Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 1

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 26 Agustus 2011

Tengkorak Maut Karya : Khu Lung
Saduran : Tjan ID

2
Jilid 1
Bab 01
BENTENG MAUT!!
Dalam pandangan orang2 dunia persilatan, tempat itu
merupakan sebuah istana yang mendatangkan maut bagi
siapa yang berani mendekatinya.
Benteng kuno itu dibangun diatas sebidang tanah berbatu
karang yang dikelilingi oleh tiga buah aliran sungai.
Pintu depan benteng yang menghadap ke arah daratan
selalu terbentang lebar dan memperlihatkan sebuah pintu
yang gelap gulita di atas dinding tembok tertera dua huruf
besar yang cukup membetot hati siapapun yang menyaksikan:
Benteng Maut
Dibawah dua huruf besar tadi terdapat pula sebuah
tengkorak merah darah yang nampak menyeramkan.
Itulah lambang maut dari pemilik benteng kuno itu.
Selama hampir tiga puluh tahun lamanya di dunia
persilatan tercekam dalam ketakutan, kengerian yang seolaholah
hari kiamat hampir tiba, sebagian besar jago2 dari
kalangan Bu lim banyak yang mati binasa dalam keadaan
penasaran, banjir darah melanda dimana-mana.
Semua peristiwa berdarah yang terjadi selalu diakhiri
dengan tertinggalnya lambang Tengkorak maut disisi setiap
korban..
Kebrutalan serta kekejaman Tengkorak maut membuat
orang jadi ketakutan dan menjuluki dirinya sebagai malaikat
elmaut.
Tetapi... lima belas tahun berselang, tiba-tiba pintu benteng
itu tertutup rapat Tengkorak maut tak pernah muncul kembali

3
di dalam dunia persilatan, seluruh Bu lim pun terlepas dari
cekaman rasa takut dan ngeri.
sementara orang menduga tengkorak maut telah
menghembuskan napasnya yang terakhir tetapi kenyataan
membuktikan lain, sebab setiap rombongan orang Bu lim yang
berangkat menyelidiki rahasia Istana maut tak seorangpun
yang kembali dengan selamat. Teka teki... peristiwa itu
merupakan suatu tanda tanya besar bagi semua orang.
Malam mencekam seluruh jagad, udara gelap gulita tidak
nampak cahaya bintang maupun rembulan... begitu pekat
hingga melihat ke lima jari sendiripun susah.
Kilat menyambar2 diiringi suara gemuruh guntur yang
bergeletar membelah bumi, kilatan tajam mendatangkan
kilatan cahaya yang menerangi seluruh jagad.
Angin berhembus kencang mengiringi desiran yang
menusuk pendengaran, menyapu seluruh benda di sekitar nya
.... ranting, daun dan debu berterbangan memenuhi
angkasa...
Didalam sebuah dusun yang kecil nampak sesosok
bayangan manusia sedang melaku-kan perjalanan dengan
cepat menyeberangi jalan.
Kilat kembali menyambar... kali ini terlihat lebih jelas lagi,
kiranya bayangan tadi adalah dua sosok tubuh yang saling
berpanggulan, seorang pemuda berusia tujuh delapan belas
tahunan dengan membopong seorang pria berusia
pertengahan sedang melakukan perjalanan cepat..
Sang pemuda berwajah tampan berperawakan kekar,
sedang sang pria berusia pertengahan itu kurus kering tinggal
kulit pembungkus tulang, napasnya kempas kempis dan
rupanya sedang menderita sakit parah.
"Ayah ...." terdengar pemuda itu bergumam "Rupanya
sebetar lagi akan turun hujan badai yang amat deras"

4
Pria berusia pertengahan yang ada didalam dukungannya
mendengus lalu mengangguk.
"Benar, hujan bakal turun dengan deras nya.... inilah suatu
saat yang paling bagus bagi kita".
"Apa??? saat yang paling bagus ???. "
"Ehmm. sedikitpun tidak salah"
"Ayah, ananda tidak paham dengan maksudmu "
"setelah tiba ditempat tujuan nanti, kau akan segera
mengerti"
"Ayah, mengapa kau harus memilih disaat yang paling jelek
untuk keluar rumah???, sakit mu. "
"Nak. sebentar lagi kau akan paham dengan sendirinya,
ayoh cepat berangkat".
Guntur membelah bumi menggetarkan seluruh permukaan
bumi, kilat kembali menyambar dan hujan deras mulai
membasahi seluruh tempat... "Ayah, hujan telah tiba ..
bagaimana kalau kita ketempat berteduh ???".
"Tidak. tidak usah, cepatan dikit.."
"Tapi ayah.... sakitmu..."
"Justru karena aku, aku sakit. Aaai anakku. tak usah
banyak bicara lagi, masih jauh kah, perkampungan keluarga
Han??"
"Kita akan segera tiba ditempat tujuan, setelah belok
tikungan bukit sana" Kilat menyambar menerangi jagad,
guntur bergeletar menerangi angkasa.
Hujan deras diiringi hembusan angin puyuh melanda
seluruh jagad, begitu dahsyat hujan yang turun membuat
tanah jadi berlumpur dan sangat becek.

5
setelah membelok sebuah tikungan bukit, akhirnya
terlihatlan bayangan sebuah perkampungan muncul di
hadapan mereka. "Kita sudah...saam..saampai...nak .."
Pemuda itu mempercepat langkahnya masuk kedalam pintu
perkampungan.
setibanya dalam ruangan, pemuda itu menurunkan pria
berusia pertengahan tadi keatas tanah, lalu diapun duduk
bersandar disisinya.
Dibawah kilatan cahaya petir, tampak pintu perkampungan
itu sudah lapuk dan bobrok, sarang laba2 bergelantungan dimana2,
debu yang menempel diatas lantai sangat tebal.
"Ayah, apakah perkampungan ini sudah lama tidak dihuni
orang ??".
"Benar."
Dengan lemas pria berusia pertengahan itu menyandarkan
diri ditepi pintu, napasnya tersengkal dan wajahnya berubah
jadi pucat pias. bagaikan mayat.
"Ayah...kau:..kenapa kau??" jerit pemuda tadi.
"Nak...mari mari kita, masuk ke dalam .."
"Tapi ayah...keadaanmu bertambah payah, kita lebih baik
beristirahat dulu sejenak"
"Masuk."
Dari balik mata pria berusia pertengahan itu mendadak
memancar keluar sorot cahaya yang sangat aneh, wajahnya
berkerut kencang, dengan kerahkan segenap kekuatannya ia
menghardik keras.
Pemuda itu bergidik dan berdiri menjublak tapi sejenak
kemudian ia sudah mendukung kembali tubuh ayahnya masak
ke dalam perkampungan.

6
Hujan badai telah berhenti, gunturpun telah sirap. dengan
perasaan ragu, sangsi dan penuh tanda tanya pemuda itu
perlahan2 berjalan masuk kedalam perkampungan, ia tidak
mengerti apa sebabnya siorang tua itu tidak mempedulikan
sakitnya yang parah, di tengah hujan badai yang amat deras
mengajak dia mengunjungi perkampungan yang sudah usang
dan terbengkalai ini.
Bayangan hitam yang seram dan mengerikan segera
mencekam perasaan si anak muda itu.
Jendela yang lapuk berbunyi gemericikan nyaring
terhembus angin yang kencang, bayangan hitam dari tiang
penglari, sudut ruang di balik pintu se akan2 berubah jadi
bayangan setan yang mendirikan bulu roma.
"Ayah..." seru pemuda itu tak tertahan..
"Bu...bukankah kau...kau merasa taa. . takut nak???"
"Tiiii . . tidak . . aku tidak . merasa takut"
Awan hitam perlahan2 membuyar, rembulan muncul dari
balik kegelapan yang mencekam seluruh jagad dan
memancarkan sinarnya menerangi perkampungan yang
terbengkalai itu hingga mirip dengas sarang hantu.
Mendadak... pemuda itu merasakan kakinya tersentuh
sesuatu benda hingga hampir saja ia jatuh tertelungkup, ,
cepat ia tunduk kan kepalanya untuk memeriksa..
"Aaaaah..." ia menjerit tertahan, badannya jadi merinding
dan bulu roma pada bangun berdiri sesosok tengkorak putih
menbujur diatas lantai.
Diikuti dari balik semak belukar, sudut ruangan, beranda...
semuanya nampak tengkorak yang berceceran di-mana2.
Dua...tiga...empat...seluruh ruangan penuh berisikan tulang
tengkorak manusia yang bergelimpangan di mana2..

7
Pemuda itu segera menghentikan langkah kakinya, sekujur
badan gemetar keras, giginya saling bergemerutukan nyaring.
Kegelapan yang mencekam perkampungan yang
terbengkalai.. serta tulang tengkorak manusia yang
berserakan di mana2.
Api setan yang seakan2 datang dari arah yang tak diketahui
ujung pangkalnya ini menciptakan suatu pemandangan yang
menyeramkan, mengerikan hati...
"Ayah apa yang terjadi..." seru pemuda itu.
"Jaa...jangan banyak bertanya, masuk ke dalam ruangan
tengah...".
si anak muda itu ragu2 untuk melanjutkan langkah kakinya,
ia tak berani membayangkan pemandangan ngeri apa lagi
yang akan ditemui diruang tengah, dalam benaknya telah
dipenuhi dengan be ratus2 macam pertanyaan tetapi tak
sebuahpun yang sanggup diutarakan keluar.
Tapi secara lapat2 iapun dapat merasakan bahwa peristiwa
yang dialaminya matam ini bukan kejadian biasa. Ayahnya
tidak nanti tanpa alasan mengajak ia datang kedalam
perkampungan bobrok yang penuh dengan tulang berserakan
ditengah malam hujan badai yang deras.
"Ce...cepat masuk keruang tengah". terdengar pria berusia
pertengahan itu ter batuk2 dan membentak.
" Kalau tidak kau...kau se lama hidup akan menyesal".
Dengan perasaan bergidik bercampur kaget pemuda itu
mengiakan dan segara meneruskan langkahnya masuk
kedalam ruangan.
Ruang tengah gelap gulita, sarang laba2 bergantungan
dimana2, debu sangat tebal dan menyiarkan bau busuk yang
sangat tak enak dibadan.

8
sekilas cahaya rembulan sempat menerobos masuk
kedalam ruangan lewat celah2 dinding yang retak. menerangi
sedikit ruangan yang gelap dan apek itu. Kembali ia saksikan
tengkorak manusia berserakan ditengah ruangan tersebut.
Tak tahan lagi si anak muda itu berseru terperanjat, ia
semakin bingung dan tak habis mengerti kenapa ayahnya
mengajak dirinya mengunjungi rumah hantu semacam ini.
"Tuu turunkan aku", seru pria berusia pertengahan itu.
Pemuda tadi mengiakan dan menurunkan ayahnya keatas
lantai, tapi tatkala ia berpaling pemuda itu segera berdiri
menjublak. terasa olehnya bahwa ia sedang bermimpi jelek:
Untuk pertama kalinya ia saksikan sang ayah yang bewajah
ramah dan penuh kasih sayang itu menunjukkan mimik yang
menakutkan, suatu perubahan air muka yang menjijikkan..
"Ayah. . .kau.." jeritnya keras2.
"Aku. . .aku bukan ayahmu " teriak pria tadi.
Dengan hati terkesiap si anak muda itu mundur satu
langkah ke belakang, dalam pikiran nya mungkin sang ayah
berada dalam keadaan tak sadar, mungkin pikirannya tidak
jernih.
"Nak" terdengar pria berusia pertengahan itu berkata lagi.
"Berikan separuh .... separuh Jin som itu kepadaku..."
Dengan wajah kebingungan pemuda itu mengambil keluar
sebuah bungkusan kecil dari sakunya lalu diserahkan kepada
pria tadi.
setelah menerima bungkusan tersebut, pria itu membuka
bungkusan tadi lalu mengambil jin som dan ditelannya
kedalam perut.
sesaat kemudian semangat serta kesegaran nya telah pulih
kembali.

9
"Ayah bukankah sejak tadi telah kunasehati untuk menelan
separuh buah jinsom tersebut, mungkin penyakitmu tidak
akan berubah jadi separah ini...".
Pria berusia pertengahan itu tidak menggubris perkataan
putranya, dengan wajah berkerut kencang dan menunjukan
mimik yang mengerikan ia alihkan pandangannya ke arah
sesosok tulang tengkorak manusa yang membujur disisinya
penuh rasa hormat.
sang pemuda yang menyaksikan tingkah laku ayahnya
makin lama semangkin bingung.. kian lama kian bertambah
terperanjat. sehabis menyembah kearah tengkorak tadi, titiktitik
air mata nampak mengucur keluar membasahi pipinya
yang kurus dan peot.
"Ayah . . " kembali pemuda itu berseru.
"Aku bukan ayahmu!".
"Kau . . kau orang tua ... "
"sekarang dengarkanlah baik2 " terdengar pria berusia
pertengahan itu dengan wajah hijau membesi dan sorot mata
menggidikan menatap sianak muda itu tajam2.
" Aku bukan ayahmu, aku adalah paman gurumu yang
disebut orang si telapak naga beracun Thio Lien".
"Ayah . . . "jerit pemuda itu dengan suara gemetar dan hati
bergetar keras:
sepasang mata pria berusia pertengahan itu melotot besar,
tukasnya dengan suara seram:
"Aku bukan ayahmu, aku adalah paman gurumu sitelapak
naga beracun Thio Lien".
"Paaaa...paman guru???".
"Tidak salah".
"Kalau begitu, keponakan bukan she Tio?"

10
"Tidak kau she Han".
"Aku she Han??" badan sianak muda itu mulai gemetar
keras: "Benar. kau she Han. Ingat baik2, namamu adalan Han
siong Kie..."..
"Han siong Kie???".
" Ehm ayahmu bernama Han Hoei, dia adalah Jie suko
ku ".
sekilas bayangan hitam berkelebat dalam benaknya, Han
siong Kie merasa hatinya bergidik dan bulu roma pada bangun
berdiri
"Lalu ayahku..."
"Dialah tulang tengkorak dari jie suhengku dialah tulang
tengkorak dari ayahmu " seru sitelapak naga beracun sambil
menuding kearah tulang membujur disisi tubuhnya.
Bagaikan disambar petir disiang hari bolong Han siong Kie
merasa dadanya jadi sesak. pandangan matanya jadi gelap
dan tak tahan lagi ia berteriak keras: "Ayah. . ."
Tubuhnya menubruk keatas tulang tengkorak tadi dan
jatuh tak sadarkan diri
Dengan susah payah si telapak naga beracun Thio Lien
menyalurkan jari tangannya dan menotok beberapa buah jalan
darah di atas tubuh pemuda she Han tersebut.
Perlahan-lahan Han siong Kie tersadar kembali dari
pingsannya, ia menyembah beberapa kali dihadapan tulang
tengkorak ayahnya lalu dengan suara keras ia menjerit:
"susiok apakah perkampungan ini adalah rumah
kediamanku??"
"Tidak salah"
"Tulang tengkorak manusia yang berse-rakan diseluruh
perkampungan ini ...."

11
"Mereka anggota keluarga serta anggota
perkampunganmu, semuanya berjumlah dua ratus jiwa". .
"siapakah yang melakukan pembunuhan brutal ini????"".
"Dengarkan dulu ceritaku. pada hari Tiong Yang lima belas
tahun berselang, aku dengan membawa sutemu datang
mengunjungi ayahku, waktu itu kau masih berusia tiga tah
sutemu adalah sebaya dengan usiamu hanya dia lebih muda
dua bulan. Disaat kami sedang berbicara dan bercerita dengan
riang gembira itulah tiba2 bencana datang dari atas langit,jie
suheng segara melemparkan dirimu kepadaku sambil
berpesan: sute, tolong, selamatkanlah keturunan keluarga Han
kami.."
Mendengar sampai disini Han siong Kie merasakan
pandangannya jadi ber kunang2, sambil menggertak gigi
kencang2 ia berusaha menahan golakan emosi dalam hatinya.
"Waktu itu aku telah bertekad untuk berjuang sampai titik
darah penghabisan" terdengar sitelapak naga beracun Thio
Lien melanjutkan kembali kisahnya." Tetapi pesan terakhir dari
ayahmu tak dapat kutampik, maka disaat terakhir, aku
membopong tubuh mu dan meloncat kedalam sebuah sumur
kering ditengah halaman . . . ".
"Lalu dimanakah sute???".
"Dia . . dia telah mati konyol mewakili dirimu" sahut Thlo
Lien dengan mata melotot besar:
Han siong Kie tak kuasa menahan diri, ia muntah darah
segar.
si telapak nega beracun Thio Lien melirik sekejap
kearahnya, lalu melanjutkan:
"Ketika aku membawa kau merangkak ke luar dari sumur
tua itu, seluruh isi perkampungan telah porak poranda . . tak
seorang manusiapun berada dalam keadaan hidup,"

12
Han siong Kie menjerit keras, sekali lagi ia muntah darah
segar dan badannya mundur dengan sempoyongan.
"Dimanakah ibuku??". .
"Ibumu??" Thio Lien menggigit giginya.
" Kenapa dengan ibuku???" satu ingatan jelek kembali
berkelebat dalam benak sianak muda itu
"Ibumu bernama Say Siang Go, si siang Go cantik ong coei
Ing, pada lima belas tahun berselang merupakan wanita
tercantik didalam dunia persilatan"
"Apakah ia tidak mati didalam peristiwa berdarah itu???".
"Tidak "
"Kenapa ???".
"Kejadian itu merupakan suatu teka teki hingga kini hanya
dia seorang yang masih hidup dalam keadaan segar bugar".
"sekarang ibuku berada dimana??? susiok apakah kau
tahu??"
"Aaaai... " sitelapak naga beracun Thio Lien menghela
napas sedih.
"Nak .... lebih baik kau tak usah menanyakan persoalan ini"
"Tidak ...." Jerit Han siong Kie sambil gelengkan kepalanya
berulang kali. "Aku ingin tahu susiok aku ingin tahu nasib yang
dialami ibuku".
"Dia sudah menikah lagi"
"Apa??? ibuku menikah lagi ????" sekujur tubuh pemuda
she Han ini menggetar keras, hampir saja ia tak sanggup
menahan golakan hati yang terasa amat berat itu.
"sedikitpun tidak salah".
"Apakah dia tahu kalau aku masih di dunia dikolong langit
?"

13
"Ia Tahu".
"Kenapa ia tidak datang mencari diriku?"
"Aku pernah membawa dirimu pergi mencari dirinya, tapi
hampir saja kita berdua mati konyol diujung telapak
tangannya, berulang kali dia memperingatkan diriku, katanya
apabila lain kali sampai bertemu lagi, maka jiwa kita berdua
pasti akan dicabut. oleh sebab peristiwa inilah selama lima
belas tahun lamanya aku tak berani munculkan diri didalam
dunia persilatan"
Han siong Kie menjerit keras dan sekali lagi muntah darah
segar, ia tidak menyangka kalau dirinya ternyata memiliki
seorang ibu yang begitu kejam bagaikan kalajengking...
Blaam pemuda itu tak sanggup berdiri tegak lagi dan
segera jatuh terduduk diatas tanah. "Apakah ia tidak
mempunyai rencana untuk membalas dendam kematian bagi
keluarganya??"
"Anak kandung sendiripun sudah tidak mau, apa lagi
membicarakan soal pembalasan dendam"
"Suatu hari aku... aku mau membinasakan dirinya. "
"Apa? kau headak membunuh ibumu sendiri??? "
Han siong Kie menutupi wajahnya dengan sepasang tangan
lalu menangis ter-sedu2. "Ya a h Allah kenapa kau bisa
mempunyai seorang ibu macam begini.??..".
"Nak. bagamanapun juga akhirnya kau telah tumbuh jadi
dewasa, tetapi karena terikat oleh sumpah aku tak dapat
mewariskan segenap kepandaian silat yang kumiliki
kepadamu, namun dalam lima belas tahun belakangan ini kau
sudah memiliki dasar tenaga lweekang yang cukup kuat, asal
kau dapat bertemu dengan guru pandai tidak sulit untuk
memperoleh kemajuan yang pesat. Nah. sekarang kau boleh
pergi".

14
"Susiok. kau bilang apa???" seru Han siong Kie dengan hati
terkesiap. matanya terbelalak dan mulutnya melongo.
"Aku minta kau segera tinggalkan tempat ini "
"Aku disuruh tinggalkan tempat ini??".
"Benar."
"Lalu bagaimana dengan susiok???".
"Aku sudah mencuri hidup selama lima belas tahun
lamanya, tugas yang dititipkan jie suheng kepadakupun sudah
selesai sekarang aku sudah sewajarnya untuk menyusul diri
Jie suhengku"
"susiok, kau... " seru Han siong Kie dengan hati sedih, ia
sebera merangkak kehadapan telapak naga beracun Thio Lien
dan berlutut di hadapannya.
"Nak, tindakan ini merupakan peraturan dari perguruan,
kau tak bakal mengerti"
"Tidak susiok. kau tak boleh..."
"Nak, itu namanya nasib"
"Bagaimanapun juga kau harus mengerti dan memahami "
"susiok. kau telah mengorbankan jiwa sute demi
menyelamatkan jiwaku, selama lima belas tahun kaupun telah
mendidik dan memelihara aku, budi kebaikan yang sedalam
lautan ini meski badan titjie harus hancur lebur pun tak akan
terbalas.".
" omong kosong kesemuanya itu cuma omong kosong. "
"Tidak susiok. aku tidak akan membiarkan dirimu. ."
"Apakah kau hendak memaksa aku untuk menghianati
perguruan?? kau hendak paksa aku melanggar peraturan?? "
"Tetapi.. .susiok bagaimanapun juga kau harus mengatakan
dulu alasan2nya".

15
"Tidak bisa, ini adalah perintah dari perguruan yang tak
dapat dibangkang..."
Makin dipikir Han Siong Kie merasa semakin bimbang dan
tidak habis mengerti, ia tak dapat menangkap maksud
perkataan dari susioknya barang sepatah katapun.
"Susiok, lalu siapakah musuh besar kita.??" akhirnya ia
bertanya lagi setelah termenung beberapa saat lamanya.
"Kau tak usah tahu siapakah musuh besar kita.. "
"Kenapa?? apakah..."
"Ingat" seru si telapak naga beracun Thio Lien dengan
mata bercahaya tajam. Pertama kau tidak diperkenankan
membicarakan atau mengungkap asal usulmu kepada
siapapunjuga. Kedua. dilarang mengubur tulang belulang yang
berserakan ditempat ini. Ketiga, Dilarang membalas dendam"
"Susiok, kau sedang mengatakan soal apa?" jerit sianak
muda itu pedih.
"Ini perintah dari paman gurumu, kau tak boleh
melanggar."
"Susiok, ingatanmu mungkin tidak..."
"Omong kosong, aku segar bugar otakku jernih dan tidak
melantur"
"Lalu kenapa aku tak boleh membalas dendam??".
"Kau tak usah bertanya mengapa, ayahmu yang ada
diakhirat pasti mengerti dan memahami keadaan sebenarnya
dan ia pasti dapat menyetujui tindakan yang telah kuambil
ini."
"Kalau begitu tit-jie tolong tanya nama dari perguruan
kami??".
"Masa yang sudah silam tak usah dibicarakan lagi, lebih
baik kau tak usah tahu tentang hal itu lagi".

16
"Lalu ibuku yang berhati kejam bagaikan kala itu telah
kawin lagi dengan siapa?".
"Kauwcu dari perkumpulan Thian Che Kauw"
"Macam apakah Thian Che Kauwcu itu???"..
"Persoalan ini mungkin jarang ada orang yang bisa
menjawab. Thian Chee Kauwcu adalah pemimpin dari suatu
perkumpulan terbesar di kolong langit dewasa ini, kedudukan
nya tinggi dan kekuasaannya meliputi seluruh dunia
persilatan".
"susiok. titrjie selama ini tak pernah mendengar susiok
membicarakan tentang diri susiokbo."
sinar kebencian dan penuh rasa dendam memancar keluar
dari telapak naga beracun Thio Lien.. sesaat kemudian dengan
nada sedih ia menjawabi "Apa yang telah terjadi persis seperti
peristiwa berdarah yang dialami oleh keluargamu, hanya
kejadian itu berlangsung tiga hari setelah aku tinggalkan
rumah."
Dalam sedihnya yang kelewat batas Han siong Kie masih
sempat merasakan hatinya bergetar keras setelah mendengar
perkataan itu, ia hampir saja tidak mempercayai apa yang
dikatakan susioknya sitelapak naga beracun Thio Lien
terhadap dirinya, sebab apa yang terdengar olehnya hampir
mendekati tidak masuk diakal.
Mengapa keluarga Han dan keluarga Thio mengalami
peristiwa berdarah hampir bersamaan waktunya?? dan dia
mengapa di larang untuk membalas dendam serta mengubur
tulang belulang yang berserakan diseluruh perkampungan
usang itu???
Dalam pembicaraannya, setiap kali sang susiok
menegaskan bahwa itu perintah perguruan, apa yang dia
maksudkan?? Apakah peristiwa berdarah ini mempunyai
hubungan yang erat dengan dendam berdarah dari perguruan

17
angkatan sebelumnya?? Kenapa susioknya tak mau
menerangkan tentang perguruannya???
selama belasan tahun mereka hidup berdampingan sebagai
ayah dan anak... hubungan itu demikian rapat dan eratnya..
Belum habis dia berpikir, terdengar si telapak naga beracun
Thio Lien telah menjerit sedih:
"Suhu, tecu sudah mencuri hidup lima belas tahun
lamanya, ini hari aku baru berhasil menyelesaikan perintahmu"
.
Plooook diiringi dengusan napas barat, tampaklah darah
segar berhamburan keempat penjuru, siorang tua she Thio itu
telah menghantam ubun2 sendiri hingga hancur berantakan,
otak bermuncratan ke mana2 dan jiwanya segera melayang
meninggalkan raganya.
Dengan perasaan tertegun... kaku. Han siong Kie
menyaksikan drama seram itu berlangsung dihadapan
matanya, ia tidak menangis pun tidak bersuara. seakan2
segala sesuatunya sudah jauh meninggalkan dirinya.. seolaholah
ia sudah bukan termasuk didalam dirinya, yang terlihat
saat itu hanyalah kegelapan yang kelabu serta kegirangan
yang menyelubungi seluruh tubuhnya.
Ia merasa se akan2 dirinya sudah berada didunia yang lain,
disuatu tempat yang hampa ... kosong...
Thio susiok telah bunuh diri dan ia berkata bahwa
kesemuanya itu adalah perintah perguruan, kenapa??
Ia dilarang membicarakan soal asal usulnya, dilarang
mengubur tulang belulang yang berserakan, dilarang
membalas dendam
Kenapa?? kenapa demikian???? apa yang sebenarnya
sudah terjadi ???

18
Malam semakin kelam udara semakin dingin ia berdiri
seorang diri ditengah kesunyian.
-000dw000-
BAB 2
FAJAR telah menyingsing, sang surya perlahan2 muncul
diufuk sebelah timur dan memancarkan sinarnya menembusi
celah2 jendela, menerobos ruang yang luas dan menyinari
mayat Thio Lien serta tulang berulang yang berserakan di
mana2.
Han song kie mendusin dan sadar kembali dari kesedihan
yang kelewat batas, kengerian yang terbentang dihadapan
wajahnya membuat hatinya layu ... perih.. bercampur
dendam.
Mendadak...ia temukan bayangan bewarna merah diatas
dinding tembok. cahaya itu seperti lukisan sebuah lambang,
maka didekatinya dinding tadi dan membersihkannya dari
kotoran debu, sesaat kemudian terlihatlah sebuah lukisan
tengkorak darah diatas dinding tadi. .
Tengkorak darah itu melambangkan apa??
Mungkinkah tanda pribadi dari musuh besarnya? ataukah
lukisan dari mendiang ayahnya???...
"Aku harus membalas dendam aku harus menyelidiki
peristiwa ini hingga jelas ....".
sambil menjerit-jerit ia lari keluar perkampungan, bagaikan
sukma gentayang berkeliaran dijalan raya....
Mimpipun ia tak pernah menyangka kalau dirinya
menpunyai asal usul yang begitu mengerikan .... begitu
memedihkan hati.

19
Ia teringat kembali keluarganya yang musnah dalam
keadaan mengerikan, ia teringat pula budi pertolongan Thio
susiok nya yang telah memeliharanya dan mendidik dirinya
selama lima belas tahun, budi kebaikan ini selamanya tak akan
bisa dibalas....
Ibunya....si siang Go cantik ong Coei Ing menurut Thio
susioknya adalah perempuan tercantik diseluruh kolomg
langit, tetapi diapun merupakan wanita paling kejam paling
berbisa hatinya dikolong jagat, bukan saja ia tak mau
mengakui anak kandungnya sendiri, tak mau membalaskan
dendam atas peristiwa berdarah itu bahkan malah kawin lagi
dengan orang lain....
Ia merasa sakit hati, merasa dendam dan malu... malu
karena mempunyai seorang ibu semacam itu.
Dalam semalam suntuk, la telah berubah jadi seorang
manusia yang lain Benci, dendam, marah dan malu telah
bercampur aduk didalam benaknya, mencair dan menjadi satu
dengan darahnya.
Diatas raut wajahnya yang tampan terlintas perasaan
dingin yang menyeramkan membuat siapapun yang
memandang merasa bergidik dan ngeri.
sorot matanya memancarkan cahaya tajam penuh
kebencian, penuh perasaan dendam yang mendalam.
Bagaikan sukma gentayangan ia berjalan, ia berjalan terus
tanpa arah tujuan Mendadak... suara.. bentakan nyaring
berkumandang disisi telinganya.
"Hey, kalau jalan kau pakai matamu atau tidak?? ngawur
saja seenaknya..."..
Bagaikan baru sadar dari impian Han siong Kie tersentak
kaget, lalu angkat kepala nya, tampaklah dua orang dayang
berwajah cantik telah berdiri dihadapan matanya sementara

20
empat orang pria kekar yang menggotong sebuah tandu kecil
mangikuti di belakang dayang tadi.
Disaat sianak muda itu mendongak itulah mendadak kedua
orang dayang tersebut melenggak. lalu sambil menutupi
mulutnya tertawa cekikikan, empat biji mata yang bening
berseliweran memperhatikan sekujur tubuhnya.
Dengan dingin dan ketus, Han siong Kie melirik sekejap
lawannya, kemudian putar badan dan meneruskan
perjalanannya lewat sisi jalan.
" Kembali", serentetan suara bentakan yang mengandung
besi semberani berkumandang keluar dari dalam tandu.
Han song Kie sama sekali tidak menggubris tanpa berpaling
barang sekejappun ia meneruskan perjalanannya menuju ke
depan.
Angin berbau harum berkelebat lewat, mendadak sianak
muda itu merasakan pandangannya nanar. sesosok bayangan
manusia tahu-tahu sudah menghadang dihadapannya.
Han siong Kie tanpa sadar telah menghentikan langkah
kakinya dan mendongak, tampaklah seorang perempuan
muda, berbaju merah yang amat cantik telah menghadang
dihadapan mukanya. perempuan itu kira-kira dua puluh
tahunan wajahnya menunjukkan kegenitan serta kejalangan
yang tebal.
"Hey kau dengar tidak. perkataanku??.." suaranya merdu
dan enak didengar.
Begitu melihat perempuan muda berbaju merah ini,
HanSiong Kie segera teringat kembali akan ibunya, rasa benci
dan mendendam seketika muncul didalam hatinya, tanpa
sadar mendengus dingin dan melengos ke samping...
Perempuan itu jadi tercengang menyaksikan tingkah laku
lawannya, belum pernah ia berjumpa dengan seorang pria
yang sama sekali tidak ambil perduli terhadap dirinya,

21
disamping itu perempuan itupun merasa tertarik akan
ketampanan wajah lawan, jarang sekali ia menjumpai pria
tampan semacam ini. Maka sambil tertawa ter-kekeh2
tegurnya:
"Heeei, saudara cilik, aku sedang mengajak kau berbicara,
kau tidak mendengar??".
"Cayhe tidak punya kegembiraan untuk menemani kau
bicara" sahut Hansiong Kie ketus.
"Aduuuh mak. .sombong amat kau, tahukah kan siapa
aku??"
"Perduli amat siapa kau, apa sangkut paut nya dengan
diriku?? "
Merah jengah sekitar wajah perempuan muda itu, tapi
sedetik kemudian telah pulih kembali seperti sedia kala.
"saudara cilik, kau..."
"Huuuh, siapa yang sudi jadi saudaramu".
"siapakah namamu?? boleh toh diberitahu kan
kepadaku??". .
"Aku merasa tiada berkewajiban dan berke-harusan untuk
memberitahukan namaku ke padamu".
"Jadi kau benar2 tidak pingin tahu siapakah aku??".
"Tidak" habis berkata ia putar badan dan segera berlalu
dari situ...
"Tidak gampang pemuda tampan kau tinggalkan tempat
ini".
Diiringi seruan nyaring tahu2 perempuan muda berbaju
merah itu telah menghadang di depan tubuhnya, gerakan ilmu
meringankan tubuh yang diperlihatkan sungguh lihay dan
cukup membuat Han siong Kie merasa amat terperanjat.
"Apa yang siap hendak kau lakukan??" teriaknya.

22
"Aku hendak paksa kau untuk menjawab pertanyaanku".
"Kalau aku tak mau menyahut???".
"Mungkin kau tak bisa menuruti keinginan hatimu itu".
"Hmmm" si anak muda itu kontan mendengus dingin
"Apa yang kau dengusi??".
"Aku benci...".
"Apa yang kau benci ???".
"Aku benci terhadap kalian kawanan perempuan" seru Han
siong Kie dengan wajah menghina dan sinar mata penuh
kebencian.
Mendengar sahutan tersebut perempuan muda berbaju
merah itu tertegun, beberapa saat kemudian ia baru berseru:
"Kau membenci semua perempuan yang ada dikolong
langit???".
"Tidak salah".
Dua orang dayang yang berada disisinya tak tahan segera
tertawa cekikikan, kejadian ini benar2 merupakan suatu
peristiwa yang sangat aneh, sungguh tak nyana seorang
pemuda tampan bisa mengutarakan kata2 semacam ini.
"Mengapa kau benci semua perempuan yang ada dikolong
langit??..." tanya perempuan muda berbaju merah itu dengan
wajah tercengang.
Han siong Kie tidak menjawab pertanyaannya, sekali enjot
badan ia menerobos lewat sisi tubuh perempuan itu.
Perempuan muda berbaju merah tadi segera tersenyum,
sepasang lengannya di rentangkan ke samping dan seketika
terasalah segulung tenaga hisapan yang amat kuat menarik
tubuhnya hingga mentah2 terdesak balik ke tempat semula.

23
Han siong Kie benar2 merasa amat terperanjat, ia tidak
mengira kalau tenaga lweekang yang dimiliki lawannya telah
mencapai puncak yang demikian sempurna nya.
"Ayoh jawab dulu pertanyaanku, maka aku akan memberi
jalan lewat bagimu" seru perempuan muda berbaju merah itu
sambil tertawa ringan.
Dengan biji mata yang memancarkan perasaan penuh
kebencian, Han siong Kie menatap wajah lawannya tajam2,
lalu seru nya dengan nada gusar:
"Kau tak usah bermimpi disiang hari bolong, tidak nanti aku
akan mengabulkan permintaanmu itu".
"Huuuh dengan mengandalkan kekuatanmu semacam
itupun berani berlagak jumawa di hadapanku?? "
"Hmmm perempuan yang tak tahu malu" "
" Kurang- ajar, kami siapa yang tidak tahu malu ???"
bentak wanita muda berbaju merah itu dengan wajah dingin
membesi, suara tertawa dingin berkumandang tiada hentinya.
"Aku sedang memaki dirimu mau apa?"
Perempuan muda berbaju merah itu kontan naik pitam,
tiba2 di atas wajahnya yang cantik terlintas napsu membunuh
yang sangat tebal, ia mendengus dingin
"Manusia yang tidak tahu diri tangkap bangsat cilik ini"
perintahnya.
Dua orang dayang yang berdiri di sisinya segera enjotkan
badannya menubruk ke arah Han siong Kie, empat buah cakar
mautnya laksana kilat meluncur ke arah depan.
Han siong Kie benar2 merasa amat gusar, begitu marahnya
sampai perut terasa mau meledak. sepasang telapaknya
secara terpisah membabat keluar dan mengancam tubuh
musuh musuhnya.

24
siapa tahu belum sampai serangan tadi mengenai
sasarannya, sepasang pergelangan terasa jadi kaku dan tahu2
tangannya sudah kena dicengkeram lawannya erat2.
Melihat kelemahan tubuh lawannya, perempuan muda
berbaju merah itu tak bisa menahan diri lagi dan tertawa
cekikikan dengan kerasnya.
"Hiiih. . hiiih.... hiiih.... kiranya kau hanyalah sebuah bantal
yang bersulam bunga"
selama lima belas tahun lamanya Han siong Kie mengikuti
diri telapak naga beracun Thio Lien, didalam tenaga lweekang
ia memiliki dasar yang sangat kuat, tetapi jurus serangannya
teramat biasa tiada keanehan apapun, karena si telapak naga
beracun pernah bersumpah ia tak boleh mewariskan jurus
serangan perguruannya kepada pemuda ini kecuali jurus-jurus
serangan yang sederhana.
Begitulah sambil mencengkeram sepasang pergelangan
Han siong Kie dengan tenang kedua orang dayang cilik itu
menantikan keputusan dari perempuan berbaju merah.
Han Song Kie benar-benar merasa naik pitam sehingga
tujuh lubang inderanya terasa keluar asap panas, tetapi apa
daya ia tak sanggup berbuat sesuatu terpaksa dengan mata
melotot penuh kebencian ia awasi lawannya..
Dengan sikap yang genit dan kerlingan mautnya
perempuan berbaju merah itu selangkah demi selangkah
berjalan mendekati sianak muda itu, serunya merdu: "saudara
cilik, sekarang kau boleh menjawab pertanyaanku bukan??...".
"Tidak.." teriak Han siong Kie dengan mata melotot..
Perempuan muda berbaju merah itu tertawa cekikikan, ia
raba pipi Han siong Kie dengan manja dan berkata lagi:
"Justru aku paling suka dengan lelaki berhati keras dan
bersikap gagah macam dirimu".

25
"Cuuuuh" Han siong Kie menyemburkan ludahnya ke arah
wajah perempuan muda itu.
Tindakan tersebut sungguh jauh di luar dugaan perempuan
berbaju merah itu, lagi pula jarak diantara mereka amat dekat
sekali, semburan ludah ini tak berhasil menghindari lagi dan
mengena dengan telak di atas wajahnya.
sepasang alis perempuan berbaju merah itu kontan
berkerut kencang, telapak tangan nya langsung diayun ke
depan menghadiahkan sebuah tempelengan keras ke atas
pipinya.
"Ploook!" Han siong Kie merasakan pipi kirinya jadi amat
sakit, dan segera muncullah sebuah telapak tangan yang
berwarna merah dengan bekas yang nyata. "Perempuan sialan
yang tak tahu malu"
"Ploook.." kembali sebuah tempelengan keras bersarang di
atas pipi kanannya, tempelengan kali ini jauh lebih keras dari
tamparan semula membuat si anak muda itu merasakan
matanya berkunang2 dan cairan darah menyembur keluar dari
mulutnya. Begitu sakitnya sampai2 ia merintih kesakitan.
sepasang mata Han siong Kie seketika mendelik besar,
dengan cahaya penuh kebencian dan hawa amarah yang ber
kobar2 jeritnya sambil menggertak gigi:
"Ingatlah baik2 suatu hari aku bisa mengembalikan
kesemuanya ini kepadamu bersama rentenya"
"Hmmm kau tidak akan mempunyai kesempatan untuk
berbuat begitu.." seru perempuan berbaju merah itu dengan
wajah hijau membesi, suaranya dingin dan ketus.
Han siong Kie mendengus gusar, sepasang lengannya
segera direntangkan ke samping. Meskipun ilmu silatnya biasa
dan tidak lihay tetapi didalam hal tenaga lweekang pemuda ini
mempunyai hasil latihan selama lima belas tahun, rentangan
tersebut tak bisa dipandang enteng.

26
Perempuan berbaju merah itu tertawa menjengek, telapak
tangannya perlahan2 di angkat keatas, serentetan angin
desiran segera meluncur keluar menghajar tubuh lawan.
Han siong Kie berseru tertahan dan segera roboh
terjengkang ke atas tanah setelah termakan oleh serangan jari
itu.
"Angkut dan masuk ke dalam tandu" perintah perempuan
itu
Kedua orang dayang tersebut sebera mengiakan, yang
seorang membohong tubuh Han siong Kie dan seorang yang
lain membuka horden di depan tandu segera menyusupkan
tubuhnya ke belakang tempat duduk.
Perempuan berbaju merah itu sendiri berkelebat masuk ke
dalam tandu, empat orang pria kekar itupun menggotong
tandu tadi dan meneruskan kembali perjalanannya.
setelah tubuhnya disusupkan ke belakang tempat duduk.
Han siong Kie segera merasakan bau harum semerbak yang
menusuk hidung berhembus lewat tiada henti nya, membuat
ia merasakan kepalanya pusing tujuh keliling dan terasa muak.
tetapi pendapatnya yang sudah berakar didalam hatinya
membuat si anak muda ini kecuali membenci perempuan yang
dianggap berbisa bagaikan kala, tiada ingatan lain lagi.
Ia tidak tahu apa tujuannya perempuan baju merah itu
bersikap demikian terhadap dirinya??
Ia teringat pula akan hasil latihannya selama lima belas
tahun, ternyata tak sanggup untuk menahan satu jurus
serangan dari seorang dayang cilik itu, apa lagi mencari
musuh besarnya untuk membalas dendam, bukankah hal itu
bagaikan impian orang tolol??
"Asalkan aku tidak mati, aku bersumpah harus mempelajari
kepandaian silat yang maha lihay berulang kali ia bergumam
di dalam hati kecilnya.

27
Entah sudah beberapa lamanya telah lewat dan beberapa
jauh telah mereka tempuh..
Mendadak.... tandu itu telah berhenti, diikuti desiran angin
tajam berseliweran di depan tandu.
"siapa yang menghadang pergi kita??" bentak perempuan
muda berbaju merah itu nyaring.
" Lapor Thongcu, Kang Lam Chit Koay telah datang mencari
setori dengan kita" "suara salah seorang dayang itu
berkumandang datang.
"Oooh, kiranya perempuan yang tak tahu malu ini adalah
seorang thongcu..." Pikir Han Siong Kie didalam hatinya. "
Entah ia berasal dari perkumpulan mana dan siapa pula ke
tujuh manusia aneh dari Kang lam itu?...".
"Lie In Hiang" terdengar serentetan suara bentakan berat
berkumandang keluar. "Ayoh gelinding keluar dari dalam
tandu, dan jawab pertanyaan kami".
Dari ucapan tersebut, sianak muda she Han pun lantas tahu
bahwa perempuan berbaju merah itu bernama Lie In Hian.
Perempuan berbaju merah itu segera mendengus dingin,
sambil melangkah keluar dari tandunya ia menyahut
"Kang lam chiet Koay, ada urusan apa kau menghadang
jalan pergi pun Thongcu???".
Suara dengusan gusar berkumandang beberapa kali, orang
yang buka suara pertama tadi segera berseru kembali dengan
suara berat:
"Lie In Hiang kau tak usah pura-pura edan dan berlagak
pilon, apa salahnya Go Yoe Too pangcu dari perkumpulan Pat
Gle Pang sehingga kau bunuh dengan begitu mengerikan???"
"Lalu apa maksud tujuan cuwi sekalian?. "
"Hutang nyawa bayar nyawa, hutang darah bayar darah".

28
"Hiiih..Hiih.... Hiiih.... aku si kupu-kupu warna-warni Leng
In Hiang merasa mendapat kehormatan untuk menerima
kunjungan kalian semua, tapi tolong tanya keadilan yang
kalian inginkan itu hendak kalian tagih cara apa ??".
"Kau sudah larikan batok kepala Go Yoo Too kemana??". .
"Kini masih didalam tanduku, sayang aku buru-buru harus
kembali untuk memberi laporan hingga tak bisa melayani
kalian lebih lanjut....".
"Lie In hiang "teriak seseorang dengan suaranya yang
kasar." permusuhan apakah yang terikat antara Go Yoe Too
dengan perkumpulan Thian chee Kauw??"
Han siong Kle segera merasakan hatinya bergetar keras, ia
teringat kembali bahwa ibunya yang berhati kejam bagaikan
kala si siang Go cantik ong Coei Ing telah kawin lagi dengan
Thian che Kauwcu, darah panas segera bergelora didalam
dadanya.
Dalam pada itu terdengar si kupu2 warna warni Lle In
Hiang telah berseru sambil tertawa genit.
"Go Yoe Too berani memandang hina perkumpulan kami,
maka dari itu dia harus di bunuh sampai mati".
"secara bagaimana ia menghina dan memandang rendah
perkumpulan Thian chee Kauw??".
"Pada ulang tahun Kauwcu kami sebulan berselang, semua
wakil dari partai serta perkumpulan yang ada di dunia
persilatan telah berkunjung untuk memberi hormat, hanya dia
seorang yang tidak hadir, maka dia musti dibunuh sampai mati
". Beberapa bentakan nyaring serentak bergeletar memenuhi
seluruh angkasa ....
"Perkumpulah Thian Chee Kauw hendak mengangkang
seluruh kolong langit, hendak melenyapkan keadilan serta
kebenaran di dalam Bu-lim, dia harus dibunuh sampai mati."

29
Desiran angin pukulan segera men deru2, rupanya kedua
belah pihak telah saling bertarung dengan serunya.
suara menjerit ngeri yang menyayat hati bergema
mengiringi gelak tertawa yang merdu, jelas diantara tujuh
manusia aneh ada seorang telah menemui ajalnya.
Pertarungan berjalan semakin seru dan jeritan-jeritan ngeri
pun tiada hentinya bergema memecahkan kesunyian.
setiap kali jeritan berkumandang memenuhi angkasa, suara
tertawa cekikikan dari kupu-kupu warna warni Lie In Hiang
segera bergema mengiringinya.
Meskipun Han siong Kle tak dapat mengikuti pertarungan
itu dengan mata sendiri, tetapi dari suara yang bergema
diangkasa ia dapat menduga betapa seram dan ramainya
pertempuran tersebut dan membuktikan pula betapa lihay
tenaga lwekang yang dimiliki Lie In Hiang serta kekejian
hatinya.
suara gaduh kian lama kian bertambah sirap dan akhirnya
sebuah jeritan keras mengakhiri pertempuran sengit itu.
Kang lam chit Koay tujuh manusia aneh dari Kang lam telah
mati binasa semuanya dalam keadaan mengerikan.
sedang si kupu-kupu warna warni Lie In Hiang dengan
penuh senyuman dan seakan akan tak pernah terjadi sesuatu
apapun, kembali masuk kedalam tandunya.
"Sungguh kejam hati perempuan ini" pikir Han song Kie
didalam hati kecilnya. Suatu hari aku pasti bisa membinasakan
dirimu
Tandu kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke
depan, tidak lama kemudian terdengarlah suara gemuruh air
yang amat santar, rupanya mereka telah tiba di tepi sungai,
suara pembicaraan manusia bergema tiada hentinya, mungkin
di atas jalan raya itu banyak orang sedang melanjutkan
perjalanan.

30
secara lapat-lapat terdengar suara beberapa orang manusia
sedang membicarakan sesuatu.
"Selama Benteng Maut tidak dibasmi, dunia persilatan
selamanya akan dirundung malang. . ."
"Pemilik benteng maut sudah puluhan tahun lamanya
menjajah dunia persilatan, berapa ribu orang telah mati
diujung telapak nya."
"Aaaah, mungkin makhluk aneh yang misterius itu sudah
lama tak ada dikolong langit, entah dia mempunyai ahli waris
atau tidak???".
" Yang paling dikuatirkan pelbagai perkumpulan dan partai
justru adalah persoalan ini, maka atas nama perkumpulan
Thian chee Kauw yang menyebar surat undangan Bu-lim.
Tiap semua jago yang ada dikolong langit diundang untuk
berkumpul disini dan bersama2 membasmi benteng maut
ini"".
"Aaah, mungkin saja pemilik Benteng Maut itu masih hidup
dikolong langit??..".
"Tetapi pintu benteng sudah lima belas tahun lamanya
tertutup rapat, Bu-lim pun sudah tenang selama lima belas
tahun lamanya, apakah mungkin. . .."
"oooh, akibatnya sungguh menakutkan sekali".
"Kali ini jago2 lihay dari lima partai besar, It-kauw Jie-Pang
serta Jio hwie ikut hadir semua dalam pertemuan besar ini,
bahkan Lam Kay si pengemis dari selatan serta Pak Ceng
sipendeta dari utara yang amat tersohor nama nya didalam Bu
limpun katanya akan ikut munculkan diri.."
suara pembicaraan itu makin lama semakin jauh dan katakata
selanjutnya tak sempat ditangkap lagi, tetapi Han siong
kie telah dapat menangkap garis besar dari kejadian yang
sebenarnya Jelas jago2 Bu lim dari kalangan Hek to serta

31
Peksto telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya
untuk menghadapi Benteng Maut.
Tetapi ia tak tahu, apa sebetulnya "Benteng Maut" itu dan
macam apakah si pemilik Benteng Maut itu sehingga
dilukiskan begitu mengerikan dan menyeramkan sampai2
seluruh umat Bu-lim bersatu padu untuk menghadapinya.
Tandu telah berhenti dan si kupu2 warna warni Lie In
Hiang pun meloncat keluar dari tempat duduknya.
Angin berhembus amat kencang dan menyingkap kain
horden yang menutupi tandu tersebut, Han siong Kle yang
menggeletak di dasar tempat duduk sempat mengintip keluar
dari tempat berbaringnya, terlihat sebuah sungai besar
dengan ombak yang besar terbentang dihadapannya, beratus2
orang jago Bu lim sama2 berkumpul ditepi sungai.
Di tengah sungai berdiri dengan angkernya sebuah benteng
kuno, di depan benteng terdapat sebuah jembatan batu yang
menghubungkan benteng tersebut dengan tepi seberang.
sebuah tonggak batu yang besar dengan tulisan "Benteng
Maut" berdiri dengan angker nya di sisi Benteng kuno
tersebut.
satu ingatan segera berkelebat dalam benak Han siong Kie,
ia segera putar kepalanya dan memandang lebih jauh ....
Mendadak ia berdiri menjublak, sekujur badannya bergetar
keras bagaikan kena aliran listrik, disisi pintu benteng yang
lain terlihatlah sebuah tengkorak berwarna merah darah,
bentuk tengkorak itu persis seperti lukisan yang terdapat di
atas dinding ruangan perkampungan keluarganya.
sekarang ia baru paham peristiwa berdarah yang menimpa
keluarga Han serta keluarga Thio pada lima belas tahun
berselang kiranya adalah hasil karya dari pemilik "Benteng
maut".

32
Ia teringat akan larangan susioknya si telapak naga
beracun Thio Lien yang tidak memperkenankan dirinya
membalas dendam serta mengubur tulang belulang
keluarganya ini disebabkan karena musuh besar mereka yang
terlampau tangguh.
Tetapi kalau ditinjau dari kematian susioknya, jelas ia tidak
kesal atau murung dan berulang kali mengatakan bahwa hal
itu merupakan perintah dari perguruannya, kenapa?? kenapa
begiiu?? ia tak mengerti dan tak habis mengerti .....
sepasang matanya dengan tajam menatap di atas
tengkorak darah itu tanpa berkedip. kobaran napsu dendam
dan hati bergelora didalam hatinya.
Tetapi setelah ia teringat akan kepandaian silat yang
dimilikinya, si anak muda itu jadi lemas.... ilmu silatnya sama
sekali tak becus, sedangkan musuh besarnya adalah seorang
gembong iblis amat lihay serta harus dihadapi dengan
penggabungan segenap kekuatan golongan Pak to maupun
Hek to.
Membalas dendam .... baginya mulai kabur dan tipis
harapannya. Tetapi, apakah sakit hati ini tak usah di balas???.
. .
Belum habis ingatan tersebut berkelebat didalam benaknya,
terasalah bulu kuduknya
ditabok orang, ia segera berpaling dan terlihatlah seorang
pengemis cilik yang berwajah dekil sedang memandang ke
arah nya sambil tertawa bodoh..
Dalam keadaan jalan darah tertotok. ia sulit untuk buka
suara, badanpun tak dapat berkutik, hatinya jadi terperanjat
bercampur heran, ia tak tahu secara bagaimana si pengemis
cilik itu dapat menerobos masuk ke dalam tandunya.
Terdengar si pengemis cilik itu tertawa cekikikan, lalu katanya.

33
"Heng-thay, ada keramaian besar segera akan berlangsung,
kenapa kau malah bersembunyi didalam tandu.??".
Ia mengerutkan hidungnya dan mencium beberapa kali
lagi, kemudian katanya lagi:
"Ehmm... masih tercium sisa bau harum di sini, Heei Heng
thay kau betul2 amat hok kie"
Han siong Kie yang digoda macam begitu hanya bisa
tertawa nyengir saja, matanya mendelik besar tapi mulutnya
bungkam dalam seribu bahasa, sepatah katapun tak sanggup
diutarakan keluar.
setelah mengamati wajah Han siong Kie beberapa waktu
lamanya, pengemis cilik itu berkata lagi:
"Tidak aneh kalau si kupu2 warna warni bisa tertarik
hatinya, wajah Heng thay memang betul2 amat ganteng"
Han siong Kie mengerti bahwa ia sedang digoda dan
dimainkan, tetapi apa boleh buat, jalan darahnya tertotok
membuat dia tak sanggup untuk berbuat apa2.
"oooh, aku benar2 teramat tolol" tiba2 pengemis cilik itu
berseru sambil menepuk batok kepalanya sendiri "Rupanya
jalan darah heng thay tertotok. aku sungguh teledor sekali"
sambil berkata jari tangannya segera menyentil beberapa
kali ke tengah udara dan bebaslah jalan darahnya yang
tertotok.
-000dw000-
BAB 3
HAN SIONG KIE diam2 dibuat terkesiap juga oleh kelihayan
lawan, ia tak pernah menyangka kalau pengemis cilik itu
memiliki kepandaian untuk membebaskan jalan darah lawan
lewat sentilan udara, sambil meloncat bangun segera serunya

34
dengan penuh kemarahan: "Kemana perginya perempuan
busuk itu?"
"Hiiih...hiiih...hiiih.. Heng-thay, kau bukan tandingannya
sekarang lebih baik kau menahan diri saja" seru pengemis cilik
itu sambil tertawa cekikikan.
Ucapan ini memang kenyataan, maka air muka Han siong
Kio seketika berubah jadi merah padam, setelah merandek
sejenak katanya lagi:
"Atas bantuan yang telah kau berikan, cayhe di sini
mengucapkan banyak2 terima kasih".
"Heng thay, kau tak usah banyak adat, siapakah
namamu?".
"Cay.... .. cayhe... . "
"Ooouw, tentunya heng-tay mempunyai rahasia yang sukar
dikatakan bukan? kalau begitu lebih baik tak usah dikatakan".
Karena keringat akan budi pertolongan yang telah diberikan
oleh pengemis cilik, pemuda she Han tersebut merasa tidak
enak hati untuk merahasiakan she nya, maka tanpa sadar ia
berseru: "...Cayhe she Han".
"Oooouw, Han heng siaute she Tonghong, kita boleh
mengikat tali persahabatan bukan".
"Jadi sahabat??"..
"Tidak salah, toh, tujuan serta jalan pikiran kita, hampir
bersama?.."
Han siong Kie tertegun, kedua belah pihak sama2 tidak
saling mengenal, berkena la npun barusan berlangsung
setengah perminum teh berselang, dari mana ia bisa tahu
kalau tujuan serta aliran mereka sama? hampir saja sianak
muda itu tertawa gelak saking gelinya.

35
"Waah... lucu amat orang ini, sifat ke kanak-kanakan serta
polosnya belum hilang juga. pikirnya didalam hati, sambil
tertawa segera katanya: "Kau bilang satu tujuan serta aliran
yang sama??"
"Benar bukankah kau amat membenci kaum wanita yang
ada dikolong langit??"
Han siong Kie merasakan hatinya bergetar keras, dari mana
ia bisa tahu perkataan serta tanya jawabnya antara dia
dengan sikupu2 bewarna Lie In Hiang????
"Tidak salah "sahutnya dengan nada tercengang. "Dari
mana kau bisa tahu kalau cayhe amat membenci semua
perempuan yang ada dikolong langit??? "
"Bukankah kau yang mengatakannya sendiri? "
"Aku memang pernah mengatakannya tetapi dari mana kau
bisa tahu??" . Pengemis itu mengedipkan suaranya dan
tertawa.
"sepanjang perjalanan aku selalu mengikuti dirimu".
"ooouww begitu?? "Han siong Kie berseru tertahan.
Pengemis cilik itu tersenyum.
"Akupun sangat membenci seluruh kaum wanita yang ada
dikolong langit, terutama mereka yang berwajah cantik...".
Diam-diam Han siong Kie berpikir didalam hatinya:
"Aku membenci kaum wanita yang ada di kalang langit
berhubung aku mempunyai seorang ibu yang berhati kejam
bagaikan kala, entah apa alasannya sehingga diapun
membenci kaum wanita???".
Karena berpikir demikian maka diapun lantas menukas:
"sungguhkah perkataanmu itu?".
"Tentu saja hanya perkataan di bibir saja memang tiada
berguna, lain kali kenyataan akan membuktikan bahwa
ucapanku bukanlah hanya perkataan kosong belaka. sudahlah

36
mari sekarang kita cari tempat untuk menonton keramaian
dulu ..".
"Menonton keramaian apa??".":
"Melihat kawanan manusia yang tak tahu diri
menghantarkan kematian mereka".
"Apa maksudmu???".
"Ilmu silat yang dimiliki pemilik Benteng Maut tiada
tandingannya dikolong langit, mereka berani memusuhi dirinya
sama artinya dengan kunang2 menubruk ke dalam kobaran
api".
Han siong Kie yang teringat akan lambang tengkorak
berdarah yang dimana menurut perkiraannya si pemilik
Benteng Maut mungkin adalah musuh besar yang
membinasakan keluarganya, tanpa sadar telah mendengus
dingin. .
" Eeh, apakah heng thay tidak percaya??" tegur si
pengemis cilik itu cepat.
Han siong Kie tidak ingin menunjukkan perasaan hatinya
yang sebenarnya, setelah berpikir sejenak sahutnya:
"Bukannya tidak percaya, cuma ilmu silat luasnya bagaikan
samudra, tak mungkin ada orang yang dapat menyebut
dirinya nomor wahid dikolong langit".
"Huuuh" pengemis cilik itu segera mencibirkan bibirnya.
"Kita tak usah ribut lagi, ayoh berangkat"
Habis berkata ia sebera berkelebat keluar dari dalam tandu.
Han siong Kie ikut berkelebat keluar dari tandu, tampaklah
bayangan manusia berkumpul memenuhi tepi sungai
sementara tandu tadi digeletakkan di bawah sebuah pohon
yang rindang jauh dari keramaian.

37
Ia segera teringat kembali akan kejadian si kupu-kupu
warna warni Lie In Hiang terhadap dirinya, tanpa terasa hawa
gusar nya berkorbar dan sang telapak dengan cepat di angkat
ke atas .....
"Heng-thay, apa yang hendak kau lakukan???" pengemis
cilik itu segera menegur.
"Aku hendak menghancurkan tandu ini"
"Kenapa mesti repot-repot turun mangan sendiri?? siauw-te
punya akal bagus untuk menyelesaikannya " sembari berbicara
ia segera mendekati tepi tandu dan menekan sekeliling
dinding tandu itu sebentar kemudian sambil mengerdipkan
matanya ia berkata:
"sudah beres nanti akan kau saksikan sesuatu pertunjukan
yang amat menyenangkan hati, ayoh kita mendaki dulu ke
atas puncak tebing batu karang itu".
sambil menarik tangan Han siong Kie bagaikan burung
walet yang meluncur ketengah angkasa pengemis cilik itu
segera melayang beberapa tombak ke depan dan meluncur ke
atas puncak tebing karang tersebut.
Melihat kelihayan orang, dalam hati kecilnya diam diam
Han siong Kie merasa menyesal, sudah belasan tahun dirinya
belajar silat tapi tiada sesuatu hasilpun yang berhasil
diperoleh.
Beberapa saat kemudian kedua orang itu sudah mencapai
puncak bukit karang dan duduk berjajar diatas sebuah batu.
Tampaklah orang-orang yang ada di tepi pantai mengurung
benteng kuno itu dalam satu lingkaran, diantara gerombolan
manusia-manusia lihay tadi diantaranya terdapat seorang
hweesio tua serta seorang pengemis tua berambut putih
disamping itu masih terdapat pula seorang manusia aneh
berkerudung hitam, mereka sedang meributkan sesuatu

38
dengan ramainya, seakan-akan sedang merundingkan
bagaimana caranya menyerbu ke dalam benteng Maut.
Dengan pandangan termangu mangu Han siong Kie
memperhatikan benteng maut itu tanpa berkedip. ia sadar
bahwa dalam keadaan seperti ini tak mungkin baginya untuk
melakukan pembalasan dendam, tetapi seandainya gabungan
jago2 kangouw dari kalangan hek to maupun Pek to ini
berhasil melenyapkan benteng maut dari muka bumi, maka itu
dendam berdarahnya akan ikut tenggelam ke dasar samudra...
Tiba2 pengemis cilik itu menyikut perutnya sambil berbisik:
"Han heng. antara dirimu dengan aku sebenarnya tidak
pernah saling mengenal tapi kini kita bisa bertemu satu sama
lainnya, itu namanya jodoh, andaikata kau tidak memandang
rendah diriku sebagai seorang pengemis yang rudin lagi
dekil..."
"Kalau aku tidak memandang rendah dirimu, kau mau
apa??"
"Bagai mana kalau kita mengikat tali persaudaraan??.
apakah kau mau??..."
"Bagus" seru Han siong Kie menyatakan setuju.
"Baik, kalau begitu kita musti tahu urutannya dulu, siauw-te
Tonghong Hwie tahun ini berusia enam belas tahun"
"Apa?? kau bernama Tonghong Hwie?"
"Benar ada apa? apakah namaku kurang sedap
didengar^?"
"Bukannya begitu, aku cuma merasa bahwa nama tersebut
sedikit mengandung nama kaum wanita".
"Aaah, nama toh cuma suatu perlambang bagi seseorang
belaka, perduli amat persis nama perempuan atau lelaki,
bukan begitu saudara Han??"

39
"Hhmm, memang masuk diakal, siauw-heng Han siong Kie,
tahun ini berusia delapan belas tahun".
"Bagus, mari kita bersama-sama angkat sumpah".
"ooouw... apa musti angkat sumpah segala??"
"Tentu saja kalau tidak menuruti aturan lalu apa gunanya
kita angkat saudara"
"Baiklah. "Han Siong Kie segera jatuhkan diri berlutut di
atas batu dan berdoa. "Atas nama Thian yang ada di langit,
cayhe Han siong Kie sejak hari ini akan angkat saudara
dengan Tonghong Hwie. sepanjang persaudaraan ini masih
terikat maka bila ada kesenangan akan kita cicipi bersama,
kalau ada kesusahan kita akan tanggulangi bersama, apabila
aku melanggar sumpah ini, Thian akan mengutuk diriku. Thian
akan mengutuk diriku"
Tonghong Hwie yang berlutut disisinya segera ikut
mengulangi pula isi sumpah tadi dengan seksama dan penuh
kesungguhan.
Menanti kedua orang itu telah duduk bersanding kembali
dengan wajah berseri-seri si pengemis cilik itupun berkata:
"Mulai sekarang aku harus menyebut dirimu sebagai
Engkoh Kie ".
"Aku akan menyebut kau sebagai adik Hwie cuma ... aaaai
aku yang jadi engkoh mu merasa malu sekali.".
" Kenapa ?? apa yang kau malukan ???"
" Kalau berbicara mengenai tenaga lweekang serta ilmu
silat, keadaanku bagai kan langit dengan bumi kalau
dibandingkan dengan dirimu coba bayangkan masa aku tidak
merasa malu ?."
"Aaaah itu toh urusan kecil, kesempatan di kemudian hari
bagi engkoh Kie untuk berlatih masih panjang, lagi pula aku
lihat dasar tenaga lweekang mu sudah amat kuat "

40
"Benar, aku sudah belasan tahun lamanya berlatih ilmu
tenaga dalam"
"Apa??? belasan tahun lamanya?? apakah kau hanya
berlatih ilmu tenaga dalam belaka??"
"Benar ".
" Engkoh Kie, apakah kau dapat menyebutkan asal usul
perguruan mu??."
"Dia...dia sudah tak ada dikolong langit lagi, maafkanlah
kalau aku tidak akan menyebutkan namanya".
"Baiklah omong kosong tiada gunanya, aku ada beberapa
patah kata hendak kukatakan kepadamu"
" Katakanlah, asal aku bisa menjawab pasti akan
kuberitahukan kepada dirimu"
"Di kemudian hari, bagaimanapun juga keadaannya kau
tak boleh meninggalkan diriku lho".
"Tentu saja, bukankah kita sudah mengangkat sumpah???
ucapanmu itu bukan kah sama sekali tak ada gunanya??? "
"Bukannya begitu, cuma perkataan ini harus kukatakan
lebih dahulu".
Dalam pada itu para jago yang mengurung di sekeliling tepi
sungai telah menyebarkan diri dan perlahan lahan mulai
menyerbu ke dalam benteng Maut.
Suasana hening sunyi.. tak kedengaran sedikit suarapun hal
ini menunjukkan bahwa mereka akan bersiap sedia melakukan
suatu tindakan terhadap Benteng Maut, tetapi berhubung
Benteng Maut sudah puluhan tahun lamanya memberikan
kemisteriusan, kengerian serta keseraman bagi setiap umat
Bu-lim yang ada dikolong langit, maka pada saat itu hati
setiap orang merasa kebat-kebit tidak keruan.

41
Terdengar pengemis kecil itu sambil menuding ke arah tepi
sungai, katanya:
"Pengemis tua yang berdiri paling depan itu adalah Pak
Ceng padri dari utara, dan manusia berkerudung hitam itu
bukan lain adalah Kauwcu dari perkumpulan Thian chee
Kauw". .
-000dw000-
Jilid 2
MENGUNGKAP tentang diri Thian chee Kauwcu hati Han
siong Kie seketika bergolak kencang, ia teringat kembali akan
ibunya yang kawin lagi dengan manusia aneh itu.
Belum habis pikirannya berlalu, terdengar pengemis cilik itu
telah melanjutkan kembali kata2nya:
"Ketiga orang itu adalah jago2 yang paling lihay didalam
dunia persilatan dewasa ini"
"Diantara mereka bertiga, siapakah yang terhitung paling
kosen dan paling ampuh?"
"Hal ini sulit untuk dikatakan ilmu silat yang dimiliki lam Kay
serta Pak ceng katanya seimbang, sedangkan kepandaian
yang dimiliki Thian chee Kauweu menurut berita yang tersiar
amat lihay sehingga sukar diukur dengan kata2, tetapi tak
seorang pun yang pernah bergebrak melawan dirinya dan tak
seorangpun yang pernah menyaksikan raut wajah yang
sebenarnya".
"Bagaimana kalau dibandingkan dengan Pemilik dari
Benteng Maut tersebut...??"
"Huuuh mereka tak akan kuat menahan sebuah
pukulannya"

42
"Eeei. adik Hwie, darimana kau bisa mengetahui akan hal
ini??".
"Tentang soal ini... tentang soal ini... akupun hanya
mendengar dari berita yang tersiar belaka"
"Adik Hwie coba lihat, mereka sudah mulai bergerak maju "
"Itu berarti suatu drama berdarah yang sangat
mengerikanpun segera akan mulai berlangsung".
Han Siong Kie mengepal tangannya kencang-kencang,
tanpa berkedip ia menatap ke arah para jago yang berada
ditepi sungai.
Puluhan sosok bayangan manusia telah menggerakkan
tubuhnya melewati jembatan batu dan tiba didepan pintu
besar benteng maut.
Pada saat itulah... serentetan suara suitan aneh yang amat
nyaring serta memekikkam telinga berkumandang keluar dari
dalam ben-teng maut, begitu keras suaranya sehingga
menusuk pendengaran siapapun juga.
Han siong Kie yang berada diatas bukit sebera merasakan
telinganya bagaikan di tusuk2 dengan belasan bilah pisau
tajam, buru2 ia menutupi sepasang telinganya dengan tangan,
sementara jantungnya berdebar keras se-olah2 hendak
meloncat keluar dari rongga dadanya. .
Puluhan jago lihay yang telah tiba didepan pintu
besarBenteng Maut itu segera menghentikan langkah kakinya
begitu mendengar suara suitan tersebut, air muka mereka
berubah hebat.
Kegaduhan yang amat hebatpun terjadi ditepi pantai.
Beberapa saat kemudian suara suitan nyaring yang amat
memekikkan telinga itu mendadak sirap. diikuti pintu benteng
Maut yang bewarna hitam pekat lambat2 membentang lebar
dan muncullah sebuah gua yang besar dan gelap gulita.

43
Dengan hati terkesiap puluhan orang jago lihay Bu lim yang
ada didepan pintu mundur tiga tombak ke belakang dengan
tergesa2.
seketika itu juga suasana di sekeliling tempat itu berubah
jadi tegang dan diliputi oleh napsu membunuh.
setelah perminuman teh sudah lewat. tetapi suasana di
dalam Benteng Maut itu masih tetap tenang dan tidak nampak
suatu gerakan apapun juga...
Puluhan orang jago lihay yang berdiri di depan pintu
benteng mulai berteriak keras kemudian bagaikan gelombang
samudra yang menghantam pantai mereka menyerbu masuk
kedalam benteng tersebut...
"Hmm "Terdengar pengemis cilik itu men- dengus dingin.
"Rombongan pertama yang menghantar kematiannya telah
berangkat".
Han siong Kie melirik sekejap kearahnya lalu arahkan
kembali sinar matanya kebawah.
Tiga puluh orang lebih jago lihay Bu lim yang termasuk
didalam rombongan kedua mulai melewatijembatan batu
sambil berteriak keras menyerbu pula kedalam pintu benteng
dengan dahsyatnya:
"Rombongan kedua yang menghantar kematiannya kembali
sudah berangkat ...." terdengar pengemis cilik itu bergumam
lagi.
Baru saja sipengemis cilik itu menyelesai kan kata2nya,
mendadak terlihatlah bayangan manusia satu persatu
terlempar ke luar dari dinding benteng dan meluncur ke arah
luar. Ada diantaranya yang tercebur ke dalam sungai, ada pula
yang terbanting ke atas lantai tepat didepan Benteng Maut
tersebut.
Dalam sekejap mata seluruh jago lihay Bu lim yang baru
saja menyerbu masuk kedalam benteng maut itu sudah

44
terlempar ke luar semua dari balik benteng dalam keadaan
mati tanpa bernyawa lagi. Menyaksikan pembunuhan massal
tersebut, para jago lihay yang masih tersiksa di luar benteng
jadi gaduh, suara bisikan lirih mulai kedengaran
berkumandang memecah kesunyian. Han siong Kie,
menyaksikan jalannya pembunuhan brutal itu dari atas bukit
hanya bisa memandang dengan mata mendelong dan mulut
melongo belaka, sekujur tubuhnya gemetar keras dan tak
sepatahpun yang sanggup diucapkan keluar.
sebenarnya pemilik Benteng maut itu seorang manusia
ataukah iblis?? ternyata ia memiliki kepandaian silat yang
demikian dahsyatnya???
Belum habis sianak muda itu berpikir, tampaklah jago lihay
Bu lim rombongan kedua yang belum lama berselang
menyerbu masuk kedalam benteng, kini sudah terlempar pula
semuanya keluar dari dinding tembok.
Tak seorangpun berada dalam keadaan hidup, tak
seorangpun yang masih bernapas..
Mereka musnah dan lenyap dengan begitu saja. Napsu
membunuh yang mengerikan pun mulai menyelimuti seluruh
kalangan.
Ratusan jago lihay yang berkumpul ditepi sungai semakin
gaduh lagi, tetapi tak seorangpun berani tampil kedepan untuk
membentuk rombongan ke tiga pergi mengantar kan
kematiannya.
Beberapa saat kemudian, tampaklah lam Kay serta Pak
ceng selangkah demi selangkah mulai menyebrangi jembatan
batu.
Han siong Kie tak dipat menahan rasa tegang yang
menyelimuti hatinya, ia merasa dari telapak tangannya mulai
mengucurkan keringat dingin, dengan hati bergejolak
tanyanya kepada sipengemis cilik itu

45
"Adik Hwie, menurut penglihatanmu bagaimana
kesudahannya setelah pengemis dari selatan serta sipadri dari
utara menyerbu masuk kedalam benteng maut???"
"Mungkin mereka dapat mengundurkan diri dalam keadaan
selamat" jawab pengemis cilik itu setelah termenung sejenak.
Mendadak...terdengar pengemis dari selatan dan padri dari
utara bersama sama membentak keras, kemudian badannya
melesat ketengah udara dan laksana dua ekor burung elang
raksasa mereka meluncur kearah tembok benteng, bukan
pintu benteng yang mereka lalui justru tembok setinggi
delapan tombak itulah yang mereka arah.
setelah tiba diatas dinding benteng tersebut dengan suatu
gerakan yang sangat manis kedua orang itu berjumpalitan
beberapa kali ditengah udara dan langsung menyerbu
kedalam benteng.
Para jago lihay yang menyaksikan demonstrasi ilmu
peringin tubuh tersebut sama sama bersorak memuji, teriakan
keras dan suara tepuk tangan bergema memecah kan
kesunyian. Han siong Kie sendiripun tak dapat menahan diri,
la segera berseru memuji: "suatu ilmu kepandaian yang
sangat bagus"
Disaat tubuh pengemis dari selatan danpadri dari utara
hampir saja menyusup kedalam benteng maut itulah, tiba-tiba
badan mereka terpental keluar bagaikan sebuah bintang yang
jatuh dari langit dengan cepatnya tubuh kedua orang itu
terpental kebelakang dan melesat ke arah tengah sungai, jelas
kedua orang itu sudah termakan oleh sebuah angin pukulan
yang maha dahsyat.
Para jago lihay yang berdiri ditepi sungai sama sama
menjerit tertahan, air muka mereka berubah hebat dan hati
orang-orang itu sama-sama terkesiap.
Kepandaian silat yang dimiliki Pemilik Benteng Maut ini
benar-benar sangat mengerikan hati sehingga dua orang jago

46
terlihay dari dunia persilatan dewasa itupun tak sanggup
melewati garis perbatasan benteng tersebut barang satu
langkahpun.
" Yaaah, kalau mereka tahu diri seharusnya pada detik itu
juga mereka segera mengundurkan diri", terdengar pengemis
cilik itu bergumam seorang diri.
"Adik Hwie" Han siong Kie segera mengerling sekejap ke
arahnya. "Apa maksud ucapanmu itu???? "
Maksudku seharusnya sipengemis dari selatan serta sipadri
dari utara mengerti keadaan sendiri dan segera
mengundurkan diri dari kalangan tersebut.. "
"Aku lihat rupa rupanya kau menaruh rasa simpatik yang
sangat mendalam terhadap Benteng Maut?? "
"Aku hanya berbicara sesuai dengan kenyataan yang
terbentang didepan mata, apa perdulinya dengan rasa
simpatik atau tidak. "
"Apa sih kedudukannya sipengemis dari selatan, didalam
perkumpulun Kaypang??"
"Pemimpin dari para tiang loo perkumpulan tersebut"
"Kau toh seorang anggota Perkumpulan kay-pang juga,
mengapa bukannya membantu tiangloomu, justru malah
sebaliknya".
"Aku sih tidak termasuk dalam anggota perkumpulan
mereka, aku hanya seorang pengemis gelandangan belaka."
"Pengemis gelandangan?? apa itu pengemis
gelandangan??."
"Tidak terikat oleh peraturan perkumpulan manapun,
berkeliaran kemana-mana menurut kehendak hatinya sendiri".
"ooouw, sungguh aneh sekali, belum pernah aku dengar
ada kejadian semacam ini"

47
Baru saja ia menyelesaikan kata2nya, terlihatlah sipengemis
dari selatan serta si padri dari utara telah menubruk keatas
dinding benteng maut untuk kedua kalinya. Pengemis cilik itu
sebera tertawa cekikikan.
Tubrukan mereka yang pertama kali tadi boleh dibilang
sudah berhasil mencapai puncak dinding benteng tersebut,
tetapi hanya sekejap mata saja tubuh mereka sudah mencelat
dan terpukul roboh kembali kebawah. Yang tidak dimengerti
oleh semua orang adalah tiada munculnya sesosok bayangan
manusiapun, kenapa kedua orang jago lihay itu bisa termakan
oleh angin pukulan hingga rontok kebawah??
satu ingatan berkelebat didalam benak Han siong Kie, ia
segera berpaling dan ujarnya kepada sipengemis cilik itu.
"Adik Hwie, bukankah kau pernah mengatakan bahwa
tenaga lweekang yang dimiliki Thian chee kauwcu jauh di atas
kepandaian silat yang dimiliki sipengemis dari selatan serta si
padri dari utara???".
"Menurut berita yang tersiar didalam dunia persilatan,
memang demikian keadaannya"
"seandainya mereka bertiga mau turun tangan bersama,
bukankah keadaannya mungkin akan mengalami perubahan
besar???".
"Aaah, belum tentu begitu".
" Kenapa ??"
"selama sepuluh tahun lamanya entab sudah berapa ratus
kali terjadi peristiwa semacam ini, tetapi mereka yang bisa
mengundurkan diri dalam keadaan selamat boleh dibiltang
amat jarang sekali, oleh sebab itu aku merasa bahwa keadaan
pada saat inipun tidak bakal jauh berbeda dari keadaan yang
sudah2 "
" Kenapa Thian chee Kauwcu tidak ikut turun tangan???".

48
"soal ini harus ditanyakan kepada dirinya pribadi"
Han song Kie menghembuskan napas panjang dan
membungkam dalam seribu bahasa, ia tidak habis mengerti
mengapa Thian chee Kauwcu tidak mau turun tangan sendiri,
padahal sewaktu dia masih berada dalam tandu tadi dengan
jelas mendengar bahwa dalam gerakannya kali ini untuk
menghadapi Benteng Maut perkumpulan Thian chee Kauw lah
yang menduduki sebagai pucuk pimpinan, tapi dalam
kenyataan Thian cheo Kauwcu sendiri sama sekali tidak ikut
campur didalam penyerbuan tersebut. kejadian benar2
membingungkan orang. Apakah Thian chee Kauwcu telah
mempunyai rencana lain??
Dalam pada itu..si Pengemis dari selatan serta si Padri dari
utara yang berada didepan benteng Maut, untuk ketiga kalinya
telah menubruk ke arah Benteng tersebut.
Suatu kejadian diluar dugaan telah barlangsung, kali ini
tubrukan mereka berhasil dan tubuh kedua orang jago lihay
dari dunia persilatan dewasa itupun lenyap dibalik dinding
tembok benteng Maut.
Para jago yang berada di tepi sungai segera bersorak sorai
dengan ramainya, sebagian besar diantara mereka segera
berebutan menyebrangi jembatan batu dan menyerbu ke
dalam pintu Benteng...
Han siang Kie segera merasakan jantungnya berdebar
keras, ia tak bisa membayangkan bagaimanakah perasaan
hatinya pada waktu itu.
Dia berharap serbuan dari gabungan para jago lihay itu
bisa berhasil menghancurkan Benteng Maut yang ditakuti
seluruh umat Bu lim dan si pemilik benteng bisa dilenyapkan
dari permukaan bumi.
Tetapi, diapun berharap bahwa serbuan para jago itu tidak
mendapatkan hasil, sebab bila usaha mereka memperoleh
keberhasilan maka itu berarti bahwa ia akan kehilangan

49
kesempatan untuk membalas dendam sakit hatinya...
Sipengemis cilik itupun dengan tegangnya segera bangkit
berdiri.
Dikala serbuan para jago Bu lim gelombang ketiga hampir
mencapai pintu depan Benteng maut itulah.
Mendadak tampaklah dua sosok bayangan manusia dengan
langkah perlahan dan wajah layu selangkah demi selangkah
berjalan keluar dari balik pintu benteng. Seluruh jago Bulim
segera berdiri tertegun.
Kiranya kedua sosok bayangan manusia itu bukan lain
adalah sipengemis dari selatan serta si padri dari utara.
Pengemis cilik itu segera tersenyum dan duduk kembali
keatas batu. Sedangkan Han Siong Kie dengan perasaan
tercengang segera bertanya.
"Eeei, mereka sudah keluar??"
"Inilah pengecualian yang terjadi selama puluhan tahun
lamanya, untuk pertama kalinya ada orang yang bisa ke luar
dari Benteng Maut dalam keadaan hidup rupanya mereka
berdua sudah menderita kerugian yang amat besar, bisa juga
sipemilik Benteng Maut
menaruh rasa kagum dan hormat terhadap kedua orang ini
maka ia tidak tega untuk turun tangan keji".
"Adik Hwie. rupanya tidak sedikit yang kau ketahui?"
"Hiih. . Hiiih. ..Hiiiih.. aku hanya menduga menurut
keadaan yang terbentang didepan mata saja".
Disaat sipengemis dari selatan serta sipadri dari utara telah
meninggalkan pintu benteng itulah, kedua pintu raksasa
yang hitam pekat itu perlahan-lahan menutup kembali.
Pengemis dari selatan serta padri dari utara tidak
memperdulikan para jago Bu lim yang mengurung di sekeliling
tubuhnya, tidak menjawab semua pertanyaan yang mereka

50
ajukan, setelah menyeberangi jembatan batu dan tiba ditepi
pantai, dengan mulut membungkam mereka berlalu dari situ.
Para jago lihay lainnya jadi tertegun dan tidak habis
mengerti, tapi akhirnya mereka pun mengumpulkan semua
jenasah yang berserakan diluar benteng dan ikut bertalu dari
situ. Suatu hujan badai yang amat mengerikan pun mulai
reda..
Thian chee Kauwcu sendiri dibawah iringan para anak
buahnya tanpa mengucap kan sepatah katapun ikut berlalu
dari situ.
Akhirnya si kupu2 warna warni Lie In Hian dengan
membawa kedua orang dayangnya serta ke empat orang
tukang tandu nya kembali kearah tandunya di bawah pohon
itu
Han song Kie tak kuat menahan rasa dongkolnya, ia
mendengus dan bergumam seorang diri:
"Perempuan busuk. suatu hari aku akan mencari dirimu
untuk membereskan hutang piutang pada hari ini ".
" Engkoh Kie, kau jangan marah dulu" bisik sipengemis cilik
sambil tertawa cekikikan. "suatu pertunjukkan bagus segera
akan berlangsung didepan mata".
Tampaklah si kupu2 warna warni Lie in Hiang menyingkap
horden dan melangkah masuk ke dalam tandu, tapi secara
mendadak ia mundur tiga langkah ke belakang, rupanya
perempuan itu telah menemukan bahwasanya Han siong Kie
lenyap tak berbekas, setelah ditengoknya sejenak ke kiri dan
ke kanan akhirnya ia menyusup ke dalam tandunya.
000dewi000
BAB 4

51
"ENGKOH KIE, cepat lihat" seru pengemis cilik itu dengan
penuh kegirangan.
Tampaklah ke empat orang pria kekar itu sambil
menggotong tandu berjalan beberapa langkah ke depan,
mendadak.. Braak terdengar suara ledakan keras, tandu itu
merekah dan hancur berkeping2, dalam keadaan yang
mengenaskan sekali si kupu2 warna warni Lie In Hiang jatuh
mendeprok di atas tanah.
Han siong Kie yang menyaksikan kejadian itu jadi ikut
merasa geli, pikirnya:
"Adik Hwie benar2 pandai sekali menggoda orang, kiranya
sebelum meninggalkan tandu tadi ia sudah melakukan sesuatu
disekeliling tandu tersebut..." Pengemis cilik itu tak bisa
menahan diri lagi, ia sebera berteriak keras: "Bagus sekali".
Teriakan ini cukup keras dan segera memancing perhatian
dari si kupu2 warna warni Lie In Hiang, dengan cepat sinar
mata nya dialihkan ke arah tebing batu tersebut.
"Aduuuh Celaka" bisik Han siong Kie terperanjat. "Kali ini
habis sudah riwayat ku".
Dalam pada itu sipengemis cilik itu telah mendorong tubuh
si anak muda itu sambil berseru:
" Engkoh Kie, cepat lari, biar akulah yang menghadapi
mereka".
"Tidak. aku tak mau pergi"
" Kalau kau tidak lari, mereka akan menggasak dirimu
sampai peyot".
"Tidak. tidak bisa. masa aku akan tinggalkan dirimu
seorang diri ditempat ini??"
"Haaah...haaah...haaah.. tolol amat kau, berangkatlah
duluan, sebentar lagi aku akan menyusul dirimu".

52
"Tidak. aku tak akan meninggalkan tempat ini seorang diri".
"Engkoh Kie, si kupu2 warna warni Lie In Hiang adalah
Thongcu nomor satu dari perkumpulan Thian chee Kauw,
kepandaian silatnya cukup ampuh dan hebat, sekali pun kedua
orang dayangnya serta ke empat orang tukang tandu itupun
mempunyai kepandaian silat yang sebanding dengan jago Bu
lim kelas satu. Siapapun diantara mereka berenam tak nanti
bisa kau tandingi... maka dari itu berlalulah lebih dahulu.
selama kau masih berada disini, justru malahan memecahkan
perhatianku "
Merah jengah selembar wajah Han long Kie sehabis
mendengar perkataan itu, dengan terputus2 katanya:
"Aaa...adik Hwie aa...apakah kau sa... sanggup untuk
menghadapi mee...mereka ?"
"Tidak menjadi soal, dari belakang batu karang itu larilah
ke arah depan, maka kau akan tiba didalam sebuah hutan,
aku segera akan memancing kepergian mereka??".
Sementara itu perlahan-lahan si kupu-kupu warna warni Lie
In Hiang telah munculkan diri di atas tebing karang tersebut.
"cepat lari..." seru sipengemis cilik itu dengan hati cemas.
"Kalau terlambat akan tidak sempat lagi"
Han Siong Kie tidak berani berayal lagi, ia segera
menjejakkan kakinya dan meloncat turun kebawah tebing batu
itu kemudian lari masuk ke dalam hutan.
Menanti bayangan punggung si anak muda itu sudah
lenyap dari pandangan, pengemis cilik itu baru meloncat turun
dari atas tebing dan sambil tertawa cengar-cengir
disongsongnya kedatangan kupu2 warna warni Lie In Hiang.
Dengan wajah penuh napsu membunuh dengan mata
melotot sadis selangkah demi selangkah si kupu2 warna warni
Lie In Hiang maju ke depan, ke dua belah pihak menghentikan
langkahnya pada jarak dua tombak.

53
Ketika dilihatnya orang yang mengejek dan
mempermainkan dirinya bukan lain adalah seorang pengemis
muda, perempuan itu langsung naik pitam, bentaknya dengan
penuh kemarahan:
"Pengemis edan, kau berani mempermainkan aku si nenek
tua hah??"
"Apa?? aku mempermainkan apa mu??" sahut sipengemis
dengan alis berkerut.
"Bukankah kau yang bermain setan dengan tanduku ini??"
"Berdasarkan alasan apa kau mengatakan bahwa aku yang
mempermainkan tandumu?"
"Hmm ayoh jawab, kau telah membawa kemana orang
yang berada di dalam tanduku itu??.. "
"Apa?" pengemis cilik itupura2 berlagak kaget, "pria atau
wanita yang kau maksud kan?. "
selapis napsu membunuh yang sangat mengerikan
memancar di atas wajah perempuan itu, jengeknya ketus.
"Pengemis edan, tahukah kau siapa diriku?"
"Aku si peminta- minta tak pernah mengadakan hubungan
dengan kaum perempuan, percayakah kau "
"Bangsat, kaupingin hidup atau mati? "
"Eeei.. apa maksud ucapanmu itu ? "
"Kalau pingin hidup maka katakanlah ke mana perginya
bangsat cilik itu, sebaliknya kalau kepingin mati..."
" Kenapa??" "
"Pun Thongcu seketika ini juga akan kirim nyawamu
kembali ke akhirat"
Pengemis cilik itu tundukkan kepalanya dan berpikir
sebentar kemudian menjawab. "Aku pingin mati saja"

54
si Kupu2 warna warni Lie In Hiang yang mendengar
perkataan itu jadi tertegun, kemudian serunya: "Hm, kau
sungguh pingin mati?? "
"Sesungguhnya tidak salah, aku sudah terlalu muak sebagai
pengemis kecil, maka dari itu aku tidak pingin hidup lebih
lanjut di kolong langit ini.. "
si Kupu2 warna warni Lie In Hiang bukanlah seorang bocah
kemarin sore yang gampang dipermainkan, sekilas
memandang ia sudah tahu kalau pengemis kecil itu memang
sengaja hendak memperolok-olok serta mempermainkan
dirinya, napsu membunuh seketika itu juga muncul di dalam
benaknya, sambil tertawa dingin katanya:
"Kalau pingin mati sih gampang, Pun Thongcu bisa
memberikan kematian yang paling lambat dan paling nikmat
bagimu". sembari mengulapkan tangannya ia berkata lebih
jauh
"Tangkap bajingan cilik ini".
Kedua orang dayang yang berada di sisi mereka itu segera
maju kedepan, satu dari kiri dan yang lain dari kanan laksma
kilat mencengkeram tubuh si pengemis cilik itu.
”Eeei eeeit . nanti dulu" teriak pengemis eilik iiu berulang
kali sambil goyang goyang kao tangannya. Seorang pria sejati
tak akan melayani kaum perempuan untuk bermain-main.
Sembari berkata ia segera enjotkan badan nya. tahu2 sang
tubuh sudah berada kurang lebih saiu tembok jauhnya dari
tempat semula.
Gerakan tubuh ini sangat indah dan lihay sekali, bukan saja
membuat kedua orang da yang itu menjulurkan lidahnya,

55
bahkan si-kupu2 warna warni Lie In Hiang pun merasakan
hatinya bergetar keras, sadarlah perempuan ini bahwa
pengemis cilik itu bukan lah seorang munusia yang sederhana.
Sementara itu setelah tertegun beberapa saat lamanya
kedua orang dayang itu segera maju kembali kearah depan,
secara terpisah mereka lancarkan serangan gabungan yang
amat dahsyat, telapak dan jari dilancarkan secara serentak.
”Aduuuh mak!" teriak pengemis itu keras keras bukannya
mundur ia malah maju lebih kedepan badannya menerobos
masuk ke dalam lingkaran bayangan cakar serta deruan angin
pukulan.
Suara dergusan berat berkumandang memecahkan
kesunyian, tahu tahu kedua orang dayang itu jatuh
terpelanting dan roboh ke-atas tanah.
Air muka sikupu kupu warna warni Lie In Hiang kontan
berobah hebat, tenaga lwee-kang yang dimiliki pengemis cilik
itu ternyata sudah mencapai keadaan yang sangat
mengerikan, bukan saja gingkangnya diluaf dugaan bahkan
iapun memiliki kepandaian menotok jalan darah lewat sentilan
udara, dalam sekali gebrakan saja ia telah berhasil
merobohkan kedua orang dayang andalan nya.
Suara bentakan keras segera bergeletar memecahkan
kesunyian, empat orang pria peng golong tandu yang semula
berdiri tegak di sisi kalangan, kini sudah menubruk maju
secara serentak, masing masing pihak mengirim satu babatan
yang amat dahsyat.
Empat gulung desiran angin tajam menggulung jadi satu
membentuk suatu gulungan tenaga yang amat mengerikan,
laksana ambruk nya sebuah bukit tinggi angin serangan
tersebut langsung menyapu ke depan:
Melihat datangnya ancaman tersebut, pengemis cilik itu
segera tertawa cekikikan. "Hiiih..hiiih....hiiiih bagus bagus
beginilah baru sangat berarti".

56
sepasang telapak diayun kedepan dan diapun melancarkan
sebuah babatan dahsyat yang menimbulkan gulungan angin
serangan yang amat mengerikan hati.
Blaaaam suara ledakan keras bergelegar menggoncang kan
permukaan bumi, pasir dan debu berterbangan memenuhi
angkasa, pusaran angin pukulan yang kencang menggetarkan
ke empat orang pemandu itu dan memaksa mereka
menyebarkan diri ke empat penjuru.
"Kalian lebih baik mundur saja" tiba-tiba si kupu-kupu
warna warni Lie In Hiang berseru sambil mengulapkan
tangannya.
Dengan wajah lesu dan badan lemas ke empat orang pria
kekar itu buru buru mengundurkan diri ke belakang.
"Hei, pengemis cilik. laporkan asal usul perguruanmu" seru
perempuan itu kemudian.
"Aku tidak punya perguruan".
"Kau termasuk cabang dari kota mana di dalam
keanggotaan perkumpulan Kay Pang?"
"Hmmm .. Hmmm aku sipengemis cilik adalah seorang
pengemis gelandangan".
"Pengemis gelandangan???".
"sedikitpun tidak salah".
"Apa itu pengemis gelandangan?? Belum pernah aku
mendengar nama seperti itu??"
"oooh.. pengemis gelandangan adalah pengemis luntang
lantung diempat penjuru sesuka nya yang gentayangan, tidak
tergabung dalam partai maupun perkumpulan, bebas merdeka
melayang kesana kemari".
"Bangsat, kau kepingin modar??".

57
"Aduuuh...nyonya bawel, mungkin lubang telingamu terlalu
banyak kotorannya, apa kau tidak dengar?? sedari tadi toh
aku sudah berkata bahwa aku tidak pingin hidup, cuma
sayang...".
"sayang kenapa?".
''Sayang dengan andalkan kekuatanmu masih tidak pantas
untuk menghantar aku sipengemis cilik untuk masuk keliang
kubur.”
Si kupu2 warna warni Lie In Hiang jadi sangat gusar,
saking mendongkolnya sampai sekujur tubuhnya gemetar
keras, dengan kedudukannya yang terhormat sebagai seorang
Thongcu kelas satu didalam perkumpulan Thian Chee Kauw
ternyata sudah diolok-olok dan dipermainkan cleh seorang
pengemis cilik yang tidak diketahui asal usulnya, ia segera
membentak keras:
"Bangsat. Pun thongcu akan bunuh dirimu! ".
Sepasang telapak tangannya dengan suatu gerakan yang
sangat aneh segera menyapu ke depan, secara terpisah ia
cengkeram pergelangan kiri serta bahu kanan pengemis itu
gerakan cengkeraman tersebut dilancarkan dengan kecepatan
laksana sambaran kilat, bahkan bayangan cakar berlapis lapis
seakan akan terdapat berpuluh puluh buah tangan yang
bersamaan waktunya mencengkeram ke luar.
Menyaksikan kehebatan lawannya pengemis cilik itu
terkesiap buru-buru tubuhnya meleset kesamping untuk
menghindar... tetapi gerakan tubuhnya terlambat satu tindak,
tahu2 bahunya terasa amat kencang dan bahu kanannya
sudah kena dicengkeram oleh lawannya.
Napsu men bunuh yang menyelimuti wajah si kupu2 warna
warni Lie In Hiang semakin menebal, sambil tertawa dingin
serunya :

58
"Keparat cilik! sekarang ayoh jawab, apakah Pun Thongcu
pantas untuk menghantar kematianmu???".
"Tidak pantas! mau apa kau??".
"Kalau kau berani mengatakan sekali lagi, kucengkeram
bahumu ini biar hancur berantakan".
"Tidak pantas! tidak pantas! Tidak pantas!'.
Si Kupu2 Warna wirni Lie Ia Hiang benar2 naik pitarn, jari
tangannya yang mencekeram bahu pengemis cilik itu segera
ditambahi dengan beberapa lipat tenaga dalam, maksudnya
tulang bahu sipengemis cilik itu akan dicengkeram sampai
hancur lumat, siapa tahu baru saja cakarnya menggencet
tubuh lawan, segera terasalah tangannya se-olah2 memegang
sesuatu benda yang sangat licin batinya jadi amat terperanjat.
"Kepandaian silat apakah ini??? " pikirnya di dalam hati.
Belum habis ia berpikir, bagaikan seekor ikan belut
sipengemis cilik itu sudah meloncat mundur sejauh satu
tombak lebih, jengeknya sambil tertawa cekikikan:
"Hiiih...hiiih...hiih... Lie In Hiang perempuan bermuka tebal
yang tak tahu malu, maaf kalau aku tak sudi melayani dirimu
lebih jauh .... " Dia enjotkan badannya dan segera meleset ke
arah dalam hutan.
Air muka si kupu2 warna warni Lie In Hiang berubah jadi
pucat pias bagaikan mayat, mimpipun ia tak pernah
menyangka kalau dirinya bakal jatuh kecundang di tangan
seorang pengemis cilik.
setelah tandunya tak dapat digunakan lagi, dengan
perasaan gemas ia berpaling ke arah mana lenyapnya
bayangan sipengemis cilik itu sambil makinya:
"Anak sialan cucu monyet, hati2 kau suatu hari aku bisa
membeseti kulit tubuhmu dan mencabuti otot2 didalam
badanmu".

59
setelah mendepak- depakan kakinya ke atas tanah, ia
segera membebaskan jalan darah dari kedua orang dayangnya
yang tertotok kemudian berlalu dari situ.
Kedua orang dayangnya serta keempat orang pria kekar itu
tak berani berayal, merekapun segera enjotkan badannya dan
menyusul dari belakang tubuhnya.
-000dewi000-
Ombak dan memecah d itepi pantai. Benteng Maut yang
berdiri dengan angkernya diatas tebing karang telah pulih
kembali dalam kesunyian serta keheningan yang mencengkam
seluruh jagat.
Pengemis cilik yang sangat menghawatir-kan keselamatan
kakak angkatnya Han siong Kie, tidak ingin berdiam terlalu
lama disitu, setelah melepaskan diri dari kurungan si
perempuan she Lie tadi ia segera menerobos masuk kedalam
hutan dan menyusul si anak muda itu.
Tetapi, walaupun ia sudah mencari kesana kemari dan
keluar masuk hutan, bayangan tubuh Han siong Kie masih
juga belum ditemukan, ia jadi tercengang dan tidak habis
mengerti.
"Kemana perginya engkoh Kie?? "pikir pengemis cilik ini
didalam hati kecilnya. ”Tadi aku toh sudah menerangkan
dengan jelas kepadanya agar langsung masuk kedalam
hutan?? entah ia sudah tersesat sampai dimana???”
Makin lama hatinya merasa semakin gelisah sehingga tak
tahan lagi sambil menerobos masuk kedalam hutan
Thonghong Hwie sipengemis eilik itu berseru tiada hentinya
'Engkoh Kie engkoh Kie..."
Namun tiada sesuatu jawabanpun yang kedengaran,
pikirnya lebih jauh:

60
”Aaah mungkin dia sudah langsung keluar dari hutan dan
melanjutkan perjalanannya!'
Karena berpikir demikian maka iapun segera enjotkan
badannya dan meluncur kearah depan.
Sementara itu Han Siong Kie setelah masuk kedalam hutan
perasaan hatinya makin lama kian terasa semakin tidak enak,
ia merasa sebagai seorang lelaki sejati ternyata harus minta
perlindungan orang, bahkan di dalam keadaan bahaya harus
melarikan diri, sikap angkuhnya segera muncul. Pikirnya di
dalam hatii
''Apabila aku tidak berhasil melatih serangkaian ilmu silat
yang mengejutkan hati orang, aku tidak akan berjumpa lagi
dengan adik angkatku Tonghong Hwie !"'
Karena berpiKir demikian maka ia tidak menuruti petunjuk
dari sipengemis cilik itu untuk masuk kedalam hutan,
sebaliknya malah membelok meiuju kearah timur.
Semakin berjalan menuju kedepan ia merasa hutan belukar
yang mengelilingi sekitar tempat itu semakin lebat dan tinggi,
begitu rimbunnya dedaunan sampai cahaya mata hari tak
dapat menyorot kedalam. suasana gelap gulita dan sianak
muda itupun dengan mata membuta berjalan kesana kemiri
sekenanya.
Beberapa saat kemudian suasana semakin gelap gulita
sehingga susah melihat kelima jari tangan sendiri, arah
tujuanpun semakin kabur.dalam keadaan begini wajahnya
berubah jadi bengkak dan hijau sebab besar karena berulang
kali harus mencium pohon atau ranting, pakaiannya koyak dan
hancur tak karuan.
Sekarang sianak muda itu baru sadar bahwa ia telah
memasuki sebuah hutan belantara yang sangat mengerikan.

61
Tetapi menyesalpun sadah terlambat, ia tak sanggup untuk
menemukan kembali arah yang benar untuk lolos dari
cengkeraman hutan belantara yang sangat lebat itu.
Suara ular dan auman binatang buas bergema silih berganti
menambah seramnya suasana disekitar hutan tersebut, dalam
keadaan begitu pemuda she-Han itupun berpikir: "Habis sudah
riwayatku! .. rupanya aku Han Siong Kie harus menemui
ajalnya ditempat seperti ini... aaai, cepat atau lambat aku
pasti dicabut ular berbisa atau diterkam binatang buas”
Tetapi ia tidak berhenti sampii disitu saja, ia tidak putus asa
dan meneruskan petualangannya menjelajahi hutan belantara
iru secara buta.
Rasa lapar, haus, lelah, ditambah rasa nyeri dan sakit dari
mulut luka yang menganga disekujur tubuhnya akibat duri
serta ranting membuat tulang belulangnya terasa hancur
berantakan, badannya lemas tak bertenaga, perjalanan terasa
semakin berat lagi.
Tapi sianak muda itu tak mau menghentikan usahanya
sampai disana. tak bisa berjalan diapun mulai merangkak dan
merayap diatas tanah.. kesadarannya... pikirannya kian
lama kian bertambah kabur.
Entah berapa saat sudah lewat, mendadak pemuda itu
merasakan segulung hawa dingin yang sangat aneh
menyerang ulu hatinya, ia segera membuka matanya.
Tampaklah ia telah berbaring ditepi sebuah kolam kecil,
separuh tubuhnya terbenam didalam air tersebut. Hal ini
membuat hati nya bergetar keras, pikirnya :
"Sungguh berbahaya, setengah depa lagi aku maju
kedepan niscaya tubuhku sudah tenggelam didasar kolam ini
dan jiwaku tentu sudah melayang...".
Tiba2 satu ingatan berkelebat didalam be naknya, ia
berpikir lebih jauh :

62
"Aaaah. tidak benar apakah aku sudah keluar dari hutan
belantara tersebut???''.
Dengan Cepat ia mengerangkak bangun dari atas tanah
dan melongok keempat penjuru, tampaklah sekeliling situ
hanya berubah pepohonan yang sangat lebat, lebih jauh dari
itu yang hanya kegelapan yang mencekam, dimana ia berdiri
saat ini merupakan sebidang tanah kosong yang luas dan
persis di-tengah tanah kosong tadi terdapat sebuah kolam
kecil seluas lima tombak.
Satu pikiran dengan cepat berkelebat di dalam benaknya
dan pemuda itu pun kembali berdiri tertegun. mengapa pada
saat ini ia tidak merasa lapar maupun dahaga?? bahkan rasa
sakit yang dideritanya tadi sekarang lenyap tak berbekas, ia
segera tundukkan kepalanya dan memeriksa.
Tampaklah kulit tubuh yang telah terendam air kini sudah
sembuh sama sekali dari lukanya, bahkan luka2 itu telah
merapat dan sedikitpun tidak terasa sakit, kejadian ini tentu
saja mencengangkan hatinya.
Mendadak... sinar matanya terbentur dengan sebuah
tonggak batu yang berdiri tegak disisi tubuhnya, diatas
tonggak tadi tertulislah beberapa huruf yang kurang lebih
berbunyi demikian:
"sumber air kulit bumi, Mencopot kulit berganti tulang".
setelah membaca tulisan itu, sadarlah si anak muda itu apa
sebenarnya yang telah terjadi, pikirnya:
"Aaaah, benar, pastilah air didalam kolam ini adalah
sumber air mujarab yang berasal dari kulit bumi seperti apa
yang sering tersiar diluaran, tidak aneh kalau luka diseluruh
tubuhku telah sembuh kembali setelah tercebur didalam air...
perduli amat aku bisa keluar dari hutan ini atau tidak,
pokoknya akan kucoba kembali"

63
Berpikir demikian iapun segera loncat ke dalam kolam
dihadapannya, terasa air tersebut dingin menusuk tulang
hingga membuat giginya saling beradu dengan kerasnya.
sekujur tubuhnya direndamkan kedalam air kecuali batok
kepalanya yang menongol diluaran, dikala hatinya mulai lega
dan pikiran mulai mengendor itulah kejadian masa lampau
kembali berkelebat didalam benak nya.
Ia teringat kembali akan beratus ratus sosok tulang
tengkorak yang berserakan didalam perkampungan keluarga
Hari itulah rumah keluarganya.
susiok sitelapak naga beracun Thlo Lien setelah
mengutarakan asal usulnya segera bunuh diri, apa
sebabnya???. . suatu misteri
Benarkah si pembunuh keji yang telah membasmi keluarga
Han serta keluarga Thio adalah si Pemilik dari Benteng Maut??
sebab lambang tengkorak berdarah yang ia temukan diatas
dinding ruangan tengahnya persis seperti lambang dari si
pemilik Benteng Maut tersebut. Kalau benar apa sebabnya ia
melakukan pembunuhan tersebut? kembali merupakan satu
misteri ...
Diikuti pelbagai ingatanpun berkelebat di dalam benaknya:
susioknya, sitelapak naga beracun Thio Lien kenapa tidak
memperkenankan dia untuk membalas dendam?? kalau dilihat
sikap paman gurunya tadi jelas dia sudah tahu siapakah
pembunuh keji tersebut, tapi ia tidak mau mengatakannya
keluar, bahkan tidak memperkenankan pula dirinya untuk
mengubur tulang tengkorak yang berserakan itu, apa
sebabnya?
Dengan mempertaruhkan jiwa putranya, sang paman guru
telah menyelamatkan dia dari kematian dan mendidiknya
hingga dewasa, tetapi apa yang kemudian diwaris kan
kepadanya hanya dasar berlatih ilmu tenaga dalam belaka,
sedang jurus silatnya tak sepotongpun yang diwariskan

64
kepadanya, sang susiok mengatakan bahwa ia terikat oleh
sumpah, apakah isi sumpah tersebut??
seluruh keluarganya mati binasa dalam peristiwa berdarah
itu kecuali ibunya seorang yang masih hidup, mengapa???
Iapun teringat kembali akan kesadisan serta kekejian yang
terlihat sewaktu berada didepan Benteng Maut.
Diikuti terbayang kembali wajah adik angkatnya si
pengemis cilik Tonghong Hwie, mungkinkah ia masih ada
kesempatan untuk saling berjumpa muka?...
Mendadak.... ia merasakan sekujur badan nyajadi amat
panas hingga sukar ditahan, bukan saja air kolam.. yang itu
tidak terasa dingin lagi bahkan makin lama terasa semakin
panas bagaikan air mendidih.
Hatinya jadi amat terkesiap. jangan2 air kolam ini
mengandung racun yang awat jahat?? tapi ia tidak merasakan
tanda2 keracunan.
Buru2 tubuhnya merangkak naik keatas tepian. namun...
rasa panas yang menyengat badannya kian lama kian menjadi
dan makin lama bertambah hebat... bagaikan sekujur
badannya dibakar oleh api besar hingga terasa amat sakit.
Hampir saja sianak rnuda itu jadi gila, ia tak kuat menahan
siksaan serta penderitaan yang menyerang tubuhnya..,
pemuda itu segera bergelindingan ditepi kolam, meronta
kesana menekuk kemari.
Tidak lima kemudian ia jatuh tak sadarkan diri.
Entah berapa lama sudah lewat, ketika ia siuman kembali
diri pingsannya terasalah sekujur tubuhnya segar dan nyaman,
rasa sa kit telah hilang lenyap tak berbekas dengan hati sangsi
bercampur curiga segera tanyanya pada diri sendiri:
"Mungkin aku sudah berganti kulit bertukar tulang?? ".

65
Ia bangkit berdiri dan terasalah suasana disekeliling
tubuhnya terasa lebih terang, sinar matanya dapat mencapai
pindangan sejauh ratusan tombak, hatinya jadi amat
kegirangan, setelah ia dapat melihat ditengah kegelapan
berarti keluar dari hutan belantara tersebut bukanlah satu
persoalan yang menyulitkan.
Sinar matanya segera menyapu sekeliling tempat itu,
mendadak beberapa tombak dan ia berdiri saat ini, tepatnya
ditepi sebuah pohon tua pemuda itu menemukan sesosok
bayangan manusia sedang duduk bersila disitu- batinya jadi
amat kegirangan, ia tak mengira kalau ditempat semacam ini
bisa bertemu dengan seseorang, laksana kilat tubuhnya
meloncat kedepan.
Sekali enjot badan ia segera merasakan tubuhnya enteng
bagaikan burung walet, hampir saja badannya menumbuk
diatas tubuh bayangan manusia itu yang bukan lain adalah
seorang kakek tua berambut putih.
Sianak muda ini jadi terperanjat, sekarang ia baru sadar
bahwa tubuhnya bisa enteng pastilah disebabkan kasiat dari
sumber air mujarab dari kulit bumi.
Buru2 dia mundur tiga langkah kebelakang dan menjura
untuk memberi hormat, kata nya :
"Loocianpwee! berhubung boanpwee tersesat jalan hingga
sampai disini, maka mohon sudilah kiranya loocianpwee
memberi petunjuk jalan bagi diriku untuk lolos dari tempat
ini!".
Perkataan itu diulangi sampai tiga kali namun tiada
jawaban, ia segera memperhatikan wajah orang itu lebih
seksama.
"Aaah " Han siong Kie berseru tertahan, bulu kuduknya
pada bangun berdiri dan hatinya jadi amat bergidik. ternyata
kulit badan si kakek tua itu sudah mengering dan layu, yang
tersisa hanya sekerat kerangka manusia belaka, rupanya

66
kakek tua itu sudah banyak tahun menghembuskan napasnya
yang terakhir disitu. Beberapa saat kemudian rasa kaget dan
bergidiknya baru agak reda, pikirnya:
"Apa yang musti aku takuti?? kalau aku tak bisa keluar dari
hutan belantara ini maka keadaan pun tidak akan jauh
berbeda dengan dirinya...".
Ketika dipandangnya mayat itu lebih jelas, maka si anak
muda itu menemukan sekujur tulang kakek tua itu sudah
penuh ditumbuhi lumut hijau yang amat lebat sehingga
sepintas lalu nampaknya seolah2 dia memakai pakaian.
Menyaksikan keadaan itu timbul rasa kasihan didalam
hatinya, iapun lantas bergumam seorang diri:
"Loocianpwee, daripada tulang belulang mu terlantar diatas
bumi, baiklah biar aku kubur secara baik2".
sambil berkata dengan tangannya ia lantas membersihkan
lumut hijau yang tumbuh disekeliling mayat tersebut, tapi
kembali hatinya merasa terperanjat sebab diatas kulit didepan
mayat itu ternyata terukir beberapa huruf dengan amat jelas:
"Air mujarab melindungi badan, kulit dan tulang tak akan
membusuk."
”Bila beberapa tahun kemudian ada orang yang sampai
ditempat ini, tolong kebumikanlah jenasah loohu dibawah
pohon jati bercabang tiga yang tumbuh disebelah timur
kolam".
Membaca tulisan tersebut, dalam hati Kiepun lantas
berpikir:
"Baiklah, aku akan kabulkan keinginanmu itu agar
sukmamu dialam baka bisa jadi tenang".
Di sebelah timur kolam ternyata benar2 terdapat sebuah
pohon jati yang bercabang tiga, maka sianak muda itu sebera
mematah-kan sebuah ranting dan mulai menggali liang kubur

67
dibawah pohon tadi, satu depa... dua depa... tiga depa...
empat depa.
Mendadak.... ujung rantingnya seolah-olah menyentuh
suatu benda yang amat keras.
”Aaaah. mungkin benda keras itu adalah batu karang atau
sebangsanya... biarlah, empat depa pun rasanya sudah cukup
dalam" pikir Han Siong Kie didalam bati.
Belum habis pikiran itu berkelebat didalam benaknya, tiba
tiba permukaan tanah yang dipinjamnya mulai bergerak dan
bergetar keras diikuti benda keras yang berada-didalam tanah
itu mulai munculkan diri dari permukaan tanah can menyeret
tubuhnya ke arah depan.
Kejadian ini tentu saja amat mengejutkan hati sianak muda
itu, matanya jadi terbelalak dan sukmanya terasa hampir
melayang meninggalkan ragarya,
Benda tadi kian lama kian bertambah naik keatas sehingga
akhirnya permukaan tanah mereka dan muncullah seekor kura
kura raksasa yang amat besar sekali sambil menggoyangkan
kepalanya makhluk besar itu perlahan-lahan merangkak
kemuka.
Meskipun kura kura tak dapat melukai orang tetapi makhluk
aneh berbentuk raksasa yang demikian besarnya ini jarang
sekali di dalam kolong langit, hal itu tentu saja membuat
siapapun yang menyaksikan merasakan hatinya bergidik.
Mendadak...kura-kura itu membentangkan mulutnya dan....
wessssss... segulung hawa tekanan yang amat dahsyat segera
menggulung kearah tubuhnya.
Mimpipun Han Sions Kie tak pernah menyangka kalau
mahluk raksssa tersebut dapat memuntahkan hawa tekanan
yang demikian dahsyatnya, dalam keadaan tanpa siap siaga
barang sedikitpun badannya segera terroboh diatas tanah,

68
sementara kura kura tadi segera merangkak kearah depan dan
menindihi diatas tubuhnya....
Tindihan tersebut benar benar sangat kuat terryata sianak
muda itu tak sanggup meloloskan diri, tanpa sadar sukmanya
terasa melayang meninggalkan raganya, ia tak mengira kalau
maksud baiknya hendak mengubur tulang belulang sikakek tua
itu mendatangkan bencana yang demikian anehnya.
Dalam pada itu sikura kura tadi sudah membentangkan
mulutnya yang besar dan menggigit batok kepala Han Siong
Kie.
"Aduuuuh .... mati aku habis sudah nyawaku kali ini ..."
teriak si anak muda itu dengan hati terjelos.
Tapi sungguh aneh sekali, walau sudah lama ia menunggu
namun batok kepalanya sama sekali tidak digigit hancur,
sebaliknya kepala yang berada didalam mulut kura-kura itu
terasa sangat tidak enak badan.
Ketika ia berada dalam keadaan sangat takut menghadapi
kematian yang sealiran hawa panas mengalir masuk lewat
jalan darah Thian Leng Hiat diatas ubun-ubunnya menyebar
keseluruh badan.
Han siong Kie sudah merasa yakin bahwa dirinya bakal
mati, mimpipun ia tak pernah mengira kalau bakal terjadi
peristiwa aneh semacam ini, ia mulai merasa sangsi apakah
dirinya masih hidup dikolong langit? kalau tidak maka ia
pastilah sedang mendapat satu impian yang jelas yang sangat
menakutkan.
sementara itu aliran panas yang menyusup keluar dari
mulut kura kura itu makin lama, semakin deras bahkan
akhirnya deras bagaikan gulungan ombak ditengah samudra.
sejak kecil Han siong Kie mempelajari bagaimana caranya
mengatur pernapasan dan kini tanpa dia sadari dengan
kepandaian yang pernah dipelajari itulah ia menyambut

69
datangnya aliran hawa panas tersebut. kemudian mengatur
melewati urat nadi dan mengelilingi sekujur badan.
Tetapi aliran panas tadi kian lama kian bertambah deras
bagaikan air terjun yang membelah bumi, daya tekanannya
makin lama bertambah makin dahsyat setelah mengelilingi
sekujur tubuhnya hawa panas tadi mulai menerjang kearah
Jen serta Tok dua nadi terpenting.
Han siong Kie merasakan sekujur badannya bergetar keras
dan akhirnya diapun jatuh tak sadarkan diri
Entah berapa saat sudah lewat, perlahan-lahan sianak
muda itu siuman kembali dari pingsannya, ia merasa
pandangannya jadi jernih dan terang, ketika berpaling
kesamping tampaklah si kura-kura tadi sudah meninggalkan
dirinya dan berbaring kurang lebih delapan depa disisi
kalangan.
Ia mengucak-ucak sepasang matanya untuk membuktikan
bahwa apa yang dilihatnya bukanlah impian belaka. ia coba
mengatur pernapasan, terasa hawa murni yang bergelora
didalam badannya menggulung-gulung bagaikan ombak
samudra, bahkan kedua buah urat nadi penting Jien serta Tok
meh yang dimilikipun sudah tertembusi.
Ia jadi tertegun, sianak muda itu tak berani mempercayai
bahwa apa yang telah terjadi merupakan suatu kenyataan,
kura2 ternyata dapat mengerahkan hawa murni untuk
disampaikan kepada manusia.
Kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru sadar
kembali dari lamunan, pelahan-lahan sianak muda itu bangkit
berdiri dan berjalan mendekati sikura-kura tadi.
Ditemuinya kura2 tersebut telah menemui ajalnya,
sementara diatas punggung kura2 itu di terukir serangkaian
tulisan yang kecil rapat dan lembut sekali:

70
Diatas kulit punggung ternyata masih ada tulisannya. hal ini
benar-benar jauh berada diluar dugaan Hansiong Kie, buru2 ia
bersihkan punggung makhluk raksasa tadi dari lumpur serta
kotoran sehingga tulisan tadi dapat terlihat dengan lebih jelas.
serangkaian kata2 pertama yang terbaca olehnya adalah
berbunyi demikian: "Leng Koe sinkang, dihadiahkan bagi
mereka yang berjodoh".
Han siong Kie merasakan jantungnya berdebar amat keras,
ia merasa bahwa kejadian ini merupakan titik tolak dari
sejarah kehidupannya dan iapun merasa bahwa dirinyalah
orang yang berjodoh dengan tenaga murni tersebut.
Dengan perasaan bergolak keras ia membaca tulisan
tersebut lebih jauh.
"Aku adalah Leng Koan sangjien, berhubung mengalami
keadaan jalan api menuju neraka pada tahun Jien Boe maka
akhirnya aku menemui ajal ditempat ini..."
Menggunakan jari tangannya Han siong Kie mulai
menghitung jarak tahun Jien Boe hingga saat itu yang
ternyata sudah terpaut enam puluh lima tahun, dus berarti
Leng Koe sangjien telah enam puluh tahun lebih lamanya
meninggal dunia ditepi sumber air mujarab dari kulit bumi ini,
seandainya tiada kemustajaban air tersebut, mungkin jenasahnya
sudah hancur lebur semenjak dulu kala.
Diapun membaca lebih jauh :
"Kura kura ini sudah enam puluh tahun lamanya mengikuti
diriku, sifatnya jinak dan sudah mendekati kepintaran
manusia, disaat aku hendak menghembuskan napas yang
terakhir, seluruh hawa murni yang ku miliki telah kusalurkan
kedalam lambung kura2 ini. bagi mereka yang berjodoh
memperloleh hawa sakti ini, mala ia berarti akan memiliki
tenaga lweekang bagaikan hasil latihan selama seratus tahun
lamanya....".

71
Sekujur badan Ha« Siong Kie gemetar semakin keras,
gumamnya seorang diri :
"Aku mungkin sedang bermimpi?? aku. ..aku telah
rremperoleh tenaga lweekang bagai kan seratus tahun hasil
latihan?? Kura2 sakti itu telah menyalurkan segenap hawa
murninya kedalam tubuhku??Ooooh!! mulai sekarang aku
mendapat kesempatan untuk membalas dendam sakit
hatiku!".
Diapun membaca lebih lanjut :
"Setelah menyalurkan hawa murninya, kura kura ini pasti
akan mati karena kehabisan tenaga, akan boleh mengubur
bangkainya didalam satu liang bersama diriku! dibelakang ini
aku wariskan pula serangkain ilmu gerakan serta ilmu pukulan
yang merupakan inti sari dari seluruh kepandaian yang
kumiliki sepanjang hidup, setelah berhasil menguasahi
kepandaian tersebut meskipun belum dapat menjagoi dunia
persilatan tanpa tandingan, tetapi kawanan Bu Lim dari
golongan biasa tidak akan dapat mengalahkan dirimu, setelah
rahasia ilmu itu berhasil dihapalkan. ambillah sebuah kantong
kecil yang terikat dibelakang ekor kura kura ini. isi kantong
merupakan sebutir pil penghancur yang dapat menghapus
seluruh tulisan yang tertera diatas punggung kura kura ini.
daripada rahasia kepandaian Sakti tersebut terkisar luas
didalam dunia persilatan"
Han Siong Kie tarik napas panjang-panjang ia membaca
lebih jauh dimana yang tertera merupakan rahasia untuk
melatih ilmu gerakan tubuh, tiga jurus ilmu telapak serta ilmu
Koe Sie Toa Hota yang khusus untuk mengendalikan hawa
darah yang bergerak di dalam tubuhnya.
Koe sie Toa Hoat merupakan kepandaian sakti yang sudah
lenyap dari peredaran Bulim, sungguh tak nyana ia
mempunyai jodoh untuk mempelajarinya, semangat segera
berkobar2 dan rasa girang yang bergelora di dalam dadanya
sukar dilukiskan dengan kata2:

72
Han siong Kie cerdik dan berontak encer, setelah membaca
tiga kali seluruh rahasia ilmu tersebut telah hapal diluar
kepala.
Ilmu gerakan tubuh tersebut bernama "Hoe Keng Keng-im
" atau Cahaya Kilat Lintasan Bayangan, sedangkan ketiga
jurus ilmu pukulan tersebut bernama Leng Koe sam sie, setiap
jurus mengandung sembilan gerakan perubahan, meski untuk
sesaat tak dapat memahami intisari yang sedalamnya, tetapi
sekilas memandang dapat diketahui bahwa kepandaian
tersebut merupakan ilmu pukulan yang sangat ampuh.
Akhirnya diujung paling bawah tertera pula beberapa baris
tulisan kecil yang berbunyi demikian:
"selesai mengerjakan sesuatunya kau boleh tinggalkan
tempat ini . belok tiga kearah timur kemudian putar empat
kearah selatan maka kau telah lolos dari hutan belantara ini?".
Lama sekali sianak muda itu termenung memikirkan
maksud dari belok tiga ketimur putar empat selatan...
beberapa waktu kemudian akhirnya ia berseru tertahan:
"Aaaah, mengerti aku sekarang, yang di maksudkan
pastilah berjalan tiga li ke arah timur kemudian putar ke arah
selatan dan berjalan sejauh empat li, maka aku akan lolos dari
hutan ini ......
setelah merandek sejenak, pikirnya lebih jauh: .
"Kalau aku bisa melayang dari puncak pohon,
pemandangan ke arah depan akan terasa lebih luas, kenapa
aku musti menerobos kesana kemari didalam hutan ini???".
Berpikir sampai disini ia segera meloncat ke atas, terasalah
badannya enteng bagaikan burung walet, loncatannya itu
ternyata berhasil mencapai ketinggian sejauh puluhan tombak.
hal ini malah sebaliknya mengejutkan hatinya, ia segara
melayang keatas dahan dan memandang ke depan.

73
Tampaklah pepohonan amat rapat dan lebat, walaupun dari
tempat ketinggian, tetapi pemandangan yang terlihat tak
dapat mencapai tempat kejauhan, sekarang dia baru
menyadari akan luasnya hutan belantara tersebut.
Kata-kata peninggalan dari Leng Koe sangjien ternyata
memang sangat beralasan sekali, kalau tidak sumber air yang
amat mustajab ini jauh sebelumnya tentu sudah ditemukan
orang kangouw. setelah melompat turun dari pohon, iapun
berpikir:
"seluruh tenaga Iwekang yang ditinggalkan Leng Koe
sangjien telah aku dapatkan semua, meskipun didalam surat
wasiatnya ia berkata bahwa kepandaian tersebut diwariskan
kepada berjodoh, tetapi didalam kenyataan aku sudah terikat
dalam hubungan antara guru dan murid dengan sikakek tua
ini, Tata cara tak boleh dikesampingkan, aku harus
menjalankan penghormatan lebih dahulu didepan layon
guruku kemudian baru menuruti pesan terakhirnya untuk
mengebumikan layannya bersama-sama bangkai kura-kura
itu"
Berpikir sampai disitu diapun maju ke depan dan dengan
hormat menjalankan penghormatan besar sebanyak delapan
kali dldepan jenasah Leng Koe sangjien, bisiknya: "Tecu Han
siong Kie menghunjuk hormat untuk la yon In soe".
selesai berdoa ia bangkit berdiri dan melirik sekejap kearah
liang kubur yang telah dipersiapkan, kemudian membopong
jenasah Leng Koe sangjien dari atas tanah untuk dipindahkan
kearah liang kubur tadi.
Tetapi secara mendadak ia temukan suatu papan batu
dibawah jenasah gurunya itu di atas papan batu terukir pula
beberapa huruf kecil yang berbunyi demikian.
"seandainya kau menganggap saat tadi sudah memperoleh
tenaga lweekang yang tinggi serta ilmu silat yang lihay,
kemudian tinggalkan jenasah diriku tetap terlantar diatas

74
bumi, maka seratus hari kemudian apa yang kau peroleh saat
ini bakal lenyap tak berbekas ..".
Tanpa sadar Han siong Kie merasakan badannya bergidik
keras, diam2 ia bersyukur kepada diri sendiri bahwa ia tak
mempunyai maksud untuk berbuat demikian, kalau tidak
niscaya bencana akan menimpa dirinya.
"singkap papan batu ini, di bawah merupakan ruang bawah
tanah" Han siong Kie angguk-anggukkan kepala-nya dan
berpikir:
"Leng Koen sangjien telah mengatur segala-galanya,
baiklah aku laksanakan menurut pesan terakhirnya".
Maka tanpa banyak komentar ia buka papan batu itu
kesamping hingga muncullah sebuah mulut gua, serangkaian
anak tangga batu menjorok kebawah, suasana dalam gua
terasa terang benderang bagaikan disiang hari, jelas di
sekeliling situ telah dipasang batu permata atau mutiara serta
benda2 berharga sejenisnya.
sesudah ragu2 sejenak. pemuda itu membopong jenasah
dari Leng Koe sangjien dan menuruni undak-undakan batu itu
Pada ujung undak-undakan batu tadi merupakan sebuah
ruangan batu, dalam ruangan hanya tersedia bangku, meja
serta sebuah pembaringan, sedang pada atap ruangan
terdapat sebutir mutiara besar yang memancarkan cahayanya
menerangi seluruh ruangan, pada ujung dinding terdengar
suara rintikan air yang memancar ke bawah dan mengalir
keluar gua.
Han siong Kle segera membaringkan jenasah dari Long Koe
sangjien diatas pembaringan batu yang disisinya terukir
beberapa hurup yang berbunyi demikian:
"Disinilah manusia dan kura kura bersemayam"

75
Kemudian pemuda itu keluar lagi dari ruangan untuk
membopong masuk bangkai kura-kura tadi untuk kemudian di
baringkan di sisi jenasah Leng Koe sangjien.
setelah itu barulah ia mengambil butiran obat diekor kurakura
tadi, telah dicampur dengan air segera di usapkan diatas
punggung kura-kura, tulisan yang yang tertera diatas kulit
makhluk itupun seketika lenyap tak berbekas.
Mendadak.... terdengar suara gemerisik yaag amat nyaring
bergema memecahkan kesunyian secara tiba-tiba
pembaringan batu itu bergerak turun ke arah bawah.
Han siong Kie yang menjumpai keadaan itu jadi amat
terperanjat, dengan termangu-mangu ia awasi pembaringan
batu tadi turun kebawah hingga mencapai lima depa dan
berhenti, kemudian sebuah papan baru perlahan-lahan muncul
dari arah samping dan tepat menutupi liang bekas tempat
pembaringan batu tadi
Keadaan ruanganpun dengan cepat pulih kembali seperti
sedia kala, kecuali kurang selembar pembaringan.
"Aaaah... sungguh suatu persiapan yang amat masak " seru
sianak muda itu tanpa sadar.
Belum ia berkata tampak selembar kertas melayang jatuh
dari atas atap ruangan, ia segera pungut kertas tadi dan
membaca isinya :
"Hati jujur dan tulus ikhlas, bocah cilik, kau memang
mengembirakan hatiku.".
Membaca sampai disini Han siong Kie tak tertahan tertawa
geli, pikirnya:
"Apakah pada enam puluh tahun berselang Leng Koe
sangjien telah dapat menduga kalau orang yang bakal tiba
disini adalah seorang pemuda yang masih muda belia seperti
aku??? atau adalah seorang kakek tua, ucapan si "bocah cilik"

76
itu bukanlah bisa dijadikan suatu lelucon yang sangat
menggelikan???".
Bepikir sampai disini, iapun meneruskan kembali membaca
surat tersebut:
".... Sumber air didalam batu merupakan sumber utama
dari air mujarab, siapa yang minum air tersebut dapat
menghilangkan rasa lapar dan rasa dahaga. Meskipun kau
telah berendam didalam sumber air hingga berganti kulit
tulang dan memperoleh pula hawa murni yang disalurkan
kura-kura sakti, tetapi kau harus merendamkan diri lagi
selama tiga hari didalam sumber mata air yang ada di dalam
ruangan ini, dengan begitu hawa murni yang didapatkan baru
bisa bergabung jadi satu dengan hawa murni didalam badan.
sedangkan untuk melatih ilmu Koe sie Toa Hoat kaupun harus
mengandalkan kekuatan dari sumber mata air ini, seratus hari
kemudian bisa diharapkan suatu hasil yang gemilang,
kemudian dengan segenap tenaga hantamkan ke arah sumber
mata air ini sebanyak tiga kali, apa bila tidak menemukan
suatu pertanda apapun, berlatihlah kembali selama seratus
hari..."".
Berbicara sampai disini Han Siong Kia pun sudah mengerti
apa yang dimaksudkan oleh Leng Koe sangjien, maka diapun
mengikuti petunjuk tersebut dan mulai berlatih diri didalam
ruang batu itu.
Seratus hari dalam sekejap mata sudah lewat, terhadap
kepandaian silat yang diwariskan Leng Koe sangjien di atas
punggung kura-kuranya pun sianak muda itu sudah hapal di
luar kepala.
Dengan perasaan hati yang bergolak keras ia menatap
dinding batu dimana terdapat sumber mata air tajam2, lama
sekali ia memandang namun belum juga mengerti apa yang
dimaksudkan gejala aneh oleh gurunya, ia harusnya merasa
bahwa semua persiapan itu diatur dengan amat sempurna dan
misterius.

77
Maka diapun menghimpun segenap tenaga-nya kedalam
telapak kemudian melancarkan tiga buah serangan dahsyat ke
arah dinding batu dimana terdapat sumber mata air itu
Suara ledakan dahsyat segera menggeletar memekikkan
telinga, dinding batu dimana terdapat sumber mata air tadi
setelah termakan oleh pukulan yang amat dahsyat tadi
mendadak bergerak tiga depa kedalam dan lenyaplah sumber
mata air tadi.
000dewi000
BAB 5
DENGAN wajah tertegun Han siong Kie berdiri menjublak
ditempat semula, ia tidak habis mengerti apa yang
dimaksudkan mendiang gurunya untuk berbuat begitu.
criiing... tiba2 terdengar suara gemerincingan bergema
disisi tubuhnya diikuti terasalah sebuah benda yang
memancarkan cahaya berkilauan secara tiba2 terjatuh dari
atas dinding gua tersebut.
Ia segera mendekati benda tadi mau mengambilnya yang
ternyata bukan lain adalah sebuah telapak tangan terbuat dari
tembaga hitam, diikuti secarik kertaspun melayang jatuh
kebawah.
Dengan hati tercengang dipungutnya pula kertas tadi, tapi
dengan cepat si anak muda itu sudah berteriak keras dengan
sekujur badan bergetar keras: "Aaaah. Hoed Chiu Poo Pit...
kitab pusaka Tangan Buddha ....".
Ia teringat kembali akan ucapan dari susioknya si telapak
naga beracun Thio Lien
yang pernah menceritakan kepadanya akan kisah benda
pusaka yang tak ternilai harganya itu, sungguh tak nyana
akhirnya benda tadi ditemukan olehnya.

78
Di atas Hoed Chiu Poo Pit tersebut termuat serangkaian
ilmu silat yang maha sakti yang disebut tlmu "sie Mie sinkang"
kepandaian ini begitu dahsyat sehingga ilmu" Toan Yoe
sinkang" dari partai siauw limpun tak sanggup untuk
menandingi, hanya jarang sekali ada orang yang pernah
menyaksikan sendiri kehebatan ilmu tersebut.
sepasang tangannya mulai gemetar keras, ia pejamkan
matanya rapat-rapat dan berusaha keras menenangkan
hatinya yang bergolak keras.
Ia terbayang kembali akan suasana di dalam
perkampungan keluarga Han, tulang tengkorak berserakan
dimana-mana... dua ratus jiwa ditambah jiwa susioknya si
telapak naga beracun Thio Llen sekeluarga, semua-nya telah
musnah ditangan si Tengkorak darah.
Dendam kesumat seperti ini lebih dalam dari samudra, rasa
bencinya lebih besar dari langit, Bagaimanapun juga sakit hati
ini harus dituntut balas.
Tengkorak darah... si Pemilik Benteng Maut, tak dapat
membayangkan sampai di manakah lihaynya ilmu silat yang
dimiliki pihak lawan, sebab si pengemis dari selatan serta si
padri dari utara pun bukan tandingannya semua, tetapi
seandainya ia berhasil mempelajari ilmu see Mi ciang?
sinar matanya dialihkan kembali keatas kertas itu dan
membaca lagi isinya:
"Hod Chiu Poo Pit berhasil aku dapatkan pada tiga puluh
tahun berselang, tetapi didalam melatih kepandaian tersebut
ternyata aku menderita jalan api menuju neraka, saat itulah
aku baru sadar bahwa kitab pusaka ini semestinya terdiri dari
kiri dan kanan, tapi keadaan sudah terlambat dan
menyesalpun tak ada gunanya, Kitab yang ku dapatkan adalah
bagian yang kanan, dimanakah yang sebelah kiri aku
sendiripun tak habis mengerti, kejadian itu merupakan suatu
hal yang patut disesalkan sepanjang hidupku, bagi mereka

79
yang berjodoh apabila berhasil memenuhi harapanku dengan
menggabungkan sepasang telapak tangan itu hingga berhasil
melatih ilmu yang sangat dahsyat tanpa tandingannya
dikolong langit ini, akupun akan ikut tersenyum dialam baka".
Han siong Kie merasakan hatinya terjelos, kalau memang
Hoed Chiu Poo Pit terdiri dari sepasang, lalu yang separuh dia
harus pergi cari dimana.?
Jagad begini luas dan lebar, untuk menemukan separuh
belah benda pusaka sudah tentu merupakan suatu kejadian
yang amat sulit.
seandainya telapak Budha yang lain tidak berhasil
ditemukan, bukankah yang sebelah ini sama artinya dengan
benda yang tak berharga?? Leng Koe sangjien yang begitu
lihaypun, hanya kurang hati-hati mengakibatkan kematian
yang disesalkan untuk selama nya, apalagi dia?
-000dewi0kz000-
Jilid 3
LAMA sekali ia termenung... akhirnya pemuda itu jatuhkan
diri berlutut ke arah pembaringan batu yang telah lenyap di
bawah tanah itu, katanya dengan suara lirih:
"suhu, walaupun kau telah meninggal dunia tetapi budi
pemberian tenaga lwekang tak akan pernah lenyap dari
benakku, selama tecu masih hidup dikolong langit pasti akan
berusaha keras untuk menyelesaikan harapan dari suhu ini
sampai mati baru berhenti "
Habis berdoa ia bangkit berdiri, memasukkan tangan
Buddha berwarna hitam itu ke dalam sakunya dan keluar dari
ruang batu, kemudian tutup pula mulut gua dengan papan
batu dan menutup papan batu tadi dengan tanah sehingga

80
siapapun tak akan menduga kalau dibawah tanah masih
terdapat ruangan batu.
Menanti ia berpaling kearah sumber air mujarab, pemuda
itu jadi tertegun, kiranya kolam air mujarab telah mengering,
setitis airpun tidak nampak. yang tersisa hanyalah sebuah
liang tanah yang luas. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena
tersumbat-nya sumber air didalam gua.
Memandang langit yang biru diangkasa, Han Siong Kie
merasa bagaikan baru saja mendusin dari suatu impian yang
aneh.
Dalam seratus hari ia telah berubah jadi seorang manusia
yang lain, seorang jago dengan tenaga lweekang yang amat
semcurna serta rangkaian ilmu silat yang sakti.
Pertama, ia teringat kembali akan saudara angkatnya yang
nakal sipengemis cilik Tonghong Hwie, entah saat ini ia telah
berkelana sampai dimana?? ia merasa bahwa dengan
kepandaian yang dimilikinya sekarang mungkin sudah cukup
untuk menjadi toakonya.
Ia tertawa bangga dan sebera kerahkan ilmu meringankan
tubuhnya keluar dari hutan itu.
suasana dalam hutan itu sudah tidak segelap waktu ia
datang semula, karena pandangan matanya dapat melihat di
tempat kegelapan. sesuai dengan pesan dari Leng Koe
sangjin, setelah berjalan tiga li ke arah timur kemudian putar
kearah selatan sejauh empat li, ia benar2 sudah lolos dari
hutan belantara tersebut.
Setelah melewati sebuah hutan kecil, di hadapan matanya
terbentanglah sebuah bukit yang tak begitu tinggi.
Dari puncak itu dia memandang ke bawah, tampaklah di
suatu bagian adalah sebuah kota kecil, arah lain merupakan
sungai dengan sebuah benteng kuno yang berdiri dengan

81
angkernya ditengah sungai, itulah Benteng Maut tempat
angker bagi seluruh umat Bu lim.
Han siong Kie merasakan darah panas dalam dadanya
bergelora keras, api dendam berkobar dengan hebatnya
membuat sorot mata yang memancar ke luar nampak begitu
mengerikan dan menakutkan.
Membalas dendam ingatan ini berkelebat dalam benaknya,
sambil menggertak gigi ia mengirim satu pukulan udara
kosong ke depan.
Tiba2 ia temukan bahwa pakaian yang di kenakan olehnya
sudah kumal dan hancur tak karuan, perutpun terasa lapar.
dalam hati segera pikirnya:
"Lebih baik aku membeli pakaian dulu di kota sebelah
depan sana, setelah perut terasa kenyang barulah pergi ke
Benteng Maut untuk mencari setori ...." Berpikir demikian ia
lantas turun gunung dan langsung menuju kearah kota
terdekat.
sekonyong2... terdengar desiran angin tajam
berkumandang memecahkan kesunyian, disusul munculnya
beberapa sosok bayangan manusia di tempat itu.
Tujuan Han siong Kie pada saat ini adalah pergi ke kota
untuk ganti pakaian dan menangsel perut kemudian pergi ke
Benteng Maut untuk mencari balas, terhadap orang2 tadi ia
malas untuk memperdulikannya, melihat datangnya beberapa
sosok bayangan manusia, badannya segera menyingkir
kesamping untuk memberi jalan. "Berhenti"
Suara bentakan keras bergetar memekikkan telinga, tujuh
sosok bayangan manusia dengan cepatnya meluncur datang
dan menghadang jalan perginya. Pemuda she Han ini terpaksa
berhenti dan angkat kepalanya memperhatikan orang2 itu.
Tampaklah diantara mereka bertujuh ada tiga orang adalah
kakek tua dan empat orang lainnya merupakan pria kekar,

82
wajah mereka menunjukkan rasa takut dan jeri yang tak
terkirakan.
Begitu masing2 pihak saling berjumpa, ketujuh orang itu
sama2 berseru tertahan, rupanya mereka dibikin terperanjat
oleh keadaan Han siong Kie yang mengenaskan itu.
Terdengarlah salah seorang kakak tua itu dengan alis berkerut
sebera menegur:
"Engkoh cilik, apakah kau terluka?"
Dengan sikap hambar Han siong Kie gelengkan kepalanya,
mulut tetap membungkam dalam seribu bahasa.
"Engkoh cilik kau hendak pergi ke mana?" kembali kakek
tua itu bertanya. "Aku mau pergi ke kota"
"Aduh... jalan ini tak bisa dilewati, lebih baik kaupilih jalan
yang lain saja."
"Kenapa?? apa salahnya aku lewat sini."
Dengan wajah menunjukkan kengerian serta keseraman
yang tebal, kakak tua itu menyahut:
"Janganlah bertanya mengapa, dengarkanlah perkataan
dari aku orang tua pasti tak akan salah lagi, cepatlah putar
badan dan tinggalkan tempat ini."
"Hmm terima kasih petunjukmu "sahut Han siong Kie ketus,
begitu selesai berbicara ia segera melayang sejauh tiga
tombak dari tempat semula.
Melihat sikap si anak muda itu, si kakek tua yang lain
diantara ketujuh orang itu segera berseru:
" Kalau memang keparat cilik itu pingin menghantar
kematiannya sendiri, perduli amat kita mesti mengurusi dia,
ayo berangkat. janganlah memancing api membakar tubuh
sendiri"

83
Sebetulnya dari pembicaraan beberapa orang itu Han siong
Kie sendiripun dapat menangkap akan suatu keadaan yang
tidak beres, tetapi sebagai seorang pemuda yang berjiwa
panas terutama baru saja memiliki kepandaian silat yang
maha sakti, disamping itu dalam benaknya kecuali memikirkan
bagaimana caranya membalas dendam terhadap Benteng
Maut tidak memperhatikan persoalan lain, maka walaupun
sudah diperingatkan tetapi ia tetap nekad meneruskan
perjalanannya.
Beberapa saat kemudian sampailah pemuda itu di dalam
sebuah hutan To yang luas dan rimbun, daun dan ranting
tumbuh dengan suburnya, sebuah jalan kecil terbentang
menembusi hutan tersebut.
Belum jauh ia berjalan memasuki hutan tadi, terciumlah
bau amis darah yang amat menusuk penciuman berhembus
lewat dari sisi kiri kanannya.
Han siong Kie terperanjat dan segera memperhatikan
gerakan tubuhnya, begitu ia berpaling bulu kuduknya segera
pada bangun berdiri, ia bersin beberapa kali dan berdiri
terbelalak.
Terlihatlah di tepi jalan berserakan beberapa puluh sosok
mayat yang menggeletak di atas genangan darah segar,
keadaan mayat2 itu mengerikan sekali, batok kepala mereka
hancur berantukan dan otak berserakan di empat penjuru, bau
busuk yang memuakkan tersiar di empat penjuru membuat
perut orang jadi mual.
Ia berdiri menjublek. siapakah yang telah melakukan
pembunuhan kejam diluar perikemanusiaan ini???
Tiga orang kakek serta empat orang pria kekar tadi
melarang dirinya maju lebih ke depan bahkan mengajak ia ber
sama2 melarikan diri dari situ, apakah hal itu disebabkan
karena peristiwa pembunuhan sadis ini? lama sekali ia berpikir
tapi tak sesuatu apapun yang berhasil dipecahkan olehnya.

84
setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya, si anak
muda itupun meneruskan kembali perjalanannya menerobos
Hutan, sepanjang jalan kembali ia temukan mayat manusia
yang menggeletak di tepi jalan, keadaan dari mayat2 tidak
jauh berbeda dengan apa yang dilihatnya di tepi hutan tadi,
batok kepalanya hancur remuk serta otak yang berceceran di
atas lantai.
Makin melibat Han siong Kle merasa semakin terperanjat,
pembunuhan brutal Benar-benar merupakan suatu peristiwa
berdarah yang mengerikan hati.
Pada saat itulah... sesosok bayangan manusia berkelebat
lewat di dalam hutan itu, langkahnya ter-buru2 dan
sempoyongan.
sekilas memandang Han siong Kle merasakan hatinya
tergetar keras, bukankah orang itu adalah sipengemis dari
selatan salah satu diantara dua tokoh lihay dunia persilatan??
kalau dilihat dari keadaannya diapun menderita luka parah.
Jangan2 diapun terluka ditangan pembunuh yang
membinasakan korbannya dengan menghajar remuk batok
orang?? atau mungkin...
Diam2 sianak muda ini bergidik juga hatinya, ia tahu si
pengemis dari selatan serta si Padri dari Utara adalah tokoh2
sakti di dalam dunia persilatan, tetapi mereka dapat jatuh
kecundang ditangan orang, hal ini bisa membuktikan betapa
dahsyatnya serta sempurna nya tenaga lwekang yang dimiliki
orang itu.
Berpikir demikian, buru2 ia maju menyongsong kedatangan
si pengemis itu sambil menjura.
"Locianpwe harap tunggu sejenak".
si Pengemis dari selatan menghentikan gerakan tubuhnya
dan memperhatikan sekejap seluruh tubuh si anak muda itu,

85
kemudian dengan wajah terkejut bercampur sangsi serunya:
"Kau...kau. . . "
"Cayhe she Han bernama siong Kie"
"Apakah kau telah bergebrak melawan perempuan iblis
itu???"
"Perempuan iblis?? siapa???" tanya Han siong Kie setelah
tertegun beberapa saat lama nya, ia tidak mengerti apa yang
dimaksudkan si pengemis tua itu.
"Im sat si Malaikat berhawa lm kang, Mo sioe Ing"
"siapakah orang itu?? cayhe sama sekali tidak mengenal
atau bertemu dengan dirinya"
"Apakah engkau benar2 tidak kenal dengan iblis
perempuan itu?? kalau begitu aku si pengemis tua sudah salah
melihat... Tapi kenapa keadaanmu begini mengenaskan???"
Han siong Kie tundukkan kepalanya dan memperhatikan
sekejap pakaian yang dikenakan, sebenarnya dia ingin
menceritakan pengalaman selama berada di dalam hutan
belantara
tapi ingatan lain dengan cepat berkelebat dalam benaknya
"Haah, lebih baik aku merahasiakan pengalaman aneh itu
saja"
"oh kemarin malam cayhe telah bertemu dengan kawanan
serigala liar habis sudah pakaianku di koyak2 oleh makhluk
sialan itu"
"Hey bocah keparat berada didepan Budha lebih baik tak
usah pura2 pasang hio" tukas si pengemis dari selatan dengan
mata melotot "Meskipun kawan serigala itu ganas aku rasa
mereka takkan bisa mengapa-apakan, aku si pengemis tua
yakin bahwa sepasang mataku belum buta dengan
kesengsaraan serta ketajaman pandangan matamu, aku
percaya bahwa tenaga lwekangmu sudah mencapai pada taraf

86
yang tak tercapai oleh kawanan Bu lim biasa". Merah jengah
selembar wajah Han Siong Kie.
"Sungguh tajam penglihatan si pengemis tua ini" pikirnya di
dalam hati, sementara di luaran ia menyahut dengan nada
ketus:
"Percaya atau tidak terserah pada diri locianpwe sendiri,
yang pokok aku memang mengalami kejadian tersebut".
"Baik, omong kosong tiada gunanya" seru si pengemis dari
selatan sambil mengetukkan tongkat bambunya ke atas tanah.
"Kemungkinan besar si iblis perempuan itu akan balik lagi
setelah berlalu dari sini, cepat2lah kau meninggalkan tempat
ini".
"Huuh Si iblis Im Sat Mo Sioe Ing paling banter hanya
seorang perempuan, sampai di mana sih keganasan serta
kepandaiannya? aku pingin tahu..."
"Hey Bocah cilik, kau betul2 seorang manusia yang tak tahu
tingginya langit dan tebalnya bumi, apakah kau tidak
menyaksikan tumpukan mayat yang bergelimpangan diluar
hutan sana???"
"sudah lihat, kenapa??"
" Kalau kau tidak ingin batok kepalamu ikut hancur
berantakan terhajar oleh pukulan mautnya, lebih baik
cepat2lah tinggalkan tempat ini". Han siong Kie segera
tertawa hambar:
"Hmm cayhe ingin sekali menjajal kepandaian yang dimiliki
si iblis Im Sat Mo sioe Ing, aku pingin tahu malaikat iblis itu
terdiri dari manusia yang bagaimana macam raganya".
seluruh rambut dan jenggot si pengemis dari selatan
bergetar keras dan menegang bagaikan kawat, sambil tertawa
keras serunya

87
"Haaahhh...haaahhh.. haah... bocah cilik kau memang
sangat bernyali dan cocok sekali dengan selera aku si
pengemis tua, tetapi aku perlu memberitahukan kepada-mu..
jangan di bilang kau, sekalipun aku si pengemis tua juga
bukan tandingannya"
"Apakah locianpwe terluka ditangannya??".
"Ehmm aku si pengemis tua memang tidak becus, untuk
kesekian kalinya telah jatuh kecundang ditangan orang."
Hati Han siong Kie jadi bergerak, ia tahu yang dimaksudkan
si pengemis selatan sebagai ke sekian kalinya. pastilah
dimaksudkan tiga bulan berselang ia telah jatuh kecundang
ditangan pemilik Benteng Maut dan sekarang jatuh kecundang
kembali ditangan Im Sat si malaikat hawa Im.
Kendati begitu ia tidak mengatakannya ke luar, sambil
alihkan pokok pembicaraan tanyanya:
" Kenapa sih si malaikat hawa im Mo sioe Ing suka
membunuh orang?"
"Haah.....haah... haah... bocah cilik, pertanyaanmu ini
memang paling tepat kalau diajukan kepadaku, sebab
pertanyaan tersebut kecuali aku si pengemis tua mungkin
jarang sekali ada orang yang dapat memberikan jawaban yang
tepat bagimu."
Timbul rasa ingin tahu dalam hati si anak muda itu,
semangatnya berkobar kembali dan serunya:
"Benarkah locianpwe adalah satu2nya orang yang
mengetahui kejadian sebenarnya."
"Maksudku bukan begitu, cuma saja aku sipengemis tua
adalah salah satu diantara sekian banyak korban yang berhasil
meloloskan diri dari tangan keji si malaikat Im sat Mo siau Ing
karena aku dapat menerangkan sedikit gejala yang berhasil
kuketahui. "

88
"silahkan cianpwee memberi keterangan "
"Baik, aku memang merasa berjodoh setelah bertemu
dengan dirimu, di situ ada hutan mari kita kesana saja, aku
sipengemis tua agak haus dan ingin minum dulu."
Berangkatlah kedua orang itu menuju hutan, setelah ambil
tempat duduk si pengemis dari selatan segera melepaskan
cupu2 araknya dan meneguk isinya dengan lahap kemudian ia
berkata.
"Arak ini adalah Tan Cau arak paling bagus di daerah sini
hei bocah ayo minumlah setegukan".
sambil berkata ia segera angsurkan cupu2 arak itu ke
depan Han siong Kie menerima dan ikut meneguk satu
tegukan.
"Hmm tidak salah memang arak bagus" serunya kemudian
sambil mengangguk tiada hentinya.
Pengemis dari selatan menyambut kembali cupu2nya dan
meneguk hingga isinya ludes, setelah itu sambil menyeka
mulut katanya:
"Bocah cilik, sekarang dengarkanlah baik-baik dua puluh
tahun berselang di dalam dunia persilatan telah muncul
sepasang muda mudi yang masih muda belia, yang lelaki
punya wajah tampan sedang yang perempuan berwajah cantik
jelita tetapi ilmu silat yang mereka miliki sangat lihay sekali,
hati mereka kejam dan tindak tanduknya telengas, pria itu
oleh orang kangouw disebut Yan Sat si malaikat hawa Yang,
Ko soe Kie, sedang yang wanita...".
"Yang perempuan pastilah Im sat Mo sioe Ing, bukan
begitu?? "
"sedikitpun tidak salah, kau jangan menimbrung terus,
dengarkanlah kisahku ini, kedua orang tersebut adalah
sepasang suami istri yang saling cinta mencintai, disamping itu
kedua orang muda mudi itupun mempelajari semacam ilmu

89
silat yang keji dan luar biasa ngerinya disebut "Hian lm Koei
Jiauw". Cakar setan pukulan dingin, tidak sampai satu tahun
mereka muncul di dalam dunia persilatan sudah ada ratusan
orang jago lihay yang menemui ajalnya di ujung cakar setan
"Hian Im Koei Jiau " tersebut, kejadian ini segera
menggemparkan seluruh dunia persilatan, semua jago baik
dari kalangan Hek-to maupun Pek to sama2 keder terhadap
mereka sedang badai darah masih saja melanda di mana2 .....
"
"Masa di dalam dunia persilatan yang begitu luasnya tak
ada seorang manusia pun yang sanggup menandingi Im Yang
siang Sat sepasang malaikat Im dan Yang...? "
"Boleh dibilang begitu".
"Bagaimana kalau dibandingkan Tengkorak maut??".
"Kau maksudkan si pemilik benteng maut??" tanya
pengemis selatan setelah tertegun sejenak.
Han siong Kie mengangguk tanda membenarkan:
"Bagaimanakah raut wajah yang sebenarnya diri si
Tengkorak Maut hingga kini masih merupakan suatu teka-teki
yang sulit untuk dijawab, tetapi kalau menurut penilaian dari
aku si pengemis tua jelas tenaga dalam yang dimiliki
tengkorak maut dari Benteng Maut jauh lebih dahsyat dari Im
Yang siang sat, tetapi berhubung mereka belum pernah saling
bergebrak maka pertanyaan itu sulit untuk dijawab. sekarang
dengarkanlah dulu kisah lebih lanjut.:."
"Hmm, bukankah kau serta si padri dari utara telah
dilempar ke luar dari benteng sebanyak dua kali oleh pemilik
Benteng Maut ??" pikir Han siong Kie di dalam hati." Bahkan
terakhir kalinya kalian ke luar dalam keadaan mengenaskan
sekali, kalau dikata-kan raut wajah pemilik Benteng Maut
belum pernah diketahui, ucapan ini bukankah suatu
pembohongan secara besar2an??? mungkin di balik
kesemuanya ini masih terkandung latar belakang lain."

90
Belum habis ia berpikir, terdengar si pengemis dari selatan
telah mendehem dan memutuskan kembali kata2nya:
"Tindak tanduk dari Im Yang siang Sat segera memancing
kegusaran umat Bu lim, sebanyak tiga kali para jago dari
kalangan Hek to serta Pek to berkerja sama untuk menumpas
mereka berdua, soal hasil bukan saja usaha itu gagal total
bahkan lebih banyak orang yang jadi korban. "
"Locianpwejuga termasuk salah satu diantara
pengeroyok..."
"Tidak, berhubung ada urusan lain aku si pengemis tua
tidak hadir di dalam peristiwa itu"
"Waah, kalau begitu bukankan umat Bu lim terpaksa
membiarkan Im Yang siang Sat meraja lela di dalam dunia
persilatan??"
Beberapa tahun pengalaman memang demikian, tetapi
pada sepuluh tahun berselang mendadak Yang Sat si malaikat
hawa Yang, Ko see Kie lenyap tak berbekas, menurut kabar
berita yang tersiar katanya ia telah dibasmi oleh seorang Bu
lim cianpwee yang misterius, Im Sat yang gagal menemukan
musuh besarnya segera melampiaskan kegusarannya di atas
tubuh orang2 Bu lim, setiap tahun ia muncul dirinya satu kali
dan setiap kemunculannya pasti membunuh seratus orang
banyaknya."
"Aduh mak "teriak Han siong Kie sambil menjulurkan
bibirnya. " Kalau begitu selama sepuluh tahun bukankah ia
telah membinasakan seribu orang??" si pengemis dari selatan
menghela napas panjang.
"Itu sih tidak. sebab kemunculan si iblis perempuan itu
membunuh orang baru berlangsung sejak tiga tahun
berselang " katanya.
"Kalau begitu kejadian ini benar2 membingungkan orang".
"kenapa??? "

91
"Kalau dikatakan Yang sat si malaikat hawa Yang, Ke see
Khie adalah mati karena di basmi seorang tokoh sakti
persilatan, mengapa tokoh sakti tadi tidak sekalian membasmi
Im sat si malaikat hawa Im dari muka bumi?? sehingga
mengakibatkan si malaikat hawa Im yang sakit hati
melampias-kan amarahnya kepada umat Bu lim""
"Aai. ..bocah cilik, perkataanmu memang betul, yang jelas
peristiwa itu hingga kini masih tetap merupakan suatu teka
teki".
"Apakah orang2 yang ada di dalam Bu lim adalah manusia2
kurcaci yang hanya mementingkan diri sendiri??? " seru Han
siong Kie dengan hati mendongkol.
" Ucapanmu tepat sekali " pengemis dari selatan
mengangguk. " Kalau tidak si malaikat hawa Im sat Mo sioe
Ing tidak akan selatan dan sejumawa ini".
"Hmm kalau ada kesempatan aku hendak menemui iblis
perempuan itu".
"Bocah, semangat serta keberanianmu patut dipuji, kau
anak murid dari perguruan mana??"
”Leng Koe sangjien!"
”Apa??? coba kau ulangi satu kali lagi!”
"Leng Koe Sangjien!".
"Haaaaah,..haaaah...haaaah bocah cilik kau jangan
mengibul terlalu gede hati2 kalau mulutmu ditampar orang
Tahun ini kau kau berusia berapa??? Leng Koe Sangjien
adalah seorang tokoh sakti yang sudah tersohor namanya
sejak seratus tahun berselang..."
"Aku adalah anak muridnya yang mendapat ilmu silat dari
peninggalannya siorang tua itu !".
"Ooooh jadi kau telah mendapat kitab ilmu silat
peninggalannya??..."

92
"Sedikitpun tidak salah!”
"Tidak aneh kalau omonganmu begitu gede dan
jumawanya luar biasa kiranya kau sudah mendapatkan
warisan ilmu silat dari tokoh sakti itu kalau memang demikian
adanya kau boleh saja untuk coba bergebrak melawan
simalaikat berhawa Im!' '
Satu ingatan berkelebat dalam benak Hao Siong Kie segera
serunya:
"Locianpwee..."
"Tunggu sebentar! "tukas sipengemis selatan sambil
goyangkan tangannya mencegah sianak muda itu berbicara
lebih lanjut. „Kalau memang kau adalah ahli waris dari Leng
Koe Sangjieo, maka kalau dibicarakan dan soal tingkatan
maka aku sipengemis tua masih kalah satu tingkat darimu,
demikian saja kau boleh panggil aku sebagai engkoh tua
sedang aku panggil kau sebagai adik kecil setuju??
„Soal ini ... eeei ., mana boleh jadi "seru Han Siong Kie
dengan gugup "Locianpwee".
"Siau loote, kau tak usah pura2 banyak jual lagak lagi, aku
sipengemis tua paling benci dengan perbuatan semacam itu! '
Mimpipun Han Siong Kie tak pernah menyangka kalau
seorang tokoh silat Bu lim yang mempunyai kedudukan sangat
tinggi di dalam Bu lim memaksa dirinya untuk menyebut
dalam satu tingkatan yang sama dengan dirinya, bila kejadian
ini berlangsung pada tiga bulan berselang...pada saat itu
macam apakah keadaan dirinya?? tanpa terasa merah jengah
selembar wajahnya.
"Yaaah... yaaah... sudahlah daripada aku tampik lebih baik
aku menurut saja, siaute akan merasa bangga dengan
peristiwa ini. "
"Tak usah banyak ngomong yang tak sedap didengar, kau
ada urusan apa hendak di katakan??, sekarang katakanlah"

93
sekilas rasa sedih gusar dan penuh rasa dendam terlintas
diatas wajah Han siong Kie yang tampan dengan sorot mata
memancar-kan kebencian serunya dengan suara berat:
"Engkoh tua, apakah engkau pernah memasuki Benteng
Maut???"
"Kau maksudkan Benteng maut?” ulang sipengemis dari
selatan dengan hati tergetar keras.
"sedikitpun tidak salah"
"Aku pikir dikolong langit dewasa ini mungkin tak
seorangpun yang bisa keluar dari istana maut dengan selamat
setelah memasuki tempat itu"
"Tetapi pada tiga bulan berselang bukankah engkoh tua
serta padri dari utara memasuki tembok dinding benteng
maut??"
Mendapat pertanyaan itu sipengemis dari selatan tertawa
getir. "Tidak salah aku memang mengalami kejadian seperti
itu"
"Bukankah waktu itu engkoh tua seperti padri dari utara
berhasil keluar dari benteng dalam keadaan hidup???"
"sedikitpun tidak salah, kami memang berhasil keluar dari
benteng dalam keadaan hidup, tetapi keberhasilan kami itu
bukanlah disebabkan karena kami andalkan ilmu silat yang
kami mliki ...."
"Lalu mengandalkan apa??? "
"saudara cilik, rahasia ini hanya kuberitahukan kepada
dirimu seorang, harap jangan kau ceritakan kepada orang lain,
kami bisa lolos keluar dari benteng itu dalam keadaan selamat
adalah lantaran sipemilik benteng maut telah melepaskan
kami keluar"
Tercekat hati Han Siong Kie sehabis mendengarkan
perkataan itu, dengan kepandaian silat yang dimiliki

94
sipengemis dari selatan serta padri dari utara pun ternyata
mereka masih membutuhkan belas kasihan orang untuk
dilepaskan, bisa dibayangkan sampai dimanakah kedahsyatan
serta kesempurnaan ilmu silat yang dimiliki pendiri Benteng
maut.
Tetapi ingatan tersebut hanya sekilas saja berkelebat
didalam benaknya, rasa benci dan dendam telah mengalahkan
se-gala2 nya, menghilangkan rasa takut yang mencekam
hatinya.
segera ia bertanya lebih jauh:
"Engkoh tua, tolong tanya tengkorak maut dari benteng
maut itu sebenarnya macam apa sih bentuk wajahnya??.
"Mau apa kau tanyakan persoalan ini ?" seru pengemis dari
selatan dengan hati tercekat.
Dalam benak Hansiong Kie segera terlintas kembali
pemandangan dikala susioknya sitelapak naga beracun Thio
Lien membawa dirinya masuk kedalam perkampungan
keluarga Han ditengah malam yang basah oleh hujan deras,
pemandangan yang mengerikan kembali terlintas didalam
benaknya, dua ratus jiwa anggota keluarga Han telah berubah
jadi tulang tengkorak manusia yang berserakan di mana2,
hingga kini jenasah mereka belum dikuburkan .
Meskipun susioknya melarang dia untuk mengubur jenasahjenasah
tersebut dan melarang dirinya untuk membalas
dendam, tetapi hidup sebagai putra manusia, dapat-kah ia
menelan rasa dendam dan sakit hati atas terbunuhnya
segenap anggota keluarga Han???
Dengan mata berapi2 dari mimik wajah menunjukkan
penuh kebencian dan rasa dendam teriaknya:
"Antara aku dengan si Tengkorak maut terikat dendam
sakit hati sedalam lautan, bagaimanapun juga aku harus
membalas dendam atas sakit hati ini"

95
"Apa? Kau ada dendam dengan pemilik dari Benteng
Maut??"
-000dw0kz000-
BAB 6
"SEDIKITPUN tidak salah, aku bersumpah, aku hendak
menghancur lumatkan tubuh-nya, menginjak rata Benteng
Mautnya dan menghirup darah segarnya... kalau tidak dihatiku
tidak puas, rasa dendamku tak akan padam"
"Jadi kau ada maksud untuk menuntut balas terhadap si
Tengkorak Maut???" tanya si pengemis dari selatan dengan
mata terbelalak. "Benar sahut Han siong Kie dengan tegas.
Tentang soal ini aku kira..".
" Kenapa?? apa salahnya aku menuntut balas??".
"saudara cilik, maafkanlah aku sipengemis tua hendak
mengucapkan kata2 yang kurang sedap didengar, aku rasa
niatmu itu mungkin sulit untuk dilaksanakan". Han siong Kie
angkat kepalanya memandang ke angkasa dan berpekik sedih,
serunya:
"Aku tidak akan memperdulikan semua masalah yang tak
berguna, begitu hanyalah ada satu prinsip yaitu kalau bukan
aku Han siong Kie yang menemui ajal, tengkorak mautlah
yang akan menemui ajalnya di tanganku. ."
"Hebat, punya semangat.. tapi kau harus ingat adikku kecil,
korban yang berjatuhan ditangan Tengkorak Maut banyaknya
melebihi bulu kerbau, rasanya aku sipengemis pun tak usah
menerangkan kenyataan2 yang telah terjadi bukan..."
"Engkoh tua, sebenarnya si tengkorak maut adalah seorang
mahluk aneh macam apa? "
"Tentang soal ini... mm maaf kalau aku tak dapat
terangkan untukmu "

96
"Kenapa?? "
"Bagi orang Bu-lim janji adalah berat bagaikan gunung
Thay-san, aku serta sipadri dari utara boleh dibilang
merupakan satu2-nya orang yang berhasil lolos dari Benteng
Maut dalam keadaan hidup selama puluhan tahun terakhir ini
dan merupakan satu2aya orang yang berhasil menjumpai
wajah yang sebenarnya dari Tengkorak Maut, tetapi disaat
kami hendak dilepaskan keluar telah berjanji pula kepada
pemilik Benteng Maut bahwa kami selamanya tak akan
menceritakan api yang kami lihat ini kepada orang lain "
”Kalau memang begitu, engkoh tua selamat tinggal " seru
Han Siong Kie dengan hati sedih bercampur gusar habis
berkata ia segera bangkit berdiri dan siap berlalu .
"Tunggu sebentar" pengemis dari selatan segera berseru
"Engkoh tua apa yang hendak kau katakan lagi !! "
"Kau harus memahami kesulitan hati dari aku sipengemis
tua didalam dunia persilatan aku pengemis tua boleh dibilang
mempunyai sedikit nama juga aku tak boleh mengingkari
janjiku sendiri walaupun begitu siTengkorak maut adalah
musuh umum selama aku sipengemis tua masih mempunyai
napas didalam dada aku pasti akan berusaha untuk
memperjuangkan keadilan serta kebenaran bagi umat BuLim
! "
”Kalau begitu anggaplah Siauwte telah salah bicara harap
kau suka memaapkan ..!!”
”Sekarang kau hendak pergi kemana??”
”Setelah bertukar pakaian, aku langsung hendak pergi ke
Benteng Maut untuk menagih hutang!”
”Saudara cilik, segala persoalan tak bisa dilaksanakan tanpa
didasari oleh rencana yang matang, bagaimana kalau kau
undurkan dahulu rencanamu itu dan menanti hingga para
enghiong hoohau yang ada ditolong langit bersatu padu”

97
”Aku merasa amat berterima kasih bagi perhatian serta
bantuan engkoh tua, tapi sayang siawte tidak ingin
menggunakan tenaga orang lain untuk membalas dendam
sakit hatiku ini!".
”Sayang pada saat ini aku sipengemis tua sedang merderita
luka parah " Seru Pengemis dari selatan dengan terharu.
”Kalau tidak aku pasti akan menemani dirimu pergi kesana!".
"Apa?? jadi engkoh tua menderita luka parah??” tanya Han
Siorg Kie dengan alis berkerut.
"Sedikitpun tidak salah, aku termakan oleh sebuah pukulan
dari Im sat si malaikat berhawa Im. Mo Sioe Ing. isi perutku
telah menderita luka dan aku harus beristirahat selama
beberapa bulan untuk mengobati luka ku ini!! ".
"Jadi kalau begitu tenaga lwekang yang dimiliki malaikat
hawa Im tidak sampai lebih tinggi berapa banyak jika
dibandingkan dengan engkoh tua ??...".
"Bagaimana kau bisa berkata demikian?? "
"Bukankah engkoh tua pernah mengatakan bahwa dibawah
telapak tangan simalaikat hawa Im tak pernah melepaskan
korban nya dalam keadaan hidup??.".
"Kau keliru besar"
"Aku keliru? bagaimana kelirunya?? "
"Tenaga lweekang yang dimiliki si malaikat berhawa Im Mo
sioe Ing jauh tebih tinggi berapa kali lipat daripada diriku si
pengemis tua tetapi ia mempunyai sebuah peraturan yang
aneh, barang siapa yang sanggup menghadapi dirinya
sebanyak tiga gebrakan, maka ia akan melepaskan orang itu
dengan selamat, serangan yang keempat tidak nanti akan
dilepaskan."
"Oooooh.. kiranya begitu" saking kagetnya Han song Kie
menjerit tertahan, hatinya bergidik dan bulu kuduknya pada

98
bangun berdiri, walau begitu tekadnya untuk bertempur
melawan si malaikat berhawa Im pun semakin besar.
Dalam pada itu sipengemis dari selatan telah tundukkan
kepalanya dan berpikir sebentar, kemudian katanya dengan
perasaan bergolak: "Saudara cilik, maukah kau menunggu aku
selama satu bulan??. "
"Menunggu dirimu selama satu bulan??
"Nantikanlah setelah luka dalamku sembuh dan
menyerahkan persoalan didalam perkumpulanku kepada orang
lain, akan kuiringi kehendakmu untuk menyerbu ke dalam
Benteng Maut.".
"Engkoh Tua, terima kasih banyak atas perhatian serta
kesediaanmu, biarlah aku terima didalam hati saja. Nah,
siauwte mohon diri terlebih dahulu..".
Habis berkata dia enjotkan badan menembusi hutan dan
meneruskan perjalanannya lewat jalan raya, sepanjang
perjalanan suasana sepi dan tak nampak sesosok bayangan
manusiapun, mungkin hal itu disebabkan karena si malaikat
berhawa Im Mo sioe Ing sedang melakukan pembunuhan
disekitar tempat itu..
setibanya didalam kota, Han siong Kie segera membeli
seperangkat pakaian baru dan menukar pakaiannya yang
kumal, dengan begitu tampangnya kelihatan semakin ganteng
dan gagah, cuma diantara kerutan alisnya terlihat lapisan
napsu membunuh yang tebal, membuat orang yang
memandang jadi bergidik hatinya.
selesai berdandan ia sebera berangkat menuju kearah
Benteng Maut.
Ilmu meringankan tubuh "Hoe Keng Keng-im" atau Cahaya
Kilat lintasan bayangan memang suatu kepandaian yang
sangat dahsyat, dalam waktu singkat sianak muda itu lelah
tiba ditepi sungai.

99
Benteng Maut dengan angker dan misteriusnya berdiri
kokoh ditegah batu karang yang dikelilingi sungai.
Pintu Benteng tertutup rapat, lambang tengkorak darah
yang seram dan menggidik-kan hati bertengger di depan pintu
benteng.
Memandang bangunan seram itu Han siong Kie merasakan
pandangan matanya berapi2, darah panas bergelora dalam
dadanya, dendam berdarah atas kematian dua ratus jiwa
keluarga Han dan Thio membuat ia lupa akan kelihayannya. .
Ia memperhatikan sejenak Benteng Maut yang dianggap
orang sebagai istana kematian, ia kertak giginya kencang2
dan melayang kearah depan, melewati jembatan batu dan tiba
didepan pintu benteng .
Tiga bulan berselang, ketika para jago dari kalangan Hek to
serta Pek to menyerbu kedalam Benteng Maut, ia berserta
adik angkatnya sipengemis cilik Tong hong Hwie telah
menonton jalannya pertarungan itu dari atas bukit, waktu itu
kendati didalam hati ada niat untuk membalas dendam tetapi
tidak memiliki kemampuan untuk berbuat demikian. Dan
sekarang tanpa disangka2 ia telah menemukan suatu peristiwa
aneh yang mana telah merubah dirimya menjadi sese-orang
yang lain. Dimana ia sanggup untuk datang mencari balas
tanpa bantuan orang lain.
Pikirnya didalam hati:
"Kedatanganku kemari adalah untuk menuntut balas,
kehadiranku terang2an dan ter buka, kenapa aku tidak
berteriak dahulu melakukan penantangan??...
Berpikir demikian ia lantas mengepos tenaga dan berteriak
dengan suara penuh kebencian:
"Tengkorak Maut orang yang datang untuk menuntut
hutang darah telah datang."

100
Berturut2 ia telah berteriak sebanyak tiga kali, namun tiada
suara sahutan dari dalam benteng.
Han siong Kie mendengus dingin, sepasang telapaknya
bergerak cepat dan segera melancarkan sebuah babatan
dahsyat kearah pintu benteng tadi.
sejak memperoleh tenaga kekuatan dari Long Koe sangjlen,
tenaga lweekang yang di miliki telah mencapai pada taraf
seratus tahun hasil latihan, bisa dibayangkan sampai
dimanakah hebatnya serangan yang diguna-kan dengan
segenap tenaga itu
Disaat tenaga pukulannya yang dahsyat itu hampir
mengenai didepan pintu Benteng Maut itu, mendadak pintu
tadi terbuka kesamping diikuti segulung angin pukulan yang
dingin menggulung keluar dari balik pintu Benteng.
Begitu hebat angin serangan tadi hingga serangannya yang
dilancarkan dengan menggunakan segenap tenaga itu
mendadak tersapu lenyap tak berkekas.
Han siong Kie jadi amat terperanjat, tanpa sadar ia mundur
beberapa langkah ke belakang. Ketika berpaling kembali
terlihat-lah pintu Benteng yang gelap dan lembab itu telah
terbentang lebar, begitu gelapnya suasana didalam benteng
itu sehingga dengan kekuatan pandangan matanya tidak
berhasil juga untuk melihat keadaan di dalamnya. "Aku harus
menerjang kedalam" ingatan tersebut tiba2 muncul didalam
benaknya.
Ditengah bentakan keras, Han siong Kie sambil mendorong
sepasang telapaknya kedepan melancarkan sebuah pukulan
yang maha dahsyat bagaikan gulungan ombak di tengah
samudra, sekali lagi ia menghantam pintu benteng tersebut,
disusul badannya laksana kilat berkelebat masuk kedalam
benteng.
Blaaam.. ditengah suara ledakan keras. segulung desiran
angin tajam yang sangat kuat meluncur keluar dari dalam

101
benteng, begitu tajam angin serangan tersebut ketika
menyentuh dibadan terasa dingin dan merasuk ketulang sum
sum.
Tanpa melihat siapakah pihak lawannya tubuh Han siong
Kie segera terpental mundur kebelakang sejauh lima tombak
lebih, ketika kakinya menginjak permukaan bumi dengan
sempoyongan badannya tergetar mundur kembali beberapa
sebelum akhirnya berhasil berdiri tegak, tawa dingin segera
menyerang kedalam badan membuat tubuhnya bergidik dan
bersin beberapa kali.
"Eeei???" seruan kaget secara lamat2 berkumandang keluar
dari dalam benteng.
Mungkin sanggulnya Han siong Kie menyambut datangnya
serangan angin cukulan berhawa dingin itu tanpa terluka telah
mengejutkan hati orang yang berada didalam benteng itu.
Menuntut balas atas sakit hatinya terhadap Benteng Maut
adalah pikiran pertama yang menyelimuti benak sianak muda
itu.
sambil memandang pintu benteng yang seram, mengerikan
serta penuh diliputi kemisteriusan itu, Han siong Kie berdiri
termangu2.
Tenaga lwekang yang dimiliki Benteng Maut benar2 sukar
dilukiskan dengan kata2.
Didalam Benteng Maut, kecuali sipemilik Benteng itu si
Tengkorak maut, apakah masih ada orang lain?? suatu tanda
tanya besar.
Tengkorak darah adalah lambang dari pemilik benteng
maut, sedangkan sipemilik benteng sendiri masih merupakan
suatu teka teki pula bagi umat Bu lim karena belum pernah
ada orang yang pernah menjumpai raut wajahnya yang
sebenarnya. Kalau dikatakan ada, maka orang2 itu telah
dibunuhnya dan mati semua...

102
satu2nya orang yang berhasil lolos dari benteng Maut
dalam keadaan hidup hanyalah si pengemis dari selatan serta
si padri dari utara, mungkin mereka pernah menyaksikan
wajah yang sebenarnya dari Tengkorak Maut. tetapi mereka
sudah terikat oleh sumpah dan janji, jelas tak mungkin rahasia
itu akan bocor dari mulut mereka berdua.
Dalam pada itu tekad untuk membalas dendam dari Han
siong Kie sama sekali tidak berkurang karena menyaksikan
kelihayan lawannya, setelah berdiri tertegun beberapa saat
lamanya per lahan2 ia maju kembali masuk kedalam benteng..
Gelak tertawa yang amat keras dan sangat memekikkan
telinga berkumandang keluar dari balik benteng...
Han siong Kie tergetar keras hatinya, dengan tanpa disadari
olehnya langkah yang sedang maju kedepan telah berhenti di
tengah jalan.
suara tertawa itu makin lama semakin keras dan semakin
tajam, bagaikan ber-puluh2 bilah pisau belati ber sama2
dihujamkan ke dalam lubang telinganya.
Han siong Kie merasakan darah panas di dalam rongga
dadanya bergolak kencang, ia kaget dan sebera mengerti akan
mara bahaya yang sedang mengancam, hawa murninya
dengan cepat disalurkan dari pusar menuju keseluruh penjuru
badan. Bentaknya dengan suara yang keras laksana geledek:
"Tengkorak maut ayoh menggelinding ke luar dan serahkan
nyawamu"
suara tertawa itu mendadak berhenti, suasana seketika
diliputi keheningan serta kesunyian, sama seperti tidak
nampak sesuatu gerakan apapun.
Han siong Kie dibawah pengaruh kobaran api dendam dan
rasa benci yang meluap tak sanggup untuk bersabar lebih
jauh, sekali lagi ia membentak keras: "Tengkorak maut siauw
ya datang kemari untuk menginjak rata benteng setanmu ini. "

103
suara tertawa dingin yang sinis dan penuh perasaan
memandang rendah bergema keluar dari dalam benteng
diikuti serentetan suara yang dingin menyeramkan
berkumandang keluar:
"Bangsat cilik, kau adalah orang pertama yang berani
menantang Benteng maut untuk menuntut balas, memandang
diatas keberanianmu yang terpuji ini aku suka mengampuni
selembar jiwa kecilmu. Nah ayo cepat enyah dari sini" suara
peringatan itu se akan2 muncul dari daerah sekeliling sana
namun tak sesosok bayangan manusiapun yang kelihatan
muncul di tempat itu.
Dengan gusar Han siong Kie mendengus ketus:
"Hmmm? Tengkorak maut mengapa kau tidak berani
unjukkan dirimu ??"
"Heeeh... heeeeah dikolong langit belum ada orang yang
berhak untuk memaksa lohu unjukkan diri"
"Tengkorak maut, hutang darah harus bayar darah, hari
kiamatmu telah tiba. "
"Tutup mulutmu Hardik suara tadi dengan ketus. Bocah
cilik yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi,
sepanjang hidupku loohu sudah banyak membunuh orang
tetapi semua orang yang kubunuh adalah manusia2 yang
patut dibasmi dari muka bumi. "
"Kentut busuk makmu keluarga Han...."
"Bicara tidak sopan Hmmm itulah artinya mencari kematian
buat diri sendiri, hey bocah tak tahu diri jangan salahkan kalau
loohu akan bertindak keji"
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu bergelegar disisi
telinga, segulung angin pukulan berhawa dingin segera
menggulung keluar dari balik pintu benteng.

104
Han siong Kie pernah merasakan kelihayan dari angin
pukulan berhawa dingin, wajahnya segera berubah hebat
sambil menghimpun segenap tenaga yang dimiliki-nya ia balas
melancarkan sebuah babatan ke arah depan ....
Blaaaaam... angin pukulan saling membentur satu sama
lainnya, terasalah hawa pukulan yang dilancarkan pihak lawan
begitu hebat dan mantap. bahkan mengandung hawa dingin
yang menusuk tulang membuat orang susah bernapas dan
dada terasa jadi sesak.
Ditengah ledakkan dahsyat, Han siong Kie merasakan
badannya bagaikan tersambar guntur darah panas bergolak
dalam dadanya membuat kepalanya pusing tujuh keliling dan
pandangan matanya ber-kunang2 dengan sempoyongan
badannya mundur delapan depa ke belakang kemudian
setelah berhasil berdiri tegak dari mulutnya muntah keluar
darah segar.
" Keparat cilik" suara si Tengkorak maut yang dingin dan
menyeramkan itu kembali berkumandang keluar "Tidak aneh
kalau kau begitu jumawa dan tekebur, kiranya kau masih
punya sedikit simpanan juga. Hmm.. kau adalah satu2nya
orang yang sanggup menerima datangnya angin pukulan "Han
Pok Ciang" dari loohu tanpa menemui ajalnya tetapi...
walaupun begitu masih terpaut jauh kalau kau ingin
mengandalkan kepandaian-mu itu untuk membalas dendam,
sekarang aku akan memberikan kesempatan yang paling akhir
bagimu untuk mengundurkan diri dari sini, cepat enyah"
Air muka Han siong Kie berubah jadi merah padam
bagaikan darah, dengan pandangan nanar dan wajah
menyeringai seram ia mendengus dingin, teriaknya:
"Tengkorak Maut, beranikah kau unjukan diri untuk
bertempur mati-matian melawan siau-ya??"
"Kau belum pantas untuk berbuat demikian:"

105
Api dendam dan rasa benci membakar dada Han siong Kie,
ia telah melupakan akan keselamatannya. Dengan suara serak
teriak.
"Tengkorak maut, pada suatu hari aku akan datang untuk
menginjak rata Benteng maut- mu ini, akan kuhancur leburkan
tempat mu ini agar kau tiada tempat untuk bermukim.. "
"Heeeh... heeeh... heeeh... apakah kau mempunyai
kesempatan untuk berbuat begitu??".
"Asal aku tidak mati, aku bisa datang kemari untuk berbuat
demikian..".
"Tetapi sayang seribu kali sayang, saat kematianmu telah
tiba. loohu sudah dua kali mengampuni jiwamu tetapi kau
masih saja tak tahu diri dan kini..".
"Sekarang bagaimana??"
"Mengingat kau adalah seorang angkatan muda yang
berdarah panas, kuhadiahkan sebuah bangkai yang utuh".
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, sebuah angin
pukulan yang maha hebat laksana gulungan ombak ditengah
samudra meluncur datang kembali.. begitu dahsyat serangan
yang dilancarkan itu hingga siapa pun yang melihat hatinya
pasti akan ikut merasa bergidik.
Dalam keadaan sehat belum tentu Han siong Kie dapat
menyambut datangnya serangan yang sangat hebat itu,
apalagi didalam keadaan terluka parah...di tengah jeritan ngeri
yang menyayatkan hati, tubuhnya terpental ketengah udara
dan meluncur ke arah tengah sungai.
Pluung.. ombak menggulung dan bunga air bermuncratan
ke empat penjuru, dalam sekejap mata bayangan tubuh si
anak muda itu sudah tertelan ditengah ombak dan lenyap tak
berbekas.

106
Pintu depan Benteng Maut yang hitam pekat dan berat per
lahan2 menutup kembali.
suasana di sekeliling tempat itu pulih kembali dalam
kesunyian dan keheningan, seakan2 tak pernah terjadi suatu
peristiwa apapun ditempat itu...
Dalam pada itu Han siong Kie yang terlempar kedalam
sungai segera jatuh tak sadarkan diri
Menanti ia sadar kembali dari pingsannya dan membuka
sepasang matanya, terasalah bau harum semerbak berhembus
lewat di sekitar tempat itu, rupanya ia sedang berbaring diatas
sebuah pembaringan yang jangat indah dengan kelambu yang
tipis dan sprei bersulamkan bunga.
Ditinjau dari keadaan disekeliling sana, jelas kamar itu
adalah tempat tidur dari seorang wanita. Ingatan pertama
yang muncul didalam benaknya adalah:
"Aku telah tertolong, jiwaku masih tetap hidup didalam
tubuhku dan aku tidak sampai terkubur diperut ikan...
harapanku untuk membalas dendam masih ada. Tanpa sadar
ia bergumam seorang diri. "Aku belum mati, aku belum
mati..."
"Benar siangkong, kau belum mati " serentetan suara yang
merdu menyambung dari sisi tubuhnya, Han siong Kie
terperanjat dan segera alihkan sinar matanya kes isi
pembaringan, tampaklah di depan toilet duduk seorang gadis
muda, rupanya ucapan tadi adalah berasal dari mulutnya.
Dalam benaknya segera timbul ingatan kedua.
"Aku telah tertolong oleh seorang gadis, oooh perempuan...
perempuan..."
Hatinya terasa amat sedih sekali, sebab dalam benaknya ia
merasa amat benci dan muak terhadap kaum wanita karena
ibunya si siang Goo cantik ong coei Ing tanpa memikirkan
dendam kesumat keluarganya yang sedalam lautan telah

107
kawin lagi dengan Thian chee kauwcu, oleh sebab itu ia amat
membenci seluruh perempuan yang ada di kolong langit.
si anak muda itu sebera mendengus dan bangun dari
tidurnya. terasa seluruh tulang dan persendian tubuhnya amat
sakit bagaikan patah, hawa dingin yang menggidikkan
menyusup keluar dari balik jalan darah menyebar keseluruh
tubuhnya.
Ia sadar bahwa racun dingin dari angin pukulan "Han Pok
Ciang" yang dilancarkan pemilik benteng Maut telah bersarang
didalam tubuhnya.
Ia tak tahu bahwa berkat tenaga lweekang yang
diperolehnya dari kura2 sakti serta sumber air mujarab yang
telah mengganti tulang dan kulitnya, ia baru selamat lolos dari
bahaya maut kendati harus menerima dua buah pukulan yang
maha dahsyat, berganti orang lain niscaya sedari dulu jiwanya
telah melayang meninggakan raganya.
"siangkong, kau tak boleh bangun" gadis itu kembali
berseru dengan nada merdu.
Han siong Kie tidak ingin menerima belas kasihan
lawannya, sambil berkeras kepala ia berusaha untuk bangkit
dari tempat tidurnya. "Nona, apakah kau yang telah menolong
cayhe?? " tegurnya ketus.
"Bukan bukan aku yang menolong..".
"Lalu siapa??..".
"Nona kami yang telah menyelamatkan selembar jiwamu".
"ooooh siapakah nama nonamu itu?? bolehkah kau
beritahukan kepadaku.".
"Nonaku bernama.... Aaah, itu dia telah datang"
Terlihatlah horden disingkap orang disusul munculnya
sesosok bayangan tubuh yang ramping melangkah masuk ke
dalam kamar.

108
Han siong Kie segera merasakan jantungnya berdebar
keras, ia merasa wajahnya berubah jadi merah padam dan
rikuh sekali, andaikata disana ada lubang ingin sekali ia
menerobosnya kedalam.
"Swi siang, bagaimana keadaan siangkong itu " terdengar
gadis ramping yang barusan masuk itu menegur.
Dayang yang bernama swie siang dan selama ini berada
didalam kamar itu sebera menyahut:
"Siangkong telah sadar kembali ia sedang menanyakan diri
nona..."
"Ehmm, sudah tahu, cepat ambillah kuah bunga teratai dan
berikan kepada siangkong"
Mendengarkan ucapan yang merdu bagaikan kicauan
burung nuri itu Han siong Kie merasakan jantungnya berdebar
semakin keras, saking gelisahnya keringat dingin mengucur
keluar membasahi seluruh tubuhnya tanpa memperdulikan
rasa sakit yang menyerang tubuhnya lagi ia sebera merangkak
bangun dari atas pembaringan.
Mendadak pandangan matanya terasa cerah dihadapan
mukanya berdirilah seorang gadis muda berbaju hijau yang
amat cantik, sepasang biji matanya yang jeli dengan
kemalu2an sedang menatap kearahnya tanpa berkedip.
Han siong Kie merasa hatinya bergetar semakin keras,
buru2 ia tundukkan kepala-nya rendah2, Terlihatlah pakaian
yang dikenakan olehnya telah ditukar dengan seperangkat
pakaian baru.
Untuk kesekian kalinya sianak muda itu berdiri tertegun,
akhirnya sambil menggertak gigi tanyanya:
"Apakah nona yang telah menolong cayhe???"

109
"sedikitpun tidak salah, kejadian itu hanya berlangsung
secara kebetulan saja, harap siangkong tak usah
memikirkannya didalam hati. "
"Tolong tanya siapakah nama nona??".
"Aku bernama Go siauw Bie, dan siangkong?? siapa
namamu???"
Teringat bahwa gadis yang berada dihadapannya adalah
orang yang telah menyelamatkan jiwanya, terpaksa Han siong
Kie menjawab sejujurnya:
"Cayhe she Han bernama siong Kie"
"ooooh, kiranya Han siangkong? kenapa sih kau tercebur
kedalam sungai???"
"Tentang soal ini, tentang soal ini cayhe telah bertempur
melawan seseorang dan kurang beruntung aku menderita
kalah dan terluka lalu dilemparkan kedalam sungai... untung
jiwa cayhe berhasil diselamatkan oleh nona, dikemudian hari
cayhe pasti akan membalas budi kebaikan ini, dan sekarang..
cayhe ingin mohon diri terlebih dahulu..".
Belum habis ia berkata, dayang tadi dengan wajah berseriseri
telah muncul kembali didalam kamar sambil membawa
semangkok kuah bunga teratai, ujarnya sembari meletakka
mang kok tadi keatas meja: "siangkong, silahkan. "
Han siong Kie merasakan wajahnya semakin panas
membara, jantungnya berdebar keras setelah gelagapan
beberapa saat lamanya ia baru berseru:
"Cayhe masih ada urusan lain yang harus dikerjakan
dengan cepat, karena itu. karena itu aku ingin mohon diri
terlebih dahulu" Mendengar perkataan itu GosiauwBits tertawa
hambar:

110
"Han siangkong, lukamu belum sembuh betul dan tidak
baik untuk dibuat melakukan perjalanan, beristirahatlah
beberapa hari dulu disini kemudian baru berangkat."
"Tidak Tidak maksud baik nona biarlah cayhe terima
didalam hati saja, dikemudian hari aku akan membalas budi
kebaikanmu itu"
"Han siangkong, kenapa kau mesti membicarakan soal
balas budi segala macam persoalan yang tak berguna???
apakah kau tidak merasa terlalu pandang rendah diriku??
Tempat ini adalah pesanggrahan yang dimiliki mendiang
ayahku, orang asing tak akan berani masuk ketempat ini. aku
rasa disinilah merupakan tempat yang paling cocok untuk
merawat luka. sudahlah...kau tak usah memikirkan yang
bukan2 lagi".
"Ayahmu adalah....".
"Ketua dari perkumpulan Pat Gie Pang. Go Yoe Too" sahut
Go siauBie dengan wajah sedih.
Mendadak Han siong Kie teringat kembali akan peristiwa
yang dijumpainya sewaktu ia berada didalam tandu tiga bulan
berselang, tanpa sadar segera serunya:
"Apakah ayahmu dibunuh oleh si kupu2 warna warni Lie In
hiang sang Tongcu dari perkumpulan Thian chee kauw??".
"Dari mana siangkong bisa mengetahui akan hal ini??"
tanya Go siauw Bie dengan hati terkesiap. badannya tanpa
sadar mundur selangkah kebelakang, sepasang biji matanya
terbelalak lebar2.
"Tiga bulan berselang cayhe telah menyaksikan sendiri
Kang lam Ciet Keay tujuh pendekar aneh dari Kang lam
menuntut balas terhadap diri si kupu2 warna warni Lie In
hiang, dari pembicaraan mereka cayhe dengar bahwa ketujuh
orang pendekar itu sedang menuntut keadilan bagi mendiang
ayahmu, sungguh celaka..."

111
"Benar, Kanglam Chiet Keay adalah sahabat karib dari
mendiang ayahku" seru Go siauw Bie sambil menggertak
giginya, "Sungguh tak nyana mereka mati berceceran
ditengah jalan raya, dendam kesumat berdarah yang
dalamnya melebihi samudra ini aku Go siauw Bie bersumpah
hendak menuntut balas, Kalau tidak bagaimana aku bisa
menghibur sukma ayahku serta ketujuh orang paman yang
telah berada dialam baka".
Mendengar sampai disini, satu pikiran dengan cepat
berkelebat didalam benak Han siong Kie, batinnya:
"si kupu2 warna warni Lie In Hiang pernah menangkap
diriku bahkan memerseni pula dua kali tempelengan dipipiku,
bagaimana-punjuga hutang piutang ini harus kutuntut balas,
ketapa aku tidak berusaha untuk menangkap dirinya kemudian
diserah-kan kepada Go siauw Bie?? hitung-hitung kubalas budi
pertolongannya menyelamatkan jiwaku, dengan demikian
bukankah antara kami tidak saling hutang?? Benar ini adalah
suatu ide yang sangat bagus, aku harus selekasnya melakukan
tindakan ini"
setelah mengambil keputusan didalam hatinya terasalah
pikiran dan perkataan pemuda itujauh lebih enteng beberapa
bagian.
"Siangkong, kuah teratai itu sudah hampir dingin" tiba2
terdengar swie sian si dayang menyela. " Cepatlah dimakan
untuk mengisi perut, kau sudah dua hari tidak makan tidak
minum."
"Dua hari?? aku telah berbaring dua hari disini??" seru Han
siong Kie tertegun.
"Sedikitpun tidak salah " sambung Go siauw Bie dengan
cepat.
Han siong Kie merasa hatinya semakin sedih lagi, ia sangat
membenci kaum wanita, tetapi justru perempuanlah yang
telah melepaskan budi kebaikan kepadanya, ia merasa

112
kepalanya pusing tujuh keliling dan seolah2 duduk di atas
jarum, sedetikpun tidak terasa tenteram.
Buru2 ia bangun berdiri dan menjura. "Nona Go, cayhe
hendak mohon diri" katanya.
"Han siangkong, mengapa kau ter buru2 hendak
meninggalkan tempat ini??..." tanya Go siauw Bie dengan
sedih, sekilas perasaan aneh berkelebat diatas wajahnya.
"Cayhe masih ada urusan penting hendak dikerjakan..".
"Tetapi luka dalam yang kau derita toh belum sembuh
sekali??..".
"Tidak mengapa luka kecil yang kuderita bukan merupakan
satu persoalan yang penting. Budi kebaikan nona di kemudian
hari pasti akan kubalas". Habis berkata ia segera putar badan
dan berlalu.
Bibir Go siauw Bie bergetar seperti mau mengucapkan
sesuatu, tetapi ia merasa tidak enak untuk menghalanginya,
maka dengan rada sedih segera ujarnya: "Han siangkong,
apakah kita dapat saling berjumpa lagi??".
"Mungkin bisa "jawab sianak muda itu sekenanya. "Nona,
baik2lah berjaga diri, selamat tinggal."
Ketika ucapan terakhir diutarakan keluar, tubuhnya sudah
berada didepan pintu kamar.
"Swie Sian, hantar Han Siangkong keluar. "
"Baik" Swie Sian mengiakan dan segera berialu dari
ruangan.
Dengan berjalan didepan Han siong Kie, dayang itu
membawa pemuda tersebut melewati serambi panjang dan
menuju ketempat luar. Dari arah belakang terdengar Go siauw
Bie menghela napas panjang.

113
Han Siong Kiepura2 tidak mendengar, dengan kepala
tertunduk ia berjalan mengi-kuti dibelakang dayang tadi, tidak
selang beberapa saat kemudian sampailah dia diluar pintu.
Tampaklah diluar pintu terpancang sebuah papan nama
yang bertulisan beberapa huruf: Pesangrahan "Teng To Siauw
coe" segera pikirnya didalam hati:
"Sungguh indah nama pesangrahan ini. " Iapun berpaling
dan berkata: "Nona, silahkan kembali tak usah menghantar
lebih jauh lagi..."
"Huuuh "Swie Siam mencibirkan bibirnya. "Han siang kong,
kau telah mengecewakan nona kami...."
Tergetar keras hati Han Siong Kie, buru tukasnya:
"cayhe masih mampu untuk membedakan mana budi dan
mana dendam, siapa yang pernah melepaskan budi kepadaku
suatu ketika pasti akan kubalas. Selamat tinggal".
Sambil enjotkan badannya, laksana kilat yang bergeletar
diangkasa badannya segera meluncur kearah depan.
Tidak jauh dari luar pintu artalah sungai besar, rupanya
pesanggrahan "Teng To Siauw coe " ini didirikan ditepi sungai
yang berdekatan dengan jalan raya.
Sepanjang perjalanan mengikuti tepi sungai, benak Han
Siong Kie diliputi oleh pelbagai persoalan yang merumitkan
otaknya.
-ooodw0kzooo-
BAB 07
KEPANDAIAN silat yang dimiliki Tengkorak Maut luar biasa
dahsyatnya, untuk membalas dendam kecuali ia berhasil
menemukan kitab pusaka sarung tangan Budha "Hoed Chiu
Poo Pit" sebelah lain yang ditinggalkan Leng Koe sangjlen dan

114
berhasil melatih ilmu sakti see Mi sinkang. Tetapi kejadian ini
sukar ditemui dan harapannya tipis sekali.
sepuluh tahun berselang ketika keluarga-nya menghadapi
bencana, hanya ibunya yang tidak mati, inipun merupakan
suatu teka-teki yang belum terpecahkan hingga kini, apa
sebabnya Tengkorak Maut hanya meninggalkan dia sendiri
untuk melanjutkan hidup,nya?
Thio susiok rela mengorbankan jiwa putranya untuk
menyelamatkan selembar jiwanya, budi kebaikan ini tinggi
bagaikan gunung Thay san sedang dia sendiri ikut menemui
bencana dan mati.
sesaat sebelum membunuh diri Thio susiok telah berkata
bahwa kesemuanya itu adalah perintah gurunya, bahkan ber
kali2 peringatkan dirinya agar jangan membalas dendam dan
tak boleh mengubur tengkorak manusia itu apa sebabnya??..
apa sebabnya??.. apakah dia menganggap bahwa musuhnya
terlalu lihay dan tipis sekali harapannya untuk membalas
dendam??"
Makin dipikir kepalanya terasa semakin pusing hingga sakit
sekali dan mau meledak rasanya.
sesosok bayangan yang ramping dengan raut wajah yang
cantik terlintas didalam benaknya. itulah bayangan tubuh dari
GosiauwBie.
Tanpa terasa ia men-depak2 kakinya ke atas tanah,
gumamnya seorang diri:
"Mengapa aku bisa memikirkan dirinya?? oooh perempuan,
perempuan.. makhluk yang paling kejam dikolong langit
Tidak... tidak aku harus melupakan dirinya, aku harus
secepatnya menemukan musuh besar-nya dan membalas budi
kebaikan yang telah ia lepaskan terhadap diriku, agar kita
masing2 tidak saling berhutang" Iapun teringat kembali akan
saudara angkatnya si pengemis cilik Tong hong Hwie. sisi jalan
raya terbentang sebuah hutan yang amat lebat.

115
Dalam pusingnya Han siong Kie segera meluncur masuk
kedalam hutan itu dan duduk beristirahat disuatu tempat yang
sunyi guna mengobati luka dalam yang diderita-nya.
Dengan mengandalkan tenaga lweekang hasil latihan
seratus tahun yang diperolehnya dari Leng Koe siangjin
ditambah pula sumber air mujarab yang telah cuci darah
pengganti tulang tubuhnya tidak sulit bagi sianak muda itu
untuk mengobati luka dalamnya yang sudah separuh sembuh
itu.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian ia telah
menyelesaikan latihannya, luka yang dideritapun sudah
sembuh kembali seperti sedia kala. Han siong Kie pun bangkit
berdiri siap berlalu.
Mendadak serentetan suara teguran berkumandang datang
dari belakang tubuhnya:
"Jangan bergerak" diikuti sebuah telapak tangan telah
ditempelkan diatas jalan darah "GiokJan-hiat" pada batok
kepalanya.
suara bentakan itu nyaring dan merdu jelas berasal dari
mulut seorang wanita.
Betapa terkejutnya hati Han siong Kle sehingga sukar
dilukiskan dengan kata2, rupanya perempuan itu sudah lama
mengincar dan mengawasi gerak geriknya, tetapi apa maksud
sebenarnya dari pihak lawan?
Dirinya belum lama terjunkan diri kedalam dunia persilatan,
tak pernah mengikat dendam sakit hati dengan siapapun,
andaikata perempuan itu ada maksud mencelakai jiwanya
bukankah ketika ia sedang menyembuhkan lukanya tadi
merupakan kesempatan yang paling baik untuk turun
tangan?? asal sebuah jari tangannya ditotokkan keatas
tubuhnya niscaya ia bakal putus nyawa dan mati.

116
Terdengar perempuan itu tertawa terkekeh-kekeh,
kemudian menegur:
"Apakah kau bernama Han siong Kie ???"
si anak muda itu merasa amat terperanjat, segera pikirnya:
"sungguh aneh, dari mana ia bisa tahu akan namaku??? "
Berpikir demikian iapun lantas menyahut dengan suara
dingin lagi ketus.
"Kalau benar mau apa??"
"Apakah ayahmu bernama Han see Wie??"
Han siong Kie merasa hatinya terkesiap. jelas asal usul
perempuan ini mencurigakan sekali maka bentaknya keras2:
"siapa kau??? "
"Aku?? Hiiih hiih hiih , . . aku bernama Yon sim Jien."
"Apa?? namamu orang yang ada maksud? "
"sedikitpun tidak salah".
"Kau bohong nama itu tidak mirip dengan nama seorang
manusia."
"Percaya atau tidak, terserah pada diri sendiri"
"Apa yang siap hendak kau lakukan?? "
"Jawab semua pertanyaan yang kuajukan kepadamu,
benarkah ayahmu bernama Han see Wie??"
Dalam benak Han siong Kie kembali terlintas pemandangan
seram dalam perkampungan Keluarga Han. dimana ayahnya
menggeletak mati didalam ruang tamu.
Dua ratus orang anggota keluarganya kecuali ibunya tak
seorangpun yang lolos dalam keadaan hidup.
Peristiwa tragis itu sudah terjadi belasan tahun berselang
dan kalau didengar dari nada suara perempuan itu jelas masih

117
muda, tapi dari mana ia tahu dari mana ia bisa tahu asal
usulnya??Jangan2 dia adalah...
Berpikir sampai disitu tanpa terasa hatinya bergidik dan
bulu kuduknya pada bangun berdiri sambil menggertak gigi
sekali lagi bentaknya: "Sebenarnya siapa kau ??? "
"Yoe sim Jien si manusia yang ada maksud.."
"Kalau kau berani bohongi lagi aku"
"Kau ingin apa??? "
" Kubunuh kau saat ini juga "
"Hiiih hiiiih hiiiih mampukah kau berbuat begitu?? sekarang
selembar jiwamu telah di ujung telapakku "
Tanpa sadar Han siong Kie tarik napas dingin, serunya
dengan nada gemas: "Utarakan maksud tujuanmu aku ingin
tahu apa yang kau kehendaki terhadap diriku"
"Aku ingin tahu apakah kau keturunan dari Han see Wie??"
"sedikitpun tidak salah kau mau apa??"
"Bagus sekali aku hendak memerintahkan dirimu janganlah
sekali2 mencari pemilik Benteng Maut untuk membalas
dendam"
"Hmm kenapa aku tak boleh membunuh bajingan itu??"
dengus Han siong Kie dengan penuh bencian.
"sebab pemilik Benteng Maut bukanlah musuh besarmu"
Jantung Han siong Kle terasa berdebar dengan kerasnya,
kalau ditinjau dari nada ucapan itu rupanya Yoe simJiem si
manusia yang ada maksud ini kemungkinan besar adalah anak
buah Benteng Maut yang sengaja membohongi dirinya agar
mengurungkan niatnya untuk membalas dendam.
-000Dewi0kz000-

118
Jilid 4
BERPIKIR akan hal itu dia segera tertawa dingin
"Heeeh..heeeh..heeeh... dari mana kau bisa tahu kalau si
pemilik Benteng Maut bukanlah musuh besarku??"
"Aku mendapat titipan dari seseorang untuk menyampaikan
kabar berita ini kepadamu."
"Kau mendapat titipan dari siapa??"
"Dikemudian hari kau bakal mengetahui sendiri"
"Omong kosong aku Han Siong Kle selama masih bisa
bernapas dikolong langit tak nanti ada orang yang sanggup
untuk menghalangi niatku untuk menuntut balas terhadap
Benteng Maut" .
" Kurang ajar jadi kau pingin mati???".
"silahkan turun tangan jangan kau angap aku jeri
menghadapi kematian..." teriak si anak muda itu dengan
angkuh.
Menyaksikan keteguhan serta kekerasan hati pemuda she
Han itu akhirnya Yoe sim Jien menghela napas panjang.
"Aaaai Han siong Kie percayalah perkataanku apa yang
kuucapkan adalah yang sebenarnya"
Untuk beberapa saat lamanya Han siong Kie merasakan
pikiranannya jadi kalut dan kacau tak menentu ia tak habis
mengeti tentang asal usul dari perempuan yang menyebut
dirinya "Yoe sim Jien" ini.
Jie susioknya Thio Lien sesaat sebelum bunuh diri juga
berpesan padanya agar ia jangan membalas dendam, dua
orang yang berbeda mengapa mengucapkan kata2 yang
sama?? Mengapa??? .. Mengapa???... ,

119
Bukankah diatas dinding ruang tamunya dengan jelas
tertera sebuah lukisan tengkorak darah??? bukankah
tengkorak darah itu adalah lambang dari pemilik Benteng
Maut???
Kesemuanya toh sudah jelas dan kenyataan membuktikan
bahwa si pemilik Benteng Maut adalah musuh besarnya,
mengapa Yoe sim Jien mengatakan bukan??? Teka-teki suatu
teka teki yang amat sulit dipecahkan.
" Han siong Kie" terdengar perempuan itu berkata kembali.
"Perkataan tersebut telah kusampaikan padamu, mau percaya
atau tidak itu terserah pada dirimu sendiri"
"Nona kalau kau tidak mengutarakan kenyataan yang
sesungguhnya, sulit bagi cayhe untuk mempercayai
perkataanmu itu" .
"Aku hanya mendapat perintah untuk menyampaikan
ucapan ini kepadamu, tentang soal yang lain maafkanlah
diriku sebab aku tak dapat menyampaikannya kepadamu"
"Hmmm Yoe sim Jien, apakah kau hendak mencabut
selembar jiwa cayhe??...".
"Aku rasa tiada perlunya kucabut selembar jiwamu"
" Kalau memang begitu mengapa kau tidak lepaskan
ancamanmu dan mari kita berbicara dengan saling
berhadapan muka??"
"Aku masih ada pertanyaan yang hendak diajukan
kepadamu"
" Kalau begitu cepatlah diutarakan keluar "
"Benarkah kau amat membenci kaum wanita???".
Tanpa sadar untuk kesekian kalinya Han siong Kle
merasakan hatinya bergetar keras, kejadian ini benar2 aneh
dan tak masuk di akal, darimana ia bisa tahu dengan begitu
jelas akan sifat2nya???

120
sianak muda itu masih teringat bahwa perkataan semacam
itu hanya pernah diucapkan satu kali terhidap diri adik
angkatnya Tonghong Hwie, darimana diapun bisa tahu akan
hal ini???
"sedikitpun tidak salah" tanpa sadar ia menyahut dengan
tegas. "Mengapa ??".
"setiap orang mempunyai tabiat dan kesukaan yang berbeda2,
buat apa kau tanyakan kepadaku mengapa aku
membenci kaum wanita yang ada di kolong langit".
"Tetapi tabiatmu ini boleh dibilang tidak masuk diakal,
kecuali kalau kau pernah mengalami suatu kejadian yang amat
menyakitkan hati karena perempuan atau mungkin karena hati
sanubarimu tergores luka oleh seorang wanita. Tetapi... walau
begitu tidaklah pantas kalau kau membenci semua perempuan
yang ada dikolong laagit".
"Cayhe tidak ingin membicarakan tentang persoalan ini".
"Tetapi nonamu merasa suka sekali membicarakan tentang
masalah ini??..".
"Kalau begitu bicarakanlah seorang diri".
"Jangan lupa bahwa selembar jiwamu saat ini masih berada
di dalam kekuasaanku".
"Cayhe tidak suka digertak apalagi dengan di ancam oleh
seseorang untuk melakukan sesuatu".
"Ini kenyataan bukan gertak sambal belaka, jangan lupa
nama nonamu adalah " Yoe sim Jien" seseorang yang
mempunyai maksud tertentu, atau dengan perkataan lain
kehadiranku kemari adalah disebabkan ada maksud2 tertentu,
aku rasa kau pasti mengerti bukan arti dari perkataanku" .
Han siong Kiejadi gusar dan gemas sehabis mendengar
perkataan itu, deagan sikap jumawa dan congkak serunya:

121
" Kalau memang begitu, utarakanlah maksud tujuanmu
datang kemari". Dengan bangga Yoe sim Jien tertawa ringan.
"Pertama, aku mendapat titipan dari seseorang untuk
menyampaikan kabar kepadamu bahwa kau dilarang mencari
balas terhadap si Tengkorak Maut, ke ...."..
"sudah kukatakan kepadamu tak mungkin aku penuhi
keinginanmu itu kecuali..." bicara sampai disini mendadak
sianak muda itu membungkam.
" Kecuali kenapa??"
" Ceritakan keadaan yang sebenarnya telah terjadi dan
tunjukanlah siapakah pembunuh yang sebenarnya"
"Dewasa ini tak mungkin hal itu kukatakan padamu tetapi
dikemudian hari kau akan menjadi paham sendiri"
"Kalau memang begitu lebih baik kau jangan banyak bicara
lagi dengan diriku"
"suka mendengarkan atau tidak itu urusanmu sendiri tetapi
aku tidak memperi-ngatkan dirimu gerak gerik yang gegabah
dan ngawur kadang kala bisa membuat dirimu merasa
menyesal"
"Haaaah...haaah...haah... tindakan gegabah dan ngawur???
aku orang she Han selamanya tak akan merasa menyesal"
"Baik kalau begitu dengarkan persoalan yang kedua selama
kau melakukan perjalanan didalam dunia persilatan janganlah
sekali2 kau membicarakan tentang asal usulmu kepada orang
lain"
Han siong Kie berdiri tertegun, jantungnya berdebar keras
dan matanya terbelalak lebar. Perkataan tersebut pernah
diucapkan pula oleh susioknya si telapak naga beracun Thio
Llen terhadap dirinya, sayang pada waktu itu ia tak sempat
menanyakan alasannya, dan sekarang " Yoe sim Jien"
mengulangi kembali perkataan itu, ia jadi bimbang dan ragu.

122
Bagaimanapun juga otaknya diputar namun selalu tak
berhasil menemukan jawaban yang tepat,
Hingga akhirnya tak tahan lagi ia berteriak keras:
"Katakanlah kepadaku, siapakah sebenar-nya kau???"
"Yoe sim Jien, simanusia yang ada maksud".
"Bukan" teriak sianak muda itu.
"Eeei... aneh benar kau ini, dengan andalkan apa kau bisa
mengatakan bahwa aku tidak bernama itu??"
Han siong Kie terbungkam dalam seribu bahasa, dalam hati
ia merasa jengkel dan benci hingga giginya gemerutukan
keras.
"Han siong Kie, ingat baik2" kata Yoe sim Jien dengan
suara berat. "sekali lagi kuulangi perkataanku, pertama,
janganlah mencari balas terhadap diri si Tengkorak maut.
Kedua, janganlah kau ceritakan asal-usulmu kepada siapapun
juga. Nah sampai jumpa lain waktu".
Han siong Kie merasakan telapak tangan yang menempel
diatas batok kepalanya tiba2 menggeser, buru2 ia meloncat
bangun dan putar badan, tampaklah sesopok bayangan
manusia bewarna putih sedang menyusup kedaLam
pepohonan yang lebat. "Hey, Yoe sim Jien. ..tunggu sebentar"
segera teriaknya.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang lihay
cepat2 ia melayang kedepan melakukan pengejaran, tetapi
ketika ia tiba ditengah hutan bayangan manusia berbaju putih
tadi telah lenyap tak berbekas.
Dengan hati murung dan kesal ia berhenti mengejar, dan
mulai memikirkan kembali apa yang barusan dikatakan oleh
"Yoe sim Jien". sebenarnya siapakah dia?? dan berasal dari
mana???

123
Ia telah mendapat pesan dari siapa untuk menyampaikan
kata2 itu kepada nya??? Mengapa ia bisa begitujelas
mengetahui akan asal usulnya??
sianak muda itu tak sanggup untuk memecahkan rahasia
ini, atau boleh dibilang tak sedikit keteranganpun yang
terdapat dibenaknya, semua kejadian dirasakan berlangsung
terlalu aneh hingga mendekati suatu keadaan yang hampir
saja tak dapat dipercaya olehnya.
Benarkah Yoe sim Jien menyampaikan kata-kata tersebut
padanya karena memperoleh pesan dari orang lain? atau dia
memang mempunyai rencana tertentu????
Andaikata dia adalah seorang sahabat maka perkembangan
dari persoalan ini cukup membuat orang bingung dan tak
habis mengerti, sebaliknya kalau dia adalah seorang musuh..
kedudukannya jadi menakutkan sekali.
Yoe sim Jien manusia yang punya maksud sudah jelas
nama ini hanyalah nama samaran yang menunjukan bahwa
kedatangannya memang membawa maksud2 tertentu. Aaah
bagaimanapun yang akan terjadi dendam sakit hati tersebut
harus dituntut balas.
sampai keujung langit kedasar samudrapun ia harus
temukan sarung tangan yang sebelah lain dari Hoed Chiu Poo
Pit tersebut, kalau tidak maka rencananya untuk membalas
dendam sudah pasti akan menemui kegagalan total sebab
kepandaian silat yang dimiliki pemilik Benteng Maut jauh lebih
tinggi beberapa kali lipat daripada dirinya.
Tetapi... kemanakah ia harus mencari sarung tangan budha
yang merupakan benda mustika dunia persilatan yang di
idam2kan oleh setiap umat Bu-lim itu????
Dengan ter-manggu2 ia berdiri mematung disitu, lama...
lama sekali baru menggerak-kan badannya menembusi hutan
belukar dan berjalan tanpa arah tujuan.

124
Langit perlahan2 menjadi gelap malam yang sunyi telah
menyelimuti jagad.
Kegelapan mulai mencengkam hutan belukar itu hingga
sukar untuk melihat ke lima jari sendiri, pekikan burung hantu
menambah seramnya suasana ditengah malam buta.
Dengan mengandalkan kesempurnaan tenaga dalamnya
Han siong Kie meneruskan perjalanannya menembusi hutan
yang amat lebat itu.
Ucapan dari Yoe simJim tiada hentinya berkecamuk didalam
benaknya membuat ia semakin kesal dan pusing.
Habis gelap terbitlah terang, fajar telah menyingsing dan
cahaya sang surya mulai mucul diufuk timur.
Akhirnya hutan itu tiba juga sampai diujungnya diluar
hutan tampak berdiri sebuah kuil yang telah lapuk dimakan
usia.
saat itulah ia mulai merasa lapar dan haus, segera pikirnya
didalam hati:
"Coba aku cari sedikit makanan didalam kuil itu, mungkin
disana ada kaum padri yang suka menolong...".
siapa tahu ketika ia tiba didepan kuil, terlihatlah pintu
rumah berhala itu terkunci rapat, sebuah gembok besi yang
sudah karatan tergantung didepan pintu, hal ini membuktikan
kalau kuil tersebut sudah lama tidak dihuni orang.
Dengan kecewa ia gelengkan kepalanya, sementara ia
putar badan hendak berlalu mendadak...
suara dengusan berat secara lapat2 berkumandang keluar
dari balik ruang kuil.. "Aaah, bukankah kuil ini sudah jelas
merupakan sebuah kuil kosong yang tak berpenghuni??
kenapa ada orang mendengus berat didalam ruangan
tersebut???" pikir sianak muda itu.

125
Dengan cepat ia pasang telinga untuk mendengarkan
dengan lebih seksama, tetapi suara tadi telah berhenti.
"Jangan jangan aku sudah salah mendengar??" kembali
Han siong Kie berpikir dengan perasaan sangsi "Tapi... tak
mungkin salah dengan jelas aku dengar bahwa suara-nya itu
berkumandang dari mulut seseorang yang sedang menderita
luka parah...
Dibawah desakan rasa ingin tahu yang makin menebal
akhirnya diambil keputusan untuk mengintip kedalam, tanpa
berpikir panjang lagi si anak muda itu enjotkan badannya
melayang masuk kedalam kuil.
Tumbuhan ilalang memenuhi seluruh lantai setinggi
manusia, keadaan dari ruangan kuil telah porak poranda
membuat siapapun yang berada disitu ikut merasa bergidik
dan seram.
suara dengusan berat kembali berkumandang datang
memecahkan kesunyian kali ini kesadarannya lebih jelas lagi
dan rupanya muncul dari ruangan sebelah timur.
Dengan cepat Han siong Kie enjotkan badannya melayang
keruang sebelah timur, baru saja kakinya melangkah masuk
ke dalam ruangan tak tertahan lagi ia menjerit kaget.
Tampaklah diatas lantai ruang kuil menggeletak sesosok
tubuh manusia yang penuh berlepotan darah, ketika ia
memandang lebih seksama lagi siapakah orang yang terluka
itu air mukanya segera berubah hebat.
si pengemis tua berambut putih yang menggeletak dalam
keadaan terluka parah itu bukanlah si pengemis dari selatan
yang belum lama berselang berpisah dengan dirinya??
Kenapa ia terluka didalam kuil yang bobrok ini?? siapakah
yang berhasil melukai seorang tokoh silat yang sangat lihay
didalam dunia persilatan ini??? Buru2 Han siong Kie memburu

126
maju kedepan, serunya dengan nada gelisah: " Engkoh tua
kenapa kau???". Tiada jawaban yang muncul.
Cepat ia memeriksa napas si pengemis tua itu, terasa
denyutan nadinya sudah amat lemah dan jaraknya menuju
kematian sudah tak jauh lagi, hatinya jadi amat gelisah sekali.
"Aku harus sebera menyelamatkan jiwa engkoh tua dengan
hawa murni yang ku-miliki."
Belum habis ingatan tarsebut berkelebat lewat didalam
benaknya, terdengarlah dari luar ruangan berkumandang
datang suara bentakan dingin: "siapa disitu??".
Dengan cepat Han siong Kie putar badan, tampaklah tiga
orang pengemis berusia pertengahan dengan berdiri berjejer
didepan pintu sedang mengawasi dirinya dengan pandangan
seram. Tanpa terasa ia berdiri tertegun, pikirnya:
"Mungkin kettga orang ini adalah anak murid perkumpulan
Kay pang yang bertugas menjaga serta melindungi
keselamatan engkoh tua"
Karena berpikir begitu ia lantas maju beberapa langkah
kedepan sembari menjura. "Maaf, caybe telah mengganggu
kalian bertiga..".
"Bocah keparat terdengar seorang pengemis yang
berambut awut2an dan berusia paling tua diantara ketiga
orang itu menegur dengan suara seram. " Mau apa kau
datang kedalam ruangan ini???".
Air muka Han Siong Kie berubah hebat setelah mendengar
teguran yang ketus dan sama sekali tidak bersahabat ini,
tetapi teringat akan hubungannya yang akrab dengan
sipengemis dari selatan, ia menahan rasa dongkol dalam
hatinya dan menjawab:
" Cayhe hanya secara kebetulan saja lewat disini
berhubung aku dengar engkoh tua".

127
"Apa?? engkoh tua??? bocah keparat kau panggil anjing tua
ini sebagai engkoh tua?"
Dari ucapan ini Han siong Kie segera merasakan keadaan
yang kurang beres, harus di ketahui peraturan didalam
perkumpulan Kay-pang amat ketat, lagipula kedudukan
sipengemis dari selatan didalam Kay pang amat tinggi dan
terhormat, tetapi ketiga orang pengemis itu telah memaki
saudara tuanya sebagai anjing tua, jelas dibalik kejadian ini
masih ada rahasia besar lainnya. Dengan wajah dingin
membeku ia sebera menegur.
"Apakah kalian bertiga adalah anak murid dari perkumpulan
Kay pang?? ....".
"Kalau benar mau apa???" jawab ketiga orang pengemis itu
dengan wajah berubah.
"Tahukah kalian apa kedudukan sipengemis dari selatan
didalam perkum-pulan??"
" Ketua dari para Tiang loo perkumpulan kay pang".
"Kalau sudah tahu begini, mengapa kalian sebut dia
sebagai anjing tua???..".
"ooooh, keparat cilik jadi kedatanganmu disebabkan karena
dia?? Bagus, ini hari kau pun jangan harap bisa keluar dari
ruangan ini dalam keadaan selamat"
"Ayoh jawab secara bagaimana Tiang loo kalian menderita
luka parah???" bentak Han siong Kie.
"Heeeh heeeh heeeeh anjing cilik setelah kau modar
sianjing tua itu akan menceritakan semua kejadiannya
padamu..."
Dengan cepat otak sianak muda itu bekerja, sekarang ia
baru sadar bahwa sipengemis dari selatan pasti sudah terluka
ditangan ketiga orang pengemis ini.

128
Tentulah dalam keadaan terluka karena terhajar oleh si
malaikat berhawa Im Mo sioe Ing engkoh tua nya telah
berjumpa dengan ketiga orang pengemis ini.
Dan dikarenakan ketiga orang itu mempunyai suatu
rencana tertentu dia gunakanlah kesempatan yang sangat baik
ini untuk menghabisi nyawa Tiangloonya.
Membayangkan kesadisan serta kekejaman hati ketiga
orang penghianat dari perkumpulan Kay pang itu, diatas
wajah Han siong Kie yang tampan seketika terlintas selapis
hawa napsu membunuh yang tebal, dengan pandangan
menggidikkan hati ia menyapu sekejap wajah ketiga orang itu.
Dipandang semacam itu tanpa sadar ketiga orang pengemis
itu sama2 mundur satu langkah ke belakang, terdengarlah
salah seorang pengemis yang berhidung mancung bagaikan
paruh elang menegur dengan wajah menyeringai seram:
"Anjing cilik, sebutkan siapa namamu".
"Huuuh manusia terkutuk semacam kau belum pantas
untuk mengetahui nama sauw-ya mu"
"Bangsat aku si orang tua akan hantarkan pulang ke rumah
nenek moyangmu..".
sambil berteriak keras ia menyerbu kedalam ruangan,
telapak tangannya disertai angin pukulan yang dahsyat segera
dihantam keatas tubuh sianak muda itu. "Hmm rupanya kau
sudah bosan hidup, "Ditengah dengusan ketus, tahu2
pergelangan tangan pengemis tua berhidung elang itu sudah
dicengkeram oleh Han siong Kie hingga sama sekali tak
berkutik.
Menyaksikan kelihayan lawannya, kedua orang pengemis
yang lain jadi terkesiap. air muka mereka berubah hebat.
Mimpipun mereka tak pernah menyangka kalau seorang
pemuda yang demikian mudanya ternyata memiliki
kepandaian silat yang maha sakti, dibawah penglihatan

129
sepasang mata mereka tak seorangpun yang tahu rekannya
sudah jatuh kecudang ditangan lawan dengan gerakan apa.
setelah berdiri ter-manggu2 beberapa saat lamanya, kedua
orang itu segera membentak nyaring, bagaikan harimau
kelaparan mereka terjang tubuh sianak muda itu dengan
segenap tenaga.
Angin tajam menderu2, bagaikan sayatan pedang mustika
dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat meluncur
kemuka mengancam tubuh pemuda she Han itu.
Han siong Kie amat menguatirkan keselamatan dari engkoh
tuanya, dia ingin cepat mengetahui apa yang sebenarnya telah
terjadi, tangannya segera diayun kemuka dan segulung angin
pukulan laksana gumpalan ombak meluncur kemuka
menghantam tubuh musuhnya.
Kedua orang pengemis itu tak sanggup menahan diri,
badan mereka terpental kebelakang menumbuk dinding
ruangan dan seketika itu juga jatuh tak sadarkan diri
"Ayoh bicara, kenapa kalian berkianat kepada perguruan
dan hendak membinasakan guru sendiri"
Pada saat itulah sipengemis dari selatan yang menggeletak
diatas tanah mendadak membuka matanya dan berseru
dengan segenap kekuatan yang dimilikinya:
"sau.. daa..dara...cilik ..bunuh."
Han siong Kie mendengus pergelengannya, segera
digetarkan dan salah seorang pengemis yang berada didalam
cengkeramannya itu sebera meluncur kearah pintu ruangan
bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, jeritan
ngeri berkumandang memenuhi angkasa batok kepalanya
segera hancur berantakan otak dan darah berceceran
memenuhi seluruh lantai. .
Dua orang pengemis lainnya yang sementara itu telah
mendusin dari pingsannya jadi hilang semangat setelah

130
melihat kejadian itu, baru saja badan mereka hendak bergerak
Han siong Kie enjotkan badannya meluncur kemuka tahu2 dia
sudah menghadang di hadapan kedua orang itu, tanpa
mengucapkan sepatah katapun sepasang telapaknya serentak
dibabarkan kemuka dari samping kiri maupun kanan.
Cepat laksana sambaran kilat, belum sampai ingatan kedua
berkelebat dalam benak pengemis dari selatan pukulan maut
sudah mengancam tiba.
Jeritan ngeri seketika meluncur dari balik mulut mereka tapi
baru saja separoh jalan badan mereka sudah mengejang dan
roboh binasa diatas tanah.
selesai membereskan ketiga orang pengemis itu Han siong
Kie berjalan menghampiri kakak tuanya sipengemis dari
selatan lalu tegurnya dengan hati bergejolak: " Engkoh tua,
sebetulnya apa yang telah terjadi?? "
Raut wajah pengemis dari selatan berkerut kencang,
sepasang matanya melotot keluar bagaikan batu kelereng,
jelas ia merasakan golakan batin yang amat berat: Lama
sekali baru ia berkata:
"Saudara cilik, kedatanganmu sangat kebetulan sekali,
inilah artinya tidak mengijinkan perkumpulan Kay pang kami
musnah di tangan orang..."
"Engkoh tua lukamu..."
"sekarang waktu sudah amat mendesak, tiada waktu lagi
bagiku untuk menerangkan persoalan ini. Tapi aku tahu
bahwa tabiatmu amat cocok dengan diriku maka kuserahkan
tugas yang maha berat ini keatas pundak mu".
"Aaai partai Kay pang kami sungguh lagi sial, tiga hari
berselang pangcu telah memilih ahli warisnya atas persetujuan
para tiang loo, mendengar kabar itu aku segera datang kemari
untuk mengikuti jalannya upacara tersebut, siapa tahu aku
sudah bertemu dengan murid penghianat sipengemis bintang

131
langit Jien Jit, ketika ia menjumpai aku berada dalam keadaan
luka parah maka timbullah niat jahatnya untuk melenyapkan
aku dari muka bumi, ia telah merampas tanda pengenal
bambu hitam milikku untuk pergi menerima jabatan pangcu
baru, maka aku harap kau bisa segera berangkat untuk
menghalangi niatnya itu.."
"Aku??..."
"sedikitpun tidak salah, sebelum tengah hari nanti kau
harus sudah tiba ditempat tujuan.. "
"Dimana?? tanya Han siong Kle agak sangsi.
"Kuil Boe Hoo pantai Pek see Than, jaraknya dari sini masih
ada dua ratus li dan letaknya disebelah timur sungai".
-000dw000-
BAB 8
"KuilBoe Hoo dipantai Pek see Tham? "
"Betul tidak salah lagi."
"Bagaimana caraku unfuk mencegahnya?".
"Bilamana perlu lenyapkan pengkhianat itu dari muka bumi,
sampaikan pesanku dan suruh mereka menunggu selama tiga
hari".
"Bicara tanpa bukti tiada gunanya, apakah anak murid
perkumpulan kalian suka mempercayai perkataanku?? " .
"sekarang urusan telah amat mendesak, terserah
kepadamu mau mengatasinya dengan cara apa, yang penting
kau ketahui adalah si pengemis bintang langit Jien Jit telah
menjabat sebagai Tongcu bagian luar dari perkumpulan Thian
chee Kauw, bila niat busuknya
berhasil, maka Kay pang akan musnah dari muka bumi".

132
"Yaa... engkoh tua, bagaimana dengan lukamu??"
"Aku tak bakal modar, ayoh cepat berangkat tiga hari
kemudian aku pasti sudah sampai di situ"
Dengan perasaan apa boleh buat Han siong Kie
mengangguk. ia segera melayang ke luar kuil dan melakukan
perjalanan dengan mengikuti jalan raya ditepi sungai.
Ilmu meringankan tubuh cahaya Kilat lintasan memang luar
biasa dahsyatnya, pemuda itu meluncur ke muka bagaikan
segulung asap ringan tidak sampai satu jam kemudian ia
sudah berada ratusan li jauhnya dari kuil tersebut.
Mendadak suara bentakan keras berkumandang dari
tempat kejauhan, suara itu nyaring dan gegap gempita.
Suatu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya
pemuda she Han itu, sinar matanya dengan tajam menyapu
sekejap sekeliling tempat itu.
Tampaklah di atas pantai pasir ditepi sungai bayangan
manusia saling bergerak tiada hentinya seolah2 terdapat
banyak orang sedang melangsungkan pertarungan disitu.
Ia segera mempercepat gerakan tubuhnya meluncur ke
muka dalam sekejap mata ia sudah berada disekitar kalangan,
kini ia dapat melihat lebih jelas lagi ditepi sungai kurang lebih
dua puluh tombak dari sisi jalan raya terlihatlah ditepi sungai
orang sedang bertempur jadi satu, bentakan keras teriakan
tajam bergema tiada hentinya dari dalam kalangan.
Pemuda itu hendak meneliti lebih jauh apa sebetulnya yang
sudah terjadi tapi secara mendadak ia teringat kembali akan
pesan penting dari engkoh tuanya maka pemuda inipun lantas
berpikir:
"Aaah lebih baik aku tak usah mencampuri urusan orang
lain, waktu bagiku sudah terlalu mendesak bila urusan engkoh
sampai terlantar waah bisa berabe"

133
Belum jauh ia berlalu mendadak ia menangkap seruan
seseorang yang amat dikenal olehnya berkumandang keluar
dari balik kalangan pertempuran:
"Hmm sekalipun kalian andaikan jumlah yang banyak untuk
mengerubuti diriku, aku sipengemis cilik tak akan mengambil
perduli. Hey perempuan bajingan, kau..." Cepat Han siong Kie
menghentikan tubuhnya dan berseru: "Aduuuh celaka,
bukankah suara itu adalah suara dari adik Hwie??".
Badannya segera putar balik dan meluncur kembali ke tepi
sungai, dari atas sebuah batu besar dia sebera melongok
kebawah..
sedikitpun tidak salah, tampaklah sipengemis cilik
Tonghong Hwie sedang bertempur melawan empat orang
kakek tua, pertempuran itu sedang berlangsung dengan seru
dan ramainya.
Disisi kalangan pertempuran berdirilah seorang bayangan
manusia berbaju merah, dia bukan lain adalah Tongcu dari
perkumpulan Thian chee Kauw, si kupu2 warna warni Lie In
Hiang adanya, dua orang dayangnya berdiri di belakang
perempuan itu
Ditinjau dari keadaan tersebut, tak usah ditanyakan sudah
terlihat jelas sekali, mereka semua bukan lain adalah jago2
dari perkumpulan Thian chee Kauw.
Musuh besar saling berjumpa muka, sepasang mata sianak
muda itu segera berubah jadi merah berapi-api, ia teringat
kembali akan penderitaan serta penghinaan yang diterimanya
selama ia dibekuk oleh Lie In Hiang dan dijejalkan dibawah
tandunya itu, terutama sekali dua kali tamparan yang
dihadiahkan kepadanya.
Rasa dendam dan perasaan ingin membalas dendam
dengan cepat muncul dari balik hatinya.

134
"Roboh kau" terdengar suara bentakan keras
berkumandang datang dari tengah kalangan.
seorang kakek tua ayunkan jari tangannya menotok jalan
darah Hong Hu Hiat di atas tubuh Tonghong Hwie.
"Aduuh celaka "jeritan Han siong Kie di dalam hati, untuk
memberi pertolongan jelas sudah tak sempat lagi,
nampaknya..
Tak nyana dikolong langit ternyata terdapat juga peristiwa
aneh, kejadian yang kemudian berlangsung kiranya jauh diluar
dugaan siapapun.
serangan totokan yang sebenarnya dengan telak telah
bersarang diatas jalan darah "Hong Hoe Hiat" ditubuh
Tonghong Hwie itu ternyata sama sekali tidak memberikan
reaksi apapun juga, bahkan dengan menggunakan
kesempatan baik itu dia malah memerseni sebuah pukulan
dahsyat yang mementalkan badan sikakek tua tadi hingga
mencelat keluar dari kalangan.
Kejadian ini benar2 merupakan suatu peristiwa yang sangat
aneh, mungkinkah Tonghong Hwie telah berhasil mempelajari
ilmu menggeserkan jalan darah sehingga ia tak mampu di
totok???
Pada saat tubuh sikakek tua tadi mencelat keluar dari
kalangan pertempuran itulah tiga orang pria kekar lain segera
terjunkan diri kedalam kalangan. Dengan demikian posisinya
jadi enam lawan satu.
Pengemis cilik Tonghong Hwie jadi berkaok kaok dan
berteriak teriak keras, tusukan, totokan jari serta hantaman
telapak seringkali bersarang diatas tubuhnya namun keadaan
pengemis tersebut masih tetap kokoh seperti sedia kala. Han
siong Kie yang menyaksikan kejadian itu jadi melongo
dibuatnya.

135
Ditengah bentakan gusar tiba2 terdengar jeritan ngeri
bergema memecahkan kesu-nyian seorang pria kekar terhajar
oleh babatan telapak Tonghong Hwie tepat mengenai dadanya
hingga muntah darah dan mundur dengan sempoyongan.
Dua orang pria serta ketiga orang kakek tadi segera
membentak nyaring, serangan mereka semakin diperketat
hingga angin puyuh menggulung keluar tiada hentinya.
Dibawah desakan serta titiran musuh yang begitu
gencarnya sipengemis cilik Tonghong Hwie sudah kewalahan
dan kelabakan tidak keruan posisinya semakin terjepit dan
terancam oleh bahaya.
sekalipun begitu dengan andalkan kekuatan yang dimiliki,
kelima orang itu masih belum mampu merobohkan Tonghong
Hwie dalam waktu singkat terutama sekali ilmu gaibnya yang
kebal terhadap pukulan serta bacokan membuat beberapa
orang jago itu jadi pusing kepala.
"Tahan" ditengah bentakan keras bayangan manusia saling
berpisah dan mengundurkan diri ke belakang si kupu2 warna
warna Lie In Hiang dengan gayanya yatsg genit segera masuk
kalangan.
" Kalian segera berangkat meneruskan perjalanan,"
perintahnya kepada kawanan jago Thian chee Kauw tersebut,
"Pun Tongcu sebentar lagi segera akan menyusul"
"Terima perintah"
Bayangan manusia berkelebat lewat, para jago dari
perkumpulan Thian chee Kauw itu segera menggerakkan
badannya meninggal-kan tempat itu dalam sekejap mata di
tengah kalangan hanya tinggal si kupu2 warna Warni Lie In
Hiang beserta kedua orang dayangnya.
Han siong Kie sebagai seorang pemuda yang cerdik segera
dapat menangkap kehendak perempuan itu, pikirnya:

136
" Engkoh tua pernah berkata bahwa murid penghianat Kay
pang, sipengemis Bintang Langit,jien Jit saat ini menjabat
sebagai Tongcu perkumpulan Thian chee Kauw, kalau ditinjau
dari tindakan mereka yang tergesa2 jelas para jago dari
perkumpulan tersebut sedang merangkap untuk membantu
dirinya merebut jabatan sebagai pangcu".
Dalam pada itu si kupu2 warna warni Lie In Hiang telah
berseru sambil tertawa cekikikan .
"Hihh..hiiih..hiih.. pengemis cilik, sungguh tak nyana kalau
kepandaianmu lumayan jUga"
Tonghong Hwie tertawa mengejek.
"Perempuan busuk. kau tak usah berlagak centil di
hadapanku percuma deh...sebab selama hidupnya aku si
pengemis cilik paling muak dengan kaum perempuan macam
kau"
"cisss sudah hampir modarpun bisa2nya ngoceh dan
ngebacot terus tiada hentinya"
"oooh aku sipengemis cilik sih punya usia yang panjang,
tak bakal modar ditanganmu"
"Hey pengemis cilik, aku ingin bertanya padamu si bocah
lelaki yang tempo hari kau lepaskan, sekarang ada dimana??
kalau kau tak menjawab sejujurnya Hmm hari ini jangan harap
bisa berlalu dalam keadaan selamat" Tonghong Hwie tertawa
cekikikan.
"Hiiih...hiiih...hiiih kau maksudkan saudara angkatku si Leng
Bin Jlen manusia berwajah dingin?"
"Haaaah haaaah haaaah apa?? diapun bernama Leng Bin
Jien?? dan kau adalah saudara angkatnya??? Ehmm sikapnya
memang amat dingin bagaikan es..."

137
Hampir saja Han slon Kie tertawa geli setelah mendengar
perkataan itu tak di-sangka olehnya Tonghong Hwie telah
menjulukinya begitu aneh padanya.
sementara itu terdengar Tonghong Hwie telah bertanya:
"Apa kau telah jatuh cinta padanya???."
si kupu2 warna warni Lie In Hiang mengerdipkan matanya
lalu menjawab hambar:
" Eeeei pengemis cilik, pun tongcu tidak punya waktu yang
banyak untuk bergurau dengan dirimu ayoh cepat jawab Leng
BinJin sekarang berada dimana??"
"Hiiih hiiiih biiiih aku pengemis cilikpun masih ada urusan
lain, kalau begitu kita ber-cakap2 lagi dilain waktu saja" Habis
berbicara ia putar badan dan hendak berlalu...
"Pengemis cilik, kalau kau tidak menjawab maka meskipun
kau punya sayap hari ini jangan harap bisa lolos dari sini
dalam keadaan selamat "
"Aaaah masa iya??? belum tentu"
" Kau tidak percaya boleh coba kelihayanku," Pengemis cilik
itu segera enjotkan badannya meluncur kedepan, gerakannya
cepat dan enteng...
Ia cepat, sayang si kupu2 warna warni Lie In Hiang jauh
lebih cepat darinya, tampak bayangan merah berkelebat
lewat, tahu2 perempuan itu telah menghadang jalan perginya,
sebelum badan berdiri tegak sepasang telapak telah meluncur
kedepan, secara beruntun melancarkan delapan buah
serangan berantai.
Kedelapan buah serangan itu dilancarkan dalam waktu
singkat, arah yang ditujupun tak menentu dan semuanya
berada diluar dugaan.
Dititir oleh serangan yang begitu gencar, pengemis cilik itu
jadi terdesak dan segera mundur kembali ketempat semula.

138
"Hey pengemis cilik" tegur Lie In Hiang dengan wajah
adem. " Pun Tongcu tidak punya waktu untuk mengajak kau
bergurau lagi, ayoh bilang sebetulnya kau ingin bicara atau
tidak??? "^
"Sekalipun kukatakan juga tiada guna-^nya".
"Kenapa??".
"Sebab saudara angkatku itu bukan saja berwajah dingin
bahkan hati dan perasaannya pun sangat dingin melebihi es."
"Sudah, kau tak usah ngebacot terus ayoh jawab,
sebetulnya kau mau bicara atau tidak???".
"Kalau aku pilih tak mau bicara, kau mau apa???
"Kubunuh dirimu".
"Hiiih.. Hiiih.. Hiiih.. masa kau mampu untuk membunuh
diriku?? ngimpi aah..".
"Bangsat rupanya kau cari mati..." hardik si kupu-kupu
warna warni Lie In Hiang dengan gusar.
Badannya menerjang kedepan, sepasang telapak laksana
kilat meluncur ke depan mengirimkan beberapa pukulan
berantai yang dahsyat.
Bayangan telapak segera menggunung, desiran angin
tajam menderu2 bagaikan guntur yang membelah bumi,
dalam waktu singkat seluruh tubuh pengemis cilik itu sudah
terkurung rapat dibawah ancaman telapak lawan.
Dengan gesit dan lincah pengemis cilik itu berkelit ke
samping menghindar kebelakang bagaikan seekor ikan lei hi
badannya bermuncratan kesana kemari diantara gulungan
ombak yang mengganas keadaannya, sangat berbahaya
sekali.

139
"Tahan mendadak terdengar bentakan dingin
berkumandang datang, begitu adem suara tadi hingga
membuat hati orang tercekat.
si kupu-kupu warna warni Lie In Hang merasakan hatinya
bergetar keras sambil menarik kembali serangannya ia segera
meloncat mundur kebelakang.
si pengemis sendiri dengan hati terkesiap pun segera
alihkan sinar matanya ke arah di mana berasalnya suara tadi.
Tampaklah sesosok bayangan manusia turun dari tengah
angkasa dengan gerakan yang enteng dan sedikitpun tidak
menimbulkan suara . "ooooh engkoh Kie..."
Dengan wajah ber-seri2 dan nada penuh kegirangan
pengemis cilik itu berteriak namun diatas wajahnya terlintas
pula rasa kaget dan tercengang yang tebal ia tak mengira
perpisahannya selama beberapa bulan telah membuat tenaga
dalam yang dimiliki saudara angkatnya ini memperoleh
kemajuan yang amat pesat.
Begitu mengetahui siapakah yang telah datang wajah Lie In
Hiang si kupu2 warna warnipun berubah jadi berseri, lirikan
maut dan senyuman merayu segera terpancar dari wajahnya.
Han siong Kie mengangguk sekali kearah pengemis cilik itu
kemudian berpaling ke arah Lie In Hian wajahnya penuh
diliputi oleh napsu membunuh yang tebal.
Dua orang dayang cilik di belakang majikannya segera
tertegun melihat wajah si anak muda itu tanpa sadar mereka
telah beralih kesisi tubuh Lie In Hiang.
"oooh, saudaraku sungguh kebetulan sekali kedatanganmu
ini" terdengar perempuan she Lie itu berseru genit.
"Lie In Hiang, kau tak usah bertebal muka dan tak tahu
malu, siapa yang sudijadi saudaramu??" tukas Han siong Kie
dengan wajah yang dingin lagi ketus.

140
"Addduh manusia berwajah dingin masa begitu kasar
sikapmu terhadap diriku??? apa kau tidak kasihan padaku
ini??"
"Lie In Hiang kau tak usah melantur kesoal yang lain, masih
ingatkah kau akan hadiah yang telah kau berikan kepadaku
tempo hari??? ini hari adalah saatnya bagiku untuk
mengembalikan persenanmu itu berikut rente-rentenya."
Terjelos hati Lie In Hiang mendengar ancaman lawannya,
dengan wajah berubah ia segera ulapkan tangannya kepada
dua orang dayang yang berada disisinya: "Waktu sudah tidak
pagi lagi ringkus bocah itu"
Ucapan ini tanpa sadar telah memperingat-kanpula diri Han
siong Kie bahwa sebelum tengah hari nanti dia musti sudah
sampai dikuil Boe Hoo dipantai Pek swie Tham untuk
menyelesaikan persoalan dari pengemis dari selatan, dengan
cepat iapun mengambil keputusan.
Terdengar kedua orang dayang cilik itu mengiakan dan
segera menerjang maju ke depan, empat buah telapak
serentak mencengkeram tubuh sianak muda she Han itu.
Dari gerakan tubuh yang didemontrasikan oleh Han siong
Kie barusan, kendati pengemis cilik itu tahu bahwa kepandaian
sianak muda ini sudah memperoleh kemajuan tapi ia tak tahu
sampai dimanakah kemajuan yang berhasil diperolehnya, ia
kuatir kepandaiannya masih belum sanggup menandingi
kedua orang dayang itu maka sambil geserkan badan ia ayun
telapak tangannya siap menyambut datangnya serangan dari
kedua orang dayang itu.
"Mundur" bentakan nyaring bergema memekikkan telinga,
sambil menerjang maju ke muka Lie In Hiang melancarkan
pula sebuah babatan menghantam tubuh pengemis cilik itu...
Hampir pada saat yang bersamaan dua kali jeritan ngeri
berkumandang memenuhi angkasa, tampaklah dua sosok
bayangan manusia mencelat ke angkasa dan blaaam blaaam

141
segera terbanting tiga tombak dari kalangan, darah segar
muntah dari mulut kedua orang itu.
Pengemis cilik itu jadi tertegun dengan cepat ia meloncat
mundur kebelakang. si Kupu2 warna warni Lie In Hiang sendiri
juga tertegun dan berdiri melongo dibuatnya.
Bagaimana caranya Han siong Kie menghantam tubuh
kedua orang dayangnya hingga mencelat ke tengah udara?? ia
tak sempat untuk melihatnya.
siapa yang percaya kalau seorang pemuda yang belum
mampu apa2 pada tiga bulan berselang, sekarang telah
memiliki kepandaian silat yang demikian dahsyatnya??
Ilmu silat yang dimiliki kedua orang dayang itu boleh
dibilang cukup menandingi kepandaian silat yang dimiliki jago
lihay kelas satu didalam dunia persilatan, tetapi mereka tak
sanggup untuk menahan sebuah pukulannya pun.. Apakah
tempo dulu ia hanya sengaja menyembunyikan
kepandaiannya??
Kupu2 warna Warni Lie In Hiang adalah Tongcu utama dari
perkumpulan Thian chee Kau, sebagai seorang jago lihay yang
banyak pengalaman serta pengetahuan, setelah tertegun
sejenak. la segera pulih kembali dalam ketenangan, dengan
sepasang mata yang genit ia melirik beberapa kati wajah si
pemuda itu..
Pemuda ganteng dengan ilmu silat yang lihay, hal itu
merupakan suatu keserasian yang sulit ditemukan keduanya
dikolong langit.
Pikiran dan hati perempuan genit ini mulai terpengaruh
oleh ketampanan wajahnya, ia mulai merasakan jantungnya
berdebar keras hingga tanpa sadar sepasang pipinya berubah
jadi merah padam.
Han song Kie sendiri boleh dibilang sama sekali tidak
terpengaruh oleh apa yang sedang dihadapinya saat ini,

142
karena dalam hatinya ia pernah membenci semua perempuan
yang ada dikolong langit, terutama sekali terhadap perempuan
yang berada dihadapannya, boleh dibilang rasa bencinya
berlipat2 ganda.
Pengemis cilik Tonghong Hwie sambil mementangkan
sepasang biji matanya yang jeli berdiri mematung ditempat
semula, tubuhnya sedikitpun tak berkutik sementara wajah
nya tetap tidak berubah, hanya matanya saja berputar tiada
hentinya sebentar memandang kesana sebentar lagi
memandang kemari.
"Lie In Hiang" terdengar Han siong Kie menegur dengan
suara dingin. "Tempo hari kau sudah menempeleng aku
sebanyak dua kali, ini hari aku hendak hadiahkan empat buah
tempelengan kepadamu".
"oooh begitu?? bagaimana kalau di coba2 dulu?? mampu
tidak??" jengek perempuan itu sambil mengerutkan alisnya.
Han siong Kte mendengus dingin, sepasang telapaknya
berputar dan menggurat kedepan, dengan suatu gerakan yang
cepat tapi aneh ia lancarkan sebuah serangan dahsyat. .
Inilah salah satu jurus dari tiga jurus sakti "Leng Koe sam si
" peninggalan dari Leng Koe sangjien.
Dari gerakan tangan musuhnya yang aneh dan cepat si
kupu2 warna warni Lie In Hiang segera merasakan keadaan
tidak menguntungkan, belum pernah ia jumpai serangan
macam ini, karena itu terpaksa badannya berkelit sebisanya
kesamping sambil ayunkan tangannya coba menangkis..
"Plak Ploook... dua kali gaplokan nyaring berkumandang
diangkasa, dengan sempoyongan si kupu2 warna warni Lle In
Hiang mundur beberapa langkah kebelakang, diatas wajahnya
nampaklah dua buah bekas telapak yang amat nyata, darah
segar mengucur ke luar dari bibirnya.

143
seperti baru mendusin dari impian, sipengemis cilik
Tonghong Hwie segera berseru keras:
"Bagus sekali hajar yang lebih keras lagi...".
"Ehmm masih ada dua kali..." seru Han siong Kie dengan
nada yang tetap dingin dan ketus.
Begitu ucapan terakhir meluncur keluar dari bibirnya, sang
badan telah berkelebat lagi kemuka.
"Ploook.. Ploook.." untuk sekian kalinya terdengar dua kali
gaplokan nyaring berkumandang diangkasa diiringi dua kali
dengusan kesakitan.
Dengan mulut berlumurkan darah Lie In Hiang si kupu2
warna warni itu mundur ke belakang dengan sempoyongan,
wajahnya berubah jadi menyeringai seram bagaikan setan,
teriaknya dengan penuh kebencian:
"Manusia berwajah dingin hatimu terlalu keji, suatu hari
aku pasti akan menyuruh kau rasakan pembalasan sepuluh
kali lipat lebih dahsyat dari apa yang kau lakukan terhadap
diriku saat ini".
"Hmm kau tidak akan memperoleh kesempatan untuk
melakukan pembalasan.."jengek Han siong Kie sambil
menggertak giginya.
Telapak tangan segera berkelebat dan menghantam keatas
ubun2 perempuan itu.
seketika itu juga Lie In Hiang merasakan sukmanya
bagaikan melayang tinggalkan raganya teriaknya dengan
suara seram:
"Manusia berwajah dingin, sekalipun berubah jadi setan
aku tak akan mengampuni dirimu sekarang turun tanganlah"
Dengan cepat Han siong Kie putar otak nya dan berpikir
didalam hati.

144
Ketika aku terhantam masuk kedalam sungai oleh pemilik
Benteng Maut Go siauw Bielah yang telah menolong jiwa ku,
sedang ayah gadis itu pangcu dari perkumpulan pat Gie Pang
Go YoeToo beserta rekan2nya Kanglam Jit Koay telah mati
binasa semua ditangan perempuan yang berhati kejam
bagaikan kala itu. aku telah berjanji menyerahkan perempuan
ini kepada Go siauw Bie sebagai balas budi kepadanya, bila
kubunuh dirinya sekarang juga maka bagaimana dengan
hutang budiku dengan perempuan tersebut?? ...aaah. baiknya
untuk sementara waktu kulepaskan dulu dirinya, tak urung
hari ini aku sedang repot dan tak mungkin menghantarnya
kepada gadis itu.
Karena berpikir demikian diapun urungkan niatnya untuk
mencabut jiwa Lie In Hiang sementara itu, ketika dinanti2kannya
namun telapak Han siong Kie tak kunjung tiba,
si kupu2 warna warni segera salah mengira pemuda itu sudah
tertarik oleh kencatikan wajahnya dan tak tega untuk turun
tangan. Maka sambil mementangkan matanya lebar2 ia
berseru: "Eeei.. manusia berwajah dingin, ayoh turun tangan".
"Hei hari aku tak akan membinasakan dirimu " seru Han
siong Kie sambil menarik kembali telapaknya. "Tapi kalau aku
sampai berjumpa lagi dengan dirimu dikemudian hari, aku tak
akan melepaskan dirimu dengan begini gampang, ingatlah
akan perkataanku tadi". .
" Engkoh Kie.." buru2 pengemis cilik itu berseru tatkala
dilihatnya sianak muda itu ada maksud hendak melepaskan
korbannya. "Kau.. apakah kau hendak melepaskan perempuan
yang berhati kejam bagaikan ular ini.."
Dengan pandangan benci dan mendendam si kupu2 warna
warni Lie In Hiang melirik sekejap kearah pengemis cilik,
kemudian dengan pandangan yang kalut menyapu sekejap
pula ke atas wajah Han siong Kie, ujarnya sambil mundur dua
langkah kebelakang: "Manusia berwajah dingin, kau tidak
menyesal berbuat begitu?? "

145
"Hmmm cepat enyah dari sini, telah kukatakan bahwa
untuk sementara waktu kulepaskan dirimu ini hanya
sementara mengerti?"
Mimpipun sikupu-kupu warna warni Lie In Hang tidak
menyangka kalau kekalahan yang dideritanya hari ini begini
mengenaskan, hampir saja selembar jiwa tak bisa
diselamatkan terutama sekali kekalahannya di tangan seorang
pemuda yang sama sekali tiada nama didalam dunia
persilatan.
Makin dipikir, ia merasa makin benci dan dendam tapi
ketika sinar matanya sekali lagi bertemu dengan raut
wajahnya yang tampan, ia jadi tertegun dan berdiri termangu2
tak bisa ia bedakan apakah itu benci ataukah cinta.
"Aku harus berhasil menguasai dirinya, menaklukkan
mempermainkan kejantanan-nya sampai puas kemudian aku
hendak menghancurkan hidupnya agar sepanjang hidup ia
tersiksa dan menderita" sumpah perempuan itu di dalam hati,
diluaran ia masih tetap tenang sedang di hatinya tersenyum,
perempuan yang berhati kejam bagaikan kala ini mulai
merencanakan suatu rencana yang paling busuk.
Tanpa banyak bicara lagi, ia putar badan dan segera kabur
dari tempat itu diringi oleh kedua orang dayangnya.
Diam2 Han siong Kie bergidik juga hatinya menghadapi
perempuan yang berhati licik itu. memandang bayangan
punggungnya yang menjauh diam2 ia menghela napas lega.
Pada saat itulah sipengemis cilik baru menegur dengan nada
menggerutu.
"Engkoh Kie, sejak berpisah ditepi sungai tempo dulu kau
telah pergi kemana saja??? sungguh amat menderita aku
mencari jejakmu... oooh bukankah kau pernah berjanji
kepadaku bahwa selamanya tak akan meninggalkan diriku??
tetapi..".

146
"Adik Hwie, bukankah sekarang aku telah datang kemari??
"
"seandainya kau tidak terpancing datang kemari oleh
pertempuran sengit ini, tentu kau..".
"Aku sama saja akan pergi mencari dirimu"
"Engkoh Kie, kiranya kau adalah seorang jagoan yang tidak
mau mengunjukkan diri?" ".
"Kepandaian silat yang kau miliki amat lihay sekali siauwte
mengakui bahwa aku tak bisa menandingi dirimu tetapi
sewaktu tempo hari berada ditepi sungai kau..."
"Ooooh adik Hwie saat ini aku masih ada urusan penting
yang harus segera diselesaikan sebelum tengah hari nanti aku
harus sudah sampai dikuil Boe Hoo dipantai Pek swie Tham,
mengenai persoalan itu baiklah kuceritakan kepadamu
dikemudian hari saja, lain kali kita akan bertemu dimana???"
"Urusan penting apa silih???" sela Tonghong Hwie si
pengemis cilik itu dengan manja.
"Sekarang aku tak sempat menerangkan kepadamu, aku
harus segera melanjutkan perjalanan"
"Tidak. Aku ikut beserta dirimu kemanapun kau hendak
pergi aku akan berada disampingmu"
"Adik Hwie kau... " saking cemasnya air muka Han siong
Kie berubah jadi merah padam.
" Engkoh Hwie, bukankah antara kita sudah pernah angkat
sumpah untuk sehidup semati?? mengapa sekarang hendak
tinggal-kan diriku???.."
"Aku bukan ingin meninggalkan dirimu, aku harus pergi
karena ada urusan penting yang harus diselesaikan, lagipula
urusan amat berbahaya sekali, Bagaimana kalau kita berjanji
saja untuk bertemu tiga hari lagi?? kau yang akan cari aku
atau aku yang akan mencari dirimu???..."

147
"Tidak... tidak bisa jadi kalau toh kita sudah angkat sumpah
untuk sehidup semati maka ada bencana kita harus
tanggulangi bersama ada kesenangan kira nikmati bersama,
semakin kau mengatakan bahaya aku semakin bertekad untuk
ikut"
Di desak terus menerus oleh adik angkatnya ini, lama
kelamaan Han siong Kie jadi kewalahan juga akhirnya sambil
mendepak2 kan kakinya ia mengangguk. "Baiklah ayo kita
berangkat"
"Hmm. kau mengajak aku bukan muncul dari dasar hati
yang tulus, kau berbuat begini tentu terpaksa... tidak... aku
tidak jadi ikut"
"ooooh saudaraku yang baik kau toh bukan seorang
perempuan, kenapa sih berpikiran begitu picik?? ayolah mari
kita segera berangkat"
Dari balik sorot mata pengemis cilik itu mendadak terlintas
suatu cahaya yang sangat aneh, ia melirik sekejap kearah
saudara angkatnya dan mendadak bertanya:
"Engkoh Kie, kau pernah bilang kepadaku bahwa kau paling
benci kaum wanita benarkah itu??"
"Benar, sudahlah jangan banyak membicarakan persoalan
yang tak berguna, ayoh kita segera berangkat"
"Engkoh Kie, seandainya,... seandainya...."
"seandainya kenapa??."
"seandainya aku benar2 adalah seorang gadis
bagaimanakah sikapmu terhadap diriku???"
"Aduuuh saudaraku yang baik, perduli kau laki atau
perempuan aku mohon kepadamu marilah kira segera
melanjutkan perjalanan, ada suatu persoalan maha besar
yang harus segera kuselesaikan, bila sampai terlambat aku
bisa menyesal selama hidup,"

148
Tapi pengemis cilik itu masih saja mengomel:
"Engkoh Kie, katakan dulu kepadaku andaikata aku adalah
seorang gadis kau tak akan membenci diriku katakanlah "
saking mangkel dan dongkolnya Han siong Kie
mendepakkan kakinya berulang kali diatas tanah.
"Tidak mungkin tidak mungkin kau ini cuma pandainya
bikin gara2 saja ayoh berangkat"
Kali ini ia sambar tangan pengemis cilik itu dan ditariknya
untuk segera melakukan perjalanan.
Dalam perjalanan itulah secara ringkas Hansiong Kie
mengisahkan pengalaman aneh yang ditemuinya didalam
rimba belantara beserta tujuan dalam perjalanan kali ini.
Tonghong Hwie yang mendengarkan dengan seksama
sebera menjulurkan lidahnya beberapa kali.
Dengan mengerahkan kekuatan yang dimilikinya, Han song
Kie melakukan perjalanan cepat kearah depan, sepanjang
perjalanan ia menggenggam terus tangan Tonghong Hwie
sebab ia takut pengemis itu tak sanggup mengikuti langkah
kakinya bila ia lepaskan:
Tengah hari sudah hampir tiba, namun tujuan belum juga
sampai .hal ini membuat sianak muda itu cemas bercampur
gelisah.
Itu dia didepan sana adalah pasti Pek Sam Tham mendadak
terdengar Tonghong Hwie berteriak sambil menuding kearah
sebuah pantai berpasir putih yang mementang ditempat
kejauhan.
Semangat Han Siong Kie segera berkobar kembali,
tanyanya: "Lalu dimanakah letaknya kuil Boa Hoo?"
"Itu didalam hutan yang berada ditepi pantai".

149
Beberapa saat kemudian mereka berdua sudah tiba di
depan hutan yang terletak ditepi pantai, tampaklah sebuah
bangunan rumah bertembok merah muncul dari balik hutan,
tetapi yang aneh ternyata tak nampak sesosok bayangan
manusiapun.
Perlahan2 Han Siong Kie memperlambat gerakan tubuhnya
dan memperhatikan sekejap suasana di sekitar sana, lalu
serunya: "Ayoh kita masuk kedalam".
Tiba2.. Tonghong Hwie menjerit lengking, dengan cepat ia
melengos kesamping.
Han siong Kie yang menjumpai keadaan itu jadi ikut
terperanjat, ia tangkap tangan saudara angkatnya dan
bertanya dengan nada kaget. "Adik Hwie, apa yang telah kau
temukan?"
Dengan badan gemetar keras Tonghong Hwie mundur
kebelakang beberapa langkah, sorot matanya memancarkan
rasa ketakutan yang hebat, dari atas jidat, hidung dan pipi
mengucur keluar keringat sebesar kacang kedelai, ia segera
menuding kearah sebuah batu besar ditepi hutan.
Mengikuti arah yang ditujukan Han siong Kie segera
menoleh, terlihatlah sebuah benda berwarna merah darah
tergeletak di atas batu cadas, ketika benda itu diperhatikan
dengan lebih seksama lagi hatinya seketika terjelos.
Mendadak satu ingatan berkelebat didalam benaknya,
pikiran itu membuat darah dalam tubuhnya mengembang
cepat, pandangan matanya jadi berapi-api dan dengan
perasaan bergolak serunya:
"Aaah....betul tidak salah lagi itulah Tengkorak maut,
lambang dari si iblis tua itu"
Tengkorak maut dapat muncul ditempat itu, kejadian ini
benar2 merupakan suatu hal yang diluar dugaan.

150
Tengkorak maut sekali lagi Han siong Kle berbisik dengan
suara yang serak dan lirih..
-ooodw0kzooo-
BAB 9
"Eng..engkoh Kie.. maa.. mari ki... kii . kita perr.. pergi
saja" seru Tonghong Hwie dengan suara terpatah2.
Napsu membunuh dan rasa dendam telah menyelimuti
seluruh benak Han siong Kie, sambil menatap lambang
Tengkorak darah itu dengan penuh kebencian teringatnya:
"Kenapa kita musti pergi??".
"Apakah kau sudah bosan hidup???" seru Tonghong Hwie
dengan wajah berubah jadi hijau membesi. "Tidak aku tak
boleh membiarkan kau mati, sebab kalau kau mati akupun tak
ingin hidup lagi dikolong langit"
"Adik Hwie, tenangkaniah hatimu jangan panik.."
"Tidak. Engkoh Kie, aku mohon kepadamu berlalulah dari
sini.... Tengkorak maut tiada tandingannya dikolong langit,
tiada seorang manusiapun yang sanggup untuk menandingi
dirinya"
"Aku tidak perduli sampai manakah kelihayannya,
kebetulan sekali akupun sedang mencari dirinya".
"Kau, mengapa kau mencari dirinya??".
"Aku benci kepadanya, Tengkorak Maut telah melenyapkan
keluargaku.. aku mempunyai dendam berdarah sedalam
lautan dengan dirinya, selama aku masih hidup aku
bersumpah hendak membinasakan dirinya".
Tonghong Hwie tersentak kaget dan secara beruntun ia
mundur tiga langkah kebelakang dengan sempoyongan
bagaikan seorang yang kehilangan semangat rintihnya lirih:

151
"Kau... kau mempunyai ikatan dendam dengan Pemilik
Benteng Maut??..." .
"sedikitpun tidak salah"
"Keee.. kenapa.. kenapa kau amat membenci dirinya???
"Karena dia sudah membasmi seluruh keluargaku" sahut
Han siong Kie sambil menggertak gigi keras2.
secara beruntun Tonghong Hwie mundur lagi beberapa
langkah kebelakang dengan sempoyongan, gumamnya:
"oooh Thian kenapa?? kenapa...".
"Adik Hwie kau cepat berlalu dari tempat ini "
"Aku??? tidak aku tak mau tinggalkan dirimu seorang diri
sampai matipun aku ingin mendampingi dirimu"
Han siong Kie merasa amat terharu, hampir saja dia ikut
mengucurkan air mata. setelah berdiri ter-manggu2 beberapa
saat lamanya tiba2 Tonghong Hwie berteriak lagi:
"Tidak mungkin tidak mungkin... hal ini tidak mungkin
terjadi... ooooh hal ini bukan kenyataan bukan."
Han siong Kie jadi melongo menyaksikan tingkah polah adik
angkatnya yang mendekati gila itu, buru2 ia genggam
tangannya kencang2 dan berseru: "Adik Hwie, tenangkanlah
hatimu, kau maksudkan apanya yang tidak mungkin. "
Tonghong gelagapan sendiri lama sekali ia baru berkata:
"Maksudku... maksudku Tengkorak maut tak mungkin bisa
munculkan diri ditempat ini"
"Kenapa tak mungkin?" apa alasanmu berkata begitu.??
"Tentang soal ini... tentang soal ini... aku selalu merasa
bahwa kejadian ini bukanlah suatu peristiwa yang sungguhan
.."

152
"Tetapi kenyataan toh sudah terbentang didepan mata
kita?? "
"Engkoh Kie, kumohon kepadamu tinggalkanlah tempat ini"
sekali lagi Tonghong Hwie meminta.
"Tidak "jawaban dari si anak muda itu tegas sekali.
"Tetapi kau tidak boleh mati"
"Apakah kau yakin bahwa akupun bakal mati?? "
Dengan telapak tangannya Tonghong Hwie menyeka air
mata yang jatuh membasahi pipinya, lalu sahutnya:
"Hal itu bukan bisa terjadi siapapun tak akan menang bila
berani memusuhi Tengkorak Maut"
"Mungkin ucapanmu memang benar" sahut Han siong Kie
sambil menggertak giginya kencang2 sinar mata penuh
kebencian memancar keluar dari balik matanya. "Tetapi aku
telah bersumpah tak akan hidup berdampingan dengan
Tengkorak Maut, mungkin aku yang bakal mati tapi mungkin
juga dia yang bakal mampus, selama aku masih bisa hidup
dikolong langit aku bersumpah akan memukul rata Benteng
Maut..."
Sinar mata Tonghong Hwie jadi pudar, badannya mundur
makin terhuyung, gumamnya: "ooooh engkoh Kie kejadian ini
terlalu menakutkan"
Han siong Kie tidak menggubris adik angkatnya lagi, ia
mendongak memandang cuaca lalu berseru:
"Tengah hari sudah tiba aku harus masuk kedalam kuil
Boe-Hoo dan menyelesaikan tugas yang dibebankan pengemis
dari selatan kepadaku.." Habis berkata ia sebera melangkah
masuk kedalam hutan.
"Engkoh Kie, apakah kau bertekad untuk masuk
kedalam???" teriak Tonghong Hwie sambil menarik tangannya
kencang2.

153
"Tentu saja, engkoh tua telah menyerahkan tugas ini
padaku, sebagai seorang Bu lim yang telah memberikan
kesanggupannya aku harus melaksanakan tugas itu hingga
selesai, kendati badan harus hancur dan jiwa harus melayang,
adik Hwie kau tak usah membujuk diriku lagi"
Tonghong Hwie angkat kepalanya memandang sekejap
kearah tengkorak darah yang bertengger diatas batu cadas seolah2
sedang memikirkan sesuatu, ia termenung beberapa
saat lamanya.
Kemudian sambil mengendorkan cekalan-nya dia
mengangguk. "Baiklah, mari kita ber sama2 masuk ke dalam"
"Tidak. adik Hwie, kau harus tinggalkan tempat ini dengan
segera, aku tidak ingin kau ikut menempuh bahaya karena
persoalanku, aku tidak ingin kau ikut konyol bersama diriku".
"Engkoh Kie, kau tak usah banyak bicara lagi, mari kita
segera berangkat"
"Baik" seru Han siong Kie kemudian sambil menggertak
gigi.
Kedua orang itu menerobos ke dalam hutan dan bergerak
mendekati kuil yang berdiri dengan angkernya didalam hutan,
baru saja mereka berjalan sejauh dua puluh tombak. tiba2
Tonghong Hwie menjerit kaget dan berteriak kembali dengan
ketakutan: "Engkoh Kie, kedatangan kita sudah terlambat,
coba kau lihat." sambil berkata ia segera menuding kearah
depan.
Dengan cepat Han siong Kie alihkan sinar matanya, bulu
kuduknya kontan bangun berdiri dan ia bersin beberapa kali.
Tampaklah mayat manusia bergelimpangan ditengah hutan
tersebut, satu.. dua.. tiga.. ternyata ada puluhan sosok
banyaknya, bahkan mereka semua terdiri dari anak murid
perkumpulan Kay pang.

154
Keadaan dari mayat2 itu kesemuanya mengerikan sekali,
mata melotot keluar dan darah kental mengucur keluar dari
tujuh buah lubang indranya.
Kalau ditinjau sepintas lalu, rupanya mereka semua mati
diujung sebuah pukulan yang amat beracun sekali.
"Hmm mereka semua pasti mati ditangan Tengkorak Maut "
dengus pemuda kita dengan gusar. "Tidak aneh kalau tiada
seorang manusia yang munculkan diri di tempat ini, kiranya
mereka sudah mati binasa semua"
Peristiwa yang sedang berlangsung pada saat ini benar2 di
luar dugaan siapapun, pihak kay pang didalam rapatnya
memilih pangcu baru bukan saja telah dicampuri urusannya
dengan kehadiran para jago lihay dari perkumpulan Thian
chee Kauw, bahkan Tengkorak Maut pun ikut mencampurikan
diri dalam persoalan itu.
Han siong kie sendiri walaupun menerjang masuk kedalam
dengan mempertaruhkan keselamatannya, tetapi dalam hati
siapapun merasa tidak tenang, keringat dingin mengucur
keluar tiada hentinya membasahi seluruh pakaian yang ia
kenakan. Bagaimana kelanjutan dari peristiwa itu?? hingga
detik ini masih sulit diduga, tapi yang nyata puluhan jiwa anak
murid Kay pang telah menemui ajalnya.
suasana dalam hutan itu sebera dirasakan jadi tebang dan
tercekam oleh keseraman serta kengerian yang mencekat hati.
Pada saat itulah..
Tiba2 dari dalam kuil Boe Hoo berkumandang datang suara
gelak tertawa yang amat nyaring, begitu keras suara tertawa
itu hingga menusuk telinga setiap orang yang mendengar.
Han siong Kie serta Tonghong Hwie jadi amat terperanjat
setelah mendengar gelak tertawa yang menyerupai auman
binatang aneh itu.

155
Blaaaam Blaaaam benturan2 dahsyat bergelepar diangkasa
diikuti sebuah sudut dinding bangunan ambrol dan runtuh
keatas tanah. Air muka Han siong Kie seketika berubah hebat.
"Aduuuh celaka" teriaknya "Pastilah si Tengkorak maut
sedang melangsungkan pembunuhan massal terhadap
perkumpulan Kay pang"
"siaw sicu jangan gegabah"
Mengikuti datangnya seruan tersebut meluncur tiba
sesosok bayangan abu2 dari sisi kalangan, angin pukulan yang
kencang dan dahsyat segera memaksa badan sianak muda itu
melayang kembali keatas permukaan.
Terlihatlah seorang hweesio tua beralis putih berjubah abu2
tahu2 sudah berdiri menghadang dihadapannya.
Han siong Kie merasakan jalan perginya terhadang, ia
segera ayunkan telapak tangan-nya melancarkan sebuah
pukulan kedepan. "Engkoh Kie, jangan bertindak gegabah, dia
adalah padri dari utara ......"
Mendengar peringatan tersebut, sianak muda itu menarik
kembali serangannya dengan meloncat mundur ke belakang.
Menanti ia awasi wajah padri itu dengan lebih seksama
dengan cepat diapun kenali kembali orang itu sebagai Pak
Ceng yang pernah dijumpainya sewaktu berada ditepi sungai
depan Benteng maut.
Buru2 ia menjura dan mohon maaf katanya:
"oooh cianpwe maafkanlah kalau boanpwee bertindak
terlalu ceroboh terhadap diri mu... "
Padri dari utara tidak menggubris ucapannya itu, ia melirik
sekejap kearah kuil Boe Hoe dengan sinar ketakutan kemudian
serunya cemas: "Ayoh kila cepat berlalu dari sini"
"Berlalu???" seru Han siong Kie tertegun "Tapi boanpwee
telah mendapat tugas dari pengemis Lam kay untuk... "

156
"Aku sudah tahu, ayoh cepat berlalu kalau kita terlambat
mungkin tak akan sempat lagi setelah tinggalkan tempat ini
kita bicarakan persoalan lain"
"Tapi urusan mengenai Kay pang...".
sepasang tangan Padri dari utara bergerak cepat, laksana
kilat ia cengkeram tangan Han siong Kie serta Tonghong Hwie
kemudian kabur keluar dari hutan tersebut.
Han siong Kie yang diseret terus jadi melongo dan
kebingungan sendiri, ia tak tahu apa maksud tujuan dari Pak
Ceng berbuat begini, kalau ditinjau dari kepandaian silat yang
dimiliki jelas tak mungkin tangannya berhasil dicengkeram
oleh padri dari utara dalam sekali sambaran.
Tetapi berhubung kesatu ia tidak menyangka dan kedua ia
tahu bahwa Pak Ceng maupun Lam Kay sama2 merupakan
manusia aneh dari dunia Persilatan, lagipula hubungannya
dengan mereka tidak jelek. maka setelah mengetahui bahwa
lawannya mengandung maksud mendalam, iapun tidak
memberikan perlawanan barang sedikitpun juga.
Dalam pada itu mereka sudah keluar dari hutan, tapi padri
dari utara masih menarik tangan kedua orang itu tiada
hentinya, gerakan tubuhnya cepat bagaikan terbang, sesudah
berjalan sejauh puluhan li dan tiba dibalik sebuah celah bukit
akhirnya ia berhenti. si Padri dari utara melirik sekejap ke arah
Tonghong Hwie, kemudian tegurnya:
"Apakah kau anggota dari Kay pang?"
Tonghong Hwie memandang sekejap ke arah padri tua itu
kemudian tertawa cekikikan,
" Hiiih.. hiiiih hiiih. . bukan boanpwe adalah seorang
pengemis gelandangan"
"Apa maksudmu pengemis gelandangan?"

157
"Kesatu, aku tidak pernah minta2 makan kedua aku tak
pernah minta2 sedekah uang ketiga, aku tidak punya guru dan
keempat aku tak punya perkumpulan, luntang lantung ke sana
kemari dengan bebas dan merdeka tanpa ikatan dari
manapun, itulah yang disebut pengemis gelandangan aneh
bukan??..."
Sepasang alis padri dari utara segera berkerut kencang,
namun ia tidak bisa bicara lagi.
Dalam pada itu Han song Kie sudah tak dapat menahan
mangkel dan dongkolnya didalam hati, dengan cepat ia
berseru: "Loocianpwee sebetulnya apa yang telah terjadi???"
-000dw000-
Jilid 5
MENDAPAT pertanyaan ini air muka Padri dari Utara segera
berubah jadi keren dan serius, sahutnya
"siauw sicu, tahukah kau manusia2 macam apakah yang
sedang bertempur didalam kuil Boe Hoe??"
"Tengkorak maut".
"Dan siapakah tandingannya?".
"Tentang soal ini, apakah Loocianpwe tahu??". Padri dari
utara segera mengangguk.
"Ehmm, dia adalah si malaikat berhawa Im. Mi sioe Ing".
"Apa?? si malaikat berhawa Im Mo sioe Ing??" jerit Han
song Kie dengan hati terperanjat.
"secara bagaimana ia telah datang ke situ dan bertempur
melawan Pemilik dari Benteng Maut??"

158
"Kejadian ini hanya suatu kebetulan saja. Mungkin si
malaikat berhawa Im Mo sioe Ing sedang melakukan
perjalanan lewat pantai Pek swie Tham, ketika menyaksikan
disisi jalan terdapat lambang Tengkorak Maut maka timbullah
napsunya untuk bertempur melawan manusia paling
menakutkan dari kolong langit ini, untung terjadi peristiwa ini
kalau tidak seandainya kalian masuk ke dalam hutan sekalipun
memiliki kepandaian yang lihay apakah kau mampu untuk
mempertahankan hidupmu??."
"Malaikat berhawa Im, Mo sioe Ing berani menantang
pemilik dari Benteng Maut untuk bertempur, aku pikir
kepandaian silat yang dimilikinya pasti mengerikan sekali,
beberapa hari berselang si pengemis dari selatan pun harus
menderita luka dalam yang sangat parah didalam tiga buah
gebrakan saja."
"Loocianpwee " terdengar Tonghong Hwie berseru dengan
nada gemetar. " Apakah kau berhasil menjumpai raut wajah
dari Tengkorak maut itu?"
"Bertemu sih tidak. cuma selama ini loolap selalu
bersembunyi di sudut ruangan sambil menanti, ketika pemilik
dari Benteng Maut itu sedang memencilkan dirinya ....." tiba2
padri ini berhenti sejenak untuk tukar napas kemudian
tambahnya "Tetapi menurut penglihatan loolap. kejadian ini
agak sedikit mencurigakan..."
"Apakah keadaan dari Tengkorak Maut itu agak tidak beres
...." tukas Tonghong Hwie cepat.
Padri dari utara segera alihkan sinar matanya kearah
pengemis cilik itu dan menatap wajahnya tajam2.
"siauw sicu, apakah kau tahu bagaimanakah raut wajah
serta potongan badan dari pemilik Benteng Maut??"
"Kudengar dari orang lain yang mengatakan katanya dia
adalah seorang manusia berkerudung abu2 berjubah lebar
warna abu2 dengan telapak kanan berwarna putih bersih

159
bagaikan kumala serta bertelapak kiri warna hitam bagaikan
tinta bak..."
Mendadak seluruh tubuh padri dari utara tergetar keras
tanpa sadar ia mundur satu langkah lebar ke belakang,
sepasang matanya menatap wajah pengemis cilik itu tanpa
berkedip membuat Tonghong Hwie yang dipandangi terus jadi
malu dan tundukkan kepalanya dengan ter sipu2.
Beberapa kemudian padri itu baru berkata kembali:
"Siauw sicu kau dengar dari siapa??? menurut
sepengetahuan loolap si pemilik dari Benteng Maut belum
pernah unjukan dirinya dihadapan orang asing????"
"Boanpwee hanya sempat mendengar pembicaraan itu
tanpa sengaja, apa loocianpwee jumpai apakah persis seperti
apa yang boenpwee katakan barusan...??? "
"Tentang apa ini... tentang soal ini... loolap sendiripun
kurang begitu jelas, tapi yang pasti bayangan tubuhnya
memang abu2.."
"Loocianpwee apakah kau telah berjumpa dengan
pengemis dari selatan?" tiba2 Han Siong Kie menyela.
"Belum"
"Lalu dari mana loocianpwee bisa tahu kalau mereka akan
berkumpul disini??"
"Dari mulut seseorang loolap mendapat tahu bahwa
perkumpulan Kay-pang sedang melakukan pertemuan besar di
tempat ini, maka loolap segera berangkat kemari untuk
menghalangi niat sementara dari penghianat untuk merebut
kedudukan kursi ketua"
"oh, siapakah yang menyampaikan berita ini kepada
cianpwee??"
"seorang lisicu menyebut dirinya sebagai Yoe Sim Jien...."

160
"Yo Sim Jien??? kembali perempuan itu?? sungguh aneh"
teriak Han Siong Kie dengan hati terkeiut.
"Apakah siauw sicu kenal dengan li sicu yang menyebut
dirinya Manusia yang ada maksud ini???".
"Tidak kenal, cuma dia pernah....".
Berbicara sampai disini mandadak ia merandek dan tidak
dilanjutkan lagi, karena ia tidak ingin mengutarakan tentang
masalah asal usulnya serta apa yang diperingatkan "Yoe Sim
Jien" kepadanya.
Pengemis cilik Tonghong Hwie jadi tegang segera
desaknya: "Dia pernah kenapa???".
"ooooh.. dia pernah menyampai pesan dari mendiang
leluhurku kepada diriku " sahut sianak muda itu sambil
tertawa rikuh.
Karena ia takut saudara angkatnya mendesak lebih jauh,
cepat2 ia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain dan ujarnya:
"Loocianpwee, bagaimana caranya kita akan menyelesaikan
persoalan yang meliputi perkumpulan Kay-pang??".
"Setelah Loolap tiba disitu tadi, aku segera membubarkan
kesembilan tiang loo serta ratusan anggota Kay pang untuk
segera tinggalkan tempat itu, sebab kalau tidak akibatnya
sukar dibayangkan dengan otak. seperempat jam setelah
semua anggota Kay pang bubar Tengkorak Maut telah
munculkan diri ditempat itu, puluhan orang anggota Kay pang
yang tidak sempat kabur dari situ telah mendapat binasa
ditangannya, aku rasa kalian tentu sudah menyaksikan sendiri
bukan mayat mereka yang bergelimpangan didalam hutan..."
Han siong Kie mengiakan. Terdengar Pak Ceng melanjutkan
kembali.
"Seandainya simalaikat berhawa Im secara kebetulan tidak
lewati ditempat itu, mungkin baik kau maupun aku tak akan
sanggup menghadapi iblis tua yang berhati keji itu."

161
"Aaah.. Locianpwee, masa si malaikat berhawa Im begitu
berani untuk bergebrak melawan pemilik dari benteng maut?"
seru Tonghong Hwie.
"Ehmm menurut penilaian loolap yang mencuri lihat
jalannya pertarungan dari tempat persembunyian, paling
banter simalaikat berhawa Im hanya bisa bertahan sampai
lima puluh jurus lagi, lama kelamaan dia pasti akan menderita
kalah"
Han siang Kie tetap sangat menguatirkan persoalan dalam
tubuh Kaypang, ia harus mencari keterangan duduk perkara
yang sebenarnya untuk memberikan pertanggungan jawab
kepada engkoh tuanya, maka kembali katanya kepada sipadri
utara:
"Locianpwee, dapatkah kau memberi keterangan dengan
lebih jelas lagi?? agar dikemudian hari boanpwee pun bisa
memberikan pertanggungan jawabku terhadap Pengemis dari
selatan".
Padri dari Utara mengangguk.
"Kemarin selagi Loolap melakukan perjalanan tiba2
perjalananku dihadang oleh seorang li sicu yang memakai kain
kerudung putih, ia mengaku bernama "Yoe Sim Jien", menurut
li sicu tadi katanya si pengemis bintang langit Jien Jiet yang
telah menduduki jabatan Tongcu dari perkumpulan Thian chee
Kauw telah mendapat dukungan dari kaucunya untuk merebut
kursi jabatan sebagai ketua perkumpulan Kay pang, bahkan
diapun membawa tanda pengenal bambu hitam milik
pengemis dari selatan, Li sicu itu minta kepada lolap untuk
datang kekuil Boo Hoo dipantai Pek swie Than sebelum tengah
hari untuk merintangi jalannya rencana tersebut, kemudian
melaporkanpula duduknya perkara kepada para Tiangloo... "
"Lhoo. sipengemis bintang langit toh seorang Tongcu dari
perkumpulan Thian chee Kaw kenapa dia bisa . . ."sela
Toanhong Hwie.

162
Belum habis ia berkata, sipadri dari utara telah menukas
kembali:
"Pengemis bintang langit adalah suheng Te dengan
ciangbunjin yang telah meninggal, berhubung ia telah
melanggar pertarungan maka diusir dari perkumpulan tersebut
dimana kemudian ia telah menggabungkan diri dengan pihak
perkumpulan Thian chee Kauw, kali ini dengan mendapat
dukungan yang penuh dari perkumpulannya ia diwajibkan
merebut kursi jabatan ketua Kay pang dari rekan2nya, apa
tujuan mereka?? tentu saja mereka ingin menggabungkan
anak murid kay pang yang tersebar disegala penjuru kolong
langit itu dibawah komando Thian chee Kauw. ."
"Kalau memang pengemis bintang langit sudah diusir dari
perkumpulan, apakah dia berhak menduduki jabatan sebagai
pangcu?"
"Pertama, ia sudah bersiap sedia menggunakan kekerasan
untuk mencapai tujuannya, dan kedua ia membawa bambu
hitam milik pengemis dari selatan yang merupakan lambang
tertinggi dari Kay pang, maka kesempatannya teramat besar
untuk berhasil merebut kursi pangcu".
"Hmm urusan justru terjadi dikala pengemis dari selatan
sedang menderita luka ditangan malaikat berhawa Im Mo Sioe
Ing, kalau tidak rencana busuk dari pengemis bintang langit
Jien Jit pasti akan kocar kacir tak karuan, dengan andaikan
kepandaian dari Lam kay...”
"Itu sih belum tentu "sela Pak ceng dengan alis berkerut,
Thian chee Kauw sangat bernapsu untuk menyukseskan
rencana besarnya ini, mereka tidak sayang untuk
mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk
menunjang usaha Jien Jit, kejadian yang telah berlangsung
hanya suatu kejadian yang kebetulan saja, membuat rencana
busuk mereka dapat terwujud dengan gampang...”

163
"Apa yang masih aku tidak pahami adalah dari mana Yoe
sim Jien bisa tahu akan duduknya persoalan itu dengan
jelas??"
"Tentang soal ini mungkin hanya dia sendiri yang tahu"
"Yang bikin kepala orang pusing dan tidak habis mengerti
justru adalah kemunculan si Tengkorak Maut dipantai Pek swie
Tham, ia muncul disaat yang sama serta turun tangan
terhadap anggota perkumpulan Kay pang???..."
"Loolap sendiripun tak habis mengerti, apa sebabnya bisa
terjadi seperti ini???"
"Tiga hari kemudian pengemis dari selatan akan datang
sendiri ditempat ini untuk menyelesaikan persoalan itu"
"Tentang persoalan ini Loolappun sudah mendengar dari
mulut Yoe sim Jien .."
Hampir saja Han song Kie mencelat ketengah udara saking
kagetnya setelah mendengar perkataan itu teriaknya dengan
suara keras:
"Darimana dia bisa tau akan pesoalan ini?? ucapan itu
pengemis dari selatan hanya sampaikan kepada boanpwee
seorang, dari mana dia bisa tahu akan hal ini???"
"sedikitpun tidak salah peristiwa ini memang membuat
orang jadi bingung dan tak habis mengerti"
"suatu hari aku pasti akan membongkar teka teki ini"
sambil gelengkan kepalanya padri dari utara menghela
napas panjang.
"Aaai... peristiwa yang menimpa perkumpulan Kay-pang
kali ini, walaupun untuk sementara waktu bisa ditunda, tapi
pokok persoalannya belum dapat diselesaikan sama sekali,
karena pihak Thian chee Kauw secara terang2an sudah
membuka kedoknya untuk mengangkangi perkumpulan

164
tersebut, sebelum tujuan mereka tercapai jelas pihak mereka
tak akan lepas tangan dengan begitu saja
"Anak murid perkumpulan Kay pang tersebar luas diseluruh
kolong langit, apakah mereka tak becus semua??".
"Persoalan tak bisa dikatakan demikian, Kay pang adalah
suatu wadah yang menyerupai sarang naga gua harimau,
cukup andaikan kesembilan orang Tianglonya masing2
memiliki kepandaian silat yang maha dahsyat, tetapi pihak
Thian chee Kauw yang yang berhasil pula menjaring seluruh
iblis dikolong langit untuk bergabung dengan mereka bukanlah
suatu pertempuran berdarah, cepat atau lambat tak bisa
dihindari lagi, persoalan yang paling membingungkan hati
serangan ini adalah kehadiran si Tengkorak maut yang
memusuhi pula pihak Kay pang, entah perbuatan ini disertai
dengan suatu maksud atau hanya secara kebetulan saja".
"Jadi kalau begitu persoalannya hanya terletakpada si
tengkorak maut??...".
"Tidak salah, karena itu walaupun sipengemis tua mengejar
kemari juga tak ada gunanya" .
"Benarkah si tengkorak maut tiada tandingannya dikolong
langit??"
"Dewasa ini memang demikian adanya"
Han song Kie menghembuskan napas panjang dan tidak
berbicara lagi, otaknya ssgera beralih memikirkan pusaka
sarung Buddha "Hoed Jiu Poo Jit" yang diperolehnya, asal ia
berhasil menemukan sarung tangan yang sebelah lain, itu
berarti ilmu see Mie sinkang akan berhasil dilatihnya...
Mendadak.... terdengar suara bantakan keras
berkumandang datang dari tempat kejauhan. Ketiga orang itu
sama2 terperanjat dengan wajah serius Han siong Kie segera
berkata. "Biar aku pergi memeriksanya"

165
Habis berkata ia enjotkan badannya bagaikan segulung
asap segera melayang kearah mana berasalnya suara tadi.
Tampaklah diatas jalan raya bayangan mausia
berseliweran, bentakkan2 keras bergema tiada hentinya dari
balik gerombol manusia itu...
Bagaikan sukma gentayangan tanpa menimbulkan sedikit
suarapun Han siong Kie melay turun kurang lebih lima tombak
dari kalangan pertempuran..
Tampaklah sesosok bayangan merah berdiri diantara
kerumunan banyak orang, warna bajunya amat menusuk
pandangan.
Dia bukan lain adalah kupu2 warna warni Lle In Hiang,
Tongcu dari perkumpulan Thian chee Kauw atau dengan
perkataan lain sebagian besar manusia yang berada disitu
bukan lain adalah anggota dari perkumpulan Thian chee
Kauw.
Dengan pandangan yang tajam sianak muda itu alihkan
matanya dari perempuan jalang itu ke arah kalangan
pertempuran, tetapi dengan cepat ia berdiri tertegun di
tempat itu.
Terlihatlah olehnya delapan orang kakek tua berbaju hijau
sedang bertempur sengit melawan pengemis dari selatan.
Bukankah pengemis dari selatan telah terluka di tangan
malaikat berhawa Im Mie Sioe Ing??? kemudian terhajar pula
oleh pengemis bintang langit Jien Jiet yang berhianat hingga
menderita luka parah dan jiwanya terancam bahaya?? kenapa
secara tiba2 ia bisa muncul disini dan bertempur melawan
orang???, selangkah demi selangkah siong Kie berjalan
mendekati kalangan pertempuran.
Tampak olehnya belasan sosok mayat menggeletak diatas
tanah, jelas mereka mati ditangan pengemis dari selatan.

166
Han siong Kie alihkan sinar matanya ke arah lain, diantara
gerombolan manusia ia jumpai seorang pengemis berusia
pertengahan yang berwajah burik. berhidung alang dan
bermata tikus sedang mengawasi jalannya pertarungan
dengan seksama, satu ingatan dengan cepat berkelebat
didalam benaknya, ia berpikir:
"orang itu pastilah sipengemis bintang langit Jien Jiet
adanya, heboh yang terjadi dalam tubuh perkumpulan Kay
pang kali ini sebagian besar adalah timbul karena gara2
penghianat ini, aku harus mewakili engkoh tua untuk
menghajar mati srigala ini.”
Berpikir sampai disitu, badannya segera melesat ketengah
udara, laksana kilat ia tubruk ke arah pengemis berusia
pertengahan itu
Mimpipun pengemis tadi tak pernah menyangka kalau ada
orang turun tangan terhadap dirinya dikala ia sedang
memperhatikan jalannya pertarungan dengan penuh
perhatian, ketika mendengar ada desiran angin tajam
menyambar datang ia segera berpaling untuk melihat apa
yang sebenarnya telah terjadi, tapi ingatan kedua belum
sempat berkelebat lewat, tahu2 urat nadi pergelangan
tangannya sudah kena dicengkeram oleh orang diikuti sebuah
telapak lain telah menekan diatas jalan darah Beng bun
hiatnya, ia jadi mati kutu dan tak berani berkutik lagi.
suasana seketika berubah jadi gempar, semua jago yang
ada disitu pada berteriak kaget dan melompat mundur ke
belakang.
si kupu2 warna warni Lie In Hiang pun tak kalah kagetnya
di bandingkan dengan orang lain melihat siapakah yang telah
datang, ia segera menjerit lengking:
"Manusia berwajah dingin"
-ooodw0kzoooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
167
BAB 10
BERHUBUNG dengan jeritan lengking dari Cie In Hiang,
maka sinar mata semua orangpun dialihkan keatas wajah Han
siong Kie.
sampai sipengemis dari selatan serta kedelapan orang
kakek berbaju hijau yang sedang bertempur seng itpun tanpa
terasa sudah menghentikan pertarungannya.
Manusia berwajah dingin, usianya belum mencapai dua
puluh tahun, lagipula didalam dunia persilatan belum pernah
mendengar disebutnya nama orang ini, maka air muka para
jago lihay perkumpulan Thian chee Kauw rata2 menunjukkan
kesangsian dan bingung.
Dengan andalkan kepandaian silatnya, mungkin sianak
muda yang masih muda belia ini berhasil menghajar Lie In
Hiang si kupu2 warna warni yang menjabat sebagai pimpinan
Tongcu dari perkumpulan Thian chee kauw hingga muntah
darah dan hampir saja jiwanya tercabut?? kejadian ini benar2
membuat orang tak habis percaya.
Didalam hati diam2 Han siong Kie merasa geli, tak disangka
olehnya julukan " manusia berwajah dingin" yang diberikan
saudara angkatnya secara bergurau kini mulai dikenal oleh
kawanan jago Bu-lim.
Bagaimana gerangan si manusia berwajah dingin
munculkan diri dan membekuk batang leher pengemis bintang
langit?? tak seorang pun yang tahu.
si Pengemis bintang langit Jien Jit sendiri yang urat nadi
pada pergelangan tangannya dicekal orang, sedikitpun tak
berani bergerak ataupun melawan, keringat dingin sebesar
kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya membasahi
seluruh badan.

168
Han siong Kie melirik sekejap kearah Lie In Hiang, dengan
pandangan dingin lalu tegurnya:
"Hey Lie In Hiang, sungguh tak nyana dengan begitu cepat
kita telah saling berjumpa kembali".
selapis napsu membunuh melintas diatas wajah Lie In
Hiang yang berubah hebat, ia tertawa dingin.
"Manusia berwajah dingin" sahutnya, akupun tak pernah
menyangka kalau begitu cepat kau telah datang kemari untuk
menghantar kematianmu.”
Han siong Kie mendengus dingin ia tidak berbicara lagi.
Dalam pada itu si pengemis Bintang la ngit Jien Jit sudah
berteriak pula dengan suara keras.
"Manusia berwajah dingin, tahukah engkau siapakah pun
Tongcu???"
"Huuuuh kau adalah si pengemis bintang langit Jien Jit
yang menghianati perguruan dan murid buangan dari Kay
pang, bukankah begitu???."
sekujur badan pengemis bintang langit gemetar keras,
setelah mengumpulkan kembali keberaniannya ia membentak
kembali:
"Manusia berwajah dingin, apa maksudmu menangkap
diriku????"
Han siong Kie mendengus dingin, ia segera menoleh ke
arah pengemis dari selatan yang berdiri ter manggu2 ditengah
kalangan dan bertanya: "Engkoh tua, apa rencanamu
terhadap manusia laknat ini???".
"Hmm sedari dulu ia sudah diusir dari Kay-pang, ia tidak
terhitung anak murid perkumpulan kami lagi" sahut Pengemis
dari selatan dengan penuh kegusaran "Baginya tak perlu di
hukum menurut peraturan perguruan lagi, saudara cilik,

169
terserah pada mu apa yang hendak kau lakukan, aku
sipengemis tua sih tiada pendapat".
"Kalau memang begitu, biar kumusnahkan dirinya sebagai
penebus dosa atas kesalahannya terhadap Kay pang"
Pucat pias seluruh wajah pengemis bintang langit setelah
mendengar ancaman itu, dengan mata terbelalak lebar dan
tubuh gemetar keras teriaknya:
"Manusia berwajah dingin, kalau kau bunuh diriku maka
kau sendiripun tak akan lolos dari sini dalam keadaan selamat"
"Bisa selamat atau tidak itu urusan lain, kau tak perlu
menguatirkan diriku mengerti??"
Pengemis bintang langit jadi putus asa, ia segera alihkan
sinar matanya yang penuh dengan belas kasihan itu ke arah
delapan orang kakek berbaju hijau yang ada dikalangan.
"Manusia berwajah dingin, kau berani membunuh
dirinya??" bentak si kupu2 warna warni Lie In Hiang dengan
gusar.
"Hmmm kenapa aku tidak berani?? setelah menjagal dirinya
maka giliran akan tiba pada dirimu cepat kau telah datang
kemari untuk menghantar kernatianmu”
Han Siong Kie mendengus dingin ia tidak berbicara lagi.
Dalam pada itu si pengemis Bintang Langit Jien Jit sudah
berteriak pula dengan suara keras.
"Manusia berwajah dingin tahukah engkau siapakah Pun
Tongcu???"
"Huuuuh! kau adalah si pengemis bintang langit Jien Jit
yang menghianati perguruan dan murid buangan dari Kay
pang bukankah begitu???"

170
Sekujur badan pengemis bintang langit gemetar keras
setelah mengumpulkan kembali keberaniannya ia membentak
kembali:
"Manusia berwajah dingin apa maksudmu menangkap
diriku????"
Han Siong Kie mendengus dingin segera menoleh kearah
pengemis dari selatan yang berdiri termanggu2 ditengah
kalangan dan bertanya:
„Engkoh tua apa rencanamu terhadap manusia laknat
ini??“.
"Hmm! sedari dulu ia sudah diusir dari kay pang ia tidak
terhitung anak murid perkumpulan kami lagi“ sahut pengemis
dari selatan dengan penuh kegusaran "Baginya tak perlu
dihukum menurut peraturan perguruan lagi, saudara cilik,
terserah pada mu apa yang hendak kau lakukan, aku sipengemis
tua sih tiada pendapat "'.
„Kalau memang begitu, biar kumusnahkan dirinya sebagai
penebus dosa atas kesalahannya terhadap Kay pang“.
Pucat pias seluruh wajah Pengemis bintang langit setelah
mendengar ancaman itu, dengan mata terbelalak lebar dan
tubuh gemetar keras teriaknya :
'Manusia berwajah dingin, kalau kau bunuh diriku maka kau
sendiripun tak akan lolos dari sini dalam keadaan selamat!"
"Bisa selamat atau tidak itu urusan lain, kau tak perlu
menguatirkan diriku! mengerti?“.
Pengemis bintang Langit jadi putus asa, ia segera alihkan
sinar matanya yang penuh dengan belas kasihan itu kearah
delapan orang kakek berbaju hijau yang ada dikalangan.
"Manusif berwajah dingin, kau berani membunuh
dirinya??!” bentak si kupu2 warna warni Lie In Hiang dengan
gusar.

171
"Hmmm! kenapa aku tidak berani?? setelah menjagal
dirinya maka giliran akan tiba pada dirimu”
Air muka Lie In Hiarig seketika berobah jadi hijau membesi
dengan sorot mata berapi api ia melotot kearah sianak muda
itu.
Dengusan gusar segera berkumandang pula diantara
kawatan jago cari perkumpulan Thian Che Kauw tujuh orang
segera muncul kan diri dan mendesak kedepan mendekati
tuduh Han Siong Kie.
Ketegangan dan napsu membunuh dengan cepat meliputi
seluruh kalangan tersebut.
“Manusia berwajah dingin! "seru salah seorang diri delapan
kakek berbaju hijau itu dengan suara menyeramkan ”Kalau
engkau berani turun tangan terhadap Jien Tongcu maka
perkumpulan Kay pang akan merasa pula pembalasan dendam
yang hebat dari kami darah akan berceceran menodai seluruh
perkumpulan tersebut!"
Ancaman ini betul2 hebat dan seketika menggidikkan hati
Han Siong Kie ia sadar bahwa perkumpulan Thian-Chee Kauw
adalah perkumpulan terbesar dikolong langit dewasa ini
dengan jago lihay yang amat banyak seandainya mereka
melakukan pertempuran terbuka dengan pihak Kay pang maka
akibatnya sukar dibayangkan dengan kata-kata.
Tetapi sebagai seorang pemuda yang berhati dingin,
sekalipun berada dalam keadaan terdesak dan bingung,
sikapnya diluaran masih tetap hambar dan tak pandang
sebelah matapun terhadap semua orang.
Ia tak ingin mendatangkan kesulitan bagi pihak Kay pang,
maka sinar matanya perlahan lahan dialihkan kearah
Pengemis dari selatan maksudnya agar engkoh tuanya yang
mengambil keputusan.

172
Dalam pada itu ketujuh orang jago lihay tersebut sudah
berada dua tombak dihadapan serangan dahsyat telah siap
dilancarkan
Suasana jadi semakin tegang dan menyesakkan napas,
semua orang merasakan hatinya berdebar keras.
Lima puluh orang lebih jago lihay dari perkumpulan Thian
Chee Kauw sama2 alihkan sorot matanya menatap musuh2nya
dengan tajam.
Seluruh rambut pengemis dari selatan yang berwarna
keperak perakan itu sudah pada berdiri semua bagaikan
kawat, kegusaran yang bergelora dalam memang sukar
dikendalikan lagi, tetapi untuk beberapa waktu tak berani
mengambil keputusan sebab ia tahu anggota Kay pang
tersebar di mana2 seandainya pihak Thian chee Kauw
sungguh melakukan pembunuhan maka akibatnya tentu hebat
sekali.
Melihat musuhnya ragu2, sikakek berbaju hijau menjadi
semakin bangga. sambil tertawa seram jengeknya :
"Hey, pengemis rudin, bukankah kau adalah seorang
pimpinan tiang loo dari Kay Pang, kau harus tahu bahwa mati
hidup perkumpulanmu tergantung pada keputusan yang akan
kau ambil".
"Apa yang siap kalian lakukan terhadap kami??” hardik si
pengemis dari selatan dengan mata melotot.
”Biarlah Jien Tongcu yang menjabat kursi ketua dari
perkumpulan Kay-pang, maka perkumpulan kami akan hidup
berdampingan secara damai dengan pihak Kay pang dalam
cita2nya merajai Bu-lim serta pemimpin seluruh umat manusia
yang ada dikolong langit."
Ucapan ini sangat menggusarkan hati pengemis dari
selatan, sekujur badannya gemetar keras, sambil menggigit
bibir teriaknya:

173
"Permintaanmu tak bisa kami kabulkan, kecuali kau bisa
melangkahi mayat dari aku si pengemis tua"
"sekalipun kau modar belum tentu persoalan ini bisa
diselesaikan".
"Hmmm kau tak usah banyak bacot lagi, pihak Kay pang
kami akan berjuang menentang kekerasan Thian chee Kauw
sampai di manapun juga," dia kemudian kepada Han siong Kie
bentaknya: "Bunuh bangsat itu".
Serentetan teriakan ngeri yang mengerikan bulu roma
berkumandang memecahkan kesunyian, si pengemis bintang
langit muntah darah segar dan menggeletak mati dalam
keadaan mengerikan diatas tanah.
Pada saat yang bersamaan tujuh orang jago lihay serentak
melancarkan pukulan dahsyat menggencet tubuh Han siong
Kie, sementara delapan orang kakek berbaju hijan itu sekali
lagi mengerubuti pengemis dari selatan.
Dua sosok bayangan manusia berkelebat lewat dan
menerjang masuk kedalam kalangan pertempuran, mereka
adalah sipadri dari utara serta pengemis cilik Tonghong Hwie.
seketika itu juga puluhan orang jago lihay menggerakkan
tubuhnya menghadang jalan pergi padri itu, suatu
pertarungan sengitpun dengan cepat berkobar.
si kupu2 warna warni Lie In Hiang paling benci terhadap
pengemis cilik itu, melihat kehadiran Tonghong Hwie disitu ia
segera membentak nyaring dan melancarkan satu babatan
dari tempat kejauhan.
suatu pertempuran yang maha seru dan maha dahsyatpun
segera berkobar ditempat itu, bentakan keras bergeletar
memecahkan kesunyian, angin pukulan men-deru2, bayangan
manusia berseliweran...

174
Tiba2 terdengar jeritan kesakitan berkumandang
diangkasa, darah segar muncrat di udara dan sesosok tubuh
manusia roboh tak bernyawa lagi.
Pengemis cilik Tonghong Hwie dengan andalkan ilmu
kebalnya yang tahan pukulan bergebrak seru melawan si
kupu2 warna warni Lie In Hiang, untuk sementara waktu sulit
untuk menentukan siapa menang dan siapa kalah.
Delapan orang kakek berbaju hijau yang mengerubuti
sipengemis dari selatan, walau pun semuanya memiliki ilmu
silat yang sangat lihay tapi berhadapan dengan jago kawakan
yang sudah kenyang makan asam garam ini dibikin kewalahan
juga.
sebaliknya kawanan jago yang mengerubuti padri dari utara
merupakan kawanan jago di bawah kedelapan orang kakek
berbaju hijau itu, korban yang berjatuhan kian lama kian
bertambah banyak.
Di tengah pertarungan yang sedang berkobar itu ilmu silat
yang dimiliki Han siong Kie boleh dikata paling tinggi dan
paling hebat, ilmu pukulan Leng Koe sam sie nya betul2 hebat
dan mengerikan, setiap kali serangan yang dilancarkan pasti
membawa korban yang berjatuhan dalam waktu singkat
empat belas sosok mayat sudah bertumpuk di hadapan
tubuhnya.
Kenyataan segera menunjukkan bahwa posisi Han siong Kie
sekalian jauh lebih unggul daripada kekuatan lawan, bilamana
beberapa orang jago lihay itu bersatu padu dan turun tangan
secara berbareng niscaya semua jago lihay yang tergabung
dalam perkumpulan Thian Chee Kauw bakal musnah.
Mendadak... suitan nyaring yang amat memekikkan telinga
berkumandang datang dari kejauhan.
Disusul sebuah benda berdarah yang amat menyolok mata
meluncur datang dari tengah udara dan menggeletak di
tengah kalangan.

175
"Aaah..! tengkorak maut ."jeritan kaget segera bergema
diseluruh penjuru, semua jago yang sedang bertempur
dengan cepat menghentikan gerakannya.
Sesosok tengkorak yang belumuran darah menggeletak
ditengah kalangan, suasana yang menyeramkan dan
menggidikkan bati segera menyelimuti seluruh angkasa...
Pemilik dari Benteng Msut ternyata munculkan diri ditempat
itu pada saat dan keadaan seperti itu, kejadian ini benar2
merupakan suatu kejadian yang sama sekali di diluar dugaan
siapapun.
Tanpa sadar pengemis dari selatan, padri dari utara. Han
Siong Kie serta Tong hong Hwie bergabuog jadi satu.
Sedangkan para jago lihay dari perkumpulan Thian Chee
Kauw-pun berkumpul menjadi satu.
Dalam sekejap mata suasana ditengab kalangan berubah
jadi hening...sunyi sekali hingga suara napas sendiripun
kedengaran nyata.
Sepasang mata semua orang dingin memancarkan sinar
kaget dan ketakutan serentak ditujukan kearah tengkorak
berlumuran darah yang menggeletak ditengah kalangan,
hanya seorang yang terkecuali, dia adalah Han Siong Kie.
Dengan sorot mata yang memancarkan rasa benci, penuh
dendam dan dilapisi napsu membunuh ia menyapu seluruh
kalangan dengan pandangan tajam.
Apakah tujuan dari kemunculan sipemilik benteng maut
itu?? siapapun tak tahu. tapi mereka menyadari bahwa
kemunculan siiblis yang mengerikan itu berarti ancaman
kematian yang mnrggidikkan hati bagi setiap orang yang hadir
di situ.
Tengkorak berlumuran darah dibawah sorot cahaya sang
surya yang tajam memantulkan cahaya darah yarg
mengerikan.....

176
Bayangan maut. . kematian ... menyelimuti seluruh
kalangan.
Tiba2 Han Siong Kie mendengus dingin selangkah demi
selangkah ia mendekati tengkorak berlumuran darah itu.
Tongrorg Hwie jadi amat terperanjat, ia berteriak kaget dan
segera menarik ujung baju sianak muda itu sambil berseru
penuh ketakutan:
"Engkoh Kie, apa ...apa yang hendak kau lakukan??".
Pengemis dari selatan serta padri dari utara dengan sorot
mata yang memancarkan rasa kejut bercampur tercengang
tanpa terasa dialihkan pula kearah pemuda itu.
Terdengar Han siong Kie mendengus dingin, lalu jawabnya
dengan nada penuh kebencian: "Aku hendak musnahkan dulu
benda yang menyebalkan hati ini. "
"Jangan "seru pengemis diri utara hampir berbareng..
Dalam pada itu para jago dari perkumpulan Thian Chee
Kauw telah selesai berunding, mereka segera membimbing
yang luka dan diam2 ngeloyor pergi dari situ, dalam sekejap
mata bayangan tubuh mereka sudah lenyap tak berbekas. Di
tengah kalangan hanya tertinggal puluhan sosok mayat yang
bergelimpangan diatas tanah.
Sesaat sebelum tinggalkan tempat itu, si kupu2 warna
warni Lie In Hiang sempat melotot sekejap kearah Hansiong
Kie dengan penuh kebencian sayang sianak muda itu sama
sekali tidak menoleh.
Sepeninggalnya jago2 dari perkumpulan Thian Chee Kauw,
si padri dari utara segera berbisik dengan suara lirih:
"Rupanya kedatangan si pemilik dari benteng maut adalah
mencari satroni dengan pihak kita."
"Darimana kau bisa tahu?" tanya pengemis dari selatan
dengan nada tercengang.

Anda sedang membaca artikel tentang Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 1 dan anda bisa menemukan artikel Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 1 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/08/cersil-khu-lung-tengkorak-maut-jilid-1.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 1 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 1 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil khu lung : TENGKORAK MAUT - jilid 1 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/08/cersil-khu-lung-tengkorak-maut-jilid-1.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar