CERSIL TJAN ID : Imam Tanpa Bayangan 1

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Kamis, 25 Agustus 2011

Bab
1. Jilid 1 : Runtuhlah Tiam Cong Pay oleh pengkhianat 9 Mei Oleh lovecan
2. Jilid 2 : Putri perguruan Seratus Racun 9 Mei Oleh lovecan
3. Jilid 3 : Ouwyang-gong bebas dari sumpah 10 Mei Oleh lovecan
4. Jilid 4 : Bekas merah darah diatas jidat 10 Mei Oleh lovecan
5. Jilid 5 : Kematian sang ayah, Pek Thian Hong 10 Mei Oleh lovecan
6. JILID 6 : Ilmu sakti peninggalan delapan partai 14 Mei Oleh lovecan
7. JILID 7 : Pesona kecantikan sang putri Gubernur 14 Mei Oleh lovecan
8. Jilid 8 : Namanya Wie Chin Siang 16 Juni Oleh lovecan
9. Jilid 9 : Itboen Pit Giok dari luar lautan 16 Juni Oleh lovecan
10. Jilid 10 : Gadis tercantik di kolong langit 16 Juni Oleh lovecan
11. Jilid 11 : Tenggelam di dasar telaga 5 Juli Oleh lovecan
12. Jilid 12 : Lelaki ganteng berwajah kemala 5 Juli Oleh lovecan
13. Jilid 13 : Racun dari Hua Pek Tuo 21 Juli Oleh lovecan
14. Jilid 14 : Kehebatan Ilmu Silat Hua Pek Tuo 4 Agustus Oleh angon
15. Jilid 15 : Hua Pek Tuo Jago Lihay dari Istana Hoei Coei Kiong 4 Agustus Oleh angon




Jilid 1 : Runtuhlah Tiam Cong Pay oleh pengkhianat

MALAM sunyi menyelimuti se!uruh puncak gunung Tiam Cong, angin berhembus sepoi-sepoi menggoyangkan ranting serta dedaunan.

Seorang kakek tua diiringi seorang pemuda lambat-lambat berjalan menuju keatas puncak dibawah cahaya rembulan yang cerah.
Rupanya sianak muda itu merasa tidak sabar, seraya mendongak serunya:
"Ayah, berapa lama lagi jalan yang harus ditempuh?? kenapa siang ceng kan belum kelihatan juga?"
"Hoei-jie! cuma berjalan saja kok kau tidak sabaran" Tegur sang ayah sambil berhenti. "Bukankah di hari-hari biasa sering ku ajarkan kepadamu bahwa jadi seorang lelaki janganlah takut menemui kesulitan? Dimana bisa sabar, sabarlah selalu. Kau cuma jalan begini dekatpun kau tidak salbar bagaimana muogkin kau lakukan perbuatan besar?"

"Tia sudah sudahlah, cuma karena urusan kecil kembali kau kuliahi diriku..."

"Hoei-jie !" kata kakek itu dengan wajah serius- "Tahun ini kau sudah genap berusia tujuh belas tahun, kau barus tahu bagaimana caranya menjaga diri,
janganlah selalu menggantungkan ayahmu. Kau harus tahu suetu saat ayah bakal tinggatkan dirimu, coba kalau kau tidak tahu apa-apa bagaiman kau bisa lanjutkan
hidupmu!". Hoei-jie membungkam dan tundukkan kepalanya.

"Bocah ! kau harus tahu bahwa kita keluarga Pek adalah keturunan lelaki sejati yang tidak sudi tunduk kepada orang lain dan minta belas kasihan dari
orang....."

"Aku akan selalu ingat perkataanmu ayah, akan kuingat bahwa aku adalah keturunan keluarga Pek!"
Diluanya berkata begitu sementara dalam hati pikirnya:
"Tidak belajar Silatpun sama saja aku dapat menjadi seorang lelaki sejati, kenapa aku harus belajar silat ??".
"Kau harus ingat pula" kembali kakek itu berkata, "Bahwa kau adalah putra sipedang penghancur sang surya Pek Tiang Hong, kau tidak beleh mencemarkan nama keluarga pek kita..."

"Aku tahu! aku adalah Pek In Hoei putra dari siPedang Penghancur Sang Surya Pek Tiang Hong salah satu dari Tiong-goan San Siok. Tiga Bintang Daratan
Tiong-goan, selama hidup aku tidak akan melupakannya, tapi .. kenapa aku harus belajar silai ??
"Kali ini aku akan serahkan dirimu kepada ciangbun-jien, agar ia didik dirimu baik baik, tujuan yang terutama bukan lain ingin paksakan dirimu untuk merasakan kesunyian diatas gunung sehingga menciptakan suatu watak yang tenang bagi dirimu, nanti setelah berjumpa dengan Ciang-bun suhengmu, bersikaplah sewajarnya, jangan sampai dipandang rendah orang."
"Soal ini aku mengerti"

"Nah, kalau begitu ayoh kita berangkat, mumpung sembahyang malam belum selesai kita masuk kekuil."

Berbicara sampai disitu, laksana Kilat kakek itu bergerak kembali meneruskan perjalanannya.

Pek In Hoei angkat bahu, dengan perasaan apa boleh buat ia ikut dibelakang ayahnya.

Mendadak........ terdengar bentakan keras berkumandang datang, tatkala Pek Tian Hong ayah dan anak dua orang hendak menyeberangi sebuah jembatan dari balik
kegelapan muncul dua sosok bayangan manusia yang, menghalangi jalan pergi mereka.

"Siapa kalian? " Bentak kedua orang berdandan too-jien itu. "Apa maksud kalian mendatangi Tiam Cong??".

"Loohu adalah Pek Tian Hong I".

Dua orang toojien itu segera memencarkan diri, seraya mempersiapkan senjata seru mereka hampir berbareng :

"Pedang sakti dilangit Selatan........".

"Hawa menembusi Tiam Ciang!" sambung Pek Tian Hong dengan cepat badannya bergerak diikuti cahaya pedang berkilauan menciptakan delapan titik cahaya tajam
yang meletik diangkasa.

Kedua orang toojien itu melengak. akhirnya dengan penuh rasa hormat serunya kembali:

"Tecu sekalian menghunjuk hormat buat Susiok Couw"

"Ehmmmm, apakah Ciangbunjien ada didalam kuil ??" .

"Tengah malam nanti Ciangbun suhu baru akan selesai dari semedinya.........."

"Ooooouw, tidak aneH kalau penjagaan disekitar gunung malam ini begitu ketat.. ." Dalam pada itu Pek In Hoei telah loncat kesisi ayahnya, sambil memandang
kedua orang toojien tadi tanyanya: "Tia apa yang telah terjadi ??".

Ciangbun suhengmu sedang bersemedi,tengah malam nanti ia baru selesai dengan latihannya. aku lihat terpaksa kita harus menunggu sejenak!" kembali kakek itu
berpaling dan tanyanya lagi:

Ciangbunjien bersemedi didalam gua belakang bukit ataukah didaiam kamar rahasia kuil

"Soal ini tecu kurang jelas !*

"Baiklah. mari kita menuju kekuil!" setelah merandek sejenak, ujarnya kembali "Apakah Hian Song ada didalam kuil??".

"Hian Song serta Hian Pak susiok dua orang telah pergi melindungi keselamatan Ciangbun suhu!".

"Hhmmmm ! baik baiklah jaga diri" kata Pek Tian Hong seraya mengangguk kepada In Hoei serunya, "Bocah, ayoh kita terangkat!"

Pek In Hoei tidak banyak bicara, diikutinya sang ayah meianjutkan perjalanan keatas gunung, baru saja mereka membelok pada satu sudut tebing mendadak
lerdengar ledakan ditengah udara diikuti berkilauannya cahaya -merah yang sangat terang.

"Bocah, tak usah kuatir" bisik Pek Tian Hong sambil tepuk bahu putranya." petasan adara itu adalah tanda peringatan kepada semua murid Tiam Cong-pay yang
berjaga didalam hutan agar memberi jalan kepada kita".

Sekarang Pek In Hoei baru tahu apa sebab toojien itu melepaskan petasan udara.

Dengan cepat mereka berdua lewati sebuah hutan song yang lebat dan tiba disebuah jalan batu yacg datar.

"Dari sini sampai kekiul Siang Cing Koan, perjalanan akan semakin mudah lagi " kata
sang kakek.

Belum habis ia berkata tampak sesosok bayangan laksana kilat meluncur ke bawah.

"Susiok!" terdengari Toojicn itu berseru Sungguh kebetulan sekali kehadiran susiok pada malam ini.

"Hian Song, apa yang telah terjadi ??' tegur Pek Tian hong dengan alis berkerut, Kenapa sikapmu gugup dan terburu2??'.

"Ketika semedi tadi ciangbun suheng telah muntah darah secara tiba-tiba, hingga kini keadaannya makin bertambah parah"

"Apa ?? Hian Ching, dia.."

Tanpa berpikir panjang lagi Tian Hong enjotkan badannya, laksana kiiat meluncur kedepan dan lenyap dibalik kegelapan.

Ditengah kesunyian terdengar suaranya ber kumandang datang dari tempat kejauhan : "Hoei jie, ikutilah suhengmu . Oooouw..." Pek !n Hoei menyahut, ia
berpaling memandang sekejap wajah toosu itu selalu tanyanva" Hian Song suheng, kenapa cianghunjien muntah darah terus menerus??".

Hian Song Toojien agak tertegun, kemudian jawabnya :

"Karena kurang cermat di dalam latihannya, awan murni dalam tubuh Cianbunjien telah mengalir kedalam urat sehingga mengakibat kan dia menemui jalan api
menuju neraka"

"Lalu apa yang disebut jalan api menuju mereka ??"

Rupanya Hian Song Toojien tidak menyangka kalau Pek In Hoei bisa mengejutkan per- tanyaan seperti itu, ia melengak.

"Benarkah kau adalah putra dari Pek su- siok ??".

"Kenapa?? aku adalah Pek !n Hoei. Suheng ! apakah kau lidak tahu.".

"Susiok sudah ada enam belas tahun lama nya tak pernah mengunjungi Tiam Cong, pinto aku..."

"Aaaaaa, tidak aneh kalau kau curiga kepadaku" sela Pek In Hoei sambil tertawa. "Tahun ini aku baru berusia tujuh belas tahun. sudah tentu Suheng tidak ingat
kepada ku lagi".

Tatkala menyaksikan Pek In Hoei dapat lari bersanding disisinya sewaktu naik kepuncak, kembali Hian Song Toojien merasa tercengarg tegurnya :

"Sute. ilmu meringankan tububmu.."

"Ayah suruh aku belajar silat, tapi watak ku tidak suka melihat darah dan paling benci perbuatan yang mengandung unsur bunuh membunuh, maka aku tidak, sudi
belajar ilmu pedang, sebaliknya untuk memenuhi desakan ayahku maka aku belajar ilmu meringankan tubuh"

"Kau tidak bisa main ilma pedang? "Hian Song makin keheranan, sambil garuk garuk kepalanya ia bergumam. "Sungguh aneh sekali, susiok tersohor didalam duria
persilatan sebagai sipedang penghancur sang surya, sedang kau malah sama sekali tidak mengerti akap ilmu pedang."

"Apa anehnya? tiap manusia punya cita cita yang berbeda lagi pula tabiatkupun berbeda, tcihadap ilmu silat aku memang t'dak genang tapi terhadap ilmu sastra
aku suka sekali".

"Lalu apa maksudmu naik kegunung ,"

Pek In Hoei tertawa getir.

"Ketika ayah melihat aku tak mau belajar Silat maka aku dibawa naik kegunung. ia mau serahkan aku kepada ciangbun toa suheng dan minta dia yang paksa aku
untuk belajar silat, juslru karena persoalan inila hatiku jadi jengkel, eeei siapa tahu ciangbunjien mengalami jalan api menuju neraka . . . inilah yang
dinamakan pucuk dicinta ulam tiba, sekarang aku tak usah belajar silat lagi."

Dengan perasaan melegak Hian song Too tiang menatap wajih si anak muda itu tajam tajam.

"Apa jeleknya belajar silat ?" aku benar benar tak mengerti kenapa sute bisa punya pikiran demikian l".

"Apa kebaikannya belajar itu suheng coba kau jawab".

Kembali Hian Song Toojien dibikin melongo, termenung seijenak hio jawabnya:

"Belajar silat dapat menguatkan badan, dapat digunakan untuk membela din bahkan bisa angkat nama didalam dunia persilatan coba lihat seperti susiok, ia
dengan mengandalkan ilmu pedang penghancur sang surya bersama sama Golok berontok rembulan dari Ling Lam. Ke Hong serta Bintang kejora menuding langit Koen
Thian Bong dari Hoo Kok disebut sebagai Tiga Bintang dari daratan Tionggoan, betapa bangganya mereka, apa jeleknya belajar silat ?".

Pek in Hoei tersenyum,

"Aku suka keadaan yang tenang, tiada ambisi dalam hatiku untuk menjagoi dunia persilatan. ... bicara sampai disitu mendadak ia membungkam.

"Ayoh teruskan perkataanmu sute sebelum kau sebutkan faktor kejelekan apakah yang didapat seseorang yang belajar silat?"

"Seorang yang belajar silat dia akan terlibat dalam dendam sakit hati antara setsama orang kangouw, setiap hari hidupnya tidak tenang lagi pula harus
merasakan penderitaan dikala berlatih, merasakan siksaan sera kesusahan yang banyak dalam badan, sekalipun akhirnya berhasil namun setiap saat bisa di
bayangi pula keadaan jalan api menuju neraka seperti ciangbun sekarang Hian Song suheng caba kau jawab benar tidak perkataanku ini?"

Untuk beberapa saat lamanya Hian Song Toojien dibikin tertegun dan bungkam dalam seribu bahasa, lama sekali ia biru mendengus.

"Hmmm, kalau seseorang takut akan penderitaan, apa gunanya ia hidup dikolong langit ?"

Bicara sampai disitu toojien tersebut segera merpercepat larinya dan tinggalkan Pek In Hoei seorang diri di belakang.

Menyaksikan dirinya ditinggal seorang diri, Pek In Hoei teriawa getir dalam hati pikirnya :

"Siapa bilang aku takut menderita ?? justu aku berkata begini agar supaya ayah tidak paksa aku belajar silat lagi. Hmmmmm, kau tidak perdulikan aku,
dianggapnya aku lantas takut??".

Selangkah demi selangkah ia teruskan perjalanannya seorang diri naik keatas gunung.

Angin malam berhembus kencang membuat udara makin dingin, embun menyelimuti angkasa membuat baju serta sepatu sianak muda itu jadi basah dan lembab.

Memandang rembulan nun jauh disana di kelilingi oleh bintang yang bertaburan memanncarkan cahaya hitam. Pek In Hoei menghela napas panjang.

Malam begini indah sungguh, suatu saat yang tepat untuk membuat bait bait syair...

"Heeeeh... heeeeeh... heeee... sungguh romantis tindak tanduk saudara..." tiba terdengar jengekan tertawa dingin berkumandang datang dari arah depan.

Dengan cepat Pek in Hoei mendongak, terlihatlah seorang lelaki muda sambil bertolak pinggang berdiri dihadapannya, waktu itu ia sedang memandang kearahnya
sambil menjengek sinis.

"Aku hendak naik kekuil Siang Ciang Koan" sahut sang anak muda sambil memandang bangunan megah jauh di belakang lelaki muda itu.

"Naik kekuil Siang Ciang Koan ? siapa kau ? mau apa datang kepartai Tiam Cong kami ?".

"Kurang ajar, kenapa orang ini tak pakai aturan?" Pikir Pek in Hoei dengan alis berkerut tatkala dilihatnya sinar mata orang itu berputar tiada hentinya
kembali ia membathin :

"Sinar mata orang ini tidak jujur, jelas me rupakan manusia licik, tapi siapakah dia ??".

Ketika lelaki muda itu menyaksikan dandanan Pek In Hoei adalah seorang pelajar, sekalipun dalam hati curiga pertanyaan masih diajukan dengan ramah, siapa
tahu sianak muda itu tidak mempcrdulikan dirinya hal ini membuat ia jadi naik pitam.

Wajahnya berubah hebat, ketika sinar matanya terbentur dengan matanya kembali ia tertegun, badannya mundur setengah langkah kebelakang. dengan rasa
terperanjat pikirnya :

"Ternyata diapun seorang jago lihay yang punya tenaga Iweekang amat sempurna, cuma saja kepandaian tersebut tidak diperlihatkan."

Laksana kilat pedangnya diloloskan dari dalam sarung sambil putar pedangnya menciptakan selapis cahaya tajam ia lindungi dada sendiri.

Pek In Hoei sendiripun kaget melihat tingkah laku Orang itu, ia mundur selangkah kebelakang seraya berteriak ;

"Kau... kau... apa yang hendak kau lakukan ?".

Kembali lelaki muda itu melengak, tapi dengan cepat ia mendengus.

"Hmmm. perduli kau benar benar punya kepandaian atau tidak, pokoknya kuhadiah kan dahulu sebuah tusukan !".

Tangannya diayun, diiringi serentetan cahaya pedang ia tusuk jalan darah Hian Kie diatas dada Pek In Hoei,

Pemuda kita tak menyangka kalau ia bakal ditusuk, sambil barteriak buru-buru badannya loncat empat depa kesamping uutuk meloloskan diri dari maut.

Melihat ujung pedangnya mengenai sasaran kosong, lelaki muda itu maju lebih kedepan, dengan jurus Pekikan burung Hong menggertakkan Selat pedangnya laksana
kilat meluncur kemuka.

Breeeet.. baju bagian dada Pek In Hoei kena dibabat sampai robek panjang,

"Eeeeei... eeei... apa yang hendak kamu lakukan..." Teriak sianak muda itu sambil loncat kesana kemari meioloskan diri dari babatan pedang lawan.

"Haaaa... haaaaa... haaaa..." lelaki itu tertawa keras. "Aku masih mengira kau punya kepandaian silat yang bisa diandaikan sehingga punya nyali anjing yang
besar untuk menaiki Tiam cong, tak tahunya kamu adalah manusia goblok ! ini hari jangan harap kau bisa lolos dari ujung pedang aku orang she- Cia dalam
keadaan hidup-hidup"

"Hey... aku tak pernah belajar silat, aku datang untuk mencari ciangbunjien..."'

Cia Koen mendengus dingin, serangan pedangnya semakin gencar, laksana hembusan angin puyuh ia kurug tubuh Pek In Hoei dibawah cahaya pedangnya..

"Bangsat ! kalau kau punya nyali ayoh sekalian bunuh diriku" Teriak Pek In Hoei penuh kegusaran.

"Haaaaa... baaaaa... haaaaa... justu akan kusuruh kau saksikan kelihayan dari ilmu pedang Tiam Cong Pay kami !"

Segenap pakaian yang dikenakan Pek In Hoei telah robek dan hancur termakan sambaran pedang lawan, menerima penghinaan yang belum pernah dirasakan sepanjang
hidupnya ini, dengan mendongkol ia berteriak lalu menerjang kearah ujung senjata tawan.

Rupanya Cia Koen tidak mengira kalau Pek In Hoei bisa bertindak begini, menyaksikan ia menubruk kedepan, pedangnya langsung didorong kemuka untuk menusuk
perut sianak muda itu.

Disaat yang paling kritis itulah, tiba tiba terdengar suara bentakan keras berkumandang datang dari samping disusul munculnya sesosok bayangan manusia.

Bentakan itu keras bagaikan guntur membelah bumi, tatkala Pek in Hoei tertegun itulah sesulung angin puyuh menggulung tiba menghantam tubuhnya hingga
terjengkang ke samping.

Taaang... percikan bunga api muncrat ke angkasa, pedang Cia Koen kena ditangkis dan hampir2 saja lepas dari cekalannya, ia jadi terperanjat, sambil mundur
buru2 sinar mata nya berpaling kearah bayangan manusia tadi

Tampaklah secang toosu tua berwajah keren tahu2 sudah berdiri seram dihadapannya

"Suhu Dengan rasa kaget ia berseru.

"Binatang! kau mau berontak?" hardik toosu tua itu dengan gusarnya.

"Suhu ! kau. . . kau . . . "

"Manusia goblok!" maki toosu tua itu sambil perseni sebuah tempelengan keatas wajah Cia Koen. "Matamu sudah buta? masa-dengau susiok sendiripun tidak kenal?"

"Susiok? siapakah susiok tecu?"

"Hemmm ! saat ini sipedang Penghancur sang surya Pek Tian Hong susiok-couw mu ada dia tas gunung, apakah kau binatang tidak tahu kalau saudara itu adalah
sauwya nya ?

"Susiok-couw ada diatas gunung?? lalu..."

"Ayoh cepat berlutut dan minta ampun kepada susiokmu " bentak toosu tua itu lagi

Dengan tersipu2 Cia Koen simpan kembali pedangnya kedalam sarung, lalu sambil berlutut memberi hormat katanya :

"Siauw susiok harap kau suka maafkan tecu yang telah membuat kesalahan kepada dirimu barusan"

"Binatang!" terdengar toosu tua itu mendengus kembali. "Apa itu susiok cilik susiok gede? akan kuhukum dirimu dengan peraturan perguruan !"

"Dengan wajah serius tambahnya. "Barang siapa yang berani kurang ajar terhadap angkatan lebih tua dia harus ,dihukum mati, ayoh cepat berlutut untuk menerima
hukuman"

Pada saat ini kendati rasa gusar dan mendongkol dalam hati Pek ln Hoei belum hilang, namun ia tidak tega menyaksikan Cia Koen dibunuh oleh toosu tua itu.
Maka buru2 dicegahnya "Suheng. ampunilah jiwanya untuk kali ini. Kesalahan bukan terieiak pada dirinya saja, dia memang betul2 tidak kenal siapakah aku !"

Mendengar perkataan itu, toosu tua tadi lantas berseru kepada muridnya :

"Ayoh cepat berterima kasih kepada susiokmu atas pengampunannya"

"Susiok terima kasih atas pengampunanmu" Buru2 Cia Koen memberi hormat.

"Aku harap dikemudian hari janganlah kau bersikap begitu kasar terhadap orang yang baru kau temui, barang siapa yang bisa diampuni jiwanya ampunilah sebanyak
mungkin l"

"Terima kasih atas nasehat dari susiok "

"Binatang, ayoh cepat enyah dari sini" hardik toosu tersehut.

Dengan pandangan mendendam dan benci Cia Koen melirik sekejap kearah Pek In Hoei lalu berlalu dari situ.

Melihat sinar mata orang itu, Pek ln Hoei kerutkan dahinya.

"Rupanya dia masih mendendam kepada ku, aku lihat jiwanya picik dan jelek sekali" pikirnya.

Dalam pada itu toosu tua tadi sudah masukkan kembali pedangnya kedaiam sarung, kepada sianak muda itu ujarnya

"Selamanya binatang itu selalu berbuat kasar dan berangasan, bilamana ia sudah berbuat kasar terhadap sute, harap kau jangan pikirkan didalam hati".

Pek in Hoei berpaling, tatkala mcnjumpai sitoosu itu sudah tua, ia lantas menegur :

"Suheng, kau adalah......"

"Pinto adalah Hian Pak, sekarang susiok berada didaiam kuil, dia suruh aku datang kemari untuk mengundang sute masuk kedalam kuil."

"Ooouw... . kirarya kau adalah Sam suheng, apa yang sedang diperbuat ayahku

"Ciangbunjin mengalami jalan api menuju neraka, dan muntah darah terus menerus, sekarang susiok sedang berusaha menolong jiwanya"

"Kalau begitu ayoh cepat kita kesana!" Hian Pak Tojien mengiakan, di bawah pimpinannya merekapun lantas berangkat kekuil Siang Ciang Koan.

Setelah melewati tembok tinggi masuklah mereka berdua kedalam ruangan kuil, suasana kuilitu terang benderang oleh cahaya lampu, duapuluh orang toosu duduk
bersila dikedua belah samping ruangan, ketika menyaksikan Hian Pak serta Pek In Hoei berjalan masuk, dengan pandangan tercengang mereka sama-sama melirik
sekejap namun tak seorang diantaranya buka suara maupun menunjukkan suatu gerak gerik.

Hian Pak Toojien mejabawa Pek In Hoei melewati halaman belakang dan tiba diujung bangunan, seraya menuding kearah sebuah lantai berbentuk barisan Pat-kwa
ujarnya : "Disitulah suheng bersemedi, aaiii siapa sangka ia Menggeleng kepala dan menghela napas panjang.

Perlahan-lahan ia berjalan masuk kelantai berbentuk barisan Pat-kwa tadi, setelah melewati kedudukan Koen dan Soen mendadak tangannya menghantam keras ke
muka.

Diiringi suara nyaring, sebuah batu besar gera bergeser kebelakang dan muncullah sebuah gua diatas permukaan tanah.

"Ciangbunjien ada didalam gua, sute mari ikut aku masuk kedalam !" Dengan mengikuti anak tangga yang menunjuk kebawah Pek In Hoei berjalan vnssulr -dalam
gua, ampu lentera tampak- tergac- ng di.kedua belah dinding membuai suasana : lorong tersebut terang benderang.

"Bila kau telah berjumpa dengan susiokcouw, untuk sementara waktu lebih baik jangan kau ungkap peristiwa yang barusan jadi."Pesan Hian Pak Tojen. "Sebab pada
saat ini ia sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk menolong jiwa Ciangbun suheng, sedikit kurang cermat bukan saja menggagalkan usahanya selama ini,
bahkan...."

"Tentu soal itu aku mengerti, tak usah suheng kuatirkan !"

Hian Pak Toojien tidak banyak bicara lagi, ia dorong sebuah pintu rahasia dan berjalan masuk kedalam.

"Apakah Pek sute ada diluar?" tampak Hian Song Toojien munculkan diri dan menegur.

"Benar. Pek sute sudah datang bagaimana keadaan suheng ??

Hian Soog Toojien geleng kepala dan masuk kedalam.

Pek In Hoei ikut melangkah masuk kedalam ruangan, terlihat olehnya ayahnya sedang duduk bersila diatas tanah dengan wajah pucat dan keringat membasahi
seluruh tubuhnya.

Disisi Pek Tian Hong berbaring seorang toosu setengah baya dengan basab penuh tetesan darah, wajahnya pucat dan matanya terpejam rapat.

Suasana diliputi keheningan yang mecekam, lama sekali baru terdengar toosu setengah baya tadi mendehem dan menggeliat.

Pada saat itulah Pek Tian Hong membuka matanya melirik sekejap kearah putranya, kemudian memandang toojien setengah baya yang berada disisinya sambil
menegur:

"Hian Cing, bagaimana perasaanmu ? Apa kau merasa rada baikkan ?"

Toojien itu buka matanya dan tertawa getir.

"Susiok Kiranya kaupun berada diatas gunung"

"Hian Cing l Apakah kau tidak dengarkan nasehatku dan menempuh bahaya untuk melatih ketiga buah jurus sakti itu

Hian Cing toojien menghela napas dan mengangguk, sambil bangun sahutnya;

"Sebenarnya Sutit hendak andalkan keteguhan hatiku untuk meliwati dua gerakan terakhir dan menguasai ketiga buah jurus sakti tersebut, siapa tahu mendadak
aliran hawa murni dalam tubuhku menyabang, seandainya susiok tidak kebetulan datang kemari, aku ...

"Sejak ciangbun Susiok Si Soat-Cu bersama sama ketua delapan partai besar lainnya lenyap dibukit gunung Cing-Shia, kendati tiga jurus sakti perguruan kita
masih tetap tersimpan namun jurus kedelapan dan jurus kesembilan telah lenyap, hal ini menghancurkan kekuatan ilmu pedang itu sendiri yang mengakibatkan ilmu
pedang tadi tak dapat menjagoi kolong langit lagi. . ."

la merandek sejsnak untuk tukar napas kemudian sambungnya;

Kalau tidak ilmu pedang penghancur sang surya dari partai Tiam Cong kami pasti akan menjadi ilmu tersakti di kolong jagat.

Hian Ceng Toojien tundukkan kepala dan membungkam dalam seribu bahasa, Pek Tian Hong menghela napas panjang katanya lagi:

"Kali ini sigolok perontok rembulan Ke Hong telah kirim surat kepaduku yang isinya mengatakan, ketika ia sedang mengunjungi seorang sahabatnya digunung
Cing-Shia tanpa sengaja ia telah dapatkan sebuah pedang mustika yang mana mirip sekail dengan pedang sakti penghancur sang surya partai kita."

Hian Cing Toojien berseru tertahan, ia angkat kepalanya dan menatap wajah Pek Tian Hong tajam tajam.

Hian Song serta Hian Pak pun sama sama menunjukan rasa kagetnya, mereka semua pusatkan perhatiannya kearah Pek tian Hong untuk menantikan penjelasan
selanjutnya.

Kakek she Pek itu termenuig sebentaar, lalu katanya lagi

Berhubung berita ini datangnya sangat mendadak lagi pula sangat mengejutkan maka sebelum bertindak aku sudah pikirkan persoalan ini sangat lama. Empat puluh
tahun berselang, supek bersama pedang mustika itu lenyap digunung Cing-Shia, demi keutuhan pedang mustika tadi bagi partai kita. maka sesudah mendengar kabar
tersebut mau tak mau aku harus berangkai kegunung Cing-Shia untuk melihat keadaan"

"Susiok, kau memang sudah seharusnya pergi kesitu!" sela Hian cing dengan wajah serius.

"Benar. Aku memang seharusnya berangkat kegunung Cing-Shia tap sebelum berangkat kesitu aku memikirkan pula nasib Hoei-jie . "

Bicara sampai di sana kakek tua itu melirik seke'ap kearab Pek In Hoeii, tatkala dilihatnya pakaian yang dikenakan putranya hancur berantakan segera
tanyanya:

"Hoei-jie, apa yang telah terjadi?"

"Aku ketika aku naik keatas gunung tadi telah terjadi sedikit salah paham dengan muridnya Hian Pak suheng"

"Hmmmm ! Selama ini kau tak pernah sudi belajar silat sekarang kau tentu bisa menyadari bukan betapa pentingnya belajar silat kalau kau tak bisa silat maka
selamanya akan dianiaya orang!" la lirik sekejap kearah Hian Pak, lalu kepada Hian Cing Toojien katanya kembali ,.Aku terlalu memanjakan putraku, hal ini
jadi membuat ia jadi terlalu menuruti watak sendiri, kupaksa dia belajar silat namun setiap kali ia selalu tolak perintahku dengan mengatakan belajar silat
itu menimbulkan pertumahan darah. aaaaai .... karena itu aku tidak tega membiarkan dia seorang diri berada dirumah, sebelum aku berangkat kegunung Cing-Shia
kubawa dia datang kemari; dengan harapan kau suka memaksanya belajar ilmu silat

Mendengar perkataan itu Hian Cing Toojien melirik sekejap kearah Pek In Hoei, lalu tersenyum.

Siauw sute punya bakat yang sangat baik untuk belajar silat, kenapa dia tolak permintaanmu Sungguh aneh sekali."

Maka dari itu kau harus, baik baik mendidik dirinya, jangan terlalu menurut kemauannya, jangan dengarksn alasannya dan jangan dengarkan perdebatannya ...

"Tapi ayah . . . setiap perkataan yang kuucapkan semuanya pakai aturan dan my suk diakal"

"Hramm Sudahlah, tak usah kau perlihatkan kelihaian debatmu ! Semuanya ini salahku kenapa dahulu terlalu biarkan kau belajar ilmu sastra sehingga akhirnya
menjadikan kau seorang kutu buku !"

"Susiok, kau boleh legakan hatimu" sela Hian Cing sambil tersenyum. "Aku pasti akan berusaha keras mendidik siauw sute.". "Baiklah kalau begitu aku titip
putraku untuk sementara waktu, dalarn sebulan kemudian aku pasti sudah kembali kegunung Tiam Cong, semoga Ciangbunjien baik baik jaga diri dan cepat sehat
kembali"

"Terima kasih atas bantuan susiok menyembubkan luka dalamku . . ."

Pek In Hoei tidak menyangka kplau ayahnya saat itu juga mau pergi, buru-buru teriaknya:

"Ayah kau hendak pergi" Pek Tian Hong mengangguk, "Hmmm, kau harus ingat baik baik perkataan yang kusampaikan padamu waktu ada di tengah jalan. janganlah kau
anggap diatas gunung bagaikan dirumahmu sendiri."

"Ayah Aku sudah bukan georang bocah, kau ..."

"Aku merasa selalu berharap agar kau bersikap dewasa, janganlah turuti kemauan sendiri"

Bicara sampai disitu ia lantas loncat keluar dari ruangan, dalam sekejap mata banyangan tubuhnya telah lenyap dibalik kegelapan.

Malam makin kelam .... suasana makin sunyi ....... udara amat dingin membuat semua penghuni, dijagad terlelap dalam tidurnya dengan nyenyak.

Ditengah kesunyian yang mencekam seluruh jagad itulah, tiba-tiba tampak sesosok bayangan manusia laksana kilat berkelebat kearah ruang kuil dan berhenti
didepan pintu goa.

Memandang batu berbentuk barisan Patkwa itu ia tertawa dingin, dengan gampang orang itu loncat kesisi pintu gua dan menerobos masuk keruang bawah tanah.
Sementara Itu Hian Cing Toojin yang ada dalam ruangan masih duduk bersila sambil mengatur pernapasan. Dengan gerakan lincah orang tadi menyelinap kedaiam
ruangan, sinar buas tampak memancar keluar dari balik wajahnya yang kerudung.

Lama sekali ia berdiri didepan pintu sambil menatap tubuh Hian Cing Toojien yang ada didalam, tubuhnya perlahan2 bergerak makin mendekati pembaringan.
"Hmmimm" tiba2 Hian Cing Totiang buka matanya dan mendengus.

Melihat ciangbunjien dari partai Tlam Cong ini mendusin, laksaca kilat orang berkerudung itu loncat kedepam sambil mengirim sebuah pukulan kearah dada lawan.

Hian Cing mengegos kesamping, bajunya dikebaskan kemuka mengunci datangnya ancaman.

Bruk! di tengah bentrokan keras, tubuh Hian Cing terdorong hingga jatuh keatas pembaringan, air mukanya berubah hebat, darah segar menetes keluar dari
mulutnya.

Sementara itu orang berkerudung tadi pun kena didorong mundur oleh angin pukulan lawan sehingga terhuyung dua langkah kebelakang, airmukanya berubah,
jengeknya sambil tertawa seram

"Luka dalammu belum sembuh, Heeeh .... heeeeh .... heeeeeh .... dengan adanya peristiwa ini, bukankah bantuan dari Pek Tian Hong tadi hanya sia2 belaka"

Seluruh tubuh Hian Cing Toojien tergetar keras, sepasang matanya melotot bulat2, sambil menatap wajah orang itu hardiknya

"Siapa kau?"

Orang berkerudung itu mundur kebelakang, pedangnya diloloskan dari sarung digetarkan dan menciptakan tiga kuntum bunga pedang.

"Haaaaaa? ilmu pedang Bunga terbang, kau adalah anggota perguruan Boe Liang Tiong ?"

"Heech . . . heaeeh .... heeeh .... sedikitpun tidak salah, aku adalah anggota perguruan Boe Liang Tiong dari propinsi Tiam Hay sebelah utara". "Apa maksudmu
datang kemari?"

"Enam puluh tahun berselang tujuh puluh orang anggota perguruan Boe Liang Tiong dibunuh habis dalam semalaman oleh Si Soat Cu, sekarang aku datang untuk
menuntut balas!"

Air muka Hian Cing Toojien berubah hebat, keringat dingin sebesar kacang kedelai menetes keluar tiada hentinya, begitu tegang hati toosu ini sampai
tangannyapun gemetar keras.

"Hmmm, coba bayangkan, sejak enam puluh tahun berselang nama perguruan Boe Liang Tiong lenyap dan Bu-lim, seluruh anggotanya hampir mati binasa semua, dendam
sedalam lautan seperti ini kenapa tidak kubalas" suaranya makin lama semakin keras, akhirnya dengan nada penuh kebencian ujarnya lagi :

"Hutang darah bayar darah, dendam kesumat yang sudah terpendam selama enam puluh tahun lamanya akan kutuntut pada malam ini juga. Mulai besok pagi dalam
dunia persilatan akan kehilangan nama partai Tiam Cong Pay, sejak kini dalam dunia Kangouw tidak akan ada lagi murid partai Tiam Cong yang berkelana."

"Sungguh keji hatimu..." desis Hian Cing Totiang dengan badan gemetar keras.

"Hmmm. inilah yang dinamakan pembalasan dendam dengan cara apa ysng pernah kalian lakukan !"

Hian Cing Toojien mendengus dingin, tiba2 sepasang telapaknya menyambar kedepan, dengan segenap tenaga ia tubruk tubuh orang berkerudung itu.

Cahaya pedang berkelebat-lebat, diiringi jeritan ngeri yang menyayatkan hati tubuh Hian Cing Toojien roboh tercengkang diatas tanah, sepasang kakinya sebatas
lutut tahu2 ditebas kutung oleh senjata lawan, darah berceceran seketika membasahi meluruh lantai

"Haaaaa& . . . haaaah....haaa..."

"Hian Cing Loo-too. kau tidak pernah menyangka bukan bakal mengalami nasib yang demikian mengenaskan ? Hmmmm tahukah kau siapa aku?"

Dengan badan gemetar keras per-lahan 2 Hian Cing Toojien angkat kepala dan memandang manusia berkerudung itu dengan sinar mata membenci.

Orang berkerudung itu tertawa lantang. tangannya meraba keatas wajah dan perlahan-lahan melepaskan kain kerudung itu.

Haaaa kau Jerit Hian Cing Toojiere, "Cia Koen kiranya kau"

"Heee...... heeee... kau tidak akan menyangka bukan?"

Hian Cing Tootiang merasakan hatinya seperti di tusuk2 dengan jarum, kembali ia muntah darah segar.

"Sepasang mata Hian Pak sute benar2 buta, ternyata ia terima kau sebagai muridnya!"

"Tutup mulut!" bentak Cia Keen, sinar matanya memancarkan napsu membunuh yang berkobar-kobar. "hey toosu tua hidung kerbau, sebelum ajalmu tiba kau harus
tahu bahwa suhuku Go Kiam Lam adalah ketua dari perguruan Boe Liang Tiong, demi membalas dendam atas sakit hatinya selama enam puluh tahun ini, dia telah
angkat setan tua itu sebagai gurunya, ini hari adalah saat kami untuk menumpas segenap anggota partai Tiam Cong"

Hian Cing Toojien tertawa sedih.

"Suhu .. suhu l" teriaknya dengan suara serak. "Karena belas kasihanmu tempo dulu kau telah mendatangkan bibit kehancuran bagi perguruan kita"

"Haaa...haa.... haa salah suhunu sisetan tua itu kenapa ia punya mata tak berbiji ..."

Hian Cing Tootiang melotot bulat, kembali ia muntah darah segar, wajahnya semakin pucat.

Pada saat Itulah pintu rahasia kembali terbuka, Hian Pak Toojin dengan satu tangan? mencekal pedang tangan lain membawa sebutir batok kepala berjalan masuk
kedalam ruangan.

"Koen-jie , bagaimana keadaannya?" tanya toojien itu dengan wajah penuh napsu membunuh.

"Toosu tua hidung kerbau ini sudah hampir mati "

Dalam pada itu Hian Cing Too tiang dengan sepasang mata merah membara memandang wajah Hian Pak tajam2, tatkala dilihatnya batok kepala yang berada dalam
cekalan toosu tersebut, sambil kertak gigi pekiknya:

"Hian Pak, hatimu benar benar keji "Hmmm, aku bukan Hian Pak, aku ada Go Kiam Lam, cianbunjien ketujuh belas dari perguruan Boe-Liang Tiong !"

Dengan wajah yang sinis ia angkat batok kepala itu, kemudian sambungnya lebih jauh:

"Batok kepala ini adalab batok kepala iri Hian Song, nanti akupun akan tebas batok kepalamu kemudian bawa pulang batok kepala kalian kegunung Boe-Liang-San?
Untuk menyembahyangi arwah dari anggota perguruan kami"

Hian Cing Toojien merasa sengat sedih hampir seluruh darahnya telah mengalir keluar. namun ia tetap mempertahankan diri untuk melototi musuhnya.

Hmmm. segenap anggota partai Tiam Cong bakal binasa semua terbunuh oleh jago2-jago lihay yang tehh kupersiapkan teilebih dahulu dari propinsi Tiam-Hay serta
anggota perguruan seratus racun, sejak, kini partai Tiam Cong bakai lenyap dari Bulim !" kembali Go Kiam Lam berkata dengan nada dingin.

Baru saja ia selesai berkata, mendadak terdengar seruan kaget berkumandang dari luar pintu, diikuti munculnja sesosok bayangan manusia masuk kedalam ruangan.

Orang itu adalah Pek in Hoei, dengan sinar mata kaget dan terceogang ia saksikan pemandangan yang sangat mengerikan itu sepasang alisnya mengerut sedang
mulutnya terkancing rapat.

Melihat kehadiran sianak muda itu. Go Kiam Lam segera mendengus dingin

"Hmmm, malam ini kaupun tak boleh ampuni jiwanya !"

"Sute, cepat malarikan diri" buru buru Hian Cing Toojien berteriak keras, "Ingat baik baik, kau harus membalas dendam bagi partai Tiam-Cong kita."

Belum habis ia berkata, tiba tiba Go Kiam lam meloncat kedepan. Ditengah berkelebatnya cahaya pedang dada Hian Cing Tootiang itu ditusuk hingga tembus, darah
muncrat keempat penjuru dan nyawa ketua partai Tiam Cong inipun melayang dari raganya.

Dua titik air mata jatuh menetes diatas pipi Pek In Hoei, ia tutup pintu ruangan kemudian lari keluar dari ruang rahasia tersebut.

"Engkau hendak lari kemana !" hardik Go Tuam Lam. "Koen-jie! Cepat kejar keparat cilik itu dan bunuh dirinya jangan tinggalkan seorang musuhpun diatas gunung
ini"

Cla Kun menyahut, ia jejakan kakinya dan segera mengejar keluar dari ruangan.

Dalam pada itu Pek In Hoei yang telah berada diluar segera saksikan suatu pemandangan yang sangat mengerikan, dibawah sorotan cahaya lampu tampak mayat
bergelimpangan dimana mana, jeritan ngeri berkumandang disana sini, darah segar, kutungan anggota badan menggenangi seluruh lantai suasana betul betul
menyeramkan.

Pek In Hoei bergidik, bulu roma pada» bangun berdiri, tanpa berpikir panjang ia ari ke belakang kuil. Dia tahu, ini hari dengan menggunakan kesempatan dikala
Hian Cing Toojien ketua dari partai Tiam-Cong mengalami penderita jalan api menuju neraka, anggota perguruan Boe Liang-Tiong bekerja sama dengan perguruan
seratus Racun telah menyerang partai Tiam-Cong dan membasmi seluruh anggotanya.

Sambil berlari otaknya berputar terus, pikirnya:

"Seumpama aku bukan untuk pertama kali datang kegunung Tiarn-Cong dan malam ini aku tak bisa tidur mungkin akupun lelah mereka bunuh. sungguh mongerikan..."

Rupanya ketika ia diantar Hian Pak Toojien kekamarnya untuk tidur, secara lapat lapat ia dapat saksikan tingkah laku tosu itu rada gugup dan tidak tenang,
wajahnya diliputi kebengisan dan kebuasan karena ingin tahu maka timbul niatnya untuk mengintip kelakuan toosu itu,

Tetapi sewaktu ia lari keluar dari halaman , bayangan toosu itu telah lenyap dari pandangan, maka terpaksa ia berjalan seorang diri dibawah sorotan cahaya
remabulan serta hembusan arngin malam yang sejuk.

Makin jalan sianak muda ini semakin jauh meninggalkan tempatnya semula, ia masuki hutan bambu dan akhirnya tiba dibelakang bukit, dimana tubuhnya terperosok
kedalam sebuah selokan hingga seluruh badannya basah kuyup.

Melihat bajunya basah, kembali sianak muda ini kekamarnya dengan maksud hendak ganti pakaian. Siapa tahu pada saat itulah ia saksikan jeritan lengking
bergema dimana mana, suasana dalam kuil amat kacau, banyak toosu lari simpang siur menyelamatkan diri.

la jadi kaget, cepat cepat pemuda Itu lari kedalam kuil dan menuju keruang rahasia dimana Pek in Hoei semakin terperanjat lagi sebab dilihatnya pintu rahasia
sudah bergeser dan terbuka lebar.

Tanpa berpikir panjang lagi masuklah ia kedalarn goa, dan dengan mata kepala sediri ia saksikan Hian Cing Toojien dibunuh serta dengar sendiri pula Cia Koen
mernbeberkan rahasianya. Diam diam ia kertak gigi, pikirnya: Go Kiam Lam sungguh lihai, agar bisa membasmi seluruh anggota partai Tiam Cong ternyata ia sudi
jadi anggota partai berdiam diri selama puluhan tahun lamanya

Sementara otaknya masih berputar, ia telah menuruni sebuah bukit dan menerobos, kedalam hutan bambu,

"Keparat cilik, kau hendak melarikan kemana!" bentakan nyaring berkumandang dari arah belakang. Cengan cepat ia berpaling, tampaklah. Cia Koen sambil
mencekal pedang telah berada kurang lebih dua tombak dibelakangnya.

Ia jadi sangat terperanjat, tergopoh gopoh badannya menyusup kesebelah kiri dan masuk kedalam hutan.

Pada saat inilah dia baru merasakan manfaat dari ilmu meringankan tubuh yang dipaksakan ayahnya pada hari hari biasa, atau paling sedikit dia masih bisa
mengandalkan kepandaian tersebut untuk meloloskan diri dari kejaran musuh.

Secara lapat lapat timbul rasa sesal dalam hatinya, ia menyesal kenapa tidak belajar ilmu pedang atau ilmu pukulan sehingga sekarang harus dikejar kejar
orang seperti anjing.

Namun begitu terbayang akan mayat yang bergelimpangan diatas tanah serta genangan darah yang amis yang memuakkan, rasa sesal yang muncul dalam hatinya
seketika juga lenyap tak berbekas. Sambaran angin pedang terasa mendesir dibelakang tubuhnya dengan gugup ia berguling2 kebelakang. Tampaklah Cia Koen sambil
ayunkan pedang membentak keras

"Keparat cilik she Pek sekalipun kau lari keujung langitpun akan kukejar terus sampai ketangkap keadaan disekitar sini aku bih paham dari pada drimu, kau
hendak lari kemann lagi??"

Suatu ingatan mendadak berkelebat dalam benak Pek In Hoei, pikirnya :

"Keadaan medan disekeliling sini aku memang tidak paham sekarang aku cuma bisa lari dengan mengandalkan lebatnya hutan ini sudah dilewati lalu tiba-tiba ia
teringat akan selokan kecil diusana ia terjerumus tadi, hatinja jadi sangat girang, buru2 ia tentukan arah dan lari kemuka dengan kencangnya.

Pohon demi pohon dilewati dengan cepat semak demi semak diterobosi dengan seksama akhirnya sampailah Pek in Hoei ditepi selokan tersebut, tanpa banyak bicara
ia jatuhkan diri keatas tanah dan menggelinding masuk kedalam selokan, seluruh tubuhnya dibenamkan kedalam air, hanya kepalanya saya yang muncul diatas
permukaan air sambil memperhatikan keadaan disekeliling situ.

Bau asap berhembus datang membuat hidungnya amat pedas, memandang jilatan api yang berkobar membakar kuil Siang Cing Koan tak tahan air mala jatuh berlinang
membasahi wajahnya, rasa dendam menyelimuti hatinya, sambil meremas kepalan gumamnya dengan penuh rasa benci : "Orang-orang itu harus dibunuh ! aku harus
berangkat kegunung Cing Shia untuk msngabarkan peristiwa ini kepada ayah, aku harus basmi habis segenap anggota dari perguruan Boe Liang Tong!"

Terbayang pula akan mayat-mayat yang begelimpangan didepan kuil Siang Cing Koan, kembali ia tutupi wajahnya sambil berbisik :

"Membunuh orang ditengah malam buta, kemudian melepaskan api membakar mayat2 itu hingga musnah Oooh! Betapa kejinya perbuatan mereka

"Koen-jie tiba-tiba terdengar suara Go Kiam Lam berkumandang didalam hutan itu

"Koen-jle. kau ada dimana ? "

Pek In Hoei terperanjat, buru-buru ia benamkan kepalanya kedalam air hingga lenyap dari pandangan.

Baru saja ia tandukkan kepala, terdengar suara Cia Koen menyahut daii balik semak - disebelah kirinya :

"Suhu! aku berada disini" Mendengar orang she Cia itu berada hanya delapan depa dari sisinya, Pek In Hoei semakin terperanjat, buru2 ia tahan napas dan
semakin menyembunyikan badan nya kedalam air.

Tampak Go Kiam Lam sambil mencekal pedang meloncati selokan tadi, ia bertanya kembali :

"Apa kerjamu duduk disana ??" "Aku sedang memeriksa jejak keparat cilik itu"

"Telur busuk! masa untuk menangkap seorang.keparat cilik yang tak bisa siiatpun kau tidak mampu, pekerjaan apa lagi yarg dapat kau lakukan"

"Disekeliling tempat ini tiada tempat yang bisa digunakan untuk menyembunyikan diri, lagipula air dalam selokan itu ada racunnya, tidak mungkin dia loncat
kedalam sana, aku pikir cuma disekitar semak belukar itu saja ia dapat menyembunyikan diri, maka aku terus menerus memeriksa sekeliling tempat itu"

Perkataan tersebut sangat mengejutkan hati Pek In Hoei, hampir saja ia loucat keluar dari selokan tersebut, tapi setelah dipikirnya sejenak ia tetap tak
berkutik dari tempat semula.

"Kenapa kau tidak punya pikiran untuk melepasksn api ditempat ini" Terdengar Go Kiam Lam berseru setelah berpikir sejenak. Setelah rerumputan disekeliling
sini terbakar, triasa keparat cilik itu tidak akan lari keluar"

"Suhu, aku sudah berpikir hendak menggunakan api, tapi dengan demikian seluruh gunung Tiam Cong-san bakal musnah, pemandangan indahpun akan ikut punah "Hmmm
! justru aku pingin menghancur leburkan seluruh Tiam Cong Pay, perduli amat dengan pemandangan indah segala

Mendengar ancaman itu Pek In Hoei bergidik, batinya berdebar-debar keras pikirnya :

"Tadi mereka mengatakan air dalam selokan ini ada racunnya, terhadap ancaman itu aku tidak takut sebab kemungkinan benar mereka sengaja menggertak diriku
Tapi sekarang mareka mau membakar gunung, seandainya hal ini benar-benar terjadi bukankah aku bakal mati terbakar

Sementara dia masih memikirkan cara untuk melarikan diri, terlihatlah jilatan api mulai berkobar disckeliling tempat itu "Haaah - . . . haaah . . .. . haaah
... dengar Go Kiam Lam tertawa terbabak- balak. "Dendam kesumat yang telah kupendam selama enam puluh tahunpun akhirnya berhasil kubalas juga, sejak kini
Langit selatan adalah daerah kekuasaan perguruan Liang Tiong kira"

"Suhu! kita masih punya seorang musuh tangguh yaitu sipedang Penghancur Sang surya Pek Tian Hong"

"Heeeh.. . heeeh .. . heeeh ... dia tak mengikat tali permusuhan dengan orang2 kangouw, kau tak usah pikirkan itu lagi, sigolok perontok Rembulan dan si
Bintang Kejora menuding Langit menghadapi dirinya. Muridku, ayoh berangkat"

Suaranya makin lama semakin jauh dan akhirnya lenyap dari pendengaran, namun Pek In Hoei masih tetap membenamkan diri didalam selokan.

"Golok Perontok Rembulan si Bintang Kejora menuding langit " gumamnya seorana diri "Aku harus pergi mencari ayah dan memberi tahukan peristiwa ini kepadanya"

( Bersambung kejilid 2 )

Jilid 2 : Putri perguruan Seratus Racun

Sianak muda itu menjerit keras, setelah loncat keluar dari selokan, ia segera lari secepat cepatnya turun gunung. Napasnya mulai tersengkal-sengkal larinya
jadi lebih lambat, memandang cahaya api nun jauh di puncak gunung, tanpa terasa air mata jatuh berlinang-linang

Banyak bukit serta selokan telah dilewati, namun ia masih terus lari... terus jalan menjauhkan diri dari gunung Tiam Cong. Suasana amat gelap, rembulan
diangkasa Lenyap tertutup awan hitam... bahkan bintangpun lenyap tak berbekas...

Guntur tiba tiba menyambar dan membelah bumi diiringi suaranya yang keras, kilat berkilauan, angin berhembus makin kencang, hujanpun turun dengan derasnya
membasahi permukaan bumi, seakan-akan air hujan tersebut hendak membersihkan noda darah yang telah mengotori jagat.

Seluruh wajah, rambut serta pakaian Pek In Hoei basah kuyup tersiram air hujan, begitu deras hujan yang turun membuat sepasang matanya hampir2 saja tak dapat
dipentangkan.
Kepalanya mulai pening, badannya limbung tak bertenaga dan kakinya gentayangan lemas ...... tapi ia coba terus lari... lari... namun baru saja melangkah
beberapa tindak, badannya gontai dan roboh keatas tanah... Pingsan

Hujan semakin deras, namun matanya terasa tak sanggup dibuka kembali, ketegangan serta lelah semalam suntuk membuat sianak muda itu tak kuasa mempertahankan
diri ia roboh tak sadarkan diri.

Entah berapa lama sudah lewat, tiba2 ia tersentak oleh suara nyanyian yang amat merdu, begitu lembut dan halus suara itu membuat ia sadar kembali dari
impiannya. Sepasang matanya perlahan-lahan dipentangkan, tampak bulu burung merak yang indah menghiasi sekujur tubuhnya, ia tertidur di atas loteng yang
dibangun dari bambu.

“Bulu burung merak…” ingatan ini berkelebat dalam benaknya, dengan rasa girang segera gumamnya. "Aku tidak mati ! Aku belum mati ! sebab orang mati tak akan
bisa melihat bulu bururg Merak.

Dengan cepat ia meroncat untuk bangun, tapi baru sedikit saja badannya bergerak mulutnya segera meringis kesakitan seluruh tulang serta persendiannya terasa
linu bagaikan retak.

Namun akhirnva ia berhasil juga untuk bangun dan duduk disisi pembaringan sebab nyanyian yang amai merdu tadi menimbulkan rasa ingin tahu dalam hatinya.

"Siapa yang sedang menyanyi ?? begitu merdu suaranya".

Perlahan-lahan Pek In Hoei bangun berdiri, tampak cahaya sang surya memancar masuk lewat jendela menyinari sepatunya yang penuh lumpur serta dua tapak kaki
yang kotor.

Ia jadi tertegun, pikirnya "Bukankah kemarin malam aku roboh taidak sadarkan diri diatas tanah berlumpur? sekarang... aku kok berada diatas loteng yang indah
?? sungguh aneh sekali, siapakah pemilik loteng ini ? apakah orang yang senang menyanyi itu.
Dengan menahan rasa linu dan sakit pada seluruh badannya, selangkah demi selangkah sianak muda itu turun dan loteng berjalan menuju kearah berasalnya suara
nyanyian itu.
Hutan yang rindang terbentang didepan mata, kuntum bunga yang segar dan menyiarkan bau wangi tersebar dimana-mana membuat suana terasa nyaman dan syahdu...
Pek In Hoei tarik napas dalam, ia berjalan menembusi kebun bunga . . hutan rindang dan terus maju kedepan.

"Aaaaaah ! bukankah tempat ini ada dipropinsi Tiam Hay sianak muda itu berseru tertahan.

Puncak gunung nan hjau terbentang didepan mata, tinggi dan runcing menjulang
ketengah angkasa, sebuah telaga dengan air yang jernih bagaikan membentang ditepi bukit, pemandangannya &aat indah dan menawan hati.

Seekor kijang kecil segera menarik perhatian Pek in Hoei, ia alihkan sinar matanya keatas binatang kecil itu, perlahan lahan didekatinya binatang itu, namun
kijang tadi segera mendusin akan bahaya yang mengancam dengan lincahnya "Ia" lari masuk kehutan
Pek in Hoei tercengang, ia melangkah masuk kebutan disitulah suara nyanyian yang berkumandang merdu tadi tiba tiba lenyap tak berbekas.

"Siauw Hoa... siauw Hoa... kau hendak ke mana??? ayoh cepat kembali ..... suara yang merdu itu tiba tiba menggema di angkasa.

"Wah, bukankah suara ini suara dari yang menyanyi tadi" pikir Pek In hoei.
Ranting dan daun bergoyang, dari balik hutan muncullah seorang gadis muda yang sangat cantik, ia membawa sebuah cangkul dari perak serta sebuah keranjang
bambu berwarna hijau.

SUNGGUH cantik gadis ini batin sianak muda itu dengan hati berdebar keras.
Gadis itu mempunyai sepssang mata yang indah bagaikan bintang Timur, hidung yang mancung, bibir yang kecil mungil serta biji mata yang gede.

Baru saja ia berjalan keluar dari hutan segera berjumpa dengan Pek In Hoei yang sedang berdiri termagu2.

Melihat sikap sianak muda itu. Teriaknya:

"Hey, siapa suruh kau berjalan keluar"

Pek In Hoei menengok kekanan kekiri mecarikan orang yang sedang diajak bicara oleh gadis itu tak sesosok bayanganpun kelihatan. Ia baru mengerti bahwa gadis
manis tersebut Sedang ajak dia berbicara, merah jengah selembar wajahnya

"Oooo nona !" serunya sambil bongkokan badan memberi hormat, rasa sakit tiba2 «enyerang pinggangnya, pemuda itu menjerit2 jatuh terjengkang keatas tanah.
Menyaksikan sianak muda itu roboh gadis manis itu tertawa cekikkan, ia maju menghampiri dan berseru.

"Apa itu nona atau bukan, sudah kubilang kalau badanmu sedang keracunan dan seluruh badan lak bertenaga, kenapa kau tinggalkan loteng datang kemari ....
Hmmm, enakkan rasanya kalau jatuh terjengkang !"_

"Nona, sejak kapan kau peringatkan diriku ???"' tanya sang pemuda sambil merangkak bangun.

"Tadi pagi, waktu kau masih tidak sadarkan diri bukankah sudah kukatakan kepadamu?"
Pek In Hoei tertawa getir.

Kalau toh sudah mengerti kalau aku masih pingsan, darimana bisa kudengar perkataanmu? mungkin nona ini rada dogol?" pikirnya.

Dalam pada itu gadis tadi sudah letakkan cangkulnya keatas tanah dan mengambil setangkai daun berwarna merah dari keranjangnya.

"Pagi tadi sewaktu aku sedang pergi mencari bahan obat, kutemui kau berbarirg di loteng bulu Merakku. Waaaah !

"bahkan kau sudafo bikin kotor lotengku. Mula2 hatiku merasa tidak senang tapi setelah menjumpai hawa hitam diatas wajahmu, aku tabu kalau kau jatuh tidak
sadarkan karena keracunan, maka akupun cepat pergi carikan obat untuk memunahkan raCun dalam tubuhmu" suaranya merdu tapi perkataannya cepat, seolah2 burung
nuri yang berkicau diatas pohon pada pagi hari yang cerah, membuat pemuda kita jadi, melongo dan ter-mangu2. Aduuuuh . . . sungguh merdu suaramu pujinya.

"Eeeeeei ....... kenapa sih kau?" tegur sang gadis dengan alis berkerut kencang. Hey, dengarkan perkataanku! masukkan daun ini kedalam mulutmu lalu kunyah
hingga lumat dan segera telan kedalam perut, kalau tidak kau telan sebelum tengah hari nanti racun itu akan mulai bekerja didalam tubuh mu dan kau bakal mati
1"

"Kau suruh aku makan rumput?." tanya Pek In Hoei tersipu-sipu.

Meledaklah gelak tertawa gadis manis iiu begitu cantik dara tersebut terutama sepasang dekiknya yang ada dipipi.

"Aku tahu kalau kau bukan kerbau atau kambing, tentu saja aku tidak suruh kau makan rumput sambil tertawa. "Maksudku, kalau kau kunyah rumput merah itu
kedalam mulut, keadaannya jauh lebih manjur dari pada dimasak dan diminum dengan air !"

"Nona, benarkah aku Keracunan ??".

"Hmmm, kalau kau tidak percaya yaab sudahlah, syukur kalau kaucepat mati !" bibir nya yang kecil segera dicibirkan.

"Nona .... jangan marah jangan marah. Segera kumakan rumput ini".

"Huuuu siapa suruh kau makan rumput?"

"Rumput itu adalah obat untuk memunahkan racun dalam tububmu. Merah jengah sepasang wajah Pek In hei akhirnya dengan tersipu-sipu ia masukan rumput tadi
kedalam mulut dan dikunyah dengan susah payah akhirnya Pek In Hoei krhasil juga menelan rumput merah itu kedalam perut melihat senyuman, yang mengiasi bibir
gadis itu, dengan jengkel segera serunya :

"Ooooooh pahit sekali ! eeeei kenapa kau menertawakan aku ?? kiranya kau sedang menipu aku yaah?"

"Aku adalah anggota perguruan seratus racun, tidak nanti kubohongi dirimu !".

"Perguruan seratus racun? apakah kau anggota dari perguruan Seratus Racun ?" Tanya Pek In Hoei sangat terperanjat.

Gadis manis itu mengangguk

"Benar ! dari mana kaupun tahu?"

Mendadak ia saksikan air muka Pek In Hoei berubah jadi merah padam buru buru serunya:

"Cepat bongkokkan badanmu !".

Perut sianak muda itu mulai mengerutkan berbunyi keras rasa sakit yang sukar di tahan menyerang segenap isi perut, keringat sebesar kacang kedelai
mengucekkan keluar dengan derasnya sementara wajahnya berubah jadi merah padam .

Tiba tiba ia pegang perutnya kencang kencang dan muntahkan segumpal air berwarna kuning dari mulutnya, bau amis dan busuk segera tersebar diangkasa membuat
yang mencium ikut merasakan perutnya mual.

Laksana kilat gadis itu sambar pergelangan angan sianak muda itu, dalam sekali ayun ia lempar tubuhnya masuk kedalam telaga.

Begitu tercebur kedalam air, rasa dingin yang luar biasa menyerang kedalam iubuh, ia menggigil kedinginan . .

Tapi pada saat itu juga ia rasakan aliran hawa panas bergerak dan lambungkan msnyambar keseluruh tubuh, membuat hawa dingin yang semula membekukan badan
segera terusir lenyap.

Terdengar gadis muda itu tertawa cekikikan.

"Kau jadi orang tidak jujur, maka kau harus rasakan sedikit kepahitan"

Tatkala menyaksikan tubuh Pek In Hoei sebenarnya tenggelam sebentar lagi muncul diatas permukaan air, seolah olah dia tak bisa berenang, buru2 tanyanya lagi
:

"Hey, bisakah kau berenang ?"

"Kau tak usah urusi diriku".

"Hmmm! aku sengaja mau urusi dirimu, kau mau apa ??",

Serentetan cahaya berkelebat membelah bumi, tahu tahu gadis itu sudah lemparkan sebuah ikat pinggang ketengah telaga.

Pek In Hoei mesakan pandangannya jadi kabur, tahu tahu tubuhnya sudah lepas dari telaga dan ditarik naik keatas daratan.

Pada waktu itu seluruh badannya basah kuyup, rambutnya kusut dan awut awutan tidak karuan, dengan keadaan yang sangat mengenaskan ia melototi sianak gadis
itu.
"Hey, siapa namamu?" mendadak gadis itu menegar dengan sepasang alis berkerut.

"Buat apa kau tanyakan persoalan ini" tukas Pek In Hoei dengan hati mendongkol, "kenapa kau lempar diriku kedalam air dingin?"

"Hmmm kau memang benar benar manusia yang tidak tahu diri, tadi racun yang mengeram dalam tubuhmu baru saja membuyar keluar, seanidainya kau tidak bsrendam,
dalam air maka hawa racun yang telah keluar tadi akan mssuk kembali kedalam tubuhmu lewat pori pori didalas kulit, jika sampai demikian keadaannya, bukankah
usahaku selama hampir setengah jam untuk memetikkan rumput merah bagimu akan sia sia belaka?"

"Oooooooo ! kiranya kau sedang menolong jiwaku, kalau begitu nona aku harus ucapkan banyak terima kasih kepadamu!".

"Tak usah kau berterima kasih kepadaku^ jawab dulu pertanyaan yang telah kuajukan tadi!".

"Cayhe bernama Pek In Hoei !".

"Pek In Hoei ? ? ?" gumam gadis itu, ia mendongak dan memandang awan diatas langit.

"Kau maksudkan awan yang melayang ditengah angkasa itu?".

"Nona, kau suka benar bergurau, nama cayhe memang betul betul Pek In Hoei !".

"Sungguh Inilah namamu " ia berpikir sebentar lalu ujarnya kembali

"Eeeeeeei ! kenapa kau tidak- menanyakan namaku?".

"Oooouw... masf maaf.. ! bolehkah cayhe mengetahui nama besar nona ??

"Cisssss ! aku bernama Hee Siok Peng, Hey Pek In Hoei I coba kaiakan bagus tidak namaku?".

"Bagus.... bagus nona punya nama yang sangat bagus dan indah didengar. mata Hee Siok Peng dialihkan keatas wajah sang pemuda yang basah kuyup, kemudian
ujarnya :

"Kau benar benar seorang kutu buku, apa kau tidak merasa tidak enak dengan baju basah kuyup, seperti itu ?". pek In Hoei tertawa getir.

Apa gunanya aku ribut ? bukankah disinipun tak ada pakaian yang cocok bagiku.
Hee Siok Peng berpikir sebentar, mendadak dengan perasaan tercengang ia menegur:

"Eeeeeei . . . apa sebabnya kau jatuh tidak sadarkan diri didepan loteng bambuku?".

Dingatkan kembali oleh gadis manis ini dalam benak Pek In Hoei segera terbayang lagi peristiwa yang telah terjadi kemarin malam, dimana ia saksikan sendiri
Go Kiam Lam sang ketua dari perguruan Boe Liang Tiong melakukan penjagalan manusia secara besar besaran kemudian membakar gunung Tiam Cong, lalu begaimana ia
dikejar hingga badan tersiksa dan akhirnya }atuh pingsan...

Ia menghela napas panjang. "Tempat manakah ini ?". "Kau bukan orang propinsi In Lam ?." tempai ini adalah Tiam Hay, apakah kau tidak tabu ? Hey sebenarnya
kau datang dari mana?".

"Aku datang dari gunung Tiam Cong !". "Kau berasal dari partai Tiam Cong ?" seru Hee Siok Peng dengan mata terbelalak Pek In Hoei ingin anggukkan kepala tapi
setelah dipikir sejenak akhirnya menggeleng. Aku mengerti bahwa kau tidak pandai bersilat kata gadis itu. "Eeei apakah kau tidak ingsn belajar silat ?".

"Tidak! aku palmg benci belajar silat !". Mendadak ia rasakan badannya sangat tidak nyaman karena baju yang basah hampir merata semua diatas badannya, maka
ia kebaskan pakaian yang basah itu.

"Oouw! aku lupa kalau pakaianmu basah, ayoh cepat ikuti diriku!"

Gadis itu ambil kembali cangkul serta keranjang bambunya, lalu sambil melirik sekejap ke tubuh pemuda tersebut katanya lagi:

Bukan saja kau mirip seorang kutu buku, kaupun seorang manusia dungu, masa pakaian yang sudah basahpun tidak tahu bagaimana harus diganti, apa lagi mau
belajar silat. Huuuuu ! bodohnya benar benar tak ketolngan lagi".

Pek In Hoei tidak memperdulikan ocehan gadis tersebut, dalam hati diam diam pikirnya

"Siapa bilang aku tak tahu kalau bajuku basah? cuma aku merasa tidak enak kalau sampai telanjang dihadapaomu. Hmmm, sedang mengenai belajar silat . . . ayah
yang memaksapun aku tidak sudi apa lagi kau setiap manusia punya ciia cita serta mendapat yang berbeda, siapa bilang aku aku seorang manusia dungu?"

"Aku ingin membawa kau pergi kesuatu tempat yang terindah dikolong langit dan memperkenalkan dirimu dengan seorang manusia yang paling aneh didalam jagad,
maukah kau ikuti diriku ?" terdengar Hee Siok Peng bertanya.

"Aku tak bica ikuti dirimu, aku masih urusan penting yang harus dikerjakan hendak pergi kegunung Cing Shia"

Maukah kau melakukan sesuatu pekerjaan bagi diriku kembali terdengar gadis itu bertanya.

Pek In Hoei angkat kepalanya» ia merasakan sinar mata yang amat tajam dari gadis cantk itu membuat jantungnya berdebar keras merasa hatinya tak bisa menampik
permintaan dara secantik dan semanis itu. Maka ia mengangguk. "Aku mau lakukan pekerjaaa bagimu' Kalau begitu mari ikutlah aku pergi keladang harta dipuncak
gunung Pek-Giok hong '

"Gudang harta dipuncak Pek giok-hong?" rentetan cahaya mata yang aneh dan sukar dilukisan dengan kata kata memancar keluar dari balik mata sianak muda kita

"Perguruan Pek-Tok-Boen adalah milikmu ? ... "

"Betul Ayahku Hee Ciong Lam adalah ketua dari perguruan Seratus Racun"
Pek In Hoei tertegun, kemudian tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia putar badan dan pergi,

"Hey, kau hendak kemana?" seru Hee Siok Peng melengak.

Pek In Hoei tidak menggubris, ia pura pura tidak mendengar dan meneruskan langkahnya berlalu dari situ.

Pek In Hoei Kau adalah seorang manusia atau bukan"

"Apa katamu Mendengar makian tadi dengan gusar Pek In Hoei berpaling.

"Aku telah menyelamatkan jiwamu sedang kaupun sudah setuju untuk melakukan sesuatu pekerjaan bagiku kenapa sekarang kau malah tinggal pergi? Sebagai seorang
lelaki jantan, seorang lelaki sejati, apa pernah diucapkan keluar tak pernah diingkari kembali, apakah aku salah memakimu?"

Begitu cepat perkataan itu diutarakan buat Pek In Hoei berdiri menjublak, ia rasakan perkataan gadis manis itu bagaikan berpuluh puluh batang pisau yang
menusuk hatinya, membuat mulutnya membungkam tak sanggup mencucapkan sepatah katapun.

"Hmmm... Semula aku mengira kau adalah seorang manusia jujur. Kembali gadis itu mengomel "Siapa tahu kiranya kau adalah seorang manusia siauwjien yang pandai
mengingkari janji." Tanpa berpaling lagi ia ambil keranjang obatnya dan berlalu dari situ.
Eecei... nona Hee, Nona Hee tunggu sebentar" cepat cepat Pek In Hoei mengejar kedepan. "Aku suka mengikuti dirimu pergi kepuneak Pek Giok Hong"

"Sungguh?™ Hee Siok Perg berhenti dan memandang kearahnya dengan sinar mata kegirangan. "Kalau begitu ayoh kita segera berangkat."

Ditengah jalan, sewaktu gadis itu menyaksikan Pck In Hoei bisa mengimbangi gerakan larinya dengan begitu ringan dan lincah dengan perasaan tercengang
tegurnya: "Kau perrah belajar ilmu silat?" "Tidak. Aku tidak suka belajar siiat, cuma saja karena seringnya aku ikut ayahku melakukan perjalanan maka gerakan
kakiku dengan sendirinya jadi enteng dan ringan. Apakah ada yang tidak benar."

"Tidak ada. Sttt, jangan bersuara lagi ayoh ikuii dirikd!" Tubuhnya segera berbelok kekanan dan kemuka, gerakao tubuhnya lincah dan menawan, ditambah pula
parasnya cantik hal ini menambah keagungan gadis itu.

Memandang lekukan badannya yang padat mendadak timbul suatu perasaan dalam hati Pek ln Hoei, pikirnya. Belum pernah kutemui gadis secantik dan semenarik nona
ini dan akupun tak pernah bercakap2 dengan dara seayu itu sungguh aneh kenapa hatiku bisa begitu tertarik dengan dirinya ?

Sementara ia masih berpikir, mereka sudah melewati sebuah hutan dan masuk kedalam sebuah selat sempit.

"Sekarang kita sedang melewati lorong raasa di belakang gunung" terdengar Hee siok Peng berkata sambil menoleh kebelakang.

"Didepan sana penuh dengan anggota guruan kami, maka aku tak dapat membawa kau naik kepuncak Pek Giok Hong lewat situ, sebab daerah sekitar sana telah
dijadikan daerah terlarang oleh ayahku."

"Lalu apa sebabnya kau membawa aku pergi kesana ?"

"Karena aku hendak minta pertolonganmu untuk menolong seseorang"

Mendengar jawaban itu Pek in Hoei tertawa getir.

"Kau bukannya tidak tahu kalau aku sama sekali tidak senang akan ilmu silat mana mungkin aku bisa menolong orang lain? Jangan-jangan sebelum memasuki daerah
terlarang dari perguruan seratus racaa kalian, selembar j;waku sudah keburu melayang!"

"Jangan kuatir Justru karena kau tidak mengerti ilmu silat jiwa orang itu baru bisa ditolong, kalau tidak, buat spa kubawa dirimu nak keatas gunung?"

"Eeei ! Sebenarnya apa yang telah terjadi?"

"Ada seorang manusia aneh yang mempunyai ilmu silat sangat tinggi terkurung diatas sana. Ceritanya begini selama hidup orang itu malang melintang didaiam
persilatan dengan andalikan Huncwee yang besar, tak pernah ia temui tandingan, tetapi pada suatu hari ia telah berjumpa dengan ayahku, orang itu tidak
percaya dengan kepandaian menggunakan racun ayahku, maka bertarunglah dia dengan ayahku"

"Apakah mereka mempertaruhkan kepandaian racun dari ayahmu?" Hec Siok Peng mengangguk. Si Huncwee gede menganggap ilmu silatnya nomor wahid di kolong langit,
maka ia bertaruh bahwa ayahku tak bisa meracuninya Siapa sangka dikala mereka berdua sedang bercakap-cakap itulah ayah sudah melepaskan racunnya membuat
orang itu buru buru menutup pernapasan dan berusaha mengusir racun tadi dari dalam tubuhnya"
Ketika bercerita sampai disana, sampailah kedua orang itu didepan sebuah gua, gadis itu langsung masuk kedalam gua tadi dan serunya:

"Hei. Hati hati !"

Dengan sangat hati hati Pek In Hoei menerobos masuk kedalam gua, ia temukan gua itu sangat lebar sebuah tangga batu menghubungkan mulut gua dengan ruang
dalam.

"Ouw batu ini langsung menghubungkan tempat ini dengan gudang harta" kembali Hee Siok Peng menjelaskan, "Si Huncwo gede dikurung disana dan hingga kini tak
bisa keluar lagi'
berapa lama si Huocwee gede di dalam gua tersebut?" "hgga kini sudah ada tujuh belas tahun lebih

"Apa? tujuh belas tahun sudah begitu lama?" seru Pek In Hoei terkejut.Hee Siok Peng tersenyum.

"Ayahku sangat pintar, ia tahu bahwa kurungannya tak mungkin bisa mengurung huncwee gede, maka ia lantas bertaruh dengan dirinya, ia suruh orang itu
menyanggupi untuk naik sendiri kepuneak Pek-Giok hong kemudian pintu goa ditutup oleh ayah dengan delapan lembar sarang laba laba beracun. Dia harus menunggu
sampai pada itu hari ada seorang manusia yang tidak mengerti ilmu silat membukakan sarang laba itu baginya, saat itulah dia baru boleh bebas."

"Kalau begini keadaannya, bukankah sepanjang hidup ia tak bisa keluar lagi dari gua itu ?" seru Pek In Hoei setelah berpikir sejenak, coba kau bayangkan,
seandainya ayahmu tidak ingin ia lolos dari kurungannya mana sudi dia biarkan seorang manusia yang tak mengerti ilmu silat mendekat gudang hartanya ?"

Dengan sinar mata kagum Hee Siok Peng melirik sekejap kearah Pek In Hoei.

"Sedikitpun tidak salah, justru dengan maksud itulah maka ayahku menjadikan puncak Pek Giok Hong sebagai tempat terlarang, siapapun dilarang mendekati tempat
itu."

la merandek sejenak dan tambahnya "Sejak kecil aku telah bertemu dengan dia, selalu Ingin melepaskan dirinya tapi. aku tak berani berbuat demikian, sebab tak
mungkin bagi orang yang mengerti ilmu silat untuk membebaskan dirinya."

"kenapa?" tanya Pek rn Hosi tercengang.

"Sstt ... !" tiba tiba Hee Siok Peng meletakkan telunjuknya keatas bibir, ia hembuskan napas dan bisiknya lirih jangan bicara lagi sekarang kita sudah tiba
di puncak, hati hati jangan sampai ketahuan ayahku."

Ia turunkan cangkulnya lalu perlahan lahan memanjat keatas. Pek In Hoei membuntuti dari belakang itu semuanya mereka harus lewati tujuh puluh buah lebih
undakan batu untuk mencapai puncak lorong.

Setibanya diatas Hee Siok Peng mendorong sebuah pintu rahasia kemudian meloncat keluar tatkala dirasakan keadaan aman baru loncat, keluar dari lorong
rahasia. baru saja Pek ln Hoei ikut loncat keluar dari dalam lorong, segera terdengar suara bentakan keras berkumandang datang.

"Bangsat acak kura kura, siapa kau ?"

"Hei Huncwee gede, aku !" sahut Hee Siok Peng sambil munculkan diri dari balik pintu batu.

"Haaaah .... haaaah haaaah cucu kura kura, hei setan cilik kau berani membohongi aku? Terang terangan aku tahu masih ada seorang keparat busuk disitu ! Ayoh
bilang siapa dia ?"

Hee Siok Peng menoleh kearah Pek ln Hui dan menjulurkan lidahnya, kemudian sambi perlihatkan muka setau ia tarik sianak muda itu untuk maju kedepan.

Kena ditarik oleh tangan sang gadis yang halus tanpa terasa Pek In Hoei ikut maju kedepan.

"Sebetulnya simanusia huncwee gede itu baik atau orang jahat ?" tanyanya kemudian.
Sebelum Hee Siok Peng sempat menjawab orang yang ada didaiam sudah meraung gusar.

"Kurang ajar! Siapa berani menuduh aku hunewee gede Ouwyang Gong adalah telur busuk ? Kurobek mulutnya yang kumal."

"Hmmm ! Aku yang bicara kau mau apa?"

Mendengar seruan sianak muda itu, air muka Hee Siok Peng berubah hebat, buru buru ia tarik tangan In Hoei dan diajak ngeloyor dari tempat itu. Siapa sangka
pada saat itulah orang tadi tertawa terbahak bahak.

"Haaaah .. haaaah,, haaaaah .... mau lari kemaua ? Ayoh kembali "
gertaknya.

Seketika itu juga Pek In Hoei merasakan sekujur badannya jadi kaku, diikuti munculnys serentatan tenaga penghisap yang luar biasa menyedot badannya membuat
dia tanpa terasa terseret kebelakang.

Pemuda itu jadi kaget, buru buru ia meronta dengan segenap tenaga namun usahanya sia sia belaka, bukan saja ia gagal untuk meloloskan diri dari pengaruh
sedotan lawan, bahkan ia tertarik kebelakang makin cepat.

"Eeei hunewee gede apa yang hendak kau lakukan ? Dia sama sekali tidak tahu akan ilmu silat?" teriak Hee Siok Peng dengan hati gelisah.

"Apa ? Dia tidak mengerti ilmu silat?"

Bersamaan dengan terdengarnya teriakan itu, Pek in Hoei merasakan daya hisap yang membelenggu sekujur badannya lenyap sekeiika itu juga, badannya jadi kendor
dan tanpa bisa dicegah lagi ia mundur sempoyongan kebelakang lalu jatuh terjengkang diatas tanah, saking kerasnya ia terbanting kaki dan pinggangnya terasa
nyeri sakit.

Dengan penuh kegusaran ia mendongak Tampak delapan lembar sarang laba laba memancarkan sinar terpantek didepan pintu, dibelakang sarang laba laba tadi muncul
sepasang sepatu berbulu kambing yang besar dan mengerikan.

Dengan cepat ia loncat bangun, tapi tatkala sinar matanya membentur dengan tubuh orang itu kembali ia dibikin terperanjat. Kiranya orang itu memakai kain
mantel bulu kambing yang panjangnya mencapai cmpat depa dengan baju rangkapan dari kulit kambing pula ditambah cambangnya yang lebat dan awut2ar, sekilas
pandang dapat dibilang dia tidak mirip manusia tapi lebih mirip dengan seekor kambing tua.

Manusia aneh itu memiliki hidung gede yang mekar dan berwarna merah membara serta sepasang mata yang sipit dan kecil sehingga bentuknya bukan saja tidak
sesuai bahkan kelihatannya sangat aneh.

Sebuah Huncwee gede sepanjang empat depa dengan luas keliling seperti lengan dicekal dalam genggaman, seraya tertawa terbahak bahak seru orang itu:

"Hei cucu kura kura, anak kurang ajar Akhirnya kau datang juga !."

"Kau kenal aku tanya Pek In Hoei melengak.

Perlahan lahan si Hancwee gede bangun dari pembaringannya, menghisap huncwee nya dalam dalam lalu menyemburkan segumpal asap putih yang tebal dan bau pedas
keatas wajah Pek ln Hoei hingga membuat sianak muda itu jadi gelagapan dan terbatuk batuk.

"Keparat cilik, cucu kura kura! cuma semburan Huncwee saja kau tak kuat, rupamu benar benar tak tahu akan ilmu silat? bagus, bagas ! hey setan cilik yang
pintar kali ini kau telah membantu diriku" Seru Ouwyang Gong seraya busungkan perutnya yang buncit. walaupun Cayhe tidak tahu akan ilmu silat belum tentu aku
sudi menolong kau untuk lolos dari kurungan" Gerutu Pek In Hoei sambil mengusap airmatanya. Sebab menolong manusia macam kau, sama artinya menuangkan bibit
bencana bagi umat manusia"

"Plaaaak! dengan hati mendongkol Ouwyang Gong tepuk perutnya keras2. "Kentut nenekmu yang bau! bangsat telur busuk. belum pernah aku orang she Ouwyang dimaki
orang seperti ini hari, kamu memang telur busuk cilik yang memuakkan".

Huncwee gedenya diangkat lalu laksana titiran angin puyuh ia ayun senjatanya kemuka menghajar jalan darab bisu ditubuh Pek In Hoei, kemudian tangannya diayun
dan diputar, seketika itu juga badan sianak muda tadi kena dihantam sampai mencelat kebelakang sejauh empat depa dan jatuh terbanting diatas lantai keras.

"Hey ! Huncwee gede, epa yang hendak kau lakukan?" Teriak Hee Siok Peng dengan hati gemas.

"Hnimm sialan kurang ajar belum pernah aku jumpai keparat cilik yang dungu dan bloon macam dia, cucu kura kura berani benar dia maki aku Hmmm! kalau menuruti
tabiatku pada masa lalu dari tadi nyawanya sudah kucabut".

Hee Siok Peng tertawa geli.

"Masa sudah begitu tua, kau masih punya nyali untuk layani seorang bocah cilik... hu... sungguh tidak tahu malu kemudian dengan wajah serius, tambahnya

"Aku membawa dia datang kemari untuk menolong dirimu kalau sampai kau bikin dia dongkol dan tak mau membukakan sarang laba-laba bagimu.... aku tidak tahu
lhoo akan kulihat bagaimana caramu untuk berjalan keluar dari situ Ouwyang Gong melegak, biji matanya brputar putar dan akhirnya ia pentang mulut yang lebar
tertawa terbahak-bahak. Haaaaa .... haaaaa .... haaa . . . aku kan cuma ajak dia bergurau saja, cuma guyon begitu saja lantas dia marah sama aku !".

"Cissssss, siapa kesudian melihat tampangmu cengar cengir macam kuda meringis"
Jengek Hee Siok Peng sambil mencibirkan bibirnya.

Ia maju menghampiri Pek In Hoei dan menariknya bagun dari atas tanah.

"Jangan gubris dia lagi, dia sedang pura2 edan !'

"Hey, sahabat cilik, tadi aku cuma ajak kau guyon, tentu kau tidak marah sama aku bukan ?" buru buru Ouwyang Gong berteriak dengan hati gelisah.

Menyaksikan jenggot Ouw yang Gong tiada hentinya bergetar ditambah pula wajahnya menunjukkan rasa sesal, hawa gusar dan rasa mendongkol dalam hati Pek In
Hoei seketika itu juga lenyap tak berbekas, ia gelengkan kepalanya."

"Sudah .... sudahlah, aku tak ingin banyak ribut dengan dirimu, kau tak boleh panggil aku dengan sebutan sahabat cilik aku bernama Pek In Hoei".

"Bagus .... bagus namamu Pek In Hoei memang sangat bagus dan menarik !".
Seraya berkata matanya melirik Hee Siok Pcng dan perlihatkan muka setan,

"Hey setan cilik yang pintar, hebat juga penglihatanmu ".

"Cisssss! kau situa bangka yang tidak tahu diri, makin tua makin menjadi . . .

Saking malunya digoda, air muka gadis itu berubah jadi merah jengah, tak sanggup ia teruskan kata katanya,

"Baik .... baiklah anggap saja perkataanku sebagai kentut busuk yang baru dilepaskan !" tukas Ouw yang Gong cepat.

Air muka Hee Siok Peng berubah semakin merah, sambil mendepak-depakkan kakinya keatas tanah ia tarik tangan Pek In Hoei untuk diajak pergi dari situ.
"Ayoh kita pergi dari sini? jangan pedulikan dia lagi biar dia terkurung seratus tahun lagi

"Heeeee heeeeey heeeeey... jangan pergi dulu. jansan pergi dulu " Ouw Yang Gong jadi cemas." Pek in Hoei coba kau kesinilah, aku hendak menyampaikan sesuatu
kepadamu !".

Sianak muda itu berhenti dan berpaling memandang siorang tua aneh itu. "Pek In Hoei inginkah kau belajar silat ??? kalau mau, sekarang juga angkatlah aku
sebagai gurumu.

"Terima kasih atas kebaikanmu, aku tidak ingin belajar silat".

"Apa ??? kau tidak mau belajar silat ? goblok.. Tolol... Dogol... Blo'on...! hey cecunguk cilik dengan memiliki ilmu silat, segala penjuru kolong langit bisa
kau kunjungi,
Kenapa kau tidak mau menerima tawaranku"

Pek In Hoei tetap gelengkan kepalanya berulang ulang kali,

"Watakku memang tidak suka belajar silat?.

"Kalau kau tidak belajar silat, mana bisa Mengimbangi kenakalan sisetan Cilik yang banyak itu? bukankah kau bakal digoda dan

dianiaya terus menerus olehnya?"

"Cissssss !" kembali Hee Siok Peng mendengus sambil cibirkan bibirnya yang kecil. "Memang sudah jadi kenyataan bahwa gading tidak akan didapatkan di tubuh
anjing! Huuuuu... sialan !"

Ouw yang Gong garuk garuk kepalanya sambil menyengir, lama sekali ia putar otak akhirnya ujarnya lagi: "Pek In Hoei, aku bisa menjadikan kau bagai manusia
yang paling kosen diseluruh
kolong langit Dengan pandangan menjengek Pek In Hoci melirik sekejap kearah Ouw yang Gong lalu jawabnya :

"Kalau kau sendiri adalah manusia omor wahid di kolong langit mengapa dirimu bisa di kurung orang ditempat ini?"

"Apa maksudnya... maknya.. telur busuk... cucu kura kura...."Kontan Ouw yang Gong mencak mencak dan memaki kalang kabut. "Hee Giong Lam situa bangka jelek
itu adalah manusia terkutuk yang rendah martabatnya....".

"Hey, huncwee gede, kau berani memaki ayahku?" tukas Hee Siok Peng naik darah.

"Eeeeeeeei .... eeeeeei ... aku salah omong baik . . baiklah . . tadi aku memang sudah salah omong, aku lupa kalau ayahmu adalah orang paling paling baik
didalam jagat . orang yang paling mulia kolong langit maaf yaah nona cilik ?ah heeeeh heeeh"
cara sampai disitu orang tadi menghitung panjang, tambahnya:

Cana hidup iku Cuma setu kali ini sajsi ke udang ^iitangan orang lain, siapksn aku adu kepandaian melepaskan racun. Rasul Bisa Hee Giongiok Lam pun aku malah
terkurung didalam gua ini ... ..Neneknya bener lagi sial .... "

Tingkah laku Ouw-yang Gong yang lucu menggelikan itu seketika memancing tertawa dari Pek ln Hoei. tak kuasa pemuda itu tertawa terbahak bahak. coba kau
pikir" kembali Ouwyang gong mengomel.

"Dengan kepandaiau silat yang kumiiki masa tidak mampu untuk memutuskan kedelapan lembar sarang laba laba itu ? Selama bidup aku paling mengutamakan pegang
janji sekarang iku sudah terlanjur berjanji selamanya tak akan kusesali lagi. Begitu pula dengan peristiwa yang telah terjadi, karena aku suiah terlanjur
berjanji bahwa seandainya bukan orang tak mengerti ilmu silat yang membantu aku membuka serang laba laba tersebut aku tidak akan keluar maka selama ini aku
sabar terus menanti. Eeeeei siapa tahu sekarang muncul kau yang tak tahu ilmu silat hendak bantu aku untuk memutuskan sarang laba laba itu, sebagai rasa
terima kasihku aku hendak mewariskan ilmu silatku kepadamu. Aaaaai.. tak tahunya kaupun tak sudi menerima tawaranku ini"

la menghela napas panjang, kepalanya kembali digaruk garuk, lama sekali si huencwee gede Ouw yang Gong membungkam dalam seribu bahasa.
"Hei!" tiba-tiba ia berseru. Kau tak suka jadi muridku, bagaimana kalau anggap saja aku sebagai sahabatmu? Akan kuwariskan seluruh kepandaian silatku
kepadamu .bagaimana ? Tentu kau mau bukan?"

Hee Siok Peng mendengus dingin. Hmmm ! Huncwee gede siasat setanmu itu kuketahui semua, kau hendak hadiahkan seluruh kepadaian silatmu kepadanya? kau sendiri
berubah jadi tak pandai ilmu silat, dalam keadaan begitu kau bisa putuskan sendiri sarang laba laba itu agar tidak hutang budi sama orang lain. Hmm jangan
mimpi kau bisa berbuat begitu!"

Pek In Hoei yang ikut mendengarkan pembicaraan itu segera tertawa getir. Aku memang betul betul tidak ingin belajar ilmu silat."

Ia merandek sejenak lalu tambahnya:

"Tapi aku suka membantu kau untuk memutuskan sarang laba laba itu"

"Sungguh ? Sungguhkah perkataanmu itu ? " Dengan sepasang mata Terbelalak besar Ouw-yang Gong berteriak kegirangan.

Pek ln Hoei manggut2, perlahan lahan ia maju mendekati sarang laba laba itu dan bersiap memutuskannya, namun dengan cepat perbuatannya itu dicegah oleh Hee
Siok Peng
Sambil mengerdipkan matanya kearah pemuda itu, ujar sang gadis.

Seandainya kau membantu dia untuk memutuskan sarang laba laba itu, maka sekeluarnya dari kurungan dia pasti akan memusuhi perguruan seratus racun kami,
jikalau dikemudian hari ayahku mencari kau untuk mempertanggung jawabkan persoalan ini apa yang hendak kau lakukau?" Pek In Hoei kau tidak usah takut" teriak
Ouw yang Gong sambil putar huncwee gedenya sehingga menimbulkan deruan angin puyuh yang amat santar. Kalau rasul bisa sitelur busuk tua itu berani cari gara2
dengan dirimu, maka sihuncwee gede akan hantam tubuhnya sehingga ia terkencing2 saking takutnya!".

Menyaksikan Hee Siok Peng sedang melototi dirinya, kakek tua itu buru-buru julurkan lidahnya dan membungkam.

Lama sekali ia berdiam diri akhirnya sambil putar sepasang biji matanya ia berkata:
Hey Pek In Hoei, kalau kau suka memutuskan sarang laba laba itu dan menolong aku lolos dari kurungan, setelah keluar dari tempat ini akan kululusksn tiga
permintaanmu!"
Pek In Hoe tidak langsung menjawab, ia berpikir sebentar kemudian mengangguk.
Baik ah ! kita tentukan dengan sepatah kata itu

Seraya berkata pemuda itu maju selangkah kedepan, dalam Sekejap mata kedelapan lembar sarang laba-laba tadi sudah dibetot sampai putus. Ouw yang Gong bersuit
nyaring, tubuhnya laksana hembusan angin puyuh meluncur keluar dari dalam gua, diiringi huncwee gedenya berputar kencang, bangunan gua itu seketika hancur
berantakan dan roboh keatas tanah ia tertawa terbahak-bahak. teriaknya :

"Akhirnya aku berhasil juga lolos dari kurungan, ini hari juga akan kuhajar sianak bisa, si cucu bisa dari Hee Giong Lam si telur busuk tua itu "
Badannya berkelebat, sambil mengempit tubuh Pek In oei bagaikan sambaran kilat loncat keluar dari gua dan lari kearah puncak Pek-Giok Hong Waktu itu tengah
bari sudah tiba sang surya memancarkan cahayanya dengan terang.

Dari balik gua batu terdengar teriakan serta seruan Hee Siok Peng berkumandang keluar, diikuti gadis itu muncul sambil berlari-lari. Tapi, Pek In Hoei sudah
dibawa Ouw-yaug Gong loncat keluar dari gua terebut.

Selama hampir tujuh belas tahun lamanya Ouw- yang Gong terkurung didaiam gua, sedikit kebebasanpun tak ada. Kini setelah lolos dari kurungan, dengan amat
girangnya ia tertawa terbahak bahak dan lari kesana kemari seperti orang gila.

Sungguh cepat lari orang aneh itu, Pek In Hoei yang dibawa lari merasakan pandangannya kabur, undak undakan batu yang menghubungkan bawah bukit dengan mulut
gua serasa berlalu dengan cepatnya, tekanan hawa udara yang menyambar tubuhnya membuat dia jadi sesak napas.

Mendadak sianak muda itu menyaksikan Hee Siok Peg muncul dari balik gua dan segera terjun ke bawah bukit tanpa mengikuti undak undakan batu itu.

Hatinya jadi sangat terperanjat.

"Siok Peng, kau...." jeritnya.

Waktu itu ouw-yang Gong mengempit tubuh Pek In Hoei dengan tangan kirinya dia sedang siap meloncat kebawah, rontaan si anak muda itu secara tiba tiba sangat
mengejutkan hatinya, hampir hampir saja cekalannya terlepas.

"Neneknya, cucu kura kura, kau pingin cari mati." kontan makian kotor meluncur keluar dari mulut kakek itu kepitannya diperkencang, huncwee gede ditangan
kanannya mendadak meluncur kemuka menghantam undakan batu Tring .... 1 Ditengah percikan bunga api dengan meminjam tenaga pantulan tadi daya luncur badannya
yang amat cepat seketika tertahan.

Dalam pada itu Pek in Hoei yang kena kempit Ouw-yang Gong keras keras, merasakan tulang badannya seakan akan mau patah, segera teriaknya keras keras:

"Aduuuh tulang badanku seakan akan mau remuk kena jepitanmu yang keras eeei 1 Lepaskan aku... , cepat 1epaskan aku .... "

"Bocah dungu, jangan ribut. aku sudah mengerti apa yang sedang kau cemaskan."
Dengan enteng dan sebat badan mereka berdua berputar satu lingkaran ditengah udara, lalu berjumpalitan dan akhirnya melayang turun keatas permukaan tanah
dengan enteng, begitu tiba dibawah Pek In Hoei segera dilepaskan.

Separuh badan sianak muda itu terasa hampir kaku, dengan langkah gentayangan ia mundur beberapa langkah kebelakang, lalu dengan hati cemas perhatiannya
dialih kan keatas puncak.

Tampak tubuh Hee Siok Peng dengan ringannya sednng melayang turun kebawah bajunya berkibar terhembus angin, begitu cantik dan menarik seakan akan bidadari
yang baru turun dari kayangan.

Ouw-yang Gong tertawa terbahak bahak bajunya yang lebar dikebaskan keatas, Segulung angin pukulan yang lunak segera menghembus keluar, terasa pandaogan jadi
kabur tahu2 Hce Siok Peng telah tiba diatas permukaan tanah.

Budak cilik, sungguh besar nyalimu Teriak Ouw-yang Gong sambil menyambar pergelangan gadis itu. Berani betul kau loncat turun dan tebing yang begitu tinggi
bila kau tidak takut patah tulang kakimu Hmmm kalau toh mau mengejar anak laki2, masa nyawa seudiripun tidak diurusi

Wajah Hee Siok Peng yang semula pucat bias bagaikan mayat seketika berubah jad merah padam setelah kena dimaki oleh Ouw yang Gong, ia kebas tangannya
melepaskan diri dari cekalan manusia aneh itu, kemudian, serunya jengkel :

"Cisss Makin tua tambah makin menjadi, dasar tua tua keladi, omongannya makin lama makin tidak keruan, hati hati kurobek lidahmu itu"

"Hmmm ! Kau berani berbuat begitu terhadap loohu ?? Heeeh . . ceeeh heeeh . seketika ini juga akan kubawa bocah dungu tersebut pergi dari sini !"

"Kau berani ?" Dengus Hee Siok Peng dengan wajah merah padam, sikapnya sangat aneh.
Rupanya sikap aneh gadis itu menakutkan hati Ouw-yang Gong, wajahnya langsung berubah jadi serius

"Tidak berani... aku tidak akan berani berani lagi " serunya berulang ulang kali.
Menyaksikan tingkah laku Ouw-yang Gong yang lucu serta teringat sikap gelisah yang diperlihatkannya tadi, dengan senyum malu Hee Siok Peng melirik sekejap
kearab Pek in Hoei.

Dalam pada itu sianak muda tadi sedang berdiri melongo sambil memperlihatkan gerak gerik kedua orang itu, tatkala melihat Hee Siok Peng tersenyum malu sambil
melirik kearahnya, ia makin tertegun, matanya sampai terbelalak lebar dan mulut nya melongo

"Eeeei .... kenapa kau ??" Tegur sang gadis dengan cepat.

Pek In Hoei kaget, cepat cepat ia melengos kesamping dengan muka merah jengah pada saat itu pula sianak muda ini menemukan adanya sesosok bayangan hitam
laksana kilat melayang tiba.

Wajahnya makin terperanjat, mulutnya membuka makin lebar Belum sempat ia berteriak Ouw yang Gong sudah berkata:

"Hmm . dikoloog langit tidak ada gadis yang punya muka begitu tebal macam kau, tidak aneh kalau si racun tua...."

"Hmmm, siuler asap, kau berani memaki putriku ?" Dengusan dingin berkumandang datang disusul munculnya seorang kakek tua di tempat itu

"Neneknya. . cucu kura kura . . hey racun tua, kebetulan sekali kedstanganmu ... " Teriak Ouw-yang Gong begitu berjumpa dengan kakek berbaju hitam itu,
huucweenya langsung diayun ketengah udara menghantam batok kepala orang itu.

Racun tua sialan, coba rasakan dulu kemplangan huncweeku Ini"

Kakek tua berbaju hitam itu mendengus dingin, badannya berkisar kesamping sejauh empat depa, kedua jarinya diayun mendatar kemuka dan ... Criiit . . ! Ia
hantam datangnya ancaman buncwee itu.

Ouw-yang Gong mendesis rendah huncwee gedenya mendadak ditekan kebawah, laksana seekor ular berbisa senjata itu meletik kemuka lalu membabat kedua jari
lawan.

Kakek tua berbaju hitam tu tidak sudi dirinya termakan api dalam huncwee tersebut, sambil mencaci maki buru buru ia melengos kesamping.

Ular asap sialan bajingan tua. hatimu betul betul amat keji ... Ditengah bentakan keras, tangan kanannya berputar membentuk satu lingkaran busur lima jari
tangan kirinya dipentang lebar lalu menghantam keluar dengan jarak ini burung merak mementang aayap.

"Heeeb . heeeh . . heeee . ecee jurus burung merak mementang sayap yang amat indah" Ejek Ouw-yang Gong sambil tertawa aneh. "Coba kau lihat gerakan Ular
racun melepasku kentutku !"

Huncweenya digetarkan kemuka, serentetan bayangan hitam segera menyapu udara seakan akan menempel diatas telapak lawan ia bendung datangnya ancaman lima jari
lawan,
( bersambung ke jilid 3 )


Jilid 3 : Ouwyang-gong bebas dari sumpah

MENGIKUTI bergesernya tubuh sekilas bau busuk menyebar keangkasa, ampas tembakau yang masih terbakar dalam lubang hunewee itu tahu tahu meluncur keluar,
menerobos sela sela telapak lawan menghantam dada lawan. Kakek tua berbaju hitam itu tidak sempat berkelit, seketika itu juga baju hitam bagian dadanya kena
terhajar ampas tembakau tadi dan mulai terbakar.

Dalam sekejap mata muncul sebuah lubang besar diatas jubah hitam kakek itu untung dengan cepat ia berhasil mendekamkan jilatan api sehingga selamatlah dia
dari ancaman terluka.

Terdengar Ouw yang Gong mendongak, dan tertawa terbabak-bakak.:

".Haaaaaa...... haaaa...... haaaa........ racun?"

Tua sialan, bagaimana dengan gerakan Ular racun melepaskan kentutk u ini? Air muka kakek tua berbaju hitam itu kontan berubah jadi hijau membesi tangan
kanannya balik menyentil, ampas tembakau yang masih menempel diatas bajunya segera rontok ke tanah.

"Ular asap tua kepandaian yang barusan kau tunjukkan benar benar mencerminkan rendahnya martabatmu. Hmmm, tak ubahnya seperti maling maling terkutuk."

Senyuman yang menghiasi wajah Ouw yang Gong kontan lenyap tak berbekas, air muka nya berubah jadi serius.

"Kentut busuk nenekmu . ... selama tujuh belas tahun aku harus menekan rasa marigkel dan dongkolnya terhadap dirimu, apa salahnya kalan sekarang kuperseni
sebuah ketukan keatas tubuhmu? jangan kau bangkitkan kegusaranku....... Hmmmm ! dari
pada kubakar lembah racun tengikmu ini sehingga jadi abu.

Dalam pada itu Pek In Hoei sudah dibikin melongo oleh makian makian o«ang aneh ini, dengan alis berkerut pikirnya :

"Orang tua ini benar benar seorang makhluk anen, kalau bicara otaknya sama sekali tak pernah digunakan, bukan saja makiannya kotor bahkan tidak pakai aturan
. .

"Sedang Hee Siok Peng dengan wajah cemberut telah berteriak ;

"Hey siluman tua, kau berani mencaci maki ayahku !".

"Hmm kalau bukan sibisa tua kentut neneknya yang mulai dulu ".

"Kau berani maki ayahku dengan kata kata yang kotor? coba sekali lagi, akan kulihat

"Aaaaaaaaah... tidak berani, tidak berani nyonya muda, harap kau suka maafkan diriku !

"Dengan menjulurkan lidahnya, cepat cepat Ouw yang Gong menjura Menyaksikan tingkah laku yang aneh itu Pek In Hoei merasa tercengang, ia heran kenapa Ouw
yang Gong yang memiliki kepandaian silat amat tinggi ternyata begitu takut dengan Hee Siok Peng.

Sementara itu sikakek berbaju hitam itu sudah alihkan sinar matanya kearah Pek In Hoei, ia mendengus dingin.

"Hey keparat cllik ! kaukah yang memutuskan sarang laba laba dan melepaskan sisetan ular asap ini ?".

"Heeeeh... heeeeeh... hceceeh... kau kira aku bisa kau kurung selama delapan puluh tahun Sehingga modar dalam gua itu?" Ejek Ouw yang Gong dengan nada
bangga. "Tak nyana bukan akhirnya muncul juga seorang bocah yang tak pandai ilmu silat untuk menolong aku lolos dari kurungan?".

"Hmmm ! siapa kau ?? secara bagaimana kau bisa tiba disini."

Kakek berbaju hitam ini tidak menanyakan apakah Pek In Hoei pandai bersilat, jelas hal ini menunjukkan bahwa ia percaya pada setiap patah kata yang
diutarakan Ouw yang Gong. Sebab selama tujuh belas tahun dengan andalkan kedelapan lembar sarang laba laba itu ia berhasil mengurung manusia aneh itu tidak
mungkin setelah lewat sebegini lama tiba tiba saja ia ingkar janji.

Pek In Hoei yang ditegur cuma melirik se kejap kearah kakek berbaju hitam itu, kemudian sama sekali tidak menggubris.

Air muka Kakek berbaju hitam itu kontan berubah jadi membesi, kulit wajahnya berkerut kencang.

"Siok Peng, bagaimana caranya ia masuk kemari?" hardiknya.

"Ayah, dia... dia..." merah jengah selembar wajah Hee Siok Peng.

"Hmrnmmm ! kenapa dia ?? ayoh cepat jawab!".

Menyaksikan keadaan Hee Siok Peng yang patut dikasihani, timbul perasaan tidak enak dalam hati Pek In Hoei, dengan cepat ia ms nyela :

"Cayhe Pek In Hoei datang kemari dengan berjalan kaki !"

"Darimana kau datang? bagaimana cara mu menyusup kemari?" kembali kaksk berbaju hitam itu menghardik, sementara tangan kanannya perlahan-lahan diangkatnya
keatas

Hey cucu monyet situa bangka berbisa, kau hendak menganiaya bocah cilik" Teriak Ouw yang Gong. "Reeeeeb... heeeeh... heeeh ... kau harus ingat bahwa dia sama
sekali tak mengerti akan ilmu silat !".

Telapak tangan kakek berbaju hitam yang diangkat ketengah udara itu lambat laun berubah jadi hitam pekat, dibawah sorotan sinar sang surya tampak sangat
mengerikan.

Heeeeeeh... heeeeeeh... heeeeeeh... ilmu pukulan beracunmu tetap seperti sedia kala, sudahlah tak usah kau pamerkan kekuatanmu di depan mata seorang
boanpwee" ejek
Ouw yang Gong kembali."Mari... mari.sini akan ku jajal keiihayanmu itu, aku mau tahu apakah ilmu pukulau beracunmu mendapat banyak kemajuan !'

Bicara sampai disini ia tarik Pek In Hoei kebelakangan dan tambahnya ;

"Ayoh cepat menyingkir kesamping situa bangka berbisa ini lebih keji dan seekor srigala, justru karena hatinya licik dan pikirannya jahat itulah maka ia
berbasil jadi ketua? dari perguruan Seratus racun

"Apa ? dia adalah ketua dari perguruan! Seratus Racun?? Jadi Hee Siok Peng.....".

"Tolol benar kau ini apa kau benar tidak tahu kalau sisetan cilik berakal cerdik itu adalah anak gadis tua bangka ini? dia anak si Rasul bisa Hee Gicmg Lam".

Biji matanya berputar, dengsn bibir senyum tidak senyum terusnya:

"Aku pun sama sekali tidak mengira kalau? situa bangka beracun cucu kunyuk ini bisa mempunyai seorang anak yang cantik jelita bagaikan sekuntum bunga mawar,
Heeeeeh...
heeeeeeeh... heeeeeeeeh..... rupanya inilah keuntungan serta kejujuran nenek moyang cucu kunyuknya

Selama Ouw yang Gong, mengucapkan beberapa patah kata itu, air muka si Rasul bisa Hee Gong Lam telah berubah beberapa kali hampir hampir saja ia muntah darah
saking gusarnya. Sambil meraung keras teriaknya :

"Setan asep tua, rasain sebuah bogen mentahku !".

Padannya meluruk kedepan, segulung angin pukuian yang tajam bagaikan bauatan golok disertai bau amis yang memuakkan segera menyambar kemuka.

"Cepat mundur rada jauhan dari sini!' Seru Ouw yang Gong sambil tarik Pek In Hoei mundur sepuluh langkah kebelakang. .Jangan biarkan badanmu termakan oleh
angin pukulan beracunnya yang jahat

Sembari berbicara huncwee gedenya diselipkan kedalam pinggang, lalu dengan mendorong sepasang telapaknya ia sambut datangnya ancaman.

Angin pukulan berpusar yang maha dahsyat segera menyambar kedepan, diiringi desiran tajam la sambut datangnya serangan lawan.

Bruuuk .... Bruuuk . . . Buuuuk dalam tiga kali bentrokan dahsyat badan Ouw yang Gong maju delapan langkah kemuka secara beruntun, diatas permukaan tanahpun
muncul delapan buah bekas telapak kaki yang dalam dan nyata.

Sungguh mengerikan telapak tangan Hee Giong Lam, kian lama warna hitam yang muncul diatas tangannya berubah semakin pekat, sorotan mata yang buas dan bengis
menyeramkan bagi yang memandang otot otot hijau yang besar dan kasar menonjol keluar diseluruh badan.

"Hmmm !" Ouw yang Gong mendengus erat, bulu kambing berwarna pulih diatas ekujur badannya pada menegang keras, seakan2 duri landak yang menghadapi bahaya.
Butir2 keringat sebesar kacang kedele membosahi wajah Hee Giong Lam, air muka semakin lama berubah semakin pucat.

Tiba2 rambut Ouw yang Gong yang awut awutan menegang semua, bagaikan banteng mengamuk ia menerjang kemuka, sepasang telapak digetarkan keluar dan bentaknya
keras keras:

"Pergi kedalam liang kubur nenekmu!"
Kaki Hee Giong Lam jadi gontai, termakan oleh tenaga dorongan yang maha dahsyat tadi kontan badannya melayang sepuluh tombak kehelakang dan hampir2 saja
roboh keatas tanah.

"Hmmm! selama tujuh belas tahun tidak berjumpa, ternyata ilmu pukulan beracunmu tak memperoleh kemajuan apapun jua jengek manusia aneh itu seraya
menghembuskan napas panjang.

Badannya maju semakin kedepan, seraya ayun huncweenya tiba2 ia membentak kembali :

"Coba kaupasn rasakan jurus seranganku ini ".

Bayangan huncwee menyambar lewat, dari suatu posisi dan arah yang sangat aneh ia lepaskan satu serangan maut, perawakan badannya yang tinggi berputar kencang
bagaikan sebuah kitiran, seketika itu juga bayangan huncwee jadi kabur dan memusingkan pandangan

Hee Giong Lam mendengus berat, badan nya mundur sempoyongan kemudian berjumpalitan sampai beberapa kali, tak bisa dikuasai lagi badannya terlempar sejauh
tujuh kaki lebih.

"Ayah!" jerit Hee Siok Peng, Tak bisa ditahan tagi ia lari menghampiri kakek tua itu.

Dengan wajah hijau membesi Hee Giong Lam loncat bangun dari atas tanah,

"Kepandaian apakah yang kan pergunakan?" teriaknya.

"Heeeeeeh... heeeeeh... heeeeeh... kenapa sih? Oooh I kurang cukup jatuh berjumpalitan sebanyak empat puluh kali?" Ouw yang Gong sambil tertawa mcnyengir.
"Hmmm! seandainya aku tidak memandang diatas wajah putrimu yang kau sayangi, dari tadi aku sudah suruh kau rebah terlentang aiatas tanah l".

"Hmmm ini hari, kaupun jangan harap bisa keluar dari lembah Seratus Racun dalam keadaan selamat sinar matanya berkedip, tambahnya: "Disekitar tempat ini aku
sudah persiapkan dua ratus orang anggota perguruanku mereka telah bersiap sedia menyambut kau dengan lima buah basisan beracun. Heeeh..... heeeeeh..... heeeh
. . sekalipun kau punya, tidak nanti dapat lolos dari sini tanpa kekurangan sesuatu apapun jua .Hee Giong Lam masih ingatkah kau dengan perjanjian yang telah
kita tetapkan pada tujuh belas tahun berselang?"
.
"Siapa yang lupa dengan janji? bukankah kita sudah berjanji asal kau dapat menahan daya kerja racunku selama dua hari maka akulah yang dianggap kalah, kalau
tidak kau sendiri yang harus masuk kurungan, sebelum ada orang yang tak pandai bersilat memutuskan sarang laba laba diluar gua, kau tak boleh keluar dari
tempat itu

"Haah...... haaah..... haaaaah....." I

"sekarang? bukankah aku berhasil ditolong oleh seorang yang tak mengerti silat dan berarti aku sudah bebas merdeka

"Sedikitpun tidak salah" Dengan pandangan bengis dan mendongkol Hee Giong Lam melirik sekejap ke arah Pek In Hoei.

"Hey manusia laknat ! "Teriak Ouw yang Gong dengan wajah senus. "Perbuatanmu ini. bukankah sama halnya telah mengingkari janji?"

"Siapa yang ingkar janji? bukankah aku tak pernah berkata bahwa aku akan melepaskan orang yang telah menolong dirimu itu !"

Oow yang Gong melengak, hawa gusar seketika itu juga memuncak, dengan alis berkerut makinya :

"Tua bangka beracun yang tak tahu diri, keturunan kunyuk jelek! hebat sekali aroma tusukmu, tidak aneh kalau Siauw Hong..."

"Apa kau bilang? kenapa dengan Siauw Hong?" Air muka si rasul bisa Hee Giong Lam kontan berubah hebat, sorotan mata bengis memancar keluar dari sepasang
matanya.

Rupanya Ouw yang Gong sadar bahwa ia sudah terlanjur bicara, mulutnya segera membungkam sementara tangan kirinya garuk garuk kepala yang tidak gatal.

Dalam pada itu Hee Giong Lam telah mendesak maju semakin dekat, kembali ia berteriak:

"Hey siular asep tua, kalau kau tidak terangkan sampai jelas maksud perkataan itu, ini hari juga aku akan mengadu jiwa dengan dirimu, meskipun perguruan
seratus racun harus musnah, tidak menanti kubiarkan kau berlalu dari sini!".

"Manusia she Hee I tak usah kau jua! lagak dihadapanku ! akan kusuruh kau rasakan lagi kelihayan dari jurus membolak balik jagadku, agar kau rasakan lagi
bagaimana kalau badan terbanting sampai dua belas kali".

"Ehmmm, tak kunyana selama terkurung disini tujuh belas tahun lamanya, ternyata kau berhasil melatih kepandaian silat semacam ini

Matanya melotot, dengan gemas terusnya:

"Tapi kalau kau ingin mengandalkan kepandian tersebut untuk tinggalkan tempat ini
hmmm masih belum cukup, kecuali kalau kau bisa membinasakan segenap anak murid perguruan racunku !"..

"Ayah kenapa kau" Teriak Hee Siok Peng dengan badan gemetar keras.

"Enyah dari sini!" Tukas Hee Giong Lam sambil balik badan. "Siapa suruh kau banyak mulut ditempat ini?".

Hee Siok Peng kelihatan melengak dan berdiri melongo, akhirnya sambil menutupi wajahnya menangis ia lari dari situ.

Pek In Hoei jidi amat gusar menyaksikan hal tersebut, mendadak ia maju kemuka dan membentak keras :

"Tunggu sebentar"

Dengan pandangan tercengang Hee Siok Peng berhenti dan menoleh kebelakang, titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya yang halus.

Sinar mata Pek In Hoei perlahan-lahar beralih dari atas tubuhnya yang halus keatas wajah Si Rasui Bisa Hee Giong Lam, rasa gusar yang membara dalam hatinya
melenyapkan rasa jeri dan takut dalam hati sianak muda ini, bentaknya dengan nada berat

"Kau seorang ketua dari suatu perguruan besar ternyata tak bisa membedakan mana benar yang dan mana yang salah, tidak menepati janji, sudah salah masih saja
menyusahkan Ouw yang cianpwee. Hmmm ! begitukah tingkah laku seorang Bulim Cianpwee sungguh tidak tabu malu ! pipimu betul betul tebal"

"Keparat cilik, apa kau bilang?" Teriak Hee Giong Lam dengan gusarnya.
Aku bilang kau tidak tahu malu, martabat kau sangat rendah, sudah tahu salah masih ngotot saja . Hmmm kau hendak gunakan nyawa segenap anak murid perguruan
racunmu untuk kepentingan pribadi kau sendiri .

"In Hoei . . " jerit Hee Siok peng.

Sesosok bayangan hitam bagaikan seekor burung rajawali, dengan disertai bau amis yang memuakkan menggulung datang, begitu dahsyat daya tekanan itu menghantam
datang sehingga membuat mulut sianak muda itu seketika terbungkam,

"Kawanan tikus, kau berani maini bokong!" hardik Ouw yang Gong penuh kegusaran.

Serentetan bayangan huncwee menyambar keluar, desiran angin pukulan yang maha dahsyat tadi seketika terbendung, seakan akan hembusan angin yang berjumpa
dengan diniding besi, sama sekali tak dapat ditembus?.

Bayangan hitam kembali meluncur keluar dengan tajamnya, diikuti bayangan pertama terlempar kebelakang dan roboh ketanah.

"Aaaaaaah......" Di tengah jeritan ngeri yang menyayatkan hati, telapak kiri Ouw yang Gong secara beruntun telah saling beradu enam kali dengan telapak Hee
Giong Lam.

"Tua bangka berbisa yang tak tahu malu kau betul betul manusia rendah yang tebal muka" makinya penuh kemarahan. "Hmmm masa terhadap seorang bocah yang tidak
pandai bersilatpun kau tega turun tangan sekeji dan sekejam itu !"-

Hee Giong Lam menyusut mundur kebelakang, dengan cepat ia berpaling, tampak Tong-cu ruang tengah ketiga anak buah si-cecak merah telah menggeletak mati
diatas tanah termakan sapuan dahsyat Ouw yang Gong.

la tertawa seram, suitan nyaring segera berkumandang ditengah angkasa . . . dalam sekejap mata segenap anak murid perguruan yang berdiri mengurung dikejauhan
sama-sama meluruk datang.

"Atur barisan ular hijau dan berisan kelabang emas!", Bentaknya keras, kemudian ia berpaling dan bertanya "Tongcu Kodok putih Bong Giok Keng, di mana kau?".

"Bong Giok Keng menanti perintah " seorang kakek tua berperawakan kurus kering tampil kedepan dan menjura.

"Kemarin malam kau sudah repot semalam gunung Tiam Cong, sekarang boleh membawa segenap anak buahmu untuk pergi beristirahai".

"Terima perintah dari boencu (ketua)" kakek kurus itu memberi hormat." hadiah dua lembar Hok Leng berusia seribu tabun serta iga keranjang tawon bersayap
hitam berekor emas dari Go Kiam Lam ketua dari perguruan Boe Liang Tiong telah tecu bawa
pulang dan serahkan kepada Beng Tiang Keng.

Hok Leng adalah sejenis jamur yang besarnya seperti kepalan berkulit hitam lagi berkerut dan berdaging putih kemerah merahan jamur ini bisa dipakai sebagai
bahan obat

"Ehmmm, aku sudah tahu, sekarang bcleh pergi beristirahat".

Menyaksikan Si kodok putih Boog Giok Keng hendak pergi dari situ. Pek in Hoei jadi gelisah, buru-buru teriak-ya :

"Berhenti! apakah kau mendapat undangan dari Go Kiam Lam uniuk pergi kegunung Tiam-cong.

Bong Giok Keng berpaling dan memandang sekejap kearah Pek In Hoei dengan pandangan dingin, ia mendengus dan wajahnya memperlihatkan pandangan hina.

"Apakah tak ada anggota Tiam-cong-pay yang berhasil lolos dari maut"

Kembali sianak muda itu bertanya. "Hmmm! Tiga ratus orang anggota perguruan Tiam cong telah terbasmi semua di muka bumi, tak seorangpun dianantara mereka
berhasil lolos dari cekikan racun atau api serta bacokan senjata. Sejak kini partai Tiam-cong akan lenyap dari dunia persilatan !."

Pek ln Hoei merasakan hatinya bergetar keras, kepalanya langsung jadi pening, tangannya herkunang kunang dan hampir saja ia jatuh tidak sadarkan diri.
matanya basah kobaran rasa dendam membakar dalam hatinya.

Dengan pandangan membenci ia awasi wajah Bong Giok Keng, lalu serunya dengan keras :

"Akupun akan memusnahkan sejenap orang yang ada didalam psrguruan beracun akan kulenyapkan perguruan seratus racun ini dari muka bumi"

Ia perpaling kearah Hee Giong Lam, de ngan pandangan gusar teriaknya kembali: Orang she Hee, tunggu saja saatnya !"

"Heeeh.... heeeh....heeeh... keparat cilik Kaupun anggota partai Tiam Cong?"

"Kau tak usah banyak bertanya, dalan lima tahun mendatang aku pasti akan membunuh kau dengan tanganku sendiri!"

"Ooouw.... tidak !" jerit Hee Siok Peng. "Pek Ia Hoei I Kau tidak boleh ber buat begitu !"

"Bong Giok Keng.." bentak Hee Giok Lam, "Seret dia pulang dan serahkan kepada gurunya
Bong Giok Keng mengiyakan, ia segera tangkap anak gadis itu dan diseretnya pergi dari sana.

Dalam pada itu Pek In Hoei tidak berani terlalu lama memandang kearah Hee Siok Peng yang digusur pergi sambil menangis, ia sendiri tundukkan kepalanya
rendah-rendah titik airmatapun tanpa terasa mengalir keluar membasahi wajahnya. Dalam hati ia bergumam seorang diri:

"Antara aku dengan kau telah berubah menjadi musuh besar, aku tak dapat berjumpa lagi dengan dirimu ...". "Boiklah baik, sudahlah jangan menangis lagi." Buru
buru Ouw-yang Gong menghibur? sambil menepuk bahu pemuda tersebut. Kalau kau benar benar senang dengan onak itu, apa yang perlu kau takuti lagi? Aku pasti
akan memobntu dirimu dengan segenap tenaga."

"Heeh .. heeh ..... heeh....mau pergi dari sini? Tidak gampang Jengek Hee Giong Lam dengan wajah bijau membesi. Ini hari, jangan harap kalian bisa berlalu
Sini dalam keadaan selamat"

Ia ulapkan tangannya, para anggota perguruan seratus racun sambil membawa sebuah tabung bambu perlahan-lahan maju mendekat.

Sinar mata Ouw-yang Gong berkilat, dengan pandangan remeh ejeknya:

"Kau hendak menggunakan binatang binatang berbisa itu untuk menahan kami berdua, jangan mimpi disiang hari bolong."

Hee Glong Lam tidak menggubris ocehan dari manusia she Ouw-yang itu., kembali teriaknya keras keras "Ular beracun keluar dari gua, kelabang emas terbang
keangkasa"

Mengikuti teriakan tersebut, anak murid perguruan seratus racun yang berada dibarisan paling depan sama sama melemparkan tabung bambu yang mereka cekal
keatas tanah, dalam sekejap mata beratus ratus ekor ular kecil berwarna emas menyusup keluar dari dalam tabung bambu itu

"Ngiiing ... " suara aneh yang sangat memekikan tslinga secara tiba tiba menggema diseluruh angkasa, cahaya keemas emasan mulai menyelimuti udara dan entah
berapa ribu ekor binatang bersayap emas segera menutupi cahaya sang surya.

Dengan cepat Pek in Hai menengok keatas ia lihat binatang kelabang berwarna emas telah memenuhi seluruh angkasa, bunyi aneh tadipun berasal dari makhluk
beracun ini, air mukanya kontan berubah bebat.

Ouw-yang Gong tidak menjadi gugup dengan cepat ia merogoh kedalam sakunya ambil keluar sebuah benda berwarna perak pada sianak muda itu serunya: "Hey bocah,
cepat kenakan tameng kulit emas berwarna perak ini

Pek In Hui sambut benda tersebut yang terbentuk kaus singlet tapi lunak dan berwarna perak sementara ia masih ragu ragu untuk mengenakannya dibadan,
terdengar Hee Giong Lam sudah membentak keras:

"Bajingan asep tua Kau berani mencuri mustika pelindung badanku ?"'
Ouw-yang Gong tertawa mengejek, ia putar huncweenya melindungi sekeliling tubuhnya, sedang kepada In Hoei kembali ia berteriak "

"Bocah cilik, ayo cepat kenakan pakaian pelindung itu, kalau tidak kau akan mati tergigit binatang beracun itu"

Pek In Hoei tidak berani membangkang lagi, cepat cepat ia kenakan mustika pelindung badan itu keatas badannya.

Melihat sianak muda itu sudah mengena kan mustika tadi dengan peouh rasa bangga Ouw-yang Gong berseru lagi:

"Aku telah membuat sebuah lorong bawah tanah yang menghubungkan ruangan itu dengan gudang hartamu, semua barang sang paiing berharga dan paling bagus dalam
gudang itu sudah kuambil semua I

"Hmmm...... coba kau lihat, hioloo kecil dari ahala Toan, piring porselen dari jaman dinasti Han .... "

Sambil berbicara satu demi satu ia ambil keluar barang barang antik yang tak ternilai harganya itu, setelah ditunjukkan segera dimasukkan kembali kedalam
saku.

Hee Gioag Lam sebagai ketua perguruan seratus racun memiliki ilmu menggunakan racun yang sangat lihay sehingga disebut orang sebagai Rasul bisa, selama hidup
belum pernah ia dihina dan dibikin malu orang seperti ini hari, setelah tadi dibikin jungkir balik dan sekarang diejek pula dengan kenyataan yang memalukan,
darah panasnya kontan bergolak, hampir hampir saja ia muntah darah.

Mimpipun si Rasul bisa tidak pernah menyangka kalau Ouw yang Gong bisa menggali sebuah terusan dibawah tanah yang menghubungkan tempat dimana ia dikurung
dengan gudang harta bahkan mencuri barang barang antik kesayangannya, untuk sesaat saking dongkolnya tak sepatah katapun bisa diucapkan keluar.

Melihat musuhnya dibikin keki Ouw-yang Gong semakin kegirangan, kembali ia mengejek:

"Kita sudah hidup bersama hampir tujuh belas tahun lamanya, menurut peraturan sudah sepantasnya kalau kau beri sedikit hadiah kepadaku sebagai tanda mata
atau kenangan dari peristiwa ini, karena berpikir begitu maka aku lantas memilih sendiri barang barang yang kusenangi untuk dijadikan sebagai tanda mata. "

"Heei tua bangka beracun, perbuatanku ini tentu saja tidak salah bukan dan aku kira tidak sampa melanggar tata kesopanan bukan?".

"Kentut nenekmu yang busuk !" desis Hee Giong Lam, dengan wajah merah membara
ayun tangannya kebawah dan teriaknya :

"Tongcu laba laba hitam Liong Cay Thian, Tongcu ular hijau Gi Peng, Tongcu kelabang emas Ku Hong, Tongcu kadal biru Bong Ci Pauw, dengarkan perintah"

Empat orang kakek tua yang memakai empat macam warna baju berbeda dan berdiri di belakangnya segera sama sama menjura.

"Menanti titah dari Boen-cu"

Cincin besar berukirkan kepala setan yang dikenakan pada jari tengah tangan kanannya segera digetarkan kesamping hingga memancarkan cahaya kebiru biruan,
dengan wajah berkerut menahan emosi, teriaknya dengan suara dalam :

"Atur Barisan besar selaksa racun "
.
Si Tongcu laba-laba hitam Liong Cay Thian bersuit panjang, dengan cepat badannya berjumpalitan kearah sebelah utara, disusul Si Tongcu ular hijau Ci Peng
mendengus dingin, badannya bergeser kearah Timur, Si Tongcu kelabang emas Ku Hong bersuit aneh, ia loncat kearah Selatan, sedang si Tongku kadal biru tanpa
mengeluarkan sedikit suarapun bergeser kearah Barat.

Gerak gerik mereka dilakukan sangat cepat, dalam sekejap mata segenap anak murid perguruan seratus racun telah berdiri pada posisinya masing masing, semua
perhatian dicurahkan ketengah kalangan dimana Ouw yang Gong berdiri sambil cengar cengir.

Ini hari, aku akan membuat mayat kalian tidak utuh, akan kuhancurkan kamu berdua hingga jadi abu...." jerit Hee Giong Lam sambil gigit bibir.

"Tua bangka beracun yang keji, kau sudah kurung diriku begitu lama, membuat aku merasa kesepian dan tersiksa seorang diri, ini hari aku tidak membunuh kau
sudah untung, masa sekarang malahan kan yang mau menghancurkan kami otakmu sebenarnya ada dimana?".

Hee Giong Lam tidak ambil perdulikan, ia membentak keras. Dalam sekejap mata irama seruling yang lembut dan merdu merayu berkumandang diangkasa, mengikuti
itu ular ular yang ada disekeliling sanapun sama-sama angkat kepala dnn merangkak kedepan.

Suara dengungan memenuhi angkasa, kelabang emas yang jumlahnya entah berapa itiupun sama-sama mulai melancarkan serangan udara yang luar biasa bebatnya.
Ouw yang Gong membentak keras, telapak kiri diputar satu lingkaran besar lalu menghantam keluar, angin pukulan tajam bagaikan babatan golok seketika itu juga
berpuluh puluh ekor kelabang emas jatuh berhamburan keatas tanah.

Sementara itu tangan yang !ain dengan cepat merogoh kedalam saku ambil keluar sebuah botol porselen berwarna hijau.

"Setan asep tua apa yang kau keluarkan?" Bentak Hee Giong Lam gusar.

"Hmmm I dupa wangi liur naga dari Lam Hay".

Sambil berkata dengan cepat ia buka tutup botol porselen itu kemudian menuangkan sejenis bubuk kedalam pipa huncweenya.

"Cepat tarik semua kelabang emas yang ada diudara " Dengan hati cemas Rasul bisa berteriak,

"Heeeeeeeeb..... heeeeeeeh...... heeeeh....... Sayang sekali peringatanmu sedikit rada terra bat

Sambil menjengek batu api yang telah disiapkaa segera menyulut bubuk putih tersebut segulung asap berbau wangi seketika yebar keempat penjuru....

Tercium bau wangi itu, kelabang kelabang yang sedang mempersiapkan serangan lari secara besar besaran itu mendadak gaduh lalu kacau balau, sayapnya sama sama
terkatup dan satu demi satu jatuh rontok diatas tanah.

Pek In Hoei sendiri seketika merasakan dadanya jadi lapang begitu mencium bau wangi
yang amat tebal itu, tanpa terasa ia menghisap bau wangi tadi dalam dalam

Sinar mata Ouw yang Gong berkilat, menyaksikan Pek In Hoei sedang menghirup udara dalam dalam, dengan gusar ia memaki telapaknya langsung diayun menggampar
pip sianak muda itu.

"Ploocoook! tubuh Peh In Hoei mencelat kebelakang dan hampir saja jatuh terjengkang, alisnya kontan berkerut.

"Eeeeei..... kenapa kau goblok aku?"

"Nenekmu cucu kura kura ! kau ingin modar? kau anggap bau dupa liur naga ini boleh dihisap dalam dalam? apa kau tidak lihat bagaimana nasib kelabang kelabang
itu?

Dengan hati kaget Pek In Hoei mendongak ia lihat kelabang emas semula memenuhi
angkasa sekarang sudah tinggal separuh, sekian besar diantara mereka jatuh rontok ketanah sedang sisanya tercerai berai keempat ujuru berusaha untuk
melarikan diri, namun terlihat bahwa sayap mereka kelihatan daya kerjanya begitu lemah dan tak
bertenaga.

"Aaaaaai....dupa..... dupa..... ini"

Dupa liur naga dari Lam Hay merupakan benda yang terutama untuk melawan binatang binatang racun semacam itu, meski demikian manusiapun tak boleh terlalu
banyak menghirup, sebab kalau tidak urat urat nadi akan mengerut dan akhirnya mati binasa.

Dalam pada itu sambil menggigit bibir merasa gusar Hee Giong Lam menyaksikan binatang kelabangnya rontok ketanah persatu, ia makin mendongkol lagi setelah
menjumpai ular ular beracunnya pada melingkar ditanah tak berani berkutik.

Seluruh badannya jadi gemetar, matanya melotot besar, mulutnya menggetar dan kepalannya diremas remas menahan keros

Ouw yang Gong melirik sekejap kearah lawannya, lalu ejeknya :

"Hey tua bangka beracun kau tidak akan menyangka bukan kalau aku berhasil mendapatkan dupa liur naga ini dari dalan gua hartamu? haaasah .... haaaa.......
haaaaah .... inilah yang dinamakan membalas dendam dengar cara seperti apa yang pernah kau lakukan kepadaku"

Hee Giong Lam berteriak keras, ia tak kuat menahan diri, darah segar muncrat keluar dari mulutnya.
Tongcu kelabang emas Ku Hong menyaksikan kejadian itu berseru tertahan, cepat cepat ia loncat kesisi tubuh ketuanya.
Boencoe, kenapa kau ?" tegurnya cemas.

Hee Giong Lara menggeleng, sambil membesut noda darah dari bibirnya ia berseru:

"Kalian cepat kembali kepos!sinya masing masing, ini hari aku bersumpah akan membinasakan dirinya dengan tanganku sendiri, kalau tidak rasa dendam dan sakit
hatiku sukar ditahan lagi!"

Tongcu kelabang emas melirik sekejap kearah Ouw-yang Gong lalu berbisik :

"Boen-cu, apakah kau hendak mengeluarkan ilmu Racun sakti tanpa bayangan mu 7?."

"Kau cepat menyingkir kebelakang !" bentak Hee Giong Lam.

Ia segera bersuit aneh, mengikuti suitan tadi segenap anggota perguruan seratus racun sama-sama mengundurkan diri dari sana, dalam sekejap mata bukan saja
semua orang sudah berlalu bahkan ular2 beracun yang masih mengeram dialas tanshpun pada menyembunyikan diri kedalam balik rerumputan.

Kini hanya tinggal empat orang kakek tua dengan berdiri delapan tombak dibelakang kalangan saja memperhatikan situasi disitu dengan wajah keren dan serius.

Ouw-yang Gong sendiripun menunjukkan sikap yang waspada, ia cekal huncweenya erat erat lalu bergumam: Racun sakti tanpa bayangan .... " Dia angkat kepala dan
bertanya;

Hey tua bacgka beracun, permainan setan apa yang sedang kau persiapkan Apakah kau hendak menggertak aku dengan perkataanmu itu?"

Hee Giong Lam tidak menjawab, ia kepal telapaknya kencang kencang, dengan sinar mata bengis diawasinya wajah Ouw-yang Gong tajam tajam sementara badannya
selangkah demi selangkah maju kemuka.

Sedikit banyak Ouw-yang Gong keder juga dibikinnya, dengan cepat ia dorong Pek In Hoei kebelakang.

"Cepat menyingkir kesamping, rupanya tua bangka beracun ini akan ajak aku beradu jiwa !"

Mendadak terdengar Hee Giong Lam membentak keras, badannya berputar cepat bersamaan dengan bergetarnya jubah hitam yang ia kenakan, badannya mencelat
keteagah udara.

Cepat cepat Onw-yang Gong geser kakinya sehingga berhadapan dengan Rasul bisa Hee Giong Lam, tatkala menjumpai jubah hitam yang dikenakan lawannya berkibar,
kencang, suatu ingatan dengan tepat berkelebat dalam benaknya:

"Aduuuh celaka !" serunya tertahan. "Rupanya cucu setan keturunan kunyuk ini hendak menyebarkan bubuk beracun dengan meminjam kekuatan hembusan angin .... "
Ia segera membentak pula, badannya mencelat keatas, huneweenya berputar dan dalam sekejap mata mengirim delapan buah serangan kilat.

Angin pukulan menderu deru, bagaikan hembusan topan, menggulung dan menyapu kedepan laksana ombak ditengah samudra hebat dan mengerikan sekali.

Hee Giong Lam mendengus dingin, kesepuluh jarinya disentil kedepan dan sepuluh jalur desiran angin tajam segera meluncur kemuka.

Ouw yang Gong bersuit nyaring, berada ditengah udara badannya bergeser enam depa kesampiog berusaha meloloskan diri dari damparan angin serangan.

Hee Giong Lam mengebaskan jubah lebarnya, segulung angin halus dengan cepat menggulung kemuka membawa bau harum semerbak ....

Begitu tercium bau harum tadi kontan Ouw-yang Gong merasakan dadanya jadi sesak seluruh badannya jadi gatal gatal.
IA MENJERIT keras, huncweenya segera diayun kemuka dengan cepat, dengan sebuah gerakan yang aneh tapi lihay ia balas menghajar badan musuh. Kraak .... bruuk
.' Huncweenya berbasil menghajar robek jubah hitam Hee I Giong Lam dan menghantam jalan darah Kie-tong-biat dibawah ketiaknya.

Hee Giong Lam mendengus berat, badannya yang masih berada dltengah udara . tak dapat dikuasai lagi, hingga ia terbanting keras keras keatas permukaan tanah.

Dalam pada itu Ouw-yang Gong dengan suatu gerakan yang amat manis pun sudah bersalto diudara dan melayang keatas tanah.

Dalam waktu yang amat singkat itulah Pek In Hoei menyaksikan seluruh wajah Ouw yang Gong berubah jadi hitam pekat sehingga kelihatan amat menyeramkan.

"Cianpwee. Kau keracunan" serunya tergagap.

Ouw-yang Gong mendengus berat, dengan cepat ia berjongkok keatas tanah dan memungut beberapa ekor bangkai kalabang emas, kemudian tanpa memandang barang
sekejappun segera dijejalkan kedalam mulut.

Menyaksikan tingkah laku yang sangat aneh itu Pek In Hoei melongo, matanya terbelalak besar namun tak sepatab katapun yang bisa ia ucapkan keluar.

Demikianlah secara beruntun Ouw-yang Gong menelan empat ekor bangkai kelabang emas, kemudian ia baru pejamkan mata dan roboh keatas tanah.

Sementara itu empat orang kakek tua yang berdiri terpencar diempat penjuru sama sama berteriak kaget, mereka sama sama meloncat kedipan menghampiri ketuanya.

Tongcu kelabang emas berjongkok dan memayang bangun Hee Giong Lam terlihat olehnya air muka sang ketuanya ini telah berubah jadi pucat pias bagaikan mayat
napasnya lemah dan tinggal satu satu Dengan cepat ia membentak keras:

"Boen-cu telah terluka parah, jangan lepaskan setan tua itu dalam keadaan hidup aku akan segera antar Boen-cu pergi beristirahat"

Tongcu laba laba hitam tertawa dingin.

Heeh..... heeeh .... heeeh....... ilmu silat yang dimiliki setan tua ini memang sangat !ihay, tapi sayang ia sudah terkena hantaman Racun Sakti Tanpa
Bayangan dari Boen-cu kita kalau toh sudah begitu apa lagi yang perlu kita takuti

Sambil berkata badannya loncat kemuka telapak tangan diayun dan segera mencengkeram urat nadi Pek In Hoei,
Kita jagal dulu keparat cilik ini jerit Kadal Biru Song Ci Piauw penuh kebencian.

Betul Suruh dia rasakan bagaimana enaknya lima racun menyerang hati!" sambung Tongcu Ular hijau Ci Peng. Jari kelingking tangan kanannya lantas diayun
kemuka. kukunya yang panjang dan runcing berkelebat diatas nadi sianak muda itu dan meninggalkan sebuah guratan panjang diikuti tangannya berputar memerseni
sebuah tempelengan yang amat keras.

Sekuat tenaga Pek In Hoei meronta, namun ia tak berhasil melepaskan diri dari cengkeraman musuh, mulutnya segera di pentang dan meludahi wajah Ci Peng dengan
air ludah penuh darah.

Kena diludahi mukanya, Tongcu ular hijau Ci Peng semakin gusar, ia bergeser lebih kemuka, tangannya menyambar kemuka dan sekali lagi ia hajar muka Pek In
Hoei dengan gaplokkan jauh lebih keras.

"Anak jadah ! Kubunuh dirimu' teriak nya marah.

Percuma kau hajar badannya" mendadak Tongcu laba laba hitam Liong Cay Thian menghalangi niat rekannya, "la memakai tameng mustika yang tahan bacokan
sekalipun kau hajar habis habisan dirinya belum tentu ia merasa sakit atau terluka, buat apa kau buang tenaga dengan percuma cepat kita lepaskan baju tameng
mustika yang ia kenakan

Tongcu kadal Biru Song Ci Piauw melirik sekejap kearah Ouw-yang Gong yaag masih duduk mendeprok diatas tanah.

"Bagaimana dengan siasep tua itu ?"

"Biar aku saja yang kasih hadiah sebuah jotosan kepada bangsat tua itu agar jiwanya cepat melayang" seru Tongcu Ular Hijau.

Dalam pada itu Tongcu Laba laba hitam Liong Cay Thian sudah tertawa seram.

"Keparat cilik, coba kau lihat binatang apakah ini ?"

Pek In Hoei berpaling, ia lihat ditangan kanan Liong Cay Thian hinggap seekor laba laba raksasa yang besarnya melebihi telapak tangan, waktu itu binatang
besar tadi sedang menggerakkan kedelaapan buah kakinya yang panjang untuk merambat maju ke muka.

Hatinya berdesir, rasa ngeri berkelebat dalam benaknya, namun sianak muda ini tetap mempertahankan diri. ia tidak ingin menunjukkan sikap jeri seorang lelaki
pengecut.

Liong Cay Thian bungkam tidak mengucapkan kata kata lagi, tangan kananuya segera digetarkan kemuka, laba2 raksasa tadipun dengan meninggalkan selembar serat
tipis loncat kearah leher Pek Sn Hoei, kemudian pentang bacotnya mulai menggigit.

Sajak urat nadi Pek In Hoei kena tergurat kuku jari dari Ci Peng tadi, bubuk racun yang menempel di atas tubuhnya sudah mulai menyerang kedalam membuat
separoh badanya jadi kaku dan hilang rasa, meski demikian tatkala laba2 hitam itu loncat keatas lehernya dan mulai menggigit ia masih dapat merasakan betapa
sakitnya daerah sekitar leher yang kena tergigit oleh binatang berbisa itu. Dengan penuh rasa sakit ia merintih, pancaran matanya sayu dan wajahnya jadi amat
kusut. Dengan pandangan kabur ia awasi telapak kanan Ci Peng yang sudah diangkat lagi dan selangkah demi selangkah mendekati Ouw-yang Gong.

Dalam saat serta keadaan seperti isi selagi ia merasakan bagaimanakah penderitaan serta siksaan dari seseorang yang tidak mengerti akan ilmu silat ia
merasakan betapa jiwa serta keselamatannya gantung ditangan orang lain.

Diam diam didaiam hati ia bersumpah

"Seandainya beruntung aku tidak mati pasti akau mencari ayahku dan minta belajar silat darinya, karena pada saat aku hidup dijagat yang tidak mengutamakan
cengli melainkan menggantungkan kekuatan ..."

Sianak muda ini sama sekali tidak tahu bukan kekuatan atau kepandaian silat yang penting untuk hidup dikolong langit pada jaman itu dalam dunia persilatan
penuh dengan penipuan, akal licik busuk, bau amis darah serta perbuatan saling bunuh membunuh. Sutu kali ia terjunkan diri kedalam dunia kangouw, tak akan
terhindar dari kesemuanya maka dari itu disamping belajar silat dia, harus mulai memahami hal hal tersebut diatas sebab kalau tidak dia pun tak akan bisa
dengan tenang didalam jagad ini. sementara itu terdengar Tongcu Kadal tertawa seram.

Banssat cilik!" jengeknya sinis.

Coba kau rasakan lagi bagaimana enaknya darahmu dihisap oleh kadal biru

Dari dalam sebuah tabung yang disimpan dibawah ketiaknya ia ambil keluar seekor kadal besar sepanjang beberapa depa, lalu usap usapkan keatas wajah Pek In
Hoei

Sungguh besar bentuk kadal biru itu, diatas badannya yang gede terlihat dua garis yang berwarna biru tua, ekornya yang gede terlihat dua garis panjang
bergoyang goyang tiada hentinya, bau amis yang memuakan tersiar dari badannya membuat Pek In Hoei merasa mual dan mau muntah

"Hey bajingan cilik !" seru Tongcu kadal biru lagi dengan nada bengis dan mengerikan, "Pernahkah kau merasakan dijilati oleh lidah panjang sang kadal yang
merah lagi basah basah kering itu? Hmmm ! Akan kusuruh kau rasakan bagaimana enaknya kulit badanmu kaku dijilat olehnya dandarah segarmu perlahan lahan
dihisap olehnya"

Sepatah demi sepatah perkataan itu utarakan keluar, hal ini semakin menambah kegeraman serta kengerian dalam hati In Hoei, sepasang matanya terbe!a!ak besar
tanpa berkedip ia perhatikan terus kadal besar itu.

Berhadapan dengan mara bahaya yang tiap saat bisa mencabut jiwanya, timbul kembali bayangan tatkala ia melarikan dari gunung Tiam cong yang terkubur dalam
lautan api, tanpa sadar ia bergumam seorang diri :

"Aku tak boleh mati, aku tak boleh mati

"Siapa bilaog kau tak boleh mati?" jengek Sang Torigcu kadal biru dengan suara seram, "Aku mau suruh rasakan penderitaan dikala menjelang kematian yang
lambat sekali kehadirannya

"Heeeeeeeh....... heeeeeeh...... heeeh..... orang tua itu sudah mulai sinting, otaknya mulai berubah dan tidak sadar" Seru tongcu laba laba hitam Liong Cay
Thian sambil tertawa dingin. "Racun yang menyerang badannya sudah mulai menerjang otak serta syaraf syaraf dalam benaknya, ia akan jadi edan kemudian
perlahan-lahan keracunan dan modar1".

Pek In Hoei terkesiap, dengan paksakan diri ia pentang matanya yang terasa mulai jadi berat dan mau terkatup terus itu dari dasar hatinya timbul perasaan
aneh. keinginannya uutuk mencari hidup amat basar tiba tiba ia berteriak keras :

"Aku tidak akan mati 'f! aku tidak akan mati!!!".

Mendadak dari baiik kadal raksasa berwarna biru yang bergerak gerai dihadapan matanya itu, ia saksikan Tongcu ular Hijau Ci Peng telah angkat telapak
tangannya tinggi tinggi kemudian d!ayun kebawah menghatam Ouw yang Gong.

Aaaaaaaahtak tahan ia menjerit , buru buru kepalanya berpaling kelain arah.

Tongcu Kadal biru Song Ci Piauw membentak rendah, kadalnya segera ditempelkan keatas jidat Pek In Hoei.

Begitu menempel diatas jidat, kadal biru itu mulai menjularkan lidahnya yang merah menjilat jilat kulit sianak muda itu, diikuti darahnya mulai dihisap
keras.

Rasa desiran angin dingin menyambar alisnya Pek In Hoei jadi kaget dan menjerit tertahan.

Disaat yang bersamaan itulah, dengan penuh kebencian Tongcu ular hijau Ci Peng telah membentak :

Aku tidak percaya kalau tak dapat membinasakan dirimu".

Telapak kanannya dibabat dengan santa

Buuuuuuk ! dengan telak hautaman itu bersarang ditubuh lawan.

Oaw yang Gong merintih, tiba tiba ia me nyemburkan darah yang berwarna hitam pekat dari mulutnya, begitu mendadak semburan darah tadi membuat Ci Peng tak
sempat untuk menghindar lagi mukanya kotor kena semburan tadi membuat dia terhuyung mundur selangkah kebelakang.

Setelah menyemburkan darah hitam itu. Oaw yang Gong segera membuka matanya lebar lebar dan loncat bangun dari atas tanah, serunya sambil tarik napas dalam2

"Neneknya .... cucu kunyuk bagus dan tepat sekali hantamanmu barusan . . .

Laksana kilat ia menerjang kedepan telapak kirinya berputar, lima jari tangannya laksana
kilat menyambar kemuka mecengkeram lengan kanan Ci Peng. "Hey...... anak bisa cucu racun... kamu semua tentu tidak tahu bukan bahwa aku siorang tua baru saja
lolos dari kematlan?

Hmmm...... Hmmm justru pukulanmu barusan telah menolong aku untuk memuntahkan darah racun yang menyumbat di Jantung . . . coba darah racun itu tidak bisa
ditumpakan keluar . . . entahlah

Tongcu ular hijau Ci Peng meraung keras, bahk badannya sambil putar tangan kanan. jari dipentang lebar lebar, dengan kuku yang panjang dan tajam bagaikan
pedang kecil laksana kilat menusuk dada Ouw yang Gong,

Cucu monyet keturunan kunyuk kau ingini jiwaku maki orang tua aneh dengan gusarnya

Sang lengan digetarkan dengan keras, seketika itu juga badan Ci Peng terangkat keatas, setelah berputar satu lingkaran besar ditengab udara tubuh orang itu
meluncur kebavvah dan mencium tanah keras keras.

Buuuuuk...... ! seluruh batok kepala Ci Peng terbenam d dalam tanah bagaikan tancapan sebarang anak panah, darah segar segera muncrat keempat penjuru
membasahi permukaan tanah jiwanya pun melayang!

Ouw yang Gong tidak berhenti sampai disitu saja. ia bersuit panjang, berada ditengah udara badannya melesat makin kedepan, sambil mencekal huncweenya ia
melabrak musuh musuhnya yang lain dengan dahsyat.

Tongcu laba-laba hitam Liong Cay Thian bersuit keras, cepat cepat tangannya diatur kemuka tiga ekor laba-laba berwarna hitam yang besarnya melebihi telapak
tangan dengan disertai serat yang mengkilap meluncur kemuka.

Ouw yang Gong meraung keras. "Kalian keturunan kunyuk yang harus dibunuh semua sampai habis!" Teriaknya.

Pergelangannya segera diputar, tatkala ligap cahaya terang itu sudah tiba dihadapan mukanya, huncwee yang sudah dipersiapkan segera menyambar kemuka...
Taaaak. ! Taak .! tiga ekor laba laba hitam itu terhantam telak dan rontok keatas tanah dengan badan hancur.

Setelah membinasakan binatang berbisa itu laksana kilat badannya memburu kedepan, sekali lagi huncweenya berkelebat cepat, dalam suatu gerakan menggetar dan
membalik Liong Cay Thian menjerit kaget, badannya jungkir balik sebanyak tiga belas kali ditengah udara lalu terbanting keras keras diatas tanah.

Dengan rasa terperanjat Tongcu Kadal Biru Song Ci Piauw berpaling, belum sempat ia melakukan sesuatu Ouw yang Gong sudab berjumpalitan di tengah udara
mendekati tubuhnya, sementara senjata huncweenya laksana titiran angin puyuh membabat kabawah.
( Bersambung ke jilit 4 )



Anda sedang membaca artikel tentang CERSIL TJAN ID : Imam Tanpa Bayangan 1 dan anda bisa menemukan artikel CERSIL TJAN ID : Imam Tanpa Bayangan 1 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/08/cersil-tjan-id-imam-tanpa-bayangan-1.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel CERSIL TJAN ID : Imam Tanpa Bayangan 1 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link CERSIL TJAN ID : Imam Tanpa Bayangan 1 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post CERSIL TJAN ID : Imam Tanpa Bayangan 1 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/08/cersil-tjan-id-imam-tanpa-bayangan-1.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar