Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 4 terakhir

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 26 Agustus 2011

Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 4 terakhir

1378
”Kurangajar, kembali berjumpa dengan orang orang Thian
che kau ditempat ini" pikirnya kenbali dalam hati "aneh benar
orang-orang itu, Mau apa mereka kirim orang ustuk
mendatangi telaga racun yang berada di lembah hitam ini”
Salah seoreng diantara manusia-manusia berjubah hitam
itu mempunyai sulaman matahari rembulan dan bintang diatas
dadanya potongan badan orang itu sangat dikenal oleh Han
Siong Kie sementara ia masih berpikir untuk mengingat
kembali siapa gerangan orang ini kebetulan kakek itu
berpaling kearahnya maka terlihatlab raut wajahnya yang
pucat pias itu.
"Aaah.. Rupanya Tok kun Si dewa racun Yu Hua. Tak aneh
kalau aku merasa kenal sekali dengan potongan tubuhnya"
Dewa racun Yu Hua sangat terkenal namanya dalam dunia
persilatan karena pandai menggunakan pelbagai obat racun,
ditinjau dari kehadirannya ditempat ini, bukanlah karena
urusan biasa.
Tepat dibawah kaki Dewa racun Yu Hua menggeletak
sesosok mayat yang separoh badannya telah menghitam
karena hangus.
Kesunyian yang mencekam sekitar telaga racun itu segera
dipecahkan oleh utusan khusus perkumpulan Thian che kau
itu, terdengar ia berkata sambil menuding kearah mayat yang
menghangus tadi.
"Yu tongcu, tampaknya obat mujarabmu tidak manjur, coba
lihat kita sudah mengorbankan selembar jiwa lagi dengan
percuma, aku lihat tugas kita kali ini. . ."
"Mana boleh kita tinggalkan tugas setengah jalan?" tukas
Dewa racun Yu Hua dengan gelisah "Kaucu toh sudah
menitahkan kepada kita agar berusaha dengan upaya apa pun
untuk mendapatkan kitab beracun milik Bantok Coucu sebab
hanya dengan memiliki kitab pusaka Tok keng itulah kita
dapat menjagoi seluruh kolong langit tanpa tandingan"

1379
"Tapi benarkah Ban tok Cousu berdiam di dalam telaga
racun ini? sekalipun ia benar-benar bermangkal disini,
andaikata dia masih hidup bukankah kita. . ."
"Aaah, saudara It terlalu merisaukan hal yang bukanbukan,
andaikata Ban tok cousu benar-benar masih hidup
dikolong langit, masa ia membiarkan kita merondai daerah
kekuasaannya ini selama sehari semalam tanpa menunjukkan
reaksi apapun?"
seorang tauto (hwesio yang pelihara rambut) yang berada
disisinya tertawa seram, lalu katanya pula:
"Yu Tongcu, kau mendapat julukan sebagai Dewa racun,
masakah masih belum berhasil kau temukan sifat racun yang
terkandung dalam telaga racun ini?"
Utusan untuk perkumpulan Thian che kau dari marga It itu
menyambung pula dari samping:
"Kalau toh obat pemunah yang dibuat Yu tongcu tidak
menunjukkan kemanjurannya lagi..."
"Harap tenang, harap tenang lebih dulu Kalian jangan ribut
sebelum waktunya" tukas Dewa racun Yu hua dengan cepat,
dalam perjalanan kali ini siaute telah secara khusus membuat
dua jenis obat anti racun kalau toh jenis pertama tidak manjur
nah! Saudara itu harap maju kemari untuk mencobanya!”
Sambil berkata lantas menuding seorang pria berbaju
berenang yang berdiri di samping.
Ketika dirinya ditunjuk laki-laki itu tak berani membantah
sekali pun paras mukanya telah berubah jadi pucat seperti
mayat dengan hati berdebar kerena ketakutan dia maju
kedepan dan menghampiri dewa racun.
Dari sakunya Dewa racun Yu Hua ambil keluar sebuah botol
porselen lalu mengeluarkan sejenis cairan berwarna merah
dan dipoleskan keseluruh tubuh laki-laki itu.

1380
"Nah sekaraog engkau boleh segera terjun kedalam telaga"
petintah Dewa racun Yu Hua kepada laki laki itu, ”setibanya
dalam telaga ergkau harud memperhatikan keadaan di
sekitarmu adakah gua atau pintu besi jikalau audah
menemukan sesuatu jangan langsung masuk kedalam tapi
cepatlah keluar dari permukaan dan laporkan apa yang dilihat
setelah itu baru kita atur kembali rencana berikutnya"
Lelaki itu mengangguk dan perlahan-lahan mendekati tepi
telaga sesudeb ragu-ragu sebentar akhirnya ia menjatuhkan
kakinya coba dicelupkan kedalam air.
Semua perhatian dan sorot mata orang-orang itu dengan
tegang dialihkan keatas wajah laki-laki itu suasana jadi hening
dan sepi tampaknya semua gerak-gerik orang itu sudah
menghisap perhatian mereka.
Han Siong Kie yang bersembunyi di tempat kegelapan pun
merasa tegang sekarang ia baru tahu bahwa kedatangan
rombongan tersebut adalah atas perintah Thian che kaucu
dengan tujuan mengincar kitab racun peninggalan dari Ban
tok cousu.
Padahal ilmu silat yang dimiliki Thian che kaucu sangat
liehay dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang pun
telah cukup baginya untuk memimpin dunia persilatan
andaikata kitab racun itu benar-benar berhasil ditemukan
olehnya itu berarti dalam jagad saat itu tak seorang pun dapat
menandingi kehebatannya lagi.
Tiba-tiba terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati
berkumandang memecahkan kesunyian suara itu
menyeramkan bagi siapa saja yang mendengar sehingga bulu
kuduk mereka tanpa terasa jadi bangun berdiri.
Laki-laki itu sudah terkapar ditepi telaga, sebelah kakinya
sebatas lutut masih terbenam dalam air, tapi tubuhnya telah
mengejang keras dan selembar jiwanya sudah melayang
tinggalkan raganya.

1381
Peristiwa ini makin membuat suasana disana jadi
menyeramkan, semua jago yang berada ditepi telaga cuma
dapat saling berpandangan belaka, siapapun tak mampu
bersuara.
Han Siong Kie sendiripun merasa bergidik sambil
menjulurkan lidahnya ia berpikir dalam hati:
"Sungguh mengerikan.. tak nyana air telaga yang
tampaknya tenang dan berwarna hitam itu sebetulnya
mengandung racun dengan kadar yang sangat tinggi"
Utusan khusus perkumpulan Thian che kau yang
tampaknya adalah pemimpin dari rombongan itu tiba-tiba
buka suara serta bertanya dengan suara berat: "Yu Tongcu,
apakah engkau masih mempunyai cara lain untuk dicoba?"
Dewa racun Yu Hua termenung lalu tundukkan kepalanya
dan membungkam dalam seribu bahasa.
Tauto berambut panjang itu ikut menimbrung dengan
wajah serius: "It beng, apakah kaucu mempunyai petunjuk
lain?"
"Ada" Utusan khusus she It itu membenarkan-
Agaknya Dewa racun Yu Hua juga sudah kehabisan akal,
mendengar pertanyaan itu ia lantas bertanya:
"Apa pesan dari kaucu?".
"Meledakkan lembah Hek kok dan menimbun telaga racun"
"Menimbun telaga racun ?"
Beberapa orang jago itu termasuk pula dewa racun Yu Hua
menjerit tertahan, agaknya mereka kurang percaya dengan
apa yang didengar.
"Benar Meledakkan lembah ini dan menimbun telaga racun
dengan tanah"
"Apa ...apakah.. cara ini tidak..."

1382
"Kenapa ?"
"Apakah tidak lebih baik kita tunda dulu pelaksanaan cara
itu dan mencoba untuk mencari jalan lain??"
"Maksud kaucu, barang yang tak berhasil didapatkan lebih
baik dimusnahkan dari muka bumi, daripada terjatuh ke
tangan orang lain"
"Aaah, apakah pandangan itu tidak terlampau sempit?
sudah puluhan tahun tempat ini lewat dalam keadaan sepi, tak
seorang manusiapun berani mencari gara-gara dengan telaga
racun. Menurut pendapatku dikolong langit dewasa ini
mungkin tak seorang manusiapun dapat melawan
kedahsyatan dari racun itu"
"Yu tongcu, apakah engkau tidak merasa bahwa ucapanmu
itu terlampau yakin akan sesuatu tanpa memikirkan yang
lain?"
"Maksudmu?"
"Menurut apa yang aku It Tiong khi ketahui, dikolong langit
dewasa ini masih ada seorang manusia yang tidak takut
menghadapi pelbagai macam racun, kendatipun racun yang
bagaimana kejipun"
"Aaah, masa iya? siapakah orang itu?" tanya Dewa racun
Yu Hua dengan hati terperanjat.
"Aaah, Yu Tongcu ini benar-benar sudah lupa ataukah
pura-pura menjadi seorang pelupa?" jengek It tiong khi.
utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu sambil
tertawa dingin.
-000dw000-
Jilid 37

1383
"AKU benar-benar tak dapat menemukan siapa gerangan
dikolong langit dewasa ini yang menguasai ilmu beracun
tingkat tinggi."
"Dia tak pandai menggunakan racun, tapi dia tak takut
menghadapi racun dalam jenis apapun"
Dewa racun Yu Hua tundukkan kepalanya seperti sedang
memikirkan sesuatu, akhirnya ia mengerti siapa yang
dimaksudkan, selanjutnya serunya:
"Saudara It, apakah engkau maksudkan ahli waris dari Mo
tiong ci mo pewaris kedudukan ciangbunjin dari perguruan
Thian lam bun dewasa ini, Manusia bermuka dingin Han Siong
Kie??"
"Benar, dialah yang kumaksudkan seandainya kitab
tersebut sampai terjatuh ketangannya, coba bayangkan
bagaimanakah akibatnya??"
Dewa racun Yu Hua segera terbungkam dalam seribu
bahasa, tanpa terasa iapun teringat kembali kejadian masa
lalu ketika Manusia muka dingin Han Siong Kie dijebak dalam
Lian huan tan, ketika itu dia telah mengunci semua jalan
lembah dengan kabut wangi si kut hiang wu (dupa wangi
pelepas tulang) tapi kenyataannya Manusia bermuka dingin
masih tetap sehat walafiat seperti tidak terpengaruh sesuatu
apapun.
Dalam pada itu, Han Siong Kie yang bersembunyi dibalik
pepohonan sedang memutar otak serta mencari akal
bagaimana caranya untuk mencegah orang Thian che kau
meledakkan lembah hitam serta telaga racun. ia cukup
memahami mereka dapat bertindak sewenang-wenang
meledakkan telaga racun sehingga sampai tertimbun, apabila
hal ini sampai terjadi maka selama hidup Hek pek siang yau
tak dapat memulihkan kembali raut wajahnya seperti sedia
kala.

1384
Diantara sekian banyak orang Hek pek siang you berdua
yang paling tidak sabaran, andaikata Han Siong Kie tidak hadir
disana, niscaya semenjak tadi mereka telah menampilkan diri
untuk melakukan pembantaian secara besar-besaran.
Tauto berambut panjang yang berdiri disamping Dewa
racun, tiba-tiba buka suara tapi kepada It tiong Khi katanya:
"Kalau toh Kaucu sudah ada perintah untuk berbuat
demikian, lebih baik sekarang juga kita laksanakan, tolong
tanya bagaimana caranya kita meledakkan lembah ini ?"
Tampaknya It tiong Khi si utusan khusus dari perkumpulan
Thian che kau itu sudah mempunyai susunan rencana yang
matang, sahutnya:
"Akan kita tanam bahan-bahan peledak pada tebing dan
sepanjang lereng lembah hitam ini, lalu kita ledakkan".
-000dw000-
BAB 71
"KALAU memang begitu, urusan tak boleh ditunda-tunda
lagi, hayo kita tinggalkan tempat ini" ajak Tauto si padri
pemelihara rambut itu.
Hek pek siang yau sudah habis kesabarannya, tapi sebelum
mendapat perintah dari ketuanya mereka tak berani melakuka
sesuatu tindakan secara gegabah, saking gelisahnya nafas
besarpun sampai dibuang berulang kali. saat itulah Han Siong
Kie berbisik lirih:
"Kita harus menahan rombongan orang-orang ini tetap
dalam lembah, jangan biarkan seorangpun berlalu dari sini
dalam keadaan hidup, terutama sekali kakek berjubah hitam
yang bermuka pucat tanpa warna darah itu, dia bernama
Dewa racun Yu Hoa, seluruh badannya mengandung racun,
serahkan orang itu kepadaku, biar kulayani sendiri dirinya"

1385
Seperti mendapat perintah untuk melakukan sesuatu yang
menyenangkan, Hek pek siang yau segera melompat bangun
dan siap menyebarkan mautnya.
Pada saat itulah sebelum mereka berdua sempat
melakukan pembantaian secara besar-besaran mendadak dari
permukaan telaga beracun itu timbul buih-buih besar yang
disusul dengan munculnya gelombang besar.
"Jangan berisik, cepat bersembunyi" seru Han Siong Kie
sambil ulapkan tangannya.
pada saat itu rombongan dari Dewa racun Yu Hoa sudah
hampir meninggalkan tempat itu, ketika secara tiba-tiba
mendengar suara gulungan ombak besar muncul dari
permukaan telaga yang tenang dengan hati terkesiap mereka
berpaling, apa yang kemudian mereka saksikan segera
mencopot sukma rasanya, bulu kuduk pada bangun berdiri.
Kiranya diantara gulungan gelombang besar dan percikan
buih-buih air yang amat santar perlahan-lahan muncul
seorang kakek berambut putih, kakek itu berperawakan tinggi
besar dan bermuka merah, meskipun baru muncul dari
permukaan air beracun, ia tak nampak cedera atau mengalami
sesuatu yang aneh.
"Aaah Dialah Ban tok Cousu" tiba-tiba Tauto sipadri
memelihara rambut itu menjerit kaget.
Jeritan tersebut menambah panik dan seramnya suasana,
serentak dua belas orang yang hadir ditepi telaga mundur
selangkah dengan ketakutan, tampaksya mereka jeri sekali
menghadapi kakek moyangnya ilmu berbisa ini.
Entah dengan gerakan tubuh apakah, tahu-tahu semua
orang hanya merasa pandangan matanya jadi kabur dan
kakek berambut putih itu sudah melayang naik ke tepi telaga.

1386
setelah urusan terlanjur menjadi begini, Dewa racun Yu
Hoa tak dapat berdiam diri belaka, terpaksa ia keraskan hati
dan maju ke depan, sapanya sambil memberi hormat.
"Tolong tanya benarkah locianpwe adalah Ban tok Cousu
yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan?"
"Benar" sahut kakek berambut putih itu dengan suara
nyaring, senyaring guntur yang membelah bumi, "ada urusan
apa kalian datang kemari?"
"Boanpwe... boanpwe sekalian hanya... hanya terdorong
oleh perasaan ingin tahu saja" jawab Dewa racun dengan
suara terbata-bata, panik juga ia menghadapi kejadian
semacam itu.
"Karena perasaan ingin tahu? Hahah haaahh haahh" tibatiba
Ban tok Cousu menengadah dan tertawa terbahak-bahak,
setelah puas tertawa dia lantas ulapkan tangannya "enyah
kamu semua dari tempat ini"
Bersama dengan kibasan telapak tangan itu dua belas
orang jago lihay dari perkumpulan Thian che kau itu segera
merasakan segulung desingan angin tajam menyambar lewat
diatas badannya, tak tahan lagi mereka bergidik serta bersin
beberapa kali.
Tapi saat ini mereka tak berani berdiam terlelu lama lagi
disana, seperti ikan-ikan yang terlepas dari jaring cepat-cepat
kedua belas orang itu sipat telinga dan kabar terbirit-birit.
"Berhenti" mendadak terdengar bentakan lagi menggelegar
diangkasa, seorang pemuda tampan yang berwajah dingin
telah tampil kedepan dan menghadang jalan pergi beberapa
orang itu.
Menyaksikan jalan perginya terhadang dengan rasa kaget
dan terkesiap Dewa racun Yu Hua sekalian segera berhenti
berlari.

1387
It Tiong khi si utusan khusus dari perkumpulan Thian che
kau itu agak tertegun tapi ia segera membentak.
”Bocah keparat, kau jangan berlagak jumawa ditempat ini,
sudah kau letakkan dimana sepasang matamu.”
”Haa? Manusia bermuka dingin!” teriak Dewa racun Yu Hua
dengan kaget setelah ia dapat mengenali kembali siapa
gerangan si anak muda yang menghadaog jalan perginya itu.
”Manusia bermuka dingin" ketiga huruf nama itu cukup
mendatangkan perasaan seram bsgi pendengarnya, sebelas
orang jago dari perkumpulan Thian che kau itu tergetar
mundur selangkah kebelakang, tsnpa sadar mereka telah
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan.
”Bocah keparat! Kalau ingin mencari gara-gara hayo kita
bereskan urusan itu di luar lembah sana!” tantang It Tiong khi
dengan wajah serius.
Tiba-tiba Ban tok Cousu yang membungkam disamping ikut
berkata pula dengan nada dingin:
”Selama berada di dalam lembah hitam dilarang
menggunakan kekerasan untuk berkelahi atau baku bantam,
silahkan keluar dulu dari sini!”
“Tapi Locianpwe, kau tak boleh me1epaskan mereka pergi!”
teriak Han Siong Kie dengan cemas.
”Kenapa?”
”Sebab mereka akan ledakkan puncak tebing karang itu
dan menyumbat telaga beracun!”
”Apa sangkut pautnya persoalan ini denganmu? Hayo cepat
enyah dari sini!” hardik Ban tok Cousu tanpa sungkansungkan.
Han Siong Kie terbungkam, tak disangka olehnya bahwa
maksud baiknya untuk memberi peringatan kepada kakek itu
malahan mendapat imbalan semprotan yang cukup pedas.

1388
It Tiong khi jadi lebih kheki lagi terutama karena rencana
busuknya dibongkar secara blak-blakan, mukanya jadi
menyeramkan, sambil menggertak gigi tsriaknya:
”Bajingan cilik, hayo keluar! Kita bereskan urusan diantara
kita berdua diluar lembah sana”
Setelah memberi tanda kepada anak buahnya dia lantas
putar badan dan berlalu lebih dulu dari sana diikuti ke sebelas
orang anak buahnya.
Sepeninggal orang-orang itu mendadak Ban tok cousu
berkata lagi dengan suara ketus:
"Bocah muda, mengingat maksud baikmu untuk memberi
peringatan maka kuampuni selembar jiwamu, ajaklah dua
orang rekanmu itu dan segera enyah dari tempat ini"
Ucapan tersebut amat mengejutkan Han Siong Kie, ia tak
menyangka kalau cukup dalam sekali tatapan mata Ban tok
cousu telah mengetahui tempat persembunyian Hek pek siang
yau, apalagi mengetahui pula bahwa kedua orang itu berasal
dari satu rombongan dengannya.
Dari sini dapatlah diketahui bahwa semenjak
kemunculannya dari dalam telaga ia sudah menemukan jejak
dari mereka bertiga, itu berarti bahwa ketajaman mata serta
pendengarannya sudah mencapai tingkatan yang sangat
hebat.
Rupanya Hek pek siang yau juga sudah tahu bahwa tak ada
gunanya mereka bersembunyi terus, serta merta dua orang
itupun menampilkan dirinya kedepan.
Dalam keadaan seperti ini, Han Siong Kie merasa tak ada
gunanya untuk merahasiakan maksud kedatangannya lagi, ia
maju kedepan lalu memberi hormat katanya:
"Terus terang boanpwe katakan bahwa sesungguhnya
kedatangan kami kesini adalah ingin memohon sesuatu
bantuan dari locian pwe."

1389
"Sudah lama aku tak pernah mencampuri urusan dunia luar
lagi, tak dapat kupenuhi permohonan dalam bentuk apapun"
"Locianpwe harap untuk kali ini kau bersedia untuk
memenuhinya, walau apapun syaratnya" pinta Han Siong Kie
lebih jauh.
Ban tok cousu menengadah dan menatap sekejap wajah
sianak muda itu dengan pandangan dingin, kemudian
sahutnya:
"Boleh saja kalau begitu, asal engkau mampu untuk
memasuki telaga beracun ini maka akupun akan bersedia
untuk mengabulkan pula sebuah permintaanmu" Tanpa
menanti jawaban lagi dia putar badan dan berlalu dari sana.
Han Siong Kie jadi panik kembali teriaknya. "Locianpwe harap
tunggu sebentar"
"Ada urusan apa lagi? " tanya Ban tok Cousu sambil
berhenti, meski begitu ia sama sekali tak berpaling.
"Apakah locianpwe tidak kuatir terhadap ancaman mara
bahaya yang sedang mengincar jiwamu? Rombongan tadi
betul-betul punya niat untuk meledakkan lembah hitam ini
serta menimbun telaga racun"
"Heeeh heeeeh heeeehh, sejak awal aku toh sudah
berkata, apa sangkut pautnya antara persoalan tadi dengan
dirimu ? Buat apa kau musti merisaukannya ?"
Untuk kedua kalinya Han Siong Kie terbentur pada batunya,
ia membungkam tidak mampu berbicara, walaupun hatinya
jadi panas seperti mau meledak rasanya.
"Bocah muda" kembali Bantok Cousu berkata "kau berani
memasuki telaga beracun atau tidak? Jika masih ingin hidup
lebih lama lagi, cepat-cepatlah enyah dari sini"
Ucapan itu membakar hati Han Siong Kie, ia merasa
seakan-akan dirinya sedang ditantang, malu untuk menolak
tentu saja ia menerima tantangan tersebut dengan emosi.

1390
"Setelah berani datang kemari, mengapa tak berani terjun
kedalam telagamu ini ?" sahutnya dengan angkuh.
"Bagus, jadi kau berani memasuki telaga ini seorang diri?"
"Tentu saja, Sebagai seorang laki-laki sejati, setelah aku
berani mengucapkan keluar, tentusaja akan kulaksanakan
pula."
Mendengar ucapan dari ketuanya ini, cepat-cepat Hekpeksiang
yau maju kemuka dan jatuhkan diri berlutut
dihadapannya dengan rasa terharu dan penuh rasa terima
kasih siluman hitam berkata.
"Ciangbunjin harap engkau bersedia untuk menarik kembali
perkataanmu itu"
"Kenapa?" seru sang pemuda.
"Tecu rela selamanya berwujud demikian, dari pada harus
mengorbankan selembar jiwa ciangbunjin"
"Kenapa? Toh aku belum tentu mampus dalam air telaga
itu"
"Jangan Ciangbunjin, tak ada gunanya mempertaruhkan
nyawa dengan percuma"
"sudahlah, kalian tak usah banyak berbicara lagi, apa yang
telah kuputuskan selamanya tak akan dirubah kembali"
Sementara itu Ban tok Cousu sudah tertawa dingin tiada
hentinya, sekali melompat tahu-tahu ia sudah lenyap dibalik
air telaga.
"Kalian berdua segera bangkit" bentak Han Siong Kie
kemudian dengan wajah gusar.
"Asal Cianbunjin menarik kembali niat tersebut, tecu berdua
akan segera bangkit"
"Tidak.. Apa yang telah kukatakan selamanya tak akan
dirubah lagi"

1391
"Tapi... Ciangbunjin, air dalam telaga beracun ini sangat
berbahaya, kena dibadanpun bisa mengakibatkan kematian
yang sangat mengerikan, coba lihatlah keatas sosok mayat
yang menghangus ditepi telaga itu."
Tanpa disengaja Han Siong Kie mengalihkan perhatiannya
kearah kedua sosok mayat itu, timbul juga perasaan bergidik
dalam hatinya, tapi sebagai seorang pemuda yang tinggi hati,
sudah tentu ia tak sudi membatalkan niatnya, apalagi
memulihkan kembali wujud kedua orang siluman itu sudah
merupakan salah satu tujuan hidupnya sekarang. Maka
dengam suara dingin dia berkata:
"Masih ingatkah kalian dengan kata-kata yang pernah kamu
berdua ucapkan sewaktu aku hendak membawa kalian keluar
dari lembah kematian? Masih ingatkah bahwa kalian bersedia
menuruti semua perintahku tanpa membantah??"
"Tapi ciangbunjin, air telaga itu sangat beracun.."
"Tutup mulut dan segera bangkit, sekarang juga
kuperintahkan kamu berdua untuk keluar dari lembah ini.
berjaga-jagalah kalian terhadap tingkah laku dari anjing-anjing
geladak itu, cegah setiap usaha mereka untuk meledakkan
lembah ini"
Hek pek-siang yau, sepasang siluman hitam putih itu tak
berani membangkang lagi, mereka bangkit berdiri tapi merasa
keberatan untuk meninggalkn tempat itu.
"Cepat keluar dan awasi gerak gerik anjing-anjing geladak
itu" sekali lagi Han Siong Kie membentak.
"Ciangbunjin. . ." teriak siluman putih cemas.
Sebelum orang itu menyelesaikan kata-katanya, kembali
pemuda itu sudah menukas dengan suara dalam:
"Apa yang kuacapkan adalah perintah, apakah kalian
berdua hendak menbangkang perintahku??"

1392
"Tecu tak berani" buru-buru kedua orang siluman hitam
putih itu menyahut dengan kepala tertunduk.
"Kalau kalian masih bersedia untuk mendengar perintahku,
segera laksanakan apa yang telah kuucapkan"
"Seandainya tecu telah menyelesaikan tugas tersebut apa
yang harus kami kerjakan lagi"
"Nantikan kedatanganku diluar lembah sana"
"Seandainya... seandainya..." tiba-tiba kedua orang siluman
itu tidak jadi meneruskan kata-katanya sebab mereka merasa
bahwa tidak pantas untuk diutarakan oleh mereka.
Tentu saja Han Siong Kie mengetahui apa yang ingin
mereka katakan, maka sahutnya: "Tunggu aku selama satu
hari"
"Andaikata sehari sudah lewat namun ciangbunjin belum
juga munculkan diri dari lembah ini"
"Kalian berdua harus segera kembali ke wilayah Thian lam
dan meneruskan jabatanku"
"Tidak" teriak dua orang siluman itu cepat "tecu berdua
pernah bersumpah akan mengikuti ciangbunjin selama hidup,
andaikata ciangbunjin tertimpa suatu musibah maka tecu
berduapun tak ingin hidup lagi."
Dalam hati Han Siong Kie merasa sangat terharu oleh sikap
setia dari dua orang pembantunya ini, tapi perasaan tersebut
tidak diperlihatkan diatas wajahnya, ia malahan membentak:
"Hmm. Ucapan apa itu? Kalian berdua toh sudah menjadi
anggota perguruan Thian lam bun? sebagai murid yang
berbakti maka kalian harus mementingkan tugas perguruan
dari pada kepentingan pribadi. sudah.... sudahlah perkara
semacam itu tak ada gunanya untuk dibicarakan terus
menerus, sekarang kalian segera keluar dari lembah ini,

1393
jangan sampai mengakibatkan terjadinya peristiwa yang tidak
diinginkan"
Setelah dipaksa terus menerus, hek pek siang yau tak
dapat membangkang perintah ketuanya lagi, setelah memberi
hormat mereka baru berlalu dari situ dengan perasaan yang
berat.
Demikianlah sepeninggal kedua orang siluman itu Han
Siong Kie berjalan ketepi telaga beracun itu, ketika sinar
matanya terbentur dengan air telaga yang berwarna kehitamhitaman
serta mayat-mayat menghangus yang terkapar ditepi
telaga, tanpa terasa hatinya bergidik dan bulu kuduknya pada
bangun berdiri, ia tidak merasa terlalu yakin dengan
kemampuannya untuk melawan racun dari air telaga itu, tapi
sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar, ia tak ingin
menjadi seorang manusia pengecut, apa yang telah dikatakan
bagaimanapun juga harus dilaksanakan sekalipun selembar
jiwanya sebagai taruhan-
Tapi sebelum kakinya melangkah masuk ke dalam telaga,
ingatan lain kembali melintas dalam benaknya, dan ingatan
tersebut membuat sekujur badannya gemetar keras, ia
teringat akan dendam sakit hatinya yang belum terbalas,
andaikata apa yang dilakukan sekarang mengakibatkan dirinya
mati, bukankah dia bakal mati dengan mata tak meram.
Semestinya perbuatan semacam ini harus dilakukan setelah
ia selesai membalas dendam, tapi kenyataan yang terpapar
didepan mata sudah tidak mengijinkan dia untuk berbuat lain
lagi, apapun yang terjadi dia harus melaksanakan perbuatan
itu menurut rencana.
Dengan termangu-mangu ia memandang air telaga yang
berwarna hitam itu, akhirnya sambil menggertak gigi dia
menceburkan kaki kirinya kedalam air, betul juga begitu
kakinya diceburkan segera terasalah suatu perasaan gatalgatal
yang aneh merambat naik keatas kakinya.

1394
Kejadian ini sangat mengejutkan hatinya, cepat ia tarik
kembali kakinya keatas daratan tapi setelah ditunggu lama
sekali tidak nampak reaksi apapun, perasaan yang semula
menegang sekarang jauh lebih lega.
Maka hawa sakti si mi sinkang disalurkan sepenuhnya
untuk melindungi badan dengan pelindungan hawa khikang
yang dahsyat sewaktu ia ceburkan kembali kakinya secara
otomatis telaga itu menyibak sendiri ke samping dan yang
aneh ternyata kakinya kali ini tidak basah.
Apa yang berhasil dicapai olehnya sekarang sangat
menggirangkan hatinya, sebab apa kenyataan yang
terpancang didepan mata persis seperti apa yang diduganya,
dengan hawa khikang pelindung badan yang dihasilkan oleh
tenaga sakti si mi sinkang ditambah pula dengan kekuatan
penolak racun yang terkandung dalam tubuhnya untuk
memasuki telaga beracun itu tanpa cedera ternyata adalah
suatu pekerjaan sangat gampang.
“Aaah!” tiba-tiba dari arah belakang terdengar seseorang
berseru kaget.
Han Siong Kie sendiri pun terkesiap, ia batalkan niatnya
untuk terjun kedalam telaga dan segera berpaling.
Ban tok Cousu memang sangat lihay, entah semenjak
kapan tahu-tahu ia berdiri hanya tiga kaki dibelakang
tubuhnya, bukan saja pemuda itu tak tahu sejak kapan ia
sudah berada disitu, bahkan kehadirannya sama sekali tak
tertangkap oleh pandangarannya.
”Eeeh bocah muda, engkau jugo mengerti tentang racun?”
kakek berambut putih itu lantas menegur.
”Tidak! Aku sama sekali tidek mengetahui tentang soal
racun” Han Siong Kie segera menyahut sambil gelengkan
kepalanya.

1395
”Kalau tidak mengerti tentang ilmu beracun, kenapa kau
tidak takut untuk menceburkan diri dalam air telaga yang
beracun jahat ini?”
Han Siong Kie tidak ingin berbohong maka dia mengaku
terus terang:
”Boanpwe pernah mendapatkan penemuan aneh di suatu
sumber nata air kerak bumi yang disebut Tee mee-leng cwan,
sempat membenamkan tubuhnya sampai beberapa hari itulah
sebabnya aku memiliki daya tahan untuk melawan segala
macam racun!”
”Oooh! Benarkah itu? Sejak hidup sampai sekarang baru
pertama kali ini kudengar tentang kejadian semacam itu, aku
dengar engkau adalah seorang ciangbunjin boleh ku ketahui
engkau adalah ciangbunjin dari perguruan mana?”
”Perguruan Thian lam bun“
”Kau maksudkan ketua dari istana Huan mo kiong yang
berada di wilayah Thian lam?” Ban tok Cousu menegaskan.
”Benar!" si anak muda itu mengangguk.
Sepasang biji mata Ban tok Cousu yang berwarna kehijauhijauan
tiba-tiba memancarkan sinar aneh setelah mengawasi
si anak muda itu dari atas sampai ke bawah beberapa kali ia
baru bergumam seorang diri:
”Ehmm bakat alam yang luar biasa, susah ditemukan dalam
seratus tahun, hebat mengagumkan!”
Sehabis bergumam dengan alis mata berkenyit ia berkata:
”Semangat serta kebesaran jiwamu yang rela berkorban
demi kepentingan orang lain sangat mengagumkan diriku,
baiklah! Untuk kali ini aku akan melanggar kebiasaan dengan
memenuhi permintaanmu, undanglah kembali kedua orang
anak muridmu tadi"

1396
”Apakah Lccianpwe sudah tahu apa yang hendak boanpwe
pinta?” seru Han Siong Kie.
”Bukankah kedua orang anak muridmu sudah terkena
racun dari Gi hong tok-ko yang hebat? Dan sekarang kau
mohonkan pengobatan bagi mereka sehingga wajahnya dapat
pulih kembali seperti sedia kala?”
”Darimana locianpwe bisa tahu?” seru si-anak muda itu
keheranan.
”Haaah haaah haaaah tiada jenis racun didunia ini yang
bisa mengelabuhi sepasang mataku, cukup sekali memandang
aku lantas bisa menduga sifat racun tersebut!”
Sekarang Han Siong Kie benar-benar merasa kagum sekali,
sebab kenyataannya Ban tok Cousu memang liehay seperti
pula dengan julukannya, dia memang tak malu mendapat
julukan sebagai Cousu, tapi teringat kembali olehnya akan
perbuatan Dewa racun Yu Hua sekalian yang hendak
meledakkan lembah hitam, ia tetap merasa tidak berlega
hati, maka serunya lagi dengan perasaan kuatir.
”Locianpwe, orang-orang persilatan yang bertempur disini
tadi adalah anak buah dari perkumpulan Thian che kau,
mereka telah menyusun rencana hendak meledakkan lembah
hitam ini, cianpwe! Aku kuatir..”
”Tentang maksud busuk mereka itu aku sudah tahu!”
”Kalau toh locianpwe telah mengetahui akan maksud
mereka, mengapa kau melepaskan mereka pergi dengan
begitu saja.”
”Siapa yang bilang kalau aku telah melepaskan mereka
pergi?” Ban tok Cousu balik bertanya.
Ucapan ini membuat Han Siong Kie jadi tertegun, tapi
dengan cepat ia dapat menangkap maksud dari ucapan itu
kontan saja jantungnya berdebar keras dan peluh dingin
sempat membasahi tubuhnya.

1397
“Jadi locianpwe tidak melepaskan mereka pergi dengan
begitu saja?” katanya kemudian.
Ban tok cousu tertawa terkekeh-kekeh.
"Heeeh... heeeh... heeeh Bukan saja mereka berani
memasuki daerah terlarang tanpa ijinku, bahkan berani pula
menaruh maksud dan tujuan yangjahat kepadaku, terhadap
manusia semacam ini, apakah aku harus melepaskan mereka
dengan begitu saja? Hmm Dosa seperti itu, belum cukup
untuk ditebus dengan kematian belaka "
Kali ini Han Siong Kie benar-benar tidak bisa menahas rasa
ngerinya lagi, dari perkataan orang itu, ia dapat menarik
kesimpulan bahwa orang-orang dari perkumpulan Thian che
kau yang telah dilepaskan tadi, kebanyakan sudah menemui
ajalnya secara mengerikan.
Maka diapun tidak membicarakan tentang soal lain lagi,
setelah menjura ujarnya:
"Kalau memang demikian, boanpwe mohon diri lebih dulu
untuk mengundang datang kedua orang anak muridku itu "
Habis berkata dia lantas putar badan dan berkelebat
menuju kemulut lembah.
Beberapa saat kemudian ia sudah tiba di mulut lembah,
waktu itu Hek pek siang yau sedang berdiri termangu-mangu,
sementara dihadapan mukanya terdengar suara orang
kesakitan yang mengerikan dan memilukan hati
berkumandang tiada hentinnya:
satu ingatan melintas dalam benak Han Siong Kie, ia
percepat gerakan tubuhnya dan melayang turun didepan
mulut lembah itu. Rupanya Hek pek siang yau juga merasakan
tibanya sesosok manusia dari dalam lembah, ketika mereka
kenali bahwa orang itu tak lain adalah ketuanya, tak bisa
dibendung lagi dua orang siluman itu berteriak dengan penuh
rasa gembira.

1398
"Hooree ciangbunjin tidak cedera bukan?"
Han Siong Kie tidak menjawab, sinar matanya dialihkan ke
atas permukaan tanah dan memeriksa sekejap keadaan disitu.
Dua belas sosok mayat terkapar diatas tanah dan
menggeletak dalam posisi tak menentu, mereka memang It
Tiong khi bersama rombongannya, sebelas orang diantaranya
kelihatan sudah mati, tinggal Dewa racun Yu Hua seorang
yang masih mengguling-guling diatas tanah dengan keadaan
yang mengerikan sekali, suara jerit kesakitannya dan mimik
wajahnya yang menahan rasa sakit semuanya menimbulkan
suatu perasaan yang mengerikan siapa pun yang melihatnya.
Bergidik Han Siong Kie melihat semua kejadian itu tanpa
terasa bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Sepanjang waktu tadi Ban tok Cousu tidak kelihatan turun
tangan tapi kedua belas orong Jago lihay dari perkumpulan
Thian che kau ini tanpa mereka sadari telah keracunan hebat
bahkan mereka baru tewas sesudah berada di luar lembah
kejadian seperti ini bukan saja belum pernah terjadi bahkan
tak akan dipercayai orang sebelum orang lain menyaksikan
sendiri jalannya peristiwa itu.
Dewa racun Yu Hua terhitung seorang jago liehay yang ahli
sekali dalam ilmu racun toh ia sendiripun tak dapat
melepaskan diri dari cengkeraqman Ban tok Cousu hanya
bedanya yang lain sudah keburu mati semua dan sekarang
cuma tinggal dia seorang yang masih mengerang kesakitan.
Hek pek siag yau juga tidak berbicara apa-apa mereka
hanya berdiri termangu-mangu di samping ketuanya.
Suasana jadi hening dan sepi, lama sekali siluman putih
baru bertanya dengan perasaan ingin tahu:
“Ciangbunjin, apakah engkau telah masuk kedalam telaga
beracun?”
”Belum” pemuda itu menggeleng.

1399
"Memang itu lebih baik, sebab bagaimana pun juga
ciangbunjin tak boleh mengorbankan jiwa dengan percuma..!”
”Kalian salah pabam" tukas Han Siong Kie kembali, ”aku
tidak jadi memasuki telaga tersebut karena Ban tok cousu
telah mengabulkan permintaanku dan sekarang kalian
diundang masuk kedalam untuk memperoleh penyembuhan
seperti apa yang kalian cita-citakan selama ini!”
Kabar itu segera disambut gembira oleh sepasang siluman
putih dan hitam, sedemikian girangnya mereka sampai lupa
daratan dan saling berpelukan kencang.
Dalam pada itu Dewa Racun Yu Hua sudah tidak berwujud
manusia lagi, air keringat telah membasahi sekujur badannya
panca inderaoya sudah tidak berfungsi secara normal suara
rintihannya sudah sedemikian lirih dan seraknya sampai
kedengaran amat perlahan, walaupun begitu ia masih juga
berusaha mencengkeram permukaan tanah dengan tatapan
mata yang memelas hati kepada Han Sion Kie:
"Ciangbunjin... too... tolonglah aku.... berbuat... buatlah
belas kasihan... dan... dan bebaskanlah aa.. aku dari... dari
penderitaan"
Han Siong Kie merasa sangat tak tega memyaksikan
penderitaan orang itu, rasa iba telah muncul dalam hatinya,
diapun lantas teringat dengan keterangan dari engkoh tuanya
si pengemis dari selatan, menurut pengemis itu sepanjang
sejarah hidupnya Dewa racun Yu Hua tidak pernah melakukan
perbuatan yang sangat jahat serta merugikan banyak orang,
maka dia ambil keputusan untuk menyelamatkan jiwanya.
Ketika ingatan tersebut terlintas dalam benaknya, dari
tempat kejauhan diapun melepaskan serangan untuk menotok
beberapa buah jalan darah penting ditubuh orang itu..
Setelah jalan darahnya tertotok maka Dewa racun Yu
Huapun berhenti mengerang kesakitan.

1400
Tempo dulu Dewa racun Yu Hua pernah mempunyai niat
jahat hendak merampas sepasang sarung tangan mustika Hud
jiu poo pit dari tangan Han Siong Kie, kemudian ketika sianak
muda itu terjebak dalam Lian huan tau, diapun pernah
menggunakan asap beracun untuk merobohkan musuhnya,
tapi sekarang Han Siong Kie tidak mengingat dendam lama
dan malahan bersedia menyelamatkan selembar jiwanya, dari
sini dapatlah ditarik kesimpulan, kendati pemuda itu tersohor
sebagai Manusia bermuka dingin, hakekatnya hatinya tidak
dingin, hatinya penuh dengan perasaan welas kasih dan
kasihan.
Demikianlah setelah mencengkeram tubuh Dewa racun Yu
Hoa, Han Siong Kie lantas berseru kepada Hek pek siang yau.
"Hayo jalan, kita masuk kedalam lembah"
Sementara itu sepasang siluman hitam putih sedang
merasa tercengang oleh tindak tanduk dari cianngbunjinnya,
tapi mereka tak berani banyak bertanya, maka tanpa
mengucapkan sepatah katapun kedua orang ini ikut masuk
kedalam lembah mengintil di belakang ketuanya.
Setelah tiba ditepi telaga beracun, Han Siong Kie
melemparkan tubuh Dewa racun Yu Hua dihadapan Bantok
Cousu. sedangkan Hek Pek siang yau saling berpandangan
sekejap akhirnya mereka maju memberi hormat setelah itu
baru berdiri di samping Han Siong Kie dengan perasaan
gembira dan tak tenteram.
Dalam pada itu Ban tok Cousu telah menuding ke arah
dewa racun Yu Hua seraya menegur:
”Eeeh apa yang terjadi dengan orang itu?”
Han Siong Kie maju dan memberi hormat lalu sahutnya.
”Oleh sebab boanpwe melihat ia tersiksa hebat, mati tak
bisa hidup pun menderita maka aku membawanya datang
kemari, harap locianpwe bersedia untuk mengampuni
selembar jiwanya!”

1401
”Tapi lohu toh sudah berkata, bahwa aku hanya akan
mengabulkan satu permintaanmu saja.”
”Waaah. kalau begitu..” untuk sesaat Han Siong Kie
terbungkam, beberapa saat kemudian ia baru berkata lagi:
”Boanpwe berbuat demikian lantaren merasa tak tega dan
aku pun tidak khusus mohonkan pengampunan baginya maka
setuju atau tidak adalah terserah pada keputusan locianpwe
sendiri!”
"Hmm, aku hanya merasa heran kenapa ia bisa
mempertahankan hidupnya sekian lama?” ujar Ban tok Cousu
keheranan.
”Ia bernama Dewa racun Yu Hua, selama hidupnya
tersohor dalam dunia persilatan karena ilmu beracunnya!
”Ooh .tak heran kalau ia masih bisa mempertahankan diri,
baiklah! memandang dia sebagai seorang ahli racun pula, lohu
bersedia untuk mengampuni selembar jiwanya.”
Sehabis berkata ia mengambil keluar sebuah botol porselen
kecil dan malemparkan sebiji obat ke tangan Han Siong Kie
katanya.
"Berikan obat itu kepadanya!"
Han Siong Kie segera membebaskan dahulu jalan darahnya
yang tertotok kemudian baru melolohkan obat tadi kedalam
mulutnya.
Sslang sesaat kemudian, Dewa racua Yu Hua telah segar
kembali, dia lantas melompat bangun, lalu sambil jatuhkan diri
berlutut di badapan Ban tok Cousu katanya:
”Locianpwe, banyak terima kasih atas budi pertolonganmu.”
"Tak usah. Tak usah. Kau tak perlu berterima kasih
kepadaku sebab maksudku semula adalah hendak menghabisi
jiwamu" tukas Ban tok Cousu sambil ulapkan tangannya
"untunglah kau juga seorang ahli dalam ilmu beracun

1402
sehingga nyawamu bisa ketolongan HHmm memandang diatas
wajah bocah itu kuampuni jiwamu untuk kali ini, kalau ingin
berterima kasih sampaikan saja kepadanya.."
Dewa racun Yu Hua lantas bangkit dan berlutut dihadapan
Han Siong Kie, katanya dengan perasaan berterima kasih:
"Budi pertolongan yang telah kau lepaskan pada diriku
selama hidup aku Yu Hua tidak akan melupakannya" selesai
berkata ia lantas bangkit dan berlalu dari tempat itu.
Dengan termangu-mangu Han Siong Kie memandang
bayangan punggung dari dewa racun itu hingga lenyap dari
pandangan, kemudian baru ujarnya kepada Ban tok Cousu.
"Locianpwe harap engkau bersedia untuk memulihkan raut
wajah mereka"
Ban tok Cousu mengangguk. dia lantas mengalihkan sinar
matanya untuk mengawasi Hek pek siang yau dengan
seksama, kemudian katanya:
"Sudah berapa lama kalian berdua terkena racun dari Gi
heng tok ko tersebut??"
"Sudah lima puluh tahun lamanya" jawab siluman hitam
cepat.
"Sudah lima puluh tahun lamanya?" ulang Ban tok Cousu
agak tercengang.
"Benar"
"Kalau begitu, kalian berdua harap segera maju kemuka"
Sepasang siluman hitam dan putih mengiakan, mereka
lantas maju kedepan mendekati kakek tua itu.
Mendadak Bantok Cousu membentak keras, secara
beruntun ia lancarkan tiga buah pukulan, semua pukulan itu
dilepaskan sangat cepat dan luar biasa sekali, hingga
kedengaran suara deruan angin pukulan yang memekakkan
telinga.

1403
Hek pek siang yau tak menyangka kalau secara tiba-tiba
dia bakal diserang secara gencar, dalam keadaan tak siap
siaga, kedua-duanya lantas tersapu telak oleh pukulan itu
sehingga tercebur kedalam telaga beracun.
Dua jeritan ngeri menggema memenuhi angkasa, hanya
sebentar saja suara itu sudah sirap.
Paras muka Han Siong Kie berobah hebat
-000d0w000-
BAB 77
DILUAR dugaan Ban tok cousu telah melancarakan
serangan dan menghajar Hek pek siang yau sehingga tercebur
kedalam telaga beracun, tindakan semacam ini tak disangka
oleh siapapun, dan mimpipun sianak muda itu tak mengira
bakal terjadi peristiwa semacam ini.
Hek pek siang yau sendiri setelah salah makan buah racun
sehingga wajahnya berubah wujud, kemudian setelah
terkurung selama lima puluh tahun lebih dalam lembah
kematian, mereka ingin sekali menyembuhkan kembali wajah
mereka yang menyeramkan itu, sudah tentu dihadapan
Bantok Cousu yang akan melakukan penyembuhan tersebut,
kedua orang itu tak akan bersiap-siap untuk menjaga segala
kemungkinan.
Andaikata mereka tidak mengendorkan pengawasannya,
dengan kemampuan yang dimiliki sepasang siluman hitam
putih pada saat ini, lebih hebatpun belum tentu Ban tok Cousu
dapat berhasil dengan serangannya dalam sekali gebrakan.
Begitulah ketika dua orang siluman itu terhajar sampai
mencelat kedalam air telaga dan memperdengarkan pekikan
berat yang memilukan hati, paras muka Han Siong Kie
berubah hebat, ia lantas membentak dengan penuh
kegusaran:

1404
"Sungguh tak kusangka engkau adalah seorang manusia
berhati keji dan berniat busuk, rasain pukulanku ini"
Diiringi bentakan keras pemuda itu menyerbu kedepan dan
melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah dada Ban tok
Cousu. serangan itu bukan saja dilakukan dengan kecepatan
luar biasa, bahkan hawa pukulan yang terkandung dibalik
serangan itupun sangat kuat.
Ban tok Cousu tidak mengadakan perlawanan meskipun
serangan yang tertuju kebadannya sangat keras ia cuma
mengegos kesamping dan tahu-tahu sudah lolos dari serangan
itu.
Kemarahan yang berkobar dalam hati Han Siong Kie benarbenar
sudah mencapai puncaknya, gagal dengan serangan
pertama, bagaikan bayangan setan ia mengejar kedepan dan
sekali lagi melepaskan serentetan pukulan yang gencar.
”Tahan!” tiba-tiba Ban tok Cousu membentak keras,
suaranya seperti geledek.
Tanpa sadar Han Siong Kie telah mengurungkan kembali
niatnya untuk melancarkan serangan teriaknya pula dengan
marah:
”Apa yang hendak kau katakan lagi?”
”Bukankah engkau minta pertolonganku untuk
memunahkan racun yang bersarang ditubuh mereka?” tegur
Ban tok Cousu kemudian.
”Benar! Tapi engkau telah melancarkan serangan
mematikan yang mengakibatkan mereka berdua mendapat
celaka" teriak pemuda itu marah-marah mukanya merah dan
matanya melotot besar.
Ban tck Consu gelengkan kepalanya berulang kali.

1405
”Sudahlah, bila engkau tidak percaya dengan diriku,
sekarang masih ada kesempatan bagimu untuk enyah dari
sini!” katanya.
Han Siong Kie melirik sekejap ke arah permukaan telaga
tiba-tiba ia tertegun. Kiranya Hek pek siang yau sudah
terlentang di tepi telaga dengan badan basah kuyup, meski
napasnya tersengkal-sengkal seperti kerbau namun tidak
tampak gejala sebagai orang yang keracunan.
Sebagai pemuda yang cerdas ia lantas menyadari apa
sebenarnya yang telah terjadi, cepat ia menjura dan mohon
maaf katanya:
"Aaaah. rupanya boanpwe telah salah paham! Locianpwe
jika barusan aku telah menyerang engkau secara gegabah dan
kasar mohon sudilah kiranya locianpwe memberi maaf!”
"Ehm. dalam hal ini kau tak bisa disalahkan maklum kalau
kau jadi marah dengan tindakanku yang tak terduga itu..!”
Dari sakunyo Ban tok Cousu mengambil keluar sebuah
botol kecil dan mengambil dua biji pil berwarna hijau setelah
melolohkannya kedalam mulut sepasang siluman itu, ia baru
berkata.
"Kurang lebih setengah jam kemudian racun yang
mengeram dalam tubuh mereka akan punah dan kesehatan
tubuhnya akan sehat dan pulih kembali seperti sedia kala!”
Kali ini Han Siong Kie tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya
memandang ke arah Ban tok Ccusu dengan mulut
membungkam.
Kurang lebih saperminum teh kemudian, tiba-tiba kedua
orang siluman hitam putih itu melompat bangun kemudian
kabur terbirit-birit menuju ke balik pepohonan tak jauh dari
telaga itu.
Melihat tingkah laku mereka yang aneh, Han Siong Kie
merasa amat terperanjat, ia coba untuk mengejar.

1406
"Jangan halangi mereka" tiba-tiba Ban tok Cousu mencegah
sambil goyangkan tangannya berulang kali. "biarkan mereka
pergi dari sana"
Dalam sekejap mata dua orang manusia siluman itu sudah
lenyap dibalik pepohonan yang lebat.
Sementara itu Han Siong Kie masih berdiri termangu
dengan perasaan kaget dan tercengang, ia bertanya
kemudian: "Locianpwe sebenarnya apa yang terjadi?"
"Obat yang mereka makan telah mulai bereaksi, sekarang
racun yang terkandung di dalam tubuh mereka mulai bergolak
keras dan harus dikeluarkan dengan melalui saluran kotoran"
Han Siong Kie baru paham setelah diberi penjelasan yang
seksama itu, kembati dia bertanya lagi:
"Locianpwe, bukankah tadi engkau sudah menghajar
mereka berdua hingga tercebur kedalam telaga beracun?
Mengapa tidak kujumpai tanda-tanda keracunan ditubuh
mereka berdua, apakah soal ini.."
"Itulah yang dinamakan pengobatan dengan racun
melawan racun" sahut Bantok Cousu sambil mengangguk.
"oleh sebab kedua orang itu menderita keracunan pada lima
puluh tahun berselang, sehingga daya kerja racun itu sudah
meresap sampai mencapai setiap urat nadi dan organ tubub
pada lapisan yang paling kecil, maka mereka harus diceburkan
dulu kedalam telaga racun.."
Ia berhenti sejenak kemudian lanjutnya lebih jauh:
"Sebagaimana kau ketahui, air telaga ini sangat beracun,
sebab disinilah terkumpulnya sumber dari segala macam racun
alam dan dikolong langit tidak terdapat benda lain yang bisa
menandingi kedahsyatan dari racun ini, maka aku lantas
berpikir untuk menceburkan mereka kedalam air telaga ini,
biar racun dari telaga ini meresap kedalam organ tubuhnya
dan saling menyerang dengan racun dalam tubuh, racun bila

1407
dilawankan racun akan berakhir dengan punahnya kedua jenis
racun itu. Nah pada saat itulah aku baru memberi obat
mujarab yang akan memunahkan sisa-sisa racun yang
ketinggalan."
"Oooh.. kiranya begitu?"
Kembali Ban tok cousu memberi penjelasan:
"Tentunya kau merasa heran bukan mengapa aku
menyerang mereka secara tiba-tiba? Tujuanku adalah agar
mereka menjadi gugup, panik dan ragu, pada saat itulah
mereka akan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya
untuk melakukan perlawanan, karena mengerahkan tenaga,
otomatis semua urat nadinya terbuka dan racun yang
mengeram ditubuh merekapun akan punah lebih cepat lagi"
Sekarang Han Siong Kie baru benar-benar mengetahui apa
yang sebenarnya telah terjadi, untuk kesekian kalinya ia
memberi hormat.
"Locianpwe harap engkau bersedla untuk memaafkan
kecerobohan boanpwe sehingga melakukan tindakan kasar
kepadamu"
"Yang sudah lewat biarkan lewat, toh siapa yang tak tahu
tak berdosa??"
Han Siong Kie tertunduk. sesaat kemudian ia baru berkata
lagi:
"Pihak perkumpulan Thian che kau telah mempunyai niat
jahat dengan maksud meledakkan lembah hitam, dan lagi
diantara jago-jago yang mereka kirim kemari hanya Dewa
racun Yu Hua seorang yang masih hidup, aku kuatir kalau
mereka tak akan berdiam diri sampai disini saja, locianpwe. .
.."
Sebelum pemuda itu menyelesaikan kata- katanya, Ban tok
Cousu telah menukas sambil tertawa terbahak-bahak.

1408
"Haaah haaah haaah siapa berani mengganggu aku, dia
harus dibikin mampus, dan prinsip ini sudah kupegang teguh
sepanjang masa hidupku, ketahuilah telaga beracun hanya
merupakan salah satu pintu masukku belaka, kendatipun
lembah hitam sudah di musnahkan, memangnya mereka
sanggup bisa melukai aku??"
Pernyataan ini sangat menarik hati Han Siong Kie, dia ingin
sekali bertanya lebih lanjut, tapi merasa tak enak untuk
membuka suara, terpaksa niatnya dibatalkan. Dalam sekejap
mata, setengah jam sudah lewat.
Mendadak dari balik pepohonan muncul sepasang muda
mudi yang tampan dan cantik berusia dua puluh tahunan,
dengan langkah yang lembut dan menawan hati mereka
menghampiri Han Siong Kie berdua.
Kemunculan muda mudi itu sangat mengejutkan si anak
muda itu, ia tak habis mengerti kenapa dari lembah hitam bisa
muncul sepasang muda mudi setampan dan secantik itu.
Ban tok Cousu sendiri sedang mengamati pula sepasang
muda mudi itu dengan pancaran sinar yang mata aneh.
Han Siong Kie baru menjerit kaget setelah sinar matanya
terbentur dengan pakaian yang dikenakan muda mudi itu, ia
lantas berteriak kegirangan:
"Aaah kiranya kalian telah berwujud wajah aslimu kembali"
Memang benar sepasang muda mudi yang tampan dan
cantir itu tak lain adalah Hek pek siang yau, sepasang siluman
hitam putih dalam bentuk wajah aslinya.
Kedua orang itu segera memburu maju ke depan dan
jatuhkan diri berlutut dihadapan Han Siong Kie, katanya
dengan penuh rasa hormat:
"Tecu Seng Keh-ki dan Hong Ing ing mengucapkan banyak
terima kasih atas budi ciangbunjin yang telah memenuhi
harapan kami."

1409
Dari ucapan tersebut dapat diketahui bahwa siluman hitam
kiranya bernama Seng Keh ki sedangkan siluman putih
bernama Hong ing ing. Maka diapun tersenyum sambil
ulapkan tangannya. "Tak usah banyak adat, ayo cepat
bangun"
Dua orang siluman itu berlutut pula dihadapan Ban tok
Cousu sambil katanya:
"Boanpwe berdua mengucapkan banyak terima kasih atas
budi cianpwe yang telah memulihkan kembali wajah kami
berdua"
Ban tok Cousu tidak berkata apa-apa, dia malahan
mendengus dingin.
Dengusan itu bukan saja mengejutkan seng Keh-ki serta
Hong ing ing, malahan Han Siong Kie sendiripun tidak habis
mengerti mengapa Ban tok Cousu secara tiba-tiba berubah air
mukanya?
"Locianpwe adakah sesuatu yang tidak beres? " tanya Han
Siong Kie dengan wajah tercengang.
Ban tok Cousu menghembus jenggotnya yang putih lali
menjawab dengan dingin.
"Ketahuilah lohu bisa menolong orang, bisa pula
membunuh orang"
"Boanpwe tidak mengerti dengan apa yang locianpwe
katakan, bersediakah engkau memberi penjelasan? "
"Kalau toh engkau mengharapkan bantuanku, mengapa
bicara tidak sejujurnya?"
"Bicara tidak sejujurnya? Dalam hal apa kami tidak jujur?"
"Benarkah dua orang bocah ingusan yang masih berbau
titik ini terkena racun pada lima puluh tahun berselang?"

1410
Has Siong Kie lantas dapat menebak persoalan apakah
yang menyebabkan Bantok Cousu jadi marah, bukan
menjawab dia malahan balik bertanya:
"Locianpwe pernah kah engkau mendengar tentang Hok
pek siang yau yang amat tersohor itu?"
"Ehm pernah kudengar tentang orang itu, cuma belum
mendapat kesempatan untuk berjumpa dengan orangnya"
"Kedua orang inilah sepasang siluman hitam putih"
"Apa? Mereka adalah Hekpek-siang yau yang pernah
menggetarkan dunia persilatanpada puluhan tahun
berselang?"
"Benar" pemuda itu mengangguk.
Agaknya Ban tok Cousu tak percaya dengan ucapan
tersebut, dia menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Masa mereka mempunyai kepandaian untuk tetap awet
muda??"
"Meski awet muda selamanya sih tidak. tapi kenyataannya
mereka memang memiliki kelebihan yang bisa merawat wajah
mereka tetap awet muda" sahut Han Siong Kie.
"Tidak... aku tidak percaya" seruBan tok Cousu sambil
menggelengkan kepalanya.
Karena kakek tua ini kurang percaya, maka Han Siong Kie
lantas menceritakan kisah tentang asal usul kedua orang
siluman itu, termasuk juga bagaimana bisa mendapatkan Bak
ci yang bisa membuat orang tetap awet muda.
Mendengar kisah tersebut, makhluk tua beracun itu
anggukkan kepalanya berulang kali serunya:
"Kalau begitu, mereka berdua berasal dari perguruan Thian
it bun dan merupakan ahli waris dari Kiu thian it siau (elang
sakti dari langit sembilan) Ki Goan thong??"

1411
"Benar"
Ban tok Cousu lantas menengadah dan tertawa terbahakbahak.
"Haaahhh haaahhh haaahhh kalau begitu mereke terhitung
ahli waris dari sobat lamaku sendiri, hayo bangun... bangun
Jangan berlutut terus"
Setelah diperkenankan berdiri, sepasang siluman itu baru
bangkit berdiri dan berdiri disamping dengan sikap hormat.
Kembali Ban tok cousu menghela napas panjang, kemudian
ujarnya lagi:
"Aku dan Ki Goan thong adalah sobat kental.. aai. sungguh
tak kusangka perguruan Thian it bun telah musnah dan tinggal
kenangan belaka, benar-benar lain dulu lain sekarang, apakah
kalian berdua mempunyai minat untuk membangun kembali
perguruan Thian it bun?"
Dengan sikap yang sangat hormat Seng Keh ki menjawab:
"Boanpwe berdua telah menjadi anggota perguruan dari
Thian lam bun"
Han Siong Kie yang berada di sampingnya segera menyela
sembari menatap tajam kedua orang siluman itu.
"Jika kalian berdua ada maksud untuk membangun kembali
perguruan Thian it bun, akupun dengan senang hati akan
memberi pula bantuan serta dukungan"
Kedua orang itu menatap sekejap kearah si anak muda itu
dengan pandangan penuh rasa terima kasih, siluman putih
Hong Ing ing lantas menjawab dengan lantang:
"Tecu berdua telah bersumpah untuk mengikuti ciangbunjin
sepanjang masa, sumpah yang telah kami ucapkan selamanya
tak akan kami ingkari kembali"
1412
"Aku toh memberi persetujuan khusus kepadamu dan
bukannya kalian yang mengingkari janji? hal ini tak dapat
dikatakan sebagai tindakan yang melanggar sumpah."
"Ten .. tentang soal ini.... sampai sekarang tecu masih
belum melakukan pertimbangan apa- apa"
"Baik kalau begitu lain kali baru kita bicarakan lagi"
sekali lagi Han Siong Kie mengamati sepasang kekasih yang
baru terlepas dari penderitaan itu, mendadak satu ingatan
terlintas dalan benaknya, cepat ujarnya.
"Bukankah kalian berdua pernah berkata bahwa setelah
pulih kembali wajah kalianpada wujud yang sebenarnya, maka
hubungan perkawinan kamu berduapun akan diresmikan?"
Merah padam selembar wajah siluman putih Hong Ing-ing,
ia tundukkan kepalanya dengan jantung berdebar keras, entah
malu entah girang tapi yang pasti saat semacam inilah yang
telah dinanti-nantikan setelah hidup menderita puluhan tahun
lamanya.
Andaikata sejak dulu kala mereka tidak makan Bak ci,
mustika yang langka dari dunia persilatan, mungkin pada saat
ini wajahnya sudah berkeriput dan mukanya menjadi peyot.
Siluman hitam Seng Keh-ki juga merasa merah pipinya,
dengan kepala tertunduk sahutnya:
”Harap ciangbunjin suka menyelenggarakannya bagi kami
!”
"Sayang pada saat ini aku harus buru-buru berangkat
kembali kedaratan Tionggoan!" kata Han Siong Kie.
”Tecu berdua tak terburu nafsu, akan kami nantikan saja
sampai setibanya kembali ciangbunjin dalam istana !”
”Haaah haaah haaaa, saatku kembali juga susah
diramalkan, lebih baik begini saja,” pemuda itu berpaling
kearah Ban tok Cousu lalu sambungnya lebih jauh:

1413
"Locianpwe ini adalah sobat karib dari mendiang guru
kalian apa salahnya kalau aku sebagai ciangbunjin kalian
mengesahkan upacara perkawinan kalian berdua disini saja
selain kita bisa minta kesediaan dari tuan rumah tempat ini
menjadi saksi bagi perkawinanmu berdua kejadian ini pun
akan meninggalkan kesan yang romantis buat lembah hitam
telaga beracun yang selalu dianggap menyeramkan ini!”
Bsibicara simpai disini dia lantas berpaling kearah Ban tok
Coosu dan menambahkan:
"Locianpwe bersediakah engkau mengabulkan permintaan
dari boanpwe barusan?”
Ban tok Cousu menengadahkan tertawa terbahak-bahak:
”Haahh haahh haahh bagus.. bagus sekali meninggalkan
kesan yang romantis bagi telaga beracun, kenapa aku tidak
menyetujui atas usulmu itu? Justru aku ingin menyatakan dulu
sesuatu secara terbuka meski aku pelit dan tak punya apa-apa
akan tetapi aku bersedia merubah gua telaga racuntku ini
menjadi kamar pengantin, Haaahh haahh haaahhh..”
"Boanpwe sekalian tak berani mengganggu lebih jauh,
cukup upacara ini diselenggarakan ditepi telaga beracun ini
saja, sebab tempat ini lebih mengesankan bagi kami, disinilah
wajah kami dapat pulih kembali sebagaimana wajah aslinya"
Berbicara sampai disini, dua orang siluman itu saling
berpandangan sekejap dalam pandangan itulah sudah
mencakup perasaan kecut dan manis bercampur aduk.
Maka Han Siong Kie lantas mengangkat tinggi-tinggi
lencana ok kui cu pay itu, sementara sepasang siluman tadi
berlutut di hadapan lencana tadi dan oleh Han Siong Kie
sebagai ketua perguruannya, hubungan merekapun segera
diresmikan menjadi suami istri.
Selesai upacara kedua orang siluman itupun memberi
hormat kepada Ban tok Cousu sebab kakek berambut putih itu

1414
adalah saksinya yang telah mengikuti jalannya upacara
tersebut. Dengan demikian, upacara perkawinanpun secara
singkat telah selesai.
Sebercak sinar sempat menyorot masuk ke dasar lembah
hitam yang menyeramkan, membawa suatu perasaan yang
lain daripada yang lain.
Dalam keadan begitu tanpa terasa Han Siong Kie teringat
kembali akan Go siau bi yang dengan paksa dijodohkan
kepadanya, ia tak tahu bagaimana akhir dari hubungan
mereka berdua nanti?
Diapun terbayang kembali akan Tonghong Hui, satusatunya
perempuan yang ia cintai sejak perpisahannya secara
terburu-buru di tepi sungai tempo hari, ia tak tahu dimanakah
sekarang ia berada terutama dalam pertemuan untuk kedua
kalinya dari perubahan wajah serta nada pembicaraannya
terasa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.
Lebih tragis lagi berulang kali orang yang kehilangan sukma
memberi peringatan kepadanya bahwa perkawinannya dengan
Tonghong -Hui akan mengakibatkan terjadinya suatu tragedi
yang menyedihkan hati, pemuda itu cukup menyadari bahwa
apa yang dikatakan orang yang kehilangan sukma jarang
sekali meleset, ini menyebabkan hatinya diam-diam bergidik
seram.
Menyusul kemudian bayangan tubuh dari nyonya cantik
berbaju merah itu muncul pula didepan matanya, ia mengakui
bernama Buyung Thay. . kecantikan wajahnya tak terkirakan
dan boleh dibilang sukar dicarikan tandingannya di dunia ini.
Tanpa disadari Han Siong Kie merasakan sekujur badannya
berubah jadi panas membara jantungnya ikut berdebar keras.
”Aku tidak pantas memikirkan perempuan itu lagi”
demikianlah ia memperingatkan diri sendiri apalagi ia pernah
dimaki oleh orang yang kuketahui namanya sebagai

1415
perempuan lonte yang tak tahu malu. Benarkah dia adalah
seorang perempuan yang tak punya malu?
Semakin pemuda itu berusaha untuk membuang jauh-jauh
ingatan tentang nyonya cantik berbaju merah itu bayangan
tubuhnya semakin melekat dalam ingatannya kulit tubuhnya
yang putih bersih tatapan matanya yang memikat dan
mempesona hati senyuman manisnya yang membukakan
bibirnya yang kecil mungil dan potongan tubuhnya yang padat
berisi terutama kematangannya sebagai seorang nyonya muda
merupakan suatu daya rangsangan suatu daya pikatan yang
sangat besar.
Sementara dia masih termenung Ban tok Cousu telah
berkata lagi sambil tertawa terbahak-bahak.
”Haaahhhh haaahh haaahhh hidup berkasihan selama
puluhan tahun dan akhirnya berhasil juga menjadi suami istri,
kejadian yang menimpa kalian berdua benar- benar
merupakan suatu cerita yang sangat menarik bagi umat
persilatan!”
Gelak tertawa yang amat keras itu lantas menyadarkan Han
Siong Kie dari lamunannya, ia merasa sikapnya yang kurang
hormat barusan membuat sepasang pipinya menjadi merah-
Selang sesaat kemudian segera serunya:
”Locianpwe, boanpwe sekalian hendak mohon diri lebih
dahulu, budi kebaikan cianpwe terhadap kedua orang anak
buahku ini tak akan terlupakan untuk selamanya, kami
ucapkan banyak terima kasih atas bantuanmu!”
Habis berkata Han Siong Kie lantas memberi hormat dalamdalam
sedangkan sepasang siluman itu pun ikut memberi
hormat.
”Haaahh haaahhh hahhh bagus..bagus!” Ban tok Coasu
hanya beberapa kali mengangguk sambil tertawa terbahakbahak.

1416
Demikianlah ketiga orang itu pun lantas berpamitan dan
berlalu dari telaga beracun yang dianggap sebagai tempat
angker itu. Dalam sekejap mata mereka sudah diluar lembah
tersebut.
Tiba-tiba Han Siong Kie seperti teringat akan sesuatu, ia
berkata dengan serius:
”Oooh iya tempo hari Wi Ik beng pernah menyaru sebagai
sucou kita Mo tiongci mo, naik keatas kuil Siau lim si dan
mencuri kitab pusaka Tay boan yo pit kip, bukan mencuri kitab
saja bahkan dia pun membunuh padri penjaga loteng
penyimpan kitab tersebut. Tentang peristiwa ini aku telah
berjanji dengan Liau ing Hweesio untuk memberikan
pertanggungan jawab ke kuil mereka satu tahun mendatang
sekarang Wi Ik beng sudah dihukum mati, sayang waktu itu
aku lupa menggeledah kitab pusaka Tay boan yo pit kip
tersebut dari sakunya" Sekembali kamu berdua ke istana
terangkan persoalan itu kepada To tianglo dan perintahkan
mereka uotuk melakukan pencarian kilat, setelah ditemukan
segara kirim orang menuju ke markas besar Kay pang di
daratan Tionggoan dan serahkan kepada Tianglo pengemis itu
si pengemis dari selatan, katakan merekanya agar kitab itu
disampaikan kepadaku”
"Terima perintah” jawab sepasang siluman dengao cepat,
"dalam perjalanan ciangbunjin menuju kedaratan Tionggoan
ini, apakah kau membutuhkan bantuan dari tecu berdua?”
”Kalian berdua lebih penting menjaga keselamatan istana
perguruan kita, apalagi kepergianku kali ini adalah untuk
membereskan persoalan pribadiku sendiri, kalian tak perlu ikut
!”
Mendengar jawaban itu, dengan wajah serius siluman
hitam Seng Keh ki lantas berkata:
”Ciangbunjin, tecu mempunyai suatu permohonan dan
harap ciangbunjin bersedia untuk mengabulkan!”

1417
”Apa permintaanmu itu ?”
”Salah seorang musuh besar perguruan kami di masa
lampau, sampai sekarang masih ada seorang yang terlolos
dari jaring.”
”Kau maksudkan Hun si Mo ong ?”
"Benar!"
”Ada apa dengan gembong iblis itu?”
"Semoga ciangbunjin mengijinkan tecu berdua untuk
menuntut balas dengan tangan sendiri"
"Tentu saja boleh, tapi saat ini keadaan dari perguruan kita
masih payah, setiap saat perkumpulan Thian che kau bisa
mengutus orang untuk mengacau, maka kamu berdua harus
melakukan penjagaan dulu disana, bila saatnya telah tiba, aku
bisa mengirim kabar keistana"
". .Terima kasih atas kebaikan ciangbunjin" dua orang
siluman itu segera menjura.
"Selain itu" ujar Han Siong Kie kemudian setelah berhenti
sebentar, dia ambil keluar lencana ok kui cu pay itu dari
sakunya dan diserahkan kepada siluman hitam.
"Serahkan lencana ini kepada To tianglo, bila setahun
kemudian aku masih belum kembali, suruh dia mengangkat
orang lain sebagai ketua baru"
Paras muka Hek pek siang yau berubah hebat, dengan
suara gemetar siluman putih lantas berkata.
"Ciangbunjin, mengapa kau mengucapkan kata-kata seperti
itu??"
Han Siong Kie tertawa tak wajar rupanya ia sedang
menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.
"Aaah, tidak apa-apa" dia menyahut "aku hanya bersedia
payung sebelum hujan, siapa tahu nasib manusia didunia ini"

1418
"Apakah ciangbunjin masib ada pesan-pesan yang lain?"
"Tak ada lagi. Ingat begitu kitab pusaka Tay boan yo pit kip
berhasil ditemukan, maka kalian harus mengutus orang untuk
membawanya kedaratan Tionggoan"
"Tecu akan mengingatnya selalu"
"Baiklah sekarang kalian boleh pergi semoga kalian bisa
menempuh hidup dengan penuh kebahagiaan"
"Terima kasih ciangbunjin"
Begitulah dengan perasaan berat hati seng Kah ki dan
Hong Ing ing memandang sekejap kearah Han Siong Kie
kemudian baru menjejakkan kakinya kepermukaan tanah dan
berlalu dari sana.
Memandang bayangan punggung dua orang anak buahnya
pergi jauh, diam-diam Han Siong Kie menghela napas
panjang, bisiknya:
"Aaai bagaimanapun juga mereka tetap berbahagia meski
baru saja terlepas dari penderitaan"
Sementara ia masih berdiri melamun mendadak dari arah
belakang berkumandang suara yang sangat dingin, dan suara
itu seakan- akan pernah didengarnya disuatu tempat, hanya
pemuda itu tak dapat mengingatnya kembali dimanakah suara
itu pernah mendengar.
"Bocah keparat. Ternyata engkaulah yang bernama
manusia bermuka dingin"
Teguran tersebut sangat mengejutkan Han Siong Kie,
dengan sigap dia berpaling, seorang laki-laki baju hitam yang
bergodek panjang berdiri empat kaki dihadapannya dan pada
saat itu sedang melotot kearahnya dengan pandangan penuh
kebencian.

1419
Tatapan yang penuh sikap bermusuhan itu sangat tidak
menyenangkan hati pemuda kita, diapun lantas menjawab
dengan ketus: "Benar, akulah orangnya siapa engkau?"
"Bi-siang-kek (tamu bergodek indah) Huan Kang"
"Ada apa engkau mencari aku??"
"Memperingatkan engkau agar tidak berhubungan lagi
dengan Buyung Thay"
Han Siong Kie melongo dan termangu, sekarang ia baru
ingat rupanya orang inilah yang pernah memberi peringatan
kepadanya agar tidak berhubungan lagi dengan Buyung Thay
si nyonya cantik berbaju merah, tak heran kalau suaranya
seperti pernah dikenal, kenangan semasa berada dalam kuil
teringat kembali, diapun teringat pula bagaimana orang itu
mencaci maki Buyung Thay sebagai lonte yang tak tahu malu.
Kontan saja jago muda kita tertawa dingin, ia menegur:
"Apa maksudmu berkata demikian kepadaku??"
"Hmmm tidak bermaksud apa-apa, aku hanya melarang
engkau berhubungan lagi dengannya" jawab Tamu bergodek
indah Huan Kang dengan nada seram.
"Kenapa? Kau harus memberikan suatu alasan yang tepat "
"Tak usah bertanya mengapa, yang pasti dengan usianya
sekarang dia sudah pantas menjadi ibumu."
"Tutup mulut!" bentak Han Siong Kie dengan gusar, ucapan
itu mengobarkan hawa amarah dalam hatinya.
Mendengar bentakan itu tanpa sadar tamu bergodek indah
Huan Kang mundur selangkah kebelakang lalu berkata lagi:
”Manusia bermuka dingin kalau engkau tidak bersedia
mendengarkan perkataanku maka...”
”Maka kenapa?”

1420
”Engkau akan menyesal untuk selamanya”
”Heheeehh heehhh aku tidak percaya, justru akan
kubuktikan apa yang dapat kau lakukan”
"Kenalkah kau dengan perempuan itu?" tiba-tiba Tamu
bergodek indah Huan Kang menegur.
Han Siong Kie terkesiap dan mundur ke-belakang segera
pikirnya:
”Ehmmm betul juga! Siapakah dia? Berasal dari mana?”
Tapi anak muda ini tak ingin menunjukkan kelemahan
dibadapan lawannya maka dia-pun balik bertanya.
”Apakah engkau kenal siapakah dia?”
”Tentu saja !”
Tiba tiba.
”Huan Kang ! Benarkah engkau tahu siapakah diriku ini ?”
serentetan suara teguran yang dingin penuh membawa daya
pikat menggema mcmecahkan kesunyian;
Menyusul teguran tadi muncullah sesosok bayangan
berbaju merah seperti sukma gentayangan tahu-tahu ia sudah
muncul di hadapan mereka berdua.
Dia, Tak lain adalah Bayung Thay, perempuan cantik jelita
yang gemar memakai baju merah itu.
Begitu mengetahui siapakah yang muncul Tamu bergodek
indah Huan Kang segera menunjukkan wajah tersipu-sipu,
agaknya dia tak mengira kalau secara tiba-tiba perempuan itu
bisa muncul di hadapan matanya.
Dengan kerlingan mata yang penuh mengadung daya
pikatan Buyung Thay mengerling sekejap ke arah Han Siong
Kie, kemudian ia tertawa dan menyapa-
”Titi .! Kembali kita berjumpa lagi.”

1421
"Cici" Han Siong Kie tak dapat mengendalikan golakan
perasaannya lagi dan ikut berseru.
Secara tiba-tiba dia merasa seakan-akan dirinya berubah
jadi begini lemah dan tak bertenaga dihadapan Buyung Thay,
ia seperti telah berobah jadi seorang manusia lain.
Panggilan adik dan cici ini bagi pendengaran Tamu
bergodek indah Huan Kang sangat menusuk sekali, wajahnya
kontan berubah hebat.
"Adik Thay..." dia pun berseru.
-000d0w000-
Jilid 38
BAB 78
"SIAPA yang menjadi adik Thay-mu?" tukas Buyung Thay
dengan wajah dingin dan perasaan tak senang hati.
Tamu bergodek indah Huan Kang tertawa tersipu-sipu,
kembali ia berseru: "Adik Thay kau. . ."
"Tutup mulut Bukankah engkau memaki diriku sebagai
perempuan lonte yang tak tahu malu?"
"Adik Thay buat apa kau mengingat-ingat selalu ucapan
yang diutarakan dalam keadaan marah, biarlah aku minta
maaf kepadamu"
"Huan Kang Kalau engkau seorang yang cerdik tentu kau
akan mengerti apa akibatnya jika kau selalu membuntuti aku
dengan mati-matian"
"Adik Thay. . ."
"Manusia she Huan, engkau tidak berhak menyebut aku
dengan panggilan seperti itu"

1422
Raut wajah Tamu bergodek indah Huan Kang berubah jadi
merah seperti kepiting rebus, lama sekali ia baru tertawa getir
dan berkata lagi:
"Dua puluh tahun berselang aku mengejar dirimu, tapi kau
tak bersedia menerima luapan cintaku kemudian kau menikah
dengan orang dan bercerai kembali, sungguh tak kusangka
sampai saat inipun kau masih tetap menolak cintaku"
"Huan Kang, Cinta itu tak dapat dipaksa, cinta harus
muncul dari hati kecil tanpa paksaan"
"Oooh sungguh tak kusangka Huan Kang sudah dua puluh
tahun lamanya mengejar Buyung Thay" batin Han Siong Kie
dalam hati "tampaknya orang ini terlampau romantis, tapi
aneh sekilas pandangan tampaknya usia Buyung Thay baru
dua puluh tahunan tapi kalau didengar dari pembicaraan
mereka agaknya ia sudah berusia setengah baya, sebetulnya
berapa usia perempuan ini? Sungguh mencurigakan”
Sementara itu Tamu bergodek indah Huan Kang telah
memandang sekejap kearah Han Siong Kie dengan sikap
bermusuhan, kemudian serunya kepada nyonya berbaju
merah itu. "Jadi dialah yang kau cintai?"
"Apa sangkut pautnya antara persoalan ini denganmu?"
ejek Buyung Thay atau nyonya berbaju merah itu dengan
nada yang sinis.
"Hmm Tahukah kau, bahwa meninjau dari usianya, ia
pantas untuk menjadi putramu?"
Han Siong Kie marah sekali setelah mendengar perkataan
itu, ia merasa ucapan tersebut amat menyinggung perasaan
hatinya, maka tak tahan lagi bentaknya:
"Manusia she Huan, aku harap kalau sedang berbicara
janganlah mengikut sertakan diriku, apa lagi menyinggung
perasaanku"

1423
Waktu itu tamu bergodek indah Huan Kang sedang
dipengaruhi pula oleh rasa cemburu, diapun melotot besar
seraya berteriak.
"Kalau tujuanku memang menghinamu, lantas kau mau
apa?"
"Tidak apa-apa, aku hanya akan memberi pelajaran yang
setimpal untuk manusia bermulut besar seperti kau"
"Memberi pelajaran? "jengek orang she Huan itu, tiba-tiba
ia menengadah dan tertawa terbahak-bahak.
Tiba tiba nyonya cantik berbaju merah itu menukas sambil
tertawa dingin:
”Heeeh heeeh heeh Huan Kang, tiada sesuatu yang lucu
dan kau tak usah tertawa melulu, ketahuilah bahwa kau bukan
tandingannya, kalau tak percaya cobalah sendiri!"
Tamu bergodek indah Huan Kang menarik kembali gelak
tertawanya dan melotot sekejap kearah nyonya cantik berbaju
merah itu dengan gusar lalu kepada Han Siong Kie ia berseru:
”Bocah keparat !“
Makian ini kembali mengobarkan hawa amarah dari Han
Siong Kie, cepat dia membentak keras.
“Huan Kang, kalau engkau berani memaki aku lagi segera
kubunuh kau sampai mampus!”
“Bocah keparat tak nanti bisa kau lakukan, Lihat serangan!"
dengan kemarahan yang tak terkendalikan lagi, Han Siong Kie
membentak keras dan melancarkao dua buah pukulan
berantai.
Tamu bergodek indah Huan Kang tak mau unjukkan
kelemahan, dia mendengus dingin serta menyambut
datangnya ancaman itu dengan keras lawan keras.

1424
“Blaang!” satu benturan keras menggelegar di udara secara
beruntun Huan Kang mundur lima langkah dengan
sempoyongan sebelum ia berhasil berdiri kembali dengan
tegak.
Melihat keadaan tersebut nyonya cantik berbaju merah itu
segera menutup bibirnya sendiri dan tertawa.
Masih mendingan kalau perempuan itu tidak tertawa
melihat senyuman tersebut Huan Kang semakin marah
bercampur malu hawa napsu membunuh seketika menyelimuti
seluruh wajahnya tiba-tiba ia menerjang maju delapan depa
kemudian secara beruntua melancarkan tiga buah serangan
berantai yang amat dahsat ketiga buah serangan itu bukan
saja dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat
bahkan semuanya tertuju pada bagian tubuh yang mematikan.
Han Siong Kie tak mau kalah sepasang telapak tangannya
diputar pula dengan gencar tiga buah serangan maut yang
dilancarkan musuhnya itu dengan mudahnya dapat
dipunahkan semua.
Bercampur aduk perasaan hati Tamu bergodek indah Huan
Kang setelah menyaksikan ketiga buah jurus serangannya
mengena pada sasaran yang kosong, sekarang ia semakin
membenci Han Siong Kie dan kegagalannya untuk
memperoleh balasan cinta dari nyonya berbaju merah ini
tertumpah diatas tubuh pemuda itu, kalau bisa ingin sekali ia
bunuh musuhnya dalam satu bacokan.
Akhirnya dia tertawa seram, suaranya tajam dan
menggidikkan hati, kemudian sambil mendengus dingin
katanya:
"Manusia bermuka dingin, sambutlah kembali beberapa
buah seranganku ini."
Sepasang telapak tangannya tiba-tiba digetarkan keras, lalu
segera ditarik dan di tolak kembali kemuka secara cepat dia
bacok dada Han Siong Kie,

1425
Anak muda itu tak berani bertindak gegabah, telapak
tangan kirinya lantas disilangkan didepan dada untuk menjaga
segala kemungkinan, sedangkan telapak tangan kanannya
membalas serangan musuh dengan menghantam batok kepala
orang itu.
"Huan Kang, kau berani bertingkah dihadapanku?" Tiba-tiba
Buyung Thay si nyonya cantik baju merah menghardik.
Bersama dengan bentakan tersebut, telapak tangannya
langsung diayun kemuka membacok tubuh tamu bergodek
indah Huan Kang.
Tapi berbareng itulah terdengar dua kali jeritan tertahan
berkumandang memecahkan kesunyian, bayangan manusia
saling berpisah satu sama lainnya dan terjungkal satu kaki dari
arena, yang satu mencelat sedang yang lain roboh terduduk.
Orang yang mencelat adalah Huan Kang sedangkan orang
yang jatuh terduduk tak lain adalah Han Siong Kie.
Kiranya dalam cemburu benci, malu dan marahnya Tamu
bergodek indah Huan Kang telah menggunakan ilmu andalan
keluarganya Kuay ciang cong to, telapak tangan kilat
bersembunyi golok untuk membereskan nyawa Han Siong Kie.
Apa yang dinamakan sebagai Kuay ciang cong to ini luar
biasa hebatnya, sekilas pandangan orang akan mengira kalau
dia sedang menyerang kilat, tapi justru dibalik tipu muslihat
itulah diam-diam dua bilah pisau tajam yang disembunyikan
dibalik ujung bajunya digunakan untuk menyerang bagian
yang mematikan ditubuh lawan.
Dalam keadaan demikian bukan saja orang tak menyangka,
sering kali jago lihay yang bagaimanapun tinggi ilmu silatnya
tak akan lolos dari ancaman maut tersebut.
Ketika Huan Kang menggetarkan sepasang lengannya tadi
Buyung Thay segera mengetahui bahwa orang itu hendak
menggunakan ilmu Kuay ciang cong to nya untuk mencelakai

1426
Han Siong Kie, tapi sayang untuk mencegah tak sempat lagi,
maka dia ambil keputusan untuk menghantam tubuh Huan
Kang dengan suatu serangan dahsyat yang disertai dengan
sepenuh tenaganya.
Kendati demikian tindakan itu toh masih terlambat
setengah langkah, Han Siong Kie masih juga terluka oleh
serangan golok tersembunyi itu.
Untunglah bentakan dari perempuan tadi membuat Han
Siong Kie lebih waspada dan berhati-hati maka meski tempat
yang mematikan berhasil dilindungi, sepasang lengannya
terhajar juga oleh kedua bilah pisau tajam itu sehingga
tembus, darah segar segera berhamburan membasahi seluruh
tubuhnya.
Huan Kang sendiri terhajar pula oleh serangan kilat yang
dilancarkan Buyung Thay nyonya cantik baju merah itu
sehingga mencelat sejauh beberapa kaki dan muntah darah
segar.
Semua kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata,
setelah menghantam Huan Kang sampai terluka Buyung Thay
segera memburu kesamping Han Siong Kie dan bertanya
dengan penuh perhatian.
"Adikku sayang, bagaimana keadaan luka yang kau derita?"
Sambil menggigit bibir Han Siong Kie bangkit berdiri tapi
ketika mulut lukanya tergoncang, tak tahan lagi ia mendengus
tertahan.
Cepat-cepat nyonya cantik berbaju merah itu
memeriksakan lukanya, waktu itu lengan kirinya sudah
tertembus sampai berlubang gagang golok masih menongol
diatas lukanya.
Waktu itu Han Siong Kie telah menutup semua jalan
darahnya sehingga darah tidak mengalir dengan derasnya lagi.

1427
Dengan sepasang jari tangannya yang lentik nyonya cantik
baju merah itu menjepit gagang goloknya lalu dicabut keluar
kemudian membubuhkan pula obat luka kedua buah mulut
luka tersebut.
Han Siong Kie kesakitan setengah mati sampai sekujur
badannya gemetar keras, peluh membasahi jidatnya, tapi
dengan sinar mata yang penuh perasaan terima kasih, dia
mengerling sekejap kearah Buyung Thay dan bisiknya lirih:
"cici, banyak terima kasih atas pertolonganmu"
"Tak usah berterima kasih kepadaku adikku sayang,
beristirahatlah sebentar."
"Tidak. Dia akan kubunuh"
"Siapa yang akan kau bunuh?"
"Huan Kang"
"Dia sudah pergi dari sini"
Han Siong Kie tidak percaya dan segera menengadah,
benar juga waktu itu bayangan tubuh tamu bergodek indah
Huan Kang telah tak kelihatan lagi, terpaksa dengan rasa
dendam ia bersumpah:
"Aku tak akan melepaskan dia dengan begitu saja, suatu
ketika bila kami bertemu lagi nyawanya pasti akan kucabut"
"Adikku sayang, tak usah kau pikirkan yang bukan-bukan,
sekarang beristirahatlah dahulu?"
Tangannya yang putih halus dan empuk seperti tak
bertulang ditaruh di atas bahunya, kemudian membelai
dengan penuh kasih sayang.
Han Siong Kie merasakan sekujur badannya gemetar keras,
ia merasa seperti ada segulung aliran listrik menjalar disekujur
badannya membuat ia merasa hatinys syur-syuran dan
segulung hawa panas yang aneh menjalar naik sampai di atas
pipinya.

1428
"Adikku sayang bagaimana pendapatmu tentang makian
dari Huan Kang tempo hari" terdengar nyonya itu berbisik
dengan suara yang lirih lagi lembut sekali. satu ingatan segera
melintas dalam hati Han Siong Kie, sahutnya dengan cepat:
"Cici aku sama sekali tidak mengerti apa-apa dengan dirimu"
"Seandainya aku benar-benar adalah seorang perempuan
yang tak tahu malu, bagaimanakah pendapatmu?"
"Tentang soal ini... tentang soal ini. . ."
"Bagaimana pendapatmu?"
"Aku sendiripun tak tahu apa yang musti kujawab"
"Engkau tak akan memperdulikan aku lagi?"
Han Siong Kie merasa kebingungan dan tak tahu apa yang
musti dijawab, tak akhirnya ia menggeleng. "Tidak "
Nyonya cantik berbaju merah itu tak mau melepaskan
desakannya dengan begitu saja ia mendesak lebih jauh:
"Jadi engkau tak memperdulikan perempuan macam
apakah diriku ini?? "
"Aku percaya engkau bukanlah perempuan sejenis
perempuan yang dikatakan oleh Huan Kang"
"Kenapa ?"
"Sebab sebab..."
"Hayo katakanlah"
Merah padam selembar wajah Han Siong Kie, tapi dia
menjawab juga secara berterus terang.
"Sebab, kau terlampau cantik"
"Hiiih hiiih hiiih adikku sayang, tidakkah kau merasa bahwa
ucapanmu itu terlampau bersifat kekanak-kanakan?"
Serta merta Han Siong Kie berpaling empat mata pun saling
bertemu satu sama lainnya, bibirnya yang kecil mungil seperti

1429
buah tho cuma berada diluar dan mendatangkan suatu
perasaan aneh baginya.
Si anak muda itu gemetar keras, ia merasa timbulnya suatu
perasaan aneh dan balik selangkangannya ia tidak takut tapi
merasa seperti membutuhkan sesuatu..
Akhirnya bibir yang merah kecil mungil itu tampak sedikit
gemetar itu telah berada tak sampai tiga inci di depan bibir
sendiri.
Han Siong Kie benar-benar tak mampu menguasahi diri
lagi, ia tubruk perempuan cantik itu dan memeluknya eraterat,
bibirnya ditempelkan diatas bibir yang merah merekah
itu, Buyung Thay melenguh dan menyandarkan tubuhnya di
dada si anak muda, mereka berciuman dengan mesra, ujung
lidah menggeliat kesana kemari bagaikan ular mencari gua,
mereka saling saling menghisap, saling menggumul.
Pemuda itu merasa peredaran darahnya berjalan makin
kencang, hawa napsu birahi yang sukar dikendalikan
menyelimuti kesadarannya, jantung terasa berdebar keras
diantara kedua pahanya dia merasa ada benda keras yang
terasa mengganjal, ia merasa tak mampu mengendalikan diri
lagi, ia jadi kalap dan bernapsu.
Saat itu Han Siong Kie telah lupa akan diri sendiri, lupa
akan keadaan di sekelilingnya.
Napas mulai memburu, ia merasa dorongan nafsu birahinya
tak terkendalikan lagi. pemuda itu merasakan sesuatu
kebutuhan yang sangat mendesak, kebutuhan itu sudah
mencapai pada puncaknya, ia tahu hanya perempuan ini yang
bisa memenuhi kebutuhan tersebut, sebab dialah yang
memiliki tempat penyaluran itu,
Ia peluk perempuan itu erat-erat, tangannya telah
menjelajah dari atas sampai ke bawah.

1430
Akhirnya dia membopong nyonya cantik itu dan dibawa
masuk kedalam lembah hitam, pemuda itu akan mencari
tempat nyaman dibalik semak belukar untuk melakukan
hubungan asmara itu disana sebab dia sudah terbakar oleh
birahi dan birahi itu sudah tak terkendalikan lagi.
Saat ini Han Siong Kie telah membaringkan perempuan itu
diatas tanah, membuka bajunya satu demi satu dan akan
membawa sang perahu masuk dermaga, terlihat sepasang
buah bukit yang putih mulus dan masih kencang, tak tahan
dia mengecup kedua buah dada itu.
Buyung Thay mengeluh lirih, ”Adik...”
Si anak muda juga tak tahan, “Cici..aku..aku mau..”
Akhirnya berlayarlah sang perahu menuju dermaga,
biarpun dihalangi semak belukar akhirnya sampai juga.
Tangan kecil dan mulus si nyonya memeluk pinggang si
anak muda, membantunya mengayuh perahu dan jeritan kecil
Buyung Thay menandakan bahwa perahu sudah ditambatkan.
Di bawah rindangnya pohon dan empuknya rumput bak
permadani, keduanya tertidur lelap hingga matahari sore akan
tenggelam.
Akhirnya Han Siong Kie bangun lebih dulu, dia lihat si
nyonya cantik juga menggeliat bangun. Diantara belahan
pahanya ada mengalir darah segar, ia heran hingga dia
menyesal dan kasihan “Cici..maafkan aku..” serunya sambil
menutupi bagian terlarang tersebut dengan baju si nyonya.
Buyung Thay menarik baju dari si anak muda sambil
tersenyum, “Adik..aku bahagia..akhirnya kepada kaulah...”
Ucapannya belum selesai dari kejauhan berkumandang
suara ujung baju tersampok angin, meski lirih tapi cukup
tajam bagi pendengaran Han Siong Kie.

1431
Kontan saja pemuda itu terkesiap. ia menjadi sadar
kembali, cepat-cepat ia berpakaian serta membantu
perempuan itu berpakaian kemudian berbisik: "Cici ada orang
datang"
Warna merah dadu masih menghiasi wajah Buyung Thay,
perlahan-lahan ia membuka matanya dan menatap wajah
pemuda itu dengan tatapan mata yang mesra dan sayang.
Sementara itu Han Siong Kie sudah berpaling kearah mulut
lembah. Beberapa sosok bayangan manusia dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat telah melayang masuk kemulut
lembah itu, menyusul kemudian terdengar mereka berseru
kaget, agaknya beberapa orang itu sudah menemukan mayatmayat
dari It Tiong khi sekalian yang bergelimpangan diatas
tanah-
"Yu Tongcu seorang lantas menegur dengan suara yang
nyaring, benarkah Ban tok Cuncu masih hidup?"
"Hamba tak berani mengelabuhi Kaucu" sahut suara yang
lain.
Dari tanya jawab Han Siong Kie segera mengetahui
siapakah yang telah datang, rasa kagetnya bukan alang
kepalang, ia tak mengira kalau Thian che kaucu Yu Pia lam
telah berkunjung ke lembah hitam ini.
Orang yang memberi jawaban tak lain adalah Dewa racun
Yu Hua, diantara dua belas orang yang menyelidiki telaga
beracun, hanya dia seorang yang meninggalkan tempat itu
dengan selamat.
Han Siong Kie cukup memahami akan ketangguhan dari
kaucu perkumpulan Thian che kau ini sebab utusan khusus
yang diandalkanpun berilmu sedemikian lihaynya, apa lagi
sang ketuanya sendiri entah sampai di manakah taraf
kehebatannya?

1432
Dan pemuda itupun menduga bahwa sang kaucu dari
perkumpulan Thian che kau ini pastilah seorang manusia yang
licik, sebab ia telah memerintahkan anak buahnya untuk
menyaru sebagai dia dan mengelabuhi semua orang dikolong
langit, sedangkan dia sendiri tak pernah berada dalam
perkumpulannya, tak seorangpun yang mengetahui perbuatan
apa saja yang sedang dilakukan olehnya?
Selain daripada itu, dia memerintahkan anak buahnya
untuk menyaru sebagai Tengkorak maut dan mengacau dunia
persilatan-
Seandainya orang yang kehilangan sukma tidak memberi
petunjuk kepadanya, mungkin sampai sekarangpun dia masih
dikibuli tanpa merasa.
Menyusul kemudian diapun teringat kembali akan ibunya si
siang go cantik ong cui Ing yang telah kawin lagi dengan Yu
piau lam, kemudian terbayang pula akan Thio sau kun, putra
paman gurunya si tangan sakti naga beracun Thio Lin yang
telah menganggap Yu Pia lam sebagai ayah.
Dendam lama sakit hati baru semuanya berkecamuk dalam
hati kecilnya, ia merasa inilah kesempatan yang sangat baik
untuk membuat perhitungan dengan ketua dari perkumpulan
Thian che kau ini.
Dalam pada itu suara dari Yu Pia lam telah berkumandang
lagi.
"Yu Tongcu, benarkah It Tiong khi sekalian bersebelas mati
semua karena keracunan?"
"Lapor kaucu, semestinya disebut dua belas orang bukan
sebelas orang"
"Kenapa ?"
"sebab hamba pun terkena pula racun jahat yang sangat
jahat itu"

1433
"Tapi engkau toh tidak mati?"
"Boleh dibilang nyaris mampus secara konyol, untunglah
hamba pandai pula dalam ilmu racun dan lagi sekujur badanku
penuh mengandung racun, maka ketika racun bertemu
dengan racun, hamba berhasil lolos dari kematian yang
mengerikan itu"
"Ehmm Aku toh sudah berpesan kepada It Tiong khi, jika
makhluk tua beracun itu masih hidup atau rencana kita tak
dapat tercapai dengan sukses, maka ledakkan lembah hitam
dengan bahan peledak. kenapa ia tak menuruti nasehatku?
Mungkin ia sok pintar dan bertindak menurut kehendak
hatinya sendiri??"
"Tidak. It Tiong khi tidak sok pintar, dia telah
mengumumkan perintah dari kaucu, akan tetapi Ban tok cousu
keburu sudah munculkan diri lebih dahulu waktu itu kamipun
tidak bertempur malahan segera mengundurkan diri dari sana
tapi entah apa sebabnya ketika tiba dimulut lembah tahu-tahu
kami sudah keracunan hebat dan satu persatu rekan-rekan
hamba mampus semua"
Han Siong Kie ikut mendengarkan perkataan itu, dari
pembicaraan tersebut ia lantas tahu bahwa Dewa racun Yu
Hua sengaja merahasiakan peristiwa dimana jiwanya dia
selamatkan dari situ, dapat pula diketahui bahwa Thian che
kaucu Yu Pia lam sama sekali tidak tahu kalau ia dan Hek Pek
siang yau hadir pula didalam lembah tersebut.
Sementara ia masih termenung, Buyung Thay si nyonya
cantik baju merah itu sudah menyikut pinggangnya sambil
berbisik:
"Seett kau tahu tidak orang itu adalah Yu Pia lam ketua dari
perkumpulan Thian che kau?"
"Oooh aku sudah tahu"
"Lantas apa yang hendak kau lakukan?"

1434
"Tentu saja membuat perhitungan dengan bangsat itu"
"Sekarang juga ?"
"Ehmm. kenapa tidak sekarang juga??"
"Engkau tahu, kenapa ia berkunjung kemari?"
”Mungkin mendapat laporan dari muridnya, mungkin juga
sengaja menguntit perjalanan dari Dewa racun Yu Hua serta
rombongannya"
"Oh iya, aku lupa bertanya kepadamu, mayat-mayat yang
terkapar ditempat luaran itu..."
Sebelum Buyung Thay menyelesaikan pertanyaannya,
secara ringkas Han Siong Kie telah menceritakan bagaimana
Than che kaucu berniat jahat dengan mengirim orang untuk
mencari barang peninggalan Ban tok Cousu.
Selesai mendengar cerita itu, paras muka Buyung Thay
berubah hebat, serunya agak tertahan-
"Jadi kalau begitu, disinilah letak telaga beracun lembah
hitam yang tersohor karena angkernya itu??"
Han Siong Kie mengangguk tanda membenarkan.
"Dan Ban tok cousu berdiam disini? " kembali perempuan
itu bertanya.
"Ehmm. ... memang berdiam disini."
"Kalau begitu lebih baik kita cepat tinggalkan tempat ini,
jangan sampai menerbitkan keonaran, apalagi mencari
kesulitan bagi diri sendiri"
"Jangan gelisah," tukas Han Siong Kie sambil mengulapkan
tangannya, " engkau jangan munculkan diri lebih dahulu, biar
aku muncul dan berjumpa dengan Yu pia- lam itu, sebab aku
harus membuat perhitungan dengan dirinya"

1435
"Adikku, sekarang bukan saat yang tepat bagimu untuk
membuat perhitungan" cegah Buyung Thay dengan alis mata
berkernyit.
"Kenapa??"
"Sebab luka yang kau derita masih belum sembuh"
"Aaah luka sekecil ini tidak terhitung seberapa, aku tak
akan memikirkannya dihati"
"Akan tetapi aku dengar ilmu silat yang dimiliki Yu Pia- lam
sangat lihay??"
"Eh cici, bukankah engkau kenal dengan orang itu?"
"Dua puluh tahun berselang aku memang kenal dia, tapi
dua puluh tahun kemudian ia telah berubah menjadi seorang
manusia yang lain, apa lagi dewasa ini dia adalah seorang
pemuka dunia persilatan yang tak terkalahkan"
"Kau tak usah menguatirkan tentang aku"
Dalam pada itu suara pembicaraan dimulut lembah telah
berkumandang kembali:
"Yu Tongcu, apakah sekarang engkau sudah berhasil
memahami sifat-sifat dari racun yang terkandung dalam telaga
beracun ini?" suara dari Yu Pia lam kembali terdengar.
"Maafkanlah ketidak becusan hamba, bila racun biasa tentu
saja hamba bisa memahaminya, tapi racun ini bukan
sembarangan racun, orang lain tak mungkin bisa memahami
jenis serta sifat dari racun yang terkandung dalam telaga itu,
tentu saja terkecuali Ban tok Cousu sendiri"
"Kalau memang begitu, akan kuperintahkan untuk
memusnahkan saja lembah ini, setelah lembah dihancurkan
kita ledakkan pula puncak tebing diatas celah sana niscaya
telaga itu akan tertimbun lenyap"

1436
Dari pembicaraan tersebut, Han Siong Kie tahu jika ia tidak
segera munculkan diri, niscaya orang itu akan melaksanakan
niat jahatnya.
Maka diapun melayang keluar dari tempat
persembunyiannya disana, ia saksikan seorang manusia baju
hijau yang berkain kerudung warna hijau pula berdiri
menghadap mulut lembah. Disampingnya berdiri Dewa racun
Yu Hua, sedangkan dibelakangnya berdiri dua orang kakek
berjubah hitam dengan sulaman matahari, rembulan dan
bintang diatas dadanya, dibelakang dua orang kakek itu
berdiri pula satu deret laki-laki berbaju hitam yang jumlahnya
mencapai dua puluh orang lebih.
Kemunculan yang secara tiba-tiba ini segera mengejutkan
Thian che kau sekalian terutama Dewa racun Yu Hua,
wajahnya segera terlintas suatu perubahan aneh yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Setelah berdiri dihadapan manusia berbaju hijau itu, Han
Siong Kie segera menegur:
"Jadi engkau ketua dari perkumpulan Thian che kau?"
"Benar siapakah kau?"
"Manusia bermuka dingin"
Mendengar siapakah musuhnya ini, ketua perkumpulan
Thian che kau itu lantas menengadah dan tertawa terbahakbahak,
dua orang utusan khusus yang berada dibelakangn
segera unjukkan pula muka beringas penuh napsu
membunuh, sedangkan lima belas orang laki-laki dibelakang
tampak ketakutan.
Setelah tertawa seram beberapa saat, Yu Pia lam berhenti
tertawa dari balik kain kerudung hijaunya memancar keluar
dua rentetan sinar hijau yang amat tajam, sinar setajam
sembilu itu menatap wajah musuhnya tajam-tajam. Han Siong
Kie agak bergidik, segera pikirnya. "sungguh amat sempurna

1437
tenaga dalamnya, aku harus waspada" Dalam pada itu Yu Pia
lam telah berkata dengan penuh hawa pembunuhan:
"Manusia bermuka dingin, aku tak pernah menyangka kalau
bisa berjumpa dengan engkau ditempat sedemikian indahnya
ini"
"Heehh... heehh... heeehh akupun ikut merasa diluar
dugaan bisa bertemu dengan kau disini tapi malahan
kebetulan sekali daripada aku harus menempun perjalanan
jauh untuk mencari jejakmu" balas Han Siong Kie sambil
tertawa dingin.
"Manusia bermuka dingin, dewasa ini hanya engkau
seorang yang berani memusuhi aku secara terang-terangan,
dan memandang keberanianmu ini kau boleh mampus dengas
badan utuh"
"Haaahh.... Haaahhk.... Haaahh... Yu Pia-lam, engkau tak
takut bualanmu yang tekebur itu bisa mengundang datangnya
geledek yang akan menyambar lidahmu sampai putus"
Thian che kaucu Yu Pia lam tidak tahu akan asal usul Han
Siong Kie yang sebenarnya, sedangkan Han Siong Kie tahu
bahwa dialah suami ibunya yang baru, rasa dendam dan benci
yang ber-tumpuk2 dalam hatinya membuat pemuda itu jadi
menyeringai seram, kalau dapat ia hendak mencincang
musuhnya ini hingga hancur berkeping. "Manusia muka dingin
tak akan bunuh diri ataukah ...."
Sebelum ketua dari perkumpulan Thian che kau itu sempat
menyelesaikan kata-katanya, Han Siong Kie telah menukas
dengan sinis:
"Yu Pia lam tan meski anggap kolong langit sudah menjadi
milikmu, tapi aku heehh... heeehhh. .heeehhh kau masih
belum berhak untuk bersikap angkuh dihadapanku, ini hari
juga aku akan menuntut kembali hutang-hutangmu yang
berminat untuk membunuh aku serta menelan perguruanku"

1438
"Bocah keparat kau tak usah banyak bicara lagi, apakah
ada pesan terakhir yang akan kau tinggalkan?"
Hawa napsu membunuh yang sangat tebal telah
menyelimuti seluruh wajah Han Siong Kie, dengan sinis ia
berkata pula:
"Bukan aku yang seharusnya meninggalkan pesan terakhir,
pantasnya kaulah yang tinggalkan pesan-pesanmu"
Yu Pia lam tertawa seram, selangkah demi selangkah ia
maju ke depan, mengikuti langkah kaki itu suasana dalam
arenapun ikut bertambah tegang.
Kedua puluh orang laki-laki berpakaian ringkas itu
mengalihkan pula seluruh perhatiannya ke arena, mungkin
mereka bukan jeri atau takut terhadap nama besar manusia
muka dingin melainkan sangat berharap bisa menyaksikan
kelihayan dari ilmu silat ketuanya.
Sampai detik ini kawanan jago dari perkumpulan Thian che
kau masih belum pernah menyaksikan kaucunya turun tangan
melawan seseorang, maka merekapun tak tahu sampai
dimanakah taraf kelihayan kungfu dari ketuanya ini.
Selama belasan tahun, Yu Pia lam selalu menempatkan
seseorang yang menyaru sebagai dirinya untuk mengurusi
masalah dalam perkumpulan, sedeng ia sendiri teramat jarang
berada dalam markas besarnya, tentang soal ini kecuali
beberapa Orang tokoh tingkat atas yang mengetahuinya boleh
dibilang sebagian besar anak muridnya tidak mengetahui akan
rahasia ini.
Lain halnya dengan Han Siong Kie, ia mengetahui jelas
sekali hal ini, sebab orang yang menyaru sebagai kaucunya
yakni pimpinan dari para utusan khusus telah menemui
ajalnya ditangannya.

1439
Sementara itu dua orang utusan khusus yang berada
dibelakang Yu Pia lam telah maju kedepan, ujarnya sambil
memberi hormat:
"Membunuh ayam kenapa musti memakai golok penjagal
kerbau? Hamba siap menantikan perintah"
Yu Pia lam mengangguk.
”Kalau begitu hadapilah orang itu dengan hati-hati”
sahutnya,
Dua orang utusan khusus itu lantas mengiakan, satu dari
sebelah kiri yang lain dari sebelah kanan bersamaan waktunya
menerjang ke hadapan Han Siong Kie.
Setelah memperoleh pangalaman-pengalaman dalam
beberapa pertempuran yang lampau, sekarang Han Siong Kie
tak berani lagi menilai rendah kekuatan dari dua orang utusan
khusus itu sebab berbicara tentang kelihayan hakekatnya
kspandaian silat setiap utusan khusus ini adalah jago-jago
tangguh yang masih lebih hebat daripada pengemis dari
selatan dan padri dari utara, mendingan kalau dia dalam
keadaan segar bugar padahal saat ini bahunya sedang terluka
dan belum sembuh serta pergumulannya dengan Buyung Thay
tadi juga menguras tenaganya, tentu saja pemuda itu musti
bertindak lebih cermat lagi.
Setelah dua orang anak buahnya maju Yu Pia lam sang
ketua dari perkumpulan Thian che kau itu mundur satu kaki
kebelakang.
Begitulah sambil membentak nyaring dua orang utusan
khusus dari perkumpulan Thian che kau itu menerjang ke
muka dan melancarkan serangan dahsyat ke tubuh Han Siong
Kie.
Serangan itu bukan saja dilepaskan dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat bahkan disertai juga dengan tenaga
kekuatan yang maha dahsyat mengerikan sekali tampaknya.

1440
Han Siong Ke tidak berani bertindak gegabah dengan jurus
Tee pau siang wi (melepaskan jubah menyingkir dari
kedudukan) dia melayang tiga depa kebelakang kemudian
sepasang telapak tangannya direntangkan untuk menyerang
dari samping.
Sementara serangan yang dilancarkan kedua orang utusan
khusus itu mengena di sasaran yang kosong sepasang telapak
tangan si anak muda itu telah menyergap datang tepat pada
waktunya dalam keadaan seperti ini terpaksa mereka
terpencar ke samping masing-masing membentuk gerak
setengah lingkaran busur udara kemudian menyerang jalan
darah serta bagian mematikan dari lawannya menghindar
sambil menyerang gerakan tubuh yang digunakan dua orang
itu pun hebat selali.
Menghadapi keadaan seperti ini Han Siong Kie lantas
memutar otaknya dan berpikir:
”Jika dalam beberapa gebrakan mendatang aku gagal
untuk mengalahkan mereka, lama-kelamaan tenaga dalamku
pasti akan mengalami kerugian besar, jika sampai demikian
keadaannya mana mungkin aku dapat menghadapi Yu Pia lam
lagi?"
Menyadari betapa gawatnya pada saat itu, ia semakin tak
berani bertindak gegabah, sementara itu serangan jari tangan
dan telapak tangan dua orang itu telah menyergap tiba
dengan hebatnya.
Maka diapun lantas merentangkan sepasang lengannya dan
menangkis kedua ancaman tersebut dengan suatu gerakan
yang manis, inilah taktik bertahan dari ilmu pukulan Mo tiong
ci mo dengan adanya tangkisan itu maka gagallah serangan
dari dua orang itu untuk menghantam tubuh lawannya.
Begitu serangan musuh berhasil dipunahkan, ia
menggetarkan lengannya lebih jauh dengan suatu kecepatan

1441
yang luar biasa telapak tangannya langsung membacok tubuh
dua orang itu.
-ooo0dw0ooo-
BAB 79
DUA orang utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau
itupun bukan manusia sembarangan, hanya berbeda satu inci
saja dua orang itu tahu-tahu sudah terlepas dari lingkaran
ancaman.
Akan tetapi baru saja mereka mundur ke belakang Han
Siong Kie telah membentak keras, sepuluh jari tangannya
direntangkan ke depan terasalah sepuluh gulung desiran angin
tajam meluncur ke tubuh dua orang utusan khusus itu dan
terdengar suara tajam yang memekikkan telinga.
Dua orang utusan khusus itu terperanjat, mereka tidak
menghentikan gerakan tubuhnya tapi berputar satu lingkaran
diudara, begitu lolos dari ancaman yang mengerikan itu
serentak mereka berdua menyergap lagi dengan hebatnya.
Baru saja Han Siong Kie merasakan serangan jari
tangannya mengenai pada sasaran yang kosong, angin
pukulan lawan yang sangat kuat telah menyapu datang dari
kedua belah sisi gelanggang, cepat ia rubah serangan jarinva
menjadi serangan telapak tangan, sekali tolak dia sambut
datangnya kedua angin pukulan itu dengan kekerasan.
"Blaang Blaaang" dua kali benturan keras menggelegar
diangkasa, dalam bentrokan tersebut dua orang utusan
khusus terpukul mundur delapan langkah lebar dengan
sempoyongan.
Sedangkan Han Siong Kie sendiri merasakan bahunya yang
terluka terasa sakit sekali, akhirnya diapun ikut mundur
selangkah lebar ke belakang.

1442
Kejadian ini sangat menggemparkan suasana disekitar
arena, lima belas orang jago lihay Thian che kau yang berada
disana tampak terperanjat dan merasa ngeri sekali.
Ketua perkumpulan Thian che kau sendiri meski kepalanya
berkerudung topi warna hijau sehingga tak dapat dilihat
bagaimanakah perubahan wajahnya waktu itu, akan tetapi
dari getaran tubuhnya yang keras, jelas menunjukkan bahwa
kedahsyatan tenaga dalam yang dimiliki orang bermuka dingin
itu telah menggetarkan hatinya.
Dalam pada itu dua orang utusan khusus itu telah maju
menyerang lagi setelah dipukul mundur ke belakang.
Utusan khusus yang berada disebelah kiri membentak
keras, secara beruntun dia melancarkan tiga buah bacokan
berantai, ketiga buah serangan itu semuanya cepat, hebat dan
seolah-olah hanya merupakan sebuah serangan belaka.
Han Siong Kie memutar badannya setengah lingkarandengan
mengerahkan hawa sakti si mi sinkangnya, dia siap
menerima ancaman itu dengan kekerasan-
Hampir bersamaan waktunya utusan khusus yang berada
disebelah kanan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun telah
melancarkan pula serangan kilat kearah Han Siong Kie, jika
cengkeraman tersebut sampai terkena pada sasarannya,
nicaya tulang punggung Han Siong Kie akan terhajar sampai
remuk.
"Blaaanng.." kembali terdengar suara benturan keras yang
memekikkan telinga, disertai dengus tertahan seseorang,
ternyata utusan khusus yang berada disebelah kiri itu
terhantam pukulan si mi sinkang yang telah menggunakan
tenaga besar itu sehingga tubuhnya mencelat sejauh satu kaki
dari tempat semula.
Baru saja serangan itu dilepaskan, Han Siong Kie telah
merasakan tibanya desingan angin tajam dari belakang, ia
tahu ada orang sedang menyergap punggungnya, dalam

1443
keadaan demikian tak sempat lagi pemuda itu berpikir
panjang, cepat ia bergeser dua depa kesamping untuk
menghindarkan diri.
Kendatipun ia menghindar cukup cepat, dan meski
cengkeraman tersebut tidak bersarang telak. toh ujung jari
lawan sempat melewat diatas mulut luka diatas bahunya yang
terkena ilmu kuay ciang coat to dari tamu bergodek indah
Huan Kang.
Rasa sakit yang bukan kepalang serasa menusuk sampai ke
tulang sumsum, tak tahan lagi ia mendengus tertahan, secara
beruntun tubuhnya mundar lima langkah sebelum
keseimbangan tubuhnya dapat dipertahankan kembali, darah
mengalir keluar dengan derasnya..
Utusan khusus itu bukan manusia yang tidak
berpengalaman, sekilas pandangan saja dia sudah tahu bahwa
bahu Han Siong Kie menderita luka yang parah, kalau tidak
demikian maka berbicara dari kehebatan tenaga dalamnya,
luka kulit yang tak seberapa itu tidak nanti akan membuat dia
mendengus tertahan dan mundur dengan sempoyongan. Maka
sambil melancarkan serangan kembali dengan dahsyatnya, ia
membentak nyaring:
"Manusia muka dingin, sekalipun kaupunya sayap jangan
harap bisa lolos dari sini dalam keadaan selamat"
Han Siong Kie menggigit bibir keras-keras, ia melepaskan
serangan pula untuk melayani ancaman tersebut.
Suatu pertempuran sengitpun lantas berkobar diarena
tersebut, tapi bagaimanapun juga tenaga dalam yang dimiliki
Han Siong Kie jauh lebih sempurna meski ia harus bertempur
dengan membawa luka, namun serangan-serangannya makin
lama makin dahsyat, dalam lima gebrakan saja ia sudah
berhasil ketitir hebat dan terancam oleh bahaya maut.
Sementara itu utusan khusus lainnya yang kena dihajar
sampai mencelat tadi telah menggunakan kesempatan itu

1444
untuk mengatur pernapasan, kemudian ia menerjang kembali
musuhnya.
Thian che kaucu yang berada disisi arena tidak bergerak
pun tidak berbicara, cuma sepasang matanya yang tajam
mengawasi jalannya pertarungan itu tanpa berkedip.
Sedangkan dua puluh orang laki-laki baju hitam itu sudan
berkerumun di tepi arena, setiap saat mereka siap untuk
menerjang masuk kedalam arena untuk membantu kawankawannya
. .
Dari keadaan yang terpapar didepan mata sekarang, boleh
dibilang posisinya sangat tidak menguntungkan bagi si anak
muda itu.
Han Siong Kie cukup mengerti sampai dimanakah dalamnya
rasa dendam antara pihak Thian che kau dengan dirinya,
sekarang bahunya yang terluka belum sembuh, sementara Yu
Pia lam mengawasi terus dari tepi arena, hal ini sudah sangat
merugikan bagi posisinya, apalagi kalau ia tak berhasil
mengalahkan dua orang utusan khusus itu, sebaliknya
malahan dia sendiri yang kehabisan tenaga, bagaimana
akibatnya sulitlah untuk dibayangkan mulai sekarang.
Sesudah mempertimbangkan untung ruginya, hawa napsu
membunuh lantas menyelimuti seluruh wajahnya, dengan
jurus Mo ong ko ciat (raja iblis menyembah loteng istana) dia
menyerang dengan sekuat tenaga.
Mo ong ko ciat adalah salah satu diantara tiga buah jurus
mematikan dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat, bisa
dibayangkan bagaimana akibatnya bila serangan tersebut
dilancarkan dengan sekuat tenaga?
"Blaang" seseorang menjerit kesakitan, suaranya keras dan
memilukan hati, menyusul kemudian sesosok bayangan
manusia mencelat ke udara diiringi muncratnya noda-noda
darah.

1445
Hampir bersamaan waktunya serangan dahsyat yang
dilancarkan utusan khusus yang baru selesai dari semedinya
itu sudah menyerang datang, sungguh dahsyat serangan itu
membuat udara jadi sesak dan sukar untuk bernapas.
Secepat kilat Han Siong Kie memutar badannya kembali dia
melancarkan pukulan dengan menggunakan si mi sinkang
sebesar sepuluh bagian.
"Blaang" sekali lagi terdengar ledakan keras, kali ini pasir
dan batu beterbangan membentuk selapis kabut, utusan
khusus yang melancarkan sergapan itu menjerit kesakitan dan
mundur dengan sempoyongan.
Han Siong Kie sendiri tetap berdiri ditempat semula, meski
kakinya telah masuk ketanah sedalam setengah depa.
Kejadian ini diluar dugaan kawanan jago dari Thian che
kau, lima belas orang laki-laki kekar itu sampai berdiri
tertegun dengan paras berubah jadi pucat.
Yu Pia lam tidak berpeluk tangan belaka, dia mendengus
dingin, tanpa menggerakkan badannya tahu-tahu dia telah
melayang maju kedepan.
Waktu itu dua orang utusan khusus dari perkumpulan Thian
che kau yang terluka itu telah bangkit berdiri, kemudian
dengan badan masih gontai berdiri disamping gelanggang.
Han Siong Kie berdiri mengawasi musuh besarnya ini tanpa
berkedip. hawa napsu membunuh sudah menyelimuti seluruh
wajahnya.
"Manusia muka dingin" terdengar Yu Pia lam berkata
dengan suara yang mengerikan "Aku telah membatalkan
janjiku untuk memberi kematian yang utuh untukmu,
sekarang aku hendak menangkap kau hidup, hidup kemudian
akan kukorek keluar jantungmu di hadapan meja abu dari
beberapa orang utusan khusus dan anak muridku yang telah
tewas ditanganmu"

1446
Han Siong Kie mendengus dingin.
"Hmmm Yu pia lam, akupun hendak membunuh engkau
untuk membalaskan dendam bagi arwah anak muridku yang
telah mati secara penasaran, selain itu akupun akan
membalaskan dendam bagi kawan- kawan persilatan yang kau
bunuh secara keji"
"Heeehh heeehh heeehh bocah keparat" seru Yu pia lam
sambil tertawa dingin, "Kematianmu sudah berada didepan
mata, buat apa masih ngibul terus menerus?"
"Hari ini juga kau akan kutangkap dalam keadaan hidup..".
"Hmm Mampukah engkau berbuat begitu?"
"Bocah keparat, kalau engkau tidak percaya nanti buktikan
saja bersama" seraya berkata sepasang telapak tangan segera
di ayun ke depan melancarkan serangan dahsyat.
Semenjak tadi Han Siong Kie telah membuat persiapan,
cepat diapun menggerakkan sepasang telapak tangannya
untuk menangkis datangnya ancaman tersebut dengan keras
lawan keras.
Tiada suara yang terdengar, dan tiada desingan tajam yang
menyertai serangan dua orang itu.
Tahu-tahu diangkasa sudah terjadi benturan keras yang
memekikkan telinga, daerah seluas lima kaki di sekitar arena
dipenuhi oleh desingan angin tajam yang membuat pasir debu
beterbangan sampai-sampai dua orang urusan khusus yang
terluka parah di sisi gelanggangcun tergulung duduk diatas
tanah oleh angin tajam tadi.
Dua puluh orang laki-laki berpakaian ringkas itu semakin
ketakutan, sehingga sukma serasa melayang tinggalkan
raganya.
Secara beruntun mereka mundur sampai beberapa langkah
kebelakang.

1447
Baik Han Siong Kie sendiri maupun Yu Pia lam sama-sama
berdiri sekokoh bukit karang ditempat semula, setengah
incipun mereka tidak bergeser dari tempat asalnya meski
sekilas pandangan kekuatan kedua belah pihak seimbang, tapi
oleh sebab luka pada bahunya Han Siong Kie merasakan
setengah badannya linu dan sakit sekali hingga sukar ditahan.
Yu pia lam menyeringai seram, ejeknya:
"Bocah keparat, tampaknya kepandaianmu hebat juga, tak
aneh kalau lagakmu soknya bukan kepalang, coba rasain lagi
sebuah pukulanku ini"
Han Siong Kie adalah seorang pemuda angkuh yang tinggi
hati, ia tak sudi menunjukkan kelemahan dirinya dihadapan
lawan, tentu saja diapun tak mau menghindar ke samping,
sekali lagi dia sambut pukulan dahsyat itu dengan keras lawan
keras.
Suatu ledakan keras yang memekikkan telinga menggema
kembali di udara, kali ini Yu Pia lam merasakan tubuhnya
berguncang keras, sedangkan Han Siong Kie terdesak
selangkah lebar kebelakang, seluruh lengan kirinya sakit
seperti patah, peluh mulai membasahi ujung hidung dan
jidatnya.
Sudah puluhan tahun Yu Pia lam hidup mengasingkan diri
sambil menekuni ilmu silatnya, ia mengira setelah muncul
kembali dalam dunia persilatan maka ilmu silatnya pasti nomor
wahid dikolong langit, tak tahunya dua kali serangan yang
dahsyat tidak berhasil merobohkan seorang pemuda berusia
dua puluh tahunan, rasa kaget dan tercengangnya sukar
dilukiskan dengan kata-kata, tapi justru karena itu niatnya
untuk membinasakan Han Siong Kie juga semakin menebal.
Sepasang telapak tangannya lantas disodok keudara, suatu
gulungan angin yang sangat aneh segera memancar kedepan-
.

1448
Han Siong Kie tidak merasa terlampau asing dengan
gerakan aneh itu, sebab Tengkorak maut gadungan pernah
mempraktekkan dihadapannya, sedang ketua muda
perkumpulan Thian kau Yu sau kun pernah memakainya, dia
tahu dibawah pengaruh angin yang aneh itu, dia tak akan
mampu mengerahkan tenaga dalamnya lagi.
Tentu saja ilmu yang digunakan sendiri oleh Yu Pia lam,
seorang tokoh dunia persilatan yang berilmu sangat tinggi ini
mempunyai daya kekuatan yang lain daripada yang lain-
Han Siong Kie terkesiap. ia ingin menjajal sampai
dimanakah kedahsyatan ilmu si mi sinkang yang dimilikinya,
maka diluaran ia berlagak pilon, sementara tenaga dalamnya
telah disalurkan keseluruh tubuh untuk menutup jalan darah
besar maupun kecil dalam tubuhnya.
Ketika angin aneh itu menyentuh badannya, segera
terdengarlah serentetan suara ledakan yang beruntun,
agaknya hawa sakti yang memancar keluar dari badannya
telah berhasil mematahkan ancaman dari angin serangan yang
aneh itu.
Sementara itu sesudah melepaskan pukulan anehnya, Yu
Pia lam telah menyergap maju dengan serangkaian serangan
aneh, tangan yang satu mencengkeram jalan darah Cian keng
hiat dibahu, sementara tangan yang lain mengancam darah
penting dibagian dada.
Han Siong Kie tertawa dingin, telapak tangan kanannya
langsung membacok tangan musuh yang mencengkeram
bahunya sedangkan telapak tangan kanannya menghantam
batok kepala lawannya.
Kali ini Yu Pia lam benar-benat sangat terperanjat,
mimpipun ia tak menyangka kalau musuhnya masih dapat
menghimpun tenaga sambil melancarkan serangan sekalipun
ia sudah menyerang dengan ilmu Coan hiat san goan ciang
(pukulan penyusup jalan darah pembuyar tenaga).

1449
Bukan begitu saja, bahkan serangan musuh sangat kuat
dan ganas sekali, bila sampai terserang oleh pukulan musuh
itu niscaya batok kepalanya akan hancur berantakan.
Dalam keadaan begini dia lantas menarik kembali sepasang
telapak tangannya lalu mundur selangkah.
Waktu itu serangan dari Han Siong kie belum dipakai
sampai seluruhnya, cepat ia tarik kembali serangannya sambil
memutar badan, sebuah pukulan dengan gerakan Leng ku it-si
kembali dilancarkan-
Yu pia lam mengeram gusar, matanya jadi hijau
mengerikan, dia layani semua ancaman musuh dengan
kekerasan, deruan angin pukulan segera menyelimuti seluruh
angkasa.
Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu pertarungan
paling sengit yang belum pernah terjadi didunia ini kedua
belah pihak sama-sama merupakan jago lihay, kedua belah
pihakpun sama-sama berhasrat untuk membinasakan
musuhnya bahkan serangan yang digunakan semuanya
merupakan jurus aneh yang mematikan ini membuat deruan
angin pukulan dan beterbangannya pasir serta debu makin
menebal.
Dua puluh orang jago lihay dari perkumpulan Thian che kau
sama-sama berdiri dengan mata terbelalak hampir saja
mereka lupa dimanakah mereka sedang berada pada waktu
itu.
Dalam waktu singkat tiga puluh gebrakan sudah lewat,
namun Han Siong Kie merasa separuh tubuh bagian kirinya
semakin kaku dan kesemutan, otomatis daya serangan dari
telapak tangan kirinya ikut berkurang sekarang dia hanya bisa
mempertahankan diri dengan andalkan telapak tangan kanan
belaka, keringat dingin telah membasahi tubuhnya, tapi
sikapnya yang angkuh membuat pemuda itu tak sudi
mengundurkan diri dengan begitu saja.

1450
Ilmu pukulan dan ilmu jari tangan lantas dimainkan
berbareng dengan memaksakan diri ia mempertahankan terus
posisinya.
Yu Pia lam cukup memahami kelihayan ilmu jari Tong kim
ci lawan, diapun agak jeri untuk menghadapinya, maka
sewaktu melayani serangan musuh gerak geriknya banyak
tidak leluasa, kalau tidak begito mungkin sedari tadi Han Siong
Kie sudah tak mampu mempertahankan diri.
Dua puluh gebrakan kembali sudah lewat namun Han Siong
Kie belum kelihatan bakal kalah meski dalam hati kecilnya
pemuda itu cukup memahami kekuatan sendiri, ia tahu
kekuatannya sudah tak mampu digunakan lagi untuk
bertarung sebanyak seratus gebrakan lagi dengan lawan-
Suatu ketika Yu Pia-lam melompat mundur delapan depa ke
belakang, sepasang telapak tangannya diputar satu lingkaran
diudara kemudian disilangkan didepan dada.
Han Siong Kie mengawasi gerak gerik musuhnya dengan
tatapan tajam tapi apa yang ia lihat membuat hatinya
tercekat, dilihatnya sepasang telapak tangan musuh telah
berubah jadi bening seperti kaca, begitu bening dan putihnya
membuat orang jadi bergidik rasanya:
"Ilmu silat apaan itu?" demikianlah pemuda itu berpikir, "
belum pernah kujumpai kepandaian seaneh itu."
Akan tetapi waktu tidak mengijinkan dia berpikir panjang,
sekalipun ia tahu bahwa lawannya telah menggunakan ilmu
aneh dan rupanya dalam serangan berikut ini akan
melepaskan pukulan yang mematikan. ia tak dapat berbuat
lain kecuali mempertingkat kewaspadaannya .
Terdengar Yu Pia lam, ketua dari perkumpulan Thian che
kau itu berkata:

1451
"Manusia muka dingin, jika engkau sanggup menerima
sebuah pukulanku ini, maka hari ini akan kulepaskan dirimu
dari sini" Han Siong Kie tertegun.
"Hian goan sin khi?" ia lantas berpikir kepandaian apakah
itu? Belum pernah kudengar tentang ilmu semacam ini, tapi
pasti ilmu itu adalah sejenis kepandaian yang maha sakti
sebab kalau tidak tak nanti ia bersikap seangkuh itu"
Tentu saja Han Siong Kie tak sudi menunjukkan
kelemahannya, ia tertawa dingin dan menjawab:
"Yu Pia lam, tak ada halangannya bagimu untuk mencoba,
tapi aku katakan lebih dulu, hari ini aku tidak akan
melepaskan engkau dengan begitu saja meski kau bermaksud
melepaskan aku"
"Heeehhh.. heeehhh... heehhh bocah keparat, tak ada
gunanya engkau banyak berbicara memangnya kau anggap
hari ini bisa lolos dari sini dengan selamat?"
"Yu Pia lam, mengapa tidak kau lancarkan saja seranganmu
itu daripada banyak bacot"
"Lihat serangan- Yu pia lam tidak membuang waktu lagi,
sepasang telapak tangannya yang bening seperti kaca
didorong ke depan, segulung desingan angin pukulan
berwarna merah keemas-emasan dengan membawa daya
tekanan yang sangat berat menggulung ke atas tubuh
pemuda itu.
Han Siong Kie sendiri, walaupun sedang berbicara, diamdiam
hawa murninya telah dihimpun mencapai dua belas
bagian, maka ketika musuh melancarkan serangan, dengan
keyakinan penuh diapun melepaskan segulung asap hijau
yang maha dahsyat kedepan.
Kedua belah pihak sama-sama menyadari bahwa serangan
ini menyangkut mati hidup kedua belah pihak, siapa meleng
maka akibatnya kalau bukan tewas tentulah terluka parah.

1452
Han Siong Kie sudah bertekad untuk beradu jiwa dengan
musuhnya, mampukah dia merobohkan musuhnya dalam
serangan tersebut, ia tidak terlalu yakin, sebab luka di atas
bahunya membuat tenaga dalam yang dimiliki mengalami
kerugian besar.
Udara jadi beku dan kaku, semua jago perkumpulan Thian
che kau yang berada di sekitar gelanggang melototkan
matanya lebar-lebar, mereka mengawasi dua orang yang
berada di arena itu dengan pandangan tanpa berkedip.
Cahaya merah dan hijau segera bertemu satu sama
lainnya, ledakan keras menggelegar diangkasa, banyak
pepohonan yang bertumbangan, batu dan rumput
beterbangan keadaan jadi sangat mengerikan-
Yu Pia lam dan Han Siong Kie yang berada diarena masih
berdiri saling berhadapan muka tanpa bergerak. hanya selisih
jarak antara kedua belah pihak telah mencapai tiga kaki
jauhnya
Paras muka Han Siong Kie pucat pasi, badannya gontai dan
mulut luka pada bahunya mengucurkan darah lagi karena
tergetar oleh bentrokan itu, deras sekali darah yang menetes
keluar menetes dibaju maupun sepatunya.
Yu Pia lam sendiri oleh karena mengenakan kain kerudung
diwajahnya maka orang tak dapat menyaksikan perubahan
wajahnya tapi dari sinar matanya yang pudar serta getaran
tubuhnya keras, ditambah kain kerudungnya yang besar, bisa
diketahui bukan saja ia sudah terluka bahkan telah muntah
darah
Suasana jadi hening sepi tak kedengaran sedikit suarapun.
Paras muka Han Siong Kie kian lama berubah memucat,
tbuhnya ikut gemetar keras peluh membasahi jidatnya .
Ditengah keheningan inilah tiba-tiba Yu Pia lam tertawa
dingin, bukan saja suaranya serak dan penuh mengandung

1453
hawa napsu membunuh, bahkan kedengarannya mengerikan
sekali, ia maju selangkah demi selangkah menghampiri sianak
muda itu.
”Kraass kraass” langkah kaki diatas daun kering dan
bebatuan menimbulkan suara gemerisik yang mengerikan hati.
Suasana kematian makin lama semakin menebal mengikuti
langkah kaki tadi.
Namun Han Siong Kie masih tak bergerak ditempat semula,
dia tetap berdiri kaku seperti arca batu.
Tentu saja dia tahu apa yang akan dilakukan oleh Yu Pia
lam, akan tetapi pada saat ini ia sudah tidak berkemampuan
lagi untuk memberikan perlawanan.
Kematian semakin mendekatinya dalam waktu singkat jarak
yang tiga kaki itu sudah makin memendek jadi satu kaki, lalu
tinggal delapan depa, lima depa, akhirnya tinggal satu
jangkauan tangan belaka.
Yu Pia lam sudah mengangkat telapak tangannya, ia siap
menghajar batok kepala pemuda she Han itu.
"Tahan" mendadak terdengar bentakan merdu menggema
dari bilik lembah hitam.
Yu Pia lam kelihatan terkejut, tanpa sadar ia menarik
kembali telapak tangannya dan mundur tiga langkah
kebelakang.
Menyusul bentakan tadi, sesosok bayangan merah
melayang keluar dari balik pepohonan, kembali orang itu
berkata:
"Yu Pia lam, sungguh memalukan dirimu sebagai seorang
ketua perkumpulan yang berambisi menguasahi jagad, tak
tahunya cuma manusia berlidah biawak. mulutnya tak bisa
dipercaya"

1454
Dia tak lain adalah Buyung Thay, nyonya cantik berbaju
merah itu.
Yu Pia lam menjerit kaget, kembali dia mundur tiga langkah
ke belakang, serunya terbata-bata: "Kau.. kau.."
"Benar, memang aku Kenapa?" sahutnya dengan ketus.
"Kau.. kau... apa maksudmu berbuat begitu?"
"Tidak bermaksud lain, aku cuma berharap agar engkau
tidak menjilat kembali perkataan yang telah diucapkan,
bukankah engkau telah berkata bila ia sanggup menerima
sebuah pukulan Huan goan sin khimu itu, maka perselisihan
diantara kalian akan dibereskan pada lain kesempatan??"
"Tapi apa sangkut pautnya persoalan ini denganmu?"
"Aku merasa malu untuk perbuatanmu, tingkah lakumu itu
terlalu rendah dan memalukan, tidakkah kau lihat bahwa ia
sudah menderita luka diatas bahu lebih dahulu sebelum
pertarungan tadi dimulai? Tapi kau pun telah memanfaatkan
kelemahan orang untuk keuntungan diri sendiri"
"Heehhh heeehh heeehhh perempuan lonte."
"Tutup mulut anjingmu Yu Pia lam kau tak usah melukai
hati orang dengan kata-kata busuk seperti itu"
"Jadi engkau juga yang telah membantu bocah busuk itu
ketika berada dalam perjalanan menuju ke Thian lam..?"
"Memang kenapa??"
"Aku hendak membunuh engkau dari muka bumi"
Mendengar ancaman tersebut, Buyung Thay menengadah
dan tertawa terkekeh-kekeh. "Heeehhh... heehhh... heeehh Yu
Pia lam mampukah engkau membunuh aku?"
Yu Pia lam terbungkam, benar... Dengan luka dalam yang
dideritanya sekarang ditambah pula dua orang utusan
khususnya juga terluka parah, meski ada dua puluh orang

1455
jago lainnya tapi kalau suruh mereka melawan jago macam
Buyung Thay, itu berarti hanya menghantar kematian mereka
dengan sia-sia belaka. Maka setelah berpikir sebentar ia
menjawab lagi:
"Sekalipun tidak sekarang, suatu saat aku pasti akan
membinasakan dirimu"
"Yu Pia lam, aku akan menantikan hari seperti yang kau
maksudkan itu, sekarang engkau boleh pergi dari sini" ujar
nyonya cantik itu sambil tertawa tawa.
Han Siong Kie dapat memgikuti pembicaraan tersebut
dengan sangat jelas, dari keadaan tersebut dia lantas
mengambil kesimpulan bahwa kedua belah pihak tampaknya
tidak terlalu asing, tapi apa hubungan mereka? Dan
sebenarnya perempuan macam apakah Buyung Thay itu?
setelah lama sekali tertegun, Yu Pia lam lalu bertanya lagi:
"Jadi engkau telah jatuh cinta kepada bocah busuk ini?"
"Kau tak usah menanyakan tentang persoalan ini, sebab
urusan ini bukan urusan yang menyangkut dirimu"
"Hmm engkau benar-benar seorang perempuan yang tak
tahu malu" maki Yu Pia lam sambil meludah ketanah.
Paras muka Buyung Thay si nyonya cantik baju merah liu
berubah hebat, hawa napsu membunuh menyelimuti
wajahnya, ia lantas menghardik:
"Yu Pia lam tentunya engkau tidak mengharapkan sekarang
juga kucabut nyawa anjingmu bukan?"
Yu Pia lam cukup licik, setelah mempertimbangkan untung
ruginya dengan gemas ia mendengus.
"Buyung Thay" teriaknya "semoga saat perjumpaan
diantara kita berdua tidaklah terlalu lama."
Buyung Thay balas mendengus:

1456
"Yu Pia lam aku anjurkan kepadamu lebih baik cepatlah
tinggalkan tempat ini"
Ketua perkumpulan Thian che kau yang lihay ini tak berani
membuang waktu lagi, ia putar badan memberi tanda kepada
anak buahnya dan segera berlalu dari sana.
Sementara itu Han Siong Kle sudah tak kuat menahan diri
lagi, keangkuhannya membuat ia tetap mempertahankan diri
tanpa bergerak.
Menanti Yu Pia lam dan rombongan sudah lenyap dari
pandangan, ia baru muntah darah segar dan tubuhnya ikut
terjungkal ke atas tanah.
Buyung Thay sangat kaget, cepat ia menyambar tubuh Han
Siong Kle yang sedang roboh itu.
"Adikku sayang kenapa kau?" tegurnya dengan cemas.
Han Siong Kie membelalakkan matanya tapi sebentar
kemudian dipejamkan kembali.
Betapa gelisahnya Buyung Thay menyaksikan keadaan
tersebut, cepat ia mengambil keluar tiga biji pil dari sakunya
dan dijejalkan kemulut Han Siong Kie, kemudian sambil
membopong pemuda itu segera berlarian keluar dari tanah
perbukitan itu.
Setelah keluar dari tanah perbukitan Tay keng san, mereka
menumpang dirumah seorang petani, dengan alasan suami
istri yang bertemu penyamun untuk sementara mereka
berdiam disana.
Buyung Thay meminta kepada tuan rumah untuk
menyediakan air panas bagi mereka, mula-mula ia bersihkan
dulu badan Han Siong Kle yang bermandikan darah itu,
kemudian baru membubuhi obat luka diatas badannya,
perhatian seperti itu persis seperti perhatian seorang kakak
terhadap adiknya, mirip pula seorang istri yang

1457
memperhatikan suaminya. setelah luka luar diobati, barulah
dia periksa luka yang didalam.
Untunglah luka yang diderita pemuda itu tidak separah
seperti apa yang disangkanya, setengah jam kemudian Han
Siong Kie telah sadar kembali dari pingsannya.
Ketika ia menemukan bahwa dirinya sedang berbaring
dalam pelukan Buyung Thay, merah padam selembar pipinya,
dengan jantung berdebar keras dan suara yang lemah dia
berbisik: "Cici.... kita berada dimana sekarang?"
"Rumah seorang petani"
"Sudah berapa lama kita tiba disini?"
"setengah hari lamanya"
"Aku harus mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
cici"
"Aaah, adikku Kalau engkau berkata begitu sama artinya
memandang asing akan diriku" tukas Buyung Thay sambil
menutup bibirnya dengan jari tangan.
Dalam suatu kamar yang redup didampingi perempuan
yang cantik jelita, tak tahan lagi Han Siong Kle merasakan
jantungnya berdebar keras, tanpa terasa ia jadi teringat
kembali akan adegan yang pernah terjadi dalam lembah
hitam, betapa mesranya hubungan intim yang mereka lakukan
saat itu.
Berpikir sampai disitu, merah jengah pipinya, hampir saja ia
tak berani bertatapan muka dengan perempuan itu. Ia
khawatir kejadian tersebut terulang lagi.
Rasa sakit yang secara lapat-lapat dari mulut luka
dibahunya membuat pemuda itu sadar kembali dari
lamunannya, ia lantas teringat untuk segera menyembuhkan
luka dalam yang dideritanya.

1458
Maka ia meronta bangun dari pelukan Buyung Thay dan
berusaha untuk duduk bersila.
"Titi apa yang hendak kau lakukan?" nyonya cantik baju
merah segera menegur.
"Cici aku ingin menyembuhkan lukaku, bantulah aku untuk
duduk bersemedi"
"Apakah engkau juga membutuhkan bantuanku untuk
menyembuhkan luka itu?" tanya nyonya itu manja.
"Tak usah cici, aku cuma minta kau bersedia menjadi
pelindung ku selama aku sedang bersemedi"
"Tapi lukamu terlampau parah"
"Aah luka sekecil ini tidak seberapa hebat, tak usah kau
kuatirkan"
"Saat ini kita berada dirumah petani yang jauh dari kota,
aku rasa tak mungkin akan terjadi hal-hal diluar dugaan, lebih
baik biar kubantu dirimu agar lukamu cepat sembuh kembali."
"Ssttt... ada orang datang" tiba-tiba Han Siong Kie menukas
sambil melarang perempuan itu bicara lebih jauh.
Buyung Thay cukup cekatan, cepat dia padamkan lampu
lentera dimeja dan menerobos keluar lewat jendela, tapi udara
amat bersih, suasana sunyi senyap. tak sesosok bayangan
manusiapun nampak.
Perempuan itu merasa tak lega hatinya, kembali dia
mengontrol sekeliling ruangan itu sebelum akhirnya kembali
kedalam kamar dan memasang lampu lentera.
"Cici siapa diluar?" Han Siong Kie segera menegur dengan
dahi berkerut kencang.
"Siapa pun tidak kelihatan"
"Aaah, masa iya? Kok aneh benar"

1459
"Sebetulnya apa yang berhasil kau lihat? "
"Kusaksikan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat
diluar jendela mana"
"Jangan-jangan matamu melamur dan salah melihat??"
"Tidak mungkin" sahut pemuda itu menegaskan.
Buyung Thay mengernyitkan alis matanya, setelah berpikir
sebentar diapun lantas berkata:
"Tidak ambil perduli siapa yang berani datang, selama kau
merawat lukamu maka aku akan berjaga disini, akan kulihat
siapa yang berani datang mencabuti kumis macan"
Tiba-tiba Han Siong Kie berseru tertahan, sambil menuding
sebuah benda putih didepan jendela dia berkata: "cici, coba
lihat Benda apakah itu??"
Dengan hati terperanjat Buyung Thay memburu kedepan
dan mengambil benda tadi, kiranya secarik kertas putih dan
diatas kertas itu bertuliskan bebarapa huruf sebagai berikut:
"Anjing pemburu telah mengejar sampai disini, tempat ini
bukan tempat aman, cepat-cepatlah berlalu dari sini"
Dibawah surat peringatan itu tiada tanda tangan, tapi dari
gaya tulisan serta bau kertas yang harum dapat dipastikan
bahwa tulisan itu dibuat oleh seorang perempuan. Tapi
siapakah yang menulis surat peringatan itu? siapa pula yang
dia maksudkan anjing pemburu?
-ooo0dw0ooo-
Jilid 39
BAB 80

1460
LAMA sekali dua orang itu saling berpandangan tanpa
mengucapkan sepatah katapun, dari gerak gerik si pemberi
peringatan yang sama sekali tidak meninggalkan suara dapat
diketahui bahwa ilmu silatnya cukup lihay, kalau tidak maka
jejaknya tak akan lolos dari pengawasan nyonya cantik baju
merah yang lihay itu?
Dan bayangan manusia yang sempat ditangkap oleh Han
Siong Kie barusan sudah pasti tak lain adalah perempuan
pemberi peringatan itu.
Sebagai perempuan Buyung Thay mempunyai perasaan
halus sebagai seorang wanita, dengan wajah serius dia lantas
bertanya:
"Tete, menurut pendapatmu siapakah yang telah
meninggalkan peringatan itu?"
Han Siong Kie coba berpikir sebentar kemudian
menggeleng: "Aku tidak tahu"
"Misalnya saja diantara perempuan yang kau kenal, apakah
terdapat orang yang patut dicurigai."
Tentang soal ini..rasanya hanya dua orang saja yang besar
kemungkinannya, tapi.."
"Macam apakah kedua orang itu?"
"Dua orang perempuan yang amat misterius, sampai
sekarangpun aku masih belum pernah menyaksikan raut
wajah asli mereka"
"Apakah engkau mengetahui namanya?" desaknya lebih
jauh.
"Siapakah nama aslinya aku tidak tahu, tapi aku
mengetahui bahwa ia memakai julukan orang yang kehilangan
sukma."
"Orang yang kehilangan sukma??"

1461
"Benar kau kenal dengan orang itu??"
"Tidak, aku hanya merasa bahwa nama orang ini terlalu
aneh, siapa pula orang kedua yang kau curigai??"
"Dia adalah putrinya orang yang kehilangan sukma dan
bernama orang yang ada maksud"
"Orang yang ada maksud, orang yang ada maksud" gumam
Buyung Thay tercengang.
"Nama ini lebih-lebih lagi mendatangkan perasaan aneh.
Ada maksud mengartikan kalau dia ada maksud denganmu
dan lagi kedua nama ini belum pernah kudengar didunia
persilatan, kemungkinan besar"..
"Kemungkinan bagaimana?"
"Mungkin nama itu memang sengaja mereka pakai khusus
ketika berhadapan denganmu"
Ucapan ini segera menggetarkan hati Han Siong Kie, ia jadi
teringat kembali dengan perbuatan orang yang kehilangan
sukma ketika dengan pelbagai daya upaya menjodohkan
dirinya dengan Go siau bi, sekarang ia jadi mengerti akan
duduknya perkara.
Meski begitu pemuda ini tidak bermaksud untuk
menceritakan kepada orang lain, sebab ia merasa tidak ada
keperluan khusus untuk menceritakannya kepada orang. Maka
sambil tertawa tawa katanya:
"Mungkin saja apa yang kau ucapkan memang tidak salah,
tapi tak ada gunanya kita membicarakan persoalan ini, lebih
jauh..."
"Kalau begitu kau sudah merasa yakin kalau perbuatan ini
dilakukan oleh orang yang kehilangan sukma dengan
putrinya?" Buyung Thay coba menegaskan.
"Tidak mungkin"

1462
"Kenapa tidak mungkin?"
"Sebab kedua orang itu boleh dibilang mempunyai budi
kebaikan yang setinggi bukit dan sedalam lautan denganku,
bisa saja ia unjukkan diri secara terang-terangan dan memberi
peringatan, aku rasa tidak ada keperluannya untuk main
sembunyi dan meninggalkan surat"
"Aaah, belum tentu begitu"
"Kenapa??"
"Mungkin ia merasa tak leluasa untuk munculkan diri,
mungkin juga ia merasa takut akan sesuatu, mungkin juga..."
"Mungkin kenapa lagi?" tanya Han Siong Kie.
Buyung Thay mengerling sekejap ke arah si anak muda itu
dengan sinar mata yang menawan hati, sahutnya kemudian:
"Mungkin juga ia merasa tak enak hati karena melihat
engkau sedang berada bersamaku"
"Tak mungkin pikiranmu ini makin lama melayang semakin
jauh"
"Kalau tidak demikian, apakah kau bisa menemukan lagi
orang lain yang patut dicurigai?"
"Aku tak bisa menemukanya" jawab Han Siong Kie sambil
menggelengkan kepalanya.
"Tete, aturlah pernapasan disini dengan hati lega" ujar
Buyung Thay dengan arti yang lebih mendalam "selama aku
berada di sini, akan kulihat siapakah yang berani
mengganggumu, sebaliknya bila musuh memang bermaksud
untuk mencari kita, jelas sekarang kita sudah berada dibawah
pengawasan mereka, sekalipun melarikan diri juga tak leluasa"
Kata-kata "melariksn diri" itu terasa amat menyinggung
perasaan Han Siong Kie, sebagai seorang laki-laki yang

1463
berwatak keras dan tinggi hati, tentu saja ia tak sudi kabur
dengan begitu saja, maka diapun lantas mengangguk.
"Baik" katanya, "kita tetap bertahan disini saja."
Nyonya cantik baju merah itu bungkukkan badan dan
mencium mesra dipipi Han Siong Kie, kemudian dia
memadamkan lampu dan menerobos keluar lewat jendela.
Ciuman itu membuat Han Siong Kie berdebar keras, tapi ia
menurutkan kembali perasaannya dan berguman diri:
"Tidak.. aku tak boleh berbuat demikian, dendam berdarah
ku belum terbalas dan lagi aku sudah mengikat tali
perkawinan dengan Go siau bi, cintaku dengan Tonghong Hui
belum putus, aku tak boleh terpikat lagi oleh perempuan lain?
"
Berpikir sampai disitu, dia lantas duduk bersila,
memusatkan semua perhatiannya menjadi satu dan mulai
mengatur pernapasan.
Tak lama setelah Buyung Thay keluar dari ruangan,
sesosok bayangan manusia diam-diam menyelinap masuk
kedalam ruang, bersembunyi di belakang tubuh Han Siong
Kie, oleh karena waktu itu sianak muda tersebut telah
memusatkan semua perhatiannya jadi satu, maka ia sama
sekali tidak merasa akan munculnya orang itu.
Sementara nyonya cantik baju merah Buyung Thay telah
menyembunyikan diri pula disuatu sudut yang gelap
sekeluarnya dari ruangan..
Kurang lebih setengah perminum teh kemudian tampaklah
tiga sosok bayang manusia dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat meluncur datang dari kejauhan.
"Aaah mereka benar-benar telah datang" bisik Buyung Thay
setelah menjumpai kemunculan orang-orang itu.

1464
Dengan gerakan berhati-hati tiga sosok bayangan hitam itu
menyusup dibalik kegelapan dan bersembunyi kurang lebih
lima kaki dari ruangan rumah itu
Yang munculkan diri adalah tiga orang kakek tua berbaju
kuning. setibanya disana salah seorang diantaranya lantas
bertanya: "Hiangcu, benarkah disini?"
"Benar" jawab yang lain "menurut penyelidikan orang yang
berada dirumah ini benar-benar adalah dua orang yang
sedang dicari-cari Kaucu"
Buyung Thay diam-diam mendengus, pikirnya:
"Kuanggap siapa yang datang, tak tahunya adalah kuku
garuda dari perkumpulan Thian che kau"
sementara itu orang yang pertama tadi telah bertanya lagi:
"Yakinkah engkau kalau Manusia bermuka dingin telah
terluka?"
"Tentu saja, kalau tidak mengapa ia harus digendong?
sudah pasti tujuannya bersembunyi disini adalah untuk
menyembuhkan luka yang dideritanya. "
"Manusia muka dingin sudah tak perlu kita kuatirkan lagi,
jika dia benar-benar terluka, justru yang perlu dikuatirkan
sekarang adalah perempuan berbaju merah itu, dia sangat
lihay.."
"Bangsat, kalian harus dibikin mampus" maki Buyung Thay
dalam hati, ia lantas merogoh segenggam jarum toan hun
ciam dan siap dilepaskan kemuka. Tiba-tiba terdengar salah
seorang diantaranya berkata:
"Aaaah, kenapa mesti susah-susah turun tangan sendiri?
sebentar toh pelindung hukum kita yang bertanggung jawab
dalam tugas ini akan tiba, asal kita awasi saja teruskan beres."
"Itu dia telah datang" seru yang lain.

1465
Ditengah kegelapan tampaklah sesosok bayangan manusia
tanpa menimbulkan sedikit suarapun melayang datang, cepat
sekali gerakan tubuhnya dalam waktu singkat dia sudah tiba
dihadapan tiga orang kakek yang datang lebih duluan itu.
Buyung Thay yang menyaksikan kedatangan orang itu,
tiba-tiba jadi terkejut dan segera bergidik,
"Aneh, sudah puluhan tahun lamanya tak pernah
munculkan diri, kenapa gembong iblis ini bisa bergabung
dengan perkumpulan Thian Che kau?"
Kiranya orang yang datang belakangan ini tak lain adalah
seorang kakek yang tinggi besar, bermuka bengis berikat
kepala warna emas dan bermata hijau menyeramkan, dia
bukan lain adalah Hun Si mo ong, gurunya sepasang malaikat
hawa panas dan dingin. Padahal kedudukan Hun si mo ong
dalam dunia persilatan sangat tinggi, tapi nyatanya ia bersedia
mendengarkan perintah dari Thian che kaucu, kejadian ini
boleh di bilang sangat mencengangkan hati.
Menyusul dengan kemunculan Hun si mo ong, secara
beruntun melayang datang pula lima sosok bayangan
manusia.
Berdebar juga Buyung Thay menyaksikan munculnya begitu
banyak musuh tangguh, kalau dia diharuskan bertarung
melawan Hun si mo ong, maka sepuluh bagian ia yakin bisa
mengimbangi, tapi kedelapan orang kakek itu pasti akan
gunakan kesempatan yang sangat baik itu untuk mencelakai
jiwa Han Siong Kie.
Sekarang ia baru menyesal mengapa tidak menuruti
peringatan dari orang yang tak dikenal itu? Dari sekarang
menyesalpun tak ada gunanya lagi.
Dalampada itu tiga orang kakek yang tiba lebih duluan tadi
sudah memberi hormat kepada Hun si mo ong, kemudian
berkata: "Terimalah hormat kami untuk Hu hoat yang mulia"

1466
"Tak usah banyak adat" sahut Hun si mo ong sambil
mengulapkan tangannya, "apakah laki perempuan dua orang
itu berada disini?"
"Benar" jawab salah seorang kakek itu. " mereka berada
dalam rumah petani di depan sana"
"Berjaga-jagalah kalian berdelapan ditiga penjuru tempat
ini, pun huhoat akan masuk ke ruangan untuk menangkap
mereka"
"Terima perintah" serentak delapan orang itu memencarkan
diri dan masing-masing menempati satu posisi,
Sementara itu Hun si mo ong menuju ke rumah
dihadapannya dengan langkah lebar.
Sudah tentu Buyung Thay tidak mengijinkan lawannya
mendekati tempat itu, serta merta ia bangkit berdiri dan
menegur: "Jago lihay dari manakah yang telah datang?"
Mendengar teguran tersebut Hun si mo ong segera
berhenti, dengan tatapan matanya yang berwarna hijau ia
menatap sekejap lawannya, kemudian tanpa kuasa lagi
mundur selangkah ke belakang.
Mungkin selama hidupnya raja iblis yang berusia seratus
tahun ini belum pernah menyaksikan perempuan secantik ini,
seketika itu juga ia dibikin tertegun. Kembali Buyung Thay
bertanya: "Boleh aku bertanya siapakah nama besar
saudara??"
"Heeeh heeeh heeehh aku adalah Hun si mo ong" jawab
kakek itu sambil tertawa seram.
Mendengar jawaban itu Buyung Thay menjerit kaget dan
berkata:
"Oooh, maaf, maaf, kiranya adalah locianpwe yang telah
berkunjung kemari"

1467
"Bocah keparat, kau tak usah bergurau lagi dengan diriku,
hayo bicara saja terus terang"
Sekali lagi Buyung Thay berteriak kaget: "Eeeh... Apa
maksud locianpwe berkata demikian??"
Panggilan lociancwe yang berulang kali ini lama kelamaan
membuat Hun si mo ong jadi rada kikuk. terutama ucapan itu
diucapkan oleh seorang perempuan cantik jelita.
"Aah... kamu ini sudah tahu tapi masih bertanya, lebih baik
mengaku saja terus terang" bentaknya.
"Tapi boanpwee sungguh tidak tahu bagaimana musti
mengakunya terus terang"
"Kalau kau tak tahu urusan, kenapa kau hadang jalan
pergiku sekarang?"
"Boanpwe sedang menjadi pelindung buat seorang sobatku,
karenanya aku minta locianpwe suka memaklumi " kata
Buyung Thay dengan wajah serius.
"Apakah sobatmu itu adalah Manusia muka dingin yang
menjadi ketuanya perguruan Thian lam??"
"Betul, dari mana locianpwe bisa tahu? " Buyung Thay
keheranan.
"Kalau begitu tak salah lagi, aku memang datang lantaran
dia, juga lantaran kau" jawab Hun si mo ong cepat.
"Oooh jadi locianpwe datang kemari lantaran kami
berdua??"
Meskipun diluarannya Buyung Thay kelihatan tenang sekali,
padahal kegelisahannya sukar dilukiskan dengan kata-kata, dia
jelas mengerti bahwa Han Siong Kie sedang bersemedi, maka
asal Hun si mo ong atau salah seorang diantara delapan kakek
tua itu berhasil masuk kedalam ruangan itu maka akibatnya
akan luar biasa sekali.

1468
Tapi urusan sudah didepan mata, sekalipun gelisah juga
percuma, maka perempuan itu kembali menunjukkan sikap
tidak habis mengerti, lalu bertanya:
"Boanpwe berdua merasa tak pernah melakukan sesuatu
kesalahan yang melukai locianpwe, kenapa locianpwe....?"
"Aku sedang melaksanakan tugas yang diperintahkan
kepadaku."
"Melaksanakan tugas? Locianpwe kau seorang jago yang
tersohor, dalam dunia persilatan dianggap seorang pemuka
dunia persilatan, masa benar kalau locianpwe sedang
menjalankan perintah? Aku tidak percaya kalau locianpwe
suka diperintah orang siapa yang memerintah dirimu?"
Hun si mo ong kelihatan merasa serba salah, ia lantas
membentak keras:
"Aaah, kamu tak usah cerewet melulu, lihat seranganku ini.
Akan kubekuk dulu dirimu"
Dengan cepat tangannya yang besar seperti kipas dia
lantas mencengkeram tubuh Buyung Thay, bukan saja
cengkeraman tersebut cepat bahkan ganas dan luar biasa,
rasanya susah untuk menemukan orang yang sanggup
menghindari serangannya itu.
Buyung Thay terkesiap. ia putar badan sambil melejit ke
samping, manis sekali gayanya waktu menghindar.
Terkejut juga Hun si mo ong menghadapi kelincahan
musuhnya, ketika cengkeramannya mengenai sasaran yang
kosong dari serangan mencengkeram dia lantas merubah
menjadi serangan pukulan.
"Wess " Dengan dahsyatnya dia menghantam perempuan
itu. Untuk kedua kalinya Buyung Thay berkelit kesamping,
serunya: " Locianpwe, sudah dua kali boanpwe mengalah
kepadamu"

1469
Dua kali menemui kegagalan, hawa amarah Hun si mo ong
memuncak. dengan suara yang keras ia membentak.
"Bocah keparat, tak kusangka kau punya ilmu simpanan,
sambutlah lagi beberapa jurus seranganku ini"
sambil membentak keras, secara beruntun ia lancarkan tiga
buah serangan yang kesemuanya merupakan seranganserangan
mematikan yang bertenaga besar.
Buyung Thay cukup memahami kemampuan yang
dimilikinya, dia tak sudi menerima ancaman itu dengan keras
lawan keras, seperti bayangan sukma hanya sekali berkelejit
tahu-tahu dia telah melompat keluar dari lingkaran hawa
serangan, sampai saat itu Buyung Thay belum juga
melepaskan serangan balasan, sebab ia berusaha mengulur
waktu sepanjang-panjangnya.
Hun si mo ong tidak menyangka kalau musuhnya memiliki
ilmu silat yang setinggi itu, serangan beruntunnya sebanyak
tiga jurus yang dilancarkan dengan tenaga besar dan
kecepatan tinggi itu bisa dihindari dengan begitu saja, bicara
mengikuti peraturannya maka sekarang ia sudah tidak
mempunyai kesempatan untuk menyerang lagi.
Muridnya si malaikat hawa dingin Mo siu ing
memperlakukan peraturan yang mana tak akan membunuh
korbannya jika mampu menghindari tiga jurus serangannya,
dan sekarang perempuan baju merah itu sudah lolos dari tiga
jurus serangannya, menurut aturan dia harus segera angkat
kaki, tapi kali ini ia tak dapat berbuat begini sebab ia datang
untuk melaksanakan perintah dari Thian che kaucu.
Maka dalam malu dan gusarnya, ia menerjang maju lebih
ke depan, sepasang telapak tangannya direntangkan dan
langsung menyerang sekujur badan Buyung Thay.
Menghadapi serangan yang begitu ganasnya, terpaksa
nyonya cantik berbaju merah itu harus menggigit bibir
melakukan perlawanan, telapak tangan kirinya di ayunkan ke

1470
udara, sementara telapak tangan kanannya melepaskan
serangan kilat.
Dengan adanya gerakan itu, Hun si mo ong yang sedang
melancarkan serangan segera merasakan munculnya suatu
tenaga hisapan yang membawa daya pukulannya
menghantam kesamping baru ia merasa kaget. segulung
tenaga pukulan yang kencang menyergap tiba dari depan,
terpaksa ia tarik kembali serangannya dan melompat ke
samping.
Kejadian seperti ini baru dialaminya untuk pertama kali,
sebab selama bertempur melawan orang belum pernah ia
didesak sampai menghindarkan diri kesamping.
Pada saat tubuhnya menyingkir ke samping itulah,
mendadak sepasang telapak tangannya dilontarkan kembali
dengan melancarkan serangan ke depan dan melancarkan
bacokan gencar.
Waktu itu Buyung Thay belum sempat menarik kembali
serangannya, ketika pukulan musuh yang gencar telah
menyerang datang terpaksa ia memutar tangannya didepan
dada dengan maksud memunahkan kekuatan lawan, apa mau
dikata tenaga dalam musuh setingkat lebih sempurna.
"Blang" ditengah benturan keras dia sendiri yang malahan
tergetar sampai mundur ke belakang beberapa langkah.
Hun si mo ong lebih terkejut lagi setelah menyaksikan
pihak musuh hanya terdorong mundur beberapa langkah saja
setelah menyambut serangannya itu dengan keras lawas
keras, bahkan sama sekali tidak menderita luka, pikirnya:
"Kalau tidak mampu membereskan bocah keparat
perempuan ini, nama besarku pasti akan tamat riwayatnya?"
Berpikir sampai disitu, hawa napsu membunuh lantas
menyelimuti wajahnya, ia melompat ke depan dan secara
beruntun melancarkan delapan buah serangan berantai.

1471
Delapan buah serangan berantai itu dilancarkan dengan
tujuan untuk membereskan nyawa lawan. kedahsyatannya
melebihi ombak samudra yang ketimpa angin puyuh, bahkan
delapan buah serangan datangnya dari delapan arah,
kecepatan serta kehebatannya mengerikan.
Paras muka Buyung Thay berubah hebat, ia mengerti tak
bisa menghindarkan diri lagi dari ancaman lawan, maka
hatinya jadi nekad, dia putar telapak tangannya dan
menyambut serangan tersebut dengan kekerasan-
"Blaang" diiringi jerit kesakitan yang memekikkan telinga
Buyung Thay mencelat sejauh satu kaki lebih dan muntah
darah segar.
Tapi sewaktu tubuhnya hampir terbanting ke tanah tibatiba
ia berjumpalitan beberapa kali diudara, ketika jatuh
ketanah ia masih tetap dalam posisi berdiri.
Hun si mo ong tertegun, tapi sejenak saja ia sudah
melayang kembali delapan depa ke depan dan siap
melancarkan lagi serangan.
Buyung Thay mendengus dingin, tangan kanannya segera
diayun kemuka, segumpal jarum lembut seperti bulu kerbau
bagaikan hujan gerimis segera berhamburan keatas udara,
serangan itu sama sekali tidak menimbulkan suara kendatipun
musuhnya seorang musuh tangguh namun dalam kegelapan
untuk memukul rontok ancaman itu bukanlah suatu pekerjaan
yang terlalu gampang.
Tapi Hun si mo ong memang seorang jago silat yang lihay,
dalam dunia persilatan ia menempati posisi ketiga, kendatipun
ditengah kegelapan namun matanya yang tajam dapat
menyaksikan segala sesuatunya seperti dalam keadaan tengah
hari saja, telapak tangannya segera diputar sedemikian rupa
membuat hujan jarum itu seketika tersapu rontok semua.
Buyung Thay tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang
sangat baik itu, sementara lawannya sedang kerepotan untuk

1472
memukul rontok ancawan tersebut, ia telah maju dan
menyerang lagi dengan tangan kirinya.
Tiba-tiba Hun si mo ong menarik diri dan melayang mundur
sejauh satu kaki lebih, teriaknya keras-keras: "Eeeh, tunggu
sebentar"
Wajah Buyung Thay tampak menyeringai seram, biji
matanya memancarkan sinar penuh hawa pembunuhan,
ujarnya dengan dingini "Ada apa ? sedap bukan rasanya jarum
toh hun ciam itu??"
Hun si mo ong tak menggubris ejekan musuhnya, dia
malahan berbalik bertanya: "Apa hubunganmu dengan Toh
hun sian li (dewi cantik pembetot sukma)?"
sekarang giliran Buyung Thay yang tertegun, sesudah
sangsi sebentar jawabnya: "Dia adalah mendiang guruku"
"Dia adalah mendiang gurumu?" teriak Hun si mo ong
setengah menjerit, tubuhnya yang tinggi besar kelihatan
gemetar keras "jadi-jadi dia sudah mati"
"Benar, ada apa?"
Hun si mo ong menggerakkan tubuhnya dan maju lima
depa ke depan.
Buyung Thay kuatir dia melancarkan serangan lagi, maka
sambil mengayunkan telapak tangannya dia siap melancarkan
pula serangan jarum.
"Eeeh Tahan Tahan" cepat Hun si mo ong berteriak "aku
bukan hendak menyerang, aku hanya ingin menanyakan
kepadamu, benarkah engkau adalah ahli waris dari Tok hun
sian ci?"
"Kalau benar lantas mau apa?"
"sudah berapa tahun dia menghembuskan napasnya yang
penghabisan?"

1473
"Dua puluh tahun"
"Aaah sudah dua puluh tahun?" Hun si mo ong berpekik
sedih, ia lantas menengadah dan memandang angkasa
dengan wajah termangu- mangu, agaknya ia sedang
mengenang kembali kejadian masa lalu.
Buyung Thay jadi serba salah dibuatnya, ia tak tahu apa
hubungan antara Hun si mo ong dengan Toh hun sian ci
sebab semasa hidupnya Toh hun sian ci yaitu gurunya tak
pernah menyinggung tentang persoalan itu.
Hun si mo ong jadi kaku seperti sebuah patung arca,
sedikitpun tidak bergerak.
Andaikata Buyung Thay kejam dan mau turun tangan pada
waktu itu, niscaya Hun si mo ong akan tewas secara
mengenaskan, tapi ia tidak berpikir sampai kesana sebab ia
sedang memikirkan apa hubungannya Hun si mo ong dengan
gurunya, sebab dari sikap dan tingkah laku Hun si mo ong
sekarang dapat ia tarik kesimpulan bahwa hubungan mereka
bukan dalam soal dendam melainkan berhubungan dengan
soal cinta. Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya:
"Kenapa tidak kugunakan kesempatan yang sangat baik ini
untuk membinasakan dirinya? Asal dia mati bukankah adik
Han juga akan terhindar dari malapetaka??" sebelum ia
laksanakan niat itu, Hun si mo ong telah bergumam lagi:
"Aaah... dia sudah mati, sungguh tidak kusangka dia sudah
mati.." sinar matanya yang hijau tajam segera dialihkan
kembali keatas wajah Buyung Thay, tanyanya lagi dengan
gemetar:
"Jenazahnya dikebumikan dimana?"
Terbentur dengan sorot matanya yang menggidikkan hati,
Buyung Thay tercekat rasanya, bukan menjawab ia malahan
balik bertanya:

1474
"Locianpwe, sebelum kujawab pertanyaanmu itu, lebih dulu
ingin kutanyakan apa hubunganmu dengan mendiang
guruku?"
"Aaai. orangnya saja sudah mati, segala sesuatunya telah
berlalu, apa gunanya kau tanyakan lagi??"
"Kalau memang begitu, maafkanlah boanpwe kalau tidak
dapat menerangkan kepadamu"
"Tidak Bagaimanapun juga kau... kau harus
memberitahukan persoalan itu kepadaku"
"Kalau memang demikian, lebih baik Locianpwe terangkan
dulu apa hubunganmu dengan mendiang guruku."
Sinar mata Hun si mo ong jadi redup, akhirnya dia
mengalah. "Baiklah akan kuterangkan kepadamu..."
Pada saat itulah tiba-tiba dari dalam ruangan
berkumandang suara jerit kesakitan yang menyayat hati.
Berdiri semua bulu kuduk Buyung Thay, ia merasa
jantungnya hampir copot segera jeritnya: "Aduh celaka..."
Ia menjejakkan kakinya ke tanah dan segera menerjang
masuk ke dalam ruangan.
-ooo0dw0ooo-
BAB 81
BARU saja Buyung Thay menggerakkan tubuhnya, kembali
Hun si mo ong telah menghadang jalan perginya seraya
berseru.
"Lebih baik kita lanjutkan pembicaraan antara kita berdua,
kenapa kau mesti ikut campur dengan urusan yang terjadi di
dalam ruangan??"
"Tidak Aku harus masuk ke dalam"

1475
"Engkau akan selamatkan jiwanya?"
"Hmmm" Buyung Thay mendengus dingin "jika manusia
muka dingin sampai tertimpa malapetaka, perkumpulan Thian
che kau akan membayar hutang darah ini sepuluh kali lipat
lebih besar"
Ucapan tersebut penuh dengan hawa napsu membunuh,
membuat siapapun yang mendengar merasakan jantungnya
berdetak keras.
Dalam dugaannya pasti ada orang berhasil menyergap
masuk ke dalam ruangan itu, padahal ketika itu Han Siong Kie
sedang bersemedi untuk menyembuhkan lukanya, dalam
keadaan demikian jangankan seorang tokoh silat yang berilmu
sangat tinggi, kendatipun seorang jago silat biasa sudah cukup
untuk mencabut selembar jiwanya.
Maka dengan perasaan hati yang amat gelisah, dia
menjejakkan kakinya dan kembali akan melayang masuk ke
dalam ruangan rumah itu..
Hun si mo ong memang bermaksud menghalangi jalan
pergi nyonya cantik itu, sepasang telapak tangannya kembali
direntangkan untuk menghalangi jalan pergi Buyung Thay,
serunya:
"Orang-orang perkumpulan Thian che kau telah bersumpah
tak akan melepaskan dirinya, dengan mengandalkan
kekuatanmu seorang tak nanti usaha mereka bisa kau
halangi??"
Buyung Thay benar-benar marah sekali, telapak tangannya
dilontarkan kemuka dan secara beruntun melancarkan dua
buah pukulan dahsyat, dalam melancarkan serangannya ia
telah sertakan tenaga dalam yang dimilikinya, hebat sekali
jadinya memaksa Hun si mo ong seketika itu juga terdesak
mundur.

1476
Menggunakan kesempatan itu Buyung Thay menyelinap
kedepan jendela dan melongok kedalam tapi apa yang terlihat
olehnya membuat perempuan itu tertegun.
Han Siong Kie yang dikuatirkan tewas atau terluka, masih
duduk di atas pembaringan dalam keadaan segar bugar, kabut
putih tengah menyelimuti ubun-ubunnya, ini menandakan
kalau semedinya tengah mencapai puncak yang paling tinggi,
sementara di samping pintu terkapar sesosok mayat dan
orang itu tak lain adalah salah seorang diantara delapan kakek
tua yang datang bersama Hun si mo ong itu.
Siapakah yang membinasakan orang itu ? Mungkinkah Han
Siong Kie? Mustahil kalau dia bisa melancarkan serangan, tapi
kalau bukan dia, hasil karya siapakah itu?
sementara nyonya cantik baju merah itu masih termenung,
kembali ada tiga orang kakek tua menyerbu masuk ke dalam
ruangan.
Buyung Thay tidak berisik, pun tidak mendatangkan suara
apapun, begitu melihat ada musuh menyerbu masuk
keruangan, segenggam jarum Toh hun ciam yang telah
disiapkan ditangannya segera diayun kedepan.
sebagaimana diketahui jarum Toh hun ciam lembutnya
seperti bulu kerbau, lagi pula mengandung racun yang jahat
sekali, di tambah pula sekali melepaskan serangan puluhan
batang telah dilancarkan tanpa menimbulkan suara, sebelum
tiga orang kakek itu menyadari apa yang telah terjadi, jarum
beracun itu sudah menyambar tiba.
Tiga kali jeritan kesakitan berkumandang memecahkan
kesunyian, dalam ruangan itu kembali telah bertambah
dengan tiga sosok mayat.
Sementara itu Hun si mo ong telah tiba dibelakang Buyung
Thay, ketika menyaksikan kejadian itu ia jadi amat marah,
segera bentaknya: "Enyah kau dari sini"

1477
Sambil membentak jari tangannya langsung mencengkeram
tubuh perempuan itu dan melemparkannya satu kaki dari
tempat semula.
Begitu berhasil menyisihkan musuhnya Hun si mo ong
segera mengayunkan telapak tangannya dari depan jendela,
langsung menghantam tubuh Han Siong Kie yang sedang
mengatur pernapasan.
Bila serangan itu sampai terkena sasaran, niscaya Han
Siong Kie akan mampus dalam keadaan mengenaskan.
Tapi di saat yang amat kritis itulah tiba-tiba terasa desingan
angin tajam menyambar datang menyusul kemudian "Duuk."
serangannya terbentur oleh kekuatan lain yang
mengakibatkan Hun si mo ong tergetar mundur satu langkah
lebar.
Sekarang terbuktilah sudah bahwa dalam ruangan itu telah
bersembunyi seorang tokoh silat yang berilmu sangat tinggi.
Sebelum gembong iblis tua itu sempat melakukan sesuatu
tindakan lagi, Buyung Thay telah melayang kembali ke
hadapannya, malahan kali ini dia berdiri dengan punggungnya
menyumbat dimulut jendela. "Minggir kau"
"Tidak Aku tidak akan menyingkir, kau mau apa?"
"Aku tak ingin melukai dirimu, lebih baik cepat-cepatlah
tinggalkan tempat ini"
"Tidak Aku tak mau menyingkir" Buyung Thay masih tetap
ngotot.
Hun si mo ong marah, sepasang telapak tangannya kembali
siap diayunkan kemuka.
Berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki Hun si mo ong,
untuk menghancurkan bangunan rumah yang terbuat dari
batu bata ini bukanlah suatu pekerjaan yang susah, dan asal

1478
rumah itu roboh niscaya Han Siong Kie akan mati secara
mengerikan-
Tentu saja Buyung Thay jadi gelisah, dengan cepat jarum
Toh hun ciam dilontarkan kemuka.
Hun si mo ong menyingkir ke samping, kemudian setelah
berputar diudara ia menerjang kembali kesamping Buyung
Thay dan langsung mencengkeram nyonya cantik itu,
serangan tajam dan mengerikan, bila terkena niscaya
perempuan itu akan cidera.
Buyung Thay terdesak hebat, terpaksa dia harus
meninggalkan mulut jendela yang dilindunginya itu untuk
bergeser lima depa ke samping..
Memang itulah maksud tujuan Hun si moong, begitu
perempuan baju merah kena dipaksa untuk menyingkir,
sepasang telapak tangannya diayun kembali kedepan untuk
menghajar roboh dinding rumah.
"Kau berani??" bentak Buyung Thay gusar.
Dengan menghimpun tenaga dalam yang dimilikinya, ia
menerjang kemuka, dalam serangannya ini dia telah
mempertaruhkan pula selembar nyawa sendiri.
Menghadapi ancaman nekat ini Hun si mo ong dipaksa mau
tak mau harus menarik kembali serangannya..
"Blanng" suatu benturan keras terjadi, dalam bentrokan
tersebut masing-masing terdesak mundur satu langkah lebar.
"Budak ingusan" gembor Hun si mo ong dengan suaranya
seperti geledek. "oleh sebab kau adalah murid Toh hun sian ci,
maka aku tak ingin terlibat pertarungan denganmu, lebih baik
cepatlah enyah dari sini"
"Tidak" kembali Buyung Thay membentak keras, "Hun si
moong, kau tak boleh melukai dia"

1479
"Aku harus membunuh bocah itu, karena aku sedang
menjalankan tugas serta kewajiban"
"Kalau begitu, musnahkan dulu aku kemudian baru kau
lakukan apa yang ingin kau lakukan" . .
"Baik Kalau engkau berkeras kepala terus dan tak mau
mendengarkan nasehatku, terpaksa akupun tak akan
memikirkan soal-soal yang lain lagi, terpaksa engkau harus
kusingkirkan dulu dari sini"
Sambil berkata, sekaligus dia melancarkan delapan belas
buah pukulan berantai kedepan, semua pukulan itu dahsyat
dan disertai tenaga yang amat sempurna.
seketika itu juga Buyung Thay terdesak hebat kembali dia
dipaksa untuk mundur sejauh satu kaki dari posisinya semula.
Setelah berhasil menyingkirkan lawan, Hun si-mo ong
memutar badan dan berusaha untuk merobohkan kembali
dinding bangunan itu.
Sekarang Buyung Thay terjebak sehingga mati langkah,
untuk menghalangi niat musuhnya jelas sudah tak sempat
lagi, dengan nekat ia lantas membentak keras: "Aku akan
beradu jiwa dengan dirimu"
Sepasang tangannya diayunkan berulang kali, jarum Toh
hun ciam segera menciptakan selapis cahaya jarum yang
menyelimuti daerah seluruh lima kaki lebih.
Tak terkirakan marahnya Hun si Mo ong menghadapi
serangan maut yang dihadapinya, timbul kembali sifat
buasnya yang selama ini terpendam dalam dasar hati,
diputarkan sepasang tangan itu sekencang gasingan, dan
disapunya kabut jarum yang mengurung sekeliling lingkaran
tubuhnya, kemudian melejit ke udara, seperti burung elang
yang siap menyambar anak kelinci diterkamnya Buyung Thay
dengan ganas, telapak tangan kirinya langsung dibacok
kebawah.

1480
Cukup lama Buyung Thay mengenal keganasan manusia
yang bernama Hun si Mo ong, diapun cukup tahu akan
kehebatan angin pukulannya, dalam keadaan begini ia tak
mau menangkis serangan musuh secara bodoh, maka dengan
kelincahan tubuhnya dia melayang lima depa jauhnya dari
posisi semula, dari situ telapak tangannya baru diputar keatas
untuk menangkis....
Hun si Mo ong menjengek sinis, tubuhnya berpusing
kencing ditengah udara, lalu pada saat yang paling tepat
telapak tangan kanannya ikut membacok kebawah, Suatu
rangkaian serangan gabungan yang rapat dan tepat, seakanakan
jaring langit yang dipasang untuk menjebak seluruh
bumi.
Betul juga, setelah diserang oleh pukulan kiri kanan secara
bersamaan waktunya, Buyung Thay jadi panik dan
kebingungan, dia mau melejit kesamping untuk
menghindarkan diri tak bisa, mau mundur juga tak sempat,
akhirnya disambutnya juga serangan itu dengan kekerasan.
"Duuk...." suatu benturan nyaring tak dapat dihindari,
perempuan itu mendengus tertahan, tubuhnya mundur
dengan sempoyongan, gumpalan darah meleleh keluar dan
membasahi ujung bibir serta pakaiannya.
Hun si Mo ong tertawa makin seram, tentu saja dia tak mau
melepaskan kesempatan baik itu dengan begitu saja,
sesampainya diatas permukaan tanah ia menerobos maju
kedepan lalu disodoknya kembali, tinju yang keras bagaikan
besi itu keperut lawan. "Duuk..." sekali lagi tinju maut itu
bersarang di perut perempuan genit itu.
Percikan noda darah telah membasahi seluruh wajah
Buyung Thay, ia sudah mundur beberapa langkah dengan
badan sempoyongan, tapi pancaran sinar matanya masih
tajam, sinar mata itu penuh diliputi rasa benci, dendam serta
napsu membunuh yang tebal, begitu tebal dan mengerikannya

1481
membuat gembong iblis yang disegani orang banyak itupun
jadi bergidik dan mengkirik hatinya.
Akhirnya gembong iblis yang disegani banyak orang itu
menghela napas panjang, katanya:
"Aaai... sudahlah, jangan mendongkol secara berlebihan,
katakan Mengapa kau bela mati matian bocah itu? Dia toh
bukan sanakmu, bukan keluarga mu juga... juga bukan
suamimu"
"Aku cinta padanya Kau mengerti...? Aku cinta padanya
Kau paham tentang cinta?" teriak Buyung Thay sambil
menggertak gigi.
Hun si mo-ong seperti terkena aliran listrik, sekujur
tubuhnya bergetar keras setelah tertegun sejenak seperti
orang bego, akhirnya ia mengangguk seraya bergumam:
"Yaa.. yaa.. aku tahu... aku tahu.... cinta... cinta .... "
Aneh sekali tingkah laku kakek itu, lagaknya betul-betul
seratus persen bego, malahan lebih mirip seperti orang sinting
yang lagi ngoceh....
Ini menyebabkan Buyung Thay malah tertegun dan dibuat
keheranan oleh musuhnya..
"Aaah .... masa iblis tua yang umurnya sudah mendekati
seratus tahun dan siap masuk liang kubur ini juga. mengerti
tentang cinta?" demikian ia berpikir, "atau mungkin, dimasa
lalu dia pernah mengalami pula suatu masa percintaan yang
menyedihkan...?"
Tiba tiba ia teringat akan gurunya yang telah tiada.. "Toh
hun sian ci (Dewi genit pencabut nyawa) Yaa, benar, pastilah
urusan ini ada hubungannya dengan gurunya.
Timbul suatu keinginan aneh dalam hati kecilnya, tiba-tiba
saja ia berniat untuk membongkar rahasia gurunya itu ....

1482
"Baiklah " tiba tiba Hun si mo ong berseru sambil
mendepakkan kakinya ke atas tanah, "demi kau, kulepaskan
bocah muda itu Tapi .... hanya sekali ini saja, hanya satu kali
ini saja"
"Memangnya aku butuh dua kali?" sumpah Buyung Thay
dihati, " cukup satu kali ini saja, memang hanya kubutuhkan
sekali ini, masakah dia bakal terluka dua kali? Kunyuk Monyet
tua. Kalau dia tidak terluka parah dan harus mengatur
pernafasan untuk menyembuhkan lukanya itu, kau Hun si mo
ong tak bakal menangkan dia, ilmu silatmu tak nanti
tandingannya ......"
Karena gembira dan lega, perempuan itu malah lupa
dengan luka dalam yang dideritanya, saat ini dia lebih
memperhatikan keselamatan sianak muda itu daripada dirinya
sendiri, maka segera tanyanya: "Berlakukah perkataanmu itu ?
Kau tak akan mungkir lagi?"
"Kau anggap aku suka main-main? Kau anggap
perkataanku tidak berbobot...? Huuh, untung kupandang
wajahmu, kalau tidak...Kreeek sekali bacok habis sudah nyawa
bocah muda itu"
"Baik Aku percaya dengan perkataanmu itu, tapi untuk
membuktikan bahwa kau tidak bermain-main, perintahkan
kepada sisa empat begundal Thian che kau yang masih ada
dalam ruangan itu agar segera mengundurkan diri dari situ"
"Aku pikir tak usah itu tak penting..."
"Kenapa?" teriak Buyung They agak marah.
"Masa kau tak tahu ? Dalam ruangan itu kan sudah siap
sedia seorang jago lihay yang setiap saat melindungi
keselamatan bocah itu ? Dengan kepandaian yang begitu
tinggi, aku pikir empat orang anak buahku tak mungkin bisa
menandinginya dengan seimbang"

1483
Buyung Thay berpikir sebentar, betul juga. Apa yang
dikatakan itu memang benar, tapi.. siapakah jago lihay yang
bersembunyi didalam ruangan itu? Akhirnya diapun
mengangguk tanda setuju.
"Yaa, seandainya tiada perlindungan dari tokoh sakti yang
bersembunyi dibalik kegelapan itu, pukulan maut yang
dilancarkan Hun si mo ong lewat dinding ruangan tadi
memang sudah cukup untuk merenggut nyawa Han Siong Kie,
bocah itu pasti sudah tergeletak mampus pada saat ini."
Disekanya noda darah yang membasahi ujung bibirnya,
kemudian dengan nada menyelidik dan bertanya:
"Baik, untuk menghargai kebesaran jiwamu yang telah
mengampuni nyawa bocah muda itu, aku tetap menyebutmu
sebagai locianpwe. Locianpwe Bolehkah aku tahu, apa
alasanmu sehingga bersedia untuk melepaskan dia??"
Mimik wajah Hun si mo ong yang menyeramkan itu
berkejang-kejang sebentar seperti orang menahan kesakitan,
lalu katanya dengan sedih:
"Selama hidupnya aku telah berbuat salah kepadanya,
maka setelah dia mati, aku tak ingin melakukan segala
perbuatan yang dapat menambah ketidak tenangan arwahnya
dialam baka"
"Dia....? siapa yang kau maksudkan sebagai "dia"??" seru
perempuan itu keheranan.
"siapa lagi? Yaa .... tentu saja gurumu, Toh hun sian ci si
perempuan genit pencabut nyawa"
"Oooh ....jadi kalau begitu antara locianpwe dengan
mendiang guruku ada ...."
"Orangnya saja sudah mati, buat apa dibicarakan lagi?"
tukas Hun si mo ong cepat, matanya berkaca kaca, hampir
saja air matanya meleleh keluar, "semua kenangan, semua
keindahan sudah ikut lenyap bersama berlalunya waktu ......."

1484
"Tapi kenangan toh selalu terasa baru? Kenangan manis
tak akan ikut terlarut bersama berlalunya sang waktu? Bukan
begitu locianpwe ...?" kata perempuan itu tertawa.
Hun si mo ong mengeluh, mengeluh penuh kepedihan yang
tak terkirakan, ditatapnya wajah Buyung Thay dengan sinar
mata yang redup lalu bisiknya lirih:
"Bocah manis, apakah kau hendak memaksa aku untuk
menggali kembali kenangan lama yang lama kupendam
didasar hati? Apakah kau memaksa aku untuk mengenang
kembali semua kejadian sedih, semua kejadian menyayat hati
yang telah kualami dimasa lampau?"
Nadanya setengah memohon belas kasihan, sama sekali tak
tercermin lagi kewibawaannya sebagai seorang gembong iblis
yang disegani orang.
Buyung Thay tertunduk, ikut pedih hatinya melihat
kemurungan kakek tua itu, ia merasa Hun-si mo ong tidak
menakutkan lagi, hakekatnya dia tak lebih hanya seorang
kakek yang patut dikasihani ....
"Kalau toh locianpwee keberatan, tentu saja boanpwee tak
akan memaksa" sahutnya kemudian dengan suara yang lirih
hampir tak kedengaran.
Hun si mo ong yang perkasa dan disegani banyak jago, kini
berubah jadi seorang kakek lemah yang tak berdaya dan patut
dikasihani, dia tertunduk sedih dan berkata lembut:
"Ya .... kejadian ini sudah berlangsung enam puluh tahun
berselang, ketika itu aku sedang mengejar gurumu Toh hun
sian ci, aku mengejarnya dan berusaha mendapatkan
cintanya, untuk itu aku telah mendatangi puncak Jit koan
hong dibukit Thay san dan melakukan pengacauan atas di
selenggarakannya pertemuan besar Kun cng hwe, dalam dua
gebrakan kuhajar mampus jago paling lihay dikolong langit,
lalu dalam beberapa ratus jurus kubantai seratus orang jago

1485
lebih, akhirnya gurumu bersedia untuk kawin dengan aku, tapi
kemudian-.. tapi kemudian-..."
"Bagaimana selanjutnya?" tanya Buyung Thay dengan
perasaan ingin tahu.
"Akhirnya aku telah kehilangan dia lagi"
"Kenapa?"
Hun si mo ong tarik napas panjang panjang, agaknya ia
sedang berusaha untuk mengendalikan pergolakan hatinya
yang kencang, lalu baru katanya lebih jauh:
"Aku telah mencintai perempuan lain, aku terpikat, tergila
gila oleh kecantikan dan kepandaian merayu perempuan itu...
tapi, ketika akhirnya kuketahui tipu muslihat dibalik rayuan
maut perempuan rendah itu .... ketika kusadari bahwa tujuan
perempuan itu memikat aku tak lain adalah untuk menyadap
ilmu silat yang kumiliki kubunuh perempuan itu dengan penuh
kebencian, lalu kularl kembali kepangkuannya, tapi... sayang...
sayang aku terlambat, gurumu telah bersumpah tak akan
menemuiku seumur hidupnya lagi." Ia berhenti sebentar untuk
tukar napas, lalu sambungnya lagi lebih jauh:
"Aku benar-benar menyesal, menyesal sekali atas
perbuatan yang telah ku lakukan tapi .... nasi telah menjadi
bubur, menyesalpun tak ada gunanya, maka aku berkelana
kembali dalam dunia persilatan, aku berharap suatu ketika
gurumu akan berbalik hati dan mencintai aku lagi, setahun-..
dua tahun sepuluh tahun bahkan sampai sekarang... sampai
dia mati .... ooh, sampai dia mengakhiri hidupnya aku gagal
untuk mendapatkannya kembali, tahukah kau? Aku sangat
mendambakan kasihnya. Aku sangat berharap dapat
mengucapkan permintaan maafku kepadanya, tapi
kesemuanya itu kini tak mungkin terjadi lagi... Aku tahu,
didunia ini dia hanya mencintai aku seorang, diapun mengusir
masa hidupnya dengan penuh kesepian dan kesengsaraan, tak
terkirakan rasa sesal yang bertumpuk dalam hatiku, dan aku

1486
ingin mengutarakan kesemuanya itu kepadanya, tapi dia ....
dia telah mati ...."
Dua titik air mata jatuh berlinang membasahi paras muka
Hun si mo ong yang mulai keriput.
Buyung Thay benar-benar merasa terharu sekali, ia tak
pernah menyangka kalau gembong iblis yang disegani banyak
jago dalam dunia persilatan ini sebetulnya adalah seorang
yang romantis, dia pun tak menyangka kalau itulah alasannya
mengapa ia bersedia memberi muka kepadanya, walau hanya
untuk kali ini.
"Locianpwe" katanya kemudian dengan sikap amat
menghormat, "bila arwah guruku dapat mengetahui isi hati
cianpwe ini, aku yakin arwah suhu pasti akan tersenyum dan
terhibur"
Hun si mo ong termenung untuk beberapa saat lamanya, ia
seperti lagi memikirkan sesuatu, kemudian tanyanya:
"Siapa namamu??"
"Boanpwe bernama Buyung Thay"
"Ehmm... Buyung Thay ...jenasah gurumu dikebumikan
dimana??"
"Pek im wu dibukit Thiam cong san"
"Pek im wu dibukit Thiam cong san maksudmu" gembong
iblis itu menegaskan lagi.
"Benar"
Sesaat suasana jadi hening, lalu setelah berpikir sebentar
Hun si mo ong berkata lagi:
"Tentunya kau tak akan keberatan bukan bila jenasahku
besok juga dikubur disisinya?"
Buyung Thay mengangguk. meski tiada kata kata yang
diucapkan lagi.

1487
"Aaai... kalau memang begitu, Aku akan mohon diri lebih
dulu, semoga kita dapat bertemu lagi tak lama kemudian "
kata kakek itu lirihi
Baru beberapa langkah gembong iblis itu berlalu, ketika
Buyung Thay tiba-tiba berteriak:
"Locianpwe, tunggu sebentar Boanpwe masih ingin
menanyakan sesuatu hal kepadamu"
(Cerita mengenai hubungan cinta antara Hunsi mo ong dan
Toh hun sian ci tidak dikisahkan dalam buku ini, harap
pembaca maklum).
"Apa yang hendak kau tanyakan lagi?" tanya Hun si mo ong
terheran heran-
"Boanpwe ingin bertanya kepada locianpwe, karena
persoalan apakah sehingga engkau munculkan diri kembali
dalam dunia persilatan?"
Mimik wajah Hun si mo ong yang keriputan agak diliputi
emosi, tapi hanya sebentar ia sudah dapat mengendalikan
perasaannya lagi, sahutnya dengan suara dalam:
"Muridku tertangkap dan tertawan dalam Benteng maut,
karena persoalan ini mau tak mau aku harus terjun kembali
kedalam dunia persilatan untuk menolongnya....."
"Muridmu? siapakah dia...."
"Tentunya kau pernah mendengar manusia yang bernama
Im yang-siang sat bukan?"
"Sepasang malaikat hawa dingin dan panas?"
"Betul" sahut gembong iblis tua itu seraya mengangguk.
"mereka adalah suami istri yang saling mencintai, tapi sejak
delapan belas tahun berselang Yang sat (si malaikat hawa
panas ) Ko su ki telah lenyap dengan begitu saja hingga tak
berbekas, dan baru baru ini im sat ( si malaikat hawa dingin )
Mo siu ing berhasil mendapat kabar yang mengatakan bahwa

1488
suaminya disekap dalam benteng maut, dan sekarang aku
telah di undang untuk membantunya ...."
"Oooh.... jadi muridmu disekap dalam benteng maut?"
ulang Buyung Thay dengan wajah tercengang bercampur
ngeri.
"Betul.. Beberapa waktu berselang telah mengajak Mo siu
ing untuk bersama-sama menyerbu benteng maut...."
"Aku dengar ilmu silat yang dimiliki pemilik benteng maut
luar biasa lihaynya, bahkan tiada tandingannya lagi dikolong
langit, bagaimana akhir dari penyerbuan kalian itu?"
"Waah... alat rahasia yang diatur dalam benteng itu
memang luar biasa lihaynya, hampir saja aku jatuh kecundang
ditangan mereka, yaa bukan saja penyerbuan kami itu gagal,
malahan muridku Mo siu ing ikut terjebak pula didalam
benteng maut, kejadian itu benar-benar merupakan
pengalaman pahit bagiku, perahuku sudah terbalik dalam
selokan..."
"Apa rencana locianpwe selanjutnya setelah terjadinya
peristiwa itu... ?" tanya Buyung Thay kemudian-
"Apalagi? Tentu saja akan kubumi ratakan benteng maut
itu dengan permukaan tanah" sahut Hun si mo ong sambil
menahan geramnya.
Buyung Thay termenung sesaat, tiba-tiba ia bertanya lagi:
"Aku dengar locianpwee telah menjadi pelindung hukum
dari perkumpulan Thian che kau, boleh aku tahu apa
sebabnya kau terima kedudukan serta jabatan tersebut?"
"Karena aku mendapat pesan dari seseorang untuk
melakukannya"
"Siapakah orang yang menyuruh locianpwe itu? Apakah aku
boleh ikut tahu namanya?"

1489
Hun si mo ong cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak
Nama orang itu tak usah kau ketahui" katanya.
"Tapi locianpwe, masa engkau tak memberitahu nama
orang itu kepadaku...? Boanpwe kan cuma ingin tahu saja..."
Hening suasana disekitar tempat itu, tampaknya gembong
iblis itu sedang putar otak untuk mempertimbangkan
persoalan tersebut, tapi akhirnya dia mengalah, sahutnya:
"Baiklah, kalau toh engkau cuma ingin tahu saja, aku dapat
memberitahukan nama orang itu kepadamu, tapi kau harus
janji bahwa berita ini tidak akan kau bocorkan kepada orang
lain, setuju?"
Buyung Thay membungkam, tapi dia mengangguk.
"Orang itu adalah Huan yu it koay (Manusia paling aneh
dari seluruh jagad)." bisik gembong iblis tua itu kemudian.
"Apa? Huan yu it koay ...?" Teriak Buyung Thay hampir saja
melompat ke udara saking kagetnya, rasa kejut dan ngeri
yang dirasakan hatinya sekarang benar benar sukar dilukiskan
dengan kata-kata.
Huan yu it koay adalah seorang pemuka persilatan yang
muncul sejaman dengan Hun si mo ong, kelihayan ilmu silat
dari kedua orang gembong iblis itu luar biasa sekali sehingga
hampir seluruh dunia persilatan berada dibawah kekuasaan
mereka.
"Jadi manusia yang bernama Huan yu it koay itu masih
hidup dikolong langit...?" bisik perempuan itu lagi.
"Benar Dia memang masih hidup didunia ini, pernah kau
dengar dengan kata sesumbar yang pernah dia ucapkan
tempo hari??"
"Kata sesumbar apa?"
"Dulu dia pernah sesumbar kepada orang banyak. katanya
suatu ketika seluruh dunia bakal tunduk dibawah perintahnya,

1490
tapi kemudian dalam suatu pertarungan yang terjadi melawan
ouwyang Beng pemilik benteng maut itu, ia terhajar sampai
cacad, maka cita-citanya itu terpaksa harus dilaksanakan oleh
ahli warisnya"
"siapakah ahli warisnya??"
"Yu Pia lam. Kenal bukan dengan orang itu??"
"Kau maksudkan ketua dari perkumpulan Thian che kau??"
"Benar, itulah orangnya"
"Waaah, kalau memang begitu, tidaklah aneh kalau
perkumpulan Thian che kau bersumpah tak akan berdiri
berdampingan dengan pihak Benteng Maut, mereka tentunya
saling bermusuhan bukan?"
"Tepat sekali terkaanmu itu"
"Lantaran demikian, maka locianpwe tak segan-segan
untuk menurunkan derajat sendiri dan bersedia untuk
menjabat sebagai pelindung hukum dari perkumpulan itu?"
"Boleh dibilang begitu, tapi yang pasti tujuanku yang
terutama adalah menghancurkan benteng maut dari muka
bumi"
"Lantaran manusia mengakibatkan bencana... Hun si mo
ong Wahai Hun si mo ong .... rupanya kaupun cuma manusia
begitu begitu juga" serentetan teguran yang dingin bagaikan
es tiba-tiba berkumandang memecahkan kesunyian.
Dengan jantung berdebar keras lantaran terperanjat Hun si
mo ong berpaling, ia tak menyangka kalau ilmu silat yang
dimiliki pendatang itu sangat lihay sehingga kedatangannya
sama sekali tak terasa olehnya.
"Titi...." Buyung Thay sontak menjerit kegirangan begitu
melihat munculnya orang itu.

1491
Memang benar, orang itu tak lain adalah Han Siong Kie,
jago muda kita. Mula mula Hun si mo ong agak tertegun,
menyusul kemudian sambil tertawa seram katanya:
"Bocah keparat, sebenarnya aku ada maksud untuk
melepaskan engkau dalam keadaan selamat"
"Locianpwe" sebelum kakek itu menyelesaikan katakatanya,
Buyung Thay telah menukas dengan cepat,
"bukankah perkataan yang telah kau ucapkan lebih berat dari
bukit Thay san? Bagaimana kalau sekarang juga kupersilahkan
kepada locianpwe untuk tinggalkan tempat ini?"
Sebelam Hun si mo ong sempat menjawab, Han Siong Kie
telah berkata lagi dengan nada dingin.
"Hun si mo ong dengarlah baik baik Aku merasa berterima
kasih sekali atas pertolongan yang telah kau berikan kepadaku
dalam peristiwa tempo hari, hari ini kuputuskan untuk tidak
melayani dirimu dalam segala bentuk pertarungan macam
apapun"
Sontak Hun si mo ong melotot besar, sinar matanya yang
berwarna hijau tampak mengerikan katanya:
"Bocah keparat, tempo hari kutolong engkau lantaran
kaupun pernah memberi bantuan kepada muridku yang
bernama Mo siu ing, maka tentang soal itu tak usah kau
persoalkan lagi, sebab kita sudah impas kita sama sama tak
punya hutang"
Buyung Thay sangat kuatir bila sampai terjadi pertarungan
lagi ditempat itu, ia tahu itu tidak menguntungkan pihaknya
sebab Han Siong Kie baru sembuh dari lukanya sedang dia
sendiri sedang terluka parah, maka dengan gerakan cepat ia
menghadang dihadapan anak muda ia lalu serunya tanpa
sungkan-sungkan lagi: "Locianpwe, silahkan pergi dari sini"
Sekali lagi Hun si-mo ong menatap sekejap ke arah Han
Siong Ki, akhirnya dia putar badan dan bersuit nyaring.

1492
"Apakah engkau sedang panggil rekan-rekanmu" tiba-tiba
Han Siong Ki bertanya dengan dingin.
"Ehm, ada apa...?"
"Tak usah dipanggil lagi. sebab pada saat ini mereka sudah
tak dapat bicara lagi"
"Jadi mereka sudah tewas semua ditanganmu?" teriak Hun
si mo ong dengan geramnya.
"Benar"
"Baik, ingatlah baik-baik bocah muda Urusan kita akhirnya
sampai disini saja, bila dikemudian hari kita berjumpa lagi,
hati-hati dengan selembar jiwa anjingmu"
"HeeH.... HeeeH.... HeeeH sama-sama, sama-sama,
kaupun musti berhati-hati dengan selembar jiwa anjingmu."
Dengan geram penuh kemarahan Hun si moong mendepakdepak
kakinya keatas tanah, lalu tanpa mengucapkan sepatah
katapun dia putar badan dan berlalu dari situ, dalam waktu
singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dari pandangan.
Menanti jago tua yang disegani banyak orang-orang itu
sudah menghilang dari pandangan, Han Siong Ki baru
berpaling kearah Buyung Thay sambil katanya:
"Cici, terima kasih banyak atas perhatianmu, terutama atas
bantuan dan pembelaan yang telah kau lakukan dengan
mempertaruhkan selembar jiwamu sendiri"
"Oooh.. adikku sayang jangan berkata demikian, aku sudah
merasa puas melihat kau sehat wal'afiat kembali .... oooh
adikku sayang, kau telah segar kembali bukan?" bisik
perempuan itu lembut. Han Siong Ki mengangguk.
"Bagaimana dengan cici sendiri?. Kaupun terluka parah?"
"Luka memang iya, cuma tidak parah dan tidak terlampau
serius, ooh iya bagaimana dengan...."

1493
"Siapa yang kau maksudkan?" Pemuda itu bertanya dengan
wajah tercengang dan tidak habis mengerti.
"Itu... orang yang berada dalam kamarmu"
"Orang,...? orang yang mana...? siapakah dia?" anak muda
itu semakin kebingungan.
"Entahlah, aku sendiripun tak tahu Aiii... andaikata ia tidak
melindungi keselamatanmu secara diam-diam, mungkin aku
sudah kehabisan akal untuk membendung serbuan mereka
dan mungkin engkaupun sudah menemui ajalnya secara
mengerikan"
Terkesiap juga hati Han Siong Kie setelah mendengar
perkataan itu, ia tak tahu siapakah tokoh sakti yang secara
diam-diam melindungi keselamatan jiwanya itu, dia cuma
ingat dikala semedinya baru selesai dan matanya dibuka
kembali, pandangannya yang tertuju pada empat sosok mayat
yang menggeletak ditepi pintu, waktu itu dia mengira pastilah
mayat mayat itu adalah hasil karya dari Buyung Thay.
Kemudian dia keluar dari kamar, dan ditemuinya orang
bersembunyi disamping rumah, karena curiga ia menghampiri
mereka lalu setelah menegaskan bahwa orang-orang itu
adalah musuhnya, dengan suatu ilmu kepandaian yang sangat
tinggi ia bunuh keempat orang kakek itu dengan cara paling
keji, kemudian diapun munculkan diri ditengah arena.
Mendengar kisahnya itu, sekarang giliran Bu yung Thay
yang merasa terperanjat, ia melongo dan untuk sesaat tak
tahu apa yang musti dikerjakan. Han siang Ki sendiripun
termenung dengan pikiran kalut.
"Siapa gerangan orang yang membantu diriku secara diamdiam
itu? Siapakah dia?" pikiran tarsebut selalu berkecamuk
dalam benaknya.. setelah termenung beberapa saat, akhirnya
ia mengemukakan pendapatnya:

1494
"Cici, mungkinkah orang itu adalah si pengirim surat
peringatan? sebab aku rasa kecuali dia tak ada yang bisa
dicurigai lagi"
Buyung Thay tidak langsung menjawab, diapun termenung
sejenak sebelum akhirnya mengangguk:
"Ehmm ....mungkin juga orang itu"
"Kalau toh benar orang itu, mengapa secara diam diam ia
tinggalkan pula tempat ini?"
"Yaaa aku sendiripun tak tahu, aku tak dapat memecahkan
teka teki yang memusingkan kepala ini"
Han Siong Ki masih coba berpikir dan berusaha untuk
menemukan orang itu, tapi akhirnya toh menyerah juga,
sambil menghela napas dan gelengkan kepalanya berulang
kali keluhnya:
"Aaai.. terlalu banyak sudah hutangku kepada orang lain,
entah sampai kapan semua hutang itu baru dapat kubayar
lunas?"
"Adikku sayang, aku harap perkataanmu itu tidak
menyangkut juga cicimu..." tiba-tiba perempuan itu menyela.
"Kenapa?"
"Ah tidak apa apa ...."
-ooo0dw0ooo-
BAB 82
"CICI, karena aku, kau telah berjuang dengan
mempertaruhkan jiwa raga, sampai matipun aku Han Siong
Kie tak akan melupakannya" bisik anak muda itu sangat
terharu.

1495
Buyung Thay tersenyum, tersenyum penuh kehangatan dan
kemesraan, bagaikan tatapan seorang istri terhadap suaminya.
"Titi, aku hanya minta padamu agar mau selalu teringat
akan satu hal asal kau dapat mengingatnya terus, hatiku akan
merasa gembira dan terhibur" bisiknya.
"Mengingat soal apa cici??"
"Ingatlah selalu, sepanjang masa, bahwa aku cinta
padamu"
Bergetar sekujur badan Han Siong Kie sehabis mendengar
perkataan itu, sekarang ia baru merasa bahwa persoalan yang
dihadapinya adalah suatu urusan serius, dia harus segera
tinggalkan perempuan ini, sebab kalau tidak maka selamanya
....yaa selamanya dia akan terjerumus dalam lingkaran setan
yang tiada habisnya, dia akan selalu terikat oleh perempuan
ini dan selamanya tak akan terlepas lagi.
Tak dapat diragukan lagi, dia bakal terus melakukan
perbuatan yang memalukan, perbuatan yang membuat
kecewa Go siau bi dan Tonghong Hui jika hubungan abnormal
itu dilanjutkan, bagaimana pertanggungan jawabnya nanti
dihadapan "Manusia kehilangan sukma" yang menyayanginya
bagaikan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya itu?
Ia pernah berhubungan intim dan mesra dengan
perempuan itu, hubungan yang menggetarkan seluruh
persendiannya yang belum pernah dilakukan sebelumnya
dengan Tonghong Hui maupun calon istrinya, Go Siau bi,
malah dengan nyonya inilah dia berhubungan suami istri yang
sebenarnya.
Berpikir sampai kesitu, Han Siong Kie tak dapat melamun,
ia tersadar dari lamunannya dan bergidik, sekujur badannya
merinding ....
Untunglah pada saat yang kritis, satu ingatan tiba tiba
melintas dalam benaknya .... membalas dendam Benar, ia tak

1496
dapat melupakan soal ini, membalas dendam bagi kematian
keluarganya
Ketika ingatan tersebut melintas dalam benaknya, tiba-tiba
saja ia jadi lebih bersemangat, dia merasa lebih teguh
imannya untuk mengambil keputusan dan menerima
kenyataan yang terpampang didepan matanya.
"Cici....hari sudah terang" bisiknya kemudian.
Buyung Thay menengadah memandang langit yang mulai
terang di ufuk sebelah timur, lalu mengangguk dengan pedih.
"Benar, hari sudah terang tanah, marilah adikku sayang,
kita kembali kekamar"
"Tidak Kita tak usah masuk kedalam ruangan itu lagi, kita
harus segera tinggalkan tempat ini" bisik Han Siong Kie lirih.
"Pergi ? Kita harus pergi tinggalkan tempat ini"
"Tentu saja Masa kita akan bercokol terus ditempat ini?"
pemuda itu tersenyum, senyum yang dipaksakan.
"Tapi.. bagaimana dengan mayat mayat yang menggeletak
dalam ruangan itu.... masa kita biarkan-...."
"Tak usah kau pikirkan lagi cici, aku telah membereskan
segala sesuatunya dengan baik dan mayat-mayat itu telah
kusingkirkan semua dari ruangan"
Buyung Thay tertunduk sedih, biji matanya yang jeli mulai
berkaca-kaca, ditatapnya paras muka anak muda itu tajamtajam,
kemudian bisiknya: "Adikku sayang, sekarangkah kita
harus pergi dari sini??"
Suara itu amat lirih, terselip nada yang mengharukan,
membuat orang merasa bahwa perempuan itu seakan-akan
mengharapkan sesuatu, menginginkan sesuatu dan
menunggu-nunggu akan tibanya sesuatu, suatu bisikan yang
penuh daya rangsangan, daya pikatan yang amat besar ....

1497
Han Siong Kie tergoda, dia merasakan debaran jantungnya
berdetak makin kencang, hampir saja keputusannya goyah
kembali...yaa, hakekatnya meninggalkan perempuan itu
memang merupakan suatu pekerjaan yang sangat menderita,
suatu perbuatan yang memedihkan hatinya, tapi... membalas
dendam.
Dua patah kata itu serasa menimbulkan suatu kekuatan
yang sangat besar, dan kekuatan tersebut dengan cepat telah
mengendalikan kembali rangsangan yang timbul dalam
hatinya. setelah termenung sesaat, akhirnya pemuda itu
mengangguk juga. "Benar, cici ....sekarang juga kita harus
pergi"
"Kemanakah kau akan pergi setelah meninggalkan tempat
ini?" tanya Buyung Thay setelah termenung sebentar.
"Aku harus berkunjung ke benteng maut, benteng besar
yang disegani umat persilatan"
"Mengunjungi benteng maut??"
"Benar, benteng maut"
"Mau apa kau kesitu? Tahukah adikku sayang, tempat itu
berbahaya, belum pernah ada orang yang dapat lolos dari situ
dalam keadaan selamat"
"Aku tak ambil peduli Pokoknya aku harus mengunjungi
benteng maut, aku harus membalas dendam" seru Han Siong
Kie dengan suara berat dan mata berapi api penuh perasaan
dendam.
"Ooooh...jadi kau ada hubungan sakit hati dengan pemilik
benteng maut?" Buyung Thay tertegun seperti orang
keheranan.
"Benar, aku mempunyai sakit hati sedalam lautan dengan
pemilik benteng maut, dendam berdarah itu harus kutagih
walau selembar jiwaku sebagai pertaruhan"

1498
Buyung Thay terdiam sejenak lalu termenung dan
memikirkan sesuatu.
"Adikku katanya kemudian, tahukah kau bahwa Hun si mo
ong belum lama berselang telah berkunjung pula ke benteng
maut untuk mencari jejak muridnya yang bernama Malaikat
hawa panas Ko su khi? Tapi alhasil bukan saja gagal untuk
menolong muridnya, malahan muridnya yang lain Malaikat
hawa dingin Mo siu ing ikut tersekap juga dalam benteng
maut, dia sendiri kendati berhasil meloloskan diri dari bahaya,
tapi kerugian yang dideritanya cukup parah.
Han Siong kin mendengus dingin.
"Hmm Apakah lantaran pihak musuh terlampau lihay,
lantaran sudah banyak jago jatuh kecundang ditangannya
maka aku harus mengakhiri perjuanganku sampai disini saja?
Apakah aku harus mengesampingkan soal pembalasan
dendam dan tidak memikirkannya lagi untuk selamanya?"
"Tentu saja bukan begitu maksudku titi, aku toh tidak
melarang kau untuk membalas dendam?"
"Aku hanya berharap agar kau bertindak lebih hati-hati lagi
sehingga tidak menderita kerugian besar"
"Terima kasih banyak atas perhatian dan nasehat cici, aku
rasa dalam persoalan ini sudah tak ada masalah lain yang
perlu dipertimbangkan lagi"
"Baiklah, kalau memang begitu ijinkanlah aku untuk
menemani kau pergi" bisik Buyung Thay kemudian sambil
menggigit bibirnya menahan emosi yang bergolak. .
Han Siong Kie berpaling dan menatap perempuan itu
dengan penuh rasa berterima kasih.
"Tidak cici, kau tak boleh ikut" katanya sambil menggeleng.
"Kenapa tidak boleh? Katakanlah mengapa aku tak boleh
mengikuti dirimu pergi kesitu?"

1499
"Karena aku tak mau menggunakan tenaga dan kekuatan
orang lain untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban itu, aku
hendak membalas dendam dengan menggunakan tenaga
serta kemampuan yang kumiliki sendiri"
"Tapi .... aku toh tidak tentu harus turun tangan
membantu? Aku kan cuma menemani kau saja..."
-ooo0dw0ooo-
Jilid 40
TIAP patah katanya penuh disertai pancaran kasih yang
mendalam, dapat diketahui bahwa perempuan itu memang
benar benar jatuh cinta kepada anak muda tersebut.
Dalam keadaan begini hampir boleh dibilang Han Siong Kie
tak berani menatap paras muka lawannya, ia menunduk
rendah-rendah. "Tidak, kau tak boleh ikut" serunya tetap
kukuh.
"Adikku.... jadi.... jadi kau akan tinggalkan aku seorang
diri?" bisik Buyung Thay dengan nada yang memilukan hati,
matanya berkaca kaca hampir menangis, wajahnya yang
melankolis mendatangkan perasaan iba bagi siapapun yang
memandangnya.
Han Siong Kie tertegun dengan jantung berdebar keras,
kata kata cinta yang diucapkan dengan nada pedih dan
memilukan hati itu hampir saja meluluhkan hatinya, pemuda
itu hampir saja tak dapat mengendalikan golakan perasaan
hatinya.
"Adikku sayang" Kata Buyung Thay selanjutnya "aku masih
ingat kau pernah berkata kepadaku bahwa kau masih
mempunyai seorang calon istri dan seorang kekasih yang akan
kau cintai sampai mati, sebaliknya aku... usiaku satu kali lipat

1500
lebih tua daripada engkau, bahkan pernah menikah sekalipun
sampai sebelum kejadian di lembah hitam itu aku tetap suci
dan bersih... aaai adikku, aku tak berani mengharapkan yang
muluk muluk, aku sudah merasa puas bila kau bersedia
menyebut aku sebagai cicimu ...."
"Oooh... ciciku manis, hakekatnya akupun mencintai
dirimu... tapi maafkanlah aku, maafkanlah kesalahanku, aku
tak dapat menerimamu sebab aku harus membalas dendam
Aku harus membalas dendam bagi kematian ayahku" seru Han
Siong Kie penuh emosi. Buyung Thay tertawa lirih, rawan
sekali tawanya itu.
"Adikku aku tak mau tahu tentang yang lain, aku sudah
puas bila kau ijinkan diriku untuk menempati pula suatu posisi
dalam hati kecilmu, sekalipun itu cuma sebagai seorang kakak
......"
"Cici, aku tak akan melupakan kau, selama-lamanya"
"Mungkinkah kita dapat bertemu kembali?." perempuan itu
menengadah dan ditatapnya wajah sang pemuda yang
tampan dengan lembut.
"Pasti. Kita pasti akan bertemu lagi, selama aku masih
hidup didunia ini..."
"Kalau begitu, pergilah adikku Akan kunantikan kesempatan
baik itu ...."
"Cici...."
Dia ingin mencium perempuan itu, sebab ia dapat
membaca suara hati peremuan itu, namun ia tidak berbuat
demikian, sekuat tenaga ditekannya pergolakan hatinya yang
hampir tak terkendalikan itu, lalu mengangguk tanpa berkata
kata dan berlalu dari situ dengan kecepatan penuh.
Helaan napas sedih berkumandang dari belakang, suara itu
mengenaskan hati membuat hati orang ikut menjadi sedih.

1501
Han Siong Kie tidak berpaling, ia kabur ke depan dengan
sekuat tenaga, agaknya dia hendak ngebut untuk
menghilangkan perasaan dan pikirannya yang kalut, ia
berusaha keras untuk mengendalikan diri, untuk tidak
memikirkan dia lagi.
semua pikiran dan ingatannya dialihkan kesoal lain, sambil
melakukan perjalanan cepat ia coba menduga siapa gerangan
orang-orang yang mengirim surat peringatan kepadanya itu.
"Kalau dilihat dari gaya tulisannya, sudah pasti orang itu
adalah seorang perempuan" demikian ia berpikir, "dalam
keadaan terluka tentu saja aku tak dapat menangkap gerakan
tubuhnya, tapi Buyung Thay kan bukan manusia
sembarangan, dia adalah seorang jago lihay yang berilmu
tinggi, tapi toh orang itu berhasil meninggalkan surat
peringatan dan berlalu tanpa diketahui jejaknya, ini terbukti
kalau perempuan tersebut adalah seorang manusia luar biasa
yang berilmu tinggi, tapi siapakah dia?"
Setelah termenung beberapa saat lamanya, pemuda itu
berpikir lebih jauh:
"Perempuan itu sudi meninggalkan surat peringatan
untukmu, dus berarti orang itu pasti bukan orang yang
terlampau asing bagiku, tapi siapakah dia...?"
Pemuda itu benar benar tak habis berpikir, ia tak dapat
menemukan perempuan manakah diantara orang orang yang
dikenalnya itu memiliki ilmu silat yang begitu tinggi?
Selain itu, diapun tak tahu siapakah tokoh sakti yang diam
diam melindungi keselamatan jiwanya dalam ruangan tadi?
Mengapa orang itu segera berlalu setelah menyelesaikan
tugasnya?
"Andaikata orang yang meninggalkan surat peringatan itu
tak lain adalah si pelindung keselamatannya dalam ruangan,
mengapakah orang itu harus bersikap semisterius itu?"

1502
Ketika akhirnya pemuda itu tidak berhasil menemukan
sebab musababnya, maka pikirannya lantas beralih ke soal
lain, sekarang dia memikirkan tentang Hun si mo ong,
gembong iblis tua yang disegani banyak orang itu.
Menurut keterangan dari Buyung Thay, katanya gembong
iblis tua yang berusia seratus tahun ini telah bergabung
dengan pihak Thian che kau, bahkan Mo siu ing si malaikat
hawa dingin telah tersekap dalam benteng maut, ini
menunjukan bahwa kepandaian silat yang dimiliki Hun si mo
ong masih bukan tandingan dari pemilik benteng maut.
Gurunya ketua dari perkumpulan Thian che kau, Yu Pia lam
telah dihajar sampai cacad oleh ouyang Beng, pemilik benteng
maut angkatan pertama, dan sekarang Yu Pia lam telah
merencanakan suatu pembalasan dendam untuk membumi
hanguskan benteng maut, itulah akibat dendam dibalas
dengan dendam.
Padahal ia tahu, pemilik benteng maut angkatan pertama
ouyang Beng berdiam dilembah kematian, kecuali dia Hek pet
sian yau juga mengetahui akan hal ini, diapun sadar bahwa
persoalan itu menyangkut suatu rahasia dunia persilatan yang
tak mungkin akan diketahui orang lain-
Dengan kekuatan dari perkumpulan Thian che kau serta
kepandaian silat yang dimiliki Yu Pia lam, melenyapkan
benteng maut bukanlah suatu pekerjaan yang menyulitkan,
apalagi selama ini bukan Yu Pia lam sendiri yang
menyelesaikan tugas-tugas perkumpulannya tapi
penggantinyalah yang mengerjakan kesemuanya itu, sedang
ia bersama ke sepuluh orang utusan khususnya
menyembunyikan diri selama belasan tahun, dapat
dibayangkan sampai dimanakah kemajuan ilmu silat yang
dimilikinya selama ini.
Sebelum melakukan serbuan ke Benteng maut,
perkumpulan Thian che kau telah menyikat dulu perkumpulanperkumpulan
lain yang bercokol dalam dunia persilatan,

1503
kemudian menggertak pula partai partai besar lainnya untuk
tunduk dibawah perintahnya, dari sini dapat diketahui bahwa
Yu Pia lam memang mempunyai ambisi besar untuk
menguasai seluruh jagad dan mengangkat diri jadi kaisar
dunia kangouw.
Berpikir sampai disitu, tak kuasa lagi Han Siong Kie tertawa
dingin tiada hentinya, sekali lagi dia membayangkan semua
sakit hati, semua perselisihannya d engan pihak Thian che
kau, baik dalam sengketa baru maupun dalam perselisihan
lama.
Hari sudah lama terang tanah, namun tidak nampak cahaya
sang surya yang menongol dari balik awan.
Udara masih gelap dan diliputi awan mendung yang kelabu,
saat itu dua ratus li sudah dia melakukan perjalanannya.
Angin dingin berhembus dengan kencangnya menerpa
mukanya yang murung, dari ke lapat-lapat terdengar bunyi
gemuruh dan geledek yang memekikan telinga.
Awan gelap berhembus lewat dari delapan penjuru lalu
menggumpal diudara, membuat angkasa makin gelap karena
awan hitam.
Han Siong Kie memperlambat gerakan tubuhnya, lalu
menengadah dan memandang keadaan cuaca sekitarnya.
"Aaai... awan mendung telah menyelimuti angkasa, hujan
badai sebentar lagi akan tiba " gumamnya.
Dia coba memandang sekitar tempat itu, namun tiada
perumahan yang dilihatnya, dia masih jauh dari dusun
terdekat.
Sebercak sinar keemasan melintas ditengah udara, disusul
dengan suara gemuruh yang memekikkan telinga. satu
ingatan terlintas dalam benaknya
Hujan segera akan turun, aku harus cari tempat berteduh...

1504
Dengan gerakan cepat ia maju kedepan dan berusaha
mencari tempat yang pantas untuk menghindarkan diri dari
hembusan air hujan.
Kilat menyambar-nyambar, suara guntur menggelegar
diseluruh permukaan bumi, disusul angin ribut dan hujan yang
amat deras, dalam waktu singkat seluruh jagad sudah
terbungkus oleh badai yang mengamuk dengan dahsyatnya,
air hujan bagai ditumpahkan dari atas langit.
Han Siong Kie kabur sipat kuping ditengah hujan angin
yang deras, dalam waktu singkat sekujur badannya sudah
basah kuyup,
Air hujan membasahi kepalanya, menetes dan membasahi
pula mukanya, membuat pandangan matanya jadi kabur dan
samar-samar.
Kembali sebercak kilat berwarna keemas-emasan
membelah angkasa.
Tiba-tiba ia menemukan sesuatu, seperti tersambar
halilintar Han Siong Kie berdiri tertegun dengan tubuh
gemetar.
Ia telah melihat sesuatu, itulah tanah pekuburan dengan
tulang-tulang putih yang berserakan di mana-mana....
Angin ribut, hujan badai, gelegarnya guntur sambaran
halilintar, tempat yang sepi ... tulang yang berserakan...
Tiba-tiba ia seperti teringat akan setahun berselang ....
kejadian yang pernah dialaminya belum lama, untuk sesaat ia
berdiri tertegun.
Setahun berselang, suatu malam yang gelap dengan hujan
angin yang turun dengan derasnya, ia dengan membopong
susioknya yang sakit parah dan hampir mati ....si tangan naga
beracun Thio Lin telah mengunjungi perkampungan keluarga
Han yang penuh dengan tulang belulang yang berserakan,
waktu itu paman gurunya telah membongkar tabir rahasia

1505
tentang asal usulnya, membongkar pula dendam kus umat
sedalam lautan yang telah menimpa keluarganya.
Kini, setahun sudah lewat... tapi dendam kesumat sedalam
lautan itu belum juga terbalas.
Dua ratus sosok lebih tulang belulang yang berserakan,
masih tercecer ditengah puing-puing yang berserakan dalam
perkampungan keluarga Han. Air mata bercampur dengan air
hujan menetes keluar membasahi wajahnya yang tampan.
Ia menjerit keras, larinya makin kencang, sekarang tak
diperdulikan lagi betapa derasnya angin dan hujan yang
menerpa tubuhnya, dia berganti arah dan lari sekuatnya...
Esoknya ketika senja telah menjelang tiba, sianak muda itu
sudah tiba didepan sebuah perkampungan yang porak
poranda, itulah perkampungan keluarga Han, tempat dimana
dia dilahirkan-
Dinding bangunan itu sudah banyak yang roboh sarang
laba-laba menghiasi tempat-tempat itu, bunyi cengkerik
ditambah pula kunang-kunang yang terbang kian kemari
bagaikan api setan, menambah seram dan ngerinya
perkampungan yang dilupakan orang itu.
Dengan penuh kesedihan dan menahan air mata yang
terasa meleleh keluar, Han Siong Kie berjalan diantara semak
liar yang menyelimuti sekitar tempat itu, akhirnya ia berhasil
temukan tulang-tulang manusia yang berserakan dimanamana..
Itulah tulang belulang dari sanak saudaranya, itulah
tengkorak dari anggota perkampungannya.
Ia merasa sekujur tubuhnya menjadi kaku dan kejang,
kakinya terasa berat bagaikan diberi bandulan besi seberat
beberapa ratus kati, sukar rasanya untuk melangkah kedepan.

1506
Ia pejamkan matanya rapat-rapat dan mengatur nafasnya
yang terengah-engah, kemudian selangkah demi selangkah
pelan-pelan meneruskan perjalanannya masuk kedalam.
Ruang tengah masih berdiri tegak seperti sedia kala, cuma
jendelanya sudah makin hancur, sarang laba-laba dan rumput
ilalang tumbuh dimana- mana membuat ruangan tersebut
tampak begitu mengerikan seperti kuburan yang tak terawat.
sementara pemuda itu masih termenung menyaksikan
segala sesuatu yang terpapar didepan matanya, mendadak ia
mendengar suatu gerakan yang aneh...
Semua perhatiannya lantas dipusatkan jadi satu, ia
berusaha mengamati suara itu dengan teliti akhirnya dapat
dikenalinya suara itu sebagai suara isak tangis seseorang yang
tertahan tahan suara itu berasal dari ruang belakang.
Tak kuasa lagi berdirilah seluruh bulu kuduk Han Siong Kie
ia tahu pasti bahwa gedung itu kosong dan terbengkalai,
kecuali tulang tulang manusia yang berserakan dimana mana
tak seorang manusia hiduppun yang tinggal disitu, tapi .... dari
mana datangnya suara tangisan itu?
Mungkinkah sukma sukma penasaran yang masih
gentayangan didunia telah munculkan diri untuk menyatakan
protesnya?
Han Siong Kie pun cukup mengetahui jelas, kecuali dia dan
ibunya yang telah kawin lagi yaitu say siang go (si siang go
cantik) ong cui ing, boleh dibilang semua anggota keluarganya
sudah tewas dalam keadaan mengerikan, kalau dibilang isak
tangis itu berasal dari orang yang berziarah kesitu, lalu
siapakah dia?
Isak tangis masih berkumandang di udara sekalipun hanya
sayup-sayup sampai, namun mendatangkan perasaan yang
makin mencekam bagi pendengarnya.

1507
Suara itu makin jelas sekarang, Han Siong Kie tahu suara
itu adalah suara tangisan dari seorang perempuan.
Pemuda itu untuk sesaat agak ragu ragu tapi toh.. akhirnya
dia maju juga ke muka dan memasuki ruangan itu.
Isak tangis yang terdengar tadi sontak berhenti, suasana
jadi hening sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Sekali lagi Han Siong Kie merasakan sekujur badannya
gemetar keras. "Manusia atau setan orang itu?" pikirnya.
Tapi ketika sinar matanya terbentur dengan sosok kerangka
manusia yang terletak ditengah ruangan, pemuda itu lupa
akan segala-galanya, ia menubruk masuk kedalam ruangan
dan menangis tersedu-sedu, sebab pemuda itu masih ingat
jelas kedua sosok tulang belulang itu tak lain adalah tengkorak
dari ayahnya Han si wi dan tengkorak dari paman gurunya si
Tangan naga beracun Thio Lin.
Meledaklah isak tangis si anak muda itu, semua kesedihan
dan kemurungan yang menekan jiwanya selama ini semua
dilampiaskan keluar, air mata bagaikan bendungan yang jebol
mengucur keluar dengan derasnya, membasahi wajah dan
pakaiannya.
Entah beberapa lama sudah lewat, akhirnya ia berhasil
mengendalikan perasaannya, isak tangisnya kian berkurang
dan akhirnya berhenti.
Sambil menyela air mata, pelan-pelan ia menengadah,
bekas sepasang telapak tangan dan selembar kain yang basah
oleh air mata, tiba-tiba dijumpainya dibalik reruntuhan
ruangan itu.
"Manusiakah disitu?" teriak Han Siong Ki dengan suara
parau, ia tahu bekas telapak tangan dan kain itu tentu milik
perempuan yang sedang menangis tersedu-sedu tadi.
"Nak kau tak usah ketakutan, akulah disini" seseorang
berbisik lirih.

1508
Menyusul berkumandangnya suara itu muncullah seorang
perempuan berkerudung dari balik puing puing yang
berserakan disana.
"Oooh... cianpwe rupanya kau" Han Siong Ki berteriak
kaget begitu mengetahui siapa yang munculkan diri
Memang benar perempuan berkerudung itu tak lain adalah
orang yang kehilangan sukma, manusia misterius itu.
"Mengapa ia datang kemari ....?" pikiran tersebut cepat
melintas dalam benak anak muda itu.
Memang kejadian tersebut memang sangat aneh, apa
sebabnya orang yang kehilang sukma mengunjungi
perkampungan keluarga Han yang penuh dengan tulang
berserakan itu ditengah malam buta? Apa pula sebabnya ia
menangis dengan sedihnya?.
Tampaknya orang yang kehilangan sukma masih diliputi
oleh kesedihan, ketika mendengar seruan tersebut dia
menyahut dengan suara yang pedih dan penuh kepiluan hati:
"Benar anakku akulah yang barada disini"
Untuk sesaat Han Siong Ki bsrd iri tertegun ia tak tahu apa
yang musti dilakukan dalam keadaan begini.
"Kalau begitu.... kalau begitu isak tangis yang kudengar
tadi adalah suara tangisan dari cianpwee ...." bisiknya
kemudian-
"Benar, akulah yang sedang menangis"
"Ada urusan apa cianpwe berkunjung ke perkampungan
yang telah porak poranda ini ditengah malam buta?"
"Aaai .... nak bukankah aku pernah berkata kepadamu
bahwa aku mempunyai hubungan yang erat sekali dengan
keluargamu? Tentu saja aku datang kemari untuk berziarah"

1509
Kecut rasa hati sianak muda itu sehabis mendengar
perkataan itu, namun tiada air mata yang menetes keluar,
karena air matanya telah mengering.
"Cianpwe, sebetulnya hubungan apakah yang terikat antara
cianpwe dengan keluargaku almarhum" pintanya.
"Aku tak dapat mengatakannya sekarang nak. tapi dilain
waktu kau akan tahu dengan sendirinya."
Sesak rasanya pernapasan Han Siong Ki membuat ia agak
tersengkal, kemudian ditunjuknya tengkorak yang terkapar
disebelah kanan dan tegurnya: "Locianpwee tahukah
engkau...."
"Tak usah kauterangkan, aku tahu dia adalah jenasah dari
paman gurumu si tangan naga beracun Thio Lin"
Dengan satu tatapan yang penuh perasaan heran
bercampur kaget Han Siong Ki menatap wajah orang yang
kehilangan sukma tanpa berkedip. ia tahu dewasa ini hanya
orang yang kehilangan sukma seorang yang tahu tentang
rahasia dibalik misteri bunuh dirinya Thio Lin setahun
berselang, dan hanya dia pula yang mengerti ucapan yang
dikatakan paman gurunya sebelum bunuh diri, sebab
perempuan ini seakan akan menguasai semua persoalan yang
membingungkan hatinya.
Tentu saja anak muda itupun tahu bahwa orang yang
kehilangan sukma tak nanti akan memberitahukan semua
rahasia itu kepadanya, kendati demikian rasa ingin tahu yang
bergelora dalam dadanya benar benar tak terkendalikan lagi,
segera serunya dengan emosi:
"Cianpwe, aku benar-benar merasa tidak habis mengerti
dengan tindak tanduk dari cianpwe"
"Nak keadaannyalah yang memaksa aku untuk berbuat
demikian, ketahuilah, saat terbukanya semua rahasia besar itu
tak akan lama lagi, nantikan saja kesempatan itu"

1510
"Boanpwe tak ingin tahu semua rahasia tersebut sekaligus,
pada saat ini boanpwe hanyi ingin mengetahui satu persoalan,
apakah cianpwe bersedia untuk menerangkan?"
"Apa yang ingin kau ketahui? Coba katakan"
"Sesaat sebelum susiok si tangan naga beracun Thio Lin
bunuh diri, beliau pernah berguman katanya sampai hari itu
tecu baru bisa melaksanakan perintah suhu, katanya pula ia
mati demi perintah perguruan, sampai detik ini boanpwe
masih belum memahami tentang soal ini, apakah cinapwe
bersedia membuka rahasia dibalik teka-teki itu?" orang yang
kehilangan sukma menghela napas sedih.
"Aaai.... apa yang dilakukan susiokmu memang benar, akan
tetapi ......"
"Akan tetapi kenapa?"
"Dia mati terlalu mengenaskan, kematiannya adalah
kematian yang penasaran-.."
"Mengapa bisa begitu?"
"Bila arwahnya di alam baka mengetahui akan hal ini,
mungkin selamanya ia tak dapat memejamkan matanya"
"Kenapa? Cianpwe belum kau terangkan apa sebabnya
begitu...." seru si anak muda itu dengan panik,
Sekujur badan orang yang kehilangan sukma gemetar
keras, rupanya pergolakan emosi yang di alami cukup hebat
hingga nyaris tak kuat menahan diri
"Nak" akhirnya setelah termenung lama sekali dia baru
berkata, "susiokmu langsung mati oleh siasat keji dari musuh
besarmu itu, tapi boleh juga dikatakan bahwa ia mati oleh
karena peraturan perguruan yang terlampau ketat".
"Boanpwe tidak mengerti, apakah cianpwe sudi lebih
menjelaskan duduknya perkara?" pinta Han Siong Kie dengan
wajah seperti orang kehilangan.

1511
"Maafkanlah aku nak, aku hanya bisa berkata sampai disitu
dan lagi apa yang kuucapkan tadi sudah terlampau
berlebihan"
"Tapi...cianpwe, boanpwe ingin tahu perguruan dari
mendiang ayahku, bersediakah engkau untuk memberi
keterangan?"
"Maafkanlah aku nak. aku tak dapat memberitahukan soal
itu kepadamu"
"Kenapa tak dapat? Kenapa .....?? Kenapa.....?"
Han Siong Kie hampir berteriak kalap saking penasarannya.
"Tenangkan hatimu nak" bisik orang yang kehilangan
sukma coba menghibur " jangan emosi dan memburu hawa
kemarahan, suatu saat kau toh akan mengetahui semua
secara komplit? Buat apa musti panik disaat yang tak
menguntungkan?"
"selain daripada itu....."
"Apa lagi yang ingin kau tanyakan?" tukas orang kehilangan
sukma..
"Sebelum menghembuskan napasnya yang penghabisan
susiok berpesan kepadaku agar jangan membalas dendam,
tak boleh membereskan tulang-tulang yang berserakan disini,
mengapa begitu?? Mengapa..?"
"Menurut jalan pemikirannya waktu itu, apa yang dia
lakukan memang benar, tapi... yaa, sampai matipun dia masih
belum sadar bahwa apa yang dilakukan itu sebenarnya keliru
besar"
"Dimanakah letak kekeliruannya cianpwe?"
"Tentang soal ini .... maafkanlah daku nak, sudah
terlampau banyak yang kukatakan"

1512
Dengan perasaan apa boleh buat Han Siong Ki menghela
napas, tapi ia tak mau menyerah dengan begitu saja.
"Cianpwe" katanya lebih jauh, "kalau engkau memang
benar benar mengetahui duduknya persoalan ini dengan jelas,
mengapa tidak kau cegah niat susiok boanpwe yang hendak
bunuh diri itu?"
"Aku sama sekali tak menduga nak kalau dia bakal berbuat
begitu Tapi ada satu hal dapat kukatakan kepadamu,
kematian susiokmu si tangan naga beracun Thio Lin yang
amat penasaran itu telah mendatangkan perasaan sedih yang
tak terkirakan bagiku, mungkin rasa sedihku itu tidak berada
dibawah kesedihanmu, mengertikah kau?"
Dengan hati yang bimbang Han Siong Kie mengangguk,
sekalipun ia sudah melakukan gerakan yang menyatakan dia
mengerti, hakekatnya dia sama sekali tidak tahu apa yang
telah diketahui atau dimengerti olehnya.
"Nak, bila suatu ketika kau dapat membalas dendam
dengan tanganmu sendiri, kau harus membangun kembali
perkampungan keluarga Han ini serta mengubur semua tulang
belulang yang berserakan dimana mana itu" kata orang yang
kehilangan sukma lagi.
"Tentu cianpwe" sahut Han Siong Kie sambil menggigit
bibir, "boanpwe sudah mempunyai rencana yang masak
tentang soal itu, dan aku tak akan melupakan nasehat dari
cianpwe itu"
"Baik Kalau begitu akupun harus tinggalkan tempat ini, kau
sendiri juga tak perlu lama lama berdiam disini lagi."
"Cianpwe mau pergi.? "
"Benar .... oh iya, ada satu hal hendak kukatakan
kepadamu, hampir saja kelupakan"
"Apakah engkau marasa amat menyesal dengan kejadian
dibukit Thay huang san tempo hari? Apakah kau merasa

1513
kurang senang karena harus bertunangan dengan nona Go
siau bi?"
"Tentang soal ini .... tentang soal ini ...."
"Katakan saja secara terus terang, utarakan semua suara
hatimu secara blak-blakan"
Han Siong Kie tidak langsung menjawab, dalam hati
kecilnya diam-diam ia berpikir:
"Huuh, buat apa banyak bicara? Memangnya aku tak tahu
kalau kesemuanya ini adalah hasil karyamu seorang? sekarang
nasi telah menjadi bubur, kurang senang mau apa? Kecewa
lantas kenapa?"
Tentu saja diapun tak dapat membungkam melulu maka
selang sejenak kemudian diapun menyahut:
"Soal kurang senang atau kecewa lebih baik kita
kesampingkan, yang boanpwe khawatirkan justru lantaran
peristiwa ini, aku akan menjerumuskan masa depan nona Go
ke jurang kehancuran"
"Nak ketahuilah Go siau bi dapat menjadi seorang istri yang
bijaksana bagimu"
"Aku tahu dan aku rasa itu memang benar"
"Nak kalau sudah tahu begitu kuharap agar kau jangan
menyia-nyiakan cinta kasihnya lagi, selain itu kaupun harus
ingat pelajaran orang kuno yang mengatakan bahwa ketidak
berbaktian ada tiga"
"Akan boanpwe ingat selalu dihati" sahut Han Siong Kie
sambil tertawa getir..
"Nah, kalau memang begitu, baik-baiklah jaga diri, aku
akan pergi lebih dulu" Begitu selesai berkata ia lantas bangkit
dan berlalu dari situ.

1514
Memandang kepergian perempuan misterius itu Han Siong
Ki cuma berdiri termangu- mang u, akhirnya diapun bangkit
berdiri, menghampiri dinding ruangan membersihkan debu
yang melekat d isana dan terlihatlah kembali lambang
tengkorak maut yang masih terpampang disana.
Darah yang mengalir dalam tubuhnya mendadak berputar
dengan kencangnya, entah mengapa ia merasa timbulnya
suatu perasaan aneh dihati kecilnya, hawa napsu membunuh
yang tebalpun seketika menyelimuti seluruh tubuhnya.
Sekali lagi ia jatuhkan diri berlutut, kemudian bisiknya
dengan lirih:
"Ayah, susiok, semoga arwah kalian beristirahat dalam
ketenangan, bila putramu yang berbakti berhasil membalas
dendam, pasti akan kudatangi kembali tempat ini untuk
mengebumikan tulang belulang kalian semua"
Selesai berdoa dengan perasaan hati yang pedih danpenuh
dengan penderitaan berangkatlah anak muda itu
meninggalkan perkampungan keluarga Han dan menuju
benteng maut.
Sepanjang perjalanan ia terbayang kembali akan diri
Tonghong Hui yang amat mencintainya, ia merasa cinta
kepada dara itu bahkan cintanya tak akan padam walau
sampai matipun, akan tetapi sekarang, dia akan pergi
membalas dendam, dia akan pergi membunuh ayahnya... yaa
begitulah kalau takdir berbicara lain... kadangkala takdir
memang keji terhadap umatnya ....
Hakekatnya niat pemuda itu untuk membalas dendam
boleh dibilang ibaratnya teguhnya bukit karang, tapi ....
manusia tetap manusia, penderitaan batin memang tak dapat
dihindari dengan begitu saja.
Ia sangat berharap agar pemilik benteng maut bukanlah
musuh besar pambunuh ayahnya, tapi kenyataan telah
mencabik cabik lamunannya itu, Tonghong Hui tak pernah

1515
mengutarakan bantahannya terhadap segala tuduhan yang
pernah dilontarkan kepada dara itu.
"Selesai membalas dendam, aku akan bunuh diri sebagai
pernyataan setiaku padanya" entah berapa ratus kali kata-kata
tersebut berkumandaug dalam hati kecilnya.
Yaa, memang benar Hanya kematianlah yang dapat
membebaskan pemuda itu dari simpul mati tersebut.
Demi membalas dendam atas kematian ayahnya, anak
muda itu harus membinasakan ayah dari kekasihnya,
sedangkan Tonghong Hui demi cintanya tak dapat
membalaskan dendam bagi orang tuanya dia hanya bisa
menggunakanjiwanya untuk menebus dosa ketidak
berbaktinya, maka untuk membayar semua pengorbanan sang
dara, pemuda itupun harus menebusnya dengan selembar
nyawa sendiri.
Ia masih ingat ketika bertemu lagi dengan Tonghong Hui
ditepi sungai, ia merasa amat bahagia karena gadis itu lolos
dari kematian, tapi wajahnya ketika itu serta nada ucapannya
seakan-akan mengandung nada perpisahan, atas kejadian
tersebut, sampai sekarangpun dia masih merasa heran
bercampur curiga.
Tiba-tiba ..... satu ingatan terlintas dalam benaknya, ia
teringat dengan lembaran kertas yang pernah diserahkan Hek
pek siang-yau kepadanya sewaktu masih berada dalam
lembah kematian tempo hari, dalam kertas itu tertera
beberapa huruf yang ditulis oleh ouyang Beng, pemilik
benteng maut angkatan pertama yang pandai meramal itu.
"Tipu muslihat banyak tersebar dalam dunia persilatan.
Bencana timbul dari persaudaraan. Dikala dendam sakit hati
terbongkar. Musnahlah penghianat dari muka bumi"
Tapi apakah makna dari empat bait syair itu, sampai
sekarang ia masih tak paham, ouyang Beng memiliki ilmu

1516
meramal yang amat lihay itu berarti tak mungkin ramalan
tersebut diberikan kepadanya tanpa sebab sebab tertentu.
Sepanjang perjalanan pelbagai ingatan serasa berkecamuk
dalam benaknya, membuat pikirannya jadi kalut dan tak
tenang.
Akhirnya suatu hari, ketika senja baru menjelang tiba,
benteng maut telah muncul didepan matanya.
Ombak menggulung ketepi pantai dan menumbuk diatas
batu karang, lalu membuyar dan memercikkan busa-busa air
yang banyak. diatas batu karang itu berdirilah sebuah
bangunan besar yang kokoh mendatangkan perasaan ngeri
bagisiapapun yang melihat, itulah benteng maut
Pemandangan disekitar gedung itu tetap seperti sedia kala,
sama sekali tak berubah, tapi manusia nya telah mengalami
perubahan besar.
Keadaan Han Siong Kie dewasa ini sudah jauh berbeda jika
dibandingkan dengan keadaan masa lalu, sekarang ia datang
kembali ke dalam benteng maut dengan bekal ilmu si mi
sinkang yang maha dahsyat, ia berkeyakinan menagih kembali
hutang darahnya dari pamilinya"
Ketika sinar matanya dialihkan kesamping, memandang
batu raksasa yang berdiri dengan angker nya tak jauh dari
pantai, tiba-tiba saja sekujur badannya bergetar keras.
Disanalah dia mengikat diri sebagai saudara angkat dengan
Tonghong Hui, disana juga mereka mengikat janji sehidup
semati, disitulah mereka memupuk cinta.
Batu cadas itu masih berdiri seperti sedia, kala, tapi
manusianya telah berubah, peristiwanya pun ikut berubah.
-ooo0dw0ooo-
BAB 83

1517
WAKTU itu, mungkinkah ia pernah menyangka kalau
Tonghong Hui adalah putrinya musuh besar pembantai
keluarganya?
Malahan waktu itu mereka saling mengutarakan cinta kasih,
saling membentuk kasih sayang yang tak terkirakan besarnya.
Tapi sekarang, dia hendak membunuh ayahnya, inilah
kekejaman takdir, karena kesemuanya itu takdirlah yang
mengatur. "Adik Hui, maafkanlah daku" ia bergugam lirih.
Sambil mengertak gigi tubuhnya bergerak lebih jauh
kedepan, diseberanginya jembatan batu itu, gerbang benteng
yang mengerikan itu.
Sebuah lambang kepala tengkorak warna merah darah
yang terpancang diatas dinding benteng membuat pemuda itu
teringat kembali akan lambang yang sama yang tertera diatas
dinding ruang tengah perkampungan keluarga Han, lambang
itu telah mengakibatkan terbengkalainya hampir dua ratus
sosok tulang belulang anggauta keluarga Han.
Peredaran darah dalam tubuhnya mengalir makin cepat,
jantungnya berdebar makin kencang napsu membunuh yang
tebal muncul dari dasar hatinya dan menyelimuti seluruh
wajahnya.
Secepat sambaran kilat ia melejit keudara lalu meluncur
kedalam benteng itu, berada diangkasa kakinya cepat
menjejak dinding benteng dan menerobos masuk kedalam
halaman sebelah dalam.
Baru saja ia melayang turun ketika segulung hawa pukulan
yang maha dahsyat menerpa datang dari depan, menyusul
kemudiai muncullah sesosok bayangan hitam didepan
matanya.
Han Siong Kie tertawa sinis, dengan suatu ayunan tangan
yang cepat dia punahkan datangnya sergapan tajam yang

1518
muncul dari arah depan itu kemudian dengan sinar mata
setajam sembilu di tatapnya penyerang itu tanpa berkedip.
Dia tak lain adalah simanusia aneh berambut panjang yang
pernah ditemuinya dalam benteng tempo hari, dia pula orang
yang memapak pulang Tong hong -Hui ketika ada ditepi
sungai tempo dulu dan oleh gadis itu dipanggil sebagai siau
suhengnya.
Manusia aneh berambut panjang itu sendiri berdiri dengan
wajah menggidikkan hati, sinarmatanya tajam menyeramkan
membuat siapapun yang memandangnya jadi bergidik dan
ketakutan.
Tentu saja Han Siong Kie tidak akan ketakutan dibuatnya,
sambil menggertak gigi dia malah membentak keras.
"Panggil keluar gurumu, suruh dia kemari untuk temui aku"
Manusia aneh itu berdiri kaku tanpa bergerak barang
sedikitpUn jua, seolah-olah tidak diacuhkan teriakan tersebut
sementara matanya yang mengidikkan hati itu mengawasi
gerak gerik Han Siong Kie tanpa berkedip.
"suruh tengkorak maut unjukkan diri" sekali lagi Han Siong
Kie membentak keras.
Manusia aneh masih belum juga beranjak dari tempatnya
semula, malahan kali ini sambil berpekik aneh dia lancarkan
tiga buah pukulan berantai yang maha dahsyat.
Dahsyat sekali angin pukulan yang dihasilkan oleh serangan
tersebut, bukan saja cepat bahkan kehebatannya membuat
nyali orang jadi rontok rasanya.
Han Siong Kie tertawa dingin, ketika serangan lawan
hampir mencapai pada sasarannya, tiba-tiba tangan kirinya
berputar kencang untuk punahkan dua buah serangan yang
mengancam keselamatan tubuhnya itu, menyusul kemudian
telapak tangan kanannya disodok kemuka menyongsong
tibanya serangan ketiga dari musuh.

1519
"Blaaang..." suatu benturan yang dahsyat tak dapat
dihindari lagi, oleh benturan tersebut si manusia aneh
berambut panjang itu terlempar ke belakang dan mundur
beberapa langkah.
"Uwaaak..." sambil berkaok aneh, tiba-tiba manusia aneh
itu rentangkan kembali sepasang lengannya, setelah
membentuk gerakan melingkar yang saling bersilang didepan
dada, dia menolaknya kemuka.
Hembusan angin panas yang menyengat badan seketika itu
juga memancar kemuka dan menekan dada lawannya dengan
kekuatan bagaikan gulungan ombak disamudra bebas.
Han Siong Kie terkesiap. dia tahu pukulan yang
dipraktekkan si manusia aneh itu pastilah ilmu silat aliran
khusus dari benteng maut, jago lihay kelas satupun belum
tentu dapat menahan gempuran yang sangat mengerikan itu.
Untuk menghindari sebala kemungkinan yang tak
diinginkan, anak muda itu tak berani bertindak gegabah,
dihimpunnya ilmu sakti si mi sin kang sampai delapan bagian
besarnya, kemudian ditolaknya kedepan untuk membendung
serangan lawan.
Suatu ledakkan dahsyat kembali menggelegar diangkasa,
kali ini manusia aneh tersebut tak kuasa menahan diri lagi,
sambil berpekik nyaring karena kesakitan tubuhnya mencelat
sejauh dua kaki kebelakang, darah segar memancar keluar
bagaikan semburan mata air.
Han Siong Kie mendengas dingin, dia tak sudi menengok
keadaan musuhnya lagi, begitu simanusia aneh itu
terjengkang dalam keadaan luka, sontak ia lanjutkan
perjalanannya lagi maju kedepan.
Keheningan yang luar biasa mencekam sekeliling tempat
itu, suasana penuh diliputi ketegangan, kengerian dan

1520
kegelapan, jalan jalan raya yang sempit, rumah-rumah batu
yang tersebar disana sini terasa begitu kelabu, mendatangkan
perasaan ngeri dan menggidikkan hati bagi siapapun yang
menemuinya..
Selang sesaat kemudian, ia sudah tiba disebuah
persimpangan jalan, pemuda itu mulai sangsi, kemana ia
harus pergi ?
Ia cukup menyadari kelihayan rumah-rumah batu itu, sebab
semua rumah batu yang ada disitu dibangun sesuai dengan
sebuah barisan yang maha dahsyat, dan tempo hari dia
pernah merasakan kelihayan dari barisan rumah-rumah batu
itu
Selain barisan sakti, diapun tahu bahwa dibalik rumahrumah
berbatu yang tertutup rapat itu mendekam jago-jago
lihay dunia persilatan yang disekap disana, Im yang siang sat
termasuk dua diantaranya.
Menerjang masuk kedalam benteng dengan mendobrak
barisan rumah batu? Pemuda itu cukup mengetahui
kemampuan sendiri, tak mungkin baginya untuk menembusi
barisan aneh itu dengan mudah.
Atau mungkin membumi ratakan saja rumah-rumah batu
itu ? Tentu saja dengan kemampuan yang dimilikinya
sekarang, bukan pekerjaan yang terlampau sulit baginya
untuk melaksanakan itu, tapi diapun tahu akibatnya.
Orang-orang yang disekap dalam rumah-rumah batu itu
pasti akan mampus semua, sebagai korbannya.
Sementara anak muda itu masik sangsi, tiba-tiba dari arah
belakang tubuhnya ia mendengar sesuatu yang aneh.
"Malaikat penyakitan. Nyalimu benar-benar terlampu besar,
kembali kau muncul disini" dingin dan mengerikan sekali suara
teguran itu.

1521
Tak terkirakan rasa kaget yang dialami Han Siong Ki waktu
itu, suara tersebut cukup dikenal olehnya sebab itulah dari
pemilik benteng maut, si tengkorak maut adanya.
Malaikat panyakitan adalah nama samarannya ketika ia
datang memenuhi tugas yang dibebankan gurunya Mo tiong ci
mo tempo dulu, tentu saja diapun tahu bahwa malaikat
penyakitan masih berlaku bagi sebutannya.
Dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran petir
ia putar badan, tapi apa yang kemudian terpapar dihadapan
matanya membuat ia tercekat dan hampir saja berseru kaget.
Kurang lebih dua kaki didepan matanya berdiri seorang
kakek berjubah hijau, dialah pemilik benteng maut, hanya kali
ini kerudung wajahnya telah dilepas hingga tampaklah raut
wajah aslinya.
Betul betul setajam sembilu sinar mata orang itu, wajah
Han Siong Kie yang ditatapnya itu seakan-akan mau ditelan
secara bulat.
Han Siong Kie sendiripun dipengaruhi pergolakan emosi,
berhadapan muka dengan musuh besar pembantai
keluarganya, ia merasa peredaran darah dalam tubuhnya
mengalir makin cepat, matanya merah berapi api, napsu
membunuh yang menyelimuti wajahnya membuat ia tampak
menyeringai seram, lebih seram dari malaikat buas macam
apa pun.
"Malaikat penyakitan, kau masih berani datang kemari...."
tegur pemilik benteng maut dengan suara berat.
"Tengkorak maut, dengarkan baik baik, teriak pemuda itu
sambil menggertak gigi, tempo hari aku datang kemari untuk
melaksanakan tugas guruku maka aku bernama Malaikat
penyakitan, tapi ini hari aku datang untuk urusan pribadiku,
maka kugunakan nama asliku sendiri Han Siong Kie"
"Han Siong Kie?"

1522
"Benar, aku Han Siong Kie datang kemari untuk
menyelesaikan hutang darah yang telah kau lupakan dimasa
lalu."
"Hutang darah ....? HaaaHh... haaaHh... haaah.... selama
hidup entah berapa banyak sudah hutang darah yang kubuat,
banyak pula penagih-penagih nya datang kemari menuntut
pokok dan bunganya tapi.... hehehe.... Aku rasa belum pernah
ada yang pulang dalam keadaan segar bugar nah, katakanlah
dengan cara apa hutang darahmu itu akan kau tagih
kembali?"
"Hutang darah bayar darah, hutang nyawa bayar nyawa"
Mendengar jawaban tersebut sekali lagi pemilik benteng
maut tertawa terbahak bahak, mengerikan sekali suaranya.
"Bagus, bagus boleh saja kau lakukan asal kemampuanmu
cukup untuk menagihnya kembali" Dalam keadaan begini
boleh dibilang seluruh benak dan perasaan Han Siong Kie
hanya dipenuhi oleh ingatan untuk membalas dendam,
terhadap pesan yang diucapkan orang yang kehilangan sukma
berulang kali itu boleh dibilang sama sekali telah terlupakan,
sekarang dia hanya membutuhkan pembalasan dendam, lain
tidak.
"Tengkorak maut akan kucincang tubuhmu berkepingkeping,
lalu kuhancurkan badanmu jadi abu" teriaknya dengan
suara geram.
"Hmm, silahkan dicincang." jengek pemilik benteng maut
dengan senyuman dingin tersungging di ujung bibirnya, tentu
saja ia tak pandang sebelah matapun terhadap lawannya ini
karena sudah dua kali ia berhasil membikin musuhnya itu
keok.
Han Siong Kie mendengus dingin, dia lancarkan pula
sebuah pukulan maha dahsyat, kalau bisa inginnya dia bunuh
musuh yang dibencinya itu dalam satu pukulan, karena itu dia
telah menyertakan tenaga pukulannya sebesar sepuluh bagian

1523
lebih, dapat dibayangkan betapa dahsyatnya getaran angin
pukulan yang dihasilkan dari serangan tersebut.
Terkejut juga pemilik benteng maut menghadapi ancaman
yang tak terkirakan dahsyatnya itu, sebagai seorang jago yang
berpengalaman, cukup dalam sekali pandangan saja ia telah
tahu bahwa Han Siong Ki yang dihadapinya sekarang bukanlah
Han Siong Ki yang dulu, tenaga dalam yang dimilikinya
sekarang berkali kali lipat lebih hebat daripada apa yang
pernah dikenalnya.
Berada dalam keadaan seperti ini ia tak berani bertindak
gegabah, serta merta telapak tangannya diputar untuk
menangkis tibanya ancaman-ancaman yang menggetarkan
itu...
"Duuk.... Blaaang" benturan dahsyat tak terhindar lagi,
deras dan nyaring ledakan yang kemudian terjadi hingga
memekikkan telinga orang, kedua belah pihak sama sama
tergetar mundur selangkah oleh daya pantulan yang dihasilkan
oleh gempuran itu.
Han Siong Ki tak mau menyerah dengan begitu saja, ia
melejit lantas menerkam kemuka, dengan jurus Ngo ong kou
ciat (raja iblis menyembah loteng istana) ia lepaskan lagi
sebuah pukulan dengan mengerahkan segenap kemampuan
yamg dimilikinya.
Pemilik benteng maut mendengus dingin- sepasang
tangannya ditebaskan berbareng ke muka, bukan saja ia
berhasil memusnahkan serangan maut yang ganas dan maha
dahsyat itu, malahan digunakan kesempatan yang sangat baik
itu untuk melepaskan pula tiga buah serangan balasan-
Pertarungan sengitpun segera berkobar, pertempuran ini
betul betul berjalan dengan seru dan mendebarkan hati,
selama ratusan tahun belakangan belum pernah terjadi
pertarungan sedahyat itu, bumi serasa ikut bergoncang, debu

1524
beterbangan kemana-mana, membuat orang yang sempat
mengintip jalannya pertarungan itu ikut bergetar karena ngeri.
Tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu boleh dibilang
sama-sama sempurnanya, setelah saling bertempur dengan
mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya,
terlihatlah begitu dahsyat dan mendebarkan hati.
Deruan angin pukulan menyapujagad bagaikan amukan
taufan, batu dan pasir bermuncratan keempat penjuru, debu
beterbangan menyelimuti seluruh angkasa, menambah seram
dan tegangnya pertarungan-
Kian lama pertarungan itu kian bergeser mendekati dua
buah rumah batu yang ada disekitar sana, termakan oleh
deruan angin pukulan yang maha dahsyat itu, bangunan
rumah rumah itu bergoncang dan bergetar keras seperti
tertimpa gempa.
Terkejut juga pemiilik benteng maut menghadapi seranganserangan
itu, ia merasa telah berjumpa dengan lawan
tandingan yang belum pernah di alaminya selama hidup, dan
mimpipun dia tak menyangka kalau pihak musuh memiliki
tenaga dalam sehebat itu.
Dalam waktu singkat seratus gebrakan sudah lewat tanpa
terasa, makin bertarung Han Siong Kie semakin gigih, tenaga
dalamnya mengalir ke luar tiada habisnya dan semua
serangan yang dipakai rata rata adalah serangan mematikan
yang mengerikan.
Sementara itu, pemilik benteng maut sendiri makin
bertempur hatinya merasa makin bergidik, lima puluh
gebrakan kemudian posisinya makin keteter hebat, ia dipaksa
berada dibawah angin dan mundur terus tiada hentinya...
Tiba tiba pemilik benteng maut membentak keras, jurus
serangannya segera dirubah, secara berun ia lancarkan tiga
buah serangan berantai yang memaksa Han Siong Kie mundur
sejauh lima depa dari tempat semula, sepasang tangannya itu

1525
di sodok dan ditarik secara berlawanan, dan segulung
hembusan angin yang anehpun menyambar kemuka.
Perubahan jurus serangan ini boleh dibilang dilakukan
sangat cepat dan sama sekali diluar dugaan.
Han Siong Kie cukup berpengalaman untuk menghadapi
serangan serangan musuhnya, dari gerakan yang dilakukan
kakek itu dia lantas mengerti bahwa musuh akan
menggunakan ilmu Coan hiat sin goan ciang yang dapat
membuat orang tak mampu menghimpun tenaganya itu untuk
menghadapinya, ia terkesiap serentak tubuhnya melejit ke
samping dan berusaha untuk menghindarkan diri.
Tampaknya pemilik benteng maut sudah memperhitungkan
gerakan yang bakal dilakukan lawan, sementara Han Siong Ki
bergeser kearah samping ternyata serangan anehnya itupun
memapak dari samping pula, dengan demikian bukan saja Han
Siong Ki tak dapat menghindarkan diri dari ancaman itu, dia
malahan menyongsong datangnya ancaman-
Detik itu juga sianak muda itu merasakan sekujur badannya
bergetar keras, hawa murninya terasa seperti tersumbat
sesuatu, sadarlah ia bahwa gelagat tidak menguntungkan.
"Aduh celaka..." bisiknya dihati.
Dipihak lain, pemilik benteng maut telah melanjutkan
dengan serangan berikutnya, segulung hembusan angin yang
maha dahsyat segera menggulung kemuka dan menghantam
tubuh musuh.
"Duuk..." dalam keadaan tenaga murni yang membuyar,
sulit bagi Han Siong Kie untuk menghindarkan diri, serangan
itu bersarang telak diatas dadanya ....
Pemuda itu menjerit tertahan, sambil muntah darah
tubuhnya tergentar mundur sejauh delapan langkah lebih
kebelakang.

1526
Berhasil dengan serangannya yang pertama, pemilik
benteng maut menyusul kemuka lebih jauh jari-jari tangannya
bagaikan pancingan secepat kilat mencengkeram kedepan.
Han Siong Kie terancam bahaya, ia betul-betul terdesak
hebat, apalagi menderita luka parah ini menyebabkan
posisinya tidak menguntungkan, tapi ia tak sudi menyerah
dengan begitu saja, jari-jari tangannya balas menyodok
kedepan dengan ilmu jari Tong kim ci yang maha dahsyat itu.
Tindakan ini sama sekali diluar dugaan pemilik benteng
maut, seketika itu juga tubuhnya terhajar oleh beberapa buah
desiran angin jari yang amat tajam itu.
Untunglah ilmu sinkang peindung badannya cukup
sempurna, selain daripada itu serangan tadi pun dilancarkan
Han Siong Ki dalam keadaan tergesa-gesa, otomatis tenaga
serangan yang dilancarkan dalam serangan itupun jauh lebih
lemah dari keadaan semula, kalau tidak begitu, mungkin
tubuh pemilik benteng maut sudah bertambah dengan
beberapa buah lubang besar....
Terkena serangan tadi, pemilik benteng maut mendengus
tertahan, tubuhnya segera melompat mundur ke belakang.
Kali ini Han Siong Kie tak mau mengalah lagi, ia menerjang
maju kedepan, tenaga sakti si mi sin kang yang dimilikinya
dihimpun mencapai dua belas bagian, kemudian pelan-pelan
dilontarkan kedepan.
Gulungan kabut berwarna putih yang cukup tebal segera
memancar keudara dan menggulung di sekeliling badan
lawan.
Menghadapi ancaman maut itu, Pemilik benteng maut
merasa hatinya bergidik, tak kuasa lagi dia berseru kaget.
"Haaah... ? Ilmu sakti Si mi sinkang...??"
Sekalipun demikian, kakek sakti itu tiada maksud untuk
menghindar ataupun berkelit, sepasang tangannya balas

1527
diayun kedepan, telapak kanannya berubah jadi putih
bagaikan pualam, sedang tangan kirinya hitam pekat melebihi
angus, dengan dua macam pukulan yang berbeda ia sambut
tibanya gulungan kabut putih yang sedang menyerang datang
itu.
Tentu saja untuk menghindarkan diri dari segala macam
kemungkinan yang tak diinginkan, ia telah mengerahkan
segenap kekuatan yang dimilikinya dalam serangan tersebut.
Dengan demikian, menang kalahpun segera akan
diputuskan dalam benturan tersebut
Ledakan dahsyat yang kemudian terjadi sangat
menggetarkan sukma, diantara desingan angin tajam yang
mencabik-cabik udara, terdengar seseorang menjerit kesakitan
....
"Blaaang.... braakl.." akibat dari gempuran hawa pukulan
yang menyebar ke empat penjuru, dua buah bangunan rumah
batu yang berada dihadapannya terhantam telak dan roboh ke
tanah.
Paras muka Han Siong Kie berubah jadi hijau membesi,
tubuhnya mundur kebelakang dengan sempoyongan, dan titik
darah menodai ujung bibirnya.
Pemilik benteng maut sendiri jatuh terduduk satu kaki dari
posisinya semula, ia muntah darah berulang kali, paras
mukanya berubah jadi pucat mengerikan.
Untuk sesaat suasana jadi hening tak kedengaran sedikit
suarapun, tapi akhirnya Han Siong Kie berjalan maju kedepan,
pelan pelan tangannya di angkat ke udara lalu dihampirinya
pemilik benteng maut yang masih menggeletak ditanah ....
"Sreet sreet... sreet... Tiga langkah kakinya yang bergesek
di atas tanah menimbulkan ketegangan yang makin
mencekam hati, hawa pembunuhan semakin tebal
menyelimuti sekeliling tempat itu.

1528
Terbalik pemilik benteng maut duduk dengan mata melotot
lebar, diawasinya gerak gerik Han Siong Kie yang sedang
bergeser maju selangkah bumi selangkah itu, tangan
kanannya tiba tiba diayun ke atas, jari tengahnya ditempelkan
tepat diatas jalan darah Thay yang hiat sendiri, tentu saja
sebagai seorang jago kawakan yang bernama besar, ia tak
sudi mampus ditangan seorang bocah ingusan yang tak
bernama.
Gelisah sekali Han Siong Kie menghadapi kejadian tersebut,
sebab andaikata pemilik benteng maut sampai membunuh diri,
itu berarti akan hilanglah satu satunya kesempatan baginya
untuk membalas dendam dengan tangannya sendiri.
Karena kuatir bercampur panik, tiba-tiba satu ingatan
terlintas dalam benaknya, secepat sambaran petir jari
tangannya disentil kedepan, segulung angin serangan yang
amat cepat dan dahsyat segera meluncur ke depan dan
menyerang musuhnya itu.
Pemilik benteng maut mendengus tertahan, lengan
kanannya tersambar angin totokan itu hingga terkulai
kebawah, menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah
dia melompat ke depan dan menghampiri musuhnya yang
masih duduk dengan wajah terkejut itu.
Mula mula Pemilik benteng maut masih melotot dengan
sinar mata penuh perasaan benci, dendam dan sakit hati, tapi
sesaat kemudian ia sudah tertunduk dengan wajah sedih,
mimpipun ia tak menyangka kalau begitulah akhir dari masa
kejayaan nya.
Pelan pelan matanya dipejamkan, ia pasrah....... ia pasrah
pada nasib dan akan menerima apa yang bakal menimpa atas
dirinya.
"Hei Tengkorak maut" Han Siong Ki membentak nyaring
"sayang kau hanya akan mati satu kali, kalau tidak....

1529
heeehhh....heeehh... heeehh.... akan kusuruh kau merasakan
bagaimana kalau mampus sebanyak seratus kali"
"Kau tak usah banyak bicara mau turun tangan ayolah
cepat turun tangan ...."
Suara itu hanpir diucapkan dengan setengah berbisik,
begitu lirih, rendah dan layu, sedikitpun tidak mirip sebagai
suara dari seorang gembong iblis yang ditakuti setiap orang
persilatan.
Telapak tangan Han Siong Ki telah terangkat di tengah
udara, asal tenaga serangannya dilontarkan niscaya gembong
iblis yang lihay itu akan mati secara mengenaskan ......
Tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya, ini
membuat tangannya yang sudah terangkat keudara segera
diturunkan kembali, tiba-tiba saja ia teringat akan diri
Tonghong-Hui, kekasih hatinya yang telah bersumpah akan
sehidup semati dengannya.
Ia terbayang pula ketika dirinya terjebak dalam wilayah
Lian huan tan hingga akhirnya ia pura pura mati dengan ilmu
Ku si tay hoat, Tonghong-Hui telah buatkan batu nisan
didepan kuburannya diatas batu nisan itu ia meninggalkan
tulisan yang mengatakan bahwa dia akan membalaskan
dendam bagi kematiannya, lalu akan bunuh diri untuk
menyusulnya.
Setelah itu, ketika ia dipaksa oleh Tengkorak maut
gadungan terjun kedalam jurang diluar lembah kematian,
tanpa ragu-ragu Tonghong-Hui ikut terjun pula kedalam
jurang.
Sekalipun kedua-duanya tak sampai mengakibatkan
kematiannya, tapi dari sini terbuktilah sudah bahwa ia sangat
mencintai dirinya dengan sepenuh hati.
Tapi sekarang.... dia harus membunuh ayahnya ..... dan
kejadian ini tak mungkin bisa dihindari lagi ....

1530
Yaaa, betapa tidak ? seluruh anggota keluarganya
sebanyak dua ratus jiwa telah dibantai secara keji, apakah
sakit hati sedalam lautan ini harus diabaikan dengan begitu
saja?
Sekujur tubuhnya terasa mengejang keras, ia merasa
sangat menderita, tersiksa hingga hatinya terasa sakit sekali.
"Hey Tengkorak maut" tegurnya selang sesaat kemudian, "
apakah kau ada pesan-pesan terakhir yang hendak
diutarakan??"
"Ada ...." jawab pemilik benteng maut dengan sedih.
"Kalau memang ada, ayo katakan saja mumpung masih ada
kesempatan, asal permintaanmu tidak kelewat batas, bisa saja
kukabulkan"
"Pertama, aku harap kau bersedia melepaskan putri
kesayanganku Tonghong-Hui, sekarang dia kusekap dibenteng
belakang"
"Akan kupenuhi permintaanmu itu" Han Siong Kie berjanji,
meskipun dengan hati yang pedih.
"Kedua, di ruang belakang benteng ini terdapat jenasah
dari istriku yang diawetkan, aku harap jenasah itu jangan kau
ganggu ataupun engkau rusak"
"Ehmm, soal inipun dapat kupenuhi"
Sekilas senyuman lega terpancar diatas wajah pemilik
benteng maut yang berkeriput, tampaknya ia merasa beban
beratnya telah terlepas dari bahunya, dia pun berbisik lirih:
"Kalau memang kau bersedia penuhi permintaanku itu, Nah
sekarang boleh kau cabut nyawaku ini"
Han Siong Kie menggertak giginya, sekali lagi dia angkat
telapak tangannya ke udara dan siap dibabat kebawah.......

1531
"Han Siong Kie, jangan...." tiba tiba serentetan teriakan
tajam berkumandang datang memecahkan keheningan yang
mencekam sekitar tempat kejadian itu.
Dengan hati terkejut Han Siong- Kie menarik kembali
telapak tangannya dan berpaling, Tonghong Hui... benar
Tonghong Hui yang dicintainya itu tiba-tiba muncul dihadapan
matanya.
Gadis itu kelihatan pucat pias seperti mayat tubuhnya kurus
kering tinggal kulit pembungkus tulang, bukan begitu paras
mukanya tempo hari hampir saja anak muda itu tidak
mengenalnya lagi, tapi ia tahu dara itu memang kekasihnya, ia
berdiri di depan bangunan rumah batu yang ambruk
tersambar angin pukulan itu.
"Adik Hui, kau .... kau.." untuk sesaat anak muda itu
tergagap hingga tak mampu melanjutkan kembali kata
katanya.
"Kau ... kau.... tak boleh..."
"Adik Hui, aku mohon kepadamu maafkanlah daku,
persoalan ini tak mungkin dapat diselesaikan dengan begitu
saja" kata Han Siong Kie dengan hati pedih, "kau tak usah
kuatir adik Hui, selesai kulaksanakan tugasku ini, aku pasti
akan memberikan pertanggungan jawab kepadamu, dan
sekarang aku mohon kepadamu, mundurlah dari sini"
"Budak ingusan, enyah kau dari tempat ini" tiba-tiba pemilik
benteng maut membentak pula dengan lantang.
Tonghong-Hui memutar biji matanya, dua baris air mata
jatuh berlinang membasahi pipinya.
"Ayah Aku bukannya tak mau turuti perkataanmu, tapi aku
hendak mengatakan sesuatu, ketahuilah dia adalah Han..."
"Enyah Aku tak mau mendengarkan perkataanmu, ayoh
segera tinggalkan tempat ini...."

1532
"Tapi.... tapi.... ayah, dia adalah putra dari jisuko, Han si
wi" akhirnya gadis itu berteriak keras.
Han Siong Kie terkesiap. ia merasa sekujur tubuhnya jadi
dingin dan menggigil keras, ia merasa badannya seperti kena
listrik bertegangan tinggi, hampir tak dipercayainya suara
yang terdengar barusan ....
"Ji suko? kakak seperguruan nomor dua?" Jeritnya dihati,
"ia memanggil ayahku sebagai Ji-suko? Wah, kalau begitu...
buu.... bukankah ini berarti..."
Sebelum ingatan tersebut melintas dalam benaknya,
Pemilik benteng maut telah melototkan sepasang matanya
lebar-lebar, menggidikkan sinar mata yang terpancar dari
matanya itu.
"Apa yang kau bilang?" bentaknya.
"Dia adalah putra tunggal dari ji suko Han si Wi"
"Putranya"
"Benar Putranya..."
"Mengapa tidak kau katakan semenjak tadi?"
"Tapi ayah kan tidak memberi kesempatan kepadaku untuk
berbicara? kedatangan bibi ke benteng kitapun lantaran
persoalan ini, tapi ayah tidak memberi kesempatan kepadanya
untuk menerangkan persoalan ini, sebelum bibi berkata apaapa,
ayah telah mengusirnya dari benteng kita, andaikata siau
suheng tidak melepaskan aku keluar dari sekapan mungkin
akibatnya mengerikan sekali."
Han Siong Kie mendengar pula perkataan itu, sontak
kepalanya terasa pusing, matanya jadi gelap. dengan
sempoyongan tubuhnya mundur sejauh lima kaki, hampir saja
dia jatuh terjengkang keatas tanah saking kagetnya.
Mimpipun ia tak menyangka kalau ayahnya tak lain adalah
anggota perguruan dari Benteng maut.

1533
Keheningan segera menerkam seluruh udara, siapapun tak
buka suara lagi, masing-masing orang terjerumus dengan
jalan pikirannya sendiri-sendiri
Teka teki yang selama ini selalu menghantui pikiran dan
perasaan Han Siong Kie, akhirnya sebagian telah peroleh
jawabannya.
Sekarang ia baru mengerti apa sebabnya sebelum bunuh
diri, paman gurunya si tangan naga beracun Thio Lin melarang
dia untuk membalas dendam, diapun baru paham mengapa
paman gurunya berkata bahwa semuanya itu adalah kehendak
perguruan, tidaklah aneh kalau pembunuhnya tak lain adalah
gurunya sendiri.
Orang yang kehilangan sukma selalu menganjurkan
kepadanya agar berkunjung kebenteng maut dan menuturkan
asal usulnya, sekarangpun dia sudah mengerti apa alasannya.
Selain itu diapun mulai memahami mengapa orang yang
kehilangan sukma selalu berusaha untuk mewujudkan
perkawinannya dengan Go siau-bi, dan ia selalu menentang
hubungannya dengan Tonghong Hui, bahkan mengatakan
pula bahwa hubungan itu akan mengakibatkan kejadian yang
tragis.
Sekarang ia baru sadar ternyata Tonghong-Hui adalah
sukohnya sendiri, tentu saja seorang keponakan murid tak
mungkin bisa kawin dengan bibi gurunya sendiri, apalagi
tradisi pada jaman itu masih ketat sekali.
Berpikir sampai disini, tanpa sadar lagi ia berpaling dan
mengerling sekejap ke arah Tonghong-Hui, kebetulan
Tonghong Hui sendiripun sedang mengerling kearahnya
dengan sinar mata yang redup dan penuh dengan kepedihan
hati.
Ketika empat mata saling bertemu, pemuda itu merasakan
hatinya pedih dan amat sakit, hampir saja ia melelehkan air

1534
mata saking tak tahannya buru-buru ia tarik kembali
pandangannya dan melengos kearah lain.
Sekarang ia teringat kembali akan diri Tengkorak maut ....
mengapa sekejam itu hatinya? mengapa begitu tega hatinya
uatuk membantai keluarga muridnya dengan cara yang begitu
keji? dari paman gurunya, si tangan naga beracun Thio Lin
juga mengalami nasib yang sama, mengapa paman gurunya
tidak menyesal atau mendendam? Malah ia bunuh diri dan
mengatakan bahwa ia melakukan kesemuanya itu demi
melaksanakan perintah gurunya.
Iapun tahu bahwa orang yang kehilangan sukma
mengetahui semua latar belakang dari peristiwa berdarah itu,
tapi anehnya mengapa ia membungkam terus? Mengapa tak
pernah ia bongkar rahasia dibalik kesemuanya itu.
Pemilik benteng maut sendiripun berdiri termangu seperti
orang yang kehilangan semangat, lama sekali ia baru
menegur. "Anak Hui, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Semua anggota keluarga dari Ji suko dan sam suko telah
dibantai orang pada hari Tiong yang lima belas tahun
berselang, semua anggota keluarga dibunuh secara keji, dan
diatas dinding ruangan tertera lambang dari tengkorak maut."
Tiba tiba sekujur badan pemilik benteng maut bergetar
keras, ia seperti terkejut mendengar kabar itu, lalu setelah
mendengus dengan marah ia muntah darah segar.
"Keluarga mereka dibantai orang dengan kejam?" jeritnya
sambil berusaha meronta bangun.
"Benar" Tonghong-Hui mengangguk dengan sedih, "sebab
itulah Han Siong Kie datang kemari untuk membalas dendam"
Dengan sempoyongan Pemilik benteng maut coba bangkit
berdiri, tapi badannya terlampau lemah ia terduduk kembali
ditanah.

1535
"Sudah dua puluh tahun lebih aku tak pernah tinggalkan
pintu gerbang benteng ini" teriaknya dengan suara keras,
"sungguh tak kusangka ada orang mencatut namaku untuk
melakukan kejahatan HHmm, bagaimana dengan toa
suhengmu Sim si kiat??"
"Jejaknya sudah menghilang dari dunia persilatan"
"Bagaimana pula dengan suci mu ong cui ing??"
Agak terkejut perasaan Han Siong Kie ketika nama ibunya
disinggung, sekarang ia baru tahu kalau dia dan ayahnya
adalah sesama saudara perguruan yang kemudian menikah.
Tonghong Hui tidak langsung menjawab, ia melirik sekejap
kearah sianak muda itu.
"Su suci telah menikah lagi dengan Thian che kaucu"
sahutnya kemudian.
"Dia kawin lagi dengan Thian che kaucu?"
"Benar"
Tiba tiba Han Siong Kie mengeluh, ia tak dapat
mengendalikan perasaannya yang bergolak lagi, akhirnya
pemuda itu jatuhkan diri berlutut di hadapan pemilik benteng
maut itu.
"oooh... sucou, ampunilah cucu muridmu yang berdosa"
serunya dengan air mata bercucuran, "ampunilah kelancangan
cucu muridmu yang telah berbuat kasar padamu...."
Pemilik benteng maut tersenyum, ia tak sakit hati atau
mendendam oleh peristiwa yang baru saja berlangsung,
wajahnya malahan kelihatan bertambah cerah.
"Bangunlah anakku, dalam peristiwa ini kau tak dapat
disalahkan, tindakanmu itu adalah benar" bisiknya.
Han Siong Kie tidak langsung berdiri, kembali dia
anggukkan kepalanya sampai tiga kali sebelum akhirnya
bangkit berdiri

1536
Pemilik benteng maut menatap tajam wajah si anak muda
itu, sesaat kemudian ia bertanya:
"Tempo hari aku kan sudah menotok jalan darahmu
dengan ilmu totokan khusus? siapa yang telah membebaskan
totokanmu itu?"
Disinggung soal itu Han Siong Ki teringat kembali akan diri
orang yang kehilangan sukma, dia pun terkenang kembali
tindakan perempuan misterius yang sudah mengutungi lengan
sendiri, sekujur tubuhnya kontan bergetar keras.
Diapun teringat kembali dengan kata-kata yang dipesan
oleh orang yang kehilangan sukma, maka diambilnya
kutungan lengan itu dari sakunya lalu diangsurkan kedepan.
"Apa apaan kau?" tegur pemilik benteng maut dengan
pandangan dia tidak habis mengerti.
"Dia telah membebaskan jalan darahku yang tertotok maka
aku diperintahkan untuk menyerahkan kutungan lengannya
kepada sucou"
"Ibumu yang kau maksudkan?" kakek itu bertanya
keheranan.
"Bukan"
"Lalu siapa?"
"Akupun tak tahu siapakah dia, tapi ia menyebut dirinya
sebagai orang yang kehilangan sukma"
"Orang yang kehilangan sukma?"
"Benar, seorang perempuan misterius"
"Ilmu Tiam hiat ning kang hoat (totokan pembeku tenaga)
dari perguruan kami adalah suatu kepandaian ampuh yang tak
dapat dibebaskan oleh siapapun didunia ini, menurut
peraturan perguruan, barang siapa dijatuhi hukuman dengan
kepandaian tersebut, maka kecuali dibebaskan oleh orang

1537
yang melakukan totokan tersebut, murid-murid yang lain tak
dapat membebaskannya, siapakah orang itu? Mengapa ia
menguasai pula ilmu khusus dari perguruan kami itu...."
Sesudah bergumam beberapa saat, ia berpaling kearah
Tonghong-Hui dan tanyanya: "Mungkinkah bibimu?"
Han Siong Kie cukup mengetahui siapa yang disebut
sebagai bibinya Tonghong-Hui, sebab orang itu tak lain adalah
Ang nio cu Tonghong Leng sinenek berbaju merah yang tibatiba
munculkan diri dan mengajak Malaikat hawa dingin Mo siu
ing berduel, dikala ia dikurung jago jago persilatan untuk
menagih balas. Tonghong-Hui segera menggeleng.
"Ketika bibi datang kemari, aku lihat sepasang tangannya
masih utuh, lagipula akupun pernah bertemu dengan orang
yang kehilangan sukma itu, sekalipun paras mukanya
memakai kain cadar, tapi aku yakin kalau orang itu bukan bibi"
"Atau mungkinkah suhu dan sucou telah menerima murid
lagi diluar benteng?" gumam pemilik benteng maut.
Tiba-tiba Han Siong Kie teringat akan satu urusan, cepat ia
menukas:
"Ketika cucunda berada dalam lembah kematian, dari mulut
Hekpek siang yau dapat kuketahui bahwa sutay cou
sebenarnya tak lain adalah kokcu dari lembah kematian"
-ooo0dw0ooo-
BAB 84
"APA? sutay coumu?" seru pemilik benteng maut dengan
wajah terkesiap bercampur keheranan.
"Benar, ia bernama ouyang Beng."

1538
"Oooh masa ia? ouyang Beng memang nama sutay coumu,
aai.... sungguh tak kusangka ia masih hidup didunia ini,
apakah kau telah menyambanginya..."
"Belum, cucunda tak berjodoh untuk menjumpainya, sebab
sudah hampir lima puluh tahunan sutay sang cou tak pernah
keluar dari tempat pertapaannya, menurut Hekpek siang yau,
orang tua mempunyai kepandaian untuk meramal kejadian
dimasa mendatang, malahan telah tinggalkan pula secarik
kertas...."
"Mana kertas itu? Perlihatkan kepadaku"
-000odwo000-
Jilid 41
HAN SIONG KIE mengambilnya keluar dan diangsurkan
pada kakek gurunya dengan hormat.
"Banyak tipu muslihat dalam dunia persilatan, bencana
timbulnya dari sesama saudara, bila dendam kusumat telah
jadi terang, itulah saatnya penghianat terbasmi ...." membaca
sampai disitu Pemilik benteng maut berhenti sebentar dengan
dahi berkenyit, lalu terusnya, "Apa maksud kata-kata itu ?
sesama saudara ? Penghianat ? Benar-benar bikin orang jadi
pusing dan tak habis mengerti ... atau raungkin ....ah, tak
mungkin Tak mungkin Anak Ki, maksudmu Hek pek siang yau
....."
"Benar, tempo hari Hekpek siang yau berhasil ditundukkan
sutay sangcou dan disekap dalam lembah kematian, menurut
pesannya lima puluh tahun kemudian bila ada orang yang
memasuki lembah ini, maka orang pertama yang ditemui
itulah majikannya .... "

1539
Serta merta Han Siong Kie menceritakan apa yang
dialaminya selama itu kepada kakek gurunya.
Mendengar kisah tersebut, pemilik benteng maut maupun
Tonghong-Hui berdiri dengan wajah tercengang, boleh
dibilang kejadian ini merupakan kejadian paling aneh yang
pernah ditemuinya.
Pikiran dan perasaan Han Siong Kie ketika itu sangat kalut
dan tidak tenteram, ia bagaikan berada dalam impian yang
menakutkan.
Yaa... kejadian dalam dunia kadang kala memang diluar
dugaan dan membuat orang sukar untuk mempercayainya.
Mimpipun tak pernah ia sangka, musuh besar yang selama
ini dibencinya tak lain tak bukan adalah kakek gurunya sendiri
Lalu siapakah musuh besarnya? siapakah yang telah
mencatut nama sucounya untuk melakukan pembantaian keji
yang sama sekali tak kenal peri kemanusiaan itu?
Apakah tujuan pembunuh itu melakukan pembantaian yang
tak kenal apapun? Mungkinkah otaknya miring?
Siapa pula manusia yang menamakan dirinya orang yang
kehilangan sukma? Benarkah dia anggota perguruan Benteng
maut? darimana ia tahu dengan begitu jelas semua peristiwa,
semua tragedi yang dialaminya selama ini?
Perempuan misterius itu pernah berkata, ia mempunyai
hubungan yang erat sekali dengan keluarganya, hubungan
apakah itu?
Agaknya diapun mempunyai hubungan yang luar biasa
sekali d engan perkumpulan Thian ce kau sebab kalau tidak,
darimana datangnya tanda kebesaran Thian che leng yang
dimilikinya itu?
Demi menyelamatkan jiwanya, perempuan itu telah
membinasakan utusan khusus perkumpulan Thian che kau

1540
yang merupakan jago lihay kelas satu dalam perkumpulan itu,
bukan ia hanya membunuh seorang saja, mengapa ia berbuat
demikian? Teka teki suatu teka teki yang sukar dipecahkan....
"Aku harus pergi mencarinya" tak kuasa lagi berseru keras.
"Siapa yang akan kau cari?" tiba tiba pemilik benteng maut
bertanya dengan wajah tertegun-
"Manusia yang kehilangan sukma. Kemungkinan besar dia
tahu siapa yang mencatut nama sucou untuk melakukan
pembantaian biadab itu, tapi aku lihat perempuan itupun
mempunyai suatu rahasia tertentu yang membuat dia harus
bertindak misterius, baik dalam gerak gerik maupun dalam
perkataan semuanya serba membingungkan hati orang"
"Ehmm, aku pikir asal usul perempuan itu memang patut
dicurigai, memang sepantasnya kalau kau cari orang itu dan
selidiki duduknya persoalan ini sampai jelas"
"Tapi perempuan itu sukar dicari jejaknya, gerak geriknya
ibarat naga sakti yang tampak kepala tak kelihatan ekornya,
sukar untuk diikuti jejak yang sebetulnya.."
"Sucoumu sudah bersumpah tak akan meninggalkan
benteng ini walau setengah langkahpun, lebih baik persoalan
ini kau selidiki bersama bibi gurumu"
Tonghong-Hui merasakan hatinya sedih dan sakit sekali, ia
tertunduk dengan wajah kusut, paras mukanya bertambah
pucat pias sehingga tampak menakutkan sekali.
Paras muka Han Siong Kie yang tampanpun kelihatan
kejang keras, Tonghong-Hui adalah bibi gurunya, apakah
pertanda diri kenyataan tersebut?
Antara dia dan dia tak mungkin akan menikah, selamanya
mereka tak mungkin bersatu, sebab mereka berasal dari
tingkatan yang berbeda, tidak mungkinkah seorang keponakan
menikahi bibinya??

1541
Yaa cinta Cinta yang murni telah terukir dalam dalam dalam
lubuk hatinya, cinta sehidup semati, sampai dunia kiamatpun
cinta itu tak akan luluh...
"Tidak" ia menjerit sekeras-kerasnya didalam hati, "aku tak
akan menerima kenyataan ini, bila dendamku telah terbalas,
akan kuajak dia untuk pergi jauh dari keramaian dunia, akan
kuajak dia ketempat yang tak didatangi manusia, disana tak
akan berlaku segala tradisi dan adat istiadat yang cuma
berlaku didunia ini, aku hanya tahu dia cinta padaku dan Aku
cinta padanya, aku akan mengawininya dan hidup sampai hari
tua nanti ..... aku harus melakukan ini, walau apapun yang
akan terjadi ....."
Tapi bayangan tubuh gadis lain cepat melintas pula dalam
benaknya, itulah bayangan dari Go siau bi.
"Aku telah mempunyai hubungan suami istri dengannya,
walaupun atas nama saja ....."
Pikiran tersebut terasa bagaikan sebilah pisau tajam yang
menusuk lubuk hatinya, dia menggigil dan mundur dengan
sempoyongan.
"Mari kita ke benteng sebelah belakang" suara ajakan dari
Pemilik benteng maut memecahkan kesunyian.
Selesai berkata ia lantas beranjak dan menuju ke belakang,
meskipun langkahnya masih gontai seperti orang mabok.
Han Siong Kie merasa amat menyesal, ia tak menyangka
kakek gurunya harus terluka ditangannya, andaikata ..... yaa
andaikata dia mau menuruti nasehat orang yang kehilangan
sukma, seandainya ia mau menuturkan asal usulnya lebih
dahulu, kejadian yang tak diinginkan itu pasti tak akan
dialaminya, kakek gurunya tentu tak akan terluka parah oleh
serangan maut si mi sinkang ilmu andalannya.
Bersama Tonghong-Hui, ia berjalan dibelakang pemilik
benteng maut, mereka berjalan tanpa mengucapkan sepatah

1542
katapun, bahkan siapapun tidak saling berpandangan, tapi
mereka tahu bagaimanakah perasaan hatinya waktu itu, sebab
mimik wajah masing-masing telah berbicara lebih jelas .....
Setelah melewati barisan rumah batu, mereka menerobos
dalam sebuah taman bunga yang luas dan hebat, dan
akhirnya lima buah gedung besar yang megah dan mentereng
muncul didepan mata, sayang gedung itu sudah berlumut
disana sini hingga menambah seramnya suasana ditempat itu.
Mereka masuk kedalam gedung utama yang berada
ditengah, setelah masuk kedalam ruangan sebuah meja
sembahyangan tampak terletak ditengah ruangan, diatas meja
itu terletaklah sebuah tengkorak kepala manusia yang
berwarna merah darah.
Agak bergidik Han Siong Kie menyaksikan adegan itu,
jantungnya terasa berdetak lebih cepat tengkorak merah itu
persis tak ada bedanya dengan tengkorak merah tiruan yang
pernah dilihatnya tempo hari.
"Kalian duduklah dulu" kata pemilik benteng maut
kemudian setelah dia sendiri duduk dikursi yang berada
disebelah kanan-
Dengan mulut membungkam Han Siong Kie maupun
Tonghong-Hui mengambil tempat duduknya masing masing.
Setelah semua orang duduk. pemilik benteng maut baru
berpaling kearah Han Siong Kie sambil bertanya:
"Benarkah engkau adalah ahli waris dari Mo tiong ci mo
(Iblis diantara iblis) Tong Ceng??"
"Benar" pemuda itu mengangguk.
"Kalau begitu tentunya engkau juga seorang ciangbunjin
dari perguruan Thian lam bukan?"
"Benar, cucu murid secara resmi telah memangku jabatan
tersebut"

1543
"Bagus, engkau dapat mengalami banyak kejadian yang
hebat dan diluar dugaan, arwah ayahmu dialam baka tentu
akan memandang engkau sambil tersenyum, sekarang
kisahkanlah peristiwa berdarah yang telah menimpa
keluargamu"
Dengan air mata bercucuran karena sedih, Han Siong Kie
mengisahkan kembali tragedi yang telah menimpa
perkampungan keluarga Han .....
Mendengar kisah cerita tersebut, pemilik benteng maut
merasakan rambutnya pada berdiri tegak semua bagaikan
landak. mukanya merah darah, sekujur badannya gemetar
keras karena menahan emosi yang meluap-luap.
Terdengar Han Siong Kie berkata lebih jauh:
"Thian che kaucu Yu Pia lam pernah memerintahkan
seorang anak buahnya yang tergabung dalam utusan khusus
perkumpulan Thian che kau untuk menyaru sebagai sucou"
"Ooooh iya? Jangan jangan tragedi berdarah yang
menimpa perkanpungan keluarga Han ada sangkut pautnya
dengan perkumpulan Thian che kau??"
"Aku rasa hal ini tidak mungkin" sahut pemuda itu sambil
menggeleng "sebab apa yang kukatakan barusan belum lama
berselang dalam dunia persilatan utusan khusus perkumpulan
Thian che- kau pun belum lama muncul dalam dunia
persilatan, apalagi orang yang menyaru sebagai sucou telah
tecu bunuh maka tecu rasa hal ini tak mungkin terjadi"
"Apakah engkau tahu apa maksud dan tujuannya menyaru
sebagai diriku....??" tanya pemilik benteng maut setelah
termenung sejenak.
"Aku rasa tujuannya adalah mencatut nama sucou untuk
menakut nakuti musuh musuhnya dan berhasrat untuk
menumpas semua perkumpulan dan partai yang ada didunia
ini"

1544
"Pernahkah engkau dengar seseorang yang bernama sim si
kiat dalam dunia persilatan? Dia adalah toa supekmu"
"Tecu belum pernah mendengar nama orang itu disebut
orang, tecu tidak mengetahuinya"
"Aku rasa engkaupun harus memperhatikan pula beberapa
patah kata yang tercantum dalam surat ramalan yang
dihadiahkan sutay sangcoumu kepadamu itu, menurut catatan
tersebut dikatakan bahwa bencana datangnya dari
persaudaraan, itu berarti ada perebutan diantara sesama
saudara masih ada lagi kata kata yang terakhir, dikala
penghianat terbasmi, penghianat yang dimaksudkan disini
berarti orang sendiri, kau harus tahu bahwa ayahmu suhengte
ada enam orang, ayahmu dan Thio Lin telah mati, ibumu
kawin lagi, sukoh dan siau susiokmu selalu berada dalam
benteng, toa supekmu seorang yakni Sim si kiat yang tak
diketahui jejaknya, maka aku jadi menaruh curiga bahwa
perbuatan ini kemungkinan besar adalah hasil karyanya"
"Tapi.... mungkinkah hal ini terjadi?" seru Han Siong Kie
sambil membelalakkan matanya, "mengapa ia berbuat
demikian? Mungkinkah ia tega membinasakan sesama saudara
seperguruan sendiri?"
"Mungkin atau tidak mungkin sukar untuk dikatakan
sebelum dilakukan suatu penyelidikan yang seksama, maka
kuanjurkan kepadamu, setelah berlalu dari sini nanti, tugasmu
yang pertama nanti bersama bibi gurumu adalah menemukan
jejak dari toa supekmu itu, dua puluh tahun berselang ia
berdiam diperkampungan sim keh ci, kurang lebih lima belas li
diluar kota Tian sah, setelah itu engkau baru selidiki jejak dari
manusia yang kehilangan sukma mengerti. Han Siong Kie
mengangguk:
"Perkampungan sim keh ci, lima belas li diluar kota Tiang
sah ...." gumannya seorang diri.

1545
Selama pembicaraan berlangsung, Tonghong-Hui hanya
tertunduk dengan sedih, mulutnya membungkam dalam seribu
bahasa.
Kembali suasana diliputi, keheningan .... lama sekali pemilik
benteng maut baru berkata lagi:
"Anak Ki, tahukah engkau siapa nama sucoumu ini?"
"Cucu murid tidak tahu"
Pemilik benteng maut menghela napas panjang, katanya:
"Sucoumu bernama Hou thian it koay (manusia aneh dari
kolong langit) Tong hong Liang"
Setelah mendengar nama itu Han Siong Kie baru mengerti,
tidak aneh ketika gurunya Mo tiong ci mo memerintahkan ia
datang mengunjungi benteng maut tempo hari, dia harus
meneriakkan kata kata sebagai berikut:
"Satu iblis keluar, satu iblis tertumpas, Mo-tiong ci mo
bertemu dengan it hou"
sekarang ia baru mengerti, yang dimaksudkan it hou disitu
adalah julukan dari kakek gurunya.
Menyusul kemudian, pemilik benteng maut simanusia aneh
dari kolong langit Tonghong Liang, menuding tengkorak
kepala manusia berwarna merah darah ywng terletak diatas
meja itu lalu katanya:
"Lihatlah, batok kepala ini adalah batok kepala dari sutay
cou mu cu ceng hoa, pemilik benteng maut angkatan kedua"
Ketika perkataan itu diucapkan keluar, bukan saja Han
Siong Kie tertegun saking kaget dan herannya, bahkan
Tonghong Hui sendiripun ikut terkesiap. mungkin sebelumnya
tak pernah mendengar ayahnya menceritakan asal usul dari
Tengkorak berdarah itu.

1546
Paras muka pemilik benteng maut yang sudah berkeriput,
kini tampak keren dan penuh kewibawaan, lalu dengan suara
yang berat dan dalam katanya lebih jauh:
"Sutay sang cou mu Ouyang Beng adalah pendiri benteng
ini, tapi lantaran suatu kesalah pahaman tempo hari ia telah
cekcok dengan sutay sang cou bomu sehingga dalam
gusarnya tay sang cou bo mu itu mencukur rambut dan hidup
sebagai padri diatas bukit Tay huang san..."
"Oooh..jadi su tay sang cou bo itu adalah "Tay huang
sinni??" seru Han Siong Kie tak tertahan-
"Benar, Dari mana kau bisa tahu??"
"Cucu murid pernah mendapat jodoh dan bertemu muka
satu kali dengan dia orang tua"
Untuk mencegah agar Go siau bi jangan mencukur
rambutnya jadi pendeta, sianak muda itu telah menyerbu
kekuil Bu cian dibukit Tay huang san, tapi dalam suatu adu
jurus serangan ia telah dikalahkan Tay huang sinni sehingga
harus kawin dengan Go siau bi, tentu saja akibat dari peristiwa
tersebut cukup dalam kesannya terhadap rahib tua itu.
Tentu saja mimpipun ia tak menyangka kalau rahib tua
tersebut sebetulnya mempunyai hubungan yang erat sekali
dengannya.
Tiba tiba ia teringat kembali akan diri orang yang
kehilangan sukma, otak dari rencana pertarungan tersebut,
jangan jangan dia adalah ..... Berpikir sampai disitu, tak tahan
lagi ia berseru dengan suara keras:
"Aaaah .... tiba tiba saja cucu murid teringat akan satu
kejadian yang patut dicurigai"
"Persoalan apakah itu?"

1547
"Ketika aku berada dibukit Tay huang-san tempo hari,
orang yang kehilangan sukmapun hadir pula didalam kuil
tersebut"
"Oooh... iya?" kata pemilik benteng maut seperti orang
tercengang, " kalau begitu, kemungkinan besar orang yang
kehilangan sukma anak murid yang diterima oleh sutay sang
cou bomu itu, maka dari itu diapun mengetahui dengan jelas
semua peraturan serta ilmu silat dari benteng maut kita ini,
dan oleh sebab itu juga dia harus mengutungi telapak tangan
sendiri setelah membebaskan jalan darahmu yang tertotok"
"Tapi .... andaikata dia adalah muridnya sutay sang coubo
semestinya ia panggil sinni sebagai guru bukan? Aku dengar ia
membahasai rahib sakti itu sebagai locianpwe"
"Yaaa, apa gerangan yang sebenarnya terjadi memang sulit
bagi kita untuk menebaknya, siapa tahu dibalik kesemuanya
itu terdapat pula hal lain yang mencurigakan? Apa salahnya
kalau sekalian kau selidiki sampai menjadi terang?"
"Baik, sucou" pemuda itu mengiakan.
"Nah, kalau begitu dengarkan lagi kata kataku berikut ini"
kata pemilik benteng maut, "sejak percekcokan itu, sutay sang
cou mu ouyang Beng juga meninggalkan benteng dengan
marah, semenjak peristiwa itu jejaknya lenyap dengan begitu
saja dari muka bumi, aaai.... Tak kusangka puluhan tahun
kemudian, engkau telah berjodoh dengannya dan berhasil
menemukan kembali jejaknya." Ia berhenti sebentar, lalu
sambungnya kembali:
"Empat puluh tahun berselang, sutay cou mu Cu ceng huan
yakni pemilik benteng maut angkatan kedua telah dikerubuti
ratusan orang jago lihay diatas bukit Hua san, kemudian entah
apa yang telah terjadi, tahu tahu kembali kedalam benteng.
Ketika berbicara sampai disini, sinar mata yang buas,
bengis dan penuh perasaan dendam memancar keluar dari

1548
balik mata kakek baju hijau itu, kembali ia berhenti sesaat
lamanya.
"Tak terkirakan rasa dendam, benci dan marahku waktu itu,
bahkan hampir mendekati kalap." ia melanjutkan, "aku lantas
gunakan kerangka batok kepala sendiri bagaimanakah musuh
musuh besarnya satu demi satu rontok mencium bumi dan
mampus secara mengerikan"
Han Siong Kie terkesima oleh cerita itu, baginya kisah yang
diucapkan pemilik benteng maut ini benar benar merupakan
suatu kisah yang menawan hati. Ternyata pemilik benteng
maut tidak bicara lagi, ia malah bangkit berdiri.
"Anak Hui, bawa dia pergi bersantap" katanya pada
Tonghong Hui, "setelah itu kau boleh ajak dia keluar dari
benteng untuk melaksanakan pekerjaan, kalian tak perlu
datang menjumpai aku lagi"
Selesai berkata ia putar badan dan masuk kedalam.
Tonghong-Hui maupun Han Siong Kie tidak berbicara lagi,
selesai menangsal perut, mereka bebenah sebentar dan
akhirnya berangkat meninggalkan benteng tersebut.
Perjalanan dilakukan amat lambat, sambil pelan-pelan jalan
bersanding dijalan raya, kedua orang itu terbuai oleh perasaan
masing-masing yang terasa berat dan penuh dengan
penderitaan batin-
"Adik Hui" akhirnya pmuda itu membuka suara, "apakah
kau ...."
"Aku adalah bibi gurumu" tukas Tonghong Hui sedih, lirih
sekali suaranya membikin hati jadi iba.
Bagaikan disambar listrik bertegangan tinggi Han Siong Kie
bergetar keras, benar, dia adalah bibi gurunya, dia adalah adik
seperguruan ayahnya, kenyataan ini tak mungkin dapat
dirubah walau dengan cara apapunjuga, tapi ... apakah

1549
lantaran persoalan ini, cinta kasih mereka yang telah merasuk
kedalam tulang dapat diabaikan dengan begitu saja?
Tentu saja tidak
"Adik Hui, kau ....."
"Ooooh...engkoh Kie" akhirnya Tonghong Hui tak dapat
mengendalikan perasaannya lagi, ia memanggil dengan isak
tangis yang tertahan, air matanya jatuh bercucuran
membasahi pipinya yang putih.
Ia membenci dirinya sendiri, membenci imannya yang
begitu lemah sehingga tak mempunyai keberanian untuk
mengendalikan diri, dengan jelas dia tahu andaikata selangkah
lagi dia maju ke muka maka tubuhnya akan terjerumus
kedalam jurang yang tak terkirakan dalamnya, tapi ia tak
dapat mengendalikan sendiri, ia tak dapat menguasai
keinginannya untuk maju, padahal dia telah menyadari bahwa
akibatnya mengerikan sekali.
Han Siong Kie telah menghentikan langkahnya, ia
menghampiri gadis itu dan menggenggam tangannya erat
erat.
"Adik Hui, lihatlah wajahmu layu dan pucat, mengapa musti
kau bersedih hati?" bisiknya.
"Mengapa? mengapa? Tentu saja karena nasibku yang
buruk. apakah aku tak boleh bersedih hati?" sahut nona itu
dengan suara yang mengibakan hati.
"Aaaai.... apakah kita harus pasrah dengan begitu saja?
Adik Hui, mengapa kita tidak mendobrak nasib kita ini?
mengapa tidak kita coba menentang takdir?"
"Tapi.. mungkinkah itu bisa berhasil? mungkin kah kau
dapat merubah takdir?"
Empat mata yang berkaca kaca saling berpandangan tanpa
berkedip. lama... lama sekali akhirnya kedua orang itu saling

1550
berpandangan dan tertawa, sekalipun tertawa mereka adalah
tertawa yang getir, tertawa yang sayu dan penuh penderitaan.
Akhirnya.... merekapun berpelukan dan berciuman dengan
mesra, untuk sementara waktu mereka membuang jauh jauh
semua kenyataan yang terpapar didepan mata, mereka
berusaha menghibur hati masing masing dengan ciuman yang
panjang dan hangat itu
Tentu saja ciuman yang panjang dan hangat itu tak dapat
merubah kenyataan yang telah ada, sekalipun dibalik ciuman
itu tersembunyi penderitaan dan tekanan batin yang lebih
dalam, tapi mereka tetap memilih cara itu untuk menghibur
perasaan masing masing.
Pada saat itulah tiba tiba terdengar suara helaan napas
panjang yang berat dan penuh kekesalan berkumandang
diudara.
Mendengar helaan napas panjang itu, Han Siong Kie berdua
jadi kaget dan segera melepaskan diri dari pelukan, dengan
sinar mata yang tajam diperiksanya sekeliling tempat itu
dengan tatapan tajam, namun tiada sesosok bayangan
manusiapun.
Ditepi jalan raya adalah sebuah sungai dengan air yang
mengalir dengan derasnya, sedang disamping sebelah lain
merupakan sebuah hutan rimba yang amat lebat.
Han Siong Kie segera menjejakan kakinya ketanah dan
meluncur kearah hutan itu, dari kejauhan ia saksikan sesosok
bayangan manusia berwarna putih sedang bergerak masuk
kedalam hutan dengan kecepatan seperti sukma gentayangan,
hal ini segera menimbulkan sifat ingin menang daiam hati
anak muda itu, pikirnya:
"Aku tak percaya kalau tak dapat menyusul dirimu, akan
kulihat siapa gerangan dirimu yang sebenarnya....."

1551
Karena berpikir begitu, ia percepat gerakan tubuhnya untuk
mengejar masuk kedalam hutan, begitu cepatnya pemuda itu
bergerak hingga sekilas pandangan mirip segumpal asap tipis
yang menggulung.
Bayangan putih itu bukan manusia sembarangan, rupanya
ilmu silat yang dimilikipun terhitung tinggi, ini dapat dilihat
kecepatan geraknya yang luar biasa, kendati Han Siong Kie
sudah mempercepat larinya toh tidak berhasil juga
mengurangi selisih jarak diantara mereka.
Kejar mengejarpun segera berlangsung dengan ketatnya,
dalam sekejap mata puluhan li sudah lewat tanpa terasa,
sekilas pandangan Han Siong Kie merasa amat kenal dengan
potongan badan bayangan putih itu, bahkan diapun tahu kalau
orang itu adalah perempuan, hanya ia tak dapat menyebutkan
siapakah dia?
Perasaan ingin tahu yang makin menjadi membuat pemuda
itu segan melepaskan mangsanya dengan begitu saja, maka
dikejarnya orang itu dengan ketat.
Bayangan putih itu cukup cerdik juga untuk melepaskan diri
dari pengejaran lawan, setiap kali ia tentu berubah arah
sekalipun tak pernah melewati batas batas hutan tersebut,
kendatipun demikian, oleh karena ia berlarian dengan
menerobosi hutan hutan lebat yang sering kali menutupi
penglihatan orang, maka sekalipun tenaga dalam yang dimiliki
Han Siong Kie lebih lihaypun sulit baginya untuk menyusul
lawannya.
Sementara itu, Tonghong Hui sendiri sudah bersiap siap
menyusul Han Siong Kie setelah ditunggunya pemuda itu
belum muncul juga disana...
Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba dari arah
belakang terdengar seseorang menegur dengan suara lembut:
"Nona Tonghong, rupanya kau telah melupakan
perkataanku? Bukankah begitu .....?"

1552
Tonghong Hui merasakan hatinya bergetar keras seakan
akan terjerumus kedalam liang es, yang dinginnya bukan
kepalang, sekujur tubuhnya menggigil keras dan bulu
kuduknya pada bangun berdiri tanpa berpaling ia sudah tahu
siapakah orang yang berada dibelakangnya, kontan mukanya
berubah jadi pucat kehijau hijauan, sedih sekali rasanya waktu
itu.
Dengan perasaan yang berat, pelan-pelan ia putar badan
dan menghadap kearah orang Benar juga, beberapa meter
dihadapannya berdirilah seorang perempuan berkerudung, dia
tak lain adalah orang yang kehilangan sukma, manusia paling
misterius didunia ini.
Dengan kaku Tonghong Hui memandang perempuan
berkerudung itu, hatinya terasa amat pedih dan sakit bagaikan
ditusuk tusuk dengan jarum, begitu sedih hatinya sehingga
untuk sesaat tak mampu mengucapkan sepatah katapun..
"Nona Tonghong, mengapa tidak kau ayunkan pedang
kecerdikanmu untuk memutuskan benang cinta yang masih
membelenggu hatimu? mengapa tidak cepat-cepat kau
putuskan saja semua hubunganmu dengannya?" tegur orang
yang kehilangan sukma dengan suara dalam dan berat.
Sepasang mata Tonghong Hui berubah jadi merah karena
sedih, hampir saja air matanya jatuh bercucuran.
"Cianpwe...." ia berbisik, " Aku... ketika aku berjumpa
dengannya, tiba tiba saja keberanianku hilang.... aku tak
punya keberanian untuk menampiknya, aku ...."
Akhirnya air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya, ia
menjadi sesenggukan dan tak mampu berbicara lagi.
"Nona Tonghong, apakah dia telah tahu apa sebenarnya
hubunganmu dengan dirinya?" orang yang kehilangan sukma
bertanya lagi.
"Sudah tahu, tapi.... tapi dia..."

1553
"Adik Hui, kau boleh panggil aku sebagai cicimu dan selama
ini akupun selalu menganggap engkau sebagai adikku sendiri
Janganlah kau anggap tindakanku menceraikan hubungan
kalian adalah suatu perbuatan yang keji. Tidak Aku tidak
bermaksud jahat terhadap kalian, aku berbuat demikian
adalah demi kebaikan kalian sendiri."
"Tidak Aku tak pernah mempunyai pikiran seperti itu, aku
tahu tindakanmu ini benar" Tonghong Hui terisak dengan
sedihnya, "akupun tahu bahwa aku hakekatnya adalah bibi
gurunya, kita tak mungkin bisa bersatu, selama lamanya tak
mungkin dapat bersatu Tapi..."
"Kenapa?"
"Hatiku, perasaanku dan semua cintaku, kasih sayangku
telah kupersembahkan kepadanya, bahkan semua.... semua
yang kumiliki telah kuberikan kepadanya .... aku tak punya
apa-apa lagi, aku hanya tahu dia telah mendapatkan semua
yang kumilikinya ......"
"Aku tahu tentang hal ini adikku, justru bila kau mencintai
dirinya maka kau harus tinggalkan dia sendiri, cinta itu adalah
suatu pengorbanan, cinta bukan suatu pengangkangan,
tentunya kau cukup memahami bukan bagaimana
mengerikannya akibat dari hubungan kalian itu? Bukan saja
tiada kebahagiaan yang dapat kalian rasakan, bahkan kau
berdua bakal terjerumus dalam jurang yang tiada terkirakan
dalamnya, dan sekarang aku telah melihat akibat yang
mungkin terjadi aku tak dapat berdiam diri dengan begitu
saja, karena itu adikku ...."
Tonghong Hui menengadah memandang kelangit, seakanakan
dia hendak melimpahkan semua kemurungan, semua
kesedihan dan penderitaannya kepada awan diangkasa...
orang yang kehilangan sukma menghela nafas sedih, kembali
ia berkata lagi:

1554
"Adikku, aku tahu peristiwa ini akan merupakan suatu
penderitaan, suatu siksaan batin yang sukar ditahan, tapi
ketika kau teringat kembali keluarga ji suko mu yang telah
dibantai orang sampai habis, ketika kau teringat kembali
bahwa dia adalah satu satunya keturunan keluarga Han yang
masih hidup, kau harus menyadari dan memakluminya,
apalagi jika ayahmu mengetahui akan peristiwa ini ...."
Ketika mendengar ayahnya disinggung, Tonghong Hui
merasakan sekujur badannya gemetar keras, hampir saja ia
jatuh terjengkang keatas tanah saking lemasnya ....
"Benar, jikanya ayahnya... pemilik benteng maut, manusia
paling aneh dikolong langit Tonghong Liang mengetahui akan
kejadian ini ....oooh sungguh mengerikan sekali akibatnya.
"Laa.. lalu apa... apa yang harus kulakukan?" akhirnya
gadis itu berbisik dengan lirih.
"Berusahalah untuk menjauhi dirinya, berusaha
mengorbankan cinta kasihmu dan kuasahi juga perasaan
cintamu sendiri"
"Yaaa .... aku harus menjauhi dirinya, aku harus
mengendalikan perasaan cinta dalam hatiku sendiri ......"
Nada ucapannya amat sedih dan memilukan hati seakan
akan ia sedang menjawab pertanyaan dari orang yang
kehilangan sukma, seakan-akan pula sedang bertanya kepada
diri sendiri.
Tiba tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya kalau ia
telah kehilangan pemuda yang dicintainya, lalu apa arti
kehidupan bagi dirinya lagi? Apa pula gunanya ia tetap hidup
didunia yang dirasakan sudah hampa, kosong dan tiada
sesuatu yang dapat dikenang kembali itu?
Diam diam ia mulai menyumpahi nasibnya yang buruk.
menyumpahi nasib jelek yang selalu menimpa dirinya,
mengapa ketika berada di Lian huan tau, Han Siong Kie tidak

1555
sungguh-sungguh mati saja. Mengapa ketika terjun kedalam
jurang didepan lembah kematian, mereka berdua tidak mati
saja bersama-sama?
Hidup tak dapat bersatu, mati tak dapat seliang kubur, apa
yang berhasil ia dapatkan? Akhirnya yang diperoleh cuma
khayalan belaka, khayalan belaka, khayalan yang kosong dan
tak berujud ia tak berhasil mendapatkan apa apa....
Tentu saja bukan hasil maya yang dimaksudkan buktinya ia
mendapat pula balasan cinta dari pemuda kekasihnya, meski
cinta itu tak berkelanjutan dan harus terputus ditengah jalan.
"Adikku, apakah engkau sudah berhasil memahami
perkataanku itu...?" tiba-tiba orang kehilangan sukma berkata
lagi, suaranya penuh permintaan maaf, simpatik dan sedih.
"Yaa... aku... Aku telah memahaminya, Aku dapat
menangkap maksudmu...."
"Kalau memang begitu, akan kuberitahumu lagi satu hal
padamu, dia telah mempunyai ikatan perkawinan dengan
nona Go siau bi, dan gadis itu secara resmi telah menjadi
istrinya"
"Apa? Dia..... dia.... dia sudah punya istri...."
Tonghong Hui merasa kepalanya bagaikan disambar
geledek. pandangan matanya jadi gelap. kepalanya terasa
tujuh keliling, bibirnya jadi pucat dan hampir saja ia jatuh tak
sadarkan diri ....
Ia tak menyangka ....yaa ia tak menyangka ....pemuda
kekasih hatinya itu sudah menikah dengan perempuan lain....
"Sungguhkah itu?" akhirnya dia berbisik.
"Tentu saja, bahkan sutay coubo mu Tay huang sinni
menjadi saksi dalam pertunangan itu, tapi engkau harus
memaafkan perbuatannya itu sebab posisinya ketika itu
didesak karena dia hampir saja nona Go siau bi menelantarkan

1556
masa depannya, bahkan tidak mengurusi dendam sakit
hatinya lagi dan akan mencukur rambut jadi pendeta,
sebaliknya pemuda itu harus melakukan perkawinan tersebut
karena ia tahu ketidakbaktian ada tiga macam, tidak punya
keturunan merupakan ketidakbaktian yang paling utama..."
Ketika mendengar perkataan itu, tiba tiba aja. Tonghong
Hui menengadah dan tertawa tergelak. suaranya tinggi
melengking seperti jeritan kuntilanak ditengah malam buta,
tertawa itu tidak mirip suara tertawa tapi lebih mirip sebagai
suara tangis, suara tangisan yang sangat memilukan.
Berdiri semua bulu kuduk siapapun yang mendengar suara
itu, akan melelehkan air mata orang yang mendengar suara
aneh tersebut .....yaa, suara itu memang terlampau tak sedap
didengar bagi pendengaran manusia biasa.
Tak terkirakan rasa kaget yang dialami orang yang
kehilangan sukma, secara beruntun dia mundur tiga langkah
kebelakang, lalu serunya agak panik: "Adikku, kenapa kau....
kenapa kau....???"
-ooo0dw0ooo-
BAB 85
"AKU... Kenapa aku...? Haaahhh... haaahhh... haaahhh"
seperti orang gila Tonghong Hui hanya tergelak terus dengan
lengkingnya.
"Adikku, engkau harus mengendalikan perasaanmu,
gunakanlah otakmu untuk berpikir, janganlah terpengaruh
oleh emosi, mungkin sebentar lagi Han Siong Kie akan tiba
disini"
Tonghong Hui menghentikan suara tertawanya yang lebih
mirip dengan perbuatan orang gila itu, lalu dengan suara yang
memelas katanya:

1557
"Bagaimana dengan aku...? Bagaimana dengan
kehidupanku selanjutnya .... Tanpa dia, aku merasa tiada
berarti hidup didunia ini, aku merasa kehidupan akan kusong,
bagaimana dengan aku?"
"Adikku" orang yang kehilangan sukma hanya bisa
memanggil dengan suara yang pedih.
Tiba tiba Tonghong Hui maju kedepan beberapa langkah,
dengan sinar matanya yang agak liar seperti orang buas
ditatapnya wajah orang yang kehilangan sukma yang
berkerudung itu, lalu dengan suara parau dia berseru lirih:
"Cianpwe ....."
"Jangan sebut aku sebagai cianpwe, panggil saja cici,
sebab sepantasnya kau memanggil enci kepadaku" tukas
perempuan misterius itu dengan suara yang lembut.
"Cici? Tidak. aku lihat usia putrimu orang yang ada maksud
kemungkinan besar sebaya dengan usiaku, mungkin juga ...."
"Sekalipun usia kami jauh berbeda, akan tetapi tingkatan
ayahmu jauh lebih tinggi dari kami semua, karena kau
setingkat dengan aku, dan sepantasnya memanggil cici
kepadamu"
"Cici ......."
"Apa yang hendak kau katakan lagi? Nah, katakanlah terus
terang... tak usah ragu ragu lagi"
"Tolong sampaikan kepada Han Siong Kie, katakanlah agar
ia tak usah merindukan aku lagi"
"Jadi .....jadi....kau akan meninggalkan dirinya?" seru
perempuan misterius itu kaget.
"Apakah masih ada cara lain yang lebih baik daripada
meninggalkan dirinya?" bukan menjawab Tonghong Hui malah
balik bertanya.

1558
"Dia tak akan tahan menerima kesemuanya ini, kau tak
boleh melakukan segala tindakan secara gegabah dan
mengikuti hawa napsu sendiri"
"Lalu kau anggap aku bisa menahan diri serta
mengendalikan siksaan batinku bila berada disampingnya
terus?"
"Adikku...lantas.... lantas kau akan pergi kemana?
Dapatkah kau katakan padaku?"
"Aku telah mempunyai rencana bagiku sendiri, kau tak usah
kuatir...." seru Tonghong Hui sesaat kemudian sambil
menggeratak gigi menahan diri
Tiba tiba ia berbatuk keras, lalu muntah darah segar,
hampir saja tubuhnya roboh terjengkang ke atas tanah.
Orang yang kehilangan sukma berteriak kaget, cepat ia
maju sambil menyambar pinggangnya, kemudian gumamnya
seorang diri: "Mungkinkah aku yang salah? Mungkinkah
tindakan ini keliru ......"
"Tidak, siapapun tidak salah, siapapun tidak keliru,
semuanya ini adalah kehendak Thian, inilah yang dinamakan
takdir" kata Tonghong Hui lirih, ia meronta dan melepaskan
diri dari rangkulan perempuan misterius itu ....
"Takdir?" gumam orang yang kehilangan sukma, "benar,
ketika masalah yang kita hadapi dan tragedi yang kita alami
tak dapat dipecahkan dengan cara apapun, ketika kenyataan
yang terpapar didepan mata tak dapat dirombak lagi, kita
memang harus menyebut kejadian itu sebagai takdir, memang
hanya takdirlah yang tak dapat dirubah lagi"
Perlu diketahui, perasaan Tonghong Hui ketika itu sudah
kaku dan mati, tentu saja ia tak dapat menangkap maksud
yang lebih dalam dibalik perkataan dari orang yang kehilangan
sukma, maka terhadap ucapan tersebutpun dia acuh tak acuh.

1559
"Cici, bukankah engkau mempunyai hubungan yang sangat
akrab dengan benteng maut?" Tiba-tiba dia mengalihkan
pokok pembicaraan itu kesoal yang lain.
"Buat apa kau tanyakan persoalan ini?" dengan hati
terkejut bercampur keheranan orang yang kehilangan sukma
mundur selangkah kebelakang.
"Aku ingin tahu, aku ingin mengerti adakah hubungan
antara engkau dengan benteng maut kami" suasana hening
sejenak .....
"Benar, kami memang memiliki hubungan yang sangat erat
sekali" akhirnya dia menjawab.
"Hubungan yang bagaimanakah diantara kau dengan pihak
kami" desak Tonghong Hui lebih jauh. Tapi orang yang
kehilangan sukma telah gelengkan kepalanya berulang kali.
"Sekarang belum dapat kuberitahukan kepadamu, tapi
suatu ketika kau akan mengetahui dengan sendirinya" ia
berkata.
"Cici, aku ada suatu permintaan lagi, dan permintaan ini
mungkin adalah yang paling akhir, apakah kau bersedia untuk
mengabulkannya bagiku"
"Apa yang kau inginkan?"
"Aku hanya ingin menyaksikan raut wajahmu yang
sebenarnya, boleh tidak?"
Untuk sesaat orang yang kehilangan sukma agak tertegun,
menyusul kemudian ia menggeleng.
"Adikku, terpaksa aku harus menyuruh engkau merasa
kecewa, apa yang kau inginkan tak mungkin bisa kupenuhi"
Suasana kembali tercekam dalam keheningan.
"Cici, apakah selama ini secara diam diam kau selalu
berada disisi engkoh Kie dan melindungi keselamatannya?"
tiba-tiba dara itu bertanya lagi dengan lirih.

1560
"Benar" suara dari orang yang kehilangan sukma
kedengaran agak gemetar menahan emosinya.
"Apakah selanjutnya engkau juga akan berbuat demikian??"
"Tentu saja"
Tonghong Hui menghela nafas panjang, sedih murung dan
layu paras mukanya ketika itu.
"Cici, aku rasa aku ....aku harus segera pergi" akhirnya dia
berbisik lirih.
Tanpa membuang waktu lagi, gadis itu menjejakan kakinya
keatas tanah dan lari dari situ secepat-cepatnya. orang yang
kehilangan sukma berdiri termangu, ia tidak bersuara untuk
mencegah kepergian gadis itu, pun tidak beranjak untuk
menyusulnya, dia hanya memandang bayangan punggungnya
sambil bergumam seorang diri:
"Dari dulu sampai sekarang, cinta memang sumber segala
bencana, cinta akan membuat orang sengsara dan menderita,
siapa yang bermimpi indah dia akan lebih cepat tersadar dari
impiannya aaaaii, benarkah ini yang dinamakan takdir ? Atau
mungkin aku yang terlalu mementingkan diri sendiri.... bocah
yang patut dikasihani, semoga kau dapat bertahan
menghadapi percobaan ini, semoga luka luka dalam hatimu
dapat disembuhkan oleh berlalunya sang waktu"
"Adik Hui ...." tiba tiba seruan nyaring berkumandang
memecahkan kesunyian, sesosok bayangan manusia dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat muncul dari balik hutan
belukar dan melayang datang.
Bayangan manusia itu tak lain adalah Han Siong Kie yang
dipancing pergi oleh suara helaan napas tadi, ketika bayangan
putih yang dikejarnya itu sudah hampir tertangkap. tiba tiba
saja perempuan itu berbelok kebalik semak dan kemudian
jejaknya lenyap dengan begitu saja, karena tidak berhasil
menemukan kembali orang itu, akhirnya ia teringat kembali

1561
Tonghong Hui yang masih di tinggalnya ditepijalan raya. Maka
ia terpaksa harus kembali ke tempat semula dengan tangan
hampa.
Dari kejauhan dia lihat sesosok bayangan manausia masih
menungu di tepi jalan raya, tanpa memperhatikan lebih
seksama lagi ia segera memanggilnya sebagai adik Hui tapi
setelah diamati lebih seksama barulah pemuda itu sadar
bahwa gelagat tidak beres. Pelanpelan orang yang kehilangan
sukma putar badan dan menghadap sianak muda itu.
"Aaah, cianpwe kiranya kau..." Han Siong Kie segera
berseru.
"Nak, memang akulah yang berada disini"
"Dimanakah adik Hui...."
"Nak. tidak sepantasnya kau sebut dia sebagai adik Hui,
kau harus memanggil bibi guru kepadanya" tukas perempuan
itu cepat.
Han Siong Kie tertegun dan berdiri dengan bibir pucat, kata
kata tersebut dirasakan olehnya bagaikan tusukan pisau yang
menyayat nyayat hatinya, yaa memang dia adalah bibi
gurunya, sebab adik Hui nya telah pergi jauh meninggalkan
dirinya dikala rahasia hubungan mereka terungkap. ia pergi
bagaikan embun air yang lenyap saja di udara.
Tiba tiba sepasang tangan dan kakinya terasa jadi kaku,
dingin dan kesemutan, ia merasa badannya sukar bergerak
lagi .....
Ia telah mengambil keputusan dihati, takdir yang
dihadapinya sekarang akan dilawan dengan kekuatannya,
selesai membalas dendam dia akan mengajak gadis itu untuk
jauh meninggalkan dunia keramaian, dia akan mengajak dara
itu hidup ditempat yang sepi hingga akhir tua nanti.
"Nak, dia telah pergi" bisikan orang yang kehilangan sukma
itu serasa geledek ditengah hari bolong.

1562
Han Siong Kie terkesiap dan segera sadar kembali dari
lamunannya.
"Dia telah pergi? Dia telah pergi kemana?" teriaknya penuh
kegelisahan dan rasa cemas.
"Nak. kau tak usah bertanya kemana ia pergi, sebab
tindakannya itu memang benar, ia memang sudah
sepantasnya meninggalkan dirimu, sebab kalau tidak maka
akibatnya...."
"Tidak" jerit Han Siong Kie, ia sudah menjejakkan kakinya
siap berlalu dari situ ....
"Nak, dengarkan dulu kata kataku ini"
Kata kata itu terasa sangat berwibawa dan mempunyai
suatu kekuatan besar yang membuat orang tak dapat
melawan, Han Siong Kie segera menghentikan gerakan
tubuhnya.
Pelan pelan orang yang kehilangan sukma mendekatinya,
lalu dibelainya bahu anak muda itu dengan penuh kasih
sayang, katanya lagi dengan suara yang lembut:
"Nak, ketahuilah dia adalah bibi gurumu, saudara
seperguruan dari ayahmu kau tak dapat melanggar tradisi dan
adat yang telah berlaku didaratan kita selama ini, cinta adalah
suatu pengorbanan, cinta belum tentu harus memilikinya,
coba bayangkanlah betapa seram dan mengerikannya akibat
dari hubungan itu bila itu kau lanjutkan, tentunya kau tak
ingin menyaksikan dia musnah bukan? Nak. kau mesti ingat
bahwa pekerjaan yang harus kau lakukan masih terlalu
banyak. untuk sementara waktu lupakanlah persoalan ini, dan
sekarang ikutlah aku masuk kedalam hutan, aku masih ada
beberapa persoalan yang hendak kuberitahukan kepadamu"
Dengan kaku seperti orang yang hilang kesadarannya Han
Siong Kie mengikuti perempuan misterius itu masuk kedalam

1563
hutan, akhirnya mereka berhenti disuatu tempat yang amat
tersembunyi letaknya.
Setelah hening sesaat, orang yang kehilangan sukma pun
bertanya:
"Nak, apakah engkau sudah mengujungi benteng maut?"
"Sudah" sahut Han-Siong Kie tak acuh.
"Dan engkau telah memahami segala sesuatunya"
"Sudah" kembali pemuda itu mengangguk.
"Dendam kesumat sedalam lautan yang harus kau hadapi
sekarang apakah untuk sementara waktu dapat melupakan
persoalan cintamu dengan perempuan itu...?"
Bagaikan kepalanya dipukul dengan martil besar seketika
itu juga Han Siong Kie menjadi sadar kembali, tiba tiba ia
amat menyesal dan malu, ini dapat terlihat jelas dari wajahnya
yang tampan itu, sontak rasa murung dan sedihnya tersapu
lenyap dengan begitu saja.
"Boanpwe menantikan petunjuk selanjutnya" ia berbisik
dengan kepala tertunduk.
Tiba tiba saja pemuda itu teringat akan sesuatu, ia merasa
dapat berjumpa dengan orang yang kehilangan sukma dalam
keadaan begini adalah suatu kejadian yang amat kebetulan,
pelbagai persoalan yang mencurigakan hati pun seketika
berkecamuk dalam benaknya, ia ingin membongkar semua
persoalan itu dan berusaha mendapatkan jawabannya
sehingga semua kecurigaan dan rasa bingungnya dapat
tersapu lenyap.
Tapi ...dari manakah dia harus bertanya? Persoalan itu
ratusan banyaknya, apa yang musti ditanyakan lebih dulu??
Akhirnya dia mengambil keputusan untuk mendengarkan
dahulu pertanyaan apakah yang hendak diajukan orang yang
kehilangan sukma kepadanya.

1564
"Cianpwe, adakah sesuatu petunjuk yang hendak kau
katakan kepadaku....?" dia bertanya.
"Tidak, bukankah engkau kenal dengan seorang
perempuan maha cantik yang gemar mengenakan baju merah
darah??"
Berdebar jantung Han Siong Kie mendengar perkataan itu,
ia tak menyangka kalau orang yang kehilangan sukma bakal
mengajukan pertanyaan yang amat merikukan hatinya itu.
Tapi ia cukup menghormati perempuan ini, bahkan
mencintainya bagaikan mencintai ibu sendiri sebab andaikata
tiada pertolongan dari mereka berdua mungkin ia sudah
mampus seratus kali.
Maka ketika pertanyaan tersebut diajukan kepadanya,
diapun tidak mencoba untuk mengelabuhinya, dengan wajah
merah padam karena jengah ia mengangguk. "Yaaa, aku
kenal dia"
"Engkau tahu, siapakah perempuan itu sebenarnya?"
"Ia mengaku bernama Buyung Thay, anak murid dari Toh
hun sian ci"
"Engkau tahu berapa usianya tahun ini?" orang yang
kehilangan sukma mendesak lebih jauh.
"Aku pikir.... Aku rasa... paling banter juga baru dua
puluhan .... masa lebih?"
"Nak. kau terkecoh kalau menganggap dia baru dua
puluhan" seru perempuan itu sambil tersenyum, "paling sedikit
usianya tahun ini sudah mendekati empat puluhan, sejak dua
puluh tahun berselang ia sudah tersohor dalam dunia
persilatan sebagai perempuan yang paling cantik, semua jago
lihay angkatan muda jaman itu rata rata pada tergila-gila
kepadanya, dialah yang disebut orang sebagai Hong ho (ratu
tawon) yang tersohor itu"

1565
Dengan hati terperanjat Han Siong Kie mundur selangkah
lebar ke belakang ... Ratu tawon? Nama ini jauh sebelumnya
sudah pernah didengar dari mulut orang lain, dan sekarang
mimpipun ia tak menyangka kalau Buyung Thay yang selama
ini dianggapnya sebagai saudara sendiri tak lain adalah Ratu
tawon, perempuan cabul yang paling jalang, paling rendah
dan paling tak bermoral dari dunia persilatan ....
"Bukankah kecantikannya luar biasa sekali? Dan memiliki
daya pikat yang amat hebat?" kembali orang yang kehilangan
sukma bertanya.
Han Siong Kie hanya bisa mengangguk. memang
kecantikan Buyung Thay hakekatnya memang tak bisa
dibantah, sekalipun laki laki berhati sekeras bajapun akan
leleh jika dirayu dan dipikat olehnya.
"Dia telah menipu aku" jerit Han Siong Kie dalam hati, "ia
mengaku kepadaku sebagai seorang gadis yang malang
.....Hmm Bedebah, aku telah kau tipu mentah mentah ...."
Terbayang kembali perbuatannya dengan perempuan itu,
terutama ketika ia melakukan hubungan suami istri dengan
perempuan itu.. Tanpa terasa peluh dingin telah membasahi
sekujur badannya.
"Nak. tahukah engkau akan perbuatan perbuatannya
dimasa lalu?" orang yang kehilangan sukma bertanya lebih
jauh.
"Tentang soal ini...."
"Dia telah kawin dengan Thian che kaucu, tapi tak lama
kemudian ia telah meninggalkan kembali suaminya untuk
berpetualangan lebih jauh"
Menyinggung soal "ketua Thian che kau Yu Pia lam", Han
Siong Kie merasakan darah yang mengalir dalam tubuhnya
jadi mendidih, tanpa terasa dia terbayang kembali akan ibunya
si siang go cantik ong cui ing yang telah menikah lagi, diapun

1566
teringat akan keturunan Thio susioknya, yakni Thio sau kun,
ketua muda perkumpulan Thian che kau untuk saat ini.
"Cianpwe,jangan kau singgung kembali persoalan-persolan
semacam itu ....." teriaknya dengan gemas. orang yang
kehilangan sukma mengangguk.
"Baiklah nak, aku hanya berharap agar engkau jangan
melakukan perbuatan yang tolol. Mengerti bukan??"
"Boanpwe mengerti"
"Nah, sekarang katakanlah, apa rencanamu selanjutnya
setelah meninggalkan tempat ini?"
"Aku akan mengunjungi perkampungan Sim keh ci di diluar
kota Tiang sah untuk menemukan jejak toa supekku Sim si
kiat"
"Kali akan mengunjungi perkampungan Sim keh ci??" ulang
orang yang kehilangan sukma dengan badan bergetar.
"Benar"
"Kau tak usah pergi kesitu lagi, percuma"
"Kenapa?"
"Sejak belasan tahun berselang perkampungan Sim keh
ceng telah hancur dan musnah tinggal puing puing yang
berserakan"
Agak terkejut Han Siong Kie ketika mendengar berita itu, ia
merasa orang yang kehilangan sukma betul betul seorang
manusia yang misterius, rupanya persoalan apapun diketahui
olehnya, kalau toh perempuan itu mengatakan bahwa
perkampungan Sim keh ceng sudah tinggal puing yang
berserakan, itu berarti apa yang telah terjadi memang
begitulah, tapi bagaimana ia bisa tahu akan persoalan ini?"

1567
"Cianpwe, apakah engkau mengetahui jejak dari toa
supekku? sekarang dia berada dimana?" serunya penuh
emosi.
"Tentu saja aku tahu dimanakah toa supek mu kini berada"
"Katakanlah kepadaku, kini dia berada dimana...."
"Pada saat ini kau tak perlu menemukan jejak nya, sebab
hal ini belum terlalu penting" tukas perempuan itu cepat.
"Kenapa?"
"Aku hanya mengatakan saatnya belum tiba."
Kembali suatu teka teki yang tak terjawab Tampaknya
orang yang kehilangan sukma menguasahi penuh semua
persoalan yang ingin diketahuinya, tapi perempuan itu segan
untuk mengatakannya keluar, saking gemasnya Han Siong Kie
sampai menggertak giginya keras keras, sekalipun demikian ia
juga tak dapat birbaat apa apa.
"Cianpwe mengapa kau bertindak sangat misterius?" saking
tak tahannya pemuda itu menegur.
"Nak. keadaanlah yang memaksa aku harus berbuat
demikian, mau tak mau terpaksa aku musti simpan dulu
semua rahasia yang tak akan mendatangkan keuntungan
bagimu itu"
"Andaikata aku mempunyai banyak persoalan yang hendak
ditanyakan padamu, apakah engkau bersedia pula untuk
menjawab semua pertanyaan itu"
"Ini tergantung pada pertanyaan apakah yang hendak kau
ajukan, kalau aku rasa pertanyaanmu pantas untuk dijawab
tentu akan kujawab sebisanya, tapi kalau tak dapat dijawab,
terpaksa akupun tak dapat memberitahukannya kepadamu"
"Aku ingin tahu siapakah cianpwe sebenarnya?" seru
pemuda itu dengan antusias.

1568
"Sekarang belum dapat kukatakan, tapi waktu sudah tak
akan lama lagi, nantikan saja tibanya kesempatan itu"
"Bagaimana kalau ingin kuketahui peristiwa yang
sebenarnya tentang pembunuhan berdarah yang meliputi dua
ratus anggota keluarga Han?"
"Sama saja, saat terbongkarnya rahasia itu sudah sangat
dekat, tunggu saja sedikit hari lagi"
"Mengapa Thio susiokku bunuh diri? Mengapa dia
melarangku membalas dendam? Apa yang dimaksudkan
sebagai perintah gurunya? Aku tahu pembunuh itu sebenarnya
bukan Pemilik benteng maut tapi dia ....."
"Cukup.... Cukup.... Nak. jawabanku hanya sepatah kata,
tak lama lagi semua rahasia itu akan kau ketahui"
Pada saat itulah tiba tiba dari arah hutan muncul sesosok
bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa, bayangang
itu melayang datang menghampiri dimana mereka berada.
Han Siong Kie merasi amat terperanjat, cepat ia berpaling,
sepasang telapak tangannya disilangkan didepan dada siap
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, tapi
setelah pandangannya dipertegas ia baru tahu bahwa orang
itu tak lain adalah orang yang ada maksud.
Orang yang ada maksud melirik sekejap kearah Han Siong
Kie, lalu menghampiri orang yang kehilangan sukma dan
membisikkan sesuatu disisi telinganya.
"Aaaah....jadi begitulah kejadian yang sesungguhnya?"
bisik orang yang kehilangan sukma kemudian dengan suara
gemetar.
"Benar" sahut orang yang ada maksud dengan gelisah.
"Waaah.... waah.... kalau... kalau dia sampai melakukan
kesalahan besar, urusan kan bisa menjadi berabe." keluh

1569
orang yang kehilangan sukma semakin gelisah. Tiba tiba dia
berpaling ke arah Han Siong Kie, lalu katanya pula:
"Nak, sekarang juga berangkatlah ketebing si-sin gan, kau
harus segera berangkat dan mencapai tempat itu sesingkat
mungkin, jangan sampai buang waktu barang sedikitpun
jua...".
"Tebing si sin gan? Dimanakah itu letaknya ?" Han Siong
Kie bertanya dengan wajah keheranan-
"Tebing si sin gan adalah letak markas besar perkumpulan
pat gi pang, tentunya kau mengetahui letaknya bukan? Apa
yang telah terjadi tak usah kuterangkan disini, setibanya
ditempat kejadian kau akan mengetahui dengan sendirinya,
Nah, ayolah cepat berangkat kesitu"
Tak terkirakan rasa kaget yang dirasakan Han Siong Kie
pada saat itu, bibirnya sampai pucat karena terkejut, ia tahu
perkumpulan Pat gi-pang sudah hancur dan lenyap dari
permukaam bumi, sekarang perkumpulan itu sedang
menghimpun kekuatan baru dan akan berdiri lagi dengan
resmi tentu saja calon istrinya Go siau bi yang melaksanakan
tugas pembangunan tersebut.
Sebagai jago yang cerdik dan cukup berpengalaman, ia
lantas mendapat firasat jelek, ia lantas menduga bahwa suatu
kejadian yang tidak beres telah terjadi, maka tanpa banyak
berbicara lagi dia mengangguk.
"Boanpwe akan segera melaksanakan perintah itu Dan
akan kuusahakan secepat-cepatnya tiba ditempat kejadian" ia
berkata.
"Ingat nak, kau harus cepat berangkat dan kerahkan
segenap tenagamu untuk mencapai tempat tersebut, sebab
kalau tidak maka akibatnya benar benar sukar dilukiskan
dengan kata-kata"

1570
"Cianpwe tak usah kuatir, boanpwe akan ingat selalu
perkataan itu serta melaksanakan sebaik mungkin."
Sekalipun keheranan, bingung dan diliputi perasaan tidak
mengerti, toh akhirnya berangkat juga Han Siong Kie
meninggalkan hutan lebat itu menuju ke tebing si sin ganperjalanan
dilakukan dengan sepenuh tenaga, sekilas
pandangan tubuhnya ibarat serentetan kilat yang membelah
angkasa belaka, cepatnya bukan kepalang.
Esoknya, ketika tengah hari baru menjelang tiba, Han Siong
Kie sudah berada lima li di luar tebing si sin gan tersebut.
Pada saat itulah, tiba tiba muncul sesosok bayangan, suatu
gerakan yang gesit dan manis bayangan itu jumpalitan
beberapa kali diudara lalu melayang turun tepat dihadapan
mukanya:
Dengan suatu gerakan yang cekatan Han Siong Kie
menahan kembali gerakan tubuhnya, cukup dalam sekali
pandangan ia sudah mengetahui bahwa bayangan merah itu
tak lain adalah nyonya cantik berbaju merah itu... Buyung
Thay adanya.
Kemunculan perempuan cantik yang sama sekali tak
terduga ini tentu saja mencengangkan pemuda kita, ia tak
menyangka kalau mereka bakal berjumpa lagi dalam keadaan
yang tak diinginkan.
"Titi .... mau kemana kau??" merdu nyaring suara
panggilan itu, bagaikan kicauan burung nuri dipagi hari,
sangat menawan hati siapapun yang mendengarnya.
Han Siong Kie segera merasakan jantungnya berdebar
keras, mukanya jadi merah dan nyaris dia memanggil
perempaan itu juga dengan teriakan "cici"
Untunglah saat itu juga ia teringat kembali dengan kata
kata yang diucapkan orang yang kehilangan sukma belum
lama berselang, teriakan yang sudah berada diujung bibir

1571
serta merta ditelan lagi kedalam perut, dia hanya mengiakan
dengan hambar.
"Eeeh... titi, kenapa kau?" kembali Buyung Thay menegur
dengan rupa orang tercengang.
Han Siong Kie menunduk rendah-rendah, sinar matanya tak
berani menatap langsung kearah perempuan itu, sebab ia
merasa bahwa perempuan itu memiliki kecantikan yang luar
biasa serta daya pikat yang sangat hebat, membuat orang jadi
tertarik dan terpesona dibuatnya.
Karena itu untuk menghindari segala kemungkinan yang
tidak diinginkan- ia harus mempertahankan diri, ia tak mau
membalas tatapan perempuan itu dengan tatapan pula.
"Aku tidak apa apa, aku masih ada urusan penting lain
yang harus segera dilaksanakan" katanya dengan suara
dingin.
Diluaran ia berkata demikian, sementara dalam hatinya
berpikir lain, ia sedang merasa heran, apa sebabnya dibalik
tubuh yang indah dan mempersonakan hati itu bisa terdapat
sebuah roh yang kotor, sebuah roh yang jalang dan tak tahu
malu.
"Eeeh...urusan apa yang bikin kau gelisah? Kejadian apa
toh yang musti kau kerjakan segera?" kembali perempuan
baju merah itu menegur dengan nada merayu.
"Maaf, sekarang aku tak sempat memberi tahukan
kepadamu, lain kali saja bila ada kesempatan kuterangkan
kepadamu, nah, maaf aku harus segera berangkat"
Selesai berkata, pemuda itu menjejakkan kakinya keatas
tanah dan meluncur kembali kedepan-
Baru saja melangkah maju, bayangan merah itu kembali
berkelebat lewat dan menghalang kembali jalan pergi si anak
muda itu.

1572
"Titi, apakah engkau hendak menuju ke tebing si sin gan?"
tiba tiba perempuan itu menegur dengan roman muka yang
aneh.
"Benar, dari mana kau bisa tahu?" Han Siong Kie hampir
maju tersentak kaget karena keheranan.
"Waah, kalau begitu kebetulan sekali Akupun akan menuju
ke tebing si sin gan, kalau ada persoalan lebih baik kita
bicarakan nanti saja."
Han Siong Kie mengerutkan dahinya, sayang waktu tidak
mengijinkan baginya untuk berpikir lebih jauh, diapun tidak
diberi kesempatan untuk bertanya lebih mendetil, sebab
bagaimanapun juga Go siau bi adalah calon istrinya, sedang
orang yang kehilangan sukma berulang kali telah berpesan
kepadanya agar jangan membuang banyak waktu dijalan,
maka dari itu diapun tidak banyak bicara lagi, dengan hati
berdebar keras sekali lagi tubuhnya melejit keudara dan
melayang kearah depan.
Buyung Thay tidak ambil diam, dia mengikuti pula
disamping anak muda itu meluncur kedepan-
Selang sesaat kemudian, mereka sudah berada dibawah
tebing si sin gan, dari kejauhan sudah terlihat dua sosok
mayat yang penuh berpelepotan darah membujur ditengah
tebing, kematian kedua orang itu tampak mengerikan sekali.
"Aduuh celaka...." Buyung Thay segera berteriak dengan
paras muka berubah hebat, "kemungkinan besar kedatangan
kita teriambat satu tindak ...."
Paras muka Han Siong Kie ikut berubah hebat, jantungnya
yang berdebar keras nyaris melompat keluar dari rongga
dadanya, sampai detik ini dia baru menyadari bahwa
hakekatnya dia memang sangat mencintai Go Siau bi,
sekalipun semua perasaan dan hatinya telah dipersembahkan
hanya untuk Tonghong Hui seorang, tapi bagaimanapun juga

1573
Go Siau bi masih menempati suatu posisi juga dalam hati
kecilnya.
"Kita harus cepat naik ke atas tebing" teriak pemuda itu
dengan wajah panik.
Tanpa membuang waktu lagi ia menerobos masuk lewat
mulut tebing itu, bagaikan sebatang anak panah yang teriepas
dari busurnya, ia menelusurijalan setapak tersebut langsung
meluncur ke puncak tebing itu.
Bentakan nyaring, jerit kesakitan secara lapat-lapat ramai
kedengaran dari tempat kejauhan, agaknya suatu
pertempuran sengit sedang berkobar dengan hebatnya.
Ketika mereka berdua sudah tiba didepan pintu gerbang
dipuncak tebing itu, suara berkobarnya pertarungan
kedengaran makin jelas dan nyata.... jeritan jeritan kesakitan
lebih sering menggelegar di udara.
Sudah puluhan sosok mayat yang terkapar disekitar pintu
gerbang dan sekeliling batuan, mayat-mayat itu kebanyakan
tewas dengan keadaan yang mengerikan, darah segar
berceceran membasahi seluruh permukaan tanah,
pemandangan disitu sangat mengerikan hati.
"Siapa disitu?" tiba tiba bentakan nyaring menggelegar
menyayat kesunyian ditempat itu.
Empat orang laki laki berpakaian ringkas warna hitam
munculkan diri dari balik pintu gerbang dan menghadang jalan
pergi kedua orang itu
"Ayoh jawab, kalian adalah saudara saudara dari
perkumpulan ataukah ....." bentak Han Siong Kie lantang.
"Eeh....apakah kedatanganmu bukan lantaran urusan ini?"
terdengar Buyung Thay menyela diri samping,
"mereka orang orang dari perkumpulan Thian che kau..."

1574
Begitu mendengar kata kata "Thian che kau", sontak
sepasang mata Han Siong Kie berubah jadi merah membara,
napsu membunuhnya menyelimuti seluruh roman mukanya
itu, rasa dendam dan sakit hatinya membuat jago muda kita
ini menyeringai seram.
Perkumpulan Pat gipang telah musnah ditangan Thian che
kau, sekarang Go siau bi sedang berusaha menghimpun
kembali kekuatan barunya diantara puing puing kehancuran,
tapi mereka tak sudi melepaskan calon istrinya dengan begitu
saja, kesemuanya ini makin mengobarkan rasa dendam dan
sakit hati Han Siong Kie terhadap musuh bebuyutannya ini.
Rupanya keempat orang jago lihay dari perkumpulan Thian
che kau pun sudah mengetahui siapa yang berhadapan
dengan mereka, tak kuasa lagi merekapun berteriak kaget:
"Haaah ....? Manusia bermuka dingin ...."
Tanpa memberi perlawanan apa apa, sontak mereka putar
badan dan melarikan diri terbirit birit kedalam pintu gerbang
itu, sambil kabur, suitan nyaring berkumandang tiada hentinya
memecahkan kesunyian.
Hawa napsu membunuh telah menyilimuti seluruh wajah
Han Siong Kie, sudah tentu ia tak sudi membiarkan musuhmusuhnya
kabur dengan begitu saja, ia melompat kedepan
dan mengejar ke belakang keempat orang laki laki kekar tadi
kemudian jari tangannya menyentil kedepan ..... criiit criiiiit
Criiiiit ..... desiran angin tajam dari ilmu Tong kim ci segera
menderu deru dan meluncur ke depan-
Empat kali jeritan nyeri yang menyayatkan hati
berkumandang membelah angkasa, hampir pada saat yang
bersamaan empat orang laki laki kekar itu tersambar
punggungnya oleh desiran angin tajam tadi dan menggelepar
diatas tanah dalam keadaan mengerikan-
Selesai membereskan nyawa keempat orang musuh, Han
Siong Kie sama sekali tidak berhenti, ia melanjutkan gerakan

1575
tubuhnya menerjang kearah mana berasalnya bentakan
bentakan tadi...
Angin pukulan menderu deru, ditengah gulungan serangan
yang amat dasyat itu, tampak beberapa sosok bayangan
manusia menerjang keluar dari arena pertarungan dan
meluncur kearah luar dengan begitu kedatangan merekapun
lantas berpapasan dengan Han Siong Kie berdua.
Si anak muda itu segera mendengus dingin, telapak
tangannya disiapkan untuk melancarkan serangan-
Tapi sebelum pukulan mautnya dilepaskan, jeritan ngeri
telah berkumandang saling menyusul, beberapa sosok
bayangan manusia yang sedang menerjang kearah mereka itu
tahu-tahu sudah menggeletak semua dalam keadaan tak
bernyawa lagi, orang-orang itu semuanya berjumlah tujuh
orang akan tetapi tiada perlawanan apa apa yang dapat
dilakukan orang orang itu.
Tanpa sadar Han Siong Kie berpaling kesamping, ia tahu
kematian orang-orang itu pastilah perbuatan dari rekannya,
betul juga, ditemuinya Buyung Thay yang berada
dibelakangnya sedang berdiri dengan wajah mengerikan,
hawa nafsu membunuh telah menyelimuti seluruh mukanya,
membuat perempuan yang amat cantik itu kelihatan lebih
keren dan menakutkan-
-ooo0dw0ooo-
BAB 86
MAYAT-MAYAT bergelimpangan didepan ruangan ci gi teng,
darah berceceran membasahi lantai membuat suasana terasa
suram dan menggidikan hati.
Ditengah arena berdirilah seorang perempuan yang
rambutnya terurai awut awutan, seluruh badannya telah

1576
basah oleh darah sehingga dipandang dari kejauhan orang itu
mirip seorang manusia berdarah.
Waktu itu, si perempuan berambut panjang itu sedang
melangsungkan pertarungan seru melawan dua orang kakek
yang mempunyai lambang matahari, rembulan dan bintang
diatas dadanya.
Sekeliling arena berdirilah ratusan orang jago silat yang
membentuk sebuah dinding manusia disitu, tapi mereka
semua terdiri dari jago jago perkumpulan Thian che kau.
Dilihat dari keadaan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa perkumpulan Pat gi pang yang baru saja berdiri
kembali dengan kekuatan barunya, telah terbasmi kembali dari
muka bumi dengan keadaan yang lebih mengerikan .......
Perempuan yang sedang bertempur itu tak lain adalah
ketua baru dari perkumpulan Pat gi pang yakni Go Siau bi,
sedangkan dua orang lawannya tak lain adalah dua orang
utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau.
Waktu itu keadaan Go Siau bi sangat kritis dan berbahaya,
setiap saat dia harus menghadapi keadaan yang
membahayakan jiwanya, walau begitu, si nona yang kosen
masih bertahan terus dengan gigihnya, hanya kebencian serta
perasaan dendam yang meluap luap itulah yang sanggup
mempertahankan dirinya dari kerubutan musuh.
Tiba tiba terdengar bentakan nyaring menggelegar
diruangan, kontan Go Siau bi terdorong mundur lima langkah
dengan sempoyongan, ia muntah-muntah darah lagi, sekujur
badannya makin basah oleh noda merah, malahan badannya
makin gontai, jelas gadis itu sudah kehabisan tenaga dan
makin lemah daya tahan tubuhnya.
Melihat keadaan musuhnya itu, salah seorang diantara
utusan khusus perkumpulan Thian che- kau itu segera tertawa
seram, sambil maju kedepan melancarkan serangan ejeknya
sinis:

1577
"Nah, rasain kau sekarang, bagaimana kalau kehabisan
tenaga dan tak mampu bergerak lagi..."
selangkah demi selangkah dia maju kedepan mendekati
nona yang semakin gontai itu.
Go siau bi mengayunkan sepasang tangannya tapi sesaat
kemudian telah diturunkan kembali, tenaga dalamnya telah
habis mengering, dia tidak bertenaga lagi untuk melancarkan
serangan.
Sambil tertawa seram utusan khusus dari perkumpulan
Thian che kau itu maju terus kedepan dan akhirnya berhenti
hanya tiga langkah dihadapan Go siau bi, kembali jengeknya
dengan nada menyeramkan:
"Keponakan perempuanku yang manis, sekarang ijinkanlah
kepadaku untuk menghantar sendiri keberangkatanmu ke
alam baka.... haaah.... haaaahh... haaahh...."
Pelan-pelan telapak tangannya diangkat keudara dan siap
diayunkan keatas batok kepala nona itu.
"Thian wi wan" jerit Go siau bi dengan mata merah
membara, "kau adalah binatang terkutuk. sekalipun aku sudah
mati dan menjadi setan, tak nanti kuampuni dirimu....."
Di tengah situasi yang makin gawat, tiba-tiba terdengar
desingan angin berkumandang membelah angkasa dan
langsung menerjang keatas tubuh Thia Wi wan, utusan khusus
dari perkumpulan Thian che kau itu.
Berbareng dengan munculnya serangan tadi, kawanan jago
yang berada disekitar arena sama-sama berteriak kaget:
"Manusia muka dingin...."
"Ciang bun jin perguruan Thian lam "
-ooo0dw0oooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1578
Jilid 42
DENGAN perasaan ngeri bercampur takut Thia Wi San
melompat mundur sejauh beberapa depa ke belakang, dengan
susah payah ia berhasil juga menghindarkan diri dari sergapan
maut itu.
Tatkala sinar matanya dialihkan kembali ke tengah arena,
tampaklah disitu telah bertambah dengan seorang pemuda
tampan berwajah dingin, kaku dan menyeramkan, hawa nafsu
membunuh menyelimuti seluruh roman mukanya, dia tak lain
adalah Han siong Kie.
Selama ini Go siau-bi dapat bertahan terus dengan gigih
lantaran dia ditunjang oleh rasa benci, sakit hati dan dendam
yang besar, tapi setelah calon suaminya Han-siong Kie muncul
di depan mata, ia tak dapat menguasai dirinya lagi,
semangatnya langsung menurun secara drastis dan tak ampun
lagi badannya roboh terkulai ke tanah.
Han Siong Kie menggeram marah, teriaknya sambil
menggigit bibir menahan rasa bencinya yang meluap luap.
"Thia Wi wan, akan kucincang tubuhmu jadi berkeping
keping lalu menghancur lumatkan menjadi abu ...."
Ancaman itu diucapkan dengan napsu membunuh yang
amat mengerikan, bikin bulu kuduk orang pada bangun
berdiri..
"Haaaaahhh... haaaahhh... haaaahhh.... " Thia Wi wan
menyeringai dan tertawa seram, " manusia muka dingin, kau
anggap kemampuan itu dapat mewujudkan apa yang kau
inginkan?"
Han Siong Kie mendengus penuh kemarahan, secara
beruntun dia lancarkan dua buah serangan berantai yang
amat dahsyat, kedua buah serangan yang dilepaskan dengan

1579
penuh perasaan dendam itu betul betul luar biasa dahsyatnya,
angin yang menderu deru serasa memekikkan telinga.
Thia Wi wan memandang sinis musuhnya, ketika serangan
dahsyat itu menggulung tiba, serta merta menangkisnya dari
kejauhan, sementara utusan khusus yang lainnya menyusup
maju pula berbareng ketika anak muda itu melancarkan
serangannya, ia maju sambil menyodokkan kepalan tinjunya
ke depan, segulung hawa pukulan yang maha dahsyat segera
memancar ke depan dan menghantam punggung samping
Han Siong Kie.
"Blaaang...." suatu benturan keras menggelegar diangkasa,
menyusul seseorang mendengus berat.
Dengan muka pias seperti mayat Thia Wi wan mundur
delapan langkah dengan sempoyongan, rupanya ia menderita
kerugian yang cukup besar dalam bentrokan itu.
Tapi pada saat yang bersamaan pula Han Siong Kie kena
terhantam oleh serangan yang dilancarkan musuh dari arah
samping itu, badannya tergoncang keras dan maju satu
langkah lebar kedepan.
Meski demikian, utusan khusus perkumpulan Thian che kau
yang melancarkan serangan dari belakangpun tidak
memperoleh keuntungan apa apa oleh daya pantulan tenaga
si mi sinkang yang terpancar keluar dari tubuh Han Siong Kie
itu, dia sendiripun tergetar mundur sejauh tiga langkah lebih.
Dalam satu gebrakan, dua orang jago lihay dari Thian che
kau berhasil digetarkan sampai mundur dengan sempoyongan,
kejadian ini dengan cepat membuat suasina jadi gempar,
kawanan jago lainnya yang berkeliling diseputar arena samasama
menjerit lengking saking kagetnya.
Target dari Han-siong-Kie pada saat ini adalah menghancur
lumatkan tubuh Thia Wi wan maka selesai dengan serangan
yang pertama, ia menerkam jauh lebih kedepan secara

1580
beruntun ia le-paskan tiga buah serangan berantai dengan
ilmu Mo-mo-ciang-hoat.
Ilmu pukulan Mo-mo-ciang-hoat merupakan ilmu sakti yang
khusus dari aliran perguruan Thian lam, sejak Han-siong-Kie
berhasil meyakinkan ilmu sakti Si-mi-siakang pukulan pukulan
tersebut dapat dimainkan dengan lebih kuat dan bertenaga,
tentu saja daya pengaruhnya lipat ganda lebih hebat dari
keadaan biasa.
Begitu ketiga jurus serangan itu dilepaskan, jeritan ngeri
yang menyayatkan hati kembali berkumandang memecahkan
kesunyian, sambil muntah darah kental, Thia-Wi-wan
terlempar kebelakang hingga jatuh berjerembab diatas
lantai.....
Melihat rekannya terluka, utusan khusus Thian che-kau
yang lain segera melompat ke muka sambil melancarkan
serangan, secara beruntun ia lepaskan tiga buah pukulan
berantai yang kesemuanya tertuju keatas badan Han-siong-
Kie.
Diperlakukan secara demikian kasarnya oleh lawan,
kemarahan yang meluap dalam tubuh Han-siong-Kie tak
terkendalikan lagi, begitu serangan musuh baru lewat, dengan
gerakan cahaya kilat lintasan bayangan secepat sambaran
kilat ia membentuk gerakan setengah lingkaran busur diudara,
dengan gerakan tersebut maka terhindarlah jago itu dari
serangan musuh, ia balik menerjang kesamping musuhnya lalu
dengan suatu gera kan cepat melancarkan serangan balasan
dengan ilmu jari Tong-kim-ci.
Serangan ini bakan saja dilakukan dengan kecepatan luar
biasa, tenaga yang menyertai sodokan itupun tak terkirakan
hebatnya.
Jeritan ngeri kembali bergenia memenuhi ruangan, bahu
urusan khusus itu tertembus angin serangan itu hingga

1581
berlubang, darah segar bagaikan sumber mata air memancar
keudara dan membasahi separuh bagian tubuhnya.
Sekarang Han siong Kie dapat melihat jelas tampang
musuhnya, ternyata dia tak lain adalah suma Hiong, utusan
khusus yang pernah dijumpainya dalam kuil Bu ho si di pantai
Pek sui tam tempo hari.
"suma Hiong" segera tegurnya dengan nada ketus: "hari ini
nyawamu tak akan lolos dari cengkeramanku lagi"
Utusan khusus Thian che kau, suma Hiong mundur
beberapa langkah dengan ketakutan, mukanya jadi pucat pasi
malahan badannya agak gemetar, jelas terpapar diatas
wajahnya betapa ngeri dan takutnya orang itu menghadapi
mara bahaya yang datang mengancam.
Pada saat itulah tiba tiba muncul seorang kakek berbaju
hitam yang diam diam menghampiri Go siau bi tanpa
menimbulkan sedikit suarapun, telapak tangannya sudah
diangkat ke udara siap di ayunkan keatas tubuh sang nona
yang tak sadarkan diri itu.
Dalam keadaan begini, tentu saja Han Siong Kie sama
sekali tak sempat untuk memperhatikan keselamatan istrinya,
tampaknya nona yang manis itu segera akan mati konyol ....
"Bangsat, rupanya kau pingin mampus" mendadak
seseorang membentak nyaring.
Menyusul bentakan tersebut, jeritan kesakitan yang
memilukan hati berkumandang di udara, tahu tahu kakek itu
sudah menggeletak mampus di atas tanah dengan tulang
kepala hancur berantakan, isi benak bercampur darah tercecer
diatas lantai, sementara disamping Go siau bi tahu tahu sudah
bertambah dengan seorang nyonya cantik berbaju merah yang
bermuka keren.
Dengan hati terkejut Han Siong Kie berpaling apa yang
kemudian terlihat membuat hatinya tercekat, hampir saja dia

1582
lupa dengan keadaan Go siau bi, dia lupa kalau mereka masih
berada disarang serigala, untung Buyung Thay turun tangan
tepat pada saatnya, kalau tidak ....entahlah bagaimana
akibatnya.
Go siau bi sendiripun dibikin sadar kembali oleh teriakan
yang memilukan hati itu, pelan pelan ia buka matanya lalu
bangkit berdiri
"Untuk sernentara waktu janganlah bangun dulu adikku"
Buyung Thay segera memayang tubuh gadis itu, "paling
penting kau musti rawat lukamu dulu, sedang urusan disini..."
"Tidak" Teriak Go siau bi setengah menjerit "aku .... aku
hendak membalas dendam, aku hendak bunuh ......"
Keadaan gadis itu banar benar sangat rapuh, apalagi
setelah melangsungkan pertarungan yang cukup lama, tenaga
dalamnya hampir habis rasa nya, ditambah lagi dengan luka
dalamnya yang cukup parah, membuat keadaannya semakin
lemah sedikit terdesak emosi kembali darah kental muntah
keluar dari mulutnya.
Han-siong Kie kebetulan berpaling kesamping ketika
dilihatnya keadaan Go Siau-bi yang begitu lemah, ia sangat
marah, matanya merah berapi api dan hampir saja melotot
keluar, hawa pembunuhan semakin tebal meiyelimuti arena
pertarungan itu.
Selang sesaat kemudian sianak muda itu baru berpaling
kearah Buyung Thay, kemudian pesan nya dengan suara
dingin:
"Toloug rawatlah nona itu baik baik ! "
Kemudian ia berpaling, ditatapnya Suma Hiong salah
seorang utusan khusus Thian-che-kau itu dengan sinar mata
yang mengidikkan hati.
Suma Hiong ketakutan, dengan badan menggigil dia
mundur dua langkah lagi.

1583
"Mau lari kemana kau??" teriak Han-siong Kie dengan
gusar.
Baru saja pemuda itu akan maju sambil menyerang, tibatiba
dari arah samping berkumandang pula suara bentakan
keras bagaikan menggelegarnya guntur ditengah udara:
"Manusia muka dingin, kau tak usah tekebur... inilah
tandinganmu yang piling pantas!"
Han-siong Kie menyusut mundur selangkah kebelakang,
bukannya dia takut, pemuda itu tak ingin bertindak gegabah
sehingga merugikan posisinya sendiri.
Seorang kakek tinggi besar yang berikat kepala wama emas
melayang masuk kedalam arena pertarungan, orang itu
bermata hijau, baik perawakan maupun potongan badannya
amat hebat hingga memberi kesan yang cukup menggidikkan
hati bagi siapapun yang melihatnya.
Kebengisan dan kekejaman Han-si-mo-ong sudah banyak
diketahui orang, kelihayan ilmu silat nya cukup menggetarkan
sukma, banyak orang sudah mengenal kehebatan gembong
iblis tua ini, bahkan selamanya dia hanya turun tangan dalam
satu jurus saja, dan selalu korbannya mampus dalam jurus itu
pula.
Han-siong Kie menjengek dingin, ia tetap berdiri tegak
ditempat semula, meski orang lain jera terhadap gembong
iblis itu, ia sama sekali tak takut, malahan kesempatan ini
hendak digunakannya untuk meringkus jago lihay itu. Tapi
sebelum ia sempat menegur, sesosok bayangan merah sudah
melayang masuk kedalam arena, Buyung Tay dengan wajah
yang santai tahu-tahu sudah berdiri satu meter dihadapan Hun
si mo ong.
"Enyah kau dari sini" bentak Hun si mo ong sambil
mendengus dingin.

1584
"Enyah dari sini ....? Kenapa aku harus enyah dari sini ....?"
ejek perempuan cantik
"Disini tak ada urusanmu, kau boleh segera tinggalkan
tempat ini dan menyingkir jauh jauh"
"Heeeehhh.... heeeehhh.... heeeeehhh... siapa bilang aku
tak ada urusan disini?"
"Bagus Aku peringatkan dirimu kali ini, jika kau berani turut
campur lagi dalam urusan ini, ketahuilah, aku tak akan
melepaskan engkau dengan begitu saja"
"Huuh Andaikata aku mati, lantas siapa yang akan
membereskan jenasah mu? Bukankah kau telah berkata
setelah mati maka jenasahmu ingin di kebumikan disisi
kaburan mendiang guruku?"
Begitu ucapan tersebut diucapkan, air muka Hun si mo ong
seketika itu juga berubah hebat, ia benar-benar dibuat
senyum tak bisa menangispun tidak dapat.
Memang benar, ia pernah mengucapkan kata-kata
semacam itu kepada Buyung Thay, dia berharap setelah mati
jenasahnya bisa dikubur disisi kekasihnya yang paling dicintai.
...Toh hun sian ci.
Suatu jerit lengking yang memilukan hati berkumandang
memenuhi seluruh ruangan, Suma Hiong salah seorang utusan
khusus Thian che kau itu sudah dihantam oleh Han Siong Kie
sehingga tewas dengan isi perut hancur tak karuan.
Melihat anak buahnya mampus, Hun si mo ong marah
sekali, sambil mendengus ia menerjang ke depan dan
mengurung tubuh Han Siong Kiee dengan pukulan-pukulan
mematikan.
Sementara itu Thia wi Wan telah mendapat kesempatan
untuk mengatur pernafasannya, selang sesaat kemudian
kekuatannya yang banyak berkurang sudah pulih kembali

1585
seperti sedia kala, serta merta ia menerjang kemuka dan
menerkam Go siau bi yang terluka parah itu..
Tak terkirakan rasa kaget dan gusar yang dirasakan
Buyung Thay setelah menyaksikan peristiwa itu segera
bentaknya dengan marah:
”Thia-Wi-wan, kau berani berbuat lancang dihadapanku?“
Sreset.... ! sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan
kearah musuhnya, sementara tubuhnya ikut puia menerjang
kemuka.
Sekalipun tindakan yang dilakukan perempuan iai cukup
cepat, tapi toh terlambat setengah langkah juga.
Ketika ia tiba ditempat tujuan, serentetan jeritan lengking
telah berkumandang memecahkan kesunyian, Go-Siau-bi
sudah terhajar lagi oleh serangan Thia-Wi-wan sehingga
tubuhnya mencelat jauh kebelakang.
Pada saat yang bersamaan pula, Thia-Wi-wan terbabat oleh
angin pukulan dari Buyung-Thay sehingga tergulung
kebelakang dan mundur dengan sempoyongan..
Sementara itu dipihak lain pertarungan antara Han-siong-
Kie melawan Han-si-mo-ong telah berlangsung dengan
sengitnya, beberapa gebrakan kemudian dapat diketahui
bahwa kekuatan mereka ternyata seimbang.
Diam-diam Han-si-mo-ong merasa amat terperanjat setelah
terjadinya pertarungan itu, bahkan rasa kagetnya sukar
dilukiskan dengan kata-kata ia merasa pemuda itu merupakan
musuh tangguh yang belum pernah dijumpai sebelumnya,
apalagi sebelum kejadian ini belum pernah ada orang yang
bisa lolos dari cengkeramannya dalam satu gebrakan belaka,
maka keadaan itu membuat kecut hatinya.
Bukan Hun-si-mo-ong saja yang merasa kaget bahkan
hampir semua jago lihay perkumpulan Thian-che-kau yang

1586
ikut hadir disekitar gelangang pun merasa. kaget dan
berdebar hatinya.
Buyung Thay sendiri tak sempat untuk melukai Thia-Wiwan
lebih jauh buru-buru ia menghampiri Go-Siau-bi dan
memayangnya bangun, tapi setelah nadinya diperiksa paras
mukanya kontan berubah hebat, untuk sesaat dia jadi bingung
dan tak tahu apa yang musti dilakukan...
Han-siong-Kie diam-diam melirik sekejap kearah Go-Siau-bi
yang berada dalam bopongan Buyung-Thay, melihat
keadaannya yang mengenaskan itu hampir meledak dadanya
karena jengkel bercampur marah...
“Jangan-jangan dia sudah ....." pemuda itu tak berani
berpikir lebih jauh, ia merasa tubuhnya bergidik hingga sedikit
menggigil, hawa napsu membuauhnya semakin berkobar.
"Han-si-mo-ong, lihat serangan" bentakan itu sangat keras
dan memekakkan telinga, membuat setiap orang yang hadir
dalam ruangan itu merasa telinganya jadi sakit.
Segumpal asap putih mengepul keluar dari batok kepala
anak muda itu. dengan menghimpun tenaga sakti Si-misinkangnya
mencapai sepuluh bagian ia hantam sekujur badan
Han-si-mo-ong sekeras-kerasnya.
"Haah.....??! Si-mi-sinkang,....'" jerit Han-si-mo ong dengan
hati terkesiap, cepat dia kerahkan pula segenap tenaganya
untuk menangkis tibanya ancaman tersebut.
Suatu benturan yang disusul ledakan dahsyat tak terhiadar
lagi, pusaran angin berpusing segera memancar keempat
penjuru, oleh daya tolak pukulan tadi Han-siong Kie mundur
selangkah kebalakang, sebaliknya Han-si-mo-ong yang tinggi
besar mundur dua langkah dengan sempoyong.
Kabut warna putih yang tebal kembali menyelimuti seluruh
angkasa, dalam waktu amat singkat Han-siong Kie telah
melancarkan kembali serangan nya yang kedua.

1587
Tak sempat bagi Hun-si-mo-ong untuk menangkis ancaman
maut itu, tergopoh-gopoh dia mundur delapan depa
kebelakang.
"Mau lari kemana kau!" bentak anak muda itu dengan
geramnya.
Pukulan mautnya yang ketiga telah dilontarkan lagi
kedepan.
Karena didesak terus menerus, akhirnya sifat buas Hun-simo-
ong timbul juga, dia balas membentak:
"Jangan tekebur lebih dulu, lihat saja hasilnya nanti kau
yang mampus atau aku yang kabur keakhirat!"
Dengan menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya
dia lancarkan pula sebuah pukulan untuk membendung
datangnya ancaman tersebut.
Untuk kedua kalinya ruangan gedung itu digetarkan oleh
benturan keras yang menggelegar diudara.
Kali ini kedua belah pihak sama-sama terdorong mundur
sejauh tiga langkah, paras muka Han siong-Kie pucat pias
seperti mayat, sebaliknya Hun si-mo-ong berdiri dengan noda
darah kental menghias ujung bibirnya, pertarungan ini
sungguh seru dan membetot hati, selama seratus tahun
belakangan belum tentu ada pertarungan seseru saat ini.
Sekali lagi Han-siong Kie berpaling kearah Go Siaa-bi yang
tak diketahui nasibnya, sambil menggertak gigi dia
menghimpun tenaga Si mi sin kangnya mencapai dua belas
bagian, mukanya yang pucat kini berubah jadi merah
membara.
Hun si mo ong agak keder juga melihat kelihayan
musuhnya, ia tahu kepandaian silatnya masih bukan tandingan
tawan, tapi sebagai seorang iblis yang disegani orang ia tak
sudi mengunjukkan rasa jerihnya dihadapan orang lain, maka
sambil menggertak gigi terpaksa diapun harus menghimpun

1588
segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menyambut
datangnya ancaman tersebut.
Dalam waktu singkat, suasana dalam gelanggang
pertarungan berubah jadi hening sepi, sedikitpun tak
kedengaran suara.
Sekalipun suasana amat hening dan tiada gerakan apa apa
siapapun tahu bahwa tak lama lagi akan terjadi suatu
benturan maha dahsyat yang luar biasa sekali, dan gempuran
tersebut justru akan menentukan nasib mereka semua,
menang atau kalah atau mungkin juga kedua duanya akan
sama-sama terluka parah.
Dipihak lain Buyung Thay masih berjongkok diatas tanah
sambil membopong Go siau bi yang tak sadarkan diri
Thia wi wan rupanya masih belum puas dengan
serangannya yang berhasil itu, sepasang matanya yang tajam
bagaikan mata elang itu masih mengawasi terus Go siau bi
yang berada dalam bopongan Buyung Thay itu tanpa
berkedip. agaknya dia pun sudah merasa bahkan kepandaian
silat dari Hun si mo ong masih bukan tandingan dari orang
bermuka dingin.
Maka dia harus manfaatkan kesempatan yang ada pada
saat ini untuk melakukan suatu gerakan sebab bila peluang ini
tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya maka selamanya dia akan
kehilangan peluang tersebut .......
Tapi diapun sangsi untuk berpekulasi, ia bukannya tak tahu
sampai dimanakah lihaynya ilmu silat yang dimiliki Ratu tawon
Buyung Thay ......
Akhirnya Thia wi wan ulapkan tangannya sambil
membentak keras:
"Anak murid perkumpulan Thian che kau harap perhatikan
baik baik, sekarang juga kalian harus menyerang dengan
sekuat tenaga, kalian cuma boleh maju tak boleh mundur"

1589
Selesai berkata telapak tangannya segera diayun kedepan
lebih dulu menyerang ke arah Buyung Thay, menyusul
kemudian
Bayangan manusia menggulung-gulung, serentak setiap
anggota perkumpulan yang hadir disana bersama-sama maju
menyerang.
Paras muka Buyung Thay berubah hebat, dengan targan
kirinya dia mengempit Go Siau-bi.
Sementara jarum Toh-hun-ciam yang berada ditangan
kanannya disebar ke muka.
Jeritan-jeritan lengking yang memilukan hati
berkumandang memenuhi angkasa, hampir belasan orang
jago lihay dari perkumpulan Thian-che kau menggeletak diatas
tanah. dalam keadaan mampus, tapi keadaan itu belum juga
berhasil untuk membendung serangan lawan yang mendekati
kalap itu, desingan-desingan tajam dan pukulan-pukulan
dahsyat berhamburan dari sana sini mengurung sekujur
badannya.
Posisi BuyungThay waktu itu kurang menguntungkan,
sebab dia harus menggendong Go Siau-bi sambil
melangsungkan pertarungan, bukan saja tenaga dalamnya
mengalami rintangan besar, ditambah pula serangan-serangan
maut dari Thia Wi-wan yang membabi buta membuat ia
kewalahan, dan repotnya bukan kepalang, dia harus
melepaskan tiga buah serangan berantai lebih dulu sebelum
berhasil mengambil jarum Toh hun-ciam genggaman yang
kedua,
Kembali tangannya diayun kedepan, belasan orang jago
menjerit kesakitan dan roboh terkapar ditanah, untuk sesaat
serangan kalap dari musub agak terbendung.....
Buyung thay mencaci maki kalangkabut, sambil membentak
secepat kilat ia menerjang kearah Thia-wi Wan dan
menyerang habis habisan.

1590
Thia Wi-wan ketakutan setengah mati, bulu kuduknya
serasa pada bangun berdiri, cepat-cepat ia melompat mundur
sejauh dua kaki untuk menghindarkan diri.
Merasa tubrukannya kosong can tidak rnencapai sasaran,
Buyung Thay melompat ketengah udara dan melayang keatas
atap ruangan Ci-gi-teng tersebut, belasan sosok bayangan
manusia secepat kilat ikut melompat pula keatas, tapi baru
mencapai separuh jalan, banyak diantara mereka yang
menjerit kesakitan dan rontok kembali keatas tanah.
"Layani dia dengan senjata rahasia ! " teriak Thia Wi-wan
penuh kegusaran yang meluap.
Dalam waktu singkat, senjata rahasia beterbangan dari
empat arah delapan penjuru, semua senjata rahasia itu tertuju
kearah Buyung Thay yang masih diudara.
Jarum toh hun ciam memang terhitung senjata yang
ampuh dan mematikan, tapi oleh sebab jarum itu lembutnya
seperti bulu maka jarak serangannya terbatas sekali,
sebaliknya jago-jago perkumpulan Thian che kau yang hadir
rata rata merupakan jago pilihan yang berilmu tinggi, tentu
saja cara mereka untuk melancarkan serangan senjata rahasia
juga bukan permainan enteng, jika Buyung Thay tak mau
mengundurkan diri dari situ, terpaksa dia harus melayaninya
dengan sepenuh tenaga.
Keadaan ini dapat dilihat pula oleh Han Siong Kie dengan
jelas, tentunya diapun mengetahui pula betapa gawatnya
situasi disana.
Akhirnya baik Han Siong Kiee maupun Hun si mo ong sama
sama melancarkan serangan dengan sekuat tenaga.
Ditengah ledakan dahsyat yang menggelegar diangkasa,
desingan angin tajam memancar keempat penjuru serta merta
semua jago perkumpulan Thian the kau yang sedang
bertarung menghentikan serangan mereka.

1591
Han Siong Kie berdiri kurang lebih lima langkah dari
posisinya semula tubuhnya masih goncang terus tiada
hentinya.
Hun-si-mo ong sendiri jatuh tertunduk beberapa meter dari
arena, ia muntah darah berulang kali.
Untuk sesaat suasana jadi sepi dan hening, begitu sepinya
sehingga terasa menggidikkan hati.
Pelan pelan Han Siong Kie maju beberapa langkah
kedepan, kelima jari tangannya direntangkan lebar lebar,
ujung jarinya tertuju kepada Han-si mo ong asal hawa
serangannya dilontarkan kedepan, niscaya gembong iblis tua
itu akan terhajar dada dan perutnya hingga berlobang dan
tewas.
"Hun si mo-ong" teriak anak muda itu kemudian, "apakah
engkau ada pesan pesan terakhir yang hendak kau
sampaikan?"
Suara teriakan itu penuh dengan keseraman dan hawa
kematian yang sangat tebal.
Han si mo ong menatap sekejap musuhnya dengan sinar
mata berkilat, lalu sambil dikejamkan kembali dia menggeleng.
"Kalau ingin turun tangan, silahkan turun tangan, apa
gunanya musti banyak berbicara?"
Satu ingatan tiba tiba melintas dalam benak Han Siong Kie,
tangannya yang telah terangkat keatas pelan-pelan diturunkan
kembali.
"Han si mo ong" katanya kemudian dengan suara berat,
"untuk membalas pertolonganmu tempo hari, aku tak akan
membinasakan dirimu sekarang juga, nah kau boleh pergi
dengan damai hari ini"
"Manusia muka dingin" Han si mo ong membuka kembali
matanya dan berkata dengan lantang, "tempo hari kutolong

1592
jiwamu, ini disebabkan karena kau pernah menolong muridku
si malaikat hawa dingin Mo siu ing, aku pribadi sama sekali
tidak bermaksud untuk menolong kau...."
Kata kata pengakuan yang berterus terang dan blak biakan
ini sungguh mencengangkan orang banyak. tapi dari sini dapat
diketahui bahwa Han si mo ong benar benar seorang jagoan
yang berjiwa besar dan tak sudi tunduk dibawah orang lain-
Han Siong Kie dengan cepat menukas sambil goyangkan
tangannya.
"Kau tak usah banyak bicara lagi, silahkan sejak kini antara
kita berdua sudah tiada hutang piutang lagi, persoalan telah
selesai dan semua hutang telah impas, semoga saja lain waktu
kita jangan bertemu muka lagi ...."
"Manusia muka dingin, kau bakal menyesal bila melepaskan
kesempatan baik hari ini, ketahuilah, aku tak nanti akan
melupakan hutang yang kau lakukan hari ini"
"Heeeh.... heeehh... heehh jangan pandang rendah diriku,
selama hidup aku belum pernah mengenal apa yang
dimaksudkan dengan menyesal, ayoh silahkan pergi dari sini"
Tiba tiba Han si mo ong bangkit berdiri, setelah
memandang sekejap sekeliling ruangan itu, tanpa
mengucapkan sepatah katapun ia lantas berlalu dari sana.
Sepeninggal Han si mo ong, suasana dalam ruangan itu
jadi gempar, sekarang tiap jago lihay dari perkumpulan Thian
che kau merasa panik, takut dan sukma serasa melayang
tinggalkan raganya, andaikata hukuman bagi pelanggaran
peraturan perkumpulan tidak keras dan mengerikan, niscaya
mereka sudah melarikan diri semenjak tadi.
Rupanya Thia Wi wan si utusan khusus perkumpulan Thian
che kau juga sudah merasakan gelagat yang tak
menguntungkan, cepat dia membentak: "Mundur semua"

1593
Pertama-tama dia yang melompat mundur lebih dahulu dari
arena pertarungan dan meluncur keluar dari sana ......
Melihat pemimpinnya sudah kabur, kawanan jago dari
Thian che kau pun sama sama mengambil langkah seribu,
suasana jadi ribut dan gaduh, keadaan orang orang itu
mengenaskan sekali tampaknya.
"Kembali semua" bentakan nyaring mendadak menggelegar
diudara menyusul kemudian terdengar seseorang mendengus
tertahan.
Thia wi wan terlempar kembali kebelakang dengan muka
pucat dan darah menodai ujung bibirnya.
Setelah itu gulungan angin pukulan yang dahsyat kembali
menyapu permukaan tanah seperti melandanya angin ribut,
desingan angin serangan menderu deru, jerit kesakitan
menggema silih berganti, puluhan jago yang berusaha
melarikan diri dari ruangan itu tahu-tahu terlempar kembali ke
belakang dalam keadaan sekarat.
Sisanya yang ada dibelakang buru-buru melompat kembali
kebelakang, siapapun tak berani melanjutkan niatnya untuk
kabur dari tempat celaka itu .....
Untuk sesaat suasana kembali tercekam dalam keheningan
yang mengerikan, begitu hening sampai dengusan napas
semua orang kedengaran nyaring ....
Seluruh jago lihay dari perkumpulan Thian che kau sudah
terdesak kembali ke tengah arena, tapi disamping gerbang
depan kini bertambah lagi dengan dua puluh sosok mayat
lebih, mereka tewas dalam keadaan yang mengerikan,
darahpun berceceran membasahi permukaan lantai.
Han Siong Kie berdiri dengan tegap. mukanya menyeringai
seram dengan hawa pembunuhan menyelimuti wajahnya,
selangkah demi selangkah ia mendekati musuh musuhnya itu,
sementara sinar matanya yang tajam mengawasi kelima puluh

1594
orang sisa jago Thian che kau yang masih hidup itu dengan
garang dan tak berkedip.
Sepi ....hening... seperti dikuburan, semua orang merasa
begitu tebalnya hawa maut mengitari sekeliling gelanggang
itu, bikin orang susah bernapas dan tak berani bergerak.
Buyung Thay sudah melayang turun pula ke atas
permukaan bumi, dia berdiri disamping Han Siong Kie.
"Bagaimana keadaannya....?" tanya sianak muda itu
kemudian dengan muka cemas bercampur kuatir.
"Luka dalam yang dideritanya cukup parah, keadaannya
amat serius dan tak boleh di biarkan terlalu lama dalam
keadaan begitu"
Han Siong Kie menggigit bibir menahan dendam dan
marahnya, dia berpaling kearah Thia Wi wan lalu ditatapnya
utusan khusus Thian che kau yang dibencinya itu dengan
mata berapi api dan mulutnya menyeringai seram.
Dipandang macam begitu oleh lawannya Thia Wi wan
menggigil ketakutan, giginya sampai saling beradu
gemerutukan, dia bersin beberapa kali, bulu kuduknya telah
bangun berdiri, ditengah kepanikan dan bercucurnya peluh
dingin, tiba tiba satu ingatan melintas dalam benaknya.
"Kunyuk Tolol amat aku, mengapa tidak kabur saja dari
sini?" demikianlah pikirnya dalam hati.
Begitu ingatan tadi masuk dalam pikirannya, serta merta ia
geserkan badannya dan mundur ke arah kelompok-kelompok
anak buahnya .....
"Thia Wi wan Bangsat terkutuk mau lari.... heeeeehhh....
heeeehhh... heeeehhh... jangan mimpi disiang hari bolong,
mau terbang dari sinipun jangan harap bisa kau lakukan"
Ditengah bentakan keras Han Siong Kie menerjang
kedepan, selisih jarak yang begitu dekatnya ini semakin

1595
membuat panik Thia Wi wan, tanpa sadar dia ikut mundur
beberapa langkah ke belakang, mukanya yang bopeng seperti
permukaan bulan itu mulai mengejang tiada hentinya. itu
pertanda kalau hatinya sudah ciut dan ketakutan setengah
mati.
Tak seorang manusiapun berani berkutik dari tempatnya
semula, apalagi anak murid perkumpulan Thian che kau,
mereka rata rata berdiri dengan muka pucat pasi. Bayangkan
saja, kalau pemimpin mereka yang lihaypun dibikin keok,
apalagi mereka cuma manusia biasa?
"Bangsat, ayoh serahkan jiwa anjingmu...." teriak Han
Siong Kie sambil melontarkan telapak tangannya kedepan.
Pukulan itu sangat dahsyat, angin serangan yang menderu
deru secepat kilat meluncur kemuka dan menghantam dada
Thia Wi wan.
Untuk melihat saja ngeri, apalagi disuruh menerima dengan
kekerasan, tentu saja Thia Wi-wan tak berani melakukan hal
itu dengan suatu gerakan tubuh yang gesit dia mengegos
kesamping untuk menghindarkan diri....
Dua jeritan ngeri tiba tiba berkumandang dari arah
belakang, dua orang jago Thian che kau yang tepat berdiri
dibelakang Thia Wi wan jadi setan penasaran, mereka tak
menyangka kalau pukulan dahsyat itu akan menerjang ke
tubuh mereka, tubuh kedua orang itu mencelat ke belakang,
setelah muntah muntah darah akhirnya mereka berkelejet dan
mampus seketika ....
Thia wi wan tidak menyia nyiakan kesempatan itu, dia
loncat sepuluh kaki dari tempat semula dan kabur ke atas atap
rumah....
Sayang meskipun gerakan tubuhnya cepat, Han Siong Kie
jauh lebih cepat darinya, dengan gerakan cahaya kilat lintasan
bayangan dia berputar setengah lingkaran busur diatas udara,

1596
kemudian sepasang telapak tangannya dilontarkan keatas atap
rumah dan melancarkan dua buah pukulan berantai.
Didesak terus oleh serangan serangan yang amat dahsyat
itu Thia wi wan tak sanggup berdiri tenang lagi diatas atap
rumah, dia jumpalitan beberapa kali di udara dan melayang
kembali ke tengah arena, kendati lolos dari ancaman maut,
toh sukmanya terasa sudah melayang tinggalkan raganya.
Han Siong Kie ikut melayang turun keatas tanah secepat
kilat sebuah pukulan dahsyat yang disertai ilmu sakti si mi
sinkang dilontarkan ke arah lawan.
Kabut putih yang tebal menyelimuti meluruh angkasa,
jeritan ngeri sekali lagi berkumandaug di angkasa, Thia Wi
wan yang termakan oleh serangan itu berputar kencang
diangkasa sebelum akhirnya terbanting jatuh keatas tanah,
tepat delapan depa didepan Buyung Thay, kontan saja dia
muntah-muntah darah.
Kebetulan waktu itu Go siau bi membuka matanya, sinar
matanya yang sayu tepat membentur diatas wajah Thia wi
wan, mendadak gadis itu merasa timbulnya suatu kekuatan
yang tak berwujud dalam badannya, ini membuat
semangatnya berkobar kembali.
Gadis itu meronta bangun dari pelukan Buyung Thay, lalu
dengan suara gemetar serunya: "Turunkan aku kelantai"
Melihat Go siau bi secara tiba tiba sadar kembali dari
pingsannya, Buyung Thay sangat kegirangan, dia menuruti
permintaan nona itu dan menurunkannya keatas tanah.
Dalam pada itu Han Siong Kiee telah tiba pula dihadapan
Thia wi wan, sambil ayun tangannya ia membentak lagi:
"Thia wi-wan bajingan terkutuk sekaranglah saat
kematianmu telah tiba, akan kucincang tubuhmu jadi
berkeping keping"

1597
"Tunggu sebentar" tiba tiba Buyung Thay ulapkan
tangannya dan mencegah anak muda itu melepaskan
serangan mautnya.
Agaknya Han Siong Kiee dibikin tercengang oleh tindakan
itu, dia tidak menduga kalau Buyung Thay akan menghalangi
maksudnya untuk membunuh Thia. Wi wan.
"Hey, apa maksudmu dengan perbuatan itu??" tegurnya
terheran-heran.
"Coba lihatlah dia" kata perempuan cantik baju merah itu
sambil menuding kearah Go siau-bi.
Cepat Han Siong Kiee berpaling kesamping, apa yang
kemudian terlihat membuat jantungnya berdebar keras karena
kaget.
Ia lihat Go siau bi berdiri angker dihadapannya dengan
muka pucat, matanya memancarkan sinar kebencian dan
perasaan dendam dan hawa pembunuhan menyelimuti
wajahnya, pedangnya sudah dicabut keluar sedang matanya
menatap kearah Thia Wi wan tanpa berkedip.
Sementara Han Siong Kie masih terheran-heran Buyung
Thay telah berkata lebih jauh:
"Tak lama berselang, akupun mempunyai kesempatan
untuk membunuh orang, tapi waktu itu tidak kulakukan hal
ini.... tentu kau masih ingat bukan dengan peristiwa dalam kuil
ditepi jalan Thian lam? Nah, aku memang sengaja memberi
kesempatan kepada nona Go siau bi untuk membunuh sendiri
bangsat itu dengan tangannya, apakah engkau tahu siapakah
sebenarnya orang itu?"
"Tentang soal ini..... tentang soal ini....".
"Nah, kalau engkau kurang tahu minggirlah dulu, nanti
kalau ada kesempatan akan kuberitahukan kepadamu"

1598
Han Siong Kiee tertegun, tapi sejenak kemudian dia
menurut juga dan mundur tiga langkah, meski pikirannya
masih diliputi oleh perasaan bingung dan tak habis mengerti.
Jago-jago Thian che kau yang masih tersisa dalam ruangan
itu semuanya berdiri tertegun pula seperti orang hilang
ingatan, sebenarnya bila mungkin mereka ingin melarikan diri
dari sana, tapi tak seorangpun berani melakukannya, karena
mereka cukup mengerti bahwa tindakan itu mengandung
banyak resiko, siapa tahu kalau bukannya berhasil kabur,
nyawa mereka malah lebih cepat kabur dari tubuhnya ....?
Go siau bi sudah maju beberapa langkah ke depan, meski
dengan sempoyongan, lalu sambil menggigit bibir serunya:
"Thia Wi wan, kau.... kau adalah manusia berhati binatang,
kau manusia terkutuk serigala berkedok orang....."
Thia Wi wan tidak berkata kata, tiba tiba dia bangkit berdiri
dengan badan gontai, sinar matanya sudah pudar tak
bersinar, ini menunjukan bahwa luka dalam yang dideritanya
amat parah.
Go siau bi sudah mengangkat pedangnya ke udara, lalu
sambil maju kemuka ia tusuk dada orang.
"Blaaaang...." tiba tiba dengusan tertahan menggema
diangkasa, Go siau bi kembali muntah darah, tubuhnya
terlempar kebelakang dan sekali lagi terkapar ditanah. Han
Siong Kie menjerit kaget, cepat ia melompat kedepan.
-ooo0dw0ooo-
BAB 87
PARAS muka Buyung Thay ikut berubah hebat, dengan satu
gerakan yang cepat ia menyambar tubuh Go siau bi lalu
memeluknya erat erat.

1599
"Blaaang,..." Dengan menimbulkan suara nyaring, Thia Wi
wan terjungkal kembali keatas tanah, darah kental meleleh
tiada hentinya dari ujung bibir, hebat juga orang ini, sesaat
menjelang kematianya ia dapat melakukan tindak pembalasan
yang jitu dan dahsyat, peristiwa ini boleh dibilang jauh diluar
dugaan siapapun.
Go siau bi memejamkan matanya rapat rapat setelah
mengatur kembali napasnya yang tersengkal, pelan pelan dia
membuka kembali matanya, segumpal tenaga yang tak
berujud seolah olah muncul dalam tubuhnya dan
mempertahankan dirinya hingga tak sampai roboh terjungkal,
agaknya gadis itu berhasrat begitu besarnya untuk
menghujamkan pedangnya keatas ulu hati lawan.
Han Siong Kie betul-betul kelabakan setengah mati,
bibirnya sudah memucat, badannya agak menggigil, untuk
sesaat dia tak tahu apa yang musti dilakukan .....
Go siau bi telah menyingkirkan tangan Buyung Thay yang
memeluk badannya itu, meski dengan sempoyongan dan
bersusah payah, selangkah demi selangkah dia bergeser maju
menghampiri Thia Wi wan yang telah terkapar ditanah itu ......
Pedangnya langsung diangkat keatas, kemudian
dihujamkan keulu hati musuhnya itu keras-keras.
Darah kental bermuncratan keempat penjuru, jerit ngeri
yang memilukan hati mendirikan bulu roma setiap jago yang
hadir disana, tahu-tahu ujung pedangnya sudah menembusi
ulu hati Thia Wi wan hingga tembus ke punggungnya...
Go siau bi kelihatan sangat garang, setelah menusuk dia
cabut kembali pedangnya kemudian menusuk kembali.
Satu kali.... dua kali... sudah ketiga kalinya pedang itu
menembusi badan Thia Wi wan
Dendam kesumat sedalam lautan telah terbalas, hawa
kebencian dan perasaan dendam yang selama ini menopang

1600
kekuatan tubuhnya ikut melemah bersamaan dengan darah
yang mengalir dari tubuh lawan, dengan lemas dicabutnya
pedang yang masih menancap diperut musuhnya itu, tiba tiba
pandangan matanya jadi gelap. .. ia tak mampu berdiri lagi
dan roboh tak sadarkan diri.
"Adik Bi ....." jerit Han Siong Kie keras keras.
Secepat kilat dia menerjang kedepan dan menyambar
pinggangnya yang ramping, lalu diperiksanya denyut nadi dara
itu, tapi apa yang kemudian diketahui membuat hatinya kecut
dan berdebar keras.
Napas Go siau bi sudah amat lemah, nadinya sebentar
sebentar terputus, mukanya yang pucat kekuning kuningan
membuktikan betapa seriusnya luka yang diderita gadis
tersebut.
Buyung Thay yang berada disampingnya segera mengambil
beberapa biji obat dari sakunya, kemudian dijejalkan ke mulut
Go siau- bi. "serahkan nona itu kepadaku" bisiknya.
Han Siong Kie melotot sekejap kearah kawanan jago Thian
che kau yang masih berdiri kaku dalam ruangan itu, kemudian
menyerahkan Go siau bi ketangan Buyung Thay, setelah itu
dia berpaling kembali kepada musuh musuhnya dan berkata
dengan suara yang datar, berat dan mengerikan:
"Heeehhh.... heeehhh... heeehhh seluruh puncak tebing si
sin gan telah berlumuran darah dari sahabat-sahabat Pat
gipang, hari ini kalian harus mencucinya hingga bersih dengan
darah dari kalian juga, ayoh serahkan nyawa kalian semua"
Suara ucapannya itu sangat mengerikan, membuat
siapapun yang mendengar merasakan bulu kuduknya pada
bangun berdiri.
Tak terkirakan rasa kaget, gugup dan takut yang
mencekam perasaan jago-jago Thian che kau itu, setiap orang
merasakan sukmanya serasa melayang tinggalkan raganya,

1601
mereka jadi panik dan tak tahu apa yang musti dilakukan,
akhirnya sambil menjerit keras masing masing orang
melarikan diri kearah pintu untuk menyelamatkan diri sendiri.
"Haaahhh... haahh... haaahh" gelak tertawanya itu mirip
orang gila yang sudah kambuh penyakitnya mirip pula seperti
terompet kematian yang siap menyambut nyawa-nyawa
manusia dari dunia....
Suatu pembantaian berdarah yang mengerikanpun segera
berlangsung dengan hebatnya. Jerit kesakitan rintihan orang
sekarat bersahut-sahutan tiada hentinya, dalam waktu singkat
darah sudah berceceran membasahi seluruh permukaan
tanah, mayat bergelimpangan setinggi bukit ....
Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya suasana pulih
kembali dalam keheningan yang luar biasa, hanya ruangan ci
gi teng telah berubah jadi kuburan masal, mayat terkapar
disana sini, kutungan anggota badan dan darah kental
membasahi semua lantai, mengerikan sekali pemandangan
disekitar tempat itu.
Dari seratus orang lebih jago jago lihay yang dikirim
perkumpulan Thian che kau, kecuali Han si mo ong seorang
yang berhasil tinggalkan tempat itu dengan membawa luka,
boleh dibilang sisanya hampir tewas semua dalam markas
besar perkumpulan Pat gi pang. Han Siong Kiee menghela
napas panjang.
"Aaaai.... akhirnya perkumpulan Pat gi pang benar benar
harus musnah dari muka bumi, mungkin selamanya tak akan
bisa berdiri lagi dalam dunia persilatan"
Sambil gelengkan kepalanya ia menghampiri Buyung Thay
dengan langkah cepat, kemudian bertanya lagi:
"Bagaimana keadaan lukanya ...."
"Aaaai.... isi perutnya sudah pecah, jalan darahnya ada
separuh bagian telah tersumbat mati, mungkin malaikat turun

1602
dari kahyanganpun belum tentu bisa menyembuhkan
penyakitnya itu."
Seperti disambar geledek di siang hari bolong, Han Siong
Kie untuk sesaat lamanya berdiri menjublak. andaikata Go siau
bi benar benar mengalami musibah .....ia tak berani berpikir
lebih jauh, pemuda itu merasa seakan akan terdapat beberapa
puluh bilah badik yang bersama sama menusuk ulu hatinya..
"Mari kita bicarakan lagi di belakang" ajaknya perempuan
itu kemudian sambil beranjak.
Han Siong Kie tidak berkata apa apa, dengan kaku dia
mengikuti di belakang Buyung Thay, setelah melewati ruang ci
gi teng sampailah mereka di sebuah kamar yang indah dan
mungil.
Menyaksikan kesemuanya itu, diam diam pemuda kita
berpikir:
"Kamar ini tentulah tempat tinggal dari calon istriku Go siau
bi, tapi ....aneh, mengapa Buyung Thay bisa sangat hapal
dengan keadaan di sekitar tempat ini? Jangan-jangan antara
dia dengan Go siau bi mempunyai hubungan yang erat sekali
....? sementara itu Buyung Thay telah membaringkan Go siau
bi diatas pembaringan.
Pelan pelan Han Siong Kie menghampiri gadis itu dan
memeriksa semua jalan darah dan urat penting ditubuhnya,
seperti apa yang diucapkan Buyung Thay barusan, separuh
dari jalan darah penting dalam tubuhnya telah tersumbat mati,
ini menyebabkan sekujur badannya dari atas kepala sampai
ujung kaki jadi dingin, seperti seseorang yang dilemparkan
kedalam gudang es.
Tanpa terasa lagi dua titik air mata jatuh berlinang
membasahi wajah Han Siong Kiee, katanya sambil menahan
isak tangisnya. "Apa.... apakah dia sudah tak tertolong lagi?"

1603
"Aku mempunyai sebotol Ci goan wan" sahut Buyung Thay
dengan sedih, "obat itu dapat mempertahankan jiwanya
selama tujuh hari dan selama itu dia akan tetap selamat"
"Tujuh hari....? Tujuh hari....? Apa arti dan makna
kehidupannya selama tujuh hari?"
"Yaaa .... kalau hanya tujuh hari saja, hidupnya memang
tidak berarti, tapi siapa tahu dalam waktu sesingkat itu
mungkin akan terjadi suatu peristiwa yang mukjijat....."
"Kemukjijatan? Aaaai.... apakah kita harus menanti tibanya
kemukjijatan? mungkinkah hal itu bakal terjadi?"
"sekalipun kemukjijatan tak mungkin bakal terjadi, tapi aku
percaya adik Bi dapat mati dengan mata meram ...."
Dengan perasaan sedih bercampur kaget dan tercengang
Han Siong Kie berpaling kearah perempuan itu.
"oya... sekarang aku baru teringat, rupanya kau menguasai
betul tentang persoalan ini" katanya " dapat kau ceritakan
kepadaku duduk persoalan yang sebenarnya?" Buyung Thay
mengangguk:
"Dulu Thia Wi wan adalah saudara angkat dari ayahnya Go
Yu to, suatu ketika ia bersama sama jatuh cinta kepada
seorang gadis yang amat cantik, dalam perebutan tersebut
akhirnya Go Yu to yang berhasil mempersunting gadis itu dan
mereka menikah, nona itu tak lain adalah ibunya Go Siau bi,
apa mau dikata ibunya mati karena mengalami kesulitan
dalam melahirkan ketika ia bunting untuk kedua kalinya, yaa...
sejak itulah Thia Wi wan lantas berusaha mencari gara gara
untuk menuntut balas atas peristiwa itu...."
Han Siong Kie mengangguk. sekarang dia sudah dapat
memahami separuh bagian dari. duduknya persoalan.
Terdengar Buyung Thay melanjutkan kembali kata katanya:

1604
"Untuk mewujudkan pembalasan dendam itu, Thia wi wan
menggabungkan diri dengan perkumpulan Thian che kau, ia
memancing perhatian orang orang Thian che kau dengan
mengatakan bahwa kitab pusaka Thian toopit liok berada
ditangan Go Yu to......."
"Kitab pusaka Thian tokpit liok berada ditangan put lo
sianseng, mungkin sampai matipun Go Yu to belum sempat
melihat kitab tersebut barang sekejappun ....." sahut sang
pemuda.
Buyung Thay manggut manggut.
"Dengarkan ceritaku" selanya, "karena mendengar laporan
itu, pihak perkumpulan Thian che kau lantas mengirim jago
jago lihaynya untuk menjumpai Go Yu to, ketua perkumpulan
Pat gi pang dan memaksanya untuk menyerahkan kitab
pusaka Thian tokpit liok tersebut, kemudian karena kitab
pusaka itu tak diserahkan merekapun turun tangan keji ....."
"Kisah selanjutnya aku sudah tahu semua, Thia Wi wan
memang sangat berdosa dengan perbuatannya itu, dia
memang pantas kalau dicincang menjadi berkeping keping"
"Adikku, kau masih ingat ketika kita di serbu oleh Han si mo
ong, sewaktu kau sedang mengobati lukamu dirumah petani?"
tiba tiba Buyung Thay bertanya.
Sebutan "Adikku" dari perempuan itu dirasakan amat
menusuk telinga oleh Han Siong Kie, sejak orang yang
kehilangan sukma menerangkan watak dan perbuatan
perempuan itu dimasa lampaunya, ia merasa agak muak
dengan perempuan itu.
Meski demikian, ia tidak menunjukkan reaksi apa-apa,
sebab perempuan itu pernah menyelamatkan jiwanya, dan
sekarang diapun telah melindungi Go siau bi dengan
mempertaruhkan jiwanya, maka pemuda itu mengangguk.
"Yaa, aku masih ingat, kenapa?"

1605
"Ternyata orang menulis surat peringatan dan diam diam
melindungi keselamatanmu itu tak lain adalah dia"
"Apa? Dia?" teriak Han Siong Kie penuh emosi, saking
kagetnya hampir saja dia melompat bangun.
"Benar, belum lama berselang secara kebetulan aku telah
berjumpa dengannya, dan dialah yang memberitahukan
segala sesuatunya padaku, diapun sudah mengetahui pula
hubungan kita berdua hubungan kita berdua sebagai teman,
yaa .... Go siau bi adalah seorang perempuan yang baik,
sayang... sayang kita datang terlambat satu langkah"
"Hanya selisih satu langkah, tapi rasa sesal akan diderita
sampai akhir jaman, beginilah kalau takdir mempermainkan
manusia."
Dengan lemas Han Siong Kie duduk terpekur disisi
pembaringan, digenggamnya sepasang tangan Go siau bi yang
lembut itu erat erat, sepasang matanya langsung menatap
wajahnya yang pucat tanpa emosi itu dia merasa amat
berdosa, berdosa terhadap gadis yang malang itu.
Semua cinta kasihnya telah ia berikan kepada Tonghong
Hui tapi dia tidak memberi apa apa kepadanya, padahal justru
dialah calon istrinya, sekalipun perkawinan itu terjadi karena
suatu paksaan, tapi ia tak dapat menyangkal bahwa selama ini
Go siau bi selalu mencintainya .
Dia tak pernah memberikan apa apa kepada gadis itu, tapi
gadis ini telah memberikan cinta pertamanya kepada dirinya,
ia telah membayar suatu harga yang tinggi bagi cintanya itu.
"Aaah....ada jalan" tiba-tiba Buyung Thay berteriak sambil
memukul tepi pembaringannya keras-keras.
"Ada jalan apa?" cepat Han Siong Kiee bertanya sambil
melompat mendekat. "Kemungkinan besar Go siau bi tak akan
mati" teriak perempuan itu lagi penuh emosi. Kontan Han

1606
Siong Kie merasakan semangatnya berkobar, dengan gelisah
tanyanya.
"Jalan apa, yang berhasil kau temukan? cepatlah katakan
kepadaku"
"Tiba-tiba saja aku teringat akan seseorang, jika kau dapat
menemukan orang itu, kemungkinan besar Go siau bi akan
lolos dari kematian ...."
"Kau teringat kepada siapa??"
"sin ciu it cho ...."
"Manusia jelek dari sin ciu .... ?"
"Benar, hanya obat si mia kim-wan milik sijelek dari sin ciu
yang dapat menyelamatkan jiwanya"
"Tapi... Manusia jelek dari sin ciu itu berdiam dimana?
Apakah kau juga tahu?"
"Konon dia berdiam dalam gua salju dipuncak bukit Ciong
san yang berada diwilayah Thian see"
"Konon?,jadi kau sendiripun belum pasti kalau dia berdiam
disitu?"
"Benar, aku sendiripun kurang pasti" perempuan itu
mengangguk agak murung.
"si jelek dari sin ciu itu seorang laki laki ataukah seorang
perempuan...?"
"Aku dengar dia adalah seorang perempuan"
"oooh ....jadi sijelek dari sin ciu itu adalah seorang
perempuan? "
"Ehmm? Aku dengar perempuan itu bukan saja
tampangnya jelek sekali, bahkan wataknya juga anehnya
sampai tak ada tandingan, bahkan katanya tiga bagian lebih

1607
aneh daripada Hou thian it koay manusia paling aneh yang
tersohor namanya tempo dulu"
Han Siong Kiee merasa hatinya bergetar keras Hou thian it
koay? Bukankah dia adalah Tengkorak maut, pemilik dari
benteng maut yang menjadi kakek gurunya? Kalau begitu
kecuali guruku Mo-tiong ci mo, orang persilatan tak
seorangpun yang pernah bertemu muka dengan pemilik
benteng maut?
Karena berpikir demikian, maka sengaja dia pura pura
bertanya.
"Hou thian it koay? Manusia macam apakah dia? Apakah
kau juga tahu tentang orang itu?"
Buyung Thay geleng kepala.
"Aku belum pernah bertemu dengan makhluk itu, tapi aku
tahu dia adalah seorang makhluk yang sangat aneh, sudah
puluhan tahun lamanya tak pernah munculkan diri dalam
dunia persilatan"
"oooh ....begitu.?"
"Ah, buat apa kita membicarakan soal soal yang tak
penting? Lebih baik pokok pembicaraan yang penting saja dan
yang dibahas, oya, aku mempunyai obat ci goan wan sebotol,
obat itu dapat memperpanjang usia adik Bi selama tujuh hari,
asal dalam tujuh hari kau bisa mendapatkan obat mustika Si
mia kim wan itu, jiwanya pasti akan tertolong, sebaliknya
kalau engkau gagal entahlah, terpaksa kita harus pasrah pada
nasib"
"Dari sini sampai ke bukit ciong san belum tentu bisa
dicapai dalam tujuh hari, tempat itu jauh sekali, aku kuwatir
...."
"Terpaksa kau harus melakukan perjalanan dengan
mengerahkan segenap kemampuan yang kau miliki, ditinjau
dari tenaga dalam yang kau miliki sekarang, mungkin saja

1608
dalam tujuh hari mendatang kau sudah datang tiba kembali
disini??"
"Andaikata aku tidak berhasil menemukan si jelek dari Sin
Ciu itu, apa yang musti kulakukan-"
"Apalagi ? Tentu saja kita harus pasrah kepada nasib,
sebab siapapun tak akan mampu untuk menyelamatkan
jiwanya, adikku Tak usah kau pikirkan yang bukan-bukan,
sekarang lebih baik segeralah berangkat"
"Bagaimana dengan adik Bi??"
"Biarkan dia disini, aku akan merawat dan menjaganya
selama kau tak ada disampingnya"
"Kalau begitu, kuucapkan banyak terima kasih atas
bantuanmu ini, budi kebaikan tersebut dikemudian hari pasti
akin kubayar kembali kepadamu"
"Adikku, apa yang kau katakan?" seru Buyung Thay.
"Budi kebaikan yang pernah kuterima selama ini, suatu
ketika pasti akan kubayar kembali"
"Engkau toh menyebut aku cici dan aku memanggil adik
kepadamu, itu artinya kita adalah saudara sendiri, apakah
tidak kau rasakan bahwa perkataanmu itu sama artinya
dengan memandang asing atas diriku ? Atau mungkin kau
sudah tidak mau encimu ini lagi??"
"Heeeeh.... heeeeh... heeeeh... aku pikir panggilan kita
sehari-haripun memang lebih pantas untuk diganti saja" kata
Han siong Kie setelah berpikir sebentar, ucapannya itu ketus
dan lagi dingin.
Seperti disambar petir dengan terperanjat Buyung Thay
meloncat bangun, teriaknya dengan hati yang kaget den
penuh keCengangan:
"Kenapa ....? kenapa kita harus mengganti sebutan itu?
Katakanlah, katakanlah dengan jelas"

1609
"Aku .... aku rasa tanpa kuterangkan lagipun tentunya kau
sudah mengerti dengan sendirinya"
"Tapi aku tidak mengerti Aku benar-benar tidak mengerti,
ayoh katakanlah kepadaku, jelaskanlah kepadaku"
"Kau paksa aku untuk menerangkan juga kesemuanya itu
kepadamu??"
"Benar"
"Aku sudah tahu bahwa kau adalah Ratu tawon yang amat
tersohor namanya di kolong langit, aku...."
Paras muka Buyung Thay berubah sedingin es, matanya
yang lentik tiba tiba memancarkan sinar kebuasan, hawa
pembunuhan menyelimuti wajahnya yang cantik, secara
beruntun ia mundur beberapa langkah dengan gontai..
"Han siong Kie, kau terlalu memaksa orang sehingga berdiri
tersudut" teriaknya penuh kemarahan.
"Memangnya kau bukan orang yang kumaksudkan" tanya
Han siong Ki dengan agak tertegun.
"Benar, akulah si Ratu tawon yang kau maksudkan, tapi
tahukah engkau akan peraturanku?"
"Peraturan apa?"
"setiap kali ada yang menyinggung soal Ratu tawon
dihadapanku, maka orang itu akan kubunuh"
"Oooh... betapa keji dan berbisanya perempuan cantik ini,
tak kusangka mukanya yang begitu cantik sebetulnya memiliki
hati yang berbisa ....." pikir Han siong Ki dalam hati.
"Apakah aku juga akan kau bunuh?" selang sesaat
kemudian dia balik bertanya.
"Mungkin, kalau itu memang perlu maka aku terpaksa
harus melakukan juga"

1610
"Aku tahu kalau engkau tak akan mampu untuk melakukan
keinginanmu itu dengan leluasa"
"Kau jangan terlampau percaya pada kekuatan sendiri,
siapa tahu kau lagi sial?"
"Jadi kau ingin coba coba untuk menjajalnya?" tantang
anak muda itu sambil pasang kuda kuda.
Pelan pelan Buyung Thay membuka sepasang tangannya,
ditangan sebelah kiri tampaklah jarum jarum Toh hun ciam
yang amat lembut bagaikan bulu kerbau, sedangkan ditangan
sebelah kanan terdapat sebutir peluru berwarna hitam yang
besarnya seperti telor itik.
"Han siong Kie" kata perempuan itu sambil menahan
geramnya, "jarum jarum Toh hun ciam tak sampai mencabut
nyawamu tapi peluru toh hun-tan ini dapat menghancur
lumatkan badanmu jadi berkeping keping.... ayolah kalau ingin
mencoba"
Han siong Kie merasa amat terperanjat ketika mendengar
ancaman itu, dia tahu yang dimaksudkan sebagai peluru
pembetot sukma itu pastilah sebangsa Pek lek tan yang
mempunyai ledakan amat dahsyat.
Andaikata benda seperti itu diledakkan dalam kamar yang
luasnya cuma beberapa meter persegi itu, niscaya dia bakal
hancur tak berbekas, kendatipun tenaga dalam yang
dimilikinya cukup sempurna.
Pemuda itu tak berani main main, apalagi Go siau bi masih
berbaring disampingnya, mungkin dia selamat kalau terjadi
ledakan, tapi bagaimana dengan nona itu?
"Han siong Kie" Perempuan baju merah yang cantik itu
segera menegur sambil menahan geramnya: "aku toh tak
pernah bersalah apa apa kepadamu, mengapa kau bersikap
sekasar itu padaku?"

1611
Han siong Kie gelagapan dibuatnya, benar Buyung Thay tak
pernah berbuat kesalahan apa apa kepadanya, malahan dua
kali menyelamatkan jiwanya dari bahaya maut, andaikata
tiada pertolongan dari perempuan itu, mungkin dia tak akan
hidup sampai hari ini.
Meski demikian, ia merasa timbulnya suatu perasaan yang
aneh, ia merasa dirinya ditipu mentah-mentah, dan hal ini
menimbulkan perasaan tak puas dalam hati kecilnya.
"Mengapa kau tipu diriku?" akhirnya pemuda itu berteriak
lantang.
"Menipu? Kapan aku telah menipu engkau?"
"Engkau toh mengaku sebagai seorang perempuan yang
bernasib jelek? Kau telah menipu perasaanku, kau menipu
cinta kasihku" teriak Han siong Kie semakin keras.
Mendengar perkataan itu, Buyung Thay merasakan hatinya
agak bergerak, roman mukanyapun ikut berobah jadi lebih
lembut dan halus.
Ucapan tersebut sama halnya dengan membongkar rahasia
hati Han siong Kie, tanpa disadari pemuda itu, seolah olah
menyatakan bahwa dia mencintainya, tapi cinta macam begini
dirasakan sebagai suatu cinta karena tekanan, suatu reaksi
secara langsung, karena perempuan itu teramat cantik, sebab
jika dalam perasaannya sama sekali tak ada bayangan tentang
dirinya, maka diapun tak akan begitu gusar atau marah oleh
perbuatannya dimasa lampau.
Kadangkala antara cinta dan dendam memang tak dapat
dipisah pisahkan, seringkali kedua hal itu berkembang terus
hingga akhir masa.
"Apakah kau menemukan bahwa diantara kata-kataku dulu
ada yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya?"
"Sejak dua puluh tahun berselang kau telah menghebohkan
dunia persilatan sehingga dikenal orang sebagai Ratu tawon,

1612
kau pernah kawin, kau punya kepandaian merawat muka
sehingga menutupi usiamu yang sebenarnya ......."
"Tutup mulutmu" tukas Buyung Thay sambil membentak,
"Han siong Kie jadi menurut pandanganmu aku Buyung Thay
adalah seorang perempuan jalang yang tak tahu malu? Kau
anggap aku adalah seorang janda cabul yang suka main lakilaki?
Terus terang kukatakan kepadamu, dugaanmu itu keliru
besar, aku bukan perempuan rendah seperti yang kau
bayangkan, memang benar aku pernah kawin, tapi tahukah
engkau laki laki macam apakah Yu Pia lam itu .....? Dia adalah
seorang laki laki impotent, dia sama sekali tak mampu untuk
melakukan hubungan cinta sebagai suami dan istri"
"Haaahhh....?Jadi Thian che kaucu Yu Pia lam tak dapat
berfungsi sebagai laki laki normal?" ulang Han siong kie
dengan perasaan kaget heran dan tidak habis mengerti.
Setelah mendengar berita tersebut, pemuda itu mulai
berpikir, kalau benar Yu Pia-lam impotent dan tak mampu
melakukan hubungan seks, lalu mengapa ibunya si siang go
cantik ong cui ing menikah dengan Thian che kaucu itu.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka cuma
menjadi suami istri dalam nama saja, sedang kenyataannya
mereka bukanlah suami istri yang sebenarnya, kalau memang
begitu mengapa mereka hidup secara damai selama puluhan
tahun lamanya? Ataukah mungkin dibalik kesemuanya itu
terdapat hal-hal yang tak beres?
Atau mungkin juga perkataan dari Buyung Thay sekarang
hanyalah kata kata bualan belaka ?
"Han siong Kie, tentunya engkau tidak percaya bukan??"
kembali Buyung Thay bertanya dengan wajah emosi.
"Tapi... apa... apa sangkut pautnya persoalan itu dengan
diriku??"

1613
"Bagimu mungkin tak penting, tapi persoalan itu penting
sekali hubungannya dengan aku, apakah kau hendak
membuktikan kebenaran dari ucapanku itu??"
"Bukti? Bagaimana membuktikannya?"
"Akan kuijinkan dirimu untuk membuktikan sendiri, apakah
sampai sekarang tubuhku masih perawan atau tidak"
Berbicara sampai disitu, tak tahan lagi dua titik air mata
jatuh berlinang membasahi pipinya.
Hampir saja Han siong Kie tidak percaya dengan apa yang
didengar telinginya, Ia tak menyangka kalau Buyung Thay
berani mengucapkan kata kata yang begitu berani dan tak
tahu malu.
Membuktikan sendiri perempuan itu masih perawan atau
tidak? Merah padam wajah sianak muda itu karena jengah,
jantungnya berdebar keras, ditatapnya perempuan yang cantik
jelita itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Yaa, bukan hanya Han siong Kie, orang lainpun tak nanti
akan menyangka kalau perempuan secantik itu berani
mengucapkan kata kata yang tahu malu ......
Padahal andaikata Buyung Thay tidak merasa gelisah
bercampur cemas, dia sendiripun tak akan mengucapkan kata
kata seperti itu.
"Han siong Kie" katanya sambil membesut air matanya,
"sekarang calon istrimu berada disini, tapi aku sama sekali
tidak merasa cemburu, akupun tak bisa mendapatkan apa-apa
dari badanmu, meski demikian, kita dapat saling berkenalan,
itu tandanya kalau ada jodoh, kalau toh engkau memandang
hina kepadaku, akupun tak ingin memohon apa apa
kepadamu, memandang diatas wajah perempuan yang masih
suci bersih ini untuk sementara waktu aku akan tetap tinggal
di sini untuk melindungi keselamatannya, Nah, kau boleh pergi
sekarang"

1614
Han siong Kie tidak segera memberikan tanggapannya,
diam-diam diapun berpikir:
"Berita sensasi yang tersiar dalam dunia persilatan tak
boleh dipercaya dengan begitu saja, bukankah sucouku si
Tengkorak maut juga dilukiskan sebagai seorang gembong
iblis tua yang berhati keji dan banyak melakukan kejahatan?
Tapi kenyataannya toh tidak begitu? Aaaaii ....apa yang dia
katakan memang benar, orang yang bisa saling bertemu lalu
berkawan itu tandanya berjodoh, buat apa aku musti
mempersoal-kan masalah itu secermat cermatnya...??"
Berpikir sampai disitu, rasa menyesalpun segera timbul dari
hati kecilnya, cepat dia menjura seraya berkata:
"cici yang baik, mungkin memang akulah yang bersalah,
harap engkau bersedia mengampuni kesalahanku itu"
Buyung Thay duduk sambil terisak. rupanya ia merasa
seperti mendapat penghinaan yang tak terkirakan, wajahnya
ditutupi dengan tangan, air mata bercucuran amat deras...
Keadaan Han siong Kie waktu itu betul betul serba salah,
untuk menghilangkan kegusarannya, ia maju menghampiri Go
siau bi dan mengamati gadis itu beberapa saat.
Tiba tiba hatinya terasa jadi kecut, seandainya ia tak dapat
kembali dalam batas waktu tujuh hari bagaimana dengan
gadis ini? Bagaimana pula jika ia tak berhasil mendapatkan
obat si mia kim wan?
Akibatnya mengerikan sekali, anak muda itu tak berani
membayangkan lebih jauh .......
"Adik Bi" akhirnya pemuda itu berbisik dengan sedih "aku
akan berangkat, dalam tujuh hari aku pasti akan tiba kembali
disini"
Tentu saja Go siau bi tidak menunjukan reaksi apa apa,
bahkan andaikata tiada obat ci goan-wan dari Buyung Thay

1615
yang melindungi denyutan jantungnya, mungkin sejak tadi
jiwanya sudah berpulang kealam baka.
"cici, segala sesuatunya kutitipkan padamu, semoga kau
bersedia melindungi jiwanya selama aku tak berada disini, aku
berangkat sekarang juga" pinta anak muda itu.
Buyung Thay mengangguk lirih, ditatapnya anak muda itu
sekejap dengan pandangan sedih, lalu katanya:
"Adikku, semoga kau berhasil dan mencapai sukses,
kuharap kau bisa jaga diri baik baik sepanjang jalan"
Bila kita tinjau dari tatapan mata Buyung Thay sekarang
dapat kita buktikan bahwa perempuan itu memang benar
benar mencintai Han siong Kie sehingga hampir tak dapat
menguasai diri, tapi kemungkinan besar perempuan itupun
sadar bahwa dia tidak mungkin bisa menikah dengan pemuda
yang dicintai itu, maka mau tak mau dia musti menarik diri
dari percaturan cinta tersebut.
Buyung Thay memang memiliki kepandaian untuk merawat
wajahnya sehingga tetap awet muda, meski begitu ia tak
dapat menipu diri sendiri, ia tahu usianya tahun ini sudah
mencapai empat puluh tahun lebih, apa mau d ikata justru
dengan usia setua itu dia baru pertama kali merasakan
bagaimana rasanya orang jatuh cinta, tapi apa mau dikata
kalau cinta itu tidak menghasilkan apa-apa, ia merasa
lembaran hidupnya tetap putih dan kosong.
Pelan pelan Han siong Ki mendekati istrinya dan mencium
jidatnya dengan hangat, ketika ia mengangkat kembali
kepalanya, tampaklah Buyung Thay sedang menghadang
kearahnya dengan sinar mata murung cemburu dan penuh
daya rangsangan.
Menyaksikan kesemuanya itu, Han siong Kie merasa
hatinya tergoda, tiba tiba timbul ingatan untuk mencium pula
perempuan itu ....

1616
Tapi ia dapat mengendalikan perasaan itu, ia tahu akibat
dari ciuman mesranya nanti akan mengerikan sekali .....
Memang cinta bagaikan sebuah bendungan sungai, bila
sebuah lubang kecil yang mengakibatkan kebocoran tidak
segera disumbat, akibatnya seluruh bendungan itu bakal
hancur dan ambrol.
"cici, aku mau pergi dulu, selamat tinggal" akhirnya
pemuda itu berbisik lirih.
Ia tak berani memandang perempuan itu terlalu lama,
sebab kecantikan wajahnya mungkin dapat merubah pikiran,
maka begitu selesai berpesan, cepat-cepat dia keluar dari
ruangan itu dan kabur dari puncak bukit si sin gan.
sepanjang perjalanan ia berlarian dengan cepatnya,
pelbagai ingatan serasa berkecamuk dalam benaknya, sering
kali persoalan yang dihadapi manusia memang dapat
melampaui batas daya pikirannya, sekalipun engkau cerdik,
suatu ketika toh akan ditemui juga masalah masalah pelik
yang tak dapat kau pecahkan.
seperti halnya dengan pembantaian secara besar-besaran
diperkampungan keluarga Han oleh manusia yang menyaru
sebagai Tengkorak maut, mengapa ia membiarkan ibunya
seorang tetap hidup didunia ini?
Mengapa ibunya bersedia untuk menikah lagi dengan
seorang laki-laki yang impotent dan hakekatnya tak akan
mampu melakukan tugasnya sebagai seorang laki laki?
Benarkah ibunya begitu kejam dan berhati racun sehingga
bukan saja tak mengubris dendam sakit hati dari suaminya
bahkan anak kandung sendiripun tak mau diakui?
selang sesaat kemudian, pemuda itu sudah menuruni bukit
tersebut dan melakukan perjalanan ditengah jalan.
Berpuluh-puluh li sudah ia melanjutkan perjalanannya
dengan cepat, mendadak dari kejauhan muncul sesosok

1617
bayangan manusia berwarna merah darah, orang itu
mendekat dengan badan sempoyongan, rupanya menderita
luka yang cukup parah.
Makin lama orang itu makin dekat, akhirnya dapat terlihat
jelas bahwa orang itu memakai baju merah...
Bukan Dia tidak memakai baju merah, orang itu adalah
seorang pemuda yang bermandikan darah kental, sehingga
dipandang dari kejauhan dapat terlihat seakan akan dia
memakai jubah berwarna merah.
"saudara, harap berhenti" cepat Han siong Ki menghadang
ditengah jalan merintangi kepergian orang itu.
-ooo0dw0ooo-
Bab 88
PEMUDA yang berlepotan darah itu mendengus tertahan
lalu menghentikan langkahnya, tubuh yang sudah basah oleh
darah itu kelihatan masih juga gontai seperti mau jatuh.
"Sahabat, siapakah kau? Ada urusan apa kau hadang jalan
perginya?" tegur orang itu kemudian dengan susah payah.
"Aaaaah,..! Kau.... kau..., kau adalah...!" dengan
pandangan kaget dan tercengang Han-siong Kie menatap
pemuda tersebut, saking emosinya dia tak sanggup
melanjutkan kata-katanya.
Rupanya Pemuda itupun sudah merasa bahwa mereka
saling mengenal, betul juga, setelah diamati dengan seksama
ia lantas memanggil dengan suara gemetar. "Han suko.."
-ooo0dw0ooo-
Jilid 43

1618
UAAAK Tiba tiba darah kental memancar keluar dari
mulutnya, tubuhnya mundur kebelakang aggk terhuyung.
Berdiri semua bulu kuduk Han siong Ki menyaksikan
keadaan orang itu, dia merasa sekujur badannya mengejang,
pemuda bermandi darah itu tak lain adalah Thio sau kun,
putra tunggal dari paman gurunya si naga tangan beracun
Thio Lin.
"Adik Kun, aku disini. Apa yang terjadi dengan kau?
Katakanlah, cepat katakan padaku" seru Han siong Ki sambil
membimbing tubuhnya.
Thio sau kun sudah tak mampu berbicara apa-apa lagi,
tiba-tiba dia tarik napas panjang panjang lalu terkulai ke atas
tanah dan jatuh tak sadarkan diri.
Han siong Ki kaget sekali, secepat kilat ia sambar tubuhnya
dan membopong pemuda itu kebawah pohon ditepi jalan..
Pemuda itu akan memeriksa luka tubuhnya, tapi sebelum
suatu tindakan sempat dilakukan, desingan angin tajam telah
menggema memecahkan kesunyian, beberapa sosok
bayangan manusia dengan membawa deruan angin keras
melayang turun dibelakangnya.
"Lepaskan orang itu dan letakkan diatas tanah" seseorang
berkata dengan suara yang menyeramkan.
Han siong Kie tidak memberi tanggapan apa-apa, malahan
ia berlagak seakan-akan tidak mendengar perkataan itu,
pelan-pelan ia berjalan ke bawah pohon ditepi jalan sana lalu
membaringkan Thio sau kun keatas, sesudah itu pemuda
tersebut baru berpaling.
Tapi apa yang kemudian dilihatnya membuat kemarahan
Han siong Kie meluap luap. hawa napsu membunuhnya
menyelimuti seluruh wajahnya, sekali melompat tahu tahu ia
sudah berada tiga kaki jauhnya dari posisinya semula.

1619
Enam orang kakek berjubah panjang telah berdiri berjajar
dihadapannya, salah satu diantaranya memakai jubah hitam
dengan sulaman matahari rembulan dan bintang didadanya,
orang itu dikenalnya karena pernah mengikuti Thian che
kaucu mengejarnya.
Empat orang lain adalah empat dari Thian chepat siok
(delapan bintang dari Thian che kau) dan sedang pelindung
hukum berbaju kuning.
Tentu saja mimpipun keenam orang kakek itu tak
menyangka kalau orang yang mereka hadapi sekarang tak lain
adalah Manusia muka dingin, ketua dari perguruan Thian lam
yang mereka segani, kontan saja paras mukanya berubah
hebat, untuk sesaat mereka berdiri tertegun dan tak tahu apa
yang musti dilakukan.
Han siong Kie bukan orang bodoh, cukup dalam sekilas
pandangan saja dia sudah tahu kalau Thio sau kun terluka
ditangan orang orang itu, hanya dia heran mangapa Thio sau
kun bisa di lukai orang orang perkumpulannya ?
Padahal seingatnya pemuda itu adalah ketua muda
perkumpulan Thian che kau, bahkan sudah menjadi anak
angkatnya Yu Pia lam, apa yang sebenarnya telah terjadi??
"ooooh....jadi orang ini terluka ditangan kalian bersama?"
tegurnya kemudian dengan suara dingin.
"Benar" jawab utusan khusus perkumpulan Thian cie kau
yang rupanya merupakan pemimpin rombongan itu dengan
sinar mata mengkilap.
"Apakah tujuan kalian hendak mencabut nyawanya?"
kembali pemuda itu menegur dengan suara ketus.
"Itu urusan rumah tangga perkumpulan kami, buat apa kau
musti mencampurinya?"

1620
"Heeehhh .... heeehh....heeehh tapi sayang aku sudah
memutuskan untuk mencampuri urusan ini, kalian mau apa?"
Han siong Kie mengejek sambil tertawa dingin.
Paras muka keenam orang kakek itu segera berubah hebat,
malahan pelindung hukum baju kuning itu menerjang kedepan
dan menubruk kearah Thio sau- kun yang berada tiga kaki
dihadapannya dengan memanfaatkan kesempatan tersebut.
"Bangsat rupanya kau pingin mampus" bentak Han siong
Kie penuh kegusaran, telapak tangannya secepat sambaran
kilat segera diayun kedepan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat.
"Blaaang...." diiringi dengusan tertahan kakek baju kuning
itu tersapu telak oleh serangan maut itu hingga mencelat
sejauh dua kaki lebih untuk tak dapat bangun lagi.
Utusan untuk Thian che kau yang menjadi pimpinan
rombongan itu cepat mengerling sekejap ke arah empat orang
kakek lainnya, lalu telapak tangannya bekerja cepat
memancarkan dua pukulan dahsyat ke arah Han siong Kie,
sementara empat kakek lainnya dari empat arah yang
berlainan menerjang ke tubuh Thio sau kun yang menggeletak
di tanah itu.
Kemarahan Han siong Kie tak terkendalikan lagi, sebuah
pukulan dahsyat segera dilancarkan ke depan setelah itu
dengan gerakan cahaya kilat lintasan bayangan dia melayang
kembali ke hadapan Thio Sau kun, kedatangannya itu persis
menyongsong gerakan tangan dari dua orang diantara empat
kakek yang akan mencengkeram tubuh Thio sau kun.
"Blaaang.... Blaaang...." dua jeritan ngeri berkumandang
memecahkan kesunyian, tahu tahu dua orang kakek itu
mencelat kebelakang dan tewas seketika itu juga.
Melihat rekannya mampus, dua orang kakek lainnya jadi
panik, cepat-cepat mereka menarik diri dan melompat mundur
dari sana.

1621
Utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu segera
membentak keras, sekali lagi dia melancarkan serangan
dahsyat kearah Han siong Kie.
Pada saat itu pikiran Han siong Kie hanya tertuju pada
keselamatan Thio sau kun, dia tak ingin membuang banyak
waktu, si mi sinkangnya andalannya dikerahkan mencapai
sepulung bagian, dengan menciptakan segumpal kabut
berwarna putih, dia gulung tubuh musuhnya itu.
"Duuukk:.." jeritan ngeri menggelegar diangkasa, utusan
khusus dari Thian che kau itu muntah darah segar dengan
sempoyongan badannya mundur sejauh satu meter lebih dari
posisinya semula.
"Mundur..." teriaknya cepat.
Tiga sosok bayangan manusia melarikan diri terbirit birit
dari tempat itu, dalam sekejap mata bayangan tubuh mereka
telah lenyap dari pandangan mata.
Han siong kie segan untuk memperhatikan musuhmusuhnya
lagi, setelah tiga orang itu melarikan diri, cepat
cepat dia menghampiri Thio sau-kun dan memeriksa tubuhnya
dengan seksama, di lihatnya anak muda itu berbaring dengan
mata terpejam, mukanya pucat seperti mayat, napasnya amat
lemah dan terputus putus, ketika nadinya diperiksa dengan
teliti, hampir saja dia menjerit karena kaget, semua nadi
penting ditubuhnya sudah putus, isi perutnya sudah geser.
Tampaknya malaikat turun dari kahyanganpun belum tentu
bisa menyelamatkan jiwanya lagi.
Tanpa terasa air mata jatuh berlinang membasahi pipinya,
dan menetes diatas wajah Thio sau- kun.
Putra tunggal dari Thio su sisok sudah tak ada harapan lagi
untuk hidup, padahal paman gurunya dengan susah payah
telah menyelamatkan jiwanya dan memelihara dia sampai

1622
dewasa, budi kebaikan ini tak mungkin bisa dibalas lagi untuk
selamanya
Han siong Ki merasa sedih sekali, hatinya terasa hancur
berantakan, rasa dendam, benci dan sedih bercampur aduk
menjadi satu dalam hatinya.
Dengan cepat ia totok beberapa buah jalan darah penting
di tubuh pemuda itu, kemudian menempelkan telapak
tangannya diatas jalan darah Thian in hiat dan menyalurkan
tenaga dalamnya ke tubuh sau kun.
Beberapa saat kemudian,Thio sau kun membuka matanya
kembali, dengan tak bertenaga ia menggerakkan bibirnya
seperti akan mengucapkan sesuatu, namun tak sepatah
katapun yang keluar.
"Adik kun.... adik kun.... " bisik Han siong Ki dengan
perasaan seperti disayat sayat.
Akhirnya Thio Sau-kun dapat bersuara, meski pun suaranya
lembut seperti suara nyamuk:
"Suko....aku...aku sudah tak sanggup lagi...sungguh
menyesal aku tak.....tak dapat membalas sendiri sakit
hatiku.....ooooh....aku tak kuat lagi....."
Nafasnya tersengkal-sengkal seperti dengusan kerbau,
selang sesaat kemudian dia baru melanjutkaa:
"Bee....benda dalam sakuku....too...tolong serahkan pada
ibu....jaa....jangan sampai hilang....bi.....bila
perlu....li....lindungi dengan segenap jiwa....ra .....ragamu..!"
Tiba-tiba kepalanya terkulai, Thio Sau-kun menghembuskan
nafasnya yang penghabisan.
"Adik Kun.......! Adik Kun.......!" teriak Han-siong Kie
memilukan hati, tapi.....dia tak mungkin bisa menghidupkan
pemuda itu lagi, Thio Sau-kun telah memejamkan mata untuk
selama lamanya.

1623
Paman gurunya telah mati, putra tunggalnyapun ikut mati,
sedang ia sendiri gagal membalas dendam bagi sakit hati
keluarganya, malahan sampai sekarang tak tahu siapakah
pembunuh keluarganya dia merasa titik darah segar menetes
didalam hati nya.
Dibelainya tubuh Thio Sau-kun yang kaku dan mulai
mendingin itu dengan pandangan kosong, si nar matanya
memandang awan yang berada diangkasa dengan termangumangu.
Terlalu besar budi yang psraah diterimanya dari sitangan
naga beracun Thio Lin, tapi selamanya ia tak akan mampu
untuk membalas semua budi kebaikan itu lagi.
Kematian Thio Sau-kun memberikan pukulan batin yang
sangat berat baginya, dia merasa seakan akan hatinya disayat
dengan pisau, dan penderitaan itu akan dibawanya sampai
akhir dari kehidupannya.
Malam semakin larut, bintang betaburan diangkasa, angin
berhembus lirih dan suasana amat sepi, ia masih berdiri kaku
bagaikan sebuah patung arca, sama sekali tak bergerak.
Malam hilang, pagipun menjelang.......fajar menyingsing
diufuk sebelah timur......
Embun pagi telah membasahi bajunya, tapi dia tidak
merasa, sepasang tangannya masih memegang mayat Thio
Sau-kun yang telah kaku, kesedihan yang kelewat batas
membuat ia seperti orang linglung.
Tiba-tiba....satu ingatan terlintas dalam benaknya,
membuat pemuda itu tersadar kembali, ia teringat oleh
tugasnya yang belum selesai, yang sudah mati biarkan mati,
yang pasti keselamatan Go Siau-bi yang menantinya dibukit
Si-sin-gan berada dak.m cengkeramannya.

1624
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, memandang ma yat Thio
Sau-kun yang masih berpelepotan darah beberapa titik air
mata kembali mengucur keluar membasahi pipinya
Dia teringat kembali kata-kata yang diucapkan Thio Saukun
sesaat menjelang kematiannya......
"Sungguh menyesal aku tak dapat membalas sakit hatiku
dengan tangan sendiri......" Siapa yang menjadi musuhnya ?
Dia pun berkata begini : "benda dalam saku-ku ini
serahkanlah kepada ibu, bila perlu harus lindungi dengan
nyawa sendiri......."
Itu berarti ibu yang dimaksudkan tentulah ibu nya sendiri si
Siang-go cantik Ong Cui-ing.......
Tapi... mengapi harus diserahkan kepada ibunya?
Benda apakah yang harus diserahkan kepada i-bunya?
Mengapa harus dilindungi dengan pertaruhan jiwa raga?
Dia merogoh kedalam saku Thio-Sau-kun dan mengambil
keluar sebuah bungkusan kecil, besarnya setengah depa
dengan tebal satu cun, pelbagai ingatan segera berkecamuk
dalam benaknya.."
Sesaat kemudian dia memutuskan untuk membuka dahulu
bungkusan itu dan memeriksa isinya, siapa tahu dari benda
dalam bungkusan itu dia dapat mengungkap teka-teki dibalik
kematian Thio Sau-kun ditangan orang-orang perkumpulan
Thian che-kau?
Baru saja bungkusan itu akan diperiksa ...tiba-tiba suara
tertawa dingin yang mengerikan berkumandang dari belakang.
Si anak muda itu sangat terperanjat, serta merta dia
masukkan bungkusan itu kedalam sakunya kemudian bagaikan
anak panah yang terlepas dari busurnya dia melayang dua
kaki dulu kedepan sebelum putar badan.....

1625
Darahnya langsung tersirap. hawa amarah berkobar dalam
padannya setelah mengetahui siapakah manusia berkerudung
dan dua orang kakek lainnya yang saat itu berdiri di
hadapannya.
Orang itu tak lain adalah Thian che kaucu Yu Pia lam serta
dua orang utusan khusus Thian che kau, malahan salah
seorang diantaranya tak lain adalah utusan khusus yang
mengejar Thio sau kun kemarin dan akhirnya berhasil kabur
dengan membawa luka itu.
Mayat Thio Sau kun yang berlepotan darah belum sampai
dikebumikan, ternyata pembunuhnya telah datang kembali
menjadi gara-gara, kejadian ini sama sekali diluar dugaan.
Dengan sepasang matanya yang tajam bagaikan sambaran
kilat, Thian che kaucu Yu Pia lam menyapu sekejap wajah Han
siong Kie, kemudian sambil mengalihkan pandangannya
keatas tubuh Thio sau kun dia berkata: "Geledah sakunya"
Dua orang utusan khusus itu mengiakan dengan hormat,
salah seorang diantaranya pelan pelan maju ke depan
menghampiri mayat Thio sau kun yang membujur ditanah itu.
"Bangsat! Rupanya kalian memang ingin mampus" bentak
Han siong Kie dengan marah, desingan angin serangan
secepat kilat menyambar kearah depan.
Agaknya utusan khusus itu cukup memahami kelihayan
ilmu jari Tong kim ci, ketika merasakan datangnya ancaman,
cepat cepat badannya berkelebat dan menyingkir kesamping.
Thian che kaucu Yu Pia lam tidak berpeluk tangan belaka,
pelan-pelan dia maju tiga langkah ke depan, lalu dengan suara
yang penuh hawa pembunuhan katanya:
"Manusia bermuka dingin, sungguh tak kusangka begitu
cepat kita akan berjumpa kembali"
"Heeehhh... heehhh.... heeehhh.... Yu Pia lam, pertemuan
macam beginilah yang sangat kuharapkan, menggunakan

1626
kesem-patan ini kita harus segera membereskan juga semua
hutang baru dan hutang lama diantara kita berdua"
"Hehhmmm... aku kuatir kalau kepandaianmu masih selisih
jauh bila ingin digunakan umtuk membuat perhitungan"
"Hmmm tak usah tekebur dulu, sebentar kau mengetahui
sendiri sampai dimanakah kepandaian silat yang kumiliki"
Pada saat itulah utusan khusus yang kemarin melarikan diri
itu sudah mendekati mayat Thio sau kun dan mencengkeram
kearah dadanya.
"Bangsat, hari ini kau tak akan lolos dalam keadaan
selamat" teriak Han siong Kie penuh kemarahan.
Ilmu gerakan tubuh cahaya melintas bayangan dikerahkan
dengan sepenuh tenaga, hanya sekali menggelegar tahu tahu
dia sudah dibelakang punggung utusan khusus itu jari
tangannya yang dibengkok kan langsung mencengkeram
kemuka...
"Bangsat, kau ingin mampus rupanya" bentak Thian che
kaucu pula sambil secepat kilat melancarkan pula sebuah
pukulan yang maha dahsyat.
Ditengah jeritan kaget, tahu tahu Han siong Kie sudah
berhasil mencengkeram tubuh utusan khusus itu, sementara
hampir bersamaan waktunya desingan angin serangan tiba,
pula dengan hebatnya.
Han siong Kie cepat melompat kedepan menghindarkan diri
dari tibanya ancaman maut itu, lalu sambil mendengus dia
menjungkir balikkan tubuh si utusan khusus tadi dengan
kepala dibawah kaki diatas sepasang pahanya dicengkeram
erat erat dengan kedua belah tangannya...
"Manusia bermuka dingin, apa yang hendak kau lakukan?"
teriak Thian che kaucu dengan gusar.
"Mau apa? Aku akan suruh darahnya mengalir disini"

1627
"Hmm, kau berani?"
"Haaahhh.... haaahhh... haahhh... mengapa tidak berani?"
Ditengah gelak tertawanya yang amat keras seperti orang
kalap. sepasang lengannya direntangkan kesamping keras
keras...
"Kraaaak" diiringi jeritan ngeri yang menyayatkan hati,
percikan darah segar berhamburan kemana-mana, tahu-tahu
tubuh utusan khusus itu sudah dirobek oleh Han siong Kie
sehingga terbelah menjadi dua bagian, isi perutnya dan usus
yang bercampur darah segera mengalir keluar dan berceceran
diatas permukaan tanah, mengerikan sekali pemandangan
pada saat itu.
"Darah Haaahh.... haahhh... haahhh adik Kun coba lihatlah
darah kental telah mengalir membasahi seluruh permukaan
tanah, coba lihatlah, dimana-mana darah itu sama, darah itu
semuanya berwarna merah"
Tak terkirakan rasa gusar yang berkecamuk dalam benak
Thian che kaucu setelah menyaksikan peristiwa itu, dalam
suatu bentakan yang sangat nyaring secara beruntun dia
melancarkan dua buah pukulan berantai yang kesemuanya
disertai dengan tenaga pukulan yang tak terkirakan
dahsyatnya.
Han siong Kie tak berani bertindak gegabah, dia cukup
mengetahui sampai dimanakah dahsyatnya musuh yang
sedang dihadapinya sekarang, dia menarik kembali
senyumannya, segenap tenaga yang dimiliki nya segera
dihimpun untuk menyambut datangnya serangan tersebut
dengan keras lawan keras .....
Hembusan angin menderu deru, dalam suatu keadaan yang
sangat mengerikan bagaikan amukan angin taufan yang
menyapu segala-galanya, kedua belah pihak saling beradu
tenaga satu kali, alhasil kedua orang itu sama sama mundur
selangkah kebelakang.

1628
Tiba tiba Thian che kaucu seperti memahami akan sesuatu
hal, tiba tiba ia berkata dengan nada menyelidik
"Manusia bermuka dingin, barusan kau sebut anak
durhakaku ini sebagai adik Kun? Apakah dia adikmu?"
"Hmm Yu Pia lam, memangnya dia adalah putramu?" balas
Han siong Kie sambil mendengus penuh penghinaan.
"Kalau dia bukan anakku lalu siapa? semua orang yang
berada dalam dunia persilatan toh sudah tahu bahwa dia
adalah ketua muda dari perkumpulan Thian che kau?"
"Kenapa kau kirim orang untuk membinasakan dirinya?
Ayoh jawab mengapa kau kirim orang untuk membunuhnya?"
"Karena dia telah melanggar peraturan perkumpulan, maka
dia harus dijatuhi hukuman yang setimpal"
"Ciss Tak tahu malu, Yu Pia lam wahai Yu Pia lam, kau
benar benar seorang manusia yang tak tahu malu,
memangnya kau bisa beranak?"
Ketika ucapan tersebut diutarakan keluar, tiba-tiba saja
sekujur badan Thian che kaucu Yu Pia lam menggigil keras
menahan rasa terkejutnya yang bukan kepalang, tanpa sadar
dia mundur tiga langkah ke belakang, sekalipun semua orang
tak dapat menyaksikan bagaimana perubahan wajahnya
dibalik kain kerudung hitamnya itu tapi dari gerak geriknya
siapapun akan tahu bahwa jago lihay tersebut benar benar
merasa amat terperanjat.
"Bangsat cilik, apa kau bilang?" teriaknya sambil menahan
geram yang berkobar kobar.
"Aku bilang, bahwa dalam hidupmu didunia kali ini, jangan
bermimpi bisa punya anak, sebab kau adalah seorang laki laki
impotent, seorang laki laki yang tak mampu untuk melakukan
tugasmu sebagai seorang laki laki yang normal"

1629
Saking gusarnya sekarang sekujur badan Thian che kaucu
sudah menggigil keras, dia tak menyangka kalau Han siong
Kie dapat mengetahui rahasianya yang paling besar, tentu
saja diapun merasa sangat heran, dari mana rahasia besarnya
ini bisa diketahui oleh orang lain.
Dari malu akhirnya dia menjadi gusar, dan dari gusar
akhirnya jadi kalap. Thian che kaucu berteriak dengan suara
bagaikan guntur. "Bajingan cilik, hari ini kau harus mampus
ditanganku"
Sepasang telapak tangannya tiba tiba di dorong kedepan,
yang satu segera berobah warna tadi putih seperti pualam
sedangkan telapak tangan yang lain berubah jadi hitam pekat.
Han siong Kie sendiripun agak terkejut ketika dilihatnya
pihak lawan sudah mengeluarkan ilmunya yang maha dahsyat
itu.
"Haaah? Dia sudah gunakan ilmu Han goan sin khi ....?"
pikirnya dalam hati.
Tentu saja anak muda itu tak berani gegabah, diam diam
hawa si mi sinkangnya juga disalurkan hingga mencapai pada
puncaknya.
Sekarang kedua belah pihak telah sama sama
mengeluarkan ilmu simpanannya yang disertai dengan tenaga
dahsyat itu, berarti suatu pertarungan antara mati dan
hiduppun tak dapat dihindari lagi.
Akhirnya gulungan hawa merah dan gulungan hawa putih
itu meluncur kedepan dan membentur satu dengan lainnya
.........
Suatu ledakkan dahsyat yang memekikan telinga
berkumandang ditengah udara dan mencabik-cabik kesunyian
yang mencekam disekitar tempat itu, dahsyatnya benturan itu
sampai pepohonan yang berada didekatnya ikut bergetar dan
bergoncang keras, pasir dan debu beterbangan diangkasa,

1630
wilayah seluas lima kaki dari tempat itu jadi gelap gulita sukar
melihat kelima jari tangan sendiri
Pertarungan ini boleh dibilang merupakan pertarungan
paling seru yang belum tentu bisa dijumpai dalam ratusan
tahun belakangan ini.
Ketika debu dan pasir sudah mereda kembali, jarak kedua
orang musuh bebuyutan itu sudah di tarik sampai selisih
empat kaki.
Paras muka Han siong Kie yang tampan berubah jadi pucat
pias seperti mayat, sedangkan keadaan Than che kaucu meski
tak dapat diketahui namun dari dadanya yang naik turun
seperti orang tersengkal, dapat diketahui bahwa keadaannya
tak jauh berbeda dengan keadaan sianak muda itu.
Pada saat itulah si utusan khusus tadi sudah berjalan
mendekati Thian che kaucu seraya berkata:
"Lapor kaucu, mayat itu sadah digeledah dengan seksama,
barangnya tidak ditemukan".
"Ehmm, kau boleh mengundurkan diri"
Si Utusan khusus itu mengiakan dan segera mengundurkan
diri sejauh beberapa kaki jauhnya dari tempat semula.
Menyaksikan kesemuanya itu, satu ingatan lantas terlintas
dalam benak Han siong-Kie, dia segera berpikir:
"sekarang tahulah aku, rupanya persoalan ini terletak pada
bungkusan kecil yang telah kuambil tadi""
Setelah kedua belah pihak saling berhadapan tanpa
melakukan suatu tindakan, akhirnya mereka mulai maju lagi
kedepan selangkah demi selangkah kemudian setelah kedua
belah pihak saling mendekat tiba tiba mereka saling
menyerang lagi dengan gencar dan hebatnya, ternyata kedua
orang itu sudah mulai melangsungkan pertarungan jarak dekat
yang jauh lebih seru dari pertarungan yang pertama tadi.

1631
Dalam waktu singkat kedua belah pihak telah saling
bertarung dua puluh gebrakan lebih, rupanya dalam
kesempurnaan jurus serangan, posisi Thian che kaucu lebih
unggul setengah tingkat.
Sejak mengetahui kalau Thio sau kun mati di tangan jago
jago Thian che kau, rasa benci Han siong Kie kepada musuh
bebuyutannya itu sudah lebih mendalam beberapa tingkat,
maka dalam melepaskan seranganpun ia tidak kepalang
tanggung, semua serangan dan ancaman ditujukan pada
bagian mematikan ditubuh lawan.
Karena itu tiga puluh gebrakan kemudian, ia telah berhasil
memaksa Thian che kaucu lebih banyak mempertahankan diri
daripada melakukan penyerangan, keadaan jadi keteter dan
setiap saat terancam bahaya maut, kendati begitu, untuk
menentukan siapa menang siapa kalah, paling sedikit mereka
harus bertarung tiga ratus gebrakan lagi.
Ditengah berlangsungnya pertarungan yang amat seru itu,
tiba tiba terdengar ujung baju tersampok udara
berkumandang dari kejauhan, menyusul kemudian tampaklah
dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat melayang turun kedalam arena pertarungan.
Atas kehadiran dua orang jago yang tak diundang itu, serta
merta baik Han siong Kie maupun Thian che kaucu sama sama
menghentikan pertarungannya dan berpaling kearah samping.
Ternyata dua orang yang baru datang itu adalah sepasang
muda mudi yang masih muda, tapi wajah mereka tampan dan
cantik jelita, bak sepasang malaikat dari kahyangan.
Cukup dalam sekilas pandangan saja, Han siong Kie sudah
mengenali siapakah muda-mudi yang baru datang itu, benar
mereka tak lain adalah Hek Pek siang yau yang telah berhasil
memulihkan kembali paras muka asli mereka, seng Khe ki dan
Hong Ing ing.

1632
Setibanya dihadapan Han siong Kie, kedua orang itu segera
jatuhkan diri berlutut sambil berkata:
"Tecu berdua datang mengunjungi ciangbanjin. semoga
selama ini ciangbunjin berada dalam keadaan sehat walafiat".
"Tak usah banyak adat, silahkan bangun"
"Terima kasih atas kemurahan ciang-bunjin"
"Eeeh .....bukankah kalian berdua bertugas didalam istana?
Mau apa datang kedaratan Tionggoan.....?" tegur Han siong
Kie dengan wajah tercengang dan tak habis mengerti.
Dengan suara lirih siluman hitam seng Keh ki lantas
menjawab
"Hasil rapat dari para goan lo yang diadakan dalam istana
memutuskan bahwa tecu suami istri berdua diwajibkan datang
kedaratan Tionggoan untuk membantu ciangbunjin, selain itu
membawa serta pula..."
"Aku sudah tahu apa yang kalian maksudkan, sekarang
boleh segera mengundurkan diri lebih dahulu" tukas anak
muda itu sambil mengulapkan tangannya. Dengan sikap yang
amat hormat Hek pek siang yau mengundurkan diri dari situ.
Mimpipun Thian che kaucu Yu Pia lam tak menyangka kalau
sepasang muda mudi yang berada dihadapannya sekarang
bukan lain adalah Hek pek siang yau sepasang manusia aneh
yang sudah menggetarkan namanya semenjak puluhan tahun
berselang, kalau tidak mungkin sejak tadi dia sudah ngeloyor
pergi dari situ.
Han siong Kie mendengus dingin, ia tak sudi memberi
waktu yang cukup bagi musuhnya untuk menghimpun kembali
tenaganya, begitu kedua orang mengundurkan diri, serentak
ia menerjang lagi kedepan, sepasang tangannya kontan
melancarkan serangan yang bertubi tubi keatas tubuh Thian
che kaucu. Dalam waktu singkat pertarungan sengitpun
kembali berkobar.

1633
Hek pek siang yau saling bepandangan sekejap suruh
mereka menganggur tanpa pekerjaan tentu saja sangat
menjemukan mereka berdua, maka tanpa banyak bicara lagi
kedua orang itu langsung menerjang kearah utusan khusus
Thian che kau yang berdiri beberapa kaki jauhnya dari arena
itu, kemudian menyerangnya secara gencar.
Ketika merasa diserang oleh dua orang muda-mudi yang
tak dikenal, tentu saja si utusan khusus itu sama sekali tak
pandang sebelah matapun terhadap musuhnya, malahan diam
diam ia memaki didalam hati:
"Bangsat yang tak tahu diri, rupanya kalian sudah bosan
hidup,"
Yaa, siapa yang menyangka. sepasang siluman hitam putih
adalah sepasang muda mudi yang tampan dan cantik? Andai
kata kedua orang itu tidak pernah makan Bak ci berusia seribu
tahun yang sangat mujarab, mungkin pada saat ini usia
mereka berdua sadah mencapai tujuh puluh tahunan.
Dua orang itu menyerang datang dari kiri dan kanan,
serangan serangan yang maha dahsyat itu semuanya tertuju
keatas tubuh utusan khusus itu
"Bangsat" teriak siluman hitam dengan dingin "kalau
engkau sanggul menerima tiga buah pukulanku, ku ampuni
selembar jiwa anjingmu untuk hari ini"
"Heehhh.... heeehhh... heeehhh... bajingan, hakekatnya
kau sendirilah yang sudah bosan hidup," teriak utusan khusus
itu sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Baik kalau kau tidak percaya ayoh menyeranglah lebih
dulu" seru siluman hitam dengan dahi berkerut.
Dari mana utusan khusus itu tahu kalau musuhnya lihay?
sambil membentak gusar sepasang telapak tangannya segera
direntang kan dan sekaligus menyerang kekiri dan keka nan,

1634
jurus serangannya aneh, sakti dan ganas, sukar ditemui
tandigannya dikolong langit.
Sayang musuh yang dihadapinya adalah gembong iblis
yang sudah tersohor namanya semenjak puluhan tahun
berselang, sekalipun serangannya lihay juga tak ada gunanya.
Siluman putih dan siluman hitam masing masing
melancarkan sebuah pukulan dahsyat, bukan saja dengan
sangat mudah berhasil memunahkan ancaman yang tertuju
ketubuh mereka, bahkan ke dua orang itu berhasil pula
mendesak lawannya sehingga harus mundur lima depa ke
belakang.
Bergidik hati si utusan khusus dari perkumpulan Thian che
kau itu setelah mengetahui kelihayan musuhnya, sekarang dia
baru mengerti bahwa ia telah menilai musuhnya terlalu
rendah.
"Haaahhh.... haaahh.... haaahh kunyuk, serangan tersebut
adalah serangan kami yang pertama" seru siluman hitam
sambil tertawa seram, "nah.. sekarang terimalah serangan
kami yang kedua"
Sambil membentak. kedua orang siluman itu masing
masing melancarkan sebuah pukulan dahsyat kedepan-
Si Utusan khusus dari Thian che kau itu sama sekali tidak
sempat untuk melakukan balasan, cepat cepat dia melompat
keudara dan melayang mundur delapan depa kebelakang.
"Sekarang adalah serangan kami yang ketiga dan engkau
bakal mampus dalam serangan kami ini" kembali siluman
hitam berseru sambil menyeringai seram.
Bayangan manusia terasa berkelebat lewat, tahu-tahu
suatu jerit kesakitan yang memilukan hati berkumandang
memecahkan kesunyian, sesosok mayat yang penuh
beriepotan darah teriempar ke belakang dan tak berkutik lagi
di atas tanah.

1635
Thian che kaucu sangat terperanjat mendengar jeritan
ngeri itu, dia tahu kembali anak buahnya menjadi korban
ditangan lawan, oleh karena pikirannya bercabang,
perlawananpun ikut menjadi kendor.
"Blaaang..." Han siong Kie segera manfaatkan kesempatan
itu dengan sebaik-baiknya, dia menerjang kedepan sambil
menyodok dada lawan, karena tak menyangka serangan
tersebut bersarang telak diatas dada lawan.
Yu Pia lam mendengus tertahan, dengan cekatan dia
melompat keluar dari arena pertarungan, tapi setelah
memandang kesekeliling tempat itu, hatinya jadi bergeridik
dan peluh dingin mengucur keluar membasahi tubuhnya, ia
tak berani berdiam terialu lama lagi disitu, segera serunya:
"Manusia muka dingin, sampai jumpa lagi lain
kesempatan...." tanpa banyak bicara dia segera berkelebat
dari situ dan kabur terbirit birit ....
Sambil menahan rasa geram dalam hatinya, Han siong Kie
mengawasi bayangan punggung Yu Pia lam yang menjauh itu
tanpa berkedip. lalu teriaknya keras keras:
"Yu Pia lam ingat baik baik perkataanku ini suatu ketika aku
pasti akan berkunjung lagi ke lian huan tan mu itu"
Menanti bayangan musuhnya lenyap tak berbekas, dia baru
menghampiri kembali mayat Thio sau kun dan
membopongnya, lalu pelan-pelan berjalan menuju kesebuah
bukit kecil tak jauh dari situ..
Hek pek siang yau membungkam dalam seribu bahasa,
mereka hanya mengikuti dibelakang ketuanya.
Akhirnya pemuda itu berhenti disuatu tempat yang indah
pemandangannya, sambil meletakan jenazah Thio sau kun
keatas tanah, ujarnya: "Galilah sebuah liang disitu"

1636
Dua orang siluman hitam dan putih tidak banyak bicara,
mereka segera bekerja membuat sebuah liang ditempat yang
ditunjuk, tak lama kemudian liang lahat itupun sudah siap.
Diiringi cucuran air mata yang amat deras, Han siong Kie
mengebumikan putra tunggal dari paman gurunya disitu,
kemudian diapun membuat sebuah batu nisan sebagai
peringatan.
Selesai upacara, anak muda itu baru berpaling kearah
sepasang siluman itu sambil katanya:
"sekarang aku sedang mempunyai tugas penting yang
harus segera dikerjakan, untuk sementara waktu simpaniah
kitab pusaka Tay boan yopit kip itu baik baik, dikemudian hari
kitab tersebut akan kuhantar sendiri kekuil siau lim si.
sekarang kalian boleh berangkat kebukit si sin gan dan tunggu
aku disitu, disana sudah menunggu pula dua orang
perempuan, satu diantaranya terluka parah dan menunggu
pengobatan, katakan saja kepada perempuan yang satunya
bahwa kalian datang kesitu atas perintahku, soal lain tak usah
di bicarakan dengannya, mengerti? Nah, kalian boleh segera
berangkat"
"Tecu suami istri berdua sangat berharap dapat selalu
mengiringi disamping ciangbunjin" ujar siluman putih Hong
Ing ing dengan wajah bersungguh-sungguh. Han siong Kie
mengangguk.
"Ketahuilah, tugas yang harus kulaksanakan sekarang
adalah suatu tugas istimewa, dalam melaksanakan tugas
tersebut tak perlu kalian berdua mengiringinya, maka lebih
baik kalian tunggu aku di bukit si sin gan saja, disana ketua
Pat gipang yang baru Go siau bi sedang menunggu
pengobatan dariku dan kalian harus ingat bahwa nona itu
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan aku dewasa ini
keadaannya lemah dan butuh perlindungan dari kalian, tunggu
saja disana, dalam lima hari aku pasti sudah tiba disana"

1637
Tentu saja kedua orang siluman itu tak dapat memaksakan
keinginan mereka lebih jauh, setelah ciangbunjinnya berkata
demikian mereka tak berani membantah lagi, selesai memberi
hormat berangkatlah kedua orang itu menuju kebukit sin si
gan-
Han siong Kie sendiri berdiri sejenak lagi didepan kuburan
Thio sau kun untuk mengheningkan ciptanya, kemudian ia
baru berangkat tinggalkan tempat itu menuju kebukit Ciong
san.
Sekarang batas waktu yang tersedia baginya sudah makin
menipis, itu berarti dalam dua hari mendatang, obat si mia
kim wan yang mustajab itu harus sudah didapatkan, dengan
begitu dia baru dapat memburu batas waktunya yang cuma
tujuh hari itu untuk tiba kembali dibukit sin si gan dan
menyelamatkan jiwa Go siau bi.
Tentu saja dalam keadaan seperti dia tak sempat berbuat
apa apa lagi kecuali melanjutkan perjalanan secepat cepatnya,
bahkan iapun tak sempat memeriksa isi bungkusan yang
diserahkan Thio sau kun kepadanya sesaat sebelum
menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Anak muda itu melanjutkan perjalanannya siang malam tak
kenal lelah, akhirnya setelah bersusah sekian lama waktu
lohor hari yang ketiga Han siong Kie sudah berada dibawah
bukit Ciong san.
Tampaklah bukit yang tinggi dan berlapiskan salju tebal itu
menjulang tinggi keangkasa, dari jauh memandang terasalah
begitu angker dan mengerikannya tanah perbukitan tersebut.
Udara diatas bukit sangat dingin serasa merasuk ke tulang
sumsum, tapi ke semuanya itu bukan halangan bagi Han siong
Kie untuk melanjutkan perjalanannya, ia berlari kencang diatas
permukaan salju yang tebaL...
Dihitung mulai hari itu, maka dia tinggal mempunyai waktu
selama tiga hari, didalam hari yang terakhir ini bukan saja dia

1638
harus temukan sin ciu it cho dan mendapatkan obat mustika si
mia kim wan, bahkan diapun harus melakukan perjalanan
cepat untuk kembali lagi kebukit si sin gan, kalau tidak maka
Go siau bi akan menghembuskan napasnya yang penghabisan
tanpa tertolong lagi.
Menurut keterangan Buyung Thay, katanya sijelek dari sin
ciu itu berdiam digua salju diatas bukit Ciong san, itu berarti
gua salju tersebut tentulah berada diantara tanah perbukitan
bersalju yang sangat luas itu ....
setiap tempat yang mencurigakan diatas bukit telah
diperiksa dan diteliti dengan seksama, namun hasilnya nihil, ia
tak berhasil menemukan jejak apapun tentang gua salju
tersebut.
Padahal sebagaimana diketahui bukit Ciong san panjangnya
mencapai ratusan li, belum tentu ia dapat memeriksa setiap
sudut bukit yang mencurigakan dalam jangka waktu satu hari
setengah, dus berarti dengan waktu yang begitu minim tidak
mungkin bagi anak muda itu untuk meneliti seluruh tempat
dibukit salju, sebab jika batas waktunya sudah lewat,
kendatipan obat mustika si mia kim wan berhasil didapatpun
sama sekali tak ada harganya lagi..
Cemas, gelisah dan bimbang berkecamuk dalam
perasaannya, ini membaat anak muda itu jadi panik, dalam
suatu batas waktu yang tertentu, harus menemukan seorang
jago persilatan yang sukar ditemukan jejaknya, kejadian ini
boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang sulit untuk
dilaksanakan.
Han siong Ki bukan orang yang pesimis, tapi dia sendiripun
mengerti bahwa kesuksesan dari tugas nyakali ini mempunyai
harapan yang kecil sekali, sekalipun demikian ia tak dapat
membuang kesempatan yang amat minim itu dengan begitu
saja, ia tak tega membiarkan calon istrinya Go siau bi mati
tanpa ditolong.

1639
-ooo0dw0ooo-
BAB 89
SEMENTARA Han siong Kie sedang gugup dan panik tak
tahu apa yang musti dilakukan, tiba tiba terdengar suara
gemuruh yang keras sekali berkumandang datang dari
kejauhan.
suara itu seakan akan muncul dari dasar perut bumi, tapi
suaranya makin lama semakin keras, dan akhirnya bagaikan
seribu guntur yang menggelegar bersama diangkasa,
menyusul kemudian seluruh permukaan salju ikut bergoncang
keras.
Rasa kejut yang dialami Han siong Kie benar-benar tat
terkirakan, ia merasa seluruh permukaan salju telah
bergoncang bagaikan dilanda gempa bumi dahsyat, kabut
putih menguap keudara, suara gemuruh yang memekikkan
telinga makin keras menggelegar diangkasa.
"Longsor salju.." pekik Han siong Kie dengan terkejut,
tubuhnya capat cepat melejit ke udara dan meluncur kemuka.
Baru saja badannya meluncur kedepan, permukaan salju
bekas tempat berpijaknya tadi dengan cepat telah longsor
kebawah.
Seluruh tanah perbukitan itu bergoncang makin keras,
seakan akan hari kiamat menjelang tiba, dalam keadaan
begini sekalipun seseorang memiliki ilmu silat yang sangat
lihaypun percuma, sebab bukan faktor kepandaian yang bisa
selamatkan jiwanya, dalam keadaan begini hanya faktor
keberuntungan saja yang berlaku.
Han siong Kie merasa dirinya bagaikan seekor binatang
kecil yang berada dalam kurungan yang besar, dia cuma bisa
melompat kesana kemari secara membabi buta.

1640
Salju yang melapisi permukaan bukit kini sudah longsor
semua kedalam jurang, permukaan yang semula sama sekali
telah berubah sehingga sulitlah bagi siapapun untuk
mengenali kembali daerah daerah disekitar sana, apa lagi
menemukan tempat yang rasanya aman.
Mengikuti longsornya permukaan salju, dengan cepatnya
pula bukit Ciong san mengalami perubahan yang drastis.
Kurang lebih setengah jam kemudian longsoran salju yang
mengerikan itu mulai meredah dan akhirnya berhenti.
Han siong Kie menarik napas panjang, ia bersyukur karena
jiwanya tak sampai direnggut oleh malaikat elmaut.
Setelah kerak salju yang menyelimuti permukaan bukit itu
longsor semua, kini banyak tempat yang berubah sama sekali
dari keadaan sebelum longsor tadi.
Diatas dinding batu karang tepat dihadapan Han siong Kie
berada, sekarang muncul sebuah mulut gua yang gelap.
menyaksikan hal ini pemuda tersebut segera merasakan
hatinya bergerak.
"Jangan-jangan gua itulah yang dinamakan gua salju?"
pikirnya dalam hati.
Sejak naik ke atas bukit tersebut, tak sebuah gua pun yang
berhasil ditemukan Han siong Kie, mungkin andaikata tidak
terjadi longsor salju, mulut guapun tak akan muncul, itu
berarti sekalipun dicari sepanjang abad juga tak akan
ditemukan.
Berpikir sampai disitu, tanpa ragu ragu lagi dia meluncar
kedepan dan mendekati mulut gua tersebut.
Gua itu letaknya berada diatas dinding tebing, kurang lebih
empat puluh kaki dari permukaan tanah, sekalipunjauh diatas
letaknya, namun bukan halangan bagi Han siong Ki untuk
mencapainya, dalam tiga kali lompatan dia telah berhasil
mencapai mulut gua tersebut, tapi sesaat sebelum masuk

1641
menerobos masuk kedalam gua tali, tiba. tiba pemuda itu
merasa agak sangsi.
"Benarkah ini adalah gua salju yang dicari?"
"Benarkah si Jelek dari sin chiu berdiam dalam gua ini?"
"Bersediakah dia menghadiahkan pil si mia kim-wan
tersebut kepadanya?"
Menurut Buyung Tay siJelek dari sin ciu itu seorang yang
aneh sekali wataknya, sampai taraf yang bagaimana keanehan
dari tabiatnya itu?
Sementara serangkaian pertanyaan berkecamuk dalam
benaknya pemuda itu berpikir lebih jauh:
"Yaaa... bagaimana juga nantinya, yang pasti aku datang
kemari untuk memohon bantuan orang, sewajarnya kalau
kumohon bertemu dengan cara yang sopan juga...." Berpikir
demikian, dia lantas berseru kearah gua itu
"Boanpwe Han siong Ki mohon bertemu"
Tiga kali sudah ia berteriak. namun kecuali pantulan suara
sendiri yang menggema dalam dinding gua, tiada reaksi apa
apa yang kedengaran dari dalam gua itu.
Melihat hal ini Han siong Kijadi tercengang dan bimbang
mungkinkah gua ini hanya sebuah gua kosong? Tapi kalau toh
sudah sampai disini mengapa tidak sekalian selidiki sampai
jelas?
Karena berpendapat demikian, maka diapun melangkah
masuk kedalam gua tersebut.
Baru saja dia berjalan belasan langkah, pemuda itu sudah
mencapai dasar gua tersebut, diam-diam ia menarik napas
dingin, ternyata gua itu cuma sebuah gua buntu yang
dalamnya tak sampai lima meter, tapi lantaran lorong gua itu
berliku-liku maka orang yang berdiri dimulut gua sukar untuk
memandang hingga dasar gua tersebut.

1642
Tiba tiba semacam benda diatas dinding dasar gua tersebut
telah menarik perhatiannya.
Benda itu adalah sebuah lukisan seorang perempuan,
panjangnya empat depa dengan lebar dua depa.
Dalam sebuah gua yang kosong ternyata terpampang
sebuah lukisan perempuan boleh dibilang peristiwa ini
merupakan suatu kejadian yang aneh dan sama sekali tak
masuk di akal.
Dibawah tuntutan rasa ingin tahunya yang meluap.
akhirnya ia berjalan kemuka menghampir lukisan tersebut.
Lukisan itu adalah sebuah lukisan seorang gadis yang
cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, meski hanya sebuah
lukisan belaka, tapi oleh karena lukisannya sangat hidup maka
lukisan tersebut mendatangkan suatu daya pikat yang luar
biasa besarnya ini menunjukan bahwa pelukisnya adalah
seorang seniman tingkat tinggi.
Lukisan tadi digantUng diatas selembar batu granit yang
berwarna putih, dan batu tadi menempel diatas dinding batu
karang.
Sudah tentu kejadian ini bukan suatu kejadian yang
kebetulan saja, namun Han siong Ki tidak dapat menemukan
dimana letak keanehan dari persoalan tersebut. Gua yang
kosong... Lukisan gadis cantik,.. suatu kejadian aneh yang tak
masuk diakal.
Sementara Han siong Ki masih memandangi lukisan gadis
cantik itu dengan termangu, tiba tiba terdengar serentetan
suara yang sangat dingin berkumandang dari arah belakang:
"Bocah, perhitungan kali ini meleset jauh sekali"
Han siong Kie amat terperanjat sekali, secepat kilat dia
memutar badannya, ternyata disitu tak nampak sesosok
bayangan manusiapun, kenyataan ini membuat hatinya
keheranan, sebab ia yakin tenaga lwekang yang dimilikinya

1643
sekarang sudah cukup sempurna, namun toh gagal
menemukan jejak orang yang berbicara barusan, dari sini
dapatlah diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki orang itu
luar biasa sempurnanya.
"Heeehh.... heeehh.... heeehh.... " kembali berkumandang
suara tertawa aneh menusuk pendengaran.
Berdirilah semua bulu kuduk Han siong Kie menghadapi
kejadian ini, padahal waktu itu dia berdiri menghadap kemulut
gua dengan membelakangi dinding karang tersebut, lalu
darimanakah munculnya suara itu?
Tapi ada satu hal yang dapat ia yakini, yaitu suara tersebut
sudah pasti adalah suara seorang perempuan.
"Heeehh... heeehh... heeehhh... bocah muda, sekarang
engkau boleh memilih salah satu jalan untuk menemui
kematianmu" kembali suara yang menggidikan hati itu
berkumandang dalam ruang gua.
Tapi kali ini, Han siong Kie dapat mendengar dengan jelas
suara itu berasal dari arah belakang. pelan-pelan dia memutar
badannya dan memeriksa sekitar dinding karang itu dengan
sinar mata setajam sembilu, sekarang dia yakin bahwa dibalik
dinding karang yang tergantung lukisan gadis cantik itu
sebenarnya terdapat gua lain, dan kunci untuk membuka gua
tersebut justru letaknya ada di atas lukisan tadi.
"Saudara, apa yang kau katakan? Aku sama sekali tidak
mengerti ...." serunya kemudian dengan ketus.
"Bocah busuk.. tak ada gunanya kau mungkir, hari ini raja
akhirat telah mengumumkan bahwa saat kematianmu telah
tiba" ejek orang itu dengan suara yang makin menyeramkan.
Mendengar perkataan itu, berkobarlah hawa amarah Han
siong Kie didalam hati, ia mendengus.

1644
"Eeeh....saudara, apakah kau takut berjumpa dengan
orang? Buat apa kau musti main sembunyi macam cucu kura
kura saja?" bentaknya dengan suara keras.
"Hmmm Kalau engkau berani berkentut setengahnya saja,
sekarang juga nyawamu akan kucabut."
Heeehhh.... heeehhh.... heeehhhh.... kau anggap mampu
melakukan hal itu atas diriku"
"Kalau tidak percaya, silahkan saja mencoba sendiri"
Pada saat itulah tiba tiba dari mulut gua berkumandang
suara tertawa dingin yang mengidikan hati.
Menyusul menggemanya suara tertawa itu, sesosok
makhluk aneh yang penuh bulu panjang masuk ke dalam
mulut gua itu.
Han siong kie merasa terkejut sekali menyaksikan
kemunculan makhluk aneh itu, dia adalah seorang manusia
yang bercambang lebat, jubah kulitnya berbulu lebat dengan
seutas tali terikat dipinggangnya, sekilas pandangan orang
hanya melihat bulu putihnya saju yang panjang-panjang.
Agaknya manusia aneh itupun merasa agak tercengang
melihat kehadiran Han siong kie disitu, ia berhenti dengan
wajah tertegun, setelah mengamati pemuda itu beberapa saat
lamanya gumannya seorang diri.
"Aneh....benar benar aneh, rupanya si nenek jelek itu
sudah menerima seorang bocah muda sebagai muridnya....."
Ketika mendengar disinggungnya soal "si nenek jelek", Han
siong Kie merasa hatinya tergerak, dia tahu orang yang
dimaksudkan manusia aneh itu pastilah pemilik gua ini, dan
kemungkinan besar perempuan yang mengejek dirinya tanpa
munculkan dirinya tadi tak lain adalah sijelek dari Sin ciu yang
sedang dicari, semangatnya langsung berkobar kembali...

1645
"Eeeh, bocah muda, apa hubunganmu dengan si nenek
jelek itu?" terdengar kakek aneh itu menegur dengan suara
yang menyeramkan-
"Si nenek jelek ? Siapa yang kau maksudkan?" "
"Aaaah ....kau si bocah kunyuk tak usah beriagak pilon lagi
dihadapanku, ayoh jawab saja terus terang"
"Sebutkan dulu siapa Nenek Jelek itu?"
"Heeeh heeeh heeeeh bocah keparat, kau suruh aku si
orang tua menyebut namaku??"
"Benar"
"Hmmm Dengarkan baik baik ....aku si orang tua adalah
Pak kek lojin (orang tua dari kutub utara)"
"Si orang tua dari kutub utara??"
"Benar"
"Baru pertama kali ini kudengar nama se aneh itu" gumam
Han siong Ki keheranan.
"Bagus, bocah bangsat, kau berani mengejek aku?" tiba
tiba kakek aneh itu menjadi berang, "ayoh katakan, apa
hubunganmu dengan si nenek jelek itu?"
"siapa yang kau maksudkan si nenek jelek?"
"Monyet, aku segan bersilat lidah terus dengan kau, suruh
si jelek dari sin chiu menggelinding keluar"
Han siong Ki merasa jantungnya berdebar keras, ternyata
apa yang diduganya semula sedikitpun tak salah, pemilik gua
ini tak lain tak bukan adalah si jelek dari sin chiu, itulah yang
dinamakan susah susah dicari hingga sepatu rusak, akhirnya
didapatkan dengan tanpa sengaja.
"Tapi .... gua itu panjangnya cuma lima kaki, kecuali diri
sendiri dan kakek aneh yang tak diundang, hanya sebuah

1646
lukisan gadis cantik yang tergantung diatas batu granit
tersebut, satu satunya penjelasan yang bisa masuk diakal
adalah di balik gua itu masih ada gua lain, dan ditinjau dari
gaya bicara manusia misterius, kemungkinan besar orang itu
adalah sijelek dari sin chiu yang berada dibalik dinding gua itu.
Tapi ....apa maksud kedatangan si orang tua dari kutub utara
ini? Karena ragu ragu dan ingin tahu, dia lantas menegur:
"Mau apa engkau datang kemari? Mau menuntut balas
ataukah membayar budi...?"
"Bocah busuk. buat apa kau cerewet melulu?" bukan
menjawab kakek dari kutub utara itu malah membentak
dengan mata melotot.
"Lalu ada urusan apa kau datang kemari sambil marah
marah dengan muka bengis?"
"Tutup mulut busukmu itu kunyuk." teriak kakek aneh itu
semakin marah, "kau tidak punya hak untuk berbicara dengan
aku, mengerti?"
"Kalau begitu, aku harap engkau segera tinggalkan tempat
ini dan jangan kembali lagi" usir Han siong Kie sambil memberi
tanda agar orang itu keluar dari situ.
"Apa? Kau mengusir aku?"
"Tutup bacotmu dan segera enyah dari dalam gua ini"
"Bagus ....bagus... keparat busuk, apabila aku tidak
memandang diatas wajah si nenek jelek itu, sekarang juga
akan kubunuh nyawamu, mengerti?"
"Aku tak sudi menerima kebaikanmu itu"
Sekalipun diluaran Han siong Kie menjawab demikian,
dalam hati kecilnya diam diam merasa keheranan, apa
sebenarnya hubungan antara kakek dari kutub utara dengan
sijelek dari sin chiu? Kalau dilihat dari tingkah lakunya, sudah

1647
pasti dia bukan datang dengan membawa maksud jelek tapi
mengapa mukanya bengis dan kelihatan ganteng sekali
”Hmmm! Bocah busuk. aku si orang tua paling tidak
percaya dengan segala macam tahayul, baik engkau ngotot
hendak mengusir aku keluar dari sini, terpaksa akan kulihat
sampai dimanakah kepandaian silat yang telah diwariskan
sijelek itu kepadamu, lihat serangan"
Sambil mendengus dingin, sebuah pukulan segera
dilontarkan keatas tubuh Han siong Kie, bukan saja serangan
tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, bahkan
datangnya sangat aneh dan sama sekali diluar dugaan
siapapun jua.
Han siong Kie tak berani melayani secara gegabah.. dengan
cepat dia menyingkir ke samping dengan gerakan cahaya kilat
lintasan banyangan, lalu dengan jurus raja iblis menyembah
loteng istana, dia melancarkan pula sebuah serangan balasan.
"Tahan.... " tiba tiba si kakek dari kutub utara itu berteriak
sambil mundur sejauh satu kaki lebih dari tempat semula.
"Ada urusan apa lagi yang hendak kau tanyakan?" seru
sianak muda itu.
"Engkau bukan muridnya sinenek jelek itu"
"Memangnya aku belum pernah mengaku kalau aku adalah
muridnya, kan kau sendiri yang menebak sendiri?"
"Lalu siapakah kau?"
"Han siong Kie, ketua dari istana Huan mo kiong diwilayah
Thian lam...."
Mendengar nama itu, dengan cepat si kakek dari kutub
utara melayang mundur beberapa langkah kebelakang,
wajahnya menunjukkan rasa kaget dan kejutnya yang bukan
kepalang.

1648
"Apa....? jadi kau adalah ketua dari perguruan Thian lambun...?"
ulang si kakek agak gemetar.
"Benar, kenapa?" sikap Han siong Ki masih tetap tenang
dan kalem seperti sedia kala.
"Ada urutan apa kau datang kemari?"
"Maaf, aku tak dapat mengatakannya kepadamu, lebih baik
kau saja yang terangkan dulu maksud kedatanganmu kemari"
"Tentang soal ini ..... akupun tak dapat memberitahUkan
rahasiaku ini kepadamu"
"Jikalau begitu keadaan kita adalah sama sama dan kau tak
usah bertanya apa apa kepadaku, sedangkan akupun tak akan
menanyakan apa apa kepadamu, setuju"
"Tidak... Tidak bisa..." kakek aneh itu goyangkan
tangannya berulang kali.
"Kenapa tidak bisa?"
"sebab aku berhak untuk menanyai maksud
kedatanganmu"
"Apa yang kau jadikan dasar serta pegangan untuk
bertanya kepadaku?"
"Pegangan? Aku dasarkan atas hubunganku dengan si
nenek jelek itu, kenapa?"
"Terangkan dulu apa hubunganmu dengannya?"
"Tentang soal ini.... kau tak usah bertanya"
"Kalau memang begitu, terpaksa urusan pribadiku tak usah
pula kau campuri, mengerti?"
Untuk sesaat si kakek dari kutub utara itu agak tertegun,
tiba tiba ia membentak keras:
"Bocah keparat, kuperintahkan kepadamu untuk segera
enyah dari tempat ini"

1649
"Kalau aku tak pergi, apa yang kau perbuat?"jengek Han
siong Ki sinis.
"Jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji kepadamu"
"Huuh Ilmu silatmu itu yang kau andalkan untuk mengusir
aku dari sini? Aku khawatir kalau kau sudah membuat suatu
perhitungan yang salah besar"
"Jadi kau tidak percaya? Kalau begitu ayoh buktikan
sendiri...." begitu selesai berkata, sepasang telapak tangannya
segera didorong kedepan melancarkan serangan dahsyat.
Han siong Kie tak ingin memperlihatkan kelemahannya di
depan orang lain, diapun mengankat telapak tangannya dan
pelan-pelan didorong kedepan, segulung kabut putih yang
amat tebal seketika itu juga memancar kearah depan.
"Blaaang...." suatu benturan keras yang memekikkan
telinga segera berkumandang dalam ruangan gua itu,
membuat seluruh permukaan tanah diseputar ruang gua itu
tergoncang keras, hancuran batu berguguran bagaikan hujan
gerimis, keadaan mengerikan hati.
Han siong Kie masih tetap herdiri tegak di tempat semula,
sebaliknya si kakek dari kutub utara mundur lima langkah
dengan sempoyongan, dengan mundurnya ini maka dia sudah
berdiri ditepi mulut gua itu, dalam keadaan begini asal Han
siong Kie melancarkan sebuah serangan lagi, niscaya kakek itu
berhasil digulungnya sehingga keluar dari tempat itu.
Semua rambut dan cambang kakek dari kutub utara berdiri
kaku seperti landak, sinar matanya memancarkan cahaya
ketakutan, mimpipun dia tak menyangka kalau seorang
pemuda yang baru berusia dua puluh tahunan ternyata
memiliki tenaga dalam yang luar biasa sekali.
Mendadak .... dari balik gua itu berkumandang kembali
suara aneh yang pernah didengarnya tadi:

1650
"Eeeh..... bocah muda, ada urusan apa engkau datang
kedalam guaku ini....?"
"Aku datang untuk menjumpai seorang pemuka persilatan
yang tersohor namanya dalam dunia kangouw" jawab Han
siong Kie dengan sikap yang sangat menghormati.
"siapakah yang kau maksudkan?"
"Jikalau dugaan boanpwe tidak salah, maka cianpwelah
orang yang hendak kutemui itu"
"Tahukah engkau siapa kah diriku ini" suara itu balik
bertanya.
"Akupikir cianpwe tak lain tak bukan adalah sijelek dari sin
chiu, bukankah begitu?" seraya berkata dengan sinar matanya
yang setajam sembilu anak muda itu menyapu sekejap
sekeliling tempat itu, dia berusaha untuk menemukan sumber
dari suara tadi.
Setelah mencarinya dengan susah payah, akhirnya sianak
muda itu berhasil menemukan rahasia dibalik semua
kemisteriusan yang mencekam disekitar tempat itu. Apa yang
sebenarnya terjadi. Rupanya sepasang mata dari lukisan gadis
cantik yang tergantung diatas dinding dapat bergerak kesana
kemari dengan bebasnya, lagi pula sinar mata itu
memancarkan cahaya yang tajam sekali, ini membuktikan
bahwa si pembicara tersebut bersembunyi dibalik lukisan gadis
cantik yang tergantung diatas dinding tersebut.
Atau dengan perkataan lain, dibalik batu granit yang keras
dan kuat itu, sebenarnya terdapat alat rahasia lain yang bisa
digunakan untuk menghubungkan ruang bagian luar dengan
ruang bagian dalam.
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... bocah muda,
tebakanmu memang tepat sekali ...." terdengar orang dibalik
lukisan itu berseru dengan lantang.

1651
"Kalau toh tebakanku sudah benar, locianpwe dapatkah
engkau segera munculkan diri..."
"Heehhhh....heehhh... heehhh....kau tak usah terburu
napsu, pertama-tama usirlah dulu setan tua itu dari goa ini,
kemudian baru kau utara kan maksud kedatanganmu"
"Baik, aku terima perintah"
Tanpa banyak bicara lagi, Han siong Kie putar badan dan
segera bergerak menghampiri Pak kek lejin, si kakek dari
kutub utara dengan wajah garang ....
Menyaksikan muka bengis dari sang pemuda yang makin
lama semakin mendekatinya itu, kakek dari kutub utara sontak
berteriak keras:
"Nenek jelek. sudah lima tahun lamanya aku menderita
kedinginan diatas bukit ini, andaikata hari ini tidak terjadi
longsor salju, selamanya tak akan kutemukan goa saljumu itu,
masakah engkau sudah melupakan sama sekali hubungan kita
dimasa lampau? Jelek-jelek begini aku toh suamimu"
Han siong Kie tertegun dan segera menghentikan gerakan
tubuhnya, sekarang dia baru tahu bahwa kedua orang itu
adalah sepasang suami istri.
Lima tahun sudah si kakek dari kutub utara mencari gua
salju ditengah ganasnya cuaca dibukit Ciong-san? Hal ini
kedengarannya sukar masuk di akal, lalu apa yang sebenarnya
terjadi antara sepasang suami istri yang serba aneh ini?"
Sebelum ingatan tersebut sempat melintas didalam
benaknya, sin ciu it cho (sijelek dari kota Tiong ciu) telah
berkata dengan suara yang dingin sedingin es, agaknya ia tak
terpengaruh sama sekali oleh perkataan itu.
"Bocah muda, kenapa berhenti? Hemmm .... baik akan
kuhitung sampai angka ke lima, jika engkau masih belum
mampu untuk mengusirnya keluar dari sini, lebih baik
engkaupun berangkat dan pulang saja ke rumah"

1652
Kemudian tanpa menggubris bagaimanakah reaksi dari si
anak muda itu, nenek jelek itu mulai menghitung dengan
suara lantang. "Satu.... Dua.... Tiga....."
Han siong Kie putar otaknya dan berpikir keras, dia merasa
pada saat ini ia sangat membutuhkan bantuan dari nenek
bertampang jelek ini, selembar nyawa Go siau bi calon istrinya
tergantung dari usahanya mendapatkan pil mustika itu.
Setelah dirasakan bahwa tiada jalan lain lagi kecuali
menuruti perkataan dari nenek jelek itu, akhirnya Han siong
Kie menghela napas panjang, hawa sakti si mi sinkangnya
disalurkan memenuhi seluruh telapak tangan, kemudian
dengan sebuah pukulan kilat dibacoknya tubuh kakek dari
kutub utara itu keras keras.
Gua itu sempit dan ruangannya tidak luas, dalam keadaan
demikian tak mungkin lawan bisa berkelit kesamping untuk
menghindarkam diri, selain daripada itu si mi sinkang
merupakan suatu ilmu sakti jaman kuno yang tak terkalahkan,
kelihayannya sungguh mengejutkan siapapun juga, maka bisa
dibayangkan bagaimanakah akibatnya tatkala serangan
dahsyat itu dilontarkan kedepan.....
"Bocah keparat, kau berani membantu penjahat untuk
melakukan pemerasan....."jerit kakek dari kutub utara
penasaran.
Tapi sebelum perkataan itu selesai diutarakan keluar,
deruan angin pukulan yang memekikkan telinga telah
menyambar datang dengan dahsyatnya, dengan
sempoyongan kakek itu tergentar mundur beberapa langkah
ke belakang, itupun belum sanggup berdiri tegak. maka dia
mundur lagi beberapa tindak.
Han siong Kie tidak berhenti sampai disitu saja, begitu
serangan yang pertama berhasil memaksa mundur kakek dari
kutub utara, dia segera lancarkan kembali serangan yang

1653
kedua, dan kembali kakek itu terdesak mundur kebelakang
.............
Akhirnya dengan pukulan yang ketiga...... yaa, cukup tiga
kali saja, kakek dari kutub utara telah dipaksa sehingga harus
keluar dari mulut gua salju ....
Han-siong Ki cukup mengetahui kesempurnaan tenaga
dalam yang dimiliki kakek dari kutub utara, maka sekalipun
tubuhnya terlempar keluar dari gua itu, tak nanti dia akan
terbanting mati, maka begitu berhasil dengan serangannya,
tanpa banyak bicara lagi dia putar badannya untuk masuk
kembali kedalam gua.
Siapa tahu baru saja bergerak. seseorang telah membentak
dari belakang.
"Jangan bergerak"
Han siong Kie tarik napas dingin, mimpipun tak disangka
olehnya kalau sijelek dari kota Tiong ciu telah berdiri tepat
dibelakang tubuhnya......
"Katakanlah apa maksudmu datang kemari" suara nenek
jelek kembali bergema. Han siong Ki termenung sebentar,
kemudian sahutnya:
"Aku hendak mohon sebutir pil si mia kim wan untuk
menyelamatkan jiwa seseorang"
"Apa kau bilang? coba ulangi sekali lagi"
"Aku mohon sudilah kiranya locianpwee menghadiahkan
sebiji obat si mia- kim wan kepadaku, karena jiwa seorang
temanku terancam dan perlu diobati dengan pil itu"
"Haaaahhh.... haaahhh.... haaahh...." nenek jelek dari kota
Tiong ciu ini segera terbahak-bahak "bocah.. wahai bocah
muda, enak benar kalau ngomong, tahukah engkau bahwa
selama hidup aku hanya membuat tiga biji obat si mia kim
wan? dan diantara tiga biji obat pil itu, tahukah kamu bahwa

1654
dua biji diantaranya telah kupakai? Heeeehhh...
heeehhh....heeehhh.... bocah dungu, bayangkan sendiri,
mungkinkah aku serahkan obat yang tinggal sebiji itu
kepadamu?"
Tertegun Han siong Kie mendengar perkataan itu, hatinya
dingin separuh, sesaat lamanya dia termangu untuk kemudian
bisiknya kembali: "Jadi...jadi locianpwe tak akan memberikan
obat itu kepadaku. ?"
"Tentu saja"
Han siong Kie semakin termangu, tapi ingatan lain dengan
cepat melintas didalam benaknya:
"Tidak Tidak.... Bagaimanapun juga jiwa Go siau-bi harus
ditolong, apapun yang bakal terjadi, aku harus mendapatkan
obat si mia kim-wan tersebut untuk menyelamatkan
jiwanya..."
Berpikir sampai disitu, dengan suara lantang dia berkata
kembali:
"Aku bersedia menukar obat itu dengan syarat apapun,
terserah kehendak hatimu"
"Dengan syarat apapun?"
"Benar"
"sekalipun harus mengorbankan selembar jiwamu sendiri?"
nenek jelek itu menegaskan.
"Benar Walaupun dengan taruhan nyawakupun"
"Jadi kau sudah bulatkan tekad untuk mendapatkan obat
itu, walau dengan cara apapun dan apapun yang terjadi?"
"Benar Kau sudah tahu itu lebih bagus lagi.."
"Kalau begitu aku ingin tahu, obat itu akan kau gunakan
untuk apa?" kembali nenek jelek bertanya.

1655
"Aku hendak menyelamatkan jiwa seseorang"
"siapakah orang itu? Apa hubungannya orang itu
denganmu?"
"Dia adalah bakal istriku"
Mendengar ucapan tersebut, sinenek jelek dari Tiong ciu
segera tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeehhh... heeeehhh... heeeeehhh... kalau engkau harus
korbankan selembar jiwamu... untuk mendapatkan sebutir
obat si mia kim wan, lalu apa arti hidup bagi calon istrimu itu
kendatipun oleh bantuan obat tersebut dia akan hidup
kembali?"
Bergidik hati Han siong Kie, tiba-tiba saja tanpa diketahui
apa sebabnya, tahu tahu sekujur badannya menggigil keras,
dia mulai berpikir:
"Benarkah dia menghendaki selembar jiwaku sebagai ganti
dari obat mustikanya itu?"
Tapi sekarang, dia sudah terlanjur memberikan
kesanggupannya, tentu saja disesali juga tak ada gunanya
maka dengan suara yang berterus terang pemuda itu berkata
lagi
"Arti dan makna dari suatu kehidupan bukanlah ditentukan
oleh suatu kematian dari orang lain"
"Jadi kalau begitu, engkau bersedia untuk menukar
selembar nyawamu itu dengan obat mustika si mia kim wan?"
"Benar. Cuma saja...."
"Kenapa?"
"Oleh karena masih terlalu banyak persoalan yang harus
kukerjakan pada saat ini, maka setahun kemudian janji
tersebut baru aku penuhi..."

1656
"Kalau begitu datanglah setahun lagi, saat engkau dapat
memenuhi janjimu itu, pil si mia kim wan pasti akan kuberikan
kepadamu"
Mendengar perkataan itu Han siong Kie jadi naik darah,
hawa amarahnya yang berkobar didalam dada terasa sukar
dikendalikan lagi, dengan suatu gerakan yang sangat cepat dia
putar badannya, tapi apa yang kemudian terlihat dihadapan
matanya membuat si anak muda ini mau tak mau menjerit
saking kagetnya.
Tetapi didepan matanya berdirilah seorang nenek yang
sudah tua, tapi tampang nenek itu jeleknya luar biasa,
demikian jeleknya tampang nenek itu sehingga menggidikkan
hati siapapun yang memandangnya, mungkin jauh lebih jelek
dari tampang siluman yang terjelekpun.
-ooo0dw0ooo-
BAB 91
DIATAS Wajah sinenek yang penuh keriput, terlihatlah
tonjolan-tonjolan daging hidup yang besar, merah kehitam
hitaman dan bernanah, panca inderanya sukar ditemukan
diatas tonjolan daging hidup yang mengerikan itu, rambutnya
telah beruban dan terurai sepanjang dada, hanya sepasang
matanya yang tetap utuh dan memancarkan cahaya tajam,
mungkin itulah satu-satunya indera yang masih utuh.
Dengan sinar mata yang tajam setajam sembilu nenek jelek
dari sin ciu menatap wajah Han siong Kie lekat-lekat, lama....
lama sekali dia baru menegur: "Jelekkah aku wahai bocah
muda?"
-ooo0dw0ooo-
Jilid 44

1657
HAN SIONG KI tertegun menyusul kemudian diapun
mengangguk. "Yaa... Cianpwe jelek sekali, cuma ......"
"Cuma kenapa?"
"Jelek atau tampannya wajah seseorang tidak dapat
menandakan indah atau buruknya watak seseorang, ada yang
cantik jelita bak bidadari dari kahyangan tapi mempunyai hati
yang busuk seperti ular berbisa, tapi ada yang berwajah jelek
namun hatinya mulia dan arif bijaksana..."
"Oooh... jadi kau maksudkan wajah yang jelek belum tentu
mempunyai jiwa yang busuk dan wajah yang cantik belum
terjamin jiwanya baik?"
"Begitulah yang boanpwe maksudkan" pemuda itu
mengangguk tanda membenarkan.
"Kalau begitu, baikkah hatiku?"
"Tentang soal ini .... maafkanlah daku, boanpwe tak dapat
memberikan penilaian-nya, sebab sampai detik ini boanpwe
masih merasa asing sekali dengan watak serta tindak tanduk
cianpwe"
"Haaaahhh ... haaahhh... haaahhh..." nenek jelek itu
terbahak bahak kegelian "bocah muda, kau benar benar
sangat menarik, kau benar-benar menarik sekali"
Dengan tertawanya si nenek itu, maka tampaklah tonjolan
daging hidup yang memenuhi seluruh wajahnya itu ikut
mengejang dan mengerut secara tidak beraturan, ini
menyebabkan wajahnya kelihatan semakin mengerikan hati
siapapun yang memandangnya.
Tidak terkecuali pula Han siong Kie yang biasanya
pemberani itu, diam diam bulu kuduknya pada bangun berdiri
karena ngeri.

1658
"Eeeh nenek jelek. sebetulnya engkau tahu atau
tidak....jawab Kau tahu aturan atau tidak?" ditengah gelak
tertawa yang amat nyaring, kakek dari kutub utara berjalan
masuk kedalam gua itu dengan berang.
"setan tua" "nenek jelek dari sin-ciu balas membentak "kau
tak usah banyak bacot lagi, ayoh kembalikan nyawa dari
putriku".
"Nenek jelek sialan, putrimu apakah bukan putriku juga....
enak benar kalau bicara..... "
"Tutup mulut" mendadak nenek itu membentak dengan
suara yang keras bagaikan guntur membelah bumi disiang hari
belong, "sebelum kau temukan kembali Hong ji, selama hidup
kau tak usah datang kemari untuk berjumpa lagi dengan aku"
"Tapi setiap hari setiap saat aku selalu mencari jejaknya
tanpa berhenti, apakah aku cuma berpeluk tangan belaka?"
"Hmmm, katanya hendak membawa putrimu mencari
pengalaman dalam dunia persilatan, tapi akhirnya..... Hmmm
Akhirnya Hong ji ikut lenyap didunia yang begini luas"
"Nenek jelek. baik watak maupun tingkah laku Hong ji tak
ubahnya seperti engkau, itulah salahnya kalau engkau terlalu
memanjakan dirinya sehingga dia keras kepala dan tinggi hati,
Hmmm setelah terjadi peristiwa semacam ini, apakah engkau
tidak merasa bahwa engkaupun mempunyai tanggung jawab
atas terjadinya peristiwa ini? Kenapa kau hanya menyalahkan
aku seorang..."
Tampaknya nenek jelek dari Sin ciu sudah tak dapat
menahan amarahnya lagi, sambil mendepakkan kakinya ke
atas tanah, segera bentaknya lagi dengan lantang: "setan tua,
enyah kau dari sini Ayoh cepat.... enyah sejauh jauhnya dari
hadapanku"
Han siong Kie yang menyaksikan percekcokan suami istri
itu tepat dihadapan matanya, diam diam merasa geli dan ingin

1659
tertawa, dia merasa kedua orang kakek dan nenek itu
memang terhitung manusia paling aneh didunia ini, dari
pembicaraan mereka diapun dapat mengetahui bahwa pangkal
percekcokan itu sebenarnya tak lain adalah hilangnya putri
mereka .....
Dalam pada itu, kakek dari kutub utara mulai menunjukkan
kegarangannya, ia tak mau menunjukkan kelemahannya terus
menerus, maka ketika diusir oleh nenek jelek itu, dengan
suara yang tak kalah keras nyadiapun berteriak:
"Nenek jelek. kenapa kau bersembunyi terus dalam gua
saljumu ini macam kura kura kesepian? Kenapa kau tidak ikut
terjun kedalam dunia persilatan untuk mencari jejaknya?"
"Hmm, apa urusannya dengan aku? Toh kau yang
membawa dia berkelana kedalam dunia persilatan?"
"Tapi ..... tapi dia kan anak perempuan kita berdua?
Apakah engkau tidak merasa bertanggung jawab pula atas
lenyapnya putri kita ini?"
"sudah, kau tak usah banyak bicara lagi, ayoh cepat enyah
dari hadapanku" hardik nenek jelek sambil menahan
geramnya.
"Tidak Aku tak akan pergi Aku sudah memutuskan untuk
tetap berdiam disini"
Si Nenek jelek dari Sin siu mendengus penuh kegusaran,
secara beruntun dia lancarkan dua buah pukulan dahsyat
kedepan, dalam kedua buah serangannya itu dia telah
mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya, dapat
dibayangkan betapa dahsyat dan mengerikannya ancaman
tersebut.
Deruan angin pukulan bagaikan gulungan ombak ditengah
samudra yang tertimpa angin puyuh menggulung kedepan dan
menyapu tubuh kakek tersebut.

1660
Rupanya si kakek dari kutub utara menyadari akan
kedahsyatan angin pukulan tersebut, dengan gemas dia
mendepakkan kakinya keatas tanah, kemudian cepat cepat
kabur keluar dari gua itu.
Ketika Han siong Ki menyaksikan semua peristiwa tersebut,
tiba tiba satu ingatan bagus melintas dalam benaknya, kepada
si nenek jelek dari Sin-ciu segera serunya:
"Locianpwe, boanpwe mempunyai satu usul yang sangat
bagus sekali, dan mungkin usul tersebut dapat mengatasi
kesulitan yang sedang kita hadapi!"
"Apakah usulmu itu? Coba kau terangkan kepadaku terlebih
dahulu asal bagus boleh saja ku pertimbangkan lagi!"
"Boanpwe bersedia untuk menggunakan segala
kemampuan dan pikiran yang kupunyai untuk berusaha
menemukan kembali jejak putri cianpwe yang hilang tak
berbekas itu!”
"Dan kau hendak menggunakan usulmu itu sebagai prasyarat
untuk mendapatkan pil Si-mia kim-wan?"
"Yaa, boanpwe memang mempunyai maksud untuk berbuat
demikian, apakah locianpwe dapat menyetujuinya?"
"Apakah engkau yakin dapat menemukan kembali putriku
yang hilang?" bukannya menjawab, sinenek jelek itu malahan
balik bertanya,
"Sulit untuk dikatakan, tapi boanpwe berjanji akan
mengusahakannya dengan segenap kemampuan dan
kekuatan yang kumiliki!"
"Huuuh......Cuma omong kosong belaka, apa gunanya?
Siapa tahu setelah obat si-mia-kim-wan tersebut kuberikan
kepadamu, lantas engkau ingkar janji dan tidak memenuhi
syarat tersebut.....”

1661
Ucapan tersebut dirasakan Han-siong Kie sebagai suata
penghinaan, dia merasa tersinggung, dengan mata melotot
dan muka berubah serunya agak mendongkol;
”Locianpwe dengan perkataan semacam itu bukankah sama
artinya engkau telah memandang rendah boanpwe? Jelekjelek
begini boanpwe adalah seorang ketua dari suata
perguruan besar, sebagai ketua dari suatu perguruan, tak
nanti boanpwe ingkar jinji apalagi menjilat ludah yang telah
boanpwe sudah keluar'"
"Dan lantas......? Kau anggap aku dapat memenuhi
keinginanmu itu dengan begitu saja?" nenek jelek dari Sia-ciu
bertanya setengah mengejek, senyum lirih tersungging
diujung bibirnya.
Lama-lama berang juga Han-siong Kie dibuat nya, merah
padam selembar wajahnya, dengan mata melotot dan muka
berubah teriaknya:
"Mau menyetujui atau tidak aku tidak mau tahu sebab itu
adalah hak dari locianpwe sendiri, tapi ada satu hal yang
hendak kuterangkan kepadamu, yakni bagaimanapun juga pil
mustika Si mia kim wan itu harus kudapatkan, apapun yang
terjadi dan apapun yang harus kukorbankan, pil itu pasti akan
kuambil untuk menyelamatkan jiwa seseorang"
"Bocah muda, jadi engkau hendak menggunakan kekerasan
untuk merampas obat itu?"
Nenek jelek dari sin ciu menegur dengan sinar mata
setajam sembilu.
"Hmm ...Jika aku gagal mendapatkan obat itu dengan cara
yang baik, terpaksa aku harus mendapatkannya lewat
kekerasan, camkan saja kata kataku ini" kata Han siong Kie
dengan angkuh, kekerasan hatinya tercermin jelas diatas
wajahnya.

1662
"Haaaahhh...haaaahhhh... haaahhh... yakinkah kau bocah,
bahwa apa yang kau cita citakan itu dapat tercapai?"
"sekarang urusan telah berkembang menjadi begini, mau
tak mau aku harus melakukannya"
Nenek jelek itu mencibir sinis.
"Jangan terlampau yakin dengan kemampuan tenaga
dalam yang kau miliki bocah muda, sebab belum tentu
kepandaian yang kau miliki itu bisa menunjang keinginanmu"
"Boanpwe sama sekali tidak bermaksud demikian"
Sekali lagi nenek jelek dari sin ciu menengadah dan tertawa
terbahak-bahak.
"Haahhh... haaahhh... haaahhh... baiklah anak muda, aku
bersedia menghadiahkan obat mustika si mia kim wan
tersebut kepadamu, sedangkan mengenai persoalan putriku,
asal engkau banyak menaruh perhatian selama berada dalam
dunia persilatan, itu sudah lebih dari cukup. Jadi kau tak usah
menganggapnya sebagai syarat dari persoalan obat mustika
itu.... mengerti?"
Kejadian ini sungguh diluar dugaan Han siong Ki, mimpipun
dia tak mengira kalau kejadian tersebut akan berlangsung jadi
begini, ya Hakekatnya tabiat dari nenek jelek itu memang
anehnya bukan kepalang.
Akhirnya setelah termangu-mangu beberapa saat lamanya,
berkatalah pemuda itu dengan suara lembut:
"Kalau memang begitu, boanpwe mengucapkan banyak
banyak terima kasih lebih dulu atas kebaikan locianpwe yang
telah menghadiahkan obat mustika itu kepadaku, sedang
mengenai soal pencarian terhadap jejak putrimu, karena
boanpwe telah terlanjur berjanji, maka janji itu tak akan
kuingkari kembali, aku pasti akan berusaha sekuat mungkin
untuk menemukan jejaknya. Baik masih hidup atau telah mati,

1663
suatu ketika aku pasti akan datang lagi kesini untuk
memberikan pertanggungan jawabku kepada cianpwe"
Nenek jelek dari sin ciu mengangguk berulang kali. .
"Aku akan menerima maksud baikmu itu dengan senang
hati" katanya.
"Kalau memang locianpwe telah menyetujuinya, mohon
tanya bagaimanakah tampang dan ciri khas putrimu itu?
berapakah usianya tahun ini? Apakah kau bisa
menerangkannya kepadaku?"
Nenek jelek dari sin ciu berpaling dan memandang sekejap
ke arah lukisan gadis cantik yang tergantung diatas dinding
itu, kemudian sambil menudingnya dia berkata: "Itulah dia
orangnya Engkau boleh memperhatikannya sendiri dengan
seksama"
Mengikuti arah yang ditujuk, Han siong Ki berpaling tanpa
sadar, tapi setelah menyaksikan raut wajah cantik gadis yang
tergantung diatas dinding dia malahan tertegun.
"Heran .... sungguh mengherankan" demikian dia berpikir,
"tampang ibunya jelek sekali bagaikan iblis, tapi putri yang
dilahirkan memiliki wajah yang cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan, aaai ....begitulah besarnya kekuasaan takdir,
apapun yang dikehendakinya akan segera terjadi pula didunia
ini"
Maka setelah termenung sebentar, pemuda itupun
bertanya: "Dialah putrimu?"
"Benar Lukisan ini dibuat lima tahun berselang, waktu itu
dia masih menemani aku untuk melewati hari hari yang
kosong itu dengan penuh kegembiraan, dia bernama Ting
Hong, ketika lenyap sepuluh tahun berselang usianya baru
enam belas, jadi tahun ini dia sudah genap berusia dua puluh
enam tahun"

1664
"Boanpwe akan mengingat ingatnya selalu di dalam hati"
Han siong Kie berjanji..
Nenek jelek dari sin ciu mengangguk, dari sakunya dia
ambil keluar sebuah botol porselen kecil, kemudian sambil
diberikan kepada Han siong Kie, ujarnya:
"Nah, ambillah, didalam botol itu berisi sebutir obat mustika
si mia kim-wan yang kau butuhkan itu"
Dengan tangan agak gemetar karena menahan emosi Han
siong Kie menerima pemberian botol itu, sambil menerimanya
diam-diam diapUn berpikir dihati: "Aaaai... akhirnya adik Bi
ketolongan, jiwanya tak perlu dirisaukan lagi....."
Sementara si anak muda itu masih melamun, nenek jelek
dari siu ciu telah ulapkan tangannya:
"Bocah muda disini sudah tak ada urusan lagi, dan
sekarang engkau boleh segera pergi dari sini."
Buru-buru Han siong kie memberi hormat.
"Kalau begitu Boanpwe ucapkan banyak terima kasih atas
pemberian dari locianpwe, dan boanpwe mohon diri lebih
dahulu"
Setelah menjura maka berangkatlah anak muda itu
meninggalkan gua tersebut.
Setelah obat mustika yang dibutuhkan berhasil diperoleh,
anak muda ini tergopoh-gopoh melakukan perjalanannya
kembali ke tebing si sin gan, dalam keadaan demikian diamdiam
dia mengeluh perjalanan yang terlampau jauh, andai
kata dia punya sayap tentu dengan terbang di angkasa,
perjalanan bisa ditempuh dengan jauh lebih cepat lagi.
Dari batas waktu tujuh hari yarg tersedia, kini tinggal tiga
hari saja, atau dengan perkataan lain dalam tiga hari itu dia
sudah harus tiba di tebing si sin gan, kalau tidak maka
selembar nyawa Go siau bi akan terancam mara bahaya, make

1665
dari itu setelah turun dari bukit Ciong san yang penuh dengan
salju, berangkatlah anak muda itu melakukan perjalanannya
dengan kecepatan paling tinggi.
Diam-diam dia berdoa didalam hati, semoga luka yang
diderita Go siau bi tidak mengalami perubahan apa apa dalam
ketujuh hari yang sempit itu, semoga kejadian diluar dugaan
bisa dihindari dan semuanya bisa berlangsung dengan aman
dan tenteram.
Setelah melakukan perjalanan sehari semalam, akhirnya
sampailah pemuda itu di tempat mana jenazah Thio sau-kun
dikebumikan.
Dari tempat kejauhan, ia saksikan didepan kuburan itu
berdiri beberapa sosok bayangan manusia, karena masih
terlampau jauh, maka sulitlah untuk diketahui siapa gerangan
manusia manusia yang berkumpul di sekitar tempat itu.
Tak terkirakan rasa kaget dan kejut Han siong Ki setelah
menjumpai bayangan-bayangan tersebut.
"Siapa mereka?" demikianlah dia lantas berpikir "siapa yang
berhenti dikuburan Thia sau kun? jangan jangan mereka
adalah kawanan jago dari perkumpulan Thian- che kau....."
Karena berpikiran demikian, tanpa sadar gerakan tubuhnya
kian lama kian bertambah perlahan.
Sementara pemuda itu masih ragu ragu untuk melanjutkan
perjalanannya kedepan mendadak sesosok bayangan manusia
bagaikan sambaran kilat meluncur turun tepat dihadapan
pemuda itu.
"Tecu mengunjuk hormat buat ciangbunjin" orang itu
segera memberi hormat sambil menyapa.
Kiranya, orang itu adalah siluman hitam seng Khe-ki.

1666
"Tak usah banyak adat" sahut anak muda itu sambil
mengebaskan ujung bajunya: "eeh... bukankah kalian
kutugaskan ke bukit si sin gan? Kenapa datang kemari...."
"Tecu berdua telah berkunjung ke bukit Si sin-gan tersebut"
jawab siluman hitam dengan hormat.
Sementara itu Han siong Kie telah menyaksikan pula
kehadiran orang yang kehilangan sukma ditempat itu maka dia
ulapkan tangannya untuk mengundurkan siluman hitam seng
Khe-ki, setelah itu dihampirinya perempuan misterius itu, lalu
sapanya dengan suara agak menggigil: "cianpwe..."
Orang yang kehilangan sukma beserta putrinya memang
terhitung manusia misterius yang sukar diikuti jejaknya, tapi
bagi Han siong Kie boleh dibilang terlalu banyak sudah budi
kebaikan yang diterimanya dari mereka, maka rasa hormatnya
terhadap kedua orang itupun jauh melebihi rasa hormatnya
kepada siapapun.
"Nak..." orang yang kehilangan sukma menyahut dengan
suara lirih, kaku dan berat sekali, suara tersebut seakan-akan
gumaman orang yang lagi mengigau, terasa begitu berat dan
sukar untuk membuka mulut.
Yaa ....itulah tandanya orang yang kesedihan, kesedihan
yang kelewat batas memang membuat orang segan untuk
berbicara, kendatipun buka suara, maka nadanya juga kaku
dan berat sekali.
Tapi apa yang disedihkan perempuan misterius ini? Apa
gerangan yang sebenarnya telah terjadi?
Han siong Ki melirik sekejap kearah orang yang ada
maksud yang bersandar dalam rangkulan orang yang
kehilangan sukma, untuk pertama kalinya dia menyaksikan
raut wajahnya yang cantik, yaa, gadis itu memang cantik jelita
ibaratnya bidadari dari kahyangan, bahkan kecantikannya jauh
melebih kecantikan Tonghong Hui, maupun Go siau bi.

1667
"Nak. engkaukah yang mengebumikan jenazah Kun-ji
ditempat ini?" serentetan suara teguran kembali
berkumandang.
Menyinggung soal "Kun-ji", Han siong Ki merasakan
jantungnya berdebar keras, badannya ikut gemetar, orang
yang kehilangan sukma juga menganggap Thio sau kun
sebagai Kun-ji? Apa gerangan hubungan mereka berdua .....?
Sekalipun dalam hati kecilnya dia menaruh rasa curiga,
akan tetapi pemuda itu tidak mendesak lebih jauh, diapun
mengangguk.
"Benar, akulah yang mengebumikan adik Kun disini"
"Adakah sesuatu benda yang ia serahkan kepadamu?"
kembali orang yang kehilangan sukma bertanya.
"Ada" jawab Han siong Kie semakin terperanjat, "dia
menyerahkan sebuah bungkusan kecil kepadaku, tapi... tapi....
dari mana cianpwe bisa tahu?"
Orang yang kehilangan sukma tidak menjawab pertanyaan
itu, dia menghadap ke arah kuburan dari Thio sau kun,
kemudian gumamnya dengan suara yang lirih:
"Anak Kun, beristirahatlah dengan tenang, engkau telah
mengerahkan segenap kemampuanmu untuk menyelesaikan
tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. arwah ayahmu yang
ada di alam baka tentu akan menyambut kehadiranmu dengan
senyuman dikulum."
Mendengar gumaman tersebut Han siong Kie semakin
curiga, dengan suara penuh emosi teriaknya:
"Locianpwee, sebenarnya siapakah engkau?"
Orang yang kehilangan sukma tetap tidak menanggapi
pertanyaannya itu, malahan dia berkata: "Nak. bongkarlah
kuburan tersebut"
"Bongkar kuburan?"

1668
"Yaa, bongkar kuburan dari anak Kun!"
"Tapi..........tapi. ....mau.......mau apa kau bongkar kuburan
ini?"
"Untuk memenuhi apa yang diharapkan oleh adik
perempuanmu!" jawab perempuan misterius itu lirih.
Han-siong Kie semakin kebingungan, untuk sesaat dia
berdiri termangu-mangu seperti orang bodoh ditatapnya
wajah orang yang kehilangan sukma dengan pandangan tidak
mengerti, selang lama sekali baru serunya lagi dengan lirih:
"Adik perempuanku? Siapakah dia?"
Pelan-pelan orang yang kehilangan sukma mengalihkan
pandangan matanya keatas jenasah dari Orang yang ada
maksud, kemudian sahutnya dengan sedih.
"Dialah adikmu!"
Hampir saja Han-siong Kie tidak percaya bahwa apa yang
didengarnya barusan adalah kenyataan. Orang yang ada
maksud adalah adik perempuannya? Padahal perempuan itu
adalah putrinya Orang yang kehilangan sukma, jadi kalau
begitu apa hubungan Orang yang kehilangan sukma dengan
diri sendiri....?
Suatu kejadian yang membingungkan, brenat-benar
kejadian yang tak dapat masuk diakal
Atau mungkin dalam sedihnya Orang yang kehilangan
sukma telah berbicara seadanya? Bukankah diwaktu waktu
Orang yang kehilangan sukma juga menganggap dirinya
sebagai putranya...........
Yaa, pasti begitu! Lantaran dia telah dianggap sebagai
putra sendiri oleh Orang yang kehilangan sukma, maka diapun
menyebut orang yang ada maksud sebagai adik perempuanya,
dan kejadian ini memang masuk diakal.

1669
Sekalipun dalam hatinya ia telah berpikir demikian, toh rasa
ingin tahunya berkecamuk juga dalam benaknya,
"Cianpwe maksudkan perempuan itu adalah adik
perempuan boanpwe?" kembali tanyanya
"Yaa, dia adalah adikmu!"
"Dan cianpwe adalah ibunya?" desak anak muda itu lebih
jauh dengan perasaan makin curiga.
"Benar aku adalah ibunya!"'
'Ibu kandung maksudku?"
"Yaa, ibu kandungnya?"
"Kalau memang begitu, kenapa...."
Tapi sebelum Han siong Kie menyelesaikan kata katanya,
orang yang kehilangan sukma telah menukas lebih dulu:
"Nak. jangan kau pikirkan persoalan yang lain sekarang
mari kita kebumikan dulu jenazahnya"
"Apakah jenazahnya harus dikubur bersama dengan
jenazahnya adik Kun"
"Yaa, harus"
"Boanpwe benar benar merasa tidak habis mengerti"
Dengan amat sedihnya orang yang kehilangan sukma
menghela napas panjang, katanya kemudian dengan menahan
kepedihan hatinya.
"Mereka adalah sepasang sejoli yang amat serasi, tapi
secara beruntun harus mengalami nasib yang malang dan
keadaan yang menyedihkan, aai... apa salahnya kalau kita
kebumikan mereka dalam satu liang yang sama setelah kedua
duanya meninggal?"
Dengan sedih akhirnya Han siong Kie mengangguk. dua
titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, dia lantas

1670
memanggil sepasang siluman hitam putih untuk membantu
membongkar kuburan dari Thio sau kun.
Ketika jenasah Thio sau kun muncul kembali dihadapan
mereka, Han siong Kie tak dapat menahan rasa sedihnya lagi,
air mata yang berlinang makin membasahi pipinya.
"Oooh.... anak Kun" terdengar orang yang kehilangan
sukma mengeluh, tubuhnya sempoyongan hampir jatuh,
untung dia masih dapat mempertahankan diri, kalau tidak....
entahlah bagaimana jadinya.
Ketika akhirnya jenasah telah dikebumikan dan tanah
diuruk kembali, maka diatas gundukan tanah baru itupun
tertancap sebuah batu nisan yang mengukirkan beberapa
patah kata:
"Disinilah disemayankan jenasah dari Thio saukun dan Han
siong Hiang"
"Han siong Hiang?" bisik Han siong Ki dengan tubuh
menggigil.
Hampir saja ia tak dapat membendung perasaan hatinya,
dengan rasa kaget dan hampir tak percaya ditatapnya tulisan
diatas batu nisan itu tanpa berkedip..
"Han siong Hiang" itulah nama yang hampir tak jauh
berbeda dengan nama sendiri, benarkah orang yang ada
maksud adalah adik kandungnya? Rasa sedih, kaget heran dan
termangu.... berkecamuk jadi satu didalam benannya, dia tak
tahu harus mempercayainya atau tidak?
”Tapi... tapi... paman guruku si tangan naga beracun Thio
Lin tak pernah membicarakan soal adik perempuanku itu,
kalau dia memang adikku mengapa paman guru tak pernah
mengungkapnya?". kembali anak muda itu berpikir keras.
Tiba tiba orang yang kehilangan sukma berpaling sambil
menatap Wajah Han siong Kie tanpa berkedip ujarnya:

1671
"Nak. tahukah engkau siapakah pembunuh yang telah
menghabisi nyawa kedua orang bocah yang malang itu?"
"siapa" bisik Han siong Kie dengan hati bergetar keras,
"Aku hanya mengetahui bahwa adik Kun mati di bunuh oleh
utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau...."
"Bukan Dia bukan dibunuh oleh mereka"
"Bukan?"
"Yaa bukan, kalau ingin mengetahui pembunuh yang
sebenarnya, maka seharusnya akulah orangnya.. Akulah
pembunuh yang telah menyebabkan sepasang bocah itu
menemui ajalnya, akulah pembunuhnya ....."
"Cianpwe kau jangan terlampau emosi, beristirahatlah dulu
agar kesegaran pulih kembali"
"Nak, aku tidak menjadi gila karena pikiranku menjadi tak
waras, akupun tidak menjadi kalap karena peristiwa yang
tragis ini. Tapi pada hakekatnya akulah pembunuh yang
sebenarnya yang mengakibatkan kematian mereka berdua,
karena rencanaku yang kurang cermat, karena aku tidak
melakukan tugas perlindungan yang ketat, maka akibatnya
mereka jadi korban..... akhirnya mereka harus mati dengan
sia-sia...."
Begitu sedih dan pedihnya perasaan orang yang kehilangan
sukma waktu itu, sehingga akhirnya ketika ia telah
menyelesaikan kata-katanya itu, ia menangis tersedu sedu.
Sementata itu Han siong Kie masih berdiri termangu,
pikirannya pada waktu itu masih penuh diliputi oleh suatu
tanda tanya besar, benarkah Han siong Hiang adalah adik
kandungnya?
Tapi ada satu hal yang dapat dirasakan olehnya, yakni
antara dia dengan orang yang kehilangan sukma pasti
mempunyai suatu hubungan yang istimewa, hanya hubungan
apakah itu? Dia tak berani menduga apalagi merabanya secara

1672
gegabah, sebab segala sesuatunya masih kabur dan tidak
dipahami olehnya.
Lama.... lama sekali... akhirnya orang yang kehilangan
sukma dapat mengendalikan perasaan sedihnya yang
berlebihan itu, katanya kemudian dengan lirih:
"Nak. ada suatu hal hendak kuberitahukan kepadamu, Go
siau bi telah lenyap tak berbekas"
Menyinggung soal Go siau bi, tiba tiba saja Han siong Ki
merasakan jantungnya berdebar keras, perkawinannya
dengan Go siau bi adalah merupakan hasil karya dari orang
yang kehilangan sukma, sungguh tak disangka bencana selalu
tidak berjalan sendirian, peristiwa tragis yang tak terdugapun
kembali terjadi.
Teringat akan diri Go siau bi, tanpa terasa si anak muda
itupun terbayang pula diri Buyung Thay, bukankah gadis Go
ada bersama sama perempuan cantik berbaju merah itu? Dia
percaya dengan kepandaian silat yang dimiliki perempuan baju
merah itu, tak nanti bisa terjadi bencana sebesar itu, padahal
Go siau bi mempunyai kesempatan hidup selama tujuh hari
saja, jaraknya dari hari ini tinggal sehari setengah, bila dia
tidak mati lantaran peristiwa yang diluar dugaan, toh sama
saja gadis itu juga akan tewas bila tak diberi obat mustika simia
kim wan.
Berpikir sampai disini, ia jadi amat sedih, dengan hati yang
perih ujarnya: "Cianpwe, tahukah engkau adik Bi saat ini
berada dimana?"
Orang yang kehilangan sukma termenung sejenak.
kemudian sahutnya dengan lirih:
"Kemungkinan besar dia sudah terjatuh ke tangan orang
orang dari perkumpulan Thian che kau"

1673
"Lagi lagi perbuatan dari orang orang perkumpulan Thian
che kau" teriak pemuda itu sambil menggertak gigi, "Aaai .....
tapi.... diapun tak bisa hidup beberapa hari lagi"
"Tak dapat hidup beberapa hari lagi? Kenapa..?"
Maka Han siong Ki segera mengisahkan bagaimana Go siau
bi terluka dan bagaimana pula jauh jauh dia berangkat ke
bukit Ciong san untuk mencarikan obat mustika Si-aiia-kimwan
untuk menyambung nyawanya.....
Selesai mendengar keteraagan tersebut, dengan suara
gemetar Orang yang kehilangan sukma segera berkata:
"Nak, kalau begitu dia lebih banyak bahayanya daripada
selamat, waah.. bagaimana baiknya sekarang?"
"Aku bersumpah akan menuntut balas atas hutang
berdarah ini seratus kali lebih hebat daripada waktu
kuterima......"
"Benar nak, memang sudah tiba saatnya bagimu untuk
membuat segala perhitungan!"
Tiba-tiba Han-siong Kie jatuhkan diri berlutut dihadapan
Orang yang kehilangan sukma, kemudian katanya:
"Locianpwe. aku ingin tahu siapakah musuh besarku yang
sebenarnya? Aku ingin tahu siapakah pembunuh keji yarg
telah membantai dua ratus jiwa keluarga Han dan keluarga
Thio pada lima belas tahun, berselang.... beritahulah
kepadaku cianpwe, aku akan membunuh musuh besarku itu,
akan kucingcarg tubuhnya jadi berkeping-kepng"
”Bangunlah dulu nak, akan kuberitahukan segala
sesuatunya itu kepadamu..........!"
"Tidak! Boanpwe tak akan bangkit sebelum hari ini
locianpwe memberitahukan nama pembunuh terkutuk itu
kepadaku!"

1674
"Bangunlah dahulu nak....Aku telah bersiap sedia
menceritakan segala sesuatunya itu kepadamu”
Setelah memperoleh janji dari Orang yang kehilangan
sukma, Han-siong Kie pun bangkit berdiri, tapi air mata telah
mengucur keluar dengan derasnya membasahi seluruh pipi
dan badannya.
Sudah lama ia nantikan saat seperti ini, dan diapun tahu
bahwa Orang yang kehilangan sukma yang merupakan
perempuan misterius itu sangat mengetahui semua persoalan
yang sedang dihadapinya, tapi selama ini selalu mengelak
memberi keterangan, tingkah lakunya selalu serba misterius
dan tak bisa ditangkap ujung pangkalnya, maka ketika saat ini
perempuan tersebut secara sukarela hendak membongkar
rahasia tersebut kepadanya maka tak terkirakan rasa
girangnya menghadapi kenyataan tersebut.
Tiba-tiba Orang yang kehilangan sukma menatap wajah
pemuda itu dengan sinar mata yang tajam, kemudian dengan
wajah serius dan bersungguh-sungguh katanya:
"Nak, serahkan dulu benda yang diberikan anak Kun
kepadamu itu padaku, setelah kuperiksa isi benda itu maka
semuanya akan kubeberkan kepadamu....."
Mendengar permintaan tersebut, Han siong Kie merasa
serba susah, bukannya dia hendak menampik permintaan dari
orang yang kehilangan sukma tapi yang sebenarnya Thio sau
kun telah mengorbankan jiwanya demi bungkusan tersebut, ini
menunjukkan betapa pentingnya benda itu. Dan disaat ia
menjelang kematiannya telah berpesan agar benda itu
diserahkan kepada ibunya bahkan meminta kepadanya untuk
melindungi benda itu walau dengan jiwa ragapun, atau
dengan perkataan lain benda tersebut tak dapat dihilangkan,
tentu saja dia tak ingin melakukan segala macam tindak
perbuatan yang bisa menyebabkan sukmanya dialam baka
menjadi tak tenang .......

1675
Untuk sesaat dia jadi gelagapan dan tak tahu apa yang
musti diucapkan kepada perempuan itu.
"Nak kenapa kau?" ketika ditunggunya namun pemuda itu
tidak melakukan gerakan apapun, orang yang kehilangan
sukma pun menegur dengan suara keheranan.
"Ooh, tidak apa apa.... tidak apa apa... cuma saja... ehmm,
cuma saja ..."
"Cuma saja kenapa?"
"Sebelum kematiannya tiba, adik Kun telah berpesan
kepadaku agar menyerahkan benda ini kepada ibuku sekalipun
boanpwe tidak tahu benda apakah sebenarnya yang
dibungkus ini, tapi ......... boanpwe sendiri pun tak ingin
mengingkari janjiku sendiri yang telah diucapkan didepan
pusaranya, maka dari itu.... maka dari itu harap locianpwe
suka memaklumi keadaanku"
"Oooh.... begitukah? Tapi... aku rasa diperlihatkan sekejap
kepadakupun tak ada salahnya bukan?"
Han siong Kie hanya bisa berdiri dengan wajah minta maaf,
untuk sesaat dia benar benar tak tahu apa yang musti
dilakukan......
"Nak, apakah engkau merasa tidak berlega hati untuk
memperlihatkannya kepadaku?" akhirnya orang yang
kebilangan sukma berkata lagi.
Merah padam selembar wajah Han siong Ki karena jengah,
ia jadi gelagapan dibuatnya.
"Boanpwe percaya seratus persen kepada diri cianpwe,
cuma... cuma dalam hal ini menyangkut satu janji, maka dari
itu.... aku rasa.. aku rasa ..”
Orang yang kehilangan sukma segera manggut-manggut.
selanya: "Tindakanmu memang benar nak, kalau begitu
ayohlah sekarang juga mari kita Berangkat!"

1676
"Berangkat.. Berangkat kemana?”
"Kita akan berkunjung kebenteng maut!"
"Ke Benteng maut?" pemuda itu mengulangi.
Orang yang kehilangan sukma hanya mengangguk.
-ooo0dw0ooo-
Bab 91
HAN SIONG KIE merasa agak tercengang dan diluar
dugaan setelah mendengar perkataan itu, serunya kemudian
dengan keheranan:
"Cianpwe, bukankah engkau telah berjanji kepada boanpwe
untuk memberitahukan segala sesuatunya kepadaku?"
"Benar, aku memang telah berjanji tapi kita harus
berkunjung dahulu ke benteng maut, disanalah akan
kuberitahukan segala sesuatunya itu kepadamu!"
"Kenapa?"
"Tentu saja dikarenakan ada alasan alasan tertentu!"
"Tapi boanpwe ingin berkunjung lebih dahulu ke tebing Sisin-
gan,....aku pikir....."
Rupanya orang yang kehilangan sukma dapat memahami
perasaan Han-siong-Kie pada saat ini. cepat dia goyangkan
tangannya berulang kali.
"Nak. engkau tak usah pergi kesana lagi, sebab tempat itu
sudah berubah jadi puing puing yang berserakan, andaikata
Go siau bi telah mati, tubuhnya juga sudah hancur menjadi
abu, sebaliknya jika ia masih hidup, pergi kesitupun tak ada
gunanya, karena sekalipun engkau pergi kesana juga tak akan

1677
berjumpa dengannya" Dengan sedih Han siong Kie
mengangguk, diapun mengalihkan pembicaraan ke soal lain.
"Cianpwe, benarkah Han siong Hiang adalah adik
perempuan kandungku.?"
"Benar kalian adalah saudara kandung"
"Lalu..... dia.... sebenarnya dia mati ditangan siapa?"
Orang yang kehilangaa sukma mengeluh penuh kesedihan,
ia tidak menjawab sebaliknya malah berkata demikian:
"Jangan kau tanyakan pada saat ini, sesampainya di
benteng maut, semua rahasia ini pasti akan kuberitahukan
kepadmu"
Tapi, mengapakah orang yang kehilangan sukma bersikeras
hendak pergi ke benteng maut lebih dahulu sebelum
membongkar semua rahasia dan semua kejadian yang
sebenarnya? Pertanyaan ini sukar dijawab, sebab pada
hakekatnya masih merupakan suatu teka teki, suatu rahasia
besar yang tak terjawab oleh siapapun.
Tiba-tiba Han siong Kie teringat oleh larangan yang
ditetapkan pemilik benteng maut, dia melarang setiap orang
asing memasuki benteng tersebut secara sembarangan, itu
berarti kurang leluasa bila dia membawa serta siluman hitam
dan putih dalam perjalanannya kali ini.
Karenanya, setelah termenung dan berpikir sebentar,
akhirnya dari dalam sakunya dia ambil keluar tanda pengenal
yang diberikan pengemis dari selatan kepadanya itu,
kemudian sambil diserahkan kepada sepasang siluman,
pesannya:
"Kalian berdua dengan membawa tanda pengenal ini
berangkatlah ke markas besar kay pang dan temuilah si
pengemis dari selatan, sampaikan kepadanya bahwa aku
minta tolong untuk mencarikan jejak seseorang, orang itu

1678
bernama Ting Hong usianya diantara dua puluh enam, dua
puluh tujuh tahunan, dia adalah seorang perempuan..."
"Engkau hendak minta bantuan pihak kaypang untuk
mencari jejak seseorang?" sela orang yang kehilangan sukma
secara tiba tiba. Pemuda itu mengangguk.
"Benar, anak buah kay pang tersebar luas sampai dimana
mana, mencari orang bukan pekerjaan yang terlampau susah
bagi mereka"
"siapakah Ting Hong itu? Perempuan macam apakah dia?"
orang yang kehilangan sukma mendesak lebih jauh.
Maka Han siong Kie pun menceritakan kembali bagaimana
dia minta obat mustika si mia kim-wan dari si nenek jelek dari
sin ciu, dan bagaimana pula dia telah menyanggupi si nenek
jelek tersebut untuk mencarikan jejak putrinya
Setelah mendengar keterangan itu, orang yang kehilangan
sukma baru menganggukkan kepalanya berulang kali tanda
mengerti.
Dengan penuh rasa hormat siluman hitam Seng Keh khi
menerima tanda kepercayaan dari tiang lo perkumpulan
kaypang itu, kemudian tanyanya dengan suara lirih: "Apakah
ciangbunjin masih ada petunjuk lain?"
"setelah menyelesaikan tugas yang kubebankan itu, dari
markas Kay pang kalian berdua boleh menunggu
kedatanganku di sekitar benteng maut"
"Terima perintah"
"selain daripada itu, serahkan kitab pusaka Tay boan yokpit
kip tersebut kepadaku"
Dengan sangat hati-hati siluman putih Hong Ing ing
mengeluarkan bungkusan kecil dari sakunya kemudian
diangsurkan kepada anak muda itu dengan hormat.

1679
Setelah menerima kitab itu dan menyimpan pula dengan
hati-hati pemuda itupun berkata lagi:
"Nah, sekarang kalian boleh berangkat lebih dahulu"
"Baik" sepasang siluman itu mengiakan dengan cepat,
setelah memberi hormat berangkatlah mereka tinggalkan
tempat itu.
Menanti bayangan punggung dari sepasang siluman hitam
dan putih sudah lenyap dari pandangan, orang yang
kehilangan sukma baru berkata dengan suara serak: "Nak,
sekarang kitapun harus segera berangkat "
"Baiklah"
Sebelum meninggalkan tempat itu sadar atau tidak sekali
lagi kedua orang itu mengalihkan pandangan matanya keatas
gundukan tanah baru, setelah memberi hormat untuk terakhir
kalinya, merekapun menjejakkan kakinya ke atas tanah dan
secepat kilat melakukan perjalanan menembusi jalan raya
yang lenggang.
Suatu hari, ketika sang, surya baru memancarkan sinarnya,
benteng maut telah berada didepan mata.
Menyentuh kembali pemandangan lama, tanpa sadar Han
siong Kie alihkan sinar matanya ke atas batu cadas dimana ia
berkenalan dan mengangkat tali bersaudaraan dengan Tong
hong Hui, masih mendingan kalau dia tidak berpaling, begitu
menyaksikan apa yang tertera dihadapannya, hampir saja dia
menjerit kaget.
Diatas puncak batu cadas itu telah bertambah dengan
sebuah gundukan tanah berbatu yang sangat mirip dengan
sebuah kuburan, di tepi kuburan tadi berdirilah manusia aneh
berambut panjang.
Han sing Kie merasa tidak terlampau asing dengan manusia
aneh berambut panjang itu, karena dia bukan lain adalah siau
suheng dari Tonghong l-Hui .....

1680
Rupanya orang yang kehilangan sukma juga mempunyai
suatu perasaan yang tidak enak, tiba-tiba ia berpaling sambil
menegur: "Nak, apa yang telah terjadi?"
"orang yang berdiri diatas puncak batu cadas itu tak lain
adalah Siau susiok dari boanpwe" jawab pemuda itu lirih.
Orang yang kehilangan sukma mengalihkan sorot matanya
keatas puncak bukit itu, kemudian dengan tubuh gemetar
keras sahutnya:
"Yaaa benar, dia adalah ahli waris paling muda dari
Tengkorak maut, tapi..... mau apa dia berada di situ...?"
"Biar boanpwe kesana untuk memeriksa nya" Tidak
menunggu jawaban dari perempuan misterius itu lagi, dengan
suatu gerakan yang sangat cepat anak muda itu melayang
kedepan mendaki batu cadas tersebut.
Ketika tubuhnya hampir mencapai puncak tiba tiba manusia
aneh berambut panjang itu memutar badannya sambil siap
melancarkan sebuah pukulan.....
"siau susiok tahan Aku yang datang" cepat-cepat anak
muda itu berseru cemas.
Manusia aneh berambut panjang itu menurunkan kembali
tangannya, tapi sinar matanya yang bengis dan penuh hawa
napsu membunuh itu menatap diatas wajah Han siong Kie
tanpa berkedip. begitu menggidikkan dan mengerikannya
tatapan tersebut membuat siapapun merasa bahwa tatapan
tadi penuh dengan perasaan dendam, gusar dan benci....
Dengan perasaan tercengang dan tidak habis mengerti,
Han siong Ki mundur satu langkah ke belakang.
Tiba tiba .....yaa begitu tiba tiba rasanya, ketika sinar
matanya terbentur dengan serangkaian tulisan yang tertera
didepan gundukan tanah berbatu itu, hampir saja ia menjerit
lengking. Apa gerangan yang tertera disana?

1681
Didepan gundukan tanah berbatu itu, diatas sebuah batu
nisan terteralah beberapa huruf yang berbunyi demikian:
"Disinilah disemayankan putriku sayang Tong hong Hui"
Keenam huruf tersebut bagaikan enam bilah pisau tajam
yang bersama sama menghujam keatas ulu hatinya, seketika
itu juga ia merasa denyutan nadinya seolah olah telah
berhenti beredar, jantung pun ikut berhenti, sekujur badannya
telah terasa jadi kaku dan membeku, pandangan matanya
berkunang kunang, seluruh jagad terasa berputar kencang
......
"Adik Hui ........"
Hanya dua patah kata itu yang sempat diucapkan, tiba tiba
ia muntah darah kental, tubuhnya jadi sempoyongan dan tahu
tahu dengan lemas ia sudah terpelanting dan roboh tak
sadarkan diri didepan gundukan tanah berbatu itu.
Ketika ia sadar kembali untuk kedua kalinya, ditemuinya dia
sedang berbaring dalam pelukan orang yang kehilangan
sukma, cepat pemuda itu meronta dan bangun berdiri
Dilihatnya manusia aneh berambut panjang itu masih
berdiri disampingnya dengan sepasang mata yang bengis dan
penuh hawa napsu membunuh, seakan akan tubuhnya tak
pernah bergeser dari tempat kedudukannya semula.
Kematian dari Tonghong-Hui telah menghancur lumatkan
perasaan dan hatinya.
Semua perasaan cinta, semua perasaan sayang yang
pernah ia limpahkan kepada gadis itu, sekarang ikut terkubur
bersama tubuhnya yang telah tak bernyawa.
"oooh... adik Hui....adik Hui sayang..."demikian gumamnya
seorang diri, "begitu tegakah engkau tinggalkan aku secara
diam diam...? Mengapa tidak kau kabarkan lebih dulu
kepadaku bahwa engkau akan pergi jauh....? Pergi
meninggalkan aku untuk selama lamanya..?"

1682
Air mata bagaikan bendungan yang meluap mengucur
keluar tiada hentinya dengan derasnya.
Ia merasa dirinya telah mencapai ujung dari kehidupan
seorang manusia, dunia kenyataan telah tiada berarti lagi
baginya, dunia nyata sudah tidak mendatangkan kegairahan
apapun bagi dirinya....
Tragedi yang pernah diramalkan orang yang kehilangan
sukma bila hubungan mereka dilanjutkan kini sudah terbukti
nyata, akhirnya peristiwa yang tragis itu tak dapat dihindari, ia
harus menelan semua penderitaan dan siksaan tersebut
dengan begitu saja.
"Siau susiok. kenapa dia bisa mati? Apa yang menyebabkan
kematiannya itu .....?" serunya kemudian dengan suara
lantang.
Manusia aneh berambut panjang itu tidak menjawab, dia
hanya berdiri dengan mata melotot besar.
"siau susiok" sekali lagi Han siong Kie berteriak "dia .... "
Orang yang kehilangan sukma yang selama ini
mendampingi terus di sampingnya segera berkata dengan
lirih:
"Nak. tak ada gunanya engkau bertanya kepadanya, sebab
dia bisu dan tak mungkin bisa menjawab pertanyaanmu itu"
Sekarang Han siong Kie baru teringat bahwa manusia aneh
berambut panjang itu adalah seorang yang bisu, baru saja dia
hendak bertanya dengan menggunakan kode tangan .....
"Plok.... Plok....." tiba tiba manusia aneh berambut panjang
itu ayunkan tangannya dan secara beruntun melepaskan dua
buah tamparan keras yang membuat Han siong Kie mundur
beberapa langkah dengan sempoyongan, darah kental
berhamburan keluar dari ujung bibirnya.

1683
Menyaksikan adegan tersebut, orang yang kehilangan
sukma berseru tertahan karena kaget.
Han siong Kie sendiri berdiri kaku ditempat membiarkan
pipinya digaplok berulang kali oleh manusia berambut panjang
itu, dia tak tahu menghindar, tak mengerti rasa sakit seakan
akan semua tubuh dan perasaannya sudah menjadi kaku dan
kesemutan, seakan akan ia sudah tidak mempunyai reaksi lagi
terhadap semua kejadian yang berada didalam ini.
Apa yang ada dalam hati dan perasaannya sekarang adalah
kesedihan, kepedihan dan perasaan menyesal yang tebal.
"Adik Hui... oooh adik Hui" kembali dia mengeluh, "akulah
yang telah menyebabkan kematianmu, kesemuanya ini akulah
yang bersalah... oooh.... adik Hui"
"Plokk" kembali sebuah tamparan nyaring bersarang diatas
wajahnya membuat tubuh anak muda itu sempoyongan
seperti mau ambruk. darah kental dalam jumlah yang besar
meleleh keluar dari ujung bibirnya yang terkatup rapat.
"siau susiok.... aku... aku harap engkau dapat
membinasakan diriku.... oooh siau susiok. bunuhlah aku...
agar aku dapat menyusul adik Hui dialam baka." pinta Han
siong Ki dengan wajah yang amat mengenaskan.
Manusia aneh berambut panjang itu tidak menunjukkan
reaksi apa apa, dengan sikap yang tetap berang dia
mengambil keluar sepucuk surat dari dalam sakunya,
kemudian dilemparkan ke hadapan Han siong Ki dengan sikap
yang kasar sekali.
Serta merta Han siong Ki menyambut surat itu, mula mula
dia pejamkan matanya untuk menenangkan perasaan hatinya
yang bergolak. setelah itu dengan tangan gemetar dia baru
membuka sampul surat tersebut.
Terlihatlah tulisan yang tertera diatas kertas itu ditulis
dengan darah kental yang amat nyata.

1684
"oooh darah Darah Tulisan darah dari adik Hui yaaa,
pastilah surat darah darinya." Pemuda itu sempoyongan,
akhirnya jatuh terduduk diatas tanah.
Tulisan tulisan berdarah itu terasa kian lama kian
mengembang jadi amat luas dalam benaknya, begitu luasnya
sehingga berubah jadi sebuah lautan darah yang sangat luas,
wajah Tonghong Hui yang pucat dan lusuh seolah-olah muncul
dihadapan matanya.. Pemuda itu berusaha menangkapnya,
tapi dia hanya menangkap tempat kosong.
Dengan sekuat tenaga ia menjerit dan memanggil
namanya, tapi bagaikan sebuah patung arca dia tidak
bereaksi, tidak melakukau suatu tindakan balasanpun.
Bayangan semu akhirnya lenyap dari pandangan mata,
lapat lapat diapun mulai mengenali kembali tulisan-tulisan
darah yang tertera diatas kertas tersebut. Terbacalah tulisan
itu berbunyi demikian:
"Aku tak tahu harus menyebut kau sebagai engkoh Ki
ataukah sebagai keponakan muridku? Dikala kau membaca
surat berdarah ku ini, aku telah sampai didunia yang lain, aku
tinggalkan dunia yang ramai ini dengan hati serta perasaan
yang kosong, karena aku tidak memiliki apa apa, tidak berhasil
mempunyai apa apa, karena apa yang kumiliki telah
kuserahkan semua kepadamu. Tanpa kau, kehidupanku
dialam ini terasa hambar dan tak ada artinya. tapi......
kenyataan yang keji telah menciptakan suatu jurang pemisah
yang begitu lebar, yang begitu dalam sehingga tak mungkin
bagi kita untuk menyeberanginya, walau sepanjang masapun
hanya kematian merupakan pelepasan bagiku dari kemelut
dan kenyataan yang serba pahit serta getir ini.
Apakah yang masih tersisa dalam hati kita masing masing?
suatu perasaan. cinta yang dosakah?
Atau peristiwa cinta yang terkutuk ?

1685
Dengan penuh kepedihan ia merintih, matanya terpenjam
rapat rapat sedang mulutnya bergumam tiada hentinya.
"Cinta yang berdosa? Ataukah cinta yang terkutuk.?"
Tapi mungkin juga semuanya tidak benar, karena cinta
kasih mereka yang suci murni justru terhalang oleh segala
bentuk adat istiadat yang sudah berlaku semenjak dahulu
kala.
Pelan pelan orang yang kehilangan sukma menepuk
bahunya, kemudian dengan nada berat dan tertekan ujarnya:
"Nak. tenangkan hatimu. kobarkan kembali semangatmu,
karena segala sesuatunya pasti akan terjadi perobahan, tidak
selalu manusia itu sengsara, setelah gelap tentu terbitlah
terang, ingatlah nak bahwa dunia selalu berputar."
Han siong Kie manggut-mang gut dengan mulut
membungkam, pelan pelan ia membuka mata lagi, kemudian
dibacanya surat itu lebih jauh:
"Impian yang telah hilang, selamanya tak mungkin bisa
didapatkan kembali semasa hidup, kita tak dapat hidup
bersama. setelah mati, kita tak dapat dikubur dalam seliang"
"oooh ..... betapa kejamnya kenyataan yang ada didunia
ini, masih adakah kekejaman dan kebengisan lain yang
terdapat didunia ini ?
Aku tahu engkau tak salah, tapi akupUn tak salah, kalau
ingin mencari kambing hitamnya maka kesalahan tersebut
hanya bisa dilimpahkan pada takdir yang telah mengatur
segala galanya.
Setelah aku mati, jenasahku telah kutitipkan kepada siau
suko agar dikebumikan di atas batu cadas dimana untuk
pertama kalinya kita bertemu, dimana kita menjalin tali
persaudaraan, dan anggaplah hal ini sebagai suatu akhir dari
permulaanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1686
Bila mati tanpa mengetahui segala sesuatunya maka segala
sesuatunya akan sirna dan lenyap jadi abu, tapi bila setelah
mati aku bisa tahu, maka sukmaku akan mendampingi kau
untuk selamanya, karena setelah pelepasan tiada adat yang
bisa mengikat diriku lagi, tiada peraturan yang bisa merintangi
niatku lagi, tiada kekuatan yang akan mampu untuk
memisahkan aku daru sisimu.
Selamat tinggal sayang, selamat tinggal untuk selamalamanya.
Terimalah salam mesra, salam paling hangat disertai peluk
ciumku yang terakhir hanya untukmu seorang.
"Tulisan terakhir dari Hui"
Tatkala pemuda itu selesai membaca surat itu, dengan
lemas ia melepaskan genggamannya atas surat itu terhembus
oleh angin gunung yang kencang surat itu terhempas di atas
batu kemudian terbang ke bawah dan terjatuh di atas sungai,
lenyap tertelan ombak besar...
"oooh... adik Hui... adik Hui... tunggulah aku, aku segera
akan menyusul dirimu" jerit Han siong Kie dengan suara yang
amat memilukan hati, saking kalut dan sedihnya, tiba-tiba
pemuda itu mengayunkan telapak tangannya dan langsung
dihantamkan ke atas ubun-ubun sendiri..
Akan tetapi, sebelum serangan tersebut mencapai
sasarannya, mendadak ada sebuah tangan lain yang
menangkap gerakan tangannya itu sehingga pemuda tersebut
tak sanggup melanjutkan gerakannya untuk menghabisi
nyawa sendiri
"Han siong Kie, benarkah engkau dengan tindakan tololmu
ini? Benarkah engkau harus menghabisi nyawamu pada saat
seperti ini? Ketahuilah nak. tindakanmu ini tak dapat
diampuni, aku ingin bertanya kepadamu, jika engkau mati
konyol lantas siapakah yang akan membalaskan dendam
kesumat yang lebih dalam dari samudra? Apakah engkau

1687
mempunyai muka untuk berjumpa dengan arwah ayahmu
dialam baka? Thio sau kun, Han siong Hiang apakah bisa mati
meram menyaksikan tingkah lakunya yang tolol dan tidak bisa
dipertanggung jawabkan itu?"
Mendengar teguran tersebut, seperti kepalanya dihantam
dengan martil seberat ribuan kati, seketika itu juga Han siong
Kie merasakan hatinya bergetar keras, diapun sadar kembali
dari rasa sedihnya yang melampaui batas itu.
Ketika dilihatnya pemuda itu telah sadar kembali dari
kepedihan hatinya, orang yang kehilangan sukmapun
melepaskan cengkeramannya atas lengan anak muda itu,
kembali ujarnya:
"Nak. tidakkah engkau merasa bahwa menghabisi nyawa
sendiri lantaran urusan muda-mudi adalah suatu perbuatan
paling memalukan yang tak bisa dipertanggung jawabkan?
Apalagi dia adalah bibi gurumu sendiri..."
Han siong Kie mundur lagi beberapa langkah dengan
sempoyongan, untuk kesekian kalinya anak muda itu muntah
darah kental.
Pelan pelan manusia aneh berambut panjang itu memutar
badannya, dua titik air mata sempat mengucur keluar
membasai pipinya yang telah berkeriput.
Yaa.... peristiwa ini memang merupakan suatu tragedi yang
amat memilukan hati, siapa yang mengharapkan terjadinya
peristiwa semacam ini?
Dari kejadian ini dapat pula dibayangkan bagaimanakah
masa depan Han siong Ki setelah peristiwa ini, kehidupannya
pasti akan kosong, hampa dan sama sekali tak ada artinya,
karena dia telah kehilangan kekasihnya, semua kasih sayang,
semua perasaan cintanya ikut terkubur bersama matinya
Tonghong Hui, dia telah kehilangan pegangan hidupnya yang
paling berarti ......

1688
Sementara suasana diliputi kesedihan dan kemurungan,
tiba tiba dari dalam benteng maut meluncur keluar bom
udara, kemudian meledak di angkasa dan menimbulkan jilatan
api yang berwarna biru.
Menyaksikan hal itu, manusia aneh berambut panjang itu
berkaok kaok aneh, secepat sambaran kilat ia segera
tinggalkan tempat itu dam kabur kembali ke arah benteng
maut. orang yang kehilangan sukma pun menjerit kaget.
"Aduuuh celaka" demikian serunya, "didalam benteng maut
telah terjadi musibah besar"
Tak terkirakan rasa kaget Han siong Kie setelah mendengar
perkataan itu, pikirannya yang semula masih melayang tak
menentu segera terhimpun kembali menjadi satu.
"Apa? Terjadi musibah besar dalam benteng maut?"
teriaknya penuh rasa kaget.
"Benar nak, ayoh kita segera berangkat, jilatan api warna
biru yang meledak diangkasa itu adalah tanda khusus dari
perkumpulan Thian che-kau yang mengartikan bahwa tugas
yang dibebankan kepada mereka telah selesai dikerjakan,
entah peristiwa besar apa yang sudah berlangsung dalam
benteng itu."
"Hmmm..... Lagi lagi ulah dari Thian che kau" teriak Han
siong Kie sambil menahan geramnya..
"Nak, kita harus cepat cepat berangkat kesana"
Serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang memecahkan kesunyian, dari atas dinding
benteng melayang turun dua sosok bayangan manusia dan
mereka menggeletak didepan kaki manusia aneh berambut
panjang itu.
Orang yang kehilangan sukma tidak membuang banyak
waktu lagi, dia melejit lebih dahulu meluncur kebawah,
sementara Han siong Ki sendiri untuk sementara harus

1689
mengesampingkan dulu rasa sedihnya diapun menyusul dari
belakang......
Dua orang kakek berbaju hijau menggeletak diatas tanah,
salah seorang diantaranya sudah terhajar oleh manusia aneh
berambut panjang itu sehingga kepalanya hancur dan isi
benaknya berceceran diatas tanah sambil merintih tiada
hentinya.
Sepasang mata manusia aneh berambut panjang itu
memancarkan sinar merah yang mengerikan, sayang dia
seorang bisu, ada kesulitanpun sukar diutarakan, tak mungkin
mencari berita dari mulutnya.
Dengan suatu gerakan yang hampir bersamaan, Orang
yang kehilangan sukma dan Han siong Kie mencapai ditempat
tujuan dengan cepatnya.
Melihat kemunculan kedua orang itu, manusia aneh
berambut panjang itu segera berkaok kaok sambil menuding
kakek yang terluka dan menggeletak diatas tanah itu,
kemudian menuding mulutnya, dan menuding pula telinga
sendiri, maksudnya dia menyuruh Han siong Kie menanyai
orang itu dan dia akan ikut mendengarkannya dari samping.
Orang yang kehilangan sukma segera memahami maksud
dari manusia aneh itu, kepada kakek yang menggeletak diatas
tanah segera tegurnya:
"Kun kang liong (naga dari sungai), besar amat nyalimu
sehingga kalian berdua berani mencari gara gara di benteng
maut. Hmm, rupanya engkau sudah makan nyali beruang
empedu macan tutul"
Ketika asal usulnya diketahui orang, kakek itu tampak
sangat terperanjat sehingga sukma serasa melayang
meninggalkan raganya, dengan ketakutan serunya: "sia...
sia... siapakah kau.?"

1690
"Hmmm Kau tak usah bertanya siapakah aku" tukas orang
kehilangan sukma dengan dingin " cukup terangkan saja
kepadaku, kalian telah menjual nyawa bagi siapa sehingga
begitu berani mencari gara gara didalam benteng maut"
Kun kang liong tidak segera menjawab, ia termenung
sebentar lalu baru katanya:
"saudara ku telah mati, akupun enggan untuk hidup
seorang diri, sudah Kau tak usah banyak bertanya, tak nanti
aku akan menjawab pertanyaanmu. Hmm, mau turun tangan
ayolah cepat turun tangan, pokoknya sebentar lagi benteng
maut bakal lenyap dari muka bumi bagaikan asap yang
membuyar diangkasa"
Manusia aneh berambut panjang itu memang tak dapat
berbicara, tapi telinganya berfungsi secara normal, ketika
mendengar jawaban tersebut, dia jadi berang, telapak
tangannya segera diayun kebawah siap membinasakan orang
itu. .
Dengan cepat orang yang kehilangan sukma menghalangi
niatnya itu, kembali dia berkata:
"Kun kung liong, berhargakah jiwamu kau jual bagi Thian
che kaucu? Tidakkah engkau merasa bahwa perbuatanmu itu
kelewat tolol?"
"Aaah .... kamu ini bawel amat, mau bunuh mau cincang
ayolah segera dikerjakan, apa gunanya banyak ngebacot yang
tidak ada gunanya?"
"Aku tidak akan membinasakan dirimu, hanya ilmu silatmu
saja yang kupunahkan, setelah itu akan kutotok jalan darah
Im hiat mu, akan kubiarkan engkau hidup tersiksa hingga
akhir jaman nanti"
Mendengar ancaman itu, Kun king liong menggigil karena
ketakutan, yaa Pada hakekatnya ancaman itu cukup untuk
menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya...

1691
"sebenarnya engkau bersedia menjawab tidak?" sekali lagi
orang yang kehilangan sukma mengancam.
"Tidak" Kun king lioug tetap melotot dengan gigihnya.
Sementara perdebatan berlangsung makin sengit, tiba tiba
dari arah pintu benteng berkumandang suara gemerincing
yang sangat nyaring, menyusul kemudian pintu gerbang itu
terpentang lebar dan puluhan sosok bayangan manusia
berhamburan keluar dengan cepatnya.
Manusia aneh berambut panjang itu berkaok kaok aneh, dia
segera melayang keudara dan menyambar kebalik dinding
benteng dengan cepatnya.
"Aduh celaka...." teriak orang yang kehilangan sukma
dengan hati terperanjat.
Belum habis dia menjerit, dari balik semak belukar ditepi
sungai telah bermunculan puluhan sosok bayangan manusia.
Han siong Kle saking kagetnya untuk sementara waktu
berdiri tertegun, ia tidak habis mengerti apa gerangan yang
sebenarnya telah berlangsung disana.
Sementara si anak muda itu masih tertegun, orang yang
kehilangan sukma telah mengayunkan tangannya menghajar
Kun kung liong hingga terjebur kedalam sungai, kepada anak
muda itu teriaknya:
"Nak. usahakanlah sekuat tenaga untuk membendung
orang orang itu, jangan lepaskan barang seorangpun
diantaranya mereka, bunuh setiap orang yang kau jumpai"
Dalam keadaan seperti ini, Han siong Kie tak sempat untuk
menanyakan alasannya lagi, dia sendiripun dapat merasakan
betapa serius dan gawatnya situasi yang dihadapinya
sekarang, dengan suatu lompatan yang cepat ia melayang ke
atas jembatan batu dan bersiap sedia menghadapi segala
kemungkinan yang tidak diinginkan.

1692
Jembatan batu itu separuh diantaranya tenggelam dibalik
air sungai yang sedang pasang naik, dan jembatan itu pula
merupakan satu satunya jalan penghubung dari benteng maut
kedunia luar, oleh karena tempatnya amat sempit dan cuma
bisa dilalui oleh seorang saja, maka dengan hadirnya Han
siong Ki menyumbat jembatan batu itu, maka boleh dibilang
posisinya benar kuat sekali.
Ditengah bentakan nyaring orang yang kehilangan sukma
telah terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru
melawan orang orang yang baru keluar dari benteng maut itu.
Han siong Kie berpaling dan memandang kebelakang apa
yang kemudian terpampang dihadapan matanya membuat ia
merasa jantungnya berdetak sangat keras saking kagetnya,
seketika itu juga mengertilah sianak muda itu apa gerangan
yang telah terjadi?
Dalam pada itu dua sosok bayangan manusia telah
berlarian menuju kehadapannya, dan kedua orang itu tak lain
adalah Im yang siang sat, sepasang malaikat hawa dingin dan
hawa panas yang pernah ditemuinya. Dengan kemunculan
dua orang ini, maka sudah jelas lagi duduknya persoalan, jelas
semua gembong gembong iblis yang disekap didalam rumah
batu yang berada dalam benteng maut telah terlepas semua.
Padahal sebagaimana diketahui alat rahasia yang
melengkapi benteng maut banyak sukar di hitung, dan lagi
disanapun sudah diatur sebuah barisan sik wu khi tin (barisan
aneh rumah batu) rasanya dalam mengandalkan kepandaian
yang dimiliki dua bersaudara Kun kang liong yang telah
mampus semua itu belum tentu bisa memecahkannya, lalu
siapakah yang telah membebaskan semua tahanan tersebut?
Menurut tuduhan dari orang yang kehilangan sukma, dua
bersaudara Kun kang liong adalah menjual nyawa bagi Thian
che kau dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa semua
rencana dan siasat busuk tersebut adalah basil pemikiran dari
Thian che kaucu, atau dengan perkataan lain gembong iblis itu

1693
besar sekali hasratnya hendak membasmi benteng maut
sehingga ambisinya untuk merajai seluruh dunia persilatan
dapat terwujud ..........Belum habis ingatan tadi melintas
dalam benaknya, dari atas tepi pantai sudah muncul beberapa
sosok bayangan manusia yang menerjang keatas jembatan
batu itu dengan kecepatan luar biasa.
Im yang siang sat berada dipaling depan, pada saat itu
mereka sudah berada kurang lebih dua kaki dihadapan Han
siong Kie.
Untuk sesaat suasana disekitar jembatan batu menjadi
tegang dan amat gawat sekali, setiap saat suatu pertarungan
sengit yang mengerikan bisa terjadi.
"Eeeh... manusia berwajah dingin, kenapa kau bisa berada
disini? Mau apa kamu datang mari?"
"Dan apa pula yang sedang kalian berdua lakukan?" Han
siong Ki balik bertanya dengan suara ketus.
Sebelum malaikat perempuan itu memberikan jawabannya,
bayangan-bayangan manusia yang datang dari tepi pantai itu
sudah tiba dihadapan Han siong Kie, maka tak menggubris
tanya jawabnya dengan malaikat hawa dingin lagi dia putar
badan sambil melancarkan sebuah pukulan maha dahsyat
yang mengerikan sekali.
Sebelum bertugas disana, ia telah mendapat pesan dari
orang yang kehilangan sukma untuk bertindak keji, maka
dalam serangan serangan yang dia lancarkan sekarang, semua
pukulan dilepaskan dengan kekuatan yang penuh, sama sekali
tidak bersifat sungkan sungkan.
Ditengah jeritan ngeri yang menyayatkan hati, tiga orang
yang berjalan dipaling depan segera terhajar oleh serangan
maut itu sehingga tercebur kedalam sungai dengan aliran air
yang amat deras itu, tentu saja nyawa mereka tak ada yang
ketolongan lagi, ini menyebabkan kawanan jago yang berada
dibelakangnya jadi bergidik dan ketakutan setengah mati,

1694
bagaikan sukmanya ikut melayang tinggalkan raganya orang
orang itu hanya berdiri tertegun diatas jembatan batu itu
tanpa melakukan suatu gerakan apapun jua.
Yang sat si malaikat hawa panas Ko su khi yang
menyaksikan semua adegan itu jadi tercengang, segera
tegurnya dengan suara lantang:
"Eeeh.... bocah muda, bagaimana sih anak ini? Bukankah
orang orang itu adalah sobat baik kita dari perkumpulan Thian
che kau? Kenapa kau bunuh mereka dengan cara sekeji itu?"
Hawa napsu membunuh seketika itu juga menyelimuti
seluruh wajah Han siong Kie, ia mendengus dingin.
"Kalau mereka benar benar adalah orang Thian che kau, itu
berarti mereka lebih lebih harus dibunuh lagi"
"Eeeh...eeeh.... lucu amat kau bocah muda, bukankah kau
memusuhi tengkorak maut? Kenapa sekarang kok malahan
membantu pihak Tengkorak maut untuk membantu manusia
manusia macam mereka, sebab Benteng maut tak akan lenyap
dari dunia ini, Benteng maut selamanya akan tetap berdiri
kokoh dalam dunia persilatan"
"Manusia bermuka dingin " dengan suara berat malaikat
hawa dingin Mo siu ing menegur, "mengingat tempo hari kau
pernah membantu kami, tak ingin kami suami istri berdua
memusuhi engkau..."
"Aku juga pernah menerima budi pertolongan dari gurumu
Hun si mo ong, kalau ingin membicarakan soal hutang budi
maka kita sudah impas, siapapun tidak berhutang kepada
siapa, jadi kaupun tak usah mempersoalkan lagi tentang
hutang budi atau tidak" tukas Han siong Kie dengan suara
lantang.
Mula mula Malaikat hawa dingin Mo siu ing agak
terperanjat sehabis mendengar ucapan tersebut, untuk
selanjutnya dengan suara berang dia membentak.

1695
"Baik, kalau memang begitu maafkanlah bila aku malaikat
hawa dingin terpaksa akan berbuat salah kepadamu"
Ditengah bentakan yang maha dahsyat, pertarungan tak
bisa dihindari lagi, jeritan jeritan kesakitan yang menyayat hati
mencabik kesunyian disekitar tempat itu, benteng maut betul
betul sudah diliputi awan pembantaian yang menggidikan hati.
Pemilik benteng maut maupun manusia aneh berambut
panjang secara beruntun terjun pula ke dalam gelanggang
pertarungan dan bertempur melawan kawanan gembong iblis
yang terlepas dari kurungan itu.
Sebagian besar gembong gembong iblis yang disekap
dalam benteng maut adalah kawanan jago dunia persilatan
yang memiliki ilmu silat sangat lihay, kebanyakan mereka
tertangkap dikala melakukan penyelidikan terhadap benteng
yang serba misterius itu, bila mereka harus bertanding
seorang lawan seorang, tentu saja tak seorangpun yang bisa
menandingi kelihayan dari Tengkorak maut, tapi lantaran
orang orang itu menyerang secara berbareng, maka secara
otomatis keadaannya juga jauh berbeda.
Kawanan jago lihay dari perkumpulan Thian che kau yang
pada mulanya masih berdiri tertegun diatas jembatan batu,
pada saat itu bersama-sama membentak keras, kemudian
bagaikan gulungan air bah mereka menyerbu kedepan ......
"Lihat serangan"
Suatu bentakan keras menggelegar diangkasa, Malaikat
hawa dingin Mo siu ing dengan suatu gerakan yang sangat
cepat menerjang maju kedepan dan melepaskan sebuah
pukulan yang maha dahsyat kearah badan Han siong Kie.
Si anak muda she Han sendiri telah menyadari bahwa
pertempuran yang berlangsung hari ini besar sekali
pengaruhnya terhadap keadaan dimasa mendatang, apalagi
jumlah musuh jauh lebih besar daripada jumlah jago jago dari

1696
pihaknya, ini berarti mati hidupnya benteng maut juga
tergantung dari hasil pertarungan kali ini.
Mempertimbangkan untung ruginya bertarung secara
kekerasan, akhirnya pemuda ini mengambil keputusan untuk
menyimpan tenaga sebisa mungkin untuk menjaga segala
kemungkinan diakhir pertarungan tersebut.
Karena berpendapat demikian, ketika pukulan-pukulan
musuh yang amat keras itu meluncur keatas tubuhnya,
dengan gerakan cepat dia melejit kesamping, setelah terlepas
dari ancaman dahsyat itu, dia baru membalikkan tubuhnya
sambil melepaskan sebuah serangan balasan.
Angin pukulan yang menggulung ke depan bagaikan
amukan angin puyuh, secara beruntun malaikat hawa dingin
mundur tiga langkah lebar ke arah belakang.
Sementara itu jago jago lihay dari Thian che- kau telah tiba
dibelakang tubuh Han siong Kie, pukulan pukulan yang tak
ampun sudah dilontarkan secara beruntun.
Menghadapi keadaan semacam ini, Han siong Kie
mendengus dingin, dia lepaskan sebuah pukulan untuk
memukul mundur malaikat hawa dingin, kemudian sambil
memutar badan, jari jari tangan saktinya diayunkan secara
beruntun......
Ilmu jari Tong kim ci memang amat dahsyat, dalam radius
lima kaki, emas atau batu cadas yang terkena seranganpun
akan hancur berkeping, apalagi tubuh manusia??
-ooo0dw0ooo-
Jilid 45
KETIKA desingan angin tajam menyambar ke depan,
serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema susul

1697
menyusul, tujuh orang jago lihay yang maju secara berbareng
itu tak seorangpun yang dapat lolos dalam keadaan selamat,
semuanya mati dengan dada berlubang dan tercebur kedalam
sungai.....
Sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas jadi naik
pitam, sepasang telapak tangan mereka dilontarkan secara
bersama, arah yang diancampun merupakan tubuh Han siong
Ki.
Sejak berhasil meyakinkan ilmu sakti si mi sin kang, boleh
dibilang tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie telah
mencapai puncak kesempurnaan, Hun si mo ong guru dari
sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas yang tersohor
karena kelihaiannya saja masih kalah setingkat, apalagi kedua
orang muridnya ?
Dalam suatu benturan keras yang kemudian terjadi, dua
malaikat hawa dingin dan panas itu terdorong hingga mundur
bebarapa langkah kebelakang dengan sempoyongan.
Dipihak lain, beberapa orang gembong iblis sudah tewas
ditangan pemilik benteng maut, tapi situasi pertarungan yang
berkobar ditempat itu sudah meningkat makin sengit.
Orang yang kehilangan sukma harus bertarung dengan
satu lawan tiga, tapi ia masih mampu untuk mempertahankan
diri guna mengatasi serangan-serangan musuh.
Lain keadaannya dengan manusia aneh berambut panjang,
untuk menghadapi kerubutan dari empat orang kakek
berambut merah, ia nampak sedikit kewalahan, posisinya
amat terdesak dan berbahaya sekali keadaannya.
Sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas
merupakan jago jago lihay yang selalu mengunggulkan
kepandaian sendiri, mula mula mereka berkeyakinan bahwa
benteng maut dapat dikalahkan dengan tenaga gabungan
mereka, siapa tahu meskipun mereka sudah bekerja sama,

1698
untuk mengalahkan seorang pemuda ingusan saja tak becus,
lama kelamaan berkobarlah sifat ganas dalam hati mereka.
Ditengah bentakan nyaring, sepasang malaikat itu maju
bersama sambil melancarkan serangan-serangan dahsyat.
-ooo0dw0ooo-
BAB 92
JURUS serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar itu
betul betul mengerikan sekali, bukan saja tenaganya bagaikan
ambruknya sebuah bukit karang, bahkan kecepatannya jauh
melebihi kecepatan petir ....
Sepuluh gebrakan kemudian, mereka berhasil mengimbangi
kelihayan musuhnya dan memaksa suatu pertarungan jarak
jauh yang seimbang dan sama kuat, rupanya pertempuran itu
tak mungkin bisa diselesaikan dalam waktu singkat.
Disaat yang amat tegang dan gawat, dari tepi pantai
kembali berkelebat datang sesosok bayangan manusia,
dengan suatu gerakan yang amat cepat ia menampilkan diri
dari tepi pantai dan langsung menyerbu keatas jembatan batu.
Han siong Kie coba melirik sekejap kearah bayangan
manusia itu, akan tetapi bila diketahuinya siapa gerangan
orang itu, tercekatlah hatinya rasa kaget menyebabkan
jantungnya berdetak lebih cepat dari keadaan semula.
Rupanya orang yang baru saja munculkan diri ini tak lain
adalah Hun si Mo ong, guru dari Im yang siang sat sepasang
malaikat hawa dingin dan hawa panas.
Sebagaimana diketahui, Hun si Mo ong telah menjabat
kedudukan komandan pelindung hukum dari perkumpulan
Thian che kau, pada hakekatnya dia bersedia menerima
jabatan itu adalah lantaran dia hendak memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk menghancurkan benteng maut,

1699
tentu saja selain membayar kembali semua penghinaan yang
pernah diterimanya serta berusaha menolong kedua orang
muridnya yakni malaikat hawa dingin dan malaikat hawa
panas dari kurungan.
Setelah Hun si Mo ong munculkan diri, secara beruntun
kawanan jago dari Thian che kau munculkan diri pula dari
tempat persembunyiannya, itu berarti besar kemudian Thian
che kaucu pasti akan muncul juga ditempat kejadian.
Sontak Im yang siang sat merasa semangatnya berkobar
kembali ketika menyaksikan kemunculan gurunya disitu,
secara beruntun mereka lancarkan serangkaian pukulan yang
mematikan untuk mendesak musuhnya, membuat Han siong
Kie terdesak mundur sejauh delapan depa dari mulut
jembatan batu itu.
Han siong Kie terperanjat, dia tahu andaikata Hun si mo
ong dibiarkan menyeberangi jembatan batu itu, kemungkinan
besar situasi dalam gelanggang pertarungan akan terjadi
perubahan besar.
Kuatir kalau keadaan yang tak diinginkan itu sampai terjadi,
cepat cepat dia menghimpun tenaga sakti si mi sinkangnya
mencapai sepuluh bagian, lalu dilancarkannya sebuah pukulan
dahsyat ke muka.
Segulung kabut putih yang sangat tebal segera berhembus
keluar menggulung ke atas tubuh Im yang siang sat, suara
gemuruh yang menyertai serangan tersebut amat memekikkan
telinga.
Im yang siang sat cukup mengetahui kelihayan musuhnya
itu tapi mereka enggan menghindar dengan begitu saja,
disambutnya ancaman yang menyembur tiba itu dengan keras
"Blang" suatu benturan keras tak bisa dihindari lagi, sambil
mendengus tertahan, kedua orang malaikat hawa panas dan
dingin itu mundur satu kaki jauhnya dari tempat semula
dengan langkah sempoyongan

1700
Sementara itu, Hun si mo ong telah tiba dimulut masuk
jembatan batu itu........
Han siong Ki tidak dapat membiarkan musuhnya
meneruskan perjalanan, dia membentak keras, lalu dengan
melepaskan pukulan dahsyat dengan ilmu Si mi sinkang lagi,
segulung asap putih yang sangat tebal seketika itu juga
menggulung keatas tubuh Hun si mo ong.
Agaknya gembong iblis yang berpredikat Raja iblis
pengacau jagad ini cukup mengetahui kelihayannya tenaga sin
kang tersebut, dia tak berani menyambutnya dengan keras
lawan keras, cepat tubuhnya berkelit kesamping dan mundur
delapan depa dari tempat semula.
Menggunakan kesempatan yang amat baik itulah, Han
siong Ki segera melompat kembali ke tempat kedudukannya
semula, serangan kedua menyusul kemudian dilancarkan
kembali kedepan.
Kali ini Hun si mo ong tidak menghindar lagi, sambil
mengikik tertawa seram, telapak tangannya segera disilangkan
didepan dada, kemudian ditangkisnya ancaman itu dengan
keras lawan keras.
Han siong Ki mengejek sinis, tenaga serangannya cepat
ditambah dengan dua bagian lagi ......
"Blaaang" suatu benturan dahsyat yang memekikkan
telinga menggelegar diangkasa, air sungai menggulung tinggi
sampai melewati batas batas jembatan batu, saking kerasnya
benturan yang terjadi, tubuh Hun si mo ong mencelat setinggi
beberapa kaki dan terlempar dari batas batas jembatan batu
itu.
Untunglah ilmu silat yang dimiliki gembong iblis tua ini
cukup lihay, menggunakan kesempatan itu badannya berputar
satu lingkaran di angkasa, lalu seperti seekor burung raksasa
yang aneh, dia melayang kembali keatas jemhatan batu itu.

1701
Han siong Ki mendengus dingin, dua kali serangannya yang
gagal membuat anak muda ini semakin penasaran, maka
serangan ketiga yang jauh lebih dahsyat pun dilontarkan
kembali kedepan ....
Tapi disaat terakhir sebelum Han siong Ki melontarkan
serangannya yang ketiga itu, dua gulung angin pukulan yang
tak kalah dahsyatnya menggulung tiba juga dari belakang
punggungnya .
"Blaaang . " ditengah benturan yang memekikkan telinga,
seseorang mendengus tertahan.
Termakan oleh tenaga sakti yang maha dahsyat itu, tubuh
Hun si mo ong terpental sejauh dua kaki lebih dan nyaris
tercebur kedalam sungai, sebaliknya Han siong Ki sendiripun
terhajar telak oleh dua buah pukulan yang menggulung tiba
dari arah belakang.
Memang tubuhnya terlindung oleh tenaga sakti, tapi tenaga
serangan yang menyergap tubuhnya itu lebih kuat dan berat
daripada ambruknya sebuah bukit Thay san, dengan
sempoyongan badannya mundur beberapa langkah
kebelakang, tak tahan lagi dia mendengus tertahan, golakan
darah dalam dadanya bergelora keras, hampir saja ia muntah
darah kental.
Tentu saja kedua orang penyergapnya tak lain adalah Im
yang siang sat.
Sementara itu, sepasang malaikat hawa dingin dan panas
pun diam diam merasakan hatinya bergidik keras,
bagaimanapun juga belum pernah mereka jumpai seorang
manusia yang mampu menerima serangan gabungan mereka
tanpa roboh, tapi sekarang. Han siong Ki mampu untuk
menerima serangan dahsyat tadi dengan gemilang, dari sini
dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki musuhnya
itu betul betul sudah mencapai puncak kesempurnaan.

1702
Adapun maksud dan tujuan im yang siang sat melepaskan
sergapan kilatnya tadi, adalah agar guru mereka Hun si Mo
ong bisa menyeberangi jembatan batu itu dan menyerbu
kedalam benteng maut, maka gagal dengan serangan yang
pertama, ia susulkan kembali dengan serangan serangan
berikutnya.
Hun si mo ong sendiripun merasa penasaran sekali, sambil
berpekik nyaring, tubuhnya berputar seperti ayunan dan sekali
lagi menerkam kedepan.
Rasa cemas dan gelisah mulai menyelimuti hati Han siong
Ki, betapa tidak? Dari depan maupun belakang dia harus
menghadapi gempuran demi gempuran dari musuhnya, masih
mendingan kalau mereka cuma jago jago silat biasa, tapi
kenyataan sekarang, orang orang itu adalah kawanan jago
dari golongan hek to yang mempunyai ilmu silat amat lihay,
sudah tentu kejadian ini merupakan suatu tugas yang amat
berat baginya.
Padahal sebagaimanapun juga sudah diketahui, orang yang
kehilangan sukma telah berpesan kepadanya agar
mempertahankan mulut masuk di atas jembatan batu itu,
bagaimanapun yang akan terjadi tentu saja dia harus
mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk
mempertahankan tempat itu, jangan toh membiarkan mereka
lewat, menginjak dimulut jembatanpun tak akan
diperkenankan olehnya.
Maka diapun mendengus penuh kegusaran, tubuhnya
berputar secepat kilat sambil menerkam Im yang siang sat
sepasang malaikat yang ada dibelakang tubuhnya, telapak
tangan kanan menyerang dengan ilmu sakti si mi sinkang,
sementara tangan kirinya menyerang dengan ilmu jari Tong
kim ci.
Kedua macam kepandaian tersebut sama sama merupakan
ilmu maha sakti yang tiada tandingannya didunia ini, bisa

1703
dibayangkan betapa dahsyatnya bila kedua macam ilmu yang
maha sakti tersebut dilancarkan secara berbareng ......
Ketika hawa serangan yang dilancarkan sepasang malaikat
membentur dengan ilmu sakti si-mi sinkang, terjadilah suatu
ledakan dahsyat yang memekikkan telinga, tubuh sepasang
malaikat itu sama sama tergetar mundur beberapa langkah
kebelakang dengan sempoyongan, dan hampir bersamaan
waktunya dengan ilmu Tong kim ci yang maha dahsyat
meluncur tiba pula dengan kecepatan luar biasa.
Menghadapi ancaman yang sangat menggetarkan hati itu,
malaikat hawa dingin Mo siu ing miringkan tubuhnya
kesamping kanan, dengan membawa desingan tajam, angin
serangan itu menyambar lewat dari sisi badannya, sebaliknya
Malaikat hawa panas Ko su khi mau menghindar namun tak
sempat lagi, tak ampun lengannya tersambar oleh angin
serangan itu hingga tembus dan berlubang.
Semua kejadian ini berlangsung dalam sekejap mata,
begitu angin pukulan dan angin jari sudah dilontarkan
kedepan, tanpa menantikan bagaimanakah hasil dari
serangannya itu, Han siong Kie memutar badannya setengah
lingkaran- kemudian dengan menggunakan tenaganya sebesar
dua belas bagian, sepasang telapak tangannya dibacok
kemuka dengan kecepatan yang luar biasa.
Memang, serangan itu dilakukan satu lebih dahulu dan
yang lain agak belakangan, tapi kerja sama serta
ketepatannya bukan kepalang.
Angin pukulan yang dilancarkan sambil memutar badan itu
dengan tepat sekali menyongsong tubuh Hu si mo ong yang
sedang melangkah naik ke atas jembatan batu itu.
Kabut putih yang tebal dan membawa tenaga tekanan
besar menggulung ke depan dengan hebatnya, untuk kesekian
kalinya Hun si mo ong tergetar mundur ke belakang oleh
benturan tersebut.

1704
Menggunakan kesempatan itu, Han siong Kie memperbaiki
juga posisinya yang sudah makin mendesak itu dengan
demikian ia berhasil merebut kembali tempat kedudukannya
yang jauh lebih menguntungkan.
Dipihak lain... sudah hampir dua puluh sosok lebih mayat
manusia yang berserakan diatas tanah, itu berarti mereka
mereka yang masih bisa mempertahankan diri dan berecmpur
seru adalah kawanan jago persilatan yang memiliki ilmu silat
agak tinggi, itupun jumlahnya masih mencapai tiga puluh
orang lebih, tampak-tampaknya mereka telah bulatkan tekad
untuk menghancurkan benteng maut dari muka bumi.
Pemilik benteng maut masih bertarung terus dengan
sengitnya, tentu saja setelah mengalami pengerubutan yang
berlangsung secara beruntun, tenaga serangannya saat ini
tidak segencar dan sedahsyat pertama kali turun tangan tadi.
Posisi orang yang kehilangan sukma yang sedang
dikerubuti oleh delapan orang jago lihay juga tidak begitu
menyenangkan keadaannya, dari keadaan yang terpampang
didepan mata, dapat diketahui bahwa perempuan misterius itu
hanya bisa mempertahankan diri belaka, itupun tak akan
berlangsung terlampau lama.
Manusia aneh berambut panjang sendiri sudah
bermandikan darah segar, posisinya sangat terdesak dan
gawat sekali, tampaknya setiap saat kemungkinan besar
jiwanya bakal terancam.
Tiba tiba sesosok bayangan hijau melayang keluar dari
balik pantai berpasir, dalam beberapa kali lompatan saja ia
sudah tiba dibelakang tubuh Hun si mo ong.
Han siong Kie menengadah, tapi ketika sinar matanya
terbentur dengan wajah orang itu, seketika itu juga peredaran
darah dalam tubuhnya menggelora keras, hawa napsu
membunuh yang sangat tebal seketika menyelimuti seluruh
wajahnya.

1705
Siapakah pendatang itu? Dia tak lain adalah Ketua dari
pekumpulan Thian che kau, Yu Pia-lam adanya.
Thio sau kun Han siong Hiang secara beruntun telah
menemui ajalnya di tangan orang ini, bagaimanapun juga
dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra ini harus
dituntut balas.
Sementara itu Hun si mo ong dan Thlan che kaucu telah
berunding sebentar, setelah itu diiringi bentakan nyaring,
kedua orang itu berbareng maju ke depan sambil melancarkan
serangkaian serangan berantai.
Tak terkirakan rasa gusar Han siong Kie melihat terkaman
dari gembong gembong iblis itu, dengan suara lantang dia
segera membentak:
"Yu Pia lam, hari ini aku bersumpah akan mencincang
tubuhmu sehingga hancur menjadi berkeping keping"
"Heeehhhh... heehhh... heeehhhh... " Yu Pia-lam ketua dari
perkumpulan Thian che kau itu tertawa seram, " bocah
keparat wahai bocah keparat, lebih baik janganlah bermimpi
indah ditengah hari bolong, tak nanti apa yang kau harapkan
itu bisa tercapai"
Dalam sekejap mata, dua orang itu sudah berada dua
kakijauhnya dihadapan si anak muda itu.
Han siong Ki menggigit bibir, dengan menghimpun segenap
tenaga dalam yang dimilikinya, dia lancarkan sebuah pukulan
dahsyat kedepan.
Menyaksikan tibanya ancaman yang maha dahsyat itu, Hun
si mo ong dan ketua perkumpulan Thian che kau
menghentikan gerakan tubuh mereka, menyusul kemudian
telapak tangan mereka saling menempel diatas punggung,
diiringi gelak tertawa seram, Hun si mo ong melontarkan
sepasang telapak tangannya pelan pelan kemuka.......

1706
Ketika serangan musuh dilepaskan, Han siong Ki segera
merasakan sesuatu yang tidak beres, tapi sebelum ingatan lain
melintas dalam benaknya, dirasakannya ada gulungan angin
pukulan yang maha dahsyat menyapu kedepan dan
menerjang dadanya dengan kekuatan yang sukar dilukiskan
dengan kata kata.......
suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga segera
menggema diangkasa dan menggetarkan jembatan batu itu.
Han siong Ki tak kuat menahan serangan yang tak
terkirakan lihaynya itu, dengan sempoyongan dia mundur satu
kaki lebih dari kedudukannya semula, noda darah meleleh
keluar dan membasahi ujung bibirnya.
Tak menunggu sianak muda itu telah berhasil dipaksa
mundur, Hun si mo ong dari Thian che kau cupun melangkah
naik keatas tepi benteng maut dengan tenangnya.
Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kiranya Thian che
kaucu dan Hun si mo ong telah menggunakan suatu
kepandaian maha sakti yang dinamakan ilmu Tau ti coan kang
(menyalurkan tenaga sakti ketubuh orang) itu berarti mereka
telah menggabungkan dua gulung tenaga yang ada ditubuh
mereka untuk melepaskan sebuah pukulan. Tak heran kalau
Han siong Ki yang bakal menderita kerugian besar didalam
keadaan seperti ini.
sekalipun demikian Han siong Ki juga terhitung seorang
jago muda yang luar biasa dahsyatnya, karena didunia dewasa
ini mungkin tak akan ditemui orang kedua yang sanggup
menyambut serangan gabungan yang dilancarkan Hun si mo
ong dan Thian che kaucu secara berbareng.
Han siong Ki merasakan sepasang matanya berubah
menjadi merah membara, otot hijau disekujur badannya pada
menonjol keluar semua, tak terkirakan rasa dendam dan
gusarnya pemuda itu menghadapi kelicikan musuhnya, sambil

1707
membentak keras dia maju kemuka dan menerjang ke tubuh
Thian che kaucu....
Menghadapi tubrukan maut itu, Thian che kaucu tak sudi
melayaninya, dengan suatu gerakan yang enteng dia berkelit
dua kaki dari tempat kedudukannya semula, lalu ujarnya
kepada Hun si mo-ong:
"Pelindung hukum, kuserahkan bocah keparat ini kepada
kalian guru dan murid" selesai berkata, dia lantas berkelebat
pergi dan menerjang kearah gelanggang pertarungan yang
lain.
sementara Hun si mo ong sendiri, karena kuatir pemuda itu
keburu kabur ketempat lain, serta merta tubuhnya menerjang
kedepan dan menghadang jalan perginya, serangan demi
serangan segera dilancarkan secara berantai......
Im yang siang sat, sepasang malaikat hawa panas dan
dingin tidak berdiam diri belaka, gurunya menyerang
merekapun ikut menerjang kemuka sambil melancarkan
serangan pula....
Dengan terjadinya perubahan ini, maka penghadangan
dimulut masUk jembatan batupun mengalami perubahan
besar, dengan tersingkirnya Han siong Ki dari situ, kawanan
jago lihay dari perkumpulan Thian che kau menyerbu tiba
dalam jumlah besar.
suasana dalam gelanggang seketika itu juga terjadi
perubahan besar, situasi dalam gelanggang pertarunganpun
berubah semakin tegang, gawat dan mengerikan.
Langit dan bumi terasa berbalik, jeritan setan dan teriakan
malaikat seakan akan bermunculan dari empat penjuru.
Han siong Ki sudah menyerupai orang kalap. dibawah
serangan serangan gencar yang kesemuanya tertuju keatas
tubuhnya, dia perlakukan perlahan, secara ketat, bahkan
berhasil merebut posisi diatas angin dan balas mendesak Hun

1708
si mo-ong sehingga tak mampu melepaskan serangan
serangan balasan.
sepasang hawa dingin dan panas saling berpandangan
sekejap. kemudian mereka memperketat seranganserangannya
sehingga untuk sesaat anak muda itu berhasil
dipaksa terdesak hebat.
Dipihak lain, ketika Thian che kaucu terjun pula kedalam
gelanggang, orang yang kehilangan sukma segera membentak
keras, secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan
berantai yang memaksa mundur delapan orang jago lihay
yang mengerubutinya, kemudian ia tinggalkan musuh
musuhnya itu untuk menyongsong kedatangan Thian che
kaucu.
"Yu Pia lam" teriaknya penuh rasa geram "saat kematianmu
sudah berada diambang pintu"
"Perempuan rendah yang tak tahu malu, jika hari ini pun
kaucu tidak berhasil menghancur lumatkan tubuhmu jadi
berkeping keping, aku bersumpah tidak akan hidup sebagai
manusia"
Kedua orang itupun segera terlibat dalam suatu
pertarungan yang amat seru, kedua belah pihak sama sama
mengerahkan jurus serangan mautnya untuk merobohkan
lawan, baik Thian che kaucu maupun orang yang kehilangan
sukma sama sama mempunyai niat yang sangat besar untuk
membinasakan lawannya.
sementara itu, Han siong Ki yang sedang bertarung sengit
diam diam termenung juga memikirkan keadaan yang
terbentang dihadapan matanya, dia tahu jika Thian che kaucu
terjun kedalam gelanggang maka situasi pihaknya pasti akan
berubah jadi amat berbahaya, atau dengan perkataan lain bila
ia tidak berhasil merobohkan kawanan jago yang hadir dalam
gelanggang dewasa ini, niscaya benteng maut akan terbasmi
dan betul betul akan lenyap dari muka bumi.

1709
Berpikir demikian, hawa sakti si mi sinkang yang maha
dahsyat itu segera disalurkan keseluruh badan, kemudian
dengan dicairkan dalam jurus jurus serangan yang
menggunakan taktik "menggetar" dari ilmu pukulan Mo mo
ciang hoat ditambah pula dengan imbangan gerak badan
lintasan cahaya bayangan kilat, secara beruntun dia lancarkan
serangkaian pukulan berantai yang mendesak musuhnya
secara bertubi tubi.
Penggabungan dari beberapa macam ilmu silat yang maha
dahsyat itu otomatis membangkitkan pula tenaga tekanan
yang semakin dahsyat, sekalipun keadaan Han siong Ki sudah
jauh lebih lemah akibat pertarungan pertarungan sebelumnya,
tapi demi selamatkan keadaan benteng maut yang terancam
bahaya maut, terpaksa dia kerahkan segenap kemampuan
yang dimilikinya untuk melangsungkan pertarungan adu jiwa
yang benar benar menggidikkan hati.
Taktik "menggetar" dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat
adalah suatu sistim pertarungan dimana dengan
menggunakan tenaga untuk memukul tenaga, dalam
kenyataannya, menggetar balik kekuatan musuh adalah suatu
sistim pertarungan yang sangat menguntungkan, tentu saja
seandainya kekuatan yang dimiliki pihak lawan jauh dibawah
kekuatannya. sebaliknya bila tenaga dalam yang dimiliki
musuhnya jauh lebih dahsyat, atau lebih tinggi beberapa kali
lipat, maka penggunaan taktik tersebut bisa mengakibatkan
hasil yang sebaliknya.
Demikian, ketika Han siong Kie merubah taktik
serangannya, Hun si mo ong segera merasakan gelagat yang
tidak menguntungkan mereka bertiga jadi kagetnya bukan
kepalang. sementara suatu taktik baru belum berhasil
ditemukan, mendadak....
"Blaang" suatu benturan keras diiringi jerit kesakitan yang
memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunyian,
si Malaikat hawa panas Ke su khi terhajar sampai mencelat

1710
sejauh dua kaki lebih dari tempat semula, untuk sementara
waktu ia terjungkal ditanah dan tak mampu bangkit kembali.
Selang sesaat kemudian, menyusul juga malaikat hawa
dingin Mo siu ing termakan oleh sebuah pukulan, dia muntah
darah dan badannya meucelat sejauh delapan depa.
Dengan hilangnya dua orang jago lihay itu, dengan
sendirinya Han siong Kie merasa daya tekanan yang
menghimpit dirinya semakin ringan, sekarang anak muda itu
dapat memusatkan semua perhatiannya untuk menghadapi
Hun si mo ong seorang.
Tiga gebrakan kemudian, Hun si mo ong termakan juga
oleh sebuah pukulan dahsyat sehingga muntah darah kental,
dengan sempoyongan badannya mundur beberapa langkah
kebelakang.
Kendati begitu, Keadaaa Han siong Kie sendiripun kurang
begitu menggembirakan, akibat dari serangkaian pertarungan
yang berat dan penuh memakan tenaga, anak muda itu
merasakan hawa darah didalam tubuhnya bergolak keras,
napas nya sedikit tersengkal.
Sementara suasana mencapai puncak ketegangan, tiba-tiba
dari tepi pantai daratan sebarang sana terlihatlah bayangan
manusia bergerak dengan kacau balau, menyusul kemudian
terdengar pula suara beradunya senjata dan deruan angin
pukulan rupanya disanapun sedang berlangsung suatu
pertarungan yang amat seru.
Menyusul kemudian, muncul beberapa sosok bayangan
manusia secepat sambaran kilat berlarian menuju ke arah
gelanggang pertarungan yang sedang berlangsung didepan
benteng.
Dalam keadaan yang serba gawat dan serba tidak
menguntungkan ini, Han siong Kie sudah memikirkan
persoalan yang lain lagi, sekarang dia cuma tahu membunuh...
membunuh... dan membunuh, seakan akan pemuda yang

1711
bermuka dingin itu sudah berubah menjadi seorang manusia
yang haus akan darah.
Dengan suatu gerakan yang dahsyat seperti banteng
terluka, dia menerjang kesana menyerbu kemari dengan
gagahnya.
Serentetan suara jeritan kesakitan berkumandang
memecahkan kesunyian, manusia aneh berambut panjang itu
muntah darah sambil mundur kebelakang dengan
sempoyongan-
"siau susiok. menyingkirlah kesamping" teriak Han siong
Kie sambil menahan geramnya.
Diantara suara bentakan yang memekikkan telinga, jeritan
demi jeritan yang menyayatkan hati berkumandang saling
susul menyusul, tiga orang kakek berambut merah yang
mengerubuti manusia aneh berambut panjang itu tahu tahu
sudah tergelepar diatas tanah dengan kepala pecah dan isi
benak yang bercampur dengan darah tercecer di atas
permukaan tanah..
Han siong Ki sudah semakin kalap. sekarang dia bukan
mirip banteng terluka lagi tapi lebih mirip seekor harimau gila,
selesai membinasakan tiga orang kakek berambut merah itu,
badannya berputar kencang seperti roda kereta, kebetulan
sekali tiga sosok bayangan manusia sedang meluncur datang
dengan cepatnya, tanpa mengenali siapa gerangan raut wajah
para pendatangnya, sentilan jari maut digetarkan secara
berulang kali.
Hamburan darah segar bermuncratan kemana mana
sebelum ketiga sosok bayangan manusia itu sempat
melakukan suatu gerak penyerangan, mereka sudah
menggeletak ditanah dalam keadaan tak bernyawa.
Dua kali gebrakan maut yang menghasilkan kematian
kematian yang tak terduga ini seketika menimbulkan
kehebohan dalam gelanggang pertarungan, semua orang

1712
merasakan hatinya bergidik dan peluh dingin memb asai
tubuhnya karena ngeri.
Dalam pada itu posisi orang yang kehilangan sukma sudah
kepayahan sekali, dibawah serangkaian pukulan dan serangan
dari Thian che kaucu yang gencar dan hebat, ia terdesak
mundur berulang kali, makin lama keadaannya tampak
semakin gawat dan berbahaya.
"Yu Pia lam, serahkan nyawamu" bentak Han siong Kie
dengan suara keras bagaikan meledek.
Mengikuti berkumandangnya bentakan tersebut tiga buah
pukulan dahsyat dilancarkan secara beruntun.
Thian che kaucu mendengus dingin, dia cepat-cepat melejit
sambil melompat mundur sejauh satu kaki lebih, tubuhnya
berputar satu lingkaran, setelah berubah posisi, dengan suatu
gerakan yang lincah dan manis ia berhasil menghindari ketiga
buah pukulan dahsyat yang mengerikan hati itu.
Waktu itu keadaan dari orang yang kehilaagan sukma
sudah sangat payah, tubuhnya serasa tak sanggup berdiri
tegak lagi, dengan agak sempoyongan teriaknya nyaring:
"Nak, bangsat ini jangan kau lepaskan, karena dia...."
Tapi sebelum menyelesaikan kata-katanya, segulung angin
pukulan yang sangat aneh dan berwarna putih bening seperti
pualam telah menggulung datang dan mengancam tubuh
orang yang kehilangan sukma.
Menyaksikan pukulan yang sangat dahsyat itu Han siong
Kie merasa amat terperanjat dia kenali ilmu tersebut sebagai
ilmu Hua goan sin khi yang paling diandalkan oleh Thian che
kaucu, tentu saja orang yang kehilangan sukma tak akan
mampu menahan serangan yang amat dahsyat tersebut.
Dalam gugup dan gelisahnya, dia membentak keras,
sepuluh jari tangannya dilontarkan kedepan menyerang
dengan ilmu Tong kim ci yang brutal, tampaklah sepuluh

1713
gulung desingan angin jari yang tajam sekali berbarengan
waktunya meluncur kemuka dan menyerang sekujur badan
Thian che kaucu.
Dua kali jeritan kesakitan berkumandang hampir
bersamaan waktunya ......
Orang yang kehilangan sukma terhajar telak oleh pukulan
Hua-goan sin-khi yang dilancarkan Thian che kaucu itu
sehingga mencelat sejauh beberapa kaki dan tak sanggup
untuk bangkit kembali. .
Sedangkan Thian che kaucu sendiri terhajar pula oleh
desingan angin jari dari Han siong Ki sehingga tergetar
mundur sejauh dua kaki lebih dari posisinya semula.
Sebagaimana diketahui, ilmu jari Tong kim ci merupakan
suatu ilmu jari yang kuat dan tajamnya luar biasa, tapi
anehnya meski Thian che kaucu termakan oleh serangan
tersebut toh badannya tetap tegap dan tak sampai roboh,
kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu peristiwa yang
mengerikan.
Dengan satu loncatan secepat kilat Han siong Ki bergerak
kedepan dan menghampiri orang yang kehilangan sukma yang
menggeletak diatas tanah itu.
Terlalu banyak hutang budi yang ia terima dari perempuan
misterius ini, lagipula hubungan mereka sudah lebih akrab
daripada hubungan antara ibu dan anak, tidak heran kalau ia
jadi sangat gelisah ketika dilihatnya perempuan itu terluka.
Sementara pemuda itu masih gelisah, tiba tiba terdengar
seruan nyaring berkumandang disisinya:
"Menghunjuk hormat buat ciangbunjin"
"Saudara cilik engkoh tuamu sudah datang"
Dengan cepat Han siong Ki berpaling, dilihatnya Hek pek
siang yau sepasang siluman hitam dan putih, Lam kay

1714
sipengemis dari selatan diiringi empat orang pengemis tua
yang lain telah berdiri dihadapannya. Buru buru serunya
kepada Hek pek siang yau: "Jangan lepaskan Thian che kaucu
dari sini"
Sepasang siluman itu mengiakan, mereka lantas menerjang
kearah Thian che kaucu dengan dahsyatnya.
Setelah gembong iblis itu terhadang, Han siong Kie baru
mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan pengemis
dari selatan, sapanya: "Engkoh tua, kenapa engkaupun bisa
muncul ditempat ini?"
"Aku dengar dari sepasang siluman yang mengatakan
engkau lagi berangkat menuju benteng maut". sahut
pengemis dari selatan sambil mengetukkan toyanya ketanah,
"kebetulan sekali seorang muridku melaporkan bahwa pihak
Thian che kau dengan memimpin ratusan orang jago lihaynya
hendak menyerbu benteng maut, maka aku sipengemis tua
dengan memimpin delapan puluh orang muridku siang malam
berangkat kesini untuk memberi bantuan, kau tidak apa apa
bukan?"
"Engkoh tua, terimakasih banyak atas perhatianmu ini" seru
Han siong Kie kemudian dengan terharu, "mari kita selesaikan
dahulu persoalan yang ada didepan mata, kemudian baru.."
"saudara cilik, pihak kay pang kami lebih banyak menerima
budi kebaikan darimu daripada apa yang bisa kami lakukan
terhadap kalian, jangan kau ucapkan kata kata seperti itu"
Berbicara sampai disitu, dia lantas memberi tanda kepada
keempat orang pengemis yang lain, kemudian mereka
bersama sama terjun kedalam gelanggang pertarungan.
Setelah pengemis pengemis itu bertarung, orang yang
kehilangan sukma baru berkata dengan suara lirih:

1715
"Nak. Aku.... aku tak akan sampai mati, jangan kau urusi
diriku lebih dulu, bantulah sucoumu dan tolonglah dia dari
ancaman bahaya maut."
Untuk sesaat Han siong Kie berdiri tertegun, akhirnya dia
putar badan dan menerjang kembali kearah kawanan jago
yang mengerubuti pemilik Benteng maut....
Sementara itu sudah ada puluhan orang jago lihay dari
Thian che kau yang telah terjun ke dalam gelanggang
mengerubuti kakek pemilik benteng maut itu ....
Han siong Kiejadi marah sekali, dengan mata merah
membara karena penuh kegusaran, ia turun tangan secara
keji, siapa berani menghalangi perjalannya berarti mati, siapa
berani menyentuhnya berarti mampus.
Dalam waktu singkat jeritan jeritan ngeri diiringi bentakan
bentakan nyaring berkumandang memenuhi seluruh angkasa.
Gulungan angin pukulan, benturan senjata tajam
menciptakan serangkaian pamandangan yang mengerikan
sekali, suasana jadi kacau untuk sesaat percikan darah dan
bergelimpangan mayat telah bertumpuk bagaikan sebukit
kecil.
Entah berapa lama, pertarungan sengit itu berlangsung,
tapi yang pasti sedikit demi sedikit posisi pihak Thian che kau
mulai keteter dan terdesak hebat, banyak sudah anak buah
mereka yang tewas dalam keadaan mengerikan.
Tiba tiba terdengar ledakan keras ditengah udara menyusul
kemudian mengepul asap putih yang amat tebal.
Begitu mendengar suara ledakan, bayangan manusia
bersimpang siur lari dengan kalut, kawanan jago dari
perkumpulan Thian che kau itu berbareng mengundurkan diri
ke arah jembatan batu lalu melarikan diri terbiri birit.
Dalam sekejap mata tujuh delapan bagian dari jago jago
Thian che kau itu sudah kabur tak berbekas, yang tertinggal

1716
hanyalah mayat mayat manusia yang menumpuk semakin
banyak.
Angin puyuh hujan badai telah berakhir, suasana disekitar
benteng maut telah menjadi hening kembali, tapi didepan
bangunan angker itu mayat telah menumpuk bagaikan sebuah
bukit, darah mengalir dengan derasnya bagaikan sebuah
sungai kecil.
Pemilik benteng maut tidak mengucapkan sepatah katapun,
ketika musuh-musuhnya telah melarikan diri dia cuma
menengadah sambil tertawa seram, kemudian dengan langkah
cepat berjalan masuk kedalam benteng.
Manusia aneh berambut panjang yang terluka, kini bekerja
keras membereskan mayat mayat itu dari depan pelataran
benteng maut dan membuang semua mayat mayat itu ke
dalam sungai.
Dipihak lain, Hek pek siang yau sedang menghampiri Han
siong Kie, lalu setelah memberi hormat katanya:
"Tecu tidak dapat menyelesaikan apa yang ciangbunjin
perintahkan, Thian che kaucu berhasil melarikan diri dari sini,
silahkan ciangbunjin menjatuhkan hukuman kepada tecu
berdua"
"Itu bukan kesalahan kalian, sana, bantulah membersihkan
pelataran tempat ini dari mayat-mayat tersebut"
"Terima kasih atas kemurahan ciangbunjin"
Sepasang siluman itu segera mengundurkan diri dan
membantu manusia aneh berambut panjang untuk
menyingkirkan mayat mayat dari sekitar tempat itu .........
"Saudara cilik" tiba tiba terdengar pengemis dari selatan
berseru dengan terburu buru "aku ingin mohon diri lebih
dahulu"
"Kenapa? Masa engkoh tua akan..."

1717
"Dipantai seberang sana masih terdapat anak murid dari
pihak kay pang kami, aku harus menengok keadaan mereka
lebih dulu, selain daripada itu engkoh tuamu juga tahu akan
larangan dari benteng maut, aku rasa tetap tinggal disini
malahan terasa kurang begitu leluasa"
"Tapi... jauh jauh engkoh tua berangkat kemari untuk
memberi bantuan, bagaimanapun juga aku merasa amat
berterima kasih sekali dengan bantuanmu itu"
"Aaaah... tak usah kau ucapkan kata kata seperti itu, bila
dikemudian hari engkau butuhkan bantuan dari Kay pang,
harap kirim kabar saja kepada kami, tanggung kami akan
sebera datang membantu dirimu"
"Terimakasih banyak atas kebaikan engkoh tua"
"oooh... saudara cilik, bukankah engkau sedang mencari
seorang perempuan yang bernama Ting Hong? Aku telah
menurunkan perintah kepada seluruh anak muridku untuk
mencari jejak orang itu di seluruh pelosok jagad, aku yakin tak
lama kemudian pasti akan datang kabar gembira"
"Terima kasih atas bantuan engkoh tua"
"Aaah, kamu ini sukanya kok berterima kasih melulu...?
Haaaahhh... haaahhh... haaaaaahhhh... selamat tinggal"
"selamat tinggal"
Begitulah, dengan membawa serta empat orang pengemis
tua itu, berangkatlah pengemis dari selatan menuju ke pantai
seberang.
Dengan penuh rasa berterima kasih Han siong Kie
memandang hingga bayangan punggung pengemis dari
selatan lenyap dari pandangan, kemudian ia baru
menghampiri orang yang kehilangan sukma sambil tegurnya
dengan suara gelisah: "Cianpwe, bagaimana keadaan
lukamu..."

1718
"Tidak terlalu membahayakan nak. aku telah menelan obat
luka yang mujarab dari perguruan"
Sembari berkata dengan sempoyongan orang yang
kehilangan sukma bangkit berdiri memandang darah yang
berceceran membasahi per muiaan tanah, perempuan
misterius itu kembal; berkata,
"Aaaaai...... Yu Pia-lam, Yu Pia-Iam...... rencanamu
memang betul-betul keji dan tak berperi kemanusiaan!"
Han-siong Ki mengerutkan dahinya
"Sampai sekarang aku masih tidak habis mengerti, kenapa
manusia-manusia busuk semacam siluman kerbau siluman
kuda itu dapat terlepas semua dan dalam penjara mereka?"
katanya.
"Dua bersaudara Kun-kang-liong yang telah mampus itu
adalah dua orang hiangcu dari perkumpulan Thian-che-kau
yang sangat pandai ilmu berenang dalam air" demikian orang
yang kehilangan sukma menerangkan, "rupanya Thian-che
kaucu cukup menguasai semua alat jebakan dan barisan
pertahanan yang berada dalam benteng maut ini. maka dia
siapkan kedua orang itu untuk menyelam kedalam sungai dan
menyelundup masuk kedalam benteng lewat belakang, setelah
berhasil memasuki benteng itu barulah mereka diperintahkan
untuk melepaskan gembong-gembong iblis yang disekap
disana, agar mereka bisa membantu serangan yang yang
datang dari luar untuk menumpas benteng itu dari muka
bumi......."
"Tapi....darimana Yu Pia-lam bisa menguasahi semua
perangkap dan barisan yang terdapat dalam benteng maut?"
"Tentang soal ini, aku rasa engkau akan segera
mengetahuinya begitu kau telah berjumpa dengan sucou mu,
nanti!"

1719
Kembali suatu teka-teki, Han-siong Kie memikirnya dengan
perasaan tidak habis mengerti.
Sementara dia masih melamun, Orang yang kehilangan
sukma telah berkata.kembali:
"Nak, perintahkan Hek-pek-siang-yau untuk menunggu kita
diluar benteng ini!"
Han-siong Kie mengangguk dan segera menyampaikan
perintahnya kepada dua orang siluman tersebut.
Hek-pek-siang-yau menerima perintah dan segera
menyeberangi sungai itu dan menunggu ketuanya dipantai
seberang.
Sementara itu, manusia aneh berambut panjang telah
masuk kedalam benteng begitu selesai membersihkan
pelataran benteng maut dari gelimpangan mayat-mayat yang
tertumpuk......
Maka setelah Hek-pek-siang-yau mengundurkan diri, Orang
yang kehilangan sukma pun berkata dengan emosi:
"Nak, ada satu persoalan herjdak kutanyakan kepadamu,
aku harap engkau bersedia menjawab sejujurnya!"
"Katakanlah, asal bisa kujawab tentu akan ku katakan
sejujurnya!"
"Apakah sampai detik ini engkau masih membenci ibumu?"
"Yaa!" jawab pemuda itu setelah termenung sejenak, "Aku
memang membencinya, dan kenyataan ini tak akan
kusangkal!"
"Apakah engkau tak dapat memaafkan semua, kesalahan
yang pernah dilakukannya?"
"Aku rasa dalam soal ini kesalahannya sudah tak bisa
dimaafkan lagi!"

1720
Terbayang kembali pelbagai macam tindakan dan
perbuatan dari ibunya si Siang-go cantik Ong Cui-ing dimasa
lampau, tiba-tiba pemuda itu merasa matanya jadi merah dan
nyaris air mata jatuh bercucuran, rasa sedih, benci dan
pelbagai perasaan lain berkecamuk dalam benaknya.
Mendengar jawaban itu, orang yang kehilangan sukma
menghela napas sedih, kembali ujarnya:
"Nak, seandainya perbuatan ibumu menikah lagi dengan
Thian-che kaucu adalah lantaran dia mempunyai kesulitan
yang mau tak mau harus berbuat demikian, selain itu diapun
tak pernah ternoda kesucian badannya, apakah engkau juga
tetap akan............"
"Jadi..... jadi cianpwe mengetahui semua tentang persoalan
itu?" bisik Han-siong-Kie dengan wajah kaget bercampur
tercengang,
"Yaa, aku mengetahui segala sesuatunya dengan teramat
jelas!"
"Menurut apa yang boanpwe ketahui, Thian che kaucu
adalah seorang laki-laki impotent yang sudah tak mampu
berfungsi sebagai seorang laki laki sejati, dus berarti ibuku tak
akan ternoda ditangannya, dan aku percaya akan hal ini.
Tapi.........kendatipun demikian, ini bukan berarti bahwa
semua perbuatan sinting, perbuatau biadap dan tidak
mengenal aturannya bisa kuampuni dengan begitu saja,
bagaimanapun ia tega membunuh anaknya sendiri, tega
berbuat keji terhadap putranya sendiri, apakah perbuatan
terkutuk semacam ini juga pantas diampuni?"
"Nak, bagaimanakah seandainya perbuatannya itu
dilakukan oleh karena keadaan yang memaksa."
"Yaa, bagaimanapun bencinya Han-siong Kie terhadap
ibunya, toh diantara mereka masih tersisa sedikit hubungan
batin. Si anak muda itu memang sangat membenci setiap
perbuatan ibunya yapg dia anggap sabagai suatu perbuatan

1721
terkutuk meski demikian diapun selalu berharap agar bisa
terjadi suatu kejadian diluar dugaan, yang dapat merubah
segala sesuatu pandangannya itu.
Siapakah yang tidak mengharapkan mempunyai seorang
ibu yang baik, seorang ibu yang bijaksana. Demikian pula
keadaannya dengan Han siong Ki kendati dia mempunyai
seorang ibu yang berada dalam pandangannya jahat toh dihati
kecilnya dia selalu berharap bahwa apa yang telah terjadi itu
bukan suatu kenyataan, ia selalu berharap bahwa apa yang
diketahuinya sekarang hanya pandangan yang keliru, pada
kenyataannya dia mempunyai seorang ibu yang baik dan
bijaksana.
Maka sewaktu mendengar pertanyaan tersebut dengan
agak emosi diapun menjawab:
"Kalau memang semua perbuatan itu dilakukan karena
terpaksa, boanpwe butuh bukti yang nyata, asal bukti itu bisa
kuterima dengan jalan pemikiranku, tentu saja aku dapat
menerimanya ... "
"Tentu saja segala sesuatunya akan disertai dengan bukti
yang nyata" jawab orang yang kehilangan sukma.
Seraya berkata pelan pelan dia melepaskan kain kerudung
yang menutupi wajahnya.
Apa yang kemudian terlihat, membuat Han siong Ki
menjerit kaget lalu secara beruntun mundur beberapa langkah
dengan sempoyongan sekujur badannya menggigil keras.
-ooo0dw0ooo-
BAB 93
HAN SIONG KIE hampir saja tidak percaya dengan apa
yang terpapar didepan matanya, dia mengira dirinya sedang

1722
bermimpi, sebab hanya dalam alam impianlah apa yang
dilihatnya sekarang bisa terjadi.
Tapi sang surya memancarkan sinarnya keseluruh jagad,
gulungan ombak ditepi sungai menggelora dengan derasnya,
semuanya adalah kenyataan semuanya sudah terpapar
dihadapan matanya secara nyata dan tak mungkin bisa
dibantah lagi.
Orang yang berdiri tepat dihadapanoya sekarang, bukan
lain adalah ibu kandungnya, si siang go cantik ong cui ing.
Ia pernah membenci perempuan ini hingga merasuk ke
tulang sumsumnya, bahkan hampir saja membinasakan
dirinya, diapun pernah mencaci maki perempuan ini sebagai
seorang perempuan berhati bisa, berhati sejahat kala yang
paling beracun .......
Tapi sekarang, kenyataan telah berbicara lain, orang yang
kehilangan sukma yang selama ini selalu dihormati dan
disegani malahan dianggapnya sebagai pengganti dari orang
tuanya, ternyata bukan lain adalah ibunya yang pernah
dibenci, dimaki dan dikutuk.
Padahal sudah terlalu banyak budi yang dilepaskan orang
yang kehilangan sukma kepadanya.
Ia merasa keadaan semacam ini seharusnya dapat ia
ketahui semenjak dulu, tentu saja seandainya ia mau
memikirkan serta memperhatikannya dengan seksama, sebab
semua perbuatan maupun perkataannya telah menunjukkan
siapakah dia, meski hanya secara lapat lapat.
"oooh.... ibu Anakmu benar benar tidak berbakti..."
Akhirnya pemuda itu menjerit dan lari ke depan kemudian
jatuhkan diri berlutut dihadapan ibunya.
"oooh... ibu, ananda tidak tahu kalau engkau sangat
menderita, bukannya memaklumi keadaanmu, aku malahan..."

1723
Ibu dan anakpun saling berpelukan dan menangis tersedu
sedu.
Kejadian seperti ini sungguh mengharukan sekali, jarang
sekali di dunia ini berlangsung adegan sepedih ini, yaa...
siapapun yang berada disana waktu itu tentu akan ikut
mengucurkan air matanya..
Lama... lama sekali, akhirnya si siang go cantik ong cui ing
berhenti menangis, katanya dengan pedih:
"Nak. dapatkah engkau memberi maaf kepada ibumu?
Bersediakah engkau memaafkan semua perbuatan yang
pernah kulakukan selama ini.?"
"oooh ibu" jawab Han siong Ki dengan sesenggukan,
"sudah sepantasnya kalau... engkaulah yang memberi ampun
atas ketidakbaktianku terhadap ibu..." si siang go cantik oong
cui ing kembali menghela napas.
"Aku tahu nak, bahwa engkau mempunyai banyak
perkataan yang hendak dibicarakan dengan ku, ada banyak
persoalan yang mencurigai hatimu yang ingin kau tanyakan
kepadaku, dan sekaranglah saatnya untuk menggali semua
rahasia itu, inilah saatnya untuk menerangkan semua
persoalan kepadamu, hanya saja sebelum itu kita harus
menjumpai sucoumu lebih dahulu"
"Serahkanlah benda yang diberikan anak Kun itu kepadaku
nak" sela perempuan itu cepat.
Buru buru Han siong Kia merogoh sakunya dan mengambil
keluar benda kecil yang diserahkan Thio sau kun menjelang
ajalnya itu, kemudian dengan sangat hati hati diangsurkan
bungkusan misterius itu kepada ibunya. "lbu, benda inilah
yang diberikan adik Kun kepadaku"
Dengan tangan gemetar si siang go cantik ong cui ing
membuka bungkusan itu, setelah memeriksanya sekejap.
benda itu segera dibungkusnya kembali.

1724
"Anak Kun telah berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan
besar bagi perguruannya, sekalipun harus mati, dia dapat mati
dengan mata yang meram...." bisiknya dengan pedih.
Han siong Kie memandang ibunya dengan wajah termangu
karena keheranan, tentu saja ia tak mengerti apa gerangan
yang telah terjadi, meski begitu diapun tidak berhasrat untuk
membuka mulutnya menimbrung, sebab dia tahu sebelum
berjumpa dengan sucounya, tak nanti ibunya akan
memberitahukan sesuatu apapun kepadanya.
Tapi... mengapa mereka harus berjumpa dulu dengan
sucou sebelum ibunya bersedia memberi keterangan? Dia
bingung dan benar benar merasa tidak habis mengerti.
Apalagi ketika sorot matanya terbentur dengan lengan
ibunya yang kutung akibat membebaskan jalan darah yang
tertotok. dia merasakan hatinya amat sakit, sedih dan
menyesal.
Sekarang, ia baru dapat meresapi apakah arti pengorbanan
seorang ibu terhadap putranya, sekarang ia baru tahu betapa
agungnya pengorbanan seorang ibu bagi anaknya
Padahal beberapa waktu sebelumnya dia masih membenci
bahkan mengutuk ibunya benarkah perbuatannya itu?
seharusnyakah seorang anak bersikap demikian terhadap
ibunya? sementara dia masih termenung, ong cui ing telah
berbisik, "Ayolah nak. ikutilah aku masuk kedalam benteng"
Ibu dan anakpun melanjutkan perjalanannya memasuki
pintu benteng yang gelap dan serba menyeramkan itu.
Belum sampai beberapa langkah mereka berjalan, ketika
bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul kemudian
manusia aneh berambut panjang itu tahu tahu sudah
menghadang dihadapan mereka.
"siau sute" seru ci siang go cantik ong cui ing dengan
perasaan sedih.

1725
Mula mula manusia aneh berambut panjang itu mengawasi
dua orang tamunya dengan sinar mata yang tajam dan
menggidikkan hati, tapi kemudian setelah mundur dua langkah
lebar, titik titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Siang-go cantik Ong Cui-ing segera angsurkan bungkusan
kertas itu kepada adik seperguruannya, kemudian berkata :
"Sute, tolong engkau suka mengabarkan kepada suhu dia
orang tua, katakanlah bahwa muridnya yang tak becus Cui-ing
mohon bertemu!"
Manusia aneh barambut panjang itu menyambut angsuran
bungkusan kertas itu, kemudian putar badan dan berlalu dari
sana...........
Selang sesaat kemudian, manusia aneh berambut panjang
itu muncul kembali, ia memberi tanda kode tangan kepada
dua orang rekannya, kemudian pelan-pelan bergeser dari situ
dan berlalu.
Han siong-Kie berdua juga tidak banyak berbicara lagi, dia
berjalan mengikuti dibelakang ibunya menuju ke ruangan
belakang dari bangunan benteng tersebut.
Rumah-ramah batu yang pernah digunakan untuk
mengurung kawanan jago silat baik dari golongan putih
maupun golongan hitam yang datang melakukan penyelidikan,
kini berada dalam keadaan kosong melompong tanpa
penghuni, keadaan ini mendatangkan suatu perasaan yang
aneh dan seram bagi siapapun yang melihatnya.
Apalagi ketika Han-siong Kie membayangkan kembali
pengalamannya ketika berapa kali berkunjung kebenteng
maut, perasaan hatinya semakin murung dan pedih......
Ketika, untuk pertama kalinya dia berkunjung ke sana,
sebelum masuk ke dalam benteng, tubuhnya sudah terhajar
sehingga mencelat dan tercebur ke dalam sungai, untung

1726
ditolong oleh Go-Siau-bi dan dayangnya sehingga lolos dari
bahaya maut.
Ketika berkunjung untuk kedua kalinya, dia datang atas
nama ahli waris dari Mo-tiong-ci-mo dengan nama samaran
Malaikat penyakitan, tapi akhirnya gagal dan tertawan, untung
ditolong o-leh Tong Hong-hui kemudian dibebaskan jalan
darahnya oleh ibunya yang untuk itu harus mengorbankan
pula sebuah lengannya.
Ketika berkunjung untuk ketiga kalinya, ia telah berbasil
menguasahi ilmu sakti Si-mi sinkang waktu itu besar sekali
hasratnya untuk membalaskan dendam bagi kematian
keluarganya, tak tahu nya orang yang dikira musuh besarnya
ternyata tak lain adalah guru dari ayah dan ibunya......
Dan sekarang, dia berkunjung untuk ke empat kalinya, dan
saat ini semua teka teki yang membingungkan hatinya akan
segera terang.
Tapi keadaannya pada saat ini sudah berbeda jauh,
Tonghong-Hui telah meninggal dunia orang yang ada maksud,
yang ternyata adalah adiknya juga sudah meninggal dunia
sedang Go siau bi, sampai kini masih belum ketahuan
nasibnya......... berpikir kesemuanya itu, tak kuasa lagi dia
mengucurkan air mata kesedihan.
Apa yang dialaminya selama ini dirasakan bagaikan sebuah
impian yang menakutkan dan mengerikan hatinya, tapi impian
tersebut belum juga berakhir, dan ia harus mengalami
selanjutnya....... bagaimanakah akhir ceritanya? Tak
seorangpun yang bisa memecahkan persoalan itu .
Diruang tamu belakang benteng, Pemilik benteng maut
duduk bersandar dikursi kebesarannya dengan mata
terpenjam, manusia yang misterius dan disegani banyak orang
ini tampak jauh lebih layu, tua dan penuh keriput.
"suhu" dengan hormat bercampur terharu si siang go cantik
ong cui ing jatuhkan diri berlutut dihadapannya.

1727
"sucou, cucu murid menghunjuk hormat untukmu" Han
siong Ki ikut berlutut pula sambil memberi hormat.
Dengan sinar mata yang tajam bagaikan sembilu pemilik
benteng maut mengawasi wajah ibu dan anak itu lekat lekat,
akhirnya sinar mata yang tajam itu berhenti diatas wajah Han
siong Ki.
Kerutan wajah yang tua dan penuh keriput itu berkejang
terus seperti sedang mengendalikan emosi dihatinya, lalu
dengan suara dalam ujarnya: "Anak Ki, angkat kepalamu"
Han siong Ki menurut dan mengangkat kepalanya, tapi
menjumpai raut wajah sucounya yang keren dan berwibawa
itu, bergidik juga hatinya sehingga bulu kuduknya pada
bangun berdiri, badannya gemetar dan merinding.
Sementara sianak muda itu masih termenung, Pemilik
benteng maut telah berkata lagi dengan keren:
"Anak Ki, bukanlah engkau dan sukohmu berangkat
barsama meninggalkan benteng ini? Apa sebabnya kalian
berpisah ditengah jalan?"
Mendengar perkataan itu Han siong Ki merasakan sekujur
badannya gemetar keras, seakan akan ada sebilah pisau tajam
yang menusuk diatas mulut lukanya membuat pemuda itu
melongo, gelagapan dan tak mampu mengucapkan sepatah
katapun.
Dari pertanyaan yang diajukan kakek itu, jelaslah sudah
bahwa pemilik benteng maut masih belum mengetahui
hubungan diantara dia dengan Tonghong Hui, tentu saja tak
mungkin baginya untuk mengakuinya secara terus terang, tapi
untuk berbohong tentu saja ia tak berani, maka pemuda itu
hanya membungkam dalam seribu basa.
"Ayo bicara " kembali pemilik benteng maut membentak.
Han siong Ki merasakan sekujur badannya bergetar keras,
hampir saja air matanya jatuh berlinang membasahi pipinya,

1728
dia ingin menangis sepuas-puasnya tapi ia tak dapat berbuat
demikian, maka kepalanya ditundukkun rendah rendah, ia tak
berani beradu pandangan lagi dengan sorot mata kakek
gurunya yang tajam itu.
Tiba tiba nada suara pemilik benteng maut berubah jauh
lebih lembut lagi kembali ia berkata:
"sejak kecil bibi Hui mu sudah kehilangan ibunya, dia sudah
terlalu biasa hidup dimanja sehingga wataknya agak tinggi
hati dan mau menangnya sendiri, apakah engkau cekcok
dengan bibimu?"
"Tidak..." sahut Han siong Kie dengan perasaan seperti
diris-iris dengan pisau.
"Lalu apa sebabnya kalian berpisah?"
"Tentang soal ini... "
"Tak usah ragu ragu, katakan saja secara berterus terang"
"Bee.... bee... begini ceritanya, setelah meninggalkan
benteng, sewaktu aku lagi mengejar seseorang kutinggalkan
dia sendirian, tapi ketika aku kembali lagi kesana, sukoh telah
lenyap tak berbekas"
"Benarkah kejadiannya adalah demikian?"
"Benar" Hari siong Kie terpaksa harus mengeraskan hatinya
untuk mengakuinya.
Dengan loyo pemilik benteng maut bersandar diatas
kursinya, kemudian dengan sedih ia berkata:
"Tiga hari berselang, ia kembali ke benteng seorang diri.
setelah menangis setengah harian didepan jenasah ibunya,
tiba tiba dia menghantam ubun ubun sendiri dan bunuh
diri........"
Berbicara sampai disini, ia sudah sesenggukan menahan
isak tangisnya maka pembicaraanpun segera berhenti.

1729
Han siong Kie menjerit keras, setelah muntah-muntah
darah segar, tubuhnya terjengkang ke belakang dan jatuh tak
sadarkan diri.
Entah berapa lama sudah lewat, ketika ia sadar kembali
suasana disekitar tempat itu sudah berubah, ia tidak berada
didalam ruangan lagi melainkan menggeletak diatas batu
karang diluar pintu benteng disampingnya duduklah ibunya
yang basah oleh air mata,
Cepat pemuda itu merangkak bangun, serunya,
"Oooh.....,..ibu, ananda tidak becus...?"
"Nak, terangkanlah hatimu, segala sesuatunya telah
berlalu......tenangkanlah hatimu!"
"Dimanakah sucou?"
"Karena kematian bibi Hui mu, sucou merasa amat sedih
sekali, karena sejak kematian nenek gurumu ia telah
melimpahkan segenap kasih sayangnya kepada putrinya, tidak
heran kalau kematian yang menimpa bibi Hui mu dirasakan
olehnya sebagai suatu pukulan batin yang amat besar.,...."
”Ibu, sekalipun aku harus mati seratus kali juga tak dapat
membayar hutang ini...."
”Nak, engkau jangan terlampau emosi, telah kuberitahukan
semua kejadian yang sebenarnya kepada dia orang tua, dan ia
telah memaafkan dirimu..”
"Ibu, sekalipun sucou dapat memaafkan ananda, tapi
ananda tak dapat memaafkan diri sendiri” bisik Han-siong Ki
dengan air mata yang bercucuran semakin deras.
"Sudahlah, engkau tak usah mengucapkan kata kata bodoh
seperti itu, sebab kalau ingin mencari siapa yang salah, maka
akulah orangnya, sudah sepatutnya bila kuberitahukan segala
sesuatunya itu kepadamu sedari dulu, tapi.....aaai, itupun
terbentur oleh peraturan perguruan yang terlalu ketat!"

1730
"Peraturan perguruan?"
"Ya, peraturan perguruan!"
"Ananda tidak paham dengan ucapan ibu!"
Dengan penuh kasih sayang si Siang-go cantik Ong Cui-ing
membelai rambut anaknya lalu berkata dengan lembut:
"Nak, suocumu telah memberi ijin kepada ibu untuk
menceritakan semua kejadian ini kepadamu...”
"Ooooh...ibu, ananda sudah amat lama sekali menunggu
datangnya saat seperti ini!" jawab Han siong Ki penuh emosi,
air matanya berderai membasai pipinya.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, si-Siang-go
cantik Ong Cui-ing pun mulai bercerita: "Nak, peraturan
perguruan dari benteng maut sangat ketat, ilmu silat dari
perguruan kami tidak akan diwariskan kepada siapapun
termasuk kepada anaknya sendiri, sebelum mendapat
persetujuan dari pemilik benteng, selain itu dilarang pula
menyiarkan semua kegiatan dan kejadian yang berlangsung
didalam benteng, barang siapa melanggar peraturan ini maka
dia akan dijatuhi hukuman mati"
"oooh... apakah peraturan itu tidak terlampau kelewat
batas..." bisik Han siong Ki sambil menarik napas dingin.
"Nak, engkau tak boleh memberi penilaian dengan begitu
saja, dengarkan dulu perkataanku. oleh sebab itulah orang
persilatan cuma tahu bahwa didunia ini terdapat sebuah
benteng yang bernama benteng maut, tapi tak seorangpun
yang tahu siapakah pemilik benteng itu dan berapa orang
anak muridnya........"
Meskipun agak bingung dan tidak begitu mengerti, namun
Han siong Ki mengangguk juga. Terdengar si Siang go cantik
melanjutkan kembali kata katanya:

1731
"Setiap anggota benteng maut, bila telah tamat belajar silat
maka mereka akan meninggalkan benteng untuk hidup di
keluarga masing masing, tapi tiap tahun bulan delapan masing
masing anggota benteng akan berkumpul selama satu bulan
didalam benteng sambil memperbincangkan kemajuan yang
berhasil mereka capai disamping mendapat pula tambahan
ilmu ilmu baru dari gurunya. Begitulah, pada bulan delapan
dua puluh tahun berselang kamipun berkumpul semua
didalam benteng maut, waktu itu bibi guru mu belum lahir,
dalam benteng kecuali nenek gurumu hanya siau susiok mu
seorang yang mendampingi. Tapi satu peristiwa yang
mengerikan dan serba misteriuspun berlangsung dalam
pertemuan itu."
Tiba tiba saja Han siong Kie merasakan semangatnya
berkobar kembali, dia segera memusatkan seluruh
perhatiannya untuk mendengarkan cerita ibunya dengan lebih
seksama. setelah tarik napas panjang, ong cui ing melanjutkan
kisahnya lebih jauh:
"Pada saat itulah tiba tiba nenek gurumu ditotok jalan
darahnya oleh sejenis ilmu totokan khusus yang sangat aneh
sehingga menyebabkan kejernihan otaknya terganggu."
"siapakah yang melakukan perbuatan itu?" seru Han siong
Kie dengan perasaan kaget, "siapakah yang berilmu selihay itu
sehingga dapat menyusup ke dalam benteng maut..."
"Masih mendingan kalau cuma begitu saja, ma lahan orang
itupun mencuri juga kitab pusaka ilmu silat Kui-kok-cian-su
yang merupakan pusaka dari perguruan kami!"
"Oooh......" pemuda itu berseru tertahan.
"Tak terkirakan rasa gusar kakek gurumu waktu itu, beliau
segera menitahkan toa-supekmu, ayahmu, aku dan Thio
susiokmu berempat untuk menyelidiki peristiwa ini sampai
jelas dalam tiga tahun.............."
"Bagaimana akhir dari pencarian itu?"

1732
"Tiga tahun sudah lewat, tapi empat orang bersaudara
seperguruan tidak bernasil memecahkan teka-teki itu"
"Waaah......peristiwa itu kan jadi suatu teka-teki yang
semakin membingungkan hati?"
"Dengarkan dulu perkataanku, waktu itu kebetulan sekali
nenek gurumu meninggalkan dunia setelah melahirkan, kakek
gurumu merasa sedih sekali, setelah membalsem jenasah
nenek gurumu dengan obat anti pembusukan, beliaupun
menyimpannya didalam sebuah kamar rahasia dalam benteng,
sucou mu bersumpah tak akan meninggalkan benteng sejak
itu, dia akan mendampingi jenasah istrinya sampai akhir tua
disamping merawat bayinya, dan bayi itu tak lain adalah bibi
gurumu Tonghong Hui..........."
Han-siong Ki mengeluh dengan penuh penderitaan, dia
mengerang seperti orang kesakitan.
"Begitulah" kata Ong Cui-ing "karena sedang tertimpa
kesedihan maka dengan suara keras sucou mu
memerintahkan kami empat kakak bsradik seperguruan untuk
melanjutkan penyelidikan itu, jika dalam dua tahun kami
belum berhasil juga menemukan pembunuh yang melakukan
perbuatan keji itu, maka kami tak usah kembali kebenteng,
semua hubungan perguruanpun ikut terputus dengan begitu
saja..
"Dua tahun kemudian, apakah sucou benar-benar telah
turun tangan membinasakan ayah dan susiok sekalian?" Hansiong
Ki bsrtanya deagan suara agak gemetar.
"Tidak, sucoumu sebelum masuk kedalam benteng maut
mempunyai sebuah julukan dalam dunia persilatan, orang
persilatan waktu itu menyebutnya sebagai Hau-thian-it-koay,
dari sini bisa diketahui bahwa wataknya aneh sekali,
Aaaai..........padahal apa yang dikatakan waktu itu cuma katakata
dikala sedang marah, sungguh tak disangka kejadian itu
harus diakhiri dengan malapetaka yang jauh lebih besar... "

1733
Han siong Ki merasakan peredaran darah dalam tubuhnya
mengalir semakin cepat, jantungpun ikut berdebar dengan
kerasnya:
Selapis rasa sedih murung, benci dan penasaran
menyelimuti wajah siang go cantik ong Cui ing yang lembut,
sambil menggertak gigi katanya lebih jauh:
"Tak nyana bajingan keparat yang terkutuk itu sudah
menyaru sebagai sucou mu dan turun tangan keji untuk
membantai keluarga Han serta keluarga Thio, aku rasa apa
yang terjadi ketika itu sudah disampaikan Thio susiok
kepadamu. Kebetulan hari itu aku ada urusan tak ada
dirumah, ketika aku sampai dirumah, semua anggota
perkampungan telah dibantai orang secara keji dengan
seorang manusiapun tak ada yang dibiarkan hidup sekalipun
Thio sau kun juga sudah senin kemis berbahaya sekali
nyawanya. "
"Siapakah pembunuh keji itu?" teriak Han siong Ki dengan
suara gemetar, sinar mata yang menggidikkan hati memancar
keluar dari matanya.
Siang go cantik ong cui ing tidak menjawab pertanyaan itu,
dia berkata lebih jauh:
"Sungguh kasihan susiokmu si tangan naga beracun Thio
Lin, dia selalu beranggapan bahwa sucoumu yang melakukan
kesemuanya ini, tak sepatah kata menyesalpun yang dia
ucapkan, bahkan akhirnyapun bunuh diri untuk mewujudkan
kata kata gurunya..."
Han siong Ki mundur dengan sempoyongan, hampir saja
dia tak mampu berdiri tegak.sekarang ia baru mengerti
kenapa sesaat menghembuskan napasnya yang penghabisan,
Thio susioknya selalu berkata bahwa apa yang terjadi
merupakan perintah dari gurunya, sekarang diapun baru
mengerti kenapa susioknya melarang mayat mayat mereka

1734
dikubur kedalam tanah, rupanya sampai saat yang terakhirpun
ia masih belum tahu latar belakang dari peristiwa berdarah itu.
Sesaat lamanya, sianak muda itu termangu mangu dan tak
tahu apa yang musti diperbuatnya.
"sangat kebetulan sekali" demikianlah siang go cantik ong
cui ing melanjutkan kembali ceritanya "tiba-tiba toa supekmu
datang kerumah secara tak terduga, dia menasehati aku agar
ikuti dia untuk berdiam sementara waktu di perkampungan
Sim-keh-ceng, oleh karena pada waktu itu aku sedang
mengandung adikmu Han-siong Hiang, disamping Thio Saukun
yang keadaannya senin kemis sangat membahayakan
keselamatannya, maka dalam keadaan sedih, kalut dan tidak
berketentuan kusanggupi keinginan nya itu......."
Ketika berbicara sampai disini, rasa kesal dan gemasnya
semakin tebal menyelimuti wajahnya, ia berhenti untuk
bertukar napas sejenak, kemudian sambungnya lebih jauh:
"Sejak awal terjadi peristiwa berdarah itu, aku sudah
merasa yakin bahwa semua tindak kekejian tersebut bukan
hasil perbuatan dari sucou mu, sebab pertama meski
wataknya aneh dan tak bisa diraba dengan perasaan kita,
pada hakekatnya dia tidak kejam, tak mungkin ia gunakan
perbuatan yang kejam dan brutal itu untuk menghadapi anak
murid beserta keluarganya, kedua ia sudah bersum pah tak
akan meninggalkan benteng walau satu langkah pun, ketiga
seandainya pembunuhan brutal itu benar-benar dilakukan
olehnya tidak nanti dia akan meninggalkan lambang
tengkorak mautnya diatas dinding ruangan....."
"Lalu siapakah pembunuh keji yang sebetulnya itu....."
Siang-go Cantik Ong-Cui-ing tidak menjawab pertanyaan
itu, tapi dia melanjutkan kembali kata-katanya:
"Tak lama kemudian, toa supekmu meminang aku, dia
mohon agar aku bersedia menikah dengan nya......"

1735
"Apa? Toa supek yang meminang ibu?" Han siong-Kie
tercengang bercampur tidak habis mengerti.
Perempuan itu mengangguk,
"Yaaa, toa supekmu! Dan kusanggupi permintaan itu,
secara lapat lapat aku mempunyai suatu perasaan yang aneh
sekali, seolah-olah aku merasa bahwa aku dapat menemukan
pembunuh brutal yang sebenarnya itu......"
"Tapi......tapi.....bukankah ibu menikah lagi dengan......"
"Nak, kau maksudkan Yu Pia lam.....? "tukas Siang-go
cantik Ong Cui ing sambil tertawa pedih.
"Yaa, bukankah ibu kawin lagi dengan Yu Pia lam?"
"Yu Pia- am tak lain adalah toa supekmu itu!"
Han siong Kie terperana, dia mundur selangkah dengan
wajah tercengang dan perasaan tidak habis mengerti.
"oooh... bukankah Toa supek berasal dari marga Sim..."
kembali dia berguman.
"Itu cuma nama samarannya belaka, yang benar dia pribadi
tak lain adalah Thian che kaucu Yu Pia lam, ketika
menggunakan nama samaran belajar silat dalam benteng
maut, sebenarnya tak lain karena ia sedang melaksanakan
suatu rencana busuk yang amat keji dan teramat brutal ....."
"oooh......"
"Membunuh ibu guru, mencuri kitab pusaka Kui kok kiam
su, menyaru sebagai suhu melakukan pembantaian keji
terhadap anggota keluarga Han dan Thio bukan lain adalah
perbuatannya semua Dialah pembunuh keji yang terkutuk itu"
Seketika itu juga Han siong Kie merasakan darah yang
beredar dalam tubuhnya mengalir semakin cepat, matanya
jadi merah membara, otot otot hijau pada menongol keluar

1736
semua, dari sini dapat diketahui betapa gusar dan bencinya
anak muda itu.
"Yu Pia lam... wahai Yu Pia lam ... nantikanlah saat
pembalasanku...." teriaknya sambil melepaskan sebuah
pukulan ke udara kosong.
"Perkumpulan Thian che kau... haaahhh.... haaahh....
haahh.... tunggu saja kalian semua, jika aku Han siong Kie tak
dapat mencincang tubuhmu sehingga hancur berkepingkeping,
bila aku membiarkan ada manusia yang hidup lagi d
idalam perkumpulan Thian che kau, aku Han siong Kie
bersumpah tak akan menjadi manusia lagi"
Siang go cantik ong cui ing yang berada disisinya buru buru
menghiburnya dengan kata kata lembut:
"Nak. tenangkan dulu hatimu, dengarkan dulu kisahku
sampai selesai..."
Setelah pemuda itu bisa menenangkan perasaannya,
perempuan itupun meneruskan kembali penuturannya :
"Sejak kuketahui asal usulnya yang sebenarnya itu, dalam
hati aku merasa semakin yakin bahwa apa yang kupikirkan tak
bakal salah lagi, cuma sayang tidak berhasil kudapatkan bukti
bukti yang nyata, apalagi suhu memerintahkan agar benda
mustika yang dicuri orang harus ditemukan kembali, sebab
itulah selama belasan tahun kemudian aku hidup bagaikan
seseorang yang kehilangan sukma, sambil menahan semua
penghinaan dan penderitaan aku melanjutkan terus hidupku.
selama ini Yu Pia Lam sendiri selalu menganggap Thio sau kun
sebagai dirimu, karena itulah aku tidak ingin bila asal usulmu
yang sebenarnya sampai ketahuan orang, sebab bila rahasia
ini sampai diketahui orang, maka akibatnya benar benar sukar
dilukiskan dengan kata-kata..."
"Oleh karena itu maka ibu tak mau mengakui diriku sebagai
putramu lagi.....?"

1737
"Benar nak. aku kuatir bila rahasia itu ketahuan maka
jiwamu terancam bahaya, maka aku lebih baik tidak
mengakuinya daripada engkau terbunuh ditangannya.
Untunglah akhirnya kau berhasil memiliki kepandaian silat
yang sangat lihay, sehingga pembalasan dendam atas
permusuhan yang dalamnya melebihi samudra ini berhasil
juga kita tuntut"
”Ibu.....”
-ooo0dw0ooo-
Jilid 46
"TAHUKAH engkau nak, mengapa Yu Pia Lam menyusup ke
dalam perguruan benteng maut dan belajar silat disana?"
"Tentang persoalan ini, ananda sudah pernah
mendengarnya"
"Ooooh.... engkau sudah tahu?"
"Yaa, ananda berhasil mengetahui hal ini dari keterangan
yang diberikan oleh Hun si mo ong, dia bilang gurunya Yu Pia
lam bernama Huan yu it koay Manusia paling aneh diseluruh
jagad ingin merajai dunia ini, tapi dalam suatu pertarungan
oleh sutay sang cou ouyang Beng dia kena dihantam sampai
menjadi cacad, maka dari itu dia hendak membalas dendam
atas sakit hati ini."
"Yaa, memang begitulah kejadiannya nak" selang sesaat
kemudian, si anak muda itu kembali bertanya:
"ibu, kematian dari adik Kun dan adik Hiang"
Menyinggung kembali soal tersebut, siang go cantik ong cui
ing menunjukkan wajah yang sedih dan air matapun tanpa

1738
terasa mengucur keluar membasahi pipinya, dengan agak
sesenggukan dia berkata:
"sau kun mendapat perintahku untuk memasuki ruang
rahasia dari Yu Pia lam guna melakukan pemeriksaan yang
seksama, akhirnya dari dalam kamar rahasianya itu dia
berhasil mendapatkan kembali kitab pusaka Kui kok cim su
tersebut, sayang operasi ini kurang cermat dimana jejaknya
akhirnya ketahuan, diapun dikejar kejar kemudian terbunuh.
Dengan gagalnya operasi dari sau kun maka keadaanku dan
adik Hiang mu juga terancam bahaya maut, akhirnya Han
siong Hiang tertimpa pula bencana dan menemui
ajalnya.....nah, begitulah nak, demikianlah kejadian yang telah
kami alami sampai saat terakhir"
Han siong Ki berdiri sambil menggertak gigi menahan
pergolakan emosi dalam hatinya, lama sekali dia
membungkam dalam seribu bahasa sebelum kemudian
katanya: "ibu, ananda ingin mohon diri lebih dahulu"
"Apa yang hendak kau lakukan...?" tegur perempuan itu
dengan perasaan cemas.
"ibu, hutang darah harus bayar dengan darah, hutang
nyawa bayar dengan nyawa, sekarang juga akan kutuntut
kembali hutang darah dan hutang nyawa itu dari tangannya"
"Cukupkah kekuatanmu seorang. Yakinkah engkau akan
berhasil dengan kekuatan seorang diri?"
"Cukup, lebih dari cukup Toh Hek pek siang-yau sepasang
siluman itu akan menyertaiku dalam perjalanan ini"
"Nak, ingatlah selalu, jangan menilai terlalu rendah
kekuatan dari pihak Thian che kau"
"Ananda mengerti, dan ananda akan berusaha menghadapi
mereka dengan sebaik mungkin"
"Sebelum melakukan sesuatu rencana, terlebih dulu
susunlah siasatmu dengan sebaik mungkin, karena melakukan

1739
tindakan secara sembrono tanpa diimbangi dengan rencana
yang matang, bukanlah ciri dari seorang laki laki pintar"
"Ananda mengerti, dan ananda akan selalu memperhatikan
nasehat dari nasehat ibu ini"
"Untuk membalaskan dendam bagi keluarga, dendam bagi
suami dan hutang nyawa bagi kematian anak perlukah aku
ikut serta dalam usaha pembalasan dendam ini?" kembali si
siang go cantik ong cui ing bertanya dengan suara lirih.
"Tidak ibu tidak usah ikut serta sepantasnya kalau ibu
tinggal.disamping sucou dan merawat dia orang tua, sebab
bagai manapun juga kekuatan siau susiok seorang tak
mungkin bisa mengurusi seluruh benteng yang amat luas itu,
andaikata pihak Thian che kau serta gembong gembong iblis
yang lolos dari jaring itu melakukan penyerbuan lagi ke
benteng maut, bukankah benteng maut akan terancam
kehancuran total ditangan orang orang itu?"
"Tentang soal ini..."
"oooh... ibu, apakah engkau tidak bersedia mengabulkan
keinginan ananda untuk membalas dendam berdarah ini
seorang diri ....? Bu, kabulkanlah keinginanku ini"
Untuk sesaat si siang go cantik ong cui ing merasa ragu
ragu dan sukar mengambil keputusan tapi akhirnya dia toh
mengangguk juga.
"Baiklah nak. pergilah seorang diri ibu hanya bisa bantu
berdoa bagi kesuksesanmu, semoga usahamu untuk membuat
perhitungan ini dapat berjalan dengan lancar tanpa rintangan
apa apa, selesai dengan tugasmu itu cepatlah kembali ke
benteng maut dan temui aku ...."
"Tentu saja ibu, bila usahaku untuk membalas dendam
telah berhasil, ananda pasti akan pulang kemari dan akan
kulayani ibu sepanjang tahun"
"Nak. aku kuatir...."

1740
"Kenapa ibu?"
"Aaaah .....tidak apa apa, pergilah cepat ibu sudah
menerima rasa baktimu itu meski baru terwujud dalam
keinginan"
Rasa benci dan semangatnya ingin membalas dendam
berkobar di dada Han siong Kie, meski berat rasanya untuk
perpisahan tersebut, akan tetapi bagaimanapun juga
membalas dendam adalah suatu tugas yang berat dan harus
segera dilaksanakan.
Dengan berat hati, pemuda itupun berpamitan kepada
ibunya dan berangkat meninggalkan benteng maut.
Sekarang, semua duduknya perkara sudah dibikin jelas, dia
tak perlu melakukan penyelidikan lagi secara samar samar
tanpa tujuan tertentu, sekarang ia sudah mempunyai sasaran
yang pasti, meski terlampau banyak kesedihan dan
kemurungan yang membebani pikiran maupun perasaannya,
akan tetapi untuk sementara waktu dia dapat
mengesampingkan kesemuanya itu dari dalam pikirannya.
Setelah menyeberangi jembatan batu, pemandangan
pertama yang menyentuh matanya adalah gundukan tanah
pekuburan dari Tonghong Hui yang berada dipuncak batuan
cadas.
Untuk kesekian kalinya ia merasa hatinya terluka, hatinya
terasa amat sakit seakan akan darah bercucuran tiada
hentinya.
Dia melompat naik keatas puncak batuan cadas itu, lari
kehadapan kuburan Tonghong Hui dan menggunakan cucuran
air matanya serta bisikan hatinya sebagai sesaji dalam
upacara sembahyang itu
Lama... lama sekali.... ketika tiba tiba serentetan suara
teguran berkumandang memecahkan kesunyian:
"Tecu berdua menghunjuk hormat buat ciangbunjin"

1741
Hek pek siang you sepasang siluman hitam.putih
munculkan diri dibelakang tubuhnya dan berdiri menanti di
sampingnya.
Han siong Kie menengadah dan memandang dua orang
anak buahnya itu sekejap. akhirnya setelah menghela napas
panjang katanya dengan lirih: "Marilah kita pergi ...."
Dia ulapkan tangannya dan bergerak lebih dahulu menuruni
bukit batuan cadas tersebut
-ooo0dw0ooo-
BAB 94
BENTENG MAUT sudah semakin jauh ditinggalkan, tanah
pegunungan terbentang didepan mata, sementara Han siong
Kie bertiga melakukan perjalanan cepat, tiba tiba terdengar
suara teguran yang merdu berkumandang dari kejauhan: "Titi
...... sungguh payah sekali aku mencari jejakmu"
Bersamaan dengan berkumandangnya ucapan itu, seorang
nyonya cantik berbaju merah telah muncul dihadapan mereka.
Siapakah dia? Tak lain tak bukan adalah ratu tawon Buyung
Thay adanya.
Kemunculan Buyung Tay yang amat tiba tiba ini sama
sekali diluar dugaan Han siong Kie, dia tak menyangka kalau
perempuan cantik itu akan munculkan diri dalam keadaan
seperti ini.
Hek pek siang you yang berdiri dibela kang ketuanya
segera berbisik pula dengan suaru lirih:
"Dia benar benar amat cantik, bagaikan bidadari yang baru
dari khayangan"
"Yaaa, dia memang cantik jelita bak bidadari, tak kusangka
kalau didunia ini terdapat perempuan secantik itu"

1742
Han siong Ki rada tertegun, akhirnya dia maju
menyongsong kedatangannya dengan tergopoh-gopoh,
ucapnya:
"Cici, bukankah hari itu kau ada dibukit si sin gan..."
"Yaa adikku" sahut Buyung Thay dengan wajah menyesal
"pertama tama aku hendak minta maaf dulu kepadamu, sebab
aku tak dapat menyelesaikan tugas yang kau bebankan
padaku..."
Paras muka Han siong Ki tiba tiba saja berubah sangat
hebat. "Apakah Go siau bi telah..."
"Aaai... dia sudah lenyap tak berbekas. Aku tak tahu
sekarang dia berada dimana?"
"Apa? jejaknya sudah lenyap tak membekas...."
"Betul, dia sudah lenyap secara misterius, hilang lenyap
dengan begitu saja"
"Aaah ..... mana mungkin? Bukankah isi perut nya terluka
parah, lagipula selembar jiwanya terancam bahaya maut"
Buyung Thay menghela napas sedih.
"Aaaai .....dua hari setelah engkau pergi, aku merasa
sangat kelaparan, perutku begitu laparnya sehingga ingin
pergi ke belakang untuk mencari sedikit makanan guna
menangsal perutku yang lapar, hanya setengah perminum teh
aku pergi, tapi sewaktu aku kembali lagi ke dalam kamar,
ternyata ia sudah tak ada dalam kamarnya lagi" Han siong Kie
menyeka keringat dingin yang membasahi jidatnya, kembali
serunya:
"Dengan mengandalkan obat Ci goan wan yang kau berikan
itu, jiwanya masih bisa bertahan selama tujuh hari lagi, tapi
setelah jejaknya lenyap dengan begitu saja, bukankah berarti
bahwa keselamatan jiwanya jauh lebih membahayakan
daripada selamat.? Aaaah... bagaimana sebaiknya sekarang?"

1743
"Menurut penglihatanku, belum tentu jiwa nona Go
terancam oleh mara bahaya"
"Dengan dasar apakah engkau bisa berkata demikian?"
"Siapa tahu kalau orang yang menculiknya itu bisa
menyelamatkan selembar jiwanya?"
Tiba tiba saja Han siong Kie merasakan hawa amarahnya
meluap dari dalam dadanya, otot otot hijau pada menongol
semua karena mengendalikan napsu marah yang memuncak.
sorot matanya tajam menggidikkan hati, dengan suara yang
dingin dan menyeramkan segera teriaknya
"Cepat kau katakan, sebenarnya siapa yang telah menculik
pergi nona Go...?"
"Jangan marah-marah dulu, coba kau periksalah isi surat
ini, tentunya setelah membaca surat tersebut akan kau
ketahui pula siapakah pelaku dari penculikan ini" seraya
berkata Buyung Thay iantas mengangsurkan secarik kertas
surat kedepan. Dengan tergopoh gopoh Han siong Kie
menyambar surat itu, lalu dibacanya dengan cepat. Maka
terbacalah isi surat tersebut kira kira berbunyi demikian:
"Surat ini tertuju buat manusia muka dingin Han siong Ki:
Dalam sepuluh hari kunantikan kedatanganmu diatas tebing
Kiu ci gan, jangan lupa membawa serta kitab sarung tangan
Hud jiu po pit untuk menebus nyawa istrimu Go siau bi.
selewatnya balas waktu itu tak akan dilayani.
Dibawah surat itu tiada tanda nama, akan tetapi dilukis
sebiji uang kuno.
selesai membaca surat tersebut, Han siong Ki segera
mengerutkan dahinya rapat rapat, tegurnya kemudian:
"Cici ..... tahukah engkau dimanakah letaknya tebing Kiu ci
gan yang dimaksudkan itu?"

1744
"Tebing Kiu ci gan letaknya diatas sebuah bukit yang terjal,
kurang lebih lima puluh li dibelakang Lian huan tan"
"Tahukah engkau uang kuno tersebut lambang dari jago
silat manakah dalam dunia persilatan ini?"
"Tentang soal itu... rasanya selama ini belum pernah
kudengar orang membicarakannya"
"Aku tahu"
Tiba tiba saja ucapan tersebut muncul dari belakang,
suaranya ketus, dingin dan menggidikkan hati.
Ketika semua orang berpaling maka terlihatlah seorang
nyonya berkerudung sudah berada kurang lebih tiga kaki
dibelakang mereka berada.
Han siong Ki ingin menggerakan bibirnya untuk menegur,
tapi nyonya berkerudung itu sudah menggoyangkan
tangannya dengan cepat.
"Pemilik uang kuno tersebut adalah seorang yang bernama
Tong po lo sat iblis perempuan uang kuno, dia adalah seorang
jago lihay pada enam puluh tahun berselang yang pernah
menggetarkan seluruh dunia persilatan karena kelihayannya"
"oooh.... maksudmu manusia yang bernama Tong po lo sat
itu adalah seorang perempuan?" pemuda itu bertanya sambil
pura pura berlagak tidak kenal dengan perempuan
berkerudung ini.
"Yaa benar, dia memang seorang perempuan Nak.
sekarang kau harus segera berangkat ketebing Kiu ci gan,
sebab persoalan itu merupakan persoalan yang sangat penting
bagimu"
Buyung Thay yang mendengar pembicaraan tersebut
segera berkerut kening, kepada perempuan berkerudung itu
segera tegurnya:
"Sebenarnya siapakah engkau?"

1745
"Aku? Manusia yang kehilangan sukma Pernah mendengar
namaku ini "
"oooh... jadi kaulah orang yang kehilangan sukma" Buyung
Thay terperana.
"Yaa betul"
Kiranya sejak pemunculan perempuan berkerudung itu Han
siong Ki sudah tahu bahwa perempuan itu tak lain adalah
ibunya, si siang go cantik ong cui ing, sebetulnya dia mau
menegur, akan tetapi lantaran ibunya telah menggoyangkan
tangannya, terpaksa dia harus membungkam terus sambil
berlagak pilon.
Demikianlah, setelah mengakui identitasnya, dengan sorot
mata yang tajam orang yang kehilangan sukma menatap
tajam wajah Buyung Thay, lalu tegurnya kembali dengan
dingin "Bukankah engkau adalah Hong ho si Ratu Tawon?"
Menyinggung soal julukan yang paling dibencinya itu, paras
muka Buyung Thay berubah hebat, hawa napsu
membunuhnya seketika berkobar dan menyelimuti wajahnya,
selama ini dia mempunyai satu peraturan yang selalu
dipegangnya dengan teguh, yakni barang siapa berani
menyinggung nama julukan "Ratu Tawon" tersebut
dihadapannya, maka dia pasti akan membinasakan orang itu.
Tentu saja mimpipun tak pernah disangka olehnya bahwa
orang yang kehilangan sukma itu pada hakekatnya tak lain
adalah ibu kandung dari Han siong Ki.
Dengan suara setengah menjerit Buyung Thay segera
berteriak lengking:
"orang yang kehilangan sukma, aku akan membunuh kau.
Bersiap siaplah menantikan saat kematianmu"
"Engkau hendak membunuh aku? Hmmm... hmmm... aku
kuatir kalau kekuatan yang kau miliki masih belum mampu
untuk mewujudkan apa yang kau kehendaki"

1746
"Hmmm... Kau berani menghina aku? Baik, jika tidak
percaya akan kubuktikan sekarang juga"
Sambil berteriak, dengan garangnya Buyung Thay bergerak
maju siap melakukan tubrukan.
Han siong Kie tidak ambil diam, begitu perempuan itu
bergerak, cepat diapun bargerak menghadang dihadapannya,
kepada Buyung Thay segera katanya dengan keras. "cici Kau
tak boleh berbuat demikian"
"Kenapa? Itulah peraturanku yang selalu kupegang dengan
teguh" sahut Buyung Thay dengan suara dingin, "adikku,
kecuali terhadapmu, aku tak bisa melanggar peraturanku ini
lagi"
"Aku mohon kepadamu agar untuk kali ini berilah
pengecualian kepadanya, janganlah kau tarik panjang
persoalan ini, tentunya kau mau bukan?"
"Apa hubungan orang ini dengan dirimu? coba kau
terangkan dulu kepadaku....."
"Tentang soal ini .....tentang soal ini .....aku rasa, ada
baiknya kalau..."
"Buyung Thay kau tak perlu menanyakan soal itu" tiba tiba
orang yang kehilangan sukma menyela, "aku hanya ingin
memperingatkan dirimu, aku harap engkau jangan memutar
otak dan menyusun rencana terhadap bocah yang masih
bersih ini, ketahuilah berbicara dari usiamu, dia sudah pantas
untuk menjadi anakmu sendiri!"
Ucapan semacam itu segera diterima oleh Buyung Thay
sebagai suatu penghinaan, paras mukanya seketika itu juga
berubah jadi hijau membesi, ia betul-betul merasa tersinggung
oleh ucapan tersebut, dengan setengah geram teriaknya:
"Orang yang kehilangan sukma, bila aku tak berhasil
membinasakan dirimu, aku bersumpah tak akan hidup jadi
manusia!"

1747
Sesosok bayangan merah berkelebat lewat disamping Hansiong
Ki, lalu sebuah pukulan gencar dilontarkan untuk
membacok tubuh orang yang kehilangan sukma.
"Blaaang......!" suatu ledakan dahsyat yang menggetarkan
sukma menggelegar di udara.
Termakan oleh tenaga benturan yang sangat kuat itu,
kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur satu langkah
lebar.
Buyung Thay mendengus dingin, untuk kedua kalinya
kembali ia menerjang kemuka sambil melancarkan serangan
dahsyat.
Orang yang kehilangan sukma bertindak tenang, sepasang
telapak tangannya segera diayunkan saling bertolak belakang,
dalam gesekan yang aneh itu segera muncullah segulung
desingan angin tajam yang aneh sekali sifatnya, begitu
serangan dahsyat yang dilancarkan Buyung Thay hampir
mengena ditubuhnya, tahu-tahu saja semua hawa pukulan
yang berkekuatan dahsyat itu hilang lenyap dengan begitu
saja.
Kejadian ini seketika itu juga membuat Buyung Thay
merasa tak terkirakan rasa kagetnya, cepat-cepat dia
meloncat mundur beberapa depa ke belakang, lalu merogoh
sakunya dan menyiapkan segenggam jarum Toh-bun-ciam
yang amat berbisa.
Han-siong Kie cukup mengetahui sampai dimanakah
kelihayan dari jarum-jarum Toh-hun-ciam tersebut, sebelum
Buyung Thay sempat melancarkan serangannya, ia segera
membentak keras:
"Buyung Thay, aku melarang engkau untuk turun tangan
lebih lanjut! ayoh segera hentikan perbuatanmu itu!"

1748
"Han-siong Kie! Apa yang kau andalkan sehingga berani
menghalangi tindakanku ini?" Buyung Thay balas menegur
sambil melirik sekejap kearah pemuda itu.
Menghadapi pertanyaan semacam ini Han siong Ki
terbungkam, betapa tidak? Apa yang musti dia jawab
menghadapi pertanyaan semacam ini? Apa yang dia andaikan
sehingga melarang perempuan itu untuk turun tangan lebih
jauh? Tapi .... bagaimanapun juga orang yang kehilangan
sukma ada1ah ibunya, tentu saja ia tak bisa berpeluk tangan
belaka membiarkan mereka saling bergebrak.
Maka setelah termenung dan berpikir sesaat, akhirnya dia
bulatkan tekad sambil sahutnya dengan lantang:
"Aku tidak mengandaikan apa apa, pokoknya aku melarang
engkau untuk bertempur lebih jauh"
"Hmm Dia itu apa mu, kok engkau demikian ngototnya
melarang aku untuk bertempur lebih jauh..."
"Aaah, soal ini lebih baik tak usah kau ketahui, pokoknya
cukup asal kau tidak bertempur lagi"
"Kalau engkau tak mau menerangkan, terpaksa kaupun tak
usah mencampuri pula urusan pribadiku"
Han siong Ki jadi agak mendongkol, tiba tiba tlia bergerak
maju kedepan, sambil berdiri dengan bertolak pinggang
katanya tegas tegas. "Aku sudah ambil keputusan untuk
mencampuri urusan ini, mau apa kau...?"
"Heeeehhh.... Heehhh.. heeeehhhh... mampukah engkau
untuk mencampuri urusanku?"
"Kalau engkau tidak percaya, apa salahnya kalau di coba
sendiri untuk pembuktiannya?"
"Han siong Kie" teriak Buyung Thay dengan gemasnya,
"jangan kau anggap aku tak berani melawan kamu"

1749
"Kau tak usah banyak bicara lagil" sela pemuda itu dengan
cepat, "pokoknya bila engkau berani menyerang dengan jarum
toh hun ciam itu, segera kubacok dirimu sampai mampus"
Selama percekcokan itu berlangsung, orang yang
kehilangan sukma hanya berdiri di tempat tanpa bergerak
ataupun berbicara, rupanya dia memang sengaja hendak
membiarkan Han siong Kie ribut sendiri dengan diri Buyung
Thay.
Sementara itu Hek pek siang yau telah bergerak maju pula
ke depan, didalam pandangan mereka cuma Han siong Kie
seorang yang dipuja dan disanjung, maka sewaktu dilihatnya
ketua mereka sedang cekcok dengan orang lain, maka satu
dari kiri yang lain dari kanan serentak mengepung Buyung
Thay dari kedua belah sisinya, mereka telah menghimpun
tenaga pukulan nya setiap saat serangan dahsyat dapat
dilontarkan ke luar.
Untuk sesaat, suasana disekitar gelanggang jadi tegang
dan serius, seakan akan suatu bom waktu yang dinantikan
saat meledaknya.
Berada dalam keadaan begini, akhirnya Buyung Thay yang
tak dapat mengendalikan perasaannya sambil menggigit bibir,
titik titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, dengan
mendongkol segera teriaknya keras keras:
"Han siong Kie, kau manusia yang tak tahu budi, andaikata
tiada aku, sekarang engkau sudah menjadi setan di alam
baka, sungguh tak kusangka engkau setega itu bersikap
demikian kepadaku"
Paras muka Han siong Kie berubah, rasa menyesal segera
timbul dari dasar hati kecilnya, tapi keadaannya sekarang
sudah ibaratnya orang yang berada dipunggung harimau, mau
turun susah tetap disana juga sungkan, untuk sesaat dia tak
tahu apa yang musti dilakukannya .

1750
Yaa, memang seandainya Buyung Thay tidak menolongnya
sebanyak dua kali, tak nanti ia bisa hidup sampai hari ini,
apalagi membalas dendam bagi kematian keluarga-nya.
"Nak, jadi.... jadi.... dia pernah menye-lamatkan jiwamu
sebanyak dua kali?" tanya orang yang kehilangan sukma
dengan suara gemetar.
"Yaa, dia sudah dua kali menolong jiwaku"
Mendengar pengakuan tersebut, orang yang kehilangan
sukma meghela napas panjang.
"Aaaai... nak, semoga engkau bisa baik baik menjaga diri,
aku akan pergi lebih dulu" katanya kemudian sehabis berkata,
sekali menjejakkan kakinya keatas tanah, tubuhnya segera
melayang beberapa kakijauhnya dari tempat semula,
kemudian ia meneruskan perjalanannya menuju ke benteng
maut.
Sesudah bayangan tubuh orang yang kehilangan sukma
lenyap dari pandangan mata, dengan suara sedih bercampur
kesal Buyung Thay baru berkata kepada Han siong Kie:
"sebenarnya siapakah dia?"
Untuk sesaat Han siong Kie merasa agak sangsi, tapi
akhirnya dia mengakui juga: "Dia adalah ibuku"
"Apa? Jadi perempuan yang mengaku bernama orang yang
kehilangan sukma adalah ibumu?" seru Buyung Thay dengan
paras muka berubah hebat.
"Yaa, benar Dia adalah ibu kandungku" sekali lagi si anak
muda itu mengangguk.
"Mengapa tidak kau akui semenjak tadi ? Adikku, mengapa
tidak kau katakan sedari tadi?"
"Sebab ibuku tak ingin orang lain mengetahui asal usulnya
yang sebenarnya"

1751
"Tapi sekarang, engkau toh sudah mengungkapnya
dihadapanku?"
"Yaa, karena aku tak ingin mengelabuhi dirimu" jawab Han
siong Ki sambil tertawa jengah, Ucapan yang lembut dan
penuh perasaan pancaran kasih ini segera melunakkan
kembali sikap Buyung Thay, ia berkata lagi dengan suara yang
lirih dan nada amat sedih:
"Dia telah melarang hubunganmu denganku, itu berarti tak
boleh berhubungan lagi sejak kini"
Han siong Ki cuma mengangguk mulutnya tetap
membungkam dalam seribu bahasa.
Buyung Thay sedikitpun tidak mengendorkan kesempatan
itu, kembali ia bertanya lebih jauh:
"Bagaimana maksudmu sendiri? Apakah engkau juga akan
memutuskan hubungan kita sampai disini saja?"
"Ehmm, bagaimana maksudmu?"
"Aku berharap agar hubungan diantara kita berdua masih
dapat berlangsung seperti sedia kala"
Tak terkirakan rasa terhibur yang dialami Buyung Thay saat
ini, sepanjang hidupnya belum pernah ia rasakan
bagaimanakah rasanya bercinta yang sebenarnya dan dimasa
masa menjelang setengah umur tiba tiba saja dia telah
berjumpa dengan Han siong Ki, dan hatinya benar benar
terpikat olehnya, meskipun dia tahu bahwa pelimpahan rasa
cintanya ini tidak akan mendatangkan hasil apa apa, tapi ia
tak dapat menguasahi diri, ia merasa cintanya yang meluapluap,
sukar untuk dikendalikan apalagi dibendung lagi.
Sebaliknya bagi Han siong Ki sendiri, kendatipun semua
sikap baiknya itu hanya didasari oleh rasa hutang budi belaka,
toh kecantikan perempuan setengah umur itu cukup memikat
hatinya, sebagai seorang manusia dengan berbagai titik
kelemahannya, tentu saja ia tak dapat mengendalikan titik

1752
kelemahannya itu, tidak terkecuali pula diri si anak muda itu
sendiri
Setelah suasana hening untuk sesaat lamanya, Buyung
Thay lantas menuding kearah Hek-pek-siang yau yang berdiri
dikedua belah sisinya, diapun bertanya: "siapakah kedua
orang ini?"
"Dia adalah anak buah perguruan kami, shen Khe ki serta
Hong ing ing, mereka berdua adalah suami istri"
"Hmmm... yang lelaki tampan yang perempuan cantik,
mereka memang suatu pasangan yang amat ideal"
Sudah tentu dia tak akan meayangka kalau sepasang suami
istri yang berada dihadapannya sekarang, bukan lain adalah
Hek pek siang yau sepasang gembong iblis yang bikin hati
kawanan jago baik dari golongan hitam maupun putih tergetar
pada puluhan tahun berselang.
Selama ini sikap Hek pek siang yau hanya menghormat dan
menyanjung kepada Han siong Ki seorang, bahkan sikap itu
melebihi sikap seorang pelayan terhadap majikannya,
sebaliknya kepada kawanan jago persilatan lainnya, dia selalu
menjaga gengsi maupun kedudukan sendiri, oleh sebab itulah
mereka selama ini hanya membungkam terus dalam seribu
bahasa.
Suasana setelah hening sejenak. akhirnya dipecahkan oleh
Han siong Kie dengan ulapan tangannya: "Ayoh kita
berangkat"
"Engkau akan segera berangkat untuk memenuhi janji di
bukit Kiu ci san?" tanya Buyung Thay.
"Tentu saja pergi kesitu, memangnya kau anggap aku
hendak pergi kemana lagi?"
"Memangnya engkau membawa barang itu sekarang?"
"Barang apa?"

1753
"Kitab pusaka sarung tangan l-Hud jiu po pit yang dituntut
oleh pihak lawan"
Sebagaimana telah diketahui, sarung tangan Hud jiu po pit
sudah disembunyikan oleh Han siong Kie didalam sebuah gua
karang dalam lembah kematian, jangan toh barang itu sudah
tak ada lagi, sekalipun ada didalam sakunya, belum tentu dia
benar benar akan mempertimbangkan untuk
menggunakannya sebagai barang pertukaran dengan nyawa
Go siau bi. Maka ketika mendengar pertanyaan tersebut, cepat
dia menggeleng.
"Tidak. aku tidak membawa barang itu" sahutnya.
"Akan tetapi... bukankah... bukankah pemilik uang kuno
Tong po lo sat menghendaki..."
Han siong Ki mendengus dingin, sebelum ucapan itu
sempat diselesaikan, dia telah menukas:
"Kalau toh dia berani membegal Go siau bi dan dibawanya
kabur, memangnya kau anggap aku bersedia melepaskan
orang itu dengan begitu saja....? Hmm, jangan bermimpi di
siang hari bolong"
”Agaknya dia menggunakan mati hidupnya Go siau bi untuk
memaksa kau guna menyerahkan benda tersebut, apa yang
hendak kau lakukan pada waktu itu."
"Soal ini lebih baik jangan kita bicarakan, kita rundingkan
lagi setelah tiba pada saatnya saja"
Maka berangkatlah keempat orang itu melanjutkan
perjalanannya menuju ke tebing Kiu ci-san.
Berada ditengah jalan, tiba tiba Buyung Thay berkata
begini:
"Adikku, apakah engkau sudah berhasil mendapatkan obat
mustika si mi-kim wan tersebut?"
"Yaa, sudah kudapatkan"

1754
"Benar engkau telah berhasil menemukan jejak dari si jelek
dari sin ciu itu?"
"Tentu saja telah kutemukan, kalau tidak dari mana aku
bisa mendapatkan pil mustika si mia kim wan ini?"
"Aaaai .... sungguh tak kusangka kalau Go siau bi bakal
menjumpai kejadian diluar dugaan, adikku, cici benar benar
merasa tidak tenteram hatiku setelah mengetahui kejadian ini"
"Peristiwa ini toh terjadinya diluar dugaan, Aku rasa cici
sendiripun tak usah terlalu menyalahkan diri sendiri, aku rasa
persoalan paling penting yang harus kita bicarakan saat ini
adalah bagaimana caranya menyelamatkan selembar jiwanya
dari kesulitan. Aaaai.... sampai sekarang aku masih tidak habis
mengerti, apa sebabnya si pemilik uang kuno Tong po lo sat
menggunakan nyawa Go siau- bi sebagai sandera untuk
memaksa aku menyerahkan kitab pusaka Hud jiu popit itu,
kejadian semacam ini benar benar bikin pikiranku jadi pusing
dan tidak habis berpikir"
"Yaa.... siapa tahu kalau dibalik kesemuanya ini masih
terdapat hal hal lain yang patut dicurigai?" sela Buyung Thay
sambil anggukkan kepalanya berulang kali.
Perjalanan ditempuh dengan cepatnya, meskipun bukit
terjal dan jalan tebing yang harus mereka lalui, akan tetapi
bagi beberapa orang jagoan yang berilmu tinggi ini, keadaan
alam semacam itu masih belum cukup untuk menyulitkan
mereka. Bukit Kiu Ci san .....
Bukit itu adalah sebuah bukit karang yang tinggi, tegak
lurus, suram dan gersang, sedemikian gersangnya tempat itu
sehingga boleh dibilang tetumbuhan tak mungkin bisa tumbuh
disitu.
Bukit itu dipandang dari kejauhan persis seperti bukit yang
terjadi karena tumpukan beberapa potong batu aneh,
sehingga kelihatannya bagaikan sebuah pagoda besi yang
tinggi dan angker.

1755
Oleh sebab diatas bukit itu terdapat sembilan buah putaran
yang menyerupai gangsingan yang kian kepuncak kian
mengecil maka bukit itu dinamakan bukit Kiu ci san.
Lohor itu, empat sosok bayangan manusia dengan
kecepatan yang luar biasa telah tiba didepan tebing batu
karang itu.
Keempat orang itu bukan lain adalah Han siong Kie,
Buyung Thay dan Hek pek siang yau.
Memandang tebing karang yang berbentuk aneh dan
menjulang tinggi ke angkasa, keempat orang itu diam diam
bergidik juga rasanya, karena keadaan medan yang harus
mereka hadapi memang mengerikan sekali.
Setelah memperhatikan sejenak keadaan alam yang harus
dihadapinya, Han siong Kipun berkata:
"Biar aku naik seorang diri, kalian semua tunggu saja
dibawah tebing ini...."
"Aku akan mengiringi dirimu naik keatas tebing" sela
Buyung Thay dengan cepat.
"Jangan Untuk sementara waktu kita masih belum
mengetahui apa maksud serta tujuan Tong-po-lo-sat dengan
perbuatannya itu, lebih baik biar aku naik seorang diri saja"
"Adikku, biarlah cici mengikuti kau, bila kita berjalan
berduaan maka masing masing dapat saling tolong menolong
bila harus menghadapi keadaan yang berbahaya"
"Aaah, aku pikir lebih baik aku berangkat sendirian saja,
toh dalam surat peringatan yang mereka tinggalkan hanya
mengundang kehadiran aku seorang?"
"Tapi... tapi adikku, aku merasa sangat tidak berlega
hati...."
"Aaah Tenangkan saja hatimu cici, Manusia yang bernama
Tong po lo sat toh bukan seorang jagoan super sakti yang

1756
mempunyai tiga buah kepala dan enam buah lengan? Legakan
saja hatimu, percayalah aku masih sanggup untuk
menghadapinya"
"Heehhh..... heehhh.... heehhh.. .." suara tertawa dingin
yang menyeramkan tiba tiba saja berkumandang di angkasa.
Empat orang jago lihay itu mencoba untuk memeriksa
keadaan sekeliling tempat itu, namun tiada jejak apapun yang
berhasil ditemukan, padahal gelak tertawa seram itu berasal
dari suatu tempat yang dekat sekali letaknya dengan tempat
mereka berada.
Waktu itu, mereka berempat berdiri dihadapan sebuah
bukit karang yang gersang dan luas, hutan memang ada tapi
jaraknya kurang lebih sepuluh kaki dari situ, jadi tak mungkin
suara tertawa dingin tadi berasal dari balik hutan tersebut,
lalu... darimanakah asal suara tertawa dingin itu
Sementara mereka masih kebingungan untuk mencari,
sumber dari tertawa dingin itu seseorang telah berkata pula
dengan nada yang menyeramkan:
"Heehhh... heehhhh... heeehhh... Tong po lo-sat memang
bukan seorang manusia yang terdiri dari tiga kepala enam
lengan, sebaliknya engkau manusia bermuka dingin juga
belum tentu merupakan seorang manusia yang luar biasa"
Ucapan itu sangat dingin bagaikan salju, sekilas
pendengaran sepertinya berasal dari tempat yang jauh, tapi
setelah didengarkan lagi seakan-akan berasal dari tempat
yang dekat, sekalipun mereka berempat memiliki tenaga
dalam yang cukup sempurna, toh tidak berhasil juga untuk
menemukan sumber dari suara tadi.
Tapi ada satu hal yang sudah pasti, yakni si pembicara
tersebut apabila bukan Tong po lo sat pribadi, niscaya dia
adalah anak murid atau para penjaganya.
Han siong Ki segera mendengus dingin.

1757
"Hmmm siapa kau? Kalau memang seorang pemberani,
semestinya segera menampilkan diri untuk berhadapan
dengan aku, perbuatanmu macam begitu apakah tidak terlalu
memalukan?" ejeknya.
"Manusia bermuka dingin, bukankah engkau datang kemari
untuk memenuhi janji?"
"Yaa, aku memang datang untuk memenuhi janji"
"Huuh... Katanya saja seorang ketua dari Suatu perguruan
besar, tak tahunya pergi datang masih butuh pengawal pribadi
untuk mengiringinya, ketahuilah wahai manusia bermuka
dingin, tebing Kiu ci san ini hanya mengijinkan engkau
seorang untuk mendakinya"
Bagi Han siong Kie, perkataan itu masih tak seberapa
menusuk pendengaran, tapi bagi pendengaran Buyung Thay,
hal itu merupakan suatu ucapan yang penuh bernadakan
sindiran, paras mukanya kontan berubah.
"Tebing Kiu ci san toh bukan telaga naga sarang harimau,
memangnya ada siapa yang sanggup menghalangi keinginan
aku Buyung Thay?"
"Kalau memang merasa mampu, kenapa tidak coba coba
untuk mendakinya sendiri?"
Buyung Thay mendengus penuh kegusaran, dia melejit ke
udara lalu dengan kecepatan luar biasa meluncur ke atas
tebing batu karang itu .......
"cici, jangan.. " cegah Han slong Kie setengah berteriak.
Tapi sudah terlambat, dengan suatu gerakan yang cepat
bagaikan sambaran petir Buyung Thay sudah menghampiri
dinding batu karang itu dan meluncur naik keatas.
Tiba tiba belum berapa kaki si ratu tawon itu berlalu, ketika
secara tiba tiba dia mendengus tertahan, kemudian disusul

1758
badannya yang sedang melambung rontok dan meluncur jatuh
kebawah.
Tak terkirakan rasa kaget Han siong Kie menyaksikan
kejadian tersebut, cepat tubuhnya melayang ke tengah udara,
setelah berjumpalitan satu lingkaran busur, ia menukik ke
bawah dan menyambar tubuh Buyung Thay yang terlempar ke
bawah itu. .
Menanti mereka sudah kembali ke tempat semula dan
memeriksa keadaan luka yang dideritanya, bergidiklah dua
orang jago lihay itu.
Ternyata diatas jidat Buyung Thay yang putih dan lembut
itu, kini sudah bertambah dengan sebuah bayangan merah
bekas tersambar uang kuno.
Dengan suatu lejitan Buyung Thay melompat turun dari
rangkulan Han siong Kie, paras mukanya agak berubah hebat,
ia berdiri termenung tanpa mengetahui apa yang musti
dilakukan.
"cici, engkau tidak apa apa bukan?" tanya Han siong Kie
kemudian dengan nada kuatir.
"Aku tidak apa apa, luka yang kuderitapun hanya luka kulit
luar saja yang tidak penting"
Sementara mereka berdua masih bercakap cakap. suara
tadi kembali telah berkumandang:
"Apa yang barusan kalian alami adalah sebuah peringatan,
jika berani ngotot melakukan penyerbuan keatas tebing ini,
maka uang kuno kami bukan melecetkan kulit belaka, tapi
akan langsung menembusi batok kepala kalian...."
Dengan gemas, mendongkol bercampur jengkel Buyung
Thay mendengus.
"Hmmm.. Melukai orang dengan cara main sergap. kau
terhitung manusia gagah macam apa?" jengeknya.

1759
Siluman putih Hong Ing ing yang selama ini hanya
membungkam, tiba tiba, berbisik dengan suara lirih:
"ciang bunjin, tecu sudah berhasil menemukan rahasia
dibalik kemisteriusan lawan"
"Oya? Coba katakanlah...."
"Bukit karang ini pasti kosong tengahnya, bila dinding
karang dibikin lubang lubang pengintaian lalu orangnya
bersembunyi dalam lambung bukit dan mengintip keluar,
bukankah mereka dapat menyaksikan semua gerak gerik kita
dengan jelas sekali? Bukan saja kita tak tahu jejak meraka,
justru merekalah yang mengontrol gerak gerik kita, hanya
dengan alasan beginilah suara yang mereka pancarkan dari
dalam seolah olah berkumandang dari kejauhan tapi kita
mendengar seperti datangnya dari tempat yang dekat sekali."
Han siong Ki mengangguk berulang kali.
"Yaa, dugaan ini memang masuk diakal, aku mengerti
sudah sekarang.. aku mengerti sudah sekarang"
"Manusia bermuka dingin" suara tadi kembali
berkumandang memenuhi seluruh udara "sekarang engkau
boleh melakukan perjalanan mendaki ke atas bukit"
Kali ini Han siong Ki benar benar pasang telinga
memperhatikannya dengan seksama, betul juga, suara itu
berasal dari lambung bukit karang tersebut, dan jaraknya dari
hadapannya kurang lebih lima kaki tingginya dari permukaan
tanah. Dengan suara dingin serunya:
"saudara, tanpa sebab tanpa musabab engkau telah
menggunakan cara yang keji untuk melukai rekan
perjalananku, perbuatan itu menunjukkan bahwa engkau tak
tahu sopan santun, maka sebagai peringatan, rasakanlah
kelihayanku ini"
Ditengah bentakan tersebut, tubuhnya meluncur naik tegak
lurus dengan permukaan tanah berbareng itu juga tangannya

1760
diayun kedepan, berpuluh puluh desingan angin tajam segera
berhamburan keempat penjuru.
llmu jari Tong kim ci adalah suatu kepandaian sakti yang
sanggup menembusi batu karang dari jarak lima kaki, apalagi
dalam serangannya ini Han siong Ki telah menggunakan
segenap tenaga yang dimilikinya, bisa dibayangkan betapa
dahsyatnya serangan tersebut.
"Criiit Criiiit...?" desingan tajam menderu deru, batu dan
pasir berhamhuran kemana mana, dari atas dinding batu
karang segera muncullah beberapa buah lubang kecil.
Jeritan kaget segera berkumandang dari dalam lambung
batu karang tersebut, rupanya serangan itu sama sekali tak
diduga olehnya.
Han siong Ki tidak menghentikan gerakan tubuhnya,
kembali dia melejit dan melayang naik keatas lingkaran bukit
yang pertama.
Yang dimaksudkan lingkaran bukit disini adalah garis garis
lekukan yang alamiah, yang terdapat diatas dinding karang,
karena bentuknya seperti lingkaran-lingkaran yang teratur
maka sejauh memandang dari bawah, bentuk itu kelihatan
indah sekali.
Dari kaki bukit sampai kepuncak bukit itu semuanya
terdapat sembilan buah lingkaran yang teratur.
Han siong Ki tidak bergerak mengikuti lingkaran lingkaran
tersebut badannya langsung meluncur keatas dengan gaya
tegak lurus, dalam waktu singkat lingkaran demi lingkaran
telah dilewati dengan begitu saja sehingga tibalah pemuda itu
diatas puncak tebing.
Diantara batuan karang yang berbentuk aneh, duduklah
seorang nenek berambut putih bagaikan salju, sepasang
matanya terpejam rapat, terhadap kedatangan Han siong Ki
itu bukan saja menggubris, membuka matanyapun tidak.

1761
Sebenarnya Han siong Ki datang kesana dengan hati diliputi
kegusaran, tapi sekarang dia kurang begitu leluasa untuk
mengumbar hawa amarahnya itu, maka dengan suara dingin
tegurnya:
"Apakah locianpwe yang bernama Tong po lo-sat?"
"Benar" jawab nenek tua itu meski dengan sepasang mata
yang tetap terpejam.
"Aku Han siong Kie telah datang untuk memenuhi janji"
”Heeehhh... heeehhh... heeehhh... rupanya engkau adalah
seorang pemuda yang dapat dipercaya" jengek Tong po lo sat
dengan suara yang dingin.
Kemarahan yang semula dapat terkendali, seketika itu juga
berkobar kembali sehabis mendengar perkataan itu, pemuda
itu mendengus dingin.
"Hmmm .. Hanya disebabkan sepasang sarung pusaka Hud
jiu popit, tak nyana cianpwe begitu sudi menggunakan cara
yang rendah dan tak tahu malu untuk membelenggu seorang
gadis yang menderita luka parah dan hampir mati... Hmm...
hmm... apakah engkau tidak takut bahwa perbuatanmu itu
akan ditertawakan oleh orang persilatan?"
"Apa yang kau katakan?" teriak Tong po lo sat penuh
kemarahan.
Sepasang matanya yang terpejam, tiba tiba saja melotot
besar, dua sorot mata yang tajam bagaikan sembilu
mengawasi musuhnya tak berkedip. di atas wajahnya yang
penuh berkeriput terseliplah rasa kaget, tercengang dan
marah.
Ditatap orang dengan ketajaman mata yang melebihi
sembilu itu, Han siong Ki mundur selangkah dengan hati
bergidik, pikirnya:

1762
"Hebat amat tenaga dalam yang dimiliki nenek tua ini, aku
tak boleh pandang enteng manusia semacam ini..."
Dengan suara yang tegas dan berat diapun berseru:
"Locianpwe, bagaimanapun juga engkau toh seorang
manusia yang punya nama dalam dunia persilatan, apakah
engkau tidak merasa bahwa apa yang telah kau lakukan itu
adalah suatu perbuatan yang sangat memalukan..."
"Bocah muda, apakah engkau dapat menerangkan
perkataanmu itu jauh lebih jelas lagi?"
-ooo0dw0ooo-
BAB 95
"CIANPWE, apakah engkau hendak pungkiri apa yang telah
kau lakukan?" tegur Han siong Kie.
"Hey bocah muda, makin bicara kau semakin melantur,
coba kau katakan dulu apa yang kuhendaki atas
kedatanganmu kemari..."
"Bukankah lantaran kitab pusaka Hud-jiupo-pit?" sambung
Han siong Kie dengan nada setengah mengejek.
"Yaa betul, lantaran kitab pusaka sepasang sarung tangan
Hud jiu popit"
"Maka itu kau menyandera dulu calon istriku, kemudian
baru paksa orang untuk memenuhi keinginanmu, bukan
begitu?"
Tiba tiba saja Tong -po lo sat meloncat bangun dari atas
tanah, dengan penuh kemarahan dia membentak keras:
"Siapa yang telah menyandera bakal istrimu? Ayoh katakan
siapa yang sudah main sandera?"

1763
"Hmmm Kau tak usah berlagak pilon lagi, bukankah calon
istriku Go Siau bi yang sedang terluka parah kau bawa kabur?"
"omong kosong"
"Kok omong kosong? Memangnya locianpwe ingin
menyangkal perbuatan yang telah kau lakukan sendiri?"
"Eeeh... anak muda, sebenarnya apa maksud dari
perkataanmu itu?"
Hawa napsu membunuh sudah menyelimuti seluruh wajah
Han siong Ki, segera teriaknya dengan geram:
"Apabila Go siau bi terancam bahaya atau sampai cidera,
Kiu ci san ini segera akan kuratakan dengan tanah"
"Anak muda, kalau bicara jangan sok tekebur dengan dasar
apa engkau berani berkata demikian?"
"Hmmm....Jadi kau anggap aku lagi menuduh kau secara
sembarangan? lihat nih, ayoh baca sendiri"
Sambil berkata sianak muda itu segera melemparkan surat
peringatan yang masih disimpan dalam sakunya itu kehadapan
sinenek.
Tong po lo sat menyambut surat peringatan itu tapi setelah
dibaca isi suratnya, sontak saja paras mukanya berubah, alis
matanya yang putih melentik, dengan dahi yang berkerut
keras: "cunji.... cunji....cunji..."
Gemerincingnya suara rantai yaag berhubungan dengan
besi berkumandang memecahkan kebeningan, sebuah pintu
batu yang tingginya beberapa kaki pelan-pelan bergeser
kesamping dan muncul lah sebuab gua yang cukup besar.
Sesosok bayangan manusia menerobos keluar dari gua itu,
dia adalah seorang gadis belasan tahun yang punya potongan
cakep juga.

1764
Agak berdebar jantung Han-sioag Ki menyaksikan semua
peralatan yang ada disitu, rupa-rupanya tebing Kiu-ci-gan
bukan sembaraugan tempat biasa terbukti dipasangnya
pelbagai alat perlengkapan disitu.
Gadis belasan tahun itu memakai baju hitam dengan gaun
hitam, mantel kulitnya juga hitam pekat dengan kulit badan
yang putih bersih memberikan suatu persesuaian yang indah
menawan hati.
"Suhu, ada urusan apa memanggil diriku?"' gadis itu
bertanya dengan suara manja.
"Hmm......! Coba kau baca sendiri isi surat ini!" kata
gurunya sambil mendengus.
Gadis baju hitam itu menyambut! surat tersebut, kemudian
dibaca dengan teliti, tiba-tiba ia berteriak:
"Suhu ini kan bukan tulisan tecu, darimana tecu bisa tahu
dengan apa yang tertulis dalam surat ini?"
Mendengar jawaban muridnya, sekarang Tong-po lo-sat
yang gantian tertawa dingin, dia lantas berpaling kearah Hansiong
Ki dan ditatapnya peniudaritu lekat-lekat, kemudian
tegurnya rada berang"
"Eeeh.........anak muda, terus terang saja katakan,
sebetulnya kau lagi bermain gila apaan dengan diriku? Ayoh,
sebutkan saja masih ada per mainan busuk apa yang sudah
kau siapkan untuk mempermainkan diriku......."
Nenek itu geram, Han-siong Ki tak kalah mangkelnya,
dengan jengkel dia berteriak:
"Permainan busuk? Huu........ kukatakan terus terang
kepadamu, justru akulah yang ingin bertanya kepada cianpwe,
permainan setan apa yang sedang kau siapkan terhadapku?"
"Manusia bermuka dingin!" akhirnya nona ba ju hitam itu
menyela, "kuakui memang surat peringatan telah

1765
kutinggalkan disitu, kuakui juga bahwa diatas pembaringan
kulihat seorang gadis berbaring disitu, tapi setelah
meninggalkan surat peringatan itu aku segera pergi dari sana,
lagi pula surat peringatan yang sekarang kau tunjukkan
kepada kami bukanlah surat peringatan yang kubuat, jadi aku
harap kau jangan salah menaruh kesalahan paham kepada
kami"
Han siong Ki jadi sangsi, dari sangsi timbullah kecurigaan,
mungkinkah ada orang lain yang telah menculik Go siau bi?
Benarkah ada orang yang sengaja menukar surat peringatan
itu dengan surat peringatan lain? Dunia bukan sedaun kelor,
mungkinkah kejadian yang serba kebetulan itu betul betul bisa
terjadi?
"Tapi kalau dibilang tak percaya, sikap Tong po lo sat dan
muridnya begitu bersungguh sungguh, rasa rasanya tak
mungkin kalau mereka cuma bermain sandiwara belaka untuk
menipunya..."
Sementara dia masih termenung, nona berbaju hitam itu
sudah berkata lagi:
"Dalam surat peringatan tersebut, aku hanya menulis agar
dalam sepuluh hari kau bersedia datang kebukit Kiu ci san
untuk merundingkan sesuatu, soal lain sama sekali tak pernah
kusinggung"
Mendengar perkataan itu, Han siong Ki merasa semakin
gelisah, andaikata Go siau bi benar benar ditangkap orang
lain, dengan tubuhnya yang terluka parah dan jiwanya
terancam bahaya maut, akibatnya itu benar benar sukar
dibayangkan dengan kata kata.
Maka sesudah termenung sebentar, dengan nada yang
berat dan bersungguh sungguh ucapnya.
"Apa yang cianpwe katakan barusan, bisakah
dipertanggungjawabkan kebenarannya?"

1766
"Aaaah ..... mau percaya atau tidak terserah padamu
sendiri, kalau mau percaya yaa syukurlah, kalau tidak aku juga
tidak apa apa"
Untuk sesaat Han siong Ki berdiri termangu, akhirnya
sesudah termenung sejenak katanya:
"Kalau begitu, aku hendak mohon diri lebih dahulu"
Selesai berkata dia lantas putar badan dan siap berlalu dari
tempat itu
"Eeeh... eeehh... tunggu sebentar" Tong po lo-sat berteriak
lantang.
"Apakah locianpwe masih ingin mengucapkan sesuatu lagi
kepada diriku" tanya sang pemuda sambil berhenti.
"Tentu saja, kuperintahkan anak muridku untuk
menyampaikan undangan kepadamu, sudah tentu ada urusan
yang hendak dibicarakan, kalau tidak buat apa kuundang
kehadiranmu?"
"Kalau memang begitu, cepat katakan"
"Darimana engkau dapatkan kitab pusaka Hud jiu popit
yang tak bernilai harganya itu?"
"Aku rasa, aku tidak mempunyai keharusan untuk
menjawab pertanyaan yang kau ajukan itu"
Paras muka Tong po lo sat berubah hebat, mukanya yang
penuh berkeriput itu berkerut kerut, teriaknya:
"Bocah muda, kuanjurkan kepadamu, lebih baik
berbicaralah terus terang, sebab keterus teranganmu justru
akan memberikan keuntungan bagi dirimu sendiri"
Sejak awal kedatangannya tadi, Han siong Kie sudah
berusaha menahan rasa mangkelnya dihati, tapi selama ini
tiada tempat penyaluran untuk melepaskan kemangkelannya
itu, dan sekarang pihak musuh telah mengakui meninggalkan

1767
surat peringatan tapi menyangkal telah menyandera Go siau
bi, meski demikian jelas mereka telah akui bahwa tujuannya
adalah untuk mendapatkan kitab pusaka Hud jiu popit, bila
persoalan demi persoalan dirangkai menjadi satu maka bisa
ditarik kesimpulan bahwa penyangkalan musuh atas hilangnya
Go siau bi tak dapat dipercaya. Maka pemuda itupun
mendengus dingin..
"Hmmm.... andaikata aku tak mau bicara, lantas apa yang
akan kau lakukan terhadap diriku?"
"Hmm... aku kuatir kalau keinginanmu itu tak bisa
terkabulkan dengan begitu saja"
"Aaah ....belum tentu"
Paras muka Tong pa lo sat berubah hebat, dengan mata
yang bersinar tajam dia lantas membentak keras:
"Cunji, tangkap orang itu"
Nona berbaju hitam itu mengiakan, berbareng dengan
seruan tersebut, tubuhnya secepat kilat menerjang ke muka
sambil melancarkan sebuah cengkeraman ke tubuh Han siong
Kie, hebat dan dahsyat cengkeraman itu bahkan disertai gerak
serangan yang aneh.
Tersikap jaga Han siong Kie menghadapi cengkeraman kilat
dari musuhnya, dengan gerakan tubuh Cahaya kilat lintasan
bayangan, secepat sukma gentayangan dia menyingkir ke
samping...
"Aaah...?" tiba tiba terdengar seruan kaget, tiba tiba gadis
berbaju hitam menghentikan serangannya.
Tapi pada waktu itu Han siong Kie telah melepaskan
serangannya, hembusan angin dahsyat bagaikan gulungan
ombak di samudra meluncur kedepan dan tampaknya sesaat
lagi akan menghantam diatas dada sinona berbaju hitam itu.

1768
Untunglah disaat yang kritis itu, tiba tiba meluncur datang
gulungan pukulan dari samping yang mana segera menumbuk
angin pukulan dari Han siong Ki sehingga miring kesamping.
"Gerakan tubuh cahaya kilat lintasan bayangan ", bisik
nona berbaju hitam itu kaget bercampur tercengang.
Suatu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Han
siong Ki, agak heran juga pemuda ini sebab nona berbaju
hitam itu ternyata bisa mengetahui nama serta asal usul
gerakan tubuhnya.
Paras muka Tongpo lo sat juga beberapa kali mengalami
perubahan, selang sesaat kemudian ia baru berkata:
"Han siong Ki, engkau harus bicara terus terang
dihadapanku, kalau tidak maka jangan harap kau bisa
tinggalkan tebing Kiu-ci san dalam keadaan selamat"
Han siong Ki termasuk seorang pemuda yang angkuh dan
tinggi hati, tentu saja ia tak senang mendengar ucapan
semacam itu, serta merta dia mendengus dingin.
"Hmmm Locianpwe, bukankah tujuanmu adalah untuk
mendapatkan kitab pusaka Hud-jiu po pit?"
"Benar selain itu.. "
"Bagus" Tukas anak muda itu cepat, "akupun hendak
memberitahukan kepadamu secara berterus terang, jangan
toh kitab pusaka Hud jiu po pit sudah tidak berada disakuku
lagi, kendatipun masih ada ditanganku, tak nanti akan
kuserahkan kepadamu dengan begitu saja"
"Aku tak ingin mempersoalkan tetek bengek, aku hanya
ingin tahu dari mana kau peroleh kitab pusaka Hud jiu po pit
tersebut mengerti?"
"Maaf, sekarang aku tak mempunyai banyak waktu untuk
menjawab pertanyaanmu itu, jika tak ada urusan lagi, maaf

1769
Aku hendak mohon diri lebih dahulu" selesai berkata dia lantas
putar badan dan siap berlalu dari tempat itu...
Tapi beberapa langkah kemudian, terasalah bayangan
manusia menyambar lewat, tahu tahu Tong po lo sat telah
menghadang dihadapannya.
"Heeehhh.... heeehhh... heeeehhh... sebelum berbicara,
jangan harap kau bisa lolos dari tempat ini dengan begitu
saja"
Han siong Kie jadi berang, ia mendengus dingin.
"Tong po lo sat" teriaknya marah marah, "bila meninjau
dalam soal usia maka sepantasnya kalau kusebut dirimu
sebagai cianpwe, janganlah kau anggap aku akan menyudahi
persoalan pada saat ini sampai disinisaja... huuuh, terbukti
akhirnya bahwa penculikan itu dilakukan oleh guru dan murid
kalian berdua, Hmmm...."
Sebelum pemuda itu sempat menyelesaikan kata-katanya,
mendadak terdengar nona berbaju hitam itu berseru keras:
"Suhu, ada orang menyerbu ke atas tebing kita"
"Macam apakah orang orang itu...?"
"Seorang laki laki dua orang perempuan, mereka semua
adalah pengiring orang ini, sekarang mereka sudah berhasil
mencapai tingkat lingkaran kedua"
"Hajar mereka sesuai dengan peraturan kita" perintah
nenek itu dengan tegas.
Nona berbaju hitam itu tidak banyak bicara lagi, dia lantas
menyusup masuk kedalam liang gua tadi, jelas bukit Kiu ci san
tersebut terdiri dari ruangan ruangan rahasia yang saling
berhubungan dari atas sampai ke bawah.
Pelbagai ingatan lantas berkecamuk dalam benak Han siong
Kie, ia merasa bahwa bukit Kiu ci san kemungkinan besar
telah disiapkan alat-alat jebakan yang serba lihay, berbicara

1770
soal ilmu silat, terang dengan kemampuan Buyung Thay serta
Hek pek siang yau yang termasuk jago jago tangguh dalam
dunia persilatan, mereka tak gampang dikalahkan, tapi
bagaimanakah seandainya diserang dengan menggunakan alat
rahasia... Makin dipikir pemuda itu merasa semakin kuatir,
akhirnya diapun membentak keras:
"Lihat serangan"
Segulung hawa pukulan yang dahsyat bagaikan ambruknya
sebuah bukit Thay san, dengan cepatnya menggulung ke
muka dan meluruk sekujur badan Tong po lo sat.
Nenek berkeriput itu tidak gentar, menghadapi serangan
musuh yang dahsyat itu, cepat dia putar sepasang telapak
tangannya dengan gerakan aneh, talu dengan cepat
dibabatkan kedepan.
Ketika angin serangan dari Han siong Ki yang maha
dahsyat itu saling bertemu dengan pukulan aneh si nenek.
tahu tahu saja kekuatan serangan pemnda itu lenyap dengan
begitu saja.
Kejadian ini segera mengejutkan hati Han siong Ki, setelah
tertegun sejenak, tiba tiba ia menghimpun tenaga dalamnya
sebesar sepuluh bagian, lalu dengan ilmu Si mi Sinkang yang
maha dahsyat, ia pancarkan segumpal asap berwarna putih
untuk menghantam lawan.
Tong po lo sat cukup mengenal kelihayan serangan itu,
cepat cepat badannya bergerak kesamping untuk
menghindar...
Menggunakan kesempatan itu, Han siong Ki melayang
mundur beberapa kaki kebelakang, setibanya ditepi tebing ia
coba melongok kebawah...
Betul juga, tampaklah sesosok bayangan merah, sesosok
bayangan hitam dan sesosok bayangan putih sedang bergerak
menuju keatas puncak bukit itu, Hal ini mencemaskan hati

1771
pemuda itu, dengan menghimpun tenaga dalamnya cepat ia
berteriak keras: "Hey, kalian cepat mundur"
Tapi baru saja teriakan tersebut berkumandang, tampaklah
sesosok bayangan putih meluncur jatuh ke bawah tebing
bagaikan burung yang kena bidikan. Melihat itu, dia lantas
menjerit dalam hati kecilnya:
"Aduuuh celaka, siluman putih pasti sudah kena disergap...
waah, entah bagaimanakah nasibnya?"
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya,
serentetan bayangan telapak tangan yang disertai tenaga
tekanan yang dahsyat tahu tahu sudah menggulung tiba
dengan hebatnya dalam keadaan demikian, buru buru ia kabur
sejauh bebertapa kaki ke belakang.
Paras muka Tong po lo sat dingin menyeramkan hawa
napsu membunuh secara lapat lapat menyelimuti wajahnya,
kembali ia membentak nyaring:
"Han siong Kie, benarkah kau bersikeras tak mau
menjelaskan asal mula kitab pusaka Hud jiu popit itu kau
dapatkan?"
"Tidak" sahut Han siong Kie ketus, hawa napsu membunuh
telah menyelimuti juga wajahnya.
"Hmmm, baiklah.... kalau kau tak mau berbicara, maka
akulah yang akan memaksa engkau untuk mengucapkannya
keluar"
Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, secepat
sambaran kilat sepasang tangannya melancarkan
cengkeraman maut ke depan, didalam cengkeramannya itu
telah disertakan juga dengan jurus-jurus serangan yang ganas
dan aneh.
Dalam waktu singkat, Han siong Kie merasakan semua
jalan darah penting di sekujur badannya seolah-olah sudah
terjatuh dibawah pengaruh cengkeraman lawan, ini

1772
menyebabkan hatinya jadi bergidik, cepat cepat sepasang
telapak tangannya berputar lantas menyapu kedepan, dia
gunakan sistim pertahanan dari ilmu pukulan Mo mo cianghoat
untuk mengunci semua titik kelemahannya serta
membendung pukulan pukulan musuh yang tertuju kearah
badannya...
Tong po lo sat mengerahkan segenap kekuatannya untuk
mencengkeram pemuda itu, siapa tahu serangan demi
serangannya menemui kegagalan total semua, dalam keadaan
demikian, nenek tua inipun merasa kagetnya luar biasa, ia
sadar bahwa dirinya telah berjumpa dengan seorang musuh
yang amat tangguh.
Tiba tiba ia membentak keras, serangannya mengalami
perubahan, dari serangan mencengkeram sekarang berubah
menjadi sebuah pukulan, dan dia langsung menghantam
wajah lawan sementara tangan yang lain menjotos dada.
Sekalipun ancaman itu terhitung suatu ancaman yang
berbahaya, tapi sistim pertahanan dari ilmu pukulan Mo mo
ciang hoat memang terhitung suatu sistim pertahanan yang
kuat sekali.
"Blaaaang... Blaaang..." benturan demi benturan
berkumandang susul menyusul, ketika empat telapak saling
bertemu, kedua belah pihak sama sama tergetar mundar
selangkah kebelakang.
Menggunakan kesempatan sewaktu mundur, Han siong Ki
segera menggunakan jurus Mo mo ko-ciat (raja iblis
menyembah loteng istana) melancarkan serangan kilat
kedepan.
Tong po lo sat tak mau mengalah dengan begitu saja,
diapun menggunakan jurus Lioa huan-hou ki (naga melingkar
harimau berbaring) untuk melangsungkan suatu pertarungan
keras lawan keras.

1773
Dengan demikian, suatu pertarungan yang amat sengitpun
tak dapat dihindari, kedua belah pihak sama sama
menggunakan jurus serangan dari suatu ilmu sakti dalam
dunia persilatan untuk saling merobohkan-
"Blang Blaang" benturan demi benturan berlangsung tiada
hentinya, kedua belah pihak saling melakukan benturan
kekerasan sebanyak sembilan kali dalam sekejap mata, oleh
benturan tersebut masing masing pihak tergetar mundur ke
belakang.
Dalam berlangsungnya pertarungan itu, serentetan jeritan
ngeri yang amat lengking berkumandang lagi dari arah bawah,
jaraknya tidak terlalu jauh dari puncak tebing tersebut.
Mendengar jeritan itu, Han siong Kie merasa sangat
terperanjat, ia tahu kemungkinan besar Buyung Thay dan Hek
pek siang yau sudah terancam mara bahaya.
Menguatirkan keselamatan rekan rekannya itu, hawa napsu
membunuh semakin berkobar di dalam dada pemuda itu,
hawa murninya dihimpun semakin dahsyat, sepasang telapak
tangannya segera didorong kemuka dan kabut putih yang
tebal pun cepat menggulung keluar dengan hebatnya.
Ternyata didalam gemas dan jengkelnya barusan, pemuda
itu sudah mengerahkan tenaga sakti si mi sinkangnya
mencapai dua belas bagian.
Tong po lo sat sudah pernah merasakan kelihayan dari ilmu
pukulan tersebut, cepat diapun menghimpun tenaga dalamnya
sekuat tenaga untuk menerima datangnya ancaman tersebut
dengan kekerasan.
Suatu ledakan keras yang memekikkan telinga tak bisa
dihindari lagi, Tong po lo sat mendengus tertahan, dengan
percikan darah menodai ujung bibirnya, dia mundur satu kaki
kebelakang.

1774
Apa yang dikuatirkan Han siong Ki pada saat ini adalah
keselamatan jiwa Buyung Thay bertiga, begitu serangan
mautnya berhasil melukai nenek tua itu, dia lantas putar
badan dan melompat ke tepi tebing...
Siapa sangka baru saja badannya mencelat ke udara tiba
tiba ia merasakan munculnya gulungan angin berpusing yang
mencengkeram sepasang kakinya...
Padahal waktu itu dia berada dalam keadaan tidak siap,
serta merta badannya termakan oleh tenaga berpusing itu
sehingga tubuhnya mencelat jauh beberapa kaki keudara.
"Aduhhh celaka...." jeritnya tertahan.
Dengan mengerahkan segenap kemam-puannya, dia
berusaha menyelamatkan diri ditengah udara...
Tapi sebelum banyak yang bisa dilakukan, desingan angin
jari telah menyambar datang dari samping dan "Blaang" jalan
darah Han siong Ki tertotok telak, tubuhnya seketika itu juga
roboh dan terjungkal keatas tanah.
Ketika tubuhnya mencium permukaan tanah berbatu itu,
tiba tiba tempat dimana ia terjatuh itu terbukalah sebuah
celah yang besar, maka tubuhnyapun segera terguling masuk
lewat celah celah tadi dan jatuh kedalam sebuah ruang batu.
Keras sekali bantingan itu, ia merasakan matanya jadi
berkunang kunang dan dadanya bergolak keras, tulang
belulangnya terasa amat sakit seperti mau patah, andaikata
jalan dlarahnya tidak tertotok dia benar benar pingin merintih
kesakitan.
Ruang batu itu besar dan luas, sebuah mutiara yang
memancarkan cahaya tajam menerangi seluruh ruangan
dengan terangnya.
Disudut ruangan sana berbaring pula tiga sosok badan,
mereka adalah Buyung Thay serta Hek pek siang yau,
kenyataan tersebut membuat perasaan pemuda kita tercekat,

1775
mimpipun tak pernah disangka olehnya bahwa mereka
berempat akan bersamaan terjatuh ketangan lawan.
Sementara dia masih melamun, Tong po lo sat pelan pelan
berjalan masuk lewat sebuah pintu rahasia, dibelakangnya
mengikuti pula si nona berbaju hitam itu.
Han siong Ki amat berang, matanya terasa jadi merah
berapi api, tapi..... apa gunanya marah? Toh badannya sama
sekali tak bisa berkutik.
Setelah berada dihadapan Han siong Ki, secara beruntun
Tong po lo sat menotok pula empat buah jalan darah yang lain
sebelum membebaskan totokan jalan darah yang pertama,
dengan demikian Han siong Ki cuma merasakan sekujur
badannya jadi lemas tak bertenaga, kecuali itu dia sudah
dapat berbicara lagi.
"Nah, Han siong Ki sekarang mau kau katakan tidak dari
mana kitab pusaka Hud jiu po pit itu kau dapatkan?" bentak si
nenek kemudian dengan suara garang.
"Tong po lo sat" teriak Han siong Ki pula sambil menggigit
bibir, "menyesal sekali manusia macam kau juga bisa hidup
setua ini. Huuuuh, perbuatanmu benar benar terkutuk, kau
licik dan tak bernyali... perbuatanmu barusan cuma perbuatan
dari bangsa kurcaci"
"Heeehhh... heeehhh... heeehhhh... anak muda, kalau
kejadian ini berlangsung enam puluh tahun berselang, batok
kepala kamu berempat sudah hancur berantakan semenjak
tadi, mendingan hawa amarahku sekarang sudah jauh
berkurang. Nah, lebih baik jawab saja pertanyaanku dengan
jujur. Darimana kau pelajari gerakan cahaya kilat lintasan
bayangan itu? siapa yang mewariskan ilmu itu kepadamu?"
Kembali Han siong Kie merasakan hatinya bergerak,
sebenarnya apakah tujuan lawan? Jangan-jangan..

1776
Berpikir sampai disitu, dengan suara dingin segera
sahutnya:
"Ilmu itu aku dapatkan dari Leng ku siangjin kenapa? Apa
ada yang kurang beres?"
Paras muka Tong po lo sat berubah hebat, secara beruntun
dia mundur beberapa langkah, kemudian dengan agak
dipengaruhi emosi serunya tertahan: "Apa? Leng Ku siangjin?"
"Yaa, benar Leng ku siangjin?"
"Apakah kau adalah ahli warisnya?"
"Boleh dibilang begitu"
"Apa maksudmu dengan perkataan itu?"
"Menurut aturan, dia orang tua mempunyai hubungan
sebagai guru dan murid dengan diriku"
Raut wajah Tong po lo sat mengejang keras, sekujur
badannya menggigil, nenek tua itu betul-betul dipengaruhi
oleh emosi, tanyanya dengan suara agak gemetar: "sekarang
dia berada dimana?"
Dari pengaruh emosi yang mempengaruhi lawannya itu,
sedikit banyak Han siong Kie sudah bisa memahami beberapa
bagian duduk perkara yang sebenarnya, maka nada
pembicaraannya juga ikut berubah jadi lebih halus dan
lembut. "Aku harus mengetahui lebih dahulu apa hubungan
cianpwe dengan dirinya"
"Tentang soal ini, lebih baik tak usah kau tanyakan"
"Kalau memang begitu maafkanlah daku, aku tak dapat
memberitahukan soal itu kepadamu"
Untuk sesaat Tong po lo sat berdiri termangu-mangu, tapi
akhirnya dia baru berkata dengan suara sedih: "Kami adalah
suami istri"
"Suami istri.....?"

1777
"Yaaa suami istri..."
Han siong Ki begitu terperanjatnya sampai untuk beberapa
saat dia hanya bisa berdiri melongo, kalau begitu bukankah itu
berarti bahwa Tong po lo sat bukan lain adalah ibu gurunya
sendiri? Jadi kalau begitu tujuannya mencari tahu asal usul
kitab pusaka Hud jiu po pit dan asal usul ilmu silatnya adalah
untuk masalah itu.
Sementara si anak muda itu masih termenung, nenek tua
itu telah berkata lagi: "Nah, sekarang dapat kau terangkan
kepadaku, sekarang dia berada dimana?"
"Dia.... dia orang tua, sudah berpulang ke alam baka
semenjak enam puluh tahun berselang."
Sekujur badan Tong po lo sat bergoncang keras hampir
saja roboh terkapar ketanah. "Dia....dia sudah mati?" bisiknya
dengan suara yang gemetar.
"Yaa, dia sudah berpulang kealam baka"
"Aaah, kamu omong kosong Coba kutanya berapa usiamu
tahun ini? Mana mungkin..."
"Secara kebetulan boanpwee mempunyai jodoh dengan
beliau, tanpa sengaja kitab pusaka peninggalannya telah
berhasil kutemukan"
Setelah mendengar penjelasan itu, Tong po lo-sat baru
mengayunkan telapak tangannya, dengan ilmu totokan udara
kosong dia menotok bebas jalan darah Han siong Ki.
Begitu mendapat kebebasan, serta merta sianak muda itu
melompat bangun, kemudian sambil menjura dalam dalam
dihadapan si nenek itu, ujarnya dengan penuh rasa hormat:
"Boanpwe menghunjuk hormat buat subo"
"sudahlah, tak usah banyak adat lagi Cepat kau ceritakan
pengalamanmu itu kepadaku"

1778
Maka berceritalah Han siong Ki tentang penemuan aneh
yang dialaminya didalam hutan, bagaimana ia mendapat
bantuan tenaga dalam dari se ekor kura kura ajaib, kemudian
bagaimana dia belajar silat lagi dibawa bimbingan Mo mo ci
mo...
Selesai mendengar kisah tersebut, dengan air mata
bercucuran dan suara sesunggukan Tong po losat berkata
begini:
-ooo0dw0ooo-
Jilid 47
Berbicara sampai disini, sorot matanya lantas menyapu
sekejap wajah Buyung Thay bertiga, kemudian dengan dahi
berkerut serunya: "suci, apakah mereka bertiga telah..."
Agak merah wajah sinona baju hitam itu sehabis
mendengar teguran tersebut, sahutnya dengan cepat:
"Aaah... jalan darah mereka hanya tertotok, mereka bertiga
adalah..."
"Yang berbaju merah itu bernama Buyung Thay, dia
dengan aku adalah kakak beradik, sedang dua orang lainnya
adalah adalah anak buahku, yang laki laki bernama seng Khe
ki, sedang yang perempuan bernama Hong Ing ing, mereka
adalah suami istri"
"ooooohh..."
Dengan cepat diapun turun tangan untuk membebaskan
jalan darah mereka bertiga yang tertotok.
Begitu jalan darahnya ditepuk bebas, Buyung Thay dan Hek
pek siang yau segera melompat bangun, tapi ketika sinar mata

1779
mereka menyapu sekejap ruangan batu itu, sikap mereka
agak tertegun.
Han siong Ki tak ingin rekan rekannya kebingungan, maka
diapun menerangkan kejadian yang telah berlangsung,
sekalian memperkenalkan mereka bertiga kepada nona
tersebut. Begitulah, setelah saling berkenalan, sinona berbaju
hitam itupun berkata:
"Maafkaniah kekasaran siau moay, yang telah membuat
kalian bertiga sedikit menderita "
"Aaah....tidak berani" cepat cepat Hek pek siang yau
menyahut dengan suara merendah.
Sedangkan Buyung Thay tetap membungkam, rupanya dia
masih merasa rada penasaran dengan kejadian barusan, Tapi
lantaran memandang wajah Han siong Ki, maka diapun cuma
tersenyum belaka.
Selanjutnya sinona berbaju hitam itupun berkata lagi:
"Berbicara tentang ilmu silat, sudah pasti siaumoay bukan
tandingan dari salah seorang diantara kalian bertiga, tapi oleh
karena aku telah mengandalkan posisi yang lebih
menguntungkan serta melancarkan sergapan dikala kalian
bertiga tak siap sedia, maka jadilah kalian bertiga kena
kuselomoti. Padahal berbicara sesungguhnya, bukit Kiu ci san
ini mulai dari kaki bukit sampai puncak bukit boleh dibilang
sudah dilengkapi dengan lorong lorong melingkar yang ada
dibawah tanah, tiap tiap selisih jarak satu kaki tentu ada
sebuah lubang pengintaian kecil, bila kita melepaskan senjata
rahasia Kim-che-pi-auw dari lubang lubang diatas dinding
tersebut, maka boleh dibilang serangan kami ini tak pernah
meleset, tapi kenyataannya kalian bertiga bisa mencapai
tingkat petunjuk, dari sini dapatlah diketahui bahwa ilmu silat
yang kalian miliki memang betul-betul terhitung luar biasa!"

1780
Han-siong-Ki tidak begitu menaruh perhatian terhadap
pembicaraan yang sedang berlangsung, sebab dia masih
menguatirkan keselamatan jiwa dari Go-Siau-bi.
Perkawinannya dengan Go-Siau-bi boleh dibilang adalah
hasil karya dari ibunya, maka apabila Go-Siau-bi sampai
mengalami sesuatu musibah yang berada diluar dugaan,
bukan saja dia tak dapat mempertanggung jawabkan
persoalan ini ter hadap ibunya, sebagai seorang ketua dari
suatu perguruan besar, ternyata ia tak mampu melindungi
keselamatan jiwa seorang perempuan, apabila kejadian ini
sampai tersiar didunia persilatan, sudah pasti kejadian
tersebut akan sangat mempengaruhi nama baiknya.
Apalagi selain itu. perasaan halusnya juga tidak
mengijinkan dia untuk berpeluk tangan belaka.
Maka dengan perasaan gelisah, ujarnya kepada si nona
berbaju hitam itu:
'Suci, bagaimana dengan bakal istriku Go Siau bi......
"Sute, masa engkau masih belum percaya dengan
ucapanku?" tukas nona berbaju hitam itu dengan wajah
sungguh-sungguh.
"Bukannya aku tidak percaya, tapi justru siaute ingin
bertanya kepada diri suci, ketika engkau sedang meninggalkan
surat peringatan itu, apakah kau temukan sesuatu pertanda
yang mencurigakan hati?"
"Kejadian ini betul-betul merupakan suatu peristiwa yang
tidak untung, dan rupanya orang, yang melakukan penculikan
itu memang sengaja hendak manfaatkan kesempatan yang
sangat baik itu, yaa...... memang terjadinya peristiwa ini
terlampau kebetulan!"
"Padahal engkau tahu suci, Go Siau bi sudah menderita
luka dalam yang sangat parah, aku kuatir bila tidak cepat
diobati maka akibatnya ......, aaaai!"

1781
Sebagai akhir dari perkataannya, pemuda itu menghela
napas panjang.
Buyung Thay yang selama ini hanya membungkam terus
tiba-tiba menyela pelan dari samping
"Adik Ki selama engkau melakukan tugas itu, apakah kau
temukan jejak dari orang orang yang patut dicurigai? Atau
mungkin ada orang lain yang mengetahui rencana kerjamu itu
lebih dahulu?"
Han siong Ki termenung juga beberapa saat lamanya, tapi
karena tidak berhasil menemukan sesuatu jawaban yang
memuaskan hati akhirnya dia mohon pamit.
"suci" katanya "tolong sampaikan kepada subo bahwa kami
akan mohon diri"
-ooo0dw0ooo-
BAB 96
si Nona berbaju hitam Ko Goan cun mengernyitkan alis
matanya, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia masuk
kepintu rahasia, tapi selang sesaat kemudian ia telah
munculkan diri
"sute" katanya kemudian "pada saat ini perasaan suhu
sedang murung dan tidak senang hati, dia segan menjumpai
dirimu lagi, maka kalian boleh segera turun gunung, Akupun
telah melapor kepada suhu untuk ikut serta diri sute untuk
terjun kedalam dunia persilatan dan membantu menemukan
kembali jejak bakal istrimu"
"Aaah... mana aku berani merepotkan suci untuk ikut
ikutan berkeliaran kesana kemari?" buru-buru Han siong Ki
berseru..

1782
"Asal mula terjadinya peristiwa ini adalah lantaran ulahku,
maka akupun merasa ikut bertanggung jawab dalam masalah
ini, harap sute jangan menampik lebih jauh"
Han-siong Ki termenung sebentar, akhirnya diapun berseru:
"Kalau memang demikian, ayolah kita segera berangkat!"
Berangkatlah mereka berlima meninggalkan ruang batu itu
menuruni bukit tersebut.
Bagi Hek-pek-siang-yau, mereka hanya tahu menghormati
dan menuruti perintah Han-siong Ki maka kedua orang itu
tidak rerasa kesal, berbeda dengan Han-siong Ki, Buyung Thay
serta Ku Goan-cu yang terlibat dalam peristiwa itu perasaan
mereka sangat dan murung sekali,
Go Siau-bi telah lenyap tak berbekas, jejaknya sama sekali
tidak ketahuan, sekalipun mereka sedang berusaha untuk
melakukan pencarian, tapi tak tahu kemana harus mencarinya.
Orang yang meninggalkan surat peringatan itu rupanya
mempunyai dua tujuan kesatu meminjam golok untuk
membunuh orang, bila siasat itu tidak mendatangkan hasil
mereka dapat menyandera untuk memaksakan tuntutan
mereka, tapi apakah tujuan mereka sebenarnya amatlah sulit
untuk diduga mulai sekarang, dan kemungkinan yang paling
besar adalah soa "Dendam"
Kebetulan sekali, kejadian itu berbarengan dengan
peristiwa Ko Goan-cun yang meninggalkan surat perjanjian,
meski rada kebetulan sifatnya toh kenyataannya memang
demikian.
Maka, satu-satunya penyesalan yang dapat dikatakan pada
saat ini adalah kemungkinan orang tersebut sudah lama
melakukan pengintaian, dan melibat ada kesempatan baik
yang tersedia, dia segera memanfaatkannya dengan sebaikbaiknya.

1783
Ditengah perjalanan, tiba-tiba Ko Goan-can menuding
kemuka seraya serunya dengan merdu;
"Coba lihatlah kedepan sana, bila kita bergerak menuju ke
barat, maka sepuluh li kemudian akan sampailah kita
diwiiayah Lian-huan-tau!"
Ucapan tersebut serta merta mengobarkan api dendam, api
benci yang berkecamuk didada Han-Siong Ki, dia lantas
teringat kembali semua sakit hati yang terjalin antara dia
dengan orang-orang Thian-che-kau.
Rupa-rupanya anak muda itu tak dapat mengendalikau
perasaannya lagi, sambil berhenti berlari serunya:
"Tunggu sebentar!"
Dengan terperanjat beberapa orang itu menghentikan
gerak tubuh mereka masing-masing.
"Adikku, ada apa?" Buyung Thay bertanya dengan dahi
berkerut karena heran.
"Aku minta engkau dan suci bersedia untuk berangkat
setindak lebih duluan"
"Kenapa? Mau apa kau?"
"Aku hendak menyatroni Lian huan tau"
Nona baju hitam Ko Goan cun masih belum mengetahui
tentang dendam kesumat yang terjalin antara Han-siong Ki
dengan Thian che kaucu.
Mendengar ucapan tersebut dia jadi tercengang:
"Mau menyatroni Lian huan tau? Markas besar
perkumpulan Thian che kau yang termashur itu."
"Yaa betul"
"Kenapa? ada urusan apa antara kau dengan mereka?"

1784
"Akan kubantai semua orang Thian che kau, akan kucuci
bersih Lian huan tau dengan darah mereka"
"Apakah engkau mempunyai dendam dengan orang orang
Thian che kau?" Ko Goan cun bertanya lagi dengan tertegun.
"Yaa dendam kami lebih tinggi dari langit, lebih dalam dari
samudra "
"Adikku, kalau memang demikian ayoh kita berangkat
bersama sama" seru Buyung Thay dengan paras muka
berubah hebat.
"Tidak kalian tak boleh ikut"
"Kenapa?"
"Dalam soal pembalasan dendam, aku tak ingin meminjam
tenaga orang lain untuk melakukannya "
"Tapi kau harus tahu adikku, kawanan jago yang dimiliki
Thian che kau tak terhitung banyaknya, alat alat rahasia yang
mereka miliki pun berlapis-lapis, sekalipun mengandalkan
kekuatanmu dan kedua orang anak buahmu belum tentu..."
"Apa yang musti kutakuti?" tukas pemuda itu cepat.
"Adikku, adik Ko adalah sucimu dan akupun kau sebut
sebagai cici, masakah kau masih menganggap kami semua
adalah orang orang asing? Bila kau ingin membunuh Yu Pia
lam, kami tak akan ikut serta membonceng kebolehanmu, tapi
untuk menghancurkan perkumpulan Thian che kau untuk
membuatkan pembalasan dan menegakkan keadilan bagi
perkumpulan perkumpulan dalam dunia persilatan, kami
merasa punya hak untuk ikut serta, masa engkau masih
menolak harapan kami ini?"
"Huuuh..... besar amat omongnya, memang dianggap
gampang untuk melakukan apa yang baru diucapkan itu?"
seorang menimpali dengan suara yang dingin

1785
Menyusul ucapan yang dingin yang kaku itu, dari balik
hutan kurang lebih lima kaki ditempat mereka berada
muncullah seorang laki-laki setengah baya yang berjenggot
panjang.
Berubah hebat paras muka Buyung Thay sesudah
mengetahui siapa gerangan yang datang, hawa nafsu
membunuhnya seketika itu juga menyelimuti seluruh
wajahrya.
"Oooh..... Tamu berjenggot indah Huan Kang!" seru Hansiong
Ki pula dengan suara tertahan.
Sebagaimana pernah diketahui, oleh karena si Tamu
berjenggot indah Huan Kang gagal untuk mendapatkan cinta
kasih dari Buyung Thay, ia telah melimpahkan segala
kemarahannya kepada Han siong Ki, bahkan untuk itu dia
telah menggunakan ilmu "Kuay-ciang-cong-to" Telapak tangan
kilat sembunyi golok untuk melukai pemuda itu.
Maka dikala musuh bebuyutan saling bertemu muka, merah
membaralah sepasang mata Han-siong Ki dibuatnya, dia
lantas mendengus dingin.
"Hmmm... ! Orang she-Huan kembali kita bertemu muka,
tentunya engkau masih belum lupa bukan dengan hutang
piutang kita dimasa lalu?"
Dengan gemas bercampur mendongkol si Tamu berjenggot
indah Huan-Kang melotot sekejap kearah Buyung-Tnay,
kemudian ia baru berpaling ke arah Han-siong-Ki seraya
katanya:
”Tentu saja aku tak akan melupakannya setiap saat aku
selalu menantikan datangnya petunjuk dari kamu sekalian!"
"Kalau meinang demikian, bagus sekali!" Han siong-Ki
bergerak maju kedepan.
"Tunggu sebentar.....!" tiba-tiba si tamu berjenggot putih
kembali berseru.

1786
"Perkataan apa lagi yang hendak kau ucapkan?"
Sorot mata si tamu berjenggot indah Huan-Kang sekali lagi
menatap wajah Buyung Thay, Kemudian dengan suara yang
dingin kembali dia berkata:
"Han-siong-Ki sejak dulu sampai sekarang perempuan
cantik adalah pembawa bencana, kau akan runyam sekali
dibuatnya oleh kegemaranmu sendiri....."
Oleh perkataan yang tak diketahui ujung pangkalnya ini,
Han-sioag-Kie merasakan hatinya bergetar keras.
"Huan-Kang, apa maksudmu dengan perkataan itu....?"
diapun menegur dengan nyaring.
"Heeehhh.....heeeehhh..........heeehhh bukankah teman
perempuanmu telah lenyap tak membekas?" ejek si tamu
berjanggut indah Huan Kong sambil tertawa seram
"Heehhh.......hehhhh.........heehhh.. .. Jangan panik dulu
ciangbunjin, bukankah teman perempuanmu itu bemarua Go
Siau-bi?" gelak tertawa yang tersungging diujung bibir orang
itu makin sadis.
Han-siong Ki merasakan debaran jantungnya berdetak
keras, demikian pula dengan Buyung Thay serta Ko Goan-cun.
wajah mereka segera menunjukan sikap yang tegang.
"Dirimana kau bisa tahu?!" Han-siong Ki membentak penuh
emosi sambil melangkah setindak kedepan
"Hmn.....! Tentu saja aku tahu, bahkan mungkin satusatunya
orang yang mengetahui duduknya peristiwa itu
dengan jelas!
"Sees........sekarang .......sekarang dia ada dimana?” suara
Han-siong Ki rada gemetar.
'"Kau hendak menerima kembali mayatnya?'' Huan Kang
balik bertanya dengan wajah sinis.

1787
Ucapan tersebut seakan akan guntur yang membelah bumi
ditengah hari bolong, dengan badan gemetar keras Han-siong
Ki mundur sempoyongan sejauh beberapa langkah, hampir
saja dia jatuh pingsan saking kagetnya, sebab bila didengar
dari nada ucapan tersebut, jelas menunjukan bahwa Go Siau
bi sudah tiada lagi.
"Huan Kang, teraigkan perkataanmu sejelas-jelasnya!"
teriak Buyung Thay marah.
"Haaahhh.....haahh....,.haahh......tentu saja harus
diterangkan sejelas-jelasnya" sahut Tamu berjenggot indah
Huan Kang sambil tertawa dingin tiada hentinya "kalau tidak
demikian lantas buat apa kutampilkan diri disini?"
"Ayoh cepat katakan, siapa yang telah melakukan
perbuatan keji itu?" teriak Han-siong Ki sambil menggigit bibir
menahan emosi.
"Semestinya orang itu sudah bisa kau duga sendiri."
"Siapa?"
"Seorang perempuan yang ingin mengangkangi dirimu,
seorang perempuan cantik jelita bak bidadari dari kahyangan!"
Suatu ingatan segera melintas dalam benak Han siong Ki,
dengan nada agak gemetar tanyanya lagi:
"Siapakah orang itu?”
Sinar mata si Tamu berjenggot indah Huan Kang yang sinis
pelan pelan dialihkan ke tubuh Buyung Thay lalu dengan suara
menghina katanya dengan tajam:
"Ratu tawon, sekarang sudah tiba waktunya bagimu untuk
memberikan pertanggungan jawab kepada kekasihmu itu"
Sekujur badan Han siong Ki bergetar keras, hampir
meledak dadanya saking mendongkolnya .

1788
Paras muka Buyung Thay sendiripun telah berubah jadi
hijau membesi, teriaknya penuh kebencian
"Huan Kang, jika kau tidak kubunuh, aku bersumpah tak
akan hidup sebagai seorang manusia" ditengah satu bentakan
keras, tubuhnya yang ramping mendadak melompat keudara,
kemudian dengan garangnya menerkam diri si Tamu
berjenggot indah Huan Kang yang berada dihadapannya...
"Berhenti kamu"
Suatu bentakan nyaring kembali menggelegar di udara,
berbareng dengan suara bentakan itu, segulung angin pukulan
yang keras bagaikan tindihan bukit karang melanda kedepan.
Waktu itu Buyung Thay sedang melambung di udara,
termakan oleh tenaga pukulan yang sangat kuat itu, badannya
tergetar keras dan merosot kembali ketanah, malah dengan
sempoyongan perempuan itu harus mundur beberapa langkah
lagi sebelum akhirnya dapat berdiri tegak.
Hawa napsu membunuh yang tak terkirakan tebalnya
menyelimuti wajah Han siong Ki, ditatapnya wajah Buyung
Thay lekat lekat, lalu menggertak gigi menahan emosi
teriaknya:
"Sungguh tak kusangka kalau dibilik wajahmu yang begitu
cantik bak bidadari dari kahyangan, sebetulnya memiliki hati
yang lebih keji daripada racunnya kalajengking"
Si nona baju hitam Ko Goan cun juga berubah wajah oleh
perubahan situasi itu.
Hek pek siang yau bergerak cepat, tanpa mengucapkan
sepatah katapun satu dari kiri yang lain dari kanan segera
mengancam Buyung Thay dengan bengisnya.
Setelah terjadi perubahan besar dalam arena tersebut, si
Tamu berjenggot indah Huan Kang juga tidak banyak bicara
lagi, diam diam ia ngeloyor pergi dari sana lalu kabur kedalam
hutan.

1789
Tak terlukiskan rasa gusar yang berkobar didada Buyung
Thay, mukanya sebentar jadi hijau sebentar kemudian jadi
merah, matanya yang berapi-api hampir melotot keluar,
sekujur badannya gemetar keras menahan emosi yang makin
meluap.
Dengan tatapan mata yang tajam Han-siong-Kie menatap
sekejap wajah Hek-pek-siang-yau dan Ko-Goan cun, kemudian
dengan suara yang keras ibaratnya guntur yang membelah
bumi, ia berseru
"Mundurlah kalian bertiga...."
Hawa napsu membunuh yang begitu tebalnya menyelimuti
wajah pemuda ini, membuat siapapun yang memandangnya
merasakan hatinya bergidik, tanpa berani membantah ketiga
orang itu lantas mundur satu kaki kebelakang.
Selangkah demi selangkah Han-siong-Kie maju ke muka
mendekati Buyung-Thay, lalu ujarnya dengan suara tajam;
"Buyung-Thay aku hendak membunuh kau! Bersiap-siaplah
untuk menerima kematianmu itu...”
Dengan tubuh bergetar keras Buyung-Thay mundur satu
langkah, kemudian katanya dengan nada gemetar:
"Kau......kau.....jadi kau percaya dengan perataannya?"
Han-siong-Kie tidak segera menjawab, otaknya berputar
keras untuk memikirkan masalah tersebut, pada hakekatnya
peristiwa lenyapnya Go-Siau bi merupakan suatu kejadian
yang mencurigakan bukankah Buyung-Thay telah menawarkan
diri untuk melindungi keselamatan gadis itu? Kalau ditinjau
dari kepandaian silat yang dimilikinya, rasanya tak mungkin
kalau sampai terjadi peristiwa ini, apalagi suatu peristiwa yang
terjadinya sangat kebetulan......sudah tentu lain ceritanja
kalau dibalik kesemuanya itu terdapat suatu kesengajaan.
Maka setelah berpikir sekian waktu, dengan wa jah yang
tetap kaku anak muda itu membentak.

1790
"Hmm.......penjelasan apalagi yang harus kuberikan
kepadamu? Kalau tidak kupercayai perkataannya, memangnya
aku harus percaya dengan perkataanmu?"
Rupanya Buyung-Thay cukup menyadari betapa tidak
menguntungkannya posisinya saat itu, perhatiannya segera
dialihkan kembali ke muka, tiba tiba ia berteriak:
"Huan-Kang, kau bangsat terkutuk......serahkan selembar
jiwa anjingmu.......!"
Menyusul teriakan tersebut, tubuhnya melambung ke udara
kemudian secepat sambaran kilat meluncur ke dalam hutan
untuk mengejar jejak laki laki tadi.
Han siong Kie tidak menyangka kalau perempuan cantik itu
akan mengambil tindakan untuk kabur dari situ, untuk sesaat
ia tak sempat melakukan penghadangan, maka tubuhnya
lantas melejit dan menyusul pula dibelakangnya.
Dalam sekejap mata, Buyung Thay sudah berada puluhan
kaki jauhnya dari tempat semula, sedang jauh didepannya
tampak pula sesosok bayangan manusia sedang kabur terbirit
birit.
Han siong Kie tak ingin musuhnya teriepas dengan begitu
saja, dia mengumpulkan hawa murninya lalu seenteng asap
secepat kilat pemuda itu melakukan pengejaran ketat dari
belakang.
Dalam waktu singkat, mereka telah menembusi hutan itu
dan tiba diluar hutan yang lebih lapang tanahnya.
Dalam pada itu selisih jarak antara Buyung Thay dengan
Huan Kang pun kian lama kian bertambah dekat sehingga
akhirnya jarak mereka tinggal lima kaki...
"Huan Kang Bangsat berhenti pengecut! Berhenti
kau....ayoh serahkan jiwa anjingmu itu kepadaku" Buyung
Thay kembali mencaci maki penuh kebencian.

1791
Tapi si Tamu berjenggot indah Huan Kang sama sekali
tidak memberi tanggapan bahkan menggubrispun tidak,
seakan akan dia tak pernah mendengar seruan tersebut,
larinya malahan diperkencang.
Habislah kesabaran Buyung Thay menghadapi musuh yang
amat dibencinya itu, segenggam jarum toh hun ciam segera
disiapkan, kemudian dengan sistim penyambitan yang luar
biasa dia tebarkan jarum jarum maut tersebut kedepan.
Jerit kesakitan segera berkumandang diudara, si Tamu
berjenggot indah Huan Kang maju beberapa langkah dengan
sempoyongan, kemudian roboh terjungkal diatas tanah.
Melihat musuhnya sudah roboh, Buyung Thay menerjang
makin dekat, ia tak sudi memberi kesempatan hidup bagi
lawannya, sambil melakukan tubrukan kilat telapak tangannya
segera diayun kebawah....
"Tahan." bentak Han siong Ki.
Sayang bentakan itu terlambat dengan diiringi suatu
benturan yang keras, batok kepala si Tamu berjenggot indah
Huan Kang kena dihantam sampai hancur berantakan, darah
dan isi otak segera bertebaran kemana mana.
"Buyung Thay, kau benar benar keji " geram Han siong Ki
sambil menahan rasa dongkolnya.
"Han siong Ki, kau..."
"Hmmm memangnya kau anggap aku bodoh? Kau anggap
aku tidak mengenal tipu muslihatmu?"
"Heeehhh... heehhh.... heeehhhh... membunuh untuk
menghilangkan bukti, memangnya kau anggap dengan
perbuatanmu itu maka aku percaya dengan obrolan? Hhmm,
jangan berpikir terlampau kekanak kanakan"
Buyung Thay tidak berbicara, ia menggigit bibir sambil
membungkam dalam seribu basa, air mata bercucuran

1792
membasahi pipinya yang lembut dan putih, tubuhnya gemetar
keras menahan emosi yang meluap-luap. mengenaskan sekali
keadaannya.
"Buyung Thay" kembali Han siong Ki mernbentak keras,
"setelah Huan Kang kau bunuh, sekarang tibalah pada
giliranmu untuk menerima kematian.... ayo, bersiap siaplah
untuk menghadapinya "
Begitu kata kata tersebut berakhir, diiringi bentakan
nyaring sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan.
"Blaang..." jerit kesakitan menggema di angkasa, Buyung
Thay termakan oleh pukulan itu dengan telak, darah kental
berhamburan dari mulutnya, sedang tubuhnya yang mungil
mencelat sejauh satu kaki lebih dari tempat semula.
Oleh peristiwa yang tak terduga ini, Han siong Kie malahan
berdiri tertegun, mimpipun ia tak menyangka kalau Buyung
Thay sama sekali tidak memberi perlawanan terhadap
serangannya itu.
Buyung Thay sendiri bangkit berdiri dengan sempoyongan,
meski isi perutnya sudah terluka namun ia berusaha untuk
menahan diri, ditatapnya pemuda itu dengan pandangan benci
dan sedih, lalu makinya dengan penuh rasa gemas.
"Han siong Keng, kau adalah makhluk berdarah dingin Kau
adalah makhluk yang tidak berperasaan"
"Hmm.... perduli apapun yang hendak kau ucapkan,
pokoknya aku tak bisa mengampuni nyawamu dengan begitu
saja, ini hari aku akan mencabut jiwamu" seru Han siong Kie
keras, hawa napsu membunuhnya masih jelas menyelimuti
wajahnya.
"Han siong Ki, anggaplah mataku memang buta, anggaplah
aku Buyung Thay memang seorang bernasib jelek sehingga
bisa berkenalan dengan manusia macam kau"

1793
Han siong Ki melangkah maju tiga tindak ke depan, diapun
berseru dengan suara lantang:
"Hmm Aku juga menyesal sekali, kenapa semenjak dulu
masih percaya dengan perkataan perkataan manis dari kau si
perempuan cantik berhati ular".
Sambil menggigit bibirnya menahan emosi, Buyung Thay
sedikit merintih, darah kental kembali bercucuran membasahi
ujung bibirnya.
Sikap maupun mimik wajahnya waktu itu sungguh
mengenaskan sekali, membuat siapapun orang melihatnya
ikut beriba hati.
Tapi Han siong Kie sudah tidak tertarik lagi oleh sikap
mengenaskan itu, diapun tidak mempunyai rasa kasihan atau
sayang terhadap perempuan cantik tersebut, apa yang dia
pikirkan sekarang adalah rasa benci, rasa dendam yang
berkobar kobar, apa yang ada sekarang cuma hawa napsu
membunuh yang sangat tebal.
Tiba tiba telapak tangannya diayunkan ketengah ndara, lalu
ujarnya dengan keras:
"Perempuan siluman berhati kejam, hutang darah dibayar
darah, hutang nyawa bayar nyawa, kalau tidak terlalu
penasaran rasanya bila sekarang juga kurenggut nyawamu"
Begitu kata kata terakhir diucapkan keluar, diiringi
bentakan nyaring sebuah pukulan maha dahsyat telah
dilepaskan kedepan membacok tubuh lawannya...
"Tunggu sebentar" serentetan bentakan nyaring
menggelegar diudara, menyusul suara bentakan itu, segulung
hawa pukulan yang kuat bagaikan gulungan ombak ditengah
samudra menyapu datang dari arah samping, kekuatan
tersebut membuat serangan dari Han siong Ki itu tertumbuk
hingga miring kesamping..

1794
Ternyata orang yang barusan melancarkan serangan itu tak
lain adalah Ko Goan cun.
Rupanya Buyung Thay sangat tersinggung perasaannya
oleh sikap Han siong Ki yang begitu mendesak. dari sedihnya
dia menjadi nekad, tiba tiba telapak tangannya diayun
keudara lalu teriaknya menahan geram yang berkobar kobar
"Han siong Ki, mari kita adu nyawa dan mati bersama"
Dalam genggamannya ia sudah disiapkan berpuluh-puluh
batang jarum Toh hun ciam, seandainya jarum jarum itu
sampai disemburkan ke angkasa, niscaya setiap jago yang
hadir disekitar arena akan termakan oleh serangan tersebut.
Dengan kaget dan perasaan yang ngeri Han siong Ki
mundur beberapa langkah ke belakang..
"Kau berani bertindak sekeji itu?" teriaknya menahan
geram yang makin menjadi.
"Kenapa tidak berani?" Buyung Thay balas menggertak
sambil menggigit bibir.
Hek pek siang yau, sepasang silumen hitam dan putih
sudah bersiap siaga melakukan terkaman, tapi kedua orang itu
tak berani bertindak secara gegabah, sebab sebelum Han
siong Ki menurunkan perintahnya, mereka berdua harus
tunduk di bawah perintah ketuanya.
Ko Goan cun sendiri, ketika menyaksikan adegan tersebut
segera serunya dengan penuh emosi:
"Enci Buyung, kalau ada persoalan marilah kita bahas
secara baik baik, kenapa harus terburu nafsu dan mengikuti
angkara murka yang berkobar dihati? Tenangkan dulu hatimu
cici, mari kita bersama sama memecahkan persoalan ini
dengan otak dingin"
Buyung Thay menghela napas panjang, pelan pelan dia
turunkan kembali tangannya.

1795
"Han siong Ki" ia berkata kemudian dengan rasa sedih dan
perasaan yang tersayat sayat, "untuk kali ini baiklah kutelan
semua sikap kasarmu itu tanpa membalas, yaa. semoga saja
dikemudian hari kau tak akan menyesal dengan sikapmu itu...
selamat tinggal dan sampai jumpa lagi lain kesempatan"
Begitu selesai berkata, dia lantas menjejakkan kakinya
ditanah dan melayang pergi dari situ.
Bayangan merah tampak berkelebat lewat, dalam sekejap
mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan
yang lebat.
Han siong Ki hanya bisa berdiri termangu mangu tanpa
mengerti apa yang harus dilakukan, untuk sesaat dia hanya
bisa mematung dengan mulut membungkam dalam seribu
basa.
si nona baju hitam Ko Goan cun mengernyitkan pula
sepasang alis matanya, ujarnya kemudian:
"sute, tidak pantas kalau engkau bersikap sekasar itu
terhadap seorang perempuan, sekalipun dia bersalah
misalnya, tidak perlukah kau bersikap seolah-olah hendak
membunuhnya, bagai manapun juga duduknya persoalan tali
belum jelas Berilah kesempatan baginya untuk membela diri,
rasanya tidak ada salahnya bukan?"
"Huuh... Apa yang harus kuragukan lagi tentang perbuatan
kejinya itu? Kenapa pula orang itu harus diberi kesempatan
untuk membela diri? Percuma, hanya membuang waktu waktu
belaka" tukas Han siong Ki ketus, sementara sorot matanya
memandang kejauhan tanpa berkedip.
"Sute Sebelum kau mendapat bukti yang nyata yang
menunjukkan bahwa seseorang benar-benar melakukan
kesalahan, janganlah kau lontarkan tuduhan itu, selidiki dulu
duduknya persoalan sampai menjadi jelas, siapa tahu kalau
penilaianmu sekarang adalah penilaian yang keliru"

1796
"Dengan dasar apa suci dapat mengatakan kalau aku
mungkin keliru..?"
Ko Gan cun menghela napas panjang.
"Aaaai... Terus terang saja kukatakan, semenjak awal
kemunculan laki-laki tadi, aku sudah merasakan sesuatu
perasaan yang aneh, aku lihat dibalik sorot mata orang she
Huan itu seakan akan memancarkan rasa cemburu yang amat
tebal, lagi pula mukanya licik dan sangat mirip dengan
seorang manusia berbahaya yang banyak tipu muslihatnya,
siapa tahu kalau laki-laki she Huan itu memang sengaja..."
Meskipun nona baju hitam itu tidak melanjutkan katakatanya,
tapi Han siong Kie sudah memahami apa yang
hendak dia katakan, kontan saja perasaannya bergetar keras.
"Benar juga ucapan tersebut" demikian pikirnya dihati,
"sepanjang pengetahuanku si tamu berjenggot indah Huan
Kang selalu mengejar Buyung Thay agar mau menerima
cintanya, tapi Buyung Thay selalu menolak pernyataan
cintanya itu, siapa tahu karena gagal mendapatkan cinta maka
timbul rasa benci dihatinya dan menggunakan sifat fitnahan ini
untuk mencelakai jiwanya....? Tapi... aaai, Buyung Thay kan
bisa membela diri dan membantah tuduhan tersebut? Kenapa
ia harus membunuh orang she Huan tersebut? Bukankah
membunuh orang itu sama juga artinya melenyapkan saksi
sebagai tindakan untuk menutupi kejahatan yang telah
dilakukannya ?"
Berpikir sampai disini, pemuda itupun menggeleng.
"Aku rasa tak mungkin" katanya, "dia jelas mempunyai
kesempatan untuk membantah dan membela diri sendiri? Tapi
ia tidak berbuat demikian, ia malah membunuh Huan Kang
untuk menutupi perbuatannya "
"Tapi.. sute, mungkin juga serangan keji itu dia lancarkan
lantaran hatinya sedang marah dan diliputi rasa benci,

1797
kadangkala bila seseorang sudah mata gelap, tindakan apapun
bisa dilakukan."
Han siong Ki menggelengkan kepalanya berulang kali.
"suci, pikiran dan perasaanku sedang kalut, janganlah kita
bicarakan persoalan ini lebih dulu, kalau hendak
mempersoalkan kembali masalah itu, kita toh bisa
membicarakannya lain saat" pintanya, "dan lagi, sekalipun kau
banyak bicara, aku toh tak akan melepaskannya dengan
begitu saja."
Tapi Ko Goan cun tidak berhenti sampai disitu saja, ia
berkata lebih jauh:
"selain daripada itu, andaikata Go siau-bi benar benar telah
mati, lalu dimanakah jenasahnya? Kenapa tidak kau tanyakan
persoalan ini hingga menjadi jelas?" Han siong Ki mnghentak
hentakkan kakinya ke tanah.
"Benar.. ucapan itu memang benar, sialan Kenapa aku tak
bisa berpikir sampai kesitu? Kenapa persoalan ini tidak
kutanyakan kepadanya?" dengan penuh rasa menyesal
kembali dia menghela napas.
"Lalu.. apa yang musti kita lakukan sekarang?" nona ita
bertanya kemudian-
"Apa lagi...? Tentu saja menyatroni Lian huan tau dan kita
sikat orang orang Thian che kau"
"Kalau memang begitu, apa yang harus kita tunggu lagi?
Ayoh berangkat...." Maka berangkatlah keempat orang itu
menuju ke arah barat dengan kecepatan penuh.
Han siong Ki betul betul merasa pikirannya kalut dan tak
tenteram, pemuda itu merasa seakan akan sedang kehilangan
sesuatu, rasa sedih yang terjadi dengan tiba tiba ini membuat
otaknya jadi berat dan matanya berkunang kunang.

1798
Sekarang ia baru merasakan apa artinya hidup, bagaimana
sengsaranya hidup dan apa yang dimaksudkan dengan
romantikanya orang hidup
Satu satunya orang yang paling dikasihi Tonghong-Hui
telah mati, mati karena adat, berkorban demi cinta kasihnya
yang tak akan kesampaian.
Sedang Go siau bi, orang yang tak dicintai, tapi mau tak
mau harus dicintai sekarang sudah mati juga.
Dari sana diapun lantas teringat pula akan kematian
gurunya Mo tiong ci mo, kematian dari Thio sau-kun, kematian
dari adiknya Han siong Hiang.
Kematian... yaaa kematian memang tak bisa dipisah
pisahkan dengan manusia hidup, kematian bisa terjadi setiap
saat dan setiap saat waktu walau ada dimanapun jua.
Jarak sejauh sepuluh li, dalam waktu singkat telah
ditempuh, Lian huan tau, Markas besar perkumpulan Thian
che- kau telah berada didepan mata mereka.
Han siong Ki mengulapkan tangannya mencegah rekan
rekannya melanjutkan perjalanan memasuki lembah tersebut,
lalu kepada Hek pek siang yau pesannya:
"Berjaga-jagalah dimulut lembah ini, jangan biarkan
seorang manusiapun lolos dari sini dalam keadaan selamat"
"Terima perintah" dua orang siluman itu mengiakan-
Tiba tiba siluman hitam seng Khe ki berkata dari samping.
"ciangbunjin, tecu ada satu permintaan yang hendak
kuajukan kepadamu, apakah ciangbunjin bersedia
mengabulkannya?"
"Apa permintaan itu? Katakan"

1799
"sekarang, Hun-si mo ong telah menjadi kepala pelindung
hukum dari perkumpulan Thian che kau dan iblis tua itu
mempunyai ikatan dendam berdarah dengan perguruan tecu."
"Oooh... aku mengerti, tak usah kuawatir, orang itu pasti
tak akan kubunuh, dia tentu akan kuserahkan kepada kalian
berdua" sela si anak muda itu cepat.
"Terima kasih ciangbunjin"
Dalam keadaan seperti ini, yang tinggal dalam benak Han
siong Kie sekarang hanyalah kobaran api dendam yang
menyala nyata, semua kesedihan dan kemurungan yang
semula menyelimuti hatinya, kini sudah lenyap tak berbekas.
Maka setelah diawasinya sekeliling mulut lembah itu
dengan tatapan mata tajam, ujarnya kepada Ko Goan cun
"Suci, harap kaupun bersedia menantikan kedatanganku
diluar lembah saja"
"Tapi...sute...." si nona berbaju hitam itu kelihatan agak
keberatan.
"Jangan membantah lagi suci" tukas pemuda itu cepat,
"harap kau dapat memaklumi kesulitan yang kuhadapi,
ketahuilah suci, aku telah bersumpah akan membalas dendam
dengan tanganku sendiri, aku tak ingin orang lain membantu
usahaku ini"
"Tapi.... sute, Lian hun tau adalah suatu lembah yang
sangat berbahaya, setiap langkah yang keliru dapat
mengakibatkan datangnya bencana "
"lbu telah menghadiahkan peta lembah tersebut kepadaku,
dan lagi akupun sudah berpengalaman sebanyak dua kali
masuk keluar dalam lembah ini, aku yakin lembah tersebut
masih belum dapat menyesatkan diriku"
"Tapi kau musti tahu sute, jago jago yang tergabung dalam
perkumpulan Thian ce kau tak terhitung jumlahnya, lagipula

1800
ilmu silat yang mereka miliki rata rata sangat lihay, aku kuatir
dengan kekuatan sute seorang..."
"Huuh... kalau cuma manusia sebangsa kurcaci kurcaci itu
masih belum kupandang sebelah matapun, suci tak usah
kuatir Lihat saja kemampuanku untuk menyikat habis mereka"
"Sute, Jadi kau telah bersikeras untuk menempuh bahaya
dengan kekuatanmu seorang diri?"
"Yaa suci, sebab inilah yang kuharap harapkan selama ini
dan harapan tersebut tak akan kusia siakan setelah
kesempatan yang kutunggu tunggu itu telah tiba"
Ko Goan cun termenung sebentar, akhirnyapun dengan
perasaan apa boleh buat dia mengangguk.
"Baiklah Kalau toh hal ini sudah merupakan keputusanmu,
aku tak bisa memaksanya lebih jauh, aku hanya dapat
mengucapkan kepadamu semoga kau sukses dan dapat
membalaskan dendam kesumatmu. Berangkatlah sekarang"
Han siong Ki tidak banyak bicara lagi, dia lantas
menggerakkan badannya dan menyerbu kedalam mulut
lembah.....
"Berhenti? Bangsat dari mana yang begitu berani memasuki
lembah kami." serentetan bentakan nyaring menggelegar di
angkasa.
Berbareng dengan menggelegarnya bentakan itu, beberapa
sosok bayangan manusia munculkan diri dari balik bebatuan
dan menghadang jalan pergi pemuda itu.
Han siong Ki tidak berkata apa apa, mengucapkan
sesuatupun tidak, ia malah tancap gas menyerbu ke dalam
lembah tersebut dengan lebih gencar, jari tangan dan telapak
tangannya diayun berbareng melepaskan serangan-serangan
yang mematikan.

1801
Jerit kesakitan yang memilukan hati barkumandang
memenuhi seluruh lembah tersebut, cukup dalam beberapa
kali bentrokan saja, lima sosok mayat telah menggelepar
didepan lembah itu.
Han siong Ki tertawa dingin, selesai membinasakan
musuhnya, dia melanjutkan perjalanan menyerbu lebih dalam
lagi...
Desingan tajam yang berkumandang karena ujung baju
tersampok angin kembali menggema di angkasa, tiga sosok
bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa menyerbu
datang, mereka adalah tiga orang kakek berbaju hitam...
Menyaksikan kedatangan lawan, Han siong Ki berhenti
bergerak, lalu dengan pandangan mata yang bengis danpenuh
pancaran sinar membunuh ia menatap musuhnya bergantian.
Tampaknya salah seorang diantara ketiga orang kakek
itupun mengenali siapa musuhnya, terdengar ia menjerit
kaget: "Haahhh.....manusia bermuka dingin"
Tanpa banyak bicara dia lantas putar badan dan kabur
terbirit birit ke dalam lembah, sementara dua orang kakek
yang tertinggal berdiri mematung ditempat semula dengan
wajah menunjukkan rasa ketakutan yang menghebat.
"serahkan saja kedua orang itu kepada tecu, ciangbunjin"
seruan nyaring berkumandang.
Dua sosok bayangan hitam meluncur tiba, menyusul
kemudian dua kali jeritan kesakitan berkumandang diangkasa,
tahu tahu diatas tanah telah bertambah dengan dua sosok
mayat yang hancur berlumuran darah, tentu saja serangan
tersebut dilancarkan oleh Hek pek siang yau.
Melihat kelihayan ilmu silat yang dipunyai siltuman hitam
putih itu, Ko Goan cUn si nona baju hitam itu merasa terkejut.
Sebagaimana telah diketahui, oleh karena Hek pek Siang
yau pernah makan Bak ci yang berusia seribu tahun, maka dia

1802
menjadi awet muda dan sepintas lalu usianya kelihatan seperti
baru dua puluh tahunan, padahal kalau dihitung yang
sebenarnya maka usia mereka berdua sudah mencapai tujuh
puluh tahun lebih.
Sejak wajah mereka pulih kembali menjadi wajah aslinya
dalam telaga beracun dilembah hitam, orang persilatan boleh
dibilang sedikit sekali yang mengetahui muda mudi yang
gagah dan cantik itu sebetulnya tak lain adalah sepasang
siluman hitam putih yang kesohor itu.
Sementara suasana telah menjadi hening kembali, tiba tiba
terdengar suara tertawa cekikikan berkumandang
memecahkan kesunyian, menyusul suara tersebut muncullah
seorang nona cantik jelita yang berusia dua puluh tahunan, ia
mengenakan baju berwarna hijau pupus.
Ketika Han siong Ki memandang wajah gadis itu untuk
pertama kalinya, tiba tiba saja ia berseru kaget lalu mundur
satu langkah tanpa disadarinya.....
Ia merasa potongan wajah nona itu sangat dikenal olehnya,
hanya dia lupa nona itu pernah ditemuinya dimana?
-ooo0dw0ooo-
BAB 97
WALAUPUN gadis itu dikenal olehnya, kendatipun tak di
ingat lagi wajah tersebut pernah ditemuinya dimana, namun
anak muda itu segan untuk berpikir lebih jauh, sebab sebagai
seorang jago dibawah pimpinan perkumpulan Thian che kau,
itu sama pula artinya dengan nona itu adalah musuh besar
yang harus dihadapinya.
Sementara itu, si nona baju hijau telah memandang
sekejap mayat yang menggelepar ditanah itu lalu seolah olah
tak pernah menemui kejadian apapun ia tersenyum kepada
Han siong Ki.

1803
"Jadi engkau toh yang disebut orang sebagai Manusia
bermuka dingin....?" tegurnya.
"Ehmm...iya"
"Hui.. Betul-betul bukan nama kosong belaka, tampaknya
kau memang seorang manusia berdarah dingin...."
Han siong Ki segan untuk membantah lebih lama dengan
lawannya, dia lantas mendengus, tenaga serangannya
disiapkan dan pemuda itu siap untuk menerjang kedalam
lembah....
"Tunggu sebentar" tiba tiba si nona baju hijau itu
membentak.
Ketika ujung bajunya dikebaskan kedepan segulung hawa
pukulan yang kuat dan keras segera menggulung kedepan
saking keras dan kuatnya serangan itu membuat Han siong Ki
tak sanggup berdiri tegak dan mundur beberapa langkah
kebelakang dengan sempoyongan.
"Hebat betul kepandaian silat yang dimiliki perempuan ini,
tampaknya dia tak boleh dianggap enteng"
Sementara pemuda itu masih melamun, gadis tersebut
telah menegur dengan suara yang merdu:
"Manusia bermuka dingin, mau apa engkau datang
kewilayah Lian huan tau ini?"
"Membantai manusia" jawaban dari Han siong Ki itu bukan
saja dingin dan kaku, bahkan tak sedap didengar.
"oooh... sungguh besar amat kata-katamu, siapa yang
hendak kau bantai?"
"Semua anggota perkumpulan Thian che kau mulai dari
kaucunya sampai keroco-keroconya adalah sasaran dari
pembantaianku kali ini"

1804
Tiba tiba terdengar siluman putih Hong Ing ing
menggunakan ilmu menyampaikan suaranya berbisik kepada
Han siong Ki:
"Lapor ciangbunjin, nona berbaju hijau itu merupakan salah
satu diantara jago jago yang lolos dari kurungan benteng
maut beberapa hari berselang, ilmu silatnya cukup tangguh"
Han siong Ki anggukkan kepalanya tanda mengerti.
Waktu itu, si nona baju hijau kembali berkata sambil
tertawa cekikikan dengan suara yang merdu:
"Manusia bermuka dingin, kenapa tidak kau tanyakan
kepada nonamu siapakah aku ini?"
"Hmm Segan aku untuk menanyakan persoalan persoalan
seperti itu, pokoknya setiap anggota perkumpulan Thian che
kau jangan harap bisa lolos dari tanganku dalam keadaan
selamat"
"Waduuh... waduh... kalau bagitu nonamu juga termasuk
salah seorang yang hendak kau bunuh?"
"Tentu saja"
Paras muka si nona baju hijau itu kontan berubah hebat,
serunya dengan nada geram:
"Jangan terlalu tekebur lebih dulu wahai manusia bermuka
dingin, hmmm... Sebelum impian dapat terwujud, lebih dahulu
cobalah untuk mendobrak pertahananku"
Han siong Kie mendengus dingin, sebagai seorang pemuda
yang keras kepala dan tak sudi tunduk kepada orang lain,
tentu saja ia agak tersinggung oleh tantangan musuhnya.
Maka tanpa banyak berbicara, telapak tangannya segera
diayunkan ke depan melancarkan sebuah bacokan maut
dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.

1805
Nona berbaju hijau itu sama sekali tak gentar, telapak
tangannya diayun pula kedepan untuk menangkis datangnya
ancaman itu dengan keras lawan keras.
"Blaaang...." suatu benturan kekerasan tak bisa dihindari
lagi, dengan sempoyongan nona berbaju hijau itu mundur
selangkah ke belakang, tapi pemuda itupun ikut mundur
kebelakang, kejadian ini kontan saja membuat Han siong Ki
merasakan jantungnya berdebar keras, cepat pikirnya didalam
hati.
"sungguh teramat sempurna tenaga dalam yang dimiliki
gadis ini, tak kunyana diapun berilmu sehebat ini"
Makin berpikir hatinya merasa semakin penasaran, akhirnya
tenaga si mi sinkang yang maha dahsyatpun dihimpun
kedalam tubuhnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun
sepasang telapak tangannya didorong kemuka untuk
melepaskan sebuah pukulan.
Kabut putih yang sangat tebal menyelimuti seluruh
angkasa, ngeri juga nona berbaju hijau itu menghadapi
serangan dahsyat tersebut, tapi ia tak mau mundur dengan
begitu saja, maka ditangkisnya ancaman tadi dengan keras
lawan keras..
Benturan keras kembali bergelegar diangkasa, ditengah
benturan itu kedengaran seseorang mendengus tertahan,
menyusul kemudian nona baju hijau itu terdorong mundur
sejauh delapan langkah lebih, dua gumpal darah kental
mengucur keluar membasahi ujung bibirnya.
Penyerbuan yang dilakukan Han siong Ki saat ini boleh
dibilang dilaksanakan dengan membawa rasa dendam dan
benci yang luar biasa, bayangkan saja apakah ia suka
memberi ampun kepada musuhnya dengan begitu saja?
Begitu tubrukan dilancarkan, sebuah pukulan yang maha
dahsyat dengan kecepatan bagaikan kilat langsung
dihantamkan keatas wajah musuhnya.

1806
Si nona baju hijau itu melejit sambil menghindar
kesamping, gerakan tubuhnya enteng dan lincah, kecepatan
geraknya juga cukup menggetarkan hati orang.
Meleset dengan serangannya yang pertama, Han siong Ki
segera menghardik dengan suara dingin:
"Jangan berkelit melulu, coba rasain lagi sebuah pukulanku
ini, bila kau tidak mampu itulah berarti nasibmu masih
terlampau mujur untuk suatu kematian"
Desakan demi desakan yang dilakukan pemuda itu akhirnya
membangkitkan juga hawa amarah dihati si nona baju hijau,
mukanya berubah hebat, sepasang matanya berapi-api,
serunya dengan geram:
"Wahai manusia bermuka dingin, jika aku Cui-hoa siancu
Ting Hong jeri kepadamu, sepanjang masa aku tak nanti akan
menggunakan marga Ting lagi..."
Sebenarnya Han siong Ki sudah menyiapkan sebuah
pukulan yang luar biasa dahsyatnya, akan tetapi setelah
mendengar nama yang diperkenalkan nona itu, mendadak
sontak saja ia tarik kembali tangannya mentah mentah,
serunya dengan hati bergetar: "Jadi kau yang bernama Ting
Hong?" sementara dalam hatinya ia berpikir kembali:
"Tak heran kalau aku merasa kenal sekali dengan
wajahnya, rupanya dia tak lain adalah gadis yang dilukis
dalam dinding gua salju dibukit ciong san..."
Dalampada itu si nona baju hijau itu telah menyahut: "Yaa
benar, ada apa?"
"Kalau begitu kau adalah putrinya sijelek dari sin ciu?"
Kali ini paras muka Cui hoa siancu Ting Hong berubah
sangat hebat, setengah tercengang dia berseru:
"Eeeh ....darimana kau bisa tahu kalau si Jelek dari sin ciu
adalah ibuku"

1807
Tapi sebelum Han siong Ki memberikan jawabannya, tiba
tiba dari kejauhan muncul tiga sosok bayangan manusia,
dengan kecepatan luar biasa ketiga sosok bayangan itu
meluncur datang...
Han siong Ki menengadah, begitu tahu siapa yang datang,
paras mukanya berubah, kepada Hek pek siang yau segera
katanya:
"Itu dia, orang yang kalian cari cari sudah datang,
hadapilah dia dengan kekuatan kamu berdua. biar anak
muridnya itu aku yang basmi"
Ucapan si anak muda itu memang tak salah, sebab yang
datang tak lain adalah Hun si mo ong dan im yang siang sat.
Sepasang siluman hitam putih tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu lagi, mereka melompat ke muka dengan
gerakan yang lincah lalu menghadang jalan pergi HHun si mo
ong, teriaknya hampir berbareng: "Bajingan tua, serahkan
jiwa anjingmu" Hun si mo ong tertawa seram.
"Heehhh.... heehhh.... heeehhh....bocah busuk, apa yang
kau teriakkan macam setan menjerit?"
Tanpa banyak bicara lagi dia memandang sekeliling
gelanggang, lalu berpaling pula keatas wajah Han siong Ki.
Sementara itu, Cui hoa siancu Ting Hong hanya berdiri
termangu mangu, disatu pihak ia sudah terpikat oleh
kegagahan dan ketampanan Han siong Ki, dilain pihak diapun
merasa agak ragu ragu oleh sikap pemuda itu, benarkah dia
mempunyai hubungan yang intim dengan ibunya?
"Hun si mo ong" kedengaran siluman hitam seng Keh ki
sedang membentak dengan marah, "bersiap siaplah
menghadapi kematianmu, sisa sisa anak murid Thian it bun
khusus datang kemari untuk membuat perhitungan dengan
kau"

1808
Pucat pias wajah Hun si mo ong karena kaget, dengan hati
yang ketakutan ia mundur selangkah lebar ke belakang.
Hek pek siang yau berdiri kaku dengan wajah diliputi rasa
dendam dan benci yang menyala nyala, napsu membunuh
menyelimuti wajahnya dengan tebal, mereka berdua telah
bersiap siaga melakukan penyerbuan kedepan..
Im yang siang sat, sepasang malaikat hawa dingin dan
panas ikut maju kemuka untuk membantu gurunya, tapi Ko
Goan cun atau si nona baju hitam itu sudah bergeser ke kiri
menghadang jalan pergi Yang sat (malaikat hawa panas) Ko
su khi sedangkan Han siong ki menghadang jalan lewat dari
Im sat (malaikat hawa dingin) Mo siu ing.
Suatu pertarungan sengit tak terhindar lagi, semua pihak
sama sama mengerahkan segenap kemampuan yang
dimilikinya untuk bertempur dan saling merobohkan
musuhnya.
Hek pek siang yau bertujuan membalas dendam membalas
sakit hati atas dibasminya partai Thian it bun, perguruan
mereka dimasa lalu, bisa dibayangkan bagaimana nekad dan
gencarnya serangan demi serangan yang mereka lancarkan
dengan penuh rasa dendam itu, untuk sesaat keadaan mereka
masih seimbang.
Hun si mo ong memang terhitung juga seorang tokoh silat
berilmu tinggi, sekalipun dikerubuti dua orang musuh lihay
sekaligus, ternyata posisinya masih mantap dan
perlawanannya cukup gigih.
Keadaan Ko Goan cun melawan Yang sat Ko su khi juga
seimbang, untuk sesaat susah untuk menemukan siapa yang
lebih unggul diantara mereka berdua...
Hanya Im yang Mo siu ing yang kewalahan menghadapi
serangan serangan Han siong Ki yang gencar, hanya cukup
didalam tiga gebrakan saja ia sudah didesak sehingga tak
mampu melancarkan serangan balasan.

1809
Cui hoa siancu Ting Hong yang menganggur di samping
arena, beberapa kali kelihatannya hendak turun tangan, tapi
setiap kali pula dia batalkan niatnya itu...
Mendadak terdengar jeritan ngeri yang mengerikan
berkumandang memecahkan kesunyian, tubuh dari malaikat
hawa dingin Mo siu ing tampak terlempar kebelakang sejauh
satu kaki dengan sempoyongan, rupanya ia sudah kena
terhajar oleh tenaga pukulan si mi sin kang dari Han siong Ki
sehingga muntah darah, keadaannya sedikit tampak payah.
"Malaikat hawa dingin" Han siong Ki berteriak sambil
menggigit bibir menahan geramnya, "masih ingat bukan
dengan apa yang pernah kuucapkan tempo hari? Bila kita
berjumpa muka lagi, maka kau akan kubunuh?"
"Manusia bermuka dingin, jangan harap apa yang kau
inginkan itu bisa terwujut" teriak malaikat hawa dingin Mo siu
ing dengan sinar mata memancarkan rasa benci yang hebat.
Sembari berkata tubuhnya melejit sambil menerkam ke
depan menyerang Han siong Ki, sepasang telapak tangannya
menyapu ke angkasa menciptakan selapis bayangan cakar
yang tebal, dengan hebatnya bayangan cakar itu mengurung
disekitar batok kepala lawan.
Ilmu cengkeram yang dimiliki malaikat hawa dingin Mo siu
ing terhitung ilmu nomor satu dalam dunia persilatan, diapun
terhitung jago nomor wahid dalam ilmu jenis yang sama, bisa
kita bayangkan betapa mengerikannya serangan yang
dilancarkan dengan tekad itu, kontan Han siong Ki terdesak
mundur sejauh tiga langkah lebih.
Dipihak lain pertarungan antara Ko Goan cun melawan
malaikat hawa panas masih berlangsung dengan serunya,
menang kalah untuk sesaat sukar untuk ditentukan.
Pertarungan mati matian antara Hek pek siang yau
melawan HHun si Mo ong juga berlangsung amat seru,

1810
tampaknya untuk sesaat siapa unggul siapa kalah belum dapat
ditentukan.
Hawa napsu membunuh yang berkobar dihati Han siong Kie
makin memuncak. tujuannya memasuki Lian huan tau itu
untuk menuntut balas, tentu saja ia merasa segan untuk
membuang banyak waktu disini, maka sesudah berpikir
sebentar akhirnya ia membentak. ilmu pukulan Mo mo ciang
hoat dilancarkan berbarengan waktunya, jurus jurus mautpun
menggulung keluar susul menyusul.
Kalau juga pukulan pukulan biasa masih mendingan,
ternyata dalam serangan tersebut pemuda itu telah sertakan
juga hawa sakti si mi sinkang yang dahsyat, jangankan baru
malaikat hawa dingin Mo siu ing, sekalipun gurunya Hun si
moong juga tak akan tahan.
Tak ampun lagi, satu pukulan keras bersarang telak
dibadan si malaikat hawa dingin, membuat lawannya segera
mencelat ke belakang.
Oleh jeritan kesakitan dari malaikat bahwa dingin itu,
malaikat hawa panas Ko su khi menjadi amat terkejut,
konsentrasinya otomatis menjadi buyar.
Syarat terutama yang harus diperhatikan kawanan jago
dalam suatu pertarungan adalah konsentrasi yang sempurna,
apalagi dengan kekuatan yang seimbang, seseorang lebih
lebih harus memperhatikan benar benar setiap ancaman
musuhnya.
Karenanya, ketika malaikat hawa panas Kosu khi pecah
perhatiannya, Ko Goan cun segera manfaatkan kesempatan
tersebut dengan sebaik baiknya, ilmu pukulan Hui huan pat
ciang secepat sambaran kilat dilancarkan secara gencar.
"Blaaang" ditengah benturan keras, Malaikat hawa panas
Ko su khi mendengus tertahan sambil muntah darah kental
tubuhnya secara beruntun mundur belasan kaki ke belakang.

1811
Waktu itu pertarungan antara Hek pek siang-yau melawan
Hun si mo ong telah mencapai pada puncaknya, makin
bertarung suasana makin tegang dan mara bahaya semakin
besar mengancam tiba, pertarungan sesengit ini belum pernah
dijumpai dalam dunia persilatan ratusan tahun belakangan ini.
Han siong Ki sendiri sehabis menyarangkan sebuah
pukulannya ditubuh lawan, ia lantas melejit dan memburu ke
hadapan malaikat hawa dingin Mo siu ing, telapak tangannya
diangkat ke udara siap melancarkan sebuah pukulan maut...
Padahal keadaan si malaikat hawa dingin Mo siu ing waktu
itu sudah kepayahan apalagi setelah isi perutnya terluka
parah, menghadapi ancaman yang sudah berada didepan
mata itu ia cuma bisa pejamkan mata sambil menantikan
datangnya saat kematian.
Tiba tiba.... ketika serangan sudah hampir mencapai pada
sasarannya, Han siong Ki menarik kembali serangannya itu,
gelengkan kepala, menghela napas panjang dan putar badan
masuk ke dalam lembah.
Sebagaimana diketahui, Han siong Ki bisa berhasil
menguasahi ilmu si mi sinkang, kesemuanya itu adalah berkat
sarung tangan Hud jiu po pit yang diberikan malaikat hawa
dingin kepadanya, meskipun benda itu dimenangkan olehnya
dalam Suatu pertarungan, tapi kebaikannya itu tak dapat
terhapus dengan begitu saja, maka ia merasa tak tega untuk
melancarkan serangan maut yang bisa mengakibatkan
kematian bagi orang itu.
Baru beberapa langkah Han siong Ki berjalan, ketika secara
mendadak sesosok bayangan manusia menghadang jalan
perginya .
"Manusia bermuka dingin berhenti kau" bentaknya.
Han siong Ki berhenti sambil menengadah, ternyata orang
yang menghadang jalan perginya itu bukan lain adalah cui hoa
siancu Ting Hong.

1812
"oya, hampir saja aku melupakan orang ini" demikianlah
pikirnya "bagaimanapun jua, aku harus mengucapkan si Jelek
dari sin ciu juga bisa terwujud"
Tapi sebelum anak muda itu mengucapkan sesuatu Cui hoa
Ting Hong siancu telah berkata lebih dulu:
"Manusia muka dingin, engkau kenal dengan ibuku?"
"Benar... bukan saja kenal bahkan akupun masih
mempunyai sebuah janji dengan ibumu"
"Masih mempunyai sebuah janji? janji apakah itu? apa kau
bisa memberitahukan padaku?"
"Tentu saja aku telah berjanji kepada ibumu untuk
menemukan kau, kemudian membawa kamu pulang kerumah"
"Aku tidak percaya" teriak Cui hoa siancu Ting Hong
dengan paras muka berubah hebat.
"Engkau tidak percaya dengan apa yang kukatakan
barusan?" pemuda itu menegaskan.
"Tentu saja aku tidak percaya, kenapa harus kupercayai
perkataanmu itu dengan begitu saja?"
"Tahukah engkau? Karena berusaha untuk menemukan
kembali jejakmu, ayahmu sudah lima tahun lamanya
berkelana dalam dunia persilatan, bahkan ibu dan ayahmu
cekcok dan tidak akur lantaran kau..."
"Aaaah, masa iya?"
"Terserah mau percaya atau tidak, pokoknya aku sudah
mengatakan apa yang sebenarnya, dan untuk mewujudkan
janjiku itu, terpaksa aku harus menghantar kau pulang
kerumah ibumu"
"Mengapa kau bisa mempunyai janji dengan ibuku?",
"Karena aku pernah memperoleh sebutir pil si mia Kim wan
dari ibumu maka..."

1813
"Maka engkau melakukan pencarian ini baginya?" Ting
Hong menyela sambil mencibirkan bibirnya.
"Yaa, apa yang nona katakan memang benar"
"Tapi sayang sekali sekarang aku masih belum bisa pulang
kerumah... dan lagi akupun tak ingin pulang"
"Kenapa?"
"Sudah sepuluh tahun lamanya aku disekap dalam rumah
batu di benteng maut, Thian che kau lah yang telah menolong
aku terlepas dari kurungan, maka dewasa ini aku harus
membayar dulu hutang budi ini kepadanya, selain daripada
itu, semua rekan rekan senasib yang pernah disekap dalam
benteng maut mempunyai suatu tujuan yang sama..."
"Apakah tujuan kalian yang semua?" Han siong Ki ingin
tahu dan bertanya agak tercengang.
"Tujuan kami adalah menghancurkan Benteng maut dan
membumi ratakan bangunan itu dengan tanah"
Berdebar jantung Han siong Ki setelah mendengar
perkataan itu, mimpipun ia tak mengira kalau kawanan
gembong iblis yang berhasil terlepas dari benteng maut telah
dipergunakan tenaganya oleh Thian che kaucu demi
keuntungan pribadinya.
Sekarang, Benteng maut dijaga oleh ibunya, sucounya dan
siau susioknya, maka berbicara soal pertahanan rasanya tak
akan sampai menjadi satu masalah yang pelik, cuma dengan
adanya rencana musuh yang bisa gawat, otomatis gerakan itu
akan sangat mempengaruhi rencananya sendiri untuk
melakukan pembalasan dendam.
"Benteng maut selamanya tetap akan jaya, benteng maut
selamanya tetap akan berdiri kokoh dalam dunia persilatan,
jangan harap apa yang kalian rencanakan bisa terwujud"
serunya kemudian dengan suara dingin.

1814
"Huuuh... jangan bermimpi" Ting Hong mendesis dengan
nada penuh penghinaan.
Paras muka Han siong Ki berubah jadi serius, katanya lagi:
"orang she Ting, terus terang kuberitahukan kepadamu,
and ikata aku tidak terikat oleh janjiku sendiri dengan ibumu,
maka sekarang engkaupun tak akan lolos dari suatu kematian"
"Manusia bermuka dingin" Ting Hong berteriak dengan
paras muka berubah hebat, " kau terlampau tekebur, ingin
masuk lebih jauh ke dalam lembah ini, kau harus berusaha
mengalahkan aku lebih dahulu"
Han siong Ki tahu keadaan sudah meruncing, diapun cepat
mengambil keputusan.
"sekarang, masalah membalas dendam jauh lebih penting
dari persoalan lainnya, kenapa tidak kusingkirkan dia lebih
dahulu? sehabis membalas dendam ia baru kutangkap untuk
dikirim kembali ke gua salju dibukit Ciong san..."
Karena berpikir begini, diapun membentak dengan suara
keras: "Ayoh menyingkir kau"
"Tunggu sebentar..." gadis itu kembali berseru dengan
suara lantang.
"Apa yang hendak kau katakan lagi?"
"Kau membutuhkan obat si mia kim wan dari ibuku untuk
apa?"
"Untuk apa ....? Tentu saja untuk menolong jiwa
seseorang" sahut pemuda itu.
"Manusia macam apakah yang hendak kau tolong?"
Han siong Ki sedikit tercengang selain kurang sabar, tapi
sahutnya jugs dengan jujur: "Dia adalah seorang gadis yang
bernama Go siau bi Enmm, sudah cukup jelas?"
"Go siau-bi namanya?"

1815
"Yaa benar, ada apa?"
"Kalau begitu obat tersebut sudah tidak ada gunanya lagi
baginya, obat tersebut bisa kau kembalikan kepada ibuku"
"Kenapa.." Han siong Ki bertanya dengan hati yang amat
terperanjat "Kau kenal dengan gadis itu?"
"Ehmmm, benar"
"sekarang ia berada dimana?"
"Kau ingin tahu?"
"Yaa, aku ingin tahu" suara Han siong Kie lcedengaran
sedikit gemetar karena emosi.
Cui hoa siancu Ting bong termenung dan berpikir lagi
beberapa saat lamanya, kemudian diapun bertanya lagi:
"sebenarnya dia itu apa mu?"
"Dia adalah calon isteriku"
Sekali lagi paras muka Ting Hong berubah hebat, tapi
sebelum dara itu berbicara lagi, Han siong Kie dengan
perasaan tak sabar telah mendesak lebih jauh:
"Harap kau suka beritahu kepadaku, bagaimanakah
keadaannya dewasa ini? Tentunya kau tidak merasa keberatan
bukan?"
"Beritahu kepadamu sih boleh-boleh saja, hanya..."
"Hanya kenapa?"
"Tentu saja ada syaratnya"
Menurut pengakuan si tamu berjenggot indah Huan Kang
menjelang saat kematiannya, Go siau bi telah tewas ditangan
ratu tawon Buyung Thay, tapi sekarang Ting Hong telah
mengucapkan kata-kata semacam itu, tak heran kalau Han
siong Ki merasa kaget bercampur tercengang, untuk sesaat
dia tak tahu bagaimana baiknya.

1816
Tapi akhirnya diapun berkata:
"Apakah syaratmu? Cepatlah katakan keluar"
Ting Hong tidak langsung menjawab, ia tampak termenung
beberapa saat lamanya, kemudian tertawa misterius.
"Kabar tentang gadis she Go itu bisa saja kuberitahukan
kepadamu sekarang juga, sedang soal syaratnya lebih baik
dibicarakan lain kali saja, asal kau ingat saja selalu bahwa kau
masih berhutang sebuah syarat kepadaku itu sudah lebih dari
cukup,"
Han siong Ki sudah tak sabar untuk menunggu lebih jauh,
ia mendesak lebih jauh:
"Baik, akan kuingat selalu syaratmu itu, Nah sekarang
katakanlah jejak gadis itu kepadaku"
"Sekarang Go siau bi berada dalam cengkeraman orang
orang Thian che kau..."
"ooooh... jadi dia belum mati?" Rasa kaget yang dialami
Han siong Ki waktu itu benar benar sukar dilukiskan dengan
kata kata, suaranya sampai kedengaran agak gemetar.
"Yaa, dia belum mati oleh karena itulah seperti telah
kukatakan tadi, obat si mia kim wan sudah tak berguna lagi
baginya"
"Tapi.... tapi... hal ini tak mungkin terjadi, dia.... dia....
mana mungkin belum mati?"
"Apa?Jadi kau sangat berharap agar dia cepat-cepat masuk
keliang kubur...?"
"Bukan begitu maksudku, sewaktu kami berpisah tempo
hari, jiwanya hanya bisa hidup sepuluh hari lagi, itupun berkat
kemanjuran obat ci-goan wan dan sekarang..."
"Waah....kalau soal itu aku kurang begitu tahu, tapi
pokoknya sampai sekarang dia masih hidup dan aku rasa asal

1817
dia masih hidupkan beres? Kenapa musti persoalkan urusan
tetek bengek lainnya?" kata Ting Hong dengan suaranya yang
merdu seperti burung nuri yang lagi berkicau dipagi hari.
Setelah mendengar perkataan itu, Han siong Ki baru sadar
dari lamunannya, sekarang ia baru merasa bahwa Buyung
Thay kena difitnah, bahkan terfitnah secara keji, dia pasti akan
menanggung rasa penasaran yang hebat akibat
perbuatannya...
Diam-diam pemuda itu mulai menyesal, dia tak menyangka
kalau si Tamu-berjenggot-indah Huan Kang begitu kejamnya,
lantaran gagal soal bercinta ternyata dia begitu tega untuk
melaksanakan siasat sekeji dan sebusuk itu.... diam-diam ia
merasa bergidik sendiri, rupanya rasa cemburu bisa
mendatangkan rasa benci yang menyala-nyala, dan Huan
Kang merupakan satu bukti yang paling jelas.
Helaan napas panjang berkumandang memecahkan
kesunyian, Buyung Thay pernah menolong jiwanya sampai
di»a kali, tapi sekarang, karena Kecerobohannya ia telah
bentrok dengan perempuan itu, malahan nyaris jiwanya akan
dicabut olehnya, berbicara sesungguhnya, peristiwa itu cukup
mendatangkan pukulan batin yang tak terkirakan besarnya
untuk perempuan itu.
"Aaai..........aku telah bersalah padanya, aku telah bersikap
terlampau kasar kepadanya...." tanpa disadari pemuda itu
bergumam sendiri dengan suara yang lirih.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 48
"EEEH...... kau telah berbuat salah kepada siapa?" Cui hoa
siancu Ting Hong bertanya dengan wajah tertegun.

1818
"Aku rasa aku tidak mempunyai keharusan untuk
menjawab pertanyaanmu itu" tukas pemuda itu ketus.
Sehabis berkata, dia lantas menggerakkan tubuhnya siap
berlalu dari sana....
"Eeeh....tunggu sebentar manusia muka dingin" teriak Ting
Hong lagi sambil mengayunkan telapak tangannya, "nonamu
masih bertugas disini, maka sebagai musuh kita harus beradu
kepandaian lebih dulu sebelum berlalu dari sini"
"Bagus, kalau begitu sambutlah seranganku ini" Diiringi
bentakan keras yang memekikkan telinga, secara beruntun
Han siong Ki melancarkan tiga buah serangan berantai.
Tenaga pukulan yang maha dahsyat bagaikan gulungan
ombak ditengah samudra seperti gelombang dahsyat yang
menghanyut-kan melanda keluar susul menyusul, oleh
tekanan yang maha dahsyat itu, Ting Hong terdesak sampai
mundur delapan langkah ke belakang.
Begitu gadis itu terdesak mundur, maka terbukalah sebuah
jalan lewat bagi pemuda itu, Han siong Ki tidak menyia
nyiakan kesempatan baik itu, dengan gerakan tubuh seperti
sukma gentayangan tahu tahu dia sudah menyelinap masuk
kedalam lembah.
Menyaksikan anak muka itu menyusup ke dalam lembah,
sekulum senyuman aneh yang sukar dilukiskan apa artinya
tersungging diujung bibir nona itu, kemudian sambil
membentak keras dia segera melakukan pengejaran dari
belakang.
Sementara itu, empat orang kakek telah munculkan diri dari
balik lembah dan menghadang jalan pergi anak muda itu.
Sejak kehadirannya di lembah Lian huan tau, napsu
membunuh yang berkobar didada Han siong Ki sudah tak
terkendalikan lagi, apalagi mengingat dendam kesumatnya
yang luar biasa, maka begitu jalan perginya dihadang oleh

1819
empat orang kakek kekar tanpa mengucapkan sepatah
katapun dia lantas menerjang kedepan dan langsung
menumbuk musuh musuhnya.
Ditengah desingan suara suitan yang memekikkan telinga,
ilmu jari Tong Kim ci telah dilancarkan secara beruntun
Bentakan demi bentakan nyaring menggelegar memenuhi
angkasa, ke empat orang kakek itu masing masing
melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke depan, kekuatannya
ibarat gulungan ombak dahsyat yang menghantam tepian
pantai, hebat sekali kekuatannya.
Jerit kesakitan tiba tiba berkumandang memecahkan
kesunyian, percikan darah berhamburan kemana mana. salah
seorang diantara empat penyerang itu tahu-tahu sudah
termakan tusukan jari tangan yang maha dahsyat itu hingga
dadanya berlubang hingga tembus kepunggung, dengan
cucuran darah yang amat deras badannya tersungkur ketanah
untuk tidak bangun selama lamanya.
Han siong Ki sendiri, walaupun serangannya berhasil
mematikan salah seorang musuhnya, tapi oleh desakan
tenaga pukulan yang maha dahsyat dari lawan-lawannya itu,
dia kena dipaksa untuk melayang turun kembali keatas
permukaan tanah.
Hanya selisih waktu beberapa detik saja, deruan ujung baju
tersampok angin kembali berkumandang memecahkan
kesunyian, beberapa sosok bayangan manusia dengan
kecepatan luar biasa melayang masuk kedalam lembah dan
serentak mengurung Han siong Ki ditengah gelanggang.
Tiba tiba dari luar lembah secara lapat-lapat terdengar pula
jerit kesakitan yang mengerikan.
Han siong Ki tahu, itulah jeritan dari Hun si mo ong atau
dengan perkataan lain Hok pek siang yau telah berhasil
mewujudkan cita citanya untuk membuat perhitungan atas
kematian saudara dalam perguruannya .

1820
Waktu itu Cui hoa sian cu Ting Hong telah mengejar tiba
pula ditepi arena, dia berdiri bersama-sama dengan kawanan
jago dari perkumpulan Thian che kau lainnya.
Apa yang diduga Han siong Ki ternyata memang benar,
Hun si mo ong telah tewas ditangan Hek pek siang yau
berdua.
Begitu musuh besar perguruannya berhasil dibunuh dan
dendam kesumat yang tertanam dihati mereka selama banyak
tahun berhasil dituntut balas, sepasang siluman hitam putih
itu berlutut ditanah menghadap ke selatan, lalu dengan
suaranya yang lirih mereka berdoa:
"oooh.... suhu, arwahmu dialam baka tentunya dapat
menyaksikan apa yang baru terjadi disini, tecu telah berhasil
membunuh musuh besar kita yang terakhir..."
Selesai berdoa mereka lantas bangkit berdiri, sekarang
sinar mata mereka yang bengis dialihkan keatas wajah Im
yang siang sat (sepasang malaikat hawa panas dan dingin)
yang sedang memeluk jenasah gurunya sambil menangis
tersedu sedu.
Tapi sebelum kedua orang siluman itu melancarkan
serangannya yang mematikan, sinona baju hitam Ko Goan cun
sudah maju kemuka sambil katanya kepada kedua orang itu:
"Lepaskanlah muridnya, kasihan ke dua orang itu"
Ko Goan cun sebagaimana diketahui adalah kakak
seperguruan dari Han siong Ki, maka bagaimanapun juga
sepasang siluman hitam putih menaruh tiga bagian rasa
hormat dan segan kepadanya.
Karenanya, ketika mendengar perkataan itu siluman putih
Hong Ing ing lantas bertanya dengan suara keheranan: "
Kenapa?"
"seandainya sepasang siluman itu pantas diberi kematian,
semenjak tadi ciangbunjin kalian sudah turun tangan terhadap

1821
mereka, tapi buktinya ia tidak berniat untuk melakukannya,
bukankah itu berarti bahwa ciangbunjin kalian tidak berniat
dengan jiwa mereka berdua?"
Padahal seperti telah diketahui Han siong Ki melepaskan
malaikat hawa dingin, hal itu disebabkan karena ada
hubungannya dengan sarung tangan Hud jiu popit.
Walau demikian, siluman putih Hong ing ing mengangguk
juga selesai mendengar perkataan itu, diapun mundur dua
langkah kebelakang.
Im yang siang sat yang terluka parah pelan pelan bangkit
berdiri, dengan bersusah payah dan menggunakan segenap
kemampuan yang dimilikinya mereka berusaha untuk bangkit
dan menggotong jenasah guru mereka Hun si mo ong....
"Tunggu sebentar" tiba tiba serentetan suara bentakan
menggelegar diangkasa, menyusul bentakan nyaring itu,
sesosok bayangan putih dengan kecepatan luar biasa
melayang masuk kedalam arena. orang itu tak lain adalah
Buyung Thay.
Dengan tatapan mata yang sangat tajam Buyung Thay
memandang sekejap wajah Malaikat hawa dingin dan panas,
kemudian ucapnya dengan suara yang lirih: "Serahkan
jenasah itu kepadaku"
Tindakan dari Buyung Thay ini sangat mengejutkan dan
mencengangkan hati semua orang yang hadir disekitar arena,
betapa tidak?
Setelah berlalu dari tempat itu ternyata ia muncul secara
tiba-tiba dan tujuannya tak lain adalah untuk mengambil
jenasah dari Hun si mo-ong, siapa yang tak heran dengan
kejadian ini?
"Mengapa jenasah guruku harus kuserahkan kepadamu?"
kata malaikat hawa panas Ko su khi sambil menggigit bibir.

1822
"sebab itulah keinginan gurumu selama masih hidupnya,
dan aku hanya ingin mewujudkan apa yang dikehendaki
gurumu"
-ooo0dw0ooo-
BAB 98
"KEINGINAN guru kami semasa hidupnya?" sepasang
malaikan hawa dingin dan panas bertanya keheranan.
"Yaa benar, semasa dia masih hidup pernah berpesan
kepadaku, agar jenasahnya bila ia telah mati nanti bisa
dikubur menjadi satu dengan kerangka mendiang guruku"
"oooh .... jadi kalau begitu mendiang gurumu adalah Toh
hun sian ci si dewi cantik pencabut nyawa?" .
"Yaa betul"
"Apakah jenasah guru kami akan kau bawa pergi sekarang
juga." kedua orang malaikat itu bertanya lagi agak ragu.
"sekarang aku masih ada urusan yang harus diselesaikan
lebih dahulu, lebih baik kalian berdua saja yang memboyong
jenasah guru kalian itu menuju bukit Pek in hong dibukit Ciong
san, tunggu aku disana. selesai urusan pribadiku, aku akan
segera menyusul kesana"
Malaikat hawa panas Ko su-khi dan malaikat hawa dingin
Mo siu ing mengangguk lirih, tanpa berbicara lagi
berangkatlah mereka meninggalkan tempat itu.
Belum jauh dua orang itu berlalu, dari balik lembah kembali
bermunculan puluhan sosok bayangan manusia, dengan
kecepatan yang luar biasa mereka menerjang kedepan dan
menyebarkan diri membentuk posisi mengepung.
Sepasang siluman hitam dan putih saling berpandangan
sekejap. cepat mereka menyongsong kedatangan orang orang

1823
itu, sebagaimana telah diketahui, kedua orang itu mendapat
perintah dari Han siong Ki untuk mempertahankan mulut
lembah dan tidak membiarkan seorang manusiapun orang
hendak kabur, lolos dalam arena..
Jerit-jeritan kesakitan berkumandang silih berganti,
terjangan terjangan yang dilakukan kedua orang siluman itu
sebera mendatangkan hasil yang mengenaskan.
Sementara pertarungan berkobar dengan dahsyatnya tiba
tiba Ko Goan cun menghampiri Buyung Thay yang masih
berdiri disana, lalu katanya dengan lirih:
"Enci Buyung, siau moay atas nama suteku mohon maaf
yang sebesar besarnya kepadamu"
"Minta maaf? Dalam soal apa dia minta maaf kepadaku?"
tanya perempuan cantik itu.
"Go siau bi sudah ada kabar beritanya, ternyata nona itu
belum mati, ia masih hidup didunia ini"
"ooooh .....jadi Go siau bi sudah ada kabar beritanya dan ia
masih hidup?"
"Yaa benar, dan cui hoa siansu Ting Honglah yang
mengungkapkan kejadian ini kepada adik seperguruanku,
katanya Go siau bi berada dalam cengkeraman orang orang
Thian che kau"
Sehabis mendengar perkataan itu, Buyung Thay tertawa
penuh kepedihan.
"Ia tak akan menyalahkan dia sebab tertawannya Go siau
bi oleh musuh masih berada dalam tanggung jawabku"
"Aku tak menyangka kalau perbuatan dari orang orang
Thian che kau begitu rendah, hina dan tak tahu malunya..."
kata Ko Goan cun sambil menahan geramnya.
Buyung Thay tidak berucap sesuatu, mendadak seperti lagi
diburu urusan penting, serunya agak terburu buru:

1824
"Maaf, aku harus pergi sekarang, selamat tinggal"
Sekali menjejakan kakinya ke tanah, ia lantas kabur dari
tempat itu dengan gerakan cepat.
Dalam pada itu, sepasang siluman hitam putih sudah
melancarkan pukulan pukulan yang mematikan untuk
menumpas musuh musuhnya, dalam waktu singkat kawanan
jago lihay dari Thian che-kau itu sudah diobrak abrik sampai
tercerai berai, jerit kesakitan yang memilukan hati
berkumandang saling menyusul membuat siapapUn yang
mendengar merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Bagaimana dengan Han siong Ki? Kiranya ia sudah
dihadang oleh belasan orang jago lihay dilorong lembah
tersebut.
Masih mendingan kalau kawanan jago yang melakukan
pengepungan cuma kawanan jago biasa, kali ini Han siong Ki
dikurung oleh jago jago lihay yang sebagian besar adalah para
bekas tawanan yang berhasil melepaskan diri dari sekapan
benteng maut, rasanya bisa kita bayangkan sendiri betapa
hebatnya ilmu silat yang mereka miliki.
Tujuan Han siong Ki menyatroni lembah Lian huan tau
memang untuk mencuci lembah tersebut dengan darah, iapun
segan untuk banyak bicara, begitu saling bertemu, serangan
serangan mautpun lantas dilancarkan.
Tampak pemuda itu sedang mendengus dingin, hawa
murninya dihimpun menjadi satu dalam tubuhnya, kemudian
"Weeeesss" dia bacok tiga orang kakek yang muncul dari
hadapannya.
Bersamaan waktunya ketika Han siong Ki melancarkan
bacokan kedepan diantara kawanan jago lihay yang
mengepung dari belakang, tiba tiba menyambar datang dua
bilah pedang tajam yang menusuk kepunggungnya dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat.

1825
Padahal waktu itu Han siong Ki sedang melancarkan
serangan dengan tenaga penuh, merasakan tibanya hawa
pedang yang mengurung sekujur tubuhnya, sadarlah pemuda
kita bahwa sipenyerang itu berilmu tinggi, sebab ia dapat
merasakannya dari hawa pedang yang se akan akan menyayat
tubuhnya.
Dalam keadaan demikian, untuk berpaling sambil
menangkis jelas sudah tak sempat lagi, dalam kaget dan
marahnya, serangannya diperketat berbareng itu juga
badannya menerkam maju kedepan.
Si mi sinkang memang betul betul merupakan suatu ilmu
pukulan yang maha dahsyat, ternyata tak seorangpun yang
sanggup untuk menghadapi serangan tersebut.
Tiga jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang
memecahkan kesunyian, tiga orang kakek itu terhajar telak
sehingga tubuhnya mencelat sejauh dua kaki lebih dari
posisinya semula.
Han siong Ki sendiri langsung melayang turun di posisi
dimana ketiga orang kakek itu semula berdiri, ia putar badan
secepat kilat, sementara dua bilah pedang yang menyergap
tiba itu seperti bayangan yang menempel dibadan mengejar
terus dengan ketatnya, dalam keadaan begini cepat cepat
sebuah pukulan dilancarkan..
Hawa serangan yang kuat seperti gulungan ombak
disamudra menyapu kedepan, ketika membentur dua bilah
pedang tersebut seketika menimbulkan suara dentingan
nyaring...
Dua orang laki laki setengah baya yang melancarkan
sergapan itu merasakan tangannya bergetar keras, hampir
saja cekalan pada gagang pedang itu terlepas, secara
beruntun dia mundur beberapa langkah dengan
sempoyongan, wajahnya menunjukkan rasa kaget dan
ketakutan.

1826
Sementara dua orang laki laki bersenjatakan pedang itu
masih berdiri tertegun dengan hati yang berdebar keras, Han
siong Ki telah manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik
baiknya, ia menerkam ke muka seperti harimau terluka.
Hebat sekali tubrukannya itu, kecepatan gerak tubuhnya
boleh diibaratkan sukma gentayangan yang melintas lewat.
Jerit kaget menggema memecahkan kesunyian, sebelum
mengetahui apa yang terjadi, dua orang laki-laki setengah
baya itu sudah kena tertotok jalan darah matinya, tanpa
mendengus lagi mereka terkapar ditanah dan tewas seketika
itu juga, sedang kedua belah pedang mereka tahu-tahu sudah
berpindah tangan.
Belum pernah terjadi dalam dunia persilatan dewasa ini
bahwa ada orang bisa melancarkan serangan dengan cara
sehebat itu, kontan saja semua jago silat yang hadir disana
pada tertegun dengan perasaan takut bercampur ngeri.
Han siong Ki menatap ke tujuh pria dan satu wanita yang
berada dihadapannya dengan pandangan yang tajam dan
menggidikkan, lalu sepasang pedang yang berhasil dirampas
dari musuhnya itu tiba-tiba dilontarkan kemuka hampir
bersamaan waktunya.
Dahsyat sekali tenaga sambitan itu, bukan saja
kekuatannya luar biasa, kecepatannya juga mengerikan.
Dua jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera
berkumandang memecahkan kesunyian, dua orang
diantaranya tujuh laki-laki seorang perempuan itu kena
ditembusi ulu hatinya oleh sambitan pedang itu, tubuh mereka
segara terjungkal ke tanah dengan darah bercucuran, saking
kerasnya tenaga sambitan itu, bukan saja pedang pedang itu
sudah tembus keluar dari punggung mereka, bahkan pedang
tersebut masih mempunyai kekuatan untuk meluncur kedepan
menancap diatas dinding karang dan tembus hingga tinggal
gaggng pedangnya belaka.

1827
Lima orang jago lainnya jadi keder dan melarikan diri
terbirit-birit keluar lembah, mereka ngeri sekali menghadapi
musuhnya yang teramat lihay itu.
Selama yang lain ribut-ribut, cuma Ting Hong seorang yang
tetap berdiam diri, ia tidak mencoba untuk kabur juga tidak
melakukan perlawanan seakan akan kejadian yang baru
berlangsung dihadapan matanya sama sekali tidak
berhubungan dengan dirinya.
Han siong Ki melirik sekejap kearahnya, pemuda itupun
tidak berbicara apa apa, dia putar badan dan melanjutkan
perjalanannya menuju kelembah Lian huantau.
Tiba-tiba dari arah belakang berkumandang suara jeritan
ngeri yang susul menyusul, jelas lima orang jago lihay yang
kabur keluar lembah itu sudah kena dibunuh orang.
Tanpa berpalingpun Han siong Ki tahu siapa yang
melakukan perbuatan itu, ia perkencang larinya menuju
kedepan.
Hanya ada satu tujuan baginya pada saat ini, yakni
menemukan Thian che kaucu Yu Pia lam, serta melakukan
pembalasan dendam atas sakit hatinya selama ini.
Sepanjang perjalanan menembusi lembah itu, ia tidak
temukan hadangan, malah sesosok bayangan manusiapun
tidak nampak lagi.
Selang sesaat kemudian, sampailah pemuda itu didepan
serentetan bangunan megah yang berpotongan seperti istana.
Kalau ditinjau dari betapa megah dan kokohnya bangunan
istana tersebut, dapat diduga bahwa tempat itu kemungkinan
besar adalah letak markas besar dari perkumpulan Thian che
kau.
Tapi ada satu hal yang kelihatan janggal dan aneh sekali,
ternyata suasana disekeliling bangunan istana itu sunyi senyap
tak nampak sesosok bayangan manusiapunTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1828
Ditengah kesunyian yang mencekam seluruh angkasa,
terasalah betapa seram dan ngerinya keadaan disitu..
Markas besar perkumpulan Thian che kau yang tersohor
ternyata berada dalam keadaan kosong tanpa penghuni,
peristiwa ini benar benar merupakan suatu kejadian yang
aneh dan tak masuk diakal.
Dengan perasaan sangsi Han siong Ki memandang sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian sekali menjejak kakinya diatas
permukaan tanah, dia melayang masuk keatas pelataran
diujung undak undakkan batu didepan pintu gerbang itu
Sementara sianak muda itu masih celingukan kesana
kemari .... mendadak terdengar seseorang berseru dengan
suara lantang: "Manusia bermuka dingin telah tiba"
Menyusul seruan itu, pintu gerbang berwarna merah yang
penuh dengan ukiran indah itu pelan-pelan bergeser
kesamping dan terpentang lebar-lebar...
Dengan terbukanya pintu gerbang tersebut Han siong Ki
dapat menyaksikan pula semua pemandangan yang
terbentang didepan matanya, apa yang kemudian terlihat
membuat darah panas ditubuh anak muda itu mendidih,
matanya jadi melotot besar dan kegusarannya memuncak.
Yu Pia lam ketua dari perkumpulan Thian che kau itu duduk
dengan agungnya dikursi kebesaran, dibelakang tubuhnya
berdirilah empat orang laki-laki dan empat orang perempuan,
kedua belah sisi kursi kebesaran itu berderet pula kursi kursi
yang ditempati kurang lebih tiga puluh orang jagoan lihay.
Yu Pia lam masih duduk dikursi utamanya dengan kain
kerudung hijau menutupi wajahnya, hanya sepasang matanya
yang tajam nampak dari luar, itupun memancarkan cahaya
hijau yang menggidikan hati.
"Yu Pia lam Bajingan keparat, bangsat terkutuk.
menggelinding keluar kau dari situ" teriak Han siong Ki dengan

1829
wajah merah padam dan mata melotot besar. suasana dalam
ruangan itu tetap bening dan sepi, tiada jawaban yang
kedengaran.
Suasana dalam ruangan itu tetap hening dan sepi, tiada
jawaban yang kedengaran.
Habislah kesabaran Han siong Ki, dia melayang masuk
kedalam ruangan, lalu sambil menuding kearah Thian che
kaucu itu teriaknya dengan penuh rasa geram: "Yu Pia lam
tahukah engkau siapakah aku ini?"
"Heeehhh..... heeebhh.... heeehhh... putra-nya Han Si wi,
bukankah begitu " sahut Thian che kaucu dengan seram.
Menyinggung nama ayahnya, kemarahan dan rasa dendam
yang berkecamuk didalam dada Han siong Ki makin menjadi,
kembali dia berteriak dengan penuh kebencian:
"Yu Pia lam, ini hari aku akan membuat darahmu setetes
demi setetes mengalir keluar sampai habis, kemudian
tubuhmu akan kucincang menjadi berkeping keping dan
menghancurkannya hingga musnah"
"Woouw, besar amat bacotmu itu Bocah keparat, jangan
sok bicara besar, pikir dulu dengan otakmu, sanggupkah
engkau melakukan kesemuanya itu."
"Hmmm... jika tak percaya, kenapa tidak mencobanya
sendiri?"
"Manusia bermuka dingin Simpan dulu semua sikap
tekeburmu itu, sebelum kematianmu menjelang tiba, teriebih
dahulu akan kupersilahkan engkau untuk berjumpa dengan
seseorang"
Dia lantas bertepuk tangan, dari sudut ruangan sebelah
kanan segera terbuka sebuah pintu rahasia, dari balik pintu
rahasia itu tampaklah seorang perempuan duduk terikat diatas
sebuah kursi, gadis itu sedang menatap kearah depan dengan
padangan kaku.

1830
"Adik Bi" Han siong Ki segera berteriak dengan penuh
perasaan emosi.
Yaa, gadis yang terikat diatas kursi itu tak lain adalah Go
siau bi yang telah lenyap selama banyak waktu belakangan ini.
Tanpa banyak berbicara lagi, dengan suatu gerakan
secepat kilat Han siong Ki menerjang maju kedepan, jari
tangannya segera bergerak cepat mematahkan semua tali
yang membelenggu tubuh gadis itu serunya lagi dengan
penuh rasa emosi: "Adik Bi, kau tentunya sangat menderita
bukan?"
Tapi sebelum kata kata itu selesai diucapkan, tiba tiba
dengan suatu gerakan yang cepat dan tepat Go siau bi
melancarkan sebuah serangan kilat ke atas jalan darahnya.
Mimpipun Han siong Ki tak menyangka kalau Go siau bi
secara tiba tiba melancarkan sebuah totokan kilat keatas
tubuhnya, ingatan kedua belum sempat melintas lewat,
beberapa buah jalan darahnya sudah tertotok, dan tak ampun
tubuhnya segera roboh terjengkang ke atas tanah.
Dua orang laki laki bertubuh kekar segera munculkan diri,
satu dari kiri yang lain dari kanan segera meringkus tubuhnya
menelikung badannya sehingga ia betul betul tak dapat
berkutik lagi.
Setelah anak muda itu dapat diringkus, Go siau bi menyeka
raut wajahnya, samaran orang itu segera terhapus sehingga
tampaklah wajah aslinya, ternyata dia tak lain adalah seorang
perempuan muda yang genit dan berparas jalang.
Pihak lawan ternyata menggunakan seorang perempuan
muda yang menyamar sebagai Go siau bi untuk memancing
Han siong Ki masuk perangkap. peristiwa ini boleh dibilang
merupakan suatu kejadian yang sama sekali tak terduga
sebelumnya.

1831
Kini si anak mula itu sudah tak dapat berkutik lagi,
nasibnya telah jatuh ditangan lawan, sekalipun Han siong Ki
merasa teramat gusar sehingga matanya melotot besar dan
mukanya berubah jadi merah membara, tapi apa gunanya?
sekalipun dia marah marah juga tak mungkin bisa merubah
kenyataan yang telah terbentang didepan mata.
Dua orang laki laki kekar itu dengan mencengkeram tubuh
Han siong Ki segera menggusurnya ke ruang tengah.
Thian che kaucu Yu Pia lam segera bangkit berdiri, kepada
anak buahnya yang duduk disekelilingnya ia berkata:
"Pun kaucu hendak membicarakan soal persengketaan
pribadi dengan sahabat she Han ini, harap kalian semua suka
mengundurkan diri untuk sementara waktu"
Para jago yang duduk dikedua belah sisinya itu sama sama
bangkit berdiri dan siap mengundurkan diri dari situ.
"Lapor kaucu" tiba tita seseorarg berkata "hamba ada
beberapa patah kata ingin diucapkan keluar lebih dahulu"
Orang yang barusan berbicara itu adalah salah seorang dari
ketiga orang Tongcu yang hadir di sana,Tok kun si Dewa
racun Yu hua.
"Yu tongcu, apa yang hendak kau sampaikan? Katakan saja
berterus terang " Yu Pia lam menanggapi.
"Tentunya kaucu tidak akan menghancurkan dirinya
bukan?"
"Maksudmu?"
"Menurut pendapat hamba yang bodoh, sepantasnya kalau
kaucu pertimbangkan pula kedudukannya dewasa ini
Kemungkinan besar hal ini akan mendatangkan keuntungan
besar bagi rencana kaucu sendiri"
"Ehmm.. akan kupertimbangkan baik baik usulmu itu, asal
memang demikian, tentu saja bisa kuputuskan nanti"

1832
"selain daripada itu" ujar Yu Hua lagi dengan perlahan,
"lebih baik kaucu pertahankan pula seluruh kepandaian silat
yang dimilikinya itu, tentunya kaucu tak keberatan bukan?"
"Mempertahankan kepandaian silatnya..." tiba-tiba sekujur
badan Thian che kaucu bergetar keras.
"Yaa benar, pertahankan segenap kepandaian silatnya yang
dimilikinya Atau mungkin kaucu keberatan?"
"Yu Tongcu" ujar Thian che kaucu Yu Pia lam dengan
wajah bersungguh sungguh, "sudah kau bayangkan
bagaimana akibatnya andaikata dia sampai terlepas dari
tangan kita?"
"sudah hamba pikirkan persoalan ini matang matang, dani
hamba cukup mengetahui akibatnya"
"Mungkinkah itu?"
"sudah hamba pikirkan, Asal orang ini bisa kita gunakan
tenaganya untuk berpihak kepada kita, maka kedudukan
tertinggi bagi umat persilatan yang kita idam idamkan selama
ini dengan gampangnya bisa kita raih dan kita miliki untuk
selamanya"
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh apakah Yu Tongcu tidak
merasa bahwa jalan pikiranmu itu terlampau kekanak
kanakan?" tiba tiba Yu Pia- lam tertawa tergelak dengan
kerasnya, "bagaimanapunjuga dia toh masih merupakan
seorang ciangbunjin dari perguruan Thian lam, lagipula antara
dia dengan aku...."
Berbicara sampai disini, tiba tiba ia tutup mulutnya dan
membungkam, tentu saja ia tak dapat mengumumkan soal
sengketa berdarahnya dengan Han siong Ki sehingga semua
orang persilatan mengetahui rahasia ini dan sama sama
mengutuknya. sementara itu, si dewa racun Yu Hua kembali
telah berkata dengan suara perlahan:

1833
"Kaucu, hamba berharap bila kau sudah selesai
memeriksanya, maka kaucu bersedia untuk serahkan orang itu
kepada hamba, biar hambalah yang menaklukan dirinya"
"Apakah Yu Tongcu mempunyai kemampuan untuk
menaklukkan dirinya?" Yu Pia lam masih agak ragu.
"Kaucu Tampaknya engkau telah melupakan kemahiran
yang paling hamba andalkan"
Seakan akan baru saja menyadari akan sesuatu, tiba tiba
Thian che kaucu menengadah dan tertawa terbahak bahak.
"Haaaahhh.... haaahh... haaahhh... bagus, bagus kecuali Yu
tongcu yang boleh tetap tinggal disini, harap saudara saudara
yang lain mengundurkan diri untuk sementara waktu"
Baru saja ucapan tersebut selesai diucapkan tiba tiba dari
depan pintu muncul seorang laki laki berbaju ringkas yang
masuk dengan langkah tergesa gesa, sesampainya dihadapan
Yu Pia lam, orang itu berlutut dan berkata nyaring: "Tecu ada
berita yang hendak dilaporkan"
"Cepat katakan."
"Diluar lembah Lian huan tau telah kedatangan musuh
sebanyak lima ratus orang lebih, kekuatan itu terdiri dari jago
jago pelbagai partai dan perkumpulan, mereka dipimpin oleh
pengemis dari selatan, tiang lo perkumpulan pengemis"
Walaupun jalan darah Han siong Ki masih tertotok pada
waktu itu, namun kesadarannva tidak hilang, setiap patah kata
tersebut dapat ia dengar dengan amat nyata.
Ketika Dewa racun Yu Hua mengucapkan kata-katanya tadi,
ia merasa hatinya ngeri bercampur seram, ia cukup
mengetahui keahlian si makhluk racun tua itu dalam
menggunakan bahan bahan beracunnya, sebagai seorang
yang cerdik diapun dapat menarik kesimpulan dari makna
ucapan yang diutarakannya tadi, rupanya ia hendak
menggunakan pengaruh obat racun tertentu untuk

1834
menghilangkan daya akal dan kesadarannya, lalu setelah ia
kehilangan kesadaran dan pikirannya, maka tenaganya akan
dipergunakan pihak Thian che kau untuk mewujudkan citacitanya.
Seandainya hal itu sampai terjadi, keadaan tersebut boleh
dibilang betul-betul mengerikan-
Dan sekarang pengemis dari selatan telah menghimpun
semua kekuatan dari perkumpulan dan partai partai persilatan
yang pernah merasakan kekejaman Thian che-kau untuk
melakukan pertarungan berdarah dengan Thian che kau,
padahal ia sendiri sedang berada ditangan musuh, diam diam
iapun merasa seram atas akibat yang mungkin akan dialami
engkoh tuanya...
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya,
terdengar Thian che kaucu menengadah dan tertawa latah.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... lengan belalang ingin
menahan putaran roda pedati.... Huuh betul betul sekawanan
manusia yang tak tahu diri, saudara saudara sekalian Ayohlah
masing masing menempatkan diri pada posisinya masing
masing, tumpas semua bangsat yang berani bikin gara gara di
lembah Lian huan tau itu dan menguburnya semua disini"
"Terima perintah" suara sahutan yang keras dan gemuruh
bagaikan guntur yang menggelegar diangkasa berkumandang
dalam ruangan itu, serentak kawanan jago itu bangkit dan
mengundurkan diri dari ruangan tersebut untuk melakukan
penghadangan-
Sekarang, didalam ruangan tinggal Thian che kaucu beserta
ke delapan orang pelayan laki perempuannya, si Dewa racun
Yu Hua, perempuan jalang yang menyaru sebagai Go siau bi,
Han siong Ki serta dua orang laki-laki kekar yang meng
cengkeram tubuhnya.
Gagal melakukan pembalasan dendam, sekarang malahan
terjatuh ketangan musuh, saking gelisah dan tidak tenangnya

1835
Han siong Ki muntah muntah darah segar dengan mata
melotot dan wajah merah padam karena menahan garamnya
ia berteriak:
"Yu Pia lam, sekalipun semasa hidup aku tak dapat
melahap dagingmu, setelah mati aku pasti akan merengut
nyawa anjingmu"
"Haaaahhh... haaahhhh... haaahh... Han-siong Ki, segala
sesuatunya telah terlambat, apa gunanya kau berteriak teriak
macam anjing budukan yang lagi menyalak?" Berbicara
sampai disitu dia lantas berpaling, kemudian serunya dengan
lantang: "Bawa orang itu kemari"
Nyonya muda yang berwajah jalang itu mengiakan dan
masuk kedalam pintu rahasia tersebut, tak selang beberapa
saat kemudian dia telah muncul dengan membawa seorang
gadis yang berpakaian tak karuan, berambut kacau dan
bermata pudar.
Gadis itu tak lain adalah Go siau bi yang dicemaskan dan
dikuatirkan keselamatan jiwanya selama ini.
Seketika itujuga Han siong Ki merasakan hatinya bagaikan
disayat sayat dengan golok. hampir saja dia jatuh tak
sadarkan diri
Sementara itu, ketua perkumpulan Thian che- kau Yu Pia
lam kembali memperdengarkan suara gelak tertawa seramnya
yang memekikkan telinga, suara itu nyaring seperti auman
serigala kelaparan, sungguh bikin hati orang jadi mengkirik.
Setelah puas tertawa seram, dia baru berkata dengan nada
yang menggidikkan hati:
"Han siong Ki... Mumpung pikiran dan kesadaranmu masih
utuh dan segar bugar, maka kaucumu ingin berterus terang
kepadamu, ketahuilah tidak lama kemudian Yu Tongcu akan
memberi sebutir obat yang dibuat secara khusus untukmu,
dan sejak itulah engkau dan gadis she Go itu anak buah

1836
perkumpulan kami yang paling setia dan paling bisa
diandalkan, kalian berdua masih tetap dapat bersatu sebagai
suami istri, tapi kekuatan tenaga dalam yang kalian miliki akan
membuat perkumpulan kami ibaratnya harimau tumbuh
sayap. sejak kini dunia persilatan akan berada ditanganku, dan
kekuatan kami tak akan terkalahkan untuk selamanya..."
Setelah jalan darahnya kena ditotok, Han siong Ki sama
sekali tak mampu untuk menghimpun kembali segenap tenaga
dalamnya, meski begitu telinganya dapat mendengar dan
mulutnya dapat berbicara.
Betapa geram dan marahnya dia sehabis mendengar
perkataan itu, giginya sampai bergemrerutukan menahan rasa
bencinya yang meluap luap.
"Yu Pia lam" dia berteriak dengan suara yang keras dan
nyaring, "tutup mulut anjingmu Kalau aku tak sampai mati..."
"Haaahhh.... haaahhh.... haaaahhh... jangan khawatir, kau
tak bakat mati Kaucumutak nanti sampai merenggut
nyawamu... dengarkan baik-baik oleh karena hubunganmu
yang sangat erat dengan perkumpulan Thian lam, tak lama
lagi perguruan tersebut akan masuk kedalam organisasi
perkumpulan kami, dan engkau akan menjadi pembantu yang
paling setia untuk menumpas setiap orang yang berani
memusuhi diriku, selain daripada itu, kau pun akan membantu
untuk meratakan benteng maut dengan tanah, membunuh
sucoumu, susiokmu dan haaahhhh... haaahhh..."
Semakin berbicara ia merasa semakin bangga sehingga
akhirnya gelak tertawa yang dia perdengarkan itu penuh
dengan perasaan latah, bangga gembira dan kejam.
Yaa, pada hakekatnya peristiwa semacam itu memang
terlampau menakutkan, setelah kehilangan pikiran dan
kesadarannya maka pemuda itu akan berubah menjadi sebuah
boneka tak bernyawa belaka, setiap perintah dan kata kata
orang akan dituruti dengan begitu saja, bukan saja dapat

1837
melakukan semua perbuatan yang tak diinginkannya, bahkan
diapun tak akan mengenali kembali mana sanak mana
keluarga...
"Yu Pia lam kau lebih busuk dari seekor binatang, kau tidak
berperikemanusiaan, kau bajingan terkutuk..."
Saking dipengaruhi oleh golakan emosi yang meluap luap.
si anak muda itu tak sanggup mempertahankan diri lagi, sekali
lagi muntah darah kental.
Sepanjang kejadian itu berlangsung, Go siau bi hanya
berdiri kaku seperti orang bodoh, terhadap semua peristiwa
yang berlangsung dihadapannya, bukan saja ia tidak
memberikan reaksi apa apa, malahan seakan akan ia tidak
merasa bahwa ada sesuatu kejadian tak beres yang sedang
berlangsung dihadapannya.
Betapa gembiranya Thian che kaucu menghadapi kejadian
itu, ia menengadah lalu tertawa terbahak bahak.
Seorang musuh bebuyutan yang selalu mengancam
keselamatan jiwanya, seorang jago lihay yang berilmu tinggi
sebentar lagi akan menjadi seorang boneka yang akan setia
sampai mati kepadanya, betapapun juga, kejadian ini pasti
akan menggembirakan hatinya.
Ia tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki Han siong Ki amat
dahsyat, sekali akal pikirannya terpengaruh oleh obat bius
sehingga melupakan segala galanya, maka pemuda itu akan
merupakan salah sebuah senjatanya yang paling ampuh untuk
membantai musuh musuhnya.
Ditambah pula Yu Pia lam memang berambisi untuk
menguasahi seluruh jagad dan mengangkat dia sendiri
menjadi kaisarnya, dengan dimilikinya senjata-senjata ampuh
tersebut, maka tak usah di ragukan lagi tak lama kemudian
cita citanya akan dapat terwujud.

1838
Sementara itu, laki laki yang memberi laporan tadi
menyerbu masuk kedalam ruangan lagi dengan terbirit birit,
dengan napas yang tersengka1 sengkal terdengar ia berseru:
"Laa.....laapor....kaucu....."
"Ada urusan apa?" Thian che kaucu Yu Pia- lam bertanya
dengan nada rada segan.
"Didalam lembah telah bermunculan dua orang perempuan
berkerudung yang amat misterius, tampaknya kedua orang itu
hapal sekali dengan semua perlengkapan serta alat alat
jebakan yang berada didalam lembah ini mereka sudah
menghancurkan tiga buah alat jebakan dan menerjang lewat
dua buah pos penjagaan.
"Aaah.... ada kejadian seperti itu?" Thian che kaucu
berteriak sambil menggebrak meja "kurang ajar, biarpun
kaucu pergi lakukan pemeriksaan sendiri. .." Dia lantas
berpaling dan teriaknya:
"Yu Tongcu"
"Hamba berada disini"
"Pemuda ini kuserahkan kepadamu dan harap engkau
segera turun tangan, berapa lama yang dibutuhkan sampai
obat tersebut mulai bereaksi dan menunjukkan hasilnya?"
si Dewa racun Yu Hua membungkuk diri memberi hormat,
sahutnya dengan lirih: "Kurang lebih setengah jam"
"Bagus Menggunakan kesempatan yang ada sekarang,
kuperintahkan kepadamu untuk segera turun tangan dan
robahlah pemuda tersebut menjadi seseorang yang berguna
bagiku"
"Hamba terima perintah Akan hamba laksanakan semuanya
itu dengan sebaik-baiknya....." Thian che kaucu pun tidak
banyak berbicara lagi, buru buru ia bangkit berdiri dan menuju
ke ruangan luar, delapan orang laki-laki dan perempuan serta

1839
laki-laki yang pemberi laporan tadi ikut beranjak dan berlalu
mengikuti di belakang ketuanya.
Sepeninggal orang-orang itu, si dewa racun Yu Hua segera
ulapkan tangannya seraya berkata:
"Gusur orang itu menuju ruang rahasia nomor dua"
Han siong Ki benar-benar merasa gusar sekali, matanya
melotot besar sekali, mukanya merah padam hingga otot otot
hijaunya pada menongol keluar, sayang jalan darahnya sudah
tertotok sehingga walaupun dia tahu bahwa jiwaya terancam
bahaya maut, toh tiada suatu perlawananpun yang bisa
dilakukan, kendatipun demikian ia merasa tak rela
membiarkan dirinya dipergunakan orang, ia merasa daripada
tenaga dan kepandaian silatnya dipergunakan musuhnya
untuk berbuat jahat, lebih baik kalau ia mati saja.
Ya a, pada hakekatnya memang kematianlah yang dapat
menghentikan semua siksaan, semua penderitaan yang
dirasakan oleh manusia yang hidup didunia ini.
Ia tak mau menjadi seorang penjagal, seorang penjagal
yang membunuh rekan-rekan persilatan Ia tak mau nama baik
perguruan Thian lam pay hancur dan musnah ditangannya
Iapun tak mau membiarkan tenaganya dipergunakan untuk
menghancurkan benteng maut, membantai sanak keluarga
sendiri...
Tapi, apa yang bisa dia harapkan kecuali berdoa kepada
Yang Kuasa, agar dia yang maha besar dapat membantunya
dan membebaskannya dari segala pederitaan serta semua
percobaan hidup, sungguh sungguh suatu peritiwa yang
menakutkan sekali.
Tapi, kematian baginya dewasa ini merupakan suatu
perbuatan yang teramat sukar untuk dilaksanakan-
Sebab masih begitu banyak urusan, masih begitu banyak
tugas yang belum diselesaikan, ia merasa jika harus mati

1840
sebelum tugas tugas pentingnya diselesaikan, maka dia akan
mati dengan hati yang tak rela, dia akan mati dengan mata
tak meram.
Selang sesaat kemudian, ia dan Go siau bi telah dibawa
masuk ke dalam sebuah ruang kecil yang begitu rapat
sehingga hampir tak ada angin yang berhembus masuk ke
sana.
"Harap kalian bertiga suka mengundurkan diri dari sini"
kata si Dewa Racun Yu Hua kemudian setelah kedua orang
tawanan tersebut dibaringkan dalam ruangan itu.
Dua orang laki laki kekar dan perempuan berwajah jalang
itu segera bungkukkan badannya memberi hormat, lalu
mengundurkan diri dari ruang rahasia tersebut.
Han siong Ki dan Go siau bi diletakkan diatas sebuah
pembaringan kayu dalam ruangan itu.
Setelah menutup pintu rahasia itu, pelan pelangi Dewa
racun Yu i-Hua berjalan menghampiri pembaringan kayu
dimana Han siong Ki dan Go siau bi berbaring.
"Yu Hua" Han siong Ki segera membentak penuh
kegusaran, "engkau berani melakukan perbuatan yang keji,
buas dan tidak berperi kemanusiaan ini?"
Si Dewa racun Yu Hua tertawa misterius, tiba-tiba ia
lancarkan sebuah serangan yang menotok jalan darah ditubuh
kedua orang itu
Sesudah kena totokan tersebut, Han siong Ki seketika itu
juga merasakan peredaran darah dalam tubuhnya berjalan
lancar, hawa murni yang semula terasa tersumbatpun kini
telah berjalan lancar kembali, kontan dia melompat turun dari
atas pembaringan dan sekali hantam dia bacok dada si Dewa
racun Yu Hua...
"Engkoh Ki ... kau.... jangan dihantam...." jeritan kaget
bergema diudara.

1841
Sayang terlambat. "Blaaang" sebuah pukulan yang keras
telah bersarang didada Yu Hua, diiringi jerit kesakitan yang
keras, darah kental muntah keluar dari mulutnya, tubuh si
Dewa racun Yu Hua mencelat kebelakang dan tersungkur
ditanah.
Setelah melepaskan serangannya, Han siong Ki baru
menyadari bahwa kejadian yang baru dihadapinya sedikit
aneh, tapi untuk membatalkan kembali serangannya jelas tak
mungkin maka.. akibatnya bersaranglah pukulan itu didada
lawan dengan telak. "Engkoh Ki...dia... dia bermaksud baik
kepadamu"
Han siong Ki berpaling, ia lihat Go siau bi sudah
menggelinding ke lantai dari atas pembaringan, ketika itu dia
sedang berusaha untuk bang berdiri, tapi baru setengah jalan
tubuhnya kembali roboh terjungkal ke atas tanah.
"Adik Bi, kau...." dengan penuh kegelisahan Han siong Ki
memburu kedepan dan membopong gadis itu dari tanah
dengan sikap yang sangat hati hati. "Lepaskan aku Tolonglah
dia lebih dahulu..."
Untuk sesaat Han siong Ki merasakan pikirannya kalut dan
tak karuan, dengan kebingungan ia baringkan kembali Go siau
bi keatas pembaringan, kemudian menghampiri si dewa racun
Yu Hua yang masih terkapar diatas tanah itu....
Tapi sebelum ditolong, si Dewa racun Yu Hua sudah
bangkit berdiri dengan sempoyongan, dia mengeluarkan
beberapa biji obat dan segera ditelannya, kemudian katanya
dengan lirih:
"Mari kita tinggalkan tempat ini"
"Tinggalkan tempat ini....?" dengan hati kaget, heran
hampir tak percaya han siong Ki berseru tertahan, sebab
bagaimanapun juga peristiwa ini betul-betul diluar dugaannya.

1842
"Yaa, mari kita segera tinggalkan tempat ini" Dewa racun
Yu Hua menegaskan kembali kata katanya.
"Sebenarnya apa maksudmu?"
"Meskipun aku Yu Hua disebut orang sebagai dewa racun,
tapi aku masih dapat membedakan mana budi dan mana
dendam. Tatkala berada ditelaga racun lembah hitam tempo
hari, kau telah selamatkan selembar jiwaku, maka hari ini aku
pun menolong engkau lolos dari cengkeraman musuh, dengan
perbuatanku ini berarti aku telah membayar hutang budi
tersebut, sejak kini kita berdua sama sama tidak berhutang
budi, semuanya telah impas"
Terharu sekali hati Han siong Ki setelah mendengar
perkataan Utu, dia merasa bahwa si dewa racun Yu Hua meski
berasal dari golongan kaum sesat, namun ia tidak melupakan
jiwa dan semangat seorang umat persilatan yang sejati.
Sekarang ia baru mengetahui maksud hati yang sebenarnya
dari orang ini, diapun baru paham apa sebabnya si dewa
racun Yu Hua mengajukan usul tadi kepada ketuanya,
ternyata dibalik batu ada udangnya, ia memang mempunyai
maksud maksud tertentu dibalik rencananya itu.
Dengan perasaan terharu bercampur terima kasih dia
lantas maju kedepan dan memberi hormat katanya penuh
nada penyesalan-
"Maafkanlah kekasaran dan kegegabahanku tadi sehingga
tindakanku itu sudah melukai diri anda, harap kau suka
memaklumi keadaan tersebut dan bersedia memaafkannya"
"Engkau terlalu merendah, apa gunanya kaupikirkan urusan
sekecil itu? Luka sekecil ini tak nanti sampai mengakibatkan
kematianku"
"Meski demikian, aku merasa tidak tenteram dan berdosa
oleh perbuatanku ini"

1843
Si Dewa racun Yu Hua tak ingin membicarakan persoalan
itu sampai berlarut-larut, tiba tiba diaalihkan pokok
pembicaraan ke soal lain, katanya:
"Jalan darah nona Go yang tertotok berlangsung terlampau
lama aku rasa untuk sesaat peredaran darahnya belum bisa
pulih kembali seperti sedia kala, ada baiknya kalau kalian
berdua cepat-cepat tinggalkan tempat ini..."
"Bila engkau lepaskan kami pergi, Yu Pia lam tentu tak
akan melepaskan dirimu dengan begitu saja, bagaimana
tanggung jawabmu nanti dihadapannya?" Han siong Ki
bertanya agak khawatir. si Dewa racun Yu Hua tertawa getir.
"Sudah lama aku berniat untuk meninggalkan tempat ini,
dan aku rasa inilah kesempatan yang paling baik bagiku untuk
mewujutkan keinginanku itu"
Sehabis berkata dia lantas membuka pintu rahasia tersebut
dan menyelinap keluar, sesaat kemudian bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan mata.
Menyaksikan semua yang terjadi Han siong Ki berdiri
termangu mangu, lama sekali ia baru berpaling kearah Go siau
bi seraya ujarnya: "Adik Bi, kau sudah tidak apa bukan ....?"
"Engkoh Ki, aku tak apa apa" jawab Go siau bi lirih,
"membalas dendam adalah urusan yang sangat penting,
jangan kau perdulikan aku lebih dulu, laksanakan tugas
beratmu itu"
"Apa maksudmu..? Kenapa aku tak boleh mengurusi
engkau ....? Adik bi, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Aku ....mungkin...mungkin aku tak sanggup untuk hidup
lebih lanjut"
"Apa ..... Kau....kau...."

1844
"sejak di tawan dan dibawa kemari, setiap hari aku harus
minum sebutir Thian tay wan untuk menyambung hidupku,
dan sekarang...."
Han siong Ki segera tertawa ringan, walaupun gadis itu
tidak melanjutkan kata katanya namun ia cukup memahami
apa yang dimaksudkan, dari sakunya dia mengambil keluar
obat si mia kim-wan pemberian dari sin ciu it cho tersebut,
lalu katanya dengan lembut: "Adik Bi, telanlah obat ini"
"Apaan itu? obat apa?"
"si mia kim wan.. obat paling mujarab didunia ini"
"ooooh ...." Go siau bi berseru tertahan, ditatapnya wajah
Han siong Ki dengan sinar mata yang lembut, dia bangkit dari
pembaringannya dan menerima obat itu lalu dimasukkan
kedalam mulutnya, tak terkirakan rasa hangat dan mesra yang
timbul dari dasar hatinya.
Sekali lagi Han siong Ki menutup kembali pintu ruang
rahasia itu, kata katanya dengan perlahan.
"Adik Bi, biar kubantu menyalurkan hawa murni kedalam
tubuhmu, daya kerja obat itu tentunya akan lebih cepat
menyebar keseluruh bagian tubuhmu."
Tiba tiba ....Go siau bi menjerit keras, tubuhnya
menggelinding diatas pembaringan seperti orang sekarat.
Menyaksikan kejadian itu, Han siong Ki merasa amat kaget,
cepat dia memburu kemuka dan membopong tubuhnya, tapi
paras muka gadis itu sudah berubah jadi hijau membesi,
bibirnya terkatup rapat, matapun terpejam rapat rapat.
Kejadian tersebut segera menggetarkan hati pemuda kita,
pikirnya:
"Jangan jangan obat si mia kim wan yang kudapatkan
adalah obat yang palsu? Tapi... hal ini mana mungkin bisa
terjadi? Rasanya tidak ada kepentingan bagi siJelek dari sin ciu
untuk memberikan sebutir obat palsu kepadaku.... tapi, kalau

1845
bukan palsu kenapa setelah minum obat itu Go siau bi
menunjukkan perubahan yang mengerikan??" setelah
termenung sebentar, dia berpikir lebih jauh:
"Hmmm .... Andai kata terbukti nanti bahwa obat si mia
kim wan yang kudapatkan adalah obat yang paisu.. pertama
Ting Hong yang akan kubunuh, kemudian akan kuobrak abrik
gua saiju di bukit Ciong san untuk membalas sakit hati ini ...."
Berpikir sampai disini dengan hati yang kebat kebit dia
lantas memeriksa denyutan jantung dari gadis itu ....
Tapi apa yang ditemuinya? Napas Go siau bi telah berhenti,
denyutan nadinya telah berhenti juga.
Gadis itu telah menghembuskan napasnya yang terakhir.
Yaa, selembar nyawa gadis itu ternyata telah direnggut oleh
sebutir pil si mia kim wan yang dianggap sementara orang
sebagai obat yang paling mujarab didunia itu....
Bagaikan disambar geledek ditengah hari bolong, Han siong
Ki merasakan sekujur badannya mengejang keras, mukanya
pucat pias, dengan sedih serunya:
"Adik Bi.... oooh, adik Bi... akulah yang telah mencelakai
jiwamu ....."
-ooo0dw0ooo-
BAB 99
DIPELUKNYA jenasah Go siau bi erat-erat, lama sekali
pemuda itu berdiri kaku dalam ruangan tersebut, untuk sesaat
dia seperti kehilangan semua kesadarannya, ia merasa
pikirannya kosong melompong, tiada sesuatu apapun yang
tertinggal dalam benaknya.
Go siau bi ternyata meninggal dunia ditangannya,
mimpipun ia tak pernah menyangka sampai ke situ.

1846
Setelah berapa lama sudah lewat,.. tiba tiba dari luar
ruangan rahasia terdengar suara beberapa kali ketukan lirih.
Bagaikan dipagut ular berbisa, Han siong Ki segera sadar
kembali dari lamunannya, ia baru teringat bahwa dirinya
masih berada dalam sarang naga gua harimau, diapun
teringat kembali akan Thian che kaucu musuh besarnya, yang
mati tak mungkin hidup kembali, kenapa dia tidak berusaha
untuk membalas dendam lebih dahulu?
Akhirnya diapun membaringkan tubuh Go siau bi diatas
pembaringan kayu itu, gumamnya lirih:
"Adik Bi, maafkanlah daku, setelah membalas dendam, aku
pasti akan membawa engkau tinggalkan lembah ini, akan
kucari-kan tempat yang indah sebagai tempat
peristirahatanmu yang terakhir"
Selesai berdoa, ia baru putar badan dan membuka pintu
rahasia tersebut...
"Kraaak." tiba tiba dari luar pintu terdengar seseorang
menjerit lengking, sesosok bayangan manusia mundur
kebelakang dengan langkah sempoyongan,
Dengan tatapan yang tajam Han siong Ki menengadah, ia
segera temukan bahwa orang yang mengetuk pintu itu tak lain
adalah perempuan muda bermuka jalang yang pernah
menyaru sebagai Go siau bi dan melancarkan sergapan kilat
yang mengakibatkan dirinya tertotok itu, kontan saja hawa
amarahnya menerjang sampai dibenak, napsu membunuh
menyelimuti seluruh wajahnya, karena ulah perempuan jalang
itu hampir saja selembar jiwanya melayang.
Rupanya perempuan muda itupun menyadari bahwa orang
yang berada di hadapannya sekarang bukan Dewa racun Yu -
Hua seperti yang diduganya semula, melainkan musuhnya
yang disegani, dengan penuh ketakutan perempuan itu
mundur beberapa langkah kebelakang, serunya dengan nada
tergagap:

1847
"Kau.... kau... kau tidak mampus.? Di... dimana Yu.... Yu
Tongcu..."
"Aaah kamu perempuan sialan, tak usah banyak ngebacot"
teriak Han siong Ki sambil melompat kehadapan perempuan
itu, "rasain dulu sebuah bacokanku ini sebelum menanyakan
soal lain. ."
Segulung angin pukulan sangat keras meluncur ke depan,
perempuan jalang itu tak sangguc menghindarkan diri lagi,
dadanya sebera kena diterjang dengan telak.... diiringi jerit
kesakitan yang memilukan hati, perempuan itu mencelat
kebelakang dan tewas dalam keadaan yang mengerikan.
Han siong Ki tidak memeriksa keadaan musuhnya lagi,
begitu perempuan tersebut kena dihajar diapun meloncat
keluar dari ruangan rahasia itu untuk mencari mangsa baru.
Ketika ia keluar dari ruang utama, dari arah depan muncul
belasan sosok bayangan manusia yang memapaki jalan
perginya, mereka datang rupanya karena mendengar suara
gaduh disana.
Rasa benci Han siong Ki terhadap musuh musuhnya betul
betul sudah merasuk sampai ketulang sumsum, dalam
keadaan demikian ia sama sekali tak sudi untuk buang waktu
hanya untuk meneliti siapa yang datang, begitu menyaksikan
munculnya belasan sosok bayangan manusia, tenaga murni si
mi sinkang yang dimilikinya segera dihimpun sampai dua belas
bagian besarnya, kemudian dilontarkan kearah mana
datangnya bayangan bayangan manusia itu.
Gulungan gelombang hawa udara berwarna putih melanda
kearah depan dengan dahsyatnya, ketika saling membentur
dengan tubuh manusia manusia itu, sebera terdengarlah suatu
benturan kekerasan yang memekikkan telinga, menyusul
kemudian jeritan jeritan ngeri yang cukup mendirikan bulu
roma berkumandang saling bersahutan, dalam sekejap mata
diatas tanah telah membujur dua belas sosok mayat.

1848
Hanya dalam satu gebrakan saja, anak muda itu sanggup
membinasakan dua belas orang jago lihay dari perkumpulan
Thian che kau, kekuatan tenaga dalam sedahsyat itu boleh
dibilang belum pernah dijumpai dalam kolong langit dewasa
ini.
Pembantaian tersebut baru saja berlangsung, dari kejauhan
kembali terdengar suara ujung baju tersampek angin
berkumandang tiba.
Kembali ada belasan sosok bayangan manusia melayang
datang dengan kecepatan tinggi. Kali ini yang datang adalah
Thian che kaucu Yu Pia lam, dia datang bersama-sama ke
delapan orang kacung laki laki dan dayang dayang kecilnya...
Baru saja melayang turun kedalam ruangan itu, Thian che
kaucu telah menjerit kaget, dia mengira Han siong Ki sudah
menjadi kalap setelah dicekoki obat racun dari si Dewa racun
Yu Hua, dan saking kalapnya maka ia telah melakukan
pembunuhan secara besar besaran tanpa pilih bulu lagi...
"Yu Tongcu, dimana kau?" segera teriaknya dengan suara
lantang.
Namun suasana disekitar tempat itu tetap sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun, tiada jawaban yang kedengaran.
Merah membara sepasang mata Han siong Ki berhadapan
dengan musub besar yang dibencinya, hawa napsu
membunuh yang menyelimuti wajahnya benar benar sangat
tebal, ia melototi terus wajah Thian che kaucu tanpa
berkedip..... dari sorot matanya yang buas, rasanya kalau bisa
pemuda itu hendak menelan musuhnya bulat bulat.
Lama kelamaan Thian che kaucu merasakan juga keadaan
yang tidak beres, dengan nada menyelidik teriaknya:
"Manusia bermuka dingin, apa yang hendak kau lakukan
terhadap kami semua?"

1849
"Heeehhh... heeehhh... heeehhhh... Yu Pia lam"" jawab
Han siong Ki sambil tertawa dingin "akan kuhancur lumatkan
tubuhmu jadi berkeping-keping."
Menggidikkan hati suaranya, membuat ketua dari
perkumpulan Thian che kau itu tanpa sadar berdiri dengan
hati bergidik, bulu romannya pada bangun berdiri
Tapi dengan cepat pula Thian che kaucu menyadari bahwa
suatu perubahan yang tak terduga telah berlangsung disitu,
cepat dia ulapkan tangannya sambil berseru:
"Geledah sekeliling tempat ini"
Delapan orang bocah laki laki dan perempuan itu segera
mencabut keluar pedang masing masing dan serentak
menerjang kedalam ruangan untuk melakukan pemeriksaan.
Setelah kedelapan orang anak buahnya menyebarkan diri,
Thian che kaucu Yu Pia lam baru menyeringai dan tertawa
seram, ia maju menyongsong kedatangan Han siong Ki, dalam
waktu singkat sepasang telapak tangannya telah berubah jadi
putih bening seperti susu, rupanya jagoan lihay dari
perkumpulan Thian che kau ini telah mengerahkan ilmu Hua
goan sin khi yang paling diandalkan itu untuk melakukan
perlawanan-
Waktu itu, Han siongKi memang sudah diliputi oleh rasa
benci dan gusar yang luar biasa, akan tetapi ia tak berani
bertindak gegabah, ilmu Si mi sinkang yang dimilikipun
menjadi satu siap siap melakukan perlawanan-
Makin lama selisih jarak atara kedua belah pihak telah
semakin dekat dari tiga kaki sekarang sudah diperpendek
sehingga akhirnya tinggal delapan depa belaka.
"Lihat serangan" tiba tiba Yu Pia lam membentak keras.
Mengikuti dengusan seram yang memekikkan telinga itu,
serentetan cahaya merah keemas emasan yang bercampur

1850
baur diantara gulungan angin puyuh yang maha dahsyat
segera menyapu ke tubuh Han siong Ki.
Si anak muda itu semakin tak berani gegabah, cepat cepat
sepasang telapak tangannya diayun ke depan, kabut putih
yang tebal dan tajam dengan cepat menyambar pula ke depan
menyongsong tibanya ancaman musuh yang maha dahsyat
itu.
"Blaaang" suatu ledakan keras yang memekikkan telinga
menggelegar diangkasa, dalam benturan itu kedua belah pihak
sama sama tergetar mundur beberapa langkah, hanya untuk
Thian che kaucu dia mundur tiga langkah lebih banyak
ketimbang si anak muda itu.
Begitu terdorong mundur, dengan cepat Han siong Ki
menerjang maju lagi dengan kecepatan luar biasa, dalam
waktu singkat dia sudah lancarkan sembilan buah pukulan
berantai yang kesemuanya disertai tenaga pukulan yang lebih
hebat dari amukan angin topan.
Thian che kaucu harus berkelit kesana kemari untuk
melepaskan diri dari serangkaian pukulan musuh yang datang
secara bertubi tubi itu, setiap kali ada kesempatan, diapun
melepaskan pukulan pukulan balasan.
Pertarungan yang amat sengit dan maha seru pun segera
berlangsung, belum pernah dalam dunia persilatan terjadi
pertarungan seramai ini.
Dalam waktu singkat, kedua belah pihak sudah saling
menyerang sebanyak tiga puluh gebrakan lebih, dalam
pertarungan adu jiwa dan adu tenaga, ini, untuk sementara
waktu siapa menang siapa kalah masih sukar untuk
ditentukan. Tiba tiba...
Jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang susul
menyusul, jeritan tersebut semuanya berlangsung dari dalam
ruangan.

1851
Tercekatlah hati Thian che kaucu mendengar jeritan
tersebut, segera pikirnya.
"Apa yang telah terjadi? Jangan jangan didalam
ruanganpun terdapat musuh yang tersembunyi? Kalau tidak,
mengapa anak buahku pada menjerit kesakitan?"
Thian che kaucu keheranan, maka Han siong Ki lebih lebih
tercengang lagi, ketika meninggalkan tempat itu, kecuali
mayat Go siau bi yang masih ada didalam ruang rahasia,
sepanjang jalan menuju ke ruangan tersebut boleh dibilang ia
tidak melihat ada seorang manusiapun, lalu dari mana
munculnya manusia d idalam ruangan belakang? sesuatu
kejadian yang sangat aneh
"Blaaaaang Blaaaaaang" bersosok-sosok bayangan manusia
terlempar keluar dari ruangan itu dan tergelepar diatas tanah
tanpa berkutik lagi.
Jumlah tubuh tubuh yang kaku menjadi mayat itu tidak
banyak pun tidak sedikit, jumlahnya persis delapan sosok.
Dalam sekejap mata delapan orang bocah laki laki dan
bocah perempuan itu sudah tewas ditangan orang tanpa
berhasil melakukan suatu perlawanan yang berarti, kejadian
ini bukan saja sangat aneh, andaikata tiada kenyataan
mungkin orang tak akan mempercayainya dengan begitu saja.
Thian che kaucu berteriak kalap. secara beruntun dia
lancarkan tiga buah pukulan paling dahsyat untuk memaksa
Han siong Ki terdesak mundur beberapa langkah kebelakang,
begitu musuhnya mundur dia lantas manfaatkan kesempatan
yang sangat baik itu untuk melejit ke udara dan menerobos
masuk kedalam ruangan-..
"Yu Pia lam sekalipun engkau punya sayappun jangan
harap bisa lolos dari tanganku"
Sambil berteriak, Han siong Ki segera melakukan
pengejaran dengan ilmu gerakan tubuh cahaya kilat lintasan

1852
bayangan, secepat sambaran kilat ia hadang jalan pergi
gembong iblis itu.
"Blaaaaang" ditengah benturan keras, dengusan tertahan
berkumandang memecah-kan kesunyian, Thian che kaucu
kena dihajar kembali sehingga terpental dan melayang balik
ke posisinya semula.
Suatu pertarungan sengitpun tak bisa dihindari lagi, kedua
belah pihak sama sama menggunakan segenap kekuatan dan
segenap kemampuan yang dimilikinya untuk saling
merobohkan dan saling membunuh.
Pertarungan sengit semacam ini jauh lebih dahsyat dan
ramai dari pertarungan apapun yang pernah terjadi selama ini
dalam dunia persilatan, andaikata ada orang yang mengikuti
jalanya pertarungan ini, niscaya mereka akan bergidik dan
berdiri dengan mata terbelalak.
Akhirnya dengusan kesakitan berkumandang juga
memecahkan kesunyian, dengan sempoyongan Thian che
kaucu mundur kebelakang, sebagian besar kain kerudung
penutup mukanya sudah berubah jadi merah karena pancaran
darah kental.
Puluhan sosok bayangan manusia tiba tiba muncul dari
empat penjuru, sebelum tiba ditempat sasaran, serangkaian
senjata rahasia yang amat ketat berhamburan diangkasa dan
mengurung sekujur badan Han siong Ki.
Han siong Ki memutar sepasang telapak tangannya satu
lingkaran didepan dada lalu didorong kemuka dengan sepenuh
tenaga.
Termakan oleh tenaga pukulan yang sangat kuat itu,
seluruh senjata rahasia yang menyergap datang itu terpencar
dan bercerai berai kesana ke mari ada yang meluncur balik
kepada pemiliknya ada pula yang malah menyerang rekan
rekannya sendiri..

1853
Ditengah kekalutan yang makin menjadi, Thian che kaucu
Yu Pia lam tak mau menyia-nyiakan kesempatan baik itu,
tanpa mengeluarkan suara sedikitpun dia menghimpun tenaga
Hua goan sin-khi yang maha dahsyat itu, kemudian
melancarkan sergapan kilat dari samping.
Ketika itu Han siong Ki sedang menghadapi serangan
senjata rahasia yang amat gencar, merasakan datangnya
ancaman tersebut, dalam gugupnya cepat dia menangkis
sebisanya...
Tapi akibatnya dari tangkisan yang tanpa disertai dengan
persiapan matang itu mengakibatkan kerugian dipihak pemuda
itu, ditengah dengusan tertahan, Han siong Ki mundur
delapan langkah kebelakang dengan langkah sempoyongan.
Bayangan manusia melintas datang dari empat penjuru,
dalam waktu singkat Han siong Ki sudah terkurung lagi
ditengah kurungan lawan.
Mengira musuhnya sudah, terhadang jalan perginya, Thian
che kaucu sekali lagi melompat ke udara dan menerjang
masuk ke dalam ruang belakang.
Han siong Ki meraung keras bagaikan harimau terluka,
dengan menghimpun tenaga dalamnya hingga mencapai dua
belas bagian, tiba tiba dia melancarkan serangan dengan jurus
Mo gwe lian goan (api setan membakar tanah rerumputan).
Selapis bayangan telapak tangan yang amat rapat, seperti
awan yang melayang diangkasa segera menyelimuti sekeliling
tempat itu, diantara amukan angin puyuh yang menyapu kian
kemari, bayangan manusia yang mengurung disekitar tempat
itu segera tercerai berai tak karuan-
Begitu berhasil memukul mundur musuhnya, Han siong Ki
segera menjejakkan sepasang kakinya keatas tanah lalu
melompat keluar dari kepungan musuh, dengan kecepatan
paling tinggi dia mengejar pula dibelakang Thian che kaucu
masuk keruang belakang.

1854
Tapi ketika ia tiba diruangan itu, apa yang terbentang
didepan matanya membuat sianak muda itu tertegun, ternyata
pada saat itu Thian che kaucu sedang terlibat dalam suatu
pertarungan yang amat seru melawan perempuan
berkerudung.
Sekilas pandang, pemuda itu merasa bahwa perempuan
berkerudung itu mempunyai potongan badan yang sangat
dikenal olehnya, hanya untuk sesaat ia tak dapat menduga
potongan badan siapakah itu, tapi yang pasti dia adalah salah
seorang diantara dua orang perempuan berkerudung yang
dilaporkan mata mata Thian che kau tadi.
Dan tak bisa diragukan lagi, perempuan berkerudung ini
juga yang telah membinasakan delapan orang bocah laki dan
perempuan itu...
-ooo0dw0ooo-
Jilid 49
BISA ditarik kesimpulan pula bahwa perempuan ini pasti
bukan perempuan sembarangan, karena dari ilmu silatnya
bagitu tinggi dan keberaniannya untuk menyatroni lembah
Lian huan tau yang kesohor sebagai sarang naga gua harimau
itu, tak mungkin orang biasa berani melakukannya.
Puluhan orang jago lihai yang kena hantam sampai tercerai
berai diluar ruangan tadi kini sudah berkerumun masuk ke
pintu ruangan.
Han siong Ki bertindak tidak sungkan-sungkan lagi,
kesepuluh jari tangannya bekerja cepat, desingan angin tajam
berdesingan disisi telinga belasan buah serangan maut disebar
luaskan keempat penjuru.

1855
Jerit ngeri sekali lagi berkumandang susul menyusul, lima
orang jago lihay yang datang lebih dahulu segera kena
terhajar sampai dadanya berlubang tembus sampai ke
punggung, mereka pada tergelepar diatas genangan darah
tanpa bernyawa lagi.
Menyaksikan kematian rekan rekannya yang begitu
mengerikan, sisanya yang lain jadi ketakutan setengah mati,
dengan perasaan amat takut mereka mundur sejauh dua kaki
lebih dan tak berani maju lebib kedepan lagi.
"Bocah keparat, bajingan cilik, rupanya kau mamang sudah
bosan hidup lebih lama lagi."
Ditengah bentakan yang amat keras, Thian- che kaucu
putar badannya sambil melancarkan serangan dahsyat, angin
pukulan yang amat kencang segera meluncur kedepan
menghajar tubuh si anak muda itu.
Han siong Ki segera putar badannya secepat kilat,
kemundian secara beruntun melancarkan tiga buah serangan
berantai...
Hampir bersamaan waktunya, manusia berkerudung itupun
melancarkan sebuah serangan dahsyat ke tubuh Thian che
kaucu, tiga pihak sama-sama melancarkan serangan secepat
kilat, waktunyapun boleh dibilang hampir bersamaan.
Selihay-lihay tenaga dalam yang dimiliki Thian che kaucu,
setelah digencet oleh musuhnya dari kedua arah yang
berlawanan, ia kewalahan juga dibuatnya.
"Blaang" diiringi dengusan tertahan, Thian che kaucu
mundur dengan sempoyongan ke sudut dinding ruangan.
Dengan pendangan matanya yang jeli, Han siong Ki
menatap tajam perempuan berudung itu, lalu tegurnya:
"Saudara, engkau adalah jagoan lihay dari mana?"

1856
"Tentang soal ini lebih baik kau tak usah banyak bertanya"
sahut si perempuan berkerudung itu dingin.
"Kalau demikian adanya, aku minta agar engkau segera
mengundurkan diri dari ruangan ini"
"Andaikata aku menolak" perempuan berkerudung itu
berseru secara tiba-tiba. Han siong Ki berpikir sejenak.
sebelum akhirnya menjawab:
"Aku tak ingin menghalangi segala perbuatan yang hendak
kau lakukan tapi aku minta agar engkau jangan mencampuri
urusanku ini"
"Mencampuri urusanmu..? Tahukah engkau persoalan apa
aku datang kemari?"
"Aku tak ingin tahu karena urusan apa kau datang kemari,
pokoknya yang pasti aku tidak ingin urusanku dengan Yu Pia
lam dicampuri oleh pihak ketiga" Perempuan berkerudung itu
segera tertawa dingin.
"Heeheeheh kalau aku sih segan untuk mencampuri urusan
macam begitu, bila kau punya kepandaian untuk
membereskan jiwa anjingnya, aku malah merasa gembira
sekali karena dengan begitu aku tidak usah membuang tenaga
dengan percuma"
Pelan-pelan Han siong Ki mengalihkan sorot matanya
keatas tubuh Thian che kaucu, kemudian dengan nada suara
penuh mengandung hawa napsu membunuh yang hebat ia
berseru:
"Yu Pia lam, kalau aku tak mati maka engkaulah yang
harus mampus, lihatlah seranganku ini"
Ditengah bentakan keras yang memekikkan telinga, telapak
tangannya dilontarkan seperti bayangan, dia langsung
mengurung sekujur badan Thian che kaucu dan menghajar
batok kepalanya.

1857
Menyaksikan datangnya ancaman tersebut, Thian che
kaucu tertawa seram, segenap tenaga sakti Huan goan Kin ki
yang dimilikinya dihimpun menjadi satu untuk menyambut
datangnya ancaman tadi..
Dalam keadaan tak sempat untuk menyerang dengan si mi
sinkangnya dalam tenaga penuh Han siong Ki kena dipaksa
mundur lima depa kesamping untuk menghindarkan diri dari
ancaman maut yang mengerikan itu .
Bentakan-bentakan keras kembali menggelegar diudara,
para jago yang sudah mengincar semenjak tadi dari luar
ruangan sekarang serentak menyerbu masuk kedalam
ruangan dengan hebatnya.
Tiba-tiba perempuan berkerudung itu melejit keudara lalu
menyumbat didepan pintu ruangan, sekaligus dia lancarkan
tiga buah serangan berantai untuk memaksa kawanan jago itu
terdesak sampai turun kembali dari undak-undakan batu.
Segenap pikiran maupun perhatian Han siong Ki ketika itu
sudah dipusatkan menjadi satu untuk membuat perhitungan
berdarah, dalam keadaan demikian ia tak sempat untuk
memecahkan perhatiannya untuk mengurusi yang lain,
dengan begitu tindakan yang diambil perempuan berkerudung
tersebut justru malah sangat membantu dirinya.
Bentakan nyaring sekali lagi menggelegar diudara, sekali
lagi Han siong Ki dan Thian che kaucu terlibat dalam suatu
pertarungan mati-matian yang amat seru.
Deruan angin kencang, bacokan yang menggelegar
bagaikan guntur membuat seluruh ruangan diamuk oleh angin
topan yang kencang, bukan saja meja dan kursi beterbangan
diangkasa, bumipun seakan-akan ikut bergoncang
terpengaruh tenaga serangan itu.
Rupanya kedua belah pihakpUn sama-sama menyadari
bahwa pertarungan tersebut tidak akan berakhir sebelum
salah satu pihak roboh dalam keadaan tak bernyawa, sedang

1858
bagi Thian che kaucu, pertarungan ini bukan saja merupakan
pertarungan yang mempertahankan jiwanya, tapi
mempertaruhkan keutuhan Thian che kau, bila dia kalah
dalam pertarungan itu berarti Thian che kau juga akan
musnah untuk selamanya dari muka bumi. oleh sebab itulah
dalam melakukan pertarungan itu kedua belah pihak samasama
menggunakan jurus serangan. yang terkeji, untuk
mengancam bagian bagian tubuh yang terpenting dibadan
musuh..
Ditengah ketegangan yang mencekam seluruh ruangan,
tiba-tiba dari arah pintu ruangan berkumandang suara gelak
tertawa aneh yang menyeramkan disusul kemudian muncullah
dua orang manusias aneh bermuka seram seperti setan
dengan perawakan tubuh tinggi kurus persis seperti sebatang
bambu, mereka mengenakan jubah hijau sepanjang lutut dan
jubah kuning yang longgar.
Tatkala menyaksikan kemunculan dua orang itu manusia
berkerudung tersebut tampak agak bergemetar tubuhnya
karena kaget, dengan suara yang dingin diapun berseru:
"Huuh... sungguh tak disangka Bok sik Ji-kek (dua tamu sakti
kayu dan batu) yang termashur namanya dimana-mana,
ternyata bersedia menjadi kaki tangannya perkumpulan Thianche-
kau peristiwa ini betul-betul merupakan suatu kejadian
yang luar biasa, tindakan kalian takut bahwa perbuatan
memalukan seperti itu akan ditertawakan oleh rekan-rekan
sesama dunia persilatan?
Mendengar teguran tersebut, untuk sesaat lamanya
sepasang tamu sakti kayu dan batu itu berdiri tertegun,
mereka tak mampu mengucapkan sepatan kata pun.
Selang sesaat kemudian, si tamu kayu sakti baru
melototkan sepasang matanya yang aneh dan menatap
musuhnya dengan sinar mata buas. dengan nada suaranya
yang serak seperti genta bobrok itu dia menghardik keraskeras:

1859
"Dari pengetahuanmu yang begitu luas sehingga dapat
mengenali siapakah kami berdua, dapat kuduga bahwa kamu
pastilah bukan seorang manusia yang tidak bernama....."
"Tepat sekali perkataanmu itu, justru aku adalah seorang
manusia yang tidak bernama!" tukas manusia berkerudung
hitam itu dengan suaranya yang tajam.
Tamu batu sakti membereskan, ikatan pinggang pada
jubah kucingnya, lalu dengan suara yang tak kalah paraunya
diapun berseru aneh:
"Jadi kalau begitu, engkau berasal satu aliran dengan
simuka dingin ini?"
"Boleh dibilang memang begitulah,'"
"Bagus,...bagus......! Kalau begitu, kau sudah ditentukan
untuk mampus!"
Serentetan gulungan angin serangan berhawa dingin yang
merasuk ketulang tiba-tiba meluncur kemuka dan menggulung
keatas tubuh perempuan berkerudung itu.
Rupanya si perempuan berkerudung itu cukup mengetahui
betapa lihaynya serangan lawan, cepat ujung bajunya
dikebaskan kesamping, seketika itu juga angin dingin itu
disapu hingga lenyap tak berbekas, kehebatannya ini bukan
saja membuat sepasang tamu kayu dan batu sakti jadi
melongo, kawanan jago lihay yang berada disekitar tempat
itupun sama-sama tertegun dibuatnya.
"Saudara berdua, kuanjurkan kepada kalian berdua agar
cepat-cepat menarik diri dari persoalan ini, mumpung keadaan
masih belum terlambat.." kembali perempuan berkerudung itu
berkata.
“Heeeehhh.......heeehhh.......heehhh .... besar amat
bacotmu perempuan rendah" teriak dua orang manusia aneh
itu dengan berang "jangan kau anggap sepasang tamu sakti

1860
bisa dipermainkan si enaknya, Hmm! Kami berdua bukan
manusia yang suka dipermainkan........"
Diiringi suara bentakan yang amat nyaring, Bok si-ji-kek
atau sepasang tamu batu dan kayu sakti menerjang maju
kemuka, mereka serentak lancarkan serangan yang b;rtubitubi,
semua serangan yang dipergunakan merupakan jurusjurus
ampuh yang jarang ditemui di kolong langit dewasa ini,
dalam keadaan demikian, sedikit meleng saja bisa
mengakibatkan suatu kematian yang mengerikan.
Tapi ilmu silat yang dimiliki perempuan berkerudung itupun
bukan kepandaian sembarangan, maka kedua belah pibakpun
segera terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Dalam pada itu, suasana dalam ruanganpun tak kalah
serunya......,pertarungan antara Han siong Ki melawan Thianche-
kaucu sudah berlangsung mencapai seratus jurus lebih,
dibawah serangan-serangan yang gencar, Thian-che kaucu
mulai tunjukkan tanda-tanda kalah, ia didesak sedemikian
hebatnya sehingga posisinya bukan saja sangat tidak
menguntungkan bahkan terancam mara bahaya....
Han-siong Ki sendiri, begitu mendapat angin untuk meneler
lawannya, serentak dia lancarkan serangkaian serangan yang
ganas dan dahsyat.
Tiba-tiba terdengar jeritan kaget berkumandang
memecahkan kesunyian, ketika semua orang berpaling, maka
tampaklah kain kerudung yang dikenakan Thian-che-kaucu
sudah tersambar hingga terlepas, segera tampaklah seraut
wajah lima puluh tahunan yang sinis tapi gagah.
"Haaah....?! Bukankah dia adalah Sim Si-kiat?" tiba-tiba
sepasang tamu batu dan kayu sakti berteriak keras menyusul
kemudian mereka tarik kembali serangannya dan melompat
mundur kebelakang.

1861
Dengan mundurnya kedua orang itu, si perempuan
berkerudung itupun menarik kembali serangannya sambil
mundur, katanya:
"Kalian berdua tak usah heran atau tercengang, pada
hakekatnya Sim Si-kiat itu sebenarnya, adalah Yu Pia lam dan
Yu Pia lam adalah sim si kiat, dua orang itu meski berbeda
nama tapi orangnya sama, hm, memangnya baru tahu
sekarang ?"
"Dia.. dia toh murid kepala dari Tengkorak maut?" tamu
kayu sakti berseru dengan mata melotot.
"Murid kepala apa?. Lebih tepat kalau dikatakan sebagai
murid murtad dari benteng maut"
"Aah. hal ini... mana mungkin bisa terjadi"
"Kenapa tak mungkin terjadi? Untuk mencapai apa yang
diharapkan ia memang gunakan segala macam tipu muslihat
yang keji untuk melakukannya mengganti nama menyusup ke
perguruan orang, memangnya kau anggap dia adalah seorang
yang alim ?"
"Dan..kau mengetahui semua ?"
"Tentu saja Kalian berdua tersekap dalam benteng maut
lantaran dalam hal ilmu silat kamu berdua tak bisa menandingi
kelihayan pemilik benteng maut tapi Yu Pia lam, bangsat ini
menyelamatkan kamu berdua serta jago-jago silat lainnya
adalah karena ingin mewujudkan ambisinya untuk
memusnahkan benteng maut dari muka bumi, dia gunakan
kekuatan yang kalian miliki untuk memusuhi musuh besarnya,
dia hendak menjadi kaisar dalam dunia persilatan, bila kalian
semua mau dibohongi olehnya dan ditipu mentah-mentah
olehnya, maka itu berarti kalian semualah orang-orang
goblok"

1862
Mendengar semua ucapan tersebut sak-kek-si tamu batu
sakti saling berpandangan sekejap dengan Bok-kek si tamu
kayu sakti, kemudian ujarnya dengan lirih:
"Toako, kalau memang demikian kenyataannya, buat apa
kita tetap berada disini ? Ayoh pergi "
Si tamu kayu sakti manggut-manggut dan mereka berdua
pun segera mengundurkan diri dan berlalu dari sana.
Belasan orang jago-jago lihay dari perkumpulan Thian che
kau yang ada disekitar tempat itu sama-sama berdiri kaku
seperti patung arca, sejak menjadi anggota perkumpulan,
baru pertama kali ini mereka saksikan raut wajah asli dari
kaucu mereka, tentu saja tentang perkataan dari perempuan
berkerudung itu mereka merasa setengah paham setengah
tidak.
Sementara itu suara pertarungan yang amat seru dan suara
bentakan-bentakan nyaring berkumandang semakin dekat,
jelas ada orang yang telah berhasil menjebolkan pertahanan
yang berlapis-lapis dalam lembah tersebut dan semakin
mendekati markas tersebut.
Setelah mencopot kain kerudung hitam yang menutupi
wajah Yu Pia lam, sambil menggertak gigi menahan rasa
bencinya Han siong Ki berkata:
"Yu Pia lam, dua ratus lembar jiwa keluarga Han telah kau
bantai dengan cara yang paling licik, paling keji dan paling
jahat, hutang darah yang bertumpuk-tumpuk ini harus kau
tebus dengan darah dari anggota-anggota perkumpulan Thian
che kau"
Pada saat ini, keadaan Thian che kaucu ibaratnya gendewa
yang sudah ditarik hingga tegang, keadaan yang kritis itu
memaksa gembong iblis tersebut secara beruntun mundur
beberapa langkah kebelakang, sekarang punggungnya sudah
menempel disisi dinding ruangan, boleh dibilang ia sudah
terdesak dan tak ada jalan untuk kabur lagi.

1863
Ditengah bentakan yang ama nyaring.. Thian che kaucu
menerkam kemuka dengan kalap. sepasang telapak
tangannya melancarkan bacokan kedua arah yang
berlawanan, terhadap ancaman yang membayangi tubuhnya
itu bukan saja ia tidak menyingkir, memandang pun tidak.
Pertarungan semacam ini tak ubahnya seperti pertarungan
adu jiwa, jelas tujuannya adalah untuk memaksa musuhnya
sama-sama luka parah.
Tindakannya yang nekad ini sama sekali di luar dugaan Han
siong Ki, malah waktu untuk memilih mana yang baik pun tak
sempat lagi.
"Duuuk Duuk." dua kali benturan nyaring menggelegar
diangkasa, menyusul kemudian dua kali dengusan kesakitan
menggema memecahkan keheningan.
Han siong Ki muntah darah segar, dengan sempoyongan
dia mundur sejauh satu kaki lebih, badannya terasa gontai
kesana kemari.
Demikian pula keadaannya dengan Thian che kaucu,
punggungnya menempel diatas dinding ruangan, darah segar
segumpal demi segumpal muntah terus dengan derasnya,
muka yang menyeringai tampak mengerikan sehingga
ibaratnya setan iblis.
Suara pertarungan yang berlangsung diluar ruangan
kedengaran semakin ramai, beratus-ratus sosok bayangan
manusia dengan kecepatan yang luar biasa menerjang masuk
kedalam markas.
Demikian keras dan ramainya suara itu, seakan-akan
hendak memberitahukan kepada seluruh jagad bahwa hari
kiamat bagi Thian che kaucu sudah menjelang tiba.
Diantara kerlipan cahaya api beberapa puluh sosok
bayangan manusia sudah mulai menyerang kedalam ruangan
itu.

1864
Perempuan berkerudung itu membentak berulang kali,
dengan ketatnya ia menjaga pintu ruangan tersebut.
Setelah terjadi benturan kekerasan tadi, Han siong Ki
beristirahat sebentar untuk mengatur napas, kemudian
selangkah demi selangkah ia maju menghampri Thian che
kaucu yang masih menempel diatas dinding ruangan itu.
"Sreet sreet.." setiap langkah kaki dari anak muda itu
seakan-akan mendatangkan perasaan seram yang mencekam
perasaan setiap orang.
Thian che kaucu sendiri dengan tubuh menempel diatas
dinding pelan-pelan mulai bergeser kesamping.
"Hati- hati Bangsat itu hendak melarikan diri"
Peringatan itu berasal dari perempuan berkerudung itu,
sementara dia berseru, sepasang telapak tangannya bergerak
kesana kemari menghadang setiap jago yang berusaha
menerjang masuk kedalam ruangan itu...
Mendengar suara peringatan itu, Han siong Ki merasa
terkejut, dengan cepat dia melompat ke depan, tangan
kanannya secepat sambaran kilat melancarkan sebuah
serangan untuk mencekal tubuh lawannya..
Tiba-tiba di atas dinding ruangan muncul sebuah celah,
menyusul kemudian Thian che kaucu dengan cekatan
menyusup ke dalam celah didinding tadi untuk melarikan diri.
Cengkeraman dari Han siang Ki menyambar kemuka,
dengan tepat sekali ia berhasil mencengkeram lengan kiri
lawan.
Merasakan lengan kirinya kena dicengkeram Thian che
kaucu berusaha meronta dengan sekuat tenaga tapi tak
berhasil, sementara celah-celah yang membuka diatas dinding
mulai merapat.

1865
Han siong Ki membetot dengan sekuat tenaga dengan
dengusan kesakitan terdengar menggema dari balik celahcelah
ruangan, percikan darah kental segera berhamburan
kemana-mana, tahu-tahu ditangannya telah berhasil
mencengkeram sebuah kutungan lengan yang masih
mengucurkan darah kental, sedang Thian che kaucu sendiri
menggunakan kesempatan itu melarikan diri kedalam ruangan
rahasia.
Jeritan-jeritan kaget sementara itu menggema diluar
ruangan, keras sekali suaranya, mewarnai suasana hiruk pikuk
yang kian menjadi.
Dengan gemas Han siong Ki membanting kutungan lengan
itu keatas tanah, lalu dengan sekuat tenaga melancarkan
sebuah pukulan dahsyat keatas dinding ruangan yang penuh
dengan noda darah itu.
"Blaang " benturan yang keras menggoncangkan seluruh
ruangan itu, debu dan pasir berguguran dari atas
dinding...banyak atap yang berjatuhan ketanah, tapi dinding
itu tetap utuh seperti sedia kala, kiranya dinding tadi terbuat
dari baja yang kuat sekali, kecuali menimbulkan suara
beruntun keras yang memekikkan telinga. hampir boleh di
bilang dinding itu utuh dan tidak rusak..
Han siong Ki semakin gusar, matanya jadi merah padam
karena merahnya, ia merasa berat hati membiarkan musuhnya
kabur dengan begitu saja, karena itu sepasang telapak
tangannya kembali diayunkan kedepan.
Sementara itu belasan sosok bayangan manusia kembali
sudah menerjang masuk kedalam ruangan.
Tiba-tiba Han siong Ki putar badan dengan cepatnya,
dengan menghimpun tenaga penuh, telapak tangannya segera
diayun ke sana melancarkan sebuah bacokan kilat.
"Blaang" jerit kesakitan kembali berkumandang
memecahkan kesunyian, dua sosok bayangan manusia

1866
mencelat ke belakang dan terkapar ditanah dalam keadaan tak
bernyawa.
Menyaksikan keganasan musuhnya, jago-jago lainnya jadi
jeri dan ketakutan, mereka sama-sama mengundurkan diri
dari ruangan dan berusaha untuk menjauhkan diri dari
lawannya.
Sekali lagi Han siong Ki putar badannya, dia berusaha
menemukan tombol-tombol rahasia di atas dinding untuk
membuka pintu rahasia tersebut.
"Tak usah buang waktu dengan percuma sahabat" kata
perempuan berkerudung itu tiba-tiba, "ia sudah pergi jauh,
sekalipun tombol rahasianya kau temukan juga tak akan
berhasil untuk menyusul dirinya"
Pelan-pelan Han siong Ki memutar badan.
"siapakah engkau sahabat? " tegurnya.
"Kita hanya bertemu secara kebetulan, sebentar lagipun
akan berpisah kembali, buat apa kau tanyakan soal nama?
Daripada buang waktu hanya untuk menanyakan nama orang
lain, kenapa tidak kau tolong nona yang sedang ketimpa
kemalangan itu lebih dahulu"
"Kau... kau... darimana kau tahu ?"
"Tentu saja aku tahu " jawab perempuan berkerudung itu
singkat.
Sekujur badan Han siong Ki menggigil menahan emosi,
sambil menggigit bibir, ujarnya dengan penuh kebencian "Dia
telah tewas"
"Apa ? Go siau bi telah mati"
"Yaa, jenasahnya sampai sekarang masih berbaring
didalam ruang rahasia dibelakang sana"

1867
"Kenapa mati? Aku yang mengakibatkan kematiannya?"
kelihatan sekali kalau perempuan berkerudung itu merasa
terkejut sehingga suarapun kedengaran agak gemetar.
"obat si mia kim wan yang kudapatkan ternyata palsu."
"Siapa yang mengatakan bahwa obat Si mi kim wan itu
palsu?" tiba-tiba dari belakang meja sembahyang ditengah
ruangan itu berkumandang suara seseorang.
Menyusul ucapan tersebut, muncullah seorang nona
berbaju hijau maju ke depan dengan langkah lemah gemulai.
Nona berbaju hijau itu bukan lain adalah Cui hoa siancu si
dewi cantik bunga cui, Ting Hong adanya.
Menyaksikan kemunculan si nona itu, dengan sorot mata
yang mengandung cahaya buas Han siong Ki menatap
wajahnya tajam-tajam, lalu teriaknya dengan suara
menyeramkan "Ting Hong, aku hendak membunuh engkau"
"Membunuh aku? Kenapa ? " paras muka Cui hoa siancu
Ting Hong tampak sedikit berubah.
"Engkau akan kubunuh lebih dulu, lalu akan kucari ibumu
untuk membikin perhitungan"
"Membuat perhitungan ? Perhitungan apa ?"
"Ia telah menggunakan obat mustika si mia kim wan yang
palsu untuk membunuh orang."
"siapa yang telah terbunuh?" kembali nona itu bertanya..
"Calon istriku..."
"Aaah masa ia benar-benar telah mati?"
"Memangnya kau anggap aku cuma lagi membohongi
dirimu...?"
"siapa yang telah mati?" kembali seseorang perempuan
berkerudung munculkan diri dengan tergesa-gesa.

1868
Pertarungan yang berlangsung diluar ruangan masih tetap
berlangsung, hanya kali ini suara pertarungan itu tidak
sesengit pertarungan yang berlangsung sebelumnya.
-ooo0dw0ooo-
BAB 100
HAN SIONG KI mengalihkan sinar matanya keatas wajah
perempuan berkerudung yang baru saja munculkan diri itu,
dia hendak mengucapkan sesuatu tapi segera dibatalkan,
karena perempuan itu telah melepaskan sendiri kain
kerudungnya.
Apa yang diduga pemuda itu memang tidak keliru, dia
bukan lain adalah kakak seperguruannya Ko Goan cun.
"siapa yang telah mati?" sekali lagi Ko Goan cun bertanya.
"Go siau bi"
"Aaaah... masa Go siau bi benar-benar sudah mati?"
Cui Hua siancu Ting Hong yang berada disampingnya tibatiba
tertawa misterius.
"Andaikata ia belum mati bagaimana?" katanya kemudian
Begitu pertanyaan tersebut diutarakan ke luar serentak
semua orang berdiri tertegun, siapa yang bisa menghidupkan
kembali orang yang telah mati? Bukankah pertanyaan itu
adalah suatu pertanyaan yang terlampau aneh..? Han siong Ki
segera, mendengus dingin.
"Hmm. Mati hidup seorang manusia bukan permainan
kanak-kanak, aku tidak biasa untuk mengguraukan persoalan
seperti itu"
Senyuman yang semula menghiasi wajah Cui Hoa siancu
sekali lenyap pula tak berbekas

1869
"Manusia bermuka dingin" katanya pula: "kalau engkau
kurang percaya bagaimana kalau sekarang juga kita pergi
bersama-sama untuk membuktikan kebenaran dari ucapanku
?"
"Sutee ayo cepat membawa jalan buat kami". sela Ko Goan
cunpula dengan cepat, "siapa tahu kalau...."
Dengan perasaan apa boleh buat, Han siong Ki
mengangguk. dia lantas berjalan lebih dahulu menuju ke
ruang belakang, dan sesaat kemudian sudah tiba didalam
ruangan rahasia mayat Go siau-bi masih membujur diatas
pembaringan kayu itu.
Cui Hoa siancu Ting Hong segera maju beberapa langkah
ke depan, dipegangnya nadi Go siau Bi kemudian diperiksanya
dengan seksama kemudian dengan wajah bersungguhsungguh
ia berkata:
"Manusia bermuka dingin, bila lewat setengah jam lagi, dia
Akan benar-benar mati, bahkan kali ini dia mati ditanganmu
sendiri.."
"Jadi...jadi dia belum mati sekarang ?"
Perasaan Han siong Ki pada waktu itu yaa kaget yaa
girang, saking terharunya sampai perkataanpun jadi tergagap.
"oleh karena obat si mia kim wan mempunyai daya kerja
yang terlampau dahsyat, maka barang siapa menelan obat
tersebut maka seluruh peredaran darahnya akan menjadi beku
dan pernapasannya berhenti dalam keadaan begini maka
seseorang yang memiliki tenaga dalam cukup sempurna harus
membantunya seketika itu juga untuk melumerkan daya kerja
obat tadi, andai kata terlambat setengah jam saja maka
jiwanya tidak akan tertolong lagi, coba bayangkan sendiri,
seandainya sampai terjadi peristiwa seperti ini, siapakah yang
harus kau tuntut?."

1870
Sekarang Han Siong Ki baru menyesali sikap cerobohnya
yang mengakibatkan terjadinya peristiwa semacam ini,
seandainya ia minta keterangan yang sejelas-jelasnya ketika
minta obat mujarab itu mungkin tak akan sampai terjadi
peristiwa seperti ini, untung sekarang berjumpa dengan Ting
Hong. coba kalau tidak ? Bukankah nyawa Go siau bi akan
melayang dengan penasaran
Teringat sampai ke soal itu, diam-diam anak muda itu
merasa bergidik, bulu romanya pada bangun berdiri.
Dengan perasaan yang masih sangsi, pelan-pelan dia
menghampiri anak dara itu, kemudian diperiksanya denyut
jantung yang semula sudah berhenti itu..
Betul juga Ternyata keempat anggota badannya masih
hangat, denyutan nadipun masih berjalan seperti sedia kala
meski hanya denyutan yang lirih.
Secepat kilat Cui Hoa siancu Ting Hong menotok beberapa
buah jalan darah penting ditubuh Go siau bi, kemudian telapak
tangan kanannya ditempelkan pada jalan darah Thian to hiat,
sementara telapak tangan kirinya ditempelkan pada jalan
darah Meh keng hiat, hawa murninya yang cukup sempurna
sedikit-sedikit di salurkan ke dalam tubuh Go siau bi yang
masih menggeletak itu...
Seperminum teh kemudian, dengusan napas Go siau bi
kedengaran semakin keras, paras mukanya juga makin
bertambah semu merah, sebaliknya Ting Hong mulai
kepayahan, keringat bercucuran membasahi seluruh
badannya, pucat pias wajahnya, bahkan sekujur badannya
tampak sedikit gemetaran-
Menyaksikan kesemuanya itu dari sisi arena Han siong Ki
merasa berterima kasih bercampur menyesal.
Tiba-tiba Ting Hong membuyarkan telapak tangannya, lalu
kepada Han siong Ki ujarnya:

1871
"Bantulah dia dengan menyalurkan hawa murnimu lewat
jalan darah mia bun hiat, maka kesehatan tubuhnya segera
akan pulih kembali seperti sedia kala" sembari berkata dia
lantas bangkit berdiri
Han siong Ki menjura sambil mengucapkan rasa terima
kasihnya, katanya lebih jauh:
"Karena kurang teliti dan berbuat sedikit ceroboh, hampir
saja kusalahi diri nona, untuk bantuanmu sebelum dan
sesudahnya kuucapkan banyak-banyak terima kasih"
Dengan membelalakkan sepasang matanya yang jeli,
bening dan besar itu cui Hoa siancu Ting Hong mengawasi
beberapa kejap wajah Han siong Ki yang tampan dengan
wajah termangu dalam waktu yang amat singkat itu
perubahan terjadi diatas wajahnya, lalu ujarnya dengan suara
lirih:
"Aaah.... engkau terlalu banyak adat"
Seraya berkata diapun bangkit berdiri dan putar badan
meninggalkan ruang rahasia tersebut.
Sebagaimana telah dikatakan tadi, maka sepeninggalnya
Ting Hong, Han siong Ki segera menempelkan telapak tangan
kananya diatas jalan darah Mia bun hiat di tubuh Go siau bi,
hawa murninya disalurkan segulung demi segulung untuk
membantu dara itu.
Tak selang berapa lama kemudian, Go siau bi telah menarik
napas panjang, dia mambuka matanya kembali.
Melihat gadis itu sudah membuka matanya, kembaii Han
siong Ki menarik pula telapak tangannya, dengan penuh
kegembiraan dia berseru: "Adik Bi, engkau sudah sehat
kembali bukan?"
Go siau bi melompat bangun dari pembaringannya, ia
menyapu sekejap sekeliling ruangan itu dengan pandangan

1872
kaget, kemudian serunya dengan lirih: "Dimanakah aku
berada saat ini?"
"Engkau masih tetap berada dalam markas besar
perkumpulan Thian che kau"
Dengan biji matanya yang jeli Go siau bi menatap sekejap
semua orang yang berada dalam ruangan itu, dan Han siong
Ki segera memperkenalkan mereka kepadanya, tapi ketika
akan memperkenalkan perempuan berkerudung itu, dia jadi
malu sendiri sebab sampai sekarang dia sendiripun tak tahu
siapakah dia, cuma tahu kalau perempuan misterius itu juga
datang kesitu untuk menyatroni orang-orang Thian che kau.
Tampaknya perempuan berkerudung itupun cukup
menyadari akan keadaan tersebut, sambil tertawa ringan
segera ujarnya:
"Nona Go, kuucapkan selamat kepadamu karena terlepas
dari kematian, hidupmu di kemudian hari pasti akan diberkahi
banyak rejeki. Walaupun Thian che kaucu lolos dengan
membawa luka yang cukup parah, akan tetapi tidak sedikit
anak buahnya yang masih melakukan perlawanan dengan
tangguh, aku rasa kita harus segera pergi untuk
menyelesaikan persoalan ini.."
Meskipun separuh kata yang pertama ditujukan kepada Go
siau bi, tapi jelaslah sudah bahwa kata-kata yang terakhir
tidak lain ditujukan diri Han siong Ki.
Dengan pandangan sangsi Han siong Ki memandang
sekejap kearah perempuan berkerudung itu, lalu dengan
benak yang dipenuhi oleh teka teki yang tak terjawab, dia
ulapkan tangannya.
"kalau memang begitu, ayo kita segera berangkat" .
Maka berangkatlah beberapa orang itu meninggalkan ruang
rahsia tersebut. ketika mencapai tanah lapang diluar ruang
tengah, disana terlihat betapa banyaknya bayangan manusia

1873
yang bersimpang siur, mayat terkapar disana sini, bahkan
suara pertarungan masih terdengar di tempat yang agak jauh.
Ketika Han siong Ki munculkan dirinya, beberapa sosok
bayangan manusia segera memburu kedepan...
"saudara cilik"
"Han sauhiap"
"siau sicu"
Di tengah suara panggilan yang hiruk pikuk, si Pengemis
dari selatan, si padri dari utara, si dewa berjalan dalam tanah
dan beberapa orang kakek yang tak diketahui namanya
bermunculan disitu dan mengerumuni Han siong Ki bagaikan
lagi mengerumuni seorang tokoh persilatan saja.
Dengan sikap yang merendah Han siong Ki memberi
hormat satu demi satu kepada beberapa orang itu
Dalam pembicaraan itulah diketahui bahwa Pengemis dari
selatan adalah pemimpin dalam operasi kali ini diapun
menerangkan bahwa kawanan jago yang bergabung dalam
beberapa perkumpulan dan partai persilatan yang pernah
merasakan kekejian Thian che kau telah bersatu padu untuk
bersama-sama mendobrak kelaliman dan kekejaman orangorang
perkumpulan Thian che kau.
Tentu saja seandainya tiada Han siong Ki beberapa orang
yang secara kebetulan bertindak sebagai panglima pembuka
jalan bagi mereka, kemungkinan besar yang diselenggarakan
Pengemis dari selatan kali ini lebih banyak gagalnya daripada
mendapat sukses besar.
"omitohud" terdengar padri dari utara berseru memuji
keagungan sang Budha, "sausicu perkumpulan Thian che kau
berambisi besar, mereka bukan saja mencelakai nyawa
sesama umat persilatan, bahkan bercita-cita merajai seluruh
kolong langit. Maka ketika semua partai dan perkumpulan
ketika mendengar rencana ini segera bersatu padu melakukan

1874
operasi seperti apa yang kemudian terjadi pada hari ini, kalau
ingin tahu rahasia kesuksesan kami kali ini, maka boleh
dibilang Buyung li-siculah yang paling berjasa bagi kami"
"Buyung li-sicu? siapakah dia?" Han siong Ki bertanya
dengan hati terkejut.
Dewa berjalan dalam tanah yang gemuk lagi cebol
sehingga mirip badan yang membengkak itu sebera tertawa
cekikikan.
"Hiih... hiiih... hiih... masa kau tak tahu? Dia kan yang
paling cantik didunia ini..."
"Maksudmu Buyung Thay? " si anak muda itu coba
menegaskan ucapan rekannya itu.
"Betul Betul saudara cilik, kau memang lihay, sekali tebak
lantas mengenalinya"
"See... sebenarnya apa..apa yang terjadi?" anak muda itu
gelagapan.
Pengemis dari selatan mengetukkan tongkat tah kau pang
(tongkat penggebuk anjing) nya ketanah kemudian sahutnya
dengan wajah bersungguh-sungguh.
"saudara cilik, seandainya rekan Buyung tak melukiskan
peta lembah ini lebih dulu sehingga menerangkan semua
jebakan dan kekuatan yang ada dalam lembah ini kepada kita,
kemudian menyusun pula rencana yang matang untuk
mengimbangi kerja sama antara gerakanmu dengan gerakan
kami, coba bayangkan sendiri memangnya didunia ini terdapat
kejadian yang begini kebetulannya sehingga semuanya bisa
berlangsung hampir bersamaan waktunya? selain dari itu
kendatipun aku sipeminta-minta tua sudah bosan hidup tidak..
nanti akan kubawa pula rekan-rekan sekumpulanku untuk
datang kemari cuma untuk menghantar nyawa masing
masing? Haahh.. haaahh... saudara cilik jangan kau anggap
saudara tuamu sudah sinting, dan otaknya miring"

1875
Sekarang Han siong Ki baru memahami duduk perkara
yang sebenarnya, dengan adanya kejadian ini maka rasa
menyesalnya terhadap Buyung Thay juga semakin bertambah
mendalam, mimpipun dia tak menyangka kalau Buyung Thay
adalah seorang perempuan yang baik dengan maksud hati
yang sangat mulia. Maka dengan penuh perasaan cemas
diapun bertanya: "Engkoh tua, saat ini Buyung Thay berada
dimana.?"
"oooh... dia..?"
Tapi sebelum pengemis dari selatan sempat menyelesaikan
kata-katanya, tiba-tiba perempuan berkerudung itu menyela
dari samping:
"kalau ingin bercakap-cakap lebih baik di samping nanti
saja, sekarang lembah Liau huan tan sudah dimusnahkan dan
tujuan kalianpun sudah tercapai, aku rasa lebih baik cepatcepatlah
mengundurkan diri dari tempat ini"
Mendengar ucapan tersebut, serentak semua orang yang
ada dalam arena amat terperanjat.
"Sungguhkah perkataanmu itu?" pengemis dari selatan
segera bertanya dengan mengernyitkan alis matanya.
"Mau percaya atau tidak terserah pada kalian sendiri,
pokoknya aku hanya dapat memperingatkan demikian saja."
Han siong Ki lantas mengalihkan sorot matanya
memandang rekan-rekannya yang berada dalam ruangan
tersebut, lalu katanya:
"Lebih baik kalian semua mengundurkan diri terlebih dahulu
dari lembah ini"
"Bagaimana dengan engkau?" Go siau bi bertanya dengan
alis matanya berkernyit.
"Sebelum menemukan kembali Yu Pia lam aku bersumpah
tak akan meninggalkan lembah ini."

1876
"Heh... heeh... heehh Yu Pia lam sudah berada di luar
lembah sejak tadi, apa yang hendak kau nantikan lagi di
tempat ini?" ejek perempuan berkerudung itu sambil tawa
dingin.
"Tapi, tapi lengannya sudah kutung dan luka cukup parah,
mana mungkin dia bisa.."
Tapi sebelum ucapan Han siong Ki itu sempat diselesaikan,
perempuan berkerudung itu sudah berkata lagi:
"Memangnya kau anggap didalam lorong rahasia tersebut
tak ada orang yang siap menolong nyawanya? " .
Seketika itu juga Han siong Ki terbungkam, tapi rasa gusar
dan dendamnya tidak mereda karena itu, ia merasa walaupun
harus terbang ke langit atau masuk kebumi, dia bersumpah
tak akan melepaskan musuh besarnya dengan begitu saja.
"Aaaah... kalau ku analisa perkataan dari perempuan
berkerudung ini, jangan-jangan dia tahu kemana kaburnva
bangsat itu..." ingatan tersebut tiba-tiba saja melintas dalam
benaknya.
Berpikir demikian dengan suara dalam diapun bertanya:
"Nona, apakah engkau tahu kemana perginya Yu Pia lam
setelah melarikan diri dari tempat ini?"
Perempuan berkerudung itu segera tertawa dingin.
"Heeehhh.... heeehhh.... heeehhh Han siong Ki engkau
sebut aku sebagai nona, apakah kau sudah tahu kalau aku
bukanlah seorang perempuan yang pernah menikah?"
Mendengar sindiran tersebut merah padamlah selembar
wajah anak muda itu saking jengahnya, untuk sesaat dia tak
tahu bagaimana harus menanggapi perkataan tersebut..
Seakan-akan sedang menyindir lawan berbicaranya,
perempuan berkerudung itu kembali berkata..

1877
"Han siong Ki, sebut saja kau dan aku secara langsung,
bukankah sebutan itu jauh lebih enak kedengarannya daripada
sebutan nona atau sebutan lainnya"
Han siong Ki semakin tergagap lagi setelah mendengar
sindiran tersebut, tapi setelah termenung sebentar akhirnya
sambil tebalkan mukanya dia berkata..
"Apakah engkau tahu kemana larinya Thian che kaucu
setelah kabur dari sini ?"
"Tahu"
"Bersediakah engkau menerangkan rahasia tersebut
kepadaku?" kembali pemuda itu berkata.
"Tentu saja boleh, cuma kita harus mengundurkan diri lebih
dahulu dari lembah lian huan tau ini?"
Setelah perempuan tersebut berkata demikian maka
dengan perasaan apa boleh buat Han siong Ki mengangguk.
"Baiklah kalau memang begitu" katanya..
Kepada pengemis dari selatan serta kawanan jago lainnya
yang berkumpul disana dia berseru. " Engkoh tua, saudara
sekalian, ayolah kita bersama-sama mengundurkan diri lebih
dulu dari sini."
Dibawah komando pengemis dari selatan, maka semua
jago persilatan yang menyerbu masuk ke lembah Liau huan
tau dari pelbagai arah itupun sama-sama berkumpul untuk
kemudian bergerak menuju keluar lembah.
Setelah semua jago berangkat, Han siong Ki berpaling ke
arah Cui hoa siancu seraya ajaknya pula:
"Nona Ting, mari kita melakukan perjalanan bersama-sama,
tidak keberatan bukan?"
"Tentu saja " sahut nona Ting Hong.

1878
Kata-kata "tentu saja" itu kedengarannya agak menyolok.
ini membuat perasaan Han siong Ki sedikit bergerak.
Tapi dia tidak mempersoalkan lebih jauh menyusul
dibelakang pengemis dari selatan beserta rombongan,
berangkatlah mereka menuju ke luar lembah.
Setelah menempuh perjalanan beberapa li, tiba-tiba dengan
kuping berkerut Han siong Ki berpaling kepada Go siau bi
sekalian, ujarnya:
"suci, adik bi kalian berangkatlah satu langkah lebih dulu,
nantikan aku diluar lembah"
"sute apa yang hendak kau lakukan lagi ?"
"Kalian berangkat sajalah keluar lembah, aku cuma pergi
sebentar saja, sejenak pasti sudah menyusul kamu semua "
Tidak menanti jawaban lagi dia lantas putar badan dan
balik menuju kearah markas besar perkumpulan besar
perkumpulan Thian che kau, ternyata telah menemukan
bahwa perempuan berkerudung yang misterius itu tidak turut
serta bersama mereka, maka karena rasa tercengang dan
ingin tahunya diapun berangkat kembali menuju ke markas
untuk mengetahui apa gerangan yang sebenarnya telah
terjadi.
Belum lagi Han siong Ki berjalan balik menuju ke markas,
tiba-tiba dihadapan matanya nun jauh didepan sana terbiaslah
selapis cahaya api yang berkobar dengan hebatnya hingga
menjulang tinggi ke angkasa, jalan didepan sana telah terjadi
kebakaran hebat.
Menyaksikan apa yang terbentang didepan matanya,
pemuda itu lantas teringat dengan ucapan dari perempuan
berkerudung sebelum mereka berlalu tadi, segera pikirnya:
"Jangan-jangan kobaran api yang mengakibatkan
terjadinya kebakaran itu adalah hasil dari perbuatannya ?
Tapi.."

1879
Belum habis ingatan tersebut melintas ketika dilihatnya
anak buah perkumpulan Thian che kau sedang melarikan diri
terbirit-birit kesana kemari, rupanya kebakaran yang terjadi
secara tiba-tiba itu telah memaksa kawanan jago dari Thian
che kau yang semula pada menyembunyikan diri terpaksa
harus munculkan diri guna menyelamatkan jiwa masingmasing
.
Dengan kilatan mata yang buas Han siong Ki memandang
sekejap suasana kebakaran yang sedang berlangsung
dihadapan matanya itu, kemudian sambil membentak ia
menerkam ke muka, setiap jago musuh yang dijumpainya
segera dibantai secara keji hanya dalam waktu singkat
berpuluh-puluh sosok mayat telah tergelepar di tanah.
Tapi aneh sekali, sepanjang perjalanannya berjalan balik ke
markas, bayangan tubuh dari perempuan berkerudung itu
tetap lenyap tak membekas, jangan ditemukan, malahan
bayangannya pun tidak.
Dalam sekejap mata seluruh bangunan markas besar
perkumpulan Thian che kau yang megah dan anggun itu
sudah dimakan jago merah, kebakaran yang kian hebat
menghabiskan semua barang yang berada ditempat itu.
Perkumpulan terbesar dan termegah di kolong langit
dewasa ini, telah musnah oleh kebakaran yang maha besar,
agaknya perkumpulan itu memang sudah ditakdirkan musnah
menjadi abu.
Oleh karena Han siong Ki tidak berhasil menemukan apa
yang dicari, terpaksa dia balik keluar lembah dengan
kecepatan kilat..
Hebat sekali kebakaran yang sedang berlangsung waktu
itu, asap hitam sampai membumbung keangkasa dan
menyelimuti semua lembah tersebut hingga suasana jadi
gelap..

1880
Waktu itu semua jago sedang menantikan kemunculannya
dengan hati yang cemas, ketika akhirnya Han siong Ki
munculkan diri, semua orang menjadi amat gembira,
diantaranya tentu saja Go siau bi yang paling senang melihat
kemunculan anak muda itu.
Mulut lembah Lian huan tau telah berubah menjadi bukit
mayat lautan darah, tak usah diragukan lagi itulah akibat dari
perintah yang diturunkan Han siong Ki kepada sepasang
siluman hitam putih...
Cepat si anak muda itu maju menghampiri pengemis dari
selatan dan memberi hormat kepadanya sesampai dia disana,
ujarnya kemudian dengan perlahan.
"Engkoh tua, bukankah tempo hari aku pernah berpesan
kepadamu agar mencarikan jejak seorang perempuan yang
bernama Ting Hong?"
"Sekarang kutarik kembali permohonan tersebut"
"Kenapa ?" pengemis tua yang merupakan tianglo dari
perkumpulan kay pang ini bertanya keheranan.
"Sebab gadis yang kucari itu kini telah kutemukan jejaknya.
, . " seraya berkata sorot matanya lantas memandang
sekeliling tempat itu untuk menemukan jejak Ting Hong, tapi
aneh sekali, ternyata jejak Cui hoa siancu Ting Hong juga
tidak berada disana, hal ini membuat hatinya diam-diam
merasa sangat gelisah, andaikata Ting Hong pergi dan tak
kembali lagi, kemana dia harus mencari kembali jejak dara
itu? Dan bagaimana pula pertanggungan jawabnya terhadap
siJelek dari sinciu? sebab bagaimana pun dia telah berjanji
sendiri kepada perempuan itu bagaimanapun yang terjadi
nona itu harus dihantar sampai kehadapan ibunya.
Sementara si anak muda itu masih melamun si dewa yang
berjalan dalam tanah telah tertawa cekikikan sambil menepuk
bahu Han siong Ki ujarnya:

1881
"Siau lote, maafkanlah aku pun tidak bisa menemani
engkau terlalu lama disini, aku hendak pergi duluan yaaa"
"Loko apakah sampai sekarang engkau masih berdiam
dalam gudang arak dibawah tanah itu?" sapa Han siong Ki
juga sambil tertawa tergelak menahan gelinya.
"Heeh heeh heeh betul, aku masih ada disitu Han siau lote,
bila ada urusan mau cari aku, datang saja kerumahku dan
sekali panggil pasti aku akan segera munculkan diri"
Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling sambil ulapkan
tangannya kepada si pengemis dari selatan katanya:
"Pengemis tua, bila kau punya kegembiraan untuk
berkunjung kerumah.. jangan lupa membawa beberapa ekor
ayam panggang, kita berpesta pora disana sampai mabok
beberapa hari setuiu bukan?"
Ketika kata-kata yang terakhir itu di ucapkan keluar,
tubuhnya sudah berada beberapa kaki jauhnya dari tempat
semula.
Sepeninggal si cebol yang suka berjalan di bawah tanah itu,
dengan alis mata yang berkernyit, pengemis dari selatan baru
menatap pemuda kita katanya:
"Saudara cilik, aku dengar Thian che kaucu berhasil
melarikan diri dari cengkeramanmu? "
"Ya, dia berhasil kabur Maaf, semuanya itu adalah salahku
yang terlalu gegabah sehingga dia berhasil kabur lewat jalan
rahasia, meski demikian..."
"Kenapa?"
"Perempuan berkerudung yang misterius itu telah berjanji
akan memberitahukan kemana kaburnya bangsat tua
tersebut"
"Apakah engkau perlukan kekuatan dari pihak Kaypang
kami untuk bantu melakukan penggeledahan? "

1882
"Aku rasa hal ini tak perlu dilakukan lagi, terima kasih
banyak atas kesediaanmu?"
"Kalau memang engkau tidak membutuhkan bantuan dari
kami semua lagi, baiklah kalau begitu biar aku si pengemis tua
mempersilahkan rekan-rekan sealiran kita untuk berangkat
dan kembali ke rumahnya masing-masing"
"Memang ada baiknya sahabat sekalian kembali ke
rumahnya masing-masing, sebab perkumpulan Thian Che kau
telah berhasil kita tumpas, markas besarnya yang megah juga
telah terbakar jadi abu, semoga tak lama kemudian partaipartai
dan perkumpulan-perkumpulan yang pernah tertindas
dimasa lalu, sekarang bisa tumbuh dan berdiri kembali"
"saudara cilik", pengemis dari selatan lantas menyela, "aku
rasa aku si pengemis tua juga harus pulang ke markas lebih
dulu, eeeh.... Iya, aku hampir lupa Kapan kau undang aku
semua untuk minum arak kegiranganmu??"
Mendengar pertanyaan tersebut, Go siau bi yang berada
disisinya jadi malu sekali, dengan wajah merah padam dia
tundukkan kepalanya rendah-rendah. Han siong Ki sendiri
segera tertawa getir.
"Engkoh tua" sahutnya "asal dendam kesumat yang siaute
tuntut sudah berhasil mendapat penyelesaian, pasti akan
kukirim orang untuk mengundang kehadiran kalian semua."
"Haah... haah.. haaah... baik-baiklah, kalau begitu sampai
jumpa di lain waktu"
Maka berangkatlah Pengemis dari selatan memimpin
rombongan jago-jago silatnya meninggalkan tempat itu.
Suatu pertarungan yang menggetarkan langit dan bumipun
berakhir sampai disitu, suasana disekeliling mulut lembah pulih
kembali dalam keheningan.
Sekarang, disana hanya tinggal Han siong Ki, sepasang
siluman hitam putih, Ko Goan cun dan Go siau bi lima orang..

1883
Ko Goan cun yang selama ini hanya berdiam diri belaka,
tiba-tiba berkata dengan nada berat hati:
"sute, sekarang adik Bi sudah sehat kembali dan terlepas
dari segala ancaman mara bahaya, itu berarti aku harus
mohon pamit, bila dikemudian hari ada kesempatan, harap
engkau suka berkunjung ke tebing Kiu ci san untuk bermain"
Han siong Ki mengangguk dengan sedih:
"Lantaran persoalan dari adik Bi, aku membuat suci harus
berlarian kesana kemari dengan susah payah, kejadian ini
benar-benar membuat hatiku tak enak. suci, aku tak bisa
mengatakan lain kepadamu kecuali rasa terima kasihku ynng
amat besar atas kebaikanmu. Dikemudian hari bila ada
kesempatan aku pasti akan mengunjungi subo"
Setelah itu Ko Goan cun juga menyampaikan beberapa
pesan kepada Go Siau bi, setelah itu baru berpisah dan
berangkat kembali ke bukit Kiu cu san.
Menanti bayangan punggung dari Ko Goan cun pun ikut
lenyap dari pandangan mata, Go siau bi baru berkata:
"Engkoh Ki, bukankah engkau sedang mencari diri Cui Hoa
siancu Ting Hong?"
Mula-mula Han siong Ki agak tertegun, menyusul kemudian
diapun mengangguk.
"Yaa benar Bagaimanapun juga, perempuan itu kucari
sampai dapat, sebab ketika aku memohon obat mustika si mia
kim wan dari ibunya tempo hari, aku telah berjanji kepada si
Jelek dari sin ciu untuk menemukan kembali putrinya dan
menghantar kembali ke gua salju di bukit Ciong san"
"Engkoh Ki" katanya kembali. "aku lihat persoalan ini
bukankah suatu persoalan yang sederhana..."
"Heh....apa maksudmu dengan perkataanmu..." pemuda itu
berseru dengan wajah keherananTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1884
"Aku lihat dia sudah jatuh cinta kepadamu dalam
pandangan yang pertama . "
Mendengar jawaban tersebut, Han siong Ki segera
menengadah dan tertawa terbahak-bahak:
"Haaah... haaaah... haaah... adik Bi, engkau memang
pandai sekali bergurau"
"Tidak Aku sama sekali tidak bergurau, dan aku harap
engkau mengakui bahwa seorang gadis sering kali jauh lebih
lihay dalam soal pengamatan terhadap gerak gerik seseorang
daripada seorang pria, mau percaya atau tidak terserah pada
dirimu sendiri, tuh dia berada disana, cepatlah pergi kesana
untuk menemukannya."
Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Go siau bi tersebut, Han
siong Ki segera berpaling. betul juga tak jauh dari hadapannya
terdapat sebatang pohon besar dan dibalik pohon itu secaca
lapat-lapat tampak sesosok bayangan merah berdiri disana,
maka tanpa berpikir panjang lagi dia lantas menghampiri
batang pohon tersebut.
Sedikitpun tidak salah, dibelakang pohon benar-benar
berdiri seorang gadis dan gadis itu bukan lain adalah Cui hoa
siancu si dewi Cantik bunga Cui, Ting Hong adanya.
Sekali melompat Han siong Ki telah tiba dihadapannya, tapi
ketika menyaksikan mimik wajahnya pada waktu itu, seketika
itu juga Han siong Ki berdiri tertegun dengan perasaan amat
terkejut.
Ternyata wajah gadis ini sudah basah oleh noda air mata,
kiranya ia bersembunyi disitu karena sedang menangis terisak
dengan amat sedihnya...
"Nona Ting" diapun menyapa. Ting Hong menyeka air
matanya dan berpaling.

1885
"Aku tahu engkau datang untuk menyeret aku pulang, aku
tahu engkau hendak membawa aku pergi menghadap ayah
dan ibuku.. bukankah begitu.. ?" bisiknya dengan pedih.
Han siong Ki tertawa jengah:
"Nona Ting, apakah kau tega membiarkan ayah dan ibumu
setiap hari merindukan dan memikirkan dirimu. Apakah
engkau tidak kasihan melihat penderitaan mereka berdua.. ?"
"Tentang soal itu aku tahu.."
"Kalau sudah tahu, hal ini jauh lebih baik lagi" tukas Han
siong Ki cepat.
Tapi Ting Hong segera gelengkan kepalanya berulang kali.
"Jangan keburu bersenang hati lebih dahulu" katanya "
Wahai manusia bermuka dingin, tentunya kau belum
melupakan tentang sebuah persoalan yang pernah kau
sanggupi bukan"
"sebuah persoalan yang pernah ku sanggupi? Persoalan
apakah itu?" Han siong Ki makin tertegun.
"Tentu kau masih ingat bukan, sewaktu hendak masuk
kelembah Lian huan tau, engkau telah berjanji akan
memenuhi sebuah syarat yang kuminta, tentunya kau tidak
berusaha untuk mengingkari janji yang telah kau katakan
sendiri bukan"
"ooooh... kiranya soal itu Tentu saja... tentu saja aku tak
akan mengingkari janji yang pernah kuucapkan nona Ting
segera katakanlah apa permintaanmu itu, asal permintaan
tersebut bisa kulakukan pasti akan kupenuhi dengan segera".
"Dan pasti kau akan melaksanakan dengan segera?" Ting
Hong segera menegaskan.
"soal ini.. tentu saja"

1886
"Permintaan apapun?", gadis itu sekali lagi menegaskan
kata-katanya..
Suatu firasat melintas dalam benak Han siong Ki, tapi saat
ini keadaan ibaratnya nasi yang telah menjadi bubur, terpaksa
dengan keraskan hatinya dia mengiakan: "Tentu saja.. "
Sekulum senyum yang manis dan hangat seindah bunga
mawar yang mekar di musim semi tersungging diujung
bibirnya, sambil tersenyum malu-malu tiba-tiba gadis itu
bertanya. "Han siong Ki, cintakah engkau kepadaku?"
Ucapan yang blak-blakan dan langsung itu menyinggung ke
tujuan ini seketika itu juga membuat Han siong Ki berdiri
terbelalak dengan mulut melongo, untuk sesaat lamanya dia
tak mampu berkata-kata:
Akhirnya setelah gelagapan sendiri setengah harian
lamanya, dia baru mampu bertanya:
"Nona... apa... apakah itulah permintaanmu.. ? Apakah
itulah syarat yang kau ajukan?"
"Jangan kau persoalkan tentang masalah ini, katakan saja
kepadaku, cintakah engkau kepadaku ?"
"Tentang soal ini.."
"Tidak cinta ? sedikitpun tidak mencintaiku . ?" nona itu
mendesak lebih jauh.
Han siong Ki tertawa getir:
"Aku telah dijodohkan ibuku dengan seorang gadis, selain
daripada itu akupun.."
"Kan masih ada seorang gadis yang betul-betul kau cintai
dengan setulus hatimu yang bernama Tonghong Hui. tapi
kemudian ia telah mati bukan.. ?" sambung Ting Hong cepat.
Paras muka Han siong Ki berubah hebat, secara beruntun
dia mundur tiga langkah kebelakang.

1887
Perasaan anak muda itu betul-betul kaget bercampur
tercengang, dia tidak habis mengerti kenapa Cui hoa siancu
Ting Hong bisa mengetahui dengan begitu jelas bahwa
hatinya benar-benar sangat mencintai Tonghong Hui, bahkan
mengetahui pula bahwa Tonghong Hui telah mati, padahal
perkenalannya dengan gadis itu baru berlangsung tidak
sampai setengah harian lamanya.
Sementara dia masih melamun, Ting Hong telah
melanjutkan kembali kata-katanya:
"Meskipun secara resmi Go Siau bi adalah istrimu yang sah,
tapi aku tahu bahwa engkau sama sekali tidak mencintainya
dengan hati yang bersungguh-sungguh"
Han siong Ki semakin kaget bercampur tercengang sehabis
mendengar perkataan itu, sekali lagi dia mundur satu langkah
lebar, kebelakang, teriaknya dengan penasaran: "siapa yang
bilang kalau aku tidak mencintai istrinya ?"
-ooo0dw0ooo-
BAB 101
"ENGKAU mencintainya karena berdasarkan peraturan, kau
cinta karena ingin menjadi anak yang berbakti ingin mengikuti,
adat karena dia sudah menjadi calon istrimu lagipula ibumu
yang menjodohkan, maka terpaksa untuk menjaga nama kau
mengawininya, bukankah begitu Hmmm bila kau menyangkal
itu berarti bahwa engkau sedang menipu dirimu sendiri"
Setiap patah kata yang diucapkan Ting Hong, seakan-akan
pukulan martil yang menghajar hati Han siong Ki, tak kuasa
lagi peluh dingin membasahi sekujur badannya.
"Kau.. kau, berdasarkan apa engkau berani mengatakannya
begitu?" serunya kemudian tergagap.

1888
"Apa yang kudasarkan? Tentu saja aku berbicara
berdasarkan kenyataan"
"Nona Ting, katakan saja terus terang, apa maksud dan
tujuanmu yang sebenarnya mengucapkan kata-kata seperti
itu?"
"Maksud dan tujuanku..? Tentu saja aku dapat berbicara
demikian karena aku cinta kepadamu."
Keterusterangan dan keberanian gadis itu bicara secara
blak-blakan membuat Han siong Ki jadi tersipu dan menjadi
malu sendiri.
Cui hoa siancu Ting Hong, bukannya seorang gadis yang
tidak cantik, potongan badannya juga tidak kalah dengan
potongan badan dari Go siau bi, akan tetapi kecantikan wajah
seseorang bukanlah merupakan faktor terpenting bagi suatu
cinta, apalagi Han siong Ki adalah seorang pemuda yang
angkuh dan tinggi hati, setelah semua perasaan cinta kasihnya
dilimpahkan kepada Tonghong-Hui, ia merasa bahwa
sepanjang hidupnya sekarang tak mungkin akan mencintai
gadis lain- walau gadis itu memiliki kecantikan bak bidadari
dari kahyangan.
Buyung Thay, perempuan paling cantik di kolong langit
untuk masa itupun tidak berhasil menundukkan hati anak
muda ini, apalagi hanya seorang gadis muda seperti Ting
Hong, tentu saja pengharapannya itu tak akan menghasilkan
apa-apa.
"Engkau cinta kepadaku?" akhirnya sianak muda itu
kembali bertanya dengan lirih:
"Yaa, aku cinta kepadamu"
"Tapi, apakah nona Ting mengetahui bagaimanakah jalan
pikiranmu pada saat ini?"
"Bukankah engkau tak akan mencintaiku?" ucap Ting Hong
sambil mencibirkan bibirnya.

1889
"Tepat sekali perkataan dari nona Ting"
"oooh..kalau cuma perkataan itu sih tak menjadi soal, toh
aku mempunyai hak untuk mengajukan satu permintaan dan
engkau telah menyanggupinya, sekarang Go siau bi sudah
kembali kesisimu dengan aman. aku rasa tentunya engkau
tidak akan mengingkari janji yang telah kau ucapkan sendiri
bukan?"
Tercekatlah hati Han siong Ki setelah mendengar perkataan
itu, Ia tahu tak mungkin baginya untuk menghindari kejadian
tersebut, maka dengan sikap apa boleh buat dia berkata:
"Nona Ting, apakah kau menggunakan hal ini sebagai
pertukaran syarat dengans diriku"
"Mungkin juga begitu, mungkin juga tidak. kau harus
mengatakannya lebih dahulu, apakah janji yang pernah kau
ucapkan tempo hari sampai sekarang masih berlaku?"
"setiap patah kata yang diucapkan oleh seorang laki-laki
sejati tak akan diingkari kembali, tentu saja setiap patah kata
yang kuucapkan tetap berlaku"
"Bagus..." seru Ting Hong kemudian, "wahai Han siong Ki,
kau anggap aku benar-benar telah jatuh cinta kepadamu?"
Pertanyaan yang balik diajukan kepada anak muda itu
kontan membuat Han siong Ki tertegun, bagaimanapun juga ia
tak berhasil untuk menebak jitu maksud dan tujuan yang
sebenarnya dari lawannya ini.
Sementara itu Ting Hong masih menengadah sambil
tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya:
"Haaahh... haaahh.. haaahhh... Han siong Ki legakanlah
hatimu, Aku Ting Hong masih belum termasuk seorang
perempuan tak tahu malu yang mengemis cinta kepadamu. "
"Aku tahu cinta antara muda mud Harus berkembang
secara alami harus muncul dari hati yang jujur, cinta tak akan

1890
mungkin diperoleh dari suatu pemaksaan atau suatu
pengemisan yang memalukan."
"Bila seorang mengerti apa anti cinta yang sebenarnya,
maka dia tak akan memilih cara semacam itu untuk
mendapatkan cintanya."
"Cinta semacam itu hanya akan mendatangkan penderitaan
dan siksaan belaka daripada suatu kebahagiaan dan aku rasa
aku tak sudi mendapatkan cinta yang penuh dengan siksaan
dan penderitaan semacam itu.."
"Aaaai.. sungguh tak kusangka nona Ting adalah seorang
gadis yang berpandangan luas, kalau begitupun aku dapat
berlega hati" kata Han siong Ki kemudian sambil
menghembuskan napas panjang
"Aku tidak menerima ucapan semacam itu, terimalah
kembali kata-kata sanjungan itu"
"Baik kalau begitu, harap nona Ting segera mengajukan
syaratmu, sebab aku tak dapat menunggu dirimu terlalu lama
lagi"
Sementara pembicaraan antara mereka berdua masih
berlangsung, diam-diam tanpa menimbulkan jejak suarapun,
tampak sesosok bayangan manusia menyusup keluar dari
tempat persembunyiannya dan berlalu dari sana. "siapakah
orang itu? Tak seorangpun yang tahu"
Dalam pada itu Ting Hong telah berkata dengan wajah
yang bersungguh-sungguh:
"syarat yang hendak kuajukan sebenarnya kurang begitu
menyenangkan bagimu, tapi.. yaaa apa boleh buat?"
"Tak usah berputar-putar lagi, apapun syaratmu itu ayolah
cepat utarakan secara terus terang."
"Aku minta engkau bersedia menghapuskan janjimu
dengan ibuku, sanggup bukan?"

1891
"Kenapa?" Han siong Ki bertanya dengan wajah tercengang
dan perasaan tidak habis mengerti:
"sebab sampai detik ini aku masih belum suka berjumpa
muka dengannya, akupun belum ingin pulang kembali ke
rumahku digunung salju yang sepi dan jauh dari keramaian
dunia"
Han siong Ki sebera menolak sambil gelengkan kepalanya.
"Tidak. aku tak bisa penuhi kehendakmu itu"
Paras muka Ting Hong seketika itu juga berubah hebat,
serunya dengan suara yang dingini
"Ingatlah baik-baik manusia she Han, apa yang kuajukan
sekarang merupakan sebuah syarat yang harus kau penuhi,
bukankah telah kau katakan tadi bahwa perkataan yang telah
diucapkan oleh seorang laki-laki sejati untuk selamanya tak
dapat dirubah kemnbali, apakah engkau menyesal dengan
janjimu?"
"Justru karena aku tak ingin mengingkari janji, justru
karena aku harus memegang teguh ucapan dari seorang lakilaki,
maka aku tak dapat mengingkari janjiku kepada ibumu"
-ooo0dw0ooo-
Jilid 50
"AKU tidak ambil perduli, segala janjimu terhadadap ibuku,
pokoknya kau harus terima syaratku titik"
"Maaf nona Ting, bila permintaan lain yang kau ajukan
kepadaku, tentu akan kulakukan dengan senang hati, tapi
dalam soal ini aku benar-benar tak dapat memenuhi

1892
keinginanmu, aku tetap akan memegang teguh janjiku
terhadap ibumu" .
"Jadi engkau bersikeras akan menghantar aku pulang
kegua salju dibukit Ciong-san?"
"Tentu saja"
"Andaikata aku bilang tidak mau? Lantas apa yang hepdak
kau lakukan?"
"Maaf nona, engkau tak dapat mengajukan pilihan lain,
demi memenuhi janji terhadap ibumu, terpaksa aku harus
menyalahi engkau. bila kau tetap membangkang, maka aku
akan menggunakan kekerasan. "
"Ooooh.... jadi engkau hendak menawan diriku dan
menghantarnya pulang ke rumah?"
"Yaaa" jawab Han siong Ki dengan suara yang dingin dan
tak sedap didengar, "andaikata nona Ting tetap keras kepala
dam tak mau pulang sendiri ke gua salju, siapa tahu kalau
terpaksa aku harus menggunakan cara tersebut untuk
mencapai tujuanku?" Paras muka Ting Bong berubah hebat,
dengan gusar dia lantas berteriak keras:
"Han siong Ki, kau jangan sok jagoan, ketahuilah
pemaksaan yang berlarut-larut bisa membuat orang jadi
nekad"
"Aku tidak sok jagoan nona, akupun tidak memaksa dirimu
terlalu berlebihan, aku hanya herbuat seperti apa yang harus
kulakukan"
"sudahlah, kau tak usah mengajukan alasan yang dibuatbuat"
tukas si nona kemudian, " lebih baik masing masing
menempuh jalannya sendiri-sendiri dan anggaplah hal ini
sebagai suatu pertukaran syarat"
"Maaf nona, sebagaimana telah kukatakan tadi permintaan
dari nona tak dapat kupenuhi"

1893
"Hmm".
Ditengah dengusan yang amat dingin, tiba tiba Ting Hong
menjejakkan kakinya ke tanah, kemudian melambung ke
udara dan melayang menuju kedalam hutan.
Gerakannya ini boleh dibilang cepat sekali bagaikan
sambaran kilat, sayang meskipun nona itu cepat, ternyata Han
siong Ki bergerak lebih cepat lagi, cukup dalam sekali
kelebatan saja tahu-tahu ia sudah menghadang
dihadapannya.
"Han siong Ki engkau sungguh sungguh hendak mengajak
aku bertempur...?" teriak Ting Hong dengan marah.
"Bilamana hal itu merupakan suatu keharusan, maka aku
tak akan membantahnya"
"Kalau memang begitu sekarang juga lakukanlah, tak usah
kau tunggu sampai tiba saat yang kau maksudkan sebagai
suatu keharusan"
Ditengah bentakan yang amat nyaring, telapak tangannya
segera diayun kedepan melancarkan sebuah serangan kilat ke
tubuh Han siong Ki.
Sepintas lalu serangan tersebut tampaknya amat sederhana
dan sangat biasa, tapi justru dibalik kesederhanaan tersebut
tersimpanlah pelbagai perubahan yang luar biasa sejak ia
melepaskan serangan sampai bayangan telapak tangannya
hampir menyentuh ditubuh lawan, secara beruntun dia telah
mengganti dengan tiga macam jurus serangan yang berbeda.
Ting Hong, gadis cantik itu memang luar biasa, begitu dia
mangatakan hendak menyerang lantas melancarkan serangan,
kejadian semacam ini sungguh berada diluar dugaan orang.
Sedikit banyak Han siong Ki msmpunyai pikiran segan
untuk melangsungkan pertarungan dengan gadis itu, maka
menghadapi serangan yang bertubi tubi itu secara beruntun
dia mundur tiga langkah kebelakang.

1894
Gagal dengan serangannya yang pertama, Ting Hong
segera merubah jurus serangannya, sekali lagi dia menyergap
diri Han siong Ki dengan serangan-serangannya yang cepat
bagaikan sambaran kilat.
Han siong Ki mainkan sistim pertahanan dari ilmu pukulan
Mo mo ciang hoat, dia mengunci seluruh bagian tubuhnya
yang penting hingga terhindar dari serangah lawan, dalam
keadaan demikian meskipun jurus serangan dari Ting Hong
termasuk suatu gerak serangan yang aneh dan luar biasa, tapi
semua serangan itu tak satupun yang berhasil mencapai
sasarannya, melihat kenyataab tersebut dara itu baru
terkesiap. buru-buru ia robah kembali serangannya.
Dikala Ting Hong sedang merubah jurus serangannya untuk
memperketat posisi sendiri, tiba-tiba Han siong Ki menerobos
maju ke depan sambil melancarkan serangan denganjurus Moong
kou ciat (raja iblis menyembah loteng istana) jurus ini
merupakan salah satu jurus serangan yang paling ampuh
diantara tiga jurus serangan terampuh dalam ilmu Mo mo
ciang hoat, malahan kalau dihitung-hitung maka jurus
serangan inilah serangan terampuh diantara tiga jurus
serangan lainnya..
"Blaaaang" suatu benturan kekerasan tak dapat dihindari
lagi, ditengah dengusan tertahan tubuh Ting Hong mencelat
sejauh delapan depa lebih dariposisinya semula. "Nona Ting"
dengan dahi berkerut Han siong Ki segera menegur
"kuanjurkan kepadamu lebih baik dengarkan saja semua
nasehatku, mari lah ikut aku dan kita pulang kegua salju
dibukit Ciong-san untuk berkumpul kembali dengan orang
tuan u!"
"Tidak!" jawab Ting Hong dengan tegas, jelas sekali
hatinya sedang marah, terbukti dari bibitnya yang digigit
kencang-kencang.

1895
"Baiklah nona Ting" kata Han-siong Ki kembali "kalau toh
engkau tak mau mendengarkan nasehatku, terpaksa aku
harus menggunakan kekerasan untuk menghadapi dirimu!"
Dengan satu gerakan yang amat cepat sianak muda itu
menerkam mangsanya, sepasang jari tangannya yang
dipentangkan lebar seperti kaitan ba ja yang sangat kuat
mengcengkeram pergelangan tangan musuh dengan cepat,
gerak serangan ini mendadak, cepat dan tepat.
Ting Hong sendiri bukanlah seorang manusia sembarangan,
dengan suatu gerakan yang sebat dia tarik pergelangan
tangannya kebelakang, begitu terhindar dari cengkeram
tersebut, telapak tangan' nya berbalik kedepan dan secara
beruntun inelan carkau tiga buah serangan berantai.
Han-siong Ki rnemang memiliki banyak sekali jurus-jurus
serangan mematikan yang luar biasa dahsyatnya, tapi pemuda
itu tak berani mengguna kannya secara gegabah, sebab ia
kuatir kalau serangannya yang teramat dahsyat itu bisa
msngaki batkan musuhnya terluka.
Pada hakekatnya andiikata ia tidak didesak terus sehingga
terpaksa harus turun tangan, pemuda itu merasa segan untuk
turun tangan, tentu saja melukai gadis itu lebih-lebih tak
mungkin akan dilakukan olehnya...
Tapi bila ia tidak mengeluarkan jurus-jurus serangannya
yang mematikan, untuk sesaat gadis itu pun tak mampu
mengapa-apakan musuhnya, keadaan semacam ini membawa
anak muda itu menjadi serba susah...
Demikianlah, ketika Ting Hong secara beruntun
melancarkan tiga buah serangan berantai, Han siong Ki
terdesak hebat sehingga tanpa bisa dicegah lagi dia mundur
bebsrapa langkah untuk menghindarkan diri
Begitu si anak muda itu mundur, Ting Hong segera
manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, dia
melompat keudara dan berusaha melarikan diri dari situ.

1896
"Nona Ting, kau tak dapat pergi, percuma usahamu untuk
kabur dari sini" bentak Han siong Ki dengan dingin.
Sekali lagi dia menjejakkan kakinya keatas tanah dan
berkelebat kedepan untuk menghadang jalan perginya.
"Han siong Ki, engkau terlalu mendesak diriku, ketahuilah
binatang yang terpojokpun akan melawan, apalagi manusia."
bentak Ting Hong dengan geramnya.
"Weeeessss" sebuah pukulan yang bertenaga amat besar
segara dilontarkun kedepan untuk menghajar dada Han siong
Ki.
Sianak muda itu tahu bahwa gadis itu berusaha untuk
melarikan diri dari cengkeramannya, maka dengan cepat hawa
si mi sikangnya dikerahkan untuk melindungi seluruh badan-..
"Blaaaang" diiringi jeritan kaget, pukulan tersebut
bersarang telak pada sasarannya.
Serangan yang dilancarkan Ting Hong itu dengan tepat
menghantam diatas dada Han siong Ki, walaupun dia
mengandalkan hawa saktinya untuk melindungi badan toh
serangan tersebut cakup membuat hawa darah didalam
dadanya bsrgolak keras, matanya terasa berkunang kunang
dan kepalanya pusing tujuh keliling, meski demikian, diapun
berhasil pula mencengkeramkan pergelangan tangan kanan
Ting Hong yang digunakan untuk melancarkan serangan itu.,
"Lepaskan aku!" teriak nona itu dengan geram bercampur
mendongkol.
"Maaf" aku tak dapat memenuhi harapanmu itu Ting Hong
meronta dengan sekuat tenaga, tapi tidak berhasil melepaskan
diri dari cengkeraman itu, akhirnya dia jadi nekad, telapak
tangan kirinya tiba tiba diayunkan ke depan menghajar tubuh
musuh yang cuma terpaut beberapa inci saja itu. Han siong Ki
menyingkir ke samping dengan cekatan, cengkeramannya
pada pergelangan tangan musuh segera diperketat.

1897
Oleh gencetan yang sangat kuat itu, Ting Hong mendengus
tertahan, tangannya segera terkulai kembali_ke bawah,
sementara tatapan matanya penuh memancarkan rasa benci,
marah dan mendendam, demikian mendalamnya rasa benci
nona itu hingga cukup membuat orang yang memandangnya
jadi ikut bergidik.
Tampaknya dari kenekatan dan kekerasan kepala nona itu,
ia lebih rela dirinya mati dari pada pulang ke rumah...
Tapi mengapa ia sampai bersikap demikian? Suatu misteri
yang rasanya sukar untuk mendapatkan jawabannya!
Han-siong Ki tak mau pusing-pusing memikirkan persoalan
itu, dengan suatu gerakan cepat dia totok jalan darah gadis
itu, kemudian ia putar badannya herdak memanggil sepasang
siluman hitam putih......
Sebelum sesuatu tindakan dilakukan, tiba-tiba terdengar
serentetan suara yang amat menyeramkan berkumandang
datang:
"Manusia bermuka dingin, apa yang hendak kau lakukan?"
Mengikuti berkumandangnya ucapan tersebut kurang-lebih
dari arah tiga kaki dihadapannya muncullah sesosok bayangan
marusia yang bergerak sangat enteng seperti sukma
gentayangan.
Menyaksikan kemunculan bayangan manusia itu
berdebarlah jantung Han-siong Ki saking ngerinya, dia
mengamati orang itu dengan lebih seksama lagi......
Ternyata orang itu adalah seorang laki laki tampan berbaju
putih yang telah berusia tiga puluh-tahunan, meskipun
tampan wajahnya, sayang diantara alis matanya tampak
terlintas suatu sikap yang licik dan bengis, sehingga terasa
kurang sedap dipandang mata.
Setibanya di tengah arena, laki-laki berbaju putih itu
memandang sekejap kearah Ting Hong yang menggeletak

1898
ditanah dengan jalan darah tertotok itu, kemudian dengan
hawa membunuh yang menghiasi wajahnya tebal-tebal, ia
berkata seram:
"Lepaskan orang itu!"
"Hmmm! Siapa engkau?" tegur Han-siong Ki tak kalah
ketusnya.
Laki-laki itu tidak menjawab, sebaliknya mengulangi
kembali kata-katanya:
"Aku memerintahkan kepadamu untuk segera melepaskan
dirinya!"
"Huuuh......dengan dasar apa engkau memerintah diriku
untuk lepaskan dirinya?"
"Dengan dasar apa.? Heehh... heeehhh... heeehhh...
tahukah engkau bahwa dia adalah kekasihku?"
Mendengar pengakuan tersebut Han siong Ki merasakan
hatinya bergetar keras:
"Ting Hong adalah kekasihmu?" ia menegaskan.
"Yaa, benar"
"sayang seribu kali sayang, ia tak dapat kuserahkan
kepadamu dengan begitu saja"
"Apa yang siap kau lakukan terhadap dirinya.?" teriak laki
laki berbaju putih itu sambil maju tiga langkah lebar kedepan.
"Dia hendak kuserahkan kembali pada ibunya"
Untuk sesaat laki-laki berbaju putih itu terkejut, tapi hanya
sejenak. la segera tertawa dingin.
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh.... omong kosong, ayoh
sebetulnya dia akan kau lepaskan tidak?"
"Tidak"

1899
"Bangsat, kalau begitu engkau memang sudah bosan
hidup".
Diiringi bentakan nyaring, laki-laki berbaju putih itu
menerjang maju kemuka dan serangan tersebut cukup
membuat hawa didalam dadanya bergolak keras, matanya
berkunang-kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling, meski
demikian, diapun berhasil pula mencengkeramkan
pergelangan tangan kanan Ting Hong yang digunakan untuk
melancarkan serangan.
"Lepaskan aku" teriak nona itu dengan gemas bercampur
mendongkol.
"Maaf, aku tak dapat memenuhi harapanmu"
Ting Hong meronta dengan sekuat tenaga, ia tidak berhasil
melepaskan diri dari cengkeraman itu, akhirnya dia jadi nekad,
telapak tangannya tiba-tiba diayunkan ke depan menghajar
musuh yang cuma terpaut beberapa inci saja.
Han siong Ki menyingkir ke samping dengan cekatan,
cengkeramannya pada pergelangan tangan musuh segera
diperketat.
Oleh gencetan yang sangat kuat itu, Ting Hong mendengus
tertahan, tangannya segera tertarik kembali ke bawah,
sementara tatapan matanya penuh memancarkan rasa benci,
marah, dengan cepatnya bagaikan kilatan cahaya tahu tahu ia
sudah berada dihadapan Han siong Ki dan segera
melancarkan sebuah totokan kilat kemuka.
Waktu itu, Han siong-Ki sedang mencengkeram jalan darah
penting dipergelangan tangan Ting Hong, tentu saja ia tak
dapat berkelit, telapak tangan kirinya segera diputar satu
lingkaran kemudian dengan menggunakan jurus serangan
yang tak kalah ganasnya dia balik membacok pergelangan
tangannya...

1900
Menyaksikan datangnya serangan yang begitu dahsyat dan
berat, laki laki baju putih itu merasa terkesiap. cepat ia
menarik kembali serangannya sambil mundur tiga langkah ke
belakang.
Sementara itu, dua sosok bayangan manusia dengan
kecepatan yang luar biasa telah melayang masuk kedalam
arena pertarungan..
Siapakah mereka? Dua orang itu tak lain adalah Hek pek
siang yau sepasang siluman hitam dan putih.
Melihat kehadiran dua orang pembantunya, Han siong Ki
segera merentangkan sepasang tangannya dan melemparkan
tubuh Ting Hong kearah siluman putih Hong-ing ing.
"Jaga dia baik-baik" perintahnya. "lindungi dia jangan
sampai kena direbut lawan"
Siluman putih Hong Ing ing mengiakan, dengan cekatan dia
maju kedepan untuk menyambutnya .
Tampaknya lelaki baju putih itu merasa ada kesempatan
baik untuk merebut kembali pacarnya dari tangan musuh, tiba
tiba ia menerjang kemuka dengan kecepatan yang luar biasa,
tangannya seperti kuku garuda segera menyambar tubuh Ting
Hong yang masih melayang ditengah udara itu....
"Bangsat keparat Kau tak usah mencoba bermain gila
dihadapanku, enyah kamu dari sini" siluman hitam seng Keh ki
membentak keras.
Diiringi suatu bentakan yang amat nyaring, dia
melancarkan sebuah cukulan yang sangat hebat dari sisi
arena.
"Blaaang" ditengah benturan yang sangat keras, laki laki
berbaju putih itu terpental kembali ketempatnya semula,
sementara siluman putih Hong Ing ing telah menyambar dan
menerima tubuh Ting Hong yang dilontarkan ke arahnya itu.

1901
Tak terkirakan rasa gusar laki laki berbaju putih itu, dengan
muka merah membara ia berseru sambil menggigit bibir...
"Han siong Ki, kau manusia keparat Aku bersumpah tak
akan hidup berdampingan denganmu, aku akan menggunakan
segala daya upaya untuk mencabut nyawa anjingmu."
"Heeehhh.... heeehhhh... heeeehhh..." Han siong Ki ketawa
dingin tiada hentinya, dengan wajah yang tetap dingin dan
kaku ia berkata lebih jauh:
"saudara, aku harap engkau bersedia menjawab dengan
sejujurnya, benarkah dia adalah kekasihmu?"
"siapa yang menyangkal kalau dia bukan kekasihku?, Tentu
saja dia adalah pacarku yang sebenarnya"
"Kalau toh memang begitu, aku rasa engkau pasti
mempunyai nama bukan? Katakanlah dulu siapa namamu?"
"Hhmmm .Aku merasa tidak mempunyai keharusan untuk
menyebutkan namaku padamu"
"Kalau toh engkau segan untuk menyebutkan namamu, aku
harap engkau tinggalkan tempat ini.. saja"
"Boleh saja kalau menginginkan aku pergi dari sini, tapi dia
harus kau lepaskan lebih dulu"
"Bukankah kau adalah kekasihnya? Kenapa tidak kau cari
dirinya dirumah ibunya? Kalau hendak menemui dirinya lagi,
silahkan saja mendatangi gua salju dibukit Ciong san"
"Tidak Tidak bisa Dia tak dapat pergi dengan begitu saja"
Lama kelamaan Han siong Ki dibuat jengkel juga oleh
keketusan musuhnya, kontan ia mendengus dingin-
"HHmm saudara, sebenarnya apa yang hendak kau
lakukan? Katakan saja berterus terang"
Laki laki berbaju putih itu tidak langsung menjawab, ia
cabut keluar sebilah pedang pendek yang memancarkan

1902
cahaya berkilat, kemudian ketika senjata itu digetarkan maka
tampaklah kilatan cahaya pedang yang mengembang sampai
sepanjang tiga depa.
"Kau tak usah banyak ngebacot lagi, ayoh Kita bereskan
saja persoalan ini dengan kekerasan" demikian teriaknya.
"Huuuh Dengan mengandalkan kepandaianmu itu, kau
hendak menantang aku untuk berduel?"
"Kenapa? Memangnya kau anggap aku tak sanggup untuk
menandingi kepandaianmu?"
"Heeehhh...heeehhh...heeehhh... aku kuatir kalau engkau
masih belum berhak untuk bermain denganku"
Tak terkirakan rasa gusar laki laki berbaju putih itu, dia
merasa ucapan tersebut merupakan suatu penghinaan
baginya, sambil membentak nyaring, pedang pendeknya
segera digetarkan semakin kencang, hingga kini cahaya tajam
yang memancar keluar mencapai sejauh lima depa...
Siluman hitam seng Keh ki tak ingin ketuanya menghadapi
sendiri pertarungan itu, dia cepat maju ke muka seraya
berseru:
"Ciangbunjin, harap engkau suka mundur kebelakang,
serahkan saja orang ini kepada tecu"
Laki laki berbaju putih itu semakin gusar, ia mendengus
dingin, pedangnya diputar semakin kencang menciptakan
selapis hawa pedang yang tajam dan mengerikan untuk
mengurung sekujur badan siluman hitam itu.
Siluman hitam Seng Keh-ki sendiri cukup mengetahui
lihaynya ancaman tersebut, cepat badannya mengigos delapan
depa kesamping, begitu terlepas dari ancaman cahaya pedang
musuh...........
Sreet! Sreeet! Secara beruntun ia lancarkan tiga buah
serangan berantai.

1903
Laki-laki berbaju putih itu segera menarik kernbali
serangannya, tiba-tiba dia mengayunkan tangannya kedepan,
pedang pendek itu segera terlepas dari cekatannya
menembusi hawa pukulan siluman hitam yang sangat kuat
dan langsung mengancam kearah dadanya.
Tindakan ini boleh dibilang luar biasa sekali, bukan saja
serangan dilancarkan secara tiba-tiba bahkan kehebatannya
tak terkirakan, dalam keada an demikian, sekalipun ilmu silat
yang dimiliki siluman hitam jauh lebih lihaypun sulit rasanya
untuk menghindarkan diri dari sergapan kilat yang terduga
ini.......
"Criiiing........!" tiba-tiba terdengar suara gemerincingan
nyaring menggema diangkasa.
Cahaya pedang tersebut setelah membentuk gerakan satu
setengah lingkaran busur segera meluncur kembali ke tangan
laki-laki baju putih itu.
Kiranya Han-siong Ki sudah was-was dan
memperhatikannya dengan seksama, begitu ia saksikan
betapa lihaynya ilmu pedang lawan yang disertai dengan
tenaga dalam yang dahsyat itu, maka dikala laki-laki tersebut
melontarkan pedang pendeknya melakukan sergapan maut,
secepat kilat diapun melancarkan sebuah serangan jari tangan
yang tajam.
Untung serangan tersebut bersarang telak diujung pedang
itu, sehingga pada detik yang terakhir ia berhasil menyampok
jatuh pedang itu dan menyelamatkan jiwa rekannya.
Siluman hitam Seng Keh-ki sendiri, kendatipun berhasil
lolos dari ancaman bahaya maut, tak urung peluh dingin
sempat mengucur juga memba sahi seluruh tubuhnya.
Dia ingin maju lagi ke depan, tapi Han-siong Ki segera
ulapkan tangannya seraya berkata:

1904
"Kau mundur saja ke belakang, biar aku yang
membereskan sendiri orang ini" Dengan wajah tersipu sipu,
siluman hitam segera mengundurkan diri dari tempat itu.
Laki laki berbaju putih itu sendiri memandang sekejap
kearah Han siong Ki dengau pandangan terperanjat, lalu tanpa
mengucapkan sepatah katapun ia menerjang ke muka sambil
melepaskan serangkaian serangan yang maha hebat.
Waktu itu, Han siong Ki benar-benar sudah diliputi hawa
amarah yang menyala-nyala, hawa sakti si mi sinkang nya
disalurkan hingga mencapai sepuluh bagian, kemudian
dibabatnya ke tubuh lawan yang kebetulan sedang menerjang
tiba itu.
Kabut putih yang amat tebal sebera menggulung-gulung
bagaikan permainan ombak di samudra, seseorang tampak
mendengus tertahan, menyusul kemudian laki-laki berbaju
putih itu terlempar sejauh dua kaki lebih ke belakang.
Pada saat yang bersamaan ketika laki-laki berbaju putih itu
mencelat ke belakang, tampaklah sekilas cahaya putih yang
menyilaukan mata meluncur ke muka dan mengancam dada
Han siong Ki.
Kiranya sewaktu laki-laki berbaju putih itu melancarkan
tubrukan kemuka tadi, sekalian diapun melontarkan pula
pedang terbangnya untuk melukai lawan.
Padahal waktu itu Han siong Ki sedang mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melancarkan serangan, tak terkirakan
rasa kagetnya menyaksikan munculnya kilatan cahaya pedang
yang tahu-tahu sudah muncul dihadapan matanya, dalam
keadaan begini, sekuat tenaga ia membuang tububnya
kesamping...
Sayang terlambat, tiba-tiba ia merasa kesakitan yang luar
biasa hingga merasuk kedalam tulang, ternyata lengan kirinya
sudah kena ditembusi oleh pedang terbang itu hingga terluka,
darah mengucur keluar dengan derasnya......

1905
Cepat cepat ia totok beberapa buah jalan darahnya untuk
menghentikan aliran darah tersebut.
Pedang terbang itu sendiri, oleh karena pada pangkal
gagangnya terikat oleh seuntai rantai yang kuat, maka begitu
berhasil mengenai sasarannya, cepat pedang tersebut ditarik
kambali kebelakang.
Luka dalam yang ditarik laki-laki berbaju putih itu tidak
terlampau parah, terbukti dia lantas melompat bangun dan
berusaha melarikan diri dari situ.
Han siong Ki merasa penasaran sekali, apalagi setelah
terluka, hawa napsu membunuhnya makin menyelimuti
wajahnya, dengan gerakan cahaya kilat lintasan bayangan dia
menyusup ke depan dan menghadang jalan pergi orang itu
kemudian secara beruntun ia lancarkan lima buah serangan
berantai yang rata rata bertenaga penuh.
Bukan saja serangan tersebut cepatnya luar biasa, bahkan
disertai juga tenaga dalam sebesar dua belas bagian, bisa
dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut.
Selihay lihaynya laki laki berbaju putih itu, mana mungkin
dia sanggup menghadapi lima buah serangan berantai itu, jerit
kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, sambil
muntah muntah darah kental, tubuhnya terpental kurang lebih
tiga kaki jauhnya dari tempat semula dan tak sanggup bangkit
kembali.
Hawa napsu membunuh dari Han siong Ki tidak karena
kejadian itu lantas padam. begitu musuhnya roboh ia
menerjang maju lebih ke depan sskali lagi telapak tangannya
diayun kebawah untuk melancarkan sebuah serangan yang
mematikan.
Seandainya serangan tersebut bersarang telak di tubuh
orang itu, tak ampun lagi laki laki berbaju putih itu pasti akan
terhajar sampai hancur dan remuk berkeping-keping......

1906
Untunglah disaat yang amat kritis itulah tiba tiba dari arah
samping muncul segulung angin pukulan maha dahsyat yang
langsung menggulung ke tubuh Han siong-Ki.
Merasakan betapa beratnya ancaman itu, anak muda itu
segera menarik kembali serangannya sambil mundur dengan
hati terkejut. Ketika penyergap itu diamati dengan lebih
seksama lagi, maka terlihatlah bahwa orang yang barusan
melancarkan serangan itu bukan lain adalah, perempuan
berkerudung yang misterius itu.
Kemunculan si perempuan berkerudung yang tepat
menghalangi niatnya untuk melukai pemuda berbaju putih itu,
sungguh jauh diluar dugaan Han siong Ki, untuk sesaat
pemuda itu tertegun.
"Eeh sebenarnya apa maksudmu menghalangi niatku untuk
menghajar mampus bangsat itu....?" teriak pemuda itu
kemudian dengan kemarahan yang belum mereda.
"Hmmmm" perempuan berkerudung itu mendengus dingin,
"bukankah engkau pernah menerima kebaikan dari Ting Hong
maupun ibunya? Mengapa kau hendak membinasakan
kekasihnya sekarang? Tidakkah engkau merasa bahwa
tindakanmu itu ibaratnya air susu yarg dibalas dengaa air
tuba..?"
Mendengar perkataan itu, Han siong Ki jadi amat terkejut,
tanpa disadari ia mundur satu langkah lebar ke belakang.
Tepat sekali ucapan tersebut Bagaimanapun juga ia
memang tak pantas membinasakan laki laki berbaju putih itu,
sebab diantara mereka tak pernah terikat sengketa atau
perselisihan yang harus diakhiri dengan suatu pertumpahan
darah.
Untuk sesaat lamanya anak muda itu termenung dan tak
tahu apa yang harus dilakukan... mendadak ia seperti
merasakan kehilangan sesuatu, dengan mata yang tajam
iapun celingukan kesana kemari seperti mencari seseorang,

1907
agaknya ia tidak temukan diri Go siau bi ada bersama mereka,
maka diapun berseru.
"Eeeh.. aneh benar, kemana ia telah pergi? Kenapa tidak
nampak batang hidungnya?"
"siapa yang kau cari....? Go siau-bi maksudmu?" sela
perempuan berkerudung itu
"Yaa, dia... dia ada dimana?".
"Dia telah pergi"
"Apa? Dia telah pergi..?" kata Han siong Ki dengan
perasaan tak karuan, saking kagetnya sampai nada suaranya
juga kedengaran agak gemetar....
"Ya, dia sudah pergi Maafkanlah daku, aku telah berusaha
dengan sepenuh tenaga untuk menghalangi kepergiannya,
tapi sayang... usahaku itu gagal. akhirnya aku tetap tidak
berhasil untuk menahan dirinya agar jangan pergi"
"Kemana ia telah pergi?"
"Siapa yang tahu?"
Han-siong Ki jadi panik sekali, dia segera menjejakkan
kakinya siap meninggalkan tempat itu.....
"Ciangbunjin tunggu sebentar!" tiba tiba siluman hitam
Seng Keh-ki memanggil dengan hormat, dia lantas
menghampiri ketua perguruannya.
"Ada urusan apa?" tanya pemuda itu sambil menghentikan
gerakan tubuhnya.
"Tecu telah menemukan surat yang ditinggalkan nona Go,
barap ciangburjin suka memeriksanya lebih dulu!"
Seraya berkata dia lantas mengangsurkan sepucuk surat
ketangan ketuanya.

1908
Tampaknya Han-siong Ki sudah mendapat firasat jelek, ia
tahu ada suatu kejadian yang luar biasa dan tak diinginkan
terjadi, tanpa sadar sekujur badannya menggigil keras,
jantungnyapun ikut berdebar kencarg, peluh sebesar kacang
kedelai membasahi seluruh kening dan tubuhnya........
Dari tangan siluman hitam disambutnya selembar kain
potongan yang penuh dengan tulisan, tampaknya kain itu
sengaja dirobek dari bajunya sebagai pengganti kertas.
Tulisan diatas kain itu ditulis dari arang, ini menunjukkan
betapa kalut dan bingungnya pikiran Go Siau-bi ketika
menyusun kalimat dan menulisnya dikain tersebut.
Memegang kain yang penuh berisikan tulisan itu Han-siong
Ki tak dapat menahan emosinya, tangan yang memegang kain
itu tampak sedikit menggigil.
Untuk sesaat pemuda itu memejamkan matanya ketika
perasaan dan pikirannya telah menjadi tenang kembali, ia
baru membuka matanya dan membaca surat tersebut.....
-ooo0dw0ooo-
Bab 102
TERBACALAH surai itu berbunyi demikian;
"Engkoh Ki yang kusayangi; Bila kau sedang membaca
surat ini, maka aku sudah jauh berada disisimu, maafkanlah
kepergianku yang kulakukan secara diam-diam ini aku tak
ingin pergi sepengetahuanmu, maafkanlah aku karena aku
pergi tanpa pamit!
Selama hayat masih dikandung badan, aku akan tetap
mencintaimu, semua kasih sayangku padamu akan kusimpan
terus dihati sampai akhirnya kubawa kembali ke liang kubur.

1909
Ketahuilah engkoh Ki, aku amat mencintai dirimu baik
semasa masih hidup maupun setelah aku mati nanti, cintaku
kepadamu tak akan padam tak akan sirna karena alasan
apapun jua.
Aku tahu, cinta adalah suatu pengorbanan, cinta yarg suci
dan murni bukanlah membutuhkan suatu pembalasan yang
setimpal, atau dengan perkataan lain, aku tak akan
menggubris apakah engkau mencintai aku atau tidak, tapi
yang pasti aku amat mencintaimu, inilah cintaku yang
pertama, juga cintaku yang terakhir kalinya, semua kasih
sayangku telah kupersembahkan hanya untuk mu seorang.
Sampai sekarang, walaupun antara kau dan aku belum
pernah melakukan hubungan sebagai suami istri, tapi diatas
kertas aku telah menjadi istrimu yang sah, maka sampai
matipun aku tetap akan menjadi setannya keluarga Han.
Perkawinan kita adalah suatu kekeliruan yang besar, aku
rasa dalam hal ini ergkaupun tak akan menyangkal.
Setiap apa yang pernah dikatakan nona Ting, cinta antara
seorang laki-laki terhadap seorang pe rempuan harus tumbuh
secara siam. harus muncul dari dasar hati yang dalam, cinta
tak dapat di peroleh dari suatu penekanan, suatu paksaan
atau mengemis dari orang lain. Aku cukup memahami arti dari
ucapan itu, akupun dapat menarik kesimpulan dari perkataan
itu bahwa cinta yang didapat dari mengemis atau suatu
pernaksaan adalah cinta yang palsu, cinta yang tidak
sungguh-sungguh, bukan kebahagiaan yang akhirnya akan di
peroleh melainkan suatu siksaan, suatu penderitaan sepanjang
hidup.
Setelah memahami keadaan yang sebenarnya, ma ka
kuputuskan untuk pergi meninggalkan kau!
Engkoh Ki! Aku tahu engkau akan bersedih hati, kau akan
merasa tertekan jiwanya, sebab engkau adalah seorang yang
berhati panas meski diluafan wajahmu tampak selalu dingin.

1910
Tapi.....yaa, aku minta kau tak usah terlalu menyalahkan
dirimu sendiri, aku pergi karena maksud hatiku sendiri, sebab
dengan demikian pc rasaan kita berdua akan mendapat
ketenteraman dan ketenangan.
Berat rasanya kutinggalkan dirimu, tapi kau tak usah kuatir,
dimanapun aku berada sejak kini, hatiku selalu hanya
untukmu, pikiran dan perasaanku akan selalu mendampingi
dirimu.
Semoga kau bahagia selalu.
Salam penuh kerinduan dari, Adik Siau-bi.
Bagaikan seseorang yang tercebur kedaiam gudang es
yang sangat dingin, Han-siong Ki merasakan sekujur badannya
jadi beku dan kaku, mu kanya puoat pias seperti mayat, untuk
sesaat lama mya ia tak tahu api yang musti dilakukan.
Mimpipun ia tak menyangka kalau pembicaraannya dengan
Ting Hong belum lama berselang mengakibatkan kepergian Go
Siau bi tanpa pamit
Tiba-tiba pandangan matanya jadi gelap tubuh nya jadi
sempoyongan dan hampir saja roboh ke-tanah, untuk pertama
kalinya ia merasakan suatu kekosongan, untuk pertama
kalinya ia merasa kesepian dan hidup yang tak berarti, semua
siksaan dan penderitaan dalam hatinya membuat pemuda itu
tanpa terasa merintih......
Tonghong Hui, gadis yang disayang dan dicintai dengan
segenap jiwa raganya telah mati!
Go Siau-bi, bakal istrinya yang selalu terbuai diantara
permainan, hidup yang serba menyedihkan kini telah pergi!
Sekuat tenaga ia menarik narik rambut sendiri, darah
mengucur keluar dari sela sela jari tangannya, tampaknya
pemuda itu hendak menggunakan siksaan badan untuk
mengurangi rasa siksaan yang dialami batinnya.

1911
Sepasang siluman hitam putih hanya bisa memandang
tingkah laku ketuanya dengan wajah tertegun, mereka tak
berani memberi komentar, apalagi menghiburnya dengan
kata-kata yang manis.
Ting Hong terkapar dengan jalan darah tertotok,
sedangkan laki laki berbaju putih itu berbaring tak sadarkan
diri karena isi perutnya yang terluka parah, terhadap adegan
yang sedang berlangsung didepan matanya tentu saja mereka
tidak merasa apa-apa.
Akhirnya perempuan berkerudung itulah yang maju
beberapa langkah ke muka, lalu berkata dengan suara yang
berat dan dalam:
"Han siong Ki Ingat baik-baik, perpisahanmu ini hanya
suatu perpisahan untuk sementara waktu saja, bukan suatu
perpisahan karena kematian, kenapa engkau musti berkeluh
kesah seperti seorang manusia yang tak bersemangat?
Memangnya dikemudian hari kau tak bisa mencari dirinya lagi?
Memangnya.. di kemudian hari engkau sudah tak punya
kesempatan untuk bertemu lagi dengannya? Kau harus ingat,
apa yang harus kau lakukan lebih dahulu pada saat ini"
Bagaikan disambar geledek disiang hari bolong ucapan
tersebut segera menyadarkan kembali si anak muda itu dari
lamunannya.
Dengan sekujur badan bergetar keras, Han siong Ki
memandang sekejap kearah perempuan berkerudung itu
dengan pandangan penuh berterima kasih, setelah memberi
hormat kepadanya iapun berkata:
"Bukankaht engkau pernah berjanji kepadaku akan
memberitahukan kemana kaburnya Thian che kaucu?"
"Yaa betul" sahut perempuan berkerudung itu sambil
mengangguk, "tapi sebelum kau pergi mencari gembong iblis
itu ditempat persembunyiannya, terlebih dahulu engkau harus
selesaikan dahulu masalah yang sedang kau hadapi sekarang"

1912
Han siong Ki segera mengalihkan perhatiannya ke atas
wajah siluman hitam seng Keh ki dan siluman putih Hong mg
ing, lalu ujarnya, dengan suara tegas:
"Aku sebagai ciang bun jin bersedia memberi ijin kepada
kalian berdua untuk mengundurkan diri dari perguruan Thian
lam pay"
Mendengar perkataan itu, sekujur badan siluman putih
maupun siluman hitam bergetar keras, cepat-cepat mereka
jatuhkan diri berlutut keatas tanah.
"oh.... ciang bunjin" rengek mereka berbareng "dosa dan
kesalahan apakah yang telah tecu lakukan, sehingga engkau
begitu tega mengusir kami berdua dari perguruan?"
"Kalian berdua telah salah artikan maksud hatiku, ayoh
bangunlah lebih dulu"
"Harap ciang bunjin bersedia memberi penjelasan lebih
dulu sebelum tecu berdua bangun berdiri"
Dengan pandangan yang tajam Han siong Ki mengawasi
kedua orang anak buahnya itu, kemudian sepatah demi
sepatah kata dia berkata:
"Kalian berdua adalah sisa anak murid Thian it-bun yang
masih hidup di dunia hingga saat ini, apakah kalian berdua
tiada berniat untuk membangun kembali perguruanmu serta
membalas budi kebaikan yang pernah kalian terima dari
gurumu dimasa lalu?"
Agak kaget kedua orang itu ketika mendengar perkataan
tersebut, dengan suara gemetar siluman hitam lantas berkata:
"Tecu suami istri bersumpah untuk mengikuti ciangbunjin
sepanjang masa, tecu tak ingin mengingkari sumpah yang
telah tecu ucapkan sendiri"
"Tapi aku kan memberi ijin khusus kepada kalian berdua
untuk meninggalkan perguruan?"

1913
"Tecu berdua tidak berani, tecu berdua tetap ingin
mendampingi diri cianbunjin"
"Bagaimana kalau kataku barusan merupakan suatu
perintah? Apakah kalian berdua juga ingin membangkang
perintahku?"
"Tentang soal ini... tentang soal ini..." untuk sesaat siluman
putih maupun siluman hitam jadi tergagap, mereka tak taliu
bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.
"Ayoh bangun" sekali lagi Han siong Ki memerintahkan
kedua orang itu untuk bangkit.
Kali ini dua orang siluman tersebut tak berani
membangkang, merekapun bangkit berdiri.
Setelah kedua orang itu berdiri, dengan wajah yang keren
dan bersungguh sungguh Han siong Ki berkata lagi:
"Sekarang dengarkan baik baik perkataanku, bawalah Ting
Hong dan hantar dia ke gua salju dibukit ciong san, serahkan
gadis ini kepada ibunya si Jelek dari Sin Ciu, katakan
kepadanya bahwa aku telah menepati janjinya dengan
menghantar putrinya, katakan juga bahwa perbuatanku ini
sebagai tanda balas budi atas hadiah obat mustikanya. Selesai
melaksanakan tugas tersebut, kalian berdua boleh pergi
sesuka hati kalian dan kalian pun tak usah datang menjumpai
diriku lagi"
Sepasang siluman hitam dan putih segera menunjukkan
wajah keberatan, malah siluman putih Hong Ing ing segera
berkata dengan kepala tertunduk:
"ciangbunjin, harap engkau bersedia untuk menarik kembali
perintahmu, tecu bersedia mendampingi ciangbunjin sampai
akhir masa"
Walaupun dihati kecilnya Han siong Ki merasa sangat
terharu, namun diluaran ia tetap bersikap dingin dan hambar..

1914
"Tidak" tampiknya "setiap patah kata yang telah
kuucapkan, selamanya tak akan ku ubah kembali"
Ucapan tersebut membuat sepasang siluman salting
berpandangan beberapa kejap, akhirnya siluman hitampun
berkata pula dengan nada yang sangat menghormat.
"Tecu berdua bersedia turut perintah, namun tecupun
mempunyai satu permintaan, apakah ciangbunjin bersedia
untuk mengabulkannya?"
"Apakah permintaan kalian itu? Coba kalian katakan secara
berterus terang"
"Ijinkanlah kami untuk menyebut ciangbunjin sebagai tuan
majikan sebagaimana sebutan kami dahulu, dan sebutan
tersebut rasanya tak mungkin bisa tecu rubah lagi selama tecu
berdua masih hidup didunia ini"
Han siong Ki benar benar merasa sangat terharu dengan
penuh luapan emosi sahutnya:
"Baiklah, aku tahu betapa besarnya cinta kasih kalian
berdua kepadaku, rasanya kurang baik bila kutampik juga
permintaan kalian ini, anggaplah kukabulkan keinginan kalian
itu"
"Terima kasih banyak atas kebijaksanaan tuan majikan"
Dua orang siluman itu berseru dengan gembira.
"sudahlah, kalian tak usah membuang banyak waktu lagi,
Nah sekarang berangkatlah"
"Selamat tinggal tuan majikan"
sekali lagi dua orang siluman itu memberi hormat,
kemudian baru bangkit berdiri. siluman putih Hong Ing ing
pun segera menyambar tubuh Cui hoa siancu Ting Hong, dan
kedua orang itu pun berangkat menuju ke gua salju dibukit
Ciong san.

1915
setelah bayangan tubuh mereka hilang dari pandangan,
perempuan berkerudung itu baru menuding kearah laki laki
berbaju putih itu seraya ucapnya: "Engkau tahu siapakah
orang ini?"
"Tidak tahu" dengan kebingungan Han siong Ki gelengkan
kepalanya berulang kali.
"Dia adalah cucu muridnya Huan yu- it koay (manusia
paling aneh dari seluruh jagad) yang bernama Ciong pin"
"Jadi dia adalah ahli waris dari Thian che kau cu Yu Pia
lam?" seru Han siong Ki kemudian dengan wajah berubah
hebat.
"Benar"
si anak muda itu segera mendengus dingin, selangkah demi
selangkah ia maju ke depan menghampiri orang itu...
Mimpipun ia tak menyangka kalau laki-laki berbaju putih itu
tak lain adalah muridnya Yu Pia lam.
"Eeh....eehh nanti dulu, apa yang hendak kau lakukan?"
Perempuan berkerudung itu segera meng hadang jalan
perginya .
Dengan napsu membunuh yang berkobar kobar sahut Hansiong
Ki dengan nada menyeramkan.
"Aku hendak membinasakan dahulu bangsat ini"
"Tidak.. Tidak bisa.. orang ini tak boleh kau bunuh..."
"Kenapa?".
"Pertama, dia adalah pacarnya Ting Hong, engkau tak
boleh merusak masa depan seorang perempuan. Kedua,
meskipun Yu pia lam mempunyai dendam kesumat sedalam
lautan dengan dirimu, tapi tiada ikatan dendam apa apa
dengan dirinya, menurut apa yang kuketahui, ia belum pernah
melakukan sesuatu gerakan dalam perkumpulan Thian che

1916
kau, diapun tak pernah membantu kaum penjahat melakukan
kejahatan, selama ini dia hanya berada disamping Huan yu it
koay, jarang sekali munculkan diri didalam dunia persilatan."
"Dengan pandangan terperanjat Han siong Ki mengawasi
perempuan berkerudung itu, ia benar-benar heran dan
tercengang atas usulnya......
siapakah dia sebenarnya?
Mengapa ia begitu paham dan mengusahi tentang semua
persoalan tersebut?
sebenarnya dia adalah seorang kawan atau lawan?
Mengapa ia selalu membantu dirinya?
sekalipun demikian, rasa bencinya terhadap Yu Pia lam
maupun anak buahnya sudah boleh dibilang merasuk ke
tulang sum-sum, dia tak ingin melepaskan setiap orang yang
mempunyai hubungan dengan Yu Pia lam. Maka dengan suara
dingin ia berseru: "Tidak Bagaimanapun juga dia harus
kubunuh"
Kedengarannya perempuan berkerudung itupun dibuat
gusar oleh kekerasan hati pemuda itu, serunya pula:
"Han siong Ki, kini perkumpulan Thian che kau sudah
hancur dan porak poranda, yang masih tersisa tinggal
gembong penjahatnya Yu Pia lam seorang, jika engkau
hendak melakukan pembasmian maka sepatutnya iblis itulah
yang kau bunuh. Pepatah kuno pernah berkata begini, dosa
dari guru janganlah dituntut pada sang murid, apakah engkau
sudah lupa bahwa siJelek dari sin ciu telah menghadiahkan
obat mustika kepadamu, sedang Ting Hong telah
menyembuhkan pula luka yang diderita Go siau bi, sekalipun
engkau tidak memberi muka kepada orang she Ciong ini,
sepantasnya kalau kau ingat jasa pacarnya..."
"Baik,...baiklah.... dia kulepaskan" sahut Han siong Ki
kemudian dengan perasaan apa boleh buat.

1917
"sampai detik ini, dia masih belum tahu dengan segala
perubahan yang telah terjadi dalam lembah Lian huan tan, jika
engkau hendak mencari Yu Pia lam maka dialah petunjuk jalan
yang paling tepat bagimu..."
"Dia? Dia bersedia menjadi penunjuk jalan ku untuk
mencari gurunya?"
"Tentu saja kalau terang terangan dia akan menolak,
maksudku kuntitlah dia secara diam diam dari belakang, maka
akhirnya engkau akan dibawa kesarang gurunya"
"ooooh... kiranya begitulah maksudmu hm..... sekarang aku
sudah mengerti"
"Nah kalau sudah mengerti, bersembunyilah lebih dulu
untuk sementara waktu, akan kubangunkan dia"
Han siong Ki mengangguk. dia lantas melayang pergi
beberapa kaki jauhnya dari tempat semula, dan
menyembunyikan diri.
setelah si anak muda itu baik baik menyembunyikan diri,
perempuan berkerudung itu baru menotok beberapa buah
jalan darah penting di tubuh laki laki berbaju putih itu, diiringi
suara rintihan lirih, laki laki berbaju putih itu sadar kembali
dari pingsannya.
Perempuan berkerudung itu lantas mengambil keluar dua
butir pil yang segera diserahkan kepadanya seraya berpesan:
"sekarang jangan bergerak lebih dulu, salurkan hawa
murnimu dan sembuhkan lebih dahulu luka yang kau derita"
Dengan pandangan berterima kasih bercampur curiga dan
takut laki laki berbaju putih itu mengerling sekejap kearah
perempuan berkerudung itu, kemudian ia meronta bangun
dan mulai menyalurkan hawa murninya untuk menyembuhkan
luka yang dideritanya itu.

1918
Kurang lebih setengah jam kemudian, laki-laki berbaju
putih itu sudah menyembuhkan luka yang dideritanya, sambil
bangkit berdiri dia lantas menjura dalam-dalam. "Terima kasih
banyak atas budi pertolongan anda yang tak terkirakan
besarnya ini"
"Tak usah banyak adat" tukas perempuan berkerudung itu
dengan nada yang dingin.
"Bolehkah aku tahu siapa namamu?"
"Aku rasa soal nama bukanlah suatu soal yang penting,
lebih baik tak usah kau tanyakan"
Untuk sesaat laki laki berbaju putih itu tertegun, tapi selang
sesaat kemudian diapun berkata lagi: "Tolong tanya..."
"Engkau ingin mengetahui jejak dari Cui hoa siancu Ting
Hong?" tukas perempuan berkerudung itu.
"Yaa, benar" .
"Gadis itu dapat kau temukan kembali, digua salju bukit
Ciong san Dan ada satu hal dapat kuberitahukan kepadamu,
sampai kini ia tetap aman dan sehat wal-afiiat tanpa
kekurangan sesuatu apapun"
Dengan gemas dan penuh kebencian laki laki berbaju putih
itu berseru lagi:
"Hutang piutang ini pasti akan kutagih kepada manusia
bermuka dingin, walau apapun resikonya" .
"Soal balas membalas adalah urusanmu sendiri, sekarang
engkau boleh pergi"
Kemudian tanpa menunggu jawaban lagi, perempuan
berkerudung itu segera putar badan dan berlalu lebih dulu dari
sana.

1919
Untuk sesaat lamanya laki-laki berbaju putih itu berdiri
termangu, tapi akhirnya diapun menggerakkan tubuhnya dan
berlalu dari sana.
Han siong Ki yang sudah bersiap sedia sajak tadi dari
tempat persembunyiannya, diam diam mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dan menguntit dibelakang laki laki
berbaju putih itu.
Ketika fajar telah menyingsing keesokan harinya, sampailah
mereka didepan sebuah lembah yang amat sunyi, laki laki
berbaju putih itu segera menggerakkan tubuhnya, dalam
beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap
dibalik mulut lembah tersebut.
Menyaksikan hal itu, Han siong Ki lantas berpikir didalam
hati kecilnya
"Aaah.... kemungkinan besar disinilah tempat
persembunyian dari Huan-yu it-koay, entah Thian che kaucu
Yu Pia lam juga berada disini atau tidak?."
sementara berpikir sampai disitu, dia lantas melanjutkan
langkahnya masuk kedepan...
Tiba tiba dari arah depan sana berhembus datang bau
busuk mayat yang tajam dan memuakkan bikin siapapun yang
mencium bau tersebut menjadi muak dan ingin muntah.
serta merta sorot matanya dialihkan kearah mana
berasalnya bau busuk itu, tetapi apa yang kemudian terlihat
membuat sekujur badannya menggigil keras, bulu kuduknya
pada bangun berdiri.
Dimulut lembah tersebut, tergantunglah sebuah papan
kayu yang dipantekkan diatas sebatang pohon besar, diatas
kayu tersebut terteralah beberapa huruf yang ditulis dengan
huruf yang sangat besar:
"BARANG SIAPA BERANI MASUK KE LEMBAH
INI....MAMPUS "

1920
Kalau cuma papan nama mendingan, yang lebih ngeri lagi
ternyata pada batang-batang pohon yang tumbuh disekitar
tempat itu, masing-masing tergantunglah sosok mayat, dan
jumlah mayat tersebut semua ada delapan sosok.
semua mayat tadi sudah membusuk dan hancur hingga
menyiarkan bau busuk yang luar biasa, ditengah lorong
lembah berserakan pula tulang-tulang kerangka manusia yang
tak terhitung jumlahnya .
Bila ditinjau dari dandanan serta pakaian yang dikenakan
mayat mayat yang bergelantungan diatas dahan dahan pohon
itu, dapat diketahui bahwa mereka semua adalah murid murid
Buddha, alias orang yang beribadah....
Tapi.... kenapa para padri itu bisa mati semua dimulut
lembah dalam keadaan mengerikan.
Jika dikatakan HHuan yu it koay manusia paling aneh dari
kolong jagad benar benar bersembunyi dalam lembahi ini,
maka tak bisa diragukan lagi pembunuh keji yang telah
menghabisi nyawa orang-orang itu adalah anak muridnya
gembong iblis tua tersebut.
sementara dia masih termenung, tiba tiba dari arah depan
berkumandang suara ujung baju tersampok angin menyusul
kemudian muncullah belasan sosok bayangan manusia..
Dengan perasaan kaget bercampur tercengang Han siong
Ki berpaling ke samping, ternyata yang datang adalah belasan
orang hwesio yang semuanya bersenjata sekop. tongkat
penggebuk harimau dan sebangsa sian cang yang rata rata
merupakan senjata berat.
Begitu sampai ditempat tujuan, para hwesio itu dengan
wajah penuh kegusaran segera menyebarkan diri mengambil
posisi yang menguntungkan dan mengepung Han siong Ki
ditengah arena.

1921
Begitu pengepungan telah siap salah seorang padri tua
bersenjata sian cang yang ada diantara rombongan padri itu
segera mengerakkan senjatanya seraya membentak: "Ayoh
maju dan serang"
Belasan senjata berat itu diiringi desingan angin serangan
yang maha dahsyat segera menyapu ke depan dan
mengurung sekujur badan sianak muda itu.
Disergap dan diserang tanpa mengetahui sebab
musababnya ini kontan membangkitkan hawa amarah didada
Han siong Ki, dengan jurus Yan cu coan in (burung walet
menerobos ke awan) secepat sambaran kilat dia menerobos
ke angkasa, setelah bersalto setengah lingkaran busur dia
melayang turun kembali dua kaki jauhnya dari tempat semula
dari situ
secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan berantai.
Angin puyuh yang maha dahsyat dengan kekuatan yang
luar biasa segera menggulung ke depan, termakan oleh
serangan yang sangat kuat itu belasan orang padri tersebut
terhajar ampai roboh terjengkang ke sana kemari, senjata
tajam saling berbenturan menimbulkan uara gemerincigan
yang nyaring, malah ada dua senjata sekop yang saling
bentrok satu sama lainnya menyebabkan kedua macam
senjata tersebut terlepas dari cekalannya dan mencelat ke
tengah udara.
Cukup dalam sekali bentrokan, kawanan padri itu sudah
kena terhajar sampai mundur dengan sempoyongan, kejadian
ini tentu saja mendatangkan perasaan ngeri dan bergidik bagi
orang orang itu...
Han siong Ki merasa mendongkol sekali dengan kejadian
itu, sepasang alis matanya berkernyit dengan penuh
kemarahan dia lantas menegur:
"Eeeeh.... apa-apaan kalian ini? Memang-nya aku salah apa
dengan kalian? Mengapa tanpa menerangkan sebab

1922
musababnya, tanpa membedakan mana yang putih dan mana
yang hitam segera melancarkan serangan dengan begitu saja?
Ayoh kasih jawaban yang sejelas jelasnya"
Padri tua yang rupanya sebagai pemimpin rombongan
segera menghentakkan toya bajanya keras-keras ke tanah,
lalu dengan suara yang tak kalah nyaringnya dia menyahut:
" Karena apa....? Kami datang kemari hendak membalaskan
dendam bagi kematian anak murid perguruan kami yang
mengerikan ini, kenapa kau masih juga berlagak pilon? Kawan
kawan... ayoh maju dan serang bangsat cilik ini"
Diiringi suara bentakan yang amat nyaring, serentak
kawanan padri itu maju ke muka sambil melancarkan
serangan serangan mautnya.
Kejadian ini semakin membangkitkan hawa awarah dalam
dada Han siong Ki, dia berpikir:
"Sialan hwesio hwesio berangasan ini... memangnya aku
yang bunuh anak murid perguruanmu? Kurang ajar entah
mereka adalah anak murid dari gereja siau lim si atau
bukan....:.?"
Berpikir demikian, dia lantas menggunakan jurus Mo gan
Bu tee(api iblis menghanguskan bumi) Yang disertai tenaga si
mi sinkang sebesar delapan bagian untuk melakukan
perlawanan.
Angin puyuh yang luar biasa hebatnya seketika itu juga
menggulung ke muka dan menyapu seluruh jagat.
Dengusan tertahan terdengar memecahkan keheningan,
sekali lagi kawanan padri itu terhajar sampai mundur ke
belakang dengan sempoyongan untung tak ada yang terluka.
Melihat kenekatan musuh-musuhnya itu, Han siong Ki
segera membentak dengan suara dingini

1923
"Apakah kalian semua adalah hwesio hwesio dari gereja
siau lim si?"
"Benar"
"Apakah toa hwesio juga mengatahui siapakah"
"Aku tidak mau ambil tahu siapakah diri sicu, kami hanya
ingin menuntut keadilan darimu, apa salahnya anak murid
perguruan kami, sehingga mereka kau bunuh secara keji
dimulut lembah ini?"
sehabis mendengar perkataan itu, Han siong Ki baru
merasa serba salah... dalam keadaan demikian mau marah
segan mau tertawa pun tak bisa, ternyata hwesio hwesio itu
sudah menganggap dirinya sebagai anggota dari lembah
tersebut.
"Toa hwesio Kalau persoalan itu kau tanyakan kepadaku,
maka aku sendiri harus bertanya pula kepada siapa?" serunya
kemudian agak mendongkol bercampur jengkel. sekarang
gantian para hwesio itulah yang berdiri tertegun tanpa mampu
berkata kata. Hwesio tua itu agak tertegun, tapi selang sesaat
kemudian dia balik bertanya: "Apakah sicu bukan anggota dari
lembah ini?"
"Aku toh tak pernah mengakui bahwa aku termasuk salah
satu penghuni dari lembah ini?"
"kalau memang begitu, kenapa sicu datang kemari.."
sebelum Han siong Ki sempat memberikan jawabannya,
tiba tiba terdengarlah suara pujian kepada sang Buddha
berkumandang datang dari tempat kejauhan: "omintohud"
seorang padri tua yang alis matanya telah memutih semua
dengan suatu gerakan yang enteng melayang masuk kedalam
gelanggang.
Menyaksikan kemunculan si hwesio tua itu, serentak para
padri lainnya .membungkukkan diri memberi hormat:

1924
Menyusul kemudian datang kembali lima puluhan orang
hwesio hwesio dari gereja siau lim si, serentak mereka
munculkan diri dan mengambil posisi mengurung mulut
lembah tersebut.
Ternyata hwesio tua beralis mata putih itu tak lain adalah
Liau sian taysu adanya. sebagaimana diketahui, Liau-siau
taysu pernah bertemu muka dengan Han siong Ki dimasa lalu,
maka sewaktu mereka saling berjumpa muka, padri tua itu
segera berdiri tertegun, menyusul kemudian sambil
merangkap tangannya memberi hormat dia berkata: "Han
sicu, baik baikkah engkau selama berpisah, Terimalah salam
hormat dari lolap"
"Tak usah banyak adat taysu, baik baikkah engkau?" cepat
Cepat Han siong Ki balas memberi hormat.
"sicu, ada urusan apa engkau datang mengunjungi lembah
Thian ciat kok ini?" Liau sian taysu bertanya kemudian.
Mendengar sebutan nama lembah itu, si anak muda itupun
segera berpikir dihati:
"oooooh... kiranya lembah ini bernama Thian ciat kok. baru
sekarang aku tahu namanya."
Maka diapun menjawab:
"Aku ada urusan penting datang kemari untuk berjumpa
dengan pemilik lembah ini"
"oooh... jadi sicu mengetahui siapakah pemilik dari lembah
ini?" hwesio tua itu bertanya lagi
"Jadi taysu sendiri tidak tahu?"
"Lolap tidak tahu"
"kalau memang tidak tahu siapakah pemilik lembah ini,
kenapa taysu membawa begitu banyak anak muridmu datang
kemari "

1925
"Aaai... beberapa waktu berselang, anak murid kami datang
ke sekitar tempat ini untuk mencari beberapa macam bahan
obat yang digunakan untuk membuat sejenis obat tertentu,
rupanya tanpa sengaja mereka telah memasuki lembah ini
yang mengakibatkan mereka semua dibunuh orang secara keji
dan mayat mayat mereka digantung ditempat ini, untunglah
salah seorang anggauta kami berhasil melepaskan diri dari
ancaman maut tersebut, dari laporan yang kami terima itulah
maka kami berangkat kemari untuk..."
"Untuk membuat perhitungan maksud taysu?" tukas Hansiong
Ki dengan cepat.
"omitohud Membuat perhitungan tak berani kami lakukan,
adapun kedatangan lolap yang sebenarnya adalah menyelidiki
duduknya perkara ini sampai jelas, kemudian baru mengambil
keputusan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya"
Geli juga Han siong Ki sehabis mendengar penuturan itu,
sudah jelas kedatangan mereka adalah untuk membuat
perhitungan, tapi nyatanya mereka tak mau mengakuinya
secara terus terang. Rupanya demi untuk mempertahankan
nama baik perguruan mereka, terpaksa kawanan padri ini
mengucapkan kata kata yang bohong.
Kalau dibilang kedatangan mereka bukan untuk membuat
perhitungan, lalu apa sebabnya belasan orang padri itu
melancarkan serangan kepadanya tanpa membedakan lebih
dahulu mana yang putih dan mana yang hitam? Bukankah
kesemuanya itu membuktikan bahwa keinginan mereka untuk
membuat perhitungan besar sekali?
Tapi ia tidak membongkar kebohongan orang, sambil
tersenyum dia malah bertanya lagi:
"jadi taysu benar-benar tidak tahu siapakah pemilik yang
sebenarnya dari lembah Thian ciat kok ini?"
"omintohud... sebagai orang yang beribadah lolap tidak
biasa bicara bohong"

1926
"Apakah taysu bersedia untuk mengetahui siapa gerangan
manusia yang menjadi pemilik lembah ini"
"Apakah sicu mengetahuinya?" Liau sian taysu malahan
balik bertanya.
"Tentu saja mengetahuinya, kalau tidak tak nanti
kuucapkan kata kata seperti itu"
"kalau memang begitu, harap sicu bersedia untuk
memberitahukan kepada lolap sekalian"
"Pemilik dari lembah ini sebenarnya tidak lain adalah Huan
yu it koay, manusia paling aneh dikolong jagat yang pernah
dihajar sampai cacad oleh pemilik benteng maut dimasa lalu"
"Apa? Kau maksudkan si manusia aneh dari kolong jagad
yang sangat lihay itu?"
"Yaa, benar"
Paras muka Liau sian taysu seketika itu juga berubah
hebat, bagaimanapun juga Huan yu it koay termasuk seorang
jago lihay angkatan tua yang berilmu tinggi, dan diapun
terhitung gembong iblis termashur dan terhebat yang pernah
dijumpainya dalam dunia persilatan, tak aneh kalau hatinya
merasa amat terkejut. sementara itu Han siong Ki telah
melanjutkan kembali kata katanya: "Ahli waris dari Huan yu it
koay bukan lain adalah Thian che kaucu Yu Pia lam"
setelah perkataan tersebut diutarakan keluar, semua padri
gereja siau lim si mulai dari Liau-sian taysu sampai anggota
yang terkemuka lainnya sama sama menunjukkan perasaan
yang kaget bercampur ngeri..
Bagaimanapun juga perkumpulan, Thian che kau
merupakan perkumpulan paling besar di dunia persilatan
dewasa ini, bukan saja kekuasaannya jauh melebihi perguruan
dan perkumpulan lainnya, kekuatan merekapun jauh lebih
dahsyat dari gabungan beberapa buah perguruanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1927
Tentu saja para padri ini belum tahu kalau perkumpulan
Thian che kau sudah terbasmi dan musnah dari muka bumi,
sebab kenyataan tersebut belum sampai tersiar luas, kalau
tidak. mungkin mereka akan menunjukkan pula pandangan
yang lain.
Dengan perasaan kaget bercampur ngeri Liau sian taysu
mundur dua langkah lebar ke belakang, serunya setengah
percaya setengah tidak: "Sicu, sungguhkah perkataanmu itu?"
"Hmmm Aku rasa aku tidak mempunyai kepentingan untuk
membohongi kalian semua" sahut Han siong Ki ketus.
Paras muka kawanan padri itu betul betul mengalami
perubahan yang teramat hebat, jelas nama besar musuhnya
telah membuat hati mereka jadi keder, sebab ia tahu dengan
mengandalkan kekuatan yang dimilikinya sekarang, meski
dibantu oleh puluhan orang anak muridnya, namun kekuatan
mereka masih belum sanggup untuk melawan kedahsyatan
perkumpulan Thian che kau.
Tentu saja sebagai seorang pemuda yang cerdik Han siong
Ki dapat meraba perasaan dari padri tua itu, maka diapun
mengalihkan pokok pembicaraannya kesoal lain.
"Kedatangan taysu memang kebetulan sekali, dengan
demikian akupun tak usah repot repot harus berangkat sendiri
kebukit siong san untuk mencari diri taysu"
"Ada urusan apa sicu hendak mencari diri kami?" Liau siau
taysu segera bertanya dengan perasaan bergetar keras.
"Belum lama berselang, aku telah mengadakan janji bahwa
dalam satu tahun mendatang aku pasti akan berkunjung
sendiri kekuil kalian untuk membereskan satu peristiwa..."
"suatu peristiwa?"
"Yaa, soal tercurinya kitab pusaka Tay-boan yopit-kip milik
gereja siau limsi"

1928
"Pinceng siap mendengarkan penjelasan sicu dengan
seksama, silahkan kau utarakan apa yang hendak dibicarakan"
seru Liau sian taysu kemudian dengan wajah yang
dipengaruhi emosi.
Paras muka Han siong Ki segera berubah jadi serius sekali,
ujarnya dengan suara dalam:
"Sebagaimana telah taysu ketahui sendiri, dimasa yang lalu
istana Huan mo kiong kami dimana terletak pusat
pemerintahan pergu-ruan Thian lam bun kami dikuasahi oleh
Tee kun Wi Ik beng, bangsat itu bukan saja berani berkhianat
kepada perguruan dan menjadi murid yang durhaka, ternyata
ia pernah mencatut pula nama besar mendiang guru kami Mo
tiong ci mo untuk membunuh penjaga loteng penyimpan kitab
digereja siau lim si serta mencuri lari kitab pusaka Tay boan
yok pit kip. Untunglah Thian maha pengasih. akhirnya
penghianat perguruan wi Ik beng berhasil kami ringkus dan
dijatuhi hukuman mati..."
"omitohud...."
"Dan kitab pusaka yang dicuri itu berhasil kami temukan
dalam saku penghianat tersebut, maka sudah selayaknya
kalau kitab itu kami kembalikan kepada gereja siau lim si..."
Seraya berkata pemuda itu lantas merogoh ke dalam
sakunya dan mengambil keluar kitab pusaka Tay boan yokpit
kip itu, kemudian diangsurkan kedepan sambil menambahkan:
"Bagaimanapun juga, penjaga loteng penyimpan kitab telah
dibunuh oleh penghianat perguruan kami, maka dalam
peristiwa ini cayhe menantikan pendapat dari partai taysu"
Liau sian taysu dengan wajah yang terharu dan tangan
agak menggigil menerima kitab pusaka itu lalu di simpannya
dengan hati hati di dalam sakunya.
Ketika dilihatnya padri itu sama sekali tidak memeriksa isi
kitab tersebut, pemuda itu lantas berseru kembali:

1929
"Taysu, sudah selayaknya kalau kitab itu kau periksa lebih
dulu isinya, siapa tahu kalau isinya palsu?"
"omitohud.... sicu sebagai seorang ketua dari suatu
perguruan besar tak mungkin akan mengakali orang dengan
permainan busuk. lolap percaya penuh dengan apa yang sicu
katakan"
"Lalu bagaimana dengan penyelesaian tentang kisah
pembunuhan atas penjaga kuil kalian?"
"Kalau toh biang keladi dari terjadinya peristiwa ini sudah
dihukum sesuai dengan peraturan perguruan, otomatis
persoalan itu pun kami sudahi sampai disini saja"
Mendengar jawaban itu, Han siong Ki segera menjura
dalam dalam. "Terima kasih banyak ku ucapkan atas
kebesaran hati taysu"
-ooo0dw0ooo-
Jilid 51
BAB 103
"OMINTOHUD, sicu terlampau merendah, lolap tidak berani
menerimanya....." seru Liau sian taysu sambil merangkap
tangannya didepan dada dan memberi hormat..
setelah urusan yang pokok menjadi beres, Han siong Ki
baru mengalihkan sinar matanya memandang tulisan papan
kayu didepan lembah tersebut. "Barang siapa berani masuk
kelembah ini......... mampus"
Mengulangi kembali kata-kata tersebut, pemuda kita
mendengus dingin, kepada rombongan para taysu diapun
bertanya:

1930
"Taysu, apakah kalian semua masih berhasrat untuk
memasuki lembah ini?"
"Tentu saja". sahut Liau sian taysu dengan wajah serius
"dendam berdarah atas kematian beberapa orang anak murid
perguruan kami tak bisa dibiarkan dengan begitu saja".
"Aku ada sepatah kata yang sebenarnya tidak pantas untuk
diutarakan keluar, tapi mau tak mau terpaksa harus kukatakan
juga, harap taysu setelah mendengar perkataanku itu jangan
menjadi marah atau merasa kurang senang hati!"
"Katakan saja! Sekalipun kata-kata yang kurang sedap
didengar, kami tak akan tersinggungf"
"Taysu! Terus terang saja kukatakan kepadamu, meskipun
Taysu membawa anak murid yang cukup banyak dalam usaha
mencari balas atas ke matian anak muridmu, tapi aku kuatir
kemampuan kalian masih belum sanggup antuk mengatasi
kelihayan dari Huan-yu-it-koay beserta anak muridnya , bukan
saja lorten yang berjatuhan akan semakin banyak, aku kuatir
kalau tujuan kalian belum tentu bisa tercapai seperti apa yang
diharapkan semula !"
Pada hakekatnya apa yang diucapkan pemudat itu adalah
suatu kenyataan yang tak terbantahkan sebab dengan
mengandalkan kepandaian yangdimE liki beberapa orang padri
itu, mereka masih belum mampu untuk melakukan
pembalasan dendam terhadap Huan-yu-it-koay yang
merupakan jago lihay nomor wahid diniasa lampau serta
Thian-che kaucu-Yu-Pia-lam yang merupakan manusia paling
kuat masa itu.
Walaupun demikian, ucapan tersebut cukup menimbulkan
kehebohan diantara kawanan padri yang hadir ditempat itu,
suara gumaman segera terdengar dimana-mana.
Bagaimana juga, sedikit banyak manusia itu tetap serakah
dan suka akan nama baik, tentu saja tujuan Han siorg-Ki
dengan perkataannya itu adalah menganjurkan kepada pihak

1931
siau-limpay agar sedikit tabu diri dan tidak mencari penyakit
buat diri sendiri.
Selain dari pada itu, diapun tak ingin ada orang lain yang
turut serta dalam rencana pembalasan dendamnya sebab
wataknya yang tinggi bati dan keras kepala tak bisa menerima
bantuan orang lain ter hadap segala tindak tanduknya.
Paras muka Liau-sian-taysu pelan-pelan terjadi pula
perubahan yang cukup besar, tampaknya ia sedang
menghadapi suatu pemilihan yang cukup berat dalam masalah
itu.
Melihat keraguan orang, Han-siong-Ki segera berkata lagi:
"Aku rasa jalan yang terbaik bagi Taysu sekalian saat ini
adalah membereskan dahulu lelayon dari anak murid
perguruan taysu yang terbunuh agar jenasah tersebut tidak
sampai mengalami penderitaan lebih jauh....."
Liau-sian taysu segera mengangguk berulang kali.
"Ehmm....ucapan dari sicu memang benar sekali baiklah,
akan kulakukan sekarang juga!"
Kepada para padri lainnya dia lantas berseru:
"Kumpulkan mayat-mayat itu dan bakar dengan api........i!"
"Omintohud......!"
Diantara suara pujian kepada Sang Baddha, seorang padri
bermuka keren segera maju ke muka, melewati papan
peringatan itu dan menghampiri sesosok mayat yang
tergantung diatas dahan pohon.
Tapi sebelum ia sempat menghampiri mayat tersebut dan
melepaskannya dari atas dahan, tiba-tiba terdengirlah jeritan
ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan
kesunyian, suara tersebut tinggi melengking dan mengerikan
sekali, membuat semua jago yang hadir disekitar tempat itu
sama-sama tersentak kaget.

1932
Ternyata padri berwajah keren yang maju ke muka tadi
sudah tergelepar di tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi.
Apa yang menyebabkan kematian dari padri itu? Bukan saja
semua orang yang hadir dalam gelang gang tidak
mengetahuinya, bahkan menyaksikanpun tidak.
Semua padri dari gereja Siau-Lim-si itu jadi tertegun saking
kaget dan takutnya, mereka berdiri terbelalak ditempat semula
seperti sebuah patung, bergerakpun tidak.
Liau-sian taysu segera mengebaskan ujung jubah nya!
kemudian menjejakkan kakinya ke tanah dan siap menubruk
kearah mana padri itu tergelepar mati....
"Tunggu sebentar taysu!" seru Han siong Ki se cara tibatiba
dengan suara lantang.
Berbareng dengan berkumandangnya seruan tersebut,
segulung desingan angin pukulan yang sangat, kuat segera
meluncur ke depan dan memaksa Liau-sian-taysu terpaksa
harus melayang kemba Ii ke atas tanah dan membatalkan
niatnya untuk melayang maju lebih jauh.
"sicu, mengapa kau halangi niat lolap untuk memeriksa
keadaan muridku itu?" Liau sian taysu sebera menegur
dengan wajah kurang senang hati.
"Apakah taysu tidak melihat bahwa dibalik kejadian ini ada
hal hal yang kurang beres?"
"Apa....? Ada hal hal yang kurang beres dibalik kejadian ini?
Tentang soal ini.."
"Ketahuilah taysu, disekitar mulut lembah tersebut jelas
sudah disebar sejenis racun yang sangat kuat dan ganas,
keganasan racun tersebut tak bisa dilawan dengan andalkan
kekuatan tenaga dalam yang dimiliki seseorang, walaupun
tenaga lwekang yang dimiliki sudah mencapai tingkatan yang
paling tinggi"

1933
Mendengar penjelasan tersebut, kawanan padri itu bersama
sama tarik napas panjang, andaikata disekitar mulut lembah
tersebut benar benar sudah disebar racun yang sangat jahat,
maka kendatipun jumlah mereka lebih banyak juga tak ada
gunanya, sebab akhirnya toh tetap akan mati semua.
Air muka Liau sian taysu berubah jadi merah padam seperti
wajah seorang bayi, setelah mengejang sejenak, wajahnya, ia
berseru dengan nada terperanjat: "Apa....? Ada racun di
sekitar mulut lembah ini..?"
"Yaa... benar dan aku yakin seyakin yakinnya kecuali
disekitar mulut lembah memang sudah dipasang racun jahat,
setiap penyergapan yang dilakukan oleh orang lain tak
mungkin dapat mengelabuhi sepasang mataku ini...."
Untuk sesaat Liau sian Taysu jadi terbungkam dalam seribu
bahasa, ia tak tahu apa yang musti dikatakan.
sementara itu, Han siong Ki telah berkata lagi:
"Bagaimana kalau aku saja yang membantu taysu sekalian
untuk mengumpulkan mayat-mayat itu?"
"Apakah sicu tidak takut oleh ganasnya racun jahat yang
tersebar di mulut lembah?" tanya Liau-sian taysu penuh
diliputi perasaan emosi.
"Tentang soal ini tak usah taysu risaukan, cayhe yakin
bahwa racun jahat itu masih belum bisa mengapa ngapakan
diriku"
"ooooh....betapa berterima kasihnya kami semua atas
bantuan dari sicu ini . "
"Taysu tak perlu berkata demikian lagi, yang penting
sekarang adalah perintahkan semua anak muridmu agar
segera mengundurkan diri dari sekitar tempat itu"

1934
Liau sian taysu pun tidak banyak berbicara lagi, dia segera
turunkan perintah dan kawanan padri itupun serentak
mengundurkan diri sejauh tiga kaki ke belakang.
sekarang sinar mata dan perhatian semua orang telah
tertuju diatas tubuh Han siong Ki, semua orang ingin
menyaksikan dengan cara apakah pemuda itu akan
menurunkan mayat mayat rekan mereka.
sejak mengalami peristiwa ditelaga racun dalam lembah
hitam, boleh dibilang Han siong Ki telah memiliki suatu daya
kemampuan yang luar biasa untuk melawan ganasnya racun
dari jenis apapun juga..
Maka setelah kawanan padri dari gereja siau- lim si itu pada
mengundurkan diri, diapun lantas menyelinap ke arah papan
peringatan itu dan menghampiri mayat yang berada dipaling
depan itu dengan langkah lebar.
sedikitpun tak salah, dia sama sekali tidak merasakan
sesuatu tanda tanda yang aneh, hanya bau busuk karena
rusaknya mayat itu menyebabkan pemuda kita terpaksa harus
tahan napas.
Tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya, ia telah
menemukan cara yang paling tepat untuk mengumpulkan
mayat mayat tersebut tanpa harus memegang secara
langsung semua mayat yang telah hancur dan membusuk itu.
Dari tangan kirinya segera diayun ke depan melancarkan
sebuah desingan angin jari yang tajam, begitu tali yang
mengikat mayat itu putus, telapak tangan kanannya segera
diayun ke depan, segulung angin pukulan yang sangat kuat
segera menyambar mayat itu dan membawanya melayang
jauh lima kaki keluar mulut lembah, dimana seorang padri
sudah siap menyambut tibanya jenasah tersebut.
"omintohud....." Menyaksikan kelihayan dari anak muda itu,
serentak kawanan padri dari gereja siau lim pay itu sama
sama berseru memuji keagungan Buddha.

1935
Mendadak serentetan suara dingin yang menyeramkan
berkumandang dari samping, menyusul kemudian muncullah
empat sosok bayangan hitam dengan gerakan cepat.
Han siong Ki sama sekali tidak menggubris atas tibanya
keempat sosok bayangan manusia itu. Jari tangan serta
telapak tangannya masih tetap bekerja cepat melepaskan
mayat mayat itu dari tiang penggantungan dan mengirimnya
keluar dari mulut lembah tersebut.
"Berhenti...." Tiba-tiba empat orang manusia berbaju hitam
itu membentak keras, serentak mereka menyebarkan diri ke
empat penjuru dan mengepung Han siong Ki rapat rapat.
sementara peristiwa itu berlangsung, para padri dari gereja
siau lim si yang berada diluar lembah sama sama berdiri
terbelalak dengan mata melotot sebesar kelereng, semua
perhatian mereka sama sama tertuju ke arena untuk
menyaksikan perkembangan lebih jauh.
sekarang, Han siong Ki telah berpaling, ia memandang
sekejap wajah ke empat orang laki laki berbaju hitam itu
dengan sinar mata yang amat buas, kemudian tegurnya
dengan ketus:
"Apakah Yu Pia-lam si bangsat tua itu sudah pulang
kembali kedalan lembah ini?.."
Mendengar teguran tersebut, mendadak sontak air muka
keempat orang manusia berbaju hitam itu berubah hebat,
dengan ketakutan bercampur perasaan ngeri masing masing
mundur satu langkah lebar ke belakang, kemudian salah
seorang diantaranya segera berseru:
"Jadi.... jadi...... engkau adalah.. Leng binjin si manusia
bermuka dingin?".
"Yaa benar"
Dari tanya jawab yang barusan berlangsung ini, Han siong
Ki dapat segera membuktikan bahwa apa yang diucapkan

1936
perempuan berkerudung kepadanya bukan kata kata yang
bohong, sudah pasti dalam lembah inilah Huan- yu- it- koay
menyembunyikan diri
sementara si anak muda itu masih melamun, serentetan
bentakan nyaring telah menggelegar memecahkan kesunyian.
"Ayoh serbu...."
Empat orang laki-laki berbaju hitam itu serentak bergerak
maju kedepan melancarkan serangkaian serangan berantai
bukan saja serangan mere ka ganas dan hebat, bahkan jurus
serangan yang dipakai merupakan jurus jurus serangan maut
yang jarang ditemui dalam dunia.
Hebat sekali serangan gabungan yang dilancarkan keempat
orang ini, semua jalan keluar bagi Han-siong-Ki bukan saja
tertutup semua, bahkan sama sekali tiada peluang baginya
untuk menghin dar ataupun berkelit ke samping.
Han-siong-Ki mendengus dingin, dengan jurus Mo-hwe-
Iiau-goan (api iblis membakar padang rumput) yang disertai
tenaga dalam sebesar sepuluh bagian ia lancarkan sebuah
pukulan dahsyat ke muka.....
Hembusan angin puyuh yang luar biasa kuatnya
menghambur keempat penjuru, sedemikian kuatnya serangan
tersebut membuat empat orang laki laki berbaju hitam itu
terdesak hingga mundur beberapa langkah ke arah
belakang......
Disaat empat orang laki-laki itu terdesak mundur
kebelakang, Han-siong Ki telah melancarkan serangan untuk
kedua kalinya, dan kali ini yang diserang adalah dua orang
diantaranya.
Dalam serangan kali ini, dia telah menggunakan tenaga
sakti Si-mi-sinkangnya sebesar sepuluh bagian.

1937
Jeritan ngeri segara berkumandang memecahkan
keheningan, dua sosok bayangan manusia terpental hingga
keluar dari mulut lembah tersebut.
Melihat kelihayan musuhnya, dua orang manu sia baju
hitam lainnya jadi ketakutan setengah mati, serasa sukma
melayang tinggalkan raganya, mereka putar badan dan
melarikan diri terbirit-birit kedalam lembah tersebut............»
"Bangsat keparat! Memangnya kalian anggap bisa lolos dari
cengkeramanku? Huuh, mau lari kemana?"
Beberapa desingan angin jari yang tajam mengikuti suara
bentakan tersebut segera menyambar kedepan dan
mengancam tubuh dua orang musuhnya...........
Ternyata ilmu silat yang dimiliki dua orang manusia baju
hitam itu tidak lemah,
ketika mendengar suara desingan angin tajam menyambar
dari sisi telinganya, masing masing lantas menyingkir
kesamping untuk menghindarkan diri dan ternyata ancaman
yang tertuju kebagian dada mereka itu berhasil dihindari...
Akan tetapi justru karena mereka harus melepaskan diri
dari ancaman musuh, kesempatan yang sangat baik itu telah
dimanfaatkan Han siong Ki dengan sebaik baiknya.
Dengan suatu gerakan yang jangat cepat bagaikan
sambaran kilat, dia menerobos maju kedepan dan
menghadang dihadapan kedua orang itu, serangan jari
tangannya sekali lagi melancarkan ancaman kesamping kiri
maupun kesamping kanan.
selihay lihaynya ilmu silat yang dimiliki manusia berbaju
hitam itu, dalam keadaan demikian tak mungkin lagi bagi
mereka untuk menghindarkan diri dari ancaman yang
dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat itu.
Dua kali jeritan ngeri sekali lagi berkumandang
memecahkan kesunyian dengan dada yang hancur dan

1938
berlubang karena tertembus oleh serangan tersebut, mereka
terkapar ditanah dengan darah kental mengucur keluar
bagaikan air ledeng....
Begitu selesai membereskan kedua orang lawannya, Han
siong Ki segera melompat kembali ke tempatnya semula,
sebagaimana cara yang telah di lakukan tadi, dalam waktu
singkat ia telah melepaskan semua mayat padri dari siau- lim
si yang tergantung diatas dahan itu dan mengirimnya keluar
lembah. Akhirnya diapun berseru dengan suara lantang:
"Taysu, selamat tinggal dan sampai jumpa lagi dilain
kesempatan".
sekali melompat, ia telah melambung di angkasa, lalu
dengan kecepatan seperti anak panah yang terlepas dari
busurnya meluncur masuk kedalam lembah.
seperti juga namanya, lembah Thian-ciat kok memang
benar benar sebuah lembah yang teramat gersang, setelah
lima puluh kaki memasuki lembah tersebut, boleh dibilang
tanahnya semakin gersang, bukan saja tak ada pepohonan
atau rerumputan yang tumbuh disitu, kiri kanan lorong lembah
itu merupakan dinding tebih karang yang tingginya mencapai
ribuan kaki, luas lembah tersebut hanya puluhan kaki, tapi
semuanya terdiri dari batu batu karang yang besar, keras dan
tajamnya melebihi tajamnya sebilah golok.
Bagi Han siong Ki yang memiliki ilmu meringankan tubuh
amat sempurna, sedang yang terdiri dari batuan karang yang
tajam itu bukan halangan yang berarti baginya untuk
melanjutkan perjalanan, dengan gerakan yang cepat ia
menerobos terus kedalam lembah tersebut.
sementara perjalanan masih dilanjutkan, tiba-tiba dari arah
depan muncul sesosok bayangan manusia yang sedang
melayang berlawanan arah dan menyongsong kehadapannya.

1939
sekilas pandangan saja, Han siong Ki segera mengenali
orang itu sebagai pacarnya Ting Hong atau laki laki berbaju
putih Ciong pin adanya.
Agaknya si laki laki berbaju putih Ciong pin juga sudah
melihat jelas siapa lawannnya, ia berseru kaget dan segera
menghentikan gerakan tubuhnya, kemudian setelah merasa
yakin bahwa orang itu tak lain adalah musuh besarnya, dtngan
hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya dan mata yang
memancarkan sinar kebencian, dia berteriak keras: "Manusia
bermuka dingin, sungguh tak kusangka engkau berani
berkunjung kemari"
"Heeehhh....heehhh... heehhh.... seharusnya engkau dapat
menduga akan kehadiranku disini" jawab Han siong Ki dengan
suara yang dingin dan kaku...
"Han-siong-Ki" kembali ciong Pin berteriak dengan geram,
"aku hendak mencincang tubuhmu menjadi berkeping keping,
bukan saja engkau berani melukai guruku, berani pula
menghancur binas akan perkumpulan Thian Che kau..."
"Tutup mulutmu Bukan itu saja yang hendak kulakukan,
akupun hendak mencuci lembah Thian ciat kok ini dengan
darah-darah panas dari kamu sekalian"
"Manusia bermuka dingin Kau mungkin lagi mengigau,
mungkin kau sedang bermimpi disiang hari bolong....." Jerit
manusia berbaju putih Ciong Pin makin geram
"Hmmin,..! Boleh saja kalau kau tidak percaya, nantikan
saja tanggal mainnya! Huuuh, seandainya aku tidak
memandang diatas wajah Ting Hong. mungkin engkaupun
akan ikut kubunuh, hmm! Bila kau cerdik dan tahu diri....."
"Tutup mulut anjingmu bangsat! Kau tidak membunuh aku,
tapi justru aku hendak membunnuh engkati!"
Begitu selesai berteriak, sepasang telapak tangan nya
segera diayunkan ke depan, yang satu langsung mengancam

1940
keatas wajah, sementara yang la in membacok ke arah dada,
bukan saja serangannya amat dahsyat tak boleh dianggap
enteng, ternyata tenaga serangan yang disertakan dalam
pukulan itupun kuat sekali.
Han siong Ki tertawa sinis, telapak tangan kirinya segera
bergetar membuat satu lingkaran busur untuk memunahkan
serangan lawan, samentara telapak tangan kanannya pada
saat yang bersama an melepaskan sebuah bacokan ke muka.
Dengan cekatan Ciong Pin berkelit tiga depa kesamping,
sskali lagi sepasang telapak tangannya melancarkan serangan
yang jauh lebih dahsyat ke muka.
Seketika itu juga, berkobarlah suatu pertempuran yang
amat sengit diatas batu cadas tersebut, kedua belah pihak
sama-sama menggunakan segenap kepandaian yang
dimilikinya untuk cepat me nyelesaikan pertarungan
tersebut...,.....
Sekejap mata kemudian, sepuluh gebrakan sudah lewat
tanpa terasa, namun keadaan masih t e tap seimbang alias
sama kuat.
Apa yang dipikirkan dan dituju oleh Han-siong Ki pada saat
ini hanyalah menemukan Yu Pia-lam serta menuntut balas
atas dendam kesumat se dalam lautan yang telah berlangsung
belasan tahun tamasya, tentu saja ia tak sabar untuk melayani
pertarungan itu, tapi iapun tak bisa berbual lain kecuali
melayani terus serangan-serangan mu surinya.
Lain halnya dengan Ciong Pin atau laki-laki berbaju putih
itu, boleh dibilang ia sudah nekad dan berniat adu jiwa,
otomatis serangan-serangan yang dilancarkan rata rata gencar
dan mengerikan.
"Ciong Pin" akhirnya habislah kesabaran Han siong Ki, dia
segera membentak nyaring "jadi engkau sungguh sungguh
dingin mampus?"

1941
"Manusia bermuka dingin Kau tak usah banyak bacot lagi,
pokoknya selama kau hidup aku tak sudi hidup berdampingan
barsamamu diatas bumi yang sama"
sesabar sabarnya Han siong Ki akhirnya habis juga semua
kesabaran tersebut, sambil membentak keras secara beruntun
dia lancarkan sembilan buah serangan berantai...
Kesembilan buah serangan tersebut, bukan saja
dilancarkan dalam waktu yang bersamaan, bahkan arah yang
ditujupun merupakan sembilan bagian tubuh yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain, bukan saja secepat
sambaran kilat bahkan kekuatannya ibarat gunung karang
yang tiba tiba longsor kebawah, betul betul mengerikan...
Begitu kesembilan buah serangan berantai itu dilepas,
Ciong pin mendengus tertahan dan tubuh nya mencelat jauh
kebelakang sambil muntah muntah darah segar...
Han siong Ki segera bergerak kemuka dan mencengkeram
tubuhnya erat erat, kemudian sambil dijejalkan diantara celahcelah
dua buah batu karang yang besar teriaknya:
"Ciong pin, gurumu pernah membantai seluruh anggota
perkumpulan kami, aku mempunyai dendam sedalam lautan
dengan dirinya, ketahuilah bahwa apapun yang terjadi,
dendam sakit hati ini pasti akan kubalas. Dan kepadamu,
karena aku masih memandang di atas wajah Ting Hong maka
untuk kesekian kalinya ku ampuni selembar jiwamu, sekarang
aku hanya akan menotok jalan darahmu saja, besok jalan
darah itu akan bebas dengan sendirinya, Nah. saat itu
berangkatlah ke gua salju dibukit Ciong san untuk berjumpa
dengan kekasihmu. Tapi kau harus ingat, jika lain kali engkau
masih juga memusuhi aku yang bersedia melepaskan engkau
dengan begitu saja"
Selesai berkata,. secara beruntun dia lancarkan beberapa
buah totokan di udara kosong, lalu melanjutkan perjalanannya
bergerak maju kedepan. Setelah menyeberangi hutan batu

1942
karang yang runcing, didepan situ terbentanglah sebuah jalan
lembab, yang datar dan halus, tapi segera pula ia tiba diujung
lembah tersebut.
Pada dasar lembah tersebut, tampaklah sebuah mulut gua
yang gelap gulita ternga-nga diatas karang.
Dengari pandangan mata yang tajam Han-siong Ki
memandang sekejap mulut gua itu, lalu menerjang ke muka
dengan kecepatan luar biasa.......
"Siapa disitu?" bersamaan dengan suara beatak an itu,
tampaklah sesosok bayangan manusia munculkan diri dari
mulut gua.
Sambil melambung ketengah 'jJara Han-siong Ki segera
melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke atas batok kepala
orang itu.
Jeritan ngeri yang menyayat hati menggema memecahkan
kesunyian, sebelum orang itu -empat melihat jelas raut wajah
si penyerangnya, tahu-tahu serangan tersebut sudah
bersarang telak diatas dadanya yang mengakibatkan selembar
jiwa nya segera melayang tinggalkan raga......
Begitu musuhnya bithasil dibereskan, Han-si-ong-Ki
melanjutkan kembali gerakan tubuhnya menerjang masuk
kedalam gua.......
Beberapa sosok bayiagaa min usia kembili ber munculan
dari balik gua tersebut.
Seluruh air muka Han-siong-Ki diliputi oleh hawa napsu
membunuh yang sangat hebat, dengan menghimpun tenaga
Si-mi-sinkangnya mencapai dua belas bagian, sepasang
telapak tangannya dilontarkan kedepan menyongsong
kedatangan beberapa orang itu.
Hembusan angin puyuh yang tak terkirakan hebatnya
langsung menerjang kedalaru gua itu, je rit kesakitan segera
berkumandang memecahkan keheningan, beberapa sosok

1943
bayangan manusia yang baru saja munculkan diri dari balik
gua itu terhantam kembali oleh serangan tersebut hingga ter
pental kembali kedalam.
Han-siong-Ki tidak membuang waktu lagi, dia langsung
menerobos masuk kedalam gua»
Lorong gua itu lebarnya cuma dua kaki le bih. pada dinding
gua berserakan batu batu mutiara yang menyiarkan cahaya
tajam, tampaklah jslas ada tujuh sosok mayat yang telah
terkapar di atas lantai goa itu, jelas mayat-mayat itu adalah
hasil termakan oleh Pukulan Han siong Ki yang maha dahsyat
itu.
Kurang lebih lima kaki diluar tumpukan mayat tadi
merupakan sebuah ruang batu yang amat lebar, meski masih
agak jauh, tapi sekilas pandangan dapat teriibat betapa
mewah dan megahnya isi ruangan tersebut.
Ketika itu seorang manusia lengan tunggal sedang berjalan
keluar dari ruang batu itu dengan langkah tergesa gesa.
Berjumpa dengan orang itu, kontan sepasang mata Hansiong
Ki berubah jadi merah berapi api, rasa benci dan rasa
dendam membuat peredaran darah dalam tubuhnya berjalan
dengan lebih cepat dari keadaan normal, napsu membunuh
yang amat tebal menyelimuti dada dan benaknya, ia lantas
tertawa seram.
"Haaaahhh... haaahhh... haaahhh... Yu Pia-lam Bajingan
tua Tentunya kau tak menyangka bukan bahwa aku bakal
munculkan diri ditempat ini?"
orang yang baru saja munculkan diri itu memang Thian-che
kaucu Yu Pia lam adanya, diapun sedang berdiri dengan wajah
mengejang keras, matanya memancarkan cahaya tajam yang
penuh mengandung rasa benci yang menyala nyala,
keadaannya pada waku itu cukup membuat hati orang jadi
bergidik.

1944
"Manusia muka dingin" teriaknya penuh kebencian, "bila
kaucumu tidak dapat mencincang tubuhmu menjadi berkeping
keping, lalu menghancur lumatkanmujadi abu, sukar rasanya
untuk menghilangkan rasa benciku terhadapmu"
"Yu Pia lam" Han-siong Ki segera berteriak pula: " lebih
baik tutup saja mulut anjingmu, kalau ingin mengucapkan kata
kata semacam itu, lebih baik ucapkan saja pada penitisanmu
yang akan datang"
"Bocah keparat, kau berani memasuki lembah ini sama
artinya pula bahwa engkau sudah mendaftarkan diri kepada
raja akhirat."
"Bangsat tua, tak usah banyak ngebacot lagi serahkanlah
jiwa anjingmu itu"
Ditengah bentakah nyaring, Han siong Ki segera
menggerakkan tubuhnya menerjang ke arah pintu ruangan
dimana Yu Pia lam sedang berdiri dengan seramnya...
"Criiiing......” tiba-tiba terdengar suara dentingan nyaring
berkumandang dalam lorong gua itu, menyusul kemudian
pemandangan disekitar tempat itu jadi gelap, kiranya jalan
maju dalam lorong itu sudah tertutup oleh selapis pintu baja
yang sangat kuat, untung Hari-siong Ki dapat mengerem
gerakari tubuhnya dengan jitu kalau tidak niscaya tubuh nya
akan saling bertumbukan dengan pintu baja tersebut.
"Criiiing.......!'sekali lagi terdengar suara dengan nyaring
berkumandang dari arah belakang,
Han-siong Ki bukan anak kemarin sore, dari dentingan yang
terjadi dengan cepat ia menjadi paham akan apa yang telah
terjadi. Dengar perasaan yang bergetar keras dia berpaling
kebelakang.
Benar juga, pintu masuk kedalam gua itu tertutup juga oleh
selapis pintu baja yang kuat.

1945
Dengan tertutupnya kedua belah samping gua itu oleh
lapisan baja yang kuat, maka sama pula artinya bahwa ia
sudah terjebak disitu dan menjadi burung didalam sangkar
Rasa mendongkol bercampur jengkel hampir saja
meledakkan benaknya, dengan penuh kegusaran sepasang
telapak tangannya segera diayunkan ke-depan dan dihajarnya
pintu baja itu kuat-kuat.......
"Blaaaang......!" hanya benturan keras yang terjadi, tenaga
pantulao yang dihasilkan oleh serangan tersebut segera
menggetarkan tubuhnya yang membuat sianak muda itu
mundur tiga langkah ke belakang dengan sempoyongan.
Pada saat itulah, tiba-tiba kedua belah pintu baja itu pelanpelan
mulai bergeser ketengah ruangan dengan membawa
bunyi gemerutukan yang sangat nyaring.
Menyaksikan bergesernya pintu-pintu baja itu, terkejutlah
Han siong Ki dibuatnya, dia tahu jika kedua buah pintu baja
itu sampai merapat satu sama lainnya, niscaya tubuhnya akan
tergencet sehingga hancur menjadi gumpalan daging.
Dalam gugup dan gelisahnya dia lantas menggerakkan
tangannya untuk mendorong pintu baja itu agar jangan
bergeser kedepan lebih jauh, sayang usahanya itu tidak
mendatangkan hasil apa-apa.
Sekarang, jiwanya benar benar diujung tanduk, bila kedua
belah pintu baja itu sudah merapat, berarti jiwanya akan ikut
melayang pula meninggalkan raganya.
Mimpipun ia tak menyangka kalau didalam gua tersebut
telah disiapkan alat jebakan yang tak terkirakan lihay dan
ganasnya.
Berbicara soal kepandaian silat, pada hakekat nya tenaga
dalam yaog dimiliki Thian-che kaucu Yu-Pia-lam sudah kalah
tingkat bila dibandingkan dengan kepandaiannya, apalagi
setelah sebuah lengannya dikutunginya ketika berada dipintu

1946
rahasia dalam markas besar perkumpulan Thian-che kau
dilembah Lian-huan-tau, boleh dibilang kepandaian silat
mereka selisih semakin jauh, atau dengan perkataan lain
dalam setiap pertarungan yang bakal terjadi, ia selalu berada
dipihak yang kalah.
Apa mau dikata ternyata apa yang kemudian terjadi sama
sekali diluar dugaan, ternyata Han. siong-Ki yang malahan
berada didalam cengkeraman tangan malaikat elmaut.
Dalam keadaan terdorong oleh kobaran api benci dan
dendam serta keinginannya untuk melanjutkan hidup, Han
siong Ki sambil melengkungkan tubuhnya untuk menahan
gerak ma ju pintu baja tersebut, sepasang telapak tangan nya
ditempelkan lekat lekat diatas permukaan pintu besi itus dan
segenap tenaga dalamnya telah disalurkan untuk menahan
gerak maju pintu tadi.
Untuk sesaat gerak maju pintu baja itu berhasil ia tahan
sehirgga tidak bergerak lagi.
Tapi, gerak maju pintu besi yang berada dibe-lakang
tubuhnya malahan menekan maju semakin kencang...
Mati hidupnya sekarang tinggal ditentukan dalam deti-detik
itu juga..,.
Tiba-tiba Han siong Ki miringkan tubuhnya ke-samping,
kemudian sepasang telapak tangannya direntangkan ke kiri
dan ke kanan, masing-masing menahan sebuah pintu besi
yang sedang bergeser itu.
Bisa dibayangkan betapa besarnya daya penggerak dari
kedua belah pintu baja yang digerakkan oleh mesin itu?
geseran pintu meski bergerak lambat tapi sedikit demi sedikit
maju terus ke depan. baja itu sudah merapat, berarti jiwanya
akan ikut melayang pula meninggalkan raganya.
Sekarang Han siong Ki telah mengerahkan tenaga sakti si
mi sinkangnya mencapai puncak kesempurnaan, dengan

1947
sekuat tenaga ia menahan geseran pintu besi yang semakin
merapat itu.
Demikian besarnya tenaga yang harus dikeluarkan pemuda
itu untuk menahan geseran pintu, tampaklah semua otot otot
hijau diatas keningnya pada menonjol keluar, peluh sebesar
kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya.
Ia tahu cara semacam ini bukan cara yang baik untuk
mengatasi ancaman tersebut, sebab makin lama tenaga
dalamnya akan semakin melemah, suatu saat kekuatan itu
menjadi lemah, tak bisa dihindari lagi tubuhnya pasti akan
tergencet hingga menjadi gumpalan daging gepeng.
Mendadak....dari atas pintu baja itu terbuka sebuah lubang
sebesar kepalan, menyusul kemudian terdengarlah suara gelak
tertawa yang penuh rasa bangga, tekebur dan mengerikan
berkumandang keluar dari balik lubang tersebut, tentu
sajasianak muda itu tahu siapa gerangan yang sedang tertawa
itu.
"Haaaahh.... haaahh.... haaahbh... bocah keparat,
bagaimana rasanya sekarang?" dia mengejek. "sanggupkah
engkau bertahan satu jam lagi? Haaahh.... haaahhh...
haaahhh.... dalam saju jam kemudian, engkau dapat
merasakan bagaimana nikmat-nya seorang yang digerumuti
oleh perasaan seram karena kematian semakin menjelang
datang, haaahhh.... haaahhh... haaaahhh... silahkan engkau
mencicipi bagaimanakah rasanya badan yang dipencet oleh
dua plat besi"
Han siong Ki benar benar gusar sekali mendengar ejekan
tersebut, saking terpengaruhnya oleh emosi, serta merta daya
tahannya menjadi kendor dan pintu baja itupun bergeser
setengah depa lagi kearah depan.
Buru-buru dia pusatkan kembali semua perhatian dan
kekuatannya untuk menahan gerak maju pintu baja itu
dengan mati-matian.

1948
Tiba tiba sebilah pedang menerobos masuk lewat lubang
kecil itu dan segera menempel diatas pinggang Han siong ki.
"Bocah keparat" ujarnya lagi "misalkan saja pedang ini
kutusukkan dua inci lebih kedepan, coba terkalah apa
akibatnya? Haaahhh .....haaahhh... haaaahhh... darah pelan
pelan akan mengalir keluar dan nyawamu pelan pelan akan
ikut lenyap pula dari ragamu"
sambil menggigit bibir Han siong Ki mendengus, kemudian
muntah darah segar, sementara pintu tersebut bergeser lagi
dua inci lebih kedepan.
"Bodah keparat" sekali lagi Yu Pia lam berkata dengan
juaranya yang mengerikan, "aku tak dapat membiarkan
engkau mati dengan begitu cepatnya, sebab itu terlalu
keenakan bagimu, sekalipun pintu baja itu tak bisa
menggencet tubuhmu sampai mati, aku akan membiarkan
engkau mati kelaparan disini, aku akan suruh kau mati
kehausan dan pelan pelan menemui ajalnya, haaahh.....
haaaahhh... haaaahhh"
Tenaga tekanan dari kedua belah pintu itu terasa semakin
lama semakin berat menggencet tubuhnya.
Han siong Ki merasa bahwa tenaga murninya nulai banyak
yang hilang, kepalanya mulai terasa pusing tujuh keliling,
pandangan matanya berkunang kunang dan badannya mulai
menjadi sesak.
Habislah sudah.. ia merasa dirinya selangkah demi
selangkah makin mendekati kematian, nyawa pun setetes
demi setetes mendekati kemnusnahan. Apakah aku Han siong
Ki harus mati dengan membawa rasa dendam yang tidak
terbalaskan?
"Tidak"
Ia menjerit sekeras-kerasnya, entah dari mana datangnya
sesuatu kekuatan yang maha besar, tiba-tiba ia berhasil

1949
mendorong mundur pintu besi itu sejauh hampir satu depa
lebih.
Tapi keadaan tersebut hanya berlangsung sebentar saja,
sebab sesaat kemudian hawa murninya kembali semakin
merosot hebat, pelan pelan pintu baja itu merapat kembali ke
tengah...
Air mata bercampur darah mengembang dan bercucuran
membasahi matanya, rasa gusar, benci, dendam serta aneka
perasaan lainnya berkecamuk menjadi satu dalam benaknya
membuat pemuda itu berubah jadi setengah kalap .....
Kecuali terjadi suatu peristiwa yang diluar dugaan, rasanya
pemuda itu memang sudah tiada harapan untuk hidup lagi
didunia ini. Tulang belulang berserakan dalam perkampungan
keluarga Han...
Demi membalas dendam bagi keluarganya, membalas
dendam bagi perguruannya, ibunya dengan menanggung
malu telah kawin lagi dengan Thian che kaucu Yu Pia lam,
kemudian menyebut dirinya sebagai orang yang kehilangan
sukma, dari sini dapat ditarik kesimpulan betapa sengsara dan
tersiksanya perempuan itu.
Maka suatu tenaga kekuatan yang entah dari mana
datangnya sekali lagi berhasil mendorong mundur pintu baja
itu beberapa depa ke belakang.
Tenaga si mi sinkang telah disalurkan hingga mencapai
pada puncaknya, asap putih menyelimuti seluruh badannya,
setiap kali perasaannya bergolak. asap putih itu pun
mengalami pergolakan yang dahsyat, bisa dibayangkan betapa
besarnya tenaga tekanan yang kemudian terjadi di tempat itu,
terutama disuatu ruang sempit yang kecil sekali, otomatis
pergolakan tenaga tekanan itu menimbulkan suatu kekuatan
yang luar biasa.
"Blaaang..." akhirnya dinding karang disekitar tempat itu
tak sanggup menahan pergolakan tenaga tekanan yang

1950
dihasilkan dari tenaga sinkang itu.... diiringi suara gemuruh
yang keras, dinding itu melar retak dan berguguran hingga
timbullah sebuah celah lekukan yang cukup dalam pada
dinding karang tadi.
Mimpipun Han siong Ki tak menyangka kalau dia bakal
menjumpai suatu keajaiban dalam keadaan demikian,
sementara itu seruan kaget berkumandang pula dari balik
lubang di atas pintu baja tersebut...
secepat kitat Han siong Ki menarik kembali sepasang
telapak tangannya, kemudian bagaikan anak panah yang
terlepas dari busurnya, dia melompat masuk ke dalam celah
diatas dinding yang baru saja ambruk itu....
Pelan pelan pintu baja itu merapat ketengah, sisa hancuran
batu yang gugur ke tengah ruangan seketika digencet hingga
hancur menjadi pupur halus.
Benar benar suatu keajaibanlah yang telah menyelamatkan
Han siong Ki dari tangan malaikat elmaut, andaikata dinding
karang itu tidak ambrol, niscaya habislah sudah riwayat anak
muda itu.
"Kreeek... Kreeek dengan cepat kedua belah pintu baja itu
bergeser kembali kebelakang dan kemudian lenyap dari
pandangan, yang tersisa ditengah lorong gua itu hanya
setumpuk bubuk kapur yang lembut.
Thian che kaucu Yu Pia lam munculkan diri dari tempat
persembunyiannya dan menghampiri hancuran kapur itu,
setelah memeriksa sekejap sekitar tempat itu, tiba tiba ia
berseru tertahan:
"Eeeeh..... aneh benar Memangnya dia belum mati?"
"Hmmm..Jika aku mati, itu namanya Thian tidak adil dan
setanlah yang akan berpesta pora" seseorang menyahut
dengan suara yang menyeramkan.

1951
Mendengar seruan tersebut, Yu Pia-lam jadi ketakutan
setengah mati, hingga sukmapun serasa melayang tinggalkan
raganya, buru buru dia kabur ke belakang, sayang terlambat,
tahu tahu lengan tunggal-nya sudah dicengkeram erat erat.
Dengan demikian, maka kedua orang itupun saling
berhadapan muka.
Han siong Ki dengan sepasang matanya yang tajam
menggidikkan hati menatap musuhnya lekat-lekat, membuat
Yu Pia lamjadi ketakutan setengah mati, sekujur
badannya,mengejang keras.
"Heehhh.... heehhh... heehhh....Yu Pia lam, tentunya
mimpipun kau tak menyangka bukan?"
"Bocah keparat, kaucumu..."
Tapi sebelum ucapan tersebut selesai diucapkan, tiba tiba
....
"Plok" sebuah gaplokan telah bersarang telak diatas pipi Yu
Pia-lam membuat wajahnya jadi sembab merah.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh..." gelak tertawa itu begitu
mengerikan, begitu mendebarkan hati, membuat siapapun
merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri, karena dibalik
suara tertawa itu terseliplah hawa napsu membunuh yang
amat tebal.
Yu Pia lam memang seorang jagoan yang lihay, tak urung
pucat pias juga wajahnya karena seram.
Tiba tiba Han siong Ki menarik kembali suara tertawanya,
dengan nada yang mengerikan dia berteriak:
"Yu Pia lam, tentunya kau tak menyangka bukan akan
menjumpai keadaan seperti ini?"
sekuat tenaga Yu Pia lam berusaha meronta dan
melepaskan diri dari cengkeraman musuh, tapi Han siong Ki
mencengkeram lengannya erat-erat, bahkan kelima jari

1952
tangannya sudah menembusi kulit tubuhnya, darah kental
bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh bajunya.
Gembong iblis itu kesakitan setengah mati, mukanya
berubah jadi pucat kehijau hijauan, serunya dengan penuh
kebencian:
"Bocah bangsat, bajingan keparat sungguh menyesal aku
bersikap ceroboh dimasa lalu, coba kubabat rumput sampai se
akar-akarnya, niscaya kau sudah mampus sedari dulu."
"Yu Pia lam, bangsat terkutuk, itulah kalau di namakan
Thian masih maha adil...."
Tiba tiba pemuda itu mendengus tertahan, tubuhnya
mencelat sejauh satu kaki lebih sambil muntah darah segar....
-ooo0dw0ooo-
BAB 104
TERNYATA ketika Han siong Ki dibuat marah sehingga
perhatiannya agak bercabang, Yu Pia lam telah manfaatkan
kesempatan itu dengan sebaik baiknya, sebuah tendangan
kilat yang bersarang telak diatas pusarnya membuat pemuda
itu terhantam sampai mencelat.
Karena kena disergap secara tiba tiba, otomatis
cengkeraman Han siong Ki atas lengannya juga terlepas, cepat
Yu Pia lam melompat mundur ke belakang dan kabur kedalam
ruang batu...
Tak terkirakan rasa gusar Han siong Ki menghadapi
keadaan ini, sambil menggigit bibir dia lantas melompat
bangun dan mengejar dari belakangnya...
Yu Pia lam cepat menghentikan gerakan tubuhnya sambil
melepaskan sebuah pukulan dahsyat dengan lengan
tunggalnya.

1953
"Blaaang. .." sekali lagi Han siong Ki termakan oleh pukulan
tersebut hingga jatuh terjengkang ke tanah.
Yu Pia lam tertawa seram, sekarang ia putar badan sambil
balik melancarkan tubrukan kilat.
sambil menggigit bibir Han siong Ki melompat bangun,
kesepuluh jari tangannya diayun ke depan melancarkan
serangan dengan ilmu Tong kim ci.
Ditengah jerit kesakitan, lengan tungga Yu Pia Lam yang
tinggal satu satunya itu sudah kena dilubangi oleh serangan
jari itu hingga terluka parah, gembong iblis itu terdorong
mundur beberapa langkah dengan sempoyongan.
Dengan sekuat tenaga Han siong Ki menghimpun kembali
sisa kekuatan yang dimilikinya, kemudian sebuah pukulan
dahsyat sekali lagi dilontarkan kedepan.
Hembusan angin kencang menerbangkan meja dan kursi,
Yu Pia- lam yang termakan oleh pukulan itu segera terpental
sehingga badannya menempel diatas dinding ruangan.
Han siong Ki menerjang semakin dekat, tangannya
langsung mencengkeram lengan tunggal orang, sementara
tangan yang lain mencekik lehernya... pelan pelan cekikan itu
semakin kencang, rupanya dia hendak mempraktekkan sistim
gencetan pintu besi yang baru dialaminya itu untuk menyiksa
musuhnya...
Yu Pia lam betul betul sudah tak dapat berkutik lagi, paras
mukanya jadi hijau jadi semu merah, sepasang matanya
melotot keluar, mulutnya terpentang lebar lebar, lidahnya
mengejang keras dan badannya menggigil...
Nyawanya makin lama makin mendekat jurang kesirnaan...
makin lama gerakannya makin lirih.. daa akhirnya sama sekali
terhenti.

1954
Dalam kekalutan yang mendekati kalap. Han siong Ki masih
mencekik terus leher musuhnya yang telah binasa itu keras
keras....
"Kraaak..." tiba tiba darah kental memancar keluar menodai
sekujur badannya.
Ternyata batok kepala Yu Pia lam telah tercekik hingga
patah jadi dua dan menggelinding ke samping.
Untuk kesekian kalinya Han siong Ki menengadah, tertawa
terbahak bahak dengan seramnya.
suara tertawa itu penuh dengan nada bencidan dendam...
seperti orang kalap yang sedang tertawa.
Tentu saja keadaan semacam ini tampaknya mengerikan
sekali bahkan sedikit kelihatan kejam, tapi Han-siong Ki tidak
merasakannya sama sekali, bahkan masih juga tertawa tiada
hentinya.
Akhirnya cengkeramannya dilepaskan juga, mayat Yu Pia
lam yang tanpa kepala itupun roboh, terkulai ditanah...
Han siong Ki menyepak mayat itu dengan bencinya, setelah
itu dengati wajah penuh napsu membunuh dia menerobos
masuk kedalam ruangan yang lain.
Dalam ruangan itu ditemuinya seorang kakek berambut
perak berbaring dengan tenangnya diatas sebuah
pembaringan.
Han siong Ki tahu siapakah kakek itu, maka sambil
bergeser kedepan menghampiri pembaringan tersebut,
bentaknya dengan suara kaku dan sedingin es:
"Huan yu it koay, engkaulah biang keladi dari semua
peristiwa berdarah ini dan sekarang sudah tiba saatnya
bagimu untuk memberi pertanggungan jawab"
Tapi aneh sekali, suasana tetap hening dan kakek itu sama
sekali tidak menjawab.

1955
Han siong Ki segera melancarkan sebuah pukulan untuk
mendorong tubuh kakek itu hingga terguling jatuh dari
pembaringannya, tampaklah sekarang noda darah yang
membasahi sekitar pembaringan tersebut.
Melihat itu Han siong Ki merasa kaget, ia maju semakin
dekat dan memeriksanya lebih seksama, sekarang ia baru
menemukan bahwa Huan yu it koay memang telah tewas,
terbukti dari ujung jari tangan kirinya yang menancap diatas
jalan darah tay yang hiatnya itu.
Rupanya setelah mengetahui bahwa apa yang dicita citakan
selama ini telah menemui kegagalan total, gembong iblis itu
segera mengambil keputusan untuk menghabisi nyawa sendiri.
Sebenarnya manusia aneh ini boleh dibilang lumpuh
sebagian tubuhnya, baik lengan kanan, kaki kanan maupun
badan bagian kanannya tak dapat bergerak sama sekali, inilah
hasil ganjaran dari ouwyang Beng, pemilik benteng maut
angkatan pertama dalam pertarungannya dimasa lalu.
Dan sekarang menjelang cita citanya yang setinggi langit
hampir berhasil dicapai, tiba tiba semua rencananya gagal
total dan gembong iblis itupun terpaksa harus menyelesaikan
sisa hidupnya.
Untuk sesaat lamanya Han siong Ki berdiri termangumangu,
akhirnya dia keluar dari ruangan itu, menghampiri
jenasah Yu Pia lam, merobek secarik kain untuk membungkus
batok kepalanya itu dan berlalulah dari gua tadi.
Dendam berdarah yang membebani pikirannya selama ini,
telah berhasil dituntut balas, pemuda itu merasakan suatu
keringanan.. suatu perasaan segar yang belum pernah
dialaminya selama ini, namun diapun merasakan suatu
kekosongan yang aneh.
Dengan membawa batok kepala Yu Pia lam, ia keluar dari
lembah tersebut, ditengah jalan ia saksikan ciong pin yang
tertotok jalan darahnya masih menggeletak diantara jepitan

1956
batu cadas, rupanya sebelum esok pagi menjelang tiba, jalan
darah itu tak mungkin akan bebas dengan sendirinya. sekejap
kemudian sampailah pemuda itu diluar lembah.
Dari tempat kejauhan ia saksikan asap tebal membumbung
tinggi ke angkasa, rupanya para padri dari gereja siau lim si
sedang membakar mayat-mayat rekan mereka yang terbunuh.
sementara dia masih melamun, tiba tiba terdengar
seseorang berseru dengan lirih:
"Han siong Ki, kuucapkan selamat atas keberhasilanmu
membalas dendam kesumat tersebut"
Bukan saja suara itu sangat dikenal olehnya, lamat-lamat
menusuk pendengaran.
Dengan perasaan kaget Han siong Ki berpaling, ternyata
orang itu adalah perempuan berkerudung yang misterius itu,
teringat kembali akan bantuan yang telah diberikannya selama
ini, cepat pemuda itu maju memberi hormat seraya berkata:
"Untuk semua budi kebaikan dan bantuanmu, sebelumnya
kuucapkan banyak banyak terima kasih"
"Tak usah"
Aneh, aneh benar Kali ini ternyata suara perempuan itu
berubah sama sekali. Han siong Ki termenung sebentar,
akhirnya dengan penuh emosi dia berseru: "Jadi kau... kau....
kau adalah..."
"Yaa, aku adalah seorang perempuan yang tak tahu malu"
jawab perempuan berkerudung itu dengan sedih.
sambil berkata, pelan-pelan dia melepas-kan kain kerudung
mukanya sehingga tampaklah raut wajahnya yang cantik jelita
bak bidadari dari kahyangan.
Dia bukan lain adalah Ratu tawon Buyung Thay yang telah
pergi karena mendongkol kepada pemuda kita.

1957
sekali lagi Han siong Ki maju ke depan memberi hormat.
"cici" bisiknya "harap engkau bersedia memaafkan
kekerasanku dimasa lalu"
"Engkau masih bersedia menyebut aku sebagai cicimu?"
tanya Buyung Thay dengan suara yang mengenaskan.
"Tentu saja, kenapa tidak?"
Rupanya selama ini Buyung Thay telah merobah cara
berdandan dan nada suaranya, ditambah lagi dia mengenakan
kain berke-rudung hitam, tak aneh kalau Han siong Ki segera
tidak mengenalnya kembali.
sekarang ia tidak bersikap misterius lagi, segala sesuatunya
berubah kembali menjadi sederhana dan biasa tanpa sesuatu
yang aneh, ia pernah kawin dengan Thian che kaucu, tentu
saja terhadap keadaan dalam lembah Lian huan tau
menguasahinya penuh.
sekarang sekulum senyuman sedih telah tersungging
diujung bibirnya, membuat wajahnya yang cantik tampak
semakin mengenaskan.
Walaupun senyuman tersebut mengenas-kan hati dan
membuat hati orang jadi pilu, tapi justru kesemuanya itu
menambah kecantikan wajahnya, makin mempersonakan hati,
membuat orang makin terpikat kepadanya.
Tanpa sadar Han siong Ki merasakan jantungnya berdebar
keras, berdebar keras karena tergoda oleh daya tarik
perempuan itu.
"Adikku, semoga semenjak sekarang walau berada diujung
langitpun hati kita berdua dapat selalu berdampingan.."
Mendengar perkataan itu, tiba-tiba saja Han siong Ki
merasakan sesuatu kesedihan yang sukar dilukiskan dengan
kata-kata, ia merasa hatinya jadi pedih dan sepasang matanya
ikut berubah jadi merah...

1958
Buyung Thay tertawa getir.
"Adikku, asal dalam hatimu dapat selalu menerima
kehadiranku, itu sudah lebih dari cukup,"
"Tidak cici, aku..."
"Ada apa?"
"Aku... aku cinta padamu"
Paras muka Buyung Thay berubah hebat, tampaknya ia
sedang dipengaruhi oleh emosi, tapi hanya sejenak kemudian
telah pulih kembali jadi tenang dan hampa kembali.
"Adikku, aku tak bisa menerima pernyataan itu, aku tak
dapat menerima limpahan cinta kasihmu" katanya dengan
sedih.
"Kenapa?" tanya Han siong Ki dengan suara keras.
"sudah lupakah engkau dengan nasehat dari ibumu?"
Han siong Ki merasakan hatinya bergetar keras, rasa
bergidik tiba tiba saja muncul dari dasar hatinya, ia merasa
seakan akan mendengar kembali perkataan dari ibunya:
"... Ratu tawon... membuat semua pemuda yang ada dalam
dunia tergila gila kepada-nya.... bagaimanapun cantik dan
menariknya perempuan itu, ia telah berusia empat puluh
tahun"
Yaa benar, Buyung Thay memang pandai merawat
wajahnya, ia memang kelihatan masih berusia dua puluh
tahunan walaupun usianya sudah mencapai empat puluhan
tahun, dengan usia sebesar itu pada hakekatnya ia lebih
pantas menjadi ibunya Han siong ki dari pada menjadi
kekasihnya.
Selama ini Han siong Ki selalu tak berani mengakui bahwa
ia cinta kepadanya, sebab ia tahu cinta kasih semacam ini tak
mungkin dapat terwujud, akan tetapi sekarang... tiba tiba

1959
pemuda itu merasa bahwa ia mencintai perempuan itu, suatu
daya tekanan perasaan cinta yang meluap-luap membuat ia
berani mengungkapkan perasaan yang dirahasiakan selama ini
secara terus terang.
"Adikku, apakah engkau akan selalu mengatakan bahwa
engkau mencintai aku?"
Suara itu begitu lembut, begitu halus, seakan akan
tersembunyi daya rangsang dan daya pikat yang luar biasa
besarnya.
Han siong Ki segera mengalihkan sinar matanya ke atas
wajah Buyung Thay yang cantik Jelita itu, kembali bisiknya:
"Aku cinta padamu"
"Sayang kesemuanya itu sudah terlambat adikku" jawaban
dari Buyung Thay itu begitu tenang dan kalemnya.
"Kenapa?"
"Perkataan tersebut pernah kau ucapkan, tapi sekarang
telah tak terbantahkan semua oleh keadaan-"
"Aku tidak mengerti dengan perkataan itu"
"Ketika kita baru saja berkenalan tempo hari, kita berdua
sama sama pernah mengatakan tentang soal "cinta", dan cinta
pada waktu itu adalah cinta yang sesungguhnya, cinta yang
masih suci bersih tanpa ternoda oleh apapun jua, tapi
kenyataan telah membuat engkau mencurigai watakku,
engkaupun mencurigai perasaan cintaku. cinta ibaratnya mata
manusia, mata tersebut tak dapat kemasukan sebiji pasirpun,
kecurigaan merupakan selapis awan hitam yang menutupi
kesucian cinta tersebut..."
"Tapi itu semuakan sudah berlalu? Kenapa musti kau
singgung singgung kembali?"
"Justru oleh karena kejadian itu sudah lewat, maka aku
lebih suka mempertahankan kenangan kita dimasa lalu dari

1960
pada membuat kenangan baru yang belum tentu hangat, lagi
pula akupun sudah memahami arti kata dari cinta yang
sesungguhnya, sering kali suatu persahabatan yang akrab bisa
menangkan suatu perpaduan, suatu perkawinan yang belum
tentu akan mendatangkan kebahagiaan"
"Oooh .....cici, apakah engkau tak dapat merubah
pendirianmu lagi?" pinta Han siong Ki dengan sedih.
"Yaa, pikiranku sudah tetap dan tak mungkin bisa dirubah
lagi"
"Aaaai..... kalau memang demikian, akupun tak dapat
memaksa lebih jauh, aku hanya bisa berdoa kepadamu
semoga engkau dapat menjaga diri baik-baik, semoga lain
kesempatan kita bisa berjumpa kembali"
Dengan membawa perasaan sedih yang tak terkirakan Han
siong Ki putar badan dan berlalu dari situ.
Ketika Han siong Ki telah pergi, air mata yang semenjak
tadi sudah mengembang dimata Buyung Thay, tidak
terbendung lagi akhirnya bercucuranlah air matanya.
"Ooooh... adikku sayang, tahukah engkau bahwa akupun
mencintaimu, mungkin cintaku padamu jauh melebihi cintamu
kepadaku, tapi sayang kita tak dapat bersatu, pernikahan
belum tentu dapat memberikan kebahagiaan bagi kita
berdua."
Setelah bayangan punggung dari Han siong Ki lenyap dari
pandangan, pelan pelan ia baru beranjak dan berlalu
tinggalkan tempat itu.
sementara itu Han siong Ki yang pergi meninggalkan
Buyung Thay, tiba tiba merasakan hatinya begitu sepi begitu
hampa dan kosong.
Dalam hati ia selalu berpikir, apa yang bisa diperoleh
seseorang sepanjang sejarah hidup,nya?

1961
Tonghong Hui telah mati?
Go siau-bi telah pergi tanpa pamit.
Dan sekarang Buyung Thay meninggalkan dirinya.
Untuk pertama kalinya ia merasa hidupnya begitu sepi,
begitu sendiri tanpa sanak tanpa saudara, merasa bagaikan
baru sadar dari sebuah impian, rasa mesrah, pahit, getir,
kecewa, kosong, kehampaan semuanya berkecamuk menjadi
satu dalam benaknya.
--ooo0dw0ooo--
Beberapa hari kemudian, tibalah si anak muda itu
dibenteng maut.
Pertama tama ia berkunjung dahulu keatas batu cadas
ditepi sungai, berziarah di depan kuburan Tonghong-Hui.
Hancur lembut rasanya perasaan Han siong Ki pada waktu
itu, dengan perasaan kalut dia mendaki bukit batu cadas
tersebut.
Berdiri kaku didepan kuburan tersebut, air matanya jatuh
berlinang membasahi wajahnya, dia merasa semua tumpukan
harapannya telah musnah semua perasaannya ikut lenyap,
lenyap bersama lewatnya sang waktu.
Ia termenung dan makin lama semakin murung.
Tonghong-Hui telah menyaru sebagai seorang pengemis
kecil, dimana mereka telah angkat saudara dan hidup dengan
penuh kegembiraan.
Kemudian penyaruan Tonghong-Hui ketahuan rahasianya,
maka pertama kalinya ia mencintai seorang perempuan,
seluruh cinta kasihnya telah ia persembahkan kepadanya.

1962
Tapi akhirnya, bagaikan guntur yang membelah bumi
ditengah hari bolong, kenyataan membuktikan bahwa
Tonghong-Hui adalah bibi gurunya.
Kenyataan yang keji, kenyataan yang tak berperasaan telah
mencabik cabik impian indah yang penuh kemesrahan- .
Adat istidat yang kokoh telah memusnah cinta kasih
mereka... Maka Tonghong Huipun mengorbankan diri
sering kali ia merasa gelak tertawanya dan suara
pembicaraannya seakan akan berada dihadapan matanya, tapi
setiap kali ia membuka matanya kembali, semuanya itu lenyap
dengan begitu saja hingga tak berbekas.
Diapun teringat kembali sumpah setia-nya...
sekalipun hidup tak dapat berdampingan, setelah mati dia
ingin dikuburkan dalam satu liang.
"Yaaa.. benar, kecuali kematian, hidupnya akan selalu
dirundung kesedihan... karena ia sudah terjepit dalam
kepedihan yang tiada habisnya.
Tapi... mungkinkah ia mencari mati? Mungkinkah suatu
kematian akan menyelesaikan semua kesulitan yang sedang
dihadapinya.
Tiba tiba ia teringat kembati nasehat dari ibunya: Beliau
pernah berkata bahwa ketidak berbaktian ada tiga, tiada
keturunan merupakan ketidak berbaktian yang terutama..
Entah berapa lama dia berdiri melamun, hingga akhirnya
sapaan yang halus dan ramah menyadarkan kembali si anak
muda itu dari lamunannya. "Nak, engkau telah kembali?"
Dengan perasaan kaget Han siong Ki menengadah, tahutahu
ibunya sudah berdiri dihadapan mukanya.
Dengan rasa sedih dan murung yang amat sangat,
pertemuannya kembali dengan ibunya membuat si anak muda
itu tak sanggup mengendalikan emosinya lagi, tiba-tiba ia

1963
mendekap ibunya dan menangis tersedu sedu seperti anak
kecil.
Padahal jelek-jelek begitu Han siong Ki adalah seorang
ketua dari suatu perguruan besar, walaupun demikian berada
dihadapan ibunya ia nampak begitu lemah dan sama sekali tak
mampu berbuat apa apa..
"Nak. tak usah menangis lagi" bisik ibunya dengan suara
yang amat lembut, "aku cukup mengetahui betapa besarnya
penderitaan yang kau alami selama ini, tapi aaaai ..."
Han siong Ki segera berhenti menangis, dengan suara
cukup lantang dia berkata:
"ibu, ananda telah berhasil membalas dendam sakit hati
kita yang dalamnya bagaikan lautan itu"
"Kau... kau... kau berhasil membalas dendam?" si siang- go
cantik ong Cui Ing terselimut oleh golakan perasaan yang
sangat hebat.
"Yaaa... ananda telah berhasil membalas dendam, dalam
bungkusan kain inilah berisikan batok kepala dari Thian che
kaucu Yu Pia lam, musuh besar kita"
Berkata sampai disitu maka secara ringkas pemuda itupun
menceritakan kisah pemba-lasan dendam yang telah
dialaminya selama ini.
Dengan air mata bercucuran kerena terharu si siang- go
cantik ong cui ing berkata:
"Nak, bila arwah ayah dan Thio susiokmu dapat
menyaksikan kesemuanya ini di alam baka maka mereka akan
beristirahat dengan senyum di kulum"
"lbu" kata Han siong Ki kemudian, "bagaimanapun juga Yu
Pia lam adalah murid murtad dari Perguruan benteng maut,
perlukah kita laporkan kejadian ini kepada sucou?."
"Tak usah"

1964
"Tidak usah? Kenapa?"
"sejak mengalami musibah yang datang secara beruntun,
sucoumu telah mengambil keputusan untuk mengasingkan diri
selama lamanya, sejak kini benteng maut sudah ditutup,
beliau tak ingin mencampuri urusan dunia luar lagi, maka aku
rasa engkau pun tak perlu masuk ke dalam benteng untuk
memberi laporan"
"Kalau bagitu bagaimana kalau kita pulang saja ke
perkampungan keluarga Han?"
"Aku sudah pergi ke sana tempo hari, tempat itu sudah
kuperbaiki, dan tulang tulang yang berserakanpun sudah
kukubur semua..."
"lbu, perlukah kita gunakan batok kepala dari bangsat ini
untuk bersembahyang kepada arwah ayah dan anggota
keluarga lainnya?"
"Tentu saja harus"
"Kalau begitu bagaimana kalau kita berangkat sekarang
juga?"
"Ayolah, mari kita berangkat sekarang juga... oya,
bagaimana dengan keadaan Go Siau bi?" Mendengar
pertanyaan itu, paras muka Han siong Ki berubah sangat
hebat, sahutnya kemudian-
"Ananda telah berhasil mendapatkan obat mustika si mia
kim wan untuk menyembuh-kan luka-lukanya, tapi..... tapi..."
"Tapi kenapa?" tukas si siang go cantik ong cui ing kurang
sabaran lagi.
"Dia.... dia telah pergi"
"Dia telah pergi?"

1965
"sebenarnya apa yang telah terjadi?" tiba tiba siang go
cantik ong cui ing mengguncang- guncangkan tubuh Han
siong Ki dengan penuh perasaan emosi.
Terpaksa Han siong Ki harus memberitakan Go siau bi yang
telah pergi tanpa pamit serta isi surat yang ditinggalkan
untuknya itu... selesai mendengar kisah tersebut, siang go ong
cui ing pun berkata:
"Nak. bagaimanapun juga engkau harus mencari dirinya
sampai ketemu, sebab diatas kertas dia sudah menjadi
istrimu, dia sudah menjadi menantunya keluarga Han,
bagaimanapun juga dia tak bisa kau biarkan dia luntanglantung
sendirian dalam dunia persilatan, ingatlah bahwa dia
sudah tak punya rumah lagi"
"Tapi ibu.. dunia begini luas, kemana aku harus
mencarinya...."
"Jadi engkau ada maksud hendak meninggalkan dirinya
nak?" perempuan itu menegur dengan wajah kurang senang.
"ooh tidak... tidak... ananda sama sekali tidak mempunyai
maksud untuk berbuat begitu" jawab Han siong Ki dengan
ketakutan. .
"Aaaai... akupun berharap agar engkau jangan mempunyai
pikiran demikian, ingatlah baik-baik perkataanku Bagaimanapun
juga, engkau harus mencarinya sampai ketemu dan
lakukan pernikahan dengannya, jika engkau tidak menuruti
perkataanku itu, berarti bahwa engkau lebih suka menjadi
anak yang tak berbakti"
"Ananda tak berani melupakan peringatan dari ibu
Bagaimanapun juga ananda pasti akan berusaha untuk
melaksanakan perintah ibu dengan sebaik-baiknya"
"Baik, kalau begitu sekarang juga mari kita berangkat"
Menyinggung soal rumah, ibu dan anak dua orang itu
kembali merasakan kepedihan yang bukan kepalang.

1966
Hari itu juga berangkatlah mereka mening-galkan benteng
maut menuju perkampunga keluarga Hansepanjang
jalan tiada kejadian apapun yang di alami,
beberapa hari kemudian, sampailah mereka ditempat tujuan.
setelah masuk pintu gerbang suasana yang mengharukan
serta keadaan bangunan yang tak terawat sudah tidak
nampak lagi, meski tulang belulang juga telah dibereskan,
namun keheningan dan suasana sepi yang mencekam serasa
mendatangkan suatu perasaan yang benar-benar tak sedap.
"Nak" ucap ong cui ing kemudian- "kerangka dari semua
anggota keluargamu telah kukubur menjadi satu dalam hutan
dibelakang perkampungan, serta Thio susiokmu berada dalam
satu kuburan yang terpisah dan bila dikemudian hari ada
kesempatan, pindahkanlah kuburan adikmu dan adik
seperguruanmu Thio sau-kun kemari, jangan lupa pesanku ini"
"Yaa ibu"
selang sesaat kemudian mereka sudah berada di ruang
tengah, tapi pemandangan yang terbentang di depan mata
membuat Han siong Ki merasakan hatinya terperanjat.
Kiranya ditengah ruangan telah berjajar dua buah peti mati,
yang satu telah disegel sedangkan yang lain setengah terbuka,
jelas peti itu adalah sebuah peti mati yang kosong.
Paras muka si siang- go cantik ong cui ing tampak berubah
hebat, sambil menunjuk ke arah peti mati yang ada disebelah
kanan ujarnya dengan sedih. "Itulah lelayon dari ayahmu"
Tak terkirakan rasa sedih Han siong Ki mendengar
perkataan itu, dalam keadaan demikian ia tak sempat
menanyakan tentang soal peti mati kosong lagi, sambil
berlutut di depan peti mati ayahnya, pemuda itu menangis
tersedu sedu. Lama .... lama sekali.... ia baru bangkit berdiri
sambil membesut air matanya.

1967
"lbu... bukankah engkau mengatakan bahwa kerangka Thio
susiok telah dikebumi-kan diperkampungan belakang? Lalu
apa gunanya peti mati yang kosong ini"
"Soal itu kita bicarakan nanti saja" tukas ibunya dengan
cepat "sekarang sulutlah lilin dan hio, kemudian
bersembahyanglah untuk arwah ayahmu"
Meskipun agak keheranan bercampur curiga, toh Han siong
Ki menurut juga perkataan ibunya, dia lantas pasang hio dan
menyulut lilin, menyajikan batok kepala Yu Pia lam didepan
peti mati ayahnya, lalu bersama sama ibunya dengan air mata
bercucuran mereka berlutut dan bersembah-yang dengan
hikmat.
selesai bersembahyang, kembali Han siong Ki menanyakan
soal peti mati kosong itu.
si siang go cantik ong cui ing duduk dengan angkernya
diatas kursi kebesaran- dia perintahkan Han siong Ki untuk
berdiri tepat dihadapannya, kemudian dengan suara berat
ujarnya:
"Nak, walaupun ibu sudah kawin lagi dengan orang lain,
akan tetapi sampai sekurang aku masih tetap suci bersih,
belum pernah kunodai nama baik keluarga Han kita..."
"lbu tentang soal ini ananda sudah tahu, kejadian yang
sudah lewat buat apa kita singgung kembali?" seru Han siong
Ki dengan wajah ketakutan-
Paras muka siang go cantik ong cui ing berubah jadi hijau
membesi, tapi nada suaranya masih tetap tenang dan kalem,
sambungnya lebih jauh:
"sekalipun aku tetap suci bersih tanpa noda, tapi
bagaimanapun juga nama baikku tetap ternoda..."
Ketika mendengar sampai disitu, suatu firasat tak enak
melintas dalam benak Han siong Ki, cepat dia berseru dengan
ketakutan:

1968
"oooh...ibu, jangan kau berkata demikian, keadaanlah yang
memaksa engkau orang tua berbuat demikian"
"Memang demikianlah keadaannya nak. ketika aku
menggunakan nama samaran orang yang kehilangan sukma,
dapatkah engkau mencamkan makna serta arti yang
sebenarnya dari ucapan itu?"
"Nak, ingatlah baik-baik pesanku, cari Go siau bi sampai
ketemu, kemudian kawini dia dan carikan keturunan bagi
keluarga Han kita..."
"ibu, kau..."
"Nak. perasaan ibumu sakarang sudah amat tenang Nah,
selamat tinggal, semoga engkau baik-baik menjaga diri.."
selesai mengucapkan kata kata tersebut, mendadak sekujur
badan si siang- go cantik ong cui ing bergetar keras, kemudian
matanya terpejam untuk selama lamanya.
Han siong Ki merasa terkejut bercampur takut, ia merasa
sukmanya seolah-olah telah melayang tinggalkan raganya,
dengan cepat ia menubruk ibunya, sayang sedetik sebelumnya
perempuan itu telah memutuskan denyutan jantungnya
dengan tenaga dalamnya yang lihay.
Menyaksikan kematian ibunya, Han siong Ki hanya bisa
berdiri mematung tanpa bergerak barang sedikitpunjua,
lama... lama sekali ia baru menangis tersedu-sedu.
Malam telah menjelang, Tapi Han siong Ki masih duduk
termenung didepan jenasah ayah dan ibunya.
Ketika fajar telah menyingsing, ia baru masukkan tubuh
ibunya kedalam peti mati yang kosong itu, kemudian dikubur
dalam seliang dengan kerangka ayahnya.
seratus hari kemudian setelah kematian ibunya, Han-siong
Ki mulai melaksanakan pesan ibunya untuk mencari jejak Go
siau bi.

1969
setahun.... dua tahun.... lima tahun..... ketika mencapai
dua belas tahun lamanya sejak pencarian dimulai, akhirnya
pada suatu ketika sianak muda itu berhasil menemukan jejak
Go siau bi dibekas reruntuhan perkumpulan keluarga Go
dibukit si sin gan.
Dengan pelbagai penjelasan yang berbelit belit serta
bujukannya yang amat berat, akhirnya Go siau bi berhasil
dilemaskan kembali hatinya.
Dan sejak itulah mereka hidup bersama hingga akhir tua.
TAMAT
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 4 terakhir dan anda bisa menemukan artikel Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 4 terakhir ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/08/cersil-khu-lung-tengkorak-maut-jilid-4.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 4 terakhir ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 4 terakhir sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 4 terakhir with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/08/cersil-khu-lung-tengkorak-maut-jilid-4.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 1 komentar... read them below or add one }

Cara Cepat Sembuhkan Penyakit Anemia mengatakan...

artikel yang menarik sekali gan, makasih banyak ya atas sharenya salam sehat, berburu backlink dulu gan

Posting Komentar