Cersil : Menuntut Balas - bAGIAN 3

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 26 Agustus 2011

Cersil : Menuntut Balas - bAGIAN 3

754
Mereka mengenakan pakaian mewah yang bersorot
mentereng disisinya matahari. Untuk mereka dandanan itu tak
surup sekali, karena itulah sangat menyolok mata.
Toa Koay siluman pertama Tong siangkan dan Jie Keay
siluman kedua, Pa san Tiauw dikenal sebagai hantu atau iblis.
Yang dimalui dari mereka yaitu ilmu pedang mereka, yang
diberi nama Hui Hong Kiam Hoat, burung Hong terbang.
Merekalah musuhnya Giok Kun dan Yauw Cong berdua,
disebabkan mereka ini telah melukai murid kedua siluman itu,
ketika kedua pihak benirok di Pookui.
Ketika itu Giok Kun dan Yauw Cong baru mulai
mengembara. Mereka disusul siang Koay, bertempur belum
ada sepuluh jurus mereka telah kena dikalahkan, syukur ada
orang yang menolongi jikalau tidak pastilah mereda binasa,
sekarang kedua pihak bertemu pula dan siang Koay melihat
kedua anak muda itu, tidak heran Giok Kun berdua terkejut.
Dengan tindakan jumawa Siang Koay mendekati kedua
anak muda, lalu Toa Koay berkata mengejek: "Bocah-bocah,
disini kita bertemu pula sungguh kita berjodoh"
Kun Lun Molek Kiang Yauw Cong menunjuki keberaniannya,
"Tidak salah" sahutnya gagah, "Kita telah bertemu pula Kau
mau apa?"
Tong siang tertawa bergelak.
"Aku tidak mau apa apa" sahutnya. "Asal kamu masing
masing menguntungkan sebelah tanganmu lantas kami pergi"
Segera mereka menarik perhatian orang, banyak mata
lantas mengawasi mereka.
Nona Lan menjadi gusar.
"Kamu orang apa?" ia menegur "sungguh jumawa" Katakata
itu ditutup dengan tinju ke dada siluman yang pertama.
Nona ini lagi masgul dan uring-uringan maka itu ia menjadi
sembrono. Coba ia tahu dua orang itu dua jago dari Cin-tiong

755
sianmo, tidak nanti ia berkata sembarangan tentulah ia
menanti dulu tindakannya dua kawannya itu.
Tepat dadanya bakal menjadi sasaran, Tong siang berkelit
maju kesamping hingga tubuh si nona terjerunuk maju
berbareng dengan itu, dia menangkap tangan orang,
kelihatannya tak ampun lagi tangan Nona Lan bakal kena
dicekal. Tapi tangan Tong siang seperti mendapat rintangan
gerakannya menjadi ayal secara tiba tiba dengan begitu nona
itu dapat menarik pulang tangannya itu, ia hanya kaget sekali
hingga mengeluarkan peluh dingin.
Samberan angin saja dari si siluman kepala telah
memberikan ia merasa tangannya risi, itulah Ay Hong sok
yang lantas bersenyum dan berkata: "sungguh benar-benar
arwah-arwah yang tidak mau buyar. sahabat-sababat lama
kembali disini saling bertemu Tong Lao toa namamu sangat
kesohor, kenapa kau menurunkan tangan atas dirinya satu
nona cilik? Apakah kau tidak takut orang tertawa hingga
giginya copot jatuh?"
Ay Hong sok tukang berkelakar, demikian kali ini, untuk itu
ia tidak biasanya memilih tempat.
Tong siang melengak. tetapi Jie Keay tertawa dingin-
"Hai, kiranya kau ketarik hati terhadap si bocah cilik " kata
dia, "Aku telah mendengar halnya kau di Yang Kee Cip telah
menempur Liong bun Ngo Koay, pertempuran itu membuat
namamu sangat terkenal sekarang kita bertemu di sini,
kebetulan Memangnya perhitungan kita dulu hari belum beres
Kau boleh kasih lihat Ngo Heng Kean kau, aku ingin ketahui
bagaimana liehainya"
Kheng Hong tertawa pula.
"Asal kau mempunyai kegembiraan kamu, aku si orang tua
tidak mau mampus bersedia melayani kamu" sahutnya
menyambut tangannya.

756
"Bagus" berseru Tong siang. "Mari kita bertemu pula di
menara" ia tidak lantas bertindak pergi, agaknya ia bersangsi,
ia terus mengawasi Giok Kun berdua untuk menantang
dengan tawar: "Kamu berdua juga boleh datang berdamai"
Baru setelah itu keduanya berlalu dengan perlahan-lahan-
Mereka ini belum pergi jauh, lantas ramai suara tertawanya
banyak orang, tangannya pada menunjuk ke punggung Cin
Tiong siang Koay di belakang siapa baru saja ada orang lewat
cepat lantas orang itu lenyap seperti bajangan.
Ay Hong sok berempat mengawasi lantas mereka
bersenyum.
Di punggung kedua siluman ada menempel masing masing
secarik kertas kuning panjang satu dim kertas itu ada
gambarnya kepala orang yang romannya mirip dengan mereka
itu berdua dan dibawahan gambar itu aia empat huruf yang
berarti: "Mau dijual: kepala orang"
A y Hong sok heran untuk orang yang menempel kertas itu
mengingat kedua siluman itu liehay sekali
Cio Tiong siang Koay mendengar suara tertawa ramai itu
mereka heran, lebih lagi mereka mendapatkan semua mata
diarahkan kepada mereka, sebagai orang-orang cerdik mereka
lantas bercuriga.
Tidak ayal lagi keduanya saling berbalik, hingga mereka
menyamber gambar itu. sudah tentu mereka jadi sangat
heran, mendongkol dan malu. Mereka telah dipermainkan-
Maka mereka seperti mau lompat melejit.
Ay Hong sok lantas berkata: "Tuan tuan kamu telah
bertemu dengan titik keras. Didepan orang banyak ini terjadi
peristiwa begini, sungguh hilanglah muka terang kamu.
Daripada mengalami ini kejadian lebih baik kamu diam
nelusup didalam sarang setan digunung Kie san"
Habis berkata ia tertawa lantas sambil menoleh kepada
ketiga kawannya ia kata: "Mari kita lekas pergi kekaki menara.

757
Mungkin Cin Tiong siang Koay menjadi tidak berani pergi
kesana..."
Lalu tanpa memperdulikan lagi kedua siluman, mereka
pergi dengan cepat.
Tong sian dan Pa san Tiauw melengak mereka saling
mengawasi:
"Aku kira si orang tua she Kheng ada maksudnya," kata
Tiong sian kemudian- "Mari kita susul dia"
Pa san Cauw setuju maka keduanya lantas pergi dengan
cepat.
Matahari bersinar keras akan tetapi hawa udara tetap
dingin kalau angin sedang bertiup, orang merengkal atau
menggigil. Para pengunjung tetap pesiar hanya mereka yang
mendapat tahu atas yang gemar silat, lantas pergi ke menara
untuk menonton pertempuran.
Diantara sekalian pendengar cerita, seorang yang duduk di
bangkupanjang sudah ingin berbangkit. Dialah seorang dari
usia pertengahan orangnya pendiam dengan kedua tangannya
di masuki dalam tangan bajunya, ia batuk batuk. lalu terus ia
bertindak kearah barat.
Menara yang disebutkan Cin Tiong siang Keay ialah menara
Boan Tah. Tidak ada pemandangan yang menarik hati disitu,
Menara itu dipilih sebab keletakannya ditempat yang tinggi,
kalau angin bertiup keras bertiupnya, Maka tak ada orang
yang senang makan angin disana. Pernahnya pun di luar kota,
kira-kira tiga lie di tenggara.
Menara itu dibuat pada tahun Thay-peng kedua dari ahala
Tong, nama benarnya ialah Hia Coa tah, tingginya sembilan
tingkat tetapi di lima tingkat ada ahli bumi yang mengatakan
susunan itu bertambah jelek maka telah dibuang enam
tingkat, menjadi tinggal tiga.
Tengah-tengah menara kosong untuk mendaki orang mesti
naik mutar, tangganya juga cuma satu kaki lebih, jadi banyak
orang takut memanyatnya. Tingkat teratas dibikin rata mirip

758
dengan panggung. Karena itu, dari atas itu orang dapat
memandang j a uh kesekitanya dengan leluasa, nama "Hoandidapat
sebab dulunya pernah bertinggal seorang she Hoan di
tepinya menara itu
Di jaman dulu huruf "Hoan" itu dibaca juga "Po," maka itu,
nama lain dari menara itu ialah Po Tah, Di sebelah timur
menara ada panggung le ong Tay, ialah panggungnya Kaisar
le, tingginya dua tombak lebih, lebarnya seratus dua puluh
tindak. Di sana orang biasa menyembahyangi kaisar bijaksana
itu.
Ketika Kheng Hong berempat tiba di kaki menara, Cia Tiong
siang Koay belum nampak maka jago tua itu lantas kata pada
tiga kawan muda mudinya: " Kamu tahu ilmu pedang Cin
Tiong siang Koay hebat, kamu harus waspada ilmu pedang
mereka. Pui Hong Kiam-Hou namanya sangat - diaguli
mereka, Katanya, namanya mereka dapat mewariskan orang
itu di gunung Kie san, dari seorang tua yang berkepandaian
luar biasa sedang orang tua itu mempelajarinya dari kitab
Toan Kong souw sie yang dia dapatkan sebagiannya, siang
Koay sendiri, kecuali cupat pandangannya, sedikit
kejahatannya dan biasanya mereka lebih suka menutup diri,
maka kalau sekarang mereka muncul itu mungkin disebabkan
hati mereka ketarik oleh nama besar Koay Ciu sieseng.
Di waktu menempur mereka, baiklah kamu bertiga bekerja
sama, tujuannya ialah jangan mengharap menang asal jangan
kalah. Bicara sejujurnya, aku si tua juga tidak berani
mengganggu mereka, coba tadi tidak ada orang permainkan
mereka itu, aku bersangsi untuk melayani berkelakar...."
Nona Lan yang rambutnya ditiup kusut sang angin,
membuka matanya.
"Ah, Kheng Loopee" katanya " apakah tadi loopee melihat
orang yang menempel kertas di punggung mereka itu.
Jangan-jangan orang itu ialah dia..."

759
Kata kata "dia" itu sengaja diperdengarkan lebih tegas, itu
tentu saja, dimaksudkan In Gak.
Mendengar itu Kheng Hong terharu, ia juga mau menduga
si anak muda tetapi karena ia tidak melihat orang itu, tidak
berani ia sembarangan bicara maka ia menggeleng kepala,
Rimba Persilatan itu luas, orang pandai pun banyak. mungkin
bukan dianya.."
Nona itu berdiam. kepalanya tunduk. Terang ia sangat
bersusah hati, ia membiarkan dirinya ditiup sang angin tak
hentinya
Yang lain lainpun berdiam saja, cuma mata mereka yang
melihat kelilingan. Tiba tiba Kun Lun Molek mengasi dengar
seruan tertahan.
"Lihat, Kheng Locianpwee Cio Tiong siang Keay lagi
mendatangi. Di belakang mereka itu ada beberapa rombongan
orang, rupanya oraog orang Rimba Persilatan...."
Ay Hong sok mengawasi, ia mengangguk. "Ya, rupa
rupanya mereka datang untuk menonton" sahutnya.
Cin Tiong siang Koay datang dengan cepat, pakaiannya
yang tidak sembabat dengan romannya berkilauan di sinar
matahari. Lekas juga sampailah mereka di depan keempat
orang yang ditantangnya.
"Tuan tuan, benar besar kamu bernapsu sekali" Kheng
Hong menyambut sambil tertawa, ia lantas menunjuk ke
timur, untuk menambahkan, " orang dulu menyebut hal di
panggung Hong Hong Tay meniup seruling maka kita, marilah
kita mengadu pedang di atas panggung Kaisar le itu. Tidakkah
bagus kalau peristiwa kitapun nanti dibuat ceritaan?"
"Tunggu dulur kata Tong siang.
"Kenapa, eh?" tanya Keng Hong, yang matanya
membelalak. romannya jenaka.
" Kita jangan terburu napsu," kata Tong Siang. "Bukannya
aku memandang enteng kepada kamu, biarnya kamu maju
semua melawan ilmu pedang ku, kamu tak akan bertahan

760
sampai sepuluh jurus. Baik kamu ketahui, kami datang kekota
Kayhong ini ada maksudnya...." ia hening sejenak, la
mengawasi tajam keempat orang itu.
"Bukankah tadi di siang Kek sie ada orang mempermainkan
kami?" ia tanya selang sesaat.
"Apakah kamu lihat orangnya? kamu sudi memberitahukan
maka urusan ini suka kami menghabiskannya."
Kheng Hong tertawa geli.
"Aku tidak mau mendustai kau, benar - benar akujuga tidak
mendapat lihat." ia menyawab. "Cuma dapat aku bilang, orang
itu jauh terlebih liehay daripada kamu, jadi kalau kamu
menemui dia, kamu tentulah tak dapat berbuat apa apa, atau
mungkin kamu nanti kehilangan muka. Maka itu, kalau kamu
suka mendengar nasihatku, baiklah kamu jangan menariknya
panjang"
Pa san Tiauw menjadi gusar dengan tiba tiba, "Kalau begitu
kau tentunya tahu dia siapa?" dia membentak.
Kheng Hong tertawa pula, geli tertawanya, Jenaka
lagaknya.
"Tidak salah, dapat aku menduga dia delapan bagian” ia
kata. “Juga kalian tentunya menerka dia juga"
Mendengar itu, Nona Lan bertiga heran- Cin Tiong siang
Koay melengak. akhirnya Jie Koay berteriak: " Lekas bilangdia
siapa?” iapun tidak cuma berteriak. dia mengulur
tangannya menyamber tangan Ay Hong sok. Terlihat nyata
tangannya itu lebih besar dari tangannya kebanyakan orang
lain.
Kheng Hong tidak pernah menduga orang bakal
menyamber tangannya itu, tahu-tahu telah terasa anginnya
mengenai lengan kanannya, Tidak ada tempo lagi untuk
berkelit maka ia menggertak gigi, ia mengerahkan tenaga Ngo
Heng Kun dia tangan kanannya itu untuk menyambuti

761
Tanpa dapat dicegah lagi, kedua tangan bentrok satu
dengan lain, Pa san Tiauw merasa ia seperti memegang besi
atau batu, maka lekas lekas ia mengerahkan tenaganya lebih
jauh. Kheng Hong pun tidak berdiam saja, ia menggunai tipu
huruf "Lolos" maka tangannya itu melejit dari lima jerijinya si
siluman, terus lompat mundur lima kaki
Ketika itu para penonton, yang berjumlah tiga puluh orang,
menyaksikan dengan kekaguman- Mereka terdiri dari orang
orang pelbagai partai atau golongan, ada yang sesat ada yang
lurus. Ada mereka yang tahu atau kenal Tonghong Giok Kun
berdua ada pula yang mengenali Cio Tiong siang Koay, tetapi
mereka semua berdiam. Biar bagai mana, mereka jeri juga
terhadap kedua siluman dari propinsi siaoosay itu, yang
terkenal keras tabiatnya.
Kheng Hong lolos dari cekalan dengan ia mengeluarkan
keringat dingin- ia merasa lengannya itu sakit dan kaku, ia jadi
telan kenyataan dari liehaynya musuh. Tapi pada parasnya ia
tidak mengentarakan apa-apa, Bahkan ia lantas tertawa pula
seperti biasanya.
“Jikalau aku tidak salah bade, kamu siang Koay, timbul pula
tabiatmu suka menang sendiri"
ia kata, "Rupanya diam-diam takut orang itu nanti dapat
merampas julukan kamu sebagai
ahli pedang nomor satu dikolong langit ini-Thian Hu tee It
KiamBenar, bukan? Tapi julukan itu kamu menamakannya
sendiri- bukan didapat dari pertandingan atau pertarungan
secara umum, Hui Hong Kiam Hoat memang liehay tetapi
belum tentu itu dapat ditaruh di sebelah atas ilmu pedang
partai partai besar diTionggoan”
Tong siang mendongkol sekali, lebih-lebih Pa san Tiauw,
sampai dia menggertak gigi.
Jadi kau maksudkan dialah Koay Ciu sieseng Jie In?"
tanyanya tegas.

762
Kheng Hong mengangguk.
"Benar, dia?" sahutnya.
Siluman yang tua itu mengasi lihat roman sangsi.
"Habis siapa sianak muda she Giam yang di In Bu san
chung membinasakan Jim Cit Keuw?" dia tanya pula.
Kheng Hong tertawa.
"Dalam hal ini aku si orang she Kheng mengetahui lebih
jelas daripada kamu si orang she Giam dengan Jie In itu asal
satu turunan- Maka juga ia berani menyebut diri sebagai Thian
Hu."
Agaknya Tong siang mau percaya keterangan itu, tanpa
parasnya berubah.
Jika yang tadi mempermainkan kami itu kalau bukan si
orang Jie, ia tentulah si orang she Giam itu"
Kheng Hong tertawa berkakak.
"Kau terlalu mengagulkan diri" katanya tanpa menyawab
lantang. "Rupanya kamu menganggap. kecuali Jie In dan
orang muda she Giam itu, lantas tak ada lain orang yang
berani membentur kamu, sekarang ini rimba Persilatan
telah diliputi angin dan mega,
karena banyak orang-orang kosen luar biasa, yang buat
banyak tahun mengumpatkan diri,
telah pada kembali kedalam dunia Kang ouw siapa siapakah
diantaranya yang tak lebih
tangguh daripada kamu? Lihat umpama Kholeo Kong saniu
Loo Kamu bukanlah tandingan
mereka berempat jangan disebut pula yang lain-lainnya.
Kabarnya kedua orang she Jie dan
she Giam itu telah berangkat pagi ini ke Utara, maka itu
yang tadi mempermalukan kamu
sebenarnya orang lain, karena si orang the Kheng tidak
melihat tegas, sukar aku
menentukannya." ia lantai ngoceh seorang diri: “Baru
mengerti Hui Hong Kiam Hoat saja
sudah berani menyebut diri Thian Hee Tee lt Kiam?."

763
Tong siang dan Pa san Tiauw mendongkol bukan mainorang
telah bicara putar balik, tak lebih tak kurang untuk
menghina mereka, yang dilihat tak nyata.
"Kholee Kong san su Yauw itu mahluk apa?" kata siluman
yang nomor dua sengit, ia menyebutnya su Loo, empat jago
tua, menjadi su Yauw, empat siluman.
“Tidak dapat tidak. kami nanti bertempur mereka itu orang
she Kheng jangan kau menggertak kami dengan segala
omong gedeh kau ini siapa tidak puas dengan Hui Hong Kiam
Hoat dari Cin Tiong sang Koay, dia boleh maju untuk
mencoba-coba"
Kheng Hong mengimplang keseluruh tegalan mulutnya
dicibirkan.
"Semua hadirin di bawah menara ini, tak ada satu
bukannya orang-orang pandai di jaman ini" ia kata nyaring,
"jikalau mereka jeri terhadap Cin Tiong siang Koay, tidak nanti
mereka berani datang kemari"
Sengaja si tukang berkelakar ini menyebut-nyebut para
penonton itu, Mereka itu mengerti, didalam hati mereka
mengutuk orang jail ini yang dikatakan banyak tipu
muslihatnya. Dengan terpaksa mereka menunjuki sikap
jumawa. Tong siang mendongkol sekali. "segala gentong arak
dan kantong nasi" dia berteriak. "Dimulutmu. Mereka menjadi
orang-orang pandai di ini jaman- Hayo siapa tidak puas, dia
boleh naik keatas panggung"
Habis berkata begitu Toa Keay menarik tangannya Jie
Keay, Pa san Tiauw, dengan begitu dengan berbareng
keduanya berada diatas Ze ong Tay.
Lantas panggung terbuat dari batu hijau, tebal rata dan
mengkilap, kalau ditotok lantai itu bersuara nyaring.
Sebaliknya Cin Tiong siang Keay, orang banyak lantas maju
ke bawah panggung.

764
Pa san Tiauw menghunus pedangnya, pedang itu bersuara
dan bersinar seraya mengulapkan itu ia kata nyaring: "jikalau
kamu tidak ungkulan, siang-siang kamu mundur, supaya
jangan kamu mencari malu sendiri dan merusak juga nama
perguruan kamu?"
Banyak orang yang mukanya menjadi merah padam,
kecuali mereka yang berpihak pada kedua siluman- Begitulah
tiga orang dari usia belum tigapuluh masing-masing lompat
naik berbareng.
Mereka semua bersenjatakan pedang. Lalu yang satu
memberi hormat sambil berkata: "Kami bertiga Tiam Thong
sam Kiam ingin memohon pengajaran dari Pa Loosu"
Pa san Tiauw tertawa.
"Aku si tua pernah mendengar liehay nya ilmu pedang Tiam
Chong Kiam Hoat, maka hari ini dapatlah aku berkenalan
dengan kamu" ia berkata: "Kamu mau maju berbareng
bertiga, apakah demikian aturan perguruan kamu?"
Merah mukanya orang Tiam Chong Pay itu, Chong Hiong
namanya tetapi ia berkata: "Kami tahu ilmu pedang kami tidak
berarti, kamipun tidak berani mengakui diri sebagai jago
nomor satu, tetapi karena barusan mendengar Tong Loosu
bahwa dikepung beramai, orang tidak dapat melawan Hui
Hong Kiam Hoat sampai sepuluh jurus, kami menjadi
membesarkan nyali memohon pengajaran-"
Pa san Tiauw tertawa dingin
Jikalau begitu, hunuslah pedang kamu" katanya jumawa.
Mendengar orang menyebut nama Tiam Chong sam Kiam,
Nona Lan lantas ingat peristiwa di Tanah Lapang di Kim-hoa
dimana In Gak telah mematahkan pedangnya sin Kiam Chiu
shie Goan Liang, jago Tiam Chong Pay. Maka pikirnya, kalau
In Gak berada disini, pastilah itu akan menjadi menarik sekali.
Ketika itu diatas panggung Ciong Hiong bertiga sudah
mengurung Pa san Hauw. itulah kurungan yang dinamakan

765
kedudukan "sam Cay" yakni Thian Tee Jin atau langit bumi
dan manusia. Tong siang sendiri mundur kepojok.
Tong sam Kiam lantas menyerang berbareng dari tiga arah,
pedang mereka berkelebatan sinarnya, itulah jurus sam Cay
Toat Beng-- "sam Cay Merampas jiwa."
Tidak ada tempat untuk Pa san Tiauw berkelit, pula sulit
untuk ia menangkis berbareng, akan tetapi dia tabah, dia tidak
kekurangan akal, Tepat saatnya tubuhnya mencelat tinggi
lewat di atasan ketiga gedang maka itu dengan hilangnya
sasaran - ketiga pedang bentrok satu dengan lain-
Dilain pihak, tidak menanti ia menginjak tanah, Jie Koay
sudah menghunus pedangnya
dengan apa ia membabat untuk membalas menyerang
itulah jurus "Hong siang Loan Bu" atau "Burung hong
menandak burung lain menarik sinar pedang itu berkilauan
dan anginnya menderu.
Semenyak kekalahannya shie Goan Liang di tangan ln Gak,
Tiam Chong Pay memperoleh kemajuan. Goan Liang kalah dan
pulang untuk mengadu kepada gurunya, ia tidak mendapat
mata bahkan ia ditegur gurunya. ia dikatakan telah
bercampuran dengan kaum sesat.
Meski begitu, sang guru menginsafi kemundurannya maka
diam-diam dia lantas memperhatikan dan meyakinkannya
pula. sekarang sam Cay Kiam dikirim turun gunung, untuk
mendengar gerak-gerik Rimba Persilatan, kebetulan ada
urusan Cin Tiong siang Keay ini, mereka ingin mencoba Hui
Hong Kiam Hoat.
Tiga saudara itu kaget mendapatkan serangan-serangan
mereka gagal, justru itu, merekapun diserang, sebenarnya
mereka sudah lompat mundur masing-masing, tetapi
pedangnya Pa san Tiauw terlebih cepat, maka ujung pedang
mereka kena dibikin sapat sepanjang sebutir beras.

766
Tiga saudara itu menyedot hawa dingin, Tetapi mereka
tidak suka menyerah, ketika Ciong HHiong berseru, berbareng
mereka menyerang pula, masing-masing mengarah jalan
darah kio-ceng khie-hay dan chang-bun-
Terbangun alisnya Jie Koay melihat serangan itu, dengan
kaki kiri ia menggeser tubuh, berbareng ia menikam kea lis
nya Ciong Hiong, ia mengerahkan tenaga latihannya beberapa
puluh tahun di lengan kanannya, ia menggunai tipu silat "Pek
niauw tiauw hoog" atau "seratus burung menghadap burung
hong," suatu jurus lain dari Hui Hong Kiam Hoat.
Hebat perlawanan Pa San Tiauw ini. Ketiga pedang lawan
kena dibabat kutung, semua kutungannya terbang ke bawah
menara, yang diserang Tiong Hiong bertiga ialah buntungan
yang ada pada gagangnya. Maka itu, mereka merasai dada
mereka sesak. saking kaget dan malu.
"Beginilah kiranya ilmu pedang Tiam Chong Pay" kata Pa
san Tiauw tertawa dingin, "Belum tiga jurus, sudah kalah
sendirinya Hari ini aku si orang tua tidak mau membuka
larangan membunuh untuk sementara kamu diberi ampun."
Cin Tiong siang Keay tidak berkumis nampaknya usia
mereka belum lebih dari empat puluh tahun tetapi Pa san
Tiauw menyebut dirinya si orang tua loohu" inilah sebab dia
sebenarnya sudah berumur enam puluh lebih.
Dengan mendongkol dan malu Ciong Hiong bertiga lompat
turun dari panggung akan ngeloyor turun gunung.
Pa san Tiauw berdiri tegak dengan pedang ditangan
romannya jumawa, ia menantikan gerak-gerik orang banyak.
sang angin santer meniup, niup tubuhnya.
Tengah orang semua berdiam itu, mendadak pedangnya Pa
san Tiauw berbunyi terus jatuh ke panggung. Dia kaget. juga
semua orang lain, tak terkecuali Ay Hong sok Pa san Tiauw
melengak. kakaknya berlompat maju matanya dibuka lebar.

767
Tadi itu angin bersiur santer membawa pasir terbang,
pedang kena tersampok dan jatuh. semua tampak wajar,
cuma Jie Koay yang tahu sampokan itu keras, kalau tidak tak
nanti pedangnya terlepas, ia merasakan telapakan tangannya
sakit sampai tak bisa ia menyamber pedangnya itu.
"Siapakah si orang jail?" Pa San Tiauw berpikir, ia menduga
jelek. cuma ia tak dapat melihat si jail itu, ia tahu, kalau orang
tidak jail, orang akan berterang naik di panggung, ia heran
sekali air mukanyapun berubah.
Terpaksa ia membungkuk, menjemput pedangnya, Setelah
itu, ia jadi tenang pulang.
Ay Hong Sok jail, ia tertawa dan berkata: ,.Cian Tong Lao
Koay. kau lihat adikmu itu, jangan-jangan dia terkena angin
jahat! Lihat, angin begini keras, hawanya begini dingin! Kau
tahu, angin jahat dapat membuat orang mati di tengah jalan!
Maka baiklah kamu lekas-lekas pulang Ke sarang kamu
digunung Kie San! Kamu telah berusia tinggi, inilah kamu
mesti ketahui. Kematian kamu tidak lama lagi, jangan kamu
tetap membawa adat suka menang sendiri. Apakah artinya
kemenangan kosong demikian? Sudah lama kamu tidak
muncul dalam dunia Kang Ouw, bukankah itu disebabkan
kamu kuatir nanti ada orang curi kitab kamu Thay Kong Souw
Sie yang kamu sayangi seperti separuh jiwa kamu? Kitab itu
memang justru ada yang arah! Ha-ha-ha-ha!"
Nyaring suara tertawa itu, sampai terdengar
kumandangnya.
Untuk sekejab, parasnya Cin Tiong Siang Koay menjadi
pucat, tapi lekas juga mereka menjadi tenang kembali.
“Hm” kata Toa Koay, keras-„Siapakah yang berani pergi kegunung
Kie San? Disana, dilembah Ban Ciang Kok, ada
ancaman-ancaman kematian!"
Tong Siang omong dari hal yang benar mengenai
lembahnya itu.

768
Gurunya Cin Tiong Siang Koay jalah Koay Ie Loojin. Dialah
seorang aneh yang lain orang, tak tahu asal-usulnya. Dia
menerima Cin Tiong Siang Koay sebagai muridnya dan
mengajari sebagian dari kitabnya, kitab Thay Kong Soiw Sie
itu. Dia belum pernah mengembara, dia meninggal dunia
setelah kedua muridnya lulus. Mereka ini lantas pesiar sambil
membawa-bawa kitabnya, yang cuma sebagian. Belum tiga
tahun, mereka berhasil mengalahkan banyak jago, dari itu
nama mereka menjadi terkenal, mereka dimalui. Sementara
itu, mereka pun mendapat sahabat-sahabat, dari kalangan
sesat. Satu waktu, selagi sinting, Siang Koay menyebut nama
guru mereka dan halnya kepandaian mereka berpokok pada
kitab yang tinggal separuh itu. Lantas ada orang-orang yang
niat mencuri kitab itu- Satu kali hampir kitab itu lenyap. Maka
belakangan, menuruti nasihat satu sahabat, Siang Koay
pulang kegunungnya dimana mereka menyekap diri. Mereka
lantas perkuat lembah Ban Ciang Kok.
Itulah kejadian empatpuluh tahun dulu, lalu duapuluh
tahun kemudian, lembah itu meminta jiwanya beberapa orang
yang mencoba masuk, untuk mencuri kitab. Siapa lancang
masuk, dia terjebak, dia menjadi kurban. Perangkap itu diatur
oleh Siang Koay sendiri, yang memperoleh ajaran dari kitab
pusakanya itu. Mereka merasa syukur, sampai sebegitu jauh
mereka berhasil melindungi kitab itu.
Selama empatpuluh tahun. Siang Koay cuma menerima
lima orang murid, bersama anak-isteri mereka serta hambahambanya,
jumlah mereka tak lebih daripada enampuluh
orang- Aturannya pun keras sekali. Cuma sebab
pandangannya cupat yaitu mereka suka mengeloni pihak
sendiri. Lantaran aturan keras itu, lima muridnya suka
melakukan sesuatu secara mencuri, karenanya, Siang Koay
tidak tahu keburukannya murid-muridnya itu, sedang orang
luar, yang tahu tabiat mereka, tidak ada yang berani datang
mengadu. Kali ini Siang Koay turun gunung, cita-citanya ialah
untuk merebut gelaran Thian Hee Tee It Kiam.

769
Ay Hong Sok tidak ketahui semua maksudnya Cin Tiong
Siang Koay tetapi karena dia cerdas dan jenaka, dia dapat
menjaili kedua Siluman hingga hati mereka itu menjadi panas.
Mendengar Tong Siang membanggai lembahnya, dia
tertawa pula dan berkata: „Kau terlalu jumawa! Lithatlah,
selama tempo satu tahun, aku si orang she Kheng nanti
mendatangi lembah kamu, untuk jalan-jalan. Barisan semacam
kepunyaan kamu itu bisa bikin apa atas diriku!"
Yang dinamakan barisan itu jalah tin atau perangkapnya
Cin Tiong Siang Koay, nama barisan itu yaitu „Thay Kong Tinsie,"
atau „Tin Kiang Thay Kong."
Tong Siang tertawa.
„Baik, baik, nanti kita bertemu pula dtdalam Ban Ciang
Kok!" katanya. „Barusan kau menyebut halnya Koay Ciu Sieseng
berangkat hari ini ke Utara, adakah itu benar?"
Kheng Hong mengangguk.
„Jikalau begitu, kami juga mau pergi ke Utara!" "kata Tong
Siang. Lantas dia mengawasi semua orang. Dia tertawa, dia
kata pula: „Sekarang aku percaya sudah tidak ada orang yang
berani mengatakan Hui Hong Kiam Hoat bukannya ilmu
pedang paling luar biasa dikolong langit ini!"
Habis mengucap begitu, kedua Siluman menjimpan pedang
mereka, terus mereka lompat turun dari panggung. Mereka
melompati kepala orang banyak. Terus mereka lari turun
gunung.
Diantara sinar matahari hari, terlihatlah baju mereka
berkilauan.
Diantara banyak orang itu ada seorang yang bertubuh
besar yang alisnya gomplok, sembari madapi kedua Siluman
dia tertawa dingin, dia berludah seraya berkata: „Kedua
siluman itu sangat jumawa, coba bukannya aku tak ingin
menanam permusuhan, suka aku mencoba menempur
mereka! Tadi pedangnya siluman itu jatuh, entah apa
sebabnya!"

770
Jilid 10.1 : Kay pang dipecah belah penguasa
Banyak orang mentertawai si alis gomplok ini, tidak ada
yang menyahuti dia, orang lantas pada turun gunung untuk
berlalu. Tetapi mereka yang kenal Tong hong Giok Kun dan
Kiang Yauw Cong, yang menghormati Ay Hong sok
menghampirkan mereka bertiga serta sI nona untuk bertemu
dan berbicara.
Di antara mereka itu ada Giok Siauw Hiap su Kheng Tiang
siu, muridnya Kim Teng siang jin, ketua darIngo Bie Pay. Dia
baru berumur dua puluh lebih, romannya tampan sekali,
hingga dia terkenal sebagai pria cakap ganteng.
Selagi menonton pertempuran di atas panggung barusan,
tak hentinya dia mengawasInona Lan yang dia kagumi. Dia
lantas memberi hormat sambil menjura pada Ay Hong sok dan
kata: "Aku yang muda Kheng Tiang su darIngo Bie san, telah
aku mendengar dari guruku, Kim Teng siangjin tentang
loocianpwee, maka itu sekarang aku dapat bertemu dengan
loocianpwee, aku bersyukur sekali."
Kheng Hong mengangguk dan tertawa, "Sebelum gurumu
itu mengetuaIngo Bie Pay. pernah tiga empat kali aku
bertemu dengannya, ia bilang. "Sekarang ini tentulah ia telah
maju pesat dan tetap sehat walafiat."
"Terima kasih, loocianpwe, guruku itu tidak kurang suatu
apa," sahut anak muda itu, yang lantas berpaling kepada
Nona Lan. Kheng Hong dapat menduga hati si anak muda.
"Kheng Hiantit telah turun gunung, adakah kau sedang
menjalankan tugas dari gurumu?" ia tanya.
Tiang siu menjura pula.
"Tidak. loocianpwee, cuma untuk merantau saja."
jawabnya,

771
"Bagus Aku juga tidak ketentuan tujuanku, melainkan
sekarang kami lagi mau pergi ke Utara mencari satu orang.
jikalau hiantit suka, mari kita pergi bersama."
Tiang siu girang sekali, itulah apa yang ia harap. "Aku suka
sekali, loocianpwee," katanya, mengucap terima kasih.
"Baiklah, Mari aku ajar kau kenal dengan ke tiga kawanku."
Ketika diajar kenal dengan Nona Lan, sInona cuma
bersenyum, tetapi mata si anak muda bercahaya, Nona itu
tidak memperhatikan sinar mata orang itu, ia tidak mengerti,
sebenarnya pikirannya lagi diamuk peristiwa-peristiwa aneh
hari itu, ialah tentang patahnya cabang pohon tidak keruan,
kertas yang nempel dipunggung Cin Tiong siang Koay serta
jatuhnya pedang Pa san Tiauw barusan.
Ia menduga ada orang yang main gila, siapakah orang itu?
Pada otaknya melainkan berpeta wajahnya seorang yang ia
kenal.
A y Hong sok mengeluh perutnya iapar, ia berjalan dengan
berlari lari menuju ke kota Kay hong, Kheng Tiang siu lari di
belakang orang tua ini. Nona Lan mengikutinya.
Tonghong Giok Kun dan Kiauw Yauw Cong berjalan
bersama dengan beberapa kenalan mereka yang pun lekas
meninggalkan panggung Ie ong Tay, hingga suasana di
panggung itu menjadi sunyi lenyap seperti sediakala kecuali
siurannya sang angin.
Ketika sang pagi muncul, dijalan gili Si Liong Teng atau
Paseban Naga, terlihat seorang pelajar umur lebih kurang
tigapuluh tahun, ia berkulit kuning gelap. Baju luarnya yang
panjang terbuat dari sutera putih, ia mempunyai dada lebar
dengan pinggang ceking.
Ia berjalan perlahan tetapi sang angin meniup hingga
tangan bajunya berkibaran-Nampaknya ia tenang sekali.
Kiri dan kanan gili gili adalah air telaga yang bening dan
tenang, airnya berombak-ombak. Di situ ada sejumlah bebek

772
putih berenang pergi datang. Kedua tepi telaga gundul,
rumput rumput belum bersemi
Tiba tiba terdengarlah suara genta dari kuil Hauw Giam sie
di sebelah barat telaga. Mendengar itu, si pelajar menoleh ke
arah kuil itu. Tengah ia memandang itu tiba tiba telinganya
mendengar suara penggayu, apabila ia berpaling, ia melihat
munculnya sebuah perahu kecil dari antara gumpalan pohon
gelaga.
Cepat lajunya perahu ke arahnya, Di atas perahu nampak
seorang tua dengan kumis jenggot panjang sampai di dada.
Lekas perahu tiba di pinggiran, dekat s pelajar.
"Eh, Cia Laotee, apakah kau tidak mau turun ke perahu ini
untuk memasang omong?" tanya orang tua itu.
Pelajar itu yang bukan lain daripada Cia In Gak bersenyum.
si orang tua juga bukan lain orang daripada Yan-in Tayhiap.
jago dari Yan-in, ialah Tiat Cie sian wan Pek Ie si Kera sakti
Jeriji Besi, orang yang menjanjikan pertemuan di Liong Teng
itu.
In Gak melihat ke sekitarnya, Tidak ada orang lain di situ,
ia menyingkap ujung bajunya, ia menjejak tanah, lalu dengan
enteng ia lompat ke perahu.
"Pek Tayhiap. lihay matamu" ia kata tertawa. "Cara
bagaimana kau dapat mengenali aku yang muda?"
Pek le tertawa sambil bertepuk tangan.
"Dari mulutnya Kiu Cie sin Kay Chong sie aku mendapat
tahu laotee gemar menyamar, oleh karena itu aku senantiasa
mengingati saja kepada potongan tubuhmu," ia menjawab,
“Begitulah satu kali lihat saja aku mengenali kau. Mari kita
pergi ke tengah telaga kedalam rujuk gelaga."
In Gak bersenyum, ia mengangguk.
Maka menggeleserlah kendaraan air itu ke tengah-tengah
telaga...
-0O0000OOTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
773
Untuk kota Kay-hong, Liong Teng ialah suatu tempat
terkenal. Telaga bagian timur ialah yang disebut Phoa ouw,
sedang yang bagian barat dinamakan Yo ouw, Phoa ouw
didapat darInamanya Phoa Jin Bie, dan Yo ouw darInama Yo
Giap, keduanya orang kenamaan dari jaman Pak song, Song
Utara.
Dan kuil Hauw Giam sie itu termasuk sebagian bekas
gedung keluarga Yo di jaman dahulu itu. Yang sedikit luar
biasa ialah Phoa Jin Bie itu penghianat dan Yo Giap adalah
jenderal yang setia, sekarang In Gak dan Pek Ie berkumpul di
tengah-tengah telaga.
Tiat Cie sin wan mengurut kumisnya. "Aku si orang tua
ialah sahabatnya mendiang ayahmu, maka itu suka aku
membantu kau hiantit," berkata ia tertawa, "Pasti sekali sakit
hati ayahmu mesti dibalas, hanya pada itu harus hiantit ingat
pembilangan bahwa buat seorang kuncu pembalasan
dilakukan sampai sepuluh tahun masih belum terlambat.
Apapula di dalam halnya sakit hati ayahmu ini, mereka
yang mengeroyoknya terdiri dari pelbagai partai, sesat dan
lurus. Dengan sebatang kara mengguncangkan Rimba
Persilatan, itu bukanlah perbuatan yang cerdik. Menurut aku,
meski urusan besar sekali bekerja perlahan adalah paling
sempurna." ia berhenti sebentar, ia tertawa pula, baru ia
melanjuti.
"Sekarang ini orang orang dari tingkat tua, yang biasa
berdiam diri diatas gunung atau di dalam rimba, banyak yang
muncul pula dalam dunia Kang ouw, sepak terjang mereka itu
tak ada yang tiada sangkutannya dengan dua hal, yang
pertama yaitu urusan kitab Pou Tee pwee yap Cin Keng.
Yang kedua ialah urusan bentroknya Hoo Kun si perdana
mentri dorna dengan Pangeran Kee chin ong, hingga
keduanya berebut mengundang orang-orang lihay, untuk
membikin pepak sayap masing-masing, saudara Chong sie dan
saudara Lui Siauw Thian mengetahui keguncangan itu, maka

774
juga mereka minta aku si orang tua berangkat ke Utara
mencari kau, hiantit. Menurut saudara Chong lebih baik kita
bekerja dengan akal muslihat, kita memindahkan bencana
untuk menyingkirkan si jahat, inilah lebih baik daripada hiantit
terus terusan merantau sendirian"
"Chong Toako benar," pikir In Gak. "Di antara orang-orang
gagah yang diundang Hoo Kun dan Kee Cin ong ada orangorang
yang menjadi musuh ayahku, maka baik aku turut
pikirannya itu, aku memindahkan bahaya satu pada lain,
supaya mereka saling bunuh sendiri.."
Maka ia lantas mengangguk "Baiklah, aku setuju," ia
memberikan jawabannya.
"Ada sebab lain lagi kenapa saudara Chong sie
menghendaki hiantit lekas pulang kekota raja" Pek le berkata
pula, "Itulah karena di dalam Partai Pengemis ada ancaman
bahaya perpecahan diantara golongan selatan dan golongan
Utara. Tentang jelasnya, aku tidak tahu, saudara Chong tidak
mau menerangkan padaku, Rupanya urusan sulit sekali, maka
itu membutuhkan bantuan hiantit."
In Gak lantas ingat peristiwa di Kho-kee-kauw halnya si
pengemis yang mengganas dengan ular berbisa, Perbuatan
pengemis aneh itu bertentangan sama maksud tujuan Kay
Pang.
Jikalau didalam Kay Pang benar terjadi ancaman hebat itu,
baiklah hari ini juga aku nanti berangkat kekotaraja." ia
berkata.
"Memang, lebih cepat hiantit berangkat, lebih baik lagi,"
kata Pek lepula. "Sekarang soal lain lagi, ialah urusan pribadi
kau, hiantit, Aku telah bersepakat dengan saudara Chong sie
dan saudara Siauw Thian bahwa kau harus lekas-lekas
menyelesaikan perangkapan jodoh mu. Kau harus tahu,
didalam kebaktian ada tiga dosa dan yang paling besar ialah
siapa tidak mempunyai turunan. Aku percaya, sekalipun

775
mendiang ayahmu ditempat baka pasti memikirkan juga
urusan pernikahanmu ini."
Mukanya In Gak menjadi merah, mulutnya kemak kemik.
"Tentang itu pernah aku pikir," sahutnya perlahan- "Baiklah
hal ini dibicarakan pula setelah aku tiba dikotaraja. siepee, kau
berniat berdiam berapa hari lagi disini?"
"Aku juga mau lantas berangkat kekota raja" sahut si
paman tertawa dan menggeleng kepala, "Aku cuma tidak mau
berjalan bersama kau, sebab itulah menarik perhatian umum."
In Gak berpikir.
"Aku hendak mohon sesuatu, dapatkah siepee
meluluskannya?" ia tanya.
Pek le tertawa tergelak "Bukankah urusanmu urusanku
juga?" katanya, "Apakah itu?"
In Gak lantas tuturkan perkenalannya dengan Nona Yan
Bun anak dan ibu, bahwa ia ingin titipkan mereka itu di rumah
Kiong Thian Tan di Hoan Pek san-Chung di gunung Tiang Pek
san. Disana Nyonya Kouw nanti dapat beristirahat.
"Dapatkah siepee tolong mengantarkan mereka ke sana?"
tanya ia diakhirnya.
Pek le melirik. ia bersenyum, lalu ia mengangguk.
In Gak jengah tetapi ia bersenyum.
"Ssst" mendadak ia berseru perlahan, tangannya di
mulutnya. Tiba-tiba mereka mendengar suara air digayu
perlahan.
Lantas saja si anak muda menjejak perahu, untuk
berlompat ke gelaga, dari mana ia berlompat lebih jauh
kearah dari mana suara datang.
sSara menggayu itu terdengar semakin nyata. Rupanya
orang diperahu itu menggayu terlebih cepat dan keras,
mungkin dia bercuriga, Tapi In Gak telah lantas dapat
menyusul dia, dari gelaga si anak muda lompat keperahu
orang, untuk mencekuk tukang perahu itu, yang ternyata
seorang pendeta yang tubuhnya besar.

776
Tak dapat dia berkelit pundaknya segera terjambak. hingga
dia meringis kesakitan.
Ketika itu Pek le telah menyusul dengan perahunya, ia
tertawa dan kata: "Aku telah menduga, kau tidak bakal gagal
hiantit, dan benarlah dugaanku"
Sambil terus menjambak pendeta itu, In Gak tanyai. "Perlu
apa kau datang kemari? siapa menitahkan kau? Lekas bicara"
Pendeta itu mengangkat kepala, dia tertawa mengejek.
"Aku merdeka, empat penjuru lautan ini ialah rumahku"
sahutnya jumawa, “Aku gemar pesiar, aku pergi kemana aku
suka. Hari ini aku pesiar disini, apa salahnya? Kenapa kau
heran tidak keruan? Bukankah telaga ini bukan milik-mu? Kau
dapat pesiar disini, kenapa aku tidak? Mana ada itu aturan?"
In Gak bersenyum melihat lagak orang. ia mengawasi, ia
percaya pendeta ini bukan orang beribadat tulen-
"Habis, kenapa kau melarikan diri?" ia tanya lagi bengis.
Pendeta itu mendelik,
"Siapa bilang aku lari? siapa pesiar dengan perahu dia
mesti menggunaipenggaju, bukan? Aku mengaju menurut
suara hatiku, dasar kau yang curiga tidak keruan?"
Mendengar itu, Pek le tertawa, ia mengurut urut kumisnya,
tetapi ia tidak membuka suara.
"Alasanmu bagus" kata in Gak. Tapi kau ketahauilah, sudah
kebiasaan tabiatku, jikalau aku meakukan sesuatu, aku lebih
suka kesalahan membunuh orang daripada melepaskan secara
sembrono. jikalau kau tidak omong benar-benar, baik kau
rasai saja ilmuku yaitu Cit Jit souw im Toan Hun. Ilmu itu yaitu
ilmu " memutus arwah dalam tujuh hari."
Si pendeta kaget, tetapi ia menyaksikan kepandaian si anak
muda, ia berdiam, matanya dirapatkan. In Gak tertawa.
"Kau tidak mau bicara, baiklah" la lantas menotok
kesembilan jalan darah sipendeta, habis mana sambil

777
menggendong tangan ia berdiri berendeng dengan Pek le,
sembari bersenyum ia mengawasi korbannya itu.
Pendeta itu merasa tubuhnya ditotok berkali-kali, tetapi la
tidak merasakan apa apa yang luar biasa, ia membuka
matanya, ia melihat lagak orang Jenaka dan tenang, ia heran
tetapi ia berpikir.
“Jikalau aku tidak mau lari sekarang, aku mau tunggu
kapan lagi?" demikian pikirnya, Begitu ia berpikir, begitu ia
menggeraki tubuhnya. ia mau lompat ke air. Tapi begitu lekas
ia mengerahkan tenaganya. begitu juga ia kaget-tak terkira
kagetnya. ia tidak bisa lompat. Tenaganya habis. bukan ia
terjun ke air, ia justeru jadi merungkut la mirip ular melingkar,
In Gak tertawa.
"Sekarang lekas kau bicara, masih belum kasip" katanya,
memberi ingat, "Berbicara berarti kau menderita sedikit"
Pendeta itu seorang tauwto, ialah pendeta yang
memelihara rambut ia membandel. Dia tertawa dingin.
"Selama satu hari aku tidak mati maka kau pun satu hari
juga tak nanti hidup tenteram" katanya bengis.
In Gak tertawa pula.
"Belum tentu" Katanya. "Aku nanti lihat" la menatap tajam.
Hanya sebentar, lantas pendeta itu menjadi bergelisah,
tubuhnya bergerak-gerak. la merasakan sakit seperti ditusuk
jarum pada semua jalan darahnya, ia juga merasa gatal
hingga mau menggaruk-garuknya.
Matanya lantas dibuka lebar, keringatnya lantas mengucur
lalu ia mulai merintih, rintihnya sangat tak sedap didengar
telinga.
"Tayhiap... tolong... bebaskan totokanmu.." katanya
kemudian terputus-putus.
In Gak tertawa.
"Aku menyangka kau berotot baja bertulang besi" katanya,
kiranya kau tidak sanggup bertahan” ia lantas menotokjalan

778
darah yang dipinggang. Dengan cepat lenyap siksaan si
tauwto, ia mengeluarkan ludah Iender.
"Aku menerima perintahnya Kiong bun siang Kiat," ia kata,
"aku ditugaskan mencari Koay Ciu sie sieng Jie In. sudah dua
hari aku tiba di kota ini, belum ada hasilnya, Tadi selagi duduk
dipaseban Liong Teng, aku melihat tuan ini..." ia menunjuk
pada Pek le.
"Aku ketarik melihat dia seorang diri main perahu, lantas
aku memasang mata dan menguntitnya. Aku menyewa
sebuah perahu, yang aku pakai bersembunyi dihutan gelaga
tadi. Aku melihat dia menyambut kau, tayhiap. lalu aku
mendengar, kaulah orang yang dicari Kiong bun siang Kiat,
saking girang, aku membikin sedikit berisik, karena tayhiap
curiga, aku ingin kabur, sekarang aku kena ditangkap. apa aku
mau kata..."
"Apakah Kiong bun siang Kiat cuma menugaskan kau
seorang?"
"Semuanya enam belas orang, Mereka dikirim ke shoasay
dan lainnya, Yang dikirim kemari cuma aku sendiri.
In Gak tertawa puas.
"Kau dapat bebas dari hukuman hidup, tidak dari hukuman
mati" katanya, lalu tangannya di ulur, menotok jalan darah
Cong bun, maka sekejap saja matilah tauw too bandel itu, ia
mengeluarkan satu peles kecil dari sakunya, isinya itu serupa
bubuk kuning, sedikit dari bubuk itu dituang ke dalam hidung
si tauwto, habis itu ia tutup pelesnya dan menyimpannya pula
disakunya. Akhirnya ia mengangkat kepalanya dan tertawa.
"siepee, mari kita pergi" ia mengajak.
Pek Ie mengawasi bengong, ia merasa pemuda ini benar
benar luar biasa, gagah gesit dan cerdik, Dan telengas juga...
tapi itu terhadap manusia terkutuk. ia anggap. itulah boleh
juga.....

779
"Kau hebat, hiantit" katanya kemudian, tertawa, "Pantas
saudara Chong sie memuji tinggi sekali padamu" In Gak
tertawa, ia tidak bilang suatu apa.
Lantas perahu kecil mereka digayu pergi, untuk kembali ke
kota Kayhong, di mana suasana tahun baru masih belum
lenyap. Maka itu mereka melenyap di antara orang banyak
yang berseliweran tak putusnya . . .
Bulan pertama di kota raja Pakkhia, meski namanya musim
semi, atau permulaan tahun, hawa udaranya tetap dingin
sekali, Di luar kota, sungai sungai beku hingga kuda kereta
dapat berjalan di atasnya. Di permukaan kalipun orang dapat
berolah raga, untuk melemaskan otot otot, guna mencari
kegembiraan.
Pada suatu hari, selagi angin tak meniup keras dan mega
mendung, maka dari sebuah gedung besar di dekat sip sat nay
terlihat ke luarnya seorang tua umur kira kira tujuhpuluh
tahun, tubuhnya jangkung, dan tegar, baju kulitnya dilapis
jubah biru, tangan kirinya di masuki ke dalam baju kulitnya,
tangan kanannya membuat main sepasang peluru besi, maka
di antara lima jarinya, peluru itu berputaran tak hentinya dan
bersuara juga.
Di tengah jalan itu, siapa yang mengenal dia tentu
menegurnya sambil tertawa: “Selamat pagi Tan samya. Ke
warung teh, bukan? Ditanya bagitu, dia tertawa dan
menyahuti: "Udara hari ini bagus, tak gembira berdiam di
dalam rumah, ingin aku menjenguk sahabat sahabat"
Dan dia bertindak terus dengan tindakannya yang lebar.
Di gang-gang ada kedapatan salju tebal kira satu kaki, di
atas itu tertampak banyak tapak kaki, sebaliknya dari tembok
dipinggir jalan muncul cabang bunga bwee yang memberi bau
harum.

780
sesudah melalui beberapa gang, orang tua she Tan itu
keluar di jalan besar di mana ia menghadapi sebuah warung
teh yang berloteng, yang cat merahnya sudah tua dan gugus,
Tak salah lagi, itulah rumah sudah sangat tua.
Di Pakkhia itu biasanya orang ramah tamah, di warung atau
toko apa saja, asal orang menolak pintu dan masuk- lantas
pegawainya menyambut seraya menunjuki jempol dan berkata
: "Toko kami toko tua, bukan saja harganya pantas,
barangnya pun pilihan. Cobalah tuan membeli pasti tuan puas”
Juga di rumah makan dan warung tadi, pelayanannya
manis.
Ketika si orang she Tan memasuki warung teh di depannya
itu, di sana sudah ada beberapa tetamu, kebanyakan yang
dikenal, maka mereka itu pada menyapa atau memberi
hormat, ia menyambut sambil mengangguk dan bersenyum.
Begitu ia memilih meja, pelayan datang dengan sapanya:
"Selamatpagi, samya" seraya terus menyuguhkan teh dan
siomai.
Habis meniup daun teh dicawannya, si Tan ini minum, lalu
ia mengunyah siomai, ia memandang ke sekitar ruang, tangan
kanannya tetap memutar-mutar sepasang peluru besinya yang
licin mengkilap itu.
"Sam ya," tiba tiba menyapa seorang yang yang duduk di
dekannya. Dialah seorang usia sekitar tigapuluh tahun, "sudah
beberapa hari samya tidak nampak, apa samya mengeram di
rumah saja? Tentulah samya tak ketahui segala kejadian yang
terbaru di kota raja, kalau tidak, pastilah samya sudah
berceritera kepada kita" samya itu melirik.
"Ah, bocah, kau benar tidak pandai bicara" tegurnya, "siapa
bilang aku si orang tua ngeram di rumah saja? Kemarin aku ke
luar dan dahar daging kambing dan aku melihat sesuatu yang
aneh juga"
Ia berhenti bicara untuk memasuki pula siomai ke
mulutnya.

781
Orang yang menegur itu nampak girang, demikian juga
lain-lain tetamu, Mereka lantas menanti akan mendengar
ceritanya Tan samya ini.
Dia sebenarnya bekas ciateng di istana sam pwelek. beileh
ketiga, seorang pangeran Boan Ciu. Dia bernama Tan Kwee,
ilmu silatnya dari bagian luar. Dialah seorang polos, yang
kerjanya setia.Justeru karena dia setia, dia merasa tugasnya
berat.
Ketika itu dia sudah berusia lanjut, tak dapat dia bergadang
setiap malam, sedang diwaktu siang, dia mesti bertugas juga,
Karena tugasnya itu, dia menjadi kurang tidur, Maka pada
sepuluh tahun yang lalu, dia minta berhenti sendiri.
Meski begitu dua kali setiap bulan dia biasa pergi ke istana
beileh untuk menghunjuk hormat pada bekas majikannya.
setiap hari dia pergi ke warung teh, untuk membasahkan
tenggorokan atau pergi menonton wayang, Dia ramah tamah,
dia pun suka ditanggap. Demikian hari ini.
"Kejadian apa tadi itu, samya?" orang bertanya.
"Sabar, Untuk berbicara, perutku mesti di tangsal dulu
sekarang ini di kota raja berkumpul banyak orang gagah, ada
yang sangat ringan tubuhnya, ada yang liehay senjata
rahasianya, hingga kita sukar mempercayainya. Dulu dulu
kecuali Kiong bun siang Koay, jarang yang melebihi aku.
Di antara kepandaian senjata rahasia itu, ada ilmu
"Menerbangkan bunga memetik daun-yang aku belum pernah
dengar..."
Ia berhenti untuk menghirup tehnya, ia memandang
kepada semua orang, Mereka itu pada berdiam sambil
memasang telinga. ia tertawa ketika ia mulai bicara pula.
"Diantara orang-orang gagah itu ada Huo-goan Ci Koay Cun
keluaran partai Kiong Lay Pay, sekarang dia menjadi
Ciangbunjin, dari Kay Pang cabang propinsi In lam. Atas
permintaan kami beramai, dia telah mempertunjuki
kepandaiannya.

782
Aku sudah begini tua, baru sekarang aku dapat membuka
mataku, Koay Cun pergi ke latar dimana ada sebuah pohon
cemara tinggi lima atau enam belas tombak. Aku cuma
melihat dia membungkuk dan menekan tanah dengan kedua
tangannya lantas tubuhnya melesat naik berjumpalitan itulah
gerakan Burung Elang berjempalit. sekejap saja dia sudah
sampai diatas pohon di puncaknya. Angin kebetulan meniup
santar tetapi dia dapat berdiri tegak bagaikan dipaku. Kami
memang mengutamakan ilmu ringan tubuh, tetapi dia tak
sekali-kali meminjam cabang pohon, langsung dia melesat ke
atas..."
"Tan samya," sambil berkata seorang yang menyelak.
"Ketika dulu samya masih bertugas." katanya dengan sekali
lompat saja samya dapat melintasi tembok Kota terlarang,
kenapa sekarang samya memuji tinggi lain orang, hingga
samya seperti merendahkan diri sendiri?"
Mukanya Tan samya menjadi merah, dia jengah, tetapi dia
tertawa. "Hai kunyuk" serunya, "Bagaimana kau berani
mencabut topengku"
Orang yang dipanggil si kunyuk itu merengka tetapi dia
bersenyum, maka tertawalah yang lain-lain.
Tan samya melanjuti ceritanya. " Ketika Koay Cun lompat
turun dia memetik seraup daun cemara yang tajam mirip
jarum, Ketika dia mengayun tangan kirinya maka daun cemara
itu pada nancap di tiang. Heran daun demikian lemas dapat
menembusi balok, Tapi masih ada yang terlebih aneh. Ketika
dia mengayun tangannya yang kanan, maka daun cemara
yang nancap itu kena terhajar hingga keluar semuanya.
"Ai, tentulah samya menambahkan lagi garam dan kecap"
berkata seorang menggoda. "Dimanakah ada orang dengan
kepandaian begitu liehay? sudahlah jangan mengepul, supaya
jangan orang nanti tertawa sampai giginya copot"
Lain-lainnya tetamu turut tertawa hingga riuhlah warung
teh itu.

783
Justeru itu seorang tetamu yang duduk sendirian dipojokan
berbangkit untuk bertindak keluar. Dia mengenakan kopiah
pet yang dikenakannya rendah sekali hingga hampir menutup
seluruh mukanya hingga sukar dilihat wajahnya, sekeluarnya
dari warung itu yang memakai merek Ceng Hoo Lauw dia
berjalan diantara salju.
Sama sekali dia tidak menghiraukan angin santar dan hawa
dingin, Dia keluar dari pintu kota barat, terus dia menuju
kebukit Siauw Ceng Ling san.
Didepan itu bagaikan dunia dari beling atau gelas. Itulah
disebabkan diwaktu seperti itu melainkan es atau salju yang
terlibat pada beberapa hari yang lalu angin besar menurunkan
salju hingga dibukit itu salju tebalnya beberapa kaki lalu
karena serangan angin Utara yang keras beberapa malam,
salju itu berubah menjadi es.
Sebenarnya, jangan kata manusia, binatang pun sukar
berjalan di atas es itu. Akan tetapi orang ini luar biasa, dia
dapat jalan dengan leluasa dan cepat. Dia terus mendaki.
Bukit Siauw Ceng Liang san dipanggil juga see san, Gunung
Barat, letaknya di barat nya kecamatan Wan-peng, puncaknya
tinggi umpama menempel dengan langit. Di Ya khia ada
delapan tempat yang pemandangan alamnya tersohor dan see
san salah satunya, untuk keindahan esnya ini.
Dilamping bukit ada pula kuilnya dengan patung Budha
yang besar serta ribuan pohon bwee. Di ketiga musim lainnya,
tak putusnya orang pesiar ke sana terutama selama musim
semi, Hanya disaat ini bukit sepi dari manusia, kecuali orang
ini, yang akhirnya berhenti di depan kelenteng Cui Goat Am
yang terbenam dalam hutan bwee yang bunganya indah dan
harum itu.
Berbareng dengan tibanya orang ini, dari dalam hutan
bweepun muncul satu orang yang segera mendahului
menegur: "Oh, Lui Jie-tee. Begini pagi kau telah sampai?"

784
Orang itu memang Kian-kun Ciu Lui Siauw Thian dan si
penegurnya ialah Kiu Cie sin-Kay Chong sie kakak angkatnya.
Siauw Thian mengipriti kopiahnya. Dia tertawa.
"Memang aku datang pagi-pagi" sahutnya, "Aku toh harus
membawa kabar. Dengan berendeng mereka berjalan masuk
ke dalam kelenting.
"Benarlah, tidak salah warta yang didapat Twie-Hong Cie
wie Cian Leng" kata Siauw Thian pula, "Koay Cun ketua
cabang Partaimu di selatan telah tiba di sini dan kabarnya dia
mengambil tempat di istananya sam Pwelek. Turut rasaku,
jumlahnya anggauta Kay Pang selatan itu yang datang kemari
tak sedikit tentunya.”
Matanya Chong sie terbuka lebar, "HHm" ia
memperdengarkan suara, "Dengan datangnya dia pasti bakal
ada pertunjukan yang menarik untuk ditonton-"Bagus kalau
shatee dapat datang, entahlah warta yang disampaikan Pek
Tayhiap."
"Aku percaya dia dapat menyampaikannya" kata Cong sie
setelah berpikir sejenak. "Tiat Cie sin Wan itu cerdik sekali,
pasti dia dapat bekerja baik. Aku percaya shatee bakal tiba
dalam satu dua hari ini. cuma sebelum tibanya shatee, kira
harus bersiap sedia terlebih dahulu kita mesti menjaga agar
jangan ada korban, orang-orang tak perlunya diantara orangorang
Partaiku." Siauw Thian mengangguk.
Bicara sampai di situ mereka melihat munculnya dua orang
yang keluar dari perdalaman. Di belakang mereka itu turut
seorang pengemis umur lebih kurang limapuluh tahun yang
rambut dan kumisnya sudah putih seluruhnya.
Ternyatalah mereka semua dari kalangan Kay Pang, partai
Pengemis, Yang dua yaitu Jie-tiang-loo seng Hoo Tiauw Kek
Liauw Yong, si pengait dari seng-Boo dan Sam tiang lo Tektiang
siu Ang Hong si Tongkat Bambu, pengemis itu ialah Pak
Thian It Gan Sun su Wan si belibis Utara, kepala pengemis di
kota raja, Seng Hoo Tiauw- Kek Liauw Yong tertawa.

785
"Lui Losu datang pagi-pagi, entah kabar apa yang dibawa"
katanya.
"Kabar genting" sahut Siauw Thian yang mengulangi
keterangannya tadi.
Liauw Yong tertawa dingin, “Pengemis she Koay itu datang
dia mencari mampusnya sendiri" katanya mengeluh, Dia
mengandalkan pengaruhnya sam Pweelek dan Hoo Kun,
memisahkan diri dari Partai kita, dia mengangkat diri menjadi
kepala dari cabang selatan, sungguh dia mimpi"
Tek tiang siu Ang Hong menggeleng kepala " Liauw Loojie
jangan memandang enteng kepadanya" bilangnya,
"Kepandaiannya Koay Cun berada di atasan kita, dia juga
sangat licin. Mungkin dia juga mengandung maksud lain lagi.
ini sebabnya kenapa kemarin aku menitahkan sun su Wan
membawa lencana Cie Tang Leng hu guna di tunjuki kepada
semua anggauta kita di kota raja ini supaya mereka tetap
menyembunyikan diri dan jangan sembarang bertindak..."
Belum berhenti suaranya Ang Hong atau ke dalam situ
terlihat lari masuknya seorang
pengemis dengan tubuh berlepotan darah dan tubuhnya
pun limbung. Dia roboh dan merayap maju seraya berkata
dengan susah: "samwie Tiangloo di kuil malaikat bumi di pintu
Tay ang mui telah terjadi bencana hebat. Koay Cun ketua
cabang seatan telah datang bersama lima kawannya mereka
lantas melakukan penyerangan hingga Lie Hiu-Cu kena
ditawan begitupun Lian Leng yang lebih dulu sudah dihajar
lengan kanannya hingga patah. Cuma aku yang dapat lolos...."
Mendengar itu parasnya Tek-tiang siu Ang Hong menjadi
merah padam mendadak tubuhnya mencelat untuk lari ke luar
ke arah rimba pohon bwee. Menampak demikian, Kiu Cie sin
Kaypun lari ke luar ke sebelah kiri.
Chong sie dapat menerka sikapnya tiangloo itu. Aneh si
pengemis pembawa berita dapat lolos dari tangan Koay Cun
hingga dia dapat menyingkir ke kuil Cui Goat Am ini. Pastilah

786
ini disengaja dikasi lolos supaya dia lari pulang, hingga
gampang saja dia dikuntit, Maka si penguntit itu mesti dicari
dan dibekuk sebab berbahaya apabila dia dapat lolos dengan
selamat.
Benarlah segera Ang Hong melihat seorang di jarak tiga
tombak maka sambil membentak.
“Kau mau lari kemana?" dia berlompat untuk menubruk.
orang itu berlompatan sambil
berteriak mengancam dia mengayun tangannya. Dengan
begitu tujuh titik hitam menyamber ke arah tiang loo yang
nomor tiga itu.
Ang Hong menangkis sambil mengibaskan tangan bajunya,
karena mana penyerangnya dapat berlari hingga jauhnya
belasan tombak. Dia gesit sekali hingga dia membuatnya si
tiangloo heran. Tapi tiangloo ini terus mengejar.
Keduanya lantas berlari-lari bagaikan orang berkejarkejaran
main petak, jarak diantara mereka selalu kira-kira
delapan tombak. Tapi tak lama di ujung sana nampak
munculnya Kiu-Cie siu-Kay. orang itu melihat ada lain musuh,
dia berlompat ke samping rupinya dia ingin tidak kena
dipegat. Bagaikan terbang Chong sie berlompat menerkam,
seculuh jari tangannya dibuka bagaikan cengkeraman burung
atau gaetan besi. Dia berlompat dalam gerakan "sin liong tam
djiauw" atau Naga sakti mengulur kuku."
Orang itu tajam matanya dan gesit gerakannya. Dia
berlompat ke samping, setelah mana tangannya yang kanan
menyambar keatas menerkamnya itu saat mana tangkaitangkai
bunga pada rontok akibat anginnya serangannya itu.
"Sahabat, hebat Pek Hong Ciang kau" kata Chong sie, yang
tertawa berkakak. "Aku si orang tua ingin bertemu dengan
kau, mengapa kau tidak mampir saja? Kalau begitu, cupat
pandanganmu"

787
Pek Hong Ciang itu ialah pukulan Angin. Habis menyerang,
orang itu lari terus tanpa menoleh lagi, Dia lari ke arah rimba,
Atau di sana telinganya mendengar tertawa dingin, yang
menyambutnya sebab didepannya itu sudah berdiri
menantikan seng Hoo Tiauw- Kek Liauw Yong
Dia kaget hingga dia melengak, Karena ini, segera dia
terkurung, Chong sie dan Ang Hong segera dapat menyandak.
Liauw Yong bersenyum dan menanya "sahabat, mengapa
kau main sembunyi-sembunyi hingga kau tak sudi menemui
orang?"
Memang orang itu selain tak sudi menemui orang juga
mukanya ditutupi topeng. Tapi
setelah terdesak itu, dia membuka topengnya, sambil
tertawa dingin, dia berkata, "Kamu bertiga pengemis tua,
beranikah kau melawan dan membunuh hamba negara?"
Kiu Cie sin Kay menatap orang itu, akhirnya dia tertawa
terbahak. matanya pun dipentang lebar.
"Oh, kiranya Lie Looya" dia berkata nyaring. "Maaf, maaf"
Lantas dia menoleh kepada Lauw Yong dan Ang Hong, untuk
berkata: "Mari aku ajar kenal Inilah...."
"Tak usah" Ang Hong memotong, tertawa dingin- "siapakah
tidak mengenal Yo eng-cu Lie Cin Tong yang berkenamaan,
kepala serse dari kantor Kie-bun Teetok. Kami si pengemis tua
tidak membunuh orang, kami tidak membakar rumah, kenapa
kami dibilang melawan diri dan bunuh pembesar negeri?
Tuduhan ini mesti di jelaskan jikalau tidak jangan harap kau
dapat berlalu dari gunung Siauw Ceng Liang san ini"
Mukanya orang itu, Lie Cin Tong menjadi merah. Tapi ia
tertawa dingin.
"Tiga orang memegat aku si orang she Lie sendirian, apa
itu namanya kalau bukan melawan dan membunuh hamba
negara?" dia tanya.
"Kata-kata menuduh ini cuna kamu bangsa pembesar
negeri yang dapat mengucapkan” kata Chong sie bengis,

788
“Jikalau kau tidak datang kemari dan memperlihatkan diri
asalmu, siapa ketahui kaulah Paduka Cin Lie?"
Lie Cin Tong menjadi jengah sekali. Memang dia terlepasan
omong, untuk mengancam siapa tahu dia dibaliki Chong sie,
Mukanya menjadi merah dan ia merasanya panas, dari
mulutnya cuma terdengar dumalan.
Ketika itu Lui Siauw Thian menyusul. Dia tertawa dan kata:
"Paduka tuan Lie, hebat dingin-dingin kau mendaki gunung
menjenguk kami. Pastilah kau datang kemari karena ada
maksudmu. Baiklah kita bicara dengan mementang jendela.
Kau menyebut-nyebut pembunuh hamba negara, apakah
artinya itu? Hm Marilah"
Cin Tong heran, ia tidak melihat muka orang, hingga ia
tidak mengenalinya, Muka itu ketutupan kopiah yang
dilurunkan rendah sekali. Tanpa merasa, ia menggigil
sendirinya hatinya berdebaran-
"Bagaimana?" tanyanya, membesarkan nyali. ia tidak
mengerti untuk kata-kata orang itu. "M arilah?"
Siauw Thian tertawa pula, "Paduka Tuan Lie, kau keluarkan
surat perintah penangkapanmu” ia berkata, sekarang ia
membuka petnya, hingga tampak wajahnya.
Lie Cin Tong tak usah menatap untuk mengenali orang ini.
Kembali ia kaget, ia tahu Kian Kun Ciu, yang kaum Kang ouw
kenal sebagai orang yang tak dapat dibuat permainan. Ketiga
tiangloo masih dapat ia pengaruhi.
Dengan meminjam pengaruh Kiu bun Teetok, dapat ia
membekuk semua pengemis di dalam kota, Tidaklah demikian
dengan si orang she Lui ini. Siauw Thian tidak mau
membiarkan orang menjublak saja.
" Lie Cin Tong" katanya bengis, "Jangan kau bermuka
tebal. Dengan pengaruhnya Kiu bun Tee-tok, siapakah yang
kau hendak ancam? Aku tidak takut, Lekas kau orang, kau
jelaskan maksud kedatanganmu kemari, atau kau nanti lihat

789
lihaynya Kian Kun Ciu Lui Siauw Thian jikalau hari ini kau
dapat berlalu dari gunung Siauw Ceng Liang san ini, aku akan
menghilang dari dunia Kang ouw"
Biar bagaimana, Lie Cin Tong toh gusar, Maka ia nekad.
"Orang she Lui, jangan mengepul" katanya nyaring. "Aku
tidak percaya kau dapat berbuat sesuatu pedaku Lie Cin Tong"
Dia lantas maju tangannya digeraki untuk menyerang.
Siauw Thian menggeser tubuhnya, ia nyamping dua
tombak.
Hebat pukulannya kepala serse ini, pohon bwee dibelakang
Siauw Thian itu roboh, daun dan kembangnya rontok
berhamburan, begitu pula air esnya muncrat.
Tapi Siauw Thian berkelit bukan untuk menyingkir saja,
segera ia maju guna melakukan penyerangan membalas.
Tangan kanannya menyerang sambil tubuhnya berloncat
sedang tangan kirinya menyamber ke bawah, menotok jalan
darah hiat hay di paha orang polisi itu.
Itulah satu diantara tiga puluh enam jurusnya "Kian Kun
Ciu" atau "Tangan Im Yang " namanya "Cie thian wa tee,"
jurus "Menunjuk langit, mengaum bumi."
Cin Tong pernah mendengar lihaynya Siauw Thian, belum
pernah ia melihat sendiri, baru sekarang ia membuktikannya.
Benar benar, orang gesit luar biasa dia lihay. "Kalau ia kena
terserang itu, pasti ia bakal roboh. Maka ia mengertak gigi, ia
mementang kedua tangannya, guna menangkis diatas dan
dibawah.
Siauw Thian heran. Tidak disangka sekali, orang berani
keras lawan keras, Karena penasaran ia mengerahkan
tenaganya, ia kata didalam hatinya: Jikalau aku tidak ajar
kenal lihayku terhadapmu, aku mesti jual tanganku
kepadamu"

790
Maka terjadilah bentrokan hebat, Tubuh Lie Cin Tong
terhuyung mundur tiga tindak, kedua tangannya dirasakan
sangat panas pahanya mengeluarkan darah. Luka itu cuma
terpisah
sedikit dari jalan darah hian-hay yang di arah.
Siauw Thian menyerang dengan jari tangan Kim Kong Cie,
dari pinggang kebawah dengan begitu ikat pinggang Cin Tong
kena dibikin putus, dia tergurat kepaha. Meski begitu, ia
sendiri kena tertolak mundur hingga dua tindak sebab
perlawanan si serse pun hebat.
Bukan main gusarnya Cin Tong, ia jeri berbareng
mendongkol. Perutnya yang terlanggar pun terasa sakit,
Dalam nekadnya, ia mengayun tangannya, hingga tiga buah
senjatanya menyamber dengan berkeredepan, berbareng
dengan mana ia lompat kesamping,untuk terus lari kedalam
rimba.
Selagi Siauw Thian bertempur ketiga tiangloo dari Kay Pang
sudah mengundurkan diri jauh-jauh, cuma tepat mereka
mengambil sikap mengurung. Tindakan ini tindakan penjagaan
sebab mereka curiga Lie Cin Tong bukan datang sendirian
saja.
Mereka ingin membiarkan orang lolos, supaya mereka
dapat menguntit untuk mencari tahu dimana ditahannya Lie
Hiocu dan Cian Leng.
Siauw Thian terkejut atas serangan senjata rahasia musuh.
Senjata rahasia itu meledak sebelum mengenai sasarannya.
Dalam kagetnya, ia membuang diri ke tanah untuk
bergulingan, setelah mana ia lompat bangun. Apa yang ia lihat
membuatnya giris.
Es yang terkena senjata rahasia itu lumer seketika, rumput
dibawahnya menjadi hangus berwarna kuning. Tentu sekali, ia
menjadi panas hatinya. Kapan ia melihat sikapnya ketiga

791
tianloo, ia dapat membade maksud mereka. Meski begitu ia
mengejar.
Jilid 10.2 : Membebaskan Hu Liok Koan dan Hu Wan
Lie Cin Tong kabur tanpa ada yang cegah, sembari lari ia
berpikir: "Aku mesti lari pulang kekora raja, Kau, Siauw Thian
akan aku tuduh kau Aku mempunyai banyak alasan Mustahil
kau tidak bakal meringkuk dalam penjara?"
Dia gali dapat lolos, Cin Tong menjadi berani pula, ia
sangat mengandalkan Koay Coan yang menjadi paman
gurunya, ia keluaran Kiong Lay Pay.
Siauw Thian masih mengejar terus. Cin Tong kabur
sekuatnya. Ketiga pengemis pun mengejar tetapi mereka
ketinggalan, sembari lari Cin Tong kata pula dalam hatinya:
"Asal aku si orang she Lie dapat turun dari gunung ini, Lui
Siauw Thian, kaulah Ikan didalam jala." la tengah berlari itu
ketika mendadak dari tikungan jalanan muncul seorang bocah.
Dengan tangan bersenjatakan sepasang poan-koan-pit dan
terus menyerang kepadanya.
Syukur ia celi dan gesit, ia tidak menangkis hanya berkelit
seraya lompat nyamping.
Ketika ia berpaling ia melihat Siauw Thian telah datang
semakin dekat, terpisahnya mereka berdua belasan tombak.
"Kelihatannya aku mesti berkelahi mati-matian, kalau tidak.
sulit untuk aku turun dari gunung ini," pikirnya. Lantas ia
mengeluarkan senjatanya ialah sepasang cambuk Gia- kang
pian yang tekukannya tiga belas.
Si bocah gusar sekali. Dia mendamprat "Bangsat sangat
jahat. Kakek dan encieku ada bermusuhan apa denganmu
maka kau menggunai asap pulas menangkapnya? Tuan

792
kecilmu bersumpah dia tidak sudi menjadi manusia jikalau dia
tidak dapat mencingcang tubuhmu menjadi berlaksa potong"
Ketika itu Siauw Thian sudah menyandak. "Anak Ceng lekas
turun tangan" ia menyerukan bocah itu. "Jangan kasi dia lolos.
Dialah yang mesti mengembalikan kakek dan encie mu"
Bocah itu ialah Hu Ceng. Lui Siauw Thian tidak melainkan
berbicara ia lantas menyerang. Hu Ceng pun turut menyerang
dengan totokannya.
Lie Cin Tong tidak berani alpa, ia mainkan cambuknya
untuk membikin perlawanan, ia benar hebat, ia membuat nya
kedua penyerangnya terdesak mundur lima kaki, setelah mana
ia mencelat mundur sambil dengan tertawa dingin berkata:
"Setan cilik, jangan kau sembarang menuduh. Apakah kau kira
Tuan Lie- mu ini tidak tahu siapa kakek dan dan enciemu itu
begitu juga kau? jikalau Tuan Lie mu mau membekuk orang
dia berlaku terus terang secara laki-laki sejati, tidak nanti dia
menggunai akal muslihat." Hu Ceng juga tertawa dingin.
"Lie Cin Tong" ia membentak. "jangan kau kira tuan kecil
kau gelap segala apa Tahukah kau bahwa bangsat yang
diutusmu telah aku bekuk hingga dia tidak dapat menutup
mulut terlebih jauh? Dia telah membeber semua. Masihkah
kau menyangkal."
Cin Tong terkejut akan tetapi dia tertawa mengejek. Dia
ingin menyembunyikan kagetnya itu. Kedua matanyapun
dipentang lebar.
"Bangsat cilik, karena kau memaksa menuduh aku, baiklah,
akan aku sempurnakan kau" katanya bengis. Tapi ketika dia
hendak menerjang Siauw Thian membentak: "Kematianmu
lagi mendatangi kau masih berani banyak lagak? sembari
membentak itu, Kian Kean Cine menyerang dengan kedua
tangannya, mengarah jalan darah Ciang boen dan khie kay.
Lie Cin Tong menggeraki cambuknya, dia menyambut
dengan hajarannya. Tak sudi dia orang duIui padanya,

793
Nyaring suaranya sepasang cambuknya itu. ilmu silat yang dia
gunai ialah jurus "Menguak mega melihat rembulan."
Dengan tangan kosongnya Lui Siauw Thian tidak berani
membentur cambuk lawan itu yang terbuat daripada besi dan
baja pilihan yang bercagak di empat penjuru, tajamnya seperti
pisau, dan diantara cagaknyapun. ada gigi giginya yang
seperti gergaji.
Dengan terpaksa ia berlompat mundur, sesudah mana
tangannya terus mencekal sebatang pedang.
Siauw Thian memang terkenal untuk ilmu silat tangan
kosong dan menggunai pedang, sekarang kewalahan dengan
tangan kosong, ia mengeluarkan pedangnya itu. inilah sebab
ia sangat membenci Lie Cin Tong yang bandel itu. Hu Ceng
pun gusar bukan kepalang.
"LuiTayhiap. serahkanlah jahanam ini pada si Ceng" dia
berseru: "Untuk menyembelih ayam tak usahlah memakai
golok peranti memotong kerbau, nanti pedang tayhiap
menjadi kotor !"
Itulah hinaan maka juga Lie Cin Tong gusar tak terkirakan-
"Setan cilik benar-benar kau berani?" bentaknya, Lantas
dengan sepasang cambuknya ia menyerang dengan sengit
sekali, iapun dapat menotok jalan darah dengan ujung
cambuknya itu yang sebenarnya merupakan ruyung lemas.
Lui Siauw Thian tidak maju pula, ia berdiri mengawasi.
Memang pernah ia mendengar, meskipun Hu Ceng hanya
seorang bocah, ilmu silatnya telah mencapai suatu batas yang
sempurna. ia ragu ragu ia toh menonton.
Hu Ceng tertawa mengejek. la maju perlahan setelah mana
ia mulai dengan penyerangannya, ia menggunai tipu silat "Si
Raja setan Ciong Hiok Tigapuluh enam Jurus." inilah tipu silat
yang terlebih liehay dari tipu silatnya sie Pu Hiap Cing Kie si
jago Bu Tong Pay.

794
Sekali bergerak saja ia telah mengeluarkan enam jurus
saling susul, sepasang poan koan pit-nyapun berkeredepan
bersinar terang, sasarannya ialah enam jalan darah Lie Cin
Tong: beng bun, cie yang, sim jie, kin ceng, khie nay dan pek
hap.
Menyaksikan serangannya bocah itu, Siauw Thian kagum.
ia menduga itulah tentu buah ajarannya Cia In Gak adik
angkatnya, ln Gak pula yang memberitahukan ia hal si "anak
Ceng" ini tidak dapat dipandang enteng.
Lie Cin Tong telah memperoleh nama karena sepasang
cambuknya itu yang ia telah latih untuk banyak tahun, akan
tetapi kapan ia lihat ilmu silatnya lawan cilik ini dan
mengenalinya, ia terkejut. Diam-diam ia mencaci orangnya,
yang katanya di bekuk si bocah. Katanya: "Dia celaka, kenapa
dia membocorkan rahasia kepada bocah ini?"
Karena kaget ia lantas mengeluarkan peluh sedang
sebenarnya itu waktu hawa sangat dingin dan kadang kala
angin meniup santer membawa bunga.
Apa yang mengecilkan hatinya "Paduka Tuan Lie" ini ialah
ketika mendapat lihat datangnya beberapa orang lain lagi,
yang ia kenali adalah ketiga pengemis yang tadi
mengurungnya.
syukur untuknya, mereka itu tidak lantas melotot hanya
berhenti ditempat belasan tombak, sebagai mana Lui Siauw
Thian juga tidak mengepung padanya, Maka terpaksa ia
melayani musuhnya.
Hu Ceng berkelahi dengan sengit sekali-disamping ilmu silat
senjatanya yang berupa alat tulis itu, ia bertindak dengan
tindakan Kie Kiong Patwa Ceng Hoan Imyang Pou. Tepat cara
bertindak itu mengimbangi berbagai serangannya.
Walaupun liehaynya cambuknya, hati Cin Tong gentar, ia
bergelisah, Umpama kata ia dapat melayani Hu Ceng, disana

795
masih ada empat musuh tangguh bukankah itu berbahaya?
Maka ia mencoba menenangkan diri.
Hu Ceng menyerang dari berbagai penjuru, sebat sekali ia
bergerak kesegala arah, untuk membikin sepasang poan-koanpitnya
bisa mengenai jalan darah musuhnya itu.
setelah lewat sekian j urus, Cin Tong merasa kepalanya
pusing dan matanya mulai kabur. itulah alamat buruk
untuknya. Dulu-dulu tidak pernah ia, merasa demikian diwaktu
bertempur belum lama. Maka ia memikir untuk lekas
menyelesaikan pertempuran itu ia melihat senjata musuh
datang ia menyambutnya, sepasang cambuknya diluncurkan
lempang. itulah pukulan "Jit Goat Tong seng," atau "Matahari
dan rembulan naik berbareng:"
Pikirnya. "Asal kedua senjata bentrok. pit musuh bakal
tersampok, gergaji cambuknya akan menggencet Asal dia
kena tertarik muka dengan tangan kananku akan aku cekok
setan cilik ini. supaya aku bisa segera menyingkir turun
gunung...."
Pikiran ini pikiran bagus sekali, akan tetapi Hu Ceng juga
ada pikirannya sendiri, bahkan si bocah terlebih gesit, otaknya
bekerja terlebih cepat. Ketika cambuknya musuh meluncur
hebat anak itu tidak menangkis atau berkelit mundur, dia
justru melejit kesamping untuk melesat ke belakang
musuhnya
Tiba-ijba saja Ya eng-cu Lie Cin Tong si Burung merak
memperdengarkan jeritan yang menyayatkan dan tubuhnya
roboh diatas salju.
Hu Ceng sudah menggunai kecerdasan dan kesebatannya.
Disaat ia tiba di belakang musuh, ia tidak maju lebih jauh
untuk menyerang dengan poan koan pit. Untuk itu perlu ia
mendekati tubuh musuh.
Tidak. la tidak mau melakukan itu. ia justru menggunai
senjata rahasianya senjata rahasia yang berada di dalam poan

796
koan pit, ia memencet pesawat rahasianya, maka
menyamberlah empat puluh- delapan batang jarum rahasia
Bun-sin Ciam.
Mereka terpisah dekat sekali satu dari lainnya- maka itu tak
ada ketikanya buat Lie Cin Tong berkelit atau menangkis,
bahkan dia terhajar tepat semua jarum rahasia itu.
Celakalah ia terhajar disaat baru saja ia memutar tubuh
hingga jarum nancap didadanya, segera ia merasakan
napasnya sesak. dadanyapun kaku, Tak dapat ia menahan
napas lagi, maka sambil menjerit itu ia roboh.
"Bun sim-Ciam" berarti "jarum yang membuat hati pepat,"
maka tepatlah nama itu dengan kejadiannya, dengan
kenyataannya.
Lui Siauw Thian kuatir orang tak segera mati, dia berlompat
maju untuk menyerang guna menikam. Disaat begitu selagi
menghadapi manusia jahat, tidak pikir perbuatannya itu bakal
tercelah atau tidak.
"Lui Laotee, jangan!” mendadak Chong sie berteriak sambil
dia lompat untuk mencegah.
Kian Kun Cin menikam terus, ia mendengar tetapi ia
berpura pura tidak mendengarnya. Maka berlobanglah
dadanya Lie Cin Tong, tembus dari depan ke belakang Chong
sie menyesal sekali hingga ia menghela napas sambil
membanting-banting kaki.
Siauw Thian bangun sambil mengangkat tubuh Cin Tong,
sembari mengempit itu, ia menghampirkan kakak angkatnya.
"Chong Laotoa, kau membikin hatiku menggigil" katanya,
tertawa dingin, " orang mengadu jiwa untuk Kay Pang kamu,
justru memisahkan diri jauh jauh. Apakah maksudmu? jikalau
begitu baiklah aku Lui Siauw Thian, selanjutnya aku tidak mau
campur lagi urusan Kay Pang kamu”
Lantas dengan mendongkol ia menarik tangannya Hu Ceng
dan kata dengan keras: "Mari , Berdiam disini kita cuma
menghalang-halangi saja"

797
Dengan hanya beberapa kali lompat, keduanya sudah
memisahkan diri tujuh tombak. "Lui Laotee" Chong sie
berteriak. “Jangan salah mengerti Aku..."
Siauw Thian tidak menjawab, ia lari terus.
Kiu Cie Sin Kay berdiri bengong, ia lantas- didampingi
Liauw Yong dan Ang Hong, yang telak menghampirkannya.
Sembari menghela napas, seng Hoo Tiauw kek berkata:
"Dengan perbuatannya ini tanpa merasa Siauw Thian
membikin semua anggota Kay Pang ditujuh propinsi Utara
berada ditempat kematian...."
Chong sie kesohor sabar dan cerdik, akan tetapi sekarang
dia putus asa. Sekian lama ia membungkam baru ia kata
dengan perlahan- " Kelihatannya kaum pengemis harus
mengalami nasib celaka seperti seratus tahun yang lampau.
Entah berapa banyak jiwa yang mesti dikurbankan-... Dulu
hari itu, sebelum Cianpwee Cu sam Piao menjadi ketua,
pertempuran darah telah terjadi, bahkan banyak macam ilmu
silat yang istimewa menjadi terhilang karenanya, hingga ilmu
silat kita menjadi terbelakang dibanding dengan ilmu silat
partai-partai lainnya, hingga sampai sekarang ini kita belum
dapat mengangkat nama lagi. Tu Cianpwee lemah, ia
memberikan tongkat Han tiat thung kepada partai kita cabang
selatan, hal itu menyulitkan.
Partai selatan mesti tunduk pada empat lencana Cie tang
Leng Hu , entahlah kenyataannya, Lencana yang satu ada
pada Cia In Gak. maka itu sekarang kita cuma dapat menanti
dulu anak muda itu...."
Liauw Yong menggeleng kepala.
"Chong Lao toa" katanya, "walaupun ke empat Cie tang
Leng Hu dapat dikumpulkan, belum pasti Koay Tjoen suka
tunduk mentaati aturan Kay Pang..."
"Aku mengerti itu maka akupun menyangsikannya," kata
Chong sie, alisnya berkerut

798
"Koay Cunberkepala besar, kita cuma dapat mencoba
menunduki dia dengan menyebut-nyebut namanya guru kita,
Aku menyesal untuk Siauw Thian, dia cerdik dan pandai
berpikir, kenapa hari ini dia menjadi sebaliknya? sungguh di
luar dugaan Aku bukannya tidak ketahui perbuatannya Lie Cin
Tong, tetapi sebelum ketahuan apa maksudnya datang ke
mari, aku tidak mau sembrono turun tangan bahkan aku
memikir baiklah kita menguntit dia untuk mencari tahu halnya
Lie Hiocu dan Cian Leng, untuk menolongi mereka. Aku
memikir menanti Cia In Gak untuk mengajaknya berdamai.
Ssekarang Lie Cin Tong sudah mati, sulit kita bekerja, terpaksa
kita mesti mengambil lain jalan”
"Sudah, Chong Laotoa, jangan kau berduka," kata Ang
Hong bersenyum. “Busur sudah disiapkan, tak dapat
jemparing tak dilepaskan. Kita masih belum boleh putus asa.
Mari kita mengandal perlindungannya arwah Couwsu kita. Lui
Siauw Thian bukan anggauta kita, sepak terjangnya tidak ada
sangkutannya dengan Partai kita.
Taruh kata In Gak datang dia tetap orang luar, tak dapat ia
mencampuri urusan kita, tak dapat dia melampaui batas.
Mana bisa dia turut menjalankan aturan kita? Maka itu tetap
kita mesti bekerja sendiri mengandal tenaga kita sendiri saja,
sudah, Lao-toa, jangan berduka Mari kita turun gunung
menyerep nyerepi Lie Hiocu dan Cian Leng"
Chong sie tetap berduka, ia menghela napas pula. Dengan
diam saja ia mengikut ketiga kawan nya meninggalkan
gunung Siauw Ceng Liang san itu untuk menuju ke kota raja.
Gunung Barat itu tetap dalam kesunyian, tetap
dipermainkan sang angin dan salju, Dilain pihak awan
mendung menaungi kota Pakkhia, dimana bencana
mengancam kaum Rimba persilatan-
-0000000-BAB 24

799
Ay Hong Sok berlima telah melakukan perjalanan mereka
menuju ke kota raja di mana hawa udara tetap buruk karena
dinginnya. Perjalanan ini didesakkan Lo sat Giok-lie Nie Wan
Lan, si nona berandalan, hanya sekarang nona itu lagi sangat
berduka, sepasang alisnya berkerut, bercokol di atas kudanya,
tak henti nya menghela napas, ia tergoda sang asmara-sang
cinta yang selama beribu-ribu tahun tetap bermain-main
diantara muda mudi.
Giok Siauw Hiapsu Kheng Tiang siu mendampingi nona Nie,
senantiasa menghibur, percobaannya itu tidak ada hasilnya.
Tetap di nona terbenam dalam kedukaan, Didepan matanya
melainkan berpeta bayangan dari seorang pemuda yang
tampan dan gagah, yang menggiurkan hatinya...
Kheng Tiang siu tidak ketahui sebabnya kedukaan sinona,
ia cuma mau menerka, tidak berani ia menanyakannya.
Karena keras keinginannya, ia jadi cuma minta keterangan
pada Kim Yauw Cong dan Tong-hong Giok Kun.
Akan tetapi ke dua anak muda ini melainkan menjawab ia
dengan gelengan kepala...
Didala m partai Ngo Bie pay Tiang Siu bukan sembarang
pemuda, Disamping kepandaiannya, ia tampan- Diantara
saudara saudara seperguruannya yang wanita, ialah pemuda
yang diidam-idamkan, akan tetapi mengenai asmara, matanya
melihat keatas, Adalah setelah melihat Nona Nie, pandangan
matanya menjadi turun kebawah, ia tidak tahu adakah itu
jodoh atau godaan belaka.
Nie Wan Lan mulanya tak mendapat tahu anak muda itu
menaruh hati padanya, ia menyangka orang berbaik hati
seperti sahabat biasa saja. Baru kemudian ia melihatnya dari
sinar mata orang bahwa itulah bukan perhatian yang wajar.
Karenanya sendirinya ia pun menjadi berbalik menaruh
perhatian juga.

800
Diam-diam ia suka mencuri lihat wajah si anak muda, orang
tampan tetapi pada itu tak ada sesuatu yang menarik hati
seperti ketampanan In Gak. ia sendiri tidak tahu apa itu
"sesuatu." Tiang siu ini cuma cukup menarik seperti Tonghong
Giok Kun lain tidak...
Perjalanan di musim salju itu sulit, hawanya dingin, angin
seperti bertiup menahan dan menolak rombongan lima orang
ini, akan tetapi mereka maju terus tak perduli kuda mereka
meringkik apabila kebetulan angin menyamber keras sekali.
Perjalanan dari An yang ke Ham tam cuma seratus lie lebih
akan tetapi sudah lewat tengah hari, yang dilalui baru separuh
saja. Ketika itu cuaca guram hingga langit terlihat seperti
waktu magrib.
Kheng Hong bersama Kiang Yauw Cong dan Tong hong
Giok Kun melakukan perjalanan dengan lebih banyak
bungkam, antara mereka seperti tidak ada juga. Lain dengan
Kheng Tiang siu, pemuda ini menemani Wan Lan, ada saja
yang dia bicarakan, bicara dengan gembira sering sambil
tertawa atau bersenyum.
Baru kemudian, melihat cuaca buruk. si orang tua tertawa
dan berkata dengan nada tinggi: "Mungkin dalam satu dua
hari, angin dan salju tak akan berhenti atau mungkin turunnya
salju semakin hebat, Untuk kita si manusia tak apa, tidak
demikian dengan kuda kita, yang dapat mati kedinginan-.
Menurut aku si orang tua, baiklah kita singgah didepan, untuk
berdiam barang satu atau dua hari, Bukankah kita tak perlu
lekas lekas tiba di han tam? Bagaimana pikiran kamu?"
Kata-kata itu benar, anak anak muda mengangguk
menyatakan kesetujuan mereka.
Wan Lan ingin lekas tiba dikotaraja untuk dapat bertemu
dengan In Gak. akan tetapi melihat sikap kawan kawannya, ia

801
terpaksa menutup mulutnya, ia malu untuk mengutarakan
keinginannya berjalan lekas-lekas....
Dalam hidupnya, manusia itu tak akan terhindar dari
kedukaan dan bergirang, dari berkumpul dan berpisah, seperti
rembulan ada waktunya terang jernih dan gelap guram,
demikian pula dengan cuaca, itulah kehendak alam, manusia
tak dapat menampiknya.
Wan Lan ditengah jalan ini memikirkan itu, maka bagaikan
ngelamun, ia kata dalam hatinya: "Untuk apa aku hidup?
Untuk apakah?" Tanpa merasa, matanya merah, air matanya
mengembang Hampir ia menangis- ia menghela napas...
Lagi setengah jam maka di depan mereka terlihat sebuah
rumah terpisahnya diri mereka melainkan seratus tombak
lebih, Tak tempo lagi, mereka mengeprak kuda mereka, untuk
dilarikan ke arah rumah itu.
Kebetulan sekali, itulah rumah penginapan yang pintu dan
mereknya diberi berwarna hitam, huruf-huruf mereknya sudah
guram, Langsung mereka memasuki pekarangan dalam hingga
mereka menampak pekarangan itu lebar, dikiri dan kanannya
ada masing-masing sebuah gubuk dimana sudah tercangcang
belasan ekor kuda. yang semua kakinya bergedokan, rupanya
sebabkan hawa yang dingin sekali.
Mereka lantas menambat binatang tunggangan mereka,
untuk lekas masuk ke dalam hotel.
Seorang pelayan menunjuki mereka kamar. Di sini- dalam
setiap kamar ada pembaringan tanah dikolong mana ada
perapian atas tahunan dengan kotoran binatang sebagai
umpannya.
"Hai, panas, panas sekali" kata Wan Lan begitu ia berada
didalam kamar, ia lantas mengeluarkan saputangan untuk
menyusut peluhnya.

802
Kheng Tiang siu pun merasai hawa panas itu, ia agaknya
sangat menaruh perhatian kepada si nona hingga tanpa
merasa ia kata: "Nie lie-hiap. kalau hawa panas sekali
mengapa kau tidak buka baju?"
si nona menoleh mengawasi dengan mata di buka lebar
pada anak muda itu.
Tiang siu tidak mengerti maksud orang, ia heran katanya
dalam hati: "Aku bermaksud baik bukan? Aku tidak bermaksud
apa-apa, kenapa dia agaknya kurang senang? Ah, orang
perempuan dasar.."
Tonghong Giok Kun dan Kiang Yauw Cong tertawa lebar
"Bocah, kau tidak pandai bicara" kata mereka menggoda.
Baru sekarang orang Ngo BiePay itu mendusin mukanya
lantai menjadi merah, ia membungkam tetapi di dalam hati ia
menyesalkan diri sembrono dan tolol.....
Ketika itu pelayan muncul pula, "Eh, mari kau" berkata Ay
Hong sok. "Lekas kau menyediakan kami barang makanan.
Lekasan" Dan ia menyebutkan barang-barang yang
dipesannya. "Baik, tuan," kata pelayan itu yang lantas
mengundurkan diri.
Berbareng dengan berlalunya pelayan, di luar pintu
berkelebat satu bayangan, Kheng Hong semua tidak
memperhatikannya Di tempat penginapan biasa saja tetamu
tetamu
mundar- mandir.
Tidak lama mereka sudah mulai minum dan dahar. Hawa
dingin membuat mereka minum hingga mereka separuh
sinting. Cuma, Nona Nie yang minum sedikit air kata-kata, Ay
Hong sok gemar bergurau, ia lantas bicara secara jejaka
hingga ramailah mereka tertawa, Wan Lan tertawa sampai ia
menekan perut hingga ia menahan napas...
Belum lama pelayan tadi muncul di depanpintu kepalanya
ditongolkan, agaknya dia mau bicara tetapi bersangsi.

803
Ay Hong sok melihatnya, ia mengawasi dengan mata
disipitkan-
Akhirnya pelayan itu berkata juga: Tuan, bukankah tuan
tuan datang kemari dengan menunggang kuda?" segera
Kheng Hong menduga jelek. "Benar" sahutnya keras, matanya
dipentang. "Kenapa?”
"Celaka" pelayan itu berseru. "Beberapa tetamu yang pergi
barusan, mereka pergi dengan menuntun kuda tuan-tuan. Aku
heran tetapi aku tidak berani menegur mereka itu..."
Parasnya Kheng Hong menjadi berubah, Kuda saja belum
berarti seberapa tetapi nyali besar orang orang itu yang berani
mencuri kuda di rumah penginapan dengan caranya itu
Bukankah orang sengaja mencari gara-gara? Bukankah orang
berbuat begitu guna memancing
mereka?
"Bagaimana potongan tubuh dan roman mereka?" ia tanya.
Pelayan itu menuturkan sebegitujauh yang dia ingat.
"Itulah rombongannya Liong-bu su Kay dan Law Keng Tek”
kata Kiang Yauw Cong,
sebaliknya daripada gusar, Ay Hong sok tertawa. "Bagus
bocah" dia berseru, "Bakal ada keramaian."
Baru sekarang dia berlompat ke luar, disusul keempat
kawannya, setibanya diluar mereka memperhatikan tapak kaki
kuda guna mengetahui ke mana orang telah menuju.
Cuaca mirip magrib memperlihatkan segala apa berwarna
abu-abu garam, Angin meniup santer, menerbangkan banyak
bunga salju: Di pekarangan luar penginapan tidak nampak
orang lainnya salju membuatnya orang sukar membedakan
yang mana sawah dan yang mana jalanan, bahkan peng
empang penuh salju.
syukur karena masih baru, tapak kuda masih dapat dilihat
samar-samar maka Ay Hong sok semua mengikuti itu, setelah

804
jalan tujuh lie kira-kira tampak kaki itu berpencaran ketiga
jurusan timur barat dan utara.
"Hmm" orang hendak mencerai- beraikan kita," kata Kheng
Hong sambil menghentikan tindakannya. "setelah kita
berpencar rupanya mereka pikir gampang untuk menghajar
kita. Bagus pikiran mereka itu"
“Kita pulang" kata Wan Lan mulutnya mencibir. “Angin dan
saljubeginibesardan kita mengejar bangsat yang tak nampak
bayangannya sudah tidak bagus Apakah artinya tidak ada
kuda? Bukankah dapat kita membelinya pula? Tak usah kita
melayani mereka itu"
Luar biasa sikapnya nona ini hingga Ay Hong sok tertawa
riang, jikalau Lo sat Gioklie demikian murah hatinya, ia
berkata "aku keterlaluan jikalau aku memaksakan hendak
menyusul terus mereka itu. Naah mari kita kembali"
Mereka lantas memutar tubuh untuk pulang mereka perlu
berhati-hati. Disaat mereka
hendak berlompat mendadak dari sebuah pohon bwe
disamping mereka yang cabangnya banyak dan daunnya
gompyok bagaikan payung ada beberapa bayangan abu abu
berlompat turun, Kemudian ternyata itulah disebabkan mereka
mengenakan baju terbalik.
Bahkan satu diantara nya seorang tua dengan muka
berewokan seraya mementang kedua tangannya berlompat
kepundak Wan Lan, itulah cara lompat "Elang menyamber
kelinci."
Biasanya penyerangan secara demikian diiringi dengan
suara angin keras tetapi ketika itu selagi angin utara meniup
santer samberan-angin itu tak ada sama sekali Nona Nie tidak
merasakan sesuatu sampai orang telah datang dekat tapi
sekarang sudah terlambat, pedang yang ditaruh dipundaknya
telah kena orang samber.
saking terkejut ia memutar tubuh sambil menyerang
mulutnya membentak "Bangsat kau cari mampus"

805
Gagal serangan itu, si orang tua sudah melejit lebih dulu,
Dia tertawa terbahak.
"Melihat kau suka mengantar prdang suka aku memberi
ampun pada kau, budak" katanya, Ay Hong sok berempat lagi
berlompat akan tetapi si orang tua sudah memisahkan diri
tujuh atau delapan tombak dimana ia berdiri bersama
beberapa kawannya, ia mengawasi sambil bersenyum.
Orang tua itu ialah Hui Thian Auw cu Law Keng Tek
bersama empat siluman dari Liong- bun serta beberapa orang
Kang ouw lainnya yang tidak dikenal. Mukanya Wan Lan
menjadi merah. ia malu dan murka pedangnya itu, Cing song
Kiam, pedang pusaka Yan san sie-Nie, yang di wariskan
kepadanya yang ia sayang bagaikan jiwanya. Diluar
dugaannya, pedang itu dirampas orang secara begini rupa,
Maka lupa segala apa ia berlompat kearah si orang tua.
Liong bun ngo Koay berdiri di depan Law Keng Tek. melihat
si nona berlompat, mereka bergerak bukan untuk
menghalang, justeru buat membuka jalan.
Kheng Tiang siu melihat si nona maju tanpa senjata, ia
turut maju seraya menyiapkan serulingnya.
Ay Hong sok bertiga turut maju ketiganya tanpa membuka
mulut Kiang Yauw Cong dan Tonghong Giok Kun menghunus
pedang mereka, Law Keng Tek tertawa melihat datangnya si
nona terus ia lompat kesamping kanan. sembari menyingkir itu
kembali ia berkata terbabat
Wan La n tidak mengambilperduliorang menjingkir ia maju
pula terus ia menyerang dengan kedua tangannya.
Keng Tek liehay, tidak kena ia diserang, ia tidak membalas
menyerang, hanya sembari menuding ia kata bengis "Aku si
orang tua telah membilangi kau, memandang pedangmu ini
suka aku memberi ampun jiwamu, tetapi karena kau
memaksa, tak dapat aku menunjuki kelemahan" sekarang ia

806
menggeraki tangannya untuk menyambut serangan ia
mengibas.
Ia tersohor untuk ilmu silatnya yang diberi nama Tiat siu
Keng- kong atau tangan Baju Besi.
Benar hebat jago tua ini, begitu terkibas tubuh Wan Lan
terhuyung mundur.
Kheng Tiang siu telah tiba, ia terus menyerang dengan
serulingnya, dengan begitu dapat ia mencegah si nona kena di
desak,
Keng Tek melihat ilmu silat pemuda ini luar biasa, ia
menyedot napasnya membikin
dadanya ciut, berbareng dengan itu ia menarik pulang
tangannya untuk meogibas kepada pemuda ini.
Tiang siu merasai samberan angin keras dan tajam, ia
berlompat ke samping sekira satu tombak habis mana, kakinya
menjejak. untuk berlompat pula guna mengulangi
serangannya.
Kali ini serulingnya mengasi lihat sinar merah berkelebatan
sebab serulingnya itu ditabur dengan sembilan biji kemala
merah mirip bintang.
Sembari tertawa, Keng Tek berkelit. Dia tertawa dan kata
nyaring: "sekarang ini aku si orang tua mempunyai urusan
penting, tak sempat aku melayani kamu sampai kita bertemu
lagi saja" Kata kata ini disusul dengan lompatan mundur pesat
maka sebentar saja ia sudah menjauhkan diri belasan lombak.
dari mana ia terus lari hingga ia lantas seperti menghilang
didalam salju.
Wan Lan penasaran sekali, ia lari mengejar, Kheng Tiang
sioe berkuatir untuk si nona, ia pun lari akan tetapi ia
merandak ketika mendadak dari sampingnya muncul seorang
tua dengan tubuh besar dan kekar, umurnya kira-kira
enampuluh tahun, kumis-jenggotnya yang putih memain di
antara siuran angin, cuma punggungnya agak melengkung.

807
Di dadanya dia memakai sepuluh biji kancing mirip gelang,
dia bermata tajam, begitu mengawasi dia menegur: "Kau
pernah apa dengan si hweeshio tua KimTeng?"
Panas hatinya pemuda ini, orang sangatjumawa, "Pernah
guru" ia menjawab keras, "Apa mau mu menanyakannya?"
orang tua itu tertawa bergelak.
"Benar-berar mataku si orang tua tidak keliru" katanya. "
Ketika barusan kau menyerang Law Toako aku lantas
mengenali jurus jurusnya si kepala keledai gundul Kim Teng
itulah jurus jurus dari kepandaian ilmu serulingnya yang
kesohor yang bernama Kiu im Hong lo"
Mendengar begitu, Tiang siu terkejut ia tidak nyana orang
kenal ilmu serulingnya itu, yang berarti bayangan Merah
sembilan suara. "Kau siapa" ia terpaksa menanya.
Mata orang tua itu mendelik, "Aku tidak mau mendustai
kau" katanya nyaring, "Aku ialah Kiu cu bo Lia Hoan le Goan
Kay yang dulu hari pernah dikalahkan oleh si keledai kepala
gundul Kim Teng itu, Aku dapat menimbang, sekarang tidak
suka aku melukai kau asal kau dapat meloloskan diri melawan
aku sepuluh jurus, kau dapat lari pulang untuk mengasi kabar
kepada Kim Teng si gundul itu: Kau bilangi dia nanti setengah
tahun lagi aku akan datang sendiri ke gunungnya, guna
mencuci maluku dulu hari itu"
Kaget Tiang sioe mengetahui-orang ialah begal tunggal
yang kenamaan asal dari gunung
Ong ok san. Memang gurunya pernah memberitahukan
liehaynya begal ini.
Dulu hari itu gurunya baru dapat mengalahkan dia sesudah
bertempur dua ratus jurus lebih, dikalahkan dengan tipu silat
"Tanhong Lay Gie" atau "Burung hong memberi hormat, salah
satu jurus dari ilmu seruling kemala itu.

808
Sekarang orang mengancam akan menyateroni lagi
setengah tahun, mestinya dia telah memperoleh kemajuan
pesat, Meski demikian, untuk nama baik gurunya, tidak dapat
ia menunjuk kelemahan ia bersenyum.
"Kiranya kaulah Ie Loosiu" ia kata "Loosiu hendak memberi
pengajaran baiklah suka aku menemani."
Ie Goan Kay tertawa menyeringai "Bagus" serunya, ia
lantas membawa kedua tangannya kedadanya, lantas ia
membuka sepuluh kancing yangtapak jalak itu. maka dilain
saat, tangannya sudah mencekal sepasang senjata senjatanya
yang putih terang seperti salju.
Tiang siu terkejut melihat senjata itu, yang luar biasa,
Kedua ujungnya bundar seperti gelang mirip bulan sebelah,
didalamnya ada giginya mirip garu. Gigi gelang yang kiri
lempang, gigi gelang yang kanan bengkok seperti gaetan.
Di belakang gelang ada rantainya yang bundar bersambung
sembilan mirip duri, dibagian gagangnya ada pelindungnya,
seluruhnya senjata aneh itu panjang lima kaki enam dim, jadi
dipadu dengan serulingnya, ia kalah separuh.
Jadi itulah gelang Kiu cu bo Lian Hoan, yang berbareng
dipakai Ie Goan Kay sebagai julukannya. Meski begitu, sudah
terlanjur, ia tidak mau mundur, bahkan ia mendahului
menerjang. sinar merahnya lantas berkeredapan, mengikuti
ujung seruIingoya mencari pelbagaijalan darah.
I e Goan Kay meski memuji orang dapat bersilat demikian
liehay hampir menyamai liehaynya Kim Teng Hweeshio, ia
tidak takut, ia lantas melawan. Aneh senjatanya itu, yang
nampaknya bergerak secara kacau akan tetapi membuatnya si
anak muda bingung, maka segera juga dia terdesak, tak
pernah dia dapat merapatkan diri,justeru untuk menotok, dia
mesti datang dekat, senjata lawan lebih panjang, dia mesti
menjaga dirinya diri senjata aneh itu.

809
Beberapa kali senjata bentrok lantas tangannya terasa
bergemetar, bahkan hampir serulingnya tergaet terlepas.
Dengan lekas sudah lewat delapan jurus. Tiang siu
bermandikan peluh, hatinya bergelisah. la tahu, lama-lama ia
bisa celaka, Maka ia mengharap dapatlah ia melawan sampai
sepuluh jurus.
Apa mau ia pun berkuatir untuk keselamatannya Nona Nie.
tanpa merasa, semangatnya berkurang.
Tengah bertempur itu mendadak terdengar le Goan Kay
tertawa seram, tangan kanannya menyerang.
Melihat demikian, Tiang siu berlompat tinggi untuk
menyerang dari atas turun ke bawa bila hendak mendahului.
Kembali le Goan Kay tertawa seram. sambil mendak kedua
senjatanya diangkat ke atas
guna menangkis, hanya di tengah jalan gelang nya yang
kanan diteruskan ke arah pinggang si anak muda.
Tiang siu terancam bahaya, dengan mengerahkan
tenaganya ia mencoba berkelit, buat berjumpalitan, untuk
melesat dua tombak jauhnya. itulah gerakan "ikan gabus
melompati cintu naga" sementara itu serulingnya bentrok
dengan gelang lawan, hingga ia merasakan tangannya sakit
sampai di lengan.
le Goan Kay tidak menyerang pula, dia tertawa bergelak
gelak.
"Hai, bocah yang baik, nyata kau dapat lolos dari sepuluh
jurusku" katanya. "Tidak dapat aku tidak menghormati katakataku
maka itu lekaslah kau menyingkir.Jikalau lain kali kau
bertemu pula denganku tidak nanti kau dapat ampun” Katakata
itu disambung pula dengan tertawanya yang nyaring dan
panjang.
Mukanya Tiang siu menjadi merah, tanpa membuang apa
apa ia lari ke arah ke mana Nie Wan Lan lari menyusul Law
Keng Tek. la masih mendengar suara tertawa musuhnya.

810
syukur ketika ia bertempur itu disitu tidak ada lain orang kalau
tidak tak tahu ia di mana ia mesti menaruh muka...
Wan Lan panas hatinya, ia sangat gusar dan penasaran
maka itu ia terus mengejar Law Keng Tek, hingga mereka
berlari lari di antara jarak lima atau enam tombak satu dari
lain-
Keng Tek mau menggoda si nona, beberapa kali ia menoleh
ke belakang sambil tertawa hingga Wan Lan mesti mengertak
gigi untuk mencegah dadanya meledak. Tanpa merasa mereka
sudah melalui tujuh lie, Pula aneh larinya Keng Tek tidak lurus
hanya berliku liku.
Akhirnya Wan Lan merasa heran hingga ia berpikir:
"Dengan main uber-uberan begini rupa sampai kapan aku
dapat menyandak dia? Terang sekali bangsat tua ini hendak
membikin aku roboh saking letih sendiri Tapi tak nanti aku
membiarkan dia mendapat hati. Maka itu sembari terus lari
mendadak ia berlompat maju, mulutnya berseru, dua
tangannya diayun-Maka dua raup jarum Bwee hoa Ciam
meluncur ke arah Law Keng Tek.
Hian Thian Auw cu seperti mempunyai mata di
punggungnya, ia terus lari berlengkok sana dan berlengkok
sini, dengan begitu tidak ada jarum mengenai tubuhnya, la
tahu ia diserang dengan senjata rabasia, maka kali ini ia kata
bengis: "Budak. kau telengas, kau tidak dapat ampuni"
Ketika itu si nona dapat mendekati maka Keng Tek
mengibaskan tangannya yang kiri, dua jari dari tangannya itu
diluncurkan ke arah dada.
Di dalam keadaan seperti itu, Nie Wan Lan tidak sempat
berdaya lagi, selagi ia mau menangkis kebutan "Tiat siu Kiong
kang" ia telah kena didului, tengah ia terhuyung, jeriji tangan
lawan mengenai sasarannya, seketika juga ia merasai
tubuhnya kaku, kepalanya pusing, matanya berkunang, terus
ia roboh tak sadarkan diri.

811
Keng Tek girang bukan main, ia tertawa sendirinya, Lantas
ia membungkuk guna mengangkat tubuh si nona, atau ia
mendengar dampratan: "Bangsat, jangan kurang ajar" suara
itu di susul tibanya satu tubuh seperti bayangan, anginnyapun
menyambar keras. ia kaget maka ia membuang tubuhnya
untuk berguling ke samping sembari membuang diri ia
mengibas.
Ketika membuang diri itu, ia merasai pundaknya terbentur
sesuatu. Dengan cepat ia berlompat bangun, ia melihat satu
orang berdiri di depannya tangannya memegang pedang yang
tadi ia rampas dari Wie Lan, ia mengawasi la mendapatkan
satu anak muda yang romannya gagah dan tampan yang
sepasang matanya sangat tajam.
Sekelebatan ia iagat keterangannya le Goan Kay halnya si
anak muda she Giam yang di ketemukan di Kho tea kauw.
Diam diam ia kaget, tetapi dia membentak: "Bocah, apakah
kau si bocah she Giam yang di Kho kea kau sudah
mencampuri urusan piauw dari Thian Ma piauw Kiok?"
Anak muda itu menyahut, sabar tetapi suara nya bengis:
"Tidak salah. Mata anjingmu tidak salah melihat. Kau sudah
tahu aku, mengapa kau tidak mau lantas menggelinding
pergi?"
Hoan Thian Auw cu, si Elang Menembusi Langit tertawa
lebar.
“Ketahui olehmu. aku si orang she Law mencari kau bukan
satu hari" katanya keras, "sekarang kita bertemu disini, itulah
kehendak Thian Yang Maha Kuasa orang she Giam, jangan
kau harap yang kau nanti dapat pulang dengan masih
bernyawa" orang muda itu, yang berpakaian serba hitam,
nampaknya tidak senang.
“Mendengar suaramu ini, kau mestinya Hoan Thian Auw-cu
Law Keng Tek " dia berkata, "Kita tidak bermusuhan satu pada
lain, mau apa kau cari aku? sebaliknya tidak menyangka

812
sekali, kau seorang tua yang kesohor, kau sekarang menghina
seorang nona remaja yang lemah Adakah itu perbuatan
seorang jago? Apakah tak cukup kau mendapat malu di depan
kantor Thian Ma Piauw Kiok?"
-00000000-
Paras-mukanya Keng Tek menjadi merah padam danpucatpasi
bergantian- Malu ia atas disebut-sebut robohnya didepan
kantor Thian Ma Piauw Kiok itu. iapun menduga kepada
seorang tua yang namanya kesohor tidak tahunya orang
begini muda.
"Orang she Giam, besar mulutmu " katanya sengit "sejak
aku si orang she Law mendapatkan namaku, belum pernah
aku bertemu orang besar kepala seperti kauBaiklah, aku
siorang tua ingin belajar kenal dengan keliehayanmu"
Anak muda itu memandang si nona yang rebah diatas es, ia
merasa kasihan sekali, tetapi mendengar tantangan orang, ia
mengerutkan alis. ia kata: "Law Keng Tek. karena kau seorang
kenamaan, aku memandang hormat padamu, siapa tahu
kaulah sipenghina wanita
lemah, nyata namamu iiu nama kosong belaka sekarang
kau banyak pernik, kau rupanya mau cari mampusmu sendiri
Apakah kau tidak percaya aku? Baik. mari kau coba-coba"
Biar bagaimana hati Keng Tek jeri juga, ia bergelisah kalau
ia ingat warta yang tersiar perihal Koay CiU sie-seng. si pelajar
Tangan Aneh, yang telah meruntuhkan beberapa orang
kenamaan, sedang menurut katanya Pek lek Cin Yo Pek.
pemuda she Giam ini justeru keponakannya Koay Ciu sie-seng.
Yo Pek itu paling keras tabiatnya, tak suka dia mengalah,
terhadap si anak muda dia tampaknya sangat kagum dan
memujanya, dari itu taklah dapat disangkal lihaynya pemuda
ini. Karena ini ia segera memikir, umpama kala ia gagal, harus
ia lekas mengundurkan diri

813
Maka tidak tempo lagi, ia mengebas dengan tangan kirinya,
sedang tangan kanannya dipakai meninju ke iga si anak muda.
itulah pukulan keras dan cepat sekali.
Serangan ini serangan yang diharap si anak muda. ia
memang tidak mau mensia-sia kan waktu, Di sana rebah si
nona, terluka, ingin ia lekas menolongi, Nona itu terluka, hawa
pun sangat dingin dan dia rebah diatas es, apabila
pertolongan tak tepat datangnya, dia dapat bercelaka.
sekarang pun dia bermuka pucat dan napasnya memburu.
Bagaimana kalau sebentar dia beku? Biarnya ia muak
terhadap nona itu, menyaksikan keadaan orang, ia terharu
juga, timbul rasa kasihannya.
Jadi ia ingin lekas menolongi nona itu, ia mengerutkan alis
melihat serangan hebat dari Keng Tek itu, segera ia melayani
dengan menggunai tipu - tipu huruf "sia"-" Lolos"
Dari Bie Lek sin Kang.
Begitu berkelit dari kibasan, guna meloloskan diri dari
bahaya, ia menggunai lima jari tangannya menyamber ke nadi
penyerang itu.
Keng Tek heran serangannya dengan Tangan Baju Besi
mendapat perlawanan yang lunak sekali ia tahu bahaya
mengancam maka ia hendak lekas-lekas menarik pulang
tangannya itu. ia berlaku cepat tetapi ia terlambat. Mendadak
ia merasai lengan kanan nya kaku sendirinya, hingga mukanya
menjadi pucat.
Terpaksa ia berlompat mundur, tangan kirinya dipakai
melindungi tangan kanannya, sedang peluhnya ke luar deras
seperti hujan.
Si anak muda bukan memencet nadi atau memukulnya, ia
cuma menyentil itulah sentilan dari Tie Liong Cin atau Tangan
Menaklukan Naga dari ilmu silat Hian Wan sip Pat Kay.

814
Meski itu sentilan belaka, Keng Tek merasai dia seperti
terhajar martil yang berat ribuan kati, sakitnya menelusup ke
ulu hatinya hingga dia mesti lekas-lekas menahan napas, guna
menutup aliran darahnya. seperti pada dirinya sendiri, dia
kata: " Habis sudah Karena aku alpa, aku kena dicurangi kau
jikalau lain kali kita bertemu, jikalau bukannya aku yang
terbiasa tentulah kau"
Lantas dengan memutar tubuh, dia mengangkat kaki,
berlarian keras melenyap di antara salju yang luas.
Si anak muda berpakaian hitam tidak menghiraukan orang
kabur, ia lantas menghampirkan si nona, guna menotok dia
membebaskannya dari totokan Keng Tek kemudian ia menolak
tubuh orang.
Heran si nona berdiam saja, tidak dia mendusin ia
mengerutkan alisnya. ia lantas memeriksa nadi, ia meraba
hidung nona itu "Buat apa orang perempuan memperlihatkan
diri di muka umum?" katanya perlahan, pada dirinya sendiri.
Buat apa turut-turutan berebut Kegagahan, Apakah itu bukan
berarti mencari malu sendiri?
Ia berdiam, agaknya ia bersangsi, "Bangsat tua itu
telengas,sekali, dia rupanya menggunai totokan kematian.,."
ia berkata pula sendirinya, "Entah dia menotok di bagian
anggauta apa . ..Sekarang ini si nona periu ditolong, tidak
dapat aku menyingkir dari pantangan lagi.,."
Maka ia menggunai kedua tangannya membuka kancing
baju Wan Lan, untuk memeriksa tubuh orang, buat mencari
luka totokan itu. Anehnya, ia gagal mendapatkan luka itu
sebaliknya sang angin terus bertiup sang saiju terus
beterbangan membikin hawa udara bertambah dingin, Mau
atau tidak, bingung juga si anak muda.
Untuk memeriksa terlebih jauh ia membalik tubuh si nona,
Kali ini ia terkejut, ia melihat satu titik hitam dipunggung,
didekat jalan darah leng kin itulah satu diantara sembilan jalan

815
darah kematian. Kalau tidak, mestinya si nona sudah
melayang jiwanya.
Napas Wan Lan menjadi lemah, mulutnya rapat, tak dapat
ia mengeluarkan kata-kata. Karena itu, susah untuk nona itu
memamah obat, Didalam keadaan seperti itu, dia
membutuhkan hawa hangat, atau dia bisa menjadi celaka.
Si anak muda menghela napas, Dengan tangan kanannya ia
lantas membekas titik hitam bekas totokan itu. ia mau
mengobati menurut ajaran pengobatan dalam kitab Poutee
Pweeyap Cin Keng, ia menggetar sedikit tangannya ketika ia
mengerahkan tenaga dalamnya.
Cara pengobatan ini memang meminta banyak sekali
tenaga dalam. Maka baru kira
sepehirupan teh, ia sudah mengeluarkan banyakpeluh
dijidatnya, Ketika kemudian ia mengangkat tangannya,
lenyaplah titik hitam itu, sebaliknya ada setetes darah hitam
yang bau sekali.
Masih si nona bernapas lemah dan mulutnya tak dapat
dibuka.
Sembari mengawasi, anak muda ini menghela napas, ia
menggeleng kepala, Lekas-lekas ia merapihkan baju nona itu.
ia menjemput pedang Cing song Kiam nona itu, untuk diletaki
di tangannya, Kemudian ia berbangkit agaknya ia hendak
mengangkat kaki meninggalkan nona itu. ia rupanya percaya,
si nona tinggal lemahnya saja, tak ada halangannya untuk ia
meninggalkan pergi, ia baru memutar tubuh, atau ia
membaliknya pula, ia nampak masgul.
Terang ia tak tega hati. ia kata pula seorang diri: " Kalau
lagi beberapa detik dia tetap belum sadar, walaupun dia
mendusin, dia bakal terganggu hawa dingin ini. Tidaklah ini
percuma saja aku menolongi dia?"
Maka ia mengeluarkan botol kemalanya, untuk menuang
tiga butir pil Tiang Cun Tan. ia bejak itu dengan tangan

816
kanannya, untuk dibikin remuk. lalu dengan tangan kirinya ia
membuka mulut orang, Dengan cepat ia masukkan obatnya
kedalam mulut si nona, mulut mana ia lekas rapatkan pula,
supaya obat itu lumer dan masuk sendiri di antara
kerongkongan...
selekasnya obat masuk ke dalam perut, muka si nona yang
tadi mulai bersemu dadu lantas menjadi pucat sekali, Melihat
itu kaget si anak muda.
"Dia telah tersembuhkan luka di dalamnya," katanya,
"Mungkinkah ada akibat lainnya?" ia meraba pula hidung
bangir nona itu, ia merasakan hembusan yang perlahan, lebih
banyak hembusannya daripada sedotannya. Dalam
keadaan seperti itu, ia bertindak cepat tanpa ragu-ragu,
Dengan cepat ia mengangkat tubuh si nona. untuk didudukan,
kemudian dengan sama sebatnya, ia memasuki pula obat
kedalam mulut nona itu, obat mana ia desakkan dengan hawa
tenaga dalam dari mulutnya sendiri, inilah hebat karenanya, ia
mesti mengeluarkan lagi banyak keringat.
Mendadak si nona mengasi dengar seruan atas mana si
anak muda bergerak untuk ber-lompat bangun sebab
berbareng dengan itu ia merasa ada samberan angin ke
arahnya. ia menekan dengan kedua tangannya, tubuhnya
lantas melesat terpisah.
Disana muncul seorang muda, ialah Lok siauw Hiapsu
siseruling Kemala Kheng Tiang siu. Pemuda itu menyusul si
nona, ia melihat nona itu lagi dipeluki siorang serba hitam
Ia menyangka kepada perbuatan kurang ajar dan jahat,
maka ia menjadi marah, sambil berlompat, ia menyerang
dengan serulingnya. ia menotok jalan darah beng bun
dipunggung.
Begitu berkelit, si anak muda serba hitam memutar tubuh,
untuk berbicara, buat mengasi keterangan akan tetapi Tiang
siu penasaran, dia sudah lantas lompat menyerang pula,

817
bahkan berulang - ulang, semuanya dengan totokan totokan
yang lihay.
Mengetahui yang ia tidak bisa dapat bicara terpaksa si anak
muda serba hitam melakukan perlawanan bukan buat
menyerang hanya untuk membela diri, Meski ia terancam
tetapi dengan cepat sekali ia berhasil merampas serulingnya
murid Ngo Bie Pay itu, setelah mana ia kata: "Tuan, kau
sembrono sekali! Mengapa sebelum memperoleh keterangan
kau menotok kalang kabutan, semua dengan totokan-totokan
telengas? orang muda sebagai kau, mana kau dapat menjadi
seorang gagah perkasa yang berhati mulia? Dengan
memandang si nona, kali ini suka aku memberi ampun
padamu"
Ia lantas melemparkan seruling kearah pohon besar di
samping mereda jaraknya sepuluh tombak lebih, sampai
seruling itu nancap hampir separuhnya, kemudian dengan
mengasi dengar suara dingin, ia memutar tubuh untuk
berjalan pergi. Tengah Tiang siu tercengang.
si nona berlompat bangun, lantas dia lari cepat sekali ke
arah si anak muda serba hitam, sembari mengejar itu
terdengar teriak. Katanya: "Engko Cia.. Engko Cia Berhenti .
dulu Engko Cia"
Karena dia berlari-lari terus, suaranya itu lantas turut
sirap....
Biarnya dia bertubuh enteng dan dapat lari keras, karena
dia baru saja mendusin sedang juga dia baru mendapat luka,
Nona Wan Lan tidak dapat menyandak anak muda she Giam
itu, Malah dengan lekas dia telah kehilangan si anak muda,
Maka akhirnya dia berhenti berlari-lari airmatanya mengucur
dengan deras.
Tidak ada harapan lagi akan mencari pemuda itu, si engko
Cia. Dengan perlahan dengan membawa pedangnya, dia

818
berjalan balik, sekarang dia sebal terhadap Kheng Tiang siu
yang dipandang sebagai pengganggu..
Tadi selagi sianak muda dan Law Keng Tek bicara satu
dengan lain- Wan Lan sudah sadar, benar tubuhnya lemah
tetapi ingatannya terang, maka lantas ia mendapat tahu anak
muda itu, penolongnya, justeru orang yang ia harap-harap.
yang senantiasa ia impikan Maka itu, ia girang bukan main.
sayang tenaganya habis, hingga tak dapat ia menggeraki
tubuh untuk berbangkit iapun girang mendapatkan Law Keng
Tek kena dikalahkan dan kena dibikin mengangkat kaki.
Lantas ia menggunai akal, ia tidak mau si anak muda lekas
lekas berpisah dari padanya Begitulah ia membiarkan ia diberi
obat, dibukai bajunya untuk menolongi padanya, ia likat tetapi
hatinya terhibur, ia senang bukan main, ia tengah seperti
bermimpi manis itu ketika muncul Tiang siu si penggoda.
Ketika ia kembali kepada pemuda she Kheng itu, dia masih
berdiri diam dengan tangannya memegangi seruling nya, yang
tadi dia cabut dari pohon-"Makhluk tolol" ia mencaci, habis
mana ia lantas lari pergi.
Selagi si nona menyusul m Gak, Tiang siu sudah dapat
menduga duduknya hal. Yalah pasti nona itu terobohkan Keng
Tek dan si anak muda yang menolongi. Ia hanya telah terburu
napsu menyerang anak muda itu yang disangkanya ceriwis. ia
tidak mau dipersalahkan, ia kata seorang diri: "Siapapun
didalam keadaan seperti tadi akan berbuat seperti aku... Aku
bermaksud baik. Kau tahu sendiri bagaimana aku mengagumi
kau” ia sekarang menduga, anak muda itu tentulah pemuda
idam- idamannya Wan Lan.
Pantas si nona terus-terusan berduka, Menduga demikian,
ia menjadi berduka sendirinya.
"Hebat anak muda itu," Tiang siu berpikir kapan ia ingat
liehay nya orang, "Mungkin guruku tidak seliehay dia. Dia
dapat meloloskan diri dari seranganku diapun dengan

819
gampang merampas serulingku. Pantaslah Nona Nie
memandang mata padaku..."
Habis memikir demikian, pemuda ini lari, untuk menyusul
kawan - kawannya, Tiba di tempat dimana mula kali mereka
bertemu musuh, ia tidak melihat Ay Hong sok atau lainnya,
cuma tapak kaki kacau sekait, Terpaksa ia lari pulang ke
rumah penginapan.
Di sini juga ia tidak menemukan Kheng Hong serta Kiang
Yauw Cong dan Tonghong Giok Kun, hingga keheranannya
bertambah. ia lantas minta keterangan dari pelayan-
"Tuan tuan semua belum ada yang kembali pelayan itu
menerangkan "Ada juga si nona, dia pulang tergesa-gesa,
perginya tergesa-gesa juga, habis salin pakaian, dia berangkat
pula, ke arah Ham tan-.."
Tiang siu berdiam, ia memberikan sedikit uang kepada
pelayan itu, lantas ia berlalu pergi, menyerbu angin dan salju,
menuju ke Ham-tan juga, ia kesepian dan pikirannya kacau . .
.
Besoknya magrib maka ke kota Ciang-peng di dekat kota
Pak-khia terlihat datangnya seorang penunggang keledai,
kulitnya kuning dan pucat, mukanya rabit disana-sini karena
dialah kurban penyakit cacar yang hebat, hingga dia nampak
jelek luar biasa.
Ketika itu angin dansaiju sudah kurangan akan tetapi jalanjalan
putih dengan saiju, Tidak ada orang yang lalu-Iintas,
cuma ada beberapa ekor anjing jalan bergelandangan
penunggang keledai itu berhenti di depan sebuah losmen
kecil, setelah menyerahkan keledainya pada pelayan,
bergegas-gegas ia bertindak ke dalam.
Tidak lama ia berdiam di dalam sudah terlihat ia ke luar
pula berjalan dijalan yang bersaiju, tindakannya acuh tak acuh
tapi tujuannya ialah rumahnya say Hoa-To Gui Peng Lok si
tabib kenamaanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
820
Tatkala itu didekat-dekat rumahnya si tabib terlihat
beberapa orang mundar mandir roman mereka mencurigai
Mereka itu terlihat s i penunggang keledai, ia mau percaya
mereka
sebenarnya orang orang Rimba persilatan ia heran hingga
ia berkata di dalam hatinya: "Mungkin mereka ini mengandung
maksud tidak baik terhadap dua keluarga Gui dan Hu . Toh di
dalam suratnya Kiu Cie sin Kay ada ditulis kedua anggauta
keluarga Hu itu sudah dipindahkan ke tempat yang aman,
cuma surat itu tidak menjelaskan apa keluarga Gui turut
pindah juga atau tidak? Datangku ini justeru untuk
menanyakan ke mana perginya keluarga Hu itu"
Lalu ia berjalan mengikuti dua orang yang berpakaian
hitam.
Angin meniup tajam, hawanya dingin sekali, Bunga - bunga
salju sering terbang menyampok mukanya si penunggang
keledai. Dia tidak menghiraukannya, dia jalan terus, Hari
makin guram.
Dua orang dengan pakaian hitam itujaian sambil berbicara
ditelinga masing-masing mungkin mereka timbul
kecurigaannya, mendadak yang satu membalik tubuh dan
menegur si penunggang keledai "He, orang tidak tahu aturan
Apakah maksudmu maka kau mengintil di belakang tuan tuan
besarmu?"
Si penunggang keledai agaknya heran, dia berhenti dengan
tiba-tiba dan mundur setindak. Dia mengawasi membelalak,
lalu dia memberi hormat dan menanya: "Tuan, aku lagi jalanjalan-
Aku orang miskin, di rumahku aku tidak mempunyai
uang buat membeli beras isteriku menjerit-jerit, anakku
menangis tak hentinya saking jengkel, aku ke luar dari
rumahku..." Terus ia menarik napas panjang pendek
romannya sangat kucal.

821
Orang itu dan kawannya, yang pun berpaling mengawasi
tajam, Rupanya mereka percaya keterangan itu, mereka
percaya keterangan itu, mereka memutar tubuh pula, guna
meneruskan berjalan-
Si penunggang keledai juga berjalan pula cuma sekarang
dia tidak berani mengintil terlalu dekat, Tetapi dia memasang
kuping, dia dapat mendengar suara orang.
Kata yang satu: "Terlalu kedua tayjin kita she Ho dan she
Tian itu Bangsat she Gui itu sudah kabur bersama semua
anggauta keluarganya tetapi kita dimestikan menjagai rumah
kosongnya ini, apakah perlunya?" orang yang satunya nampak
berduka.
Si penunggang keledai, yang bukan lain daripada Cia In
Gak yang sedang menyamar mendengar nyata suara orang
maka ia kata dalam hatinya: "Kedua tayjin she Ho dan she
Tian itu pastilah Kiong-bun siang Kiat, Tiat pie Kim-kiam Ho
sin Hok. dan Im Hong sat Ciang Tian Ban Hiong Memang
benar, kalau say-Hoa-To sudah pergi, buat apa orang
ditugaskan menjagai rumahnya kosong melompong?..."
Tengah In Gak berpikir itu, ia mendengar suara orang yang
satunya lagi: " Kenapa kau begini tolol? Baru kemarin pagi
Tian Taydjin memperoleh kabar bahwa tiga anggauta keluarga
Hu itu kedapatan disebuah rumah diluar pintu Tay-ang-mui di
mana mereka di bikin roboh pulas dengan asap hio. si anjing
tua telah kena dibekuk bersama cucunya tapi si cilik lolos,
kemudian orang melihatnya si cilik dikecamatan Ciang-peng,
maka Tayjin menduga ia tentunya bersembunyi di rumah si
orang she Gui.
Dua kali dia telah dicari, dia tidak kedapatan. Maka kita
ditugaskan menjaga di sini, supaya bocah itu kelaparan sudah
lapar dia pasti akan lari ke luar dari tempatnya sembunyi."
Katanya, "kau tahu bocah itupun telah menawan salah
seorang kita..."

822
Mendengar sampai disitu, In Gak menjadi gusar, ia lantas
lari untuk berlompat ke belakang dua orang, pundak mereka
itu masing-masing ia tepuk dengan berbareng. Kedua orang
itu kaget dan kesakitan, hingga mereka menjerit.
"Diam." ia membentak bengis.. "Aku cuma hendak tanya
kamu: Di mana ditahannya keluarga Hu yang tua dan yang
muda itu?"
Dua orang itu menoleh, Mereka lihat orang ialah orang
yang tadi mereka tegur. Tadi mereka galak. sekarang mereka
tidak berdaya. jalan darah kin Ceng mereka telah ditepuk,
mereka kesakitan saking menahan sakit mereka meringis. oleh
karena orang berdiam saja, In Gak mendongkol.
"Kenapa kamu membungkam? Apa kamu mau ditotok pula?
Nanti aku bikin kamu tersiksa selama tujuh hari tujuh malam.
Nanti kamu menyesal yang sekarang kamu tidak sudi bicara"
ia menepuk pula membikin mereka itu berjengit, hingga
airmata mereka meleleh ke luar,
Mereka kesakitan, mulut mereka rapat terus.
Mereka memang dua orangnya Kiong-bun siang Kiat,
Akhirnya yang satu menanya, "Apa kau berani menempur
Kiong-bun siang Kiat" Dia mau mengancam. Dia pikir kedua
jago itu dimulai dan ditakuti.
"Manusia hina, kamu berani berlagak di depanku?" kata In
Gak bengis, "Pergi kau tanya Kiong-bun siang Kiat, mereka itu
berani atau tidak melawan aku Koay Ciu sie-seng Jie In?"
Dua orang itu kaget, Baru sekarang mereka ketakutan,
Lantas keduanya minta-minta ampun-
" Urusan mereka bukan urusan kami berdua," kata yang
satu. "Kami cuma diperintah, kami tidak berdaya, Dua orang
itu di kurung di istana sam Pwee lek. ditahannya mereka
justru untuk memancing kau, tayhiap. Benar satu bocah dapat
lolos dan dia katanya telah menawan seorang kami. Tidak
tahu bocah itu berada di mana hanya pernah ada yang lihat

823
dia di Ciang-peng. Kami ditugaskan menjaga di sini, kami tidak
tahu kalau ada yang menjaga dilain tempat lagi."
Kata-kata itu berbunyi separuh ancaman agar In Gak
jangan membunuh mereka.
In Gak tertawa, ia menekan pundak mereka hingga orang
roboh binasa.Justeru itu dari arah belakangnya ja mendengar
pertanyaan yang keras : "siapa?" ia terkejut, ia segera
memutar tubuh, Tapi ia tidak melihat orang, sunyi
disekitarnya. sementara ia berjalan mutar, memeriksa
rumahnya say Hoa To. ia tidak melihat siapa juga. Ketika ia
memeriksa ke dalam ia mendapatkan rumah kosong- ia
memang tidak percaya Hu Ceng mau sembunyi saja di dalam
rumah kosong itu.
Untuk itu sibocah terlalu cerdik, Karena ia perlu menolong"
Hu Liok Koan berdua, ia meninggalkan rumah say Hoa To,
dengan cepat la lari ke kota raja Di losmennya ia tidak mampir
lagi.
Selama satu tahun ini, pandangannya in Gak telah berubah,
sekarang ia beranggapan asal manusia jahat, dapat ia
membunuhnya, "tak usah ia main kasihan-kasihan lagi, ia
menganggap. memberi ampun kepada manusia jahat berarti
membiarkan bahaya mengeram. ia pikir, biarlah sekeluarga
menangis tetapi j angan setiap keluarga di sepanjang jalan
menangis semua, ia merasa terlalu banyak manusia busuk.
Karena ini ia tidak memberi
ampun lagi kepada dua orang tadi.
Ia berjalan tanpa menghiraukan saiju, ia melintasi sungai
see Hoo yang beku, Ciang peng terpisah dekat dari kota raja,
dari itu belum sampai satu jam, tibalah sudah ia ditempat
yang dituju.
Pakkhia, kota-raja, ramai luar biasa, In Gak heran, Baru
kemudian ia ingat bahwa malam itu malam Capgouwmeh,

824
pesta Goan Siauw, yang dirayakan setiap tanggal lima belas
bulan pertama saban tahun, Kecuali orang pada memasang
tengloleng, disana-sini tampak rombongan-rombongan langliong
dan langsay, yaitu mereka yang mempertunjuki
permainan naga dan singa, juga chunggee atau panggung
terhias yang mengambil lelakon seperti Pat sian Kwee Hay,
Delapan Dewa menyeberangi laut.
Telinga dipekakkan suara tambur dan gembreng
danpetasan, Di sana sini riuh orang berbicara bersorak dan
tertawa, Maka sungguh beda kota raja dengan kota Ciang
peng yang sunyi senyap tadi . . .
In Gak pikir, mungkinlah Kiong bun siang Kiat yang
melarang penduduk Ciang peng bersukaria...
Senang juga pemuda ini dengan keramaian itu, maka
sayang pikirannya ada pada Hu Liok Koan dan cucunya,
karena mana ia menjadi memikirkan juga sam Pwee lek.
bahwa sebagai orang bangsawan dan mesti mempunyai
banyak pahlawan di dalam istananya.
Bukankah ia mau dipancing masuk ke dalam istana
pangeran itu? Pasti Kiong bun siang Kiat telah mengatur
perangkap umpama thian-Io tee bong -jaring langit dan jala
bumi....
Meski ia gagah, In Gak toh masih ingat akan pepatah yang
membilang: "nama mashur
mendatangkan kedengkian, pohon besar, memanggil
angin." Maka itu, ia tidak berani berlaku sembrono, Karena ini
ia ingat Kay Pang, Partai Pengemis. ia ingin mencari salah
seorang tukang minta minta, guna dimintai keterangannya
supaya dia itu dapat mencari Kiu Cie sin Kay dan Kian Kun Ciu.
Bantuan dua saudara itu dibutuhkan Tapi sudah dua gang
ia lewati, ia tidak bertemu dengan seorang pengemis juga. ia
heran, ia tidak tahu, bahkan ia tidak menyangka, bahwa

825
ketiga tiangloo Kay Pang sudah mengisiki agar jangan ada
pengemis yang muncul di kota raja ini.
"Inilah heran", pikirnya pula, " Untuk kaum pengemis,
harian tahun baru dan pesta Cap gouw meh ini, juga setiap
tempat pesta atau orang kesusahan adalah lapangan mereka
bekerja, Ke mana perginya mereka sekarang? Ah, baiklah aku
pergi ke Thian Kio, Tempat itu tak jauh dari sini, di sana
tempat ramai, tempat berkumpulnya segala naga dan ular.
Maka berjalanlah ia ke arah Thian Kio, jembatan Langit. Di
sana ramailah di segala penjuru, oleh pelbagai pedagang dan
tetanggapan, tidak perd uli malam itu angin keras dan hawa
dingin. Hanya meski ia berdesak-desak selama satujam, tetap
In Gak tidak menemui seorang pengemis jua. ia menjadi
mengerutkan alis.
Tentu sekali, saking heran, ia menjadi berpikir keras. ia
bercuriga untuk sesuatu, ia pun bergelisah sebab ia ingin
sekali lekas dapat menoIongi Liok Koan dan cucunya, Habis
daya, ia pergi ke tempat sepi, dari sana ia menuju langsung ke
istana sam Pwee Iek. yang letaknya di dalam kota di bagian
tenggara, ia berlari keras di sepanjang tepian telaga Kuu Beng
ouw.
Itu waktu kira jam tiga, Dari menara tembok kota
terdengar tegas suara kentongan si serdadu penjaga,
Tengah In Gak berjalan itu tiba-tiba ia melihat di depan ia
seorang lagi dikejar tujuh atau delapan orang lainnya, ia
heran. Lantas ia lari ke belakang pohon yang gelap untuk
sembunyi sembari mengintai.
Melihat kegesitan orang, teranglah orang yang dikejar itu
serta pengejarnya semua bukan sembarang orang Rimba
Persilatan, hanya orang yang dikejar nampaknya sudah letih.
Pengejarnya yang sekarang terlihat tegas berjumlah delapan,
memecah diri dalam dua rombongan, agaknya mereka hendak
mengurung.

826
Akhirnya mungkin karena ia merasa tak dapat lari lebih
jauh, orang dikejar itu lantas menghentikan tindakannya,
sembari berdiri tegak dan tertawa dingin, ia berkata: "Aku Kim
Tiong Han, aku tidak menyangka sekali bahwa di dalam
istananya sam Pwee lek boleh berkumpul segala penjahat
besar"
"Hai, sahabat? berkata seorang, nyaring, "Kematianmu
sudah ada di depan matamu tetapi kau masih omong besar
Tengah malam buta rata kau memasuki istana beileh, jikalau
bukannya penjahat, habis apa? Tak mungkinlah kau orang
benar" sutra tertawa tajam terdengar dari mulut orang dikejar
itu
"Di mata kami, sam Pwee lek itulah ayah dan ibumu
kepada siapa ia mengandal untuk hidupmu, sebaliknya di
mataku dialah kera yang berpakaian manusia" katanya tegas.
"Dialah bangsa binatang Kamu tahu, aku si orang she Kim
dengan dia bermusuhan besar Mana dapat permusuhan tak
dibalaskan? Tapi lantaran ada kamu kawanan anjing piaraan
yang
melindungi dia masih beruntung bagus. Pendek kata, asal
malam ini aku si orang she Kim tidak mati, j anganlah dia
harap dia akan dapat tidur pulas nyenyak"
"Kamijusteru tidak akan membiarkan kau mampus" ada
timpalan yang mengejek. Lantas beberapa orang itu maju
untuk menyerang.
In Gak lantas mendapat lihat orang-orang itu benar liehay,
sebaliknya si orang she Kim tak kurang liehay nya, "ia cuma
terserubuti terlalu banyak orang, setelah letih sangat, ia lantas
terdesak.
"Mereka orang-orangnya sam Pwee lek merekalah musuh
aku," pikir In Gak. Maka lewat lagi beberapa jurus, ia ke luar
dari tempatnya sembunyi sembari menghampirkan, ia berseru:
"Berhenti"

827
Seruan itu membikin kaget orang-orangnya sam Pwee lek,
hampir serentak mereka menghentikan penyerangan mereka,
semua pada lompat mundur untuk berpaling dan mengawasi,
Mereka semua bermata celi, mereka melihat seorang dengan
muka rada luar biasa keluar dari bawah pohon.
" Kenapa kamu tidak memakai aturan Kang ouw?" In Gak
menegur, " Kenapa kamu mengeroyok seseorang. Aturan
apakah ini?"
Orang orangnya sam Pwee lek itu mengumpulkan diri.
Mereka terkejut menyaksikan kelincahan orang yang menegur
mereka ketika orang itu muncul dari tempat gelap. Mereka
sebenarnya Taylwee kat Eng, Delapan Garuda dari Istana,
yang tertua ialah Tiatpwee Tong Tim.
Asalnya mereka penjahat besar di Bin wat, kedua propinsi
Hokkian dan Kwie tang, di
mana mereka biasa mengacau dipesisir, lantaran
belakangan terlalu banyak sudah kejahatannya dan mereka
bentrok juga dengan pihak lurus, mereka menyingkirkan diri,
kebetulan mereka diterima sam Pwee lek. lantas mereka
bekerja untuk pangeran itu.
"Tuan, kau tidak ketahui duduknya hal," berkata Tong Tim,
sabar. "Ini bukan lagi soal sakit hati kaum Kang ouw. Lagi pula
dia telah terkena senjata rahasiaku paku Co-ngo Bun-sim
Teng, jikalau dia terlambat diobati, jiwanya bakal melayang,
maki itu baiklah dia menyerahkan diri untuk kami ringkus dan
bawa pergi, jikalau dia diperiksa pembesar negeri dan
kedapatan kesalahannya dapat diperingan, pasti dia akan
selamat jiwanya. Dengan dia menyerah maka tugas kami pun
selesai"
In Gak tertawa dingin.
"Aku si orang tua biasa tak mendengar sebala alasan
sebagai alasan kamu ini" kata nya. "Aku bertindak menurun
rasa hatiku, diwaktu aku girang atau gusar.

828
Begitulah perbuatan kamu. Kamu main keroyok. Bukankah
kau mengatakan barusan kau sudah menghajar dia dengan
paku rahasia Tjoe-ngoBoe-simTeng? sudah kau melukai, kamu
main keroyok juga. Perbuatan apakah itu? Maka itu, aku mesti
campur tangan jikalau kamu suka memandang muka ku si
orang tua, lekas kamu memberikan obat pemunah kamu,
untuk menolongi orang ini, supaya kita lantas jangan saling
usil lagi Tidakkah itu bagus?"
Tong Tiam menjadi gusar.
"Kau siapa?" dia tanya bengis "Aku si orang she Tong tak
percaya kau dapat merebut orang dari tangannya Taylwee kat
Eng"
Belum sempat In Gak member jawaban, ia mendengar
salah satu Garuda bersiul nyaring
dan lama, walaupun angin keras, suaranya tak tersirnakan.
ia lantas lompat kepada orang itu, yang tangannya ia cekal.
orang itu tidak berdiam saja, sambil menarik tangan
kanannya, untuk dibebaskan, tangan kirinya membarengi
menyerang. Dia menggunai pukulan "Arhat menyembunyikan
jari-tangan."
In Gak tidak takut, hanya sekarang ia mendapatkan bukti
dikota raja benar banyak orang liehay, Atas serangan itu, ia
melepaskan tangan kanannya, sebaliknya, ia menyambut tinju
sipenyerang, untuk menangkapnya.
"Aduh" orang itu berteriak hebat, Tak dapat ia menarik
pulang tangannya, ia telah disambut si anak muda dengan
jurus "Lima gunung menindih naga," suatu jurus dari Hian
Wan sippat Kay, Begitu tercekal tangannya itu terasa sakit
sekali.
Justeru itu tubuh Kim Tiong Han terhuyung huyung
rupanya ia sukar bertahan lagi dari bekerjanya paku beracun
Cun ngo Bun sim Teng.

829
Tong Tim licik, sambil melirik pada enam kawannya, yang
dia beri isyarat, ia lompat pesat kepada Kim Tiong Han, untuk
menotok dua jalan-darahnya, jalan darah gagu dan lupa
daratan, setelah mana tubuh orang dipondong, dibawa lari
kedaiam rimba, sedang enam kawannya itu sebera
menghilang mendahului dia.
Melihat dia di tinggal pergi, orang yang ditangkap In Gak
itu mengembeng air matanya. Dia merasa sangat menyesal
bahwa orang-orang yang mengaku diri sebagai saudara
angkat, yang telah berjanji akan sehidup semati, begitu saja
kecintaannya.Jadi merekalah sahabat-sahabat paisu selama
tiga puluh tahun, selain menyesal, dia juga berduka dan sakit
hatinya.
Hati In Gak sebaliknya lega melihat Kim Tiong Ha n dibawa
lari, ia percaya, dengan begitu orang she Kim itu tidak bakal
menemui kematiannya, dia pasti bakal diobati. Coba ia
menolongnya sekarang, mesti ia repot untuk mengobatinya
juga, Maka itu, ketika ia melihat sikap orang tawanannya ini,
ia tertawa.
"Sekarang kau mengerti" katanya "Beginiah nasibnya orang
yang menjadi begundal Aku tidak tahu tentang persahabatan
kamu tetapi terang sudah kamulah bangsa mengutamakan
keuntungan, yang tak kenal kemanusiaan. Kau telah tertawan,
namamu sudah jatuh, andaikata aku merdekakan kau, adakah
mukamu untuk kembali ke istana pangeran majikanmu itu?"
Belum habis sianak muda berkata, mendadak ia
mengangkat tubuh orang tawanannya untuk dibawa lari ke
dalam rimba, untuk bersembunyi. Mendadak saja ia melihat
datangnya empat orang yang mulanya nampak sebagai
bayangan, tetapi lekas juga ia mengenalinya sebagai Kholee
Kong san sulo, empat jago dari Kong san.

830
orang tawanan itu, yang sebenarnya Lam hay Eng Ban Tay
si Garuda Lamhay, kagum untuk mata jeli In Gak. untuk
kegesitannya. In Gak tertawa.
“Jikalau aku hendak membinasakan kau, gampang seperti
aku membalik telapakan tanganku ini," ia kata." Tapi aku lihat
kau rupanya menyesal, suka aku mengampuni jiwamu,
sekarang bilanglah di mana dikurungannya Hu Liok Koan
berdua, lantas kau merdeka, boleh kau pergi kemana aku
suka."
Bang Tay heran hingga ia mengawasi dengan mata
membelalak. "Kau jadinya Koay Ciu sie-seng Jie In" kata ia
"Aku Beng Tay, aku roboh di tangan kau, aku tidak usah
malu."
Koay Ciu sie-seng jauh terlebih lihay daripadaku," kata In
Gak bersenyum, "Pelajaranku rendah sekali, tak dapat aku
dibandingkan dengan dia."
Bang Tay mengawasi pula, ia melihat roman orang tak
mirip dengan lukisannya Kiong-bun siang Kiat, ia mau percaya
keterangannya itu.
"Hu Liok Koan berdua dikurung di dalam istana pweelek."
katanya kemudian, "hanya di bagian mana mereka
dikurungnya benar-benar aku tidak tahu, istana pweelek besar
dan luas banyak kamarnya. Ketika baru ditangkap. katanya
mereka dibawa ke lauwteng Ban Jie Lauw, entahlah
sekarang."
"Siapa di dalam istana yang ketahui hal mereka?" ia tanya,
Juga siapakah yang mengeluarkan dan mengatur
penangkapan atas diri mereka itu?"
"Karena aku tidak bakal kembali ke istana, baiklah aku
omong apa yang aku tahu," kata orang tawanan itu, sikapnya
sungguh-sungguh, "Di dalam istana pwee-Iek ada satu orang
yang paling tahu segala apa, ialah su-ya Sim Siang Kiu si ahli
pemikir. Dia keluaran Thian san, ilmu silatnya liehay, Tentang
rencana penangkapan Hu Liok Koan, itu keluarnya dari

831
otaknya Thie Kong, pendeta kepala dari kuil Tin Hong sie
sedang pelaksanaannya dipimpin oleh Lie Cin Tong, kepala
sersi dari kantor Kiu bun Teetok.
Sudah dua hari Lie Cin Tong lenyap. dia menerbitkan
kegemparan di seluruh sembilan pintu kota, orang menduga
dia telah menjadi kurban tangan jahat..."
In Gak mengangguk
"Baiklah, sekarang kau boleh pergi," kata nya.
Beng Tay merasakan tubuhnya lemas, sudah begitu
hatinyapun tawar, tak lagi ia memikirkan kehidupan mewah. ia
mengangkat kepala memandang orang di depannya, matanya
menyorotkan sinar bersyukur. Tiba-tiba ia membungkuk,
sembari dia kata:
"Aku Beng Tay, seumur hidupku aku berterima kasih
kepada kau, loojinkee, Kau rupanya berniat pergi membikin
penyelidikan ke istana pweelek. Kalau benar, baiklah kau
berhati hati. Di sana setiap tindak ada bahayanya." Habis
berkata terus dia bertindak kearah rawa di dalam rimba itu.
Ketika itu turunnya salju sudah berkurang akan tetapi angin
Barat daya makin santer, sebagai mana terdengar berisiknya
daun-daun pohon- Rawa telah beku seluruhnya hingga tak ada
ombaknya.
In Gak berdiri di tepi telaga Kun Beng ouw, ia memikirkan
entah bagaimana penderitaannya Hu Wan, si nona, sedang dia
lagi menghadapi segala serigala, ia menjadi berkuatir dan
bingung.
"Aku mesti bekerja cepat," pikirnya. Maka ia lantas
mengambil keputusan iapun lantas bertindak disepanjang
tepian telaga, menuju ketembok kota.
Istana sam Pweelek itu. dijaman permulaan kerajaan Ceng,
dinamakan Ban seng wan atau Taman Berlaksa Binatang.
Keluarga kaisar gemar pesiar, kegemarannyapun beda
daripada kebanyakan orang maka dibangunlah taman itu

832
dimana dipiara juga pelbagai macam binatang berkaki- empat
dan burung-burung, untuk mana telah dihamburkan uang
berlaksa tahil perak.
Taman ternak itu dibagian kanan- Habis itu baru taman
bunga dan pepohonan beraneka warna berikut segala peseban
dan ranggonnya yang indah-indah, sempurna
perlengkapannya yang di sebut lauwteng Ban Jie Lauw berada
di sebelah belakang pelbagai ranggon dan paseban itu.
Lagi ke kanannya ialah Cu Cay Chung, atau Dusun
Kemerdekaan, disamping mana dibuat Bouwtan Teng,
peseban tanaman bunga-bunga maka setiap musim bunga
bukan main harum dan indahnya taman itu.
Disitupun ada lainnya ranggon yang indah namanya Ciang
Koan Lauw Di situlah Ratu Cu Hie biasa beristirahat sambil
menikmati pemandangan seluruh taman, Bisalah dimengerti
luasnya istana berikut pekarangannya Sam Pweelek itu.
Pada malam belum jam empat satu bayangan berkelebat di
dalam taman bagian belakang, Angin Utara lagi bertiuc tetap
suara gentar kuningan terdengar tegas hanya terdengar
menyedihkan, Karena suasana sunyi sekali.
Bayangan itu menuju ke lauwteng Ciang Koan Lauw itu
Ketika ia mau menggeraki tubuh, untuk berlompat naik
keatasnya, tiba-tiba ada satu bayangan besar berlompat
menubruk ke arahnya dengan sangat pesat, Akan tetapi
bayaagan yang pertama itu mendak. kedua tangannya
diangkat, untuk menyambut Maka "Bruk" bayangan yang
bertubuh besar itu mental balik, roboh terbanting, mulutnya
mengisi dengan suara terkuing, lalu diam, sebab dia mati
seketika.
Itulah seekor anjing asal dari Tibet sifatnya galak, kukunya
ada racunnya, setelah
mengenali anjing itu si bayangan nampak terkejut. Cuma
sebentar, lantas ia lompat naik keatas sebuah pohon

833
disampingnya ia percaya suara anjing itu bakal menyebabkan
datangnya orang.
Dia memangnya Koay Ciu sie-seng Cia In Gak. si pelajar
Aneh"
Tepat sekali dugaannya, Baru ia tiba di atas pohon, atau
tiga bayangan terlihat berlompat terus dari Ciang Koan Lauw,
menuju ke tempat robohnya anjing Tibet itu. Mereka tak dapat
terlihat tegas tetapi kesebatan mereka menunjuki mereka
orang-orang lihay.
Tidak ada cahaya api disitu, dari itu terang sudah,
penjagaan di situ teratur sempuma, hingga apapun berkelisik,
lantas si penjaga mendapat tahu. Yang datang itu tiga orang,
Mereka memeriksa bangkai anjing.
" Hebat tangannya sipenyerang," berkata yang satu, "Lihat,
ususnya anjing ini sampai terudai keluar Rupanya belum
sampai pergulatan, anjing ini sudah terhajar binasa, Kita harus
waspada."
"Tetapi aku tidak percaya dia dapat lolos dari tangan aku
Sim suya" kata seorang sambil tertawa.
"Ah, kiranya dia ini Sim suya yang lihay dan jahat seperti
katanya Beng Tay" pikir In Gak diatas pohon.
Sim soeya tidak berdiam saja, ia bersiul perlahan tetapi
tegas atas mana terlihat datangnya tiga atau empat ekor
anjing lainnya.
Melihat datangnya anjing itu, In Gak merasa dirinya tak
aman. Biar bagaimana. bau
manusia bakal dapat diendus kawanan binatang yang
hidungnya tajam itu. sukar untuknya menyingkir apabila ia
berlaku lambat.
Maka itu ia lantas lompat cepat dan lincah, ia berjumpalitan
lalu sebelum ia tiba ditanah, inilah jurus "Kim Liong Jip Hay,"
atau "Naga emas terjun ke laut," dari tipu silat "Thian Liong
Pat sie" atau "Delapan Naga Langit," disusul jurus "Ceng-engTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
834
sam soat" atau "Burung garuda berputar tiga kali". Dengan
begitu dilain saat ia sudah berlompat naik kelauwteng "Ciang
Koan Lauw itu, dipayonnya. sementara itu beberapa ekor
anjing itu telah mulai menggonggong ke arah pohon.
" Ha ha sahabat, bukankah kau cari mampusmu?" kata Sim
Siang Kioe tertawa dingin, terus tubuhnya berlompat ke
pohon, kedua tangannya menyerang.
Akibatnya itu ialah suara nyaring dan berisik. Beberapa
cabang pohon patah dan daunnya rontok. semua jatuh ke
bawah.
" Hebat," pikir In Gak. yang melihat liehaynya si ahli
pemikir sam Pweelek ini. "Bukankah itupun Bie Lek sin Kang?"
ia menduga demikian karena Beng Tay membilangi suya itu
keluaran Thian san Pay.
Begitu lekas naik kepohon, Sim suya berlompat turun pula.
"Ah" serunya, heran, "Dia hebat sekali. Baru anjing
mencium baunya, dia sudah lantas menghilang..."
Jangan-jangan dia menyingkir ke Ciang Koan Lauw"
berkata satu suara tua tetapi keras. itulah suara seorang
diantara mereka, "Lu Laosoe bergurau" tertawa Sim suya,
bukankah pohon ini terpisah jauh dengan lauwteng? Biarpun
aku, tidak dapat aku lompat sampai ke sana... Dia tentu belum
lari jauh, mau kita susul" Dan ia mengajak anjingnya, buat
mencari.
In Gak berdiam saja, ketika orang sudah pergi jauh,
menghilang di sebuah tikungan, baru ia lompat turun, Tepat
ketika ia mcng injak tanah, didekatnya ada sebuah bayangan
kecil berlompat naik, ia terkejut, lekas-lekas ia
menyembunyikan diri di tempat gelap. ia menyangka ia
kepergok.
Orang itu berlompat kejendela dimana dia mengintai ke
dalam.

835
Sekarang In Gak tak berkuatir lagi, ia kenali orang itu ialah
Hu Ceng, si anak Ceng, Maka ia menjadi mengagumi
keberanian bocah itu. ia terus mengawasi, tak mau ia segera
menegurnya.
Syukur untuk Hu Ceng, la berada di tempat dekat In Gak.
kalau tidak, ada kemungkinan dia kepergok sim siang Kioe
yang membawa anjing anjing yang tajam hidungnya.
Di dalam kamar itu, Hu Ceng tidak melihat apa apa. ia
teraling semacam layar hitam setelah mengawasi sekian lama,
ia mengambil putusan yang berani sekali, ia telah pikir, "Tanpa
memasuki guanya, mana orang bisa mendapatkan anak
harimau." Maka ingin ia membongkar jendela itu.
Walaupun dia seorang bocah, si anak Ceng ini bernyali
besaran, Begitu dia ber-pikir, begitu dia bekerja dia segera
mengeluarkan sepasang senjatanya, guna dipakai menyongkel
jendela ...
In Gak terkejut, ia bingung, Inilah berbahaya. Bukankah
istana sam Pweelek ini terjaga kuat? Di samping penjagaan
yang tetap. rombonganya sim sang Kioe pun senantiasa
meronda, karena itu, ingin ia mencegah kesembronoan bocah
itu. Belum lagi ia lompat keluar dari tempatnya sembunyi, atau
dari dalam kamar itu ia mendengar suara tertawa terbahak
yang disusul: kata-kata nyaring ini : "He, bocah, nyalimu
sungguh tak kecil Benar-benar kau datang ke mari"
Berbareng dengan itu, tanpa dicongkel lagi daun jendela
lantas terpentang dari dalam situ lompat ke luar satu tubuh
yang merupakan bayangan hitam...
Hu Ceng mendengar dan melihat, ketika baru mendengar
suara tertawa, ia sudah lompat mundur. Bagian belakang
Lauwteng itu mempunyai pekarangan yang teralaskan batu
hijau, itulah semacam panggung luas belasan tombak
sekitarnya. Kesitu ia mengundurkan diri Tapi si bayangan
liehay, dia lompat menyusul sambil terus menyerang secara
hebat sekali.

836
In Gak menyaksikan semua itu, ia terkejut. ia mengerti,
karena si bayangan sangat liehay, Hu Ceng bisa celaka, ia pun
sulit lompat untuk menalangi menangkis, temponya sudah
tidak ada Karena tidak ada lain jalan, terpaksa ia mengenai
ilmu dari Bie Lek sin-Kang bagian hurup " Lolos." ia
meluncurkan kedua tangannya, guna menyambut sambil
menolak penyerangan bayangan itu
Meski demikian, serangan bayangan itu tak dapat ditolak
seluruhnya, maka tubuh Hu Ceng terhuyung jatuh kebawah
panggung yang tinggi itu, selagi jatuh terdengar jeritannya....
In Gak kaget. ia tidak menyangka bayangan itu demikian
liehay, Tentu sekali ia ingin menoIongi Hu Ceng. Belum lagi ia
berlompat atau dari bawah panggung ia melihat lompat
naiknya satu orang yang terus menghampirkan si
bayangan, untuk berkata perlahan.
"Saudara Koay, tahan Siauwtee mempunyai urusan penting
untuk dibicarakan dengan kau Habis itu aku lantas hendak
berlalu dari sini...."
Kembali In Gak kaget, sekarang bahwa heran, ia melihat
nyata orang yang baru naik itu. Dialah ia kenali dengan baik,
Dialah Beng Tong Ko gelar sam Ciat Koay-kin, si pengemis
Aneh yang pertolongannya ia minta guna mengantarkan
kedua bocah she Hu itu ke kekota raja, Bayangan itu pun
tampak nyata sekarang.
Dia beroman luar biasa. Dialah seorang pengemis tua
dengan muka kisut dan rambut kusut.
Terus In Gak berdiam ditempatnya sembunyi, guna
memasang mata dan telinga. ia heran B eng Tiong Ko berada
di dalam istana sam Pwelek. Mestinya pengemis ini
mempunyai urusan yang mengenakan Kay Pang, partai
Pengemis.

837
Sekarang diketahui bayangan itu, yang dipanggil "saudara
Koay," ialah Hoan goan-cie Koay Coan, kepala cabang selatan
dari Kay Pang. Dia benar menyerang Hu Ceng tetapi
sesudahnya ia heran. Seakan Bie Lek sin Kang dari In Gak
membuat napasnya tertahan. ia lantas melihat tajam, guna
mencari perintang nya itu. Justeru itu munculah Beng Tiang
Ko dengan cegahannya.
"Heran," pikirnya, "Beng Tiong Ko kalah liehay jauh dari
aku cara bagaimana dia dapat menolak aku? Mungkinkah dia
telah mendapat kepandaian ajarannya suatu guru baru yang
liehay?"
"Beng Hiantee," ia kata jikalau ada urusan, mari bicarakan
di sini saja, tak usah kita pergi kelain tempat Apakah urusan
itu ada sangkut paut dengan yang lainnya?"
Beng Tiong Ko menggeleng kepala. "saudara Koay," ia
berkata, " dengan kepandaianmu ini, sukarlah dicari orang
yang dapat menandingi kau, ada juga hanya beberapa gelintir.
Aku hanya hendak memberitahukan kau bahwa tombak terang
gampang dijaga, panah gelap sulit ditangkis nya..."
"Aku si pengemis tua tidak percaya ada orang yang berani
menyabuti kuku harimau" katanya jumawa .
"Saudara Koay, kau terlalu berbesar hati "kata Tiong Ko,
matanya bersinar tajam, suaranya dingin, "Aku Beng Tiong Ko,
aku memperoleh kabar jelas sekali. Musuhmu itu sekarang
berada dalam garis pangeran Kee Cin ong, dan besok Kee Cin
ong akan mengusulkan secara rahasia kepada raja untuk
memujikan Kiong bun siang Kiat, agar mereka itu berdua
ditugaskan membekukmu jikalau titah sampai dikeluarkan,
sam Pweelek juga tidak bakal dapat melindungi kau.
Maka itu menurut aku baiklah kau ajak semua muridmu
lekas berlalu dari kota raja ini, lalu kau mendayakan guna
membereskan urusan dalam kita. saudara Koay, aku telah
bicara, kau mau dengar atau tidak, terserah kepada kau"

838
Nampak Koay Cun kaget, Dia sampai mengeluarkan peluh
dingin-
"Beng Hiante" katanya, " benarkah keterangan kau ini? Kau
harus ketahui, aku si orang she Koay tidak melanggar undangundang,
aku tidak melanggar aturan. Kenapa si pengemis tua
she Chong itu menimbulkan pikiran busuk begini?"
Beng Tiong Ke sudah mau bertindak atau ia memutar
tubuh kembali ia tertawa dingin
dan kata: "Kau harus ketahui adanya pepatah yang
membilang, siapa tidak kejam dialah bukan seorang laki
laki.Chong sie menjadi tiang loo partai kami, dia mana dapat
berdiam saja mengawasi kau membikin celaka orang orang
pihaknya? oleh karena dia sangat terpaksa, dia terpaksa juga
mengambil tindakannya itu Ya engcu Lie Cin Tong sudah mati,
urusan dia itu dilimpahkan kepada namamu. Maka kaupikirlah,
apakah masih ada harganya untuk kau tinggal tetap disini?.."
Kali, ini, belum lagi suara Tiong Ko berhenti, tubuhnya
sudah mencelat mundur, akan dilain saat dia lenyap diantara
salju yang guram.
Koay Cun berdiri menjublak. sampai lewat sekian lama,
baru dia sadar, Lantas dia membanting kaki giginyapun
dikertak. Dia kata sengit: "Aku sumpah tidak mau hidup
bersama kau. Jikalau aku tidak menghancurkan dirinya kaum
Kay pang tidak mau aku berhenti" Terus dia menepuk tangan
tiga kali.
Cepat sekali pintu Ciang Kun Lauw terpentang dari situ
muncul beberapa orang, bagaikan bayangan mereka pada
bertempat kepada ketua Kay Pang cabang selatan ini, semua
berdiri tegak dengan tangan dikasi turun, tandanya mereka
bersiap sedia menanti titah.
Dengan mata bersinar tajam Koay Cun mengawasi mereka,
kemudia ia kata, nada suaranya dalam: “Sekarang ini kita baru
melakukan pertempuran babak yang pertama, lantas kita

839
menerima hajaran, maka itu sekarang juga berlalulah kamu
dari kota raja ini, kamu pergi ke puncak Tiang Jin Hong di
gunung Tay San dimana kamu menantikan aku. Dua orang
yang ditawan disana kamu totok membikin mereka bercacad,
habis itu kamu merdekakan mereka?”
Beberapa orang itu mengangguk tanpa membilang apa-apa
mereka memutar tubuh, untuk mengangkat kaki.
Ketika itu terdengar gonggongan anjing yang yang terbawa
angin, itulah tanda bahwa Sim Siang Kiu dan rombongannya
lagi mendatangi kearah Ciang Koan Lauw.
Koay Cun tidak kembali keatas lauwteng, dia bahkan
berdiam, tak memperdulikan salju yang menimpah tubuhnya.
Ia agaknya berpikir keras.
In Gak bersembunyi di pojok, hatinya tak tenang. Tidak
dapat ia berkisar. Ia dapat diserang orang she Koay itu asal ia
bergerak. Di lain pihak ia kuatir Sim Suya keburu tiba,
anjingnya dia itu dapat membaui ia. Ia pun menguatirkan
keselamatannya Hu Ceng. Ia heran kenapa pengemis, ketua
Cabang Selatan itu tidak kembali ke lauwteng.
“Mungkin Hu Ceng sudah kabur, mungkin juga dia
sembunyi di dalam taman…” si anak muda menduga-duga.
Sekonyong-konyong:
“Saudara Sim, mari sini !”
Itulah suaranya Koay Cun, menyusul mana tubuhnya Sim
Siang Kiu mencelat kearahnya bagaikan burung garuda
terbang menyambar.
In Gak melihat ia kagum. Itulah lompatan “Thian San
Chong Eng Sin-hoat” atau lompatan “Garuda Thian San” suatu
ilmu dari Thian san Pay.
Koay Cun menghampirkan suya itu, yang umumnya dikenal
sebagai Ok suya atau Suya jahat. Ia lantas berbisik. Habis itu,
ia berkata dengan keras:

840
“Untuk sementara ini aku si pengemis hendak menyingkir
dulu, Hu Liok Koan berdua baiklah dimerdekakan supaya
mereka tak usah nanti mendatangkan ancaman malapetaka
bagi Sam Pwee-lek !”
Sim Suya berpikir, dia menyahuti: “Kau benar, saudara
Koay, hanya urusan sulit sekali. Sam Pwee-lek kami ketarik
dengan si bocah wanita! Baiklah, urusan ini kau serahkan saja
padaku si orang she Sim!”
Koay Cun member hormat, lantas dia berlompat pergi,
lenyap ditelan gelap.
Sim Siang Kiu batuk-batuk, lantas ia lari kea rah Ban Jie
Lauw.
In Gak segera menyusul. Kalau bukan anak muda ini, sukar
untuk menguntit suya yang licik itu.
Baru kira sepuluh tombak, mendadak Sim suya berbalik
sambil menyerang. Ia rupanya merasakan sesuatu hingga ia
menyangka jelek. Hebat serangannya itu yang membikin
cabang-cabang pohon dan daun patah dan beterbangan. Tapi
ia tidak melihat orang. Ia heran hingga ia berkata seorang diri:
“Aneh! Terang aku mendengar suara orang di belakangku!
Kemana dia? Mungkinkah telingaku salah dengar?” Ia
menggeleng-geleng kepala. Ia kata pula: “Tak mungkin!
Biasanya jarak tiga tombak, jatuhnya daun pun aku dengar
nyata! Kenapa malam ini aku gagal?”
In Gak telah mendapat lihat pundak kanan orang bergerak,
ia sudah menduga apa bakal terjadi, maka itu ketika tubuh
Sim Suya berbalik, ia sudah bertindak dengan Hian Thian Cit
Seng Pou, untuk menyembunyikan diri di belakang pohon. Ia
bukannya mundur hanya berlompat melewati.
Oleh karena ia tidak mendapatkan apa-apa, Sim Suya
berjalan terus.
Setelah orang lewat, In Gak menguntit pula.

841
Ban Jie Lauw berada didepan mata. Lauwteng itu
nampaknya luar biasa, apapula di waktu gelap seperti itu,
hingga tak terlihat tegas.
Sim Siang Kiu pergi kesamping, disini mendadak dia
mendak, terus dia lompat keatas.
Setelah mengawasi sekian lama, In Gak lauwteng sdikit
lebih nyata, tetapi sebab si orang she Sim sudah lompat naik,
tidak dapat ia mengawasi lebih lama pula. Ia pun turut
lompat, guna mengintil terus di belakang juru pemikir itu.
Sim Suya maju terus, ia bagaikan ngelamun. Ia seperti tak
mengetahui ada orang menguntitnya. Dimuka sebuah pintu
besi yang hitam, ia mengetuk tiga kali lama dan tiga kali
pendek, disusul dengan tujuh kali pendek dan tujuh kali lama.
Dengan tiba-tiba saja, pintu itu terpentang.
Dengan tubuh tegak dan tindakan tetap, Sim Suya berjalan
masuk.
In Gak memperlihatkan kegesitannya, ia turut masuk
sambil berlompat. Tiba didalam, ia mendapati terowongan
atau lorong gelap. Tiada ada penjaga untuk pintu itu. Baru ia
masuk, atau pintu sudah tertutup pula sendirinya, suaranya
menggabruk keras. Sendirinya ia terkejut. Kalau jalan keluar
tertutup, itulah berbahaya. Ia tengah memasuki kedung naga
dan gua harimau. Terpaksa ia menenteramkan diri, terus ia
menyusul si Suya yang sudah bertindak jauh disebelah depan.
Baru bertindak lima atau enam tindak. In Gak mendengar
suara berkeresek. Ia terkejut. hatinya tak enak. Lekas-lekas ia
menutup diri dengan persiapan Bie Lek Sin Kang. Ia baru
bersiap atau pelbagai senjata rahasia sudah menyerang
kearahnya. Ia lantas menggeraki kedua tangannya di depan
mukanya. Untuk tubuhnya, ia tidak menguatirkan suatu apa.
Ketika itu Sim Siang Kiu sudah menghentikan tindakannya,
terus dia tertawa bergelak, sambil memutar tubuh, ia

842
menyerang dengan kedua tangannya. Itulah pukulan angin
yang liehay. Ia membuatnya In Gak mundur satu tindak.
Sim Suya sangat cerdik, dia banyak pengalamannya. Di
dalam hal ini In Gak kalah setingkat. Si anak muda tidak
menyangka bahwa orang telah menduga dan bercuriga, lalu
orang berlagak pilon, sampai ia dipancing masuk kedalam
pintu rahasia itu.
In Gak gusar karena ia kena dijebak, maka itu sudah
terlanjur, ia hendak menyerang Suya itu. Ia baru bertindak
atau kakinya menginjak lantai, yang enteng, sebelum ia
sempat berdaya,
Tubuhnya terjerumus jatuh, terus turun ke bawah bagaikan
layangan putus.
Sim Suya memencet pesawat rahasia tepat waktunya.
In Gak sampai dibawah dengan selamat, hanya sekarang ia
melihat dirinya berada dalam sebuah kamar besi, cuma ada
dua buah lubang kecil peranti menginati atau memasuki
barang makanan. Ia kaget dan menyesal.
Di dalam liang perangkap itu ada sebatang lilin yang
menyalah, dari itu si anak muda dapat meiihat serluruh ruang
dengan nyata. Untuk herannya, buat girangnya juga, disitu ia
mendapatkan Hu Liok Koan bersama Hu Wan, keduanya lagi
tidur nyenyak, napas di hidung mereka berjalan perlahan.
Rambut si nona kusut, mukanya pucat dan kucal, rupanya dia
sangat menderita. Melihat keadaan nona itu, ia mengembang
air-matanya. Ia berkasihan dan berduka.
Hu Liok Koan tidur madap kedalam, tak terlihat wajahnya.
Tubuh mereka itu terkerebong selimut tipis, lantaran ruang
itu tidak masuk angin, hawa tidak terlalu dingin.
In Gak menghampirkan si orang tua, ia meraba pundaknya.
“Hu taiyhiap, bangun! Bagun !” Ia memanggil.

843
Hu Liok Koan mendusin dengan kaget, ia berlompat
bangun, sambil berdiri tegak ia mengawasi orang yang
membanguninya.
Nona Wan pun turut tersadar, ia mengucek-ucek matanya,
ketika ia berbangkit dan melihat pedang di punggung si anak
muda, ia berseru: “Itu toh Tay Ho kiam?”
Ia lantas lompat guna merampas pedang itu.
In Gak berlaku sebat, ia memutar tubuh, tangannya diulur,
guna memapaki tangan si nona. Maka tangannya Hu wan
lantas kena tercekal. Dia terkejut, apapula dia melihat muka
orang…orang dengan usia pertengahan dan romannya jelek
luar biasa. Mukanya menjadi merah, saking malu. Lantas dia
berontak.
Hu Liok Koan juga gusar melihat cucunya dipegangi orang
itu. Ia hendak menerjang atau orang itu membawa jeriji
tangannya kemulut untuk mengasi dengar suaranya: “Ssst!
Diam, nona, ada orang datang!” Sembari berkata begitu, ia
melepaskan cekalannya.
Segera terdengar tegas tindakan kaki, suaranya berat,
rasanya menindih hati, lantas suara itu disusul bergeraknya
pintu kamar yang begitu terbuka lantas mengasi lihat sebuah
muka yang kurus dengan sepasang kumis tikusnya, dengan
sepasang matanya sangat tajam. Sebab dialah Ok-Suya Sim
Siang Kiu. Lantas suya itu tertawa nyaring sampai lama baru
ia berhenti, untuk terus menegur:
“Sahabat, kau anggap aku Sim Siang Kiu orang macam
apa? Biarnya kau cerdik mirip hantu, kau tidak bakal lolos dari
telapakan tanganku, bagaimana kau merasa sekarang?”
Hu Liok Koan dan cucunya berdiam. Mereka heran dan
bergelisah.

844
Sebaliknya dari berkuatir, In Gak bersenyum. Ia tahu,
didalam keadaan .seperti itu, tak dapat ia memikir takut dan
kecil hati. Habis bersenyum, ia memperlihatkan roman dingin.
“Sim Siang Kiu, aku kenal kau siapa!" ia kata, menjawab.
“Apakah kau merasa girang karena perangkapmu ini berjalan
baik? Sebaliknya sahabat! Sam Pwee-Iek biasa menculik dan
merampas orang, dia biasa mengganggu anak-anak
perempuan rakyat, perbuatannya ia telah diketahui Kee Cinong!
Sampai sebegitu jauh Pangeran itu masih berdiam saja,
masih dia tidak mau melaporkan kepada raja, sebab dia masih
ingat dia dan pwee-lek sama-sama orang bangsawan. Baiklah
kau ketahui, aku dititahkan Kee Cin-ong menolongi Hu Liok
Koan dan cucunya. Jikalau aku datang dan terus menanyakan
kau, kau dapat menyangkal, tetapi disini, sekarang ini,
buktinya telah ada! Sim Siang Kiu, apa kau mau bilang
sekarang?"
Mukanya Suya itu berubah menjadi pucat. Dibawa-bawanya
nama Kee Cin-ong membuatnya kaget. Inilah ia tidak sangka.
Baru aja ia mendengar kisikan Koay Cun bahwa pangeran itu
berniat mengajukan laporan kepada raja, guna mengadui
sepak terjangnya Sam Pwee-lek. Saking kaget, ia berdiam
saja, melainkan biji matanya memain tak hentinya.
In Gak dapat menduga hati orang, ia tertawa berkakak.
“Sim Siang Kiu!” katanya, “Jangan sekali kau memikir akal
membunuh orang untuk melenyapkan bukti atau saksi! Baiklah
aku omong terus terang padamu! Sekitar taman ini sudah
diawasi oleh orang-orangnya Kee Cin-ong! Asal sebentar jam
lima aku belum juga keluar dari sini! Hmm! Sim Siang Kiu, kau
pikirlah, apa akan jadi akibatnya! Kau tanyalah dirimu sendiri,
apakah kau dapat bertanggungjawab untuk Sam Pwee-lek?”
Selagi bicara itu, In Gak menatap tajam, sinar matanya
berpengaruh.

845
Dadanya Sim Siang Kiu berdebaran. Ia mencoba
menyadarkan diri.
“Sahabat!” katanya, tak lagi sebengis tadi. “Sahabat, cara
bagaimana aku si orang she Sim dapat mengetahui omongan
kau ini benar seluruhnya? Umpama kata aku memberanikan
diri memerdekakan Hu Liok Koan berdua, itu tidak bakal
menjamin Kee Cin-ong tak mengajukan urusan kehadapan
Seri Baginda Raja…”
Hati Liok Koan dan cucunya berdebaran. Benarkah mereka
mau dimerdekakan?
In Gak tahu, ia tengah menunggang harimau, tak dapat ia
menggertak setengah jalan. Maka ia terus berlaku tenang. Ia
bersenyum ketika ia berkata pula: “Mudah, Sim Siang Kiu!
Jikalau kau tidak percaya aku, jangan kau merdekakan
mereka, jangan kau lepas aku! Kalau sebentar firman keluar,
maka Kiong-bun Sam Kiat bakal datang kemari untuk meminta
orang! Sampai itu waktu, meskipun Kiong-bun Sam Kiat itu
golonganmu, mereka tak nanti dapat jalan untuk menolongi
kau!”
Suara itu berat, nadanya mengancam.
Sim Suya boleh licik, tetapi dia terjatuh kedalam tangan
orang. Ia takut cukongnya bercelaka, ia kuatir ia tidak dapat
menjamin keselamatan dirinya. Tanpa merasa, ia
mengeluarkan peluh dingin. Tapi, ia mencoba menenangkan
diri, ia paksa tertawa manis.
“Sahabat, aku si orang she Sim bukannya membilang tidak
sudi memerdekakan” katanya sabar. “Hanya kalau aku
merdekakan Hu Liok Koan berdua, apabila Kee Cin-ong
meminta mereka sebagai saksi bagaimana? Aku makan gaji,
dari itu aku mesti bersetia terhadap sam Pwee-lek! Untukku
sendiri, gampang buat aku mengangkat kaki dari sini, hanya
dengan begitu Sim Siang Kiu lantas menjadi seorang tidak
setia dan pengecut? Tidakkah itu berarti ludasnya nama
baikku? Sahabat! Kau bilang benar atau tidak?”

846
“Hmm, sungguh kau licik!” In Gak mendamprat dalam hati.
Tapi ia mesti bersandiwara terus. Ia berlenggak dan tertawa
nyaring:
“Kaum Rimba Persilatan paling mengutamakan kata-kata”
kata ia, “Maka itu jikalau kau percaya aku, suka aku member
janjiku, asal kau merdekakan Hu Liok Koan berdua, aku
tanggung aku tidak akan mengganggu Sam Pwee-lek!
Jikalau kau menunggu sampai datangnya sang pagi, nah, tak
dapat aku bilang apa-apa lagi!" Ia berdiam sebentar, ia
tertawa pula. Ia melanjuti, tegas-tegas: „Baiklah kau ketahui,
kamar besi ini tak dapat mengurung aku!"
Mendadak In Gak menghunus pedang Thay Ho Kiam,
sinarnya berkelebat, atau tahu-tahu ujungnya sudah nancap
ditembok besi, kapan ia menggeraki tangannya, untuk
menggores, besi itu terpotong dan jatuh sepotong bunder. Ia
tertawa pula. Lagi-lagi ia kata: „Kau lihat, Sim Suya! Apakah
faedahnya kamar besi ini?"
Ok Suya tidak menjawab, hanya ia mencelat mundur,
hingga ia tak nampak lagi, tetapi disamping itu, lantas
terdengar suara berkelisik, lantas tembok besi dari kamar itu
tampak naik terkerek. Disana ia terlihat dengan senyuman
paksaan, senyuman dibikin-bikin.
Liok Koan, terutama si Nona Wan, heran bukan main.
Mereka mendengar suara orang usia
pertengahan itu berlagu seperti suara orang kota raja tetapi
mereka tetap tidak mengenali. Si
nona hanya heran, kenapa pedang Thay Ho Kiam berada
ditangan dia itu
Segera terdengar pula suara Sim Siang Kiu, suara yang
didului tertawanya. Ia juga tidak lagi menyebut sahabat hanya
tuan. Ia kata: „Tuan, aku Sim Siang Kiu, belum pernah aku

847
tunduk terhadap siapa juga, baru hari ini aku takluk
terhadapmu! Sekarang ini taklah menjadi soal omonganmu ini
benar atau palsu, aku tetap menyerah kepadamu. Kau benar
menang seurat daripada aku sedang di-kota raja ini tak ada
orang di-atasanku, aku disebut si nomor satu! Sekarang
julukan itu suka aku serahkan padamu!"
In Gak bersenyum. Tapi ia heran. Kenapa disitu tidak ada
lain orang? Katanya Ban Jie Lauw terjaga kuat. Ia bersikap
wajar, dengan tenang la bertindak keluar.
“Tuan," kata pula Siang Kiu tertawa, “Jikalau kau suka,
ingin aku mendapat tahu she dan namamu yang mulia."
In Gak tertawa.
“Akulah si orang muda dari kaum Kang Ouw," katanya,
„kepandaianku juga tidak berarti, mana dapat aku disamakan
dengan kau? Tetapi kau baik sekali, kau telah
menanyakannya, tidak berani aku tidak memberitahu. Aku she
Gouw, namaku Ben g,"
Sengaja In Gak menyebut nama palsu itu. (Didalam Kouyu,
nama itu bersuara „wu ming," sama dengan „wu ming" yang
berarti „tidak punya nama." Tapi dalam keadaan seperti itu
waktu, Siang Kiu tidak memikir dalam-dalam, ia percaya
keterangan itu.
„Oh, Gouw Tayhiap!" katanya memuji. „Aku merasa
beruntung dengan pertemuan kita ini!"
Hu Liok Koan dan Hu Wan bingung berbareng girang.
Mereka mengikuti si orang tidak dikenal yang bernama Gouw
Beng ini keluar dari kamar perangkap itu. Didalam taman
segera mereka merasakan dinginnya hawa udara, lantaran
sang angin bekerja terus, bunga salju pun terus beterbangan.
Ketika itu sudah mendekati jam lima, hanya cuaca masih
gelap.
In Gak berpaling pada Siang Kiu, sembari memberi hormat
ia kata: „Aku si orang she Gouw masih harus mengantar

848
mereka ini keluar, habis itu aku mesti lekas-lekas pulang untuk
memberi laporan, karena itu tak usahlah Suya mengantar
kami lagi!"
Siang Kiu kata sudah selayaknya dia mengantar, dia
memaksa mengantarkan.
Dari lauwteng Ban Jie Lauw itu, orang berlalu tanpa
menemui siapa juga. Itulah heran. Inilah tindakannya Siang
Kiu. Ia menyuruh semua orang menyingkir. Ia juga kuatir Liok
Koan atau cucunya nanti gusar dan menerbitkan gara-gara
sebab sejak ditawan, mereka menderita, hati mereka mestinya
panas,
Sekeluarnya dari pekarangan istana, lantas In Gak ingat
Kim Tiong Han. Tadi ia melupakan orang itu sebab pikirannya
dipusatkan Liok Koan dan Hu Wan. Ia lantas dapat akal. Maka
ia memandang Siang Kiu sambil bersenyum dan berkata: „Sim
Suya, aku masih mau minta satu hal yang mungkin kurang
pantas. Maukah kau meluluskannya?”
Siang Kiu heran hingga ia melengak. Ia menduga jelek.
„Apakah titahmu itu, Gouw Tayhiap?" ia tanya, ia paksa
tertawa. „Silahkan jelaskan. Asal yang aku sanggup, pasti aku
akan menerimanya."
In Gak mengangguk.
„Bagus, Suyal" katanya. Ia bersikap sungguh-sungguh.
„Ketika aku si orang she Gouw datang kemari, aku
mendapatkan Kim Tiong Han yang ditawan oleh Taylwee Pat
Eng dari istana pwee-lek. Dengan memandang mukaku,
sukakah Suya sekalian memerdekakan dia?"
Meski ia minta begitu, In Gak tidak menanti jawaban,
seraya memutar tubuh, ia bertindak untuk berlalu.
Sim Siang Kiu mengawasi, ia menghela napas. Didalam
hatinya ia puji orang sangat pintar. Memanglah ajaran dari
kitab perangnya Sun Bu Cu untuk menyerang musuh pada

849
hatinya — pikirannya — supaya musuh menyerah tanpa
berperang lagi.
In Gak berlalu bukannya tanpa berpikir. Ia mau percaya
Siang Kiu tidak bakal menguntit atau mengirim orang
menguntitnya, meski begitu, ia bersiap sedia. Maka ia
mengajak Liok Koan dan si nona berlalu dengan cepat,
tujuannya yaitu pintu kota Say-tit-mui. Selama ditengah jalan
ini, ia terus membungkam. Beberapa kali Liok Koan hendak
mengucapkan terima kasih, ia mencegah. Si nona pun tidak
berdaya untuk mengajak bicara.
Jilid 11.1 : Aksi Jie In di kota raja
Karena mereka berlari-lari keras, akhirnya mereka tiba
diluar kota. Dari sini In Gak lari terus kegunung Bong Hiang
san.
Sang fajar telah menyingsing, matahari mulai mengintai.
Angin dan salju tetap santer. Maka itu dimana-mana terlihat
warna putih abu-abu...
Liok Koan dan cucunya pun mengagumi ilmu larinya
penolong itu. Mereka sudah lari sekuat-nya, mereka tetap
ketinggalan tujuh atau delapan tombak, Mereka jadi heran.
Dengan lekas mereka bertiga tiba digunung, mendadak
orang itu berhenti lari, sembari memutar tabuh, dia tertawa
dan berkata: "Hu Tayhiap, Nona Wan, Kalian kaget, bukan ?"
Kakek dan cucu itu melengak, sekarang si nona mengenali
suara orang. ia berseru tertahan, lantas tubuhnya melompat
menubruk, dengan keras, ia memegang pundak si anak muda,
untuk digoyang-goyang.
"Engko In.... kau...." serunya. Dan ia bersenyum, matanya
dibuka lebar, mata itu terus mengeluarkan air mata, ia terharu
saking girangnya.

850
Sejak berpisah di Thaygoan, Hu Wan selalu memikirkan si
anak muda, sampai ia tertawa dan menderita, baru sekarang
ia menemukan pula, justru ia ditolongi dari bahaya,
bagaimana ia girang dan bersyukur. Tak dapat bicara banyak.
In Gak pun terharu, ia ingat bagaimana si nona menderita.
Liok Koan mengenali setelah ia menyaksikan kelakuan
cucunya itu, ia mengusap-usap kumisnya, sembari tertawa
lebar ia berkata: "Cia siauwhiap, kiranya kau jikalau tidak anak
Wan, mungkin aku tetap tak mengenali kau" sejenak itu, lupa
orang tua ini bencana yang menimpa dirinya.
In Gak turut tertawa.
"Hu Tayhiap. aku ingin kau suka mendengar pikiranku,"
katanya kemudian. "Sekarang ini kota raja bersuasana buruk.
Disana kaum Rimba persilatan lagi mengancam dengan
peristiwa-peristiwa yang dahsyat, maka itu kau dan Nona
Wan, tak selayak kamu berdiam lebih lama pula dikota raja.
Turut aku baiklah tayhiap berdua lekas berangkat ke Hoan
Pek san-chung di gunung Tiang Pek san, untuk berdiam
disana sedikitnya tiga bulan, Bagaimana ?"
Liok Koan berpikir.
"ltulah bagus," sahutnya selang sesaat, "Aku si orang tua
kenal Kiong Thian Tan, banyak tahun aku tidak pernah pergi
kesana, mungkin dia tidak akan menampik kami. ini pun
berarti sekalian pesiar Hanya anak Ceng..."
"Serahkan si Ceng padaku" kata In Gak cepat. "Aku nanti
cari dia, setelah ketemu, aku akan menitahkan dia lantas
menyusul kesana" ia berhenti sebentar, untuk menurunkan
pedang dari pundaknya, sembari mengangsurkan itu pada Hu
Wan, ia kata tertawa: "Nona, inilah barangmu aku kembalikan
kepada kau. Aku harap lain kali janganlah pedang ini kena
diambil orang pula."
Mukanya si nona merah, tetapi ia mengangkat kepala
mengawasi orang dengan mata yang jeli, ia berduka karena

851
mereka bakal terpisah pula, Tapi ia bersenyum dan kata:
"Encie Tio dan encie Ciu ada di peternakan di chahar Utara
lagi balap dengan kuda mereka, apakah kau menghendaki aku
memberi kabar pada mereka itu bahwa kau berada disini?"
In Gak menggeleng kepala.
"Aku harap kau mengajak mereka sama sama pergi ke
Hoan pek san-chung," ia bilang, "tetapi janganlah
memberitahukan bahwa aku berada disini."
Nona itu agaknya tak mengerti maksud orang tetapi ia
mengangguk ia tak tahu mengapa pemuda ini tak suka kedua
tunangannya mengetahui dia berada dimana. Dilain pihak,
ingin sekali ia memandang wajah tampan dari sianak muia,
akan tetapi didepan kakeknya ia malu hati, tak dapat ia
membuka mulutnya hingga ia cuma bisa mengawasi dengan
sinar matanya yang berarti....
In Gak tersenyum.
"Hu Tayhiap." katanya, ramah " waktu untuk kita bertemu
pula telah tak lama lagi, maka itu silakan tayhiap berangkat
sekarang."
Hu Liok Koan percaya anak muda ini hendak melakukan
sesuatu dikota raja, bahwa beradanya ia dan cucunya dapat
merintangi sepak terjangnya itu, dari itu ia memberi hormat
dan mengajak Hu Wan lantas berangkat pergi.
Nona Hu merasa barat sekali, sering ia menoleh ke
belakang Untuknya rupanya, lebih banyak memandangi si
anak muda lebih baik....
In Gak mengawasi orang berlalu ia pun merasa berat untuk
perpisahan itu, ia terharu untuk itu nona dan kakeknya, yang
mesti menderita dari tangan orang jahat.
oooOOOOooo
Ditepi gunung tak jauh dari tempat ia berdiri itu, In Gak
melihat sebuah rumah berhala, maka ia lantas bertindak

852
kesana, ia berjalan perlahan setelah memasuki kuil tak lama,
ia sudah keluar pula, sekarang ia bukan lagi seorang usia
pertengahan beroman sangat jelek hanya seorang muda
melainkan wajahnya tetap jelek tidak keruan.
Sang waktu adalah tengah hari dan walaupun angin keras
dan salju terbang melayang-layang, daerah Ta-mo-Ciang
ramai sekali, itulah pusat dari pelbagai piauw-kiok. usaha
pengangkutan, dimana pun ada banyak rumah makan dan
warung teh. Maka disitu pun biasa berkumpul orang orang Bu
lim atau Rimba Persilatan.
Lebih-lebih itu waktu negara aman, disitu juga kedapatan
tukang-tukang tenun yang menggunai perantaraan burung,
tukang jual silat pelbagai pertunjukan dan tukang tukang
menyanyi, Tempat demikian ramai tapi luar biasalah sebuah
rumah makan yang letak diujung jalan sebelah selatan dari
Ta-mot-Ciang.
Sebab rumah makan ini, yang mendapat banyak kunjungan
tetamu, bagian lauwtengnya justru sunyi . .. .
Didekat jendela diatas lauwteng ada berduduk seorang
muda yang romannya jelek sekali Dia berduduk seorang diri,
dia tengah berdahar, Agaknya dia tidak bernapsu, tidak
bergembira, Dahar-nya perlahan-lahan, matanya pun dibuka
kecil. sama sekali tak pernah dia berbicara.
Diatas lauwteng itu tidak kurang tetamu tetapi suasana
sangat sunyi. Disana ada empat buah meja lain dengan
tetamu-tetamunya orang Bu Lim, sedang pada sebuah meja
ada empat pendeta dan tujuh imam, Dua meja lagi sudah
disiapkan piring mangkuknya hanya kursi-kursinya masih
kosong, rupanya sang tetamu-tetamunya masih dinantikan
kedatangannya,
semua pendeta dan imam itu berbicara kasak-kusuk saja,
Roman mereka nampak tegang.

853
Sebelum orang orang Bu Lim dan kawanan pendeta dan
imam ini datang, semua tetamu diatas lauwteng itu telah
diminta pelayan untuk pindah kebawah melainkan si pemuda
beroman jelek itu yang tidak mau pindah yang tetap bercokol
dikursinya, itu mungkin yang membuatnya tidak puas dan
tidak bergembira itu. Karena ini, ia sering sering diawasi atau
dilirik para tetamu lainnya itu, yang rupanya merasa heran.
Akhir-akhirnya kesunyian itu tak dapat dipertahankan
1ama-lama. Dengan berisik maka terdengarlah suara banyak
kaki lagi mendaki tangga lauwteng, Dengan cepat muncullah
beberapa orang dengan yang berjalan dimuka seorang tua
usia lebih kurang limapuluh tahun, mukanya merah kumisnya
pendek putih.
Dia bertubuh besar dan kekar. Dia pun membawa dua rupa
senjata dipundaknya, dikiri golok go-leng-too, dan dikanan
cagak sam leng-cee, panjangnya tidak ada lima kaki, Begitu
dia melihat kawanan pendeta dan imam itu, terdengarlah
suaranya yang nyaring bagaikan genta:
"Ah, Hoat It siangjin dari Siauw Lim Pay pun datang, inilah
sungguh tidak disangka-sangka. Maka benarlah manusia itu,
biar dia telah mencucikan diri, yang hatinya betul-betul
kosong, tidak ada" Habis kata itu, dia tertawa pula, sikap itu
terang sangat mengejek.
Diantara keempat pendeta, yang seorang bertubuh katai
dan kurus, dia lantas berbangkit seraya merangkap kedua
tangannya, dengan kepalanya tunduk, dia memuji kepada
sang Buddha, cuma sebegitu tingkahnya, lantas dia berduduk
pula.
Mendengar disebutnya nama pendeta dari Siauw Lim Pay,
si pemuda jelek melirik. Justeru ia melirik, lantas matanya
bersinar tajam, ia mendapat lihat dibelakang si orang tua ada
seorang nona. Hanya habis meririk itu, ia lantas mengangkat
cawannya untuk minum dengan tenang seperti biasa.

854
Dengan tibanya rombongan si orang tua, kesunyian tambah
menjadi-jadi, sekarang ini umpama-kata sebatang jarum jatuh
suaranya pasti dapat terdengar. Bahkan dibawah lauwteng,
dimana tadi berisik suara tertawa, sskarang mulai reda...
Tiba-tiba seorang usia pertengahan bertindak kemeja si
anak muda jelek itu. Dilihat dari tindakannya, dia mahir ilmu
enteng tubuh. Dia berdiri didepan si anak muda untuk lantas
tertawa dengan dingin.
"Eh tuan " katanya kaku, "jika kau sudah minum dan dahar
cukup, silakan kau berlalu dari sini Kami mempunyai urusan
yang hendak didamaikan, urusan mana tak suka lain orang
mendapat tahu, Aku minta tuan suka maafkan" Kecuali
sikapnya, kata kata orang hormat dan manis.
Si anak muda mengangkat kepalanya, ia mengawasi
dengan dingin.
"Maaf," katanya, "Ada satu hal yang aku masih belum jelas,
tolong tuan suka menjelaskan. Bukankah rumah makan ini
Ceng Hong Lauw namanya?" Pertanyaan itu aneh, orang yang
ditanya itu heran, Tetapi ia mengangguk. "Benar ini Ceng
Hong Lauw," ia menyahut "Ada apa tuan menanyakannya?"
Tiba-tiba anak muda jelek itu tertawa lebar.
"Karena ini rumah makan, yalah tempat umum, dapat kita
berbicara" katanya, "Bukankah ada pembilangan, siapa datang
lebih dulu dialah yang duduk? Maka itu alasan apa kau
mempunyai menitahkan aku berlalu dari sini? Kamu hendak
berapat, ditempat mana kamu tak dapat berkumpul. Kenapa
kamu justeru memilih rumah makan ini? Benar-benar tidak
ada aturan"
Orang itu malu hingga mukanya menjadi pucat-biru. Hebat
kata-kata itu yang dikedepankan di-depan banyak orang, ia
menjadi gusar sekali.
"Bocah" serunya "Dikasih minum arak kehormatan kau
tampik, kau justeru, ingin arak dendaan"

855
Kata-kata itu disusul dengan sambaran tangan kepada
pundak, cepat sekali, anginnya pun bagaikan menderu.
Si anak muda melihat itu, ia bersenyum, sembari
bersenyum, ia mengangkat tangan kirinya, dengan dua
jerijinya ia menotok kejalan darah hok kiat penyerang itu la
bersikap tenang tetapi gerakannya itu tak kalah sebatnya.
Penyerang itu kaget, inilah ia tidak kira. Dengan cepat ia
membatalkan tepukannya, sebaliknya tangannya itu dipakai
membabat serangan si anak muda.
Dia ini tertawa, sembari menarik pulang tangan kirinya,
tangan kanannya diluncurkan, sebat luar biasa, ia menangkap
lengan orang, untuk terus dilempar hingga tubuh orang itu
terlempar kearah mejanya si orang tua
semua orang heran, tanpa disengaja mereka mengisi
dengar seruan mereka, sebab mereka tahu orang usia
pertengahan itu bukan sembarang orang tetapi dia kini
dilempar hanya dalam segebrakan. Mereka heran saking
kagum.
Si orang tua terbang itu, dengan kedua tangan ia
menanggapi tubuh orang yang dilemparkan ke-arahnya itu
Kedua matanya si nona bersinar mengawasi si anak muda
yang jelek itu, hanya sebentar kemudian, sepasang alisnya
yang bangun berdiri lantas turun pula. Didalam hati kecilnya ia
kata: "Kenapa orang muda demikian liehay demikian buruk
wajahnya?...." Ia penasaran dia menyesalkan Thian kenapa
anak muda itu diberi roman demikian rupa... Kawanan
pendeta dan imam turut mengawasi si anak muda, tapi
mereka berdiam saja.
Tiba-tiba terdengar satu suara, yang tak ketahuan siapa
yang mengucapkannya "Siapa pun tidak menyangka Tian Cie
Pa-Cu Souw Tong mendadak tumbuh sayap" Kata-kata ini

856
membangkitkan tertawanya banyak orang hingga ruang
menjadi ramai.
Si orang tua, yang tadinya beroman tegang sebab ia mesti
menanggapi si orang usia pertengahan, dengan cepat menjadi
biasa pula, bahkan seperti tidak menggubris si anak muda, ia
tertawa nyaring.
"Sekalian cian-pwee dan sahabat" ,ia terus berkata, "aku
merasa beruntung sekali yang kalian sudah memenuhkan
undangan dan datang hadir di rumah makan Ceng Hong Lauw
ini Kenapa kah aku tidak mengadakan pertemuan di tempatku
sendiri? itulah melulu guna mencegah salah mengerti. Aku
tidak ingin menyebabkan orang bercuriga dan nanti
menyangka aku Imyang Twie-Hong Bok Heng Ek nanti
menggunakan akal muslihat di tempatku di se-hoo poo,
Begitulah aku memakai rumah makan ini."
Ia hening sejenak, baru ia menambahkan:
"Aku telah berbuat kurang hormat barusan aku mohon
maaf dengan satu cawan dengan apa aku menghormati
kalian" ia mengangkat cawannya dan menghirup kering isinya.
Agaknya sederhana saja tingkahnya Bok Heng Ek itu, tetapi
seorang tua katai dampak dan bermuka putih, yang duduk di
sebuah meja sebelah kiri, berbangkit dengan gusar, Dia lantas
menggebrak meja hingga cangkir dan mang kok lompat
menari.
Dia kata dengan berteriak: “Bok Poocu, kami datang kemari
guna membereskan perselisihan bukannya untuk berjamu.
Justeru sekarang kita sudah berkumpul, aku mohon semua
tuan tuan sukalah memberi pengutaraannya yang pantas dan
adil.
Akulah Hwee gan Kim ciu Lim Bong, digunung Beng Tong
san aku mendapatkan kitab Bu siang Kim-Keng Ciang Kang.
ketika aku lewati dikecamatan Bit-in maka Kitab itu kena dicuri
oleh orangnya Imyang Twie Hong Bok Heng Ek yang namanya
sangat kesohor diwilayah Yan In.

857
Syukur aku lantas mendapat tahu, maka aku mengejarnya.
Sampai diluar kota, aku dapat menyandak. Heran adalah
sikapnya Bok Poocu, ia menyangkal sudah mencuri, ia kata ia
dapat pungut kitab itu. Demikianlah maka kita berselisih."
Dia lantas mengawasi kearah rombongan pendeta dan
imam romannya tetap gusar, dia meneruskan: "Tengah kita
berselisih itu makan datanglah Siong Pek Too-jin dari Bu Tong
san, Tahukah tuan tuan apa katanya imam itu?
Katanya, " Kitab ini yalah kitabnya yang hilang, siapakah
yang dapat menyangka Bu Tong Cit Too, tujuh imam dari Bu
Tong san, yang kesohor dikolong langit ini, dapat mengatakan
perkataan demikian rendah.”
Kata-kata ini di susul dengan suara tertawa kering oleh
salah satu imam, Rupanya dialah Siong Pek Tejin yang disebut
itu. semua mata lantas diarahkan kepada si imam.
Perselisihan di antara kaum Rimba Persilatan adalah umum
akan tetapi caranya Siong Pek Tojin dianggap hina, itulah
pelanggaran pantangan besar, Apapula dialah imam
kenamaan. Siong Pek Toojin-pun bersikap aneh, ia cuma
tertawa dua kali, lantas dia berdiam, Maka orang percaya
benar bersalah.
Melihat sikapnya si imam, Hwe-gan Kim Cu agaknya puas
sekali, ia mendapatkan kebanyakan hadirin bersimpati
kepadanya, Maka ia lantas menyambung kata-katanya:
"Ketika itu aku si orang she Lim menanya Siong Pek Tootiang,
kalau kitab itu benar kitab suci, kenapa kitab berada
dirumah si hidung kerbau..."
Mendengar ini banyak orang tertawa tergelak. bahkan si
nona yang duduk dimejanya
Im-yang Twie Hong tertawa terpingkal-pingkal.
Si anak muda muka jelek memandang nona itu, mungkin di
sebabkan lebih banyak oleh paras si nona.

858
Si nona mendapat tahu si muka jelek mengawasinya, ia
berhenti tertawa, tetapi ia masih tersenyum...
Lim Bong menjadi semakin puas. ia menganggap orang
banyak itu mengatakan ia dipihak benar, ia lantas menguruturut
jenggotnya.
Lantas ia berkata pula : "Atas pertanyaan itu, Siong Pek
Tootiang memberikan jawabannya, Dia kata: "Kenapa pintoo
tidak tahu kitab yalah kitab suci? sebenarnya kitab Bu Heng
Kim kong Ciang Keng itu awalnya yalah milik Siauw Lim sie
digunung siong san. Ialah satu diantara tujuh puluh dua kitab
yang disimpan didalam lauwteng Cong Keng Lauw.
Pada delapan belas bulan yang berselang, kitab itu dicuri
oleh seorang yang tidak diketahui, untuk itu Siauw Lim sie
telah mengirim banyak muridnya untuk mencari. Bu Tong Pay
masuk Too Kauw tetapi ketiga agama pokoknya satu,
sebagian bunga merah, daun hijau dan ubi teratai putih
asalnya, maka untuk melindungi kehormatan Bu Lim, pihak
kami telah memberi bantuannya.
Untuk itu pintoo sudah pergi mengembara. Kebetulan sekali
pintoo berhasil mendapatkan kitab itu, ditemuinya pada
tubuhnya mayat dari seorang pencuri yang menggeletak
digunung Hong san, pinto ambil itu, untuk dibawa pergi, buat
dikembalikan kepada pihak Siauw Lim sie.
Diluar dugaanku, diluar kota Bit-in aku kecurian. Rupa-nya
kitab itu didapatkan Lim Pocue, maka aku telah minta
kedermawanannya untuk membayar pulang. Terdengarnya
kata kata itu pantas sekali, tetapi ketika aku minta
keterangannya, jawabannya tidak memuaskan. Aku tanya
mayat si pencuri diketemukan digunung bagian mana dan
kapan waktunya, dia tidak bisa menjawab.
Pula aneh sikapnya sesudah dia mendapatkan kitab, Kalau
dari ouwlam kita menuju ke ouwpak terus ke Hoolam, untuk
tiba di siong san, bukankah terlebih dekat? Kenapa dia justeru
pergi ke Bit-in? itu namanya meninggalkan yang dekat
mencari yang jauh. Perbuatannya itu tak pantas, bukan

859
melainkan aku si orang she Lim, para hadirin tentu tak
menyetujuinya"
Habis berkata, dengan mata tajam dia mengawasi si imam.
Ketujuh imam serta keempat pendeta pada tunduk dan
berdiam, hingga orang tak tahu mereka tengah memikirkan
apa.
Si anak muda jelek berpikir: "Kata-katanya siong Pek Toojin
mungkin benar sebagiannya. Ketika baru-baru ini di Sam Eng
Piauw Kiok di Kota Kim-hoa aku bertemu Hoat Hoa Taysu dari
Siauw Lim-sie, dia pernah menyebut-nyebut kitab Bu siang
Kim Kong Ciang Hoat itu, benar dia ada tidak membilangi
kitabnya hilang tetapi dia turun gunung pastilah untuk
mencarinya. siapa sebenarnya yang curi kitab itu? Sekarang
mereka bertiga bertengkar. Mungkin ketiganya tidak benar
seluruhnya. Aku orang luar, baik aku tidak campur mulut, biar
aku mendengari saja..."
Meski ia berpikir demikian, seriang ia mengawasi si nona
manis. ia melakukannya tanpa diingini Tapi ia membangkitkan
perhatiannya nona itu hingga nampaknya hangat sinar
matanya si anak dara. Ia melihatnya, diam-diam ia
bersenyum. Ia anggap aneh kelakuan si nona...
Lantas seorang yang tubuhnya berpunggung harimau dia
berpinggang biruang," turut bicara, katanya. "Menurut
pandanganku, Siong Pek Tootiang mungkin belum
menjelaskan urusan peribadinya sendiri maka dia telah
membawa-bawa kitab itu pergi ke Bit-in, baru dari sana dia
akan pulang langsung ke Siong-san. Lim Loo-enghiong,
mungkin teguran kau ini terlalu keras."
Matanya Lim Bong bersinar.
"Chie Loosu bicara gampang saja" katanya. "Kalau begitu,
apakah alasan belaka ketika aku bilang aku mendapat kitab itu
digunung Bong Tong san?"

860
Orang she Chie itu berdiam, mukanya berah. Mungkin dia
merasa sudah salah omong. Tapi kata-katanya itu beralasan.
siapa punya urusan, dia tentu bereskan dulu urusannya
sendiri, baru urusan orang lain. Ketika itu see Hoo Poo Cu Bok
Hong Ek tertawa lebar.
"Lim Loosu semua tentu kena dibikin kacau kata-katanya
Lim Loosu" dia bilang. "Loosu pastilah merasa aneh dan raguragu.
Di dalam satu hal, turut pantas, aku mesti berurusan
dengan siong Pek Tootiang, tetapi dengan si orang she Lim
main berkeras, dia membuatnya aku menjadi serba salah..."
"Brak" demikian suara meja di keprak. Itulah Lim Bong
yang menjadi sangat mendongkol. Terus dia kata keras: "Bok
Loosu, mengapa kau berkata begini, Kitab itu dicuri dari
sakuku, kaulah yang mencurinya, mengapa kau bilang aku
yang berkeras? Itulah hakku"
Bok Heng Ek tertawa tawar alisnya memain, Dia menyapu
dengan sinar matanya kepada para hadirin.
"Segalanya yalah Lim Loosu yang menyebabkannya" ia
kata, "Aku si orang she Bok bukan orang kenamaan tetapi aku
juga bukannya seorang perempuan atau bocah cilik. Aku tidak
dapat ngoceh tidak keruan"
Panas hatinya Lim Bong. Ia sangat terejek.
Seorang dari mejanya Lim Bong terlihat berlompat, dia
menyerang Heng Ek. Dia berlompat pesat sekali.
"Kembalilah kau" demikian satu bentakan, maka tubuh
orang itu, belum lagi tiba pada Heng Ek. sudah mental
kembali mental jempalitan.
Lim Bong gesit dan kuat, ia lantas menanggapi tubuh
kawannya itu, orang itu meringis, saking malu dan kesakitan.
Si anak muda muka jelek melihat, orang yang memukul
balik orang itu yalah seorang tua yang kepalanya gundul
separuh, ketika dia menyerang itu, dia duduk terus dengan
sikapnya tenang saja, melainkan suaranya berpengaruh.

861
Lim Bong gusarnya bukan main, akan tetapi ketika ia telah
melihat si orang tua, ia agaknya jeri, ia mengawasi dengan
mata bengis, dia bungkam.
Maka sejenak itu, sunyilah lauwteng itu. Cuaca pun gelap
bagaikan magrib, Apa yang terdengar yalah suara orang
bernapas...
Lalu si pemuda jelek mendapatkan orang yang dipukul balik
lagi mengawasi ia, matanya bersorot mendongkol.
Kawanan pendeta dan imam, hweeshio dan toosu itu,
masih tunduk dan diam saja. Mengenai kejadian barusan,
mereka seperti tidak melihat dan tidak mendengar. Rupanya
mereka sungkan menceburkan diri didalam air keruh.
Akhirnya kesunyian dipecahkan tertawa terkikik dari si
nona, Dia anggap lucu bungkam-nya semua orang, hingga tak
dapat dia tak tertawa dan mulutnya pun dibikin monyong.
Lalu see Hoo Poocu Bok Heng Ek berbangkit, dia tertawa
dan berkata seenaknya: "Barusan It Goan Kie-su Ouw
Loocianpwee, dengan satu gerakan tangannya, telah
melepaskan aku dari ancaman bahaya, bantuan itu akan aku
si orang she Bok mengukir dalam hatinya."
"Ah, kiranya dialah It Goan Kie-su" pikir si anak muda.
"Dialah Ouw Kong yang saudara Siauw Thian bilang liehay
terutama ilmu-silatnya yang dinamakan Hi Goan Cin Khio,
karena pernah tiga kali dia menyatroni gunung Kun Lun san
dan mengacau di gunung itu.
Hanya heran, habis itu untuk tigapuluh dia seperti
menyembunyikan diri, atau sekrang dia muncul diatas
Lauwteng ini. Ah, urusan agaknya tak sederhana seperti
dilihatnya..."
Tidak cuma si anak muda, hadirin yang lainnyapun heran
mendengar orang tua itu adalah It Goan Kie-su, semua pada
mengawasi ke arahnya. Tiba-tiba Lim Bong menggebrak meja.

862
"Bok Heng Ek, kau memikir yang bukan-bukan" dia
menegur bengis. "Cara bagaimana kau dapat memakai nama
It Goan Kie-su untuk menggertak aku?"
Belum berhenti suaranya jago she Lim itu, atau seorang
dengan rambut kusut bagaikan hantu telah berlompat ke
belakangnya, matanya bersinar sangat tajam, terus dia
menyerang ke kedua jalan darah yang berbahaya sekali, Hong
Hu dan thiin-cu.
Kaget Lim Bong, ia tahu datang bokongan dan ia tidak
takut, hanya itu wakti ia lagi berkedudukan sulit, didepan ada
serangan dibelakang ada serangan itu yang sukar
ditangkisnya. Tidak ada jalan lain, terpaksa ia membuang diri
kesamping kanan hingga ia membentur dan menindihkan
seorang yang duduk dikanannya itu, lalu sambil menekan
maju, tubuhnya melesat terus hingga tiga kaki jauhnya.
Dengan begitu bebaslah-ia dari bahaya.
Si anak muda bermuka jelek terkejut, penyerang itu yalah
si nona manis. Yang mengherankan ia yalah keringanan tubuh
si rona, gerakannya sangat lincah dan cepat, jarang nona
segesit dia. Kedua tangan nona itu juga menyekal sepasang
pedang pendek tak ada satu kaki lima dim dan bengkok. jadi
itulah juga senjata yang langka.
Lim Bong tidak lolos seluruhnya. Baru ia bebas, ia sudah
diserang pula si nona, yang tanpa mengucap sepatah kata
terus mendesak kepadanya. Kali ini ujung pedang stel itu
meluncur ke kedua jalan darah sam yang dan yang kwan, la
menjadi repot meski sebenarnya ia kesohor selama beberapa
puluh tahun karena "Kie Hong Tjiang Kiam," yaitu ilmu silatnya
tangan kosong dan pedang yang luar biasa, Untuk wilayah
KwanTiong, dulu hari itu ia terkenal jago kelas satu.
Saking terdesak akhirnya ia berseru nyaring, dengan
tangan kirinya ia membalas menyerang, itulah jurus "Raja

863
setan mengipas" salah satu jurus dari Kie Hong Ciang Kiam.
Dengan itu ia mengetok kedua pedang bengkok. Itu pula jurus
yang biasa digunai untuk Jalan kekalahan mencari
kemenangan."
Sejumlah hadirin berseru kagum melihat serangan
membalas dari Hwee gan Kim coa itu.
Justeru itu mendadak si nona menjerit bahna kaget,
tubuhnya mencelat mundur dua kaki, mukanya menjadi merah
sekali bahkan malu, dengan mata berputar ia membentak:
"Kau... Bagaimana kau..."
Kejadiannya ialah dua-dua Lim Bong dan si nona terancam
bahaya. Tangan Lim Bong dapat di papas pedang, sebaliknya
lebih dulu dada si nona bakal tertotok. Dialah seorang nona,
bagaimana dadanya dapat ditowel seorang pria?
Maka itu dia kaget dan menjerit. Dia tidak memperdulikan
bahwa saking gusar, Lim Bong sudah melanggar pantangan
Rimba Persilatan, ia mau menarik tangannya tapi sudah tak
keburu, Syukur si nona lompat mundur. Dia bermuka pucat
dan merah, saking kaget, malu dan mendongkol.
Lim Bong melihat semua mata mengawasi tajam padanya,
ia merasa tak enak, akan tetapi ia membawa tabiatnya. Maka
itu ia tanya si nona sambil membentak:
"Nona kecil, aku si tua tidak bermusuhan denganmu,
mengapa kau membokong aku? Syukur aku ingat kau muda
dan belum tahu apa-apa, aku tidak mau membinasakan kau
Sekarang pergilah kau pulang aku tidak mau membikin susah
padamu"
Diperhina dimuka orang banyak secara begitu, nona itu
mendongkol hingga ia mengeluarkan airmatanya.
Selagi begitu, It Goan Kie-su Ouw Kong berkata dingin:
"Lim Loosu, terima kasih untuk pengajaran dan nasehatmu
atas anakku yang memang bertabiat bandel ini tetapi anakku
juga sangat terhinakan, maka aku kuatir didalam tempo tiga

864
hari ini kau mungkin tidak bakal lolos dari kematian. inilah
sungguh sayang..."
Ia tertawa, lalu berkata-kata pada si nona. "Anak Lan, kau
boleh pulang lebih dulu. Urusan mesti dulu diurus perkara
umum baru urusan pribadi sendiri sekang kita hendak menanti
Lim Loosu menjelaskan dan membereskan urusan kitab Bu
siang Kim-kong Ciang-Keng."
Lim Bong terkejut, ia tidak sangka sekali si nona adalah
gadisnya It Goan Kie-su. Tengah ia berdiam itu, mendadak si
nona berlompat kepadanya, menggampar mukanya hingga tak
sempat ia menangkis atau berkelit maka ia merasa mukanya
sakit danpanas. si nona sendiri, habis menggaplok itu, lekas
kembali ke tempatnya. Lim Bong mengusap-usap pipinya, ia
tertawa meringis.
"Salah paham ini terlalu besar" katanya kemudian, Jikalau
aku tahu si nona yalah mustikanya Ouw Locianpwee, biar
nyaliku besar tidak nanti aku berani menyalahi dia. Baiklah,
sebentar aku akan menghaturkan maafku."
Ia berhenti sebentar, lalu ia berkata pada orang banyak:
"Sekarang urusan salah pahamku ini sudah jelas, sekarang
aku si orang she Lim..."
"Siapa bilang sudah beres?" kata si nona itu, " Kenapa kau
tidak memikirkan tempat di mana tubuhmu dapat dikubur?
Kenapa kau masih recoki kitab Bu siang Kim-kong Ciang Keng
itu? Benarkah kau tidak mau sadar?"
Lim Bong mengerti bahwa permusuhan telah tertanam, ia
telah memikirkan jalan untuk meloloskan diri, cuma karena
sangat terpaksa, ia membawa sikap mengalahnya itu. Biar
bagaimana, ia mesti memegang derajat. maka itu, mendengar
suara si nona, ia tertawa bergelak.
"Seorang laki-laki hidup dia tak usah bergirang, mati dia tak
usah takut" katanya, Jadi untukku, tak usahlah aku berbuat
seperti katamu, nona. Para hadirin telah melihatnya, kalau
bukan si nona membokong, tidak nanti aku turun tangan

865
nona, Kau jangan kuatir, aku nanti memberikan keadilan
kepadamu"
Si nona tertawa dingin. "Baiklah nonamu menantikan"
bilangnya.
Dengan begitu maka suasana di Ceng Hong Lauw ini
menjadi panas, umpama panah, jemparing telah dipasang
dibusurnya, sudah ditarik. tinggal dilepaskan saja. semua
hadirin merasa tegang, Mereka diundang untuk memberi
pertimbangan tentang urusan berpindah ke urusan pribadi.
Cuma si pemuda muka jelek yang berdiam sambil
memperhatikan setiap orang.
Kembali sunyi sejenak. Lalu kesunyian dipecahkan dengan
pujian Bu Liang siu Hud" Lalu Siong Pek Toojin berbangkit
berdiri.
Dengan suaranya sungguh-sungguh, ia berkata: "Pintoo
tidak suka banyak omong tetapi pintoo rasa perlu pin-too
bicara, Pintoo kuatir tuan-tuan kurang jelas dan nanti keliru
mengerti terhadap Bu Tong Pay hingga selanjutnya tak dapat
pintoo menjelaskannya pula. itulah dibikin-bikin ketika Lim
siecu mengatakan pin-too mendapatkan kitab di gunung Hong
san, Urusan telah menyebabkan Bok siecu mengundang rapat
ini, untuk membereskannya. Untuk ini, Lim siecu pun
mengundang Gan Kek siecu dan Hong san Pay menjadi saksi
sebenarnya, soal siapa yang mendapatkan kitab itu bukan soal
lagi, soalnya adalah siapa pemilik asal kitab itu, maka..."
Ia berhenti untuk memandang ke sekelilingnya ketika ia
meneruskan, ia bersenyum:
"Maka juga Piotoo mengirim surat kilat mengundang
datangnya keempat hoat su dari siauw Lim Pay, Bukankah
barusan Hoat It siang-jin berdiam saja? Inilah dsebabkan ia
tidak ingin urusan menjadi bagaikan gelombang besar, Baiklah
diketahui, kitab itu tidak dapat diyakinkan kecuali orang lebih
dulu sudah belajar dua puluh tahun lamanya di dalam Siauw
Lim sie, belajar tentang ilmu kebatinan sesudah orang tak

866
menghiraukan lagi soal mati atau hidup, oleh karena itu, untuk
Lim sie-cu atau Bok siecu, kitab itu ada bagaikan sampah saja,
tak ada faedahnya, maka juga aku pikir baiklah kitab
diserahkan kepada Siauw Lim Pay, pemiliknya. Dengan begini
juga perselisihan dapat dihabiskan, hingga keutuhan kaum Bu
Lim tidak terganggu Tidakkah ini baik?"
Imam itu lantas memandang tajam kepada Lim Bong,
Ketita ia melanjuti kata-katanya, sikapnya kaku, ia kata:
"Begitulah maksudku, untuk menghindarkan persengketaan
terlebih jauh. Di luar dugaanku, Lim Siecu benar benar hendak
memperolehnya. Dia sudah menganjurkan atau menghasut
keempat Hantu dari Kholo Kong san Cin Tiong siang Niauw
dan Kiong-bun siang Kiat.
Mereka itu didustakan dengan berkata bahwa
kedatangannya keempat hoat su dari Siauw Lim Sie dan kami
ke mari adalah karena kami mengandung suatu maksud lain,
kami difitnah hendak mempersatukan semua orang Bu Lim
guna mengusir mereka itu dari wilayah Tionggoan.
Fitnahan itu sungguh memalukan dan hebat akibatnya,
empat Hantu Khole Keng san tdak tahu duduknya hal, mereka
main percaya saja, tadi malam dengan berombongan mereka
sudah membokong keempat hoat su dari Siauw Lim sie,
hingga dua orang murid Siauw Lim sie, Siong Lim dan Siong
ko, telah terbinasakan, Berbareng dengan itu ada seorang
bocah she Hu tengah dikejar Loosu Sim Siang Kiu dari istana
Sam Pweelek. oleh karena merasa kasihan, keempat hoat su
menolongi bocah itu.
Perbuatan itu membikin gusar Sim Loo-su, yang menjadi
percaya keempat hoat su benar mengandung maksud lain,
maka dia sudah menggunai saat rapat ini untuk secara diamdiam
membasmi kami. Alasan belaka ketika dia menyatakan,
Undangan ada untuk pertemuan persilatan. Maka dari itu aku
bilang, kitab bukan menjadi soal pokok lagi Kita sekarang
harus berdaya bagaimana harus menyambut dan
menghindarkan diri dari takdir celaka itu Demikian kataTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
867
kataku, sekarang terserah kepada para hadirin untuk
memikirkannya."
Habis berkata si lmam berduduk pula seraya merapatkan
kedua matanya.
Para hadirin pada mengasi dengar suara "oh" lalu
separuhnya mengawasi tajam kepada Lim Bong. si anak muda
muka jelek lega hatinya mendengar Hu Ceng ditolongi
pendeta-pendeta Siauw Lim Sie itu, sebaliknya ia mendongkol
mendengar halnya Sim Siang Kiu berkomplotan memusuhkan
pelbagai partai lainnya. Itulah perbuatan hina dan jahat dan
akibatnya bakal jadi hebat sekali.
Lim Bong telah dibeber rahasianya, ia bukan takut, ia
justeru girang sekali.
Setelah sunyi sejenak, It Goan Kiesu Ouw Kong berkata
sambil tertawa: "Aku si orang tua bukan asal kaum lurus tetapi
aku tidak senang dengan sepak terjangnya keempat Hantu
dari Kholo Kong san dan Cio Tiong siang Niauw beramai itu,
maka itu kalau sebentar mereka datang, ingin sekali aku mainmain
dengan mereka itu"
Ouw Kong benar, ia memang bukan kaum lurus tetapi
walaupun demikian sepak terjangnya selalu sama tengah.
Baru terhenti Ouw Kong bicara, ditangga lauwteng
terdengar tindakan sangat berisik, itulah tanda datangnya
banyak orang, Tatkala si anak muda memandang ke muka
tangga, terperanjat.
ooooo
Rombongan orang yang baru tiba itu dikepalai oleh Ok suya
Sim Siang Kiu, sebagaimana dialah yang jalan dimuka. Habis
dia yalah Thian Gwa sam Cuncia tiga pendeta liehay yang dikaki
puncak Ciu Auw Hong hampir menbuat In Gak terbinasa,
Dibelakang mereka terlihat Khole Kong san sie Mo, empat
Hantu dari Khole Kong san, lalu Cin Tiong siang Niauw,

868
sepasang burung dari Cin tiong siamsay. Yang paling belakang
yaitu sam Ciat Koay-kit Beng Tiong Ke.
Si anak muda heran atas datangnya ketiga cuncia dan Beng
Tiong Ke. Kenapa mereka ada bersama. Ketiga cuncia itu
hebat sekali. Mengenai Beng Tiong Ke, ia mesti berpikir keras.
Adakah pengemis ini menghamba kepada Sim Siang Kiu?
Atau dia lagi menjalankan siasat, dimuka umum dia bekerja
untuk Ok suya, diam-diam dia membelai Kay Pang, partainya?
Atau lagi, dia bekerja untuk kepentingannya sendiri? sulit
untuk diketahuinya.
Atas munculnya Khole Keng sin sie Mo dan rombongannya
itu, mereka lantas disambut sambil berdiri bormat oleh Hwee
Gan Kim-Coa Lim Bong dan sie Hoo Poocu Im yang Twie Hong
Bok Hong Ek serta orang orangnya mereka itu. Yang lainnya
tetap duduk diam saja.
Keempat Hantu tidak puas mendapatkan tidak semua orang
menghormati mereka, dengan mata tajam dan bengis mereka
mengawasi kepada mejanya rombongan pendeta dan imam.
Sebenarnya mereka berempat asal suku Biauw dan mereka
bersaudara satu ibu berlainan ayah, kepandaian mereka
didapat karena diambil menjadi murid oleh seorang berilmu
dari gunung Kho-lo Keng san, yang memberinya she baru
yaitu Hoa dan namanya masing-masing yalah Ie, Cu, Hong
dan Bong
Hoa Ie mengawasi Hoat It siangjin, dia tertawa dingin.
"Kiranya ada Hoat It si keledai gundul yang menjadi tulang
punggungnya" katanya, "Tidak heran semua anak muda
lainnya tidak memberi hormat kepada aku si orang tua"
Untuk si pendeta dan yang lainnya, itulah penghinaan
hebat, akan tetapi semua pendeta dan imam itu tetap tunduk
dan bungkam, mata mereka tetap ditutup rapat.

869
Melihat orang berdiam saja, mata Hoa Ie lantas menyapu
ke arah It Goan Kiesu Ouw Keng, Mendapatkan orang tua itu,
dia terkejut tetapi cuma sebentar, ia lantas tertawa lebar dan
kata : "Aku tidak sangka sekali Ouw Kiesu muncul pula Eh, ya,
mengapakah aku tidak melihat tulang punggungmu Touw
Liong Kiesu Chio Thay Hie?" It Goan Kie-su tak berkutik dari
kursinya, ia bersenyum.
“Jikalau Toaw Liong Kiesu datang ke mari, mana kamu
orang datang ke Ceng Hong Lauw ini?" katanya. "Pastilah
kamu sudah menggoyang-goyang ekor kamu dan ngeloyor
pergi."
"Belum tentu" kata Hoa le tertawa dingin.
Bok Hong Ek dan Lim Bong lantas mengantarkan
rombongan baru itu ke meja yang telah
disiapkan.
Setelah semua berduduk. Kim Goat Cun-cia berbicara, ia
menggunai bahasa Tionghoa yang fasih, Katanya: "Pinceng
mendengar kabar bahwa telah terbit perselisihan di antara
poocu dan Lim Loosu disebabkan sebuah kitab Bu siang Kimkong
Ciang Keng, Menurut pinceng, baiklah hal itu tidak ditarik
panjang pula. Baik diketahui bahwa selama ini pamornya
Siauw Lim Pay sudah mulai runtuh, sama sekali Siauw Lim Pay
tidak dapat menandingi ilmu suci dan luhur dari India,
Begitulah kitab warisan guru kami, yang dinamakan kitab
Poutee Pweeyap Cin Keng, adalah kitab yang sempurna, sebab
isinya menggenggam semua sari ilmu silat di kolong langit ini.
Hanya sayang sekali, sekarang ini kitab itu tidak ketahuan
di mana adanya, Ketika guruku yang berdiam di dalam gua di
puncak Ciu Auw Hong lagi melatih diri, ia telah tersesat,
Guruku itu ialah Poo Tan siang jin. Tengah guruku tersesat itu,
ia telah didatangi Koay Ciu sie-seng Jie In, yang dibenci kaum
Bu Lim kamu. ia dibokong dan kitabnya itu dicuri, dirampas.
Karena lukanya yang tidak mendapat obat, guruku itu mati
karenanya, sekarang ini kami lagi mencari Jie In. Kami
mengharap. siapa saja yang mengetahui di mana

870
sembunyinya dia, sukalah kiranya memberitahukannya pada
kami, Atau kalau suka, orang dapat bekerja sama kami guna
membekuk dia. Untuk itu, jikalau kita ber-hasil, pinceng
bersedia membagi sebagian dari pelajaran-pelajaran yang
menjadi isinya kitab itu. Nah, bagaimana pikiran loosu sekalian
?"
Mendengar perkataan pendeta itu, matanya si pemuda
jelek menyala, siapa melihatnya pasti akan jeri sendirinya,
Dialah bukan lain daripada Jie In atau benarnya Ca In Gak.
Dia sudah merantau lama, dia telah memperoleh pengalaman,
akan tetapi dasar anak muda, ada kalanya sulit untuk dia
mengatasi dirinya ini sebabnya kenapa matanya menyala itu.
Dia gusar sebab Kim Goat telah memutar balik duduknya
kejadian dan kata katanya itu menghina sangat.
Semenjak dia duduk bercokol, Sim Siang Kiu sudah
memperhatikan si anak muda jelek itu, Kenapa ia duduk
sendirian saja? Dia menjadi heran, dia menjadi bercuriga,
Lantas dia melihat sinar mata orang yang bengis itu, maka
kecurigaannya menjadi bertambah sambil terus memasang
mata, dia menanya perlahan kepada Bok Hong Ek : "Siapakah
anak muda itu?”
Orang yang ditanya menggeleng kepala, tandanya dia tidak
tahu, Siang Kiu mengawasi pula si anak muda,
Ketika itu ouw Keng tertawa, terus dia berkata, menanya
Hong Ek : "Bok Poocu, hari ini kau menjadi tuan rumah,
silahkan kau mengajar aku kenal kepada ketiga taysu itu,
Mataku masih hijau, aku tidak mengenali mereka Mengapa
kau tidak lekas mengajar kenal?"
"Oh, ya " kata Hong Ek. agaknya terkejut. "Dasar aku mau
mati, saking girang, aku sampai lupa mengajar kenal kamu
satu dengan lain" ia lantas tertawa, dengan suara nyaring ia
berkata pula: "Ketiga taysu ini ialah Thian Gwa sam Cuncia,

871
Kim Goat, Gin Goat dan Beng Goat. Merekalah guru-guru
besar dari kuil Porselen Emas di India Tengah di wilayah Barat
yang namanya sangat kesohor..."
Belum berhenti suaranya Hong Ek atau orang mendengar
jeritan, yang keluar dari mulutnya Kim Goat Cuncia, hingga
orang kaget. Pula orang lantas melihat tubuhnya mencelat
bangun dari kursinya, tingginya tiga kaki, lalu roboh di lantai
lauwteng, Hebat jatuhnya tubuh itu, lauwteng sampai
bergoyang dan debu mengepul.
Gin Goat dan Beng Goat kaget bukan main. Mereka
menduga ada orang yang membokong kakak seperguruannya
itu, mereka lantas lompat bangun, guna melihat ke sekitar
ruang. guna mencari si penyerang gelap.
Kim Goat tak rebah lama atau dia sudah berlompat bangun,
untuk duduk kembali di tempatnya, Dia membungkam dan
mukanya tampak menyeringai.
Dua saudara itu heran, mereka lantas menduga sesuatu,
keduanya terus mengawasi untuk lantas menanya, mereka
sangsi, Melainkan sinar mata mereka yang menunjuki mereka
menanti jawaban.
Tiba-tiba si nona tertawa terkekeh, Dia berkata : "Orang
ada guru besar dari wilayah Barat, maka ahli-ahli yang
pelajarannya masih rendah dari Tiong goan menghormatinya
sekali. Akan tetapi melihat apa yang terjadi ini, kelihatannya
ketiga taysu tak cocok untuk menempur jago-jago Tiong goan,
Hawa udara di sini beda dengan iklim di Barat itu. Umpama
selagi bertempur lantas taysu mendadak kegatalan, hingga
kepandaian taysu tak dapat digunakan lagi, lantas taysu kena
terlukakan bagaimana? Kaum Rimba persilatan di Tiong-goan
pastilah tak akan dapat bertanggung jawab"
Mendengar kata-kata Jenaka itu, orang tertawa. Mukanya
ketiga cuncia menjadi pucat.
Keempat pendeta dan ketujuh imam, yang selalu menutup
mata, juga turut tertawa, sebab barusan, mendengar jeritan

872
dan suara roboh terbanting, sendirinya mereka membuka
mata, untuk melihat apa yang terjadi.
Amarahnya Kim Goat bukan main, sambil mementang
kedua tangannya, dia berlompat ke arah si nona, untuk
menghajar
Menampak demikian Ok suya Sim Siang Kiu berlompat
maju, guna menghadang di depan jago India ini, kedua
tangannya dipentang juga, hingga mereka seperti lagi
bertempur. Keduanya bentrok. keduanya mundur sendirinya
dua tindak. si nona sendiri, yang diserang itu, sudah berkelit
ke belakang Hoat It siang djin.
Pendeta itu beroman sabar dan murah hati, ia memandang
si nona dan berkata : "Nona kecil, kau sangat cerdik, bukan
kau menyingkir ke belakang ayahmu, kau justeru terus lari ke
belakang loolap. Mungkinkah ada maksudmu?"
Nona itu menyingkap rambutnya, ia bersenyum.
"Sebenarnya, loosiansu, aku ingin sekali menyaksikan
kepandaian liehay dari Siauw Lim Pay," sahutnya.
Pendeta itu tertawa bergolak. Dengan tenang ia berbangkit
bertindak ke depan Sim Siang Kiu dan Kim Goat Cuncia.
Ketika itu, karena bentrokan mereka berdua hebat sekali,
Siang Kiu dan Kim Goat tengah menyalurkan napas mereka,
Hoat It tidak mau datang dekat, sebagai seorang suci, yaog
tidak ingin berlaku curang, ia berhenti bertindak lima kaki dari
mereka itu, ia memandang mereka sambil bersenyum,
tangannya mengurut- urut kumisnya.
Semua orang dari ke dua pihak mengawasi dengan hati
tertarik, Majunya Hoat It berarti satu pertempuran dahsyat
bakal mengambil tempat, Bukankah mereka itu bertiga dari
kalangan atas?
Lekas juga Siang Kiu dapat menyalurkan napasnya, ia
membuat main kumisnya, ia pun bersenyum, hanya sebagai
orang licin, senyumannya itu tengah. "Tayue, hari ini dua kali

873
kita dapat bertemu, inilah jodoh " ia kata. "Apakah tay-su
hendak menunjuki sesuatu kepadaku?"
Pendeta itu merangkap kedua tangannya.
"Amitaba Buddha " ia memuji, "Loolap ialah orang di luar
garis, loolap tak dapat saling berebutan lagi, akan tetapi
hatiku belum bersih betul, kembali aku menginjak dunia
kekacauan sebenarnya tidak dapat aku menunjuki sesuatu
kepada tan-wat, hanyalah karena loolap kebetulan mengingat
sesuatu, tak dapat loolap tak membilanginya."
Habis berkata itu, ia bersenyum pula.
Sim Siang Kioe mengawasi, ia agaknya bingung atau tak
mengerti.
Hoat it bersenyum pula, baru ia berkata lagi: "Pada sepuluh
tahun yang lalu loolap telah pesiar ke Thian san. Di sana
kebetulan sekali loolap bertemu dengan Bu Liang Tay-su,
pendeta kenamaan dari gunung itu. Ketika itu loolap
menerima pelbagai petunjuk hingga hati loolap menjadi
terbuka, Tentu sekali loolap ingat untuk budinya taysu. Tempo
taysu meninggalkan dunia yang fana ini, lolap
mendampinginya, maka itu loolap telah menerima pesannya
yang terakhir. Taysu bilang bahwa Taysu mempunyai hanya
seorang murid, Taysu mengatakan, karena ia kenal baik sifat
muridnya, murid itu sudah disuruh turun gunung. Kemudian
taysu mendengar berita hal muridnya sudah tersesat,
Disebabkan hati taysu sudah tawar, tak ada niatnya turun
gunung mencari murid itu,
Kebetulan taysu bertemu denganku, taysu memesan untuk
muridnya dikasih nasihat, bahwa siapa tersesat dia bakal
menerima pembalasannya,
Murid itu bakal ada orang yang menghukumnya apabila dia
tak dapat merubah cara hidupnya, Loolap seorang yang
pemurah hati maka itu loolappun merasa kasihan terhadapnya.
siapa murid itu, tan-wat tentu ketahui sendiri, dari itu
sekarang, loolap minta sukalah tan wat memikir masakmasak."
Habis berkata itu, kembali pendeta ini bersenyum.

874
Mukanya Siang Kiu menjadi pucat, Para hadirin lantas
dapat menduga, murid itu ialah Sim Siang Kiu ini. Mereka pun
dapat menangkap sari kata katanya Hoat it siang-jin walaupun
pendeta ini bicara demikian halus."
Si anak muda bermuka jelek lantas berpikir: Jikalau Bu
Liang Taysu itu saudara seperguruannya kakek guruku, maka
Sim Ssiang Kiu ini ialah orang yang bertingkat terlebih tua
daripada aku. Aku tidak mengerti mengapa suhu tidak
menuturkan padaku tentang peristiwa Sim Siang Kiu ini?"
Ketika itu Siang Kiu telah dapat menenteramkan hatinya.
"Taysu," ia berkata, tertawa, "taysu baik. sekali, hanya
sayang aku bukanlah orang yang taysu sebutkan itu, karena
mana menyesal aku mesti mensia-siakan nasihat dan kebaikan
hatimu ini "
Dari bersenyum, Hoat It mengerutkan alis, Tapi cuma
sebentar, ia kembali seperti biasa. ia merangkap kedua
langannya, sekarang ia menghadapi Bok Heng Ek.
"Bok Tan-wat," katanya, bersenyum, "oleh karena kitab Bu
siang Kim-kong Ciang Keng itu kitab tidak ada faedahnya,
loolap mohon sukalah tan-wat menyerahkannya pulang pada
loo-lap. sekarang juga Loolap beramai hendak berangkat
pulang ke gunung kami."
Mendengar itu, Hoa Ie, si ketua dari empat Hantu dari
Khole Keng san mendahului Hong Ek. Dia tertawa aneh, dia
kata jumawa: "Hoat It, enak saja kau membuka mulut. Lebih
dulu daripada ini kau telah menyiarkan berita bahwa kau
hendak mengusir kami kaum hantu jahat, supaya kami tidak
dapat menaruh kaki dalam dunia Rimba Persilatan, sekarang
kau bicara begini manis, artinya kau tahu kesukaran dan
hendak mengundurkan diri Mana dapat. Keledai gundul, tidak
dapat kau omong sesuka hatimu. Baiklah kau menyebutkan
syaratmu, untuk kita bertempur mati atau hidup, jikalau tidak.

875
percayalah tidak nanti partaimu dapat hidup senang dan
tenteram"
Hoat It tertawa nyaring, kedua matanya bersinar tajam.
Jikalau demikian pembilangan Hoa Tan-wat, baiklah, loolap
tidak bisa bilang apa-apa lagi" katanya, "Sekarang silahkan
tan-wat yang menunjuki syaratmu, Loolap akan mentaati"
ujarnya sang Buddha, Jikalau bukan aku yang masuk ke
neraka, siapa lagi? Loo-lap suka berkurban untuk orang ramai,
nanti loolap yang pergi ke neraka " Lagi sekali pendeta ini
tertawa, riang gembira nadanya.
Sim Siang Kiu menyelak di sama tengah, "Tuan-tuan, buat
apa kamu bicara dari hal hidup dan mati?" ia berkata, tertawa
lebar, "Apakah halangannya jikalau kita main-main saja, untuk
memajukan kepandaian kita? Tapi memang benar
pembilangan orang jaman dahulu, kesesatan dan kelurusan
tak dapat hidup bersama, sebagaimana api dan air tak dapat
hidup bersama juga, maka itu kalau sekarang kita berlaku
sabar, di belakang hari toh gunung
akan meletus juga, daripada menanti sampai kelak di
belakang hari, baiklah kita membereskannya sekarang saja"
Ouw Kong tertawa, ia pun menyelak: "Apa juga katamu,
semua balik pada pokoknya orang she Sim, apakah kau
mengaku dirimu pihak sesat?"
Parasnya Ok suya menjadi guram, "Sebenarnya tidak tegas
perbedaan di antara sesat dan lurus," katanya. "Itu
bergantung pada orangnya sendiri, sekarang kita jangan
menarik urat dalam hal itu. Aku si orang she Sim mempunyai
satu jalan. sekarang ini telah terjadi pemecahan di antara Kay
Pang, mereka menjadi selatan dan Utara, dan mereka sudah
berjanji akan nanti bulan tiga tanggal tiga mengadu
kepandaian di puncak Tiang Jin Hong di gunung Tay san,
katanya siapa yang menang dialah yang akan berkuasa atas
kaum pengemis di seluruh negeri, maka itu kenapa loosu
sekalian tak mau menggunai ketika itu untuk memastikan juga

876
siapa si jago? Di sana aku si orang she Sim akan menyaksikan
tampangnya orang-orang kosen. Tidakkah itu bagus?" Ouw
Kong tertawa lebar.
"Ha, kelinci yang cerdik " dia kata nyaring, Jadinya kau
hendak sekali menyapu membikin habis pada kita Mana dapat
Thian memenuhkan keinginan kau ini? Kau justeru memikir
yang tidak-tidak. Tapi mengenai pertemuan di Tay san itu, aku
si orang tua pasti akan pergi menghadirinya. Pergi pulang, kau
mengandung maksud busuk sekarang mari kita membereskan
urusan sekarang, urusan kitab"
Kali ini air mukanya Sim Siang Kiu tidak berubah, dia dapat
terus tertawa licik. "Pertemuan di Tay san itu ada
kehendaknya Hoa Tayhiap sendiri," ia bilang, " Untuk semua
loosu, siapa suka menghadirinya atau tidak, terserah kepada
masing-masing. Tentang kitab baiklah sekarang kitab itu
disimpan dahulu oleh Hoa Tayhiap akan tetapi jikalau Hoat It
Taysu ingin lekas-lekas mengambil-nya, Hoa Tayhiap dapat
menantikannya besok di bukit Giok Coan San"
"Baiklah " Hoat It menerima tantangan itu, setelah mana ia
memutar tubuhnya untuk berlalu dari lauwteng, ia disusul
ketiga kawannya dan ketujuh imam.
Sampai disitu, si anak muda mengangkat cawan araknya
dan bersenandung, "Tahun dan bulan itu lama adalah orang
yang mendesaknya membikin pendek Dunia itu luas akan
tetapi si serakah yang membuatnya sempit"
Orang semua heran mendengar suara itu, ia yang
mengalun seperti genta di waktu pagi. Kim Goat pun tidak
menjadi kecuali, bahkan dia timbul kecurigaannya.
Tatkala tadi cuncia ini lompat melejit dan roboh, itu
disebabkan ia merasakan gigitan seperti antuk tawon kepada
jalan darahnya tiang kiang dan tian-bun. jalan darah tian-bun
itu terasa sakit yang kiri dan kanan, ia berlompat tanpa
merasa, begitu juga jeritan-nya itu, ia merasa sakit dan tidak
enak.

877
Ketika ia sudah kembali ke kursinya, perasaan itu
mengganggu seluruh tubuhnya, baru setelah lewat sekian
lama, ia bebas sendiri dari gangguan itu. Tapi kejadian itu
membuatnya berpikir : "Seumurku belum pernah aku dapat
gangguan kesehatan seperti ini. Adakah aku diganggu
setannya Poo Tan yang telah menotok jalan darahku --jalan
darah tian-Hu, hingga jalan darah itu tertutup dan sekarang
begini akibatnya? -- Ah, tidak mungkin Aku telah menutup
jalan darahku itu. Kenapa sekarang terjadi pergeseran ke jalan
darah tiang-kiang dan tian-bun ini? Bukanlah Gin Goat dan
Beng Goat tidak terganggu seperti aku ini? Mungkinkah ada
orang yang mengganggu aku dengan cara membokong?"
Karena kecurigaan ini, ia menjadi memperhatikan ke
sekelilingnya, ia menoleh kepada si pemuda jelek, yang duduk
di meja di belakang-nya. Anak muda itu duduk tenang,
wajahnya bersenyum seperti biasa, ia tidak berani menyangka
sembarangan, sekarang ia mendengar senandung pemuda itu,
ia heran, Beda dari lain orang, ia merasakan artinya
senandung itu, ia merasakan juga suara itu dikeluarkan
dengan tekanan tenaga dalam, maka ia menarik tangannya ok
suya dan berbisik di telinganya.
Sim Siang Kiu berpaling kepada si anak muda, mengawasi
dengan tajam ia pun mengasih lihat senyuman licik,
Si nona dapat melihat gerak geriknya Sim Siang Kiu, ia
menduga orang hendak melakukan sesuatu yang tak
selayaknya, ia tidak berkesan baik terhadap si anak muda,
tetapi ia pun tidak membencinya. Bahkan ia lebih membenci si
orang she Sim,
Ouw Kong melihat anaknya seperti lagi berpikir, ia mau
percaya anak ini bakal menunjuki pula kenakalannya, maka ia
mengurut kumisnya dan bersenyum.

878
It Goan Kiesu itu pada empat puluh tahun dulu mendapat
nama bersama sama Tou Liong Kiesu Chio Thay Hie. ia
terkenal buat ilmu silatnya "It Goan Chin Khie" dan Chio Thay
Hie untuk "Touw Liong Ciu." yang terdiri dari lima puluh
delapan jurus. Merekalah yang dikenal sebagai Lo Houw Jie It,
dua jago dari Lo Houw san.
Tiga kali It Goan Kiesu pernah mendaki gunung Kun Lun
san bertempur dengan Kun Lun su Kie, empat jago dari Kun
Lun san. Mereka bertempur sampai tiga hari tiga malam.
Kelihatannya mereka seri tapi sebenarnya Kun Lun su Kie yang
terdesak. Dengan Chio Thay Hie, Ouw Keng tinggal di satu
tempat akan tetapi di waktu bekerja, mereka masing-masing.
Tiga puluh tahun dulu, Tjio Thay Hie masih suka terlihat It
Goan Kiesu sebaliknya seperti menghilang, hingga orang
menduga mungkin dia tawar hatinya dan hidup bersembunyi
di atas gunung yang tak tersampaikan lain orang.
Kabar angin mengenai It Goan kiesu itu benar tetapi tidak
seanteronya. sebenarnya ia telah menikah dan karena ia
gemar akan keindahan pemandangan alam, ia tinggal
menyendiri di bukit Pek Hong Nia di tepi sungai Yang sok,
Sampaipun Chio Thay Hie tidak ketahui tentang
kepindahannya itu. ia saling mencinta dengan isterinya, maka
itu ia berduka sangat waktu satu kali sang isteri keguguran
dan jatuh sakit karenanya.
Dengan banyak susah ia dapat tolong jiwa isterinya itu,
hanya karena lemahnya, sang isteri mesti rebah saja di atas
pembaringan ia menyesal karena ia mengharap anak. anak
laki-laki maupun perempuan. Karena itu, hatinya menjadi
tawar.
Kemudian Ouw Keng mendapat satu resep obat untuk
isterinya itu, bahan obatnya belasan rupa, diantaranya mesti
dicari di tanah pegunungan ia tidak berkecil hati, ia mencari
untuk merawat isterinya, ia menerima seorang bujang
perempuan.

879
Tujuh tahun lamanya ia mencari obat-obatan, baru ia
berhasil isterinya itu dapat disembuhkan sampai dia bisa
berjalan pula seperti biasa. Bahkan selang dua tahun, nyonya
Ouw hamil pula, Bukan kepalang girangnya Ouw Keng,
demikian pula isterinya itu,
Lewat sepuluh bulan, sang isteri melahirkan seorang bayi
perempuan. Kegirangannya Ouw Keng hanya separuh, ia
sebenarnya ingin bayi laki-laki guna menyambung turunannya.
Tidak beruntung ia, selang dua tahun kemudian, isterinya
menutup mata, Maka ia mesti merawat sendiri puterinya itu
yang ia beri nama Kek Lan, artinya bunga anggrek yang
harum dari lembah yang sunyi.
Anak itu pintar, Dia dididik ilmu silat. setelah besar, dia
menjadi cantik sekali, Mengingat yang anaknya mesti
menikah, maka Ouw Keng keluar dari tempat
"persembunyiannya", membawa puteri itu merantau, Demikian
ia muncul pula dalam dunia Kang ouw.
Pada suatu hari tiba di kota Hang-ciu, Ouw Keng bertemu
dengan Gan Keng Loodjin dari Hong san Pay. Mereka
memasang omong tentang pelbagai kejadian antaranya
mengenai kitab Bu siang Kim-kong Ciang Keng yang terlenyap
itu. Lalu Gan Keng kata dia mau pergi ke kota raja dan
mengajak Ouw Keng pergi bersama, ia memang lagi pesiar, ia
menurut.
Demikian itu hari mereka berada di rumah makan Ceng
Hong Lauw di mana orang tidak mengenali ia. orang pun
umumnya memperhatikan hanya puterinya.
Ouw Kek Lan menjadi besar di gunung, dia sangat disayang
orang tuanya, di samping jujur, dia merdeka, dia manja, Dia
biasa membawa adatnya sendiri Di medan rapat ini dia
berbicara asyik dengan Gan Keng Loodjin, mereka sering
tertawa tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya.
Dihatinya, si nona sebenarnya kurang puas. Di situ ia
mendapatkan segala orang tua, segala pendeta dan imam,

880
ada juga yang muda, orangnya tolol... Cuma si orang muda
muka jelek menarik perhatiannya, sebab ia berkasihan, Kata ia
dalam hatinya: "Benarkah didalam dunia ada pemuda sejelek
dia? Ah..." Dan dia melirik anak muda itu.
Manusia itu aneh, yang bagus mau dilihat, yang jelek mau
dilihat juga- yang bagus sebab hati tertarik, yang jelek karena
ingin tahu. Dan si nona Lan disebabkan dia berkasihan dan
heran, Karena ia telah mencuri lihat sekian lama, lalu timbul
herannya, ia menjadi tidak mengerti.
Muka si anak muda benar jelek luar biasa, tetapi kenapa
sebatas leher, kulit leher itu beda dari kulit mukanya? Kenapa
juga tangan orang putih dua-duanya, putih seperti kemala?
Ya, kenapa? Tak dapat ia menerkanya Maka itu, melihat sikap
si orang, she Sim, lantas ia berbangkit berlompat ke depan si
jelek itu.
Sim Siang Kiu heran melihat kelincahan si nona. sejenak ia
melengak. lantas ia tertawa.
"Nona, adakah pemuda ini sahabatmu?" ia tanya. Merah
muka si nona, ia menggeleng kepala. "Tahukah nona tentang
dia?" Siang Kiu tanya pula. Nona itu tertawa.
"Hak apa kau mempunyai untuk mencari tahu hal ikhwal
lain orang?" dia balik menanya.
Siang Kiu jengah, hingga ia melengak. Tapi ia seorang
berpengalaman dengan lekas ia mendapat pulang
kesadarannya, ia dapat menguasai diri, ia tidak mau
mengentarakan mendongkolnya, ia pula percaya, pasti bukan
tak ada sebabnya, It Goan Kiesu muncul pula dalam dunia
Kang ouw. ia bersenyum.
"Tak dapat aku bilang, nona," sahutnya kemudian, "Aku
berbuat karena aku melakukan permintaan orang. Aku lihat,
nona, sikapmu ini usilan, bukan?"

881
Kok Lan tidak menjadi gusar, sebaliknya ia tertawa,
Mukanya menjadi merah dadu, maka ia nampak semakin
cantik dan manis, ia mengasi lihat kemanjaannya.
“Jadinya kau menganggap nonamu usilan?" tanyanya,
"Baiklah, biar aku usilan ingin aku campur tahu urusan kamu
ini "
Siang Kiu melengak. Khole Keng san sie Mo mengerutkan
alis.
"Sudahlah, Sim Laote," berkata Toa-Mo Hoa Ie, Hantu yang
tertua, "sudah, buat apa berebut omong dengan segala bocah.
Kami mau pulang, sebentar kita harus mendamaikan urusan
penting."
Inilah ketika baik untuk Ok suya memutar kemudi, ia
tertawa dan kata: "Nona, tak kecewa kau menjadi mutiara
mustika dari It Goan Kiesu Nyalimu besar melebihkan nyali lain
orang " ia lantas merangkapkan kedua tangannya untuk
memberi hormat seraya menambahkan " Nah. nona, sampai
kita ketemu pula "
Lantas suya licik ini mengikuti Cin-tiong siang Niauw semua
berlalu.
Ketika Kim Goat Cuncia mau berlalu, dia mendelik terhadap
si anak muda dan berkata dengan sengit, "Binatang, besok
aku menunggu kau di puncak Giok Coan san " Terus dia
membuka tindakan lebar.
Melihat si nona dan Ok suya bentrok orang menyangka
bakal terjadi onar, siapa tahu urusan beres sendirinya.
See Hoo Poo-cu Bok Hong Ek menghampirkan It Goan
Kiesu ia memberi hormat.
"Aku tidak tahu Ouw Loosu juga mempunyai kegembiraan
untuk datang ke sini, aku minta diberi maaf," ia kata, " Kapan
saja loo-su mempunyai ketika luang, aku undang kau
berkunjung ke tempatku, aku akan menerimanya dengan
girang "

882
Ouw Keng berbangkit seraya tertawa, Jangan sungkan, Bok
Loosu," ia kata. "Baiklah, bila ada ketikanya, lain hari aku
berkunjung ke rumah kau, sekarang loosu mempunyai urusan,
silahkan mengurusnya."
Hong Ek memberi hormat pula, lantas ia turun dari
lauwteng.
Mukanya Lim Bong merah, dia berlalu sambil tunduk, Nona
ouw mengawasi dengan roman murka.
Sebentar saja, buyarlah awan yang gelap, maka ruang
menjadi tenang dan sunyi, Di situ tinggal si nona dan ayahnya
serta Gan Keng Loojin, orang yang keempat ialah si anak
muda, yang terus minum araknya dengan perlahan, sikapnya
terus sabar dan anteng.
"Ho " mendadak si nona berkata, kakinya msnjijak lantai
"Bagaimana dengan kau? Nona-mu telah melepaskan kau dari
kurungan, mengapa mengucap terima kasih pun tidak?" Katakata
itu ditujukan kepada si anak muda, yang ia awasi tajam,
si pemuda jelek tertawa, terus dia berbangkit untuk menjura
dalam. "Kalau begitu, di sini aku menghaturkan terima kasihku
" ia kata. Tapi si nona berkelit, dia tertawa. "siapa kesudian
menerimanya " katanya Jenaka.
It Goan Kiesu tertawa.
"Anak Lan, kau berkuatir tidak keruan " ia berkata,
"Sebenarnya Sim Siang Kiu tak ada di mata orang"
Anak muda jelek itu agaknya likat, ia tertawa menyeringai
dan kata. "Loocianpwee, mata loocianpwee tajam bagaikan
kilat, aku kagum sekali, sebenarnya juga, jikalau tidak ada
puteri loocianpwee ini, yang menghadang disaat yang tepat,
mungkin aku yang muda terlukakan tangannya Sim Siang
Kiu."
It Goan Kiesu tertawa lebar. Jangan terlalu merendahkan
diri, laotee," ia kata. "Tadi diwaktu melayani orangnya See
Hoo Poocu, kau telah menunjuki kepandaianmu yang mahir."

883
ia berhenti sebentar, lantas ia menoleh kepada kawannya dan
menambahkan " Inilah Gan Keng Loojin dari Heng san,
silahkan laotee berkenalan dengannya "
Si anak muda memberi hormat kepada jago dari Heng san
itu, ia mengucapkan kata-kata memuji.
Ouw Kong berkata pula. "Kami menumpang di rumah
penginapan sam Goan di depan itu maukah lootee datang
kesana untuk kita berduduk dan memasang omong?"
Si anak muda hendak menampik atau ia lantas mendengar
suara si nona, suara seperti lagu suaranya si burung kenari,
"Ayah, lihat, orang ini luar biasa sekali. Kenapa ya, kulit
mukanya beda dengan kulit di bawahan lehernya?"
"Hus, anak Lan, jangan kurang ajar " kata sang ayah
perlahan: ia berkata begitu tetapi ia tahu, anaknya yang teliti
itu, pasti telah melihat sesuatu, ia pun lantas menatap leher si
anak muda, hingga ia melihat perbedaan kulit itu. Cuma leher
baju yang membikin orang kurang perhatian.
Si anak muda tertawa, ia kata perlahan:
"Aku tidak berani mendusta terhadap loocian-pwee,
sebenarnya aku memakai topeng. Aku mempunyai
kesulitanku. Nanti saja, apabila sudah tiba saatnya,
loocianpwee akan mendapat tahu sendiri.."
Ouw Keng dan Gan Keng heran, mereka mengawasi.
Kemudian si orang tua dari Heng san mengurut kumisnya dan
tertawa.
"Selama yang belakangan ini, anak-anak muda memang
biasa membawa tabiatnya sendiri,” dia kata, "Kita si bangsa
tua bangka, kita tidak dapat mengikuti zaman, kita tak masuk
hitungan lagi...."
Berkata demikian, ia agaknya masgul, si nona sebaliknya
menatap si anak muda, " Kenapa kau tidak mau meloloskan
topengmu, supaya kita melihatnya?" ia kata, ia kau mau
melihat topeng, sebenarnya ia ingin menyaksikan wajah
orang.

884
"Maaf, nona," kan si anak muda, tertawa. "Aku bukannya
tidak mau meloloskan topengku ini tetapi sekarang, di sekitar
musuh, tidak mau aku berlaku alpa, bahayanya kealpaan itu
ialah bahaya kebinasaan...."
"Hm " bersuara si nona, mulutnya mencibir "Apa yang
ditakuti? Di sini ada ayahku "
"Kau ngaco, anak " Ouw Keng menegur, akan tetapi dia
tertawa, "Apa artinya ayahmu ini? Barusan ada Khole KLong
san su Mo, Cin tiong siang Niauw dan lainnya, mereka itu tak
ada satu yang tidak terlebih liehay daripada ayahmu. Budak
ciiik, jangan coba mengundang bahaya untuk dirimu sendiri "
ia menoleh kepada si anak muda, untuk meneruskan "Kami
beramai mau pergi terlebih dulu jikalau laotee mempunyai
tempo, untuk mengulangi aku minta sukalah kau datang ke
tempat kami buat duduk-duduk sebentar."
"Pasti aku akan datang " kata si anak muda, cepat dan
hormat, "Pasti aku akan datang" Lantas ia mengawasi ketiga
orang itu turun di tangga lauwteng, habis mana ia menghela
napas.
Seorang diri, ia menganggap si Nona Ouw sama wajar dan
nakalnya seperti si nona Nie dari kota Kim-hoa, sedang nama
mereka sama-sama memakai huruf "Lan", Bedanya ialah nona
ini terlalu polos.
Sampai di situ, In Gak tidak berani ngelamun terlebih jauh.
Hebat untuk mengingat bagaimana ia menolongi nona di
antara salju, karena peristiwa itu lantas berbayang di depan
matanya, ia seperti mendengar Wan Lan memanggil-manggil
ia...
Kemudian ia ingat Hu Ceng, ia merasa lega anak itu telah
ditolongi Hoat It siangjin.
Besok ia akan menanyakan si pendeta di mana adanya
bocah itu, ia merasa baik sekali Hu Ceng diterima pihak Siauw

885
Lim Sie, hingga kepada Liok Koan ia pun dapat menyelesaikan
tugas.
Habis itu anak muda ini ingat Chong sie dan Siauw Thian,
Lantas ia menjadi heran. Heran, di kota raja yang luas ini, ia
tidak mendapatkan walaupun seorang pengemis juga, Habis
ke mana ia harus mencarinya? Karena ini ia memikir, ia sendiri
harus waspada.
"Tapi biarlah," ia menghibur diri. "Pada tanggal tiga bulan
tiga mereka bakal bertempur di puncak Tiang Jie Hong, mesti
saudara Chong sie dan saudara Siauw Thian turut hadir, pasti
aku dapat menemukan mereka. Sekarang ini tak usahlah aku
terlalu memikirkan mereka itu….”
Maka ia pun lantas turun dari lauwteng.
Jilid 11.2 : Mengobati Kaisar Kian Liong
SALJU sudah berhenti, tinggal sang angin masih meniupniup.
Mega tebal dan gelap hingga cuaca pun menjadi gelap
juga, Hawa udara itu membuat orang tak gembira, Dijalan
tampak Cia In Gak sedang berjalan.
Ketika itu seluruh kota nampak putih seperti kemala, putih
cemerlang. Maka itu meski mega seperti mendung, keindahan
alam itu tak dapat dihilangkan.
Di luar pintu kota barat itu ialah tempat yang indah, Di
sana pernahnya taman Wan Beng Wan tempat kediaman
kaisar Yong Ceng. Di situ ada istana Kong Beng Tian yang
agung dan permai.
In Gak tidak mau pesiar, maka itu ia menuju langsung ke
gunung Giok Coan San dan lantas mendaki. Di tengah gunung
ia berhenti untuk menoleh ke bawah, dengan begitu ia dapat
memandang bukit Ban Siu San, kota terlarang Cie Kim Shia,
taman Wan Beng Wan dan Ie Ho Wan.

886
Tapi ia tidak mau membuang-buang tempo, ia mendaki
terus, maka di lain saat sampailah ia di bawah menara Liu Lie
Tah di mana suasana sunyi, Tidak ada seorang juga di
sekitarnya itu.
"Mungkin mereka bakal lekas tiba," pikirnya. "Baiklah aku
menanti di atas menara ini. Dari atas dapat aku menyaksikan
jelas gerak-gerik mereka..."
Maka naiklah ia ke atas menara, Tiba di undakan paling
atas, ia melihat ke bawah.
Wan Beng Wan ada di depan matanya, salju putih seperti
menutupi pohon-pohon yang berdaun hijau dan merah, maka
putihlah segala apa.
Angin bertiup santer, pemandangan itu membuat hatinya
terbuka,
Belum lama In Gak berada di situ atau dari bawah gunung
ia mendengar siulan beberapa kali, apabila ia mengawasi ke
bawah, ke arah darimana suara datang, ia melihat beberapa
tubuh bagaikan bayangan lagi berlompatan mendaki, gesitnya
luar biasa.
Hanya sebentar, mereka sudah sampai di kaki menara,
Dengan begitu mereka lantas terlihat tegas, Merekalah Khole
Kong san su Mo serta Thian Gwa Sam Cun Cia.
Jie Mo, Hantu yang nomor dua, bersenyum, ia kata:
"Lootoa, pastilah keempat kepala keledai gundul itu tidak
berani datang ke mari "
Belum berhenti suaranya Hantu ini, dari gundukan salju tak
jauh dari dianya, terdengar suara memuji sang Buddha, sebab
keempat pendeta Siauw Lim sie tengan duduk bersila di situ,
Mereka tak segera terlihat lantaran jubah mereka abu-abu
warnanya dan rambut dan kumis jenggot mereka pun ubanan.
Dengan lantas mereka berempat bangun berdiri, keempatnya
berlompat, lalu mereka berada di depan keempat Hantu
beramai.

887
Hoat It siangjin merangkap kedua tangannya, ia kata
tenang: "Loolap berempat sudah sekian lama menantikan di
sini, harap dimaafkan yang kami telah terlambat menyambut."
ia berhenti sebentar, alisnya yang panjang bergerak-gerak.
Tanpa menanti jawaban, ia menambahkan "Sebenarnya kami
telah memikirkan urusan kita ini, Kamilah orang-orang di luar
garis, buat apa kami turut menceburkan diri dalam keruwetan?
Maka itu, Hoa Tan-wat, mengingat kamulah orang-orang
gagah yang kenamaan, yang tidak ada tandingannya, kami
suka menyerah kalah, asal tan-wat suka menyerahkan kitab
Bu siang Kim-kong Ciang Keng kepada kami, Dengan demikian
juga persahabatan dan keakuran Rimba persilatan jadi dapat
disempurnakan."
Mendengar itu, Hoa Ie mencibir, dia tertawa,
"Sebenarnya kitab itu aku siorang she Hoa pernah
melihatnya," ia kata, "aku mendapatkan isinya tidak ada yang
luar biasa, mungkin cukup menggunai itu terhadap orang lain,
tetapi terhadap aku, tidak ada gunanya sama sekali"
Keempat pendeta bersenyum oleh ucapan itu, Di dalam hati
mereka, mereka kata: " Kitab itu mempunyai arti yang dalam,
yang pasti tidak dimengerti oleh bangsa hantu sebagai kamu"
Meski mereka berpikir demikian, mereka tidak
mengentarakan itu pada paras mereka.
"Memang kitab itu tidak ada faedahnya," berkata Hoa Ie,
"Hanya kalau kitab itu mesti dikembalikan sekarang, masih
ada halangannya, sebab kami telah memutuskan untuk
berdasarkan itu melakukan pertandingan di atas puncak Tiang
Jin Hong di gunung Tay san, untuk menguji kepandaian kita,
guna memilih seorang, si nomor satu yang paling liehay, yaitu
Thian-hee Tee It Bu-kong. Aku tahu kitab itu mengenai
kehormatannya Siauw Lim Pay dan partai kamu mesti
menghendakinya, akan tetapi mengingat soal di atas, terpaksa
aku mesti menyimpannya dulu, sehabisnya pertandingan tentu
aku akan membayarnya pulang."

888
Hoat It siang Jin mengerutkan alis pula.
"Siauw Lim Pay adalah partai di luar partai, dia tidak mau
berebutan dengan siapa juga," katanya, "Umpama kata Siauw
Lim Pay tidak turut dalam pertandingan itu, Hoa tan-wat toh
tidak akan menentangnya, bukan?"
Hantu pertama itu tertawa bergelak. "Taysu, mengapa kau
mengatakan begini?" dia tanya, "Penganut Buddha dilarang
bicara dusta. Taysu telah mengetahui kitab sudah terjatuh ke
dalam tangan kami, apakah benar tanpa memperdulikan
segala kesukaran yang diderita Taysu suka mengalah dan
kembali ke Siauw Lim sie?"
Wajahnya pendeta itu menjadi sungguh-sungguh.
"Inilah urusan Siauw Lim Pay, maka aku percaya lain-lain
partai tak akan turut ambil bagian." kata ia. "Tidakkah Hoa
Tan-wat bicara berlebihan?" Kembali Hantu itu tertawa.
"Ada cara dengan apa aku si orang she Hoa dapat
membikin lain-lain partai datang hadir," ia bilang, "Baiklah
taysu jangan kuatir, sekarang silahkan taysu berempat pulang
dulu ke Siauw Lim sie"
Hoat Ie siangjin belum memberi jawaban atau seorang
paderi di sisinya, yang alis dan kumisnya putih semua, berkata
dengan nyaring: "Sam-suheng, karena kitab berada pada Hoa
Tan-wat, baiklah urusan dibereskan sekarang juga. Buat apa
kita membikin banyak berubah?"
Hoa Ie mengawasi tajam kepada pendeta itu, ia tertawa
bergelak-gelak.
"Hoat Leng, besar mulutmu " ia berkata, "Sekalipun
ketuamu sendiri, Pce Bie siansu, datang ke mari, belum tentu
urusan dapat dibereskan semudah pikiranmu."
Pendeta alis ubanan itu, ialah Hoat Leng, mengibas
tangannya, maka tangan bajunya lantas berkibar dengan
mengeluarkan angin santer, itulah kibasan "Sang Buddha

889
mengambil tempat duduk." suatu jurus dari ilmu silat "Tatmo
sip-samsie," tiga belas jurus dari ilmu silat Tatmo couwsu,
sambaran itu, dengan tangan kanan, menuju ke arah dada.
Si pemuda jelek di atas menara melihat tegas segala apa
demikian pun serangan itu, maka itu ia mengerti, pendeta itu
sama liehaynya dengan Hoat Hoa siangJin, pendeta yang
pernah bertempur dengannya di kota Kim-hoa. ia mengerti,
pertempuran ini bakal mengakibatkan urusan menjadi semakin
ruwet.
Dan ia mengerti juga, atas serangan itu Hoa Ie tidak bakal
menangkis hanya berkelit, berkelit ke belakang si pendeta.
Benarlah dugaan itu, Hoa Ie tertawa dingin ketika ia
diserang ini, lantas kakinya bergerak. tahu-tahu ia sudah di
belakang penyerangnya, terus ia membalas menyerang
dengan pukulan "sie ciang pat sie, Empat telapakan tangan
berubah menjadi delapan"
Hoat Leng menyerang hanya menggertak. Ia menduga si
hantu mestinya liehay, dia tentu tak dapat dirobohkan dengan
satu serangan saja, dari itu ia telah berjaga-jaga.
Demikianlah begitu lekas tubuh orang bergerak dan kakinya
menggeser, ia membarengi menyerang pula, sekali ini dengan
sungguh-sungguh, sebelumnya menyerang, dan ia menggeser
diri sambil membalik tubuh, hingga umpama kata kalah sebat,
ia sudah mendahului berkelit.
Hoa Ie tertawa, ia berkelit pula, Maka serangan hebat dari
si pendeta mengenai saiju di mana ia barusan menaruh kaki,
hingga saiju itu terbongkar dan bermuncratan. ia tidak hanya
berkelit.
Begitu lekas serangan lewat, begitu lekas ia merangsak
untuk menyerang, ia tahu tenaga besar luar biasa dari s i
pendeta, ia tidak mau melayani secara keras juga, hanya
dengan kelincahan.

890
Kalau ia melawan keras, taruh kata ia menang, ia akan
menghamburkan terlalu banyak tenaganya, ia meluncurkan
kedua tangannya, lalu yang kanan mendahului yang kiri,
menotok ke kerongkongan dijalan darah ouw-kiat, sedang
tangan kiri menyusul mengarah jalan darah ciang-bun.
Hoat Leng menjadi satu di antara keempat pendeta Siauw
Lim Pay dengan kedudukan pelindung, ia pun mengerti
keliehayannya lawan ini, dari itu ia tidak mau membiarkan
dirinya didesak.
Karena sulit untuk menangkis tangan kanan lawan, dengan
sebat ia lompat mundur hingga lima tindak.
Hoa Ie melihat orang mundur, ia girang sekali, inilah
keinginannya, ia lantas merangsakpula, terus menerus, kedua
tangannya menyerang saling susul.
Hoat Leng mundur, dengan begitu ia memberi ketika
dirinya didesak, Tapi ia melawan, ia menggunai Tatmo sipsam
sie. Hanyalah karena ini, ia tidak dapat kesempatan untuk
membalas menyerang. Cepat sekali dan hebat pertempuran
ini.
Jikalau mereka tetap bertempur secara begini, ada
kemungkinan Hoat Leng bakal kena dikalahkan, "pikir si
pemuda muka jelek sambil mengawasi dengan tajam,
"Katanya Siauw Lim Pay mulai mundur inilah benar, sedang
Hou Ie ini sangat liehay. Coba bukan pendeta dari Siauw Lim
sie, tidak sampai sepuluh jurus, tentunya lawan sudah roboh.
jikalau Siauw Lim sie tidak mengadakan perubahan, untuk
mempertahankan martabatnya sepuluh tuhun lagi akan
hilanglah Siauw Lim Pay dari muka bumi ini....
Hoat It Siangjin dan dua saudaranya menonton dengan alis
berkerut, Mereka ini menginsafi kemunduran mereka
semenjak Kaisar Yong Ceng membakar kuil Siauw Lim sie digunung
Siong san, kemunduran itu nampak nyata. Ilmu silat
Siauw Lim sie tetap liehay hanyalah itu tidak diwariskan

891
kecuali kepada murid yang berbakat, ilmu silat itu lebih suka
dikeram dalam kitab daripada diajari kepada sembarang
murid.
Pertempuran di antara Hoa Ie dan Hoat Leng berjalan
terus, jurus lewajurus, tanpa merasa mereka sudah
menghabisi lima puluh jurus, hal itu benarlah dugaan si
pemuda jelek. Hoat Leng nampak mulai kendor gerakannya.
Lantas datanglah saat yang berbahaya, Hoa Ie mau
menggunai ketikanya, tangan kanannya mengancam, lalu
tangan kirinya menyamber ke ubun-ubun si pendeta di mana
ada jalan darah sin-kong yang berbahaya.
Tangan kanannya itu, yang menggertak. tidak cuma
menggertak. hanya lalu menyusul menyerang benar-benar,
kedua jerijinya mencarijalan darah hok-kiat, itulah totokan
jeriji Hian-im. Tapi inilah bukan yang terhebat.
Menyusul kedua tangan, si Hantu menggeraki kedua
kakinya, menendang bergantian ke jalan darah hwee-im.
Tendangan itu ialah "Wanyoh twie" atau tendangan "Kaki
burung wanyoh",
Biarnya ia liehay, setelah sekian lama lebih banyak
terdesak, Hoat Leng repot juga. Dapat ia menangkis kedua
tangan lawan tetapi sulit untuk menyingkir dari kedua kaki
orang, yang dapat menendang saling susul seperti tak
hentinya.
Hoat It kaget. Biar bagaimana, tak dapat ia membiarkan
adik seperguruannya dirobohkan. Hoat Leng bukan terancam
roboh saja hanya kecelakaan. Tepat ia hendak berlompat
maju, ia mendengar siulan nyaring dari atas menara dari
mana terlihat berlompat turunnya orang yang bersiul, yang
melayang bagaikan bayangan maka dilain saat, Hoa Ie dan si
pendeta dapat dibikin terpisah. Mereka itu terkejut.

892
Si pemuda muka jelek menjadi terkejut ia tidak menyangka
sekali, di menara itu ada bersembunyi orang lain, bersembunyi
di belakang patung sang Buddha. Kalau orang bermaksud
jahat, itulah berbahaya untuknya.
Hoa Ie kaget, Pertama ia tidak menyangka ada orang yang
menyelak di antara mereka. itu waktu ialah detik-detik
kemenangannya. Kedua ia heran untuk tenaga besar dari
orang yang memisahkan mereka, ia merasakan tenaga yang
jauh lebih besar daripada tenaganya sendiri.
Lebih dulu daripada itu, telinganya juga dibikin seperti tuli
oleh siulan orang itu, Maka itu ia berlompat mundur dua
tindak. terus ia mengawasi orang itu.
Hoat Leng mundur tetapi ia sangat bersyukur ia hanya
heran, waktu ia memandang penolongnya itu, ia tidak
mengenalnya, orang itu seorang wanita dengan pakaian hitam
seluruhnya, rambutnya yang panjang sudah ubanan, sebab
usianya mesti di atas enam puluh tahun, sebaliknya kulit
mukanya segar, bersih dan botoh, sedang sepasang matanya
celi, Coba rambut itu tidak putih, dia dapat diduga seorang
nyonya muda.
Hoa Ie mengawasi dengan heran berbareng mendongkol, ia
menganggap ia bukan cuma dipisahkan hanya diganggu,
dibikin rusak rencananya...
Nyonya itu mengawasi kepada kedua orang itu, mendadak
ia tertawa terhadap si Hantu dari Khole Kong san.
"Eh, mau apa kau mengawasi aku saja?" tegurnya, sabar,
"syukur kita bukannya seteru bukannya sahabat, jikalau tidak.
bukankah kau akan terbinasa oleh pukulanku, pukulan Hui-si
Pa uw-lui?"
Kata-kata itu tidak melainkan perlahan, bahkan merdu,
Nama ilmu silatnya itu pun berarti "sutera terbang, guntur
menggelegar.

893
Hoa Ie heran, Belum pernah ia mendengar nama ilmu silat
itu. Maka ia mengawasi bengong juga ketiga Hantu lainnya
turut heran. tak terkecuali Thian-gwa sam Cuncia yang adalah
orang asing. Keempat pendeta turut heran juga.
Si nyonya tua dapat menebak bahwa orang keras
memikirkan tentang dirinya, ia lantas tertawa geli,
"Kamu tidak dapat menerka, aku pun malas
menerangkannya" katanya Jenaka. Akhirnya Toa-Mo, si Hantu
kepala, tertawa dingin.
"Karena kau tidak mau memberi keterangan aku si orang
she Hoa hendak menegur kelancanganmu sudah merintangi
aku" ia kata bengis.
Mendadak air mukanya si nyonya menjadi dingin dan
bengis, tak lagi manis seperti semula.
"Hm, segala empat hantu dari Khole Kong san." katanya,
tertawa mengejek. "Kamu tak sederajat untuk bertempur
denganku Kalau kamu menghendaki sebentar kita boleh
mencoba-coba. sekarang aku si orang tua hendak menanya
keterangan dulu..." ia lantas menoleh kepada Hoat It Siangan,
terus ia tertawa.
"Hoat It," ia tanya, "Hendak aku menanya kau, kamu telah
menawan anak anaknya Kiong-bun siang Kiat, ke mana kamu
telah membawa pergi mereka itu?"
Ditanya begitu, pendeta itu terkejut. Dengan cepat ia
merangkap kedua tangannya.
"Amitaba Buddha Siancay" pujinya, "Kami orang yang
mencucikan diri, mana dapat kami berbuat demikian,
perbuatan sangat melanggar yang tak mengenal undangundang
dari Th ia n? Maaf, li-tanwat. Kiong bun siang Kiat
ialah murid-murid murtad dari Siauw Lim si, kami telah
menerima perintah dari ketua kami, untuk menangkap
mereka, Kami telah diberikan tempo satu tahun, Mereka mesti
dibawa pulang ke gunung kami, untuk dihukum. Meski begitu,
itulah untuk kejahatan mereka sendiri, kejahatan mereka tidak

894
mengenai anak isteri mereka, dari itu tidak berani kami
menangkap keluarga mereka."
Hoat It berlaku hormat, terutama karena ia menduga orang
terlebih tua daripadanya.
Nyonya itu mengawasi dengan tajam, ia tertawa pula.
"Aku si orang tua suka mempercayai kata-katamu ini,"
katanya, "Kamu bangsa lurus, tidak nanti kamu berdusta,
Rupanya ada lain orang yang merampas keluarganya Kiongbun
Siang Kiat, Kalau kamu pulang ke gunung kamu, tolong
sampaikan hormatku kepada Lu Kun Peng, bilang bahwa
sahabatnya, keluarga Siang, mengharapi kesehatannya" Hoat
It terkejut, sampai ia mundur satu tindak. "Locianpwe,"
katanya, "bukankah kau Biauw Nia Siang... Sian?"
Mendengar itu, Khole Kong san su Mo kaget.
Jadinya nyonya tua ini ialah Hek Ie Hian-li In Hian Bi si
jubah Hitam, isteri dari Kim Hoat san-jin siang Yu dari bukit
Biauw Nia, hingga keduanya mendapat gelaran Biauw Nia
siang Yau, sepasang siluman dari Biauw Nia.
Tapi Hoat It tidak mau menyebut "siluman" (yauw), maka
ia menyebut "sian" (dewi, atau dewa- dewi, sebab mereka
suami isteri), Pada seratus tahun yang lampau mereka sudah
menggemparkan kalangan Rimba Persilatan atau Kang ouw
kepandaian mereka ialah gabungan lurus dengan sesat.
Tertang asal usul mereka, tidak ada yang dapat
menjelaskan. Mereka telengas, asal musuh, takperdulisesat
dan lurus, mereka menghajarnya hebat, sikap mereka itu
membuat mereka ditakuti juga dihormati sepak terjang
mereka hebat sekali.
Setelah sadar, baru mereka mau mengundurkan diri.
Justeru itu, di jamannya itu, ada hidup seorang liehay lainnya,
ialah Khi Lian Ik siu, orang gagah luar biasa dari gunung Ki
Lian san. Dia ini tak menyetujui sepak terjang Biauw Nia siang
Yauw, hendak ia menaklukinya,

895
Biauw Nia siang Yauw tidak ketahui siapa adanya Ki Lian Ik
siu, oleh karena sebelumnya itu, si orang tua tidak pernah
tampak di muka umum, maka mereka menyangka saja orang
ialah bangsa mulut besar atau berandalan, mereka menjadi
tidak menghiraukannya.
Celaka untuk mereka, lantaran mereka berdiam saja,
selama tiga tahun murid-murid mereka hampir habis di
tangannya orang tua tak dikenal itu, Baru kemudian mereka
mencari dan menempurnya.
Dua hari satu malam mereka bertanding mati hidup,
Kesudahannya Ki Lian Ik siu dapat hajaran tiga kali ilmu silat
Hut si Pauw Lui itu, sebaliknya siang Yu patah sebelah kakinya
dan In Hian Bi terhajar hampir menemui ajalnya di gunung Ki
Lian sin di mana mereka bertarung mati-matian itu.
Dengan mengempit siang Yu, suaminya, Hian Bi kabur
menyingkirkan diri
Pertempuran itu tidak ada orang lain yang menyaksikan
orang mengetahuinya dari kabar angin saja, Ki Lian Ik Siu
memang tidak pernah muncul secara umum, habis
pertarungan danterluka itu, ia lenyap pula hingga tak ada
yang ketahui ia masih hidup atau sudah mati.
Sepulangnya In Hian Bi ke gunungnya, selang dua tahun,
siang Yu menutup mata disebabkan luka di kakinya
membuatnya sangat berduka. Dia sendiri hidup terus, terus
dia meyakinkan ilmu ajaran gurunya, luka-lukanya pun
sembuh Ada yang membilang dia sesat.
Semenjak itu, dia pun hilang dari dunia Kang ouw, Baru
sekarang dia muncul secara tiba-tiba.
Ln Kun Peng itu namanya PeBi Siansu sebelum dia masuk
menjadi pendeta, ketika dulu hari Biauw Nia Siang Yauw
berunding ilmu silat dengan pihak Siauw Lim Pay, ia baru
berusia belasan tahun, dia masih menjadi se-bie, kacung.
"Apa kau bilang, Biauw Nia Siang san?" katanya si nyonya
tua tertawa. "Aku tidak pantangan orang merdeka
menyebutnya Siang Yauw" Syukur Lu Kun Peng masih

896
mengingat aku. Baiklah kau ketahui," katanya, menambahkan,
sembari bersenyum.
"Kiong-bun siang Kiat ialah murid akuan dari Biauw Nia,
dengan begitu anak-anak mereka menjadi cucu-cucu murid
akuan dari aku, Aku telah berusia seratus tahun lebih, meski
aku dapat melindungi paras mukaku tetapi manusia itu tak
ada yang tak mati, karenanya sayang apabila kepandaianku
aku bawa ke liang kubur, Karenanya aku ingin mewariskan
kepada anak-anak dari murid-murid angkatku itu, supaya
mereka dapat memajukan ilmu silat kami."
Hoat It merangkap tangannya.
"Itulah rupanya maka lojinke turun gunung?" katanya. Hian
Bi bersenyum pula.
"Orang bilang si keledai kepala gundul cerdas sekali, itulah
benar" katanya, "Kamu jangan takut, aku si orang tua turun
gunung bukan untuk mengganggu kamu, hanya siapa main
gila terhadap Kiong-bun siang Kiat, maka dia tak dapat
menyesatkan aku"
Hoat It menyedot napas dingin, di dalam hatinya ia kata:
"Pantaslah Kiong-bun siang Kiat tidak memandang mata lagi
kepada Siauw Lim pay, kiranya mereka mempunyai tulang
punggung ini...
Wanita tua itu berkata pula: "Kabarnya dalam Rimba
persilatan sudah muncul Koay Ciu si-seng Jie In. Aku si orang
tua tetap dengan tabiatku yang suka menang sendiri, maka itu
aku ingin sekali menemui dia."
Mendengar itu, kata Hoat It dalam hati-nya: "Kau tinggal di
gunung, kau mana tahu keadaan Rimba persilatan sekarang
ini? Tentu-nya Kiong-bun Siang Kiat sudah menulis surat
menyampaikan berita kepadamu dan mengundang kau turun
gunung..."
Walaupun ia berpikir demikian pendeta ini tidak mau
mengutarakannya.

897
Tiba-tiba In Hian Bi melakukan perbuatan yang di luar
dugaan, Mulanya tampak air mukanya berubah, tiba tiba dia
lompat naik ke atas menara, ke tingkat yang ke dua yang
tingginya sepuluh tombak lebih.
Khole Kong san su Mo menjadi kaget, mereka cemas.
Mereka liehay tapi mereka cuma bisa lompat tinggi tujuh atau
delapan tombak. tidak sampai belasan. Maka itu, mereka
menjadi jengah, mereka merasa sendiri diri mereka kecil...
Keempat pendeta sia uw Limsi kagum, mereka mendoa
memuji.
Di atas menara, In Hian Bi tidak berdiam saja, dia mencari
sesuatu, dia naik sampai di tempat bersemayamnya patung
Buddha tadi. Dia rupanya mendapatkan sesuatu yang
mencurigakan hingga perhatiannya menjadi demikian tertarik,
Itulah sebab si pemuda jelek. mendengar orang hendak
mencari Koay Ciu si-seng Jie In sudah menjemput tiga potong
es kecil dan menimpuk ke bawah, mengenai rambutnya
nyonya tua itu, mendatangkan rasa sakit, ia mendengar suara
anginnya serangan itu, hanya sebab itu tercampur suara
angin, ia tidak menyangka jelek. sampai ia kena tertimpuk.
Ketika tadi si muka jelek naik di tingkat tertinggi, HianBi
masih belum sampai, itulah sebabnya dia tidak tahu ada lain
orang di atas menara, sebaliknya si muka jelek tak mendapat
tahu datangnya dia, yang naik dari sebelah belakang,
Keduanya pun sama-sama tidak memperdengarkan suara apa
juga.
Dalam penasarannya, In Hian Bi naik terus hingga di
tingkat paling tinggi, ia tetap tidak melihat ada orang lain, ada
juga seorang hanya dia itu lagi jalan di kaki gunung, ia lantas
turun, untuk menyusul, ia tidak mau memikir, kalau serangan
datangnya dari atas menara, tak nanti orang dapat turun
demikian cepat. sebentar saja ada di kaki bukit.

898
Seberlalunya si nyonya, pertempuran pun tak berlanjut lagi,
Kedua pihak mengundurkan diri, untuk menantikan tibanya
tanggal tiga bulan ketiga, guna bertemu pula di gunung Tay
san, akan mengadu kepandaian di puncak Tiang Jin Hong.
Hoat It suka berlaku sabar karena ia merasa pasti, dengan
melanjuti pertempuran belum tentu pihaknya berhasil
merampas pulang kitab mereka dari tangan keempat Hantu
yang berkeras kepala itu.
****
BAB 2
DENGAN begitu sunyilah pula suasana di Liu It Teh itu.
Hanya di taman Wan Beng Wan di atas lauwteng Hong Hong
Ceng Teng, si anak muda muka jelek lagi menunda diri di
loneng lauwteng itu memandangi keindahan alam. Tadi ia
menyingkir ke sini tanpa diketahui si nyonya tua.
Setelah sekian lama, anak muda itu menghela napas, terus
ia mengangkat tangannya ke mukanya, untuk meraba
mukanya, maka di lain saat, tangannya itu sudah meloloskan
sehelai topeng, hingga sekarang terlihat romannya yang
tampan sekali, ia menyimpan topengnya ke dalam sakunya,
dengan tindakan perlahan ia turun di undakan tangga.
Oleh karena ia tahu sedikit sekali orang yang mengenal
romannya yang asli, In Gak tidak takut melepaskan topengnya
itu. ia berjalan sampai di luar pendopo Hi Siu Tong yang
letaknya di sebelah barat telaga, telaga itu memakai papan
merek "Hu-yong Ceng ci-auw" Ketika ia memandang ke arah
gelong, ia melihat ada seorang di muka jendela pendopo
memandang ke luar.
Dia mengenakan baju kulit terlapis dengan mantel, dan
kepalanya tertutup apa yang dinamakan kopiah angina. Muka
orang itu bersih, pada kumisnya ada sejumlah lembar uban,
Dia mestinya seorang bangsawan, hanya ketika itu kulitnya
pucat, matanya layu, sering dia batuk-batuk, itulah tanda
bahwa dia sedang terganggu kesehatannya.

899
Beberapa kali In Gak memandang orang itu, yang
sebaliknya pun mengawasi padanya, Tatkala ia berjalan
sampai di dekat jendela, mendadak dia bersenyum dan
menggapai, dan terdengar juga suaranya menyapa:
"Tuan, kau gembira sekali pesiar ke mari, mungkin kau
mempunyai kegemaran sama denganku yang menyukai
pemandangan pemandangan alam yang permai jikalau kau
suka, marilah mampir untuk duduk sebentar di sini"
In Gak memang lagi merasa kesepian, undangan itu baik
sekali untuknya. "Baiklah." sahutnya seraya ia menghampiri,
setelah saling memberi hormat, mereka berduduk untuk paling
dulu menanyakan she masing-masing. orang tua itu menyebut
she Ouw.
Mereka lantas bicara, mulanya tentang pemandangan alam
yang indah itu, lalu beralih kepada ilmu main khim, catur dan
melukis, tak dilupai ilmu surat, Mereka membicarakan juga
soal ketiga agama.
In Gak mendapat tahu orang terpelajar diam-diam ia
menghargai sebaliknya si orang she Ouw pun berpikir
demikian, karena ia merasa pemuda ini berpendidikan baik.
"Tuan Cia," kata dia kemudian, tertawa, "Kau terpelajar,
mengapa kau tidak mau bekerja untuk negara? Aku percaya,
tak sampai sepuluh tahun, kau bakal manjat tinggi. jikalau
tuan berminat, suka sekali aku membantu padamu."
"Terima kasih," kata In Gak bersenyum. "Hatiku tawar
dengan kepangkatan, tidak ada minatku sama sekali,
Menyesal aku mensia-siakan pengharapan kau."
Orang tua itu tertawa, ia tidak mendesaknya. Maka mereka
bicara terus dengan asyik. Selama itu si orang tua masih saja
suka batuk-batuk. suka ia berludah ke luar jendela. In Gak
melihat kadang-kadang ludah orang ada darahnya.

900
"Kau sakit, lotiang, mengapa kau tidak berobat?" si anak
muda tanya kemudian, "Lo-tiang sering batuk, itu namanya
pernapasanmu kurang sempurna: Kalau penyakit ini dialpakan-
lama-lama bisa mendatangkan gangguan lebih
hebat."
Orang tua itu heran, ia memandang tajam, "Buat orang
dengan usia lanjut, penyakit batuk biasa saja," ia kata.
"Mengapa tuan Cia mengatakan penyakitku ini dapat menjadi
berlarut-larut? Mungkin tuan mengerti ilmu ketabiban?" ia
berhenti sebentar, tanpa menanti jawaban, ia kata pula sambil
menghela napas:
"Penyakitku ini bandel sekali, aku mengundang tabib-tabib
terkenal, tidak ada faedahnya, maka itu meskipun aku bercitacita,
hatiku menjadi tawar. Begitulah aku mengiringi
kegemaranku dengan keindahan alam, hingga aku menjadi
suka pesiar di sini..."
In Gak percaya orang ini bukan sembarang orang, mungkin
dia benar orang bangsawan atau sedikitnya dia bekas menteri
yang mengundurkan diri,
"Lotiang," katanya bersenyum, "mengapa lotiang tidak
mencoba mengundang Say-Hoa-To Gui Peng Lok dari kota
Ciang-peng?"
"Pernah aku mengundangnya," sahut orang itu, "Dia
memberikan aku obat" guna menghancurkan reak. habis
makan obatnya itu, aku merasa baikan, akan tetapi ketika aku
mengundang pula, dia katanya sudah pergi ke Kwan-gwa."
In Gak heran mengapa Say Hoa To tidak mengobati secara
sungguh-sungguh pada orang tua ini. Tapi ia tahu, orang
pergi guna Hu Ceng. Maka ia mengawasi orang di depannya
ini. "Aku mengerti sedikit perihal obat-obatan," katanya
bersenyum, "Apabila lotiang tidak menampik, maukah kau aku
coba menolongnya?"
Alisnya orang tua itu terbangun.

901
"Kau sungkan sekali, tuan Cia," katanya, "Ada pepatah
yang membilang, obat mujarab dapat dibeli dengan harga
ribuan tahil emas, tabib pandai sukar didapatkannya dalam
seratus tahun, maka itu, aku girang sekali hari ini aku dapat
bertemu denganmu Tuan Cia, mungkin aku bakal ketolongan,
dari itu besarkanlah hatimu, kau cobalah"
In Gak mengangguk ia lantas pegang nadi kenalan ini.
Tiba-tiba ia terkejut dan berkata: "Ooh, aku salah mata.
Mulanya aku menyangka lotiang ialah seorang berpangkat
atau hartawan besar, kiranya lotiang seorang Rimba
Persilatan" Lalu ia bersenyum dan menambahkan: "Di masa
mudanya lotiang terlalu mengumbar napsu hatimu, maka itu
anggauta tubuhmu mendapat gangguan hingga kau mirip
dengan pelita yang kekeringan minyak. hingga air ludahmu
menjadi keras, menjadi riak..."
Si orang tua tertawa.
"Betul Betul" katanya memotong, "Silahkan bicara terus,
jangan kuatir"
Tetapi In Gak tidak bicara terus, ia hanya merogo sakunya,
mengeluarkan obatnya, pel Tiang cun Tan-
"Coba lotiang makan dulu obat ini," katanya, Begitu lekas
orang menelan obatnya, mendadak ia mencekal jalan darah
pek-hwe.
Dengan cepat si orang tua merasai napasnya tersalurkan
rapi, ada hawa hangat yang membawa obat turun ke dalam
perutnya, lalu sejenak kemudian, batuknya berhenti, dan
tubuhnya terasa nyaman.
Masih sekian lama baru In Gak melepaskan cekalannya, ia
berbangkit untuk menghampiri meja tulis, guna menulis
resepnya, kemudian sambil menyerahkan itu pada si orang tua
she Ouw, ia bersenyum dan kata: "Coba lotiang makan terus
obat seperti tertera di sini, pantangannya ialah dalam waktu
tiga bulan jangan sekali lotiang mendekati wanita, setelah itu

902
pasti kau akan sembuh seluruhnya bahkan akan tambah
umur. Aku masih mempunyai urusan buat mana aku telah
berjanji dengan suatu orang, dari itu maafkan aku, tidak dapat
aku menemani lebih lama, Maaf" ia memberi hormat, untuk
meminta diri.
Orang tua she Ouw itu tertawa: "Tunggu sebentar, tuan
Cia" katanya, "kau telah menolong mengobati penyakitku,
tidak dapat aku membalas budimu, maka itu sukalah kau
menerima ini satu tanda mata."
Sembari tertawa, orang tua ini merogo sakunya, untuk
mengeluarkan sebuah kantung sulam yang indah, ia tertawa
pula dan berkata lagi:
"Isinya kantung ini barang biasa saja, mungkin tidak ada di
mata kau, akan tetapi untuk pengembaraan kau, ini akan ada
faedah-nya. sebenarnya aku mengagumi kepandaian kau,
maka semasa aku masih ada umur, aku mengharap nanti
dapat bertemu pula dengan kau. segala apa mengenai diriku
berada di dalam kantung ini, aku harap tuan jangan
menanyakannya lagi padaku..."
Ia menyesapkan kantung itu di tangan si anak muda, lantas
ia memutar tubuh untuk bertindak ke luar dari pendopo Hi sui
Tong itu, untuk menuju ke lain bagian dari taman itu.
In Gak heran tetapi ia menduga kata-kata si orang tua ada
artinya, ia simpan kantung itu dalam sakunya, ia hanya
berpikir sebentar lantas ia memakai pula topengnya, ia berlalu
dengan cepat dari Wan Beng wan untuk pulang ke hotelnya.
Baru setelah berada didalam kamarnya ia keluarkan
kantong tadi. ia lantas mengeluarkan isinya, ia melihat suatu
barang yang bersinar berkemilau, yang membikin seluruh
kamarnya menjadi terang benderang, ia menjadi terkejut
saking heran, ia lantas meneliti barang itu, ialah sepotong
giok-pwe warna hijau untuk sabuk.

903
Sabuk itu disulam dengan seekor naga-nagaan berkuku
lima, di betulan mulutnya tersebut sebutir mutiara, dan itulah
mutiara yang mendatangkan cahaya terang itu, ialah ya-bengcu.
mutiara mestika, yang dapat membikin malam bagaikan
siang karena cahaya terangnya itu.
Tapi yang hebat adalah ukiran delapan huruf pada tubuh
naga, bunyinya: "Kian Liong gie-pwe, ji tim cia lim," yang
berarti "Inilah sabuk Kian Liong, seperti tim hadir sendiri"
"Kian Liong" ialah Kaisar Kian Liong, dan "tim" itu adalah
sebutan "aku" atau "kau" yang biasa digunakan seorang raja..
Untuk sejenak In Gak duduk melongo. Jadi tadi ia telah
bertemu dengan orang paling mulia dan paling besar
pengaruhnya di dalam negeri. Lekas lekas ia menyimpan giokpwe
itu, menyimpan dengan hati-hati.
"Tadinya aku menyangka aku berhadapan dengan bekas
seorang berpangkat atau seorang bangsawan anak raja, siapa
sangka dialah sri Baginda Raja sendiri. Kenapa dia berada
dalam taman itu dan sendirian saja"
Habis berpikir begitu, ia tertawa sendirinya. ia pikir pula.
"Pantas Say Hoa To tidak berani mengobati sungguh-sungguh.
Aku sendiri, kalau aku tahu dialah raja, tentu aku tidak suka
menolongi dia. Kaisar Yong Ceng berasal dari murid Siau limsi,
pantas kalau Kian Liong pun pandai ilmu silat. Pula pantas
sebagai kaisar, ia tidak berani sembarang memakai tabib
untuk mengobati padanya, ia tentunya kuatir nanti di
racuni..."
In Gak berhenti ngelamun karena kupingnya mendengar
suara ramai dari luar hotel, lalu samar-samar ia mendengar
terlebih jauh, "Hari ini kita golongan piauwkiok terbuka
matanya siapa sangka nona yang demikian manis dan lincah
demikian lihay ilmu silatnya..."
Mendengar itu In Gak menduga kepada It Goan Kisu serta
puterinya yang Jenaka, si Nona Ouw Kok Lan yang

904
termanjakan, Tidak heran kalau nona itu menerbitkan
kekacauan...
Lantas ia meraih topengnya Lalu pergi ke luar.
Di satu bagian dari Ta-mo-ciang terlihat bmvak orang
berkerumun In Gak nelusup di antara orang banyak itu, untuk
maju ke muka, guna dapat melihat tegas siapa yang lagi
ditonton itu Segera ia melihat Kok Lian lagi melayani dua
orang yang tubuhnya besar dan kekar, sebaliknya It Goan Kisu
berdiri di pinggiran, b ersenyum-senyum seraya meng uruturut
kumis jenggotnya.
Kedua orang itu baik ilmu silatnya, akan tetapi melayani si
nona mereka keteter. It Goan Kisu tajam matanya, ia lantas
mengenali si anak muda, ia segera menggapai. In Gak
menghampiri.
"Kenapa puterimu itu, Ouw Locianpwe? ia tanya
bersenyum.
"Tak lebih tak kurang karena urusannya Hwe gan Kimcu
Lim Bong" sahut orang tua itu tertawa, "Dua orang itu
mengirim surat undangan katanya mereka dititahkan
mengundang aku dan anakku pergi ke rumah makan Tong sun
di mana Lim Bong mengadakan perjamuan. Anakku tidak
senang, katanya Lim Bong tidak datang sendiri. Dia mau Lim
Bong datang, atau dia hendak mengambil kepala orang, Dua
orang ini berkeras kepala, mereka gusar, maka itu
bertempurlah mereka. Anak ini milikku satu-satunya, aku
sangat menyayangi dia. Harap lote tidak menertawakan
aku..."
In Gak bersenyum, Terus ia memandang ke gelanggang.
Dua orang itu bersilat dengan ilmu silat Yo Ke Ciang,
keluarga panglima perang she Yo dari sm-co yang tersohor
dijaman dulu. Kelihatannya mereka dapat bekerja sama, akan
tetapi waktu itu, peluh mereka sudah mengucur deras, jidat
mereka gelap karena berpetanya otot-otot mereka. Meski

905
tenaga mereka sudah mengurang. mereka masih mereka
ngotot.
Nona Ouw sebaliknya lincah sekali, ia tidak letih, bahkan
sering ia tertawa, ia menyerang ke setiap lowong m kedua
lawannya ia menyerang sambil menggoda.
Kedua lawan itu mengerti mereka lagi di-permainkan. Baru
setelah itu, mereka memikir untuk menyingkirkan diri. Yang
seorang mencari lowongan, setelah mendapatkan itu, ia
lompat ke luar, Tapi ia terlihat si nona, ia dipegat.
Ia lantas merasakan tenaga mendorong yang keras, hingga
kembali ia masuk dalam kalangan Akhirnya mereka jadi sangat
menolongkol, sembari berkelahi mereka mendekati Ouw Kong,
untuk berkata dengan keras: "It Goan Kisu, kecewa kau
menjadi orang Rimba Persilatan yang kenamaan Mengapa kau
tidak menghargai lagi persahabatan kaum Kang ouw?
Mengapa kau umbar anakmu ini? Kau ketahui sendiri, jikalau
kami mati, kami mati dengan hormat Tapi kau, adakah kau
mempunyai muka untuk hidup terus dalam dunia Kang ouw?"
Orang yang ditegur tidak menjadi gusar, ia cuma tertawa,
sebaliknya Kok Lan menjadi gusar, alisnya bangun berdiri.
“Jahanam" ia mendamprat lantas ia menjejak tanah, untuk
berlompat tinggi, tubuhnya terapung.
Dua orang itu terkejut, keduanya lantas lompat mundur,
akan tetapi mereka lantas didesak-lalu barusan mereka
dibacok. sekarang mereka ditikam, masing-masing jalan
darahnya thian-kiu di teng gorokan- Kembali mereka berkelit,
Tidak urung mereka kaget pula.
Tikaman, yang berupa cahaya hijau yang berkeredep. dari
tenggorokan menyambar ke samping muka mereka masingmasing,
hingga keduanya lantas menjerit.
Baru setelah itu, si nona tidak mendesak lagi. Dia berdiri
terpisah dua tombak. mukanya tersungging senyuman,
tangannya mencekal dua batang pedang yang luar biasa,

906
panjang tak ada lima kaki, romannya bengkok, bersinar
terang, In Gak heran akan senjata itu, yang ia belum pernah
lihat atau dengar.
Dua orang itu telah lantas meraba kuping mereka yang
kanan, nyata kuping itu sudah lenyap. tangan mereka lantas
berlumuran darah-Mereka menjadi terlebih kaget, muka
mereka pucat, alis mereka berkerut.
Selagi mereka masih belum tahu harus berbuat bagaimana,
telinga mereka mendengar suara siulan dari luar gelanggang,
nyaring dan terang, tanda suara itu di-keluarkan oleh yang
mahir ilmu tenaga dalamnya, sampai It Goan Kisupun heran.
Menyusul berhentinya siulan itu, terlihatlah datangnya
beberapa orang, memasuki gelanggang dengan murka itu
melompati kepala orang banyak yang berkerumun menonton
pertempuran. Dengan begitu lantas terlihat tegas, merekalah
Kiong-bun siang Kiat, cintiong siang siauw. Hwe-gan Kim-cu
Lim Bong, serta seorang pendeta Lhama berjubah kuning,
memakai anting-anting dan tubuhnya besar dan gemuk. orang
banyak kaget, mereka berebutan mundur.
Lim Bong lantas melihat dua orangnya kehilangan daun
telinga mereka yang kanan, darahnya mengalir ke sebelah
muka mereka itu, sedang si nona, dengan pedang aneh di
tangan nampak muram, ia gusar sekali.
Tapi ia malu untuk melayani seorang wanita maka ia lantas
menghadapi Ouw Kong. "Ouw Kisu, caramu ini keterlaluan"
katanya sengit.
It Goan Kisu tertawa terbahak.
"Ini pun disebabkan kami masih menaruh belas kasihan"
sahutnya.
Kok Lan memang membenci orang ini, sekarang ia melihat
orang berlaku galak terhadap ayahnya, ia bertindak maju,
sembari membentak ia lompat menyerang.

907
Lim Bong terkejut, ia berkelit dengan lompat mundur
sambil berlenggak. itulah lompatan "Ikan gabus menembusi
gelombang." Dengan begitu sepasang gedang si nona cuma
berkelebat di depan mukanya.
Ia baru menaruh kakinya dan berniat mendamprat, lalu
serangan datang pula, kembali cahaya hijau berkemilau
memain di depan matanya, Kali ini ia tak sempat berkelit lagi,
mungkin ia bakal menerima bagiannya, syukur Cin-siong Siang
Niauw menolong padanya.
Cintiong siang Niauw yang tertua, Cin siang, melihat
pedang aneh si nona, dia menjadi ketarik hati dan ingin
merampasnya, justeru ia melihat kawannya terancam bahaya
ia lompat maju, tangannya diulur ke tangan si nona, guna
merampas pedang yang luar biasa itu.
Kok Lan melihat datangnya serangan, ia lantas membalik
tubuh, guna menyambuti, untuk menikam jalan darah khi-hay
dari penyerang itu. Cin siang batal merampas pedang tapi ia
mengetuk ke lengan.
Si nona terkejut, kedua tangannya kena terpukuL hampir
pedangnya terlepas. la lompat mundur, mukanya berubah.
Cin siang tidak berhenti karena mundurnya nona itu. sambil
berlompat maju, ia menghunus pedangnya, terus ia menikam
ke arah alis orang, itulah satu tikaman dari "Hui Hong Kiamhoat,"
ilmu pedang "Burung Hong Terbang." itu juga ilmu
yang membikin siang Niauw menjadi kesohor kosen-
Menghadapi lawan bengis itu, Kok Lan mengeluarkan It
Goan kiam-hoat, ilmu pedang "It Goan" ajaran ayahnya.
"Hanya segala mutiara sebesar beras berani mengeluarkan
sinarnya" kata Cin siang sambil tertawa dingin, terus ia
menyejang tak hentinya hingga tiga kali beruntun dengan tiga
jurusnya "Burung hong datang memberi selamat," "Burung
hong bersuara di tengah langit," dan "Burung hong menanti di
istana rembulan," semuanya jurus-jurus yang berbahaya dari
Hui Hong Kiam-hoat.

908
Ouw Kok Lan kena terdesak. Biar ia mengerti ilmu silat
ayahnya, ia kalah latihan-Dengan lantas ia merasa sukar
bernafas, hingga gerakannya menjadi ayal. Dengan begitu
juga pecahlah pembelaan dirinya.
Cin siang melihat lowongan, segera dia menikam ke pundak
kiri lawannya itu.
Dengan berseru, Ouw Kong dan In Gak lompat berbareng
guna menolongi si nona, In Gak sampai terlebih dulu, dengan
ilmu jarinya ia terus menyerang.
Cin siang kaget sekali, Tiba-tiba ia merasa tolakan yang
keras, hingga ia mesti mundur empat tindak, sedang
serangannnya gagal dilanjuti kepada Kok Lan. ia lantas
melihat, perintang-nya ialah si anak muda muka jelek yang
kemarin terlihat di atas Ceng Hong Lauw. Yang membikin ia
kaget sekali dan heran ialah pedangnya terpegang kelima
jarinya anak muda itu.
Si anak muda tertawa dingin dan kata: "Kau tahu, kau
terkenal untuk ilmu silat Hui Hong Kiam-hoat yang kesohor
sebagai yang nomor satu di kolong langit ini, tetapi nyata
kepandaianmu begini saja, jikalau kau hendak mengangkat
namamu, kenapa kau tidak mau menunggu sampai pertemuan
di gunung Tay san nanti, kau mengaku gagah tetapi kau
menghina seorang nona, kau sungguh manusia tak tahu malu"
Mukanya Cin siang bermuram durja, itulah cacian hebat,
yang takparnah ia menerimanya. ia lantas mengerahkan
tenaganya untuk menarik lolos pedangnya.
In Gak tertawa b erg elak. mendadak ia melepaskan
cekalannya, inilah tidak disangka tertua Cin-tiong Siang Niauw,
karenanya dia terhuyung mundur tiga tindak, hampir dia
terguling di saiju yang kotor.
Kiongbun Siang Kiat saling mengawasi, sedang si pendeta
lama tercengang dengan mulutnya menganga.

909
It Goaa Ki-su tiba belakangan, segera ia menarik tangan
puterinya buat diajak keluar dari gelanggang. Di dalam hatinya
jago tua ini heran sebab si anak muda dapat mendahului ia.
Putrinya pun heran seperti ia.
Ji-Koay Pa San liuw burung yang nomor dua, berlompat
maju dalam kemurkaan- Dia berkata dengan nyaring. "Tuan,
kau lihay, tetapi kau main bokong, aku tidak puas"
In Gak menyambutnya dengan tertawa lebar.
"Aku hanya menelad contoh " sahutnya, “Jikalau kau tidak
puas, baiklah, kau tunggulah aku di puncak Tiang Jin Hong
Tay San nanti"
“Jikalau begitu" kata Pa San Tiauw dingin "baik, aku akan
nantikan kau di gunung Tay San” ia memberi hormat, buat ia
mengajak kawannya berlalu, dengan melompati kepala orang
bagaikan terbang.
Kiongbun Siang Kiat yaitu Tiat Pi Kim-kong Mi San hok dan
Im Hong Sat-ciang Tian Ban Hiong, semenjak tadi mengawasi
dan mendengar saja, seberlalunya cin tiong Siang Niauw,
maka Tian Ban Hiong lantas mendekati si anak muda. "Kau
hebat, tuan" katanya dingin.
"Diam" In Gak membentak, "Tian Ban Hiong, Ho Sia Hok,
kamu telah melalui wewenangmu Ke cin-ong telah berulang
kali melarang kamu menggunai pengaruhnya pembesar negeri
mencampuri urusan kalangan Rimba Persilatan, kenapa masih
saja kamu saban-saban menerbitkan onar? Kamu tahu,
kejahatan kamu itu inilah hukuman picis Aku telah ditugaskan
menilik kamu, maka itu apakah kamu masih tidak mau lekas
pergi?"
Sambil berkata itu, In Gak mengasih lihat sinar matanya
yang bengis, Tanpa merasa Kiong-bun Ji Kiat menggigil
sendirinya.
Di pihak lain- si Lhama tertawa berkakak, "Bocah ini berani
menipu" teriaknya, "Sungguh dia sudah bosan hidup sang

910
Buddha kamu biasa keluar masuk di istana raja dan istanaistana
pelbagai pangeran akan tetapi belum pernah aku
melihat kau"
In Gak tertawa dingin-
"Untuk mengenal aku mudah sekali" katanya. Mendadak ia
mengulur kedua tangannya, dengan sepuluh jarinya ia
meryamber ke kedua nadi pendeta itu.
Pendeta itu ialah yang disebutBuddha Hidup Huchakdu,
kedudukannya sebagai taysu, kepala dari kuil Lhama Yong Ho
Kiong di dalam istana, Mengenai ilmu silat, dia pandai ilmu
yang dinamakan "See Thian Hud Ciu In", yaitu "Cap tangan
Buddha dari langit Barat". Dia berimbang dengan Kiong bun
siang Kiat, tetapi karena sangat diandalkan raja, dia menjadi
besar kepala.
Dia juga sangat kemaruk paras elok, maka itu semenjak
tadi matanya terus mengincar Kok Lan. Dia terkejut melihat
sambaran sepuluh jari In Gak, tapi karena dia tidak takut, dia
menyambutnya, Dia pernah melatih ilmu kedot "Kim-kong put
Hoay sin-hoat", tubuhnya jadi "tidak bisa rusak", yaitu tak
mempan senjata. Ketika dia menyambut itu, dia menggunakan
jurus dari see Thian Hud Ciu In- Dia ingin dengan sekali
menghajar membinasakan si anak muda.
In Gak tidak membatalkan serangannya dengan menggeser
sedikit tangannya, tangan mereka menjadi tidak beradu, di
lain pihak, ia teruskan menyergap.
Huchikdu kaget, lalu dia menjerit kesakitan, matanya
dipentang, mulutnya dibuka, peluhnya mengucur ke luar
seperti hujan. In Gak tertawa dingin-
"Kau ini keledai gundul dari istana mana?" dia tanya bengis,
"Lekus bilang"
Huchakdu merasakan sakit sampai di ulu hatinya, ia merasa
seperti digigit ribuan ular berbisa tubuhnya kaku dan ngilu,
Biarpun dia mau mati, dia tak dapat mewujudkan
keinginannya itu. Dia tidak berdaya sekali, bahkan buat

911
berontak juga tak sanggup, Dengan suara menggelap ia
menjawab: "Aku si pendeta kecil bernama Huchakdu, aku
berasal dari kuil Yong Ho Kiong..."
"Oo, kiranya kau" kata In Gak, "Dengan mengingat kepada
panghargaan sri Baginda atas dirimu, suka aku memberi
ampun pada jiwamu lekas kau mengangkat kaki"
Pemuda ini melepaskan cekalannya dengan menolak, lantas
mana tubuh besar pendeta Lhama itu terpental empat
tumbak, terbanting ditanahsaiju hingga dia terpendam sebatas
pinggang.
Lekas sekali Huchakdu merayap untuk bangun berdiri, buat
segera lari kabur.
Kiong bun siang Kiat kaget hingga mukanya menjadi
berubah, sedang Lim Bong pucat pasi, itulah hebat, tak dapat
mereka berani banyak omong lagi.
It Goan Ki-su menghela napas melihat lihaynya si anak
muda, memandang puterinya ia kata: "Kepandaiannya
pemuda ini tak dapat di-jajaki. Aku percaya, lagi sepuluh
tahun, dia tak akan ada tandingannya."
Kok Lan mengawasi anak muda itu.
“Bagaimana, ayah?" katanya manja. "Biasa-nya ayah tidak
suka mengalah kepada orang lain, tetapi sekarang ayah
memuji orang begini hebat..."
Ayah itu bersenyum.
"Kau benar, tolol" katanya "Tapi ayahmu bukan cuma
memuji, Anak muda ini telah memberi bukti kenyataan, Kau
perhatikan saja, dia benar luar biasa."
Puteri itu bersenyum.
In Gak sendiri menghadapi Kiong bun siang Kiat, ia tertawa
dan menanyai Jiwi loya apakah kamu masih hendak mengajari
sesuatu kepadaku?"
Dua jago itu serba salah, lalu Ho sin Hok menenangkan diri
dan menyahuti: "Tuan, kepandaian kau memang lihay sekali,

912
cuma beberapa kali kau bergerak bagaikan membokong,
hingga orang sukar takluk..."
Kalau tadinya jago ini menyangsikan kedudukan orang,
sekarang dia menyangsikan kepandaiannya.
In Gak bersenyum.
“Jikalau jiwi hendak main-main pula, itulah gampang,
sekali. Untuk itu baiklah jiwi melepaskan dulu pangkatmu di
istana, Kau tahu sekarang juga pangkatmu dapat dihapus dan
segera kamu dapat menjalankan hukumanmu" sembari
berkata, anak muda ini mengawasi bengis.
Mukanya dua kawan itu menjadi pucat, akhirnya Hosin Hok
menjura dan berkata: "Kalau demikian, tuan, baiklah, kita
tunggu saja lain hari" Terus dia ajak saudaranya ngeloyor
pergi.
Lim Bong menjadi jeri lekas-lekas ia memutar tubuh, untuk
mengangkat kaki. ia baru bertindak satu kali, atau ia merasa
angin lewat di sisinya, lantas si anak muda menghadang di
depannya, tangannya yang kanan menyambar pundaknya
yang kiri. ia merasakan demikian sakit hingga ia tak dapat
bersuara,
"Perkara kemarin tinggal perkara kemarin, tetapi perkara
hari ini tak dapat melindungi pula padamu" kata si anak muda
bengis, "Kau telah mendustai Ouw Locianpwe dan puterinya,
kau hendak mencelakainya, Untuk itu kau mengharapkan
pengaruh orang, kamu pun datang ke mari sekarang apa kau
mau bilang?"
Lim Bong berdiam. Dia baru saja diangkat menjadi ketua
dari perkumpulan sam Tiam Hwe di empat propinsi Barat,
biarpun dia bersalah, dia berkepala besar, tidak mau dia
sembarang merendahkan diri
"Aku mau lihat, sampai berapa lama kau dapat berkepala
batu" kata In Gak tertawa dingin-
Lim Bong lantas merasakan pundaknya tertekan, lalu
tenaganya seperti lenyap secara tiba-tiba. Mukanya lantas

913
menjadi pucat, Tubuhnya pun terhuyung seperti mau roboh.
Melihat siksaan itu, tak tega hatinya Ouw Kong.
"Laote, baik beri ampun padanya" ia minta. "inilah
pelanggarannya yang pertama Kalau lain kali dia berani
berbuat pula, aku sendiri tak akan mengampuninya"
In Gak menurut, ia melepaskan tangannya, terus ia
memutar tubuh, ketika It Goan
Kisu mengundangnya, untuk pergi ke kamarnya, ia
mengikut ke hotel mereka.
Lim Bong pun lantas ditolongi, diajak pergi oleh dua
orangnya yang hilang kupingnya itu.
Sampai disitu, orang banyak pun bubar.
Ouw Kong dan puterinya bersama In Gak masuk ke
kamarnya di hotel sam Goan, lantas mereka duduk di atas
pembaringan tanah di bawah mana apinya berkobar-kobar
hingga kamar menjadi hangat seperti di musim pertama.
pelayan telah dititahkan lekas menyajikan barang hidangan
dan arak. untuk mereka berbicara sambil minum dan dahar.
Sementara itu In Gak heran, Semenjak tadi ia tidak melihat
Gan Keng Lojin- Mau tak mau, ia menanyakannya kepada ouw
Kong It Goan Kisu mengurut kumisnya dan tertawa.
"Sahabatku itu tadi malam telah kembali ke sam-siang " ia
memberitahukan "Dia kata dia mau mendesak kepada
ketuanya supaya murid-murid Heng san Pay, menggunakan
waktu sebulan ini melatih sungguh-sungguh ilmu silat mereka,
yaitu ilmu pedang Liang Gi Kiam-hoat, ia ingin supaya Heng
san pay tidak dipandang enteng selama pertemuan di Tay san
itu"
Ia berhenti sebentar untuk menatap anak muda di
depannya, habis itu ia berkata pula: "Laote, sampaipada detik
ini aku yang dianggap luas pengetahuannya dan banyak
pendengarannya masih tidak dapat tahu tentang gurumu,
kecuali aku merasa dalam segala hal kau melebihi lain orang,

914
sebenarnya aku mengagumi kau. Pasti laote mempunyai suatu
kesulitan, kerenanya kau menyembunyikan dirimu, tetapi kau
boleh percaya, aku akan menjaga mulutku seperti botol
disumpal, tidak nanti aku membuka rahasia. Maukah laote
menuturkan tentang dirimu kepadaku?"
It Goan Kisu termasyhur, apalagi setelah tiga kali ia
mendaki gunung Kun Lun san. ia banyak pengalamannya, luas
pengetahuannya.
Ia bertabiat keras, maka itu Touw Liong Ki-su Chio Thay Hi
menjadi sahabat akrabnya, tetapi meski mereka berdua
seperti saudara-saudara kandung, mereka membawa dirinya
masing-masing, mereka tidak saling mengusik, itu pula tabiat
yang membikin ia mempunyai sedikit sahabat.
Karena luasnya pengetahuannya, ia kenal ilmu silat banyak
partai lainnya. sekarang, baru ia muncul pula dalam dunia
Kang ouw, ia mendapatkan In Gak dengan kepandaiannya, ia
menjadi kagum dan takluk, hingga beda daripada biasanya,
mau ia mendesak menanyakan hal ihwal si anak muda.
Pemuda itu menjadi serba salah, "Sebenarnya tidak berani
boanpwe mendusta." ia menjawab akhirnya, "Kepandaianku
ini separuh didapat dari ayahku almarhum, yang selebihnya
dari guruku seorang pendeta. oleh karena aku lagi
bertanggung jawab atas sakit hati keluargaku, menyesal aku
mesti menyembunyikan diriku..."
Ouw Kong terharu mendengar keterangan itu. ia hanya
masih heran siapa pendeta itu. ia mau menduga kepada
pendeta pihak Siauw Lim Pay tetapi kepandaian si anak muda
beda, inilah tidak heran karena Hian wan sip-pat Kay ialah
ilmu silat yang sudah lama lenyap dari dunia Kang ouw.
"Kau she apa, laote?" kemudian ia tanya mengenai diri
orang.
"Boanpwe she Cia," In Gak menjawab bersenyum.
"Oh" kata si orang tua. ia lantas berdiam, karena ia tidak
bisa menduga orang tua pemuda ini. selama dua puluh tahun

915
ia menyembunyikan diri, ia terputus dari dunia Kang ouw, ia
tidak mendengar segala kejadian, hingga ia tidak tahu juga
peristiwa pengeroyokan atas dirinya Cia Bun, sedang Cia Bun
itu ia tidak kenal.
Ouw Kok La n berdiam saja mendengar orang berbicara,
akan tetapi matanya tidak berdiam seperti mulutnya, matanya
terus bekerja mengawasi si anak muda, Hatinya turut bekerja
juga, Akhirnya dia mencibir mulutnya dan kata: "Ayah,
sekalipun di dalam kamar dia masih memakai topengnya,
bukankah itu disebabkan dia takut orang lihat wajahnya?"
Ouw Kong tidak menjawab puterinya, ia melainkan
bersenyum, cuma matanya menatap tetamunya itu, Matanya
itu bersinar terang.
Benar benar In Gak menjadi serba salah. Akhirnya tanpa
bilang apa-apa, ia meloloskan topengnya
Kok Lan terkejut bukan kepalang, ia melongo dengan muka
merah karena jengah sedang hatinya berdebaran, Di dalam
hatinya ia memuji: "sungguh tampan" Dengan menjublak ia
menatap pemuda di depannya itu
In Gak melihat sikapnya si nona, lekas-lekas ia
mengenakan lagi kedoknya, ia memikir untuk tidak menanam
pula bibit asmara. sebab itu dapat meruwetkan pikirannya, ia
tidak ingin sampai menggagalkan penghidupan orang. ia
lantas teringat kepada Wan Lan.
Ouw Kong heran dan kagum Diam-diam ia menghela
napas, ia menyesal untuk puterinya, ia melihat jelas
kekaguman sang puteri, yang pasti tertarik pada anak muda
ini. Tentu anaknya telah mencintainya. Di lain pihak. la merasa
In Gak tidak tergiur akan puterinya itu
Biasanya pemuda, dia tertarik terlebih dulu, tetapi pemuda
ini lain, la hanya sangsi apa benar benar In Gak tidak tertarik
hati sedang Kok Lan demikian cantik, botoh, dan manis.

916
Maka ia menduga mungkin anak muda ini telah mempunyai
pacar...
In Gak tidak mau memberi kesempatan si orang tua banyak
pikir, ia tertawa dan berkata: " Kiong bun siang Kiat mundur
saking terpaksa, mereka tentu tidak puas, bahkan gusar
sekali, maka itu boanpwe percaya mereka bakal datang pula."
Ouw Kong heran-
"Kenapa laote berpendapat demikian?" dia tanya.
"Mereka bangsa keras hati, mereka pasti menyayangi anak
mereka," sahut In Gak. "Sekarang anak mereka itu lenyap.
bagaimana mereka tidak mencarinya?" ouw Kong heran
pemuda ini mengetahui urusannya kedua jago itu.
"Karena kebetulan sekali aku mendapat dengar hal
mereka," sahut In Gak. ia lantas menuturkan apa yang ia
dengar di Glok Coan san. Tapi ia menutup halnya ia
mempermainkan In Hian Bi dan telah bertemu dengan Kaisar
Kian Liong, ia cuma bilang ia melihat Hek Ie Hian-li, si Wanita
serba Hitam.
Mendengar disebutnya in Hian Bi, Ouw Kong ingat sesuatu,
ia tertawa. "Laote, tahukah kau tentang diriku?" ia tanya. In
Gak menggeleng kepala.
"Di kolong langit ini mungkin cuma satu orang yang ketahui
asal-usulku yang benar" kata It Goan Kisu, "Sekalipun chin
Thay Hi masih belum mengetahui jelas" ia tertawa, ia kata
pula: "Aku ialah muridnya Ki Lian Ik siu yang tersohor pada
seratus tahun yang lampau itu. Guruku itu belum pernah
merantau dalam dunia Kang ouw, kecuali satu kali ia
merobohkan Biauw Nia siang Yauw, peristiwa mana telah
mengangkat namanya. Sayang aku sendiri tidak dapat
menyaksikan pertempuran itu Pernah guruku menceritakan
padaku, sebenarnya ia berniat membinasakan siang Yauw
tetapi kemudian, melihat siang Yauw demikian lihay, ia
menyayanginya, ia batal mewujudkan pikirannya itu, dengan

917
begitu di luar keinginannya, ia meninggalkan ancaman
malapetaka... “
Kok Lan heran, ia tertawa.
"Ayah, mengapa aku belum pernah mendengar ayah
bercerita tentang peristiwa itu?" Ayah itu tertawa.
"Percuma aku menuturkan, kau toh tidak tahu" sahutnya,
"Lagipula anak perempuan apa perlunya untuk mengetahui
begitu banyak"
Mulut Kok Lan monyong.
"Lihat, engko Cia, bagaimana sikapnya ayah" katanya pada
si anak muda. In Gak bersenyum.
Ouw Kong bergembira, maka banyak ia bercerita tentang
peristiwa-peristiwa kaum Rimba Persilatan di jamannya,
hingga ia membuat puterinya girang sekali.
In Gak turut mendengarkan tetapi ia tetap memikirkan hal
anak-anaknya Kiong bun siang Kiat, Coba ia bertemu Lui
Siauw Thian-pikirnya, pasti saudara angkat itu dapat
membantunya.
Tidak lama, pintu kamar terdengar terketuk. "Siapa?" Ouw
Kong tanya, "Masuk"
Pintu tertolak, nongollah kepalanya seorang bocah umur
kira-kira tiga belas tahun, yang mukanya hitam.
"Apakah di sini ada Cia Tayhiap?" dia tanya perlahan,
agaknya ragu-ragu. In Gak heran tetapi ia bersenyum,
"Itulah aku. Ada apa, sahabat kecil?" ia tanya,
Melihat ada si orang tua dan si nona, ia mencibir mulutnya.
"Dapatkah tayhiap keluar sebentar?" ia kata. "Aku hendak
menyampaikan sesuatu...."
In Gak menurut, ia ajak bocah itu keluar, ke pojok
pekarangan
Bocah itu lantas berbisik: "Apakah Cia Tayhiap mempunyai
lencana Kay Pang? Bolehkah aku melihatnya?"

918
In Gak percaya orang ialah pesuruhnya Chong si atau
siauw Thian. ia tidak bersangsi akan memperlihatkan ci tang
Hu-leng, lencananya itu.
Anak itu lantas merogo sakunya, mengeluarkan sepucuk
surat, sambil menjura dalam, ia menyerahkan pada si anak
muda seraya berkata: "Aku masih mesti pergi ke shotang,
maka itu sampai lain kali" Kata-kata itu ditutup dengan
tubuhnya lompat melewati tembok pekarangan-
In Gak kagum ia lantas melihat sampul surat dimana ia
mengenali tulisannya Lui Siauw Thian, maka ia lekas-lekas
membukanya, untuk membaca suratnya, Akhirnya ia
mengerutkan alis.
Lui Siauw Thian mengabarkan bahwa dia sudah pergi dari
kota raja menuju ke Celam, bahwa Hu Ceng telah diambil
Hoat It siangjin menjadi murid bukan pendeta dari Siauw Lim
Pay, ia tahu bahwa Hu Liok Koan dan Hu Wan sudah
ketolongan dan menduga adik angkat ini yang menolongnya.
Karena lenyapnya itu kakek dan cucunya, Sim siang Kiu
menjadi panas hati dan sekarang lagi mencari adik angkatnya
ini. Maka adik ini dipesan buat waspada- Lebih jauh Siauw
Thian menuturkan perselisihan di antara Kay Pang sendiri,
bahwa ialah yang menculik anaknya Kiong bun siang Kiat,
maksudnya untuk dipakai sebagai ancaman
agar Liok Koan dan cucunya dimerdekakan, karena mereka
itu sudah ditolongi, anak itu sudah diperintah dimerdekakan
juga, ia pergi ke Celam tanpa menemui adik angkat ini sebab
ia tidak mau ia nanti dicari Kiongbun siang Kiat karena
diketahui ia dan adik angkat ini bergaul erat, ia pun ingin
membantu Tio Kong Kiu, calon mertua si adik angkat yang
tinggal di Tiongciu. Kong Kiu dan ciu Wi seng tidak mau turut
Lian cu dan Goat Go, puteri-puteri mereka, pergi ke
peternakan Gouw Hong piu di utara, mereka mau pergi nanti
di musim semi, sementara itu Ciu Wi seng terancam bahaya,
sebabnya ialah U-bun Lui,

919
ketua Oey Ki Pang bersakit hati mengenai peristiwa di Ciu
Ke Chung dan katanya U-bun Lui lagi bersiap sedia menuntut
balas. Telah dijanjikan pertandingan di puncak gunung cian
Hud san. Maka dia mau pergi memberikan bantuannya.
Menulis akhirnya, Siauw Thian mengasi tahu bahwa Koay
Cun, anggauta Kay Pang yang murtad itu berada di Celam,
maka Chong si beramai pergi untuk menyusulnya, Maka itu,
kalau urusan In Gak sudah selesai, ia diminta lantas menyusul
ke shoatang.
Habis membaca, In Gak menyimpan surat itu di dalam
sakunya, ia kata dalam hatinya. "Urusanku sudah selesai, hari
ini juga dapat aku berangkat" Maka ia kembali ke dalam hotel,
ia melihat Ouw Kong dan puterinya menyambutnya sambil
tertawa.
Hati In Gak bercekat, ia likat hingga mukanya menjadi
merah. itulah sebab ia mendapatkan mata Kok Lan tajam
seperti mau menembus hatinya, sebisa-bisa la berlaku tenang,
"Barusan aku dipanggil sahabatku," ia kata, bersenyum, "Ada
urusan yang mesti aku selesaikan, maka itu aku meminta diri
sekarang, Nanti saja kita bertemu pula di gunung Tay san."
It Goan Kisu heran, tapi sejenak. la dapat menenangkan
diri.
"Kalau laote ada urusan, silakan" kata-nya, bersenyum,
"Kita toh akan bertemu pula sampai ketemu lagi"
Ouw Kok Lan heran akan sikap ayahnya itu. ia kaget si
anak muda mau pergi begitu mendadak. ingin ia pergi
bersama, ia dan ayahnya tidak punya urusan lain, Karena
kata-kata ayahnya itu, terpaksa ia berdiam saja, cuma
matanya menatap si anak muda.
In Gak harap semakin cepat ia pergi semakin baik, maka ia
memberi hormat kepada si nona dan kata: "Nona, nanti kita
bertemu pula di Tay san" ia lantas memudar tubuh, untuk
bertindak keluar.

920
Mukanya si nona menjadi merah, ia mengawasi orang
berlalu, Kemudian ia hendak menanya ayahnya, ayah itu
mendahuluinya: "Anak tolol Dia mau pergi, mana kita bisa
cegah? jikalau kita tidak berjalan bersama, dapatkah dia
mencegah kita? Lekas berkemas, aku sendiri mau lihat dulu ia
menuju kemana?"
Ayah itu lantas lari ke luar.
Kok Lan bersenyum, dengan sebat ia membereskan
buntalannya, terus ia lari ke luar, guna menyusul ayahnya,
sebagaimana biasanya orang perantauan, bungkusan mereka
masing-masing kecil dan ringkas.
Sebenarnya tadi, selagi In Gak diajak ke luar oleh si bocah,
Ouw Kong telah tanya puterinya, si puteri telah mencintai In
Gak atau tidak. la dapat melihatnya dari gerak-gerik puteri itu.
Kok Lan likat tetapi toh ia mengaku di depan ayahnya itu,
Maka berdua mereka berdamai bagaimana harus bertindak
guna mewujudkan perangkapan jodoh itu, sang ayah
menyetujui kalau anaknya terus menemani si anak muda,
supaya lama-lama, pemuda itu dapat mencintai.
Di luar dugaan, In Gak kembali untuk segera berangkat
pergi, Kok Lan mencelos hatinya, Ayahnya lantas
menggunakan waktu itu untuk mereka menguntit anak muda
itu.
In Gak tidak menyangka ia bakal disusul, sekeluarnya dari
hotel, ia pergi kejalan besar, akan cari tempat penyewaan
kuda dan kereta, ia membeli seekor kuda, Maka dengan
menunggang kuda, dapat ia melakukan perjalanan cepat.
Kudanya itu segera dicambuk, dilarikan ke arah timur, hingga
di sepanjang jalan saiju muncrat tak hentinya.
Ouw Kong dapat melihat kelakuan si anak muda, maka ia
pun bersama anaknya beli dua ekor kuda, untuk menyusul.
Begitu keluar dari pintu kota, In Gak kabur ke Ma-ki-kio,
terus ke arah Bu-Ceng, ia tidak menghiraukan angin keras dan

921
hawa dingin, dan jagat putih seluruhnya, ia melarikan kudanya
yang sering terpeleset sedang mulut binatang itu
meugeluarkan uap.
Sambil kabur itu, otak In Gak bekerja, ia memikirkan
musuhnya, yang banyak. tapi belum ketahuan jelas siapasiapa
mereka itu dan di mana beradanya, Terutama ia belum
tahu siapa musuhnya yang merencanakan pengeroyokan
kepada ayahnya, ia memikirkan juga bagaimana caranya ia
menuntut balas nanti.
Demikian rupa pemuda ini kelelap dalam pikiran, ia tak
merasa bahwa dua orang menguntitnya dari kejauhan, coba ia
sadar, ia tentunya sudah mendapat tahu dan bercuriga....
Jilid 12 : Terbokong musuh lama
SELANG satu jam, In Gak mendekati kecamatan Bu-ceng. ia
masih berpikir terus, Lalu di depan matanya berbayang wajah
cantik dari Tio Lian ciu, diganti wajah Ciu Goat Go yang botoh,
diganti pula oleh romannya Hu Wan si manis. "Kemudian lagi
ia mengingat Kang Yauw Hong yang harus dikasihani setelah
ia ingat Kouw Yan Bun, lantas ia ingat si berandalan Ni wan
Lan. Akliirnya ia menghela napas.
"Kenapa aku tidak berjodoh dengan Wan Lan?" tanyanya
pada dirinya sendiri, "Melihat dia lantas aku merasa muak.
Kenapa?" Tak tahu ia sebabnya perasaan itu. Dan sekarang ia
menghadapi ouw Kok Lan, nona manis lainnya lagi. ia seperti
tertarik nona itu. Maka lagi-lagi ia menghela napas.
"Biarlah aku ditambat asmara asal jangan digagalkan...
pikirnya kemudian- ia menghela napas pula.
Tanpa merasa, ia telah memasuki kota Bu ceng, Kudanya
lantas dikasih jalan perlahan Tiba dijalan yang besar, ia
berhenti di depan sebuah rumah makan, ia lantas lompat

922
turun dari kudanya, untuk masuk ke dalam, terus naik ke
lauwteng.
Begitu ia tiba di atas, ia segera menarik perhatian para
tetamu, bahkan seorang yang bertubuh besar dan memakai
ikat kepala hijau tertawa dan berkata: "Ha, darimana
datangnya bangsa campuran ini? Dia bukan seperti dipelihara
orang"
Tapi baru mulutnya rapat, ia mengeluarkan jeritan tertahan
mukanya menjadi pucat. In Gak. yang sebal untuk usilan,
selagi lewat, sudah mengambil kesempatan menekan pundak
orang, Lantas orang itu mengeluarkan air mata, meringis
menahan sakit.
Orang jahil ini mempunyai kawan, dia kaget tetapi dia tidak
gusar, bahkan dia lantas merangkap kedua tangannya,
memberi hormat pada In Gak. sembari tertawa dia berkata:
"Tuan, tolong ampuni sahabatku ini seorang kasar yang
bicaranya sembarangan saja, harap kau tidak menyimpannya
dalam hati..."
In Gak melihat orang ini juga memakai ikat kepala hijau,
bersama dia ada pula beberapa kawannya, Mereka semua
pada membawa senjata di pundak mereka, ia bersenyum
ewah, ia melepaskan tekanannya, lantas ia mencari meja.
Semua tetamu heran, maka sekarang, siapa mau
mengawasi pemuda ini, mengawasinya sambil melirik Tidak
lagi ada orang yang bersenyum, semua merasa heran dan
kagum.
Sijahil itu, yang kesakitan, masih ada sisa rasa nyerinya,
Dia nyata bandel, dia kata sendirinya: "Siapa bilang aku orang
kasar? orang-orang Oey Ki Pay semua bangsa keras seperti
besi, maka itu ingatlah, gunung itu hijau selamanya dan air itu
mengalir tak hentinya"
In Gak mendengar itu, diam-diam ia terperanjat ia tidak
menyangka kota Bu-ceng ini berada dalam pengaruhnya

923
perkumpulan Bendera Kuning itu. Karena ini ia menaruh
perhatiannya.
Semua kawannya si jahil memandang bengis kepada kawan
kasar itu, dari meja di dekatnya ada yang menegur dengan
perlahan" katanya mereka mempunyai urusan penting, tak
dapat mereka mencari musuh, atau mereka akan melaporkan
pada pangcu mereka supaya dia.
In Gak dapat mendengar jelas meski orang bicara perlahan-
Maka pikirnya: "Urusan penting apakah itu? Aku harus mencari
tahu...."
Tidak lama, rombongan Oey Ki Pay itu sudah dahar cukup
dan turun dari lauwteng.
In Gak lantas menyusul. Di atas meja kasir ia meninggalkan
sepotong perak. katanya sekalian untuk ongkos kudanya, yang
ia akan ambil sebentar di waktu ia kembali.
Rombongan Oey Ki Pay itu menuju ke luar kota, masuk ke
dalam sebuah kuil kecil, yang berada di dalam sebuah rimba,
kuil mana hampir ketutupan saiju. In Gak menguntit, terus ia
mendekati.
TEMPAT perkumpulan rahasia mesti terjaga kuat, maka itu
si anak muda berlaku hati-hati. Lebih dahulu ia bersembunyi di
belakang sebuah pohon, ia mengawasi ke arah kuil, yang kecil
dan sudah rusak, sunyi senyap terbenam salju.
Di sekitarnya hanyak cabang-cabang kering, beku dengan
es. itulah tanda bahwa tempat itu tidak dirawat, Di atas saiju
tampak banyak tapak kaki, ini menandakan orang orang tadi
tidak ada yang lihay.
Setelah berdiam sekian lama, In Gak memikir untuk
menghampiri kuil, atau segera ia merasa angin menyambar ke
arahnya, Cepat sekali ia berkelit ia tahu itulah serangan,
bukannya sampokan angin biasa, Ketika ia menoleh, ia melihat
siapa penyerangnya, seorang mirip siluman, sebab dia riapriapan
rambut-nya, mukanya bengis, sepuluh jarinya panjang
luar biasa. Ia lantas menegur: "Kau siapa?"

924
Penyerang itu heran orang dapat meloloskan diri, ia pun
heran untuk orang punya roman jelek. Katanya dalam hati:
"sungguh kebetulan Kenapa wajah dia sama dengan
wajahku?" ia tidak menjawab teguran, ia maju pula,
mengulangi serangannya.
In Gak mendongkol tidak memperoleh jawaban, ia ingin
lekas masuk ke dalam kuil, tak sempat ia melayani, Maka itu ia
menyambut serangan itu ia menggunai tipu huruf
"Menggempur" dari Bi Lek sin Kang. sebagai akibat dari itu, si
penyerang terpental mundur.
Justeru itu dari dalam rimba terlihat lari ke luar empat
orang, satu di antaranya menyambut tubuhnya penyerang itu,
hingga dia tak usah roboh terbanting, Tapi dia telah
merasakan gempuran hebat, mukanya menjadi pucat, syukur
untuknya, si anak muda menggunai tenaga hanya lima bagian.
segera empat orang itu mengurung si anak muda.
Orang yang menyambuti si penyerang bertubuh kurus
sekali, usianya sudah lanjut, kumisnya pun yang disebut kumis
kambing hutan, tetapi sepasang matanya tajam, Dia lantas
menanya bengis: " Kau siapa? Kau orang Kang ouw, tahukah
kau pantangan mengintai lain berapat?"
"Kau aneh, sahabat." In Gak menjawab-nya, tertawa
dingin, "Perduli apa kamu dengan aku? siapa yang melarang
orang Kang ouw memasuki sebuah kuil? Kamu toh tidak
memasang pemberitahuan yang melarangnya? Mana aku tahu
kamu lagi berapat? Taruh kata aku tahu, kamu toh tidak dapat
melarang Kuil ini bukan milikmu" Keras dan tajam teguran itu.
Lima orang itu tercengang, Merekalah lima antara su-Lim
sie-sam shia, si tiga belas sesat Rimba Persilatan- Ketua
mereka, Chong-si koay siu, ialah orang yang di Ciu Ke Chung
dihajar In Gak hingga kedua tangannya patah dan pingsan.

925
Dia telah ditolongi U-bun Lui dan diobati tetapi ia bersakit
hati, maka dia bertekad mencari balas, Mereka pun mau
menunjang Oey Ki Pay. Hanya mereka tidak tahu si anak
muda, yang dikenal sebagai Gan Gak saja.
Sudah satu tahun Chong-si Koay siu mendendam sakit
hatinya itu, terus ia bekerja sama Ubun Lui, terus mereka
menyelidiki si anak muda. sekarang mereka heran melihat si
penyerang tadi, kawan mereka itu dibikin terpental sama
seperti terjadinya ketua mereka dulu hari.
"Kau jumawa, tuan" kata si tua tadi, "Dapatkah kau
mengalahkan kami berlima?"
Ia menyebut diri sebagai Bu Lim sip-sam shia.
In Gak tertawa, Tahulah ia orang ada dari kalangan apa.
"Kiranya kamu" katanya, "Kamu tidak dapat ampun lagi" ia
lantas menyerang dengan pukulan "Ti Liong ciu" dari Hian
Wan sip pat Kay, lima jarinya menyambar ke tangan kanan
orang itu.
Si sesat itu sudah lantas berkelit, tangannya ditarik pulang,
Lacur, dia kalah sebat, lengannya kena ditangkap. Lantas dia
merasakan sakit sampai ke ulu hatinya.
Si penyerang tadi sudah lantas berlompat maju, guna
menolonGi kawannya itu, Dia menyerang ke punggung si anak
muda, suara angin dari serangannya dingin.
Karena ini, tiga kawannya turut menyerang juga, hingga
mereka jadi mengepung berlima, seperti Chong-si Keay siu
dulu hari mereka menggunai ilmu silat Touw Kat Han-hong
ciang yang berhawa dingin itu.
In Gak tidak menghiraukan serangan itu selama ini ia telah
memperoleh kemajuan pesat, ia berhasil menguasai ketiga
ilmunya, Hian wan sip Pat Ciang, Bi Lek sin- kang, dan Poute
sian ciang, Diserang berlima itu ia lalu memencet musuh yang
tercekal, hingga musuh itu menjerit terus pingsan. lalu
tubuhnya ia angkat dan putar, guna dipakai menangkis. Maka

926
kasihan musuh itu, dia terhajar delapan tangan kawannya,
tubuhnya hancur remuk.
Kaget keempat si sesat, Justeru itu mereka mendengar
siulan nyaring, yang membikin mereka kaget dan hati mereka
gentar, belum mereka sempat sadar, lalu mereka merasakan
tekanan keras sekali Mereka cuma dapat mengeluarkan suara
tertahan, lantas yang tiga putus nyawanya.
Cuma yang satu masih dapat berkelit, meski begitu, dia
kena disusul si anak muda, tangannya dicekal sepuluh jari,
hingga dia merasa nyeri bukan main, sakit ke hatinya?
matanya berkunang-kunang.
Nyatanya In Gak sudah menyerang sambil berIompat. ia
menindih dengan tangan kiri, dengan tipu huruf "Menindih"
dari Bi Lek sin Kang", maka lima jeriji tangannya menjadi
sangat keras, sedang tangan kanannya menggunai pukulan
Poute sian ciang.
Yang kelima itu dicekal dengan tipu silat Te Liong -
"Menaklukkan Naga Dia mati kutu. Tubuhnya dirasai sakit
seperti dipaguti laksaan ular, inilah siksaan lebih hebat dari
kematian lantas, ia lantas menjerit-jerit dengan rintihan
kesakitannya.
"Sekarang baru kau ketahui bahwa dalam Rimba Persilatan
masih ada lain orang yang melebihi kamu Bu Lim sip sam
shia" kata In Gak tertawa mengejek. Jikalau kau mau diberi
ampun, lekas bilang, apa mau nya Oey Ki Pay berapat di
dalam kuil itu"
Biar dia kuat sekali, si sesat ini berubah pikirannya.
Bukankah dia bakal dapat hidup? Maka dia membeber
rencananya Chong-si Koay si yang bersama Oey Ki Pay hendak
mencelakai si anak muda.
Sepasang alisnya in Gak berdiri, giginya dikertak
Rencananya Chong-si Koay siu keji sekali, Dia mau
mengirim orang ke segala penjuru dengan tugas kejahatan

927
membunuh orang, membakar rumah, merampok dan berjina,
perbuatan itu memakai namanya Gan Gak. Dengan begitu
mau dibikin In Gak namanya rusak. supaya tak ada tempat di
mana si pemuda dapat menaruh kaki.
Tadi itu serombongan orang Oey Ki Pay ialah orang-orang
yang mendapat tugas kejahatan itu seraya mencari juga si
anak muda, Di waktu siang mereka menyelidiki bakal
kurbannya, di waktu malam mereka bekerja. syukurnya ialah
rencana keji ini baru mulai dikerjakan-
In Gak gusar bukan main, Bagaikan kilat ia mengerjakan
tangannya, Mula-mula ia menotok beberapa kali, buat
membikin habis tenaganya orang itu, agar dia tak dapat
bersilat pula, kemudian ia menotok juga urat gagunya, ia
membentak ketika ia terkata:
"Sekarang pergi kau ke daerah barat-selatan untuk di sana
kau tinggal dengan tenang jikalau kau bertemu pula denganku
kau tidak dapat ampun lagi"
Orang itu menghela napas, lantas dengan kedua tangannya
dikasih turun, dia bertindak pergi.
In Gak mengawasi ke pintu kuil, lantas ia maju.
Sesaat itu, sunyi pula bagian luar kuil itu, cuma terdengar
suara angin dan empat mayat menggeletak di atas saiju...
Dengan berani In Gak masuk ke dalam. segala apa pun
sunyi, ia tidak menemukan orang di ruang dalam, Lantas ia
pergi ke beIakang, Lantas ia menjadi heran. orang tidak ada,
yang ada ialah mayat-mayat yang bergelimpangan di
antaranya ada mayatnya Cin Lok. ketua muda Oey Ki Pay.
Hebat matinya mereka itu - tulang-tulang mereka patah,
kepala mereka teklok, mata mereka mendelik, sinarnya
guram, mulut mereka berdarah hitam. salah satu mayat, yang
romannya sangat bengis mirip hantu, usianya sudah lanjut,
patah tangan dan kakinya, nyambung hanya karena kulitnya
saja. Dia mestinya salah satu si sesat. Anak muda itu

928
menduga semua kurban ialah kurban-kurban serangan
mendadak. "Hebat orang itu," ia berpikir "Tidak ada musuh
yang lolos... siapakah dia?"
Dalam herannya itu, In Gak lari ke luar. Ketika ia tiba di
tempat pertempuran tadi ke-empat mayat kurbannya lenyap
semua, ia menjadi lebih heran lagi. ia menduga tentulah orang
gagah di dalam kuil itu yang menyingkirkannya, inilah yang
pertama kali ia menemui orang dengan sepak terjang cepat
dan bersih itu.
Oleh karena tidak dapat mencari orang itu, In Gak lari
pulang keBu-ceng utuk mengambil kudanya, guna melanjuti
perjalanannya ke Celam, seorang diri ia kabur dijalan yang
bersalju seluruhnya, cambuknya sering-sering menjeter
nyaring.
Dihari ketiga, pagi, In Gak tiba di Teksciu, yang ia lalui,
hingga selanjutnya ia berada dalam wilayah shoatang, di
tanah suci, di mana penduduk umumnya halus budi pekertinva,
ramah tamah sikapnya: hingga penyair Souw Tong Po
menulis: "Di propinsi shoatang tetap lembaganya, di antara
sepuluh laksa keluarga semua keluarga sastera." Hanya
sayang akibat kekacauan pelbagai pemerintahan
menyebabkan penghidupan penduduk menjadi rusak.
Tiga jam kemudian m Gak sudah sampai di kota tujuannya
oi sini hawa udara sudah hangat, beda dengan kota raja yang
bersaiju, Inilah karena kota Celam berada di antara dua
gunung, berupa lembah.
In Gak masuk dari pintu barat, kudanya dikasi jalan
perlahan, ia lantas melihat
telaga Tay Beng ouw yang luas dan bergelombang dan di
tengah mana ada ranggon yang tinggi. Di tepian ada banyak
pohon yang-liu, di telaga ada pohon teratainya. Air cetek dan
berwarna hijau.

929
Di sanapun kedapatan banyak burung air serta ikan
berenang pergi datang, Inilah telaga yang dapat dibandingi
dengan telaga se ouw di Hang-ciu.
Untuk mencari Goan seng Piauwkiok, In Gak turun dari
kudanya dan menanya orang, ia diberi keterangan, piauwkiok
itu berada di tepi telaga dan terpisahnya dari ia cuma kira
setengah li lagi Maka itu lantas ia menuju ke tempat yang
ditunjuki itu.
Dari kejauhan sudah terlihat merek piauw-kiok yang dicari
ia jalan terus, ia melihat ada banyak orang mundar-mandir, di
antaranya ada yang romannya mencurigai ia menduga kepada
pihak musuh.
Di tepi jalan, terpisah dari piauwkiok lima- enam tombak.
ada seorang berdiri dengan menolak pinggang dan matanya
sering diarahkan ke piauwkiok itu. Dipundak-nya ada sehelai
joanpian.
Dengan tindakan perlahan In Gak lewat di depan orang itu,
yang mukanya mirip kera, lantas ia mengeluarkan reak,
meludah ke kaki orang itu.
"Kurang ajar" orang itu membentak gusar. "Kau mau cari
mampusmu. Lekas bersihkan kakiku, manusia jelek"
In Gak tertawa dingin.
"Tuan mudamu memang jelek tetapi kau pun tak bagus
seberapa" ia kata. "Tuan mudamu membuang ludah, kenapa
kau mau melarang? Hm, bagus kau ingin tuan mudamu
menyusut ludah di kakimu itu jikalau kau bukannya manusia
kasar, tentu aku sudah kirim kau ke kantor negeri supaya kau
dirangket seratus rotan" orang itu menjadi gusar seperti kalap.
"Anak celaka, nanti tuan besarmu menghajar kau" dia
membentak. terus dia menyerang dengan kedua tangannya
diarahkan ke pundak si anak muda, untuk menolak.
Inilah yang dikehendaki In Gak. ia memang lagi
mengundang hawa marah orang, ia menunggu tangan orang

930
hampir tiba, mendadak ia berkelit ke belakang orang itu,
Dengan lekas joan pian orang itu pindah ke tangannya.
"Heran" si kasar kata sendirinya melihat orang lenyap.
tetapi ia memutar tubuhnya, segera ia menyerang ke
belakang, ia bertindak sangat sebat.
In Gak tertawa dan mengayun joan pian, dengan begitu
tangan penyerang itu lantas kena terlibat cambuknya sendiri,
yang makan tuan, ketika ia menarik dengan kaget, tubuh dia
itu tertarik dan terpental delapan tombak jauhnya, tercebur di
telaga.
Setelah itu riuh terdengar beberapa suara orang, Mereka
lari ke arah In Gak. ia tahu orang tentu kawannya si muka
kera, tak mau ia banyak omong, ia menyambut mereka itu
dengan rabuan joan pian, hingga mereka itu menjerit
kesakitan pipi mereka terluka, tubuh mereka terguling jatuh,
darahnya mengucur.
Habis itu In Gak tertawa dingin, ia membuang joan pian ke
tanah, gagangnya nancap lima dim, kemudian dengan roman
agung-agungan ia bertindak ke pintu piauwkiok.
Beberupa orang itu ketakutan, mereka merayap bangun,
untuk menolongi kawannya yang kecemplung, lantas mereka
ngeloyor pergi dengan cepat.
Di muka piauwkiok ada dua orang, mereka heran
menyaksikan pertempuran itu, ketika mereka mendapatkan
orang mendatangi, keduanya menyambut dengan hormat.
"Apakah tuan..." tanya mereka, Mendadak mereka berhenti
bicara.
"Tak usah tanya tuan tuan" In Gak memotong,
mengulapkan tangan, "Tolong pimpin aku lantas menemui
Liang Hoay Tayhiap Ciu Locianpwe"
Dua orang itu tidak banyak omong lagi. mereka bersenyum,
lantas mereka memimpin masuk. Hanya yang satunya

931
kemudian berkata "ciu Tayhiap tengah rebah terluka di atas
pembaringan itulah karena urusan piauwkiok kami."
In Gak terkejut, Pantas ia melihat dua orang piauwkiok itu
beroman berduka. Di dalam pun ia melihat semua orang
tenang tetapi tak bergembira, Mereka itu agak heran melihat
datangnya ini, Di antara mereka ada sahabat-sahabat yang
datang buat memberikan bantuannya.
In Gak melewati tiga ruang, sampai di depan kamar yang
madap ke utara, Di depan pintu ada menjaga dua orang
dengan pakaian singsat, mereka itu didekati dua pengantar,
yang berbicara berbisik, seorang lantas masuk ke dalam, cepat
dia keluar pula, mengundang si anak muda masuk.
Sampai di dalam, In Gak melihat dua buah pembaringan di
atas mana ada rebah masing masing satu orang, ia mengenali
Ciu Wi seng, maka ia menduga yang satunya lagi tentulah
pemilik Goan seng Piauw kiok, ia mengangguk.
Kapan Wi Seng melihat orang yang datang itu, agaknya dia
girang, dia mau berbangkit tapi In Gak segera mendekati,
mencegah padanya, katanya perlahan sembari tertawa:
"Jangan bangun, gakhu silakan rebah saja, jangan kuatir, di
sini ada siauwsay." Ia membahasakan dirinya "siauw say"
menantu yang rendah. Wi seng tertawa meringis, rupanya
saking berduka dan menderita.
"Aku kuatir aku tidak dapat sembuh lagi," katanya
perlahan, "Aku terkena racun ular kim-shoa-coa dari Tok Pi sin
Mo. Aku terganggu pada pernapasanku. Demikian juga
Congpiauwtauw Kho Cu Liong dari Goan seng piauwkiok ini,
sekarang ini kita menutup jalan darah kita, ini tentu tak dapat
dilakukan terus menerus, sebab ada kemungkinan tubuh kita
berubah menjadi cair...
In Gak terkejut ia tahu lihaynya ular beracun kim-shoa-coa
itu. Kalau racun bercampuran dengan darah dan meluluhkan

932
di seluruh tubuh, daging akanjadi busuk dan nowah, dan itu
berarti jiwa tak ketolongan lagi.
Kho Cu Liong mendengar perkataannya Wi Seng, dia
tertawa, dengan suara parau dia berkata: "Adakah ini Cia
siauwhiap? jangan takut Hidupnya manusia toh tak lebih
daripada seratus tahun, hidup itu impian belaka Kau harus
ketahui mentuamu dan aku telah berusia lanjut, kami mati tak
takut, hidup pun tak bergirang luar biasa Hanya yang aku
kuatirkan yaitu mentuamu, saudara Tio Keng Kiu, seorang diri
dia telah pergi ke jurang cian Tiang Yan di gunung Tay san
untuk mencoba mencuri obatnya Tok Pi sin Mo, yaitu rumput
Ho yan-co. Dia sudah pergi lima hari tetapi masih belum
kembali..."
In Gak mengerutkan alis, tetapi ia bersenyum.
"Tetapkan hati, Kho Tayhiap" katanya, "Nanti aku pergi ke
cian Tiang Yan menyusul mentuaku itu, untuk sekalian
mendapatkan obat, Hanya bagaimana keadaan di sini?"
Susah Cu Liong bicara, napasnya sesak. mukanya merah,
maka Wi Seng lantas menalangi dia menjawab.
"Hiansay, silakan kau lekas pergi, Untuk sementara, di sini
tak ada bahaya, janji pertemuan di puncak Cian Hud Teng
masih ada tujuh hari lagi."
In Gak tahu tugasnya.
"Baiklah, sekarang siauwsay lantas pergi" ia kata, ia
memberi hormat pada kedua orang tua itu, terus ia berjalan
ke luar. ia heran tidak melihat Lui Siauw Thian, hingga ia
kuatir saudara angkat itu pun mendapat kesusahan yang tidak
disangka-sangka, Tapi ia tidak sempat menanyakan, ia berlalu
dengan cepat, pikirannya kusut, hingga ia tak melihat dua
orang tadi memberi hormat padanya.
Tiba di luar, In Gak lompat naik atas kudanya, yang ia terus
kaburkan ke pintu kota selatan, Dengan lekas ia sampai di luar
kota. ia kabur terus hingga berada di tempat sepi. Setelah
melalui empat puluh li, ia mendapatkan matahari menerangi

933
seluruh jagat, Selagi melarikan kudanya, di samping ia, di
antara rimba, ia melihat samar-samar dua bayangan berlari ke
depan, seperti untuk melombai ia.
Ia menduga kepada orang jahat, ialah pihak musuh yang
mengintai dan menguntitnya, ia be^aspada, Karena ia tidak
ingin terintang. ia tidak memperdulikan mereka itu, ia perlu
cepat sampai di gunung Tay san, dijurang Cian Tiang Yan.
Gunung Tay san besar dan luas, ia tidak tahu di mana
adanya Cian Tiang Yan, tapi ia percaya dengan tanya-tanya
orang, ia akan dapat cari, ia mencambuk kudanya, ia ingin
dapat melombai dua bayangan tadi...
Pemuda ini tidak menimbulkan urusan, tetapi urusan
mencarinya...
Untuk pergi ke Tay san, jalanannya ialah dari utara
kedamaian Tay-an, dan dari Celam ke Tay-an, orang mesti
melintasi jalan pegunungan dari dusun Han tek-cun sampai di
dusun Lou Cun di sebelah barat daya kecamatan itu, jaraknya
tujuh atau delapan puluh li. jalanan itu sukar, banyak
tanjakannya, banyak pohon cenutranya yang cabang dan
daunnya lebat.
Ketika In Gak sampai di Ban-tek-cun, hari sudah jauh lohor,
ia mampir untuk menangsal perut dengan cepat, terus ia
berjalan pula. Maka di lain saat ia sudah mulai mendaki. lantas
ia seperti ditutupi pepohonan. Hari pun menjadi magrib. ia
tidak takut jalanan sukar, melainkan kudanya letih sekali,
jalannya perlahan, lebih perlahan dari orang berjalan kaki.
"Dengan jalan cara begini, sampai kapan aku dapat sampai
ke tempat tujuanku?" pikirnya, "Lebih baik aku meninggalkan
kudaku...."
Benar selagi si anak muda memikir demikian tiba tiba
kupingnya mendengar mengaungnya pelbagai senjata rahasia,
sedikitnya puluhan biji, Tidak ayal lagi ia berlompat turun dari

934
kudanya, untuk jempalitan, diwaktu ia tiba di tanah,
tangannya yang lebih dulu menahan tubuhnya, itulah gerakan
"sin liong liang bwe," atau "Naga sakti menarik ekor-nya."
Terus ia berdiri untuk dengan kedua tangannya menyerang
ke kiri dan kanan. ia menggunai ilmu silat Bi Lek sin Kang,
tangan kirinya menggunai jurus "Im kek yang eng" jurus yang
ketiga belas, dan tangan kanannya jurus "Liok hap hoa it."
Hebat kesudahannya serangan ini. cabang-cabang pohon
patah dan jatuh karenanya, sejumlah pohon kecil turut roboh
juga, Dengan begitu tidak ada panah atau senjata rahasia
lainnya yang mengenai ia.
Celaka kudanya, binatang tunggangan itu terbinasa
ditancap banyak anak panah, bangkainya terkulai di tepi
jalanan.
Pemuda ini jadi sangat gusar, ia lompat ke arah kiri, hingga
ia melihat belasan bayangan berlari pes at jauh nya belasan
tombak.
Jikalau aku dapat membiarkan kamu lolos, aku sumpah tak
mau menjadi orang" ia kata dalam hatinya, Lantas ia lari
menguber.
Rimba itu gelap dan lebat, banyak pohon oyotnya, itulah
rintangan. Musuh sebaliknya lari berpencaran. Agaknya musuh
mengenal baik rimba itu, Untungnya untuk mereka, mulanya
mereka sudah memisahkan diri bertombak-tombak jauh.
Tidak lama lagi, rembulan pun mulai muncul, maka di sana
sini nampak bayangan cabang-cabang mirip gerak-gerik
hantu...
Sampai sebegitu jauh belum berhasil In Gak menyandak
atau membekuk musuh-musuhnya yang tidak dikenal itu.
Tanpa merasa ia telah mengejar jauhnya satu li. Lalu ia
mendekam di sebuah gundukan tanah seperti bukit, mata dan
telinganya dipasang.

935
Mendadak terdengar suara tertawa seram dari empat
penjuru, terbawa angin, itulah suara seperti "hantu menangis
atau serigala menyalak"...
Diwaktu malam seperti itu, In Gak yang bernyali besarpun
merasakan bulu romanyapada bangun berdiri, ia tidak takut, ia
mendengari, ia mau tahu, suara dari arah mana yang
datangnya paling dekat.
Di sebelah itu, ia jadi semakin panas hatinya, Tiba-tiba ia
lompat mencelat. itulah lompatan "Kim liong tauw kah" atau
"Naga emas membuka kuku- nya", ia menubruk ke arah dari
mana datangnya tertawa gangguan itu, ia berjempalitan
hingga kakinya berada di atas.
Tiba-tiba terdengar pula tertawa yang menyeramkan itu,
belum lagi ia sampai, satu bayangan lompat berlalu, Tanpa
menanti kakinya menginjak tanah, ia menyerang bayangan itu
dengan kedua tangannya ke arah kaki, sambil ia membentak:
"sahabat, kau main setan-setanan, kau bukan orang Bu Lim"
Bayangan itu sangat gesit, hampir kakinya terpegang, Dia
lolos karena si anak muda terlambat sedikit. Tapi In Gak
sudah mahir dengan Hian Wan sip pat Kay, gagal dengan
tangkapan, ia terus menyentil.
Bayangan itu mengasih dengar suara tertahan, gerakannya
menjadi lambat lantas tubuhnya terlihat melesat ke atas.
"Sahabat, kau hendak lari ke mana?" In Gak menegur
seraya ia lompat menyusul. Mereka lantas main berkejarkejaran
terus.
Sekonyong konyong In Gak merasakan kakinya menginjak
tempat kosong. selagi begitu dua bayangan muncul dari kiri
dan kanan, menyerang kepadanya. Mereka itu berada di
tempat yang terlebih tinggi, maka itu dari atas mereka
menyerang ke bawah.
Biarnya ia terkejut, In Gak telah siap sedia, ia telah
menutuh diri ia mementang kedua tangannya, menyambuti
penyerang untuk sekalian menotok pundak mereka.

936
Dua musuh itu kaget, tetapi mereka sangat sebat, mereka
dapat berkelit dengan menjatuhkan diri, dalam gerakan "si
Keledai malas bergulingan.^
Secara demikian In Gak dapat dirintangi mengejar lawan
yang kena tersentil kakinya itu. Disamping itu, tubuhnya terus
turun, karena kakinya tidak menginjak suatu apa. Di sebelah
atas, kedua musuh itu, yang sudah berlompat bangun, telah
mengasih dengar seruannya:
"Kena" seruan itu disusul dengan menyambarnya belasan
senjata rahasia yang bersinar berkeredepan-
In Gak kena terhajar akan tetapi ia sudah menutup diri,
tubuhnya tidak terluka ia tidak terjeblos dalam, kakinya lantas
menginjak gundukan tanah, ia melihat munculnya empat
bayangan di tempat belasan tombak, terus mereka itu
berpencaran pula.
Tapi mereka berpencar bukan buat lari, hanya untuk
mengurung. Mereka dibantu oleh tiga yang tadi. sebab orang
yang dikejar-kejar itu sudah kembali, berkumpul bersama dua
penolongnya.
Di antara cahaya rembulan, In Gak dapat melihat tujuh
orang itu, Mereka bukannya orang-orang muda lagi.
"Sahabat," tegurnya dingin, diwaktu malam ini, dan di
tempat begini, apa perlunya kamu memegat aku? jikalau
kamu tidak memberi penjelasan, jangan sesalkan aku kalau
aku berlaku telengas"
Tujuh orang itu berdiam, cuma mata mereka mengawasi
tajam.
Suasana sunyi sejenak. lantas terdengar tertawa aneh,
yang seram, disusul dengan bentakan: "Aku kira siapa, tak
tahunya kau, binatang cilik Aku mencarinya dengan susah
payah, tak tahunya kau dapat diketemukan di sini jikalau
malam ini aku si orang tua tidak membikin darahmu muncrat

937
dan tubuhmu melintang sebagai mayat, tak dapat sakit hatiku
dibikin lampias"
In Gak seperti mengenali suara orang, ia lantas berpikir.
Cuma sedetik, ia pun tertawa lebar.
"Chong si Koay siu" ia berseru, "kau masih tak sadar, kau
membuatnya orang tertawa Dulu hari aku menyayangi
usahamu mengangkat nama, aku tidak mau merebut
nyawamu, tapi kali ini kau mengganggu aku, baiklah, aku
nanti melayani pula padamu Kau telah meyakini ilmu apa lagi?
Lekas kau keluarkan"
Orang tua itu memang benar pecundangnya In Gak selama
pertempuran di Ciu Ke Chung, tulang patahnya sudah
tersambung pula, maka sekarang dia dapat bergerak dengan
leluasa, Hanya sekarang dia tidak mau bertempur satu lawan
satu, dia mau main keroyok.
"Orang she Gan, jangan kau harap malam ini kau dapat
mengundurkan diri dengan tubuhmu utuh seluruhnya" kata
jago tua itu, suaranya dalam, "Kau lihatlah, di sana masih ada
lawan mu yang terlebih lihay datang ke mari" Dan dia
menunjuk.
In Gak mau tertawa karena orang masih mengenal dia
sebagai si orang she Gan. Rupanya dia belum tahu ialah Koay
Ciu sie-seng Jie In.
Kata-kata Chong-si Koay siu lantas terbukti Dari arah
kemana ia menujuk tadi lantas terlihat munculnya tiga
bayangan, Ketika In Gak mengawasi tajam, ia mengenali dua
antaranya, ialah It Ceng dan It -Hui, dua saudara dari Hoa san
Pay, atau Imyang siang Kiam yang tahun sudah telah menjadi
pecundangnya.
Orang ketiga ialah seorang imam sudah ubanan
seluruhnya, dipundaknya tergendol sepasang pedang, cepat
larinya mereka, dari itu dapat diketahui, It Ceng dan It Hui
bukanlah It Ceng dan It Hui dahulu hari itu.

938
In Gak heran kenapa orang ketahui ia mau pergi ke Tay
san, ia hanya tidak mau menduga bahwa orang-orang yang
tadi ia permainkan di depan piauwkiok ialah orang-orangnya
Chong-si Koay siu, yang terus menerus mengintai padanya,
itulah Chong-si Koay siu yang bersama seorang kawannya
melombai ia dalam rupa bayangan.
Mereka itu lantas bekerja, bersiap dan menjaga, hingga
sekarang ia kena diganggu mereka itu. "
Chong-si Koay siu penasaran karena kekalahan dan
terlukanya itu, sia-sia ia mencari In Gak sesudah ia sembuh,
maka itu ia menggunai akal mengganggu Ciu Wi seng dan Tio
Kong Kiu, ia percaya In Gak bakal datang kalau ia mendengar
kabar perihal gangguan itu.
Dia cerdik, dia tahu Wi Seng dan Kong Kiu berada di Goan
seng Piauwkiok. Dia juga mendengar piauwkiok itu bakal
mengantar piauw ke Yang- ciu, maka dia menjaga di dekat Ni
san di Kiok-hu dan telah merampas piauw itu.
Semua piauwsu kena dibinasakan, cuma seorang pegawai
yang dikasih tinggal hidup supaya pegawai ini pulang
membawa laporan celaka, itulah pancingan agar Wi-seng dan
Kong kiu datang. Nyata umpan itu memakan.
Wi-seng dan Kong Kiu datang bersama Kho Cu Liong, Cu
Liong pun mengajak sejumlah sahabatnya.
Di Ni san lantas terjadi pertempuran. Dengan ilmu pedang
"ciu Hong Lok Yap It Ji Kiam", atau "Daun rontok di musim
ketiga Kong Kiu sudah lantas merobohkan beberapa lawannya,
yang terdiri dari Bu Lim sip sam shia serta orang-orang Oey Ki
pay. Dalam pertempuran kalut, pihaknya kalah jumlah.
Lantas datang Tok Pi sin Mo Ca Kun, si Hantu Tangan satu,
yang menjadi paman gurunya Chong-si Koay siu. Dia ini
menggunai jarum beracun, racun ular kim-shoa coa- maka Cu
Liong dan wi seng terluka.

939
Ca Kun masih seorang yang dapat berpikir ia melarang
Chong si Koay siu membinasakan dua orang she Kho dan she
Ciu itu, sebab katanya, musuh yang benar ialah Gan Gak.
lantas mereka dibiarkan berangkat pulang bahkan kepada
mereka diberitahukan jarum beracun itu tak ada obatnya
kecuali rumput Huli-yan-cu yang tumbuhnya cuma di jurang
Ciau Tiang Yan di gunung Tay san.
Ca Kun bilang. jikalau orang tidak puas, lagi setengah bulan
kedua pihak. boleh bertanding pula di puncak Cian -Hud San,
sedang urusan piauw cuma dapat dibereskan kalau Gan Gak
datang sendiri mengurusnya.
Sepulangnya ke Celam, melihat Wi seng dan Cu Liong
merintih saja, Kong Kiu tak tega, maka berangkatlah ia ke Tay
san, buat mencari obat dijurang Cian Tiang Yan itu ia tidak
takut meski ia tahu Ca Kun berdiam di tempat yang berbahaya
untuk orang luar.
Demikianlah ia berangkat dan sudah lima hari belum
kembali
Di kota Celam, Chong-si Koay siu memasang mata, ia telah
mendirikan cabang Oey Ki Pay, supaya orangnya bisa tinggal
tetap di kota itu. Dengan begitu ia jadi mendapat tahu hal
datangnya si anak muda. Kebetulan untuknya, ia dikunjungi
Im-yang siang Kiam bertiga, maka ia lantas meminta
bantuannya tiga sahabat itu.
Im-yang siang Kiam memang mau mencari balas buat
mereka, tanpa diminta juga tentu suka mereka memberikan
bantuan mereka.
In Gak tertawa melihat It Ceng dan It-Hui ia kata: "Kamu
masih ada muka datang untuk mencari balas seharusnya
kamu memelihara diri, untuk menjadi orang baik-baik sungguh
bermuka tebal"
Pemuda ini tertawa nyaring hingra tertawanya itu
berkumandang.

940
Im-yang siang Kiam gusar sekali, tetapi sebelum mereka
maju atau membuka mulut, si imam tua kawannya sudah
mendahulukan mereka, fmam itu mengasih dengar suara
"Hm" berulang kali dan kata: "Tuan, kau masih begini muda,
kau sudah jumawa sekali, mulutmu jahat"
In Gak menatap imam itu, yang matanya tajam dan kedua
pempilingannya menandakan tenaga dalam mahir. ia tertawa
dan kata: "To-tiang, kita tidak kenal satu pada lain, kita tidak
bermusuhan mengapa lotiang mencampuri air keruh ini?"
Si imam mengerut alis, ia mau menjawab tetapi Chong-si
Koay siu mendahului katanya sambil tertawa dingin: "Gan Gak.
kau jangan mempunyai mata tetapi tidak mengenali gunung
Tay san inilah Ti Bi Totiang, kakek guru kami yang menjadi
ciangbunjin dari Hoa san pay
Masihkah kau tidak mau menyerah untuk dibekuk?"
Tapi In Gak tertawa lebar, "Aku menyangka orang Kang
ouw tingkat bawah, tidak tahunya ketua dari sebuah partai,"
ia berkata, "Bagus untukku, aku mendapat kehormatan, aku
berbahagia sekali" ia berhenti sebentar, ketika ia melanjuti,
suaranya dalam: "Bangsat tua Chong si, apakah maksudmu
malam ini? Kau mau maju satu demi satu atau kau mau main
keroyok? Bilanglah, aku si orang she Gan akan mengiringi kau
jikalau kau main licik, mau meminjam golok lain orang untuk
membinasakan orang, aku si orang she Gan akan
mendahulukan membunuhmu." setelah berkata, tangan si
anak muda di ayun.
Chong-sie Koay siu cepat berlompat mundur tiga tindak.
Dia jeri terhadap si anak muda karena dia mengingat terluka
baru ini. In Gak cuma menggertak ia tertawa.
Muka Koay sia menjadi pucat, dia malu sekali sudah kena
digertak. Dia mencoba berlaku sabar.

941
"Bocah cilik, jangan jumawa" bentaknya, “Jikalau kau dapat
memukul pecah barisan kami yang disebut Cit seng Lian Hoan
Tin, mulai saat ini aku nanti pergi menyembunyikan diri"
Barisan itu yalah barisan "Tujuh Bintang Berantai."
In Gak tertawa, Terus ia berpikir: "suhu mengajarkan aku
ilmu pedang dan ilmu bertindak Hian Thian cit seng, sekarang
baik aku mencoba melayani barisan Tujuh Bintang dari chongsie
Koay siu ini..."
Maka ia tertawa dingin dan memberikan jawabannya:
"Siluman tua pergi pulang, kau tetap mau main kroyok ini
namanya siapa belum sampai di sungai Hong Ho, hatinya
belum mati. Apakah kau sangka aku jeri terhadap barisanmu?
jangan kau besar mulut, jangan kau ngoceh saja, mari mulai"
Chong-sie Koay Siu tertawa, matanya bersinar bengis, ia
lantas memberi hormat pada ketua Hoa San Pay. Tie Bu
Tianglo, dengan menjura dalam.
Melihat demikian, ketua Hoa San Pay itu ketahui chong-sie
Koay Siu belum membutuhkan bantuannya, maka itu
bersama-sama Im-yang siang Kiam, ia mengundurkan diri kepinggiran-
Malam itu lembah itu cukup terang oleh sinar rembulan,
dipuncak teriihat salju putih. kesunyian cuma diganggu suara
angin diantara pepohonan.
Bu Lim Sip-sam Shia, dengan chong sle Koay siu sebagai
ketuanya, sudah lantas mengatur diri. Mengikuti barisannya,
mereka terdiri dari tujuh orang yang berarti Tujuh Bintang.
Wajah mereka sangat tegang, sebab inilah saat maju atau
runtuhnya mereka.
In Gak mengawasi orang mengatur barisannya, ia
mendapat kenyataan, untuk permulaan chong-si Koay Siu
bersama yang nomor dua dan nomor tujuh bakal menyambut
lawan, yang lainnya membantu. orang yang ketiga dan
keempat bersenjatakan pedang, dan yang kelima dan keenam

942
bergegaman tongkat long-ge-pang. Sembari mengawasi itu, ia
berpikir.
"Aku mesti lekas pergi ke Cian Tiang Yan, tak sempat aku
melayani mereka, mesti aku lekas menyudahi gangguan ini."
Maka ia lantas menanyai "Siluman tua, kamu yang maju atau
aku?"
"Terserah" sahut orang yang ditanya.
Tidak menanti suara orang berhenti, In Gak sudah maju
dengan tindakannya Hian Thian Cit seng Pou, ia melewati
Chong-si Koay siu dan orang yang kedua, tiba di depan orang
yang ketiga la mengulur tangan kanannya, menangkap tangan
kanan lawan di bagian nadi.
Bukan main kagetnya orang yang ketiga ini. Ia tidak sangka
musuh dapat melewati ketuanya berdua dan segera berada di
depannya dan menyerang secara kilat itu. ia hendak
menyingkirkan tangannya, tetapi sudah kasip.
Celakanya, begitu kena tercekal, habis sudah tenaganya,
setelah merasai lengannya kaku, ia lantas tak sadarkan diri.
Tengah In Gak manangkap musuh, ia mendengar Chong-si
Koay siu berseru, lantas ia merasa hawa dingin menyambar
dari belakangnya. Terang ketua musuh ini kaget dirinya
dilewati secara demikian mendadak dan lalu penyerang sambil
mengasih dengar suara amarahnya itu.
Perbuatan ketua ini disusul gerakan yang lain-lainnya. ia
menjadi kagum sebab sekalipun sudah kurang satu tenaga,
barisan itu masih demikian lihay, ia juga lantas melihat
datangnya serangan dua batang pedang, ia mengerti, seorang
diri tak dapat ia menangkis enam senjata berbareng, dari itu ia
berlaku cerdik, ia menarik musuh yang terpegang itu ke
belakangnya, terus ia lompat tinggi, tangan kirinya disabetkan
kepada musuh yang kelima dan keenam, itulah jurus "Ngo ci
hoan san" atau "Lima jeriji mengancam gunung" dari Bie Lek
sin Kang.

943
Chong-si Koay siu terkejut melihat orang menangkis
dengan memakai tubuh kawannya sebagai senjata, itu berarti
mencelakai kawan sendiri, Bersama dua kawannya yang
menggunai pedang ia lekas-lekas merubah sasarannya ke arah
kiri.
Yang kelima dan keenam menyerang dengan tongkat
mereka, mereka terlambat, serangan mereka mengenai
sasaran kosong sebab tubuh In Gak sudah melesat,
sebaliknya, mereka merasai samberan angin hingga mereka
mesti lekas-lekas berkelit ke samping, Tidak urung pundak
mereka kena tersamber juga, hingga mereka lantas merasa
napas mereka sesak.
In Gak tidak berhenti bergerak karena ia sudah lolos dari
bahaya itu. ia menaruh kaki di depannya Chong-si Koay siu,
lantas ia mengulur sepuluh jarinya kepada jago tua itu serta
musuh yang nomor dua. Ketika tadi ia menangkis, ia sekalian
melepaskan musuh yang ketiga yang telah lantas tak sadarkan
diri.
Chong si Koay siu dan kawannya berkelit. Toh lengan
mereka tersampok anginnya serangan hingga keduanya kaget
dan mengeluarkan peluh dingin.
Ti Bi tianglo, ketua dari Hoa san Pay menjadi kagum dan
heran, ia tidak mengerti kenapa orang dapat bergerak dengan
cepat dan lincah itu, ia tidak bisa membade In Gak itu
keluaran partai persilatan mana, ia mau percaya hatinya
chong-si Koay siu bakal kena diruntuhkan apabila itu sampai
terjadi, ia dan dua kawannya bakal dihadapi soal sulit.
Karena ini ia lantas berpikir, terus ia kisiki Im-yang siang
Kiam, setelah itu segera ia mementang kedua tangannya,
hingga terdengar suara berkontrang nyaring, lalu terlihat
tubuhnya berlompat maju menyusuli dua sinar hijau seperti
bianglala.

944
Ketika itu In Gak. gagal menyerang Chong-si Koay siu dan
si nomor dua, meneruskan penerangannya kepada empat
yang lain, itulah cara menyerangnya guna membikin kacau
barisan musuh, barisan yang telah dilatih belasan tahun
hingga sukar untuk dipukul pecah.
Ketika Chong-si Koay Siu berdua berkelit empat yang lain
maju menyerang, bahkan diturut oleh si nomor tiga yang
sudah mendusin dan segera maju pula, ia ingin sekali cepat
menyudahi pertempuran itu. ia tengah memikir menggunai
jurus "Mematahkan otot dan memutuskan nadi" ketika ia
melihat menyambernya sinar hijau dari dua batang pedang,
lekas-lekas ia berkelit dengan mengguai jurus huruf "Lolos"
dari Bi Lek sin Kang, sedang dengan lima jeriji tangan
kanannya, ia membarengi menyentil.
Kedua sinar itu lantas lenyap. sebaliknya muncul Ti Bi Tiang
lo, yang nampaknya heran dan kaget. Mengenali siapa orang
itu, ia menjadi membengkok ia menegur dengan suara dalam:
"Apakah seorang ciangbunjin juga main bokong seperti
caranya bangsa tikus?"
Muka Ti Bi menjadi merah, lekas-lekas dia memuji: "Bu
Liang siu Hud" ia merangkap kedua pedangnya dan menjura,
kemudian sembari tartawa ia kata: "Itulah perbuatan yang aku
tidak berani lakukan. Hanyalah melihat tuan begini lihay maka
aku, yang tak segan mencari kemajuan, ingin meminta
pengajaran barang satu dua jurus."
In Gak heran, ia tidak dapat membade hati orang, Di saat
seperti itu, ia tidak sempat berpikir lama, Maka ia bersenyum
dan menjawab. "Totiang terlalu memuji Baiklah, silakan
totiang memberikan pengajaranmu"
Selagi dua orang itu berbicara, Im-yang siang Kiam sudah
berbisik kepada Chong-si Koay siu, Dia ini dan kawankawannya
berhenti menyerang begitu lekas majunya ketua
Hoa san Pay itu.

945
Ti Bi Tiang lo tidak membuang-buang waktu, ia lantas
menyerang dengan sepasang pedangnya dengan jurus "sang
guntur mengagetkan," ialah satu diantara tiga jurus utama
dari "Tian-to Im yang Ngo Heng Kiam," ilmu pedang "Im-yang
dan Ngo-heng Bertentangan" dari Hoa San Pay. pedangnya
lantas berkilauan dengan anginnya menderum dan sinarnya
seperti juga benda-benda tajam menyerang pelbagai jalan
darah lawan.
In Gak berkelit. ia segera berpikir bahwa sulit untuknya
kalau ia tidak menaklukkan imam ini. ia bergerak dengan
gerakannya "Hian Thian cit Seng Sin-hoat," begitu lincah
hingga ia seperti lenyap dari depan si imam, sebaliknya kedua
tangannya, dengan sepuluh jerijinya, menyamber ke nadi jago
tua itu. Ti Bi Tianglo kaget bukan main, inilah ia tidak sangka
Justeru itu mendadak In Gak merasai dorongan angin keras
sekali, yang datangnya dari kedua sampingnya, hingga selagi
ia merasai dadanya sesak, tubuhnya pun tertolak mundur.
Ini dia yang dibilang, "cengcorang menangkap tonggeret, di
belakangnya ada burung gereja." itulah sebab Im-yang Siang
Kiam bersama rombongannya Chong-si Koay Siu telah
bergerak secara diam-diam, keduanya menyerang berbareng
dari kiri dan kanan-
Karena berbareng, bisa dimengerti tenaga mereka menjadi
besar luar biasa Biarnya ia telah menutup diri, In Gak toh
merasai tubuhnya ngilu, ia terus tertolak mundur, hingga ia
tak sempat berdaya meski ia sudah berpikir, begitu luang ia
akan meloloskan diri.
Ti Bi Tianglo pun tidak berdiam saja. Karena bantuan kiri
dan kanan itu, ia bebas dari samberan lawannya, sebaliknya,
ia memperoleh kesempatan untuk menyerang pula,
menyerang saling susul, hingga In Gak menjadi repot
menangkis.

946
Tanpa merasa si anak muda mundur hingga ke tepi jurang,
Kalau tadi ia berlompat mundur, mungkin ia lolos, tetapi ia
penasaran. Sekarang ia terdesak tanpa dapat melihat ke
belakang di mana kabut menutupi jurang itu, ia terus menjaga
diri dari sepasang pedang si imam. ia juga bingung, ia merasa
napasnya tambah sesak..--Ia sia belaka ia mencoba
menyalurkannya untuk itu ia tidak mempunyai tempo luang.
Segera juga datang saat yang sangat ber-bahaya, yang
mengakhiri pertempuran ganji itu. Mendadak In Gak merasai
serangan sangat dahsyat, hingga tubuhnya mental mundur,
kakinya tak menginjak tanah lagi, itu artinya ia sudah
terlempar ke dalam jurang, maka lantas terdengar
jeritannya...
Menyusulijeritan itu terdengar suara tertawa nyaring,
tertawa dari kepuasan, lantas terlihat orangnya, ialah seorang
berewokan. yang gigi-giginya tonggos, hingga dia nampak
sangat bengis, Dia muncul dengan lengan kirinya menyeret
tangan bajunya, Dialah Tok Pi sin Mo Ca Kun, paman guru dari
Chong-si Koay siu.
Ti Bi Tianglo kenal Ca Kun semenjak beberapa puluh tahun,
maka ia mengangguk pada jago tua itu. si Hantu Tangan satu,
sembari tertawa dia kata: "Ca Losu, sudah banyak tahun kita
tidak pernah bertemu, nyata kau telah memperoleh kemajuan
pesat,pinto kagum sekali"
Tapi tanpa menantijawaban, ia melongok ke dalam jurang,
ia menghela napas dan berkata pula: "Orang ini berbakat luar
biasa sekali, sekarang dia terpendam di dalam jurang,
sayang...
Ca Kun tertawa lebar dan berkata, "Ti Bi Totiang, sejak
kapan kau mempunyai rasa kasihan semacam ini? Memberi
ampun kepada musuh berarti mencelakai diri sendiri orang
semacam dia perlu apa disayangi?" Dia terus berpaling pada

947
Koay siu dan berkata, "satu laki-laki harus dapat membedakan
budi dan sakit hati" maka itu sekarang setelah musuhmu
sudah tersingkirkan kau mesti lekas membayar pulang
piauw dari Goim seng piauwkiok jangan kau terus
mengangkanginya"
"Baik, susiok." sahut Chong-si Koay siu.
Tok pi sin Mo berpaling pula pada Ti Bi Tianglo, untuk
berkata, "Aku si orang she Ca masih mempunyai urusan,
sampai nanti kita bertemu pula"
Lantas dia memutar tubuh, untuk berlalu, hingga sejenak
kemudian, dia sudap lenyap di dalam sang gelap gulita...
Dengan berlalunya hantu itu, bubar juga Chong-si Koay siu
semua.
Jurang itu tetap terpenam dalam kesunyian, kecuali sang
angin yang memperdengarkan suaranya di antara daun daun
cemara.
BAB 4
ADA pertengahan bulan tujuh tahun yang lalu, seberlalunya
In Gak dari rumahnya Tiongciu It Kiam Tio Kong Kiu di Chongciu,
nampak pemuda itu telah pergi ke Kwan-gwa maka nonanona
Tio Lian ciu dan Ciu Goat Go menjadi kesepian, hingga
mereka menjadi berduka sekali, Baru selang setengah bulan
dapat juga mereka melegakan hati, dengan begitu dapat
setiap hari mereka bersilat di dalam taman sungai meyakini
pelajaran yang diberikan tunangan mereka, Dalam hal ini,
mereka berhasil mendapatkan kemajuan.
Dengan cepatnya sang tempo berjalan, tanpa terasa
datanglah musim dingin dengan saljunya yang beterbangan
seperti tak hentinya, sang musim membuat kedua nona
berduka pula, sepasang alis mereka senantiasa berkerut Tidak
lewat satu hari tanpa mereka memikirkan tunangan mereka
itu. In Gak telah berjanji akan pulang untuk merayakan tahun

948
baru bersama, tetapi sampai sekarang ia belum kembali,
wartanya pun tidak ada sama sekali..
Sebaliknya pada suatu hari, tiba-tiba muncullah Kian Kun
ciu Lui siauw Thian yang datang dari kota raja, Begitu melihat
tetamu-nya ini, Lian ciu segera menanya, "Lui Losu, apa kabar
dari engko cia?"
Siauw Thian tertawa berkakan.
"Nona- nona, jangan terburu napsu" kata dia, "Kabar ada
hanya tak dapat aku segera memberitahukannya"
Lian ciu heran, mukanya menjadi merah, Dia membanting
kaki "Berani kau tidak memberitahukan" kata-nya. "Awas,
nonamu nanti keset kulitmu" Dia benar meluncurkan
tangannya ke pundak Kian Kun cia.
Siauw Thian berkelit.
"Nona yang manis, tahanlah kepalanmu" katanya tertawa,
"Sediakanlah itu untuk lo-sam, tulang-tulangku tak kuat
menerimanya" Habis berkata, ia lompat ke dalam.
Lian ciu tidak mengerti, ia menguber. Di dalam, Tio Kong
Kiu lagi duduk bicara bersama Ciu Wiseng, ia melihat
datangnya siauw Thian yang dikejar puterinya yang mukanya
merah. ia tidak heran, sebab biasanya dua orang itu bergurau,
cuma ia kata nyaring,
"Eh, Lian ciu, jangan kurang ajar terhadap Lui Losu" ia
berbangkit bersama Wi seng, untuk menyambut sahabatnya
itu.
"Banyak baik?" ia tanya,
"Aku si orang she Lui tidak kurang suatu apa. Makan
kenyang, tidur nyenyak" sahut sahabat itu, tertawa lucu.
"Cuma sekarang ini begitu masuk ke mari, hampir kulitku
dikeset si nona manis - Aku bilang, Tio Tayhiap. penilikanmu
kurang keras, aku kuatir nanti lo-sam tak sanggup bertahan..."
Kong Kiu tertawa, juga Wiseng "siapa suruh kau jail"
katanya, "Kau cari penyakit sendiri.."

949
Siauw Thian tertawa pula "Ini dia yang dibilang, ada
ayahnya, ada puterinya" ia kata. "Baik, dasar aku yang sial"
Ia lantas berpaling kepada Lian ciu, niatnya menggoda, tapi
ia lantas berdiam, ia mendapatkan mata si nona merah, air
matanya mengembeng. ia jadi merasa kasihan, ia menjura
kepada nona itu dan kata, "Sudah, nona manis, aku mengaku
salah, Kalau sebentar losam pulang, harap kau tidak omong
apa apa padanya, jikalau dia marah, asal dia menggerak saja
satu jeriji tangannya, celaka aku Lian ciu tertawa, mendadak
tangannya menyamber.
"Benarkah engko Cia bakal lekas pulang?" dia tanya,
katanya begitu, Siauw Thian berdiam, ia melongo. Lian ciu
heran, ia berkuatir,
"Benarkah engko cia bakal lekas pulang?" si nona
menegaskan, Kong Kiu dan wi seng turut merasa heran tetapi
mereka sabar.
"Lian ciu," kata Wi Seng tertawa, "Lui Losu baru sampai dia
letih, pergi kau ambilkan air, sekalian kau suruh Goat Go
keluar"
Nona itu berdiam, ia tak sudi berlalu, maka ia memberi
tanda pada bujangnya.
Siauw Thian tidak berdiam lebih lama, ia tahu orang keliru
mengerti terhadap lagaknya-
Ia ambil cangkirkan Wi seng, setelah batuk-batuk. Ia
minum dengan bernapsu.
"Kamu jangan kuatir," katanya kemudian-tertawa. "Lo-sam
sudah berangkat dari Tiang Pek san-"
Kong Kiu lenyap kekuatirannya. Ia tertawa- "Menantuku itu
sudah berangkat dari Tiang Pek san," katanya, "sekarang ia
berada dimana?"
Ketika itu tampak Goat Go muncul, ia lantas memberi
hormat pada Siauw Thian.
Hampir orang she Lui terus menggoda Lian ciu kalau ia
tidak lantas melihat si nona berdiam saja, romannya masgul,

950
sebenarnya ia mau menggoda nona itu tak tahu aturan seperti
si nona Ciu. ia bersenyum dan kata, "Ketika aku berada di kota
raja, aku menerima surat Gouw Hong piu dari Utara, katanya
lo-sam berdiam dua hari di sana, lantas menuju ke siamsay
dengan menunggang kuda. Katanya dia mendengar ada
musuh-musuhnya Ceng Hong Pang. dari itu dia mau pergi
membikin penyelidikan. Dengan begitu tahun baru ini dia tidak
keburu pulang..."
Kong Kiu mengurut kumisnya dan tertawa, "Dasar anak
muda, dia kurang sabar," katanya.
Hatinya Lian ciu menjadi lega juga tetapi di dalam hatinya
itu ia kata: "Tahun baru kau tidak pulang, kau tega..."
Malam itu Kong Kiu menjamu siauw Thian, Malam itu gelap.
rembulan tak muncul, angin sebaliknya meniup keras. Justeru
begitu dari luar terlihat satu bayangan putih melompati
tembok pekarangan, masuk ke dalam, terus menuju ke arah
kamarnya Nona-nona Tio dan Ciu.
Di mana ada pohon gouwtong yang lebat cabang dan
daunnya. sang angin bertiup terus, salju mulai menebal.
Lauwteng Gouw Im Kok di bagian belakang taman pun
sudah gelap. Di sana Lian ciu dan Goat Go tidur dengan
memadamkan api. Diwaktu begitu, mereka sudah tidur pulas,
justru itu bayangan tadi mendekati lauwteng, ia lompat naik
ke pohon gouwtong, berdiri di sebatang cabang, tangannya
lantas mencabut pedang di punggungnya.
Habis itu, dia lompat ke depan jendela, Dengan tangan kiri
dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dengan pedangnya
dia mengorek kertas jendela, terus barang itu diceploskan ke
dalam kamar, terus dia meniup perlahan-lahun.
Itulah sebatang selubung kuningan, Tiba tiba orang dengan
pakaian putih ini mengasih dengar suara tertahan, terus ia
meraba mata kirinya, lantas tubuhnya mencelat mundur,

951
untuk turun ke bawah lauwteng dimana segera ia lari lebih
jauh, lenyap di tempat gelap.
Menyusul berlalunya orang itu, daun jendela terpentang,
dua tubuh melompat ke luar, tangan mereka masing-masing
mencekal pedang, orang yang satunya melihat ke lantai
jendela. lantas dia tertawa.
"Enci Lian, kau telah menghajar matanya" kata dia. "Di sini
ada beberapa tetes darah. Biarlah bangsat itu dikasih ampun "
Nona Lian itu, ialah Lian ciu, menggeleng kepala.
"Inilah pasti bukan soal penjahat biasa saja," katanya,
"Marilah kita pergi ke depan untuk menemui ayah serta Lui
Losu, untuk memberitahukan mereka, Coba dengar, apa kata
mereka."
Nona yang bicara itu, Goat Go, mengangguk "Mari" ia
mengajak.
Lian ciu mengikut, maka dengan cepat mereka
meninggalkan kamar mereka, Tiba di depan, mereka heran,
Mereka mendapatkan api dinyalakan terang terang, Ketika
mereka sampai di dalam, terlihat Kong Kiu dan Wi seng, ayah
mereka duduk dengan sikap keren Siauw Thian berdiri dengan
menolak pinggang, wajahnya berseri-seri, Di lantai terlihat
seorang muda dengan pakaian putih, mata kirinya
mengeluarkan darah, mukanya pucat meringis, tubuhnya
bergemetaran, Rupanya dia telah kena ditotok Kian Kun ciu.
Begitu melihat tegas orang muda itu, Goat Go merah
mukanya, ia lantas maju menikam.
"Sabar" siauw Thian mencegah. "Nona-ku yang baik, kau
tunggulah sampai Lui loji menanya jelas padanya, habis itu
kau dapat berbuat sesukamu..."
Nona itu batal menikam, tetapi pedangnya telah menggores
dada orang.
Siauw Thian berpaling kepada siorang muda berpakaian
putih itu, dia tertawa haha-hihi. "sin it Beng" katanya, "kau
meminta kematian yang cepat, aku si Loji akan memenuhkan

952
kehendakmu iiu, tetapi kau mesti menjelaskan dulu segala tipu
muslihatnya Oey Ki Pay jikalau tidak. maka kau mesti mengerti
lihaynya Lui Loji"
It Beng berdiam. sekarang tidak tampak lagi
keangkuhannya, Darah masih saja keluar dari mata kirinya itu
mukanya tetap pucat, Tubuhnyapun menggetar, tandanya ia
mesti menahan sakit.
Siauw Thian mengawasi, ia bersenyum ewah. ia
meluncurkan sebelah tangannya dan menotoksatu kali pada
orang punya iga kiri, sembari tertawa, ia kata, " Totokannya
Lui Loji ini ialah dinamakan san Kut Kang Bangsat yang
menjadi kurbanku sudah bukan sedikit jumlahnya, semua
mereka itu tidak ada satu dua yang dapat mempertahankan
diri, Maka itu orang she sia, aku mau lihat apakah kau
benarkan laki-laki yang terbuat dari baja dan besi..."
Belum berhenti suaranya siauw Thian atau It Beng sudah
mengasih dengar jeritan yang menyayatkan hati, tulangtulangnya
terdengar berbunyi, tubuhnya terus roboh
bergulingan. "san Kut Kang" ilmu yang disebutkan itu ialah
ilmu membubarkan tufang-tulang.
Hanya sebentar, It Beng mencoba mengugulkan diri, ia
bangun untuk berduduk. tangan kirinya dipakai menutupi
matanya yang luka, mata kanannya mendelik hingga hampir
keluar separuhnya.
Dengan suara menggetar ia kata: "Baiklah, orang she Lui,
aku Sin It Beng, suka aku bicara... orang she Lui, sampai aku
mati aku tidak akan mengampuni kau..."
Siauw Tiiian menotok pula, untuk membebaskan ia tertawa.
"Asal kau tidak menitis pula, bolehlah kau menantikan aku di
kota iblis" katanya. Sin It Beng mengeluarkan napas, lantas
setelah itu, ia berbicara,
“Nyatalah Pat Pi Kim-kong U bun Lui, ketua dari Oey Ki Pay,
semundurnya dari Ciu Ke Chung, lantas mendendam sakit
hati, ia menganggap kekalahannya itu suatu malu yang
terbesar, ia kata ia tidak puas apabila ia tidak dapat menuntut

953
balas, Maka ia sudah lantas mengirim orang ke pelbagai arah,
untuk mencari tahu In Gak dan asal usulnya.
Tiga bulan sudah berselang, pelbagai juru warta itu pulang
beruntun- runtun, akan tetapi semua pulang dengan tangan
kosong, tidak ada yang berhasil mendapatkan asal usul In
Gak, yang dikenal sebagai Gan Gak. dan tidak ada juga yang
pernah menemuinya, Yang didapatkan cuma "nama Gan Gak
itu bakal menantu dari Tio Kong Kiu dan Ciu Wi seng, dan
bahwa Wi seng dan gadisnya lagi menumpang di rumah Kong
Kiu di Chong-ciu.
Sebagai seorang licin, U-bun Lui lantas mengatur tipu
dayanya itu. Untuk itu ia minta bantuannya banyak kawan dan
sahabat: selang satu bulan, ia meninggalkan markasnya.
Sementara itu Hu-pangcu Cin Lok ketua muda Oey Ki Pay
yang bergelar Liat We Che si Bintang Api, surup sekali dengan
julukannya itu, dia lebih panas hati daripada ketuanya. Dia tak
cukup sabar seperti ketuanya itu. Dia menganggap air yang
jauh tak dapat dipakai menolong memadamkan kebakaran
didepan mata.
U-bun Lui mau bekerja di tempat yang jauh dari wilayah
kekuasaannya, dia mau turun tangan atas dirinya sahabatsahabatnva
Wi seng dan Kong Kiu. Ini tidak disetujui Cin Lok
sebab katanya, musuh mereka toh Gan Gak seorang, sedang
yang lain-lainnya tak usah ditakuti Cin Lok menghendaki,
justru Gan Gak tidak ada di Congciu, baik mereka perintah
orang menculik kedua nona-nona ciu dan Tio, supaya dengan
begitu Gan Gak dipancing datang ke markas mereka.
Di markas mereka, selain jumlah mereka banyak. keletakan
tempat pun berbahaya, U-bun Lui mementang tipu ini dan ia
jalan dengan rencananya sendiri, Cin Lok pun tidak puas. ia
mendapat kawan dalam dirinya Chong-si Keay siu beramai,
bahkan Chong si Keay siu menganjurinya.
Demikian Cin Lok memanggil Giok-bin Ji Long sin It Beng
dan menitahkan It Beng bekerja.
"Giok bin Ji Long" itu berarti malaikat Ji Long Sin Muka
Kemala". julukan itu didapat It Beng karena dia tampan sekali.

954
It Beng suka menerima tugasnya itu. ia sangat ketarik
kecantikannya Tio Lian Cu. si nona yang pernah muncul di
atas panggung pertandingan silat - ia sampai merindui nona
itu, walau si nona dan Goat Go lihay tetapi ia tidak takut.
Demikian ia naik di lauwtengnya nona. Celaka untuknya
selagi ia meniup masuk asap pulas, Lian Cu memberi presen
jarum pada matanya, hingga ia kesakitan bukan main. ia
melarikan dirinya, Dengan matanya terluka dan memberi rasa
sangat nyeri, ia lari tanpa memilih arah, apa lacur dilapis lacur
Lui siauw Thian lagi keluar untuk buang air, ia berpapasan
dengan Lui siauw Thian.Tidak ampun lagi ia kena dibekuk.
Siauw Thian tertawa.
"Kau datang seorang diri atau berkawan, ia tanya "Kalau
kau datang berkawan, kau beritahulah Lui Lo-jie, supaya aku
dapat mengirim orang mengundangku supaya kawanmu itu
datang mengurus jenazahmu "
"Orang she Lui " It Beng berteriakjangan kau memutar
lidah didepan tuan besarmu Lekas kau bunuh aku " Siauw
Thian tertawa jenaka, "Kau berani sekali, kau memandang
kematian seperti orang berangkat pulang, baik, Lu Lo-jie akan
mengiringi kau?" katanya, "Baiklah, kau boleh mengadap Raja
Akherat untuk mendakwa aku. Nah sekarang kau boleh pergi
keneraka sambil tertawa " Kedua nona tertawa melihat
kejenakaan orang.
Siauw Thian berkata dan bekerja, ia segera menotok
kebelakang pinggang It Beng, atas mata mendadak mata It
Beng melotot, romannya jadi bengis.
"Kau ...." katanya seraya menuding. Tapi ia tidak bisa
bicara terus, ia lantas tertawa berkakak, ia telah ditotok urat
tertawa-nya. ia tertawa terus hingga tubunya melengking:
Goat Go menjadi tidak tega, maka ia menikam orang jahat
itu, hingga habislah jiwa It Beng.
Beberapa orang lantas membawa pergi mayat sijahat, buat
dikubur.

955
Goat Go menuding Kian Kun Ciu, sembari tertawa ia kata.
"Kau telengas ..."
Siauw Thian tertawa dan kata. "Dasar si nona yang hatinya
mulia. Bangsat semacam dia, kalau dia terjatuh dalam
tangannya Lui Lo-jie, dia mesti dibikin seperti tikus, dia harus
disiksa sepuasnya, baru dia dibikin habis jiwanya .."
Baru siauw Thian berkata begitu, mendadak datang angin
menghembus, membikin penerangan hampir padam, ketika
api lilin menyala pula, maka didalam ruang itu tampak seorang
lain, ia seorang imam yang matanya seperti tiga dan
berewokannya gompyok dan kaku.
Melihat imam itu, Kong Kiu berseru, ia mencelat dari
kursinya. untuk menyerang. Imam itu lincah sekali, dia
berlompat berkelit, lantas dia tertawa.
"Haha, Tio Tayhiap " katanya. "Sudah banyak tahun kita
tidak bertemu, kau masih saja as era n sekali Kenapa kau
main menyerang? ini toh bukan caranya menyambut tamu...?"
"Song cinjin," kata Kong Kiu kemudian, "malam buta rata
kau datang berkunjung, ada apakah pengajaranmu ? silakan
duduk "
Imam itu tertawa, Dialah Soh beng Pat Ciang shong Lok.
koancu atau ketua dari kuil Cin Koan di san-im. Dia berpakaian
luar biasa, sebab jubahnya merah, dipinggangnya tergantung
sebatang golok kang-to panjang dua kaki, sarungnya dari kulit
ikan yang berwarna biru berkilau, sepatunya sepatu rumput
buatan secuan, mukanya berminyak, kopiahnya miring.
Yang hebat ialah sepasang matanya yang tajam dan kedua
tempilingannya menandakan dia mahir tenaga dalamnya.
"Meskipun pinto telengas, tetapi pinto tahu, ada budi harus
dibalas." Katanya. "Dulu hari Tio Sicu telah menaruh belas
kasihan di ujung pedangmu sehingga muka terangku
teriindung, maka itu malam ini pinto sengaja datang kemari
untuk membawa kabar. Aku minta agar sicu suka berjagajaga.
Kebetulan saja pinto mendapat kabar buruk. Paycu UTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
956
bun Lui dari Oey Ki Pay sudah datang ke San-im untuk
membujuki seorang hantu yang sudah lama tak pernah turun
gunung. Sicu tentu pernah mendengar tentang hantu itu, ialah
Poan Poan-siu yang tinggal di gunung di belakang kuilku..."
Mendengar sampai di situ, dua-dua Kong Kiu dan Wi Seng
melengak. Siauw Thian pun nampak tegang, cuma Goat Go
dan Lian cu yang bersenyum, sebab nama Poan Poan Siu itu
lucu terdengarnya, "Siur berarti si "orang tua" dan "Poan
Poan-" ialah "setengah-setengah "
Jilid 13 : Bentrokan di peternakan Charhar Utara
"POAN POAN SIU pernah muncul pada lima tahun yang
sudah," Shong Lok melanjuti, "Aku percaya Tio Sicu tidak jeri
terhadapnya, Hanya paling belakang ini dia telah memperoleh
kemajuan, Paling belakang ini dia telah dapat sebuah kitab
Seng Siu Mo Keng, kitab Hantu, dia telah mempelajarinya
hingga dia berhasil memperoleh kemajuan, hingga
terbangunlah semangatnya, hingga dia membangun agama
San im Kauw.
Dia telah menaklukkan beberapa partai lain. Banyak kali dia
mengundang pinto bekerja sama dengannya, sampai sekarang
pinto belum memberikanjawa banku menerima atau menolak,
pinto cuma tetap bersahabat dengannya, sekarang U-bun Lui
membujuki dia.
Katanya U-bun Lui, kalau Poan Poan siu, mau menaklukkan
semua partai, dia mesti mulai turun tangan atas dirinya
menantumu, Tio sicu, sebab menantumu sangat lihay, asal ia
dapat dibikin tunduk. semua partai lainnya akan tertundukkan
sedikitnya separuhnya.
Menurut rencana U-bun Lui, paling dulu Poan Poan siu,
mesti turun tangan atas dirinya In Liong sam Hian To Ciok
sam serta di peternakan di Chahar Utara dan di kota raja.

957
Dengan begitu menantumu akan dapat dipancing ke luar, U
bun Lui menjanjikan partainya akan terus mengekor Poan
Poan siu.
Poan Poan siu lagi membangun, mana dapat dia tidak kena
dibujuk? Habis tahun baru ini atau selambatnya permulaan
bulan dua, pasti dia bakal datang ke timur. Dari itu pinto
mendahulukan dia datang ke mari." Kong kiu berbangkit untuk
menjura dalam kepada imam itu.
"Terima kasih," katanya, Lantas ia mengajar kenal imam itu
dengan Wi Seng dan Siauw Thian serta anak-anak mereka.
Lian Cu bersenyum dan menanyai "Ayah apakah artinya
Poan Poan siu?" Kong Kiu mendelik, tapi ia berkata perlahan:
"Kau mau tahu saja Banyak mulut" Puteri itu berdiam, tetapi ia
melirik ayahnya itu.
"Semua orang tidak tahu, mari Lui loji yang
memberitahukannya" kata Siauw Thian tertawa, "Dia itu pada
setengah bulan yang lampau ialah laki-laki dan setengah bulan
kemudian ialah perempuan, jadinya, setengah lawan
setengah, maka dia pakai namanya itu, Poan Poan siu
sekarang kau mengerti bukan?."
Mukanya Nona Tio menjadi merah.
"Siapa kesudian kau banyak mulut" tegurnya.
Siauw Thian berpaling kepada Kong Kiu, ia memperlihatkan
roman Jenaka, kemudian ia menggoyang-goyang kepala,
katanya, "sekarang ini benar-benar sukar menjadi manusia." ia
terus memandang si imam, untuk sembari tertawa menanya,
"Shong cinjin, bukankah kau telah kena ditarik ke dalam
jaringnya Poan Poan siu?"
Shong cinjin menyeringai dia likat, "sebenarnya, Lui Losu,
itulah hal sangat terpaksa," sahutnya.
Belum berhenti suaranya imam ini atau di luar jendela
terdengar tertawa nyaring yang dingin yang diiring kata-kata
tajam ini, "Benar-benar tidaklah meleset terkaanku si orang

958
tua. Aku bilang hatimu tidak tetap. kau berpikir bertentangan
lalu dengan lain, karena itu aku telah nasehati Kauwcu
menyingkirkan kau tetapi Kauwcu menyayangi ilmu silatmu
yang mahir, sedang sekarang ini saatnya tenaga orang
dibutuhkan, aku dilarang bertindak tergesa-gesa siapa sangka,
justeru kauwcu baik budi, dia meninggalkan orang yang
makan di dalam tetapi membahayakan dari luar. Shong Lok,
kau keluarlah, atau jangan nanti kau mengatakan aku si orang
tua kejam-" suara itu nyaring dan tak sedap untuk telinga.
Shong Lok kaget, mukanya menjadi pucat, akan tetapi
begitu lekas suara orang berhenti ia memutar tubuh sambil
tangannya diayun ke arah jendela, maka belasan sinar seperti
bintang menyamber ke luar.
Berbareng dengan itu, beberapa tubuh dari dalam ruang itu
pada berlompat ke luar. Pelbagai sinar itu sirap. seperti
lumpur masuk kedalam laut.
Dari luar jendela terdengar suara seram ini: "segala
kepandaian tidak berarti berani dipertunjuki jikalau aku si
orang tua takut, tidak nanti aku menguntit kau sampai disini."
suara itu berhenti, lalu disusul suara bentrokan senjata
tajam.
Tio Lian Cu sangat cerdas, begitu ia me- dengar suara
orang, begitu ia keluar, ia dapat menduga dari mana suara itu
datang, d angan lantas ia menerjang.
satu tubuh yang besar lompat meleset lompat kesaiju,
tetapi segera dia disamberpula cahaya hijau, Kali ini Ciu Goat
Go yang menerjang dengan pedang Ceng Hong Kiam.
Serangan pedang itu disusul dengan serangan tangannya
Kong Kiu, Wi Seng dan Siauw Thian-
Orang itu tertawa berkakak, dia berkelit, segera dia lenyap.
Sia-sia orang mencari, maka semua lantas kembali
kedalam, segera meraka menjadi kaget, Shong Lok kedapatan
duduk miring diatas kursi, kedua matanya memperlihatkan
sinar kedukaanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
959
Siauw Thian bercuriga, segera ia menghampirkan, Maka ia
melihat dipundak kiri imam itu menancap sebatang jemparing
pendek dua cun, jemparing itu bercahaya biru. ia mau lantas
mencabut anak panah itu, atau Shong Lok berkelit seraya
berkata: Jangan, Lui Losu inilah senjata rahasianya Poan Poan
siu yang diberi nama panah biru Lan-lin Mo-cian yang
beracun, siapa yang terkena itu, darahnya lantas menjadi
beku. Lekas kau kutungi sebelah tangan pinto "
Habis berkata si imam tertawa dingin, lantas dia
menambahkan: "Pinto tidak bakal mati. Pinto telah menutup
jalan darahku. Pinto cuma akan kehilangan sebelah lengan
kiriku. Yang datang itu murid kepala Poan Poan siu-namanya
Chia-hoat kie Leng it, jikalau kemudian aku tidak dapat
membakar tulang-tulang-nya menjadi abu. sakit hati ini sukar
dilampiaskannya "
Kong Kiu mengawasi luka orang itu, ia mengerutkan alis.
"Anak Lian, pergi kau ambil koyok Lay Giok Hwee-leng-ko,"
ia kata, Terus tertawa. "Shong cinjin, lengan kirimu ini tidak
bakal hilang Aku si orang she Thio menjaminnya"
Shong Lok kelihatan girang tetapi tubuhnya bergemetar, ia
merasakan luar biasa dingin-
Ciu Wi Seng berdiam, ia sangat berduka, Bukankah mereka
berjumlah lebih banyak Bukankah mereka semua bertelinga
celi dan bermata tajam. Benar angin santer dan sukar untuk
mendengar apa-apa, tetapi mereka tidak berhasil memegat
musuh yang tersembunyi itu Maka teranglah musuh sangat
lihay.
Cepat sekali Lian cu sudah kembali dengan obat yang
diminta ayahnya.
Kong Kiu melihat Shong Lok mulai tak sadarkan diri, ia
lantas minta pedang Kie Kwi Kiam, dengan itu ia memotong
daging dipundak orang, guna menyingkirkan anak panah yang
beracun, Tidak ada darah yang mengalir jadi benar

960
keterangan jarum tentang liehaynya racun itu, Dengan sebat
luka itu di obati ditutup dengan koyok. terus dibalut.
Kong Kiu tertawa sambil mengurut kumisnya.
Tidak lama muka Shong Lok tak pucat lagi bahkan menjadi
dadu, ia pun tidak bergemetaran pula. ia membuka matanya
dan tertawa. "Tio siu, dari mana kau dapat obat mujarab ini?"
"Turut keterangan yang aku peroleh, luka ini mesti diobati
oleh pemiliknya, atau orang akan terluka parah dan mati
karenanya sicu, rasanya sukar untuk aku membalas budimu
ini..."
"Shong cinjin, buat guna aku si orang she Tio, kau
bercelaka, tak tenang hatiku" katanya, "maka itu, jangan kau
mengatakan demikian, kau membuat aku merasa makin tak
enak. Aku menyesal dan malu sekali, obat ini aku peroleh dari
seorang berilmu, khasiatnya untuk mengobati racun yang
sifatnya dingin. Kau baik cinjin maka kau ketemu pertolongan-
Shong Lok menggeraki tubuhnya, untuk berduduk dengan
tegak.
"Aku bukan bangsa lurus tetapi aku mengerti peribadi, aku
mengenal keadaan-" katanya. "Dengan munculnya Poan Poan
siu ini pasti suasana bakal jadi buruk dan berbahaya, bencana
besar tak akan dapat dicegah lagi. Meski begitu, semasa pinto
masih hidup, hendak pinto mendayakannya supaya semua
orang bersiap sedia dari siang-siang" Habis berkata. imam ini
berlompat bangun untuk berlompat terus keluar ruang.
"Shong cinjin- Kong Kiu berteriak memanggil seraya ia
berlompat juga untuk menyuruh. sia-sia percobaan itu, sang
imam sudah lenyap. di situ hanya terasa samberan angin dan
hawa dingin, ia masuk dengan menyesal, katanya: "Shong
cinjin bangsa sesat yang lurus, dia mengerti suasana, jarang
orang seperti dia. kekacauan bakal terjadi, semua itu
disebabkan munculnya In Gak..."

961
"Kau jangan kuatir," Siauw Thian kata tertawa, "biarlah U
bun Lui bekerja sekarang juga Lui loji mau berangkat untuk
mencari losam di Thay-goan, guna mengajak dia pulang agar
kita dapat mendamaikan pada jalan untuk menyambut musuh"
Liang Hoay Tayhiap Ciu Wi Seng yang pendiam, turut bicara.
"Lui Losu," pesannya, "kalau kau bertemu dengan
menantuku itu, jangan kau sebut-sebut urusan di sini, aku
kuatir pikirannya nanti terpecah, kau bilang saja bahwa aku
dan saudara Kong Kiu mengharapi dia lekas pulang untuk
melangsungkan pernikahannya." Dengan kata-katanya ini Wi
Seng menunjuki kesayangannya kepada menantunya itu.
Siauw Thian mengangguk. Dia menoleh kepada kedua nona
dan bersenyum.
Muka Goat Go dan Lian cu menjadi merah, lantas Lian ciu
panas hatinya, dia menghunus pedangnya.
Siauw Thian cerdik, ia sudah mendahului lompat ke luar
dari mana ia kata nyaring. "Nona-nona yang manis, sampai
ketemu pula" Dan lantas dia menghilang....
Lian cu mengawasi Goat Go, si nona Cupun memandang
dia, lantas keduanya mengerutkan alis mereka, kedukaan
mereka berjalan terus hingga lewat beberapa hari kemudian-
Besok ada malaman tahun baru, bagaimana kalau tunangan
mereka tetap tidak pulang?
Lian cu duduk sambil mengawasi Goat Go yang berada di
depan jendela, di meja rias, ia menghela napas, seperti
kunnya itu bersusah hati. Mereka cuma memikir, mengharapharap.
Mau tak mau, dengan bunyinya petasan, mereka toh
menyambut tahun baru.
Pada tanggal dua, Siauw Thian kembali dari Thay-goan-
Lian cu menyambut dengan kegirangan-
"Apakah engko Cia tidak pulang?" tanya-nya. "Mana dia?"
Siauw Thian melirik. Ia bersenyum.
"Losam sudah ada di tengah jalan," ia menyahut "Ia kuatir
dengan berjalan bersama si pengemis Chong si dan Lui Loji

962
nanti mendatangkan kecurigaan kawanan bangsat, dan itu ia
menyuruh kami berdua berjalan lebih dulu dua hari, ia
mengambil jalan dari Lok-yang dan Kayhong pulang ke kota
raja, ia memesan Lui Loji membawa berita bahwa ia tidak
dapat pulang ke Chong ciu, maka itu ia minta kedua nona
suka pergi ke peternakan di Chahar Utara untuk menantikan ia
di sana."
Lian cu bersangsi, alisnya terbangun-"Benarkah ini?" dia
tanya.
Siauw Thian melembungkan dada, matanya dikecilkan-
"Mana bisa dusta?" katanya, " Losam bilang paling baik
kedua nona berangkat lebih dulu, ia dapat berjalan cepat,
umpama kata ia sudah sampai tetapi kedua nona belum,
apabila urusan penting, ia akan pergi pula, Maka itu, kalau
sampai terjadi begitu, tak dapat kau menyebalkan Lui Loji"
Baru sekarang Nona Tio mau percaya, ia tertawa dan kata
pada Goat Go: "Enci Go, mari kita berkemas, kita berangkat
dengan kereta keledai" Tanpa menanti jawaban, ia menarik
tangan kawannya, buat diajak pergi ke lauwtengnya.
Kong Kiu mengawasi tajam, ia merasa Siauw Thian tidak
omong sepenuhnya. Tapi ia tidak segera menanyakan.
Siauw Thian tahu, kalau dia omong sebenarnya In Gak
pergi ke Lokyang bersama nona Kouw Yan Bun, mungkin Lian
cu dan Goat Go bercemburu, itulah berbahaya. Baru kemudian
seberlalunya kedua nona itu, ia omong jelas pada Kong Kiu
dan Wi Seng.
Wi Seng menghela napas, katanya berduka: "Anak itu
terlalu membawa adatnya. Untuk membalas sakit hati masih
ada jalan lainnya. sekarang ini urusan Nona Kouw Yan Bun ini
baik jangan diberitahukan dulu kepada anak-anak itu.”
Kong Kiu sangat menyayangi puterinya, maka itu, ia
menitahkan enam orangnya pergi mengantarkan.
Dengan lekas Lian cu dan Goat Go berangkat. Ayah mereka
berjanji akan menyusul di permulaan bulan kedua, Mereka ini

963
merasa tak kuat melawan hawa udara terlalu dingin, sakit
pernapasan Kong Kiu telah diobati menantunya tetapi ia masih
takut hawa dingin-Siauw Thian memujikan kota Celam yang
hawanya hangat. Habis itu, Siauw Thian berangkat ke Utara.
ooo
Hari sudah lohor ketika sang saiju berhenti turun untuk
sementara waktu, Tebal saiju lebih sebatas mata kaki, Di
mana-mana cuma saiju putih yang tertampak. di tanah dan di
atas pepohonan. Melihat jauh ke depan, tak dapat dibedakan
mana langit dan mana bumi, Melainkan sang angin masih tak
mau berhenti bertiup,
Tiba-tiba terlihat dua titik hitam yang seperti muncul dari
ujung langit. Lekas
sekali, kedua titik itu mulai terlihat tegas, Dilain saat lagi
maka tertampak nyata itulah dua penunggang kuda, yang satu
seorang tua dengan kumis dan jenggot ubanan, yang lainnya
seorang usia kira-kira empat puluh tahun tanpa kumis.
Kedua duanya nampak bersemangat. Kuda mereka
menghembuskan napas yang ber-uap dan tubuhnya
bermandikan keringat, tanda habis melakukan perjalanan jauh
dan sukar. Tepat di sebuah tanjakan- kedua kuda itu berhenti
dengan tiba-tiba.
"Aneh, hiante" berkata orang yang tua itu. "sudah seratus li
lebih kita menyusul, kita masih belum melihat si pencuri kuda,
tak ada tapaknya juga Pencuri itu lihay sekali" orang tua itu
bicara dengan matanya menyapu sekitarnya.
"Memang, toako, pencuri itu bukan pencuri biasa," berkata
orang yang lebih muda, yang dipanggil "hiante," - adik, "sudah
setengah bulan kita terus diganggu pencuri, yang munculnya
setiap angin santer dan saiju lebat, begitu kita mendusin,
pencurinya sudah lenyap. Mungkinkah ada orang yang
mengenal wilayah ini yang menjadi cecolok?"

964
"Kalau begitu, siapakah yang kau sangka? orang-orang
kita. dapat dipercaya semuanya, tidak dapat aku menduga
jelek kepada satu diantaranya...
Orang tua itu bukan lain daripada Hui-In-Ciu Gauw Hong
piu, pemilik dari peternakan Cat Pak Bok-thio, peternakan
chahar Utara, dan yang muda yalah pemilik yang kedua, Pat-
Kwa Kim-to The Kim Go.
"Sebenarnya hal ini sudah lama Siauwtee duga hanya
sebegitu jauh Siauwtee berdiam saja," sahut sang adikangkat.
"Aku belum mempunyai buktinya tidak berani
sembarang bicara. Terutama aku kuatir toako nanti menjadi
tersinggung dan berduka, Toako, orang itu yalah anak-angkat
toako sendiri, Cie Tiauw som"
Hong piu heran hingga ia melongo, "Dia? Buat apa dia
melakukan itu?"
"Dasar toako seorang yang sangat jujur," kata Kim Go,
menghela napas, "Cie Tiauw sim itu kelihatan halus dan
hormat diluar, didalam hatinya dia sangat licin, dari siangsiang
Siauwtee telah melihatnya, Urusan ini berpangkal pada
Pok Eng dari Pok Ke Po. Pok Eng sudah lama mengilar
mengincar peternakan kita, Dan cie Tiauw som telah
dipengaruh kan oleh Le Hi, gadisnya Pok ting. Apakah toako
masih ingat peristiwa pada sepuluh tahun dulu halnya Liong
Kang sam Kwe? sekarang ini mereka itu bertiga ada di dalam
Pok Ke Po, maka itu aku menyangka kepada Pok Eng."
Hong piu berdiam, ia berpikir keras, “Jikalau benar
sangkaan kau ini, hiante. aku percaya urusan tak sesederhana
begini," katanya kemudian, "soalnya Pok Eng itu memang
sudah berbulan-bulan mengganjel dalam hatiku..."
Belum habis suara itu, dari kiri mereka, di mana ada bukit
saiju, terdengar satu suara yang nyaring: "Benarlah jahe tua
itu semakin pedas. Memang juga urusan bukan urusan
sederhana"

965
Kedua pemilik peternakan itu terkejut. Dengan mendadak
Hong piu lompat dari atas kudanya, menubruk ke arah bukit
saiju itu. ia bergerak dengan tipu silat "Burung elang
menerkam kelinci"
Hui In ciu sebat tetapi orang yang bersuara itu lebih sebat
pula. Dia telah mendahului berlompat menyingkir dia
berlompat sambil tertawa terbahak-bahak. Lantas dia
memisahkan diri lima tombak jauhnya, Ketika dia berlari pula,
segera dia lenyap. Tadi pun cuma terlihat dia berupa
bayangan abu-abu.
Hong piu melengak. Ia tidak mengejar sebaliknya, ia naik
pula atas kudanya.
"Dia lihay, dia tak ada di bawahan kita," katanya, "Katakata
dia membuktikan benarnya dugaan kita. Mari kita pulang"
The Kim Go menurut tanpa banyak omong, keduanya
lantas kabur pulang.
Peternakan cat Pak Bok-thio berada di utara kota To-lun
atau di barat kota Sulong, luasnya ribuan li sekitarnya, Di
antara musim-musim semi dan panas, tegalan merupakan
padang rumput yang hijau segar tercampur pohon pohon
bunga hutan yang kembangnya merah, rumputnya tinggi
hampir setengah pendirian orang.
Di sanalah kawanan kuda, sapi, dan kambing biasa mencari
makannya. Baru di waktu udara dingin dan bumi seperti beku
semuanya berdiam di kandangnya masing-masing, Kandang
mereka berada di tepinya telaga kecil bernama Kat-sip ju.
Di tengah-tengah tanah peternakan itu berdiri empat
rumah besar yang seperti menjadi satu, semua kamarnya
besar dan kecil tak kurang dari seratus lebih.
Saat itu, di sebuah kamar timur, dua orang lagi bermain
catur dengan asyik, Ruang dibikin hangat dengan dapur yang
apinya lagi berkobar-kobar, Bahan apinya ialah kotoran ternak
yang kering, yang kadang-kadang terdengar meletus.

966
Walaupun api guram akan tetapi mukanya kedua pemain
catur itu tampak tegas Yang satu berumur lebih kurang empat
puluh tahun, kumisnya pendek dan tajam, mukanya merah
disebabkan pengaruh air kata-kata, Yang lainnya orang umur
tiga puluh tahun, matanya tajam, hidungnya bengkung,
mukanya putih tanpa kumis.
"Sudahlah, Liauw Busu, kali ini pasti kau kalah" tiba-tiba
yang muda berkata sembari tertawa, " Lebih baik kita mulai
pula dari baru" ia terus melongok ke luar jendela, ketika itu
sudah jauh lohor, " Hari sudah mulai gelap. tiang- cu belum
kembali.. Mungkinkah terjadi sesuatu?"
Orang yang dipanggil Liauw Busu itu tidak menyahuti,
matanya terus menatap biji-biji caturnya yang sudah kacau
balau, baru kemudian dia menggaruk-garuk belakang telinga
dan berkata: "Baiklah, aku kalah. Mari kita mulai lagi" Tapi
yang muda itu mendadak berlompat bangun
"Mereka sudah pulang" katanya, "Nanti aku lihat dulur Dan
dia lari ke luar. Hong piu dan Kim Go baru saja sampai,
setelah menyerahkan kuda mereka pada pegawainya, mereka
berjalan masuk sambil berendeng, tindakannya perlahan-
Kapan Hong piu melihat orang yang menyambutnya,
matanya menyapu tajam.
"Tiauw som" katanya tiba-tiba sambil bersenyum, "diluar
dugaan, pencuri kuda kita itu ialah orangnya Houw-ge-thung
Pok Eng"
Orang muda itu, ialah Ci Tiauw som, sepasang alisnya
terbangun sedikit, lantas dia tenang pula.
"Tak mungkin" dia kata tertawa, "Pok Po-cu toh bersahabat
kekal dengan Gi-hu, mustahil dia melakukan perbuatan
semacam itu?"
Dia memanggil "gi-hu" - ayah angkat, "sekarang ini dunia
sudah berubah," berkata Kim Go. "sekarang ini banyak

967
manusia yang licin, hingga darah daging sendiri tak dapat
dipercaya seluruhnya, apa pula baharu sahabat"
Air mukanya Tiauw som berubah, ia berdiam saja. Mereka
berjalan masuk ke ruang besar.
Gouw Hong piu tinggal di peternakannya ini bersama
isterinya serta satu cucu yang masih kecil, anak mantunya
berdiam di Thoan-en, membuka piauwkiok. The Kim Go
sebaliknya lengkap isteri dan anak-anaknya laki-laki dan
perempuan, jumlah delapan jiwa, yang termuda usia sebelas
tahun-
Tiauw som lantas menarik anaknya Kim Go, ia berbicara
sambil tertawa, akan tetapi nyata sekali dia tak tenang
hatinya. Kim Go melihat itu, ia tertawa di dalam hati, ia ingat
kisikannya In Gak waktu In Gak balik dari Cian san.
"Tiauw som berhidung elang dan beroman serigala, dia
sangat licin, biarnya dia anak angkat Gouw Tiang cu,
terhadapnya tiang- cu harus waspada, supaya bisa dicegah
terjadinya sesuatu."
Kim Go biasa tak takluk pada siapa juga, tetapi nasihatnya
In Gak ia perhatikan, maka itu selalu ia memasang mata atas
diri Tiauw som.
Malam itu pun angin santer, saiju memenuhi seluruh
padang peternakan, Semua ternak menderita hawa dingin,
binatang kuda meringkik dengan suaranya yang sedih.
Hong piu beramai berkumpul sambil minum arak, untuk
menghangat tubuh. Justeru itu, seorang pegawai lari masuk
tergesa-gesa, melaporkan "Tiangcu Hu tiang cu celaka Ada
penjahat penjahat bertopeng menyerbu kandang timur.
Mereka pun melepas api sudah ada empat- lima orang kita
yang roboh"
Hong piu berlompat bangun, lantas ia menitahkan- "Pergi
kau menitahkan supaya semua orang menjaga tempatnya
masing masing jangan bingung tidak keruan Aku akan lantas
ke luar."

968
Pegawai itu, tukang rawat kuda, lantas lari pergi.
"Hiante, kau berdiam di sini melindungi keluarga kita" Hong
piu kata pada Kim Go. “Jangan kasih diri kita kena tertipu akal
memancing harimau meninggalkan gunung. Aku akan lekas
kembali" Terus ia menoleh pada anak pungutnya dan
mengajak dengan nyaring "Tiauw som mari"
Tiauw som menurut.
Ketika mereka tiba di luar, di arah timur terlihat api
berkobar, angin seperti neniup-nya, asap bergulung naik, Pula
berisik suaranya kuda dan orang.
Bukan main gusarnya Hong piu, ia lantas lari dengan
menggunai ilmunya lari cepat, ingin ia segera tiba di kandang
ternaknya itu, tapi itu tidak dapat dilakukan dalam sejenak.
sebab letaknya kandang puluhan li.
Tiauw som agaknya gelisah, Dia ikut lari. tapi dia terpisah
dua tombak dari ayah angkatnya itu.
Tiba-tiba di depan terlihat satu bayangan melintas.
"Yap Busu?" Hong piu menegur, "Tiang cu?" balik tanya
orang itu. “Jumlah pencuri banyak sekali. Nanti aku pergi ke
depan" Lantas dia lari terus.
"Bagus" Hong piu memuji. Ia menoleh kepada anaknya dan
kata, " Lihat Yap seng Dia doyan air kata kata tetapi disaat
perlu, dia melebihi sahabat sahabat tukang makan minum saja
ini dia sifatnya orang Kang ouw yang dapat dihargakan, Tiauw
som, kau mesti mencontoh Yap Busu”
Anak itu mengangguk. mukanya merah, tapi dalam gelap
itu tak tampak.
Tidak lama tibalah mereka di kandang timur itu, Api sudah
mulai padam, Perawat kuda serta kawan-kawannya. yang
berjumlah seratus orang lebih, terpecah dua, sebagian
melawan pencuri, yang sebagian memadamkan api.
Hong piu melihat musuh pada bertopeng, agaknya mereka
kosen semua, serangan-serangan mereka berbahaya, sudah

969
banyak orangnya yang terluka ia menjadi sangat gusar.
penyerbuan itu memusnahkan usahanya puluhan tahun, ia
memandang tajam, lantas ia melihat musuh yang melayani
tiga orangnya,amenduga dia itu ialah kepala penjahat, maka
ia berlompat ke arahnya, setibanya segera ia lompat
menyerang.
Penjahat itu melihat ada tenaga baru, dia lompat mundar
dua tombak lebih, Dengan begitu dia pun menyelamatkan diri
dari serangan Pemilik peternakan ini kagum untuk kelincahan
orang itu tetapi ia merangsak terus, ia lompat dengan tipu
"Mega terbang menutup gunung” Tapi musuh itu menyingkir
dengan lompatan "Naga hitam membalikkan awan-, Dia benar
sangat sebat.
"Bagus" berseru Hong piu memuji, ia lantas mengenali
gerakan orang, hingga ia ingat arangnya. ia tertawa terbahak
dan berkata nyaring: "Aku kira siapa Kiranya In Tong ke yang
tiba di sini Tong ke, aku si orang she Gouw tidak pernah
bentrok dengan kau, kenapa malam ini kau mengunjungi aku?
Adakah ini disebabkan aku si orang she Gouw tidak cakap
menyambut tetamunya?"
Memang pencuri bertopeng itu ialah Hwi Thian Kiat-cu, si
Kala Terbang, atau
Kwantiong it Koay, siluman dari Kwantiong, yang bernama
In Ho, yang pernah menunjuki kepandaiannya di panggung
Wan Yoh Tay di Ciu Ke Cung selama diadakan pertandingan
silat. Dia tercengang ketika dia ditegur, hanya sebentar, dia
pun tertawa nyaring.
"Gouw Tiang cu bermata tajam, segera kau mengenali aku"
katanya, "Tapi aku harap tiangcu jangan sembarang meludah
dengan darah. Meski aku telengas, tidak biasanya aku
melakukan perbuatan membunuh orang sambil melepas api"
Habis itu dia menarik ke muka-nya, untuk meloloskan
topengnya, hingga terlihat muka kurusnya dengan kumis

970
jenggotnya yang dipanggil jenggot kambing gunung, sedang
matanya berjelalatan-
"In Tongke pandai bicara" kata Hong piu tertawa dingin,
"Bukankah sekarang ini nyata bukti perbuatanmu? "
“Jikalau tiangcu tetap menuduh, tak dapat aku
menyangkal," kata In Ho, tertawa menyeringai. " Hanya dapat
aku menerangkan, aku datang kemari karena permintaan
orang"
Hong piu tertawa lebar.
"Mustahil aku tidak mengerti duduknya perkara?" katanya,
" Liong Kang sam Kwe itu orang macam apa? Hanya aku tidak
percaya In Tongke dapat dibujuk mereka hingga tongke suka
membantu Kaisar Tiu berbuat kejahatan? Kenapa mereka
tidak datang sendiri sebaliknya mereka membikin letih kepada
In Tongke yang mesti sampai datang ke mari?"
Mata Hui Thian Kiat-cu memandang tajam pada pemilik
peternakan itu “Jangan kau mengatakan demikian, Gouw
Tiangcu" ia kata dingin "Permintaan bantuan sahabat sukar
untuk ditolaknya, sedang aku dan Tong Kang sam Kwe adalah
sahabat-sahabat akrab. Urusan malam ini sulit untuk
dibicarakan, siapa salah dan siapa benar, hanya yang jelas,
Liong Kang sam Kwe telah tiba di sini. Mengapa Tiangcu tidak
menyalahkan orang-yang satu? Gouw Tiangcu, baik kau
ketahui, malam ini lebih banyak bahayanya daripada
kebaikannya untukmu, maka tak usahlah kau mencapaikan
lidah lagi"
Hong piu heran, Liong Kang sam Kwe sudah datangi Maka
mereka itu? Kenapa mereka tidak lantas muncul? Karena ini, ia
menduga orang pasti lagi menjalankan akal muslihat ia lantas
merasa ancaman bahaya hebat, maka ia menjadi nekad.
Maka ia tertawa dingin dan kata pula: "In Tongke, harap
kau tidak omong besar Mana dapat aku si orang she Gouw
dibereskan sesuka kamu? sahabat, kau majulah" Meski ia
menantang, Hong piu pun menyerang lebih dulu.

971
Senjatanya Hong piu ialah tongkat dan ilmu silatnya
dinamakan "Hui in Koay hoat" ilmu tongkat Awan Terbang,
yang terdiri dari tiga puluh sembilan jurus Hui Thian Kiat-cu
melawannya dengan kangpian, ruyung baja, karena dia lihay,
berdua mereka jadi bertanding seru.
Kuda dan banyak orang masih berisik dengan suara
mereka, kuda berlari lari dan meringkik, orang berseru-seru
dan bertempur tapi sebaliknya makin lama makin berkurang,
cuma asap masih mengepul naik dan bau hangus tersiar.
Sedang api di kandang timur itu dapat dikuasai, maka di
kandang barat terlihat mulai berkobar, Hal ini mengejutkan
peternakan, mereka mesti lari ke barat itu untuk
memadamkannya juga.
Yap Busu telah merobohkan tiga musuh, masih ada musuh
musuh lainnya, Dua musuhnya melayani ia dengan hati-hati,
sebab ia agaknya nekad.
Dalam belasan busu, separuhnya sudah roboh. ini pun
salah satu sebab kenapa Yap Busu berkelahi mati-matian.
Di pihak penyerbu terdengar tertawa mengejek mereka, Ci
Tiauw som tidak terlihat lagi.
Hong piu gelisah melayani musuh, yang tubuhnya sangat
enteng, hingga musuh itu dapat bergerak dengan gesit dan
lincah, sia sia belaka pelbagai penyerangan nya, tidak dapat ia
memperoleh kemenangan segera, ia gelisah sebab selagi
musuh ini tangguh, di sana masih ada Liong Kang sam Kwe.
"Pasti Hui Thian Kiat-cu hendak membikin aku letih,"
pikirnya juga, "Dia tidak dapat dibikin maksudnya
kesampaian... Maka ia lantas menyerang beruntun tiga kali,
mulanya dengan tangan kiri, terus dua kali dengan tangan
kanan.
Melihat demikian, In Ho tidak main berkelit lagi. In
menggunai ruyungnya untuk me-nangkis, maka satu kali
bentroklah senjata mereka, keras suaranya, sampai mereka

972
masing-masing terhuyung mundur setengah tindak. In Ho
penasaran, habis itu ia menyerang sengit.
Hong Piu menyambut serangan itu, atau ia menjadi kaget,
Tiba-tiba ia mendengar jerit-annya YapBusu, yang pundaknya
muncrat darahnya dan tubuhnya sempoyongan Justeru itu In
Ho tertawa nyaring, ruyungnya menghajar pula, sedang
tangan kirinya mengayun sembian biji Kiat-bwe Tok-piauw,
ialah senjata rahasia beracun "Ekor kala". sembilan
Biji piauw itu berpencaran begitu lekas ditimpukkan, ini
pula piauw yang In Ho sangat jarang gunai, hingga cuma
sedikit orang yang mengetahui dia pandai menggunai itu.
Hong piu terkejut, Dalam keadaan terdesak itu, sulit ia
meluputkan diri dari pelbagai senjata rahasia ituJusteru ia
sudah mati daya dan seperti lagi menantikan kematiannya,
tiba-tiba ia mendengar seruan nyaring tapi halus, lalu
tertampak sinar seperti rantai, menyusul mana kesembilan
piauw lenyap semua. Sinar itu sebaliknya menyamber terus ke
arah pemilik piauw beracun-
Hui Thian Kiat-cu In Ho kaget bukan main- ia justeru lagi
bergirang karena ia percaya senjata rahasianya bakal
merobohkan lawannya yang tangguh, ia bingung hingga tak
sempat ia menangkis atau berkelit, dengan lantas ia menjerit
keras, sebab kedua dengkulnya telah tertabas kutung sinar
itu, yang sebenarnya sinar pedang, ia roboh dengan muka
pucat dan darahnya berhamburan-
Pedang yang lihay itu tidak berhenti sampai disitu, pedang
itu menyamber terus kearah musuh yang baru saja
merobohkan Yap Busu, Maka terdengarlah jeritannya
beberapa orang, suatu tanda beberapa musuh lagi telah kena
dijadikan kurban seperti Hui Thian Kiat-cu.
Hong piu tersadar dari kagetnya waktu ia melihat siapa
adanya orang yang lihay ilmu pedangnya itu, yang segera

973
menghampirkan ia untuk berdiri dihadapannya. "Nona Tio" ia
berseru, heran dan kagum, "Bagaimana kau ada di sini?"
Memang nona iiu Lian cu adanya dengan pakaiannya
singsat warna merah tua, matanja bersinar, wajahnya
bersenyum, tangan kanan mencekal pedang Ki Kwat Kiam dan
tangan kiri menyingkap rambut di dahinya.
"Kau tidak akan menyangkanya, Gouw si-okhu" berkata
nona itu tertawa, "Aku tidak datang sendiri saja hanya
bersama adik Goat Go. Adik Goat telah melukai dan mengusir
Liong siang sam Kwe dan sekarang ia ada bersama Jie siokhu
di rumah lagi menantikan kau" Bukan main girangnya Hong
Piu. ia merasa kagum dan bersyukur.
"Syukur kau datang, Nona Tio" katanya, Jikalau tidak.
jiwaku ini tidak bakal ketolongan. Akupun girang untuk
mendapatkan ilmu silatmu maju begini pesat." ia berdiam
sejenak. untuk meneruskan "sekarang baik kita melihat dulu
ke kandang barat sana, baru kita pulang"
Ia lantas menitahkan busu yang tidak terluka akan
menolongi Yap Busu dan lainnya sekalian mengurus kurbankurban
jiwa.
"Tak usah kau melihatnya lagi, siokhu," kata Lian Cu
bersenyum, "Kami datang bersama beberapa pembantu
ayahku dan mereka telah pergi untuk memberikan
pertolongan seperlunya, sebelum aku sampai di sini, aku telah
menerima warta bahwa musuh telah dapat dipukul mundur
semuanya dan api telah dapat dikuasai"
Hong Piu menoleh ke barat, ia melihat kebakaran tinggal
asapnya saja. ia menghela napas. ia mengerti, untuk
membangun pula, ia mesti mengeluarkan banyak uang dan
tenaga, ia lantas mengikut nona itu pulang.
-00000000-
IN GAK jatuh ke dalam jurang Cian Tiang Yan dengan
turunnya cepat sekali. Biarnya ia telah diserang hebat,

974
pikirannya masih sadar, Demikian ia mendengar suara tertawa
dingin yang riuh di atas jurang, tandanya musuh-musuhnya
sangat bergirang yang ia telah kena dirobohkan-
Habis itu ia cuma mendengar suara angin- Tidak ada suatu
apa yang dapat disamber tangannya atau dipakai untuk
menaruh kakinya, ia bermata sangat tajam tetapi baru masuk
di tempat gelap. ia tidak melihat apa juga kecuali semua
gelap-petang, ia cuma tahu bahwa ia lagi menghadapi bahaya
maut, seperti jatuhnya dulu hari dijurang puncak Ciu Auw
Hong tatkala ia dihajar si iblis pendeta Po Tan- Karena ingat
peristiwa dulu hari itu, ia jadi memikir untuk mendapat
pertolongan pula.
"Tapi mungkinkah kejadian yang tidak di-sangka-sangka itu
dapat terulang?" pikirnya pula sejenak kemudian, "Ah..."
Ia mengeluh karena sekarang ini ia memperoleh gempuran
yang hebat sekali.
"Mungkinkah umurku begini pendek?" kemudian ia berpikir
sebaliknya. ia tidak takut mati tetapi kalau ia mati, ia menyesal
sekali, lantaran sakit hati ayahnya belum terbalas. ia
penasaran- "Aku mesti hidup..."
In Gak letih karena gempuran musuh mengakibatkan
tenaganya habis. Tapi keinginannya hidup ini membuat
semangatnya terbangun. Ia memang masih sadar, maka ia
lantas ingat bahwa dalam Poute sin Kang ada pelajaran untuk
mengobati diri sendiri sedang suatu pelajaran dalam Hian Wan
sip pat Kay dapat menyalurkan pernapasan yang lemah.
Begitu ingat ini ia lantas mencoba mengerahkan tenaganya
menurut kedua pelajaran itu, ia menyalurkan darahnya dijalan
darah khi-hay.
Bukan main girangnya anak muda ini ketika rasa letihnya
hilang, hingga ia menjadi sehat pula seperti biasa, hingga ia
mendapatkan kembali tenaganya. Karena ini lantas ia
menggeraki kaki-tangannya, tubuhnya juga, untuk
berjumpalitan "di tengah udara"

975
Namanya tengah udara sebab ia lagi jatuh. Ketika kakinya
turun, tiba-tiba kaki itu membentur apa-apa yang menahan
dirinya, hingga ia dapat berdiri tegak. Bukan main ia kaget,
bukan main juga ia lega hati.
"Oh, sungguh berbahaya" katanya dalam hati. Ia lantas
mengeluarkan keringan dingin. " Hampir saja tubuhku hancur
lebur.."
Ia berdiri diam dengan menenangkan diri, telinga dan
matanya dipasang. ia melihat lurus ke depannya, lalu
perlahan-lahan ke sekitarnya. Ia melihat gelap di seputarnya
itu. Ia mengira gelap itu..
Dengan dapat menenteramkan diri, In Gak tidak berpikir
buat buru-buru keluar dari jurang itu Ia bahkan mengambil
keputusan buat menanti datangnya sang pagi. Ia percaya
disatu waktu, ia mesti bisa melihat apa-apa. Siapa tahu kalau
jurang itu dapat memberikan ia cahaya terang dari siang hari?
Maka ia lantas mengeluarkan obatnya, untuk menelan dua
butir. ia berdiam seraya memusatkan pikiran, untuk
bersemedhi, matanya juga dirapatkan selang setengah jam,
baru ia membuka matanya itu. ia merasa segar sekali, ia
seperti tak pernah mendapat luka apa-apa. ia merasa
tenaganya seperti bertambah berlipat ganda. Jurang masih
tetap gelap. Memandang ke atas. ia tidak melihat apa juga.
"Sayang tadi aku terlalu mengandalkan diri," pikirnya
kemudian, Kalau tidak. belum tentu ia terbokong secara
demikian mengecewakan, Kalau ia lantas membalas
menyerang mesti ia dapat merebut kemenangan ia cuma
bertahan, itulah siasat yang keliru, sekarang ia menginsafi
bahwa orang jahat tak dapat dikasihani.
"Memang si lurus dan si sesat tak dapat hidup bersama,"
pikirnya lalu, "si sesat itu, dibinasakan satu berarti lenyapnya
satu kejahatan-...

976
Beng Liang Taysu telah melihat sifatnya In Gak telengas,
itulah pengalamannya ini yang membuat sifatnya berubah.
saban-saban ia menemui bangsa sesat yang kejam, yang
mempermainkan hati pemurahnya, sedang sebagai murid
pendeta ia hendak menjalankan ajaran sang Buddha untuk
berhati mulia dan sabar.
Jurang ini sunyi sekali, sampai suara kutu bau tak
terdengar Hawanya juga hangat seperti biasanya iklim musim
semi.
Tengah berdiam itu, mendadak In Gak mendengar tindakan
kaki, yang datang dari kejauhan, suara mana disusul suara
bicara yang perlahan. ia heran berbareng girang, pendengaran
itu segera membangkitkan harapannya.
Tadinya ia masih ragu-ragu dan mau menanti datangnya
sang siang, kesunyian luar biasa sang jurang membikin
tindakan kaki dan suara bicara itu terdengar tegas.
segera In Gak bangun dari bersilanya, untuk memasang
kuping, sedang dengan matanya ia memandang ke arah dari
mana suara itu datang, Dengan lekas, ia mendapat tahu, yang
datang itu ialah dua orang yang berjalan berendeng. ia terus
mengawasi hingga samar-samar ia melihat bergelimpangnya
sesuatu seperti bayangan.
"Aku tidak mengerti apa maksudnya sin Kun," demikian
satu suara, yang sekarang terdengar terang sekali " orang
sudah mati tetapi kita diperintah memeriksanya juga, Umpama
kata orang itu benar benar belum mati, bukankah kita seperti
mengantarkan jiwa cuma-cuma...?"
"Dia tentu maksudkan aku," pikir In Gak. Maka ia tertawa
dalam hatinya.
"Kau ngaco" terdengar suara orang yang kedua.
"Maksudnya sin Kun ialah mencari sesuatu barang
peninggalan orang itu, sin Kun kata orang itu sangat tangguh,
jikalau dia bukan menyerang dengan tenaga siau Yang ciang
yang telah dilatih beberapa puluh tahun, tidak nanti dia
berhasil merobohkan orang ke dalam jurang cian Tiang Yan

977
ini, Kau tahu sendiri lihaynya pukulan sin Kun ilu, dalam jarak
sepuluh tindak, batu pun dapat terhajar remuk dan hancur,
Maka ia percaya orang itu tidak bakal lolos dari tangannya,
Tanpa kepercayaan itu, tidak nanti sin Kun mengirim kita ke
mari...
Mereka itu berjalan terus, tindakannya terdengar semakin
nyata. Banyak kali mereka kena injak batu yang berserakan-
" Kebetulan-" kata In Gak di dalam hati, "Aku beruntung
sekali, Tadinya aku menyangka jurang ini tempat di mana aku
akan membuang jiwaku secara kecewa, tidak tahunya ini
justeru tempat yang aku cari, maka rumput Ho Yan cauw itu
mesti aku dapatkan di tubuh mereka ini berdua."
In Gak lekas jaga melihat dua tubuh orang, ia lantas
bersiap. ia menyembunyikan diri di belakang sebuah batu
besar.
Dua orang itu menghentikan tindakannya-Tiba tiba yang
satunya menyalakan lentera kertas hingga tempat gelap itu
menjadi terang.
"Heran” berkata orang yang satu, sesudah mereka
menyoroti sekitarnya dan melihat
keliling an- "Sin Kun bilang orang itu roboh di bagian sini
atau dekat dekatnya. Kenapa tidak ada mayatnya di sini?
sedikitnya dia mesti remuk tubuh berikut tulang-tulangnya,
Mungkinkah dia belum mati?"
Suara orang itu menggetar, itulah tanda hatinya yang kecil.
"Ha, setan cilik yang bernyali kecil" berkata kawannya.
"Umpama kata kau yang jatuh ke dala m jurang ini, apakah
kau masih mengharap masih hidup? Apa pula orang itu yang
terlebih dulu telah dihajar sin Kun dengan pukulan siau Yang
ciang? Dia mesti berada di dekat-dekat sini, mari kiti cari
terus"
Dan bergeraklah lentera mereka, sinarnya menyorot ke
sana ke mari.

978
Luasnya jurang lima tombak sekitarnya. Disitu banyak
batunya yang besar dan kecil, yang berdiri tinggi. sekitarnya
ialah pohon rotan atau oyot lainnya. karena tempat tidak
lebar, kedua orang itu jadi datang semakin dekat ke tempat
sembunyinya si anak muda.
"Selamanya rumput Ho Yan ouw harus di-dapatkan dari
mereka ini berdua, lolosku dari sini pun mesti aku mengandal
pada mereka," pikir In Gak. Karena ini ia tidak sudi
membuang-buang ketika lagi, ia lantas keluar dari tempatnya
sembunyi, sambil berlompat menubruk mereka guna
membekuk. Ia berlompat dan menubruk menurut suatu tipu
dari Hian Wan sip-pat Kay, maka itu tubuhnya melesat tanpa
suara.
Orang yang pertama disamber lengannya ialah orang yang
jalan di depan, yang tidak mencekal lentera. Dia kaget dan
menjerit. Dia Cuma merasa seperti mendadak disamber dan
dipagut ular, lantas tenaganya habis, terus tubuhnya
terlempar dan terbanting, suara jatuhnya sampai
berkumandang.
Kawan yang membawa lentera itu kaget, Dia tidak melihat
sebabnya orang roboh itu, tahu-tahu dia mendengar jeritan
dan melihat tubuh terbanting. Habis itu baru mendapatkan
tubuh kawan itu meringkuk. Tidak berpikir lagi dia memutar
tubuhnya untuk berlari pergi. Tak ingat dia akan setia kawan-
Akan betapa tak dapat berlari jauh.
Sekonyong-konyong dia merasa pundaknya ada yang
samber. Dia kaget, dia merasa sakit, tubuhnya lantas kaku,
hingga lenteranya padam, jurang menjadi gelap gulita seperti
tadinya.
In Gak tidak menyangka kesudahannya demikian hebat,
Pikirnya, kalau orang mati semua sia-sia tindakannya ini.
"Rupanya kaulah orangnya Sin Kun," katanya keras, "Aku
tidak bakal mencelakai kau asal kau memenuhi baik tiga
permintaanku"

979
Orang itu tidak mati, meski dia tidak melihat tegas- dia
tetap takut. Dia lantas menjawab dengan suaranya yang
menggetar. "Asal aku sanggup tayhiap biarnya tiga puluh titah
aku nanti-jalankan. ..."
In Gak tertawa.
"Bukankah yang menyerangku itu Tok Pi sin Mo Ca Kun?" ia
menegasi.
"Benar. Dialah guruku, sebenarnya guruku tidak bermusuh
dengan tayhiap, ia hanya membantui chong-si Koay Siu sebab
chong si Koay Siu itu keponakan muridnya."
"Baik, Bukankah jurang ini jurang cian Tiang Yan? Nah, di
manakah adanya rumput Ho Yan cuuw? Bukankah lima hari
yang lalu ada seorang tua she Tio yang datang kemari
mencari rumput itu? Lekas bilang jangan kau berdusta"
"Aku tidak berani omong dusta" orang itu menyahut.
"Selama yang belakangan ini tidak ada orang datang ke mari
jurang cian Tiang Yan ini selamanya gelap gulita, di sini tidak
ada sinar matahari, ke sini tak pernah ada orang datang.
sekalipun penduduk gunung ini, tak tahu halnya jurang ini.
Mungkin orang yang tayhiap tanyakan itu tidak pernah
datang ke mari, Tentang rumput Ho Yun cauw itu, itulah
banyak di tembok jurang ini. Rumput itu berbatang ungu
berdaun hijau, bagian atasnya merah bintik-bintik, umumnya
ungu gelap. itulah obat manjur untuk menyembuhkan racun.
sayang di sini tidak ada api hingga sulit untuk mencarinya."
Senang In Gak mendengar keterangan itu, yang ia percaya.
Dengan lantas ia menotok dada orang hingga tiga kali, terus ia
kata: "Aku bebaskan kau dari kematian, tetapi tenagamu tak
dapat kau gunai lagi seumur hidupmu ini. Kawan mu itu sudah
mati, maka lekas kau pergi dari sini"
Orang itu berdiam, dengan cepat dia mengangkat kaki,
hingga dengan cepat juga dia lenyap di tempat gelap itu

980
In Gak mengawasi mayat di dekatnya, Dalam jarak tiga
kaki ia dapat melihat cukup tegas, ia menghela napas, ia
menyesalkan ke matian orang itu, yang telah tersesat
mengikuti orang jahat. Kemudian ia pikirkan jalan untuk
mendapatkan rumput Ho Yan cauw, ia tidak mempunyai api
sedang menurut orang tadi, jurang ini gelap seluruhnya
sekalipun diwaktu siang. Bagaimana akal ?
"Bagaimana ? Mertuaku lagi menghadapi kematian...."
demikian pikirnya bingung. Tanpa api, ada lentera pun
percuma, ia jadi membanting-banting kaki, ia menumbuki
kepalanya.
"Dasar aku yang tolol " ia sesalkan diri kalau tadi ia tidak
menyerang orang yang kedua, ia tentu telah memiliki lentera
itu, "Ah" serunya kemudian. ia segera merogo kedalam sakunya,
untuk keluarkan serupa barang. Maka teranglah
disekitarnya, terang seperti siang.
Ia merogo giokpee hadiah kaisar Kian Liong. giok pee itu
ada mutiaranya - mutiara ya-beng-cu - yang bercahaya sangat
terang, bahkan mutiara itu berhasil melawan hawa dingin dan
memunahkan juga pelbagai macam racun.
Bukan main girangnya ia. la lantas ikat mustika itu
didadanya, ia memandang kesekitar, keantara pohon-pohon
rotan dan oyot lainnya. meski sudah ada penerangan, masih
tak mudah mencari rumput ajaib itu. sebab rumput itu tumbuh
dari liurnya burung hong-burung jenjang -dan mesti menanti
tumbuhnya untuk banyak tahun. Anehnya Ho Yan Couw
beracun, siapa makan itu, dia mati, tetapi racun itu dapat
dipakai memunahkan racun.
Dengan berpegangan di antara oyot-oyot rotan, In Gak
merayap maju. Dengan membuka mata, ia mencari rumput
itu. syukur ia telah mendapat penjelasan dari orang tadi
tentang rumput beracun itu. Akhir-akhirnya untuk
kegirangannya, ia berhasil juga. Ia mendapatkan rumput itu

981
ketutupan daun lebat. Ia mesti menggunakan banyak tempo
akan mendapatkan dua pohon.
sekarang tinggal jalan untuk keluar dari jurang. Untuk pergi
pulang ke Ce-lam cukup asal ia berlari-lari. Kalau ia turuti
jalanan di dasar jurang, ia tentu bakal menggunakan terlalu
banyak waktu. Untuk merayap terus naik, juga bukannya
urusan. Tidakkahjurang ini sangat dalam? Apa akal ?
Tengah anak muda ini berpikir keras, tiba-tiba ia
mendengar siulan nyaring yang menakuti. siapa berhati kecil,
dia tentu terbangun bulu romanya. Tapi ia tidak takut. Ia
bahkan berlaku tenang. Ia pikir. " Kebetulan sekali Aku tidak
pikir mencari kau, kau justeru datang kemari. Kaulah yang
dapat membuatku keluar dari Cian Tiang Yang "
Tanpa menanti lama, In Gak lantas melihat orang yang
bersiul itu. Dia bertubuh besar, romannya bengis, kepalanya
botak jenggotnya pendek dan kaku, dan tangan kirinya
meroyotkan hanya tangan baju. Dia berdiri dengan roman
agung-agungan.
Dialah Tok Pi sin Mo Ca Kun, si hantu yang muridnya
membahasakan sin Kun. Dia pun lantas perdengarkan
suaranya yang bernada jumawa. "Adalah kebiasaan dari aku,
jikalau aku menghajar orang gagal maka meski aku tidak
mengulanginya ini sebabnya aku memerintah orang mencari
mayatmu, supaya andaikata kau tidak mati, kau dapat
dibiarkan keluar dari jurang ini. Tetapi kau tidak tahu diri, kau
telah membinasakan dan melukakan orangku, maka tidak
dapat aku menahan sabar, tidak dapat aku membiarkan kau.."
Belum berhenti suara orang itu, In Gak sudah memotong
dengan tertawanya.
"Ca Kun, enak kau bicara" ia kata, "satu tanganmu berarti
sakit hati sebesar lautan, jikalau kau tidak dapat menahan
sabar, bagaimana lagi orang lain?"

982
Matanya Ca Kun bersinar tajam. Jadinya kau berniat
menuntut balas?" katanya. "Hati manusia itu saa saja" balas
In Gak. "Kau sendiri apa perlunya kau datang kemari?"
Ia tertawa perlahan, tetapi nadanya tajam, hingga Ca Kun
merasa dia seperti ditikam jantungnya.
"Baik, Baik" kata dia sengit, tak dapat dia mengendalikan
diri "Kau sangat jumawa. Aku si orang tua memang ingin
menerima pelajaran dari kau"
In Gak memang panas sekali, sambil tertawa ia menyerang.
Lima jari tangannya menyambar hantu itu.
Ca Kun terperanjat. orang bergerak cepat luar biasa.
Dengan gesit dia berkelit, lalu bertanya: "Mengapa tanpa
bersuara apa-apa kau membokong aku?"
"Hm" menjawab In Gak tertawa dingin "Bukankah kau
sendiri si tukang membokong? Mengapa kau menuduh aku?"
Pertanyaan itu disambungi dengan serangan ulangan.
Ca Kun kaget, menyesal dan malu sendirinya. Ia kaget
sebab si anak muda dalam satu kelebatan saja sudah berada
di depannya, Kalau ia tidak melihatnya sendiri, sukar ia
mempercayai kejutan orang ini. ia lantas berkelitpula,
sekarang ia tidak berani memandang enteng lagi kepada
lawannya.
In Gak panas hati, ia menyerang pula, Kali ini Ca Kun siap
untuk menangkis, Apa mau dia kalah sebat, Dia kena
didulukan maka lengannya batas yang buntung kena dicekal
musuhnya, Tapi In Gak terperanjat. ia mencekal lengan keras
seperti batu atau logam, selagi begitu, ia pun lantas
merasakan angin menyamber ke dadanya, terasa panas
seperti api. syukur untuknya mutiara mestika di dadanya
dapat menghindarkannya tujuh bagian.
Kalah pukulan Siauw Yang Ciang yang lihay dari Tok pi sin
Mo, si Hantu Tangan satu. Pukulan itu sama lihaynya dengan
pukulan cek-sat Mo-ka dari Thian Gwa sam Cuncia. siapa
terkena itu, tidak ada bekasnya tetapi hawa panas menyerang

983
tembus ke tulang, Disamping itu Tok pi sin Mo masih
mempunyai jarum berbisa Cui-tok Hul Ciam yang lihay sekali
karena beracunnya.
Dalam pertempuran, siapa menang sebat dia berarti
unggul. Demikian In Gak. Ia beruntung dengan sambarannya
itu. sebaliknya Ca Kun lihay, benar dia takut tetapi lantas dia
ingat untuk menyerang. Akan tetapi In Gak telah memperoleh
pelajaran tadi, pelajaran yang membuatnya terlempar
kejurang maut, Maka setelah dapat mencekal, selagi ia
diserang, dengan tipu huruf " Gempur," ia menolak keras
tubuh lawannya.
Tidak dapat Ca Kun menutup diri dari gempuran Bie Lek sin
Kang, tidak ampun lagi dia tergempur terpental empat tombak
jauhnya, hingga pukulannya itu - pukulan Siauw Yang Ciang,
tidak ada hasilnya, dia merasa dadanya sesak. Hal itu
membuatnya sangat mendongkol, maka berdirilah brewoknya
dan bersinar bengislah matanya.
"Kau menyambut aku satu kali lagi " dia berseru,
serangannya meluncur, cepat dan dahsyat. Kali ini dia
membuka kelima jeriji tangannya, untuk menotok Sembilan
jalan darah.
Tok pi sin-Mo sangat gesit, akan tetapi In Gak terlebih gesit
pula, si anak muda waspada dan siap sedia, segera ia
menggunai tindakan Hian Thian cit seng Pou untuk berkelit.
Ketika satu jari tangannya Ca Kun mendekati jalan darah
thian-soan dari anak muda ini, tiba-tiba lenyaplah tubuh si
anak muda.
"Celaka " berseru si hantu di dalam hatinya. Tapi yang
membikin dia kaget tak terkirakan yaIah ketika ia merasa
dadanya terbentur sepuluh jeriji In Gak yang keras seperti
gaetan baja, yang membikin ia merasa beku juga dan sakitnya
merasuk ke dalam tulang-tulang. Mau atau tidak, dia menjerit
keras.

984
Dia mengerahkan tenaga Siauw Yang, guna membela
dirinya, Dia berhasil melepaskan diri, kendati begitu dia
mundur sempoyongan tiga tindak, Ketika dia berontak itu,
bajunya robek dengan bersuara nyaring, juirannya berada di
tangan lawannya
Kaget, gusar dan berkuatir adalah perasaan Ca Kun waktu
itu, matanya bersinar bengis sekali.
In Gak pun heran musuh dapat lolos dari cengkereman
Hian sip-pat Kay. Itulah bukti si tangan satu ini benar-benar
liehay. ia juga menggunai tenaga Siauw Yang ciang dari lawan
sehingga ia merasai ujung jerijinja nyeri sedikit.
"Ca Kun " ia kata tertawa, "Bagaimana sekarang ? kau
menyerah atau tidak ? Boleh kita mencoba-coba pula "
Setelah memperlihatkan sinar yang bengis itu, perlahanlahan
sinar mata Ca Kun itu menjadi lunak. dalam begitu,
romannya yang keren juga berubah menjadi sabar, lantas dia
menghela napas dan berkata seperti orang putus asa: "Aku si
orang tua telah berusia begini lanjut, banyak penglihatanku,
dan tentang ilmu silat pelbagai partai, lebih dari pada
separuhnya yang kuketahui akan tetapi orang seperti kau,
yang masih begini muda, yang begini liehay, baru aku
menemuinya, bahkan mendengarnya pun belum pernah,
benar-benar aku tidak ketahui kau asal partai persilatan mana.
Aku merasa malu sekali dari itu, Umpama kata kita mencoba
pula dan aku menang sejurus, kemenangan itu tidak ada
artinya, maka aku pikir baiklah kita menyudai permusuhan kita
ini. jikalau kau sudi, suka aku mengajak kau keluar dari jurang
ini."
Selagi berkata-kata itu, matanya Tok Pie sin-Mo menjadi
layu.
In Gak seorang berhati mulia dan permurah, maka itu
mendengar kata-kata yang lemah, hatinya lantas menjadi
lemah juga, bahkan ia mengagumi hantu ini yang tidak
bersakit hati padanya.

985
“Jikalau sin Kun berkata demikian, baiklah, untuk
sementara dapat kita singkirkan permusuhan ini," ia
menjawab tertawa, "Asal selanjutnya sin Kun tidak
memusuhkan aku terlebih jauh, aku suka tak mengingat pula
soal permusuhan kita."
Anak muda ini berkata demikian sebab ia merasa pasti,
beda dengan ini jago tangan satu Chong-sie Koay siu
sebaliknya tak nanti dapat mengubah kejahatannya, ingin ia
membinasakannya dan apabila ia membinasakan Koay siu,
rasanya tak mungkin Ca Kun berdiam saja. Dengan berkata
begini, ia sudah memegat lebih dahulu pada hantu ini...
Ca Kun lantas menjura.
"Kau memanggil aku sin Kun, tuan, tidak berani aku
menerimanya" ia berkata merendah, "Sin Kun" itu berarti
dewa atau malaikat. “Yang benar yalah tabiatku suka hidup
menyendiri dan sudah lama aku menyebunyikan diriku, karena
mana aku tidak menghiraukan pula segala adat istiadat aku
harap kau mengerti sifatku ini." ia berhenti sebentar, baru ia
menambahkan: "Tentang ini jurang Cian Tian Yan, baiklah
tuan ketahui bahwa memang selamanya dia beruap gelap dan
ada sangat jarang orang yang datang kemari, sampai sebegitu
jauh cuma aku sendiri yang ketahui jalan masuk dan
keluarnya Maka itu, mari aku memimpin kau "
Meskipun ia berkata demikian, Ca Kun toh lantas bertindak
terlebih dahulu.
In Gak percaya perkataan si hantu, buktinya ia melihat
orang dapat berjalan dengan cepat tanpa bantuan api
penerangan, ia lantas menyusul, ia tetap mengandal bantuan
mutiaranya.
Tok Pie sin Mo berlari-lari dengan keras, ketika kemudian ia
menoleh ke belakang, ia menjadi heran dan kagum. orang
dapat mengikuti ia dengan baik, Ia menghela napas dan
berkata dengan pelan: "Tuan kau dapat jalan cepat sekali,
tidak sanggup aku melayani kau..."

986
In Gak merendahkan diri, sementara itu, diam-diam
memperhatikan jurang itu.
Lekas juga merasa berjalan di tempat di mana ada sedikit
cahaya terang. Disini orang bisa jalan berendeng, Tanah di
situ demak.
"Tanpa bantuan mutiara, pasti aku mestijalan merayap dan
meraba-raba di sini." pikir si anak muda "Benar-benar sulit
untuk keluar darijurang ini."
Mereka jaan lagi sekian lama, lalu terdengar suara nyaring
dari Ca Kun: "kita sudah sampai, tuan silakan kau berjalan
lebih dulu "
In Gak melihat mereka berada di mulut goa atau
trowongan darijurang Cian Tiang Yan itu ia merangkap kedua
tangannya, guna memberi hormat, sambil tertawa ia berkata :
"Terima kasih sin Kun, silakan sin Kunjalan lebih dulu " Tok Pie
sin-Mo bersenyum.
“Jikalau tuan tetap menggunai aturan, baiklah maafkan aku
si orang tua berjalan lebih dulu." berkata dia, yang terus
bertindak di depan.
In Gak mengikuti dengan berjaga-jaga, pengalamannya
satu tahun lebih membuat ia mengenal sifat manusia, hingga
ia tidak mau gampang-gampang menaruh kepercayaan penuh
pada sembarang orang.
Mulut gua itu memperlihatkan jalanan dari bawah naik ke
atas, rada miring, lalu berliku liku banyak jalan cabangnya
juga, In Gak terus memperhatikannya.
sesudah sekian lama tibalah mereka di tempat di mana di
kedua tembok gua ada api pelita, api mana manjadi guram
sebab cahaya mutiara. Ca Kun berpaling dan tertawa.
"Tuah, mutiaramu sungguh mutiara mustika " katanya
memuji "Aku si orang tua telah mencarinya tetapi aku cuma
mendapatkan sebutir yang kalah jauh sekali dengan mutiara
mu”

987
In Gak tersenyum. la merasa diri nada orang bahwa jago
ini sangat kagum. sedang begitu diam-diam ia memperhatikan
ruang di mana mereka berada itu, Di situ ia tidak
mendapatkan barang seorang muridnya Ca Kun, karena mana
ia menjadi bercuriga. Ketika Ca Kun bertindak, ia mengikut.
Tanpa merasa tibalah .mereka di sebuah ruang besar di
mana terlihat sebuah pembaringan batu dengan meja batu
serta tempat kursinya dari batu juga. Ruang itu di terangi
sembilan buah pelita tembok. Karena itu In Gak sudah lantas
menyimpan mutiaranya,
"Tempatku buruk sekali," kita Ca Kun bersenyun. "silahkan
duduk sebentar, aku si orang tua memerintahkan orang
mengambil arak dan barang hidangan sekedarnya"
"Terima kasih "kata In Gak, "jangan sin Kun membikin
berabe. Aku pun ingin lekas-lekas pulang ke Ce-lam, sekarang
ini aku masih belum lapar, Lain kali saja aku mengganggu
padamu "
Ca Kun tertawa.
"Kau memandang asing kepadaku, tuan " katanya, "Apakah
artinya perjamuan satu kali saja ?"
Mustahil tuan tidak lapar setelah kau bercape lelah selama
satu malam? jangan tuan curiga, dalam arak dan barang
makananku tidak ada racunnya, Tak usahlah tuan terlalu
tergesa-gesa pulang ke Celam."
Mukanya In Gak merah. ia memang mencurigai racun, ia
menjadi malu hati, Tapi ia berpikir: "Tidak peduli apa dia bikin,
kalau perlu, aku turun tangan terlebih dulu " Maka ia lantas
duduk di sebuah kursi.
Ca Kun pergi ke pembaringannya, dari kolong itu ia
mengeluarkan sebuah martil batu, untuk dengan itu mengetuk
tembok tiga kali, setelah mana dari luar terlihatnya masuk dua
orang dengan tubuh kekar dan roman keren. Alis mereka
gompyok sekali.

988
"Lekas sajikan arak dan makanan, tetamu kita yang mulia
hendak lekas melakukan perjalanan” si hantu menitahkan-
Dua orang itu mengangguk dan segera mengundurkan diri,
"Kau baik sekali sin Kun " kata In Gak bersenyum, "Tak
enak hati..." Ca Kun menatap tajam, Jangan bilang begitu
tuan," ia kata. "Sebenarnya sukar untuk sahabat-sahabat
minum pusing bersama " ^
Kedua orang tadi kembali dengan cepat membawa dua
nampan besar terisi arak dan barang makanannya, berikut
mangkuk sumpit dan cawannya Habis menyajikan, mereka
berdiri hormat di pinggiran, kepalanya tunduk. matanya
melihat ke bawah.
Barang hidangan itu terdiri dari daging ayam dan babi
hutan dan abon manjangan.
Ketika Ca Kun menuang arak. arak itu bersinar hijau
baunya harum sepeui baunya arak simpanan tahunan, In Gak
mengicipi dulu, setelah tidak merasakan apa apa yang luar
biasa, ia minum itu.
Maka bersantaplah mereka sambil memasang omong Ca
Kun yang bicara banyak, perihal sepak terjangnya dahulu hari,
bahwa karena ia bertabeat aneh, ia jadi menyebunyikan diri,
bercerita tanpa tedeng-aling.
In Gak mendapat kesan orang jujur, dengan begiru
lenyaplah kekuatirannya, Cuma orang belum bercerita kenapa
tangannya kutung, Atas ini ia berdiam saja, ia tidak mau
membangunkan luka hati orang.
Tengah mereka bersantap itu, ke situ terlihat datangnya
seorang muda dengan pakaian serba hitam, Melihat dia itu,
alisnya Ca Kun berkerut matanya bersinar bengis, itu hanya
terjadi sekejap saja, atau ia sudah tenang seperti biasa. In
Gak sebaliknya merasa heran-
Ca Kun tertawa dan berkata: "Bagus kau datang, hiantit,
Mari aku mengajar kenal" ia berkata kepada anak muda itu,

989
terus ia menoleh pada In Gak. melanjuti: " “inilah anaknya
mendiang sahabatku, she Heng nama Thian seng, Karena ia
selalu berpakaian serba hitam, orang menyebutnya Tiat-jiauw
Hek Eng. Aku harap di belakang nari sukalah tuan tolong
memperhatikannya . "
In Gak bersenyum, ia merendahkan diri
"Saudara Heng, silakan duduk" ia mengundang. Di dalam
hatinya ia kata, mereka toh musuh, sulit untuknya
memperhatikan anak muda ini. Heng Thian seng menjura
dalam.
"In Tayhiap. sudah lama aku mendengar namamu yang
besar." ia kata, "maka itu aku merasa beruntung sekali hari ini
dapat bertemu denganmu. ini pula sebabnya kenapa tanpa
memberitahu lagi dan tanpa menanti perkenan aku lancang
masuk ke mari, Aku harap aku diberi maaf."
In Gak tertawa.
"Terima kasih untuk pujian kau ini, Hong Tayhiap."
katanya.
Mereka lantas memasang omong, maka tahulah In Gak
bahwa Thian seng ini muridnya si sin Lojin dari gunung Hong
san. Hal ini membuatnya heran, ia tahu si sin Lojin orang
pihak lurus dan tak usilan juga, kenapa muridnya bergaul
dengan Ca Kun si hantu? Diam-diam ia memperhatikan
wajahnya Thian seng, ia melihat mata orang bersinar jumawa,
sedang pipi kanannya bertapak bacokan warna merah tua.
Ketika itu terdengar suara samar-samar seperti kentongan,
mendengar itu, mukanya Ca Kun pucat tiba-tiba, tetapi cuma
sebentar, lantas ia berkata: "Itulah isyarat, mungkin ada
musuh lamaku datang ke mari, aku si orang tua ingin
melihatnya, Harap tuan duduk sebentar."
Lantas ia berbangkit danp^rgi ke luar dengan tergesa-gesa.
Heng Thian seng tertawa, sinar matanya memain, lantas ia
berbangkit, untuk bertindak ke luar.

990
In Gak terkejut, ia lompat bangun, menghadang di depan
anak muda itu, ia hendak menanya ketika Thian seng
mendahului berkata, perlahan: “jangan gelisah, tayhiap. Aku
mau keluar untuk melihat ada orang atau tidak..."
In Gak heran tetapi ia memberi jalan.
Baru Tian seng jalan empat lima tindak. dari luar terlihat
masuknya seorang dengan golok besar di tangan, gerakan dia
itu cepat, dia menghadang di depan anak muda serba hitam
ini.
"Heng Thian seng mau pergi ke mana?" tanyanya bengis.
Anak muda itu bersenyum sikapnya tenang.
"Aku mau pergi ke luar untuk melihat-lihat. Kenapa saudara
Li memegat aku?"
"Ca Kun menugaskan aku melindungi tuan-tuan berdua."
kata orang itu. "Kalau tidak ada urusan tuan-tuan berdua tidak
dapat keluar dari sini dikuatir nanti terjadi sesuatu."
Thian seng tertawa dingin.
"Kata-katamu dapat mengakali bocah cilik, tidak aku Heng
Thian seng" katanya, "Aku mau keluar Apakah dapat kau
melarang aku?"
Orang itu tidak senang mendadak dia mengangkut
goloknya membacok cundak kiri Tiat-jiauw Hek Eng si Garuda
Hitam Kuku Besi.
In Gak melihat bacokan itu ialah bacokan ilmu golok Thian
Lam Kwi Tauw To.
Heng Thian seng tidak segera berkelit karena bacokan itu,
dia menunggu sampai golok hampir mengenai sasarannya,
baru tangan kanannya bergerak menangkap lengan
penyerangnya, sedang kaki kirinya membarengi melayang naik
kejalan darah khi hay.
Kesudahannya itu si penyerang mengasih dengar seruan
tertahan, tangannya tertarik meretek. lengannya itu patah,

991
lalu tubuhnya roboh dengan mulut mengeluarkan darah, Dia
roboh untuk segera terbinasa.
Habis itu, dengan cepat Thian seng bertindak terus ke luar.
Diam-diam In Gak kagum untuk kegesitan si anak muda,
siapa pun telengas, karena sekali turun tangan saja dia minta
jiwa orang.
Cepat sekali Hong Thian seng sudah kembali, kedua
tangannya berlumuran darah, wajahnya tegang. Dia
mendekati In Gak dan berkata sambil tertawa. "Cia tayhiap.
tahukah kau lagi terancam bahaya?" Dia tertawa pula, dingin,
matanya memancarkan sinar tajam. "Hm Dia mau sekalian
mengubur aku disini. Itulah pikiran kabur" "Bagaimana
sebenarnya duduknya hal" tanya In Gak, "Aku tak mengerti."
Thian seng heran melihat orang tenang saja, tak kaget
sekalipun. ia kata dalam hatinya. " Kenapa orang ini begini
sabar" Aku merasa aku cerdik tetapi aku tidak seperti dia . . ."
Ia menjadi kagum. Maka ia tertawa dan kata. "Panjang untuk
menutur semua, dari itu baiklah kita menanti dulu, sampai kita
sudah keluar dari tempat berbahaya ini, baru kita bicara pula,
Ca Kun si hantu mau menguruk mati pada kita berdua di
guanya- ini, tidakkah itu lucu? Mari tayhiap turut aku"
In Gak tertawa terbahak.
"Ca Kun beroman demikian manis, siapa tahu di dalam
perutnya dia menyembunyikan pedang" katanya, "Mari, mari
kita cari dia." Lantas keduanya bertindak.
Mendadak dari luar menghembus asap. yang terus
memenuhi ruang itu, dan asap itu pun berbau luar biasa,
membikin orang batuk-batuk. kepala pusing dan dada sesak...
"Lekas menahan napas, tayhiap" Thian Seng berseru.
"inilah asap dari bunga beracun" sembari berkata, ia
menyerang dengan kedua tangannya untuk memukul buyar
asap itu.

992
Jilid 14 : Mencari rumput Ho Yan cauw
SELAGI diserang, asap itu mundur, habis itu terus
menghembus pula, Thian seng lantas batuk-batuk tak hentinya,
In Gak berkuatir juga, Asap itu lama-lama bisa mencelakai
mereka, ia lantas ingat giok-pwe mustika, lekas-lekas ia
keluarkan itu
Begitu cahaya mutiara memancar, asap lenyap seperti
disapu badai, Ruang pun menjadi terang sekali.
Dengan cepat Thian seng pun berhenti batuk-batuk.
kepalanya tidak terasa pusing dan napasnya tidak sesak.
sedang tadi, ia sudah merasa sangat tidak enak. ia menjadi
girang dan kagum, hingga ia bisa tertawa.
"Sekarang aku yang rendah tahu akan takdir manusia," ia
kata, "Bahwa kita tidak boleh bertindak dengan
menentangnya. Mari, tayhiap. mari ikut aku" In Gak
mengikuti.
“Jangan memanggil aku tayhiap. saudara Heng" ia kata
sambil berjalan, "Sudilah kita berbahasa saudara saja."
"Baiklah, aku menurut." kata anak muda serba hitam itu.
Dengan cepat keduanya tiba di terowongan. Di situ
bergelimpangan beberapa mayat dengan tubuh mereka tak
utuh, ada yang tangannya patah atau kepalanya pecah. Itulah
hasil bekerjanya Thian seng barusan, In Gak menghitung
semuanya sebelas mayat.
"Dia hebat," pikirnya orang gagah dan sebat, ia heran
kenapa anak muda ini mendadak mau berbuat baik untuknya
dan kenapa Ca Kun hendak membinasakan mereka berdua.
Asap masih saja mengepul, makin lama makin tebal, akan
tetapi mutiara mustika selalu membuyarkannya.
Hingga sebaliknya, menarik akan memandang asap itu
bergulung-gulung.

993
segera Thian seng sampai di jalanan yang sempit, hingga
cuma satu orang dapat lewat di situ, itulah liang yang wajar,
tingginya kira empat tombak. In Gak mengikuti melalui
terowongan sempit itu.
"Saudara Heng, kenapa kita tidak langsung pergi ke luar?"
ia tanya, "Dengan tenaga tangan kita dapat kita menghalau
pokoknya asap itu."
Thian seng tertawa.
"Saudara Cia, kau memandang Ca Kun terlalu enteng.
katanya, "sebelum saudara tiba sini, dia sudah mengatur
persediaan bahan apinya, Di depan dan di belakang, semua
pintu dan keluar telah ditutup rapat, ditutup dengan batu-batu
besar, Dia hanya tidak menyangka bahwa aku datang kemari
hingga aku turut terkurung bersama."
In Gak heran-
"Benar-benar aku tidak mengerti Kenapa mulanya saudara
tidak ketahui Ca Kun mengandung pikiran mencelakakan kau
juga?"
Thian seng tertawa pula.
"Mengapa saudara tidak melihat atau menerkanya?" dia
balik menanya, "Bukankah tadi waktu aku baru sampai, dia
berubah air mukanya? itulah alamat buat mencelakai orang-
Hanya ketika itu aku belum tahu, dia maksudkan saudara atau
aku, adalah setelah terdengar suara genta dan dia keluar
sendiri, baru aku menduga jikalau dia mau mencelakai
saudara sendiri, mengapa dia tidak mengajak aku pergi
bersama?"
"Sungguh berbahaya," pikir In Gak. la tertawa dan kata:
"Aku tidak percaya dengan kita bekerja sama, tidak dapat kita
menggempur pintu"
"Nyata saudara Cia masih belum ketahui jelas, Mungkin kita
dapat menggempur pintu, hanya setelah itu, kita bakal jadi
letih sekali- Dengan tenaga kita habis, mana bisa kita berkelahi?
Ca Kun berjumlah lebih banyak, dan bersamanya juga

994
ada dua hantu lainnya yang lihay Jika tidak demikian, sudah
tentu tadi aku telah turut dia keluar bersama."
Mereka berbicara sambil berjalan, jalanan makin sempit
dan makin kate hingga mereka hampir merayap. In Gak
menggunai pula mutiaranya untuk menyuluhi jalanan yang
gelap dan sukar itu
In Gak heran tetapi ia diam saja. ia tidak mengerti kepada
Heng Thian seng ketahui jalanan rahasia ini dan kenapa Ca
Kun sendiri tak mengetahuinya.
Mereka jalan terus sampai ditempat yang buntu, In Gak
heran tapi Thian seng tertawa dan berkata: "saudara tentu
mengerti ilmu silat Pek Houw Kang Biarlah aku yang terlebih
dulu memperlihatkan kejelekanku"
In Gak tahu orang mau naik ke tinggi dengan merayap.
"Pek Houw Kang", itu ialah "Ilmu Cecak" ia lantas mengangkat
kepala, untuk melihat ke atas, ia mendapatkan asap
mengulak. hingga untuk melihatjauh ke tinggi, sinarnya
mutiara pun masih tidak dapat.
Heng Thian seng berkata dengan terus bekerja. ia
menggeraki tangan dan kakinya untuk diangkat dan ditempel
ke tembok. untuk manjat, ia dapat bergerak dengan cepat,
sebentar saja ia sudah naik lima enam tombak.
"Bagus" In Gak memuji di dalam hati, Pek Houw Kang
bukan sembarang ilmu, Tapi ia tidak berdiam saja, ia pun
lantas naik, untuk menyusul. "Saudara hati-hati" terdengar
suaranya Thian seng "Kita akan menikung"
In Gak mendengar nyata, ia berwaspada, Dengan begitu
tak usahlah kepalanya membentur lelangit batu.
"Hati- hati" terdengar pula suaranya Thian seng terus
berulang-ulang.
Ketika In Gak mengikuti, ia telah melalui jalan naik
sembilan tikungan, habis itu barulah terlihat cahaya terang
dari sebelah atasan itu.

995
Biar bagaimana, In Gak merasa letih juga. Thian seng
sebaliknya telah bermandikan keringat dan napasnya mulai
mengorong, Dia menyusuti keringatnya itu.
"Kita sudah lolos dari kurungan, mari kita beristirahat dulu,"
katanya tertawa, "Masih ada selintasan lagi, kita perlu terus
menggunai Pek Houw Kang." In Gak bersenyum
"Baiklah, akupun merasa sedikit letih."
Thian seng heran, Diam diam ia mencuri lihat muka orang,
ia tidak mendapatkan peluh mengalir.
"Benar hebat tenaga dalamnya orang ini," katanya dalam
hati"
""Entah ia murid siapa. Aku sudah membanggakan tenaga
dalamku tetapi nyatanya aku masih kalah jauh..." Tanpa
merasa dia menjadi jelus.
Thian seng tidak tahu bahwa orang memakai kedok. ia
cuma mendapatkan sinar mata
orang yang tajam dan berpengaruh ia menjadi jengah
sendirinya. In Gak tertawa.
"Saudara Heng, aku tidak mengerti kenapa kau mengetahui
jalan rahasia ini ?" tanyanya, "Mungkinkah Ca Kun pun tidak
mengetahuinya ?"
"Banyak untuk menutur." sahut Thian seng, "Nanti saja
setelah lolos benar-benar baru aku mejelaskannya, aku
bahkan mau minta bantuan kau, saudara Cia. sekarang ini
cuma dapat aku mengasi tahu, gua inijalan tempat kediaman
asalku."
In Gak mengangguk. Baru sekarang ia mendapat tahu, ia
lantas menduga-duga orang mau minta bantuan apa.
"Tapi inilah urusannya, sebelum ia bicara, tak dapat aku
menanyakannya," pikirnya pula.
"Mari kita segera keluar," kata Thian seng kemudian. ia
lantas mengeraki tangan dan kakinya, buat memanjat pula,
Dan sebentar saja ia sudah naik sembilan tombak.

996
In Gak mengawasi, ia percaya orang lie-hay, hanya ia
melihat orang pun rada terkejut ia melihat itu dari gerakgeraknya,
Diam-diam ia bersenyum. ia merasa banyak orang
Rimba persilatan yang mau menang sendiri saja. Habis itu ia
pun lantas menyusul.
Selagi mereka mendekati mulut lobang lagi belasan
tombak. In Gak mendapatkan Thian seng bergerak lambat, ia
menduga orang sudah mulai letih. ia terkejut, Tapi ia diam
saja, ia tidak mau menanya, ia hanya bersiap untuk menjaga
andaikata sahabat baru ini terjatuh karena keletihannya.
Tiba-tiba terlihat Thian seng berhenti manjat. Rupanya
benar benar dia telah
kehabisan tenaga, Hampir In Gak menjerit saking kagetnya.
Kalau orang jatuh, ia bisa ketimpa, sulit untuk menjaganya:
Hanya sekejab, terlihat Thian seng menjamberet ke atas,
tangan kanannya mencekal, disusul dengan kaki kanannya
menjejek. menolak tembok. hingga dia berdiam dengan kedua
tangan dan kakinya menahan diri
"Syukur lobang ini kecil dan orang dapat mementang
tangan dan kaki disini," kata In Gak dalam hati dengan hatinya
lega bukan main,
Thian seng beristirahat sebentar, lantas ia memanjat pula,
Kali ini ia bagaikan dapat semangat, ia dapat memajat terus
sampai diatas.
In Gak menyusul dengan cepat, maka ia melihat mereka
berada di tempat tinggi yang berdampingan dengan jurang
yang dalamnya seribu tombak di sekitarnya nampak mega
bergumpal-gumpal. Hawa dingin. Mengawasi segaia apa, ia
menjadi teringat puncak Ciu Auw Hong, segalanya mirip satu
dengan lain.
Ketika itu Heng Thian seng sudah duduk bersila, untuk
bersemedhi, untuk meluruskan pernapasannya, guna
melenyapkan letihnya, Dia terlihat pucat sekali.

997
In Gak tidak mau mengganggu, sambil menggendong
tangan, ia memandang pula ke sekitarnya, Menarik hati untuk
melihat awan dansaijudi gunung Tay san itu.
Tidak lama, muka pucat dari Thian seng kembali bersemu
merah, lantas dia membuka matanya, terus dia berlompat
bangun,
"Tadi aku keputusan napas, hampir kita bercelaka bersama,
katanya tertawa, "Mengingat itu, aku takut bukan main "
Benar-benar untuk sekelebatan, mukanya mendadak pias.
In Gak tertawa.
"Demikian biasanya kita yang gemar ilmu silat," ia bilang,
"Ada kalanya kita alpa atau gagal, Aku sering mengalaminya,
cuma kau, saudara Heng, baru ini pertama kali, sekarang kita
pergi kesana ?"
Thian seng berdiam seperti lagi berpikir, "sebenarnya
adalah di waktu masih kecil aku mengetahui ini, katanya, "
Ketika itu aku tidak dapat naik ke mari karena aku tidak
mempunyai tenaga dan kepandaian merayap naik, Maka itu
berada di atas sini pun baru kali ini. Menurut dugaanku,
bagian depan dari gua ini mestinya itu di sebelah sana, yalah
melalui lagi sebuah puncak,
Di sini kita tidak dapat naik pula maka kita harus mencari
jalan turun. Aku percaya setelah berjalan mutar kita akan
sampai di depan gua, untuk turun terus."
In Gak mengangguk ia melihat ke bawah di mana ada uap
tebal yang telah menjadi awan, yang melayang-layang
terbawa angin gumpal demi gumpal, ia megoyang kepala dan
tertawa.
"Sungguh kejam Ca Kun," katanya, "Sungguh hebat dia
menggunai tipu- muslihatnya ini, jikalau aku bertemu
dengannya, dia tidak dapat diberi ampun lagi "
"Memang” kata Thian seng tertawa, “Jikalau dia tidak
dibinasakan kita hendak menanti siapa lagi ?"

998
In Gak mengawasi pula kebawah, Bagaimana mereka dapat
turun ? jalanan tidak ada, pohon rotan pun tiada, Hanya
belasan tombak jauhnya ada beberapa p^hon cemara tua
yang tumbuh di tepian, Kalau orang lompat turun ke pohon
itu, mungkin dia dapat berpegangan untuk menahan diri.
"Aku lihat kecuali itu pohon cemara, tidak ada jalan lain,"
katanya pada kawannya, ia berkata begitu tanpa ia mau
menanya orang sanggup berlompat turun atau tidak,
percobaan itu yalah percobaan mati-hidup,
Thian seng mengawasi kebawah, ke arah pepohonan, ia
bersenyum.
"Karena tidak ada lain jalan, terpaksa kita mesti mencoba,"
katanya. selama berada di Hong san setiap hari aku mesti
berlompatan di atas pohon, maka itu mungkin percobaan kita
ini tidak bahayanya, Nah, nanti aku coba "
Kata- kata itu disusul dengan lompatan kepala dulu,
kakinya belakangan, Dengan begitu terlihat tegas nyali besar
dari pemuda serba hitam ini, yang berani terjun itu, Ketika ia
hampir tiba di pohon, terlihat tubuhnya terbalik pula, untuk
berdiri, tangannya di pentang. Maka dengan tenaga dia
menaruh kakinya di cabang pohon.
In Gak kagum, ia tahu itulah tipu silat ringan tubuh dari
partai Liong san Pay, namanya "burung patok Indang jatuh di
ranting."
Lantas terdengar suaranya Thian seng dari bawah, dari
pohon cemara itu :"saudara Cia, kenapa kau tidak lekas
lompat turun ? Lekaslah, supaya aku dapat menyaksikan
kepandaianmu yang liehay " suara itu bernada kepuasan-
In Gak bersenyum, tanpa menyahuti, ia pun terjun, ia
mementang kedua tangannya, ia turunnya dengan perlahan,
tak secepat kilat Thian seng barusanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
999
Menyaksikan kepandaian orang itu Tiat-jiauw Hok Eng
menjadi kagum sekali, ia menjadi malu, Karena ini, jelusnya
bertambah, ia kalah, ia penasaran-
Mulai dari pohon itu keduanya lantas dapat mencari jalan
untuk turun terus, selanjutnya ada kedapatan pohon cemara
atau lainnya atau rotan, Ketika akhirnya mereka tiba di bawah,
selagi mereka berlari-lari hendak keluar dari situ, dari sebuah
pengkolan mereka menampak munculnya belasan orang ialah
Ca Kun dengan rombongannya. Kedua pihak sama-sama
terkejut, Yang satu heran, yang lain kaget. Mereka telah
segera berdiri berhadapan, sebab mereka bersamplokan-
Sekonyong-konyong, bagaikan kalap Heng Thian seng
lompat menerjang seorang yang bertubuh besar, yang berdiri
di sisinya Ca Kun menjadi sasarannya, Dengan menerbitkan
suara keras tangannya mampir di dada orang hingga tulang
tulangnya dia itu patah dan tubuhnya terlempar jatuh ke
bawah di mana ada jurang lainnya yang rendah. orang itu
menjerit dan jeritannya berkumandang di lembah maut itu.
-00000000-
BAB 6
SEMUA orang terkejut dan hatinya giris mendengar jeritan
itu, tak terkecuali In Gak.
Setelah penyerangannya itu, Heng Thian seng tidak lantas
berhenti, segera ia memutar tubuh, sambil mengangkat
tangan kanannya ke depan, ia menyerang Ca Kun dengan
tangan kirinya, Ia berlaku cepat seperti yang bermula itu.
Ca Kun terkejut untuk serangannya Thian seng tadi, maka
itu ia berlaku waspada, atas datangnya serangan terhadap
dirinya, ia menolak ke depan, setelah mana ia mencelat
mundur sembilan kaki.
Thian seng menyerang tetapi dia tertolak hingga dia
mundur dua tindak. mukanya

1000
menjadi merah. malu bercampur penasaran- Hampir tanpa
meluruskan napasnya, ia menyerang pula, sepuluh jeriji
tangannya yang kuat mencarijalan darah "soan-ki" dari si
hantu bertangan satu. itulah pukulan menurut ilmu
cengkeraman "Nao Kim Jiauw" atau "Kuku Lima Ternak
Unggas" ajarannya sin si lojin dari Hong san, dan kelihatannya
si anak muda serba hitam itu sudah dapat menguasai
kemahiran nya.
Akan tetapi Tok pi sin Mo Ca Kun ialah seorang hantu yang
lihay, yang telah banyak pengalamannya, dia tidak takuti ilmu
cengkeraman musuhnya ini, dia sebaliknya jeri terhadap In
Gak hingga semenjak mula-mula dia senantiasa melirik ke
arah pemuda itu yang berdiri terpisah setombak lebih jauhnya.
Dia bahkan telah memikir jalan lolos apabila bahaya
mengancam, Dia memang sangat tidak menyangka akan
dapat menemui kedua pemuda itu dengan masih hidup, sebab
dia telah mengukup mereka dengan asap beracun dan kedua
jalan keluar depan dan belakang sudah ditutup mati.
Untuk menjaga diri, dari siang-siang dia juga telah
menggenggam jarum rahasianya yang beracun, "Tok bong
Hul-cian- guna membokong si orang she Cia, Dia melihat
kawannya diserang Thian seng, dia bersiaga, dari itu ketika
dia diserang, dia dapat membela diri, sekarang dia diserang
pula, sambil memperdengarkan ejekan
"Hm" dia berkelit sambil memutar tubuh, sambil berkelit
tangannya terayun- Dia mengguna i tenaga "siauw Yang
ciang" sembari juga menimcuk dengan senjata rahasianya itu.
Thian seng kaget sekali mendapatkan serangannya gagal
dan ia berbalik diserang dengan jarum beracun. ia tahu benar,
asal ia kena diserang jalan darahnya yang
berbahaya. jiwanya akan melayang pergi seketika. Untuk
berlompat menyingkir sudah tidak ada ketikanya.
Maka terpaksa ia menggunai kedua tangannya untuk
menutup jalan darah yang paling berbahaya. Kalau ia

1001
terlukakan di lain bagian, ia percaya, ia akan dapat menolak
racun dengan emposan tenaga dalamnya...
Ca Kun lihay sekali, beberapa batang jarumnya itu
mengenai tubuh lawan.
Thian seng kaget, ia merasai dadanya kaku, matanya
gelap. sudah begitu, ia terhajar serangan siauw Yang ciang,
karena mana tubuhnya kena dibikin terpental
selagi terpental itu, pemuda ini sudah mulai pingsan, akan
tetapi telinganya masih mendengar seruan In Gak. disusul
dengan punggungnya disambut dengan cekalan yang kuat,
yang menahan terpentalnya itu, habis itu barulah ia tak tahu
apa-apa lagi.
Selama menyaksikan pertempuran In Gak telah memasang
mata dan telinganya matanya melihat pertempuran
berlangsung, telinganya mendengar suara, maka itu ia
mendengar suara luar biasa dari bergeraknya saiju yang telah
membeku menjadi es. ia tahu apa artinya itu, ia terkejut
melihat akhirnya tubuh Thian seng terlempar akan tetapi
karena ia selalu siap sedia, ia dapat menggunai ketikanya
dengan baik.
Tanpa mempedulikan segala apa, cuma terdorong niatnya
menolongi kawan, ia lompat, menyambut tubuh kawannya itu,
menyusul mana ia bertempat terus seraya- membawa
kawannya.
Itulah percobaan sangat berbahaya, Dengan dia telah
pingsan, tubuhnya Thian seng menjadi lebih berat daripada
biasanya, maka itu injakan kakinya In Gak menjadi melesak
jauh lebih dalam, hingga lompatannya menjadi sedikit
terintang dan terlambat
Akan tetapi la mahir ilmu ringan tubuhnya "Leng Khong Hi
Touw" "Melayang di udara menyeberang di tempat kosong" ia
dapat berlompat seperti tebang melayang, hingga ia tiba di
bawah dengan tidak kurang suatu apa.

1002
Syukur sekali, habis menyerang itu, Ca Kun pun mengajak
rombongannya menghilang, rupanya dia jeri melihat
gempanya es.
Thian Seng diletaki di atas saiju, dia meram saja, mukanya
pucat, tubuhnya tak berkutik In Gak berduka dan menyesal
Barusan ia terlambat menolongi, hingga kawan itu menjadi
kurban jarum rahasia, hingga dia tak dapat berdaya lagi, Di
lain pihak ia mendengar terus gempanya es yang
membisingkan.
Sekian lama In Gak mengawasi keempat penjuru, buat
mencari jalan untuk berialu dari situ. ia tidak melihatnya,
Terpaksa ia menyabarkan diri, Menanti sampai redanya gempa
es itu. ia lantas meraba tubuh Thian Seng la terperanjat
Tubuh kawan itu panas seperti api.
"Sungguh lihay tenaga Siauw-yang cin-lek diri Tok Pie sin
Mo Ca Kun," pikirnya. ia jadi ingat hal dirinya pernah dihajar
musuh itu, hingga ia terpental jatuh sedalam seribu tombak,
sedang itu waktu, ia dapat membela diri hanya dengan
pertahanan tenaga "Siauw Yang Jit Kong, kalau tidik pastilah
ia tidak masih hidup sekarang ini. ia melihat pula keletakan
tempat di mana ia berdua berdiam ini. ia merasa untuk
sementara, tempatnya ini aman- Lagi sekali ia meraba nadinya
Thian Seng, ia mengerutkan alis, Luka kawan itu tak ringan-
Ca Kun menggunai tangan jahat, teranglah dia membenci
sangat kepada Tiat Jiauw Hek Eng Heng Thian Seng, itu
tentulah suatu permusuhan besar, Entah permusuhan apa itu.
Dua macam kepandaian diri Ca Kun, yaitu jarum beracun Tok
Bong Hui Ciam atau Cui Tok Hui Ciam cdan tangan lihay siauw
Yang sin Ciang tersohor saking hebatnya.
Biasanya dia menggunai salah satu diantaranya tapi
terhadap Heng Thian Seng, dia menggunai dua-duanya
dengan berbareng.

1003
Dari pemeriksaan nadi itu, In Gak tahu racun sudah mulai
meresap masuk ke dalam sum-sum, selewatnya dua belas
jam, hawa panas akan membakar meluluhan tanpa tujuan,
karenanya, ia menjadi bingung, ia mengerti ilmu obat-obatan
tetapi ia tidak tahu bagaimana harus menolong orang she
Heng ini.
Rumput Ho Yan Cauw dapat melawan racun cui Tok Hui
Ciam, hanya pada lukanya Thian seng tambah hawa
panasnya, ia jadi sangsi menggunainya. syukur kalau ia
berhasil, kalau tidak, ia dapat menambah hebatnya bahaya.
Pula di dalam piauwkiok lagi menantikan dua orang yang
membutuhkan pertolongan rumput Ho Yan cauw itu,
sedangkan yang ia miliki cuma dua pohon- Dapat ia menolak
racun yang berhawa panas itu dengan tenagi Poa Te sin Kang,
hanya untuk itu, ia memerlukan tempo dua hari dua malam....
Mengawasi mukanya Heng Thian seng, In Gak percaya
orang bukanlah seorang lurus, Menurut ilmu meramal, wajah
dia bukan wajahnya seorang sahabat yang diakhirnya bakal
ada faedahnya untuknya.
"Baiklah, aku tinggalkan dia," pikirnya, Tapi rasa peri
kemanusiaannya mencegah ia berlaku begitu, Tak dapat ia tak
menolong ancaman kematian itu. orang pun telah membantu
ia keluar diri tempat berbahaya, Maka setelah bersangsi
sejenak, ia keluarkan rumputnya, ia buka paksa mulutnya
Thian Seng dan masuki rumput itu ke mulut orang, ia
mencairkannya dengan menggunai tekanan tenaga dalam dari
Bi Lek sin Kang.
Pati rumput itu, yang berwarna merah lantas mengalir
masuk di dalam kerongkongan segera setelah itu, mulut orang
itu lekas dirapatkan pula, untuk seterusnya, tubuhnya dibalik
menjadi tengkurap. untuk menekanjalan darah ci-tiong, guna
mengalirkan masuk hawa Pou Te Pwe Yap sian Kang Cin-khi.

1004
ia berhenti menekan sesudah hawa itu memasuki seluruh
tubuh.
Lekas sekali, Heng Thian seng sadar dari pingsannya, ia
membuka matanya, ia melihat In Gak. lantas ia mengerti,
pemuda itu ialah tuan penolongnya, ia mengawasi seraya
bersenyum.
"Terima kasih saudara Cia," katanya bersyukur. "Selama
seumurku, pasti aku satu kali akan balas budimu ini" Lalu ia
paksakan diri, untuk bergerak baigun, Karena ia masih lemah,
ia terhuyung huyung hampir jatuh, sedangkan mukanya tetap
pucat
Ketika itu gempa es sudah berhenti, di sekitar puluhan li,
pemandangan alam telah bersalin rupa seluruhnya dari
asalnya.
In Gak bersenyum.
"Menolong sesamanya itulah tugas kita kaum hiap-gi,"
katanya ramah "Kau sendiri lain saudara Heng, kau telah
berbuat kebaikan terhadapku, jangan kau pikirkan soal kecil
itu, Kau terluka hebat pukulan siauw Ying sin ciang, karenanya
sekarang baik kau pulang ke gunung Hong san kepada
gurumu, untuk diobati terlebih jauh, jalan darah ci-tiong perlu
diurut selama dua hari dua malam, baru kau akan sembuh
seluruhnja."
Thian Seng mengerutkan alisnya.
"Dengan kepandaian kau, saudara Cia, tak dapatkah kau
menolong menyembuhkan aku seluruhnya?" tanya ia.
Hati In Gak bereaksi. Tahulah ia bahwa Thian seng
mencurigainya. Dengan lekas, dengan sungguh-sungguh ia
menjawab: "saudara Heng, tahu aku bagaimana harus
menyembuhkan kau, akan tetapi aku cuma dapat membikin
kau merasa lega saja, Tak sanggup aku menolongi kau lebih
jauh lantaran aku kurang latihan. Umpama kata aku paksa
menolong tetapi aku gagal bukan saja aku kecewa, saudara
sendiri bakal menyesal seumur hidup, Kalau kau bercacad, apa

1005
daya? Disamping itu mentuaku lagi sakit berat jiwanya
terancam bahaya siang atau malam, dari itu perlu aku lekaslekas
pulang, Untuk mencegah supaya aku tidak gagal di duadua
pihak-aku jadi mau menasehati untuk saudara lekas
pulang kepada guru saudara."
Mendengar begitu, Thian seng tunduk. pada matanya
nampak sinar tak puas atau penyesalan, sedang di dalam
hatinya ia kata: "Nyatalah kau bermaksud buruk, kau tidak
sudi memulihkan tenagaku. Hm selama aku masih hidup, akan
aku balas sakit hati ini."
In Gak melihat orang tunduk. ia menduga orang berduka,
handuk ia menghibur, mendadak Thian Seng mengangkat
kepalanya dan kata sambil tertawa: "Kau benar saudara Cia,
Baikhh, akan aku segera pergi kepada guruku, setelah aku
sembuh, akan aku belajar silat terlebih jauh. Hendak aku
membalas jarumnya Tok pi sin Mo Ca Kun ini..."
Belum habis dia mengucap. Thian Seng berhenti dengan
tiba-tiba. Mendadak tubuhnya menggigil hingga dengan suara
tak nyata ia mengatakan: "Dingin-.. dingin..."
Ketika itu, angin gunung memang lagi bertiup keras, hawa
dinginnya meresap masuk ke tulang tulang, pantas kalau
Thian Seng, yang baru sadar, merasakan dingin luar biasa,
"Sudah, saudara Heng," kata In Gak. Jangan saudara
bicara banyak, Marilah kita lekas-lekas berlalu dari gunung
ini."
Berkata begitu, In Gak lantas memegang lengan orang
untuk diangkat, buat ia membawanya berlalu. ia lari dengan
cepat, hingga Thian Seng merasa dia seperti dibawa terbang,
Disamping kagum, dia menjadi mengiri, hingga kedengkiannya
bertambah-tambah.
Dengan petunjuknya Thian Seng, tak sampai satu jam, tiba
sudah In Gak di desa Ban Tek Cun. Di situ mereka mencari
sebuah pondokan yang buruk. guna melewatkan sang malam.

1006
Paling dahulu mereka minta barang makanan, guna mengisi
perut, habis itu, In Gak kata: "saudara Heng, ketika tadi kita
lewat di depan desa, di situ ada rumah obat, maka itu
sekarang ingin aku pergi ke sana, buat membeli obat
untukmu, supaya tubuhmu menjadi terlebih kuat, sekarang
silakan saudara masuk ke kamar untuk beristirahat - lebih baik
lagi apabila kau dapat tidur - aku akan lekas pergi dan lekas
kembali."
Thian Seng mengangguk. "Baiklah, saudara Cia" sabutnya,
"Kau baik sekali, tidak nanti aku lupakan budimu ini." In Gak
merandek. lantas ia keluar, Melihat orang pergi, Thian Seng
mengawasi dengan mata bersinar, mukanya bersenyum iblisnya.
Ia perdengarkan tertawa tawar, perlahan ia tidak pergi
beristirahat seperti dinasehati, ia hanya memanggil jongos,
meminjam kertas dan perabot tulis, terus ia duduk menulis.
sesudah selesai, dari sakunya ia keluarkan semacam bubuk
putih, yang ia tiup tersebar di atas kertas tulis itu.
Pada mukanya yang pucat tampak senyuman iblisnya, ia
pun menelan dua butir obat
pulung warna merah, yang ia telan dengan air untuk
diakhirnya ia keluar dari pondokan, untuk berlalu selekas
mungkin.
Tak lama In Gak kembali dengan sebungkus obat, ia heran
tak menemukan kawan yang lagi sakit itu. sebaliknya, ia cuma
bisa melihat sehelai kertas di atas meja, Tanpa sangsi pula ia
jemput itu, untuk membaca tulisannya. Thian Seng menulis
sebagai berikut:
“Saudara Cia yang baik. Seberlalunya saudara, tiba-tiba aku
ingat bahwa aku membekal dua butir obat pulung guruku,
lantas aku makan itu, Dengan lekas aku merasa tenagaku
mulai pulih.
Saudara tahu, sekarang aku ingat betul bahwa Ca Kun itu
benar musuhku, Dialah yang dulu hari membunuh ayahku,
semasa hidupnya ayah, Ca Kun menjadi sahabat karibnya,

1007
sayang, ketika ayah terbunuh dia aku masih sangat kecil, aku
tidak tahu apa-apa, bahkan aku tidak melihatnya. Aku dibawa
guruku naik gunung sebulan sebelum pembunuhan kalau
tidak. mungkin akupun akan terbinasa bersama.
Didalam sebuah petarungan, tidak akan ada telur yang
utuh. setiap tiga tahun sekali, Ca Kun menjenguk aku di atas
gunung, ia kata bahwa pembunuh ayahku ialah soat san Jin
Mo, satu di antara Goan-uh sam Ciat, Tiga jago Dunia, Karena
itu sekarang aku mau menyangka mungkin mereka berdua
bekerja sama merampas jiwa ayahku, Aku sangat ingin
membalaskan sakit hati itu, maka tak dapat aku menanti
kembalinya saudara, aku sudah lantas berangkat terlebih
dahulu. inilah sebabnya maka aku hendak minta bantuan kau,
saudara jikalau saudara tidak menampik dan sudi membantu
aku, nanti di bulan keenam, di saat terangnya bulan, aku
bersedia menantikan saudara di kuil Cu-kat Bu Houw di kota
seng-tou.
Tak dapat aku menulis banyak maka aku menulis begini
saja. Terimalah hormatnya: Heng Thian seng,”
Baru sekarang In Gak mengerti kenapa Thian seng
mengenal baik gua dan jalanan, kiranya dia pernah tinggal
sedari kecil di atas gunung, ia sedikit mencurigai permintaan
bantuan itu, Mereka toh baru kenal satu pada lain, Tapi suka
ia meluluskan ia pikir dapat ia pergi ke seng-touw, sekalian
pesiar untuk menyambangi kuburan ibunya.
Ada bersama kawanpun akan membikin ia tak kesepian di
sepanjang jalan, sementara itu, ia mulai merasa sebal dengan
penghidupan di dalam dunia Kang ouw. ia cuma bertempur
dan membunuh orang busuk. Maka ia pikir, habis menuntut
balas, ia tak akan menghiraukan apa juga.
Memikir sampai disitu, In Gak merobek suratnya Thian
seng, terus ia membayar uang sewa kamar dan harganya
barang santapan, tidak berayal lagi, ia meninggalkan
pondokan itu. sekarang ia memikirkan dua orang yang lagi
sakit di dalam piauw-kiok. mereka itu lagi menantikan rumput

1008
Ho Yan cauw. ia menyesal yang ia tidak dapat terbang, Karena
itu dijalan besar ia lari keras sekali, hingga ia menarik
perhatian orang-orang di sepanjang jalan, yang pada
mengawasi padanya.
Hanya di dalam perjalanan ini, In Gak mengenakan
topengnya yang pertama hingga ia nampak seperti seorang
yang lagi sakit...
Diwaktu tengah hari, pemuda ini tiba di sin Ke Chung yang
terpisahnya diri kota Ce-lamtak lebih daripada dua puluh li.
Justeru itu, di situ, sering ia berpapasan dengan orang-orang
yang berdandan sebagai orang Kang ouw yang mengaburkan
kudanya lewat pergi datang, yang romannya - di mata ia -
mencurigakan ia menjadi heran. Tak tahu ia, mereka itu
mempunyai urusan penting apa. ia sendiri pun tak sempat
memperhatikan mereka itu.
Begitu memasuki batas sin Ke Chung, In Gak
memperlambat tindakan kakinya. Justeru itu, ia menjadi
heran, lantas ia menjadi terkejut. Mendadak jeriji-jeriji
tangannya sedikit kaku, terus ia merasakan tak enak. tak
leluasa untuk menggerakinya, Gejala apakah itu? Tidak ayal
lagi, ia menutup jalan darahnya- inilah sebab rasa kaku itu
bekerja semakin cepat. sebentar saja sudah merambat ke
sikut, ia tidak menyangka kepada Thian seng, yang telah
menggunai racun bubuk putih.
Racun itu dapat membuat tubuh kaku dan kejang, dari
tangan sampai ke tubuh dan otak, hingga orang bakal jatuh
pingsan dan akan mati karenanya tanpa sadar pula, sebaliknya
dari menyangka jelek pada Thian seng, ia justeru mengira
bahwa ia telah terkena racun sebab ketularan dari Thian seng
disaat di gunung Tay san ia menolongi orang she Heng itu
Karena itu, ia lantas lari ke sebuah tempat yang lebat
dengan pepohonan di luar dusun, ia mencari sebuah tempat
yang sunyi, lantas ia duduk bersila untuk menjalankan ilmu

1009
Pou Te Pwe Yap sin Kang guna mengusir rasa kejang itu,
Kalau gangguan -itu benar disebabkan racun, racun itu bakal
terusir ke luar.
Benar luar biasa latihannya In Gak. Tak sampai sehirupan
teh, Pou Te Pwe Yap sinking sudah memperlihatkan hasilnya,
Kedua tangan si anak muda, dari sebatas sikut, lantas
menghembuskan asap hitam yang buyar tertiup angin,
Dengan begitu juga lenyaplah rasa kejang itu. Tentu saja
habis itu, hendak ia berbangkit untuk keluar dari rimba, untuk
melanjuti perjalanannya. Atau mendadak ia merandek. inilah
sebab ia mendengar suara orang bicara di dalam rimba di
dekatnya.
"Engko Liang, jangan jadi tolol," demikian suara seorang
wanita, " Kematian itu ada perbedaannya berat dan ringan,
jikalau orang mengandalkan saja tenaganya si orang biasa,
itulah tidak ada artinya, Dengan begitu juga jiwa gurumu tidak
akan ketolongan, Di sana chungcu mempunyai kepandaian
silat yang lihay yang tak dapat kau layani.
Di sana pula ada Koay Han cu si pengemis yang telengas
itu, siapa bertemu dia siapa tak bakal dapat hidup lebih lama
pula, jikalau kau gagal, bukankah kau bakal menyesal seumur
hidupmu?"
In Gak heran, hatinya tergerak. Yang disebut pengemis she
Koay itu, bukankah dia Hun Goan ci Koay sun?
Lalu ia mendengar suaranya seorang laki-laki: "Adik Hui,
aku tahu kau bermaksud ba-ik, akan tetapi guruku dikurung
tanpa sebab, aku yang menjadi muridnya, mana dapat aku
duduk diam saja tidak mencoba menolongnya?"
"Hm" terdengar pula si wanita, "Kenapa kau begini gelap
pikiran? Gurumu benar kena dikurung tetapi kejadian itu
secara rahasia, yang tahu cuma beberapa orang saja, Aku
juga mengetahuinya dari ayahku dan ayah yang
menganjurkan untuk kau lekas minta bantuan saudara
seperguruanmu atau sahabat-sahabat karib, supaya
pertolonganmu tidak menjadi kasip."

1010
Mendengar itu In Gak bergerak, Tanpa bersuara, ia pergi
ke belakang sebuah pohon pekyang, ia mau melihat tegas
orang itu, muda-mudi yang usianya lebih kurang dua puluh
tahun- si pemuda tampan tetapi parasnya kucai, si nona cantik
wajahnya sangat menarik hati, sedangkan sepasang matanya
besar dan jeli.
"Adik Hui, aku sungguh tidak mengerti," kata pula si
pemuda, " Guruku dan chungcu bersahabat kekal kenapa
sekarang mengurung guruku? Apakah kau tahu sebabnya?" si
nona menggeleng kepala.
"Tidak," sahutnya, "Tapi itu mungkin disebabkan garagaranya
Kian Kun ciu Lui Siauw Thian-.."
In Gak terperanjat Nama saudaranya ada disebut-sebut, ia
jadi ingin mengetahui jelas perkara orang itu. Maka ia ingin
menemui si muda-mudi. Belum lagi ia keluar dari tempatnya
sembunyi lalu ia mendengar suara tertawa yang aneh, yang
menyebabkan sepasang muda-mudi itu kaget sekali, lantas
mereka itu berniat pergi bersembunyi di-lain bagian rimba itu.
Tapi mereka sudah terlambat Mendadak ada satu tubuh orang
berkelebat untuk berdiri tegak di hadapan mereka.
Orang itu jangkung, mukanya pucat, sepasang matanya
yang kecil, menatap tajam kepada si nona, air mukanya
dingin, Dia mirip mayat hidup, Hanya sebentar, dia tertawa
seram dan berkata: "Nona Ho, toh datang waktunya yang kau
terjatuh juga ke dalam tangannya siauw song Bun Kwa Kim
seng."
Si nona kaget hingga tubuhnya mengeluarkan keringat dan
menggigil perlahan- matanya
Menunjuki sinar takut, si anak muda tabahkan mencoba
menenangkan hatinya bahkan sembari tertawa tawar dia kata:
"Kwa Kimseng, kau mengandalkan kaulah anak pungut
chungcu maka kau berani berbuat sewenang-wenang."

1011
Siau-song-bun tidak menoleh kepada anak muda itu dia
cuma kata dingin: "Tak sabaran bicara dengan orang yang
mau mampus Nona Ho, apakah kau ingin urusanmu ini
disimpan rahasia olehku?"
Itulah pertanyaan yang berbau paksaan sebelum si nona
menjawab si anak muda menghunus pedangnya dengan apa
ia membacok ke pundaknya Kwa Kimseng.
orang yang diserang itu tidak takut atau kaget. Atas
datangnya serangan ia menggeser sedikit sambil menjejak
tanah, untuk mengarungi tubuhnya baru setelah berada di
atas, ia balas menyerang yaitu dengan kedua kakinya ia
menjeak pedang orang, ia menggunai tenaga yang dinamakan
"Berat tubuh seribu kati"
Pula jejakannya itu tepat, Dengan mengeluarkan suara
batang pedang kena terjejak patah.
Selagi pedangnya si anak muda patah, si nona membarengi
menyerang dada orang she Kwa yang galak itu.
Siauw-song-bun lihay, Belum lagi pedang meluncur
padanya, ia sudah mendahului menggunai tangan kirinja
menyerang lengan si nona, sampai serangan si nona itu gagal
lantaran lengannya itu kena tertolak mental, Berbareng
dengan itu, tangan kanan Kim seng menyamber ke batang
leher si anak muda selagi anak muda itu terbengong
disebabkan patah pedangnya itu.
In Gak kagum menyaksikan lihaynya orang she Kwa itu, Dia
itu berhasil mencekuk si anak muda, hingga karena dicekal
keras, anak muda itu seperti habis tenaganya, Dia lantas
mengawasi si nona untuk berkata sambil tertawa menyeringai
"Nona Ho, kau menghendaki jiwanya bocah ini atau tidak?"
Berkata begitu, matanya bermain dengan tajam sinarnya
bengis. Tangannyapun digerak-geraki membikin kepalanya si
anak muda bergoncang.

1012
Mukanya nona itu menjadi sangat pucat, akan tetapi di
dalam kaget itu, mendadak dia memperlihatkan sorot wajah
girang.
Siauw song Bun awas, dia dapat melihat perubahan air
mukanya si nona, dia menjadi heran, Hanya heran belum
lama, lantas dia menjadi kaget, segera dia meringis,
sedangkan dari mulutnya keluar teriakan tertahan, itulah
sebab selagi hatinya puas itu, tiba-tiba punggungnya terasa
sangat sakit, seperti bekas dihajar dengan martil selaksa kati
beratnya. itulah serangan pada jalan darah sam-yang pada
tulang punggungnya yang kelima, Matanya menjadi gelap dan
kepalanya pusing karenanya. Tangan kanannya yang
mencekuk si anak muda, lepas cekalannya, karena mana anak
muda itu jatuh terguling.
Nona Ho girang sekali hingga ia berseru lantas ia lompat
kepada si anak muda untuk mengangkatnya bangun.
Segera setelah roboh itu, si anak muda bebas seluruhnya,
Begitu ia jatuh, begitu ia dapat merayap bangun, hingga tak
sulit si nona membantui ia berbangkit Nona itu lantas berdiri di
sisinya.
Tidak lama Kwa Kim seng merasai sakit sekali, kepalanya
pusing dan matanya kabur Perlahan-lahan kesegarannya pulih.
ia tahu bahwa ia telah dibokong oleh lawan yang lihay, hanya
tak tahu ia siapa lawan itu. ia juga heran, setelah itu, lawan
yang tidak dikenal itu tidak terus melakukan sesuatu tindakan
lain terhadapnya. ia menjadi dapat ketika, hingga ia sempat
berpikir.
Nona Ho terus mengawasi ke belakang orang galak itu,
wajahnya tetap mengasih lihat roman girang, Kwa Kim seng
melihat tingkah si nona, tahu ia bahwa penyerangnya masih
belum berlalu, jika tidak. tidak nanti si nona masih bergirang,
Diam-diam ia mencoba mengerahkan tenaganya, ia merasa
bahwa tenaganya tidak mendapat gangguan.

1013
Hal ini membuat kekuatirannya lenyap. hingga hatinya jadi
besar dengan cepat, Maka berpikirlah ia: "Asal aku memutar
tubuhku, terus aku menghajar dengan dua-dua tanganku, di
dalam jarak dua tombak^ tentu musuh bakal roboh dengan
otot-otot dan tulang-tulangnya pada patah danjiwanya akan
melayang pergi. HmBiarlah dia dikasih rasa, supaya dia tahu
lihaynya siauw song Bun" Maka ia lantas mengumpul
tenaganya, lalu mendadak ia memutar tubuh, untuk
menyerang dengan dahsyat.
Ia benar-benar hebat, serangannya itu membikin beberapa
pohon kayu di belakangnya kena terhajar hingga patah dan
rebah, daunnya terbang berhamburan ia percaya pembokong
tentu terbinasa bersama, Akan tetapi waktu ia memasang
matanya, ia menjadi terperanjat dan melongo, ia tidak melihat
siapa juga, tidak orang terbinasa atau hidup terluka.
Selagi mendelong itu, tiba-tibaia merasai kuduknya dingin,
seperti kena orang raba, ia kaget sekali, dengan sebat ia
mendak. sembari memutar kepalanya, ia memutar juga
tubuhnya untuk membarengi menyerang pula, ia mendak.
maka itu, ia menyerang ke atas, Tipu silatnya yaitu tipu silat
"Badak dongak memandang langit".
Lagi sekali, ia menyerang tempat kosong-sebaliknya si
nona, yang berdiri jauhnya belasan tindak dari ia tertawa
terkekeh- kekeh-Rupanya nona itu melihat s uatu
pemandangan yang lucu.
Begitu ia sadar, siauw song Bun menjadi kaget,
semangatnya seperti terbang meninggalkannya. Lantas ia
menenangkan diri, guna menetapkan hatinya yang goncang,
ia menginsafi lihaynya lawan yang belum dikenal itu.
Karena ia berani, ia lantas menegur: "Tikus dari mana yang
banyak lagak ini? jikalau kau berani, kauperlihatkanlah dirimu
Buat apa main sembunyi sembunyi seperti maling...
Belum berhenti cacian itu, atau Kwa Kim seng mendengar
suara tertawa yang seram, Dan sebelum ia tahu apa apa atau

1014
bersiaga, ia merasa jalan darah hui-yang di paha kirinya sakit
bagai digigit kutu, saking kaget, ia lompat mencelat delapan
atau sembilan kaki tinggi, untuk jatuh turun pula dengan
terbanting, sebab ia bukan lompat wajar, hingga ia tidak bisa
menaruh kaki seperti biasanya, bahkan setelah roboh itu,
tubuhnya terus terkulai, tak dapat ia merayap bangun, jangan
kata berlompat. sembari rebah itu, ia membuka matanya
lebar-lebar untuk melihat ke sekitarnya.
Segera ia menampak seorang berdiri mengawasi padanya,
muka orang itu kuning seperti orang lagi sakit, Hanya orang
pun berdiri mengawasi sambil wajahnya bersenyum berseriseri.
Pula sinar kedua mata orang itu membuatnya jeri, meski
juga ia sendiri sebenarnya memiliki mata yang bengis. Tanpa
merasa, ia menggigil sendirinya. . .
Beluim sempat ada ang bicara diantara empat orang itu,
atau di dalam rimba itu- - di lain bagian - - terdengar suara
berisik bentak membentak. disusul dengan munculnya tiga
orang yang gerakannya sangat cepat hingga tubuh mereka
berkelebat bagaikan bayangan. Begitu mereka sampai, tiga
orang itu berdiri berendeng dengan sikapnmya siap sedia,
sedangkan tangannya masing-masing mencekal senjata.
Dengan mata yang tajam, mereka mengawasi Koay ciu Si
seng Cia In Gak, ialah orang yang mempermainkan Kwa Kim
seng.
In Gak mengenali kepada Liong Se Sam Niauw. Tiga
burung dari Liong-se.
Pit Louw yang memelihara kumis seperti kumis janggutnya
kambing gunung, sudah lantas membentak. "Sahabat, kau . .
."
In Gak bersenyum, ia mengangkat tangannya mencegah
orang bicara. Pit Louw heran- Dia berhenti sendirinya. Hanya
dia mengawasi terus.

1015
Setelah melarang orang bicara, In Gak bergerak, tubuhnya
mencelat, kaki kirinya di belakang kaki kanannya di depan,
kaki kanan itu terangkat tinggi, sedari itu orang yang galak itu,
yang tidak keburu berkelit atau menangkis, sudah
mengeluarkan jeritan tertahan, lantas tubuhnya roboh dengan
dia mengeluarkan darah dari mulut, hidung, mata, dan
telinganya. Hingga kebinasaannya itu menjadi sangat
menyeramkan-
Parasnya Liong Sie Sam Niauw berubah dari pucat menjadi
merah saking gusar, Hampir berbareng mereka bergerak,
berlompat maju sambil memutar senjatanya masing-masing
menyerang In Gak sambil mengurung.
In Gak tidak mundur karena pengepungan itu, Ketika orang
sampai, dia mengibaskan tangan kanannya. Atas itu, ketiga
penyerang itu merasakan tubuhnya masing masing tertolak
keras, tak dapat mereka mempertahankan diri, ketiganya
mundur dengan
terhuyung-huyung. Maka kagetnya mereka bukan main,
paras mereka pucat. In Gak bersenyum
"Tiga sahabat dari Liong-se" sapanya, "Di Liong bun kita
berpisah, rasanya temponya belum terlalu lama, Kenapa kamu
tidak mengenali aku vang rendah?"
Tiga Burung itu mengawasi terutama Pit ouw. dia merasa
mengenal baik suara orang Hanya sejenak. lantas dia ingat,
Dan kaget, dia menjadi sangat girang
"Hai kiranya Giam siauwhiap dia berseru. Ah, mengapakah
paras muka siauhiap berubah menjadi begini rupa? jikalau aku
si orang she Pit tidak mengenali suara siauwhiap. hampir aku
berbuat dosa kepada tuan penolong kami."
Selama di In Bu san chung, Liong se sam Niauw telah
dihajar Cit Kouw yang menggunai tipu silat "Melintang
menyapu seribu serdadu" hampir mereka mati, baiknya In Gak
menolongi mereka, karena itu mereka merasa berutang budi.

1016
karena menolong mereka itu, In Gak dikejar Cit Kouw bersama
Liong bun su Koay. Karena itu, mereka bertiga ditinggal pergi,
hingga merdekalah mereka memasuki In Bu san-chung, untuk
mengambil seteromol emas dan mutiara, yang mereka bawa
pulang ke Liong-se.
In Gak tertawa dan kata: Aku si orang she Giam sengaja
menyalin wajahku untuk memudahkan sepak terjangku,
Kenapa kamu bertiga bukan berdiam di Liong-se hanya berada
di sini? Kenapakah?"
Parasnya Pit Louw menjadi merah, Jikalau aku mesti
menutur, tak dapat itu hanya dengan sepatah dua patah
kata," sahutnya "Chungcu dari sin i-Ce Chung ini ialah Kim
Kauw Bu Tek sin Bong yang menjadi sahabat kekal guru kami,
Kami datang kemari karena kami menerima undangan,
sekarang ini musimnya banyak urusan di dalam dunia Rimba
Persilatan, sin Cungcu ingin memperoleh satu kedudukan di
wilayah Kang Pak ini. Untuk bergerak, la bekerja sama dengan
HHun Goan ci Kouy Sun, ketua dari Kay Pang bagian selatan,
sampai sebegitu jauh, bukannya sedikit orang yang telah
datang ke mari untuk turut mengambil bagian."
Mendengar itu, In Gak mengerutkan alis, "Pit Losu,"
tanyanya, " apakah losu pernah mendengar tentang seorang
yang dipanggil Kian Kun ciu Lui siauw Thian?" Pit Louw heran
menerima pertanyaan itu, ia menggoyang kepala.
Ketika itu si nona mengajak si pemuda menghampirkan,
untuk mereka memberi hormat. Kata si nona: "Tayhiap. terima
kasih untuk pertolonganmu ini. Tentang Lui Tayhiap itu,
kemarin dahulu dia ditangkap Hun Goan ci Koay Sun dan telah
dipenjarakan dalam penjara air." ia berhenti sebentar, lalu
mukanya menjadi merah, sambil menunjuk si pemuda, ia
menambahkan- " Inilah ong si Yauw, murid dari Tayhiap Cui
Can gelar oh Ka La m. Ketika Lui Tayhiap ditangkap. Cui
Tayhiap telah menasehati agar sin chungcu jangan
memusuhkan Lui Tayhiap. akan tetapi sin chungcu tidak suka

1017
terima nasihat bahkan mereka berdua jadi berselisih dan
bertempur, kesudahannya cui Tayhiap kena dilukai tangan
Koay Sun, hingga ia kena dikurung bersama dengan Lui
Tayhiap di satu tempat."
In Gak mengangguk. la berdiam sejenak, lantas ia tanya
Liong se sam Niauw: "Aku mohon tanya sin Bong itu orang
macam apa?"
"Sin Bong pintar dan cerdik," sahut Lo sia, " Kalau dia
bekerja, selalu dia memikir dan merencanakannya dahulu,
Pula dia biasa bekerja dengan meminjam tangan banyak
orang hingga nama buruknya tidak teruwar, Rupanya Giam
siauwhiap menjadi musuhnya sin Chung-cu, maka itu baiklah
kami akan pulang ke Liong se supaya kami tak usah kena
kerembet-rembet."
In Gak tertawa.
"Samwi cerdik sekali, kamu harus dikagumi" pujinya, " Lain
hari, apabila aku tiba di Liong-se, sudah tentu aku akan
mengunjungi kepada kalian."
"Terima kasih siauwhiap." kata Lo Hong. " Kami pasti akan
menantikan kedatangan siauwhiap."
Lantas ketiganya memberi hormat, terus mereka
mengundurkan diri, lenyap bagaikan burung-burung terbang
masuk ke dalam rimba.
In Gak mengawasi orang berlalu, Habis itu ia hendak
menanyakan sesuatu kepada Nona Ho dan ong si Yauw, atau
mendadak ada dua orang yang muncul di hadapannya,
bahkan ia segera mengenali mereka itu - It Goan Kisu Ouw
Kong serta gadisnya, Ouw Kok Lan.
Orang tua bersenyum sambil mengurut- urut kumis
janggutnya dan si nona mengawasi dengan matanya yang jeli
tetapi bersinar menyesalkan.... Lekas-lekas In Gak memberi
hormat,
"Cara bagaimana Ouw Louiancwe ketahui aku yang muda
berada di sini?" tanyanya. It Goan Kisu tertawa lebar.

1018
"Setelah laote meninggalkan Yan-khia kami ayah dan anak
lantas menyusul," sahut-nya, "Apa yang terjadi di dalam kuil di
kecamatan Bu-Ceng, telah kami melihatnya, hingga kami
menyaksikan bagaimana lihay mu, lao-te."
"Oh" In Gak mengasih dengar suara ter-kejutnya, Jadinya
orang orang Ang Ki Pang di dalam kuil itu ialah locianpwe
serta nona yang bantu menyingkirkan, locianpwe, terima kasih
banyak-banyak." Berkata begitu, ia menjura dalam.
Melihat demikian, Nona Ouw tertawa geli, hingga ia
nampak sangat menggiurkan-Ouw Kong menggeleng kepala ia
bersenyum.
"Aku si orang tua tidak sembarang melakukan
pembunuhan," katanya, "semua itu perbuatannya budak ini,
Kamu berdua bersikap keras sekali, tangan kamu seperti
berlumuran durah, aku kuatir kelak di belakang hari mungkin
kamu nanti sukar untuk berpaling muka..." sikapnya orang tua
ini sungguh-sungguh, terus ia menambahkan- "Di tengah jalan
kami ayah dan anak bertemu dengan Cin Tiong siang Koay,
sekian lama kami mempermainkan mereka, tanpa merasa
kami jadi memperlambat tempo, maka juga, tempo kami
menyusul sampai di Goan seng piauwkiok di sana kami
mendengar kabar bahwa laote sudah berangkat ke Tay san
mencari rumput Ho Yan cauw. Tidak ayal lagi kami berangkat
menyusul. sungguh kebetulan di sini kita bertemu."
Tanpa merasa, hati In Gak tegang, "Locianpwe tentulah
telah bertemu dengan mertuaku," kata ia, "entah bagaimana
keadaan penyakitnya? Dapatkah locianpwe tolong memberi
keterangan?"
"Keadaannya mertuamu itu, Ciu Wi seng dan Kho Losuhu
belum berubah menjadi buruk." sahut Ouw Kong, "Tayhiap Tio
Kong Kiu sudah kembali dari Tay san, akan tetapi dia
bertangan kosong, romannya sangat masgul. Ketika kami
berdua tiba di piauwkiok, kebetulan rombongannya chong-si
Koay siu tengah mengantarkan pulang piauw yang kena

1019
dirampas sambil juga membawa keterangan bahwa kau telah
terbinasa di gunung Tay san- Tio Tayhiap gusar bukan main,
dia telah menyerang dan dan membinasakan chong-si Koay
Siu semua, sesudah mana, dia mau lantas berangkat
menyusul ke Tay San.
Aku mencegah dan membujuki dia. Aku kata bahwa
seharusnya laote tak berusia pendek. Lalu aku menawarkan
diri menggantikannya menyusul ke Tay San, Tadi di sin Kee
chung secara kebetulan saja aku melihat kau, laote, meski kau
menyalin rupa, aku mengenali kau, dari itu, aku lantas
menyusul ke sini, Bagaimana apakah laote telah berhasil
mendapatkan Ho Yan cauw?"
Mendengar itu, hati In Gak tetap tegang, “Jikalau demikian
perlu aku lekas berangkat pulang ke Celam, " katanya, "Di Sin
Ke Chung ini telah terkurung sahabat kekalku Kian Kun Ciu Lui
Siauw Thian serta Oh Ka Lam Cui Cian, aku minta sukalah
locianpwe menolongi mereka. Paling lambat besok malam aku
akan sudah kembali ke mari."
Habis berkata itu, In Gak perkenalkan si Yauw dan Nona Ho
"Semua ini aku si tua sudah tahu," berkata Ouw Kong
tertawa, " Hanya buat sementara waktu, belum dapat aku
menolongi mereka itu berdua, Apakah laote ketahui bahwa
Kim Kauw Bu Tek sin Bong menjadi murid ahli waris dari
empat hantu Khole Kong San? sekarang ini bukan melainkan
Khole Kong San Su Mo serta Cin Tiong siang Koay yang
berada di dalam sin Ke Chung, tetapi juga banyak jago
lainnya.
Meski demikian, karena ikhtiar berada di tangan manusia
dan takdir di tangan Thian, biarlah kami ayah dan anak akan
mencoba sebisa-bisanya, Laote, sekarang lekas kau berangkat
ke Celam, supaya besok dapat kami menanti di sini"
Mengetahui si anak muda mau berlalu dengan lekas, Nona
Ouw nampak menyesal dan

1020
penasaran, Kata ia manja sambil membuat main bibirnya:
"Bagaimana sih, belum bicara apa-apa sudah mau berangkat?
Tidak bisa"
Hati In Gak tidak enak. ia justeru mau menyingkir dari nona
yang selalu mengintilnya ini, siapa tahu, ia senantiasa tak
dapat menghindarkannya.
Sebagai seorang cerdas, ia dapat menerka apa maksudnya
Ouw Kong ayah dan anak terus menguntili. Diam-diam ia
menghela napas, ia mengangkat kepalanya, memandang si
nona, si cantik manis itu memperlihatkan air muka, juga sinar
mata yang mengesalkan yang berpenasaran terhadapnya, ia
pun menyesal, ia berduka dan terharu.
Mata si nona ialah sukmanya, Tanpa merasa, hatinya
bercekat, Tapi ia segera berkata sambil bersenyum: "Nona,
akulah seorang kasar, akan tetapi aku mengerti sifatnya
seorang budiman, maka itu pastilah aku tidak akan berbuat
salah, besok malam aku akan kembali ke sini" ia terus
memandang si Yauw dan Nona Ho untuk memesan-
"Buat sementara, jangan kamu berdua kembali ke sin Ke
Chung lebih baik kamu tinggal bersama Ouw Locianpwe
berdua, supaya apabila ada terjadi sesuatu kamu kedua pihak
dapat saling membantu, Baik kamu tunggu sampai Lui Losu
sudah dapat ditolong baru kamu menetapkan pula arah tujuan
kamu."
Begitu ia menutup mulutnya pemuda itu lantas berlompat
pergi, untuk menghalangi hingga Ouw Kok Lan mendelong
mengawasinya. It Goan Kisu dan si Yauw serta Nona Hopun
berdiam saja.
Hati In Gak tidak tenang, ia melakukan perjalanan dengan
cepat, Di dalam tempo belum setengah jam, ia sudah melalui
perjalanan dua puluh li. Ketika itu matahari sudah doyong di
barat. Dengan lantas ia memasuki kota Celam, ia mendengar
suara genta dalam kuil Cian Hud si di atas bukit Cian Hud sansedangkan
air telaga yang terang indah dari telaga Tay Beng
ouw lantas nampak di depan matanya.

1021
Di ujung sana, air telaga seperti menempel dengan pangkal
langit, sungguh indah pemandangan alam di situ, Tapi tak
sempat ia memperhatikannya. ia langsung lari ke Goan seng
piauwkiok hingga orang-orang di tengah jalan heran melihat ia
berlari-lari itu.
Selagi memasuki pintu besar daripiauw-kiok. In Gak melihat
Tio Kong Kiu tengah bertindak keluar dengan romannya yang
kucai, ia segera menghentikan tindakannya, sambil berdiri
dengan kedua tangannya dikasih turun, tanda menghormat, ia
memanggil: "Gak-hu."
Kong Kiu melengak dengan tiba-tiba tetapi lantas ia
mengangkat kepalanya, begitu ia melihat si baba mantu,
segera ia tertawa.
"Oh kau hiansay?" tegurnya, "Bagaimana dengan Ho Yan
cauw, kau berhasil mendapatkannya atau tidak?"
In Gak tertawa.
"Syukur aku berhasil," sahutnya.
Kong Kiu girang luar biasa.
"Mari masuk" katanya.
Maka mertua dan menantu lantas lari ke dalam.
Ciu Wi seng dan Kho Cu Liong kurus banyak dan romannya
sangat lesu, ketika keduanya melihat In Gak. mereka cuma
membuka mata dan mengangguk dengan perlahan seperti
mereka sudah kehabisan tenaga dan kegembiraannya pun
lenyap.
Tanpa banyak omong lagi In Gak lantas bekerja, ialah ia
mengeluarkan Ho Yan cauw untuk dikasih makan kepada
kedua orang tua itu. Tidak cukup dengan hanya obat itu,
tanpa bersangsi lagi, ia juga membantu dengan emposan
tenaga Pou Te Pwe yap Sin Kang, itulah sebab, setelah jatuh
sakit sekian lama, meskipun racunnya dapat disingkirkan
kedua orang tua itu menjadi sangat lemah. In Gak tidak
menyayang diri lagi memberikan pertolongannya.

1022
Tepat diwaktu magrib, Ciu Wi seng dan Kho Cu Liong telah
mendapat pulang kesehatan mereka, In Gak sebaliknya
menjadi pucat mukanya, hingga ia perlu pergi ke kamar sisir,
untuk duduk bersemadhi guna mengumpul pula tenaga
dalamnya yang dikorbankan itu.
Selagi In Gak menolongi kedua orang tua itu, di luar
sejumlah sahabat ingin melihat wajah si anak muda, akan
tetapi Tio Kong Kiu mencegah mereka itu dengan mengatakan
sebentar malam saja mereka menemuinya.
Mereka itu tidak tahu bahwa In Gak ialah Koay Ciu Si seng
Jie In yang namanya telah menggemparkan dunia Bu Lim,
mereka melainkan ketahui anak muda itu gagah, Tidak
demikian mungkin mereka menjadi gempar sekali.
Kapan sang malam tiba, Goan seng piauwkiok mengadakan
pesta besar, Lampu dan lilin dipasang terang terang, orang
berkumpul gembira menghadapi enam buah meja besar,
ramai bicara dan tertawa mereka.
Semua orang berpaling dan semua mata ditujukan ke satu
arah waktu sesaat kemudian dari perdalaman muncul seorang
muda yang tampan sekali, yang cahaya mukanya bersinar.
sambil bersenyum manis dengan gerak-gerik-nya yang halus,
anak muda itu mengangguk memberi hormat pada orang
banyak.
sekejap itu, sunyi senyaplah ruang pesta itu.
Tiong-ciu Kiam-kek Tio Kong Kiu, ahli pedang dari Tiongciu,
bangun berdiri, untuk memperkenalkan orang banyak pada si
anak muda, maka lantas ramailah orang memberi selamat
kepada pemuda itu. Hingga repotlah In Gak menyambuti
pelbagai cawan arak. semua orang puas sekali, Anak muda itu
ramah tamah, Mereka kagum.
Perjamuan berlangsung sampai rembulan berada di tengah
tengah langit. setelah para hadirin bubar, In Gak masuk ke
dalam bersama Kong Kiu dan lainnya, ia lantas menutur
tentang Lui siauw Tnian dan mengatakan besok pagi mau

1023
kembali ke sin Ke Chung untuk menolongi saudara angkat itu,
ia berniat mengekang Koay sun, supaya kaum Kay Pang partai
Pengemis, tidak saling bunuh, Kemudian ia minta Kong Kiu
dan Wi Seng pun besok pagi meninggalkan Celam, buat pergi
ke tempat peternakannya di tapal batas di utara, ia kata,
selesai urusan di sin Ke chung hendak ia menyusul ke tapal
batas itu.
Kedua orang tua itu setuju, Mereka pun pikir, sesudah
berusia lanjut, tak ada perlunya mereka hidup lebih lama pula
dalam dunia Kang ouw, bahkan baik sekali untuk hidup damai
dan berbahagia selama hidup selanjutnya.
Kho Cu Liong tertawa, kata: "Kim Kauw Bu Tek sin Bong
biasa berdiam di dalam rumah, jarang dia keluar, Dengan
penduduk setempat, dia hidup rukun. Beberapa tahun dulu
pernah aku bertemu dengannya. Dia ramah tamah, akan
tetapi, melihat roman dan gerak-geriknya, aku merasa dialah
seorang manusia palsu dan menjemukan. Tak kusangka dialah
muridnya Kho le Keng san su Mo.
"Sin Bong bergelar Kim Kauw Bu Tek," kata In Gak. "itu
berarti bahwa dengan gaetan emasnya dia tanpa lawan-
Mustahilkah sebegitu jauh tidak pernah ada orang yang
menyateroni sin Ke Chung untuk menantangnya?"
"Gaetan emas" ialah "kim kauw" dan "tanpa lawan- ialah
"bu-tek".
Kho Cu Liong menepuk pahanya.
"Itulah aneh" serunya, "Pada kira sepuluh tahun yang
lampau memang pernah ada orang datang ke sin Ke Chung
menantang dia, akan tetapi dia menampik dengan keras selalu
dia bersikap merendah, hingga dengan begitu, walaupun
orang hendak mencoba dia orang toh tidak kesampaian
maksudnya, Sejak itu tak pernah terdengar lagi ada
penantangnya, Dia ternama, dia juga sangat sabar, sukar buat
mencari orang sebagai dia. Karena itu laote, mendengar
keterangan ini itulah aneh. itulah mencurigai.

1024
In Gak bersenyum. Kata ia, "Kalau manusia palsu, biar
bagaimana, satu kali akan terbuka kepalsuannya."
Ciu -Wi Seng yang pendiam mendadak ingat sesuatu.
"Hiansay," tanya ia. "bagaimana sikapnya gadis Ouw Kong
terhadapmu?"
Dengan tiba-tiba muka In Gak menjadi merah ia dapat
menerka bahwa Ouw Kong telah bicara entah apa tahu
dengan mereka ini, ia menjadi tak tahu harus membilang apa
tak dapat ia membuka mulutnya. Kong Kiu menatap tajam
pemuda itu. ia bersenyum.
"It Goan Kisu menjadi seorang yang sulit untuk dilayani,"
katanya "Sebenarnya bagaimana perasaanmu terhadap
gadisnya itu ? Kau bilanglah terus terang tidak ada
halangannya."
Muka In Gak tetap merah.
"Aku tidak mempunyai perasaan apa apa," sahutnya
terpaksa.
Wi Seng mengurut jenggotnya.
"Inilah urusan tidak berarti," kata ia tertawa, "Baiklah
perlahan lahan saja kita mengurusnya. "
Ia mengguna kata "kita" tentu ia maksudkan ia bersama
Kong Kiu.
In Gak ingin tahu apa katanya Ouw Kong terhadap kedua
orang tua itu tetapi la malu membuka mulutnya, Beberapa kali
ia sudah berkelimek tetapi gagal, dapat ia menguasai diri
untuk terus membungkam.
Berbicara lebih jauh dari lain hal, Kong Kiu lantas
menimbulkan urusan Ho Yan cauw bagaimana rumput obat itu
didapatnya. In Gak menuturkan jelas pekerjaannya mencari
rumput itu. semua orang tertarik hati dan kagum, Kong Kiu
tertawa.
“Jikalau tidak ada bantuannya Ouw Kong dan gadisnya,
mungkin Chong-si belum bisa dapat ditumpas," katanya
kemudian, "Kita semua sudah berusia lanjut, semoga kelak

1025
dibelakang hari kawanan kaum sesat tidak akan mengganggu
kita lagi, hanyalah kau, hiansay, kau harus waspada. Mereka
itu menganggap kaulah konconya Koay Ciu si-seng Jie In, tapi
lama-lama, mungkin mereka akan ketahui kamu sebenarnya
satu orang."
In Gak menerima baik nasihat itu, ia berjanji akan berlaku
hati hati.
Kemudian, kira jam empat, orang masuk tidur Tapi In Gak
tidak dapat pulas, ia banyak berpikir Sudah satu tahun ia
merantau, ia merasa hatinya masih kosong, ia merasa kosong
karena ia tidak mempunyai orang tua.
Disamping itu, ia terganggu asmara. ia jadi menyesal, ia
merasa dunia Kang ouw itu tidak mempunyai waktunya yang
damai, Ada terlalu banyak orang buruk, semua karena
keinginannya yang berlebihan, Sulit unluk manusia membikin
dirinya "tak berkeinginan", Rupanya melainkan nasib yang
mampu berbuat demikian.
Pemuda ini bergulak-gulik hingga ayam-ayamjago
berkeruyukan menandakan sang waktu sudah jam lima, ia
lantas berbangkit buat mencuci muka dan dandan-
Ketika itu Tio Kong Kiu, Ciu Wi Seng dan lainnya pun sudah
bangun dari tidurnya, semua sudah lantas bersiap.
Tuan rumah juga bersiap untuk menjamu sekalian
tetamunya.
Habis bersantap maka empat ekor keledai menarik sebuah
kereta yang indah, Di belakang kereta berjalan delapan
pembantunya Kong Kiu, yang Kong Kiu tugaskan, Kong Kiu
sendiri bersama ciu Wi Seng naik kereta juga.
Seberlalunya rombongan mertuanya itu, baru In Gak
mengambil selamat berpisah dari Kho cu Liong dan lainnya
orang dari Goan Seng piauwkiok ia bersikap tenang waktu ia
keluar dari Lam kwan, kota selatanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1026
Hari itu, beda dari kemarinnya, langit mendung dan angin
keras sekali hingga pasir beterbangan bagaikan menutupi
tangit, Cabang-cabang pohon, tanpa daunnya, goyang-goyang
hebat, In Gak tidak menghiraukan itu. ia melakukan
perjalanannya sangat.
Di-dalam tempo sebentar, ia sudah melewati tujuh li,
Tengah ia berlari-lari itu mendadak telinganya mendengar
suara angin halus yang beda daripada angin keras itu, inilah
seperti angin dari berkibarnya ujung baju.
Berbareng dengan itu, ia juga dapat mencium bau yang
harum. ia lantas mendapat tahu bahwa ada orang yang
menguntitnya. ia berlagak pilon, ia lari terus. Hanya kali ini,
sesudah beberapa tindak. mendadak ia memutar tubuh sambil
ia menolak dengan sebelah tangannya menggunai tenaga Bi
Lek sin Kang.
Begitu ia berbalik, begitu ia baget sekali, mukanya menjadi
pucat, Lekas-lekas ia menarik pulang serangannya itu,
Walaupun demikian, orang di belakangnya itu tertolak mundur
dua tombak jauhnya, syukur dia tidak kurang suatu apa,
bahkan dia dapat terus lompat maju hingga dia jadi berdiri di
depannya.
"Ah nona" serunya, mukanya merah- “Kenapa kau datang
ke mari? Mana ayahmu?"
Nona itu ialah Ouw Kok Lan, gadisnya Ouw Kong Hari ini
dia mengenakan pakaian kuning muda, pupur dan yancinya
tipis. tetapi itu justeru membuat kecantikannya jadi
mentereng. Dia mengawasi tajam wajahnya, sinar matanya
menunjuki dia tak puas, mungkin mendongkol.
In Gak menjadi likat sekali, Tapi ialah laki-laki sejati, la
lantas memberi hormat dengan menjura dalam. Katanya:
"Maaf nona. Dengan sesungguhnya aku tidak tahu kaulah
yang berada di belakangku, jikalau tidak. walaupun nyaliku
besar tidak nanti aku berari turun tangan atas dirimu..."

1027
Nona Ouw tertawa dingin, “Jikalau aku kedua enci Tio Lian
cu dan Goat Go, tidak nanti kau berlaku begini galak" katanya.
In Gak melengak. Tak tahu ia harus menjawab bagaimana,
matanya mendelong ia lantas menduga-duga, entah apa yang
dikatakan Ouw Kong di dalam piauwkiok. Dan setahu
bagaimana kata-kata kedua mertuanya, Tidak demikian tidak
nanti nona ini ketahui nama kedua isterinya.
Mendadak si nona tertawa, terus mulutnya dibuat main.
"Sungguh menarik romanmu sekarang ini" katanya
menggoda. ia tertawa pula secara menggiurkan.
In Gak berdiam, hanya sekarang hatinya tak bergelisah
lagi.
Ouw Kok Lan tertawa, lalu dia berkata: "Tadi malam jam
tiga, aku telah pergi ke Piauwkiok. Hm Kalau bukannya aku,
tentu kamu sudah pada pergi ke akhirat."
Jilid 15 : Para pembunuh ayah Cia In Gak
IN GAK kaget.
"Kenapakah?" tanyanya cepat.
"Tadi malam telah datang dua puluh lebih orang-orang Ang
Ki Pang," sahut si nona. "Mereka hendak mengguna Hio obat
pulas untuk membikin kamu semua tak sadarkan diri, tetapi
aku pergoki mereka, satu demi satu aku totok mampus,
mayatnya aku lemparkan ke dalam telaga buat dijadikan
umpannya sang ikan."
Mendengar itu, In Gak tertawa.
“Jikalau begitu nona, aku menghaturkan diperbanyak
terima kasih yang kau sudah menolong jiwa kami." katanya.
Nona itu tertawa pula.
“Jangan dahulu mengucap terima kasih" katanya lagi,
"Ayahku telah berhasil mencari tahu tempat di mana
ditahannya Lui Tayhiap. akan tetapi di dalam sin Ke chung ada

1028
banyak orangnya yang lihay, ayah cuma bisa membinasakan
tiga diantaranya, ia tidak bekerja terlebih jauh. Ayah kuatir ia
nanti seperti menggeprak rumput membikin diri kaget dan
mendatangkan bahaya untuk Lui Tayhiap. maka ia
mengundurkan diri, sekarang ayah lagi menantikan kau."
"Mari sekarang kita pergi pada ayahmu" kata In Gak cepat,
"Aku kuatir ayahmu bergelisah menantikan kita."
"Baik" sahut si nona, yang terus mendahului pergi, untuk
dia menjadi petunjuk jalan. Dia bergerak dengan sangat
ringan dan pesat,
In Gak tahu tabiatnya wanita, yang suka menang sendiri, ia
menyusul dengan membikin dirinya berlari-lari berendeng,
Kalau ia melewati pasti nona manja ini menjadi tidak puas.
Selagi mereka tiba di sebuah tanjakan yang penuh rumput
dan di tepinya terdapat banyak pohon kering, mendadak
mereka merandek.
Mereka melihat berkelebatnya tiga bayangan orang, yang
terus berhenti di depan mereka, In Gak awas, lantas dia
mengenali Kiong-bun Ji Koay serta Ok suya Sim Siang Kiu. Tiat
Pi Kim kong Ho Sin Hok. lantas tertawa dingin.
"Manusia itu di tempat mana yang mereka tidak dapat
bertemu." katanya "Aku tidak sangka bahwa di sini aku
bertemu pula dengan- kau, tuan"
In Gak tertawa lama.
"Ho Tayjin, tidak ada perlunya buat kau menghina orang"
tegurnya, "Buat apa kau menghina dirimu sendiri? Kau
sengaja menguntit aku Buat apa kau menyebutnya kita
ketemu secara kebetulan? Aku mohon tanya, kamu ketiga
tuan-tuan, apa maksud kamu maka kamu memegat aku yang
rendah?"
"Buat apa?" membentak Sin Hok. "Buat membekuk kau,
supaya perkaramu bisa diperiksa. Aku si orang she Ho telah
ketahui kaulah si penjahat perkara darah di kota Thay-goan,

1029
Matanya Kiong-bun Ji Koay tidak kelilipan pasir. sekarang ini
walaupun kau hendak menyangkal kau tak dapat."
In Gak tertawa dingin.
Justeru orang tertawa, Sim Siang Kiu berkata secara
mengejek. suaranya menyeramkan "Baru-baru ini suya kamu
telah kena diakali, Benarkah kau she Gouw?" Daripada
menjawab, In Gak justeru menegur:
"Sim Siang Kiu, kau benar-benar tidak tahu malu," demikian
katanya, "Kau baru menjadi guru sekolah dari istana sampwecu,
tetapi di dalam kota terlarang kau berani berbuat
sewenang-wenang sebagai juga sudah tidak ada undangundang
negara dan raja. Bagaimana kau berani mengadakan
pengadilan sendiri? Bagaimana kau berani memeras rakyat?
Dosamu dosa mesti dihukum picis, kau tahu? Apakah kau kira
aku si orang she Cia benar tidak berani bertindak
terhadapmu?"
Selagi berkata begitu, pemuda ini telah mengumpul tenaga
di lengannya ia telah menjadi gusar.
Ketika itu Nona Ouw maju ke depan, sepasang pedang
emas yang matanya luar biasa tercekal dalam tangannya.
"Saudara cia," kata dia, tertawa dingin.
"Urusan hari ini bukan urusan yang dapat diselesaikan
dengan sepatah dua patah kata saja, Kau biarkan adikmu
membereskan ini orang she Sim yang kejahatannya sudah
meluap naik ke tinggi langit."
segera setelah mengucap itu, si nona benar-benar
berlompat kepada Sim Siang Kiu, sepasang pedangnya diputar
hingga kedua pedang itu bergerak mirip belasan ular emas.
Sim suya tidak takut, dia mengasih dengar ejekan dari
hidungnya, Dia menggeraki kedua tangannya, untuk
menangkis hingga Nona Ouw kena diundurkan. setelah itu, dia
lompat maju. Ternyata sekarang, pada tangannya telah

1030
terlihat sebuah kipas yang mentereng berkilauan- Lantas dia
tertawa terbahak-bahak.
"Bocah perempuan tahukah kau aku Sim Siang Kiu, aku
orang macam apa?" dia tanya. "Apakah kau kira kau yang
bagaikan sebutir nyala api dapat menentang aku? Kau lihat,
suya kamu akan pakai ini sebuah kipasnya saja, didalam
sepuluh jurus akan aku bikin pedang emasmu terlepas dari
tanganmu"
Selagi si nona menyerang hati In Gak tidak tenang, inilah
karena ia tahu Sim Siang Kiu keluaran dari Thian san Utara,
yang perguruannya lihay, yang memiliki ilmu kepandaian Bi
Lek sin Kang juga.
Tak nanti nona itu dapat melawan suya ini. Di lain pihak ia
juga kuatir Kiong-bun Ji Koay nanti meluruk dengan
berbareng. Bagaimana kalau di hadapannya nona itu sampai
terluka, Bagaimana ia harus berurusan dengan Ouw Kong.
Ketika itu Kiong-bun Ji Koay sudah memencarkan diri di kiri
dan kanan, mata mereka mencilak mengawasi si anak muda,
rupanya sengaja mereka menjagai. In Gak lihat sikap orang, ia
bersenyum, ia tidak menghiraukannya, ia lebih memerlukan
memperhatikan Ouw Kok Lan- ia terkejut berbareng lega hati
mendapatkan Kok Lan cuma terdesak Siang Kiu.
Nona itu tidak kurang suatu apa, ia melihat Sim Siang Kiu
menggunai Bi Lek sin Kang huruf "cin", ia mulanya menyangka
si nona bakal terlempar jauh, ia mengerti, itulah disebabkan si
nona diwaktu menyerang sudah mengempos tenaga "It-goan
cin-khi". Tenaga itu memang dapat menghadapi Bi Lek sin
Kang cuma si nona masih kurang latihannya, muka Kok Lan
menjadi merah.
"Nona mu tidak peduli kau siapa." bentak-nya, "siapa saja
yang nonamu tidak senangi melihatnya, ia menghendaki
jiwanya."

1031
Ok su-ya tertawa pula, terbahak-bahak, "Bocah wanita, kau
terlalu jumawa." katanya, ia lantas menggeraki tangan
kanannya membeber kipasnya yang panjang kira dua kaki dan
bundar yang tulang-tulangnya terbuat dari besi yang
dinamakan besi "hay sim-tiat"
Kipas itu bergemerlapan ujungnya lebih setengah dim,
ujung itu lancip tajam, sebab itu biasa dipakai menusuk
memecahkan tenaga dalam. Kipas itu kuning, dati itu sinarnya
kuning emas. Kipas pun terbuat dari gelagasinya kawa-kawa
tua seribu tahun dari gunung Thian san, galagasi mana ada
racunnya, siapa terkena itu tubuhnya akan kegatalan dan akan
bengkak dan bonyok sendirinya sampai ke tulang-tulang.
Belum habis suaranya suya itu, kipasnya sudah menyerang
ke dada si nona. Mulanya dia mengibas ke kiri dan kanan guna
mengacaukan mata orang, serangannya itu mendatangkan
serbuan angin yang keras, cepatnya bukan main.
Nona Kok Lan merasakan hembusan angin ia mengangkat
tangan kanannya, mengancam untuk menangkis, dengan
tangan kirinya ia membalas menyerang, goloknya meluncur ke
pundak lawan yang lihay itu, pedangnya itu berkilauan ia juga
bergerak dengan sangat gesit.
Hanya dalam sejurus ini sudah ternyata kedua pihak sama
lihaynya, Kalau Sim Siang Kiu tidak menangkis atau berkelit.
pasti pundaknya bakal terlukakan hebat, tentu dia akan jadi
korbannya ilmu pedang "It Goan Kiam-hoat".
Kok Lan cerdik sekali, ia mengerti kalau ia mengadu
tenaga, ia bukan lawan dari musuh itu, tetapi ia panas hati
karena orang hendak merobohkannya di dalam tempo sepuluh
jurus, maka ia melawan dengan sungguh-sungguh sambil
menggunai kecerdikannya itu. Ia mau bertahan sampai lebih
daripada sepuluh jurus.
Sim Siang Kiu berlaku awas dan gesit, ia berkelit ke kiri,
Karena ia meneruskan

1032
serangannya, kipasnya bentrok dengan pedang si nona,
Kok Lan terkejut, benturan itu membuat tangannya
kesemutan, ia tertolak keras, tanpa merasa, pedangnya
terlepas mental ke tanah di tanjakan gunung.
Selagi orang terperanjat Sim Siang Kiu tidak mau mengasih
hati, Dia lantas mendesak, sekarang dia mengarah pedang
kirinya si nona.
Selain si nona sendiri, In Gak pun terkejut menyaksikan
kesudahannya pertempuran
itu, ia tahu Sim Siang Kiu lihay, tetapi ia tidak menyangka
orang sudah lantas perlihatkan kepandaiannya itu. Maka ia
merasa orang ini harus lekas-lekas disingkirkan kalau tidak dia
dapat merusak nama perguruan, perguruan mereka berdua
ada hubungannya yang erat. Tidak bersangsi lagi, ia lompat
maju.
Siang Kiu tengah bargirang karena hasilnya itu, ia lagi
mendesak atau mendadak ia melihat sesuatu yang berkelebat
di depannya, terus lengan kanannya terasa terjepit keras,
seperti terjepit gaetan, sakitnya bukan main, sebelum ia dapat
melihat tegas, siapa orang itu, tahu tahu kipasnya sudah kena
dirampas, berbareng dengan mana dengkul kanannya kena
didupak keras sekaii, hingga ia menjerit. sedangkan tubuhnya
terlempar tinggi dan jauh.
Akibat dupakan itu Jeritannya itu terbawa angin, suaranya
menggiriskan siapa yang mendengarnya .
ooo
BAB 7
SEGERA setelah berlompatnya In Gak, Kiong-bun Ji Koay
berlompat juga, Mereka memasang mata dan melihat, cuma
mereka ketinggalan mereka kalah gesit, ketika mereka sampai
di dalam gelanggang, Sim Siang Kiu sudah lebih dulu kena
ditendang, sebenarnya mereka pun gesit, tapi mereka
kebeIakangan.

1033
Maka itu, kesudahannya mereka kaget sekali, In Gak sudah
lantas menoleh, akan menghadapi kedua "jago" dari Kiongbun
itu ia tertawa dingin terhadap mereka dan berkata:
"Menyesal aku kesalahan tangan hingga aku telah membuat
kamu tertendang
terpental, hingga kamu menjadi malu, Harap kamu sudi
memberi maaf".
Sementara itu Ouw Kok Lan sangat berterima kasih kepada
In Gak yang ia lirik dengan perasaan sangat kagum, ia lantas
lompat ke tanjakan ke arah mana pedangnya terpental tadi,
untuk memungutnya pulang.
Selama di hotel di Ta-mo-ciang di kota raja, Kiong-bun Ji
Koay telah menyaksikan lihaynya In Gak. Kepandaiannya Jie
In tempo mereka melihat Jie In merobohkan lima jago Ceng
Hong Pang di kuil Cin su di Thaygoan. Mereka menduga, dua
orang itu sebenarnya satu orang, bahwa orang ini ialah Jie In
yang menyamar itulah sebab mereka melihat gerak-gerik
orang yang sama.
Bahwa tadi mereka menerka In Gak sebagai si orang jahat
dari Thay-goan itu melulu untuk mencoba hati orang,
Mengetahui ini, mereka girang berbareng kaget. Meskipun
kaget, mereka toh tidak jeri.
Mereka mau mengandel kepada bantuannya seorang yang
bersembunyi di sisi mereka, hanya orang itu tidak akan
muncul kecuali bantuannya telah dibutuhkan.
Siapakah bantuan tersembunyi itu? Dia bukan lain daripada
salah satu dari Biauw Nia siang Yauw, sepasang "siluman" dari
bukit Biauw Nia, ialah Hek Te Hian Li In Hian Bi.
Mukanya sepasang jago menjadi merah, Mereka malu
sekali, Tapi mereka pun gusar, Im Hong sat Ciang Hong
terlebih berangasan daripada saudaranya, dia berteriak: "Kau
telah membunuh pembesar negeri, kau tidak akan dapat

1034
ampuni Kau menyerah untuk ditawan, nanti kami berbuat baik
kepadamu" In Gak menyambut dengan tertawa lebar.
"Kamu masih mempunyai kebaikan hati?" ia menjengeki,
"Murid- murid yang murtad mana masih ada rasa malu dan
keadilannya? Hm"
Dua jago itu juga tertawa menghina.
Kok Lan sudah kembali bersama pedangnya, ia melirik si
anak muda, terus ia berkata: "saudara Cia, kita masih
mempunyai urusan penting, kenapa mesti mencapaikan lidah
melayani mereka ngobrol? Baiklah siang-siang kita usir mereka
supaya kita bisa melanjuti perjalanan kita"
In Gak tidak dapat menerka apa artinya lirikan si nona akan
tetapi ia menduga mesti ada sebabnya, maka tanpa bersangsi
pula, ia menjawab: "Baiklah" segera dengan kipasnya Sim
Siang Kiu ia menyerang kepada Ciang Hiong, yang ia coba
totok jalan darahnya -jalan darah kiu bwe. Berbareng dengan
itu, dengan tangan kiri, dengan lima jerijinya, ia juga
menyamber kejalan darah keng-ki pada lengan kiri Ho Sin
Hok.
Itulah serangan yang sembrono terutama itu dihadapi
kepada dua jago dari kaum rimba persilatan dengan begitu In
Gak membuat kosong, akan tetapi ia tidak berkuatir sama
sekali.
Kiong-bun Ji Koay terkejut sekali, itulah serangan yang
mereka tidak sangka, Dengan berbareng mereka berlompat
mundur, guna meloloskan diri dari bahaya, Tapi mereka
bukannya mau menyingkirkan diri, sebaliknya begitu mundur,
begitu mereka maju, guna balas menyerang.
Mereka juga "menggunai Tatmo Cap sha si, tiga belas jurus
ilmu silat Tatmo Kun dari siauw Lim si. Mereka insaf,
sembarang ilmu silat, tentulah tidak akan mempan terhadap
musuh yang tangguh ini. Mereka tahu bahwa mereka mesti
mengepung.

1035
In Gak telah memperoleh pengalaman di Cian Tiang Yan, ia
tidak sudi memberi kesempatan kepada lawan untuk
mendahuluinya.
Ia berkelit dengan sebat, membikin mereka itu menyerang
tempat kosong, serangan mereka hebat sekali, sebab mereka
jauh terlebih kosen daripada keempat pendeta siauw Lim si di
bawah menara Liu Li Tah di Giok Coiin san. setelah itu, ia
terus berkelebatan di antara dua lawannya itu.
"Mereka harus disingkirkan kalau tidak, mereka bisa
mendatangkan banyak urusan dalam dunia Rimba Persilatan,"
demikian In Gak berpikir. Karena ini, ia lantas melakukan
penyerangan membalas, segera ia menggempur tangan kiri
Ho Sin Hok.
Sin Hok tidak tahu maksudnya lawan, ia menarik pulang
lengannya itu. Justeru itu, mendadak si anak muda tertawa
terbahak dan kipasnya menyusul berkelebat di muka orang.
Tiat Pi Kim-kong kaget sekali, hendak ia melindungi diri
sambil lompat mundur, akan tetapi sudah kasip. Hanya sedetik
itu, dia merasai napasnya sesak. darahnya seperti beku,
begitu dia memperdengarkan suara tertahan, begitu dia roboh
terkulai.
Berbareng dengan itu, Tian Ban Hiong menyerang
punggung In Gak. Dia menggunai dua-dua tangannya, Dia
menyerang untuk sekalian membantui saudara angkatnya.
In Gak memang telah menduga, ia tentu bakal dibarengi
maka itu, setelah menyerang Sin Hok. ia memutar tubuhnya
sambil kipasnya digeraki selaku pembelaan diri berbareng
penyerangan, maka sebagai kesudahan dari itu di situ
terdengar suara robeknya pakaian disusul dengm muncratnya
darah.
Ban Hiong lagi menyerang, dia mendapat sambutan,
hendak dia membela diri, tetapi sudah terlambat, tak dapat
dia menangkis atau mundur, ujung kipas nancap di perutnya.

1036
sambil menjerit dia roboh duduk. kedua tangannya membekap
perutnya yang luka itu, mukanya meringis dan pucat.
Habis merobohkan musuh itu, In Gak menoleh kepada Kok
Lan. Tiba-tiba ia menjadi terperanjat Muka si nona pucat pasi
seperti orang yang kaget. ia pun sudah lantas merasai
bersiurnya angin yang keras, yang dari atas turun ke bawah,
seperti menindih pada-nya.
Tentu saja ia menjadi kaget, lekas-lekas ia mencelat
mundur dengan tindakan Hian Thian cit seng Pou, sedangkan
dengan tangan kanannya, ia menolak. Dengan begitu ia dapat
menyingkir dua tombak lebih, ia lantas mendengar suara halus
di belakangnya, Dengan cepat ia menoleh, untuk melirik.
maka ia melihat kepada Hek le Han Li In Hian Bi" yang
matanya bersinar mengawasi kepadanya, sinar mata itu
menunjuki kemarahan.
Pemuda kita tahu lawan ini lihay. selama di hotel sam Goan
di Yan khta, ia telah mendengar ceritanya It Goan Kisu Ouw
Kong bahwa "siluman" wanita dari Biauw Nia ini pernah
malang melintang di kolong langit, ia tidak takut, bahkan ingin
ia mencobanya, ia memang ingin mencoba-coba
kepandaiannya sendiri kepada lawan-lawan yang tinggi. ia
juga berpikir, kalau ia berhasil menyingkirkan jago wanita ini,
ia jadi berbuat banyak kebaikan untuk Rimba Persilatan, maka
itu, ia bertindak maju perlahan-lahan, sikapnya tenang.
Hek ie Hian Li mengawasi. Dia melihat orang tidak takut
malah dia dihampirkan, dia tertawa.
“Jangan kau terlalu mengandal kepada kepandaianmu."
katanya, "Kau harus ketahui bahwa aku Biauw Nia siang sian,
tidak dapat dibuat permainan."
Wanita ini menyebut dirinya "Biauw Nia siang sian", artinya
sepasang "dewi^ dari Biauw Nia, sedang umum mengenalnya
sebagai "siluman".

1037
In Gak menghentikan tindakannya di dalam jarak lima kaki.
ia berkata nyaring: "Kenapa kau tidak mau ingat kebaikannya
Ki Lian kisu baru-baru ini yang membiarkan kau lolos?
seharusnya ialah kau menyesal dan bertobat untuk menebus
segala dosa, guna memperbaiki diri supaya kau jangan keluar
pula dari gunungmu? kenapa sekarang kau justeru muncul
pula dengan melanjuti menyebar kejahatanmu?"
Mukanya Hek ie Hian Li menjadi merah padam. Terang dia
gusar sekali, Kedua matanya juga bersinar sangat bengis.
Lantas dia menanya bengis: "Kau pernah apa dengan Ki Lian
Ek siu? Kenapa kau ketahui hal-ikhwalku dulu hari?"
Sebelumnya menjawab, In Gak tertawa, "Tentang pelbagai
peristiwa puluhan tahun yang lalu di dalam dunia Rimba
persilatan itulah menjadi buah tutur tak habisnya" kata-nya.
"Semua orang tahu sepak terjangnya Ki Lian Ek siu dan
semuanya memuji maka itu,
teranglah bahwa kau sangat jahat, sayang dahulu hari itu
aku tidak mempunyai kesempatan akan menyaksikan sendiri
lelakonmu itu. Hingga sekarang aku mesti memejamkan
mataku untuk mengingat-ingat ceritanya dan
membayangkannya bagaimana di saat itu kau menjadi si
orang runtuh. Aku tidak mempunyai hubungan langsung
dengan Ki Lian Ek siu tetapi dahulunya kita bersumber satu.
sekarang baiklah kau insaf, kau menyesal, lalu lekas kau
pulang ke Biauw Nia, supaya dapat kau selamatkan hari-hari
tuamu, jikalau tidak. maka bencana akan kembali kepadamu
nanti, kau menyesal sesudah kasip."
Kata-kata yang terakhir ini dikeluarkan si anak muda
dengan bengis.
In Hian Bi menatap si anak muda, ia mau menduga bahwa
orang ialah cucu muridnya Ki Lian Ek siu, atau kalau tidak. dia
mesti ada hubungannya yang erat dengan jago tua dari Ki
Lian san itu, Biasanya dalam dunia Kang ouw, siapa
mendengar nama Biauw Nia siang Yauw, hatinya runtuh dan

1038
terus kabur, pemuda ini sebaliknya berani dan berani
menantang juga.
"Dia tentu lihay," pikirnya lebih jauh, "Buktinya dia dapat
merobohkan Sim Siang Kiu dan Kiong-bun Ji Koay."
Sendirinya In HianBi mengerutkan alisnya, ia jadi merasa
hatinya tidak tenang, ia lantas teringat akan pertempurannya
melawan Ki Lian Ek siu selama mana ia merasa jeri.
Kok Lan berdiri di bawah pohon di tepi jalan, ia melihat dan
mendengari kedua orang itu. ia senang mendengar si anak
muda menyebut ada suatu hubungan asal usulnya dengan Ki
Lian Ek siu, itu berarti pemuda itu menaruh hati terhadapnya,
Maka selanjutnya ia terus mengawasi si pemuda. Roman
tampan dan gagah pemuda itu menggiurkan hatinya.
Sementara itu hati In Hian li berubah, Pikirnya: "Berapa
lihay kepandaian dia maka dia berani menyebut-nyebut Ki Lian
Ek siu? Kenapa aku mesti jeri terhadapnya? Bukankah aku
telah maju jauh,jika aku dibandingkan dengan kepandaianku
puluhan tahun yang lalu? Bukankah sekarang aku muncul pula
karena cita citaku untuk jadi ketua ikatan Rimba Persilatan?
Kenapa aku mesti biarkan diriku digertak dia? Dengan hati
kecil, sampai kapan aku bisa mengangkat kepala untuk
mengangkat pula namaku?"
Maka dengan roman bengis, dan tertawa dingin dia kata:
"Kalau kau berasal-usul sama dengan Ki Lian Ek siu, kau tentu
telah mendapatkan salah satu pelajarannya, sekarang hendak
aku melampiaskan sakit hatiku dulu hari terhadapmu. Dulu
hari itu aku alpa, aku kena dicurangi dia, terpaksa aku berjanji
untuk mengundurkan diri, guna tidak keluar lagi diri tempat
kediamanku, tetapi sekarang Ki Lian Ek siu si setan tua sudah
mampus tak ada perlunya aku memegang janjiku itu. Baiklah
perhitunganku itu aku bereskan dengan kau sekarang."
In Gak membalas dengan tertawa dinginnya.

1039
“Jikalau kau tetap sesat dan tak mau sadar, terserah
padamu." katanya. Meski ia berkata demikian pemuda ini
waspada.
In Hian Bi tertawa manis, lalu ia mengebut dengan tangan
bajunya, Hebat kebutan itu yang berpokok dengan tenaga
dalam yang sempurna.
In Gak telah bersiap. ia mempertahankan diri dengan Bi
Leksin Kang. ia membiarkan angin keras menolak padanya,
Toh ia terkejut, ia bukan melainkan tertolak angin, hidungnya
pun terserang semacam bau harum ia terkejut, hatinya lantas
goncang.
Lekas-lekas ia mengendalikan diri, napasnya pun ditunda,
Masih ia tetap tertolak angin, yang kuat luar biasa, hingga
kuda-kudanya mulai goyang. Hampir ia tidak sanggup terus
berdiri tegak. inilah yang dinamai pengalaman, pengalaman
semacam ini baru kali ini In Gak dapatkan-
Dalam kagetnya, ia menggunai tangan kanan guna
menolak, la menggunai Pou Te Pwe-yap sin Kang. Kedua
tangan sampai berbunyi keras.
Sebagai kesudahan dari bentrokan itu, In Hian Bi menjadi
kaget, parasnya berubah pucat. Karenanya, dia berlompat
mundur dua tombak. Dia tertolak kaget dan keras.
In Gak berhasil, ia mendapat hati. ia maju Kali ini ia
menyerang dengan tangan kiri dengan Bi Lek sin Kang huruf
"menindih" sedangkan tangan kanannya diluncurkan pesat
lima jarinya terbuka keras, untuk menangkap dengan tipu silat
"Pat tek Kim Liong" atau "Menangkap Naga" dari ilmu silat "
Hian Wan sippat Kay" untuk menyamber jalan darah thian-hu
dari si wanita kosen-
Walaupun dia seorang hantu, In Hian Bi toh kaget sekali, ia
memperhatikan saja tangan kanan si pemuda, ia alpa untuk
tangan kiri. Tangan kiri ini- juga merupakan "Nao Ci Hoan
san" atau "Lima Jeriji menciptakan gunung".

1040
Terpaksa ia menangkis tangan kiri dengan tangan kanan,
lawan terus diawasi. Lebih dahulu daripada ku ia telah
menutupjalan darahnya. Ia ingin menghajar tangan lawan
dengan pukulan "Menabas baja, memapas besi" supaya
buntunglah lima jeriji orang. Jago betina dari Biauw Nia ini
merencanakan sempurna akan tetapi hasilnya....
Menyambut tangan kiri In Gak, In Hian Bi menggunai
pukulan "Sutera terbang tergempur guntur" akan tetapi dia
tak dapat bertahan terhadap tindihan Bi Lek sin Kang. Untuk
kagetnya, ia tergempur hebat sekali hingga hatinya
tergoncang dan darahnya bergolak.
Selagi tubuhnya terhuyung, lima jeriji lawan sudah
menyamber iganya, ia lantas merasai tubuhnya kaku,
bagaikan ada laksaan kutu yang berkutik, kutik, terus separuh
tubuhnya bagian kiri lenyap tenaganya ia menutup jalan
darahnya, tetapi tutup itu terhajar pecah. walaupun demikian,
tangan kanannya toh menyamber terus ke lengan kanan
lawan.
Untuk menolong diri, In Gak melepaskan tangannya guna
dipakai menangkis tangan kanan si nyonya, menyusul mana,
ia mencelat mundur. kesudahannya ia mesti kagumi lawannya
itu. inilah yang pertama kali ia menemui lawan yang bisa lolos
dari Bi Lek sin Kang.
In Hian Bi berdiam, guna mengumpul tenaga dalamnya ia
berhasil, separuh anggauta tubuhnya yang kaku itu lekas pulih
kembali, Dengan sinar mata bengis ia membentak musuhnya:
"Anak muda, jangan kau puas dahulu, kau juga telah terkena
pukulan dewimu yang disebut "Biauw Nia Pek ouw Jiu Hio"
yaitu harum lunak dari kutu beracun dari Biauw Nia, maka
sesudah lewat tiga bulan, kau bersiap-siaplah untuk mengurus
hari terakhirmu."
Kata-kata itu diakhirkan dengan tubuh yang melesat tinggi
dan jauh, maka di dalam sekejap dia telah pergi menghilang,

1041
tinggal suara kata-katanya yang tajam masin mendengung di
dalam telinga, didengarnya tak sedap sekali.
Jago wanita dari Biauw Nia itu kabur dengan meninggalkan
Kiong bun Ji Koay yang rebah terluka dan terkapar di tepi
jalan dan Sim Siang siu yang tak ketahuan mati hidupnya,
In Gak berdiam mengawasi orang berlalu, sampai ia
dihampirkan Nona Ouw, yang berlompat ke sisinya, Nona itu,
dengan suara perlahan mengandung rasa cinta kasih, kata
padanya: "saudara cia, benarkah apa yang dikatakan In Hian
Bi barusan"?"
In Gak mengangguk tanpa membuka mulutnya hanya
selang sejenak, ia tertawa nyaring dan kata: "Dengan cara
iblisnya itu dia tak dapat menggertak aku" Terus ia
memandang tajam kepada kedua musuhnya yang sudah tidak
berdaya itu seraya menambahkan "Yang sulit sekarang ini
ialah bagaimana kita harus mengurus mereka ini...?"
Ouw Kok Lan tertawa.
"Di sana pun masih ada si suya yang sangatjahat." katanya,
"Buat apa membiarkan manusia-manusia semacam mereka
hidup lebih lama di dalam dunia? Cuma-cuma mereka bakal
mencelakai lebih banyak orang, Baik lekas seberangkan
mereka ke lain dunia Untuk mu, ini pula suatu jasa kebaikan."
Habis berkata, tanpa menanti si anak muda menyetujui
atau tidak kata-katanya itu, Nona Ouw lompat pergi, untuk
berlari lari ke atas tanjakan yang penuh rumput, Di sana tubuh
ok su ya Sim Siang Kiu terus rebah terkulai semenjak tadi. ia
sambar tubuh orang seperti burung elang menyamber anak
ayam, untuk diangkat dan dibawa balik, buat dilepas dikabruki
di sisinya Ciang Hiong, setelah mana dia pergi menyambar
pula tubuh Ho Sin Hok. yang terpisah lima enam tombak
jauhnya dari mereka, untuk dikumpul menjadi satu dengan
dua konconya.
In Gak berdiri diam mengawasi sepak terjang nona itu yang
lincah dan jenaka.

1042
Habis mengumpul ketiga lawan, si nona menepuk nepuk
tangan, seperti untuk membersihkannya, lalu ia mengusapusap
rambutnya yang kusut, guna dikasih naik. Ketika ia
mengangkat kepalanya, memandang si anak muda, ia tertawa.
"Sudah selesai" katanya, "saudara cia, silahkan kau bekerja"
In Gak tidak lantas menjawab, ia menatap. Dengan begitu,
sinar mata mereka berdua beradu satu dengan lain- si nona
jengah, mukanya menjadi merah. Dengan manja, ia lantas
menanyai "Eh, kau aneh Kau bikin apakah? Mengapa kau
mengawasi saja? Kau toh bukannya belum pernah melihat
aku. Ah. menyebali ... "
Toh diakhir kata-katanya, ia tertawa geli, In Gak pun
tertawa, tanpa menjawab si nona ia bertindak kepada Kiongbun
Ji Koay.
Dua jago dari Kiong bun itu bersama-sama Sim Siang Kiu,
cuma dapat mengawasi si anak muda. Mereka terluka parah,
tenaga mereka habis. Ji Koay jeri sekali, Mereka telah melihat
sendiri bagaimana anak muda itu mengalahkan In Hian Bi
yang menjadi tulang punggung mereka, maka insaflah mereka
bahwa mereka bagian mati...
Ketika itu, dijalan tersebut, tidak ada lainnya orang, Tadi
memang ada beberapa yang berlalu lintas, akan tetapi,
setelah menyaksikan pertempuran mati-matian itu, mereka
lekas lekas menyingkirkan diri, bahkan ada yang pulang lagi.
Angin bertiup keras mendatangkan hawa dingin, cabanguabang
pohon memain diantara sampokan angin itu, Debu
dan pasir sampai turut terbawa terbang, Langit pun guram,
karena mega tebal menaungi mereka mega itu seperii mau
turut menindih...
In Gak berjalan tindak demi tindak, perlahan tindakannya.
ia berhenti setelah mendekati ketiga orang sejarak dua kaki
kira-kira-Dengan tajam tetapi tenang, ia mengawasi ketiga
musuhnya.

1043
Akhir-akhimya, Ciang Hiong dapat juga membuka
mulutnya, Dia takut bukan main. Dia menegur: "sahabat,
apakah kau tidak memikir bahwa perbuatanmu ini sangat
kejam" Dia merasa bahwa pasti mereka bukal dibunuh Maka
dia bicara dengan suara keras Toh nadanya nada ketakutan
dan seperti memohon belas kasihan... Memang manusia itu
semua menyayangi jiwanya....
Selama itu, Ban Hiong masih membekap luka di perutnya
itu, hanya sekarang, darahnya sudah mulai berhenti mengalir
dan darah yang sudah keluar itu mulai beku, Hawa dingin
akan tetapi dahinya mengucurkan keringat.
In Gak mengawasi, ia tidak membuka mulutnya, ia hanya
bertindak lebih jauh menghampirkan Sim Siang Kiu. Tiba-tiba
ia membungkuk seraya tangannya diluncurkan pesat. Tahutahu
ia telah menotok jalan darah khi hay dari su-ya yang
jahat itu. Hanya satu kali saja kedua matanya si su-ya
mencilak, napasnya terus putus.
Sim Siang Kiu tangguh, meskipun telah terluka parah, dia
masih dapat bertahan, dia tak mati lantas, Selama masih
bernapas itu, dia sangat tersiksa. Tapi sekarang dia mendapat
pembalasan untuk segala perbuatannya yang jahat dan
terkutuk.
Mulanya Ouw Kok Lan menyangka In Hian Bi hendak
menolongi Sim Siang Kiu. inilah karena tadi, selagi
mengangkat kaki, hantu wanita itu memerlukan berhenti
sebentar melihat luka orang, Rupanya dia tidak mempunyai
harapan untuk menolongi, maka dia kabur terus. Nona Kok
sendiri menyingkir ke sisi In Gak selagi- In Hian Bi tidak
memperhatikannya. ia cerdas dan matanya tujam, dengan
melihat roman dan pakaian orang, ia sudah menduga nyonya
ini mesti salah satu dari kedua siluman dari Biauw Nia.
Habis membunuh Sim Siang Kiu, supaya su-ya jahat itu
tidak usah menderita lebih lama, In Gak berpaling kepada

1044
Kiong-bun Ji Koay, ia menghampirkan, sebelah tangannya
disiapkan-
Justeru itu mendadak Tiat Pi Kim-kong Ho Sin Hok
menanya: ""Tuan, apakah kau she Cia..."
In Gak menunda gerakan tangannya, ia mengawasi.
"Memang aku she Cia," sahutnya, "Baru-saja Nona Ouw
telah menyebutnya tegas sekali, mau apa kau menanyakan
sheku?"
Sin Hok membuka lebar kedua matanya, Dia mengawasi
teliti mata orang, Lalu pada mukanya yang pucat, nampak
senyuman-
“Jikalau begitu," kata dia sesaat kemudian, "Cia siau-hiap
tentulah turunan dari Tayhiap Cia Bun yang bergelar Twi Hun
Poan yang nama besarnya menggemparkan wilayah Ho sok
membuat nyali orang rontok? Benarkah?"
In Gak heran hingga itu nampak pada parasnya.
"Bagaimana kau ketahui itu?" tanyanya bengis, " Lekas bicara"
Sin Hok masih mengawasi, hanya ketika ia menjawab,
suaranya sangat lemah. Katanya. "siauwhiap sulit untukku
bernapas, jikalau siauwhiap bisa membantu pernapasanku,
pasti aku dapat menuturkan kepada kau tentang peristiwa di
telaga Tong Teng ouw dahulu, hari itu ketika tayhiap bersama
siauhiap dikepung musuh-musuhmu yang bersembunyi itu.
Dapat aku menunjuki siauhiap siapa musuh siauw hiap yang
sebenarnya. Dapatkah siauwhiap membantu tenagaku?"
Mendengar itu, hati In Gak terbuka. Ia memperoleh
harapan, ia menoleh kepada Nona Ouw, yang berada di
belakangnya, ia melihat sinar mata nona itu heran dan
gembira saling susul.
Lekas sekali, anak muda ini berpaling pula kepada Sin Hok.
"Baiklah." katanya, Dan dengan kehebatannya yang luar
biasa, ia lantas memberikan pertolongannya. Sin Hok ditotok

1045
tiga kali punggungnya di bagian dada, sedang darahnya Tian
Hong dicegah mengalir ke luarnya terlebih jauh.
"Tempat ini jalan umum, tidak leluasa kita berbicara lamalama
di sini," katanya kemudian tertawa. "Mari kita pergi
kesana tanjakan untuk memasang omong " ia lantas
mengangkat tubuhnya Sim Siang Kiu sembari menoleh pada
Nona Ouw, ia kata: "Nona, aku menghadapi urusan musuh
besar ayahku almarhum, karena itu terpaksa aku mohon
supaya ayahmu suka menanti dahulu."
Belum berhenti suara pemuda ini ia sudah lari ke tanjakan
sambil membawa mayatnya ok suya, ia naik tinggi belasan
tombak.
Ouw Kok Lan menyahuti, ia pun berlari menyusul maka di
lain saat, berdua mereka-si muda mudi tampan dan cantik -
sudah berdiri berendeng dengan sang angin bertiup tiup atas
diri mereka. Hingga mereka nampak mirip sepasang dewa
dewi.
Kiong bun Ji Koay menyusul dengan perlahan-lahan mereka
berjalan sambil berpegangan satu dengan lain.
Hari sebenarnya tengah hari tetapi cuaca mendung, sang
angin masih bertiup-tiup dengan keras sekali, Di atas
pepohonan cabang-cabang gundul tetap bergoyang goyang,
Tak lama seberlalunya mereka, lalu lintas mulai hidup pula
hingga diantaranya dapat terdengar bunyinya cambuk kereta
kuda....
Di atas tanjakan itu In Gak dan Kok Lan bersama-sama Sin
Hok dan Ban Hiong, duduk berkumpul di bawah sebuah pohon
besar, Tempat itu mirip lembah dan di situ tumbuh banyak
pepohonan. Di situ mereka tak terlihat siapa juga kecuali
apabila ada orang yang mengintainya . . .
In Gak duduk berendeng dengan Kek Lan dan Sin Hok
berdampingan dengan Ban Hiong. Tangan si nona membuat
main secabang pohon di antara air sumber di depannya, In

1046
Gak duduk diam memasang telinganya. Im Hong sat Ciang
Ban Hiong duduk menyender di bong kot pohon, matanya
dipejamkan, ia lagi beristirahat.
Sin Hok mulai bicara dengan ia memandang, katanya:
"Ketika tadi Hek ie Hian Li In Hian Bi mau mengangkat kaki.
dia tahu bahwa siauwhiap telah terkena racunnya yang dia
namakan Pek Keuw Jiu Hio, benarkah itu?"
Ditanya begitu, In Gak menduga racun itu lihay sekali. Ia
mengangguk.
"Benar" sahutnya, Ketika kita mula, bertemu aku lantas
merasa ada bau harum yang tersiarkan dari tangan bajunya,
Cuma satu kali aku menyedotnya, lantas aku merasai napasku
tertutup. Aku rasa itulah tidak berbahaya."
Sin Hok kaget skelai, mukanya menjadi pucat. Lantas dia
menggoyang kepala. "sekalipun satu sedotan, tak dapat racun
itu kena tercium" katanya, "Pek Keuw Jiu-Hio lihay luar biasa,
siapa terkena itu maka dalam tempo dua belas jam, hawanya
akan berubah sendirinya menjadi kutu yang tak terhitung
banyaknya yang bekerjanya menghisap darah orang.
Di dalam tempo tiga bulan, darah orang akan terhisap
habis menjadi kering, dengan begitu dia bakal mati karena
kehabisan tenaga. Tidak ada obat untuk menolong keracunan
itu, kecuali jikalau orang mendapatkan obat buatan In Hian Bi
sendiri"
Mendengar itu, Kek Lan menjadi kaget. "Benarkah tidak
ada lain obat kecuali obatnya itu?" ia tanya.
Ho Sin Hok berpikir.
"Ada juga satu jalan lain yaitu apabila seorang mempunyai
tenaga dalam yang sangat mahir. Buat Cia siauwhiap.
mungkin bahaya itu tidak menyulitkan sebab sendirinya siauwhiap
dapat menggunai tenaga dalamnya guna mendesak ke
luar racun itu dari jalan darah sam cauw, semua kutu itu
dapat dibakar mati dengan api sam-coay Cin-hwe di dalam
tubuh. Dengan menggunai cara pengobatan ini, bahaya lenyap

1047
dalam tempo tujuh hari, Yang paling baik ialah mendapatkan
obatnya In Hian Bi sendiri"
In Gak bersenyum mendengar keterangan itu. si nona
melihat orang tidak bergelisah, ia menatap tajam.
"Ah, kau terlalu," katanya menyesali “Jiwa mu terancam,
kenapa kau berdiam saja?"
Dari bersenyum, In Gak tertawa.
"Buat apa bergelisah tidak ada juntrungannya?" ia balik
menanya, "Baiklah kalau kita sanggup mendapatkan In Hian Bi
kalau tidak. biarkan saja. Atau orang turut keterangannya
saudara Ho ini, untuk mengobati diri sendiri dengan desakan
tenaga dalam souw Kiong Kwe-hiat, untuk membakar mati
kutu-kutu itu...."
Sin Hok kagum buat ketabahannya jago she Cia ini.
"Sekarang ini In Hian Bi berdiam di kota Celam bagian
selatan-" ia memberitahukan-
"Dia berdiam di dalam rumah abu Go Eng su di dekat
sumber air Pok Kut Coan. Penjaga dari rumah abu itu menjadi
muridnya."
Tidak menanti sampai orang bicara habis, Kok Lan sudah
menyambar tangannya In Gak buat ditarik.
"Engko Cia mari kita lantas berangkat" ia mengajak, "Kita
cari dia."
“Jangan bingung" kata In Gak tertawa, "Aku masih hendak
menanyakan kedua losu ini tentang peristiwa dahulu hari di
telaga Tong Teng dimana orang telah mengepung mendiang
ayahku."
Tiba-tiba wajahnya Ho Sin Hok menjadi guram. Dia lesu
sekali, Dia mendelong mengawasi mega abu-abu, Dia
menghela napas panjang, baru dia mulai bicara pula.
"Dahulu hari itu, sebelum aku dan adik Tian ini murtad dari
siauw Lim si, kami bersahabat rapat dengan ayahmu itu
siauwhiap." demikian katanya, "Ayahmu itu pula telah melepas
budi kepada kami berdua, kemudian kami berdua kabur ke

1048
tapal batas, oleh karena cara hidup kita berlainan, apabila
suatu waktu kita bertemu ayahmu siauwhiap. kita tidak bicara
asyik lagi seperti biasanya.
Kita melainkan saling menyapa secara ringkas, Lewat lagi
beberapa hari untuk menyingkir dari pengejaran pihak siauw
Lim si, kami memasuki istana. Kami diberi tugas mengamatamati
gerak-gerik semua orang Rimba Persilaaan, Tatkala itu
kami mendengar tentang ayah siauw-hiap.
Orang mengatakan dia terlalu telengas, Katanya tak peduli
orang sesat atau orang lurus asal yang bersalah tentulah dia
hukum, yang bersalah besar dibinasakan yang ringan
kesalahannya dimusnahkan ilmu silatnya. Karena itu ia
membangkitkan hawa amarah dua-dua golongan lurus dan
sesat, yang lalu berdaya untuk membalas sakit hati guna
membinasakan ayah siauwhiap itu...
Sin Ho berhenti sebentar, ia melihat muka In Gak yang
matanya menjadi merah, suatu tanda orang gusar berbareng
berduka, Diam-diam ia merasa terharu. Tapi lantas ia
meneruskan "Niat membalas mereka itu sudah lama menjadi
rahasia umum dalam kalangan rimba persilatan.
Sulit untuk mereka itu mencari ayah siauwhiap yang bukan
saja tidak ketentuan di mana beradanya, ia pun biasa
menyamar. Beberapa kali mereka itu menubruk tempat
kosong, Disebelah itu ayah siauwhiap belum tahu apa-apa, ia
berada dalam kegelapan.
Sebagai sahabat, kami berdua ingin memberi ingat kepada
ayah siauwhiap itu, untuk ia berlaku waspada, sayang, karena
ia tak tentu tempat kediamannya, sampai sebegitu jauh,
belum pernah kami menemukannya, kemudian kami
menggunai siasat membaiki kawanan itu.
Kami kata kami suka turut dalam usaha mereka, kami
minta asal mereka mendengar kisikan, supaya mereka
mengabarkan dahulu kepada kami. Kami kata, sebagai hamba
negara, kami dapat membantu banyak. Kami mengharap

1049
setelah memperoleh kisikan, dapat kami lantas pergi kepada
ayah siauwhiap guna membuka rahasia.
Sayang semenjak itu, ayah siauwhiap- tak pernah nampak
lagi di muka umum, Kami menduga ayahmu itu sudah
mengundurkan diri atau bersembunyi. Kami jadi girang....
Sin Hok berhenti sejenak, ia mengawasi anak muda di
depannya, ia melihat wajah yang guram, Tapi ia melanjutkan:
"Segera kami mendapat tahu bahwa ayah siauwhiap tinggal di
tepi sungai Ke Leng, di kampung kaum nelayan bahkan ia
sudah menikah dan memperoleh anak. Justeru kami
mendengar berita, justeru tampat kediaman ayah siauwhiap
itu dapat diketahui oleh Kiu Sin Soh cian Li, si Burung Sakti,
dia bahkan sudah lantas turun tangan- Dia menggunai ketika
ayah siauwhiap keluar dari rumah bersama siauwhiap dia
datang menyateroni, dia membunuh ibu siauwhiap."
Mendengar sampai disitu, tak dapat In Gak menahan lagi
kesedihanuya. Air matanya turun bercucuran.
Kok Lan terharu tetapi berbareng panas hati.
"Kalau begitu, nasib dia lebih menyedihkan daripada
nasibku..." katanya di dalam hati, "Aku kira memang tabiat
asalnya suka berlaku telengas, tidak tahunya dimasa lalu
ibunya dibunuh orang jahat."
Ketika itu Sin Hok melanjuti ceritanya. "Waktu itu ayah
siauwhiap sudah meninggalkan rumahnya untuk mencari
musuhnya guna menuntut balas, Dengan menyesal kami pergi
pulang disebabkan kami terlambat datang menemuinya.
setelah itu, kembali ayah siauwhiap tak pasti jejaknya.
Dilain pihak ia menjadi terlebih bengis daripada tadi tadinya,
Dua tahun lewat dengan cepat. Kemudian kami mendengar
ayah siauwhiap muncul di gunung Hoa san. Paling dulu ayah
siauwhiap terlihat oleh Leng siauw Cu dari Hoa san Pay. Dia
lantas mengirim berita kilat, yaitu kabar burung dara untuk
mengabarkan pada kawan-kawannya-supaya mereka itu
segera berkumpul di Hoa san untuk mengepung bersama...."

1050
Mata In Gak bersinar secara tiba tiba. "Apakah Leng siauw
Cu bermusuh dengan ayahku?" ia menyela. Ho Sin Hok
tertawa sedih.
"Di dalam dunia Rimba Persilatan, urusan rumit sekali,"
sahutnya, "Di dalam kalangan itu, urusan bagaimana kecil
juga dapat menyebabkan pembunuhan, dan biasanya urusan
jadi tak habisnya, Ketika itu ada seorang murid Hoa san Pay
yang jalang. Dialah Hun ouw tiap Le Ho Po yang kelakuannya
ialah memetik bunga, mencemarkan kesucian wanita.
Dia juga biasa melakukan pelbagai kejahatan lain, Dia
kepergok ayah siuawhiap kedua tangannya dikutungi dan
nadinya ditotok. Dia masih dapat lari pulang ke Hoa san,
hanya setibanya dia roboh dengan muntah darah terus dia
mati. Ayah siauwhiap memang keras tapi Le Ho Po busuk dan
jahat sekali, tidak keterlaluan ayah siauw hiap menghukum
dia, jikalau Leng siauw Cu menanyakan hati nuraninya, ia
akan mengerti, akan tetapi tidak, dia sudah lantas mengambil
keputusan akan membalas dendam atas diri ayah siauw hiap.”
"Hm" In Gak mengasih dengar suaranya ia sudah lantas
mengambil keputusannya.
Sin Hok melihat sinar mata si anak muda, hatinya bercekat,
Diam-diam ia menghela napas.
“Setelah kami menerima berita dari Ho sin itu, kami lantas
memohon cuti.” Ia meneruskan. "Kami menunggang dua ekor
kuda pilihan dengan apa kami kabur ke gunung itu, kami
melakukan perjalanan siang dan malam. Ketika kita sampai di
sana, telah berkumpul lebih dari sembilan puluh orang kaum
sesat dan lurus bercampur baur. Mereka itu lantas menguntit
ayah siauwhiap. Karena ayah siauwhiap tetap tidak
berketentuan gerak geriknya, ia diikuti terus sampai di tepi
Tong Teng-ouw, dimana barulah ia dikurung. Tujuh puluh
orang mengambil tempat di pelbagai jalan, semua pada
menyembunyikan diri.

1051
Mereka kuatir kepergok dan ayah siauhiap nanti
menghilang pula. Enam belas orang yang dipimpin Leng siauw
Cu serta Kim Teng siangjin, ketua Ngo bie-pay, bersama soat
san Jin Mo memegat ayah siauwhiap yang dikurung di empat
penjuru.
Mereka itu mengambil sikap su Chio Tin, barisan empat
Gajah. Kami berdua turut mengambil bagian, tetapi kami
dengan maksud akan secara diam-diam nanti membukai jalan
lolos. Kami memancing supaya ayah siauwhiap menerobos
penjagaan kami, Hari itu sikap ayah siauwhiap luar biasa dia
tak secerdik biasanya, dia bahkan berkelahi sebagai orang
kalap. ia justeru menerjang ke tiga penjuru yang lainnya.
Di sana semua pengepung ialah jago-jago yang kenamaan,
walaupun ayah siauwhiap gagah luar biasa. tidak dapat ia
melawan mereka itu, pertempuran berlangsung sampai fajar
menjelang. Ayah siauwhiap telah memperoleh banyak luka
akibat serangan tangan kosong.
Melihat suasana buruk itu, bersama saudara Tian ini, aku
menyerang mendesaknya, tetapi diam-diam kami tunjuki jalan
buat ia kabur, Tempo ayah siauwhiap sudah lari, Leng siauw
Cu tetap mengejar tak mau berhenti. Berdua kami lantas
menggunai akal yang dinamai bersuara di timur, menyerang di
barat.
Dengan begitu akhir akhirnya ayah siauwhiap dapat lolos
juga, Karena luka lukanya itu, aku percaya ayah siauwhiap tak
dapat kabur jauh lebih dari seratus li. Kim Teng siangjin
beramai masih belum puas, mereka harus pergi mencari,
selama satu bulan, mereka berkeliaran di propinsi-propinsi
Kangsay, ouw-lam dan lain-lainnya.
Mereka baru berhenti dengan usahanya itu sesudah di
gunung Bu Kong san mereka mendapatkan mayatnya, atau
lebih benar tulang belulangnya dua orang satu tua dan yang
lain kecil. Dengan demikian mereka itu pulang ke rumah
masing masing."

1052
Mendengar itu, In Gak berdiam. Matanya pun tidak
bersinar, hanya guram ia berdiam sekian lama, rupanya
disebabkan hatinya sangat tegang, gusar dan berduka menjadi
satu.
"Dulu hari itu tuan-tuan berdua telah membantu ayahku
itu, di dunia baka, pastilah arwah ayahku sangat berterima
kasih," kata ia kemudian, "sekarang ingin aku tanya tayjin
berdua, kecuali Leng siauw Cu, Kim Teng siangjin, dan soat
san Jin Mo, siapa siapa lagi yang telah mengepung ayahku
itu?"
Ditanya begitu, hati Sin Hok bercekat.
Di dalam hatinya itu ia kata: "Anak muda ini sangat keras
hatinya, kelihatannya tidak dapat aku tidak menyentil satu
demi satu nama-nama mereka itu."
Maka mau ia memberi penjelasannya.
Justeru itu Im Hong sat Ciang Ban Hiong yang tadinya
terus meram saja, telah membuka kedua matanya, ia
bersenyum, lantas ia kata: "Aku si orang she Tian hendak
bicara sedikit, hanya seandainya siauwhiap tidak berkecil hati,
baru aku berani mengatakan-nya. "
In Gak tertawa.
“Jikalau Tian Tayjin ada bicara," katanya, "aku yang rendah
akan mencuci telingaku untuk mendengarkannya, maka itu
mana mungkin aku jadi berkecil hati? Tayjin berdua telah
menolong ayahku itu, kamu telah melepas budi, tentu sekali
suka aku mendengar pengajaran tayjin."
Anak muda ini merobah panggilan menjadi "tayjin" karena
sekarang ia ketahui dua orang itu bekas pembesar negeri.
Tian Ban Hiong bersenyum, akan tetapi sepasang matanya
tak terbuka seluruhnya, Rupanya rasa sakit pada luka
diperutnya belum lenyap semuanya.
"Kami berdua adalah murid-murid siauw Lim si." kata ia
setelah ia memperoleh jawaban itu. " maka juga semasa di
dalam pendidikan kami selalu peroleh nasihat-nasihat

1053
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil : Menuntut Balas - bAGIAN 3 dan anda bisa menemukan artikel Cersil : Menuntut Balas - bAGIAN 3 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/08/cersil-menuntut-balas-bagian-3.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil : Menuntut Balas - bAGIAN 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil : Menuntut Balas - bAGIAN 3 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil : Menuntut Balas - bAGIAN 3 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/08/cersil-menuntut-balas-bagian-3.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar