KATA PENGANTAR
POHON penggantungan terletak di-dalam sebuah rimba
raya yang gelap,kecuali sebuah pohon gundul ditengahtengah
rimba itu, semua pohon-pohon bersemi berdaun
lebat.
Pohon gundul itulah yang disebut sebagai Pohon
Penggantungan.
Mengapa ?
Yang diartikan dengan pohon penggantungan ialah
pohon yang digunakan untuk menggantung sesuatu, disini
ialah menggantung manusia.
Cerita dimulai sedari tiga tahun yang lalu, pertama kali
pohon gundul yang sudah hampir mati itu memegang
sebagai peraturan cerita.
Pada suatu hari, diatas pohon gundul yang sudah hampir
mati itu tergantung seorang gadis, mati tidak bernapas.
Tahun kedua, ditempat yaog sama, tergantung pula gadis
lainnya.
Demikian juga terjadi pada tahun ketiga, seorang gadis,
cantik pula yang kedapatan mati tergantung pada pohon
itu.
Pohon tua, gundul tidak berdaun pohon yang sudah
hampir roboh itu dinamakan Pohon Penggantungan.
Mungkin terjadi dugaan yang menyaksikan seramnya
pohon penggantungan itu. Apa yang diherankan, bila
seseorang bunuh diri diatas sebuah pohon.
Tidak mungkin mereka bunuh diri saudara.
Ingin mengetahui alasan-alasannya?
Mari kita uraikan sebagai berikut.
1. Setiap orang yang mati digantung di-atas pohon
penggantungan ialah berupa anak gadis yang muda belia,
ciri ciri yang paling khas ialah mereka mempunyai wajah
yang cantik.
2. Bila perawan cantik yang tidak mempunyai ilmu
kepandaian, mungkin mudah dihina dan digantung orang.
Pokok persoalan ialah tidak seorangpun dari korban-korban
itu yang tidak berilmu tinggi. Mereka berupa tokoh tokoh
silat yang cukup ternama.
Waktu terjadinya drama penggantungan ialah disekitar
malam Tong ciu, hari Pek gwe Cap gwe.
Mengingat ketiga alasan diatas ini, putusan yang paling
tepat ialah, para korban yang mati diatas pohon
penggantungan bukan dikerenakan bunuh diri, tetapi
dibunuh atau digantung orang!
Di bunuh orang?
Memeriksa tubuh para gadis yang digantung diatas
pohon penggantungan, tidak ada tanda tanda luka atau ciri
ciri dibunuh orang. Tidak ada tanda tanda bahwa mereka
mati diserang penyakit.
Mati tua tentu tidak mungkin karena umur mereka masih
muda.
Mati diserang wabah penyakitpun sulit di terima, karena
tidak mungkin terjadi pada waktu yang ditetapkan.
Inilah yang membikin pusing kepala. Bila tidak ada
keanehan lainnya, cerita ini sudah boleh ditutup segera.
Yang lebih aneh lagi ialah, dua hari setelah mereka mati
digantung diatas pohon penggantungan, jenazah jenazah
para gadis cantik itu lenyap tanpa bekas.
Bila tidak ada tangan jail yang menggantung para gadis
itu dan meletakkannya di atas pohon penggantungan, tentu
tidak mungkin?
Bila tidak ada tangan usil yang menurunkan jenazah
jenazah itu dari atas pohon penggantungan, tentu tidak
mungkin.
Siapa tangan jail itu ?
Siapa tangan usil itu. Seoranglah yang memegang
peranan sebagai si tangan jail dan si tangan usil? Apa
maksud tujuannya? Baik? Atau jahat?
Mari kita mulai mengikuti jalan cerita...
-ooo0dw0oo-
Jilid1
POHON Penggantungan pasti membawa korban.
Disebutnya nama Pohon Penggantungan menyebabkan
menggerindingnya bulu roma. teristimewa para gadis-gadis
yang berkepandaian ilmu silat.
Takhayul percaya bahwa dikala menjelang hari Tong
ciu, pencipta drama pohon penggantungan sedang
gentayangan mencari mangsa.
Pe gwee Tong ciu semakin mendekat, pesta kuweh yang
ramai itu mengingatkan nasib para gadis yang sudah dipilih
menjadi korban, para gadis yang akan mati diatas tiang
penggantungan.
Inilah hari sebelum terang bulan. Tiga hari lagi, orangorang
akan bersembahyang dengan pesta kuweh,
menghadangi bulan purnama yang indah.
Dikala matahari hampir terbenam. Ketegangan meliputi
sebuah ramah yang dibangun diantara rumpun bambu,
daerah ini dikelilingi oleh sungai kecil, dengan airnya yang
jernih, semakin menonjol ketenangan di sekitar itu.
Han san Siauw ciok, demikianlah nama rumah itu.
Penghuni Han-san Siauw ciok bernama Thung Lip dengan
gelar kependekarannya Hong tin Kie su atau Cendekiawan
Serba bisa, ia menatap dan melewatkan hari tuanya
ditempat ini. Tidak seorangpun yang berani
mengganggunya, karena dia adalah tokoh silat yang
dihormati dan disegani.
Sedari Thung Lip menetap di Han-san Siauw ciok, para
jago silat tidak berani mengganggu ketenangannya,
membiarkan jago tua itu hidup tenang tentram, bebas dari
kerusuhan, kerisauan dan pertengkaran pertengkaran yang
sering terjadi didalam rimba persilatan. Hari ini terkecuali.
Diempat sudut Han san Siauw Ciok, masing-masing
berdiri dua orang penjaga! Demikian juga daerah lainlainnya.
tugas mereka adalah menjaga keamanan dan
ketentraman. Kepala keamanan adalah dua jago kenamaan,
mereka adalah Pendekar Pedang Keras Thiat Kiam Khek
dan jago Tanpa Tandingan didaerah Tui san Lie Kee Ceng.
Dari penjagaan yang kuat ini mudah diduga bahwa Hansan
Siauw ciok. Bahkan, perkara ini tentu sangat penting
sekali.
Tiba tiba ....
Suatu bayangan sedang melewati sungai perbatasan Han
san Siauw ciok, melewati rumpun bambu dan mendekati
bangunan rumah.
Pendekar Pedang Keras Thiat Kiam Khek memapaki
kedatangan orang itu, seraya membentak.
"Siapa?"
Orang yang datang adalah seorang pemuda, umurnya
berkisar diantara dua puluhan, wajahnya tampan dan
cakap. sayang terlalu sombong, dingin, tidak mudah
didekati.
Si pemuda memandang Thiat Kiam Khek, Ia
menunjukkan wajahnya yang sangat tidak memandang
mata.
Thiat Kiam Khek segera menduga tokoh silat golongan
muda yang berkepandaian tinggi, ia mengajukan
pertanyaan.
"Saudara mencari siapa?"
"Thung Lip,"
Jawaban pemuda ini singkat. Thiat Kiam Khek marah,
belum pernah ada orang yang memanggil penghuni Hansan
Siaw ciok seperti itu, terlalu kurang ajar sekali, bila
tidak ingin mencari gara-gara. tak mungkin pemuda ini
menyebut nama Thung Lip langsung. Didalam rimba
persilatan, berapa orangkah yang mempunyai tingkatan
lebih tinggi dari si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip?
Kekurangan ajaran si pemuda tadilah yang membuat
Thiat Kiam Khek naik darah, dan marah,
"Saudara dari mana?"
Untuk menjaga ketenangan mereka yang masih
mengadakan rapat di dalam Han-san Siauw-ciok, Thiat
Kiam Khek menahan sabar.
"Kau tidak berhak tahu,"
Jawaban pemuda itu semakin kurang ajar.
"Hm... " Thiat Kiam Khek mengeluarkan suara dari
hidung. "Ingin mengadakan kekacauan? Lihatlah dahulu,
siapa yang berada didepanmu."
"Kau kira aku tidak tahu bahwa Thung Lip mengundang
tokoh tokoh ternama untuk membantu usahanya ?"
"Kau juga termasuk salah seorang undangan?"
"Thung Lip mana mau memandang mata kepadaku"
"Oooo, begitu. Silahkan kau pergi lagi."
"Thiat Kiam Khek..." Pemuda itu langsung memanggil
nama orang "Kau tidak mau memberi tahu tentang
kedatanganku?"
"Kurang ajar." Thiat Kiam Khek marah besar. "Kau
memang mencari mati!"
Cepat sekali, si Pendekar Pedang Keras Thian Kiam
Khek telah mengeluarkan pedang, gerakan dan ancaman
pedang Thiat Kiam Khek cepat sekali. Begitu terlihat sinar
pedang berkelebat, ujung pedang telah hampir mengenai
dada orang.
Pemuda itu ada menggembol pedang, dengan kecepatan
yang tidak kalah gesitnya, ia telah meloloskan pedang
tersebut dan menyabet pedang lawan.
Terdengar suara pedang yang beradu. Thiat Kiam Khek
terpukul mundur. Pemuda itu tidak mendesak, sebaliknya
menyimpan kembali pedangnya.
Thiat Kiam Khek mematung ditempat. Sebagai seorang
ahli pedang, ia tidak sempat melihat bagaimana lawan itu
membikin pembelaan. Ia menyerang lebih dahulu, sebelum
si pemuda mengeluarkan pedang. Tetapi kenyataan ia dapat
dikalahkan.
Pemuda itu tertawa dingin, katanya. "Thiat tayhiap.
dengan ilmu kepandaianku tadi, bolehkah kau memberi
tahu tentang kedatanganku?"
Thiat Kiam Khek tersadar dari lamunannya.
Kemarahannya yang meluap-luap tidak ada tempat, ia
membentak keras dan mengincar tiga bagian tubuh si
pemuda, cepat luar biasa.
Si pemuda lompat menyingkir, ringan dan gesit sekali.
Terjadinya kegaduhan telah memanggil si Jago Tanpa
Tandingan di daerah Tui San. Tubuhnya melayang dan
meletakkan kaki tidak jauh dari tempat kejadian.
Pemuda asing menudingkan jari tangannya kearah Thiat
Kiam Khek berkata.
"Seranganmu pertama tidak kubalas karena harus
menghormati kau. Serangan kedua tidak kubalas karena
mengalah kepadamu. Bila sekali lagi kau menyerang
diriku..... Hm.... hm.... Hati hatilah menjaga batok
kepalamu."
Inilah suatu ancaman?
Thiat Kiam Khek dapat mengukur betapa tinggi ilmu
pedang pemuda ini, dirinya bukan tandingan setimpal. Bila
ancaman itu dilaksanakan. memang besar kemungkinannya
bahwa batok kepalanya terpisah dari tempat asal.
Jago tanpa tandingan didaerah Tui san Lie Kee Ceng
belum mengerti duduk perkara, ia mengajukan pertanyaan.
"Saudara Thiat, apa yang telah terjadi?"
"Bccah ini mau mengacau rapat."
Thiat Kiam Khek menjawab pertanyaan kawannya,
"Ooo." Lie Kee Ceng memandang pemuda asing itu,
"Bagaimana dengan sebutan saudara yang mulia? Dengan
maksud tujuan apakah berkunjung ke Han san Siauw ciok?"
"Maksud kedatanganku kemari untuk bertemu muka
dengan Thung Lip."
Jawaban pemuda itu tidak lebih dari dua patah kata.
Thiat Kiam Khek dan Lee Kee Ceng saling pandang,
Resiko membiarkan seorang berkepandaian tinggi seperti
pemuda itu masuk kedalam Hau san Siauw ciok menghadiri
rapat penting, adalah suatu perkara yang
menguntungkannya. Mereka tidak dapat membceri
putusan.
Tiba tiba terdengar satu suara dari dalam Han-san Siauw
ciok.
"Saudara Lie, silahkan ia masuk."
Itulah suara si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip.
Lie Kee Ceng dan Thiat Kiam Khek mengajak pemuda
itu masuk sendiri, kemudian kembali keluar.
Diluar, Lie Kee Ceng mengajukan pertanyaan
"Ia mencari keributan?"
"Kemungkinan ini memang besar." Berkata Thiat Kiam
Khek.
"0ooo .."
"Ilmu kepandaiannya tinggi."
"Hmm ... Bila ia berani menempur semua orang di sini,
tentunya sudah bosan hidup!"
Dan merekapun berpisah, mengadakan perondaan lagi.
Bercerita pemuda itu yang masuk kedalam ruang rapat
Han-san Siauw ciok. Begitu masuk dipintu, ia dapat melihat
jelas lima orang yang sedang merundingkan sesuatu. Kepala
dari lima orang tadi adalah seorang tua yang keren, itulah si
Cendekiawan Serba bisa Thung Lip.
"Siapa yang bernama Thung Lip?" Si pemuda
menghampiri lima orang itu dan mengajukan pertanyaan.
Thung Lip bangkit dari tempat duduknya,
"Apa yang kau mau?" Ia langsung mengajukan
pertanyaan.
Empat kawan Thung Lip turut bangkit, kedatangan si
pemuda seperti mengandung permusuhan, mereka harus
siap sedia.
Pemuda itu memberi hormat kepada keempat kawan
Thung Lip.
"Maafkan kedatanganku yang mengganggu ketenangan
rapat kalian!" Ia berkata kepada mereka.
Sungguh diluar dugaan, terpaksa keempat orang itu
membalas hormat si pemuda.
Thung Lip mengajukan pertanyaan. "Bagaimana nama
saudara?"
"Tan Ciu." Berkata pemuda itu singkat.
"Oo..... Saudara Tan, mari kuperkenalkan mereka,....
yang disana ialah...."
"Kukira tidak perlu." Pemuda yang bernama Tan Ciu itu
memotong. "Aku sudah tahu. Urutan dari kanan ialah
Buddha Alim, Pengemis Sakti Bermata Satu, Pedang
Penebus Langit dan Juta Bisa. Ada yang salah?"
Semua orang terkejut. Bagaimana tidak? Mereka tidak
tahu menahu tentang pemuda yang bernama Tan Ciu ini,
tetapi asal usul dan nama julukan mereka, tidak satu pun
yang tidak diketahui olehnya.
Lebih dari pada itu. rapat mereka didalam Han-san
Siauw ciok sangat dirahasiakan. Bagaimana Tan Ciu dapat
mengetahui.
"Hebat!" Thung Lip memberikan pujiannya
"Pengalaman luas".
"Terima kasih. Siapakah yang tidak kenal kepada empat
cianpwe ini? Hanya tidak kusangka ditempat ini, kalian
berlima berkumpul menjadi satu. Tentunya menerima
undanganmu, bukan?"
"Betul!".
"Mengapa?"
"Kedatanganmu untuk mengajukan pertanyaan yang
seperti ini?" Bertanya Thung Lip. Tan Ciu tertawa.
"Tentu saja bukan." Ia berkata tenang. "Pertanyaanku
diajukan karena iseng. Tetapi jangan kau kira aku tidak
tahu. Semua tidak dapat mengelabui mataku."
Wajah Thung Lip berubah.
"Kau tahu?" Ia bertanya heran.
"Mengapa tidak?"
"Apa mata acara yang yang sedang kami
perbincangban?"
"Pohon penggantungan."
"Aaaaaa....."
Hampir semua orang yang berada didalam ruangan itu
mengeluarkan suara tertahan. Mereka kaget, kagum,
bingung dan curiga.
Bagaimana Tan Ciu tahu bahwa mereka sedang
memperbincangkan soal Pohon Penggantungan?
Siapakah pemuda ini?
Untuk mendapatkan jawaban yang tepat, Mari kita
melanjutkan cerita dibagian berikutnya.
00dw00
SUASANA didalam ruang rapat itu menjadi panas.
Tan Ciu adalah bibit granat keramaian.
Mata semua orang tertuju pada diri pemuda ini.
Thung Lip menduga kepada si pencipta drama pohon
penggantungan. Hanya umur pemuda itu masih terlalu
muda, mungkin hanya berupa mata mata saja.
Si Pengemis Sakti Bermata Satu mengerlip ngerlipkan
sinar tunggalnya, ia bertanya.
"Kau mempunyai dugaan yang pintar."
"Tidak salah bukan?" Tan Ciu tertawa.
"Mengapa kau segera memastikan kepada hal ini?"
Thong Lip mengajukan pertanyaan.
"Tiga hari lagi adalah hari Tong ciu. Siapa pun dapat
menduga dengan mudah."
"Setelah hari Tong-ciu, bagaimana?"
"Diatas pohon penggantungan segera bertambah mayat
seorang gadis cantik berkepandaian ilmu silat."
Wajah Thung Lip berubah segera. "Bagaimana kau
tahu?" Ia mendesak.
"Mungkinkah dapat dihindari?" Tan Ciu tidak mau
kalah. Jawabannya dingin, tetapi beralasan kuat.
"Kau tahu, bahwa kejadian ini tidak dapat dihindari?"
Thung Lip masih mengajukan pertanyaan.
"Mungkinkah kau tahu, bahwa kejadian ini dapat
dihindarkan?" Tan Ciu tidak memberikan jawaban
langsung.
Si Buddha Alim yang menempatkan dirinya dipaling
pinggir turut bicara
"Kau tahu, apa yang kita sedang rundingkan di tempat
ini ?"
"Mencari jalan untuk mengatasi drama pohon
Penggantungan!"
"Betul, bagaimana pandanganmu tentang usaha kami ?"
"Usaha kalian segera mengalami kegagalan!". Tan Ciu
menjawab.
Wajah semua orang berubah. Kata-kata Tan Ciu
memberi suatu peringatan bahwa korban pohon
Penggantungan tidak mungkin dicegah.
Si Pedang Penembus Langit maju, ia menduga pasti
bahwa pemuda ini mempunyai hubungan rapat dengan
pencipta drama Pohon Penggantungan.
Si Juta Bisa maju, menahan gerakan kawannya. Ia
bertanya perlahan.
"Bolehkan kau memberi tahu, gadis mana yang
dicalonkan menjadi korban tahun ini?"
Tan Ciu tertawa.
"Kalian tentu menyangka bahwa aku mempunyai
hubungan dengan Pohon Penggantungan, bukan?"
Pemuda ini memang aneh sekali,
"Kau tidak mempunyai hubungan dengan drama Pohon
Penggantungan?" Bertanya si Juta Bisa.
"Tidak."
"Apa maksud kunjunganmu kemari?" Bertanya si Pedang
Penembus Langit.
Tan Ciu memandang Thung Lip. "Maksudku ingin
menemui dirinya."
Ia memandang kearah si Cendekiawan Serba Bisa itu,
"Aku??" Tbang Lip tidak mengarti. "Apa maksudmu?"
"Aku ingin bertemu dengan kakak perempuanku".
Berkata Tan Ciu tenang.
"Kakak perempuan? Thung Lip mengkerutkan kening.
"Siapa kakak perempuanmu itu?"
"Nama kakak perempuanku Tan Sang".
Semua orang yang berada ditempat itu saling pandang.
Nama Tan Sang itu terlalu asing sekali. Sampaipun si
Pengemis Bermata Satu yang berpengalaman luaspun tidak
tahu, siapa gadis yang bernama Tan Sang itu.
"Aku tidak kenal dengan seorang gadis yang bernama
Tan Sang". Berkata Thung Lip kemudian.
"Aku tahu bahwa kau tidak kenal kepadanya?" Berkata
Tan Ciu. "Pada sepuluh hari yang lalu, kakak perempuanku
itu menuju kemari untuk menemuimu."
"Satu bulan yang lalu, aku pergi keluar, meninggalkan
Han-san Siauw Ciok. Dan baru kembali pada kemarin dulu.
Maka aku tidak berhasil menjumpainya".
Tan Ciu mempentang kedua biji matanya besar besar.
Jawaban Thung Lip sungguh berada diluar dugaan. Lama
sekali, ia mempertahankan posisi seperti itu.
"Saudara kecil." Berkata si Pedang Penembus Langit,
"kukira kau telah salah alamat!"
Tan Cui menggoyang goyangkan kepala. Dari dalam
saku bajunya, ia mengeluarkan sepucuk surat,
dilemparkannya surat itu kepada orang.
"Bacalah " Ia berkata.
Si Pedang Penembus Langit menyambut surat itu dan di
serahkan kepada Thung Lip. Maka Thung Lip mulai
membaca. Demikianlah isi bunyi surat itu.
"Adik Tan Ciu.
Kakakmu menyelidiki keadaan musuh. Bila berhasil
mengetahui mereka, aku menunggumu di Han-san Siauw ciok.
Dari Kakakmu, Tan Sang."
"Mungkinkah ada dua Han-san Siauw-ciok?" Tan Ciu
menyapu wajah semua orang, sinar matanya sungguh
tajam.
Thung Lip berhasil dibungkamkan.
"Kau tidak mengaku?" Bertanya lagi Tan Ciu.
"Sudah kujelaskan, bahwa aku baru kembali di Han-san
Siauw ciok kemarin hari. Mengapa kau tidak bisa diberi
mengerti?" Berkata si Cendekiawan Serba Bisa Thung-Lip.
"Siapa yang percaya kepada keteranganmu?"
"Lalu apa yang kau mau?" Si Cendekiawan Serba Bisa
telah dibuat marah.
Si pedang Penerobos Langit maju berkata
"Aku adalah saksi yang mengetahui kebenaran dari
keterangan Thung tayhiap tadi."
Tan Ciu berpaling. Dan ia mengajukan pertanyaan "Apa
alasanmu?"
"Aku melakukan perjalanan bersama sama dengannya."
berkata si Pedang Penembus Langit "Sepuluh hari yang
lalu, kami masih berada dikota Lok-yang."
Dengan adanya keterangan si Pedang Penembus Langit
yang membenarkan dan memperkuat keterangan Thung Lip
mau tidak mau Tan Ciu harus percaya.
Maka ia mengalihkan pandangan matanya dari Thung
Lip berpindah kearah si Pedang Penembus Langit Gie Kie.
"Pek tayhiap" panggilnya, "kau memberi keterangan dan
kesaksian ini dengan hati yang jujur?"
"Eh, kau tidak percaya kepada keteranganku?!" Si
Pedang Penembus Langit Pek Gie Kie menjadi marah.
"Beberapa gelintir manusiakah yang dapat dipercaya?"
"Tetapi aku memberi keterangan dengan hati jujur!"
Berkata Pek Gie Kie. "Tentang percaya atau tidaknya,
terserah kepadamu!"
"Pek tayhiap, aku meminta sumpah keteranganmu!"
"Baik!" Si Pedang Penembus Langit Pek Cie Kie segera
mengadakan sumpah. "Bila aku Pek Gie Kie memberi
keterangan palsu aku mati dicincang orang!"
"Terima kasih, atas kesaksianmu." Berkata Tan Ciu.
"Hm... Hm... Hai... Bila terbukti ada permainan terjadi, aku
Tan Ciu tidak dapat memberi ampun lagi!"
Kemudian, ia membalikan badan dan pergi
meninggalkan ruang rapat itu.
"Selamat tinggal!" berkata si pemuda yang segera
melesatkan diri.
"Tunggu dulu." Terdengar teriakan si Cendekiawan
Serba Bisa Thung Lip. Tan Ciu balik kembali.
"Kau ingin mencegah kepergianku?" Ia menatap wajah
Thung Lip tajam tajam.
"Bukan!" Thung Lip menggoyangkan kepala. "Aku ingin
mengajukan satu pertanyaan!"
"Katakanlah."
"Kakak perempuanmu mengatakan ingin mengikuti jejak
musuh, musuh kakak perempuanmu tentunya musuhmu
juga, musuh keluarga kalian, bukan?"
"Betul!"
"Siapakah musuh keluargamu itu?"
"Mungkin orang yang kini berada dihadapanku."
"Aku?!" Thung Lip menjadi terheran heran.
"Kukatakan mungkin, karena aku belum mendapatkan
bukti bukti yang nyata".
"Ha...Ha.... Kau memang sombong sekali".
"Sombong? Mungkinkah aku harus merendah merengek
rengek kepada kalian?"
"Aku tidak ingin menarik panjang urusan. Kini aku ingin
tahu. siapakah kedua orang tuamu!"
"Aku tidak tahu,"
"Ayahmu?"
"tidak tahu."
"Ibumu?"
"Juga tidak tahu." Berkata Tan Ciu tidak sabar. "Sudah
kukatakan bahwa aku tidak mengetahui siapa yang menjadi
kedua ayah bundaku, bukan? Mengapa kau bertanya pelit
sekali?"
Sekali lagi tubuh Tau Ciu melesat, tetapi kepergiannya
digagalkan oleh si Pengemis Sakti Bermata Satu yang
menghadang dijalan,
"Eh, apa artinya ini?", Tan Ciu membawakan posisi siap
tempur. Sebelum si Pengemis Sakti Bermata Satu memberi
jawaban, si Juta Bisa telah menarik tangan bahu sang
kawan, dan memberi bisikan perlahan.
"Biarlah ia pergi."
Si Pengemis Sakti Bermata Satu memberi jalan.
Tan Ciu lenyap dari pandangan mata mereka.
Kedatangannya mendadak, kepergiannya pun cepat.
Segala gerak geriknya pemuda itu membawa kemisteriusan
bagi mereka,
"Ia terlalu kurang ajar." terdengar si Pengemis Sakti
Bermata Satu ngedumel.
"Ilmu kepandaianya tinggi. Ada lebih baik kita banyak
mengalah!" Berkata si Buddha Alim yang tidak banyak
bicara.
"Tidak kusangka." Thung Lip menggeleng gelengkan
kepala.
"Kukira ia mempunyai asal usul yang luar biasa."
Berkata si Pedang Penembus Langit Pek Gie Kie.
Si Juta Bisa menyambut komentar para kawan itu
dengan suara dingin.
"Ia segera kembali lagi."
Semua orang terbelalak.
"Kau menyebarkan sesuatu pada dirinya?" Pek Gie Kie
bertanya.
"Tentang kakak perempuan yang dikatakan olehnya?"
"Percayakah keterangan ini?"
"Mungkin hanya satu tipu muslihat." Thung Lip
mengajukan dugaannya.
"Untuk menyelidiki hasil rapat kita." Berkata si Juta
Bisa.
"Maksudmu ia mempunyai hubungan rapat dengan
pencipta drama Pohon Penggantungan?"
"kemungkinan ini besar sekali!"
Taksiran taksiran mereka memang banyak, Segala
kecurigaan itu memang masuk diakal. Hanya sulit untuk
menyatukan kecurigaan dan kebenaran.
"Akh. kedatangannya mengganggu musyawarah kita."
berkata si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip. "Sampai
dimanakah perundingan kita tadi?"
"Betul. Kita harus berdaya upaya agar tak sampai terjadi
korban Pohon Penggantungan."
"Jumlah tenaga kita ada tujuh orang. Ku kira cukup
untuk menghadapi Pencipta Drama Pohon Penggantungan
."
"Betul kita bersama-sama menunggu di Pohon
Penggantungan ."
"Kemudian?"
"Pe gwee Cap-go hari itu, kita mengurung Pohon
Penggantungan, mungkinkah masih ada orang yang
menggantung gadis?"
"Betul!"
"Ha, ha....!!"
Mereka telah mendapat kesepakatan untuk menghadapi
si Pencipta Drama Pohon Penggantungan!
Dan mari kita menyusul sipemuda sombong Tan Ciu.
Keluar dari rumah Thung Lip,ia harus melewati rumpun
bambu. Disini Lie Kee Ceng dan Thiat Kiam Khek tak
mengganggunya. Tanpa banyak kesulitan, Tan Ciu
melewati sungai yang mengelilingi Han san Siauw ciok,
Didalam dunia yang lebar, kemana ia harus mencari
kakak perempuannya?
Tan Ciu melakukan perjalanan tanpa tujuan
Mendadak......
Perut Tan Ciu dirasakan menjadi sakit, terpaksa ia
menghentikan perjalanan dan mengatur jalan
pernapasannya.
Latihannya memang hebat, rasa sakit itu dapat ditekan
olehnya.
Tan Ciu belum pernah merasakan keganjilan yang
seperti ini, tentu saja ia tidak tahu, apa yang menyebabkan
sakit perut mendadak itu. Setelah melenyapkan rasa
sakitnya ia melakukan perjalanan lagi.
Seperti tadi, dikala ia mengerahkan tenaga melakukan
perjalanan. Perihnya seperti terpilin pilin. Lebih hebat dan
lebih sakit dari rasa pertama.
Tan Ciu mendekap perutnya kencang, rasa sakit ini
sungguh luar biasa sekali. ia terhenti dan mulai
mengeluarkan sedikit rintihan!
Otak si pemuda yang pintar segera menduga permainan
jahatnya si Juta Bisa, tentunya tokoh silat berbisa itulah
yang menyebar bibit racun kepada dirinya.
Tiba-tiba...
Dari arah belakang si pemuda terdengar satu suara.
"Eh. Kau mengapa?!"
Tan Ciu terkejut, ia membalikkan badan cepat. Terlihat
seorang gadis berbaju putih dengan wajah cantik
memandang dirinya. Gadis inilah yang belum lama
menegur.
Panca indra Tan Ciu tajam, bila bukan karena racun
yang menyerang perut, tentu ia dapat mengetahui
kedatangan gadis berbaju putih ini! Ia tidak tahu didatangi
orang karena sedang berkutet dengan rasa sakitnya.
Gadis berbaju putih itu tertawa,
"Eh, mengapa kau tidak bicara?" Ia mengajukan
pertanyaan.
"Oooo!!!!! Uhhh!!!!! Uahh!!!!!"
"Kau luka?"
"Ng......Tidak.....Hanya perutku yang dirasakan sakit"
"Kena tipu orang!"
"Ku.......Kukira...."
Sifat-sifat Tan Ciu sangat angkuh dan sombong biasanya
ia berlaku galak kepada orang dan belum pernah ditanya
seperti ini, hanya ialah yang mengajukan pertanyaan
kepada orang. Belum pernah di tanya beberapa kali oleh
orang pihak luar!
Setelah dirasakan sakit yang menyerang perut berkurang,
timbul sifat-sifat kepribadian aslinya, dengan dingin Tan
Ciu berkata:
"Siapa kau ?"
"Aku?" Gadis berbaju putih itu menudingkan jari
halusnya ke hidung!
"Betul! Siapakah namamu ?"
"Co Yong Yen. Kau tidak kenal"
"Apa maksudmu datang kemari ?"
"Aku ingin menemui suamiku"
"Suamimu? Siapakah nama suamimu itu?'
"Thung Lip"
"Aaaaa... Thung Lip?" Tan Ciu terkejut. Mana mungkin
dipercaya, gadis cantik dan muda belia seperti gadis berbaju
putih ini menjadi istri Thung Lip yang sudah tua.
Tan Ciu memandang gadis berbaju putih itu, diduga
umurnya tidak lebih dari dua puluh tahun. Sedangkan si
Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip telah lebih dari lima
puluh. Adakah suami istri yang terpaut sampai tiga puluh
tahunan?
Gadis berbaju putih itu tersenyum, manis sekali.
"Kau tidak percaya?" Ia membuka suara, sangat merdu.
"Aku."
"Suamiku sedang merundingkan cara-cara untuk
menghadapi Pohon Panggantungan bukan".
"betul!"
"Aku tidak ingin mengganggu mereka, maukah kau
tolong memberi tahu kedatanganku padanya. Atau
sampaikan pesanku. katakanlah! Setelah selesai ia berapat
segera cepat pulang".
"Mengapa kau tidak mau langsung menemuinya?" Tan
Ciu mengajukan pertanyaan,
"Sebagai seorang wanita, tidak pantas gabung dengan
banyak laki-laki di tempat itu",
"Bila kau tidak menemuiku ditempat ini. bagaimana?".
Gadis yang berbaju putih mengaku bernama Co Yong
Yen itu kamekmek tetapi tidak lama ia menunjukkan
senyumnya lagi.
"Apa boleh buat aku harus masuk menemuinya". Ia
berkata. "Eh! maukah kau menolong memberi tahu
padanya?".
"Baik!" Tan Ciu memberi kesanggupan.
"Terima kasih." Bagaikan angin cepatnya bayangan gadis
berbaju putih itu terbang lenyap.
Tan Ciu masih merasakan perutnya yang sakit, dari
dalam saku bajunya, ia mengeluarkan sebutir obat,
ditelannya segera, kemudian duduk bersila mengatur
pernapasan.
Berkat obat yang mujarab dan tenaga latihannya yang
hebat, Tan Ciu berhasil mengusir keluar bisa racun yang
disebarkan kepada dirinya.
Diantara sekian banyak orang yang belum lama ditemui,
si Juta Bisa-lah yang paling di curigai, tokoh silat itu
mempunyai beraneka macam bisa racun, dan pandai
memainkan bisa racun itu.
Hati si pemuda panas, kejadian ini harus dituntut segera.
Tubuhnya balik kembali ke-Han san Siauw ciok.
Tiba dipintu depan rumah Thung Lip, si Pendekar
Pedang Keras Thiat Kiam Khek telah menghadang, cepat
sekali membentak.
"Hei, mengapa kau kembali lagi?"
"Aku ingin membunuh orang." Jawaban Tan Ciu
temberang.
Thiat Kiam Khek kaget. "Membunuh orang?" Ia
bergumam. "Siapa yang ingin kau bunuh?"
"Si Juta Bisa."
Diketahui bahwa si Juta Bisa adalah salah seorang
kawan persepakatannya, Thiat Kiam Khek menganggap
kedatangan pemuda ini mempunyai niatan untuk
mengganggu usaha mereka, setidak tidaknya menyabot,
ingin mendongkel dan menggagalkan rencana.
"Kau ingin mengacau?" Ia membentak.
Tan Ciu tidak kalah. Suaranya lebih keras.
"Minggir!!"
Thiat Kiam Khek tidak menunggu lawan itu bergerak, ia
telah meloloskan pedangnya dan menusuk sehingga
beberapa kali.
Maksud tujuan Tan Ciu bukan si Pedang Keras, maka
tubuhnya melayang menghindari serangan, langsung masuk
kedalam pintu ruang rapat,
Orang pertama yang menyambut kedatangan Tan Ciu
adalah si Juta Bisa.
Terlihat selaput hawa pembunuhan yang mengelilingi
wajah Tan Ciu, terdengar suara pemuda ini yang
mengandung marah
"Juta Bisa, sungguh suatu julukan yang tepat. Kau
memang jahat. Hampir aku mati di bawah racunmu itu."
Si Juta Bisa tertawa tawar.
"Aku mengharapkan kekembalianmu." Ia berkata.
"Hem, Kau kira dapat memaksa aku tunduk dengan
bisamu tadi .. Salah...Aku masih cukup kuat untuk bertahan
dari serangan yang semacam itu."
"Dan apa maksudmu kembali lagi?"
"Membunuh!"
"Kau ingin membunuh aku?"
Thung Lip, si Buddha Alim, Pengemis Sakti Bermata
Satu, Pedang Penembus Langit dan Jago dari daerah Tui
san Lie-Kee Ceng turut maju, mereka siap membela
kawannya.
"Mengapa tidak?" Jawaban Tan Ciu memang sudah
berada didalam dugaan semua orang.
"Tahukah kau Apa maksud kami memaksa kau
kembali?"
"Apa?"
"Kau sebagai anak keluarga Tan yang berkepandaian
tinggi, mungkinkah salah satu keturunan atau famili Tan
Kiam Lam?"
"Aku tidak kenal siapa itu Tan Kiam Lam. Jangankan
menggunakannya sebagai alasan. Kukira kau ingin menjajal
kesaktian racun jahatmu? Atau memaksa aku
mempertontonkan kepandaianku?"
"Aku memang ada niatan menjajal tenaga dalammu,
tidak kusangka kau dapat mempunahkan racun itu".
"Hmm...." Tan Ciu tertawa dingin. "Boleh kau ulang
kembali bisa racunmu. Aku memberi banyak kesempatan
kepadamu."
Seolah olah Tan Ciu memaksa si Juta Bisa meracuninya.
Bila tidak, ia akan membinasakan akhli racun itu.
Si Juta Bisa tertawa dingin.
"Baik!"
Membarengi kata katanya, Tan Ciu telah mendekati
lawan itu. Wajahnya dingin dan angkuh sekali. Disini
terlihat sifat sifatnya yang tidak mudah didekati orang.
Si Juta Bisa menungu serangan pemuda itu dengan
penuh kesiap siagaan.
Semua orang menunggu datangnya angin topan,
serangan si pemuda tentunya hebat. Bila si Juta Bisa tidak
sanggup menahan mereka wajib membela kawan tersebut.
Tan Ciu masih belum bergerak. Ia mendelikkan mata
membentak:
"Juta Bisa, mengapa kau tidak mulai?"
Si Juta Bisa tidak dapat menahan kesabarannya lagi, ia
menggeram keras, tangannya direntangkan, dan memukul
kearah pemuda itu. Diketahui bahwa pemuda ini
berkepandaian tinggi .Maka si Juta Bisa telah mengerahkan
semua tenaganya.
Hanya menggunakan sebelah tangan, Tan Ciu mengusir
pergi serangan si Juta Bisa tadi Bahkan lebih dari itu, tubuh
akhli silat pandai main racun itu terpental mundur dari
kedudukan semula.
Kini giliran Tan Ciu yang menyerang, kakinya dikasih
maju dua langkah, tangan mautnya bekerja dan.. Brukkk....
tubuh si Juta Bisa terpukul mundur semakin jauh, dari selasela
bibirnya mengalir keluar darah.
Sampai disini, si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip
tidak berpeluk tangan terus menerus ia maju menghadang
kemajuan si pemuda kosen.
"Thung tayhiap, kau juga ingin main main denganku?"
Bertanya Tan Ciu kepada jago tua itu.
"Kau salah paham. Dapatkah menerima saranku, agar
kau mengampuni jiwanya?"
"Dia tidak ada niatan untuk membunuhmu, kesalahan
ini belum cukup untuk menerima kematian, bukan?" Thung
Lip main lidah.
Masih Tan Ciu belum membuka suara.
"kuharap saja kau dapat memberi sedikit muka
kepadaku", berkata lagi Thung Lip "sebagai tuan rumah
Han san Siauw ciok, tentu aku mengharapkan keterangan".
"Baiklah," Akhirnya Tan Ciu menyerah.
Thung Lip, si Juta Bisa, Buddha Alim, Pengemis Sakti
Bermata Satu. Jago Tanpa Tandingan didaerah Tui san Lie
Kee Ceng, Pedang Penembus Langit Pek Gie Kie dan
Pendekar Pedang Keras Thiat Kiam Khek mengeluarkan
keluhan nafas lega.
Tan Ciu telah menyelesaikan persengketaan dan ganjelan
hatinya kepada si Juta Bisa ia membalikkan badan dan
berjalan pergi.
Tidak seorangpun yang menghadang kepergian pemuda
berkepandaian itu.
Sampai didepan, tiba tiba Tan Ciu berjalan balik.
Langsung menghadapi Thung Lip dan berkata.
"Hampir aku lupa memberi tahu kepadamu".
"Tentang perkara apa?" Thung Lip bertanya dengan
heran.
"Diluar Han san Siauw-ciok, aku bertemu dengan
istrimu"
"Hei?" Thung Lip terlompat.
Hampir semua orang turut mengeluarkan seruan
tertahan.
Thung Lip membuka mulutnya dengan gugup.
"Kau...Kau..!!! Kau mengatakan istriku!!!"
Tan Ciu menganggukkan kepalanya.
"Kau tidak menggoda?" Thung Lip masih tidak percaya.
Giliran Tan Ciu yang dibuat heran. Dengan alasan apa
orang tua ini tidak percaya kepada kedatangan istrinya?
Terdengar suara si Pengemis Sakti Bermata Satu yang
keras.
"Bocah, pandai sekali kau mempermainkan kita."
"Tugasku hanya menyampaikan pesannya saja" Suara
Tan Ciu acuh tak acuh.
"Tidak mungkin." Berkata Thung Lip pasti.
"Apa yang tak mungkin?" Bertanya Tan Ciu.
"Keteranganmu tidak masuk diakal." berkata Thung Lip.
"Hei.." Pedang Penembus Langit turut berteriak.
"Siapakah yang tak tahu bahwa si Cendekiawan serba bisa
Thung Lip tidak beristri?"
Wajah Tan Ciu berubah pucat. Apa yang telah terjadi?
Sungguh membingungkannya.
Gadis berbaju putih itu mengatakan sebagai istri Thung
Lip. mengapa semua orang di tempat ini tidak mau
mengaku?
Banyak orang tidak mungkin berbohong. Kecuali
keterangan gadis berbaju putih itu yang menyimpang dari
rel kebenaran.
Mungkinkah hal ini bisa terjadi? Mungkinkah seorang
gadis mau sembarangan menyebut orang lain sebagai
suaminya. Apalagi mengingat orang tua sudah tua bangka.
Melihat wajah sipemuda yang seperti dirundung
kebingungan, Thung Lip maju kemudian bertanya.
"Baiklah kau menjumpainya?"
"Belum lama."
"Berapakah umur wanita ini?"
"Kukira tidak lebih dari dua puluh tahun?"
"Ooooo... Hal ini betul betul heran. Aku sungguh belum
pernah beristri. Dari mana datangnya wanita ini? Apalagi
orang itu masih terlalu muda kukira masih gadis, semakin
tidak mungkin..."
"Aku tidak mengarang cerita. Betul-betul aku
menjumpainya. Dikatakan olehnya bahwa dia adalah
istrimu, sebelum itu iapun menyebut namanya."
"Siapa nama yang digemakan olehnya?"
"Co Yong Yen."
"Aaaa...Co Yong Yen..." Tubuh Thung Lip menggigil
segera, seolah olah diserang malaria. Wajahnya menjadi
pucat, hampir tidak terlihat tanda darah.
Perubahan Thung Lip tidak lepas dari semua orang.
Mereka menjadi heran, tidak mengerti. Dugaannya segera
jatuh pada istri piaraan si jago tua,
Terdengar suara si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip
yang bergumam.
"Co Yong Yen?... Tidak mungkin .. Tidak mungkin
Dia... Dia sudah..."
Tiba tiba tubuhnya melesat keluar, mengagetkan semua
orang ditempat itu. Tidak seorangpun yang mengerti,
mengapa terjadi perobahan seperti ini. Berturut turut
mereka keluar dari Hin san SiauwCiok.
Thung Lip lari keluar dan mengelilingi Hau san Siauw
ciok, tidak seorangpun yang dijumpai olehnya. Maka ia
balik kembali menemui semua orang. Ditariknya tangan
Tan Ciu keras-keras dan mengajukan pertanyaan.
"Apa yang dikatakan olehnya?" Suara ini agak gemetar.
"Setelah selesai kau berapat, segeralah cepat pulang".
"Aaaaaaaaaa......"
Alam pikiran Thung Lip mengalami getaran, tubuhnya
bergoyang goyang hampir jatuh.
Si Pengemis Sakti Bermata Satu cepat memayang tubuh
kawan itu.
"Saudara Thung. kau mengapa?" Ia memberi peringatan.
Terdengar suara Thung Lip yang mengoceh. "Dia....Oo,
dia masih hidup...Tidak mungkin.... Tidak mungkin hal ini
dapat terjadi....Dia sudah mati ... Ia mati pada dua puluh
tahun yang lalu.... Akulah yang menguburkannya, Aku
menguburkannya sendiri. ya ... Telah kusaksikan ia
berkalang tanah.... Mana-mungkin bangkit kembali?..Ach
.."
"Co Yong Yen itu istrimu?" Pengemis Sakti Bermata
Satu mengajukan pertanyaan.
"Seharusnya memang," Berkata Thung Lip. "Kuingat
jelas, pada dua puluh tahun yang telah silam, dikala para
jago mengadakan percakapan untuk menumpas Gadis
siluman dari Kutub Utara, dikala aku mengadakan rapat
digunung Oey san. sebelum aku menghadiri rapat itu, ia
pernah mengucapkan kata kata ini, 'Setelah selesai kau
mengadakan rapat segeralah cepat pulang'".
Bulunya mengerinding bangun, apa yang diucapkan oleh
seorang yang sudah mati dua puluh tahun dapat terulang
kembali disini. Mungkinkah ada arwah seseorang yang
gentayangan?
"Setelah terjadi kejadian itu, bagaimana?" Tan Ciu
mengajukan pertanyaan dengan suara dingin.
"Diapun mati"
"Mengapa?"
"Dibunuh orang. Sebilah belati menembus dadanya!"
Suara si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip seperti
sedang didikte orang. Semakin lama semakin lemah.
Memang dunia yang sudah tua. bermacam macam
godaan mengganggu ketenangan manusia. Setelah tragedi
Pohon Penggantungan. di susul dengan urusan Tan Ciu
yang menyatakan kehilangan kakak perempuannya. kini
muncul dan bertambah lagi arwah Co Yong Yen yang
bangkit dari liang kubur, mengganggu ketenangan mereka.
"Pesan kata katanya telah kusampaikan kepadamu, kini
aku meminta diri!" Berkata Tan Ciu yang segera melesat,
meninggalkanHan san Siauw ciok!
Pemuda itu datang dan pergi bagaikan awan diudara
lepas!
Kesan yang ditinggalkan oleh Tan Ciu kepada semua
orang ialah pertanyaan pertanyaan yang tidak mudah
dijawab!
Si Juta Bisa yang menderita luka memandang si Buddha
Alim, dialah yang paling dekat dengannya!
"Dia sudah pergi?" Ia mengajukan pertanyaan,
"Betul"
"Sudah dapat melihat asal usul ilmu kepandaiannya?
Dari aliran manakah pemuda itu?"
Si Budha Alim menggelengkan kepala.
Maksud mereka bergebrak dengan Tan Ciu ialah ingin
melihat gerak gerik ilmu silat pemuda itu. setiap aliran
mempunyai cara cara yang khas yang tersendiri,
harapannya ialah dapat mengetahui atau menduga dari
mana pemuda itu datang. Ternyata rencana inipun gagal.
Si Juta Bisa memandang Thung Lip. harapannya ialah
mendapat jawaban dari jago tua yang menjadi pemimpin
mereka.
Thung Lip berhasil menguasai alam pikirannya yang
hampir terganggu. Kini ia memberi jawaban.
"Dugaanku jatuh pada ilmu pukulan Hian hong Ciang
dari si Putri Angin Tornado.."
"Pukulan Hian-hong-ciang dari Putri Angin Tornado?"
"Betul. Beberapa jurus pemuda tadi mempunyai ciri ciri
yang agak sama"
"Bukankah Putri angin Tornado sudah lama mati?"
"Siapa yaag tahu? Orang telah lama tidak
menjumpainya. Karena tindak tanduknya yang banyak
melanggar kebajikan, banyak yang mengharapkan
kematiannya. Dan tersiarlah cerita burung yang
mengatakan Putri Angin Tornado sudah mati. Tentang
benar tidaknya berita ini, siapa yang dapat mengetahui
dengan pasti?"
"Sudahlah. Acara kita adalah pohon penggantungan."
"Betul mari kita menjaga pohon maut itu!"
"Di sana kita dapat menemukan bukti-bukti, benarkah
pemuda tadi mempunyai sangkut paut, atau hubungan
dengan algojo Pohon Penggantungan."
Pengemis Sakti Bermata Satu, si Pedang Penembus
Langit Pek Giok Kie, Pedang Keras Thiat Kiam khek, si
Buddha Alim, si Juta Bisa dan Jago tanpa tandingan untuk
daerah Tui San Lie Kee Ceng, dibawah pimpinan Si
Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip menuju ke Pohon
Penggantungan,
o0dw0o
TANGGAL LIMA BELAS. BULAN DELAPAN,
KUWEH Tong ciu piah tersebar disetiap rumah hari ini
adalah hari pesta kuweh, setiap orang berkumpul dengan
keluarganya sambil memandangi rembulan purnama.
Eetapi didalam sebuah hutan yang lebat terpeta tujuh
bayangan, disinari bulan terang, wajah wajah mereka masih
jelas. Itulah orang orang yang telah bermusyawarah di Han
Can SiauwCiok, Thang Lip sekalian.
Bulan bulat diatas langit, Sinar cahaya kuning menyinari
bumi.
Menembus bayangan-bayangan daun dihutan lebat itu
sinar rembulan menyinari Pohon Penggantungan yang
gundul dan tandus itu.
Terpentanglah suatu bayangan cangkrang pohon, inilah
bayangan Pohon Penggantungan yang seram.
Setiap tahun. Pohon Pengantungan meminta korban.
Jiwa seorang gadis cantik yang pandai silat pasti direnggut
olehnya.
Atas unsur unsur prikemanusiaan, dibawah pimpinan si
Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip, para jago silat hendak
mencegah terjadinya drama maut itu,
Mereka telah berada didepan Pohon Penggantungan.
Thung Lip memberi perintah untuk menyebar diri.Maka
si Juta Bisa dan Pengemis Sakti Bermata Satu menjaga
sudut Utara. Budha Alim Thiat Kiam Khek menjaga daerah
Selatan, Pedang Penembus Langit dan jago Tui-san Lie Kee
Ceng menjaga timur, sedangkan si Cendekiawan Serba Bisa
Thung Lip menjaga posisi Barat.
Mereka mengurung pohon penggantungan.
Dibawah Pengawasan tujuh akhli silat ternama tentunya
Algojo Pohon Penggantungan tidak mungkin bergerak.
Malam berlarut
Tiba-tiba berdesir saluran angin yang menggoyanggoyangkan
daun daun pohon di dalam rimba itu, bulu
tengkuk setiap orang berdiri, Tujuh pasang mata menuju
kesana kemari, tidak sesuatupun yang dilihat.
Dibawah pengawasan tujuh tokoh silat kenamaan,
mungkinkah Algojo itu dapat membunuh semua orang
untuk diatas pohon maut itu?
Hanya satu kemungkinan, bila Algojo itu dapat
membunuh semua orang yang sudah nongkrong disana,
Kentongan malam telah dipukul dua kali, Thung Lip dan
kawan kawannya sudah tidak sabar. Tidak seorangpun
yang terlihat mendatangi tempat itu.
Kini kentongan malam dipukul tiga kali.
Suasana didalam rimba gelap itu telah dikurung oleh
selaput kabut putih.
Dikala kentongan telah dipukul sehingga empat kali.
Halimun putih itu semakin tebal hawa semakin dingin.
Pandangan mata mereka mulai terhalang, kini tidak dapat
melihat jelas pemandangan yang berada pidepan mereka.
Pohon penggantungan tidak bergeming dari tempatnya.
Angin dan kabut tidak dapat mengganggu ketenangannya.
Ia mati, bahkan daun-daunnya pun sudah tidak ada.
Burung hantu yang terbang lewat diatas kepala mereka
semakin menambah keseraman malam itu.
Sinar kunang kunang berkelap kelip seperti mata hantu.
Waktu yang ditunggu tunggu seorang gadis cantik
digantung diatas Pohon Penggantungan tidak kunjung
datang.
Tiba-tiba... Satu suara aneh memecah kesunyian, tujuh
tokoh silat yang telah lama menunggu itu tergerak, itulah
suara seperti ada seseorang yang melangkah datang, serta
tapak kaki yang bergerak diatas tanah. Semua orang
memasang mata lebar lebar.
Sayang Halimun pagi terlalu tebal, kabut ini menghalang
pandangan mata mereka. Tidak terlihat jelas ada orang
yang bergerak.
Suara tapak kaki berjalan itu semakin dekat arah
tujuannya, ialah dimana ketujuh orang itu berada.
Ketegangan memuncak.
Suara tapak kaki berjalan itu tiba tiba berhenti ditempat
yang tidak jauh dari ketujuh tokoh silat itu berada.
Suasana menjadi sunyi lagi.
Satu bayangan, berdiri ditempat dua puluh tombak dari
jarak tempat itu.
Thung Lip, Lie Kee Ceng, Thiat Kiam Khek, Pek Gie
Kia, Juta Bisa, Buddha Alim dan Pengemis Sakti Bermata
Satu bertujuh dapat melihat bayangan itu. Sayang kabut
halimun belum pudar, tidak terlihat jelas wajah orang itu,
juga tidak diketahui jenisnya, mungkin pria dan mungkin
juga wanita.
Bayangan itu kaku tidak bergerak.
Hantu Setan?
Tidak mungkin. Bagaimana itu adalah bayangan
manusia. Bila saja tidak diganggu oleh suasana alam yang
penuh kabut itu, tentu mereka dapat melihat jelas
wajahnya.
Pengemis Sakti Bermata Satu tidak dapat menahan
sabar, ia mulai bangkit berdiri, Si Juta Bisa cepat menekan
kawan tersebut, Ia tidak ingin menggagalkan rencananya.
"Tunggulah sebentar lagi." Berkata si Juta Bisa perlahan.
Bayangan ini seperti mendapat firasat buruk, bahwa
dirinya sedang diancam oleh tujuh tokoh silat
berkepandaian tinggi. Ia tetap tidak bergerak ditempat yang
hanya berjarak dua puluh tombak.
Tiba-tiba.... Bayangan itu bergerak. Terapi arah
tujuannya bukan pohon Penggantungan, Ia berjalan pergi.
Meninggalkan Thung Lip cs,
Hal ini membingungkan ketujuh tokoh silat itu, semakin
lama bayangan itu semakin jauh dan akhirnya lenyap lagi.
Masih belum terlihat jelas oleh mereka, bagaimana
jenisnya orang itu.
Thung Lip, Lie Kee Ceng, Thiat Kiam Khek si Juta Bisa,
Buddha Alim, Pedang Penembus Langit dan si Pengemis
sakti Bermata Satu memperhatikan Pohon Penggantungan,
Diatas ini belum terlihat gadis cantik yang mati di gantung.
Mungkinkah bayangan orang tadi yang menjadi algojo
Pohon Penggantungan?
Tidak seorangpun yang dapat memberikan jawaban
pasti.
Mereka harus menunggu lagi. Menunggu terjadinya
drama penggantungan yang kejam.
Tiba tiba......
Untuk kedua kalinya, terlihat lagi sesuatu bayangan yang
bergerak datang. Kali ini gerakan kaki tapak semakin keras
dan semakin cepat, didalam sekejap mata, terlihat orang itu
telah berada dihadapan mereka.
Halimun pagi masih mengeruhi jagat. Kabut putih inilah
yang mengganggu pandangan mata sehingga tidak dapat
melihat jelas, siapa orang itu.
Orang itu telah masuk kedalam kurungan tujuh
orang....... sreeeeekkkk .... Serentak dan didalam sekejap
mata. Thung Lip dan enam kawan-kawannya bangkit dari
tempat persembunyian mereka.
Jarak mereka dekat sekali, kini jelas terlihat siapa yang
berada didepan mata mereka. Itu seorang kakek tua
berpakaian kotor, compang camping, rambut, jenggot dan
kumisnya tidak teratur.
Si kakek aneh memandang tujuh orang itu, dilihat Pohon
Penggantungan tidak jauh darinya. Ia tertawa.
"Ha ha..ha......" Suaranya memecah kesunyian malam.
"Apa,maksud kalian mengurung pohon gundul ini?"
Si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip membuka suara.
"Apa maksudmu berkunjung kemari?"
"Ha, ha, na...." Kakek aneh itu tertawa.
"Bagaimana dengan Sebutanmu?" Sipengemis Sakti
Bermata Satu membentak kakek aneh itu.
"Aku?" Kakek berpakaian compang camping itu
menunjuk hidung sendiri. "Aku adalah orang yang hampir
sama denganmu"
"Namun?"
"Akh, lebih baik jangan dikatakan,"
Tujuh pendekar silat mengurung kakek aneh ini semakin
rapat,
"Eth..Ekh..... hawa begini dingin apa guna kalian
mengurung pohon gundul?"
Kakek berambut kusut ini mempunyai banyak keanehan.
Tidak seorangpun yang memberi jawaban, Apa guna
mengajukan pertanyaan yang seperti ini? Bukankah dia
lebih tahu dari mereka? Kakek aneh itu tertawa berkakakan.
"Janganlah kalian menunggu orang yang akan mati.
Pergilah kalian." Berkata lagi kakek aneh itu.
Kini Thung Lip membuka suara.
"Kau sudah tahu bahwa diatas Pohon Penggantungan
bakal ada orang yang mati?"
"Ha, ha.ha..." Kakek aneh itu lucu sekali.
"Cerita Pohon Penggantungan telah tersebar luas, siapa
yang tahu?"
"Apa maksud kunjunganmu?" Bentak si Juta Bisa.
"Maksud kunjunganku bukan diatas Pohon
Penggantungan......"
"Diatas tempat apa?"
"Aku sedang mencari seseorang."
"Orang yang bagaimana?"
"Seorang anak muda yang sombong."
"Anak muda sombong?" Thung Lip tidak mengerti
Pemuda sombong seperti apa yang kakek aneh itu cari.
"Tidakkah kalian melihatnya?" bertanya lagi kakek aneh
itu. "Dia menggembol pedang dipunggungnya. Sifatnya
angkuh dan sombong. Bicaranya kurang ajar, tidak ada
aturan.Wajahnya dingin dan...."
"Aaa.... Tan Ciu?" Hampir semua orang menyebut
pemuda yang pernah mengganggu rapat mereka.
Mungkinkah Tan Ciu bakal berkunjung kemari?
Mungkinkah pemuda itu yang menjadi algojo pohon
penggantungan?
Lalu bagaimana hubungannya dengan kakek aneh ini?
Pembantu algojo Pohon Penggantungan? Atau orang yang
main dibelakang layar?
Mereka tidak berani memikir terlalu banyak Seram dan
bergidik .....
"Hei, pernahkan kalian berjumpa dengannya?" Kakek
aneh mengulang pertanyaannya.
Si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip menatap wajah
kakek itu.
"Mungkinkah ia akan datang kemari?" ia balik
mengajukan pertanyaan.
"Aku seperti melihat bayangannya menuju ketempat ini."
"Siapakah dia?"
"Mana kutahu? Hei, kau belum menjawab pertanyaanku,
pernahkah menjumpai dirinya?"
"kami tak melihat dia berkunjung kemari,"
"Heran.... Heran..." Orang tua menggeleng gelengkan
kepala. "Mungkinkah kau salah mata?"
Kemudian ia memandang ketujuh orang itu, satu persatu
ditatapnya tajam tajam.
"Kalian adalah rombongan manusia goblok." Ia memaki.
"Alasanmu?" Pengemis Sakti Bermata Satu maju
setapak.
"Apa yang bakal terjadi tidak mungkin di cegah. Malam
ini seorang gadis cantik akan tergantung diatas pohon botak
ini."
Semua orang saling pandang. Mungkinkah kakek aneh
ini yang ingin menggantung Orang? Mereka belum
mendapatkan bukti nyata, bila perlu, mereka boleh
mengeroyoknya.
"Pergilah kalian pulang ke tempat asal masing-masing!."
Berkata lagi kakek aneh itu.
Sebelum tujuh pendekar akhli silat itu mengambil suatu
putusan. Kakek aneh itu melesat tinggi, gerakannya gesit
sekali.Menerjang kurungan semua orang, melesat pergi.
Thung Lip cs membanting kaki. Ilmu kepandaian kakek
aneh tadi sungguh hebat sekali. Bila ia yang menjadi algojo
Pohon Penggantungan, tentu tidak mudah dihadapi.
Beruntung kakek itu telah pergi.
"Percayakah kepada keterangannya?" Kee Ceng
membuka suara.
"Aku tak percaya!" sahut Thiat Kiam Khek.
"Dikatakan drama penggantungan gadis cantik tidak
dapat dicegah!"
"Bohong!"
"Kita harus berusaha!"
-ooo0dw0ooo-
Jilid 2
"KITA harus mencegah orang menggantungkan gadis
cantik keatas pohon gundul itu."
"Kita boleh mengadu jiwa dengan algojo jahat dari
Pohon Penggantungan".
"Bagaimana ilmu kepandaian algojo itu?"
"Mungkinkah kakek jembel tadi?"
"Nanti kita dapat melihat."
"Dikatakan ia ingin mencari Tan Ciu, mungkinkah
bayangan yang pertama diam di depan kita itu".
"Mungkin bukan."
"Kukira dia. Potongan, badannya agak mirip."
"Tidak. Itulah potongan badan seorang wanita."
"Sudah" Thung Lip menutup perdebatan. "Yang penting,
kita tidak tidak boleh membiarkan orang itu menggantung
gadis silat diatas pohon kering itu. Siapa yang ingin
melakukan kejahatan ini, kita beramai harus
menempurnya".
"Betul"
Semua orang menunggu lagi.
Dikala hampir menjelang subuh, hari bertambah gelap,
kabut putih itu belum lenyap, Dan orang yang hadap
berhadapan pun sukar terlibat jelas.
Tiba-tiba angin berhembus masuk kedalam hutan lebat
itu menyerang semua orang. Mereka menggigil dingin.
Angin ini agak aneh sekali, kedatangannya mendadak dan
mencurigakan.
Di-atas Pohon Penggantungan masih belum terlihat
korban,
Mereka saling pandang dan disaat inilah kepala semua
orang menjadi pusing, pandanan matanya semakin gelap,
semakin gelap.
"Celaka." si Juta Bisa yang biasa main racun kena diakali
orang juga. Ia tahu bahwa angin aneh tadilah yang
membawa malapetaka bagi mereka.
Mereka diserang obat bius dan tertidur.
Tujuh jago silat itu berpengalaman luas tapi masih kena
ditipu orang juga. termasuk si Juta Bisa yang pandai
memilih racun.
Sebelum ingatan mereka lenyap semua samar samar
mereka dapat mendengar tapak langkah kaki orang yang
mendatangi, samar-samar seperti ada orang yang
menggantungkan sesuatu diatas Pohon Penggantungan.
Mulut mereka dipentang, maksudnya berteriak tetapi
gagal, tidak ada suara yang keluar.
Mereka ingin bergerak, sayang seluruh tubuhnya ngeloso
tidak bertenaga.
Yang dapat disaksikan ialah bayangan orang itu
melakukan sesuatu diatas Pohon Penggantungan. Itulah si
Algojo Pohon Pengantungan
Laki laki? Atau wanita?
Mereka tidak tahu.
Tua? Atau muda?
Merekapun tidak dapat melihat.
Kelopak mata mereka terkatup dan tertidurlah untuk
sementara!
Waktu menjelang hampir pukul enam pagi. Mereka
tersadar dari kekangan obat tidur, hanya tubuhnya saja
yang masih lemah!Mereka masih tergeletak ditanah.
Kabut pagi telah buyar, hari telah berganti, Disana
menggeletak tubuh-tubuh dari enam orang yang masih ada
dalam keadaan payah.
Enam orang? bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi?
Mengapa bukan tujuh orang?
Thung Lip, Lie Kee Ceng, Pek Gie Kie, Thiat Kiam
Khek, si Juta Bisa, Buddha alim dan Pengemis Sakti
Bermata Satu, jumlah ini tujuh orang bukan? Mengapa
tubuh-tubuh yang menggeletak disekitar Pohon
Penggantungan hanya enam orang?
Tentu saja, kerena diantara mereka telah berkurang
seorang.
Siapa diantara tujuh orang itu yang lenyap tanpa bekas.?
Mari kita melihat bagian berikutnya dari cerita ini.
oo0dw0oo
ENAM orang itu bangun duduk.Mereka mengucek ucek
mata. jiwa mereka baru lolos dari lubang jarum. Mereka
ragu-ragu dan kurang percaya, bahwa mereka masih hidup.
Keenam orang itu saling pandang dengan perasaan
seram, curiga dan takut.
Si Juta Bisa mengeluarkan hembusan napas dalam yang
panjang.
Lima orang lainnya memandang kearah kawan tukang
main bisa ini.
"Bagaimana?" Pengemis Sakti Bermata Satu mengajukan
pertanyaan.
"Eh, mengapa kurang seorang ?"
"Siapa ?"
Mereka memeriksa dirinya dan betul saja disana telah
susut seorang, siapakah yang tidak ada itu?
"Thung tayhiap!!!" Lie Kee Ceng berseru keras.
Mengapa kepala pemimpin mereka yang tak ada?
Kemanakah perginya si Cendekiawan Serba Bisa itu?
Letak Thung Lip berada didekat si Juta Bisa, Pedang
Penembus Langit, mengapa kini tidak terlihat?
Terdengar lagi suara Si Buddha Alim,
"Hei lihat!"
Mata semua orang tertarik kearah yang di tunjuk. Itulah
Pohon Penggantungan. Entah kapan, disana
menggelantung seseorang, itulah gadis berbaju putih yang
mati dan menjadi korbannya tahun ini.
"Aaaaa...." Lagi-lagi. Pohon Penggantungan meminta
korban! Keenam orang itu diserang rasa takut yang tak
terhingga, diatas pohon masih berdayung-dayung jenazah
gadis itu.
Sukma para jago hampir keluar dari tempatnya. Dalam
waktu yang singkat, diatas pohon Penggantungan telah
dijerat seorang, tanpa diketahui oleh mereka. Dan yang
aneh, si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip lenyap tanpa
bekas bekasnya.
Untuk menghilangkan rasa takut, mereka segera
meninggalkan tempat itu dengan perasaan seram dan ngeri.
Berjalan tidak jauh, didepan mereka muncul seseorang,
datangnya sangat mendadak, lagi lagi enam orang itu di
kejutkan.
Pengemis Sakti Bermata Satu yang berjalan dipaling
depan mengeluarkan suara keras.
"Kau!!"
Orang yang menghadang kepergian mereka adalah si
pemuda angkuh Tan Ciu.
Terlihat pemuda ini tersenyum aneh, dengan suara
dingin berkata.
"Betul"
Ke enam orang itu mundur ke belakang, Tan Ciu maju
dua langkah.
"Eh, kalian mengapa?" Ia mengajukan pertanyaan.
Pengemis Sakti Bermata Satu memandang Pek Gie Kie.
Dengan satu kerlingan mata meminta pendapat kawan itu.
"Tentunya dia!" Berkata si Pedang Penembus Langit.
"Aku? apa?" Tan Ciu tidak mengerti. Maka ia
mengajukan pertanyaan.
Semua orang telah dirundung ketakutan terus menerus,
hawa kumpulan ini menjadi suatu kemarahan yang tidak
dapat ditampung. Terlihat si Juta Bisa maju membentak
"Demi Thung tayhiap, mari kita menuntut balas!"
"Betul."
"Minta pertanggung jawabannya."
"Bunuh saja."
Pergolakkan itu semakin meningkat. Orang yang
pertama kali bergerak ialah si Pengemis Sakti Bermata Satu,
tangannya dikedepankan memukul pemuda itu.
Juta Bisa, Lie Kee Ceng, Thiat Kiam Khek dan Pedang
Penembus Langit tak tinggal diam, serentak, merekapun
memukul pemuda itu.
Tan Ciu mendapat serangan lima orang tokoh kuat.
Kecuali si Buddha Alim, tak seorang pun yang menaruh
simpati pada pemuda angkuh ini, mereka menduga pasti,
bahwa Tan Ciu mempunyai hubungan yang erat dengan
Pohon penggantungan.
Mendapat serangan itu, Tan Ciu menggeram. Tubuhnya
melesat tinggi, menghindari serangan-serangan tadi,
kemudian ia berteriak.
"Tahan."
Lima jago silat itu tidak mendengar peringatannya, lagilagi
mereka menyerang.
Tan Ciu mempunyai ilmu kepandaian tinggi, ilmu
meringankan tubuhnya pun hebat, lagi-lagi ia
mempertontonkan kepandaiannya melayang dari kurungan
semua orang dan berteriak.
"Hei, apa artinya permainan kalian?"
"Mengapa kau membius kami?" Pengemis Sakti Bermata
Satu mengajukan pertanyaan.
"Jangan bicara, dialah algojo Pohon Penggantungan."
Berkata si Juta Bisa.
"Kemana kau sembunyikan pemimpin kita?" Pedang
Penembus Langit turut buka bersuara.
Tan Ciu termundur bingung.
"Eh, si Cendekiawan Serba Bisa telah mati?" ia
mengajukan pertanyaan.
Pedang Penembus Langit membentak. "Jangan berpura
pura bodoh!"
"lekas katakan." bentak Thiau Kiam Khek "Bagaimana
hubunganmu dengan Pohon pengantungan?"
"Bunuh saja," Berkata si Juta Bisa. dan enam tokoh silat
itu menyerang Tan Ciu lagi.
Tan Ciu dipaksa memberikan perlawanan, pedangnya
dikeluarkan dari tempatnya. Sret,, Sret... mendesak si
Penembus Langit dan Thiat Kiam khek.
Pengemis sakti Bermata Satu dan Juta Bisa mengisi
kekosongan kawan itu, Mereka mengancam punggung si
pemuda!
Tan Ciu berhasil menghindari diri, tubuhnya diputar dan
menyerang lawan? Kali ini yang dijadikan sasaran ialah Lie
Kee San!
Lie kee San adalah orang yang mempunyai ilmu
kepandaian terendah, tentu tidak berhasil menangkis,
tubuhnya jatuh terluka!
"Kalian tidak bersedia mendengar keteranganku?"
Tau Ciu mengajukan pertanyaan.
"Tidak perlu "
Dan si pemuda sudah dikurung lagi.
Bila Tan Ciu mau, didalam sekejap mata, ia dapat
membunuh lima tokoh silat itu, hanya pantangan
membunuh belum berani dilanggar, terpaksa ia harus
menggunakan siasat, melukai atau mendesak mereka.
Karena inilah tidak mudah untuk mencapai kemenangan
segera.
Thiat Kiam Khek cs ingin membunuh pemuda itu, hanya
ilmu kepandaian mereka tidak dapat menandingi, keadaan
pertempuran berjalan terus.
Suatu ketika, Tan Ciu menengok kearah Pohon
Penggantungan, matanya terbelalak, ia berteriak.
"Aaaaaaa...."
Suara ini mengejutkan semua orang, Berbareng Tan Ciu
melesat keluar dari kurungan dan menuju kearah Pohon
Penggantungan!
Disaat yang sama. Juta Bisa mengirim pukulan maut,
Buddha Alim yang melihat kawan kawannya terdesak turut
memberi pukulan!
Terdengar suara . Bukk ... Bukk, dua kali. tubuh Tan Ciu
yang melayang lepas itu kena pukulan dua orang. Dari
mulutnya keluar darah segar.
Tan Ciu tiba di Pohon Penggantungan, matanya tidak
lepas memandang gadis berbaju putih yang tergantung
dipohon tua itu, ia tidak memperdulikan lukanya. Keadaan
pemuda itu berubah sama sekali.
Enam jago silat tidak mengerti, mengapa pemuda itu
seperti kehilangan ingatan? Bukankah belum lama ia
menyerang dengan gagah sekali.
"Apa yang terjadi?" Buddha Alim mengajukan
pertanyaan kepada kawan kawannya!
"Heran, ia tidak berusaha menghindari pukulan kita!"
Berkata Juta Bisa,
"Kukira ada sesuatu yang menarik perhatiannya!"
"Gadis berbaju putih itu !!!!"
"Mungkinkah kakak perempuannya ?"
"Inilah kesempatan baik untuk melenyapkan dirinya!"
"Betul...Bunuh saja lebih dulu!!"
Enam orang mendekati Tan Ciu. Si pemuda masih
berdiri didepan Pohon Penggantungan tanpa berkesiap.
Mengingat ilmu kepandaian pemuda angkuh yang sangat
tinggi, mereka tidak berani terlalu cepat bergerak, sehingga
dekat sekali, enam pasang tangan siap merenggut jiwa
pemuda yang hampir hilang ingatan tersebut. Keadaan
sungguh genting... , Tiba tiba terdengar suatu suara yang
mengguntur.
Ditengah-tengah Tan Ciu dan rombongan lawan
bertambah seorang, itulah si kakek aneh yang belum lama
mencari carinya. Juta Bisa cs dipaksa menghentikan
gerakan.
"Hei, apa yang kalian mau lakukan kepadanya?" Bentak
kakek aneh itu kepada semua orang.
"Membunuh."
"Alasannya?"
"Dia adalah algojo Pohon Penggantungan."
"Kalian telah membuktikan sendiri bahwa ia membunuh
orang diatas tiang Pohon Penggantungan?"
"Hanya dia yang muncul ditempat ini".
"Babi busuk! Akupun pernah muncul disini. Mengapa
tidak mendakwa diriku sebagai algojo Pohon
Penggantungan?"
Semua orang dibungkamkan, Kakek aneh itu
membentak lagi.
"Hanya kalian yang boleh datang? Orang lain tidak?
Hanya kalian yang bukan algojo? Orang lain dituduh
algojo".
"Mungkin dia bukan algojo Pohon Penggantungan".
Bertanya Thiat Kiam Khek.
Kakek aneh itu mengangkat pundak.
Tiba-tiba terdengar suara Tan Ciu yang berteriak keras.
"Oh, Cie cie."
Tubuhnya lompat dan menubruk gadis berbaju putih
yang mati tergantung diatas pohon gundul misterius itu!
Menyambung cerita lama, tatkala diatas Pohon
Penggantungan menggantung mayat seorang gadis berbaju
putih.
Tan Ciu yang sedang dikeroyok oleh enam jago sitat
melibat tubuh itu, gerakannya menjadi lamban, otaknya
terganggu ingatan , jiwanya hampir tidak ada.Maka ia kena
pukulan-pukulan mereka.
Disaat tegang inilah, datang kakek aneh yang menolong
jiwa si pemuda dari kematian.
Tan Ciu menubruk mayat gadis berbaju putih itu dan
berteriak.
"Cie cie!"
Diturunkannya mayat kakak perempuannya, matanya
menyalak merah. "Siapa yang membunuh kakakku?"
"Pohon Penggantungan." Berkata si kakek aneh.
Tan Ciu menggerakkan pedangnya dan di hantam Pohon
Penggantungan yang gundul dan tandus sudah mau kering
itu.
Traaaanng, terdengar beradunya dua benda yang terbuat
dari logam, pedang Tan Ciu yang ingin memapas pohon
tepat mengenai sasaran, tetapi pohon itu tidak tumbang
atau patah, bila tangan Tan Ciu kurang kuat memegang
Pedang, senjata itu pasti terbang.
Tan Ciu, Kakek aneh itu dan enam orang lainnya
terbelalak.
"Pohon besi?" Inilah suara Tan Ciu yang kaget.
Betul. Apa yang ditakutkan oleh banyak orang sebagai
Pohon Penggantungan itu adalah pohon yang terbuat dari
pada besi, pantas saja tidak tumbuh daun, pantas saja tidak
mati sampai bertahun tahun.
Hasil dari papasan pedang Tan Ciu hanya berupa lapisan
besi yang berbentuk kulit pohon.
Rahasia Pohon Penggantungan telah terbuka, ternyata
ada seseorang yang sengaja memasang besi maut ini!
Siapakah orang itu?
Semua orang memikir dan mencari jawaban teisebut,
Tan Ciu menggeretek gigi. "Aku tahu."
"Apa yang kau ketahui?"
"Siapa yang membunuh kakakku."
"Siapa?"
"Co Yong Yen!!".
Kakek aneh itu mengkerutkau keningnya!
"Siapa itu Co Yong Yen?" Ia mengajukan pertanyaan.
"Istri si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip."
"Thung Lip belum pernah beristri!"
"Mungkin!" Pengemis Bermata Satu turut bicara. "Tapi
tatkala saudara Tan ini meninggalkan Han san Siauw ciok
tiga hari yang lalu, ia pernah berjumpa dengan seorang
yang bernama Co Yong Yan, ialah istri Thung Lip. Thung
Lip tilak menyangkal tentang kebenarannya."
"Ooooooooooo .... Hal ini mempunyai hubungan
dengan Pohon Penggantungan?"
"Aku tidak peduli!!!" Berteriak Tan Ciu.
"Dialah tentunya yang membunuh kakakku, aku harus
menuntut balas ini".
"Tan Siauwhiap, semua terjadi karena salah paham.
Dengan ini aku mewakili semua kawan meminta maaf.
Selamat jumpa kembali".
"Silahkan Tan Ciu tidak menarik panjang".
Si Pengemis Sakti Bermata Satu mengajak, kawannya
meninggalkan tempat. Meninggalkan hutan hitam yang
penuh misterius itu.
Tidak jauh dengan Pohon Penggantungan terlihat si
kakek aneh dan Tan Ciu, kecuali mereka, masih ada
sesosok mayatnya kakak Tan Ciu yang bernama Tan Sang
itu.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa cekikikannya seorang
wanita di luar rimba, tentunya memapaki munculnya Juta
Bisa sekalian,
"Sungguh kebetulan bila mereka berkumpul menjadi
satu." Inilah suara wanita.
"Kau... Siapa?" Inilah suara Pengemis Sakti Bermata
Satu.
"akan segera menemukan jawaban dialam baka".
Terdengar jeritan sampai berulang kali.
Semua kejadian terjadi di luar rimba.
Di dekat Pohon Penggantungan. Tan Ciu dan kakek
aneh itu dapat mendengar, wajah si kakek berubah menjadi
pucat.
Tan Ciu tak dapat menahan sabar, tubuhnya bergerak,
diangkat mayat kakaknya dan siap melihat apa yang terjadi
dengan orang-orang tadi?
Tubuhnya kakek itu bergerak lebih cepat, ia menghadang
kepergian si pemuda.
"Jangan," ia mencegah.
"Mengapa?"
"Kau mau apa?"
"Siapa wanita diluar rimba?"
"Kau tidak perlu kesana."
"Mengapa?"
"Karena aku tahu dan dapat menjawab pertanyaanmu."
"Siapa dia?"
"Si Jelita Merah."
"Mengapa tidak boleh menjumpai si Jelita Merah?"
"Kau bukan tandingannya. Jangan mengganggu!"
Wajah Tan Ciu berubah cepat.
"Minggir!!" ia membentak.
"Jangan!!" Kakek itu berusaha mencegah si pemuda
keluar rimba.
Dengan mempelototkan mata, Tan Ciu membentak.
"Minggir.."
Terpaksa kakek itu menyingkirkan diri dan membiarkan
Tan Ciu menggendong mayat Tan Sang meningggalkan
Pohon Penggantungan, Ia membuntuti dibelakang si
pemuda tanpa banyak komentar. Setelah kepergian dua
orang tadi, dari belakang Pohon Penggantungan keluar tiga
orang, mereka memandang bayangan belakang Tan Ciu.
Orang yang berada ditengah bertanya kepada mereka,
"Dia??"
"Betul" Orang yang dikanan memberi jawaban.
"Diselesaikan kapan?" Bertanya orang yang dikiri.
"Setelah keluar dari rimba ini, kita boleh turun tangan."
Berkata orang yang ditengah. agaknya orang inilah yang
menjadi pemimpin dari ketiga orang tadi. Mereka
membuntuti.
"Kita lari kedepan dan menyusul Tan Ciu dan kakek
aneh itu".
Suara jeritan jeritan sudah tidak, terdengar, ditanah
menggeletak enam sosek mayat, tidak jauh dari mayat
mayat itu berdiri seorang wanita yang mengenakan pakaian
warna merah. Wajah wanita itu cukup cantik, sayang
penuh kekejaman, ia memandang keenam mayat itu dan
bergumam. "Masih tinggal seorang Thung Lip." Disaat ini
Tan Ciu keluar rimba, dilihat enam mayat yang
menggeletak ditanah. itulah mayat mayat Thiat Kiam
Khek, Lie Kee Ceng, Juta Bisa, Buddha Alim, dan si
Pengemis Sakti Bermata Satu.
Kata-kata gumamnya wanita baju merah itu masih
terdengar jelas. Wanita inikah yang bernama si Jelita
Merah?
Wanita itu melihat kearah Tan Ciu, lirikan matanya
melempar kerlingan yang menggiurkan,
Si Pemuda terkesima.
Wanita baju merah maju mendekati Tan Ciu.
"Saudara kecil, siapa namamu ?" ia mengajukan
pertanyaan.
"Kau tidak perlu tahu." Jawab Tan Ciu ketus. "Apa
permusuhanmu dengan mereka, mengapa membunuh
semuanya?"
Wanita berbaju merah itu adalah si Jelita Merah yang
ditakuti oleh kakek aneh, mendapat pertanyaan Tan Ciu
seperti tadi, ia tertawa cekikikan!
"Hanya membunuh mati beberapa orang saja kau
bartanggur tengger seperti ini."
Ia sudah biasa membunuh orang maka dapat
mengucapkan kata kata ini dengan tertawa ha ha-ha hi hi hi
hi
Tan Ciu masih menggendong kakaknya, ia mendelikan
mata.
"Eh, siapakah yang kau gendong itu?" Bertanya si Jelita
Merah melemparkan lirikan mata lagi. "Kekasihmu?"
"Kentut" Tan Ciu membentak.
"Saudara kecil, hati.hati menjaga mulutmu agar tidak
kena tamparan."
"Tutup mulut. Apa dendammu kepada mereka, mengapa
main bunuh saja?"
"Bila tidak mempunyai dendam, tidak boleh
membunuh?"
"Memang."
Wajah Tan Ciu berubah, ia meletakan tabuh kakaknya.
begitu bergerak tangannya telah menarik keluar pedang dari
punggung dan langsung menusuk wanita berbaju merah itu.
Jelita Merah memutar badan gerakannya gesit sekali,
melesat jauh dan mcnghindari tusukan pedang si pemuda.
Disaat ini, kakek aneh baru keluar dari dalam rimba.
Tepat berhadapan dengan wanita berbaju merah itu.
"Kau?" Si Jelita Merah memutarkan biji hitam matanya,
pada wajahnya masih tersungging senyuman. "Su Hay
Khek, kau belum mati?"
Kakek aneh ternyata itu bernama SuHay Khek.
"Terima kasih" ia berkata. ”Masih terlalu pagi untuk
mati..."
"Hm.."
"Sudah lama kita tidak bersua. Semakin lama kau
semakin cantik saja."
"Tua bangka mata keranjang, berani kau main main
kepadaku?"
"Ha.... Umurku telah lebih dari enam puluh tahun.Mana
kuat main lagi?"
Badan Jelita Merah bergerak, cepat sekali, tangannya
diangkat dan ... plak ... menampar pipi si kakek aneh itu!
Kakek aneh Su Hay Khek tidak menyingkir dari
tamparan tadi, tidak mungkin ia dapat menghindarkan diri
dari tamparan si Jelita Merah. Dan memang ia tidak ada
niatan untuk menghindarkan diri dari tamparan tadi.
Jelita Merah tertawa bahak bahak.
"Berhati-hatilah memainkan lidah," ia berkata.
Kakek aneh itu mengusap usap pipinya yang kena
ditampar orang, ia tidak marah.
"Nona kecil, tamparanmu ini keras sekali." ia masih bisa
berkelakar
"Tua bangka kurang ajar, bila kau masih tidak berhatihati,
kau akan menerima yang lebih keras lagi".
"Terima kasih".
"Hei, bagaimana dengan perintahku? Sudah berhasil kau
temui".
"Siapakah nama orang itu?"
"Kau belagak bodoh? Ingin mendapat tampar lagi?"
"Tan Kiam Lam yang kau maksudkan?"
"Betul!!"
Wajah Tan Ciu berubah, lagi lagi ia mendengar nama
Tan Kiam Lam disebut, orang yang punya hubungan dekat
dengan dirinya,
Kakek aneh Su Hay Khek berkata.
"Dikabarkan ia telah tiada."
"Mati?"
"Betul".
"Dimanakah jenazahnya di kuburkan?"
"Mana aku tahu!"
"Mati di tangan siapa ?"
"Istrinya,"
"Dan dimana kini istrinya itu berada ?"
"Aku tidak tahu juga."
Jelita Merah mempelototkan matanya. "Semua kau
jawab dengan serba tidak tahu!" Ia ngedumel.
Su Hay Khek tertawa cengar cengir. "Hei, di manakah si
Cendekiawan Serba Bisa itu berada?" Bertanya lagi Jelita
Merah.
"Thung Lip belom lama lenyap".
"Belum lama?"
"Betul.Mungkin dibawa oleh pencipta pohon besi."
"Pohon Besi?"
"Pohon penggantungan, Itu yang kumaksudkan".
"Siapa orang yang membikin Pohon Penggantungan?"
"Tidak tahu."
"Lagi lagi tidak tahu?"
"Memang aku tidak tahu."
"Kuberi waktu sepuluh hari untuk menyelidiki hal ini.
Dan kau harus memberi keterangan yang memuaskan
tentang Pohon Penggantungan".
Su Hay Khek mengangkat pundak.
"Sepuluh hari? kukira waktu ini terlalu singkat".
Ia pandai berkelakar.
"Bila satu bulan, bagaimana?"
"Apa boleh buat".
"Nah, pergilah.. Segera cari keterangan tentang Pohon
Penggantungan."
"Baik."
Sebelum berangkat, si kakek aneh Su Hay khek
mendekati Tan Ciu, dengan suara yang disalurkan dengan
tekanan gelombang tinggi ia membisiki si pemuda
"Bocah, kukira kau adalah anaknya Tan Kiam Lam."
Tubuhnya melesat dan lenyap cepat.
Tan Ciu ingin mendapat keterangan yang lebih jelas. Ia
terlambat. Gerakan Su Hay Khek terlalu cepat sekali.
Betulkah keterangan kakek aneh itu yang mengatakan
bahwa ayahnya bernama Tan Kiam Lim?
Betulkah keterangan yang diberikan kepada si Jelita
Merah, bahwa Tan Kiam Lam mati dibawah tangan
istrinya sendiri?.
Mengapa?
Ooo, sungguh kejam sekali. Hal ini tidak seharusnya
terjadi. Diharap saja Tan Kiam Lam bukan ayahnya.
Diharap saja ia tidak mempunyai ibu yang sekejam itu,
membunuh suami sendiri.
Tetapi siapakah yang menjadi ayahnya? Tan Ciu teringat
kepada kakak perempuannya, gadis baju putih itu masih
menggeletak tidak jauh dari tempat ia berada. Hanya Tan
Sang yang dapat memberi keterangan ini, sayang Tan Sang
telah binasa.
Si pemuda melamun terlalu banyak. Tidak disadari
bahwa Jelita Merah telah meninggalkan dirinya.
Meninggalkan mayat-mayat Juta Bisa sekalian.
Lima bayangan mulai bergerak. Tidak ada suara,
arahnya ialah dimana Tan Ciu berada.
Tidak jelas wajah lima bayangan yang baru datang,
mereka mengenakan pakaian yang serba merah,
diantaranya ialah seorang tua yang menjadi kepala
pemimpin rombongan itu.
Mereka mengurung Tan Ciu di tengah.
Si pemuda tersentak, ia mendongakkan kepala dan
diketahui bahwa dirinya telah berada dibawah kurungan
orang.
Orang tua berbaju merah membuka suaranya yang
dingin.
"Namamu Tan Ciu?"
"Betul" Si pemuda membusungkan dada, "Murid si
Puteri Angin Tornado?" si Angin Tornado adalah nama
angin yang terhebat, rumah besarpun dapat diungsikan
olehnya. Sungguh seram...
Tiga hari yang lalu, si Cerdekiawan Serba Bisa Thung
Lip pernah mengatakan bahwa ilmu silat Tan Ciu
mempunyai banyak persamaan dengan si Puteri Angin
Tornado? Kini lagi lagi ada orang yang mengajukan
pertanyaan bahwa si pemuda adalah murid wanita itu.
Betulkah bahwa Tan Ciu mendapat pelajaran ilmu silat
dari Puteri Angin Tornado. Mari kita teruskan cerita,
Terdengar Tan Ciu membuka suara. "Kalian dari mana?"
Rombongan orang berbaju merah itu tidak menjawab. Si
orang tua yang menjadi pemimpin mereka memberi
jawaban. "Hal ini kau tidak perlu tanya. Kau belum
menjawab pertanyaanku tadi, gurumu Puteri Angin
Ternado?"
"Umpama betul, apa yang kau lakukan? Bila bukan, apa
pula yang kau perbuat?"
Orang tua berbaju merah itu tertawa lepas.
"Berilah jawaban yang pasti," katanya dengan suara
tidak enak didengar. "Kau anak murid si Puteri Angin
Tornado?"
Gerakan orang-orang berbaju merah ini aneh sekali. Tan
Ciu segera menduga komplotan Pohon Penggantungan.
Wajahnya berubah.
"Betul. Aku adalah anak murid Puteri Angin Tornado."
Ia memberi jawaban pasti.
"Bagus."
"Apa yang bagus?"
"Kau harus turut kami" Berkata orang tua berbaju merah
itu.
"Kemana?"
"Jangan bertanya?"
"Aku tidak bersedia turut dengan kalian,"
"Ingin dipaksa?."
"Bagaimana asal usul kalian berlima?" Tan Ciu
mengajukan pertanyaan.
"Kau turut atau tidak?"
"Kukira kalian tak dapat memaksa orang?"
"Dengan kekerasan?"
"Boleh coba" Tan ciu menantang.
"Baik."
Orang tua berbaju merah itu memberi isyarat kepada
keempat kawannya, serentak, mereka mengurung Tan Ciu
lebih rapat.
Dugaan Tan Ciu kepada orang orang berbaju merah itu
telah dikesankan sebagai komplotan Pohon Penggantungan,
ia sengaja menarik perhatian orang, maksudnya menempur
mereka.
Lima orang berbaju merah telah berada di dalam
keadaan siap tempur, orang tua yang menjadi pemimpin
mereka berkata.
"Kesempatan terakhir untukmu, maukah turut?"
"Tidak."
Orang tua berbaju merah menurunkan tangannya,
serentak lima orang itu menghujani Tan Ciu dengan
pukulan-pukulan,
Memang hebat, bila tokoh silat biasa yang menghadapi
cara mereka bertempur ini, tentu kewalahan dan pasti
menjadi korban pukulan.
Tan Ciu menarik keluar pedang yang disabetkan kepada
setiap tangan yang datang, tentu saja mereka tak berani
membentur senjata tajam itu dan mundur teratur.
Merekapun mengeluarkan pedang, dengan cara bergiliran
mereka mengurung pemuda itu.
Didalam beberapa jurus pertama, Tan Ciu dapat
menghadapi semua orang itu dengan tenang. Semakin
lama, tenaganya semakin berkurang, itu disebabkan oleh
luka pukulan-pukulan rombongan Juta Bisa, karena belum
sempat mengatur pembuluh pembuluh darah yang rusak,
tenaganya tentu terganggu.
Lima orang berbaju merah menyerang semakin gencar,
bergilir mereka maju dan mundur, dengan tapak-tapak kaki
yang teratur mereka mendesak Tan Ciu setelah
mengeluarkan pedang, maka semakin kuatlah desakan
mereka. Tan Ciu kewalahan. Bila saja ia tidak mempunyai
kepandaian istimewa, setelah mendapat pukulan orang,
dipaksa menempur lima orang, tentu telah jatuh lama.
Orang tua berbaju merah yang menjadi pemimpin
rombongan itu tertawa dingin, ia tahu sudah waktunya
mencari kemenangan, pedang dipindah ketangan kiri,
membiarkan keempat kawannya menyerang dari depan,ia
mengitari mereka dan berada dibelakang lawan mudanya,
Empat orang baju merah menyerang Tan Ciu dengan
empat pedang mereka.
Tan Ciu menggunakan pedang menangkis senjata-senjata
itu.
Pemimpin orang berbaju merah telah berada dibelatang
Tan Ciu, ia mengirim satu pukulan tangan.
Diserang dari depan dan belakang, dalam keadaan yang
sudah payah, Tan Ciu tidak berdaya.
Bek...... Melewati empat orang berbaju merah yang
berada didepannya, tubuhnya Tan Ciu terpental terbang
jauh, ia telah menerima satu pukulan orang tua baju merah
itu. dari mulutnya memuntahkan darah merah,
menggeletak ditanah.
Tentu, saja, setelah menderita luka, tidak semestinya
menempur orang pula, den lebih jauh pantang menerima
pukulan dari belakang, Tan Ciu jatuh, tidak dapat bangun
lagi.
Empat orang berbaju merah, dengan pedang ditangan
menyusul tubuh Tan Ciu yang melayang diatas kepala
mereka. Begitu tubuh si pemuda itu jatuh ditanah, empat
pedang itu pun menusuk.
Terdeangar suara jeritan panjang.....
Darah berhamburan.
Tan Ciu mati? Tidak.
Luka? Juga tidak.
Jeritan tadi adalah suara jeritannya empat orang berbaju
merah yang menusukkan pedang meraka. Ternyata sesuatu
bayangan bergerak lebih cepat, sebelum keempat pedang
mengenai Tan Ciu, bayangan ini menggunakan
kepandaiannya membunuh keempat orang berbaju merah.
Tan Ciu membelalakkan mata. Orang tua berbaju merah
turut terkejut. mungkinkah ada orang yang berkepandaian
silat setinggi ini? Dapat membunuh keempat kawannya
dalam sekejap mata! Siapakah orang itu? Disana telah
bertambah seorang, dia adalah si Jelita Merah yang telah
pergi dan balik kembali.
Orang tua berbaju merah tidak kenal, ia membentak,
"Siapa?"
"Kau tak perlu tahu. Pergilah..." Jelita Merah
membentak.
Tan Ciu tidak mempunyai kesan baik kepada si Wanita
ini, didalam keadaan marah dan hati panas. ia mendorong
kedua tangannya dengan tenaga penuh.
Jelita Merah membelakangi si pemuda, ia sedang
berhadap hadapan dengan orang tua itu. Memperdebatkan
hasil dari pembunuhan yang yang dilakukan olehnya.
Hanya satu kali gebrak ia mengirim jiwa keempat kawan
orang tua itu pergi keakhirat. Dia datang dengan maksud
membantu Tan Ciu, menolong jiwa pemuda dari kematian.
Tentu saja ia tidak menduga sama sekali, bahwa dirinya
diserang seperti itu, karena jaraknya yang terlalu dekat,
tidak mungkin ia menyingkirkan diri dari serangan itu, tepat
sekali, punggungnya menerima pukulan Tan Ciu. Tubuh
Jelita Merah terpental jauh. Kini Tan Ciu berhadapan
dengan orang tua berbaju merah.
Terdengar geramannya si kakek, pedang yang ditangan
kiri telah pindah ketangan kanan, dan menusuk kearah si
pemuda.
Tan Ciu memapaki dengan pedangnya.
TRAAA..NN..GG!!!!
Tan Ciu sudah tidak bertenaga, hasil dari bentrokan dua
pedang itu, tubuhnya terdorong kebelakang.
Orang tua berbaju merah mengirim pukulan tangan
kosong, ternyata tangan kanan dan kiri dapat dikasih kerja
sama.
Tan Ciu sudah lemas. Bergoyangan sukar. kini tak dapat
menyingkir dari serangan ini,
"Beekkk ..."
Sekali lagi si pemuda memuntahkan darah segar,
tubuhnya jatuh ngeloso ditanah.
Orang tua baju merah menggerakkan pedang ditangan
kanan, maksudnya menusuk tembus perut sang korban.
Jelita Merah telah bangkit, ia menepuk pundak orang tua
itu.
Aaaaaa!!
Si kakek menyingkir kesamping, tusukkan pedang yang
hampir menembus perut Tan Ciu menjadi gagal.
Si Jelita Merah mengirim pukulannya yang kedua.
Kali ini, si kakek tidak sanggup bertahan, dengan satu
suara jeritan panjang, ia menghembuskan napasnya yang
penghabisan.
Tan Ciu luka parah, tetapi belum mati. Kini ia merayap
bangun.
Jelita Merah telah menghabiskan jiwa semua orang, ia
membalikkan badan dan memandang pemuda itu.Matanya
terlihat kilat sakit hati, pukulan Tan Ciu hampir merengut
jiwanya. Mungkinkah ia membiarkan si pemuda berlaku
kurang ajar?
"Kau kejam?!" Kata-kata ini penuh dendam.
Tan Ciu tidak gentar.
"Siapa yang menyuruhmu membunuh mereka?"
Tuntutan si pemuda masuk diakal.
"Salahkah membantu dirimu?"
"Aku tidak butuh bantuan!"
"Aku dapat membantu, tetapi dapat juga membunuh,
tahu?"
"Aku percaya, apalagi didalam keadaan seperti ini!"
Jelita Merah tertawa.
"Biarpun kau tidak terluka, biarpun kau berkepandaian
tinggi. Aku masih sanggup membunuhmu !"
"Belum tentu" Tan Ciu menantang.
Dari dalam saku bajunya, Jelita Merah mengeluarkan
sebutir obat. Dilemparkan kearah. Tan Ciu dan berkata.
"Makanlah. Agar kau sembuh. Aku menanti,"
Tan Ciu menyambuti obat itu. Memeriksa sebentar dan
dilempar balik lagi.
"Siapakah yang dapat menjamin bahwa benda ini tidak
mengandung racun?" Ia tidak percaya itikad baik wanita itu.
Jelita merah mengkerutkan kedua alisnya.
"Kau tidak tahu budi!" ia berkata.
"Siapa yang sudi menerima budimu !"
"Sudah bosan hidup, he?"
"Kau kira aku takut?"
Karena tidak sanggup menerima dan menelan hinaan
hinaan si pemuda. Jelita Merah mengayun tangan..
Tan Ciu ingin menyingkir dari serangan itu, tetapi tidak
berdaya, kondisi badannya berada didalam keadaan yang
tidak mengijinkan.
Pukulan Jelita Merah membuat Tan Ciu. memuntahkan
darah dalamnya. Beruntun beberapa kali, ia dipukul orang,
tubuh si pemuda ngusruk di tanah.
Tan Ciu memang kepala batu, ia bandel. Hanya
mendongakkan kepala, ia masih berani menantang.
"Jelita Merah lebih baik kau membunuh diriku."
"Tentu"
"Kuanjurkan agar membunuh segera. Jangan tunggu
waktu sampai esok hati."
"Mengapa?"
"Bila sampai aku tidak mati, dendam ini akan
mengendap seumur hidupmu."
"Baik." Jelita merah menganggukkan kepala. "Aku
mengabulkan permintaanmu"
Tan Ciu memeramkan mata. Ia siap menerima kematian.
Jelita Merah mengangkat tangannya tinggi, perlahan
lahan ia menurunkan tangan itu tepat berada diubun-ubun
Tan Ciu. Sampai disini, ia menghentikan gerakannya. Ia
memandang wajah si pemuda yang tampan menarik itu,
dan mengeluarkan keluhan panjang. Tangannya ditarik
kembali. Batal mengadakan pembunuhan.
Terlalu lama Tan Ciu menutup mata, dikala membuka
mata kembali dan melihat kejadian ini, ia menjadi heran
dan tidak mengerti. Lama sekali mereka saling pandang,..
"Mengapa kau batal turun tangan?" Si pemuda mulai
memecah kesunyian.
”Aku..." Sinar mata Jelita Merah menyingkir dari
bentrokan. "Aku tidak membunuhmu di hari ini. Aku
memberi kesempatan agar kau mempunyai waktu untuk
memperdalam ilmumu dan menuntut balas kepadaku!"
Ia membalikkan tubuhnya, melesat dan meninggalkan
Tan Ciu.
Kondisi badan Tan Ciu berada dalam keadaan yang
terburuk, ia dapat bertahan karena adanya lawan kuat. Kini
segala sesuatunya telah bebas, Ia tidak sanggup menguasai
segala galanya lagi. Kepalanyapun dirasakan berat dan
roboh menggeletak ditanah.
Mendadak, ....
Ia seperti melihat sesuatu bayangan merah melayang
datang sangat samar-samar guram sekali.
Tau Ciu menyangsikan kebenaran ini. Mungkinkah
didalam khayalan?
Tidak! Inilah hal yang benar. Apa yang disaksikan
olehnya betul-betul terjadi dihadapan pemuda itu. Hanya
daya ingatannya terlalu suram.Maka tidak jelas!
Lagi lagi datang bayangan lain melayang datang, kali ini
berwarna kelabu. Langsung mendekati tubuh Tan Ciu yang
terbaring ditanah.
Bayangan kelabu itu mengangkat tangannya, bila tangan
ini turun, tentu jiwa si pemuda pasti akan naik ke sorga.
Tiba-tiba terdengar satu suara dingin membentak.
"Jangan!"
Tangan sibayangan kelabu turun perlahan, batal
menghantam tubuh sang mangsa.
"Dia...." Agaknya ingin membantah.
"Kami masih membutuhkannya."
"Bila sampai terjadi....."
"Dengarlah perintahku."
"Bila ia berhasil menemui ayahnya."
"Ayahnya?"
"Tan Kiam Lam itulah ayahnya."
"Tak mungkin... Tak mungkin mereka bersua" Si
bayangan kelabu dapat diberi mengerti,
"Pasti?" Ia masih ragu ragu.
"Pasti sekali!! Karena ayahnya sudah binasa.
Mungkinkah mereka bersua? Kecuali dialam neraka, inipun
tak perlu kita khawatirkan"
"Dimisalkan ayahnya tidak binasa?"
"Mudah diselesaikan. Kita dapat menggunakan
tangannya untuk membunuh Tan Kiam Lam"
"Baik. Pendapat kauwcu memang beralasan."
"Kau ..."
Percakapan berikutnya tidak dapat masuk ke telinga Tan
Ciu. Ia telah jatuh pingsan, tidak sadarkan diri lagi.
ooodwooo
BEBERAPA lama kemudian, Tan Ciu sadar dari
pingsan. Tenaganya dirasakan segar, bau harum masih
terkulum didalam mulut, tentunya ada seseorang yang
memberinya obat mujarab.
Ia tersentak bangun, lompat berdiri. Matanya
memandang lepas, terlihat jelas ada seseorang yang berdiri
didepannya. Orang ini berdiri kaku, tidak bergerak.
Tan Ciu mengucurkan keringat dingin.
Sekian lama.... Tan Ciu dapat membedakan siapa yang
berdiri dihadapannya, itulah seorang sastrawan setengah
umur. Wajahnya dingin dan kaku, tentunya orang yang
tidak mudah dihadapi.
Orang yang dihadapan Tan Ciu adalah orang setengah
umur yang berpakaian sastrawan, ia berdiri tidak
bergeming.
Tan Ciu tidak kenal orang ini, ia memandang dengan
sinar mata penuh pertanyaan.
Sastrawan setengah umur itu tengah menyaksikan bahwa
si pemuda betul-betul telah sembuh, maka ia pun membuka
suaranya yang dingin.
"Bagaimana dengan luka lukamu?"
Tan Ciu sadar, tentunya sastrawan ini yang menolong
dirinya. Ia memberi hormat berkata.
"Atas bantuan cianpwee, disini Tan Ciu menghaturkan
terima kasih."
Orang itu hanya membalas hormat sipemuda, ia hanya
menganggukan kapala tanda kepuasan hatinya.
Tan Ciu memandang ketanah, matanya terbelalak.
"Mengapa?"
Melihat gerak gerik si pemuda yang meragukan,
sastrawan setengah nmar itu mengajukan pertanyaan.
"Dimana jenazah kakak perempuanku?" Tan Ciu
kehilangan mayat saudara perempuannya.
Jenazah Tan Sang lenyap tanpa bekas.
Sastrawan setengah umur itu mengerutkan alisnya.
"Jenazah kakak perempuanmu?" ia bertanya
"Ng.... " Tan Ciu masih berusaha mencari jenazah itu.
Namun gagal. Tidak ada tanda-tanda kemana perginya
jenasah Tan Sang.
"Kau telah tolong mengebumikannya?" Tan Ciu
mengajukan pertanyaan.
"Tidak." Sastrawan setengah umur itu memberi
kepastian.
"Aneh. Kau telah memindahkan kelain tempat?"
"Jangan sembarang menuduh."
"Bagaimana ia lenyap?"
"Kukatakan bahwa aku tidak melihat jenazah ciciemu"
"kecuali kau, ada beberapa orang disini?"
"Kau memang bocah yang tidak tahu mati, selama kau
jatuh tak sadarkan diri kukira lebih dari 10 orang yang
berkunjung ketempat ini."
"Siapakah mereka?.."
"Anak buah perkumpulan Iblis Merah atau Ang mo-
Kauw".
"Mengapa kau tahu?"
"Sedari kau berada dikota Kai Hong, aku telah mengikuti
perjalananmu!",
"Mengikutiku? Apa maksudmu mengikuti orang?"
"Sebab pertama disebabkan ingin tahu".
"Sebab kedua?"
"Aku ingin mengajukan pertanyaan, kepadmu!"
"Silahkan kau ajukan pertanyaan. Apakah yang ingin
kau ketahui."
"cici mu telah menjadi korban Pohon Penggantungan?"
"Betul."
"Mengapa?"
"Mana kutahu alasan ini? Bila kuajukan pertanyaan
kepadamu. 'Mengapa para gadis Cantik berkepandaian silat
digantung diatas Pohon Penggantungan? Apa yang kau bisa
jawab?"
"Kau pandai."
"Terima kasih!"
"Namamu Tan Ciu?"
"Betul."
"Anak Tan Kiam Lam?"
Hati Tan Ciu tergetar. Lebih dari satu kali, ia mendengar
orang mengatakan dirinya sebagai putra Tan Kiam Lam.
Siapa itu Tan Kiam Lam, ia tidak tahu... Mengapa mereka
itu menduga seperti itu?
Berdengung lagi percakapan dua orang yang mau
membunuh dirinya tadi, dikatakan Tan Kiam Lam telah
tiada, dan tidak mungkin ia dapat bertemu dengannya. Bila
betul Tan Kiam Lam itu Ayahnya, oh ...
Sastrawan setengah muda itu menyadarkan Tan Ciu dari
lamunan.
"Kau belum menjawab pertanyaanku!";
Tan Ciu tersentak bangun.
"Aku tidak dapat memberi kepastian," ia menjawab.
"Siapa yang dapat memberi kepastian?"
"cicie-ku Tan Sang."
"Mungkinkah Tan Sang tidak memberi tahu kepadamu
siapa yang menjadi orang tua kalian."
"tidak!"
"Aku tidak percaya."
"Terserah, sedari kecil aku turut guruku mempelajari
ilmu silat, Setiap sepuluh atau dua puluh hari, aku
diperolehkan bertemu dengan cicie-ku. Pada sepuluh hari
yang baru lalu, dikala aku kembali kerumah, ia
meninggalkan sepotong surat dan mengatakan ingin
menemui Thung Lip!"
"Kalian tidak berjumpa lagi, sehingga sampai ia
digantung diatas Pohon Penggantungan."
"Betul"
Wajah sastrawan itu dingin dan kaku, tidak terlihat
perubahan paras mukanya. Hanya pada sinar matanya yang
berkilat-kilat itu, membuktikan bahwa ia ragu ragu.
Giliran Tan Ciu yang mengajukan pertanyaan.
"Kau kenal dengan Tan Kiam Lam ?"
"Tan Kiam Lam mati dibawah tangan istrinya sendiri!"
Sastrawan setengah tua itu tidak memberi jawaban,
sebaliknya mengajukan pertanyaan lain.
"Inilah cerita orang." Berkata Tan Ciu.
"Tentang kebenarannya?"
"Aku tidak tahu." si pemuda menggoyangkan kepala.
"Dengan alasan apa seorang istri membunuh suami
sendiri?"
"juga tidak tahu." Tan Ciu tidak masuk perangkap
pertanyaan.
Tan Ciu mempunyai otak yang cerdas, dari pembicaraan
orang, ia paham bahwa tidak mungkin orang ini tidak kenal
dengan Tan Kiam Lam. Pertanyaan pertanyaan tadi hanya
alasan untuk menyingkirkan diri dari hubungannya dengan
Tan Kiam Lam.
Siapakah orang ini?
Mengapa ia tak mau menyebut namanya?
"Kau kenal dengan Tan Kiam Lam?"
Sekali lagi, Tan Ciu mengulang pertanyaannya yang
belum dijawab.
Sastrawan itu memandang alam di tempat jauh,
"Kau tidak berani memberi jawaban?" Tan Ciu
mendesak.
"Dimisalkan kenal."
"Mengapa menggunakan perumpamaan?"
"Karena aku baras mengetahui asal usulmu lebih dahulu.
Setelah itu baru boleh membuka rahasia pribadiku."
"Mengetahui asal usulku?."
"Betul. Aku belum dapat bukti yang menyatakan bahwa
kau adalah putra Tan Kiam Lam".
"Setelah terbukti aku betul menjadi anak Tan Kiam Lam,
bagaimana?"
"Ku harap saja bukan!"
"Mengapa? Mengapa aku tidak diperbolehkan menjadi
anak Tan Kiam Lam?"
"Bila betul ayahmu bernama Tan Kiam Lam, Tragedi
sedih segera menimpa dirimu".
"Tragedi sedih?"
Tan Ciu membuka mulut, mengeluarkan kata-kata
tadi."Mengapa ada tragedi sedih yang menimpa ayah Tan
Kiam Lam? Apa yang menyebabkan tragedi sedih itu?"
"Bagaimanakah kepribadian Tan Kiam Lam itu?" Si
pemuda mengajukan pertanyaan.
"Jangan kau tanya soal ini kepadaku." Berkata si
sastrawan.
"Kecuali kau dapat membuktikan bahwa kau adalah
anaknya."
"Cicie Tan Sang tahu. Sayang ia sudah tiada."
"Maka tidak mungkin kau tahu asal usul dirimu,
bukan?."
"Aku akan berusaha mencari tahu?"
"Siapa yang menjadi sumber berita?"
"Aku akan mengajukan pertanyaan kepada semua
orang,"
"Jangan harap mereka dapat memberi tahu kepadamu!"
Wajah Tan Ciu berubah.
"Tidak ada orang yang mau memberi tahu tentang Tan
Kiam Lam?" Ia bertanya.
"Betul." Jawab sastrawan setengah umur.
"Aku ingin kau yang memberi keterangan" Mata Tan
Ciu menjadi liar,
"Oooo.... Kukira kau tidak dapat memaksa aku
mengatakannya."
"Kau tidak mau memberi keterangan?" Tan Ciu maju
selangkah, agaknya menggunakan kekerasan tangan.
Sastrawan itu marah, darahnya naik cepat. Ia menduga
pasti bahwa pemuda yang berada didepannya adalah anak
Tan Kiam Lam, Dan tentang hubungan Tan Kiam Lam
dengan dirinya....
"Sudah kukatakan.." katanya "Tidak seorangpun yang
mau memberi tahu tentang Tan Kiam Lam. Termasuk
diriku."
"Aku dipaksa menggunakan kekerasan untuk memaksa
kau bicara." Tan Ciu semakin beringas.
"Eh, kau mau bergebrak?"
"Bila perlu."
"Tidak mungkin."
Tan Cui tidak dapat menahan sabar lagi. ia memungut
pedangnya, dengan satu bentakan keras menyerang
sastrawan setengah umur itu.
Disaat yang sama sisastrawan telah mementulkan
dirinya, sangat tinggi, gesit dan cekatan sekali.
Tan Ciu mengejar naik.
Gerakan sastrawan itu memang hebat, tanpa
menginjakkan kaki ketanah lagi ia melayangkan dirinya dan
pergi jauh.
Tan Ciu terpaku ditempat.
Dari jauh sayup sayup terdengar suara sastrawan itu.
"Jangan pusingkan urusan Tan Kiam Lam, berusaha
carilah siapa yang telah membunuh cici-mu dan tuntutlah
balas untuknya."
Tan Ciu hampir mau menangis. Rahasia ayah bundanya,
dendam gurunya dan kematian kakak perempuannya telah
jatuh disatu pundak, Suatu pikulan yang paling berat. Tidak
satupun dari ketiga soal tadi yang mudah diselesaikan.
Ia naik darah, Pedangnya dibontang bantingkan,
membabat apa yang berada disekitarnya, pohon, daun, batu
dan apa saja yang dapat dibuat tempat melampias
kemarahan.
Beberapa waktu, Tan Ciu berada dalam keadaan
setengah gila.
Akhirnya ia lelah dan menghentikan gerakan-gerakan
itu.
Ia berjalan pergi, tanpa tujuan. Ia meninggalkan rimba
Pohon Penggantungan.
Matahari sore memperpanjang bayangan Tan Ciu,
ditambah terlihat jalan bayangan yang kurus tinggi itu.
Suatu peringatan menghidupkan jiwa si pemuda. ia tidak
boleh menjadi putus asa. Ia harus hidup seperti sedia kala!
Wajah mengatasi kesulitan-kesulitan dan menyelesaikan
tugas yang jatuh diatas kedua pundaknya.
Yang penting, balas dendam kepada orang yang telah
membunuh cicienya, ia harus segera mencari algojo Pohon
Penggantungan.
Siapa yang mempunyai hubungan dengan Pohon
Penggantungan?
Segera teringat wanita berbaju putih Co Yong Yen. Dia
mengaku sebagai isteri Thung Lip, dan antara tujuh orang
tokoh silat yang masuk kedalam rimba Pohon
Penggantungan, hanya kehilangan Thung Lip seorang.
Hubungan ini sudah tentu dapat terjadi.
Segera mencari Co Yong Yen. Putusan ini segera
diperbulatkan.
Dunia bukannya sedaun kelor, kemana ia harus
menemukan Co Yong Yen. Orang yang belum diketahui
alamatnya, dan mungkin tidak ada alamat sama sekali.
Biar bagaimana ia harus berusaha. Sampai ke ujung
langitpun akan dikejar juga.
Karena adanya putusan yang seperti ini penderitaan
batin si pemuda agak mereda, ia bebas menjadi seorang
manusia gila!
Didalam perjalanan, ia teringat kepada lima orang
berbaju merah, itulah orang orang Ang mo Kauw atau
perkumpulan Iblis Merah.
Dengan alasan apa orang orang Ang mo Kauw ingin
membunuh diriya?
Karena gurunya bernama Putri Angin Tornado!
Mengapa?
Tentunya ada sesuatu ganjelan diantara sang guru dan
pemimpin Ang Mo Kauw. untuk mengetahui lebih jelas
tentang hal ini, ia baru mencari perkumpulan Ang mo
Kauw. Mencari markas besar perkumpulan ada lebih
mudah dari pada mencari seseorang. Tan Ciu menangguh
dan pikirannya yang ingin mencari Co Yong Yen segera ia
ingin menyelesaikannya lebih dahulu.
Langkah kaki Tan Ciu tidak pernah berhenti. Beberapa
bayangan berkelebat, mereka menghadang jalan yang akan
dilewati oleh si pemuda.
Terpaksa Tan Ciu menghentikan langkah kakinya.
Dua gadis berpakaian pelayan berdiri disana, warna baju
mereka merah semua.Mereka memandang Tan Ciu dengan
senyum kulum.
Tan Ciu mengadakan teguran.
"Mengapa kalian menghadang jalan orang?"
Salah seorang dari gadis pelayan berbaju merah itu
bertanya.
"Kau bernama Tan Ciu?"
"Betul!"
"Kami mendapat tugas untuk menyambutmu."
"Mendapat tugas? Siapakah yang memberi tugas kepada
kalian? Dengan alasan apa ingin menyambut
kedatanganku?"
Tan Ciu berhadapan dengan dua orang gadis berbaju
merah.
Terlihat dua gadis pelayan itu tertawa.
"Tongcu kami ingin bertemu denganmu" Berkata
mereka.
"Siapakah tongcu kalian?" tanya Tan Ciu,
Tongcu berarti kepala bagian suatu perkumpulan, agak
mirip dengan kepala regu.
"Kau boleh langsung bertanya kepadanya,"
"Dimana dia?"
"kami dapat memberikan petunjuk."
"Bila aku tidak mau turut?" Tan Ciu memandang dua
gadis pelayan tersebut.
"Takut?"
"Hm.. Belum pernah aku takut kepada orang!"
"Mengapa takut kepada tongcu kami?"
"Kalian dari golongan apa?"
"Ang Mo Kauw!"
Hati Tan Ciu tergetar. Ia berniat pergi ke markas Ang-
Mo-Kauw menyelesaikan pertikaian dengan perkumpulan
itu dengan gurunya, Hanya belum mendapat jalan, kini
mereka telah datang lebih dahulu.
"Bila kau tidak menerima undangan, terpaksa kami
menggunakan kekerasan." Berkata dua gadis pelayan itu!
Tan Ciu mengeluarkan suara dingin.
"Segera ajak aku kesana!"
Dua gadis pelayan berbaju merah itu mengajak si
pemuda ke suatu tempat.
Disuatu puncak gunung terlihat sebuah joli dengan kain
penutup yang diturunkan, tidak terlihat siapa yang duduk di
dalamnya. Dua gadis pelayan berbaju merah mengajak Tan
Ciu kedepan joli itu.
"kami mengundang Tan siauwhiap datang." Berkata dua
gadis pelayan berbaju merah kepada orang didalam joli.
Orang yang berada didalam joli itukah yang menjadi
tongcu perkumpulan Ang-mo kauw?
Tan Ciu masih menduga-duga.
Pria? Atau warita.
Terdengar suara yang nyaring merdu keluar dari isi
tandu.
"Kalian menyingkir."
Dua gadis pelayan menerima perintah, mereka
meninggalkan Tan Ciu dan berdiri dibelakang joli.
Tan Ciu mengeluarkan suara dengusan dari hidung. Ia
tidak merasa gentar. ia tidak pernah takut kepada siapapun
juga.
Terdengar suara dari dalam joli.
"Kau tahu, mengapa aku mengadakan undangan?"
-ooo0dw0ooo-
Jilid 3
INILAH suara seorang gadis yang nyaring dan merdu.
Ternyata tongcu perkumpulan Ang-mo-kauw ini adalah
seorang wanita.
"Kau belum memberi tahu, mana kutahu.." Berkata Tan
Ciu.
"Aku ingin mengajukan pertanyaan" Berkata gadis
didalam joli.
"Mengapa kau tidak mau keluar dari jolimu?" Tan Ciu
sangat sombong,
"Aku tidak ingin memperlihatkan muka."
"Malu?" Tan Ciu mengeluarkan suara dari hidung!
"Mungkinkah bengkak sebelah?"
Dua gadis pelayan melesat, dengan suara marah mereka
membentak.
"Berani kau menghina tongcu kami?"
Dan merekapun menyerang pemuda yang angkuh dan
sombong itu.
"Minggir." Terdengar suara bentakan dari dalam joli.
Dua gadis pelayan membatalkan serangan mereka,
gerakan-gerakan para gadis pelayan berbaju merah ini gesit
luar biasa.
Tan Ciu yang menyaksikan gerakan-gerakan itu terkejut,
tidak disangka, pelayan orang didalam joli mempunyai ilmu
kepandaian hebat, entah bagaimana ilmu kepandaian
tongcu itu?
"Maafkan kelancangan pelayan pelayan itu."
"Aku tidak mengganggu mereka bukan?" Berkata Tan
Ciu.
"Kau belum menjawab pertanyaanku"
"Aku tidak ingin memperlihatkan wajahku kepadamu.
Bukan karena malu atau sebab-sebab lainnya."
"Kau menyuruh orang mengundang, tapi tak mau
memperlihatkan diri, apa maksudmu?"
"Mengadakan tanya jawab seperti inipun boleh, bukan ?"
"Tentu saja boleh. Terlebih baik lagi, bila kita dapat
bicara dengan berhadapan muka"
"Jangan genit, aku tahu bahwa kau bukan seorang lelaki
yang gila wajah cantik."
Tan Ciu bungkam.
"Hei..." panggil pada gadis dalam joli, "Dengan alasan
apa kau menbunuh lima orang perkumpulan Ang mo
kauw?"
"Membunuh orang orang Ang-mo kauw?"
"Didepan Pohon Penggantungan?"
"Oooo ... Kau salah terka."
"Bukan kau yang membunuh mereka?"
"Memang bukan."
"Siapa yang membunuh kelima orangku."
"Jelita merah."
"Akh... Jelita Merah?"
"Betul"
"Jelita Merah tak mempunyai dendam sakit hati dengan
perkumpulan Ang mo kauw, dengan alasan apa ia
membunuh lima orang itu?"
"Disini karena...."
"Gara garamu?"
"Boleh dikata demikian. Aku tidak mempunyai dendam
permusuhan dengan Ang mo kauw, mengapa kau mengutus
mereka membunuhku?"
"Lima orang itu ada niatan untuk membunuhmu?"
"Betul"
"Oooo... Hal ini memang mungkin terjadi."
"Bagaimana mungkin terjadi?" Bertanya Tan Ciu,
"Maksud Ang mo-kauw hanialah mengundang dirimu.
Tidak ada perintah untuk membunuh orang undangan.
Ternyata mereka timbul niatan jahat, sudah seharusnya
mereka menerima hukuman."
"Hanya ini yang ingin kau katakan?" Tan Ciu sudah tak
sabar.
"Maksudku mengundang kau datang ialah ingin
mengadakan perundingan..."
"Katakanlah!"
"Kauwcu kami ada maksud untuk menerima dirimu,"
Kauwcu adalah kepala atau pemimpin perkumpulan.
Ajakan ini berada diluar dugaan Tan Ciu. Ia tidak kenal
siapa orang yang menjadi kepala rombongan Ang-mo
kauw, bagaimana diajak bekerja sama? Apakah maksud
mereka?
"Siapakah yang menjadi Kauwcu kalian?" Si pemuda
bertanya.
"Setelah kau menjadi anggauta Ang-mo kauw. Tentu kau
akan tahu dengan jelas akan hal ini."
"Bila aku menolak?"
"Lebih baik kau berpikir baik-baik."
Tan Ciu memutar otak. Memang tidak ada akal untuk
mengatasi soal ini cepat,
"Mungkin aku dapat menerima ajakan Kauwcumu."
Akhirnya ia berkata..
"Syukurlah."
"Tetapi dengan syarat."
"Syarat? Apakah syarat yang kau ajukan?" Gadis
didalam joli kukuh tidak mau menampilkan diri.
"Beri keterangan tentang Pohon Penggantungan, siapa
orang yang menciptakan pohon maut itu? Dimana kini ia
berada?"
Pertanyaan si pemuda menyulitkan itu tongcu wanita
dari perkumpulan Ang-mo kauw.
"Tidak sanggup?" Bertanya Tan Ciu.
"Baiklah." Akhirnya gadis didalam joli berkata. "Sudah
sepatutnya bila kau diberi tahu."
Hampir Tan Ciu lompat girang, sungguh diluar dugaan,
bahwa soal yang sulit ini dapat diselesaikan dengan mudah.
Mengikutikah ia mengetahui pasti siapa dan dimana
pencipta Pohon Penggantungan?
Dugaannya segera diperkuat oleh tafsiran-tafsiran
lamanya, tentu orang-orang Ang mo kauw yang memegang
peranan Pohon Penggantungan. Bila tidak, mana mungkin
dapat memberi jawaban ini?
Keadaan sepi lama ..., Tan Ciu membuka suara.
"Katakanlah."
"Apa yang harus kukatakan?"
"Siapa pencipta Pohon Penggantungan?"
"Pertanyaan ini akan dijawab oleh kauwcu pribadi."
Berkata gadis didalam joli,
"Kau tahu pasti bahwa kauwcu kalian itu dapat
memberikan jawaban yang memuaskan?"
"Bila tidak memuaskan, kau boleh menolak tawarannya
bukan?"
Tan Ciu dapat menerima saran si gadis didalam joli. Bila
ia tidak mendapat jawaban tentang Pohon Penggantungan.
Tentu ia tidak mau masuk perkumpulan itu?
Hal lainnya yang menambah keinginannya bertemu
dengan ketua Ang-mo kauw ialah dendam permusuhan
yang telah terjadi antara perkumpulan itu dengan gurunya.
"Baiklah." Ia menerima ajakan orang.
"Mari turut dibelakang." Berkata gadis didalam joli.
Dengan satu perintah lain, dua pelayan berbaju merah
menggotong joli dan berangkat.
Tiba-tiba ...
Telinga Tan Ciu yang mengikuti joli itu dapat
menangkap satu suara yang seperti nyamuk bicara itulah
suara orang yang menyampaikan kata kata dengan saluran
tekanan gelombang tekanan tinggi.
"Kau telah masuk kedalam perangkapnya si Ular Golis."
Tan Ciu memeriksa keadaan disekelilingnya. Tidak
terlihat orang yang memberi pesan kata kata ini.
Ternyata gadis didalam joli mempunyai julukan Ular
Golis? Ular cantik bagaimanakah yang mendapat julukan
seperti itu?
Hasratnya untuk membongkar rahasia Pohon
Penggantungan tidak dapat ditahan. Niatannya untuk
bertemu dengan kanwcu Ang mo kauw semakin hebat.
Biarpun telah dapat peringatan, ia tidak menghentikan
langkah kakinya dan mengikuti joli si Ular Golis yang
digotong oleh dua pelayannya.
"Ia segera mengajakmu masuk kedalam Lembah Iblis
Merah, tempat yang menjadi sarang markas besar Ang mokauw."
Orang yang mengirim suara dengan tekanan suara
gelombang tinggi itu berdengung lagi. "Bila sampai
dimarkas besar mereka, jangan harap kau dapat keluar
lagi."
Ilmu kepandaian Tan Ciu telah mencapai taraf kelas
satu, iapun dapat menggunakan ilmu Toan-im jib-bit atau
mengirim suara dengan tekanan gelombang tinggi. Maka ia
membalas peringatan orang dengan suara yang sama.
"Kauwcu Ang-mo kauw tidak tahu siapa yang menjadi
pencipta Pohon Penggantungan?"
Kegunaan mengirim suara dengan gelombang tekanan
tinggi jelas tidak dapat didengar oleh orang ketiga. Dua kali
orang itu memberi peringatan kepada Tan Ciu, kemudian
mendapat balasan dari si pemuda yang mengajukan
pertanyaan itu dengan menekan suara yang sama, hal ini
tidak dapat didengar oleh gadis di dalam joli si Ular Golis
dan dua pelayannya.
"Ia tidak tahu!" Berkata orang yang memberi peringatan.
"Kutahu pasti bahwa maksud si Ular Golis menerima baik
syaratmu yaitu memancing kau masuk kedalam lembah
Iblis Merah. Percaialah keteranganku!".
Tan Ciu dapat diberi mengerti. Hal ini memang bukan
tak mungkin sama sekali, Kecuali bila orang yang memberi
perintah itu bermaksud tujuan lain, ada udang dibalik batu.
Siapakah orang yang memberi peringatan kepadanya
sehingga lebih dari satu kali ?
Suara Toan Im jib-bit atau ilmu menekan suara yang
disalurkan kembali dengan tekanan suara bergelombang
tinggi itu tidak mudah dibedakan. Mungkin lelaki dan
mungkin pula suara perempuan. Tetapi dari logat dan laga
laga yang berirama enak, tentunya seorang wanita.
Orang yang dapat membela dirinya hanya beberapa
orang.
Kakek aneh Su Hay Khek dan sastrawan setengah umur
itu seperti berada di pihaknya.
Bila wanita, kecuali ciecienya yang sudah mati, orang
kedua ialah gurunya. Tan Sang sudah mati. Hal ini pasti.
Mungkinkah sang guru dengan sebutan seram si Putri
Angin Tornado itu?
Tan Ciu memandang kearah datangnya suara pemberi
tahu itu. Hal ini menimbulkan kecurigaan si Ular Golis
didalam joli.
"Eh, kau sedang mengapa?" Si gadis didalam joli
mengajukan pertanyaan.
Tan Ciu mengkerutkan kedua alisnya. Kini diketahui
pasti bahwa orang yang memberi peringatan itu bukanlah
gurunya. Logat-logat dan irama suara sang guru telah
dikenal baik. Bukanlah suara tadi.
Mengikuti petunjuk orang itu atau terima mengikuti si
Ular Golis masuk ke dalam lembah Iblis merah? Besar
kemungkinannya bahwa ketua Ang-mo kauw itu musuh
besar sang guru. Sebagai seorang murid yang mengenal
budi, Matipun ia harus membela kepentingan gurunya, Ia
wajib mengetahui bagaimana menjadi perseteruan diantara
mereka.
Didalam keadaan seperti ini, soal Pohon Penggantungan
boleh diurus setelah selesai ia bereskan lawan garunya.
Tidak terasa, Tan Ciu menghentikan langkah kaki.
Didalam joli, si Ular Golis telah mendesak. "Hei, kau
mau turut tidak?"
"Baik." Tan Ciu memberi putusan. Ia ingin menerjang
lembah Iblis merah.
Dua gadis pelayan berbaju merah menggotong joli si
Ular Golis, Tan Ciu mengikuti dibelakangnya.
Suara peringatan berkumandang lagi. "Hei, kau bersedia
turut si Ular Golis?".
"Betul" Tan Ciu telah memberi sambutan dengan ilmu
Toan-im jib-bit pula. Hal ini tidak boleh diketahui oleh si
Ular Golis.
"Sudah bosan hidup?" Bertanya orang dengan tekanan
suara gelombang tinggi.
"Bukan urusanmu." Tan Ciu mulai marah dengan
gangguan-gangguan orang itu.
"Kau..!!!" Suara yang disalurkan dengan ilmu Toan im
jib-bit itu terputus.
Tan Ciu meneruskan perjalanan dengan tenang.
Joli si Ular Golis tetap berjalan lenggang. Dua gadis
pelayannya mempunyai ilmu kepandaian yang tinggi.
Tentu saja ia merasa enak dan nyaman.
Tiba tiba satu bayangan putih menghadang ditengah
jalan, inilah jalan yang akan dilewati oleh joli si Ular Golis.
Dua gadis pelayan berbaju merah menghentikan langkah
mereka. Dilihatnya seorang gadis berbaju putih sudah
menghadang perjalanannya.
Tan Ciu mempunyai mata tajam, segera dikenali siapa
bayangan putih yang menghadang ditengah jalan itu.
"Aaaaa...." Ia mengeluarkan suara tertahan. Itulah
wanita berbaju putih yang bernama Co Yong Yen, orang
yang mengaku sebagai istri si Cendekiawan Serba Bisa
Thung Lip,
"Kau?" Ia menghadapi Co Yong Yen. Orangkah yang
sedang dihadapi? Atau arwah Co Yong Yen yang sudah
dikatakan mati?
"Betul...Aku." Gadis berbaju putih itu membenarkan
kata kata sipemuda.
Dua gadis pelayan berbaju merah tidak berani
mengambil putusan. Mereka memandang Tan Ciu dan si
penghadang jalan yang sudah hadap berhadapan.
"Hai, kau ingin mencari diriku, bukan?". Bertanya Co
Yong Yen kepada sipemuda. Tan Ciu masih meragukan
keaslian manusianya orang ini. Ia tidak dapat bicara.
"Hai...." Panggil Co Yong Yen lagi
"Disini ada dua jalan, mana yang kau pilih? Ikut dia atau
aku?"
Ternyata orang yang memberi peringatan sampai
berulang kali dengan suara gelombang tekanan tinggi itu
adalah gadis berbaju putih ini.
Kecuali si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip, keenam
kawan lainnya telah binasa. Dan si baju putih itu diragukan
sebagai istri Thung Lip yang telah lenyap.
Dapatkah Tan Ciu melepaskan dirinya begitu saja?
Tentu tidak.
Perkumpulan Ang mo-kauw seperti mempunyai sesuatu
dendam permusuhan dengan Putri Angin Tornado. untuk
mengetahui keterangan yang lebih jelas, sudah tentu harus
pergi kelembah Iblis Merah. Untuk pergi ke dalam Iblis
Merah, sudah tentu saja harus mengikuti si Ular Golis.
Relakah Tan Ciu membiarkan Ular Golis pergi tanpa
diikuti oleh dirinya?
Tentu tidak.
Tan Ciu menjadi bimbang dan ragu ragu.
Ia tidak menjawnb pertanyaan Co Yong Yen.
Co Yong Yen maklum hal ini, ia telah memberi
peringatan beberapa kali. Pemuda itu tidak mau
mendengarnya! Kini ia menampilkan diri dengan harapan
dapat memancing pergi Tan Ciu, agar pemuda itu tidak
turut si Ular Golis, dan masuk kedalam lembah Iblis
Merah.
Menyaksikan keadaan Tan Ciu yang serba susah, Co
Yong Yen melangkah pergi.
Tan Ciu membentak.
"Berhenti."
Co Yong Yen menolehkan kepalanya, ia memberikan
senyuman manis. Hanya sebentar saja, Kemudian
melanjutkan langkahnya pergi menjauhi pemuda itu.
Maksudnya memancing pergi dari samping sisi si Ular
Golis yang masih belum menongolkan kepalanya dari
dalam joli tertutup itu.
Tan Ciu terpancing pergi, ia melayang ke arah Co Yong
Yen.
Seperti apa yang Co Yong Yen katakan maksud si Ular
Golis mengajak Tan Ciu masuk kedalam lembah Iblis
Merah hanya berupa pancingan saja. Disana ia mempunyai
banyak kawan dan cukup untuk menahannya!
Kini maksud itu akan segera gagal, tanpa
memperdulikan wajahnya terlihat orang, ia melayang
keluar dari dalam joli, cepat sekali menyusul Tan Ciu dan
memberi satu pukulan.
Tan Ciu menusatkan seluruh pikirannya ke tempat Co
Yong Yen yang sudah hampir melenyapkan diri. Mana
disangka bahwa si Ular Golis dapat nongol dari dalam
jolinya dan mengirim pukulan itu? Dikala merasakan ada
sesuatu yang mengancam punggung, tangan Ular Golis
yang gesit itu telah menggebuknya.
Duuuuk....
Tan Ciu terpukul dan jatuh sempoyongan, Isi perutnya
bergolak panas.
Dua gadis pelayan Ular Golis mempunyai gerakan
gerakan yang sebat, mereka meletakkan Joli dan... bek bek
... dua kali pukulan memaksa Tan Ciu jatuh ngeloso ke lain
arah, Ular Golis menyambut tubuh pemuda itu cepat
seakan menekan urat nadinya. Maksud Co Yong Yen
hampir berhasil, Tiba tiba digagalkan oleh si Ular Golis.
Ia melayang balik dan membentak. "Lepaskan."
Ular Golis tertawa seram. "Kau mengharapkan
kematiannya?" ia memperlihatkan urat nadi Tan Ciu yang
sudah berada didalam kekuasaannya.
Wajah Co Yong Yen nenunjukkan hawa pembunuhan.
Ia menghampiri ular Golis yang menggendong tubuh Tan
Ciu.
Dua gadis pelayan berbaju merah menyelak keluar,
mereka membela majikannya. Co Yong Yen tidak berdaya.
Tan Ciu sadar apa yang telah menimpa dirinya.Mengapa ia
begitu lengah, tak membikin penjagaan kepada si Ular
Golis itu? Kini segala apapun telah terlambat. Ia berada
dibawah kekuasaan tongcu Ang mo-kauw tersebut.
Ia membuka kedua matanya, terlihat seorang gadis yang
sangat menggendong dirinya. Sayang hati gadis ini melebihi
ular jahatnya, Julukan si Ular Golis memang paling tepat.
"Ular Golis..." Ia mengoceh, "kau memang seorang ular
yang cantik!"
Si Ular Golis tertawa puas. "Bila kau turut dibelakangku,
tentu tidak sampai terjadi hal ini." Ia berkata.
Dan memandang dua pelayan berbaju merahnya, ia
memberi perintah, "Lanjutkan perjalanan pulang!"
Mereka siap mengajak Tan Ciu masuk ke dalam lembah
Iblis Merah, Co Yong Yen menghadang perjalanan pulang
mereka.
"Aku tidak mengijinkan kalian membawanya." Ia
berkata,
Ular Golis mengeluarkan suara tertawa yang dingin.
"Kau lupa, bahwa jiwanya sudah berada ditanganku."
"Ular Golis." Teriak Co Yong Yen. "jangan kira aku
tidak tahu perintah kauwcumu, kau tidak diperbolehkan
membunuhnya, bukan begitu?".
Wajah si Ular Golis menjadi pucat. Didalam keadaan
terpaksa, ia mengangkat tubuh Tan Ciu tinggi tinggi.
"Kau boleh jajal saja" ia memberi ancaman.
Co Yong Yen berjalan lebih dekat lagi. Ular Golis
mengundurkan diri. Dua gadis pelayan berbaju merah
bergerak maju, mereka memukul dan menghantam Co
Yong Yen.
Gadis berbaju putih itu menggerakkan tangannya, cepat
sekali, entah bagaimana ia telah berada dibelakang dua
lawannya, terdengar dua kali jeritan, dua pelayan si Ular
telah berhasil dirobohkan. Co Yong Yen hebat.
Hanya didalam satu jurus, ia membunuh dua gadis
pelayan berbaju merah yang mempunyai ilmu kepandaian
tinggi.
Suatu hal yang berada di luar dugaan Tan Ciu.
Juga diluar dugaan si Ular Golis.
"Kau tidak mau meletakan dirinya?" Co Yong Yen maju
dan mengancam.
Si Ular Golis mundur lagi. Jalan darah kematian Tan
Ciu masih tidak dilepas olehnya.
"Turunkan tubuhnya." Co Yong Yen memberi ancaman
yang kesekian kalinya.
"Bila aku tidak mau, bagaimana?" Ular Golis berkepala
batu.
"Aku dapat membunuhmu, tahu?" Co Yong Yen
mengancam.
"Apakah akibatnya dengan tubuh ini?" Ular Golis
mengandalkan tubuh Tan Ciu sebagai pegangan.
"Inilah akibatnya." Co Yong Yen membentak. Tubuhnya
melesat dan menotok jalan darah si Ular Golis.
Gerakannya sungguh cepat. Lebih cepat beberapa kali
dari gerakan gerakan dua pelayan si Ular Golis.
Ular Golis tidak menyerah mentah mentah. Dengan
sebelah tangan menggendong Tan Ciu ia memukul totokan
lawan dengan sebelah tangan lainnya.
Disaat yang sama. Co Yong Yen telah mengirim
serangan yang kedua.
Ular Golis tidak mungkin dapat menghindari serangan
itu. didalam keadaan terpaksa, ia melemparkan tubuh Tan
Ciu kearah lawannya!
Tan Ciu menjerit sakit, ternyata Ular Golis menurunkan
tangan jahat kepada pemuda itu!
Kepandaian Co Yong Yen memang luar biasa
bagaimana cepatpun si Ular Golis tetap tak dapat
mengimbangi kecepatan lawannya.
Daarrrr !!!
Dari mulutnya Ular Golis yang kecil mungil itu
memuntahkan darah merah. tubuhnya melayang jatuh.
Tiba tiba terlihat suatu bayangan merah menyambuti
tubuh Ular Golis yang terluka, kemudian, tanpa membikin
perhitungan kepada orang yang melukainya, penolong Ular
Golis itu melayang pergi dan melenyapkan diri.
Co Yong Yen tidak mengejar. Matanya memandang
wajah Tan Ciu yang sudah hampir mau mati. Cepat sekali
ia menggerakkan jarinya menotok beberapa jalan darah
penting. Dan membawa tubuh luka itu kearah rimba.
Mendadak ...
Satu suara dingin membentak Co Yong Yen.
"Berhenti.!"
Mendengar suara ini. wajah Co Yong Yen menjadi
pucat, ia tahu siapa yang telah tiba. Langkahnya terhenti
segera.
Seorang wanita berparas cantik, dengan mengenakan
pakaian warna hitam telah tampil disana. Wanita berbaju
hitam inilah yang membentak Co Yong Yen tadi.
"Dia?" Wanita berbaju hitam itu menunjuk kearah Tan
Ciu.
Co Yong Yen menganggukkan kepala.
"Apa yang ingin kau lakukan" Bertanya, wanita berbaju
hitam.
"Maksudku ... "
"Menolong dirinya?"
"Betul."
"Lebih baik jangan."
"Tapi, tapi ia luka parah."
"Segera letakkan dirinya dan ikut aku pulang." Bentak
lagi wanita berbaju hitam itu?
"Biar bagaimana, aku harus menolongnya dahulu." Co
Yong Yen menjadi bandel.
"Berani kau melanggar perintah?"
"Tolong ... Tolonglah dirinya."
"Mati hidupnya orang itu tidak ada hubungan dengan
kita."
"Aku! Aku tidak dapat membiarkan ia begini!"
Air mata mengucur keluar dari kelopak mata Co Yong
Yen.
Wanita berbaju hitam menghela napas panjang-panjang.
"Bibi Kang, tolonglah...." Co Yong Yen masih
memohon.
"Seharusnya kau jangan turut campur."
"Tetapi keadaan telah menjadi seperti ini.."
"Tidak mungkin ia berterima kasih kepadamu." Berkata
wanita berbaju hitam itu.
"Aku tidak mengharapkan terima kasihnya." Co Yong
Yen kukuh.
"Baiklah! Aku tidak mau campur tangan!" Wanita
berbaju hitam itu sangat sayangCo Yong Yen.
"Bibi Kang, jangan kau beri tahu kepada pocu!"
Pocu berarti kedua benteng, Seorang yang menguasai
pucuk pimpinan tertinggi didalam suatu daerah.
"Bila ia tahu hal ini?"
"Tidak mungkin!" Berkata Co Yong Yen "Asal saja bibi
tidak membongkar rahasia!"
"Baiklah!" Wanita berbaju hitam itu akhirnya mengalah.
"Tapi ingat, jangan memberi keterangan sesuatu tentang
kita."
"Aku tahu."
"Bila sampai ia tahu. Akupun tidak sanggup
membelamu."
"Terima kasih."
Wanita berbatu hitam itu melayang pergi, meninggalkan
Co Yong Yen dengan Tan Ciu yang masih terluka parah.
Co Yong Yen menyusut air matanya, ia membawa Tan Ciu
kelain arah, ia harus mengobatinya segera.
Disebuah kelenteng yang sudah rusak, pada ruang teagah
yang sudah tidak digunakan orang menggeletak tubuh Tan
Ciu yang luka.
Co Yong Yen telah memberikan pertolongan yang
secukupnya..
Beberapa lama kemudian, Tan Ciu membuka matanya.
Dua kali ia menderita luka, dua kali ditolong oleh
wanita. Tidak jauh dari mana ia berada, terlihat suatu
bentuk tubuh yang di selubungi oleh kain putih, itulah Co
Yong Yen.
Co Yong Yen memandang alam jauh, pemandangan
disore hari agak tidak serasi dengan keadaan diwaktu ini.
Mendengar suara kereseknya Tan Ciu. tahulah ia bahwa
pemuda itu telah sembuh, ia membalikan kepalanya,
menoleh kearahnya.
Tan Ciu sedang memperhatikan segala gerak gerik
wanita itu. Dua pasang mata beradu.
Co Yong Yen mengalihkan pandangan mata, ia
menyerah.
"Bagaimana dengan keadaan lukamu?"
Ia mengajukan pertanyaan. Suaranya merdu, seolah olah
seorang kekasih yang sedang memperhatikan keadaan si
jantung hati.
"Terima kasih." Berkata Tan Ciu perlahan.
Co Yong Yen memandang ketempat jauh lagi. ia
berusaha menghindari sinar mata si pemuda,
"Atas jasa baikmu yang menyembuhkan dan menolong
diriku, suatu hari pasti kubalas." Berkata Tan Ciu lagi.
"Aku tidak mengharapkan pembalasanmu," berkata Co
Yong Yan.
"Bolehkah aku mengajukan beberapa pertanyaan?"
Bertanya Tan Ciu.
"Aku tahu, apa yang kau ingin ketahui dariku!"
"Kau tahu?"
"Aku dapat menduga."
"Coba kau katakan, apa yang ingin ku ketahui."
"Kau ingin mengetahui, betulkah aku istri Thung Lip,
bukan ?"
"Salah satu pertanyaan yang terakhir." Berkata Tan Ciu.
"Kau ingin menanyakan tentang Pohon Penggantungan."
"Betul!"
"Kau ingin tahu bagaimana kematian cicie-mu?"
"Ya."
Wajah Co Yong Yen menunjukkan rasa sedih.
"Mengapa kau ingin bertanya tentang soal-soal diatas
itu?" ia berkata.
"Mengapa tidak boleh. Kau tidak bersedia menjawab?"
"Betul,"
"Cicieku mati. digantung orang, mengapa aku tidak
boleh tahu?"
"Bukan tidak boleh tahu. Tapi belum waktunya kau
tahu."
"Kau tahu hal ini. tentunya salah seorang dari
rombongan pencipta Pohon Penggantungan."
Co Yong Yen menggoyangkan kepala, ia menyangkal
tuduhan yang dijatuhkan kepada dirinya.
"Kau tidak mempunyai hubungan dengan Pohon
Penggantungan?"
"Betul!"
"Aku tidak percaya."
"Terserah.."
"Lebih baik kau ceritakan kepadaku. Agar aku tidak
melakukan sesuatu yang tidak baik."
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Kau tidak bersedia memberi keterangan?"
"Aku, aku tidak dapat."
"Baik. Ingin kuketahui pasti, betul kau istri Thung Lip?"
"Jangan kau bertanya lagi"
"Dimana Sastrawan Serba Bisa itu berada."
"Tidak tahu."
"Kau tidak mau memberi keterangan?"
"Tidak ada yang dapat kuberikan."
"Kau memaksa aku menggunakan kekerasan?"
Wajah Co Yong Yen menunjukkan rasa bingungnya.
Mana mungkin pemuda ini memukul orang yang pernah
membela dirinya?
"Aku tidak dapat." ia berkata.
"Kau mencari mati," Bentak Tan Ciu! Tangannya
bergerak memukul gadis itu.
Heeeeekk..!
Co Yong Yen menerima pukulan sipemuda, tubuhnya
bergoyang goyang, pukulan itu hebat luar biasa.
Tan Ciu terbelalak. Dengan ilmu kepandaian Co Yong
Yen. bila gadis itu mau, tidak mungkin pukulan tadi
mengenai dirinya. Mengapa dia tidak berusaha
menghindari diri.
Co Yong Yen menyusut darah yang meleleh keluar dari
sela sela mulutnya.
"Kau sudah puas?" Ia bertanya perlahan.
Tan Ciu marah kembali. Apa yang ingin diketahui
dirinya selain ditutup tutupi, mengapa semua orang tidak
mau menceritakan hal itu?
"Kau..."
"Aku mengharapkan keterangan."
"Jangan...."
"Kau betul betul ingin mati."
"Baiklah. Bunuh saja diriku." Co Yong Yen
mengkatupkan matanya, dua butir air mata bening menetes
jatuh dari matanya.
Tan Ciu menggeretak gigi, lengan menguatkan hati, ia
memukul lagi.
Co Yong Yen tidak menghindari datangnya serangan ini.
Tangan Tan Ciu menjadi lemas, ia menurunkan
pukulannya perlahan, gagal menghantamorang.
Mendadak saja, tangan Tan Ciu menjambret leher baju
gadis baju putih itu, ditariknya keras dan kasar.
"Kau berani membandel!" Si pemuda membentak.
Co Yong Yen ingin menangis. Air matanya tertahan,
kelakuan si pemuda yang kasar sangat menyeramkan
sekali..
"Masih tidak mau mengatakan?" Tan Ciu membentak
lebih keras.
Co Yong Yen menggeleng-gelengkan kepala, ia sangat
bersedih.
Tan Ciu mengacungkan tangan ... plak...plak...
menempeleng kedua pipi gadis itu!
"Hayoh katakan."
Pemuda ini memang galak sekali.
Co Yong Yen menjerit.
"Mengapa kau memperlakukan aku seperti ini?"
"Kau harus mengatakan rahasia Pohon Penggantungan,"
"Kau tidak memahami kesulitan orang."
"Jangan memaksa aku menggunakan cara yang lebih
keras atau lebih kejam lagi"
Co Yong Yen menarik napas. "Baiklah. Aku akan
bercerita."
Akhirnya ia harus mengalah.
TAN CIU melepaskan cengkeraman tangan yang
mengekang kebebasan gadis itu.
"Nah, katakanlah, bagaimana hubungan si Cendekiawan
Serba Bisa Thung Lip?" Sipemuda mengajukan pertanyaan
pertama.
Wajah Co Yong Yen menjadi biru, ia kecewa atas
perlakuan pemuda itu kepada dirinya, keterangan yang
menekan bathin hampir memecahkan urat sarapnya. Tiba
tiba ia tertawa.
"Apa yang di tertawakan?" Tan Ciu membentak.
"Tan Ciu." Panggil Co Yong Yen. "Sebelum menjawab
pertanyaanmu. Ada sesuatu yang harus kau ketahui."
"Lekas katakan."
"Harus kau ketahui, akibat dari pembocoran rahasia ini,
seorang diantara kita berdoa pasti ada satu yang mati."
"Seorang diantara kita, ada satu yang akan mati?" Tan
Ciu mengulang peringatan aneh itu.
"Betul! Salah satu dari jiwa kita harus dikorbankan!"
"Tidak ada tawaran lain?"
"Pikirlah sekali lagi. Relakah kau mengorbankan dirimu,
atau diriku?"
Tan Ciu harus memperhitungkan pasal yang baru bila
membiarkan gadis itu binasa karena membongkar rahasia
Pohon Penggantungan tentu keterlaluan.
Membatalkan desakannya?
Itupun tidak mungkin, Rahasia Pohon Penggantungan
sudah waktunya untuk dibuka.
Tan Ciu mengeraskan hati. ia bersedia mengorbankan
jiwanya. Hal ini untuk ketenangan dunia, untuk
memusnahkan bahaya Pohon penggantungan.
"Baik. Aku yang berkorban " Tan Ciu memberi putusan.
"Bila korban yang ditunjuk bukan dirimu."
"Kau sendiri yang dimaksudkan?"
"Betul. Bila permintaan korban menghendaki jiwaku,
bagaimana?" Gadis itu memandang sipemuda tajam-tajam.
Tan Ciu tersentak kejut, hatinya gemerinding dingin!
Ada ada saja, masakan membongkar rahasia Pohon
Penggantungan harus ditebus dengan jiwa seorang gadis,
bahkan gadis yang mempunyai wajah cantik seperti Co
Yong Yen.
Gigi sipemuda beradu keras, betapa hebat pertarungan
jiwanya itu. Rahasia kematian Tan Sang harus dibeberkan,
lenyapnya Thung Lip wajib diterangkan. Bila diketahui
kemana si Cendekiawan Serba Bisa itu pergi, rahasia Pohon
Penggantungan segera pecah sama sekali. Tan Ciu
menggigit bibir!
"Kau ingin menakuti diriku?"
"Bukan. Hal ini segera akan terjadi!"
"Yang penting bagiku. Bagaimana dan apa yang
menyebabkan kematian cicieku?"
"Mengapa si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip lenyap
dari keenam kawannya. Siapa pencipta Pohon
Penggantungan?"
Sifat kepala batu pemuda itu membuat Co Yong Yen
goyang kepala. Ia menghela napas dan berkata dengan
suara lemah.
"Baik. Aku segera memberi keterangan kepadamu,"
"Mulailah dari si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip."
"Dia adalah kekasih guruku ..."
"Namamu tentunya bukan Co Yong Yen.."
"Aku bernama Yong? Agaknya mirip dengan nama
guruku?"
"Ada sesuatu dendam ganjalan diantara gurumu dan
Thung Lip?".
Gadis berbaju putih itu anak murid Cong Yong Yen
yang bernama Co Yong, Co Yong menganggukkan kepala?
"Betul." Ia berkata. "Si Sastrawan Serba Bisa Thung Lip
menggunakan bisa menusuk guruku. Kemudian getah
kejahatan dilempar kepada orang lain dan mengatakan
kepada kawan-kawannya, bahwa kekasih itu di bunuh
orang."
"Inilah alasan gurumu membunuh Thung Lip dirimba
Pohon Penggantungan?"
"Bukan. Guruku tidak membunuhnya"
"membawa kekasih lama itu kedalam Banteng
Penggantungan."
Benteng Penggantungan?! lagi lagi sebuah nama yang
seram.
Tan Ciu membelalakkan mata lebar-lebar "Benteng
Penggantungan?!"
Ia kurang percaya."Setelah ada Pohon Penggantungan
masih disusul dengan nama Benteng Penggantungan. Hal
ini bukanlah soal kebetulan. Dua tempat itu pasti
mempunyai hubungan yang erat."
Co Yong menganggukan kepala.
"Kepala Benteng Penggantungan inilah tentunya yang
menciptakan Pohon Penggantungan, bukan?"
"Menurut keterangan guruku Benteng Penggantungan
tidak mempunyai sangkut paut dengan Pohon
Penggantungan."
Lagi lagi keterangan yang berada diluar dugaan.
Yang satu Pohon Penggantungan lainnya Benteng
Penggantungan mungkinkah tidak ada hubungan sama
sekali?
Mungkin Co Yong tidak tahu rahasia Benteng
Penggantungan.
Mengapa Co Yong Yen membius semua orang dibawah
Pohon Penggantungan dan menyulik si Cendekiawan Serba
Bisa Thung Lip, membawanya kedalam Benteng Pengganti!
Co Yong Yen yang kita sebut kali ini adalah Co Yong
Yen asli, guru si gadis baju putih Co Yong.
”Masih ada pertanyaan yang kau ingin ajukan?"
BertanyaCo Yong.
"Dimana letak Benteng Penggantungan?" Tan Ciu
bertanya.
Co Yong memandang wajah Tan Ciu dengan penuh,
perasaan takut, seperti apa yang telah diduga pada
sebelumnya, pemuda itu pasti mengajukan pertanyaan
diatas. dari sudut sudut kebandelan Tan Ciu. mana
mungkin ia tidak mendatangi Benteng Penggantungan?
Inilah yang paling dikhawatirkan olehnya.
"Dengan ilmu kepandaian yang kau miliki, belum
waktunya masuk kedalam Benteng Penggantungan."
Berkata Co Yong.
"Mengapa?" Tan Ciu bertanya.
"Karena Benteng Penggantungan melarang orang luar
masuk. Kau bisa mati ditempat itu."
"Hmm ... Aku ingin melihat lihat bagaimana seramnya
Benteng Penggantungan itu,"
"Kulihat..."
"Katakanlah, dimana letak Benteng Penggantungan?"
"Kau tidak menyesal?"
"Segala sesuatu yang telah kulakukan tidak pernah
kusesalkan."
"Baik. Benteng Pengantungan terletak di lembah Siang
kiat, gunung Kerangkeng Macan"
Keterangan Co Yong disusul oleh satu suara dingin yang
dikeluarkan oleh orang yang berada diluar kelenteng.
Wajah Co Yong berubah. Pembicaraan mereka berada
dibawah pengawasan orang.
Tan Ciu terkejut,
"Bukan urusanmu." Bentak Co Yong. "Kau jangan turut
Campur"
Tubuhnya melesat keluar kelenteng, meninggalkan
pemuda itu seorang diri!
Tan Ciu mendapat firasat buruk, seolah-olah akan terjadi
sesuatu yang tidak baik!
Diluar kelenteng terdengar bentakan
"Budak hina, berani membocorkan rahasia?"
"Paman!..." Inilah suara Co Yong.
"Agar tidak mengotorkan tanganku, lebih baik kau
bunuh diri saja."
Tan Ciu menggigil dingin, cepat sekali melayang keluar
kelenteng. Dilihat seorang laki laki berbaju hitam, yang
didampingi oleh dua wanita berbaju hitam juga sedang
mengadili Co Yong.
Si gadis bertekuk lutut dihadapan tiga orang berbaju
hitnm itu.
Tanpa membuang waktu. Tan Ciu menyela masuk dan
berdiri diantara kedua pihak.
"Kalian tentunya orang orang dari Benteng
Penggantungan?" Ia bertanya kepada tiga orang berbaju
hitam.
Dua wanita berbaju hitam diam. Laki laki adalah
pemimpin mereka ia berkata:
"Betul."
"Apa yang kalian lakukan kepadanya? Tan Ciu
menunjuk kearah Co Yong.
"Ini urusan benteng kami."
"Aku tidak dapat lepas tangan."
"Kukira kau tidak berhak."
"Hak itu boleh diusul belakangan."
Co Yong berteriak.
"Tan Ciu, minggir. Bukan urusanmu."
Diseretnya si pemuda kesamping, menghadapi dua
wanita dan seorang lelaki berbaju hitam itu, ia berkata.
"Aku turut kalian pulang benteng."
"Baik," berkata lelaki berbaju hitam itu.
Melihat empat orang itu siap berangkat, Tan Ciu
membentak.
"Tunggu dulu!"
"Apa yang kau mau?"Co Yong Yen mendelikkan mata.
"Apa yang akan mereka lakukan kepadamu?"
"Sudah kukatakan. Ini bukan urusanmu."
Laki-laki berbaju merah itu berkata.
"Bila kau ada niatan untuk turut mati aku bersedia
mengantarkan jiwamu pergi kealam baka."
Tan Ciu mengetahui apa yang akan menimpa diri si
gadis berbaju putih Co Yong bila bukan karena membela
diri, bila bukan karena membocorkan rahasia Benteng
Penggantungan, Co Yong tidak akan menghadapi kesulitan
ini, Ia wajib turun tangan. Dengan geram ia telah berteriak,
"Ingin kulihat, bagaimanakah ilmu kepandaian orangorang
dari Benteng Penggantungan!"
"Nah, terimalah ini.” Berkata lelaki berbaju hitam yang
segera mengeluarkan pedang dan menusuk pemuda kearah
pemuda kita."
Tan Ciu tidak tinggal diam, pedangnya berpindah
ketangan, dan menangkisnya.
Traanngg....... Dua badan terpisah. Tan Ciu mundur
sampai dua langkah.
Laki laki berbaju hitam itu menyerang lagi! Cepat sekali
pedangnya berkilat kilat.
Tan Ciu membentak keras, dan memapaki datangnya
pedang. Pemuda ini sangat penasaran.
Disaat yang sama, dikala Tan Ciu menempur laki-laki
berbaju hitam itu, Co Yong bangkit dan memukul
punggung pemuda kita. Gerakan Co Yong sangat cepat.
Apa lagi Tan Ciu tidak bersiaga sama sekali, bagian
belakang tubuhnya kena dihajar si gadis.
Jalan pernafasan Tan Ciu menjadi sesak, mulutnya
terbuka, memuntahkan darah segar.
Laki laki berbaju hitam tidak tinggal diam, pedangnya
membayangi gerakkan lawannya, Tempat yang diancam
ialah dada si pemuda.
Tan Ciu tidak dapat menghindari diri dari tusukkan
pedang ini. Sebentar lagi, jiwanya pasti melayang.
Co Yong kaget sekali, tubuhnya maju, di dorong tubuh si
pemuda ke samping. Maka Tan Ciu jatuh, tetapi terhindar
dari tusukan pedang.
Karena langkah perbuatannya sendiri. Co Yong
terperosok kedepan, dialah menjadi arah ancaman pedang.
Terdengar suara jeritan si gadis, lengannya yang putih
dibasahi oleh cairan merah, itulah darahnya sendiri, darah
yang keluar dari lubang luka tusukan pedang si laki laki
berbaju hitam.
Tan Ciu turut berteriak kaget.
Co Yong tidak dapat berdiri, tubuhnya jatuh ditanah,
darah masih mengalir deras. membasahi daerah
disekitarnya.
Perbuataa Co Yong yang memukul Tan Ciu berada
diluar dugaan. Yang lebih membingungkan orang lagi ialah
langkah berikutnya yang menolong jiwa pemuda itu dari
lubang kematian.
Kini ia telah jatuh, keadaan lukanya sangat parah.
Dua wanita berbaju hitam dan laki-laki itu memandang
sigadis dengan perasaan bingung tidak mengerti.
Tan Ciu menggerung keras, ia menyerang laki laki
berbaju hitam, serangannya sudah kalut, membabi buta,
acak acakan.
Melayang turun satu bayangan merah langsung
bergumul dengan laki-laki berbaju hitam dari Benteng
Penggantungan.
Terdengar suara napas seseorang yang menerima
hantaman, tubuh laki laki berbaju hitam ini jatuh
kebelakang.
Disana telah bertambah seorang gadis berbaju merah.
itulah si Jelita Merah.
"Aaaaa..." Tan Ciu mengeluarkan suara teriakan
tertahan. Lagi-lagi gadis ini menolong dirinya.
Dua wanita berbaju hitam maju mengeroyok Jelita
Merah. tiga orang ini bergulet dengan kemenangan.
Co Yong menggeletak ditanah, mengambang diatas
darah merah.
Tan Ciu sangat terbaru, dengan sisa tenaga yang masih
ada, ia menubruk tubuh gadis itu.
"NonaCo..."
Co Yong membuka matanya, ia belum mati. Dua butir
air mata meleleh keluar! Tan Ciu memanggil dengan suara
yang gemetaran
"NonaCo......"
Co Yong membuka mulutnya, menggerak-gerakkan bibir
agaknya ia hendak mengucapkan sesuatu, tetapi tidak
terdengar suara yang keluar dari mulut mungil kecil itu.
Lukanya terlalu hebat, ia terlalu banyak mengeluarkan
darah.
Gadis itu sudah hampir mati, Tan Ciu turun
mengucurkan air mata kesedihan. Karena ia yang memaksa
orang. Maka gadis itu menerima kematian yang
menyedihkan.
"Kau ... Mengapa... kau menangis?" Terdengar suara Co
Yong bicara,
"Aku telah menyusahkanmu."
"Kau....menyesal? Bukankah.... Bukankah kau tidak
pernah... menyesal.... atas segala perbuatan.... yang telah
lakukan?"
Air mata Tan Ciu mengucur semakin deras.
"Apa yang harus kulakukan kepadamu?" Ia berkata
dengan suara sember.
"Aku..... aku..... benci kepadamu......" Berkata Co Yong.
"Kau...kau telah menghancurkan.... hidupku.."
Apa yang gadis itu katakan memang beralasan, bila
bukan karena Tan Ciu yang muncul. tentunya ia tidak
menerima kematian ini,
Suara bentakan bentakan dari tiga orang yang bertempur
telah sampai pada tingkat terakhir. Terdengar satu suara
jeritan, seorang wanita berbaju hitam telah menjadi korban
tangan si Jelita Merah.
Tan Ciu tidak sempat memperhatikan jalan pertempuran
itu.
Terdengar lagi suara jeritan lain, seorang wanita berbaju
hitam lagi telah mati dipukul oleh gadis baju merah itu.
Laki laki baju hitam dengan pedang ditangan maju
membentak.
"Hai,kau berani membunuh orang Benteng
Penggantungan?"
"Ha...ha... Aku jelita Merah belum pernah takut orang."
Laki laki baju hitam itu mundur setengah langkah, nama
Jelita Merah menggetarkan hatinya.
"Kau.... Kau yang bernama Jelita Merah?"
"Kau berani melawanku?"
Laki laki berbaju hitam membalikkan badan, tubuhnya
melayang dan lari ngabrit, tanpa memandang dua jenazah
kawannya lagi.
Jelita Merah mendapat kemenangan mutlak. Lagi lagi ia
merengut dua jiwa manusia.
Tan Ciu dan Co Yong hadap berhadapan, mereka
mengucurkan air mata.
0000dw0000
JELITA MERAH tidak mengejar laki-laki berbaju hitam
yang telah melarikan diri. Ia memeriksa dua wanita berbaju
hitam, mereka sudah tidak bernapas.
Tangisan Co Yong dan isak Tan Ciu terdengar olehnya.
"Hm... Seorang laki laki mengucurkan air mata?" Ia
mendekati dua orang itu!
Tan Ciu membalikkan badannya.
"Pergi.."
"Eh, kau galak?" Jelita merah maju semakin dekat.
"Pergi. Aku benci kepadamu!" Berkata Tan Ciu.
Hawa pembunuhan mengarungi wajah Jelita merah, Ia
mengeluarkan suara tertawa yang sangat tajam.
"Jangan lupa bahwa jiwa kalian berada ditanganku. Bila
bukan aku yang menolong, kau kira masih hidup sampai
saat ini? " Ia tertawa.
"Budimu akan kubalas dikemudian hari!!" Berteriak Tan
Ciu,
Jelita Merah memandang mereka bergantian.
"kekasihmu?" Ia bertanya kepada Tan Ciu.
"Bukan urusanmu." Sipemuda membentak.
Wajah jelita merah berubah.
"Kau tidak kenal budi." Ia berkata marah.
"Dapatkah kau melanjutkan perjalananmu." Tan Ciu
mulai memohon.
"Aku tidak mau pergi." Berkata Jelita Merah. "Apa yang
dapat kau lakukan kepadaku ?"
Tan Ciu tidak bicara. Ia menggendong tubuh Co Yong
yang telah mandi darah itu. Mengambil lain arah, ia
meninggalkan si Jelita Merah.
Satu bayangan berkelebat. Jelita Merah menghadang
kepergian sipemuda.
Tan Ciu memperlototkan mata.
"Apa yang kau mau?" Ia membentak.
"Eh, hanya beberapa patah terima kasih pun tidak mau
kau ucapkan!"
Tan Ciu tidak mempunyai kesan baik kepada gadis
berbaju merah tersebut. Hanya lebih dari satu kali, orang
menolong dirinya. Bahkan kali ini, si Jelita Merah telah
menolong dua jiwa. bagaimana ia tidak berterima kasih.
"Baiklah. Terima kasih. Bantuanmu tidak dapat
kulupakan." Ia berkata.
Jelita Merah tertawa puas! Menuju ke arah Co Yong. ia
bertanya,
"Kekasihmu?"
"Bila betul, bagaimana? Bila bukan, apa pula."
"Ia segera akan mati ."
Tan Ciu menoleh kearah wajah Co Yong, didalam
pelukannya, wajah itu pucat pasi, Kehilangan darah yang
terlalu banyak menyebabkan keadaan Co Yong menjadi
payah, ia maklum, ajal gadis berbaju putih ini tidak panjang
lagi.
Seperti apa yang telah kita ketahui, Tan Ciu mempunyai
seorang kakak perempuan yang bernama Tan Sang, sifat
sifatnya suka pakaian putih. Sayang Tan Sang sudah tiada,
maka bayangan kakak itu jatuh pada Co Yong yang suka
mengenakan pakaian putih putih.
Kini Co Yong segera hampir meninggal, karenanya ia
menjadi sedih sekali.
"Nona Co... " ia memanggil perlahan. Co Yong
mendengar suara panggilan, ia membuka kedua matanya
perlahan.
"Nona Co.." Tan Ciu memanggil lagi. Ia meletakkan
tubuh gadis ini ditanah.
"Kau... sudah .. tidak... mau.. mengurus...ku?" terputus
putus Co Yong bertanya.
Tan Ciu menggoyangkan kepala,
"Aku tidak membiarkan kau mati." Ia berkata.
"Aku.. sudah.. hampir .. mati."
"Jangan Khawatir, aku akan berusaha."
"Ke .. ma .. ti .. an .. ku .. menggang.. gu .. ketenangan ..
mu... Bukan?"
"Aku akan menghidupkanmu."
"Ti ... dak ... mungkin ...!"
Co Yong mengatupkan kedua matanya! Maut sudah
dekat sekali!
Tan Ciu tidak berdaya! Butiran air mata turun dari
kelopak mata pemuda ini!
Jelita Merah turut dibuat terharu! Ia menghela napas
panjang!
"Kulihat, kau cinta sekali padanya!” Ia berkata.
"Tidak. Aku hanya bersedih karena kematiannya,"
"Bila ia tidak dapat ditolong. bagaimana?"
"Aku akan sengsara seumur hidup."
"kukira hanya seorang yang dapat menolong dirinya."
Tan Ciu tersentak bangun.
"Kau katakan, ada seorang dapat menolong jiwanya dari
kematian?" Ia bertanya.
Jelita Merah menganggukkan kepala.
"Siapakah orang itu?"
"Aku tidak mau menjadi orang tolol." Berkata Jelita
Merah tersenyum senyum.
"Orang tolol?" Tan Ciu tidak mengerti.
"Kau mempunyai kesan buruk kepadaku, bukan?"
Tan Ciu bungkam!
"Mengapa harus membantu usahamu?" Berkata lagi Si
Jelita Merah!
Tan Ciu menjadi marah!
"Aku tidak percaya tidak ada orang yang dapat
menolongnya!" Ia ngambek.
"Kau tidak tahu bahwa umurnya hanya tinggal beberapa
jam saja." Berkata Jelita Merah.
Apa yang di kemukakan si Jelita Merah bukanlah
gertakan bohong. Didalam waktu beberapa jam lagi. bila
tidak ada orang yang memberi pertolongan atau memberi
transfusi darah kepada gadis baju putih itu, Co Yong pasti
mati.
"Hei." Tan Cin membentak. "Kau katakan ada orang
yang dapat menolong jiwanya?"
"Betul.. "
"Aku berani menyerahkan apa yang ada, termasuk
jiwaku, agar dapat menolong jiwanya, Katakanlah, siapa
orang itu?"
"Aku tidak mengharap jiwamu." Berkata Jelita Merah.
"Apa yang kau mau?"
"Aku hanya mengajukan tiga syarat!"
"Katakanlah."
"Syarat pertama, kau tidak boleh membenciku!"
"Baik."
"Syarat kedua, kau harus mengawani aku selama satu
hari penuh."
"Baik."
"Dan ayarat yang ketiga kusimpan untuk dikemudian
hari, hutang syarat ini harus kau penuhi tanpa bantahan."
"Baik."
Tan Ciu menjawab tiga syarat tadi dengan tiga kali 'baik'
jawaban yang terlalu cepat sekali.
"Kau tidak menyesal?" Jelita Merah meminta ketegasan!
"Tidak. Katakan lekas, siapa yang dapat menolong
jiwanya?"
"Ketua perkumpulan Ang-mo kauw, Ang-mo kauwcu."
"Ang mo Kauwcu?"
"Betul."
Hati Tan ciu menjadi dingin mendadak, musuh telah
terjadi diantara dirinya dan perkumpulan Ang mo-kauw
belum selesai, mungkinkah dapat meminta pertolongannya
untuk menghidupkan Co Yong?
"Ang mo Kauw cu mempunyai obat yang bernama Senghiat-
hoan-hun tan," berkata Jelita Merah. "Obat ini khusus
untuk menambah darah orang ynng telah kehilangan
banyak darah. Kawan wanitamu ini mengalami luka
dibagian ini. Hanya Seng hiat-hoan hun-tan yang dapat
menolongnya dari kematian."
Apa yang Jelita Merah katakan adalah keadaan yang
sesungguhnya. Seng hiat hoan hun-tan khusus untuk
menambah darah, siasatnya berjalan cepat. Hanya obat itu
yang dapat menolong jiwa Co Yong.
Tan Ciu menggeretek gigi. Tak perduli Ang mo Kauw cu
mau atau tidak mau, ia harus menyerahkan obat Seng-hiathoan
hun tan itu.
"Baik, Aku segera kesana." Si pemuda berkata. ia
mengangkat tubuh Co Yong untuk dibawa bersama.
Menunjuk kearah tubuh gadis itu. Jelita Merah
mengajukan pertanyaan. "Kau mengajaknya?"
"Betul."
Jelita merah mengkerutkan kening. "Lukanya parah.
Getaran di tengah jalan, pasti mengganggu. Menurut
hematku, lebih baik kau serahkan dirinya kepadaku."
"Kau bersedia Merawatnya?"
"Betul, Legakanlah hatimu. Aku menambah dengan
beberapa macam obat berkasiat, agar umurnya dapat
diperpanjang sehingga kau kembali membawa obat Senghiat
hoan hun-tan."
"Baiklah."
Tan Ciu menyerahkan Co Yong kepada si Jelita Merah.
Sedangkan ia sendiri, harus segera pergi ke lemhah Iblis
Merah menemui Ang mo Kauwcu untuk membawa Seng
hiat-hoan hun-tan.
"Nah, pergilah dengan tenang," Jelita Merah
menyambuti tubuh Co Yong.
"Aku berterima kasih kepadamu!"
"Jangan lupa. kau tidak boleh benci lagi kepadaku."
"Aku pergi."
"Pergilah. Aku menunggu dikelenteng ini. Nanti, aku
akan menceritakan sebuah drama sedih kepadamu?"
"Drama sedih?"
"Betul."
"Tentang siapa?"
"Tentang aku dan guruku."
"Baik. Kini aku berangkat.."
"Selamat jalan."
Tan Ciu tidak bicara. Ia mengeluarkan sebutir obat,
dimakannya segera. Ia pun berada dalam keadaan luka,
obat tadi dapat membantu menyembuhkan lukanya.
Tubuh si pemuda melesat, gerakkannya cepat sekali.
Sekejap mata kemudian, bayangan itu lenyap.
Jelita Merah memandang ke arah lenyapnya bayangan si
pemuda, ia menghela nafas. Tiba-tiba.
Terdengar satu suara memecah udara,
"Apa yang kau sesalkan?"
Jelita Merah terkejut, ia memandang kearah datangnya
suara. Disana terlihat seorang kakek berpakaian compang
camping, rambutnya tidak terurus.
Itulah si kakek aneh Su Hay khek.
Su Hay Khek tertawa bergelak-gelak,
"Hebat... Hebat... Babak yang sangat mengesankan."
Suaranya sangat gembira.
"Tua bangka." Jelita Merah membentak "jangan kau
mengaco belo!"
"Ngaco belo? Melihat gerak gerik, melihat tarikan
napasmu seperti itu... hmm... Hmm... Pasti, kau telah jatuh
cinta padanya"
Wajah Jelita Merah menjadi bersemu dadu "Kau ingin
menerima tamparan?" Ia mengancam..
Kakek itu masih tertawa.
"Kau tidak membutuhkan kakek comblang?" ia bandel.
"Sekali lagi kau usil mulut, betul betul aku mengirim
tamparan, tahu?"
"Baik... Baik... Mulutku tidak boleh usil lagi.” Kakek
aneh Su Hay Khek memang mempunyai kepribadian yang
aneh sekali.
"Cukup."
"Sekarang memang sudah cukup. Pada suatu hari, bila
kau meminta perantaraanku untuk...."
Su Hay Khek menutup kata katanya sampai disitu.
"Hei. bagaimana tugas yang kuserahkan kepadamu?"
bentak JelitaMerah.
"Tugas yang mana?"
"Pohon Penggantungan, si Cendekiawan Serba Bisa
Thung Lip, dan jejaknya Tay Kiam Lam."
"Hasil yang kudapat agak kurang memuaskan.."
"Katakanlah lekas!"
"Pohon Penggantungan mungkin mempunyai Benteng
Penggantungan."
"Heee... Benteng Penggantungan?"
"Betul. Suatu hari, aku bertemu dengan seorang kawan
lama, dikatakan olehnya bahwa didalam rimba persilatan
muncul suatu Benteng Penggantungan."
"Dimanakah letak benteng ini?"
"Belum dapat kuselidiki."
"Thung Lip jatuh kedalam tangan orang Benteng
Penggantungan?".
"Betul."
-ooo0dw0oooJilid
4
"DAN bagaimana dengan urusan Tan Kiam Lam?"
"Kau tidak dapat menarik kembali perintah ini!"
"Kentut."
"Sungguh kau ingin menemui Tan Kiam Lam."
Jelita Merah mendelikkan matanya.
"Dia...." Si kakek aneh Su Hay Khek sengaja menahan
sebentar. "Mungkin, dia adalah ayah dari saudara kecil
tadi."
"Hah?"
"Maksudku, bakal terjadi suatu kemungkinan bahwa
diantara Tan Ciu dan Tan Kiam Lam mempunyai
hubungan keluarga yang terdekat."
"Biar bagaimana, aku harus menemuinya." Jelita Merah
tetap mempertahankan kedudukannya.
"Aku tahu." Berkata Su Hay Khek.
"Bagaimana keadaan Tan Kiam Lam?" Bertanya lagi
Jelita Merah.
"Menurut apa yang dapat kutangkap, ia masih hidup
didalam dunia."
"Dimana tempat persembunyiannya?"
"Belum diketahui pasti. Bila kukatakan bahwa ketua
perkumpulan Ang mo kauw. Ang mo Kauwcu itulah Tan
Kiam Lam, tentu kau terkejut hutan?"
"Hah?" Betul betul Jelita Merah terkejut. "Masakan ketua
perkumpulan Ang mo-kauw Hu yang dikatakan sebagai
Tan Kiam Lam? Sungguh tidak masuk diakal."
"Hanya kebenaran dari dugaanku ini belum pasti.
Kemungkinannya hanya lima puluh saja. Dikatakan orang
bahwa ilmu kepandaian Ang mo kauw-cu tiada tandingan,
kecuali Tan Kiam Lam mungkinkah ada orang kedua.
Diketahui bahwa Ang mo Kauw cu menggunakan tutup
kerudung muka, bila kita dupat membuka kain penutupnya,
tentu tiada rahasia tentang Tan Kiam Lam lagi!"
"Aku ingin yang pasti. Tugas ini harus kau selesaikan
dengan baik."
"Aku..... Aku seharusnya...."
"Jangan banyak bantah. Tan Ciu telah pergi kelembah
Iblis Merah, pergilah kau membantunya."
"Baiklah." Si kakek aneh Su Hay Khek mengalah. Ia
terbang menyusul Tan Ciu dilembah Iblis Merah, dimana
Ang mo Kauw cu mengeram dengan tutup kerudung, entah
wajah siapa yang berada dibalik kain penutup itu?
ooo0dw0ooo
TIDAK bercerita bagaimana Jelita Merah menggendong
tubuh Co Yong yan yang telah kehilangan banyak darah,
masuk kedalam kelenteng itu.
Tapi menyusul perjalanan Tan Ciu yang menuju
kesarang perkumpulan Ang-mo-kauw di lembah Iblis
merah!
Ang mo kauw adalah nama perkumpulan yang sedang
ditakuti orang, kekuasaan besar, orangnya banyak, tidak
jarang diantara mereka yang mau menang sendiri,
menindas golongan diluar Ang mo kauw.
Nama seram Ang mo kauw tidak kalah dengan Pohon
Penggantungan.
Tan Ciu telah berada diluar lembah Iblis Merah.
Melongok ke dasar lembah gelap, hanya bayangan hitam
kehitam-hitaman yang terlihat, Tan Ciu tidak segera masuk
lembah, ia membikin pemeriksaan disekitar lembah itu.
Tiba-tiba...
Terdengar satu bentakan yang datangnya dari arah
belakang.
"Berhenti."
Tan Ciu membalikan badan cepat, disana telah berdiri
seorang Sasterawan setengah umur yang mempunyai sikap
kaku. tak ubah sebagai mayat hidup. Itulah sastrawan yang
selalu mengikuti dibelakang dirinya membayangi
kepergiannya.
Mungkin sastrawan ini mempunyai hubungan dengan
lembah Iblis Merah? Atau hubungan langsung dengan
perkumpulan Ang-mo-kauw ?
Sastrawan itu mengajukan pertanyaan.
"Bocah, apa maksudmn datang kemari?"
"Apa pula maksudmu berada ditempat ini?" Tan Ciu
balik mengadakan penanyaan kepada sastrawan setengah
umur itu.
"Kau heran dapat berjumpa ditempat ini?"
"Betul!"
"Aku bayanganmu, bukan?"
"Mengapa kau membayangi aku selalu?"
"Hei, aku ingin bertanya, apa maksudmu berkunjung ke
lembah Iblis Merah?"
"Menemui Ang-mo Kauw cu"
"Dengan maksud...."
"Inilah urusanku?"
"Bila kau gagal?"
"Gagal?"
"Yang kuartikan kau tidak dapat keluar dari dalam
Lembah Iblis Merah, bukankah tidak ada orang yang
melanjutkan usahamu?"
Tan Ciu harus percaya keterangan yang sastrawan itu
berikan, bila sampai terjadi orang orang Ang mo kauw
menangkap dirinya. bukankah Co Yong turut binasa juga?
Lalu apa yang harus dikerjakan?
Meninggalkan lembah Iblis Merah yang berbahaya?
Tidak!! Ia wajib menolong dan menyelamatkan jiwa Co
Yong. Walau harus menanggung bermacam macam
siksaan.
"Aku akan menerjang."
"Kukira kau segera mati dibawah tangan Ang mo-kauw
cu."
"Setiap orang pasti mati. Hanya cepat lambatnya yang
belum diketahui bukan?"
Tapi belum waktunya kau mati,"
"Mengapa?"
"Setidak tidaknya kau harus mengetahui asal usulmu
dahulu, setelah bertemu dengan pencipta Pohon
Penggantnngan."
"Kau terlalu meremehkan kepandaianku. Mungkinkah
tidak dapat keluar dari dalam lembah Iblis Merah didalam
keadaan hidup?"
"Aku tahu, kau ingin menolong Co Yong. Kau rela mati
karena membelanya."
"Eh. mengapa kau tahu?" Tan Ciu terkejut. Dimanakah
sastrawan ini pada kala itu?
"Kematiannya tidak ada hubungan denganmu." Berkata
si sastrawan. "Mungkin lebih baik dan lebih
menguntungkan dirimu."
"Kuanjurkan agar kau tidak menyusahkan diri untuk
membela Co Yong."
"Mengapa? Tidak pantaskah aku mengorbankan diri
karena ia telah menolong jiwaku?"
"Menolong seseorang dengan mengorbankan jiwamu
sendiri?"
"Betul."
Sastrawan berwajah kaku itu mengkerutkan kedua
alisnya, apa yang Tan Ciu ucapkan tadi sungguh berada
diluar dugaan.
Akhirnya ia menghela napas,
"Baiklah" Ia berkata.
"Boieh aku mengetahui, bagaimana sebutanmu?" Tan
Ciu mengajukan pertanyaan.
"Kukira belum waktunya"
"Mengapa ?"
"Apa guna memberi tahu hubungan kita, karena tidak
lama lagi. kau akan mati didalam lembah Iblis Merah?"
"Kau percaya, pasti aku mati didasar lembah"
"Bila kau berkepala batu, kukira pasti."
"Aku berterima kasih kepadamu yang telah memberi
peringatan. Hanya tekatku tidak dapat diubah lagi."
"Apa boleh buat." Berkata sastrawan kaku itu sambil
mengoyangkan kepala. Tubuhnya dibalikkan, dan berjalan
pergi, meninggalkan Tan Ciu seorang diri.
Tan Ciu mengenang kembali apa yang di kemukakan
oleh sastrawan tersebut, bahaya Ang mo kauw tidak boleh
diremehkan.
Mengundurkan diri?
Tan Ciu pantang mundur. Sesuatu yang telah digariskan
olehnya, tidak pernah mengalami pembatalan. Mati pun
akan diterjang juga lembah Iblis merah.
Pemuda ini masuk, kedalam lembah Iblis Merah.
Ang mo kauw berarti perpukumpulan Iblis Merah,
anggauta perkumpulan ini mengenakan seragam pakaian
merah, pohon pohon yang tumbuh didalam lembah mereka
adalah semacam pohon yang berdaun merah, segala sesuatu
serba merah.. Darah-darah yang mengambang dari korbankorban
mereka tidak sedikit, didalam keadaan yang serba
merah itu, lahirlah perkumpulan Iblis Merah.
Memasuki pohon pohon berdaun merah Itu, Tan Ciu
mencari markas Ang mo kauw.
Tidak seorang pun yung di jumpai, tidak sebuah rumah
pun yang ditemui. Heran, dimanakah letak pesanggrahan
Ang mo kauw?
Tan Ciu telah memeriksa seluruh lembah tidak berhasil
ia menjumpai tempat yang ingin dikunjungi.
Kini ia mulai merambat naik keatas tebing tiba-tiba
terlihat sebuah guha, dua bayangan berdiri didepan mulut
guha itu, seolah-olah menjaga pintu.
Nah, itulah pintu masuk kedalam markas Ang-mo-kauw.
Tan Ciu mendekati guha tersebut. Disana berdiri dua orang,
yang dikanan adalah seorang kakek berbaju merah, yang
dikiri seorang wanita yang mengenakan pakaian warna
merah pula.
Kakek berbaju merah menatap Tan Ciu, kemudian
mengajukan pertanyaan.
"Apa maksud kunjunganmu ketempat ini?"
"Aku ingin bertemu dengan kauwcu kalian!" Tan Ciu
memberi jawaban singkat.
"Sebutkan namamu!"
"Tan Ciu!"
"Aaaaaaaaaaa..." Kakek dan wanita ber-baju merah itu
mengeluarkan suara tertahan, agaknya mereka terkejut.
"Kau yang bernama Tan Ciu?" Siwanita mengajukan
pertanyaan.
"Betul."
"Memang hebat, Keberanianmu sungguh luar biasa."
"Terima kasih kepada pujianmu?"
"Kauwcu kami sedang siap memilih orang untuk
mengundangmu. Tidak disangka kau telah datang lebih
dahulu."
"Tolong beritahu tentang kedatanganku!"
Kakek baju merah menyela maju, ia berkata.
"Tan Ciu kudengar ilmu kepandaianmu liehay. Aku Ie
Tong Hauw tidak puas, dengan ini aku meminta sedikit
pengajaran."
Ia memasang posisi bertempur.
Wanita baju merah turut berkata.
"Aku Tao Hui Hui juga tidak ketinggalan Mari kita
bermain main beberapa jurus."
Ie TongHouwdan Tan Hui Hui memandang.
Tan Ciu ketawa.
"Aku harus menerjang kalian? Baru dapat bertempur
dengan kauwcu kalian?" Ia mengajukan pertanyaan.
"Betul!" Hampir berbareng Ie Tong Houw dau Tan Hui
Hui berkata.
"Tidak dapat ditangguhkan?"
"Mereka menggembar gemborkan bagaimana tinggi ilmu
kepandaianmu, disini kami mendapat kesempatan
bagaimana dapat ditangguhkan sehingga lain kali?"
"Tidak lama, setelah selesai urusanku. Sebelum
meninggalkan lembah Iblis merah pasti kalian mendapat
kepuasan."
Seolah olah Tan Ciu berkata, tidak pula terburu buru,
setelah membereskan Ang mo kauw-cu mereka akan
menjadi gentar sendiri.
Ie TongHouw mengeluarkan suara dingin.
"Kau kira masih dapat meninggalkan lembah iblis
Merah?"
"Kau kira aku pasti terkurung ditempat ini?"
"Aku tahu bahwa Ilmu kepandaianmu tinggi, hanya kau
belum menyaksikan bagaimana hebat ilmu kepandaian
kauwcu kami... hmm ... hmm ..."
"Didalam waktu setengah hari, kau dapat mengetahui
hal itu."
"Baiklah, Aku memuji keberanian dan segera memberi
tahu kedatanganmu kepadanya. tunggulah sebentar."
Ie Tong Houw membiarkan TanHui menunggu di mulut
guha, ia masuk kedalam untuk memberi tahu kepada sang
kauwcu tentang kedatangan pemuda itu.
Dari dalam guha lari keluar dua orang dengan pedang
dipunggung. warna pakaian merekapun merah. Melihat
cara jalannya Li Tong Houw yang berlainan, mereka
mengajukan pertanyaan.
"Ie toako, apa yang telah terjadi?"
"Dia telah datang!"
"Siapa?"
"Tan Ciu."
"Aaaaaaaa...."
"Dipintu. hanya Tan Hui Hui seorang. Tolonglah kalian
membantu menjaga pintu masuk itu."
Dua orang itu lari kedepan.
Ie Tong Houw masuk semakin dalam. Guha itu hanya
berapa pintu istimewa, tidak jauh, keadaan melebar seperti
biasa, itulah dasar lembah Iblis Merah yang tersembunyi.
Suatu bangunan indah yang berwarna merah, menjulang
tinggi, empat orang berbaju merah menjaga pintu masuk
bangunan itu.
Ie Tong Hauw menganggukan kepala dan langsung
masuk kedatam.
Ditempat ruang tamu sedang berkumpul empat orang,
tiga laki dan si Ular Golis yang gagal mengundang Tan Ciu.
Melihat kedatangan Ie Tong Hauw, mereka
menghentikan perundingan.
Ie Tong Hauw memberi hormat kepada laki laki yang
agak tua.
"Cauw tongcu..." Ia memanggil pelahan.
"Ada apa?" Bertanya orang ini, namanya Cauw Lam,
pemimpin para tongcu dari perkumpulan Ang mo kauw!
"Tan Ciu sudah berada didepan." Ie Tong Hauw
memberi laporan.
"Hah?" Semua orang terkejut. Cauw Lam menatap
wajah Ie Tong Hauwtajam tajam!
"Ulang sekali lagi!" ia memberi perintah,
"Tan Ciu sudah berada dimulut guha," Ie Tong Hauw
berkata!
"Ada mengajak kawan?"
"Tidak."
"Apa maksud kedatangannya?"
"Dikatakan ingin berjumpa dengan kauwcu."
"Ha ha ha...." Tiba-tiba Cauw Lam tertawa, "segera
undang ia masuk."
Ie Tong Houw menjalankan perintah ini, Cauw Lam
memandang tiga kawannya.
"Bagaimana pendapat kalian?" Ia meminta pendapat.
"Bunuh saja beres." Berkata laki-laki tua itu.
"Tidak baik!" Berkata si Ular Golis "Kauw cu
membutuhkannya."
"Kukira menyerahkannya kepada kauw cu." Berkata lakilaki
berbaju yang termuda.
"Bereskan saja. Ia agak kurang ajar."
"Itulah, bila kauwcu tahu..." Perundingan mereka
terputus Tan Ciu sudah terlihat masuk!
Melihat keempat orang disana, si pemuda agak terkejut.
"Selamat datang." Berkata Cauw Lam maju memapaki,
dia adalah kepala dari para tongcu.
"Maksudku ialah ..."
"Ingin bertemu, dengan kauwcu kami?"
Tan Ciu mengawasi laki laki ini tajam.
"Kau bukan kauwcu Ang-mo kauw?" Ia bertanya.
"Bukan. Aku adalah kepala para tongcu. Namaku Cauw
Lam."
"Oooo, ... Cauw tongcu."
"Apa maksudmu menemui kauwcu kami."
"Hal ini dapat kuselesaikan dengannya!"
"Berurusan dengankupun boleh." BerkataCauw Lam.
"Tidak!" Tan Ciu menolak," Kau orang apa? Hanya
kepala Tongcu biasa."
Wajah Cauw Lam berubah, ia sangat tersinggung sekali.
Kata kata sipemuda sangat menusuk hati.
SI Ular Golis tampil kedepan, ia berkata "Tan Ciu, Kita
pun harus membikin perhitungan lama."
Luka yang si Ular Golis derita karena si pemuda ini, ia
masih menaruh rasa sakit hati. Tan Ciu menggoyangkan
kepala, "Kedatanganku bukan menempur kalian!" Ia
berkata.
"Lalu mau apa?"
"Sudah kukatakan, aku ingin mencari kauw cu kalian."
"Apa kedudukanmu, ingin berjumpa dengan kauwcu
kami?"
"Kauwcu kalian tidak dapat menemui orang? Hidungnya
sudah gerompong."
"Kurang ajar.!"
"Ha ha ha....." Tan Ciu tertawa..
0OooodwoooO0
EMPAT tongcu perkumpulan Iblis Merah menghadapi
Tan Ciu.Mereka sangat marah sekali.
"Kau sudah bosan hidup?"Membentak Ular Golis.
"Ha, ha....." Tau Ciu mengejek.
Ular Golis mencabut pedang, menusuk ke arah pemuda
sombong itu.
Tan Ciu menyingkir dari ujung pedang, dengan sinar
mata menghina ia berkata.
"Hei, orang-orang Ang mo-kauw tidak kenal aturan."
"Kepada pemuda yang tidak tahu aturan, kami tak
menggunakan aturan melayaninya!"
"Aku sangat berterima kasih atas perlayanan yang tidak
tahu aturan ini."
"Aku memang tak kenal aturan, lalu mau apa?" Ular
Golis menantang. Pedangnya disabet-sabetkan, menyerang
sehingga beberapa kali.
Tan Ciu lompat kian kemari, agak repot. Tiba-tiba
terdengar satu suara yang membentak keras. "Berhenti!!"
Dengungan suara ini menggema seluruh isi ruangan,
wajah semua orang yang berada tempat itu berubah,
Termasuk si Ular Golis, ia segera menghentikan serangan
pedangnya. Seorang lelaki berjubah merah telah berada
dipusat ruangan, wajahnya ditutup dengan kain merah juga.
segala serba merah.
Empat tongcu Ang mo kauw menjatuhkan diri memberi
hormat.
"Kauw cu...." Mereka memanggil perlahan, Inilah Angmo
Kauw-cu ketua perkumpulan Iblis Merah. Ang mo
Kauw-cu menggeram.
"Kalian terlalu melunjak."
"kami menerima salah."
"kalian telah menyapu mukaku sampai bersih. Apa yang
tokoh tokoh rimba persilatan katakan kepadaku, bila kalian
menghadapi orang tamu seperti ini? Tentu mereka mencela
kebijaksanaanku yang tidak keras, pasti mereka mengatakan
Ang mo Kauw-cu tidak mempunyai aturan tata tertib."
"Teristimewa kau." Ang mo Kauw cu menuding kearah
si Ular Golis. "Kau menurunkan derajat dan martabat Angmo
kauw."
Wajah Ular Golis semakin pucat, tubuhnya gemetaran.
"Mana orang?" Terdengar Ang-mo Kauw cu berteriak
keras.
Dua orang berbaju merah masuk. Mereka siap
menunggu perintah,
"Tangkap!!" Berkata Ang-mo Kauw cu sambil menuding
ke arah si Ular Golis. Si Ular Golis gemetaran badannya:
"Kauw-cu, ampunilah kesalahan kali ini. hamba
memohon."
Ang-mo Kauwcu tidak menggubris permintaan Ular
Golis. Ia memandang jauh kearah lain.
Dua orang berbaju merah sudah menyeret Ular Golis,
mereka menggusurnya untuk dijebloskan kedalamtahanan.
"Beri hukuman mati kepadanya." Berkata Ang mo kauwcu
memberi perintah lagi.
Tiba tiba Tan Ciu maju memberi hormat kepada ketua
Ang-mo-kauw dan berkata,
"Kauw-cu dapatkah mendengar sedikit permohonanku?"
"katakan." Berkata Ang-mo Kauw-cu.
"Tan Ciu pernah menanam dendam permusuhan dengan
Ular Golis karena ia berlaku sedikit kurang ajar. Hal ini
agak lumrah. Dapatkah mengganti keputusan tadi?"
Permintaan grasi untuk si Ular Golis yang Tan Ciu
ajukan, berada diluar dugaan semua orang. Tidak disangka,
bahwa pemuda ini mempunyai jiwa besar, tidak menarik
panjang perkara itu.
Ang-mo Kauw cu berpikir sebentar, kemudian ia berkata.
"Baik."
Dipandangnya Cauw Lam sekalian dan membentak
mereka.
"Masih tidak segera mengucapkan terima kasih?"
Ciuw Lam dan dua orang berbaju merah mengucapkan
terima kasih.
Ular Golis memandang Tan Ciu dengan wajah penuh
rasa terima kasih. Dua orang berbaju merah yang siap
menggusur Ular Golis memandang ketua mereka, meminta
putusan.
"Kalian boleh pergi." Berkata Ang mo Kauw cu.
Kemudian memandang Ular Golis berkata. "Mengingat
kebaikan Tan siauwhiap. aku menarik kembali putusan
tadi, lekas kau menghaturkan terima kasih kepada Tan
siauw hiap."
Ular Golis menghaturkan terima kasihnya, Ang mo
Kauw cu menghadapi Tan Ciu. "Atas kelancangan dan
kekurangan ajaran orang orangku dengan ini aku
menyatakan penyesalan. Harap kau jangan menaruh
didalam hati," ia berkata.
"Kauwcu mempunyai langkah langkah yang bijaksana,
mana berani aku menaruh didalam hati?"
"Aku sedang berembuk untuk mengundangmu, tidak
disangka kau telah datang lebih dahulu."
"Bolehlah aku bertanya, bagaimana nama sebutan Kauw
cu ?" Bertanya Tan Ciu kepada kauwcu Ang-mo kauw yang
menggunakan tutup kerudung muka itu.
"Aku? .. Pentingkah?!" Kauwcu Ang mo kauw sulit
memberi sahutan.
"Penting sekali"
"Bolehkah aku mengetahui kepentinganmu."
"Kauw-cu pernah mengutus orang membunuhku,
dengan alasan bahwa aku adalah murid Puteri Angin
Tornado, tentu ada sesuatu yang pernah terjadi diantara
kauwcu dan guruku itu."
"kau menduga bahwa aku adalah musuh gurumu?"
"Mungkinkah bukan?"
"Kukira kau akan mengetahui duduk perkara
dikemudiaa hari!"
"Mengapa tidak sekarang saja? Mengapa tak mau
membuka tutup kerudung muka itu?"
"Belum waktunya kau melihat wajahku!"
Tan Ciu tidak berdaya!
"Maksudku datang kemari ialah merundingkan sesuatu,"
sipemuda berkata.
"Aku tahu!!"
"Kau sudah tahu?" Tan Ciu menatap wajah yang tertutup
oleh selaput kain merah itu.
"Maksud kunjunganmu untuk meminta obat Seng-hiat
Hoan hun tan, bukan?"
Tan Ciu terbelalak.
"Untuk menolong kawan wanitamu yang kehilangan
banyak darah, bukan?" Meneruskan sang ketua
perkumpulan Ang-mo-kauw.
Tan Ciu semakin bingung. Bagaimana orang
berkerudung merah ini tahu maksud kedatangannya?
Bukankah orang terlalu hebat?
Segera ia menduga mata-mata ketua Ang-mo kauw yang
tersebar luas, tentu mata mata itu yang memberi tahu
kejadian tersebut,
Siapakah mata mata Ang mo kauw itu? Tan Ciu hampir
pecah kepala, memikirkan soal tadi.
Ketua Ang mo kauw tersenyum puas.
"Tentunya kau sedang bertanya tanya, mengapa aku tahu
hal ini, bukan?"
"Betul. Bersediakah kau memberi obat itu?"
"Tentu saja boleh.."
"Dengan syarat-syarat tertentu?"
"Sudah berada didalamdugaanmu."
"Katakanlah apa syarat itu?"
"Aku mengharapkan tenagamu didalam Ang mo-Kauw."
"Menjadi anggauta Ang-mo kauw?"
"Betul!!"
"Aku menolak." Tan Ciu menggoyangkan kepala
"Sudah kuduga, pasti kau keberatan."
"Betul..Aku kebetatan."
"Maka, kecuali memberi hadiah obat Seng-hiat hoan-tan,
aku akan menyertai dengan hadiah-hadiah lainnya?"
"Hadiah hadiah lainnya? Hadiah apakah yang kau
maksudkan?'"
"Kesatu, aku akan memberi tahu, siapa orang yang
menciptakan Pohon Penggantungan?"
Hati Tau Ciu tergerak, inilah yang sedang diharapharapkan.
"Dan hadiah lainnya?"
"Aku akan menceritakan tentang Tan Kiam Lam, Orang
yang mempunyai hubungan dekat denganmu."
"Nah, inipun wajib diketahui."
Dua syarat embel-embel itu saagat menarik. Bila
ditambah dengan obat Seng-hoat-hun tan. pemberian
pemberian ini memang hebat.
Bersediakah Tan Ciu menerima syarat tersebut?
Bila ia menjadi anggauta Ang mo kauw. tentu berada
dibawah perintah ketua perkumpulan itu, bagaimana jika
dipaksa melakukan kejahatan kejahatan.
Tan Ciu segera memancing!
"Bila aku tidak mau?"
"Perjanjian boleh dibatalkan. Aku akan menyuruh orangorangku
mengantar kau ke luar dari lembah Iblis Merah."
Sengaja Aug-mo Kauw cu mengucapkan kata kata
seperti itu. diketahui si pemuda sangat membutuhkan obat
Seng-hiat hoan hun tan, di ketahui si pemuda ingin mencari
asal usul Tan Kiam Lam, diketahui si pemuda mau
membongkar rahasia Pohon Penggantungan. Mungkin
tidak masuk kedalam kotak yang telah tersedia.
Bila siketua Ang-mo-kauw mau, jiwa sipemudapun akan
diserahkan kepadanya, demi menolong Co Yong yang
sudah berada dipintu akhirat itu!
Tan Ciu berkata dingin!
"Kau kejam sekali."
"Kau mengharapkan sesuatu dariku, akupun
mengharapkan tenagamu"
"Apa yang dapat dikatakan kejam?"
Tan Ciu tidak berdaya! Melulusi tawaran ketua ini
berarti mengikat diri sendiri, menolak berarti membunuh
jiwa Co Yong!
Baik buruknya sesuatn perkumpulan berada ditangan
orang, bila ia dapat mengubah Ang-mo kauw keluar dari
golongan sesat. mengganti anggaran anggaran dasar dan
rumah tangga perkumpulan itu, apakah salahnya menjadi
seorang anggauta Ang mo kanw?.
Tan Ciu menggeretek gigi, ia telah mengambil
keputusan.
"Baik. Aku mengabulkan permintaanmu.Dengan syarat
kau menambah lain hadiah."
"Apa permintaanmu?"
"Aku meminta kebebasan satu tahun. Setelah itu, aku
baru bersedia disumpah menjadi anggauta Ang-mo-kauw."
"Aku keberatan."
Tan Ciu terpaksa mencari jalan lain.
Ketua Ang mo kauw tidak mendesak ia menantikan
jawaban orang dengan sabar.
"Baiklah. Aku ingin mengetahui wajah aslimu!"
"Permintaan ini boleh kukabulkan."
"Nah. katakanlah, siapa kau?"
"Kau tidak akan menyesal?"
"Bila aku menyesal. Aku masih mempunyai kesempatan
bunuh diri. bukan?"
"Kini, bersumpahlah."
"Aku Tan Ciu tidak percaya kepada Tuhan. Aku tidak
membutuhkan sumpah."
"Hm ..." Ketua Ang mo kauw mengeluarkan suara dari
hidung. "Bila kau berani melanggar janji. Aku segera
membunuhmu, tahu?"
"Katakaniah segera, siapa yang telah menyiptakan
Pohon Penggantungan?" Tan Ciu mulai mengajukan
pertanyaan,
"Pohon Penggantungan ...."
Suara ketua Ang mo kauw terputus, diluar terdengar
suara penjaga pintu membentak. "Siapa?"
Ketua Aug-mo kauw menoleh kearah pintu. Ternyata
penjaga pintu tak berhasil membendung kedatangan orang
itu. Disana telah melesat satu bayangan, itulah kakek aneh
Su Hay Khek.
Kepandaian Su Hay Khek memang tinggi, dengan tidak
rewel berhasil nyelusup masuk.
Terlihat ia tertawa.
Cauw Lam. Ular Golis dan dua tongcu lainnya maju
menghadang orang tua itu.
Gerak-gerik ketua Ang-mo kauwterlihat tidak bebas.
Kini Su Hay Khek membuka suara.
"Ang mo kauwcu. tentunya kau marah kepadaku, yang
berhasil nyelusup masuk tanpa ijin dan panggilanmu."
"Apa maksud kunjunganmu ketempat ini?" Ketua Ang
mo kauw membentak.
"Ang mo Kauwcu," panggil Su Hay Khek. "Kau tidak
boleh menghina anak kecil. Jangan kira karena telah
menutupi wajahmu dengan selaput kain merah, lantas
berlaku sewenang-wenang, kau kira aku tidak tahu bahwa
kau orang keluarga Tan."
"Siapa yang menjadi orang keluarga Tan?" ketua Angmo
kauw mendebat.
"Kau!" Berkata sikakek aneh Su Hay Khek. "Namamu
ialah Tan Kiam Lam?"
"Kau ngelepus. Aku bukan Tan Kiam Lam.. "
"Tidak mungkin. Kau Tan Kiam Lam."
Tan Ciu dibuat berteriak.
Sipemuda memandang Su Hay Khek meminta
keterangan.
"Betul" Berkata kakek itu "Kukira, dialah yang menjadi
menjadi ayahmu."
"Aaaaa..."
Tan Ciu termundur beberapa langkah, tubuhnya hampir
kehilangan keseimbangan
"Kau ayahku?" Ia bertanya.
Ketua Ang-mo-kauw membentak.
"Salah. Kau bukan anakku"
Ia menyangkal keras.
"Tidak salah" Su Hay Khek ngotot. "Dia adalah suami
Melati Putih"
Kemudian memandang orang berjubah dan berkerudung
kain merah itu, SuHay Khek mengeram.
"Kau benci Melati Putih, maka kau hampir mati
dibawah tangannya."
Melati Putih adalah nama julukan istri Tan Kiam Lam.
"Kentut.. Aku bukan Tan Kiam Lam."
"Dimana Tan Kiam Lam?"
"Tan Kiam Lam sudah mati."
"Bohong.Tan Kiam Lam belum mati. Orang yang
sedang kuhadapi inilah Tan Kiam Lam."
"Tutup mulut."
Tan Ciu maju menyelesaikan pertengkaran mulut
diantara kedua Ang-mo kauw dan SuHay Khek!
"Biar aku yang menyelesaikan!" Ia berkata.
Dihadapinya ketua Ang mo kauw seraya membentak.
"Lekas katakan, kau bukan ayahku Tan Kiam Lam?"
"Bukan!"
Perhatian ditujukan kearah Su Hay Khek, dan bertanya
kakek ini.
"Kau tahu pasti bahwa dia yang menjadi ayahku ?"
"Kemungkinannya sangat besar sekali."
"Kau pernah melihat wajah ayahku bukan?"
"Pernah"
"Baik, setelah ia membuka tutup kerudung mukanya, kau
dapat menyaksikan dugaan ini. Benarkah ia ayahku ?"
"Kau betul."
Tan Ciu menghadapi ketua Ang mo kauw, "Cobakan
buka tutup kerudung muka itu."
Ketua Ang-mo-kauw mengeluarkan suara tertawa
dingin.
"Dengan alasan apa?"
"Aku ingin mengetahui betulkah engkau adalah ayahku?"
"Setelah kubuka kain penutup ini kau harus menjadi
anggauta Ang mo kauw."
"Baik!"
"Kau harus turut perintah"
"Tentu."
"Bila tidak, aku segera membunuhmu."
"Tentu."
Su Hay Khek mulai kehilangan pegangan, Bila seperti
apa yang diduga pada sebelumnya, bila orang berkerudung
merah ini bukan Tan Kiam Lam. Tidak mungkin
mengucapkan kata-kata seperti itu.
0ooOdwOoo0
PERCAKAPAN diantara Tan Ciu dan ketua Ang mo
kauw telah selesai. Maka Ang mo kauw mengalihkan
pandangan dan memandang Su Hay Khek.
"Kau sangat usil. Bagianmu ialah Kematian."
"Ha, ha...!" Su Hay Khek tertawa, "Umurku telah lebih
dari tujuh puluh tahun.Matipun tidak menjadi soal."
"Nah, gunakanlah waktu kalian baik baik," Berkata ketua
Ang mo Kauw cu.
Pelahan-lahan ia membuka tutup kerudung mukanya.
Su Hay Khek sudah merasakan kegagalan, firasat buruk
menyerang dirinya.
Tan Ciu menantikan dengan hati berdebar-debar, ia
mempentang mata lebar lebar.
Dan kini, kain merah yang menutupi wajah. Ang mo
Kauw cu telah terbuka, terlihat wajah seorang lelaki
setengah umur yang agak cakap,
Tan Ciu memandang wajah itu, ia tak kenal kepada
ayahnya, tidak tahu bagaimana muka ini. Maka menoleh
kearah SuHay Khek.
Mata Su Hay Khek membelalak.
"Kau?!!" Seruan ini keluar dari mulutnya
Hati Tan Ciu memukul keras.
"Siapa?" Ia bertanya.
"Sim In." Jawaban Su Hay Khek singkat,
Ternyata ketua Ang-mo kauw bukan orang yang
bernama Tan Kiam Lam. Ia bernama Sim In dan Su Hay
Khek sangat kenal sekali.
Wajah Sim In tidak berkesan didalam benak pikiran Tan
Ciu. Tetapi Sim In itu tidak terlalu asing, itulah nama yang
sering disebut oleh gurunya.
Ketua perkumpulan Ang mo Kauw, Sim In mendapat
kemenangan. Ia menghadapi Su Hay Khek dengan wajah
penuh ancaman.
Su Hay Khek mundur beberapa langkah, ia berusaha
menjauhi orang itu.
"Su Hay Khek aku akan membunuhmu terlebih dahulu."
Berkata Sim In geram. Su Hay Khek mundur kebelakang.
Jubah merah si ketua Ang-mo-kauw berkelebat, dengan satu
gerakan yang paling cepat memukul Su Hay Khek. Si kakek
aneh mempunyai kepandaian yang telah digolongkan
kedalam kelas satu, tubuh nya melayang, menghindari dari
serangan Sim In itu.
Sim In tidak berhenti, ia mengincar lagi, Tan Ciu turut
bergerak, ia menyela diantara dua orang itu,
"Berhenti," Terdengar suara bentakannya yang keras.
Gerakan Ang-mo Kauw cu terhalang. Ia memandang
wajah pemuda itu dengan tajam.
"Apa yang kau mau?" Bentaknya mengguntur.
Tan Ciu tertawa panjang.
"Sim In," ia memanggil nama orang. "Sudah lama kucari
cari nama ini. Kini aku mengerti. mengapa kau menutup
wajahmu dengan selaput kain merah, mengapa kau
menyuruh orang-orangmu mengganggu aku. kau tentunya
sudah tahu, bahwa aku adalah anak murid Putri Angin
Tornado."
"Mengapa kau merusak wajahnya?" Guru Tan Ciu
adalah seorang wanita berkepandaian ilmu silat
tinggi,dengan julukan nama Putri Angin Tornado, suatu
angin yang terhebat dan dahsyat, ia pernah menggegerkan
rimba persilatan, suatu saat jatuh cinta kepada seorang
pemuda tampan yang bernama Sim In, dan entah mengapa,
pemuda itu merusak wajahnya, mengutungi kakinya.
Kini Tan Ciu mengajukan tuntutan.
"Karena aku benci." Sim In memberi jawaban.
"Hanya ini alasannya?"
"Aku benci kepadanya karena Tan Kiam Lam ayahmu
itu."
"Katakanlah lebih jelas."
"Putri angin Tornado adalah kekasihku, dengan alasan
apa ia menyintai Tan Kiam Lam? Tidak pantaskan aku
mengambil tindakan kepadanya?"
"Disini telah terjadi salah paham. Kau melakukan
sesuatu karena terburu nafsu."
"Jangan kau menutup-nutupi kejelekan gurumu.
Siapakah yang tidak tahu bahwa putri Angin Tornado
menyintai Tan Kiam Lam?"
"Kau adalah seorang buta yang melek. Dengan sungguhsungguh
hati dia menyintai dirimu, tetapi apa balasmu.
Merusak wajahnya, mengutungi kakinya dan merebut Kimsay-
cu,"
"Aku tidak menyangkal telah melakukan perbuatanperbuatan
itu!"
"Semua disebabkan karena salah paham"
"Tidak! Tidak pernah terjadi salah paham."
”Hubungannya dengan Tan Kiam Lam sebagai sahabat
biasa.”
”Tidak perlu kau menggugat hal ini." Berkata ketua Angmo-
kauw tersebut.
"Baik. Kini kembalikanlah Kim-say-cu kepadaku."
Berkata Tan Ciu menyodorkan tangan. Meminta barang
yang menjadi hak gurunya.
"Kemudian... Serahkan jiwamu."
"Kau tidak mempunyai itu kekuatan."
"Nah, rasakanlah kekuatanku." Berkata Tan Ciu yang
betul-betul mulai menyerang orang. Gerakan dan pukulanpukulan
si pemuda sungguh hebat.
Sim In melesat jauh, dengan satu gerakan yang paling
cepat, ia telah berada didekat Su Hay Khek, telapak
tangannya direntangkan, memukul kakek aneh.
Su Hay Khek menutup serangan yang dilontarkan
kepada dirinya.
Tan Ciu menyusul datang, apa mau dua orang itu telah
berkutet menjadi satu. Tidak ada kesempatan untuknya
memasuki areaa pertempuran, Ia berdiri disamping.
Maka Su Hay Khek menempur Ang-mo kauw yang
ternyata adalah kekasih guru Tan Ciu yang bernama Sim
In. Dua jago ini mempunyai kekuatan yang seimbang,
kecepatan yang sama, beberapa gebrak kemudian, sulitnya
membedakan mana tubuh Sim In, dan mana tubuh Su Hay
Khek.
Sim In melesat jauh, dengan satu gerakkan yang paling
cepat, ia telah berada didekat Su Hay Khek, telapak
tangannya direntangkan memukul kakek aneh itu..
Su Hay Khek menutup serangan yang dilontarkan kearah
dirinya. Tan Ciu menggeser kaki. mendekati dua orang itu,
apa mau Ciauw Lam telah turut maju, maka ia harus
melayani kepala tongcu Ang-mo kauw ini.
Bila Tan Ciu dipaksa menempur Ciauw Lam dengan
dipaksa tidak mengadakan kompromi terlebih dahulu.
Disana, keadaan Su Hay Khek tidak banyak perbedaan,
ia harus melayani ketua Ang-mo kauw Sim In telah
memberi tiga kali pukulan.
Su Hay Khek membalas dengan empat tangkisan.
Dilain pihak. Tan Ciu dan Ciuw Lam mengalami
keadaan yang serupa, ilmu kepandaian mereka hampir
dikatakan tidak ada selisih sama sekali. Untuk sementara
waktu, sulit menentukan kemenangan.
Hanya tenaga dalam Tan Ciu jauh lebih keras dari
lawannya, beruntun sehingga beberapa kali, sipemuda
melontarkan serangan tajam, hal mana tidak
menguntungkan sang lawan
Beberapa kali menerima hantaman Tan Ciu, Ciauw Lam
merasa kewalahan, ia tidak berani menghadapi dengan
menerima pukulan-pukulan kuat tersebut.
Suatu ketika Tan Ciu menghantam hebat.
Ciauw Lam lompat mundur, tubuhnya hampir
membentur pintu.
Tan Ciu girang, ia maju lebih cepat lagi.
Inilah yang Ciauw Lam harapkan. Dari suatu arah yang
mempunyai posisi bagus, ia menyerang lawannya,
Dua pukulan beradu, Tan Ciu dipukul mundur,
tubuhnya melayang keluar dari pintu ruang Ang-mo kauw.
Ciauw Lam girang, ia turut melesat, siap menamatkan
jiwa sipemuda.
Disaat inilah. Melayang suatu bayangan tepat
menghadang kedatangan Ciauw Lam,
Ciauw Lam batal mengejar, ia balik masuk kedalam
ruangan lagi.
Tan Ciu memandang orang yang berada didepan pintu,
disana berdiri seorang sastrawan setengah umur, sifatsifatnya
kaku, dingin dan tidak banyak bicara.
"Aaa ... Kau datang lagi ?" mulut Tan Ciu berteriak
seperti ini.
Sastrawan itu selalu membayangi dibelakang dirinya.
Kedatangan sastrawan ini menghentikan pertempuran
diantara Tan Ciu dan Ciauw Lam.
Dilain pihak, Su Hay Khek dan Sim In belum selesai
mengadu kekuatan, pertempuran diantara dua jago ini
sangat seru, mereka tidak tahu kedatangan sastrawan kaku
itu. Ciauw Lam dan Tan Ciu memandang kearah sastrawan
setengah umur itu, mata mereka tidak berkedip.
Si sastrawan memandang Sim In dan Su Hay Khek,
pertempuran ini sangat memikat hatinya, matanyapun tidak
berkesiap.
Tentang asal usul sastrawan itu agak aneh, Tan Ciu
belum dapat menduga sama sekali, ia memperhatikan apa
yang hendak dilakukan olehnya?
Terlihat sastrawan itu mendekati gelanggang
pertempuran, tiba tiba ia membentak keras,
"Berhenti!"
Suaranya dingin sekali, tetapi cukup keras.
Su Hay Khek dan Ang-mo kawcu Sim In menghentikan
pertempuran mereka. Satu melesat ke kanan dan lainnya
berdiri disisi kiri.
Sastrawan itu memandang dua orang.
Sim In dan SuHay Khek memandangnya pula.
"Aaaa... " Tiba tiba Su Hay Khek berteriak.
"Ekh.. Kau!!" Suara Sim In juga menonjolkan rasa
terkejutnya.
Tiga orang itu saling pandang dengan tegang, kaget,
bingung, semua terjadi diluar dugaannya.
Tan Ciu menyaksikan kejadian itu, Ia turut bingung juga.
Apa yang terjadi diantara mereka?
Terlihat tubuh Su Hay Khek dan Sim In menjadi
gemetaran, kemudian mata mereka memancarkan sinar
marah, mereka marah, seolah-olah sedang menghadapi
musuh besar yang kuat, melawan tidak dapat.
Siapakah sastrawan kaku itu?
Tan Ciu masih menduga duga.
Akhirnya ketua Aug mo kauw Sim In memecah
kesunyian, ia berkata.
"Tidak kusangka, aku mendapat kunjunganmu"
"Aku mengganggu pertempuran kalian?" Berkata
sastrawan setengah umur itu.
"Kukira kau sudah mati?" Berkata Sim In! Su Hay Khek
tidak tinggal diam, iapun turut membuka mulut. "Kukira,
aku sedang menemukan hantu."
"bukan." Sastrawan setengan umur itu menggoyangkan
kepalanya.
"Kau memang hantu." Berkata Su Hay Khek.
"Bukan." Bantah sastrawan tersebut. "Aku masih hidup."
Tiba tiba ketua Ang mo-kauw Sim In membentak.
"Tan Kiam Lam, aku akan mencincang dirimu ..."
Tan Ciu tersentak tinggi.
Tan Kiam Lam? Bukankah nama orang yang dikatakan
orang sebagai ayahnya ini?
Sastrawan kaku inikah yang jadi ayahnya?
Mengapa Sim In memanggilnya seperti tadi.
Tan Kiam Lam... Tan Kiam Lam ... Entah manusia yang
mempunyai keanehan seperti apakah orangnya ?
Terlihat pemuda kita maju tiga langkah langsung
menghadapi sastrawan tersebut kemudian ia menggeram.
"Kau Tan Kiam Lam?"
Sastrawan setengah umur itu membawakan sikapnya
yang selalu kaku seperti patung,
"Betul." Su Hay Khek memberikan jawaban, "Dialah
ayahmu."
Tan Ciu mengkerutkan alisnya, inikah wajah sang ayah?
Orang yang selalu membayangi dirinya?
"Kau bernsma Tan Kiam Lam?" sipemuda masih
meragukan kenyataan.
Orang yang ditanya tidak memberikan jawaban.
sastrawan itu masih memandang dan menatap ketua Ang
mo kauw yang bernama Sim In itu.
Sim In menggeram lagi, tubuh melesat tinggi, kemudian
menerkam sastrawan setengah umur tersebut, gerakannya
seperti seekor alap-alap yang sedang menerkam anak ayam.
Tentu saja. orang yang dihadapi bukan seekor anak
ayam. Terlihat tubuh sastrawan itu menyingkir kesamping,
maka terkaman Sim In mengenai tempat kosong.
Sim In tanpa menghentikan gerakannya, menyerang lagi.
Sastrawan itu membentak.
"Sim In..."
Tubuhnya melesat dan menghindari serangan ketua Ang
mo kauw.
Sim In marah sekali. Dua kali serangannya digagalkan
dengan mudah.
"Bila bukan aku yang mati, tentu kau binasa ditempat
ini." Ia menggeram.
"Mengapa?" Sastrawan itu sangat tenang.
"Jangan pura-pura!" Sim In sangat marah!
"Kau kira aku Tan Kiam Lam?" Sastrawan itu
mengajukan perranyaan. Aneh!
Mungkinkah dia bukan Tan Kiam Lam?
Tidak mungkin. Sim In dan Su Hay Khek mana boleh
salah mata bersama?
Terdengar suara geraman Sim In yang sudah meluap
luap.
"Wajahmu tidak dapat kulupakan."
Sastrawan itu tidak marah, ia mengalihkan
pandangannya kearah Su Hay Khek.
"Su Hay Khek," katanya kaku "Coba kau katakan,
namaku Tan Kiam Lam?"
Sa Hay Khek mundur setengah langkah, agak takut
sekali!
"Kukira tidak salah." Suara Su Hay Khek tidak sekeras
tadi.
Sastrawan setengah umur itu menggoyang-goyangkan
kepalanya.
"Aku bukan Tan Kiam Lam." Ia memberi keterangan.
Suaranya mantap dan pasti. Tidak sepeiti main-main
atau berolok-olok.
Su Hay Khek tidak percaya.
Sim In juga tidak percaya.
"Kau malu bertemu dengan anakmu, maka tidak mau
mengaku." Berkata ketua perkumpulan Iblis Merah ini.
"Aku memang bukan Tan Kiam Lam." Sastrawan itu
memberikan dan menandaskan keterangannya.
Sim In tertawa dingin, ia memandang Su Huy Khek dan
mengajukan pertanyaan!
"Kau percaya keterangannya?"
Su Hay Khek menggelengkan kepala!
"Tidak percaya," katanya.
"Akupun tidak percaya." Berkata Sim In.
Sastrawan itu lebih tepat dikatakan sebagai patung
hidup, tidak ada perubahan sama sekali. Bagaimana orang
tidak mempercayakan keterangannya, iapun tidak marah.
Dengan suara datar ia membuka mulut.
"Kalian tentunya belum pernah tahu bahwa Tan Kiam
Lam mempunyai saudara kembar."
"Aaaaaa..." Su Hay Khek membelalakkan mata. "Kau
Tan Kiam Pek."
"Betul." Sastrawan kaku itu menganggukkan kepala.
Sim In dan Tan Ciu sangat kecewa, Berkotetan setengah
hari, orang yang sedang dihadapi bukan bernama Tan Kiam
Lam, tetapi saudara kembar tokoh misterius itu yang
bernama Tan Kiam Pek.
Dua saudara kembar?
Betulkah keterangannya? Apa tidak mungkin ia
menggunakan siasat nama sama?
Diantara dua saudara kembar yang menipunyai wajah
sama, mempunyai banyak persamaan persamaan itu, tentu
tidak mudah untuk menetapkan, siapa yang bernama Tan
Kiam Lam, dan siapa yang bernama Tan Kiam Pek.
Mereka masih ragu-ragu.
Terlihat sastrawan setengah umur yang mengaku
bernama Tan Kiam Pek itu bertanya kepada ketua Ang mo
kauw Sim In.
"Sim kauwcu, tahukah maksud kedatanganku ketempat
ini?"
"Katakanlah" Berkata Sim In.
"Aku sedang mencari Tan Kiam Lam."
"Kau juga mencari Tan Kiam Lam?"
"Betul!"
"Mengapa mencari ditempat lembah Iblis Merah?"
"Karena hanya kau yang tahu tempat
persembunyiannya."
"Kentut." Sim In membentak keras.
"Hal ini adalah suatu kenyataan yang tidak dapat
dibantah" Berkata Tan Kiam Pek.
"Bila aku tahu dimana Tan Kiam Lam menyembunyikan
diri, akulah orang yang pertama-tama membikin
perhitungan dengannya."
"Hm...." Tan Kiam Pek mengeluarkan suara hidung.
"Kau tidak tahu bahwa di peralat yang bernama Tan Kiam
Lam."
"Siapa.... Siapa yang kau artikan dengar dia itu?"
"Orang yang masih dibelakang layar perhimpunan Angmo
Kauw."
Sim In masih belum dapat menangkap arti kata kata Tan
Kiam Pek.
Su Hay Khek berteriak.
"Hei, Sim In masih berada dibawa perintah orang?
Masih ada orang yang main di belakang layarnya?"
"Betul." Berkata Tan Kiam Pek.
"Siapakah orang itu?" BertanyaHay Khek.
Tan Kiam Pek tidak menjawab. Ia memandang kearah
ketua Ang mo kauw.
Sim In mengajukan kecurigaannya.
"Kau katakan bahwa... bahwa ketua Benteng
Penggantungan itu bernama Tan Kiam Lam?"
"Hal ini bukan tidak mungkin." Berkata Tan Kiam Pek.
Perkembangan baru yang berada diluar dugaan semua
orang.
Tan Ciu, Su Hay Khek dan Sim In saling pandang
Haruskah mereka percaya kepada keterangan orang yang
mengaku bernama Tan Kiam Pek itu.
Mungkinkah ketua Benteng Penggantungan bernama
Tan Kiam Lam?
Siapa itu Tan Kiam Lam?
Bagaimana tindak tanduk tokoh silat misterius tersebut?
Mari kita mengikuti cerita berikutnya.
0ooOdwOoo0
SUASANA sangat sunyi dan sepi sekali.
Semua orang diam.
Akhirnya Sim In yang mulai memecahkan kesunyian itu
berteriak. "Tidak mungkin."
Tan Ciu dan Su Hay Khek memandang ketua
perkumpulan Iblis Merah itu, alasan apa yang akan
dikemukakan olehnya?
Sastrawan setengah umur yang mempunyai sifat sifat
kaku seperti patung, yang mengaku bernama Tan Kiam Pek
itn berkata dingin.
"Mengapa tidak mungkin? Kau pernah melihat ketua
Benteng Penggantungan itu?"
"Belum." Terus terang Sim In memberi keterangan.
"Kau bersekongkol dengan Benteng Penggantungan.
Segala sesuatu mendengar perintahnya, mungkinkah tidak
tahu, siapakah yang menjadi ketua benteng ini?"
Pertanyaan itu sangat menyinggung perasaan hati Sim
In. Sebagai seorang ketua perkumpulan Iblis Merah yang
ditakuti orang, siapakah yang tidak menaruh hormat
kepadanya.
Tan Kiam Pek bukan saja tidak menaruh hormat.
Bahkan Tebih dari pada itu. ia menceritakan dirinya,
mengatakan bersekongkol dengan Benteng Penggantungan,
mengatakan ia berada di bawah perintah ketua benteng
misterius itu.
Sungguh keterlaluan, tidak seharusnva ia membuka
rahasia orang ditempat umum.
Terdengar lagi suara Tan Kiam Pek berkata,
"Sim In, dengan ilmu kepandaian yang kau miliki. tidak
seharusnya tunduk dibawah perintahnya.
"Jangan kau turut campur urusanku." Bentak Ketua iblis
merah itu dengan marah.
Tan Kiam Pek tersenyum menghina. "Aku tidak sudi
mencampurkan diri ke dalam urusanmu" Ia berkata. "Aku
hanya menyayangkan ilmu kepandaianmu yang telah
disalah gunakan olehnya."
Sim In mengeretek gigi. langkahnya menuju kearah
pintu, agaknya ia ingin meninggalkan tempat itu.
Tan Kiam Pek turut bergerak, maka sastrawan yang
serba kaku ini telah menghadang jalan orang ia membentak
dengan suara dingin,
"Apakah yang ingin kau lakukan?"
Sim In mendelikan mata.
"Minggir!" Ia membentak keras
"Aku ingin tahu, kemana kau pergi!" Berkata Tan Kiam
Pek yang aneh itu.
"Kau tidak perlu tahu."
"Kau ingin menjumpai ketua Benteng Penggantungan?"
"Betul, Aku harus segera menemuinya. Harus kuketahui
pasti, betulkah dia yang menjadi jelmaan si manusia
bajingan Tan Kiam Lam!"
"Bila dugaan ini betul?"
"Bila apa yang kau katakan itu betul betul terjadi, aku
harus membunuhnya."
Tan Kiam Pek mengeluarkan suara dari hidung.
"Dengan ilmu kepandaian yang kau miliki ini, ingin
membunuh Tan Kiam Lam?" Ia sangat memandang
rendah.
Apa yang dikemukakan oleh Tan Kiam Pek memang
cukup beralasan, dengan ilmu kepandaian Sim In. memang
tidak mungkin untuk berhadapan dengan ketua Benteng
Penggantungan yang misterius itu.
Sin In juga maklum, hanya di mulut ia tidak mau
menyerah kalah.
"Dimisalkan aku mati dibawah tangannya, ada
hubungan apa denganmu?" ia menatap sastrawan yang
bernama Tan Kiam Pek itu
"Aku tidak mengharapkan kau mati dibawah tangan
saudaraku." Berkata Tan Kiam Pek tenang.
Ketua Ang mo kauw Sim In membentak. "Bukan
urusanmu!"
Suara ini disertai dengan pukulan tangannya. Tan Kiam
Pek mengibaskan lengan baju, ia menyingkirkan serangan
Sim In tadi kearah samping. Sim In telah mengerahkan
delapan bagian tenaganya, seharusnya tidak mungkin dapat
disingkirkan dengan mudah. Hanya kenyataan harus
dipercaya, bahwa ilmu kepandaian Tan Kiam Pek itu
berada di atas darinya. Maka orang dapat menghindari
dengan mudah.
WHutt....
Sekali lagi Sun In mengirim pukulan.
Tan Kiam Pek menyambut serangan ini dengan telapak
tangan. Terdengarlah suara yang menggelegar, dua
bayangan mereka terpisah segera, tubuh Sim In terhuyung
mundur enam langkah. Sedangkan Tan Kiam Pek hanya
menggeser sedikit posisi kedudukan-nya yang semula saja,
Perbedaan tenaga yang menyolok mata.
Ternyata Tan Kiam Pek mempunyai kepandaian silat
dan tenaga dalam yang cukup hebat, sampai si ketua Iblis
Merah tak sanggup menyingkirkan dirinya, Sim In
mematung ditempat... Tan Kiam Pek mengeluarkan suara
geraman,
"Sim kauwcu, bila betul-betul kau sudah bosan hidup
dan ingin mati dibawah tangan Tan Kiam Pek.
Selesaikanlah dulu urusan ditempat ini!"
"Urusan apa?" Bertanya ketua Ang-mo-kauw itu tidak
mengerti.
Tan Kiam Pek menengok ke arah Tan Ciu dan berkata
kepada pemuda itu.
"Batalkah kau membutuhkan keterangannya?"
Sampai saat ini baru Tan Ciu mempunyai kesempatan
untuk bicara, segera ia maju mendekati Sim In,
"Sim kauwcu!" ia memanggil "Aku mengharapkan kau
dapat memberikan obat Seng hiat-hoan tan itu,"
"Aku tidak bersedia menyerahkan kepadamu."
"Baik." Berkata Tan Ciu "Beri tahulah. siapa ketua
Benteng Penggantungan"
"Aku tidak tahu!"
Tan Ciu tidak berdaya, maka ia memandang kearah
pamannya, Tan Kiam Pek yang dingin dan kaku itu. Tan
Kiam Pek dapat menduga isi hati orang, maka ia
menghadapi Sim In dan berkata.
"Sim kauwcu, bila kau dapat membatalkan niatmu.
Tentu tidak akan menderita kerugian"
"Apa yang dibatalkan?" Bertanya Sim In marah!
"Memisahkan diri dari Bentang Perggantungan!"
"Bila aku dapat membuktikan bahwa ketua benteng
Penggantungan adalah Tan Kiam Lam, tanpa diminta aku
akan meninggalkan dan memisahkan diri dari kekuasaan
Benteng Penggantungan."
Tan Ciu hilang sabar, Ia membentak.
"Sim In kau tidak mau menyerahkan obat Seng hiat
hoan-hun-tan?"
"Kecuali kau masuk menjadi anggota Ang mo kauw."
"Kau adalah musuh guruku. Tak mungkin..."
"Maka diantara kita, tidak mungkin ada perdamaian."
-ooo0dw0ooo-
Jilid 5
TAN CIU berada di dalam keadaan jalan yang sudah
buntu. Jiwa Co Yong sangat membutuhkan obat Seng hiathun
tan, bagaimana bila Sim In kukuh tidak memberikan
obat?Haruskah ia menggunakan kekerasan?
Tan Kiam Pek turut ikut campur, katanya.
"Sim kaucu, berilah sebutir obat itu. Ia sangat
membutuhkan pertolonganmu."
"Dengan dalih aturan siapa harus memberikan obat
kepadanya?" Sim In mengeluarkan suara dingin.
"Aku telah memberitahukan penyamaran Tan Kiam
Lam, Kau wajib memberi upah jasa bukan?"
"Tidak!".
Wajah Tan Kiam Pek yang kaku itu agak beringas.
"Sim In," ia memanggil langsung. "Kau tidak bersedia
mendengar saranku?"
"Aku mengatakan lebih dari satu kali, bukan?" Ternyata
ketua Ang mo kauw inipun seorang kepala batu.
"Kau ingin merasakan tangan besiku!" Tan Kiam Pek
bergeser lebih dekat.
"Kau ingin bertempur?"
"Bila kau telah kukuh diri"
"Baiklah. Apa boleh buat. Aku harus melayani segala
tantangan yang datangnya dari luar perkumpulan Ang mo
kauw."
Sim In memandang para tongcu perkumpulannya,
Ciauw Lam mengajak dua kawannya maju kedepan,
mereka siap menjalankan tugas yang akan jatuh pada diri
mereka.
Ular Golis mengambil arah lain, ia masuk ke dalam
ruangan dalam.
Tan Ciu dan Su Hay Khek tidak diam, mereka turut
maju pula. Didalam ruangan itu terjadi ketegangan yang
memuncak.
Tangan Tan Kiam Pek terayun, memukul Sim In yang
keras kepala.
Ciauw Lam dan dua kawanannya tidak membiarkan
kauwcu mereka yang dihina, merekapun maju memberi
bantuan.
Tetapi Tan Ciu dan Su Hay Khek tidak berpeluk tangan,
tiga orang perkumpulan Iblis merah ini ditahan olehnya.
Dua lawan tiga.
Pertempuran berjalan dengan hebat.
Disana Sim In bukanlah tandingan Tan Kiam Pek,
sebentar saja ketua Iblis merah itu telah mandi keringat.
Suatu saat Tan Kiam Pek menggeram tangannya terayun
cepat. Maka tubuh sang lawan berhasil dipukul jatuh. Sim
In merayap bangun, bibirnya berdarah, Tan Kiam Pek
membentak. "Bersediakah kau menyerahkan obat itu?"
"Tidak." Sim In mempertahankan gengsinya.
"Sim In, kau harus pandai melihat gelagat. Bukan
waktunya untuk main kepala batu." Berkata Tan Kiam Pek
yang menguarkan ancaman. "Lebih baik kau menyerahkan
barang yang kuminta."
"Tidak.!"
"Ingin mati?"
Tan Kiam Pek marah besar, tubuhnya bergerak.
Sim In menjauhkan diri dari kejaran sastrawan kaku itu!
Gerakan Tan Kiam Pek sungguh gesit, ia telah berada
dibelakang orang, tangannya di ulurkan dan berhasil
mencengkeram leher baju ketua Ang mo kauw.
Sim In mengirim satu pukulan balikan.
Tan Kiam Pek menangkap tangan itu, kemudian
menotok jalan darahnya, maka betul betul Sim In tidak
berdaya.
Dengan menenteng tubuh Sim In yang telah berhasil
ditaklukkan, Tan Kiam Pek memandang jalan pertempuran
diantara Tan Ciu. Su Hay Khek melawan Ciauw Lam
beserta dua kawannya.
Su Hay Khek memukul berulang kali, di-bawah bantuan
Tan Ciu yang mengisi segala kekosongan dirinya, orang tua
aneh itu berhasil melukai seorang tongcu Ang mo kauw.
Tan Kiam Pek segera mengeluarkan teriakan.
"Semua berhenti."
Suaranya keras dan berwibawa.
Tan Ciu, Su Hay Kbek, Ciauw Lam dan dua tongcu
Ang-mo kauw menghentikan pertempuran. Mereka
memandang kearan datangnya suara, di sini disaksikan
bagaimana Sim In telah dibuat mati kutu.
Tan Ciu dan Su Hay Khek girang.
Ciauw Lam dan dua kawannya terkejut, wajah mereda
berubah pucat.
Tan Kiam Pek menekan orang tawanannya.
"Sim kauwcu, kau tidak mau menyerahkan obat itu?"
"Tidak" Sim In telah menjadi nekad.
"Ketahuilah bahwa jiwamu telah berada di tanganku,"
Ancam lagi Tan Kiam Pek. "Kau menyerah kalah?"
"Tidak"
"Mungkinkah jiwamu lebih penting dari obat itu?"
"Lebih baik aku mati." Sim In memejamkan mata, ia
lebih rela menyerahkan jiwanya.
"Aku tak percaya, kau sanggup menerima tekananku."
Berkata Tan Kiam Pek yang segera menotok empat jalan
darah ketua perkumpulan Iblis Merah itu.
Inilah cara penyiksaan yang hebat, Sim In berkelejetan
ditanah. rasa gatal, perih, sakit dan nyeri menyerang jadi
satu. ia mengerang, merintih, tetapi keras kepala, tidak mau
menyerahkan obat yang orang minta.
Suara rintihan Sim In merindingkan bulu roma.
Tan Kiam Pek membentak. "Bagaimana?"
"Kau... kau mimpi." Sim In mempertahankan siksaan.
"Ingin kulihat, berapa lama lagi kau dapat bertahan?"
Berkata Tan Kiam Pek.
Sim In masih berguling guling, merintih-rintih, saking
jahatnya totokan itu, ia mengeluarkan air mata.
Melihat sang ketua merana, Ciauw Lam maju berteriak.
"Bebaskan ketua kami ." Ia siap mengadu jiwa.
Su Hay Khek melintang dijalan, ia menghadang majunya
orang.
"Kau belum mendapat giliran." Ia berkata. Ciauw Lam
memukul Su Hay Khek. Su Hay Khek memapaki dengan
pakulan Pula. Dua tenaga beradu, dan Ciauw Lam dipaksa
membatalkan niatnya untuk menotok si ketua.
Disaat ini !!!
Sim In tidak sangggup menerima siksaan yang lebib
hebat, ia jatuh kelenger.
Hal ini berada diluar dugaan Tan Kiam Pek. Ternyata
ketua Ang-mo kauw itu adalah seorang sejati, rela
mengorbankan diri, demi menjaga gengsi kepribadian
dirinya.
Tan Kiam Pek mengerutkan kening, ia memandang Tan
Ciu dan dia berkata kepada pemuda itu.
"Aku mengalami kegagalan." Suaranya lemah. Tan Ciu
maklum hal ini. Ia tidak menialahkan paman tersebut.
"Aku tahu ," ia berkata. Tan Kiam Pek memungut tubuh
Sim In yang jatuh pingsan itu dan menyerahkan kepada
Tan Ciu.
"Kuserahkan kepadamu." demikian sastrawan ini
berkata.
"Apa guna?" Tan Ciu tidak mengerti,
"Serahkan kepada gurumu. Dia dapat menyelesaikan
urusan ini."
Memang diantara si Puteri Angin Tornado dan Sim In
pernah terjalin hubungan percintaan. Walau cinta itu telah
putus, mereka lebih mudah menyelesaikan perkara. Tan
Ciu menerima saran ini.
"Bagaimana dengan Co Yong?" Tan Ciu
mengkhawatirkan keselamatan gadis itu. Bila tidak ada
Seng hiat hoan-hun-tan, pasti jiwa si gadis melayang.
"Menolong Co Yong, tidak banyak guna untukmu."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Mengapa? Dia menderita luka karena membela diriku."
"Dimisalkan dia adalah musuh. Kau bersedia
menolongnya juga?" Tan Kiam Pak menatap kearah Tan
Ciu tajam tajam.
"tentu!" Tan Ciu menganggukan kepala,
"Baiklah." Berkata Tan Kiam Prk. "Aku telah berdaya
upaya. Sim In berkepala batu. biarpun kau kutungi
lehernyapun, tidak mungkin ia mau mengeluarkan obat
Seng hiat hoat hun tan itu."
Tan Ciu menundukkan mukanya ketanah.
"Bila gadis itu mati. Kau boleh meminta maaf didepan
makam kuburannya " Berkata Tan Kiam Pek.
Kecuali segera menyerahkan Sim In kepada gurunya,
memang tidak ada jalan lain. Tan Ciu harus mererima
nasib.
Tan Kiam Pek menggapaikan tangan kepada Su Hay
Khek dan berkata.
"Kalian boleh berangkat lebih dahulu."
Su Hay Khek berjalan pergi, diikuti pula oleh Tan Ciu
dengan orang tawanannya.
Ciauw Lam dan dua kawannya memancarkan
pandangan mata liar. Tetapi mereka tidak berdaya. Tan Ciu
telah menggendong sang ketuanya.
Tan Kiam Pek menunggu ssmpai orang telah berangkat,
baru ia melesat pergi meninggalkan lembah Iblis Merah.
oo OdwO oo
SELURUH ISI GOA IBLIS MERAH telah menjadi
sepi, ternyata Tan Kiam Pek telah menotok jalan darah
orang-orang Sim In.
Tan Ciu dan Su Hay Khek telah berada diluar goa pintu
masuk perkumpulan Ang-mo kauw. Tiba tiba terdengar
suara orang yang lari dari belakang.
Tan Ciu memegang keras keras tawanannya.
Su Hay Khek menghentikan jalan dan siap menghadapi
orang yang mengejar.
Terlihat seorang gadis melarikan diri cepat, itulah si Ular
Golis.
"Tan siauwhiap, tunggulah sebentar." Berkata gadis ini
memanggil Tan Ciu. Tan Ciu dan Su Hay Khek
menatapnya tajam tajam.
Ular Golis menghampiri Tan Ciu lebih dekat, dari dalam
saku bajunya mengeluarkan sebuah bungkusan kecil,
diserahkannya kepada si pemuda dan berkata.
"Ambilah ini obat Seng hiat hoan hun tan!"
Sungguh diluar dugaan. Barang yang sulit didapat datang
sendiri tanpa banyak kesulitan,
"Aku harus berterima kasih kepadamu yang menolong
jiwaku dari kematian " Berkata Ular Golis. "Hanya ini yang
dapat kuberikan padamu."
Ternyata dikala Ular Golis hampir dihukum oleh Sim In,
Tan Ciu pernah meminta grasinya. dan permintaan itu
dikabulkan. Ular Golis terhindar dari kematian, ia merasa
hutang budi dan membalasnya dengan menyerahkan obat
Seng hiat hoan-hun tan.
Tan Ciu masih ragu-ragu. Ia tidak segera menyambuti
obat yang disodorkan kepadanya,
Su Hay Khek memperhatikan wajah gadis itu, dilihat
sepintas lalu, memang tidak ada alasan untuk
mencurigainya.Wajah Ular Golis bersungguh sungguh.
Ular Golis menyerahkan obat semakin dekat.
"Ambillah." Ia berkata.
Tan Ciu memandang obat itu sekian lama, Kemudian
mengulurkan tangan menyambutnya.
"Terima kasih." Ia berkata dengan suara gemetar.
Dengan obat ini, ia dapat menyembuhkan lukanya Co
Yong yang telah mengeluarkan banyak darah.
Setelah menyerahkan obat itu. Ular Golis membalikkan
tubuh dan masuk kedalam goa Iblis Merah lagi.
"Selamat berjumpa pada lain kali." Hanya kata-kata ini
yang keluar dari mulutnya.
"Selamat berjumpa." Tan Ciu mengajak Su Hay Khek
melanjutkan perjalanan. Tidak lupa, mereka membawa
tubuh Sim In sebagai orang tawanannya.
Di kelenteng yang pernah Tan Ciu tinggalkan Co Yong
dan Jelita Merah...
Mereka telah tiba dengan cepat ditempat itu, langsung
masuk kedalam kelenteng.
Setelah meletakkan tubuh Sim In ditanah. Tan Ciu
mencari dua gadis tersebut. Puas mata memandang, hanya
tempat kosong yang terlihat. setelah memeriksa seluruh
kelenteng, mereka tidak berhasil menemukan dua orang
yang ditinggalkan belum lama ini.
Tan Ciu merasakan ada sesuatu yang buruk telah terjadi.
ia membuka mulut memanggil. "Jelita merah,..."
Tidak ada penyahutan. Suasana sangat sepi dan sunyi.
Disana tidak ada bayangan si Jelita Merah, juga tidak ada
Co Yong yang luka parah.
Su Hay Khek turut memeriksa, bertemu dengan Tan Ciu,
ia mengajukan pertanyaan.
"Kemanakah mereka?" Tan Ciu masih memanggil
manggil nama dua gadis-
Di saat ini, melayang satu tubuh, itulah Tan Kiam Pek,
segera ia memberi penjelasan.
"Ada sesuatu yang telah terjadi?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Bila tidak ada sesuatu yang penting, tak mungkin Jelita
Merah membawa Co Yong meninggalkan tempat ini,” ia
memberi keterangan
Tentu saja, luka Co Yong sangat parah mana mungkin
dibawa bawa kelain tempat? Kecuali ada sesuatu yang
mengancam keselamatan dua orang itu!
Apakah yang telah terjadi dikelenteng ini?
Tan Kiam Pek segera mengeluarkan pendapat.
"Kukira hanya satu kemungkinan!"
"Kemungkinan yang bagaimana?" Tan Ciu memandang
paman itu.
"Setelah kau meninggalkan mereka! Orang orang dari
Benteng Penggantungan segera tiba ditempat ini."
"Mungkin. Hanya satu kemungkinan."
Tan Ctu, Su Hay Khek dan Tan Kiam Pek saling
pandang- Mereka tidak berdaya,
Beberapa saat kemudian Tan Kiam pek memandang Su
Hay Khek dan berkata. "Bolehkah aku mengajukan
pertanyaan?"
"Silahkan." Berkata orang tua aneh itu.
"Bagaimana asal usul Jelita Merah itu?" Betanya Tan
Kiam Pek.
"Aku tidak tahu." Jawab Su Hay Khek.
"Kukira kau tahu." Berkata lagi Tan Kiam Pek.
"Sungguh. Aku memang tidak tahu." Su Hay Khek
menandaskan keterangannya.
"Seharusnya kau tidak memberikan keterangan palsu."
"Mengapa harus memberikan keterangan palsu?" Su Hay
Khek menjadi tidak puas.
"Inilah keteranganku yang sungguh sungguh."
"Bagaimana kau dapat galang gulung dengannya?"
Bertanya lagi Tan Kiam Pek.
"Malu untuk diceritakan." Berkata Su Hay Khek,
”munculnya gadis bertangan kejam ini dalam rimba
persilatan telah menggemparkan rimba persilatan dengan
cepat. Aku segera menantangnya untuk bertempur, dengan
janji. siapa yang kalah harus turut perintah pihak yang
menang. Maksudku ialah agar menindas tangan ganasnya.
Siapa tahu ilmu kepandaian Jelita Merah berada diatasku'
akulah yang dikalahkan olehnya. Apa boleh buat, aku harus
mentaati janji dan menjadi kacung pesuruhnya."
"Kecuali ini, tidak ada yang kau tahu?"
"Betul."
"Misalnya mengetahui sesuatu dari maksud tujuannya?"
"Ia mencari si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip."
"Mungkinkah orang itu dari Pencipta pohon
Penggantungan?" Su Hay Khek belum tahu asal usul Jelita
Merah itu.
"Belum dapat dipastikan." Berkata Tan Kiam Pek.
Sampai disini, Tan Ciu turut buka suara
"Jelita Merah mempunyai hubungan dengan Pohon
Penggantungan?!"
"Hal ini harus mencari bukti yang kuat." Berkata Tan
Kiam Pek.
"Aku pernah melihat bayangan si Pencipta Pohon
Penggantungan itu!"
"Hah?" Tan Ciu mengeluarkan seruan tertahan!
"bagaimanakah bentuk tubuhnya?"
"Ia mengenakan kerudung." Berkata Tan Kiam Pek
"Ternyata seorang wanita!"
"Seorang wanita? Pencipta Pohon Penggantungan adalah
seorang wanita?"
"Betul."
"Siapakah dia?'*
"Hanya ada dua kemungkinan, hanya dua orang yang
mempunyai ilmu kepandaian tinggi dan dapat menjadi si
Pencipta Pohon Penggantungan!"
"Siapakah orang orang itu?" Bertanya Tan Ciu. Ia sangat
tertarik.
"Dugaanku yang pertama jatuh kepada si Melati putih."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Melati putih?" Tan Ciu mengulang kata-kata ini.
Su Hay Khek turut memberi keterangan.
"Bila betul kau putra dari Tan Kiam Lam, Maka Melati
Putih itu adalah ibumu."
Tan Ciu termenung, memikirkan kebenaran dari dugaan
dugaan itu.
Su Hay Khek segera mengajukan pertanyaan tentang
dugaan berikutnya.
"Dan kemungkinan yang kedua?"
"Kemungkinan yang kedua dari si Pencipta Pohon
Penggantung dugaanku jatuh kepada perawan dari Kutub
Utara."
"Perawan dari Kutub Utara?"
"Betul!. Didalam rimba persilatan, hanya dua wanita
itulah yang mempunyai ilmu kepandaian tertinggi."
"Dikabarkan mereka telah tiada didunia, bukan?" Su Hay
Khek mengajukan pertanyaan.
Tan Kiam Lam menggoyangkan kepala. "Hanya desas
desus saja, mereka diberitakan mati didalam rimba gelap
yang ada pohon Penggantungan itu." Katanya. "Tetapi
kebenaran ini masih disangsikan! Mungkin hanya seorang
diantara mereka yang mati. Seorang lagi tidak, dan
menciptakan Pohon Penggantungan itu."
Tan Ciu belum mengetahui jelas, ia bertanya!
"Dimisalkan betul aku putra Tan Kiam Lam, apa yang
terjadi dengan Melati Putih itu?"
Tan Kiam Pek tidak segera menjawab pertanyaan ini,
sebaliknya memandang Su Hay khek dan berkata
kepadanya.
"Kau tentunya tahu kejadian kejadian ini?"
"Hanya sedikit." Jawab Su Hay Khek.
"Bagaimana pendapatmu? Haruskan memberitahu
drama ini kepadanya?" Bertanya lagi Tan Kiam Lam.
Su Hay Khek menggoyangkan kepala.
"Untuk sementara, lebih baik ia tidak tahu." Berkata
kakek aneh ini!
"Mengapa aku tidak boleh tahu?" Tan Ciu mengajukan
protes.
"Kita sayang kepadamu!" Berkata Tan Kiam Pek! "Maka
tidak mau menceritakan kejadian buruk ini kepadamu!
Yang kau boleh tahu ialah diantara kedua orang tuamu itu
pernah terjadi drama yang sangat sedih, bukanlah cerita
baik!"
"Aku bersedia menerima segala pukulan!" Berkata Tan
Ciu!
"Jangan. Belum waktunya." Tan Kiam Pek mempunyai
pandangan penilaian yang lain dari si pemuda.
Su Hay khek turut bicara.
"Betul, Sudah pasti kita harus memberi tahu kejadian ini
kepadamu. Tetapi bukan hari ini."
"Bila?" Bertanya si pemuda.
"Selelah kau mempunyai ilmu kepandaian yang lebih
tinggi dari Tan Kiam Lam."
"Mengapa? Sangat tinggikah ilmu kepandaian Tan Kiam
Lam?."
"Betul." Tan Kiam Pek menganggukkan kepala. "Sudah
mencapai pada tingkatnya yang paling sempurna."
"Bagaimana bila dibandingkan dengan ilmu
Kepandaianmu?"
"Aku?" Tan Kiam Pek menyengir. "Aku mana dapat
menandinginya?"
Didalam hati Tan Ciu mengigil dingin.
Dengan ilmu kepandaian yang seperti Tan Kiam Pek
masih belum dapat menandingi ilmu kepandaian Tan Kiam
Lam. bukankah ilmu orang itu sudah sangat hebat sekali?
Sampai dimanakah kehebatannya? Masakan tidak ada
orang yang dapat mengalahkannya?
"Bukankah dia telah menjadi seorang jago tanpa
tandingan?" Tan Ciu mengemukakan pendapat.
"Betul." Berkata Tan Kiam Pek. "Bagaimana ilmu
kepandaianku dapat mengatasinya? Suatu hal yang tidak
mungkin terjadi."
Tan Ciu menghela napas.
"Segala sesuatu susah untuk diramalkan." Berkata Su
Hay Khek. "Siapa tahu, pada suatu hari, ilmu
kepandaianmu mencapai kemajuan besar dan mengalahkan
dirinya. Itu waktulah kita beritahu rahasia itu."
"Setelah ilmu kepandaianku berada diatas dirinya?"
"Setelah ilmu kepandaianmu berada diatas dirinya. kau
pasti membunuhnya."
"Membunuh Tan Kiam Lam?" Tan Ciu berteriak.
"Membunuh ayahku sendiri?"
"Betul." Su Hay Khek tidak menyangsikan hal itu.
"Tidak mungkin." Berteriak Tan Ciu.
"Mungkin." Tan Kiam Pek turut bicara.
"Mungkinkah ada seorang anak yang dapat membunuh
ayah sendiri?"
"Mungkin. Tapi hal ini hampir belum pernah terjadi. Bila
sampai terjadi. Maka drama ini sangat penting sekali, suatu
drama pembunuhan yang paling mengenaskan. Kekuatan
hatimu mengalami suatu ujian berat!"
Pikiran Tan Ciu melayang jauh, di atas awang-awang
tinggi, terdampar ke sana dan ke sini!!!
Si pemuda memberi peringatan kepada diri sendiri!
"Aku harus menemukan Tan Kiam Lam, yaag penting
aku harus pergi kegunung Benteng Penggantungan dahulu,
si Cendekiawan serba Bisa Thung Lip dibawa oleh Co
Yong yen. ia tahu banyak perkara...!”
Tan Kiam Pek mengajukan usul. "Lebih baik kau
membawa Sim In kepada gurumu dahulu."
"Bagaimana dengan Jelita Merah dan Co Yong?" Tan
Ciu mengawatirkan keselamatan dua gadis itu.
"Ilmu kepandaian Jelita Merah telah kau saksikan."
Berkata Tan Kiam Pek. "Kecuali orang orang dari Benteng
Penggantungan keluar semua, atau ketua Benteng
Penggantungan pribadi yang menangkapnya. Kukira tidak
mungkin ada orang lain yang mengalahkannya! Legakanlah
hatimu."
"Co Yong yang luka parah itu?"
“Lebih lebih tidak boleh ditaruh didalam hati.”
"Mengapa?"
"Hal ini penting sekali, Suatu hari nanti kau pasti
mengerti duduk perkara."
Setelah mengucapkan beberapa patah kata lagi. Tan
kiam Pek meninggalkan mereka. Berjalan lebih dahulu.
Tan Ciu dan Su Hay Khek membawa Sim In
meninggalkan kelenteng itu juga, mereka berjalan
dibelakang Tan Kiam Pek!
Tiba tiba, terdengar satu suara rintihan yang keluar dari
semak semak pohon, tidak jauh dari jalan yang mereka
lewati.
Tan Kiam Pek adalah orang pertama yang mendengar
suara rintihan itu, dan dia juga yang bergerak paling cepat.
Su Hay Khek dan Tan Ciu mengikuti di-belakangnya.
Membongkar semak-semak itu. Tan Kiam Pek
menyaksikan pemandangan yang penuh dengan darah. Dua
wanita berbaju hitam yang telah tiada bernapas
menggeletak menjadi mayat, disampingnya turut
menggeletak si Jelita Merah.
Suara rintihan keluar dari mulut Jelita Merah.Wajahnya
pucat, darah mengalir terlalu banyak, diapun berada
didalam keadaan luka parah.
Tan Ciu yang menyusul belakangan, tidak berhasil
menemukan Co Yong.
Su Hay Khek melesat maju, ia mengangkat tubuh Jelita
Merah dan memanggil.
"Jelita Merah.."
Sigadis membuka matanya, segera dikenali akan kakek
aneh yang telah kalah bertaruh dengannya, kakek ini tidak
ubahnya sebagai perintis pembuka jalannya.
"Kau? ..." Ia mengeluarkan ucapan itu perlahan,
"Apa yang telah terjadi?" Bertanya SuHay Khek.
"Dimana Tan Siauhiap?" Bertanya Jelita Merah. Ia tidak
menjawab pertanyaan yang Su Hay Khek ajukan
kepadanya.
"Aku disini." Berkata Tan Ciu yang segera menampilkan
diri.
Dengan suara yang sangat lemah hampir tidak terdengar
sama sekali, si Jelita Merah berkata.
"Aku telah menelantarkan tugas yang kau berikan
kepadaku itu."
Tan Cin bertanya cepat. "Dimana nonaCo?"
"Dia .. Dia ..." Jelita Merah jatuh lagi, lukanya terlalu
hebat sampai memberi keterangan pun tidak dapat.
oo OdwO oo
TAN KIAM PEK yang menyaksikan kejadian itu segera
berkata.
"Ia sudah hampir mati. Terlalu banyak mengeluarkan
darah."
"Tidak ..." Tan Ciu berteriak! "Ia tidak boleh mati."
Su Hay Khek segera memberi peringatan.
"Segera beri makan obat Seng hiat hoan bun tan itu."
Tan Ciu berteriak girang segera dikeluarkan obat Seng
hiat.hoan hun tan, dan diberikannya kepada Su Hay Khek.
Su Hay Khek memasukan obat itu kedalam mulut Jelita
Merah.
Tan Ciu membantu mengurut urut dan mempercepat
jalan darah Jelita Merah.
Disaat mereka sedang mencurahkan semua perhatiannya
kepada Jelita Merah, satu bayangan bergerak cepat
bagaikan hantu gentayangan mendekati ketiga orang itu.
Lain bayangan lagi bergerak, ia mengikuti dibelakang
bayangan yang pertama.
Yang didepan adalah laki-laki, sedangkan yang
mengikuti dibelakangnya adalah Wanita. Mereka
mengenakan pakaian warna hijau.
Terdengar wanita berpakaian hijau itn bertanya
perlahan.
"Bocah itukah yang bernama Tan Ciu?"
Laki laki berpakaian hijau sedang memperhatikan gerak
gerik ketiga orang itu didepannya, ia menanggukkan kepala.
"Apa langkah kita?" Bertanya lagi wanita berpakaian
hijau itu, tentu saja suaranya di kerahkan perlahan, agar
tidak mengganggu usaha mereka.
"Ketua Benteng kita berpesan agar Sim In tidak sampai
dibawa pergi olehnya." Berkata laki laki tersebut.
"Alasannya?" Bertanya yang wanita.
"Sim In dapat membongkar semua rahasia kita." Berkata
yang laki laki.
"Membunuh Sim In ?"
"Harus membunuh ketiga orang ini dahulu."
"Tenaga kita hanya dua orang..."
"Inipun cukup. Perlahan lahan kita mendekati mereka!
Kemudian masing-masing membunuh satu! Setelah berhasil
membokong, hanya tinggal seorang maka dengan tenaga
dua orang, kita pasti dapat mengalahkannya!"
Mereka telah mendapat persepakatan, dan berjalan maju
lagi semakin dekat...semakin dekat ...
Tan Ciu bertiga masih belum tahu bahwa jiwa mereka
sudah diincar oleh elmaut. mereka sedang memusatkan
perhatian kepada luka si Jelita Merah!
Siapakah laki laki dan wanita berbaju hijau itu?
Jelasnya mereka adalah orang-orang dari Benteng
Penggantungan, dua tokoh kuat di-dalam Benteng itu.
Luka yang diderita Jelita Merah hebat, dengan
kepandaian Tan Ciu, ia belum sanggup menyembuhkannya.
Tan Kiam Pek segera turun tangan, ia menempelkan
kedua tangan dipundak gadis itu, demikian mencurahkan
tenaga dalam kepada sang penderita luka, agar cepat pulih
semangatnya.
Tan Ciu melepaskan usahanya, Ia menyudut keringat.
Disaat ini dua orang dari Benteng Penggantungan telah
tiba, gerakan mereka menimbulkan suara, Tan Ciu dan Su
Hay Khek membalikkan kepala!
"Aaaaaa...."
Wajah mereka berubah. Tan Kiam Pek yang sedang
memusatkan seluruh perhatiannya tidak boleh terganggu,
sedikit halangan akan melukai dirinya.
Su Hay Khek menghadapi dua orang Benteng
Penggantungan.
"Siapa kalian?" Ia membentak.
Wanita berbaju hijau mengeluarkan suara dingin.
"Kau tidak perlu tahu!"
"Apa maksud tujuan kalian?"
"Merengut jiwa semua orang."
Su Hay Khek telah menduga akan menerima jawaban
yang seperti ini,dengan mengambil posisi disamping kanan
Tan Ciu, ia telah siap sedia.
Wanita berbaju hijau mendekati Tan Kiam pek mengirim
satu pukulan. Sebat sekali gerakannya.
Su Hay Khek melesat dan mewakili Tan Kiam Pek
menerima pukulan ini, Maka berdua telah bertempur
menjadi satu.
Disaat yang sama, Tan Ciu berhadapan dengan laki-laki
berbaju hijau itu, merekapun menguji ilmu kepandaian
masing-masing.
Empat orang terpisah menjadi dua rombongan,
melangsungkan pertandingan perang silat.
Tan Kiam Pek dapat mendengar sesuatu ia membuka
matanya yang dimeramkan. Dilihat kedatangan dua musuh
itu, tetapi ia tidak boleh melepaskan usaha ditengah jalan,
dikatupkan lagi kedua mata itu, mempercepat proses
penyembuhan luka Jelita Merah.
Berlangsung belasan gebrak, ternyata Tan Ciu bukan
tandingan laki-laki berbaju hijau itu. keadaan si pemuda
agak terdesak.
Difihak lain, Su Hay Khek mendapat tandingan yang
setimpal. Kekuatan mereka ternyata sama kuat.
Suatu ketika, Su Hay Khek melirik kearah kawannya,
didalam hati kakek aneh inipun mengerti, ia harus cepatcepat
mengakhiri pertempuran. Bila terlambat, pasti Tan
Ciu menderita kerugian. Dan itu waktu, sulitlah
mempertahankan fihaknya.
Wanita berbaju hijau itupun berkepandaian tinggi, dalam
waktu yang singkat, mana mungkin Su Hay Khek menarik
satu keuntungan darinya!
Su Hay Khek segera mengadu juga, ia menggeram keras
den mengirim satu pukulan yang terkeras, maksudnya
menjatuhkan lawan dengan menerima sebagian luka.
Bagi seorang yang sedang menjalankan pertempuran,
tidak boleh lengah atau gentar, cara-cara Su Hay Khek
bertempur tadi adalah menjadi pantangan tengkar, wanita
berbaju hijau itu telah lompat menyingkir dari induk
serangan dan mengirim satu bacokan tangan, langsung
memasuki baris pertahanan lawannya.
Beek... , Dada SuHay Khek menderita pukulan keras.
Kakek aneh itu ada niatan mengadu jiwa, ia menahan
rasa sakit dan memberi pukulan balasan. Dua telapak
tangan beradu lagi, dan mereka sama sama mundur
kebelakang.
Su Hay Khek menderita luka sampai dua kali, hebat
sekali luka itu.
Ia jatuh.
Wanita berbaju hijau itupun terluka, hanya luka-lukanya
tidak mengganggu jalan pertempuran.
Tan Ciu terkejut, disaat ini. Jarak mereka sangat dekat.
Maka ia memukul wanita berbaju hijau tersebut.
Sipemuda berbasil, hanya satu kali pukulan ia membuat
wanita mengerang sakit.
Laki laki baju hijau marah, ia memukul Tan Ciu.
Su Hay Khek lompat menubruk, menyelak diantara
kedua orang itu yang lagi mau meneruskan pertempuran
mereka!
Sampai disini, jalan pertempuran sudah menjadi kalut.
Boleh dikata empat orang tersebut saling pukul semerawut.
Laki berbaju hijau itu memberikan pukulan tangan!
Su Hay Khek sudah menyingkir dari pukulan ini, dengan
semua sisa tenaga yang ada, mereka bergumul menjadi
satu.
Suatu hal yang berada diluar dugaan lelaki itu. betul ia
berhasil menjatuhkan Su Hay Khek sehingga tidak dapat
bangun lagi. akan tetapi dia sendiri pun terluka, dari mulut
mengeluarkan darah.
Tan Ciu meneruskan usahanya untuk membunuh laki
laki berbaju hijau itu. Tentu saja sang lawanpun tidak
tinggal diam, walau berada didalam keadaan luka, tetap ia
mempertahankan jiwanya, mereka bergumul menjadi satu.
Luka wanita berbaju hijaupun tidak ringan, ia
merangkak kearah Jelita Merah dan Tan Kiam Pek.
Maksudnya menggagalkan usaha penyembuhan luka seperti
itu.
Dua orang itu tidak bergerak, yang satu mederita luka
parah, yang lainnya sedang berusaha untuk mengembalikan
jiwa sipenderita luka kedunia yang ramai.
Jarak wanita berbaju hijau dengan Jelita Merah sudah
dekat sekali.....
Jelita Merah tidak mungkin menghindari malapetaka ini.
Sedangkan Tan Kiam Pek belum selesai menamatkan satu
putaran peredaran darahnya.
Tangan wanita berbaju hijau itu sudah mulai diangkat ...
Tan Ciu tidak dapat memenghindarkan diri. Ia masih
bergumul dengan laki-laki berbaju hijau, Su Hay Khek
menderita luka sehingga beberapa kali, ia menggeletak
ditanah, seolah-olah sudah tidak bernapas.
Mungkinkah Jelita Merah harus menerima kematian
seperti ini?
Tidak!!!
Terlibat suatu bayangan melesat dan melempar tubuh
wanita berbaju hijau itu. Terdengar jeritan panjang, wanita
berbaju hijau tersebut jatuh menggeletak.
Disana telah bertambah seorang wanita, berkerudung
hitam.Wanita inilah yang menolong jiwa Jelita Merah.
Terdengar lain jeritan, itulah suara si laki laki berbaju
hijau yang sudah mati ditangan Tan Ciu.
Dikala Tan Ciu ingin memberi pertolongan, wanita
berkerudung hitam itu telah menampilkan dirinya dan
menolong jiwa Jelita Merah.
Tan Ciu memberi hormat.
"Atas bantuan cianpwee, dengan ini boanpwe
menghaturkan banyak terima kasih.
"Sama-sama." katanya.
Ia memeriksa orang yang baru ditolong. Tiba tiba
matanya terpaku pada wajah Tan Kiam Pek.
"Aaaaa..."
Tubuh wanita berkerudung hitam itu menggigil
gemetaran.
Hal ini tidak lepas dari mata Tan Ciu, apa yang
menyebabkan hal itu terjadi? Siapakah wanita berkerudung
hitam ini? Mengapa gentar kepada Tan Kiam Pek?
Dengan suara gemetar, wanita berkerudung hitam itu
bergumam.
"Dia?"
Tangannya diangkat, seperti mau memukul Tan Kiam
Pek.
Tan Ciu terkejut, cepat ia membentak!
"Hei kau mau apa?"
"Membunuh manusia durjana ini." Wanita berkerudung
hitam itu menunjuk Tan Kiam Pek.
"Mengapa?"
"Dia Tan Kiam Lam."
Hati Tan Ciu mencelos.
"Orang ini bernama Tan Kiam Lam?" Ia meminta
ketegasan.
"Betul." Berkata wanita berkerudung hitam itu.
"Kau tahu pasti ?"
Pertanyaan yang seperti ini, berada diluar dugaan wanita
berkerudung hitam itu, tangan yang sedianya mau
membunuh Tan Kiam Pek turun lagi.
"Mungkinkah dia bukan Tan Kiam Lam?" Ia bertanya
kepada sipemuda.
"Dia menyangkal orang memanggilnya sebagai Tan
Kiam Lam." Tan Ciu memberi keterangan.
Wanita berkerudung hitam itu bergumam?
"Tidak mungkin... Tidak mungkin..."
Matanya memandang ketempat jauh.
Tan Ciu harus membuka rahasia ini, ia berkata!
"Dikatakan bahwa dia adalah saudara kembar Tan Kiam
Lam yang bernama Tan Kiam Pek"
"Ouw!!!" Wanita berkerudung itu memperhatikan wajah
Tan Kiam Pek.
Tan Ciu menantikan terbukanya rahasia teka teki ini!
Beberapa saat kemudian, baru wanita berkerudung hitam
itu berkata.
"Betul! Dia bukan Tan Kiam Lam."
Tan Ciu segera mencetuskan kata-kata dan mengajukan
pertanyaan!
"Kau dapat membuktikan betul betul bahwa dia bukan
Tan Kiam Lam?"
"Dapat," Berkata wanita berkerudung hitam itu.
Tan Ciu menjadi bingung.
Wanita berkerudung hitam itu berkata,
"Hal ini mudah dibedakan! Betul bentuk wajah dan raut
mukanya tak ada perbedaan, tetapi daun kuping yang
sebelah kiri Tan Kiam Lam mempunyai andeng andeng
hitam yang besar, andeng-andeng hitam ini tidak mungkin
dioperasi dengan tidak meninggalkan bekas sama sekali!
Sedangkan orang ini tidak mempunyai andeng-andeng
hitam itu, juga tidak ada tanda-tanda luka luka bekas
operasian, maka ia bukan Tan Kiam Lam."
Tan Ciu dapat diberi mengerti. Kini ia tahu pasti bahwa
Tan Kiam Pek itu betul betul saudara kembar Tan Kiam
Lam.
Tan Kiam Lam adalah manusia misterius yang aneh,
ilmu kepandaiannya tinggi, bagaimana dengan
penghidupannya?
Wanita berkerudung hitam ini pun ingin membunuh Tan
Kim Lam. Apakah kesalahan Tan Kiam Lam, sehingga
menimbulkan bahaya permusuhan?
Dari lagu suara wanita berkerudung hitam ini, Tan Ciu
tahu pasti bahwa orang belum tua betul. dikira kira wanita
setengah umur. Siapakah wanita berkerudung hitam ini?
Mengapa menutup wajah diri mendiri?
Apa hubungannya dengan Tan Kiam Lam?
Pertanyaan pertanyaan tadi menyelubungi pikiran
sipemuda, maka ia mengajukannya langsung kepada orarg
yang bersangkutan.
"Cianpwe kenal dengan Tan Kiam Lam?"
"Ng ....!!"
"Diantara kalian pernah terjadi dendam permusuhan.?"
Sekali lagi, tubuh wanita berkerudung hitam itu
menggigil.
"Betul." Ia menjawab pertanyaan si pemuda.
"Bagaimanakah terjadinya dendam permusuhan itu?"
Bertanya lagi Tan Ciu.
"Aku tidak dapat menceritakan kepadamu!" berkata
wanita berkerudung hitam itu!
"Mengapa?".
"Tidak dapat." Kini ia menatap wajah Tan Ciu mantep
"Kau anak keluarga Tan juga?"
"Betul." Tan Ciu menganggukkan kepalanya.
"Putra Tan Kiam Lam?" Bertanya wanita berkerudung
hitam tersebut.
"Mungkin juga."
"Mengapa mengatakan keterangan dengan jawaban
sepati ini?"
"Aku belum dapat menemukan bukti bukti yang jelas dan
dipercayai." Berkata Tan Ciu.
"Belum dapat menemukan bukti bukti yang jelas dan
dipercaya?"
"Betul." Berkata Tan Ciu terus terang. "Aku tidak tahu
tentang keluargaku sendiri."
"Siapa yang tahu keadaan keluargamu?"
"Kakakku Tan Sang."
Tubuh wanita berkerudung hitam itu tersentak sedikit,
kata kata Tan Sang itu mengejutkan dirinya!
Tan Ciu tidak memperhatikan keadaan tersebut, ia
menambah keterangannya.
"Sayang Tan Sang telah mati digantung orang"
"Ng..."
"Pohon Penggantunganlah yang merenggut jjwa kakakku
itu." Berkata lagi Tan Ciu.
Wanita berkerudung hitam mengeluarkan suara keluhan
panjang, Ia bergumam seorang diri!
"Ahhh... Cepat sekali... Sembilan belas tahun telah
dilewatkan begitu ssja.."
Tan Ciu terkejut,
"Apa?" Ia tersentak dari keadaan yang sebenarnya.
Wanita berkerudung hitam itu cepat menutup mulut.
"Tidak mangapa... Tidak mengapa..." Ia berkata cepat.
"Baik-baiklah kau menjaga diri sendiri dan juga diri mereka,
aku harus pergi!"
Tubuhnya melesat dan meninggalkan Tan Ciu,
Meninggalkan dua mayat orang dari Benteng
Penggantungan dan meninggalkan Su Hay Khek, Tan Kiam
Pek dan Jelita Merah.
Tan Ciu masih bengong memandang lenyapnya
bayangan wanita berkerudung hitam itu. Dirasakan ada
sesuatu yang aneh pada wanita tersebut.
Siapa dia.
Mari kita menyusul sebentar keadaan wanita
berkerudung hitam itu.
Ditempat yang agak jauh dari tempat Tan Ciu sekalian
berada, wanita berkerudung hitam itu menggabungkan diri
dengan pembantunya.
Pembantu wanita berkerudung hitam itu adalah seorang
gadis cantik.Mereka berjalan berendeng.
"Pei Pei!!!!" panggil wanita berkerudung hitam itu.
Gadis yang dipanggil Pei Pei itu memandang. Ia agak
heran atas kelakuan yang belum lama diperlihatkan
kepadanya.
"Mari kita pulang!" Berkata wanita berkerudung hitam
itu.
"Suhu." panggil gadis yang bernama Pei pei itu! "Diakah
yang suhu maksudkan?" Ternyata mereka adalah guru dan
murid!
"Ng ..."Guru Pei Pei itu mengangguk-anggukkan kepala.
"Dia sudah tahu?" Bertanya lagi Pei Pei kepada gurunya.
"Aku tidak memberi tahu kepadanya?" Berkata wanita
berkerudung hitam itu.
"Mengapa?" Pei Pei menjadi heran.
"Aku tidak menginginkan ia tahu siapa diriku,
memberitahu hal ini kepadanya terlalu pagi akan
mengganggu keadaannya."
"Bukankah kau sering mengenang dirinya?"
"Tadi telah bersua dan melihat jelas."
"Itu hanya sepintas lalu, mengapa tidak seterusnya?"
"Aku puas melihat ia masih hidup, sudah dewasa dan
mempunyai badan yang tegap, ilmu kepandaian yang
tinggi."
"Tapi..."
"Aku sudah puas dapat mengetahui keadaan dirinya. aku
sudah puas dapat bertemu muka dengan dirinya..." Lagi
lagi wanita berkerudung hitam ini menghela napas.
Mereka guru dan murid melakukan perjalanan.
Dan lenyap tidak kelihatan!
Siapakah mereka?
Mari kita menyaksikan bagian berikutnya.
000ooOdwOoo000
KEMBALI bercerita tentang Tan Ciu.
Setelah ditinggalkan oleh wanita berkerudung hitam
yang misterius itu, sipemuda masih bengong saja
ditempatnya. Tidak henti-hertinya ia berpikir, siapakah
wanita tersebut? Mengapa hatinya berdebar keras?
Tiba tiba... Terdengar suara rintihan orang. Itulah suara
rintihan SuHay Khek yang menderita luka parah.
Tan Ciu terkejut. Cepat ia menghampiri orang tua aneh
itu.
Disana, Su Hay Khek terbaring lemah, keadaannya
sunggah payah,napasnya sudah menjadi satu dengusan
yang tidak teratur, seolah olah orang yang menantikan
waktu ajalnya.
Tan Ciu menubruk ketempat orang tua itu.
"Cianpwee..." Ia memanggil.
Su Hay Khek masih berusaha tertawa, tertawa sedih, Ia
terlalu banyak mengeluarkan darah.
Melihat hal ini, cepat Tan Ciu mengeluarkan obat Senghtat
hoan-hun-tan!
"Cianpwee, makanlah obat ini!" Ia harus menolong
orang tua itu!
Su Hay Khek menggeleng-gelengkan kepala, ia menolak.
"Aku sudah tiada guna!" Ia berkata!
"Makanlah obat ini! ia akan membantu menambah
darahmu!" Masih Tan Ciu berusaha.
Su Hay Khek menggeleng-gelengkan kepala lagi, ia
kukuh tidak mau menerima pemberian obat itu.
"Urat nadiku telah putus banyak." Ia berkata. "Tiada
gunanya lagi... Obat mujarab apapun ... tidak dapat
menolong ... urat nadi yang sudah putus."
"Cianpwe..." Tan Ciu msngucurkan air mata.
Su Hay Khek menyengir. "Jangan kau menangis." Ia
berkata. "Setiap orang pasti mati... hanya bagaimana
kematian ... yang menimpa dirinya ... Aku sege ma..ati...
tetapi aku puas... Aku mati tak percuma ... "
"Tidak, Kau tidak boleh mati!"
"Sudahlah, biar bagaimana ... aku akan mati... Sebelum
meninggalkan dunia ini ... Aku ingin meninggalkan tenaga
kekuatanku ... kepadamu,"
"Cianpwe...."
"Duduklah didekatku." Perintah Su Hay Khek.
Tanpa banyak komentar, tangan kanan Su Hay Khek
telah menempel diubun ubun Tan Ciu.
"Jangan banyak pikir." Ia berkata cepat. "Satukanlah
peredaran darahmu dengan peredaran darahku."
Tan Ciu mengikuti petunjuk orang tua aneh itu.
"Terjanglah Seng su seng-koan." Berkata lagi Su Hay
Khek. "Cuci dan bersihkan di diri dua belas tingkatan
peredaran jalan darah.. ..kemudian ... bersihkan diri dari
segala pikiran ..... kumpulkan di Cit-seng-ceng meh."
Satu hawa hangat meresap masuk kedalam tubuh Tan
Ciu, si pemuda telah menyatukan peredaran darah mereka,
maka dengan mudah pertukaran peredaran darah itu
menjadi satu.
Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, Su
Hay Khek telah mengeluarkan semua kekuatannya dan
diserahkan kepada Tan Ciu.
Disaat ini, Tan Kiam Pek yang memutarkan peredaran
darah Jelita Merah telah hampir selesai.
Wajah Jelita Merah yang pucat telah bersemu merah,
suatu tanda bahwa ia telah bebas dari ancaman bahaya.
Tan Kiam Pek mengempos tenaganya yang penghabisan
sekali dan selesailah penyembuhan dengan cara seperti itu.
Dilain bagian, tangan Su Hay Khek yang menempel
pada Tan Ciu telah lemas, ia kehabisan tenaga.
Su Hay Khek mati.
Urat nadinya putus. Tenaganya dikuras bersih dan
menghembuskan napasnya yang terakhir dengan rela.
Dikala Tan Ciu sadar, orang tua itu telah memeramkan
mata untuk selama lamanya. Terhadap kakek yang berbudi
luhur ini, Tan Ciu menaruh salut yaog tinggi, ia menangis
dan mengucurkan air mata keedihan yang tidak terhingga.
Tan Kiam Pek telah selesai menghidupkan jiwa Jelita
Merah. Mengatur tenaga beberapa lama, mengembalikan
kekurangan kekuatannya yang tadi dan membuka kedua
matanya. Dilihat keadaan yang seperti itu,ia terkejut.
"Eh, apa yang telah terjadi?" ia mengajukan pertanyaan.
"Dia telah meninggal dunia !" Tan Ciu menyusut air
mata.
"Aaaaaaa"
Tan Ciu menceritakan segala yang belum lama telah
terjadi.
"Kasihan," berkata Tan Kiam Pek, "mari kita
mengebumikan orang tua ini?"
Tan Kiam Pek dan Tan Ciu menggali tanah, mereka
mengebumikan jenazah si kakek aneh Su Hay Khek, Jelita
Merah sudah membuka kedua matanya.
Tiga orang menaruh hormat yang penghabisan kali
kepada makam Su Hay Khek, lama mereka mengenang
orang tua yang telah berkorban untuk keselamatan semua
orang.
Berapa lama kemudian, baru Jelita Merah berkata.
"Syukur kalian tiba tepat pada waktunya dan berhasil
menolong jiwaku. Budi ini tidak dapat kulupakan."
"Sudah nenjadi kewajiban manusia untuk tolong
menolong." Berkata Tan Kiam Pek.
Jelita Merah memandang Tan Ciu.
"Tan siauwhiap." Ia memanggil. "Aku menelantarkan
urusanmu."
Tan Ciu menghela napas.
"Bukan salahmu." Ia berkata, "mereka adalah orang
orang dari Benteng Penggantungan."
"Betul! Orang orang dari Benteng Penggantungan itu
yang mencelakai kita."
"Tidak kusangka, benteng itu mempunyai banyak tokoh
silat yang berkepandaian tinggi"
"Betul..." Berkata Jelita Merah. "Gerakannya gesit. Akh,
Nona Co telah dibawa oleh mereka, tentunya mengalami
penderitaan."
"Kita telah berusaha." Berkata Tan Ciu sambil menghela
nafas. "Apa mau dikata, takdir telah mempermainkan kita."
Tan Kiam Pek memandang mereka sebentar dan berkata.
"Kalian berdua boleh merundingkan hal ini baik-baik.
Aku harus pergi lebih dahulu."
"Cianpwee ingin kemana?" Bertanya Tan Ciu
"Aku? Aku harus kembali menyakinkan ilmu silat
dengan lebih tekun lagi. Biar bagaimanapun juga, aku harus
menyelesaikan persengketaan dengan si ketua Benteng
Penggantungan. ilmunya tinggi, aku harus berusaha keras
agar tidak dikalahkan olehnya."
"Bila betul dia adalah engkohmu?" Tan Cin ragu ragu!
"Tetap kubunuh juga,"
"Tidak ada jalan lain?"
"Kukira tidak!"
Tiba tiba Tan Ciu teringat sesuatu, ia berkata "Ada
sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Tentang urusan apa?" Bertanya Tan Kiam Pek.
Tan Ciu menceritakan munculnya wanita berkerudung
hitam yang menolong jiwa mereka itu. Dan mengajukan
pertanyaan, bila Tan Kiam Pek kenal dengan seorang
wanita yang berkepandaian ilmu silat tinggi tersebut.
"Dugaanmu jatuh pada siapa?" Bertanya Tan Kiam Pek
"Inilah yang ingin kutanyakan kepada cianpwe." Berkata
Tan Ciu.
"Ia mengatakan bahwa aku bernama Tan Kiam Lam?"
"Betul!" Tan Ciu menganggukkan kepala. ”Dikatakan
juga bahwa pada daun kuping Tan Kiam Lam ada andengandeng
hitam yang besar?".
"Betul sekali" Tan Ciu membenarkan pertanyaan ini.
"Kukira dia."
"Siapa?"
"Siapa? Ibumu."
"Hah?" Tan Ciu berteriak. "Ibuku?"
"Betul.Melati Putih."
"ia masih hidup didalamdunia?"
"kukira masih." Tan Kiam Pek menganggukkan kepala.
"Hanya aku belum dapat memastikan tentang hal ini. Pada
suatu hari kau akan tahu kebenaran dari dugaanku ini!
Bersabarlah dan jangan banyak berpikir yang bukan bukan."
Tan Ciu menerima kritik tersebut dan menganggukkan
kepalanya.
Tan Kiam Pek berkata. "Aku harus pergi."
"Selamat jalan." Berkata Tan Ciu.
"selamat tinggal." Berkata Tan Kiam Pek.
Dan Jelita Merah turut mengantarkan pula. Tubuh Tan
kiam Pek melesat, sebentar kemudian sudah lenyap dari
pandangan mata. Jelita Merah memandang si pemuda, ia
berkata.
"Akupun harus meninggalkanmu. Aku...Aku harus
kembali dan memberi tahu segala kejadian ini kepada
guruku." Berkata Jelita Merah.
"Siapakah tokoh silat yang menjadi gurumu?" Bertanya
Tan Ciu.
"Dia... Dia berpesan agar tidak menyebut namanya."
Berkata Jelita Merah. "Kau tidak marah?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Kau betul putra Tan Kiam Lam?" Bertanya Jelita
Merah.
"Tidak tahu." Berkata Tau Ciu!
"Kuharap saja bukan!" Berkata Jelita Merah.
"Mudah-Mudahan... gurumu juga mempunyai dendam
permusuhan dengan Tan Kiam Lam?"
"entahlah." Berkata Jelita merah. "Tugasku hanya untuk
mencari Tan Kiam Lam. Lebih dari itu. aku tidak diberi
tahu!"
"Gurumu itu seorang wanita?"
"Betul." Sigadis tertawa sedih.
"Kau masih ingat bahwa aku berjanji untuk
menceritakan drama sedih tentang aku dan guruku?"
"Ingat." Tan Ciu menganggukkan kepala. Jelita Merah
berkata.
"Tentang cerita guruku, biar kututurkan lain kali. Kini
aku akau berbicara tentang diriku.”
Tan Ciu memandang gadis itu.
"Aku adalah seorang wanita yang sangat menderita."
Jelita Merah mulai bercerita. "Sudah ditakdirkan hidupku
merana. Pada saat aku berumur enam belas tahun, aku
kenal dengan seorang pemuda yang bernama Chiu It Cong
tidak disangka, ia menipu diriku. aku telah dipermainkan
olehnya, dan setelah ia berhasil mendapatkan diriku, Ia
lenyap begitu saja. entah kemana ia melarikan diri."
"Dia mati?"
"Mana kutahu. Telah beberapa tahun, kuselidiki jejaknya
tanpa hasil."
"Bila kau berhasil menemukannya, bagaimana?" Tan Ciu
mengajukan pertanyaan ini,
"Membunuhnya." Berkata Jelita Merah gemas. "Tidak
sedikit yang telah kuberikan kepadanya. Terlalu banyak
yang telah didapat olehnya."
"Ouw...." Tan Ciu menatap Jelita Merah. Ternyata dia
sudah bukan gadis lagi. Jelita Merah menghela napas.
"Tan Siauwhiap," ia memanggil perlahan. "Kuharap saja
kau tidak memandang rendah diriku. Kuharap kita dapat
mengikat tali persahabatan."
"Aku bersedia menjadi kawanmu." Berkata Tan Ciu
menganggukkan kepala.
"Sungguh?"
"Tentu sungguh."
Jelita Merah tertawa manis, "Terima kasih kepada
janjimu ini!" Ia berkata. "Kini aku harus pergi dahulu!
Selamat jalan!"
"Selamat jalan."
Mereka sama sama mengucapkan selamat perpisahan
dan Jelita Merah berangkat terlebih dulu.
Tan Ciu mengambil tubuh Sim In yang telah ditotok
jalan darahnya, pemuda ini harus menyerahkan tawanan itu
kepada gurunya. Ia pulang kearah tempat si Putri Angin
Tornado.
Singkatnya cerita, Tan Ciu telah tiba di-tempat tujuan.
Didepan suatu goa, Tan Ciu menggendong tubuh Sim In
dan berlari datang.
Dari dalam guha terdengar satu suara yang membentak.
"siapa?"
"Suhu, aku telah kembali!" Tan Ciu memberi sahutan.
Ternyata orang yang berada didalam goha itu adalah
guru sipemuda Tan Ciu, si putri Angin Tornado yang
pernah menggemparkan rimba persilatan itu.
"Oh. Tan Ciu. kau telah kembali! Masuklah!" Inilah
suara si Putri Angin Tornado. Dia adalah guru Tan Ciu
yang berkepandaian silat tinggi.
-ooo0dw0ooo-
JILID 6
TAN Ciu menggendong tubuh Sim In masuk kedalam
guha itu.
Mulut masuk goha tersebut sangat gelap, tetapi tak lama
kemudian terlihat cahaya terang. itulah cahaya cahaya dari
sinar mutiara, yang terpancang disekitar dinding guha.
Seorang wanita dengan wajah buruk duduk disebuah
kursi beroda, dia adalah guru Tan Ciu dengan julukan
seram, Putri Angin Tornado itu.
Tan Ciu meletakkan Sim In, dan memberi hormat
kepada gurunya. , "Suhu.."
Putri Angin Tornado memandang orang yang diletakkan
ditanah itu.
"Siapakah yang kau bawa masuk kemari?!"
"Orang yang menjadi musuhmu." Tan Ciu memberi
jawaban.
"Aaaaa." Putri Angin Tornado segera mengenali lelaki
yang pernah dikasihi olehnya, Sim In yang kini telah
menduduki ketua perkumpulan Ang mo-kauw.
"Sim In?" Mulut si Putri Angin Tornado bergumam.
Tan Ciu menotok hidup jalan darah kaku orang
tawanannya, kemudian membebaskan beberapa totokan
lainnya. Sim In mulai menggeliat bangun.
Menunjuk kearah Sim In, Tan Ciu bertanya kepada sang
guru.
"Suhu, kau ingin membunuhnya?"
"betul!!" Pada wajah Putri Angin Tornado yang buruk itu
terlihat hawa yang menyeramkan.
Ia tertawa kejam.
Sim In segera duduk bangun, dilihat keadaan dirinya
telah bukan ditempat markas besar perkumpulannya.
Terdengar suara Putri Angin Tornado yang membentak
keras.
"Sim In, masih kenal denganku?"
Sim In memperhatikan orang yang duduk dikursi roda
itu, ia sangat terkejut.
"Kau Kim Hong Hong?" Ia hampir berteriak dan
menyebut nama kecil Putri Angin Tornado.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong menganggukan
kepala.
"Betul." Ia berkata. "Wajahku telah menjadi buruk,
kedua kakiku telah tiada. Tetapi hati dan jiwaku tetap Kim
Hong.Hong."
Sim In mundur sampai tiga langkah.
Putri Angin Tornado tertawa dingin.
"Sim In." Ia memanggil nama itu. "Kau takut
kepadaku?"
Bagaimanakah dua orang yang dahulunya berkasih
kasihan ini mengakhiri persengketaan? Mari kita
menyaksikan bagian yang selanjutnya.
000OdwO000
TAN CIU menjauhkan diri, ia berdiri di-pojok guha itu.
Kim Hong Hong memancarkan sinar matanya yang
sangat tajam. Kini ia sedang berhadapan dengan laki laki
yang dahulu pernah dikasihi olehnya.
"Sim In." Ia memanggil lagi. "Kau tidak berani
memandang wajahku?"
Biar bagaimana, Sim In adalah ketua satu perkumpulan
besar, Ia segera membusungkan-dada, menatap wanita
berwajah buruk yang duduk diatas kursi roda itu dan
memberikan jawaban yang berani.
"Mengapa harus takut kepadamu?"
"Bagus. Ternyata kau tidak takut." Berkata si Putri Angin
Tornado Kim Hong Hong. "Aku tidak mengharapkan kau
takut kepadaku. Mari maju kemari, kita berunding dan
membicarakan persengketaan lama."
Sim In maju lagi tiga langkah, ia telah mendapatkan
dirinya pada kedudukan yang semula.
"Apa yang kita harus bicarakan ?" Ia membuka suara
lantang.
"Dimanakah letak kesalahanku?" Berkata Kim Hong
Hong. "Mengapa dan sampai hati kau mengambil langkah
kejam?"
"Kau sendiri mengerti."
"Aku tidak mengerti."
"Kau ingin aku menceploskan sekali lagi?" Berkata Sim
In dingin.
"Katakanlah." Berkata Kim Hong Hong. "Belum pernah
aku melakukan sesuatu yang menyinggung perasaanmu."
"Hmm... Kau mengucapkan cinta, cinta itu hanya
dimulut... dikatakan cinta ke padaku, mengapa
mengadakan hubungan dengan Tan Kiam Lam?"
"Kau jangan memfitnah!"
"Hubunganmu dengan Tan Kiam Lam telah benda
diluar batas."
"Kau...kau bohong"
"Aku melihat dengan mata kepala sendiri. Bukan orang
yang memberi tahu bal ini kepadaku," berkata Sim In
gagah.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong ke-mekmek. Ia
mengkerutkan kedua alisnya, hal ini tidak mungkin terjadi.
"Hai, kau menghina diriku"
"Bukan aku yang menghina." Berkata Sim In. "Kau
sendirilah yang menghina diri sendiri,"
"Tidak.."
"Dengan alasan apa kau mengadakan perhubungan
dengan seorang lelaki?"
"Dengan dirimu?"
"Bukan. Dengan Tan Kiam Lam!"
"Tidak mungkin. Tan Kiam Lam adalah kawan biasa!"
"Tan Kiam Lam tidak mungkin mempunyai seorang
kawan." Sim In berteriak. "Dia adalah Iblis yang berbaju
manusia ."
Kim Hong Hong terpaku ditempatnya.
Sim In berkata lagi.
"Betul. Aku mengaku telah merusak wajah-mu,
mengutungi kedua kakimu. Hal itu dikarenakan aku cinta
padamu. Cintaku telah mendalam, tak boleh kemasukan
sebutir pasirpun juga. Tapi kau mempermainkan cintaku,
kau mendekati Tan Kiam Lam, melakukan perbuatan yang
terkutuk, perbuatan yang melalukan itu."
Putri Angin Tornado Kira Hong Hong menggoyangkan
kepala.
"Sim In, katakanlah." Ia berkata. "Kau berani
mengatakan ucapan seperti ini, bukan karena ojokan orang
desas desus koran picisan dan jaga bukan dalih alasanperbuatanmu
yang telah melanggar tata krama ini."
"Tidak ada alasan untuk memfitnahmu!" Berkata Sim In.
"Berani bersumpah?"
"Aku boleh mengangkat sumpah." Berkata ketua Ang
mo-kauw tersebut.
"Tidak... Tidak..." Kim Hong Hong mendekap mukanya.
"Jelas didalam ingatanku , ... itulah... tubuhmu... Aku
melakukan perbuatan itu hanya denganmu. Kau mengerti
kesucian diriku... Aku hanya cinta padamu... Aku telah
melarikan diri dari pintu perguruan karenamu... Segala
telah kuserahkan kepadamu... Aku bukan seorang wanita
yang tak tahu malu." Akhirnya Kim Hong Hong menangis
sedih,
Tan Ciu tidak mengerti atas sikap gurunya yang seperti
itu. Ia menyaksikan dari tempat jauh.
Apakah yang pernah terjadi diantara gurunya, Tan Kiam
Lam dan Sim In?
Tan Ciu belum mengerti dan belum dapat menduga
sama sekali.
Sim In juga tidak mengerti. Ia ragu ragu, sesuatu yang
buruk mengekang otak pikirannya. Disini menyangkut Tan
Kiam Lam yang misterius itu.
Manusia yang seperti apakah Tan Kiam Lam itu.
Lama sekali Kim Hong Hong menangis. Suatu ketika, ia
mendongakan kepala dan memandang Sim In.
Sim In juga memandang si Putri Angin Tornado. Dua
pasang mata bentrok jadi satu.
"Aaaa." Tiba-tiba Sim In berteriak. "Aku tabu."
"Apa yang kau tahu?" Bertanya Kim Hong Hong.
"Kau telah dihipnotis olehnya."
"Mungkinkah ia..."
"Mungkin sekali."
"Kau. Kau berkata bahwa aku melakukan hal itu
dengannya? Kau melihat dengan mata sendiri?" Puteri
Angin Tornado Kim Hong Hong seperti telah menemukan
sesuatu yang aneh.
"Betul." Berkata Sim In sungguh sungguh, "Telah kulihat
jelas, kalian berdua tidur bersama."
"Oh... Tuhan ... " Kim Hong Hong mengeluh. "Tidak
mungkin ... Tidak mungkin ..."
Suara itu seolah olah seseorang yang sedang memohon
... meratap.... menantang ketidak adilan dunia ...
Orang yang mendengar pasti bergidik. Termasuk Tan
Ciu yang menyembunyikan diri dipojok gelap.
Ketua Ang-mo kauw, Sim In telah mendapat jawaban.
Apa yang telah terjadi itu hanya kesalah pahaman. Ia
paham, betapa didalam cinta Kim Hong Hong kepada
dirinya, tidak mungkin. Puteri Angin Tornado melakukan
hal hal tersebut.
Didalam hal ini. hanya ada satu kemungkinan.
Kemungkinan itu ialah, Tan Kiam Lam telah menggunakan
ilmu Ie-bun tay gat, semacam ilmu sihir di jaman sekarang.
Kim Hong Hong tentunya telah dihipnotis, disihir oleh Tan
Kiam Lam!.
Setelah sadar akan hal ini, Sim In menyesal telah
merusak wajah kekasih itu, mengapa ia berbuat terburu
napsu, mengantungi kedua kaki orang? Sedangkan gadis
yang di siksa itu adalah gadis yang sangat menyintai
dirinya.
Sim In merasa sangat menyesal.
Saking besarnya gejolak hati ysng diderita tiba tiba Sim
In menubruk wanita yang berwajah jelek itu, ia merangkul
tubuh Kim Hong Hong, dan mengucurkan air mata.
"Hong Hong... Aku telah melakukan sesuatu kesalahan
yang terbesar." Ia meratap.
Kim Hong Hong mengayun tangan, tiba-tiba ... plakk.
menempiling pipi laki laki itu. Ia tidak dapat menerima cara
pengampunan orang seperti ini.
Sim In terjerambab kebelakang.
Terdengar suara Kim Hong Hong yang menggelegar.
"Pergi!. Segera kau enyah dari tempat ini!"
"Hong Hong..." Sim In merayap bangun dan memanggil
nama itu. Puteri Angin Tornado membentak. "Aku benci
kepadamu."
Sim In menundukkan kepala.
"Aku salah." Ia berkata lemah. Kim Hong Hong
melampiaskan kemarahannya, ia berkata lagi.
"Sim In, setelah kau melihat kejadian itu mengapa tidak
segera memberi tahu kepadaku? Mengapa menambah
penderitaanku dengan merusak wajahku? Mengapa kau
mengutungi kedua kakiku? Dengan alasan apa kau
melakukan perbuatan perbuatan yang seperti ini?"
"Karena aku sangat cinta kepadamu. Aku... aku sangat
benci kepadamu,"
"Kau pergilah. Aku akan menyelidiki kejadian ini.
Sebelum aku tahu duduk perkara yang sebenarnya. Aku
tidak menarik panjang perkara."
"Hong Hong." Sim In meratap. "Aku bersumpah bahwa
aku tidak mengetahui jalan hal itu. Kukira kau berada
didalam keadaan sadar, maka aku marah dan telah
melakukan sesuatu yang merugikanmu... Sungguh... Ku
kira kau telah cinta padanya..."
"Kentut.. Aku cinta kepada dua lelaki? Kau kira aku
wanita apa? Kau kira aku tidak tahu malu!"
"Ternyata hal ini terjadi sa1ah paham."
"Aku akan menyelidiki hal ini. Kau boleh pergi." Berkata
Putri Angin Tornado Kim HongHong.
"Tidak! Aku tidak mau pergi." Berkata Sim In. "Aku
akan tetap tinggal disini."
Wajah Kim HongHong berubah.
"Kau memaksa aku melakukan pembunuhan?" Ia
menatap wajah lelaki itu tajam tajam.
"Baik. Bunuhkah." Sim In memasang badan.
Suatu jawaban yang berada diluar dugaan Kim Hong
Hong. Ia tidak mengerti, diperhatikannya wajah ketua Ang
mo kauw itu, seolah olah ingin menemukan suatu jawaban,
Sim In maju mendekati orang, ia menjerit-jerit kalap.
"Bunuhlah.... Bunuhlah aku,..bunuhlah...." Perlahan
lahan, Kim Hong Hong mengangkat tangan. siap
membunuh orang yang telah membuat cacat pada dirinya.
Sim In memeramkan kedua matanya, ia siap menerima
kematian.
Kim Hong Hoog menurunkan tangannya perlahan,
tetapi bukan ditujukan kearah kepala Sim In. Ia
membatalkan niatan itu.
Lama sekali ....
Tatkala Sim In membuka kedua matanya, dilihat
bagaimana bekas kekasih lama itu termenung dikursi
berodanya.
Kim Hong Hong memandang kearah Tan Ciu dan
berkata kepada murid itu.
"Tan Ciu, kau berani."
Tan Ciu berjalan, mendekati gurunya itu,
"Bunuhlah orang ini." Putri Angin Tornado memberi
perintah.
Tan Ciu terkejut.
"Membunuhnya?" Ia tahu bahwa sang guru cinta kepada
laki laki ini, mengapa harus membunuhnya?
"Tan Ciu," Bentak Kim Hong Hong keras.
Tan Ciu memandang guru itu.
"Bunuh." Sekali lagi, Kim Hong Kong memberi perintah.
"Suhu, aku tidak dapat membunuhnya!" Berkata si
pemuda.
"Mengapa?"
"Tidak mungkin. Kau tidak akan tega membunuhnya."
"Goblok. Tidak tahukah, berapa banyak deritaku karena
perbuatannya?"
"Tetapi suhu tetap mencintainya."
"Tidak!!"
"Suhu, ampunkah kesalahannya. Ia melakukan hal
karena terlalu cinta padamu."
Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepala.
Kini Sim In maju angkat bicara.
"Hong Hong, bila kau tak dapat memaafkan
kesalahanku. Aku segera bunuh diri sendiri."
Kim Hong Hong melengak. Hal ini semakin berkesan.
Haruskah memaafkan dirinya? Laki laki ini yang telah
merusak wajahnya, mengutungi kedua kakinya,
mungkinkah menyudahi perkara begitu saja?
Tan Ciu memandang dua orang itu bergantian.
Kim Hong Hong menghela napas. "Pergilah, pergilah
dari guha ini."
"Hong Hong kau tidak memberi kesempatan sama
sekali."
Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepala,
"Baik" Sim In berkata singkat. "Aku segera mati
dihadapanmu."
Tubuhnya bergerak, dengan kepala lebih dahulu, ia
menubrukkah kepala itu kena batu guha.
Putri Angin Tornado Kim HongHong teerkejut...
Tan Ciu berteriak.
"Cianpwee..."
Tubuh Sim In telah melesat kearah dinding batu goha
Kim Hong Hong dengan cepat.
Tanpa banyak pikir. Tan Ciu mengulurkan tangannya,
menarik kaki orang yang masih keburu dipegang.
Namun, hal inipun tidak dapat membawa banyak hasil.
Kepala Sim In telah megenai batu guha lebih dahulu.
Tan Ciu lebih menyesal lagi. Mengapa ia tidak dapat
mencegah drama itu?
Tubuh Sim In telah diletakkan ditanah dengan kepala
bercucuran darah. Bila tidak ada tarikan tangan Tan Ciu
tadi, pasti kepalanya telah hancur pecah.
Betul betul Sim In mencari mati untuk menebus dosanya.
Tiba tiba Kim Hong Hong berteriak.
"Sim In...."
Tubuh wanita yang sudah tidak berkaki itu melesat
kearah Sim In, dipeluknya kencang dan erat erat. Menangis
menggerung gerung. Ia sangat sedih sekali.
Tan Ciu turut mengucurkan air mata, entah air mata
kesedihan atau mata gembira, mengetahui bahwa sang guru
telah memberikan pengampunannya.
Untuk pertama kalinya, Tan Ciu menyaksikan sepasang
kekasih yang seperti ini.
Mereka terpisah karena Tan Kiam Lam. Manusia
bagaimanakah Tan Kiam Lam ini? Tekad Tan Ciu untuk
menemuinya semakin besar.
Betulkah cerita burung, bahwa Tan Kiam Lam itu
sebagai ayahnya.
Bila hal ini benar, apa yang harus dilakukan olehnya?
Disana, Kim Hong Hong masih memanggil-manggil.
"Sim In.... Sim In ... Sim In ..."
Sim In membuka kedua matanya yang sudah menjadi
berat, sebagian darah membasahi mata itu.
"Sim In..." Putri Angin Tornado Kim Hong Hong
memanggil lagi.
"Hong Hong, biarkanlah aku mati." Berkata Sim In
lemah.
"Tidak. Jangan... Kau tidak boleh mati."
"Tidak seharusnya aku melakukan perbuatan itu
kepadamu.... Aku... Aku ... telah melakukan kesalahan
yang terbesar."
Sim In mengucurkan air mata.
Kim Hong Hong memanggil.
"Sim In."
Sim In sudah tidak bertenaga,
"Kau! Kau tidak salah." Ia Berkata. "Setelah aku tiada...
kuharap... kau dapat mengampuni kesalahanku. Aku tahu,
biar bagaimana kau tetap menaruh dendam kepada
perbuatanku dahulu."
Kim Hong Hong mengucurkan air mata semakin deras.
Dari dalam saku bajunya. Sim In mengeluarkan ukiran
batu yang berbentuk singa, itulah Kiam-Say-cu, diserahkan
kepada Kim HongHong dan berkata!
"Hong Hong! Kim say cu yang kucuri darimu ini,
kukembalikan kepadamu!”
Suaranya terputus-putus! "Sim In!"
"Jangan bersedih! Akhirnya kesalah pahaman kita telah
menjadi jelas!”
Kim Hong Hong menangis sesenggukkan.
"Jangan.. Jangan kau nangis..." Sim In memberi hiburan.
"Harapanku .. ialah .. setelah aku mati .. aku sangat cinta
.. padamu .. Dapatkah .. kau memaafkanku?"
"Aku memaafkanmu," berkata Kim HongHong.
"Te.....ri...ma.... kasih......!"
"Sim In, aku tidak mengharapkan kau mati."
Ternyata Putri Angin Tornado Kim Hong Hong telah
memaafkan kesalahan kekasihnya yang telah merusak
wajah membuntungi kedua kakinya itu!
Sim In menyerahkan Kim-say-cu.
"Jangan bersedih," Ia berkata.
"Semua ini gara-gara Tan Kiam Lam?!" Kim Hong Hoog
mengertek gigi.
"Betul! Kau harus menuntut balas," berkata Sim In.
"Aku akan menuntut balas." Berkata Kim Hong Hong.
Mata Kim Hong Hong menjadi liar, tiba-tiba ia berpaling
kearah Tan Ciu.
Tan Ciu menggigil takut sinar mata itu sangat seram
sekali. Tiba tiba Kim Hong Hong membentak. "Aku akan
membunuhmu dahulu"
Kata kata ini ditujukan kearah muridnya, pemuda yang
bernama Tan Ciu itu! Sungguh menyeramkan. Tan Ciu
mundur kepojok dinding guha.
"Suhu..." Ia memanggil gurunya itu. Kim Hong Hong
mengertek gigi.
"Aku tidak dapat mengampuninya." Geramnya kepada
pemuda itu.
"Men....Mengapa?"
"Karena kau adalah anak turunan Tan Kiam Lam." Putri
Angin Tornado Kim Hong Hong itu sangat marah sekali.
Tan Ciu hanya dapat mengucurkan air mata. Tiba tiba
tubuh Kim Hong Hong melesat, kedua tangan direntangkan
dan memukul pemuda dihadapannya.
Bagaimana kesudahan dari pukulan ini?
Berhasilkah Putri Angin Tornado Kim Hong Hong
menuntut balas?Mari kita mengikuti cerita berikutnya.
000OdwO000
BERCERITA bagaimana Putri Angin Tornado Kim
Hong Hong marah besar. Semua kesalahan adalah
kesalahan Tan Kiam Lam. Karena orang yang dimaksud
tidak ada dihadapannya semua kemarahan dijatuhkan
kepada sang murid. Tan Ciu yang dikatakan sebagai Putri
Tan Kiam Lam.
Kim Hong Hong menubruk dan memukul Tan Ciu!
Tak mungkin sipemuda menghindari serangan ini,
tubuhnya terpental jatuh tertelungkup, dari mulutnya
mengeluarkan darah merah.
Seperti apa yang kita ketahui, Putri Angin Tornado
adalah salah seorang yang ganas, Ilmu kepandaiannya
sangat hebat, demikian pula pukulan tadi, luar biasa sekali.
Bila saja Su Hay Khek tidak menyerahkan latihan tenaga
yang telah dihasilkan selama puluhan tahun itu, kedalam
tubuh Tan Ciu, pasti pemuda itu mati kontan, disaat itu
juga,
Kini, Tan Ciu telah mewarisi semua tenaga si kakek
aneh Su Hay Khek, kemudian menerima pukulan si guru,
betul terluka, tapi tidak mati.
Suatu hal yang berada diluar dugaan Putri Angin
Tornado Kim HongHong.
Tubuh Tan Ciu yang menggeletak ditanah menggeliat,
kemudian merayap bangun, kini si pemuda berdiri lagi.
"Suhu ..." Tan Ciu menyusut darah yang membasahi
bibirnya.
Kim Hong Hong membentak.
"Tutup mulut. Aku tidak mau dipanggil guru lagi. Kau
adalah anak Tan Kiam Lam."
"Suhu....."
"Tidak kusangka, ayahmu berlaku sejahat itu,
menggunakan ilmu Ie hun-tay-hoat merusak kehormatan
orang!"
"Suhu bagaimana kelakuan ayahku tidak mempunyai
hubungan denganku." Tan Ciu mencoba memberi
pembelaan kepada dirinya. "Aku tidak pernah melakukan
kesalahan, aku tidak pernah membantah perintahmu."
"Tetapi, kau adalah anaknya. Tidak seharusnya aku
memberikan didikan ilmu silat kepadamu, Kini aku harus
membunuhmu."
Tan Ciu dengan getaran jiwa yang kontras berteriak.
"Suhu,"
"Sudah kukatakan, jangan panggil aku guru lagi."
"betul-betul kau ingin membunuhku?" Tan Ciu meminta
keterangan.
"Tentu!"
"Baiklah." Tan Ciu menghela nafas. "Bunuhlah!!"
Putri Angin Tornado yang telah kembali ke kursi
rodanya meletik lagi, kini mengancam ubun ubun si
pemuda, Tiba tiba Sim In mengeluarkan teriakan!
"Hong Hong..."
Kim Hong Hong harus membatalkan niatannya, ia
menoleh sebentar dan karena inilah harus kembali ketempat
kursi rodanya. Kedua kakinya telah tiada, ia harus tetap
duduk dikursi beroda itu.
"Hong Hong ... Jangan...dia ... Yang bersalah... adalah...
ayahnya...Bukan pemuda.... itu..."
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong memandang Tan
Ciu dan membentak.
"Pergi! Pergilah kau dari tempat ini."
Ia mengusir muridnya itu.
Tan Ciu mengucurkan air mata.
"Suhu..." Ia memanggil guru itu pedih.
"Mulai hari ini, aku bukan suhumu lagi." Berkata Kim
HongHong ketus.
Tan Ciu mengucurkan air mata lebih deras, dengan
menahan rasa sakit didalam hati yang tidak kepalang, ia
berkata.
"Suhu, betul betul kau tidak bersedia menerima diriku
sebagai murid lagi?"
"Mengapa harus menerima dirimu?" Bentak Kim Hong
Hong. "Aku tidak membunuh kau, hal ini adalah
keberuntunganmu, tahu?"
"Suhu."
"Tutup mulut!"
"Bolehkah aku mengajukan suatu pemohonan?"
"Tidak perlu." Ternyata King Hong Hong sangat keras
hati. "Bila kau membangkitkan kemarahanku, batok
kepalamu segera pecah didalam guha ini."
Tan Ciu berjalan pergi, dengan bergumam.. ia berkata.
"Baiklah Suhu, muridmu pergi"
Sebelum meninggalkan guha itu. Tan Ciu berlutut
terlebih dahulu, inilah penghormatan yang terakhir kepada
gurunya, kepada guru yang telah mendidik dirinya menjadi
seorang tokob silat yang berkepandaian tinggi.
Dengan mengucurkan air mata kesedihan Tan Ciu
meninggalkan gurunya.
Tan Ciu dibesarkan didalam keadaan yang tidak ada
kehangatan rumah tangga, hanya kakaknya dan guru ini
yang memperhatikan kehidupannya.
Setelah Tan Sang digantung orang di atas pohon
penggantungan, ia sudah merasa suatu kesusahan.
Kini iapun diusir pergi oleh gurunya.
Suatu penderitaan bathin yang paling besar, luar biasa.
Apa guna hidup didalam dunia ? Bila harus sengsara
terus menerus?
Hal ini berpokok pangkal dari ayahnya, orang yang
bernama Tan Kiam Lam itu!
Siapakah Tan Kiam Lam? Dosa apakah yang telah
dilakukan oleh orang itu? Mengapa tidak seorang yang
pernah menaruh simpatik kepadanya? Hanya dendam,
hanya permusuhan, hanya makian yang dijatuhkan kepada
tokoh si1at tersebut.
Tan Ciu berjalan seorang diri, kepalanya ditundukkan ke
tanah, melakukan perjalanan dengan hati hancur luluh.
Dikala Tan Ciu meninggalkan guha itu, Sim In berteriak.
"Hong Hong, cegah kepergiannya!"
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong mengelenggelengkan
kepala.
"Biarlah ia pergi." ia berkata.
"Hong Hong.. Kita .. Kita sangat... membutuhkannya .."
Berkata Sim In dengan suara yang terputus-putus, sangat
berat.
"Aku tidak akan membutuhkannya." Berkata Kim Hong
Hong singkat.
Jauh ditempat mereka, Tan Ciu tiba tiba berteriak.
"Tidak seorangpun yang membutuhkanku! Tak
seorangpun yang memerlukan tenagaku, Ayahku .. Ibuku ..
kakakku .. guruku .. mereka tidak mau ambil tahu
penghidupanku?"
ia gila ...
Berteriak-teriak ditengak jalan, menari nari.
Hal ini dapat kita maklumi, bagaimana ia tak menjadi
gila, bila semua orang menolak keras kehadirannya didalam
dunia? Termasuk gurunya yang dicintai?
Tanah Ladang, Tebing curam, Lereng gunung, Lembah
dalam, Sungai, Satu persatu telah diarungi olehnya.
Beberapa lama kemudian Tan Ciu tidak tahu betapa jauh
perjalanan yang telah ditempuh, berapa banyak gunung
yang telah dilewati.
Akhirnya ia jatuh, tidak kuat mempertahan kondisi
badannya yang divorsir terus menerus seperti itu!
Rasa putus asa mengurungi benak otaknya!
Melampiaskan rasa penasaran itu, ialah membiarkan
segala berlangsung seperti tadi!
Akhirnya Tan Ciu jatuh, ia menangis menggerunggerung!
Tiba-tiba....
Satu suara yang nyaring merdu memecahkan kesedihan
itu. "Eh, kau mengapa." inilah suara seorang gadis yang
sangat empuk sekali, memikat hati.
Tan Ciu mempekakkan telinganya, ia tidak memberikan
reaksi.
Suara merdu itu berkumandang lagi.
"Hmmn... Laki laki sudah besar masih menangis?
Apakah yang menyebabkan kesedihanmu?"
Tan Ciu mendongakkan kepala, dilihat seorang gadis
berbaju putih berdiri dihadapannya, wajahnya cantik, laku
lakunya lucu dan menarik, matanya dipentang lebar lebar,
dengan kepala ditelengkan, memperhatikan dirinya.
"Ayouw ... "Gadis berbaju putih ini berkata. "Bagaimana
kau tiba ditempat ini?"
Tiba tiba saja Tan Ciu membentak,
"Pergi."
Gadis itu terkejut, ia lompat berjingkrak
"Eh, kau galak sekali." ia berkata.
"Pergi," Bentak Tan Ciu lagi. "Kau pergi dari sini."
"Mengapa?"
"Pergi"
"Aku tidak melakukan sesuatu yang merugikanmu."
Tan Ciu mendelikkan mata, hawa pembunuhan
mengurungi wajah yang tadinya cakap dan tampan itu.
Si gadis semakin terkejut, ia mundur beberapa langkah.
"Kau ... Kau mengapa?" Ia bertanya.
Tan Ciu mengayun tangan, memukul gadis berbaju putih
itu.
Si gadis melesatkan diri, maka gagallah serangan yang
dilontarkan kepada dirinya. Ternyata gadis inipun
berkepandaian silat.
Tan Ciu kehilangan keseimbangan badan tubuhnya yang
memukul gadis dengan tidak mendapat sasaran itu, jatuh
ngusruk ditanah. Gadis berbaju putih maju, maksudnya
ingin memayang bangun pemuda itu.
Tapi Tan Ciu membentak. "Pergi."
Tanpa bantuan orang, Tan Ciu bangkit dengan susah,
kemudian berjalan pergi, tubuhnya sempoyongan, jalannya
sudah limbung
Kejadian ini tidak berlangsung lama, tubuh Tan Ciu
jatuh lagi.
Gadis itu mengikuti dibelakang sipemuda.
Tan Ciu membentak.
"Pergi... Pergi ... Kau ... pergi ... "
Gadis berbaju putih mengkerutkan kerut alisnya yang
lentik.
Dari jauh terdengar satu suara yang memanggil.
"Tan Ciu... "
Tan Ciu mempanjangkan kupingnya, itulah suara si
guru. Putri Angin Tornado Kim HongHong!
Badan Tan Ciu menggigil gemetar.
Gadis berbaju uutih mengajukan pertanyaan
"Kau yang bernama Tan Ciu?"
"Jangan tanya!" Tan Ciu membentak galak.
"Siapa yang memanggil manggil itu?"
"Guruku ... Hei, sudah kukatakan, kau pergi?" Tiba tiba
Tan Ciu menjadi sangat galak sekali.
Dari tempat yang sangat jauh, terdengar suara Kim
HongHong lagi.
"Tan Ciu... Tan Ciu .... Dimana kau berada ...?"
Gadis berbaju putih itu mengambil putusan ia mendekati
Tan Ciu, dengan satu gerakan yang paling cepat, menotok
jalan darah beku orang, kemudian digendong, lari ke-arah
datangnya suara Kim Hong Hong.
Jalan darah kaku Tan Ciu telah ditotok, maka ia tidak
berdaya, tetapi mulutnya tidak dibekap, juga tidak
mendapat totokan jalan darah gagu, maka ia berteriak.
"Lepaskan diriku... Lepaskan diriku..."
Gadis baju putih itu tidak memperdulikannya, ia melesat
semakin cepat, tujuannya tepat di mana suara Putri Angin
Tornado Kim HongHong datang.
Tidak lama kemudian, gadis itu telah membawa Tan Ciu
masuk kedalam sebuah rimba.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong duduk dikursi
rodanya. melihat kedatangan Tan Ciu yang digendong oleh
seorang gadis, segera ia berteriak.
"Tan Ciu .... "
Gadis itu meletakkan tubuh Tan Ciu dihadapan Kim
Hoog Hong, kemudian menotok hidup jalan darah
kakunya.
"Cianpwee, kau mencari dia?" sambil memandang Kim
HongHong, gadis tersebut mengajukan pertanyaan.
Kim Hong Hong menganggukkan kepala, dengan suara
yang sember, ia berkata.
"Betul. Dia adalah muridku."
"Muridmu mengalami tekanan iiwa yang sangat hebat,
bila tidak cepat cepat ditolong, mungkin menjadi seorang
gila." Sang gadis memberi keterangan.
Air mata Kim Hong Hong mengucur turun.
Gadis baju putih itu tidak mengerti, apa yang telah
terjadi diantara guru dan murid itu, ia memandang Kim
HongHoog dengan penuh teka teki.
Putri Angin Tornado Kim HongHong berkata.
"Aku berterima kasih kepadamu yang telah membawa
dia kemari."
"Aku sedang mencari seseorang, ditengah jalan bertemu
dengannya. Maka aku tidak dapat berpeluk tangan."
Berkata gadis itu.
"Siapakah orang yang kau ingin temukan?" Bertanya
Kim Hong Hong.
"Si Bongkok Kui-thocu."
Kim Hong Hong tergagap. "Si bongkok Kui thocu?"
"Kau mencari tokoh yang pernah menggemparkan rimba
persilatan pada dua pulah tahun yang lalu itu?" Kim Hong
Hong menatap wajah gadis tersebut dengan tajam.
"Betul."
"Nama ini terkenal pada dua puluh tahun berselang,
tetapi tidak ada kabar ceritanya lagi," ujar Kim Hong Hong.
"Terima kasih atas keteranganmu." Berkata gadis baju
putih itu. "Aku harus pergi. dengan ini meminta diri.
Selamat tinggal."
Kim Hong Hong menganggukan kepalanya,
Tubuh si gadis melesat, dan lenyap diluar rimba itu,
Kim Hong Hong memandang Tan Ciu, air matanya
mengucur lagi.
"Tan Ciu... " Ia memanggil lemah. Tan Ciu memandang
wajah sang guru yang buruk, kemudian berkata.
"Suhu, kau mencari aku untuk dibunuh?" Pertanyaan ini
seperti keluar dari mulai seorang yang sudah sakit ingatan.
Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepalanya.
"Tidak." Ia berkata tegas. Tan Ciu masih memandang
dengan sikap yang acuh tak acuh, ia tidak mengerti.
Tiba tiba Kim Hong Hong meninggalkan korsi rodanya,
menubruk Tan Ciu, dipeluknya erat erat dan menangis.
"Tan Ciu ... Oh ... muridku yang baik," Ternyata Kim
Hong Kong telah sadar dari kesalahannya.
"Suhu ... Aku merasa bersalah." Berkata si pemuda.
"Tidak, Akulah yang bersalah." Berkata Puteri Angin
Tornado Kim Hong Hong. "Tidak seharusnya aku
mengusirmu dari pintu perguruan ... Yang bersalah adalah
ayahmu .., Bukan kau .."
"Suhu, kau tidak benci kepadaku lagi?"
Kim Hong Hong memeluk semakin keras
"Tidak," Ia berkata.
"Tidak mau membunuh diriku lagi?"
"Tentu saja tidak."
"Sungguh?"
"Tentu." Pelukan Kim Hong Hong yang mesra, penuh
dengan cinta kasih itu adalah jawaban yang memastikan
sekali.
"Maafkanlah gurumu yang telah salah ini." Berkata lagi
Kim Hong Hong. "Aku masih membutuhkanmu. Sungguh
... Tan Ciu.. aku harus meminta bantuan bantuanmu.."
Tan Ciu mendengarkan cerita ini dengan penuh
perhatian, hatinya agak terhibur, ternyata tidak seperti apa
yang diduga, bahwa gurunya betul betul tidak
membutuhkannya lagi. ternyata sang guru masih mencari
cari dirinya.
Tekanan yang menyiksa hati telah dilenyapkan Tan Ciu
beruntung belum menjadi gila.
Terdengar lagi suara Kim Hong Hong yang sayu dan
sedih.
"Sim In telah menghembuskan napasnya yang terakhir
dihadapanku. Kecuali kau ... Tan Ciu, tidak ada orang yang
lebih dekat lagi,"
"Akupun tidak boleh ketinggalanmu." Berkata Tan Ciu.
Mereka telah berhasil melenyapkan kesalah pahaman.
Kim Hong Hong kembali lagi ke tempat kursi rodanya, Ia
bergumam.
"Kita berdua adalah orang-orang yang paling merana,
dunia telah melakukan sesuatu yang tidak adil, kejam
sekali.... Kita harus menerima siksaan ini...."
"Suhu... katakanlah kepadaku. Betulkah bahwa aku anak
Tan Kiam Lam?" Kesan Tan Ciu kepada Tan Kiam Lam
itu buruk sekali.
Kim Hong Hong menganggukkan kepala perlahan.
"Suhu ceritakanlah, bagaimanakah orang yang menjadi
ayahku itu."
"Dia.... " Putri Angin Tornado ragu ragu untuk
menceritakannya. Haruskah kejadian ini diceritakan kepada
sang murid, orang yang menjadi putra tunggal Tan Kiam
Lam?
"Suhu, ceritakanlah kepadaku." Tan Ciu memohon lagi.
"Baiklah." Akhirnya Kim Hong Hong mengambil
keputusan. "Hanya apa yang kuketahui sangat sedikit
sekali."
"Ceritakanlah apa yang kau ketahui." Putri Angin
Tornado Kim Hong Hong memandang keluar rimba,
mengikuti bayangan bayangan awan yang saling seliwer itu,
seolah olah mengembalikan kenangannya kemasa yang
telah lampau.
"Cerita dimulai dari hubunganku dengan ayahmu." Kim
HongHong mulai bercerita.
"Aku dan ayahmu kawan yang sangat baik. Perkenalan
itu dengan perantaraan ibumu, hal ini terjadi pada dua
puluh tahun berselang. Melati putih, ibumu itu adalah
kawanku yang paling erat, dia adalah kekasih Tan Kiam
Lam. Semua orang tahu, akan hal ini. Hanya hubungan kita
tidak lama, hanya memakan waktu tiga bulan saja. Setelah
itu, kita orang berpisah."
"Mulai saat itu, aku tidak mendapat khabar berita
tentang ayahmu lagi. Hanya setengah tahun kemudian,
terjadilah issue yang menggegerkan ..."
"Issue tentang ayah atau ibuku?" Tan Ciu tidak tahan
untuk tidak mengajukan pertanyaan.
"Hal ini menyangkut ayahmu, dikatakan bahwa Tan
Kiam Lam melakukan perkosaan perkosaan terhadap
banyak wanita."
"Aaaaa... "
"Disusul dengan cerita lain yang lebih menyeramkan."
"Cerita lain?"
"Betul. kali ini menyangkut juga ibumu."
"Bagaimanakah ibuku terlibat dalam skandal itu?"
Bertanya Tan Ciu bernapsu.
Kim Hong Hong tidak segera menjawab. Ia menatap
wajah Tan Ciu lama sekali. Entah apa yang sedang
dikenangkan oleh wanita yang bernasib buruk ini?
Untuk mengetahui bagaimana lanjutan cerita tentang
Tan Kiam Lam suami istri, mari kita membalik lembaran
yang berikutnya.
oooOdwOooo
TAN CIU menjadi tidak sabar, "Bagaimanakah cerita
tentang ayah dan ibuku?" Ia mendesak guru itu bercerita
lebih panjang dan lebih jelas.
"Tidak leluasa untuk bercerita." Berkata Kim Hong
Hong.
"Mengapa?"
"Drama ini terlalu sedih, terlalu meresap kedalam sendi
sendi tulang."
"Mungkinkah ibu membunuh ayah?"
Kim Hong Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Katakanlah, biar cerita yang bagaimana pun, akan
kuterima," Berkata Tan Ciu memohon gurunya tersebut.
"Baiklah." Berkata Kim Hong Hong. "Biar bagaimana,
kau pasti mengetahui hal ini. Kini aku bercerita. Tan Kiam
Lam telah tidak mencintai ibumu lagi, bukan saja
melakukan banyak perkosaan perkosaan, lebih dari pada
itu, ia menyerahkan ibumu untuk diperkosa bergilir oleh
orang."
"A a a a a .."
"Orang itu adalah kawan kawannya Tan Kiam Lam!"
"A a a a a ...."
Tan Ciu tergugat, bagaikan benda berat yang memukul
hatinya, sungguh sungguh ia tidak percaya. Mungkinkah
hal ini dapat terjadi dalam dunia? Mungkin orang yang
seperti Tan Kiam Lam? Memperkosa anak gadis orang dan
membiarkan istrinya diperkosa oleh kawan sendiri?
Kim Hong Hong menghentikan ceritanya sebentar, ia
memperhatikan perubahan wajah pemuda ini.
"Suhu, betul?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Hal ini sungguh sungguh terjadi." Putri Angin Tornado
Kim Hong Hong memberikan kepastiannya.
"Tidak .... " Tan Ciu berteriak.
"Akupun tidak percaya." Berkata Kim Hong Hong lagi
"Dan tidak lama, tersebar lagi berita yang mengatakan
bahwa Melati Putih membunuh suami sendiri."
"Membunuh Tan Kiam Lam?"
"Betul."
"Mengapa dikatakan bahwa Tan Kiam Lam masih
hidup, dan menjadi ketua Benteng Penggantungan?"
"Kukira, bahwa orang yang menjadi ketua Benteng
Penggantungan itu bukanlah Tan Kiam Lam."
"Kuharap saja bukan!" Berkata Tan Ciu. "Bagaimana
dengan ibuku?"
"Aku segera mengecek kebenaran ini." Berkata lagi Kim
Hong Hong. "Sayang kedatangankupun terlambat, dikala
aku tiba. Melati Putih telah digantung orang. ia digantung
didalam rimba pohon penggantungan diatas Pohon
Penggantungan yang misterius itu."
Melati Putih, ibu Tan Ciu juga mati diatas Pohon
Penggantungan?
"Aaaa ... "Sekali lagi Tan Ciu berteriak. "Dengan alasan
apa orang nggantung ibuku?"
"Mereka mengatakan ibumu terlalu kejam, untuk
menegakkan keadilan dunia, mereka menggantung dan
membunuhnya."
"Keadilan dunia yang tidak adil." Tan Ciu mengutuk.
"Betul. Dunia ini belum tentu adil bagi silemah. Keadilan
hanya berada ditangan para penguasa dan para pengusaha
besar."
"Siapakah orang orang yang menggantung Ibuku itu?"
Tan Ciu mengajukan pertanyaan
"Aku sendiripun tidak jelas." Berkata Kim Hong Hong.
"Siapakah orang yang menggantung kawan baikku itu?"
"Kemudian."
"Ternyata ayahmu tidak mati." Berkata si puteri Angin
Tornado. Ia hanya menderita luka berat. Setelah sembuh
dari luka itu, ia menemui diriku. Dikatakan bahwa kau dan
Tan Sang masih membutuhkan perawatan dan meminta
aku mewakilinya mendidik kalian.
"Suhu tidak menegur tentang perbuatan-perbuatannya.?"
"Sudah kuminta pertanggung jawabannya. Tetapi ia
menyangkal keras!" Berkata Kim Hong Hong.
"Ia tidak mengakui akan perbuatannya?"
"Betul. Dikatakan bahwa itu hanya fitnah fitnah dari
orang yang dijatuhkan kepada dirinya."
"Siapakah orang yang memfitnah ayahku?"
"Mana kutahu." Berkata Kim Hong Hong!
"Sedangkan ayahmu yang berkepandaian begitu
tinggipun tidak dapat menyebut nama orang tersebut.
Bagaimana aku dapat memberi keterangan ini? Tapi aku
menyangsikan kebenaran dari keterangannya."
"Kemudian..."
"Yang lebih heran lagi ialah, tidak lama setelah
menyerahkan kalian kepada tanggung jawabku. Tan Kiam
Lam lenyap tanpa bekas, tanpa berita."
"Lenyap? Diculik."
"Siapakah yang mempunyai ilmu kepandaian lebih tinggi
dari ayahmu? Hal ini tidak mungkin. Akupun bingung dan
tidak mengerti. Mengapa dengan ilmu kepandaian yang
Tan Kiam Lam miliki dapat lenyap tidak berbekas?"
"Dan perbuatan yang dilakukan kepada diri suhu..."
"Bila keterangan Sim In itu benar. Pada suatu hari aku
telah kena tipu Ie bun tay hoat ayahmu. Aku tidak sadar
sama sekali, apa yang telah kulakukan dan apa yang telah
aku perbuat!"
"Apakah ilmu Ie hun-tay hoat itu?"
"Ilmu Ie hun-tay hoat adalah semacam ilmu sesat yang
dapat menguasai jiwa dan perbuatan seseorang berada
dibawah pengaruh kemauan orang yang menggunakan ilmu
itu!"
"Ilmu yang hebat!"
"Betul! Siapa yang terkena ilmu Ie-hun tay hoat, lupalah
akan segala perbuatan yang telah dilakukan olehnya!"
"Manusia jahat!! Aku akan membunuhnya"
"Membunuh ayahmu?" Putri Angin Tornado Kim Hong
Hong bertanya. "Hal ini sebagai penderitaan yang terbesar
bagimu. Akupun salah seorang korban kebiadaban ayahmu
itu."
"Aku akan mengadakan teguran kepadanya." Berkata
Tan Ciu.
"Sayang ilmu kepandaianmu terlalu rendah." Berkata
Kim Hong Hong,
"Pada suatu hari, aku akan memiliki ilmu silat tinggi."
Kim Hong Hong memuji ketekatan muridnya. Ia puas
dapat mendidik seorang murid yang seperti Tan Ciu.
"Eh, dimana kakakmu?" Suatu ketika, ia mengajukan
pertanyaan tentang Tan Sang.
"Mati."
"Hah?Mengapa mati?"
"ia adalah salah seorang korban Pohon Penggantungan,
Pencipta Pohon maut itu telah menggantung Tan Sang
diatas pohon gundulnya."
"Aaaa... Apa alasannya membunuh Tan Sang??
"Tidak tahu!" Tan Ciu menggeleng gelengkan kepala!
"Siapakah algojo Pohon Penggantungan?"
"Tidak tahu..." Berkata Tan Ciu, "Ada orang yang
mengatakan bahwa pemilik Pohon Penggantungan adalah
ibuku. Hanya ibuku yang mempunyai ilmu kepandaian
tinggi seperti itu."
"Kini kau maklum, bahwa tidak sedikit tugas yang jatuh
keatas pundakmu, bukan?"
"Betul."
"Karena sebab-sebab inilah, engkau harus memiliki ilmu
kepandaian yang tinggi." Berkata Kim Hong Hong.
Tan Ciu menerima petuah ini.
Dari dalam saku bajunya. Kim Hong Hong
mengeluarkan batu berukiran singa, itulah Kim-say cu yang
telah dikembalikan oleh Sim In.
"Kim say-cu pernah dicuri oleh Sim In." Berkata Kim
Hong Hong. "Disini ada sesuatu yang berharga, tahukan
apa yang hendak dimiliki olehnya?"
Tan Ciu menggeleng gelengkan kepala.
"Tidak tahu." Ia berkata teras terang.
"Didalam Kim-say cu inilah tersimpan ilmu kepandaian
silat yang maha hebat." Berkata Kim Hong Hong.
Tan Ciu mempentang kedua matanya lebar lebar,
Kim Hong Hong merusak Kim say-cu. dari dalam benda
itu, ia mengeluarkan sebuah gambar peta yang sangat kecil,
itulah peta dari gambar pemandangan alam. Peta yang
menunjukkan di mana ilmu kepandaian silat tinggi yang
hebat didalam dunia itu tersimpan.
Peta tersebut diserahkan kepada muridnya.
"Ambillah ini dan berusaha memiliki ilmu silat yang
maha hebat itu." Berkata Putri Angin Tornado.
Tan Ciu menerima hadiah pemberian sang guru yang
tidak ternilai dengan harga itu.
Hari itu juga mereka berpisah. Kim Hong Hong kembali
keguha tempat tinggalnya. Sedangkan Tan Ciu berkelana,
mencari tempat yang tersimpan ilmu silat maha hebat.
Mendaki gunung, menembus rimba, menerjang lembah.
Tiba-tiba turun hujan lebat, guntur menggelegar keras,
diantaranya sinar kilat yang bercahaya terang, bagaikan
mau memecah bumi, terlihat sesosok bayangan berlari
kencang, tidak terdengar suara larinya, ia menerjang hujan
dan angin, menerjunkan dirinya kedalam sebuah lembah.
Siapakah bayangan ini?
Dia adalah jago muda kita. Tan Ciu,
Mengikuti gambar peta yang didapatnya dari gurunya, ia
mencari letak tempat penyimpan ilmu silat maha hebat itu.
Ia wajib meyakinkan ilmu silat yang lebih dalam, hal ini
penting, mengingat betapa tinggi dan hebat ilmu
kepandaian Tat Kiam Lam.
Kini berusaha. Dimisalkan ia berbasil meyakinkan ilmu
silat yang maha hebat itu. Berhubung Tan Kiam Lam juga
bukan manusia biasa, dapatkah ia mengalahkan ayahnya
itu? hal ini belum dapat menemukan jawaban yang pasti.
Melewati lorong tebing yang dijepit oleh gunung-gunung
tinggi, melalui sungai-sungai dengan airnya yang jernih.
Tan Ciu berhasil menemukan guha tempat penyimpan ilmu
silat maha hebat itu.
Guha ini sangat kecil sekali, hanya seorang yang dapat
memasuki guha itu.
Tan Ciu masuk kedalam guha, masuk dengan sabar,
tanpa memperhitungkan mati hidupnya. Berjalan belasan
tombak, tiba tiba ia dikejutkan oleh satu suara gedabruk
yang keras, itulah suara pintu batu yang menutup jalan
baliknya. Pintu guha telah tertutup mendadak.
Pintu batu yang menutup mulut guha itu tebal dan besar,
luar biasa beratnya. Ia telah menutup hubungan jalan Tan
Ciu untuk kembali kedunia luar. Didalam guha, Tan Ciu
mencoba mendorong pintu tersebut. Ia mengalami
kegagalan total pintu tidak bergeming sama sekali.
Dan cerita kita singkat...
Air yang mengalir disungai-sungai kecil tetap meluncur
tenang. Dimusim dingin air ini membeku menjadi es,
manakala musim semi datang, ia mencair lagi dan tetap
meneruskan usahanya untuk dapat mencapai akhir
tujuannya, itulah laut samudra.
Pintu batu yang menutup guha di mana Tan Ciu mencari
ilmu silat maha tinggi itu tetap seperti sedia kala.
Musim panas tiba ...
Air mengalir semakin cepat.
Bagaimana keadaan Tan Ciu?
Mari didalam guha pusaka? Mati karetna tamak kepada
ilmu yang tiada batasnya?
Belum!
Dunia tidak membiarkan ia mati seperti itu. dia adalah
lakon utama kita, ia harus hidup, walau harus mengalami,
menerjang berapa banyak rintangan dan kesulitan-kesulitan
yang bagaimana beratpun juga.
Tan Ciu tekun didalam guha, mempelajari ilmu silat
yang maha tinggi itu.
Maka, musim rontokpun tiba ...
Daun-daun mulai menguning satu persatu gugur jatuh,
melayang dibawa angin terbang.
Lembah yang sunyi senyap itu, tiba-tiba digegerkan oleh
letusannya satu suara yang maha dahsyat.
Batu yang menutup pintu guha tiba-tiba bobol pecah,
hancur luluh berantakau, suara pecahan batu tebal inilah
yang memecah kesunyian itu.
Sesosok bayangan, melayang keluar dari pecahan
pecahan batu itu.
Siapakah orang ini ?
Mudah diduga, dia adalah jago kita, Tan Ciu yang gagah
perkasa. Tanpa direnungkan lagi, kita mengetahui pasti
bahwa ilmu kepandaiannya telah maju pesat, ia telah
mendapatkan ilmu silat tinggi yang maha hebat itu, ia telah
menjadikan dirinya sebagai seorang yang terkuat, seseorang
yang mungkin dapat hidup malang melintang tanpa
tandingan.
Satu tahun pemuda ini melatih diri didalam guha pusaka
dan akhirnya berhasil menguasai segala kesulitan-kesulitan.
Kini ia muncul di dalam dunia bebas lagi.
Terlihat Tan Ciu melempangkan dadanya, menggerakgerakkan
tangan, meluruskan otot otot yang keras itu dan
bergumam, "Satu tahun telah kulewatkan ...."
Betul. Satu tahun ia melatih diri dengan tekun, maka ia
berhasil.
Kini musim rontok.
Waktu telah mendekati Pek gwe Tong-chiu
Tan Ciu keluar dari guha pusaka tepat pada tanggal dua
belas bulan delapan. Tiga hari sebelum hari Tong chiu,
tanggal lima belas bulan delapan yang terkenal dengan
pesta kuweh Tong chiu pia itu.
Semua orang dalam rimba persilatan tak dapat
melupakan drama Pohon Penggantungan. Lebih lebih para
gadis cantik yang berkepandaian ilmu silat, hati mereka
berdebar keras, menantikan lewatnya hari yang naas itu.
Tanggal lima belas bulan delapan adalah hari Pohon
Penggantungan yang meminta korban.
Masih dalam ingatan mereka, satu tahun yang lalu,
seorang gadis cantik berkepandaian silat telah mati
digantung orang, mati diatas Pohon Penggantungan.
Satu tahun telah lewat.
Tanggal lima belas bulan delapan tahun ini masih
adakah korban yang akan mati penasaran diatas Pohon
Penggantungan?
Mari kita menyaksikan kejadian berikutnya.
Pada tanggal empat belas bulan delapan, Tan Ciu berada
di mulut guha gurunya, di mana Putri Angin Tornado Kam
HongHong menetap.
Ia wajib memberi tahu bahwa dirinya telah berhasil dan
sukses meyakinkan ilmu silat tinggi yang maha hebat ini.
Tapi disini telah terjadi perubahan. Didalam isi guha
tidak dapati jejak gurunya. Putri Angin Tornado Kim Hong
Hong lenyap tanpa bekas, tidak meninggalkan tanda tanda
sama sekali. Hal ini sangat mengherankan si pemuda.
"Suhu ... suhu ... " Tan Ciu memanggil manggil gurunya.
Tidak ada jawaban. Sudah jelas bahwa gurunya itu tidak
berada ditempatnya.
"Apakah yang telah terjadi ? Masih segar dalam ingatan
Tan Ciu, bahwa guru itu menekankan bahwa ia harus
menemuinya! lebih dahulu, berhasil atau tidaknya
menemukan ilmu silat tinggi yang maha hebat itu, ia harus
memberi laporan yang jelas.
Kini ia telah kembali, tetapi tidak berhasil membuat
laporan kepadanya.
Ke manakah guru itu pergi?
Mati?
Tidak mungkin.
Terjadi sesuatu yang berada diluar dugaan. Tentunya ada
musuh musuh kuat yang memancingnya pergi, mungkin
juga kena di culik orang. Memang sudah menjadi biasa
bahwa didalam jaman yang sangat kalut, terjadi penculikanpenculikan
yang secara ilegal.
Tan Ciu memeriksa seluruh isi guha, tidak ada
peninggalan peninggalan yang dapat diselidiki olehnya.
Maka ia keluar meninggalkan guha itu.
Lama sekali Tan Ciu berdiri dimulut guha, kemana ia
harus menentukan langkah berikutnya?
Tan Ciu bertekad menuju kearah Benteng
Penggantungan, disini ia harus memecahkan rahasia Tan
Kiam Lam.
Tubuhnya melesat dan menuju keatah Benteng yang
sangat mesterius itu.
Kecepatan Tan Ciu tidak bisa diukur dengan cara biasa,
bagaikan bintang meteor yang melepaskan dirinya dari
induk asalnya meluncur cepat sekali.
Lain bayangan meluncur dari arah yang bertentangan
kecepatannya pun hebat.
Dua tokoh silat kelas satu ini hampir bersampokan,
bertubrukan. Beruntung, mereka sama sama hebat, samasama
tajam mata, cepat menginjak gas berhenti, dan
menyisihkan diri.
-ooo0dw0ooo-
JILID 7
TAN CIU memasang mata, dihadapan-nya berdiri
seorang pengemis tua dengan pakaian yang banyak
tambalan, pengemis inilah yang mengganggu ketenangan
jalannya.
Pengemis tua itu mempunyai wajah yang buruk, melihat
si pemuda sebentar, segera ia membentak ...
"Bocah kurang ajar, kau ingin menerjang mampus
diriku??"
Tan Ciu tertawa.
"Aku belum menerjang kau, bukan?"
Ia agak geli.
"Hm... Dengan ilmu kecepatanmu yang seperti tadi, bila
sampai terjadi benturan, bagaimana aku dapat
mempertahankan jiwaku," berkata pengemis tua itu tidak
mau mengalah!
Tan Ciu tidak mendebatnya. Ia tersenyum senyum saja.
Pengemis tua itu lebih marah. Ia membentak
"Agaknya kau ingin menyongsong orang mati. Hee?
Mengapa terburu buru seperti ini?"
Wajah Tan Ciu berubah.
"Apa maksud tujuanmu dengan kata kata tadi?" Ia
menatap pengemis tua itu tajam-tajam. Ia curiga.
"Kau ingin mengantarkan diri untuk mati?"
Seolah olah, pengemis tua ini ingin menarik,
pembicaraan kedalam acara pokok. "Matipun harus
perlahan lahan, tahu?"
"Berilah penjelasan yang tenang!!"
"Tentang apa?"
"Tentang kata katamu yang tersembunyi."
"Ha...ha..ha.. ha" Pengemis tua itu tertawa.
"Kau pintar, kau dapat menangkap arti kata kataku.!"
Tubuhnya melesat, meninggalkan Tan Ciu.
Tan Ciu tidak tinggal diam. ia menyusul pengemis tua
yang misterius itu. Dengan beberapa kali loncatan, ia
berhasil menyusulnya. kemudian mencegat orang.
Si pengemis tua dipaksa menghentikan langkahnya. Ia
kena pegat.
"Eh, mengapa kau menggangguku lagi?" Ia mengajukan
pertanyaan.
Tan Ciu membentak.
"Berilah keterangan yang jelas tentang maksud
tujuanmu."
"Aku bermaksud tujuan apa ?"
"Bila kau masih berlagak pilon, dengan sekali hajar, aku
akan meremukkan batok kepalamu " Tan Ciu mengancam.
"Hanya ingin mengetahui keterangan yang lebih jelas,
kau bersedia membunuh orang?" Bertanya sipengemis tua.
"Betul, Kedatanganmu sangat mencurigakan"
"Apa yang kau curigai?"
"Karena kau seperti sudah tahu maksud tujuanku"
"Mengapa? Hal ini sudah lumrah, bukan?!"
"Kukira, kau adalah salah seorang dari golongannya?"
Pengemis tua itu tertawa berkakakan.
"Kau mengoceh seenak udel saja." Ia berkata. "Biar mati
kelaparan, tidak nanti aku mengemis kepadanya."
"Siapa yang kau artikan dengan orang ketiga itu?"
Bertanya Tan Ciu.
"Seharusnya kau mengerti." Berkata si pengemis tua.
"Tan Kiam Lam yang kau maksudkan?"
"Ketua Benteng Penggantungan." Pengemis tua ini
meralat keterangan Tan Ciu.
Wajah sipemuda berubah lagi.
"Ketua Benteng Penggantungan adalah Tan Kiam Lam."
Ia berkata.
"Bukan." Pengemis tua ini menolak keterangan.
"Ketua Benteng Penggantungan bukan Tan Kiam Lam?"
Si pengemis tua menganggukkan kepala.
"Kukira bukan." Ia berkata. "Tetapi belum tentu tidak
mungkin sama sekali."
"Keterangan yang mempunyai dua jawaban seperti inilah
yang paling-sulit diterima, bukan dan mempunyai
kemungkinan."
Siapakah sesungguhnya ketua Benteng Penggantungan
itu?
Bagaimanakah Tan Ciu membongkar rahasia Tan Kiam
Lam yang penuh rahasia teka teki?
Mari kita menyaksikan bagian bagian berikutnya dari
cerita ini.
oo-OdwO-oo
TAN-CIU menatap pengemis tua itu tajam tajam. Apa
maksud dan bagaimana asal-usulnya pengemis yang sangat
mencurigakan ini.
"Bagaimana kau tahu, bahwa aku ingin mengunjungi
dan menemui ketua Benteng Penggantungan?" Ia
mengajukan pertanyaan, pengemis tua itu tertawa.
"Terus terang kukatakan kepadamu, pekerjaanku sehari
hari, kecuali meminta-minta sedekah, lain pekerjaan ialah
meramalkan sesuatu kepada orang. Aku adalah tukang
ramal amatir."
"Ngelepus!"
"Percaya atau tidaknya, terserah kepadamu," berkata
pengemis yang mengaku sebagai tukang ramal amatir itu.
Sikapnya sangat tenang sekali.
Tan Ciu mengeluarkan suara dari hidung.
"Dihadapanku, adalah lebih baik jangan terlalu banyak
menjual mahal!"
Kau tidak percaya bahwa aku dapat melihat segala
sesuatu yang sudah atau akan terjadi?" Bertanya si
pengemis tukang ramal.
"Tidak percaya..."
"Berani mengadakan pertaruhan?"
"Apa yang dipertaruhkan?"
"Bila aku dapat meramalkan segala sesuatu tentangmu
dengan cocok, kau harus mencopot batok kepalamu, untuk
diserahkan kepadaku."
"Bila ramalanmu tidak cocok?"
"Akupun akan menyerahkan batok kepalaku kepadamu."
"Baik."
Pengemis itu tertawa.
"Kau akan menyesal, tahu ?"
"Tidak. Aku tidak akan menyesal." Tan Ciu menantang.
"Aku masih menyayangkan batok kepalamu itu."
"Jangan banyak cing-cong. Katakanlah."
"Apa yang ingin kau ketahui, kejadian yang sudah lewat
atau kejadian yang akan terjadi?" Pengemis yaug mengaku
tukang ramal amatir ini mempunyai pegangan yang kuat.
Maka ia berani berkata seperti tadi.
Tan Ciu berpikir sebentar, kemudian berkata.
"Aku mengajukan suatu pertanyaan kepadamu, bila
jawabanmu ini cocok, maka segera akan kuserahkan batok
kepalaku."
"Baik." Berkata si pengemis. "Katakanlah, Seratus persen
kau akan kalah."
Tan Ciu tertawa.
"Belum tentu." Ia menantang.
"Sebutkanlah pertanyaanmu." Berkata sipengemis
tersebut.
"Siapa yang menjadi ayahku? Bimanakah ibu berada?
Siapa yang menjadi algojo Pohon Penggantungan?"
Sekaligus. Tan Ciu mengajukan tiga pertanyaan yang
beruntun. Pengemis tukang ramal amatir itu tertawa
"Bocah." ia berkata, "Berapa banyaknya batok
kepalamu!"
"Tentu saja satu." Berkata Tan Ciu masuk kedalam
perangkap orang.
"Mengapa mengajukan tiga pertanyaan?" Pengemis tua
itu bertanya tertawa.
Tan Ciu tertegun.
"Baiklah." Akhirnya pemuda ini mengalah. "Aku
mengajukan satu dari tiga pertanyaan tadi, yang ingin
kuketahui ialah siapa algojo Pohon Penggantungan?"
"Algojo Pohon Penggantungan..."
Si pengemis tidak meneruskan kata katanya agaknya
tidak dapat memberi keterangan.
Taa Ciu tertawa dingin.
"Bagaimana?" Ia sangat puas. "Tidak dapat memberi
jawaban, bukan?"
"Bukan tidak dapat memberi jawaban." Berkata
sipengemis. "Tetapi tidak dapat mengatakan kepadamu."
"Kentut! ianya satu alasan kosong." Tan Ciu tidak puas.
"Jangan kau memaki orang."
"Bila kau tidak menjawab pertanyaanku ini, maka kau
harus mengakui akan kekalahanmu dan serahkanlah batok
kepalamu." Berkata Tau Ciu.
Pengemis tua itu menunjukkan wajahnya yang serba
susah. Tan Ciu membentak lagi. "Kau tidak mau menyerah
kalah?"
"Aku.... Aku..... Sungguh aku tidak bisa
mengatakannya." Berkata sipengemis.
"Mengapa?"
"Karena hal ini menyangkut rahasia yang belum
waktunya dibuka."
"Jangan menggunakan alasan."
"Sungguh."
"Lebih baik kau menyerahkan batok kepalamu itu."
Pengemis tua menggoyangkan kepala.
"Masih ada lain alasan?" Bertanya Tan Ciu, Tubuhnya
bergerak, siap menangkap orang. gesit sekali gerakan
pemuda ini.
"Tunggu!!" Berteriak si pengemis.
"Nah, katakanlah." Berkata Tan Ciu.
"kuatur seperti ini saja." Berkata sipengemis.
"Bertempur, tidak mungkin memenangkan dirimu.
Laripun tidak mungkin dapat menghindari diri darimu.
Dari pada menyerahkan batok kepalaku secara penasaran,
lebih baik kuberikan jawaban pada secarik kertas, suata
saat, bila sudah waktunya rahasia itu diketahui olehmu,
maka baru kau boleh buka."
"Kau ingin mengulur waktu copotnya batok kepalamu
itu?" Tan Ciu mengejek.
"Bukan. Hal itu menyangkut takdir. Sesuatu yang telah
ditetapkan tidak dapat diubah."
"H m m m m ...."
"Suatu hari, bila kau harus menyerahkan batok kepala
itu, jangan kau menyesal," Berkata pengemis itu.
"Kukira kata kata ini harus ditujukan kepadamu."
Pengemis tua yang misterius itu mengeluarkan secarik
kertas, mencatat sesuatu dan melipat lagi kertas tersebut, di
tempelnya surat pusaka ini dan diserahkan kepada Tan Ciu.
"Simpanlah baik baik jawaban pertanyaanmu tadi,"
Katanya. "Suatu ketika, setelah tiba waktunya untuk
mengetahui, aku akan memberi tahu kepadamu."
Tan Ciu menerima surat jawaban itu. Dia masukkan
kedalam saku baju. Maka iapun bersedia meneruskan
perjalanan.
Si pengemis mencegah dengan satu teriakan.
"Tunggu dulu!!"
Tan Ciu menghentikan gerakannya lagi.
"Apa lagi?" Ia bertanya.
"Pokok persoalan.."
"Kau menyaksikan ilmu kepandaianku tidak dapat
menandingi ketua Benteng Penggantungan?"
"Susah dipastikan" Tan Ciu tertawa.
"Aku heran.." ia berkata. "Bagaimana kau tahu aku akan
mengunjungi Benteng Penggantungan?"
"Lupakah kau, bahwa kini sedang berhadapan dengan
seorang tukang ramal amatir?"
"Obrolan kosong, aku tidak akan diajak perang lidah
dengan seorang yang sudah menjadi pokrol bambu."
Pengemis itu tertawa. Ia berkata.
"Bukan obrolan kosong, juga bukan perang lidah. Aku
ingin berembuk denganmu."
"Tentang apa?"
"Bersediakah kau menyaksikan suatu keramaian?"
"Keramaian apa?"
"Kau tahu, tanggal berapakah hari ini?"
"Tanggal berapa? Aku lupa."
"Hari ini tanggal empat belas,bulan delapan." Berkata
sipengemis tua yang mengaku dirinya sebagai seorang
tukang ramal amatir itu.
Hati Tan Ciu tergetar.
"Esok adalah hari Pek-gwe Cap go." Ia berkata.
"Betul." Membenarkan pengemis itu. "Apa yang akan
terjadi pada hari itu?"
"Hari Pohon Penggantungan yang menyeramkan."
"Betul."
Tan Ciu mengeluarkan suara dari hidung.
"Aku tak dapat melepaskan kesempatan ini,"
"Ingin pergi?" Bertanya sipengemis.
"Tentu, Siapa yang menjadi korban Pohon
Penggantungan, esok hari segera kuketahui,"
Si pengemis menggoyang goyangkan kepala berkata,
"Tidak mungkin!!!"
"Kau mengatakan bahwa aku tak mungkin berhasil
mengetahui, siapa yang menjadi algojo Pohon
Penggantungan?"
"Seratus persen kau akan mengalami kegagalan."
"Aku tidak percaya."
"Mau bertaruh lagi?"
"Kukira kau seorang pendekar Casino, Tukang judi yang
suka taruhan"
"Kuberi tahu kepadamu, bahwa orang yang akan
mengunjungi Pohon Penggantungan tak sedikit, mereka
adalah tokoh tokoh istimewa semua, termasuk siketua
Benteng Penggantungan dan ...."
"Betul?!!"
"Tak akan salah lagi"
"Diantara algojo Pohon Penggantungan dan ketua
Benteng Penggantungan tidak ada hubungan sama sekali.?"
"Tentu saja tidak"
"Kecuali ketua Benteng Penggantungan, tokoh mana lagi
yang akan berkunjung datang?."
"Seorang tokoh silat kelas satu yang istimewa, si
Pendekar Dewa Angin sin Hong Hiap juga akan turut
serta."
"Siapakah Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap ini?"
"Namanya sudah terkenal pada enam puluh tahun yang
lalu dia adalah seorang jago tertua yang masih hidup
didalam dunia.
"Ilmu silatnya dapat menandingi Tan Kiam Lam?"
"Sukar ditentukan, yang pasti ialah tidak berada dibawah
Tan Kiam Lam."
Tan Ciu berkata suram.
"Aku tak percaya, masakan tak ada orang yang dapat
menandingi ilmu Tan Kiam Lam??"
Sipengemis tua diam bungkam.
"Siapa lagi yang akan datang?" Tan Ciu bertanya. Kini ia
mulai percaya bahwa pengemis tukang ramal amatir ini
mempunyai info info tajam.
Si pengemis tua berkata.
"Bayangkan, bila esok malam, Tan Kiam lam, Sin Hoag
Hiap dan ketua Benteng Penggantungan berkumpul di
Pohon Penggantungan, bagaimanakah algojo Pohon
Pengantungan menghadapi mereka? Suatu keramaian yang
luar biasa, bukan?"
“Mereka itu pasti tiba?"
"Pasti."
"Kau berani mengadakan jaminan?"
"Apa yang harus kujamin. Mereka pun segera tiba.
mengapa kau tidak mau turut serta."
"Baik. Aku turut serta didalam barisan kuat ini." Berkata
Tan Ciu gagah.
"Mari kita berangkat ke-Pohon Penggantungan."
Mengajak pengemis itu.
Tan Ciu tidak menolak ajakan ini, maka kedua orang itu
melesat, menuju kearah Pohon Penggantungan.
Tanggal lima belas bulan delapun.
Hari seram, yang membayangi Pohon Penggantungan ini
pun tiba.
Didalam rimba Penggantungan yang gelap, tetapi diliputi
oleh kabut keseraman. Tabir ini sudah waktunya dibuka.
Bila tahun yang lain, penggantungan seorang gadis
cantik berkepandaian silat tidak dapat dicegah, bagaimana
keadaannya tahun ini?
Ilmu kepandaian Thong Lip cs tentu tidak dapat
dibandingkan dengan ilmu kepandaian Tan Kiam Lam, Sin
Hong Hiap dan ketua Benteng Penggantungan,
mungkinkah tidak dapat dicegah terjadinya drama seram
itu.
Malam segera mengarungi jagat, menutupi
pemandangan dirimba penggantungan yang gelap.
Setelah kentongan yang pertama dibunyikan, disusul
oleh bunyi kentongan kedua,
Sebelum kentongan malam dibunyikan tiga kali,
disekitar Pohon Penggantungan belum terlihat tanda tanda
ada yang bergerak. Pohon pohon duduk di tempatnya
dengan kokoh, hanya daun-daun yang bertiup bunyi,
karena godaan angin lewat.
Tiba-tiba .... Satu bayangan lewat masuk kedalam rimba
penggantungan, langsung menuju kearah pohon maut itu, ia
berdiri disana. Pada punggungnya terlihat menggembol
pedang, dia adalah seorang pemuda. Yang mengenakan
pakaian warna kuning.
Pemuda berpakaian kuning menatap Pohon
Penggantungan beberapa lama, tidak ada tanda tanda
bahwa diatas Pohon ini telah terjadi drama baru..
Ia mengeluarkan suara dingin, tubuhnya dibalikkan dan
pergi lagi,
Sepeninggalnya pemuda berbaju kuning tadi, dari atas
pohon yang agak tinggi, melayang dua orang, mereka
adalah sipengemis dan jago muda kita, Tan Ciu.
Tan Ciu memandang pengenis tua dan bertanya.
"Siapakah pemuda berbaju kuning tadi?"
Sipengemis tukang ramal menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku belum berhasil mengetahui asal usalnya." Ia
berkata.
"Hm..." Tan Ciu mengeluarkan suara dari hidung.
"Berkata saja terus terang, bahwa kau tidak tahu!"
Pengemis itu tertawa, ia menyudahi Perdebatan itu.
Tiba tiba si pengemis menarik tangan baju Tan Ciu.
"Ada orang!" Ia memberi bisikan.
Tubuhnya melesat dan bersembunyi di semak semak
pohon. Gerakan ini diikuti oleh Tan Ciu. Mereka
menyembunyikan diri.
Dua bayangan melesat masuk dan tiba dibawah Pohon
Penggantungan. mereka mengenakan pakaian berwarna
hitam, yang berjalan duluan adalah laki laki dan yang
belakangan adalah seorang wanita.
Laki laki dan wanita berbaju bitam itu memperhatikan
Pohon Penggantungan sebentar, kemudian pergi lagi.
Diatas pohon, si pengemis tukang ramal membisiki
perlahan,
"Orang orang dari Benteng Penggantungan,"
"Ng.." Tan Ciu mengiyakannya.
Dua orang dari Benteng Penggantungan itu
meninggalkan Pohon Penggantungan.
Terlihat tubuh Tan Ciu melesat turun dan mengikuti
dibelakang mereka! Tanpa suara dan tanpa tanda tanda!
Dua orang dari Benteng Penggantungan tidak
mengetahui bahwa diri mereka telah berada dibawah
pengawasan orang, mereka meninggalkan rimba
Penggantungan! berjalan mengikuti jalan raya dan kini tiba
disebuah bukit.
Mereka mendaki bukit itu, diatas bukit ada sebuah
rumah yang dibangun dari bahan-bahan kayu, mereka
masuk kedalam rumah itu!
Didalam rumah kayu telah berkumpul tiga orang baju
hitam, orang yang menjadi pemimpin dari tiga orang ini
adalah wanita berbaju hitam, ia duduk ditengah. Inilah
wanita berbaju hitam yang Co Yong panggil sebagai bibi
Kang.
Dua orang itu berbaju hitam yang baru masuk memberi
hormat kepada bibi Kang itu.
"Memberi tahu kepada Hiangcu, kami telah kembali."
Berkata mereka.
Ternyata Bibi Kang itu adalah hiangcu dari Benteng
Penggantungau, suatu kedudukan yang cukup tinggi.
Terlihat ia memandang dua orang tersebut dan bertanya.
"Ada gerakan?"
"Tidak." Jawab dua orang yang ditugaskan membikin
penyelidikan tentang pohon Penggantungan.
Bibi Kang ini mengkerutkan kedua alisnya, kemudian
memandang orang yang berada disebelah kiri, seorang lakilaki
yang menggendong pedang dan bertanya.
"Bila ketua Benteng akan tiba?"
"Sebelum jam tiga," Berkata orang yang ditanya.
"Pasti datang?"
"Ya!!" Orang itu menganggukkan kepala. Tiba-tiba bibi
Kang ini memanjangkan telinganya, ia merasa ada sesuatu
yang tak biasa, dengan satu gerakan tangan, ia memberi
perintah agar semua orang yang berada didalam rumah
bambu itu menghentikan percakapan.
Suasana menjadi sunyi dan sepi. Bibi Kang memandang
luar jendela dan membentak. "Siapa ?"
Tidak ada jawaban.
Bibi Kang melesat keluar diturut oleh kawan-kawannya.
Disana telah berdiri seorang pemuda berbaju kuning,
pemuda inilah yang telah memeriksa Pohon
Penggantungan.
"Kau siapa?" Bentak bibi Kang kepadanya-
Pemuda berbaju kuning mengeluarkan suara dengusan
dari hidung..
"Apa yang kalian kerjakan ditempat ini?"
"Mengapa kau mengintip intip rahasia kami?" Balik
bertanya bibi Kang dengan suara keras,
"Siapa yang kesudian mengintip intip rahasiamu?"
Berkata pemuda baju kuning itu ketus.
Semua orang berbaju hitam tertegun. Pemuda berbaju
kuning itu bertanya lagi "Kalian dari Benteng
Penggantungan?."
"Betul." mereka membenarkan pertanyaan itu.
"Mengapa tidak terlihat ketua kalian?" Bertanya pemuda
baju kuning lagi.
Wanita berbaju hitam, bibi Kang itu berkata dingin.
"Bagaimana kau tahu bahwa ketua kami tidak datang?"
"Syukurlah bila ia datang." Berkata sipemuda baju
kuning. "Aku akan menunggu kedatangannya."
Siapakah pemuda berbaju kuning ini? Dengan maksud
tujuan apa menantikan kedatangan ketua Benteng
Penggantungan?
Mari kita teruskan cerita dibagian bawah.
oooOdwOooo
PEMUDA berbaju kuning menempatkan dirinya
diantara rombongan berbaju hitam itu, si bibi Kang menjadi
naik darah, ia membentak.
"Apa maksudmu menantikan ketua kami?"
"Apa jabatanmu didalam Benteng Penggantungan?"
Balik tanya pemuda itu.
Wanita berbaju hitam she Kang ini adalah salah satu dari
hiangcu Benteng Penggantungan. Kecuali ketua, urutan
selanjutnya adalah hiangcu emas, perak dan tembaga, dia
adalah hiangcu tembaga itu. Suatu jabatan yang cukup
tinggi.
Mendengar pertanyaan sipemuda berbaju kuning, ia
merasa tersinggung.
"Dengan orang yang sepertimu, kukira belum
mempunyai kesempatan bertema muka dengan ketua
Benteng kami." Ia berkata.
"Kukira ketua benteng kalian harus mengirim undangan
kepadaku." Berkata pemuda itu. "Bila ia datang, beri
tahukan kehadiranku!"
Tubuhnva melesat dan meninggalkan bangunan bambu,
tempat yang menjadi markas pos orang-orang Benteng
Penggantungan itu, Wanita cantik berbaju hitam ini ada
niatan untuk bergebrak tangan, apa mau perintahi ketua
benteng tidak mengijinkan ia melakukan sesuatu yang
berada diluar rencana, ia gagal mencegahnya.
Orang orang berbaju hitam mengajukan pertanyaan
kepadanya.
"Hiangcu siapakah pemuda tadi?"
"Tidak tahu. Kalian boleh pergi. Biar aku Seorang yang
menantikan kedatangan ketua,"
Empat orang berbaju hitam itu menerima perintah dan
meninggalkannya, Disana hanya tinggal wanita cantik
berbaju hitam itu, orang yang Co Yong sebut sebagai bibi
Kang.
Ia berjalan mundur.Melihat langit, maka kira kira sudah
hampir mendekati pukul tiga, ia bergerak menuju kearah
rimba Penggantungan.
Tiba tiba.....
Terdengar satu suara yang membentaknya. "Berhenti!"
Seorang pemuda menghadang jalannya.
Wajah wanita ini berubah.
Pemuda yang membentak dan menghadang jalan adalah
si jago muda yang galak. Tan Ciu.
Bila wanita berbaju hitam itu dapat kenal dengan
sipemuda, sebaliknya Tan Ciu tidak kenal kepadanya,
dikala wanita itu muncul pertama kali, Tan Ciu berada
didalam keadaan tidak sadarkan diri, ia masih berada
didalam pangkuan Co Yong yang menolongnya.
Melihat Tan Ciu, wanita baju hitam itu teringat kepada
Co Yong, Gara gara pemuda inilah yang menyusahkan
sigadis itu. Wajahnya diliputi hawa kemarahan. Ia
membentak. "Kau lagi?"
Tan Ciu terkejut.
"Kau kenal denganku?" Ia bertanya.
"Betul!" Berkata wanita itu.
"Kau orang dari Benteng Penggantungan?"
"Tidak perlu ditanya lagi."
"Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Katakanlah."
"Ketua Benteng kalian bernama Tan Kiam Lam?"
Wanita baju bitam itu tertegun. Hal ini sungguh berada
diluar dugaannya. Ia tersenyumtawar. Kemudian berkata.
"Maafkan. Pertanyaan ini tidak dapat kujawab."
"Betul ia akan segera datang?" Bertanya Tan Ciu.
"Waktu akan memberi jawaban kepadamu."
Tan Ciu tidak memaksa.
"Bagaimana dengan lain pertanyaan?" Wanita itu
memandang si pemuda.
"Aku ingin mengajukan nama seorang lain," Berkata Tan
Ciu.
"Siapakah namanya?"
"Co Yong."
"Mengapa kau menanyakan dirinya?"
"Satu tahun yang lalu, ia telah dibawa oleh orang orang
Benteng Penggantungan. Dapatkah aku mendapat berita
tentang dirinya? Matikah? Atau masih hidup."
"Ia sudah mati." berkata wanita baju hitam itu.
"Huh?" Tan Ciu termundur tiga langkah. Wajahnya
berubah. Satu hawa pembunuhan meliputi paras mukanya.
Wanita baju hitam itu mengulangi keterangan.
"Co Yong telah mati."
"Bagaimanakah kematiannya?" bertanya Tan Ciu.
"Menerima hukuman ketua benteng kami."
"Aaaaaaaa......"
"Mengapa terkejut? Ia telah melanggar peraturan
benteng, sudah selayaknya menerima hukuman itu."
Tan Ciu mengertak gigi.
"Aku akan membunuhnya." Ia berkata, "dendam nona
Co harus kubalas."
Ditinggalkannya wanita berbaju hitam itu, masuk
kedalam rimba Penggantungan lagi. Dengan maksud tujuan
menemukan ketua Benteng Penggantungan segera. Tan Ciu
Pergi.
Wanita baju hitam itu memandang bayangan belakang
sipemada sambil menghela napas.
Tiba tiba terdengar suara tertawa dingin, datangnya dari
arah belakang wanita baju hitam itu.
Cepat ia menoleh kebelakaug, disana tampak satu
bayangan hitam, ia segera mengenal bayangan siketua
benteng.
"Pocu...." Ia memanggil perlahan.
Pocu berarti ketua benteng. Ia dan kawannya sudah biasa
menggunakan istilah ini.
Bayangan itu adalah ketua Benteng Penggantungan yang
misterius, ternyata ia telah menampilkan diri ditempat ini.
"Ada gerakan?" Ia berkata.
"Tidak." Wanita baju hitam itu memberi jawaban.
"Ng.... Pemuda yang baru berlalu tadi."
"Tan Ciu."
"Ng...." ketua Benteng Penggantungan menyatakan
kesediaannya. Dengan satu nada perintah, ia berkata.
"jangan sentuh dan ganggu dia."
"Hamba tahu."
"Kini kau boleh kembali."
"Pocu..."
"Disini sudah tidak memerlukan tenaga kalian. dua
hiangcu lainnyapun telah kusuruh kembali."
"Baik."
Setelah memberi hormat. wanita berbaju hitam itupun
berjalan pergi.
Disusul dengan gerakan siketua Benteng Penggantungan,
hanya satu kali meluncurkan kaki, belasan tombak telah
dilewati, sungguh hebat ilmu meringankan badan orang ini.
Ditempat Pohon Penggantungan ...
Tan Ciu telah kembali, ia tidak tahu bahwa Ketua
Benteng Penggantungan telah menampilkan diri,
Sangkanya orang pasti ke Pos Maut ini. Maka ia kembali,
naik ketempat pohon persembunyian dan menyatukan
dirinya dengan sipengemis tua.
"Ada tanda-tanda lain?" Bertanya pengemis itu kepada
sipemuda!
Tas Ciu menggelengkan kepala!
"Bagaimana dengan keadaan disini?" ia balik bertanya.
"Masih sepi." bercerita sipengemis.
Tan Ciu memandang Pohon Penggantungan, pohon itu
berada dibawahnya, pohon palsu itu tetap berdiri
ditempatnya, pohon maut yang, telah meminta banyak
korban.
Terdengar satu geseran angin, dibarengi oleh munculnya
seorang pemuda berbaju kuning, langsung pemuda ini
menuju kearah Pohon Penggantungan. Ia telah berdiri
ditempat yang sejarak tiga tombak dari pohon tersebut.
Apa maksud tujuan pemuda berbaju kuning, itu!
Ingin menantikan kedatangan algojo Pohon
Penggantungan?
Pengemis tukang ramal amatir memandang Tan Ciu,
wajahnya agak muram.
Tan Ciu sedang memusatkan perhatiannya kearah
pemuda berbaju kuning itu. ia sangat mencurigakan. Dilihat
dari gerak-geriknya tentunya pemuda itu mempunyai ilmu
kepandaian silat yang sangat tinggi.
Apa yang akan terjadi didepan Pohon Penggantungan?
Algojo Pohon Penggantungan, ketua Benteng
Penggantungan, pemuda berbaju kuning, Tan Ciu,
sipengemis tukang ramal amatir, sipendekar Dewa angin
Sin Hong Hiap yang sewaktu waktu dapat memunculkan
dirinya ditempat ini-menjadikan suatu rangkaian Pohon
Penggantungan.
Apa akibat dari pertemuan dari pada para jago silat kelas
satu itu?
Menjelang tepat kentongan ketiga dibunyikan.
Seperti biasa kabut putih tersebut ditempat rimba gelap
itu. Semakin lama, semakin tebal. Pemandangan mulai
suram dan guram,
Terdengar suara kentongan yang dibunyikan tiga kali.
Hari menjelang pagi yang gelap sekali.
Tan Ciu dan pengemis tukang ramal amatir
menyembunyikan diri mereka diatas sebuah pohon tinggi.
Pemuda berbaju kuning berdiri di tempat yang berjarak
beberapa tombak dari Pohon Penggantungan.
Mereka menantikan kehadirannya si algojo Pohon
Penggantungan.
Hampir satu jam kemudian ...
Terdengar satu suara bergerak, sesuatu yang menginjak
daun daun rontok di dalam rimba Penggantungan.
Dan disaat ini terdengar kentongan dipukul empat kali.
Satu jam lagi, para petani sudah akan bangun untuk
menggarap tanah mereka,
Srek... srek.... srek....
Suara ini semakin jelas.
Tan Ciu, pengemis tua dan pemuda berbaju kuning
mengalihkan pandangan mereka kearah datangnya suara.
Tidak terlihat ada bayangan manusia. Kabut terlalu
tebal. halimun pagi mengarungi seluruh rimba
penggantungan.
Muagkinkah algojo Pohon Penggantungan yang datang?
Kini terlihat satu bayangan, itulah bayangan merah yang
datang.
Tan Ciu mengkerutkan keningnya. Potonngan tubuh itu
sudah tidak asing baginya, inilah potongan tubuh dari
seorang gadis jelita.
Pemuda berbaju kuning menantikan kedatangan
bayangan merah itu.
Kini bayangan merah betul betul tiba, ia berdiri dibawah
Pohon Penggantungan.
Tiba tiba. pemuda berbaju kuning membentak.
"Siapa?"
Bayangan merah itu bergerak, menoleh kearah
datangnya suara, halimun pagi terlalu tebal. ia tidak
menyangka bahwa ada orang yang menantikan disitu.
Tubuh si pemuda berbaju kuning bergerak, menubruk
bayangan merah itu.
Orang ini tidak diam ditempat. ia melesat menyingkirkan
diri dari tubrukan orang, Kemudian meletakkan kaki
didekat pohon dimana Tan Ciu dan pengemis tua berada.
Tan Ciu segera mengenali orang ini. hampir ia menjerit.
Orang yang berada dibawahnya adalah si Jelita Merah.
Beruntung pengemis tua itu gesit, cepat cepat ia memberi
instruksi, agar Tan Ciu tidak membuka suara.
Tan Ciu menahan gejolak hatinya, ia memandang
kebawah, menyaksikan bagaimara Jelita Merah
menghadapi sipemuda berbaju kuning.
Pemuda berbaju kuning telah berhadapan muka langsung
dengan Jelita Merah.Mereka saling pandang dengan penuh
curiga.
"Aaaa...." Tiba tiba Jelita Merah mengeluarkan teriakan
tertahan.
Pemuda berbaju kuning itupun tidak kalah terkejutnya.
"Kau?"
Hal ini berada diluar dugaannya, Wajah Jelita Merah
terjadi perubahan! girang... gemetar ... dan aneka macam
lagi, akhirnya ia berteriak.
"Kau?! Chiu It Cong?"
Tan Ciu turut tergetar, nama Chiu it Cong ini tidak asing
baginya, itulah nama kekasih pertama Jelita Merah yang
dikatakan telah menghianatinya. Chiu It Cong pernah
mendapatkan tubuh Jelita Merah, kemudian
meninggalkannya.
Chiu It Cong juga mengenali bekas kekasihnya itu.
"Kau?" Ia mengeluarkan suara dingin- "Tidak disangka,
kini kita bersua lagi!"
Dengan suara gemetar. Jelita merah memanggil,
"Chiu koko .... "
Ia menubruk dan merangkul tubuh kekasihnya itu,
Lupalah bagaimana besar derita yang ditinggalkan oleh
Chiu It Cong kepadanya. Jelita Merah pernah membenci
laki laki ini, setelah bertemu, lupalah kepada kebenciannya,
Ia masih mengenangkan cinta lama, cinta itu tetap
menyala-nyala.
Tepat waktunya Jelita Merah menubruk Chiu It Cong,
terlihat pemuda berbaju kuning itu mengayunkan tangan,
Plaakkk...
Ia menempiling pipi gadis berbaju merah itu.
Jelita Merah termundur, ia memegangi pipinya yang
dirasakan sangat panas, tamparan Chiu It Cong tidak
mengenai kasihan.
Hal ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Pemuda berbaju kuning Chiu It Cong membentak.
"Ong Leng Leng, apa yang telah terjadi dimasa yang
lampau itu, tidak mungkin kembali lagi!"
Ternyata nama kecil si Jelita Merah adalah Ong Leng
Leng!
Ia membelalakan mata
"Hah?" Hampir Jelita Merah tidak mempercayai
pendengaran telinganya.
"Ong Leng Leng, kau jangan mengimpi" Berkata lagi
Chiu It Cong.
"Kau...." Jelita Merah menangis sedih
"Dahulu aku hanya ingin mempermainkan, saja.."
"Kau kejam,."
"Betul! suatu hari, aku pernah cinta kepadamu. Tetapi
waktu itu telah berlalu."
"Kau pemuda bajingan.."
"Kubunuh kau!" Chiu It Cong menggeram. Jelita Merah
Ong Leng Leng sangat sedih sekali. Kemarahan telah
berlimpah limpah, membuat dadanya menjadi sesak. Ia
menggeram.
"Chiu It Cong, kau telah mempermainkan cintaku. kau
telah mendapatkan diriku, kemudian meninggalkanku, kini
ingin membunuhku? Bagus! .... Bagus....."
"Hee..heee....." Pemuda baju kuning Chiu It Cong
mengeluarkan suara jengekkan
"Kau ingin mengadakan perlawanan?"
"Aku ingin membunuhmu!" Berkata Jelita Merah Ong
Leng Leng.
"Ha... Ha... "Pemuda baju kuning Chiu It Cong tertawa.
Jelita Merah sungguh-sungguh marah besar, mungkinkah
ada seorang laki laki yang seperti Chiu It Cong ini?
Menghianati orang dan membunuh orang?
Dicemoohkan seperti itu, ia mengayunkan tangan
memukul orang!
Chiu It Coag telah siap sedia, ia menyambuti serangan
itu dengan serangan pula. Dua tangan mereka saling
beradu, masing masing mundur beberapa langkah dari
kedudukan yang semula. ternyata dua orang ini sama kuat.
Ong Leng Leng maju lagi, ia sangat penasaran. Chiu it
Cong tidak diam, iapun ingin membunuh gadis gadis yang
dapat membusukkan namanya.
Bagaimana akhir kesudahan dari pertempuran ini? Mari
kita memeriksa lembaran lembaran berikutnya
o.OdwO.o
JELITA merah Oag Leng Leng dan pemuda baju kuning
Chiu It Cong meogadu silat, menentukan kemenangan
diatas kekerasan tangan.
Sepuluh jurus telah dilewatkan. Belum ada putusan dari
pertandingan.
Dua puluh jurus!
Kini memasuki babak yang ketiga puluh, Ilmu
kepandaian Jelita Merah telah mendapat kemajuan banyak.
Tetapi lawannya bukan pemuda biasa. Chiu-It Cong dapat
mempertahankan posisi tidak kalah.
Bluuummmmmm.....
Terdengar satu benturan keras lawan keras. Dua
bayangan itu terpisah, yang merah kekanan dan yang
kuning kekiri!
Jelita Merah Ong Leng Leng jatuh dengan
menyemburkan darah segar.
Chiu It Cong telah lompat maju lagi, ia menggeram,
"Ong Leng Leng, apa lagi yang kau mau katakan?"
Jelita Merah tiba tiba tertawa berkakakan.
Hal ini mengherankan sipemuda baju kuning ia segera
membentaknya.
"Apa yang kau tertawakan?"
Jelita Merah menggeram?
"Hari ini adalah hari yang menentukan hubungan kita,
bila bukan kau yang mati, pasti aku yang menjadi korban."
Dengan membawa luka yang berat, Jelita Merah Ong
Leng Leng menerkam, ia meneruskan pertempuran itu.
Chiu It Cong masih kuat, dengan mudah ia dapat
memukul mati gadis baju merah ini. Tangannya diayun,
mengancam kepala orang, Tan Ciu segera melesat turun, ia
menghalangi lagi datangnya serangan pemuda berbaju
kuning Chiu It Cong itu.
Blaarrr....
Chiu It Cong berhasil dipukul mundur, Jelita Merah
mengenal sipemuda, ia berteriak girang. "Tan Siauw
hiap...."
Chiu It Cong memancarkan sinar kebencian yang tidak
terhingga.
Tan Ciu menghadapi pemuda berbaju kuning itu.
Terdengar suara geram Chiu It Cong.
"Siapa kau? Mengapa usil sekali?"
"Aku tidak dapat menonton kekejaman tanganmu
ditempat ini." Berkata Tan Ciu gagah.
"Eh. ada orang yang menjadi backingnya?"
Tan Ciu tidak memberikan jawaban. Ia menoleh dan
memandang Jelita Merah.
"Kau masih menyintainya?" la mengajukan pertanyaan
kepadanya.
Jelita MerahOng Leng Leng bungkam.
"Laki laki yang sepertinya tidak patut diberi kesempatan
hidup." Berkata Tan Ciu.
Jelita Merah menggeretek gigi.
"Baiklah." Ia berkata "Tolong wakili aku
membunuhnya."
"Tidak akan menyesal?" Tan Ciu meminta ketegasan.
"Tidak." BerkataOng Leng Leng singkat.
"Baik." Tubuh Tan Ciu melesat, memberikan serangan
kepada lawan.
Chiu It Cong tertawa berkata.
"Ternyata kalian sudah bersekongkol lama!"
Ia lompat dan menghindari serangan Tan Ciu yang
pertama! Kemudian membalas dengan satu pukulan tangan!
Tan Ciu sangat benci kepada pemuda yang seperti Chiu
It Cong, ia memasang kuda kuda kuat dan menerima
serangan itu.
Tenaga mereka beradu di tengah. Tubuh Chiu It Cong
berhasil didorong mundur sampai dua langkah. Tan Ciu
lompat maju lagi, ia menggertak, "Hayo, meminta maaf
kepada Nona Oog"
"Kentut." Pemuda baju kuningChiu It Cong memaki.
"Kau memaksa aku membunuhmu?" Berkata lagi Tan
Ciu.
"Kau tidak berani." Berkata Chiu It Cong menantang.
"Mengapa tidak berani?" Berkata Tan Ciu yang segera
mengirim satu serangan maut. "Nah, terimalah ini"
Chiu It Cong telah tahu betapa hebat kekuatan lawannya
itu, maka ia tak mau menempurnya lagi, dengan
mengandalkan ilmu ringankan tubuhnya yang sudah
mencapai tahap paling sempurna, ia menyingkir pergi!
Bila ada waktu atau kekosongan, baru ia membalas
memberi serangan totokan.
Mereka saling pukul dan mencari kelengahan lawannya.
Didalam sekejap mata lima jurus telah lewat.
Jelita Merah Ong Leng Leng betul-betul kecewa akan
sikap yang Chiu It Cong perliatkan kepadanya, kini dilihat
bekas kekasih itu berada dibawah ancaman bawahan Tan
Ciu, ia tidak menyayangkan lagi jiwa pemuda berbaju
kuning itu.
Terlihat Tan Ciu membentak, tangan kirinya termiring
mengirim satu pukulan. Inilah hebat, pukulan tadi
mengandung tiga macam perubahan, ke mana saja lawan
pergi, ia dapat menyusul cepat.
Chiu It cong masih bukan tandingan jago muda kita, apa
boleh buat, ia harus menutup serangan Tan Ciu itu dengan
satu pukulan.
Tan Ciu mengubah taktik perang, tiba-tiba jarinya
dikeraskan, mengganti pukulan menjadi totokan. Jalan
darah Tong teng yang diancam.
Maksud tujuan Chiu It Cong mendesak lawannya gagal,
dengan cara itu ia dipaksa melakukan satu gempuran keras
lagi.
Tan Ciu memperhitungkan sampai disini, maka totokan
diganti lagi, serangan pukulan memapaki serangan Chio It
Cong.
Akhirnya merekapun mengadu tangan.
"Aduh.." Chiu It Cong terpukul mundur,
Tan Ciu tidak memberi kesempatan lawan itu bernapas,
ia menyusul dan mengirim satu pnkulan lain tepat
mengenai dada pemuda baju kuning itu!
Chiu It Cong memuntahkan darah segar, tubuhnya jatuh
di tanah ia pingsan.
Tan Ciu siap menamatkan jiwa pemuda tukang
mempermainkan cinta ini, tangannya diangkat lagi...
Tiba tiba terdengar satu suara yang datang dari belakang.
"Jangan!"
Tan Ciu membatalkan niatan itu. Ia menoleh dan dilihat
olehnya pengemis tua itu telah lompat turun dari atas
pohon persembunyiannya.
Tan Ciu memandang pengemis tukang ramal amatir itu
dengan sinar mata tidak mengerti.
Pengemis itu segera menotok beberapa jalan darah Chiu
It Cong baru ia menghampiri Tan Ciu. Maka Chiu It Cong
sadarkan diri. Tan Ciu menegur orang.
"Apa artinya ini?"
Si pengemis menunjuk kearah Chiu It Cong dan berkata.
"Dia tidak boleh dibunuh!"
"Mengapa?"
"Dia adalah anak murid Pendekar Dewa Angin Sin
HongHiap."
"Hah? Anak murid Sin Hong Hiap? Masakan Orang
jahat seperti Chiu it Cong ini mau diterima menjadi murid
oleh seorang pendekar kenamaan!" Tan Ciu menaruh
curiga, Pengemis itu mengulang keterangannya!
"Dia sungguh-sungguh akhli waris Sin Hong Hiap. Jago
tua yang telah berumur lebih dari setengah abad itu."
Tan Ciu belum pernah takut kepada orang termasuk si
jago tua Sin Hong Hiap, wajahnya semakin beringas. Hawa
pembunuhan belum lepas dari paras yang cakap itu.
Terdengar sipengemis tua berkata lagi. "Memukul
anjingpun harus memilih tempat, melibat suasana dan
gelagat. Lihatlah dulu majikan yang mempunyai dan
memelihara binatang itu. Orang yang seperti Sio Hong
Hiap, kita tidak boleh mengutak utiknya."
Tan Ciu berkata dingin. "Semua orang boleh menjadi
takut dengan SinHong Hiap. Tetapi aku tidak."
Tubuh sipemuda melesat kearah Chiu It Cong dan
membentak pemuda berbaju kuning itu.
"Kau anak murid SinHong Hiap?"
"Betul." Chiu It Cong membenarkan pertanyaan ini,
"Memandang wajah Sin Hong Hiap, aku memberi
kesempatan yang terakhir, agar kau dapat sadar diri
kesalahan.Meminta maaflah kepada nonaOng.!'"
"Tidak mau!" Berteriak Chiu It Cong.
"Kau jangan membawakan sikap kepala batu."
"Bila kau berani membunuh diriku, bahaya segera tiba
diatas kepalamu, jiwamupun tidak mungkin dapat
dipertahankan."
Tan Ciu tertawa berkakakan.
"Akan kubunuh kau dahulu," Ia berkata.
"Akan kulihat, betulkah tidak dapat mempertahankan
jiwaku?"
Tan Ciu mengayun tangan dan memukul kearah Chiu It
Cong yang sudah tidak berdaya sama sekali itu.
Tiba-tiba sipengemis tukang ramal amatir melesat, ia
menerima pukulan Tan Ciu tadi. Maka jiwa pemuda baju
kuning itu ditolong lagi.
"Jangan!" Ia berteriak keras.
Tan Ciu membentak pengemis usil ini.
"Apa yang kau mau?"
"Kau tidak dapat melepaskannya?" Bertanya sipengemis.
"Betul."
"Sudah memperhitungkan segala akibat dari
perbuatanmu ini?"
"Segala akibatnya akan kupikul sendiri." Berkata Tan
Ciu
Pengemis tua itu mengundurkan dirinya. Chiu It Cong
tahu, tidak mungkin meminta pengampunan, menggunakan
kelengahan Tan Ciu, tiba riba ia meletik cepat, menyerang
si pemuda. Maksud tujuannya ialah, dengan satu kali
pukul, membokong Tan Ciu.
Tan Ciu tidak lengah, ia menyingkir kekiri dan memberi
satu pukulan maut.
Terdengar satu suara jeritan yang mengerikan, kepala
Chiu It Cong telah hancur pecah dikala tubun itu jatuh,
napasnya telah terhenti sama sekali.
Ia mati.
Tan Ciu menjadi tertegun, Wajah sipengemis tua itu
berubah.
"Bocah," Ia berkata "Sin Hong Hiap tidak nanti mau
menyudahi perkara ini begitu saja."
"Segala tanggung jawab akan kupikul seorang diri."
Berkata Tan Ciu.
"Kau belum kenal watak si Pendekar Dewa Angin Sin
HongHjap itu ..."
Kata kata ini terputus oleh jeritan si Jelita Merah Ong
Leng Leng.
"Chiu koko...."
Membiarkan hawa kemarahan dan kejengkelannya
lewat. Ong Leng Leng tidak meninggalkan kenangan lama
begitu saja, biar bagaimana Chiu It Cong adalah pemuda
yang pernah dikasihi olehnya. Kini pemuda itu telah mati,
bagaimana ia tidak bersedih? Ia menubruk mayat itu dan
menangis menggerung gerung.
Tan Ciu menjadi bingung, Ia segera sadar bahwa
langkahnya tadi yang tergesa gesa itu adalah satu langkah
set yang salah. Tidak seharusnya ia membunuh pemuda
yang dikasihi oleh gadis itu.
Hampir Tan Ciu mengucurkan air mata. Kelopak itu
telah basah dan berkaca kaca.
Didepan Pohon Penggantungan terjadi drama
pembunuhan yang seperti ini.
Tiba tiba melayang datang seorang mengenakan pakaian
abu abu dan kecepatan orang ini sangat luar biasa. didalam
sekejap mata, ia telah berada disana. Ia adalah seorang tua
yang sudah berambut dan beruban putih.
Pengemis tukang ramal amatir mendongakkan kepala, ia
sangat terkejut.
"Aaaaaaa...." mulutnya terbuka lebar.
Orang tua berpakaian abu abu membentak.
"Siapa yang membunuhnya ?"
Ia menunjuk kearah mayat Chiu It Cong. Suaranya
seram dan penuh hawa pembunuhan.
Tan Ciu memandang orang tua itu, dari kata kata yang
dicetuskan olehnya, dengan mudah ia dapat menduga,
siapa orang yang baru datang ini? Dia adalah pendekar
Dewa Aagin Sin HongHiap.
Tan Ciu menghadapi orang tua itu.
"Kau siapa?" ia balas mengajukan pertanyaan.
Orang tua berbaju abu abu mengalihkan Pandangan
matanya, kini diarahkan kepada jago muda kita.
"Aku sedang bertanya, siapa yang membunuhnya?" Ia
membentak sipemuda.
"Aku!!" Tan Ciu menunjuk hidung.
"Kau?" Orang tua itu agak kurang percaya
"Betul. Tentunya kau inilah yang bernama Sin Hong
Hiap?"
"Cocok!! dengan alasan apa kau membunuh muridku?"
"Ia telah mempermainkan seorang wanita bahkan tidak
mau mengakui kesalahannya, Maka wajib menerima
kematian."
"Hm..." Orang tua berbaju abu abu itu mengeluarkan
suara dari hidung. "Ia wajib menerima kematiannya. Dan
kau apa tidak wajib menerima kematian?"
Si pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap mendekati Tan
Ciu. Hal ini mengejutkan sipengemis tukang ramal amatir,
ia maju menyelak diantara dua orang tersebut.
"Sabar...." Ia mencoba mendamaikan perkara.
Sin Hong Hiat menatap orang yang menyelak masuk.
Segera ia menjadi terkejut.
"Hei, pengemis bau," Ternyata ia kenal wajah pengemis
ini. "Mengapa kau berada ditempat ini? Eh, kau ingin
campur urusan?"
"Mana kuberani turut campur urusan ini." Berkata
sipengemis. "Hanya didalam hal ini..."
"Cukup. Berdirilah disamping sana." Berkata Pendekar
Dewa Angin SinHong Hiap
"Maukah kau mendengar sedikit keteranganku?"
Pengemis itu masih berusaha.
"Katakanlah" Sin Hong Hiap menganggukkan kepala.
"Muridmu telah mempermainkan kesucian seorang
gadis, kesalahan ini tidak mau diakui olehnya. Suatu
kesalahan besar yang tentu berada diluar tahumu."
"Gadis mana yang telah dipermainkan olehnya? "
Pengemis tukang ramal amatir menunjuk kearah Jelita
MerahOng Leng Leng.
"Itulah orangnya." Ia berkata. Kesalahan dipihak murid
sendiri. Sin Hong Hiap tidak mau melibatkan diri dengan
gadis itu. Kini ia memperlihatkan watak yang sok menang
itu.
"Dimisalkan muridku melakukan sesuatu yang salah." Ia
pentang suara, "sebagai gurunya, aku wajib memberitahu.
Akulah yang berhak menghukumnya. Dengan alasan apa
kalian turun tangan kepada dia? Sudah tidak ada aturan?
Dengan dalih apa kalian membunuh dirinya? Sudah tidak
ada tata hukum? Tidak memandang mata padaku? Ingin
menantang Sin Hong Hiap? Merasa diri sendiri sudah
pantas? Merasa sudah berkepandaian tinggi? Ingin menjadi
jago? Ingin merajai rimba persilatan....”
Tan Ciu tidak sabar ia memotong pembicaraan orang.
"Ini yang dinamakan guru kencing berdiri, murid
kencing berdiri, murid yang bejat moral tentu mempunyai
guru yang tidak tahu aturan. Sin Hong Hiap, orang lain
boleh takut kepadamu, aku Tan Ciu tidak takut kepadamu."
Sin Hong Hiap, mengertak gigi.
"Bagus!" Ia berteriak."Didalam tiga gebrakan aku segera
menghancurkan batok kepalamu."
Tanpa menunggu jawaban orang, tubuhnya melesat dan
menerkam kearah Tan Ciu.
Tiba tiba bergeraklah satu suara yang sangat keren sekali.
"Sin Hong Hiap, kau berhenti."
Sin Hong Hiap adalah jago kenamaan yang menganggap
dirinya terpandai dikolong dunia, kini dapat didatangi
orang tanpa kesadarannya, tubuh yang melesat tadi dengan
tidak terhenti sama sekali, berputaran dan kembali ketempat
asalnya.
Batallah setangan yang ditujukan kearah Tan Ciu.
Terdengar lagi suara yang keren tadi.
"Sin Hong Hiap berani kau mengganggu selembar
rambutnya.Orang yang pertama mati adalah kau sendiri."
Seorang berbaju hitam terpeta didalam rimba
Penggantungan, dialah yang memberi ancaman kepada si
Pendekar Dewa Angin SinHong Hiap.
Siapakah bayangan orang berbaju hitam ini?
Mungkin algojo Pohon Penggantungan?
Mungkinkah ketua Benteng Penggantungan?
Mungkin Tan Kiam Lam?
Mari kita meneruskan cerita yang masih harus dibaca ini.
o-OdwO-o
DIBAWAH Pohon Penggantungan Beberapa orang
sedang bersitegang, manakala pendekar Dewa Angin Sin
Hong Hiap ingin membunuh Tan Ciu, muncul seorang
berbaju hitam, dengan suara yang galak, keren dau
temberang menantang dan mengancam Sin Hong Hiap.
Semua orang menduga duga siapakah orang ini?
Bayangan orang berbaju hitam itu tidak segera maju. Ia
berdiri jauh jauh dari semua orang berada.
Tidak perduli siapa, orang ini berani menantang Sin
Hong Hiap, tentu mempunyai ilmu kepandaian yang sangat
luar biasa.
Setelah kembali ditempatnya yang semula. Sin Hong
Hiap tertawa berkakakan.
Bayangan hitam itu membuka suara lagi. "Sin Hong
Hiap, kau tidak percaya?"
Sin Hong Hiap menutup suara tertawanya dan
membentak . "Dari lagu dan nada suaramu, tentunya
seorang tokoh berkepandaian tinggi, sebutkanlah namamu."
"Kukira tidak perlu."
"Takut?!"
Orang berbaju hitam itu mengeluarkan dengusan,
"Bila aku takut kepadamu, tentu tidak berani
mengeluarkan tantangan, bukan?"
"Akan kubuktikan tokoh dari manakah yang berani
menggangguku."
-ooo0dw0ooo-
JILID 8
TUBUH Sin Hong Hiap melesat dan menubruk orang
berbaju hitam itu. julukan Sin Hong Hiap adalah Pendekar
Dewa Angin mudah dibayangkan, tentunya mempunyai
kecepatan yang luar biasa, gerakan tadi disendat cepat,
bagaikan main sulap, ia telah berada ditempat orang baju
hitam tadi bicara.
Tetapi bayangan hitam inipun mempunyai kecepatan
yang tidak berada dibawah Sin Hong Hiap, tubuhnya
melejit, menyingkirkan diri sejauh tiga tombak. Ia berhasil
mempertahankan jarak yang terpisah dari Sin HongHiap.
Kecepatan yang menakjubkan.
Wajah Sin Hong Hiap berubah, mengingat hal ini, tentu
lawan yang dihadapannya berkepandaian tinggi.
"Terimalah seranganku." Berkata Sin Hong Hiap dan
menyerang bayangan hitam itu.
Sang bayangan melejit lagi, tetap menjauh dari Sin Hong
Hiap, tidak mau menyambuti serangan yang dilontarkan
lawan tersebut.
Sin Hong Hiap mengejar.
Orang ini selalu menyingkirkan diri. Dua orang ini saling
kejar dan lenyap diluar rimba Penggantung.
Tan Ciu menolehkan kepala, memandang Pengemis
tukang ramal amatir itu, dilihat si pengemis menunjukkan
wajah tertawa getir, Menelungkup diatas tubuh Chiu It
Cong yang sudah mati.
Jelita MerahOng Leng Leng menangis sesenggukkan.
Kini ia mengangkatkan kepala memandang Tan Ciu.
Sipemuda juga memandangnya, tubuhnya menggigil
dingin. Ia menghampiri dan berkata "Nona Ong, maafkan
kelancanganku yang telah membunuhnya."
Ong Leng Leng. menggeleng-gelengkan kepala, ia masih
sesenggukan. Tan Ciu berkata dengan nada suara rendah,
"Tidak seharusnya aku membunuhnya."
"Hal ini tidak perlu diungkit-ungkit lagi." Berkata Ong
Leng Leng.
"Bila aku tahu bahwa kau masih menyintainya, tentu
tidak terjadi hal ini."
"Sudahlah ..."
"Maafkan diriku,"
"Aku tidak menyalahkan mu. Akulah yang menyuruhmu
membunuhnya... Betul aku cinta kepadanya, tetapi hal ini
tidak mungkin dapat dipertahankan olehnya!"
Jelita Merah Oag Leng Leng menangis lagi, kini ia
membayangkan nasibnya yang sengsara.
Dia masih menderita luka, pukulan Chio It Cong
menyebabkan mengeluarkan bunyak darah.
Tan Ciu mengeluarkan obat Seng hiat-hoat-hun-tan,
diserahkan kepada Jelita Merah dan berkata.
"Makanlah obat penambah darah ini."
Ong Leng Leng menggeleng-gelengkan kepalanya, ia
menolak pemberian itu.
"Terima kasih." Suaranya sangat lemah.
"Kau masih membenci aku ?"
"Tidak. Bukan sedikit budi yang kuterima darimu. Kini
Chio It Cong telah mati. aku harus kembali kepada guruku.
Mungkin tak dapat menjumpai lagi,"
Dengan susah payah, Jelita Merah meninggalkan rimba
Penggantungan.
Tan Ciu memandang punggung gadis sengsara itu,
beberapa saat kemudian, ia lari menyusul.
"NonaOng..." Ia memanggilnya.
Jelita Merah menghentikan langkah yang berat.
"Nona Ong!" berkata Tan Ciu. Kau harus istirahat
dahulu."
"Janganlah menghalang-halangi kepergianku." Berkata
Ong Leng Leng.
"Nona ong .."
Tiba-tiba Jelita Merah menubruk pemuda itu, ia
menangis sedih didalam rangkulannya.
Tan Ciu membiarkan orang menangis bersandar pada
dadanya.
Pengemis tukang ramal amatir itu menghela napas
perlahan.
Satu bayangan abu-abu melesat cepat, sudah berada
disampingnya sisi Tan Ciu. Dia adalah Sin Hong Hiap yang
ternyata telah balik kembali.
Tan Ciu kaget, cepat-cepat mendorong pergi tubuh Ong
Leng Leng. Ia harus siap menghadapi musuh kuat itu.
Sin Hong Hiap mengayun tangan memukul sipemuda.
"Bocah serahkanlah jiwamu." Bentaknya keras.
Tan Ciu sudah dapat menduga, sebelum serangan Sin
Hong Hiap tiba, ia telah lompat terbang, menjauhi
serangan. Maka gagallah serangan Sin Hong Hiap,
mengenai tempat kosong.
Jelita Merah Ong Leng Leng nyelasupi masuk, ia
berteriak.
"Apa-apaan nih?"
Sin Hong Hiap membentak: "Kau juga ingin mati?"
"Akulah yang menyuruhnya membunuh muridmu! Bila
tidak, akupun binasa dibawah tangannya."
"Kau bersedia mengganti dengan jiwa juga!"
"Bila kau tidak puas. Bunuhlah aku."
"Baik." Sin Hong Hiap tidak pandang bulu. Siapa pun
akan dibunuh olehnya! Termasuk gadis sengsara ini!
Tangannya di ayun.
Tan Ciu berteriak.
"Nona Ong, kau mundur." Tangannya direntangkan,
menyambut serangan SinHong Hiap.
Gerakan ini boleh dikata sangat cepat, tapi gerakan Sin
Hong Hiap lebih cepat lagi, terdengar suara yang mengenai
sasaran, tubuh Ong Leng Leng terdorong mundur, ia jatuh
kena serangan Sin HongHiap.
Bila tidak ada Tan Ciu vang mewikili menerima pukulan
ini, pasti Jelita Merah Ong leng Leng binasa.
Jatuhnya Ong Leng Leng membikin Tan Ciu naik keatas
cepat, ia menggeram.
"Sin Hong Hiap, akan kuhancurkan kepalamu."
Tangannya terayun memukul lawan kuat itu. Sungguh luar
biasa, serangan sangat daihsyat sekali.
Sin Hong Hiap tak berani menerima tajamnya serangan
ini ia menyingkir lebih dahulu. Baru setelah itu, menyerang
tubuh lawan. Terdengar satu suara getaran yang keras, dua
orang itu segera terpisah.
Sin Hong Hiap mengeluarkan suara dingin, "Bagus! Kau
telah menerima pukulan yang pertama."
Tiba-tiba terdengar satu suara cemoohan orang sangat
menghina!
"Bagus! Sin Hong Hiap, kau hanya berani menghina
anak saja."
Sin Hong Hiap. membalikkan badan, bayangan hitam itu
muncul lagi. Tadi ia tidak berhasil mengejar, maka balik
berurusan dengan Tan Ciu. Kini bayangan hitam itu masih
berani datang, sungguh menjengkelkan hati.
Si bayangan hitam mengeluarkan suara seram.
"Sin Hong Hiap, kau tahu malu tidak? Bertempur orang
pun harus memiliki tandingan yang setimpal."
Sim HongHiap membanting kaki.
"Siapalah kau?" Ia menggeram.
"Ehm, kau tak kenal kepadaku?" Bayang hitam itu
menggunakan tutup kerudung hitam dengan bajunya yang
hitam lebih-lebih menyeramkan.
Sim HongHiap mengerutkan kedua alisnya.
"Ketua Benteng Penggantungan?" Ia menduga-duga dan
mengemukakan kecurigaannya.
"Kali ini dugaanmu tepat!"
Wajah SinHong Hiap berubah.
Orang berbaju dan berkerudung hitam inikah yang
pernah menggetarkan rimba persilatan, ketua Benteng
Penggantungan yang seram?
Tan Ciu yang mengikuti percakapan itupun terkejut.
Orang hitam inikah yang menjadi
'Ketua Benteng Penggantungan?' Orang yang mungkin
bernama Tan Kiam Lam? Ayah kandungnya sendiri?
Pemuda ini segera maju berteriak. "Kau betul ketua
Benteng Penggantungan?"
"Betul!" Berkata laki-laki berkerudung dam berbajuhitam
itu.
"Namamu Tan Kiam Lam?" Bertanya Tan Ciu.
"Betul."
Gejolak hati Tan Ciu hampir tidak terkedalikan.
"Kau tau, kini sedang berhadapan dengan siapa?"
"Tan Ciu."
"Betul. Aku adalah Tan Ciu." Suara sipemuda menjadi
gemetar.
Ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam sudah
berhadapan dengan Sin Hong Hiap lagi, ia berkata.
"Sin Hong Hiap, orang-orang yang sudah digolongkan
kedalam jago tua kelas satu tidak seharusnya menghina
anak-anak yang masih bukan tandingan kita. Lebih baik
kita sajalah yang menentukan kekuatan, memilih dan
menentukan waktu, menentukan kemenangan."
"Baik. Bagaimana bila kita mengadu kekuatan
sekarang?" Berkata Sin HongHiap menantang-
"Kini kau mempunyai banyak waktu terluang untuk
melayani diriku." Berkata ketua Benteng Penggantungan.
"Mengapa tidak?"
"Apa tujuan utamamu ketempat ini?"
"Pohon Penggantungan."
"Kau sudah berhasil melihat itu Manusia pohon
Penggantungan?"
Sin Hong Hiap tertegun, ia tidak dapat memberikan
jawaban. Sesungguhnya, ia belum berhasil menemukan itu
Manusia Pohon Penggantungan.
Ketua Benteng Penggantungan mengeluarkan suara
dingin.
"Tiga hari kemudian, aku orang she Tan menantikan
kedatanganmu didepan Benteng penggantungan. Bila aku
kalah, segala sesuatu segera kuserahkan kepadamu.
Termasuk pemuda she Tan itu juga."
"Baik." Pendekar Dewa Angin Sin HongHiap setuju.
"Nah, kunantikan kedatanganmu disana." Berkata ketua
Benteng Penggantungan.
Sin Hong Hiap menganggukkan kepala, tubuhnya
bergerak dan menantikan Manusia Pohon Penggantungan
diarah pohon maut tersebut.
Ketua Benteng Penggantungan berhasil mencegah Sin
Hong Hiap Tan Ciu, setelah melihat Sin Hong Hiap pergi,
ia pun membalikkan badan, siap memisahkan diri.
Tan Ciu telah bergerak, ia memegat kepergian orang
yang diduga keras sebagai ayah itu.
"Tunggu dulu." Ia berteriak keras.
Ketua Benteng Penggantungan menghentikan
gerakannya.
"Ada apa?" ia bertanya.
"Hampir saja aku pergi ke Benteng Penggantungan
mencarimu." Berkata Tan Ciu.
"Disini pun sama saja."
"Betul. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Aku tidak ada waktu." Tubuhnya melesat cepat,
melarikan diri.
Dua orang saling kejar sebentar, kini ketua Benteng
Penggantungan menghentikan langkahnya. Ia menghadapi
Tan Ciu dan berkata.
"Apa yang kau mau?"
Wajah Tan Ciu telah diliputi oleh selaput hawa
pembunuhan, ia menggeram.
"Aku ingin membunuhmu."
"mengapa?"
"Kau jahat dan kejam."
"Ha, ha..... Belum lama aku telah menolongmu, tahu?
Kau ingin membalas air susu dengan air tuba."
"Hm.. . Kau tahu bagaimana hubungan kita."
"Katakanlah sendiri."
"Aku ingin mendapat jawabanmu."
"Ha, ha...."
"Bukalah kedokmu itu."
"Kau kira....."
"Aku harus membunuhmu."
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 217 komentar... read them below or add one }
«Terlama ‹Lebih tua 1 – 200 dari 217 Lebih baru› Terbaru»pertamaxx lumayan juga ni baca segini.,.,., boleh iji di prin yah.,.
kunjungan sore eysa.blogspot.com
Koleksi photo cewek Toge Mulus Lagi Telanjang Full HD
Toket Indah Para ABG Kimcil
Ngentotin ABG Perawan Memek mulus
ABG Bugil Galau Putus Cinta
Toket Anak ABG Ababil SMA
Mandi Basah Tante Toge Malam Jumat
SBG Rokok Seksi Pamer Bulu Jembut
Kumpulan Para ABG Jilbab Bugil
Foto Tante di Entot Sampai Muncrat
Cewe Arab Narsis Pamerin Toket Gedenya
.
artikel yang menarik keep on sharing .
mantaaaaap banget
boleh tuuh mntap hehe
pengeeeeen :)
info yang bagus dan menarik
blogwalking siang mas
blogwalking sore hari sobat
keren
terima kasih informasinya,
ditunngu updatenya!!!
penegn kaya gituh atuh ..
terima kasih informasinya,
ditunngu updatenya!!!
makasih banyak gan, artikel agan emang mantab banget :D
PASANGAN AMOY MESUM
ROBOT SEX
TELUR TENGA
BONEKA SEKS ASIA
PEMBESAR PENIS NYATA
terimaksih udah berbagi postingannya ..
mesum lah
Capek bacanya gan paniang bgt
keren
terimakasih udah berbagi ..
menarik juga :)
nice info
terimakasih atas informasi yang sangat bermanfat bagi kita semua, dan semoga sukses .
sungguh sungguh mantap ..
thanks already share
steady also info,, thanks and success pobud,,
cool ya pack of its web article
terimaksih informasi yang sangat bagus dan membantu banget ..
Info yang bagus, tetap posting
Baru kali ini nih saya baca artikel yang semenarik ini
Very interesting posts gan
Thank you for the information…..bravo
terima kasih atas info dan informasi yang diberikan
luar biasa sekali sangat bermanfaat infonya..
Banyak pelajaran yang saya dapatkan pada blog ini...
Makasihnya...Semoga sukses...
wah .. really nice information sharing. Thank you very much ..
keep blogging moga jadi ilmu yang berguna,,,,
Terima kasih, posting Anda sangat baik. Saya ingin membacanya ..
thanks for your information....i hope it is can really very useful, hopefully useful good article very helpful at all ..
menyapa Posting terimaksih ya udah berbagi
salam keberuntungan selalu
I will also try to read the posts of this blog and put comments on them from now on
saya suka, artikel yang baik ..
terima kasih banyak,
airteagal maith.
Go raibh maith agat as an t-eolas a bhí
nice article, thank you for your posted..
Good information! I personally really appreciate your article. This is an interesting web site
Informasi yang ada dalam artikel ini sangatlah bermanfaat untuk menambah wawasan semua pembaca, anda hebat gan bisa membuat artikel yang bermanfaat dan bagus seperti ini. kira-kira bisa gak ya saya belajar sama agan. huh ngiri deh liar postingan agan ini, yah semoga sukses selalu dan gan, update terus informasi yang bisa kami baca.
informasinya keren, thanks ya
terima kasih artikelnya yang luar biasa ini ..
sering-sering mas kasih artikel untuk kebaikan situsnya juga..
thanks atas info yang telah diberikan pasti bermanfaat dan berguna banget bagi saya thnks yah gan
Terimakasih atas informasinya bermanfaat,, gak mau koment panjang lebar, disini saya cuma ikut nyimak apa yang ada diatas. ditunggu terus informasi selanjutnnya yang lebih menarik dan lebih bagus lagi. salam semangat !!
Informasi ini telah menarik saya untuk membaca dan menyimaknya, terimaksih bermanfaat. saya tungu terus informasi selanjutnya yang lebh bagus. semangaat !!!
Apa yang disamapikan sangat lah bermanfaat karna berisi informasi. posting terus yaah.. saya tunggu informasi selanjutnya.
mau tanya, tapi yang mau ditanyainnya apa?.. ikut nyimak aja deh,, terimakasih atas informasinya bermanfaat . ditunggu yah informasi selanjutnya. sukses semangat !!
Artikel ini sangat bagus dan bisa menjadikan sarana untuk meningkatkan minat membaca
The information above has given many tremendous benefits that I get. Thank gan good luck always.
informasi yang di tampilkan sangatlah luaarr biasssa sekali,semoga berguna bagi publik,amin…
Terimakasih untuk informasi yang sangat bermanfaat ini, artikel yang anda buat ini sangat bagus sekali, tidak saja isinya yang rapih namun isinya juga memuat informasi yang sangat bagus untuk menambah wawasan semua pembaca.
Selamat sore :)
selamat pagi, semoga aktivitasnya berjalan dengan lancar. Dan semoga hari-hari kita menjadi lebih baik dan semakin baik lagi.amiin Ditunggu terus postingan selanjutnya. Salam semangat yang paling semangat !!!
Selamat pagi kepada semua pembaca dan penulis khususnya. Saya tidak akan berkomentar banyak karena tidak ada yang perlu di komentari untuk artikel ini. apa yang mau di komentari coba? Artikel ini sangat bagus,bermanfaat dan penulisannya juga rapih,bahasa yang di gunakan juga mudah dimengerti. Ane do'ain deh sukses terus gan buat ente. 1000 jempol biat artikel agan yang satu ini
Saya suka posting ini, Terima kasih untuk berbagi yang menarik dan bermanfaat gan..
Wah, bagus nih artikelnya sangat membantu sekali
kebanyakan orang itu hanya numpang berkomentar saja tanpa membaca postingannya.. padahal jika di baca dan di simak baik-baik artikel ini sangat bagus dan sayang sekali jika hanya di komentari tanpa di baca.
mau tanya, tapi yang mau ditanyainnya apa?.. ikut nyimak aja deh,, terimakasih atas informasinya bermanfaat, di tunggu informasi yang lebih menariknya lagi yah gan ..
Terima kasih sudah berbagi info yang sangat menarik dan bermanfaat
Menarik sekali..
Artikel yang Anda berikan sangat bermanfaat,,
salam sehat..
terima kasih banyak karena sudah bersedia berbagi informasi yang sangat menarik.
selamat pagi :)
artikel postingan ini sungguh sangat bermanfaat gan, bagus lagi :)
selamat pagi menuju siang gan semoga sehat selalu :)
salam sehat dan sukses selalu dan semoga postingan yang agan berikan bermanfaat bagi kita semuanya ....
terimakasih buat informasi yang menarik ini ... salam kenal aja yah gan
artikel agan sungguh sangat menarik sekali dan menambah pengetahuan baru.
postingan yang sangat bagus menarik lagi, saya tunggu poatingan agan yang barunya yah .. :)
saya sungguh senang membaca postingan yang bagus ini ...
izin menyimak di postingan agan yang sangat menarik dan berguna ini .....
Kami menunggu infomasi yang terbarunya gan ....
terimakasih atas informasi yang agan sampaikan melalui artikel ini, sangat bermanfaat dan bagus untuk di simak ...
keren amat kalau web site agan..
makasih yah infonya..
sukses selalu
artikelnya sangat menarik untuk dibaca,
penuh ilmu pengetahuan.
Terima kasih pak untuk semua informasinya
mohon izin untuk membacaca-baca artikel agan yang menarik ini ....
ternyata sungguh banyak juga manfaatnya trimakasih atas shareartikelnya
semoga lebih kreatif lagi
Artikel yang sangat menarik dan sangat bermanfaat...
kunjungan siang menjelang sore ini, informasinya menarik keren banget..
meskipun gantuk tetapi saya semangat membaca artikel agan ini :)
wah wah wah ,, tergagum kagum ane gan liat postingan agan yg satu ini, bahasanya sederhana, ringkas,jelas dan padat. Informasi yang di berikan juga sangat bagus ...
terimakasih gan atas informasi yang akurat, tajam dan terpercaya ini. Semoga informasi ini dapat memberikan wawasan yang lebih untuk semua pembaca khususnya saya sendiri.
maaf gan numpang ngetips untuk para pambaca website yang mantab nih brow,selalu mengedepankan yang terbaik untuk para pembaca..salam sukses admin,terus update beritanya..
mat sore mas bro,,lewat kolom komentar ini ane ucapin banyak banyak terima kasih pada mas bro atas semua yang disajikan. terus update informasinya biar lebih bermanfaat..
selamat pagi semoga aktivitas di hari ini lancar dan salam sehat ...
postingan ini bagus banget bagi saya, terimaksih yah gan udah berbagi ..
pohon keramatnya ga menyeramkan
terimakasih gan atas informasi yang akurat,
share nya semoga bermanfaat dan bertambah lagi ilmunya !!! trimakasih atas infonya pencerahan baru untuk saya
kunjungan sore sangat enak jika membaca artikel bermanfaat seperti ini.. makasih informasinya ya..
selamat pagi ...
untuk informasinya sangat menarik gan, keren banget. thanks ya
Pagi !!
jangan lupa awali harimu dengan membaca doa yah... Sukses terus ...
terimakasih informasinya sungguh sangat berguna dan bermanfaat sekalih admin, saya mohon jangan lupa untuk update berita terbarunya :D
mari kita rajin membaca.karena rajin membaca akan dapat menambah wawasan.Sehingga info-info yang sebelumnya tidak tau pun akan menjadi tau, terimaskish yah :D
artikel yang sangat bermanfaat, semoga saja dapat memberikan kontribusi kepada para pembaca setia website ini. terimkasih yaahh ...
artikelnya sangat bagus sekali nih.
terimakasi h atas informasi nya yaa ...
di tunggu postingan selanjutnya,karena di sini kami sangat tertarik dengan berita anda ..
informasinya sungguh sangat berguna untuk menambah ilmu baru,terima kasih ya pak admin untuk informasi nyah ..
sore pak !. semoga kabar baik selalu ada pada anda. Artikelnya bagus-bagus dan saya senang dapat berkunjung ke web site bapak :)
sore pak bro,,lewat kolom komentar ini ane ucapin banyak banyak terima kasih pada pak bro admin atas semua yang disajikan. terus update aahh biar lebih bermanfaat lagii ..
selamat sore ...
jumpa lagi untuk menyimak artikel yang bermanfaat ini
terimakasih ..
selamat sore, jumpa lagi untuk membaca artikelnya yang tidak akan membuat jenuh, dan akan membuat menambah wawasan
makasih informasinya sangat bermanfaat sekali buat saya yang dari tadi browsing di google cari informasi ini, makasih banyak ya, semoga sukses selalu. Jangan bosan update artikelnya selalu !!!
numpang baca artikelnya pak admin. Dan selamat sorei untuk pengunjung semuanya. Salam kenal dari saya :)
senangnya baca informasi ini, sangat bermanfaat. Ijin share link-nya yah gan :)
tulisannya menarik sekali, terima kasih telah berbagi.
dengan membaca kita bisa belajar dan mengetahui hal-hal baru yang terjadi ..
terimkasih atas artikelnya kawan :)
terima kasih banyak karena telah menyajikan berbagai informasi yang sangat menarik..
senang sekali bisa berjumpa dengan anda. sambil beraktivitas belajar dan mencari ilmu disini. Kapan ya beritanya di update lagi. Kita sangat menunggu. .
website yg super keren nih,info-info yg dihadirkan sarat mengandung makna,terima kasih ya gan..! semoga terus updated postingannya,salam kenal dan sukses selalu..
terima kasih atas informasinya sangat membantu saya sekali
terima kasih, informasinya sangat berguna. Senang deh berkunjung ke website ini, semoga terus ditambah artikelnya. dengan lebih menarik lagi ...
Saya ucapkan terimakasih kepada pembuat artikel ini, artikel ini berisi informasi yang sangat bermanfaat untuk smeua pembaca khususnya saya sendiri. Saya tunggu lagi informasi-informasi lainnya yang tidak kalah menarik.
Sukses selalu untuk anda
banyak hal positif yang dapat saya ambil dari artikel ini terimakasih untuk infonya dan ane tunggu artikel selanjutnya yah gan :)
mantap, artikel yang menarik, tetap semangat bikin artikel artikel menarik ya !
terimakasih gan ats informasi yang agan berikan ini, semoga dengan adanya informasi ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca. Saya Tunggu informasi-informasi yang lain
terima kasih telah berbagi..
mudah2n jadi berkah dan manfaat gan..
terimkasih infonya, sangat bagus sekali, mudah di mengerti dan tetap selalu menjadi web yang bagus .. sukses yaaa :)
informasi yang sangat berguna sekali khususnya bagi saya sebagai pembaca
terimakasih sebelumnya...
terima kasih, informasinya sangat berguna. Senang deh berkunjung ke website ini, semoga terus ditambah artikelnya.
semua artikel yang terdapat di web ini sangat bagus sekali.
sukses selalu dengan webnya ya pa admin.
terima kasih informasinya, semoga sukses selalu.
Dengan keyakinan success is my right! Sukses adalah hak saya dan setiap orang, maka usir semua sikap ragu-ragu dan takut gagal. Yakini bahwa kita dilahirkan untuk sukses ! Dan sukses adalah hak kita semua.
artikel yg menarik nih, dan saya menyukainya dan juga salam kenal dari kami dan makasi atas artikelnya yg bagus ini, hehe
terimakasih informasi nya yang telah agan berikan kepada kami, informasi agan sunggu sangt menarik sekali, posting terus yah :)
mantap deh gan info nya sangat bagus dan sangat menarik nieh gan ,,,,,,
pembahasan pada artikelnya sangat menarik dan sangat bermanfaat ....
semoga menjadi ide pencerahan baru dan motivasi maju ...
met sore ..
artikel nya berisi sangat penting.terimakasih banyak atas informasinya yang udah agan posting. sukses sob ..
terima kasih banyak untuk informasi yang telah disajikan senang bisa berkunjung !!!
dikunjungan pagi ini saya izin simak artikel gan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas infonya
terimakasih atas infonya,,kami sangat menunggu informasi yang selanjutnya.
simakanya sangat bagus di baca ..
kunjungan pagi semoga sukses selalu
postingan yang sangat bermanfaat dan informatif ..
maanfaat dari artikel ini sungguh luar biasa sekali.. terimakasih atas penerangan dan informasinya
wih serem bener gan ada kata kata keramatnya :(
mantap surantap terimakasih atas segala yang telah kau berikan ,..
artikel yang bapa berikan, sangat bagus untuk saya simak :)
Artikel yang sangat menarik dan sangat mendidik sekali untuk di baca dan Sukses terus untuk websitenya
makasih Situs Anda selalu memberikan informasi yang update dan sangat bermanfaat sekali ..
terimakasih pada admin yang telah berbagi informasi kepada kami. Semoga dapat memberikan dampak positif bagi semuanya.
makasih infonya dan sukses terus ya, jangan lupa mampir balik ya gan ,,
menarik sekali..
Artikel yang Anda berikan sangat bermanfaat,,
salam semangat..
terimakasih atas infonya sangat membantu sekali ...
terima kasih sudah berbagai info yang sangat menarik , salam sehat gan ..
terimaksih untuk di perbolahkan menyimak artikel nya dan diijinkan komentar disini :)
web yang penuh insfiratif, semoga makin banyak peminat pembacan nya, sukses yaahhh ..
Setelah saya membaca artikel di atas, saya mendapatkan banyak sekali ilmu.. terima kasih atas infonya
terimakasih atas infonya, sukses selalu dan sangat bermanfaat sekali. ..
izin berkunjung dan selamat menjalankan aktivitasnya
terima kasih banyak karena sudah berbagi informasi yang menarik
Senangnya baca informasi ini, sangat bermanfaat. Ijin share link-nya yah pak admin :)
Menarik sekali artikel yang Anda berikan sangat bermanfaat salam semangat dan jangan lupa posting yang baru nya lagi :)
obat pembesar penis
alat pembesar penis
obat kuat sex
obat perangsang wanita
obat pembesar payudara
alat pembesar payudara
alat bantu sex pria
alat bantu sex wanita
artikel yang menarik gan, makasih banyak sangat bermanfaat sekali
Saya suka artikel nya :):D
Bagus sekali isi artikel nya gan :D
Cara Sembuhkan Penyakit Lipoma
thanks ya gan atas sharenya, salam sukses
di tunggu ya gan share selanjutnya, terimakasih banyak, salam
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
panjang banget ceritanya nya mbak :D
makasih banyak gan atas share artikelnya, salam sehat
Website of yours is very nice, and it is also good to read. Anyway a success continue to make you the owner of this blog.
Obat Pengurang Nafsu Makan
Really your blog is very interesting.... it contains great and unique information. I enjoyed to visiting your blog. It's just amazing.... my blog: Penyebab Batuk Kering Disertai Gatal Tenggorokan
bagus artikelnya gan....
bagus artikelnya gan....
artikelnya bagus gan....
This was a fantastic article. Really your blog is very interesting.... it contains great and unique information.. I always express my gratitude to you for allowing me to comment Obat Radang Sendi Karena Asam Urat
This was a fantastic article. Really your blog is very interesting.... it contains great and unique information.. I always express my gratitude to you for allowing me to comment Obat Radang Sendi Karena Asam Urat
artikelnya bagus gan.....
bagus artikelnya gan......
bagus artikelnya gan......
bagus artikelnya gan......
bagus artikelnya gan.....
bagus artikelnya gan........
bagus artikelnya gan.....
bagus artikelnya gan......
Informasi yang sangat menarik. Terima kasih atas informasinya semoga tetap update lagi.
bagus artikelnya gan.....
bagus artikelnya gan.....
bagus artikelnya gan.....
WAOWW
Untuk saat ini pendaftaran di PAPA4D di tutup ya sobat²ku. pendaftaran sobat²ku dialihkan ke PAPA4D2.
kami berTerima kasih banyak kepada semua member² kami atas kepercayaan sobat²ku semuanya yang sudah mempercayakan BO kami sebagai BO TERPERCAYA sobat²ku...
UNTUK PENDAFTARAN SILAKN KLIK LINK DIBAWAH INI
http://www.papa4d2.com/ref.php?ref=key
HAIZZ
poker online
Agen Domino
Agen Poker
Kumpulan Poker
bandar poker
Judi Poker
mantap gan infonya, sukses selalu
bagus ceritanya gan.....
bagus ceritanya gan.....
ceritanya bagus gan.......
bagus ceritanya gan....
bagus ceritanya gan....
bagus ceritanya gan....
bagus ceritanya gan.....
bagus artikelnya gan.....
haii,.. Website of yours is very nice, and it is also good to read. Anyway a success continue to make you the owner of this blog. Tips Agar Penis Tidak Mudah Loyo Atau Lemas || Inilah Tips dan Cara Ampuh Mengatasi Ejakulasi Dini || Efek Terlalu Sering Mengeluarkan Sperma || Cara Memperbanyak Sperma || Dampak Terlalu Sering Onani Atau Masturbasi || Berhenti Onani Apakah Bisa Sembuhkan Ejakulasi Dini
bagus artikelnya gan......
bagus artikelnya gan.....
bagus artikelnya gan.....
Posting Komentar