BERGUMPAL-GUMPAL mega putih berarak diangkasa, Angin
menghembus sepoi, cuaca cerah hawa sejuk, menjelang bulan
enam, tapi masih terasa nyaman dan tentram.
Lembah gunung nan besar dan luas serasa kosong
melompong, tiada terdengar suara apapun, entah itu kicau
burung atau suara binatang, mungkin alam semesta dengan
sekejap penghuninya tengah terbuai lelap di siang hari nan
sejuk semilir ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepucuk pohon waru besar bertengger di atas bukit tandus,
tak jauh dari bukit rendah ini terdapat sebuah bangunan
gedung yang dipagari bambu dengan halaman yang luas, di
depan gedung berdiri dua batu raksasa di kiri kanan, tak jauh
di belakang batu kiri terdapat sebuah empang. Airnya yang
jernih, tampak ikan-ikan emas tengah berenang santai, hidup
aman dan tentram. Daun-daun kuning melayang
mengambang di permukaan air, menimbulkan riak lembut.
“Duk, duk, duk,” langkah yang berat berkumandang datang
dari belakang sebuah pohon, muncul satu orang dengan
langkah sempoyongan, jelas bahwa orang ini teriuka parah.
Badannya berlepotan darah, darah masih meleleh di ujung
mulut, kaki tangan, kepala dan pundak, darah masih
merembes. Kedua tangan yang sudah berlepotan darah
mendekap dada, darah masih terus mengucur keluar, raut
mukanya berkerut- kerut menahan sakit, bibirnya gemetar,
setiba di bawah pohon, agaknya sudah kehabisan
mengerahkan tenaga, dengan napas ngos-ngosan dia tak
tahan lagi berdiri, beberapa langkah sempoyongan lagi dia
menggelendot di dahan pohon, sesaat dia berusaha
menenteramkan hati, mengatur napas.
Langkah cepat dan ringan kembali mendatangi. Laki-laki
yang terluka menggelendot pohon tersirap kaget, alis yang
bertaut menahan sakit bertaut lebih kencang pula, mendadak
dia membuka mata, sorot mata yang sudah loyo mendadak
memancarkan bara penuh dendam dan penasaran-
"Bangsat, lari kemana kau." Ditengah hardikan bengis,
seorang pemuda tampak memburu tiba, seperti juga orang
pertama badannyapun penuh luka - luka, darah berlepotan di
sekujur badan, tapi gerak gerik nya lebih cekatan, jelas luka
lukanya jauh lebih ringan-
Tampak pemuda ini menegakkan alis, mata mendelik
bundar, mukanya diliputi amarah memburu kemuka pohon,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bentaknya sambil menunding, "Suma Liang. Kalau kau
seorang laki-laki, jangan lari, rasakan pukulanku lagi."
Suma liang yang mengelendot di pohon tampak berkeriut
kulit daging mukanya, sekali tampak menggigil, tapi segera dia
angkat alisnya serta berseru dengan suara serak: "Liok Hoat-
Liong Kau...jangan kau terlalu menghina."
Jelas mereka sudah bertarung lama dan sengit sampai
terluka dan kehabisan tenaga tapi Suma Liang jauh lebih
payah dari lawannya.
Liok Hoat-liong pemuda yang memburu datang segera
mengayun tangan, ditengah hardikannya, segulung angin
kencang menerjang dari telapak tangannya.
Bergetar sekujur badan Suma Liang, sambil pejam mata,
kertak gigi, mulut menggeram diapun angkat kedua tangan
sekuatnya menyongsong terjangan angin pukulan-
"Pyar." Begitu pukulan beradu Liok Hoat-liong tertolak
mundur tiga langkah, rona mukanya berobah hebat. Pohon
besar itu pun bergetar menimbulkan rontokan daun-daun
kuning dan hijau, suma Liang yang menggelendot pohon
nampak menggigil, mulutnya gemetar, suaranya tersendat:
"Liok... kau... "
Mendadak mulutnya ter buka, darah segar tumpah
sebanyak banyak nya.
"Liong-ko, jangan kau..."
Kali ini langkah lembut enteng tapi gugup berlari
mendatangi, lekas sekali muncul seorang nyonya muda
dengan langkah ringan mendatangi. Wajahnya mandi
keringat, kuatir dan cemas, dengan langkah memburu dia
berlari datang, sekilas dia melirik ke arah suma Liang yang
memejam mata, lalu berteriak gugup dan kuatir: "Hong- liong
kau... tak boleh kau demikian..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Hoat-liong berpaling dengan muka berobah, desisnya
menggertak gigi: "Perempuan jalang, enyah." Mendadak
telapak tangannya terayun, muka perempuan ini digamparnya.
"Wow, Hoat-liong... "Pekik perempuan itu tergentak dua
langkah lalu jatuh duduk di tanah, setelah memekik sekali dia
mendekam di tanah serta menangis gerung-gerung.
Wajah Liok Hoat- Liong berkerut, gelap mengejang, alisnya
makin tegak, pelan-pelan dia menarik napas panjang sambil
memejam mata, tapi mendadak dia angkat kepala serta
membentak: "suma Liang, lari ke mana kau ?" Ditengah
bentakannya dia melompat seraya mengerahkan kedua
tangan.
Suma Liang baru membalik badan, segera dia berpaling
membentak dengan marah, "Orang she Liok... jangan
menghina..." Padahal angin kencang sudah menerpa mata,
lekas dia angkat sebelah tangannya menangkis dengan sekuat
tenaga "Blang.." kembali terjadi ledakan dahsyat suma Liang
tersungkur jauh beberapa langkah, kembali darah menyembur
dari mulutnya.
Wajah Liok Hoat-liong juga teramat buruk, "Huaaaah."
Diapun tumpah darah.
"Hoat-liong... kau. salah paham."
Teriakan yang menyayat hati berkumandang pula, ini malah
menambah amarahnya berkobar. Dengan sengit dia
menggertak gigi memuntahkan darah pula lalu mendesis
benci: "Perempuan jalang."
Tiba-tiba dia membentak pula: "suma Liang. Jangan lari,
biar aku adu jiwa dengan kau"
Mata suma Liang terpejam, kedua tangan mendekap dada,
langkahnya sempoyongan, seperti tidak mendengar suara
orang. Kembali Liok Hoat-liong membentak:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"suma Liang, sambut pukulanku" setiap kali dia
menggerakkan tangan pasti menimbulkan deru angin
kencang, demikian pula kali ini, suma Liang digempur dengan
pukulan jarak jauh.
Sekuatnya suma Liang kendalikan tubuh sendiri supaya
tidak roboh, sorot matanya berapi-api, entah marah penasaran
juga terbayang rasa ngeri. sambil menggeram dia menunduk
kepala, agaknya menahan sakit, tapi cepat sekali dia sudah
angkat kepala pula, darah meleleh pula diujung mulutnya
wajahnya menampilkan kekecewaan, rasa ngeri disorot
matanya juga makin tebal.
"Hahhhh..." suara rintihan keluar dari mulutnya, matanya
yang redup terbeliak mengawasi Liok Hoat-bong, tubuhnya
terus menyurut mundur, darah meleleh makin banyak
menetes kedadanya membasahi pakaiannya.
"Wow..." Pekik nyaring seorang perempuan terbaur dengan
deheman rendah.
Mata suma Liang membelalak makin besar, tapi hanya
sekejap saja. karena dibelakangnya adalah jurang yang tak
terlihat dasarnya, sementara tubuhnya melayang jungkir balik
seperti layang-layang putus benangnya...
Memandang kebawah. jurang yang tak kelihatan dasarnya,
Liok Hoat Liong berdiri kaku, pandangannya kabur, pelanpelan
baru dia angkat kepalanya, pandangannya nanar
mengawasi mega diangkasa, sikapnya kelihatan sedih dan
pilu, heran dan kaget, tapi juga seperti menyesal.
"Hoat-liong... kau salah..." Isak tangis terdengar
dibelakangnya.
Pelan-pelan Liok Hoat liong membalik tubuh, lama dia
menatap isterinya yang masih sesenggukkan. "Aku... betulkah
aku salah... Hwi-lan..." Kulit mukanya mengejang, mulut
menggumam, matanya lengang, dari balik mega dia seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ingin memperoleh suatu bayangan, bahwa kejadian ini
memang suata kesalah pahaman belaka, tapi...
"Hahahaha... hahaha..." Mendadak syarafnya seperti tidak
waras lagi dengan beringas dia tertawa gelak-gelak. suaranya
bergema dialas pegunungan, melayang jauh kedasar lembah,
menembus mega
"Hahahaha hahahahuha, "air mata tak terasa meleleh juga
dari pelupuk matanya, kulit mukanya masih terus berkerut
mengejang.
"Liong- ko ....kau..." perempuan cantik itu berteriak kaget
dan melongo, sesaat bibirnya bergetar lalu berkata pula
dengan suara gemetar: "Hoat-liong, kau... anak kita..."
dengan gugup dia berteriak. karena ditengah gelak tawa
suaminya bergerak hendak tinggal pergi.
"Huuuuuuuaaaaaaaah haahahaha... hihihihihihihi..." sebuah
loroh tawa lain yang bernada tinggi tiba-tiba berkumandang
dibalik pohon sana, daun pohon sama rontok oleh getaran
gelak tawa yang keras.
Berubah air muka Liok Hoat-liong, matanya terbeliak
bundar, bola matanya yang masih berlinang air mata tampak
ngeri ketakutan, mulutnya mengernyit, bibirnya gemetar.
Ditengah kumandang loroh tawa itu segumpal mega merah
melayang turun dari angkasa, "siuuuut..." menimbulkan
pusaran angin lesus.
"Ha..." jerit panjang yang mengerikan berpadu dengan
loroh tawa itu. tampak tubuh Liok Hoat - liong terpental
terbang seperti bola tertendang melayang keatas dan "Duk."
Menumbuk pohon waru. Batok kepalanya pecah berhamburan,
kaki tanganpun protol dan tercecer, darah meleleh dari atas
dahan pohon membasahi tanah di sekitarnya. "Aduh, Liong -
ko.." perempuan itu memekik ngeri seraya berlari menubruk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mega merah berkelebat pula, disusul jeritan melengking
menggetar bumi. Perempuan cantik itu menjerit sambil
sempoyongan jatuh beberapa kali, sekujur badan berlepotan
darah, ternyata lengan kirinya sudah protol entah kemana.
"Hahaha..." mega merah berkelebat pula, tahu tahu
muncullah seorang tua berjubah merah rambutnya diikat lalu
dijepit oleh gulungan emas yang melingkar diatas kepalanya,
sisa rambutnya yang panjang terurai di belakang kepalanya.
Tampak tangannya memegang sebuah tangan yang
berlepotan darah, menyeringai memperlihatkan taring giginya,
ditengah loroh tawanya, tampak darah menetes dari kutungan
lengan yang dipegangnya...
"Hm," orang tua jubah merah menggeram, "Siapa berani
mencari permusuhan dengan Hwe hun- bun, mana boleh
diberi ampun. Hahahaha..." mega merah berkelebat pula,
melayang jauh, loroh tawa itupun makinjauh dan akhirnya tak
terdengar lagi.
-00000d0w00000-
Musim dingin berlalu- musim semipun menjelang. Rumput
kering mulai berseri, dahan -dahan pohon yang gundul mulai
tumbuh daun- daun hijau. salju sudah mencair, burung -
burung mulai berkicau riang menyambut datangnya musim
semi.
Air sungai itu mengalir kearah timur, diatas batu hijau yang
terletak dipinggir sungai duduk seorang pemuda, kepalanya
tertunduk. sedang asyik membaca buku filsafat. Begitu asyik
dia membaca hingga tidak terasa mega putih yang semula
diatas kepalanya sudah melayang jauh diufuk timur, baru
pelan- pelan dia berhenti membaca dan menutup bukunya.
Pelan -pelan dia angkat kepalanya, mengawasi langit yang
membiru nan tak berujung pangkal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajahnya persegi, bermata jeli, hidung mancung, alisnya
tegak bibirnya sedikit tebal, wajah nan gagah dan cakap. tapi
kenapa sorot matanya begitu lesu seperti dirundung rawan
dan kesengsaraan. Pelan-pelan pandangannya menurun
memandang rombongan kambing yang sedang makan rumput
sana, sorot matanya yang lesu tampak lebih pilu.
"Clup...." seekor ikan mencelat ke permukaan air,
mengejutkan lamunannya, dipandangnya air jernih yang
mengalir ketimur ini, tekanan batinnya seperti terasa agak
ringan.
Sesaat lagi dia ulur tangannya keleher, mengeluarkan
sebentuk mainan kalung dari dalam bajunya, itulah mainan
batu jade yang berbentuk hati, Batu jade ini berwarna putih
mulus bersemu kehijauan, bila diperhatikan, didalam batu jade
itu seperti terdapat garis -garis merah yang meliuk liuk
bentuknya mirip seekor naga yang mengembangkan cakar.
Pemuda itu menghirup napas, lalu menggumam seorang
diri: "Anak kambing juga punya orang tua, kenapa aku tidak?
Kemanakah ayah bundaku? Apakah mereka membuang diriku?
oh Ayah ibu, dimana kalian..." tanpa terasa air mata berkacakaca,
tapi dia tahan - tahan supaya tidak meleleh, "Ji-cengcu
bilang, dengan mainan kalung ini aku bisa mencari ayah
bundaku, tapi kenapa sejak dia pergi sampai sekarang belum
juga kunjung pulang... "
Dia menunduk mengawasi batu putih di tangannya, dibolak
balik namun dia tidak habis mengerti apa arti dari gambar
yang tertera dibalik batu putih ini, itulah sebuah lukisan
sederhana, seperti sebuah gambar lukisan pemandangan, ada
gunung dan sungai, dua puncak menjulang jajar yang
mengapit sebuah air terjun, didepan air terjun terdapat tiga
gubuk jerami... akhirnya dia menghela napas, serta angkat
kepala.
Pemuda ini tidak tahu siapa she dan namanya, tapi
kebiasaan dia dipanggil Ping-ji, entah sejak kapan seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cengcu yang baik hati menerima dan mengasuhnya di Kui-hun
ceng. Belum pernah dia melihat Toa- cengcu, tapi dari mulut
orang lain dia tahu bahwa Toa cengcu meninggal dunia dalam
suatu pertempuran ji- cengcu adalan laki - laki yang berhati
baik, welas asih dan kasih sayang kepadanya, dirinya yang
sebatangkara ini dipandangnya seperti anak kandung sendiri,
tapi Ji- cengcu tidak pernah menikah.
Masih segar dalam ingatannya pada suatu malam dimusim
dingin, dia bersama Ji-cengcu, bersama keponakan Ji- cengcu,
siau-hong sedang duduk mengerumuni api unggun dalam
rumah, dikala mereka berkelakar dan ber-bincang bincang
riang gembira, mendadak datang seorang pemuda..
Didalam kamar buku pemuda ini bicara panjang lebar dan
lama, malam itu juga kelihatan perobahan sikap dan mimik
muka Ji- cengcu, seperti dirundung malang atau menguatirkan
sesuatu, selama dia bisa berpikir, seingatnya belum pernah Jicengcu
bersikap demikian.
Menjelang tengah malam Ji-cengcu memanggilnya, secara
tergesa-gesa dia memberi pesan beberapa patah kata, di saat
hujan salju lebat dia terus pergi entah kemana .
Tiga tahun telah berlalu, selama iniJi cengcu tidak pernah
pulang, juga tidak pernah mendapat kabar beritanya, bukan
sekali dia tanya kepada pemuda itu, tapi selalu dirinya dicaci
maki.
"Kenapa sikapnya begitu kasar? Bukankah sebelum pergi Jicengcu
berpesan kepadanya supaya bersikap baik
terhadapku?" demikian pikir si pemuda.
sejak Ji-cengcu pergi, maka pemuda itupun menetap di Kuihun-
ceng, karena Ji-cengcu juga berpesan, supaya dia
mengurus dan mengepalai perkampungan ini, maka sejak itu
dialah yang berkuasa dan menjadi siau-cengcu. Dia mengaku
sebagai murid Ji-cengcu, Ti Thian-bin yang terkenal
dikalangan kangow dengan julukan Hun-bin, kiam-khek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Selama ini dia terlalu meremehkan menghina dan
menyakiti aku, kenapa dia memecat guru sekolah, melarang
aku belajar nulis dan membaca, melarang siau-hong bermain
dengan aku kenapa?"
Teringat siau-hong seketika wajahnya cerah, tahu - tahu
dia tertawa riang, seolah-olah air mengalir jernih didepannya
berobah menjadi sepasang bola mata Siau-hong, bola mata
besar dan bundar tengah berkedip mengawasi dirinya.
Dia memang harus dikasihani, sejak kecil dia sudah
ditinggal mati Toa- cengcu, Ji-cengcu juga terlalu memanjakan
dia seperti seorang ratu layaknya. Meski nakal tapi dia amat
penurut..." entah mengapa dia cekikikan geli sendiri,
mendadak sepasang benda lunak dan halus menutup
sepasang matanya, semula dia berjingkat kaget tapi begitu dia
pegang segera dia tertawa lebar katanya: "He dari mana
datangnya kera liar senakal ini, awas ya, nanti kubekuk dan
kuhajar pantatnya."
Sengaja dia menggoda, maka terdengar lah cekikikan tawa
bingar, maka benda yang menutupi matanyapun terlepas.
"Ping-koko, kau jahat aku emoh dolan dengan kau"
Lekas Ping-ji berpaling, dibelakangnya berdiri seorang gadis
berusia empat belasan, berpakaian gaun panjang warna
kuning angsa, wajahnya nan jelita bersemu merah, sungguh
semekar kembang anggrek. Bola matanya yang jeli berkedip.
wajahnya berseri tawa, sambil menunduk malu dia main -
main dengan sepasang kuncir rambutnya yang menjuntai
didepan dadanya.
"Ow, Siau-hong, sungguh mampus. Aku tidak tahu kalau
kau. Maaf ya, biarlah aku minta maaf kepadamu," Sembari
bicara dia merangkap tangan serta membungkuk tubuh. "He,
indah benar kembang - kembang ini, wangi semerbak, apa
boleh berikan kepada aku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata gadis jelita ini membawa keranjang kembang
yang berisi berbagai jenis bunga mekar. "Lha, kau menggoda
lagi, biarlah aku tidak mau bermain dengan kau." Demikian
omel gadis cilik sambil membanting kaki, keranjang diangkat
putar tubuh terus lari.
Karuan Ping-ji gugup, lekas dia mengudak seraya berkaokkaok:
"Siau-hong, Siauhong, jangan lari, aku hanya berkelakar
saja."
cemberut mulut Siau-hong, sambil menunduk dia
meluruskan kepala tanpa bersuara. Akhirnya dia menggerutu:
"Kau memang jahat, biar nanti kulaporkan kepada Bwe-nio."
"Alah Siau-hong, sudah jangan marah, mari kuceritakan
suatu lelucon. Sudahlah jangan marah lagi."
Walau masih geleng kepala, tapi wajahnya masih kelihatan
bahwa dia hanya pura-pura marah saja. Maka Ping-ji tertawa
senang, Siau-hong digandengnya kepinggir kali lalu duduk
berendeng.
"Siapa bilang mau mendengar Ceritamu." Kata Siau-hong
setelah duduk, lekas dia menutup kuping serta memejam
mata.
"Dahulu..." dengan tersenyum Ping-ji mulai Ceritanya,
batuk-batuk dua kali lalu melanjutkan, "ada seorang kakek.
bernama Lo-lay-cu, usianya sudah lanjut, tapi ia amat berbakti
terhadap orang tua, waktu itu sepasang orang tuanya yang
masih hidup sehat... pada suatu hari, entah mengapa
mendadak kedua orang tuanya tidak gembira, sudah tentu Lolay-
cu amat gugup... maka dia mencari akal, dicarinya
sepasang perangkat pakaian anak-anak, jenggot-nya terima
dicukur kelimis, sambil memikul dua gantang air hendak
membuat lelucon dihadapan orang tuanya..."
"Eeh, kenapa tidak kau lanjutkan cerita mu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Entah sejak kapan siau-hong sudah menurunkan kedua
tangannya, asyik mendengarkan ceritanya, tiba-tiba dilihatnya
dia berhenti bercerita, maka dia menoleh dengan pandangan
heran. Dilihatnya Ping-ji menengadah, menatap mega yang
mengambang di angkasa, air mata berkaca- kaca dipelupuk
matanya. Dengan mendelong siau-hong ikut memandang
keatas, tiba-tiba dia menjerit kaget: "Ping koko lekas pulang.
Jelas mau hujan."
Dengan kaget Ping-ji berjingkrak seraya menenangkan hati,
waktu dia mendongak, di lihatnya mega semakin mendung,
cuaca makin gelap. sebentar lagi akan jatuh hujan. Lekas dia
melompat berdiri serta menarik siau-hong diajak lari kencang.
Belum jauh mereka lari halilintar dan geluduk menggelegar
hanya sekejap hujanpun seperti ditumpah dari atas langit,
membasahi bumi, merekapun menjadi kuyup, namun mereka
terus lari kencang, akhirnya berhenti di bawah sebuah pohon
besar..
Ping-ji mengawasi siau-hong, dilihatnya orang sedang
keluarkan sapu tangan membersihkan air hujan dikepala dan
dimukanya, napasnya masih sengal-sengal, pakaiannya sudah
basah kuyup, Lalu diapun memeriksa diri sendiri, akhirnya dia
tertawa menyengir sendiri, karena diapun sudah basah kuyup,
Hujan datangnya cepat, perginya juga cepat, hujan lebat
sudah reda menjadi hujan gerimis. Lekas Ping-ji tarik siauhong
dan berlari-lari pula menuju kegundukan tanah tinggi,
tampak tak jauh didepan terdapat sebuah perkampungan.
Dikeremangan hujan gerimis, pagar tembok yang tinggi
berwarna putih tampak menyolok. lekas sekali mereka sudah
tiba didepan perkampungan.
Diatas jembatan gantung berdiri banyak orang, diantara
para Centing yang mengiringi, tampak seorang pemuda
berwajah agak kurus berdiri paling depan, wajahnya halus
dagunya lancip. tampangnya boleh dikata amat ganteng, tapi
sepasang bola matanya jelalatan, sehingga orang akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil kesan bahwa pemuda ini bersifat bajul dan licin,
dia bukan lain adalah Ti Thian-bin.
Melihat siau-hong, Ti Thian-bin segera menyongsong maju
dengan tawa lebar, munduk-munduk dia berkata: "Haya Hong
moay, Kemana sih kau, kenapa tidak bilang kepadaku- Rumah
sedemikian besar kau justru suka dolan diluar. Coba
pakaianmu basah bagaimana kalau demam ?" lalu dia
berpaling dan membentak: "Hayo tugas siapa, lekas bantu
siocia kebelakang," Lalu berkata pula dengan siau-hong sambil
menyengir tawa munafik, "Hong- moay, lekas masuk tukar
pakaian."
Seorang nenek berdandan bu inang bergegas lari keluar
membawa handuk mengeringkan rambut siau-hong yang
basah, dengan prihatin dia mengomel, "Kau memang nakal
nak, tidak mau dengar nasehat ku. Kemana sih kau, sampai
basah kuyup begini, jikalau demam, bagaimana aku harus
bertanggung jawab kepada pamanmu. Hayo-lah lekas masuk."
"Bwe-nio, aku hanya dolan dipinggir sungai bersama Pingkoko
kok." Dengan lincah siau-hong melepas kuncirnya lalu
berkata riang dan aleman: "Ping-koko, selamat bertemu."
Diiringi orang banyak segera dia lari mendahuli lari kedalam.
Sejenak Ti Thian-bin mengantar bayangan mereka pergi,
wajahnya yang semula berseri tiba-tiba berobah menyeringai,
begitu dia membalik badan "plak" kontan dia memberi persen
kemuka Ping-ji dengan gamparan keras. Lima jari merah
seketika membekas dipipi Ping-ji. "Hm, setan cilik yang
ingin mampus. Berapakali kuperingatkan kepadamu, tidak
boleh bermain dengan siau-hong, kau tetap bandel. Baiklah,
aku ingin membuktikan apakah kau punya tiga kepala enam
lengan, atau makan empedu harimau, berani menentang
perintahku." sekali renggut dia jambak rambut Ping-ji serta
ayun sebelah tangannya menampar pergi datang, hingga pipi
Ping-ji membengkak merah biru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Katakan, katakan. setan keparat, berdasar apa kau berani
menentang perintahku, katakan." sebelum mengakhiri katakatanya
kembali dia menampar dua kali dimuka Ping-ji, karena
rambutnya dijambak kencang Ping-ji tidak mampu bergerak.
darah bercampur liur meleleh membasahi dadanya.
Dengan gusar dia menatap Ti Thian-bin, dilihatnya Ti
Thian-bin seperti dirasuk setan, matanya melotot gusar,
kelihatan betapa kejam, jahat dan buas hatinya.
"Cuh" riak kental disemburkan kemuka Ti Thian-bin. "Bocah
sundel, kau cari mampus. Aku Hun-bin-kiam-khek Ti Thian-bin
kalau tidak mampu merobohkan kau, sia-sia aku hidup
sebesar ini, maknya sundel. Hiiya..." karena ludah kental itu
membasahi muka, Ti Thian-bin makin mencak-mencak gusar,
jarinya segera menyodok kebawah ketiak Ping-ji.
Kontan tubuh Ping-ji bergetar seperti kena stroom, kaki
tangannya seketika meringkel seperti trenggiling.
Saking gusar dan malu tidak segan-segan Ti Thian-bin
turun tangan kejam menutuk dengan Jong-jiu-hoat kepada
bocah lemah yang masih hijau ini, padahal Ping-ji tidak pandai
main silat dan tidak pernah berlatih Iwekang.
Melihat betapa Ping-ji menderita, Ti Thian-bin tertawa
puas. "Keparat, nikmat tidak. Hahaha, mana kegaranganmu
tadi, Ha"
Daging dimuka Ping-ji kelihatan mengejang, bibirnya
tergigit kencang. Darah terus merembes dari mulutnya yang
terkancing, agaknya dia mengalami siksa derita yang tidak
terhingga, tapi dia tetap tabah dan sekuatnya menahannya,
tidak mengeluh atau merintih, hanya menggertak gigi eraterat.
biarlah darah yang bercucuran mewakili rasa gusar dan
penasaran.
"Hahaha, setan cilik, Hari ini sampai di sini, kuberi ampun
kepadamu, lain kali kepergok lagi kau bermain dengan siauhong,
akan kuhajar dan kusiksa kau lebih payah lagi. Bocah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
haram yang tidak punya bapak ibu, berani kau bergaul dengan
nona cantik anak orang gedean. cuh." Melihat bola mata Pingji
terbeliak. napasnya juga tinggal empas empis, kembali Ti
Thian-bin tertawa puas, dengan gemas dia membanting
keatas tanah serta menendangnya sekali lalu mengebas
lengan baju tinggal pergi.
Entah kapan hujanpun telah reda. Tanah becek dijembatan
gantung bercampur dengan darah Ping ji, Ping-ji masih rebah
disana menggelinjeng kesakitan, saking menderita tak
tertahan dia merintih- rintih. Apakah dia merintih karena siksa
derita atas tubuhnya, bukan, jelas bukan. Walaupun kondisi
badannya yang lemah sudah tidak kuat menahan derita ini,
tapi penghinaan yang memukul lahir batinnya,jauh lebih
menyiksa sanubarinya. Maka dia merintih, merintih penuh
siksa derita.
Darah, air mata, air keringat dan air hujan mengotori muka
dan badannya, dia tidak membersihkan, dia hanya meluruskan
pandangan, mengawasi langit yang sering berobah dan
mudah berobah.
Dilihatnya seekor elang terbang melayang berputar lalu
menuju keselatan. Terbang, setelah melihat burung elang itu,
suatu ilham merasuk sanubarinya, maka bergemalah suatu
semboyan didalam relung hatinya, terbang, ya terbang,
terbang ketempat nan jauh, mencari jalan hidupku sendiri Aku
harus terbang, terbang meninggalkan tempat nan penuh
derita ini, terbang jauh meninggalkan kawanan orang-orang
jahat itu." Demikian sambil kertak gigi Ping-ji bertekad bulat.
"Tapi, bagaimana dengan siau-hong. Dia begitu arif
bijaksana, begitu lincah, jenaka dan nakal lagi. Ah, orangorang
di sini sebetulnya juga baik-baik, hanya keparat Ti
Thian-bin saja yang jahat, tanah perdikan di sini seharusnya
subur semerbak, di sini pernah memendam kenangan indah
masakanak-kanaknya dulu. Aku benci orang jahat, manusia
rendah dan munafik, perbuatan kotor dan martabatnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rendah sungguh telah mengotori tanah perdikan yang bersih
ini."
"Pergi, aku harus pergi, entah mencapai ujung langit, aku
harus menemukan Ji-cengcu, akan kulaporkan kepadanya
tentang keadaan di sini, aku akan mencari ayah bundaku,
meski harapannya terlalu kecil...
"Aku akan kembali, pasti pulang kemari aku akan pulang
dengan gagah dan berani, kala itu orang jahat akan
kuberantas, supaya tanah perdikan ini memancar kembali
lebih subur dan wangi... "
Berbagai angan-angan, keputusan dan ketekadan bulat
yang tak terhitung banyaknya emayam dalam relung hatinya,
dia mengayun tinju, merangkak berdiri, tapi gelombang akit
yang luar biasa menjadikan kaki tangannya seperti protol dan
tak bertenaga, rasa sakit itu merayap keseluruh tubuh, bau
anyir darah kembali memenuhi tenggorokan. Namur-dia kertak
gigi, bertahan sekuat tenaga supaya tidak tumpah dan
menegakkan tubuh, dengan langkah sempoyongan dia
meninggalkan tempat itu, dengan langkah lebar...
Sehabis hujan bumi ini menjadi becek. bagian yang lebih
rendah malah tergenang air hujan bercampur lumpur. Lumpur
menciprat tubuhnya, tidak dihiraukan, namun dengan langkah
tertatih-tatih dia terus maju kedepan, tidak menoleh juga tidak
berhenti.
Habis hujan terbitlah terang, sejauh mata memandang
udara nan biru cerah cemerlang, mega putih laksana kapas,
melayang diufUk langit. Akhirnya Ping-ji berhenti diatas
sebUah lereng. Dibawah sana rumput tumbuh subur
menghijau, air sungai mengalir lembut kearah timur, dia
menghirup napas segar, semangatnya menyala, entah dari
mana datangnya tenaga segera dia menerjang kebawah.
Diatas batu hijau dipinggir sungai, menggeletak sejilid buku.
Buku yang basah setelah mandi air hujan, tulisannya menjadi
banyak luntur. ujung atasnya juga kotor, dengan rasa sayang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ping-ji memungut bukunya serta membersihkan kotoran terus
disimpan kedalam sakunya.
Air sungai nan jernih, mengalir gemericik, pelan-pelan dia
membungkuk tubuh, dengan kedua tangan dia membersihkan
rambut dan kepalanya didalam air, cuci muka dan
membersihkan noda-noda darah diatas tubuhnya...
Surya sudah doyong kebarat, menjelang magrib, sebelum
masuk peraduan, sang surya masih memancarkan cahayanya
nan kuning emas. Dijalan raya menuju ketimur, bayangan
seorang kurus tengah berjalan tertatih-tatih. Kepalanya kotor
oleh pasir, wajahnya juga menampilkan rasa capai, tapi
bibirnya terkancing rapat, menandakan tekadnya nan besar
menunjang keinginannya untuk menceapai sesuatu.
Dari jauh dia sudah mendengar tapal kuda yang berdentam
dijalan raya, seekor kuda tampak dicongklang mendatangi,
begitu dia berpaling segera berdiri menyingkir kepinggir jalan.
sebuah kereta ditarik dua ekor kuda cepat sekali lewat
didepannya, kusir kereta mengayun cemeti "Tar." Kuda berlari
lebih kencang meninggalkan gumpalan debu kuning. sekuning
sinar surya terakhir yang menerangi bumi. Hidup diutara jauh
berbeda dengan di Kanglam.
Sebuah kota kecil didaerah Kanglam, karena letaknya
kebetulan dipusat persimpangan, arus lalu lintas simpang siur
keluar masuk kota, entah pedagang, pihak yang berenang,
pelancongan, anggota perkumpulan, tamu-tamu gelap dan
rombongan orang-orang Kangouw sering berkumpul di kota
kecil ini. Kotanya kecil tapi kebersihan terjamin, jalan raya
yang berlandas balok-balok batu tampak lebar dan rata,
deretan rumah-rumah penduduk nan megah dan rapi
menandakan kehidupan penduduk kota ini cukup makmur.
Rumah-rumah makan, hotel dan toko-toko berderet
sepanjang jalan raya ini, merek toko dan iklan dagangan nama
berkibar ditiup angin diatas galah yang tegak didepan rumah,
sehingga pemandangan sepanjang jalan raya ini berbeda pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kota-kota lain, lebih menyemarakkan suasana pasaran
didaerah Kanglam.
Terutama menjelang magrib begini, paling ramai adalah
hotel atau penginapan yang menerima tamu. serombongan
kereta dari suatu perusahaan ekspedisi atau piaukiok tiba di
kota kecil itu dan memasuki sebuah hotel langganan, maka
suasana menjadi riuh rendah, tata usaha, para pelayan,
demikian pula pihak kasir menjadi repot oleh tugas masingmasing
.
Beberapa ekor kuda besar gagah akhirnya berhenti didepan
sebuah hotel, beberapa lelaki berdandan piausu berlompatan
turun dengan gerakan enteng lincah.
"Ha, Liu-toa-piautau, banyak capai sepanjang jalan, lekas
silakan masuk. silakan masuk." sang Ciangkui, pemilik atau
direktur hotel keluar menyambut sambil menjura dan berseri
tawa.
"He, Li-toa-piauthau, kaupun datang, tentu capai ditengah
jalan, silakan." para pelayan beramai maju menerima kuda
tunggangan para piausu. "Ha, Ci-piausu sudah lama tak
ketemu."
"Hei, siau-mo. siau-gi. Lekas tuntun kuda kami kedalam,
jaga dan rawat hati-hati beri rumput segar, sikat yang bersih."
Diiringi sang ciangkui, rombongan piausu itu berbondong
masuk kedalam hotel, sementara diluar orang-orang masih
sibuk menyeret kereta barang masuk kehalaman serta
membongkar muatannya.
Kalau para pelayan dan kuli-kuli bongkar sedang sibuk
bekerja, dibelakang dibagian istal petugas juga tidak kerja
ringan, maklum kuda-kuda itu baru saja menempuh
perjalanan jauh badannya berkeringat dan kotor, hingga
mereka yang membersihkan cukup payah juga, kuda sebanyak
itu tapi hanya Thio Toako dan siau-gi saja yang memandikan
menyikat dan membersihkan kuda-kuda itu, hingga hari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir petang baru tugas mereka berakhir, tapi masih harus
memberi makan rumput-rumput segar lagi. suasana ramai
lambat laun mulai sirap setelah pekerjaan usai. siau-gi masih
sibuk menimba air mengisi bak, setelah air penuh dia berdiri
meliuk pinggang menggerakkan kaki tangan melepas lelah,
siau-gi adalah pemuda tanggung, berwajah cakap dengan
hidung tegak, alis berdiri, sorot matanya jernih hanya bibirnya
sedikit tebal. Pemuda ini bukan lain adalah Ping-ji yang nekat
minggat dari Kui-hun-ceng dan berkelana di Kangouw.
Dengan lengan baju dia membersihkan air dan keringat
diatas jidatnya, lalu menarik napas panjang, lama dia
melamun mengawasi permukaan air. Masih segar dalam
kenangannya, disuatu tempat lain dan dimasa yang lalu,
diapun pernah duduk termenung mengawasi air, dia tengah
membersihkan rambut kepala dan mukanya. sekujur badan
yang berlepotan darah. Rasa perih yang menyengat kulit
badannya karena siksa derita yang keluar batas, tapi dia kuat
bertahan, karena tekad telah bersemayam dalam benak nya,
maka dengan langkah sempoyongan dia mulai menempuh
perjalanan, membuka lembaran baru...
Dia tidak tahu kemana dia harus pergi, tapi dia pernah
bersumpah meski harus menjelajah dunia, diapun rela
menderita hid up dirantau, maka dia menyusuri jalan raya
menuju kehari esok dan penuh harapan. Walau sepanjang
perjalanan tidak sedikit aral rintang dan kesukaran yang
pernah dia hadapi tapi dengan segala ketekadan bulat dia
terima semua ujian hidup ini dengan dada lapang dan penuh
pengertian. Ada kalanya bila bertemu rombongan kereta dia
mohon menumpang, pernah ditolak. tapi tidak sedikit pula
orang-orang baik hati yang mau mengantarnya ketempat
tujuan.
Kantongnya tidak pernah terisi uang sepeserpun, tapi dia
tidak sudi minta sedekah maka sepanjang jalan dia suka
bekerja menjual tenaga untuk memperoleh sesuap nasi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah memperoleh upah dan dikumpul cukup banyak, dia
melanjutkan perjalanan, tak jarang dia dihina, dihajar dan
dicaci maki oleh kawanan bajingan atau para majikan yang
kikir dan galak, tapi tanpa komentar dia terima semua itu
dengan hati damai dan tentram.
Dia digebuk, dihajar bukan karena dia malas, selama hidup
dia tidak pernah kenal apa itu malas, tapi entah kenapa setiap
dia melakukan kerja yang cukup berat, sekujur tubuh lantas
kesemutan, sakitnya seperti di gigiti ribuan semut, lalu kepala
pusing tujuh keliling dan jatuh pingsan, karena itu tidak sedikit
pecah belah umpamanya yang jatuh berantakan, atau masih
banyak pula sebabnya...
Dia masih ingat, di waktu dia masih jadi gelandangan,
karena hari sudah petang dia tidak mendapatkan tempat
untuk istirahat. Terpaksa dia bermalam didalam hutan yang
belukar. Malam itu hawa dingin, angin menghembus kencang,
hingga dia menggigil tak bisa tidur hampir tubuhnya beku,
syukur sang fajar telah menyingsing, dia melanjutkan
perjalanan pula, tapi setelah siang tiba, dia merasa dirinya
seperti ditindih benda ribuan kati, kerongkongan kering, tubuh
panas seperti dibakar. Akhirnya dia roboh terkulai tak ingat
diri.
Bila dia siuman, didapatinya dirinya rebah dirumah seorang
petani, seorang nyonya setengah baya memberitahu
kepadanya, bahwa dia pingsan dipinggir jalan, nyonya itulah
yang menolongnya. Tapipenyakitnya cukup berat, maka
nyonya setengah baya istri petani mengundang tabib untuk
memeriksa dan memberi obat.
setengah bulan kemudian, penyakitnya baru mulai sembuh,
tabib bilang dia pernah terluka dalam karena tidak diobati
hingga luka-luka itu makin parah, apalagi setelah terserang
demam, hingga dia jatuh sakit cukup parah. Untung tabib itu
lihay dan menemukan sumber penyakitnya, kalau terlambat
dia juga tidak mampu menolongnya lagi, oleh karena itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpaksa dia menetap dirumah petani itu untuk beberapa
lamanya.
Dari percakapannya dengan nyonya petani diketahui bahwa
suami nyonya petani dulu adalah seorang tokoh Kangouw
yang kenamaan, suatu ketika karena memenuhi undangan
seorang musuh, sejak itu dia tidak pernah kembali, membawa
putranya yang masil kecil kemana-mana dia mencari sang
suami, tapi tak lama kemudian, putranya yang masih kecil
itupun ikut hilang karena sedihnya hampir saja dia menjadi
gila...
Untung seorang tuan tanah yang baik hati mau menerima
dirinya, maka dirumah tuan tanah itu dia diangkat menjadi
pengurus rumah tangga, tapi tidak lama dia minta berhenti,
dengan jerih payahnya sendiri dia bercocok tanam.
Entah berapa banyak hari telah berselang, dengan penuh
harap dia berdoa suatu ketika supaya bisa bertemu dengan
putranya pula, tapi sampai sekarang dia tetap kecewa, waktu
dia menemukan Ping-ji, dia kira putranya itu telah kembali,
karena wajah Ping-ji adalah begitu mirip dengan putranya itu,
tapi usia putranya lebih tua...
Penuh perhatian Ping-ji mendengarkan cerita nyonya itu,
diapun ikut mencucurkan air mata, karena barujuga karena
sedih, sikap dan tutur kata si nyonya betul-betul
melambangkan betapa kasih sayang seorang ibu terhadap
putranya, pada hal sejak kecil dirinya justru tak pernah
mengecap cinta ibunda.
Akhirnya giliran. Ping-ji menceritakan riwayat hidupnya,
nyonya itupun bercucuran air mata serta memeluknya dengan
penuh kasih sayang. diwaktu dia memberitahu cita-citanya,
nyonya itu tertawa riang, karena sejak itu nyonya petani itu
menjadi ibu angkatnya.
Dua bulan kemudian baru dia sembuh betul-betul. dia
berkukuh dengan cita-citanya semula, tetap akan melanjutkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perjalanannya. ibu angkatnya menahannya dengan berbagai
alasan dan cara, tapi dia kukuh pendapat, tekadnya tidak
tergoyahkan, akhirnya dia berjanji, setelah dia menemukan
ayah bundanya, pasti akan datang menjemputnya. Apa boleh
buat terpaksa nyonya petani itu mengantarnya keluar pintu.
Dia catat didalam hati bahwa suami nyonya petani itu
bergelar Tiong-siau-kiam-khek Suma Liang, putra mereka
bernama suma Ling-khong. Dia bersumpah datang suatu
ketika, pasti dapat menemukan mereka dan membawanya
kehadapannya.
Didalam kehidupannya selanjutnya, boleh dikata kerja
apapun pernah dilakukan, walau pada pihak tertentu suatu
kerja itu sering dipandang rendah dan menjijikan, tapi dia
berpendapat asal aku bekerja dan memperoleh imbalan secara
halal, hasil dengan jerih payah dan cucuran keringatku sendiri,
itulah tujuan hidup nan suci dan agung...
Pernah dia bekerja di piaukiok sebagai tukang sapu dan
kerja serabutan apa saja, dari mulut para piausu yang
kerjanya mengukur jalan ke utara dan selatan, dia berusaha
mencari tahu nama dan berita Ji-cengcu, tapi dia selalu
kecewa, tapi suatu ketika dikala dia menjadi pelayan disebuah
hotel, dari percakapan beberapa tamu, dia memperoleh
beberapa bahan, diantaranya menyangkut tentang nama Lo
Bing-wan, nama Ji cengcu yang sedang dia cari jejaknya.
Pembicaraan itu menyangkut terjadinya suatu berita bahwa
Wi-liong-pit-sin mendadak muncul di Kanglam, hingga
menggemparkan Kangouw, hingga orang-orang gagah dari
berbagai cabang aliran dan perguruan atau golongan
berlomba datang ke Kanglam, mereka siap menyelidiki jejak
Wi-liong-pit-sin, karena Wi-liong-pit-sin memuat berbagai ilmu
sakti yang jarang ada didunia persilatan, ilmu yang selalu
dimimpikan oleh seluruh kaum persilatan, siapa berhasil
mempelajari ilmu di dalam buku catatan itu, maka dia akan
terkenal dan tiada tandingan di kolong langit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ping-ji berpikir, tak heran Ji-cengcu tergesa-gesa
meninggalkan Kui-hun-ceng, mungkin karena diapun
mendengar berita munculnya Wi-liong-pit-sin itu, maka
dengan buru-buru dia mempersiapkan diri lalu memburu ke
Kanglam.
Di kala Ping-ji tiba di Kanglam, tentang Wi-liong-pit-sin
tidak pernah dibicarakan orang pula, sudah tentu Ji-cengcu
juga belum pernah ditemukan, terpaksa dia terima menjadi
tukang cuci kuda di hotel ini, dia yakin suatu ketika dia pasti
bisa bertemu dengan Ji-cengcu, entah kapan, itu hanya soal
waktu belaka.
Tak lama kemudian, diperoleh pula kabar yang simpang
siur, tapi sudah tersiar luas di Kangouw bahwa Wi-liong-pit-sin
itu telah direbut seorang aneh dari luar perbatasan. Ada pula
yang mengatakan dikala orang banyak sedang
memperebutkan Wi-liong-pit-sin tiba-tiba muncul seorang
suseng muda, dengan ilmunya yang serba mujijat dia berhasil
menundukkan seluruh hadirin serta merebut Wi-liong-pit-sin-
Tapi ada pula berita yang mengatakan Wi-liong-pit-sin telah
lenyap tak berbekas sejak munculnya seorang perempuan
jelita bak bidadari, karena perempuan cantik itu berhasil
membantai seluruh lawan-lawannya.
Malah ada pula yang bilang. Bahwasanya didunia ini tidak
pernah ada Wi-liong-pit-sin itu, berita yang tersiar luas itu
hanya kabar bohong... pendek kata berita simpang siur itu
makin meluas dan dipercaya sehingga dunia persilatan makin
kacau dan geger.
Tidak jarang pada setiap kesempatan Ping-ji bertanya
kepada orang-orang Kangouw yang kebetulan lewat atau
ditemuinya, dari berbagai pihak sering dia diberitahu, tapi...
Ping-ji menarik napas panjang lalu menghembuskannya
pelan-pelan dengan menengadah, masih tenggelam dalam
lamunannya, tangannya meraba-raba mainan kalung
dilehernya, dibuat main-main serta dibolak balik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bulan sabit entah sejak kapan sudah bertengger diangkasa,
sinar bulan nan redup terasa lembut, batu putih ditangannya
itu tampak bercahaya bening ditimpa sinar bulan, garis lika
liku merah didalam batu seperti bergerak mirip naga, seperti
mau menari keluar saja.
Ji-cengcu bilang, ”dari batu jade ini aku dapat menemukan
ayah bundaku, tapi kemana aku harus mencari mereka... ”
”Hei, siau-gi. Apa yang sedang kau pikiri, Hari kan sudah
gelap.”
Ping-ji tersentak sadar, tampak Thio Toako sedang
mendatangi sambil menenteng lampion, mulutnya masih
mengoceh: “Dengarkan siau-gi. sejak tadi Ciangkui mencarimu
ubek-ubekan, kau disuruh membeli barang. Nah ini, sudah
terdaftar di sini, masuklah ambil uang pada kasir, lekas
berangkat.” sembari bicara Thio Toako ulurkan secarik kertas.
Tanpa bersuara Ping-ji terima lempitan surat itu, setelah
membetulkan pakaiannya, dia berkata: ”Thio Toako, sikat
sapu dan ember masih ada di sini, belum sempat kubawa
masuk, tolong kau bantu aku.”
“Lekaslah pergi, biar nanti aku yang membereskan.”Ujar
Thio Toako.
Ping-ji menurunkan lengan bajunya sambil pa mitan, terus
beranjak keluar.
Malam telah tiba. manusia sudah pada tidur, jalan raya nan
sepi serba gelap lagi , tiada orang berlalu lalang, hanya Ping-ji
seorang yang masih bekerja menyusuri jalan. Angin malam
nan dingin menyampuk mukanya, pakaiannya melambai,
perlahan dia mengh embus napas, lalu mengencangkan
pakaian.
Seolah-olah banyak persoalan yang membuat pikirannya
ruwet, tapi seperti hampa pula, dia jadi heran entah apa yang
sedang dia pikirkan sekarang. Akhirnya dia hanya berjalan
menyusuri jalan raya tanpa tujuan, Rembulan masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertengger diufuk barat, entah sudah berapa banyak malam,
seperti sekarang ini dia mendar mandir...
Ditengah keremangan malam, dalam jarak tertentu dia
masih bisa melihat keadaan didepannya, tiba-tiba dia
berjingkat dikala melihat bayangan hitam yang bergerak tak
jauh didepannya, bayangan itu tampak terseyot-seyot, setelah
tenangkan diri lekas Ping-ji memburu maju.
“Bluk” bayangan didepan itu tiba-tiba tersungkur jatuh.
saking kejut lekas Ping-ji menubruknya serta memapahnya.
Begitu memeluk tubuh dan melihat tegas wajah orang,
seketika dia tertegun, orang ini mandi darah, wajahnya bulat
panjang. alis tebal, mengenakan jubah hitam, sekujur badan
berlepotan darah. Aneh adalah batok kepalanya ternyata
besar, lebih besar dari manusia biasa, lalu pula sepasang
matanya ternyata sipit seperti mata tikus,juling, sekitar bibir,
sepanjang dagunya tumbuh jenggot pendek kasar, bibirnya
boleh dikata tidak kelihatan, tapi giginya yang besar-besar
tampak warna kuning, darah juga tampak meleleh dari
mulutnya, sekujur tubuh gemetar seperti menahan sakit.
Belum pernah Ping-ji melihat keadaan orang seperti ini, dia
gugup dan bingung, sambil menunduk dia bertanya: “Lo-tiang,
lotiang, kenapa kau ?”
Sesaat kemudian orang aneh itu mulai menggerakkan
tangan, suaranya lemah dan lirih: ”Air, . berikan air... aku .. air
dahaga... ”
Sudah tentu Ping-ji makin gelisah, saking bingung dia
hanya menggosok-gosok tangan. Malam sudah larut, gelap
lagi, berada diluar kota pula, kemana dia harus mencari air.
Orang aneh itu bergerak lagi, tubuhnya gemetar dan
mengejang, tangannya seperti mencakar-cakar, lekas Ping-ji
menunduk dan bertanya pula: “Lotiang, apa yang kau
inginkan ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keadaan orang aneh agaknya lebih sadar, pikiran agak
jernih, maka dia ulur jarinya menuding kedalam bajunya. Pingji
pikir orang minta dia mengambilkan sesuatu didalam
bajunya, maka dia ulur tangan merogo kekantong baju si
orang aneh, terasa dia meraba tempat basah dan lengket,
ternyata orang aneh ini tidak mengenakan pakaian dalam,
akhirnya tangannya menyentuh suatu benda bulat, setelah
dirogoh keluar, ternyata sebuah botol porselin putih mungil.
Ping-ji tidak tahu benda apa itu, waktu dia menoleh,
dilihatnya sorot mata orang aneh tampak riang dan menyala,
dia manggut- manggut maka Ping-ji ulur tangannya
menyerahkan botol itu
Bergidik sekali orang aneh menggerakkan tangannya yang
gemetar menerima botol itu, pelan-pelan dengan kedua
tangannya yang gemetar dia membuka tutup botol
mengeluarkan dua pil warna hitam terus ditelannya, sejenak
kemudian dia meronta berduduk serta memejamkan matanya
beristirahat.
Sepanjang perantauannya tidak sedikit pengalaman yang
diperoleh Ping-ji dia tahu orang aneh yang berdandan aneh ini
sedang samadi mengerahkan Lwekang, maka setelah
menghela napes dia berdiri.
Angin dingin ditegalan terasa dingin menyampuk mukanya.
Ping-ji sedikit menggigil, mau pulang dla kuatir akan orang
aneh yang terluka parah ini, maka diwaktu dia menoleh pula
dilihatnya orang aneh itu sudah membuka mata sedang
memandangnya lengang. Ping-ji melongo, sesaat dia raguragu
lalu menggeleng kepala.
Agaknya orang itu juga melengak. maka tatapannya lebih
aneh dan tajam, melihat tatapan orang mengandung tanda
tanya, lekas Ping-ji menjelaskan: “Terus terang Lotiang,
Wanpwe punya kesukaran yang tak boleh kubicarakan,
karena... ”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka dia menceritakan sebab musababnya menjadi
gelandangan serta riwayat hidupnya secara singkat. Dikala dia
membica rakan tujuannya mencari Ji-cengcu serta mendengar
berita tentang munculnya Wi-liong-pit-sin, dilihatnya rona
muka orang itu berobah, kulit mukanya berkerut-kerut serta
bergidik sekali.
Lekas Ping-ji ulur tangannya terasa tangan dan tubuh
orang dingin, karuan dia kaget serunya: “Lotiang, apa kau
kedinginan ? Istirahat sebentar, biar aku masuk kota mencari
kereta, bagaimana ?”
Orang itu geleng-geleng, katanya setelah menghela
napas:“Takdir, sudah takdir..”
Ia merandek sejenak lalu berkata kepada Ping-ji: “Nak, kau
tahu siapa aku ?” Tiba-tiba dia mengejang pula, meski sudah
kertak gigi tapi giginya masih berkerutukan, sesaat dia
memejam mata, baru mulutnya menggumam pula: “Ai,
sungguh tak nyana pukulannya itu ternyata begini lihay.”
Ping-ji diam saja sambil mengawasi penuh kuatir, setelah
menghela napas lega baru dia berkata pula: “Lohu takkan
lama lagi hidup didunia ini, ada sesuatu pesan akan kuberikan
kepadamu, kuminta kau dapat melaksanakan.” suaranya
cemas tapi penuh harap.
Bercekat hati Ping-ji, katanya: “cianpwe, jangan kau bilang
demikian. Marilah kupanggul kau kekota. Dikota ada tabib
yang dapat mengobati penyakitmu, dulu banyak piauthau
yang terluka minta pertolongannya... “
Orang itu ulur tangannya mencegah, katanya menggeleng:
“Tidak berguna, jangan kau bicara lagi. Lekas, jawab
pertanyaanku, apakah kau berani berjanji akan melaksanakan
pesananku ?"
Mendengar nada orang tegas, wajahnyapun menahan
derita, tak tega hati Ping-ji, setelah ragu sejenak akhirnya dia
manggut dengan tekat membulat, katanya: “Asal Wanpwe
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa melakukan, kegunung golok atau lautan apijuga pasti
kulakukan.”
Orang itu sudah hampir tak sadar, mendengar jawabannya,
manggut- manggut, setelah menghela napas mengulur tangan
merogoh kantong seperti menggagap apa-apa, sesaat
lamanya baru dia mengeluarkan selembar sapu tangan, warna
sapu tangan itu sudah luntur, agaknya sudah lama sekali
dipakai atau disimpan, namun masih ada bekas-bekas
coraknya, sapu tangan inipun berlepotan darah, cuma sudah
kering dan berobah hitam.
Dengan heran Ping-ji mengawasi saja, tampak siorang
aneh mendekatkan sapu tangan kemulutnya, lalu
menggumam pula: “swat-bwe, Kau sudah datang. Aku... aku
tak pernah melupakan kau...” mendadak cahaya berkelebat
dimatanya, suaranya berobah panik setengah berteriak: “Hah,
kau... kaupergi... swat-bwe, kau... “ lama kelamaan sorot
matanya membulat, lengang dan kaku mengawasi Ping-ji,
mulutnya menggumampula “swat-bwe, dia.. swat-bwe sudah
mati...”
Tampang orang ini memang aneh dan ganjil, tapi ternyata
mencintai seorang perempuan sepenuh hati, timbul rasa
simpati Ping-ji dan kasihan, jelas sapu tangan ini pemberian
seorang perempuan bernama Swat-bwe, namun dia sudah
meninggal. maka melihat barang-barang kenangan si orang
aneh jadi terbayang pada pemberian. Tapi dia tidak tahu
pesan apa yang akan diberikan orang aneh ini kepadanya,
maka dia menggoncang badannya serta memanggil perlahan:
" cianpwe, cianpwe."
Air mata berlinang, mulut menggumam, badanpun gemetar
pula, lekas Ping-ji memeluk orang aneh ini. katanya perlahan:
" cianpwe. Sadarlah, kau... "
Tiba-tiba orang itu membelalakan mata, badannya yang
gemetarjuga sudah terhenti, lama dia mengawasi Ping-ji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan heran, tanyanya kemudian: Kau... kau bisa main silat
?"
Ping-ji melenggong lalu geleng-geleng, melihat sorot mata
dan sikapnya jujur, orang itu merasa aneh lalu mengamati
lebih seksama, tapi mendadak dia mengejang pula terus rebah
dalam pelukan Ping-ji.
Begitu tubuhnya menempel tubuh Ping-ji terasa adanya
suatu arus hangat merembes kedalam badannya, hawa dingin
yang menyiksa dirinya itu seperti tertahan dan tidak
mengganas lagi, maka dia tidak berani banyak bergerak.
menggelendot ditubuh Ping-ji dia bertanya: ,Kau membawa
barang mestika apa, kenapa timbul hawa hangat ditubuh mu
?"
Semula Ping-ji mau menggeleng, tapi dilihatnya si orang
aneh tidak lagi menggigil setelah rebah dalam pelukannya,
diapun menjadi heran, sesaat dia berpikir lalu mengeluarkan
mainan kalung didadanya diangsurkan kedepan orang aneh,
katanya: "Aku hanya punya batu putih ini, setiap Wanpwe
main-main sering terasa hangat, apa kasiatnya Wanpwe tidak
tahu."
Orang itu ulur tangannya, begitu tersentuh tangan memang
terasa hangat. hawa dingin yang bersarang ditubuhnya lekas
sekali telah tersapu bersih, karuan girang bukan main,
serunya: "oh,jadi batu jade putih inilah, dari mana kau peroleh
ini?"
Ping-ji geleng-geleng, katanya: "Sejak kecil sudah
tergantung dileherku, mungkin batu mulia untuk mengusir
setan-"
Orang itu sedang membalik batu itu serta memperhatikan,
mendadak dia terbeliak serta berteriak: "Hah, Hiat-liong-ling,
kau... " sembari berkata bergegas dia angkat batu itu tinggi
diatas kepala terus menyembah beberapa kali mulutnya
seperti berdoa:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cosuya yang terhormat, berkat junjungan Thian yang
mulia, Hiat- liong muncul kembail, bangkitnya perguruan kita
sudah diambang pintu, walau Tecu sudah tua dan tak
berguna, sebelum ajal mendatang, pasti akan bekerja sekuat
tenaga demi lahirnya seorang ciangbunjin, membangun
kembali usaha besar nan jaya sepanjang masa... " lalu diapun
berlutut dan menyembah beberapa kali kepada Ping-ji,
serunya: " ciangbunjin yang mulia, Lu Gi-ok murid angkatan
generasi kedelapan menyampaikan sembah hormat."
Sudah tentu Ping-ji rikuh dan gugup, serunya kaget: "
cianpwe, jangan begitu, ini..."
Habis menjalankan sembah hormat orang itu berduduk
serta menghela napas lega, katanya: "ciangbun, ada yang
tidak kau ketahui, lencana ini adalah perintah kebesaran dari
ciangbunjin Hong-lui-bun turun temurun. Dahulu waktu Kiampay-
cousu memberi wejangan sudah ditentukan, siapa pegang
Hiat-liong-ling dialah ciangbunjin perguruan kita, tak nyana... "
setelah menghela napas dia menambahkan, "ciangbun, Tolong
papah aku ke sana, ditempat yang tersembunyi, ada urusan
besar yang perlu lohu laporkan-"
Melihat sikapnya serius, lekas Ping-ji memapahnya,
dipinggirjalan sebelah kiri sana memang terdapat batu-batu
yang tersebar luas, maka pelan-pelan dia memapahnya ke
sana dan duduk dibelakang sebuah batu besar.
Agaknya orang aneh ini mengalami banyak luka-luka, meski
rasa dingin sudah lenyap. tapi sedikit bergerak, luka-luka
tambah sakit, darahpun meleleh keluar pula dari mulutnya.
setelah minum beberapa pil obat pula dia mulai semadi.
Sesaat kemudian agaknya semangatnya telah agak pulih,
setelah batuk-batuk mengeluarkan riak darah baru perlahan
dia bersuara: "Beberapa tahun yang lalu... " sikapnya tampak
hikmad dan khusuk. maka Ping-ji lekas membetulkan
pakaiannya, mendengar sepenuh perhatian, " cikal bakal
perguruan kita Thay-hi Siangjin seorang diri mendirikan HongTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
lui-bun di Thianlam, waktu itu karena azas tujuan dari
perguruan kita mendapat dukungan hingga lekas berkembang
d aniaya, dalam masa beberapa ratus tahun merupakan
perkumpulan paling besar dan disegani di daerah Thian-lam,
murid-muridnya tersebar luas di mana-mana...
Dalam anggaran dasar perguruan ada dicantumkan bahwa
cousu sudah menentukan, pemilihan setiap ciangbunjin pada
setiap generasi harus dipilih oleh pejabat ciangbunjin itu di
antara para murid yang menonjol dan berbakat kepadanya
akan diajarkan ilmu sakti perguruan, ketentuan ini harus
dilaksanakan dalam jangka tiga tahun sekali, tiba saatnya
harus diadakan rapat anggota, menyembah cikal bakal dan
seleksi pun diadakan, siapa unggul dialah calon ahli waris
ciangbunjin, berkat perlindungan Thian Yang Maha Kuasa,
ciangbunjin Hong-lui-bun dari generasi kegenerasi selalu
tampil jago-jago kosen sehingga perguruan kita makin
berkembang besar. Di mana Hiat- liong- ling yang dipegang
ciangbunjin berada, sambutan gegap gempita, masa bersorak
menari dan menyanyi...
"Tapi, sayang sekali, di waktu pergantian ciangbujin
generasi ketujuh terjadilah suatu peristiwa yang kurang
menyenangkan, sejak peristiwa yang tidak menyenangkan itu,
Hong-lui-bun makin runtuh dan tak mampu bangkit kembali...
"
Orang aneh menghela napas gegetun, lalu meneruskan
ceritanya:
"Pergantian ciangbunjin generasi ketujuh juga dilaksanakan
sesuai peraturan, murid-murid yang unggul bertanding secara
terbuka dihadapan umum, waktu itu ada dua dua murid yang
berhasil menjagoi gelanggang maju ke final menentukan siapa
lebih unggul, didala m anggaran dasar perguruan sebetulnya
ada ketentuan, bagi yang menang tidak boleh congkak, yang
kalah tidak boleh patah semangat, dianjurkan untuk berjuang
bahu membahu sama-sama bekerja demi kejayaan perguruan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun kedua murid itu memang setingkat dan setanding,
masing-masing memperoleh kemenangan dalam keahlian
sendiri-sendiri, tapi dalam babak terakhir pada dua ratus
delapan puluh jurus kemudian, keduanya sama-sama berhenti
bertempur, karena keduanya sama-sama terluka... Waktu itu
ciangbunjin berdiri serta memberi putusan bahwa murid yang
bergelar ciang-kiam-kim-ling sebagai calon ciangbunjin
generasi ketujuh dan akan berkuasa dalam perguruan, dia
dipilih sebagai pemenang karena luka-lukanya paling ringan.
Maka hadirin bersorak sorai, pesta besar di adakan...”
Sampai di sini cerita orang aneh, alisnya bertaut makin
dalam, lalu melanjutkan: "Diluar dugaan, malam itu, murid
yang kalah itu ternyata minggat membawa lari Wi-liong-pit-sin
dan lencana kebesaran ciangbunjin, yaitu Hiat- liong- ling.
sudah tentu ciangbun amat murka, seluruh murid segera
diperintahkan, diumumkan pula kepada dunia persilatan,
apapun Wi-liong-pit sin dan lencana kebesaran ciangbunjin
harus direbut kembali... "
Ping-ji melongo, pikirnya: "Ternyata Wi-liong pit-sin adalah
pusaka turun temurun dari ciangbunjin Hong-lui-bun- Tak
nyana batu putih itupun adalah Hiat- liong ling dari perintah
kebesaran mereka. Tapi bagaimana bisa berada padaku ?"
Tengah berpikir orang aneh itu sudah menghela napas,
tuturnya lebih lanjut: "Tapi setahun dua tahun telah
berselang, sang waktu terus berlalu, Wi-liong-pit-sin dan
lencana itu tak pernah muncul dan lenyap tak karuan-
Hong-lui-bun semakin lemah, takpernah bangkit kembali.
ciangbunjin generasi ketujuh akhirnya jatuh sakit parah dan
meninggal dunia tidak lama kemudian-
Sebelum ajal ciangbun ada pesan "Bila siapa dapat
memperoleh Wi-liong-pit-sin dan Hiat- liong- ling maka dia
akan diangkat sebagai ciangbunjin diapun mengharapkan
sutenya yang minggat mencuri Pit-sin dan Hiat- liong- ling bisa
insyaf dan bertobat, kembali ke Thian-lam, dia rela
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerahkan jabatan ciangbunjin ini kepadanya, asal dia mau
giat membangun kembali kejayaan perguruan masa lalu.
"Tapi meski berita ini sudah disiar-luaskan, tapi yang
diharapkan itu tak pernah muncul. suatu ketika, belum lama
setelah ciangbunjin meninggal, seorang murid pernah melihat
seorang tua berwajah lesu dan lemah mondar mandir didepan
kuburannya, berkeluh kesah dan geleng-geleng, perawakan
tubuhnya tampak mirip dengan murid perguruan yang
mencuri Pit-sin dan Hiat-liong-ling itu, waktu itu ada belasan
murid yang merubung maju mengoroyoknya, tapi dalam
sekejap bayangan orang itu berkelebat beberapa kali, belasan
murid itu sudah bergelimpangan roboh, sebelum pergi orang
itu menunjukkan sebuah batu putih, itulah Hiat liong-ling,
setelah memberi pesan beberapa patah kata terus tinggal
pergi...
Setelah orang-orang itu tertolong, mereka lantas terjun
kearena Kangouw, tetap mencari jejak orang itu, untuk
menemukan Wi-liong-pit-sin dan Hiat- long- ling, tapi orang itu
ibarat batu yang tenggelam dilautan, jejaknya tidak pernah
muncul lagi .. ,
"Suatu tahun, di kalangan Kangouw pernah muncul
seorang aneh, kejadian kira-kira tiga tahun setelah ciangbun
ketujuh meninggal, dengan bekal kungfunya yang tinggi dan
aneh, orang aneh itu malang melintang di Kangouw, tiada
musuh yang mampu menandinginya, agaknya jiwa orang itu
agak nyentrik, setiap turun tangan, lawan-lawannya tidak ada
yang ditinggalkan masih hidup, tapi dia bukan suka main
bunuh secara sembrono...
Walau demikian golongan hitam dan aliran putih dibuat
marah, para pimpinan persilatan amat membenci
perbuatannya, karena tidak sedikit murid-murid perguruan
besar yang ajal ditangannya, tapi mereka tidak bisa berbuat
apa-apa karena orang aneh itu memang memiliki kepandaian
luar biasa ..
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suatu hari kaum persilatan diutara dan selatan memperoleh
kata sepakat untuk menyebar Lick-lim-tiap (undangan kaum
persilatan), demikian pula delapan besar aliran persilatan
dipimpin pihakSiau-lim mengeluarkan pengumuman, serempak
akan mengejar jejak orang itu, tapi jejak orang itu tiba-tiba
lenyap tak berbekas. Tapi suatu kali orang aneh itu sedang
bertamu dirumah jago catur di San-say, entah bagaimana
jejaknya diketahui orang, maka orang banyak meluruk datang
mengeroyoknya, setelah bertempur tiga hari tiga malam,
gembong-gembong penjahat berguguran- Dibawah keroyokan
gabungan delapan besar perguruan silat orang aneh itu
berhasil dilukai, tapi lima dari delapan ciangbunjin delapan
besar perguruan itu gugur, dua lagi terluka, hanya ciangbunjin
Bu-tong-pay saja yang segar bugar, tapi diapun melarikan diri.
Di saat-saat terakhir itulah murid-murid Hong-lui-bun juga
telah memburu tiba, karena kabarnya orang aneh itu
menggunakan Kungfu yang termuat di dalam Wi-liong-pit-sin-
.. tapi bila mereka tiba ditempat kejadian, orang aneh itu
sudah lenyap entah kemana... "
Sepanjang ini orang aneh itu bercerita, maka napasnya
sengal-sengal, sikapnyapun kelihatan haru dan sedih, setelah
istirahat seperlunya dia melanjutkan:
"Karena melihat orang-orang Hong-lui-bun datang, apalagi
diapun terluka, maka diapun melarikan diri, tak lama
kemudian karena luka-lukanya yang terlampau parah diapun
ambruk.
Kebetulan ada seorang gembala, karena diwaktu kecil
kekasihnya direbut oleh putra tuan tanah, karena sedih tak
mampu menolong kekasihnya dia berniat bunuh diri, dan
kebetulan bersua dengan orang aneh itu, terpaksa dia
merobah niatnya, menolong orang aneh serta membawanya
pulang, sejak itu gembala itu diambil sebagai murid angkat
oleh orang aneh itu serta mengajarkan Kungfu kepadanya
malah diapun memberi sejilid buku tipis, lalu tinggal pergi...
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah belajar Kungfu, gembala itu meluruk kerumah tuan
tanah serta membunuh putranya, tapi kekasihnya itu sudah
keburu bunuh diri karena putus asa dan malu setelah ternoda,
saking sedih dia berkelana sambil mencari jejak gurunya untuk
ikut mengasingkan diri, tapi setalah dia melanglang buana di
kangoaw, orang aneh itu tidak pernah ditemukan lagi."
Sampai disini orang itu mengerut alis serta menggumam
pula:" bangsat kejam, mereka turun tangan keji, pakai racun
lagi... "
Ping-ji kaget, tanyanya gugup: "ciahpwe apa kau juga
keracunan?" orang itu manggut-manggut setelah merintih,
menjawab:
"Untuk mencari suhu maka aku mengembara di
kangouw..." dari ceritanya tadi Ping-ji lantas tahu bahwa
orang aneh ini adalah si gembala itu, maka cerita dia
mendengarkan penuh perhatian, "tak pernah aku menemukan
beliau, entah bagaimana berita bahwa aku membawa wi-liongpit-
sing telah bocor dan tersiar luas di Kangouw, banyak orang
mencari aku, tapi berhasil kugebah pergi...ai, memang salahku
sendiri aku terlalu jujur... bicara tanpa tedeng aling aling.
"Suatu hari disebuah rumah penginapan aku bertemu
dengan pedagang kulit. Setelah bercakap-cakap kita amat
cocok. maka dia mengundangku minum arak.ai, ternyata aku
kena tipu... bila aku sadar, setengah guci arak sudah masuk
keperut, kontan aku pukul mampus orang itu, tapi dari luar
pintu menerjang masuk banyak orang... aku... sambil
melawan melarikan diri... ah... mukanya mengejang dan
gemetar. suaranya serak. " Karena racun kumat didalam
badan, akhirnya aku roboh dan terkejar seorang mengenakan
kedok berhasil memukulku sekali. Kalau... tidak salah itulah
pukulan Hian-ping-ciang dari aliran Pak-hay aku tak tahan lagi,
karena pukulan itu aku terjungkal roboh, wi-liong-pit-sin pun
terebut olehnya. Tapi layap-layap masih kurasakan banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang meluruk dan mengerubut dia, bagaimana selanjutnya
aku tidak tahu.
"Setelah aku siuman, ditanah rebah banyak mayat tapi Wiliong-
pit-sin sudah lenyap. orang berkedok itupun sudah pergi,
maka aku bertahan dan meninggalkan tempat itu sampai disini
menggigil.
Siapa nyana Hiat- liong- ling yang sudah lenyap puluhan
tahun mendadak muncul kembali Suhu pernah bilang, sejak
dia minggat dari perguruan, hatinya amat menyesal dan
bertobat, waktu dia mengajarkan Wi- liong ciang kepadaku
pernah berpesan wanti-wanti dan menceritrakan kejadian
masa lalu, beliaupun menugaskan aku untuk mencari Hiatliong-
ling serta dikembalikan ke Hong-lui-bun diThian-lam.
Karena Hiat- liong- ling telah hilang tanpa diketahui waktu dia
menempur para ciangbunjin dari delapan besar perguruan
silat..."
Kembali dia meneruskan.
"Takdir, ini memang takdir.." orang aneh menggumam
pula, "Walau guruku pernah menghianati Hong-lui-bun, bahwa
dia mengajarkan Wi- liong- ciang kepadaku supaya aku bantu
mengangkat nama besar Hong-lui-bun...ai, siapa nyana Losiu
sendiri sekarang... “
Tiba-tiba dia menegakkan badan dan bersikap serius,
katanya: ”cosu ada pesan, siapa pegang Hiat- liong- ling
dialah ciangbunjin, meski Losiu sudah payah begini, tapi
sekuat tenaga akan kubantu ciangbunjin untuk mengangkat
kembali kebesaran Hong-lui-bun kita.. ciangbun nah
perhatikan, jurus ini dinamakan Llong-kiap sin- gan, jurus
ini...” beruntun dia menurunkan tiga jurus.
Jauh diarah kota terdengar ayam jantan berkeluruk. maka
kokok ayam pun bersahut-sahutan- Akhirnya fajar
menyingsing, bumi mulai benderang, dibela kang batu, dua
orang yang duduk berhadapanpun sudah terlihat jelas... mulut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang aneh itu komat-kamit seperti membaca mantra, entah
memberi petunjuk kepada si pemuda. tiba-tiba dia angkat
sebelah tanganaya menepuk batok kepala si pemuda,
mulutnya komat-kamit pula.
Mata Ping-ji terpejam, rona mukanyapun ganti berganti,
tiba-tiba seperti mendadak dia mengalami siksa derita yang
luar biasa, daging mukanya mengejang dan melonjak-lonjak.
Pelan pelan rona mukanya yang semula merah menjadi pucat,
dari pucat menghijau lalu bersemu merah pula. Sebaliknya
kulit muka orang aneh yang hitam berobah pucat pasi, kulit
dagingnya makin kuyu dan kering. Mendadak "Bluk" tubuh
orang aneh terkulaijatuh terjengkang. Ping-ji sendiri juga
molonjak mumbul...
Mentari mulai memancarkan cahayanya yang terang
benderang, hari ini mulai hidup baru...
---ooo0dw0ooo---
Sang surya terus merambat ketengah angkasa, tanpa
terasa lohor telah tiba. Di jalan raya, bayangan seorang yang
tinggi lencir tengah jalan pelan2. Mentari begitu terik, orang
segan keluar rumah, burung2pun tidak kelihatan terbang,
dunia serba tenang dan tentram hanya bayangan orang
bertopi rumput itu saja yang berjalan menyeret bayangannya.
Didepan sebuah batu pilar dia berhenti, setelah menarik
napas panjang, pelan-pelan dia menurunkan topi rumputnya.
Kini kita bisa melihat jelas wabahnya, dia bukan lain adalah
Ping-ji. Sesaat dia membaca huruf-huruf yang terukir diatas
batu, lalu menyeka keringat dengan lengan bajunya, pelanpelan
dia duduk mendeprok ditanah, akhirnya dia menghela
napas lega: "Ah cepat sekali, tak terasa musim panas telah
tiba."
Duduk melamun Ping-ji terbayang pengalaman malam itu,
dikala dia menolong orang aneh itu, dari mulutnya dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapat banyak berita, diketahui bahwa Ji-cengcu sudah
meninggal, saat itu dia menangis gerung-gerung, menurut
cerita orang aneh, dia menyaksikan orang banyak mengeroyok
orang berkedok yang merebut Wi-liong-pit-kip dari badannya,
diantara pengeroyok itu ada Lo Bing-wan, setelah dia siuman
dari pingsannya, diantara mayat-mayat yang bergelimpangan
disekitarnya terdapat Lo Bing-wan, sementara orang berkedok
itu tidak kelihatan mungkin setelah membantai lawanlawannya
orang berkedok itu lari membawa pit-kip itu. Karena
Ping-ji memiliki Hiat-liong-ling dari Hong-lui-bun, maka orang
aneh yang menginsyafi-jiwanya takkan lama lagi, segera dia
turunkan ilmunya kepada Ping-ji, diajarkan pula cara
bersamadi meyakinkan Lwekang, terakhir dia kerahkan
seluruh tenaga yang dilatihnya puluhan tahun disalurkan
ketubuh Ping-ji hingga dia sendiri mati dengan tubuh kuyu
kering.
Dengan menahan sedih Ping-ji mengubur orang itu, lalu
dengan tekad bulat dia menempuh perjalanan- Dia
berpendapat seorang laki-laki harus punya pambek dan
pambek itu berada di empat penjuru, maka itu dia sadar tak
boleh dirinya terima menjadi kacung dihotel melulu, Ji-cengcu
yang hendak dicarinya sudah ajal, sementara batu putih
sebagai tanda pengenal untuk menemukan ayah bundanya
ternyata juga adalah, medali kekuasaan tertinggi Hong-luibun,
ini menambah rasa bimbang hatinya, tak tahu bagaimana
dia harus menyesuaikan diri. Apalagi sebelum ajal orang aneh
juga berpesan supaya dirinya giat berusaha membangkitkan
pula kebesaran perguruan Honglui-bun, menuntut balas sakit
hatinya, merebut balik Wi-liong-pit-sin. Maka dia bersumpah,
dia akan menemukan orang berkedok itu, menurut keterangan
orang aneh, orang itu menggunakan Hiat-ping-ciang dari
aliran Pak-hay. Dia tidak tahu perguruan apa dan di mana
Hian-ping-ciang itu, tapi dia yakin suatu ketika dirinya pasti
dapat menemukan jejak musuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Banyak persoalan bergelut dalam benaknya, tapi satu
persoalan utama sudah tetap dalam benaknya, dia pikir dia
harus pulang dulu ke Kui-hun-ceng, dulu dia pernah berjanji
akan menemukan Ji-cengcu serta membawa pulang, tapi Jicengcu
sudah meninggal maka dia berangkat menuju ke Kuihunceng.
Sepanjang jalan dia giat berlatih tiga jurus yang
pernah dia pelajari dari orang aneh serta cara samadi
meyakinkan Lwekang. Setiap kali dia usai latihan, terasa
semangatnya makin bertambah, maka dia makin meresapi
betapa besar dan berat tugas yang dipikulnya...
Seolah-olah bayangan orang aneh nan arif itu muncul
didepannya, dengan tekad bulat dia angkat sebelah tangannya
serta berkata: "cianpwe, legakan hatimu. Aku pasti berbuat
menurut pesanmu."
Sambil membanting kaki bergegas dia melompat berdiri.
Dari tulisan diatas batu ini dia tahu tak jauh kedepan lagi
adalah Bu-tong-san yang tersohor dikolong langit. Puncak
tinggi yang menjulang menembus mega terpampang didepan
mata, maka terbayang olehnya di waktu orang aneh itu
seorang diri melabrak delapan Ciangbunjin dari perguruan
besar itu, tanpa terasa jiwa ksatrianya membara, maka sambil
melangkah maju matanya menjelajah sekelilingnya, sepanjang
jalan ini adalah deretan pohon-pohon entah apa namanya,
tiba-tiba tergerak hatinya, segera dia melangkah kearah
hutan- Dibalik hutan adalah sebidang tanah lapang nan luas.
sejenak dia bimbang, akhirnya dia duduk bersimpuh lalu mulai
bersamadi.
Sekonyong-konyong Ping-ji mencelat mumbul seraya
bersuit panjang, ditengah udara dia menggerakkan sepasang
tangannya maka bayangan telapak tangan bertaburan
sehingga udara seperti dirapati oleh tabir telapak tangan,
orang akan silau dan kabur pandangannya, Mendadak
sebelum tubuhnya anjlok dia menekuk pinggang dengan
kepala dibawah kaki diatas dia menukik turun, bila tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir menyentuh bumi mendadak sepasang tangan
mengipat dan menepuk serabutan- Beberapa kali dia lakukan
gerakan yang sama, akhirnya baru dia menarik gerakan
melayang turun, setelah berdiri, tegak dia menghela napas,
gumamnya: "orang aneh itu bilang Liong-jiau-king-thian
(cakar naga menyanggah langit) dan Liong-hwi-kiu-thian
(naga terbang kelangit sembilan), harus sekaligus
melancarkan tiga puluh enam jurus pukulan baru terhitung
pukulan ini sempurna tapi pada pukulan kedua puluh tujuh,
selalu aku merasa saluran tenaga selanjutnya menjadi buntu
dan tak tersambung, apa sebabnya dan kenapa demikian-..
kembali Ping-ji tenggelam dalam renungan-
"Bluk." tiba-tiba dia terperanjat oleh suara gedebukan,
waktu dia menoleh dilihatnya sesuatu jatuh dipinggir pohon
sana, kelihatan masih bergerak-gerak. Itulah manusia
demikian pekik hatinya. Lekas dia melompat kesana memapah
orang itu, waktu ditegasi seketika dia kaget. "Karena orang
yang rebah dalam pelukannya adalah seorang perempuan,
seorang perempuan berpakaian hitam berlepotan darah.
Kecuali luka-luka disekujur tubuhnya, lengan kiri
perempuan ini telah buntung hingga lengan bajunya
menjuntai.
"Cianpwe, Cianpwe. Sadarlah." demikian teriak Ping-ji, dari
dandanan orang Ping-ji yakin bahwa perempuan inipun pandai
main silat, maka dia menggoncang badannya.
Pelan-pelan perempuan itu membuka mata, mulutnya
bergerak. lekas Ping-ji mendekatkan tubuhnya, "Cianpwe, kau
terluka separah ini?"
Mendadak perempuan itu meronta, mulutnya menggumam:
"Hoat-liong, Liong-ko,jangan tinggalkan aku, aku... aku
takut... api itu... oh, Liong-ko, aku... aku berbuat salah... salah
terhadapmu, tapi... itu.. . bukan... He, kau... kau bukan Liongko...
kau bukan... ohh... '
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak perempuan itu membuka lebar matanya, sesaat
dia menatap Ping-ji, kini pikirannya mulai jernih, dengan suara
lemah dia berkata: 'Anak muda, sudikah kau membantu aku.
Dalam kantongku... ada sebutir... obat, kuberikan...
kepadamu... tolong kau temukan putra ku... beritahu
kepadanya... ayahnya dibunuh... orang... aku... aku temukan
musuh itu... huk. huk... " beruntun dia batuk-batuk keras,
darah menyembur dari mulutnya tapi dia angkat kepalanya,
sekuat tenaga dia melanjutkan, ”aku kena dilukai... maka aku
lari... lari ke Bu-tong... san- mereka tidak... mau memberi
obat... terpaksa... aku mencurinya... tapi, aku terkejar... dan
dihajar... , hingga... luka parah... begini... " keadaannya
memang teramat payah, syarafnya sudah kabur setelah
menarik napas beberapa kali, lekas dia meneruskan, ”beritahu
kepada anakku... suruh... dia... menuntut... balas sakit...
hatiku... diatas badannya membawa . , , sebuah batu putih .. ,
itulah batu jade... yang hangat ..
Terasa darah dalam tubuh seperti mendidih, napas juga
menderu berat tiba-tiba menyala semangatnya, lekas dia
merogoh batu putih yang tergantung didadanya serta
diberikan kepada perempuan buntung lengannya perempuan
itu sudah memejam mata, pelan-pelan setelah merasa
tangannya memegang benda hangat dia membuka mata,
ujung mulut mengulum senyum, tapi hanya itu saja .
Karuan kepala Ping-ji seperti mau pecah, bumi berputar,
pandangan menjadi gelap. dunia seperti sudah kiamat, dia ikut
runtuh, hancur lebur.
Dia ingin meratap. sesambatan, menangis gerung-gerung,
tapi air mata tak bisa meleleh, diatas tanah didepannya rebah
perempuan baju hitam, lengannya buntung, wajahnya yang
kasar ditelan kesengsaraan hidup, kini kelihatan tenang dan
tersenyum lega, mulutnya yang masih melelehkan darah juga
mengulum senyum manis, seolah-olah apa yang dia inginkan
sudah tercapai, hatinya puas, maka dia pergi tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan beban, tanpa kuatir, tenanglah dialam baka
damailah.
Ping-ji mendekam diatas jenazah ibunya, menangis sedih
sesambatan meratapi nasibnya: "oh Thian, kenapa kau
sekejam ini.."
"... oh ibu. Tahukah kau? putramu, bukan sehari
merindukan dikau. ibu tahukah kau, aku kenyang meresapi
penderitaan hidup ini, tersiksa dan terlunta-lunta, kepada
siapa aku harus meratapi hidup ini... ibu... tahukah kau...
ibu... oh Thian-.. "udara menjadi terasa pengap. isak tangis
yang memilukan bergema di dalam hutan, alam menjadi
hening seperti ikut berduka cita.
Dari dalam hutan meranjak tiga orang Tojin yang
memanggul pedang dipunggung, agaknya mereka melongo
melihat pemandangan yang mengharukan ini, orang disebelah
kanan ulur tangan mau bicara.
Tiba tiba pemuda yang mendekam di tanah mencelat
berdiri, begitu kakinya menjejak kedua kaki merapat lalu
melayang ke arah sebuah pohon besar didepannya. Suara
gemuruh robohnya pohon itu menimbulkan tebaran debu.
Ditengah gemuruh robohnya pohon itu si pemuda angkat
tangannya sambil berseru: "Awas kalian hidung hidung
kerbau. Aku akan menagih darah kalian satu persatu, biar
darah mengalir dari puncak kekaki bukit, mayat kalian akan
kutumpuk menjadi bukit. Hm, nantikanlah.."
Habis bicara mendadak dia putar tubuh. Seketika dia berdiri
kaku melotot, mukanya meringis dan berobah, sesaat lamanya
bibirnya megap megap tapi tidak mampu bicara.
Ternyata dua tombak jauhnya, berdiri tiga Tojin dalam
formasi, ketiga Tojin memanggul pedang, wajah mereka
menampilkan rasa kaget, heran dan melongo.
Tiba tiba Ping-ji bersiul panjang serta melompat kedepan
ke tiga Tojin itu, gerak g eriknya enteng cekatan- Ketiga Tojin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak menduga, serempak mereka menyurut mundur,
berbareng kedua tangan menepuk menutup diri dari serangan.
Ping-ji menyeringai dingin, sesaat dia memicing mata
menatap mereka satu persatu tanpa bersuara, lekas sekali
ketiga Tojin itu menyadari sikapnya yang kurang jantan, tanpa
berjanji mereka menunduk kepala. "Apakah kalian hidung
hidung kerbau dari Bu-tong?"
Serempak ketiga Tojin angkat kepala, sorot matanya tajam
gusar tengah menatap mereka, diam - diam mencelos hati
mereka. Yang berdiri ditengah adalah Tojin berpakaian jubah
kuning, jenggotnya menjuntai menyentuh dada, agaknya dia
pemimpin dari dua temannya, setelah batuk-batuk serta
membetulkan jubahnya, dia menggoyang kebut ditangannya
lalu maju memberi hormat, sapanya: Pinto Lan-ciok dari
Siang-jing-koan di Bu-tong, atas perintah ciang bun mengejar
orang yang mencuri obat, entah saudara siapa, apa
hubungannya dengan perempuan itu?" Sikapnya ramah
suaranya lembut, sopan, santun agaknya sebelum dia tahu
asal usul orang dia tidak berani sembrono, karena pengalaman
memberitahu, bahwa pemuda didepan mata agaknya tidak
boleh dianggap sembarangan, kalau tidak. betapa tinggi dan
kesohor nama Bu-tong-pay, mana mau dia bersikap seramah
itu.
"Susiok," kata Tojin disebelah kanan bermuka panjang,
agaknya dia sebal melihat pemuda garang yang kurang ajar
ini, "buat apa banyak ngomong, mari hita gusur perempuan
maling itu supaya ciangbunjin menjatuhkan hukumannya."
"Plak" tiba - tiba mukanya kena gampar, matanya kunang -
kunang, belum sempat dia berteriak tahu-tahu urat nadinya
telah tercengkram, seperti dijepit tang gem tangannya, sakit
luar biasa. begitu dia membuka mulut berteriak. urat nadinya
digencet lebih sakit lagi.
"Apa katamu?" suara tak kenal kasihan itu seperti halilintar
dipinggir telinganya, terbayang olehnya betapa hebat gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sipemuda waktu menggempur pohon tadi, rasa dingin tiba -
tiba muncul dari ujung kakinya, keringat dingin bercucuran,
mukanya pucat pias."
"Anak busuk. kau apakan Suhengku."
”Jing-bong.Jangan sembrono. Sicu, kasihanilah.”
Ditengah teriakan, tampak bayangan seorang menerjang
disertai kilat pedang, bayangan seorang lagi segera melayang
masuk ke tengah, "Blang" ditengah ledakan keras, bayangan
orang terpencar, selarik sinar putih menarik panjang cahaya
kemilau melesat keluar dan "Blus" melesak amblas kebatang
pohon tinggal gagangnya saja yang masih bergetar.
Menyusul sebuah bayangan lagi seperti pelor yang
dtembakan, dengan luncuran lembayung terbang kebelakang
dan "Bluk..." jatuh terbanting keras ditanah, lekas sekali darah
segar bercucuran dari tubuhnya menyirami tanah sekitarnya.
Ditengah arena Lan ciok Tojin kelihatan berdiri melongo,
kebut ditangannya ternyata sudah gundul tinggal gagangnya
saja, topi cilik yang menggelung rambutnya diatas kepala juga
miring kesebelah, keadaan nya amat runyam.
"Hm, beginilah sepak terjang perguruan tarnama aliran
lurus, terang terangan dan jujur.” Demikian sinar mata Ping-ji
dengan kedua kaki masih pasang kuda-kuda, disamping nya
rebah Tojin muka panjang tadi, kedua biji matanya terbalik,
darah meleleh diujung mulutnya, jiwanya sudah melayang.
Ternyata Tojin muda bernama Jing-hong karena melihat
Suhengnya ditawan, maka tanpa menyadari kelihaian lawan,
segera mengayun pedang menyergap dengan jurus Hwi-ingpoh-
tho (elang terbang menerkam kelinci), pedangnya
menabas pundak kiri Ping-ji. Lan-ciok Tojin lebih
berpengalaman, dia tahu pemuda ini tidak boleh di buat
sembarangan, semula dia hendak mengorek asal usul orang
lebih dulu baru akan turun tangan, diluar perhitungan Tojin
muka panjang sudah terbekuk lawan,jing-hong gegabah pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turun tangan, dicegah sudah tidak keburu, tepaksa dia ikut
menyergap. Dengan jurus cui-kim-toan-giok (meremuk emas
memutus jade) dari ilmu pukulan Boh-giok-ciang dia
menggenjot dada Ping-ji, dia sangka dengan bekal
Lwekangnya selama puluhan tahun, ditambah perbawa Bohgiok
ciang yang tiada bandingan apalagi, membarengi dengan
serangan pedang Jing-hong Tojin, umpama lawan muda ini
memiliki ilmu sakti juga akan diserangnya kerepotan.
Tak nyana begitu jotosannya dilontarkan, terasa dari
samping sipemuda memberondong keluar segulung hawa
pusar menerjang dirinya hingga mata berkunang-kunang
kuping mendengung, darah didadanya mendidih, jurus cuikim-
toan-giok ternyata punah tak karuan paran, sementara
sutit (murid keponakannya) itu mencelat terbang seperti
layangan, tak urung saking kaget dia menjerit panik. Apalagi
setelah mendengar sindiran Ping-ji, mukanya pucat berobah
merah, sesaat dia berdiri melongo.
Ping-ji belum pernah berkelahi apa lagi membunuh orang,
maka hampir saja dia menderita. Diwaktu dia mencengkram
Tojin muka panjang, terasa sejalur angin pedang menabas
datang berbareng segumpal tenaga angin melandai dada,
secara reflek timbul perlawanannya, lekas dia tarik Tojin
tawanannya menangkis berbareng merangkap kelima jarinya,
melancarkan jurus pertama dari Wi-liong- ciang, yaitu Liongkiap-
sin-gan (naga mengeram dilembah dalam), berbareng
melepas Tojin tawanannya yang terpukul luka parah oleh
jotosan keras, kini kedua tangan bersilang terus melancarkan
jurus kedua Liong-jiau-king-thian, meski gerakannya terburu
buru, juga hanya menggunakan setengah tenaga, tapi cukup
memukul terbang Jing-hong Tojin dan menggetar nyali Lanciok
Tojin-Mulutnya saja Lan-ciok Tojin mohon belas kasihan,
padahal dia sendiri menyergap dengan serangan keji, maka
Ping-ji menyindirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah menjublek sekian lamanya, dengan muka merah
Lan-ciok membetulkan letak rambutnya, katanya: ”Sicu jangan
sembarang omong, biarlah pinto mohon pelajaran beberapa
jurus ilmu pukulan kepada Sicu.”
Setelah kecundang disindir lagi, rasa keki telah menjalari
emosinya, meski tahu lawan muda ini lihay, tapi dia yakin
dengan Hu-mo-ciang yang dilatih sejak puluhan tahun, pasti
mampu menandingi lawan yang masih cetek pengalaman dan
kurang matang latihannya, apa lagi mengingat dirinya
menjalankan tugas, maling yang dikejar tidak ketangkap.
kedua sutitnya malah mati, kalau dia pulang dengan tangan
kosong, bagaimana dia harus bertanggung jawab kepada
Ciangbunjin, maka dia mengeraskan kepala menantang lawan-
Ping-ji menjengek, katanya: "Kebetulan kau menantang,
aku memang akan mengganyang kalian hidung kerbau busuk
ini." Lalu dengan mata mendelik dia membentak bengis,
”Jawab pertanyaanku, siapa yang melukai perempuan ini,
katakan"
Sudah tentu Lan-ciok Tojin berkobar amarahnya, sejak dia
belajar silat di Bu-tong-san berkecimpung puluhan tahun di
kalangan Kangouw, kapan dia pernah dibentak seperti ini,
karena belum pernah kalah, maka watak nya angkuh, apalagi
sebagai sute ciangbunjin Bu-tong-pay, biasanya hanya
dihormati dan disembah, kapan ada orang berani memerintah
dirinya. Tak nyana pemuda ini bukan saja sombong amat
garang lagi, hakikatnya tidak pandang dirinya sebelah mata,
karuan gusarnya bukan kepalang, sembari memekik kedua
tangannya terayun, tangan kanan menutup dada, telapak kiri
tegak kedepan sejauh satu kaki dari dada, gayanya aneh,
mulutnya mendesis:
"Bocah tidak tahu aturan, berani kurang ajar terhadap
orang tua. Hm, rasakan dulu pukulanku. Lihat serangan.
Mendadak kedua tangannya terbang, dengan jurus To-tiangmo
siau (agama unggul iblis sirap), membawa damparan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahsyat menindih kepala Ping-ji, dinilai gaya dan perbawa
serangannya, lagaknya dia ingin sekali pukul membelah
hancur tubuh Ping-ji.
Walau kaget melihat perbawa serangan lawan, tapi
pengalaman barusan menambah tebal keyakinan pada diri
sendiri, maka tanpa ayal dia mundur setengah tapak. setelah
pasang kuda-kuda menyedot napas mengerahkan tenaga.
Serempak dia dorong kedua tangan, beberapa bayangan
tapak tangan berkelebat menjadikan tabirjalan disertai
sambaran angin mendesis menyongsong damparan angin
lawan, itulah Liong jiau-king-thian jurus kedua dari Wi-liongciang.
Jurus To-tiang-mo-siau yang dilancarkan Lan-ciok-Tojin
sebetulnya amat dahsyat dan tak terpatahkan, siapapun
lawannya serangan ini pasti mambawa hasil, tak tahunya
begitu pemuda lawannya itu meng gerakan kedua tangan
membalik keatas, taburan telapak tangan lawan membendung
serangan nya, bukan saja To-tiang-mo-siau tidak berhasil
memukul lawan, malah beberapa jalur angin kencang membal
balik menerjang dirinya sehingga kulit dagingnya terasa sakit.
Saking kejut lekas dia memutar tubuh sekaligus berkisar
dua lingkar sambil menarik serangan, begitu dua telapak
tangan terangkap dan terangkat, dari kiri kanan sekaligus
menempeleng, masing-masing menyerang Tay-yang dan Tayim
dua Hiat-to, itulah jurus Mo-yan-kiam-sing (bentuk pedang
membakar iblis) dari hu-mo-ciang yang lihay.
Tampak Ping-ji mendadak menjengkang kebelakang,
tubuhnya melejit datar meluputkan diri dari serangan ganda
ini, ditengah udara dia menggeliat pinggang sepasang lengan
bajunya mengipat kebelakang, maka tubuhnya melejit tinggi
keudara, mendadak merandek, dengan kepala d iba wah kaki
diatas menukik, "Plak.., plak..." dimana telapak tangannya
menari menindih kepala lawan, Lan-ciok Tojin seketika seperti
dibelenggu oleh bayangan pukulan lawan, dalam gugup nya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia bersuit keras, melancarkan Hu-mo-ciang dan Boh-giok-kun
yang amat dibanggakan selama jayanya, telapak tangan di
kombinasikan jotosan untuk membendung serangan lawan
dari atas.
Ditengah gelanggang tampak seorang selulup timbul
diudara bak naga menari-nari ditengah angkasa, seorang lagi
tampak menjadi bayangan kelabu mengiringi selulup timbul
bayangan diatasnya, bolak balik, pergi datang, seperti harimau
menerkam mangsa. Ditengah pusaran angin kencang dari adu
kekuatan tenaga dalam itu, terdengar suara serak tua
menghardik: "Robohlah..."
Tapi sebuah lengking suitan seperti naga memekik di
angkasa, begitu keras berisi membawa getaran keras hingga
daon-daon pohon rontok, sebelum lenyap suara suitan itu,
disusuljeritan tertahan- Maka bayangan orangpun berpencar,
”Pletak..." cukup keras suara ini, tampak Lan-ciok Tojin
terpental jatuh terguling-guling menahan sakit karena kedua
tangannya putus, jeritannya seperti lolong serigala yang
ketaton.
Melihat keadaan orang sejenak muka Ping-ji tampak
kedutan, belas kasihan timbul dalam benaknya yang welas
asih. Maklum manusia terdiri dari darah daging, siapa tidak
merasa sakit bila badannya cedera. Tapi dia terbayang
keadaan ibunya, perempuan lengan buntung yang sekarat
tadi, bukankah diapun terluka parah, untuk mempertahankan
jiwa, jauh-jauh dia kemari minta obat, sebutir pil saja, tapi
orang-orang yang tidak punya hati ini, bukan saja memberi
malah menganiaya dan menambah deritanya, kalau tidak
mana secepat ini jiwanya ajal, tidak setitik harapan yang
masih diembannya bagaimana, bisa gagal total. Kejadian
mengerikan adalah gara-gara perbuatan laknat hidung- hidung
kerbau yang tidakpunya belas kasihan, mereka pantas
dikutuk. Darah tiba-tiba mendidih, semakin besar tekadnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia harus menuntut balas, ya menuntut balas kematian
ibunya.
Dengan kertak gigi dia mendelik kearah Lan-ciok Tojin yang
masih terguling-guling ditanah, bentaknya: " Itulah imbalan
yang harus kalian terima." sorot matanya memancar bara
yang menyala, suaranya mengandung kegusaran dan
kepedihan, karena kenyataan pukulan lahir batin yang
menimpa dirinya memang teramat besar dan berat.
Sebaliknya Lan-ciok Tojin mirip seekor elang yang gagah
pentang sayap. terbang di angkasa, tapi kedua sayapnya telah
putus, bukan saja tidak mampu terbang, dia harus menelan
kekalahan dan derita pula, disamping merintih hatinyapun
hancur luluh.
Karena sepasang tangan yang selama hidup ini menunjang
kebesaran namanya di kalangan Kangouw kini sudah putus,
padahal sepasang tangan ini sudah memberikan anugrah
tertinggi bagi sejarah hidupnya didunia persilatan- Tapi hari ini
dia terjungkal di bawah tangan anak muda, kalah total, kalah
dengan mengenaskan-
Manusia siapa yang tidak cinta pada "nama", bukan kaum
persilatan saja orang sekolahan pun demikian, demi mengejar
nama dia tekun belajar, siang malam untuk menempuh ujian
ketingkat yang lebih tinggi, karena "nama" itu pula bisa
mendatangkan kebesaran, gengsi, dari nama itu pula manusia
bisa memperoleh apa yang dia inginkan-
Bagi kaum persilatan demi nama dia akan menggembleng
diri, karena nama merupakan simbol, mahkota kejayaan,
melambangkan harapan yang terbentang dan kemenangan-
Karena nama yang sudah lanjut masih merasa jamannya tak
pernah kendor, yang masih muda pantang mundur seperti
anak kambing yang tidak takut melihat harimau, sama-sama
maju, sama-sama runtuh pula, yang ambruk biarlah roboh
yang akan datang h ayolah maju melewati jejak-jejak
berdarah, walau suatu ketika orang lainjuga akan menginjak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jejaknya yang berdarah, tetapi asal kau dapat menduduki
singgasana itu, matipun relalah. itulah sebabnya kenapa kaum
persilatan memandang nama itu jauh lebih penting dari harta
benda, sampaipun lebih berhaga dari jiwa raga, karena nama
itu telah menghabiskan seluruh inti kekuatan hidup mereka,
walau nama itu sendiri ada kalanya terdapat perbedaan besar
dan kecil
Begitu Lan-ciok melihat wajah nan beringas, maka dia
menyadari bahwa semua harapannya telah ludes, dari kedua
sorot mata yang mengandung kebencian itu, berselubung rasa
jijik, cemooh dan penghinaan, tatapan setajam pisau mengiris
jantung menusuk hati, hatinya lebur. Harapan tidak
bersemayam pula dalam relung hatinya, maka dia takkan
melihat lagi wajah-wajah yang membuatnya amat kecewa,
wajah yang berlinang air mata, karena dia sudah bertekad
untuk mengakhiri riwayat hidupnya. Dia bunuh diri dengan
menggigit putus lidah sendiri.
Air mata masih berlinang dipelupuk mata Ping-ji. lama dia
berdiri melongo. Terbayang bahwa dirinya ternyata mampu
mengalahkan jago-jago Bu-tong-pay yang sudah
menggetarkan kalangan persilatan, betapa hatinya takkan
riang. Kapan dia pernah membayangkan bahwa hari ini dirinya
juga telah terjun didalam percaturan dunia. Semua ini adalah
anugrah yang dia peroleh dari orang aneh itu.
Sebatang lilin disulut menerangi orang lain, tapi justru
menamatkan riwayat sendiri, orang aneh itu ibarat sebatang
lilin, demi perguruan tak segan-segan dia mengorbankan diri
dan menyempurnakan seorang anak muda yang masih awam,
itulah loyalitas.
Teringat akan ayahnya yang mati mengenaskan, ibu yang
hidup merana, rasa dendam kembali menyala dalam
sanubarinya. Untuk mencari kedua orang tuanya, dia
mengalami berbagai kesukaran, siksa derita, tapi yang
didapatkan adalah sang ibunda yang sudah sekarat, ibunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terluka parah dan meregang jiwa, maka dendam berdarah
bersemayam dalam hatinya.
Dari kejadian ini Ping-ji meresapi bahwa tugas yang dipikul
selanjutnya teramat berat, mencari pembunuh ayahnya,
merebut kembali Wi-liong-pit-sin, kembali ke Kuihun-ceng,
meluruk ke Bu-tong, membangun Hong-lui-bun kembali, dan
masih banyak lagi.
Rentetan tugas terpapar didepan matanya, dia harus
menempuh perjalanan yang sukar dan banyak aral rintang,
duri-duri tersebar sembarang waktu akan melukai dirinya tapi
dia harus berani melangkah lebar, maka: "Aku bersumpah,
semua itu akan kupikul seorang diri, sekarang kedua lenganku
bertenaga pundaku cukup keras dan kuat." Dengan kertak gigi
dia membusung dada, sambil mengayun tinju dia melangkah
keluar.
Ditanah lapang dalam hutan, bertambah sebuah pusara.
Didepan pusara seorang pemuda sedang berlutut
sesenggukan- "Ibu, Istirahatlah dengan tenang, setelah anak
memberantas orang-orang yang menganiaya dikau, aku akan
datang pula sembahyang di sini. Yakinlah anak akan mampu
melaksanakan keinginanmu. Ibu, tentramlah dialam baka"
dengan sedih Ping-ji menyembah, setelah menyeka air mata
pelan-pelan dia berdiri, dengan langkah berat dia
meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba dia teringat apa-apa,
langkahnya berhenti merogoh kantong mengeluarkan sebuah
kotak biru.
Begitu dia membuka kotak biru, bau harum segera
merangsang hidung, dalam kotak didasari kain sutra putih,
terdapat sebutir pil obat warna kuning emas, pil itu
dijemputnya, di bagian dalam tutup kotak terdapat sebaris
tulisan yang berbunyi "pusaka pelindung Bu-tong-san", lalu
disebelah bawah kiri terdapat empat huruf agak kecil berbunyi
Bik-beng-kiam-tan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ow, jadi pil obat ini adalah pusaka Butong-pay, tak heran
mereka mengudak mati-matian- Ibu, karena pil obat ini kau
berkorban jiwa, namun kau sendiri tak kuasa mengecap jerih
payah sendiri, betapa penasaran hatimu." Sekilas dia
termenung mengawasi pusaka ibunya, lalu memasukkan pil itu
kedalam mulut dan ditelannya. Rasa harum manis seketika
timbul dari perutnya, badan hangat, semangat menyala, lekas
dia duduk bersimpuh, sesuai ajaran orang aneh dia mulai
samad i, pelan-pelan dia kerahkan hawa murni menyusuri
tubuh menguap melalui pori-pori.
Sesaat kemudian dia membuka mata terus melompat
bangun, kontan dia merasakan perbedaan yang menyolok
terjadi pada dirinya, gerak geriknya ternyata amat enteng dan
lincah, hawa murni terus timbul dari pusarnya, dia maklum
bahwa pil pusaka itu telah menimbulkan kemukjijatan didalam
tubuhnya setelah didorong oleh latihan Lwekang yang
diajarkan orang aneh itu. Tiba-tiba dia membentang mulut
mengeluarkan gemboran panjang, tubuhnya melambung ke
udara, ditengah udara menekuk pinggang hingga tubuhnya
meluncur secepat anak panah terbang kedepan- Gemboran
suaranya terdengar jauh menimbulkan gema yang
bergelombang ditengah hutan didalam lembah pegunungan-
Kabut masih tebal. fajar telah menyingsing, masih pagi sekali.
Muncul setitik hitam bayangan dari ujung undakan dikaki
gunung, cepat sekali titik hitam itu bergerak, setiap kali
lompatan puluhan undakan dicapainya. Siapa sepagi ini telah
berlari-lari mengembangkan Ginkang ? Hanya sekejap orang
itu sudah tiba di lamping gunung, tampak dia berhenti
celingukan seperti bimbang, lalu menarik napas panjang.
Kabut mulai sirna, lekas sekali tampak raut muka orang ini,
dia bukan lain adalah Ping-ji yang sedang meluruk ke atas Butong-
san- Sekilas matanya menyelidik, tampak di pinggir
sebuah empang disebelah kanan berdiri sebuah balok batu
besar, diatas papan batu terukir coat-kiam-giam tiga huruf,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gaya tulisannya kuat dan indah. Ping-ji tahu arti ketiga tulisandia
harus menanggalkan pedang diatas batu itu. Seketika
mulutnya menyeringai ejek. gumamnya: "Hidung- hidung
kerbau terlalu takabur, sayang aku tidak membawa pedang,
kalau tidak aku justru akan menenteng pedang menerjang
keatas gunung, coba hidung-hidung kerbau itu bisa berbuat
apa terhadap diriku. tiba-tiba dia layangkan sebelah
tangannya, sejalur angin kontan menyapu kearah batu besar
itu.
"Pyaar" dengan suara gemuruh batu besar itu pecah
beterbangan, runtuh kedalam empang. Batu besar itu semplak
sebagian besar. Ditengah taburan pecahan batu-batu itu, dari
tengah kabut sana terdengar bentakan orang, beruntun
meluncur dua bayangan orang, ternyata dua Tojin telah
muncul, tangan menenteng pedang beronce emas, berdandan
rapi, mereka mendelik gusar mengawasi Ping-ji.
Ping-ji mendengus hina, menegakkan alis, dia berdiri
tenang menggendong kedua tangan- sikapnya begitu santai,
tak acuh terhadap kedua Tojin itu. Karuan kedua Tojin tambah
gusar melihat sikap angkuh Ping-ji, Tojin sebelah kanan
segera melangkah maju, sambil menuding dengan, pedang dia
membentak: "Siapa kau. berani kau bertingkah di Bu-tongsan,
lekas sebutkan namamu, menyerah -saja, kalau tidak. He
he " Habis berkata dia melangkah mundur pula ketempat
semula.
Tapi dilihat pemuda itu sedang geleng-geleng kepala lalu
manggut-manggut pula, tangannya berputar-putar sambil
senandung membawakan syair-syair yang melukiskan
pemandangan, naga-naganya pemuda ini terpesona oleh
pemandangan alam nan indah permai sehingga tidak
perhatikan tegoran si Tojin-
Sudah tentu Tojin itu gusar, sambil angkat pedang kembali
dia membentak: "Kunyuk kurang ajar, di hadapan Toya masih
pura-pura pikun dan tuli, rasakan pedangku." Pedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepanjang tiga kaki itu tiba-tiba memancarkan sinar kemilau
menusuk ke punggung si pemuda.
Tak nyana, tahu-tahu pedangnya menusuk tempat kosong,
hingga kakinya tersuruk maju. Lekas dia kendalikan tubuh
seraya melompat minggir ke kiri. Setelah berdiri tegak pula
dilihatnya si pemuda masih berdiri tegak ditempat semula,
mulutnya tetap bersenandung, sikapnya meremehkan- Karuan
si Tojin makin naik pitam, tanpa hiraukan s erua n temannya
segera dia menubruk maju pula dengan memutar pedang, kali
ini sinar pedang nya bertabur dengan suara gemuruh seperti
geluduk bunyi dikejauhan, kecepatan serangannya laksana
kuda dibedal bersama di medan perang.
Tiba-tiba sebuah siulan merdu terbit dari tengah taburan
pedang, getaran suaranya seperti menggoncangkan bumi,
Tojin lain yang menonton dipinggir juga seperti tersedot
sukmanya. Belum lenyap siulan merdu itu, tiba-tiba disusul
jeritan menyayat hati, tampak tubuh Tojin menyerang dengan
pedang mencelat tinggi kearah batu besar dipinggir empang.
"Blang" batok kepalanya menumbuk batu dan pecah berderai,
kaki tangannyapun hancur lebur terbang keempat penjuru,
ada yang tersangkut diatas pohon, ada yang kecemplung
keempang.
Darah meleleh diatas batu mengalir ketanah dan air.
Melihat adegan yang mengerikan betapa Tojin yang satu
tidak ngeri dan gusar. Dengan meraung buas dia menerjang:
"Kunyuk serahkan jiwamu." hebat sekali dia melompat
kedepan Ping-ji, pedangnya teracung menutup pertahanan,
lalu melotot gusar.
Dalam segebrak dia menyaksikan saudaranya terbunuh
dengan mengenaskan, maka dia tahu bahwa dirinya
menghadapi musuh tangguh, meski hati amat gusar mau tidak
mau dia keder juga menghadapi ketenangan si pemuda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelan-pelan pemuda itu mengebas lengan baju, matanya
mendelik, bentaknya:
"Hidung kerbau, kematian didepan mata, masih berani
bermulut kotor, serahkan juga nyawamu."
Sebelum pedang si Tojin bergerak dia sudah ayun tangan,
segulung tenaga menerjang kedada lawan-
Kontan si Tojin merasa suatu arus besar menerjang dirinya,
lekas dia putar pedang seraya melompat mundur. Tapi
sebelum dia berdiri tegak segulung angin yang lain telah
mengudak tiba pula, saking kaget lekas dia berkisar sambil
menekuk pinggang menegakkan telapak tangan menyongsong
serangan lawan-
Tiba-tiba dia rasakan sekujur tubuhnya tergetar linu, darah
panas segera menerjang ke tenggorokan- Lekas dia bersalto
pula kebelakang, begitu berdiri tegak terasa lutut goyah dan
tak bertahan lagi sempoyongan mundur beberapa langkah
tanpa kuasa mengendalikan diri. Dengan blingsatan dia angkat
kepalanya mengawasi lawan, kuatir dirinya disergap pula.
Tapi lawan bukan pengecut seperti yang diduganya, tetap
berdiri ditempat semula lawan mengawasinya dengan senyum
jejek. Rasa malu seketika membakar amarahnya, karena dia
tidak tahu siapa pemuda berwajah ganteng, datang dari
mana, memiliki Kungfu aneh dan selihay ini, jelas dirinya
takkan melawan dan bukan tandingan- Apalagi terbayang
kematian temannya yang luluh seperti bergedel, karuan
nyalinya pecah, kaki tangan gemetar dan lunglai. Lekas dia
tenangkan diri, setelah menarik napas beberapa kali, dia tahutahu
dirinya tidak kurang suatu apa, maka dia membetulkan
pakaian serta melintang pedang didepan dada, serunya
lantang:
"Kungfu saudara memang lihay, entah siapa saudara ini
sudilah memperkenalkan diri ?" Sengaja dia mengulur waktu
supaya bala bantuan lekas datang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ping-ji tidak hiraukan pertanyaannya, bentaknya: Jangan
cerewet. Kau ini yang kelima, serahkan jiwamu." Kedua lengan
bajunya mengebas kemuka si Tojin. Kontan si Tojin ras akan
pandangannya kabur, lekas dia ayun pedang memapas lengan
baju orang tapi hanya sekejap tahu-tahu dia rasakan kuping
kanannya perih panas. Karuan dia berjingkrak mundur, tahu
usahanya mengulur waktu tak berhasil terpaksa dia nekat
melawan, Liu-in-kiam-hoat yang mempunyai tiga puluh enam
jalan segera dia kembangkan- Latihan ilmu pedang Tojin yang
satu ini memang cukup sempurna, Ginkangnya juga lumayan,
gerak geriknya enteng lincah. gerak pedangnyapun mahir, tapi
setiap serangannya cukup ganas dan mematikan-
Variasi permainannya juga amat rumit, menabas,
mengetuk. menjungkir, menusuk, menggulung dan menutuk
dengan berbagai gerakan yang beraneka ragam. Tapi
betapapun lihay dan cepat sarangkaian serangan pedangnya,
jangan kata melukai lawan menyentuh ujung bajunya saja dia
tidak nampat malah setiap tangan lawan terayun, telapak
tangan berlapis-lapis membrondong kearah dirinya. "Trang"
tahu-tahu pedangnya bergetar keras, telapak tangan pecah
berdarah, hampir saja pedang tak kuasa dipegangnya.
Karuan dia makin gugup dan panik, sembari melawan tibatiba
dia bersuit, merobah permainan pedang dia balas
mencecar lebih sengit. Dia pikir bersuit mengundang bala
bantuan, maka sengaja dia bermain petak sambil
mengerahkan setaker tenaga merangsak lebih gencar.
Diluar tahunya lawan juga sudah tahu akan maksudnya,
belum habis benaknya berpikir, kenapa bala bantuan belum
juga datang, serangkum angin telah menyampuk muka,
kembali dia merasa kuping kirinya perih panas pula, mau tidak
mau tergerak hatinya, lekas dia jumpalitan mundur
kebelakang, sambil ulur tangan meraba. Ternyata tangan nya
meraba tempat basah dan kental lengket waktu dia tegasi
ternyata tangannya berlepotan darah, entah bagaimana kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telinganya ternyata sudah terbang entah kemana. Karuan
serasa arwah terbang dari raganya.
Pada saat itulah, sebuah siulan panjang berkumandang dari
atas gunung, karuan hatinya girang dan semangatnya
tergugah pula, Tapi sebelum dia sempat melakukan sesuatu
mendadak dia merasa tengkuknya kesemutan segulung angin
menerjang dada, belum sempat dia bersuara tubuhnya sudah
mencelat terbang. Tubuhnya melambung tinggi melampaui
pohon, terus meluncur, ditengah udara si Tojin masih sadar
dan berusaha mengendalikan tubuh dengan jumpalitan sayang
begitu dia kerahkan tenaga, seluruh tubuh ternyata sudah
lemas lunglai, baru sekarang dia benar-benar takut
menghadapi kematian, ingin berteriak tapi tidak keluar suara,
kupingnya masih sempat mendengar beberapa bentakan dan
tawa dingin lalu... "Blang" batok kepalanya menumbuk batu,
remuk redam... darahnya muncrat, tubuhnya hancur, jatuh
ditanah, mengalir kedalam air. Air empang itu kini sudah
menjadi merah menyolok.
Terdengar Ping-ji tertawa panjang, serunya lantang:
"Bagus, bagus datang dua lagi, kebetulan malah."
Di kala Ping-ji memukul terbang Tojin kelima,
berkumandang bentakan dua orang, maka muncullah dua
Tojin membawa pedang merekapun berjubah hijau mulus,
dandanan rapi berwajah tampan bersih dan rambut tersisir
rapi diatas gelung kepalanya.
Melihat kematian dua saudara seperguruan yang begitu
mengenaskan, sungguh tak terperikan ngeri dan gusar
mereka, "Sret" serempak mereka mencabut pedang, masingmasing
ditangan kanan dan kiri, pelan-pelan mereka mulai
bergaya dan pasang kuda-kuda, dengan langkah yang
berlawanan mereka siap melancarkan Liang-gi-kiam-hoat
kebanggaan Bu-tong-pay.
Agaknya kedua Tojin ini datang setelah mendengar suitan
minta tolong saudaranya, tak nyana sebelum mereka tiba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tojin itu sudah ajal, tahulah mereka bahwa penyatron
berkepandaian tinggi, maka tidak segan mereka
mempersiapkan diri dengan Liang-gi-kiam-boat untuk
melawan musuh tangguh.
Melihat betapa tegang persiapan kedua Tojin lawannya itu,
diam-diam Ping-ji geli dan prihatin, dengan serius dia berseru:
"Liang-gi-kiam-hoat memang bagus. Biarlah Cayhe
membuka mata. Nah mulai." Pelan-pelan dia ayun kedua
tangan, dua jalur angin kencang masing-masing menerjang
kedua Tojin itu.
Begitu kedatangan kedua Tojin ini, Ping-ji sudah berniat
sekali pukul menewaskan mereka, tapi serta melihat gaya
permulaan kedua jago pedang didepan mata ini, dia jadi urung
turun tangan serta ingin menjajal dan membuktikan sampai di
mana kehebatan ilmu pedang Bu-tong pay, beruntung juga
bagi ke dua Tojin ini. bahwa jiwa mereka masih tertunda
beberapa saat lagi menghadapi raja akhirat.
Ping-ji mengembangkan ketangkasan tubuh, dan ingin
meminjam kesempatan ini menyelami permainan Liang-gikiam-
hoat sebagai pupuk dasar awak sendiri bila kelak harus
mempelajari ilmu pedang, karena itu dia biarkan kedua Tojin
ini merangsak sekuat tenaga, pada hal bila menuruti kata
hatinya hanya segebrak kedua orang ini tentu sudah mampus,
Maklum sebelum dia menelan Bik-bong-kim-tan saja Lan-ciok
Tojin bukan tandingannya, apa lagi sekarang setelah khasiat
obat itu sudah bekerja di dalam tubuhnya ?
Tapi sebuah suitan panjang berkumandang lagi dari
kejauhan, melihat rona muka kedua lawan dia tahu mereka
kedatangan bantuan pula, maka dengan sejurus Liong kiapsin-
gan, begitu kedua tangan dia tarik mundur, lalu
dikebaskan pula, kedua Tojin inipun dipukulnya mencelat
menumbuk batu. Jiwa merekapun melayang seketika
mengikuti saudaranya. Begitu membalik tubuh sekalian dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakkan pula kedua tangannya menggempur dua Tojin yang
baru tiba.
Dua Tojin yang baru datang inipun bersenjata pedang dan
bergerak dengan Liang-gi-kiam-hoat, melihat gempuran
dahsyat ini, lekas mereka menghardik sekali terus berpencar
kekanan kekiri, permainan pedang dikembangkan menepis
pergelangan tangan Ping-ji. Sejurus dua gerakan serangan
pedang mengandung unsur Liang-gi-su-siang, didalamnya
disadari tenaga im-yang pula, lihaynya bukan main, jelas
tingkat kepandaian kedua Tojin yang belakangan ini setingkat
lebih tinggi dari dua yang duluan- Ping-ji rasakan sinar pedang
berkelebat menyilau mata, tahu-tahu kedua pedang lawan
sudah membendung serangan tangannya, karuan dia
mencelos, diam-diam dia memuji: "Liang gi-kiam-hoat
memang tidak bernama kosong.
Lekas dia tarik tangan tangan merobah gerakan, begitu
lengan bajunya mengebut tangannya terangkat beberapa dim,
ditengah udara membuat garis lingkar lalu kedua tangan
terjulur kedepan, kelima jari terkembang, secepat kilat
mencakar kedua Tojin itu.
Jurus ini adalah ciptaannya sendiri karena terdesak dan
merupakan gerakan reftek yang belum pernah dia selami
sebelum ini, namun ternyata membawa manfaat bagi diri nya,
sehingga kedua lawan terdesak mundur untuk melindungi
kedua mata mereka.
Bahwa pedang sendiri tidak mampu melukai lawan, malah
kebasan lengan bajunya disertai cakaran tangan yang aneh
dan lihay bergegas kedua Tojin ini menjengkang kebelakang,
pedang mendatar melindugi muka.
Melihat serangan mendadak berhasil memukul mundur
lawan, Ping-ji mendesak lebih gencar kedua lengan menekuk
kedalam terus terayun keluar, dia menepuk keluar segumpal
tenaga lunak sekaligus menggempur kedua Tojin itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali kedua Tojin melongo, tapi bagaimana juga mereka
adalah murid pergu-ruan ternama yang memiliki kepandaian
silat tinggi, hanya sekejap mereka sudah berhasil
menenangkan hati, serempak mereka menegakkan pedang
didepan hidung sebelah jarinya menjentik batang pedang
sekali, dikala suara berdering masih kumandang diudara dari
kiri kanan kembali mereka bergerak melingkar, memunahkan
tenaga pukulan Ping-ji, Maka terdengar mereka bersiul
bersama saling memberi aba-aba, dua batang pedang tahutahu
sudah bertukar arah sama membelok kedada Ping-ji, bila
ujung pedang tinggal beberapa dim dari sasaran, kembali
mereka angkat ujung pedang menusuk kemuka Ping-ji,
sebelum Ping-ji menarik serangan balas menyerang. sinar
pedang berkelebat pula, kali ini menabas kalian kiri pundak
Ping-ji.
Tabasan, tusukan dan menj ungkit tiga gerakan dilancarkan
dalam waktu sekejap sekaligus ini menandakan bahwa kedua
Tojin memang cukup ahli dibidang permainannya. Kenyataan
serangan mereka memang bukan olah-olah lihaynya.
Melihat arah sasaran terakhir pedang lawan adalah kedua
pundaknya, bertaut alis Ping-ji, namun dia tidak berani ayal,
lekas dia merendah tubuh menurunkan pundak sambil miring
dia melayangkan kedua lengan bajunya menangkis pedang
sementara sepasang tangan yang terselubung d id alamnya
menjentik batang pedang.
Meski berhasil mematahkan serangan lawan, tak urung
telapak tangan Ping-ji berkeringat dingin, karena gebrakan
tadi tak ubahnya sebagai gerakan untuk menolong diri dikala
pihak sendiri terdesak, sedikit lena dan kurang perhitungan,
kedua tangan sendiri kemungkinan protol oleh tabasan
pedang lawan- Tapi keadaan memang sudah mendesak,
terpaksa dia menyerempet bahaya.
Tapi menghadapi perlawanan Ping-ji, kedua Tosu itu juga
terkejut, beberapa gebrak sudah, tapi mereka masih belum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil menyelami permainan silat Ping-ji dari aliran mana,
bukan saja aneh dan lihay, perbawanya juga tidak asor
dibanding ilmu silat dari aliran besar yang digjaya dijaman ini.
oleh karena itu mereka sudah bergerak turun sekalian hendak
menabaS, tapi menduga gerakan lawan kemungkinan masih
ada serangan susulan lain, maka mereka^adi sibuk sendiri
menarik- pedang dan berpencar kedua samping.
Melihat mereka menarik diri, kebetulan malah bagi Ping-ji,
terdengar mulutnya menghardik, kedua tangan ditarik
tubuhnya malah berputar dengan kaki kanan sebagai poros,
dimana lengan bajunya mengebas pula dibarengi suitan
tubuhnya lantas melambung ditengah udara kedua tangannya
menari gencar menimbulkan taburan telapak tangan hingga
menyilaukan mata, kedua Tojin itu seperti sudah terjaring
didalam taburan telapak tangannya, itulah jurus Llong-hwi-kiuthian
dari Wi-liong-ciang.
Melihat serangan hebat dengan gaya aneh lagi, serasa
pecan nyali kedua Tos u itu mereka sudah siap menarik diri,
tahu-tahu gelombang pukulan telah menindih turun, dalam
gugupnya Tosu sebelah kiri memberi aba-aba kepada
temannya terns melompat ke pinggir.
Tapi ditengah udara Ping-ji meliukkan pinggang, dengan
menukik dia menubruk ke Tojin sebelah kiri malah. Laksana
elang menerkam anak ayam, disertai serangan dahsyat pula,
kontan kedua Tosu itu rasakan napas sesak mata berkunangkunang,
saking gugup mereka angkat pedang menusuk
keatas. Tapi sekujur badan mendadak tergoncang keras,
"Trang" pedang panjangnya putus jadi dua dan "Prak" batok
kepalanya terpukul remuk darah muncrat dan kembali "Bluk"
jazatnya terkulai roboh.
Hampir bersamaan terdengar juga jeritan menyayat hati,
"Bluk" dan "Bles". Ternyata Tojin yang seorang lagi mencelat
terbang dengan jeritan mengerikan, tubuhnya menerjang
kebatu pilar, disusul selarik sinar kemilau, begitu tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membentur batu pedang pun melesat hingga tubuhnya
terpantek diatas batu besar, darah meleleh dari punggung,
setetes demi setetes...
Ternyata Liang-gi-kiam-hoat merupakan permainan dua
pedang yang saling isi dan tambal. satu sama lain
mengandung gerakan mengunci yang berlawanan pula, bagi
lawan yan-kurang cermat memang sukar melawan apalagi
berkepandaian lebih rendah, setelah beberapa gebrak, Ping ji
sicerdik ini sudah berhasil menyelami titik kelemahan dari
permainan kedua Tos u ini, maka dalam benaknya dia mencari
akal cara bagaimana memecahkan Liang-gi-kiam-hoat kedua
Tosu ini. Maka dia gunakan Liong-hwi-kiu-thian, taburan
telapak tangannya mengaburkan pandangan kedua lawan,
sesuai dugaan, satu di antara kedua Tojin memang gugup dan
melompat mundur, ini justru masuk perangkap yang
diharapkan, karena perbawa Liang- gi kiam-hoat menjadi
kendor dan dirinya memanfaatkan kesempatan baik ini.
Ping-ji memang bertindak teramat berani, secara berantai
dia pukul mati Tojin yang menyingkir itu. Sebelum Tojin yang
lain sempat mengerjakan otaknya, kembali dia susuli jurus
Liong-kiap-sin-gan, tubuh orang dikebutnya mencelat lalu
disusul timpukan pedang yang memantek tubuh orang diatas
batu.
Menghadapi ceceran darah dan mayat bergelimpangan
dalam keadaan yang mengerikan, Ping-ji berdiri lengang
dengan pandangan kosong, daging mukanya tampak
berkernyit. Memang siapa tidak ngeri dan merinding melihat
pembunuhan sadis ini. Tapi tiba-tiba bayangan sang ibu
berkelebat dipelupuk matanya, darah yang meleleh diujung
mulut, sorot mata penuh harap dan lengan yang buntung...
akhirnya dia membanting kaki sambif kertak gigi desisnya.
"Kenyataan yang tak dapat dipungkiri, hutang darah itu
harus kutagih dengan cucuran darah mereka pula. Ini baru
permulaan, hm, tunggu saja." Lalu dia mendongak sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melolong keras dan panjang, suaranya seperti benda keras
beradu menjulang tinggi menembus angkasa. Sebelum pekik
suaranya lenyap dia gerakan kedua lengan hingga tubuhmelejit
tinggi, ditengah udara dengan gaya lembut dia
meluncur pula kedepan terus meluncur keatas gunung.
---ooo0dw0ooo---
Bu-tong-san sudah bermandikan cahaya mentari pagi. Tak
jauh dibelakang gunung Bu-tong terdapat sebuah selat
sempit, didalamnya terdapat sebuah Thian-hian- kok. saat
mana, didepan selat berdiri serombongan orang yang tak
terhitung jumlahnya. Diantara mereka ada yang berpakaian
jubah imam ada pula yang berpakaian Busu. orang-orang
gagah yang menyoreng pedang. ada pula yang berpakaian
anak sekolahan- Ada yang sudah tua ubanan, jenggot panjang
menyentuh dada, ada juga yang berwajah putih halus dengan
alis tegak mata bersinar tajam. Meski dandanan mereka
berlainan, tapi mereka berdiri khusuk dengan muka serius,
semua menampilkan rasa tegang dan gelisah.
Sinar pagi menyinari wajah-wajah mereka tidak pernah
menoleh atau memejam mata, semua perhatian ditujukan
kearah sebuah mulut gua diatas dinding gunung. Sebuah batu
besar persegi panjang dan tinggi satu tombak. menutup rapat
mulut gua itu.
Tidak jauh dari mulut gua, berdiri segi tiga, tiga orang Tosu
usia lanjut dengan jenggot menyentuh dada. Jubah hijau
mereka diberi plisir warna kuning, semua memegang kebut,
dari dandanan mereka jelas dapat dinilai mereka ketiga Tojin
ini mempunyai kedudukan tinggi dan nama tenar, karena
mereka menghadapi rombongan banyak orang yang berdiri
dimulut selat.
Tosu tua yang berpakaian dan bersikap seperti dewa
memang bukan lain adalah ciangbunjin Bu-tong-pay sekarang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yaitu Ceng-ciok Tojin. Dua Tosu dibelakangnya bukan lain
adalah Pek-ciok Tojin dan Jik-ciok Tojin-
Waktu merambat, sang suryapun merambat makin tinggi.
Melihat sang surya yang baru terbit. Pek-clok Tojin berpaling
kepada Jik-ciok Tojin disebelah kanannya, katanya dengan
suara serak kaku: "Masih setengah jam lagi."
Mendengar bisikan Pek-ciok Tojin, Jik-ciok Tojin menoleh
seraya manggut, mulutnya terbuka hendak bicara.
Mendadak sebuah suitan keras berkumandang dari ngarai
dibawah selat sana, mendengar suitan keras ini seketika
berobah air mukanya, mulut yang hampir bicara ditelannya
kembali. Begitu suitan sirap. melayang turun bayangan
seorang ketanah lapang didalam selat.
Pandangannya mendadak terang, dilihat nya pendatang ini
masih berusia muda. berwajah cakap dengan alis tegak
menaungi sepasang mata besar tajam, mengenakan baju
pendek warna pupus, sikapnya santai dan berjalan
berlenggang.
Mendengar suitan serta melihat wajah muda dan ganteng
pemuda ini, diam-diam Jik-ciok Tojin merasa bahwa anak
muda ini pasti bukan orang sembarang orang. Bahwa dalam
saat segenting ini, pemuda berpakaian pelajar ini mendadak
muncul, pasti ada tujuan dan maksud tertentu. Maka sambil
mengerut alis, menenteng kebut dia sudah bergerak hendak
mencegat.
Tiba-tiba beberapa bentakan berkumandang dari bawah
pula, tiga Tojin yang menenteng pedang tampak berlari
mendatangi dari arah selat sebelah sana. dua diantaranya
sudah maju mencegat si pemuda, seorang lagi langsung lari
kearah Jik siok To jin-
Dengan napas memburu Tojin ini memberi laporan: "Murid
generasi ke 53 Ji-hun memberi lapor kepada Susiokco. Tecu
bersama Siang-hun dan King-hun Suheng pagi ini meronda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibelakang gunung, tiba-tiba mendengar suitan s.o.s dari
gunung depan, lekas kami memburu ke sana, ternyata di coatkiam-
giam telah terjadi pembunuhan atas murid-murid
perguruan kita, darah berceceran, mayat bergelimpangan,
seorang Suheng malah terpantek diatas batu, Tecu bertiga
tidak berani ayal, mengingat urusan cukup genting maka
laporkan kejadian ini kepada Susickco harap dimaklumi." Habis
bicara dia membungkuk terus mundur kesamping.
Berkerut alis Jik-ciok Tojin mendengar laporan itu,
tangannya mengulap memberi tanda supaya Tosu muda itu
mengundurkan diri, lalu dia menoleh kearah Ceng-ciok Tojin,
maksudnya hendak minta petunjuk kepada ciangbun
Suhengnya.
Tak nyana dilihatnya ciangbun Suhengnya Ceng-ciok Tojin
bersikap serius, seluruh perhatian tertuju kearah gua diatas
dinding yang tertutup batu persegi raksasa itu, bahwasanya
seperti tidak mendengar atau melihat suitan dan kedatangan
Tosu yang memberi laporan-
Jik-ciok Tojin maklum keadaan ciangbunjin, karena dalam
saat dekat ini, situasi bakal terjadi perobahan yang gawat dan
menentukan akan kejayaan Bu-tong-pay mereka selanjutnya,
malah boleh dikata, mati hidup berdirinya Bu-tong-pay
selanjutnya akan ditentukan dalam waktu dekat ini.
Maka sesaat setelah dia bimbang dan hendak membalik
tubuh, sebuah jeritan seperti lolong serigala kumandang dari
sana waktu dia angkat kepala, tampak seorang Tojin terpukul
remuk separo batok kepalanya, mayatnya menggeletak mandi
darah, seorang Tojin muda lain yang bersenjata pedang
sedang didesak kerepotan oleh pemuda sekolahan yang baru
datang itu jelas jiwanyapun terancam elmaut.
Jik-ciok Tojin membentak sekali, tubuhnya segera
melambung tinggi, ditengah udara dia ayun kedua tangannya
menimbulkan gempuran angin dahsyat menerjang kearah si
pemuda. "Blang" kontan dia rasakan tubuhnya bergetar, tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang meluncur kedepan seperti terhalang terus anjlok turun
kebawah, setelah bersalto dua kali baru Jik-ciok Tojin berdiri
tegak.
Bersamaan dengan itu, sebuah jeritan kumandang pula,
jeritan mengerikan yang bisa menyedot sukma orang. Tampak
Tojin berpedang itu kedua tangannya sudah buntung,
berguling-guling ditanah berbatu, pedang panjangnya itupun
putus dua menggeletak ditanah.
Pemuda itu membulatkan matanya menatap dengan
pandangan gusar, lengan kirinya tergores luka beberapa dim,
darah mengalir membasahi lengan bajunya.
Sambil mengayun kebut Jik-ciok Tojin menghampiri,
bentaknya menuding: "Hai, anak bawang, kau di suruh siapa
berani bertingkah di Bu-tong-san, lekas sebutkan nama
gurumu, jiwamu masih boleh diampuni kalau tidak-hm."
Kedengarannya mulutnya garang, pada hal hati Jik-ciok Tojin
amat kaget dan bingung, karena apa yang barusan dialami,
dan bocah ini masih mampu melukai kedua tangan orang
dihadapannya, jelas kepandaian orang tidak lebih asor di
banding kemampuannya sendiri. Maka setelah dia
melontarkan ancamannya, diam-diam dia sudah kerahkan
tenaga, siap siaga menghadapi labrakan lawan-
Ternyata setelah menghabisi empat jiwa Tojin di coat-kiamgiam,
Ping-ji terus langsung naik keatas gunung, diatas
gunung biara besar kecil tersebar di mana2, tapi keadaan
disini sepi lengang tidak kelihatan bayangan orang, karuan dia
keheranan, maka dia keluyuran kian kemari, dua Tosu yang
ronda kepergok ditengah jalan, jelas mereka bukan
tandingannya, hanya segebrak jiwa merekapun amblas.
Karena tidak hapal jalan Ping-ji akhirnya tiba dibelakang
gunung, di atas sebuah tebing dia melihat jauh diselat sana
berkumpul banyak orang, maka dia bersuit panjang terus
melesat terbang kearah sana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dikala tubuhnya berlompatan kearah selat itulah, dirinya
dicegat kawanan Tosu bersenjata pedang maka dia membela
diri dengan melontarkan pukulan setelah mengalami beberapa
kali pertempuran, pengalaman nya bertambah, hatipun makin
tambah, tapi dua Tojin yang menghadangnya ini memang
berkepandaian cukup tinggi, maka masih memerlukan sedikit
menguras tenaga baru berhasil membereskan mereka.
Dengan pukulan dahsyat dia berhasil mengepruk remuk
batok kepala seorang Tojin dikala dia menyerang Tojin yang
seorang lagi, didengarnya bentakkan keras disusul terjangan
segulung tenaga angin yang keras menindih dirinya, terpaksa
dia menggerakkan tangan memapak serangan-
Begitu adu pukulan baru hatinya mencelos, dia mundur
setengah langkah baru berdiri tegak pula, pada saat yang
sama selarik sinar kemilau dari sembilan pedang telah
mengaris tiba, dalam gugupnya lekas dia menggeser setengah
langkah pula kesebelah kanan, menghindari tabasan pedang,
namun gerakannya agak terlambat, lengan kirinya tergores
luka beberapa dim, untung dia cukup tangkas, kalau tidak
mungkin lengannya sudah buntung.
Sekilas ujung matanya menangkap gerakan Tojin
berpedang tadi, karuan amarahnya membara dengan satu
gerungan sambil menahan sakit kedua tangannya berputar
melontarkan jurus Llong-kiap-sin-gan, gempuran dahsyat
menerjang kearah Tojin itu.
Tojin itu sedang girang bahwa serangan pedanbnya
berhasil melukai lawan tahu2 segulung tenaga dahsyat telah
melanda dadanya, ter-sipu2 dia menudingkan pedang, tak
nyana pedangnya mendadak tergetar patah dua, tubuhnyapun
keterjang sempoyongan beberapa langkah, "Bluk" dia jatuh
terduduk ternyata kedua tangannya putus dan remuk sebatas
pergelanan tangan-
Saking sengit. Ping-ji sudah siap mengganyang Tojin yang
satu ini, tapi dilihatnya Jik ciok Tojin sudah berada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibelakangnya dia urungkan niatnya, dengan gusar di
tatapnya Jik-ciok Tojin.
Mendengar ucapan Jik-ciok Tojin, makin membara amarah
Ping-ji, namun didapati Jik-ciok Tojin ternyata berdandan mirip
dengan Lan-ciok Tojin, maka dia tahu bahwa Tojin yang
dihadapinya ini pasti punya kedudukan lebih tinggi paling tidak
setaraf dengan Lan-ciok Tojin, kepandaiannya juga pasti lihay,
maka dia kendalikan amarah, bentaknya: "Hidung kerbau.
Siapa suruh kau merintangi tuan mudamu, lekas sebutkan
namamu, boleh nanti kuampuni jiwamu, kalau tidak. h m."
Dengan bertolak pinggang dia balas menatap garang.
Bahwa si pemuda tidak menjawab pertanyaannya malah
balas menyindir dengan nada yang sama dengan dirinya tadi,
sudah tentu Jik-Ciok Tojin naik pitam, damprat nya: "Bocah
kurang ajar, bertingkah dan takabur, lihat pukulan-" Sembari
bicara dia tancapkan kebut dibela kang punggung lalu
menyilang kedua tangan melontarkan pukulan Boh-giok kun
yang terkenal ajaran Butong-pay murni. Pukulan tinjunya
menerbitkan segumpal badai menerjang kedada Ping-ji.
Lekas Ping-ji menggeser setengah langkah sambil
menurunkan tubuh hingga angin pukulan itu lewat diatas
kepalanya, namun berbareng dia melingkarkan kedua lengan
terus didorong kedepan, segulung tenaga bagai lidah petir
menyambar keperut Jik-ciok Tojin.
Jik-ciok Tojin menggembor sekeras guntur, tubuhnya
menjengkang kebelakang terus melesat undur, disaat
tubuhnya terapung dia menekuk pinggang sembari
menggerakkan lengan, kembali sejurus pukulan lihay dari Bohgiok
kun dia lontarkan-
Melihat pukulan angin lawan menindih kepala lekas Ping-ji
menunduk kepala sambil miringkan tubuh bergerak setengah
lingkar, berbareng menegakkan tubuh mengayun kedua
tangan, menciptakan tabir pukulan yang deras dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepukan beruntun dari bawah menerjang keatas
menyongsong, pukulan Jik ciok Tojin-
Jik-ciok Tojin merasakan kelihayan pukulan lawan, angin
tajam itu seperti hendak membelah perutnya saja, karuan
darahnya tersirap. lekas dia menghirup napas mengerahkan
hawa murni, ditengah udara, tubuhnya bertolak balik seraya
membentak: "Berhenti." Tabuhnya meluncur tiga tombak baru
melayang turun, bola matanya jelilatan mengawasi Ping-ji.
Baru dua gebrak Jik-ciok Tojin sudah melompat mundur
dan berkata demikian pula, Ping-ji waspada, apalagi lawan
menatapnya tajam main selidik, maka dia tertawa bingar
katanya: " Kenapa? Tojin bangkotan, kau menunggu bantuan
?"
Berubah rona muka Jik-ciok Tojin, tapi dia menahan
amarah, katanya " Kenapa tuan bilang begitu. Ada satu hal
Pinto ingin bertanya, entah bagaimana pendapat tuan ?"
Sikap lawan berobah, mau tanya entah soal apa, maka
menegak alis Ping-ji, jengeknya: "Tosu tua hendak tanya apa,
lekas katakan, jangan buang waktu."
Mengkerut alis Jik-ciok Tojin, dengan wajah serius dia
berkata: "Apakah tuan adalah ceng-san-biau-khek yang barubaru
ini terkenal di Kangouw ?"
Tiga bulan yang lalu muncul seorang pemuda ganteng
dikalangan Kangouw, berkepandaian tinggi berpakaian jubah
hijau, bukan saja berkepandaian tinggi, Lwekangnya tangguh,
Ginkangnya tinggi, selama tiga bulan telah mengalahkan
banyak gembong-gembong silat di Bulim, maka kaum
persilatan entah golongan hitam atau aliran putih sama
mengagumi tapi juga tidak sedikit yang mendendam padanya.
Karena dia senang berpakaian hijau, jejaknya tidak menentu
pula maka kaum persilatan memberi julukan ceng-san-biaukhek
(Pendekar gelandangan jubah hijau).
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini Jik-ciok Tojin menghadapi lawan muda berwajah
ganteng, memiliki kepandaian lihay, asal usul perguruannya
juga susah diketahui. berpakaian hijau pula,jik-ciok jadi curiga,
maka dia ajukan pertanyaan.
Tapi Ping-ji yang ditanya malah menarik alis, bentaknya:"
Tojin keparat jangan ngawur peduli jubah hijau, atau jubah
putih, serahkan jiwamu." Dengan sengit dia cecar Jik-ciok
Tojin dengan pukulan gencar.
Sudah tentu Jik ciok Tojin amat kaget, tak terbayang
bahwa pemuda ini ternyata berwatak kasar dan keras,
pertanyaan tidak dijawab malah menyerang sengit, lekas
diapun lontarkan dua jurus pukulan menangkis sejurus
serangan Ping-ji: "Dar " ditengah ledakan keras, kedua orang
tertolak mundur. Jik-ciok Tojin mundur dua langkah, karuan
kejutnya bukan kepalang. Sementara Ping-ji hanya merasakan
dadanya sesak lekas dia menjejak kaki melompat mundur tiga
kaki jauhnya. Anggaplah dia dipihak yang beruntung, kalau dia
keras kepala tetap bertahan pada posisinya semula darahnya
pasti bergolak dan bertolak belakang. dadanya bisa remuk
hingga darah akan keluar dari tujuh lobang panca indranya.
Maklum saking kagetnya begitu tertolak mundur Jik ciok
Tojin sudah menekuk pinggang memasang kuda-kuda terus
melontarkan pukulan Boh-giok-kun, kali ini bukan saja dia
mengerahkan seluruh kekuatannya, sebaliknya Ping-ji hanya
menggunakan tidak sepenuh tenaganya, adalah jamak kalau
Ping-ji yang dirugikan. Dasar berwatak keras, bahwa diri nya
hampir kecundang sudah tentu hal ini membakar sifat liar
Ping-ji, sambil menggerung dia gerakkan kedua tangan seraya
menarik napas,
"Lihat serangan-" Ditengah bentakan, tubuhnya terapung
keatas, ditengah udara dia kebas sepasang lengan baju
kebelakang hingga tubuhnya meluncur seperti pesawat jet,
tubuhnya melengkung kedua tangan bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara ”plak-plok" yang nyaring berkumandang di angkasa,
damparan angin pukulan sedahsyat guntur menyambar
menerpa kearah Jik-ciok Tojin-
Jik-ciok Tojin sudah lama kelana di Kangonw
pengalamannya luas, kalau tidak ribuan, juga ratusan kali
bertempur menghadapi lawan tangguh, namun belum pernah
dia menghadapi lawan muda setangguh ini, serangan lawan
menuntut dirinya untuk memboyong seluruh kemampuannya
dan telah memeras seluruh tenaganya, kini lawan menyerang
sedahsyat guntur, bila dia angkat kepala, bayangan telapak
tangan sebanyak itu mengaburkan pandangannya.
Pengalaman berkata dan sudah menjadi kenyataan bahwa
Kungfu bocah memang lihay maka dia tidak berani melawan
secara kekerasan, dia undur dua langkah sembari memutar
badan, sebelah tangan menepuk balik sementara tangan yang
lain didorong miring keatas balas menggempur kearah Ping-ji.
Pukulan Jik-ciok Tojin memang tangguh dorongan telapak
tangannya berhasil menahan lawan hingga tubuhnya mencelat
lebih tinggi tiga kaki. namun Ping-ji menarik napas
menyalurkan hawa murni, "wut" dengan kepala dibawah kaki
diatas dia menukik turun, ditengah rentetan suara tepukan,
jik-ciok Tojin kembali dirabu oleh bayangan telapak tangan-
Baru saja Jik-ciok Tojin sempat ganti napas, tiba-tiba terasa
tenaga raksasa kembali menindih dirinya, karuan kejutnya kali
ini bukan olah-olah, belum sempat dia balas menyerang,
pukulan lawan sudah menindih tiba "Biang" dengan telak
batok kepalanya kena tamparan keras, seketika kepala pusing
mata berkunang-kunang.
Pada saat itu, pula terdengar suara ribut-ribut, tampak
serombongan orang berlari dan berlompatan datang. Yang
terdepan adalah seorang Tosu tua berjubah emas, ditengah
hardikannya dia mengayun tangan kiri, segulung angin
pukulan sedahsyat gugur gunung menggulung kearah Ping-ji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sedang meluncur turun, berbareng tangan kanan terulur
meraih Jik-ciok Tojin yang hampir roboh.
Berhasil memukul Jik ciok Tojin, Ping-ji sadang melayang
turun. tiba-tiba terasa segulung tenaga menerjang kearah
dirinya, karuan tergetar hatinya, terasa terjangan tenaga
pukulan yang satu ini sedahsyat gugur gunung, hampir tak
kuasa dia melawannya. Lekas dia ayun tangan kiri lalu disusul
tangan kanan menempel telapak tangan kiri serta mendorong
kedepan, begitu pukulan lawan tertahan baru tubuhnya
melayang enteng.
Tojin jubah emas segera serahkan Jik ciok Tojin kepada
orang-orang dibelakangnya, tiba-tiba tubuhnya bergetar,
segulung angin keras tiba-tiba menindih tubuhnya, lekas dia
mundur setapak. seraya membentak: Lekas pergi." Kedua
tangan mendorong ke depan "Pyaar Dua pukulan dahsyat
beradu menimbulkan pusaran lesus menerbangkan debu dan
pasir.
Waktu Ping-ji pentang matanya, tampak didepannya berdiri
seorang Tosu tua berpakaian jubah kuning emas, dengan topi
keimanan yang gagah dan berwajah agung, jenggotnya
panjang mencapai perut, dengan pandangan kaget dia
menyelidik kearah dirinya, dibelakangnya berjubel banyak
Tosu menonton adu kekuatan barusan-
Diam-diam tegak alis Ping-ji, batinnya: "Tosu ini mungkin
ciang bunjin Bu-tong-pay sekarang, Lwekangnya jelas lebih
tangguh dari beberapa Tosu yang lain-"
Dugaannya memang benar, Tosu tua berjenggot panjang
ini memang adalah Ceng ciok Tojin yang sekarang menduduki
ciang bunjin Bu-tong-pay.
---ooo0dw0ooo---
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diwaktu Ping-ji melabrak Jik-Ciok Tojin diam-diam ceng-
Ciok Tojin sudah memperhatikan, dilihatnya pemuda ini
membekal kesaktian yang ampuh, permainan silatnya
memang tidak mungkin dilakukan oleh orang biasa, hingga
Jik-Ciok Tojin yang memiliki tingkat kepandaian silat tinggipun
tak mampu menandinginya, karuan makin heran hatinya,
diam-diam dia mengelus jenggot dan menghela napas
gegetun. Sejak Bu-tong-pay didirikan oleh Thio Sam-hong
sampai kini sudah turun temurun melalui belasan generasi,
pada hal setiap generasi pasti menelurkan jenis-jenis silat
yang tiada taranya, sehingga Kungfu Butong-pay bukan saja
makin jaya, malah banyak ilmu peninggalan cikal bakal
mereka pun makin berkembang baik keseluruh penjuru dunia.
Maka selama ratusan tahun tampuk pimpinan Bu-tong-pay
berada ditangan jago-jago kosen yang paling menonjol
diantara murid didik mereka, hingga dikalangan Kangouw,
kebesaran Bu-tong-pay tetap sejajar dengan Siau-lim-pay,
diagulkan sebagai aliran ilmu silat murni.
Namun sejak delapan puluh tahun yang lalu, di kala muncul
seorang aneh didunia persilatan, dengan ilmu silatnya yang
mujijat dia merajai seluruh Kangou dari golongan hitam
maupun aliran putih, para dedongkot silat di Tionggoanpun
tidak dipandang sebelah mata, dipaksa oleh situasi yang amat
mendesak. maka delapan perguruan besar di Tionggoan
berserikat memusuhinya.
Dalam suatu kesempatan, orang aneh itu telah dikerubut
selama tiga hari tiga malam akhirnya orang aneh itu lari
dengan luka parah, namun para ciangbunjin kedelapan
perguruan besar itupun sama gugur, hanya ciangbunjin Butong-
pay generasi ke 49 Than-yu Tojin seorang saja yang
berhasil meloloskan diri pulang ke Bu-tong-san, pada hal
Thian-yu Tojin sendiri sudah teringser isi perutnya, setiba di
Bu-tong-san luka-lukanya tak bisa disembuhkan, tak lama
kemudian diapun meninggal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejak peristiwa itu, kekuatan inti dari kaum persilatan di
Tionggoan boleh dikata sudah ludes, ilmu-ilmu tunggal mereka
putus turunan, sehingga pelajaran silat mereka dari generasi
kegenerasi yang lain makin rendah tingkat dan mutunya.
Demikian pula yang dialami oleh Bu-tong-pay, apalagi
calon-calon murid yang benar-benar pandai sukar diperoleh,
hingga kejayaan di masa Cikal bakal mereka tak mungkin
dikejar pula. Akhirnya ciangbunjin yang pegang kuasa
menganjurkan Bu-tong-pay harus tutup pinto dan giat
memperdalam Kungfu, untuk menebus kewibawaan mereka di
kalangan Kangouw.
Dikala Goan-hak Tojin ciangbunjin generasi ke lima puluh
pegang tampuk pimpinan di Bu-tong-san, pada suatu peristiwa
gugur gunung, di dalam sebuah gua dibelakang gunung,
mereka menemukan sebuah kotak batu, waktu di buka,
ternyata didalamnya menyimpan sejilid buku pelajaran Siauyang-
cin-keng, itulah karya ciptaan It-sengcu ciangbunjin
gererasi ke dua puluh tiga. Karuan bukan kepalang senang
murid-murid Bu-tong-pay, waktu buku itu diperiksa ada
halaman terakhir pada catatan pesan It-sengcu yang
memperingatkan, karena ilmu ciptaannya itu merupakan karya
terbesar selama hayatnya, yang mana telah menghabiskan
cucuran keringat dan darah, maka dianjurkan supaya ilmu
sakti ini disalurkan kejalan benar, calon murid yang akan
belajar ilmu ini harus dipilih yang benar-benar berbakat dan
berbudi luhur dan bajik.
Kebetulan masa itu kejayaan Bu-tong pay sudah makin
merosot, setelah Goan-kak Tojin pulang, diapun tak mampu
mempelajari ilmu yang tercatat didalam buku itu, maklum usia
sudah tua, tenagapun tidak memadai, setelah dirundingkan,
akhirnya pilihan jatuh pada seorang Sutenya yang masih
berusia muda, namun memiliki kecerdasan dan bakat yang
luar biasa untuk memperdalam ilmu temuan itu di dalam
Thian-sin-kok dibelakang gunung Bu-tong, batas waktunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua puluh tahun, selama dua puluh tahun ini, dia harus
berhasil menyelami pelajaran ilmu pedang, ilmu pukulan dan
ajaran Lwekang yang termuat didalam Siauyang-cin-keng itu.
Tiga tahun sejak kejadian gugur gunung itu, Goan-kak
Tojin meninggal dunia, sebelum ajal tak lupa dia tetap
memberi wejangan kepada murid-muridnya supaya giat
berlatih demi menggemilangkan kembali kejayaan Bu-tongpay
di masa lalu, diapun menyatakan penyelasannya karena
tak bisa menunggu dan melihat keberhasilan Sutenya.
Sejak ceng-Ciok Tojin memegang tampuk pimpinan di Butong-
san, diapun terus memperdalam ilmu, murid-muridnya
lebih banyak mengekang diri d idala m kesibukan belajar
Kungfu daripada mencampuri pertikaian didunia persilatan.
Sayang sekali, dunia persilatan yang aman tentram sekian
tahun, kini mulai bergolak pula, terjadi beberapa kali huru
hara dan kemelut yang cukup menghebohkan- Agaknya aliranaliran
besar persilatan seperti berlomba saja, masing-masing
sudah berhasil mengeduk pula pelajaran tingkat tinggi dari
warisan para cikal bakalnya yang pernah hilang, sudah tersiar
luas berita di kalangan Kangouw, bahwa perguruan-perguruan
silat itu sudah siap menampilkan diri pula didalam percaturan
dunia persilatan-
Yang paling merisaukan pihak Bu-tongpay adalah bahwa
Wi-liong-pit-sin yang dahulu pernah menimbulkan gelombang
perpecahan di kalangan Kangouw, akhir-akhir ini telah
menjadi rebutan berbagai pihak pula. Banyak orang yakin
siapa dapat merebut buku itu dan mempelajari ilmu yang
tercantum didalamnya, maka dia akan menjadi jago silat tanpa
tandingan dikolong langit ini.
Maka diam-diam ceng-Ciok Tojin mengutus beberapa
muridnya ikut terjun ke Kangoaw menyelidik kebenaran berita
itu bila ada kesempatan boleh merebutnya, di samping itu
diapun tidak melupakan Sang Suslok yang masih meyakinkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmu di Thian-sin-kok dalam waktu dekat sudah akan
menamatkan pelajarannya dan keluar gua.
Bahwa usaha murid-muridnya yang turun di Kangouw
belum berhasil, berita yang tersiar di kalangan Kangouw
simpang siur pula.
Tahu-tahu pada suatu hari datang seorang perempuan
yang buntung lengannya dengan luka parah ke Bu-tong-san,
tanpa banyak basa basiperempuan ini minta diberi Bik-lok imtan,
obat mujarab turun temurun sejak beberapa generasi
yang merupakan obat pelindung Bu-tong-san pula.
Sudah tentu ceng-Ciok Tojin menolak, karena pil obat itu
bukan saja tak mungkin dibuat lagi, kasiatnya juga luar biasa,
obat itupun tinggal sebutir saja, karena tidak ada kecocokan
paham maka perempuan buntung itu melabrak dan
mengamuk, akhirnya karena merasa kewalahan perempuan
itu melarikan diri, siapa nyana, malam itu perempuan itu telah
menyelundup kedalam biara serta mencuri- Bik-lo-kim-tan itu,
tiga murid Bu-tong-pay terluka dalam usaha mempertahankan
obat sakti itu, maka ceng-Ciok Tojin menugaskan Lan-Ciok
Tojin untuk mengejar dan merebut balik pil obat itu.
Kejadian selanjutnya sudah kami kisahkan dibagian depan
cerita ini. Tak nyana belum lagi satu peristiwa berhasil diatasi,
pagi hari itu ceng-ciok Tojin sudah harus mengumpulkan
seluruh murid-murid Bu tong pay menuju ke Thian-sin-kok
untuk menyambut sang Susick yang bakal keluar dari
pertapaannya, tiada hujan tak ada angin, tahu-tahu seorang
pemuda menerjang datang membuat keributan, tanpa alasan
beberapa muridnya telah terbunuh,jik-Ciok Tojinpun terluka
parah, betapapun sabar dan bajik sifat ceng ciok Tojin,
menghadapi persoalan yang bertubi-tubi ini, tak tahan dia
mengendalikan emosi.
Setelah memperhatikan sekian saat, disadarinya bahwa
pemuda didepannya ini, meski kelihatan sopan dan ramah,
mirip anak sekolahan yang tidak pandai silat, tapi kenyataan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan mata kepalanya sendiri dia saksikan Jik-ciok Tojin
kecundang ditangannya, ilmu silatnya yang hebat sungguh
membuatnya kagum dan gegetun pula. setapak dia maju,
kebut terayun, katanya setelah membungkuk tubuh: "Pinto
ceng-Ciok. sebagai ciangbun, dari Bu-tong-pay, rasanya kita
masih asing dan belum kenal siapa sebetulnya Siauhiap ini,
murid siapa ?" Karena dia curiga pemuda ini adalah ceng-sanbiaukhek
yang belakangan ini mengangkat nama di kalangan
Kangouw, maka dia ajukan pertanyaan tadi.
Mendengar pertanyaan sopan dan ramah agak kendor
amarah Pingji. diam-diam diapun puji sikap Tojin tua ini,
memang tidak malu sabagai pimpinan, namun dia gelenggeleng,
katanya: "Aku tidak punya nama, juga tidak punya
guru."
Semula ceng-Ciok Tojin tertegun, akhirnya berobah air
muk. dia kira orang tidak mau jawab pertanyaannya, maka
sambil menarik muka suaranya kereng: "Lalu untuk apa kau
kemari?" nadanya tinggi, jelas dia naik pitam, maklum seorang
yang memiliki Kungfu setinggi itu, mana mungkin tidak punya
guru, tidak punya nama lagi. Siapa pun tidak akan percaya
mendengar jawaban Ping-ji, maklum kalau ceng-Ciok Tojin
naik pitam, karena jawaban itu dianggapnya menghina pula.
Bahwa jawabannya tidak dipercaya. Ping-ji juga marah,
mendengar tegoran yang bernada mengancam pula, makin
membara amarahnya, diapun maju setapak dan membentak
gusar: "Aku justru ingin tanya kau, beberapa hari yang lalu
betulkah ada perempuan lengan buntung obat ?"
'Memangnya kenapa ?" "cong elok Tojin balas tanya sambil
mengerut alis.
Ping-ji maju setapak pula, suaranya mendesis bengis:
"Siapa yang memukulnya luka parah ? Katakan " nadanya
kaku, keras sorit matanya menyala gusar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Tojin tua dibela kang ceng-Ciok Tojin melompat
keluar seraya meraung gusar, bentaknya menuding: "Binatang
kurang ajar, dihadapan ciangbunjin berani bertingkah, siapa
sih yang memelihara binatang tidak tahu pendidikan seperti
kau?" tiba-tiba lengan bajunya mengebas melontarkan
segulung angin kearah Ping-ji.
Dengan gusar Ping-ji sedang melotot kepada ceng-Ciok
Tojin, tiba-tiba Tos u tua yang kemari ini berjubah kuning ini
melompat maju seraya menyerang, saking gusar dia mundur
setapak memasang kuda-kuda memberatkan tubuh, sekali
tarik napas dia dorong kedua tangannya, kembali dia
lancarkan Liong-kiap-singan, jurus pertama dari ilmu pukulan
yang tertera d idala m Wi-liong-pit-sin-
"Pyuuur" terjadilah pusaran angin les us membumbung
tinggi keangkasa, batu pasir beterbangan. Ping-ji rasakan
jantungnya melonjak. segulung hawa hangat menggulung naik
dari pusar, lekas die tarik napas serta menekan darah, lalu
menyalurkan kembali ke tempat asalnya.
Lekas sekali pasir dan debu yang beterbangan itupun telah
tersapu pergi oleh hembusan angin lalu. Dilihatnya Tosu tua
itu sebelah tangannya menekan dada, sorot matanya kaget,
heran dan bingung, amarahnya mendadak memuncak pula,
sambil meraung Ping-ji melompat keatas dan siap memukul
pula.
"Berhenti." Tiba-tiba ceng-Ciok Tojin berseru, berbareng dia
menggerakkan tangan melontarkan segulung angin pukulan
mencegah Ping-ji beraksi.
Ping-ji masih terapung dludara, lekas dia jumpalitan
kebelakang meminjam dorongan pukulan lawan terus
melayang turun dengan enteng.
ceng-Ciok mengulap tangan sambil berpaling, katanya:
"Pek-Ciok. kau mundur." Lalu dia memberi tanda kepada PingTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ji, katanya: "Siauhiap. tunggu sejenak. dengarkan dulu
penjelasan Pinto."
Tegak alis Ping-ji, katanya tidak sabar:
"Kau sudah tua bangka masih banyak mulut, kalau kalian
ingin main giliran, tuan muda ini juga tidak gentar, boleh maju
satu-satu."
Berobah roman ceng-Ciok Tojin, katanya "Siauhiap. jangan
kau terlalu menghina." Bahwa ceng-Ciok Tojin menahan sabar
dan mengalah supaya pertempuran ini tidak dilanjutkan
karena dia harus menunggu sang Susiok yang sudah akan
berakhir tapanya di dalam gua, sebentar lagi beliau akan
keluar, maka keadaan diluar pantang ribut dan berisik, tak
nyana pemuda ini disamping kurang ajar, temberang dan
bertingkah pula, sungguh tak tahan dia menahan sabar,
saking marah mukanya merah padam, sekujur tubuh
bergoncang.
Ping ji juga berobah air mukanya, bentaknya bengis: "Kau
mau apa?" Setelah menyeringai lalu mendesis pula, "kalau hari
ini kau tidak serahkan orang yang melakukan penganiayaan,
sarangmu ini akan kuobrak-abrik sampai lebur.'
Wajah yang merah padam itu makin buruk lagi
kelihatannya. bibir ceng-Ciok Tojin gemetar, sebelum dia buka
suara, Pek-ciok Tojin dibelakangnya sudah tampil kedepan
pula sambil menuding Ping-ji, bentaknya:
"Binatang keparat, marilah lawan dulu sepasang tanganku."
Kedua tangan sudah bergerak mau menggempur.
"Tahan-" Bentakan keras berwibawa menghentikan aksi
Pek-ciok Tojin- Ping-ji yang sudah siap siaga juga tertegun,
segera dia menoleh kearah ceng-Ciok Tojin-
Tampak Tojin yang satu ini menampilkan sikap kereng dan
berwibawa, desisnya kepada Pek-ciok Tojin: "Pek-Ciok, kau
mundur, jangan banyak mulut lagi.""
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu bentrok dengan pandangan ceng-Ciok Tojin, wajah
Pek-Ciok berdenyut pucat bibirnya juga gemetar, lalu
menunduk dan mengundurkan diri. Di antara sesama saudara
perguruan sebetulnya tabiat Pek-ciok paling baik, tapi melihat
pemuda yang satu ini memang terlalu kurang ajar, sikapnya
kasar dan temaha pula, amarahnya jadi tak terbendung lagi,
apa lagi dia penasaran karena ciangbun Suhengnya entah
kenapa hari ini kelihatan lembek, maka hilang kesabarannya,
dia siap melabrak musuh, sayang ciangbunjin mencegah
dirinya bertindak. karuan hatinya amat kecewa.
Sekilas ceng-Ciok melirik Pek-Ciok, rona mukanya jadi
guram, tapi segera dia angkat alis dan berkata pada Ping-ji:
"Siauhiap. apa kau yakin mampu melawan sepuluh jurus
serangan Pinto ?"
Hadirin gempar, Ping-jijuga tertegun, tapi cepat dia
menjawab: "Bagaimana caranya
Tampak serius wajah ceng-Ciok Tojin, katanya: " Kala u
siauhiap mampu melawan sepuluh jurus serangan Pinto, boleh
terserah apa kehendak Siauhiap... " lalu dia membalik kearah
orang banyak dan berkata:
"Kalau tidak Siauhiap harus tinggal di sini, menebus dosa
kematian murid Bu-tong itu."
Bergegas Pek-Ciok Tojin melangkah maju pula, serunya
dengan gelisah: " ciangbun... kau...
"Aku tahu . . " ceng-Ciok mencegah dia bicara lebih lanjut,
kau mundur... " lalu dia menegakkan alisnya yang memutih
panjang, mata menatap Ping-ji dengan pandangan damai.
"Bagus." tiba-tiba Ping-ji tertawa b ingar suaranya lantang
gagah, baiklah aku turuti kehendak ciangbun, kalau aku kalah
aku tidak akan mengerutkan kening." "Kau tidak menyesal ?"
ceng elok menegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seorang laki-laki harus boleh dipercaya tak pernah aku
tahu apa artinya menyesal."
"Bagus." Puji ceng-Ciok Tojin, kedua kaki berdiri rapat
tegak. sebelah telapak tangan tegak didepan dada, telapuk
tangan yang lain miring datar did^pan hidung. sikapnya
seperti orang sembahyang, gagah serius menatap pemuda
yang jadi lawannya. Memang ceng-Ciok sebagai ciangbunjin,
tindak tanduk nya memang perkasa dan berwibawa.
Diam-diam mencelos hati Ping-ji melihat lagak ceng-Ciok
Tojin, segera diapun merangkap kedua tangan-
"Ciangbun,' tiba-tiba Pek-Ciok jadi bandel kembali, dia
melompat maju berusaha membujuk ciangbun Suhengnya.
Ceng-Ciok Tojin tidak hiraukan Sutenya katanya kepada
Ping-ji: Jurus pertama Pinto bernama To-tiang-mo-siau, gaya
permulaan dari Hu-mo-kun, tuan harus hati-hati.” Perlahanlahan
kedua tangan bergerak bersilang didepan dada lalu
didorong bersama kedepan segulung angin deras melanda
kedada Ping-ji.
Sebetulnya ceng-Ciok Tojin juga tahu, sebagai ciangbunjin
tanggung jawab dirinya teramat besar, tapi melihat pemuda
yang belum dikenal ini memiliki Kungfu luar biasa, salah
seorang Sutenya yang tangguh juga bukan tandingan, maka
dia tidak hiraukan bujukan Pek-Ciok, ingin dia mencoba
sampai di mana kehebatan pemuda ini, Pada hal sebagai
seorang ciangbunjin Butong-pay menghadapi bocah tak
bernama yang baru keluar kandang sudah menurunkan
derajatnya, maka untuk mengambil muka sengaja dia
menerangkan jurus yang akan dia lancarkan-
Ping-ji merasa hapal melihat gaya yang dilakukan ceng-Ciok
Tejin, mendengar penjelasannya pula, diam-diam dia memuji
dan kagum kepada ciangbunjin yang satu ini. Pada saat itulah,
terasa dorongan kedua tangan orang telah menimbulkan
tindihan berat kedadanya. Lekas dia menggeser setengah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tapak kekiri, kedua lengan saling gubat terus disapukan keluar
bersama, ternyata gerakan enteng ini menimbulkan kekuatan
dahsyat memapak pukulan ceng-ciok Tojin.
"Bless" dua jalur angin berpusar membumbung keangkasa
mengeluarkan desingan rendah.
Ping-ji rasakan tubuhnya bergetar, segulung hawa hangat
mendadak merembes ke luar dari pusarnya, lekas sekali
berputar dua kali keseluruh tubuh, sedetik dia memejam mata,
sekuatnya dia bertahan tidak bergeming, tapi damparan kuat
menerjang juga kepada dirinya, hingga tak kuasa dia
mempertahankan diri pula, mundur setengah langkah.
"Setelah menarik napas dalam Ping-ji membuka matanya,
tampak ceng-Ciok Tojin berdiri dengan muka sedikit pucat,
kakinya juga menyurut setindak.
Terasa oleh ceng-Ciok Tojin waktu melontarkan
pukulannya, perlawanan Ping-ji ternyata amat tangguh, malah
sisa tenaga perlawanan terasa sempat menerjang balik hingga
tanpa kuasa dirinya terg entak mundur maka dengan kaget
dia menatap anak muda didepannya, susah diukur betapa
tinggi Kungfu dan Lwekang anak muda ini, ternyata mampu
menandingi tenaga pukulan yang dia latih sekian puluh tahun.
Wajah Ping ji merah seperti orang habis minum arak.
pandangannya nanar mengawasi ceng-Ciok Tojin. Terasa ada
segulung hawa panas yang selulup timbul bergolak dirongga
dada dan perutnya, rasanya cukup menyiksa, dia tidak habis
mengerti kenapa pukulan ceng-Ciok Tojin demikian dahsyat,
maka tatapannya mengandung rasa kaget pula.
Terdengar ceng-Ciok Tojin menghardik pula, Jurus kedua
Mo-yam-kiam-sing." Kaki melangkah setapak pula, tangannya
terayun keatas terus ditepuk turun mengincar Thay-yang dan
Thay-im dua hiat-to mematikan dikedua pelipis Ping ji. Lekas
badan Ping-ji doyong kebelakang, dan belum sempat dia
menjejak kaki. Mendadak ceng-ciok sudah menghardik pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih keras Jurus ketiga Go meh yan-you (mengusir iblis
membabat siluman), segumpal angin tajam menerjang pula
dada dan perut Ping-ji. Dicecar secara beruntun, sibukjuga
Ping-ji, lekas dia mengerut perut tubuhnya tiba-tiba membalik
terus menggelinding kekiri tiba-tiba mulutnya bersuit,
tubuhnya melenting pinggang tertekuk. ditengah udara kedua
lengan bajunya dikipat kebelakang, seiring dengan kebasan
lengan baju itu, terdengarlah suara nyaring seperti anak-anak
main keplokan, maka bertaburan bayangan telapak tangan
diudara, ratusan bayangan tapak tangan seperti memenuhi
udara, semuanya berjatuhan kearah ceng-Ciok Tojin yang
mengundurkan diri dari segala jurusan.
ceng-Ciok menggembor, diapun mengebas lengan bajunya,
memapak bayangan telapak tangan itu, ditengah pusaran
angin les us, tiba-tiba diapun melejit keudara. Maka terlihat
dua bayangan orang seperti dua burung besar sedang
bertarung diudara, susah dibedakan mana bayangan ceng-
Ciok Tojin, siapa Ping-ji. Yang terang deru angin makin
menggoncang bumi menimbulkan pergolakan yang dahsyat.
Semua Tojin, besar kecil tua muda yang menonton diluar
gelanggang sampai menyurut mundur, sesak napas, semua
menonton dengan mata mendelik. Seolah-olah mereka lupa
akan kehadirannya, mereka berdiri seperti orang linglung,
maklum kapan mereka pernah menyaks ikan pertempuran
sekeras dan sedahsyat ini apalagi yang berhantam adalah
ciangbunjin melawan seorang anak muda.
Bahwa seluruh perhatian ditujukan kepada pertempuran
dua jago yang lagi berlaga diarena, maka tiada orang yang
memperhatikan bahwa dinding batu dibelakang mereka juga
mulai menunjukkan perobahan. Terutama batu raksasa yang
menyumbat mulut gua tampak bergoncang. hingga tanahtanah
kuning, lumut, pepohonan rambat sama rontok
berjatuhan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya sekejap saja, batu raksasa yang menyumbat gua itu
ternyata telah luluh menjadi bubuk berhamburan ditiup angin
yang menghembus kencang dari luar selat, dari mulut gua
yang gelap pekat itu, pelan-pelan tampak beranjak keluar
seseorang laki-laki setengah umur dengan rambut panjang
terurai kusut masai, tapi wajahnya tampak merah segar.
Wajahnya yang merah itu mengulum senyum sabar,
setelah kedua telapak tangan saling digosok-gosok, sepasang
matanya setajam api menyapu pandang kesekitarnya,
mendadak dia mengerut alis.
Ternyata dia telah menyaksikan dua jago yang lagi berlaga
ditengah arena.
Sementara itu seluruh hadirin masih tumplek perhatian
menonton pertarungan, dua bayangan orang masih berkutet,
hantam menghantam, tendang menendang, tipu dilawan tipu
jotosan dilawan pukulan, angin menderu melanda orang-orang
yang menonton dalam jarak agak dekat.
Tiba-tiba terdengar suara serak rendah tertekan: Jurus
sembilan." Dan "Blang" ledakan keras ini mengakibatkan
pergolakan hawa yang benar-benar dahsyat seperti gunung
meletus, disertai erangan tertahan, maka dua bayangan
berpencar, masing-masing melayang turun ketanah.
Tampak gelung rambut ceng-Ciok Tojin sudah serong
kepinggir, kedua tangannya tampak gemetar, wajahnya juga
menampilkan perobahan yang ruwet dan sukar diraba
perasaannya. Sementara nafas Ping-ji tampak tersengalsengal,
mukanya merah padam, mata setengah terpejam
memancarkan sinar aneh tubuhnyapun berdiri dengan limbung
seperti orang mabuk.
Mengawasi mimik orang, rona muka ceng-Ciok Tojin pun
ikut berobah tidak menentu. Mendadak dia menggerung
sekali, kaki maju setapak, kedua tangannya terangkat tinggi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diatas membuat bundaran terus ditaburkan kemuka Ping-ji,
sementara mulutnya membentak:"Jurus sepuluh, sambut "
Wajah Ping-ji tampak berdenyut, alisnya pun ber taut,
seperti terluka dan menahan sakit, begitu ceng-Ciok Tojin
melayangkan serangannya, melihat sikap Ping-ji, tergerak
hatinya, gerakan merandek dan baru saja dia hendak
urungkan serangannya. Mendadak di dilihatnya Ping-ji
membuka mata, ditengah gerungan rendah tenggorokannya,
kaki kiri melangkah mundur setengah tapak. kedua tangan
didorong pelan-pelan, segulung tenaga kembali menerpa
kearah ceng-ciok Tojin-
Padahal ceng-Ciok Tojin sudah menggunakan serangan,
mendadak diserang sedahsyat ini, saking kejutnya, tak sempat
kerahkan kekuatan melawan, tiba-tiba tubuhnya bergetar,
darah segar sudah menerjang keteng gorokan. Mendadak
didengarnya jeritan kaget banyak orang, berbareng segulung
badai hangat timbul dibelakangnya, lekas dia membuka mata.
Dilihatnya bola mata Ping-ji merah membara, wajahnya kaget
dan heran langkahnya terhuyung mundur, tapi sekuat tenaga
dia bertahan berdiri, meski limbung dia tidak terjatuh, namun
menumpahkan darah segar.
Melihat keadaan Ping-ji. ceng-ciok Tojin tak habis
herannya, seketika dia berdiri melongo, mendadak tubuh
sendiri bergetar dan bergidik, karuan dia mengerut alis.
Didengarnya pek-ciok Tojin berkata gemetar disamping:
"ciangbun, kau terluka?"
Dengan hambar ceng-ciok Tojin menggeleng, tatapannya
lurus ke muka Ping-ji, dengan payah dia bersuara sambil ulur
tangan: "Siauhiap."
Tiba-tiba Ping-ji angkat kepalanya, sorot matanya
membulat terang penuh dendam dan kebencian, dengan
kertak gigi akhirnya mulutnya mendesis: "Selama hayat masih
di kandung badan, suatu hari aku pasti akan minta pelajaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kungfu Bu-tong-pay kalian yang lihay." Setelah membanting
kaki dengan membusung dada segera dia melangkah pergi.
Mengawasi bayangan orang, pelan-pelan ceng-ciok Tojin
turunkan tangannya, perasaannya makin hambar dan
mendelu. Mendadak suatu pikiran berkelebat dalam benaknya,
mendadak dia membalik tubuh. Tampak dibelakangnya berdiri
seorang laki-laki setengah umur dengan rambut panjang
terurai kusut, dilihatnya pula wajah orang menampilkan mimik
heran, sorot matanya juga bingung dan menyesal, mulutnya
komat kamit seperti sedang berdosa, entah apa yang di
ucapkan tidak jelas karena suaranya amat lirih.
Kulit muka ceng-ciok Tojin seketika berkerut keriput,
bibirnya gemetar keras, ternyata tak mampu dia bersuara,
sesaat kemudian baru dia melompat maju seraya berseru:
"Suslok." Tapi tak kuat dia mempertahankan diri, tubuhnya
tersungkur ketanah.
---ooo0dw0ooo---
Hari masih pagi, namun mega tebal menyelubungi puncak
gunung, sehingga cuaca menjadi suram. Ditengah kesuraman
itulah. tampak bayangan seorang sedang melangkah
sempoyongan dengan tubuh setengah terbungkuk seperti
orang mabuk, langkahnya terseyot-seyot, apalagi mukanya
tampak merah ada kalanya langkahnya tersaruk batu sehingga
tubuhnya hampir tersungkur, untung tidak sampai menubruk
bumi.
Saat itu, pikirannya masih jernih, cuma dia tidak mau
membuka matanya, angin dingin menerpa dirinya, seketika dia
menggigil kedinginan, tapi dia tidak menghentikan langkah
terus maju dengan langkah makin berat.
Dua Tojin muda sedang duduk beradu punggung didepan
sebuah gubuk bambu membelakangi batu karang, disamping
mereka menggeletak masing-masing sebilah pedang. Agaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hembusan angin dingin telah mengusik lamunan Tojin sebelah
kiri, dia menggerakkan tubuh, seperti mau berdiri, tapi
akhirnya dia tetap tak bergerak. hanya mulutnya saja yang
bergerak: "Suheng coba kau lihat."
Tojin dibelakangnya tidak bergerak, juga tidak memberi
reaksi Terpaksa dia menggoyang kedua pundaknya memanggil
lebih keras: "Suheng, Suheng."
Tojin dibelakangnya tetap tidak bergerak. hanya mulutnya
saja bersuara dalam tenggorokan. Karuan Tojin muda itu naik
pitam, bergegas dia melompat berduduk. tapi suhengnya
malah roboh kedalam pelukannya dengan lunglai. Ternyata
Tojin Suhengnya ini telah pulas dimabuk mimpi di pagi hari
nan sejuk dingin.
Sang Sute gregeten dan dongkol, tapi juga geli melihat
Suhengnya yang mendengkur seperti babi. "Suheng, Suheng.'
Teriaknya pula.
Tojin yang digoncang tubuhnya hanya mengigau dengan
malas saja. Karuan Tojin muda itu mengerut alit, tapi segera
dia tertawa geli, lalu dia menunduk mendekatkan mulutnya
ketelinga Suhengnya serta berteriak: 'Suheng, lekas lihat, tuh
dari sana datang seorang perempuan-" Perkataan 'perempuan'
sengaja dia ucapkan dengan suara panjang dan bernada
tinggi.
Sang Suheng yang pulas itu kembali mengigau sekali,
mendadak dia berjingkrak bangun seraya berteriak: "Apa, di
mana ?"
Tojin muda itu terpingkel-pingkel, tangannya menuding
kekiri. Dengan mata terbelalak Sang Suheng mendleh kearah
yang ditunjuk. tapi kosong melompong, kecuali batu-batu
gunung tiada benda lain, angin menghembus rerumputan
yang mulai kering. Dengan tanda tanya dia menatap Sutenya
mulutnya cemberut dongkol.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tojin -muda baru mengomel: "Sejak tadi kupanggil kau,
siapa suruh kau pulas. sudah pergi."
Sang Suheng tiba-tiba berdiri terus hendak mengudak.
karuan sang Sute gugup lekas dia menariknya: "Mau kemana
?"
Suheng melotot, katanya: "Hayo kejar.""
Tojin muda tertawa nyengir sambil melelet lidah, katanya:
"Aku hanya ngapusi kau .. . coba lihat tampangmu, haha,
seperti... " sambil berkata sengaja dia mengerut hidung dan
mengendus-ngendus diudara, " kucing mencium bau ikan-"
Sang Suheng angkat tangannya mau memukul, lekas Tojin
muda itu mengkeret mundur, serunya: "Nanti dulu, jangan-"
Lalu dia batuk-batuk, Aku tidak ngapusi, aku memang melihat
seorang menuju ke Te-sankok sana, tapi dia bukan
perempuan."
Mendengar "bukan perempuan" sang Suheng jadi lemas,
lekas dia merebahkan diri serta memejam mata pula tidak
hiraukan ocehan sutenya. Terpaksa sutenya menggoncang
tubuhnya pula, katanya: "Hai, perlu tidak memberi laporan
kepada ciangbun- ini bukan kejadian sembarangan, siapa tidak
tahu aturan busuk Tok-ko-cu, siapa masuk Te-sat-kok. jangan
harap dia bisa keluar."
Tetap memejam mata sang Suheng mendengus hidung,
katanya: "Sekarang ngantuk sekarang tidur, peduli siapa dia,
asal bukan bapakmu, peduli amat akan dirimu?" Lalu dia
membalik tubuh mendengkur lagi.
Tojin muda itu angkat pundak apa boleh buat, tiba-tiba dia
berbangkis lalu menggeliat, segera diapun merebahkan diri
disamping sang Suheng, didalam impian mereka menunaikan
tugas.
Hembusan angin dingin didalam selat itu tak pernah
berhenti . Bayangan orang itu masih terus beranjak kedepan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sempoyongan- Tak jauh didepannya terdapat sebuah
batu karang bergantung, diatas karang inilah terukir tiga huruf
besar berbunyi "TE SAT KOK", disamping kiri bawah tertulis
pula "Berhenti di sini' huruf-hurufnya lebih kecil. Dalam
keremangan tampak huruf-huruf itu kelihatan agak ganjil. Tapi
orang itu tidak perhatikan huruf-huruf itu, karena langkahnya
masih sempoyongan dengan badan terbungkuk, bertahan dan
berusaha maju terus mencari jalan keluar.
Batu diatas ngarai bertulis tiga huruf besar itu sudah
ditinggalkan jauh dibelakang diluar tahunya bahwa dia makin
masuk ke pedalaman, jadi berlawanan dengan maksudnya
hendak meninggalkan Bu-tong-san, tapi dia masih terus maju.
Hembusan angin makin membuatnya kedinginan, alisnya
bertaut makin dalam, tapi sekuat tenaga dia bertahan, karena
dia tahu dirinya harus berani menanggung resiko dan
menahan segala derita ini, hembusan angin itu hanya
membuat dia menggigil, tapi tekad dan semangatnya tidak
pernah padam, semangat juangnya masih tetap menyanggah
badannya sehingga dia kuat bertahan sejauh ini.
Masih segar dalam ingatannya, setelah beradu pukulan
pada jurus kesembilan tadi, kontan dia rasakan darah bergolak
dirongga dadanya, segulung hawa hangat merembes dan
mengalir keseluruh tubuh, Ping-ji kira dirinya sudah terluka
parah. tapi setelah beradu pukulan lebih lanjut terasa olehnya,
tenaga murninya bukan menjadi ludes, ternyata kekuatannya
malah bertambah. Mengikuti pertambahan tenaga murni ini,
sekujur badannya juga terasa panas seperti di bakar, hampir
saja dia terjungkal roboh, dia yakin jurus kesepuluh ceng-ciok
Tojin dirinya pasti tidak mampu melawannya pula, tapi
tekadnya yang besar tetap mempertahankan dirinya, syukur
jurus kesepuluhpun telah berlangsung.
Sungguh hatinya amat kecewa karena dirinya kini benarbenar
terluka dalam, dia tidak habis heran bagaimana
mungkin pukulan jurus terakhir ceng-ciok Tojin, ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berobah sedahsyat itu, hingga dia tergetar muntah darah, tapi
setelah dia melihat seorang berdiri dibelakang ceng-ciok Tojin,
baru dia peroleh jawaban- Maka dia bersumpah, suatu ketika
dia akan meluruk ke Bu-tong pula, oleh karena itu dia insyaf
bahwa dia harus menerima segala akibat ini, menegakkan
badan meninggalkan Thian-hian-kok.
Tapi tak pernah terpikir, dalam benaknya bahwa sekarang
dia sedang melangkah masuk ke Te-sat-kok. lembah di mana
dirinya akan mengalami sesuatu sehingga merobah sejarah
hidupnya.
Bagi orang-orang Bu-tong, demikian pula kaum persilatan
lainnya, mereka beranggapan Te-sat-kok bisa mengangkat
nama hingga terkenal di Kangouw, hidup senang seperti di
sorga, padahal lembah itu, merupakan ahirat yang bakal
mengebumikan jenazah mereka.
Seperti apa yang mereka ketahui, didalam Te-sat-kok
katanya memendam suatu rahasia sejak ratusan tahun lalu.
konon didalam lembah ini terpendam harta pusaka yang tak
ternilai harganya, siapa dapat mengeduknya, kekayaannya
akan melebihi raja, cukup memperoleh sebagian saja, akan
cukup digunakan foya-foya seumur hidup, tapi yang membuat
kaum persilatan ngiler adalah tiga batang pedang pusaka yang
tiada tandingannya di dunia. Tapi orang tahu mereka hanya
bisa memiliki semua ini dalam impian belaka. Karena selama
ratusan tahun ini, sering terbetik berita banyak orang yang
masuk ke Te-sat-kok, tapi tiada satupun yang pernah keluar
dengan bernyawa.
Pendek kata semua berita itu, entah yang baik, yang mujur
atau yang jelek dan bernasib buruk- masih terus tersiar luas
dikalangan Kangouw. Tapi pemuda yang terbungkuk- bungkuk
ini ternyata tak pernah mendengar berita itu, dia tidak tahu
kemana arah tujuannya. Hanya satu tekadnya jauh-jauh
meninggalkan Bu-tong-san, oleh karena itu, meski keadaannya
makin payah, namun dia tidak mau berhenti, sebelum dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehabisan tenaga, meski merambatjuga dia akan menempuh
perjalanan-
"Tiba-tiba kakinya kesandung batu, tubuhnya tersuruk
kedepan dan "Bluk" dengan keras dia tersungkur roboh, mata
berkunang, kepala pusing tujuh keliling.
Sambil menggeliat kesakitan dia memeluk kepalanya yang
benjol membentur batu, sekarang dia tidak kuasa maju lagi,
dia harus berhenti, karena pandangannya gelap tidak bisa
melihat apa-apa. Maka ditempat itu juga dia duduk bersimpuh
mulai samadi, mata dipejam pikiran di konsentrasikan, mulai
dia mengatur napas, menyalurkan hawa murni dan
menggelarakan latihan Lwekangnya, sehingga rasa panas dan
sesak dirongga dadanya terbaur, tapi hanya beberapa saat
saja, akhirnya dia menghentikan latihan, dengan menghela
napas dia duduk lesu.
Ternyata diwaktu dia latihan Lwekang, terasa gumpalan
hawa panas didalam tubuhnya itu, ternyata kuat menahan
hawa murni yang dia kerahkan keseluruh tubuh, bukan makin
tertekan lembek malah makin kuat dan melebar, menerjang
keseluruh sendi tulang, urat nadi ke sekujur badannya, tanpa
mendapat perlawanan atau rintangan-
Dia tidak tahu apa sebabnya bisa terjadi demikian, dalam
keadaan putus asa ini mendadak dia teringat ajaran cara
mengatur napas yang diajarkan orang aneh itu, yaitu gaya
yang menekan kepala dengan telapak tangan, maka dia
tengelam dalam pemikiran-
Hujan rintik-rintik, air hujan membasahi seluruh tubuhnya.
air mengalir dari atas kepala menuruni pipi jatuh dibibirnya,
terasa sedikit asin, segera dia membuka mata. Mega mendung
yang tadi tebal kini sudah menipis, cuacapun sedikit terang.
Lama kelamaan dia merasa nyaman dan segar malah setelah
kehujanan, maka dia mengganti posisi duduknya lalu
memejam mata pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba dia merasa sakit diatas jidatnya yang tadi terluka
kebentur batu. Dengan kaget dia bangkit berdiri, matanya
celingukan tak tahu apa yang harus dilakukan. Karena diguyur
air hujan, pikirahnya sedikit jernih, tapi setelah dia tenangkan
pikiran, dia menemukan apa-apa yang amat mengejutkan
dirinya.
Menurut perkiraannya dia sudah jauh meninggalkan Butong-
san, tapi kenyataan setelah dia periksa keadaan
disekelilingnya, didapatinya dirinya berada disebuah lembah
yang berbatu-batu kecuali batu tiada benda lain, disadarinya
bahwa tanpa disadari dirinya telah masuk kesebuah lembah
batu.
Rasa pilu hendak merangsang benaknaya, dia tidak tahu
apakah dunia ingin menyingkirkan dirinya, atau dirinya yang
sudah bosan hidup didunia fana ini, dia hanya merasa bahwa
dirinya sebatang kara.
Tiba-tiba dari kejauhan sayup,sayup sampai terdengar
suara seruling, setelah hujan udara terasa segar dan bersih,
maka suara seruling itu terdengar jelas meski hanya sayupsayup
sampai. Dari irama seruling itu dia merasakan pahit
getirnya kehidupan, gejolak hatinya yang sebatang kara ini,
seperti-juga keadaannya sekarang, maka tanpa terasa kakinya
melangkah menuju kearah datangnya suara seruling,
melangkah melewati tumpukan batu yang berserakan-
Irama seruling bagai isak tangis, yang menyedihkan itu,
melimpahkan perasaan seorang yang terasing dari kehidupan
ramai, sedang mengisahkan kehidupan nan sunyi kepada alam
yang terbentang dihadapannya seperti seorang janda yang
hidup menyendiri sedang mengigau didalam impiannya, atau
seorang nyonya muda yang terjaga bangun mengenang sang
suami yang berada dimedan laga, air mata membasahi bantal
..
Tanpa terasa dia mempercepat langkah, mendadak irama
seruling yang mengalun di udara itu berhenti, seketika dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa hatinya seperti diiris pisau tajam, sekujur badan
gemetar dan berdiri bingung, sesaat dia celingukan,
didapatinya dirinya berada diantara batu-batu, yang
berserakan, ternyata setelah putar kayun setengah harian, dia
berputar kembali di tempatnya semula. Karuan dia terbelalak
bingung. Dia tidak tahu tempat apa ini, namun dari irama
seruling tadi dia yakin pasti ada orang bertempat tinggal
disekitar tempat sini.
Batu-batu besar kecil disekitarnya ini, kelihatannya
berserakan, namun kalau mau diteliti, besar kecil batu-batu itu
letaknya seperti sudah diatur sedemikian rupa, maka dia lebih
yakin lagi bukan saja tempat ini dihuni orang, malah orang itu
adalah seorang kosen yang tengah mengasingkan diri, dia
berani meyakinkan diri bahwa tokoh kosen itu hanya seorang
diri karena dari suara serulingnya, dia dapat menangkap arti
dari perlimpahan perasaan hatinya yang merana hidup
sebatang kara d itempat pengasingan-
Menilai situasi yang dihadapinya ini kembali dia menarik
kesimpulan, bukan saja orang kosen itu hidup sebatang kara,
diapun tidak mau diganggu, maka timbul rasa penyesalan
dalam benaknya, dia siap mengundurkan diri. Tapi ujung
matanya tiba-tiba menangkap sesuatu.
Waktu dia menoleh, diatas batu sebelah kanan ternyata
terukir beberapa huruf. lekas dia mendekat, tampak tulisan itu
berbunyi: "Tidak percaya akan peringatan, kau akan menyesal
setelah kasep." Disebelahnya terukir pula huruf berbunyi:
"hanya menempuh jalan kematian-" Setiap goresan huruf
sedalam tiga mili, gayanya indah kuat.
Setelah melihat beberapa hurup ukiran itu, niat semula mau
mengundurkan diri menjadi batal, hatinya gusar, desisnya
menyeringai: "Sombong dan takabur." sudah tentu dia tidak
tahu dan tidak melihat ukiran huruf-huruf besar dimulut Tesat-
kok tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm,” sebuah jengek dingin tiba-tiba berbunyi
dibelakangnya, secara reflek dia membalik tubuh. tapi
dibelakang kosong melompong tiada makhluk hidup, kecuali
batu-batu melulu. Karuan hatinya mencelos, dengan
kesigapan gerakannya, ternyata dirinya masih tidak mampu
melihat baangan orang itu dapatlah dibayangkan betapa tinggi
kepandaian orang itu.
Mengingat jengek dingin tadi, mau tidak mau dia merinding
sendiri, karena tawa dingin itu persis tawa setan di malam
sunyi, nadanya kaku dingin, umpama sebatang tonggak es,
secara langsung menusuk ulu hatinya Tapi dia membusung
dada seraya menjengek, katanya temberang: "Manusia mana
dikolong langit ini yang mampu merintangi langkahku. Huh."
Terasa seluruh badan hangat, pergolakan hawa panas dalam
tubuhnya seperti sudah mengamuk. rasa dingin tadi entah
sudah sirna sejak kapan-
Maka dengan membusung dada mendongak kepala dia
melangkah lebar kedepan- Tapi setumpukan batu mengadang
jalan, kiri kanan ada celah-celah, kesana dirinya bisa
menyelinap. tanpa ragu segera dia menyelinap kesebelah kiri
terus melangkah lebar pula. Setelah membelok sekali
pandangannya tiba-tiba terbuka, karuan dia berdiri menjublek,
karena yang terbentang dihadapannya sekarang adalah
pepohonan cemara yang tinggi tua menutup langit,
pemandangan di sini ternyata berbeda pula.
Setelah tenangkan hati dia melangkah pula, akhirnya dia
tiba dipinggir sebuah empang bunga teratai sedang mekar
didalam empang, tiba-tiba serangkum bau kembang yang
wangi merangsang hidung, sesaat semangatnya lebih
menyala, waktu dia angkat kepala disebelah empang panjang
ini ternyata adalah taman kembang, disana sedang mekar
berbagai macam jenis - kembang, lekas dia melangkah
kesana, Setelah pandangannya makin terpesona heran,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena jenis-jenis kembang yang tertanam di sini tiada
satupun yang dikenal atau pernah dilihatnya.
Tiba-tiba matanya terbeliak kepusat gerombolan kembang
sana, dimana tumbuh sekuntum kembang putih yang masih
merupakan kuncup, entah kuncup kembang apa, tapi
warnanya serba putih, kini kuncup itu dilihatnya sedang
bergerak, kelopak kembangnya sedang mekar, bau harum
seketika memenuhi udara, pikirannya tiba-tiba menjadi jernih,
tanpa terasa dia melangkah maju lalu ulur tangan hendak
memetiknya.
Tiba-tiba suara seruling, itu berbunyi pula, dengan kaget
dia menarik tangan sambil celingukan, mirip maling yang
kuatir konangan, bunyi seruling itu hanya menggunakan satu
nada, namun mengalun lembut bak air mengalir.. Terasa
setelah diperhatikan suara seruling datang dari sebelah kanan,
maka segera dia menuju kesana. Pandangannya terbelalak
delapan langkah didepannya berdiri sebuah gardu, bentuknya
molek, gagah dan bercat merah kuning.
Waktu dia mendekat dan memeriksa, didalam gardu ada
meja batu, alat-alat tulis lengkap diatas meja, kursi-kursi segi
enam setengah bulat ternyata juga terbuat dari batu-batu
putih, setiap segi dari batu putih itu terukir lukisan indah
laksana hidup, Begitu dia angkat kepala dia makin kejut dan
heran, tepat ditengah langit-langit gardu ternyata dihiasi
sebutir mutiara bundar sebesar tinju, sedang memancarkan
cahayanya yang merah Jingga, disekeliling mutiara itujuga
dikelilingi berbagai jenis permata manikam yang beraneka
ragam bentuk dan warnanya. Demikian pula setiap sudut
gardu dipasangi sepasang mata kucing sebesar telur burung,
warna nyapun berbeda, dan masih banyak lagi, setiap
permata itu nilainya mungkin cukup lebih untuk membeli
sebuah kota, apalagi sekarang seperti dipamerkan sekaligus.
Dikala dia termangu-mangu mengawasi permata-permata
itu, alunan seruling yang datangnya seperti dari angkasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali menyusup telinganya memutus lamunannya pula.
Dengan bingung dia celingukan, didapatinya pula tak jauh dari
gardu terdapat sebuah gunung-gunungan, bunyi seruling
seperti dari belakang gunung-gunungan, maka dia melangkah
ke sana.
Tak nyana sebelum dia beranjak dua langkah, bunyi
seruling tiba-tiba berobah nada melengking tinggi, suaranya
mengandung nafsu membunuh, sekaligus seperti menindih
dirinya dari berbagai penjuru. Dengan kaget dia menyurut
selangkah, pusatkan perhatian dan pasang mata, tapi sejauh
ini dia belum melihat bayangan manusia, tapi suara seruling
yang mengandung nafsu jahat itu seperti gelombang ombak
terus melanda kearah dirinya.
Bunyi seruling yang diliputi pembunuhan ini seperti
memenuhi seluruh tubuhnya, sementara hawa panas d idala
m tubuh yang tak terkendali itu tengah melebar, merayap dan
mengalir keseluruh urat nadi, sendi tulang dan menguap
melalui pori-porinya. Tapi semua ini seperti tidak dirasakan,
karena dia sudah dalam keadaan setengah sadar, dari berdiri
dia sudah duduk bersimpuh, kulit dagingnyapun makin
berkeriput dan mengejang.
Semua ini seperti tidak dirasakan tapi ada seorang
menyaksikan dengan jelas. Ternyata tak jauh dari tempat si
pemuda, yaitu diatas gunung-gunungan, pada batu yang
menyeruak kedepan, duduk seorang berpakaian jubah hitam,
anehnya bukan saja jubahnya bitam, kepala nyapun
dibungkus kain hitam, sampaipun cadar yang menutupi muka
juga hitam, jadi orang ini laki, perempuan, tua atau muda
tidak jelas. Jadi serba hitam, tapi ada sedikit keistimewaannya,
yaitu dia sedang memegang sebatang seruling panjang yang
ditiup didepan mulutnya, tapi seruling panjang ini bukan
warna hitam lagi, melainkan sebatang seruling pualam warna
putih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bunyi seruling terus berganti nada seiring jari-jari
tangannya yang bergerak turun naik, demikian pula
perobahan rona muka si pemuda berganti berulang kali.
Mengawasi pemuda yang mukanya berlepotan darah dengan
lengan terluka pula, betapa tersiksa keadaannya sekarang,
diam-diam orang hitam itu menggerakkan tubuhnya, wajah
yang terlindung dibelakang cadar hitam itu kelihatannyapun
berdenyut.
Diam-diam dia merasa sayang dan kasihan terhadap anak
muda ini, dia tidak tahu, kenapa pemuda yang berwajah cakap
ini ternyata memiliki hati yang kotor dan tamak, agaknya dia
sudah melihat kecakapan wajah pemuda ini, meski selebar
mukanya berlepotan darah.
Tidak bisa disangkal lagi bahwa kedatangan pemuda ini ke
Te-sat-kok pasti bertujuan sama dengan orang-orang
terdahulu yang menyelundup ke lembah ini, karena seratusan
tahun ini, sudah muncul ratusan orang. entah seorang diri,
atau berombongan mereka punya maksud tujuan sama, tanpa
perhatikan peringatan berani masuk kemari, tapi tiada
seorangpun yang bisa keluar pula sesuai harapan mereka.
Kalau bukan terkurung mati karena tersesat dalam barisan
batu pasti jadi gila karena kehilangan pikiran waras oleh
permainan serulingnya. Pendek kata orang-orang ini tidak
perlu diberi belas kasihan, karena mereka yang datang kemari
punya hati yang kotor, tamak dan loba, hina dan mungkin,
juga rendah budi.
Dari balik cadarnya dengan jelas dia saksikan pemuda itu
sudah terlukai roboh, kedua tangan sedang merenggut
pakaiannya, wajahnya yang kotor berlepotan darah tampak
merah padam, makin lama berobah menampilkan suatu
ekspresi yang aneh, seolah-olah amat menderita, tapijuga
seolah-olah...
Wajah yang terlindung dibalik cadar kelihatannya berdenyut
pula, bergetar karena menahan suatu perasaan gejolak hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak pemuda itu menggelepar beberapa kali seperti
ayam yang telah digorok lehernya, aneh bin ajaib, tiba-tiba
tubuhnya malah kuat berduduk pula.
Saking kagetnya tiba-tiba orang berjubah hitam itu
menyadari tanpa disadari tiupan serulingnya telah berhenti,
seruling tergenggam kencang ditangannya, sungguh dia tidak
habis mengerti kenapa hatinya yang selama ini tenang
tentram sekarang berobah, tak tega turun tangan meski
melihat orang ini berani melanggar larangan memasuki Te-satkok.
Entah mengapa tiba-tiba dia menghela napas dan
bergerak berdiri.
Pemuda berlepotan darah itu kini sudah bersimpuh dan
mulai bersamadi. pemuda inipun tidak habis herannya, kenapa
setelah mendengar irama seruling tadi, jantungnya bisa
bergejolak. hawa panas yang memang bersemayan
ditubuhnya seperti dibakar makin meninggi saja suhunya
sehinggga menimbulkan goncangan hebat, tubuhnya seperti
luluh dan tergembleng hebat.
Dia amat benci, benci terhadap peniup seruling yang
menambah siksa deritanya, entah itu derita lahir maupun
batin. Mendadak dia membuka mata, seketika dia berjingkrak
berdiri, karena lima langkah di depannya, entah sejak kapan
telah berdiri seorang jubah hitam bercadar hitam memegang
sebatang seruling pualam. Melihat seruling pualam itu,
seketika dia paham bahwa orang inilah yang telah
mempermainkan dirinya, kontan berkobar amarahnya, mundur
setapak mulutnya sudah siap melontarkan perkataan-
Tapi reaksi orang hitam itu lebih cepat, sebelum dia melihat
jelas cara bagaimana orang bergerak. bayangan orang sudah
mencelat dekat didepan matanya, dari balik cadarnya
mendesis keluar pertanyaan dingin: "Siapa kau?"
Suaranya lebih dingin dari es, tidak membawa bau
kehidupan, sepertijuga pakaian hitamnya terasa seram dan
membuat orang mengkirik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tegak alis si pemuda, kedua matanya mencorong, setelah
menggerung, dia maju selangkah dan balas bertanya, "Siapa
kau?"
Orang hitam melengak, agaknya dia tidak kira orang bakal
balas bertanya kepada dirinya, namun lekas sekali dia sudah
mendengus serta mengayun lengan baju nya, segulung angin
menyambar ke arah si pemuda.
Pemuda itu menggeram rendah sambil merangkap kedua
telapak tangan terus di tepuk kedepan-
"Pyaaar" dua kekuatan pukulan bertumbuk di udara
menimbulkan goncangan keras, batu-batu seperti disapu lesus
porak poranda dahan kering rontok daon-daon melayang.
"Tahan-' Ditengah bentakan merdu, bayangan hitam
tampak melayang, tapi pemuda itu tergentak mundur
beberapa langkah, darah menyembur sejadi-jadinya.
---ooo0dw0ooo---
Malam nan dingin, semakin larut, suasana hening lelap.
hanya deru angin saja yang menghuni may apa daini. Bulan
sabit memancarkan secercah cahayanya yang guram.
Diatas batu yang menonjol, duduk tegak seorang berbaju
hitam. Ditengah kepekatan tabir malam ini tubuh orang hitam
itu seperti mengandung bau magis. Lama dia duduk dalam
gaya yang sama, kedua matanya menatap rembulan yang
bercokol diangkasa.
Wajahnya yang setengah tertutup cadar kelihatan begitu
mulus, lembut namun juga kelihatan sinis, kaku dan dingin tak
ubahnya bulan sabit yang berada diangkasa itu. Tiba-tiba dia
menghela napas panjang, seperti desis angin didalam lembah
salju yang dingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba bayangan hitam bergerak tanpa mengeluarkan
suara melayang turun ditanah, lalu dengan langkah lembut
beranjak kedalam tumpukan batu-batu yang gelap. Tiba di
ujung tumpukan batu di depan menghadang sebuah ngarai, di
sini bayangan hitam itu berhenti, kembali dia menghela napas
rawan tangan merogoh saku mengeluarkan sapu tangan
hitam. kembali dia bergerak melompat turun keatas sebuah
batu besar di samping ngarai, dibelakang batu terdapat
sebuah gua batu yang gelap gulita.
Lekas sekali bayangan hitam itu sudah berada didalam gua
gelap itu, hembusan angin menyongsong kedatangannya
hingga jubah hitam yang dipakainya berderai.
"Tik, tik. tik... " Suara air bergema didalam ruang batu
seluas tiga tombak persegi tiada pajangan tiada perabot lain
kecuali sebuah dipan terbuat dari batu putih, diatas dipan itu
rebah celentang seorang pemuda dengan mata terpejam,
wajahnya kelihatan pucat sekali. Tetesan air terus berbunyi
dalam irama tetap dan dalam tempo yang sama, sang waktu
terasa berlalu dalam keheningan kecuali pertanda titikan air
yang kedengarannya makin membeku dalam kamar batu nan
dingin ini.
Entah berapa lamanya, rasanya sudah lama, tapijuga hanya
sekejap -saja, akhirnya pemuda itu mulai membuka mata.
sejenak pandangannya lengang, tiba-tiba pula bola mata itu
mengerling lalu berputar, akhirnya pandangan membulat
seperti melihat sesuatu yang dingin-
Ternyata diatas langit-langit kamar batu ini dipasang
sebutir mutiara bulat sebesar bola pingpong, mutiara ini
memancarkan cahayanya yang temaram, remang-remang
redup dan nyaman, tapi seluruh ruangan tampak jelas
keadaannya.
Dari sinar mutiara, yang remang-remang ini Ping-ji meneliti
keadaan kamar ini, akhirnya dia tertegun, karena kamar ini
tiada pajangan atau perabot lain, kecuali dipan dimana dirinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidur, kalau dia sendiri tidak hadir dalam kamar ini, dia mau
percaya dan curiga bahwa kamar ini pernah dihuni manusia.
Sebetulnya dikatakan tiada pajangan juga tidak benar,
karena kamar batu ini sebetulnya sudah mengidap berbagai
pemandangan yang bercorak ragam amat indah dan aneh.
Ternyata seluas langit kamar batu ini bergantungan berbagai
bentuk stalaknit yang menakjubkan, seperti liur naga yang
bergelantungan, ada yang runcing bulat, ada yang bundar
telor dan masih banyak lagi yang sambung menyambung
hingga menyentuh tanah menyerupai tonggak.
Ping-ji tidak tahu ditempat apa dirinya berada, diapun
bingung kenapa dirinya bisa berada ditempat ini. Samar-samar
dia masih ingat setelah dia adu pukulan dengan ciangbunjin
Bu-tong-pay, dalam keadaan luka parah dia meninggalkan
gunung itu, diluar sadarnya dia kesasar masuk selat berbatubatu
karena merasa dongkol akan tulisan peringatan yang
diukir diatas batu, maka dia nekat menerjang masuk lebih
jauh dan tiba disebuah taman kembang, seolah-olah dirinya
berada di taman firdaus yang semerbak.
Di sana dia melihat gardu antik tetumbuhan serta bunga
bunga yang belum pernah dia lihat seumur hidup, seperti di
alam dewata layaknya. lebih menarik lagi bahwa di lembah itu
tiada jejak manusia, namun segala sesuatunya teratur rapi.
Dikala dia tenggelam dalam rasa keheranan, tiba-tiba irama
seruling itu menggelitik sanubarinya pula hingga dia tak kuasa
mengendalikan perasaan dan akhirnya bergulat dan
menggelepar seperti cacing kekeringan, begitu bunyi seruling
itu terhenti, diapun sadar kembali. Lekas dia duduk bersimpuh
dan siap bermeditasi, tapi tiba-tiba dilihatnya seorang baju
bitam cadar hitam berdiri didepannya, hanya beberapa patah
percakapan dia lantas melontarkan Liong-kiap-sin-gan dari
ajaran wi-liong-ciang menyerang orang. Tapi terasa juga
olehnya pukulan si orang hitam ternyata keras dan tajam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata tidak kalah dahsyat dari Wi-liong-ciang yang dia
lancarkan-
Ingin dia mundur. tapi tenaga sudah tidak mengizinkan,
belum dua pukulan beradu kekuatan dia merasa seluruh darah
tubuhnya bertolak belakang, tanpa kuasa dia menyemburkan
darah pula.
Mengawasi bentak batu-batu aneh di langit-langit kamar,
Ping-ji melamun menelusuri pengalamannya, tapi benaknya
ternyata hambar dan kosong, sekosong kamar batu ini.
Tiba-tiba dia merasa sekujur badannya dingin dia menggigil
sampai giginya berkerutuk. hawa dingin itu masih terus
merembes ketubuhnya dari bawah badannya, dengan kaget
segera dia meraba kebawah. Seketika mulutnya yang terbuka
megap-megap tak mampu mengeluarkan suara, ternyata
tangannya meraba ditempat yang dingin seperti es, baru
sekarang dia sadar bahwa dirinya tidur diatas batu berbentuk
dipan yang dingin.
Serta merta dia menarik napas menyalurkan hawa murni,
terasa perasaannya nyaman dan segar, seolah-olah dia tak
terluka apa-apa, hawa panas yang menggejolak dirongga
dadanyapun telah lenyap. sebaliknya hawa hangat yang lunak
masih mengalir pelan-pelan didalam tubuhnya.
Saking girang bergegas dia duduk. diwaktu pandangannya
menyapu keadaan sekelilingnya, seketika dia melenggong.
Ternyata lima kaki disebelahnya terdapat sebuah tonggak batu
yang putus setinggi lima kaki, di atas batu itulah duduk tegak
seorang baju hitam.
Orang hitam ini mengenakan cadar hitampula, tangannya
memegang seruling pualam panjang tiga kaki, duduk tak
bergerak. dua sorot matanya tampak bercahaya dari balik
cadarnya, jelas terasa bahwa bola mata yang menyala ini
tengah menatap dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya sekejap Ping-ji berpikir, dia maklum bahwa orang ini
adalah lawan yang saling gempur sejurus pukulan dengan
dirinya namun dia tidak mengerti di mana sekarang dirinya
berada, setelah bimbang sejenak akhirnya dia berdiri maju
selangkah.
Sebelum dia buka suara orang hitam itu sudah menegur
dingin: "Siapa namamu ?"
Mengerut alis Ping-ji, batinnya: " Kenapa sikap orang ini
kaku dingin, bicarapun seperti tidak punya perasaan-" Tapi
kejap lain kembali dia melongo, karena sebetulnya dia tidak
bisa menjawab, seperti pertanyaan yang diajukan ceng-Ciok
Tojin, akhirnya dia hanya geleng-geleng saja.
'Anak sombong, pura-pura tuli bisu ya, hm.' Bentak orang
hitam itu. Tiba-tiba sebelah tangannya bergerak, segulung
angin dingin menerpa kearah Ping-ji
Sekilas melengak tahu-tahu angin deras telah menerpa
datang, lekas Ping-ji melangkah minggir sambil menangkis
dengan kedua tangan mulutpun berseru:
"cianpwe, berhenti."
Melihat dia melawan orang hitam makin gusar, tiba-tiba dia
bangkit menyelipkan seruling dipinggang, lalu mengayun
tangan-
Ping-ji sudah mengalah pada pukulan pertama, kini melihat
orang menyerang pula, diapun naik pitam, tangan sudah
bergerak hendak melawan, tiba-tiba dia menyadari sesuatu,
lekas dia tarik diri serta melompat minggir lima kaki hingga
pukulan orang hitam menyerempet lewat. orang itu
menggeram sambil melangkah setapak. sepasang lengan
bajunya menggulung, seluruh kamar batu seketika seperti
didera oleh angin lesus dingin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Ping-ji undur dua langkah, mengendap tubuh terus
melompat keudara, teriaknya: " Kalau cianpwe tidak pakai
aturan terpaksa aku mencacimu."
Orang hitam melenggong, tapi segera menghentikan
aksinya, agaknya dia tidak menduga Ping-ji kali ini bersikap
sesabar ini dan memanggil dirinya cianpwe.
Melihat orang hitam menghentikan serangan, lekas Ping-ji
melayang turun, katanya serius sambil membetulkan
pakaiannya: "Terus terang cianpwe, cayhe... "
Tiba-tiba orang hitam angkat tangannya mencegah dia
melanjutkan kata-katanya lalu, mengulap tangan suruh dia
mundur kepinggir tanpa berpaling dia berkata dengan tekanan
berat: "Selama ratusan tahun, bukan tidak ada orang yang
mampu masuk ke Te-sat-kok dan menembus Kiu-kiong-ngoheng-
tin, tuan memiliki kemampuan setinggi ini, tentunya kau
juga seorang kosen kenapa tidak keluar saja."
Ping-ji terbeliak, dia tahu pasti seseorang telah masuk
kemari juga diluar tahu dirinya dapatlah dia membayangkan
bahwa pendatang ini pasti memiliki Kungfu tinggi.
Tiba-tiba didengarnya gelak tawa berkumandang dari balik
sebuah batu, lekas dia berpaling, kebetulan dilihatnya
bayangan seorang melayang turun-
Dibawah penerangan sinar mutiara, tampak pendatang ini
mengenakan jubah hijau kelihatannya amat bebas sederhana,
tapi mukanya ditutupi saputangan hijau, hanya kelihatan
kedua bola matanya saja. Begitu berdiri tegak dia bergelak
tawa dan berkata.: "Terima kasih akan pujianmu, kepandaian
yang kupelajari dari samping pintu sebetulnya tidak patut
dipuji." kedengarannya merendah pada hal dia amat
membanggakan kemampuan sendiri, Ping-ji mengerut alis.
Didengarnya orang hitam menjengek hidung, katanya "
Kalau tuan dari aliran lurus perguruan ternama, buat apa
menyembunyikan muka bertindak sembunyi-sembunyi ?" ,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semula pendatang itu melengak. tapi lekas dia sudah
bergelak tawa, katanya: " Kalau cayhe malu dilihat orang,
apakah tuan tidak melebihi... hahaha .. setali tiga uang ..
Gelak tawanya menimbulkan getaran keras sehingga kamar
batu ini seperti digoncang gempa, batu-batu yang
bergantungan di langit-langit sama rontok berhamburan.
Sebelum gema suaranya sirna tamujubah hijau itu sudah
berkata pula, kali ini dengan sikap serius: "cayhe tidak ingin
putar lidah, kedatanganku ini ingin merundingkan sesuatu,
entah bagaimana pendapat tuan ? Nadanya memohon tapi
mendesak orang untuk menerima permohonannya.
Orang hitam hanya mendengus tanpa memberi komentar,
tapi Ping-ji yang berada di samping naik darah, jari-jarinya
mengepal keras, ingin rasanya dia gasak orang tidak tahu
aturan ini, meski persoalannya sendiri dengan orang hitam
belum beres.
Sijubah hijau juga tidak hiraukan Pingji, matanya jelilatan
lalu berkata dengan nada kering: "Nama besar Te-sat-kok
sudah menggetar Kangouw ratusan tahun lamanya, Tokko cu
cianpwepun disegani kaum persilatan, namanya bak geledek
disiang hari bolong, aku yang rendah tidak becus... kudengar
didalam Te-sat-kok banyak terpendam harta benda... maka...
jikalau kau sekedar kasih pinjam.. entah bagaimana pendapat
Tokko cianpwe...heheheh ..”
Tokko cu menjengek dingin, ”Hm, tak nyana, tuan malu
memperlihatkan muka, tapi berani bicara blak-blakan juga."
Merandek sejenak lalu melanjutkan, "Selama ratusan tahun
Te-sat-kok telah membuka lebar pintunya untuk menyambut
orang-orang Kangouw yang berhati tamak, kalau tuan punya
keinginan, boleh juga aku orang tua mengiringi kehendakmu."
Lalu dia menoleh memandang Ping-ji sekejap.
Berobah air muka Ping-ji karena dilirik sedemikian rupa,
akhirnya dia menghela napas serta menunduk. Dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percakapan ini dia baru tahu bahwa didalam Te-sat- kok
ternyata ada terpendam harta benda yang jarang ada didunia
ramai, hingga orang-orang yang tamak lalu meluruk kemari,
maka orang hitam inipun anggap dirinya orang sejenis, tak
heran kalau orang segera melabrak dirinya. Memang salahnya
sendiri, disamping melanggar larangan sikapnya angkuh pula,
maka logis kalau orang marah kepadanya.
Memperoleh jawaban si orang hitam, si jubah hijau tertawa
gelak-gelak riuh, katanya: "Terima kasih akan pujian cianpwe,
tapi tak usah cianpwe marah, kedatanganku kali ini,
bahwasanya tiada sangkut pautnya dengan persoalanpersoalan
yang terjadi di Kangouw."
Matanya mengerling kearah Ping-ji lalu berkata: "Harta
benda yang tersimpan di Te-sat-kok mungkin tak terhitung
banyaknya, tapi cayhe tidak akan meraihnya barang
sebutirpun, tapi aku mendengar bahwa Liat-jit, cui-ie dan Sitlay
tiga pusaka juga tersimpan dalam lembah ini, maka
sengaja cayhe datang dari jauh, mohon cianpwe tidak kikir
kepadaku... ""
Belum habis dia bicara orang hitam telah menukas: "Huh,
kau bicara seenak udelmu sendiri, kalau Te-sat-kok tidak
menjadi perhatianmu, tapi Te-sat-kok tidak pernah
membiarkan tamunya mondar mandir sesuka hati, kuanjurkan
lebih baik kau tinggalkan batok kepalamu. Mari silakan-"
Berikut bola mata si jubah hijau, katanya dengan tawa
kering: " cianpwe pandai bicara, tapi seorang Kuncu lebih suka
berunding daripada berkelahi. Kalau cianpwe sudi memberikan
apa yang kuminta, terus terang aku rela menukarnya dengan
tiga pusaka Hian-ping-kiong, supaya masing-masing pihak
tidak dirugikan-"
Mendengar "Hian-ping-kiong" bergetar tubuh orang hitam,
jengeknya: "o, jadi kau datang dari Hian-ping-kiong, sungguh
kurang hormat. Tak nyana setelah puluhan tahun tidak
berkecimpung di Kangouw, "hian-ping-kiong" ternyata telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menelorkan tokoh muda selihay kau, sepatutnya aku harus
memberi selamat kepada Ham-sim-lo-koay"
Waktu mendengar "hian-ping-kiong, Pingji yang mendengar
percakapan dari samping juga tersentak kaget, terasa nama
itu seperti amat dikenalnya, tapi entah di mana dia pernah
tahu nama itu, maka mulutnya menggumam mengulang nama
hian-ping-kiong.
Kembali si jubah hijau terbahak-bahak senang dan puas,
amat bangga pula. Akhirnya dia mengebas lengan baju serta
berkata pula: 'Terima kasih akan pujian cianpwe, berkat doa
cianpwe pula, guruku sampai sekarang masih sehat dan
gagah, bila nanti beliau turun gunung, pasti akan mampir
kemari memberi salam hormatnya pula kepada cianpwe." Lalu
dia menjura berulang-ulang.
Dengan dingin Tokko cu berkata: "Mana berani aku
menerima kedatangannya, gurumu sudah hidup bahagia di
Pak-hay-sian kiong, bahwa dia masih tidak melupakan teman
lama yang ada di gunung ini, sungguh aku harus malu diri,
bila ketemu gurumu tolong sampaikan teirma kasihku." Habis
bicara kembali dia menoleh kearah Ping-ji, dilihatnya Ping-ji
menengadah, sikapnya hambar dan bingung sambil membuih
bibir seperti orang membaca mantram.
Sijubah hijau ikut melirik kearah Pingji, melihat keadaan
orang kembali dia terbahak-bahak. katanya kemudian: "Mana
berani, mana berani, tapi baiklah pasti akan kusampaikan
pesan cianpwe kepada beliau... lalu permintaanku tadi, kukira
tiada persoalan-.. haha... "
Si orang hitam tertawa dingin, katanya: "He. memang tidak
malu tuan sebagai murid Ham-sim-leng-mo. Ada guru
memang ada murid. Hehehe... "
"Terima kasih, terima kasih." Sijubah hijau berderai tawa,
lalu dengan sikap serius dia berkata: "Terus terang cianpwe,
kami memang amat memerlukan sekali maka kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberanikan diri mengajukan persoalan ini, atas kemurahan
hati cianpwe, sungguh tak terhingga terima kasih kami.
Guruku beserta setiap warga Hian-ping-kiong pasti berhutang
budi dan takkan melupakan kebaikan cianpwe selamalamanya.
Kelak bila tenaga kami diperlukan, seluruh kekuatan
Hian-ping-kiong siap menunaikan tugas. Kalau tidak... terserah
bagaimana cianpwe akan bertindak ?'
"Hm, gelombang sungai yang dibelakang mendorong yang
didepan, yang tua sudah lembek, yang masih muda mumpung
perkasa." Sampai di sini tiba-tiba dia menarik muka, 'Tapi
setiap penguasa Te-sat-kok memang punya tabiatnya yang
tersendiri, meski jiwa sudah lanjut, tapi tabiat itu sudah
merupakan tradisi yang tak boleh dirobah lagi.'
---ooo0dw0ooo---
"Aku sudah berusaha sekuat mungkin dengan cara-cara
yang normal, agaknya cianpwe masih belum mau memaklumi
kesukaran kami, mungkin... agak... hehe."
"Tuan memang bertindak sopan lebih dulu baru akan
menggunakan kekerasan- Sayang aku tua bangka ini justru
tidak mau disuguh arak kehormatan, lebih senang arak
hukuman-" Lalu dia menoleh pula ke arah Ping-ji dan
menambahkan: "Hayolah maju, biar aku menjajal sampai
dimana kelihayan ilmu tunggal setan tua itu yang diturunkan
kepadamu, berani bertingkah di Te-sat-kok Hm."
Mencorong mata sijubah hijau, katanya sambil terkekeh
ringan: "Tidak berani. tidak berani, cianpwe tak usah marah,
aku ini ibarat mutiara sebesar beras mana berani menandingi
terangnya sinar rembulan." Kedengarannya merendah, pada
hal nadanya sombong, di mulut dia menyebut cianpwe, tapi
terhadap diri sendiri tetap membahasakan "aku", jelas dalam
hati dia tidak anggap lawannya terlalu tangguh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah tentu si orang hitam juga tahu maksud perkataan
orang, dengan menekan suaranya dia berkata: "Manusia
munafik macam dirimu memang jarang ada, baiklah, biar aku
mencoba betapa lihay Kungfu dari aliran Pak-hay." Lalu
pandangannya berputar dilihatnya Ping-ji tetap mendongak
dengan pandangan terlongong seperti tidak memperhatikan
kejadian sekitarnya, dengan mengerut alis dia lantas
membentak: "Keledai dungu, kau pura-pura mampus ya?"
Sijubah hijau memang cari kesempatan untuk pamer
kepandaian sendiri, segera dia menyela dengan tawa gelakgelak:
" Kenapa cianpwe naik pitam, bagaimana kalau aku
yang mewakili ?" Lengan baju kanan segera di kebut kearah
Ping-ji yang berdiri melamun-Tiba-tiba orang hitam
menghardik:
"Tak usah kau turun tangan-" Serulingnya menuding
langsung menutuk Ki-ti-hiat dibawah ketiak sijubah hijau.
Jubah hijau kaget, lekas dia kebut lengan bajunya
kesamping sambil menggeser langkah menyingkir kekiri, baru
dia terhindar dari tutukan seruling. Walau demikian tak urung
mencelos hatinya, karena dia tidak menduga bahwa Tokko cu
ternyata bertabiat seaneh ini, maksud baiknya membantu
ternyata ditampik. Tengah dia melenggong tiba-tiba terasa
segulung angin menyampuk mukanya, ditengah gugupnya
lekas dia menjengkang tubuh mencelat kebelakang, berbareng
lengan bajunya mengebas melontarkan segulung angin dingin.
Begitu dia berdiri tegak pula seketika mulutnya bersuara
heran, ternyata pemuda yang dianggap keledai dungu tadi kini
sedang menatapnya dengan melotot gusar, jelas serangan
angin itu dilontarkan oleh pemuda ini.
Sekilas melongo akhirnya sijubah hijau tertawa gelak-gelak.
katanya: "Hehe, ternyata saudara inijuga seorang ahli,
selamat bertemu." Dengan gaya lembut segera dia
membungkuk sambil menjura.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ping-ji mundur selangkah balas menghormat seraya
menjawab: "Tidak berani."
Mendengar sijubah hijau menyebut "hian-ping-kiong", Pingji
merasa seperti sudah kenal nama ini, tapi dia bingung,
kapan dia mendengar dan apa arti ketiga huruf itu maka
sekian lama dia berdiri terlongong.
Kini setelah melihat perawakan dan dandanan orang segera
dia teringat pertanyaan ceng-ciok Tojin, segera dia maju
selangkah dan tanya, ”Jadi kau ini ceng-san-biau khek itu?"
Jubah hijau tertawa bingar, katanya:
"Agaknya saudara sudah kenal baik akan julukanku itu.
Kepandaianmu juga tidak rendah, entah murid siapa kau?
Siapa pula namamu ?"
Tiba-tiba orang hitam menukas: "Te-sat-kok bukan rumah
makan atau penginapan, bukan tempatnya untuk pertemuan
orang luar. Hm."
Ping-ji merah mukanya, sikapnya kelihatan rikuh dan kikuk.
Tapi ceng-san-biau-khek malah bergelak tawa, katanya: "Ah,
mana berani. Tapi dapat berkenalan dengan seorang sahabat
di Te-sat-kok juga merupakan peristiwa baik, setimpal buat
kenangan, kurasa cianpwe sendiri juga pasti merasa senang
bukan ?"
Tokko cu menyeringai, jengeknya: ,Hm, aku orang tua
tidak gila hormat, sudah jangan cerewet, marilah selesaikan
dulu persoalan kita, nanti boleh kau bersahabat dengan setan
atau dedemit." Sambit bersiul segera dia kerjakan serulingnya
menutuk Sin-hong-hiat didada ceng-san-biau-khek.
Ceng-san-biau-khek mengebut lengan baju sambil
melangkah minggir selangkah, mulut berteriak: "Kenapa
cianpwe mendesak begini rupa... aku..." Kebutan lengan
bajunya ternyata sekaligus menggulung seruling Tokko cu
yang menutuk tiba.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Tokko cu cukup lihay menggunakan serulingnya,
sebelum lawan berhasil menggulung serulingnya, senjatanya
itu sudah menyerong kesamping menutuk Kui-imhiat dibawah
tetek kanannya. Serangan ini lihay dan keji. Ping-ji yang
menyaksikan dari sampingpun sampai bercekat hatimya.
Batinnya: "Perangai orang hitam ini ternyata aneh, barusan
masih bicara baik-baik, kenapa sekejap mata telah melabrak
orang, mungkin ceng-san-biau-khek takkan mampu
menandinginya."
Ternyata ceng-san-biau-khek seperti tidak menghiraukan
tutukan seruling lawan, hanya tubuhnya saja yang tiba-tiba
menyelinap. luput dari tutukan seruling panjang Tokko cu,
tiba-tiba tangan kirinya merogoh tujuannya meraih cadar
hitam di muka si orang hitam, tapi ditengah jalan dirobah
gerakan menukik turun hendak merampas seruling panjang
Tokko cu, gerakannya aneh variasinya banyak sehingga orang
sukar menduga sebelumnya.
"Kurang ajar." Bentak Tokko cu. Tiba tiba serulingnya
berputar dengan suara lengking tajam menutuk Ki-bun-hiat di
ketiak kiri lawan- Sebelum ceng-san-biau-khek menarik diri
dan membataikan serangan, serulingnya telah menyelonong
kesamping pula menutuk seng-kay-hiat didadanya.
Ceng-san-biau-khek terlalu takabur, dia kira dengan gerak
serangannya yang lihay, secara tidak terduga lagi pasti dapat
merebut seruling lawan, kenyataan justru berlaian dengan
kehendaknya. Bukan seruling lawan kena dia rampas, senjata
lawan malah mengancam jiwanya. lekas dia mengebut lengan
baju sambil memutar tubuh meluputkan diri.
Tak nyana bayangan putih berkelebat di depan mata,
seruling lawan kembali telah mengancam dada pula, saking
kejutnya lekas dia menarik napas mendorong tangan sambil
merendahkan tubuh, sebat sekali tubuhnya sudah mencelat
mundur kebelakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maklum sejak dirinya berkelana di Kang ouw, dengan bekal
Kungfunya yang lihay dan aneh serta ginkang yang tinggi,
belum cukup setengah tahun dia sudah terkenal di Kangouw
hingga dijuluki ceng-san-biau-khek (Pendekar kelana jubah
hijau), memang julukannya patut dicatat sebagai orang yang
selain memiliki gelar ternama itu, terutama Ginkangnya, taraf
kepandaiannya memang cukup berlebihan untuk memperoleh
gelar ternama itu.
Waktu dia mengembangkan Ginkang Dat swat-hu-ping
(menginjak salju sebelum jadi es) melayang kebelakang,
mendadak dirasakan segulung tenaga besar menindih
kearahnya, lekas dia menarik napas ditengah udara. kedua
lengan baju mengebas bersama, beruntun dia bersalto dua
kali baru berdiri pula,
Dilihatnya orang hitam tetap duduk bersimpuh diatas batu,
bergerakpun tidak. walau bagaimana rona wajahnya yang
terlindung dibalik cadar hitarn itu, tapi dari gerak-gerik dan
sikapnya dapat dirasakan betapa sinis dan tak kenal kompromi
sikapnya.
Berkerut alis ceng-san-biau-khek. sorot matanya tampak
berkilat, batinnya: "Tua bangka ini memang sukar dilayani.
Hm, kalau aku tidak memperlihatkan kelihayanku, mungkin
sikapnya tetap takabur. Memangnya Hian-ping-kiong boleh
dipermainkan ?" Sembari memutar otaknya matanya melirik
kesamping. Dilihatnya Ping-ji masih menatapnya lekat-lekat,
sorot matanya menampilkan mimik aneh, seperti kagum,
kepingin tapi juga melongo heran- Hatinya tergetar, lekas dia
memalingkan muka dan tertawa enteng, katanya: "Tokko
cianpwe memang tidak bernama kosong. Aku yang rendah
memang tidak becus, ingin aku pengajaran beberapa jurus,
mohon cianpwe sudi memberi petunjuk."
Orang hitam menjengek dingin: "He, kau masih muda tapi
termasuk pemuda pilihanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
segala permainan di Kangouw agaknya sudah kau kuasai
dengan baik. Baiklah, biar aku saksikan betapa lihay ilmu
ciptaan Ham sim-lo-koay yang terakhir."
Dengan tersenyum ramah ceng-san-biau-khek berpaling
kearah Ping-ji, katanya: " Harap saudara suka mundur sedikit
meluangkan tempat, biar aku menunjukkan ketidak
becusanku, hehe."
Tanpa bersuara lekas Ping-ji mundur beberapa langkah,
dengan tajam dia awasi ceng-san- biau-khek.
Kini sikap ceng-san-biau-khek tidak lagi cengar-cengir,
agaknya dia mulai serius dan pusatkan konsentrasinya, hanya
sepasang mata yang kelihatan diluar sapu tangannya kelihatan
berkilat, melangkah setindak pelan pelan kedua tangannya
terangkat. Kedua telapak tangannya tampak menjadi putih
meletak. mengeluarkan uap putih pula Ping-ji kaget sekali,
lekas dia menoleh ke orang hitam, dilihatnya orang tetap
bersimpuh diatas batu, tak bergerak tidak menunjukkan reaksi
atas aksi ceng-san-biau-khek.
Entah kenapa mendadak hatinya merasa kuatir bagi
keselamatan orang hitam, dia tidak tahu bagimana mungkin
Kungfu ceng-san-biau-khek selihay dan ampuh begitu,
kelihatannya berbeda dengan aliran silat yang ada di
Tionggoan, padahal dia tidak tahu apakah si orang hitam yakin
dirinya kuat menandingi pukulan lawan, atau... jantung nya
berdebar-debar.
Kedua tangan ceng-san-biau-khek telah terangkat setinggi
dada, lurus kedepan, telapak tangannya seputih kapur,
bersemu hijau bening, uap putih yang dingin mengeluarkan
desis suara.
Mendadak bergetar tubuh Tokko cu, desisnya: "Hian-pingciang."
Kepala Ping-ji seperti dipukul godam mendengar "Hianping-
ciang", segera dia membentak: "Apa Hian-ping-ciang ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Telapak tangan ceng-san-biau-khek yang mengeluarkan
uap putih tamppak gemetar, dengan suara serak tenggelam
dalam teng gorokan dia menjawab: "Betul." cepat sekali
tampak kedua tangan itu didorong kedepan disertai bentakan
menimbulkan segulung angin dingin-
Sebuah hardikan nyaring yang lain memecah kesunyian
pula menyusul suara ledakan keras dari beradunya dua
kekuatan dahsyat, batu berloncatan, bayangan orangpun
terpental. ceng-san-biau-khek tersuruk mundur beberapa
langkah, bola matanya mendelik bundar, merah dan dironai
rasa kaget dan heran-
Ping-ji sebaliknya mendelik gusar, alisnya menatap cengsan-
biau-khek. Sinar mata ceng-san-biau-khek kini tampak
lesu dan lemah, mendadak tangannya menuding Ping-ji serta
berkata dengan suara bergetar: "Wi liong-ciang ?" Tiba-tiba
mulutnya menguak keras menyemburkan darah segar hingga
cadar hijau yang menutupi mukanya basah oleh darah dan
mengotori jubahnya. Mendadak dia menjejak kaki sambil putar
tubuh terus angkat langkah seribu.
"Bangsat, lari kemana kau ?' Ditengah hardikan keras, Pingji
melambung kencang secepat pelor ditembakan mengudak
ke arah ceng-san-biau-khek.
"Kembali." Tiba tiba sebuah suara lemah terkiang ditelinga
Ping-ji, "biarlah dia pergi."
Mendengar panggilan ini, Ping-ji menekuk tubuh lalu
mengerem luncuran tubuhnya dengan enteng dia melayang
turun kebawah. Begitu dia menoleh dilihatnya orang hitam itu
duduk lemah diatas batu, keadaannya seperti amat payah,
tubuhnya menggigil.
Bergegas Ping-ji memburu maju sambil ulur tangan
memapahnya, katanya: " cianpwe kau terluka ?" Terasa tubuh
orang begitu lemah dan lembut, dingin pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu dijamah tangan Ping-ji, tubuh orang hitam seperti
kena stroom, mendadak dia menghardik "Enyah, enyah dari
sampingku."
Karuan Ping-ji melongo, mukanyapun berobah, bola mata
orang hitam tampak bercahaya dibalik cadar hitamnya. dirinya
ditatap seperti musuh bebuyutan saja. Rasa terhina segera
merangsang sanubari Ping-ji ujung mulutpun menjengek.
cepat dia menjura lalu membalik tubuh berlari keluar.
Lekas orang hitam angkat tangan, kulit mukanya tampah
berkerut merut, suaranya lemah: "Kau... "Tapi bayangan Pingji
sudah lenyap dikegelapan. Akhirnya dia menghela napas
rawan, suaranya sedih: "oh Thian-" Tangan kanan terangkat
menarik cadar mukanya. Dalam keadaan remang-remang
cahaya mutiara tampak wajahnya bundar telur, putih molek
dan rupawan, alis-nya lentik melengkung bak bulan sabit, bola
matanya bening, seperti air embun dikelopak bunga, bibirnya
tipis mungil, hidungnya mancung, sayang darah tampak
meleleh diujung mulutnya, mukanya pucat pias.
---ooo0dw0ooo---
Fajar telah menyingsing pula, sinar mentari yang kemuning
menembus kabut tebal menerangi alam semesta.
Dibawah sebuah pohon cemara yang besar dan tua,
tampak duduk semedhi seorang pemuda berpakaian hijau.
Angin sepoi-sepoi menyampuk mukanya, melambaikan
pakaian dan rambut kepalanya yang belum tersisir.
Sang waktu terus berjalan, entah berapa lamanya, sang
suryapun telah merambat makin merambat makin tinggi, tibatiba
Ping-ji membuka sepasang matanya, sambil mengebas
lengan baju segera dia bangkit. Menyongsong datangnya
angin pagi dia menarik napas panjang nan segar, dadanya
terasa penuh berisi, lalu pelan-pelan dia menghembuskan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
napas serta beranjak kedepan- Ah kiranya dia berhenti di
pinggir jurang dipucuk ngarai.
Lama Ping-ji terpesona memandangi keindahan alam
pemandangan terbentang didepan mata, angin pegunungan
pagi memang semilir dingin. otaknya masih juga diganggu
oleh nama Hian-ping-ciang, nama ini seperti melekat dalam
sanubarinya, takkan terlupakan selama hidupnya, karena
orang aneh yang pernah ditolongnya itu mati karena pukulan
Hian-ping-ciang, Wi-liong-pit-sin itu pun berhasil direbut oleh
orang yang membekal pukulan Hian-ping-ciang itu.
Waktu mendengar ceng-san-biau-khek menyebut Hianping-
kiong, hatinya sudah mulai curiga, keyakinannya makin
tebal setelah melihat ceng-san-biau-khek melontarkan pukulan
Hian-ping-ciang, bahwa orang berkedok yang merebut Wiliong-
pit-sin dari tangan orang aneh itu adalah ceng-sanbiaukhek
tanpa ayal segera dia menyerang dengan jurus
Liong-kiap-sin-gan, ternyata walau sudah terluka, ceng-sanbiau-
khek masih mampu melarikan diri.
Kejadian selanjutnya justru amat membingungkan dia,
berusaha menolong orang berbaju hitam, jelas dia terluka
parah tapi dirinya malah diusir, sungguh dia tidak habis
mengerti kenapa orang hitam itu berwatak seaneh itu. Banyak
persoalan sekaligus merangsang benaknya, dia tidak tahu
persoalan mana harus dia beres kau lebih dulu. Maka dia
melamun menghadapi pemandangan alam penuh kabut yang
terbentang didepan matanya.
Mendadak sebuah pikiran seperti mengetuk sanubarinya.
waktu dia angkat kepalanya tampak di kejauhan biara-biara
besar nan megah seperti diselimuti kabut saja, sekali keplok
segera dia putar badan terus melompat pergi berlari-lari
dengan enteng dan kencang.
Tak jauh dari tempat dimana tadi Pingji berdiri. dari
belakang sebuah batu besar, tiba-tiba muncul seseorang.
Diapun mengenakan jubah hijau, tapi mukanya ditutupi sapu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan hijau. Langsung dia maju kearah di mana barusan
Pingji berdiri, meneliti ke adaan sekelilingnya lalu menunduk
kebawah. Tampak jelas sebuah tapak kaki sedalam satu dim
melesak di dalam batu gunung yang keras, diulurkan tangan
meraba dan mengukur, lalu bergegas dia berdiri. Sepasang
matanya yang tidak terlindung tutup mukanya tampak
memancarkan cahaya dingin, sinar jahat dan sadis akhirnya
dia mengebas lengan baju lalu melangkah lebar kearah mana
tadi Pingji pergi.
Kabut telah lenyap. cahaya mentari terasa makin terik. Dua
Tojin tampak beranjak keluar dari Siang-jing-koan, tiga huruf
emas yang diukir diatas sebuah pigura raksasa tampak
kemilau ditimpah matahari. Kedua Tosu itu sama mengenakan
jubah kuning emas, masing-masing memegang kebut
bergagang batu pualam. Yang jalan disebelah kiri berusia lebih
lanjut, wajahnya kelihatan welas asih, arif bijaksana, wajahnya
merah seperti muka orok yang genap sebulan, sikap dan
langkahnya seperti orang yang sudah mencapai perjalanan
tinggi dalam kedewaan. Mereka terus beranjak kedepan
menuruni undakan batu yang menjulur jauh ke sana, siapapun
tidak bersuara.
Tojin tua yang ada di kiri sering menghela napas sambil
mengerut alis, kadang mendongak mengawasi mega lalu
menunduk beranjak dengan langkah tetap. Mengiringi
langkahnya yang mantap Tojin yang lain berjenggot panjang
menyentuh dada juga sering mengerut alis, bola matanya
bundar seperti mata harimau.
"ciangbun." Tojin sebelah kanan akhirnya buka suara,
"jangan kuatir, Jik-ciok Sute orang baik, orang baik pasti
panjang umur, luka-lukanya pasti dapat disembuhkan,"
"Semoga demikian," ujar ceng-ciok Tojin sambil menghela
napas, "Ah, sungguh tak nyana pemuda itu memiliki Kungfu
sehebat itu, orang-orang tua seangkatan kita harus malu diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kemarin ceng-siong dan Ji-gi melaporkan bahwa bocah itu
telah masuk ke Te-sat-kok. Hm, biarlah Tokko cu si nenek
galak itu mengganyangnya." Demikian ujar Pek-ciok Tojin
dengan gemas.
"Tapi persoalan belum tentu benar, bukban mustahil orang
lain yang masuk kesana."
"Suheng, kenapa kau menjadi begini lemah. umpama betul
dia tidak masuk ke Te-sat-kok. sejurus pukulan Siau yangciang
Susiok tanggung telah membuatnya luka parah, berapa
lama dia kuat bertahan hidup ? Umpama manusia besi juga
takkan tahan menerima pukulan itu.
Ceng-ciok Tojin mengerut kening, katanya: "Persoalan tidak
semudah yang kau kira. Menurut penjelasan Susiok kemaren,
anak muda itu agaknya membekal Wi-liong ciang yang dahulu
merupakan ilmu kebanggaan Kiu-thian-sin-liong, kalau dugaan
itu benar, maka urusan pasti akan berbuntut panjang."
Agaknya Pek-ciok Tojin juga mendengar, lama dia tidak
bersuara, akhirnya ceng-ciok Tojin berkata: "Apa yang
diucapkan Susiok memang tidak salah, dulu waktu Kiu-thiansin-
liong malang melintang di Kangouw, siapa mampu
menandingi dia, sayang kita telat dilahirkan hingga tak pernah
menyaksikan keperkasaannya." Lalu menghela napas gegetun.
Mereka terus melangkah tak berbicara lagi, diujung jalan
berbatu yang liku-liku, muncul sederetan rumah gubuk yang
dikitari hutan bambu. Dengan angkat kepala ceng-Ciok Tojin
dan Pek-Ciok Tojin mempercepat langkah memasuki hutan
bambu menuju ke arah gubuk itu.
Sekonyong-konyong, ceng-Ciok Tojin dan Pek-Ciok Tojin
menghentikan langkah, roman muka merekapun berobah.
Tampak dari rumpun bambu sebelah kiri, dijalanan berbatu
sana, pelan-pelan beranjak mendatangi seoraug berjubah
hijau, dia bukan lain adalah pemuda yang kemaren melukai
Jik-Ciok Tojin. Diam-diam Pek-Ciok Tojin membatin:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setan alas, katanya dia masuk ke Te-sat-kok, kenapa
nenek galak itu tidak mengganyangnya ? Badannya kelihatan
segar bugar semangatnya menyala bukan saja luka-lukanya
sudah sembuh. Lwekangnya seperti lebih tangguh lagi." Lekas
sekali pemuda itu sudah tiba didepan mereka dan mengadang
jalan-
Dengan muka berubah ceng-Ciok Tojin maju selangkah
sambil putar kebut, sapanya:
"Hahaha Siauhiap memang orang dapat dipercaya. Baiklah,
segala sesuatu terserah pada kehendakmu, Pinto akan
mengiringi keinginanmu." Lekas Pek-Ciok Tojin maju
selangkah berjaga di samping sang Suheng menjaga segala
kemungkinan-
Tapi diluar dugaan Ping-ji juga tidak maju mendekat, lima
kaki didepan mereka dia berhenti dan berkata lantang sambil
goyang tangan: "Totiang tidak usah bersitegang leher,
kedatangan cayhe kini bukan mau menuntut balas kejadian
kemaren, tapi bukan berarti bahwa persoalan itu impas
sampai disini, akan datang satu hari aku tetap akan membuat
perhitungan. "
Ceng-Ciok Tojin dan Pek-Ciok Tojin sama melongo. mereka
tidak mengerti apa maksud si pemuda maka mereka
memandang dengan sorot heran dan curiga.
Ping-ji angkat alis, katanya lantang: "Aku ingin tanya, ceng
san-biau-khek dari aliran mana ?"
Kembali ceng-Ciok Tojin melongo, tapi segera dia mengerut
alis, Pek-Ciok Tojin malah menjengek. maju selangkah dia
berkata gusar sambil menuding: "Anak sombong Bu-tong-san
bukan hotel atau restoran yang kau dirikan, mau datang boleh
sesuka udel sendiri. mau pergi boleh sambil kentut. Hm,
ketahuilah, kau tidak akan membuat perhitungan, tapi kamilah
yang akan menuntut balas kepadamu. marilah maju. Serahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jiwamu, diakhirat boleh kau tanya siapa itu nama dan asal
usul ceng-san-biau-khek."
Kelam wajah Ping-ji, maju selangkah mengacung tangan,
katanya gusar: "Hidung kerbau tua bangka. aku tidak mencari
setori jangan kau kira aku takut, huh, majulah."
Ceng-Ciok Tojin berteriak dengan membuka kedua tangan
dia mencegat ditengah, katanya gugup: "Ada persoalan boleh
dirundingkan, jangan berkelahi." Sekilas dia melotot kepada
Pek-Ciok lalu berputar kearah Ping-ji, katanya: "Apa yang
diucapkan Siauhiap barusan memang benar, baiklah berkat
kebaikan Siauhiap kami pihak Bu-tong haturkan terima kasih.
Umpama Siauhiap tiduk meluruk kemari, tahun depan dikala
hari raya Jong-yang Pinceng akan pimpin anak murid Bu-tong
bertandang kerumahmu."
"Tentang ceng-san-biau-khek," katanya menyambung
setelah menelan ludah, "Pinto hanya tahu, dia keluar kandang
kira-kira permulaan tahun, jadi belum ada setengah tahun.
dengan kepandaiannya yang hebat beruntun telah
mengalahkan dua belas jago Thian san-pay sekte utara,
dengan tangan kosong dia menjatuhkan dua raksasa dari tiga
raksasa anak buah Tok-lian-cun-cia yang berberkuasa di Biaukiang,
hingga namanya terkenal diseluruh Kangouw, tapi
karena dia selalu mengenakan jubah dan kedok hijau,
Kungfunya juga merupakan kombinasi dari inti sari semua
aliran silat di Tionggoan, maka jarang orang tahu asal usul
perguruannya, hanya sedikit yang Pinto ketahui semoga
Siauhiap tidak kecil hati."
Pingji menepekur sejenak. katanya kemudian dengan
angkat kepala: "Mohon tanya Totiang, partai mana dalam
Kangaow yang punya Kangfu bernama Hian-ping-ciang ?"
Berobah air muka ceng-Ciok Tojin dan Pek-Ciok Tojin,
serempak mereka berteriak: "Ha, Hian -ping- ciang ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Ya, Hian-ping-ciang. Dari aliran mana ?" Ping-ji menegas.
"Kemaren ceng-san-biau-khek pernah meluncurkan sejurus
pukulan Hian-ping-ciang, akibatnya dia
terpukul luka parah oleh jurus Liong- kiap-sin-gan hingga
muntah darah dan melarikan diri."
”Liong-kiap-sin-gan dari Wi- liong- ciang ?” Pek-ciok Tojin
mendesis dengan mata terbelalak. jadi... kau adalah ahli waris
Kiu-thian-sin-liong ?"
Ping-ji melongo, batinnya:"Kiu-thian-sin-liong? Siapa itu
Kiu-thian-sin-liong?"
Tiba-tiba didengarnya ceng-ciok Tojin menjerit kaget serta
berseru: 'Susiok. Tecu ceng-ciok dan Pek-eiok menyampaikan
sembah hormat.'
Lekas Ping-ji menoleh, dilihatnya seorang Tojin
pertengahan umur berwajah merah sedang beranjak pelanpelan
mendekat, dengan tersenyum dia papah ceng-ciok dan
Pek-ciok. Kembali Ping-ji melongo, batinnya:
"Orang ini masih muda, bagaimana mungkin menjadi
Susiok Bu-tong ciangbun ? Em, ya, mungkin Lwekangnya
sudah sempurna, hingga wajahnya tetap kelihatan muda.'
Lekas sekali Tojin setengah umur itu sudah berada
didepannya serta menegakkan telapak tangan menyapa:
'Pinceng Hwi-bing, sebagai Tiang-lo satu-satunya dari Bu-tong
yang masih ketinggalan hidup, sungguh beruntung bahwa
Pinceng dapat menyaksikan dan membuktikan kehebatan
Siauhiap. Tak terlupakan kejadian masa lalu, garumu Kiuthian-
sin-liong Sa-locianpwe seorang diri mampu menandingi
keroyokan delapan ciangbun dan tujuh puluh dua muridmuridnya,
peristiwa itu pernah menjadikan lembaran sejarah
yang terbesar selama ini, hari ini kulihat siauhiap juga cerdik
pandai, berbakat lagi, yakin tidak akan menurunkan derajat
para leluhur yang telah mangkat lebih dulu. ini akan
merupakan keberuntungan generasi muda yang akan datang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lalu sambil mengelus jenggot dia melanjutkan: "Aih, jagojago
muda bermunculan pada setiap angkatan, yang tua
sudah lemah, yang muda lebih mengungkuli. Entah bagaimana
keadaan Sa-locianpwe sekarang, sudilah Siauhiap
menyampaikan salam hormatku kepada belian-"
Melihat Tojin setengah umur ini, Pingji lantas tahu bahwa
orang inilah yang tempo hari berdiri dibelakang ceng-Ciok
hingga dirinya terluka parah. Mendengar bahwa Kiu-thian-sinliong
seorang diri melawan keroyokan delapan ciangbun besar
dan murid-muridnya, maka tahulah Ping-ji bahwa Kiu-thiansin-
liong adalah guru si orang aneh pemilik Wi-liong-pit-sin.
orang aneh itu pula yang telah mencipta dirinya menjadi
seorang jago kosen setelah dirinva digembleng dan disaluri
Lwekang latihannya selama puluhan tahun, hingga dalam
waktu singkat dirinya dipaksa untuk menjadi tokoh silat kelas
wahid.
Tapi Tojin setengah umur menyangka dirinya adalah ahli
waris langsung dari Kiu-thian-sin-liong, maka dia jadi raguragu,
akhirnya dia berkata tak acuh: "oh, banyak terima kasih
akan maksud baik Totiang, selama ini guruku memang baikbaik
-saja."
Sedikit berobah air muka Tojin setengah umur, tapi segera
dia tertawa lantang: "Berkat kemurahan Thianlah, sehingga
kami yang lebih muda akan dapat melihat kehebatan angkatan
tua yang masih panjang umur. Ha haha." Dia tertawa sambil
mendongak. tawanya lantang, tapi Ping-ji merasakan nada
suaranya agak getir, menandakan hatinya tidak tentram dan
ngeri.
Maklumlah, dahulu seorang diri Kiu-thian-sin-liong melawan
keroyokan delapan ciang bun dan tujuh puluh dua muridmuridnya,
akhirnya dia tetap dipihak yang unggul hingga inti
kekuatan kaum Bulim aliran luues boleh di kata tertumpas
dalam peristiwa besar itu, siapa tidak ngeri danjeri mendengar
nama Kiu-thian-sin-liong. Kini Hwi-bing Tojin mengira pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dihadapannya ini adalah ahli waris yang mampu melancarkan
Wi liong- ciang ciptaan Kiu-thian-sin-liong dulu, betapa hatinya
takkan kaget. Apalagi pemuda ini bilang gurunya Kiu-thian-sinliong
masih hidup sehat, maka tak kuasa dia menahan rasa
kaget dan takutnya.
Melihat sang Susiok pucat dan jeri, berkerut kening cengciok
Tojin, pikirnya:
'Ai, nasib Bu-tong kita memang lagi sial, gembonggembong
iblis bakal bermunculan lagi, bagaimana kita harus
bertindak? Ai, kehidupan kaum persilatan mungkin takkan
aman tentram lagi.'
Tengah perasaan mereka dirundung rasa takut, jeri dan
kuatir, dari kejauhan mendadak terdengar jeritan menyayat
hati. Karuan mereka sama berobah air mukanya sekejap saling
pandang. Akhirnya ceng-ciok Tojin membanting kaki seraya
berteriak 'Siang-jing-koan-.' Dia mendahului mengebas lengan
baju terus berlari secepat angin dari arah datangnya tadi.
Ditengah jalan mereka bersua seorang Tojin yang lagi
berlari mendatangi dengan langkah sempoyongan jatuh
bangun, darah tampak mengotori muka dan sekujur
badannya. Melihat ceng-ciok Tojin lari mendatangi kontan dia
tersungkur roboh dan kebetulan jatuh dalam pelukan cengelok
Tojin yang meraihnya, 'Lapor... ciang bun Siang-jingkoan...
dirampok... Bik-lo-kim tan direbut orang baju... hijau
berkedok."
Seperti disamber, geledek ceng-ciok Tojin mendengar
laporan Tojin yang terluka parah ini. "Bangsat." Teriak Pek-
Ciok Tojin mengepal tinju, aku bersumpah akan mengganyang
cenn-sin-biau-khek. ya pasti dia," tiba-tiba Ping-ji berteriak di
belakang. Tanpa banyak bicara segera dia berlari kearah Siang
jing-koan.
Hwi-bing, ceng-Ciok din Pek-Ciok sama tertegun, mereka
melenggong mengawasi bayangan Ping-ji. Dengan nada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bimbang Hwi-bing mendesis: "ceng-san-biau-khek?" Pek-Ciok
Tojin mengangguk, katanya:
"Tadi bocah itu bilang, dia menggunakan Hian-ping-ciang."
"Ho, Hian-ping-ciang ?" Seru Hwi-bing kaget, ”Hian-pingciang
dari golongan Pak-hay yang sudah putus turunan itu...?"
---ooo0dw0ooo---
Musim dingin. Bunga salju beterbangan di angkasa,
bertaburan menyelimuti mayapada.
Lok-yang, sebuah kota besar yang ramai, dikala hujan salju
selebat ini, tiada nampak manusia berkeliaran dijalan raya,
hanya dua tiga orang saja yang terbungkuk- bungkuk
menempuh perjalanan dideru angin dingin. Hujan deras ini
berlangsung tiga hari tiga malam, penduduk kota menyekap
diri dirumah, perdagangan sepi, tiada pembeli, tiada yang
penjual, hanya penguasa hotel saja yang bisa duduk ungkangungkang
dikamarnya yang di hangati api unggun sambil
menghitung berapa keuntungan yang bakal diperolehnya dari
para tamu yang tak mungkin meninggalkan penginapan-
Meski hujan salju itu amat lebat, akan datang saatnya reda,
demikianlah setelah angin ribut berlangsung sampai hari
ketiga tengah malam, hari keempat pagi, sang surya telah
mulai menampakkan dirinya diufuk timur. Suasana yang paling
ramai sudah tentu dihotel, para tamu bergegas menyiapkan
barang bawaannya, kuasa hotel, kasir sampai pelayan berjajar
di ambang pintu mengantar para tamunya berangkat menuju
arahnya masing-masing .
Seorang kacung sedang sibuk menyapu dan membersihkan
pintu, dia bekerja sambil menggerutu menyesali nasibnya
yang kedinginan diluar pintu.
Tiba-tiba suara kelinting kuda berbunyi dan seekor kuda
berhenti dibelakangnya, lekas kacung ini berpaling. Tahu-tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibelakangnya berdiri seorang pemuda yang bermantel putih
bulu panjang, wajahnya putih cakap beralis lentik, meski hawa
dingin tetap kelihatan wajahnya yang gagah dan kereng.
Dengan senyum geli sipemuda mengawasi sikacung yang
kotor mukanya karena lumpur dan debu, disampingnya berdiri
seekor kuda putih, seluruh tubuhnya seputih salju-
Setelah melongo sesaat baru sikacung ingat akan tugasnya,
bergegas dia melangkah maju, menyambut dengan tawa
meringis lucu: "Tuan, kau... mau cari penginapan?"
Melihat ulah sikacung yang lucu ini Pingji tertawa geli,
katanya: "Hm, ya. Adakah kamar kelas satu yang bersih disini
?”
Si kacung segera membusung dada, kata nya: 'Ada, tentu
ada. Bukan aku suka membual, Eng-hiong-kek kita ini tiga
puluh li disekitar Lokyang tiada bandingannya, tiada orang
tidak tahu segala servis kami nomor satu dibanding hotel-hotel
kelas tinggi lainnya. Apalagi tiada orang yang tidak kenal Bujiya
kita Tuan, jika kau menginap dihotel kita, kutanggung kau
akan kerasan dan bisa bersenang-senang dengan santai,
bukan saja bersih, juga memenuhi syarat-syarat kesehatan,
menu yang kami sediakan yakin memenuhi selera tuan-..
hehehe...' Lalu dia terima tali kendali kuda dan berkata pula
sambil miring kepala: 'Tuan, kau tidak membawa apa-apa ?"
Ping-ji geleng kepala sambil berkata:
"Rawat kudaku baik-baik dan beri makan sampai kenyang."
Sementara itu dua pelayan telah memburu keluar
menyambutnya, pemuda ini hanya berpesan beberapa patah
serta merogoh kantong memberikan sekeping uang perak lalu
beranjak keluar pula, katanya mau jalan-jalan- Sementara itu
kuda putihnya sudah dituntun kekandang belakang oleh
kacung cilik tadi,
Kalau orang lain kedinginan dan suka tutup pintu
mengeram dalam selimut tebal, sementara itu Ping-ji sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beranjak sambil membusung dada, dengan langkah
berlenggang dia putar kayun seperti mengukur jalan raya kota
Lok-yang saja. Kedua tangannya digendong dibelakang,
mengawasi cuaca buruk diangkasa diam-diam dia menghela
napas, gumamnya sendiri: "Aih, tahun lalu bukankah aku
masih seorang gelandangan ? Waktu itu cuacapun seburuk ini,
tapi aku hanya mengenakan pakaian tipis, banyak tambalan
lagi, untunglah aku ditolong perempuan petani itu, syukurlah
tekadku besar sehingga aku tidak mati kedinginan atau
kelaparan." Ping ji masih terus mengayun langkah tanpa
tujuan, pikirannya bekerja pula: "Sungguh aku tidak tahu cara
bagaimana aku harus berterima kasih serta membalas budi
kebaikan orang aneh yang tak kuketahui nama dan asal
usulnya itu, aku digembleng dan dipaksanya menjadi diriku
seperti sekarang, tanpa dia hari ini aku tidak akan seperti ini,
Tapi dia telah meninggal. Hm, ceng-san biau-khek keparat itu.
Awas kau. " Demikian desisnya sambil mengacungkan
tinjunya.
Sejak peristiwa di Siang-jing koan, di mana diketahui cengsan-
biau-khek telah mencuri Bik-lo-kim-tan obat sakti
pelindung Bu-tong-pay, segera dia mengudak jejaknya sampai
dibawah gunung, bukan maksudnya membantu pihak Butong
menangkap pencuri atau merebut balik obat mujarab itu, tapi
dia ingin menghajar dan membekuk ceng-san-biau-khek untuk
membalas dendam serta merebut balik Wi-liong-pit-sin.
Dikala termenung diatas ngarai dibelakang gunung Bu-tong
tempo hari dia sudah bersumpah, meski mengudak sampai
keujung langit juga dia akan menemukan ceng-san-biau-khek.
menuntut balas kematian si orang aneh. Ini tugas utama yang
tidak boleh ditawar lagi. Persoalan lain boleh di kesampingkanoleh
karena itu, meski dia sudah berhadapan dengan cengciok
Tojin, terhadap orang-orang Bu-tong yang membunuh
ibundanya, sementara tidak dipersoalkan- Tapi di Bu-tong-san
dia mengejar sampai di Tong-ting-ouw, jejak ceng-san-biauTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
khek tidak pernah ditemukan, maka selanjutnya dia berkelana
di Kangouw.
Sebagai insan persilatan, pengembaraannya memang
mendatangkan banyak kesulitan, keuntungan tapi juga
kesulitan, namun semua itu malah menambah
perbendaharaan pengalamannya. Sepanjang jalan tidak
pernah dia mengabaikan setiap kesempatan untuk menyelidiki
jejak ceng--an-biau-khek, namun yang dludaknya ini seperti
lenyap dari permukaan bumi, entah dimana dia
menyembunyikan diri.
Suatu hari dia mendengar suatu berita yang menggelikan
tapijuga menjengkelkan dirinya, kejadian tidak lama satelah
dia meninggalkan Bu-tong-san, waktu itu dia sedang makan
disebuah restoran, entah dari mana datangnya berita angin
itu, namun lekas sekali telah tersiar luas dlkalangan Kangouw.
Dari seorang tamu yang telah mabuk disebuah restoran dia
mendengar berita begini:
Entah bagaimana Wi-liong-pit-sin muncul pula di kangouw
dan berhasil direbut oleh ceng-san-biau-khek yang pernah
menjatuhkan dua murid lihay Tok-pi-cun-cia dari Biau-kiang,
serta berhasil meyakinkan ilmunya. Entah karena persoalan
lain seorang diri dia meluruk ke Bu-tong, melabrak Bu-tong
ciangbun dan Jik-ciok Tojin, sebelum ada kesudahan
pertempuran itu, tiba-tiba muncul pula seorang pemuda murid
Bu-lim-it-ki yang bergelar Kiu-thian-sin-liong, berjubah hijau
bernama julukan Pat-pi-kim- liong (Naga emas berlengan
delapan), akhirnya dengan wi-liong-ciang, Pat-pi-kim-liong
berhasil memukul luka parah ceng-san-biau-khek, namun
berhasil melarikan diri, sebelum merat ceng san-blau-khek
berhasil mencuri sebutir Bik-lo-kim-tan, obat mujarab yang
merupakan urat nadi pihak Bu-tong-pay.
Sudah tentu pihak Bu-tong gempar dan gusar, anak
muridnya segera dia perintahkan mengejar dan merebut
kembali obat itu, mati atau hidup harus membawa ceng-sanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
biau-khek keatas gunung. Bersama itu undangan pun disebar
kepada delapan perguruan besar untuk Cancut taliwanda
membekuk Pat-pi-kim- liong, karena berita tersiar luas bahwa
Kiu-thian-sin-liong telah muncul pula di kalangan Kangouw.
Mendengar cerita urakan yang tidak karuan parannya itu,
Ping-ji geli tapi juga dongkol. Pikirnya ia sejak kapan aku
berobah jadi Pat-pi-kim- liong segala. Syukur julukan ini enak
didengar, maknanya juga baik. Tapi dia amat kaget karena
berita yang tersiar luas di kalangan Kangouw ternyata secepat
itu, walau kabar angin itu lebih banyak merupakan bualan,
namun ada beberapa bagian yang boleh dipercaya. Agaknya
karena terdesak keadaan Bu-tong-pay menggunakan cara
lama, dengan gabungan kekuatan orang banyak seperti dulu
mengeroyok Kiu-thian-sin-liong.
Setelah bimbang sejenak. akhirnya Ping-ji melangkah
keutara. Waktu dia lewat di ou-ling, dia mendengar pula berita
lain yang mengejutkan, konon Han-sim-leng-mo iblis tua dari
Pak- hay yang sejajar dengan Kiu-thian-sin-liong pada delapan
puluh tahun lalu membawa serombongan murid, cucu murid
dan buyut muridnya berbondong keselatan mau menyerbu
Tionggoan, maksudnya mau membuat perhitungan dengan
Kiu-thian-sin-liong.
Perlu diketahui bahwa ceng-san-biau-khek ternyata adalah
murid Ham-sin leng-mo secara kebetulan ceng-san-biau-khekdipukul
luka parah oleh Pat-pi-kim- liong, murid tunggal Kiuthian-
sin-liong.
Pendek kata, bercorak ragam berita yang simpang siur di
kalangan Kangouw. Maka perguruan besar sama sibuk menulis
undangan disebar ke berbagai penjuru, suasana menjadi
tegang, maklum Ham-sin-leng-mo dari Pak-hay dulu pernah
membuat onar besar di Tionggoan. Demikian pula kaum Lioklim
(kalangan begal) juga menyebar Liok-lim-tiap untuk
menyambut kedatangan Ham-sin-leng-mo. Karena sebelum ini
Ham-sin-leng-mo sudah mengirim muridnya untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyampaikan Ham-kut-ling, perintah kebesaran Hian-pingkiong.
Mendengar berita ini diam-diam Ping-ji girang, pikirnya:
"ceng-san-biau-khek ternyata adalah salah seorang jagoan
dari Hian-ping-kiong, agaknya setelah lolos dari Bu-tong-pay
langsung dia pulang ke Pak-hay mengadu gurunya serta
menghasutnya keluar...
Ping-ji mempercepat perjalanan, pada hal hujan salju
cukup lebat, tapi cuaca buruk tidak menghalangi tekatnya,
hari itu dia tiba di kota Lok-yang, kota kuno yang pernah
menjadi pusat pemerintahan kerajaan-kerajaan di zaman dulu.
Sebagai kota kuno yang pernah menjadi ibu kota kerajaan,
maka kota Lok-yang masih meninggalkan bekas-bekas
kejayaannya, jalan-jalan raya dalam kota dibuat dari balok
kayu besar, lebar dan bersih.
Sekarang Ping-ji sedang mengayun langkah diatas jalan
raya yang sudah dilampiri salju, otaknya terus bekerja
mengunyah kenangan lama...
Tanpa terasa hari sudah petang, toko-toko atau rumahrumah
di sepanjang jalan raya sudah mulai menyulut dian
atau pelita. Hembusan angin kencang menyampuk Ping-ji
menyadarkan lamunannya, segera dia angkat kepala melihat
cuaca, pikirnya: "Ah, hari sudah petang, buat apa aku
keluyuran tanpa guna dijalan raya nan dingin ini." Maka dia
memutar balik haluan-
Jalan raya sepi lengang, hanya deru angin menyelimuti
kesunyian alam ini.
Mendadak di ujung jalan raya jauh didepan sana
berkumandang suara kelintingan disertai derap kaki kuda yang
dicongklang pelan-pelan, Ping-ji angkat kepala, dilihatnya dari
arah depan mendatangi sebuah kereta kuda yang lewat
disamping tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ping-ji sempat melirik sekejap kereta itu ditarik tiga ekor
keledai, tirai kereta diturunkan rendah, kereta itu muat apa
tidak terlihat, tapi sekilas itu sudah jelas bagi Ping-ji untuk
melihat kusir kereta adalah seorang laki-laki tua berdandan
orang kampungan. Tiba-tiba tergerak hatinya, karena lirikan
sekejap tadi dia melihat kusir kereta kampungan itu
mengangkat kepalanya memandangnya, jelas orang
kampungan tapi sorot matanya ternyata tajam berkilat. Waktu
Ping-ji menoleh lagi, tampak kereta itu sudah pergi menjauh
dan lenyap ditelan kabut, namun dijalan raya bersalju
meninggalkan dua jalur panjang.
Agak lama Ping-ji menjublek ditempatnya, dengar
rangsangan curiga akhirnya pelan-pelan dia beranjak kembali
kehotelnya, otaknya masih juga bekerja, terbayang olehnya
sehari semalam di dalam Te-sat-kok. Pikirnya: "Tokko cu yang
nyentrik itu memang sukar diselami jiwanya, tapi aku harus
berterima kasih kepadanya, karena terlentang diatas balok
dipan yang dingin sehari semalam itu, terasa Lwekangnya
lebih tangguh dari sebelum ini." Lalu dia menarik napas
panjang, celingukan sekejap. yakin sekelilingnya tiada orang
lain yang memperhatikan dirinya, segera dia mempercepat
ayunan langkahnya.
Luncuran tubuhnya secepat anak panah meluncur, dalam
sekejap tinggal setitik bayangan saja dan lenyap dari
pandangan.
Lekas sekali dia sudah tiba di depan hotel lalu
mengendorkan langkahnya, dengan langkah lebar dia
beranjak masuk- Tiba saatnya pasang pelita, seorang pelayan
bertugas didepan pintu menyambut tamu, dibawah
penerangan lampu angin, dilihatnya penyambut tamu ini
adalah kacung yang tadi menerima kudanya, dengan senyum
manis segera dia maju menghampiri.
Agaknya kacung cilik itu sedang sibuk dengan
pekerjaannya, begitu ujung matanya menangkap bayangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang masuk buru-buru dia berlari keluar menyambut dengan
mulut menyerocos. Tapi serta melihat yang datang adalah
Ping-ji seketika dia, berdiri melongo, cepat dia menunduk
dengan malu.
Ping-ji tersenyum geli, katanya: "Bagaimana kudaku ?"
Kacung cilik itu bernama Siau-tang, dengan gelagapan dia
menjawab: "Sudah... sudah dimandikan dan diberi makan
tuan-"
Ping-ji tertawa lebar, katanya: "Banyak terima kasih,
rawatlah baik-baik, nah terimalah ini untuk beli arak." Lalu dia
rogoh sekeping uang diberikan kepada Siau-tang.
Karuan Siau-tang kegirangan, dengan munduk-munduk dia
menyatakan terima kasih, ludahnya berhamburan- Waktu dia
angkat kepala lagi, dilihatnya pemuda ganteng ini berdiri
tegak dengan kepala terangkat memandang lurus kedepan
pintu.
Sebuah kereta ditarik tiga keledai berhenti didepan pintu,
atap kereta bertumpuk salju, ketiga ekor keledai itupun
berkeringat napasnya juga ngos-ngosan, jelas baru saja
menempuh perjalanan jauh yang melelahkan-
Bergegas siau-tang berlari keluar menyambut, tirai kereta
tersingkap beruntun turun dua muda-mudi yang berpakaian
tebal dilihat tampangnya kedua muda mudi ini adalah kakak
beradik, pemudanya bertampang kampungan, sikap dan
tindak tanduknya seperti orang jujur, tapi yang pemudi
ternyata berwadah jelita, berpakaian gaun panjang warna
hijau gelap. ini terlihat dari balik mantelnya yang tersingkap
lebar karena tidak terkancing. Rambutnya dikepang dua,
panjang terurai lembut didepan dada, kini dia sedang
menunduk membetulkan pita merah diujung kuncirnya.
Kusir kereta adalah laki-laki tua petani berusia lima
puluhan, mukanya kuning seperti malam, berkumis pendek,
berjubah sutra dengan warna yang sudah luntur, cemetinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tancap disela-sela tempat duduk terus melompat turun
melangkah lebar ke dalam sini. Lekas Siau-tang memburu
maju sapanya: "Tuan-tuan silahkan masuk. silahkan-"
"Ciangkui ada tidak " Petani itu batas bertanya.
Mengira orang adalah teman baik ciangkui Siau-tang
menyambut lebih hormat, sahutnya: 'Sayang sekali tuan, Jiya
ada urusan kebetulan keluar pintu. Kalian mau istirahat saja
atau mau nginap. hotel kita menyediakan kamar bagus dan
bersih, tanggung memuaskan-"
'Laki-laki tua itu menghentikan langkah katanya sambil
mengerut kening: 'Kalau begitu aku batal menginap. hari
belum malam masih dapat aku menempuh perjalanan ke kota
depan-
Siau-tang jadi gugup, teriaknya: 'Tuan, kenapa terburuburu.
Hari sudah malam, cuaca buruk lagi, kau... hai Kwisiansing."
Si kasir alias Kwi-siansing agaknya mendengar ribut-ribut
diluar, bergegas dia memburu keluar. Lekas Siau-tang
berkata: "Kwi-siangsing, tuan ini adalah teman Jiya kita... "
Laki-laki tua menukas, "Kebetulan lewat sini, maksudku
hanya mampir sambil menengok Bu-ciangkui saja. Kalau dia
ada.."
"Tuan, kenapa sungkan. Jiya memang tidak dirumah, para
pelayan jelas takkan berani kurang hormat kepadamu.
Kenyataan kau sudah berada di sini dan tak sudi mampir, bila
Ji-ya pulang, kita pasti kena marah," Demikian kata si kasir
dengan mata kedip-kedip.
Setelah batuk-batuk lalu melanjutkan: "Apalagi cuaca
sedingin ini, keledaimu pasti tak tahan jalan jauh."
Laki-laki tua itu bimbang dia celingukan keluar dan
kedalam. Melihat sikap orang agak tergerak. lekas Siau-tang
lari keluar hendak menarik kereta kedalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah. Kita pulang saja." Demikian ucap nona jelita itu,
agaknya dia tidak senang menginap diluaran.
"Maksudku juga demikian, tapi kalau hujan salju lebih deras
lagi, celakalah kita ditengah jalan-" Demikian ujar laki-laki tua
sambil mengerut kening, dan lagi pakaian kita kurang tebal,
kau bisa kedinginan dan masuk angin-"
"Memangnya ? Hujan selebat itu menempuh perjalanan
bisa sakit. Tuan, legakan hatimu, lekas Siau-tang, bawa kereta
kedalam dan kasih keledai makanan secukupnya." Agaknya si
kasir lebih cerdik, segera dia bertindak sehingga ketiga ayah
beranak itu terpaksa menginap di hotelnya. "Silahkan tuan,
dibilangan belakang ada kamar tersendiri." Sambil
menyilahkan si kasir mendahului menunjuk jalan.
Lewat pintu mereka tiba dipekarangan, langsung masuk
ruangan besar, keadaan di sini panas dan penuh sesak. meja
kursi di duduki para tamu yang belum berangkat, diantara
mereka terdiri piausu, pedagang, ada pula kawanan begal
atau pencoleng yang sedang main kartu alias judi.
Melihat gadis jelita lewat ruang besar kawanan pejudi itu
sama bersiul dan berteriak-teriak dengan celoteh tak karuan,
dengan muka merah nona itu menunduk terus berjalan-
Hanya sekilas laki-laki muka kuning layangkan pandangannya
keruang besar terus mengerut kening. Tapi pemuda
dibelakangnya mendelik pandang keseluruh hadirin, sesaat dia
berdiri lalu lekas-lekas menyusul laki-laki tua muka kuning
kebelakang.
Sang kasir bawa mereka ke pekarangan dalam, dilihatnya
Ping-ji sedang berdiri dibawah pohon menikmati kembang
sakura yang lagi mekar. Ala kadarnya sang kasir menyapa
kepadanya serta terus membawa para tamu kekamar yang
disediakan- Waktu di sapa Ping-ji menarik sorot matanya dan
menoleh sekilas dia melongo melihat ketiga tamu ini laki-laki
tua muka kuning juga memandangnya dengan sorot
keheranan, hanya sedikit mengangguk terus beranjak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebelakang, Ping-ji pun asyik menikmati kembang sakura.
Tapi dengan penuh perhatian dia ikuti langkah sang kasir yang
menempatkan para tamunya didua kamar dideretan belakang,
setelah mengatur segala sesuatunya lalu mohon diri keluar
menuju kedepan.
Ingin Ping-ji kembali kekamarnya terus tidur, tapi setelah
merasakan segarnya angin malam yang dingin ini, rasa
kantuknya telah lenyap. maka sambil menggendong tangan
dia mondar mandir dipekarangan, pikirnya gundah,
menerawang nasib hidupnya sejak dia ketemu orang aneh dan
diberi ajaran Kungfu yang tiada taranya, sehingga sejarah
hidupnya banyak berobah, hampir larut malam dia masih
terlongong dipekarangan bunyi keriut suara daun pintu
terbuka pelan-pelan menyentak lamunannya, waktu dia
menoleh dilihatnya seraut wajah jelita menongol dari balik
pintu, tapi begitu melihat dirinya berdiri dipekarangan, lekas
wajah jelita itu mengkeret masuk dan menutup pintu pula.
Ping-ji terpesona, terbayang betapa jeli bola mata cewek
jelita ini, rambutnya yang hitam legam dikepang dua, "Bola
matanya mirip sekali dengan Siau-hong, sayang kuncir, Siauhong
tidak sepanjang itu." Demikian Ping-ji melamun,
akhirnya dia tertawa geli sendiri, pikirnya: , Kenapa sih aku ini,
melenggong didepan pintu kamar seorang gadis he." Bergegas
dia menuju kekamarnya. Diwaktu dia menutup daun pintu
kamarnya, ujung matanya menangkap suatu gerakan
bayangan kearah pekarangan depan- Dari perawakan
bayangan itu Ping-ji tahu ,bahwa pemuda tanggung itu yang
bergerak kedepan secara sembunyi-sembunyi.
Setiba didepan ranjang timbul rasa curiganya, pikirnya:
"Malam selarut ini, mau kemana dia ? Tingkah laku mereka
memang agak aneh." Lalu terbayang akan gadis kuncir besar
itu, "Selama setahun ini, Siau-hong tentu tambah besar,
kuncirnya mungkin juga sudah sepanjang itu. Ah, kapan aku
bisa meluangkan waktu untuk menjenguknya. Tanpa terasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah hampir dua tahun, aku dilibat segala urusan tetek
bengek" Karena belum kantuk dia duduk dipinggir ranjang,
membesarkan pelita serta mengeluarkan sejilid buku serta
membacanya dengan asyik.
Tengah Ping-ji asyik menghapalkan ayat-ayat ajaran Nabi,
tiba-tiba didengarnya suara ribut-ribut diruang besar, semula
dia tidak ambil peduli, tapi keributan semakin keras dan
gaduh, suara caci maki tercampur tempik sorak pula.
Belakangan suara tempik sorak berganti suara gemerincing
pecahnya perabot dan meja kursi yang porakporanda orang
banyak sama menjerit kaget dan ketakutan- Akhirnya
keributan ini menarik perhatian Ping-ji, pelan-pelan dia
menutup buku serta melangkah keluar. Langsung dia menuju
keruang besar, di mana suara keributan makin jelas.
Waktu Ping-ji memasuki ruang besar, dilihatnya pemuda
tanggung yang datang bersama laki-laki tua muka kuning itu
sedang bertolak pinggang serta menuding seorang
didepannya, bentaknya gusar: "Bayar dulu baru enyah dari
sini."
Laki-laki yang dituding itu berperawakan kekar, dada lebar,
tangan merongkol, alisnya tebal, sambil menyeringai dia balas
memaki: "Bocah keparat. Berani kau bertingkah di sini,
memangnya kau berani menghina kita orang-orang Hwe-hunbun
..
"Mendengar laki-laki kekar ini tepuk dada menyebut nama
Hwe-hun-bun, hadirin sama berobah air mukanya, seperti
melihat setan saja, tidak sedikit yang segera kabur dari situ.
Masih, ada enam laki-laki yang tetap berada ditempatnya,
jelas mereka adalah komplotan laki-laki kekar.
Sesaat Ping-ji berdiri melongo, pikirannya tergerak, dia
heran entah kenapa orang banyak mengundurkan diri begitu
laki-laki kekar itu menyebut nama Hwe-hun-bun, sehingga dia
tidak sempat mengikuti perkembangan yang sekejap ini,
pemuda tanggung itu itu sudah digampar mukanya hingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bengap. kawanan bajingan itupun merubung dan
menghajarnya pergi datang, tapi si pemuda memang bandel,
meski muka dan tubuhnya sudah babak belur tapi dia tetap
tidak menjerit, atau merintih, untung sang kasir lekas keluar
melerai. Gadis kuncir itupun telah berlari keluar dan meratap
sambil menangis: "Lepaskan adikku, kalian orang besar,
kenapa menganiaya bocah."
Ditengah gelak tawa latah laki-laki kekar, dia menghampiri
si gadis serta ulur tangannya yang gede merenggut dagu si
gadis serta menatapnya dengan memicing mata, seringainya
sadis dan bajul, desisnya: "cewek seayu ini, kenapa tidak
sejak tadi kau kemari, urusan kan lekas beres ? Hehehe,
Yahaha."
"Saudara ini." Sang kasir segera menarik muka dan berseru
lantang, bertindaklah yang genah. Ditempat Bu-jiya, siapapun
di larang membuat onar."
Mendengar nama Bu-jiva, agaknya laki-laki kekar itu
melanggong dan sesaat berdiri kaku, tapi kembali dia tertawa
latah, ajarnya: "Baiklah, tuan kasir, didepan Bu-jiya tolong
jelaskan duduk persoalannya. Genduk ayu, ikutlah kekamarku.
Hahaha." Tangannya berpindah hendak menangkap lengan si
gadis lekas, si gadis menyurut mundur sambil menjerit minta
tolong.
Berdiri alis Ping-ji, nafsu membunuh telah melembari
wajahnya, diluar dugaan sebuah suara tiba-tiba terkiang
dipinggir telinganya: ”Jangan tuan menyusahkan diri." Ping-ji
kaget serta menoleh kebelakang, seketika dia melenggong,
dibelakang tiada tampak bayangan seorangpun, tiba-tiba
sebuah suara serak berkata ditengah kerumunan orang
banyak: "Tuan-tuan harap sudi memberi kelonggaran- Anakanak
masih kecil tidak tahu urusan, memang mereka yang
salah, biar aku mohon maaf saja, harap tuan-tuan suka
memberi ampun padanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu Ping-ji pandang kemuka pula, laki-laki kusir kereta
muka kuning itu tengah munduk-munduk memberi hormat
kepada kawanan bajingan, air mata bercucuran, air liur
meleleh, jelas putra putrinya yang digoda dan dihajar orang,
tapi dia malah minta ampun dan maaf kepada kawanan
pengeroyok itu.
Berderai gelak tawa kawanan bajingan, ada yang memaki,
menghina, dan menyindir tapi laki-laki tua itu menunduk
sambil mundur sambil menggandeng putra putrinya
maksudnya mau meninggalkan ruang besar ini, tapi laki-laki
kekar segera menghadang, desisnya dengan menyeringai
sadis: "Mau ngacir ? Memang semudah ini urusan
diselesaikan-"
'Maksudmu... 'Bayangan gelap melambari wajah laki-laki
tua muka kuning, lekas dia mengerut alis, tangannya melepas
gandengan putrinya lalu meraba keikat pinggang, agaknya
hendak mengetatkan yang tapi sejenak dia bimbang lalu
membatalkan niatnya.
'Keluarkan uangmu, dan ganti kesalahan anakmu." laki-laki
kekar berkata serakah, seperti kucing yang mengendus bau
ikan, sikapnya garang dan menantang.
"Yah, mereka yang salah, duitku malah yang direbut."
Demikian teriak pemuda tanggung penasaran-
"Bandel, apa yang telah kupesan di rumah." Laki-laki tua
muka kuning berwajah kampungan mendelik, lalu berpaling
kepada putrinya serta mengomel pula, budak tidak tahu diri,
disini tempat apa, berani kau kelayapan di sini."
"Yah, mereka . mereka... " Nona berkuncir itu
sesenggukan-.
"Tahumu nangis melulu." Damprat pula laki-laki
kampungan itu, "Memangnya ada orang baik disarang judi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkerut alis Ping-ji. Dilihatnya laki-laki kekar itu melangkah
maju seraya ayun tangan "Plak" kontan laki-laki kampungan
digamparnya dua kali. "Siapa bukan orang baik. Katakan, biar
kurobek mulutmu."
Darah tampak meleleh diujung mulut laki-laki kampungan,
dengan air mata meleleh dia munduk-munduk menyurut
mundur tanpa berani bersuara atau membalas dia tarik tangan
putra putrinya hendak pergi. "Berhenti." Hardik laki-laki kekar.
Mendelik mata Ping-ji, amarahnya sudah membakar dada,
sambil mengebas lengan baju pelan-pelan dia berdiri, tiba-tiba
tergerak hatinya, waktu dia menunduk, tampak diatas meja
menancap sebuah benda sehingga lengan baju kirinya terpaku
dipermukaan meja. Sekilas melenggong Ping-ji jemput benda
yang berbentuk cakar garuda, seperti terbuat dari besi tapi
bukan besi, warnanya-legam, panjang satu dim lebih, ditengah
telapak cakar terukir sebuah huruf "Sun". Waktu dia angkat
kepala dilihatnya laki-laki tua kampungan sedang gelenggeleng,
mulutnya seperti menggumam: "Kalah tidak bayar,
main pukul, menganiaya putra putriku, kalian kira aku takut,
yang benar aku memberi muka kepada Bu-jiya, kalau tidak..
Hm."
"Hoho, jangan main gertak dengan nama Bu-jiya.” Jengek
laki-laki kekar.
"Terserah bagaimana pendapatmu, yang terang aku tidak
akan melawan-' Demikian ujar laki-laki kampungan- katakatanya
menimbulkan gelak tawa kawanan bajingan itu.
Laki-laki kekar itu tertawa paling keras tiba-tiba dia
melangkah maju pula, tinju sebesar kepala segera dilayangkan
mengenjot muka laki-laki kampungan, lawan menyurut
mundur Meluputkan diri. 'Sudah tentu laki-laki kekar jadi
sengit amarahnya makin besar, sambil menggerung dia
mengudak seraya menampar deraan telapak tangannya
segede kipas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plak, plok" dua kali tamparan keras berkumandang disusul
jeritan yang mengerikan-
Tampak laki-laki kekar terhuyung jatuh celentang. darah
meleleh dari mulutnya, kedua pipinya bengkak membiru,
mulutnya merintih- rintih.
Hadirin tiada yang tahu apa yang telah terjadi, semua
mendelong mengawasi laki-laki kampungan itu, pelan-pelan
dia angkat tangan kanan yang kurus kering serta pelan-pelan
membuka jari-jarinya, delapan jari tangan yang berlepotan
darah jatuh dilantai satu persatu. "cukup aku protoli jari-jari
iblismu sabagai imbalan perbuatanmu"
Sudah tentu ciut nyali kawanan bajingan itu, muka pucat
badan gemetar, tampang yang semula garang dan sadis tadi
entah kemana perginya, mimik wajah mereka lebih mirip
anjing yang kena gebuk dan mencawat ekor, hati mereka
kebat kebit, tiada yang tahu giliran siapa diantara mereka
bakal menerima nasib seperti pentolan mereka, maklum
mereka pun tadi ikut mengeroyok pemuda tanggung itu.
Diluar dugaan laki-laki kampungan merogoh kantong
mengeluarkan sebentuk uang perak terus dilempar kedepan
laki-laki kekar yang masih merintih- rintih, katanya:
"Ambil uang itu sebagai ongkos obat. Jangan kau kebentur
ditanganku lagi, hukumannya lebih berat." Siapapun tiada
yang menduga bahwa urusan akan berakhir begini saja.
Lega hati kawanan bajingan, dilihatnya laki-laki kampungan
pergi menggandeng putra putrinya, serempak tanpa berjanji
mereka saling berebut memunguti uang yang berceceran
dilantai, setelah dikuras bersih beramai-ramai membimbing
laki-laki kekar meninggalkan tempat itu.
Ruang besar itu menjadi sepi kecuali pelayan yang
menggerutu membersihkan lantai membetulkan meja kursi
yang porak poranda. Ping-ji orang terakhir yang meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruang itu, sambil menghela napas dia melangkah kebelakang
menuju kekamarnya.
"Engkoh cilik," sebuah suara berkumandang dibelakang,
tunggu sebentar." Waktu Ping-ji berpaling dilihatnya laki-laki
kampungan berdiri didepan pintu serta menggapai tangan
kearahnya dengan wajah tersenyum ramah.
Sejenak Ping-ji berdiri tertegun, akhirnya dia melangkah
menghampiri, laki-laki kampungan mundur sambil melebarkan
pintu menyilakan Ping-ji masuk serta menutup daun pintunya.
Berada didalam rumah, hawa terasa hangat, ditengah
ruang terdapat sebuah meja, dipinggir meja terdapat anglo
yang sedang membara apinya.
"Silakan duduk engkoh cilik." Laki-laki kampungan
menyilahkan duduk, sekedar basa basi Ping-ji lalu duduk
dipinggir meja. Dengan sorot mata penuh tanda tanya dia
pandang laki-laki kampungan, orang itu tersenyum lebar serta
berkata pula: "Engkoh cilik, tahukah kau, apa maksudku
mengundangmu kemari ?"
Ping-ji melongo, pikirnya: "Ada-ada saja pertanyaanmu,
sebelum ini aku belum mengenalmu, mana tahu apa
maksudmu mengundangku kemari ?" Tapi lahirnya dia
bersikap wajar, sahutnya: "Sudah tentu Wanpwe tidak tahu
harap Lopek (paman) sudi menjelaskan-"
Laki-laki kampungan muka kuning mengelus jenggot
kambing dibawah dagunya, katanya gelak tertawa: "Ah. mana
berani aku berlaku kurang hormat. Bukankah engkoh cilik she
Liok?"
Ping-ji tertegun, pelan-pelan dia menggeleng.
Laki-laki kampungan itu ikut melongo, mulutnya mendesis:
"Lalu... tolong tanya siapa she engkoh cilik ?"
Sekali pandang Ping-ji sudah yakin bahwa laki-laki
kampungan muka kuning adalah seorang tokoh aneh yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyembunyikan asal usul sendiri. beberapa kejadian didalam
rumah tadi lebih meyakinkan bahwa dia seorang kosen yang
lihay, maka dia maklum bahwa orang pasti punya sesuatu
maksud sehingga mencari tahu asal usul dirinya, namun dia
sendiri jadi bingung dan tak tahu bagaimana harus menjawab,
padahal kejadian serupa sudah beberapa kali dia alami.
Sebetulnya secara ngawur bisa dia menyebutkan she apa,
namun melihat sorot mata orang begitu tulus dan betul-betul
mengharap jawaban sejujurnya, karuan dia melenggong dan
geleng-geleng kepala.
Melihat dia bimbang lalu geleng-geleng kepala, laki-laki
muka kuning kira dia tidak mau memberi tahu, maka dia
menghela napas kecewa, katanya rawan: "Terus terang saja
engkoh cilik, Ditengah jalan raya tadi, begitu melihat kau aku
sudah tahu bahwa kau membekal Kungfu tinggi, hawa
sedingin itu kau hanya berpakaian tipis, maka aku melirik dua
kali kepadamu, tapi sekilas pandang tadi terasa pula wajahmu
seperti sudah amat kukenal, mirip sekali dengan seorang
sahabatku she Liok diwaktu muda dulu, maka aku
memberanikan diri mengundangmu kemari, ternyata
dugaanku meleset... "
Kaget Ping-ji setelah mendengar penjelasannya, katanya
gugup: ”jangan salah paham, terus terang, Wanpwe punya
kesukaran pribadi yang tidak mungkin kujelaskan- jadi bukan
tidak sudi memberi keterangan kepada paman- Bicara
sejujurnya, Wanpwe sendiri sejauh ini tidak tahu riwayat
hidupku... "
Bersinar bola mata taki-laki muka kuning, katanya: "o, jadi
Lohu yang banyak curiga malah, harap engkoh cilik tidak kecil
hati."
Lama dia melamun mengawasi bara yang menyala diatas
tungku, setelah menarik napas panjang dia berkata pula
dengan nada rawan: "Tigapuluh tahun yang lalu, Lohu
pertama kali berkecimpung di kalangan Kangouw, dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebatang Kiu-coan-kim-pian (ruyung emas sembilan putaran)
dan ilmu pukulan Le-hun-jiau (cakar pemisah sukma) aku
diagulkan dengan julukan Thi-jiu-kim-pian (cakar besi ruyung
emas), waktu itu diutara dan selatan sungai besar siapa tidak
akan mengacung kan jempol setiap kali mendengar julukan
Thia-jiau-kim-pian Sun-Bing-ci. . . . . "
Dia seperti tenggelam dalam kenangan lama, seperti
menggumam pula mengisahkan masa lalunya kepada Ping-ji:
"Tapi kala itu ada pula seorang jago muda yang bernama Ittio-
liong Bu Kim menjagoi utara sungai konon usianya, masih
muda, tapi pipa cangklongnya yang dia gunakan sebagai
gaman ternyata memiliki permainan luar biasa, namanya
sudah dikagumi dan diagulkan oleh kalangan orang-orang
gagah. Maklum masih berdarah panas, Lohu lantas meluruk
keutara menantang It-tio-liong (seekor naga). Maklum masih
sama-sama muda, berdarah panas, karena tidak cocok dalam
pembicaraan begitu ketemu kami lantas saling labrak.
bertarung dengan seru: Boleh di kata kita ketemu lawan
setanding, setelah bertempur tiga ratus jurus lebih tetap seri.
Pertempuran berakhir pada jurus tiga ratus dua puluh, dengan
Le-hun jiau aku berhasil mencomot pakaiannya dan
meninggalkan lima jalur cakaran jariku didepan dadanya, tapi
pipa cangklongnya juga berhasil mengetuk kepalaku sehingga
abu rokoknya mengotori rambut kepalaku.
"Akhir pertempuran itu boleh dikata seri alias setanding,
tiada pihak yang kalah, dari bertarung itulah timbul rasa
simpati kami masing-masing, maka sejak itu kami terikat
sebagai sahabat baik..."
"Sejak kejadian itu, ke utara atau di selatan sungai besar,
di mana ada jejakku, kesitu pula dia pergi, selama beberapa
waktu kita tak pernah berpisah, dengan sebatang ruyung
emas dan pipa cangklongnya, tidak sedikit kita membuat
pahala besar bagi kaum yang tertindas .. "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti melupakan kehadiran Ping-ji saja Thia-jiau-kim-pian
Sun Bing-ci meneruskan kisahnya, tapi pandangannya tetap
terlongong kearah tungku yang masih menyala baranya "Pada
suatu kesempatan yang kebetulan, aku bersama It-tio-liong
menghadiri suatu pertemuan besar kaum Bulim di Ui-san,
yang bergelar Swan-bong- it-kia m (pedang angin lesus Liok
Hoat-liong betul-betul membuat aku dan It-tio- liong amat
kagum, Waktu itu dengan sebatang pedangnya, beruntun dia
menjatuhkan Kun-lun-sam-kiam dan jago-jago kosen dari
Tiang-pek-pay yang terkenal dengan cap-ji-lian-hoan-kiam,
sehingga dia di sanjung puji seluruh hadirin, ketambah
sikapnya yang ramah dan sopan sehingga menarik perhatian
banyak orang. Maka setelah pertemuan itu usai, aku dan Ittio-
liong mencarinya, setelah bicara semalam, suntuk kita
sama merasa cocok satu dengan yang lain, maka malam itu
juga kita bertiga angkat saudara... "
Makin besar semangat Thi-jiau-kim-pian menceritakan kisah
masa lalu, baru sekarang dia angkat kepala memandang Pingji,
melihat sikap Ping-ji hambar dan bingung, seperti prihatin
akan ceritanya, maka dia batuk-batuk lalu meneruskan
kisahnya: "Karena usiaku paling tua maka aku sebagai Toako,
Swan-bong-it-kiam genap berusia dua puluh, paling muda, jadi
sebagai Losam. Seperti harimau tumbuh sayap saja, kami
bertiga malang melintang di kalangan Kangouw mendarma
baktikan diri untuk insan persilatan-.. "
Mendengar kisah Swan-bong-it-kiam Liok Hoat-liong, hati
Ping-ji sudah tidak karuan rasanya, batinnya: "Siapakah Liok
hoat- liong itu ? Apakah ada hubungan dengan aku sehingga
tadi dia tanya apakah aku she Liok? Liok Hoat-liong... Liok
Hoat-liong.. .” Meski hatinya gundah, namun dia diam saja
mendengarkan kisah Thi-jiau-kim-pian-
"Kira- kira lima tahun kemudian, Liok-laote kita itu sudah
menikah. isterinya bernama Bun Wi-lan, putri tunggal Luitang-
ban-li Bun Gan-pek Bun-loyacu, pesta pernikahannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
boleh di kata menggemparkan dunia persilatan, karena
mempelai laki-laki adalah Swan-bong-it-kiam Liok Hoat-liong
yang gagah dan cakap, sementara isterinya adalah putri
kesayangan sesepuh persilatan yang cantik, cerdik dan
anggun-
"Masih segar dalam ingatanku, pada malam pengantennya
itu, aku dan Bu Kim secara diam-diam menyeret Liok-laote
kesebuah warung arak yang letaknya tiga puluh li dari
rumahnya, maklum selanjutnya dia akan bebas dari
perserikatan kita bertiga sebagai perjaka, oh ya, hampir lupa
aku memberitahu kepadamu, waktu itu aku dan it-tio-liong
belum menikah. Pada hal Liok-laote sudah mabuk. tapi dia
masih memeluk guci arak. dengan air mata bercucuran dia
bilang tidak mau menikah... hahaha."
---ooo0dw0ooo---
Seolah-olah dia berada dalam pesta perjamuan di masa
lampau dulu, wajahnya yang semula kuning tampak merah
menyala penuh semangat, sorot matanyapun mencorong
terang. "Selamanya takkan pernah terlupakan olehku, betapa
senang dan gembira hati kami, bahwasanya Liok-laote sudah
lupa bahwa malam itu adalah malam pertama pernikahannya,
kami juga berlaku egois tetap menahannya sehingga dia tidak
bisa pulang, entah sudah berapa guci arak kita habiskan
bersama, tapi kami masing-masing tetap memeluk satu guci,
pada hal arak yang wangi dan keras telah membakar
kerongkongan, tapi kami seperti kuatir selanjutnya takkan
punya kesempatan berbincang-bincang lagi, seperti berlomba
saja kita terus mgomong panjang- lebar, bicara tentang
pengalaman kita bertiga dan banyak lain-.. entah berapa lama
kami ngomong, tiba giliran Liok-laote mengisahkan
pengalamannya betapa dengan sebelah tangannya dia
membelah roboh Tiam-jong-it-koay, ternyata telapak
tangannya menabok batok kepalaku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pada hal aku sendiri juga sedang membual tentang
pengalamanku seorang diri berhasil menggenjot mampus Hekcui-
sin-kiau, tinjuku telak menggasak perutnya. Sehingga meja
terbalik hidangan berantakan, Liok-laote juga tumpah-tumpah
mengotori seluruh badanku. Pada saat yang sama It-tio-liong
juga membual bagaimana dengan sepasang tinjunya berhasil
menundukkan Soat-san-siang-koay, saking senang dan
bangga kedua tangannya menindih.
'Maka kepalaku dan kepala Liok-laote diadunya, kami
bertiga sama-sama roboh terjungkal, It-tio- liong malah
menindih diatas kami berdua .Jikalau pelayan tidak
membangunkan aku, entah sampai kapan aku akan lelap
dalam buaian mimpi, tapi waktu aku bangun sudah hari kedua
menjelang lohor.
"Betapapun takkan kulupakan, waktu dia siuman, It-tioliong
masih menggeros, kepalanya tertutup panci, sisa kuah
yang terisi didalam baskom berbunyi kelutukan setiap kali
napasnya keluar masuk. Demikian pula Liok-laote yang jadi
penganten juga nyenyak memeluk nampan, paha ayam masih
terkulum dalam mulutnya, waktu aku memukulnya bangun,
mulutnya masih mengigau minta cium, apapun tidak mau
bangun-.. kejadian itu sungguh amat menyenangkan, lucu dan
kocak."
Sampai di sini wajahnya yang semula berseri berobah
makin buram, mata berkaca-kaca dan suaranyapun serak:"...
sejak hari itu kamipun berpisah. Seorang saudara sepupuku
yang berdagang kulit ternak diluar perbatasan terbunuh oleh
sekawanan perampok setelah barang-barangnya dirampas.
begitu mendengar berita buruk ini aku segera menyusul keluar
perbatasan, setelah aku berhasil menuntut balas, itu sudah
tiga tahun kemudian aku membawa sepasang putra putri
saudara sepupuku, yaitu muda mudi yang kau lihat tadi,
kembali ke sini.'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru sekarang Ping-ji tahu bahwa nona berkuncir dan
pemuda tanggung itu ternyata adalah keponakan laki-laki
kampungan muka kuning berjuluk Thia-jiau-kim-pian ini.
Dengan suara serak Thia-jiau-kim-pian meneruskan
kisahnya: 'Tapi sejak itu aku putus hubungan dengan Swanhong-
it-kiam. Di San-say, dari seorang teman aku mendengar,
sejak aku berada diluar perbatasan, It tio-liong pernah
bertanding dengan seorang gembong iblis yang datang dari
luar perbatasan dan kalah satu jurus, sesuai perjanjian,
setelah kalah dia mengundurkan diri selanjutnya tidak akan
mempelajari ilmu silat lagi, maka waktu aku menyusulnya
kemari, ternyata dia sudah membuka rumah makan Enghiong-
kip ini, dengan rasa sedih kami berbincang tentang
pengalaman hidup sejak berpisah... kusinggung tentang berita
Swan-hong-it-kiam, ternyata Bu-jite tidak tahu menahu
jejaknya, cuma setahun setelah aku keluar perbatasan,
katanya mereka pernah bertemu sekali, katanya Liok-laote
amat lesu dan patah semangat. tutur katanya tidak seriang
dan segagah dulu, sejak berpisah tak pernah mendengar
kabar beritanya pula...
Mendengar kisah suka duka masa lalu orang tua ini, Ping-ji
ikut merasakan betapa riang gembira dan pahit getir
kehidupan mereka. Tapi kehidupan didunia ini memang tidak
abadi, kalau dulu mereka hidup senang namun sekarang
mereka sama menghadapi nasib hidup sendiri-sendiri.
Terhadap It-tio-liong yang sekarang jadi pemilik Eng-hiong-kip
ini, diam-diam diapun merasa kagum dan simpati terhadap
nasib hidupnya.
"Maka aku pulang kekampung halaman membawa kedua
keponakanku di ouw-lam, di sana aku mencari suatu tempat
yang aman dan dan mengasingkan diri..." Demikian laki-laki
muka kuning meneruskan kisahnya. " karena pengalaman
masa lalu yang menyedihkan sungguh terlalu dalam
menggores sanubariku dan saudara sepupuku itu mati karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia pandai main silat, maka saking putus asa, aku tidak pernah
menyinggung ilmu silat kepada kedua keponakanku, akupun
larang mereka belajar silat. kami hidup bercocok tanam,
semula aku sudah berpendirian biar hidup tentram sebagai
petani sampai mati, biarlah kedua keponakanku menjadi
manusia awam yang hidup bersahaja, bebas dari keruwetan
hidup insan persilatan."
Sampai disini dia menambah arang diatas tungku sehingga
api meletik, lekas sekali bara api menyala makin mencorong
sehingga wajahnya yang kekuningan tampak berminyak
mengkilap. sorot matanya seperti memancarkan cahaya aneh,
suaranya terdengar berat: "Tapi urusan justeru tidak semudah
yang kuidamkan. Tidak lama setelah aku hidup tentram,
kudengar berita yang tersiar luas di Kangouw bahwa pihak
Hwe-hun-bun telah menyebar "Twe-hun-leng memerintahkan
semua anggota Hwe-hun-bun untuk mencari jejak Swan-hongit-
kiam Liok Hoat liong, karena Swan-hong-it-kiam Liok Hoatliong
membunuh Biat-biau-kiam-khek Leng Pwe-kiat putra
kesayangan Hwe-hun-cun-cia. ciangbunjin Hwe-hun-bun,
maka hatiku yang semula sudah tentram mulai bergolak pula,
buru-buru aku membereskan keperluan anak-anak terus
menemui It-tio-liong tapi It-tio- liong juga tidak tahu duduk
persoalannya... "
Kembali tergerak hati Ping-ji waktu mendengar Hwe-hunbun,
pikirnya: "Bukankah laki-laki kekar tadijuga bilang dirinya
ada hubungan dengan Hwe-hun-bun ?"
Karena Thia-jiu-kim-pian meneruskan ceriteranya, maka dia
pun tidak menyela: "Aku sibuk mencari berita dari berbagai
pihak. namun hasilnya nihil, sementara Hwe-hun-bun sendiri
juga gagal menemukan jejak Swan-bong-it-kiam, entah Liok
Hoat-liong sembunyi dimana, karena dirumah masih ada
urusan, terpaksa aku kembali ke ouw-lam. Sejak itu, tak
pernah aku mendengar berita Liok-laote lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi suatu hari, kejadian kira-kira tahun lalu dimusim
dingin menjelang lohor, untuk menyambut tahun baru, aku
perlu kekota Tiang-san membeli barang-barang keperluan-
Dijalan raya aku bertemu dengan seorang perempuan
setengah baya dengan pakaian kotor koyak-koyak, lengannya
buntung sebelah dan bicaranya tidak genah, langkahnya
gentayangan, mulutnya yang mengoceh tidak berhenti
menimbulkan perhatian serombongan anak-anak nakal yang
menggodanya karena ingin tahu segera aku menghampiri
setelah dekat baru kukenali, perempuan ini bukan lain adalah
isteri Liok-loate yang tak karuan kabar beritanya yaitu Bun Wilan-..
'
Waktu mendengar Thia-jiu-kim-pia n mengatakan
perempuan buntung lengannya, darah terasa mendidih didada
Ping-ji, mata mendelik, dengan tangan gemetar dia pegang
pergelangan tangan Thi-jiau-kim-pian, tanyanya gugup:
'Apakah perempuan buntung lengan kiri, ada sepasang lesung
pipit dikedua pipinya, berusia empat puluhan?'
Bercahaya bola mata Thi-jiau-kim-pian- Dilihatnya mata
Ping-ji terbelalak. Berkaca-kaca menatapnya penuh harap.
karuan sesaat diapun tertegun, akhirnya dia manggut dan
bertanya heran: 'Kau... dari mana kau tahu ? Dimana kau
pernah melihatnya ?'
Pecah tangis Ping-ji, air mata bercucuran, rasa duka tak
terbendung lagi sehingga dia menangis gerung-gerung. Thijiau-
kim-pian jadi diam saja membiarkan dia menangis sampai
puas dan reda baru tanya duduk persoalannya. Dengan
menekan rasa duka, maka Ping-ji ceritakan riwayat hidupnya,
bagaimana sejak kecil dia hidup di Kui-hun-ceng, belakangan
karena disiksa oleh Ti Thian-bin dia minggat dari kampung
halamannya, terus diceritakan sampai sekarang dirinya berada
di hotel ini.
Akhirnya mereka berpandangan menghela napas panjang
bersama. Tanpa mereka sadari cuaca yang semula gelap kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah benderang, sinar mentari telah menerobos dari celahcelah
jendela, diluar sadar mereka hari sudah terang tanah.
Menyongsong datangnya sang fajar Ping-ji mondar mandir
di pekarangan, cahaya mentari makin panas, salju yang
bergantungan dipucuk pohon mulai lumer dan menetes jadi
air, Ping-ji tidak pedulikan pakaian, rambut dan sepatunya
basah, dengan menggendong kedua tangan dia terus jalan
bolak balik, otaknya terus bekerja: " Dalam usiaku yang
delapan belas ini, aku sudah kenyang menghadapi ujian hidup,
diriku sudah tergembleng seumpama otot kawat tulang besi.
Ada kalanya keadaanku sudah mirip rumput kering yang
terinjak roboh, tapi syukurlah aku masih tetap kuat bertahan
dan berdiri pula. Seperti juga kembang sakura ini, meski di
musim dingin dia tetap bertahan kokoh dan berkembang
semerbak kuharap akupun akan sekokoh kembang sakura,
mengembangkan kekuatan kedua tanganku, menyambut
ujian, derita hidup yang bakal kuhadapi pula... " Sambil
menunduk dia seka air yang menetes dijidatnya serta
melangkah beberapa tindak seperti apa yang di katakan
paman Sun apa yang harus kucari sudah jelang, sudah pergi
dan tak mungkin kugapai pula, syukurlah aku dapat
menemukan paman Sun, saudara angkat paling dekat orang
tuaku, di bawah bimbingan dan asuhannya, aku akan
memperoleh tumpuan cinta kasih seperti rumput yang
mendapat rabuk sehingga dia mendapat tunjangan hidup
melawan derita, dendam kesumat orang tua tidak boleh
kulupakan, tugas berat masih harus kupikul, merebut balik Wiliong-
pit-sin dan menegakkan kembali kejayaan Hong- luibun-..
Tanpa terasa dia merogoh keluar Hiat-liong-ling yang
tergantung dilehernya, dengan mendelong ia awasi garis naga
yang membuka mulut mengulur cakar, didalam mainan
kalungnya itu, mulutnya kembali menggumam: "Tugas berat
ini harus kuat kupikul, Hong-lui-bun akan kudirikan dan
kutegakkan bagai kilat menyamber guntur menggelegar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyapu jagat menjagoi Bulim, akan kubuat mereka tahu
bahwa dikalangan Kangouw telah muncul seorang jago
bernama Liok Kiam-ping.
"Tapi hal ini akan terlaksana bila aku berhasil merebut Wiliong-
pit-sin. Ya, aku harus selekasnya menemukan Wi-liongpit-
sin lebih dulu." Setelah mengebas lengan baju, langsung
dia beranjak kedalam kamar tidurnya.
---ooo0dw0ooo---
Hari masih pagi, setelah ganti pakaian Ping-ji beranjak
keluar menyusuri jalan raya yang penuh sesak.
Lok-yang pernah menjadi ibu kota dari beberapa dynasti
kerajaan dulu, maka kota ini cakup makmur, taraf kehidupan
penduduk cukup baik, deretan gedung-gedung sepanjang
jalan raya yang beralas balok-balok batu ini cukup mewah dan
megah, bangunannya serba kuno dan mentereng lagi,
Lokyang merupakan pusat perdagangan pula, maka begitu
fajar menyingsing, kaum pedagang sudah sibuk bekerja
mencari nafkah dan keuntungan sebanyak mungkin, ada
jamak kalau lalu lintaspun ramai berlalu lalang.
Mengikuti arus lalu lintas yang padat dijalan raya Liok
Kiam-ping Pendekar muda kita ini berjalan kedepan tanpa
tujuan. Meski sebesar ini tapi Kiam-ping sudah biasa hidup
menderita dalam kemiskinan, berada di kota makmur seramai
ini, matanya jadi jelilatan tak ubahnya orang desa masuk kota
segala sesuatu menjadi perhatiannya, begitulah sambil
berlenggang, mirip orang pelancongan saja, dia terus berjalan
kedepan sambil celingukan kekanan kiri.
Tiba-tiba dirasakan ada orang menginjak kakinya, begitu
dia menoleh, tampak seorang laki-laki setengah umur bertopi
kain berdandan mirip Busu tengah menoleh juga kearahnya
sambil mengangguk dan tersenyum minta maaf, Kiam-ping
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikir, mungkin orang tahu salah menginjak kakinya, maka
diapun tidak ambil peduli.
Kiam-ping masih meneruskan perjalanannya ditengah
kerumunan orang-orang yang simpang siur. Tiba-tiba diapun
merasakan dirinya menginjak sesuatu, keadaan cukup
dimakluminya maka dia tidak sempat menunduk. karena dia
tahu tanpa sengaja diapun menginjak kaki orang. lekas dia
berpaling, didapatinya seorang pemuda berdandan pekerja
tengah tersenyum ramah kepadanya, Liok Kiam-ping
tersenyum sambil mengangguk. Mendadak arus manusia
berdesakan dari arah belakang, pemuda itu ditumbuk dari
belakang hingga menerjang kedepan dan keduanya kembali
bertubrukan, tanpa berjanji mereka saling minta maaf.
Tanpa sengaja waktu Liok Kiam-ping berpaling, didapatinya
tidak jauh diantara kerumunan orang banyak yang simpang
siur, ada sepasang mata tajam tengah memperhatikan dirinya,
waktu dia menegasi. kiranya laki-laki setengah umur yang tadi
menginjak kakinya, tampak tulang pipinya menonjol sepasang
matanya seperti mata burung elang, memancarkan sinar
terang.
Bimbang dan curiga Kiam-ping dibuatnya, pelan-pelan dia
memutar kepala tiba-tiba dilihatnya tak jauh dibelakang lakilaki
setengah umur itu berdiri pula seorang Hwesio kurus yang
ngantuk, orang banyak berdesakan sehingga dia tidak sempat
perhatikan dandanannya, tapi kepalanya yang gundul
kelihatan kelimis mengkilap. tapi kepalanya tumbuh banyak
borok yang bernanah. Hwesio ini kelihatannya Jenaka,
matanya kelihatan seperti beberapa hari tidak tidur, hidungnya
besar, dengan cengar cengir Hweslo itu meram melek
memperlihatkan muka jeleknya seperti sengaja menggoda
dirinya.
Liok Kiam-ping tidak tahu, gaya lucunya itu ditujukan
kepada siapa, maka dia hanya manggut beberapa kali terus
melengos kearah lain, kebetulan arus manusia berdesakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula makin padat, maka dia tidak ambil perduli kepada kedua
orang itu, semula dia kira laki-laki setengah umur dengan
hwesio kudisan itu sehaluan, tetapi beberapa langkah
kemudian, waktu dia menoleh pula, kedua orang itu sudah
tidak kelihatan- Dengan perasaan was-was lekas Kiam-ping
mendesak keluar dari arus orang banyak membelok kesebuah
gang kecil, diujung gang berdekatan dengan jalan raya
terdapat sebuah restoran kecil berloteng, kain panjang yang
bergantung diatas tinggi bertuliskan cong-goan-lau tiga huruf
besar warna merah.
Seorang pelayan berdiri dimuka rumah sedang tarik suara
menarik perhatian orang-orang yang lalu lalang supaya
mampir sarapan pagi, dipujikan masakan lezat dari koki
ternama dengan sajian- arak tulen paling harum.
Pagi ini Liok Kiam-ping memang belum sarapan, perut lagi
lapar, maka tanpa pikir segera dia melangkah masuk. pelayan
segera menyambut mencarikan meja diatas loteng tingkat
kedua. Diatas loteng ada delapan meja, jendela berkaca,
keadaan rapi bersih. dibagian luar dibawah jendela yang
mengarah kejalan raya dipetak menjadi beberapa bilik ditutupi
gordyn- Kiam-ping menempati salah satu bilik serta memesan
beberapa masakan, Gordyn disingkap kesamping.
Sambil menunggu masakan yang dipesan Liok Kiam-ping
mencicipi secangkir arak yang disuguhkan, arak yang masih
hangat, rasanya memang harum dan sedap. tanpa sadar dia
memuji: "Arak bagus."
Tiba-tiba didengarnya suara seorang menggerutu:
"Maknya, kurcaci itu memang pantas mampus, siapa bilang
tidak bagus, goblok, sontoloyo, arak simpanan beberapa tahun
begini kok tidak bagus, cek. cek cek aduh wanginya, maknya."
Suara orang ini tidak begitu genah, agaknya mulutnya sedang
mengulum sesuatu hingga bicaranya kurang lancar.
Liok Kiam-ping kaget mendengar suara gerutu ini, dengan
tangan dia menyingkap gordyn dan melongok keluar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilihatnya beberapa meja dibagian ruang tengah duduk
beberapa orang tamu, mereka sedang sibuk makan sarapan
yang dipesannya, jelas mereka tidak pernah bicara, maka
dengan curiga dia mengamati sekelilingnya.
"Maknya, maling cilik ini langak-longok entah mencari apa,
awak sendiri terancam bahaya masih perhatikan orang lain,
memangnya mengincar panggang bebekku ini" Aduh mak.
panggang bebekku bisa terbang, hanya kaulah jiwa hidupku,
jangan pergi, maknya.”
Kain gordyn dlseberang kebetulan tersingkap oleh
hembusan angin lalu, mata Kiam-ping cukup tajam, sekilas
dilihatnya seorang Hwesio kurus dengan kepala kelimis penuh
borok bernanah tengah meringkuk memeluk guci arak.
jubahnya yang kotor terbuat sari kain blaco banyak tambalan
lagi, diatas meja bertumpuk beberapa guci kosong, meja
didepannya juga penuh piring mangkok yang terbalik, jelas
hidangan semeja penuh itu terus dikuras bersih kedalam
perutnya .
Tampak oleh Liok Kiam-ping hwesio itu sudah mendengkur
memeluk guci tengkurap dimeja, sekerat tulang ayam masih
terkulum dalam mulutnya, seiring dengan dengkurnya, tulang
ayam itu keluar masuk mulut nya. Kiam-ping geli, gelenggeleng
kepala, kebetulan gordyn tersingkap pula, dilihatnya
muka si Hwesio berkerut-kerut, seperti tertawa tidak tertawa
tulang pipinya seperti lebih menonjol lagi, Sambil menggeros
mulutnya mengigau pula: "Maknya. jaman memang sudah
terbalik, orang tidurpun tidak bisa tenteram lagi, maknya, aku
toh bukan penganten, kepala gundulku memang bercambang,
tapi mukaku sudah kisut, apanya yang bagus dipandang,
memang seperti kepala gundulku ini menjadi malu rasanya,
kalau bisa aku ingin sembunyi kedalam guci saja... aduh mak."
Merah muka Kiam-ping, waktu dia berpaling, beberapa
tamu dimeja lain agaknya ketarik juga oleh omelan si Hweslo,
semua menoleh kearah sana, maka Kiam-ping membatin:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hwesio lusuh ini pasti seorang kosen aneh, jangan kira dia
memejam mata, tapi segala gerak-gerik diriku ternyata tidak
lepas dari pengamatannya."
Tengah dia menepekur, tiba-tiba didengarnya dibawah
loteng ada suara ribut, tamu-tamu diatas loteng sama kaget,
yang duduk dipinggir jendela sama melongok kebawah, ada
pula yang berlari kebawah. Kiam-ping juga melongok kebawah
lewat jendela.
Tampak seorang pengemis cilik dengan pakaian rombeng
berdiri dekat pintu, usianya sekitar lima belasan. Seorang lakilaki
gendut berdandan ciangkui tampak berdiri tolak pinggang
sedang memaki: "Pengemis mampus, kenapa kau tidak
berkaca dengan air kencingmu, dengan tampang dan
dandananmu berani masuk ke restoranku. Bah. ayoh enyah,
jangan mengotori permadaniku yang mahal ini."
Pengemis itu bermuka kuning pucat, agaknya kurang
makan tidak cukup vitamin, perawakannya juga terlalu kecil,
jelas pertumbuhannya kurang normal tidak sepadan dengan
usianya, mukanya berlepotan lumpur dan hangus, tapi gerakgeriknya
ternyata lincah dan cekatan, meski dimaki dia tetap
tenang-tenang malah membuat muka setan meledek si
ciangkui, secara tak acuh dia menggentak-gentak kaki,
sehingga lumpur yang melekat disepatu bututnya rontok
mengotori lantai marmer yang bersih mengkilap.
Karuan ciangkui makin gusar, tubuhnya yang gendut
tampak gemetar menahan amarah namun melihat tamu tamu
melongok kearahnya, kuatir membuat takut para tamu dan
merugikan dagangan sendiri ciangkui tidak berani bertindak
kasar, lekas dia masuk mengambil tiga biji bakpao, dengan
rasa berat dia sodorkan tiga bakpao itu sambil memaki:
"Maknya, bajingan tengik pengemis sebal, bakpao buatan
restoran kami bukan saja enak juga mahal, anggaplah aku
yang sial hari ini harus kehilangan duit bakpao ini. Hayo ambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan lekas enyah, supaya tuan-tuan tamu tidak muak melihat
tampangmu."
Pengemis cilik menjengkit bibir, tangannya diulur menerima
dengan sikap tak acuh bakpao yang diberikan si ciangkui.
"Aduh, maknya, sudah diberi bakpao masih mengotori dan
menyakiti tangan tuan besarmu. cuh, kurang ajar, pengemis
mau mampus." Ternyata waktu menerima bakpao sipengemis
sengaja mencakar dengan jari-jarinya yang kotor dipunggung
tangan si ciangkui hingga meninggalkan bekas jalur merah.
Saking gusar sambil membanting kaki hampir saja dia
terpeleset jatuh.
Liok Kiam-ping tertawa geli, baru saja dia menyingkap
gordyn, dan mau melangkah kebawah loteng, tiba-tiba
didengarnya suara gerutu tadi: "Maknya, arak bagus, arak
bagus, sungguh sedap dan nikmat. Ai, uruslah dirimu sendiri,
jangan hiraukan persoalan orang lain, salah-salah bisa celaka
nanti. Maknya, kenapa perutku keroncongan lagi.""
Waktu Liok Kiam-ping berpaling, gordyn diseberang
tersingkap lebar menyangkut di atas meja persegi, diatas meja
tahu-tahu bertambah pula sebuah guci, Hwesio kurus itu
tengah duduk tegak sambil memeluk guci menuang arak
kedalam mulut, sebelah tangan masih memegang paha bebek
panggang, piring mangkok yang kosong tadi sudah tersingkir
kesamping, sementara hidangan baru berserakan pula didepan
mejanya.
Karuan Liok Kiam-ping melongo, batinnya: ”Darimana dia
memperoleh hidangan sebanyak itu, seakan akan tiada habishabisnya,
dia gegares masakan-masakan lezat di restoran ini?"
Tapi waktu dia menoleh keluar, seketika dia tertawa geli di
tahan-tahan, ternyata hidangan orang lain yang tamutamunya
berlari turuh kebawah melihat keributan sekarang
sudah disikatnya semua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Didengarnya Hwesio itu mengoceh pula: "Makanya, bocah
bodoh jangan heran, kitakan gegares dengan gratis tapi
bapakmu ini tetap yang rugi. Nah, biarlah kuberi bagian
kepadamu. cuh." Daging paha ayam yang terkulum
dimulutnya tiba-tiba disembur keluar. Tangan kanan diulur
mencopot sepatu dengan telapak sepatu kotornya itu dia
menyeka mulut, lalu dengan jari-jarinya yang berminyak dia
garuk-garuk jari-jari kakinya yang gatal, bau kurang sedap
segera merangsang hidung. Hampir saja Liok Kiam-ping
muntah saking mual, tapi dilihatnya Hwesio itu kelihatan
nyaman dan kenikmatan, mulutnya tertawa lebar, akhirnya dia
angkat tangannya yang dibuat menggaruk jari-jari kakinya
terus dicium sekeras-kerasnya entah karena gatal lekas jarijari
tangan berminyak itu menggaruk pula kepala gundul yang
berbungah borok-borok bernanah, mulutnya berceloteh pula:
"Aduh mak, nikmat sekali."
Sambil mengoceh lekas dia angkat pula guci arak terus
dituang kedalam mulut.
Karuan Liok Kiam-ping berdiri terbelalak. karena dengan
jelas dia mengikuti segala gerak gerik si Hweslo, waktu
tangannya menggaruk kepala, kotoran borok dan sindap
kepalanya sama rontok dan berjatuhan kedalam guci araknya.
Karuan Liok Kiam-ping merinding dan jijik.
"Pengemis keparat, ingin mampus kau, biar kuhajar kau."
Suara ciangkui yang mencak-mencak makin keras dibawah
loteng, maka terdengar pula suara salak anjing. Lekas Kiamping
putar badan melongok kebawah, dilihatnya ciangkui
sedang menuding dan memaki kepada pengemis cilik. Lekas
dia beranjak.
Waktu itu pengemis cilik masih pegang bakpao dan sedang
bermain-main dengan seekor anjing buduk. mulutnya
berkaok-kaok:
”Hayolah sayang, lekas makan, biar lekas gemuk." Sembari
bicara dia melempar secuil bakpao keudara, anjing buduk kecil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu menyalak terus melompat menyambar bakpao itu serta di
kunyah dengan lahap. ekornya bergoyang-goyang
kesenangan-
Sudah diberi bakpao tidak mau pergi mengabaikan
peringatannya pula, karuan si ciangkui murka seperti
kebakaran jenggot, sambil menggerung dia angkat tinjunya
sambil memburu hendak menjatuhkan bogem mentah diatas
kepala si pengemis.
Mendadak ada menepuk pundak serta berseru: "Sabar."
Waktu dia menoleh, ternyata pemuda baju putih yang
duduk dimeja kelas satu diatas loteng, segera dia turunkan
tangan serta menjura dengan muka berseri: "oh, kau tuan,
maaf bikin kaget kau saja."
”Hm, tidak apa-apa semua kerugianmu boleh hitung dalam
rekeningku, jangan kau membuat keributan lagi dengan
engkoh cilik ini." Demikian ujar Liok Kiam-ping. "Ah, mana,
mana, sungguh kurang enak. kenapa tuan yang harus
merogoh kantong. Dengan sikap munafik si ciangkui mundukmunduk.
Liok Kiam-ping ulapkan tangan lalu berkata sambil menjura
kepada pengemis cilik itu: "Saudara ini, kalau mau boleh
silahkan masuk makan minum bersamaku, bagaimana"
Bahwa Liok Kiam-ping melerai sehingga keributan tidak
makin besar, sudah tentu si ciangkui menjadi rikuh sendiri, tak
tahunya Liok Kiam-ping malah undang pengemis kotor itu
kedalam restoran, karuan dia berdiri terbeliak. dengan wajah
cemberut dia awasi sepatu si pengemis yang berlumpur.
Dengan tak acuh dan lirikan hina si pengemis melirik
kepada si ciangkui, lalu katanya tertawa kepada Liok Kiam
ping: "Apa betul ? Kau mau teraktir aku makan minum ?'
Melihat orang tertawa seketika Liok Kiam-ping tertegun,
meski mukanya kotor, tapi gigi pengemis cilik ini ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putih rata, kalau tertawa wajahnya kelihatan molek, maka dia
tersipu-sipu menjawab: "Betul, kalau kau sudi dan aku
mendapat kehormatan-"
Sejak kecil kiam-ping alias Ping ji sudah kenyang dihina dan
menderita, di waktu berkelana di kangouw diapun sudah
sering di hina dan di caci maki, maka dia sudah meresap
bagaimana keadaan orang yang dipandang rendah dan
diabaikan orang lain, tapi belum pernah dia menyerah pada
keadaan, maka dikala dia melihat pengemis cilik ini ternyata
bersikap tak acuh dan tidak rendah diri meski dicaci dan di
hina, wataknya mirip dirinya, hatinya amat kagum dan
terkesan pada pengemis cilik ini, sehingga dengan rendah hati
dia mengundangnya makan minum bersama.
Sudah tentu ciangkui gendut itu yang gugup, katanya
munduk sambil bersungut "Tuan ini harap. ...."
Liok Kiam-ping berpaling sambil mengerut alis, katanya
"Apa pula yang kau ributkan, lekaslah siapkan hidangannya.
"Lalu dia silakan pengemis cilik, "hayolah saudara, silakan
masuk."
Pengemis cilik manggut2, kembali dia tertawa manis,
setelah tepuk2 tangan membersihkan tangan membetulkan
pakaian segera dia beranjak masuk dengan langkah lebar.
Bahwa pemuda baju putih berperawakan gagah ini ternyata
berlaku hormat kepada pegemis dekil ini, karuan si ciangkui
penasaan dan mewek2, tapi dia tidak berani bertingkah lagi,
dengan langkah gedebukan dia mengintil dibelakang.
Liok Kiam-ping iringi pengemis cilik naik keloteng, dia
silakan pengemis cilik memilih tempat duduknya dulu, lalu dia
duduk dan berkata: "saudara ingin masakan apa boleh silakan
pesan saja, tidak usah rikuh."
Jelilatan bola mata si pengemis cilik, tanyanya: "Apa betul
kau suruh aku memesan apa saja yang kuinginkan ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Betul, boleh kaupesan apa saja yang kau inginkan- Hai,
pelayan dengarkan dan catat apa yang dipesan Kongcu ini"
Pelayan jadi geli karena Liok Kiam ping membahasakan
Kongcu kepada pengemis cilik ini, dengan menggiakan dia
menekap mulut.
Pengemis cilik kontan melerok. dengusnya: "Apa yang kau
tertawakan, menghina aku ya. Memangnya kau kira aku tidak
sesuai makan direstoran ini." "
Pelayan tidak berani tertawa lagi, tapi dia tidak mau kalah,
katanya: "Asal tuan bisa menyebutkan apa yang ingin
kaupesan, restoran kami tanggung bisa menyediakan-
"Baik, Dengarkan, siapkan empat porsi itik mandarin
digoreng telor, daging kelinci saos brambang, telapak biruang
masak jahe dan kuah lidah ayam." Sipengemis cilik menoleh
kearah Kiam-ping tersenyum bangga.
Ternyata pelayan berdiri gemetar dengan muka meringis
kecut, matanya terbelalak bingung. Padahal Liok Kiam ping
pernah menjadi pembantu di restoran di waktu berkelana,
belum pernah dia mendengar nama-nama masakan seperti
yang di pesan pengemis cilik ini,
Melihat mimik pelayan hatinyapun geli, dia tahu bahwa koki
restoran pasti takkan mampu menyiapkan pesanan ini, maka
segera dia berkata: "Pergilah sampaikan kepada ciangkui,
sedapat mungkin, usahakanapa yang dipesan, masa kota
sebesar ini tak mampu membeli bahan-bahan yang diperlukan
itu."
Lalu Kiam-ping membujuk sipengemis, ”saudara tunggu
saja dengan sabar. Silahkan minum."
Tengah mereka bicara, atas dan bawah restoran ini tibatiba
sama geger, para tamu berteriak-teriak heran dan marahmarah,
seorang tamu diatas loteng mengumpat: "Maknya,
ciangkui, hai pelayan, kemana hidanganku yang dimeja tadi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Brak” tiba-tiba seorang lagi menggebrak meja serta
memaki:
"Kuntilanak. ciangkui keparat, mana udang basah dan
ayam gorengku, kenapa lenyap?"
Ternyata setelah keributan dibawah usai, para tamu yang
melihat keramaian ini putar balik kemeja masing-masing,
ternyata masakan yang mereka pesan telah lenyap tanpa
karuan paran, maka beramai-ramai mereka berkaok-kaok
hingga disana sini terjadi keributan pula..
Suara berat berkumandang ditang galoteng, ciangkui
memburu naik keatas dengan napas ngos-ngosan, dengan
muka cemberut dia berteriak: "Aduh mak. celaka aku
..habislah sudah."
Kedatangannya amat kebetulan bagi tamu-tamu yang
kehilangan hidangan diatas loteng, seorang tamu kepala gede
dekat tangga segera menjambret bajunya serta membentak:
"Kebetulan kau kemari ciangkui keparat, coba jawab, mana
hidangan semeja yang kupesan tadi?"
Ciangkui mengerling kemeja, dilihatnya piring mangkok
telah kosong sisa kuahnya saja sedikit, sekilas melongo segera
dia membentak: "Lho, bukankah sudah... sudah habis kau
makan-"
"Kepalamu botak." Maki tamu kepala besar sambil
mengetuk batok kepala ciangkui "Setan alas, tadi masih ada
setengah ayam panggang, dua hati-ampla, sepoci arak. hanya
kutinggal sebentar melihat keributan dibawah eh tahu-tahu
terbang tak karuan paran, kau pemi1ik restoran masih purapura
pikun, maknya, memangnya restoranmu ini gelap ?
"Betul. Hajar saja, ganyang ciangkui." Tamu-tamu yang
penasaran merubung maju main jotos dan tinju Karuan
ciangkui menjerit-jerit minta tolong seperti babi hendak
disembelih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping tidak tega, lekas dia maju melerai, waktu
naik ke loteng tadi, ciangkui juga sudah sesambatan, maka
segera dia keluar dan bertanya: "Ada apa ciangkui”
Melihat Liok Kiam-ping seperti mendapat pertolongan
sambil memeluk kepala ciangkui sembunyi kebelakangnya,
serunya:
”Kongcuya, nenek moyangku tujuh turunan, aku tidak ingin
hidup lagi, biarlah aku lompat dari atas loteng biar mati saja.'
Melihat muka orang benjut dan matang biru, air mata
bercucuran lagi Liok Kiam-ping jadi memelas. Mendadak
didengarnya suara gerutu serak itu pula: 'Aduh mak neneknya
tujuh turunan, kepala gundul ini juga tidak ingin hidup, biar
aku masuk ke dalam guci, masih sepagi ini tidak bisa tidur
maknya, biar aku mampus saja."
Lekas Liok Kiam-ping menoleh ke sana, dilihatnya ciangkui
gendut sudah memburu ke sana serta menyingkap gordyn.
kontan dia berteriak-teriak sesambatan: "oh, Thian, bangsat
keparat ini, biarlah aku mati saja. Hwesio busuk, pendeta bau,
anjing kurap pencuri kudisan- Biar aku adu jiwa dengan kau."
Ternyata diatas meja didepan si Hwesio bertumpuk
sedikitnya ada sepuluh guci arak tapi guci-guci arak itu sudah
kosong, mejanya penuh piring mangkok dan tulang-tulang
ayam serta kuah yang berceceran tidak karuan, Hwesio butut
itu sedang duduk ungkang-ungkang sambil memeluk guci
arak. matanya merem melek. sebelah tangan menggaruk jari
kaki, tangan yang lain menggaruk kepala. Dengan
menyeringai lebar dia berkata kepada ciangkui: "oho, ciangkui
yang terhormat kau juga tidak ingin hidup, bagus sekali biar
Pinceng sejalan ke akhirat bersamamu. Tapi belum sempurna
aku menikmati duniawi ini marilah kau ikut mencicipi, supaya
kau bisa bawa oleh-oleh untuk dihaturkan kepada Ji-lay-hud."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Habis bicara dia tarik tangannya yang menggaruk sela-sela
jari kaki serta dicelumnya terus disodorkan kemuka ciaugkui
pula.
Sungguh hampir pecah perut Liok Kiam-ping saking geli,
tapi dia tahan rasa gelinya melihat ciangkui sudah melotot
dengan beringas seperti hendak melabrak si Hwesio lekas dia
melangkah maju, katanya: "ciang kui, jangan kurang ajar
terhadap Taysu ini, ada urusan baiknya dibicarakan secara
damai"
Ternyata ciangkui masih mau menurut, katanya dengan air
mata meleleh: "Tuan muda, kau tidak tahu, Hwesio busuk
yang pantas mampus ini entah berapa kali sudah makan
minum direstoran kecilku ini. Pertama kali dia datang,
pelayanku melarang dia masuk, tapi dia keluarkan lima tahil
perak. seperti tuan besar naik keloteng serta minta makan
minum seharga lima ketip. sisanya dititipkan kepada kas,
maka kami melayani sewajarnya, tak nyana beberapa kali dia
datang pula sampai belasan bon bertumpuk. makin lama
hidangan yang dipesan makin banyak. habis makan cukup
teken bon terus tinggal pergi sambil tepuk pantat. Kalau kami
tidak menyambutnya, kuatir bon-bon yang terdahulu tidak
dibayar, kalau dilayani hutangnya semakin menumpuk.
celakanya setiap kali makan dia selalu garuk kaki dan
kepalanya yang borokan, baunya cukup bikin orang muntahmuntah,
hingga tidak sedikit tamu-tamu kami yang terusir
olehnya. Sering terjadi dia minta dua guci arak, tapi dia
mungkir katanya cuma minum satu guci, kenyataan memang
hanya satu guci kosong di atas meja, tak tahunya belakangan
waktu pelayan membersihkan loteng ini menemukan beberapa
guci kosong yang ditumpuk dibelakang gordyn.
"Itu belum selesai, restoranku ada menyimpan puluhan
guci arak yang paling baik kwalitetnya, tadi karena Kongcu
datang dan minta arak bagus maka kusuruh orang turun
kebawah tanah mengambil arak simparan itu, ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gucinya kosong araknya habis. Nah, kau lihat belasan guci
bertumpuk di sini, bukankah Hwesio busuk ini yang
mencurinya, manusia jahat, oh terkutuk kau. oh Thian,
bagaimana aku harus hidup selanjutnya."
Baru sekarang Liok Kam-ping jelas duduk persoalannya,
pikirnya: "Tak heran Hwesio ini terus tenggak arak tak habishabis,
perbuatannya juga terlalu, arak simpanan ternyata di
kuras seluruhnya." Diam-diam dia merasa keki dan kurang
simpati kepada Hwesio ini, apalagi dia juga tahu hidangan
tamu-tamu lain juga dia yang nyikat maka dia tarik ciangkui
dan berkata: "Sudahlah, jangan ribut, berapa rekening Taysu
ini, nanti biar aku yang melunasi."
Ciangkui terbelalak girang, katanya sambil menyeka air
mata: "Dan bon kedua dia mulai hutang enam ketip, bon
ketiga tujuh ketip. bon keempat delapan ketip dan seterusnya
makin bertambah dengan beberapa guci arak, tiga ayam
panggang, empat kati daging sapi, kesembilan teken bon
enam tahil... "
"Sudah, sudah, tak usah diuraikan satu persatu, total
jendral berapa rekeningnya ?", tukas Liok Kiam-ping tidak
sabar.
"Sampai hari ini dia sudah makan tiga belas kali dan belum
pernah bayar, maka jumlah seluruhnya adalah dua puluh
sembilan ketip, belum lagi lima belas guci arak empat guci
harganya empat ketip. dua guci lima ketip dan tiga guci enam
ketip jadi seluruhnya seharga tiga puluh empat tahil tiga
ketip."
"Maknya kurcaci, Ciangkui jangan kau menggorok leher
orang, memangnya ada orang mau bayar lantas kau ngoceli
seenak udelmu sendiri". Hanya sebelas kali aku makan di sini,
rekeningnya juga tidak lebih dari enam belas tahil lima ketip.
Lima belas guci arakmu itu juga belum jadi, banyak tercampur
air lagi, hanya dua guci yang boleh disebut arak tulen, berani
kau membual menguras kantong orang, memangnya urusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semudah itu diselesaikan?" Demikian umpat si Hwesio sambit
menegakkan leher dengan gaya duduk tetap tidak berobah.
"Sudah, sudah, anggap saja beres Ciang kui, lekas siapkan
hidangan pesananku, temanku sudah tidak sabar menunggu,
berapa rekening yang ada nanti kubayar seluruhnya” lalu
Kiam-ping tepuk-tepuk pundak Ciangkui mendorongnya turun
loteng, lekas dia putar balik serta memberi hormat kepada si
Hwesio: "Taysu mengutamakan kebajikan dan cinta kasih,
harap tidak lagi membuat perkara dengan orang-orang awam,
kalau sadi boleh silakan duduk semeja dan makan minum
lagi."
Hwesio kurus melerok kearah Ciangkui yang mulai turun
loteng serta berteriak:
"Neneknya si gendut, jangan-jangan matamu tumbuh
dileher, menghina orang beribadat, memangnya Pinceng tidak
punya uang. Nah, berapa hutangku kulunasi seluruhnya,
sisanya boleh kau bagi rata kepada para pelayan, tidak usah
dikembalikan." Sembari bicara dia merogoh kelengan baju
mengeluarkan segelondong besar uang perak ditaruh dimeja,
lalu menoleh kearah Kiam-ping serta tertawa lebar, katanya:
"Buyung kau mau mentraktir aku makan minum, bagus, sekali,
tapi aku punya semacam penyakit, yaitu tidak suka bercampur
dengan orang yang bersuara sumbang, manusia tengik yang
tinggi mata... nya, apalagi badannya yang berbau busuk aku
juga tidak mau dekat-dekat maka kupikir batal saja. Buyung,
bulu kambing tumbuh dibadan kambing, ulat arak dalam
perutku kembali menagih hutang. Hai, pelayan, ciangkui
gendut, bawakan dua guci lagi." Demikian si Hwesio ngoceh
sambil garuk-garuk kepala terus duduk menggelendot dinding,
lekas sekali sudah menggeros.
Sungguh tak kira bahwa Hwesio ini bertabiat aneh dan
kasar, sesaat Liok Kiam-ping berdiri melongo, akhirnya dia
putar balik ketempatnya, katanya tertawa kepada pengemis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cilik: "Maaf, bikin saudara menunggu terlalu lama." Setelah
tertawa pengemis cilik berkata:
"orang lain benci melihat tampangku, kenapa kau masih
mau mengundangku makan minum ?"
Liok Kiam-ping melenggong, dengan lekat-lekat dia tatap
orang dilihatnya pengemis cilik juga menatapnya dengan
seksama, wajahnya meski kotor tapi kelihatan Jenaka dan
molek, pipinya yang agak kurus, dengan sepasang bola mata
yang jeli dan bening, mulutnya kecil mungil kelihatan
memonyong memperlihatkan wataknya yang keras, ternyata
hidungnya juga mancung. Dari wajah pengemis cilik Liok
Kiam-ping memperoleh suatu firasat, yaitu hubungannya
dengan pengemis cilik ini harus blak-blakan, terus terang dan
tidak perlu sembunyi-sembunyi, apalagi munafik, karena sorot
mata orang sudah memberikan jaminan kepadanya bahwa
pengemis ini dapat dipercaya. Maka tanpa banyak pikir dia
berkata: "Aku justru tidak benci, maka aku undang kau
kemari, peduli amat dengan pandangan orang lain
terhadapmu."
Pengemis cilik tertawa, katanya: "Kau tidak takut orang
menggodamu sebagai anak bodoh, mentah-mentah ditipu
sehingga mentraktir aku makan minum."
"Ah, Siaute tak pernah punya pikiran demikian, apalagi aku
sendiri yang mengundang kau makan minum." Demikian
jawab Liok Kiam-ping lantang.
Tengah bicara tiba-tiba langkah orang yang berat berderap
di tangga loteng, Liok Kiam-ping menoleh bersama pengemis
cilik. Tampak serombongan orang telah naik keloteng yang
terdepan adalah seorang kakek berjenggot Panjang
menyentuh dada, meski rambut dan jenggot sudah ubanan,
tapi sorot matanya tajam, selintas pandang siapapun tahu
bahwa kakek ini seorang jago silat tinggi membekal lwekang
tangguh, tampak dia mengenakan pakaian kasar, sepatu
rumput, dandanannya mirip seorang nelayan- orang-orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dibelakangnya terdiri beraneka orang ada yang
bercambang bauk. ada busu muda, beramai-ramai mereka
menduduki beberapa meja, suasana jadi ramai karena
teriakan mereka yang memesan makanan-
Dari sela-sela gordyn Liok Kiam-ping mengintip keluar, tibatiba
gordyn tersingkap seorang pelayan masuk sambil
membawa nampan disusul dua pelayan lagi, masing-masing
membawa hidangan yang dipesannya tadi, setelah menata
hidangan diatas meja pelayan yang tertua menjelaskan:
"Tuan, hampir seketika kita jelajah baru berhasil menyiapkan
hidangan istimewa ini."
Liok Kiam-ping mengulap tangan suruh mereka lekas
keluar, lalu poci diangkatnya mengisi cangkir arak si pengemis
cilik, katanya tertawa: "Mari kita habiskan lagi secangkir ini."
"Ah, Siaute betul-betul tak berani minum banyak, harap
saudara memberi maaf." Tapi karena Kiam-ping sudah angkat
cangkir nya, terpaksa diapun ambil cangkir araknya serta
menghirupnya seteguk -saja. Katanya tertawa:
"Nah, mari kita cicipi masakan pesananku, koki restoran ini
entah pandai tidak menyesuaikan seleraku."
Liok Kiam-ping segera angkat sumpitnya serta mangisi
mangkoknya, katanya memuji:
"Hidangan ini memang istimewa, rasanya juga enak. bicara
terus terang baru pertama kali ini Siaute selama hidup
merasakan masakan masakan ini. Mari kusuguh secangkir
lagi.'
Karena dipuji pengemis cilik tertawa riang, katanya
perlahan: 'Apa betul kau suka makan hidangan ini ?"
"Ya, betul." sahut Liok Kiam-ping.
"Kalau kau suka, kelak bila ada kesempatan biar kumasak
untukmu, mau ?".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping melongo, katanya girang: "Sudah tentu
mau. Maaf ya, Siaute sampai lupa tanya siapa nama saudara
dan tinggal di mina ?"
Tiba-tiba merah mata pengemis cilik, katanya menggeleng:
"Rumahku jauh sekali akupun tak ingin pulang. Tentang
namaku, boleh kau panggil aku Pin-ji saja.'
Liok Kiam-ping heran, tanyanya, "Pin-heng, mana ada
orang punya rumah tidak mau pulang."
Tiba-tiba pengemis cilik tertawa lebar katanya: "Wah,
sayurnya sudah dingin. hayolah sikat, hidangan ini biasanya
paling suka kumakan-"
Melihat orang sengaja mengalihkan persoalan- Kiam-ping
tahu orang sengaja tidak mau membicarakan tentang dirinya
maka dengan tersenyum segera dia angkat sumpitnya serta
mulai makan dengan lahapnya.
Sementara itu orang-orang ditengah ruang masih ribut
berkelakar, tiba-tiba seorang bergelak tawa, suara serak keras
seperti gembreng pecah berkata: "Hahaha, orang she Ci
memang beruntung, ditempat ini dapat bertemu dengan Hankang-
ih-un Kongsun-loyacu marilah biar Cayhe menghatur
secangkir arak kepada kongsun-cianpwe."
Hadirin lantas tertawa berderai, lalu terdengar suara orang
tua serak berkumandang: "Mana berani, mana berani, lohu
mana boleh menerima penghargaan ini, terima kasih akan
penghargaan hadirin, baiklah secangkir ini kuhaturkan pula
kepada kalian-
Dari gordyn yang sedikit tersingkap Kiam-ping melihat
keluar, dilihatnya dimeja tengah ruang laki laki tua berdandan
nelayan tadi tengah angkat cawan berputar memberi hormat
kepada hadirin dengan tawa lebar, ternyata meja yang
tersebar di dalam ruang besar itu sudah dikumpulkan menjadi
satu baris ditengah ruang, hadirin beramai-ramai angkat
cangkir masing-masing serta tenggak habis bersama.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biasanya Kongsun cianpwe umpama burung bangau yang
tidak menentu dimana hinggap hidup bebas laksana dewa, kali
ini entah gerangan apa yang menyebabkan kau orang tua
terjun keduniawi, apakah kau orang tua juga menerima surat
undangan Thi-kiam Lau-ongya, maka jauh-jauh memburu
datang kemari ?" demikian tanya seorang laki-laki muka kelam
berjubah kuning.
"Benar, biasanya Lohu hidup bebas tidak terkendali, mana
boleh dibanding Jiheng yang masih muda dan banyak berjasa,
sejak berpisah dengan Lau-lote, sudah puluhan tahun, air
gelombang sungai yang dibelakang memang mendorong yang
didepan, yang hadir sekarang semua masih muda gagah
perkasa lagi, angkatan setua Lohu memang pantas cuci
tangan mengundurkan diri saja dari percaturan dunia
Kangouw." demikian ujar Han-kang-ih-un Kongsun Jin ong
sambil mengelus jenggot, sambil tertawa lebar dia berpaling
kearah seorang muda dengan ikat kepala dari kain hitam
berwajah bersih, tanyanya: "Bun hiantit, apakah ayahmu
selama ini baik-baik saja? Sudah sekian tahun tidak berjumpa,
sungguh kangen sekali."
"Berkat doa Cianpwe, selama ini ayah sehat walafiat, kali ini
ayah sedang sibuk oleh suatu pekerjaan, maka Siautit yang
diutus untuk menghadiri pesta ulang tahun Lau loyacu,
disamping untuk mencari pengalaman, beliaupun ada titip
sepucuk surat untuk disampaikan kepada Lau-loyacu..."
demikian jawab pemuda itu berdiri sambil menjura.
"Hahaha, ayah Ibun-heng adalah Seng-jiu-tok-liong (tangan
suci membunuh naga), biasanya suka keliaran entah karena
pusaka apa yang menyibukkan dia, kali ini dia tidak mau
meluangkan waktunya kesini." kata seorang laki-laki setengah
umur.
"Betul Ibun-loyacu punya hobby mengoleksi benda-benda
antik dan barang pusaka, dahulu seorang diri diapun meluruk
ke Jik-liong-tong membunuh Tok-kak-liong didasar laut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga namanya terkenal di Kangouw. Bukan mustahil kali
ini dimana muncul pula binatang raksasa yang mengandung
mestika telah diluruknya pula, untuk ini sudilah Ibun-heng
suka menerangkan-" demikian ujar seorang laki-laki mata
siwer duduk disamping pemuda she Ibun itu.
Karena ditanya pandangan seluruh hadirin tertuju kearah
dirinya pula, terpaksa pemuda she Ibun tersenyum, sekilas dia
menyapu pandang hadirin lalu mengawasi Ban-kang-ih-un,
katanya dengan nada berat: "Yang hadir disini termasuk
sesama kawan sehaluan, baiklah Ibun Kong memberanikan
diri memberikan penjelasan, tapi apa yang Cayhe tahu
sekarang juga tidak lengkap. mungkin belum memuaskan
hadirin- Soalnya berita yang ayah terima juga simpang siur,
kini sedang dicari kebenarannya..." dia batuk-batuk
mengawasi hadirin lalu menyambung: "Hadirin adalah insan
persilatan yang sudah berkecimpung di Kangouw, tentunya
juga sering dengar bahwa setengah tahun ini dunia persilatan
telah dibuat geger oleh munculnya Wi-liong-pit-sin-"
"Wi-liong-pit-sin ?" laki-laki muka kelam jubah kuning Ui inbun
berteriak kaget lebih dulu.
Melihat hadirin sama terbelalak dengan muka kaget dan
curiga, pelan-pelan Ui bun Kong manggut-manggut, wajahnya
kelihatan serius.
Sementara itu Liok Kiam-ping sedang menceritakan riwayat
hidupnya, tiba-tiba di dengarnya orang-orang diluar
membicarakan Wi-liong-pit-sin, seketika dia melenggong dan
menghentikan kisahnya.
Pengemis cilik sedang asyik mendengarkan kisah hidupnya,
mendadak orang menghentikan ceritanya, segera dia
mengerling, di lihatnya Liok Kiam-ping sedang mengintip
keluar dengan penuh perhatian-
"Kabarnya Wi-liong-pit-sin telah terebut oleh Ceng-sanbiau-
khek, apa betul?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di San-say aku juga mendengar kabar seorang yang
berjuluk Pat-pi-kim- liong dengan Wi-liong-ciang telah
memukul luka parah Ceng-san-biau-khek. Lain lagi, konon Patpi-
kim- liong adalah ahli waris Kiu-thian-sinlicng, entah benar
tidak ?'
Hadirin sama angkat bicara, yang dibicarakan menyangkut
Wi-liong-pit sin dan Pat-pi-sin-liong.
Karena Liok Kiam-ping membelalakan mata mengintip
keluar, maka pengemis cilik juga pasang kuping.
Terdengar Ui bun Kong menggoyang tangan dan tertawa,
katanya: ”Harap tenang sebentar, dengarlah lebih lanjut apa
yang kuketahui." Suara ribut lantas sirep. Ibun Kong
menggosok telapak tangan, katanya pula:
"Menurut berita yang tersiar memang Wiliong-pit-sin
terebut oleh Ceng-san-biau-khek, tapi tak lama ini seorang
murid Bu-tong ada yang turun gunung, konon ada seorang
pemuda berjubah hijau seorang diri meluruk ke atas gunung,
dengan tangan kosong dia mengalahkan Ceng-ciok Tojin,
Ciangbunjin yang berkuasa di Bu-tong-san sekarang, serta
beberapa murid terbesar Bu-tong-pay, ilmu yang digunakan
mengalahkan jago-jago Bu-tong kabarnya diperoleh dari Wiliong-
pit-sin, hal ini sudah cukup mengejutkan, lebih celaka
lagi katanya pemuda ini mengaku sebagai ahli waris Kiu-thiansin-
liong, sudah tentu pihak Bu-tong gempar dan kaget
setengah mati.
"Kebetulan, entah karena apa Ceng-san-biau khek juga
menyelundup ke Bu-tong mencuri obat mujarab pelindung Butong,
entah karena apa pula dia bentrok dengan Pat-pi-kimliong,
Ceng-san-biau-khek yang berkepandaian tinggi ternyata
dikalahkan dan lari dengan luka parah.”
Tiba-tiba pengemis cilik melihat mata Liok Kiam-ping
memancarkan cahaya benderang, diam-diam dia kaget dan
heran- Untung Liok Kiam-ping lekas sadar bahwa dirinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang diperhatikan pengemis cilik, lekas dia membalik sambil
tertawa, katanya angkat cangkir: "Ah, Pin-heng, maaf akan
sikapku yang linglung, Mari kita habiskan hidangan ini. Wah
sayang semua sudah dingin- Hai pelayan, hayo bawa kedapur
panasi lagi hidangan ini."
Pengemis cilik tersenyum manis, katanya:
"Ehm ya, hidangan sudah dingin. Sudahlah, masakan yang
terulang masaknya tidak enak rasanya. Pelayan, bikinkan lagi
hidangan baru seperti ini."
Hadirin sedang asyik mendengarkan cerita ibun Kong
tentang berita besar yang terjadi di Kangouw akhir-akhir ini,
karena gangguan ini mereka sama menoleh kemari, tampak
dua pelayan sedang menyelinap keluar membawa hidangan,
tiba-tiba dari arah lain berkumandang pula sebuah suara ribut
"Maknya, neneknya, hai pelayan, apakah hidangan itu akan
kalian buang. Lekas, lekas bawa kemari, kasihan kepada
bapakmu gundul ini, dikelenteng aku memelihara anjing liar,
sudah beberapa hari tidak diberi makan, biar hidangan itu
kubawa pulang untuk makanan anjing."
Perhatian hadirin kembali ketarik kesana, tampak dibalik
gordyn yang tersingkap seorang Hwesio kurus berjubah butut
dengan kepala penuh borok tengah duduk ungkang-ungkang,
jari tangannya tergigit, dengan matanya yang jelilatan
mengawasi hidangan diatas nampan pelayan, air liurnya
sampai bertetesan.
"Neneknya, hidangan yang dipesan si buyung memang
sedap. dahulu waktu bapak gundul ini sembunyi didapur
istana setengah bulan hidangan apa tak pernah kurasakan,
mana lebih sedap dari hidangan yang empat macam ini,
neneknya keparat, sungguh bapak gundul amat menyesal,
kenapa dulu harus meyakinkan Tong-ci-kang segala, kalau
tidak biar aku pelihara rambut menjadi preman, tanggung
dapat bini melahirkan seorang nikoh cilik." Lalu terdengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulutnya berkecek melalap hidangan yang diberikan pelayan
suara ocehannya tak terdengar lagi.
Sudah tentu Liok Kiam-ping tertawa geli batinnya. "cianpwe
ini memang Jenaka, tapi juga rusuh, sudah kuundang dia
makan bersama tidak mau, sekarang pakai alasan memelihara
anjing segala ? Hahaha." Makin dipikir tak tertahan dia tertawa
bergelak. Melihat dia tertawa pengemis cilik ikut tertawa,
matanya tetap mengawasi lekat-lekat. Tiba-tiba orang-orang
diluar sama menjerit heran dan kaget, seorang berteriak:
"He, kemana Hwesio malas tadi? "Aah, baru saja masih
makan hidangan yang akan diberikan pada anjing liar."
Lekas Kiam-ping menyingkap gordyn, dilihatnya hadirin
sama melongok ketempat duduk si Hwesio, tapi kecuali
tumpukan guci arak dan empat piring, di sana tidak kelihatan
lagi bayangan si Hwesio, bayangan Hwesio malas itu ternyata
telah lenyap.
Baru saja dia hendak berbangkit tiba-tiba terasa dibelakang
ada angin kesiur di susul bau apek yang menyesak hidung,
lekas Kiam-ping berpaling, tampak diatas jendela dipinggir
meja duduk bertengger Hwesio malas itu, dengan memicing
kedua matanya orang tengah tersenyum lebar kepadanya.
Lalu dengan mata berkedip Hwesio malas berkata kepada
pengemis cilik: "Setan cerdik, jangan main gara-gara, buyung
ingin aku tanya, apakah kau datang dari tempat yang hawa
panas itu "
Agaknya pengemis cilik melengak. tapi dia pura-pura
bodoh, tanyanya: "Hwesio gede, pakaianku yang tipis penuh
tambalan lagi, di mana ada tempat panas, pengemis ini jadi
ingin kesana supaya tidak kedinginan.”
Ternyata hwesio malas juga melengak. tapi tiba-tiba dia
manggut-manggut seperti memahami sesuatu, katanya: "o, ya
aku tahu, wah, bagus, legakan saja, tapi... " tiba-tiba dia
berhenti sambil melongok keluar lalu berdiri dan berkata lirih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan mata memicing: "Buyung, lain kali kalau ada hidangan
sedap jangan lupa panggil aku, kalau tidak. hehe, awas ya."
Dengan sikap misterius sengaja dia berkedip kepada Liok
Kiam-ping tiba-tiba angin berkesiur, bayangannya tahu-tahu
sudah lenyap.
Menyaksikan gerak gerik orang begitu gesit dan tangkas
Liok Kiam-ping melongo sekian lamanya, akhirnya dia
pandang pengemis cilik penuh tanda tanya, karena dia tidak
habis mengerti apa yang dibicarakan tadi, tapi pengemis cilik
hanya tertawa manis saja.
Suara Ui bun Kong berkumandang pula dengan lantang:
"Sudahlah cianpwe itu adalah orang kosen yang tidak sudi
bercampur dengan kita orang-orang rendahan, kenapa di buat
heran. oh, ya sampai di mana ceritaku tadi ?"
"Sampai ceng-san-biau-khek melarikan diri dengan luka
parah," sambung seorang lain.
"Ya, betul betul, kalian tentu tidak menduga bukan. cengsan-
biau-khek ternyata adalah murid Ham-sin-leng-mo iblis
tua dari Ham-ping-kiong di laut utara itu." demikian tutur Ibun
Kong dengan bangga.
"Ham-sin-leng-mo ?" seorang tiba-tiba menjerit kaget.
"Betul, bahwa muridnya terluka parah oleh murid Kiu-thiansin-
liong. sudah tentu
Ham-sin-leng-mo mencak-mencak gusar, segera dia
keluarkan Ham-giok-ling, sesumbar hendak meluruk ke
Tionggoan menuntut balas kepada Pat-pi-kim-liong (naga
emas delapan lengan)."
"Ya, hal ini telah menggemparkan kaum Bulim di enam
propinsi utara. apakah Ham-sin-leng-mo sudah masuk
keperbatasan- Waktu aku datang dari Kang-lam, aku
mendengar berita ini, tapi apakah hal ini ada sangkut pautnya
dengan ayahmu?" tanya seorang hadirinTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Ah, kenapa Khong-ping-heng jadi gelisah. Persoalannya
memang di sini. Sebelum Ham-sin-leng-mo memasuki
Tionggoan, ayah sudah memperoleh kabar, katanya ceng-sanbiau-
khek mendapat perintah gurunya Ham sim-leng-mo akan
meluruk ke Te-sat-kok yang berada dibelakang gunung Butong
mencari harta pusaka yang terpendam di sana."
"Te-sat-kok ? Apakah Te-sat-kok yang dijaga oleh Tokko cu
itu?"
"Betul, menurut apa yang dikatakan pihak Bu-tong, Pat-pikim-
liong juga pernah masuk Te-sat-kok. entah kenapa, dia
bisa ke luar dengan hidup, Tentunya hadirin tahu bagaimana
aturan busuk nenek tua yang aneh itu. Tak nyana ada kalanya
larangannya terlanggar juga."
"Lalu siapa yang memperoleh harta pusaka dalam Te-satkok
itu Pat-pi-kim- liong atau ceng-san-biau-khek ?"
"Menurut berita yang tersiar di Kangouw dalam lembah itu
ada tersimpan tiga bilah pedang mestika dan buku
pelajarannya, kecuali harta pusaka yang tak ternilai digagang
pedang masing-masing dihiasi sebutir mutiara besar. Menurut
hasil penyelidikan ayah, tidak pernah dipergoki ada orang
keluar membawa harta pusaka, namun diperoleh suatu
kejadian yang aneh... " sampai di sini nada suara Ibun Kong
lebih berat dan tertekan, matanya menyapu seluruh hadirin,
lalu meneruskan, "Ditengah perjalanan waktu ayah menuju ke
ouw-pak. ternyata beliau menemukan Tokko cu yang belum
pernah meninggalkan Te-sat-kok. entah karena apa tiba-tiba
dia muncul disebuah penginapan di ow-pak."
"Hoo, apa benar ?" hadirin menjerit kaget dan heran.
Liok Kiam-ping mendengarkan juga berjingkat kaget, air
mukanya berobah, matanya terbelalak. sungguh dia hampir
tak kuasa mengendalikan gejolak perasaannya. karena sejauh
ini dia masih menguatirkan luka-luka atau keselamatan orang
baju hitam yang berwatak eksentrik itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Porsoalan bukan hanya itu saja. Konon pihak Hong-lui-bun
di Thiam-lam juga mengutus orangnya ke Kanglam, tujuannya
mencari Pat-pi-kim- liong, karena Wi-liong-pit-sin milik Kiuthian-
sin-liong itu adalah milik pihak Hong-lui-bun."
"Hah... " hadirin kembali berseru kaget.
Wajah Liok Kiam-ping pucat pasi, keringat dingin menghiasi
jidatnya, kedua tangannya meraba-raba mainan kalung
didepan dadanya. Sudah tentu pengemis kecil yang duduk
didepannya makin melongo, karena kaget dan takjub,
Tanyanya: "Apa yang kaurogoh didada mu?"
Liok Kiam-ping tertawa getir, geleng-geleng tidak
menjawab, ternyata mendengar pihak Hong-lui bun mengutus
orang hendak mencari dirinya, tiba-tiba dia tertawa riang,
tangannya lantas mengelus mainan kalung atau Hiat- liongling,
lencana kebesaran yang dipegang ciangbunjin Hong-luibun.
Tak nyana tiba-tiba tawanya beku, jari-jari tangannya
gemetar, matanya terbeliak karena Hiat- liong- ling mainan
kalung yang tergantung didapan dadanya entah mengapa
mendadak lenyap. masih segar ingatannya, waktu dihotel tadi
dia masih keluarkan mainan kalung serta diperiksanya dengan
seksama. Tapi kenyataan sekarang Hiat- liong- ling telah
lenyap. karuan hatinya ciut, jantung berdebar-debar.
Dikala ia melenggong itulah tangga loteng kembali
bergetar, maka hadirin kembali menjadi ramai saling sapa:
"Ha, Biau-jiu-sip-coan, angin apa yang meniupmu kemari ?"
Tergerak hati Liok Kiam-ping, dari celah-celah gordyn dia
melongok keluar tampak diatas loteng bertambah seorang
laki-laki setengah umur, tulang pipi menonjol, muka kurus
dengan kepala diikat kain Busu matanya menyapu pandang
hadirin- ternyata dia tidak hiraukan tegoran orang banyak.
"Biau-jiu-sip-coan, Biau-jiu-sip-coan (Sip coan si tangan
jail)? Ah, ya, pasti dia." Melihat laki-laki bertulang pipi tinggi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini bernama Biau-jiu- Sip coan, dia bukan lain adalah laki-laki
yang tadi menginjak kakinya dijalan raya tadi, begitu
mendengar nama Julukan Biau-jiu (tanganjail) lantas Kiamping
ingat siapa orang ini. seketika amarah membakar dada,
bergegas dia berdiri, tapi mendadak didengarnya suara
Hwesio malas menggerutu pula: "Maknya, anjing kurap. baru
sekarang kau kemari... hidangan lezat yang kusediakan
untukmu sudah kuganyang habis... maknya kurcaci, anjing
kurap. wah, sedaaap."
Mendengar suara ini Biau-jiu Sip coan kontan berubah
pucat, seperti melihat setan dia gemetar ketakutan, dengan
langkah lebar dia memburu kearah datangnya suara. Begitu
menyingkap gordyn melihat Hwesio malas duduk ungkangungkang
sambil menggeros lekas dia tekuk lutut terus
menyembah, serunya: "Hamba punya mata tidak tahu
tingginya gunung, berbuat salah terhadap Sian-su, mohon
Sian-su memberi ampun, ampun.' Lalu dia menyembah pula
berulang-ulang sampai jidatnya membentur lantai.
Sudah tentu hadirin sama kaget dan berjingkrak berdiri,
betapapun mereka tidak percaya bahwa Sip coan si tangan jail
ternyata terlutut dan menyembah minta ampun kepada
Hwesio kurus Celutak yang suka gegares ini.
Ditengah tatapan heran orang banyak tiba-tiba Hwesio
dekil itu mernbalik tubuh sambil menggeliat, mulutnya
mengigau: 'Neneknya anjing, sia-sia kau punya mata anjing,
melihat orang juga tidak kenal orang sendiri.'
Karuan Biau-jiu Sip coan melenggong lekas dia berpaling,
dilihatnya tak jauh dibelakangnya seorang pemuda jubah
putih, perawakan kekar gagah, dengan tatapan tajam orang
tengah mengawasi dengan sorot marah sekilas dia tertegun,
burn-buru dia merangkak maju serta menubruk kedepan kaki
orang kini dia berlutut didepan Liok Kiam-ping wajahnya pucat
berobah merah, hitam lalu pucat lagi, sesaat lamanya
mulutnya megap-megap tak mampu bicara, setelah tenangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri baru dia bersuara gemetar: 'Siang Bu-thian alias Sip coan
murid Hong-lui-bun generasi kedelapan menyampaikan
sembah hormat kepada ciangbun, mohon ampun akan
kekurang ajaran tadi, mohon ampun."
Begitu merasakan Hiat- liong- ling yang selalu tergantung
didadanya lenyap dicuri orang, Liok Kiam-ping sudah gusar
bukan main, kini melihat laki-laki setengah umur bermata
elang yang menginjak kakinya dijalan raya tadi muncul, dia
lantas tahu bahwa barang miliknya pasti dicuri orang ini, tak
nyana tahu-tahu orang berlutut didepannya minta ampun dan
mengaku murid Hong-lui-bun pula, karuan Kiam-ping berdiri
melenggong rasa gusar lenyap seketika, akhirnya dia
mengulap tangan dan berkata: "Baiklah, kau boleh berdiri, aku
tidak mengusut kesalahanmu."
Mendengar kesalahannya tidak diusut dan diampuni dosadosanya,
bukan kepalang senang hati Biau-jiu-sip-coan, lekas
dia melompat berdiri, merogoh kantong mengeluarkan suatu
benda, dengan kedua tangan dia haturkan benda itu kepada
Kiam-ping, serunya: "Inilah .. inilah medali emas milikmu
ciangbun."
Kiam-ping menerima benda itu, memang betul adalah Hiatliong-
ling miliknya, sedikit manggut terus disimpan dalam
bajunya.
"Hah, Hong-lui ciangbun.” tiba-tiba seseorang berteriak.
hadirinpun ikut gempar.
Derap langkah kembali berdentam ditangga loteng, lekas
sekali muncul seorang laki-laki tua setengah berlari, mukanya
merah berjubah kuning dengan ikat pinggang merah. "He,
Sang-jiu-king-thian (tangan tunggal menyanggah langit) Tanloyacu."
seorang laki-laki berpakaian kembang lantas
mengenali laki-laki tua yang baru datang,
"Hahaha, selamat bertemu, selamat bertemu. Tak nyana
begini banyak orang berkumpul di sini. Tolong tanya kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hadirin apakah kalian pernah melihat pengemis cilik
berpakaian compang camping ?" setelah bergelak tawa lakilaki
tua jubah kuning menjura kepada hadirin.
Pengemis cilik. Hal ini lantas berkelebat dalam benak Kiamping.
"Tan-losiok-siok. Apa kau orang tua mencari aku?" Entah
kapan pengemis cilik berdiri dibelakang Kiam-ping dan
bersuara sambil tersenyum kepada laki-laki tua jubah kuning.
Tahu-tahu laki-laki tua jubah kuning berkelebat, serunya
dengan tawa riang: "Haha, betapa susah aku mencari kau.
Anak sayang. keponakan perempuan sayang...”
"Paman-marilah pergi." Lekas tukas pengemis cilik.
"Aduh. Sayang mau kemana kau. Hai." Teriak laki-laki
jubah kuning sambil memburu kearah jendela terus melompat
turun mengejar pengemis cilik.
"Pin-heng, kemana kau. Hai tunggu." Melihat pengemis cilik
tiba-tiba menerobos jendela tinggal pergi, buru-buru Kiamping
berteriak memanggil, lekas diapun menyeplos keluar
lewat jendela.
Seorang laki-laki bengis mencoba menghadang, namun
Kiam-ping hanya menggetarkan sedikit tangan kanannya
kedepan, serangkum angin kuat menerpa laki-laki bengis itu.
Karuan pecah nyalinya, buru-buru dia menunduk sambil
mengayun balik tangan menyerang dengan cambuk. tapi
mulutnya seketika menjerit ngeri, tubuhnya tersungkur
kedepan dengan batok kepala pecah, darah muncrat
menyiram jalan raya, tubuhnya rebah didepan kudanya
sendiri.
Liok Kiam-ping menyeringai dingin, setelah mengebas
lengan baju dia siap beranjak pergi.. Sementara itu manusia
berjubel dipinggir jalan, tiba-tiba banyak orang menjerit kaget
sambil memandang kuatir kearah dirinya, sekilas Kiam-ping
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melenggong, di dengarnya kuda dilarikan kencang mendatangi
dari jalan raya didepan sana. cepat sekali muncul beberapa
orang menunggang kuda. Kiam-ping mendengus hidung dan
berdiri tegah menanti.
Segera rombongan berkuda itu sudah dekat,
penunggangnya berseragam coklat berlompatan turun, satu
diantaranya yang berjenggot pendek agaknya pemimpin
mereka, maju beberapa langkah dia menjura serta menegor
Liok Kiam-ping: "Siapa tuan ini ? Kenapa kau membunuh
anggota Pang kita?"
Tampak oleh Liok Kiam-ping tampang orang-orang itu
bengis dan garang, selembar daon bambu tampak terselip
diatas ikat kepala laki- laki jenggot pendek sebagai tanda
pimpinan rombongan, dengan menyeringai dingin Kiam-ping
balas bertanya: "Tuan sendiri siapa ? Kenapa anak buahmu
diumbar melukai orang seenak udelnya sendiri ?"
Pertanyaannya meniru nada ucapan orang namun suaranya
lebih dingin dan ketus. Agaknya laki-laki itu tidak menyangka
bakal balas ditanya serupa itu, sesaat dia berdiri bingung.
sekilas dia menoleh mengawasi teman-temannya lalu
memandang kedua teman yang menggeletak binasa ditengah
jalan- Agaknya tahu diri bahwa pihak sendiri yang salah, maka
dengan mengerut alis dia menjura pula kepada Liok Kiamping,
katanya
"cayhe Pek-pou-yu-hun (sukma gentayangan seratus
langkah) ong Lui, anak buah Seng-lotangkeh dari ceng-tiokpang
yang berkuasa didaerah San-say, atas perintah kami
menunaikan suatu tugas di selatan, bahwa anak buahku
kesalahan tangan melukai orang, pasti akan dihukum sesuai
undang-undang perserikatan kami, tapi tuan sendiri turun
tangan membunuh mereka, untuk ini sudilah tuan memberi
keadilan-"
---ooo0dw0ooo---
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tegak alis Liok Kiam-ping, dengusnya:
”Jangan tuan anggap remeh perbuatan anak buahmu,
sewenang-wenang membunuh orang dosanya pantas dihukum
mati, tidak mendengar nasehat lagi, turun tangan hendak
membunuhku pula. Bahwa kematiannya itu cukup setimpal"
Pek-pou-yu-hun ong Lui naik pitam, alis tebalnya berkerut,
katanya sambil mengacung cemeti ditangan: "Bagus, tuan
juga bertindak seenak udelmu sendiri, biarlah aku yang
rendah menyaksikan sampai dimana kepandaianmu, bicara
begitu takabur."
Tiba-tiba tangannya meuyendal cemeti panjang
ditangannya melingkar-lingkar diatas kepalanya, tenaga sudah
dikerahkan akan mengayun cemeti, namun mendadak dia tarik
kembali tenaga serta berteriak: "Tunggu sebentar."
Lalu dia berpaling kebelakang dan berkata pada salah
seorang anak buahnya: ”Li Yan gak. bawa para saudara dan
antarkan Kimling itu ke Jian-lui-ceng langsung diserahkan
kepada Lau-ongya, sesuai pesan Tang keh, sampaikan
omonganya. Sebentar aku akan menyusul ke sana. Lekas
berangkat"
Laki-laki bernama Li Yan-gak mengiakan serta memberi
aba-aba kepada teman-temannya, semua cemplak
kepunggung kuda siap pergi.
”Tunggu dulu." Bentak Liok Kiam-ping, mendengar ong Lui
suruh anak buahnya menyerahkan Kim-ling (lencana emas)
kepihak Jian-liu-ceng, tergerak hati Liok Kiam-ping, maka dia
berseru mencegah.
Orang-orang yang sudah bercokol dipunggung kuda
serempak menoleh Pek-pou-yu-hun ong Lui pun berdiri
melongo, dengan siaga dia menarik muka, katanva: "Mau apa
kau?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku ingin tanya, barang apa yang akan kalian antar ke
Jian-liu-ceng ?"
”Hm, apakah tuan tidak keterlaluan, jangan kau
mencampuri urusan kami.” Demikian ancaman Ong Lui.
"Memang nya kau tahu persoalan tiada sangkut pautnya
dengan aku, kenapa aku tidak boleh turut campur ?" Kiamping
balas menjengek.
"Kau... " Ong Lui tergagap karena tidak menduga akan
jawaban Kiam-ping, air mukanya berobah, "Siapa kau
sebenarnya, berani mempermainkan aku ?"
"Aku adalah aku. Setelah kau menjelaskan hal itu pasti
kujelaskan siapa aku," Demikian ujar Kiam-ping dengan
tatapan tajam.
Sesaat lamanya Pek-pou-yu-hun berdiri melenggong,
akhirnya dia batuk-batuk dan berkata: "Baiklah, hal ini
memang tidak perlu dirahasiakan- Nah dengarkan- Permulaan
bulan ini markas pusat Pang kita di san-say menerima Hamgiok-
ling dari Ham-sin-leng-mo di Ham-ping-kiong dilaut utara,
perintah menyatakan kami harus mencurahkan seluruh
kekuatan kaum Liok-lim (kaum begal) di enam propensi utara
untuk menemukan jejak Pat-pi-kim-liong yang pernah melukai
ceng-san-biau-khek. seluruh golongan kita perintahkan pula
untuk siap-siap membuka jalan, bukan saja Ham-sin-leng-mo
sendiri yang akan hijrah ke selatan, sekaligus beliau pun
menantang kepada Kiu-thian-sin-liong.
Begitu menerima perintah ceng-tiok-pang kita segera
bekerja keras, mengingat Jian-liu-ceng yang dikuasai Laungoyacu
disini adalah markas cabang Hwe-hun-bun sekte
utara, Lau-ngoyacu berpengalaman dan punya hubungan luas,
maka kami diperintahkan kemari menyampaikan Ham-giokling.
Nah sekian saja keteranganku, sekarang giliranmu
menjawab pertanyaanku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping tersenyum, katanya kalem: "Lho, bukankah
aku sudah menjawab?'
”Kau... " Pek-pon-yu-hun garuk-garuk kepala kebingungan,
mendadak dia tersentak kaget serunya dengan mata terbeliak:
"Kau inilah Pat-pi-kim- liong ?"
"Hehehe, banyak terima kasih, terserah bagaimana kalian
akan menjuluki diriku, biarlah anggap sebagai kehormatan-"
ujar Liok Kiam-ping mengebas lengan baju terus bersoja.
Anak buah Ong Lui sama menjerit kaget dan jeri, ada yang
hampir jatuh dari punggung kuda. Lekas ong Lui menjura
dengan muka serius "Nama besar tuan memang sudah
menggoncangkan Kangouw, mehon maaf bahwa tadi kami
berlaku kurang hormat. Sebagai seorang laki-laki pantang
menjilat ludahnya sendiri, tantangan sudah kuajukan meski
bukan tandingan aku tak pernah mengerut alis, mohon tuan
sudi memberi pelajaran-"
Bahwa lawan masih berani ajak bertanding setelah tahu
asal usul dirinya, diam-diam Liok Kiam-ping memuji
keberaniannya dengan tersenyum dia menggeleng, katanya:
"Lekas kalian pergi saja, Aku tidak akan mencari setori
dengan kalian- cuma sampaikan pesanku, suruh mereka
menyampaikan tantanganku kepada iblis tua dari laut utara
itu, kapan saja dia datang pasti akan kusambut dengan
tangan terbuka. Demikian pula kepada ceng-san-biau-khek,
katakan bahwa Pat-pi-kim- liong akan menuntut balik barang
yang telah dicurinya."
Orang-orang ceng-tiok-pang melongo sekian lamanya,
akhirnya Pekpou-yu-hun ong Lui mengangguk seperti
menyadari suatu hal dia menjura, anak buahnya di suruh
mengangkut dua mayat saudara mereka terus tinggal pergi
tanpa banyak bicara lagi.
Kiam-ping tunggu setelah rombongan itu pergi jauh baru
beranjak pelan-pelan, dalam hati dia membatin: "Ha, kapan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku pernah bermimpi, suatu ketika aku bakal diberi julukan,
banyak orang terkejut mendengar jukanku. Hm, Ham-sin-lengmo,
ceng-san-biau-khek, marilah kemari, akan kuganyang
mereka satu persatu." Belum pernah dia merasa hatinya
seriang ini, tanpa sadar ingin dia menggerak lengan bersuit
panjang. Untung lekas dia sadar akan keadaan sekelilingnya,
lekas sekali jalan raya ini kembali ramai sebagaimana
biasanya, orang-orang yang teriuka ketumbuk kuda tadipun
sudah ditolong orang, maka pelan-pelan Kiam-ping putar
badan tinggal pergi tanpa hiraukan orang-orang yang
memandangnya dengan kagum.
Pandangan Kiam-ping sendiri tidak lepas menyelidik kearah
orang banyak mencari jejak pengemis cilik atau laki-laki tua
jubah kuning, tapi dia kecewa karena yang diharapkan tidak
tercapai. "He, kenapa aku jadi ketarik pada pengemis cilik
itu?" Siapa dia? Siapa pula laki-laki tua jubah kuning yarg
bergelar Siang-jiu-king-thian ?" Kiam-ping bingung, dia tidak
mengerti kenapa amat simpati terhadap pengemis cilik itu.
mungkin karena riwayat pengemis hampir mirip dengan
penderitaan hidupnya, demikian pikirnya.
Kiam-ping langsung kembali ke Eng hiong kip, dia merasa
perlu tanya kepada Thi-jiau-kim-pian tentang asal usul Thiciang
Lau-ngoya, baru akan bertindak apa yang harus dia
lakukan- "Siapakah Hwesio malas itu ? Yakin dia seorang
kosen aneh. Agaknya Biau-jiu-sip-coan juga punya nama di
Kangoaw, dia mengaku sebagai anggota Hong-lui-bun. Haha,
lucu, murid Hong- lui- bun ternyata berani mencuri lencana
kebesaran ciangbun Hong-lui-bun-" Tanpa merasa Liok Kiamping
tertawa sendiri. Maka dia berkeputusan setelah menemui
Thi-jiau kim-pian dan diajak meluruk ke Jian-liu-ceng.
"Akan kuproklamirkan dihadapan mereka bahwa Pat-pi-kim
liong adalah Ciangbunjin Hong-lui-bun." Demikian batin Kiamping
pula sambil beranjak cepat-cepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba dari arah depan mendatang sebuah kereta ditarik
tiga ekor keledai, yang menjadi kusir kereta bukan lain adalah
paman angkatnya Thi-jiau-kim-piam Sun Bing-ci, tapi
disampingnya duduk pula seorang laki-laki brewok.
Agaknya Sun Bing-cijuga sudah melihat dirinya, lekas dia
menarik kendali menghentikan kereta, "Lekas naik." Baru saja
Liok Kiam-ping menjura dan menyapa Sun Bing-ci telah
mendesaknya, walau merasa heran, tanpa banyak bicara Liok
Kiam-ping terus melompat keatas kereta.
"Tar." Sun Bing-ci ayun cemeti membedal keledainya,
kereta meluncur cepat ke depan-Roda mengeluarkan suara
ramai di jalan raya yang berbalok batu berpadu dengan tapal
keledai sehingga kedengaran nyaring. orang-orang yang jalan
ditengah jalan sama menyingkir kepinggir, tidak sedikit yang
memperhatikan tiga laki laki menunggang kereta yang
berbeda dandanan ini. Seorang laki-laki setengah bungkuk
berwajah kuning seperti petani, laki-laki brewok yang
bertubuh tegar bermuka kereng dan pemuda sekolahan baju
putih.
Sepanjang jalan mereka tiada yang bicara beberapa kali
Kiam-ping ingin bertanya, tapi melihat sikat Sun Bing-ci yang
serius seperti kuatir dan prihatin, dia urungkan niatnya.
Lekas sekali kereta sudah keluar kota, Lok-yang jauh
ketinggalan dibelakang.
"Kiam-ping." Akhirnya Sun Bing-ci bersuara, "tahukah kau
kenapa sejak tadi aku tidak bicara denganmu"?"
Kiam-ping melongo, geleng-geleng kepala,
"Biar kuberitahu, saudara ini adalah keponakan Bu-jipekmu,
dikalangan Kangouw di juluki Lik-su-cui Bu Wi-pin, kalian
boleh berkenalan, kelak satu sama lain harus saling
membantu," demikian ujar Sun Bing-ci menuding laki-laki
brewok lalu menyambung, "Bu-hiantit, pagi tadi sudah
kujelaskan kepadamu, tidak perlu kubicarakan lagi.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki brewok tertawa lebar kepada Kiam-ping, sapanya
ramah: "Liok-heng masih muda sudah berjasa besar, Siaute
sungguh amat kagum." Lalu dia menjura.
"Ah, mana, selanjutnya mohon Bu-heng suka memberi
petunjuk." Ujar Kiam-ping. Laki-laki brewok ternyata ramah
dan periang, Kiam-ping merasa cocok dan simpati padanya.
Thi-jiau-kim-pian celingukan sebentar, melihat tiada orang
dia berpaling menyingkap kerai bertanya kedalam kabin kereta
"Lan-ci, bagaimana keadaan adikmu?"
Kiam-ping ikut berpaling, dilihatnya pemuda yang dihajar
babak belur itu rebah didalam kereta. kepalanya masih
dibalut, mukanya juga benjol-benjol biru, matanya terpejam,
agaknya sedang pulas. Nona berkuncir duduk disamping,
sahutnya sambil angkat kepala, ”Khing-te barusan tidur
paman-" Sahut gadis itu. Tanpa sengaja pandangannya
bentrok dengan tatapan Kiam-ping, lekas dia melengos
dengan muka merah.
"Lan-ci, nama yang indah. Jadi nona berkuncir ini bernama
Sun Lan-ci." Demikian batin Liok Kiam-ping.
"Kiam-ping, apa yang kau lamunkan?" tiba-tiba Sun Bing-ci
menegor.
"Ha, tidak apa-apa." Kiam-ping tergagap.
"Hm," Sun Bing-ci geleng-geleng tidak mengerti, lalu
berkata kepada laki-laki brewok: "Wi-pin, sekarang boleh kau
ceritakan secara ringkas tentang persoalan pamanmu kepada
Kiam-ping." lalu dia menggeser tempat duduknya bertukar
arah dengan Bu Wi-pin.
Liok Kiam-ping hanya mengawasi mereka berdua dan
bingung.
Setelah batuk-batuk Bu Wi-pin tersenyum, katanya
"Saudara Kiam-ping, yakin kau merasa heran akan sikap kami
barusan, biarlah Siaute jelaskan-"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berhenti lalu celingukan, "sejak kecil ayah bundaku sudah
meninggal. maka aku dibesarkan oleh It-tio-liong Bu-jisiok,
karena seorang diri susah mengurus aku, maka Bu-jisiok
mengirim aku ke Kun-lun san, waktu aku turun gunung,
kebetulan Bu-jisiok kalah bertanding melawan seorang iblis
dari luar perbatasan, sehingga beliau mengundurkan diri dari
percaturan dunia persilatan- Sejak itu Ji-siok suruh aku
mengembara mencari pengalaman, syukurlah aku tidak
menyia-nyiakan pendidikan perguruan, dengan sebatang palu
godam aku malang melintang di enam propinsi utara, akhir
kali aku menjatuhkan Kim-to Pang Mo, tidak sedikit pula
gembong penjahat ditujuh propinsi selatan yang kukalahkan,
termasuk Hian-thian-kaucu Bun Hoan-gay sehingga aku di
juluki Lik-su-cui (Martil raksasa), tapi dibanding kau saudara
Kiam-ping kemampuan dan apa yang kucapai bukan apa-apa."
Lalu dia tertawa bingar sambil mengawasi Liok Kiam-ping.
"Laki- laki jujur dan sahaja," demikian batin Liok Kiam-ping,
kesannya lebih baik.
"Tahun itu aku pulang untuk merayakan tahun baru
dirumah Ji-siok, atas petunjuk Ji-siok aku disuruh
menyelundup ke Hwe-hun bun mencari tahu berita Swanhong-
it-kiam, yaitu ayahmu, entah bagaimana nasibnya,
karena waktu itu pihak Hwe-hun-bun mengerahkan anak
muridnya mencari jejak ayahmu."
Karena menyinggung ayahnya Kiam-ping mendengarkan
penuh perhatian, matanya mendelik terang.
"Waktu itu Siaute seorang bekerja mencari kabar kemanamana,
tapi tiada yang tahu dimana jejak Liok-cianpwe, tanpa
terasa setengah tahun telah berselang. dari mulut seseorang
Siaute mendapat kabar bahwa Hwe-hun-bun-cia ciangbunjin
Hwe-hun-bun telah menemukan ayahmu serta memukulnya
sampai luka parah. orang yang memberitahu kepadaku itu
mengaku bernama Suma Liang bergelar Tiong siau-kiam-khek.
Waktu itu keadaannya amat lesu, loyo dan patah semangat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
badannya penuh luka-luka, luka dalamnya lebih parah lagi,
waktu kutemukan dia berada disebuah selokan gunung, buruburu
Siaute menolongnya dan memberi pengobatan.”
Sampai disini dia menoleh, dilihatnya pancaran cahaya
mata Liok Kiam-ping lebih tajam lagi, didengarnya Liok Kiamping
menggumam: "Suma Liang, Tiong-siau-kiam-khek, Suma
Liang ? Suma Ling-khong..."
"Kau kenal dia ?" tarya Bu Wi-pin.
"Tidak " Kiam-ping menggeleng, tiba-tiba dia pegang
lengan Wi-pin. "Akhirnya bagaimana ? Lanjutkan ceritamu..."
"Untuk membuktikan kebenaran cerita itu, Siaute pernah
naik ke Bu-ling-san di Gikpak tapi penyelidikan nihil, tiada
yang kuperoleh. Namun beberapa tahun yang lalu waktu
Siaute hadir dalam perjamuan seorang sahabat tanpa sengaja
kudengar bahwa pihak Hwe-hun-bun waktu mengudak Swanhong-
it-kiam dulu, katanya urusan itu menyangkut seorang
gagah disekte utara yang bergelar Thi-ciang Lau Koan-ni,
yaitu pemilik atau penguasa Jian-liu-ceng sekarang Thi-ciang
Lau-ngoya."
Sekilas dia melirik Kiam-ping lalu melanjutkan- "Lao Koan-ni
pernah bertemu beberapa kali dengan Bu-jisiok. waktu itu dia
sudah menjabat Tong-cu yang berkuasa disalah satu cabang
Hwe-hun-bun di sekte utara. Maka setelah hal ini kulaporkan
kehadapan Bu-jisiok, aku disuruh terus menyelidiki secara
diam-diam, tak lama kemudian seorang perempuan setengah
baya yang buntung sebelah lengannya seorang diri meluruk ke
Bu ling-san menantang Hwe-hun-cun-cia.
Ternyata perempuan setengah baya itu tak karuan
parannya, tiada orang tahu nasibnya, tiba-tiba tersiar bahwa
perempuan lengan buntung itu meluruk ke Bu-tong minta obat
tapi gagal, celakanya dia terpukul luka parah oleh para Tosu
Bu-tong, beruntung waktu itu seorang pemuda juga meluruk
ke Bu-tong mengaku putera perempuan itu, seorang diri dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memukul jatuh Bu-tong Ciang bun, sebelum pergi secara
demonstratip dia melancarkan Wi-liong-sin kang yang pernah
menggetarkan Kangouw..."
Melihat Liok Kiam-ping mendengar kisahnya penuh
perhatian, Bu Wi-pin batuk-batuk lalu melanjutkan: ”Keadaan
waktu itu, karena Liok-lote sendiri juga mengalami tentu kau
lebih jelas dari Siaute. Tapi satu hal mungkin Liok-lote tidak
tahu, yaitu sejak Bu-tong-ciangbun mengeluarkan perintah
menangkap Pat-pi-kim-liong, demikian pula Han-ping-kiong
dilaut utara juga mengeluarkan Han-giok-licng untuk
meringkus Pat-pi-kim-licng juga, ternyata Lau-ngoya kelihatan
sibuk, beberapa hari ini dia menyebar juga undangan untuk
merayakan limapuluh tahun hari lahirnya, orang-orang
Kangouw tidak sedikit yang diundang, aku yakin dibelakang
pesta ulang tahunnya itu ada tersembunyi hal-hal yang patut
dicurigai..."
Bu-jisiok juga menerima undangannya, Diam-diam beliau
sudah berkeputusan untuk menepati undangan itu, tanpa
masuk kesarang harimau mana bisa mencari tahu seluk beluk
musuh, maka dua hari yang lalu beliau sudah berangkat ke
Jian-liu-ceng, Selama beberapa tahun ini hubungan beliau
dengan Lau-ngoya cukup baik, keluar masuk Jian liu-ceng
leluasa, tiada orang yang merintangi penyelidikannya secara
diam-diam ternyata memperoleh hasil, beliau mendapatkan
suatu rahasia.."
Sampai disini Bu Wi-pin tutup mulut, karena dilihatnya tak
jauh disebelah depan dijalan raya muncul beberapa bayangan
orang yang menuju kemari.
Thi-jiau-kim-pian yang diam saja sejak tadi tiba-tiba
mengayun cemeti membedal keledai lebih cepat, dengan
gagang cemetinya dia menyendal kerai yang tersingkap
sehingga tertutup,
Lekas sekali beberapa penunggang kuda telah dibedal
lewat disamping kereta, debu tebal beterbangan memenuhi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
udara. Sekilas Liok Kiam-ping menangkap bayangan mereka,
yaitu kawanan ceng-tiok-pang yang bentrok dengan dirinya
dikota tadi, agaknya mcreka juga melihat Liok Kiam-ping, dua
orang bersuara kaget dan heran, tapi cepat sekali mereka
sudah lewat kebelakang dan pergi jauh.
"Waktu amat mendesak. biarlah Siaute meringkas
ceritanya." Demikian ujar Bu Wi-pin setelah penunggang kuda
itu pergi jauh. "Waktu itu Siaute juga pernah masuk ke Jianliu-
ceng, Ngo-jiau-eng Ling Kong-hiap congkoan dari
perkampungan itu adalah kenalan baikku, maka akupun bisa
keluar masuk secara bebas. Begitu Bu-jisiok mendapat bukti
surat-surat hubungan rahasia pihak Hwe-hun-cun-cia dengan
Thi-ciang Lau-ngoya, secara diam-diam Siaute lantas di suruh
pergi ke ouw-lam menemui Sun-supek menjelaskan perihal
itu... ”
”Waktu itu aku sudah meninggalkan ow-lam, maka Wi-pin
tidak menemukan aku" Thi-jiau-kim-pian yang berdiam sejak
tadi tiba-tiba menimbrung lagi, ”Tadi baru Wi-pin pulang dan
bertemu di Eng-hiong-kip. dia jelaskan semua persoalannya
kepadaku, Karena daerah ini termasuk kekuasaan Thi-ciang
Lau Koan-ni, maka sepak terjang kita harus hati-hati,
Sekarang aku sendiri akan pergi ke Jian-liu-ceng, bila perlu
bisa membantu Bu Kim. Kiam-ping Hiantit, satu hal perlu aku
berpesan kepadamu, keadaannya sekarang belum jelas,
musuh ditempat gelap kita ditempat terang, segala
sesuatunya tidak boleh gegabah, setelah waktunya baru kita
boleh unjuk diri, dendam sakit hati orang tuamu, kau sendiri
yang harus membalasnya."
Lalu dia menerawang keadaan sekelilingnya serta
menambahkan kepada Bu Wi-pin, "Wi-pin, Sesuai apa yang
pagi tadi kukatakan kepadamu, hati-hatilah kau melindungi
Lan-ci dan Lan-khing ke barat bersama Kiam-ping, pergilah ke
Heng-kik menemui cong-piau-thau Wi-wan Piaukiok Thi-jibeng
Pui Thian-tek setelah urusan di sini beres, segera aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyusul kalian ke sana, urusan cukup genting, sekarang juga
kalian harus berangkat."
Kebetulan tiba di persimpangan jalan tiga, dia belokkan
kereta kekiri lalu menghentikan kereta, katanya kepada Kiamping:
"Kiam-ping barang-barangmu yang kau tinggal dihotel
biar aku yang mengurusnya, patuhi pesanku, lindungi kedua
saudaramu dan langsung ke Heng-kik menemui Thi-ji-beng
(elang sayap besi), karena putra Pui Thian-tek yang bernama
Pui kin-wi, adalah calon suami Lan-ci, sejak kecil waktu masih
dalam kandungan mereka sudah merangkap jodoh- Baiklah,
kita berpisah disini."
Lalu dia serahkan cemeti kepada Bu Wi-pin, setelah
menepuk pundaknya terus melompat turun.
”Paman..”seru Liok Kiam-ping.
"Ada apa?" tanya Thi-jiau-kim-pian sambil membalik tubuh,
dilihatnya mata Liok Kiam-ping merah dan mewek-mewek
hendak menangis.
Sampai di sini dia merandek menelan air liur, ”Dendam
orang tua terukir dalam sanubariku, sebagai seorang putra
yang memikul tugas mulia ini, mana dapat hidup tentram
sebelum sakit hati ini terbalas, untuk itu tak perlu aku takuttakut
dan bertindak main sembunyi, paman dan para saudara
sudah giat bekerja dan susah payah ikut membantu
betapapun Kiam-ping tidak boleh berpeluk tangan saja, Kiamping
bertekad membunuh musuh dengan kedua tangan
sendiri, betapapun paman jangan menempuh bahaya seorang
diri."
Tegak alis Thi-jiau-kim-pian, katanya dengan nada serius: "
Kiam-ping, pandanglah pamanmu, apakah aku ini orang yang
takut mati ? Bukan begitu maksudku menyuruh kau pergi,
soalnya saatnya belum matang, sebelum terbukti bahwa Thiciang
Lau Koan-ni ada hubungan dengan Hwe-hun-cun-cia
sehingga Swan-bong-it- kiam celaka ditangan mereka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapapun kita tidak boleh bertindak sembarang. Kau baru
berkecimpung di Kangouw pengalaman cetek. walau kau
membakal Wi-liong-sin-kang, betapapun harus bertindak hatihati.
orang-orang jahat kaum persilatan serba licik dan licin,
kau jelas takkan kuasa menghadapi keganasan mereka,
mengingat betapa berat dan penting tanggung jawab mu,
maka tak boleh sembarang menyerempet bahaya, kalau kau
mengalami sesuatu sebelum berhasil, apakah kau mampu
bertanggung jawab kepada kedua orang tuamu di alam baka
?"
Melihat Kiam-ping tertunduk dengan air mata berkaca-kaca,
setelah berhenti sejenak dia menambahkan dengan nada agak
kalem:
”Memikirkan kepentinganmu, kuharap kau tidak lupa
dendam orang tua, bakarlah semangatmu, arahkan
kecerdikanmu, tiba saatnya akan kuberi kesempatan kau turun
tangan sendiri. Dan lagi hubungan kami dengan Lau-ngoya
masih baik, kehadiranku di Jian-liu-ceng yakin tidak akan
berbahaya. Bila paman dan Bu-jisiok berhasil mendapatkan
buktinya, belum terlambat kubeber persoalan ini. Ooh, ya,
hampir lupa aku memberitahu kepadamu, guru Thi-ciang Lau
Koan-ni ber-nama It-hou-cu adalah Susiok ayahmu, waktu Lau
Koan-ni berkelana di daerah utara pernah berkenalan dan
punya hubungan baik dengan putra kedua Hwe-hun-cun-cia
yang bernama Leng Pwe-kiat, sudah cukup sekian saja, waktu
sudah mendesak. lekas kalian berangkat."
Sambil melambai tangan Thi-jiau-kim-pian Sun Bing-ci
segera putar tubuh tinggal pergi.
Liok Kiam-ping menggigit bibir, setelah tarik napas dia
membusungkan dada. Pemuda brewok Wi-pin mengayun
cemetinya, "Tar..." keretapun bergerak berlari kedepan,
meninggalkan debu kuning yang beterbangan ditiup angin
lalu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agak basah juga kelopak mata laki-laki muka kuning alias
Thi-jiau-kim-pian Sun Bing-ci, pelan dia turunkan tangan
sambil menghela napas, setelah membetulkan pakaiannya
tiba-tiba dia menjejak tanah, tubuhnya meluncur kencang
kedepan-
Sekejap setelah bayangannya lenyap.
Ditempat di mana tadi dia berdiri tiba-tiba berkelebat
bayangan satu orang, Tampak orang ini berjubah biru,
mengenakan ikat pinggang kain merah. Sorot matanya tajam,
Thay-yang-hiat di kedua pelipisnya tampak merongkol besar.
Dengan bertolak pinggang dia mengawasi bayangan
punggung Thi-jiau-kim-pian, tiba-tiba menyeringai sambil
mendengus dingin, terkulum senyum sinis yang sadis diujung
bibirnya, setelah membanting kaki cepat diapun mengudak ke
sana.
Tak pernah terpikir olehnya, bahwa tak jauh dibelakang
pohon dimana dia berdiri, ada sepasang mata jeli tajam
tengah memperhatikan gerak geriknya pula, sepasang mata
yang tersembunyi dibalik cadar hitam, tangan orang ini
tampak memegang sebatang seruling putih panjang tiga kaki
bentuknya agak aneh.
---ooo0dw0ooo---
Kereta keledai itu berlari dalam kecepatan sedang
meninggalkan taburan debu yang membumbung di angkasa,
meninggalkan dua jalur bekas roda di tanah kering yang
berderu tebal. Pemuda brewok agaknya seorang periang yang
pegang kendali sambil berdendang dan bernyanyi, tak pernah
dia mau peduli akan kehidupan yang serba sulit ini.
Liok Kiam-ping duduk setengah tidur ditempat kusir,
pandangannya lantang ketanah tegalan yang membentang
luas tak tercapai ujung pangkalnya, sementara temannya
masih terus tarik suara, dia melamun, pikirannya melayang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jauh menyusuri pengalaman hidupnya selama ini. Pemuda
sakit masih tidur nyenyak. nona kuncir juga duduk tenang
didalam kereta memainkan kuncir panjang yang menjuntai di
depan dada, kepala tertunduk wajah merah jengah, entah apa
pula yang tengah dipikir dalam hatinya.
"Wi-pin-heng," tiba-tiba Liok Kiam-ping tersentak dari
lamunannya, " ingin aku bicara dengan kau."
Tiba-tiba dari pinggir jalan sana terdengar pula seorang
berdendang meniru nyanyian yang dibawakan si brewok.
"Ha, Wi-pin-heng," Kiam-ping berjingkrak berdiri, "Maaf,
Siaute teringat suatu urusan penting. Boleh kalian berangkat
dulu, segera aku menyusul kalian-.. " Sebelum mendapat
jawaban dia melompat turun terus lari ketanah tegalan sana.
"Hai, hai, Liok-lote, kenapa kau ? Mau ke mana ?" teriak
Wi-pin.
"Hai, Liok-toako... " nona berkuncir juga melongok keluar
ikut memanggil dengan kedua mata berlinang air mata.
Tapi Kiam-ping seperti tidak mendengar suara mereka,
dengan kencang dia lari ke sana,
"Lan-ci, biarlah dia pergi, kita lanjutkan perjalanan, Lioktote
mungkin ada urusan biar nanti dia menyusul didepan”
demikian ujar Wi-pin lalu membedal keretanya pula.
"Hihi, hahaha... " debu masih bertaburan, entah dari mana
tiba-tiba muncul seorang Hwesio berjubah dekil banyak
tambalan, kepalanya yang gundul tumbuh borok, bernanah,
tapi tepat diubun-ubun kepalanya berderet tiga baris sembilan
titik hitam selomotan dupa. Memandang kearah Liok Kiamping
yang berlari-lari ditengah tegalan dia melelet lidah serta
membuat mimik setan, sambil menjinjing jubah pelan-pelan
dia mengudak ke sana.
"Lho, kemana dia, aneh ?" sementara itu Kiam-ping tengah
berdiri diatas gundukan tanah celingukan, hanya rumput
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak tak kelihatan bayangan orang. Pada hal waktu dia
duduk diatas kereta tadi, jelas dia melihat Hwesio tua pemalas
yang membuat onar direstoran dikota Lokyang itu tengah tidur
diatas batu ditanah tegalan ini, menirukan dendang si brewok
menarik perhatiannya.
"Perduli pada dia, biar aku menyusul ke Jian-liu-ceng saja,
supaya tidak terlambat menyusul mereka." demikian pikir
Kiam-ping. Tapi begitu dia membalik sambil angkat kepala
keanehan tiba-tiba muncul didepan matanya, hampir dia tidak
percaya akan apa yang dilihatnya, tapi ini kenyataan, tak jauh
didepannya seorang tengah berlari-lari kecil sambil menjinjing
jubahnya, siapa lagi kalau bukan Hwesio kurus pemalas
tukang gares hidangan orang?
"Lo-cianpwe." serunya terus angkat langkah mengejar.
Tapi Hwesio tua itu seperti pikun tidak merdengar
panggilannya. sambil kedua tangan menjinjing jubah kakinya
berlari-lari enteng sejauh delapan tombak didepannya.
"Ha, dia sedang menguji aku." demikian pikir Liok Kiamping,
bangkit semangatnya, segera dia tancap gas menjejak
kedepan dengan luncuran kencang, langkahnya seperti air
mengalir mega mengambang, tubuhnya melesat bagai anak
panah.
Tapi, Hwesio tua didepannya tetap menjinjing jubah dan
berlari-lari kecil, tidak kelihatan dia bergaya atau
mengerahkan tenaga, tapi jaraknya tetap delapan tombak di
depan Kiam-ping.
"Ah, Ling-khong-lei-toh." . Serta merta langkah Kiam-ping
agak mengendor, kiranya dia Hwesio Siau-lim-si." Akhirnya
Kiam-ping berhenti.
"Hiiiihi, hahaha." Tahu-tahu Hwesio kurap didepan itupun
berhenti dan tengah melambai tangan kepadanya, apa boleh
buat Kiam-ping angkat pundak serta menghampiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha, buyung, tidak jelek. lekas beritahu kepada Hwesio
rudin. Apakah ilmu yang kau yakinkan itu kau peroleh dari Sa
Kiu si bocah itu?" setelah Kiam-ping didepannya Hwe siomalas
tertawa dan menegur.
"Siapa? Sa Kiu ? Siapa itu Sa Kiu?" Kiam-ping terbelalak
heran.
"Siapa ? Bukankah kungfumu kau pelajari dari Kiu-thiansin-
liong Sa Kiu bocah itu ?" Hwesio malas bertanya dengan
terbelalak.
"Kiu-thian-sin-liong? Bocah siapa ? heran-" Kiam-ping
makin bingung.
"Sontoloyo. Dulu waktu Hwesio rudin ini masih kecil jadi
kacung membawakan poci teh untuk cosuya, bocah itu masih
ingusan dan suka ngompol dan bobrok. apa salahnya kalau
aku anggap dia masih bocah ?" demikian omel si Hwesio
sambil melorok.
”Jadi... kau... cianpwe... " Kiam-ping garuk-garuk kepala,
mata terbeliak mengawasi Hwesio rudin, sungguh dia tak mau
percaya bahwa Hwesio tua kurus Jenaka ini ternyata berusia
lebih seabad.
"Hiihi." Hwesio malas tertawa menyengir sambil memicing
mata, hidungnya yang besar merah mendengus- dengus
seperti congor babi membuat gerakan dan mimik yang lucu,
lalu dari kantongnya dia merogoh segelondong perak
diangsurkan kepada Kiam-ping, katanya: "Nah, ini uangmu,
sebagian kuambil untuk membayar rekening restoranneneknya
sesungguhnya aku harus terima kasih kepada
maling cilik itu, kalau tidak karena dia, mana Hwesio rudin ini
bisa makan gratis dari uangmu"
Kiam-ping tahu bahwa uang itu memang miliknya, maka
tanpa sungkan dia menerima nya, dia maklum apa yang telah
terjadi, maka tidak banyak bicara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak muda berkeliaran di luar harus hati-hati, Jangan kau
kira kau pandai main cakar ular lantas malang melintang di
Kangouw, bila bertemu dengan maling neneknya, mungkin
jiwa sendiri ambles juga tidak kau sadari" demikian Hwesio
rudin memberi nasehat dengan nada sungguh-sungguh.
"Mungkin maling cilik itu melihat tampangmu memang mirip
manusia, maka sengaja menginjak kakimu. Begitu kau
perhatikan senyumannya, tanpa kau sadari barangmu telah
digerayangi. Hm, kalau Hwesio rudin ini tidak memergoki
perbuatanmu, memangnya aku sudi turut campur."
Melihat mimik Kiam-ping meringis lucu hatinya jadi girang,
serunya pula, "Buyung, tahukah kau bagaimana aku
menghajar adat maling cilik itu? Haha haha."
Kiam-ping tahu 'maling cilik' yang di maksud adalah Biaujiu-
sip-coan, memang dia tidak habis mengerti cara bagaimana
Hwesio rudin ini mempermainkan Biau-jiu-sip-coan sehingga
maling jail ini tunduk dan patuh melihat si Hwesio seperti
melihat nenek moyangnya.
Didengarnya Hwesio rudin bicara, ”Hm, melihat uang perak
segede itu dirogoh dari kantongmu, aku si tua bangka ini
menjadi mengiler. Padahal dahulu waktu Hwesio rudin
sembunyi didalam Bu-lung-tiam cosuya mencuri makan
manisan pun tidak buang tenaga sedikitpun, itupun belum
apa-apa, cukup sebuah jari Hwesio rudin ini berputar, barangbarang
simpanan dalam kantong maling cilik itu lantas pindah
kekantong buanaku ini. Tapi berbuat jahat tidak bajik,
betapapun Hwesio rudin ini harus menanam budi dan kenal
kasihan, lencana kebesaranmu itu tetap kutinggal dalam
kantongnya, sekalian aku tinggalkan juga kulit borok kepalaku
didalam kantongnya, hahaha, coba pikir lucu tidak?” Lalu dia
garuk-garuk pula kepalanya yang borokan-
Hampir Kiam-ping muntah saking mual tapi Hwesio rudin
malah berteriak. 'Neneknya moyang, buyung. Kau berhasil
menemukan pengemis cilik tidak?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Dia... ya, sekarang Wanpwe juga sedang mencarinya.”
"Bohong, barusan kulihat kau main mata dengan cewek
dalam kereta itu.” Hwesio rudin pura-pura marah sambil
menarik muka,
”Ah, mana... aku... " Kiam-ping gelagapan
"Kau apa ? Lekas pergi, carilah pengemis cilik itu dan
serahkan kepada Hwesio rudin, ketahuilah cacing dalam perut
Hwesio rudin sudah berontak. lekas cari dia."
"Lha, kemana Wanpwe harus mencarinya.?" Kiam-ping
kebingungan-
"Goblok. tumpul, telur busuk. memangnya kau tidak bisa...
oh" Setelah memaki kalang kabut Hwesio rudin sendiri juga
kebingungan,” neneknya, kalau tidak pergilah cari laki-laki
berjenggot baju kuning itu, hajar pantatnya, kalau dia tidak
datang, pengemis cilik juga tidak akan lari. Maknya kurcaci."
"Bocah berjubah kuning berjenggot pendek, Siapa ?
Maksudmu Siang-ciu-king-thian ?"
"Betul, bocah keparat itu. Neneknya, melihat bulu kera
disekitar mulutnya, aku jadi geli, nanti bila kepergok
ditanganku, boleh kau cabut beberapa lembar bulu keranya
itu.”
"Mencabut jenggotnya ? Wah.” Kiam-ping melotot
mengawasi Hwesio rudin.
”Ya, cabut bulu keranya. Neneknya melihat bulu panjang
itu Hwesio rudin jadi gatal, dulu disiniku juga tumbuh bulu
halus, celakanya untuk makan minum aku jadi susah dan
kerepotan- Neneknya, kalau bulu tidak basah kena kuah, nasi
berhamburan mengotori jubahku, Eh, kau kan tahu biasanya
aku orang tua paling suka kebersihan, maka saking gemas aku
cabuti semua bulu keraku, heheheilahahaha.” demikian
kelakar Hwesio rudin sambil meraba dagu sendiri sambil
meram melek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah lucu juga." ujar Kiam-ping geli, tapi alisnya bertaut.
"Hahaha,... he, buyung, kenapa kau mengerut alis ? Apa
kau takut atau tidak mampu, kan gampang, nah, cukup begini
dan begini haha, aku yakin kau pasti dapat mencabut
beberapa lembar bulu keranya itu, ha haha." Lalu dia
mendekat dan bisik-bisik dipinggir telinga Kiam-ping sambil
kaki tangan bergerak-gerak. akhirnya dia tertawa besar
dengan lantang.
Liok Kiam-ping mendengar dan asyik memperhatikan
gerak-gerak si Hwesio, gerakan kocak tapi belum pernah dia
melihatnya, sekilas dia melongo, tanpa sadar dia ikut bergelak
meniru gerak-gerik orang.
"Betul, ya begitu, ha ha hi, lucu sekali bila bulu keranya
tercabut habis, dia akan dinamakan kera plontos. Ha ha ha
waduh perutku mules Hweshio rudin mau buang air besar,
buyung, selamat bertemu... ha ha ha... "
Sambil memegang celana membuka kolor Hweshic rudin
berlari kearah gerombolan rumput. Liok Kiam-ping masih
mengerut kening membayangkan beberapa gerakan tadi kian
dibayangkan makin aneh lucu tapi juga terasa lihay, sesaat dia
melenggong sementara itu Hwesio rudin sudah menyelinap
hilang tak kelihatan lagi bayangannya.
"Wah, betul-betul hebat... lucu .. dan menyenangkan- ha
ha, bagus." Tanpa terasa Liok-kam-ping terkial-kial geli sambil
tepuk tangan kegirangan- Ditengah gelak tawanya, badannya
melesat kencang menuju ke Jian-liu-ceng.
Menjelang lohor, mentari bercokol ditengah angkasa, debu
mengepul tinggi dijalan raya diluar kota Lokyang yang menuju
kebarat. Beberapa penunggang kuda tampak membedal
kudanya keluar kota.
Dua ekor kuda tampak berlari pesat ke arah barat, dua
penunggangnya masih muda, terdengar seorang berkata:
"Suheng, sudah hampir sampai bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Em, ya, tidakjauh lagi," sahut sang suheng.
"Suheng, nah lihat, bukankah itu Jian-liu-ceng?" yang
bertanya ternyata seorang nona penunggang kuda hitam.
"Ya, betul." sahut sang Suheng dengan suara rendah.
Lekas sekali mereka sudah tiba di depan sebidang hutan
pohon Liu yang rindang, lapat-lapat tampak tembok tinggi
ditengah kerumunan-pepohonan lebat disebelah sana.
Memasuki hutan jalanan disini mulai dilandasi batu-batu krikil
yang lembut, dlujung jalan sana berdiri megah sebuah pintu
gerbang perkampungan-
Pagar temboknya tinggi beberapa tombak. dibilangan luar
pohon tumbuh subur dan rindang, rumah-rumah tampak
dibangun berlapis-lapis di bagian dalam tembok.
Rumah-rumah di dalam tampak dipajang warna-warni,
suasana riang gembira, jelas perkampungan sedang diliputi
suasana ramai bahagia. Perkampungan ini bukan lain adalah
Jian-liu-ceng atau perkampungan ribuan pohon liu yang
terkenal di Kangpak.
Pintu gerbang perkampungan terbuka lebar, manusia
tampak hilir mudik keluar masuk, puluhan centeng
berseragam hijau berpakaian rapi berderet didepan pintu
sambil membusung dada, mereka bertugas menyambut para
tamu-tamu yang datang serta mengantar kedalam.
Lekas sekali kedua penunggang kuda itu sudah membedal
kuda mereka didepan pintu gerbang, mendadak tali kendali
ditarik sehingga kuda meringkik sambil melonjak berdiri
dengan kaki belakang.
"Haya, Lat-pa-kiu-king telah tiba, maaf tidak menyambut
darijauh, silahkan, silahkan-" Seorang laki-laki berjubah biru
yang berdiri didepan pintu segera menyapa sambil menjura,
laki-laki ini bermulut besar berbibir tebal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki gede penunggang kuda itu memang benar adalah
Lat-pa-kiu-king (tenaga kasar menjunjung sembilan hiolo),
sesuai perawakannya yang tegap dengan daging otot yang
merongkol, suaranyapun rendah berat berisi, terasa betapa
kuat tekanan kata-katanya "Aai mana berani, orang She Shin
datang bersama Sumoay, mohon maaf." Setelah balas
menyura dia menunjuk gadis penunggang kuda bersepatu
tinggi dibelakangrya, " Inilah Sumoay ku Ang-ji-to sat (
dedemit sayap merah ), karena mengagumi kebesaran nama
nama Lau-cengcu, sengaja ikut kemari akan menyampaikan
sembah sujud."
Laksana segumpal api saja, gadis satu ini berpakaian serba
merah menyala, pakaian sari yang membelit ketat tubuhnya
yang ramping semampai, montok berisi lagi, kulit dagingnya
begitu putih halus dan lembut bagai susu, matanya bundar,
alisnya lentik, hidung tegak dan bibir merah sedikit menjengkit
naik menandakan wataknya keras dan aleman- Berdiri didepan
kuda sambil bertolak pinggang, bergaya lagi laksana bintang
panggung layaknya.
"Haya, sungguh kurang hormat, nama besar Nona Cin
sudah tersiar luas dikalangan
Kangow, sungguh beruntung orang She Li hari ini dapat
menyambut kehadirannya disini, mari silahkan, silahkan masuk
." Demikian sambut laki-laki jubah biru sambil menyilakan
tamunya masuk ke perkampungan, dua orang laki-laki sudah
maju menerima kendali kuda serta menuntunnya ke samping.
Setelah balas memberi hormat, Lat-pa-kiu-king bersama sang
Sumoay beranjak masuk. Seorang centeng berjalan didepan
menunjukkan jalan-
---ooo0dw0ooo---
Agaknya perjamuan sudah dimulai di balairung yang besar,
para tamu sudah kumpul disana disambut tuan rumah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pestapun telah dimulai, suasana begitu ramai dan meriah,
wajah setiap orang cerah dan gembira, orang orang Jian-liuceng
tiada yang tidak repot semua berjalan lancar sesuai
rencana.
Diujung serambi panjang disebelah timur balairung, tampak
seorang laki-laki jubah biru tengah mondar mandir sambil
menggendong tangan, ikat pinggang kain merah tampak
menyolok, sikapnya yang gelisah tampaknya sedang
menunggu sesuatu dengan tidak sabar, namun dia berusaha
bersikap wajar seperti lagi iseng sambil longok-longok
kesekitarnya. Tiba-tiba dia bergegas memapak maju serada
menjura kepada seorang laki-laki muka kuning berdandan
petani yang mendatangi, sapannya: "Hah, Thi-jiau-kim-pian,
Sun-loyacu, cayhe Ngo-jiau-eng Ling Kong hiap adalah
kenalan baik Wi-pin-heng, sudah lama kudengar nama
besarmu, baru hari ini aku bersua disini, sungguh beruntung,"
Thi-jiu-kim-pian yang sedang menyusuri serambi panjang
itu kelihatan melengak. tapi segera dia paham dan balas
menjura, katanya tertawa: "Masa begitu. Ngojiu-eng juga
telah ternama di kangou, mana berani Losiu mendapat
penghormatan ini, beruntung juga losiu berkenalan dengan
tuan ." Lalu dia tertawa lebar sambil menjura, dikala tubuhnya
membungkuk itulah tiba-tiba dia berkata lirih "Ling-heng,
barusan . , ."
Laki-laki kurus jubah biru segera menegakkan jarinya
didepan mulut sambil mendesis, setelah celingukkan tidak
nampak orang dia berkata gugup: "Rahasia It-tio-liong Bu-jiya
sudah konangan, sekarang dia disekap dipenjara bawah tanah
di belakang perkampungan..."
"Hah ?" laki-laki muka kuning berjingkrak kaget.
"Urusan amat mendesak. Lau-ngoya sekarang berada di
balairung menyambut kedatangan murid terbesar Hwe huncun-
cia Ang-hun-jit-sian (megah merah berkelebat tujuh kali)
Leng Pwe-ing. Penjara bawah tanah kini hanya dijaga oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiau Le dan Beng Liang, biar aku ketaman belakang
menunggumu, disana kita berunding lagi dan bertindak
melihat gelagat."
Habis berbisik laki-laki jubah biru menjura lagi lalu berkata
keras: "Silahkan Sun-loyacu tunggu sejenak. setelah cayhe
membereskan pekerjaan, pasti akan kutemani kau orang tua."
Sebelum dijawab Thi-jiau-kim-pian, buru-buru dia tinggal
pergi dengan langkah lebar.
Laki-laki muka kuning melenggong beberapa kejap
ditempatnya, mendadak matanya bersinar, tinjunya terkepal
gemas dan gegetun, melihat sekelilingnya tiada orang,
dilihatnya perjamuan sedang meriah dibalairung, bergegas dia
meninggalkan tempat itu,
Begitu bayangannya lenyap dibalik tembok. dari belakang
gunung-gunungan tak jauh dari serambi panjang itu tiba-tiba
muncul dua orang, seperti laki-laki kurus tadi, merekapun
berjubah biru dengan ikat pinggang kain merah. Kedua orang
ini beranjak keluar dengan tertawa saling pandang, yang dikiri
adalah laki-laki setengah umur dengan jenggot pendek. sambil
menjengek dia berkata kepada temannya: "He, muslihat kita
cukup lancar, inilah yang dinamakan tipu mengundang tuan
masuk perangkap Hehehe."
"Betul, memang bagus, permainan sandiwara Hoan-thian-ju
(tikus langit jumpalitan) memang mirip sekali. Tua bangka
sebatang kara itu juga kena ditipunya, Haha."
Keduanya lalu tertawa latah dengan gembira, laki-laki jubah
biru disebelah kanan membalik tubuh melangkah
kepekarangan belakang, temannya yang berjenggot pendek
berdiri diam mengawasi punggungnya sejenak. akhirnya dia
melangkah kedalam balairung sambil menggendong tangan-
Ditengah balairung, seorang laki-laki tua muka merah
tengah angkat sebuah medali perak berisi arak yang cukup
besar, dengan senyum lebar ia berputar menyapu hadirin,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dandanannya mirip seorang hartawan, jubahnya serba kuning
emas, dibagian tengah tersulam sebuah huruf "Siu" atau
panjang umur yang besar dengan dipelinti benang hijau
pupus, mengenakan topi beludru segi empat, hingga rambut
samping saja yang kelihatan sudah ubanan. Sambil bergelak
tawa dia ajak hadirin menghabiskan arak masing-masing.
Serempak hadirin menyambut dengar riang dan gelak tawa
terdengar riuh, beramai-ramai mereka menghaturkan ucapan
selamat panjang umur, banyak rejeki, suasana makin gembira
setelah sayur mayur mulai berdatangan disuguh, pesta
porapun dimulai, dara-dara jelita mengantar makanan
menuang arak satu lebih cantik dari yang lain, dandanannya
yang menyolok, dengan tubuh semampai yang menggiurkan,
alunan musik menambah semarak perjamuan bebas iri, hadirin
tenggelam dalam suasana pesta gila-gilaan dua gadis cantik
tampak bergaya dan menari gemulai dengan gerakan
merangsang.
Tiada satupun hadirin yang tidak tertawa lebar dan pesona,
arak terus dituang kedalam mulut, sebagian besar hadirin
sudah setengah mabuk.
Sekonyong-konyong suatu pekik mengeri menghentikan
suasana riang gembira, entah siapa yang mendahului, tapi
pandangan hadirin satu persatu menoleh kearah luar, tatapan
mereka membayangkan rasa heran dan panik, jeritan gadisgadis
cantik menambah suasana menjadi gempar, musik
berhenti, tarianpun terputus, perjamuan seperti beku,
perhatian para hadirin tertuju kearah pintu besar, dimana
tampak sesuatu mengalir dari atas, cairan merah kental -
Darah, wanginya arak lenyap berganti bau anyir yang
memualkan. Hadirin melotot, merinding dan bergidik seram.
Diambang pintu tampak berdiri seorang pemuda, jubah
putih yang dipakainya tampak melambai ditiup angin,
wajahnya yang cakap ganteng tampak beku dan sinis, hadirin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasakan ancaman serius dari tatapan mata dan ujung
mulutnya yang menyengir sadis.
"Siapa yang bernama Lau Koan-ni ?" pertanyaan ini seperti
pilar es yang dingin menusuk sanubari hadirin, sorot matanya
yang dingin tajam seperti mengiris lubuk hati mereka.
Tiba-tiba seorang hadirin menjerit ngeri, disusul jeritanjeritan
lain yang ketakutan- Akhirnya tercetus sebuah pekik
dari mulut seorang: "Pat-pi-kim-liong."
"Hah, apa? Pat-pi-kim- liong?" yang kenal dan tidak kenal
ikut menjerit panik dan histeris.
”Jadi pemuda inilah Pat-pi-kim-liong" Berdebar jantung Lau
Koan-ni, serta merta dia menoleh kearah darah yang meleleh
dipintu, itulah darah yang mengalir dari tubuh puluhan laki-laki
yang bertumpuk diluar pintu dekat dinding, para korban
semua berseragam hitam. Darah mengalir dan berceceran
dipekarangan luar. Lebih mengejutkan lagi adalah kejadian
diluar hakikatnya tidak diketahui sama sekali.
"Siapa itu Thi-ciang Lau Koan-ni, silakan tampil kedepan."
Suaranya dingin itu berkumandang ditengah balairung.
Thi-ciang Lau Koan-ni berdiri mematung kulit mukanya
berkerut-kerut, sorot matanya memancar tajam, tiba-tiba dia
bergelak tawa sambil menengadah. sambil angkat cangkir
araknya dia melompat berdiri:" Ha ha ha, jago kosen dari
mana telah tiba, hingga Lohu kurang hormat tidak menyambut
maaf, maaf, silakan masuk. silakan masuk."
Ditengah gelak tawanya dengan langkah lebar dia beranjak
kedepan menyongsong kedatangan Liok Kiam-ping.
Mendadak di hadapan Pat-pi-kim liong. ”Kau inikah Pat-pikim-
liong ?" seorang muda dengan ikat kepala pelajar
berwajah bersih tiba-tiba merebut maju diantara hadirin,
menuding dan melotot kepada Liok Kiam-ping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pat-pi-kim- liong hanya mendengus sambil melirik dingin,
jengeknya: "Enyah kau."
"Haaah." Pekik pemuda itu, karena tak menduga akan
reaksi Kiam-ping, sekilas melenggong, tiba-tiba bola matanya
melotot, gusar memancarkan dendam membara, hardiknya:
"Kunyuk pongah. Susah payah tuan besar mencarimu tidak
ketemu, kebetulan kau muncul di sini, serahkan jiwamu."
Berdiri alis Pat-pi-kim-liong, jengeknya "Siapa kau ?"
"Ha, kau jeri ? Baik, biar kau tahu supaya maripun kau bisa
meram. Tuan muda ini Adalah Bu-tong-ci-eng (tunas harapan
Bu-tong) Ting ciau, guruku bergelar Lan- ciok, tentunya kau
masih ingat siapa beliau ? Ha haha, setengah tahun ini tak
pernah tuan mudamu ini melupakan dirimu, nah sekarang tiba
saatnya aku menagih hutang kepadamu."
Bu-tong-ci-eng Ting ciau beringas dan kalap. suaranya
bergetar, wajahnya yang ganteng pucat saking emosi.
Sekilas Pat-pi-kim- liong menerawang sekelilingnya, tampak
Thi-ciang La u Koan-ni berdiri diam dengan wajah heran dan
kaget, tapi sorot matanya menampilkan rasa syukur dan
senyumannya kelihatan licik.
Setelah mendengus Pat-pi-kim- liong melirik Ting ciau,
katanya keren: "Kalau sekarang kau mengundurkan diri masih
ada kesempatan hidup,"
"Cuh, obrolanmu lebih merdu dari nyanyian, ketahuilah
celurut, kematianmu sudah tergenggam ditanganku, serahkan
jiwamu."
Berkelebat nafsu sadis diwajah Liok Kiam-ping, bola
matanya benderang memancarkan cahaya kemilau,jengeknya:
"Kaki kirimu sekarang sudah masuk ke dalam peti mati, jikalau
membual lagi kau akan menyesal selama hidup."
Karuan makin berkobar amarah Bu-tong-ci-eng, desisnya
dengan mengertak gigi:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, kunyuk busuk. kalau bukan kau biar aku yang
mampus hari ini. Lihat pukulan-" Kedua tangan lurus kedepan,
sekali menggaris terus berputar mundur serta didorong
dengan gempuran angin dahsyat menindih kearah Liok Kiamping.
"He, he, berhenti. Saudara ini, ada persoalan apa boleh
dibicarakan, jangan berkelahi." Sambil membuka kedua
tangan Lau Koan-ni berteriak dari samping.
Pat-pi-kim-liong menggeram sekali, alisnya tegak. tidak
kelihatan dia bergerak, tiba-tiba tubuhnya berkelit dua langkah
ke samping, lengan bajunya mengebas.
Bu-tong-ci-eng Ting ciau rasakan napas sesak. pandangan
kabur, lekas dia miringkan tubuh sambil mendongak kepala,
ditengah gerungannya, kedua tangan bersilang. menambah
dua bagian tenaga terus menggempur pula. Jurus ini dia
menggunakan ilmu Bu-tong yang dibanggakan yaitu tipu Yaumo-
siu-mo (siluman iblis menyerang dibekuk). Tujuannya
membendung serangan musuh serta balas menyerang
mengincar Thay-yang dan Tay-im dua Hiat-to mematikan
dikepala lawan-
Tapi segulung tenaga lunak yang kuat tiba-tiba menumbuk
tabir pukulannya menindih langsung kedadanya. Bayangan
kematian seketika menggejolak di sanubarinya, dengan pejam
mata sekuatnya dia kerahkan tenaga menyongsong pukulan-
"Blang" ledakan keras menggelegar ditengah mereka,
menimbulkan pusaran angin kencang ditengah jeritan panjang
yang menyayat hati tampak Bu-tong-ci-eng tertolak mundur
sempoyongan, wajahnya kelihatan panik dan ketakutan, darah
meleleh diujung mulutnya, badannyapun menggigil. "Kau...
kau... ini... menggunakan-.. Wi... liong .. ciang... "suaranya
gemetar, darah menyembur makin banyak setiap kali
mulutnya terbuka. "Bluk" akhirnya dia terkulai roboh, ternyata
lengannya putus sebatas pundak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wi- liong- ciang." Hadirin ada yang memekik ngeri.
Liok Kiam-ping berdiri gagah dan angkuh, sorot matanya
yang sadis ditarik dari wajah Ting-ciau yang mengejang
kesakitan, satu persatu dia tatap wajah hadirin, akhirnya
berhenti dimuka Thi-ciang Lau Koan-ni.
Lau Koan-ni tersentak seperti sadar dari lamunan, lekas dia
melangkah maju dan berkata: "Ai, tidak nyana, kenapa kalian
terus berkelahi. Apakah tidak merepotkan saja." Suaranya
ramah dan simpatik, agaknya kasihan terhadap Ting ciau yang
menjadi korban, tapi juga seperti memuji akan kepandaian
hebat pemuda baju putih.
"Hm," Liok Kiam-ping tetap dingin dan kaku, ”ada satu hal
ingin aku tanya padamu."
"Oh, tuan begini sungkan, sungguh merepotkan saja. Mari
silahkan duduk di dalam, minum dulu dua cangkir, masih
banyak waktu untuk bicara, sungguh beruntung Lohu dapat
menyambut kehadiranmu. Hahaha.”
Bertaut alis Liok Kiam-ping, dia mendengus tidak sabar,
akhirnya berkata dengan tertawa: " Kalau kau takut didengar
orang lain, boleh kau mencari tempat lain." Lau Koan-ni
melenggong, tapi dia lantas bergelak tertawa.
Tiba-tiba bayangan kelam berkelebat, sebuah suara kasar
berkata: "Eh, kurcaci sombong dari mana berani kurang ajar
kepada tuan rumah yang merayakan hari bahagia,
memangnya sudah bosan hidup," Seorang laki-laki brewok
tiba-tiba melompat berdiri di depan Kiam-ping, setelah
menepuk dada dia menuding hidung Kiam-ping sambil
menghardik pula, "Neneknya. pelajar kecut, gara-gara kau
membuat onar, tangan bapakmu ini tak sempat memeluk si
genit, kau ingin berkelahi, nah rasakan dulu bogem
mentahku." Tinju hitam sebesar kepala tiba menggenjot
mkuka Liok Kiam-ping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Waaaah" Lolong mengerikan disertai semburan darah
segar keluar dari mulutnya. badannya yang besar dan kasar
rebah tak bergerak diatas lantai hijau, kepalanya pecah, darah
tercampur otak berhamburan.
Mencorong bola mata Liok Kiam-ping, desisnya geram:
"Aku paling benci manusia yang bermulut kotor, orang ini
setimpal dibikin mampus."
Hadirin menjadi gempar, satu dengan yang lain berebut
memaki, ada pula yang menganjurkan: "Ganyang saja, gasak
manusia ganas yang tak berperi kemanusiaan ini."
"Hai, hai, nanti dulu sabar." Thi-ciang Lau Koan-ni menjeritjerit
menahan amarah hadirin, persoalan masih bisa
dibicarakan, jangan membuat onar lebih besar."
Lalu dia menoleh kepada Liok Kiam-ping dan berkata.
"Perbuatan tuan apakah tidak terlalu... terlalu... kejam. Tanpa
sebab kau membunuh anak buahku, kini membunuh pula
tamuku... apakah tidak keterlaluan ?"
Dengan gelak tawa dia mengakhiri perkataannya, lalu
celingukan mengawasi para hadirin, melihat para tamunya
semua bermuka gusar, ada pula yang kaget dan takut, tapi
tidak sedikit yang mengertak gigi mengepal tinju, diam-diam
dia tersenyum dalam hati, pancingannya agaknya berhasil.
Wajah Liok Kiam-ping dilembari hawa hijau, maju setapak
dia tuding Lau Koan ni dan membentak bengis: Jawab
pertanyaanku, apakah kau kenal Swan hong-it-kiam Liok Hoatliong
?"
"Swan- hong-it-kiam Liok Hoat-liong." Terdengar seorang
menjerit diantara hadirin-
"Siapakah yang gembar gembor di sini, mengganggu
suasana saja." Sebuah suara berkumandang dari tempat
duduk dipojok sana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tegak pula alis Liok Kiam-ping dia menoleh kearah
datangnya suara, tampak diatas meja di mana tadi Lau Koanni
duduk. duduk seorang tua muka merah, perawakannya
tinggi besar, berjubah sutra merah tua sorot matanya yang
bengis tengah menatap dingin kearah Liok Kiam-ping.
Disampingnya duduk seorang tua berjenggot panjang, hidung
singa mata harimau Liok Kiam-ping kenal orang ini, dia bukan
lain adalah laki-laki jubah kuning yang mengaku bergelar
Siang-jiu-king-thian yang pernah dilihatnya di restoran di kota
Lok yang itu.
Maka hidungnya mendengus hina jengeknya: "Siapa
mengoceh tak karuan di sini mengganggu usahaku ?" "dengan
nada sama dia balas bertanya.
Tiba-tiba terasa bayangan merah berkelebat, kesiur angin
lesus yang berat menindih datang, waktu dia angkat kepala
ujung mulutnya menyeringai ejek. sedikitpun dia tidak
bergeming. Ternyata laki-laki jubah merah telah melayang
kedepan bersama meja yang dia duduki, lima kaki didepan
Liok Kiam-ping. wajahnya seperti dilapisi salju, dengan gusar
dia melotot kepada Liok Kiam-ping, bentaknya: "Kau ini
barang apa ?"
"Kau juga barang apa ?" Liok Kiam-ping balas menjengek
tak kalah angkuhnya.
"Wut" bersama meja yang diduduki tiba- tiba tua jubah
merah melejit keatas terus mengepruk kepala Liok Kiam-ping.
"Bagus." seru Liok Kiam-ping, sebelah kakinya menggeser
setelah langkah, kedua telapak tangan tiba-tiba terangkat
ditengah berputar membuat satu lingkaran terus didorong
kedepan, jurus Liong-kiap-sin-gan dilancarkan-
Ditengah deru angin yang berseliweran tampak bayangan
merah berkelebat kian kemari. bersama meja dibawah
pantatnya, laki-laki jubah merah bersalto beberapa kali
ditengah udara lalu melayang turun enteng. Tampak wajahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelam, sorot matanya kaget dan heran, sekian saat dia
melotot mengawasi Liok Kiam-ping.
"Kau ini barang apa. hanya begini saja. Hm” Jengek Pat-pikim-
liong Liok Kiam-ping, padahal hatinya juga kaget "Siapa
dia? Pukulanku tak mampu merobohkan dia ?" pikiran lain
segera berkelebat dibenaknya, mendadak dia maju selangkah
seraya membentak: "Kau... kaukah Hwe-hun-cun-cia ?"
Bercahaya mata laki-laki jubah merah. Tapi laki-laki jubah
kuning Siang-jiu-king-thian sudah membentak sekali seraya
melompat keluar. Bentaknya: "Bocah kurang ajar, tidak tahu
aturan, biar lohu menghajar adat kepadamu." Ditengah udara
tubuhnya miring terus menindih turun, angin pukulannya
menindih Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping tidak gentar, telapak tangan terangkat.
secepat kilat dia melancarkan serangan balasan, ditengah
taburan telapak tangannya, tubuhnya sudah terbungkus rapat
dari sarangan lawan, sementara tangan kiri-balas mengancam
ketiak kiri laki-laki jubah kuning.
Tahu ketiaknya terancam lekas laki-laki jubah kuning
menegakkan telapak tangan kanan dengan jari-jari rapat
membelah turun terus menepis miring, pergelangan tangan
Liok Kiam-ping dibabatnya.
Liok Kiam-ping tertawa dingin, tangan kiri ditarik ganti
telapak tangan kanan yang menggempur dengan gerakan
melingkar memapak telapak tangan kanan laki-laki jubah
kuning. "Plak" begitu tangan kedua orang beradu keduanya
bergetar, Liok Kiam-ping limbung beberapa kali, laki-laki jubah
kuning jungkir balik beberapa kali baru melayang turun, tapi
juga sempoyongan pula beberapa langkah.
Matanya terbeliak mengawasi Liok Kiam-ping, rasa ngeri
menghantui nalurinya, walau dirinya berada diudara mengadu
pukulan, posisinya lebih rugi, tapi selama puluhan tahun dia
malang melintang di Kangouw dengan tangan tunggal, tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyata hari ini tak mampu menandingi pukulan dahsyat anak
muda ini, untung dia membekal Lwekang tangguh, kalau tidak
jelas dirinya kecundang habis-habisan.
Liok Kiam-ping juga mencelos hatinya, pikirnya: ”Tangan
tunggal menyanggah langit memang tidak bernama kosong,
kekuatan pukulannya ternyata tidak asor dibanding kawanan
Tosu busuk Bu-tong-pay. Tapi jurus permainannya tadi mirip
ilmu pukulan Siau-lim-pay, kenapa dia bergaul bersama orangorang
jahat ini ?" ujung mulutnya menjengkit, maju selangkah
dia berkata: "Kupandang muka Pin-te (pengemis cilik), hari ini
aku tidak mengulur panjang urusan dengan kau. Tapi seorang
cianpwe minta aku menghajar adat kepadamu, karena kau
menyebabkan Pin-te melarikan diri."
"Ha, apa ?" teriak laki-laki jubah kuning dengan terbeliak,
"Apa Pin-te? Pin-ji ?"
Laki-laki jubah merah kini telah mendongakan tubuhnya,
dengan melotot dia menatap Liok Kiam-ping lalu menoleh
kearah laki-laki jubah kuning Siang-jiu-king-thian-
"Em, ya, Pin-ji. Bocah ini adalah pelajar yang pagi itu
bersama Pin-ji direstoran.”
Laki-laki jubah kuning mengangguk kepada laki-laki jubah
merah.
Liok Kiam-ping maju selangkah pula, bantaknya sambil
mengawasi laki-laki jubah merah: ”Siapa kau sebenarnya?”
Sebelum laki-laki jubah merah bersuara Thi-ciang Lau
Koan-ni tampil kedepan, katanya menjura: ”Jangan kurang
ajar. Inilah Ang-hun-jit-sian Leng Pwe-ing Leng-toa-tongcu
Siau-ciang-hun Hwe-hun-bun. inilah Siang-jiu-king-thian Tan
Sik-san Tan loyacu congkoan sekte utara dari Hwe-hun-bun
kita. Hm, masih jauh kau untuk menandingi mereka."
Setelah menunjuk laki-laki jubah merah lalu Sang-jiu-kingthianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Apa ?Jadi kau adalah putra Hwe-hun-cun-cia ? Hm."
Dingin setajam sembilu sorot mata Liok Kiam-ping, hadirin
merasakan betapa kaku dan dingin tatapan matanya, penuh
dendam dan kebencian- ”Jelaskan, dimana Hwe-hun iblis tua
bangka itu?" setengah memekik teriakan Liok Kiam-ping.
"Hus, anak kurang ajar, jangan bertingkah." Hardik Thiciang
Lau Koan-ni.
Bola mata Liok Kiam-ping membara merah, desisnya
dengan mengertak gigi: "jangan harap kalian bisa hidup lagi."
Ditengah gerungan sengit, kedua tangan menghantam ke
arah Ang-hun-jit-sian Leng Pwe-ing.
Ang-hun-jit-sian mengeluarkan suara auman rendah, "Wut"
bersama meja tubuhnya mencelat terbang, ditengah udara dia
menekuk pinggang berputar dua kali, dengan gaya tidak
berobah secara lurus dia mengepruk batok kepala Liok Kiamping.
Liok Kiam-ping mendak tubuh sambil berkisar kedua tangan
ditekuk kedalam satu melingkar yang lain mulur kedepan,
dilandasi kekuatan dahsyat jurus Liong-kiap-sin-gan membelah
kearah Ang-hun-jit-sian-
"Pyaaar." Ditengah ledakan dahsyat bayangan merah
mencelat tinggi melayang turun setombak jauhnya. Meja
cendana yang tebal dan besar itu sudah hancur berhamburan-
Liok Kiam-ping berdiri gagah, dengan sedikit memicing dia
awasi Ang-hun-jit-sian tanpa berkedip, raut mukanya kencang
kedua tangan lurus bersilang didepan dada.
Melihat gaya pertahanan Liok Kiam-ping mencelos juga hati
Ang-hun-jit-sian, kedua pipinya tampak gemetar, biji matanya
membulat menatap lawan tanpa berkedip. Diam-diam hatinya
mengumpat, sungguh dia tidak habis mengerti bagaimana
mungkin pemuda didepan matanya ini memiliki Kungfu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setinggi dan setangguh ini, kalau benar berita yang
didengarnya, lawan menggunakan Wi-liong-sin-kang nya.
Dalam segebrak tadi lawan hanya menggerakkan kedua
tangannya secara berganti, tapi tenaga yang timbul ternyata
sedahsyat itu menyampuk muka. jikalau dia tidak menyergap
memungut keuntungan dari posisi sendiri dan begitu merasa
kurang sip terus menekuk pinggang jelas sekarang dirinya
sudah kecundang.
Sungguh dia tidak habis mengerti, ditengah amarahnya,
kekuatan lawan ternyata mengandung wibawa yang tak kuasa
dibendung dan ditandingi, bukan saja aneh, kokoh dan tebal.
Padahal dia sudah bergerak cukup tangkas, namun dirinya
masih keserempet oleh angin pukulan, untung hanya meja itu
yang hancur. Bibirnya terkatup kencang, giginya gemeretak
menandakan betapa geram hatinya.
Tiba-tiba berkerut alis-Liok Kiam-ping.
Jilid 07 Hal 33 s/d 34 Hilang
mendadak dia menghardik keras, tubuhnya melambung,
ditengah deru keras, lengan bajunya yang juga merah
menggulung sekencang hujan badai yang mengamuk,
tubuhnya dibungkus bayangan merah yang kokoh dan kuat
membendung rangs akan pukulan Liok Kiam-ping.
Maka terdengarlah suara rplak, plok" yang ramai dan
beruntun, angin membubung tinggi menyentuh langit-langit,
bayangan merah mulur keatas turun kebawah pula bagai
sebatang tonggak baja, ledakan telapak tangan makin keras
menggoncangkan bumi..
Dalam sekejap Liok Kiam-ping sudah mengadu dua belas
pukulan tangan dengan Ang-hun-jit-sian, deru angin kencang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terus menyambar keempat penjuru sehingga hadirin tardesak
mundur sungsang sumbel.
Dalam baku hantam yang sengit ini, Ang hun-jit-sian
memutar otaknya, dia maklum sang waktu berjalan tanpa
kenal kasihan, manusia setua dirinya agaknya dilarang
menjagoi dunia. secara langsung dia telah meresapi lawannya
yang muda berpakaian serba putih ini bergerak selincah naga
menari, secepat kilat menyambar, kegagahannya selama ini
seperti runtuh seketika, keperkasaan lawan mirip bayangan
dirinya dikala muda dulu, diam-diam dia mengeluh akan
ciptaan alam yang tidak adil, kenapa manusia yang berusia
lanjut harus semakin lemah tenaganya, kenapa orang yang
sudah berumur pantang menjagoi dunia dan berkuasa dimaya
pada ini.
Dari tatapan mata pemuda lawannya ini, dia melihat setitik
harapan, harapan bersimaharaja didunia ini, harapan balas
dendam kesumat. Dia maklum pemuda lawannya ini
membenci dirinya, karena ayahnya membunuh ayah
sipemuda, tapi apakah dia dapat memaklumi sebab musabab
dari pertikaian ini? Mungkinkah dia memberi penjelasan dan
dapat dimaklumi lawan?
Mau tidak mau hatinya agak grogi, kalau lawan pasti akan
menuntut balas kematian ayahnya, lalu bagaimana dengan
kematian adiknya ? Adik sepupunya Biau-hun-kiam-khek mati
terbunuh oleh Swan hong-it-kiam Liok Hoat-liong.
Bila terbayang keadaan ayahnya yang kehilangan
kesadarannya, syarafnya terganggu sehingga mirip orang gila
dan kini jejaknya tidak diketahui parannya, yaitu Hwe-hun-bun
ciang bun Hwe-hun-cun-cia, hatinya makin kuatir, apalagi
terbayang pula putrinya yang binal dan minggat dari rumah,
hatinya menjadi lemah, semangatnya luluh.
Dari sorot mata lawan Liok Kiam-ping merasakan kesedihan
seorang gapah yang menemui jalan buntu, walau menyadari
kepandaian lawan amat tangguh, tapi diapun meresapinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secara loyo dan menunjukkan ketuaannya yang mulai kropos,
Dendam kebencian sedang menyala dalam relung hatinya,
ingin rasanya dia mengganyang seluruh musuh-musuhnya,
tapi apakah dirinya mampu ? Laki laki tua yang sebelum ini
kelihatan garang dan gagahpun sudah patah semangat..
tatapan matanya bukan lagi mohon belas kasihan, akan
tetapi...
"Huh." Mandadak dia sadar dari lamunannya, dengan heran
dan kaget diapun mendapati lawannya tengah menjublek.
entah karena apa pertempuran berhenti sejenak. Lawanpun
mengawasi dirinya dengan tatapan melenggong.
Mendadak terasa dua sorot mata licik dan telengas
memancar kearah dirinya, sorot mata sadis yang penuh
muslihat keji membuat hatinya tersirap. ujung matanya
menangkap gerakan sebuah telapak tangan gede hitam
menyelonong keluar dari lengan baju kuning.
Sebuah hardikan disusul damparan kencang melanda dada.
Hadirin sama menjerit kaget, sigap sekali Liok Kiam-ping
menyadari elmaut mengancam jiwanya, tubuhnya
menjengkang mundur kebelakang terus jungkir balik.
Hadirin menjerit takjub dan kaget pula melihat betapa
cepat reaksi Liok Kiam-ping yang lihay dan cekatan-
Gerak tubuh Liok Kiam-ping bukan saja cepat juga enteng,
sambil jungkir balik kedua lengan bajunya tidak berhenti
bekerja, Liok-hwi-kiu- thian tiba-tiba menerbitkan tabir telapak
tangan yang berlapis-lapis menjaring kearah Thi-ciang Lau
Koan-ni yang menyeringai sadis.
Bahwa pukulannya luput sudah membuat Thi-ciang Lau
Koan-ni kaget, tahu-tahu tabir telapak tangan lawan
memberondong dirinya, karuan bukan kepalang kagetnya,
sekejap itu sinar buas terpancar disorot matanya, alisnya
berkerut menampilkan kekejian hatinya, tenggorokannya
menggeram berat, sedikit menggeser kesamping dia pasang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuda-kuda, begitu dia membalikkan kedua telapak tangan,
gumpalan hawa hitam yang kencang laksana gugur gunung
menerpa kearab Liok Kiam-ping yang masih terapung ditengah
udara.
---ooo0dw0ooo---
"Daar " Ledakan hebat menimbulkan damparan angin
bergolak. Thi-ciang Lau Koan-ni mengerang rendah. matanya
melotot merah, kulit mukanya berkerut merut, beruntun dia
tertolak tiga langkah.
Darah segar yang panas terasa mengalir turun membasahi
mukanya, darahnya betul-betul tersirap. tapi waktu tak
memberi kesempatan dia menyadari apa yang terjadi, karena
pandangannya terasa pusing berkunangkunang, darah
bergolak dalam tubuhnya, teng gorokan sudah sesak dan
terasa amis.
Sementara itu Liok Kiam-ping bersalto dua kali baru
melayang turun- "duk" dia tersurut selangkah baru berdiri
tegak. bola matanya beringas, darah tampak meleleh diujung
bibir, noda darah tampak juga mengotori jubah putih didepan
dadanya. Amarah tampak membakar hatinya, sorotmatanya
yang menyala dingin menatap Lau Koan-ni yang berdiri
menjublek. sambil menggerung dia kertak gigi seraya
mengerjakan kedua tangan, pukulan Wi- liong- ciang yang
digdaya dilontarkan sekuat tenaga.
"Huaaa..." jeritan terlontar dari mulut Lau Koan- ni, jeritan
putus asa yang menyedihkan-
"Uaaaaah," Hadirin pun ikut menjerit panik.
Liok Kiam-ping betul-betul sudah dirasuk setan, dengan
gregetan serangannya semakin sengit dan deras, setiap kali
langan bajunya bergerak dimana bayangan putih berkelebat,
jeritan mengerikan bergema, darahpun berhamburanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Lau Koan-ni rebah dalam pelukan Siang-jiu-king-thian yang
berusaha memapahnya berduduk. sambil mendengus, sebat
sekali dia sudah melejit disamping laki-laki jubah kuning.
Karuan Siang-ji-king-thian menjerit kaget, serta merta dia
angkat sebelah tangan nya menyampuk. Tiba-tiba mulutnya
mengeluarkan jeritan kaget, dengan heran matanya jelalatan
karena bayangan lawan tahu-tahu lenyap dia merasa dagunya
kesakitan luar biasa, tanpa kuasa dia menjerit sejadi-jadinya
sambil terhuyung mundur, perasaan kaget dan panik
melembari wajahnya, dengan suara gemetar dia menuding
Liok Kiam-ping" "Kau... kau... apakah ini..."
Pelan-pelan Liok Kiam-ping angkat tangan kiri, dimana jarijarinya
terbuka, secomot jenggot putih beterbangan ditiup
angin lalu. Matanya yang bercahaya seperti mata harimau
menyapu pandang mayat-mayat disekelilingnya, serta hadirin
yang pucat, ngerti dan ketakutan, lalu berputar menghadapi
Siang- jiu-king-thian Tan Sik-san.
"Membantu kejahatan melakukan kekejaman, sepantasnya
kucabut nyawamu. Tapi mengingat kau murid didik Siau-limpay,
hari ini kuampuni jiwamu, kelak perguruan sendiri yang
akan menghukummu. Hm," lalu dia maju selangkah menuding
Lau Koan-ni yang rebah dilantai, bentaknya dengan kertak
gigi: "Kau main licik dengan muslihat kejam, melukai orang
secara membokong, sepantasnya kucabut nyawamu sekarang
juga, tapi keadaan sekarang tidak akan menguntungkan kau,
akan kubuat kau mencicipi betapa nikmatnya seluruh tubuh
digigiti semut, biar kau rasakan betapa derita bila otot
mengejang daging meng kerut, tapi semua itu dapat kutunda
bila kau menjawab pertanyaanku, bagaimana kematian
ayahku ? Katakan"
Suaranya bukan saja gusar dilembari rasa dendam dan
kebencian, maklum sakit hati telah menjalari sanubarinya,
hakikatnya Kiam-ping sendiri sudah tidak mampu
membendung emosinya. Lalu dia menghardik pula: Thi-jiauTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
kim-pian dan It-to-liong kau kurung dimana ? Bagaimana
keadaannya ? Lekas katakan-“
Lau Koan-ni memejam mata, rambutnya awut-awutan,
rebah dilantai tanpa bergerak, kedua lengannya putus sebatas
sikut, betapa sedih dan pilu hatinya, rasanya ingin bunuh diri
saja, tapi dendam menggejolak hatinya, betapapun dia tidak
boleh mati, sudah menjadi wataknya selama hidup apa yang
dirugikan harus dibalas, maka dia bertekad untuk bertahan
hidup, berusaha menuntut balas.
Karena watak yang tidak mau kalah itulah, dia pernah
menjual jiwa teman baiknya Swan-hong-it-kiam, sehingga
sekarang dia memperoleh kedudukan tinggi, nama mulia dan
disanjung bawahannya, kapan jiwanya masih hidup, wataknya
itu takkan pernah pudar. Maka dia memejam mata,
beristirahat menghimpun kekuatan, tidak hiraukan pertanyaan
Liok Kiam-ping
Sudah tentu Liok Kiam-ping naik pitam, tangannya
terangkat seraya membentak: 'Masih bungkam, jangan
menyesal, bila kau merasakan siksaanku.”
Lau Koan-ni tetap diam sambil memejam mata, maka
tangan Liok Kiam-ping terayun- Pada saat itulah seekor kuda
meringkik keras berhenti didepan balairung, hadirin menoleh
dengan kaget, tampak seekor kuda putih langsung menerjang
kedalam balairung. “Ha, Seng-jiu-tok-liong Ibun-loyacu,"
Diantara hadirin ada yang berteriak. "Haya, ayah." Seorang
berteriak pula.
Kuda itu berhenti ditengah ruangan terus angkat kepala
meringkik sekali, diatas punggungnya tengkurap seseorang
yang berlepotan darah.
"Ayah." bayangan orang bergerak. tiba-tiba Ibun Kong
menerobos keluar dari gerombolan orang banyak langsung
memburu kesamping kuda serta memapah turun Seng-jiu-tokliong
Ibun Kiong, ayahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terpejam mata Ibun Kiong, bibir gemetar, darah masih
meleleh, jubahnya pecah berlepotan darah. "Ayah. ayah."
Ibun Kong menjerit-jerit serta merebahkan ayahnya di atas
lantai.
Kuda putih itu seperti tahu keadaan majikannya tiba-tiba
dia berbenger dan geleng-geleng kepala lalu mengeluh
rendah.
Tangan Liok Kiam-ping masih terangkat, tapi tanpa kuasa
dia menoleh mengawasi kuda yang muncul membawa Sengjiu-
tok- liong yang luka-luka. Waktu di cong-goan-lau dia
dengar Ibun hong menceritakan jejak ayahnya yang pergi ke
ow-pak untuk menyelidiki sesuatu mengenai rahasia Te-satkok,
kenapa sekarang tiba-tiba muncul disini dalam keadaan
yang mengenaskan?
Karena digoncang-goncang tubuhnya oleh ratap-tangis
Ibun Kong, pelan-pelan Seng-jiu-tok- liong membuka mata,
tatapannya kaku, mukanya bergidik, bibir gemetar, akhirnya
dengan tergagap dia berkata: "Pedang... pedang... Liat-jit...
ki-kiam... di .direbut... ceng-san... biau..." karena ganti napas
suaranya terputus, tubuhnya mengejang dan berkelejetan.
"Hah ceng san-biau-khek." Seorang di samping berteriak.
"Hm, lagi-lagi ceng-san-biau-khek." Desis Liok Kiam-ping. "
Lekas katakan, dimana ceng-san-biau-khek sekarang."
Serunya keras sambil menyibak orang banyak yang merubung
maju.
Agaknya keadaan Seng-jiu-tok-liong sudah teramat payah,
seperti dian yang sudah kehabisan minyak. pelan-pelan dia
memejam mata dan kepalanyapun terkulai miring.
"Haya, ayah. Keparat kau, serahkan jiwamu." Mendadak
Ibun Kong berjingkrak kalap terus menampar kearah Pat-pikim-
liong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Otak Liok Kiam-ping sedang memikirkan Wi-liong-pit-sin
dan ceng-san-biau-khek, mulutnya mengigau, hakikatnya tidak
sadar akan serangan Ibun Kong, tapi secara reftek lengannya
menyampuk. Kontan Ibun Kong menjerit kesakitan-
”Ceng-san-biau khek. Hm, dimanapun kau berada, aku
pasti dapat menemukan jejakmu, buktikan saja." Demikian
teriak Liok Kiam-ping seraya melangkah keluar pintu. Dari
kejauhan terdengar suaranya berkumandang :
"Lau Koan-ni, batok kepalamu sementara kutitipkan diatas
lehermu, bila Thi-jiau-kim-pian dan It-tio-liong kau ganggu
seujung rambutnya, kau akan mampus konyol ditanganku,
tubuhmu akan kusobek menjadi abon"
Tiba-tiba hadirin ada yang berteriakpula: "Hah, Biau-jiu-sipcoan."
Disusul pula teriakan kaget yang lain: "Ho, Kim-ginhou-
hoat."
"He, itu kan cap-pwe-ang-kin dari Hong- lui- bun-" Teriakan
kaget saling bersahutan menyambut kedatangan beberapa
orang.
Terdengar Biau-jiu-sip-coan berteriak di luar rumah: "Hai,
ciangbun, tunggu sebentar."
"Ha, masa iya, dia Hong-lui ciangbunn?" hadirin terbelalak
kaget.
"Ooooh, ayah..." Ibun Kong menjerit dan menubruk
jenazah ayahnya, menangis menggerung- gerung, tiba-tiba dia
mendongak. alisnya tegak matanya tegang, tinjunya terkepal,
mulutnya mendesis: "Ceng-san-biaukhek. aku bersumpah
takkan sejajar dengan kau didunia ini." Demikian dia
bersumpah sambil memegang lengannya yang kesakitan
karena disampuk Liok Kiam-ping tadi.
Liok Kiam-ping sedang berlari-lari ditanah gersang yang
berdebu, jalan raya ini kalau hujan becek. bila kering berdebu
tebal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Otaknya masih diliputi rasa dendam. perkataan seng-jiutok-
liong sebelum ajal masih terngiang ditelinganya, dengan
gemas dia mengepal tinju dan mendesis:: "Bila kepergok lagi.
pasti tak kan kubiarkan dia lari.
”Awas kau ceng-san-biau-khek." Tiba-tiba bayangannya
meluncur secepat anak panah.
Beberapa jurus permainan Hwesio rudin itu ternyata
memang lihay dan lucu, gayanya seperti wataknya yang
Jenaka, tapi kenyataan lihaynya luar biasa, Demikian Liok
Kiam-ping membatin setulus hati dia memuji dan memuja
Hwesio rudin yang malas dan Jenaka itu, kenyataan beberapa
jurus gerakan yang diajarkan kepadanya itu ternyata adalah
ilmu mujijat yang tiada taranya. Dia tidak tahu ilmu sakti itu
dari aliran mana dan apa namanya, tapi waktu dia
kembangkan ilmu aneh itu di Jian-liu-ceng, kenyataan jenggot
Siang- jiu-king-thian berhasil dicabutnya hanya dalam
segebrakan saja.
"Entah dari mana Biau-jiu-sip-coan menemukan Kim-ginhou-
hoat dan cap-pwe-ang-kin segala ?" Demikian batin Liok
Kiam-ping, pula sembari mengayun langkahnya, mungkin dia
pulang ke sarang Hong-Lui-Bun, dan tadi baru menyusul tiba
ke Jian-liu-ceng" Waktu dia keluar tadi ada melihat
serombongan orang menunggang kuda, Biau-jiu-sip-coan
diantara mereka kuda yang dinaiki berkembang putih hitam,
dibelakangnya dua orang laki-laki tua bermuka merah dengan
rambut ubanan dan serombongan orang berkuda putih
berjubah biru laut, kepala diikat kain merah, karena buru-buru
dia tidak perhatikan mereka, sebab tujuannya ingin selekasnya
menemukan ceng-san-biau-khek merebut balik Wi-liong-pitsin.
---ooo0dw0ooo---
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cuaca cerah, angin meniup semilir, rambutnya terurai,
pakaiannya melambai, Liok Kiam-ping terus mengayun
langkah berlari-lari dijalan besar kearah selatan- Di
persimpangan jalan dia berhenti sejenak menerawang
sekelilingnya, dari bekas tapak kuda yang membekas ditanah
jalanan, sukar dia membedakan dari arah mana kedatangan
Seng-jiu-tok- liong, kali ini dia perlu bertindak cermat, supaya
tidak mengabaikan suatu kesempatan baik.
Sesaat dia berdiri kebingungan, matanya masih menjelajah
sekelilingnya, tiba-tiba dia tersentak girang, dilihatnya tetesan
darah diantara batu-batu krikil, mengikuti arah jalur tetesan
darah dia terus, melangkah maju kearah timur, tetesan darah
masih belum kering seluruhnya dengan mudah dia ikuti terus
jejaknya. Dengan lega akhirnya dia mengepal tinju pula, entah
dari mana datangnya perasaan lega, tiba-tiba dia mendongak
terus menggembor sekuat-kuatnya.
Mendadak beberapa suara bentakan dingin disertai suara
yang amat dikenalnya berkumandang disebelah sana. "Heh,
suara siapa itu, seperti amat kukenal." Sekilas melengak. lekas
dia menjejak kaki meluncur kearah datangnya suara. Setelah
melampaui gundukan tanah panjang seperti tanggul dia
dihadang sederetan pohon yang telah gundul dedaonannya.
Ditengah hutan yang pohon-pohonnya sudah gundul sana
tampak dua orang lagi bertarung sengit, deru angin pukulan
yang keras, menyebabkan debu pasir dan daon-daon kering
bertaburan, beberapa pucuk pohon yang kering telah tumpang
kesapu pukulan-
Tubuh ramping yang dibungkusjubah hitam dengan cadar
hitam pula, bergaman seruling putih, ternyata sudah amat
dikenalnva, karena dia bukan lain adalah Tokko cu penghuni
Te-sat-kok dan lawannya bukan lain adalah ceng-san-biaukhek
yang sedang diubernya.
Didengarnya ceng-san-biau-khek menggembor pendek.
tiba-tiba tangannya memancarkan lembayung perak mengetuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seruling putih ditangan Tokko cu, berbareng tangan kiri
terayun memukul lambung kanan Tok ko cu.
Seketika pandangan Liok Kiam-ping terbeliak terang, jelas
dilihatnya ceng-san-biau khek bersenjata pedang tajam yang
kemilau selintas pandang senjata itu tak ubahnya seperti
pedang besi umumnya. Badan pedangnya lebih lencir dari
pedang biasanya, tapi lebih panjang, memancarkan cahaya
kemilau yang dingin menyilaukan mata, setiap ditarik,
menimbulkan desir angin pedang yang tajam.
"Ya,. mungkin itulah Ki-kiam seperti yang dikatakan Sengjlu-
tok-liong, apakah Tokko cu... "
Waktu dia menerawang di lihatnya Tokko cu mendengus
dingin sambil mendak kebawah terus selulup kepinggir, jubah
hitamnya yang lebar tampak berkibar, namun seruling putih
ditangannya laksana lidah ular mematuk dan menjodoh,
gerakannya aneh dan secara licin menghindar dari serangan
pedang ceng-san-biau-khek. Ternyata lengan baju kirinya
sempat mengebas menggulung pergelangan tangan ceng-sanbiau-
khek. seruling ditangan kanan serong mengincar Sinhong,
Yu-bun, Siang-kik Ling-hi danSin-ciang hiat-to penting
ditubuh lawan-
Gerakan ceng-san-biau-khek sedikit merandek seperti
mengerem serangan, agaknya dia tidak menduga akan
serangan Tokko cu yang ganas. secara kekerasan dia
berusaha mengendorkan gerakannya serta menyurut dua kaki,
sementara pedang panjang ditangannya menutup jalan
tengah dengan membundar sertajuri tangan kiri menjentik,
ditengah dering suara nyaring, dia menarik napas serta
menghardik, tangannya terayun balik sambil menggentak
pedang panjang.
”Cring” getaran kencang menimbulkan cahaya perak
melambung laksana gugusan gunung, dari jalur-jalur pedang
berobah menjadi ceplok-ceplok sinar kembang membawa
desis angin kencang meluruk kemuka Tokko cu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata Tokko cu tidak kalah lihay, sambil mendengus
lengan bajunya mengebas kaki minggir setengah langkah,
seruling di tangan kanan terulur keatas, ujung serulingnya
bergetar menimbulkan irama tajam langsung menusuk keta bir
sinar pedang ceng-san-biau-khek.
Dalam sibuknya lekas ceng-san-biau-khek menutul
beberapa kali dengan ujung pedang, terus mengiris
kepergelangan tangan- Tangan Tokko cu yang memegang
seruling
”.Sret, sret, sret" menyusul dia menabas dan membalas
tiga kali sambil melompat ke samping lima langkah, baru
sekarang dia sempat menghela napas lega.
Sepasang mata jeli bundar dibalik cadar, kelihatan mendelik
gusar, menandakan hatinya amat penasaran dan marah.
Setelah ganti napas, baru saja ceng-san-biau-khek mau buka
suara tiba-tiba dilihatnya bayangan Tokko cu dengan jubah
kedodoran lebar itu melambung tinggi keudara, laksana
burung rajawali dengan tekanan dahsyat laksana kilat
menyambar, serulingnya menukik turun berubah selarik
bianglala mengepruk batok kepala lawan-
Begitu dia angkat kepala matanya jadi silau oleh pantulan
cahaya seruling lawan, kiranya sang surya kebetulan terbit
memancarkan cahayanya yang cemerlang, secara reflek
cahaya surya memantul balik dari seruling pualam menyoroti
matanya sehingga silau. Untunglah begitu menyadari situasi
tidak menguntungkan selekasnya dia menggentak pedang
tegak lurus didepan dada terus di angkat keatas sementara
tangan kiri menekan batang pedang ikut melandasi posisi
tegak pedangnya hingga lebih kokoh, syukur keprukan
seruling Tokko cu berhasil digagalkan kepalanya selamat dari
samberan elmaut.
Begitu Tokko cu melayang turun belum lagi lawan berdiri
tegak sambil menggerung mendadak dia sampukan
pedangnya, begitu ujung pedang tertuju lurus kedepan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan dia robah menjadi tusukan kemuka Tokko cu baru
setengah jalan, kembalipergelangantangan menggentak
sehingga timbullah taburan jalur sinar kemilau yang
berkembang lebar mengurung gerakan lawan.
Bahwa serangannya hampir melukai lawan dan ternyata
gagal, kini terasa sinar pedang lawan balas mengincar jiwanya
saking kaget, tahu-tahu sinar pedang telah menyilaukan mata
ujung pedang panjang cengsan-biau-khek telah mengancam
hidung. Sungguh tak pernah terpikir bahwa perobahan
secepat dan segawat ini bahna gugupnya menggeram sekali,
tangan kiri melindungi muka, berbareng tubuhnya mencelat
mundur beberapa langkah.
"Cret" tiba-tiba terasa pundaknya dingin ternyata ujung
pedang ceng-san-biau-khek berhasil menusuk bolong jubah
dipundaknya, sekaligus menyontek lepas cadar hitam yang
menutupi kepalanya.
"Hah." Kontan ceng-san-biau-khek menjerit kaget, matanya
terbeliak pula, ternyata lawan yang berdiri didepannya bukan
nenek reyot yang ubanan, tapi seraut wajah molek jelita
berkulit putih halus, cantiknya bukan kepalang. Bola matanya
yang bening mendelik tajam membuat jantungnya berdebar.
sesaat lamanya dia menjublek mengawasi bibir lembut yang
mungil. ceng-san-biau-khek benar-benar terpesona akan
keayuan dara manis ini sehingga sesaat lamanya dia
melenggong, tak tahu apa yang harus dia lakukan-
Darah tampak merembes membasahi pundak. ternyata si
"dia” juga berdiri terlongong namun hanya sedetik, tiba-tiba
dia membentak nyaring terus menubruk sengit, kembali
serulingnya menarik sinar putih mengeluarkan suitan nyaring
pula menutuk ke Thian-toh-hiat ceng-san-biau-khek, begitu
gemasnya sehingga serangannya ini seperti hendak
membinasakan lawan-
Tak nyana begitu dia bergerak pundak kirinya terasa
kesakitan luar biasa sehingga tubuhnya bergetar, ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga tidak mampu dikerahkan lagi. Tanpa sadar dia menjerit
kesakitan, darah tampak membanjir lebih banyak dari lukalukanya.
Ceng-san-biau-khek memang terpesona oleh kecantikan
orang hingga menjublek seperti kehabisan akal, kini melihat
keadaan lawan, tahulah dia bahwa pedang ditangannya
memang tajam luar biasa, kemungkinau tulang pundak
lawanjuga tergores luka, maka dia tertawa riang, katanya:
"Ah, maaf cianpwe... " lalu dia menekan berat suaranya,
sebetulnya aku tidak bermaksud Melukai lenganmu yang
seputih saiju... " sembari bicara kakinya menghampiri kearah
Tok Ko cu.
Tak nyana belum habis dia bicara, dari belakang mendadak
menggelegar sebuah bentakan segulung tenaga pukulan berat
tiba-tiba menerjang punggung. begitu dahsyat pukulan ini
sehingga hawa terasa menderu dengan suaranva yang aneh.
Karuan bukan main rasa kagetnya, air muka berobah
hebat, lekas dia mengegos minggir tiga kaki kesamping,
untung s empat- ugadia hindarkan terjangan pukulan dahsyat
ini. Begitu kaki menyentuh tanah sigap sekali dia membalik
tubuh seraya balik menggempur, pedang ditangannya
menggaris melintang melindungi dada. Tampak yang
menyerang dirinya adalah seorang pemuda gagah jubah putih,
alisnya tegak mata melotot, wajahnya tampak gusar, dengan
bertolak pinggang orang sudah berdiri dipinggir Tokko cu.
Begitu melihat jelas lawan seketika dia menjerit kaget: "Ha,
kau ? Pat-pi-kim- liong?”
Diam-diam ceng-san-biau-khek mengkirik, sungguh tak
pernah diduga bahwa Pat-pi-kim- liong yang selalu
mempersulit dirinya mampu menarik balik tenaga gempuran
sedahsyat itu secara mentah-mentah, taraf Lwekang
setangguh ini jelas tidak mungkin dapat dilakukan dirinya.
Maklumlah ajaran Lwekang mengutamakan pengendalian
napas, kalau latihan sudah mencapai puncaknya orang dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengatur hawa murni sesuka jalan pikirannya, sehingga suatu
gempuran dahsyat mungkin saja direm atau ditarik balik,
namun tenaga ribuan kati ada kalanya bisa dirobah menjadi
kekuatan ratusan kati, itu pertanda bahwa latihan Lwekangnya
belum sempurna.
Adalah jamak kalau sekarang ceng-san-biau-khek amat
kaget, pikirnya pula: 'Dalam jangka pendek aku berpisah
dengan dia, dari mana dia bisa memperoleh tambahan ilmu
dan Lwekang setangguh ini ?' Mau tidak mau semangat
tempurnya menjadi goyah, tapi bila dia melihat pedang pusaka
ditangan, keangkuhan menjalari sanubarinya, pikirnya pula:
'Dia ingin cari gara-gara padaku. biar kupersen dia dengan
jurus Jit-lun-jut-seng (sang surya baru terbit).'
Kembali berhadapan dengan raut wajah jelita yang pernah
menggetar sanubarinya dulu, Kiam-ping benar-benar dag dig
dug, kini dilihatnya tubuh orang limbung dan lemas lunglai,
rasa iba merasuk hatinya, natmun rasa gusar lebih
merangsang emosinya, sehingga dia lebih banyak menaruh
perhatian kepada ceng-san-biau-khek dengan tatapan gusar.
Tiba-tiba didengarnya Tokko cu merintih kesakitan, lekas
Liok Kiam-ping berpaling, tampak wajah orang yang jelita
dihiasi butiran keringat dingin, darah yang merembes
membasahi jubah hitamnya yang lengket dengan badan.
Terpaksa dia bertanya dengan suara kuatir: 'Kau... bagaimana
kau .. '
Tokko cu menegakkan badan, bibirnya gemetar, sahutnya
dengan tertawa meringis:
'Hati-hatilah terhadap pedangnya itu, mengandung racun
api, seluruh tubuhku sekarang seperti terbakar, terutama luka
luka ku seperti dipanggang diatas tungku.'
Lekas Kiam-ping mengeluarkan sebuah kotak persegi dari
batu pualam, seluruh pil obat yang ada dia tuang semua
seraya berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'Nah, ambillah, semua ditelan-' Setelah menyerahkan obat
dia membalik badan terus menubruk maju seraya membentak.
Sejak tadi ceng-san-biau-khek berdiri mematung
disamping, agaknya dia amat menyesal melukai lawan, atau
mungkin terlalu kesengsem akan kecantikan lawannya, maka
matanya nanar tak berkedip.
Tatapan dan tubrukan Liok Kiam-ping baru mengejutkan
dirinya. tahu-tahu bayangan tangan pukulan telah memburu
sekencang kitiran kepada dirinya, hawa sekeliling tubuhnya
seperti bergolak oleh gencetan keras dari berbagai penjuru.
Sekali dia melesat minggir, tangan yang pegang pedang
teracung miring mencipta kanta bir sinar pedang, menyusup
diantara bayangan telapak tangan lawan, batang pedangnya
yang lencir panjang dengan leluasa menyelonong maju
mengincar Hoan-bun, Siang-ki, Kiksti tiga Hiat-to besar, cepat
lagi jitu, serangan pedang yang ganas sekali.
Melihat pedang lawan bergerak mengeluarkan suara
mendengung seperti bunyi ribuan tawon, Liok Kiam-ping
menghardik sekali, pukulan membalik, tubuh berputar,
beruntun dia berpindah dua posisi, sekonyong-konyong
menarik serangan sambil mendakpasang kuda-kuda terus
memberondong dengan jurus Licng-kiap-sin-gan, serangannya
berobah menjadi bayangan telapak tangan yang tak terhitung
jumlahnya menyodok iga kiri lawan-
Pakaian ceng-san-biau-khek tampak berkibar, begitu
serangan luput, pedang sudah ditarik mundur melindungi
tubuh, cukup sigap memang perobahan permainannya, tak
nyana begitu pedangnya mengiris miring, tahu-tahu
gerakannya sudah terkunci oleh serangan lawan hingga
pedangnya seperti tak mampu bergerak lagi. Sungguh tak
terpikir bahwa gerakan lawan secepat ini, dalam gugupnya
lekas dia mengkeret tubuh menarik telapak tangan kiri,
tubuhnya setengah berputar, seluruh kekuatan dia kerahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditelapak tangan terus menepuk denganpukulan Hian-pingciang.
Hawa seketika menjadi dingin dengan desis suaranya yang
mengeluarkan uap putih segulung kekuatan dingin kontan
melanda kearah Liok Kiam-ping.
"Pyaaar." Dua kekuatan beradu ditengah udara, hawa
dingin yang membekukan kontan terpencar cerai berai,
kekuatan dahsyat bagai gugur gunung betul-betul membuat
ceng-san-biau-khek mengerang tertahan, tubuhnya tergentak
tujuh langkah.
Liok Kiam-ping menghardik keras, tubuhnya melejit tinggi
tiga tombak ditengah udara tubuhnya melompatjauh kesana
menyusuli dengan gempuran lebih dahsyat, hakikatnya dia
tidak memberi peluang kepada musuh untuk mempersiapkan
diri. Dua langkah kakinya beranjak ditengah udara, kedua
tangan bersilang beruntun dia menjotos dua puluh satu
pukulan, jalur-jalur angin kencang yang situ lebih keras dari
yang lain, semua menggulung kearah ceng-sin-biau-khek.
Pakaian ceng-sin-biau-khek seperti ditiup angin badai,
"Bret" jubah bagian dadanya tersampuk sobek sebagian besar,
keadaannya sekarang tak ubahnya seperti berada di tengah
kepungan pasukan berlaksa jumlahnya padahal dia itu hanya
mampu bertahan dengan serangan balasan sejurus saja, yaitu
membendung tenaga raksasa yang menindih dari atas. Kedua
kakinya berdiri kokoh seperti berakar dibumi, pedangnya
teracung miring keatas menyongsong pukulan telapak tangan
lawan yang mengepruk turun.Jurus ini dinamakan Pat-kakham-
sing (bintang dingin delapan sudut) salah satu jurus
petilan dari ilmu Pak-hay-pay yang sakti, gerakannya
kelihatannya sederhana, tapi didalamnya mengandung daya
tahan dan serangan dengan perobahan yang sukar diraba,
besar manfaatnya untuk membobol serangan tenaga ribuan
kati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahwasanya keistimewaan ilmu yang diyakinkan ceng-sanbiau-
khek selama ini adalah Ginkang dan pukulan telapak
tangan, kini dia menggunakan ilmu pedang yang tidak begitu
dikuasainya melawan Wi-liong-ciang yang sudah diyakinkan
sempurna oleh Liok Kiam-ping, jelas perbandingannya
terlampau jauh dan tidak sebanding, adalah jamak kalau dia
memperoleh kerugian besar.
Sayang kesempatan mendahului telah lenyap pula, karena
terdesak oleh kekuatan tindihan lawan, terpaksa dia hanya
bisa memperkokoh kedudukan sekuat tenaga menghadapi
rangsakan musuh, sekali-kali dia tak berani berganti posisi
atau menggeser kedudukan sehingga memperlemah
pertahanan sendiri hingga termakan oleh gempuran lawan-
Bagai malaikat yang turun dari langit Liok Kiam-ping
membentak sambil melontarkan pukulannya yang hebat,
kekuatan pukulan yang dilontarkan dari telapak tangannya
membikin sekujur tubuh ceng-san-biau-khek makin amblas
kebumi, pedang ditangannya pun melengkung mengeluarkan
dengung suara keras.
Secara gencar Liok Kiam-ping melontarkan tiga puluh
pukulan ditengah udara, kaki ceng-san-biau-khek pun makin
amblas kedalam bumi sampai menyentuh lutut.
Keringat tampak gemerobyos diwajahnya, sorot matanya
yang panik dan tegang jelas kelihatan, maklum sebesar ini
belum pernah merasakan betapa ngerinya seseorang
menghadapi kematian, arwah seakan telah direnggut oleh
elmaut. Dadanya sesak. darah mendidih, seluruh urat nadinya
berdenyut keras, syarafnya seperti hampir pecah, sekuatnya
dia telan kembali darah yang sudah menerjang keteng
gorokan-
Tapi. akhir tiga puluh serangan Liok Kiam-ping, ceng-sanbiau-
khek pun tak kuasa bertahan lagi, darah menyembur
sebanyak-banyaknya. Untunglah pada saat-saat kritis itu pula,
hawa murni Liok Kiam-ping juga tak mampu diganti pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga tubuhnya anjlok kebawah, begitu dia menarik napas
panjang, tangannya sudah siap menggempur pula kearah
ceng-san-biau-khek.
Begitu merasakan tindihan ribuan kati dari atas mengendor,
ceng-san-biau-khek pun meronta sekuatnya seraya memekik
keras, kedua lututnya tertekuk ketanah, dengan sisa
tenaganya sekuatnya dia melontarkan serangannya lebih dulu,
tapi tangannya gemetar dan berat sekali seperti diganduli
barang ribuan kati, selebar mukanya merah padam.
Liok Kiam-ping sedang meluncur turun, tahu-tahu sinar
gemerdep telah melandai, pedang panjang tajam beracun itu
telah menggaris tiba, seketika timbul secercah cahaya
benderang laksana pancaran sang surya yang cemerlang,
cahaya gemerdep yang benderang itu betul-betul membuat
matanya silau seperti ditabiri warna serba merah menyala,
bayangan lawan pun lenyap ditelan tabir merah menyala itu,
sehingga gerakan ceng-sanbiau-khekjuga tidak kelihatan-
Pada hal pikirannya masih jernih dan segar, dia tahu waktu
itu sudah menjelang magrib, pancaran sinar surya tidak
mungkin secemerlang ini, tabir merah itu sungguh amat
menyakiti bola matanya tanpa kuasa dia memejam mata. Tapi
pada detik-detik krisis itulah tiba-tiba terasa Thian toh-hiat
dibagian lehernya seperti dituding ujung pedang yang runcing
dingin, jaraknya tinggal beberapa dim saja hampir menyentuh
kulit.
Mau tidak mau Kiam-ping kaget dan tersirap oleh
perobahan yang tak terduga ini, hakikatnya dia tidak
menyadari akan anceaman ujung pedang yang sudah
mengincar tenggorokan ini. Untunglah pada saat-saat gawat
itu mendadak didengarnya sebuah pekik peringatan: 'Hai lekas
berkelit.' Itulah pekik suara perempuan yang penuh prihatin
dan panik serta gugup,
Secara reflek tanpa pikir Liok Kiam-ping menggembor bagai
guntur menggelegar, tubuh bagian atas secara reflek menj
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkang mundur tiga dim, berbareng telapak- tangan kiri
terangkat menyampuk sementara kelima jari tangan kanan
menceng kram pula. Gerakkannya ini adalah jurus Liong-jitcing-
thian, jurus ketiga dari Wi- liong- ciang.
Baru sekali ini pula ceng-san-biau-khek melontarkan jurus
Jit-lun-jut-seng ilmu pedang yang berhasil dia pelajari dari
catatan yang terukir digagang pedang, mutiara sakti Liat-jit
(matahari) yang terpasang diatas pedang memancarkan
cahaya kemilau yang dapat membikin sila u pandangan mata
lawan, begitu gaya pedang dilancarkan, selarik sinar pedang
bergerak tenggorokan lawan akan menjadi sasaran tusukan
pedang panas itu.
Serangan secepat kilat ini, jelas mampu menusuk bolong
tenggorokan orang dan tamat riwayatnya, tak nyana Tokko cu
yang menonton disamping mendadak menjerit memberi
peringatan, sehingga lawan tersentak sadar dan mampu
meluputkan diri.
Lekas dia tarik napas, seluruh tubuh doyong kedepan,
dengan gaya tetap dia dorong pedangnya tetap menusuk
tenggorokan- tak nyana tiba-tiba pandangannya kabur, lima
jalur angin kencang dari jari-jari lawan mencengkram Yang-ko,
Pian-ie, Un-liu, Toalin, dan Lau-kicng lima hiat-to ditelapak
dan pergelangan tangannya. Dalam keadaan tubuh
terjengkang kedepan, tak mungkin pula dia bisa merobah
gerakan, begitu tangan lemas jari terlepas, pedang
panjangpun terampas oleh lawan- Maka telapak tangan kiri
Liok Kiam-ping yang menepuk turun itu melingkar setengah
bundar, secara menakjubkan menepuk dadanya.
"Blang" untung dia sempat sedikit mendak sehingga
tepukan telapak tangan Kiam-ping mengenai pundak kanan
ceng-san-biau-khek. tampak bayangan hijau mencelat,
laksana layang-layang putus benang tubuhnya mencelat
mabur beberapa tombak dan "Bluk" terbanting keras rebah
celentang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping tenangkan diri mengendalikan gejolak
hatinya, sesaat lamanya baru pandangannya pulih seperti
sedia kala. dilihatnya ceng-san-biau-khek yang celentang
mandi darah disana, dengan geram dia mendengus keras.
Waktu dia menelan air liur, terasa bagian lehernya sakit, serta
merta dia angkat tangan meraba, tangannya berlepotan
darah.. Ternyata ujung pedang lawan tadi juga sempat
menyentuh kulit lehernya hingga tergores lecet. Karuan Kiamping
bergidik merinding, kembali dia mengawasi ceng-sanbiau-
khek yang pingsan, dengan langkah lebar lekas dia
menghampiri Tokko cu.
Tubuhnya yang semampai lemas menggelendot didahan
pohon, wajahnya pucat pias, namun tubuhnya yang agung
dan suci seperti memancarkan cahaya bening sehingga
kelihatan dia lebih anggun dan asri.
Berdegup jantung Liok Kiam-ping melihat bibirnya yang
terkatup menjengkit keatas menahan sakit. Disadarinya bahwa
jantungnya berdetak lebih keras dari biasarya, maklum
sekarang dia menghadapi gadis jelita yang masih suci murni,
tapi bukan lagi seorang Bulim cianpwe yang berkedok. Agak
lama dia megap-megap baru kuasa mencetuskan suaranya:
"Kau... bagaimana luka-luka mu ?"
Tokko cu hanya tertawa ewa sahutnya lirih: "obatmu
mujarab luka-lukaku sudah mengering, darah tidak keluar lagi"
Lalu dia menyingkap rambutnya yang menjuntai lemas dari
sanggulnya, gaya dan gerakannya nan lembut sungguh indah
mempesona.
Lok Kiam-ping coba tersenyum sewajarnya, katanya:
"Itulah obat mujarab buatan Siau-lim-pay, semula memang
kukira amat mujarab maka kuberikan kepadamu, karena aku
sendiri belum pernah memakai..." dia bicara sejujurnya,
”serangan pedangnya tadi sungguh teramat lihay, pedangnya
ternyata mampu memancarkan cahaya benderang laksana
surya sehingga mataku tak mampu terbuka, untung kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberi peringatan- kalau tidak...” Kiam-ping angkat pundak
serta geleng-geleng lalu meraba lehernya pula.
Tokko cu geli melihat tingkah lucu dan kikuk Liok Kiamping,
tapi dia hanya mengangguk saja, tadi akupun tak
mampu membuka mata karena jurus pedangnya yang aneh
itu.” Lalu dia mengawasi pedang panjang lencir ditangan
Kiam-ping, diatas gagang pedang ada dicatat tiga jurus
pelajaran ilmu pedang, Suhu pernah menjelaskan bahwa
ketiga jurus pedang ini merupakan kombinasi intisari ilmu
pedang dari berbagai cabang persilatari yang paling top... "
sampai di-sini baru dia sadar telah kelepasan omong, maka
lekas dia tutup mulut, sungguh dia sendiri tidak habis
mengerti, kenapa hari ini dia banyak bicara, pada hal selama
didalam Te-sat-kok belasan tahun dia amat pendiam dan
bersikap eksentrik, tapi sejak pemuda yang satu ini
menerobos masuk ke Te-sat-kok entah kenapa perangainya
berobah, pada hal dulu dia tinggi hati, angkuh, dingin dan
sekarang...
---ooo0dw0ooo---
Tanpa terasa dia menghela napas, terbayang olehnya
betapa gurunya memberi pesan kepadanya disaat dekat
ajalnya, dirinya diwajibkan menjaga ketiga pedang pusaka,
tapi pemuda gagah, teguh dan perkasa ini ternyata telah
terukir didalam relung hatinya yang sebelum ini telah
tersumbat olel segala perasaan keduniawian-
Kini otaknya tengah menerawang, dengan mendelong dia
mengawasi pemuda ganteng ini, perasaan mulai bersemi
dalam lubuk hatinya, bayangan sang perjaka telah terukir
dalam benaknya. Entah mengapa tiba-tiba mukanya yang
pucat itu bersemu merah, dengan tertawa lirih dia menunduk
malu hingga tampak barisan giginya yang putih rajin:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Senyumannya laksana bunga mekar." demikian batin
Kiam-ping, meski dia hanya mengenakan jubah hitam."
Selama hidup baru pertama kali ini Kiam-ping menyaksikan
senyuman semanis dan mekar seperti ini, tanpa sadar dia
menghela papas panjang, puas dan lega..
"Siapa namamu ?" tanya Tokko cu dengan suara nyaring
lembut.
"Aku she Liok bernama Kiam-ping, tapi kau boleh panggil
Kiam-ping padaku, karena aku suka orang memanggilku
demikian," sahut Kiam-ping sambil menatapnya lekat-lekat.
"Berkat pertolonganmu tempo hari, seingatku aku belum
sempat berterima kasih kepadamu, apakah kau masih
salahkan kelakuanku yang sembrono itu ?"
Merah wajah Tokko cu, katanya menggeleng: "Semula aku
kira kau adalah manusia tamak yang mengincar harta pusaka
dalam lembah, maka... "
Lekas Kiam-ping memberi penjelasan:
"Tanpa sengaja aku masuk ke sana, tapi waktu itu ku kira
betul-betul adalah seorang cianpwe yang sudah terkenal di
Kangouw, karena kulihat ceng-san-biau-khek agak jeri
terhadapmu." Diam-diam dia merasa heran oleh perobahan
sikap gadis rupawan ini, tindak tanduknya jauh berobah
dibanding waktu masih berada didalam lembah. Diam-diam
Kiam-ping membatin: "Mungkin dia sengaja bersikap kereng
dan ketus karena mengenakan kedoknya itu, pada hal dia
seorang nona yang baik hati.'
Apa yang diduganya memang benar, setiap gadis tentu
punya kedok muka yang palsu ada kalanya seorang gadis
aleman, binal, malu-malu semua itu hanya untuk menjaga
gengsi, mempertahankan harga diri, akan tetapi bila mereka
sudah berada didekat apa lagi dalam pelukan sang perjaka
yang dicintai, secara tidak sadar mereka akan menanggaikan
kedok palsu mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu menyinggung ceng-san-biau-khek, serta merta
Tokko cu lantas menoleh kesana tiba-tiba dia berjingkat,
karena ditanah hanya ketinggalan ceceran darah dan sejilid
buku tua, bayangan ceng-san-biau-khok ternyata telah lenyap
entah kemana. 'Dia sudah lari, disaat kami... " terbayang
betapa mesra tadi dirinya berdiri berhadapan, tanpa merasa
dia menoleh kearah Liok Kiam-ping dengan muka jengah.
Kebetulan Liok Kiam-ping juga tengah menatapnya. begitu
pandangan bentrok lekas dia melengos sambil tertawa Cekikik.
Lekas Liok Kiam-ping menghampiri ketempat ceng-sanbiau-
khek rebah tadi, segera dia berjongkok memungut buku
tipis yang kuno itu begitu melihat tulisan diatas sampul buku
seketika dia menjerit girang: "Wi-liong-pit sin."
Tokko cu juga melenggong, lekas dia memburu maju dan
bertanya: "Apa ? Wi-liong-pit-sin ?"
Gemetar jari-jari Liok Kiam-ping dengan terbalik dia mulai
membuka lembaran buku
Wi-liong-pit-sin, halaman ada sebuah potret orang dan
dibawahnya ada tulisan, langsung dia membuka lembaran
keempat dimana tercantum jurus keempat dari Wi-liong-pitsin-
Wi Bong-ting-yak." dengan rasa haru dan senang dia
memekik.
"Tokko cu bertanya: Jadi kau adalah murid Kiu-thian-sinliong
? Bergelar Pat-pi-kim- liong ?"
Liok-Kiam-ping menjawab dengan anggukkan kepala,
langsung membalik halaman terakhir, tampak di-sini ada
tulisan berbunyi: "Aku inilah ciangbunjin generasi kedua dari
Hong-lui-bun. orang-orang Kangouw menjuluki Ki-kiam-wiliong
padaku, dengan ilmu pukulan wi- liong aku malang
melintang diselUruh jagat, namun tiada seorang lawanpun
yang mampu melawan aku lima jurus pukulan.
"Musim rontok tahun itu, waktu aku lewat Tong-pek-san
kebetulan bersua dengan Thian-to-sin-liong yang datang dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thiantiok ( India ) daripadanya aku memperoleh Lian-jit, cui ie
dan Jit-jay tiga mutiara, lalu kupaksa pawang pedang yang
paling jempolan pada masa ini- In-tiong-cu untuk
menggemleng sebilah pedang mestika. Untuk menundukkan
dia terpaksa aku menggunakan Wi-liong-hiong-khong menutuk
Jie-kan-hiat didadanya, namun dia berhasil meloloskan diri
juga..."
Diam-diam Liok Kim-ping bergirik sendiri, tak pernah
terbayang olehnya ada manusia sehebat ini didunia, setelah
terkena tutukan didada dengan jurus Wi-liong-hiong-khong
masih mampu melarikan diri. Karena Jit-kian-hiat adalah salah
satu dari tiga puluh enam Hiat-to besar yang mematikan di
tubuh manusia, sedikit tergetar saja dapat mengakibatlan
kematian jiwa manusia.
Tiba-tiba terasa lehernya gatal dan nyeri, dua jalur hawa
panas seperti menyembur kulit lehernya, tapi Kiam-ping diam
saja dan tidak menoleh, karena dia tahu Tokko cu juga ikut
membaca buku yang dibentangnya dibelakang, deru napas
hidungnya menyebur lehernya.
Tiba-tiba dia menarik napas panjang, seolah-olah dia ingin
menghirup seluruh bau harum yarg tersiar diudara kedalam
dadanya, bau harum yang menyejukkan teruar dari badannya
yang manis dan lembut.
Tokko cu heran dan tidak mengerti kenapa Kiam-ping
berulang kali tarik napas dalam tanyanya: " Kenapa sih kau?"
"Ah, tidak apa-apa." Liok Kiamping tersipu-sipu, "aku hanya
ingin mengganti napas segar yang harum diudara..." tiba-tiba
dia menoleh, melihat orang menunduk malu-malu, seketika
Kiam-ping sadar telah kelepasan omong. Segera dia simpan
Wi-liong-pit-sin lalu berkata: "Nona, kau...siapa namamu ?"
Tokko cu angkat kepala, dengan berani dia balas menatap.
suaranya lirih: "Nama hanyalah tanda pengenal untuk
seseorang saja. Boleh kau memanggilku Tokko cu -saja,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang,..." dia merandek lalu menambahkan.. "Pedang ini
memang pantas menjadi milikmu, masih ada dua batang lagi
tertinggal di Te sat kok, semua akan kuserahkan kepadamu.
Dulu suhu pernah berpesan waktu dia meninggalkan ketiga
batang pedang ini, supaya aku menyerahkan kepada
ciangbunjin Hong lui bun. Semoga selanjutnya kau dapat
malang melintang di Kangouw menguasai Bu lim..."
Sinar matanya memancarkan cahaya aneh, tapi akhirnya
dia menghela napas rawan, katanya sendu: "Kepintaranmu
pasti dapat mengangkat namamu, semoga kau baik-baik saja.
Ah, ada orang datang, Aku mau pergi..." segera dia jemput
cadarnya, dengan gesit terus berlari pergi kearah lembah
gunung sana.
Melihat orang pergi, lekas Kiam-ping mengejar seraya
memanggil: "Nona, tunggu sebentar."
Tokko cu berhenti dan menoleh, pandangannya penuh
tanda tanya.
Dengan memberanikan diri Kiam-ping bertanya: "Nona
apakah mau kembali ke-Te-sat-kok ? Maukah kau berkelana di
Kangouw bersamaku ?"
Tokko cu manggut- mang gut, tapi lekas dia geleng-geleng
pula.
Kiam-ping mendekat dua langkah, tanyanya: "Nona ada
ganjelan hati apa ? Dari sorot matamu aku merasakan banyak
persoalan menguatirkan diriku..."
Tokko cu tertawa, tawa yang sendu, dan dingin, maklum
tawanya tersembunyi dibalik cadarnya.
Liok Kiam-ping berkata pula: "Tidak sepantasnya kau
mengenakan jubah hitam ini, kaupun tak usah mengenakan
cadar, karena... karena kau begitu cantik. Dan lagi kaupun
masih begini muda... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama Tokko cu menjublek, akhirnya geleng kepala, tanpa
bersuara pelan-pelan dia memutar tubuh terus tinggal pergi,
bayangannya lenyap dikejauhan-
Diwaktu orang membalik tubuh jelas tampak oleh Liok
Kiam-ping, air mata berkaca-kaca dipelupuk mata si gadis.
Diam-diam dia menarik napas panjang, terasa bukan kepalang
masgul hatinya, mendadak dia mendongak serta menggembor
sekuatnya, suaranya mengalun tinggi ditengah udara, kejap
lain dia sudah melangkah lebar menyongsong kedatangan
puluhan penunggang kuda yang mendatangi.
---ooo0dw0ooo---
Hari sudah mulai gelap. rombongan berkuda itu membedal
kencang kedepan, jarak masih cukup jauh, lekas Kiam-ping
membuka jubah luarnya untuk membungkus pedang mestika
lalu berdiri tegak dipinggir jalan menunggu kedatangan
belasan penunggang kuda itu.
Secepat lesus rombongan berkuda itu telah tiba, dalam
jarak beberapa tombak mereka telah berhenti. Biau-jiu-sipcoan
mendahului lompat turun terus berlutut dan menyembah,
serunya lantang: "Murid-murid Hong-lui-bun menghadap
ciang-bun...'
Sementara itu, para penunggang kuda yang lain juga sudah
melompat turun, semua berdiri tegak berbaris lurus, serempak
merekapun berlutut dalam gerakan yang rapi menyembah
kepada Liok Kiam-ping. Gemuruh suara mereka yang lantang:
"Ang-kim-cap-pwe-ki murid Hong-lui-bun menghadap
ciangbun, semoga ciang bun sehat dan panjang umur... "
Kedua kakek berambut uban bermuka merah berbareng
menjura kepada Kiam-ping satu diantaranya yang mengikat
rambut dengan gelang emas berkata: "Mohon ciangbun
keluarkan Hiat-liong-ling dan mengangkat tinggi supaya
semua murid-murid mengenalinya, selama hidup ini kita bakal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi pengikut ciangbun, untuk menunaikan tugas bakti
warisan ciangbun yang dahulu."
Liok Kiam-ping sadar dari lamunannya yang hambar,
katanya dengan melenggong: "Kau ini kah Hu-hoat... "
Laki-laki tua bergelang emas dekat kepalanya menjura,
sahutnya: "Hamba Kimji-toa-beng (elang besar sayap emas)
Kongsun cin-khing sebagai coh-huhoat, atas perintah warisan
ciangbun yang terdahulu kami menyambut dan
menjunjungmu... "
Mata Liok Kiam-ping melirik kearah ke kiri si tua yang
rambutnya diikat gelang perak. katanya: "Dia pun Huhoat "
Laki-laki bergelang perak dikepalanya menjura, katanya:
"Hamba Gin-jiay-beng (elang besar sayap perak) Kongsun cingiok.
berkat kemuliaan hati cianghun yang dulu diangkat
sebagai Yu-huhoat... "
Maka Liok Kiam-ping merogoh Hiat-liong-ling serta
diangkatnya tinggi, serunya: "Boleh kalian periksa apakah
betul ini?"
Sorak sorai lebih gemuruh dari tadi bergema ditanah
tegalan yang terbentang luas, ditengah tempik sorak orangorang
Hong-lui-bun itu, tampak King-ji-tai-beng dan Gin-ji-taybeng
berlinang air mata, serempak mereka berlutut didepan
Liok Kiam-ping.
Tersipu-sipu Liok Kiam-ping memapah mereka berdiri,
katanya gugup "cayhe masih membutuhkan bantuan kalian,
terutama tenaga kalian kedua Huhoat, lekaslah berdiri jangan
banyak peradatan."
"Terima kasih, kami patuh perintah ciangbun- sahut cohyu-
hu-hoat. Demikian pula delapan belas penunggang kuda
seragam biru laut, berdiri serta menjura pula, tegak lurus
membusung dada, tampak betapa gagah perkasa sikap dan
semangat mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
---ooo0dw0ooo---
Sementara itu tabir malam telah menyelimuti jagat raya.
bulan sabit telah bergantung dilangit timur, memancarkan
cahaya peraknya yang redup, Berhadapan dengan para
pahlawan gagah yang penuh semangat semua patuh dan
menghormati serta menyanjung dirinya, bukan kepalang haru
dan senang serta lega hati Liok Kiam-ping, yakinlah dia bahwa
sejak kini kebesaran nama Pat-pi-kim- liong bolehlah
dipertahankan dan terus ditegakkan di kalangan Kangouw.
Kebesaran nama, kedudukan dan Kungfu yang tinggi
merupakan impian setiap insan persilatan- Juga perempuan
cantik." demikian batin Liok Kiam-ping, karena raut wajah
Tokko cu yang cantik rupawan, gerak geriknya yang lembut
gemulai tak pernah lepas dari ukiran sanubarinya.
Suasana hening, Kiam-ping berdiri tegak menengadah,
terbayang olehnya betapa sengsara kala dulunya menjadi
gelandangan- namun kehidupan melarat dan siksa derita itu
telah menggembleng dirinya, kesempatan telah memberikan
harapan dan mengangkat nasib dirinya kejenjang kehidupan
yang lebih lumrah baik, dari sekarang dia memperoleh apa
yang selama ini selalu diimpikan olen setiap insan persilatan,
dirinya telah menjadi ciangbunjin Hong-lui-bun-
Semua itu merupakan hasil dari kesabaran keteguhan dan
perjuangan yang gigih melawan kesengsaraan dan
penghinaan, walau semua siksa derita itu sudah lalu, tapi
bagaimana dengan yang akan datang ? Dia maklum itupUn
memerlukan perjuangan gigih dan tabah, karena dia sadar
banyak urusan yang harus dia bereskan-
Sambil mengawasi bulan sabit yang tergantung diatas
cakrawala. mengepal tinju Liok Kiam-ping, batinnya: "Ayah,
ibu, sudahkah kau melihat? Putramu sekarang sudah menjadi
seorang ciangbunjin, selanjutnya bila musuh-musuhmu
bertekuk lutut dibawah kakiku, yakin kalian akan menyaksikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan tersenyum tentram, yakin itu tidak akan lama lagi... "
demikian dia berdosa dan bersumpah dalam hati.
Selesai dia mengheningkan cipta didengarnya Kim-ji-taybeng
berseru lantang:
"Ciangbunjin, harap terimalah perintah warisan ciangbunjin
generasi yang terdahulu... "
"Ooh," Liok Kiam-ping bersuara pendek. dia terima s eg
ulung kain sutra putih yang diangsurkan- Kim-ji-tay-beng
dengan kedua tangan, pelan-pelan dia buka gulungan kain
sutra itu.
Setetes noda darah, lalu setetes lagi tapi noda darah ini
sudah kering, sudah berobah warna kehitaman, jelas noda
darah ini sudah cukup lama, setelah dia membeber seluruh
gulungan kain sutra diatasnya tampak beberapa baris hurufhuruf
yang ditulis dengan tinta darah, seketika dia merasa
hidmat dan bergidik, sekilas dia pandang orang-orang
didepannya, dilihatnya merekapun tengah menatapnya penuh
perhatian, tatapan penuh harapan supaya dia membacakan
secara keras- Maka Liok Kiam-ping mulai tarik suara: "Aku
sebagai ciangbun generasi ketujuh Hong-lui bun, ciang-kiamkin-
ling sedang sekarat diatas pegunungan Tay-pa-san, yang
paling kurindukan hanyalah Hiat- liong- ling dan Wi-liong-pitsin
perguruan kita. Selanjutnya bila siapa memiliki Hiat- liongling
maka dialah sebagai pewaris ciangbun generasi kedelapan
perguruan kita, ketentuan ini harap menjadikan undangundang
bagi seluruh murid-murid perguruan.
"Seorang diri aku meluruk ke Tionggoan karena kurang
hati-hati dan tidak mengenal kelicikan orang Kangouw, tanpa
diduga aku terbokong oleh orang jahat, sekarang racun telah
menggeragoti badanku, racun sudah meresap kedalam urat
nadi hawa murni sudah buyar, aku yakin jiwaku takkan
tertolong lagi, maka kutulis pesanku ini kepada seluruh muridmurid
Hong-lui-bun, betapapun harus menemukan Hiat liongTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ling atau siapa pun yang memilikinya, biarlah dia memimpin
kita untuk menuntut balas.
"Musuh besarku adalah Tok-sin-kiong-bing, Ham-sim-lengmo,
Hwe-hun-cun-cia dari Heng-bu-san, Ngo-hu-cu dari Lamhay,
Kong-tong-koay-kiam, Lo-hu-sin-kun dari Lohu-san, maka
ciangbunjin yang akan datang harus... " pesan itu hanya
sampai di sini, lebih kebawah lagi adalah genangan darah
yang mengental, jelas menulis sampai di sini ciang-kiam-kimling
sudah kehabisan tenaga, jiwapun melayang.
Liok Kiam-ping menarik napas panjang, dilihatnya orangorang
didepannya semua berlinang air mata, maka dengan
tekanan berat dia berkata: "Aku bersumpah akan menuntut
balas atas kematian ciang kiam kim-ling, kita ganyang semua
manusia kurcaci." Lalu dia meninggikan suaranya, " manusia
jahat dikalangan Kangouw terlalu banyak dan ada dimanamana.
Murid-murid dari aliran lurus terlalu takabur dan terlalu
sewenang wenang, congkak dan bertingkah, bila selanjutnya
kita menegakkan kebenaran di dunia ini, tanpa pandang bulu
siapa menjadi penghalang kita gasak seluruhnya."
Bulat dan penuh tekad sorot mata mereka Kim-ji-tay-beng
angkat suara: "Ciang bun harus membawa Hiat-liong-ling
pergi ke Tesat kok di Bu-tong-san untuk mengambil Ki kiamwi-
liong peninggalan Cosu kita yang berupa tiga batang
pedang mestika, meyakinkan ilmu pedang sakti yang tertera
digagang pedang, lalu... "
Liok Kiam-ping buka buntaiannya terus memegang pedang
panjang.
Liat jit-kiam ditangan Liok Kiam-ping panjang tiga kaki
enam dim, batang pedangnya lencir, tipis laksana perak.
cahayanya kemilau, digagang pedang dihiasi sebutir mutiara
yang menyolok mata, Kiam-ping tahu mutiara ini dinamakan
Liat-jit (terik surya). Dibalik gagang pedang yang lain terukir
tiga orang kecil, setiap orang memegang sebatang pedang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gayanya satu dengan yang lain berbeda, disamping gambar
ukiran dibubuhi huruf-huruf kecil sebagai keterangan-
Mata Kiam-ping amat tajam, meski dibawah penerangan
bulan sabit tapi dia dapat melihat jelas gambar ukiran itu,
apalagi mutiara terik surya juga memancarkan cahaya
benderang dikegelapan, beruntun dia membaca huruf-hurup
keterangan itu sebagai berikut: Jit-lun-jut-seng Liat-jit-yamyam
dan Sip-yang-say-loh."
"Ciangbunjin, jadi kau sudah pernah ke Te-sat-kok ?" tanya
Kim-jt-tay-beng heran-
Liok Kiam-ping geleng-geleng, jarinya menjentik batang
pedang maka berdering lah suara nyaring, katanya: "Pedang
ini kurampas dari tangan Ceng-san-biau-khek. tapi aku pun
bertemu dengan Tokko cu, ia bilang suruh aku pergi ke Tesat-
kok mengambil dua pedang yang lain- Dalam dua bulan
aku sudah harus berhasil mempelajari tiga jurus ilmu pedang
yang terukir di sini, lalu aku harus membereskan satu
persoalan, kala itu boleh kita bertemu lagi. Sekarang kalian
muncul di Kangouw dan beritahu kepada semua murid-murid
perguruan kita suruh ia mereka menyelidiki jejak Tok-sinkiong-
bing tentang musuh yang lain sih masih bisa meluruk
ketempat tinggal masing-masing, bila tiba waktunya boleh kita
mulai merancangkan rercana kerja selanjutnya."
"Ciangbunjin," kata Kim-ji-tay-beng, urusanmu adalah
urusan kita, kukira kita harus sama sama..."
"Tidak usah," tukas Kiam-ping, ”ini urusan pribadi, aku
harus membereskan sendiri, dua bulan lagi kita bertemu di..."
berpikir sejenak lalu menyambung, ”kita bertemu di Kui-hunceng,
letaknya tigapuluh li diluar kota Un-ciu dipropinsi Ciatkang,
sekarang aku harus balik ke Jian-liu-ceng, karena janjiku
belum terlaksana."
Kim-ji-tay-beng tertawa keras, katanya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thi-Ciang Lau Koan ni sudah mampus terpukul pecah
batok kepalanya oleh Gin-sat-ciang Loji, tentang Thi-jiau-kimpian
dan It-tio-licng juga sudah dibebaskan oleh Biau-jiu-sipcoan-.."
Lekas Biau-jiu-sip-coan tampil katanya:
"Lapor Ciang bun, hamba sudah jelaskan segala sesuatunya
kepada mereka, maka sekarang Thi-jiau-kim-piau pergi ke
Heng-kik mencari Thi-ji-tiau, demikian pula It-tio-licng Bu-jiya
ikut ke sana pula.
Liok Kiam-ping manggut-manggut, katanya: "Baiklah, kita
bertemu dua bulan lagi"
"Ciangbunjin sekarang mau ke mana ?" tanya Kim-ji-taybeng.
"Aku akan langsung pergi ke Te-sat-kok, akan kuluruk Butong
pula, karena mereka masih hutang kepadaku..."
"Walau sudah dua puluh tahun Bu-tong-pay kehilangan
pamor, tapi Ciang bun seorang diri, kita bersaudara mendapat
perintah Ciang bun terdahulu, betapapun harus melindungi
keselamatan ciang bun, maka..."
Liok-Kiam-ping sudah berpikir, maka katanya: "Baiklah,
kalian berdua boleh ikut aku masuk ke Te-sat kok, sementara
saudara-saudara yang lain boleh menungguku di Kuihunceng."
Lalu dia pandang orang banyak serta berpesan:
Jagalah diri kalian baik-baik."
"Ciangbunjin juga harus hati-hati." serempak mereka
menjawab.
Liok Kiam-ping segera membalik tubuh terus pergi
menyusuri jalan raya kearah tenggara Kim-gin-hu-hoat segera
mengintil dibelakangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam semakin larut, derap kuda yang ramai kembali
memecah kesunyian, lambat laun makinjauh dan tak
terdengar lagi.
---ooo0dw0ooo---
Hari itu cuaca cerah sehabis turun hujan saiju. Tempatnya
dibawah gunung Butong-san diwilayah ouw pak.
Seorang diri dengan berjubah putih yang melambai tertiup
angin, pagi-pagi sekali Liok Kiam-ping sudah menempuh
perjalanan, langkahnya enteng dan gesit laksana terbang,
jauh dibelakangnya dua orang tua berusaha mengudak
kedepan, tapi sejauh mana jarak mereka tetap ketinggalan
beberapa tombak.
Lekas sekali Kiam-ping sudah tiba dikaki Bu-tong-san,
mendongak mengawasi gumpalan mega, segera dia menoleh
dan berkata: "sudah sampai Bu-tong-san, marilah kita naik
keatas."
Kim-ji-tay-beng berkata: "Ciangbunjin apakah Liat-jit-kiamboat
sudah berhasil kau yakinkan ?"
"Ketiga jurus ilmu pedang itu memang merupakan ilmu
pedang sakti mandraguna, dikala gerakan pedang
berlangsung, cahaya benderang dari mutiara terik surya dapat
dipancarkan untuk menyilaukan pandangan mata musuh.
Entah bagaimana pula kesaktian dua pedang mestika yang
lain "
Gin-ji-tay-beng segera menimbrung: Jit-jay-kiam panjang
dua kaki delapan dim bobotnya sepuluh kati, Cui-le-kiam
panjang empat kaki enam dim beratnya empat puluh dua kati.
Dahulu Ciangbunjin generasi perguruan kita Cosuya Ki-kiamwi-
liong dengan sebatang pedang Cui-le-kia m malang
melintang diseluruh jagat tiada tandingan, beliau pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dijuluki malaikat pedang pada jaman itu.' Liok Kiam-ping
melenggong, katanya:
'Masa ada pedang seberat itu ? Bagaimana jurus
permainannya bisa dilancarkan ?'
Kim-ji-tay-beng berkata: "Ki-kiam merupakan pedang yang
punya kesaktian paling hebat diantara ketiga pedang mestika
itu, bila gaya pedang dikembangkan hawa pedang seakanakan
memenuhi angkasa, kekerasannya mampu membelah
batu, lunak dapat menggempur batu menjadi bubuk. Bila Jitjay-
kiam-hoat berhasil diyakinkan- baru boleh melangkah lebih
maju meyakinkan Cui-le-kiam-hoat, menurut pesan para
Ciangbunjin terdahulu, pelajaran harus dimulai dari dasarnya
baru meningkat ketaraf yang lebih tinggi.”
Liok Kiam-ping mang gut- mang gut, tanyanya: "Apakah
kalian juga mahir Wi- liong-ciang ?"
Kim-ji-tay-beng berkata: "Waktu di Tay-san hamba
mempelajari Kim-sa ciang, sementara adikku memperoleh
pelajaran Gin-sa-ciang dari negeri Thian-tok. kedua ilmu
pukulan ini merupakan dua diantara sepuluh ilmu pukulan
dijagat ini yang paling besar perbawanya, Kim-sa-ciang nomor
empat, Gin-sa-ciang nomor lima."
Hakikatnya Liok Kiam-ping tidak pernah mendengar
sepuluh ilmu pukulan paling top didunia, maka dia tanya:
"Bagimana urutan itu bisa ditentukan diantara kesepuluh ilmu
pukulan itu ?"
Kim-ji-tay-beng berkata dengan tertawa: "Menurut
keputusan para ahli urutannya adalah demikian: Wi-liong,
Han-ping, Jik-yan, Kim-sa, Gin-sa, lima macam ilmu pukulan
ini merupakan ilmu telapak tangan paling lihay diseluruh jagat.
Lima jenis ilmu pukulan yang lain adalah Tay-lik-kim-kongciang
dari Siau-lim-pay, Boh-giok-ciang dari Bu-tong, Hu-mociang
dari Kong-tong, Bok-lian-ciang dari Hoa-san, Wi-liu-ciang
dari Ceng-seng. Sementara Pan-yok-Ciang dari Kun-lun, HwiTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
hong-ciang dari Tiam-jong juga termasuk ilmu pukulan yang
lihay pula, tapi karena kedua ilmu pukulan ini dikombinasikan
dengan kekuatan tutukan jari, maka tidak dimasukkan
kedalam sepuluh ilmu pukulan paling top didunia, demikian
pula ilmu pukulan dari aliran Sia-pay juga dicantumkan."
Liok Kiam-ping manggut-manggut, batinnya Ham-sim-lengmo
meyakinkan Hian-ping- ciang, Hwe-hun-cun-cia pasti
meyakinkan Jik-yan-ciang. Tak heran para Ciangbun yang
terdahulu tiada yang pernah melancarkan Wi-liong-ciang habis
sampai jurus keenam, paling hanya sampai jurus kelima saja,
jago-jago kosen yang paling top masa itupun sudah terpukul
mati. Padahal bekal Lwekangku sekarang paling mampu
meyakinkan sampai jurus keempat yaitu Wi-liong-ting-gak,
agaknya aku harus lebih rajin dan keras berlatih"
Angin dingin menghantam dari puncak gunung membawa
beberapa kuntum kembang salju yang berjatuhan dimuka
Kiam-ping, tiba-tiba dia menarik napas panjang, lalu katanya:
"Hayolah naik." tiga bayangan orang meluncur secerat kilat,
sekali melesat beberara tombak dicapai, hanya sekejap
mereka sudah tiba dilamping gunung.
Coat-kiam-gan sudah kelihatan disebelah depan. namun
batu ukiran itu kini diganti lebih besar dari yang dihancurkan
Kiam-ping tempoh hari, huruf-urufnyapun bergaya lebih indah.
Empang yang berair jernih dulu kini sudah beku
permukaannya oleh timbulan salju.
Mengawasi batu cadas besar berukir itu Liok Kiam-ping
menjengek. katanya: "Biar kuberi sedikit tanda kenangan
pula." Dimana sebelah tangannya terayun keras huruf 'Coat'
yang terukir diatas batu seketika hapus, debu beterbangan,
saijupun rontok berhamburan-Kini gantinya adalah telapak
tangan yang mendekuk dalam lima dim seperti sangat diukir
ditempat itu.
Kim-ji-tay-beng menyeringai sinis, katanya: 'Dahulu
kawanan Tosu hidung kerbau itu terlalu angkuh di kalangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kangouw selalu mengagulkan diri sebagai jagonya aliran lurus,
hari ini biar mereka rasakan betapa nikmatnya mencium salju
dengan ceceran darah sepanjang beberapa li." Mendadak dia
menghardik, telapak tangannya tiba-tiba ditegakkan, tampak
seluruh telapak tangannya mendadak berobah kuning mirip
emas kemilau. Bagitu sebelah tangannya menepuk serta
menggosok, terdengar suara mendesis, tepat pada huruf
"Kiam" diatas batu cadas itu, hurufnya hilang debu kembali
sama rontok, akhirnya huruf ukiran berganti sebuah tapak
tangan berwarna kuning emas.
Sebelum Kim-ji-tay-beng menarik tangannya, Gin-ji-taybeng
juga membentak sekali, telapak tangan kiri menepis
miring "Plak" suaranya nyaring, huruf "Gan" dipaling bawah
juga terkikis habis dan tertinggal bekas telapak tangan
berwarna putih perak. Dengan mendongak dia bergelak tawa,
sertanya: "Selama dua puluh tahun belum pernah aku seriang
hari ini, nanti akan kubunuh kawanan hidung kerbau sebanyak
mungkin biar darah mengalir jadi sungai"
Tampak oleh Liok Kiam-ping bola mata Kongsun cin-giok
memancarkan cahaya buas penuh dendam, terutama telapak
tangan berwarna putih perak yang teracung diudara kelihatan
sedemikian menggiriskan. Sepanjang jalan ini diam-diam
Kiam-ping perhatikan kedua orang ini, ternyata kedua
bersaudara ini memiliki watak yang berbeda, Kongsun cinkhing
orangnya ramah dan kalem, tapi perangainya keras dan
teguh pendirian, seorang jujur dan lembut, diluar, keras
didalam.
Sebaliknya Gin-ji-tay-beng lebih tumpul agak lamban dan
berangasan, wataknya keras dan gampang marah, seorang
kasar yang jarang menggunakan otak, jadi tanpa akal, apa
yang dipikir atau diinginkan harus segera dilaksanakan, kalau
dibanding hatinya lebih senang dan ketarik terhadap Kim-jitay-
beng tapi dia maklum bahwa kedua orang ini sedia dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rela berkorban demi dirinya, loyalitas mereka terhadap dirinya
dan untuk Hong-lui-bun boleh tidak usah disangsikan-
Setelah memberikan tanda mata Kiam-ping memberi abaaba
lalu mendahului meluncur keatas. Tapi baru beberapa
langkah, lantas terdengar bentakan ramai dari atas gunung,
beberapa bayangan orang tampak muncul berlompatan turun.
Dari kejauhan Kiam-ping sudah melihat, kawanan Tosu itu
dipimpin oleh Pek-ciok Tojin diantaranya ada tiga orang lakilaki
berpakaian preman, semuanya ada enam berlari turun
secepat meteor jatuh
"Nah, itu yang mengantar kematian telah datang."
"demikian seru Gin-ji-tay-beng sambil menyeringai sadis.
Telapak tangannya saling gosok seraya menggumam: "Sudah
dua puluh tahun tidak pernah membunuh orang, tulang
belulang ini menjadi risi dan gatal rasanya...
Diam-diam Kiam-ping merinding mendengar pernyataan,
pikirnya: "Mana ada manusia didunia ini yang punya hobby
membunuh orang ?" maka dia berpaling, katanya:
"Yu-huhoat, kalau tidak perlu tidak usah turun tangan keji,
supaya tidak melanggar hukum alam."
Sekilas Kim-ji-tay-beng memandangnya heran, katanya:
"Ciangbun, dunia persilatan serba keji dan jahat, berbagai
manusia jahat dan telengas ada dimana-mana, siapapun bila
berhati baik dan mulia, sedikit lena pasti dia mengalami
bahaya dan salab-salah dicelakai orang. Demikianlah Ciang
bun terdahulu sudah menjadi contoh yang nyata, sehingga
beliau dikeroyok oleh Liok-toa-thiancu dan meninggal di Taypa-
san. jikalau sekarang Ciang bun sendiri tidak tega turun
tangan, bagaimana musuh besar kita itu harus diberantas."
Merinding sekujur badan Liok Kiam-ping tiba-tiba terbayang
betapa mengenaskan kematian Ibunya, maka dia kertak gigi
dan mendesis penuh kebencian "Betul, hutang darah harus
dibayar dengan darah. Sikat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lenyap perkataannya Kim-gin-hu-hoat segera bertindak.
laksana dua anak panah mereka sudah memapak kedepan-
Ditengah udara Gin-ji-tay beng membentang kaki tangan
seperti hurung terbang. ditengah udara dia menghardih
sekeras guntur, tangan kiri bergerak menimbulkan deru
kencang terns menukik turun.
Salah satu orang yang berlari turun itu tiba-tiba menjerit
kaget: "Hah, Gin-si-ciang."
Belum habis dia bicara, ditengah gelak tawa Gin-ji-taybeng.
tangannya sudah membelah, darah kontan muncrat,
salah satu Tosu yang memburu tiba tidak sempat berkelit,
kepalanya terkepruk pecah, sekali menjerit jiwapun melayang.
Sementara itu Kim-ji-tay-beng juga terapung di tengah
udara, laksana elang raksasa dia menubruk kepada Pek-clok
Tojin, Pek-ciok Tojin menggeram gusar, kontan dia kebut
lengan bajunya menerbitkan segulung angin pukulan dahsyat
menggempur Kim-ji-tay-beng yang menerjang turun. Tapi Kim
ji-tay-beng hanya mengayun sebelah tangannya, begitu
cahaya kuning berkelebat, disertai deru angin dan suitan
nyaring, tampak Pek-clok Tojin seperti didera oleh gelombang
badai, ditengah erangan tertahan tubuhnya terpental jatuh
lima kaki, lengan baju kanannya ternyata lenyap terbelah oleh
pukulan telapak tangan lawan, dengan duduk tertegun dia
mengawasi lengannya yang terluka menjadi kuning emas
persis dalam bentuk telapak tangan, karuan dia menjerit
kaget: "Kim-sa-ciang.Jadi kau inilah Kim-ji-tay-beng ?"
Kim-ji-tay-beng terloroh-loroh, katanya, 'Sudah dua puluh
tahun Lohu tidak kelana di Kangouw, ternyata kau masih ingat
diriku Hahaha, serahkan jiwamu."
Lenyap suaranya, sebuah suara kereng rendah tiba-tiba
mencegah: "Kongsun Huhoat tunggu sebentar, biar aku tanya
sesuatu kepadanya."
---ooo0dw0ooo---
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar seruan ciangbunjin, lekas Kim-ji-tay-beng
menarik tangan membalik tubuh, sahutnya: "Tunduk pada
perintah ciangbun."
Begitu melihat yang berdiri didepannya adalah Liok Kiamping,
Pek-ciok Tojin tampak kaget, matanya terbelalak.
serunya "Pat-pi-kim- liong ? ciangbunjin Hong-lui-bun... "
Liok Kiam-ping tertawa, katanya: "Bukankah aku pernah
bilang akan meluruk ke Bu-tong pula, karena masih ada
perhitungan dendam diantara kita yang belum beres" tiba-tiba
dia menarik muka, "Siapa yang melukai ibuku ? Apa kau juga
ikut turun tangan ?"
Berubah air muka Pek-ciok Tojin, katanya: "Bik-lo-kim-tan
adalah obat mujarab perguruan kita, betapapun tidak boleh
diberikan kepada orang luar... "
Beringas muka Liok Kiam-ping, serunya: "Bu-tong adalah
salah satu dari sembilan partai besar yang berhaluan lurus,
sebagai beragama harus mengutamakan cinta kasih dan
bijaksana. ibuku terluka parah, beliau datang mohon
pengobatan kepada kalian Tosu-tosu busuk, bukan saja kalian
tidak memberi malah mengeroyok dan melukainya tanpa
mengenal belas kasihan- Apakah kalian manusia yang berperi
kemanusiaan ? Patut tidak kalian dibunuh ?”
Tiga laki-laki tua yang berdiri disamping sana sekilas melirik
kearah Pek-ciok Tojin, kata satu diantaranya: “Nama besar
Tayhiap sudah menggoncangkan Kangouw, tapi kaupun tidak
boleh melulu menyalahkan pihak kita, Bik-lo-kim-tan adalah
pelindung perguruan, betapapun tidak boleh sembarangan
diberikan kepada orang, tentang kematian ibunda mu... "
Liok Kiam-ping terloroh-loroh, teriaknya: ”Jadi anggapmu
ibuku pantas mati, begitu ? Siapa kau sebutkan namamu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berobah air muka laki-laki tua itu, katanya kereng: "Lohu
Tin-sam-siang Lau ciau kim murid preman Bu-tong, tahun ini
berusia lima puluh dua, selamanya belum pernah ada anak
muda seangkuh macammu berani kurungajar terhadapku..."
"Berani kau menghina ciangbun kita ." Lukas Gin-ji-tay
beng yang berangasan, "Hehe, Lohu sudah tujuh puluh tiga,
kapan pernah melihat keparat macammu berani menghina
ciangbun Hong-lui-bun kita ? kunyuk, kaupun harus mampus."
Merasa bagai orang tua Tin-sam-siang Lau ciau-khim wajib
memberi tegoran kepada Liok- Kiam-ping, tak nyana sikap
Gin-ji-tay-beng yang kasar lebih pedas lagi mencercah dirinya,
karuan gusarnya bukan main, bentaknya: "Siapa kau ?"
"Kau sudah pantas mampus dua kali." jengek Gin-ji-taybeng,
begitu menegakkan telapak tangan, telapak tangannya
itu tiba-tiba melar makin gede dan telapak tangannyapun
berobah memutih perak mengkilap.
"Gin sa ciang (pukulan pasir perak)". Desis Lau ciau-khim
gemetar dengan muka berobah, jadi kau ini Gin-ji-tay beng "
"Betul, nah serahkan jiwamu keparat damprat” Gin-ji-taybeng.
Tangan bergerak mengikuti gaya tubuhnya, secepat
kilat orangannya menggempur kepala lawan dengan sebelah
tangan saja.
Melihat serangan ganas Lau ciau-khim lekas miringkan
tubuh sembari menangkis dengan kedua tangan, dia lontarkan
Boh-giok-ciang ajaran Bu-tong-pay yang lihay dengan jurus
Jan-kim-gick ( mematah emas merebuk glok ), begitu kedua
tangan terpencar keduanya menekan kiri kanan dada lawan-
Gin-ji-tay-beng tertawa latah, tangan kanannya menggeruk
keluar, secepat kilat kelima jarinya telah mencengkeram
lengan kiri lawan, sementara telapak tangan kiri membelah
turun maka terdengarlah suara rkrak," lengan kiri lawan
ternyata telah ditabas buntung mentah-mentah oleh telapak
tangan Gin-sa-ciang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal tubuhnya masih terapung ditengah udara, begitu
kedua tangannya terpencar pula perubahan gerak tanganya
sungguh gerakan menakjubkan dimana sinar perak
berkelebat, sebelum lawan menjerit kesakitan, telapak
tangannya telah mengepruk pecah pula batok kepala lawan-
Ditengah hamburan darah yang muncrat, dia menyeringai
lebar, ditengah loroh tawanya dia sudah jumpalitan turun di
samping Kim-ji-tay-beng.
Beberapa gerakan berantai itu dilaksanakan dalam waktu
singkat boleh di kata diselesaikan sekaligus, maka orang lain
hanya mendengar suara ganjil, tahu-tahu tampak Gin-ji-taybeng
telah melompat terbang kembali seperti seekor burung.
Setelah tegak berdiri Gin-ji-tay-beng. Mencemooh: "
Kiranya juga begini saja Tin-sam-siang (mengejar tiga
propinsi). Siapa pula berani menghina ciangbun kita, biar ia
rasakan sekali pukulan Gin-sa-ciang ku"
Seluruh lengan Pek-ciok Tojin linu Pegal tak mampu
digerakkan, matanya terbeliak kaget dan ngeri mengawasi Lau
ciau-khim roboh terkapar, segera dia berpaling dan berkata: "
Lekas kau kembali ke biara dan laporkan bahwa Pat-pi-kimliong
ciangbunjin Hong-lui-bun meluruk dan mengganas"
Tojin yang lain mengiakan, baru saja dia hendak bergerak
tiba-tiba telinganya serasa pekak oleh sebuah bertakan:
Jangan bergerak. aku sendiri akan keatas menemui ciang bunkalian,
demikian pula Hwi-bing Tiang lo akan kutantang
bertanding"
Tapi Tojin itu memang bandel tanpa hiraukan ancaman,
cepat dia berlari keatas. "Keparat," maki Kiam-ping,
"mengabaikan peringatan, dalam jarak dua tombak akan
kubikin kau mampus di bawah Wi-liong-ciang."
Ternyata Tojin itu takut mati, lekas dia berhenti dan
menoleh, wajahnya pucat, panik. tegang dan ketakutan, sorot
matanya menampilkan belas kasihan melirik kearah Pek-ciok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping mengulum senyum sadis, seolah-olah
terbayang betapa mengerikan kematian ibunya. Maka hatinya
makin mantap. katanya menoleh: ”Mereka kuserahkan kepada
kalian, aku akan naik keatas gunung lebih dulu." tiba-tiba
tubuhnya melejit empat tombak. terus meluncur keatas
gunung dengan kecepatan kilat.
Masih sempat dia mendengar gelak tawa Gin-ji-tay-beng
seperti berpesta pora saja, disertai deru aneh yang keluar dari
permainan Gin-sa-ciang, Kiam-ping tidak menoleh, karena dia
maklum bagaimana nasib orang-orang itu.
Jalan kecil liku-liku tidak menjadi halangan baginya,
ternyata sepagi ini salju telah tersapu bersih diundakan batu,
hanya gundukan saiju dikedua sisi jalan lebih meninggi.
Mendadak luncuran Liok Kiam-ping merandek lalu
melayang turun- Sekilas matanya melirik. dilihatnya dua Tojin
berdiri ditengah jalan sambil menyoren pedang, sambil
mendengus dia bertanya: "Apakah ciangbun kalian diatas
gunung ?”
Kedua Tojin muda ini berdiri dalam posisi menyudut,
seorang memegang pedang ditangan kiri yang lain memegang
dengan tangan kanan, pedang menjulur lurus kebawah, meski
melihat kedatangan Liok Kiam-ping serta mendengar
tegurannva, tapi mereka diam tidak bergerak. dengan tenang
menatap Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping melengak malah, katanya dengan tawa
lebar: “Apakah kalian ini yang dinamakan Liong-gi-kiam-tin ?"
melihat kedua Tojin itu tetap tidak bergeming, pelan-pelan
Kiam-ping maju kedepan mereka, ”apa kalian mau menjajal
Wi liong-ciang ku ?" sebat sekali tiba-tiba dia menyelinap maju
sejauh satu kaki begitu kedua tangannya bergerak langsung
dia menjojoh di it-kam hiat didada mereka.
Begitu cepat gerakan Liok Kiam-ping, di kala kedua Tojin
merasa pandangannya kabur, belum sempat mereka bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dada mereka sudah terkena telak tanpa dapat menrang kis
atau melawan, ditengah jeritan mereka tubuh besar itu
mencelat terbang tiga tombak jauhnya, darah berceceran
sepanjang jalan undakan sehingga salju pun menjadi merah.
Dua batang pedang mereka terbang ke udara dan amblas
kedalam saiju tak jauh disamping tubuh mereka.
Tanpa hiraukan kedua korbannya Kiam-ping langsung enjot
tubuhnya, sekali berkelebat tiba-tiba bayangannyapun sudah
lenyap tanpa meninggalkan bekas.
Sepanjang jalan ini Kiam-ping tidak menghadapi rintangan
lagi, secepat terbang dia sudah tiba diluar hutan cemara,
pandangannya tiba-tiba benderang, ternyata dirinya sudah
tiba didepan Siang-jing-koan- Didepannya terbentang sebuah
lapangan yang luas. sebuah biara kuno dengan hiasan serba
antik berdiri ditengah lapangan, bangunan megah bersusun
dan berlapis memanjang kebelakang sampai tak kelihatan
ujungnya.
Ditengah lapangan luas itu, sebuah barisan pedang dalam
sikap besar telah siap menyambut kedatangannya, puluhan
Tojin bersenjata pedang sudah menduduki posisi masingmasing
dalam bentuk sebuah barisan, deretan Tojin paling
depan sedang bergerak pelan-pelan kekiri sementara para
Tojin dideretan belakang cepat-cepat menggeser ke kanan-
Bak umpama sebuah jala besar, setiap gerakan dari setiap
sudut akan menjadikan padat setiap posisi yang kosong,
setiap gerakan, cahaya pedang pasti menambal lobang
kelemahan yang kentara, sehingga lawan yang terkepung d
idala m barisan takkan mampu membobol keluar.
Berdiri dipinggir hutan diam-diam Liok Kiam-ping kaget dan
heran, pikirnya: "Barisan pedang serapat ini, umpama lalat
juga sukar terbang keluar. He, aku jadi ingin tahu lebih dulu
siapa gerangan yang terkurung didalam barisan?"
Dalam pada itu lekas sekali barisan pedang makin
mengkeret kedalam, tapi setiap kali setelah berputar dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lingkaran mereka pasti harus mundur setapak. "o, agaknya
orang yang terkepung didalam memiliki sejurus ilmu tunggal
yang lihay? Sehingga mereka jeri dan harus mundur
menghindar " dikala Kiam-ping membatin itu, mendadak
didengarnya suara hardikan, seseorang tampak melambung
tinggi ditengah kepungan namun, sedianya akan jumpalitan
keluar barisanpedang,
"ceng-san-biau khek." Kiam-ping tersentak heran, untuk
apa dia meluruk ke Bu-tong-san pula ? Jubah hijau ceng-sanbiau-
khek tampak melambai, ditengah udara tubuhnya
melompat miring. baru saja tubuhnya hampir lolos dari
kepungan barisan, tiba-tiba terdengar sebuah bentakan ramai,
sepuluh Tojin mendadak ikut melompat tinggi ke udara,
dimana pedang mereka bergerak. laksana pagar cahaya yang
kokoh, mendesak ceng-san-biau-khek jumpalitan mundur
kembali.
Diam-diam Kiam-ping geleng geleng, pikirnya: "Aku tak
habis mengerti cara bagaimana dia bisa sembuh secepat ini ?
Pukulanku hari itu cukup membuat isi perutnya tergoncang
lepas dari kedudukan semula, kenapa sekarang sudah sembuh
seperti sedia kala ?" Tiba-tiba kakinya menjejak bumi, laksana
anak panah tubuhnya melesat kedepan, ditengah udara
berputar lurus lalu berpaling ketempat dimana barusan dirinya
berdiri.
"Hehe, kiranya Hwi-bing Totiang." Demikian jengek Kiamping,
”beginikah orang-orang Bu-tong yang suci dan murni,
pandai juga kau menyergap orang dari belakang ?"
Lekas Hwi-bing menjura, katanya: "Bu-liang-siu-hud,
ternyata Sicu masih segar bugar, dalam musim sedingin ini
masih senggang kau keluyuran diatas Bu-tong-san, apakah
tujuanmu mencari ceng-san-biau-khek?""
Kiam-ping tertawa dingin, katanya: “Tempo hari kau
memberi persen sekali pukulan Siau-yang-sin-kang, sekarang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tulangku jadi gatal, maka ingin kau memberi persen pula
sekali pukulan, bagaimana pendapat Tiang lo ?"
Kembali Hwi-bing Totiang bersabda lalu berkata: "Sicu
harus maklum, waktu ibumu meluruk kemari, Pinto masih
belum keluar pada hal kau tidak tahu seluk beluk
persoalannya, tapi... "
Liok Kiam-ping naik pitam, serunya marah: "Seorang
perempuan tua luka-luka minta obat tidak diberi malah dihajar
sampai mati beginilah perilaku orang-orang beribadah yang
mengutamakan cinta kasih ? Ketahuilah Liok Kiam-ping
memeluk harapan yang tak terhingga, meresapi siksa derita
kehidupan yang terbatas, tujuanku tidak lain hanya ingin
mencari dan menemukan ibundaku, tapi kalian telah
menghapus dan melenyapkan semua harapanku, kini aku
dipaksa menjadi anak yatim piatu, coba kau pertimbangkan
pantas tidak aku menuntut balas hutang darah ini ?" Dengan
wajah dingin tiba-tiba dia mendesis berat: “Nah, rasakan dulu
pukulanku.”
Segulung angin dahsyat tiba-tiba timbul dari kebasan
lengan bajunya, damparan angin pukulan dahsyat ini
menimbulkan pusaran beberapa jalur angin lesus, pohonpohon
cemara disekelilingnya sampai bergetar seperti ditiup
badai.
Hwi-bing Totiang tidak menduga lawannya menyerang
secepat ini, sekilas dia mengerut alis, pelan-pelan telapak
tangan kanan disorong kedepan, segumpal angin panas
seketika meluber disekitar depan tubuhnya laksana dinding
saja menerjang kearah serangan lawan-
"Blang" ledakan keras menyebabkan daon-daon cemara
rontok. badan Hwi-bing tampak limbung sekali, tiba-tiba
tubuhnya mendak kebawah terus menubruk maju, sekaligus
dia melontarkan dua belas pukulanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping sendiri juga tergetar mundur lima langkah
sambil berputar merobah posisi tiga kali baru mampu
membendung dan meluputkan diri dari berondongan dua
belas pukulan lawan- Mendadak dia membentak sekali,
tubuhnya melejit keudara, ke dua tangan menari menciptakan
bayangan tangan sederas hujan, rapat dan ketat menepuk
kepala Hwi-bing dari berbagai penjuru, Hwi-bing kabur
pandangannya, bayangan telapak tangan lawan seperti
menutup buntu semua gerak geriknya, terutama pusaran
hawa deras disekeliling tubuhnya, ketat dan menghimpit
ketengah sehingga tubuhnya terbelit kencang. Hwi-bing
insyaf, kecuali mundur, tiada peluang lagi untuk menyingkir
dari rangsakan pukulan tangan yang lihay ini. Maka dia
kerahkan setaker Lwekang latihannya, kedua sikut menjaga
seluruh Hiat-to didepan dada, kakinya melesat mundur
kebelakang. menghindar dari pukulan telapak tangan sekeras
samberan guntur.
Jubah kuning emas yang dipakainya sudah melembung
seperti berisi angin, Siau-yang-cin-to yang berhasil diyakinkan
selama puluhan tahun d idala m gua ini dikerahkan,
melindungi seluruh tubuh, kekuatan hawa yang tipis
menyerupai uap putih merembes keluar dari seluruh pori-pori
tubuhnya.
Tidak tanggung-tanggung Liok Kiam-ping sekaligus merabu
musuhnya dengan tiga puluh satu pukulan- sayang hawa
murninyapun telah kandas, dia maklum karena Lwekangnya
belum cukup, maka dia belum mampu melancarkan Hwi-liongkiu-
thian sampai habis pada tiga puluh enam jurus pukulan,
itu berarti dia sudah sukses meyakinkan Wi-liong-ciang sampai
dengan jurus terakhir. yaitu Liong-jiau-king-thian-
Kalau tiga jurus Wi- liong- ciang- hoat di lancarkan secara
berantai, karena gerakan pukulan itu sambung menyambung
laksana rantai baja yang berhasil membelenggu lawan
sehingga tidak mampu melawan lagi sampai mati, yaitu mati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena tergetar oleh himpitan tenaga raksasa yang mampu
menggugurkan sebuah gunung.
Tapi kali ini dia berhadapan dengan musuh tangguh yang
lebih tinggi dari ceng-san-biau-khek.jadi lawan mampu
memanfaatkan peluang yang paling singkat, untuk
melancarkan pertahanan Lwekangnya yang kokoh dan kuat,
pada hal diri sendiri sudah kehabisan hawa murni, adalah
maklum kalau dia menjadi terdesak dibawah angin,
namunjuga hanya sekejap sampai dengan lawan harus ganti
napas pula
Banyak persoalan berkelebat dalam benaknya, di kala
tubuhnya anjlok kebawah itu, diapun sudah selesai
melancarkan tiga puluh satujurus pukulan, tapi lawan hanya
bermuka merah saja, bahwasanya belum lagi dia kalahkan-
Maka tanpa ayal segera dia menggembor seraya melolos
Liat-jit-kiam dari punggungnya, langsung digerakkan dengan
jurusjit-lun-jut-seng, cahaya air yang kemilau laksana air, sinar
dingin gemerlap. selarik sinar tajam dengan deru angin
kencang menyabet keleher lawan-
Hwi-bing harus mundur sejauh dua tombak baru berhasil
menyelamatkan diri, ternyata kekuatan Siau-yang-cin-to diluar
tubuhnya hampir buyar terserang oleh kekuatan lawan-Sudah
tentu bukan kepalang rasa kagetnya, mendadak terasa
himpitan tenaga raksasa sudah mengendor, sementara
pukulan lawan sudah habis, lekas dia menarik napas kedua
tangan naik turun lalu melingkar sekali, siau-yang-cin-to yang
berhasil diyakinkan dirobah menjadi segulung hawa panas
terus dilontarkan sekuat tenaga. Tak nyana baru saja dia
berhasil menghimpun hawa murni, mendadak dilihatnya bola
matahari nan besar benderang lagi melambung keatas begitu
terang cahaya bola bundar itu sehingga kedua matanya silau
tak mampu melihat lagi. Entah kenapa rasa takut dan ngeri
mendadak timbul dan menghantui sanubarinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menggeram, lekas dia himpun seluruh kekuatannya
didorong kearah bola bundar bercahaya laksana sinar surya
yang baru terbit itu.
"Sret" tubuh Kiam-ping tampak bergoyang, pedangnya
tergetar keras dan tak mampu lagi melancarkan jurus
permainannya karena diterjang oleh tenaga dahsyat sepanas
lahar. Kedua kakinya malah melesak sedalam dua dim
ketanah. Untung dia masih mampu menabirkan cahaya
pedangnya sehingga gempuran dahsyat tenaga lawan dapat
dipunahkan.
Pukulan hawa panas itu terbendung oleh tabir cahaya
pedangnya sehingga membumbung ke angkasa, kembang
saiju dipucuk-pucukpohon cemara seketika lumer dan
beterbangan, daun-daun cemarapun rontok berhamburan.
Ujung pedang Liok Kiam-ping menuding serong kebawah,
kedua matanya menatap tajam lawan dengan tabah dia
menekan perasaan dan mengatur pernapasan serta
mengendalikan darah yang bergolak. dengan mencelos dia
mengawasi tapak kakinya yang ambles kedalam tanah.
Hwi-bing Tojin juga sedang mengatur napasnya yang
sengal-sengal, katanya menarik suara: "Kiam-hoat apakah
yang kau lancarkan ?"
Liok Kiam-ping menyeringai dingin, sahutnya: "inilah Liatjit-
kiam-hoat. Sekarang boleh kau rasakan betapa nikmatnya
menghadapi kematian, Pernahkah kau membayang kan
betapa derita ibuku dikala meregang jiwa karena dipukul luka
parah ? oleh karena itu seluruh hidung kerbau Bu-tong-pay
patut diganyang habis.” kaki kiri melangkah sedangkan kedua
mata menatap ujung pedang "cret" tiba-tiba tubuhnya
berputar, dia melontarkan jurus Liat-jit-yam-yam.
Hwi-bing Totiang sudah kerahkan hawa murni kembali
keTan-thian, matanya dipicingkan- tiba-tiba dilihatnya lawan
mulai menggerakkan pedangnya yang memancarkan pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cahaya seterang sinar surya mencorong kearah matanya.
Meski dia sudah memicing mata, tapi yang dilihat hanyalah
benderangnya terik sinar matahari, tiada benda lain yang
tampak lagi. Seolah-olah dirinya berada ditengah padang pasir
yang kering kerontang terik matahari bergantung di
cakrawala, begitu panasnya sampai mulutnya kering dan teng
gorokan dahaga. Lebih celaka lagi sekujur badan
mendadakjuga panas seperti dipanggang sehingga
menguapkan asap. Mumpung belum kasep mendadak dia
membentak sekali, Sam-wi-cin-hwe dalam tubuhnya yang
dilatih selama tiga puluh tahun segera dikerahkan
menggempur kebola matahari yang mencorong benderang itu.
begitu seluruh kekuatan hawa murninya dikerahkan, pikiran
seketika menjadi jernih pula, maka didengarnya jeritan cengciok
Tojin tak jauh disamping tubuhnya. tapi dia sudah tidak
mampu menarik hawa api yang terpusat dipusarnya.
Jeritan panjang yang menyayat hati mendadak kumandang
dari hutan cemara. Disusul sesosok bayangan putih meloncat
terbang sejauh lima tombak dan "Bluk" terbanting ditanah. "
Asap hijau tampak mengepul didalam hutan disusul bunyi
keretakan dari nyala api yapg membakar dahan dahan pohon
dan daun. Lekas sekali nyala api berkobar makin besar ketiup
angin pegunungan yang deras, hawa semakin panas, asap
membumbung tinggi ke angkasa.
Begitu pedang Liok Kiam-ping menusuk. cahaya pedang
sudah berputar kencang berhasil memapas kutung sepasang
pergelangan tangan musuh, namun dia sendiripun keterjang
angin pukulan sedahsyat gugur gunung sehingga tubuhnya
mencelat jatuh beberapa tombak. Tak jauh diluar hutan
sebelah kiri terdapat sebuah selokan gunung, Kiam-ping
terpukut mencelat oleh gempuran seluruh kekuatan Hwi-bing
Tojin sehingga matanya berkunang-kunang. Kebetulan
tubuhnya melayang jatuh kedalam selokan, begitu tubuhnya
ketiup angin dingin dalam selokan otaknya menjadi jernih,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seketika dia sadari pula betapa berbahaya keadaan dirinya
sekarang. Lekas dia himpun seluruh tenaga murni, kedua
tangan membalik kebelakang, beruntun kedua kaki memancal
pula, sehingga tubuhnya berhasil tergeser beberapa kaki
diditengah udara. Sayang napasnyapun sudah habis dan tak
mampu mengerahkan tenaga lagi, jelas kelihatan didasar
selokan menanti batu-batu runcing yang tak terhitung
banyaknya, karuan terbang arwahnya saking ngeri rasa
kejutnya bukan main-
Maklumlah meski Kiam-ping pernah memperoleh saluran
Lwekang Lui Gi-ok yang dilatihnya puluhan tahun, tapi karena
kedua urat nadi Jin-tok ditubuhnya belum tertembus maka
hawa murni tak mampu berputar menyeluruh keseluruh
tubuh, adalah jamak kalau dia tidak mampu bergerak bebas
ditengah udara. Padahal hawa murni dalam tubuhnya sudah
habis, dikala tubuh sudah melayang turun itu, dilihatnya
didepan ada sebuah batu besar yang menonjol keluar sejauh
tiga kaki, maka dia menghardik sekali dengan seluruh sisa
tenaganya dia menusukan pedang kearah batu besar itu.
"Cras" Liat-jit-kiam memang tajam mandraguna, pedang
panjangnya itu hampir setengah amblas kedalam batu,
meminjam daya pantulan diatas pedang, lekas Kiam-ping
menarik napas sehingga tubuhnya mampu melambung
jumpalitan meluncur ke bibir ngarai disebrang sana.
Memandang dasar selokan yang penuh bertaburan batubatu
runcing, diam-diam Liok Kiam-ping bergidik sendiri,
namun bola matanya merah menyala, begitu dia angkat
kepala memandang ke arah hutan, seketika dia berdiri
melongo dan ragu-ragu.
Ternyata ceng-ciok Tojin tidak menduga bahwa Sang
Susiok berada didalam hutan, maka dia kira Liok Kiam-ping
sengaja menyalakan api didalam hutan, karena dia hanya
melihat bayangannya mencelat keluar dari dalam hutan- Maka
sambil membentak dia melolos pedang terus melompat dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebrang selokan, bentaknya gusar: "Kenapa Sicu datang ke
Bu-tong... " melihat noda darah yang mengotori jubah putih
Liok Kiam-ping tiba-tiba dia tertegun, air mukanya berobah,
tanyanya "Bagaimana Hwi-bing Susiok ? Kau... "
Memandang kobaran api yang makin besar didalam hutan-
Liok Kiam-ping menyeringai dingin: "Dia sudah mampus
didalam hutan itu.."
"Apa ?" ceng-ciok Tojin seketika melotot “apa betul ?"
tanyanya tersirap.
Liok Kiam-ping manggut-manggut, baru mulutnya terbuka,
mendadak terdengar beberapa kali bentakan ditengah lapang
disertai jeritan, lekas dia berpaling tampak beberapa Tosu
roboh terkapar sehingga kepungan berlobang, lekas sekali
ceng-san-blau-khek menerjang keluar dari lobang itu.
Ceng-san-biau-khek lari sipat kuping begitu mendapat
peluang meloloskan diri, tak nyana begitu dia angkat kepala
mendadak dilihatnya bayangan putih berkelebat, tahu-tahu
Pat-pi-kim- liong sudah berdiri mcncegat didepannya, melihat
betapa kereng dan garang sikapnya menyoreng pedang
dengan tubuh berlepotan darah lagi, karuan kaget dan serasa
terbang arwahnya, lekas dia putar tubuh lari kearah lain.
Dua kali lompat berjingkat Liok Kiam-ping sudah meluncur
tiba di tanah lapang, dilihatnya ceng-san-biau-khek telah
terkepung pula didalam barisan pedang para Tosu Bu-tongpay.
Kiam-ping enjot tubuh melejit empat tonbak dan
meluncur turun dari tengah udara masuk kedalam barisan-
Bentaknya: "Anak keparat, kau lari kemana kau?"
Ditengah udara dia melangkah dua tindak telapak tangan
terayun, pedang bergerak mengikuti gaya badannya, telapak
tangan kiri terus berputar me lontarkan jurus Liong-kiap-singan
bayangan telapak tangan bertaburan semua meluruk
kearah ceng-san-biau-khek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu ceng-ciok Tojin juga sudah memburu dekat,
langsung dia menubruk sehingga lobang barisan segera dapat
ditambal dengan mata mendelik merah dia membentak keras:
"Bentuk Kiu-cu-lian-hoan-kiam-tin (barisan pedang berantai
sembilan jago)"
Pedang melintang lurus didepan dada, kaki lantas
menggeser kekanan serta berputar, makamulai dia
menggerakkan barisan pedang. Melihat Liok Kiam-ping
memburu tiba serta menyerang, lekas ceng-san-biau-khek
menegakkan kedua tangan, beruntun diapun menggempur
dengan kekuatan pukulannya, hawa seketika menjadi dingin
hampir membuat seluruh hadirin bergidik kedinginan, keadaan
menjadi seperti berada dilembah es yang berhawa dingin.
sepasang telapak tangannya ternyata mengeluarkan uap putih
yang merembes dengan suara mendesis sehingga hawa udara
seperti bergolak. jelas dalam menghadapi mati hidup cengsan-
biau-khek telah melancarkan Hian-ping-ciang.
Liok Kiam-ping mendengus, tubuhnya lebih mendoyong
turun selangkah, tenaga dia tambah dua bagian lagi. "Blang"
dua angin kekuatan bertarung ditengah udara, terdengar
seorang mengeluarkan suara dari teng gorokan seperti suara
babi akan disembelih, tapi langkahnya tersurut lima tindak.
Suara siut-siut dari samberan pedang yang kemilau mulai
terdengar disekitar arena ternyata barisan pedang telah mulai
bergerak dua bilah pedang tajam tahu-tahu telah
menyelonong masuk mengincar dua Hiat-to mematikan
dipunggung Ceng-san-biau-khek yang mundur gentayangan,
serangan kilat sasaran tepat dan telak.
Perlu diketahui setelah mengadu kekuatan dengan Liok
Kiam-ping tempo hari Ceng-sanbiau-khek dipukul jatuh dan
semaput, lukanya cukup parah karena isi perutnya tergetar
luka, apa boleh buat demi menyembuhkan luka dalamnya dia
meluruk ke Bu-tong-san mencuri Bik-lo-kim-tan, walau obat
mujarab itu berhasil dicuri dan ditelannya, tapi karena sedikit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kurang hati-hati, jejaknya konangan, apalagi sejak peristiwa
yang terdahulu Bu-tong-san sekarang dijaga keras dan ketat,
maka dia tidak mampu meloloskan diri dan terkepung didalam
barisan pedang,
Padahal dua hari dia menyembunyikan diri diatas gunung,
setelah yakin luka-lukanya agak sembuh, mumpung hari
belum terang tanah pikirnya dia akan melarikan diri kebawah
gunung, tak nyana jejaknya konangan oleh murid Bu-tong-pay
dan sekarang terkurung didalam Kiu-cu-lian-hoan-tin-
Kini lagi-lagi dia beradu pukulan dahsyat dengan Liok Kiamping,
saking keras goncangan yang timbul dari akibat
pertarungan kekuatan mereka, mata seketika berkunangkunang,
hampir saja dia jatuh semaput lagi, untung pikirannya
masih tetap jernih, lekas dia gigit lidah, rasa sakit membantu
membangun semangatnya pula, terasa dua jalur pedang telah
mengancam Hiat-to dipunggungnya pula. Sigap sekali dia
menegakkan tubuh, berbareng pedangnya menyampuk
kebelakang, baru saja dia berhasil mematahkan serangan
sepasang pedang, tak nyana begitu barisan sudah bergerak.
dua batang pedang lain tahu-tahu menyelonong pula dari
bawah keatas menusuk kedua ketiaknya, tusukannya sama
keras, tepat dan ganas pula, sehingga sukar dia
mempertahankan diri atau menyingkir.
"Sret" ketiaknya tergores luka panjang. darah seketika
bercucuran. Karuan ceng-san-biau-khek menjerit kalap seperti
binatang buas yang ketaton dan panik, begitu membalik
tubuh, beruntun dia lancarkan delapan jurus serangan
pedang, seperti orang kalap mau mengadu jiwa saja dengan
nekat dia menangkis semua pedang yang menusuknya dari
berbagai arah. sementara barisan pedang berhasil didesaknya
mundur dua kaki.
Giginya berkerutuk saking gusar dan gemas, tiba-tiba dia
menoleh, sambil meraung keras langsung dia merangsak
kepada Liok Kiam-ping, pedang panjang terayun. menggaris
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keras, Dengan kalem Liok Kiamping angkat Liat-jit-kiam,
ditengah dengus suaranya tubuhnya mengendak miring,
dimana batang pedangnya berputar lalu melintir dengan
sebuah lingkaran bundar, ujung pedangnya tiba-tiba menutuk
ke Thian-tok-hiat di tenggorokan lawan-
Itulah jurus Jit-lun-jut-seng ilmu pedang yang dipelajarinya
dari gagang pedang terik surya yang sekarang dipegangnya.
Pedang lawan telah ditabasnya kutung, cahaya kemilau yang
memancar dari batang pedang seterang sinar surya telah
membuat silau mata lawan pula.
Seperti diketahui Ceng-san-biau-khek sendiri juga mahir
jurus ini. dia tahu kearah mana ujung pedang lawan
mengancam dirinya, tapi begitu mata sendiri tak bisa melihat
dan tak mampu dibuka lagi, terpaksa sekuatnya dia menjejak
kaki mencelat mundur kebelakang, berbareng sebelah
tangannya menepuk kedepan melindungi tenggorok. tubuhnya
masih terapung diudara, tahu-tahu telapak tangannya sudah
tertusuk tembus oleh pedang Liok Kiam-ping, tenaga tusukan
lawan masih menyelonong maju tetap mengenai Thian-tohhiat
dilehernya.
Darah segar tampak menyemprot, sebelum sempat
bersuara, jiwa lantas melayang seketika. tapi sebelum
tubuhnya jatuh menyentuh tanah, kedua batang pedang telah
menyambar bersilang. karuan batok kepalanya terpapas pecah
dan separo meninggalkan badan,
Kejadian teramat cepat, hanya sekilas saja, begitu darah
muncrat ke mana-mana, bayangan pedang yang bertaburan
itu masih terus menyambar, Liok Kiam-ping merasakan bahwa
ruang lingkup barisan pedang ini makin menciut.
Hakikatnya Kiam-ping tidak sempat menggunakan otaknya,
Liat-jit-kiam segera dimainkan lebih kencang lagi melancarkan
jurus kedua, Liat-jit-yam-yam, tabir cahaya benderang
seketika membungkus tubuhnya, disertai dering benturan
benda keras yang ramai, pedang panjang beberapa Tojin telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditabasnya kutung menjadi dua. Bola besar bercahaya terang
sang surya tiba-tiba terbit dari puteran pedang panjang
ditangan Liok Kiam-ping, sudah tentu mata mereka silau dan
tak bisa lagi, serempak mereka menyurut mundur dengan
perasaan ngeri, tapi cahaya pedang sudah mengancam dada
mereka.
Ujung pedang Liok Kiam-ping sudah mengancam Bit-kianhiat,
hiat-to mematikan didepan dada, tapi dilihatnya wajah
banyak orang begitu ngeri dan kaget, semua memejam mata.
Walau para Tojin itu tak leluasa membuka matanya karena
pancaran cahaya terang yang luar biasa, kelihatan sikap
mereka sama sengaja memejam mata menunggu kematian-
Perasaan hambar dan kosong mendadak merangsang
sanubarinya, jiwa besar, hati bajik yang terpendam didalam
lubuk batinya tiba-tiba bersemi memperlihatkan pengaruh nya.
Mendadak dia bersiul panjang tubuhnya, melambung empat
tombak tingginya meluncur kebawah gunung, kebetulan
menyongsong Kim-gin-hu-hoat yang sedang melayang naik
kemari. Tiga bayangan orang dalam sekejap telah lenyap
dibelakang batu karang.
Para Tosu diatas gunung seperti baru sadar dari mimpi,
rambut mereka semrawut, waktu meraba batok kelapa, bagian
tengahnya ternyata sudah gundul kelimis. Ditanah bersalju
berserakan untaian rambut mereka. Maka pekik kaget keluar
dari mulut mereka, paduan pekik bergema diatas gunung.
Liok Kiam-ping lari berlompatan dilereng gunung,
dibelakangnya Kim-gin-hu-hoat berlari pula dengan kencang.
Kim-ji-tay-beng tertawa gelak-gelak. katanya: "ciangbun,
beberapa jurus pedangmu sungguh menyenangkan, kalau aku
yang melakukan, para hidung kerbau itu pasti tidak kuampuni
semua."
Gin-ji-tay-beng juga berkata: "Bila ciangbun melancarkan
Liat-jit-kiam-hoat yang dapat melawan kehebatanya kurasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlalu sedikit. Tapi kuanggap kau terlalu welas asih, Liok-toathian-
cu yang menguasai dunia, siapa tidak berlaku keji,
korban ditangan mereka tak terhitung banyaknya, bila
Ciangbun ingin menuntut balas bagi kematian Ciangbun kita
yang dahulu, maka tidak usah kau menaruh kasihan terhadap
musuh."
Liok Kiam-ping berkata: ”Jadi Tok-sin, Ham-sim-leng-mo,
Hwe-hun-cun-cia, Go-hucu, Khong-tong-Koay-kiam dan Lo-husinkun
diagulkan sebagai Liok-toa-thian-cu (enam saka
penunjang langit)?"
”Berarti tokoh silat tertinggi sepuluh tahun yang lalu
memang mereka, jikalau Ciangbun ingin diagulkan sebagai
tokoh kosen nomor wahid diseluruh jagat, menurut
pendapatku kau perlu menggembleng diri dalam percaturan
dunia persilatan- Maklumlah untuk mencapai cita-cita harus
menghalalkan segala cara, untuk ini Ciangbun perlu lebih
perhatian-"
"Untuk mencapai cita-cita harus berani menghalalkan
segala cara" beberapa patah kata ini bergema direlung hati
Liok Kiamping, batinnya: “Apakah betul? Menghalalkan segala
cara demi mencapai cita-cita ?"
Gin-ji-tay beng berkata pula: "Kalau kau bijaksana terhadap
orang, orangpun akan membalas dengan tindakan bijaksana.
Walau kau beranggapan tidak patut menggunakan cara Licik
kepada musuh, tapi musuh tetap akan berbuat jahat
terhadapmu. Begitulah nasib yang telah menimpah ciangbun
kita yang dahulu hingga menemui ajalnya."
Benak Liok Kiam-ping terus mengunyah beberapa patah
tadi, terkenang olehnya pada waktu dirinya masih berada di
Kui-hun-ceng, dengan sikap baik dan ramah dia selalu
menghadapi orang, tapi nasib yang menimpanya justeru caci
maki dan hantam pukul secara keji oleh Ti Thian-bin.. Pada
hal waktu itu dirinya masih seorang bocah ingusan yang tidak
pandai main silat, tapi dirinya serlng mengalami pukulan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tutukan hiat-to serta siksaan lain, betapa dirinya mengerang
kesakitan sambil bergulingan ditanah becek yang berbatu.
Akhirnya dia mengepal tinju, desisnya penuh dendam: "Betul,
demi mencapai tujuan, cara apapun boleh dihalalkan.”
Karena jalan pikiran yang sedikit menyeleweng ini, tak
terhitung orang-orang jahat didunia ini yang mampus
ditangannya oleh ketiga batang pedang sakti itu, namanya
menjulang dan menggetarkan dunia, namun bencana di
Tionggoan pun mulai bersemi, hal ini baiklah kita kisahkan
dibagian belakang.
---ooo0dw0ooo---
Cepat sekali langkah mereka, sekejap mata mereka sudah
melampaui beberapa bukit dan tibalah mereka didepan Te-satkok.
Sebuah ngarai seperti pintu angin saja menjulang tegak.
diatas batang ngarai itulah berukir tiga huruf besar berbunyi
"TE SAT KOK", disebelah bawah kirl terdapat pula sebarls
ukiran huruf lebih kecil yang berbunyi “berhenti sampai disini”
Memandang ukiran huruf itu Gin-ji-tay-beng terkekeh
dingin, katanya: “Dari mana nenek peyot itu mengambil
peraturan busuk ini, limapuluh tahun yang lalu aku juga
pernah kemarl karena keki aku hendak menghapus ukiran
huruf itu, tak tahunya aku dipersen dua tamparan dlkanan kiri
pipiku. Lima tahun kemudian aku pulang dari Thian-tok, Ginsa-
ciang sudah berhasil kuyakinkan, sungguh tak nyana tahutahu
dia sudah berobah menjadi kekasih ciangbun kita yang
sudah almarhum, akhirnya ketiga batang pedang sakti itupun
diserahkan kepadanya. Tahun itu ciangbun dicelakai oleh Toksin
yang berkomplot dengan gembong gembong iblis lain, aku
kemarl mencarinya tidak ketemu hingga aku berputar kayun
ditengah batu...”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jelas bagi Liok Kiam-ping bahwa orang ternyata belum tahu
bahwa Tokko cu yang tulen sudah mati, dan penghuni Te-satkok
yang sekarang adalah gadis jelita. Terlngat kepada gadis
molek itu seketika terbayang wajah nan sayu dan pucat,
namun senyumnya semekar bunga. Bahwa segera juga dia
akan berhadapan dengan dia, jantungnya mendadak berdegup
keras. Tak nyana kupingnya mendadak mendengar pekik aneh
Kim-ji-tay-beng.
Menuding kearah dinding gunung yang menjulang
disebelah kanan Kim-ji-tay-beng berkata: “ciangbun, kau lihat
apa itu ?"
Liok Kiam-ping memandang kearah yang dituding, tampak
sebuah laba-laba sebesar telapak tangan dengan kulit
kembang ceplok-ceplok sedang merayap diatas dinding, tidak
jauh dibawah laba-laba menempel pula sebuah topeng
tembaga hijau dengan taring panjang yang menjijikkan,
sebatang pedang bengkok berbentuk mirip ular mendampingi
laba-laba kembang itu, ujung pedang tegak diatas, gagangnya
dibawah, diujung pedang yang runcing terdapat gantolan yang
berkembang kekanan kiri mengeluarkan cahaya perak
gemeredep. Sekilas dia melongo, tanyanya: "Ada apa sih ?"
Kim-ji-tay-beng seperti bicara sendiri
"Tak nyana mereka pun berada disini," melihat Liok Kiamping
menatap dengan penuh tanda tanya, tersipu-sipu dia
menjawab:
"Ciangbun, maksudmu siapa yang meninggalkan tandatanda
itu ? Tok-sin-kiong-bing, Lo-hu-sin-kun, Khong-tongkoay-
kiam, semua itu adalah tanda perintah mereka pada
enam puluh tahun yang lalu, dimana tanda itu muncul berarti
mereka sudah mencampuri persoalannya, siapapun dilarang
turut campur.."
”Jadi mereka sudah masuk ke Te-sat-kok hendak mencari
pedang pusaka? Lekas masuk” Liok Kiam-ping bersuara kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciangbun tak usah tergesa, ketiga kurcaci yang muncul di
sini bukan Sam-toa thiancu yang malang melintang enam
puluh tahun yang lalu. mungkin hanya murid didik mereka.
coba lihat laba-laba itu seluruhnya berkembang ceplok-ceplok,
tapi diatas kepala nya tidak kelihatan ada huruf "ong" (raja),
dulu setiap menggunakan perlntah nya, Tok-sin-kun mengukir
huruf "ong" itu diatas kepala laba-labanya yang dinamakan
Sin-ci-ling. melambangkan bahwa dia rajanya atau moyangnya
setiap racun di dunia ini.
"Topeng setan tembaga hijau itu bagian tengahnya juga
tidak terdapat mata bundar, biasanya Lo-hou-ling milik Lo-husin-
kun punya tiga mata, tapi topeng ini hanya ada dua mata."
setelah merandek lalu menyambung, “Tentang Khong-tongkoay
kiam yang berbentuk ular itu, ujung pedangnya yang
bercabang itu disepuh emas kuning, jadi bukan perak. maka
ini pertanda bukan dia sendiri yang datang kemari. Beberapa
angkatan muda mereka ini kurasa tidak perlu dibuat takut. Lotoa,
dulu -kau pernah digebuk oleh cakar setan Lo-hu-sin-kun,
memangnya nyalimu sudah pecah."
Kim-ji-tay-beng tertawa, katanya: "Memang aku ingin kau
putar lidah, memangnya aku tidak kenal tanda-tanda itu ?
ciangbun, kita masuk tidak ?"
"Tentu harus masuk, hayo." ajak Liok Kiam-ping. Lalu
mendahului melesat kedalam.
Kim-gin-hu-hoat saling pandang sekejap Kim-ji-tay-heng
bertanya: "Apakah perlu kita menggunakan Thian-te-ci-kio
(jembatan bumi dan langit) ?”
Gin-ji-tay-beng mengangguk seraya ulur tangan kanan
telapak tangan menekan pundak sang kakak demikian pula
Kim-ji-tay-beng ulur tangan kiri menekan pundak adiknya.
Kedua orang saling pegang pundak lalu bergerak serempak
melompat terbang ke dalam lembah.
---ooo0dw0ooo---
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di dalam Te-sat-kok.
Pecahan batu berserakan ditanah, begitu melompat masuk
Liok Kiam-ping lantas melihat keadaan yang ganjil ini.
Pikirnya:
“Oooh.jadi secara kekerasan mereka menghancurkan
barlsan batu-batu, bukankah mereka harus membuang banyak
waktu dan tenaga ? Entah dia sudah pulang atau belum ?"
Mengikuti jejak kaki dia terus berlompatan masuk kedalam,
hampir menggunakan seluruh kekuatannya, maka tubuhnya
meluncur bagai selarlk sinar putih lenyap dibalik tumpukan
salju.
Pertama kali datang dulu Kiam-ping dalam keadaan luka
parah, bila Tokko cu tidak menuntunnya keluar dengan irama
seruling jelas dia bisa mati terkurung dalam barlsan barlsan
batu. Sekarang barlsan batu sudah porakporanda, pecahan
batu berserakan ditanah saiju. Beberapa tombak kemudian,
waktu dia berpaling, dilihatnya Kim-gin-hu-hoat sedang
mengejar datang dengan saling memegang pundak. katanya
dengan tertawa: "Apa yang sedang kalian lakukan ini ? "
Kim-ji-tay-beng menjelaskan: "Diantara Kungfu yang
pernah kami yakinkan ada sejenis ilmu yang dapat
menyalurkan tenaga sendiri ketubuh orang lain, sekarang
untuk menghadapi musuh kuat, maka kami menggunakan
Thian-te-ci-kio.”
Liok Kiam-ping hanya angkat pundak. tanpa bicara lagi dia
meneruskan perjalanan kedalam Te-sat-kok terletak diperut
gunung, luas dan besar, empat penjuru dipagari dinding
ngarai, mega putih tampak memotong puncak ngarai yang
terjal hingga sinar mataharl tidak kelihatan. Deru angin dingin
menghembus kencang dari dasar lembah, gema suara keras
seperti gunung ambrol diterjang angin badai terdengar
didepan, disusul gelak tawa latah yang berkumandang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping menggerung perlahan, tubuhnya meluncur
seperti meteor mengejar rembulan, setiap kali lompatan lima
tombak dijangkaunya, tampak bayangan putih berkelebat
lantas lenyap dari pandangan mata biasa, Setelah memutar
beberapa kali, lantas didengarnya sebuah suara kasar berat
berkata: "Lim-heng, sekarang giliranmu, aku mau istirahat
sejenak. Maknya, siapa nyana lembah ini ada permainan anakanak
yang menyulitkanjuga. Kalau tahu begini sepantasnya
aku pinjam Lui-hwe-pit-le dari ong-hun-jit-sian Leng-heng,
biar lembah ini kuledakkan hancur lebur."
Lenyap suara yang ini disusul suara dingin: “Siang-heng,
mungkin kau tak berpikir bila kau meminjam Lui-hwe-pit-le
kepunyaan Leng-heng, malah kami bisa turun kedasar lembah
mengambil ketiga pedang sakti itu? Apakah telah kau
bayangkan bila seluruh lembah ini teruruk batu-batu gunung,
jangan kata mau mencari pedang, jiwa sendiri juga pasti
melayang, Hehehe,pada hal aku Ngo-tok-koay-mo untuk
mendapatkan ketiga batang pedang mestika ini sudah jauh lari
ke Tiang-pek san menangkap seekor mahluk aneh, asal kita
berhasil menghancurkan barisan batu ini, aku punya akal
untuk menemukan tempat penyimpan ketiga batang pedang
mestika itu."
Baru dia bicara habis sebuah suara lagi berkata sinis:
"Kedengarannya mudah dilaksanakan kalau mendengar
ucapan Lim heng, pada hal Tokko cu si nenek tua itu berwatak
aneh dan eksentrik, Lwekangnya juga teramat tangguh,
jikalau tidak mampu melawan ceng-hun-cap-ji-siau (dua belas
seruling mega hijau), kita akan berputar kayun di sini sampai
mampus sendiri. Khusus untuk tugas kedatanganku kemari
kali ini guruku Khong-tong-koay-kiam ada mengajarkan aku
serangkaian ilmu pedang dan satu cara, asal kita bertiga bisa
bersatu padu, yakin kuat untuk bertanding Lwekang dengan
nenek tua itu, malah aku yakin dia bukan tandingan kita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara kasar serak semula berkata pula: "Aku Ki-leng-sin
Siang Wi, pasti tidak sama dengan kalian- tiga mengeroyok
satu, bicara terus terang bila bukan lantaran Siau-moay
merengek minta sebilah pedang, aku juga tidak sudi datang
kemari...
Belum habis dia bicara Ngo-tok-koay-mo menjengek dingin:
"Maksud Siang heng, bahwa maksud tujuanku dengan Bengheng
memalukan?"
”Hanya kau seorang yang patut disebut Kuncu ? Kenapa
tidak kau pikir, bila kita tidak mampu mengurung nenek itu,
makhluk aneh milikku mana dapat menemukan ketiga pedang
itu? Demikian pula gurumu Lo-hu-sin-kun juga pasti akan
marah kepadamu ? Maka kuharap Siang-heng berpikir lagi
sebelum mengambil keputusan..."
Ki-leng-sin Siang Wi mungkin berpikir tak perlu dia
mengambil sikap bertolak belakang dari keinginan temanteman
lain, maka dia berkata: "Baiklah, anggap aku yang
salah, aku minta maaf kepada kalian-Beng-heng silahkan kau
jelaskan akalmu itu ?"
Sekarang Liok Kiam-ping baru jelas asal usul tiga orang di
dalam lembah, mendengar nama julukan Ang-hun-jit-sian,
segera dia teringat kepada pengemis cilik, seiring dengan jalan
pikirannya diapun membayangkan sorot mata Tokko cu yang
sendu, badannya yang kurus lemah... Pikirnya: "Aku akan
membuatnya hidup bahagia. Dara remaja seusianya kenapa
harus mengasingkan diri di atas pegunungan ? Hingga sang
waktu yang serba sepi dan tawar, disini menggeragoti masa
remajanya yang punya harapan cerah dihari depan ?"
Dadanya sesak oleh keberanian, Tokko cu yang hidup
sengsara dan kesepian seperti berada dihadapannya, maka dia
membusung dada beranjak kedepan-
Sekonyong konyong alunan irama seruling bergema didasar
lembah, seringan daun melayang, mengalun diudara dingin
dalam lembah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki-ling-sin Siang Wi segera pentang bacot dengan suara
serak: "Hai, keparat siapa didalam dan meniup kentut apa
Jelek sekali, aku si gede tidak suka dengar..." suaranya bagai
guntur, dalam lembah bergema suaranya yang kasar, tapi
irama seruling tetap mengalun lembut dan jelas.
Alunan lembut irama seruling itu menampilkan perasaan
seorang gadis merana yang dirundung duka, perasaan Liok
Kiam-ping amat terketuk oleh makna irama seruling itu,
seolah-olah dia sudah mengantar sukmanya kedalam irama
seruling itu, ingin dia menggabung dua perasaan yang
dimabuk cinta meresapi rasa rindu selama ini. Dalam hati dia
berkata: "Tokko cu, hidup dalam pengasingan sebatangkara,
pada hal jiwanya harum semerbak." dikala Liok Kiam-ping
terbuai oleh rasa kesedihan yang tidak terbendung.
sayup,sayup seperti didengarnya isak tangis Tokko cu yang
menyedihkan, hatinya seperti disayat-sayat, mendadak dia
menggerung gusar terus melompat terbang kedepan seraya
berterlak: "Nona, aku telah tiba, Liok Kiam-ping telah datang."
Gerakannya secepat kilat, mendadak pandangan terasa
kabur, “cret” selarik angin pedang dengan serangan keji telah
meluncur tiba mengancam Khi-hu, coat-bin Yu-bun dan
Thiong-kok empat Hiat-to. Kiam-ping menghardik sekali,
serempak kedua tangannya. bersilang langkahnya pun
berhenti seketika seperti terpaku ditanah. Tubuh bagian atas
sedikit doyong "Wut" kontan dia memukul sekali menimbulkan
gelombang angin keras mematahkan serangan pedang lawan.
Ditengah jengekan lawan, tahu-tahu sinar pedang
berkelebat, membundar setengah lingkar terus mengiris maju
dari samping yang diincar adalah King-bun, go-siok dan Lisiaut
iga Hiat-to besar, tipunya aneh serangan ganas luar
biasa.
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar