:
"Bibi, dendam kesumat anak Lan sudah terbalas, cici pun
sudah mati, hanya rasa sedih dan duka di hatiku belum
disembuhkan, anak Lan ingin memanfaatkan kesempatan
yang ada untuk merawat luka hati dirumah saja, karena aku
http://kangzusi.com/
memang tidak berniat untuk ikut serta dalam perjalanan
jauh itu."
Melihat kebulatan tekad si nona tersebut, terpaksa Hu
yong siancupun manggut-manggut
"Kalau memang demikian, selesai bersantap nanti kita
segera berangkat ke benteng Wi lim poo, Thio lo enghiong
juga boleh ikut bersama ...."
"Kalau aku turut bersama menuju ke benteng Wi lim
poo, rasanya hal ini rada kurang leluasa" sahut si naga sakti
pembalik sungai agak ragu. .
"Cepat atau lambat lo enghiong toh pasti akan mengikuti
kapal untuk berangkat ke pulau Wan san, mumpung nona
Be masih terluka lebih baik kita berbuat ....."
Dengan suara lirih diapun membeberkan semua rencana
yang telah disusunnya dengan rapi.
Mendengar hal ini, semua prang segera menyatakan
setuju sambil memuji tiada hentinya
Selesai sarapan, si naga sakti pembalik sungai segera
menyerahkan beberapa tugas penting yang harus dikerjakan
kepada Thio Toa keng, sedang dia sendiri bersama Hu yong
siancu sekalian berangkat menuju ke sisi telaga.
Oh Li cu telah membungkus kepalanya dengan kain
berwarna kuning, wajahnya nampak amat sedih, sedang air
mata masih saja jatuh bercucuran, keadaannya sungguh
mengenaskan sekali.
Sejak Tok Nio-cu meninggal semalam dan Oh Li cu
menderita luka, sikap Lan See giok terhadap Oh Li cu pun
telah berubah sama sekali, baik di dalam pembicaraan
maupun dalam tindakan, si anak muda itu selalu
menunjukkan perhatian yang sangat besar.
http://kangzusi.com/
Biarpun Siau cian dan Cay soat melihat kesemuanya itu
dengan jelas, namun mereka pun berlagak seolah-olah sama
sekali tidak melihatnya .....
Ketika beberapa orang itu tiba di tepi telaga, kapal kecil
milikWi lim poo telah lama menunggu.
Kedua orang dayang itu pertama tama naik ke daratan
lebih dulu untuk memberi hormat kepada See giok dan Oh
Li cu, kemudian baru mempersiapkan kapalnya.
Hu yong siancu dapat melihat perahu itu lebarnya lima
depa dengan panjang satu kaki dua depa, di samping kiri
dan kanannya terdapat dayung sedangkan bagian
belakangnya terdapat kemudi, memang bentuknya mirip
dengan sebuah sampan pesiar. Dengan cepat beberapa
orang itu naik ke atas sampan dan berangkat menuju ke
tengah telaga.
Kurang lebih setengah li kemudian sampan telah berada
di tanggul sebelah selatan....
Mungkin disebabkan gelombang yang besar dan sampan
yang bergerak penuh goncangan, luka yang diderita Oh Licu
di atas wajahnya kembali pecah dan mengucurkan darah
segar
Melihat hal itu, Hu yong siancu segera menitahkan
kepada Oh Li cu agar membaringkan diri. di dalam
pelukannya, Oh Li u kembali menitikkan air mata karena
rasa haru.
Kedua orang dayang yang menjumpai hal tersebut,
dengan kaget segera berseru:
"Aaah, mengapa dengan nona kami?"
Siau thi gou yang mendengar pertanyaan itu kontan saja
mendengus dingin sambil menyahut:
http://kangzusi.com/
"Hmmm, untung saja masih ada si naga sakti pembalik
sungai Thio loko, coba kalau tidak, nona kalian sudah lama
tewas."
Paras muka kedua orang dayang itu berubah hebat lalu
bersama lama menjerit kaget, dengan melototkan sepasang
matanya lebar-lebar, mereka awasi wajah si naga sakti
pembalik sungai tanpa berkedip. Semula, semua orang
menguatirkan kebodohan Siau thi gou dan kuatir
cerewetnya membuat rencana mereka berantakan, karena
itu semenjak berada di rumah mereka telah
memperingatkannya berulang kali.
Tapi sesudah mendengar, jawabannya sekarang yang
sesuai dengan rencana, tanpa terasa semua orang pun
tersenyum puas.
Melihat tiada orang menegurnya, Siau thi you merasa
semakin bangga, ia lantas menuding ke arah si naga sakti
pembalik sungai, kemudian kepada kedua orang dayang
yang masih berpandangan dengan terkejut, itu dia berkata
lebih lanjut:
"Gara-gara hendak menolong nona kalian, Thio lo
enghiong telah menderita luka pula, coba kau lihat sorot
matanya sayu tak bersinar. tubuhnya lemas tak bertenaga,
tidak mirip naga sakti, sekarang justru menyerupai si
harimau yang lagi sakit ......”
Biarpun semua orang merasa, perkataan dari Thi gou
tersebut lucu dan menarik, namun tak seorangpun diantara
mereka berani bersuara apalagi tertawa.
Si Cay soat kuatir Thi gou banyak berbicara sehingga
membuat rencana mereka terbengkalai, buru-buru dia
membentak dengan mata melotot besar:
"Thi gou, siapa sih yang suruh kau banyak bicara?"
http://kangzusi.com/
Siau thi gou tidak takut engkoh Giok namun justru
paling takut dengan enci Soat, mendengar bentakan
tersebut, kontan saja dia duduk kembali dengan mulut
membungkam.
Setelah mengetahui kalau nona mereka lagi menderita
luka, kedua orang dayang itu tak berani menjalankan
sampannya terlampau cepat lagi, hingga menjelang tengah
hari, sampan tersebut baru memasuki padang ilalang.
Setelah menembusi padang ilalang yang lebat, semua
orangpun merasakan pandangan matanya menjadi terang.
Dari kejauhan mereka telah menyaksikan berbagai panji
kebesaran berkibar diatas benteng Wi Lim Poo, kapal
perang berderet sangat rapi, agaknya semua perahu tersebut
sudah siap dipergunakan setiap waktu ...
Memandang kesemuanya ini, Hu yong siancu serta si
naga Sakti pembalik sungai mengangguk memuji, mereka
merasa disiplin yang tetap tinggilah membuat kekuatan Wi
lim Poo bukannya tidak melemah, justru kian tahun kian
bertambah tangguh.
Penjagaan diatas benteng dilakukan pula makin ketat,
dari kejauhan sudah tampak tombak-tombak yang
memancarkan sinar tajam ketika tertimpa cahaya.. Pintu
gerbang telah terpentang lebar, empat buah sampan kecil
yang berwarna kuning, hijau, abu-abu dan hitam meluncur
ke luar menyambut kedatangan mereka, komandan Ciang,
Ong, Sin, dan Nyoo dengan pakaian yang rapi berdiri di
ujung sampan tersebut.
Melihat hal tersebut, Lan See giok segera bangkit berdiri
dari sampannya.
Tiba-tiba dari atas loteng benteng berkumandang suara
terompet yang dibunyikan nyaring,
http://kangzusi.com/
Suasana di sekitar telaga seketika berubah menjadi
hening dan tak kedengaran sedikit suarapun, segenap
pengawal yang berderet diatas dinding benteng serentak
mengangkat tombak mereka tinggi-tinggi.
Memandang kesemuanya itu diam-diam Hu yong siancu
dan si naga Sakti pembalik sungai merasakan juga hatinya
bergetar keras.
Dalam pada itu, ke empat sampan kecil yang ditumpangi
ke empat komandan tadi telah berhenti di sisi kiri dan
kanan, dengan sikap yang sangat hormat ke empat
komandan itu berdiri di ujung sampan sambil menunggu ke
datangan sampan yang ditumpangi Lan See giok.
Akan tetapi sewaktu mereka jumpai si naga sakti
pembalik sungai ternyata menumpang perahu bersama
sama Sau pocu dan nona mereka, kontan saja paras muka
ke empat orang itu berubah hebat.
Bagaimanapun juga mereka adalah orang-orang yang
cukup berpengalaman, sekalipun merasa tidak mengerti,
namun tak seorang pun yang berani bertanya, ke empat
orang itu tetap memberi hormat sambil serunya bersama
sama:
"Segenap kapal perang telah selesai mempersiapkan diri,
hamba sekalian sudah lama menantikan kedatangan sau
pocu serta nona.”
Lan See giok segera balas memberi hormat, sahutnya
sambil tersenyum:
"Kemarin malam berhubung nona sudah menderita luka,
maka sampan kami tak berani menempuh perjalanan terlalu
cepat, itulah sebabnya kedatangan kami setengah jam lebih
terlambat.”
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan ini, diam-diam ke empat komandan
kapal perang itu merasa terkejut mereka segera berpaling.
Benar juga, nona mereka nampak duduk bercucuran air
mata, kepalanya dibungkus, kain kuning yang telah
dibasahi darah, matanya terpejam rapat dan bersandar di
sisi seorang perempuan cantik,
Menyaksikan kesemuanya itu, ke empat komandan kapal
perang, itu lama sama termangu saking kagetnya.
Menyusul kemudian See giok berkata lebih jauh:
"Cepat, kalian berempat datang kemari untuk bertemu
dengan Hu yong siancu Han lihiap serta si naga sakti
pembalik sungai Thio lo enghiong."
Mengetahui kalau perempuan cantik pang berwajah
anggun itu adalah Hu yong siancu, yang nama besarnya
pernah menggetarkan kolong langit dimasa lampau,
kembali ke empat komandan kapal perang itu tertegun,
andaikata sau pocu mereka tidak memperkenalkan secara
langsung, niscaya mereka tak akan percaya.
Sesudah berhasil mengendalikan diri, ke empat orang itu
serentak memberi hormat seraya berseru:
"Menjumpai Han lihiap dan Thio lo enghiong."
Buru buru Hu yong siancu dan si naga Sakti pembalik
sungai bangkit berdiri sembari balas memberi hormat.
Dengan gaya seorang tuan rumah, kembali Lan See giok
berkata dengan lantang:
"Semalam, andaikata tiada Thio loenghiong yang datang
membantu, hari ini kalian berempat tak mungkin akan bisa
bersua lagi dengan nona, namun akibat menyelamatkan
jiwa nona, Thio lo enghiong sendiripun telah menderita
luka dalam."
http://kangzusi.com/
Ke empat komandan itu segera berseru tertahan karena
kaget, kemudian dengan pandangan berterima kasih mereka
melirik sekejap ke arah si naga Sakti pembalik sungai,
terhadap kunjungannya ke Wi lim poo pun mereka duga
orang itu pastilah merupakan tamu agung yang diundang
oleh sau pocu mereka.
Sampai di situ, Lan See giok segera mengulapkan
tangannya kepada kedua orang dayang yang berada di
buritan sampan, kapal pun dijalankan kembali memasuki
pintu gerbang benteng diikuti ke empat sampan yang
ditumpangi ke empat komandan kapal perang itu di
belakangnya ... ..
Setelah memasuki pintu gerbang, kapal langsung
dijalankan menuju ke ruang tamu telaga emas.
Segenap dayang dan centeng telah siap di dalam ruangan
itu, malah meja perjamuan dengan pelbagai hidangan yang
lezat pun telah dipersiapkan,
Hu yong siancu pun dipersilahkan menempati kursi
utama disusul oleh si naga sakti pembalik sungai. Siau cian
dan Cay soat duduk di sisi meja sebelah kiri sedang Lan See
giok, Oh Li cu, dan ke empat komandan duduk di sebelah
kanan.
Namun oleh karena si naga sakti pembalik sungai serta
Oh Li cu tidak diperkenankan makan daging dan minum
arak, hidangan lain segera dipersiapkan.
Begitulah, selesai minum arak berapa cawan, Lan See
giok baru berkata kepada ke empat komandan kapal itu:
"Apakah kalian berempat sudah tahu tentang berita
kematian yang menimpa Lo pocu serta hujin?"
http://kangzusi.com/
Ke empat komandan tersebut mengira persoalan yang
ditanyakan adalah berita yang dibawa pulang ke dua orang
dayang kemarin siang, maka serentak mereka menjawab:
"Menjawab pertanyaan sau pocu, segenap anggota
benteng telah mengetahui berita duka ini."
Menyaksikan sikap ke empat komandan itu tetap tenang
saja tanpa sedikitpun perasaan sedih yang menyelimuti
wajah mereka, diam-diam Hu yong siancu sekalian
mengerutkan dahinya.
Tanpa terasa si naga sakti pembalik sungai memandang
sekejap ke arah Hu yong siancu, agaknya mereka berdua
mempunyai pendapat yang sama, yaitu dihari hari biasa Oh
Tin san tak pernah melakukan kebaikan terhadap anak
buahnya, sehingga orang itu tidak meninggalkan kesan apaapa
bagi semua anggota benteng.
"Tahukah pula kalian berempat akan sebab-sebab
kematian yang menimpa Kian cianpwe, pocu yang
lampau?" kembali Lan See giok, bertanya lebih jauh.
Kali ini, ke empat komandan tersebut sama-sama
menunjukkan wajah sedih, serentak mereka
menganggukkan kepalanya walaupun mata mereka sempat
melirik sekejap kearah Oh Li cu dengan perasaan was-was
dan penuh kecurigaan.
Dengan kening berkerut dan suara dalam Lan See- giok
berkata lebih jauh:
"Setelah kepergian kita ke luar lautan untuk
menyelesaikan suatu masalah yang menyangkut
keselamatan segenap umat persilatan di dunia ini, sebabsebab
kematian dari Kian pocu pun akan menjadi jelas,
dihadapan segenap saudara-saudara anggota benteng, akan
http://kangzusi.com/
ku umumkan pula sebab-sebab kematian yang menimpa
Thio Wi kang serta Be congkoan....”
Ke empat komandan itu segera mengiakan berulang kali,
dihati kecil mereka yakin sau pocu telah berhasil
menyelidiki rahasia yang menyelimuti peristiwa
pembunuhan di masa lampau.
Komandan Nyoo dari pasukan macan kumbang hitam
segera bertanya dengan hormat:
"Sau pocu, tolong tanya musuh yang di jumpai semalam
berasal dari golongan mana?"
"Mereka adalah para murid tiga manusia aneh dari luar
lautan!". jawab Lau See giok tanpa ragu.
Paras muka ke empat komandan kapal perang itu segera
berubah hebat, serentak mereka menjerit tertahan karena
kaget.
Dengan suara hambar Hu yong siancu segera
menambahkan:
"Itulah sebabnya si naga sakti pembalik sungai Thio lo
enghiong baru menderita luka dalam!"
Sekali lagi ke empat komandan kapal perang itu berseru
tertahan, sorot mata mereka yang penuh diliputi perasaan
kaget dan keheranan bersama sama dialihkan ke wajah si
naga sakti pembalik sungai,
Naga sakti pembalik sungai segera mendehem pelan,
kemudian katanya dengan memaksakan diri:
"Murid-murid dari tiga manusia aneh di luar lautan
tersebut hampir semuanya berilmu tinggi dan bertenaga
dalam sempurna, dengan kemampuan tenaga dalamku
sebesar puluhan tahun hasil latihanpun akhirnya kena di
hajar juga sampai muntah darah ......
http://kangzusi.com/
"Waktu itu nona kami ...." sela komandan, Ong dari
pasukan harimau terbang.
"Ketika itu aku sudah terluka," jawab Oh Li cu segera.
"Sedang sau pocu....” kata komandan Sin pula dari
pasukan singa perkasa.
Siau thi gou yang selama ini membungkam tiba-tiba
menimbrung dengan suara dalam:
"Sau pocu kalian telah pergi mengejar ke dua orang tosu
tua dan seorang lelaki kekar yang sedang melarikan diri
........”
Diam-diam ke empat komandan tersebut merasa
terkejut, namun merekapun agaknya kurang percaya, maka
kembali tanyanya.
"Tosu tua dan lelaki kekar itu murid siapa.....”
"Si tosu tua tentu saja murid si tosu tua, sedang si lelaki
kekar murid si makhluk tua....”
Belum selesai perkataan itu diutarakan, Cay soat dan
Siau cian sudah tak mampu menahan rasa gelinya sehingga
mereka tertawa cekikikan.
Si Cay soat menjelaskan kemudian sambil tertawa:
"Yang dimaksudkan si tosu tua oleh adik Gou tadi
adalah Si to Cinjin, sedangkan yang dimaksudkan si
makhluk tua adalah Lam hay lo koay..."
Komandan Ciang dari pasukan naga perkasa amat
tertarik dengan kepolosan Siau thi gou, namun berhubung
sau pocu mereka lupa memperkenalkan, maka sambil
tersenyum dia bertanya:
"Saudara cilik adalah ...."
http://kangzusi.com/
Siau thi gou segera memasang gaya, sahut nya dengan
cepat, "Aku she Ciu bernama Thi gou, orang menyebutku si
kepala orang hitam.....”
Belum lagi perkataan tersebut selesai di ucapkan, semua
orang yang hadir di ruang tamu sudah tertawa tergelak,
malahan para centeng dan dayang yang selama ini berdiri
serius disampingpun tak bisa menahan rasa gelinya hingga
turut tertawa tergelak.
Setelah suara tertawa makin mereda, komandan Ciang
dari pasukan naga perkasa baru bertanya lebih jauh: "Sau
pocu, apakah kau telah berhasil menyusul ke tiga orang
tersebut?"
Lan See giok, tertawa hambar.
"Tentu saja aku tak akan membiarkan mereka kabur,
kalau tidak bukankah hal tersebut justru akan
mendatangkan bibit bencana di kemudian hari?"
Komandan Nyoo dari pasukan macan kumbang segera
berkerut kening, ia tampaknya masih tidak percaya.
"Jadi ke tiga orang itu telah sau pocu bunuh?" tanyanya
setengah tidak percaya.
Berkilat sepasang mata Lan See giok, tegur nya dingin:
"Apakah komandan Nyoo tidak percaya?"
Komandan Nyoo amat terkejut, buru-buru dia memberi
hormat seraya menjawab:
"Hamba tidak berani!"
"Lapor sau pocu." komandan Ciang dari pasukan naga
sakti segera memberi penjelasan. "ilmu silat yang dimiliki ke
tiga manusia aneh dari luar samudra amat lihat, sudah
banyak tahun mereka merajai luar lautan, bahkan para
partai besar di daratan Tionggoan rata-rata mengalah tiga
http://kangzusi.com/
bagian kepada mereka. Malah aku dengar ketua Siau lim
pay yang amat lihay pun masih belum mampu menandingi
kehebatan ke tiga manusia aneh tersebut, bisa dibayangkan
murid mereka tentunya bukan manusia sembarangan, justru
karena pendapat inilah komandan Nyoo baru mengajukan
pertanyaan tersebut."
Komandan Nyoo segera mengiakan berulang kali
dengan suara hormat. Sesungguhnya Lan See giok hanya
bertujuan menanamkan kewibawaan diantara mereka, jadi
bukan sungguh-sungguh merasa tak puas, setelah
mendengar penjelasan komandan Ciang itu, paras mukanya
pun berubah menjadi lebih lembut, katanya kemudian
sambil tertawa hambar:
"Biarpun kepandaian silat yang dimiliki ke tiga manusia
aneh dari luar samudra sangat hebat, namun murid
muridnya toh bukan manusia-manusia pilihan yang
berbakat bagus..."
"Ucapan sau pocu memang benar!" ke empat komandan
itu segera mengiakan bersama.
Tiba-tiba Oh Li cu merasakan hatinya tergerak, ia segera
menimbrung dari samping:
"Sekarang lo pocu telah tewas, sedangkan Lan siauhiap
pun sudah menjadi majikan baru dari bentengWi lim poo,
mengapa kalian berempat masih menyebutnya sebagai sau
pocu?"
Kejut dan girang segera menyelimuti wajah ke empat
komandan tersebut, serentak mereka bangkit berdiri, lalu
sambil mengangkat cawan serunya dengan gembira:
"Pocu di atas, harap terimalah ucapan selamat dan
hormat dari hamba sekalian!"
http://kangzusi.com/
Sesungguhnya Lan See giok sama sekali tidak
mengambil perhatian terhadap panggilan "pocu" ataupun
"sau pocu" terhadapnya, akan tetapi berhubung bentengWi
lim poo mempunyai anggota yang banyak dengan kekuatan
yang besar, Lagi pula dia pun mempunyai rencana untuk
mempergunakan kekuatan yang ada, maka setelah tertawa
hambar dia turut mengangkat cawan serta meneguk habis
isinya,.
Komandan Nyoo dari pasukan macan kumbang adalah
seorang manusia yang jujur dan polos, sambil menitahkan
dayang untuk memenuhi cawan araknya, ia berseru kembali
dengan gembira:
"Sekarang sau pocu telah menjadi pocu, nonapun
semestinya sudah menjadi nyonya, hamba sekalian sudah
sepantasnya bila menghormati pula hujin dengan secawan
arak."
Begitu perkataan tersebut diutarakan, paras Muka Si Cay
soat dan Ciu Siau cian segera berubah hebat, sebaliknya si
naga sakti pembalik sungai dan Siau thi gou dibuat
tertegun.
Berbeda sekali dengan Hu yong siancu yang mengetahui
duduk persoalan yang sebenarnya, ia sama sekali tidak
terpengaruh oleh kejadian ini, di samping itu diapun
menganggap persoalan ini cepat atau lambat tentu akan
terjadi pula, bagaimanakah akibatnya nanti siapakah yang
dapat menduga sebelumnya?
Tampaknya sikap dari Lan See giok benar-benar telah
berubah, bukan saja ia tidak menegur akan perkataan
komandan Nyoo yang lancang itu, malah dengan senyum
dikulum dan pandangan yang lembut dia menengok ke
wajah Oh Li cu.
http://kangzusi.com/
Berbeda dengan yang lain, Oh Li cu justru malahan
menangis tersedu sedu.
Tentu saja ke empat komandan itu jadi tertegun,
sedangkan orang lain melongo dibikinnya.
Dengan cepat Hu yong siancu merasakan hal-hal yang
tak beres dalam persoalan ini, dia menduga gadis itu tentu
beranggapan bahwa kenyataan tak mungkin bakal terwujud.
Karenanya dengan suara gembira ia segera menjelaskan.
"Perkawinan ini telah diumumkan Oh pocu dihadapan
umum, dengan disinggung nya kembali urusan perkawinan
tersebut oleh komandan Nyoo, tentu saja nona Oh jadi
teringat kembali dengan Oh pocu dan hujin yang telah
tewas."
Dengan penjelasan tersebut, ke empat Komandan itu
mengira memang begitu, karenanya mereka, memandang
sekejap ke arah Oh Li cu dengan pandangan minta maaf,
sementara cawan arak yang sudah diangkatpun tanpa terasa
diturunkan kembali.
Suasana perjamuan yang semula dicekam rasa tegang
lalu berubah menjadi gembira kini berubah pula menjadi
murung dan sedih.
Oh Li cu segera menyadari bahwa perjamuan itu
berubah menjadi murung dan sedih gara-gara dirinya, dihati
kecilnya gadis itu segera mengambil keputusan untuk
membangkitkan kembali suasana gembira seperti tadi, maka
kepada komandan Ciang dari pasukan naga perkasa ia
bertanya: "Didalam gudang kita sekarang masih terdapat
beberapa banyak uang perak"
Komandan Ciang tidak mengetahui apa maksud dari
pertanyaan tersebut, namun berhubung ditanya maka
diapun menjawab:
http://kangzusi.com/
"Hamba sendiripun kurang jelas, tentang jumlah yang
persis, namun menurut laporan kemarin, persedian uang
kita masih ada empat belas laksa tujuh ribuan tahil lebih...”
Diam-diam Hu yong siancu sekalian merasa terkejut oleh
jumlah harta yang begitu besar, mereka semua tidak
menyangka kalau Wi lim poo memiliki kekayaan yang
begitu besar.
Memandang ke arah Lan See giok, dengan nada mohon
persetujuannya Oh Li cu berkata lagi:
"Adik Giok, setelah kau memegang kekuasaan sebagai
pocu, perlukah kau memberi sedikit tanda kenangan kepada
segenap anggota benteng kita?"
"Tentu saja" jawab Lan See giok tanpa ragu-ragu, "segala
sesuatunya terserah pada kemauan cici, sedang segenap
harta kekayaan di dalam bentengpun selanjutnya cici yang
pegang. "
Oh Li cu tertawa hambar, tampaknya ia tidak tertarik
akan hal tersebut, kepada ke empat komandan kapal
perang, katanya kemudian:
"Untuk merayakan kejayaan benteng kita yang berhasil
mengangkat seorang pocu baru, harap kalian
menghadiahkan dua tahil perak kepada setiap anggota
benteng biasa, empat tahil untuk kepala regu, sepuluh tahil
untuk kapten kapal dan dua puluh tahil untuk komandan,
agar setiap anggota benteng bisa turut bergembira atas
peristiwa besar ini ....
Ke empat, komandan kapal perang itu kontan saja
merasakan semangatnya bangkit kembali, sedang para
centeng dan dayang yang berada di sekitar sana pun turut
bergembira ria.
http://kangzusi.com/
Cepat-cepat komandan Ciang dari pasukan naga perkasa
meninggalkan ruangan dan menyampaikan pesan kepada
seorang kepala regu yang bertugas di luar ruang tamu,
dengan gembira kepala regu tersebut mengiakan lalu
berlarian meninggalkan tempat semula.
Hanya di dalam waktu singkat, berita gembira itu sudah
diketahui oleh setiap anggota benteng, tidak heran kalau
suasana gembira ria meliputi wajah setiap orang.
Hu yong siancu sekalian segera merasa bahwa tindakan
ini pasti akan membangkitkan kembali semangat para
anggota benteng, yang hendak berlayar jauh, tanpa terasa
mereka memandang ke arah Oh Li cu dengan perasaan
kagum dan memuji.
Ke empat komandan kapal perang itu paling gembira,
kembali mereka menghormati Lan See giok dengan tiga
cawan arak.
Biarpun Lan See giok telah berhasil membalas dendam
bagi kematian ayahnya, namun teringat :akan gurunya yang
terkurung di luar lautan, sikapnya tak jauh berbeda dengan
Oh Li cu, dalam kemurungan dan kemasgulan itu, pemuda
tersebut mulai dipengaruhi oleh air kata-kata.
Tapi suasana di dalam perjamuanpun berkembang
semakin gembira dan riang.
Tapi berhubung si naga sakti pembalik sungai dan Oh Li
cu tak dapat minum arak, tidak sampai satu jam kemudian
perjamuan telah berakhir...
Ketika semua orang keluar dari ruang tamu telaga emas,
serombongan dayang pribadi Oh Li cu telah menanti di tepi
tanggul dengan perahu naga emas.
Mereka pun menumpang perahu naga emas berangkat
menuju ke gedung kediaman Oh Li cu.
http://kangzusi.com/
Si naga sakti pembalik sungai dan Siau thi gou menginap
di gedung tamu agung, sebaliknya Hu yong siancu dan Lan
See giok berlima menuju ke gedung bagian belakang.
Sepanjang jalan menuju ke gedung kediaman Oh Li-cu,
Hu yong siancu hanya duduk dikursi kebesaran sambil
melamun, tampak nya ada persoalan yang sedang
dipikirkan olehnya, sedang Siau cian serta Cay soat
celingukan kesana kemari dengan riang gembira.
Lan See giok yang dipengaruhi arak duduk setengah
mabuk, tapi dia masih saja memperhatikan Oh Li-cu
dengan penuh perhatian
Tiba di depan gedung kediaman Oh Li-cu, Hu yong
siancu bersama Lan See giok dan Oh Li-cu turun dari
perahu, sedangkan Si Cay soat dan Siau cian minta kepada
para dayang untuk mendayung perahu, tersebut
mengelilingi seluruh benteng.
Hu yong siancu diiringi para dayang kembali ke kamar
utama untuk beristirahat, Oh Li cu kembali ke kamar
sendiri sedang Lan See giok kembali ke kamarnya di
samping kamar tidur tersebut,
Setibanya di dalam kamar, Lan See giok segera
mengulapkan tangannya mengundurkan semua dayang,
lalu setelah menghabiskan secawan air teh kental dia
menuju ke kamar tidur Oh Li-cu.
Memasuki pintu penghubung kamar mereka, ditemukan
Oh Li cu sedang bersandar seorang diri diatas pembaringan
sambil mengucurkan air mata. Tatkala Oh Li-cu melihat
Lan See giok muncul di kamarnya, dengan perasaan
terkejut ia segera melompat bangun.
http://kangzusi.com/
Lan See giok mengawasi gadis itu dengan lembut,
kemudian setelah memeriksa sekejap luka di wajah nona
tersebut, dia berbisik lembut:
"Enci Lan.."
Dengan perasaan agak kaget Oh Li-cu mengiakan, lalu
dengan wajah tersipu sipu bercampur tegang ia
menundukkan kepala nya rendah-rendah.
Semakin ketakutan Oh Li cu oleh sikap lembut Lan See
giok, pemuda itu merasa makin iba menyaksikan keadaan
gadis tersebut. dari sakunya dia segera mengeluarkan botol
porselen kecil bekas Leng sik giok ji itu dan membuka
penutupnya bau harum semerbak segera menyebar ke
seluruh ruangan.
Katanya setelah itu dengan lembut..
"Aku percaya didalam botol ini masih tersisa setetes
cairan Leng sik giok ji.."
"Heei.. benarkah itu adik giok?" tanya Oh Li cu tergagap
sambil mengangkat kepalanya dan memandang kearah Lan
See giok dengan terkejut.
Lan See giok menuangkan sedikit air panas ke dalam
botol tadi, kemudian setelah dikocok sebentar, ujarnya.
"Masih adakah cairan giok ji dalam botol tersebut, siaute
kurang tahu, namun aku rasa asalkan masih terendus bau
harum dari botol itu maka hal ini pasti akan sangat
bermanfaat bagi keadaan luka yang kau derita itu."
Sambil berkata, ia serahkan botol porselen kecil yang
telah dikocok isinya itu ke tangan Oh Li- cu,
Perhatian yang begitu besar dari sang pemuda, segera
membuat Oh Li-cu mengucurkan air mata karena terharu,
tanpa terasa ia berbisik lirih.
http://kangzusi.com/
"Adik Giok..."
Belum selesai dia berkata, suaranya sudah sesenggukan,
ia segera menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan
dan tak mampu melanjutkan kembali kata katanya.
Dengan wajah penuh perhatian Lin See giok tersenyum,
katanya lembut.
"Enci Lan, minumlah, meskipun didalam botol itu sudah
tidak berisikan Leng sik-giok-ji lagi, paling tidak dalam
botol itu masih tetap tersisa setengah tetes."
Sekali lagi dia menyodorkan botol porselen kecil itu ke
tangan Oh Li cu, dengan pandangan penuh berterima kasih
Oh Li cu memandang sekejap kearah Lan See giok
kemudian baru menyambut botol itu. hatinya terasa manis
bercampur hangat, sedang sekilas sinar terang pun kembali
memancar keluar dari wajahnya.
Ketika ia merasa botol kecil itu sangat berat dan bau
harumnya amat tebal, tanpa terasa tanyanya kembali sambil
tersenyum.
"Adik Giok, apakah semua isi botol , ini harus diteguk
habis...?"
Memandang senyuman yang menghiasi wajah gadis
tersebut, tiba-tiba saja Lan See giok merasa paras muka
nona itu terasa bertambah cantik, bahkan jauh lebih
menarik daripada apa yang terlihat sebelumnya.
Terutama sekali dari sikap Oh Li cu berbicara dan
bertindak yang lebih banyak memancarkan kelembutan
sekarang, kesemuanya ini menambah daya tarik serta
kegenitan nona tersebut.
Menyaksikan sang pemuda itu cuma tersenyum tanpa
menjawab bahkan mengawasi terus wajahnya dengan
http://kangzusi.com/
termangu mangu kontan saja merah padam selembar wajah
Oh Li cu dijawilnya pemuda itu pelan kemudian menegur
pura-pura marah.
"Heei bagaimana sih kamu ini-"
Lan See giok segera tersadar kembali dari lamunannya,
lupa apa yang ditanyakan oleh Oh Li cu tadi, buru-buru
sahutnya:
"Bagus sekali, bagus sekali."
Tak heran kalau Oh Li cu segera tertawa cekikikan oleh
ulah pemuda tersebut, tegurnya sambit tersenyum.
"Apanya sih yang bagus sekali? Aku kan bertanya
kepadamu apakah isi botol ini mesti kuminumsemua?"
Seraya berkata dia mengangkat botol kecil itu ke
hadapan sang pemuda dan digoyang kau berulang kali, bau
harum semerbak kembali tersiar ke seluruh ruangan.
Merah padam selembar wajah Lan See giok sambil
tertawa kembali dia mengangguk.
"Tentu saja, tentu saja." sahutnya cepat.
ooo0dw0ooo
BAB 33
Oh Li cu melirik sekejap kearah Lan See giok dengan
penuh rasa cinta, kemudian sambil tersenyum dia meneguk
isi botol itu sampai habis.
Begitu cairan botol tersebut mengalir masuk ke dalam
mulutnya. Oh Li cu segera merasakan tubuhnya menggigil
keras, tak kuasa lagi ia menjerit tertahan.
"Ooooh, dingin sekali-"
http://kangzusi.com/
Lan See giok sudah mempunyai pengalaman atas diri
Siau cian, maka hatinya menjadi terkejut oleh seruan gadis
tersebut, disambutnya botol kosong tadi lalu diendusnya
beberapa kali, ternyata bau harum semerbak masih
memancar dari balik botol tadi. "Aduh celaka!" pekiknya
dihati.
la sadar pasti ada hal yang luar biasa dengan botol kecil
itu, kepada Oh Li-cu buru-buru serunya.
"Enci Lan, cepat duduk mengatur pernapasan, kerahkan
tenaga dalammu dan giringlah sari mestika dari giok ji
tersebut memasuki urat-urat nadimu!"
Dari sikap tegang pemuda itu, Oh Li cu turut menjadi
gugup dibuatnya. buru-buru ia duduk bersila sambil
memejamkan matanya, kemudian mulai mengatur
pernapasan.
Sedangkan Lan See giok tetap berdiri di depan Oh Li-cu
dengan perasaan tegang, diawasinya wajah gadis itu lekatlekat,
sementara semua perhatiannya dipusatkan menjadi
satu untuk memperhatikan perubahan mimik wajahnya.
Dalam waktu singkat, Oh Li cu merasakan munculnya
segulung aliran hawa panas dari pusar yang menyebar ke
seluruh badannya, begitu cepat aliran itu menyusup ke
seluruh bagian badan membuat si nona menjadi gugup dan
semakin tak mampu menenangkan hatinya.
Lambat laun kobaran api yang membara telah menyebar
rata ke seluruh badan, setiap persendian tulangnya terasa
sakit bagaikan ditusuk-tusuk dengan jarum.
Akhirnya gadis itu tak mampu menahan diri lagi. segera
jeritnya tertahan:
”Oooh. ..adik Giok . , adik Giok . . . ."
http://kangzusi.com/
Lan See-giok menemukan bibir Oh Li- cu telah
membuka, mukanya merah membara dan napasnya
memburu. terutama sekali ke dua lembar bibirnya. nampak
merah merekah dan amat memabukkan hati.
Dengan perasaan terkejut ia segera berseru.
"Enci Lan. kau-"
Oh Li-cu membuka matanya dan memandang sekejap
pemuda itu dengan sorot mata yang aneh, kemudian pelanpelan
di pejamkan kembali.
Sesudah ragu sesaat, dengan air mata berkernyit dan
suara yang begitu lirih sehingga sukar terdengar jelas. dia
berbisik:
"Adik Giok... hatiku.....hatiku terasa begitu
panas..........”
Lan See giok menjumpai keadaan yang dialami Oh Li-cu
sekarang tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami enci
Cian nya tempo hari, ini berarti sari mestika Giok- ji belum
sampai terhisap ke dalam pusarnya.
Dengan hati gelisah kembali pemuda itu berseru.
"Sekarang, tenangkan dulu hatimu, kemudian alirkan
hawa panas masuk ke dalam pusar-"
Belum selesai dia berkata, Oh Li cu sudah merasa tak
mampu untuk mengendalikan diri lagi. dia segera meminta:
"Adik Giok...ooh. adik Giok ...aku- aku.."
Lan See giok mengetahui secara pasti apa gerangan yang
diinginkan gadis itu, namun pikirannya saat ini masih
sadar. pemuda itu tahu dalam tengah hari bolong begitu,
dia tak boleh melakukan perbuatan konyol lagi.
http://kangzusi.com/
Tapi Oh Li-cu sudah mulai tak mampu menahan diri,
malah setengah merengek dia sudah mulai menarik-narik
tangannya.
Mendadak satu ingatan melintas lewat, dipeluknya tubuh
Oh Li cu kemudian, dibopongnya si nona menuju ke atas
pembaringan.
Pikiran dan perasaan Oh Li cu waktu itu sudah terbuai
dalam alam pikiran yang muluk-muluk. Kesadarannya
makin pudar, ia betul-betul sudah mabuk kepayang.
Pikiran dan perasaan Oh Li cu waktu itu sudah terbuai
dalam alam pikiran yang muluk-muluk. Kesadarannya
makin pudar, ia betul-betul sudah mabuk kepayang.
Lan See-giok membaringkan Oh Li-cu ke atas
pembaringan kemudian melepaskan sepatunya, setelah itu
dengan cekatan sekali dia menotok jalan darah nona tadi...
Oh Li-cu mendesis lirih, lalu memejamkan matanya dan
tertidur nyenyak seketika.
Sehabis menotok jalan darah tidur di tubuh Oh Li-cu,
Lan See-giok menyelimuti tubuhnya dengan selembar
selimut, kemudian baru kembali ke kamar sendiri.
Tiba didalam kamarnya, ia duduk sambil membolakbalik
botol porselen itu sambil mengamatinya berulang kali.
dan merasa sangat keheranan, mungkinkah Leng sik-giok ji
yang berada didalam botol kecil ini dapat tumbuh sendiri?
Tapi pikiran tersebut segera dibantah kembali, tak
mungkin kejadian seperti ini bisa berlangsung.
Tapi. bukankah Siau-cian dan Oh Li-cu merupakan
suatu bukti yang paling baik?
Cepat-cepat dia menuju ke depan jendela dan memeriksa
botol itu di bawah sinar matahari.
http://kangzusi.com/
Apa yang kemudian terlihat kontan saja membuat
pemuda itu terdiri termangu.
Rupanya pada dasar botol sebelah dalam mempunyai
permukaan yang tinggi rendah tidak merata, pada bagianbagian
yang cekung ke dalam inilah tampak cairan putih
yang garing masih menempel banyak di sana
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok setelah
menyaksikan kejadian itu kontan saja dia bersorak gembira
kemudian membuka pintu kamar dan cepat-cepat berlarian
menuju ke kamar utama dimana Hu yong siancu sedang
beristirahat.
Pada saat itulah, Siau cian dan Cay soat yang baru
pulang dari berpesiar keliling benteng sedang melangkah
masuk, ke dalam pintu halaman.
Melihat keadaan anak muda tersebut dengan wajah riang
Si Cay soat menegur:
"Engkoh Giok, persoalan apa sih yang membuatmu
merasa begitu gembira?"
Tanpa menghentikan gerakan tubuhnya Lan See giok
berlarian terus ke depan seraya menggapai kearah mereka
berdua, serunya dengan gembira:
"Kalian berdua cepat ikuti diriku!"
Dalam waktu singkat tubuhnya sudah melayang masuk
ke dalam kamar utama.
Di situ Lan See-giok menyaksikan bibinya sedang duduk
seorang diri sambil membaca sejilid kitab. maka serunya
dengan cepat.
"Bibi, cepat kau lihat!"
Sambil berkata dia menggoyangkan botol porselen kecil
itu sambil menghampirinya.
http://kangzusi.com/
Menjumpai kegembiraan yang mencekam pemuda itu.
Hu-yong siancu bertanya sambil tersenyum ramah.
"Anak Giok, ada apa sih?"
Sambil meletakkan bukunya, perempuan itu segera
bangun dari pembaringan.
Sementara itu Si Cay-soat dan Ciu Siau cian telah
menyusul pula ke dalam kamar, Lan See-giok
memperlihatkan isi botol porselen itu kehadapan Hu-yong
siancu, lalu serunya.
"Bibi, sungguh tak disangka dalam botol ini masih tersisa
begitu banyak cairan kering Leng sik giok-ji "
Dengan wajah terkejut bercampur gembira Hu-yong
siancu menerima botol porselen itu serta memeriksa isinya.
kemudian denngan wajah berseri sahutnya.
"Aaah betul.... Oooh, anak Giok, sungguh bagus sekali,
cepat perintahkan dayang untuk mengambil sepoci embun
sari mawar yang terbaik dan bawa kemari!"
Seorang diantara dua dayang yang berdiri di luar kamar
buru-buru melaksanakan perintah.
Siau cian dan Cay soat juga mengetahui apa yang terjadi,
tentu saja mereka jadi gembira sekali.
Selesai memandang botol tadi, tiba-tiba Si Cay soat
seperti teringat akan sesuatu, dengan kening berkerut dan
tidak mengerti tanyanya:
"Engkoh Giok, bukankah semula botol ini masih
berisikan cairan giok-ji?"
Tanpa sangsi Lan See giok segera tersenyum.
"Yaa, tapi berhubung aku hendak berangkat ke pulau
Wan-san dan kuatir kepandaian silatku tak mampu
http://kangzusi.com/
menandingi ke tiga manusia aneh tersebut, seluruh isi botol
telah kuhabiskan semua."
"Tidak aneh kalau tenaga dalammu bisa peroleh
kemajuan yang begitu pesat!" seru Si Cay soat kemudian
sambil tersenyum.
"Sementara pembicaraan berlangsung, dayang tadi sudah
muncul dengan membawa sepoci sari mawar yang baik.
Hu-yong siancu segera menerima sari mawar tersebut
dan dituangkan ke dalam botol porselen itu, kemudian
setelah di tutup botol tadi dikocoknya isi botol berulang
kali, lalu katanya dengan gembira.
"Mari kita bawa botol ini ke ruang tamu agung untuk
menjumpai Thio lo enghiong!"
Lan See giok bertiga segera sadar. serentak mereka
mengiakan
Ketika tiba didalam gedung, Thio lo enghiong serta Siau
thi gou telah menanti di tepi pintu.
Bertemu dengan See-giok, Siau-thi-gou segera berlarian
mendekat, sambil menarik tangan See-giok serunya
berulang kali,
"Engkoh Giok, kalian tak punya rejeki, baru saja Thio
loko serta ke empat komandan membicarakan pelbagai
kejadian yang aneh-aneh di seantero jagad."
Mendengar ucapan itu, semua orang segera tertawa
tergelak dengan gembira.
Setelah masuk ke dalam ruangan, Hu-yong siancu yang
menyaksikan paras muka si naga sakti pembalik sungai
agak pucat segera bertanya dengan rasa kuatir!
"Lo-enghiong, luka dalammu belum sembuh, tidak baik
kalau terlalu banyak berbicara."
http://kangzusi.com/
Si naga sakti pembalik sungai tertawa tergelak."
"Haaaahhh.....haaaahhh....haaaahhh....... terima kasih
banyak atas perhatian lihiap, aku merasa cocok sekali untuk
berbincang-bincang dengan ke empat orang lote ini
sehingga tidak kurasakan sama sekali keletihan di tubuhku."
"Thio lo-enghiong benar-benar seorang angkatan tua
yang luas sekali pengalaman serta pengetahuannya" puji ke
empat komandan itu serentak.
Sekali lagi naga sakti pembalik sungai tertawa terbahakbahak.
"Haaahhh.. haaahhh.. haaaahh.... mana... mana, ke
empat komandan jauh lebih berpengalaman dari pada aku."
Kemudian setelah berhenti sejenak, ditatapnya wajah Hu
yong siancu dengan penuh tanda tanya, lalu ia menegur.
"Apakah lihiap hendak mengajak komandan kapal
perang untuk merundingkan masalah keberangkatan kita?"
"Tidak ..!" Jawab Hu yong siancu sambil tertawa rawan.
"Aku datang mengantar pil mestika untuk lo enghiong.”
"Ooooh itu rupa nya" kata si naga sakti pembalik sungai
sambil tersenyum, dia mengira Hu yong siancu hendak
memberi pil berwarna merah yang pernah diberikan
kepadanya semalam.
Dalam pada itu. Cay Soat telah menitahkan seorang
kacung kecil di luar pintu untuk mengambil sebatang
sumpit perak.
Sambil menerima sumpit tersebut Hu yong siancu
mengeluarkan botol porselen tersebut seraya berkata.
"Isi botol Ini adalah Leng sik giok ji, asal lo enghiong
minum dua tetes saja serta bersemedi satu kali putaran,
niscaya lukamu akan sembuh.”
http://kangzusi.com/
Sungguh tak terlukiskan rasa kaget dan gembira perasaan
Naga sakti pembalik sungai oleh perkataan ini, tanpa terasa
dia mengelus ,jenggotnya berulang kali sambil mengiakan
berulang kali.
Sebaliknya ke empat komandan kapal perang itu
memandang termangu, delapan buah sorot mata mereka
bersama sama dialihkan ke wajah Hu yong siancu dengan
pandangan terkejut bercampur keheranan.
"Bibi. aku juga minta. Aku juga minta...." teriak Siau thi
gou tiba-tiba
Hu yong siancu tertawa.
"Bibi tentu akan memberi bagian untukmu, bahkan ke
empat komandanpun masing-masing orang akan
memperoleh dua tetes."
Siau thi gou kembali bersorak gembira, sebaliknya ke
empat komandan itu berdiri melongo. hampir saja mereka
tak percaya melihat hal ini merupakan kenyataan,
Sementara itu Ha yong siancu telah memberikan dua
tetes untuk si naga sakti pembalik sungai. kemudian kepada
Siau Thi gou serunya. .
"Thi gou. sekarang giliranmu, cepat pentangkan
mulutmu lebar-lebar."
Mendengar itu Siau thi gou segera membuka mulutnya
lebar-lebar.
Keadaannya yang kocak membuat semua orang tak
dapat menahan rasa gelinya lagi. mereka semua tertawa
terbahak bahak.
Mulut Siau thi gou memang amat besar.. apalagi bila
dipentangkan lebar-lebar. keadaannya tak lebih seperti
sebuah ember kecil, bibirnya yang merah, lidahnya yang
http://kangzusi.com/
merah dan giginya yang putih pada hakekatnya mampu
menelan botol porselen tersebut ke dalam perutnya -
Dengan penuh kasih sayang Hu yong siancu meneteskan
dua tetes Leng sik giok ji untuk Siau thi gou, kemudian
ujarnya dengan gembira.
"Ayo cepat duduk di samping Thio lo enghiong dan
mengatur pernapasan!"
Siau-thi-gou sama sekali tak bersuara, sambil merapatkan
bibirnya erat-erat dia beranjak pergi, seolah-olah kuatir
kalau sari mestika Giok-ji tersebut keburu mengegos keluar.
Hu-yong siancu berpaling kemudian kepada Lan See
giok. lalu katanya.
"Anak Giok, sekarang berikan leng-si -giok ji ini untuk ke
empat komandan!"
Lan See-giok mengiakan dengan hormat, dia segera
menerima botol porselen dan sumpit perak itu...
Dalam pada itu ke empat komandan telah berbaris
berjajar dengan sikap yang hormat.
Lan See-giok segera mengambil cairan mestika itu dan
membagikan dua tetes kepada setiap komandan tersebut.
Pada mulanya ke empat komandan itu merasa sangat
terkejut bercampur ragu. mereka tak berani
mempercayainya seratus persen, sampai mereka jumpai
keseriusan wajah si naga sakti pembalik sungai dan
kesungguhan Siau-thi gou, ke empat orang itu baru berani
mempercayainya.
Sekarang, setelah cairan mestika, Leng Sik giok ji
mengalir masuk ke mulut mereka bau harum semerbak
segera menyebar kemana mana, lalu muncul segulung hawa
http://kangzusi.com/
panas dan aliran keras dilambungnya yang pelan-pelan
menyebar ke seluruh anggota badan.
Menyaksikan mimik muka ke empat orang itu, dengan
suara dalam Lan See giok segera berseru.
"Harap kalian berempat memusatkan semua perhatian
untuk bersemedi, Jangan mencabangkan pikiran. giringlah
hawa murni yang memancar ke empat penjuru itu agar
terhimpun didalam pusar,”
Sembari berkata dia menutup kembali botol porselen itu
dan disimpan ke dalam saku.
Ke empat komandan tersebut segera duduk bersila diatas
tanah dan mulai mengatur napas dalam pada itu Hu yong
siancu setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
ia temukan diatas dinding tergantung sebuah peta yang
terbuat dari kertas kulit selebar delapan depa,
Setelah berpaling sekejap ke arah See giok, dia maju
menghampiri peta itu, Lan See giok, Siau cian serta Cay
soat segera mengikuti dibelakangnya.
Dengan mulut membungkam mereka bertiga mengawasi
peta tersebut dengan sesama sedangkan Hu yong siancu
tiada hentinya memberi penjelasan tentang betapa
berbahayanya letak pulau Wan-san.
Terutama sekali tentang sementara pulau-pulau kecil
yang diatasnya bukan cuma gersang tanpa tumbuhan
apapun, bagi para pelaut yang tidak menguasai sifat arus
laut di sekitar situ, bisa-bisa akan tersesat oleh arus kuat
hingga tenggelam.
Dalam keadaan begini, biarpun mereka pandai ilmu
berenang, jika tidak menguasai sifat karang dan keadaan
samudra di sekitar nya pun jangan harap bisa bertahan lama
di tengah samudra.
http://kangzusi.com/
Sementara perundingan masih berlangsung si naga sakti
pembalik sungai telah menyelesaikan semedinya, disusul
pula oleh Siau thi gou . . . .
Ketika beberapa orang itu berpaling, mereka jumpai
paras muka si naga sakti pembalik sungai memancarkan
sinar kemerah merahan dengan keadaan yang sangat segar.
semua keletihan yang semula mencekam dirinya kini sudah
tersapu lenyap
Sebaliknya. Siau thi gou selain mempunyai sepasang
mata besar yang lebih bersinar dari wajahnya yang semu
hitampun kini semakin bertambah hitam bercahaya.
Sambil tersenyum si naga sakti pembalik sungai
menghampiri mereka, kemudian tanyanya lirih.
"Kapan kita akan berangkat?"
"Kentongan pertama malam nanti!" sahut Lan See giok
segera.
"Bagus sekali" puji naga sakti pembalik sungai seraya
manggut-manggut, "memang semakin cepat kita bertindak,
suasana akan semakin bertambah ramai."
Lalu sambil menunjuk peta yang bergantung diatas
dinding, dia menambahkan.
"Peta ini kusuruh komandan Ciang bawa kemari agar
didalam perundinganpun kita mempunyai suatu gambaran
tertentu."
Ketika dia baru selesai berbicara ke empat komandan
tersebut secara beruntun telah selesai pula bersemedi,
"Apakah kalian berempat telah selesai mengatur napas?"
tegur Lan see giok sambil tersenyum.
"Lapor pocu, hamba sekalian telah selesai bersemedi."
jawab ke empat komandan itu hormat.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok tertawa, tanyanya lagi.
"Apakah kalian berempat merasa tenaga dalam yang
dimiliki telah memperoleh kemajuan yang pesat?"
Ke empat komandan itu nampak agak ragu. akhirnya
komandan Ciang dari pasukan naga perkasa menjawab.
"saat ini hamba sekalian belum dapat menduganya
secara pasti ...."
Mendengar perkataan itu. Lan See-giok segera tertawa
tergelak.
"Haaaahhh..... haaahhh.... haaaahh, coba kalian
berempat menghimpun tenaga yang kalian miliki!"
Ke empat komandan tersebut menurut dan mencoba
untuk menghimpun tenaga yang dimilikinya, seketika itu
juga mereka rasakan munculnya hawa murni yang sangat
kuat dari pusar yang meluncur ke seluruh tubuh, ini
menandakan bahwa tenaga dalam yang dimiliki benarbenar
telah meningkat satu kali lipat.
Tak terlukiskan rasa terkejut dan gembira yang
menyelimuti hati ke empat orang ini, serentak mereka
berseru dengan wajah berseri
"Terima kasih banyak atas pemberian giok ji dari pocu,
budi kebaikan ini tak akan hamba lupakan."
Seraya berkata kembali mereka berempat memberi
hormat dalam-dalam.
"Haaahhh ... haaahhh.... haaahhh urusan sekecil ini tak
perlu kalian ingat-ingat" Lan See giok tertawa tergelak.
kemudian dia membalikkan badan sambil menuding peta di
atas dinding, lalu terusnya.
"Mari kita rencanakan bersama jadwal perjalanan kita ke
luar lautan . . ."
http://kangzusi.com/
Ke empat komandan itu mengiakan dengan wajah
berseri mereka maju ke depan mendekati peta.
Berhubung Lan See giok adalah seorang pocu, maka Hu
yong siancu merasa kurang leluasa untuk mengemukakan
pendapatnya lebih dulu. sebaliknya hubungan antara si
naga sakti pembalik sungai dengan Wi-lim poo pun belum
begitu akrab, dia lebih-lebih merasa kurang leluasa untuk
turut berbicara.
Ketika Lam See giok menyaksikan bibi Wan dan Thio
loko nya tidak bermaksud untuk berbicara lebih dulu, maka
dia pun bertanya kemudian:
"Kapal-kapal kita ini paling jauh sudah pernah berlayar
sampai dimana?"
"Ke timur sampai di Kota Kim leng. sedang ke barat
sampai ke telaga Tong ting!" jawab komandan Sin dari
pasukan singa jantan segera.
"Berapa hari yang dibutuhkan untuk mencapai ke kota
Kim leng?" tanya pemuda itu lagi.
"Apabila angin dan arus baik, lima hari pun sudah
sampai!" jawab komandan Nyoo dari pasukan macam
kumbang hitam.
Lan See giok lalu terkejut, serunya tak tertahan.
"Waah. masa begitu cepat?"
"Apabila kita ke timur berarti mengikuti arus, apalagi di
musim panas begini berhembus angin barat, bila siang
malam berlayar terus, dalam lima hari kita sudah akan tiba
di kota Kim leng.
"Oooh .." Seru sang pemuda kaget bercampur keheranan,
sementara sorot matanya tanpa terasa melirik sekejap ke
arah Hu yong siancu dan si naga sakti pembalik sungai.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba komandan Ong dari pasukan harimau terbang
bertanya.
"Tolong tanya pocu.. sebenarnya perjalanan kita menuju
keluar lautan kali ini hendak pergi kemana? "
"Pulau Wan san!" sahut Lan See giok sambil menunjuk
ke sekelompok pulau kecil di luar teluk Hang ciu yang
berada diatas peta.
Mendengar nama tujuan ini paras muka ke empat
komandan itu berobah hebat, mereka sama-sama menjerit
kaget, langkahnya menjadi limbung dan untuk sesaat berdiri
melongo seperti patung,
Lama kemudian komandan Sin dari pasukan singa
jantan baru berkata agak gugup..
"Lapor pocu, bukankah Wan san popo satu diantara tiga
manusia aneh dari luar lautan berdiam di pulau Wan san?"
"Benar." Lan See giok mengangguk sambil tertawa
dingin, "bukan hanyaWan san popo"
Seorang yang berada di pulau Wan san, Lam hay lokoay
serta Si to cinjin pun kini berada di pulau tersebut.
Sekali lagi ke empat komandan itu berseru tertahan
sambil berdiri melongo. lama setelah mereka masih tetap
membungkam dan tak tahu apa yang mesti diucapkan.
Entah berapa saat kemudian, sambil membelalakkan
matanya dengan kaget komandan Nyoo dari pasukan
macam kumbang hitam baru berkata lagi.
"Pocu, aku dengar tiga manusia aneh dari luar samudra
mempunyai ilmu silat yang sangat lihay. berhati kejam dan
buas serta tak pernah memandang sebelah matapun
terhadap jago-jago lihay dari daratan Tionggoan...
http://kangzusi.com/
"Justru karena mereka kejam dan buas serta tak pernah
memandang sebelah mata pun terhadap jago-jago lihay
berasal daratan Tionggoan. maka kita baru akan datang ke
pulau Wan san. agar dia tahu bahwa daratan Tionggoan,
masih mempunyai jago yang berani menentang mereka
......"
"Pocu” ucap komandan Ong lagi, ”urusan ini
menyangkut soal mati hidupnya benteng kita serta
keselamatan segenap umat persilatan, didalam hal ini harap
pocu suka berpikir tiga kali lebih dulu sebelum bertindak."
Dengan nada memuji Lan See giok menyahut seraya
manggut-manggut. "Aku telah memikirkan persoalan ini
dengan secermat-cermatnya... "
Namun dengan wajah tegang kembali komandan Nyoo
menggelengkan kepalanya seraya berseru.
"Kepandaian silat yang dimiliki tiga manusia aneh dari
luar samudra sudah mencapai titik kesempurnaan, dengan
memberanikan diri hamba ingin berkata, bahwa
kemampuan yang pocu miliki saat ini mungkin masih
belum mampu untuk menandingi ketiga manusia aneh
tersebut .... jadi.... Jadi ......."
Sebelum komandan Nyoo menyelesaikan perkataannya,
Lan See giok sudah menatap ke empat komandan itu lekatlekat.
kemudian menegur dengan suara dingin.
"Rupanya kalian berempat tidak percaya kalau aku
sanggup mengungguli ketiga manusia aneh dari luar
samudra tersebut?"
Sembari berkata, hawa sakti Hud kong sinkang yang
dimilikinya segera dihimpun ke dalam lengan tangan, meski
kedua buah lengan tersebut masih tetap terkulai ke bawah
namun dua gulung tenaga tekanan yang maha dahsyat
http://kangzusi.com/
muncul dari balik tubuhnya dan seperti amukan gelombang
dahsyat ditengah samudra, langsung menyambar ke depan.
Waktu itu ke empat komandan tersebut sedang
mengangguk siap mengiakan, tiba-tiba mereka rasakan
datangnya segulung. tenaga.. berkekuatan yang maha
dahsyat diam-diam menggulung tiba.
Hal tersebut kontan saja mengejutkan hati ke empat
orang itu, tanpa terasa teriaknya bersama:
"Pocu, hamba sekalian tidak berani ....!" .
Di tengah teriakan itu, ke empat orang tadi tak mampu
membendung kekuatan dahsyat yang telah menggulung tiba
itu? tak ampun lagi tubuh mereka terseret sampai ke luar
dari pintu.
Hu yong siancu takut serangan ini melukai ke empat
komandan tersebut, dengan suara dalam ia segera menegur:
"Anak Giok...."
Mendengar seruan mana, Lan See giok menarik kembali
kekuatannya, dengan begitu ke empat komandan tadi pun
segera bergelimpangan di tengah halaman luar.
Siau cian serta Cay soat yang menyaksikan kejadian ini
hanya tertawa cekikikan sambil menutupi mulutnya dengan
tangan, sedangkan Siau thi gou jadi termangu, dia tak tahu
apa sebabnya tenaga dalam yang dimiliki engkoh Giok nya
bisa begitu hebat dan sempurna semenjak ia turun gunung.
Sementara itu Lan See giok telah berseru kepada, ke
empat komandan kapal perang yang sedang berdiri tak
tenang di luar halaman itu.
"Harap kalian berempat masuk!"
http://kangzusi.com/
Ke empat komandan itu mengiakan dan masuk ke dalam
ruangan, setelah menjura dalam-dalam serentak mereka
berseru dengan ketakutan.
"Harap pocu jangan gusar, maafkanlah kelancangan dari
hamba sekalian."
Lan See giok tertawa terbahak bahak, ujarnya lembut.
"Haaahh..... haaahhh..... haaahhh... kalian berempat tak
usah menegur diri sendiri, sesungguhnya tujuanku
mempertunjukkan sedikit kemampuanku tadi, tak lain
adalah ingin membuat kalian berempat tahu bahwa aku
sama sekali tak memandang sebelah matapun terhadap
ketiga manusia aneh dari luar samudra tersebut."
Setelah memperoleh pelajaran kali ini, sikap ke empat
komandan, itu semakin bertambah hormat, sedang rasa
kagum dihati kecilpun makin menebal, segera mereka
mengiakan berulang kali.
Sambil tersenyum ramah Hu yong siancu
memperhatikan sekejap wajah ke empat orang komandan
itu, kemudian pelan-pelan ujarnya.:
"Didalam rencananya membawa ratusan kapal perang
menuju keluar samudra kali ini pocu kalian telah
mempersiapkan sebuah perencanaan yang amat cermat,
pokoknya dia bakal memandang keselamatan jiwa segenap
anggota benteng serta hasil karya Wi lim poo selama
puluhan tahun sebagai bahan permainan kanak-kanak
belaka, oleh sebab itu kalian berempat tak usah kuatir dan
tak usah bersedih hati, daripada tindakan tersebut akan
merosotkan semangat dalam usaha kita menyelamatkan
segenap umat persilatan."-
"Ucapan Han lihiap memang benar" sahut ke empat
komandan itu serentak, "hamba sekalian tentu akan
http://kangzusi.com/
berusaha dengan segala kemampuan untuk melaksanakan
tugas dengan sebaik baiknya, sehingga tidak sampai
menyia-nyiakan budi kebaikan pocu kepada kami."
Si naga sakti pembalik sungai segera tertawa terbahak
bahak,, katanya pula dengan gembira:
"Kini matahari sudah condong ke barat, silahkan kalian
berempat mengambil tempat duduk, kita harus mulai
berunding tentang susunan rencana jadwal perjalanan kita."
Ke empat komandan itu masing-masing mengambil
tempat duduk, kemudian komandan Ciang dari pasukan
naga perkasa memberikan laporannya.
"Segenap kapal perang telah dipersiapkan untuk
melakukan pertempuran, jadwal pelayaran juga telah selesai
disusun, asal pocu menurunkan perintah, segenap pasukan
dapat berangkat berlayar saat ini juga."
Mendengar laporan tersebut, Hu yong siancu dan si naga
sakti pembalik sungai segera manggut-manggut memuji.
Sebaliknya Lan See giok segera bertanya keheranan:
"Persiapan dan susunan rencana apakah yang telah
kalian persiapkan?"
"Sebagai pasukan ujung tombak adalah pasukan macan
kumbang hitam, pasukan naga sakti sebagai pengawal
dibelakang sedangkan pasukan harimau terbang dan
pasukan singa jantan berada di kedua belah sayap sambil
membawa bahan perbekalan."
"Bagus sekali," kembali Lan See giok memuji, "selesai
bersantap nanti harap kalian berempat membuat persiapan,
begitu malam tiba kita segera berangkat berlayar."
http://kangzusi.com/
Sementara itu hidangan telah dipersiapkan, cuma
berhubung pocu sekalian masih merundingkan urusan
penting, para kacung kecil tak berani masuk ke dalam.
Waktu itu si naga sakti pembalik sungai telah sembuh
dari luka dalamnya, begitu sayur dan arak dihidangkan, ia
segera menyikat secawan arak besar yang diteguknya
sampai habis.
Sepanjang perjalanan berlangsung, banyak dibicarakan
juga pelbagai persoalan yang perlu diperhatikan, setelah itu
ke empat komandan tadi baru minta diri secara tergesagesa.
Berhubung waktu masih terlalu pagi, Hu yong siancu
dan Lan See giok sekalian dengan menumpang perahu naga
emas kembali, ke gedung kediamanOh Li cu.
Hu yong siancu segera meminta kepada Lan See giok
sekalian agar pergi beristirahat, sedang ia sendiri kembali ke
kamarnya.
Lan See giok, Siau cian serta Cay soat sama-sama
menguatirkan keadaan Oh Li cu, karenanya mereka
bersama sama menuju ke kamar tidur gadis tersebut.
kebetulan sekali Oh Li cu sedang membuka matanya dan
tersadar dari tidurnya.
Ketika menemukan dia tertidur di atas pembaringan
dengan tubuh berselimut, dengan perasaan kaget cepatcepat
dia bangun dan duduk, kemudian sambil menggosok
gosok matanya dia berusaha keras untuk mengingat
kembali keadaannya sebelum tertidur tadi. Apa yang
kemudian terbayang kembali kontan saja membuat hatinya
terkejut dan paras mukanya berubah menjadi merah padam
seketika .......
http://kangzusi.com/
Dia mencoba untuk memeriksa tubuh bagian bawahnya,
namun semua pakaiannya masih lengkap, ikat pinggangnya
masih kencang dan tampaknya sama sekali tak pernah
disentuh orang.
Menyusul kemudian dia merasakan tubuhnya menjadi
enteng, seakan akan badannya tiada bagian yang tak segar
lagi.
Namun ia tak percaya setelah adik Giok membopongnya
naik ke atas pembaringan tadi, pemuda itu tidak berbuat
begituan terhadapnya ....
Tapi diapun belum pernah melakukan perbuatan seperti
itu, sehingga ia tak berpengalaman sama sekali, tidak
diketahui olehnya bagaimana dia bisa tahu kalau tubuhnya
pernah melayani napsu pemuda tersebut atau belum.
Mendadak...,..
Berkilat sepasang matanya, ia segera teringat kembali
dengan ketiga titik tahi lalat berbentuk bunga bwee .yang
berada di atas bahunya.
Dia tahu, apabila selaput dara seorang gadis sudah
dirusak orang, maka warna tahi lalat yang semula berwarna
merah itu, seketika akan berubah menjadi kuning, lalu tiga
hari kemudian akan hilang lenyap tak berbekas, Berpikir
demikian, cepat-cepat dia melompat turun dari
pembaringan, membuka pakaian bagian atasnya dan
menuju ke depan cermin besar untuk memeriksanya
Baru saja dia membuka bahunya yang putih halus dan
melihat ke tiga titik tahi lalat yang merah membara itu,
bersamaan waktunya pula Lan See giok, Siau cian dan Cay
soat melangkah masuk kedalam ruangan.
Oh Li-cu menjerit kaget, kemudian buru-buru
merapatkan kembali pakaiannya, walaupun begitu paras
http://kangzusi.com/
mukanya sudah keburu berubah menjadi merah padam
seperti kepiting rebus.
Lan See giok tidak mengetahui apa sebabnya gadis
tersebut berbuat begitu, dengan perasaan terkejut bercampur
keheranan ia segera bertanya:
"Kenapa? Enci Lan, apakah bahumu juga terluka?"
Oh Li cu menggelengkan kepalanya berulangkali, dengan
wajah tersipu sipu sahutnya.
"Ooh tidak, tidak .....tidak apa-apa ! "
Lan See giok semakin kebingungan dan tidak habis
mengerti lagi setelah menjumpai paras muka Oh Li cu
berubah menjadi merah padam dan sikapnya begitu tegang
serta gugup. ditatapnya gadis itu kemudian dengan
pandangan keheranan.
Sebaliknya Si Cay soat yang melihat Oh Li cu buru-buru
menutup bahunya kembali segera teringat pula dengan
ketiga tahi lalat merah yang pernah disinggung Tok Nio-cu
kepada Oh Li cu ketika mereka saling bertemu dulu, maka
kepada Siau cian katanya.
"Enci Cian, diatas bahu enci Lan terdapat tiga kuntum
bunga merah, itulah lambang persamaan dari dia dengan
Gui hujin!"
Siau cian tidak menyangka kalau tahi lalat itu adalah tahi
lalat penanda perawan karenanya dia, hanya tersenyum
sambil mengiakan belaka.
Si Cay soat si gadis yang ingin tahu segala galanya segera
berpaling lagi ke arah Oh Li cu dan berseru dengan
gembira:
"Enci Lan, bolehkah kami memeriksa ke tiga kuntum
bunga merah di atas bahumu itu-?"
http://kangzusi.com/
Seraya berkata dia lantas menarik tangan Siau cian dan
menghampirinya, sedang Lan See giok masih tetap berdiri
tegak ditempat semula.
Sebenarnya Oh Li cu enggan berbuat begitu, tapi satu
ingatan segera melintas di dalam benaknya, dia salah
mengira Cay soat dan Siau cian berniat untuk membuktikan
apakah dia seorang gadis berandal atau bukan.
Karena berpendapat demikian, sambil tertawa paksa dan
wajah bersemu merah segera ujarnya:
"Tahi lalat itu dibuat ibuku semasa aku masih kecil
dulu..." Sambil berkata dia lantas membuka pakaiannya dan
memperlihatkan ketiga kuntum bunga merah diatas bahu
yang putih bersih itu, sementara matanya melirik sekejap
kearah Lan See giok.
Berhubung Lan See giok tidak tahu maksudnya, maka ia
tidak terpengaruh sama sekali oleh tindakan mana, cuma
dirasakan ketiga kuntum bunga merah itu sangat menawan
hati.
Berbeda sekali dengan Siau cian, paras muka nya segera
berubah hebat, serunya tak tahan:
"Waaaaah, ini kan tahi lalat penanda kesucian anak dara
...."
Sambil berseru dengan wajah gugup, cepat-cepat ia
menutup kembali bahu Oh Li cu.
Sebaliknya Lan See giok yang melihat Siau cian berubah
muka, lalu mendengar pula tentang "tahi lalat penanda
kesucian seorang dara," dia tahu hal ini tentu menyangkut
soal urusan pribadi seorang dara, karenanya cepat-cepat dia
membalikkan badan dan kembali ke kamar sendiri.
http://kangzusi.com/
Cay soat yang semenjak bayi sudah kehilangan kasih
sayang seorang ibu, seperti juga dengan Lan See giok, ia
sama sekali tidak memahami persoalan seperti ini, maka
dengan kening berkerut dan nada tidak mengerti tanyanya:
"Apa sih yang dimaksudkan tahi lalat penanda kesucian
seorang dara itu? Kenapa siaumoay belum pernah
mendengar tentang soal seperti ini?"
Paras muka Siau cian segera berubah memerah, dengan
cekatan sekali dia melirik sekejap ke belakang, melihat Lan
See giok sudah pergi, ia lantas tertawa misterius sambil
berbisik:
"Adik Soat, masa tubuhmu tiada tanda tersebut?"
Si Cay soat segera menggelengkan kepalanya berulang
kali sambil tertawa, sahutnya dengan wajah bersungguh
sungguh:
”Siau moay tidak mempunyai tanda seperti itu."
"Ketika adik masih kecil, apakah bibi Si tidak
membuatkan tanda tersebut untukmu?" tanya Oh Li cu
sambil mengancing kembali pakaiannya:
Si Cay soat menghela napas sedih:
"Aaai, tiga hari setelah siau moay dilahirkan, ibuku
meninggal dunia."
Berbicara sampai di situ dia seperti teringat akan sesuatu,
maka ditatapnya Siau cian dengan pandangan keheranan,
lalu tanyanya kepada Siau cian:
"Enci Cian, apakah bibi juga membuatkan bagimu?" Siau
cian manggut-manggut sambil tertawa jengah.
"Enci Cian, bolehkah siaumoay dan enci Lan melihat
milikmu itu...?". tanya Si Cay soat semakin ingin tahu.
http://kangzusi.com/
Siau cian tidak menyangka kalau Si Cay soat hendak
melihat tahi lalat penanda kesucian seorang daranya,
teringat hubungan senggama yang telah dilakukannya
dengan adik Giok waktu itu, mukanya segera berubah
menjadi merah padam, sebab tanda itu sudah lama hilang
bersamaan dengan hilangnya keperawanannya.
Untung gadis itu adalah seorang yang cerdik, buru-buru
sahutnya kemudian sambil tertawa:
"Masa tanda semacam ini harus ditunjukkan kepada
orang lain?"
"Kenapa?" Cay soat tidak mengerti.
Dengan wajah memerah Siau cian segera berbisik:
"Tanda tersebut hanya boleh diperlihatkan kepada sang
pengantin lelaki disaat si gadis menjalani malam
pertamanya.."
"Oooh..." baru sekarang Si Cay soat mengerti, tanpa
terasa paras mukanya berubah juga menjadi merah padam.
Biarpun demikian, dia masih juga tidak mengerti, apa
sebabnya Oh Li cu berani memperlihatkan tahi lalatnya itu
di hadapan orang banyak?
Oh Li cu yang pintar segera dapat menebak suara hati Si
Cay soat, maka dengan wajah memerah pula dia berkata:
"Aku benar-benar amat bodoh, seandainya adik Cian
tidak mengucapkannya ke luar, aku benar-benar tidak tahu
kalau dibalik kesemuanya ini masih terdapat alasan lain,
aku malah mengira tanda ini merupakan tanda rahasia bila
kami kakak beradik saling bertemu kembali! ...." Kemudian
dia mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, kembali
ujarnya:
"Adik berdua, mari kita minum teh!"
http://kangzusi.com/
Sembari berkata dia lantas menuangkan dua cawan air
teh untuk Siau cian dan Cay soat.
Sementara itu Si Cay soat duduk sambil termenung dia
seperti lagi memikirkan suatu persoalan.
Mendadak berkilat sepasang matanya, cepat dia
menengok kearah Siau cian, Oh Li cu yang melihat hal ini
segera bertanya dengan gelisah:
"Cici berdua, bila kita menjalani malam pertama, apakah
tanda tersebut harus diperlihatkan lebih dulu kepada suami
kita ?"
Oh Li-cu mengetahui apa yang menjadi alasan Si Cay
soat merasa gelisah, maka dengan niat menakut-nakutinya,
ia segera berkata dengan wajah serius:
"Tentu saja, bila kau tidak memperlihatkan kepadanya,
dia sendiri pasti akan memeriksanya ."
Atas ucapan tersebut, pucat pias selembar wajah Si Cay
soat, dengan gugup dia berseru lagi:
"Waah, bagaimana baiknya ini? Aku justru tidak
memiliki tanda semacam itu..."
"Apa yang mesti kau takuti ?" sahut Siau cian sambil
tertawa, ”tunggu saja sekembali kita dari pulau Wan san
nanti, suruhlah ibuku membuatkan sekuntum bunga Botan
yang besar di punggungmu itu!"
"Apakah aku masih bisa?" tanya Cay soat kejut dari
gembira.
"Tentu saja" Siau cian mengangguk, "asal kau masih
tetap bertubuh suci."
Mendengar sampai disini, paras muka Cay soat pelanpelan
berubah menjadi tenang kembali.
http://kangzusi.com/
Dengan wajah memerah kembali Oh Li-cu
menambahkan:
"Padahal apakah sekarang gadis mempunyai tanda
tersebut atau tidak, dia sama saja akan memperoleh
kepercayaan dari suaminya!"
Si Cay soat tidak memperhatikan perkataan tersebut,
karena dia sedang berpikir bagaimana sekembalinya dari
pulau Wan san nanti dia akan minta kepada Hu yong
siancu untuk membuatkan sebuah tatoo bunga Botan di
tubuhnya.
Lain halnya dengan Siau cian, dia tidak mengerti kenapa
Oh Li cu bisa tahu kalau tanpa tanda khusus semacam
itupun seorang gadis masih tetap akan memperoleh
kepercayaan dari suaminya:
Berdasarkan ketiga kuntum bunga bwee dibahu Oh Li
cu, semestinya ia masih tetap seorang dara. berdasarkan
sikap Cay soat yang tenang dan tenang, diapun masih tetap
suci bersih, sedangkan is sendiri ......
Berpikir sampai di situ, paras mukanya kembali
memerah, hatinya berdebar semakin keras.
Dalam pada itu, Lan See giok yang bersandar di atas
pembaringan di kamar sebelah yang cuma terpisah oleh
selembar kain, dapat menangkap semua pembicaraan Siau
cian bertiga dengan jelas sekali.
Baru sekarang dia mengerti apa sebabnya Oh Li cu
memperlihatkan ketika kuntum bunga bwee diatas bahunya
itu di depan mata nya tadi, bukan saja dia hendak
memperlihatkan bahwa dia masih tetap seorang gadis yang
suci bersih, selain itu diapun hendak memperlihatkan
kepada Si Cay soat dan Siau cian berdua bahwa ia bukan
gadis yang binal ......
http://kangzusi.com/
Tentu saja Lan See giok juga mengerti tanda khusus
dibahu atau mungkin di atas lengan enci Cian nya telah
luntur bahkan hilang sama sekali .....
Sementara dia masih termenung, cahaya terang
memancar masuk dari depan jendela, ternyata magrib telah
menjelang tiba.
Kemudian terdengar suara tambur dibunyikan orang
disusul suara terompet yang memanjang.
Lan See giok terperanjat, dia tahu semua kapal perang
sudah mulai berkumpul.
Tirai disingkap orang, kemudian tampak Siau cian, Cay
soat danOh Li cu berjalan masuk ke dalam.
"Semua kapal perang telah berkumpul" ucap See giok
cepat sambil bangkit berdiri,
"Adik Giok, apakah kau hendak meninggalkan pesan
kepada segenap anggota benteng" tanya Oh Li-cu.
Pemuda itu segera menggeleng.
"Tidak usah, siaute rasa pada saat seperti ini tidak baik
jika kita memberi penjelasan yang kelewat banyak kepada
mereka."
"Kalau memang begitu, kita mesti mengirim orang untuk
memberitahukan kepada komandan Ciang bahwa semua
kapal tak perlu berkumpul, kita langsung berlayar saja."
Belum selesai Oh Li cu berkata, dari luar ruangan telah
muncul seorang dayang yang segera berkata kepada Lan
See giok dengan sikap hormat. .
"Han lihiap mengundang pocu dan nona bertiga agar
menghadap ......”
http://kangzusi.com/
Lan See giok mengangguk, dia segera menitahkan
dayang itu untuk memberi kabar kepada komandan Ciang
agar kapal tak usah berkumpul lagi.
Ketika mereka berempat tiba di ruang utama, Hu yong
siancu sedang minum teh seorang diri.
Begitu melihat Lan See giok masuk ke dalam, Hu yong
siancu segera mempersilahkan mereka untuk duduk,
kemudian tanyanya:
"Apakah pasukan kapal perang akan segera berlayar?"
Lan See giok dan Oh Li cu segera mengiakan bersama
dengan sikap hormat.
Hu yong siancu tahu kalau Oh Li cu telah minum Leng
sik giok ji, maka sambil mengawasi bagian wajahnya yang
terluka, dia bertanya penuh perhatian:
"Apakah luka-luka yang diderita nona Lan sudah tidak
terasa sakit lagi?"
"Terima kasih atas perhatian bibi, luka tersebut sudah
tidak terasa sakit lagi," jawab Oh Li cu dengan hormat.
Hu yong siancu menjadi sangat gembira. serunya
kemudian:
"Kalau sudah tidak terasa sakit, maka dalam dua tiga
hari mendatang pasti akan sembuh dengan sendirinya, nona
Lan, ayo ikut kita semua untuk berangkat bersama sama."
Lan See giok, Siau cian dan Cay Boat segera mendukung
usul tersebut.-
Tapi dengan kukuhOh Li cu menyahut.
"Anak Lan telah menitahkan dayang untuk
memberitahukan kepada komandan Ciang agar dari setiap
kapal ditugaskan lima orang untuk tetap menjaga benteng,
http://kangzusi.com/
sedang sisa nya turut semua, itu berarti dalam benteng
masih tersisa lima ratusan orang anggota, biar anak Lan
yang bertanggung jawab atas diri mereka sambil berjaga
jaga terhadap segala kemungkinan yang tak diinginkan,
anak Lan sudah mengambil keputusan, tak akan pergi."
Hu yong siancu, Lan See giok, Siau cian dan Cay soat
merasa di dalam benteng, memang membutuhkan seorang
yang berkemampuan besar untuk bertanggung jawab,
karenanya mereka pun tidak mendesak Oh Li-cu lebih jauh.
Maka mereka berlima pun sekali lagi berunding untuk
membicarakan beberapa masalah yang perlu diperhatikan
dan diatasi setelah rombongan kapal perang itu berangkat,
kemudian mereka baru menumpang perahu naga emas
berangkat ke ruang telaga emas.
Sewaktu tiba di ruang telaga emas, si naga sakti pembalik
sungai, Siau thi gou serta ke empat komandan yang telah
menggembol senjata telah siap menanti di pelataran depan.
Komandan Nyoo, dari pasukan macan kumbang hitam
mengenakan pakaian ringkas serba hitam dengan di
pinggangnya tersisip sepasang senjata palu besi besar
berbentuk segi delapan.
Komandan Sin dari pasukan singa jantan mengenakan
pakaian ringkas berwarna abu-abu dengan sepasang poan
koan pit berkepala merah tersisip di punggungnya, wajah
yang kekuning kuningan nampak keren sekali dalam
seragam demikian.
Komandan Ong dari pasukan harimau terbang
mengenakan pakaian ringkas berwarna kuning dengan
sebilah golok besar tersoren di pinggang, sedang di bawah
iganya tergantung sebuah kantung kulit berisi senjata
rahasia.
http://kangzusi.com/
Dan terakhir komandan Ciang dari pasukan naga
perkasa mengenakan pakaian hijau dengan sebuah senjata
sekop emas tersoren di punggung, biarpun rambut orang ini
sudah memutih, namun paras mukanya justru merah
bercahaya.
Ke empat komandan tersebut hampir semuanya
berwajah cerah dan bersinar mata tajam hal ini
menandakan kalau tenaga dalam mereka telah peroleh
kemajuan yang pesat semenjak minum cairan mestika Leng
sik giok ji.
Menanti perahu naga emas telah berhenti Hu yong
siancu mempersilahkan si naga sakti pembalik sungai Siauthi
gou serta ke empat komandan untuk bersama sama naik
ke perahu naga emas, kemudian berangkatlah menuju
keluar, pintu gerbang benteng.
"Apakah pasukan kapal sudah mulai berlayar?" tanya
Lan See giok kemudian.
"Pasukan ujung tombak sudah keluar dari padang
ilalang, sedangkan pasukan sayap kiri dan kanan sedang
berangkat meninggalkan markas," sahut komandan Ciang
dengan hormat.
"Mengapa komandan Nyoo tidak turut serta bersama
pasukannya?"
Komandan Nyo dari pasukan macan kumbang hitam
segera menjawab dengan hormat: "Hamba tetap berada
disini menantikan petunjuk terakhir dari pocu!"
Lan See giok manggut-manggut "Sepanjang perjalanan
kita nanti, andaikata bersua dengan kaum enghiong yang
bekerja di air, usahakanlah, agar menghindar dari segala
bentrokan yang tidak perlu, dari pada peristiwa semacam
ini akan menghambat perjalanan kita."
http://kangzusi.com/
"Pocu tidak usah kuatir." ucap komandan Nyoo dengan
bangga. "semua enghiong di atas air baik dari golongan
putih maupun hitam yang bercokol di sepanjang pesisir
sungai Tiangkang mempunyai kesan yang baik terhadap
pasukan kapal perang Wi-lim poo, mereka selalu akan
menyingkir jauh-jauh bila bertemu dengan pasukan kami,"
"Biarpun demikian, toh ada baiknya bila, kita bertindak
lebih berhati hati."
Ke empat komandan itu segera mengiakan.
Tiba-tiba Hu yang siancu menyaksikan langit di luar
ruang perahu gelap gulita, tidak nampak bintang atau pun
rembulan bahkan seperti tertutup oleh awan tebal, melihat
hal ini dengan kuatir dia berseru:
"Apakah suasana seperti ini tak akan mempengaruhi
jadwal perjalanan kita?"
"Li hiap tak usah kuatir," sahut komandan Ciang segera,
"para pelaut yang berada di pasukan depan merupakan
orang-orang yang sangat berpengalaman dalam pelayaran,
biar pun ombak besar angin puyuh pun mereka. masih
mampu berlayar tanpa menguatirkan sesuatu."
Sementara pembicaraan berlangsung, perahu naga emas
sudah meluncur keluar dari pintu gerbang benteng.
Di depan sana cahaya lentera menerangi seluruh tempat,
di situ masih kelihatan ada puluhan buah kapal perang
besar yang sedang bergerak pelan meninggalkan tempat,
Beberapa puluh kaki di luar pintu tampak berlabuh sebuah
perahu besar berbentuk keraton yang terang benderang.
bermandikan cahaya, sekeliling perahu dilengkapi pengawal
yang ketat, di sisi kiri dan kanan terpancang alat pemanah,
waktu itu para dayang dan kacung dengan pakaian baru
http://kangzusi.com/
dan semangat yang segar sedang menantikan ke datangan
mereka.
Menyaksikan hal tersebut dengan kening berkerut Lan
See giok segera berpaling ke arahOh Li cu, lalu tanyanya.
"Enci Cu, dahulu bila lo pocu hendak pergi ke luar,
apakah dia tidak menumpang perahu naga emas?"
Oh Li cu tertawa, sebelum dia mengucapkan sesuatu
komandan Ciang telah menyahut:
"Dua orang pocu yang terdahulu selalu menggunakan
kapal pesiar keraton jika hendak pergi ke tempat jauh,
perahu ini besar, megah dan anggun bentuknya, merupakan
lambang dari kekuatan, kekuasaan serta kekayaan benteng
kami."
Lan See giok tertawa tawa, keningnya hanya berkerut
sebentar lalu tidak memberi kan pernyataan apa-apa.,
Sedangkan Siau cian dan Cay soat segera memuji:
"Waahh... perahu keraton itu jauh lebih besar daripada
perahu yang digunakan Toan Ki tin dari Lim lo paa
sewaktu berada di depan telaga tempo hari.. nampaknya
perahu kita jauh lebih anggun dan megah."
"Perkataan nona berdua memang benar," ke empat
komandan itu tersenyum seraya manggut-manggut, "belum
pernah ada, pemilik benteng air. lainnya yang memiliki
perahu anggun seperti milik bentengWi Lim Poo ini.”
Sementara pembicaraan masih berlangsung perahu naga
emas telah buang sauh di sisi kapal pesiar keraton.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh masingmasing,
beberapa orang itu segera meninggalkan perahu
naga emas untuk pindah ke kapal pesiar keraton.
http://kangzusi.com/
Kapal tersebut memang dirancang dengan arsitek yang
tinggi, semua peralatan amat mewah. permadani merah
hampir menutupi semua lantai ruangan, sementara lentera
keraton menerangi setiap sudut tempat.
Ketika Lan See giok menyaksikan kapal-kapal perang
yang sudah bergerak lebih dulu itu sama-sama berada
dalam keadaan terang benderang, dengan kening berkerut ia
lantas berkata: "Komandan Ciang, setiap perahu diterangi
sampai puluhan buah lentera, padahal perahu kita
mencapai ratusan buah, apakah hal semacam ini tidak
merupakan suatu pemborosan?"
Ke empat komandan itu mengiakan dan tak berani
mengemukakan pendapat apa-apa.
Maka anak muda tersebut berkata lebih jauh: "Bila
perahu sedang membuang sauh atau sedang., menghadapi
pertempuran, lampu boleh dipasang semua, sedang di
waktu-waktu lain lebih baik pergunakan secukupnya saja."
Kembali ke empat komandan itu menyahut, buru-buru
komandan Ciang berlalu dari situ.
Kepada ke tiga orang komandan lainnya, kembali Lan
See giok berkata:
"Kalian bertiga boleh kembali ke pasukan masingmasing,
lakukan saja perjalanan sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan."
Ketiga orang komandan itu mengiakan dan bersama
sama meninggalkan ruangan.
Sementara itu, Hu yong siancu dan Siau cian serta Cay
soat telah selesai mengucapkan kata-kata perpisahan
dengan Oh Li-cu.
http://kangzusi.com/
Ketika Lan See giok menjumpai paras muka dara itu
diliputi perasaan sedih, sepasang matanya berkaca kaca, ia
segera berjalan ke luar dari ruangan dan mengikuti di
belakang nya sambil berpesan dengan penuh perhatian:
"Enci Lan. baik baiklah merawat lukamu didalam benteng,
semoga kau dapat menjaga diri baik-baik, kepergian siaute
kali ini paling banter hanya satu bulan atau mungkin hanya
dua minggu saja, begitu selesai pasti akan kembali kemari."
Dengan sedih Oh Li-cu tertawa getir, tapi dia mencoba
untuk berkata dengan wajah riang.
"Adik Giok tak usah memikirkan tentang diriku, pergilah
dengan hati tenang, aku dapat mengurusi keadaan di dalam
benteng ini dengan sebaik baiknya!"
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah tiba
di buritan perahu, ketika berpaling ternyataHu yong siancu,
Siau cian dan Cay soat tidak ikut keluar, dia tahu mereka
memang sengaja tetap berada dalam ruangan,
Maka sambil menatap wajah See giok, ia berbisik lagi
dengan sedih.
"Adikku, kau toh sudah tahu tentang asal usulku,
meskipun aku hidup didalam lumpur.. perbuatanku agak
genit, namun sesungguhnya tubuh cici masih tetap suci
bersih ...."
Belum sampai perkataan itu selesai diucapkan, suaranya
sudah sesenggukan dan kata-kata selanjutnya tak mampu
lagi diutarakan, cepat dia membalikkan badan dan
melayang kembali ke atas perahu naga mas....
ooo0-dw-0ooo
http://kangzusi.com/
BAB 34
LAN SEE GIOK yang menghadapi kejadian seperti ini
menjadi melongo dan berdiri tertegun, ia setengah mengerti
setengah tidak terhadap perkataan tersebut, tanpa terasa
serunya cemas:.
”Enci Lan .....”
Namun Oh Li cu sudah berkelebat masuk ke ruang
perahunya.
Sebenarnya. Lan See giok hendak menyusul ke perahu
naga emas, tapi sewaktu ia berpaling, ditemukan para
pengawal dan para dayang yang berada di perahu tersebut
meski tak berani memandang kemari secara terang
terangan, namun secara diam-diam mereka memperhatikan
tingkah lakunya, hal ini membuatnya menjadi ragu.
Mendadak terdengar suara keleningan berbunyi nyaring.
Menanti Lan See giok berpaling kembali, perahu naga
emas telah berangkat menuju ke dalam benteng.
Pada saat itulah komandan Ciang telah menghampirinya
dengan langkah lebar, ia berkata dengan hormat:
"Lapor pocu, semua lentera diatas kapal perang telah
dipadamkan, bila tiada perintah lagi, hamba pun akan
kembali ke kapal komandoku."
Waktu itu pikiran Lan See giok masih kalut, maka
diapun mengangguk:
"Ehmm, tak ada urusan lagi."
Menanti dia berpaling kembali, perahu naga emas itu
sudah masuk ke balik pintu benteng.
Dengan wajah kusut dan pikiran kalut akhirnya pemuda
itu balik kembali ke dalam ruang perahu, waktu itu Hu
http://kangzusi.com/
yong siancu sekalian telah kembali ke kamar untuk
beristirahat.
Maka seorang diri ia duduk di kursi utama ditengah
ruangan, sedang para dayang dan kacung berdiri menanti di
samping dengan hormat, seluruh lentera di luar ruang
perahu telah dipadamkan tinggal sebuah lentera kecil dalam
ruangan.
Tak lama kemudian layar dinaikkan dan perahu pun
pelan-pelan bergerak menuju ke depan.
Sementara itu Lan See giok masih dibikin tidak mengerti
oleh sikap Oh Li cu sewaktu berpisah tadi. ia tidak mengerti
kenapa Oh Li cu bisa menunjukkan sikap yang begitu emosi
dan sedih?
Tentu saja dia tahu Oh Li cu dapat berbuat demikian
jelas hal ini bukan terwujud didalam satu dua hari saja.
Tanpa terasa pemuda itu menjadi melamun, ia
membayangkan kembali kenangan dimasa lampau.., ketika
pertama kali ia bertemu dengan Oh Li cu. bagaimana dia
dipukul sampai tercebur ke dalam air hingga saat ini.
Mendadak terdengar suara air memecah di tubuh perahu
disusul perahu sedikit oleng, para dayang dan kacung kecil
yang sedang berdiri di sisi pun tak tahan turut oleng pula ke
samping. Hal ini segera menyadarkan kembali
Lan See-giok dari lamunannya.....
Dia memandang sekejap kearah kawanan dayang dan
kacung itu, kemudian sambil mengulapkan tangannya ia
berseru:
"Pergilah kalian untuk beristirahat!"
http://kangzusi.com/
Para dayang dan kacung itu mengiakan kemudian
bersama-sama memberi hormat dan meninggalkan tempat
itu.
Perahu semakin oleng tapi bergerak semakin cepat pula,
bila ada ombak yang memecah di tubuh perahu, segera
menimbulkan suara gemuruh yang keras.
Lan See giok bangkit berdiri dan berjalan menuju keluar
pintu. waktu itu langit sangat gelap. angin berhembus
kencang dan ombak menggulung tinggi. ia tak tahu sudah
berapa jauhkah mereka tinggalkan bentengWi lim Poo. .
Waktu itu, para pengawal yang semula bersiaga di sisi
perahu sudah jauh berkurang. namun di depan setiap alat
pembidik panah masih berdiri enam orang pengawal.
Ketika Lan See giok berpaling, ia temukan
dibelakangnya berdiri seorang kacung dan seorang dayang,
maka kepada si kacung itu katanya.
"Beritahu kepada kepala regu penjaga, setiap alat
penahan dijaga oleh dua orang saja, sedang pengawal
lainnya boleh pergi beristirahat."
Kacung itu mengiakan dengan hormat, ia buru-buru lari
menuju ke buritan.
Waktu itu kabut tebal telah menyelimuti permukaan
telaga. dikejauhan sana tampak lentera merah memancar
dimana mana bahkan bintang dilangit, yang besar sebesar
mangkuk yang kecil bagaikan kedelai. ini membuat
pemandangan sangat indah.
Mendadak-
"Ooooh, sungguh indah" dari belakang tubuhnya
kedengaran seseorang berseru nyaring.
http://kangzusi.com/
Lan See giok, tahu suara itu berasal dari Cay soat, ketika
berpaling ditemukan Siau cian pun berada di situ.
Tiba-tiba terdengar siau cian bertanya dengan rasa
terkejut.
"Aaaah, adik soat, coba lihat lampu lampu merah
dikejauhan sana, apakah semua lampu itu berasal dari kapal
perang kita?"
Melihat kedua orang itu berbincang bincang sendiri
seperti tak melihat kehadirannya di situ, tergerak hati Lan
See giok, segera serunya.
"Benar, berhubung angin kencang dan kabut sangat tebal,
maka semua kapal menaikkan lentera merah. ke satu untuk
petunjuk pelayaran. kedua untuk menghindari tubrukan
antara dua kapal."
Belum lagi habis dia berkata. Siau-cian dari Cay soat
telah berseru keheranan.
”Waaaah, nampaknya pocu seorang diri berdiri disini
sambil menikmati keindahan malam, waaah.. kau memang
romantis sekali..."
Lan See giok tahu, kedua orang gadis itu tentu sedang
merasa cemburu dan curiga berhubung ia belum juga masuk
ke dalam, karena itu mereka sengaja datang untuk
menggodanya.
Maka sambil tertawa terbahak-bahak serunya dengan
lantang.
"Enci Cian. adik Soat, malam begini dingin, bukannya
tidur kenapa malah keluar dari ruangan? Kalau ingin
melihat keindahan malam. bukankah dari ruang perahupun
bisa?"
http://kangzusi.com/
Seraya berkata dia lantas beranjak ke depan, melihat Lan
See giok mendekat. Sebelum Siau cian sempat menjawab,
Si Cay soat telah berkata lagi.
"Enci Cian. kabut di luar amat tebal, kalau sampai
masuk angin kita tak bakal ada yang perhatikan sehingga
seperti orang kehilangan sukma, lebih baik kita masuk
saja.."
Seraya berkata dia mencibir kearah pemuda itu dan
menarik Siau cian masuk dalam ruangan..
Dengan kening berkerut Lan See giok segera
menghentikan langkahnya dan mengawasi bayangan tubuh
ke dua orang tersebut dengan melongo, sampai lama
kemudian ia baru menggelengkan kepala dengan perasaan
apa boleh buat.
Dia tahu, adik Soat dan enci Cian bukan cuma
dipengaruhi oleh perasaan cemburu saja, di samping itupun
bermaksud mengajaknya masuk ke dalam dan beristirahat.
Diiringi seorang dayang, Lan See giok masuk ke dalam
sebuah kamar yang besar dan megah, selain meja dan kursi,
hampir semua peralatan yang ada di situ terbuat dari emas
dan kemala.
Diatas meja terdapat lima buah lilin raksasa yang
menyinari seluruh ruangan hingga terang benderang. lantai
ditutup dengan permadani merah. sebuah pembaringan
antik dengan seprei dan tirai yang indah, membuat suasana
kamar itu menyerupai sebuah kamar pengantin ....
Setelah memeriksa kamarnya, Lan See giok mengunjungi
si naga sakti pembalik sungai dan Hu yong siancu untuk
mengucapkan selamat malam, dan akhirnya menuju ke
kamar Cay soat dan Siau cian bersama Thi gou, hingga ke
http://kangzusi.com/
dua orang gadis itu tersenyum cerah kembali baru pulang ke
kamarnya untuk beristirahat.
Ketika mendusin kembali, hari sudah terang tanah. tapi
kabut tebal menyelimuti seluruh permukaan hingga beratus
ratus buah kapal perang yang bergerak di sekitar sana hanya
terlihat samar-samar ....
Di atas setiap perahu digantungkan sebuah lentera
merah, sedang ketiga layarnya dipasang penuh,
kelihatannya saja kapal tersebut seperti tidak maju-maju,
padahal kecepatannya luar biasa sekali ....
Pelan-pelan Lan See-giok berjalan menuju ke ujung
geladak, memandang beratus ratus buah kapal perang
dengan panji-panji yang menyilaukan mata itu, tanpa terasa
semangatnya berkobar kembali.
Ia bertekad hendak mempergunakan kapal-kapal perang
ini untuk melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi umat
persilatan.
Langkah pertama yang akan dilakukan sekarang adalah
menghukum tiga manusia aneh dari luar samudra yang
sudah banyak tahun melakukan kejahatan, bila ketiga
gembong iblis tersebut telah dibasmi, kemungkinan besar
situasi didalam dunia persilatan akan mendekati
kedamaian.
Tengah hari itu mereka sudah tiba di kota Tok ciong.
Tampaknya kehadiran beratus ratus buah kapal perang
ini sangat menarik perhatian orang banyak, semakin
mendekati siang hari. orang yang berkerumun menonton
keramaian makin meluap.
Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai yang
menyaksikan situasi seperti ini menjadi gelisah sekali, dia
tahu bila keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung terus,
http://kangzusi.com/
kesulitan yang mereka hadapi niscaya akan semakin
bertambah.
"Anak Giok" ujar Hu Yong siancu kemudian kepada Lan
See giok yang berdiri dengan wajah membesi, "bila barisan
terdepan menemui hambatan. entah mereka dari partai atau
perguruan mana. Singkirkan dengan sekuat tenaga. kalau
tidak demikian manusia yang tak tahu diri niscaya akan
manfaatkan kesempatan ini untuk mengacau perjalanan
kita"
Sementara pembicaraan berlangsung mendadak tampak
sebuah sampan kecil meluncur datang dengan kecepatan
tinggi.
Ketika tiba di depan perahu besar tersebut. sesosok
bayangan manusia, nampak melompat naik ke atas geladak
dia adalah seorang lelaki setengah umur yang memakai
pakaian ringkas berwarna hitam, begitu tiba diatas kapal,
cepat-cepat dia menuju ke pintu ruangan.
Para pengawal kapal mengenali orang itu sebagai
seorang kepala regu dari komandan Nyoo, karenanya tak
seorangpun yang menghalangi perjalanannya.
Begitu tiba di depan pintu, lelaki setengah umur berbaju
hitam itu segera menjura kepada Lan See giok dan berkata.
"Lapor pocu, di depan situ muncul seorang manusia
bernama Bajing air berbulu emas Ong Hua yang datang
beserta anak buahnya, mereka menghadang perjalanan kita
dan minta kepada pocu untuk menjawab pertanyaanpertanyaan
yang akan diajukan olehnya"
Lan See giok segera berkerut kening lalu mencorong
sinar tajam dari balik matanya, sambil tertawa dingin ia
berseru.
http://kangzusi.com/
"Buka barisan depan dan biarkan mereka masuk. biar
aku sendiri yang menjumpai mereka"
Lelaki setengah umur berbaju hitam itu mengiakan dan
segera beranjak pergi untuk kembali ke depan.
Kepada si naga sakti pembalik sungai. Lan See giok
segera bertanya.
"Thio loko, tahukah kau tentang seluk-beluk manusia
yang bernama bajing air berbulu emas Ong Hua ini?"
"Orang ini sudah banyak tahun bercokol dimulut telaga
dan hidupnya mengganggu kaum nelayan dan saudagar
yang melalui tempat ini, oleh sebab pelbagai perguruan
enggan mencari urusan maka selama ini tiada orang yang
mencampurinya. tak heran kalau pengaruh mereka kian
lama kian bertambah besar dan kuat. sehingga akhirnya
menjadi benggolan perampok yang disegani orang. Bila
Ong Hua sudah datang nanti. kau tak ada salahnya
memberi pelajaran yang setimpal kepadanya, daripada ia
memeras orang lagi"
Lan See giok segera manggut-manggut dan beranjak
keluar dari ruangan perahu.
Si-Cay-soat, dan Siau-thi gou segera mengikuti pula
dibelakang anak muda tersebut.
Sedangkan Hu-yong siancu serta si naga sakti pembalik
sungai enggan bertemu muka dengan manusia bangsa
cecunguk seperti itu, karenanya mereka tetap duduk
didalam ruangan sambil minum teh.
Ketika Lan See giok berempat tiba di ujung geladak,
waktu itu segenap kapal perang telah berhenti berlayar dan
menyingkir ke samping...
http://kangzusi.com/
Komandan dari pasukan naga perkasa, harimau terbang
dan singa jantan yang tidak mengetahui apa yang telah
terjadi buru-buru meninggalkan pasukan masing-masing
dengan sampan kecil mereka berdatangan ke kapal keraton.
Dari para pengawalah mereka mendapat tahu apa
gerangan yang terjadi, karena nya mereka segera berdiri di
sisi Lan see giok sambil menantikan perkembangan
selanjutnya.
Komandan Nyoo yang bertanggung jawab pada pasukan
terdepan, tak berani bertindak secara sembarangan karena
perintah untuk tidak melakukan bentrokan langsung dengan
kawanan jago, karenanya sambil menahan emosi terpaksa
dia mengirim orang untuk melaporkan peristiwa tersebut
kepada pocunya
Dan setelah mendapat perintah dari pocu untuk
melepaskan lawan masuk ke dalam, diapun membawa si
Bajing air berbulu emas Ong Hua menuju ke dalam.
Lan See-giok yang berdiri di ujung geladak dapat melihat
di sisi kiri kapal besar komandan Nyoo berjejer sebuah
perahu besar berwarna abu-abu, berapa puluh orang, lelaki
kekar berdiri diatas perahu tersebut, sedang empat lelaki
bertubuh kekar yang nampaknya merupakan pemimpin
mereka berdiri angkuh di ujung geladak.
Sebagai orang yang dipaling depan adalah seorang lelaki
berusia empat puluh tahunan yang berwajah kuning,
bermata besar, hidung singa. muka lebar dan telinga besar.
ia mengenakan pakaian ringkas berwarna kuning tanpa
membawa senjata.
Jika ditinjau dari dandanan maupun gerak geriknya.
mungkin orang inilah yang merupakan pemimpin dari
kaum perampok di mulut telaga. Bajing air berbulu emas
Ong Hua.
http://kangzusi.com/
Dibelakang Ong Hua berdiri tiga orang, seorang lelaki
baju hijau membawa golok seorang berbaju hitam
membawa senjata palu dan seorang lagi berbaju ungu
membawa senjata sam ciat kun.
Sementara Lan See giok masih mengamati lawannya,
kedua buah perahu itu sudah berhenti tujuh delapan kaki
dihadapannya.
Komandan Nyoo segera menjura kepada pemuda kita
sambil serunya lantang.
"Lapor pocu, bajing air berbulu emas Ong Hua telah
datang!"
Komandan Nyoo adalah seorang lelaki bertubuh tinggi
besar menyerupai pagoda hitam, dengan tenaga dalam yang
telah memperoleh kemajuan. ia berbicara dengan suara
yang menggeledek seperti guntur. segera membuat semua
orang merasakan telinganya sakit.
Tampak ke empat orang yang berada di perahu berwarna
abu-abu itu merasa terkejut atas kesempurnaan tenaga
dalam komandan Nyoo. meski demikian oleh karena
mereka pernah dengar kalau ilmu silat yang dimiliki ke
empat komandan dari Wi Lim poo hanya berilmu silat
biasa saja. maka hal tersebut tidak sampai dipikirkan
didalam hati.
Apalagi setelah mereka saksikan Lan See giok yang
berada di kapal keraton tidak lebih cuma seorang pemuda
berusia dua puluh tahun dengan didampingi dua gadis
cantik serta seorang bocah berkulit hitam. seketika itu juga
mereka memandang enteng, musuh musuhnya, dalam
anggapan mereka, anak-anak manja seperti ini mana
mungkin berilmu tinggi?
http://kangzusi.com/
Sementara itu Lan See giok telah mengangguk kepada
Komandan Nyoo, kemudian sambil berpaling kearah si
bajing air berbulu emas Ong Hua yang berada di perahu
abu-abu itu, ujarnya dengan tenang:
"Aku Lan See giok dengan memimpin pasukan hendak
menuju keluar samudra. entah apa maksud saudara
menghalangi gerak maju perahu-perahu kami?"
Biarpun perkataan ini diucapkan Lan See giok dengan
suara yang lembut dan tenang namun semua orang dapat
mendengar dengan jelas sekali.
Bajing air berbulu emas Ong Hua segera merasakan
hatinya bergetar keras, paras mukanya berubah, dia sadar
bahwa berita yang tersiar diluaran tidak salah., nampaknya
pocu baru dari Wi lim poo memang seorang jagoan yang
berilmu sangat hebat.
Tapi keadaannya sekarang ibarat orang menunggang
macan, mau tak mau dia harus menerima juga kenyataan
dengan begitu saja, maka sambil tertawa nyaring kembali ia
berseru.
"Ketika Lan pocu menerima jabatan sebagai pocu Wi lim
Poo. apakah pocu yang lalu tidak meninggalkan pesan apaapa
kepadamu...?"
"Entah apa yang saudara maksudkan?" ucap See giok
seraya menggeleng.
Sekali lagi si Bajing air berbulu emas tertawa terbahakbahak.
"Haaahhh... haahhh... haahhh... sebetulnya hanya
urusan kecil, yaitu setiap perahu yang melalui mulut telaga
dikenakan biaya empat tahil setiap perahu sebagai ongkos
masuk telaga.”
Mendengar perkataan tersebut, ke tiga orang komandan
kapal perang itu menjawab gusar, namun berhubung pocu
http://kangzusi.com/
mereka hadir di situ, maka mereka tak berani sembarangan
bertindak.
"Ooooh ...benarkah itu?" seru Lan See giok dengan
kening berkerut, kemudian sambil berpaling kearah ketiga
orang komandan kapalnya. diapun bertanya.
"Apa benar ada kejadian seperti ini?"
Sebelum ketiga orang itu menjawab. komandan Nyoo
yang berada di perahunya tujuh delapan kaki di seberang
sana telah berteriak dengan suara keras. ,
"Lapor pocu, kau jangan percaya dengan ocehan si
bajingan anjing budukan itu ...."
Tapi sebelum komandan Nyoo selesai berbicara, si bajing
air berbulu emas telah berseru pula sambil tertawa dingin.
"Bila kalian tidak bersedia membayar ongkos lewat,
andaikata kapal-kapal kalian sampai terbakar oleh hujan
panah berapi kami.. heeehh... heeehhh.. sampai waktunya
kau jangan salahkan bila aku tidak memberi penjelasan
lebih dulu"
Lan See-giok gusar sekali oleh ucapan lawan, dengan
kening berkerut segera bentaknya keras-keras.
"Siapkan kapal untuk bertanding!"
Bentakan tersebut diutarakan dengan suara menggeledek
sehingga orang yang berada di kejauhanpun dapat terdengar
dengan jelas.
Sebuah perahu berpanggung datar yang kira-kira luasnya
empat kaki segera berlayar mendekat.
Dengan sorot mata yang berkilat tajam Lan See giok
mengawasi si bajing air berbulu emas lekat-lekat, kemudian
ujarnya lebih jauh.
http://kangzusi.com/
"Apabila kau sanggup mengungguli seorang saja diantara
komandan kapalku itu, setiap perahu kami yang melewati
mulut telaga akan membayar ongkos satu kali lipat lebih
besar ...."
Diam-diam si bajing air berbulu emas Ong Hua merasa
girang, sebelum pemuda itu menyelesaikan kata katanya, ia
sudah berteriak nyaring. "Moga-moga saja pocu tidak
menyesal!"
Lan See giok tertawa angkuh.
"Hmmm.. sebagai seorang pemilik benteng, aku tak
bakal menyalahi janji, cuma bila kalian sudah keok
ditangan anak buahku nanti, bila kau tidak segera
membubarkan organisasimu itu segera akan kupenggal
batok kepalamu itu!"
Sesungguhnya, walaupun si bajing air berbulu emas Ong
Hua telah mendengar kalau ke empat komandan kapal Wi
lim poo hanya memiliki ilmu silat yang biasa saja namun
sampai pada taraf yang manakah masih belum diketahui
sama sekali oleh nya.
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar