Nona berbaju putih itu segera berkerut kening, paras mukanya
juga turut berubah menjadi dingin seperti es, katanya:
“Guruku Han-thian it-kiam Cia Cu-kim telah berangkat ke daratan
Tionggoan semenjak dua bulan berselang, hingga kini dia belum
kembali…. Sekarang kedua kalinya kuperingatkan kepadamu,
sebelum orang-orang Huan-mo-kiong pada pulang, lebih baik cepatcepatlah
tahu diri dan mengndurkan diri dari sini, kalau t idak kau
bisa mati tanpa liang kubur di tempat ini.”
Mendongkol sekali hati Ku See-hong setelah mengetahui kalau
biang keladinya tak ada di rumah, dia segera tertawa dingin:
“Kalau memang tua bangka itu tidak ada di rumah, lain kali aku
orang she Ku pasti akan mencarinya lagi untuk direnggut nyawanya,
malam ini akan kumusnahkan dahulu sarang iblisnya… bila kau tahu
diri, cepatlah tinggalkan tempat ini, aku orang she Ku mengingat
kau masih memiliki watak manusia, tak akan kuusik dirimu.”
Diam-diam nona berbaju putih itu menghela napas panjang,
pikirnya kemudian:
“Betul-betul seorang pendekar muda yang keras kepala dan
tinggi hati, aaai… kasihan jika dia harus menemui ajalnya pula di
dalam istana Huan-mo-kiong…. Keng Cin-sin, wahai Keng Cin-sin,
kau sudah penuh dengan dosa dan menyalahi hukum Thian, apakah
kau akan membiarkan pendekar muda ini kembali terkubur di sini?
Kau tak boleh membiarkan orang ini mengorbankan pula jiwnya di
tangan kaum laknat tersebut….”
Untuk sesaat lamanya perlbagai ingatan berkecamuk dalam
benak nona berbaju putih itu. Tiba-tiba wajahnya menjadi cerah
kembali, dengan lembut katanya:
“Ku Sauhiap, aku tahu kalau kau angkuh dan keras kepala,
lagipula mempunyai dendam kesumat sedalam lautan, tak nanti kau
akan mundur dengan begitu saja dari sini, cuma aku ingin bertaruh
235
dulu denganmu, bila kau sanggup mengalahkan aku dalam tiga
jurus, silahkan kau masuk ke dalam istana Huan-mo-kiong. Kalau
tidak, cepatlah mengundurkan diri dari sini, ketahuilah t indakanku
berbicang-bincang denganmu pada malam ini sudah melanggar
peraturan rumah tangga kami dan seharusnya menerima hukuman
mati…”
Terkesiap hati Ku See-hong sesudah mendengar perkataan itu,
segera pikirnya:
“Mungkinkah gadis ini adalah sekuntum bunga teratai putih yang
benar-benar masih suci dan belum ternoda?”
Tapi dasar wataknya memang angkuh, dengan wajah dingin
seperti es, segera katanya:
“Maksud baik nona biar aku orang she Ku terima di dalam hati
saja. Kalau memang begitu, maaf kalau aku akan berbuat lancang.”
Sementara berkata, dengan suatu gerakan yang cepat seperti
sambaran kilat Ku Se-hong bergerak maju ke depan. Telapak tangan
kirinya membuat satu gerakan melingkar yang aneh sekali,
semenara tangan kanannya digetarkan keras-keras. Lima gulung
desingan angin tajamyang disertai dengan hembusan angin dahsyat
dengan cepat menyergap ke atas jalan darah penting di tubuh Lengsin
si nona berbaju putih.
Serangannya semakin ganas dan dahsyat, jurus serangannya
juga hebat sekali.
Menyaksikan serangan itu, paras muka si nona berbaju putih
Keng Cin-sin segera berubah hebat, dengan cepat badannya
mengegos ke samping dan meloloskan diri dari sergapan Ku Seehong
yang cepat bagaikan sambaran petir itu, kemudian dengan
enteng sekali badannya maju ke depan. Telapak tangan yang putih
dan halus itu, kiri kanan melancarkan serangan, telapak tangan
kirinya melancarkan pukulan tenaga Yang-kang yang hebat tenaga
pukulannya menderu-deru, sebaliknya telapak tangan kanannya
melancarkan sebuah jurus pukulan yang bertenaga Im-kang, lemah
gemulai seakan-akan sama sekali tak bertenaga.
236
Ku See-hong sama sekali t idak menyangka kalau gerakan
menghindar dan gerakan melancarkan serangan balasan yang
dilakukan gadis itu bisa dilakukan dengan begitu aneh dan
cepatnya.
Dalam keadaan terkesiapnya, jurus serangan tangguh segera
dilancarkan berulang kali, sementara kakinya melangkah dengan
ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong, secara aneh tapi pasti
tubuhnya melejit ke samping kanan lawannya, lalu kesepuluh jari
tangannya disentilkan bersama.
Desingan angin tajam mendesing memekikkan telinga, segulung
gulungan tenaga serangan bagaikan sepuluh bilah pedang terbang
berbareng mengancam sepuluh tempat jalan darah penting di tubuh
lawan.
Keng Cin-sin, si nona berbaju putih itu membentak keras,
tubuhnya bergetar indah sepasang telapak tangannya diputar
membentuk segulung tenaga pukulan yang lembut dan tiba-tiba
saja balik menggulung ke atas tubuh Ku See-hong.
Perasaan Ku Se-hong waktu itu sudah diliput i oleh perasaan
bergidik bercampur kaget, dia sudah tahu kalau nona berbaju putih
ini memiliki kepandaian silat yang maha lihay, sedikitpun tidak
berada di bawah Im Yan cu, sekalipun ada selisihnya, juga minim
sekali.
Maka setelah berpikir sejenak, tubuhnya lantas melayang sejauh
empat kaki jauhnya mengikuti ke hembusan angin pukulan yang
kuat itu.
Sebaliknya Keng Cin-sin yang sudah bertarung dua jurus dengan
Ku See-hong, meski dia tahu kalau pemuda ini memiliki ilmu silat
yang sangat lihay, namun dia yakin kemampuan semacam itu masih
belum mampu untuk menghadapi kakak seperguruannya… Saukiongcu
dari istana Huan-mo-kiong.
“Ku sauhiap,” kata Keng Cin-sin kemudian dengan suara dingin,
“Ucapan seorang kuncu berat bagaikan bukit Thay-san, kini tinggal
satu jurus yang terakhir….”
237
Paras muka Ku See-hong juga berubah menjadi dingin dan kaku,
ucapnya pula:
“Harap nona perhatikan baik-baik, di dalam serangan yang
terakhir ini akan kupergunakan sebuah jurus serangan yang
mematikan, begitu digunakan… aku sendiripun tak dapat
mengendalikannya kembali. Bila kau menganggap tidak memiliki
kemampuan untuk menghindarinya, harap segera mundur dengan
cepat….”
Agak termangu-mangu Keng Cin-sin setelah mendengar ucapan
tersebut, mungkinkah dia benar-benar memiliki ilmu silat yang
begini hebatnya?
Tapi ketika menyaksikan ucapan Ku See-hong yang begitu serius,
dia tak berani pula bertindak gegabah. Diam-diam ia
mempersiapkan diri lalu mundur ke belakang, dia bukannya takut
mati, tapi sekarang ia belum boleh mati….
“Hati-hati!” bentak Ku See-hong dengan suara dingin.
Mendadak seapsnag lengannya diputar dan digerakkan dengan
suatu gerakan aneh, tiba-tiba saja seluruh badannya melambung ke
tengah udara, menyusul kemudian sepasang kakinya bergetar
secara aneh… seluruh tubuhnya tahu-tahu sudah melayang kembali
ke atas tanah.
Pada saat ujung kakinya hampir menyentuh permukaan tanah
itulah tiba-tiba Ku See-hong menerjang ke depan… “Blaaamm…! ”
diiringi kilatan cahaya tajam yang amat menyilaukan mata, suatu
ledakan keras berkumandang memecahkan keheningan.
Untung saja sebelum serangan tersebut dilancarkan, Keng Cin-sin
telah memperoleh peringatan dari Ku See-hong, tiba-tiba saja dia
merasakan sekujur badannya seakan-akan terbungkus di balik
cahaya keemas-emasan yang amat menyilaukan mata. Ia tahu jurus
serangan ini terlampau ganas… Dalam terkesiapnya dengan
mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya dia melompat ke
belakang.
238
Namun, baru saja badannya meninggalkan permukaan tanah,
matanya telah berkunang-kunang dan kepalanya amat pening. Dia
merasakan datangnya segulung tenaga pukulan yang aneh
membuat napasnya menjadi sesak. Dalam terkesiapnya buru-buru
dia menjejakkan kakinya ke tanah, dengan menghimpun tenaga
dalam yang ada di dalam pusar, dia percepat gerakannya untuk
melompat mundur.
Kendatipun gerakan yang dilakukan olehnya dilakukan cukup
cepat, dan lagi sebelum serangan dilancarkan ia telah memperoleh
peringatan dulu, namun tiga gerakan dari jurus Hoo-han-seng-huan
tersebut memang terlampau dahsyat…. Ditambah pula tenaga
dalam yang dimiliki Ku See-hong makin hari makin bertambah
pesat. Kesempurnaan tenaga dalamnya sekarang sudah berlipat
ganda bila dibandingkan sewaktu bertarung melawan Im Yan cu
tempo hari.
Terdengar nona berbaju putih itu mendengus tertahan, badannya
terkena sambaran ekor tenaga serangan dari jurus Tee-cian-hun-ih
(Sukma Sengsara Neraka Mengerikan) itu, hingga badannya
mencelat sejauh empat kaki. Baju putih yang dikenakan itu sudah
robek sebagian besar sehingga kulit badan yang berwarna putih itu
lamat-lamat kelihatan. Merah padam selembar wajah Keng Cin-sin
karena jengah, dengan agak cemas dia lantas berseru, “Hati-hati
dengan akal muslihat dan tipu daya mereka!”
Di tengah seruan tersebut, bayangan putih tampak berkelebat
lewat, bagaikan sukma gentayangan dia sudah menyusup masuk ke
dalam hutan bunga tho itu. Pada saat itulah, tiba-tiba dari balik
hutan bunga tho itu kembali berkumandang suara bentakan yang
keras, menyusul bergemanya suara tertawa aneh yang mengerikan.
“Sreeett… sreeett…!” dua sosok bayangan manusia, bagaikan
sukma gentayangan munculkan diri dari balik pepohonan. Kemudian
dalam beberapa kali lompatan saja telah berada di hadapan Ku Seehong.
Dilihat dari ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya, dapat
diketahui kalau ilmu silat yang mereka miliki tidak lemah.
239
Dari balik mata Ku See-hong yang tajam segera memancarkan
sinar menggidikkan hati, disapunya sekejap pendatang itu, lalu
mendengus dingin dengan nada sinis:
“Rupanya kalian dua orang manusia laknat yang berhawa sesat
ingin datang menghantar kematian. Baik, aku orang she Ku akan
menghantar dulu keberangkatan kalian….”
Ternyata dua orang yang munculkan diri itu adalah manusia aneh
Im-Yang, bertubuh aneh dan kurus kering seperti tengkorak, selain
mukanya berwarna pucat keabu-abuan, bibirnya tampak lancip
dengan tulang pipi yang sempit.
Kedua orang manusia aneh ini terbiasa bersikap bengis, buas dan
tidak mengenal ampun, sudah barang tentu mereka tidak tahan
menghadapi sikap Ku See-hong yang begitu sinisnya itu.
Salah seorang di antaranya, seorang manusia aneh berjubah
panjang warna hijau segera berteriak aneh, kemudian serunya:
“Anjing cilik, kematian sudah berada di ambang pintu masih
berani bicara takabur. Hmm! Lohu akan segera mengirimmu pulang
ke rumah kakek moyangmu….”
Di tengah teriakan tadi, dia meloloskan sebuah senjata aneh
yang berwarna hitam, lalu dengan membentuk selapis cahaya busur
berwarna perak yang amat rapat, disertai desingan angin tajam
yang menderu-deru, langsung menggulung ke tubuh Ku See-hong.
Kiranya dua orang manusia aneh itu tak laian adalah Sim-tongcu
yang paling beracun dalam istana Huan-mo-kiong… Im-Yang Siangmo
(Sepasang Iblis Im Yang).
Bukan cuma bengis dan kejam saja, kedua orang inipun
termasyhur karena kebuasannya yang lebih mendekati tak kenal
perikemanusiaan.
Sudah cukup lama kedua orang ini bersembunyi di balik hutan
bunga tho, mereka pun cukup mengetahui betapa lihaynya
kepandaian silat yang dimiliki Ku See-hong, maka dari itu, begitu
240
turun tangan, mereka lantas mengeluarkan senjata andalannya
yang paling beracun Sah-hi-ci (Duri Ikan Hiu).
Begitulah, sementara senjata Duri Ikan Hiu di tangan kanannya
menciptakan gelombang cahaya tajam yang berlapis-lapis, tangan
kirinya juga dipentangkan seperti cakar setan untuk menciptakan
lapisan hawa tajamyang segera menyelimuti seluruh angkasa.
Ku See-hong sudah mempunyai perhitungan yang cukup matang
di dalam hatinya, diam-diam dia berpikir:
-oo0dw0oo-
Jilid 8
“JIKA ingin menghemat tenaga aku harus mempergunakan jurus
serangan paling aneh, paling dahsyat dan paling cepat untuk
membinasakan kedua orang manusia aneh ini.”
Karena itu melihat datangnya ancaman tersebut, Ku See-hong
tak berani berayal, dengan cepat dia kembangkan ilmu gerakan
tubuh Mi-siu-biau-tiong untuk menghindarkan diri, kemudian dalam
kesempatan tersebut, jurus serangan yang ampuhpun segera
dilancarkan.
Tampaknya Ku See-hong dengan mempergunakan kecepatan
yang mengaburkan pandangan mata berputar dan berkelebat
secepat sambaran kilat, jurus serangan dilancarkan berulang kali,
kedahsyatannya mengejutkan membikin orang menjadi tertegun
dan tak habis berpikir.
Iblis aneh berbaju aneka warna itu memutar pula Duri Ikan Hiunya
melancarkan serangan ke atas bawah, selapis garis busur yang
melingkar-lingkar dan berlapis-lapis segera tercipta di udara
ibaratnya cahaya bianglala di angkasa, sinar tajam amat
menyilaukan mata.
241
Sementara itu telapak tangan kirinya menyusul putaran senjata
tersebut menciptakan pula bayangan busur yang berlapis-lapis,
hawa pukulan yang berat dan tajam segulung demi segulung
meluncur keluar bagaikan gulungan gelombang di tengah samudra.
Ilmu silat aliran Huan-mo-kiong di lautan Lam-hay ini memang
benar-benar luar biasa sekali, namun diapun tidak lebih hanya jago
kelas dua dalam istana Huan-mo-kiong, bisa dibayangkan betapa
dahsyatnya jago-jago kelas satu mereka.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah saling bergebrak
sebanyak belasan jurus.
Hawa nafsu membunuh telah berkobar dalam benak Ku Seehong,
sambil berpekik nyaring, tubuhnya meloloskan diri dari
lingkaran tenaga pukulan lawan, dengan suatu gerakan yang sangat
aneh, kemudian secepat sambaran kilat telapak tangan kanannya
dilontarkan ke depan.
Dalam melancarkan serangan ini, Ku See-hong telah
menggunakan tenaga dalamnya sebesar enam bagian, kekuatan
pukulannya dahsyat seperti raksasa membelah bukit. Di tengah
hembusan angin berpusing, udara menderu-deru, pasir dan batu
kerikil beterbangan, keadaan benar-benar mengerikan sekali.
Di mana angin tajam mendesing, terdengar jeritan ngeri yang
menyayatkan hati bergema memecahkan keheningan, iblis aneh
berbaju aneka warna itu mencelat tiga kaki ke belakang dan ….
“Blaamm! ” roboh terkapar di tanah lalu menemui ajalnya seketika
itu juga.
Tiba-tiba berkumandang kembali suara tertawa seram yang
mengerikan, dua gulung angin pukulan yang lembut tapi kuat tahutahu
sudah menyergap ke punggung Ku See-hong, “Blaaam…! ”
dengan disertai dentuman keras, tenaga sakti Kan-kun-mi-siu yang
dilatih Ku See-hong dalam tubuhnya telah membuyarkan tenaga
serangan itu secara otomatis, kemudian ia membalikkan badannya,
dengan sorot mata yang memancarkan kebengisan, dia lepaskan
242
kembali sebuah pukulan dahsyat ke tubuh iblis aneh berbaju merah
itu.
Tampak tenaga serangan yang dilancarkan Ku See-hong itu
membawa berbagai angin desingan tajam, yang memekikkan
telinga, seperti bendungan yang jebol saja, angin pukulan dahsyat
dengan hebatnya meluncur ke depan…
Agaknya iblis aneh berbaju merah itu sama sekali tak menyangka
kalau kedua buah angin pukulan lembutnya yang sanggup
menghancurkan batuan cadas sama sekali tidak menimbulkan reaksi
apa-apa meski sudah terkena di tubuh lawan secara telak. Untuk
sesaat lamanya dia sampai berdiri termangu-mangu.
Pada saat itulah, segulung tenaga pukulan yang menyesakkan
napas telah meluncur datang dan menekan dadanya berat-berat,
seketika itu juga dia merasakan kepalanya pusing sekali, darah yang
mengalir di dalam tubuhnya seperti mau meletus, sakitnya bukan
kepalang.
Jeritan ngeri yang memilukan hatipun segera berkumandang
memecahkan keheningan, iblis aneh berbaju merah itu tahu-tahu
sudah tewas dengan darah kental bercucuran dari ketujuh lubang
inderanya.
Saat kematian bagi Im-Yang Siang-mo meski tidak berbarengan,
namun selisih waktu di antara merekapun minim sekali.
Setelah berhasil membinasakan sepasang iblis tersebut, Ku Seehong
segera mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring,
kemudian secepat kilat meluncur ke arah hutan pohon tho tersebut.
Dalam waktu singkat Ku See-hong telah menembusi beberapa
puluh batang pohon bunga tho, tiba-tiba dia merasakan dalam
hutan itu seakan-akan terdapat begitu banyak pasukan yang
mengurung sekeliling tempat itu, sehingga walaupun ia sudah
mencoba untuk menerjang ke kiri atau ke kanan, tetap gagal untuk
menerjang keluar dari hutan itu.
243
“Aduuuh celaka…! Ku See-hong segera berpekik dalam hatinya,
“Aku telah terjebak oleh permainan busuk lawan….!”
Ternyata hutan bunga tho itu merupakan pos penjagaan pertama
dari istana Huan-mo-kiong. Barisan pembingung sukma yang diatur
dalam hutan tersebut, diatur menurut barisan Ngo-heng pat-kwa-tin
yang dirubah susunannya. Bila seseorang tidak memahami ilmu
barisan, maka kendatipun ilmu silat yang dimiliki amat lihay, jangan
harap bisa keluar dari hutan bunga tho ini, sebab bila melewatinya
secara sembarangan, maka pada akhirnya toh akan terjebak pula ke
dalam perangkap mereka.
Sesungguhnya Ku See-hong juga tahu kalau barisan pembingung
sukma yang berada dalam hutan bunga tho itu sangat lihay dan luar
biasa, barang siapa berani memasukinya secara sembarangan maka
akhirnya akan terjerumus dalam mara bahaya.
Namun pemuda yang tinggi hati dan keras kepala ini enggan
untuk pasrah dan menyerah dengan begitu saja, maka dia mulai
menerjang ke kiri, berputar ke kanan dengan harapan bisa lolos dari
kepungan barisan lihay itu.
Orang bilang, sekalipun orang pandai, suatu kala akan menjadi
menjadi pikun juga, begitu pula keadaannya Ku See-hong, dia
hanya tahu berputar kesana kemari tiada hentinya, lambat laun
kesadarannya makin kabur dan sekujur badannya sudah basah
kuyub oleh keringat.
Tiba-tiba….
Ku See-hong mendengar ada orang yang tertawa seram dari sisi
tubuhnya, kemudian kedengaran orang itu berkata:
“Anjing kecil, kali ini ada kenikmatan untuk kau rasakan, bukan?
Heeehh… heeehh… heeehh… tak ubahnya seperti permainan joget
ketek (monyet saja) saja.”
Dengan suatu gerakan yang cepat Ku See-hong berpaling ke arah
mana datangnya suara tersebut, namun tiada sesosok bayangan
244
manusia pun. Apa yang terlihat tak lebih hanya bunga tho yang
berlapis-lapis.
Tak terlukiskan rasa geram anak muda itu dibuatnya. Dengan
gusar dia lantas membentak keras:
“Manusia laknat dari Huan-mo-kiong, mengapa tidak segera
menggelinding keluar? Apakah gunanya bermain sembunyi terus
semacamanak kura-kura saja?”
“Bajingan cilik yang bermata buta, kami toh berada di sisimu,
masa kau tidak melihatnya?” jengek orang itu dengan sinis.
Kemudian terdengar pula suara yang tajam melengking
berkumandang lagi:
“Hmm… Kalau sudah tahu bermata buram macam begitu,
mengapa kau berani mendatangi pulau Huan-mo-to untuk mencari
balas? Benar-benar tak tahu diri?! Hmm… kau sudah pasti tak akan
dapat lolos dari neraka maut yang diatur oleh Huan-mo-kiong kami,
sekarang akan kuberi sedikit waktu bagimu untuk hidup. Menanti
kalau kiongcu telah kembali, kau baru akan diputuskan
hukumannya. Malam ini kau telah membunuh dua orang tongcu
kami, maka kaupun jangan berharap bisa lolos dari sini dalam
keadaan hidup….”
Dengan mengandalkan sepasang matanya ayang tajam, sekali
lagi Ku See-hong memeriksa keadaan di sekeliling tempat itu.
Namun ia belum berhasil menemukan sesosok bayangan manusia
pun.
Dia hanya merasa orang yang berbicara itu seakan-akan sebentar
berada di sebalah timur, sebentar lagi di barat, kedudukannya tak
menentu… dia kuatir secara tiba-tiba orang tersebut melancarkan
sergapan kilat kepadanya.
Sekarang, walaupun Ku See-hong merasa gusar sekali, namun ia
sudah terjebak dalam barisan pembingung sukma dalam hutan
bunga Tho itu, sekalipun akan mengumbar hawa amarahnya juga
percuma.
245
Dalam keadaan begini, diam-diam ia lantas menghimpun tenaga
dalamnya dan siap melakukan tindakan bilamana diperlukan. Dia
tahu banyak berbicara hanya memberi kesempatan baik saja bagi
lawannya untuk bertindak.
Mendadak….
Dari luar hutan sana bergema suara pekikan aneh yang
memekikkan telinga. Di balik suara pekikan tersebut terbawa suatu
hawa yang menyeramkan sekali.
Pekikan tersebut telah berkumandang dari luar hutan bunga Tho,
yang dengan kecepatan luar biasa meluncur tiba, bukan hanya
panjang dan mengerikan saja suaranya, lagipula membikin hati
bergidik dan bulu kuduk pada bangun berdiri.
Dari suara pekikan lawan yang kian lama bertambah tinggi dan
melengking, Ku See-hong tahu kalau pendatang itu memiliki
kepandaian silat yang amat sempurna, tidak berada di bawah
manusia aneh berkerudung yang pernah dijumpainya. Terlintas satu
dugaan bahwa orang ini mungkin adalah sau-kiongcu dari Lam-hay
Huan-mo-kiong.
Dengan kenyataan ini, anak muda tersebut makin sadar bahwa
kedatangannya ke pulau Huan-mo-to kali ini lebih banyak
bahayanya daripada selamat.
Terdengar suara meneramkan yang dingin kaku tadi kembali
berkata,
“Sau kiongcu, anjing itu sudah membunuh Sim-tong tongcu
pertama, Im-Yang, dua orang tongcu… dan melanggar beberapa
buah dosa besar, mohon diberi petunjuk hukuman apakah yang
hedak dilimpahkan kepadanya?”
Dengusan dingin bergema, kemudian seseorang menjawab:
“Barangsiapa berani memasuki istana Huan-mo-kiong, semuanya
dijatuhi hukuman dengan Lima Macam Siksaan. Cuma orang ini bisa
membunuh Tit-it sintong tongcu berarti dia mengerti sedikit ilmu
silat kucing kaki tiga. Kalian sebagai tongcu sim-tong ke-dua
246
sepantasnya jika menyiksa dirinya lebih dulu agar orang ini
merasakan sedikit kelihayan ilmu silat Huan-mo-kiong sebelum
ajalnya tiba.”
Ku See-hong marah sekali, dia lantas menengadah dan tertawa
terbahak-bahak dengan seramnya. Suara tertawanya keras
memekikkan telinga, cukup membuat perasaan orang bergetar
keras.
Kemudian setelah berhenti tertawa ia mendengus sinis,
tantangnya dengan suara keras:
“Manusia-manusia laknat yang berhati busuk, jika kalian punya
kepandaian, hayo tongolkan kepalamu dari tempat persembunyian,
akan kubuktikan sendiri, apa benar orang-orang Huan-mo-kiong
memiliki kemampuan t iga kepala enam lengan.”
Untuk sesaat lamanya ketiga orang itu tetap bungkam dalam
seribu bahasa, rupanya mereka tertegun juga menyaksikan
kegagahan serta keberanian Ku See-hong. Sepanjang sejarah,
belum pernah ada orang yang begitu berani mendatangi pulau
mereka.
Tak lama kemudian, terdengar seorang berkata dengan suara
yang dingin menusuk tulang:
“Orang she Ku, dengan mengandalkan ucapan yang takabur
tersebut, pun sau-kiongcu menjadi tertarik sekali untuk mencoba
dahulu sampai di manakah kelihayanmu, akan kulihat apa yang kau
andalkan sehingga begitu sombong dan takabur!”
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, kurang lebih dua
kaki di belakang pohon bunga Tho, tepat di hadapan Ku See-hong
melompat keluar tiga sosok bayangan manusia.
Orang yang berada di tengah adalah seorang pemuda berjubah
panjang warna biru yang hampir sebaya usianya dengan diri Ku
See-hong sendiri. Sebilah pedang berbentuk aneh tersoreng di
punggungnya, gagang pedang berwarna emas, kakinya bersepatu
247
indah. Ia berwajah tampan dan gagah, sekilas pandangan mirip
seorang kongcu romant is.
Cuma sayang sinar matanya membawa cahaya kebuasan,
kebrutalan dan kelicikan. Orang ini tak lain adalah kiongcu muda
dari istana Huan-mo-kiong, Si Pedang Emas Cia Tiong-giok.
Di sebelah kirinya berdiri seorang manusia aneh bermuka kuda
yang mengenakan jubah berwarna putih seperti pakaian berkabung,
sedang di sebelah kanannya adalah seorang kakek kurus bermata
besar, beralis mata tebal dan berwajah seram.
Kedua orang ini tak lain adalah tongcu ruang siksa ke-dua dari
istana Huan-mo-kiong, Siang-khi tok-ci (Kakek Beracun Pembawa
Hawa Kematian) Mao Soh-sat serta Ceng-hong mi-tan (Peluru
Pembingung yang Menggetarkan Jagad) Ciu Khi-sin.
Ternyata pembagian urutan jago-jago dalam Huan-mo-kiong
terbagi menjadi lima ruang siksa (sin-tong), makin meningkat satu
tingkatan berarti penghuninya berilmu silat lebih tinggi.
Dalam perguruan Huan-mo-kiong, kedudukan Tongcu merupakan
jago-jago yang terdiri dari jago-jago kelas dua dan keals satu. Lebih
ke atas lagi adalah keempat Huhoat (pelindung) dari Kiongcu yang
terbagi menjadi Panji Merah, Biru, Hitam dan Putih. Kepandaian silat
yang mereka miliki rata-rata sangat lihay, masing-masing memiliki
serangkaian ilmu rahasia yang sangat beracun.
Dari sini dapat diketahui kalau kekuatan dari orang-orang Huanmo-
kiong sesungguhnya luar biasa sekali, jauh lebih tangguh
daripada kekuatan perkumpulan besar dalam dunia persilatan.
Kekuatan semacam ini tentu saja tak boleh dipandang rendah.
Dengan sorot mata yang tajam, Ku See-hong memandang
sekejap wajah musuh-musuhnya, diam-diam dia terkesiap juga.
Pemuda itu sadar bahwa ketiga orang musuhnya ini merupakan
jago-jago paling top dalam dunia persilatan dewasa ini.
248
Tak heran kalau umat persilatan pada jeri bila membicarakan soal
kemampuan Huan-mo-kiong. Rupanya jago-jago lihay mereka,
selain banyak, juga merupakan pilihan.
Ku See-hong yang bernyali baja dan berkeras kepala, betul hati
kecilnya merasa terkesiap, namun wajahnya masih kelihatan sangat
tenang. Setelah tertawa ringan ujarnya ketus:
“Bagus sekali! Bagus sekali! Sekarang aku orang she Ku akan
menghantar kalian satu persatu pulang ke rumah nenek moyang
kalian.”
Bahwasanya Ku See-hong secara beruntun berhasil
membinasakan dua orang tongcu mereka, peristiwa ini sudah
merupakan suatu aib yang belum pernah dialami Huan-mo-kiong
sepanjang sejarahnya, tak heran kalau mereka tidak membiarkan
musuhnya berbuat semena-mena terus menerus.
“Anjing laknat, sebelum mampus kau masih berani bicara
takabur?” bentak Kakek Beracun Pembawa Hawa Kematian Mao
Soh-sat dengan geramnya.
Di tengah bentakan keras, Kakek Beracun Pembawa Hawa
Kematian ini menerjang ke depan. Sepasang telapak tangannya
didorong bersama ke muka, segulung tenaga pukulan yang amat
dahsyat bagaikan gulungan ombak samudra segera meluncur ke
depan.
Ku See-hong membentak keras, dengan suara yang menggelegar
seperti guntur, sepasang telapak tangannya dirangkap menjadi satu,
lalu secara tiba-tiba dilontarkan keluar.
Dalam waktu singkat, segulung angin pukulan yang amat
kencang, bagaikan hembusan angin puyuh meluncur ke depan
menyongsong datangnya ancaman tersebut.
“Blaaam…!” ketika dua gulung angin pukulan itu saling
membentur, terjadilah ledakan yang memekikkan telinga, lalu terjadi
pusaran angin berpusing yang menyapu ke empat penjuru. Daun
249
dan ranting segera berguguran ke atas tanah, batu dan pasir
beterbangan di angkasa, keadaan yang sangat mengerikan.
Kakek Beracun Pembawa Hawa Kematian, Mao Soh-sat
merasakan sepasang bahunya bergetar keras, lalu tubuhnya mundur
tiga empat langkah dengan sempoyongan.
Sebaliknya Ku See-hong masih tetap berdiri tegak di tempat
semula. Meski begitu mukanya menjadi serius, jelas hatinya merasa
amat terperanjat.
Dengan geramnya Kakek Beracun Pembawa Hawa Kematian
menjerit lengking, tiba-tiba tubuhnya menyelinap ke depan,
sepasang cakar setannya diulur dan ditarik sambil memancarkan
selapis hawa kabut berwarna hijau, lalu dengan disertai desingan
angin dingin menyergap ke tubuh Ku See-hong.
Secara tiba-tiba saja anak muda itu merasakan datangnya
sergapan hawa dingin yang menyengat badan, lalu hidungnya
megendus bau amis yang busuk dan tak sedap dirasakan, menyusul
kemudian kepalanya terasa pening dan dadanya sesak, dia lantas
sadar, di balik kabut hijau itu terdapat racun keji yang sangat hebat.
Dalam kejutnya, ia berusaha mengerahkan ilmu gerakan
tubuhnya untuk menyelinap keluar. Siapa tahu kabut hijau itu sudah
mengikut i hembusan angin pukulannya yang amat tajam itu
menyelimuti seluruh tubuhnya….
Seketika itu juga Ku See-hong merasakan napasnya menjadi
amat sesak, diam-diam ia berpekik:
“Habis sudah riwayatku kali ini?!”
Dalam keadaan beginilah, mendadak Ku See-hog merasakan
munculnya dua gulungan tenaga panas dan dingin yang aneh dari
pusar yang segera menyebar ke dalamsekujur badannya.
“Blaaamm… Blaaamm…!” letupan demi letupan bergema
memenuhi angkasa. Semua kabut beracun dan tenaga serangan
yang telah mengurung sekujur badannya itu tahu-tahu sudah lenyap
tak berbekas.
250
Dalam pada itu, Kakek Beracun Pembawa Hawa Kematian Mao
Soh-sat, telah memperdengarkan suara tertawa seramnya sembari
berseru:
“Bocah keparat she Ku, sekarang kau sudah terkena Ngo-tok imkhi
(Hawa Dingin Panca Bisa)-ku, selewatnya dua belas jam, dalam
siksaan dan penderitaan, kau akan muntah darah dan….”
Mendadak dia menutup mulutnya kembali sebab dijumpainya Ku
See-hong sama sekali tidak menunjukkan gejala keracunan. Tak
terlukiskan rasa terkesiap hatinya merasakan kenyataan tersebut.
Untuk sesaat dia sampai berdiri termangu belaka dengan mata
terbelalak dan melongo lebar.
Malah sau kiongcu, Si Pedang Emas Cia Tiong-giok yang berilmu
tinggi pun ikut berubah wajahnya setelah menyaksikan kenyataan
itu.
Sementara mereka masih tertegun, mendadak Ku See-hong
berpekik nyaring….
Suara pekikannya tinggi menjulang ke angkasa bagaikan jeritan
naga sakti, bukan cuma keras dan nyaring, suara itu sampai
mendengung di seluruh pulau.
Berbareng dengan berkumandangnya pekikan nyaring itu,
sesosok tubuh melejit ke udara, kemudian sepasang lengannya
berputar secara aneh. Cahaya tajam yang menyilaukan mata pun
menyebar ke empat penjuru.
“Sreeet…” di antara desingan angin tajam, sekilas cahaya putih
yang menyilaukan mata telah meluncur ke muka.
Paras muka Si Kakek Beracun Pembawa Hawa Kematian Mao
Soh-sat yang sedang menyeringai seram, tiba-tiba berubah menjadi
ngeri dan ketakutan sekali. Jeritnya tertahan:
“Hoo-han-seng-huan…!”
Namun baru kata “Huan” diucapkan, jeritan ngeri yang
memilukan hati telah bergema memecahkan keheningan malam. Di
251
antara percikan darah segar yang memancar ke empat penjuru,
batok kepala Kakek Beracun Pembawa Hawa Kematian Mao Soh-sat
telah berpisah dengan tubuhnya dan terbacok hancur tak karuan
bentuknya.
Kematian gembong iblis ini, benar-benar mengerikan sekali,
membuat orang merasa tak tega untuk melihatnya.
Kiongcu muda, Si Pedang Emas Cia Tiong-giok yang berada di
tepi arena segera berubah muka. Rasa ngeri dan terkesiap
menyelimuti wajahnya, namun hanya sejenak kemudian telah
lenyap tak berbekas. Kemudian dengan sorot mata buas dan
sekulum senyuman menyeringai yang seram menghiasi bibirnya, dia
berkata:
“Suatu kepandaian yang amat bagus! Suatu kepandaian yang
amat bagus! Hari ini aku orang she Cia benar-benar terbuka
matanya. Heeehh… heeehh… Tolong tanya, kau berasal dari
perguruan mana?”
Ku See-hong merasa girang sekali ketika tiga jurus Hoo-hanseng-
huan yang digunakannya berulang kali menunjukkan kelihayan
serta kedahsyatan yang begitu meyakinkan.
Mendengar ucapan tersebut, ia segera berkata dengan suara
dingin:
“Untuk menghadapi manusia-manusia laknat berhati buas seperti
kalian, kenapa harus membicarakan soal belas kasihan? Hmmm!
Beritahu kepadamu juga tak mengapa… aku tak lain adalah murid
dari Bun-ji koan-su Him Ci-seng, yang termasyhur namanya di
seantero jagad itu.”
Nama besar Bun-ji koan-su memang amat menggetarkan jagad,
jauh lebih termasyhur daripada nama orang-orang Huan-mo-to di
Lam-hay. Selain itu nama Bun-ji koan-su pun sudah banyak
diceritakan orang semenjak lima puluh tahun berselang.
Bagi Kim-kiam (Si Pedang Emas) Cia Tiong-giok, hal mana masih
belum seberapa mengejutkan hatinya, berbeda dengan Ceng-hong252
mi-tan Ciu Khi-seng yang berada di sampingnya… kontan saja paras
mukanya berubah menjadi pucat kehijau-hijauan saking takutnya.
Ketika Si Pedang Emas Cia Tiong-giok menyaksikan Ceng-hong
mi-tan sedemikian ketakutannya, sebagai seorang jago yang pintar,
ia segera tahu bahwa nama besar Bun-ji koan-su tentu termasyhur
sekali di daratan Tionggoan. Dengan cepat ia memberi tanda
berulang kali kepada anak buahnya itu.
Kemudian sambil tertawa terbahak-bahak, katanya:
“Selamat bertemu! Selamat bertemu! Pulau terpencil semacam
tempat ini dapat dikunjungi anak murid seorang tokoh silat
kenamaan, hal mana benar-benar merupakan kebanggaan untuk
Huan-mo-kiong kami. Hmmm! Cuma, aku orang she Cia rasa, kau
tak dapat mencari nama dengan mengandalkan nama besar dari
Bun-ji koan-su lagi.”
Begitu ucapan terakhir meluncur keluar dari bibirnya, dengan
suatu gerakan yang sangat aneh, Si Pedang Emas Cia Tiong-giok
telah melayang datang, kemudian sebuah pukulan dilancarkan ke
tubuh Ku See-hong.
Sepintas lalu, serangan itu dilancarkan seakan-akan sama sekali
tak disertai tenaga dalam, tapi ketika pelan-pelan mendekat sampai
jarak satu depa dari Ku See-hong, mendadak… gerakan tangannya
berubah. Secepat kilat tahu-tahu mengancam bagian atas, tengah
dan bawah tubuh Ku See-hong, di mana terdapat delapan belas
buah jalan darah kematian.
Selain gerakan serangannya yang amat ganas dan keji,
kecepatannya sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Serangan maha dahsyat itu ibaratnya sebuah jaring penangkap
ikan yang besar sekali. Dalam waktu singkat empat penjuru sudah
terkurung sama sekali, di sekitar arena muncul daya tekanan yang
menyesakkan napas, beratnya bagaikan bukit karang.
253
Ku See-hong sangat terperanjat. Dengan cepat ia pergunakan
ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong sin-hoat untuk menghindarkan
diri.
Ujung kakinya mendadak menekuk ke bawah, lalu dengan
pangkal kaki sebagai poros, secepat kilat ia berputar kencang….
“Sreeett…!” seluruh tubuhnya berputar bagaikan gerakan setan,
tahu-tahu ia sudah melejit ke samping untuk meloloskan diri.
Tiba-tiba pada saat itulah….
Ceng-hong mi-tan Ciu Khi-seng membentak keras, tangan
kanannya diayunkan ke depan, serentetan cahaya hijau yang
berkilauan secepat kilat menyambar ke muka.
“Blaaamm…!” ledakan keras berkumandang memecahkan
keheningan. Selapis asap berwarna hijau dengan cepat menyelimut i
seluruh tubuh Ku See-hong.
Di tengah kabut hijau yang menyelimuti angkasa, tampak tubuh
Ku See-hong pelan-pelan roboh terkulai di atas dan jatuh tak
sadarkan diri.
Si Pedang Emas Cia Tiong-giok segera perdengarkan suara
tertawa liciknya yang seram dan menggetarkan sukma. Di balik
gelak tertawa itu penuh disertai rasa kekejaman dan kebuasannya
yang mengerikan.
Mendadak suara tertawa terhenti.
Kemudian terdengar Si Pedang Emas Cia Tiong-giok berseru
dengan nada yang mengerikan,
“Hukum mati bocah keparat ini menurut Lima Macam Siksaan!”
Baru selesai dia berkata, di balik hutan bunga tho sana melintas
lewat sesosok bayangan putih. Dari balik matanya yang jeli tampak
air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, jelas ia sedang
bersedih hati untuk kematian pemuda pendekar yang tampan itu
oleh lima macam siksaan keji yang menakutkan itu.
254
Ceng-hong mi-tan (Peluru Pemabuk Yang Menggetarkan Jagad)
segera mengempit tubuh Ku See-hong, lalu bersama Kim-kiam Cia
Tiong-giok, melenyapkan diri di balik barisan Mi-hun-tin dalam hutan
bunga tho itu.
000dw000
Bab 12
SUATU malamyang sepi kembali menjelang t iba….
Awan hitam menyelimuti seluruh angkasa, tiada bintang, tiada
rembulan, udara berwarna kelabu yang cuma mendatangkan
keseraman dan kepedihan bagi setiap insan manusia yang ada di
sana.
Tempat siksaan ke-empat yang paling keji dari Istana Huan-mokiong….
‘Sumber Es Dalam Neraka’, letaknya dalam sebuah sumur kuno
sedalam tiga puluh kaki, lebar lima kaki yang berada di antara
tebing-tebing curam di sisi kiri Istana Huan-mo-kiong.
Sumber air dalam sumur itu merupakan sebuah sumber yang
berasal dari dasar samudra. Airnya dingin bagaikan salju, tempat
itulah merupakan tempat siksaan terkeji dari Huan-mo-kiong yang
membunuh orang tak melihat darah.
Sejak dulu sampai sekarang entah berapa puluh laksa orang yang
mati kedinginan di situ.
Oleh karena air sumur itu luar biasa dinginnya, tanpa daya
mengapung, maka setiap orang yang melanggar peraturan Huanmo-
kiong dan dijatuhi hukuman untuk menerima siksaan keempat di
Sumber Salju Dalam Neraka ini. Maka terhukum akan digantung
dengan tali dan diceburkan ke dalam sumur kuno itu.
Tak selang berapa saat kemudian sang terhukum itu akan mati
karena peredaran darahnya membeku. Tak heran kalau cara
255
membunuh semacam ini disebut sebagai suatu siksaan yang paling
keji.
Tapi selama dua hari belakangan ini, ‘Sumber Salju Dalam
Neraka’ tersebut seakan-akan sudah kehilangan daya
kemampuannya untuk membunuh orang…. Mengapa…?
Ternyata ada seorang terhukum, bukan saja tak mampus walau
sudah disiksa di tiga tempat, bahkan sekalipun sudah direndam
selama dua hari semalam dalam siksaan yang ke empat, ‘Sumber
Salju Dalam Neraka’, orang itu bukan saja tidak mati, malahan
semangat dan kekuatannya seperti bertambah hebat. Kata-kata
makiannya menjulang sampai ke langit. Manusia aneh itu tak lain
adalah Ku See-hong.
Sementara itu, di tepi sumur berdiri seorang pemuda berbaju
biru, dia adalah sau-kiongcu dari istana Huan-mo-kiong, Si Pedang
Emas Cia Tiong-giok. Waktu itu, ia dengar kata-kata makian sedang
berkumandang dari dalam sumur itu:
“Manusia-manusia laknat dari Huan-mo-kiong, sekarang kalian
boleh saja menyiksa aku orang she Ku dengan cara yang keji dan
rendah seperti itu, tapi suatu ketika, aku akan menghirup darahmu,
akan kumakan hatimu, cara kerja kalian melebihi buasnya binatang,
lebih rendah dari manusia laknat manapun juga, tapi… aku orang
she Ku tak akan mati, kecuali bila kalian memotong badanku
menjadi dua bagian….”
Walaupun Ku See-hong berhasil meloloskan diri dari empat
macam siksaan yang keji, namun dia harus menahan penderitaan
dan siksaan baik fisik maupun batinnya. Oleh sebab itu, saat
tersebut ia benar-benar ingin mati saja….
Mendengar makian itu, pelbagai pikiran berkecamuk dalam benak
Si Pedang Emas Cia Tiong-giok, ia tidak habis mengerti, apa
sebabnya Ku See-hong bisa meloloskan diri dari empat macam
siksaan tersebut tanpa mati…. Atau jangan-jangan dia bukan
manusia, melainkan sukma gentayangan? Atau dewa?
256
Pada siksaan yang pertama… Huan Hiat Jian Hun (Membalikkan
Darah Membuat Cacad Sukma) adalah merupakan siksaan yang
menotok jalan darah terhukum dengan semacam kepandaian silat
yang amat beracun. Bila orang biasa tertotok jalan darahnya oleh
kepandaian tersebut, maka peredaran darahnya akan mengalir
terbalik, hal mana akan berakibat membesarnya nadi darah yang
akhirnya pecah dan mati. Tapi kenyataannya, pemuda itu sama
sekali t idak merasakan siksaan apa-apa.
Pada siksaan yang ke-dua…. Tok Coan Cui Sim (Ular Beracun
Menghancurkan Hati) merupakan siksaan yang membiarkan
terhukum digigit oleh beribu-ribu ekor ular beracun yang buas dan
ganas. Tapi kenyataannya, ular-ular beracun itu tak ada yang berani
mendekatinya… semburan bisa merekapun t idak mematikan sang
korban.
Kemudian pada siksaan yang ke-tiga: Liat Hwee Kau Siau
(Digarang dan Dimasak Di Atas Jilatan Api Panas). Bila orang yang
biasa digarang dengan api, dalam waktu singkat, tubuhnya segera
akan tinggal sebongkah tulang belulang belaka. Tapi anak muda itu
sudah dibakar selama dua hari dua malam, ia masih tetap segar
bugar, malahan sepasang matanya seperti bertambah tajam saja.
Kini, sudah meningkat pada siksaan yang ke-empat Tee Ih Peng
Swan (Sumber Salju Dalam Neraka), sampai detik ini siksaan telah
berlangsung dua hari semalam… tapi ia belum mat i juga.
Makin berpikir, Si Pedang Emas Cia Tiong-giok merasa makin
terkesiap. Ia bersumpah akan membunuh Ku See-hong dengan cara
apapun juga, sebab dia tahu asal Ku See-hong masih bisa hidup
terus, bila suatu ketika ilmu silat Ku See-hong bertambah lihay, dia
pasti akan merupakan suatu ancaman yang serius bagi pihaknya.
Adapun siksaan yang ke-lima adalah: Coh Ih Tay Si (Duduk
Sambil Menunggu Ajal). Siksaan ini merupakan suatu penyiksaan
yang paling keji di dunia ini, sebab terhukum tidak diberi makanan
maupun minuman, dia akan dibiarkan mati kelaparan. Asal dia
manusia, tak mungkin ada yang mampu meloloskan diri dari siksaan
tersebut….
257
Sejak dulu sampai sekarang, dalam Huan-mo-kiong masih
berlaku pula suatu peraturan yang lain, yakni barang siapa dapat
meloloskan diri dari keempat macam siksaan tersebut tanpa mati…
maka tanpa syarat dia akan memperoleh kebebasannya kembali.
(Tanpa harus menjalani siksaan yang ke-lima)
Namun peraturan tetap tinggal peraturan. Peraturan tak lebih
hanya suatu tata cara yang berlaku belaka….
Sekulum senyuman keji segera tersungging di atas bibir Si
Pedang Emas Cia Tiong-giok. Sambil berpaling ke arah seorang
lelaki berbaju hitam, segera perintahnya:
“Angkat dia ke atas dan kirim ke ruang siksa ke-lima. Kurung dia
dan biarkan ia mampus kelaparan. Perketat penjagaan di sekitar
tempat itu, siapa berani melanggar bunuh tanpa ampun!”
Ceng-hong mi-tan Ciu Khi-seng yang berada di sisinya, buru-buru
berseru dengan cemas:
“Sau-kiongcu, ilmu silat yang dimiliki bocah keparat ini lihay
sekali, lebih baik kita habiskan sebutir peluru pemabuk sukma lebih
dulu, agar ia jatuh tak sadarkan diri.”
Begitu selesai berkata, Ceng-hong mi-tan Ciu Khi-seng segera
mengayunkan tangannya ke depan, serentetan cahaya hijau yang
menyilaukan mata segera menyambar ke depan.
“Blaaamm…!” ledakan keras berkumandang untuk kesekian
kalinya. Ku See-hong yang berada dalam sumur dibikin tak sadarkan
diri oleh asap pemabuk tersebut.
Si Pedang Emas Cia Tiong-giok segera mendongakkan kepalanya
sambil berpekik nyaring. Suara pekikan tersebut menggema sampai
di tempat kejauhan dan mengalun t iada hentinya, menyusul
kemudian dia melejit ke udara dan melayang pergi dari situ. Sekejap
kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap dari balik mata.
Ketika Ku See-hong sadar kembali dari pingsannya, waktu itu
fajar telah menyingsing keesokan harinya. Ia disekap dalam sebuah
gua di suatu tebing karang yang gundul.
258
Suasana dalam gua itu gelap gulita tak nampak lima jari tangan
sendiri, hanya setitik cahaya lemah yang memancar masuk lewat
celah-celah terali besi. Berada dalam gua tersebut, Ku See-hong
benar-benar terpencil. Tiada orang yang menyahuti teriakannya,
tiada makanan yang pernah dikirim ke sana… tempat itu ibaratnya
sebuah neraka.
Selama enam tujuh hari lamanya ini, dia telah mengalami
pelbagai siksaan dan penderitaan yang membuatnya berubah
hingga tak berbentuk manusia lagi. Rambutnya terurai tak karuan,
bajunya compang camping tak berbentuk lagi, mukanya kotor,
seluruh badannya penuh bekas luka. Tapi sang pemuda yang keras
hati ini bertekad untuk hidup terus, dia bersumpah akan hidup lebih
jauh.
Manusia buas yang berhati keji telah merajalela di dunia
persilatan, entah berapa puluh ribu nyawa umat persilatan yang
memerlukan pertolongan? Selain itu, dendam berdarah keluarganya
belum dituntut balas. Atas dorongan dari beberapa macam kekuatan
inilah membuat pemuda itu bertahan terus dan tak sampai mat i
bunuh diri.
“Aaai…” Ku See-hong menghela napas sedih. Sekarang ia baru
menyesal kenapa tidak menuruti peringatan dari nona berbaju putih
itu. Kini keadaan telah menjadi begini…. Terbayang semua tugasnya
yang belum selesai, ia menjadi sedih hingga tanpa terasa titik air
mata jatuh berlinang membasahi pipinya….
Cahaya matahari bersinar indah jauh di luar gua, sedang Ku Seehong
yang berada di tempat kegelapan hanya bisa menghela napas
sedih, tanpa terasa akhirnya ia tertidur sambil bersandar di dinding.
Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba ia dikejutkan oleh
semacam suara aneh sekali. Menyusul kemudian ia mendengar
suara langkah kaki yang ringan berkumandang dari luar terali besi
itu. Ku See-hong mengira Si Pedang Emas Cia Tiong-giok yang keji
itu kembali akan mencemooh dirinya, kontan saja dia mencaci maki
lebih dulu:
259
“Binatang terkutuk yang tak berperasaan, kau adalah manusia
laknat yang berhati binatang, aku orang she Ku bersumpah tak akan
mati, kau….”
“Ku sauhiap, aku yang datang. Seorang gadis lemah bernasib
malang, Keng Cin-sin,” tiba-tiba serentetan suara yang gemetar tapi
lembut bergema memecahkan keheningan.
Di tengah pembicaraan tersebut, terali besi itu pelan-pelan
bergerak naik ke atas, lalu bayangan putih berkelebat lewat.
Seorang gadis cantik berbaju putih telah mengulurkan tangannya
yang putih mempersembahkan sebuah bungkusan yang amat besar.
Ku See-hong merasa amat terharu, air matanya jatuh bercucuran
membasahi pipinya, tapi ingatan lain segera melintas dalam
benaknya, ia segera berseru:
“Nona Keng, cepat tinggalkan tempat ini! Tak usah kau gubris
diriku lagi.”
Selama mengalami siksaan yang keji dari orang-orang Huan-mokiong
dalam beberapa hari ini, Ku See-hong seringkali menyaksikan
sepasang mata yang murung dan sedih diam-diam mengucurkan air
mata.
Perasaan manusia yang lembut dan halus ini, segera sang
pemuda yang membenci kaum wanita itu diam-diam menaruh
perasaan simpatik terhadap nona itu, dan perasaan tersebut selama
ini hanya terpendamdalamdasar hatinya.
Sesungguhnya dia memang seorang lelaki berperasaan hangat
yang berjiwa pendekar. Dia tak ingin menyaksikan seorang yang
dikagumi dan disayanginya mengorbankan jiwa gara-gara ingin
menolong selembar jiwanya.
Tiba-tiba Keng Cin-sin menemukan serentetan sorot mata yang
sayang dan kasihan terpancar keluar dari balik mata pemuda ini, hal
mana membuat kehangatan cintanya sebagai seorang gadis segera
terlampiaskan keluar.
260
Dengan cepat ia memburu ke sisi tubuh Ku See-hong, kemudian
dengan air mata bercucuran dan nada sesenggukan katanya:
“Ku sauhiap, perempuan bernasib malang seperti aku ini tak akan
memperdulikan keselamatan jiwa sendiri. Aku hanya ingin
menyelamatkan jiwamu, sekalipun badan harus hancur, jiwa harus
melayang, aku tak akan merasa sayang. Betul kita hanya bersua
dua kali, tapi aku tahu kau adalah seorang manusia yang luar biasa,
jiwamu jauh lebih pent ing daripada jiwaku. Sekarang cepatlah
habiskan makanan itu lalu berganti pakaian, kemudian cepat
tinggalkan tempat ini. Tunggu sampai kau merasa bertenaga lagi
baru datang untuk membalas dendam…!”
Serangkaian perkataan itu telah menampilkan perasaan cinta
yang tersuci dari makhluk yang bernama manusia, setiap patah
katanya bernada pedih dan jujur, lagipula dari ucapan tersebut
dapat ditarik kesimpulan: betapa besarnya niat gadis ini untuk
menyelamatkan jiwa umat manusia dalamdunia ini….
Ku See-hong bukan orang bodoh, tentu saja dia dapat
memahami maksud hatinya itu, tak heran kalau ia lebih terharu lagi
dibuatnya. Perasaan pedih dalam hatinya juga makin hebat, ia
merasa nasib telah mempermainkan manusia, nasib terlalu
menyiksa umatnya. Mengapa gadis secantik itu harus turut
merasakan pula siksaan semacam itu?
Sesungguhnya Ku See-hong adalah seorang pemuda yang
romantis, kebuasan dan sikap dingin hanya sikap di luarnya saja, hal
man disebabkan terpengaruh oleh musibah yang menimpanya di
masa kecil dulu, dan kini… begitu perasaan cinta yang terpendam
dalam hatinya terungkap, maka keadaannya ibarat bendungan air
yang jebol.
Dengan luapan emosi yang berkobar, dia berbisik: “Adik Sin,
kee… marilah kau, dekatlah denganku, aku ingin melihat wajahmu
lebih jelas lagi….”
Ketika sorot mata mereka saling bertemu, pancaran sinar mata
yang hangat dan kepedihan dalam hatinya segera bercampur baur
261
menjadi satu, makin lama kedua orang itu makin dekat sehingga
akhirnya hampir saling berdempetan.
Pelan-pelan Ku See-hong menggerakkan sepasang tangannya
dan memegang wajahnya yang mungil dan lembut itu.
Dengan suara yang amat pedih Keng Cin-sin berbisik:
“Engkoh Hong, dulu aku tak pernah memperhatikan siapapun,
sebab aku sendiripun penuh dengan noda dan dosa, tapi sejak
berjumpa dengan kau, aku mulai berpikir, bila malaikat elmaut telah
berada di depan mata, apakah yang bisa kut inggalkan di dunia ini…?
Maka, aku bertekad akan mengorbankan selembar jiwaku, asal kau
bisa hidup terus, berjuang demi keadilan dan kebenaran serta
menyelamatkan kaum lemah dari penderitaan yang tiada
batasnya….”
“Engkoh Hong, terus terang kukatakan kepadamu, sejak bertemu
denganmu, aku merasa bahwa kau telah jatuh hati kepadamu….”
Oleh ungkapan cintanya yang polos dan tulus itu, Ku See-hong
merasa benar-benar amat terharu, ujarnya dengan nada gemetar:
“Adik Sin, kau tak berdosa, kau adalah seorang yang suci bersih,
akupun sangat mencintai dirimu, mari kita bersama-sama kabur dari
pulau Huan-mo-to ini….”
“Engkoh Hong, aku tak dapat pergi…” tukas Keng Cin-sin dengan
cepat, “Bila aku menghilang maka hal mana pasti akan memancing
mereka untuk melakukan pengejaran secara besar-besaran, bukan
saja hal tersebut akan mengakibatkan pembantaian berdarah dalam
dunia persilatan, kita pun sukar untuk meloloskan diri dari
pengejaran mereka yang ketat. Suatu ketika bila jejak kita
ketahuan, maka nasib yang tragis akan menunggu kita berdua,
keadaan semacam itu sukar untuk dilukiskan dengan kata-kata….”
Air mata bercucuran membasahi wajah Ku See-hong, tiba-tiba
selanya:
“Adik Sin, mari kita tinggalkan tempat ini bersama, kita mencari
suatu tempat yang terpencil dan jauh dari manusia, memendam
262
nama merahasikan asal-usul, selama hidup kita tak terjun kembali
ke dalam dunia persilatan, sepanjang masa kita hidup bersama….”
Dengan tangannya yang halus dan lembut Keng Cin-sin menutup
bibir Ku See-hong lalu katanya pedih:
“Engkoh Hong, jangan kau biarkan urusan muda-mudi
menggerogoti ambisimu yang membara, sekarang keadaan amat
mendesak. Rasanya mustahil kita dapat hidup bahagia sebagai
suami istri dalam kehidupan kali ini. Tapi perasaanku kepadamu
dapat dibuktikan kepada langit dan bumi, walaupun kita tak bisa
hidup berdampingan, namun hati dan perasaanku dapat selalu ada
di sampingmu….”
“Sekarang, waktu yang tersedia sudah tak banyak lagi, cepatcepatlah
bersiap sedia untuk melarikan diri. Kau harus tahu aku
bersedia mengorbankan diri tak lain karena ingin menyelamatkan
jiwamu… kau harus selalu menyayangi jiwamu sendiri, sebab
jiwamu sudah merupakan peleburan dari jiwa kita berdua, dengan
demikian walaupun Adik Sin-mu harus mat i dengan tubuh hancur,
sukmaku akan selalu tersenyum di alam baka.”
Beberapa patah katanya itu diucapkan dengan nada yang amat
memedihkan hati, tapi anehnya Thian selalu memisahkan sepasang
sejoli yang sedang dimabuk asmara ini, bahkan memisahkan mereka
amat jauh, jauh sekali….
Ketika selesai mendengar perkataan itu, timbul suatu firasat jelek
dalam hati Ku See-hong, sebab kekasih yang patut dikasihani ini
bisa jadi akan benar-benar mati secara mengenaskan.
Sambil menahan kesedihan yang mencekam perasaannya, Ku
See-hong berkata dengan pedih:
“Adik Sin, semoga kau bersedia untuk memanfaatkan sisa waktu
yang ada untuk berada bersamaku, sehingga di kemudian hari, bila
aku berhasil membalas dendam di bawah sinar lentera di depan
Buddha (maksudnya menjadi pendeta), akupun mempunyai setitik
kenangan manisku bersamamu.”
263
Keng Cin-sin dapat memahami maksud perkataan dari Ku Seehong
itu. Ia merasa terharu sekali hingga titik air mata jatuh
bercucuran membasahi wajahnya yang putih halus.
Dengan lembut Keng Ci-sin balas memeluk pinggangnya yang
kekar dan menempelkan wajahnya di atas dadanya yang bidang,
tiba-tiba saja ia merasa dirinya seakan-akan terjerumus ke dalam
samudra luas yang tiada bertepian, ia merasa bagaikan tak berada
di dunia lagi, ternyata empat buah bibir mereka yang hangat telah
saling berpadu….
Entah berapa saat kemudian, mereka baru menyelesaikan ciuman
yang hangat dan mesra itu.
Dengan air mata membasahi pipinya, Keng Cin-sin berkata sambil
tertawa getir:
“Inilah nilai yang kuperoleh dari pengorbanan cinta kasihku
sepanjang hidup…. Sekarang, cepat-cepatlah kau tinggalkan tempat
ini, jangan sampai ketahuan mereka. Bila sampai dikerubut i jago
lihay, kaupun tak akan lolos dari kematian, bahkan pengorbananku
inipun akan menjadi sia-sia belaka….”
Sambil berusaha keras menahan kepedihan hatinya, di sudut gua
yang gelap Ku See-hong berganti pakaian. Walaupun perutnya
waktu itu lapar sekali, namun ia tak bernafsu lagi untuk
menghabiskan hidangan tersebut.
Waktu itu, sore hari sudah menjelang tiba, sisa sang surya di
waktu senja memencarkan cahaya ke empat penjuru….
Mendadak… dari luar gua berkumandang suara pekikan nyaring
yang tajam dan memekikkan telinga, kemudian dengan suatu
gerakan cepat, tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
tampaknya di sekitar tempat itu telah kedatangan jago-jago yang
sangat banyak.
Paras muka Keng Cin-sin berubah berat, dengan suara agak
gemetar bisiknya:
264
“Aduh celaka, jejak kita sudah ketahuan, cepat kau gunakan ilmu
meringankan tubuhmu yang sempurna untuk kabur ke arah selatan,
aku akan berusaha mati-matian untuk menghadang pengejaran
mereka.”
Ku See-hong merasa hatinya berat sekali, bagaimanapun juga ia
tak tega membiarkan kekasih hatinya tewas di tempat itu.
Dengan suara yang memilukan hati kembali Keng Cin-sin
berseru:
“Engkoh Hong, cepat lari, cepat lari! Apakah kau ingin
menyaksikan Adik Sin-mu mati dengan membawa penyesalan?”
Suaranya yang memilukan hati membuat perasaan orang menjadi
semakin kalut dan kacau tak karuan.
“Selamat berpisah kekasihku yang kucintai,” ucap Ku See-hong
kemudian sambil menghela napas sedih, “Aku akan selalu
mengingat raut wajahmu dalam hati kecilku….”
Tiba-tiba Ku See-hong mendongakkan kepalanya dan berpekik
panjang, dalam pekikan tersebut penuh disertai oleh rasa benci,
gusar dan dendamyang membara.
Begitu pekikan panjang itu bergema, sambil membawa hati yang
lara dan duka, Ku See-hong mempercepat langkahnya menerjang
keluar dari gua tersebut.
Pada saat itulah, segulung hembusan angin pukulan yang amat
dahsyat, dengan cepatnya menggulung tiba.
“Engkoh Hong, cepat kabur ke arah selatan, biar adik yang
menghadapinya di tempat ini!” bentakan merdu berkumandang
datang. Ternyata orang yang melancarkan serangan itu tak lain
adalah Sau-kiongcu dari istana Huan-mo-kiong Si Pedang Emas Cia
Tiong-giok. Dengan sepasang mata memancarkan cahaya buas
yang mengerikan, ia segera membentak nyaring:
“Sumoay, kau perempuan rendah yang tak tahu malu, pagar
makan tanaman! Sudah sepuluh tahun lamanya ayahku
265
mendidikmu, tapi… kau… Pun kiongcu bersumpah akan mencincang
tubuh kalian anjing laki-laki dan perempuan berdua menjadi hancur
berkeping-keping!”
Untuk melindungi kekasihnya agar berhasil meloloskan diri dari
pulau Huan-mo-to, dengan nekadnya Keng Cin-sin menggerakkan
sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian pukulan
dahsyat yang rapat bagaikan jaringan laba-laba.
Bukan saja semua serangan itu dilancarkan dengan ganas dan
buas, bagaikan bendungan yang jebol saja, mengalir terus tiada
habisnya. Setiap jurus serangan yang digunakan hampir semuanya
merupakan jurus-jurus serangan yang tangguh, betul-betul sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Si Pedang Emas Cia Tiong-giok betul-betul naik pitam, pedang
emas di tangannya segera digetarkan keras menciptakan berpuluhpuluh
t itik cahaya bintang yang tajam. Cahaya pedang menyambar
seperti amukan arus sungai yang deras, kemanapun pukulan musuh
tiba, di situ pula pedangnya menyambut secara ganas.
Sementara itu, Ku See-hong telah mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya yang sempurna untuk melesat sejauh tiga
puluh-empat puluh kaki dari tempat semula, tapi tak tahan, ia
segera berpaling kembali.
Tiba-tiba… dua kali pekikan nyaring yang tajam dan dingin
menyeramkan berkumandang memecahkan keheningan, lalu
tampak ada dua sosok bayangan manusia yang mengejar di
belakang Ku See-hng dengan kecepatan tinggi.
Melihat itu, Keng Cin-sin merasa amat terkejut, sambil
membentak keras sepasang telapak tangannya digetarkan ke depan
menciptakan selapis bayangan tangan yang menyelimut i angkasa.
Tenaga pukulan yang dahsyat bagaikan ambruknya bukit, datang
segera melanda ke tubuhnya Si Pedang Emas Cia Tiong-giok.
Setelah itu, tubuhnya melejit ke udara, sepasang telapak
tangannya dengan membawa cahaya perak yang menyilaukan mata
266
langsung meluncur ke depan dan menghadang jalan pergi kedua
orang itu.
Ketika ia menyaksikan Ku See-hong masih berdiri kaku di sana, ia
lantas menjerit keras:
“Engkoh Hong… cepat pergi dari situ! Di alam baka, adik Sin-mu
akan selalu mencintaimu…. Cepat lari!”
Tak terlukiskan rasa haru Ku See-hong setelah menyaksikan
Keng Cin-sin mati-matian bertarung melawan tiga orang jago lihay
dengan tujuan untuk menyelamatkan jiwanya. Tanpa terasa, titik air
mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Ia segera menengadah dan berpekik sedih, kemudian secepat
sambaran kilat pemuda itu kabur ke arah selatan.
Dalam pada itu, segenap anggota istana Huan-mo-kiong telah
menerima tanda bahaya dan berbondong-bondong datang ke sana.
Keng Cin-sin segera mengerahkan segenap kepandaian silat yang
dimilikinya untuk menerjang ke kiri dan ke kanan, melejit, melayang
dan berkelit untuk menahan serangan gabungan dari musuhmusuhnya.
Waktu itu, sekujur badannya telah bermandikan darah segar,
peluh membasahi badannya, sementara paras mukanya berubah
menjadi pucat pias… namun ia masih bertarung mati-matian untuk
menghadang jalan pergi kawanan jago lihay itu.
Namun lama kelamaan ia mulai tak tahan. Gadis itu mulai keteter
hebat dan mundur terus t iada hentinya.
Dalam pada itu, Ku See-hong dengan ilmu meringankan
tubuhnya yang sempurna telah tiba di tepi pantai laut.
Tapi pada saat itu pula Ku See-hong mendengar jeritan ngeri
yang memilukan hati berkumandang membelah angkasa. Itulah
jeritan orang sekarat menjelang kematiannya… lalu terdengar
seseorang menjerit lengking:
267
“Engkoh Hong… Adik Sin… akan… akan berangkat selangkah
lebih dulu… kau….”
Tiba-tiba jeritan itu terputus sampai di tengah jalan dan…
suasana pun pulih menjadi tenang kembali.
Ku See-hong segera merasakan badannya seperti dihantam
dengan martil yang berat sekali, hawa darah di dalam dadanya
bergolak keras dan tak ampun lagi, dia muntahkan darah segar.
Pikirannya serasa melayang tak menentu, hatinya bimbang dan
kosong….
Dari sepuluh hal yang dijumpainya di dunia ini, ada delapan
sembilan macam yang tak dapat memenuhi harapannya. Keadaan
semacam ini benar-benar memedihkan hati, memilukan hati….
Cinta kasih sayang telah berjanji di antara mereka berdua telah
bersemi begitu mendalam, sepanjang hidup ia tak akan
melupakannya lagi. Pengorbanan dari Keng Cin-sin ini merupakan
suatu pengorbanan yang amat mulia. Sifat perempuan seperti ini
boleh dibilang merupakan sifat seorang perempuan yang sejati….
Sang surya telah tenggelam di langit barat, menyusul kemudian
kegelapanpun mulai menyelimuti angkasa….
Ombak menggulung-gulung saling mengejar….
Samudra terbentang luas tak bertepian, angin barat yang
kencang berhembus menderu-deru, ombak menggulung amat
dahsyat. Sebuah sampan kecil terombang-ambing dimainkan
ombak, terbawa arus ke tempat kejauhan… mengalir tanpa arah
tujuan….
Ketika ombak memecah ke tepian sampan, segera terpecahkan
buih-buih air yang memecah ke empat penjuru, sampan kecil itu
tergoncang keras, namun seorang pemuda tampan yang ada di
ujung sampan itu masih berdiri tegak di tempat. Sepasang matanya
yang jeli menatap ke tempat kejauhan sana, memandang tanpa
berkedip.
268
Ia tampak begitu menyendiri, begitu pedih. Hati kecilnya telah
menderita luka yang parah, membuat ia tak akan melupakan
kejadian ini untuk selama-lamanya, sebab luka itu sudah membekas
dalam-dalamdi hati kecilnya.
Biar langit menjadi tua, air laut mongering, manusia bisa
berubah-ubah, namun cinta kasihnya kepada gadis itu tak akan
berubah walau seratus tahun, seribu tahun, selaksa tahun
sekalipun….
Biar jagad berumur panjang, biar langit berlangsung berjagad
abad, rasa dendamdalam hatinya tiada terbatas.
Ia mendendam, dendam yang sedalam-dalamnya. Ia membenci
kepada langit. Membenci kepada bumi, membenci kepada setiap
manusia laknat yang ada di dunia ini.
Mengapa nasibnya seburuk ini?
Mengapa gadis cant ik selalu diberkahi umur yang pendek…?
Dia seakan-akan mendengar lagi suaranya, seolah-olah
menyaksikan kembali raut wajahnya, seakan-akan mengendus pula
bau harumsemerbak yang keluar dari badannya.
Darah kental serasa meleleh keluar dari hatinya, ia merasa
hatinya telah hancur luluh, hancur luluh untuk selamanya….
Ia tidak menangis, namun air matanya telah meleleh keluar
hingga mongering… dan kini hanya darah yang meleleh keluar
menggantikan air mata.
Kalau dibilang impian, maka peristiwa itu merupakan impian yang
paling buruk.
Kalau dibilang khayalan, maka peristiwa itu merupakan khayalan
yang paling memedihkan hati.
Kalau dibilang kesedihan, hal ini merupakan suatu peristiwa yang
memilukan hati.
269
Kalau dibilang benci dan dendam, tiada kebencian dan dendam
kesumat yang dapat menandingi perasaan benci dan dendam yang
berkobar dalamhatinya saat ini.
Aliran udara yang berubah-ubah, kabut yang melayang tipis
seolah-olah muncul dari permukaan laut, membuat pemandangan di
sekeliling tempat itu kabur. Kabut yang menyelimuti sekeliling
tempat itu makin lama semakin menebal, membuat sekeliling
tempat tersebut berubah menjadi putih.
Kabut tebal yang muncul secara tiba-tiba ini merupakan suatu
keistimewaan dari lautan Lam-hay, tapi justru mendatangkan
banyak kemurungan dan kesulitan bagi para nelayan yang tinggal di
sekitar sana.
Sampan kecil itu bagaikan perasaan dari penumpangnya,
terombang-ambing tanpa arah tujuan. Dalam sekejap mata,
bayangan sampan itu tahu-tahu sudah lenyap di balik tebalnya
kabut yang menyelimut i tempat itu.
Kegelapan malam di tepi laut terasa begitu tenang, sunyi….
Terasa pula begitu indah, penuh mengandung ilham-ilham untuk
membuat syair atau lukisan.
Bintang-bintang yang bertaburan di angkasa, memancarkan
kerlipan cahaya yang redup dan menyoroti permukaan samudra
yang luas tak bertepian. Ketika angin lembut berhembus sepoisepoi,
tampak riak ombak yang saling mengejar, bagaikan ular-ular
perak kecil yang sedang saling mengejar….
Indah, indah, indah, benar-benar suatu pemandangan yang
indah rupawan….
Pemandangan alam di malam ini terasa dingin dan sepi, angin
barat berhembus kencang, di langit tiada rembulan, hanya titik
bintang yang memercikkan sinar redup.
000dw000
270
Bab 13
WAKTU itu, di tepi pantai pasir yang luas, tampak seorang
pemuda yang sedang berdiri termangu-mangu sambil memandang
lautan yang tak bertepian dengan pandangan kosong. Wajahnya
tampak amat sedih, kesal dan murung, ia berdiri membungkam tak
mengucapkan sepatah katapun juga.
Apa yang sedang dilihatnya?
Sudah tiga malam ia berada di situ, malam ini merupakan malam
yang ke-empat….
“Aaai…” pemuda itu memperdengarkan helaan napasnya yang
pedih.
Dari helaan napasnya yang memedihkan hati, bisa kita ketahui,
bahwa perasaan anak muda itu sedang sedih sekali…. Yaa, hatinya
telah menderita luka yang begitu parahnya sehingga hampir
tercabik-cabik, hampir saja ia tak berkeyakinan lagi untuk hidup di
dunia ini.
Namun, bara api dendam yang berkobar di dalam dadanya
membuat ia bertekad untuk hidup terus, selain itu bisikan merdu
yang melintas kembali dalam ingatannya membuat ia harus berani
hidup lebih lanjut.
Ia berada di sana karena ia hendak mengenang kembali
wajahnya, mengenang kembali suaranya, serta mengenang kembali
kenangan manisnya yang hanya sejenak.
Tiba-tiba, bagaikan orang yang sedang mengigau ia bergumam
seorang diri:
“Wahai Ku See-hong, benarkah nasibmu selama ini begitu jelek?
Setiap orang yang pernah melepaskan budi kepadaku, mengapa
Thian selalu memisahkan mereka jauh-jauh dariku? Yaa…
memisahkannya begitu jauh…? Kedua orang tuaku yang telah
melahirkan aku, guruku yang mengajarkan kepandaian kepadaku,
beratus-ratus saudara dari Kim-to-pang, dan dia… Keng Cin-sin.”
271
Ketika menyebut nama Keng Cin-sin, Ku See-hong merasa
suaranya menjadi parau. Sepanjang hidupnya belum pernah ia
mencintai perempuan, tapi sekali jatuh cinta, maka perasaan
cintanya itu jauh lebih tebal daripada orang lain.
Ku See-hong termenung sebentar, tiba-tiba selintas perasaan
yakin melintas lewat di atas wajahnya, kembali dia bergumam:
“Keng Cin-sin, dia tak mungkin akan mati, aku percaya, Thian tak
akan bersikap….”
Tapi serentetan jeritan ngeri serta jeritan menjelang kematian,
sekali lagi berkumandang di sisi telingannya dan memotong ucapan
selanjutnya….
Lewat lama kemudian, ia baru bergumam lebih jauh:
“Adik Sin, walaupun kau telah tiada lagi, namun hatimu dan
bayangan tubuhmu selamanya akan tertera di hatiku. Aku
bersumpah akan membalas dendam, akan kuratakan Huan-mokiong
di Lam-hay itu dengan tanah, kemudian akan kutemukan
kerangkamu dan selama hidup akan kutemani dirimu….”
Mendadak… dari belakang tubuh Ku See-hong berkumandang
suara tertawa seramyang amat menggidikkan hati.
Dengan kening berkerut dan gerakan yang cekatan Ku See-hong
segera membalikkan tubuhnya. Sorot mata yang tajam
menyeramkan terpancar keluar dari balik matanya, dengan cepat
dia berpaling ke arah mana berasalnya suara itu….
Tapi ibaratnya minyak bertemu api, mendadak api dendam yang
berkobar dalam dadanya menggelora dengan hebatnya. Giginya
digertakkan sampai berbunyi gemerutan. Sorot matanya yang tajam
segera beradu pandang dengan sinar mata buas dari lawannya….
Lebih kurang empat kaki di hadapan Ku See-hong telah berdiri
seorang pemuda tampan berbaju biru. Dia tak lain adalah saukiongcu
dari istana Huan-mo-kiong, Si Pedang Emas Cia Tiong-giok.
272
Di belakang pemuda itu berdiri empat orang lelaki bercambang
yang memakai baju biru, di punggung masing-masing menggembol
sebilah pedang panjang berwarna kuning emas.
Sekulum senyuman sinis yang tak sedap dipandang tersungging
di ujung bibir Kim-kiamCia Tiong-giok, ujarnya dingin:
“Orang she Ku, hari ini kau tak akan lolos lagi dari
cengkeramanku. Ayo cepat serahkan nyawa anjingmu itu!”
Ku See-hong tahu kalau ilmu silat yang dimiliki lawannya jauh
lebih tinggi daripada kepandaian yang dimilikinya… tapi waktu itu
kobaran api benci dan dendam telah menyelimuti seluruh benaknya.
Ia tak ambil perduli terhadap semua persoalan itu. Sesudah
mendengus gusar, katanya dengan suara menggeledek:
“Orang she Cia, apakah Keng Cin-sin telah dibunuh oleh kalian
anjing-anjing laknat…?”
Kim-kiam Cia Tiong-giok segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa seram, sahutnya sinis:
“Orang she Ku, kau benar-benar tak tahu malu, berani benar kau
memikat hati sumoayku untuk mengkhianati perguruan. Hmm,
tentunya aku pernah mendengar bukan akan peraturan dari Huanmo-
kiong? Apa hukumannya bila berani mengkhianati perguruan?
Sekarang, aku pikir ada baiknya jika kau persiapkan dulu urusan
belakangan, kalau tidak, mungkin keadaannya tak akan sempat
lagi.”
Ku See-hong mendengar perkataan itu merasakan hatinya
tercekat, sekarang ia sudah percaya kalau Keng Cin-sin benar-benar
telah mengorbankan diri. Dengan peraturan Huan-mo-kiong yang
turun temurun terkenal akan keketatannya, barang siapa yang
berani melanggar peraturan, entah itu anak sendiri atau bukan,
semuanya akan dijatuhi hukuman mati.
Si Pedang Emas Cia Tiong-giok tertawa dingin, dengan suara
mengerikan lalu berkata lagi:
273
“Orang she Ku, kau harus tahu, tempat suci Huan-mo-kiong tak
pernah mengijinkan orang untuk berbuat semena-mena di situ.
Sekalipun tiba di sana tanpa sengaja, juga tiada kehidupan baginya.
Tapi kau benar-benar tak tahu diri, selain memasuki daerah suci,
sesumbar hendak membalas dendam, membunuh anggota istana
kami, berani pula memikat sumoayku hingga berkhianat. Dengan
beberapa dosa yang kau langgar sekaligus, tiada ampun lagi untuk
jiwa anjingmu itu. Pihak kami juga tak akan melepaskan kau dengan
begitu saja, sebelum kucincang tubuhmu hingga hancur berkepingkeping
belum puas rasanya diriku.”
Dalam pada itu, secara diam-diam Ku See-hong telah
menghimpun tenaga dalamnya untuk bersiap sedia menghadapi
serangan lawan.
Ketika mendengar ucapan tersebut, dengan dingin ia lantas
berkata:
“Hmm! Tempat-tempat maksiat, tempat berkumpulnya
sekawanan sampah masyarakat dalam dunia persilatan juga
beraninya disebut tempat suci? Huuuhh… betul-betul tak tahu malu.
Aku orang she Ku mempunyai dendam kesumat sedalam lautan
dengan kalian orang-orang Huan-mo-kiong, aku bersumpah tak
akan hidup berdampingan dengan kalian.
Sekarang, kaupun tak usah membuang waktu lagi, saat
dibukanya pintu neraka sudah tiba. Aku orang she Ku harus segera
mengantarmu agar cepat-cepat melakukan perjalanan jauh….”
“Heeehh… heeehh… heeehh… sekalipun ingin mat i juga tak usah
begitu tergesa-gesa,” jengek Si Pedang Emas Cia Tiong-giok sambil
tertawa dingin, “Aku ingin bertanya kepadamu, bulan berselang
ketika kau mendatangi Huan-mo-kiong kami untuk membalas
dendam, sebetulnya siapakah dari anggota istana Huan-mo-kiong
kami yang telah mengikat tali permusuhan denganmu?”
Mendengar pertanyaan itu, Ku See-hong seolah-olah
menyaksikan kembali mayat-mayat tanpa kepala yang tergeletak di
274
mana-mana, dengan sorot mata berapi-api karena kobaran api
dendam ia membentak keras:
“Orang she Cia, bapakmu betul-betul bedebah tua yang tak tahu
peraturan dunia persilatan. Selama tahun berselang, ketika yaya-mu
Hu-hay it-kiam beradu pedang dengan Bu-lim ti-it-kiam dalam istana
Huan-mo-kiong, kakekmu itu telah kena dikalahkan setengah jurus
dan harus menyerahkan pedang pendek Huan-mo-kiong sebagai
tanda kepercayaan. Barang siapa yang memegang pedang tersebut,
ia berhak untuk mengendalikan dan menghukum kalian orang-orang
dari Huan-mo-kiong, tapi kenyataannya bapakmu Han-tian it-kiam
berambisi besar. Bulan berselang ia berani menyerbu lagi ke daratan
Tionggoan dengan membawa kawanan jago lihay, bukan saja berani
membantai orang secara brutal juga berani merampas kembali
pedang Huan-mo-kiam itu dari tangan orang-orang Kim-to-pang….”
Mendengar sampai di situ, Si Pedang Emas Cia Tiong-giok
merasa bangga bercampur gembira. Ia girang sebab ayahnya telah
berhasil merebut kembali pedang pendek Huan-mo-kiam itu.
Maka ia tertawa terbahak-bahak dengan seramnya, kemudian
menukas ucapan Ku See-hong yang belum selesai:
“Maaf, maaf. Kalau menurut ceritamu itu, tampaknya kau adalah
putranya Ku Kiam-cong, pangcu dari Kim-to-pang.”
Diam-diam Ku See-hong terkejut juga menyaksikan kecermatan
Si Pedang Emas Cia Tiong-giok tersebut.
Ia sadar pertarungan yang dihadapinya malam ini merupakan
suatu pertempuran yang amat seru, kalau bukan lawannya yang
mati maka dialah yang mampus, padahal ilmu silat yang dimiliki pun
tidak yakin bisa menangkan lawannya. Itu berarti bila dia tidak
berusaha mengendalikan kobaran api gusarnya sekarang, besar
kemungkinan dia akan mati dengan membawa kecewa.
Begitu ingatan tersebut melintas lewat dalam benaknya, sikapnya
menjadi tenang kembali, katanya dengan suara dingin:
275
“Orang she Cia, dendam kesumat di antara kita berdua, aku rasa
tentunya kau sudah memahami, bukan? Dengan perbuatanmu yang
begitu keji dan rendah, sekalipun bakal mati di tanganku malam ini,
tentunya kau tak akan menyesal, bukan?”
Ketika Si Pedang Emas Cia Tiong-giok menjumpai Ku See-hong
yang gusar tiba-tiba berubah menjadi tenang… dengan cepat ia
lantas berpikir:
“Orang ini memiliki semacam kepandaian sakti yang amat luar
biasa, belum tentu kami berlima sanggup untuk merobohkan
dirinya. Barusan sebetulnya aku berniat untuk mengobarkan hawa
amarahnya agar perhatiannya terpecah belah, kemudian baru
melancarkan serangan mematikan, siapa tahu ia begitu cekatan.
Tampaknya orang ini benar-benar merupakan musuh tangguh yang
belumpernah dijumpai sepanjang hidupku….”
Angin laut di musim gugur ini terasa amat dingin, membuat bulu
kuduk orang pada berdiri.
-oo0dw0oo-
Jilid 9
GULUNGAN ombak yang berkejaran membawa suara deruan
yang keras, suatu pertarungan berdarah yang mengerikan sebentar
lagi akan berlangsung di sana.
Ku See-hong menghimpun segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, makin dihimpun ia merasa kekuatannya makin
menghebat.
Tiba-tiba…. Bentakan menggeledek yang sangat memekikkan
telinga berkumandang memecahkan keheningan, secepat kilat
tubuhnya menerjang ke muka. Dalam waktu singkat ia lancarkan
lima buah pukulan dahsyat menghantam lima orang musuhnya.
276
Cepat gerakan tubuhnya, hebat serangannya, betul-betul
mengerikan hati…. Segulung hembusan angin dahsyat, ibaratnya
amukan gelombang dahsyat di tengah samudra, dengan cepatnya
menggulung ke arah lima orang itu.
Empat orang lelaki bercambang yang menggembol pedang itu
menjerit kaget, cepat-cepat mereka terdesak mundur sejauh tiga
empat langkah.
Si Pedang Emas Cia Tiong-giok tertawa dingin… tubuhnya
berputar kencang, lalu sepasang telapak tangannya disertai selapis
tenaga pukulan yang dahsyat memunahkan datangnya ancaman itu.
Pada saat yang bersamaan itulah Ku See-hong tertawa dingin,
serangan mematikan kembali dilepaskan. Kakinya berputar kencang,
dengan suatu gerakan yang sangat aneh ia mendesak ke sisi tubuh
kedua orang lelaki bercambang itu. Berbareng itu juga lima buah
jari tangan kanannya direntangkan, lalu di antara sentilan dan
getarannya lima gulung angin tajam meluncur keluar dari ujung jari
tangannya itu.
Dengan cepat angin serangan tersebut menyergap jalan darah
Hu-hun-hiat, Kau-mao-hiat, Hun-bun-hiat, Gi-si-hiat, dan Gi-sim-hiat
di tubuh kedua orang lelaki bercambang itu.
Si Pedang Emas Cia Tiong-giok sendiripun sama sekali tidak
berdiam diri belaka, begitu lolos dari sergapan lawan yang dahsyat,
serangan mematikan segera dilancarkan, sepasang telapak
tangannya melakukan gerakan-gerakan yang aneh dan menciptakan
desingan angin tajam yang menggidikkan hati.
Angin pukulan yang dahsyat dan tajam segera mengancam
delapan belas buah jalan darah penting di tubuh Ku See-hong.
Waktunya persis berbareng ketika Ku See-hong sedang menyergap
dua orang lelaki bercambang itu.
Pengalaman pertarungannya selama beberapa kali membuat Ku
See-hong mempunyai keyakinan yang lebih besar lagi terhadap
tenaga khikang Kan-kun-mi-siu yang dilatihnya, maka ia tidak ambil
gubris terhadap ancaman dari Cia Tiong-giok itu, malahan segenap
277
tenaganya tetap disalurkan ke depan mempertajam kelima gulung
desingan angin serangannya.
“Sreeett, sreeett, sreeett…” desingan tajam yang memekikkan
telinga secepat kilat meluncur ke depan. Dua kali jeritan ngeri yang
menyayat hati bergema memecahkan keheningan. Beberapa buah
jalan darah penting di tubuh kedua orang lelaki bercambang itu
segera ditembusi oleh kelima gulung desingan angin tajam itu
sehingga darah segar menyembur keluar sangat deras.
Bukan begitu saja, bahkan sisa tenaga serangan yang masih
besar itu telah membawa tubuh mereka terpental sejauh tiga kaki
lebih dari tempat semula….
Ketika di sebelah sana berkumandang suara jeritan, maka di
sebelah sini pun terjadi ledakan yang beruntun….
“Bluuumm! Bluuumm!”
Secara telak tubuh Ku See-hong kena dihantam oleh tenaga
serangan Cia Tiong-giok yang amat dahsyat itu. Akan tetapi dia
hanya merasakan hawa darahnya sedikit bergetar dan tubuhnya
maju dua langkah. Si Pedang Emas Cia Tiong-giok menjadi amat
terkesiap, dengan cepat ia menubruk ke muka. Kedua ujung
bajunya bagaikan dua ekor ular berbisa, menggulung dan menyapu
tiada hentinya mengancam belakang tengkuk Ku See-hong.
Serangan ini amat ganas, buas dan keji, sukar dibayangkan dengan
kata-kata.
Ku See-hong sama sekali tidak menyangka kalau Cia Tiong-giok
dapat menyerang dan merubah jurus serangan dengan kecepatan
setinggi ini, tiba-tiba saja dia merasa ada segulung desingan angin
tajam menyergap di atas belakang tengkuknya.
Dengan wajah berubah hebat buru-buru ia keluarkan ilmu
gerakan tubuh Mi-khi-biau-tiong, tiba-tiba saja tubuhnya bagaikan
pusaran angin berpusing secara aneh tapi sakti berputar ke arah
luar.
278
Sementara kakinya melakukan gerakan perputaran yang aneh
menuju ke luar, tubuhnya melakukan pula suatu gerakan yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata, kemudian telapak tangan kirinya
melancarkan segulung angin pukulan yang dahsyat menghantam
tubuh Cia Tiong-giok.
Betapa terperanjatnya Si Pedang Emas Cia Tiong-giok, segera ia
berpikir di dalam hati:
“Ternyata ilmu silat yang sebenarnya dimiliki orang ini jauh lebih
lihay dari apa yang kubayangkan semula.”
Tubuhnya lantas sedikit berjongkok, ujung bajunya dikebaskan
pelan ke arah depan melancarkan segulung angin pukulan lembek
yang berhawa dingin, rupanya dia ingin mencoba tenaga dalam
yang dimiliki lawan.
“Blaaamm…!” suatu ledakan keras segera berkumandang.
Ku See-hong merasakan tubuhnya bergetar keras, desingan
angin pukulan yang maha dahsyat itupun seketika tersapu lenyap
hingga tak berbekas, menyusul kemudian segulung tenaga
dorongan yang kencang memaksanya mundur sejauh tiga empat
langkah.
Begitu mengetahui kalau tenaga dalam musuhnya tidak lebih
tangguh daripada kekuatan sendiri, Si Pedang Emas Cia Tiong-giok
merasa amat girang, semangatnya berkobar kembali, sambil
membentak keras jengeknya:
“Orang she Ku, aku lihat lebih kau membalas dendam pada
penitisanmu yang akan datang saja!”
Begitu kata terakhir meluncur keluar, telapak tangan kanannya
segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat yang dalam, bagaikan
samudra, sementara lima jari tangan kirinya direntangkan dan
melepaskan lima gulung desingan angin tajam ke depan.
Dua jurus serangan yang tangguh dilancarkan pada saat yang
hampir bersamaan, selain ganas juga hebatnya luar biasa.
279
Ku See-hong segera merasakan wajah maupun ketujuh lubang
inderanya telah terkurung di balik desingan angin jari lawan yang
tajam. Tak terlukiskan rasa terkesiap dalam haitnya, buru-buru dia
gunakan ilmu gerakan tubuhnya yang lihay, Mi-khi-biau-tiong, untuk
meloloskan diri.
Seluruh badan Ku See-hong segera berubah ibaratnya segumpal
kapas, di tengah alunan angin pukulan yang menyelimut i angkasa,
dari sudut yang amat aneh, bagaikan selembar bulu saja ia
dihembus sehingga menyelinap keluar dari arena.
Menyaksikan ilmu gerakan tubuh yang sedemikian lihaynya itu, Si
Pedang Emas Cia Tiong-giok merasa seharusnya tenaga dalam yang
dimiliki pihak lawan amat sempurna, tapi mengapa tenaga
pukulannya tadi justru jauh lebih lemah daripada tenaga pukulan
sendiri…?
Cia Tiong-giok sebagai seorang yang cerdik, licik, banyak tipu
muslihat dan hatinya lebih kejam daripada seekor ular berbisa,
dengan cepat mengambil satu kesimpulan: sudah pasti pihak lawan
telah mempelajari banyak sekali ilmu silat yang sakti dan luar biasa,
hanya sampai kini masih belum dapat dipergunakannya
sebagaimana mestinya….
Begitu kesimpulan tersebut melintas lewat di dalam benaknya,
niatnya untuk melenyapkan Ku See-hong makin mantap, dia tak
ingin melepaskan harimau pulang ke gunung sehingga
mendatangkan bencana besar di kemudian hari….
Berpikir sampai di situ, Si Pedang Emas Cia Tiong-giok segera
membentak keras, tubuhnya dengan cepat bagaikan kilat segera
mengejar ke depan. Kaki dan tangan dipergunakan bersama,
bagaikan bunga yang berguguran di musim gugur, dia kurung
seluruh tubuh Ku See-hong secara ketat.
Terkesiap juga hati Ku See-hong menyaksikan kecepatan gerak
lawannya, sementara ia masih tertegun bercampur kaget, selapis
angin pukulan yang dahsyat bagaikan gulungan ombak di samudra,
280
di bawah lapisan bayangan telapak tangan yang membukit, secara
dashyat dan bersamaan menyergap tiba.
Kesempurnaan ilmu silat yang dimiliki Si Pedang Emas Cia Tionggiok
dalam dunia persilatan dewasa ini boleh dibilang sudah jarang
yang bisa menandinginya lagi. Coba kalau Ku See-hong tidak
berhasil memahami banyak kepandaian sakti ketika berada di tanah
pekuburan, kemudian mengalami siksaan panca istana Huan-mokiong
yang menyebabkan bergeraknya tenaga murni yang berada di
dalam tubuh dan terhisap oleh pusaran yang mengakibatkan tenaga
dalamnya maju beberapa tingkat, niscaya ia sudah tewas oleh
serangan keji lawannya.
Tiba-tiba Ku See-hong menghimpun tenaga dalamnya, kemudian
sekali lagi mempergunakan ilmu gerakan tubuh Mi-khi-biau-tiong
yang maha dahsyat tersebut. Tampak tubuhnya yang melambung di
tengah udara itu terombang-ambing mengikuti gulungan angin
serangan yang dahsyat. Seenteng selembar bulu, dia menari dan
melayang kesana kemari tiada hentinya.
Ternyata ilmu gerakan tubuh yang sangat lihay ini boleh dibilang
mengandalkan segulung hawa murni yang dihimpun dari pusar,
membuat seluruh badannya enteng bagaikan bulu. Dalam keadaan
begini, sekalipun angin pukulan yang dahsyat mengena di tubuhnya
juga tak akan menghasilkan pengaruh apa-apa.
Ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong merupakan suatu
kepandaian sakti yang berhasil diperoleh Bun-ji koan-su setelah
mempelajari isi kitab Cang-ciong pit-kip selama banyak tahun.
Kehebatan dan kesaktiannya tentu saja sukar dilukiskan dengan
kata-kata.
Tempo hari, Bun-ji koan-su pernah berkata kepada Ku See-hong,
asal ia berhasil menguasai ilmu gerakan tersebut maka untuk
menjaga diri hal mana sudah berlebihan.
Si Pedang Emas Cia Tiong-giok merasa kagetnya bukan kepalang
tatkala menyaksikan ilmu gerakan tubuh yang dipergunakan
281
pemuda ini setingkat lebih dalamdari pada ilmu gerakan tubuh yang
digunakannya tadi, segera pikirnya:
“Heran, ilmu gerakan tubuh apakah ini? Belum pernah kubaca
tentang kepandaian sakti seperti ini dalam kitab pusaka ilmu silat,
padahal ilmu silat yang dimiliki ayah sangat tinggi, mengapa aku
pun belum pernah mendengar tentang soal ini dari mulutnya…?”
Berpikir sampai ke situ, mendadak Si Pedang Emas Cia Tionggiok
teringat kembali akan sebuah ilmu sakti dari istana Huan-mokiong
yang sudah lama tak pernah dipergunakan: Mo-to sam-huan
(Tiga Perubahan dari Pulau Iblis).
Tanpa terasa kakinya segera membawakan langkah tujuh
bintang, bersamaan itu pula sepasang tangannya digerakkan
bersama serangan itu… seperti ada seperti tak ada, seperti nyata
seperti tipuan, kiri kanan sepasang tangannya secepat kilat
melancarkan tiga buah serangan yang amat aneh.
Dalam setiap gerakan yang dipergunakan semuanya disertai
dengan ilmu langkah yang sempurna, serangan itu datang pula dari
sudut yang aneh, beruntun datangnya dan tiada terputus.
Demikian hebatnya jurus serangan itu, boleh dibilang belum
pernah dijumpai dalamdunia persilatan dewasa ini.
Begitu ilmu Mo-to sam-huan dikeluarkan, maka hebatlah
akibatnya.
Ketika Ku See-hong bergerak dengan menggunakan ilmu gerakan
tubuhnya yang sakti tadi, ia sudah bersiap-siap hendak
menggunakan gerakan kedua dari jurus Hoo-han-seng-huan
tersebut yakni Jin-hay-hu-seng (Lautan Manusia Timbul Tenggelam)
untuk melukai musuh.
Si anak muda ini baru terkesiap setelah menyaksikan Cia Tionggiok
mengeluarkan jurus sakti tersebut untuk mendesak dirinya.
Dengan cepat hawa murni yang kuat menyelimuti seluruh dadanya,
menyusul kemudian sepasang telapak tangannya digerakkan secara
aneh.
282
Di balik kilauan cahaya yang gemerlapan, disertaai segulung
hawa murni yang berat dan dalam bagaikan samudra, secara lamatlamat
menerobos masuk ke dalam.
Bentuk badan Ku See-hong saat ini telah berubah menjadi aneh
sekali, tubuhnya berada tiga depa dari permukaan tanah, dengan
bentuk seperti udang bago, di antar lengkungan dan lejitannya yang
lucu… sekilas cahaya putih secepat kilat melesat ke muka
mengancam bagian mematikan di tubuh Cia Tiong-giok.
Sewaktu masih berada dalam istana Huan-mo-kiong, Cia Tionggiok
telah mengenali kelihayan jurus Hoo-han-seng-huan tersebut,
dia baru terperanjat bukan kepalang setelah menyaksikan sekilas
cahaya putih menembusi dinding tak berwujud yang diciptakan
berlapis-lapis itu dan secepat kilat menyergap bagian penting di
tubuhnya.
Padahal Mo-to sam-huan merupakan suatu kepandaian sakti
yang dahsyat sekali pengaruhnya… dalam kenyataan serangan itu
tak mampu membendung kehebatan dari jurus Hoo-han-seg-huan
tersebut….
Dengan cepat Cia Tiong-giok menghimpun segenap tenaga
dalam yang dimilikinya sehingga tenaga serangan yang terpancar
keluar lewat ilmu Mo-to sam-huan itu menjadi sepuluh bagian lebih
dahsyat. Lalu dengan gerakan keras lawan keras, ia sambut
datangnya serangan itu.
Berbareng dengan gerakan tadi, tubuhnya turut melesat ke muka
sebagai persiapan untuk menghindari luka parah yang tak
diperlukan.
“Plaaakk…!” benturan keras terjadi.
Kemudian kedengaran suara dengusan tertahan mendesis di
angkasa, pusaran hawa tajam segera memancar ke delapan
penjuru.
Ku See-hong segera merasakan hawa darah di dalam dadanya
bergolak keras oleh segulung tenaga dorongan yang kuat, ia
283
didesak sampai mundur sejauh lima enam langkah dari posisi
semula.
Cia Tiong-giok sendiri, walaupun cukup cepat reaksinya,
tubuhnya ikut bergerak cahaya putih itu demikian cepatnya, daya
pengaruh yang terpancar pun begitu luas daya lingkupnya….
Tampak seluruh tubuhnya terpental jauh ke belakang oleh
sapuan tenaga yang membuyar itu. Sekali kuda-kudanya tergempur,
badannya segera berjumpalitan di udara dan melayang turun empat
kaki jauhnya dari posisi semula.
Walaupun ia dapat melayang turun dengan manis, akan tetapi
dilihat dari paras mukanya yang pucat serta sorot matanya yang
penuh dengan kebencian, dapat diketahui bahwa kerugian yang
dideritanya cukup besar, kekalahan yang dideritanya sekarang boleh
dibilang merupakan kekalahan yang pertama kali dialaminya selama
dua puluh satu tahun.
Sekuat tenaga Cia Tiong-giok segera mengendalikan luka yang
diderita kemudian sambil tertawa seramdia berkata:
“Orang she Ku, malam ini aku tak akan melepaskan kau dengan
begitu saja, heeehh… heeehh… heeehh… tentunya kau rasakan
penderitaan yang hebat dalam tubuhmu sekarang, bukan?”
Oleh tenaga pukulannya yang dahsyat itu Ku See-hong memang
merasakan hawa darahnya bergolak keras, tak enteng luka yang
dideritanya, namun dari balik matanya yang tajam segera
mencorong keluar serentetan cahaya mata yang menggidikkan hati,
lalu dengan sikap sinis menghina ia mendengus dingin:
“Hmm, jika punya ilmu, ayo tunjukkan semua, apa gunanya
mengandalkan ketajaman mulut untuk bersilat lidah?”
Si Pedang Emas Cia Tiong-giok menyeringai seram, sehingga
wajahnya tampak mengerikan sekali, lalu sambil tertawa dingin
katanya:
“Mana, mana, orang she Ku, kegagahanmu sungguh
mengagumkan, kau memang seorang Kuncu sejati. Heeehh…
284
heeehh… heeehh, sekarang kau tidak menyerang lagi? Memangnya
tanganmu sudah tak menuruti suara hatimu lagi?”
Mendengar ucapannya yang sangat licik itu, diam-diam Ku Seehong
merasa terkesiap, pikirnya:
“Saat ini seluruh nadi pentingku terluka, darah dalam tubuhku
serasa membeku, bila keadaan ini sampai diketahui lawan, bisa jadi
dia akan segera melancarkan sergapan mematikan, waktu itu
niscaya keselamatanku akan terancamsekali.”
Padahal Si Pedang Emas Cia Tiong-giok sendiri pun merasakan
hawa darah di dalam dadanya bergolak keras akibat dari benturan
itu, tapi dasar licik, walaupun ia tahu Ku See-hong juga menderita
luka parah, namun tidak diketahui sampai di manakah taraf luka
yang dideritanya itu.
Oleh karenanya dia ingin memancing lawannya dengan ucapan
yang memanaskan hati lawan, bila luka yang diderita pihak lawan
parah sekali, maka dengan mempertaruhkan kekuatan yang
dimilikinya sekarang, ia hendak menggunakan sebuah ilmu pedang
yang ganas dan buas untuk membunuhnya.
Sayang sekali Ku See-hong bukan seorang yang bodoh, sudah
barang tentu ia dapat menduga maksud keji Cia Tiong-giok, maka
sambil berlagak seakan-akan tak pernah terjadi apa-apa, ia tertawa
seram.
“Sekarang juga aku orang she Ku masih sanggup untuk
membinasakan manusia laknat macam kau. Bila tidak percaya, mari
kita buktikan sekarang juga….”
Menyaksikan sikap Ku See-hong yang begitu tenang menghadapi
ancaman dirinya, diam-diam Si Pedang Emas Cia Tiong-giok makin
terkesiap. Ia tidak berbicara lagi, diam-diam hawa murninya
disalurkan untuk mengobati lukanya, sementara sepasang matanya
yang memancarkan cahaya tajam mengawasi wajah Ku See-hong
tanpa berkedip.
“Syukur dia terkibuli!” pekik Ku See-hong di hati kecilnya.
285
Buru-buru diapun mengatur napasnya untuk menyembuhkan luka
yang dia derita.
Begitulah, dua orang itupun berdiri saling berhadapan di tepi
pantai dengan mata melotot, walaupun di luar wajahnya sikap
mereka tenang, padahal di hati kecilnya merasa begitu tegang,
begitu takut dan ngeri….
Angin laut masih berhembus amat kencang, gulungan ombak
saling berkejaran memecah di pantai, suara gemuruh yang
disertakan dalam gulungan itu memberikan suasana yang lebih
mengerikan bagi orang-orang di sekitar sana.
Udara di sekeliling tempat itu penuh diliput i hawa nafsu
membunuh yang menyeramkan, kian lama kian bertambah tebal
mengikut i berlalunya sang waktu.
Pada saat itulah ada dua sosok bayangan manusia yang sedang
pelan-pelan menghampiri belakang tubuh Ku See-hong dengan
gerakan seperti sukma gentayangan, dua bilah pedang pun pelanpelan
telah diloloskan dari dalam sarungnya….
Sejak semula Ku See-hong telah merasakan kehadiran mereka, ia
tahu dunia ini penuh dengan kebusukan, kejahatan serta perbuatan
memalukan. Kulit wajahnya segera mengejang keras, ia paling benci
dengan tindak-tanduk semacam ini. Sayang tenaganya waktu itu
terlalu lemah, dia tak bisa berbuat banyak kepada mereka.
Sekulum senyuman dingin yang licik segera tersungging di ujung
bibir Si Pedang Emas Cia Tiong-giok, ia merasa bangga, juga amat
gembira.
Tiba-tiba… terdengar dua kali bentakan nyaring bergema
memecahkan keheningan. Dua bilah pedang yang tajam disertai
dengan segulung hawa pedang yang dingin, satu dari kiri yang lain
dari kanan, langsung menusuk ke bagian mematikan di tubuh Ku
See-hong dengan kecepatan tinggi.
Terdengar bentakan yang pedih dan sedih menggelegar
memecahkan kheningan.
286
Dengan kening berkerut dan wajah dingin bagaikan salju, tibatiba
Ku See-hong melejit ke udara dan meluncur ke depan. Berada
di tengah udara ia berjumpalitan beberapa kali, kemudian kesepuluh
jari tangannya diayunkan ke depan… desingan angin tajam
bagaikan bendungan yang jebol segera menyambar ke muka.
Selapis gulungan tenaga serangan yang dingin bagaikan es dan
dashyat melebihi kekuatan pada umumnya itu, melanda ke depan
secepat petir dan langsung menggulung ke tubuh dua orang lelaki
berbaju hitamyang menyergapnya dari belakang itu….
Rupanya tatkala dua orang lelaki bercambang itu siap
melandakan sergapan, mendadak aliran hawa murni yang aneh di
dalam tubuhnya itu menyebar keluar, hal mana membuat hawa
darah yang bergolak keras seketika itu juga pulih kembali seperti
sediakala.
Sementara itu Si Pedang Emas Cia Tiong-giok juga telah berhasil
mengendalikan pergolakan hawa darah di dalam tubuhnya… tapi
sayang ia tak sempat lagi untuk menghindarkan kedua orang anak
buahnya itu dari ancaman maut yang dilepaskan Ku See-hong.
Dua kali jeritan ngeri yang mendirikan bulu roma segera
menggema memecahkan keheningan malam… kedua orang lelaki
bercambang itu mati seketika itu juga.
Dalam pada itu, Ku See-hong yang baru saja membunuh dua
orang lawannya, tiba-tiba merasakan datangnya selapis hawa
pedang yang dingin menusuk tulang menyambar ke punggungnya
secara dahsyat.
Ku See-hong tak berani bertindak ayal, kakinya segera berputar
secaara aneh, lalu sekali lagi dia berkelit ke samping dengan
gerakan tubuh Mi-khi biau-t iong yang sangat lihay itu. Pangkal
kakinya menempel tanah, sementara tubuhnya berjumpalitan secara
indah.
Rupanya dalam keadaan kritis tersebut, ternyata Ku See-hong
kembali berhasil memahami suatu gerakan aneh, dan yang secara
langsung segera dipraktekkan. Hebatnya, ternyata tusukan maut
287
yang dilancarkan Si Pedang Emas Cia Tiong-giok itu segera
mengenai sasaran yang kosong.
Cia Tiong-giok tertawa seram, pedang emasnya digetarkan dan
diputar menciptakan selapis cahaya emas yang tebal. Gerakan
pedangnya secepat kilat membelah angkasa. Di antara getaran
tersebut terpancar keluar cahaya gemerlapan yang menyilaukan
mata.
Selama ini Ku See-hong belum pernah bertarung melawan musuh
yang menggunakan jurus pedang. Serangan bertubi-tubi yang
dilancarkan Cia Tiong-giok dengan mengembangkan serangkaian
ilmu pedang yang buas dan mematikan itu segera membuat si anak
muda itu menjadi gugup dan kalang kabut tak karuan.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ku See-hong. Sambil
membentak keras, sepasang tangannya masing-masing membentuk
sebuah garis busur dan melancarkan bacokan kilat….
Ketika dua gulung tenaga pukulan yang dilepaskan semua
olehnya itu saling menumbuk menjadi satu di udara, “Ploook!” hawa
serangan segera memancar ke empat penjuru dan bersama-sama
mengurung seluruh badan Cia Tiong-giok.
Ilmu pukulan semacam ini adalah merupakan hasil ciptaan Ku
See-hong sendiri, selain sakt i dan aneh, tanpa disadari tenaga
pukulan yang dihasilkannya pun satu kali lipat lebih dahsyat
daripada keadaan biasa.
Cia Tiong-giok yang menyaksikan kejadian itu menjadi sangat
terperanjat, pedang emas di tangannya segera diputar menciptakan
selapis cahaya dinding yang kuat dan tebal.
Di antara desingan angin tajam yang menderu-deru, seketika itu
juga segenap tenaga serangan yang dilancarkan Ku See-hong kena
dipunahkan oleh hawa pedang tersebut.
Mendadak pedang emas dalam genggaman Cia Tong-giok
digetarkan amat cepat dan dahsyat, bertitik-titik cahaya bintang
bertaburan di angkasa dan tahu-tahu melesat ke depan,
288
mengancam jalan darah Gi-hu-hiat dan cong-hiat di atas
tenggorokan Ku See-hong.
Serangan tersebut meluncur dengan kecepatan tinggi, jurus
serangan yang dipakai juga sakti dan luar biasa, lagi ganas
ancamannya.
Seperti bayangan setan saja, tiba-tiba Ku See-hong menyelinap
ke samping, kemudian bergerak secara aneh. Sepasang ujung
bajunya dikebaskan bersama-sama menciptakan selapis hawa
pukulan yang meluncur keluar tiada habisnya. Setelah itu, sekali lagi
badannya mengegos ke samping.
Cia Tiong-giok segera menekan pedang emasnya ke bawah, lalu
dibuyarkan di belakang, langkah kakinya turut miring ke samping.
Pedang digetarkan menciptakan beribu-ribu buah jalur cahaya yang
amat menyilaukan mata.
Dalam waktu singkat, selapis cahaya pedang yang dingin dan
tajam, disertai deruan angin dan guntur yang memekikkan telinga
mengancam sekujur badan Ku See-hong.
“Breeett…!” karena kurang cepat menghindarkan diri, lengan kiri
Ku See-hong sudah kena tersambar sehingga robek sepanjang dua
inci lebih, kulit badannya kontan merekah dan darah segera
bercucuran membasahi separuh bajunya.
Dengan bangga Cia Tiong-giok tertawa licik, pedang emas di
tangannya kembali diputar menciptakan cahaya perak yang
melingkar-lingkar, kemudian atas bawah meluncur bersama,
bagaikan naga sakti yang sedang menari di angkasa, angin tajam
menyelimuti seluruh udara.
Untuk sesaat lamanya Ku See-hong terkurung di balik cahaya
pedang yang rapat sekali itu.
Sepasang lengannya berputar-putar mengikuti arah pedangnya
dan menciptakan sebuah aliran hawa yang menyesakkan napas,
untuk membendung jurus pedang yang ganas dan lihay itu secara
paksa.
289
Sambaran pedang emas menciptakan deruan angin yang
mmekikkan telinga, pasir hitam di tanah menggulung-gulung
terbang mengliputi udara, sedemikian dahsyatnya ancaman itu
sehingga cukup menggetarkan perasaan siapapun yang
melihatnya…
Cahaya pedang berputar bagakan gulungan ombak samudra, di
antara kilatan-kilatan yang menyambar kesana kemari, hampir
seluruh arena terpenuh oleh serangan lawan.
Sekali lagi Ku See-hoong menggunakan ilmu langkah Mi-khi-biautiong
untuk menghindarkan diri secara aneh, kemudian setelah
memusatkan tenaganya dan pikiran, jurus demi jurus serangan
dilancarkan secara berantaai. Di antara bayangan teapak tangan
yang berlapis-lapis, berhembus keluar hawa serangan yang kuat dan
membuat orang sukar untuk meneduhnya.
Makin bertarung, Si Pedang Emas Cia Tiong-giok merasa semakin
terperanjat. Boleh dibilang pemuda itu merupakan satu-satunya
musuh tangguh yang pernah dijumpainya selama ini. Padahal
selamanya belum pernah ada orang yang sanggup menahan
serangan gencarnya sebanyak tigapuluh gebrakan, tapi
kenyataannya sekarang, waalau dengan tangan kosong pun Ku Seehong
mampu menghadapi serangannya sebanyak duapuluh jurus
lebih.
Selain daripada itu, hawa serangan yang dipancarkan lawannya
selapis demi selapis menggulung tiba tiada hentinya, makin lama
kekuatan tersebut makin kuat. Ada kalanya jurus pedangnya kena
didesak sehingga sama sekali tak cukup berkekuatan untuk
mendesak lawan.
Sebagaimana diketahui, Ku See-hong telah memperoleh warisan
hawa murni dari Bun-ji koan-su, kemudian dia pun mempelajari ilmu
khikang Kan-kun-mi-siu-kang yang maha dahsyat, oleh sebab itu dia
tidak kuatir kehabisan tenaga dalam suatu pertarungan jarak
panjang, malahan makin bertarung, tenaga dalamnya makin
sempurna.
290
Di samping itu juga, diapun mempelajari jurus Hoo-han-senghuan
yang tak bisa disangkal lagi merupakan sumber dari segala
macam kepandaian sakti… apalagi dia pun bisa menggunakan ilmu
gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong, hal mana membuat dirinya makin
tangguh.
Andaikata ia, Ku See-hong, dapat menguasai beberapa macam
kepandaian sakti yang berbeda itu sekaligus, maka kemajuan yang
dicapai dalamtenaga dalamnya tak terukur dengan kata-kata.
Tak bisa disangkal lagi, pertarungan yang sedang berlangsung
sekarang, benar-benar merupakan suatu pertarungan sengit yang
jarang terjadi di dalam dunia persilatan.
Angin menderu-deru, udara terasa dingin menyayat badan,
dalam sekejap mata Cia Tiong-giok kembali melancarkan
delapanpuluh jurus lebih serangan pedangnya.
Mendadak….
Ku See-hong mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring,
jurus ketiga dari Hoo-han-seng-huan, yakni Tee-jian-hun-gi (Neraka
Hancur, Sukma Gentayangan) telah dilancarkan. Seketika itu juga
seluruh badannya ibarat serentetan cahaya terik matahari yang
amat menyilaukan mata, dengan suatu gerakan yang cepat
bagaikan sambaran sukma gentayangan, dia menerobos ke muka.
Tampak cahaya putih diiringi selapis hawa tajam yang menyayat
badan, langsung menyergap bagian tubuh yang mematikan di
bagian bawah badan Cia Tiong-giok.
Tampaknya Si Pedang Emas Cia Tiong-giok cukup mengenali
kedahsyatan jurus Hoo-han-seng-huan tersebut, dia ingin berkelit ke
samping… sayang keadaan terlambat. Sambil membentak keras dia
segera bertekad untuk beradu jiwa.
Jurus-jurus tangguh yang mematikan segera digunakan, dengan
kecepatan yang luar biasa tangan kirinya melepaskan beberapa
gulung desingan angin dingin yang menyayat badan, di mana
desingan tadi langsung menyergap jalan darah Thian-leng-hiat di
291
tubuh Ku See-hong. Sedangkan pedang emas di tangan kanannya
dengan menggertak berlapis-lapis hawa pedang yang tajamnya luar
biasa, menyongsong datangnya kilatan cahaya putih itu.
Di dalam anggapannya, sekalipun hawa pedang yang dilancarkan
olehnya tak sanggup membendung cahaya putih itu sehingga
terluka, namun pihak lawannya akan tewas pula dalam keadaan
yang mengerikan.
Padahal dari mana ia bisa tahu kalau daerah seluas satu kaki di
sekeliling tempat itu sudah dilapisi oleh kekuatan yang maha
dahsyat setelah Ku See-hong mengeluarkan ilmu Hoo-han-senghuan
tersebut, sehingga akibatnya pelbagai serangan atau ancaman
yang bagaimanapun lihaynya jangan harap bisa menembusinya.
Sesungguhnya kehebatan tersebut merupakan rahasia besar…
bahwa Ku See-hong sendiri pun tak tahu akan keistimewaan
tersebut. Dia hanya tahu, asal gerakan jurus manapun dari Hoohan-
seng-huan tersebut dipergunakan, niscaya lawannya akan mat i
secara mengenaskan.
Tampaknya Kim-kiam Cia Tiong-giok yang sok pintar itu segera
akan mati secara mengenaskan oleh serangan Tee-jian-hun-gi yang
dilepaskan Ku See-hong itu…
Tiba-tiba….
Serentetan suara pekikan keras yang memekikkan telinga dengan
cepat meluncur tiba membelah angkasa. Suaranya melengking
seperti jeritan kuntilanak, benar-benar tak sedap didengar.
Di tengah pekikan nyaring inilah, sesosok bayangan abu-abu,
secepat kilat menerjang masuk ke balik lapisan tenaga serangan
yang dahsyat dan dingin bagaikan salju itu.
“Bluuumm… Bluuumm…!” ledakan-ledakan berkumandang secara
beruntun.
Cahaya putih yang dilancarkan oleh Ku See-hong itu, mendadak
terputus di tengah jalan….
292
Di antara berkelebatnya bayangan manusuia, paras muka si anak
muda itu berubah menjadi mengerikan, rambutnya berawut-awutan
tak karuan….
Duuuk… duuuk… duuuk…. Selangkah demi selangkah dia
terdorong ke belakang, sementara mulutnya muntahkan tiga kali
darah kental.
Sebaliknya, paras muka Si Pedang Emas Cia Tiong-giok pun
berubah menjadi pucat pias mengerikan. Kulit tubuhnya mengejang
keras, sementara sekujur badannya lemas sama sekali tak
bertenaga.
“Oooh ayah…” bisiknya lirih, “Cepat kau… kau bunuh orang itu….
Kalau tidak… dia… dia akan menjadi bibit bencana yang besar
buat… buat kita….”
Ketika berbicara sampai di situ, dia telah jatuh terkapar di tanah
tak sadarkan diri.
Rupanya pada saat itulah di sisi tubuh Cia Tiong-giok, telah
bertambah dengan seorang sastrawan berusia pertengahan yang
mengenakan jubah panjang berwarna abu-abu. Sebilah pedang
antik tersoreng di punggungnya, sedangkan perawakan tubuhnya
tinggi jangkung dan anggun. Dia mempunyai alis mata yang tebal
dan mata yang besar, gagah perkasa sekali tampangnya.
Cuma sayang sekulum senyuman licik yang mengerikan
tersungging di ujung bibirnya, dari sini bisa diketahui bahwa orang
ini benar-benar merupakan orang manusia yang amat berbahaya.
Ternyata orang ini tak lain adalah Kiong-cu angkatan ketigapuluh
enam dari Huan-mo-kiong yang namanya telah
menggetarkan seluruh dunia persilatan, Han-thian it-kiam Cia Cukim
adanya.
Dengan lima jari yang dipentangkan lebar-lebar, secepat kilat
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim menggerakkan tangannya melepaskan
dua belas totokan kilat di atas dua belas jalan darah penting di
293
tubuh Cia Tiong-giok. Rupanya dia bermaksud untuk mencegah
menjalannya luka tersebut hingga lebih parah lagi.
Dalam pada itu, Ku See-hong juga telah tahu kalau sastrawan
setengah umur ini tak lain adalah otak dari pembunuhan biadab
terhadap anggota perkumpulan Kim-to-pang, yaitu Han-thian it-kiam
Cia Cu-kim, seketika itu juga rasa dendam dan rasa benci yang
meluap-luap menyelimuti seluruh benak atau perasaannya.
Akan tetapi hawa darah yang berada di dalam dadanya sekarang
telah terhantam pukulan Cia Cu-kim yang maha dahsyat itu
sehingga bergolak keras. Penderitaan akibat mengalir membaliknya
peredaran darah dalam tubuhnya tak terlukiskan dengan kata-kata,
namun dia menggertak giginya kencang-kencang dan
mengendalikan dirinya sekuat tenaga.
Sementara itu, Han-thian it-kiam Cia Cu-kim telah membalikkan
tubuhnya, dengan sorot mata yang tajam bagaikan kilat, dia
mengawasi Ku See-hong tanpa berkedip.
Sekilas rasa kaget bercampur keheranan menghiasi wajahnya,
tapi dengan cepat lenyap kembali. Sebagai gantinya, pancaran sinar
buas dan bengis menghiasi ujung bibirnya yang sinis.
“Siapakah kau? Anak murid siapa?!” bentak Han-thian it-kiam Cia
Cu-kim kemudian dengan suara dingin. “Apa sangkut pautnya
antara dirimu dengan kami Huan-mo-kiong? Dendam kesumat apa
pula yang terjalin di antara kita berdua sehingga kau bertindak
kejam dengan membunuhi anggota Huan-mo-kiong kami? Hmm,
jika kau tak mengucapkan sesuatu alasan, saat ini juga akan
kusuruh tubuhmu hancur lumat menjadi abu…!”
00d0w00
Bab 14
HAN THIAN IT KIAM Cia Cu-kim adalah seorang gembong iblis
yang amat termasyhur namanya dalam dunia persilatan. Dia kejam
dan brutal, sama sekali tidak mengenal arti perikemanusiaan,
294
selama ini diapun belum pernah mengucapkan kata-kata yang
begitu sungkan terhadap seorang angkatan muda.
Tapi sekarang, kebrutalan dan keangkuhannya banyak
berkurang, hal ini dikarenakan dia telah digetarkan oleh sikap Ku
See-hong yang amat luar biasa itu, serta jurus Hoo-han-seng-huan
yang baru saja digunakan itu.
Dia tahu jurus Hoo-han-seng-huan tersebut merupakan
kepandaian simpanan dari Bun-ji koan-su, manusia paling kosen di
dunia ini. Itulah sebabnya ia berusaha keras untuk menahan
amarahnya.
Sinar benci dan luapan rasa dendam segera terpancar keluar dari
balik mata Ku See-hong, katanya dengan dingin:
“Suhuku adalah pemimpin dunia persilatan di masa lalu, Bun-ji
koan-su Him Ci-seng. Sedangkan mengenai sumber dari dendam
kesumat itu, terus terang saja kukatakan kepadamu, jika aku masih
berkemampuan sekarang, detik ini juga akan kusuruh kau terkapar
di atas genangan darah….”
Diam-diam terkesiap perasaan Han-thian it-kiam Cia Cu-kim
setelah mendengar perkataan itu, pikirnya kemudian:
“Semenjak Bun-ji koan-su menerima dua orang murid yang
kemudian mengkhianatinya, dia telah bersumpah tak akan
menerima murid lagi, bahkan sejak dua puluh tahun berselang dia
telah tewas di bukit Soat-san… mana mungkin dia menerima lagi
seorang murid semuda ini?”
Tadi, sebetulnya dia mengira Ku See-hong tak lebih hanya murid
dari kedua orang murid murtad Bun-ji koan-su, apalagi selama
tigapuluh tahun lamanya Cia Cu-kim menutup diri terus menerus
untuk melatih kepandaian silatnya, sudah barang tentu dia tidak
begitu mengetahui akan perkembangan yang terjadi dalam dunia
persilatan selama duapuluh tahun belakangan ini.
Tapi yang membuatnya amat terperanjat adalah penampilan Ku
See-hong yang begitu mendendam dan membenci kepadanya,
295
semenjak kemunculan bahkan adu ucapannya terdengar begitu
angkuh dan dingin menggidikkan hati. Hal mana menimbulkan
perasaan was-was di dalam hati kecilnya.
Setelah termenung sejenak Han-thian it-kiam Cia Cu-kim berkata
lagi sambil tertawa dingin:
“Hmmm… betul-betul punya keberanian, betul-betul punya
keberanian. Tak kusangka kau berani mengucapkan kata-kata
semacam itu kepada lohu….”
Ku See-hong tahu kalau usia Han-thian it-kiam Cia Cu-kim telah
mencapai enampuluh tahunan, cuma saja dia memiliki kepandaian
untuk merawat muka sehingga tampaknya saja masih muda.
Di samping itu, dia juga menyadari akan kekejaman Cia Cu-kim
terhadap musuhnya setelah saling berhadapan muka pada malam
ini, niscaya dia tak akan berpeluk tangan belaka.
Walaupun tahu kalau kematian telah di depan mata, Ku See-hong
yang angkuh dan keras kepala itu sama sekali tak mau
menunjukkan kelemahannya untuk minta ampun. Dengan sinis dan
penuh hina Ku See-hong mendengus dingin, kemudian ujarnya:
“Kau manusia, aku pun manusia, kenapa aku tak berani mencacimakimu?
Hmmm…. Memangnya aku harus persiapkan keberanian
lebih dahulu sebelum mengucapkan beberapa patah kata
kepadamu? Betul-betul suatu lelucon yang tidak menggelikan!”
Bagaimanapun juga, Han-thian it-kiam Cia Cu-kim harus
mengagumi akan keberanian pemuda itu. Dia lantas tertawa dingin
dengan suara yang menyeramkan, setelah itu katanya ketus:
“Malam ini kau telah membunuh empat orang anggota Huan-mokiong
kami. Sekarang kau ingin bertanya, hukuman apakah yang
siap kau terima?”
“Mengandalkan kepandaian untuk membalas dendam merupakan
suatu perbuatan yang jujur dan terbuka, sekalipun kau sendiri yang
kuhadapi, aku orang she Ku juga tak akan menyerahkan nyawaku
296
dengan begitu saja. Hmmm… mau membunuh aku, gunakan dulu
kepandaian yang kau miliki.”
Ku See-hong tahu mundur juga mati, maju dengan mengeraskan
kepala juga mati, tentu saja dia tak akan menunjukkan sikap mohon
dikasihani.
Sejak dulu para enghiong lebih suka mati daripada dihina, itu
pula menjadi prinsip hidup bagi Ku See-hong.
“Bagus sekali, bagus sekali, kau memang betul-betul punya
keberanian,” ujar Han-thian it-kiam Cia Cu-kim kemudian, “Lohu
akan memberikan suatu kesempatan bagimu, sekalipun menimbang
dari dosa-dosa yang kau lakukan dalam istana kami cukup untuk
menjatuhkan hukuman mati untukmu, namun asal kau sanggup
menerima tiga buah pukulan lohu tanpa mati… malam ini aku
bersedia mengampuni selembar jiwamu.”
Ku See-hong menjadi girang sekali setelah mendengar tawaran
itu. Dia tak mengira kalau sikap kerasnya justru memancing
perasaan ingin menang dari gembong iblis itu malahan sikap buas
dan brutalnya jauh berkurang terhadapnya.
Ia yakin dengan kondisi badannya sekarang, di mana gejolak
hawa darah dalam dadanya telah menjadi tenang kembali, mungkin
secara dipaksakan ia masih mampu menerima t iga buah pukulan
lawan.
Walaupun pelbagai pikiran berkecamuk dalam benak Ku Seehong,
namun paras mukanya masih tetap tenang dan dingin kaku
seperti es, ujarnya kemudian:
“Ucapan seorang kuncu bagaikan kuda yang kena dicambuk, bila
beruntung aku orang she Ku berhasil lolos dari kematian, tiga tahun
kemudian pasti akan kupenggal batok kepalamu itu.”
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim segera tertawa dingin tiada
hentinya.
“Heeehh… heeehh… heeehh… tak usah banyak berbicara lagi,
lihat seranganku yang pertama!” bentaknya kemudian.
297
Begitu selesai berkata, sepasang telapak tangan Han-thian itkiam
Cia Cu-kim disilangkan di depan dada, setelah itu pelan-pelan
didorong ke depan.
Ku See-hong segera merasakan ada segulung angin pukulan
berhawa dingin berhembus lewat dan menimbulkan serentetan
ledakan yang memekikkan telinga.
Tiba-tiba saja hawa darah yang beredar dalam tubuhnya
mengalami suatu goncangan keras yang menggetarkan sukma,
denyutan nadinya bergetar makin kencang, tenggorokannya terasa
anyir dan tak ampun lagi… dia muntah darah segar.
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim sendiri pun merasa terkejut sekali
setelah menyaksikan kejadian itu. Dia sama sekali tidak menyangka
kalau Ku See-hong mampu untuk menerima sebuah pukulannya
yang disertai dengan tenaga sebesar lima bagian, bahkan tak
sampai tewas. Padahal menurut perkiraannya tadi, Ku See-hong
sudah pasti akan tewas dalampukulannya yang pertama ini.
Dengan paras muka berubah hebat, Cia Cu-kim segera
membentak keras dengan suara menggeledek:
“Lihat seranganku yang kedua!”
Mendadak sepasang telapak tangannya direntangkan ke
samping, kesepuluh jari tangannya yang berapi-api segera disentil
dan digetarkan, segulung tenaga pukulan yang dahsyat bagaikan
amukan gelombang dahsyat di tengah samudra sekali lagi
menghantamtubuh Ku See-hong.
Namun pukulan dahsyat itu bukan serangan yang mematikan,
sebab serangan inti yang sesungguhnya terletak pada kesepuluh
jalur desingan angin dingin yang berada di balik gulungan angin
puyuh tersebut.
Cahaya merah yang berapi segera terpancar keluar dari balik
mata Ku See-hong, sambil membentak keras, dengan menahan
gejolak hawa darah yang menggelora dalam dadanya, ia salurkan
298
tenaga murni itu ke dalam telapak tangan. Setelah itu sepasang
tangannya didorong bersama ke depan.
Segulung angin pukulan yang tak kalah dahsyatnya dengan cepat
menggulung pula ke depan. Dalam jurus serangannya kali ini Ku
See-hong telah menghimpun segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, tak terlukiskan kedahsyatannya.
“Blaaamm…!” di tengah ledakan keras yang memekikkan telinga,
dua gulung hawa murni itu saling bertumbukan satu sama lainnya,
desingan angin berpusing segera memancar ke empat penjuru.
Di tengah desingan angin tajam itulah… terdengar Ku See-hong
mendengus dingin, kepalanya terasa pusing tujuh keliling, hawa
darah di dalam rongga dadanya bergolak keras, kakinya menjadi
gemetar dan secara beruntun ia mundur sejauh tujuh delapan
langkah lebih.
Tubuhnya gontai dan wajahnya memucat, tak tahan lagi dia
muntah darah berulang kali.
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim benar-benar merasa terperanjat
sekali, di dalam serangan yang terakhir dilancarkan itu, dia telah
sertakan tenaganya sebesar tujuh bagian… bahkan diam-diam ia
sertakan pula satu jurus serangan yang mematikan, tapi alhasil dia
gagal membinasakan si anak muda itu.
Menghadapi kenyataan tersebut, timbul niat jahat dalam hatinya,
ia bersumpah hendak membunuh Ku See-hong dengan cara apapun
juga.
Sebab, dengan usianya yang begitu muda pun dia telah memiliki
kesempurnaan tenaga dalam yang begitu sempurna bila pada
malam ini ia sampai kabur dalam keadaan hidup, tak sampai
beberapa tahun kemudian sudah pasti pemuda itu akan menjadi
seorang musuh yang mengerikan…. Bila sampai begitu maka citacitanya
untuk menguasai seluruh dunia persilatan pasti akan
menjumpai tantangan.
299
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim tertawa licik, kemudian bentaknya
keras-keras:
“Lihatlah seranganku yang ketiga… Hun-huan kiu-gi!”
Kali ini dia telah menghimpun tenaga dalamnya sebesar sembilan
bagian… tiba-tiba sepasang telapak tangannya didorong ke muka
sejajar dengan dada, gulungan angin pukulan yang dahsyat dan
menyesakkan napas dengan cepat menyelimuti seluruh angkasa, di
balik kesemuanya itu terselip pula kekuatan tersembunyi yang
membetot sukma, langsung menggulung ke tubuh Ku See-hong.
Ketika menyambut serangan musuh untuk kedua kalinya tadi, Ku
See-hong telah merasakan isi perutnya menderita luka yang cukup
parah, selain lengannya menjadi lemas, dia pun merasa kehabisan
tenaga, padahal ia bisa berdiri tegak di sana pun tak lain karena
kekerasan hatinya yang menunjang kesemuanya itu.
Kini, ketika dilihatnya angin pukulan yang menderu-deru telah
menggulung datang, sepasang telapak tangannya segera didorong
ke depan dengan mengerahkan sisa kekuatan yang masih
dimilikinya.
Seketika itu juga terdengarlah suara deruan angin tajam yang
memekikkan telinga berkumandang memenuhi angkasa….
Ku See-hong merasakan pandangan matanya menjadi gelap,
seluruh tubuhnya terlempar sejauh empat kaki lebih dari tempat
semula oleh segulung pukulan kekuatan yang maha dahsyat….
“Blaaamm…!” ketika badannya membentur tanah, pasir dan debu
segera beterbangan memenuhi angkasa.
Namun Ku See-hong sama sekali tidak digetarkan sampai
pingsan, pelan-pelan dia mendongakkan kepalanya dengan wajah
yang pucat, noda darah yang membasahi ujung bibirnya dan
rambutnya yang awut-awutan tak karuan, membuat pemuda itu
tampak mengerikan sekali.
Ketika Han-thian it-kiam Cia Cu-kim menyaksikan Ku See-hong
sama sekali tidak terbunuh oleh serangannya yang maha dahsyat
300
itu, diam-diam rasa kaget dan bergidik menyelimuti seluruh
benaknya.
Mendadak…. Sekulum senyuman licik yang buas dan
menyeramkan tersungging di ujung bibir Han –thian it-kiam Cia Cukim.
Tubuhnya bagaikan sesosok bayangan sukma selangkah demi
selangkah pelan-pelan mendekati tubuh Ku See-hong….
Agaknya Ku See-hong telah mengerti apa yang bakal terjadi,
sepasang matanya berubah menjadi merah membara seperti darah,
itulah perasaan seram yang mencekam perasaannya menghadapi
ancaman kematian yang telah muncul di depan mata.
“Cia Cu-kim…!” teriaknya kemudian dengan suara parau,
“Sebenarnya kau… kau… adalah manusia atau bii… binatang…?”
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim terkekeh dengan seramnya, ia
menjengek sinis:
“Bocah keparat she Ku, serahkan saja selembar jiwa anjingmu
itu. Sekalipun kau telah menyambut tiga buah pukulanku, heeehh…
heeehh… heeehh… tapi, untuk menghadapi seorang musuh besar
yang mungkin akan mengancam keselamatan diriku, selamanya aku
tak pernah memegang janji, sebab prinsipku, terhadap orang-orang
yang berbahaya bagiku adalah tindakan yang makin keji merupakan
tindakan yang paling baik.”
Waktu itu, Ku See-hong sudah merasakan jantungnya berdebar
keras, peredaran darahnya kacau, sepasang matanya menjadi
gelap, keempat anggota badannya lemas seperti tak berkekuatan
lagi, tentu saja mustahil baginya untuk melakukan perlawanan.
Tak terlukiskan rasa pedih yang mencekam perasaan ketika itu,
lamat-lamat muncul jalur darah di dalam kelopak matanya, dia
segera meraung keras, sekarang dia sudah tahu manusia yang
hidup di dunia ini memang tiada yang bisa dipercaya….
Mendadak….
301
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim mengayunkan tangan kanannya ke
depan, segulung desingan angin dingin segera berhembus lewat.
Ku See-hong segera mendengus dingin, tubuhnya bergulingan
tiga empat kali di atas tanah kemudian tergeletak kaku dan tak
berkutik lagi.
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim kuatir kalau Ku See-hong belum
putus napas… sekali lagi dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat yang
menggulung tubuh Ku See-hong sehingga terpental lagi sejauh
empat kaki lebih dari posisi semula.
Setelah itu dia baru mendongakkan kepala dan
memperdengarkan suara pekikan nyaring yang menggidikkan hati….
Sambil membopong tubuh Si Pedang Emas Cia Tiong-giok, Hanthian
it-kiam Cia Cu-kim segera melompat dan berlalu dari situ.
Beberapa saat kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap di balik
kegelapan sana.
Tak lama kemudian di sekeliling tempat itu telah pulih kembali
dalam keheningan, sepi senyap, tak kedengaran sedikit suarapun.
Angin masih berhembus kencang ombak pun menggulung dan
saling berkejaran….
Ku See-hong tergeletak di atas tanah, ia nampak begitu
mengenaskan dan memedihkan hati….
Benarkah ia telah tewas di ujung telapak tangan Han-thian itkiamCia
Cu-kim?
Benar-benar kasihan sekali Ku See-hong yang hidup penuh
penderitaan itu, tampaknya dia sudah berada di tepi jurang
kematian. Dalam keadaan tak sadar tadi ia telah termakan oleh dua
buah pukulan dahsyat dari Cia Cu-kim, hal mana membuat nadinya
telah tergetar putus.
Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba Ku See-hong
menggerakkan tubuhnya lagi… kemudian berpekik dengan suara
yang mengenaskan.
302
“Haus… haus… aku minta air… air….”
Tubuhnya gemetar keras sekali, dia ingin meronta bangun
namun tiada tenaga yang mampu dikerahkan, akhirnya setelah
mendengus tertahan, ia terkapar kembali di atas tanah dan tak
berkutik, agaknya pemuda itu telah jatuh tak sadarkan diri lagi.
Sesaat kemudian pelan-pelan ia mendusin kembali, sekali lagi dia
berseru dengan suara parau:
“Air… air… aku minta air….”
Jawaban yang diperoleh hanya deruan angin tajam serta deburan
ombak yang mengerikan.
Pada saat ini kesadaran Ku See-hong hampir punah, apa yang
diketahui olehnya hanya air, sekarang yang dibutuhkan dengan
segera adalah air. Dengan napas tersengkal-sengkal dan wajah
mengerikan seperti iblis dia berteriak terus dengan suara parau.
Akhirnya dia menggerakkan tubuhnya. Seluruh jari tangannya
dipentangkan lebar-lebar, kemudian dengan sepenuh tenaga
berusaha untuk merangkak maju ke depan….
Sepanjang hidupnya, Ku See-hong memang selalu diliputi oleh
kemisteriusan, setelah merangkak sekian lama dengan penuh
penderitaan, tampaknya kesadaran yang semula hilang lambat laun
menjadi sadar kembali. Kini dia merasa hausnya setengah mati,
pemuda itu ingin mencari air untuk menghilangkan dahaganya. Dia
tahu air laut tak boleh diminum, maka ia merangkak menuju ke arah
sebuah bukit yang tak jauh letaknya dari tepi pantai.
Lambat-laun kesadarannya semakin pulih kembali, dia merasa
aliran hawa aneh yang berada dalam pusarnya kembali menyebar
keluar. Walaupun peredaran darahnya yang membalik sudah jauh
membaik, namun seluruh tulang belulangnya yang terkena pukulan
terasa sakitnya bukan kepalang, seakan-akan satu demi satu telah
rontok semua, selain daripada itu, dia pun merasa tubuhnya
kepanasan seperti dibakar, hausnya sukar ditahan lagi.
303
Ternyata di dalam melancarkan kedua buah pukulannya yang
terakhir tadi, Han-thian it-kiam Cia Cu-kim telah mengerahkan ilmu
Tee-sat-ciang yang paling beracun untuk menghantam pemuda itu.
Ilmu pukulan Tee-sat-ciang merupakan semacam ilmu pukulan
beracun yang amat lihay sekali, sekalipun sulit untuk dipelajari, tapi
asal bisa dikuasai maka kelihayannya bukan kepalang.
Bagaimanapun lihaynya seorang jago, asal kena terserang oleh
angin pukulannya itu sehingga hawa panas beracun menyerang ke
badan, maka korban itu akan menderita lebih dahulu, sebelum
akhirnya akan mati dalam keadaan yang mengenaskan.
Han-thian it-kiam Cia Cu-kim amat takut terhadap Ku See-hong,
terutama sekali beberapa macam kepandaian sakti yang dimilikinya.
Dia kuatir anak muda itu tetap hidup di dunia ini hingga menyulitkan
dirinya di kemudian hari, maka tadi secara beruntun dia lepaskan
dua buah pukulan Tee-sat-ciang yang beracun dengan maksud
untuk membunuhnya.
Siapa tahu Ku See-hong telah berhasil mempelajari ilmu Kan-kun
mi-siu khi-kang yang amat dahsyat itu… tanpa disadarinya sebelum
serangan itu tiba, banyak sudah pengaruh pukulan beracun itu
dipunahkan oleh ilmunya tersebut, selain jantungnya dilindungi agar
tidak tergetar putus.
Coba kalau bukan lantaran begitu, sekalipun Ku See-hong
memiliki sepuluh lembar nyawa pun akan tewas semua di tangan
lawan.
Pelan-pelan hawa darah dalam tubuh Ku See-hong berhasil
dihimpun kembali, sekarang secara memaksakan diri dia sudah
sanggup untuk berdiri. Setelah itu dengan sempoyongan berjalan ke
depan.
Lebih kurang seperminum teh kemudian, Ku See-hong telah tiba
di bawah kaki bukit, saat inilah segulung angin gunung berhembus
lewat… mendadak pemuda itu mengendus bau harum yang lamatlamat
terbawa pula bau amis darah.
304
Begitu mengendus bau harum yang sangat aneh itu, Ku Seehong
segera merasakan hatinya bergetar keras, semangatnya
segera berkobar kembali, satu ingatan dengan cepat melintas di
dalam benaknya.
Sambil menelusuri sebuah jalan kecil usus kambing, dengan
mengerahkan tenaga yang paling besar, pemuda itu merangkak
maju ke depan.
Hasratnya yang besar untuk mencari hidup membuat dia harus
menahan penderitaan dengan sekuat tenaga, menuju ke arah mana
arahnya bau harum tadi, dia berjalan maju ke depan.
Napasnya segera tersengkal-sengkal dan sepasang matanya
berubah menjadi merah darah.
Kembali seperempat jam sudah lewat, sekarang Ku See-hong
telah tiba di bawah sebuah tebing karang yang curam dan
menjulang t inggi ke angkasa.
Ia mendongakkan kepalanya memperhatikan sekejap keadaan
dari tebing curam itu.
Tampak bukit tersebut menjulang ke angkasa, kaki bukit tersebut
tidak begitu curam tapi dari punggung bukit ke atas, curamnya
bukan kepalang tanggung. Bukit tersebut betul-betul curam dan
tegak lurus, jangankan manusia, monyet serta burung pun sukar
untuk melewatinya.
Ku See-hong mengalihkan sinar matanya memperhatikan sebuah
tonjolan bukit karang berbentuk aneh yang menjulang lima
enampuluh kaki tingginya dari permukaan. Ternyata bau harum
yang semerbak tadi berasal dari atas tonjolan batu karang itu,
malah dari atas bukit tadi seakan-akan memancar keluar asap
berwarna merah yang segera menyebar ke angkasa.
Itulah sebabnya Ku See-hong menduga bahwa benda mustika
tersebut kemungkinan besar berada di atas bukit karang yang
enampuluh kaki tingginya dari permukaan tanah itu.
305
Di atas wajah Ku See-hong yang mengenaskan segera terlintas
suatu perasaan sulit, kini tubuhnya sudah menderita luka yang
cukup parah, untuk mendaki ke atas bukit karang yang enam puluh
kaki tingginya di atas permukaan, pada hakekatnya hal ini jauh lebih
sulit daripada mendaki ke langit….
Dengan termangu-mangu dia berdiri tertegun di situ, sampai
lama kemudian, Ku See-hong baru mengerahkan hawa murninya
dan mencoba untuk menghimpunnya kembali.
Tapi dengan cepat sekujur badannya terasa sakitnya bukan
kepalang, seolah-olah tulang-belulangnya sudah lepas semua.
Tiba-tiba… di atas wajah Ku See-hong terlintas keteguhan
hatinya yang membara, sambil menggigit bibir ia segera berusaha
keras untuk merangkak naik ke atas tebing karang tadi.
“Aduh…!” di tengah jeritan tertahan, tubuh Ku See-hong
terbungkuk ke bawah, tapi sambil menahan rasa sakit yang luar
biasa, dia lari lagi ke depan. Tapi gejolak hawa darah yang bergolak
di dalam dadanya menimbulkan rasa sakit yang menusuk-nusuk
tulang, hal mana membuat dia terjatuh sekali lagi ke tanah.
Sementara itu, tubuhnya sudah berada duapuluh kaki di atas
punggung bukit itu, namun keadaan medan makin lama makin
curam. Ku See-hong segera menghembuskan napas panjang, sambil
mengerahkan tenaga yang dimilikinya selangkah demi selangkah dia
merambat terus ke atas.
Dalam waktu singkat, dia sudah mencapai sepuluh kaki lebih
tinggi daripada tempat semula. Sekarang kakinya sudah menginjak
di atas sebuah batu karang yang menonjol ke luar.
Berada di situ Ku See-hong baru mencoba untuk memperhatikan
keadaan di sekitar sana, empat penjuru keadaan amat berbahaya,
kini jalan yang terbentang di depan matanya adalah sebuah dinding
karang yang tegak lurus, tingginya mencapai duapuluh kaki lebih.
306
Untuk mencapai batu raksasa yang berbentuk aneh dan menonjol
keluar itu, mau tak mau ia harus melewati dinding karang yang
tegak lurus itu lebih dahulu.
Walaupun jaraknya hanya duapuluh kaki, namun bagi pandangan
Ku See-hong saat ini hakekatnya jauh lebih berat daripada mendaki
ke langit. Seandainya tidak terluka parah, jarak sejauh duapuluh
kaki itu bukan suatu rintangan yang sukar, apalagi dengan
kepandaian silat yang dimilikinya, asal di tengahnya ada tempat
berpijak untuk berganti napas, dalamsekejap mata ia bisa mencapai
tempat tujuan.
“Aaaai…” Tak kuasa lagi Ku See-hong menghela napas sedih.
Ternyata dinding batu tersebut selain tegak lurus dan licin, lagi
pula penuh dengan lumut hijau yang amat licin, sekilas pandangan
saja dapat diketahui bahwa tempat itu sukar untuk dilewati.
Andaikata ia nekad dan mendaki ke atas dengan menyerempet
bahaya, seandainya di atas tiada tempat berpijak atau tempat yang
dipakai sebagai tempat berpegangan licin dan sukar dipegang, maka
saat itu tubuhnya pasti akan terjatuh ke bawah dan berubah
menjadi segumpal daging remuk.
Ku See-hong mendongakkan kepalanya memandang dinding
tebing yang licin dan curam itu, tiba-tiba muncul suatu ingatan yang
berani… dia bertekad hendak mendaki ke atas puncak tonjolan batu
itu.
Nasib manusia ada di tangan Thian, seandainya dia gagal di
dalam perjuangannya untuk mempertahankan hidup, apalagi yang
bisa dia katakan?
Diam-diam Ku See-hong mengerahkan sisa tenaga dalam yang
dimilikinya, kemudian dengan cepat tubuhnya melompat ke atas.
Ketika mencapai ketinggian tiga kaki, mendadak hawa murninya
membuyar… dalam terkejutnya dia menahan rasa sakit yang
membuat tubuhnya gemetar dan tiba-tiba menempelkan badannya
di atas dinding tebing.
307
Tangan kanannya segera diayunkan ke depan berusaha
berpegangan pada dinding tersebut, siapa tahu dinding itu sama
sekali tiada tempat untuk berpegangan lagi… lumut hijau segera
berjatuhan ke atas tanah.
Ku See-hong memang seorang pemuda yang tangguh, dalam
keadaan terancam jiwanya, dia sama sekali tidak menjadi gugup,
tangan kirinya yang disaluri tenaga segera membentangkan kelima
jari tangannya, kemudian secepat kilat ditusukkan ke atas dinding
batu itu….
“Criiing…!” kelima jari tangannya menancap ke dalam dinding
batu yang berlumut tebal itu, dengan begitu maka tubuhnya
menjadi tergantung di atas awang-awang.
Sesungguhnya tindakan yang dilakukan Ku See-hong ini benarbenar
berbahaya sekali, seandainya ia tidak sedang terluka, dengan
tenaga dalam yang sempurna, tentu saja menancapkan jari
tangannya ke atas dinding bukanlah suatu pekerjaan yang sukar,
tapi dalam tenaga dalam yang tersendat-sendat, tindakan dari Ku
See-hong ini betul-betul amat berbahaya sekali.
Mungkin nasibnya memang lagi mujur, ternyata tepat di mana
tangan kirinya ditusukkan tadi tak lain adalah sebuah celah-celah
yang ada di antara dinding batu yang satu dengan dinding batu
lainnya.
Agaknya Ku See-hong juga tahu kalau tangan kirinya menancap
di antara celah-celah dinding karang, ia menjadi girang sekali.
Setelah mengatur napas sebentar, dengan menelusuri celahcelah
dinding tadi, selangkah demi selangkah dia merangkak naik
lagi ke atas.
Dalam waktu singkat dia telah t iba di atas batu tonjolan besar
yang berbentuk aneh itu, tapi setelah menyaksikan keadaan di situ,
mendadak ia menjadi amat terperanjat.
Ternyata tonjolan batu cadas itu bentuknya seperti naga,
besarnya bukan kepalang. Batu cadas itu menempel menjadi satu
308
dengan dinding bukit itu sehingga bentuknya menyerupai kepala
naga yang menerobos masuk ke dalam dinding karang.
Yang lebih mengagumkan lagi adalah batu cadas yang menonjol
keluar itu entah terdiri dari batuan apa, selain licin dan halus, juga
memancarkan cahaya kemerah-merahan yang sanat indah, seakanakan
batu itu adalah sebuah batu mustika yang amat besar.
Sedang asap merah yang menguap di atas batu mustika tersebut
datangnya dari empat arah delapan penjuru yang terhimpun
menjadi satu, tempat itu adalah sebuah mulut lorong yang luasnya
beberapa depa di tengah batu cadas berbentuk naga tadi.
Di dalam lorong yang sempit itu terdapat sebuah celah sepanjang
tiga inci… cairan berwarna merah kehijau-hijauan yang tampaknya
kental seperti lem, meleleh keluar dari sana. Bau harum semerbak
tadi tak lain berasal dari cairan merah kehijau-hijauan tersebut, tapi
anehnya terendus pula bau anyir darah.
Saat itu, Ku See-hong sedang merasakan hausnya setengah mati,
dengan termangu-mangu dia mengawasi cairan merah itu,
kemudian pikirnya:
“Cairan merah kehijau-hijauan itu sudah pasti adalah obat
mustika yang langka dan tak ternilai harganya….”
Dengan susah payah mendaki bukit terjal, mempertaruhkan
selembar jiwanya, memanjat karang yang licin itu, tak lain tujuan Ku
See-hong adalah untuk mendapatkan cairan merah itu.
Dalam keadaan demikian, dia sudah tak ambil peduli lagi cairan
apakah yang ada di situ. Diapun tak ambil peduli apakah cairan itu
boleh diminumatau tidak….
Ku See-hong segera membungkukkan badannya, ketika
hidungnya mengendus bau asap harum yang menguap, tubuhnya
terasa menjadi segar tak terlukiskan.
Tanpa berpikir panjang lagi ia segera membuka mulutnya dan
menghirup cairan merah tadi.
309
Dengan cepat seluruh tubuhnya menjadi segar, harum semerbak
hawa dingin yang menyegarkan segera meluncur masuk ke dalam
tubuhnya, langsung menembusi pusar. Kenyataan ini, seketika itu
juga membuat hatinya girang setengah mati.
Bagaikan orang yang menemukan sumber air di tengah gurun
pasir dengan sekuat tenaga dia menghirup cairan merah itu. Dalam
waktu singkat cairan merah yang tiga inci dalamnya itu sudah
berpindah ke dalam perut Ku See-hong, setetespun tak ada yang
bersisa lagi.
Ku See-hong segera menggerakkan lidahnya untuk menjilati sisa
cairan yang masih ada, setelah itu menarik napas panjang-panjang,
seakan-akan dia belum merasa puas dengan apa yang telah
diperolehnya.
Segulung hawa murni yang hangat pelan-pelan mulai bergerak
naik dari dalam pusar, tak selang berapa lama kemudian, nadi
penting yang menguasai hidup matinya berhasil ditembusi lalu
mengaliri Jin dan Tok-meh, lalu balik lagi ke bawah.
Seluruh tubuhnya menjadi segar bugar semua, penderitaan dan
rasa sakit yang dialaminya tadi seketika lenyap tak berbekas. Hawa
murninya menjadi penuh dan tubuhnya menjadi enteng dan segar,
betul-betul suatu kenyamanan yang tak terlukiskan dngan kata-kata.
Tegasnya Ku See-hong merasakan keempat anggota badannya
segar dan nyaman, tak kuasa lagi dia mendongakkan kepalanya dan
berpekik panjang.
Suara yang keras dan yaring bagaikan pekikan naga segera
menggetarkan seluruh ngkasa, suaranya cukup menggetarkan
siapapun yang mendengarkannya…. Tapi, sebelum pekikan tersebut
selesai diutarakan, tiba-tiba Ku See-hong menjerit kaget.
Ternyata batu cadas yang semula indah dan berwarna merah
bercahaya itu mendadak berubah menjadi kelabu… sedangkan asap
merah yang semula membumbung ke angkasa, tiba-tiba lenyap tak
berbekas. Ku See-hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi
amat terkesiap.
310
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, mendadak ia
mendongakkan kepalanya.
Lebih kurang sepuluh kaki di atas cadas berbentuk kepala naga
itu, ia jumpai sebatang pohon kecil dengan daun yang rimbun,
ternyata rimbunnya pohon itu persis menutup mulut sebuah gua.
Menyaksikan kejadian ini, Ku See-hong kembali berpikir:
“Di atas batu naga ini terdapat benda mestika yang tak ternilai
harganya, mungkin di sekeliling gua itupun akan kujumpai mustika
yang lain? Kenapa tidak kuperiksa?”
Ku See-hong bermaksud hendak melayang naik ke atas gua itu,
maka diam-diampikirnya:
“Dengan ilmu meringankan tubuh yang kumiliki sekarang, tak
mungkin dalam sekali lompatan sepuluh kaki bisa kucapai… tapi
barusan aku makan cairan merah itu dan agaknya tenaga dalamku
telah memperoleh kemajuan yang pesat, kenapa tidak kucoba untuk
melompat ke situ?”
Berpikir sampai di situ, Ku See-hong segera berpekik nyaring,
tubuhnya secepat kilat melayang naik ke atas seperti seekor burung
elang yang terbang di angkasa.
Tampaknya tenaga yang digunakan terlalu besar, sehingga dalam
lompatan itu tubuh Ku See-hong mencapai ketinggian sepuluh kaki
lebih.
Dalam keadaan begini, mendadak telapak tangan kanannya
menekan ke atas dinding tebing lalu tubuhnya berputar cepat di
tengah udara dan membalik ke bawah. Dengan suatu gerakan yang
enteng dan lincah, tahu-tahu ia telah melayang turun di depan gua.
-oo0dw0oo-
Jilid: 10
311
DEMONSTRASI ilmu meringankan tubuh yang dilakukannya
barusan boleh dibilang sangat lihay, belum tentu umat persilatan
sanggup melakukannya.
Mimpi-pun Ku See hong tidak menyangka kalau tingkatan yang
dicapai dalam ilmu meringankan tubuhnya telah mencapai tingkatan
yang begitu hebatnya, untuk mencapai ketinggian sepuluh kaki,
pada hakekatnya hal mana bisa dilakukan dengan santai.
Setelah masuk kedalam gua itu, dia makin terkejut bercampur
tercengang, ternyata gua itu begitu luas dan panjangnya sehingga
sama sekali diluar dugaannya semula, Luas gua saja mencapai dua
puluh kaki lebih, cuma saja makin kedalamsemakin menyempit, tapi
tidak diketahui berapa dalamnya.
Udara dalam gua itu dingin sekali, bisa diketahui bahwa gua itu
pasti berhubungan langsung dengan puncak tebing tersebut.
Didalam gua itu banyak terdapat batu batuan, ada yang duduk
ada yang berdiri, bentuknya aneh sekali. Bahkan diantara sekian
banyak batu-batuan tersebut, adapula batuan yang berbentuk putih
dan bercahaya terang.
Dengan ketajaman mata yang dimiliki Ku See hong sekarang, dia
dapat menyaksikan semua benda yang berada dalam gua itu
dengan teramat jelasnya....
Diam-diam Ku Sue hong berpikir: 'Batuan ini bisa memancarkan
cahaya sendiri, jangan-jangan ada bintang sebangsa ular beracun
atau lain lainnya yang berada disitu?'
Sambil berpikir sambil berjalan, tanpa terasa dia sudah mencapai
kedalaman tiga puluh kaki lebih, tiba-tiba muncul kembali sebuah
gua lain yang letaknya tersembunyi dibelakang sebuah batu cadas
berbentuk aneh.
Ku See hong adalah pemuda yang bernyali besar, setelah berpikir
sejenak dia lantas menghampirinya.
312
Satu kaki setelah memasuki gua tersebut, maka yang tampak
hanya pasir putih yang halus, selain kering juga rata, tak sepotong
batu pun yang ditemukan disitu.
Benda yang berada didalam semesta memang beraneka ragam,
kadangkala terdapat pula keanehan yang sama sekali diluar dugaan
orang.
‘Didalam gua ada gua, diluar langit ada langit, diatas manusia
masih ada manusia yang lain’; tampaknya ucapan tersebut memang
sama sekali tidak keliru.
Ku See hong segera tersenyum pikirnya: 'Gua ini paling bersih,
mungkin dimasa silam ada pertapa yang berdiam di sini. Bila
sekarang didalam situ ada penghuninya, maka sudah pasti
penghuninya, adalah bangsa binatang yang suka akan kebersihan.
Setelah sampai disini, kenapa aku tidak mencoba untuk
memasukinya sekalian melihat-lihat keadaan disana?'
Begitu ingat tadi melintas lewat dia lantas melangkah masuk
kedalam gua itu. Tampak gua itu tingginya mencapai dua kaki,
bukan saja dindingnya merupakan batuan putih yang berkilat,
bahkan lantai pun beralaskan batuan putih yang berkilauan.
Tiba tiba....
Ku See hong menarik napas panjang, dia seakan-akan
mengeadus sejenis bau harumbunga yang semerbak....
Padahal gua itu amat bersih, tiada rumput atau bunga yang
tumbuh disitu lalu dari mana datangnya bau harumtersebut?
Dia lantas memasuki kembali sebuah lorong yang terpertang
dibelakanig gua itu, dalam anggapannya bau harum tadi tentu
berasal dari belakang sana.
Tanpa lagu lagi dia melangkah masuk kedalam lorong tersebut.
Lorong itu terletak disebelah kiri dinding batu yang terbelakang,
panjangnya dua kaki kemudian melebar, rupanya disana terdapat
kembali sebuah ruangan batu.
313
Ruangan inipun seperti juga ruangan yang berada diluar, kosong
melompong t iada suatu bendapun, sementara keempat belah
dindingnya terbuat dari batuan putih yang berkilauan.
Disebelah kiri depan pintu masuk, terdapat sebuah pot bunga
yang terbuat dari batu putih, Pot itu letaknya lima depa dari
permukaan tanah.
Didalam pot bunga tersebut terdapat tanah dan tumbuh
sebatang rumput hijau yang panjangnya hanya tiga empat' inci,
namun dalam pot tersebut hanya terdapat tanah merah tanpa air,
mungkin airnya sudah lama mengering...
Anehnya, walaupun tanpa air rumput hijau itu tidak menjadi layu
dan mati. Bau harum semerbak yang terendus sedari tadi ternyata
berasal dari rumput hijau tersebut.
Timbul rasa ingin tahu dalam hati kecil Ku See hong, dia segera
meneliti pot bunga itu lebih seksama.
Ternyata pot bunga tadi terbuat dalam delapan sudut, satu
bagian menempel diatas dinding tanpa cacad. Oleh karena itu dia
lantas mengambil kesimpulan bahwa pot bunga tersebut tentu
dibuat oleh pendiri gua itu ketika dilihatnya ada sebagian batu putih
yang menonjol keluar dibagian sana.
Tapi yang lebih aneh lagi adalah diseluruh ruangan batu itu tidak
dijumpai sebuah kursi atau mejapun. Sekalipun pemilik gua itu
sudah pindah atau meninggal dunia, paling tidak disana harus
tertinggal perabot-perabot yang besar seperri meja, kursi atau
pembaringan.
Tiba-tiba muncul perasaan ingin tahu dalam hatinya, diapun
lantas berpikir: 'Ruangan ini bentuknya persis dengan ruangan batu
diluar sana, apakah sejak dulu memang begitu bentuknya? Arsitek
yang membangun gua ini betul-betul hebat....! Aaah betul, pot
bunga itu bisa berbentuk segi delapan, itu berarti tempat ini bukan
bersifat alam, melainkan memang buatan manusia...!'
314
Satu ingatan segera melindas dalam benak Ku See hong, dengan
cepat dia memegang pot bunga bersegi delapan itu dan didorong ke
kiri. Ketika sama sekali tak bergerak, dia menggerakannya lagi ke
kanan.
"Kraaak....!" kali ini pot bunga bersegi delapan itu bergeser
beberapa inci dari tempat semula.
Tapi diatas dinding batu itu sama sekali tidak ditemukan pintu,
hal mana membuat Ku See hong menjadi tertegun, mendadak dia
menggoyangkan dengan gerakan sekenanya, tanpa disengaja dia
menekan pot bunga itu kebawah.
"Kraak....!" kembali bergema suara keras, agaknya ada engsel
pintu yang sedang membuka.
Mencorong sinar aneh dari balik mata Ku See hong, dengan
wajah tertegun dia menarik pot itu ke belakang.
"Kraaakkk....... !" ternyata pot bunga yang terbuat dari batu
putih itu tak lebih adalah tempat berpegangan diatas pintu, dengan
cepat terpentanglah sebuah pintu.
Dibalik pintu tersebut kembali terdapat sebuah ruangan lain yang
luasnya dua kaki dengan t inggi satu setengah kaki, seluruh dinding
ruangan terdiri dari batu kemala put ih yang berkilauan.
Ditempat ini terdapat meja kursi dan pembaringan komplit
dengan perkakas lainnya. Semua alat itupun terbuat dari batu
kemala putih dengan ukiran-ukiran yang beraneka ragam, betulbetul
sangat indah sekali.
Dengan sorot mata yang tajam, mendadak Ku See hong
memandang sekejap keatas pembaringan batu, ...ternyata disana
duduk bersila seorang kakek yang matanya sudah cekung kedalam
dengan punggung bersandar diatas dinding ruangan.
Diatas pembaringan dimana kakek itu duduk bersila, terletak
sebilah pedang antik yang berwarna hitam..., di bawah pedang tadi
tampak sejilid kitab yang tipis !
315
Ku See hong tahu kakek ini pastilah seorang tokoh persilatan
yang berilmu tinggi, tapi yang menjadi pertanyaan baginya adalah
tubuh kekek itu; mengapa tidak membusuk sebaliknya mirip orang
yang masih hidup saja. Apakah dia mati belum lama?
Ku See hong menghela napas panjang, ia merasa kematain kakek
itu sungguh mengenaskan, begitu sepi, begitu menyendiri, coba
kalau dia tidak memasuki gua tersebut tanpa sengaja, mungkin saja
beberapa ratus tahun kemudianpun betum tentu jasadnya akan
ditemukan orang.
Padahal, darimana dia tahu kalau kakek ini telah meninggal dunia
sejak tigaratus tahun berselang, lagipula merasakan (merupakan)
seorang manusia aneh yang luar biasa hebatnya, selain mengerti
ilmu perbintangan, ilmu bangunan, ilmu alam dan tanah, ilmu
barisan Pat-kwa, juga memiliki kepandaian silat yang tak terlukiskan
hebatnya....?
Dengan sikap yang sangat hormat Ku See hong memberi hormat
kepada kakek itu, kemudian maju mendekat dan mengambil kitab
kecil yang tipis itu.
Diatas kitab tadi terlukis beberapa huruf yang tersembunyi:
"Tiada teman dalamjagad, dunia ini hanya kuseorang"
Kemudian dibawah tertera pula empat huruf kecil:
"HU-THIAN SENG-KIAM" !!
Gaya tulisannya kuat dan tegas, indah dan megah....
Ku See hong segera merasa, walaupun ucapan kakek ini terlalu
besar namun terkandung kepedihan yang tak terlukiskan dengan
kata-kata, sambil menghela napas segera gumamnya:
‘Dunia amat luas, umat manusiapun tak terhitung jumlahnya,
namun orang ini t idak menemukan seorang temanpun sehingga ia
menyebut dirinya sebagai Hu-thian Seng-kiam (Malaikat Pedang
Menyendiri).’
316
‘Mungkin keanehan watak Orang ini jauh melebihi watak suhuku
Bun-ji koan-su ,...kalau tidak, mengapa t iada teman didunia ini?
Atau mungkin dalam jagad hanya dia seorang yang baik sedang
lainnya orang jahat?’
Tentu saja Ku See hong tidak mengetahui sejarah dari Hu-thian
seng-kiam tersebut, kalau tidak, ia pasti akan terperanjat, lagipula
tak akan curiga terhadap apa yang ditulisnya itu.
Tapi Ku See hong memang seorang yang perasa, apalagi setelah
membaca tulisan yang berbunyi: ''Tiada teman dalam jagad, dunia
ini hanya aku seorang!'' makin dikenal ia merasa ikut bersedih untuk
kemalangan kakek itu.
Dalam sedihnya itu, Ku See hong lantas membuka halaman
pertama dari kitab itu, maka terbacalah tulisan yang berbunyi
demikian:
“Catatan dari Hu-Thian Seng-Kiam menjelang saat Ajal ! “ :
"Dalam kehidupan ini, kau telah ditakdirkan menjadi orang yang
berjodoh untuk menemukan hasil karyanya ini tiga ratus tahun
kemudian...! Benar-benar rejekimu amat besar!"
Membaca tulisan tadi, diam-diam Ku See hong amat terperanjat,
mungkinkah kakek ini benar-benar sudah mati tiga ratus tahun
berselang...? Kalau ditinjau dari tulisan dalam kitab itu, agaknya
dia sudah menduga kalau hari ini ada orang yang bakal memasuki
gua ini !?
“Hu-thian seng-kiam! Wahai Hu-thian seng-kiam! Sebetulnya
siapakah kau? Mungkin kau benar-benar seorang jago lihay yang
amat tersohor pada tiga ratus tahun berselang? Mungkin para jago
yang hidup pada seratus tahun berselang pernah mendengar nama
besarnya?”
Dengan sorot mata yang berkilauan, Ku See hong membaca lebih
jauh,
317
"Aaaih..., tampaknya semua telah menjadi takdir, setelah Huthian
seng-kiam lenyap selama t iga ratus tahun, dia akan muncul
kembali dalam dunia persilatan...!
Dikala pedang ini mulai keluar dari sarung, jeritan kesakitan akan
melanda jagad !!
Darah bercucuran sederas genangan sungai, bangkai berserakan
menusuk hidung, bagai pembunuhan yang melanda dunia persilatan
tempo dulu, pasti akan terulang kembali..., Sungguh mengenaskan,
sungguh memedihkan.....!
Ku See hong tahu, yang dimaksudkan Hu-thian seng-kiam adalah
nama pedang mestika itu, lagipula orang yang memperoleh pedang
tersebut harus menyebut pula dirinya sebagai Hu-thian seng-kiam.
Bila ditinjau kembali apa yang tertulis begitu serius dan
mengandung amisnya darah, tampaknya pedang tersebut
merupakan sebuah pedang yang sangat lihay.
Berpikir demikian, tanpa terasa Ku See hong memperhatikan
pedang antik itu dengan seksama. Tampak sarung pedang itu hitam
pekat dan bercahaya terang, selain gagang pedangnya memang
tampak aneh, sama sekali tidak ditemukan ciri-ciri lain....
Maka diapun membaca tulisan dalam kitab itu lebih jauh:
"Takdir telah menetapkan demikian, maka Hu-thian seng-kiam
angkatan pertama menghadiahkan pedang ini bagi mereka yang
berjodoh! Selain juga mewariskan tiga jurus ilmu pedang yang tiada
tandingannya didunia ini... Catatan tentang ilmu pedang itu ada di
belakang, aku percaya dengan kecerdasanmu untuk membuka
ruang rahasia ini, terbukti kalau kau berotak cerdas, pasti rahasia
ilmu pedang itu dapat kau ketahui.
'Dimasa silam, dengan mengandalkan pedang Hu-thian sengkiam
ini, lohu telah menciptakan suatu badai pembunuhan yang tak
terkirakan sehingga melanggar hukum langit. Suatu hari ketika
318
menelusuri lautan, tanpa disengaja telah menemukan bukit tinggi ini
dimana terdapat Tee-liong-hiat-meh (Naga tanah nadi darah)!'
'Tee-liong-hiat-meh, merupakan tempat pemusatan dari inti
langit dan bumi yang berlangsung seribu tahun sekali, yang disebut
gua mestika! Letak gua itu berada ditengah punggung bukit ini.
Perlu diketahui lohu pandai melihat hong-sui dan aneka ragam
kepandaian lain, lohu tahu kalau gua mestika ini tak ternilai
harganya!
Barang siapa yang meneguk Sari Kekuatan tersebut, maka dia
akan kuat dan panjang usia.
Bila orang persilatan yang meneguknya, walaupun seluruh inti
kekuatannya tak bisa terhisap dalam waktu singkat, tapi asal bisa
mendapat sedikit saja, manfaatnya tak terlukiskan dengan kata
kata...!
Itulah sebabnya kukatakan kalau benda itu merupakan benda
mestika yang tiada ternilai harganya.
Walaupun lohu sudah tidak berniat untuk hidup terus di alam
ramai, tapi aku dapat menghitung apa yang bakal terjadi
dikemudian hari.
Telah kuperhitungkan bahwa pedang Hu-thian seng-kiam ini
memancarkan hawa pembunuhan yang luar biasa, ...tiga ratus
tahun kemudian benda ini pasti akan muncul kembali dalam dunia
persilatan...!
Maka secara diam-diam lohu bertekad untuk membantu pemilik
pedang Hu-thian-seng-kiam "angkatan kedua" untuk menciptakan
suatu keajaiban yang belum pernah terjadi selama ini.
Sengaja kupancing keluar Tee-liong-hiat-meh itu untuk kau
terima!
Ditengah 'batu naga' diatas sana, dengan sengaja aku telah
membuat sebuah celah gua yang dalam dan meletakkan sepotong
Batu Kemala Hijau,'Ban-nian pek-giok' disitu. Selewatnya tiga ratus
tahun kemudian, hawa sakti dari Tee-liong-hiat-meh itu pasti akan
319
terhimpun oleh Ban-nian pek-giok tersebut hingga terwujud menjadi
cairan yang dinamakan Tee-liong-hiat-poo (Mestika Darah Naga
Bumi) !!
Hawa sakti itu akan muncul dalam waktu yang singkat, yakni
selama dua jam (tiga ratus tahun dari saat ini), bila kesempatan dua
jam itu terlewatkan, maka saat munculnya kembali Hiat-meh-liongkhi
itu akan terjadi lagi setelah tiga ratus tahun kemudian.
Mestika alam hanya akan diperoleh untuk mereka yang berjodoh,
yang tidak berjodoh jangan harap bisa menemukan benda ini.
Pada tiga ratus tahun berselang, lohu telah menghitungkan
kejadian yang akan datang, telah lohu ketahui pemilik pedang Huthian
seng-kiam angkatan kedua mempunyai rejeki yang besar, dia
akan menerima mestika Tee-liong-hiat-poo itu.
Bila kau telah mendapatkan Tee-liong-hiat po itu..., lohu anjurkan
cepat-cepatlah kau tinggalkan bukit ini...!!!
Bukit karang ini bisa berdiri tegak selama puluhan laksa tahun
karena ada hawa sakti yang menunjang dari dalamnya, begitu hawa
sakti tersebut terambil pergi, ibarat manusia yang kehabisan darah,
tujuh hari kemudian pasti akan runtuh dan hancur.
Manusia maupun binatang yang berada dalam jarak satu Li
disekitar tempat ini akan tertimpa akibatnya dan musnah, ...ingat!
Ingat...! Cepat tinggalkan bukit ini sejauh-jauhnya...!
Rumput Hijau didepan pintu itu, merupakan sebuah benda yang
berusia sepuluh laksa tahun, kasiatnya dapat mencegah keracunan,
mencegah hawa sesat, air dan api tak tembus, benar-benar
merupakan suatu benda mestika yang tiada taranya.
Dimasa lalu benda ini dinamakan orang sebagai Pek-liok-cau!
Pertumpahan darah terjadi dimana-mana gara-gara benda itu.
Akhirnya, lohu yang telah berhasil memperolehnya, sekarang akan
kuberikan pula untukmu.
320
Umat manusia didunia ini banyak yang licik dan berhati busuk,
banyak ksatria yang harus mengorbankan jiwanya ditangan mereka.
Kau telah ditakdirkan sebagai bintang penolong dunia persilatan
pada tiga ratus tahun kemudian. Aku harap kau jangan membunuh
orang seperti membabat rumput; dimana bisa diampuni, ampunilah
mereka yang mau bertobat.
Jenasahku tak usah kau geser, karena lohu telah membuka
rahasia langit dan menghancurkan bukit ini. Untuk dosaku, lohu
rela dijebloskan kedalam neraka, biarlah jazadku terkubur bersama
bukit ini.
Ingatlah apa yang kupesankan dan laksanakan baik-baik, jangan
berbuat kejahatan yang melanggar hukum sehingga menyia-nyiakan
harapanku.....!!
Tertanda:
Hu-Thian-Seng-Kiam “Angkatan Pertama”!
oooooo0dw0ooooooo
Bab 15
SELESAI membaca tulisan itu, Ku See hong menjadi termangu
mangu dan tenggelam dalam lamunannya sendiri. Diam-diam
diapun bersyukur karena ia telah menerima banyak keajaiban alam.
Selama hidup, belum pernah Ku See hong menerima budi
kebaikan orang lain, tapi sekarang, bukan saja dia telah
memperoleh kebaikan orang, bahkan siapa nama kakek itupun tak
diketahui olehnya.
Selain itu, kakek tersebut juga tidak meninggalkan pesan agar
dia melakukan sesuatu baginya, kesemuanya ini membuat Ku See
hong merasa amat tidak tenang, Diam-diam pikirnya:
'Semasa masih hidupnya dulu, locianpwe ini tak pernah
menemukan seorang sahabat pun; setelah mati, jenasahnya akan
321
terkubur dalam perut bumi, benar-benar suatu nasib yang
mengenaskan.... Mumpung masih ada enam hari enam malam
sebelum bukit ini hancur, lebih baik kutemani dirinya disini selama
beberapa hari, sekalian menghibur sukmanya yang kesepian.'
Mendadak..., pada saat itulah Ku See hong mendengar suara
gemuruh yang amat keras bergema memecahkan keheningan,
menyusul kemudian seluruh ruangan batu itu bergoncang keras.
Paras muka Ku See hong berubah hebat, ia tahu ucapan
locianpwe tersebut amat tepat, kalau dilihat dari gempa yang begitu
hebat melanda seluruh bukit ,kini sudah pasti ia tak bisa mengendon
terus dalam ruangan tersebut.
"Blaaamm.....! Blaaamm.....!" setelah berkumandang suara
gemuruh yang memikikkan telinga, gemeratak bumi yang
menggoncangkan ruangan itu semakin menghebat, menyusul
kemudian terdengar bunyi tanah longsor yang memekikkan telinga,
mungkin ada sebagian dari tanah perbukitan itu yang telah ambruk.
Gemuruh keras yang menggelegar di angkasa itu berbunyi sekali
tiap semenit, waktunya pun makin lama semakin pendek,
sedangkan gempa yang terjadi makin lama makin kencang. Ku See
hong sudah tak sanggup lagi untuk berdiri tegak.
Yang lebih aneh lagi adalah jenazah dari kakek itu, walaupun
bumi bergoncang dengan hebatnya, namun ia masih tetap duduk
dengan tebang ditempat semula.
Dalam perkiraan Ku See hong semula, bunyi gemuruh dan
getaran gempa yang berlangsung selama ini hanya akan terjadi
beberapa saat lalu akan berhenti dengan sendirinya, siapa tahu
makin lama malah menghebat, seakan-akan dunia mau kiamat saja,
saluruh ruangan dalam gua itu bagaikan diputar balikkan, betulbetul
menggetarkan hati.
''Blaaamm...!" setelah berkumandang suara gemuruh yang luar
biasa dahsyatnya, menyusul kemudian muncul segulung tenaga
getaran yang sangat kuat melanda seluruh ruangan, kuda-kuda Ku
322
See hong kontan menjadi gempur dan ia terpental sejauh tiga
empat depa dari posisi semula.
''Kraaak...blaaamm!" bunyi tanah yang merekah bergema disitu,
dinding batu putih dalam ruangan yang begitu kuat dan keras kini
sudah muncul retakan-retakan yang banyak, disusul kemudian dari
luar gua sana bergema suara batuan cadas yang berguguran.
"Aduh celaka" pikir Ku See hoag kemudian,"bila gua ini tak kuat
menahan golakan tenaga yang menggetarkan bumi sehingga roboh
lebih dulu, niscaya akupun akan turut terkubur hidup-hidup
ditempat ini! "
Berpikir sampai disitu, dia lantas masukkan kitab kecil itu
kedalam sakunya, kemudian tak sempat untuk memperhatikan
pedang must ika itu lagi, buru-buru digembolnya pedang itu diatas
bahunya.
Setelah itu, dengan sikap yang sangat hormat dia menjura
dihadapan jenasah kakek itu ujarnya dengan lantang; "Setelah
menerima budi kebaikan dari cianpwe, sesungguhnya boanpwe Ku
See hong berhasrat untuk menemani layon cianpwe selama
beberapa hari sebagai tanda rasa terima kasihku, tapi berhubung
gejala gempa yang menimpa bukit ini sudah mulai dan boanpwe
kuatir terjadi hal yang tak diinginkan, terpaksa boanpwe akan
mohon diri lebin dahulu. Boanpwe pasti akan mempergunakan Huthian
seng-kiam yang cianpwe hadiahkan kepadaku ini, untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran didalam dunia persilatan...!"
Selesai berdoa, Ku See hong segera melompat keluar dari
ruangan itu, tapi apa yang kemudian terlihat olehnya hampir saja
membuat pemuda itu menjerit keras.
Tampaklah dalam lorong yang berada sepuluh kaki dari ruang
batu itu telah dipenuhi oleh belalang beracun yang jumlahnya begitu
banyak sehingga menyerupai sebuah awan hitam, bukan saja telah
menyumbat lorong yang luasnya beberapa kaki itu, lagi pula
suaranya memekikkan telinga.
323
Agaknya semua binatang beracun yang selama ini bersembunyi
dalam gua tersebut telah dikacaukan oleh terjadinya gempa kuat,
sehingga sama sama kabur menyelamatkan diri.
Gua yang dilewati Ku-See-hong ketika masuk kedalam ruangan
tadi merupakan sebuah celah alam yang ada dicelah bukit, dimana
gua tersebut memanjang sampai kepuncak tebing, panjangnya
paling tidak mencapai ratusan kaki, didalamnya tersebarlah gua
besar maupun kecil yang puluhan ribu banyaknya, disana menghuni
pelbagai binatang beracun yang tak terhitung jumlahnya. Tak heran
kalau binatang beracun itu segera berdesakan menuju kegua yang
berhubungan langsung dengan alambebas.
"Aduh celaka!" pekik Ku See hong setelah menyaksikan kejadian
itu.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, hawa murninya
segera dihimpun kedalam telapak tangannya, menanti belalang
beracun itu bergerombol mendekat, diapun akan lepaskan sebuah
pukulan dahsyat.
Siapa tahu, belalang beracun yang berpuluh ribu jumlahnya itu
hanya bergerombol didalam lorong tersebut bagaikan selapis awan
gelap, bukan saja menutupi cahaya yang masuk, juga tak seekorpun
yang terbang masuk kedalam gua.
Ku See hong yang cerdik dan cekatan tiba-tiba menunjukkan
wajah berseri, rupanya teringat bahwa cianpwe itu pernah
menyinggung bahwa rumput Pek-lik-cau yang berada diatas pot
bunga itu merupakan benda mustika yang sanggup digunakan untuk
melawan racun.
Berpikir sampai disitu, dia lantas melompat kesamping pot bunga
tadi dan memegang akar rumput Pek-lik-cau tersebut.
Segera itu juga dia merasakan ada segulung hawa dingin yang
merambat naik lewat celah-celah tangannya dan masuk ke
tubuhnya, sementara bau harum semerbak menyegarkan badan,
tampaknya rumput tersebut benar benar merupakan sebatang
rumput mustika.
324
"Sreeet.....!" diiring suara desingan, Ku See hong telah berhasil
mencabut keluar rumput Pek-lin-cau itu.
Batang berikut akarnya yang berwarna merah kehijau hijauan itu
hanya mencapai lima inci saja, cahaya hijau yang terpancar keluar
tampak indah menawan.
Begitulah dengan tangan kiri memegang rumput Pek lik cau,
tangan kanan menyiapkan serangan dahsyat untuk menjaga segala
kemungkinan yang tak diinginkan, pelan-pelan Ku See hong berjalan
mendekati gerombolan belalang beracun itu.
Kalau dibicarakan memang sangat aneh ketika kawanan belalang
beracun itu menyaksikan Ku See hong berjalan mendekat, ternyata
binatang itu serentak menggerakkan sayapnya dan mundur ke
belakang.
Ku See hong menjadi amat gembira, secepat kilat telapak tangan
kanannya melancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat
bagaikan hembusan angin topan, kawanan belalang beracun yang
berada dibarisan depan segera tersapu oleh pukulan dahsyat itu
hingga hancur dan tercerai berai diatas permukaan tanah.
Semenjak makan cairan merah Tee liong-hiat-po, tenaga dalam
yang dimiliki Ku See hong telah memperoleh kemajuan pesat,
serangan yang dilancarkan barusan betul betul mengerikan sekali.
Tak selang berapa saat kemudian, bangkai belalang beracun itu
sudah membukit, sementara belalang beracun yang masih terbang
diudara dan tak kena terhajar mampus itu serentak melarikan diri ke
empat penjuru.
Dalam waktu singkat, Ku See hong telah mencapai pintu masuk
gua tersebut.
Mendadak...... kembali terendus bau busuk yang lembab dan
menyengat hidung dari arah depan, pemuda itu cepat menjadi
sadar, pastilah seekor binatang beracun kembali telah munculkan
diri.
325
Dengan cekatan dia menempelkan punggungnya diatas dinding
gua, kemudian dengan sepasang matanya yang tajam melakukan
pemeriksaan di sekeliling tempat itu, hawa murni dihimpun ke dalam
telapak tangan kanannya dan bersiap sedia melancarkan serangan
setiap saat.
Waktu itu suasana didepan gua itu amat gelap dan remang
remang karena udara dipenuhi oleh belalang beracun yang sedang
melarikan diri.
Rupanya rombongan belalang beracun tersebut hanya mengikuti
arah terbang pemimpinnya yang ada dipaling depan, andaikata
pemimpinnya terjun ke lautan api, maka yang berada dibelakangnya
turun pula menerjunkan diri ke dalam lautan api.
Cepat nian gerak terbang dari kawanan belalang beracun itu,
suara dengungan nyaring yang mmekikkan telinga itu kian lama kian
bertambah melemah, tak lama kemudian binatang tersebut sudah
lenyap tak berbekas.
Dalam pada itu, dari mulut gua telah muncul seekor ular raksasa
yang berperut amat panjang dengan sisik yang berwarna-warni,
dengan menelusuri dinding gua tanpa menimbulkan sedikit
suarapun, bergerak mendekat.
Ditinjau dari kepalanya yang berbentuk segi tiga serta tubuhnya
yang berwarna warni, dapat diketahui bahwa ular beracun raksasa
itu sudah pasti seekor ular yang berbahaya sekali, barang siapa
terpangut, niscaya jiwanya akan melayang.
Terkesiap Ku See hong menyaksikan kejadian ini, telapak tangan
kanannya segera digetarkan ke muka, lima gulung desingan angin
tajam yang memekikkan telinga segera dilontarkan ke muka
menyergap kepala aneh dari ular beracun itu.
“Sreeet..! Sreeet..! Sreeet..! Sreeet..! Sreeet..!” lima gulung
desingan angin tajam yang sanggup membelah batu cadas,
bersarang telak diatas kepala aneh si ular berbisa itu, tapi anehnya
ternyata binatang itu sama sekali tidak menderita luka apa-apa.
326
Ketika ular berbisa berwarna warni itu menyaksikan ada orang
menyergapnya, sepasang mata anehnya yang mirip lampu lentera
segera memancarkan semerbak sinar hijau yang menggidikkan hati,
lalu sambil mengangkat kepalanya ia memperdengarkan pekikan
nyaring yang mendirikan bulu roma, mulutnya dipentangkan lebar
lebar dan menyemburkan segumpal asap beracun yang berwarna
warni.
Secepat sambaran petir, kabut beracun itu menyambar kewajah
Ku See long. Mimpi pun Ku See bong tidak menyangka kalau ular
berbisa itu begitu ganas dan berbahaya, tubuhnya cepat-cepat
berkelit kesamping dan melompat kearah dinding tebing lainnya,
sementara telapak tangan kirinya kembali diayunkan kemuka.
Segulung angin pukulan yang tak kalah hebatnya sekali lagi
menggulung kedepan.
Agaknya ular berbisa yang berwarna warni itu cukup mengerti
akan kelihayan ilmu pukulan yang dilancarkan Ku See hong,
kepalanya yang aneh segera dimiringkan ke samping, kemudian
tubuh bagian depannya diangkat keatas.
'Plaak!' dengan diiringi suara nyaring, pukulan tadi bersarang
telak diatas badan ular bebisa yang keras bagaikan baja itu, al-hasil
ular tadi masih juga tidak menderita apa apa.
Kembali suara pekikan aneh yang memekikkan telinga
berkumandang memecah keheningan, ular berbisa yang tubuhnya
amat besar itu membalikkan badannya, kemudian ekornya yang
panjang langsung menggulung ke tubuh Ku See hong.
Kekuatan yang menyertai sabetan ekor ini betul-betul
mengerikan hati, deruan angin dahsyat menggetarkan seluruh
angkasa.
Dengan kecepatan yang luar biasa, Ku See hong melompat
kemuka.
"Blaaam....!" suatu benturan keras berkumandang, dinding
karang dalam gua itu segera bergetar keras, pasir dan batu
327
beterbangan diangkasa, ternyata sudut dinding gua itu sudah
tersapu ambruk sebagian.
Ku See hong segera terkesiap sekali, mendadak satu ingatan
melintas didalam benaknya. "Criiing..." diiringi suara dentingan yang
sangat nyaring, Ku See hong telah meloloskan sebilah pedang
mestika yang memancarkan cahaya merah.
Cahaya tajam yang memancar keluar dari pedang itu berwarna
bening, tapi lamat-lamat memancar selapis kabut tipis yang
berwarna merah menyelimut i senjata tersebut, tampak indah dan
menawan.
Ketika ular beracun berwarna warni itu, menyaksikan Ku See
hong meloloskan pedang Hu-thian seng-Kiam, mulutnya segera
dipentangkan lebar-lebar, kemudian sambil berpekik nyaring,
gumpalan asap beracun segera disemburkan keluar.
Akan tetapi, ketika mendapat tiga depa dari kabut merah yang
menyelimuti pedang mestika Hu-thian seng-kiam tersebut, tahutahu
kabut racun itu menyebar keempat penjuru dan menguap ke
atas.
Kabut beracun berwarna hijau tua, sedang cahaya pedang
berwarna merah darah, ketika kedua macam warna itn saling
membentur satu sama lainnya, segera timbullah beraneka warna
yang amat indah.
Lambat laun, kabut beracun yang disemburkan ular berwarna
warni itu makin menipis, seluruh badannya makin lemah dan
kepalanya yang anehpun turut terkulai ketanah, dua biji mata
anehnya yang berwarna hijau kian lama kian bertambah lemah.
Sebaliknya kabut merah yang menyelimuti pedang Hu-thian
seng-kiam tersebut kian lama kian bertambah tebal hampir saja
menyelimuti seluruh badan Ku See hong sedemikian aneh dan
saktinya keadaan tersebut, sehingga tak malu kalau disebut sebagai
pedang mustika paling aneh didunia ini.
328
Cahaya gembira segera terpancar keluar dari balik mata Ku See
hong, sedemikian girangnya dia sehingga matanya hanya
mengamati pedang Hu-thian seng-kiam tersebut tanpa berkedip, dia
lupa untuk turun tangan, juga lupa untuk membunuh ular beracun
tersebut.
"Blaaaam.....! Blaaammm.....!" ledakan demi ledakan yang
memekikkan telinga segera menggetarkan angkasa, menyusul
kemuaian seluruh gua itu bergoncang keras.
Tak lama kemudian tampak batu dan pasir berguguran ke atas
tanah dengan menimbulkan suara nyaring. Mungkin ada sebagian
besar batu karang yang telah ambruk.
Mendengar suara tadi, Ku See hong baru merasa terkejut dan
tersentak kaget pedang Hu-thian Seng-kiamnya digetarkan keras
menciptakan berlapis lapis gulungan garis busur yang melingkar,
seolah-olah cahaya bianglala yang menyebar ke angkasa.
Kemudian diiringi suara gemerincingan nyaring, laksana kilatan
cahaya tajam, pedang itu segera membacok keatas kepala
berbentuk segi tiga dari ular beracun itu.
Anehnya, kali ini ular beracun itu tidak menghindar ataupun
memberi perlawanan, namun dalam kenyataannya bacokan yang
dilancarkan Ku See hong itu memang dilakukan dengan kecepatan
luar biasa.
Dalam keadaan tak mampu menghindarkan diri,"Criiing...!" mata
pedang itu segera menembusi kepala ular beracun tersebut
bagaikan sedang memotong tahu saja. Pekikan keras
berkumandang memecahkan keheningan, percikan darah segar
memancar kemana-mana. kepala si ular yang berbentuk segi tiga itu
segera kena terbacok oleh senjata Ku See hong sehingga hancur tak
karuan lagi bentuknya.
Ku See hong segera merendahkan badannya, sekilas cahaya
bianglala segera memancar keluar, hawa pedang mendesir, ular
raksasa yang panjangnya empat kaki itu sudah terpotong potong
329
menjadi puluhan bagian oleh ayunan pedang Hu-thian seng-kiam
tersebut, bau amis segera memenuhi seluruh gua.
Sambil menggenggam pedang Hu-thian seng-kiam, Ku See hong
melompat keluar dari gua itu. Ketika sorot matanya memperhatikan
keadaan disekitar sana, tampak lebih kurang dua kaki dihadapannya
telah muncul dua buah batu karang yang sangat besar menyumpal
jalan lewat, yang tersisa tinggal ruang kosong selewat satu kaki.
Tapi, pada ruang kosong yang satu kaki lebarannya itu kini
berdiri seekor laba-laba raksasa yang membentuk selapis sarang
laba-laba yang besar dan berwarna putih, diatas sarang tadi
tertempel banyak sekali belalang beracun, sedang laba-laba tersebut
lagi sibuk melalap belalang belalang beracun tersebut.
Diam diam Ku See hong merasa terperanjat, pikirnya: "Paling
tidak aku harus menempuh perjalanan sejauh tiga puluh kaki
melewati gua ini sebelum lolos dari tempat ini, tampaknya didalam
gua yang lebar didepan sanapun banyak terdapat binatang-binatang
beracun. Aaai... tampaknya bila aku tidak segera berusana untuk
meninggalkan gua ini, bila sampai saatnya ambruk, saat itu meski
aku berilmu silat amat hebat pun, jangan harap bisa meninggalkan
tempat ini dalam keadaan selamat..."
Berpikir sampai disitu, dengan mementangkan sepasang matanya
bulat-bulat, telapak tangan kirinya segera didorong kemuka
melepaskan segulung angin pukulan yang maha dahsyat untuk
membayar sarang laba laba tersebut...
Tapi, Ku See hong segera merasakan telapak tangannya seolaholah
menyentuh segumpal benda yang amat lunak dan mempunyai
daya pental yang kuat, tak ampun badannya mencelat kebelakang.
Dengan terkesiap dia mundur dua langkah, tampak sarang labalaba
itu hanya sedikit bergerak, namun sama sekali tidak menderita
kerusakan apa-apa.
Tampaknya laba-laba raksasa itu sudah memiliki sifat yang tajam
dan pintar, melihat orang yang manyergapnya, tubuh yang besar
segera melompat turun keatas tanah.
330
"Blaaam...!" diiringi getaran keras, ketika cakar panjang laba-laba
raksasa itu mencengkeram diatas sebuah batu cadas yang besar,
seketika itu juga batu cadas itu hancur tak karuan lagi bentuknya,
bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kekuatan yang dimiliki
binatang tersebut.
Ku See hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat
terperanjat, dia tak berani berayal lagi. Pedang Hu-thian sengkiamnya
segera digetarkan membentuk garis bianglala panjang
yang secepat kilat membalik ke bawah dan menusuk tubuh labalaba
raksasa tersebut.
Laba-laba raksasa itu berpekik aneh, cairan hijau segera
memancar kemana-mana. Dalam waktu singkat tubuhnya sudah
kena dicincang oleh Ku See hong hingga tak karuan lagi bentuknya.
Ku See hong kembali menggetarkan pedangnya, cahaya senjata
berputar lewat ketika ia mengayunkan senjatanya berulang kali
diatas sang laba-laba tadi, menyusul tangan kirinya melepaskan
sebuah pukulan dasyat, serentak serangan laba-laba itu sudah kena
tersapu bersih.
Dia tak berani berdiam terlalu lama lagi disitu, dengan kecepatan
luar biasa tubuhnya segera melompat masuk ke dalam gua yang
sangat besar itu, namun ketika matanya memandang sekeliling
tempat itu seketika itu juga tubuhnya mundur beberapa langkah
dengan perasaan terkesiap.
Ternyata banyak batu cadas telah berguguran didalami gua yang
lebarnya mencapai dua puluhan kaki itu, diantara bongkahan2 batu
karang itu penuh dengan sarang laba2 yang membentang kian
kemari, dipusat tiap lingkaran sarang laba2 itu, tampaklah seekor
laba2 berkaki delapan yang berwarna hijau kerabu-abuan.
Yang lebih mengerikan lagi adalah diatas tanah disekeliling
permukaan gua itu diliputi oleh selapis gelombang merah yang
bergolak kian kemari.
Ternyata yang dimaksudkan sebagai gelombang merah itu adalah
sekelompok semut-semut berwarna merah yang amat besar sekali.
331
Semut-semut raksasa tersebut berkaki panjang dan berjuta-juta
ekor banyaknya, permukaan gua yang paling tidak dua puluh kaki
luasnya itu hampir dipenuhi oleh semut-semut tadi.
Rupanya gerombolan semut-semut raksasa berwarna merah itu
bermunculan dari sebuah celah dinding batu yang merekah dan
berhamburan keluar.
Ku See hong terkesiap sekali, ia tahu kelompok semut merah
bertubuh raksasa ini pasti mengandung racun yang sangat jahat,
seandainya sampai tergigit, tak ayal lagi nyawanya pasti akan
melayang meninggalkan raga kasarnya.
Apalagi setelah pemuda itu melihat jelas keadaan disekitar sana,
dia semakin mengeluh lagi, ternyata sedemikian banyaknya semut2
merah itu berhamburan keluar dari sarangnya, membuat seluruh
permukaan maupun dinding batu yang ada disitu dipenuhi oleh
binattng itu, bahkan mulut gua didepan sanapun dilapisi jutaan
semut merah.
Hakekatnya mustahil lagi baginya untuk melangkah keluar dari
tempat itu.
Seandainya disana hanya ada semut-semut merah saja, dengan
mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, paling banter dia hanya
perlu berganti napas sekali saja untuk mencapai mulut gua.
Tapi kenyataannya tidak segampang itu, hampir seluruh celah
dan tempat kosong dalam gua dipenuhi oleh sarang laba-laba yang
kuat, untuk bisa melompat keluar dari situ, paling tidak dia harus
menghancurkan empat lapis sarang laba-laba terlebih dahulu,
padahal apabila badannya sampai terperosok kedalam rombongan
semut merah raksasa itu, niscaya habis sudah jiwanya.
Ku See hong menjadi sangat gelisah, ia betul betul kehilangan
akal dalam keadaan begitu, padahal semut merah masih
berhamburan keluar dari sarangnya dan kini mulai merambat ke
arah mana ia berdiri sekarang.
Mendadak....
332
Ku See hong mengambil sarung pedangnya ditangan kiri,
kemudian tubuhnya meluncur ke depan, serentetan cahaya
gemerlapan yang menyilaukan mata secepat kilat menerjang ke
arah sarang laba-laba pertama.
"Sreeet... Sreeet....!" desingan tajam membelah angkasa, sarang
laba-laba yang pertama telah tersayat menjadi beberapa bagian.
Sementara itu tubuh Ku See hong telah meluncur ke bawah
tanah, dalam keadaan begini sarung pedang ditangan kirinya
secepat kilat menutul diatas permukaan tanah, badannya segera
melambung kembali dan meluncur ke arah sarang laba-laba kedua.
Perbuatan yang dilakukan tadi segera diulangi kembali, dan
menghancurkan sarang laba-laba tersebut dengan pedang mustika
Hu-thian seng-kiam yang berada ditangan kanannya.
Hanya didalam waktu singkat, secara beruntun Ku See hong
telah berhasil menghancurkan lapisan sarang laba-laba, kini sarung
pedangnya sekali lagi menutul diatas permukaan tanah dan
tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya
meluncur keluar dari gua.
Tiba-tiba Ku See hong menyadari akan sesuatu pikirnya: 'Aduuuh
celaka..! Gua ini berjarak lebih kurang tujuh puluhan kaki dari
permukaan tanah, jika aku meluncur dengan begini saja kebawah,
walaupun sudah mengerahkan segenap rawa murni yang kumiliki,
kendatipun tak sampai mat i paling tidak juga akan terluka parah.'
Ingatan tersebut baru saja melintas lewat, tubuhnya telah
meluncur sejauh lima kaki lebih dari mulut gua, kemudian dengan
cepat badannya merosot turun kebawah.
Dengan sepasang mata terpentang lebar, dia mengawasi sekejap
sekeliling tempat itu namun t iada tempat yang bisa dipakai untuk
berganti napas, padahal badannya telah meluncur kebawah dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir.......
Waktu itu senja telah menjelang tiba matahari sore sedang
memancarkan cahaya ke empat penjuru...
333
Mendadak Ku See hong teringat kembali dengan taktik
melambung didalam ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong, dengan
cepat ia menghimpun tenaga dalamnya, lalu seperti segumpal kapas
lunak pelan pelan badannya melayang turun ke bawah.
Ku See hong segera membentangkan sepasang lengannya, kedua
ujung kakinya saling berpijak pada punggung kaki, tubuhnya
bagaikan segumpal kapas melayang turun dengan ringan.
Angin berhembus kencang mengibarkan bajunya, di bawah
timpaan cahaya matahari sore yang menyoroti badannya, gerakan
tubuh tersebut nampak indah menawan.
Hanya didalam sekejap mata saja Ku See hong telah berhasil
mencapai permukaan tanah dengan selamat. Dia mendongakkan
kepalanya dan menghembuskan napas panjang, gumamnya sambil
menghela napas: "Tak kusangka ilmu meringankan tubuh yang
kumiliki telah mencapai ke tingkatan yang begitu tinggi..."
Memandang bukit karang yang menjulang tinggi keangkasa,
tanpa terasa ia menghela napas sedih, dalam benaknya terbayang
kembali akan si kakek yang seorang diri.
Dimasa hidupnya dulu dia sudah hidup menyendiri, sesudah mati
mayatnya akan tenggelam kedalam bumi, dalam dunia yang luas,
mungkin hanya dia seorang yang mempunyai nasib seburuk itu.
Sementara itu, dari atas puncak batu karang itu seakan akan
bergoncang keras dan tiap saat bakal ambruk ketanah. Sedangkan
dari permukaan sekeliling batu karang itu telah muncl retakanretakan
besar yang dalam sekali.
"Aaaai....!" sekali lagi Ku See hong menghela napas sedih,
benaknya terkenang kembali semua pengalaman yang dialaminya
selama dua bulan terakhir ini.
Semua kejadian serasa bagaikan impian, terutama diantaranya
pengalaman yang menimpa Bun-ji koan-su, Keng Cin sin dan Kakek
Yang Menyendiri tadi. Ketiga orang itu merupakan orang yang tak
334
akan terlupakan sepanjang hidupnya, tapi ketiga-tiganya sudah
tiada lagi didunia ini....
Teringat diri Keng Cin sin, air matanya jatuh bercucuran bagaikan
hujan gerimis, ia merasa sedih sekali.
Selama hidup belum pernah dia alami kesedihan seperti ini, ia tak
pernah bersikap lemah dengan mengucurkan air mata, hanya
kepadanya Keng Cin sin, bayangan gadis itu serasa melekat selalu
didalambenaknya.
Selama berkelana dalam dunia persilatan dimasa lalu, walaupun
banyak kesulitan telah dialaminya, namun dia melewati sambil
menggertak gigi, tapi sekarang tidak, tepatnya belakangan ini. Dia
baru mengerti kalau kehidupan manusia itu sebenarnya tidak
gampang, bagaimana pun juga didunia ini banyak terdapat
persoalan yang bisa menghancur lumatkan perasaan orang.
Tapi, justru karena pelbagai pengalaman dan penderitaan yang
dialami inilah dia menjadi lebih matang, bahkan jauh lebih
pengalaman dari pada orang yang berusia setengah umur.
Dalam suasana dan keadaan seperti ini, ia sudah memikirkan lagi
ucapan yang selalu merupakan kebanggaannya, yakni 'Enghiong
hanya melelehkan darah tidak melelehkan air mata!'....Dia
membiarkan air matanya jatih bercucuran dengan derasnya.
Ia mendongakkan kepalanya memandang langit yang gelap,
hanya bintang yang bertaburan tiada rembulan.
Dengan penuh kesedihan Ku See hong berpekik nyaring lalu
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya bergerak menuju ke arah
barat. Dia ingin mencari puncak bukit lain pada jarak satu Li dari
sana dan melatih ketiga jurus pedang yang tercantum pada dalam
kitab kecil peninggalan Kakek Menyendiri itu, disamping ia ingin
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bukit karang yang
menjulang t inggi keangkasa itu longsor dan ambruk.
Ditengah gelapnya malam, keempat penjuru hanya penuh
dengan pepohonan serta batu karang, angin menghembus kencang,
335
bayangan hitam bergerak gerik seolah-olah kawanan iblis yang
menanti mangsanya menghantarkan kematian....
Semenjak minum cairan darah Naga Bumi, tenaga dalam yang
dimiliki Ku See hong telah mencapai kemajuan yang pesat sekali.
Oleh karena gabungan dari beberapa macam sari mustika yang
bercampur didalam tubuhnya, hawa murni yang dimilikinya
sekarang dapat beredar tiada habisnya, kekuatan yang sangat kuat
itu bagaikan gulungan ombak ditengah samudra yang menggulung
tiada habisnya.
Tubuhnya bergerak begitu enteng bagaikan segumpal kapas
yang tak berbobot, setiapkali lompatan tubuhnya mencapai sejauh
sepuluh kaki lebih dari posisi semula, tak ubahnya bagaikan burung
walet yang sedang terbang di angkasa.
Kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya
sekarang boleh dibilang telah mencapai pada puncaknya, mungkin
dalam dunia persilatan dewasa ini sudah tiada banyak orang lagi
yang dapat menandingi kehebatan ilmu meringankan tubuhnya.
Dibawah sorot cahaya bintang, seperti sambaran petir saja
badannya bergerak kemuka, makin lama gerakan tubuhnya semakin
cepat, seakan akan kakinya tidak menempel pada permukaan tanah,
membuat orang hanya melihat sekilas cahaya berkelebat lewat, tahu
tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.
Dalam waktu singkat, Ku See hong telah tiba diatas sebuah
puncak bukit sejauh satu Li dari tempat semula dan berdiri di
puncak bukit karang tersebut. Sekeliling tempat itu tampak
pepohonan yang rindang tumbuh dengan amat suburnya, dengan
amat jelas sekali ia dapat menyaksikan keadaan dari bukit
diseberang itu.
Betul Ku See hong telah makan cairan Tee liong hiat-poo
sehingga kekuatannya bertambah, namun setelah beberapa malam
tak pernah beristirahat, begitu suasana menjadi tenang rasa lelah
segera menyerang seluruh tubuhnya.
336
Maka diapun duduk bersila diatas tanah untuk mengatur napas,
tak selang berapa saat kemudian ia sudah berada dalam keadaan
lupa segala galanya.
Tatkala sadar kembali dari semedinya, fajar telah menyingsing,
hari ini goncangan yang menimpa bukit seberang bergema semakin
keras, bahkan puncak bukit dimana ia berada sekarangpun turut
dilanda goncangan yang amat keras.
Dari dalam sakunya Ku See hong mengeluarkan kitab kecil
peninggalan Kakek Yang Menyendiri itu, lalu mulai mempelajari
ketiga jurus ilmu pedang tersebut.
Walaupun tulisan yang tercantum dalam kitab itu telah dipelajari
dan dikupas dengan penuh ketelitian, bahkan diterangkan pula oleh
gambar, tapi berhubung jurus pedang itu terlalu dalam artinya,
lagipula sangat lihay, ia belum berhasil juga untuk memahami
makna yang sesunggunnya.
Setelah melalui pemikiran yang seksama selama dua hari dua
malam, akhirnya Ku See hong berhasil memahami garis besar dari
Jurus pertama.
Kejut dan heran segera menyelimut i seluruh perasaannya,
ternyata jurus pedang ini dengan jurus Hoo-han seng-huan yang
diwariskan Bun ji koan su kepadanya, seakan-akan memiliki
kekuatan dan kehebatan yang hampir sejalan, namun kedua macam
kepandaian itu tak bisa digunakan secara bersamaan, melainkan
hanya bisa digunakan secara terpisah pisah..., kalau tidak, kekuatan
yang dihasilkan pasti akan beberapa kali lipat lebih dahsyat lagi..!
Pada dasarnya, Ku See hong memang seorang yang gila ilmu
silat, begitu menemukan rahasia dari kepandaian tersebut, ia
menjadi girang setengah mati. Sepanjang hari, segenap pikiran dan
perhatiannya tercurahkan pada ketiga jurus pedang itu.
Hanya saja selama ini dia tidak mempraktekan secara langsung,
melainkan hanya memikirkannya didalam benak nya.
337
Ada kalanya dia garuk kepala sambil memandang awan
diangkasa dengan wajah termangu, tapi saperti juga orang yang
semedi, tiap kali ia termangu maka hal ini berlangsung sampai
setengah harian lamanya.
Akan tetapi setiap kali berhasil memecahkan persoalan pelik yang
sedang dihadapinya, ia menjadi kegirangan setengah mati sehingga
lupa daratan. Pekikan nyaring dikumandangkan berulang kali,
seakan-akan orang yang lagi tertawa tergelak.
Setelah menghabiskan waktu selama lima hari lima malam, Ku
See hong baru berhasil mengingat sebagian kecil saja dari gerakan
ketiga jurus ilmu pedang itu.
Pagi itu merupakan hari ke tujuh setelah Ku See hong minum
cairan mestika Tee liong hiat poo. Hari ini cuaca tampak agak luar
biasa, fajar belum lagi menyingsing diufuk sebelah timur, langit
sudah diliputi oleh cahaya terang, awan diangkasa tidak lagi
berwarna putih seperti sedia kala, melainkan berwarna kuning
keemas-emasan.
Suasana dipagi hari itu ibaratnya suasana senja dikala matahari
hendak tenggelam dilangit barat, sedemikian suramnya suasana
ketika itu, sehingga orang yang tak tahu keadaan, tentu akan
mergira senja telah menjelang tiba.
Gemuruh keras yang semula berkumandang dari bukit sebelah,
kini berubah menjadi hening sepi..., sedemikian sepinya sehingga
mendatangkan suasana yang menyeramkan, tiada angin yang
berhembus lewat, pohon dan dedaunan tiada yang tergoncang,
seakan-akan dunia sudah kiamat.
Seluruh jagad seakan akan diliputi oleb keseraman, kengerian
dan kemurungan.......
Ku See hong berdiri tegak dipuncak bukit itu sambil memandang
kearah tebing karang yang menjulang keangkasa diseberang sana.
Bukit ini nampak berdiri kokoh dengan angkernya, siapapun takakan
percaya kalau bukit yang begitu kokoh akan longsor dan
tenggelam kedalam bumi.
338
Mendadak.....
Peristiwa yang mengerikan telah mulai berlangsung, tanah mulai
retak retak, gempa dahsyat menggoncangkan seluruh permukaan
bumi....
"Blaaammm......blaaammm.....blaaamm!" ledakan demi ledakan
dahsyat menggema dari puncak bukit karang itu, demkian kerasnya
suara ledakan tersebut serasa memekikkan telinga, dan lagi ledakan
demi ledakan menggelegar tiada putusnya.
Menyusul ledakan keras itu, bumi bergoncang keras dan batu
serta tanah pun mulai berguguran.
Ku See houg dapat menyaksikan timbulnya retakan retakan besar
diatas dinding karang yang tegak lurus dan menjulang tinggi ke
angkasa itu......
"Blaaammm...! Blaaammm...! Ggrrrr........"
Suatu kekuatan getaran gempa yang maha dasyat melanda tiba.
Ku See hong segera merasakan kepalanya pusing tujuh keliling,
kakinya tak mampu berdiri tegak lagi sehingga tak ampun tubuhnya
segera roboh terjengkang ke atas tanah, akan tetapi dengan cepat
dia melompat bangun lagi.
"Kraaai....! Kraaakk..........!"
Retakan demi retakan membelah seluruh permukaan bukit itu,
dengan jelas Ku See hong dapat melihat pepohonan bertumbangan,
lalu diatas permukaan bikit yang semula menghijau itu muncul
beribu ribu buah retakan yang merekah.
"Blaaamm.....! Blaaamm......! Blaamn...,
Kraak..... pleetakk....!" Pelbagai bunyi keras menggelegar saling
menyusul, bumi bergoncang semakin keras, dunia serasa berputar
kencang. Ku See hong dengan mengandalkan kekuatan tubuhnya
yang tinggi segera mempertahankan diri sekuat tenaga untuk
melawan getaran demi getaran yang menghebat itu.
339
Diantara getaran demi getaran serta ledakan demi ledakan yang
memekikan telinga inilah, puncak bukit yang menjulang t inggi
keangkasa itu mendadak retak dan berguguran kebawah, ketika
menyentuh bumi segera bergema suara ledakan yang tak
terlukiskan dengan kata kata, pasir dan batu segera bertebangan
kemana mana.
Dinding bukit yang tegak lurus turut merekah menjadi dua
bagian, kemudian diiringi gemuruh yang amat nyaring, mulai
berguguran keatas tanah, seluruh bukit pun mulai amblas kedalam
tanah diikuti beterbangannya pasir dan batu sehingga langit serasa
berubah menjadi gelap gulita.
"Aaaai.... daratan telah tenggelam kedalam perut bumi........!"
pekik Ku See hong dengan perasaan terkejut.
Rupanya sekitar satu Li disekeliling bukit karang itu mendadak
merekah dan muncul sebuah lingkaran yang besar sekali, kemudian
seluruh permukaan disekitar lingkaran tadi amblas ke dalam bumi.
Seketika itu juga, angin puyuh menderu-deru, segulung desingan
angin, yang sangat kuat menyapu seluruh jagad.
Paras muka Ku See hong berubah hebat, cepat-cepat ia
mendekamatas tanah untuk melindungi diri.
Ledakan demi ledakan masih berkumandang silih beganti,
gemuruh yang memekikkan telinga menggema diseluruh angkasa.
Semua perpohonan yang tumbuh diatas bukit dimana Ku See
hong berdiri sekarang turut bertumbangan diatas tanah dan
berguguran kedalam jurang.
Bukit dan seluruh permukaannya makin bergoncang semakin
keras, mengikut i getaran itu, pelan pelan permukaan tanah
tenggelam ke dasar bumi diiringi desingan angin puyuh yang luar
biasa dahsyatnya.
Ku See hong mendekam rapat rapat diatas bumi,peluh dingin
telah membasahi seluruh jidntnya. Dia tahu walaupun bukit dimana
ia berada sekarang tidak turut tenggelam, namun tekanan udara
340
disekeliling bukit itu sangat kuat dan berat sehingga membuat
napas menjadi sesak dan peredaran darah didalam tubuhnya
mengembang kencang, sungguh merupakan suatu penderitaan
yang menyiksa badan.
Tiba-tiba.... Ku See hong menghimpun segenap tenaga dalam
yang dimilikinya ke seluruh badan, lalu seenteng kapas dia
melambung keudara mengikuti gulungan angin puyuh yang sedang
menderu2 itu dan meleset ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Dengan suatu gerakan yang sangat indah, dia meloloskan diri dari
pusingan angin puyuh yang menenggelamkan daratan itu.
Dengan tenggelamnya bukit karang itu kedalam perut bumi,
maka semua tumbuhan maupun kehidupan yang berada satu Li
diseputar tempat itu turut terkubur pula kedasar tanah, dalam
waktu singkat bekas tanah dimana bukit itu berdiri tadi berubah
menjadi sebuah telaga lumpur yang amat besar.
Lumpur didalam telaga itu mendidih seperti bubur, udara panas
yang menyengat membuat asap putih membumbung t inggi
keangkasa. Peristiwa ini benar-benar sangat mengerikan sekali
seakan-akan dunia baru saja tercipta.
Matahari telah tenggelam ke langit barat, remang remangnya
udara senja telah menyelimuli seluruh jagad. Semua tumbuhan dua
li di seputar telaga berlumpur mendidih itu telah layu dan mati,
suatu pemandangan yang tragis.....
Terhembus angin malam yang dingin, udara makin lama makin
gelap, suasana pun makin lama semakin suram....
Pemuda yang baru saja mengalami suatu pemandangan
menyeramkan dan lolos dari kematian itu menghela napas pedih,
pelan-pelan dia beranjak dan meninggalkan tempat yang suram dan
mengerikan itu, lenyap dibalik kegelapan nun jauh didepan sana....
Kini yang tertinggal hanyalah sebuah telaga yang luas dengan
lumpur yang mendidih...... Yaa, kecuali itu hanya batu-batu cadas
serta tanah yang gersang, tiada tumbuhan, tiada kehidupan.....
341
Tempat disitu seakan-akan sudah mati, seakan-akan sudah
kiamat dan t iada kehidupan lagi........
Angin malam berhembus lewat, langit semakin gelap...... suasana
terasa makin mengenaskan.
00000OdwO00000
Bab 16
PERMULAAN musim salju yang dingin, mengikuti bergugurannya
daun dan bebungaan telah menjelang tiba dalam kehidupan
manusia tanpa menimbulkan suara........
Matahari dipermulaan musim begini sama sekali tidak menyengat
tubuh, malah sebaliknya mendatangkan perasaan hangat dan
nyaman bagi umat manusia......
Disebuah jalan raya di Gi-keh-wan yang merupakan jalan penting
menuju ke kota Tiang-sah, tampak seorang pemuda berpedang
antik sedang melakukan perjalanan ditengah sorot matahari yang
hangat.....
Sepasang matanya memancarkan sinar tajam yang
menggidikkan, memandang pepohonan yang gundul disepanjang
jalan, terlintas perasaan murung dan sedih diatas wajahnya.
"Aaaaii...!" tiba-tiba ia menghela napas panjang.
Apa arti dari helaan napas itu?
Apakah melambangkan kesepian dan sebatang kara?
Mendadak..... Sepasang alis matanya berkenyit, mukanya
menjadi dingin kaku dan keketusan serta keteguhan hati
tersungging diujung bibirnya, hal mara membuat kegagahan serta
kangkuhan semakin memancar diwajahnya.
Dia.... tak lain adalah Ku See hong!
342
Gi-keh-wan merupakan kota terakhir sebelum tiba dikota Tiangsah.
Kebanyakan saudagar dan pelancong yang tidak berhasil
mencapai kota Tiang sah, sebagian besar akan menginap disini.
Itulah sebabnya, kota ini jauh berbeda dengan kora kota yang lain.
Tampak bangunan berloteng berdiri sepanjang jalan kota, bukan
saja ramai penduduknya, perdagangan ditempat itupun amat
makmur.
Waktu itu adalah menjelang tengah hari,itulah saatnya orang
bersantap siang. Hampir semua rumah makan penuh dengan tamu.
Pelan pelan Ku See hong berjalan kedepan sebuah rumah makan
yang agak sepi. Ia mendongakkan kepalanya keatas, tampak
olehnya rumah makan itu memakai merek "Cui-Sian cui-loo".
Sementara itu dua orang pelayan telah menyongsong
kedatangannya, sambil membungkukkan badan dan tertawa
katanya:
"Tuan silahkan masuk! Dirumah makan kami tersedia arak paling
baik serta sayur kenamaan dari selatan maupun utara. pelayan baik,
servis memuaskan, tanggung tuan akan merasa puas........"
Ku See hong mendengus dingin, pelan-pelan dia naik keatas
loteng. Rumah makan Ciu-sian ciu-loo merupakan rumah makan
yang masuk hitungan dalam kota Gi-keh-wan, tempat duduknya
luas dan bisa mencapai dua tiga ratus orang,apa lagi sekarang
adalah tengah hari, pelbagai macam manusia berkumpul disana
membuat suasana yang ramai.
Ku See hong segera memilih sebuah tempat duduk yang dekat
dengan jendela....
Pelayan menyodorkan daftar makanan, Ku See hong minta sekati
arak Cong goan-ciu dan beberapa macam sayur, lalu dahar dengan
kepala tertunduk.
Waktu itu perasaannya sedang gundah dan sedih, hal ini
membuat pemuda yang dasarnya memang angkuh semakin segan
untuk memperhatikan tamu-tamu disekitarnya. Padahal, suasana
343
didalam rumah makan Cui-sian ciu-loo pada hari ini sedikit berbeda
dengan keadaan dihari-hari biasa.
Dilihat dari senjata tajam yang mereka bawa, serta sorot mata
mereka yang tajam, setiap orang dapat segera mengetahui kalau
mereka merupakan jago jago silat yang berilmu t inggi.
Sebenarnya para tamu yang berada diatas loteng itu sedang
berbincang-bincang dengan suara yang ramai, akan tetapi,
semenjak menyasikan kemunculan Ku See hong, seketika itu juga
suasana berubah menjadi hening. Beratus pasang mata serentak
dialihkan ke wajahnya dengan perasaan kaget dan tercengang.
Mungkin mereka telah dibuat terpesona oleh sikap Ku See hong
yang angkuh, gagah dan luar biasa itu.
Dihadapan Ku See hong duduk dua orang manusia yang aneh,
mereka sama sekali t idak terpengaruh oleh keangkuhan diri Ku See
hong. Setelah melirik sekejap dengan sinar mata sinis, mereka
lanjutkan kembali pembicaraannya.
Seorang diantara mereka berdua adalah seorang lelaki
bercambang yang memakai baju biru sepatu rumput dan berdandan
sebagai seorang penebang kayu, tubuhnya tinggi besar dan
mengerikan sekali, mukanya hitam pekat bagaikan pantat kuali.
Duduk disitu, perawakannya persis seperti sebuah pagoda kecil.
Sedangkan orang yang lain adalah seorang lelaki setengah umur
yang berwajah putih dan berdandankan seorang peramal, tubuhnya
kecil dan pendek hingga merupakan kebalikan dari rekannya namun
wajahnya menampilkan kecedasan serta kemampuan yang luar
biasa.
Sekilas pandangan saja, siapa pun akan tahu kalau dua orang
manusia itu adalah jago-jago persilatan yang sudah lama
berkecimpungan didalam dunia persilatan, sehingga pengalamannya
luas sekali.
Terdengar lelaki tinggi besar yang berdandan sebagai penebang
kayu itu sedang berkata dengan suaranya yang serak, bagaikan
344
gembrengan bobrok: "Saudara In...!, Barusan kau bilang dalam
dunia persilatan akan mengalami lagi suatu badai pembunuhan,
sebenarnya apa maksudmu?"
Peramal berbaju putih itu mengangkat cawan araknya dan
meneguk setegukan, lalu sahutnya: "Lui lote..., dengan watakmu
yang berangasan serta pengalamanmu berkelana dalam dunia
persilatan selama banyak tahun, masa tidak kau ketahui akan
beberapa macam persoalan penting yang telah terjadi dalam dunia
persilatan belakangan ini? Kalau cuma itu saja tidak tahu, sia-sia
saja kau disebut Sin-hong hwe-ciau (Penembang Kayu Api Berangin
Sakti)...!"
Lelaki yang disebut si Penebang kayu Api itu segera meraung
gusar, teriaknya lantang: "In heng, siapa .yang tak tahu kalau kau
disebut orang sebagai Biau-ki-siangsu (Peramal Sakti Berotak
Pintar), sudah sepantasnya, kalau pengetahuanmu lebih luas
daripada pengetahuanku, apa yang perlu dibanggakan? Sudanlah,
tak usah jual mahal, cepat katakan!"
Begitu dua orang manusia aneh itu 'melaporkan' namanya,
kontan semua tamu yang berada disekeliling tempat itu merasakan
hatinya bergetar keras, siapapun tak ada yang menyangka kalau
dua orang manusia aneh itu tak lain adalah Lam-ciau Pak-siang...!
(Penebang Kayu dari Selatan, Peramal dari Utara) yang amat
termashur itu.
Yang dimaksudkan sebagai Lam-ciau (Penebang Kayu dari
Selatan) dan Pak-siang (si Peramal dari utara) tak lain adalah Siuhong
hui-ciau (Penebang kayu Api) Lui-Ki serta Biau-ki siang-su
(Peramal Sakti Berotak Cerdas) In-Han-im.
Kedua orang ini, yang satu hidup di selatan, yang lain hidup di
utara. Dalam satu pertarungan sengit yang mereka lakukan selama
satu hari satu malam dan berakhir dengan keadaan seri..., dari
lawan mereka jadi teman dan terikatlah suatu persahabatan yang
sangat akrab.
345
Cara kerja mereka amat setia kawan, namun terhadap kaum
sesat, merekapun turun tangan amat keji. Sedemikian anehnya
watak kedua orang itu, sehingga boleh dibilang sama sekali tak
punya hubungan dengan umat persilatan......
Biau-ki siang-su, In Han-im, memandang sekejap adik angkatnya
yang sedang amat gelisah itu, kemudian tertawa terbahak-bahak,
katanya pelan: "Lui lote, kalau dilihat dari kegelisahanmu itu,
tampaknya kaupun takut kalau sampai beberapa peristiwa itu
melibatkan pula dirimu?"
"Saudara In, jangan terlalu menghina kemampuan sendiri!",
teriak Sin hong hwee-ciau Lui-Ki dengan lantang; "Sudah dua
puluhan tahun lebih Sin-hong hwee-ciau malang melintang dalam
dunia persilatan, bukit golok, kuali minyak telah kujelajahi semua,
masa aku bisa kuatir terlibat? Hmm....siaute tak lain hanya ingin
mengetahui persoalan apa saja sehingga dapat menimbulkan
kegoncangan hebat didalamdunia persilatan ?"
Tanpa terasa semua tamu yang berada dalam ruangan rumah
makan itu sama-sama memasang telinga dan mendengarkan
dengan seksama, mereka ingin tahu perist iwa apakah yang hendak
diucapkan oleh Biau-ki siang-su tersebut.
-oo0dw0oo-
Jilid: 11
KU SEE HONG sendiri, walaupun menunjukkan sikap yang acuh,
seakan-akan dunia mau kiamatpun dia tak ambil perduli,
sesungguhnya dengan sepasang mata yang tajam, dia telah awasi
setiap tamu yang berada diruangan itu. Menyaksikan perhatian
orang yang begitu serius, diam-diam diapun turut merasa terkesiap.
Telinganya yang tajam telah menangkap jelas semua
pembicaraan dari Lam-ciau serta Pak-siang, dia pun ingin tahu
peristiwa apakah yang telah menimbulkan kegugupan bagi umat
persilatan.
346
Tampak Biau-ki siang-su In Han im menarik muka, lalu berkata
dengan serius:
"Lui lote…, persoalan ini bukan hanya satu saja, bahkan setiap
peristiwa merupakan kejadian yang cukup menggetarkan hati
orang..!"
Setelah berhenti sebentar untuk menarik napas panjang, ia
melanjutkan lebih jauh,
"Peristiwa aneh yang PERTAMA adalah: Tentang suara nyanyian
aneh yang diketahui setiap orang semenjak tiga belas tahun
berselang itu......."
"Sebenarnya setiap umat persilatan menaruh curiga kalau
nyanyian itu merupakan nyanyian dari Bun-ji koan-su, si `manusia
sakti dari dunia persilatan`, untuk membalas dendam atas
dikurubutinya dia dipuncak Toa-soat-san pada dua puluh tahun
berselang!.., Dia dengan menggunakan nyanyian itu untuk
memancing kaum laknat tersebut masuk ke dalam perangkapnya
dan membunuh mereka satu persatu.!"
"Siapa tahu dugaan umat persilatan selama ini ternyata tidak
benar! . . . ,karena nyanyian aneh itu bukan dibawakan oleh Bun-jikoan-
su, melainkan oleh seorang pemuda yang tidak
dikenal.............!"
Baik Lam-ciau maupun Pak-siang adalah manusia manusia yang
luar biasa, ternyata pandangan serta penilaian mereka terhadap
para Bu-lim cianpwee pun lain daripada yang lain. Tidak seperti
orang lainnya, mereka tidak ingin pandangan tersebut terpengaruh
oleh kesan-kesan sampingan lainnya....
Sebagaimana diketahui, Bun-ji-koan-su dianggap oleh umat
persilatan sebagai seorang gembong iblis yang amat keji, tapi
sekarang Biau-ki-siang-su telah menyebutnya sebagai seorang
`Manusia Sakti`, sedangkan terhadap para jago yang mengajar
Bun-ji-koan-su dianggapnya `kawanan laknat`!.., penilaian yang
amat berani ini segera menimbulkan rasa kaget dan tercekat oleh
semua jago persilatan yang hadir disitu.
347
Ku See-hong merasa terharu sekali, dia sama sekali tidak
menyangka kalau didalam dunia persilatan masih terdapat dua
orang manusia gagah seperti Lam-ciau dan Pak-siang yang berani
mengemukakan pandangan yang jujur dan adil terhadap gurunya .
Sementara itu, terdengar Sin-hong-hwee ciau Lui-Ki menyela:
"Saudara In, siapakah pemuda itu? Menurut perkataanmu itu
belum tentu pandangan umat persilatan terhadap persoalan ini
salah, siapa tahu kalau pemuda ini adalah murid atau ahli waris dari
Bun-ji koan-su?
Ku See hong yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa
terperanjat, ia tak menyangka kalau Sin hong hwee ciau yang
tampaknya kasar dan berangasan ini, sesungguhnya terhitung pula
seorang manusia yang cermat dan luar biasa, hal ini menunjukkan
kalau nama besar mereka bukanlah nama kosong belaka.
Biau-ki siang-su In Han im meneguk secawan arak, lalu berkata:
"AKu kurang begitu jelas tentang nama dan julukan pemuda itu,
tapi menurut dugaanku, dia memang ahli waris dari Bun-ji koansu.!"
Sin hong hwee ciau Lui-Ki menghela napas panjang.
"Aaaai...... kalau memang begitu, . . . teka-teki sekitar hilangnya
sekawanan jago persilatan pada delapan belas tahun berselang bisa
kita selidiki lewat muridnya Bun-ji koan-su ini?"
"Lui lote, jangan kau anggap semua persoalan bisa diselesaikan
dengan gampang."
kata Biau ki siang-su menggeleng, "Kawanan jago yang hilang
lenyap itu sama sekali TIADA hubungannya dengan Bun-ji koan-su,
tapi dia pasti tahu hasil perbuatan siapakah itu..!"
Sin hong hwee ciau Lui-Ki semakin terkejut bercampur
keheranan, katanya satelah termenung sebentar:
"Saudara In, perkataanmu makin lama semakin tidak kupahami,
betul-betul membuat bingung hati orang saja."
348
Sikap Biau ki siangsu In Han im berubah makin misterius lagi,
katanya lebih jauh:
"Sesungguhnya peristiwa lenyapnya kawanan jago pada delapan
belas tahun berselang adalah suatu rencana keji untuk
menghilangkan saksi-saksi yang amat licik . . . ., adapun orang yang
melakukan perbuatan terkutuk ini tak lain adalah kawanan manusia
laknat yang berhati busuk...!"
Baru saja berbicara sampai disitu, mendadak dari sudut rumah
makan itu meluncur datang beberapa rentetan cahaya tajam yang
disertai dengan desingan angin tajam, secepat sambaran kilat
beberapa titik cahaya itu menyambar keatas jalan darah penting di
punggung Biau-ki siang-su.
Serangan senjata rahasia yang dilancarkan itu amat mendesak
sifatnya, lagi pula memiliki kecepatan yang luar basa. Dalam waktu
singkat senjata rahasia tadi sudah berada tiga depa didepan Biau-ki
siangsu, tampaknya Peramal dari utara ini segera akan kena
terserang.....
Disaat yang kritis itulah, Biau-ki siang-su merasakan datangnya
segulung angin yang sangat aneh membuat beberapa titik cahaya
tajam itu berputar di angkasa dan . . . . , "Sreeet..!" diiringi
desingan angin tajam telah meluncur balik ke tempat asalnya.
Dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan
keheningan, lalu dari sudut ruang loteng itu tampak ada sosok
tubuh roboh terkapar diatas tanah, diatas jalan darah mereka
masing masing tertancap tiga batang paku bersegi delapan, yang
memancarkan cahaya tajam, darah kental bercucuran dari ketujuh
lubang inderanya, sedang jiwa mereka telah melayang
meninggalkan raganya.
Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat semua
orang merasa amat terperanjat, bahkan semua orang mengira Biauki
siang-su lah yang telah melancarkan serangan balasan tersebut,
diam-diam mereka memuji setinggi langit atas kelihayan kungfu dari
Lam-ciau pak-siang.
349
Sementara semua orang terpecah pikirannya, disudut meja
didepan Ku See hong telah melayang datang seorang pemuda
berbaju putih.
Diatas punggung pemuda itu tersoreng sebuah pedang perak
berbentuk ular, wajahnya terhitung amat tampan, alis matanya
lenting dengan mata yang jeli, bibirnya tipis menbengkok kebawah,
gerak geriknya angkuh dan dingin.
Dengan sorot mata penuh rasa terima kasih, Biau-ki siang-su In
Han im memandang sekejap kearah pemuda tampan berbaju putih
itu.
Paras muka pemuda berbaju putih itu dingin seperti salju dan
sama sekali tanpa perasaan, dangan suara yang dingin merasuk
tulang katanya:
"Lanjutkan perkataanmu itu!"
Melihat keangkuhan dan keketusan sang pemuda berbaju putih
itu, timbul perasaan yang bercampur aduk dalam hati Biau-ki siangsu
serta Sin hong hwee ciau sehingga paras mukanya berubah
hebat.
Ku See hong memiliki ketajaman mata yang luar biasa, sewaktu
senjata rahasia menyerang ketubuh Bu khi siang-su tadi, dia sudah
mengetahuinya dengan jelas.
Tapi baru saja dia hendak turun tangan untuk membantu,
ternyata pemuda berbaju putih yang aneh itu sudah mendahuluinya,
menyaksikan kemampuannya untuk merontokkan senjata rahasia
tadi, dia merasa amat terkesiap sekali.
Betul dia juga seorang yang angkuh, namun setelah menyaksikan
kepongahan pemuda berbaju putih itu timbul juga perasaan tak
sedap dalam hatinya, tanpa terasa dengan sorot mata yang tajam
dia melirik sekejap kearah pemuda berbaju putih itu.
Kebetulan sekali, pemuda barbaju putih itu pun sedang
memperhatikan Ku See hong dengan sorot matanya yang tajam
350
menggidikkan begitu sepasang mata mereka saling bertemu, kedua
belah pihak sama-sama mendengus dingin dengan nada sinis.
Sekalipun demikian, diam-diam mereka merasa terkesiap juga
oleh keketusan dan sikap dingin lawannya, tanpa terasa mereka
lantas berpikir.
'Tak nyana kalau dikolong langit masih terdapat manusia yang
begini angkuh dan dingin seperti aku, tapi siapakah dia.....? Yaa,
siapakan orang ini....?'
Kejadian aneh itu hanya berlangsung dalam waktu singkat,
menanti semua jago yang berada dalam ruangan itu mendengar
dua kali dengusan dingin dan mengalihkan sorot matanya ke wajah
Ku See hong serta pemuda berbaju putih itu, kedua orang pemuda
itu, sudah termenung dengan pikirannya sendiri-sendiri, seakan
akan mereka tidak merasakan pandangan terkejut dan keheranan
dari orang orang itu.
Tiba-tiba Sin hong hwee ciau Lui-ki berteriak dengan suara
lantang:
"Saudara In, bagaimana selanjutnya? Cepat lanjutkan!"
Biau Ki siang-su adalah orang yang cerdas, sekerangpun dia
sudah tahu kalau dua orang pemuda yang berada di hadapannya ini
masing-masing memiliki ilmu silat yang amat lihay.
Sebagai peramal diapun dapat melihatkan kalau dua orang
pemuda ini masing-masing memancarkan hawa kelurusan dan
kejujuran, sudah pasti bukan anggota kaum sesat..., hanya saja
mereka memiliki sikap angkuh dan dingin saja . . . . .
Mendadak satu ingatan melintasi dalam benak Biau ki siangsu In
Han im, pekiknya kemudian didalam hati:
‘Aaaah,... mungkinkah kedua orang ini..?’
Ketika Sin hong hwee ciau Lui-Ki menyaksikan paras muka Biauki
siang-su berubah-ubah tak menentu, dengan cemas kembali dia
berseru:
351
"Saudara In, siaute ingin cepat cepat mengetahui keadaan yang
sebenarnya, kenapa kau tidak berbicara?"
Biau-ki siang-su In Han im segera tersentak bangun dari
lamunannya, diam-diam pekiknya dalam hati:
'Sungguh menyesal...’
Dasar memang berotak cerdas, buru-buru katanya sambil
tertawa:
"Lui lote, kenapa kau musti gelisah? Barusan aku sedang
memikirkan satu persoalan, baru saja pikiranku kebingungan, kau
telah berteriak sehingga aku teringat kembali. Intrik keji yang
kubicarakan tadi memang sesungguhnya benar-benar telah
terjadi...! Beberapa hari lagi sudah pasti semuanya akan terungkap,
pokoknya peristiwa itu menyangkut soal dendam kesumat didalam
dunia persilatan serta rencana busuk sekawanan manusia laknat
yang ingin menguasai seluruh dunia persilatan...!"
Ku See hong tahu kalau Biau-ki siang-su tidak mau
mengungkapkan duduknya persoalan pada saat ini, dia lantas
berpikir:
'Agaknya bila ingin mencari tahu masalah tentang guruku Bun-ji
koan-su serta musuh besar kedua orang tuaku, mungkin hanya dia
seorang yang tahu. Aku harus melindungi keselamatan jiwanya
secara diam-diam....!'
'Tapi siapakah pemuda berbaju putih ini? Kalau benar demikian,
sudah pasti dia adalah seorang musuh yang tangguh.'
Sementara itu Bian-ki siang-su In Han im, telah menyumpit sayur
dan disuap kedalam mulutnya, kemudian melanjutkan:
"Peristiwa KEDUA adalah:
Peristiwa yang menyangkut sisa-sisa anggota setia dari Kim-topang.
Suatu perkumpulan paling besar dalam dunia persilatan telah
dibasmi orang! Ternyata Sin tong tongcu San tian han jiu (Cakar
352
Dingin Sambaran Kilat), Sangkoan-Ik, sekalian tiga empat ratus
orang telah dibantai orang secara kejam...!"
Ku See hong segera merasakan darah didalam tubuhnya
mendidih paras mukanya berubah hebat, tapi dia masih tetap
berusaha keras untuk menahan diri agar wajahnya tidak berubah.
Sebaliknya pemuda berbaju putih itu masih tetap bersikap dingin
dan kaku, wajahnya sama sekali tanpa perubahan emosi.
Sementara itu Biau-ki siang-su secara diam-diam memperhatikan
pula paras muka kedua orang muda itu, ketika Ku See hong
terpengaruh oleh gejolak emosi, hal itupun diketahui olehnya
dengan jelas, dengan begitu, dia semakin jelas mengetahui akan
asal usul Ku See hong serta pemuda berbaju putih itu.
Terdengar Sin hong hwee ciau Lui-Ki berteriak dengan gusar:
"Saudara In, siapakah pembunuh keji itu...? Brutal amat
perbuatannya, siaute bersumh akan membalas dendam bagi korban
yang telah tewas secara mengerikan itu!"
Biau-ki siang-su In Han im segera tertawa terbahak-bahak.
"Huaahh..... haahh...... haaahh..... Lui lote, sudah ada orang
yang hendak membalaskan dendam bagi kematian mereka, cuma
sayang dia hanya seorang diri, mungkin kekuatannya masih tidak
cukup, maka boleh saja bila kita hendak membantu usaha orang
itu..."
Setelah meneguk secawan arak, dia melanjutkan:
"Pembunuh keji itu tak lain adalah orang-orang istana Huan-mokiong
dari Lam-hay yang sudah seratus tahun tak pernah
menginjakkan kakinya didaratan Tionggoan.!"
Setelah mendengar perkataan itu Ku See hong baru merasa
terperanjat, ternyata Biau-ki siang-su memang bukan bernama
kosong belaka! .....mungkinkah dia adalah seorang dewa? Kalau
tidak, kenapa dia bisa mengetahui semua peristiwa ini dengan jelas
353
lagipula seperti tahu kalau dari Kim-to-pang sudah mempunyai ahli
waris.
Biau-ki siang-su tertawa ringan, seakan2 dia hendak
menghilangkan kecurigaan dalamhati Ku See hong, katanya lagi:
"Perkumpulan Kim-to-pang sudah dibasmi orang pada dua puluh
tahun berselang, sisa anggotanya yang masih setia telah
mengasingkan diri ketempat terpencil dan tidak mencampuri urusan
dunia persilatan lagi. Dalam anggapan mereka, sekejam-kejamnya
para manusia laknat yang telah membasmi Kim-to-pang pada dua
puluhan tahun berselang, juga tak akan membunuh mereka lagi."
"Sebagaimana diketahui dalam suatu pertarungan yang
berlangsung pada seratus tahun berselang antara jago pedang
nomor wahid dari dunia persilatan, Hu-hay it-kiam melawan pemilik
Huan mo kiong di Lam-hay dulu...., Hu-hay it-kiam telah berhasil
menangkan sebilah pedang (Huan-mo-kiam, dan orang2) Huan-mokiong
untuk tidak melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan!
Konon pedang pendek itu kemudian diwariskan kepada ketua Kimto-
pang Ku siam cong . . . . ! Ketika perguruan Kim-to-pang dibasmi
orang, Ku Kiam cong telah menyerahkan pula pedang Huan-mokiam
itu kepada San-tian han-jiau Sangkoan-Ik untuk
menyimpannya."
"Setelah banyak tahun hidup terasing dilaut selatan, belakangan
ini rupanya Han-thian it-kiam Cia Cu Kim, telah berambisi kembali
untuk merajai dunia persilatan. Dia telah mengumpulkan sampahsampah
masyarakat dari dunia persilatan, untuk menunjangnya
guna mencapai apa yang dia harapkan.”
"Akan tetapi niat tersebut belum bisa diwujudkan berhubung
pedang Huan-mo-kiam masih berada ditangan umat persilatan
didaratan Tionggoan, karena menurut perjanjian dulu, barang siapa
yang memegang pedang tersebut, dia berhak untuk membunuh
setiap anggota istana Huan-mo kiong yang berani memasuki
daratan Tionggoa."
354
"Oleh karena itu, sebelum orang-orang Huan-mo kiong
melakukan penyerbuan atas daratan Tionggoan, maka pekerjaan
pertama yang harus dilakukan lebih dulu adalah merebut kembali
pedang Huan mo kiong tersebut.!"
"Nah, ditinjau dari sini, bukankah jelas terbebaskan bahwa orang
yang telah membantai para anggota setia dari perkumpulan Kim-topang
itu tak lain adalah orang-orang Huan mo kiong?"
Setelah mendengar penjelasan tersebut Ku See hong merasa
kagum sekali atas kecerdasan serta kepandaian Biau-ki siang-su
untuk memecahkan persoalan itu.
Sambil tertawa Sin hong hwee ciau Lui-Ki berkata:
"Saudata In, kau memang hebat sekali, tapi... bukankah kau
pernah bilang kalau Kim-to-pang sudah mempunyai keturunan . . . .
. ? Siapakah orang itu....?"
"Sebelum (lama)berselang, dari Huan mo kiong di Lam-hay telah
tersiar keluar suatu kabar berita yang menggemparkan. Konon ada
seorang pemuda yang gagah perkasa telah menyerbu ke dalam
Huan-mo-kiong seorang diri dan membunuh banyak sekali jago
lihay istana Huan mo kiong. Kemudian ia kena dibekuk oleh pihak
Huan mo kiong dengan siasat yang busuk..., tapi dia berhasil hidup
meski sudah menderita 'Lima Macam Siksaan' hebat, sehingga
akhirnya berhasil kabur dari Huan mo kiong.”
“Andaikata orang ini tidak memiliki dendam kesumat sedalam
lautan dengan orang-orang Huan mo kiong di Lam-hay,.. siapakah
yang kesudian untuk bermusuhan dengan mereka? Konon pemuda
itu she Ku, bernama See-hong dan mengaku sebagai ahli waris dari
Bun-ji koan-su, si Pendekar aneh dari dunia persilatan itu!”
“Sebagaimana diketahui, ketua Kim-to-pang dulu bernama Ku-
Kiam-cong, sedangkan pemuda ini pun she Ku, . . . . bukankah hal
ini menandakan kalau Ku-Kiam-cong mempunyai keturunan?"
Kembali Ku See-hong merasakan hatinya terkesiap setelah
mendengar uraian itu... Dia tidak mengira kalau Biau-ki siang-su
355
bisa memperoleh semua berita tersebut dengan begitu cepat dan
jelas.....
Sementara itu Biau-ki siangsu In Han-im telah menghela napas
sedih, lanjutnya:
"Huan-mo-kiong dari Lam-hay telah memiliki kekuatan serta
pengaruh yang besar sekali, seandai-kata dia sampai melakukan
penyerangan ke daratan Tionggoan, entah reberapa banyak umat
persilatan yang bakal mengalami musibah tersebut? ......Padahal
didaratan Tionggoan sendiripun terdapat kawanan manusia laknat
yang telah membentuk suatu organisasi yang amat kuat,
(dan)mungkin beberapa waktu lagi mereka akan mulai melakukan
pembataian secara terang-terangan dalam dunia persilatan!
Bayangkan saja, betapa berbahayanya keadaan dunia persilatan
pada saat ini!"
Sim-hong-hwee-ciau Lui-Ki menghela napas pula dengan hati
yang sedih, katanya kemudian:
"Seandainya Bu-lim-koy-kiat, (Pendekar aneh dari dunia
persilatan) Bun-ji koan-su masih hidup didunia ini, kawanan iblis dan
badut-badut dunia persilatan itu pasti tak akan berani bertindak
dengan begitu berani, aaa.i..... sayang benar kematian dari Bun- jikoan-
su!"
Dengan nada yang misterius kembali Biau-ki siang-su In Han im
berkata:
"Semua peristiwa ini masih belum begitu aneh!, Belakangan ini
didalam dunia persilatan telah muncul pula seorang pemuda yang
aneh, ilmu silatnya tiada tandingan didunia ini...! dan pemuda itu
kerjanya justru menantang jago-jago kenamaan untuk beradu
kepandaian.
Setiap kali berhasil mengalahkan musuhnya, dia selalu bertanya
kepada pihak lawannya dengan sepatah kata: 'Apakah kau sudah
takluk dengan ilmu silat aliran Cing hay-pay?'..."
356
"Bila lawannya mengatakan tidak puas, dia segera melancarkan
seranganya lebih lanjut untuk membunuh orang itu.., sebaliknya
jika mengatakan takluk, dia melepakan orang itu begitu saja."
Paras muka Sin-hong hwee-ciau Lui-Ki berubah menjadi hijau
membesi, serunya kemudian dengan gusar:
"Benarkah didunia ini terdapat bocah keparat yang gila seperti
itu? Aku orang she-Lui ingin sekali bertemu dengannya, ingin
kuketahui apakah dia mempunyai tiga kepala enam lengan atau
tidak!"
'Aduh celaka..!' pekik Biau-ki Siang-su In Han im diam-diam,
'Seandainya pemuda berbaju putih itu adalah dia.., ... pemuda aneh
dari Cing-hay, sudah pasti besar sekali kesulitan yang bakal
dihadapinya.'
Ku See hong sendiripun merasa gusar sekali, diam-diam ia
bertekad untuk menjumpainya, dia ingin tahu pemuda macam
apakah pemuda aneh dari Cing-hay yang latah itu.
Terdengar Biau-ki siang-su In Han im kembali melanjutkan katakatanya:
"Ilmu silat yang dimiliki pemuda aneh dari Cing-hay ini konon
mirip sekali dengan ilmu silat dari aliran Hu-thian seng-kiam yang
termasyur pada tiga tatus tahun berselang itu, selain aneh juga
saktinya luar biasa...!!"
Mendengar nama Hu-thian Seng-kiam disinggung, paras muka Ku
See hong berubah hebat,... sebab dia ingin cepat-cepat mengetahui
segala sesuatu tentang Hu-thian-seng-kiam tersebut.
Hampir saja dia hendak mengutarakan asal-usulnya dan meminta
Biau-ki siang-su untuk menerangkan hal ikhwal tentang Hu-thian
Seng-kiam tersebut.
Untung saja Sim-hong hwee-ciau Lui-Ki telah mendahului Ku See
hong untuk menanyakan hal yang sama: "Saudara In, apa yang
dimaksudkan dengan aliran Hu-thian Seng-kiam itu? Siapakah dia?"
357
Biau-ki siang-su In Han im tertawa, katanya:
"Soal Hu-thian seng-kiam memang jarang(tidak banyak) yang
diketahui oleh umat persilatan pada saat ini kecuali kawanan
locianpwe yang sudah lama termasyur, ....tapi bila kusebutkan nama
lainnya, mungkin kau akan mengetahuinya dengan jelas."
Selama pembicaraan berlangsung, pemuda berbaju putih ini
hanya duduk dengan wajah dingin kaku tanpa emosi seakan-akan
semua kejadian yang berlangsung dalam dunia persilatan sama
sekali tak ada hubungan dengan dirinya.
Biau-ki siangsu In Han im mencoba untuk melirik sekejap
pemuda berbaju putih itu. Ketika tidak menemukan sesuatu yang
mencurigakan, dia pura-pura menghembuskan napas panjang,
kemudian katanya lagi:
"Pernahkah kau dengar tentang kisah seorang Kakek yang suka
menyendiri pada tigaratus tahun berselang...?"
"Saudara In, apakah kau maksudkan Ang-soat-kiam-cu yang
disebut orang sebagai Ci-hong-lo jin (Kakek Penyendiri) itu...?!"
tanya Sin hong hwee ciau Lui-Ki dengan wajah terperanjat.
Biau ki siang-su In Han im mengangguk tiada hentinya....
"Yaa-, dialah Ang-soat-kiam-cu yang suka menyendiri sehingga
akhirnya, disebut orang 'Ci-hong lo jin' yang merupakan musuh
umumseluruh umat persilatan di dunia."
Mendengar perkataan itu, Ku See hong merasa terkejut
bercampur girang.., mimpipun dia tidak menyangka kalau pedang
Hu-thian seng kiam yang digembolnya sekarang tak lain adalah
pedang Ang Soat Kiam yang (oleh) seluruh umat persilatan
dianggap sebagai `Pedang Mestika Nomor Satu didunia`!!
Tapi cerita tentang Ci-hong lo jin tersebut masih kurang jelas
baginya, dia hanya tahu kalau kakek itu memang benar-benar
merupakan seorang kakek kesepian yang suka menyendiri.
358
Sementara itu Sin hong hwee ciau Lui-Ki telah bertanya lagi
dengan wajah tidak habis mengerti:
"Kalau dia memang Ang soat Kiam-cu (Pemilik Pedang Bianglala
Merah) Ci-hong lo jin cianpwe, mengapa pula dinamakan orang
sebagai Hu-thian seng-kiam?"
Biau-ki siangsu In Han im menghela napus panjang , ujarnya:
"Selain ilmu silatnya sangat lihay, Ci-hong lo jin juga memiliki
kepandaian lain yang luar biasa, baik soal ilmu perbintangan, ilmu
tanah, ilmu bangunan,.... semuanya dikuasahi olehnya, dia boleh
dianggap sebagai manusia aneh ajaib nomor wahid dikolong langit.!
Tapi orang ini berwatak dingin dan suka menyendiri, selain itu
juga amat membenci segala kejahatan. Kebetulan situasi dunia
persilatan pada waktu itu sangat rawan, kejahatan meraja-lela...
Sebagai seorang pendekar sejati, tentu saja dia bertekad untuk
menolong umat persilatan dari penindasan dan ketidak-adilan.
Akibatnya, banyak sekali kaum laknat yang tewas ditangannya.!
Dengan ilmu silatnya yang lihay serta Pedang Ang-soat poo-kiam
yang luar biasa tajamnya, lama-kelamaan kehadirannya
menimbulkan rasa dengki umat persilatan kepadanya, apalagi
setelah mereka `kesemsem` oleh pedang mustikanya yang luar
biasa. Akhirnya orang persilatan menganggapnya sebagai ‘musuh
umum’, mereka bersama-sama memusuhinya dan berusaha
merampas pedang Ang-soat poo-kiam tersebut, hingga akhirnya
terjadilah suasana yang serba kacau dalamdunia persilaan.!
Kawanan manusia yang memusuhi Ci-hong lo jin ketika itu, selain
jago-jago dari pelbagai partai, manusia-manusia golongan putih
maupun hitam, bahkan saudara seperguruannya, anak muridnya,
istrinya dan putranya JUGA berusaha dengan menggunakan
pelbagai macam muslihat untuk membunuh serta merobohkan
dirinya dengan menggunakan cara paling rendah, paling keji dan
paling terkutuk, mereka berusaha merobohkannya.
359
Perasaan Ci-hong lo jin ketika itu benar-benar hancur luluh,
mimpipun ia tak menyangka kalau orang yang saling dekat dengan
dirinya pun bisa memusuhinya dan berusaha merampas pedang
mestika Ang-soat poo-kiam itu, sehingga akhirnya hal ini
menimbulkan napsunya untuk membunuh.
Dengan menggunakan pedang Ang soat poo-kiam, dia segera
melakukan pembunuhan secara besar-besaran..., Setiap orang yang
berniat jahat kepadanya, dibunuhnya tanpa ampun, diantara
mereka termasuk juga saudara seperguruannya, muridnya, istrinya
dan putra-nya...!
Bisa dibayangkan bagaimanakah penderitaan dan tersiksanya
batin orang itu ketika terpaksa melakukan pembantaian secara
besar-besaran.
Konon pembantaian yang berlangsung ketika itu mengakibatkan
darah meng-anak sungai, bangkai bertumpuk bagaikan bukit, bau
busuknya darah hampir menyelimuti seluruh jagad !!!
Setelah terjadi peristiwa yang mengerikan itu, Ci-hong lo jin
mendongkkan kepalanya sambil tertawa seram...., suaranya keras
dan melengking hingga menusuk pendengaran, selain memedihkan
hati juga membawa suasana yang menyeramkan. . . . . . . . . . ”
"Setelah tertawa selama sehari semalam, dia baru
mendongakkan kepalanya menghadap kelangit sambil mengucapkan
kata-kata yang mengandung ramalan, katanya:
'Aku Ci hong lo jin memang telah ditakdirkan hidup sebatang
kara, tanpa sanak tanpa keluarga....! Pedang Ang-soat poo-kiam,
mulai kini kusebut Hu Thian Seng Kiam !! Tiga ratus tahun
kemudian, aliran Hu-thian seng-kiam akan muncul kembali didalam
dunia persilatan untuk menyelamatkan umat persilatan dari
pembantaian...!'
"Setelah mengucapkan perkataan itu Ci-hong lo jin pun lenyap
tak berbekas.., Selama tigaratus tahun kemudian pedang Ang-soat
poo-kiam juga tak pernah mucul lagi dalamdunia persilatan. . . .!’
360
"Tapi Ci hong lo jin adalah seorang tokoh aneh yang luar biasa,
setiap perkataannya mengandung maksud yang mendalam. Kini
tigaratus tahun sudah lewat, kemungkinan besar inilah saatnya bagi
Hu-thian-seng-kiam untuk muncul kembali dalam dunia
persilatan........!"
"Saudara In, kalau begitu pemuda aneh dari Cing-hay itu adalah
ahli waris dari Hu-thian-seng-kiam?" tanya Sin-hong-hwee-ciau Lui-
Ki dengan gelisah.
Kembali Biau-ki siang-su In Han im menghela napas sedih.
"Benarkah pemuda aneh dari Cing-hay itu adalah ahli waris dari
Hu-thian-seng-kiam...?, hal itu hanya merupakan dugaan dari umat
persilatan saja, sebab pada waktu itu Ci-hong lo jin juga merupakan
anggota perguruan dari Cing-hay-pay! Sekalipun pemuda aneh dari
Cing-hay itu bukan orang yang dimaksudkan Ci-hong lo jin, dia
pastilah anggota perguruan dari Cing-hay-pay..."
"Aaaai....! Dunia persilatan yang sekarang sudah penuh dengan
kekacauan, andaikata pedang mestika Ang-soat poo-kiam benarbenar
muncul kembali dalam dunia persilatan, akibatnya tentu tak
terlukiskan dengan kata-kata.
Apalagi belakangan ini nyanyian aneh telah muncul kembali
didalam dunia persilatan! Kawanan jago dari pelbagai partai telah
berbondong-bondong mengejar pemuda she Ku itu untuk
mengetahui kata-kata dari syair lagu yang bisa menunjukkan
dimanakah kitab pusaka Cang-ciong-pit-kip disimpan,- dengan
munculnya pedang mestika dan kitab pusaka ini..., sudah pasti
kedua macam benda itu akan berubah menjadi sumbu kiamatnya
dunia persilatan.!"
Setelah mendengarkan penuturan dari Lam-ciau dan Pak-siang
tadi, Ku See hong merasakan hatinya bergolak keras, apalagi
setelah mengetahui kisah Ci-hong lo jin yang begitu mengenaskan,
diam-diam ia turut bersedih hati atas nasib malang yang menimpa
kakek itu.
361
Baik Ci-hong lo jin, maupun gurunya Bun-ji koan-su, kedua orang
itu sama-sama mengalami nasib yang mengenaskan sekali,- kenapa
Thian selalu melimpahkan nasib yang buruk kepada umatnya?
Kini, dalam tubuhnya telah terdapat dua macam mestika
peninggalan dari dua orang tokoh sakti itu, yang mana keduaduanya
menyangkut nasib umat persilatan didunia ini, `oohh..... Ku
See hong, wahay Ku See hong! Tahukah kau betapa beratnya tugas
dan kewajiban yang diletakkan diatas bahumu?
Bukan saja aku harus membalaskan dendam pribadiku, juga
harus memikirkan nasib dari berjuta-juta umat persilatan di dunia
ini.
Tapi dalam dunia persilatan dewasa ini hampir tiada seorang
manusiapun yang berhati mulia, seandainya duduk persoalan yang
sebenarnya berhasil diketahui, kemungkinan juga nasibnya
dikemudian hari akan mirip pula dengan nasib Ci-hong lo jin serta
Bun-ji-koan-su, atau bahkan mungkin akan lebih tragis lagi.
‘Aaaaai........! Apa yang harus kulakukan sekarang? Satu-satunya
jalan yang bisa ditempuh sekarang hanya bunuh! Bunuh...! Dan
Bunuh..!!! Biarlah darah dari kawanan manusia2 laknat itu mencuci
semua noda yang telah mengotori dunia...!’
Berpikir sampai disitu, sepasang alis mata Ku See-hong segera
berkenyit, dari balik matanya mencorong keluar sinar yang
menggidikkan hati, itulah perlambang dan keputusan yang telah
diambilnya..., keputusan yang dingin tegas dan penuh dengan
darah.!
Kalau mengikuti keputusan yang diambil dalam hati Ku See-hong,
nasib dunia persilatan pun turut ditentukan. Betulkah watak Ku See
hong begitu kejamdan keji?
Tidak..., bukannya dia sudah mempunyai watak semacam ini
semenjak dilahirkan didunia ini, dia bukan seorang yang haus darah,
diapun tak suka akan segala macam pembunuhan..., tapi
pengalaman tragis yang dialaminya semenjak kecil, serta segala
macam peristiwa keji memalukan yang telah berlangsung didunia
362
dewasa ini, membuat dia lebih banyak melihat dan banyak
mendengar, kesemuanya ini menimbulkan suatu tekad yang luar
biasa dalamhatinya.
Tapi, untuk mewujudkan cita-citanya itu, hanya 'PEMBUNUHAN'
yang dapat mencapainya, membasmi kaum siluman dan manusia
laknat dari muka bumi, untuk mewujudkan kesejahteraan dan
keadaan bagi umat persilatan.
Mendadak terdengar Sin hong hwee ciau Lui-Ki tertawa
terbahak2, suaranya keras bagaikan suara genta yang diburyikan
bertalu-talu, kemudian serunya:
"Saudara In, mengapa kawanan tikus bernyali kecil itu sudah
kabur semua dari sini?"
Kiranya entah sejak kapan tamu yang semula memenuhi ruangan
loteng itu, kini sudah lenyap tak berbekas, bahkan pemudam
berbaju putih itupun entah sedari kapan sudah pergi dari situ.
Dalam ruangan loteng yang begitu luas, kini tinggal Lam-ciau pau
siang dan Ku See hong tiga orang saja.
Sepasang mata Biau-ki siarng-su In Han im yang sebenarnya
selama ini sedang mengamati perubahan mimik wajah Ku See hong
tanpa berkedip, seperti baru bangun dari mimpinya dia baru
tersentak kaget setelah mendengar perkataan itu.
Dengan cepat dia memmeriksa keadaan disekitar tempat itu.
Betul juga jangan seorang manusiapun, bahkan kedua sosok mayat
yang terkapar diatas tanahpun sudah turut lenyap tak berbekas.
Paras muka Biau-ki siang-su In Han im yang menunjukkan
kecerdasan otaknya itu,segera mengalami perubahan pula, tapi
sejenak kemudian sudah lenyap tak berbekas, bahkan sekarang dia
malah menunjukkan sikap seolah-olah tidak menaruh perhatian.
Ku Se hong pun turut merasakan suasana yang kurang beres
pada waktu itu, dia merasa seakan-akan disekeliling tempat itu telah
diliputi oleh hawa pembunuhan yang luar biasa.
363
Pada saat itulah, seorang pelayan datang mendekat kehadapan
Biau-ki Siang-su dengan wajah ketakukan dan wajan murung, lalu
dengan nada tersendat-sendat katanya:
"Tuu....tuan, rumah makan kami aa....akan ditutup lee.....lebih
aa...awal pada hari ini, maaf sekali haa....harap . . . . . . . "
Sin heng hwee ciau Lui-i segera berpaling dan mamandang
keadaan udara diluar jendela, ketika dilihatnya jarak dengan saat
senja masih awal, tanpa terasa teriaknya keras-keras:
"Mak`nya, kalian lagi berdagang apa? Masa masih waktu begini
sudah akan menutup pintu? Apakah kuatir kalau bapakmu tidak
membayar hidangan yang kumakan? Jangan kau bikin aku naik
pitam tahu? Kalau sampai kuhajar sampai jumpalitan, jangan
salahkan diriku nanti!"
Biau-ki siang-su In Han im bukan orang bodoh, dilihat dari
gelagatnya dia segera mengerti apa gerangan yang sebenarnya
telah terjadi, maka sambil menjura ujarnya:
"Saudara tak usah kuatir, seandainya sampai terjadi hal-hal yang
tak diinginkan, kami masih sanggup untuk menanggung semua
kerugian yang diderita ditempat ini. Jangan kuatir, pasti akan kuberi
pembayaran yang cukup tinggi pada kalian nanti."
Begitu selesai berkata dia lantas merogoh kedalam sakunya dan
mengambil keluar sekeping uang emas yang segera diberikan
kepada pelayan tersebut.
Uang emas berwarna kuning, uang perak berwarna putih,
sekalipun pelayan itu merasakan ancaman pada jiwanya, tapi
setelah mendengar perkataan dari Biau-ki siang-su beserta uang
perak didepan mata, terpaksa dia hanya mengucapkan terima kasih
sambil mengundurkan diri dari situ.
Mendadak Biau-ki siang-su In Han im bangkit berdiri dan berjalan
ke hadapan Ku See hong. Kemudian setelah memberi hormat,
tegurnya:
"Tolong tanya apakah sauhiap berasal dari marga KU .....?"
364
Ku See hong merasa amat terperanjat, dia tak menyangka kalau
orang persilatan mempunyai ketajaman mata yang luar biasa.
Pada dasanya dia memang menaruh kesan baik terhadap Lamciau
Pak-siang, dan lagi dia pun mempunyai banyak persoalan yang
ingin memohon petunjuknya, hanya saja dasar wataknya yang
dingin dan angkuh dia segan untuk mengadakan hubungan
sembarangan orang dengan begitu saja.
Tapi setelah disapa oleh Biau-ki-siang-su dengan cara yang
sopan dan hormat, dia menjadi rikuh untuk merahasiakan keadaan
yang sesungguhnya.
oooo0dw0oooo
Bab 17
KU SEE HONG segera bangkit berdiri dan memperlihatkan
sekulum senyuman ramah, sambil balas memberi hormat, sahutnya
dengan suara lantang:
"Tidak berani, tidak berani, aku memang she Ku, . .. . entah
siapa nama saudara?"
Walaupun Biau-ki siang-su In-Han-im tahu kalau pemuda gagah
yang berada dihadapannya sekarang adalah Ku See hong yang
dicurigai olehnya, namun dia tak menyangka kalau Ku See hong
telah merubah sikapnya yang dingin itu dengan sikap yang begini
hangat.
Biau-ki siang-su menjadi gembira sekali, katanya sambi tertawa
nyaring:
"Ku sauhiap, namamu telah menggetarkan dunia persilatan
belakangan ini, aku orang she In merasa amat kagum, sungguh tak
kusangka aku dapat bersua dengan sauhiap ditempat ini. Peristiwa
ini benar-benar merupakan suatu keuntungan bagiku, bila tidak
menampik, bagaimana kalau kita berbincang-bincang disini?"
Ku See-hong segera tersenyum.
365
"Aku tak lebih cuma seorang tukang silat kasaran...., tidak berani
kuterima pujian saudara itu."
Biau-ki siang-su segera berpaling kearah Sin-hong-hwee-ciau,
kemudian katanya: "Lui lote, cepat kemari, dialah murid Bun-jikoan-
su yang baru saja kubicarakan,...Ku See-hong, Ku-sauhiap!"
Walapun sekilas pandangan Sin-hong-hwee-ciau Lui-Ki adalah
seorang manusia kasar, sesungguhnya dia adalah seorang yang
berperasaan halus, secara diam-diam diapun melakukan perhatian
yang seksama terhadap Ku See hong maupun pemuda berbaju putih
itu.
Maka setelah mendengar kalau orang itu tak lain adalah Ku See
hong, buru-buru dia berjalan mendekat dan tertawa terbabakbahak.
"Huuaahhhh......haaahhh.... haaahhh..... sungguh tak kusangka,
sungguh tak kusangka, rupanya kau-lah yang bernama Ku See
hong! Ku Sauhiap, mari, mari, aku Lui-Ki ingin sekali bersahabat
denganmu, haaaahhh.....haaahhh......"
Secara diam-diam Ku See hong sendiri pun merasa kagum sekali
akan kegagahan dan keterbukaan Sin-hong-hwee-ciau, dengan
cepat dia maju menyongsong sambil tertawa ringan, sahutnya:
"Selamat berjumpa, selamat berjumpa, aku orang she Ku tak
lebih hanya seorang prajurit tak bernama dalam dunia persilatan,
mana mungkin bisa dibandingkan dengan Lam-ciau-Pak-siang yang
sudah bernama besar itu? Kesediaan kalian untuk berkenalan,
sungguh membuat aku orang she Ku merasa terharu sekali."
Setelah berbasa-basi sebentar, ketiga orang jago itupun
menambah sayur dan arak, kemudian mulai berbincang dari timur
sampai ke barat; bahkan begitu cocoknya hubungan mereka,
sehingga dalam ruangan tersebut penuh dihiasi dengan gelak
tertawa nyaring mereka.
Suasana dingin, kaku mengerikan dan tegang tanpa terasa
berubah menjadi suasana hangat serta penuh kedamaian.
366
Dalam waktu singkat, sang surya telah tenggelam ke langit barat,
cahaya matahari senja memancarkan cahaya keemasannya
menyoroti seluruh jagad dan menciptakan suatu rangkaian
pemandangan alamyang sangat indah bila mendekati senja.
Kemudian kegelapan malampun mulai menyelimut i seluruh jagad,
angin dingin yang menyayat badan berhembus lewat menggigilkan
badan, mendatangkan suasana yang serius dan hening disitu.
Orang berlalu-lalang dijalan raya pun bertambah sepi, karena
mereka sedang menyembunyikan diri dibalik kehangatan rumah
mereka sendiri......
Ku See-hong dan Lak-ciau-Pak siang masih berbincang-bincang
tiada hentinya, cahaya lentera menyoroti wajah mereka yang
merah, puluhan kati arak keras teluh mereka bertiga teguk, namun
tiada pengaruh mabuk yang menyelimuti mereka.
Sebagai orang yang berilmu t inggi dan bertenaga dalam
sempurna, takaran minum arak mereka amat mengejutkan, sebab
mereka dapat mempergunakan tenaga murni mereka yang sepurna
untuk memproses pengaruh alkohol dalam arak, itulah sebabnya
walaupun meneguk seribu cawan juga tak akan mabuk.
"Toookkk....toookkk......" dari arah jalan raya berkumandang dua
kali suara kentongan.
Menyusul kemudian dari luar loteng Cui-sian-loo berkumandang
datang suara tertawa dingin yang menyeramkan bagaikan suara
pekikan kuntilanak, lalu seseorang berkata dengan dingin dan nada
menghina:
"Lam ciau Pak siang, aku rasa kalian sudah cukup makan minum
bukan? Dengan begitu kalian sudah bisa menjadi setan yang mati
kenyang, mengapa tidak cepat-cepat keluar untuk menghantar
kematian....heehh.... heehh.....!!"
Ucapan tadi diakhiri dengan suara gelak tertawa seram yang
memekikkan telinga pula.
367
Sin hong hwe ciau Lui-Ki amat gusar, ia segera membentak
keras, tubuhnya yang besar bagaikan pagoda itu melompat ke
udara dan berputar dengan suatu gerakan aneh kemudian melayang
turun ke atas tanah dengan enteng dan meluncur kembali ke depan
secepat sambaran kilat.
Buru-buru Biau-ki-siang-su In Han im merogoh ke dalam sakunya
mengambil sekeping uang perak dan diletakkan ke atas meja,
setelah itu serunya dengan lantang: "Ku lote, harap duduk menanti
disini, aku akan pergi sebentar untuk kembali kemari lagi!"
Selesai berkata, bagaikan seekor burung rajawali yang terbang di
angkasa, dia menerjang pula ke depan menyusul Sin hong hwee
ciau.
Ku See hong berkerut kening, lalu dengan sorot mata
memancarkan cahaya yang menggidikkan hati, serunya dengan
lantang: "Bagaimana kalau aku orang she Ku juga ikut menonton
keramaian?"
Dengan gerakan tubuh seperti sukma gentayangan, dia melejit
kemuka dan melayang ke samping Biau-ki siang-su.
Demontrasi ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna ini
benar-benar luar biasa sekali, begitu suaranya berkumandang
orangnya turut tiba, hal mana membiat Biau-ki siang-su diam-diam
merasa terkejut bercampur kagum.
Padahal ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sudah
terhitung nomor wahid didalam dunia persilatan...., tapi
kenyataannya pemuda itu bisa sekali berkelebat mencapai belasan
kaki jauhnya bahkan berhasil pula menyusul dirinya.
Dibawah sorot cahaya rembulan, tampak empat sosok bayangan
manusia berlarian diatas jalan raya sepi, mereka saling berkejaran
dengan suatu kecepatan luar biasa.
Selisih jarak antara bayangan2 manusia itu tidak ada empat lima
puluh kaki lebih. Agaknya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
bayangan manusia paling depan itu cukup tangguh. Kecepatannya
368
melebihi sambaran petir, walaupun Sin hong hwee ciau berada
dipaling muka, tapi jaraknya makin lama semakin bertambah jauh
dengan pihak lawan.
Tiba-tiba Ku See hong berpaling kearah Biau-ki siang-su sambil
serunya:
"Aku orang she Ku akan berangkat selangkah lebih dulu untuk
menghadang kawanan t ikus yang berada didepan itu!"
Begitu selesai berkata, dia lantas mendongakkan kepalanya dan
berpekik nyaring.
Dalam pekikan nyaring tadi, tubuh Ku See hong bergerak
semakin cepat lagi, bagaikan segulung asap ringan dengan
kecepatan yang paling t inggi dia meluncur kedepan.
Tenaga dalam yang dimiliki Ku See hong pada waktu itu sudah
memcapai pada puncak kesempurnaan, begitu dia menghimpun
tenaga dalamnya, hawa murni segera beredar diseluruh tubuhnya
dengan kecepatan tinggi.......
Dengan mengandalkan himpunan tenaga dalam inilah, tubuhnya
bagaikan seekor burung elang segera melayang diangkasa dengan
kecepatan yang luar biasa.
Begitu kepandaian t ingkat tingginya dikembangkan, bagaikan,
bagaikan sebuah garis hitam saja tubuhnya melesat menembusi
angkasa dengan kecepatan yang sukar diikuti dengan pandangan
mata.
Berada ditengah udara, menggunakan kesempatan dikala
badannya berbelok atau berputar, ia dapat menghimpun hawa
murninya dengan cepat, tubuhnya seakan-akan bergerak diangkasa
saja, selain cepat juga lincah sekali.
Dalam waktu singkat, Biau-ki siang-su telah ketinggalan puluhan
kaki jauhnya, demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang amat lihay
ini kontan saja membuat Biau-ki siangsu yang dihari-hari biasa
selalu tinggi hati menjadi terkesiap dan kagum.
369
Diam diam Biau-ki Siangsu In Han im segera berpikir:
'Sekalipun Ku See hong adalah muridnya pendekar aneh dari
dunia persilatan Bun-ji koan-su, tapi usianya masih begitu muda,
sekalipun sejak keluar dari rahim ibunya dia sudah belajar silat,
belum tentu ilmu meringankan tubuhnya dapat memperoleh
kemajuan yang melampaui umat persilatan pada umumnya'.
Tentu saja Biau-ki Siangsu sama sekali tak tahu, bukan saja Ku
See hong telah melatih ilmu Kan-kun mi-siu kang khi . . .!, Anak
muda itu pun telah mempelajari ilmu gerakan tubuh Mi-khi biautiong
. . . . , selain daripada itu diapun telah mendapat warisan
tenaga murni Bun-ji koan-su hasil latihan selama enampuluh tujuh
tahun..,
Ditambah lagi bakatnya memang bagus dan barhasil menghirup
Tee-Liong-Hiat-po yang tak ternilai harganya. Bebeberpa macam
mestika dunia persilatan terhumpun menjadi satu dalam tubuhnya,
hal mana membuat ia menjadi seorang manusia berkat yang sangat
luar biasa....!
Dalam waktu singkat Ku See hong berhasil menyusuli Sin hong
hwee ciau, gerakan tubuhnya sama sekali tidak, mengendor,
dengan gerakan tubuh yang enteng seakan akan tak berbobot
secepat sambaran petir dia mengejar bayangan manusia yang
berada didepan itu.
Gerakan subuh Ku See hong betul-betul cepatnya bukan
kepalang, dalam waktu singkat bayangan manusia yang berada
didepan itu sudah tersusul sampai jarak sejauh delapan kaki saja.
Sekulum senyuman segera menghiasi bibirnya, dengan suara
keras bentaknya:
"Sobat dimuka, harap beristirahatlah sebentar!"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, tubuh Ku See hong melejit
kemuka sejauh delapan sembilan kaki.
Dikala tenaga lompatannya sudah melemah inilah, mendadak
sepasang lengannya diayunkan ke atas, seluruh tubuhnya
370
melengkung bagaikan udang bago..., kemudian diantara gerakan
pangkal kakinya, gerak tubuh yang semakin melemah itu tahu tahu
sudah meluncur enam tujuh kaki lebih kedepan dengan kecepatan
tinggi.
Dengan gaya lompatannya yang luar biasa itu, jarak sejauh
empat lima belas kaki segera berhasil dilampaui. Ilmu meringankan
tubuh yang begini tinggi membetot sukma ini, benar benar luar
biasa hebatnya, hakekatnya sama sekali diluar pikiran orang
banyak.....
Dikala ucapan Ku See hong berkumandang tadi, bayangan
manusia yang berada didepan itu sudah mendengar suara ujung
baju yang tersampok angin, dengan cekatan dia lantas melirik
kebelakang. Apa yang kemudian terlihat olehnya membuat orang itu
amat tercekat.
Tampak sesosok bayangan manusia meluncur tiba dengan
kecepatan tinggi, sedemikian cepatnya geraksn itu seakan-akan
burung elang yang sedang terbang di angkasa saja.
Sementara itu, ujung kaki Ku See hong telah menempelkan
diatas tanah lalu dengan suatu gerakan indah badannya berputar,
telapak tangan kirinya diayunkan ke depan.
Bayangan manusia di muka itu tiba-tiba saja melihat bayangan
setan berkelebat didepan matanya dan jalan perginya pun
terhalang.
Dalam keadaan begini, ia tak sempat lagi untuk melihat jelas
paras mukanya, sepasang telapak tangannya segera diayunkan ke
muka melepaskan sebuah pukulan dasyat yang mengerikan sekali,
badannya melejit ketengah udara lalu secepat kilat meluncur ke
depan. Dengan gerakan ini maka diapun terlepas dari ancaman Ku
See hong yang amat lihay itu.
Menyaksikan cara pihak lawan menghindarkan diri dari serangan
dasyatnya itu, Ku See hong segera menyadari kalau musuhnya
berilmu tinggi dan sukar dihadapi. Sulit rasanya untuk menemukan
seseorang jagoan selihay ini didalam dunia persilatan.
371
Begitu lolos dari sergapan maut Ku See-hong, dengan enteng
bayangan manusia itu melayang turun empat kaki dari posisi
semula, kemudian ia mendongakkan kepalanya dan berpekik
nyaring..., suara pekikan tersebut tajam menusuk telinga.
Menyusul kemudian, dari kejauhan sana pun berkumandang pula
suara pekikan aneh yang bergema tiba mengikuti hembusan angin
malam. Suaranya melengking bagaikan tangisan setan atau serigala,
membuat bulu kuduk orang pada diri semua.
Setelah itu maka terdengarlah suara pekikan aneh
berkumandang saling bersahut-sahutan, agaknya tidak sedikit
jumlah orang yang berdatangan ke situ.
Begitu mendengar pekikan aneh tadi, wajah Ku See-hong yang
dingin kaku itu segera terhias kekejian yang mengerikan, dia tahu
bayangan manusia itu sedang mengundang kedatangan rekanrekannya,
tapi Ku See hong menyambut (hal tersebut) dengan
gembira, dia lebih suka kalau ada serombongan manusia laknat
datang menghantar kematiannya.
Maka dia tidak secara langsung melancarkan sergapan ke arah
orang itu hanya sorot matanya saja yang tajam mengawasi
pendatang-pendatang itu tanpa berkedip.
Dibawa cahaya rembulan, tampak olehnya kalau orang itu adalah
seseorang kakek kurus kering berkulit hitam, ia menggunakan jubah
panjang berwarna hitam dengan sebuah busur panjang berwarna
merah darah menghiasi dadanya.
Hati Ku See hong seakan-akan sedang meneteskan darah, itulah
darah panas penuh rasa dendam, sinar matanya memancarkan
cahaya berapi-api, lalu dengan suara menggeledek bentaknya:
"Tua bangka celaka, apakah kau adalah manusia laknat dari
perkumpulan Thi-kiong-pang?"
"Seeet! Sreeetl" desingan angin tajam berhembus lewat, Sinhong
hwee-ciau Lui-Ki dan Biau-ki siang-su In Han-im secara
beruntun telah menubruk datang pula.
372
Agaknya kakek ceking berbaju hitam itu adalah seorang
gembong iblis yang berpengalaman, walaupun dia terkejut dan
merasa seram, oleh kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki Ku See-hong, tapi mana tahan menghadapi pertanyaan dari
Ku See hong yang begitu menghina? Dengan suara yang dingin
menyeramkan dia mendengus dingin tanpa berbicara, sedangkan
sepasang matanya yang kecil mengamati Ku See hong dari atas
sampai ke bawah.
Mendadak suatu perubahan aneh melintas diatas wajahnya, tapi
dengan cepat telah pulih kembali, menjadi wajah kejam dan buas....
Dari sini membuktikan kalau pada mulanya dia digetarkan oleh
kelihayan Ku See hong, tapi kemudian setelah tahu kalau pihak
lawan tak lebih hanya seseorang pemuda ingusan, keberanianya
telah muncul kembali dan diapun segera unjuk gigi.
Ketika Biau-ki siang-su In Han im sudah melihat jelas siapa
gerangan lawannya, ia juga merasakan hatinya bergetar keras, tapi
dengan cepat pula dia tertawa dingin.
"Aaah..., kukira siapa yang begitu bernyali berani mencari garagara
dengan aku orang she In . . . , rupanya Sin kiong Tongcu dari
perkumpulan Busur Baja, Cau sang hui (terbang diatas angin)
Ciong-Keh-teng, huuahhh....haaahh...... haaahh....... hutang kita
pada tiga tahun berselang memang sudah seharusnya kalau dibikin
beres !"
Si kakek ceking berbaju hitam atau Cau sang hui Ciong Keh-teng
segera tertawa serak dengan suara menyeramkan, kemudian
ujarnya dingin:
"Biau ki Siangsu, aku rasa sudah seharusnya kalau malam ini
kaupun mulai menghitung-hitung usia sendiri, heeehhh......
heeehhh.....heehhh! Siapakah keparat ini...? Apakah diapun hendak
menemani kalian berdua untuk berangkat kembali ke alambaka?"
Sin hong hwee ciau Lui-Ki segera membentak keras:
"Tua bangka Ciong, apakah kau sudah bosan hidup? Orang lain
mungkin takut dengan pengaruh iblis dan perkumpulan Thi-kiong
373
pang kalian, tapi Lam-ciau Pak-siang adalah manusia yang tidak
takut langit t idak takut bumi....!"
Tiba-tiba Cau sang hui Ciong Keh-teng mendongakkan kepalanya
dan tertawa seram, begitu menukas ucapan Sin hong hwee ciau
yang belumselesai, ujarnya dengan suara yang rendah dan dalam:
"Lam-ciau Pak-siang, aku harap kalian sedikit tahu diri, Thi-kiong
pang tak pernah melepaskan `duri dalam mata` dengan begitu
saja! Heeehhh...heeehhh.... heeehhh...., hari ini kalian begitu berani
membicarakan soal keadaan dunia persilatan diloteng Cui-tianglo
secara terang-terangan, bahkan memandang remeh umat persilatan
yang ada didunia ini . . . . bukan begitu saja, Hmm...! Kau malah
menyanjung nyanjung kehebatan Bun-ji koan-su, tapi sayang setan
tua itu sudah mampus semenjak duapuluh tahun berselang. Baiklah,
biar kami Thi-kiong pang berbuat `kebaikan` dengan mengirim
kalian ke akhirat untuk berjumpa dengan setan tua itu!"
Mendadak Ku See hong mendongakkan kepalanya dan tertawa
keras, suaranya amat nyaring dan sangat memekikkan telinga,
Dibalik gelak tertawa tersebut dapat terdengar hawa amarah,
dendam kesumat, serta rasa sedih yang bercampur aduk.....
Kemudian, ia menghent ikan tertawanya, lalu dengan sorot mata
memancarkan cahaya pembunuhan yang menggidikkan hati,
ujarnya dingin:
"Ciong Keh-teng, malam ini kau pasti mampus...! Kalau
toh.......kawanan tikus dari Thi-kiong-pang kalian sudah
berdatangan semua, ...mengapa tidak suruh mereka keluar semua
untuk menghantar kematiannya...!"
Paras muka Ku See hong penuh diliputi oleh hawa napsu
membunuh yang amat tebal, suaranya pun dingin menggidikkan
hati . . . , sepatah demi sepatah pelan-pelan diucapkan, membuat
suaranya cukup menggetarkan sukma.
Ciong Keh-teng yang mendengar suara tertawa itu, kontan
merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri, dia segera sadar
374
kalau pada malam ini, ia telah berjumpa dengan seorang musuh
yang amat tangguh.
Tempat dimana mereka berada sekarang, adalah sebuah
kompleks tanah pekuburan yang amat luas. Sejauh mata
memandang hanya gundukan tanah dengan batu nisan yang
berserakan dimana-mana.
Sekeliling pekutburan tersebut, tumbuh puluhan batang pohon
Siong yang rata-rata tingginya mencapai tiga empat kaki, rantingnya
memanjang kesana kemari dengan daun yang lebat, bila terhembus
angin maka terdengarlah suara gemerisik yang amat nyaring.
Kadangkala terdengar suara burung malam yang berpekik serta
bunyi jangkrik yang memecahkan keheningan, kesemuanya itu
menambah keseraman dan kengerian disekitar tempat itu.
Sementara itu, dari atas gundukan tanah pekuburan telah
bermunculan enam sosok bayangan manusia, bagaikan sambaran
burung elang . . . . .
"Sreeet! Sreeet!" diiringi desingan angin tajam, mereka terjun ke
tengah arena dan mengepung Ku See hong sekalian.
Menyaksikan kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki ke enam sosok bayangan manusia itu, paras muka Lam-ciau
Pak-siang segera berubah amat hebat....
Rupanya ke enam orang anggota Thi-kiong-pang tersebut tak
lain adalah ke enam orang Hiangcu dibawah pinpinan Sin-kiong
tongcu..., rata-rata berilmu tinggi dan merupakan jago kelas satu
didalamdunia persilatan.
Ketika Cu-sing-hui Ciong Keh-teng menyaksikan orang-orangnya
sudah berdatangan semua, keberaniannya semakin besar, sambil
tertawa dingin segera jengeknya:
"Enghiong dari manakah saudara ini? Aduh lagaknya sombong
benar .....!"
375
Walaupun begitu, nada ucapannya sudah tidak sebuas tadi lagi,
jelas dia merasa agak keder juga oleh keseraman wajah serta
ketajaman mata dari Ku See hong.
Paras muka Ku See hong tetap kaku tanpa emosi, dengan nada
sinis ujarnya:
"Manusia-manusia kelas tiga macam kalian masih belum pantas
untuk mengetahui namaku..., sekarang, bersiap saja untuk
menerima kematian!"
Anggota perkumpulan Thi-kiong-pang rata-rata adalah manusia
bengis yang banyak melakukan kejahatan, naik pitamlah mereka
setelah mendengar kejumawaan Ku See hong.
Kontan saja dengan kening berkerut, mata melotot, mereka
awasi si anak muda itu tanpa berkedip.
Tadi, Cau-sang hui Ciong Keh-teng mau merendahkan diri untuk
mencari tahu nama lawannya, hal ini tak lain karena dia agak keder
oleh sikap musuhnya yang luar biasa, tapi setelah menyaksikan
keangkuhannya yang begitu tebal, tanpa terasa kemarahannya
meluap juga.
Kontan saja dia mendongakkan kepalanya dan
memperdengarkan suara tertawanya yang menggidikkan hati:
'"Heeehhh.....heeehhh..... heeehhh,..... malam ini, aku orang she
Ciong ingin sekali menyaksikan sampai dimanakah kelihayan dari
kau si bocah keparat sehingga begitu besar lagaknya dan bertindak
semena-mena terhadap kami!"
Sementara suasana makin menegang, Biau-ki-siang-su In Han Im
telah meninjau situasi yang dihadapinya, ia tahu ilmu silat yang
dimiliki Ku See hong lihay sekali, paling tidak ia masih sanggup
untuk menang-kan Cau-sang-hui..., itu berarti dia berdua harus
melawan enam orang sisanya, dan dia yakin kekuatannya berdua di
paksakan,masih sanggup untuk melayani mereka...
376
Dasar orangnya memang cerdik dan cekatan, setelah meninjau
keadaan yang dihadapi, Biau-ki siang-su menjadi agak lega hatinya,
setelah tertawa nyaring, katanya:
"Ciong Keh-teng, masih selisih jauh sekali bila kau ingin
mengandalkan ilmu silat `kucing kaki tiga`mu untuk bertarung
melawannya! Aku rasa lebih baik kau selesaikan dulu hutangmu
pada tiga tahun berselang dengan kami berdua!"
Tergerak hati Cau sang hui Ciong Keh-teng, setelah mendengar
ucapan itu dia segera tertawa licik.
"Bagus sekali! Bagus sekali! Boleh saja bila kau ingin mampus
lebih dahulu, pokoknya siapa duluan siapa belakangan, selisih
waktunya sudah pasti tak akan terlalu lama.!"
"Orang she Ciong...!" bentak Sin hong hwee ciau dengan suara
menggeledek, "Apa gunanya ngebacot melulu dengan mulut baumu
itu? Kalau memang jagoan, hayo maju, mari kita bereskan mat i
hidup kita diujung tinju! "
Agak geli juga hati Ku See hong setelah mendengar perkataan
itu, dia tak menyangka kalau lelaki kasar dan berangasan macam
Sin hong hwee ciau ternyata lihay juga dalambersilat lidah.
Cau sao hui Ciong Keh-teng segera tertawa dingin dengan suara
yang menyeramkan:
"Heeehhh.... heeehhh.... heeehhh.... Lui-Ki, jika kau pingin cepatcepat
mampus, baiklah, aku orang she Ciong menghantar
keberargkatanmu lebih dulu!"
Baru saja kata `dulu` diucapkan keluar, sepasaag kaki Cau sang
hui Ciong Keh-teng sudah menjejak tanah, secepat sambaran petir
tubuhnya menerjang maju kemuka, telapak tangan kirinya berputar
menciptakan segulung desingan angin tajam, sementara telapak
tangan kanannya bagaikan sebilah pisau tajam menyodok kedepan
dari suatu sudut serangan yang sangat aneh.
Sebagai seorang jago kawakan yang sudah banyak tahun
berkecimpung dalam dunia persilatan, sudah barang tentu Sin hong
377
hwee ciau Lui-Ki cukup mengenali kelihayan dari jurus serangan
tersebut.., dengan gusar dia membentak keras, kakinya berputar
seperti pusaran angin berpusing, tubuhnya yang tinggi besar segera
melayang sejauh tiga depa ke depan dan berbalik menerjang sayap
kiri tubuh lawan.
Diantara getaran lengannya yang besar dan kasar, secara
beruntun dia telah lepaskan tiga buah serangan berantai, menyusul
kemudian kaki kirinya diayunkan kemuka menendang jalan darah
Im-kok hiat dilutut sebelah kiri lawan.
Agaknya Ciu sang hui Ciong Keh-teng tidak menyangka kalau Sin
hong hwee ciau yang tampaknya kaku bebal serta lamban itu
ternyata memiliki kelincahan yang luar biasa.
Sambil terawa dingin telak tangan kirinya diayunkan kedepan,
tubuhnya segera turut berputar pula dengan kencang......
"Weess. .. .!" telapak tangan kanannya dengan membawa deruan
angin pukulan yang berat seperti gulungan ombak samudra,
menghajar jalan darah Yang-wong hiat ditubuh Sin hong hwee ciau.
Buat seorang ahli silat hanya dalam satu gebrakan saja sudah
dapat diketahui apakah musuhnya berisi atau tidak, maka begitu
mereka berdua saling menyerang sebanyak dua gebrakan, kedua
belah pihak segera sadar kalau musuhnya bukan seorang lawan
yang enteng.
Sepintas lalu Sin hong hwee ciau Lui-Ki tampaknya seperti kasar
dan berangasan, padahal dia adalah seorang yang cermat dan
seksama. Begitu pertarungan berkobar, ia segera menyadari kalau
tenaga pukulan musuhnya bukan saja tidak selisih jauh dengan
kekuatannya, malah dalam hal ilmu meringankan tubuh serta
keanehan jurus serangannya, musuh lebih tinggi setingkat daripada
diri sendiri.
Kenyataan tersebut dengan cepat membuat Sin hong hwee ciau
yang selalu memandang tinggi diri sendiri itu, merasa malu sendiri.
378
Diam-diam Sin hong hwee ciau Lui-Ki segera menggigit bibirnya
dan bertekad hendak beradu jiwa dengan orang itu, telapak
targannya yang besar seperti kipas segera diputar memainkan
bayangan pukulan yang berlapis lapis, dalam waktu singkat semua
jalan darah penting ditubuh lawan sudah dikurung olehnya.
Pada dasarnya dia berperawakan tinggi besar, tenaga
pukulannya pun sudah termasyur karena hebatnya, tampaklah
serangan tersebut dengan membawa deruan angin pukulan yang
amat kencang segera menggulung kemuka dengan hebatnya.
Dari gerak jurus serangan yang dipergunakan lawannya, Cau
sang hui Ciong Keh-teng segera sadar kalau musuhnya hendak
beradu kekuatan dengan mengandalkan tenaga dalamnya yang
sempurna, sambil membentak keras, secepat kilat kakinya berputar
kencang dan bergerak kian kemari mengandalkan kelincahan
tubuhnya.
Dalam keadan begini, kit itiran angin pukulan Sin hong hwee ciau
yang bertubi-tubi itu semuanya mengenai sasaran yang kosong.
Suatu ketika, Cau sang hui Ciong Keh-teng berhasil menemukan
peluang yang sangat baik, sambil tertawa seram sepasang telapak
tangannya segera diputar sambil dirangkap menjadi satu, lalu
secara tiba-tiba dibalikkan keluar.
Segulung angin pukulan yang amat dahsyat segera mengalir
keluar mengikati gerak telapak tangannya itu bagaikan bendungan
yang jebol saja, serangan itu dengan cepatnya menghantam tubuh
Sin hong hwee ciau.
Tampanya Sin hong hwee ciau Lui-ki berniat untuk beradu
kekerasan, ia tak ambil perduli resiko yang bakal dihadapi, sambil
membentak keras tiba-tiba sepasang tangannya diayunkan pula
kedepan melepaskan dua gulung tenaga pukulan yang maha dasyat
untuk menyambut datangnya ancaman lawan.
Ketika itu Ku See hong telah berhasil menemukan kalau dibalik
serangan dan Cau sang hui terselip serangan mematikan yang maha
keji, tampaknya orang itu memang bertujuan untuk memancing Sin
379
hong hwee-ciau agar menyambut datangnya ancaman tersebut
dengan kekerasan. Dalam kaget dan tercekatnya, buru-buru ia
membentak keras:
-oo0dw0oo-
Jilid: 12
“SAUDARA Lui, jangan kau sambut serangan itu dengan keras
lawan keras...!"
Seraya berseru, tubuh Ku See hong bagaikan sukma
gentayangan saja segera menerjang kesamping Sin hong hwee ciau,
telapak tangan kirinya diayunkan kedipan melepaskan sebuah
pukulan yang maha dahsyat.
Deruan angin pukulan itu menerobos masuk lewat celah-celah
antara kedua gulungan tenaga pukulan tersebut dan langsung
menyergap jalan darah kematian dipinggang Cau sang hui Ciong
Keh-teng.
Tenaga dalam yang dimilikinya sekarang telah memperoleh
kemajuan yang amat pesat, meski serangan tersebut dilancarkan
dengan begitu saja, namun dibalik serangan tersebut justru terselip
ancaman memat ikan yang mengerikan.
Sesungguhnya Cau sang hui Ciong Keh teng berhasrat untuk
mencelakai Sin hong hwee ciau secara diam-diam ketika tenaga
pukulan masing-masing pihak saling membentur nanti, dia akan
segera mengeluarkan ilmu pukulan paling keji untuk membinasakan
lawannya.
Tapi, setelah dilihatnya ada sesosok bayangan manusia
menerjang tiba sekarang, lalu muncul segulung angin pukulan yang
sangat kuat menembusi ancaman yang dilancarkan olehnya
terkesiaplah gembong iblis ini, dia tak berani menyambut dengan
kekerasan, sambil menghimpun tenaganya mendadak tubuhnya
melejit ke atas.
380
Kepandaian yang paling diandalkan Cau-sang-hui Ciong Keh
teng dihari-hari biasa adalah ilmu meringankan tubuh, tampak
tubuhnya melejit ke tengah udara dengan kecepatan luar biasa,
begitu mencapai ketinggian dua kaki, dia segera berjumpalitan dan
melayang turun dua kaki dari posisi semula.
Demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang dilakukan olehnya ini
memang menunjukkan kelihayan kepandaiannya, hal mana
membuat Ku See hong segera berkerut kening.
Rupanya dia sedang berpikir didalam hatinya, Cau Sang-hui
Ciong Keh-teng didalam perkumpulan Thi kiong pang tak lebih
hanya seorang jago kelas satu belaka, tapi ilmu silatnya sudah
mencapai sedemikian lihaynya, bisa diketahui kalau kepandaian silat
yang dimiliki pangcu serta para Hu-hoat nya pasti tak terkirakan.
Selain itu, diapun teringat dengan pesan terakhir dari San tian
han jiau (Cakar dingin secepat kilat) paman Sangkoan menjelang
ajalnya, menurut paman Sangkoan, musuh besarnya adalah
perkumpulan Thi-kiong pang serta Tian-khi pang, tapi dibalik layar
masih ada dalangnya…., dari sini dapat diketahui bahwa otak atau
dalang dibalik layar itu tentu memiliki ilmu silat yang amat dahsyat,
kalau tidak bagaimana mungkin kedua buah perkumpulan besar ini
dapat dikuasai olehnya?
`Aaaai...! Apa yang dikatakan suhu memang benar, kekuatan
dari pihak lawan amat dahsyat, sehingga bahkan dia sendiripun tak
berani menghadapinya dengan kekerasan.’
Begitulah, setelah malayang turun keatas tanah, Cau sang hui
CiongKeh-teng segera tertawa dingin, lalu sindirnya dengan nada
sinis:
"Huuuh. . . ., namanya saja Sin hong hwee-ciau yang tersohor di
dunia, tak tahunya cuma manusia kerdil yang mengharapkan
perlindungan diri seorang bocah muda, heeehhh.....heeehh.......
heeehh….... bila kabar ini sampai tersiar keluar, aku ingin tahu,
apakah kau masih punya muka untuk berjumpa dengan rekan rekan
persilatan!"
381
Cau sang hui Ciong Keh-teng merasa agak terkesiap menghadapi
kepandaian silat Ku See hong yang tinggi tak terukur itu, dia sadar
bahwa kepandaiannya seorang diri tak mungkin bisa menangkan
anak muda itu.
Maka timbullah niatnya untuk memanasi hati Sin hong hwe ciau
yang berangasan agar dia melancarkan serangannya lebih dahulu,
kemudian dengan suatu serangan kilat dia hendak menyingkirkan
orang ini lebih dulu.
Bila musuhnya berhasil disingkirkan, baru lah dia akanbekerja
sama dengan ketiga orang hiangcu-nya untuk mengalahkan Ku See
hong.
Sin hong hwe Ciau Lui-Ki merasa gusar sekali, sekalipun dia tahu
kalau tujuan musuh hanya untuk memanasi hatinya, tapi orang mati
meninggalkan nama, macan mati menirggalkan kulit, bagaimana
mungkin dia bisa menahan penghinaan serta cemoohan tersebut.
"Tua bangka she Ciong, aku akan beradu jiwa denganmu!"
Berbareng dengan suara bentakan tersebut, angin pukulan dan
bayangan tendangan segera menyambar ke tubuh Cau san hui
Ciong Keh-teng dengan kedahsyatan seperti hembusan angin
puyuh.
Angin pukulan yang maha dahsyat segera bermunculan
diangkasa bagaikan mega yang berlapis-lapis, kekuatannya luar
biasa sekali, sedemikian rapatnya ancaman itu sehingga setitik celah
pun tak ada.
Serangan tersebut dilancarkan dalam keadaan marah,
kelihayannya tak terlukiskan dengan kata-kata.
Paras muka Cau sang hui Keh-teng segera berubah hebat, sambil
tertawa seram sepasang telapak tangannya di ayunkan ke udara
menciptakan serangkaian angin pukulan yang menyelimut i seluruh
angkasa bagaikan sarang laba-laba.
Untuk sesaat, kedua orang itu segera terlibat dalam suatu
pertarungan yang amat sengit.
382
Tampak debu dan pasir beterbangan memenuhi seluruh angkasa,
udara menjadi sesak dan badan berputar amat kencang, sulit untuk
membedakan mana Cau-sang-hui dan mana Sin-hong-hwee-ciau.
Kekuatan tenaga pukulan dari kedua belah pihak pun ibaratnya
bukit yang berguguran, kehebatannya luar biasa.
Sementara pertarungan sengit masih berlangsung disebelah sini,
dipihak lain Biau-ki-siang-su In-Han-im juga sedang dikurung oleh
enamorang hiangcu tersebut.
Enam batang busur baja seperti enam ekor ular sakti
menciptakan cahaya hitam yang memenuhi angkasa, jurus demi
jurus serangan dilancarkan beruntun tertuju pada bagian bagian
mematikan di tubuh Biau-ki-siang-su. Mana dahsyat, keji lagi.
Betul Biau-ki-siang-su In Han-im terhitung seorang tokoh
persilatan yang tersohor namanya, tapi bagaimana mungkin dia bisa
tahan menghadapi serangan gabungan dari ke enamorang itu?
Baru beberapa gebrakan, ia sudah terdesak sampai kacau balau
tak karuan, dengan cepat posisinya terdesak dibawah angin dan
terancamancaman maut.
Sepasang alis mata Ku See hong segera berkenyit, sorot matanya
memancarkan sinar pembunuhan yang menggidikkan hati, pekikan
nyaring yang memekikkan telinga dengan cepat berkumandang
memecahkan keheningan........
Ku See hong segera melompat ke udara seperti seekor burung
raksasa, sesudah berputar satu lingkaran, lalu bagaikan naga sakti
terbang di angkasa, dengan suatu kecepatan yang luar biasa ia
terjang ke arah ke enam orang Hiangcu yang sedang mengerubuti
Biau-ki-siang-su In Han imtersebut.
Ketika salah satu diantara ke enam orang Hiangcu itu
menyaksikan Ku See hong menerjang datang dengan kecepatan luar
biasa-, busur baja ditangannya segera diputar satu lingkaran
menciptakan selapis cahaya hitam yang menyilaukan mata,
383
kemudian di sertai suara guntur dan angin yang mende ru deru, ia
hantambatok kepala Ku See hong.
Kawanan Hiangcu itu merupakan jago jago kelas satu dalam
dunia persilatan yang berilmu tinggi, tenaga dalam yang mereka
miliki pun amat sempurna, tak terlukiskan dahsyatnya serangan
yang dilancarkan itu.
"Criiing!" "Criiing..!” dentingan nyaring menggelegar bersama
dengan datangnya sambaran dari busur baja itu.
Bukan cuma jurus serangannya saja yang amat cepat,
ancamannya juga mengerikan sekali.
Berada ditengah udara, mendadak Ku See hong berjumpalitan ke
samping meloloskan diri dari ancaman berbahaya itu, lalu sambil
tertawa dingin mendadak tubuhnya berkelit kesamping, bagaikan
sukma gentayangan dia sudah berpujar ke sebelah kananHiangcu
tersebut.
Agaknya Hiangcu tersebut tidak menyangka kalau sergapan
kilatnya berhasil dihindari lawan dengan amat mudah, tapi diapun
cukup pintar dan cekatan, begitu serangannya gagal, badannya
berputar dan melejit sejauh delapan depa dengan gesit, sementara
busur bajanya diayunkan ke muka menciptakan selapjs cahaya
tingkatan yang dalam bagaikan samudra.....
"'Sreeet!" diiringi suara desingan tajam, busur baja itu bagaikan
seekor ular lincah mendadak menyerang jalan darah Pay-gi hiat di
punggung Ku See hong.
Jurus serangan ini selain keji juga ganas tapi indah sekali
gerakannya.
Ku See hong mendengus dingin, kakinya berputar secara aneh,
ke lima jari tangan kirinya direntangkan bagaikan cakar elang dan
mencengkeram busur baja itu secara tiba-tiba, kemudian sambil
menyentil, benda itu digetarkan keras-keras.
Hiangcu itu segera merasakan pergelangan tangannya menjadi
kaku dan kesemutan, tahu-tahu busur baja itu terlepas dari cekalan,
384
sementara tubuhnya turut terseret pula ke depan oleh segulung
tenaja kuat itu sehingga terseret kedepan.
Ilmu Ki-nah-jiu-hoat yang dipergunakan Ku See hong kali ini
betul-betul sangat lihay dan luar biasa, begitu busur baja tersebut
berhasil dirampasnya, kebetulan Hiangcu itu pun sedang menerjang
datang, hal mana segera menimbulkan napsu membunuh didalam
hatinya.
Busur baja yang berada ditangan kirinya dengan membawa
desingan angin tajam segera dibabat kedepan.
Tak sempat menjerit kesakitan lagi, batok kepala Hiangcu itu
segera terpapas oleh busur baja yang tajam itu, ditengah percikan
darah segar, batok kepala itu menggelinding sejauh tiga kaki lebih.
Cara membunuh orang semacam ini boleh dibilang tak pernah
dijumpai sebelumnya, kekejamannya cukup menggidikkan hati
orang.
Sambil menggengam busur bajanya erat-erat ditangan kiri, Ku
See hong bergerak makin kedepan, kali ini dia menyambar ke
samping seseorang hiangcu yang lain, tangan kirinya diputar dan
busur baja itu dengan menciptakan selapis cahaya hitam langsung
membacok tubuh Hiangcu tersebut.
Dikala menangkap bergemanya suara desingan angin tajam dari
arah belakang, Hiangcu itu segera berpaling ke belakang, dengan
cepat dia telah bertemu dengan sepasang sorot mata yang tajam
seolah-olah hendak menembusi ulu hati orang saja.
Dalam terperanjatnya, busur bajanya segera disapu ke depan
dengan gerakan datar menyusul kemudian tubuhnya ikut berkelebat
pula keluar.
Busur baja ditangan kiri Ku See hong segera mencukil pelan,
busur baja lawan dengan cepat tercukil sehingga terlepas dari
cekalan.
385
Seperti bayangan setan, Ku See-hong segera melompat maju
kedepan, busur bajanya sekali lagi menyapu ke muka dengan jurus
serangan yang aneh, ganas dan buas.
Serentetan jeritan aneh yang memilukan hati kembali
berkumandang memecahkan keheningan, diantara percikan darah
yang memancar ke empat penjuru, Hiangcu itupun menjadi setan
tanpa kepala . . . .
Dalam sekali lompat saja, Ku See hong telah membunuh dua
orang Hiangcu dari perkumpulan Thi-kiong-pang. Serentetan
gerakan ini dilakan tak lebih dalam sekejap mata, kenyataan yang
amat menggidikkan hati ini kontan saja membuat keempat orang
Hiangcu lainnya menjadi gempar, serentak mereka berlompatan
keluar dari arena pertarungan.
Dengan mundurnya keempat orang hiangcu tersebut, Biau-kisiang-
su In Han Im baru memperoleh kesempatan untuk mengatur
napas mimpipun dia tak menyangka kalau kepandaian silat yang
dimiliki Ku See hong telah mencapai tingkatan yang begitu tinggi,
tapi setelah menyaksikan caranya membunuh orang, bergidik juga
hatinya.
Dia lantas sadar bahwa dunia persilatan telah muncul seorang
pembunuh, malah kemungkinan besar keganasannya tidak berbeda
dibawah kebuasan Bun-ji-koan-su dimasa lalu.
Dalam pada itu, hawa napsu membunuh dari Ku See hong telah
berkobar, menyaksikan keempat orang Hiang-cu itu mundur ia
segera memperdengarkan suara tertawa panjang yang
menggidikkan sukma........
Seperti bayangan saja dia mengejar kemuka, busur bajanya
berputar bagaikan serentetan cahaya hitamyang menyilaukan mata,
bagaikan ombak samudra saja, dengan cepatnya menyebar ke
empat penjuru dan menggulung semua rintangan yang dihadapinya.
Sebagai anggota Thi-kiong-pang, ke empat orang Hiangcu itu
sudah memperoleh pendidikan yang cukup ketat, mereka sadar
bahwa meacerai-beraikan kekuatan tak lebih hanya mempercepat
386
kematian sendiri, maka timbullah tekad mereka untuk
menggabungkan kekuatan mereka yang ada untuk bersama-sana
menghadapi serangan lawan.
Serentak keempat orang itu memperdengarkan suara pekikan
anehnya sebagai tanda, empat buah busur baja bergabung
menciptakan berlapis-lapis cahaya dingin yang tebal bagaikan
sebuah bianglala panjang, dalam waktu singkat tenaga itu sudah
menyambar keempat punjuru dan membendung datangnya hawa
pembunuhan yang terpancar keluar dari si anak muda itu.
Tapi gejala semacam itupun hanya berlangsung untuk sesaat,
dalam waktu singkat suasana tadi tercerai-berai kembali oleh
terjangan hawa pembunuhan yang menggetarkan sukma.
Seluruh benak Ku See hong ketika itu sudah dipenuhi oleh hawa
napsu mengerikan, sorot matanya memancarkan cahaya bengis
yang menggetarkan sukma lalu tertawa dingin.
Suara tertawanya kedengaran bagaikan hembusan angin dingin
muncul dari gudang-salju, membuat siapapun yang mendengarkan
merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Setelah tertawa dingin busur baja ditangan kiri Ku See hong
segera meluncur kedepan seperti sebatang anak panah yang
terlepas dari busurnya, serangan itu tertuju kearah salah seorang
diantara keempat orang Hiangcu tersebut, sementara tangan
kanannya pada saat yang hampir bersamaan melepaskan segulung
desingan angin pukulan yang dingin dan kuat menyerang kearah
orang yang sama.
Hiangcu itu segera merasakan timbulnya segulung desingan
angin pukulan berhawa dingin yang menyesakkan napas menekan
keatas wajahnya. Mendadak serentetan cahaya hitam meluncur tiba
pula dengan kecepatan tinggi, sedemikian cepatnya sehingga ia tak
sempat melihat jelas benda apakah itu.
Jeritan ngeri yang memilukan hati kembali berkumandang
memecahkan keheningan tahu-tahu badannya sudah tertembus oleh
sambaran busur baja itu hingga tembus dipunggungnya.
387
"Blaamm.......!" ditengah benturan dahsyat badannya termakan
pula oleh tenaga pukulan yang sanggup menghancurkan batu
cadas itu.
Tak ampun lagi, keempat anggota badannya tercerai-berai,
daging dan darah berserakan memenuni permukaan tanah,
kematiannya benar-benar mengerikan.
Berhasil menghabisi nyawa orang itu, Ku See hong segera
merentangkan kelima jari tangan kirinya, setelah membuat satu
lingkaran busur lalu disentilnya kedepan.
"Sreet.., sreet..!" ditengah desingan yang menderu-deru, lima
gulung angin serangan yang tajam menyergap Hiangcu lainnya.
Sedemikian cepatnya serangan itu dilancarkan, seolah olah baru
saja tangan kirinya menyambitkan busur baja itu,tangan kanannya
turut bergerak pula.
Baru saja salah seorang Hian Su, diantara tiga orang yang masih
hidup, mendengar rekannya menjerit kesakitan, segulung desingan
angin tajam yang luar biasa hebatnya telah menembusi lapisan
cahaya busur bajanya yang tebal.
Didalam kaget dan tercekatnya, serentak ketiga orang itu
melompat mundur ke belakang.
Tapi sayang, gembong pembunuh muda itu sudah terlanjur
mengincar seorang korbannya, secepat-cepatnya orang itu berkelit,
toh waktunya tetap terlambat selangkah.
'Sreet...! Sreet…!' ditengah desingan angin tajam, serentetan
jeritan ngeri yang memilukan hati kembali berkumandang
memecahkan keheningan.
Bagian mematikan dari tubuh bagian atas orang itu tahu-tahu
sudah ditembusi oleh kelima gulung desingan angin tajam itu hingga
tembus kedalam dadanya, darah segar segera memancar keluar
seperti sumber mata air. Tubuhnya yang tinggi kekar itu kontan
mercelat sejauh enam tujuh langkah oleh hembusan angin pukulan
388
yang sangat kuat itu sehingga badannya roboh terkapar ditanah dan
tewas seketika.
Dua orang sisanya segera sadar kalau gelagat tidak
menguntungkan, bila sekarang tidak kabur, bisa jadi jiwanya akan
terancam. Maka mereka berdua segera menyebarkan dirikekiri dan
kanan kemudian melesat kedepan untuk menyelamatkan diri.
Ku See hong bepekik panjang dengan suara yang membetot
sukma, tubuhnya seperti seekor burung elang raksasa segera
meluncur ke tengah udara dengan kecepatan tinggi.
Mendadak.......,
pada saat itulah serentetan pekikan nyaring kembali bergema
memecahkan keheningan . . . . .
Kini ditangan Ku See hong telah bertambah dengan sebilah
pedang panjang yang memancarkan cahaya merah yang berkilauan.
Itulah pedang Ang-soat-kiam yang pernah menggetarkan dunia
persilatan pada tigaratus tahun berselang atau sekarang lebih
dikenal sebagai pedang mest ika Hu-thian seng-kiam!
Pada saat pedang itu dilancarkan, tubuh Ku See hong telah
membaur menjadi satu dengan cahaya pedang yang memancar
bagaikan air terjun itu, secepat kilat berkelebat lewat ditengah
udara.
Sedemikian cepatnya cahaya pedang tersebut berkelebat lewat
sehingga pada hakekatnya sukar untuk membedakan mana cahaya
pedang dan mana yang cahaya bianglala.
Serentetan jeritan ngeri yang memilukan hati kembali
berkumandang memecahkan keheningan. Tubuh si Hiangcu yang
melayang di angkasa itu sudah terpapas kutung menjadi tiga bagian
ditengah udara, darah segar berhamburan kemana-mana,
kematiannya benar-benar mengerikan.
Berada ditengah udara, tiba-tiba Ku See hong memutar
badannya, lalu membentak keras, seluruh tubuhnya telah berputar
arah dan meluncur ke arah seseorang lainnya.
389
Gerakan pedangnya berkelebat lewat seperti hembusan angin
puyuh, selapis cahaya tajam meluncur ke depan menciptakan
selapis bukit pedang yang berwarna warni. Selapis hawa pedang
yang menggidikkan hati dengan cepat menyergap ke arah tubuh si
Hiangcu yang baru saja akan melayang turun keatas tanah itu.
Serentetan jeritan ngeri yang memilukan hati kembali
berkumandang memecahkan keheningan, sebutir batok kepala telah
terpapas hancur oleh kilatan cahaya pedang, darah segar segera
memancar ke mana mana dan kematiannya amat mengenaskan.
Setelah itu.... seluruh hawa pedang yang menyilaukan maka
menjadi pudar, Ku See hong dengan wajah dingin seperti es dan
bertangan kosong telah berdiri kaku diatas tanah, sementara
sepasang matanya yang tajam menggidikkan hati menatap ke enam
sosok mayat yang tak utuh itu tanpa berkedip.
Sedihkah dia?
Atau merasa gembira dengan hasil yang berhasil dicapainya kini?
Biau-ki siang-su In Han im merasakan pandangan matanya
seolah olah menjadi kabur..., dia hanya merasa selapis kabut merah
yang menyilaukan mata berkelebat lewat didepan mata, lalu dalam
beberanpa kali kelebatan saja, dua orang yang terakhirpun telah
roboh binasa diatas tanah.
Ternyata ilmu pedang yang dpergunakan Ku See hong adalah
salah satu jurus serangan dari tiga jurus ilmu pedang yang
tercantum dalam kitab kecil peninggalan Si hong Lo jin yang disebut
Hui-hong-che ki-hiat seng-wi (Bianglala tiba-tiba Muncul Bau Amis
dan Memancar)...!
Si-hong lo jin adalah seorang tokoh sakti yang luar biasa dari
dunia persilatan, ilmu pedangnya boleh dibilang sudah merajai
seluruh kolong langit. Sebelum ajalnya tiba, dia telah menghimpun
semua inti sari ilmu pedang yang ada didunia ini, dengan
mengorbankan waktu selama tiga tahun untuk menciptakan jurus
pedang baru.
390
Bisa dibayangkan betapa sakti dan luar biasanya jurus serangan
hasil ciptaannya itu, selain ganas juga lihay sekali.
Setelah meloloskan pedang Hu-thian seng-kiamnya dari dalam
sarung tadi, Ku See hong segera melebur tubuhnya menjadi satu
dengan senjata tersebut untuk membunuh seseorang ditengah
udara, kemudian sambil membalikkan badan dia membunuh pula
Hiangcu yang terakhir, semua gerakan ini dilakukannya dengan
kecepatan luar biasa.
Oleh karena itu, Biau-ki siang-su In Han im hanya merasakan
berkelebatnya cahaya bianglala didepan mata, sedemikian cepatnya
gerakan itu sehingga pada hakekatnya ia tak sempat menyaksikan
gerakan Ku See hong sewaktu mencabut pedang maupun
menyarungkan kembali pedangnya.
Mendadak.....,
Dari arah sebelah sana berkumandang suara dengusan tertahan,
lalu tampaklah bahu kiri Sin hong hwee ciau Lui-Ki kena dihajar
telak oleh serangan Cau seng hui Ciang Keh-teng sehingga muntah
darah segar, dengan sempoyongan tubuhnya segera mundur sejauh
beberapa langkah.
Sementara pertarungan sengit berkobar tadi, Cau sang hui Ciong
Keh-teng telah mengetahui kalau enam orang hiangcu-nya telah
mati secara mengerikan semua ditangan pemuda itu.
Dengan hati yang amat sakit seperti ditusuk pisau, dia segera
mengeluarkan sejurus serangan mematikan yang amat ganas,
dengan telak ancaman itu bersarang ditubuh Sin hong hwee-ciau.
Saat ini, kobaran hawa napsu membunuhnya sudah membara
dalam dadanya, ia bertekad untuk membunuh setiap musuh yang
dijumpainya, melihat Sin hong hwee ciau mundur dengan membawa
luka, sudah barang tentu dia tak akan melepaskan korbannya
dengan begitu saja.
Serentetan suara pekikan nyaring mirip jeritan setan atau
lolongan serigala dengan cepat bergema memecahkan keheningan.
391
Secepat sambaran petir Cau sang hui Ciong keh-teng mengejar
kedepan, kesepuluh jari tangannya direntangkan lebar-lebar dengan
membawa serentetan desingan angin pukulan yang tajam, ia
cengkeram belasan buah jalan darah penting ditubuh bagian atas
Sin hong hwee-ciau.
Pada dasarnya dia memang sudah berniat untuk membunuh
lawannya, tentu saja kekuatan yang disertakan dalam serangan itu
luar biasa sekali hebatnya.
Sejak termakan pukulan dahsyat dari Cau sang hui Ciong Kehteng
tadi, Sin hong hwee ciau Lui-Ki sudah merasakan darah panas
dalam dadanya bergolak keras, coba kalau tenaga dalamnya tidak
sempurna, niscaya selembar jiwanya sudah melayang.
Walaupun begitu, pada saat itu ia sudah tak sanggup lagi untuk
menghindarkan diri dari sergapan maut itu, tampaknya ia segera
akan tewas diujung telapak tangan lawan.
Ketika Biau-ki siang-su In Han im menyaksikan adik angkatnya
berada ditepi jurang kematian, dengan cepat dia membentak keras,
tubuhnya segera melayang maju ke depan.
Tapi sesosok bayangan manusia lain bagaikan sambaran setan
gentayangan saja tahu-tahu sudah tiba lebih dulu disisi tubuh Siu
hong hwee- ciau, sebuah pukulan yang bertenaga lembek segera
meluncur keluar dari balik telapak tangan kanannya.
Mendadak.... udara serasa diliputi kabut tebal dan angin
menderu-deru, kemudian menyusul munculnya selapis cahaya
merah yang berkilauan, daya tekanan yang timbul diempat penjuru
pun makin lama semakin memberat bagaikan gencetan bukit
karang.
000OdwO000
Bab 18
392
“BLAAAAMMM . . . . !” benturan keras yang memekikkan telinga
segera bergema bersamaan dengan saling membenturnya dua
gulung kekuatan yang maha dahsyat.
Desingan angin tajamsegera memancar ke empat penjuru.......
Rambut panjang Cau sang hui Ciong Keh-teng terurai kacau ke
bawah, noda darah membasahi ujung bibirnya paras mukanya pucat
kehijau-hijauan, kulit mukanya mengejang keras menahan
penderitaan.
Dengan sempoyongan tubuhnya mundur sejauh empat lima
langkah dari posisi semula, lalu dengan sorot mata yang memerah
membara, dia awasi wajah Ku See hong dengan penuh kegusaran.
Paras muka Ku See hong sendiripun dingin seperti es, matanya
memancarkan cahaya menggidikkan, dengan suara yang kaku,
katanya:
“Ciong Keh-teng, sekarang kau sudah berada di ambang pintu
kematian, agar kau mampus dalam keadaan jelas, maka akupun
akan memberi sedikit keterangan kepadamu, aku bersikap demikian
kepada kalian karena perbuatan keji kalian telah menggusarkan
Thian dan merisaukan umat persilatan.
“Sauya-mu tak lain adalah putranya Ku-Kiam-cong, pangcu dari
perkumpulan Kim-to-pang yang bernama Ku See hong ..., “
“Manusia aneh dari dunia persilatan Bun-ji-koan-su adalah
guruku!”
“Nah, beberapa macam dendam kesumat sedalam lautan ini
tentunya pantas bukan bila kutuntut balas?!
Sekarang, kau boleh mampus dengan perasaan lega!”
Ketika selesai mendengarkan perkataan dari anak muda itu,
paras muka Cau-sang-hui Ciong Keh-teng yang semula berwarna
pucat pias itu, kini telah berubah makin mengenaskan, kulit
wajahnya mengejang keras membentuk garis garis kerutan
yang,penuh dengan rasa mengerikan….
393
Mati adalah suatu kejadian yang akan dialami setiap manusia.
Tapi bila seseorang sudah berada diambang pintu kematiannya
entah bagaimanapun buas dan kejinya dia, sedikit banyak rasa sedih
dan menyesal akan timbul juga diatas wajahnya.
Yaa, sesungguhnya dari dulu sampai sekarang, hanya berapa
orangkah yang bisa memandang kematian sebagai sesuatu kejadian
yang wajar? Semut saja masih ingin hidup, apalagi manusia...
Pelan-pelan Ku See hong mengangkat telapak tangan kanannya,
kelima jari tangannya direntangkan lebar-lebar, kemudian diantara
sentilan dan getaran tangannya, lima gulung desingan angin tajam
segera meluncur keluar dari ujung jarinya.
Mendadak.....
Serentetan jeritan ngeri yang memekikkan telinga berkumandang
membelah keheningan malam.
Tampak sepasang tangan Can sang hui Ciong Keh menekan
diatas dada serta lambungnya, lalu dengan wajah pucat pias keabuabuan
selangkah demi selangkah ia mundur ke belakang, darah
kental bercucuran dari ujung dada dan bibir, lambungnya.
Sepasang mata Cau sang hui Ciong Keh-teng terbelalak lebarlebar,
sorot mata tajam memancar keluar dari balik matanya, tapi
sekarang bukan sarot mata yang diliputi rasa benci dan buas. Tapi
sorot matanya sekarang adalah sorot mata yang lembut, penuh rasa
penyesalan,rasa malu dan iba . . . . .
Bibir Cau sang hui Ciong Keh-teng bergetar seperti ingin
mengucapkan sesuatu,tapi tenaganya sudah tidak memenuhi
keinginan hatinya, tapi anehnya dia masih tetap berdiri tegak,
matanya masih tetap menatap wajah Ku See hong tanpa barkedip.
Akhirnya dari tenggorokannya berkumandang suara gemuruh
yang parau dan tidak jelas:
"Ku sauhiap, loo.... lohu tidak mee...me..nyesal mee....meski
tewas dii...ditangan...mu.., tapi . . . . . . . . Ban-sia-kaucu
394
tee...te..lah menggerakkan kekuatannya uuu...untuk menguasai
jaa...ja... jagad............ kau......!"
Yaa, bila seseorang sudah tahu kalau ajalnya hampir tiba, apa
yang diucapkan sebagai akhir katanya adalah kata-kata yang
bernada jujur dan penuh kebajikan.
Beberapa patah kata dari Cau sang hui Ciong Keh-teng ini
diucapkan dengan nada yang mengenaskan, membuat semua orang
yang mendengarkan serta merta merasakan hatinya menjadi iba.
Dengan suatu gerakan cepat Biau-ki siang-su In Han im segera
menubruk kemuka, setelah mendengar ucapan tersebut, tiba-tiba
saja hatinya merasa gemetar keras.
"Saudara Ciong..!" serunya dengan gelisah "Tolong berbicara
agak jelas, Ban-sia kaucu hendak melaksanakan rencana kejinya
terhadap siapa? Cepat katakan! Cepat katakan..!"
Agaknya Cau sang hui Ciong Keh-teng masih sempat mendengar
perkataannya itu, bibirnya bergetar seperti mau menjawab akan
tetapi tiada suara yang terdengar, cengkeraman maut dari malaikat
kematian telah merenggut selembar jiwanya dari tubuh kasarnya.
Ku See hong segera menghela napas sedih, gumamnya:
"Heran, mengapa manusia selalu keras kepala, sebelum ajalnya
menjelang tiba ia enggan menjadi sadar, aaai....! Inilah suatu
tragedi bagi umat manusia; juga merupakan watak paling jelek dari
umat manusia..... selama hidup Ciong Ken-teng melakukan banyak
kejahatan, seluruh tubuhnya penuh dengan dosa tapi menjelang
saat ajalnya, dia telah menemukan kembali kemuliaan hatinya, bila
dibandingkan dengan orang-orang berdosa yang sampai manjelang
ajalnya tiba pun tak mau bertobat, ia memang jauh lebih tangguh! "
Biau-ki siang-su In Han im turut menghela napas sedih, pelanpelan
dia menghampiri Sin hong hwee ciau, merogoh kedalam
sakunya mengeluarkan sebuah botol kecil, lalu mengeluarkan
sebutir pil dan dicekokkan kedalam mulutnya.
395
Pelan-pelan Ku See hong turut berjalan mendekat, lalu tanyanya
dengan suara lembut:
"Paman In, siapakah yang dimaksudkan sebagai Ban-sia kaucu
oleh Ciong Keh teng menjelang ajalnya tadi?"
Biau-ki siang-su in Han Im menghela napas panjang.
"Aaai.... ancaman bahaya maut yang mengancam dunia
persilatan belakangan ini adalah kelompok dari perkumpulan Ban-sia
kau. Tentang keadaan yang sebenarnya dari Ban-sia-kau dan
organisasi macam apakah perkumpulan itu, aku belum sempat
menyelidikinya sampai jelas, konon kaucu-nya adalah seorang
wanita, tapi ilmu silatnya begitu lihay sehingga tak tertuliskan
dengan kata-kata !"
Ku See hong termenung dan berpikir sebentar, lalu tanyanya lagi:
"Apakah Ban-sia-kau yang telah menguasahi Thi-kiong pang
serta Jian-khi pang?"
Biau-ki siang-su In Han im segera mengangguk.
"Yaa, benar. Ban-sia kau memang merupakan perkumpulan yang
telah menguasahi Thi kiong pang dan Jian khi pang menurut
dugaanku, Ban-sia-kau sudah pasti ada hubungannya dengan
pertarungan berdarah di bukit Soat-san tempo dulu, lenyapnya
sekawanan jago lihay didalam dunia persilatan pun besar
kemungkinan merupakan rencana keji dari Ban-sia-kau…. . . . .!!"
Begitu mendengar tentang pertarungan berdarah di bukit Soatsan,
Ku See hong segera merasakan darah panas didalam tubuhnya
mendidih, gurunya dan kedua orang tuanya telah terlibat dalam
pertempuran berdarah itu, kemudian terbunuh pula secara
mengenaskan, siapakah dalang dari semua peristiwa berdarah ini?
Mendadak..... Biau-ki-siang-su In-Han-im bertanya kepada Ku
See hong:
396
"Ku lote…, sebelum mati apakah gurumu pernah mengungkap
keadaan yang sebenarnya tentang peristiwa berdarah di bukit Soatsan?"
Ku See hong merasakan hatinya bergetar keras, menjelang
ajalnya Bun-ji koan-su memang telah mengisahkan ceritanya yang
mengenaskan, ia menyuruhnya agar mengingat selalu kisah
tersebut, tapi melarang untuk diberitahukan kepada orang lain.
Betul Biau-ki-siangsu terhitung seorang pendekar kaum lurus
dalam dunia persilatan, namun dia tak ingin mengingkari
sumpahnya terhadap gurunya.
Maka dengan wajah berat hati serta nada minta maaf, Ku Seehong
berkata:
"Paman In, menjelang ajalnya guruku memang pernah
membicarakan tentang peristiwa dibukit Soat-san, tapi dia orang tua
pernah berpesan agar aku tidak membocorkannya kepada orang
lain. Oleh sebab itu harap kau suka memaafkan kesulitanku ini."
"Aaaai . . . !" Biau-ki siangsu In-Han-im menghela napas sedih,
"Setiap orang yang turut hadir dalam pertempuran di bukit Soatsan,
asal dia termasuk seorang berjiwa lurus, kalau bukan jejaknya
tak diketahui lagi,... pasti tewas secara mengenaskan! Yang tersisa
pun kini hanya tinggal manusia-manusia laknat berhati busuk dan
keji."
"Dalam dunia persilatan yang begini luas, hanya kau seorang
yang mungkin mengetahui duduk persoalan ini yang sebenarnya
...!"
"Orang persilatan memang mengutamakan soal kepercayaan,
aku cukup memahami kesulitanmu itu, harap jangan merasa sedih.
Sekarang aku akan berusaha untuk mengungkapkan semua jejak
atau titik terang yang berhasil kuketahui kepadamu, bila bahan
bahan keteranganmu tentang pertarungan dibukit Soat-san
sehingga berhasil menyelidiki usal usul dari Ban-sia kaucu tersebut.
Andaikata kau dapat menyelamatkan umat persilatan dari suatu
397
badai pembunuhan, jasa ini benar-benar suatu jasa yang amat
mulia."
Ku See hong merasa amat terharu, serunya dengan cepat:
"Paman In, aku benar-benar berterima kasih sekali atas kasih
sayangmu, budi kebaikan ini terukir dalam dalam dilubuk hatiku
sampai matipun tak dapat kulupakan. Terus terang kukatakan,
dendam kesumat diriku sendiri juga ada sangkut pautnya dengan
peristiwa ini, jika teka-teki ini dapat diungkapkan, sekalipun harus
mendaki bukit golok atau terjun kecuali berisi minyak mendidih
sampai hancurpun, aku pasti akan berusaha untuk melenyapkan
kaum laknat tersebut!"
"Selama hidup aku In Han im, tak pernah menaruh perhatian
terhadap orang lain......" kata Biau-ki siang-su In Han im kemudian
dengan penuh perhatian,
“Tapi semenjak bertemu dengan lote, aku merasa amat
menguatirkan sekali tentang keselamatanmu, aku merasa seakanakan
mempunyai ikatan batin denganmu, apalagi dikalangan kaum
lurus dalam dunia persilatan dewasa ini, hanya kau seorang yang
mengetahui rahasia pertempuran berdarah dibukit Soat-san. Bila hal
ini sampai diketahui oleh gembong-gembong iblis tersebut, sudah
dapat dipastikan keselamatan jiwamu pasti akan terancam setiap
saat!"
Mencorong sinar buas yang menggidikkan hati dari balik mata Ku
See hong, katanya dengan penuh kebencian:
"Mati atau hidup sudah digariskan oleh takdir, beruntung atau
sengsara sudah merupakan nasib, bila kawanan gembong iblis itu
berani datang mencari gara-gara denganku.... Hmmm! Akan
kuberikan suatu pertunjukan bagus kepada mereka satu persatu
akan kujagal mereka sampai ludas!"
"Ku lote…!" kata Biau-ki siang-su In Han im,
"Meskipun kau memiliki ilmu silat yang amat tinggi, namun
musuh berjumlah banyak dan lagi merupakan gembong-gembong
398
iblis dan pentolan-pentolan Liok-lim yang termashur namanya
didunia ini, sepasang tangan sukar melawan empat tangan, aku
harap kau suka bertindak lebih berhati-hati janganlah terlalu
menurut i emosi. Ketahuilah, nasib dari beribu-ribu umat persilatan
serta kewajiban untuk menegakkan kembali keadilan serta
kebenaran dalam dunia persilatan telah terjatuh ditanganmu
seorang, kematianmu memang soal kecil tapi akibatnya besar!”
Mendengar perkataan itu, diam-diam Ku See hong merasakan
hatinya terkesiap, pikirnya;
'Dulu suhu tidak menjelaskan sebab musababnya justeru lantaran
takut kalau aku bertindak secara gegebah. . ., betul ilmu silat yang
kumiliki belakangan ini telah mendapat kemajuan yang pesat,
apalagi akupun memiliki pedang Ku-thian-seng-kiam yang sangat
tajam,tapi untuk menghadapi musuh yang berjumlah begitu banyak,
aku memang merasa kecil sekali, aaai...!
Nasibku telah ditakdirkan begini, siapa pula yang bisa
merubahnya? Apalagi jika pedang Hu-thian seng-kiam sampai
diketahui orang sebagai pedang Ang-soat-kiam -nya Sihong lo jin
dimasa lalu, bukan cuma orang-orang dari golongan sesat, saja
yang akan merebutkannya, bahkan orang-orang dari golongan putih
pun akan secara terang-terangan memusuhi aku.’
Berpikir sampai diini, Ku See hong betul-betul merasa amat
sedih, murung dan kesepian.
Tapi selang beberapa saat kemudian, dengan kening berkerut
dan nada yang tegas dia berkata:
"Bagaimanapun juga, aku akan memikul tanggung jawab atas
mati-hidupnya dunia persilatan, tapi aku Ku See-hong sudah
ditakdirkan hidup seorang diri. Musuhku mungkin bukan cuma
orang-orang dari kaum sesat saja, melainkan seluuh umat persilatan
yang ada didunia ini."
Terkesiap sekali Biau-ki siang-su In Han im setelah mendengar
perkataannya itu. Dengan perasaan tidak mengerti segera tanyanya:
399
"Apa maksud perkataan itu?"
"Paman In " ujar Ku See Hong dengan sedih, rahasia di balik
kesemuanya itu akan kau pahami sendiri dikemudian hari, sekarang
maafkanlah kalau aku tak dapat memberitahukan kepadamu."
Biau-ki siangsu In Han im adalah seorang yang cerdas, semenjak
berjumpa denga Ku See hong, dia sudah merasakan bahwa pemuda
ini memiliki banyak keistimewaan yang berbeda dengan manusia
biasa. Dalam hal apapun dia selalu mendatangkan suatu perasaan
rahasia dan misterius membuat orang jadi tak habis mengerti.
Maka setelah mendengar perkataan itu, dia lantas tahu kalau asal
usul maupun kehidupan selanjutnya dari pemuda itu bukanlah suatu
kehidupan yang biasa...
Dengan cepat Biau-ki siang-su In Han im mengalihkan
pembicaraan ke soal lain, katanya kemudian:
"Situasi didalami dunia persilatan dewasa ini sudah bukan
masalah perselisihan antara perguruan atau dendam kusumat
antara perorangan lagi, Keadaannya sekarang betul-betul sudah
kalut dan kacau balau sehingga segenap umat persilatan boleh
dibilang sudah terlibat dan bersama-sama menuju ke hari Kiamat. .
.!"
"Kini sembilan Partai besar dari daratan Tionggoan sudah tak
dapat berpeluk tangan belaka; mereka masing-masing telah
mengirim jago-jago lihaynya untuk menyelidiki keadaan yang
sebenarnya, namun kunci paling penting diantara sekian masalah
masih tetap terletak pada tubuh Ban-sia kaucu tersebut!"
"Oleh sebab itu, tugas pertama yang harus dilaksanakan
sekarang adalah menyelidiki siapakah kaucu dari Ban-sia-kau
tersebut, serta sampai dimanakah cakar iblis mereka telah
dibentangkan, . . . . kalau didengar dari ucapan Ciong Keh teng
menjelang saat ajalnya tadi, tampaknya rencana busuk Ban-sia
kaucu untuk menguasai dunia persilatan sudah mulai dilaksanakan!"
400
"Pendapat paman In memang tepat sekali!" puji Ku See hong ,
"Kini api sudah membakar alis mata, yang jauh tak akan
memadamkan api didepan mata, tugas paling penting yang harus
kita kerjakan sekarang adalah mencari tahu lebih dulu keadaan yang
sebenarnya dari perkumpulan Ban sia kau tersebut."
Menurut penyelidikanku baru-baru ini, dapat kusimpulkan bahwa
perkumpulan Ban-sia kau tersebut bukan saja ada sangkut pautnya
dengan pertempuran dibukit Soat-san, bahkan yang menjadi
ketuanya sepertinya juga mempunyai sangkut-paut yang erat sekali
dengan Bun-ji koan-su locianpwe . . .!"
"Ku lote, coba pikirkanlah, diantara orang penting yang terlibat
langsung dalam pertarungan dibukit Soat-san tempo hari, siapakah
yang paling besar kemungkinannya menjadi ketua dari perkumpulan
Ban-sia-kau ?"
Ku See hong segera termenung sambil memutar otak. Cerita
yang pernah didengarnya dari Bun-ji koan-su tempo hari melintas
kembali didalambenaknya satu persatu.
Mendadak Ku See hong menjerit kaget:
"Aaah . . . , jangan-jangan mereka? Benar-benar hanya kedua
orang ini yang paling besar kemungkinannya. Ooh suhu! Betapa
mengenaskannya nasibmu,.....semua yang tidak kau beritahukan
kepadaku dimasa lalu kini sudah tertera jelas, aku pasti akan
melaksanakan menurut kehendak hatimu, entah bagaimanapun
juga, aku pasti akan memenuhi keinginanmu itu, tak akan kusiasiakan
harapan kau Orang Tua! Legakanlah hatimu . . .!!"
Ku See hong berpekik dengan pedih, air matanya berucuran
deras, dalam hatinya ia meresa amat benci kepada orang itu, ia
bersumpah akan membuatnya mati dalam keadaan mengerikan. . .!
Pada saat itu Ku See hong sedang diliputi oleh rasa sedih dan
gusar yang tak terlukiskan dengan kata, darah panas bergelora
didalam dadanya, api dendam membakar seluruh tubuhnya.
Dipengaruhi oleh gejolak emosi, dia segera mendongakkan
kepalanya sambil menyanyikan lagu "DendamSejagad".
401
DENDAM kesumat membentang bagai jagad,
Bukit tinggi berhutan lebat disisi sebuah kuil.
Sungai besar didepan kuil berombak besar,
Dendam kesumat sepanjang abad!
DENDAM kesumat membentang bagai Jagad,
Burung gagak bersarang dirumput dikala senja.
Cinta kasih berlangsung dari muda sampai tua.
Memetik kampak membuat lagu: Nadanya dendam!"
Menitik air mata darah untuk siapa?
Hati pilu menanggung derita menyesal sepanjang masa.
DENDAM kesumat membentang bagai Jagad.
Ji koan pernah berbuat salah.
Menyandang golok menunggang kuda, apalah gunanya?
Salju terbang air laut semuanya hambar.
DENDAM kesumat membentang bagai Jagad.
Curah hujan membuyarkan awan.
Air mengalir akhirnya surut.
Dendam kesumat tak akan pernah luntur..........
oooOdwOooo
TENAGA DALAM yang dimiliki Ku See hong belakangan ini telah
memperoleh kemajuan yang pesat. Suara nyanyian yang
dibawakannya segera menggetarkan seluruh jagad, selain suaranya
mengandung daya iblis yang membetot sukma, suaranya pun
menggema tiada hentinya diseluruh angkasa.
402
Dalam membawakan lagu `Dendam Sejagad` kali ini, perasaan
Ku See hong jauh lebih sedih dan menderita, dia merasa makin
simpatik terhadap tragedi yang telah menimpa gurunya, diapun
memuji kecerdasan Bun-ji Koan-su dalam mendalami
kepandaiannya, semua perasaan yang bercampur-baur itu segera
dilampiaskan keluar melalui suara nyanyian maut itu.
Hal ini membuat anak muda tersebut makin menyukai lagunya,
dia merasa lagu tersebut merupakan lagu yaag paling mengenaskan
dan paling memedihkan hati didunia ini. . . . .
Rupanya pada saat ini Ku See hong telah berhasil memahami arti
kata dari nyanyian "Dendam Sejagad". Nada bait kedua dan bait
ketiga jelas melambangkan seluruh penderitaan serta percobaan
yang pernah dialami Bun-ji koan-su dalam sejarah kehidupannya.
Makin mendalami arti kata dari bait syair lagu "Dendam
Kesumat", Ku See hong merasakan hatinya makin sedih, tanpa
terasa diapun teringat kembali dengan Keng-Cin-sin, si gadis cantik
yang berkorban baginya.
Seluruh perasaan cintanya yang membara dan selama ini
terpendam dalam hati kecilnya segera dilampiaskan keluar, ibarat
ombak samudra yang bergulung saling berkejaran, selamanya tak
akan pernah berakhir, sementara titik air mata jatuh bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya . . . . . . .
Waktu itu persis kentongan ketiga tengah malam.
Rembulan berada diangkasa memancarkan cahayanya yang
indah dan menawan, bintang-bintang bertaburan diangkasa
menghiasi langit yang gelap.
Tapi suasana disekitar tempat itu penuh diliputi oleh kesuraman,
keheningan, keseraman yang mengerikan.
Mayat demi mayat bergeletak diatas tanah tanpa berkutik, ketika
angin barat yang kencang berhembus lewat menimbulkan suara
gemerisik daun pek-yang yang berguguran.
403
Jeritan keras burung malam bercampur dengan nyanyian yang
membetot sukma ini, menjadikan suasana seram.
Dengan termangu-mangu seperti orang yang kehilangan ingatan,
Biau-ki siangsu serta Sin-hong-hwee-biau berdiri tak berkut ik disitu,
demikian pula dengan Ku See hong yang lagi dirundung kesedihan.
Ditengah tanah pekuburan yang penuh berserakan batu nisan,
mereka berdiri bagaikan tiga sosok mayat hidup. Bila secara
kebetulan ada orang yang datang kesitu, niscaya mereka akan
ketakutan setengah mati.
Mendadak, pada saat itulah . . . .
Dari balik pekuburan yang berserakan itu pelan-pelan berjalan
keluar se-sosok mayat hidup yang mengenakan pakaian serba putih!
Bukan . . . ,`dia bukan mayat hidup', melainkan seorang
pemuda berbaju putih yang berwajah sedingin es ! Sebilah pedang
berbentuk ular yang berwarna kuning perak tersoreng
dipunggungnya.
Gerakan tubuh orang itu sangat ringan seperti sukma
gentayangan, kakinya tidak menginjak tanah, tanpa menimbulkan
sedikit suara-pun dia mendekati Ku See-hong sekalian, lalu berhent i
tak bergerak pada jarak dua kaki dihadapan mereka.
Dengan sorot mata yang dingin bagikan salju, diawasinya tiga
orang yang berada dihadapannya bergantian.
Tiba-tiba sekulum senyum sinis penuh cemoohan tersungging
diujung bibirnya.
Setelah hening beberapa saat, pemuda berbaju putih itu
mendongakkan kepala dan tertawa seram. Suaranya dingin
menggidikkan hati, sedemikian menggidikkan sehingga sama sekali
tidak membawa bau kehidupan manusia.
Dengungan keras menggema di angkasa ,menyusul berakhirnya
tertawa dingin itu. Dari sini bisa diketahui kalau tenaga dalamnya
telah mencapai puncak kesempurnaan. Mendengar suara tertawa
404
yang menusuk telinga bagaikan beribu ekor kuda lari bersama itu-,
mecorong sinar menggidikkan dari balik mata Ku See hong, dengan
cepat ia mengalihkan pandangannya kearah orang itu. Diam-diam ia
agak terkesiap, tapi selanjutnya dengusan dingin penuh hinaan
bergema memenuhi angkasa.
Bian-ki siang-su In Han im serta Sia hong hwee ciau Lui-Ki segera
tersadar kembali oleh tertawa itu.
Begitu melihat siapa pendatangnya, Biau-ki siangsu merasa
terkesiap-, ia sadar kalau suatu pertempuran sengit tak dapat
dihindari jika orang itu benar seperti apa yang diduganya, maka
berarti tiada keyakinan lagi Ku See hong, untuk menangkan
pertarungan ini. Andaikata pemuda she Ku itu sampai kalah, maka
sudah dapat dipastikan, nasib tragis menanti didepan mata.
Dengan wajah dingin dan kaku serta sikap yang angkuh dan
jumawa pemuda berbaju putih itu menegur dengan suara dalam,
"Siapa yang telah membawakan nyanyian barusan?"
Ku See hong berkerut kening, dari balik matanya terpancar pula
sinar keangkuhan yang jauh lebih tebal, sambil mendongakkan
kepalanya dia tertawa panjang, suaranya nyaring bagaikan pekikan
naga.
Kemudian sambil berhenti tertawa ujarnya dengan suara yang
jauh lebih dingin daripada pemuda berbaju putih itu,
"Saudara lebih baik kurangi sedikit sikap congkakmu dihadapan
pembawa lagu itu !"
Paras muka pemuda berbaju putih itu masih tetap dingin tanpa
emosi, ia termenung sebentar, lalu ujarnya dingin:
"Kalau begitu kau adalah murid manusia aneh dari dunia
persilatan Bun-ji koan-su yang bernama Ku See hong!?"
Baik, sikap maupun nada suaranya amat angkuh dan jumawa
sedikitpun tiada rasa kehangatan.
405
Suara semacam itu hanya membuat bulu kuduk pada bangun
berdiri, dan peluh dingin jatuh bercucuran.
Ku See hong mendengus dingin, "Saudara, kalau begitu kau
pastilah Cing-hay khi sau yang tersohor karena keangkuhannya itu?"
katanya pula sinis.
Agak terkesiap pemuda berbaju putih itu, setelah mendengar
perkataan lawan, tapi diluaran dia tetap berkata dengan wajah
tanpa emosi:
"Hmm, tampaknya cukup tajam juga pandangan matamu, bagus,
sekarang aku hendak bertanya kepadamu-, taklukkah kau dengan
ilmu silat dari Cing hay pay?"
"Akupun hendak bertanya kepadamu taklukkah kau dengan ilmu
silat dari Bun-ji koan-su . . .?" Ku See hong balik bertanya.
Tampaknya pemuda berbaju putih itu seperti tak pernah
menyangka kalau Ku See hong bakal mengajukan pertanyaan
serupa, setelah tertegun sesaat dengan cepat wajahnya pulih
kembali dalam sikap yang dingin dan kaku. Dengan senyum tak
senyum dia berkata:
"Bagus! Bagus sekali! Agaknya malam ini aku sudah bertemu
dengan musuh yang tangguh."
Setelah hening sejenak, mendadak dengan wajah dingin dan
suara keras dia membentak:
''Ilmu silat dari daratan Tionggoan cuma permainan buruk dari
anak kecil, aku orang she Ciu tidak takluk!"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ku See hong, dia segera
balas membentak:
"Ilmu silat aliran Ciang hay pay hanya ilmu sesat dari golongan
hitam, ilmu yang tak seberapa itu lebih mirip permainan anak kecil,
tentu saja aku orang she Ku pun tidak takluk !!"
406
"Bagus, bagus, kalau begitu tak ada salahnya jika kita saling
mencoba kepandaian masing-masing.!" ujar pemuda berbaju putih
itu sambil tertawa hambar.
"Bagus sekali!" jengek Ku See hong pula sambil tertawa dingin,
"kalau cuma beradu mulut belaka sama sekali tak ada gunanya,
lebih baik kita saling beradu kepandaian saja!"
"Biau-ki siangsu In Han im cukup sadar seandainya dua orang
jagoan muda ini sampai saling bertarung, sudah pasti akibatnya
akan mengerikan.
`Orang bilang bila dja ekor harumau berkelahi, salah satu
diantaranya pasti terluka`.
Betul si pemuda berbaju putih itu sombong dan jumawa, namun
wajahnya memancarkan sinar kegagahan..., jelas dia bukan serang
manusia buas dari golongan sesat.
Dalam keadaan dunia persilatan yang sedang terancam bahaya
maut, dimana pengaruh iblis sedang meraja-lela, andaikata dua
orang jago itu sampai bertarung dan sama-sama terluka, bukankah
hal ini akan sangat merugikan kepentingan umat persilatan dari
golongan golongan lurus didunia ini.. ?'
Biau-ki siangsu In Han im segera putar otak sambil berpikir
keras, mendadak dia maju dua langkah kedepan, lalu ujarnya
deagan suara lantang:
"Ciu sauhiap ...., Ku sauhiap, ujung langit adalah tetangga,
empat penjuru adalah saudara, untuk saling mengukur kepandaian
mah boleh saja, tapi tak perlu saling ngotot untuk beradu jiwa, lebih
baik pertarungan dibatasi saling menutul saja, Asal menang kalah
sudah ditentukan, pertarungan tak usah dilanjutkan dan alangkah
baiknya bila kalian bisa damai sebagai teman.”
“Ketahuilah, dunia persilatan dewesa ini sedang diliputi oleh
ancaman badai yang amat dasyat, setiap orang sedang dicekam
perasaan takut dan jiwa setiap orang diancam maut, suatu bencana
besar sudah mulai berkembang dalam dunia persilatan, aku harap
407
sauhiap berdua suka bekerja sama saja untuk melawan datangnya
ancaman maut yang sedang mengincar umat persilatan daripada
membuang tenaga untuk saling mengukur kepandaian, toh sumber
dari ilmu silat sesungguhnya adalah sama?"
Ketika mendengar perkataan dari In Han in yang amat gagah dan
masuk diakal itu, baik Ku See hong mau pun pemuda berbaju putih
itu sama-sama merasakan hatinya bergetar, tapi dasar anak muda
yang berdarah panas, mungkinkah mereka dapat mengesampingkan
pertarungan tersebut dengan begitu saja?
Dalam pada itu, pemuda berbaju putih tersebut telah berseru
dengan suara dingin:
"Orang she Ku, silahkan kau lancarkan seranganmu !"
"Orang she Ciu !" balas Ku See hong dengan wajah sedingin es,
"Kau datang dari Cing-hay, hitung-hitung sebagai tamu yang datang
dari jauh, lebih baik kau saja yang melancarkan serangan lebih
dahulu!"
Ku See hong adalah pemuda yang angkuh dan dingin, ia tidak
'memandang serius setiap pertarungan yang kemungkinan akan
berlangsung. Akan tetapi, berhadapan dengan pemuda berbaju
putih itu entah mengapa t iba tiba saja hatinya terasa tegang dan
wajahnya berubah menjadi amat serius.
Dia cukup mengetahui betapa, seriusnya persoalan yang sedang
dihadapinya, maka dia semakin tak berani memandang secara
gegabah, begitu berdiri tegak, segenap perhatiannya dipusatkan
menjadi satu, hawa murninya dihimpun menjadi satu dan seluruh
kesiagaannya ditingkatkan setinggi-tingginya.
Pemuda berbaju putih itu sendiripun tak berani bertindak secara
gegabah, dia tahu pemuda yang berada dihadapannya itu meski
diluarannya tampak biasa, sesungguhnya dia memiliki ilmu silat
yang belum pernah dihadapi sebelumnya, diam-diam hawa murni
yang dimilikipun dihimpun menjadi satu.
408
Empat jalur sinar mata yang tajam menggidikan hati segera
saling bertatapan tanpa berkedip, suasana disekeliling tempat itupun
menjadi sunyi senyap tak terdengar sedikit suarapun.
Ditengah suasana hening yang menggidikkan hati itu, penuh
diliputi keseraman, kengerian serta ketegangan yang memuncak.
Hawa pembunuhan telah menyelimuti seluruh angkasa, setiap
saat suatu pertarungan yang menggidikkan hati kemungkinan besar
akan meletu serta berkobar.
Mendadak pemuda berbaju putih itu tertawa dingin dengan suara
menyeramkan. Suara tertawa dingin itu rendah dan berat
menggetarkan sukma, membuat Lam-ciau pak-siang yang
menonton jalannya pertarungan itu segera merasakan hatinya turut
tercekat.
Menyusul kemudian terdengar suara seseorang mendengus
dingin.
"Weess....!" ditengah desingan angin tajam, segulung angin
pukulan yang sangat tajamdan kuat segera meluncur kemuka.
Diantara pusaran angin berpusing yang menyebar keempat
penjuru, Ku See hong dan pemuda berbaju putih itu berdiri saling
bertatapan muka empat mata bertemu, dengan masing masing
memancarkan cahaya kegusaran.
Lam-ciau pak-siang yang menyaksikan kejadian itu sama-sama
merasa terkesiap... rupanya berbareng dengan bergemanya suara
tertawa dingin tadi, pemuda berbaju putih dan Ku See hong telah
saling bertukar satu pukulan dengan kecepatan luar biasa!
ooooOdwOoooo
Bab 19
SAKING CEPATNYA gerakan tubuh kedua belah pihak didalam
melakukan penyerangan tadi, ternyata dengan ketajaman mata
409
Lam-ciau pak-siang pun tak sempat melihat jelas dengan jurus
apakah kedua belah pihak saling bertukar pukulan.
Tapi mereka sempat juga menyaksikan tubuh kedua orang itu
saling menerkam dengan kecepatan tinggi, tangan kanan masingmasing
pihak melepaskan sebuah pukulan aneh dari suatu sudut
yang tak terduga, kemudian masing-masing pihak telah balik
kembali keposisinya semula.
Setelah terjadinya bentrokan secepat kilat itulah, perasaan
masing-masing pihak bertambah hebat, pikirnya hampir berbareng:
`Untung aku mempunyai ketajaman mata yang luar biasa, coba
tidak, bisa jadi aku sudah mampus diujung serangannya itu.`
Suasana tegang, menyeramkan masih tetap menyelimuti seluruh
angkasa, bagaikan mengikuti berlalunya sang waktu, makin lama
suasana semacam itu semakin menebal.
Di bawah timpaan cahaya rembulan dan bintang, pemuda
berbaju putih dan Ku See hong masing-masing menggerakkan
langkah kaki mereka yang pelan dan berat, mendekati pihak
lawannya....
Bagi jago lihay yang sedang bertarung, bila ada setitik kelemahan
saja yang terbuka, niscaya peluang tersebut akan dimanfaatkan
lawannya untuk merobohkan lawan, maka geseran kaki mereka
berdua pun dilakukan secara beraturan, setitik kelemahanpun sama
sekali tak boleh terlihat.
Makin lama makin mendekat . . . .
Kini jarak kedua belah pihak sudah t inggal tiga depa, tapi
berhubung tiada kesempatan yang bisa dimanfaatkan, serta merta
mereka berdua sama-sama menghentikan gerakan tubuhnya.
Dengan suatu gerakan cepat Ku See hong mengangkat telapak
tangan kirinya ke atas, sementara tangan kanannya dengan
mengepal kencang disilangkan didepan dada.
Pada saat yang bersamaan, pemuda berbaju putih itupun
mengangkat telapak tangan kanannya menghadap langit dengan
410
telapak tangan kiri disilangkan didepan dada, kaki kiri diluruskan ke
belakang sementara kaki kanan agak menekuk, bentuknya sangat
aneh. Dikombinasikan wajahnya yang dingin menyeramkan,
posisinya sekarang cukup membikin hati siapapun bergidik........
Lam-ciau pak-siang adalah seorang tokoh persilatan yang sudah
lama termashur dalam dunia persilatan, pemandang gaya serangan
yang ditunjukkan ke dua orang itu, diam-diam mereka merasa
kagum sekali atas kelihayan ilmu silat yang dimiliki kedua orang
pemuda tersebut.
Sebab didalam gaya serangan mana, pada hakekatnya mustahil
bagi orang untuk menyarangkan serangannya ditubuh lawan, sebab
hampir semua bagian yang penting dan mematikan ditubuh lawan
telah terlindung rapat, entah jurus serangan macam apapun yang
digunakan lawan, sulit bagi lawan untuk meloloskan diri dari jurus
serangan ampuh yang tersembunyi dan memat ikan.
Begitulah, dua orang jago muda yang berilmu tinggi itu saling
berhadapan tanpa bergerak..., Seperminum teh sudah lewat tanpa
terasa, namun kedua belah pihak belum juga melakukan suatu
tindakan.
Padahal, sekalipun tubuh mereka tak bergerak, otak mereka
berputar bagai putaran roda kereta, dengan suatu kecepatan yang
luar biasa mereka berusaha memeras otak dan mencari gerakan
yang bisa dipakai untuk mematahkan pertahanan lawan.
Mendadak.....
Ujung kaki kanan pemuda berbaju putih itu dihentakkan keraskeras
keatas tanah, kemudian seluruh badannya menyusup keluar
bagaikan kilatan cahaya kilat, gerakan mundur tanpa melancarkan
serangan ini jelas merupakan suatu pancingan untuk memancing
pihak lawan melancarkan serangan.
Walaupun Ku See hong tahu kalau gerakan pancingan, namun
pemuda yang angkuh dan keras hati ini berhasrat besar untuk
mencoba kelihayan jurus serangan lawan.
411
Maka dia mendengus sinis, ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong
yang maha dahsyat segera dikerahkan, berada di udara tubuhnya
laksana kilatan cahaya bintang meluncur ke luar.
Dalam waktu singkat dia telah mengikuti gerakan tubuh pemuda
berbaju putih itu melayang turun ke tanah.
Pemuda berbaju putih itu segera mendengus dingin, tubuhnya
bagaikan gulungan ombak ditengah samudra segera menggulung
balik ditengah gulungan mana sepasang telapak tangannya
diayunkan ke depan, kakinya melancarkan tendangan bersama
dengan gerakan aneh.
Dalam sekejap mata, dia telah lepaskan duabelas tendangan
dengan delapan belas buah pukulan terantai, kecepatannya benarbenar
menyilaukan mata.
Angin pukulan menderu-deru dan menyesakkan napas, bagaikan
gunung yang ambruk saja, seluruh angkasa penuh dengan pusaran
angin yang amat menyilaukan mata.
Ku See hong membentak gusar, sepasang lengannya diputar pula
dengan cepat melancarkan serentetan pukulan dahsat.
Angin pukulan yang lembut tapi menyesakkan napas, bagaikan
jaring langit, dengan membawa kekuatan yang maha dahsyat
segera menggulung kedepan. Begitu rapatnya ancaman tersebut
sehingga sukar untuk menemukan setitik celah kosong pun.
-oo0dw0oo-
Jilid: 13
BAYANGAN telapak tangan, bayangan kaki berhamburan
memenuhi angkasa, untuk sesaat sulit buat orang untuk mengetahui
jurus serangan apakah yang mereka pergunakan.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah melancarkan
seratus dua puluhan kali tendangan serta tigaratus enampuluhan
412
pukulan, tapi kedua belah pihak sama-sama tak sunggup melukai
lawan.
Semakin cepat gerakan tubuh mereka berputar, jurus serangan
yang di pergunakan pun makin lama semakin gencar dan dahsyat.
Menyaksikan pertarungan sengit yang belum pernah di jumpai
sebelumnya ini, Lam-ciau dan Pak-ciang diam-diam menghela napas
panjang.
Pada hakekatnya jurus serangan yang dipergunakan kedua orang
ini amat dasyat, lihay dan jarang sekali dijumpai dalam dunia
persilatan,... Bila dibandingkan dengan ilmu silat yang mereka miliki,
jelas sekali perbedaanya ibarat bintang dan kunang kunang.
Meski kagum dengan kelihayan kungfu orang, Biau-ki siangsu In
Han im pun diam-diam merasa lega, dia bersyukur dikolong langit
dewasa ini masih terdapat dua orang pendekar sejati yang memiliki
ilmu silat amat lihay, ini berarti umat persilatan makin ada
kesempatan(harapan) untuk meloloskan diri dari ancaman bencana.
Namun diapun merasa amat gelisah, sebab dalam pertarungan
yang berlangsung begitu sengit sudah jelas akhirnya pasti ada yang
luka. Lalu apa yang harus dilakukan sekarang untuk menanggulangi
situasi semacam itu?
Ku See hong sendiri semakin bertarung semakin terkejut..., dia
merasa bukan saja tenaga dalam lawan amat sempurna, hawa
pukulannya yang bersambunganpun ibarat gulungan ombak
ditengah samudra, jurus-jurus serangan yang digunakan rata-rata
aneh, lihay, ganas dan jarang dijumpai dikolong langit. Ia kaget oleh
ilmu silat lawan...., demikian pula halnya dengan si pemuda berbaju
putih yang juga merasa terkejut oleh tenaga dalam dan jurus
serangan yang dimiliki Ku See hong.
Yang paling mengejutkan hatinya adalah diantara jurus-jurus
serangan yang digunakan lawan, ternyata ada sebagian yang mirip
sekali dengan ilmu silat aliran Cing-hay pay, tapi bila dibandingkan
maka terasa pula perbedaan yang amat jauh. Kenyataan ini
membuatnya benar-benar merasa tidak habis mengerti.
413
Sedari dahulukala, ilmu silat aliran Cing-hay pay sudah
merupakan suatu kepandaian silat yang berdiri sendiri, padahal ilmu
silat yang dimilikinya sekarang justru dipelajari dari kitab pusaka
Pek-ke cinkeng, sebuah kitab pusaka yang memuat ilmu sakti aliran
Cing-hay.
Mungkinkah pihak lawan pernah mengint ip kitab pusaka tersebut
serta menyadap ilmu rahasia dari Cing-hay pay?
Akan tetapi, bila diperhatikan lebih seksama, maka terasa kalau
jurus serangan tersebut sama sekali tidak mirip dengan ilmu silat
yang tercantumdalam kitab pusaka Pek-ke-cinkeng.
Mengapa bisa demikian?
Rupanya Ku See hong yang berhasil memperoleh jurus pedang
dari peninggalan Si-hong lo jin, setelah menekuninya selama dua
bulan lebih, bukan saja ketiga jurus gerakan pedang itu berhasil
dikuasahi dengan matang, bahkan diapun berhasil pula memahami
banyak sekali jurus ampuh yang aneh-aneh dan sakti...
Si Kakek menyendiri atau Si-hong lo jin, merupakan manusia
paling aneh dalam dunia persilatan jaman itu, setiap patah kata
yang ditulis olehnya pada hakekatnya mengandung suatu pelajaran
silat yang sangat mendalam.
Misalnya saja ketiga jurus ilmu pedang peninggalannya itu,
jangan dilihat hanya tediri dari tiga gerakan belaka..., pada hal jurus
itu dicipiakan dengan susah payah dan harus mengoroankan banyak
tenaga dan pikiran.
Tentu saja diantara gerakan mana terkandung pula pelbagai ilmu
rahasia dari perbagai perguruan serta aliran didunia ini.
Sebagai seorang ahli waris dari perguruan Cing-hay pay, otomatis
dalam sepuluh jurus yang diciptakan olehnya, ada delapan
diantaranya yang berbau ilmu silat Cing-hay pay.
Tak heran kalau jurus jurus serangan yang kemudian berhasil
dipahami dan dikuasahi Ku See hong, mustahil dapat melepaskan
diri dari jurus-jurus serangan aliran Cing-hay pay, namun bila ditelit i
414
dengan seksama maka akan terlihat bahwa gerakan silatnya sama
sekali terlepas dari gerakan ilmu silat Cing-hay pay.
Bagaimana mungkin bisa demikian?
Rupanya ketika Si-hong lo jin menciptakan tiga jurus ilmu pedang
itu, dia bukan cuma berdasarkan ilmu silat aliran Cing-hay pay saja,
melainkan telah menghimpun segenap inti sari pelajaran ilmu
pedang yang ada dipelbagai aliran dan pelbagai perguruan didunia
ini, otomatis gerak serangannya jauh berbeda dengan aliran ilmu
silat Cing-hay pay.
Apalagi setelah kepandaian itu muncul atas ilham dan pengertian
Ku See hong, selisihnya boleh dibilang semakin jauh lagi. Malah oleh
Ku See hong jurus serangan yang sebenarnya digunakan pedang
telah dirubahnya menjadi pukulan, bayangkan saja bagaimana
mungkin gerakan itu bisa mirip dengan aliran Ciang-hay-pay? Tak
heran kalau si anak muda berbaju putih itupun dibikin melonggo
dan tidak habis mengerti.
Begitulah, makin bertarung kemarahan Ku See hong makin
berkobar, tiba-tiba dia berpekik keras, mencorong sinar tajam dari
balik matanya, setelah sepasang tangannya diputar mcmbentuk satu
lingkaran besar mendadak sepasang tangannya di tolak kedepan.
Segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat, bagaikan
gulungan ombak di tengah samudra segera meluncur ke muka.
Serangan itu dilancarkan secara tiba-tiba, kekuatannya pun
cukup membut orang berubah muka.
Mencorong pula serentetan cahaya mata yang menggidikan hati
dari balik mata pemuda berbaju putih itu, sepasang telapak
tangannya disilangkan lalu dilontarkan ke muka bersama-sama,
hembusan angin puyuh bagaikan jala langit yang disertai suara
desingan tajam, lansung menyambar kedepan.
Ku See-hong merupakan seorang pemuda yang cerdas, dia tahu
tenaga dalam lawan sama sekali t idak berada dibawah
kepandaiannya, bila mereka harus beradu tenaga, sudah pasti akan
415
menyebabkan luka atau kematian, maka sewaktu melancarkan
serangan iiu tadi, sesungguhnya dibalik ancaman mana terselip pula
suatu tipu muslihat.
Sebagaimana diketahui, dalam pertarungan antara sesama jago
lihay, bukan hanya tenaga dalam saja yang diandalkan, melainkan
juga kecerdasan serta kelincahannya dalam menghadapi keadaan,
yang lebih penting lagi adalah memaafkan kesempatan paling baik
guna meraih suatu kemenangan.
Disaat pemuda berbaju putih itu siap melancarkan serangan
dengan mengayunkan sepasang telapak tangannya ke depan, tibatiba
dia membuyarkan serangannya sambil menyusup ke samping
kiri lawan dengan gerakan Mi-khi biau-tiong yang aneh tapi sakti itu.
Diiringi bentakan keras, sepasang tangan Ku See hong
membentuk, satu gerakan lingkaran busur dari samping, kemudian
dengan membawa segulung tenaga serangan yang lembek bagaikan
samudra, secepat kilat meluncur kedepan.
Pepatah bilang: 'Kebenaran meningkat sedepa, kejahatan
meningkat setombak'.
Pemuda berbaju putih itu bukan manusia sembarangan, sudah
barang tentu rencana licik dari Ku See hong pun sudah dapat
ditebak olehnya, maka jikalau Ku See hong melancarkan serangan
ke depan itulah . . . . . .
Mendadak pemuda berbaju putih itu menarik pula segenap
tenaga serangannya, kaki badannya berputar, telapak tangan
kanannya diayunkan kedepan: Serentetan cahaya tajam berbentuk
bintang bagaikan letusan mercon yang berantai menggelegar
ditengah udara.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ku See hong setelah
dilihatnya pihak lawan mengambil tindakan untuk beradu kekerasan,
diam diam hawa pukulannya dilipatkan menjadi dua kali, sepasang
lengannya segera digetarkan membentuk gerak gelombang yang
dahsyat.
416
Hawa pukulan tak berwujud yang melingkar-lingkar, bagaikan
hembusan angin puyuh, dengan membawa deruan yang
memekikkan telinga langsung meluncur kemuka.
"Blaaaa! Blaaam! Blaaam . . . ....!"
Ditengah serangkaian benturan keras, desingan angin pukulan
yang tajamsegera memancar ke empat penjuru...
Tiba-tiba saja Ku See hong merasakan datangnya segulung
tenaga tak berwujud yang menembusi jaringan hawa murninya
sendiri dan menekan amat dahsyat sehingga sukar untuk bernapas,
tak kuasa lagi tubuhnya mencelat setinggi satu kaki lebih dari pososi
semula, namun ia tidak mengalami cedera apa-apa.
Sementara itu pemuda berbaju putih itu pun merasakan hawa
darah didalam dadanya bergolak keras ketika dua gulung tenaga
pukulan itu saling membentur satu sama lainnya, hal mana
membuat hatinya amat terperanjat.
Dalam gugupnya, secepat kilat telapak tangan kirinya
melancarkan tiga puluh serangan nerantai melalui suatu sudut yang
aneh.
Ketiga jurus serangan itu merupakan jurus pembunuh yang amat
dahsyat dan mematikan dari pemuda berbaju putih itu, dia tak
mengira kalau ketiga gulung hawa pukulan yang begitu dahsyatnya
itu, sama sekali t idak menimbulkan cendera apa-apa meski sudah
bersarang telak dibadan Ku See hong .. .!
Tiba-tiba saja paras muka si pemuda berbaju putih yang dingin
kaku itu berubah menjadi menyeringai seram, ....berubah bukan
lantaran terluka melainkan berobah karena tarperanjat.
Mendadak. . . . . paras muka pemuda terbaju putih itu pulih
kembali seperti sedia kala, dengan suara yang dingin memasuk
ketulang sungsum dia berkata.
"Orang she Ku, sinkang apakah yang barusan kau pergunakan?
Beranikah kau sambut lagi tiga buah pukulan dari aku orang she
Ciu?"
417
"Ku See hong cukup sadar, seandainya dia tidak memiliki hawa
Kan-kun mi-siu khikang yang melindungi badannya sehingga ketiga
gulung hawa pukulan tersebut kena dipunahkan, mungkin semenjak
tadi pula dia sudah menemui ajalnya.
Sekalipun demikian, diam-diam dia pun merasa dendam atas
kekejaman pemuda berbaju putih itu, mendengar perkataan
tersebut dia lantas mendengus dingin, kemudian sambil tertawa
sinis katanya:
”Aaah, cuma ilmu silat biasa dari daratan Tionggoan, tidak
terhitung sesuatu ilmu sinkang yang ajaib, maaf kalau aku tak dapat
memberitahukannya kepadamu, . . . . kini menang kalah belum
ketahuan, rasanya kita pun tak usah mengulur waktu lagi."
Berapa patah kata ini diucapkan dengan nada menyindir, kontan
saja membuat sekujur badan pemuda berbaju putih itu gemetar
keras, giginya saling beradu gemerutukan, sementara sinar matanya
memancarkan kebencian yang meluap.
"Orang she Ku, kau jangan kelewat tekebur, sebentar aku orang
she Ciu pasti akan membuat kau berlutut sambil minta ampun! "
serunya.
Ku See hong berkerut kening, hawa napsu membunuh
menyelimuti seluruh wajahnya, dengan suara dingin ia menukas:
"Tak usah banyak bicara, kalau punya kepandaian cepat saja
dikeluarkan biar aku orang she Ku saksikan, sebenarnya ilmu silat
dari aliran Cing-hay pay itu memiliki kelihayan sampai dimana..."
Dalam hati kecilnya pemuda berbaju putih itu benar benar
merasa marahnya luar biasa, tapi diluaran sikapnya masih tetap
santai, sambil tertawa hambar katanya:
"Orang she Ku, nampaknya sebelum melihat peti mati kau tak
akan mengucurkan air mata, barusan kita telah mencoba ilmu
pukulan, sekarang tak ada salahnya jika kita saling beradu
kepandaian diujung senjata!"
418
Biau'ki siangsu In Han im adalah seorang jago kawakan yang
luas pengetahuannya dan cerdas otaknya, tadi diapun menyaksikan
betapa tubuh Ku See hong termakan oleh serangan dahsyat si
pemuda berbaju putih, tapi nyatanya dia tak mengalami luka
apapun, halmana segera menbuat hatinya tertegun.
Maka sewaktu pemuda berbaju putih itu bertanya kepada Ku
See hong tadi, dalam benaknya dia pun memutar otak untuk
menemukan ilmu silat apakah yang diandalkan Ku-See-hong
tersebut.
Mendadak ia menjerit kaget didalamhati:
`Jangan-jangan ilmu sinkang yang dimiliki Bun-ji koan-su dimasa
lalu? Aaah, tapi mustahil... dia masih muda, mana mungkin ilmu
sakti yang penuh kerahasiaan itu bisa dipelajarinya?`
Dipihak lain, Ku See hong merasakin hatinya bergear keras
setelah mendengar tantangan pihak lawan uktuk beradu senjata,
dengan cepat dia berpikir,
`Bila pedang Hu-thian-seng-Kiam ini diloloskan keluar, niscaya
indentiatasnya akan segera dikenal orang, setiap jago persilatan
pasti akan tahu kalau pedang itu tak lain adalah pedang Ang-soatkiam
yang digilai umat persilatan selama ini, padahal dari posisiku
sakarang, tidak seharusnya mendatangkan banyak kesulitan buat
diriku sendiri, aai.... paling baik kalau jangan diperlihatkan untuk
sementara waktu.... !`
Berpikir sampai disini, sekulum senyuman dingin segera
menghiasi ujung bibirnya, lalu berkata:
"Pedangku ini bila diloloskan dari sarung tentu akan membunuh
orang, padahal aku belum membencimu sampai merasuk ke tulang
sumsum, maka aku rasa lebih baik kuhadapi dirimu dengan
sepasang kepalan kosong saja!"
Pemuda berbaju putih itu adalah seorang pemuda yang angkuh,
aneh dan tinggi hati, malam ini dia sudah banyak kail melakukan
419
tindakan yang bertentangan dengan kebiasaannya, hal ini
dikarenakan ia dibikin keder oleh ilmu silat Ku See hong.
Akan tetapi sewaktu didengarnya pihak lawan hendak
mempergunakan sepasang telapak tangan kosong untuk
menghadapi senjatanya, dia segera menganggap hal ini sebagai
suatu penghinaan, suato cemoohan..., seketika itu juga timbul hawa
napsu membunuh didalam dadanya.
Mencorong sinar buas yang menggidikkan hati dari balik
matanya, setelah tertawa seramkatanya:
"Orang she Ku, kau sendiri yang memberi jalan kematian bagimu
sendiri, sampai waktunya jangan salahkan kalau aku orang she Ciu
akan bertindak kejam kepadamu."
Ku See hong tertawa dingin, "Mana, mana.... bila aku orang she
Ku tak becus sehingga tewas diujung pedangmu sudah pasti aku tak
akan menyesal atau menyalahkan kepada orang lain!"
Mendengar perkataan itu, kembali pemuda berbaju putih itu
terperanjat, segera pikirnya:
`Bagaimanapun lihaynya ilmu silat yang dimiliki orang itu,
mustahil baginya untuk berhasil menanggulangi kelihayan sinkangku
serta ilmu pedangku yang tiada taranya didunia ini. Tapi kalau
dilihat dari sikap lawan yang begitu acuh, seakan-akan sudah
mempunyai suatu rencana yang matang didalam hati jangan-jangan
dia telah persiapkan suatu tipu daya. Aku tak boleh gegabah, aku
harus menghadapinya dengan amat berhati-hati.`
Padahal Ku See hong sendiri pun merasa gelisah sekali, ia tahu
dengan tangan kosong sulit baginya untuk menahan sepuluh jurus
serangan pedang dari pemuda berbaju putih itu, tapi diapun merasa
enggan untuk segera meloloskan pedang Hu-thian seng-kiam
tersebut.
Dasar wataknya memang angkuh, setelah mendengar kalau Ku
See hong akan menghadapinya dengan tangan kosong belaka,
meski pemuda berbaju putih itu tahu bahwa menangpun bukan
420
sesuatu yang patut di banggakan baginya, terkulum senyuman
dingin juga diujung bibirnya.
"Orang she Ku...!" katanya kemudian ".. ..aku tahu kau gagah
dan berjiwa jantan, lapi akupun ingin memberitahukan kepadamu,
bila kau harus menghadapi pedang Gin-coa-kiam (Pedang Ular
Perak) -ku dengan tangan kosong, sebelum sepuluh gebrakan kau
pasti akan tewas diujung pedangku, meski aku orang she Ciu
memang menganggap kemenangan itu kurang mengena bagiku,
maka sebelum pertarungan dimulai, terlebih dulu aku tidak
menetapkan suatu peraturan dengan dirimu."
Kagum juga Ku See hong oleh kegagahan orang, mendengar
ucapan itu segera katanya:
"Orang she Ciu, kau mempunyai peraturan apa, silahkan
diutarakan, aku orang she Ku akan mendengarkan dengan
seksama."
Paras muka pemuda berbaju putih itu berubah menjadi serius
sekali, katanya dengan suara dalam:
"Sekarang aku hendak menggunakan nyawaku sebagai barang
taruhan, bila aku tak dapat melukai dirimu dalam sepuluh
gebrakkan, akan kugorok leherku di hadapanmu detik itu juga...,
tapi bila kau tak kuasa menahan diri, maka dalam sepuluh gebrakan
ini setiap saat kau boleh loloskan senjatamu untuk menghadapiku, .
. . Cuma saja begitu senjata kau loloskan, atas sepuluh jurus pun
menjadi batal, pertarungan baru akan berakhir bila salah seorang
diantara kita terluka !"
Mencorong sinar terang dari balik mata Ku See hong setelah
mendengar perkataan itu, katanya dengan wajah bersungguh
sungguh:
"Bilamana dalam sepuluh jurus aku Ku See hong sampai
meloloskan senjataku, maka dalam sepuluh jurus kemudian aku
akan melukaimu, . . . . kalau gagal, akupun akan menggorok
leherku dihadapanmu!"
421
Biau-ki siang-su In Han im menjadi gelisah setengah mati
menyaksikan kedua orang pemuda itu siap-siap bersua jiwa...,
serunya tiba-tiba dengan cemas:
"Ku Sauhiap..., Cu Sauhiap..., diantara kalian tidak terikat
dendam sakit hati, buat apa mesti bercekcok tanpa suatu alasan
tertentu? Aku lihat lebih baik pertarungan tersebut diakhiri sampai
disini saja, entah bagaimana menurut pendapat kalian?"
Mendengar perkataan itu, Ku See hong lantas teringat kembali
dengan tugas berat yang sedang dipikul sekarang serta dendam
kesumat yang musti dituntut balas, dengan cepat dia merasa
ucapan dari Biau-ki siang-su tepat sekali.
Membayangkan kecerobohan sendiri, peluh dingin bercucuran
deras, diam-diam ia mendamprat ke-sembrono-an sendiri.
Tapi ucapan seorang lelaki sejati lebih cerat dari sebuah bukit
karang..., apalagi nasi telah menjadi bubur, apa boleh buat?
Terpaksa harus pasrah pada nasib.
Melihat kedua orang itu hanya membungkam, Biau ki siang-su In
Han im segera berkata lagi:
"Ku Sauhiap.., Ciu Sauhiap.., kalian berdua adalah bakat aneh
yang sukar dijumpai dalam seratus tahun mendatang, apalagi
memiliki ilmu silat yang begitu sempurna, . . . . apa artinya beradu
jiwa gara-gara soal sepele? Berpikilah t iga kali sebelum bertindak.”
Ku See hong hanya membungkam dengan wajah hambar, sama
sekali tanpa emosi.
Sebalikya pemuda baju put ih itu merenung sebentar, tiba-tiba
katanya dengan suara sedingin es :
"Orang she Ku, lancarkan seranganmu!"
"Hati-hatilah kau orang she Cu!" Ku See hong terpaksa
menanggapi sambil tertawa getir.
422
Begitu selesai berkata, Ku See hong lantas mengayunkan
sepasang telapak tangannya kemuka, kesepuluh jari tangannya
yang dipentangkan lebar-lebar, disentil sambil digetarkan. . . .
Sepuluh gulung desingan angin tajam yang disertai hembusan
angin puyuh serentak menyergap jalan jalan darah kematian
ditubuh pemuda berbaju putih itu dengan kecepatan seperti kilat.
Sementara Ku See hong melancarkan serangannya, pemuda
berbaju putih itu pun telah meloloskan pedang ular peraknya,
sekilas cahaya tajam yang berkilauan bak rembulan diudara segera
memancar keempat penjuru. Kilatan yang tajam menunjukkan kalau
senjata itu adalah sebuah senjata mestika yang amat tajam.
Begitu pedang ular peraknya di loloskan, pemuda berbaju putih
itu segera menggetarkan lengan kanannya..., lapisan cahaya yang
berkilauan segera memancar keluar, dari tubuh pedang itu dan
berhamburan kemana-mana, hawa pedang yang merasuk,
tulangpun seperti gulungan ombak ditengah samudra, menyapu
keluar menyongsong datangnya kesepuluh gulung desingan angin
jari tangan tadi.
Berapa kali benturan keras ditengah udara menimbulkan suara
desisan yang amat memekikkan telinga, tatkala hawa serangan
yang dipancarkan Ku See hong membentur hawa pedang yang
rapat, seperti batu kecebur di samudra luas, lenyap dan musnah
dengan begitu saja...
Pedang ular perak dari pemuda berbaju putih itu segara
membentuk lingkaran lingkaran hawa pedang yang amat tebal,
jurus serangan yang kedua dengan membawa desisan yang tajam
membelah angkasa, langsung menyerang ketubuh Ku See hong.
Serangan ini benar-benar amat ganas dahsyat dan mengerikan,
dimana pedang berwarna perak itu menyambar lewat,.... bagaikan
air bah saja segera menerjang kemana-mana dan menyusup masuk
kedalamsetiap lubang pori-pori yang ada.
Ku See hong tahu kalau pemuda berbaju putih itu terhitung
jagoan lihay kelas satu didalam dunia persilatan dewasa ini, oleh
423
sebab itu tatkala tenaga serangannya kena dipunahkan tadi. dia
lantas tahu kalau hal ini pasti akan memancing pihak lawan untuk
melancarkan serangan dengan jurus pedang yang lebih ganas.
Begitu menjumpai gerak pedang lawan, paras mukanya berubah
hebat, ia tak berani berayal lagi, tubuhnya dengan cepat merendah
kebawah, lalu dengan mengerahkan ilmu gerakan tubuh Mi-khi biautiong
yang sangat di andalkan kemampuan-nya untuk berkelit
kesamping secara aneh.
Menyaksikan Ku See hong mempergunakan ilmu gerakan tubuh
Mi-khi biau-tiong, diatas wajah sipemuda berbaju putih yang
tampan segera terlintas suatu perubahan yang sukar untuk
dilukiskan dengan kata-kata.... sepertinya dia sudah mendapat
firasat bakal kalah.
Sorot mara bengis dengan cepat memancar keluar dari balik
matanya, ia membentak keras, jurus demi jurus serangan yang
mematikan segera berhamburan keluar tak terbendung, sebab dia
tahu bila dia tidak menggunakan jurus2 serangan yang keji dan
dahsyat untuk mendesak musuhnya, mustahil baginya untuk
memaksa lawan meloloskan senjatanya sebelumsepuluh jurus...!
Sambil membentak nyaring, seperti bayangan tubuh saja pemuda
berbaju putih itu menempel terus dibelakang tubuh Ku See hong
yang berusaha menghindarkan diri dari lingkaran pengaruh
pedangnya itu.
Suatu ketika telapak tangan kirinya secepat sambaran kilat
menciptakan beribu-ribu sosok bayangan telapak tangan yang
secara tiba-tiba menggulung dan meluncur keluar dengan cepat.
Selapis hawa pukulan yang dahsyat ibadat beribu-ribu ekor Kuda
yang lari bersama,berhembus pula menyusul serangan tersebut.
Mendadak......
Pemuda berbaju putih itu melejit ketengah udara, pedang ular
peraknya berputar membentuk gerak lingkaran, cahaya tajam
424
berlapis-lapis seperti bukit, lalu berhamburan keluar seperti air yang
menjebolkan bendungan.
Ditengah bayangan pedang yang datang secara bergelombang,
pedang ular perak itu meluncur dan melejit menciptakan tiga gulung
hawa pedang, yang tajam bagaikan tiga jalur tongkat panjang,
sungguh membuat bulu roma orang berdiri.
Dalam waktu singkat, jurus ketiga dan jurus ke empat meluncur
ke depan bersama-sama, . . ..kedasyatannya cukup menggetarkan
perasaan siapapun jua.
Ku See hong berdiri tegak di posisi semula, melihat datangnya
pukulan dan serangan pedang yang tiba secara bertubi-tubi itu,
terkesiaplah hatinya, ia tahu tiga jalur hawa pedang lawan itu
semuanya merupakan serangan yang mematikan, bila dirinya tidak
memiliki jurus serangan yang tangguh, niscaya sulit untuk lolos dari
kematian.
Ku See-hong segera berkerut kening, matanya memancarkan
cahaya dingin yang menggidikan hati, sambil mendongakkan
kepalanya dia segera berpekik nyaring...
Menyusul suatu gerakan yang sangat aneh, tubuhnya menerjang
masuk ke balik gulungan angin pukulan yang menderu-deru seperti
gulungan ombak samudra itu, kemudian tubuhnya melengkung
sambil melejit,sepasang kakinya meninggalkan permukaan tanah,
....seperti seekor udang bago lagi meletik, tahu-tahu ia sudah
melambung sejauh tiga depa !!
Bersama dengan gerakan tadi, sepasang lengan Ku See hong
telah menggapai secara ngawur, cahaya berkilauan membias
kemana-mana, seluruh tubuhnya memancarkan sinar seperti
teriknya matahari. . . .
Tatkala hawa pedang serta angin pukulan yang dilancarkan
pemuda berbaju putih itu membentur diatas dinding cahaya yang
membara itu, bergemalah suara ledakan demi ledakan yang
memekikkan telinga . . . . . .
425
Tiba-tiba Ku See-hong merentangkan sepasang tangannya ke kiri
dan kanan, dua gulung hawa pukulan yang kuat dari kiri dan kanan
langsung melesat kedepan mengancam bagian mematikan ditubuh
pemuda berbaju putih itu.
Inilah jurus kedua dari ilmu Hoo-han-seng-huan yang benamakan
Jin-hay-hu-seng (lautan manusia timbul tenggelam).
Pemuda berbaju putih itu memang bermata jeli, tatkala ia
saksikan sepasang lengan Ku See-bong memancarkan cahaya
berkilauan tadi, kulit mukanya segera mengejang keras, . . . dengan
memaksakan diri dia himpun segenap hawa murni yang berada
dalam tubuhnya untuk melindungi sekujur badannya, lalu, secara
tiba-tiba saja bagaikan pusaran angin berpusing dia menggelinding
keluar.
Ditengah putaran tubuhnya yang mengguling, hawa murni dalam
tubuhnya segera memancar keluar secara beruntun menciptakan
selapis hawa khi-kang yang kuat; sementara telapak tangan kirinya
secepat kilat pula melancarkan beberapa buah pukulan dahsyat
yang memekikkan telinga. Hawa pedang membumbung tinggi ke
angkasa dan berbunyi gemerincing.
"Blaamm, blaaamm....!" dua kali ledakan dahsyat bergema
memecahkan keheningan.
Jurus Jin-hay-hu-seng yang maha lihay dari Ku See hong tadi,
akhirnya berhasil dipatahkan oleh pancaran hawa murni yang
mengerikan dari pemuda berbaju putih itu.
Ku See hong betul2 merasa terperanjar sekali menyaksikan ilmu
silat lawan, ia tak mengira jurus Hoo-han seng-huan yang tiada
taranya itu akhirnya berhasil dipatahkan orang.
Pemuda berbaju putih itu sendiri, meski diluaran dia seperti
berhasil meloloskan diri dari jurus Hoo-han seng-huan tersebut
secara aman dan sempurna, padahal isi perutnya telah mengalami
luka dalam yang cukup parah...! Seandainya ia tidak cepat
menyadari akan bahaya, sehingga tak sempat mengerahkan hawa
Tay-sih kun-goan khikang yang dipelajarinya hingga mencapai pada
426
puncaknya, niscaya selembar jiwanya sudah melayang
menunggalkan raganya sedari tadi. . . .
Kekalahan yang berulang kali segera membangkitkan hawa
napsu membunuh dalam hati pemuda berbaju putih itu, dengan
cepat dia mundur kebelakang, lalu secara tiba-tiba menerjang
kembali kedepan bagaikan gulungan ombak samudra, tubuhnya
berputar kencang secara aneh dan menggidikkann hati mereka yang
melihatnya.....
Ditengah perputaran yang cepat, aneh dan mempesonakan hati
itu, gulungan hawa khikang Tay-ih kun-goan yang panas dan
menyengat badan memancar keluar dari pori pori tubuhnya, yang
mana terhimpun menjadi dua gulung angin puyuh yang dahsyat
menerjang tubuh Ku See hong.
Ku See hong amat terkejut menyaksikan ancaman itu, hawa
murni yang terhimpun dalam tubuhnya segera disalurkan memenuhi
seluruh dada, kemudian sepasang telapak tangannya digetarkan
dengan tenaga pukulan yang berat dan dalam, bagaikan samudra,
langsung menyambar ke muka menyongsong datangnya ancaman
tersebut.
Ketika gulungan hawa panas dan hawa dingin itu saling
menumbuk menjadi satu ditengah udara..., bergemalah suara
ledakan dahsyat yang amat memekikkan telinga !
Dengusan tertahan bergema diantara pusaran angin tajam yang
menyebar keempat penjuru . . . . .
Ku See hong merasakan hawa darah didalam dadanya bergolak
keras, peredaran darahnya membara seperti disengat panas,
sakitnya bukan alang-kepalang.
Seluruh badannya terasa terangkat dan terpental tinggi tinggi
oleh segulung hawa pukulan yang dahsyat, dia harus berjumpalitan
beberapa kali sebelum dapat turun kembali ke atas tanah dengan
selamat . . . , namun peluh sudah membasahi jidatnya, noda darah
pun mengotori ujung bibirnya.
427
Pemuda berbaju putih itu makin terperanjat lagi setelah
mengetahui Ku See hong tidak tewas seketika meski sudah terkena
pukulan Tay-ih kun-goan khikang-nya yang maha dahsyat itu..., Dia
mulai berpikir-pikir, mungkinkah pihak lawan telah berhasil melatih
ilmu kebal terhadap senjata hingga tak kuatir ditembusi tenaga
pukulan?
Tay-ih kun-goan khikang adalah suatu ilmu sinkang yang ganas
dan dahsyat dari aliranl Cing-hay pay, keistimewaan dari ilmu sakti
ini adalah memiliki tenaga pantulan yang maha besar, semakin
besar menghadapi tenaga tekanan dari luar, semakin besar pula
tenaga pantulan yang dihasilkan....
Ilmu khikang semacam ini sepuluh kali lipat lebih dahsyat
daripada ilmu Boan-yok sinkang atau kepandaian sederajat lainnya.
Bagaimanapun sempurnanya tenaga dalam seseorang, bilamana
sampai terkena serangan hawa khikang yang sangat panas itu,
seketika jiwanya akan melayang, isi perutnya akan hhancur dan
nadinya akan pecah.
Sedemikian dahsyatnya ilmu tersebut boleh dibilang t iada
khikang lainnya yang sanggup menandingi kelihayannya itu.
Maka tatkala Ku See hong terhajar telak oleh pukulan Tay-ih kungoan
khikang tapi tak sampai menewaskannya, peristiwa ini segera
mendatangkan perasaan tandatanya besar dalam hatinya.
Padahal darimana dia tahu kalau Ku See hong telah berhasil
menguasai semacam ilmu rahasia yang maha sakti, yakni Kan-kun
mi-siu khikang!
Ilmu sakt i ini secara kebetulan juga merupakan ilmu tandingan
dari ilmu Tay-ih kun-goan khikang sehingga tatkala hawa pukulan
yang panas menyengat badan itu menyentuh dibadan Ku See hong,
ilmu Kan-kun mi-siu khikang segera menghasilkan suatu daya
kekuatan yang luar biasa.
428
Apalagi ketika tenaga Im dan tenaga Yang saling membaur jadi
satu dalam suatu keadaan yang tak terduga, hawa panas yang
menyengat tersebut segera dipunahkan hingga tak berbekas.!
Kendatipun demikian, Ku See hong toh tak tahan juga
menghadapi sisa sergapan dan tenaga pantulan yang tersebar
keempat penjuru itu.
Sekuat tenaga Ku See hong menahan siksaan hawa panas yang
membakar didalam badannya. Ketika hampir saja dia tak mampu
menahan diri, mendadak dari arah pusarnya, segulung hawa dingin
yang membumbung naik keatas ubun-ubunnya seperti gulungan
ombak samudra, seketika itu juga hawa panas yang menyengat
badan itu lenyap tak berbekas....
Menggunakah kesempatan yang amat singkat, ia segera
menghimpun hawa murninya untuk mengitari semua jalan darah
penting didalam badannya, kemudian sambil mendengus dingin,
sepasang telapak tangannya dilontarkan kembali kemuka dengan
kecepatan tinggi.
Hawa pukulan yang dahsyat bagaikan selapis dinding lawa yang
dingin dan tak berwujud mendesak kedepan menyelimuti seluruh
badan pemuda berbaju putih itu dan menyusup kedalam seluruh
bagian badannya.
Dalam waktu singkat hawa dingin yang merasuk tulang
mendekam diseluruh arena, sedemikian dinginnya sampai Lan ciau
dan Pak siang mundur beberapa langkah kebelakang.
Suasana disekitar tempat itu segera terjadi perubahan yang amat
besar, tiga gulung hawa panas yang amat dahsyat itu
menggelinding kedepan menghajar tubuh Ku See hong, sementara
pukulan yang datang dari arah tengah seperti air yang menjebol
bendungan, dengan disertai kekuatan yang mengerikan segera
meluncur kemuka.
"Blaaammmm . . . . .!?" sekali lagi terjadi ledakan dahsyat yang
memekikkan telinga.....
429
Paras muka Ku See hong berubah menjadi mengerikan,
rambutnya kusut, darah segar muntah keluar dari mulutnya, secara
beruntun dia mundur sejauh tiga empat langkah kebelakang.
Pemuda berbaju putih itu sama sekali tidak berbelas kasihan
begitu berhasil dengan serangannya, dia segera membentak keras:
"Jurus ke tujuh !!"
Kakinya melangkah ke tengah lalu menyerobot ke muka, tangan
dan kaki diayunkan bersama seperti kelabang berkaki seribu, dia
melepaskan serangkaian pukulan dan tendangan yang berantai.
Gerakan yang cepat, kekuatan yang dahsyat, dalam sekejap
mata mengancam keselamatan jiwa musuhnya.!
Merah membara sepasang mata Ku See hong menahan geram
dan marah, tiba-tiba dia melontarkan pula sepasang tangannya ke
depan . . .
Selapis angin pukulan berhawa dingin dengan kekuatan yang
melebihi ukuran biasa, langsung menerjang tubuh si anak muda
berbaju putih yang sedang bergerak kedepan...., serangan inipun
mengerikan sekali.!
Sebetulnya pemuda berbaju putih itu amat bernapsu untuk
melukai Ku See hong dalam sepuluh gebrakan, tapi setelah
menyaksikan ancaman yang tiba, ia tak berani menyambut
serangan tersebut dengan kekerasan, seperti sukma gentangan ia
segera berkelit kesamping, begitu lolos dari ancanan yang tiba,
bentaknya lagi:
"Jurus ke delapan !"
Pedang ular perak bergetar keras meletupkan selapis cahaya
tajam yang amat menyilaukan mata, diiringi suara desingan angin
tajam serangan itu segera meluncur ke muka dan menyusup
kedalamsetiap celah-celah disekitar badan Ku See hong.
430
Paras muka Ku See hong mengejang keras menahan
penderitaan, tiba-tiba kakinya memainkan lagi ilmu gerakan tubuh
Mi-khi-biau-tiong dan mengegos kesamping secara aneh dan jitu.
Sayang gerakan ini terlalu lambat . . . . ,
"Sreet..."
Bunyi sambaran pedang yang tajam telah berkelebat lewat, tahutahu
di atas bahu kiri Ku See hong telah muncul sebuah robekan
panjang bekas tersambar pedang..., darah kental dengan cepat
mengucur keluar membasahi seluruh pakaiannya.
Ternyata pemuda berbaju putih itu t idak berbenti sampai disitu
saja, kakinya segera berputar kencang lalu menyusul kedepan
sambil membentak gusar:
"Jurus ke sembilan !!"
Pedang ular perak itu kembali digetarkan keras-keras, cahaya
pedang semakin menyilaukan mata, hawa pedang yang tajam
dengan membawa desingan angin yang memekikkan telinga,
meluncur kemuka secepat kilat.
Sedemikian cepatnya serangan itu meluncur datang, boleh
dibilang belumpernah dijumpainya sebelumnya.
Tiba-tiba Ku See hong tertawa panjang dengan suara yang
mengerikan, suaranya keras bagaikan pekikan monyet di selat Wusia,
seperti juga lolongan serigala ditengah malam, sungguh
memekikkan telinga.
Dari balik matanya memancar keluar sinar tajam yang
menggidikkan hati..., ia nampak stpertl orang kalap, orang buas
yang tak berperasaan sama sekali.
"Criiingg . . . . .!" serentetan suara gemerincing yang
memekikkan telinga menyayat keheningan angkasa.
Tahu-tahu dalam genggaman Ku See hong telah bertambah
dengan sebilah pedang..!!
431
Pedang mestika yang memancarkan cahaya berkilauan, . . . inilah
pedang Hu-thian seng-kiamyang maha sakt i itu.
Begitu pedang Hu-thian seng-kiam diloloskan dari sarungnya....,
paras muka pemuda berbaju putih itu berubah hebat! Dengan cepat
pedang ular perak yang berada ditangan kanannya berputar
kencang menciptakan selapis dinding cahaya yang amat
menyilaukan mata, berlapis-lapis hawa pedang yang tajam dengan
cepat menyelimuti seluruh badannya.
Ku See hong segera mengangkat pedang Hu-thian seng-kiam
sambil mengebasnya ke belakang, kakinya berputar setengah
lingkaran, lalu . . .
"Criiitt...!" pedang mestika itu sudah meluncur ke depan menusuk
dada lawan. . . .
Tutulan pedang itu di lancarkan dengan mempergunakan sebuah
gerakan jurus serangan yang ditinggalkan kakek Si-hong lo jin,
tampaknya seperti sederhana, datar, biasa dan enteng sama sekali
tak bertenaga....
Padahal dibalik serangan tersebut justru terkandung suatu
ancaman mematikan yang luar biasa sekali, bahkan kedahsyatannya
sanggup menembusi baja.
"Criiing!" pedang sakti Hu-thian seng-kiam telah menembusi
kabut pedang pelindung badan yang dipancarkan oleh pedang ular
perak dari pemuda berbaju put ih itu.
Serentetan cahaya merah yang menyilaukan mata tiba-tiba
memancar ke empat penjuru dan langsung menyergap duabelas
buah jalan darah penting ditubuh pemuda berbaju put ih itu. Arah
sasarannya tidak menentu.
Perubahan jurusnya begitu sakti dan hebat sehingga sukar
diduga dengan tepat.
Pucat pias paras muka pemuda berbaju putih itu menghadapi
ancaman tersebut..., dia tahu kalau jiwanya sudah berada diambang
kematian!
432
Dia pun tahu apa sebabnya Ku See hong tidak mencabut
pedangnya sedari tadi..., sekarang dia baru menyesal kejumawaan
serta kepongahan sendiri.
Bila seorang sedang menghadapi kematian sudah pasti dia akan
memberikan perlawanan dengan sekuat tenaga..., dengan cepat
pemuda berbaju putih itu menyusut mundur ke belakang, pedang
ular perak-nya segera menciptakan berjuta-juta titik cahaya bintang
untuk menyosong datangnya ancaman dari Ku See hong. Hawa
napsu membunuh telah menggelora dalam dada Ku See hong, sekali
lagi dia berpekik panjang dengan suara yang memekikkan
telinga......
". . . Inilah jurus yang ke-Sepuluh ! .....Hu-hong-cha-ki-hiat-sengwi
(Bianglala Terbang Muncul tiba-tiba Anyir Darah Menyebar) . . .!"
bentak Ku See hong menggelegar.
Tubuhnya melambung keatas, setelah berputar satu persatu
lingkaran, kemudian berjumpalitan tiga kali, persis seperti naga sakti
turun dari langit.
Pedang Hu-thian seng-kiam ditangannya memancarkan cahaya
tajam yang m.enyilaukan mata, bagaikan sebuah bianglala panjang
segera membentang ditengah angkasa. . . .
Sewaktu mengundurkan diri tadi, pemuda berbaju putih itu
sempat menyaksikan serentetan cahaya bintang yang menyilaukan
mata, bagaikan sambaran kilat meluncur datang. Dalam kejutnya,
pedang ular peraknya disentak kebelakang, cahaya pedang
membalik berputar kencang dan menciptakan kabut pedang yang
melingkar-lingkar serta berlapis-lapis.
Dalamwaktu singkat dua bilah pedang saling membentur . . . . . .
Mendadak Biau-ki-siang-su In Han im menjerit keras:
"Ku sauhiap, berbelas kasihanlah dengan seranganmu...!"
"Triiing! Triiiing....!" terdengar dua kali dentingan nyaring
berakumandang di angkasa.
433
Menyusul kemudian jerit kesakitan yang memilukan
berkumandang diudara, cahaya bianglala yang tajam dari pedang
Hu-thian seng-kiam pun segera sirap dan lenyap.............
Ku See hong berdiri kaku dengan sepasang matanya
memancarkan cahaya membunuh yang menggidikkan, paras
mukanya sangat aneh, sukar dilukiskan dengan kata-kata......
Pemuda berbaju putih itu berdiri dengan badan penuh berlepotan
darah, pakaiannya yang berwarna putih sudah robek belasan
bagian, dari setiap mulut luka itu, darah jatuh becucuran.
Wajahnya berubah menjadi mengerikan, sekujur badannya
gemetar keras, bibirnya terkatup membentuk satu garis lengkung.
Ia sedang merasa sakit yang luar biasa, sementara sepasang
tangannya memegang pedang ular perak yang menancap ditanah
guna menahan badannya yang lemah.
Kulit mukanya mengejang keras, sambil menahan rasa sakit yang
menghebat katanya dengan suara gemetar:
"Orang she Ku, walaupun aku Ciu Heng thian baru muncul dalam
dunia persilatan, namun selama beberapa bulan ini secara beruntun
telah mengalahkan puluhan orang jago lihay dalam dunia persilatan!
Aku yakin ilmu silatku sudah tiada tandingannya didunia ini..., tak
kusangka hari ini harus menelan kekalahan ditanganmu. Cuma
meski aku kalah pada malam ini, aku kalah dengan bangga, karena
jurus serangan yang kau gunakan adalah jurus pedang Cang-Ciongciat-
mia-kiam yang merupakan ilmu paling rahasia dari Cing-hay pay
kami, bahkan pedang yang kau gunakan pun merupakan pedang
Ang-soat-kiam milik Si-hong lo jin, seorang tokoh aneh dari Cinghay
pay !"
"Setelah menderita kalah ditanganmu malam ini, aku Ciu Heng
thian, sudah tak punya muka lagi untuk hidup didunia ini, mau
dijatuhi hukuman apa terserah kepadamu..., aku orang she Ciu tak
akan berkerut kening. Tapi sebelum mati, aku orang she Ciu ingin
memohon sesuatu kepadamu, dan ini pun merupakan permintaan
434
yang kuajukan untuk pertama kalinya kepada orang lain..., aku rasa
kau pasti akan meluluskannya bukan...?"
Paras muka Ku See hong dingin seperti es, sikapnya kaku tanpa
perasaan namun sepasang matanya justru memancarkan sinar yang
sangat aneh.
Biau-ki siang-su In Han im, sebagai seorang jago yang
berpengalaman, dengan cepat dapat memahami makna yang
sebenarnya dari sorot mata Ku See hong tersebut.
Si pedang ular perak Ciu Heng thian berhenti sejenak, lalu
setelah menghela napas sedih lanjutnya:
"Sejak dulu sampai sekarang, perguruan Cing-hay pay selalu
mewariskan kepandaian silatnya kepada murid tunggal, setelah aku
orang she Ciu meninggal nant i, ilmu silat Cing-hay pay juga akan
turut musnah dari dunia persilatan. Maka dari itu persolan yang
kupinta sekarang adalah melanjutkan perkembangan ilmu silat Cinghay
pay kami, mengingat hubunganmu dengan Si-hong lo jin,
tentunya kau dapat menerima permintaanku ini bukan? Untuk budi
kebaikanmu itu, biar aku orang she Ciu bayar dalam penitisan yang
akan datang ...!"
Begitu selesai berkata, Ciu Heng thian segera menggerakkan
pedang ular peraknya untuk menggorok leher sendiri....
Tiba-tiba tampak bayangan manusia berkelebat lewat..., tubuh
Ku See hong bagaikan sambaran sukma gentayangan telah
meluncur ke depan, tangan kanannya mencengkeram tepi pedang
ular perak itu erat-erat, sementara paras mukanya yang dingin dan
kaku tanpa perasaan tadi, kini berubah menjadi lembut.
Ujarnya kemudian dengan suara lantang:
"Saudara Ciu, mengapa kau harus menghabisi nyawa sendiri
tanpa menyelidiki dulu duduknya persoalan...? Sesungguhnya
siaute-pun masih terhitung murid perguruan Cing-hay bun kalian..!
Aaai..., semuanya ini memang kesalahan siaute... mengapa tidak
menerangkan duduknya persoalan sejak semula dan tetap
435
mengumbar napsu dengan mengajakmu melangsungkan
pertarungan yang tak berguna ini? Siaute harap saudara Ciu suka
memakluminya dan menyelesaikan persoalan secara damai, untuk
itu sebelumnya siaute ucapkan banyak terima kasih..."
Sejak bertemu dengan Ku See hong untuk pertama kalinya, si
Pedang ular perak Ciu Heng thiam pun menaruh rasa kagum
terhadap lawannya, tapi dasar wataknya memang dingin dan
angkuh, hal ini memaksanya untuk mencoba kemampuan dari Ku
See hong......
Berbicara menurut keadaan semula, maka kesalahan sebetulnya
terletak dipihaknya karena memang dialah yang terlalu memaksa
musuhnya untuk melangsungkan pertarungan tersebut siapa tahu
Ku See hong menunjukkan kebesaran jiwanya dengan mengakui
kesalahan tersebut dipihaknya, cukup dilihat dari hal ini saja, dari
hati kecilnya segera muncul suatu perasaan terharu yang tak
terlukiskan dengan kata-kata.
Tanpa terasa sepasang matanya berkaca-kaca, dengan amat
terharu ujarnya:
"Saudara Ku, tidak kusangka kau adalah seorang pemuda yang
berilmu t inggi berjiwa besar, tidak suka mencari kemenangan dan
senang berteman, siaute benar-benar amat berterima kasih, sekali
atas kebesaran jiwamu itu. Kebaikan ini tak akan kulupakan untuk
selamanya!"
Ku See hong memang seorang pemuda yang mengangkat tinggi
soal persahabatan, pada mulanya dia hanya mendongkol oleh
kesombongan serta kejumawaan Ciu Heng thian, menyusul
kemudian dia merasa kalau Ciu Heng thian memiliki semangat
jantan seorang lelaki sejati yang hebat, yang mana segera membuat
pandangannya sama sekali berubah. Kini dia malah merasa kalau
lawannya adalah seorang yang berperasaan hangat.
Selama berkelana dalam dunia persilatan Ku See hong memang
ingin sekali dapat teman seorang jagoan yang bernyali, berjiwa
besar dan pemberani seperti pemuda itu.
436
Maka didorong oleh luapan emosi, dia segera menggemgam
tangan, Ciu Heng-thian sambil katanya dengan suara gemetar:
"Saudara Ciu, kita sama-sama orang perantauan, walaupun hari
ini kita tanpa sengaja, bila kau tidak keberatan, siaute bersiap sedia
untuk mengikat diri menjadi Sahabat karib denganmu."
"Saudara Ku adalah seorang pendekar besar yang berjiwa besar,
sedang aku Ciu Heng thian hanya manusia apa? Untung bisa
berteman dengan sahabat seperti kau, masa aku akan menolaknya?
Apalagi saudara Ku telah melimpahkan budi kebaikan kepadaku,
sekalipun harus menyebrangi lautan api, aku Ciu Heng-thian tak
akan menampik, apalagi cuma berteman?"
Ku See hong menggenggam pergelangan tangan kanannya
semakin kencang, katanya penuh luapan emosi:
”Kebesaran jiwa saudara Ciu sungguh membuat siaute merasa
kagum, bila kau berkata begini terus, aku jadi merasa malu untuk
berkata lebih jauh. Kini situasi dalam dunia persilatan telah
berubah, kaum kurcaci mencari untung dengan menindas rakyat,
kaum perampok menguasai wilayah orang dan saat kiamat bagi
dunia persilatan sudah hampir mendekat, bila saudara Ciu bersedia
untuk bersatu padu denganku dan..........."
Mencorong sinar mata tajam dari balik mata si pedang ular perak
Ciu Heng thian, dengan cepat dia menukas ucapan dari Ku See hong
sambil berkata dengan lantang:
"Saudara Ku, sampai mati pun siaute bersedia mendampingimu
untuk bersama-sama membuat pekerjaan besar dengan menumpas
kaum durjana dan: menegakkan keadilan didunia, biarlah langit dan
matahari menjadi saksi bagi sumpah keadilanku ini!"
Setelah menyaksikan keadaan berkembang begitu jauh Biau ki
siangsu In Han Im segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh....... haaahhh...... haaahhh....... selama seratus tahun
belakangan ini. dunia persilatan penuh segala macam perubahan,
satu peristiwa belum padam muncul persoalan lain, bagaikan
437
gelombang air pasang saja, satu belum mundur, yang lain sudah
menyusul, tapi akhirnya keadilan juga yang akan meredekan hal
ini."
"Haaahhh..... haaahh..... haaahh.... akhirnya beribu-ribu jiwa
umat persilatan dapat ditolong juga, haaahhh ....haaahhh......
haaahh.... Ku Sauhiap, Lam ciau Pak siang yakin selama hidup
belumpernah melakukan kesalahan, maka bila Sauhiap berdua tidak
menampik, pada malam ini juga kami berdua manusia tak berguna
bersedia untuk mendampingi kalian."
Ku See hong berpaling dan segera tertawa:
"Kita mempunyai cita-cita yang sama dan tujuan yang sama pula,
apalagi kita merasa cocok sekali satu dan lainnya dalam perjumpaan
ini, sayang aku orang she Ku masih mempunyai dendam kesumat
yang musti dituntut balas, selain itu akupun mempunyai pedang Hu
thian seng-kiam, sumber dari segala kekalutan dan bencana..., aku
tak berani meramalkan bagaimanakah untung atau bencanaku di
kemudian hari........"
oooOdwOooo
Bab 20
SIN HONG HWEE CIAU LUI KI segera tertawa terbahak-bahak,
"Hu-thian seng-kiam telah muncul kembali dalam dunia
persilatan, tujuannya tak lain adalah hendak membasmi kaum
durjana dari muka bumi. Seandainya kawanan siluman itu datang
mencari gara-gara, sudah barang tentu kitapun akan
melangsungkan pembunuhan secara besar-besaran!"
Mendadak Si pedang ular perak Ciu Heng thian berteriak kaget:
"Saudara Ku, beberapa hari berselang aku telah membunuh
seorang anggota perkumpulan Jian khi pang, sewaktu kuperiksa
orang itu, dapat diketahui bahwa perkumpulan Ban-shia-kau telah
melaksanakan tujuan kejinya untuk menumpas umat persilatan dan
438
menguasai seluruh jagad, selain itu mereka pun merencanakan
suatu pembasmian secara besar-besaran terhadap pendekarpendekar
dari golongan putih!"
Mendengar perkataan itu, paras muka Biau ki Siangsu In Han im
segera berubah hebat, buru-buru serunya:
"Ciu sauhiap, tahukah kau cakar iblis mereka telah direntangkan
ke mana saja?"
Si pedang ular perak Ciu Heng thian tidak menjawab sebaliknya
malah bertanya:
"Aku ingin bertanya mengapa kawanan Liok-lim yang berada
diwilayah Kang-lam berbondong-bondong berangkat kepuncak Hoat
hong diwilayah Ou-lam untuk mengadakan suatu pertemuan besar
pemilihan Bengcu pada bulan sembilan - tanggal enamnanti?"
"Waah kalau begitu pihak Ban shia kau hendak turun tangan
terhadap para pendekatr di Kanglam?" seru Biau ki siangsu In Han
Im dengan suara agak gemetar.
Pedang ular perak Ciu Heng thian manggut-manggut,
"Pendapat In tayhiap memang benar, rupanya Ban-shia-kau
bermaksud hendak mengembangkan wilayah kekuasaannya dengan
menjaring lebih banyak benggolan-bengeolan Liok-lim untuk
berpihak kepadanya. Dalam pemilihan Bengcu yang mereka
selenggarakan diwilayah Kanglam kali ini pun telah ditentukan suatu
rencana busuk, yaitu bermaksud untuk menjaring semua orang
gagah yang berada di wilayah Kanglam, bila diantara mereka ada
yang tidak bersedia untuk bekerja sama, maka secara keji mereka
akan membunuhnya, hingga apa yang dicita-citakan dapat tercapai."
Hu thian seng kia m Ku See hong yang mendengar perkataan itu
menjadi marah sekali, mencorong sinar buas dari balik matanya.
"Ban-shia-kau, perkumpulan kaum bedebah! Aku bersumpah tak
akan membiarkan mereka untuk melaksanakan rencana rencana
busuk tersebut!" teriaknya.
439
Biau ki siangsu In Han Im menghela napas sedih, ucapnya:
"Kemungkinan besar diantara kawanan jago kaum Liok-lim yang
berada di wilayah Kanglam pun kini sudah disusupi oleh anjinganjing
Ban-shia-kau, bisa dibayangkan bagaimanakah akibat dari
pemilihan besar, pemilihan Bengcu yang diselenggarakan pada
bulan sembilan pada tanggal enam nanti."
Tiba-tiba Sin hong hwee ciu Lui Ki berpaling kearah Ku See hong
sambil bertanya:
"Ku lote, siapakah Kaucu dari perkumpulan Ban-shia-kau
tersebut? Mungkin kau sudah mempunyai gambarannya bukan?"
Ku See hong merasa amat terkejut setelah mendengar
pertanyaan itu. Segera pikirnya:
`Cermat betul jalan pemikiran orang ini, betul aku sudah
menduga kalau ketua dari perkumpulan Ban-shia-kau adalah
perempuan jalang itu...,tapi peristiwa ini menyangkut ke-aib-an dari
guruku, apakah harus ku ungkapkan secara blak-blakkan?`
Ternyata Ku See hong telah menduga kalau ketua dari
perkumpulan Ban-shia-kau adalah istri gurunya, Bun ji koan-su,
yang bernama Ceng Lan Hiang tersebut....
Sebagaimana diketahui, perist iwa berdarah yang terjadi diatas
puncak Ciat-hong di bukit Soat-san tempo hari merupakan suatu
peristiwa pengeroyokan yang amat dirahasiakan oleh pelakupelakunya,
sementara mereka yang tersangkut dalam peristiwa itu
pun sebagian besar adalah manusia-manusia munafik yang berlagak
sok suci dan sok bijaksana, ...andaikata diantara mereka terdapat
pendekar sejati, maka setelah terjadinya peristiwa itu, kalau bukan
lenyap ...tentulah mati secara mengenaskan sehingga diantara
kaum pendekar sejati yang ada didunia ini dan mengetahui duduk
persolan yang sebenarnya, boleh dibilang tinggal Ku See hong
seorang......
Ceng Lan hiang sebetulnya adalah putri dari Thi Kiam Kim Ciang
(Pedang Baja Telapak Tangan Emas) Cong Ih huang....., demi
440
rencananya untuk mencelakai Bun-ji koan-su ,dia telah menikah
dengan tokoh persilatan tersebut.
Tapi, peristiwa ini tak ada seorang manusia pun yang tahu,
karenanya hingga kini orang tak pernah menyangka kalau Bun-ji
koan-su sebenarnya sudah beristri, lebih-lebin tak ada yang tahu
kalau kehidupan tokoh sakti itu sesungguhnya berakhir ditangan
istri kesayangannya sendiri.
Peristiwa semacam ini boleh dibilang merupakan peristiwa yang
amat memalukan, Ku See hong sebagai muridnya sudah barang
tentu enggan untuk menyiarkan kisah yang memalukan ini kepada
semua orang.
Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak Ku See hong,
akhirnya dia mengambil keputusan untuk tidak membongkar rahasia
tadi.
"Saudara bertiga..." ujarnya kemudian "Walaupun pada saat ini
aku orang she Ku sudah tahu siapa gerangan ketua dari Ban-shiakau
tersebut, namun berhubung persoalan ini menyangkut nama
baik guruku, maka sulit bagiku untuk mengutarakannya keluar,
...untuk itu harap kalian maklum."
”Padahal, nama Ban-shia Kaucu pun merupakan nama yang
masih asing bagi pendengaran kaum pendekar golongan putih dari
dunia persilatan, hingga sekalipun nama itu kusebutkan, belum
tentu kalian akan mengenali orangnya.`
"Aku dengan orang-orang dari Ban-shia-kau mempunyai dendam
kesumat yang lebih dalam daripada samudra, aku tak akan
membiarkan kaum durjana itu berbuat semena-mena didalam dunia
ini, suatu hari, aku pasti akan menyuruh mereka semua rasakan
pembalasan yang paling mengenaskan!"
Si pedang ular perak Ciu Heng thian segera berkata dengan
suara lantang:
"Kini pengaruh iblis sudah meraja-lela, mereka sudah
bersekongkol dengan berbagai perguruan besar di dunia ini,
441
sementara kaum yang dianggap sebagai golongan murni boleh
dibilang sangat minim sehingga cuma terdiri dari beberapa orang,
bila kita berempat harus menghadapi khalayak yang begitu banyak,
jelas hal ini mustahil bagi kita untuk meraih kemenangan, aku pikir,
tindakan paling penting yang harus kita laksanakan sekarang adalah
mencari tahu markas besar pihak lawan, kalau bisa kita langsung
menyerbu ke sarangnya dan melenyapkan pentolannya. Demikian
ancaman bahaya baru bisa disingkirkan, kini saudara Ku sudah
mengetahui siapa gerangan Kaucu dari perkumpulan Ban-shia-kau,
terangkan kepada kami dimanakah letak sarang iblis mereka?"
Ku See hong menghela napas panjang,
"Aaai.... di manakah letak markas besar Ban-shia-kau tidak
begitu jelas bagiku, tapi bila kita mau mengorbankan sedikit tenaga
dan pikiran, rasanya tidak sulit untuk mengetahuinya."
Pada saat itulah mendadak...........
Dari arah sebelah barat tanah pekuburan itu berkumandang
datang suara pekikan panjang yang amat memekikan telinga, suara
pekikan tersebut kedengaran aneh sekali.
Ketika berkumandang mengikuti hembusan angin malam, lamatlamat
terasanya bagaikan isak tangis setan, seperti juga suara
lolongan serigala, membuat siapa saja yang mendengarnya segera
merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Menyusul suara yang mengerikan tadi, terdengar seorang
tertawa dingin lalu berkata:
"Bocah keparat she Ku, Ban-shia-seng-kau merupakan pemimpin
tertinggi didalam dunia persilatan saat ini..., kau anggap nama baik
kami boleh dinodai dengan begitu saja olehmu? Hmmm....hmmm....
bocah keparat, jika kau merasa punya kepandaian ayolah ikut i aku,
mari kita saksikan sampai dimanakan kelihayan dari Lian-hun ki-ong
dari perkumpulan suci kami heeemm....heemmm...."
442
Suara bisikan itu lirih seperti nyamuk, namun setiap patah
katanya dapat terdengar jelas, bahkan sangat menggetarkan
telinga.
Dari balik mata Ku See hong segera memancar keluar sorot mata
tajam yang menggidikkan hati, diiringi suara pekikan nyaring,
tubuhnya melejit ke udara dan meluncur kedepan, diantara
berkibarnya ujung baju, terhembus angin dengan kecepatan luar
biasa ia meluncur ke arah mana berasalnya suara tadi.
Waktu itu sudah mendekati kentongan ke empat; bintang
bertaburan di angkasa, angin dingin berhembus menusuk tulang,
diantara heningnya suasana terdengar suara tertawa menyeramkan
bergema dari balik tanah pekuburan sana, kemudian muncullah
sesosok bayangan manusia berwarna abu-abu yang meluncur keluar
bagaikan burung elang. Ditinjau dari kecepatan gerak orang itu,
dapat diketahui kalau ilmu meringankan tubuhnya telah mencapai
puncak kesempurnaan.
Tatkala bayangan tubuh Ku See hong lenyap dibalik kegelapan
malam tadi, mendadak Si Pedang ular perak Ciu Heng thian
mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan suara tertawa
panjang yang seram memekikkan telinga......
Dibalik tertawanya itu jelas tercermin nada yang begitu licik,
begitu busuk dan menyeramkan.
Itulah suatu penampilan yang amat buas, ganas, keji dan
menggidikkan hati....
Begitu menangkap suara tertawa panjang yang amat mengerikan
itu Biau ki Siangsu In Kan im dan Sin hong hwee ciau Lui Ki segera
merasakan hatinya bergetar keras, dengan empat mata mereka
yang tajam bagaikan sembilu, mereka bersama-sama memandang
kearah wajah Ciu Heng thian yang licik dan buas itu... ...
Kontan paras muka mereka berubah hebat, dengan cepat kedua
orang itu tahu bahwa mereka sudah berada diambang pintu
kematian.!
443
Ya, cuaca dilangitpun gampang berubah-ubah, apalagi kehidupan
manusia di dunia ini.
Tahu wajah, tahu orangnya ... tak akan tahu hatinya, siapakah
yang bisa menduga akan, kebusukan, kelicikan serta kemunafikan
seseorang yang tersembunyi dibalik hatinya??
Diam-diam Biau ki Siangsu In Ham im sangat menyesali
kekhilafan sendiri , selama ini dia selalu merasa bangga karena
kemampuannya untuk menilai orang dari raut wajahnya..., sungguh
tak disangka pada malam ini dia harus melakukan suatu kesalahan
yang amat besar.
Si pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa licik beberapa saat
lamanya, ....mendadak ia berhenti tertawa.
Dengan sekulum senyaman menyeringai menghiasi ujung
bibirnya, bagaikan bayangan setan dia menerjang kearah Lam ciau
Pak Siang, wajahnya nampak begitu menyeramkan, begitu licik dan
menggidikkan hati. Sepasang mata Sin hong hwee ciau Lui Ki
segera memancarkan cahaya berapi-api, dengan suara keras dia
membentak:
"Bocah keparat she Ciu, kau............. kau sungguh amat licik dan
rendah, aku.... aku akan beradu jiwa denganmu !"
Sambil berkata dia siap menerjang kedepan.
Biau ki Siangsu In Ham Im lebih cerdik daripada rekannya,
sekalipun dia dihadapkan pada ancaman bahaya maut yang
menyeramkan, namun pikirannya tak sampai menjadi kalut. Sambil
menarik tangan Sin hong hwee ciau, bisiknya lirih:
"Lui lote, cepat tenangkan pikiranmu pertarungan yang bakal
berlangsung merupakan suatu pertarungan yang akan menentukan
mati hidup kita, jangan bertindak kelewat gegabah!"
Walaupun Sin hong hwee ciau Lui Ki merupakan seorang yang
berangasan, namun dia cukup tahu betapa gawat dan seriusnya
persoalan yang dihadapinya sekarang, sebab bilamana mereka
berdua sampai tewas ditangan manusia laknat ini, bisa jadi dendam
444
sakit hatinya tak pernah akan terbalas untuk selamanya, bahkan
keselamatan jiwa Ku See hong pun terancam oleh bahaya maut!
Karena itu setelah pelbagai ingatan berkecamuk didalam
benaknya, dengan segala kemampuan yang dimilikinya dia berusaha
keras untuk mengendalikan gejolak perasaan dalam hatinya dan
berusaha untuk menenangkan kembali pikirannya.
Terdengar si Pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa seram
lagi belulang kali, lalu berkata:
"In Ham Im, percuma kau disebut orang sebagai Biau-ki
Siangsu,' heehhh...... heeeehhh..... heeehhh...... siapa sangka kalau
kau telah menyerahkan nyawamu sendiri ketangan raja akhirat,
heehhh...... heeeehhh..... heeehhh......"
-oo0dw0oo-
Jilid 14
DIAM-DIAM Biau-ki-siang-su In Han-im menghimpun segenap
tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap sedia menghadapi
segala kemungkinan yang tak diinginkan, sedang diluar wajahnya ia
tetap bersikap tenang, sahutnya pelan;
"Ciu Heng-thian, perubahan drastis semacam ini tak akan bisa
diduga siapapun juga, yang bakal mati pada malam inipun masih
merupakan tanda tanya besar, bila liangsim pun masih mampu
berbicara, saat inilah merupakan saat yang paling baik bagimu
untuk melepaskan kesesatan dan kembali kejalan kebenaran, karena
kau masih mempunyai kesempatan untuk menolong dirimu sendiri"
"In Han im!" kata si pedang ular perak Ciu Heng thian sinis, "hati
bajik dan perasaan welasmu itu lebih baik kau dermakan kepada
sukma-sukma gentayangan di alam baka nanti saja!"
Walaupun Biau-ki-siangsu In Han im tahu kalau usahanya untuk
menyadarkan kembali pemuda ini agar kembali ke jalan yang benar
tak nanti menjadi kenyataan, namun satu-satunya jalan baginya
445
sekarang adalah berusaha untuk mengulur waktu sebisanya sambil
menunggu kedatangan Ku See hong.
Maka dengan sikap yang masih tetap tenang Biau ki siang su In
Han im berkata:
''Ciu Heng-thian, tahukah kau bahwa karma tetap berlaku bagi
umat manusia, apakah kau tidak takut terhadap pembalasan karma
dikemudian hari?"
Sekali lagi si Pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa seram.
'Heeehhh...heeehhh...heeehhh... In Han Im, sekarang aku sudah
mengetahui akan siasat busukmu itu, hmmmm, hmmm, sayang
percuma saja kau menanti, Ku See hong tak bakal kembali lagi
kemari!"
Mendengar perkataan itu paras muka Biau ki siang su In Han im
segera berubah hebat, tapi hanya sejenak kemudian telah pulih
kembali seperti sedia kala, kembali dia berkata:
"Sejak dulu sampai sekarang, kaum dujana tak ada yang bisa
lolos dari keadilan dan kebenaran, hanya persoalannya, berbeda
waktu belaka, cepat atau lambat akhirnya kau pasti akan terkena
pembalasannya juga"
"Hmmm, In Han im! Kematian sudah berada didepan mata, tapi
kau masih sempat berkhotbah terus, hmmm . . . . hmmm . . .
sungguh merupakan suatu perbuatan yang sangat menggelikan'
Kini, Biau-ki siang su In Han im betul-betul sudah merasa putus
asa, tapi dia toh tak mau menyerah dengan begitu saja, kembali
ujarnya:
''Pintu Buddha terbuka lebar bagi orang yang mau bertobat,
lepaskan golok pembunuhmu dan bertobatlah atas dosa dan
kesalahanmu, Aku harap kau suka berpikir tiga kali sebelum
mengambil tindakan''
Paras muka si Pedang ular perak Ciu Heng thian telah berubah
menjadi mengerikan sekali, kelicikan dan kebusukan sudah semakin
446
menyelimuti wajahnya, suara tertawa dingin yang menggidikkan hati
sekali lagi bergema memenuni angkasa:
"In Han im, kematian sudah berada di depan matamu, lebih baik
padamkan saja keinginanmu itu!" Heeehhh-heeehhh-heehhh bagi
manusia yang berpengalaman picik semacam kau juga ingin
berkecimpungan dalam dunia persilatan. Hmm! Pada hakekatnya
perbuatan kalian itu benar-benar tak tahu diri.
''Terus terang saja kuberitahukan padamu, Sejak setengah bulan
berselang aku Ciu Heng thian sudah menggabungkan diri dengan
perkumpulan Ban shia kau kini, kedudukan ku adalah wakil ketua
dari Ban shia kau, adapun kedatanganku sekarang adalah untuk
melaksanakan perintah dari kaucuku guna menyelidiki asal mula
munculnya suara nyanyian dari Bun ji koan su, sekarang segala
sesuatunya sudah kuterangkan sejelasnya kepadamu, aku rasa
kalian pun boleh mampus dengan mata terpejam rapat. Heehh. . .
heeehhh .....
Sampai disitu sekali lagi dia perdengarkan suara tertawa licik-nya
yang penuh disertai dengan perasaan bangga.
Dalam keadaan seperti ini, Biau ki siang su In Han im sudah
benar-benar putus asa, sekarang dia hanya bisa menyesali dirinya
yang bermata tak berbiji sehingga terjebak dalam perangkap
manusia durjana.
Oooh Thian, mengapa manusia-manusia durjana itu dibiarkan
memperoleh kedudukan dan kesempatan untuk melakukan
kejahatannya?
Si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera tertawa seram
dengan nada yang amat licik:
"In Han im, tadi mengapa kalian ingin mengetahui siapakah
kaucu kami itu?"
Setelali berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Heeehhhh . . . heeehhh. . . heeehhh. . . bagaimanapun sebentar
lagi kalian akan berangkat meninggalkan dunia ini, beritahu kepada
447
kalian pun tak menjadi soal . . Ketahuilah, kaucu dari Ban shia kau
tak lain adalah istrinya Bun ji koan su si setan tua itu yang bernama
Ceng Lan hiang.
'Heeehhh...heeehhh... nama ini amat asing bukan bagi kalian?
Tentunya kalian tak pernah menyangka bukan, kalau Bun ji koan su
yang dianggap sebagai jagoan oleh kalian ternyata punya bini?
Padahal kalian mana tahu kalau Bun ji koan su sesungguhnya
adalah seorang manusia histeris yang menyeramkan?"
Betapa gusarnya Biau ki siangsu In Han im ketika mendengar
orang itu mencemooh dan menghina Bun ji koan su, sambil melotot
besar bentaknya keras-keras:
"Bocah keparat she Ciu, tutup bacot anjingmu, seorang lelaki
sejati boleh dibunuh pantang dihina, seandainya kami Lam ciau pak
siang mati ditanganmu pada hari ini, sekalipun jadi setan kami tetap
akan menyeretmu ke dalam neraka"
Mencorong sinar keji dan buas dari balik mata pedang ular perak
Ciu Heng thian, serunya:
"In Han im, sekarang serahkanlah nyawa kalian! Aku orang she
Ciu akan siang malam menantikan kedatangan kalian sebagai setan
iblis, tapi kalian musti ingat, jika sebagai setan iblis sekali lagi kalian
mampus, maka kalian akan berubah menjadi bayangan setan yang
tak bakal bisa menitis kembali untuk selamanya, heeehhh. . .
heeehhh. . ."
Suara tertawa dingin yang menyeramkan kembali bergema
menggetarkan sukma...
Tubuh Ciu Heng thian bagaikan bayangan sukma menerjang
maju ke muka, telapak tangan kanannya secepat kilat diayunkan ke
depan melepaskan sebuah pukulan dahsyat..
Dimana serangan tersebut dilancarkan, hawa pukulan yang maha
dahsyat disertai gerakan berputar segera meluncur ke muka
bagaikan gulungan ombak samudra, pasir dan batu segera
448
beterbangan memenuhi angkasa dan menerjang ke arah Lam ciau
pak siang dengan sangat hebatnya.
Tadi, Lam ciau pak siang telah menyaksikan kelihayan ilmu silat
yang dimiliki Ciu Heng thian,, maka begitu dilihatnya angin serangan
yang maha dahsyat itu meluncur datang, serentak mereka
membentak keras kemudian bersama-sama melejit ke samping
untuk menghindarkan diri.
Sambil tertawa dingin t iba-tiba Ciu Heng thian mementangkan
sepasang telapak tangannya ke kiri dan ke kanan, dua gulung angin
pukulan yang sangat hebat seperti hembusan angin topan, dengan
disertai suara desingan tajam yang memekikkan telinga langsung
menyergap tubuh Lami Ciau dan Pak Siang.
Perubahan jurus serangan ini dilakukan dengan kecepatan luar
biasa, jauh berbeda dengan jurus serangan pertama, selisih antrara
kedua buah serangan itupun kecil sekali.
Waktu itu Lam ciau pak siang masih melambung di udara, dan
belum sempat melayang turun ke atas tanah, tahu-tahu gulungan
angin pukulan yang menyesakkan napas telah meluncur tiba dengan
hebatnya.
Menghadapi ancaman yang begitu dahsyatnya itu Lam ciau pak
siang merasa amat terperanjat, masing-masing pihak segera
menggunakan jurus serangan yang paling hebat untuk melejit
kesamping, seluruh badannya segera berputar bagaikan
gangsingan, secara drastid sekali mereka meloloskan diri dari
ancaman maut tersebut.
Sin-hong hwee ciau segera membentak nyaring begitu tubuhnya
mencapai permukaan tanah, tubuhnya yang tinggi besar itu dengan
membawa gulungan angin yang kencang menerkam kedepan,
sepasang telapak tangannya dengan disertai desingan angin tajam
yang menggidikan hati secepat kilat melepaskan tiga buah pukulan
berantai ke tubuh Ciu Heng thian.
Ketiga buah serangan itu dilancarkan dalam keadaan gusar,
kedahsyatannya bukan alang kepalang.
449
Begitu pukulannya dilepaskan, seperti gelombang dahsyat yang
mangamuk ditengah samudra saja, dengan hebatnya segera
menggulung kedepan ....
Dipihak lain, Biau-ki-siang-su In han im pun melancarkan
serangan dengan kepandaian saktinya pada saat yang bersamaan,
bayangan kaki, pukulan tangan bagaikan jaring laba-laba
mengurung musuhnya secara ketat dan rapat.
Semua jurus serangan yang dahsyat itu tertuju ke bagian-bagian
tubuh yang mematikan disekujur badan lawan, bagaimanapun lihay
Ciu Heng-thian, dalam keadaan seperti ini buru-buru dia gunakan
ilmu gerakan tubuh yang lihay untuk menghindarkan diri.
Biau ki-siang-su In Han-im tahu, soal mati hidup dirinya adalah
urusan kecil, tapi nasib dunia persilatan merupakan masalah besar,
bila mereka berdua tak bisa bertahan hingga kembalinya Ku Seehong,
sudah pasti sampai di akhirat pun mereka akan menanggung
penderitaan.
Maka setelah memperdengarkan suara tertawa panjangnya yang
mengenaskan, angin pukulan serta bayangan kaki seperti angin
puyuh menerjang tiada hentinya....
Bila seseorang sudah nekad untuk beradu jiwa maka semua
serangan yang dilancarkan otomatis memiliki kekuatan yang
mengerikan.
Dalam waktu singkat bayangan telapak tangan menyelimuti
seluruh angkasa, sedemikian berlapis-lapisnya kekuatan serangan
itu hingga hampir setiap ruang kosong tertutup rapat...
Diteter secara ganas dan dahsyat oleh Lam-ciau pak-siang, si
Pedang ular perak Ciu Heng thian terdesak mundur berulang kali,
lama kelamaan kejadaian ini membangkitkan sifat buasnya.
Mendadak ia mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan
suara pekikan keras yang membetot sukma..
Dengan cepat ia menghimpun tenaga Tay ih kun goan
khikangnya yang maha dahsyat itu kedalam telapak tangannya.
450
Segulung demi segulung tenaga pukulan yang dalam bagaikan
samudra meluncur kedepan, dalam waktu singkat udara disekeliling
tempat itu sudah berubah menjadi panas menyengat badan.
Sepuluh gebrakan kemudian walaupun ilmu silat yang dimiliki
Biau ki siangsu In Han im sangat lihay, namun semua gerakannya
terhadang oleh hawa murni yang dipancarkan Ciu Heng thian
sehingga semua kelihayannya tak sanggup dipancarkan.
Sebaliknya, Ciu Heng thian yang khusus meneter In Han im
justru makin menyerang semakin menghebat, serangan demi
serangannya yang dahsyat memaksa In Han im mundur terus tiada
hentinya, bahkan keselamatan jiwanya makin terancam.
Sementara itu Sin hong hwee ciau Lui Ki yang terlibat pula
didalam pertarungan itu secara diam-diam telah menghimpun pula
tenaga dalam yang dimilikinya, dia telah mengeluarka ilmu Ceng pit
kang yang paling diandalkan seumur hidupnya untuk melaku kan
perlawanan.
Tampak sepasang lengannya membesar satu kali lipat, dibalik
warna merah muncul warna kehitam-hitaman yang amat
mengerikan, diiringi bentakan nyaring, menda-dak sepasang
lengannya didorong ke muka secara aneh, segulung angin kencang
yang berputar dengan cepatnya meluncur ke tubuh lawan.
Si pedang ular perak Ciu Heng thian segera meningkatkan
kewaspadaannya begitu menyaksikan sepasang lengan Sin hong
hwee ciau berubah menjadi hitam membengkak, ia tahu serangan
yang dilancarkan itu sudah pasti amat beracun dan mematikan.
Baru saja ingatan tersebut melintas lewat dalam benak Ciu Heng
thian, angin pukulan yang menyesakkan napas itu bagaikan jaring
langit dan perangkap bumi meluncur kedepan dan mengurung
seluruh tubuhnya rapat-rapat..
Diam-diam Ciu Heng thian merasa terkesiap, ia tak mengira kalau
kepandaian silat yang dimiliki Lam ciau pak siang sudah mencapai
taraf yang begitu hebatnya, tanpa terasa hawa napsu
membunuhnya berkobar.
451
Diam-diam hawa khikang Tay ih kun goan sinkangnya dikerahkan
mencapai sepuluh bagian, kemudian sepasang tangannya di
getarkan semakin kencang, memaksa Biau ki siang su In Han im
menjadi keteter hebat dan keadaannya makin mengenaskan.
Ketika angin pukulan Ceng pit kang yang dilancarkan Sin hong
hwe ciau Lui ki menyentuh satu depa didepan badan Ciu Heng
thian, tahu-tahu dia seperti merasa membentur diatas sebuah
dinding baja yang tak berwujud yang amat kuat, ternyata daya
kekuatannya tak sanggup menerjang lebih ke depan.
"Blaaamm!" terdengar bunyi benturan keras yang memekikkan
telinga bergema memecahakn keheningan, tenaga pukulan maha
dahsyat yang dilontarkan oleh Sin hong hwee ciau itu tahu-tahu
sudah dipunahkan hingga tak berbekas oleh angin pukulan Tay ih
kun goan khikang yang tak berwujud dari Ciu Heng thian.
Menyusul kemudian terdengarlah suara pekikan ngeri yang
memilukan hati bergema memenuhi seluruh angkasa.
Tubuh Sin hong hwee ciau Lui ki yang tinggi besar itu bagaikan
layang-layang yang putus tali segera mencelat sejauh tiga kaki
dengan nadi yang putus, darah segar memancar keluar dari lubang
indranya, ia mati secara mengenaskan.
Begitulah seorang pendekar sejati akhirnya harus berpulang
kealam baka karena dianiaya dan dicelakai oleh seorang manusia
laknat yang berhati busuk.
Mendadak. . . sekali lagi terdengar suara pekikan keras yang
membetot sukma bergema memenuhi angkasa,
Biau ki siangsu In Han im bagaikan gulungan angin berpusing
menerjang maju kesamping tubuh Ciu Heng thian, sepasang telapak
tangannya yang penuh dengan tenaga dalam segera melancarkan
bacokan dari suatu sudut yang aneh sekali.
Dimana serangan dari In Han im dilancarkan, beberapa gulung
angin pukulan yang tajam diiringi suara desingan tajam telah
meluncur kedepan dan menerjang tubuh Ciu Heng thian.
452
Betapa sedih dan hancurnya perasaan Biau ki siangsu In Han im
setelah menyaksikan adik angkatnya mati secara mengenaskan,
sambil menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
dengan mempergunakan jurus serangan yang paling tangguh dia
lepaskan serangan mematikan.
Sedemikian dahsyatnya serangan itu, ibaratnya bendungan yang
jebol diterjang air bah.
Si pedang ular perak Ciu Heng thian tak pernah mengira kalau
jurus serangan yang dilancarkar In Han im bisa sedemikian cepat
nya, lagipula arah serangannya adalah bagian tubuh yang harus
diselamatkan, padahal tenaga dalamnya waktu itu belum sempat
terhimpun kembali.
Segulung angin pukulan yang dahsyat dan menyesakkan napas
seperti ambruknya bukit Tay san segera menekan keatas kepalanya.
Kontan dia merasakan kepalanya menjadi pusing tujuh keliling,
nadinya seperti membengkak besar, sakitnya bukan kepalang.
Tak terlukiskan rasa terkesiap dalam hati Ciu Heng thian, buruburu
sepasang tangannya disilangkan kemudian diiringi bentakan
gusar mendadak sepasang tangan nya didorong kemuka.
"Plaaakkk. ...!" suatu benturan nyaring segera bergema
memecahkan keheningan.
Angin pukulan tajam segera berputar kencang sambil
menimbulkan suara desingan tajam, dengan cepatnya hembusan
angin itu di memancar keempat penjuru.
Ciu Heng thian merasakan kuda-kudanya tergempur, dengan
sempoyongan dia mundur sejauh tiga empat langkah, wajahnya
berubah menjadi pucat pias seperti mayat.
Biau ki Siangsu In Han im sendiripun kena dilemparkan tubuhnya
sejauh satu kaki lebih, tapi ketika terjatuh kembali ke tanah ia
berdiri tegak dengan tubuh kaku.
453
Kulit wajahnya segera mengejang keras dengan pancaran garisgaris
kebencian yang dalam, rambutnya terurai kalut, mata nya
merah membara sehingga keadaannya tampak sangat
mengerikan....
Si Pedang ular perak Ciu Heng thian tertawa seram, katanya
dengan suata yang dingin:
"In Han iln, sebenarnya aku orang she Ciu hendak menghabisi
nyawamu dengan begitu saja, heeehhh... heeehhh...heeehhh... tapi
sekarang aku telah merubah maksudku semula, aku hendak
menyuruh kau untuk merasakan siksaan yang paling keji lebib dulu
sebelum mampus secara mengerikan"
Biau ki siang su In Han im tahu kalau kekuatan yang dimilikinya
sudah punah, nadi yang berada didalam tubuhnya telah
membengkak besar seperti mau meledak, sementara hawa darah
yang bergolak dalam dadanya membuat dia tak sanggnp untuk
menghimpun sedikit tenagapun, apa yang bisa dilakukan sekarang
tak lebih hanyalah melototkan sepasang matanya yang merah
membara dengan penuh kebencian.
Si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera menunjukkan wajah
seram dan buasnya yang mengerikan, lalu sambil senyum tak
senyumdia berkata:
"In Han im, mungkin kau pernah mendengar bukan bahwa
didalam ilmu silat terdapat semacam ilmu yang disebut khi im ciok
meh hoat (ilmu membalikkan nadi) bukan?
Begitu mendengar ucapan tersebut, paras muka Biau ki siangsu
In Han im segera berubah menjadi pucat pias dan makin
mengerikan.
Sekali lagi si Pedang uiar perak Ciu Heng thian tertawa seram:
"Heeehhh... heeehhh...heeehhh.... bagaimana? Apakah kaupun
memahami kepan-daian semacam ini?"
Seluruh badan Biau ki siang su In Han im sudah lemas tak
bertenaga, dia hanya bisa menerima cemoohan dan penghinaan
454
manusia laknat itu dengan pasrah, ia betul-betul putus asa dan tidak
mempunyai harapan lagi untuk meloloskan diri.
Mendadak Ciu Heng thian mendongakkan kepalanya dan tertawa
seram, suara tertawa nya bagaikan tangisan setan, seperti juga
suara lolongan serigala hingga kedengaran nya amat menusuk
pendengaran.
Ditengah gelak tertawanya itu, tubuhnya seperti bayangan sukma
segera menerjang kemuka dan berhenti disamping kiri Biau ki siang
su In Han im, kelima jari tangan kanannya dipentangkan lebarlebar,
kemudian secara beruntun melepaskan serangkaian totokan
berantai. .
Gerak serangannya aneh tapi cepat, sekalipun In Han im berada
dalam keadaan sehat juga jangan harap bisa menghindarkan diri.
Apalagi isi perutnya sekarang sudah menderita luka dalam yang
amat parah, sakitnya bukan alang kepalang!! sudah barang tentu ia
tak dapat meloloskan dari dari ancaman tersebut.
Tak ampun lagi semua ancamannya segera bersarang diatas
badannya.
Begitu berhasil menotok semua jalan darah dan urat penting
ditubuh In Han im, Ciu Heng thian segera menggerakkan telapak
tangan kirinya membuat musuhnya roboh terkapar kembali.
Memandangi lawannya yang terkapar, si Pedang ular perak Ciu
Heng thian tertawa seram.
'Heeehhh... heeehhh... heeehhh... In Han im, sekarang kau boleh
rasakan siksaan yang paling keji didunia ini, kemudian nantikan lah
nadi-nadimu meledak sebelum ajalmu tiba, haaahhh... haaahhh...
haaahhh, inilah akhir yang akan kau alami"
Terhajar oleh totokan berantai dari Ciu Heng thian tersebut Biau
ki siangsu In Han im merasakan seluruh urat nadi didalam tubuhnya
melilit menjadi satu, peredaran darahnya berbalik sehingga
menyumbat jalan darahnya, sementara aliran hawa panas mengalir
terbalik dan menerjang ke atas otak. Seketika itu juga dia
455
merasakan seluruh badannya mengejang keras, seolah-olah
terdapat beribu-ribu ekor ulat dan semut yang menggigit disekujur
badannya, selain gatal sakit juga amat menyiksa badan. Penderitaan
semacam itu pada hakekatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata,
seperti ada sebilah pedang tajam yang sedang menyongkel setiap
bagian badannya. Peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran
membasahi seluruh badannya, mata yang membelalak besar kini
hampir melotot keluar, muka yang pucat pun berubah semakin
mengerikan.
Tapi dia masih berusaha keras untuk menahan penderitaan dan
siksaan yang maha dahsyat itu, sebab dia tak ingin merintih serta
menunjukkan kelemahannya didepan musuhnya.
Si pedang ular perak Ciu Heng thian betul-betul berhati buas dan
kejam melebihi binatang, melihat musuhnya tersiksa, dia malah
makin kegirangan, sambil tertawa keji katanya dingin
menyeramkan:
"In Han im, sekarang aku akan memotongi semua otot didalam
badan agar saat kematian yang bakal merengut nyawamu makin
panjang, tapi juga akan menambah siksaan yang akan menggilas
tubuhmu. Heeehhh. . . heeehh. ."
Seraya berkata, ia lantas melolos pedang ular peraknya dari
pungggung, kemudian diantara berkelebatnya cahaya tajam, mata
pedang yang tajam itu bekerya keras membetoti semua otot dalam
tubuh In Han-im.
Bayangkan saja betapa menderitanya In Han-im menghadapi
siksaan brutal seperti itu, tapi dia tidak mengeluarkan sedikit
suarapun, meski badahnya gemetar keras, darah mengucur deras,
namun ia tetap mempertahankan diri dengan sekuat tenaga.
Dalam waktu singkat, In Han-im telah berubah menjadi manusia
darah, wajahnya lebih pucat daripada mayat.
Penderitaan yang menyiksa tubuhnya sekarang betul-betul sukar
dilukiskan dengan kata-kata, ia sampai berguling- gulingan diatas
tanah untuk menahan penderitaan tersebut.
456
Sayangnya, gerakan itu bukan saja tidak mengurangi
penderitaannya, malah sebalik nya justeru menambah hebat
penderitaan.
Si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera menarik kembali
pedangnya dan tertawa seram.
"Heeeehhh...heeeehhh In Han-im, sekarang kau pasti telah
menikmati kebahagiaan bukan? Nah aku boleh memberitahukan
kepadamu, apa yang kau rasakan sekarang baru suatu permulaan,
kenikmatan yang lebih mengasikkan justru akan kau rasakan
dibelakang nanti"
'Kemudian setelah tertawa dingin dia melanjutkan:
"Silahkan berbaring disini sambil merasakan kenikmatan hidup,
maaf aku orang she Ciu tak bisa menemani lebih lama"
Diiringi suara tertawa yang amat nyaring, bayangan tubuh Ciu
Heng-thian berkelebat di udara dan lenyap tak berbekas.
Yaa, apa yang dikatakan memang benar nasib tragis dari In Hanim
memang masih berada dibelakang.
Tatkala bayangan iblis dari Ciu Heng hian sudah lenyap dari
pandangan mata, penderitaan yang menyerang tubuhnya ternyata
beratus kali lipat lebih dahsyat. .
Ia mulai memperdengarkan suara pekikan keras bagaikan
binatang yang terluka, begitu mengenaskan, begitu menusuk
pendengaran.
Sambil menjerit dan berguling dan mencoba untuk mengurangi
penderitaan, tapi rasa sakit makin mengurung dirinya, bahkan makin
lama semakin dahsyat dan hebat. . .
Penderitaan yang makin lama semakin menghebat ini, membuat
ia tak sanggup untuk menahan lebih jauh, diapun merasakan daya
tekanan yang menghimpit tubuhnya makin dahsyat seperti hendak
menghimpitnya menjadi cairan darah, seperti hendak meremukkan
badannya dan meng-hancurkannya menjadi beribu-ribu keping.
457
Penderitaan semacam ini sukar untuk dilukiskan dengan katakata.
Tapi Biau ki siangsu In Han im masih tetap mempergunakan
kecerdasan otaknya serta kemauan yang besar untuk menahan
penderitaan tersebut dengan sepenuhi tenaga.
Kekuatan apakah yang sebenarnya menunjang dia sehingga
membuat In Han im sanggup untuk mempertahankan diri?
Itulah Ku See hong, dendam kusumat serta nasib dunia
persilatan dimasa mendatang.
Bagaimanapun juga, dia berusaha keras untuk mempertahankan
diri, menahan diri sehingga Ku See hong balik kesana dan
menceriterakan segala sesuatunya kepada permuda itu, kemudian ia
baru bisa meninggalkan dunia yang fana ini untuk kembali ke alam
baka.
Ia tak ingin cepat-cepat menghabisi nyawanya, sebab ia tahu
betapa pentingnya arti kehidupan yang tak seberapa lama itu bagi
semua orang, yaa buat keselamatan dunia persilatan.
Sseandainya ia sampai mati, maka semua rahasia besar itu akan
dibawa masuk ke liang kubur, itu berarti manusia laknat Ciu Heng
thian akan meraja lela, keselamatan Ku See hong akan terancan,
dan nasib dunia persilatan bisa terjatuh ke tangan mereka.
Sungguhpun tersiksa hebat, ia bertekad untuk mempertahankan
diri selama mungkin, syukur kalau bisa menanti hingga Ku See hong
kembali ke sana.....
ooo0dw0ooo
BAB 21
SEMENTARA itu Ku See hong dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuh yang paling sempurna mengejar bayangan
manu-sia tersebut sepenuh tenaga, sedemikian cepatnya ia
458
bergerak, dalam sekilas pandangan saja sudah lenyap dibalik
kegelapan sana.
Tapi gerakan tubuh orang itupun tak kalah cepatnya, hanya
didalam beberapa kali lompatan, ia sudah hilang dibalik kegelapan
sana bagaikan segulung asap.
Ku See hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat
terperanjat, pikirnya:
Orang-orang yang tergabung dalam perkumpulan Ban shia kau
benar-benar tak boleh dipandang enteng, ditinjau dari ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki orang ini, jelas ia merupakan jago
kelas satu didalam dunia persilatan, tak heran perkumpulan Thi
kiong pang dan Jian khi pang yang amat besarpun bersedia
menerima perintah dari Ban shia kau. Sebelum meninggal suhu
pernah berkata kalau si perempuan terkutuk Ceng Lan hiang telah
berhasil mendapatkan sejilid kitab Ban shia cinkeng, ucapan itu jelas
bukan gertak sambel belaka, itu berarti ilmu silat yang dimllikinya
pasti lihay sekali.
"Disamping itu kedua orang murid murtad suhu sudah pasti akan
membantu perbuatan Ceng Lan hiang pula, aaai. . . untuk
menghadapi kekuatan yang begitu besar, mustahil aku bisa bekerja
sendiri.
'Entah Ciu Heng thian bersedia untuk membantuku atau tidak?
Bila ia bisa membantu usahaku, tak lama kemudian siluman-siluman
iblis itu tentu bisa ditaklukan!'
Walaupun dalam benaknya dipenuhi oleh pelbagai macam
pikiran, namun gerakan tubuhnya sama sekali tidak mengendor,
malahan makin lama semakin cepat, akhirnya dia seperti tak
menyentuh tanah saja, bagaikan burung elang yang terbang
diangkasa, tubuhnya bergerak ke depan dengan kecepatan tinggi.
Tenaga dalam yang dimilikinya sekarang telah mencapai puncak
kesempurnaan yang luar biasa, apalagi tenaga murni itu sudah
saling bergabung dengan tenaga im dan yang dalam badannya,
maka hawa murni tersebut dapat beredar tiada hentinya bagaikan
459
gulungan ombak yang saling mengejar di tengah samudra, seolaholah
bersambung t iada hentinya.
Kurang lebih setengah perminuman the kemudian, dari jarak
seratus kaki Ku See hong telah berhasil memperkecil jaraknya
menjadi beberapa puluh kaki, sementara seratus kaki dihadapannya
terbentang sebuah hutan yang amat lebat.
Bayangan manusia yang berlarian di depan itu nampak amat
terperanjat sekali sewaktu dilihatnya Ku See hong telah mengejar
semakin dekat, padahal dia menganggap ilmu meringankan tubuh
yang dilikinya sekarang sudah terhitung jago kelas satu dalam dunia
persilatan, malah dalam perguruannyapun dia cuma kalah dengan
kaucunya, dua orang penanggung jawab serta wakil ketuanya.
Ku See hong takut kalau orang yang berada dihadapannya itu
keburu masuk kedalamhutan, ia segera berteriak keras:
"Setan kaparat yang berada didepan, tadi kau masih berani
berbicara sesumbar mengapa saat ini malah kabur terbirit-birit''
Hanya dalam waktu singkat bayangan manusia yang berada
didepan itu sudah berada tiga puluh kaki dari hutan.
Terdengar bayangan manusia yang berada didepan itu
memperdengarkan suara tertawa anehnya yang menyeramkan,
begitu suara tertawa berkumandang dalam dua tiga kali lompatan
saja badannya sudah melompat sepuluh kaki lebih kedepan.
Sekarang Ku See hong sudah berada sepuluh kaki dibelakangnya,
melinat ini dia menjadi panik, sambil membentak keras kecepatan
badannya ditingkatkan, bagaikan seekor burung alap-alap badannya
mener-kam ke bawah dengan dahsyat.
Sesungguhnya bayangan manusia yang berada didepan itu bukan
berniat masuk ke dalam hutan, melainkan cuma menjalankan siasat
busuknya untuk menjebak lawan, maka sewaktu badannya
melompat ke depan untuk kedua kalinya, mendadak ia
menghentikan gerakan badannya, kaki kiri nya membuat gerakan
setengah lingkaran, secara lincah badannya telah berputar kembali.
460
Pada saat itulah secara kebetulan Ku See hong menerjang tiba
dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Sesaat ketika badannya berputar, orang itu sudah mengayunkan
sepasang telapak tangannya ke muka dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat, tenaga pukulan mendesing bagaikan pisau dan
menderu-deru di tengah udara.
Ku See hong sama sekali tak menyangka kalau musuhnya begitu
licik dan keji, sebelum ia menyadari akan datangnya bahaya
tampaklah bayangan telapak tangan telah menyelimut i seluruh
angkasa dan menggulung tiba dengan ketatnya, begitu dahsyatnya
ancaman tadi sehingga menggidikkan bulu roma setiap orang.
Kedua belah pihak sama-sama bergerak dengan kecepatan
tinggi, apa yang terjadi pun berlangsung dalam sekejap mata.
Ku See hong memang lihay, dalam cemasnya satu ingatan segera
melintas dalam benaknya, mendadak ia menggunakan tak tik Biau
siu ji siu (terbang melayang bagaikan tipuan) dari ilmu gerakan
tubuh Mi khi biau tiong guna menyelamatkan diri.
Ketika tubuhnya yang menerjang tiba menyentuh pada gulungan
angin puyuh yang maha dahsyat itu, badannya secara aneh
melayang ke samping seenteng bulu.
Ternyata ilmu Biau siu ji siu tersebut merupakan sejenis ilmu
gerakan badan yang khusus mengandalkan tenaga dalam untuk
membuat badannya seenteng bulu, bagai-manapun dahsyatnya
angin pukulan orang, bila terkena badannya tenaga itu akan lenyap
seperti menghantam kapas, melayang ke udara dengan sangat
entengnya.
Ilmu gerakan tubuh ini pernah dipraktekkan oleh Ku See hong
sewaktu tubuhnya terjatuh dari atas puncak tebing di laut lam hay
dari ketinggian lima enampuluh kaki itu.
Begitulah, seenteng bulu tubuh Ku See hong melayang sejauh
lima enam kaki dari tempat semula dengan sorot mata yang tajam
dia mengawasi orang itu tak berkedip.
461
Waktu itu kentongan kelima sudah menjelang tiba, sang surya
sudah mulai muncul dari ufuk sebelah timur, tampaklah orang itu
adalah seorang lelaki berbaju abu-abu yang berperawakan kurus
kering, ia memiliki muka berbentuk kuda dengan kulit badan yang
putih hampir tidak berwarna darah, dari balik matanya yang cekung
terpancar keluar serentetan sinar mata yang tajam bagaikan
sembilu membuat orang yang memandang terasa menjadi ngeri.
Orang ini tak lain adalah salah seorang diantara empat thamcu
yang berada dalam perkumpulan Ban-shia-kau, yakni thamcu dari
ruang Tee- hun-thiam, orang menyebut nya sebagai To-soat-buliang
(menginjak salju tanpa bekas) Tham Hun-ki.
Perlu diketahui, ke empat ruangan yang dimaksudkan dalam Ban
shia-kau terdiri dari ruang Sin-hwee-thiam, Im-hong-tham dan Teehun
thiam.
Kiranya organisasi Ban-shia-kau tersusun amat rapi, dibawah
kedudukan Kaucu adalah dua orang penanggung jawab yang
menguasahi mati hidup segenap anggota perkumpulan, mereka
berdua dibantu oleh empat orang pelindung hukum.
Dibawah mereka berdua adalah Hu-kaucu atau wakil ketua,
dibawahnya lagi adalah Empat kau-tham dengan setiap bagian
terdapat satu orang thamcu dibantu, empat orang Hiangcu, dibawah
hiangcu adalah anggota biasa.
Bisa dilihat betapa luasnya organisasi tersebut sehingga boleh
dibilang melebihi perkumpulan manapun.
Tee hun-thamcu ..... menginjak salju tanpa bekas Tham Hunlki
nampak terkejut sekali setelah menyaksikan demontrasi ilmu
gerakan tubuh yang dilakukan Ku See hong, paras mukanya
berubah hebat, tapi hanya sejenak kemudian sikapnya telah
berubah menjadi tenang kembali.
Ia segera tertawa dingin dengan suara yang rendah dan berat,
kemudian katanya:
462
"Orang she Ku, sekalipun kau amat cerdik, tapi kali ini kau pun
termakan juga oleh siasat wakil kaucu kami, heeehhh. . . heeehhh. .
. heeehhh. . . aku lihat umurmu pun tak akan bertahan lebih lama
lagi"
Ku See-hong yang menyaksikan peristiwa itu pun menjadi
kebingungan, ia tidak habis mengerti apa yang dimaksudkan,
setelah mendengus dingin dengan nada sinis katanya:
"Manusia laknat berhati busuk, bila mengandalkan kepandaian
secetek itu pun kau sudah ingin merenggut nyawaku, Hmm..
perbuatan itu betul-betul tak tahu diri. . ."
Tentu saja si menginjak salju tanpa bekas Tahm Hun khi cukup
mengetahui sampai dimanakah kelihayan dari Ku See hong, tapi dia
tetap yakin kalau masih sanggup untuk bertarung dengan lawannya,
maka sambil tertawa seram katanya:
`Orang she Ku, kau harus sedikit tahu diri, ketahuilah orang Ban
shia kau adalah manusia-manusia yang tidak gampang diusik, bila
kau masih saja tak tahu diri, hmmm .... sekarang juga kau boleh
rasakan kelihayanku!'
Ku See hong mengerutkan dahinya kencang-kencang, mencorong
sinar mata yang menggidikkan hati dari balik matanya, ia berseru
dengan suara dingin:
''Setiap manusia yang tergabung dalam perkumpulan Ban shia
kau, cepat atau lambat pasti akan kubunuh diujung pedangku!'
"Haaahhh. . . haahhh . . . . . haaahhh . . . . mana, mana...'' Si
Menginjak salju tanpa bekas Tham Hun khi mendongakkan
kepalanya dan tertawa seram, "saat kematianmu sudah didepan
mata, tapi kau masih saja tak tahu diri, betul-betul manusia yang
bermata tak berbiji!"
Tujuan dari To soat bu liang Tham Hun-khi pada saat ini adalah
mengulur waktu selama mungkin agar Ciu Heng thian mempunyai
waktu yamg cukup untuk membunuh Lam ciau pak siang, maka ia
463
sengaja membawa pembicaraan tersebut ke sana kemari tanpa
tujuan.
Sekali lagi Ku See hong memperdengarkan suara tertawa
dinginnya yang mengerikan:
''Heeehhh. . . heeehhh. . . heeehhh. . . kau tak usah banyak
berbicara lagi, kini malaikat maut telah mementangkan cakar
setannya, bersiap-siaplah kau untuk berangkat menghadapnya!"
To soat bu liang Tham Hun khi mendongak kan kepala dan
memeriksa keadaan cuaca, ketika ia merasa Ciu Heng thian sudah
berhasil dengan serangannya, sekulum senyuman yang mengerikan
segera tersungging di ujung bibirnya, disusul kemudian
menggemalah suara gelak tertawa nyaring. .
Mendadak ia menerjang maju ke muka, sepasang telapak
tangannya didorong bersama melancarkan pukulan dahsyat dengan
membawa deruan angin tajam secepat kilat angin pukulan itu
menerjang ke muka.
Ilmu silat yang paling diandalkan To soat bu liang Tham Hun khi
adalah ilmu meringankan tubuh, tak heran kalau gerak serangannya
ini dilakukan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Ku See hong hanya merasakan pandangan matanya menjadi
kabur, tahu-tahu sesosok bayangan manusia dengan kecepatan luar
biasa telah menerkam kearahnya.
Paras muka Ku See hong segera berubah hebat, telapak tangan
kanannya diayunkan kemuka, serentetan cahaya tajam yang
berbentuk bintang, bagaikan serentetan mercon yang meledak,
dengan cepatnya menyongsong ke muka.
To soat bu liang Tham Hun khi adalah seorang manusia licik yang
berakal panjang, sekilas pandangan saja ia telah melihat kilau
dibalik serangan yang dilancarkan Ku See hong terselip suatu
kekuatan yang luar biasa, tentu dia tak berani menyambut dengan
kekerasan.
464
Tiba-tiba terasa serangannya dibuyarkan lalu sambil berputar
setengah lingkaran, ia membentak keras.
Sekali lagi badannya menerjang maju ke muka, angin pukulan
bayangan kaki seolah-olah berubah menjadi beribu-ribu banyak nya,
diimbangi dengan hawa pukulan yang dahsyat, langsung menerjang
kebagian mematikan ditubuh Ku See hong dari sudut yang aneh.
Berada dibawah serangan berantai Tham Hun khi yang
memancar bagaikan gulungan samudra, Ku See hong segera
memutar sepasang tangannya membentuk gerakan melingkar dan
tiba-tiba mendorongnya kemuka.
Selapis angin pukulan yang dahsyat, bagaikan selembar jaring
yang tebal menggulung kemuka menyongsong datang nya ancaman
lawan.
To soat bu liang Tham Hun khi memang tak malu disebut jagoan
lihay, ia benar-benar memiliki ilmu silat yang dahsyat, sekali lagi dia
membentak keras, seluruh badannya seperti pusaran angin
berpusing menerobos masuk kedalam celah kosong dari pukulan
berantai lawan, sepasang tangan dijojoh kemuka bagaikan tombak.
Kali ini dia mengancam jalan darah Yan noo hiat dan Ciang tay
hiat di badan Ku- See hong, sementara kaki kirinya secepat kilat
menyambar jalan darah Hee im hiat ditubuh anak muda itu.
Serangan semacam ini selain ganas dahsyat juga teramat keji. .
Ku See hong mendengus dingin mendadak kaki kanannya
berbalik menendang jalan darah wi t iong hiat diatas kaki kiri lawan,
kemudian sepasang telapak tangannya saling menyilang mengunci
datangnya ancaman lawan dengan kekerasan.
Jurus serangan ini dilancarkan dengan mengkombinasikan suatu
gerakan tubuh yang sangat indah, bahkan serangan yang
dilancarkan dengan kakinya itu selain berhasil mengunci serangan
musuh, dapat pula melancarkan serangan balasan, benar-benar
merupakan satu jurus serangan yang amat lihay.
465
Semenjak terjun kedalam dunia persilatan, belum pernah To soat
bu liang Tham Hun khi menjumpai jago sedemikian lihaynya,
dimana setiap jurus serangannya selalu tertuju untuk menekannya
dalam keadaan apa boleh buat mendadak ia buyarkan serangan
ditengah jalan kemudian melompat keluar dari arena.
Terhadap manusia buas semacam ini Ku See hong tak pernah
berbelas kasihan, sambil membentak nyaring tubuhnya seperti turut
menerjang kemuka, sementara sepa-sang telapak tangannya
menyerang secara bergantian.
Serangan demi serangan dengan jurus membabat, membacok
mendorong menyam-but dan memotong, semuanya digunakan
secara berganti-gantian.
Semua ancaman dilancarkan dengan dahsyat, ganas dan gencar
seperti hujan badai.
Ternyata To soat bu liang Tham Hun khi termasuk seorang
jagoan yang ulet.
Dia tidak menyerah dengan begitu saja, badannya berkelebat
secara aneh, dan serangannyapun meluncur keluar seperti air bah
yang menggulung lewat, dibawah serangan Ku See hong yang maha
dahsyat itu ternyata diapun membawa tenaga ancaman yang hebat
menggulung keluar.
Malahan ancaman tersebut tibanya dari suatu sudut yang aneh
dengan ruang gerak yang sempit tapi sama sekali tidak mengurangi
kedahsyatannya.
Begitulah dua orang jago lihay dari dunia persilatan segera
mengandalkan kepandaian silat yang dimiliki untuk saling
menyerang dan mendesak lawannya.
Pertempuran ini betul-betul merupakan suatu pertempuran yang
amat seru.
Hawa puseran yang dahsyat seperti geledek berhembus kencang
disekeliling hutan itu dan merubah wilayah seluas tujuh delapan kaki
itu menjadi tempat amukan badai
466
Dua pulu jurus begitu saja lewat, seluruh jidat To soat buliang
Tham Hun-khi sudah dibasahi oleh keringat, namun serangan demi
serangan yang dilancarkan musuh tetap gencar dan dahsyat.
Sementara pertempuran masih berlang-sung amat sengit
mendadak ....
Suara pekikan keras yang memekikkan telinga berkumandang
datang dari arah sisi hutan.
Suara pekikkan yang memekikkan telinga itu seperti suara
panggilan seseorang.
Tapi kalau didengar lebih seksama maka terasa pula seperti
suara teriakan seseorang yang sedang bergembira.
Begitu pekikkan tadi sirap terdengarlah seseorang berseru dari
tempat kejauhan:
"Te- hun thamcu, kau diperintahkan segera kembali!"
Ku See hong telah merasakan seperti suara pekikan dan suara
pembicaraan orang itu seperti amat dikenal olehnya, hal ini
membuatnya merasa amat terkejut, suatu firasat tak enak
mendadak melintas di dalam benaknya.
Sebaliknya Ta soat bu liang Tham Hun khi yang mendengar
seruan tersebut segera tahu kalau Ciu Heng thian telah berhasil
melaksanakan tugasnya, ingatan untuk mengundurkan diri dari sana
segera terlintas dalambenaknya.
Sambil tertawa seram, Ta soat bu liang Tham Hun ki segera
memperketat serangan nya, secara beruntun dia lancarkan empat
gulung pukulan dahsyat yang memaksa Ku See hong terdesak
mundur sejauh rmpat langkah.
Menggunakan kesempatan inilah dengan cepat tubuhnya melejit
ke tengah udara dan melesat kearah hutan, dalam waktu singkat
bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan.
Sepasang mata Ku See hong berubah menjadi merah membara
dan memancarkan sinar kebuasan, saking mendongkolnya dia
467
sampai mendepak-depakkan kakinya keatas tanah, akhirmya dia
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan meluncur balik
ketempat semula.
Waktu itu hatinya betul-betul merasa gelisah sekali, dia segera
mempercepat langkahnya menuju ke tempat semula.
Tak selang beberapa saat kemudian, tibalah pemuda itu di
kompleks tanah pekuburan itu.
Sang surya telah berada diatas udara, sinar yang keemasemasan
memancarkan sinar terangnya menyoroti seluruh jagad.
Dengan sorot mata yang tajam Ku See hong mencoba untuk
memperhatikan sekeliling tempat itu, namun bayangan tubuh dari
Lam ciau pak siang serta Ciu Heng thian sudah tak nampak lagi..
Tiba-tiba Ku See hong menangkap suara rintihan lirih
berkumandang dari sisi tanah pekuburan itu, tak berani berayal lagi
secepat kilat dia melompat turun ke bawah dengan kecepatan
tinggi.
Dengan cepat ia menangkap mayat Sin hong hwee ciau Lui Ki
yang tergeletak kaku di tanah, kemudian diapun menyaksikan tubuh
Biau ki siangsu In Han im yang sedang berguling-guling di tanah
dengan sekujur badannya bermandikan darah.
Merah membara sepasang mata Ku See hong setelah
menyaksikan kejadian itu, sambil membentak keras dia segera
menerjang ke samping tubuh Biau ki siangsu In Han im sambil
tegurnya:
"Paman In, Paman In! Siapa yang telah mencelakai kalian? Cepat
katakan, cepat katakan!"
Waktu itu sekujur badan Biau ki siangsu In Han im seperti
diremuk menjadi berkeping-keping, tersiksanya bukan kepalang,
namun dia masih tetap memper-tahankan diri sambil menantikan
datanganya Ku See hong.
468
Akhirnya dengan wataknya yang keras kepala dia berhasil
mencapai apa yang diharapkan, namun saat itu ajalnya sudah
semakin dekat, dalam keadaan sadar tidak sadar ia seperti
mendengar suara panggilan Ku See hong, pelan-pelan diapun
membuka kembali matanya yang penuh berdarah dan mengawasi
Ku See hong dengan pandangan mata yang sayu.
Jelas dia tak percaya kalau orang yang berada dihadapannya
adalah Ku See hong, mungkin dia mengira apa yang dilihat hanyalah
pandangan semu menjelang tibanya ajal.
Dengan sepasang mata berkaca, Ku See hong berteriak keras:
"Paman In, aku yang telah datang! Aku adalah Ku See hong, kau.
. . apakah kau sudah melihat jelas?"
Wajah Biau ki siangsu In Han im yang mengenaskan itu tampak
mengejang keras, titik air mata berlinang dari wajahnya, tidak
bukan air mata, melainkan darah!
Setelah menggerakkan bibirnya sekian lama, akhirnya dia berbisik
dengan suara yang lemah:
"Ku. . . Ku lote, kaukah yang datang?"
"Paman In, aku yang datang, betul aku Ku See hong, oooh ....
apa yang telah terjadi disini? Sedang bermimpikah aku?"
Suara dari Ku See hong kedengaran gemetar dan keras, nadanya
parau sehingga mendatangkan suasana yang amat pedih bagi
siapapun yang mendengarnya.
Setelah merasa yakin kalau yang datang adalah Ku See hong, In
Han im nampak gembira sekali, jauh melebihi rasa sakit yang
sedang menyiksa tubuhnya?
''Ku lote" katanya kemudian dengan suarta gemetar, "harap kau
suka maafkan lohIu yang telah salah menilai orang, sungguh
menggemaskan kawanan laknat itu berhati keji ...''
"Paman In, cepat katakan! Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
sela Ku See hong cemas.
469
Biau ki siangsu In Han im menghela napas sedih, katanya:
"Ku lote, lohu dan adik angkatku telah terbunuh oleh si Pedang
ular perak Ciu Heng thian, si manusia berhati binatang, manusia
laknat tersebut, dia adalah wakil ketua dari Ban shia thian kau,
sungguh menggemaskan ternyata lohu pun kena dikelabuhi
olehnya"
''Ooh... rupanya perbuatan dari Ciu Heng thian!" seru Ku See
hong dengan pancaran sinar kebencian yang amat tebal, "binatang
keparat, aku bersumpah akan mencincang tubuhnya menjadi
berkeping-keping''
"Ku lote, cepatlah berangkat ke lembah Yu-ming-kok dibukit
Soat-hong-san, kalau sampai terlambat, beberapa ratus lembar
nyawa manusia tentu akan musnah pula di tangan manusia durjana
tersebut"
Saat itu, Ku Seng-hong tak dapat mengendalikan perasaan sedih
yang menyerang tubuhnya, dia tahu In Han im adalah seorang
ksatria sejati, tapi Thian telah menjatuhkan siksaan yang begitu keji
kepadanya, apakah Thian tidak mengingin kan keadilan dan
kebenaran ditegakkan dibumi ini?
Setelah menghela napas sedih, ia berkata:
Paman In, sekalipun tubuhku bakal hancur, keadilan dan
kebenaran tetap akan kutegakkan, aku ingin membasmi semua
manusia laknat tersebut dari muka bumi"
Tampaknya ajal sudah semakin dekat buat Biau ki-siang-su In
Han-im, seperti juga lentera yang hampir padam, cahayanya pasti
akan menjadi terang benderang sebelum akhirnya mati.
Tiba-tiba saja Biau-ki-siang-su In Han-im nampak jauh lebih
segar, dengan nada yang halus dan penuh perhatian dia berkata:
"Ku lote, kau mempunyai bait nyanyian dari Bun-ji-koan-su serta
pedang Ang-soat kiam dari Si hong lo jin, kedua berita ini sudah
pasti telah tersebar luas dalam dunia persilatan, ini berarti
keselamatan jiwamu terancam bahaya maut. Meski ilmu silat yang
470
kau miliki sangat lihay, namun sepasang tangan tak bisa
mengalahkan empat tangan . . . aaai.....
Berbicara sampai disitu Biau-ki-siang-su In Han-im tak dapat
mengendalikan rasa pedih dalam hatinya lagi, dia menghela napas
panjang.
"Aai .... para pendekar sejati penegak keadilan dalam dunia
persilatan banyak yang telah mati dan lenyap tak ujung rimbanya,
boleh dibilang kau harus hidup sebatang kara didunia ini tanpa
bantuan orang lain, aaai .... gunakanlah kecerdikanmu untuk
mengatasi semua kesulitan yang kau hadapi."
Ku lote, kau harus memahami betapa berbahaya dan liciknya
umat persilatan didunia ini, mereka lebih banyak menipu orang
dengan kemunafikannya dari pada membantumu, ketahuilah
kelicikan tak bisa dihadapi dengan ilmu silat, maka kau harus selalu
waspada terhadap setiap manusia yang ada disekelilingmu'
Ku See hong tahu bahwa kesempatan In Han im hidup didunia ini
sudah tak banyak lagi, tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang
membasahi pipinya, ia mengangguk:
"Paman In, aku tahu tentang hal itu, kau tak usah kuatir,
sebelum semua perempuan durjana didunia ini kupunahkan, aku
bersumpah tak akan berhenti membunuh. ."
Ketika mengucapkan perkataan itu dari balik matanya segera
terpancar keluar hawa napsu membunuh yang mengerikan ....
Hal ini melambangkan kalau badai yang penuh dengan genangan
darah sudah mulai melanda dunia persilatan.
Tiba-tiba In Han im mengeluh pelan sambil menahan tubuhnya
yang gemetar keras, wajahnya mengejang keras menahan
penderitaan yang hebat, tapi ia tidak berdiamdiri, kembali katanya:
"Ku lote, sejak kini keadilan.. dan kebenaran di dalam dunia
persilatan harus kau tegakkan seorang diri, baik-baiklah berjuang,
arwah kami berdua dialam baka pasti akan merestuimu, semoga
kau bisa menegakkan kebenaran dalam dunia persilatan dan
471
melenyapkan semua durjana dari muka bumi, lohu..,. lohu mohon
pamit lebih dahulu'
Akhirnya In Han im, seorang pendekar besar yang berjiwa
kesatria ini mengakhiri perjalanan hidupnya di alam semesta ini dan
kembali keakhirat.
Ia meninggal dengan begitu tentram, meninggal dunia setelah
selesai mengucapkan pesannya.
Walaupun In Han im telah meninggal, namun kegagahan,
kebajikan serta kemuliaan budinya akan tetap tinggal di dunia ini.
Ku See hong merasakan kesedihan yang tak terlukiskan dengan
kata-kata setelah menyaksikan kematian In Han im, dia membenci
kawanan manusia laknat itu, merasa tidak terima atas ketidak adilan
Thian.
Terdengar ia bergumam:
'Tampaknya nasib buruk selalu membuntuti diriku, sejak kecil aku
harus kehilangan kedua orang tuaku, lalu menyusul guruku Bun ji
koan su, empek Sangkoan It, kekasihku Keng Cin sin, dan sekarang
sahabat Sin hong hwee ciau serta Biau ki siangsu.."
Bergumam sampai disini, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya
lalu berseru lagi dengan lantang:
"Oooh Thian! Selanjutnya masih ada peristiwa tragis apalagi yang
hendak kau limpahkan kepadaku ....?'
Aku bersumpah akan membunuh dan menumpas segenap
manusia laknat itu dari muka bumi, aku tidak perduli caci maki
orang lain, aku hendak melakukan pembantaian secara besarbesaran,
dengan pedang Hu thian seng kiam, aku akan melumuri
seluruh dunia ini dengan darah kental dari kawanan manusia
jahanam itu"
Berbicara sampai disitu, ''Criing!" dia telah meloloskan pedang Hu
thian seng kiamtersebut.
472
Cahaya tajam berwarna merah yang amat menyilaukan mata
dengan cepat memancar ke empat penjuru. membuat seluruh jagad
tiba-tiba saja berubah menjadi merah padam.
Kabut tebal berwarna merah yang terpancar keluar dari pedang
Hu thian seng kiam makin lama semakin menebal, lamat-lamat
diseluruh angkasa terasa terendus bau amis yang amat
memuakkan.
Nasib dunia persilatan pun ditentukan, mulai sekarang badai
pembunuhan paling brutal sepanjang sejarah sudah akan dimulai.
oooo0dw0oooo
BULAN sembilan tanggal enam waktunya tengah malam buta,
tempatnya lembah Yu beng kok, dipuncak Soat hong propinsi Oulam.
Suatu pertempuran berdarah yang sangat mengerikan telah
berlangsung disana. dua ratusan lembar jiwa manusia tewas secara
mengerikan didalam pertempuran berdarah tersebut.
Lembah Yu beng kok penuh dengan noda darah, mayat
bergeleparan dimana-mana, darah yang mengalir menganak sungai,
pemandangan waktu itu mengerikan sekali.
Ketika itu tengah malam sudah lewat, waktu sudah mendekati
kentongan keempat. Ditengah lembah Yu beng kok tampak sesosok
beyangan manusia meluncur datang dengan kecepatan bagaikan
petir, dia adalah seorang pemuda yang tampan Ku See hong
adanyal
Rembulan yang berbentuk bulan sabit memancarkan sinarnya
yang bening diamgkasa, Ku See hong hanya berdiri diluar lembah
Yu beng kok, tak berani melangkah masuk ke lembah barang
selangkahpun, karena dia tahu bahwa kedatangannya terlambat,
pembantaian brutal telah berlangsung ditempat tersebut.
Angin dingin yang menggidikkan hati berhembus lewat, tiba-tiba
Ku See hong mengendus bau amisnya darah yang amat tebal.
473
Kesemuanya itu sudah memberi kete-rangan yang amat jelas
kepada Ku See hong, dalam sebuah Yu beng kok sudah penuh
bergelepar mayat-mayat manusia dalam keadaan mengerikan.
Ku See hong dengan membawa perasaan hati yang berat pelanpelan
berjalan masuk kedalam lembah tersebut.
Apa yang kemudian terpapar dihadapan matanya adalah suatu
pemandangan yang begitu kejam, begitu buas dan mendirikan bulu
roma.
Darah mulai meleleh keluar dari balik mata Ku See hong, darah
yang menggantikan air mata. Dendam kesumat yang membara
hatinya hampir saja membuatnya mata gelap.
Ia merasa amat sedih, amat menyesal .......
Disisi telinganya, dia seakan-akan mende-ngar pesan dari Biau ki
siangsu In Han Im:
"Ku lote, segera berangkatlah ke lembah Yu beng kok di bukit
Soat hong, kalau sampai terlambat, beratus lembar jiwa akan
berakhir pula ditangan kaum laknat ....''
Air mata berderai-derai membasahi pipinya, ia tak sanggup
mengendalikan perasaan sedih didalam hatinya lagi, dia berpekik
penuh kepedihan:
''Oooh paman In! Gara-gara Ku See hong kembali ada dua
ratusan lembar jiwa manusia punah. Makilah aku! Dampratlah aku!
Aku benar-benar berdosa, aku benar-benar telah melakukun suatu
kesalahan besar!".
Ku See hong menyalahkan diri sendiri, malu kepada diri sendiri,
dia merasa hatinya seolah-olah mengucurkan darah .... rasa
menyesal menyelimuti seluruh perasaannya.
Dia benci! Mendendam sampai merasuk ketulang .... Ban shia
kau adalah pembunuh biadab, pembunuh kejam yang t idak berperi
kemanusiaan.
474
Kesedihan dan kepedihan yang meluap-luap akhirnya
menggetarkan perasaannya tanpa sadar ia lantas mendongakkan
kepala nya dan membawakan lagu Dendam sejagad.
Bukit tinggi berhutan lebat disisi kuil. . .
Suara nyanyian yang membetot sukma diimbangi dengan suara
sedih dan duka yang membara, membawa suara tersebut mengalun
sampai di tempat yang jauh sekali. . . jauh ke tengah awang-awang.
.
Mendadak .....
Dari balik keheningan malam berkuman-dang datang suara
petikan harpa yang nyaring dan membawakan lagu pedih.
Irama harpa tersebut segera menyadarkan kembali Ku See hong
dari kepedihan yang membara. .
Tapi, pada saat itu pula suara permainan harpa yang merdu pun
secara tiba-tiba terhenti pula di tengah jalan.
Mendadak.....
''Criing. . . criing. . .tingg. . . ttiiing. . ." kembali bergema suara
petikan harpa tersebut.
Serta merta Ku See hong menghimpun seluruh perhatiannya
untuk mendengarkan dengan seksama.
Mula-mula irama harpa itu membawakan lagu yang rendah, berat
dan sedih kemudian makin lama suaranya bertambah berat dan
memedihkan hati, membuat siapapun yang mendengar irama
tersebut segera merasakan sesuatu perasaan yang tak enak.
Ku See hong memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu
memasang telinganya baik-baik mendengarkan permainan harpa
tersebut, akhirnya selangkah demi selangkah dia dekati sumber dari
suara itu.
Setelah diamatinya sekian lama, Ku See hong dapat
menyimpulkan bahwa permainan harpa itu dipancarkan lewat suatu
475
kepandaian sim hoat tenaga dalam yang sangat lihay, sehingga
irama yang dipancarkan oleh permainan harpa itu mendatangkan
suara yang keras, nyaring, dan sangat berpengaruh bagi yang
mendengarkan.
Ku See hong merasa walau irama harpa itu memedihkan, namun
lagu yang dibawakan justru bagaikan rintihan seseorang, keluhan
sedih dari seseorang ....
''Siapakah yang membawakan permainan harpa ini?, Ku See hong
segera bergumam, Siapakah orang itu? Mengapa dia dapat
membawakan irama harpanya menjadi begitu sedih dan
memedihkan hati.......? Siapakah dia? Siapakah dia?"
Perasaan ingin tahu membuat anak muda itu segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya berkelebat kedepan sana.
Ku See hong seringkali membawakan lagu Dendam sejagad
dengan irama yang menyebar ke empat penjuru agar lawanlawannya
tak berhasil menemukan sumber suara tersebut, maka
sekarang walaupun permainan irama harpa itupun memancar ke
angkasa, tapi setelah didengarnya sejenak dengan seksama, ia
segera mengetahui dari manakah sumber dari suara tersebut.
Waktu itu, tengah malam sudah semakin larut...
Rembulan masih memancarkan cahaya yang lembut menyinari
seluruh puncak bukit Soat hong yang sepanjang tahun dilapisi salju.
Ku See hong berdiri tegak di tengah bukit sambil memeriksa
keadaan di sekeliling tempat itu, dengan sorot matanya yang tajam.
Mendadak, pada saat itulah suara petikan harpa tersebut kembali
berkumandang . . .
'Criing...crring... crring...'
Iramanya masih tetap membawakan irama yang sedih, irama
yang memedihkan hati.
Sekilas pendengaran nadanya seperti sedih.... seperti
murung...... seperti merintih..... seperti kagum.......
476
Seperti pula air sungai yang mengalir tenang dan musim semi
telah menjelang t iba.
Irama lagu yang bercampur aduk, membuat orang sukar untuk
menduga bagaimanakah perasaan yang diungkapkan keluar.
Irama lagu itu benar-benar sebuah irama lagu yang luar biasa,
irama lagu-lagu yang serasa tiada keduanya di dunia ini.
oooo0dw0oooo
BAB 22
BEGITU irama harpa tersebut berkumandang kembali, bagai
seekor burung elang Ku See hong segera melayang ke depan dan
meluncur ke atas sebuah puncak bukit yang indah.
Dalam sekejap mata, Ku See hong telah tiba diatas oucak bukit
itu, ketika sorot matanya beralih dan memandang sekeliling tempat
tersebut, tak tahan dia lantas menghela napas memuji.
"Aaai. . ! Benar-benar alam dewata yang sangat indah dan
permai. . ." demikian ia bergumam.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 15
TERNYATA kurang lebih dua puluh kaki dihadapan Ku See hong,
terbentang sebuah air terjun yang amat besar ... .
Kalau dibilang besar sekali memang tidak, tapi ukuran air terjun
terhitung ukuran besar.
Airnya mengalir kebawah dari atas tebing yang terjal dan
menghantam diatas batuan besar dibawahnya, butiran air
memancar ke empat penjuru menciptakan selapis kabut air raksasa
yang berbentuk bagaikan selapis cermin itu.
477
Air yang tertampung di bawah tebing membentuk dua buah jalur
sungai dan mengalir turun kebawah permukaan puncak dalam dua
arah yang berlawanan, suara air yang memercik, ditambah
pepohonan siong yang tumbuh disebelah sana, membuat
pemandangan alam disekeliling tempat itu terasa lebih indah dan
permai.
Yang lebih indah lagi adalah terlihat seorang gadis berbaju putih
yang berperawakan ramping, sedang duduk diatas batu ditepi air
terjun sambil memetik senar-senar harpa.
''Criing. . . criing. . " irama harpa yang merdu memancar keluar
dari balik harpa kuno itu.
Mendadak Ku See-hong merasakan hatinya bergetar keras, dia
merasa bayangan punggung gadis itu sangat dikenal olehnya, mirip
sekali dengan bayangan punggung Keng Cin sin yang telah tiada.
Walaupun gadis cantik berbaju putih itu duduk menghadap
kearah air terjun itu namun bayangan punggungnya nampak begini
ramping, begitu mungil, rambutnya terurai sebahu, tak usah dilihat
paras mukanyapun dia sudah tahu kalau gadis tersebut adalah
seorang gadis yang cantik jelita..
Pakaian putihnya berkibar terhembus angin, apalagi berada
ditempat yang terpencil seperti ini, orang bisa salah menduganya
sebagai bidadari yang baru turun dari kahyangan.
Akan tetapi irama lagu yang dibawakan masih merupakan irama
lagu yang sedih perih dan memikukan hati.
Memandang bayangan punggung gadis itu, tanpa terasa dalam
benak Ku See hong muncul kembali bayangan tubuh dari Keng Cin
sin serta peristiwa tragis yang pernah dialaminya.
Rasa sedih dan hati yang terluka parah dalam hati Ku See hong,
dengan cepat terpengaruh oleh irama sedih dari irama harpa itu.
Lambat laun hatinya terasa seperti mengucurkan darah, air mata
bercucuran membasahi pipinya, untuk sesaat dia berdiri termangu
disitu, bagaikan sebuah patung arca.
478
Mendadak permainan harpa itu berhenti, tapi Ku See hong yang
romantis masih berdiri melamun peristiwa paling tragis yang
dialaminya dalam istana Huang mo kiong di Lam hay masih saja
mencekam seluruh benaknya, seluruh pikiran maupun perasaannya
seakan-akan telah balik keperistiwa lama.
Sementara itu gadis cantik bagaikan bidadari itupun masih duduk
memeluk harpanya sambil mengawasi air terjun di hadapannya
dengan pandangan termangu2 ia seperti merasakan sesuatu
kepedihan yang amat sangat.
Tiba tiba ia menghela napas panjang.
Helaan napas tersebut kedengaran begitu merdu, begitu lembut,
tapi amat nyaring.
Oleh suara helaan napas tersebut, Ku See hong merasakan darah
panas dalam dadanya bergoncang keras. bagaikan baru mendusin
dari impian, buru-buru dia memusatkan kembali perhatiannya dan
memandang lagi kearah gadis cautik itu.
Ternyata dia masih tetap duduk ditempat semula.
Setelah menghela napas panjang terdengar gadis itu mulai
bersenandung lirih....
Nada yang sedih, bait-bait syair yang penuh sedu sedan
membuat orang yang mendengarkan turut beriba hati.
Ketika gadis itu sedang bersenandung, bagaikan sesosok
bayangan setan Ku See hong segera meluncur ke depan dan
berhenti lebih kurang dua kaki dibelakang gadis tersebut.
Mendadak.... gadis itu bangkit berdiri lalu berpaling.
Aaaah, betapa cantik dan menariknya gadis itu...
Sewaktu Ku See hong dapat melihat jelas paras mukanya yang
cantik itu, mendadak sekujur tubuhnya bergetar keras, bagaikan
kena aliran listrik bertegangan tinggi, paras mukanya berubah
hebat, dia seperti merasa sangsi, keheranan, terkejut juga
kegirangan.
479
Ia sangsi dan keheranan karena dia sebetulnya sukma
gentayangan ataukah setan penasaran?
Dia terkejut dan gembira karena ia masih hidup, bahkan
sekarang berdiri didepan mata.
Ternyata paras muka gadis itu begitu mirip dengan Keng Cin sin
.... Keng Cin sin yang telan mati dipulau Huan mo to di Laut selatan,
segala sesuatunya begitu mirip, entah paras mukanya, matanya,
bulu matanya, hidungnya maupun potongan badannya, tiada
sebagian pun yang tidak mirip.
Benarkah dia adalah Keng Cin sin? Benarkah dia belum mati?
Sebaliknya paras muka gadis itu sama sekali t idak diliputi oleh
perasaan kaget atau keheranan, sepasang matanya yang penuh
kemurungan sedang mengawasi wajah Ku See hong tanpa berkedip.
Gadis itu nampak begitu anggun, begitu menarik bagaikan
sekuntum bunga teratai putih.
Sambil mengamati terus paras muka gadis itu, tiada hentinya Ku
See hong menjerit dalam hatinya:
"Dia adalah Keng Cin sin, yaa dia sudah pasti adalah Keng Cin
sin, dia belum mati, dia masih hidup segar bugar dihadapanku, coba
lihatlah sepasang matanya, mimik wajahnya, inilah mimik wajah
Keng Cin-sin ketika pertama kali kujumpai dirinya, tak mungkin bisa
salah lagi, dia. . . dia adalah adik Sin yang kupikirkan, kurindukan
siang dan malam. . . ."
Pelbagai pikiran terasa dia maju beberapa langkah ke depan, lalu
berseru keras:
"Adik Sin, apakah kita sedang bermimpi? Adik Sin, tahukah kau
betapa rindu ku kepadamu...."
Gadis cantik itu nampak keheran-heranan, seperti merasa
bingung oleh seruan tersebut, sepasang matanya yang jeli
memancarkan sinar keheranan, dia hanya mengawasi seluruh tubuh
480
Ku See hong tanpa berkedip, sementara mulutnya masih tetap
membungkam dalamseribu bahasa.
Kembali Ku See-hong maju beberapa lanngkah ke depan, kini
jaraknja tinggal tiga depa dari gadis cantik berbaju putih itu, bahkan
lamat-lamat dia dapat mendengus bau harum tubuhnya, bau harum
seorang gadis perawan, bau harum sangat dikenal olehnya dan tak
akan pernah dilupakan olehnya sepanjang masa.
Dengan suara lembut kembali, Ku See hong berkata:
"Adik Sin, senja itu aku sempat mendentgar jeritan ngerimu yang
memilukan hati, hampir saja kukira kau sudah meninggalkan dunia
ini dan selama hidup tak pernah bisa bersua lagi, waktu itu hatiku
benar-benar hancur tak karuan. Aku tidak menyangka kalau kau
masih hidup di dunia ini, mengapa kau tidak datang mencariku....
mengapa kau tidak rindu kepadaku ......
Kesadaran Ku See-hong boleh dibilang sudah dipergaruhi oleh
bayangan tubuh Keng Cin-sin, sampai mat i dia menganggap gadis
yang berada dihadapannya sekarang adalah Keng Cin-sin dari pulau
Huah-mo-to di Lam hay, oleh karena itu tiada hentinya dia
mengutarakan perasaan hatinya yang selama ini terpendam terus
dalam benaknya....
Mendengar kata-kata cinta yang diutarakan si anak muda itu,
Gadis berbaju putih tersebut segera berkerut kening, sedengkan
paras mukanya juga tampak berubah makin kebingungan.
Ku See-hong makin gelisah ketika di lihatnya gadis itu tidak
berbicara maupun bergerak, sekali lagi serunya:
"Adik Sin, mengapa kau tidak berbicara? Tahukah kau betapa
rinduku kepadamu, aku mendambakan sepatah katamu......
berbicara lah, janganlah membisu terus.....'
Tiba-tiba gadis berbaju putih itu tersenyum, dengan suara yang
merdu merayu katanya:
"Hei sebenarnya apa sih yang sedang kau bicarakan?"
481
Nada suaranya begitu mirip dengan suara Keng Cin sin, merdu
dan indah didengar bagaikan kicauan burung nuri.
Kesemuanya ini membuat Ku See-hong semakin yakin kalau
gadis yang berada dihadapannya adalah Keng Cin sin.
Dengan sangat gelisah bercampur cemas, pemuda itu segera
berseru:
"Adik Sin, kau sudah tidak kenal diriku lagi? Aku adalah Ku Seehong,
Ku See-hong yang telah ditangkap Sau-kiongcu dari pulau
Huan-mo to di Lam-hay, akulah Ku See hong yang telah disiksa
secara keji oleh Cia sau-kiongcu, kan....."
"Pulau Huan mo to di Lam hay?'' gadis berbaju putih itu semakin
kebingungan dan tidak habis mengerti, ''belum pernah kudengar
nama pulau ini..''
Ku See hong betul-betul merara amat sedih setelah mendengar
perkataan itu, serunya dengan suara yang memilukan hati:
"Adik Sin, apakah kau sedang mengajak ku bergurau? Aku adalah
Ku See hong! Aku adalah Ku See hong yang sangat mencintai mu!"
Mendengar perkataan itu, tiba-tiba gadis berbaju putih tersebut
tertawa cekikikan.
"Hei, mungkin otakmu sudah sinting atau tidak waras? Kalau
tidak, mengapa kau mengoceh sembarangan?"
Sekalipun sedang memaki Ku See hong, tapi suaranya
kedengaran begitu lembut dan halus, sama sekali tidak
menunjukkan sikap marah, malahan kecantikan wajahnya
bertambah menarik dalam keadaan seperti ini!.
Ku See hong memang seorang pemuda yang berwajah dingin
berhati kaku dan keji tanpa perasaan, tapi sesungguhnya dalam hati
kecilnya tertanam perasaan yang amat kaya, begitu ia jatuh hati
kepada seorang gadis maka sampai berapa ribu tahun lagipun rasa
cintanya itu takkan pernah bisa berubah. Dan hal ini merupakan
suatu kelebihan yang dimiliki pemuda tersebut.
482
Sewaktu berada di pulau Huan mo to, rasa cintanya yang
tertanam dalam-dalam dihati nya telah digali dan dikembangkan
oleh kasih sayang Keng Cin sin, cinta yang mulai berkembang itu
mulai membekas di dalamhatinya dam tak pernah berubah kembali.
Itulah sebabnya meski ia mendengar gadis itu mendampratnya,
memakinya dan men-cemooh dirinya, namun ia tidak merasa gusar,
juga tidak merasa tersinggurg, malahan dengan nada yang pedih ia
berkata lagi.
''Adik Sin, dulu kau begitu cinta, begitu sayang kepadaku,
sekalipun tubuhku harus hancur lebur perasaan kasih sayangmu itu
tak akan pernah kulupakan, sekarang walau pun kau memakiku,
memukulku, membunuh ku, aku tak akan pernah berkerut kening`
Sebaliknya waktu itu gadis berbaju putih terlebih mengira Ku See
hong adalah seorang yang sinting atau seorang hidung bangor yang
bermaksud untuk menggaetnya dengan sengaja mengucapkan katakata
bohong.
Tiba-tiba saja paras mukanya berubah hebat, selapis hawa napsu
membunuh yang amat tebal segera menyelimuti seluruh wajahnya,
dengan suara dingin ia berkata:
'Jika kau tidak segera pergi meninggalkan tempat ini, sebentar
tubuhmu pasti akan hancur lebur menjadi bubuk"
Saat itu kesadaran Ku See hong boleh di bilang sudah hilang,
dalam benaknya cuma ada bayangan tubuh dari Keng Cin sin saja.
Dia hanya tahu kalau gadis yang berada dihadapannya adalah
kekasih hatinya, terhadap ancaman dari gadis itu, justru dia tidak
menganggapnya sebagai suatu masalah gawat.
Sambil tertawa pedih kembali dia berkata: "Adik Sin, kehidupanku
hari ini adalah pemberian darimu, maka sekarang walaupun aku
harus mati diujung telapak tanganmu, aku akan menerimanya
dengan senang hati, sekalipun aku sudah mati, namun cinta kasihku
kepadamu tak pernah akan berubah, tak akan berubah untuk
selama-lamanya!''
483
Aaaai... " Cinta memang mempunyai kekuatan iblis yang
mengerikan, walaupun setiap manusia tahu bahwa cinta berarti
kuburan, neraka bagi manusia, tapi toh mereka akan mencobanya
juga dengan mata terpejam, bahkan sekalipun nama harus rusak
dan harus binasa, mereka tetap melakukannya tanpa ragu."
Tapi apa sebabnya? Apa yang menjadi penyebabnya?
Karena napsu birahi? Ataukah cinta yang murni?, Hingga kini
belumada orang yang bisa memberi jawaban yang pasti.
Dari dulu hingga sekarang, siapakah dalam masyarakat yang bisa
melupakan cinta kasih?'' jago darimanakah yang bisa
menghindarkan diri dari godaan cinta.
Sepasang mata si nona cantik berbaju putih itu dari awal sampai
akhir mengawasi terus mimik wajah Ku See hong sewaktu berbicara
tanpa berkedip, tapi dia tidak berhasil menemukan setitik kelicikan
atau kebusukan diatas wajahnya...`
Tampaknya ia dibuat terharu juga oleh begitu dalamnya rasa
cinta Ku See hong terhadap Keng Cin sin, tiba-tiba paras mukanya
berubah kembali menjadi sedia kala, sambil menghela napas sedih
ujarnya:
'Bukan aku yang hendak membunuhmu, melainkan orang lain
yang hendak membunuhmu, sekarang lebih baik menyingkirlah dari
sini, pergilah jauh-jauh meninggalkan tempat ini, kalau tidak, bila
sampai terlambat maka kau tak akan sempat lagi untuk melarikan
diri"
Tiba-tiba mencorong sinar api dendam yang membara dari balik
mata Ku See hong, serunya dengan penuh kegusaran:
''Aku Ku See hong tak akan takut menghadapi kawanan manusia
durjana dan manusia laknat dari Huan mo kiong, aku akan
menggunakan segenap kemampuan dan jiwa ragaku untuk
melindungi keselamatan jiwamu, aku tak akan membiarkan mereka
melukai dirimu, walau hanya seujung rambutpun. Adik Sin, minta
kepadamu sudilah percaya kepadaku"
484
Mendengar perkataan itu, wajah nona berbaju putih yang selama
ini selalu tenang pun menjadi beriak dan bergelombang oleh
lemparan batu kecil dari Ku See hong itu.
Wajahnya memperlihatkan sinar mata penuh rasa kuatir, seperti
juga perasaan kuatir yang dipancarkan dari mata Keng Cin sin ketika
mencegah Ku See hong untuk memasuki istana Huan mo kiong.
Yaa, pancaran sinar mata itu begitu mirt ip, segala sesuatunya
bagaikan jelmaan dari Keng Cin sin, mungkinkah dia betul-betul
adalah Keng Cin sin asli?
”Siapakah yang dapat memberikan jawaban yang pasti atas tekateki
ini... ?"
Kecuali pada saat ini muncul lagi seorang Keng Cin sin yang lain,
tapi mungkinkah itu? Serentetan pertanyaan ini sulit untuk dijawab,
yang bisa dilakukan hanya menanti .... menanti. .. dan menant i
terus ....
Dengan wajah penuh perasaan kuatir, nona berbaju putih itu
berkata lagi dengan lirih:
"'Aaaai . . . yang bermaksud untuk membunuhmu bukan orangorang
dari istana Huan mo kiong, melainkan adalah .....'
Sesungguhnya gadis itu akan mengatakan yang sebenarnya, tapi
suatu teguran yang muncul dari lubuk hatinya membuat ia segera
membungkam diri dalam seribu bahasa.
Sambil mengertak gigi menahan emosi Ku See hong berkata
dengan penuh kebencian.
''Adik Sin, manusia laknat manapun yang berada dalam dunia ini
tak nanti bisa mengusikmu, aku tidak takut mereka datang mencari
gara-gara denganku, aku hendak punahkan mereka dari muka bumi,
agar menerima pembalasan yang setimpal".
Mendadak paras muka gadis berbaju putih itu berubah hebat,
bentaknya dengan suara keras:
485
"Kau harus segera pergi dari sini! Sekarang juga harus pergi,
kalau tidak jangan salahkan kalau akan bertindak keji kepadamu.''
Selesai mengucapkan perkataan itu, tidak nampak gerakan apa
yang digunakan tahu-tahu gadis berbaju putih itu sambil
membopong harpanya sudah melayang maju sejauh beberapa kaki
dari tempat semula.
Gerakan tubuh yang begitu indah dan lembut tersebut benarbenar
amat memper-sonakan hati, tapi juga menunjukkan kalau
ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya benar-benar telah
mencapai puncak kesempurnaan.
Terkesiap hati Ku See-hong setelah menyaksikan paras dingin
dan penuh diliput i napsu membunuh yang menyelimuti wajah gadis
ini, cepat-cepat pikirnya:
"Mungkinkah dia bukan Keng Cin-sin dari pulau Huan-mo-kiong di
lautan selatan? Tidak, tidak, dia pasti adalah Keng Cin sin . . .
mungkin saja ia sengaja berbuat demikian karena takut aku
terpengaruh oleh cinta muda-mudi sehingga melupakan cita-cita ku
yang sebenarnya atau mungkin ia benar-benar sudah berubah?"
Ia kemudian berpikir lebih jauh:
'Kalau didengar dari suara petikan harpanya begitu sedih,
menyendiri dan menyedihkan hati, mungkin dia tak mau aku karena
dalam hatinya terkandung suatu rahasia hati yang sukar diutarakan
.......’
Pelbagai ingatan dengan cepat menyelimut i seluruh benaknya,
sementara gadis berbaju putih itu sudah tiba disisi sungai kecii
ditepi bukit.
Pemuda itu menjadi sangat gelisah, segera teriaknya keras-keras:
"Adik Sin, tunggu sebentar, ada persoalan penting yang hendak
kusampaikan kepadamu, kau ....."
Nada ucapan penuh dengan kesedihan dan keperihan hati,
sungguh membuat hati orang beriba.
486
Sambil berkata lagi, tiba-tiba Ku See hong melompat ke depan
dan melayang ke belakang punggung si nona berbaju putih itu.
Dengan suatu gerakan cepat gadis berbajiu putih itu
membalikkan badannya, lalu dengan kening berkerut dan hawa
pembunuhan yang menyelimuti wajahnya, ia berkata dingin:
"Bila kau berani menyusulku lebih jauh, seketika juga akan
kusuruh kau mampus diujung telapak tanganku"
"Adik Sin, malam ini kau bisa berubah menjadi begini rupa
karena akulah yang telah mencelakaimu dosaku benar-benar sangat
besar, sampai mati pun dosa ini sukar ditebus, kau . . . ."
Seraya berkata dia lantas merentangkan tangannya lebar-lebar
siap memeluk tubuh gadis itu..
Setelah menyaksikan perbuatan Ku See hong yang begitu kurang
ajar, nona berbaju putih itu semakin menyangka kalau Ku See hong
adalah seorang lelaki hidung bangor, napsu membunuhnya segera
muncul kembali, sambil membentak keras dia mengigos kesamping
menghindarkan diri dari terjangan Ku See hong.
Kesadaran Ku See hong waktu itu betul-betul sudah dipengaruhi
oleh cinta buta, begitu tubrukannya kosong dengan cepat berkisar
setengah lingkaran dan sekali lagi menubruk ke muka.
Ketika menghindarkan diri tadi, secara diam-diam gadis berbaju
putih itu sudah menghimpun tenaga dalamnya kedalam lengan kiri,
maka setelah dilihatnya Ku See hong menubruk datang sekali lagi,
dia segera tertawa dingin dengan suara menggidikkan. .
Kali ini dia tidak berkelit ataupun menghindar, kelima jari tangan
kanannya disentilkan ke depan .... ''Sreet, sreet, sreet.." lima gulung
desingan angin jari tangan yang tajam dengan cepat dan dahsyat
langsung menghajar jalan darah Yu bun, Ko kok, Sang ci, Mong gi,
serta ki bun lima buah jalan darah penting.
Padahal waktu itu Ku See hong sedang menerjang datang
dengan kecepatan luar biasa, lagipula dia tak menyangka kalau
gadis itu bakal melancarkan serangan secara tiba-tiba, oleh karena
487
itu, diapun tidak mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi
badan.
Tak ampun lagi ke lima buah serangan dahsyat itu segera
menghajar telak diatas lima buah jalan darah penting ditubuhnya.
''Blaaamm ... blaaammm !'' benturan keras segera bergema
memecahkan keheningan.
Dengusan tertahan segera berkumandang di udara, darah segar
menyembur keluar dari mulut Ku See hong, paras mukanya juga
berubah menjadi pucat pias seperti mayat, tak ampun dia mundur
dua langkah ke belakang dan pelan-pelan roboh lemas diatas
tanah..
Tapi, sianak muda itu masih sempat tersenyum, sambil menahan
penderitaan dan rasa sakit yang mencekam dalam tubuhnya, ia
berkata dengan suara pedih:
"Adik Sin, aku tidak menyalahkan kau yang telah melancarkan
serangan keji kepadaku, karena cinta kasih yang kau berikan
kepadaku lebih dalam daripada samudra, sekalipun badan harus
hancur, akupun tak dapat membayar budi kebaikanmu itu. Sekarang
sebelum ajalku t iba aku hendak mengutarakan isi hatiku, entah kau
telah berubah menjadi bagaimana, aku tetap mencintaimu,
sekarang aku telah mencintaimu, di alam bakapun aku tetap
mencintaimu, aku..."
Berbicara sampai disini, pemuda itu muntah darah lagi, seluruh
badannya mengejang keras dan kemudian tergelepar diatas tanah
tak berkutik lagi..
Paras muka gadis berbaju putih itu tampak berubah hebat
sesudah mendengar perka-taan itu, rasa sedih dan menyesal segera
muncul dan menyelimuti hatinya.
Begitu Ku See hong roboh ke tanah, dia segera berpekik sedih,
air matanya berderai, serunya dengan pedih:
"Ku sauhiap, aku yang salah, aku telah melakukan melakukan
kesalahan, aku benar-benar berdosa kepadamu, juga berdosa
488
kepada segenap umat persilatan di dunia ini, aaai. . . mengapa aku
begini pikun? Mengapa aku melakukan perbuatan sebodoh ini?"
Suaranya amat sedih, menyesal dan penuh rasa penyesalan.
Inilah wataknya yang benar, sifatnya yang masih polos dan
belum terpengaruh oleh kejahatan tapi toh dia sudah melakukan
suatu kesalahan justru karena itu pula dia telah menciptakan suatu
sejarah yang amat memilukan hati.
Diiringi pekikan sedih dan penyesalan, gadis berbaju putih itu
tidak memperdulikan lagi noda darah ditubuh pemuda itu, dia
segera menubruk kedalam pelukan Ku See-hong dan menangis
tersedu-sedu.
Isak tangisnya benar-benar memilukan hati, kali ini bolen dibilang
untuk pertama kalinya dia menangis dengan sedih.
Suara air terjun yang gemuruh seakan-akan tak dapat
menghilangkan suara tangisan nya yang memedihkan hati, sekeliling
tempat itu seolah-olah diliputi oleh suasana murung dan sedih...
Setelah menangis sekian waktu, akhirnya gadis berbaju put ih itu
memeluk tubuh Ku See hong dan pelan-pelan bangun berdiri
dengan airmata membasahi pipinya, dia berkata sedih.
“Tanpa sebab tanpa musabab aku telah membunuhnya, aku
telah melakukan kesalahan terhadapnya, aku hendak
membopongnya, mencari suatu tempat yang berpemandangan
indah, menangisi selama tiga hari, kemudian menguburnya, dan
mendampingi terus disisi kuburannya. Aku tahu dia terlampau
kesepian, seperti juga aku, seorang lemah yang ditinggalkan semua
orang ...."
Setelah berbicara sampai disitu, hati keci nya seakan-akan
tersentuh, air matanya segera jatuh berderai dengan derasnya,
membasahi pipi Ku See hong yang pucat.
Sambil membopong jenajah Ku See hong, pelan-pelan dia
berjalan menuruni bukit dengan menelusuri sungai
489
Tiba-tiba. . . . pada saat itulah dari seberang sungai kecil itu
berkumandang suara pekikan aneh yang tinggi melengking dan
menggidikkan hati.
Begitu mendengar suara pekikan tersebut sekilas rasa ngeri dan
takut segera menyelimuti wajah si nona berbaju put ih itu,
sebenarnya dia hendak melemparkan jenasah Ku See -hong
kesamping, akan tetapi ketika sepasang matanya menatap kembali
paras mukanya yang pucat dan mengenaskan itu, suatu teguran
yang muncul dari dasar hati kecilnya membuat ia mengurungkan
niat tersebut.
Dengan cepat selapis hawa amarah menghiasi wajahnya,
lengannya yang memeluk tubuh Ku See hong pun semakin kencang.
Mengikuti suara pekikan tersebut, tampak dua sosok bayangan
manusia muncul dari seberang sungai dan secepat kilat melunncur
datang.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah berada di hadapan
gadis berbaju putih itu dan berhenti dua kaki dihadapan dua orang,
empat matanya mengawasi Ku See hong dalam bopongen gadis itu
dengan sorot mata yang tajam, tapi diliputi perasaan tercengang.
Selama hidup belum pernah gadis berbaju put ih itu bersentuhan
dengan lawan jenisnya, ketika dia merasa sorot mata kedua orang
itu mengawasi Ku See hong yang berada dalam pelukannya tanpa
berkedip, tanpa terasa paras mukanya berubah menjadi merah
padam.
Dibawah sorot cahaya bintang, tampak pendatang itu adalah
seorang kakek kurus kering yang berlengan panjang tapi kurus
seperti bambu, mukanya bengis dan mengerikan, sedang sinar mata
yang terpancar keluar dari balik matanya lebih tajam dari pada
sembilu, membuat siapa saja yang memandangnya segera akan
tahu kalau orang ini memiliki tenaga dalamyang sangat sempurna.
Orang kedua adalah seorang lelaki setengah umur yang berbaju
ringkas berwarna hijau, berkepala besar, berpera-wakan tinggi
besar, bermata besar, gigi bertaring serta menggembol dua buah
490
senjata roda bergerigi yang amat besar, sinar mata orang inipun
tajam menggidikkan hati, jelas merupakan seorang jagoan yang
lihay pula.
Setelah termangu-mangu beberapa saat lamanya, kakek kurus
kering itu maju dua langkah kemuka kemudian menjura dengan
hormatnya kepada gadis berbaju putih itu, katanya dengan suara
dalam:
"Ceng kuncu (Tuan Putri Ceng) kami mendapat perintah dari Hu
kaucu untuk menanyakan bagaimana cara Kuncu membekuk
manusia yang bernama Ku See-hong ini?"
Serentetan cahaya tajam yang menggidikan hati segera
memancar pula dari balik mata sinona berbaju putih yang jeli, alis
matanya berkenyit, lamat-lamat selapis hawa pembunuhan
menyelimutinya, dengan suara dingin ia menjawab.
"Thian leng Thamcu, kalian segera pulang dan laporkan kepada
Ciu Hu kaucu Ku See hong telah kubunuh"
Ternyata kakek kurus kering ini adalah Thamcu ketiga dibawah
pimpinan Ciu Heng thian, Hu kaucu dari Ban shia kau yang di sebut
orang Thian leng Thamcu .... Mo pit siu (Kakek berlengan iblis)
Kwong Yu siang Sedangkan lelaki berpakaian ringkas itu adalah
Hiangcu nomor satu dibawah ruangan Thian leng tham yang disebut
Hong kun lun (roda angin guntur) Sin Bu.
Diam-diam Thian leng Thamcu si kakek berlengan iblis Kwong Yu
siang berkerut kering setelah menyaksikan paras muka si nona
berbaju putih yang dingin bagaikan es itu diliput i oleh hawa
pembunuhan yang tebal.
Setelah termenung sesaat, diapun berkata:
"Ku See hong berhasil dibunuh oleh tuan putri, hal ini benarbehar
merupakan suatu peristiwa yang patut dirayakan dengan
gembira, Tolong tanya jenasahnya kini berada di mana? Harap Tuan
putri sudi memberikan petunjuknya?"
491
Paras muka gadis berbaju putih itu berubah makin serius,
katanya sambil tertawa dingin:
''Jenasahnya kini berada dalambopongan ku, mau apa kalian?"
Thiam leng Thamcu si kakek berlengan iblis Kwong Yu siang
adalah seorang yang licik dan berbahaya, sedari tadi ia sudah tahu
kalau orang yang berada dalam bopongan gadis itu adalah Ku See
hong, tapi ia merasa tidak habis mengerti, mengapa tuan putrinya
yang berwajah cantik tapi selalu bersikap dingin kaku dan
memancar kan suatu sikap yang sukar didekati ini bisa membopong
jenasah Ku See hong sambil berjalan kemari.
Membunuh adalah membunuh, apa gunanya musti dibopong
terus? Mungkinkah di balik kesemuanya ini terdapat hal-hal yang
tidak beres? Atau mungkinkah tuan putri nya sedang menipunya? .
Tanpa terasa dengan sorot mata yang sangat tajam dia awasi
tubuh Ku See hong lekat-lekat, nyatanya tubuh yang berada dalam
bopongan gadis itu adalah sesosok mayat.
Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak Kakek
berlengan iblis Kwong Yu-siang, akhirnya dengan sikap yang amat
menghor-mat dia berkata:
''Tuan putri dengan membopong jenasah orang itu, hal mana
hanya akan menodai kesucian tuan putri saja, biarlah lohu
menyuruh Sim hiangcu membantu dirimu''
Mendengar perkataan tersebut lelaki berpakaian ringkas itu si
Roda angin guntur Sim Bu segera maju ke depan membungkukkan
badan memberi hormat dan berkata dengan suara parau:
"Tuan Putri berbadan emas, biarlah aku orang she Sim..."
Gadis berbaju put ih itu segera mendengus berat-berat, tukasnya
dengan suara dingin:
"Jenasah ini tak perlu merepotkan kalian untuk membopongnya,
aku bisa membereskannya sendiri, sekarang lebih baik kalian pulang
saja, sudah kalian dengar perkataanku ini? '
492
Ucapan yang terakhir itu bernada memerintah, suaranya keras
dan membuat semua orang yang mendengarnya merasa amat tak
sedap.
Paras muka Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang berubah
menjadi dingin seperti es, dengan nada menyelidiki dia bertanya:
"Tuan putri, kau hendak membawa jenasah ini pulang kemarkas
besar ataukah hendak menguburnya ditempat lain"
“Tentang soal ini, lebih baik kalian tak usah mencampurinya!''
"Orangnya toh sudah mati, jenasahnya mau dibawa kemana saja
toh sama juga, cuma barang yang berada didalam sakunya harus
lohu ambil untuk dibawa pulang kemarkas besar, tentunya boleh
bukan?`
Nona berbaju putih itu menjadi gusar sekali, teriaknya keraskeras:
'Siapa pun dilarang menyentuh benda yang berada didalam
sakunya."
"Tuan putri, kau harus tahu" kata si kakek keji berlengan ibis
Kwong Yu-siang sambil tertawa seram, membawa pulang benda
yang berada disakunya bukan merupakan perintah dari wakil ketua,
melainkan atas perintah dari Kaucu sendiri, apakah kau berani
membangkangnya?"
Sekali lagi nona berbaja putih itu mendengus dingin.
"Entah perintah siapa pun juga sama saja, sekali aku bilang tak
boleh menyentuhnya, tetap tak boleh menyentuhnya, kau pun tak
usah banyak berbicara lagi, kalau sampai menggusarkan aku,
perduli terhadap siapa pun aku tetap akan turun tangan keji
kepadanya"
Setelah mendengar perkataan itu, mencorong sinar buas dari
balik mata kakek berlengan iblis Kwong Yu-siang, dia segera tertawa
seram.
493
''Heeeehhh ... heeehhh ... heehhh... Tuan Putri, perkataamu itu
sudah melanggar peraturan perkumpulan, lohu sebagai anggota
perkumpulan meski harus melanggar dosa berani dengan atasan,
terpaksa harus bertindak tegas juga untuk melindungi keutuhan
peraturan perkumpulan, Aku minta tuan putri bersedia untuk
berpikir tiga kali sebelum bertindak .......”
Paras muka gadis berbaju putih itu segera berubah menjadi
dingin bagaikan salju serunya:
"Bilamana kau merasa memiliki kepandaian silahkan saja turun
tangan untuk mencobanya'
Sekalipun si Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang adalah
seorang manusia bengis yang banyak melakukan kejahatan, tapi
setelah menyaksikan tindakan yang keji tanpa perasaan yang
terang-terangan melanggar peraturan ini, hatinya merasa bergidik
juga.
Kepandaian silat yang dimiliki gadis itu boleh dibilang sudah
diketahui oleh setiap orang, kakek itupun sadar bahwa kemampuan
yang dimilikinya sukar untuk mengalahkan gadis tersebut tapi
bilamana ia mau bekerja sama dengan Hong-lui-lun Sim Bu, besar
kemungkinan orang tersebut dapat dibinasakannya.
Adapun yang menjadi tujuan dari tindakannya pada malam ini
adalah pedang Ang soat kiam yang merupakan pedang mestika
nomor satu di dunia, diapun tahu kalau ia tidak bertindak cepat
maka besar kemungkinan senjata mana akan terjatuh ke tangan Ciu
Hu kaucu.
Si Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang termenung dan berpikir
beberapa saat lamanya, kemudian ia berkata.
"Kalau tuan putri berkata demikian, lohu pun akan menuruti saja.
Meski cahaya kunang-kunang tak akan bisa menangkan cahaya
rembulan, tapi demi ditegakkannya peraturan perkumpulan, mau
tak mau aku harus bertindak tegas'
494
Gadis berbaju putih itupun bersikap amat serius, dia tahu
pelanggaran atas peraturan yang dilakukannya sekarang merupakan
suatu penghianatan besar, andaikaia sampai diketahui oleh ibunya,
sekalipun dia adalah putri kandungnya juga tak akan mendapat
pengampunan.
Apa lagi Thian leng Thamcu yang berada dihadapannya sekarang
merupakan seorang jago lihay kelas satu dalam perkumpulannya,
ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay, dia sendiripun belum tentu
berkemampuan untuk membinasakan mereka.
Berpikir demikian, dengan suara dingin gadis berbaju putih itu
berkata:
"Thian leng thamcu, kau harus tahu, sejak dulu hingga sekarang
aku bukan anggota dari perkumpulan Ban shia kau, peraturan di
dalam perkumpulanmu tidak berlaku bagiku, malam ini kau mencari
aku merupakan suatu dendam pribadi, dengan soal perkumpulan
sama sekali tak ada sangkut pautnya ....”
Mendengar perkataan itu, si Kakek berlengan iblis Kwong Yu
siang lantas berpikir: ''Benar juga perkataan ini, sekarang ia sama
sekali bukan anggota perkumpulan Ban shia kau, sebagar orang
yang terlepas dari perkumpulan tentu saja peraturan perkumpulan
tidak berlaku pula baginya.”
Berpikir sampai disini, si Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang
lantas tertawa seram.
"Heeeehhh.... heeeehhh. . . heeehhh. . . Ceng Kuncu, tak
kusangka kau sebagai putri kaucu ternyata bisa mengucapkan
perkataan semacam ini, lohu benar-benar merasa malu untuk diri
kaucu, andaikata kau masih mengakui kaucu sebagai ibu
kandungmu, tak nanti kau akan melakukan perbuatan bodoh seperti
itu".
ooo0dw0ooo
BAB 23
495
MENDENGAR perkatan tersebut, gadis berbaju putih itu seakanakan
merasa hatinya terluka, sekujur tubuhnya bergetar keras, titik
air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, dengan suara keras
bentaknya:
"Aku bukan putri kandung kaucu, kalau tidak, kenapa aku tak
punya ayah, Aku adalah seorang anak haram....”
Tak terlukiskan rasa sedih yang mencekam perasaannya, sejak
kecil ia sudah merasa merupakan seorang gadis lemah yang
dilupakan orang, andaikata dia tidak memiliki suatu keteguhan hati
yang melebihi orang biasa, mungkin sedari dulu ia sudah tak bisa
hidup lebih jauh.
Dia amat membenci ibunya sendiri, karena perbuatan jalangnya
yang menggaet sana merayu kemari, benarkah dia tak punya ayah
kandung? Dia adalah putri yang di hasilkan hubungan gelap ibunya
dengan lelaki-lelaki hidung bangor ?
0ooh Thian! Betapa kasihannya aku, betapa menyendirinya aku. .
.
Andaikata dia mengetahui asal-usul yang sebenarnya, mungkin
hatinya akan semakin sedih, sesungguhnya perempuan memang
merupakan kaum lemah, andaikata sejak kecil ia sudah tidak
memperoleh kasih sayang orang tuanya, melainkan ditinggalkan,
maka pukulan batin tersebut akan dirasakan sebagai suatu pukulan
yang amat parah.
Coba kalau seorang beriman lemah yang mengalami pukulan
batin semacam ini, niscaya dia tak akan mampu untuk hidup lebih
jauh didunia ini...
Ketika si Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang menyaksikan
gadis itu menjadi sedih, mencorong sinar kebuasan dari balik
matanya, mendadak bagaikan sambaran petir dia menerjang ke sisi
tubuh si gadis berbaju putih itu, secepat kilat tangan kanannya
menyambar pedang Hu thian seng kiam yang menggembol di
punggung Ku See hong.
496
Serangan itu dilancarkan dengan suatu gerakan yang amat aneh
tapi sakti.
Ilmu silat yang dimiliki gadis berbaju putih itu sesungguhnya
telah mencapai puncak kesempurnaan, walaupun dia sedang
bersedih hati karena memikirkan asal-usul sendiri yang memilukan
hati, tapi begitu Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang turun tangan,
ia segera membentak dengan suara nyaring:
"Manusia rendah yang tak tahu malu, berani betul kau
menyergap secara licik. . ."
Sambil berteriak, mendadak ia berkelebat ke samping
menghindarkan diri dari cengkeraman tersebut.
Tidak menant i pihak lawan berubah gerakan, kaki kirinya disertai
desingan angin tajam langsung menendang jalan darah Thian ki hiat
di pinggang sebeleh kiri Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang.
Bila jago lihay sedang bertarung, setiap tindakan yang dilakukan
semuanya merupakan ancaman yang bisa memat ikan lawan nya.
Tendangan tersebut dilancarkan dengan cepat, aneh gencar dan
dahsyat...
Betapapun buasnya Kakek berlengan iblia Kwong Yu siang, toh ia
tak berani juga menyambut datangnya serangan tersebut, kaki
kirinya segera berputar kencang, menyusul kemudian tubuhnya
dengas cepat mundur tiga empat langkah dari posisi semula.
Tampak gadis berbaju put ih itu sudah mempunyai rencana yang
matang, sekali lagi dia membentak keras, belum sempat kaki kirinya
ditarik kembali, badannya telah melayang ke samping, kaki
kanannya segera diayunkan ke depan menendang jalan darah Yan
hou Hat ditenggorokan musuh.
Tendangan semacam ini merupakan suatu ilmu tendangan yang
luar biasa dan jarang ditemui dalamdunia persilatan.
Paras muka Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang berubah
hebat, buru-buru dia membalikkan badan, tendangan dari gadis itu
497
sudah tiba didepan mata, sepasang bahunya segera bergerak dan
tubuhnya langsung melompat sejauh dua kaki dari posisi semula.
Berhubung gadis berbaju putih itu harus membopong tubuh Ku See
hong, maka gerak geriknya kurang leluasa, itulah sebabnya dia
lancarkan dua buah tendangan berantai dengan tujuan untuk
memaksa mundur lawannya, dengan demikian ia baru bisa
memusatkan perhatian nya untuk menghadapi kedua orang itu.
Begitulah, setelah menyaksikan Kakek berlengan iblis Kwong Yu
siang terdesak mundur, dengan cepat dia menarik kembali kakinya,
lalu sambil menghimpun tenaga dalamnya, bagaikan seekor burung
walet tubuhnya melayang pergi sejauh tiga kaki.
Buru-buru dia membaringkan tubuh Ku See hong kebawah
sebatang pohon siong kemudian tangan kanannya secepat kilat
melepaskan pedang Hu thian sang kiam yang menggembol
dipunggung Ku See hong, dan mengikatnya diatas punggung
sendiri..
Dilihat dari t indakannya yang dilakukan gadis berbaju putih ini,
dapat diketahui kalau gadis itu adalah seorang gadis yang amat
pintar.
Rupanya gadis itu kuatir bila ia sedang dikurung oleh Kakek
berlengan iblis Kwong Yu siang nanti, si Roda angin guntur Sim bu
akan manfaatkan kesempatan itu untuk mencuri benda milik Ku-See
hong.
Belakangan ini dia pernah mendengar dari Ciu Heng thian yang
mengatakan bahwa Ku See hong memiliki sebilah pedang mestika
yang luar biasa dan merupakan pusaka dari dunia persilatan, yakni
Ang soat kiam.
Dari sini dapat diketahui kalau barang yang mereka butuhkan
adalah pedang antik tersebut.
Menanti Kakek berlengan iblis Kwong Yu Siang dapat berdiri
tegak dan mengetahui kalau pedang mestika itu sudah berhasil di
rampas oleh gadis itu, diam-diam ia lantas menyumpah:
498
"Budak setan, malam ini lohu bersumpah akan membunuhmu
kemudian memunahkan mayatmu, agar orang lain tidak mengetahui
mati hidupmu dan selamanya sengsara dalamakhirat"
Begitu menyusun rencana keji didalam hatinya, sekulum
senyuman licik segera tersungging diujung bibir kakek berlengan
iblis Kwong Yu siang katanya dengan suara dalam:
"Ceng Kuncu, bila kau belum juga mau sadar, terpaksa lohu tak
akan berlaku sungkan-sungkan lagi."
Gadis berbaju putih itu mendengus sinis, katanya dengan suara
dingin:
''Buat apa kau menjerit-jerit terus macam setan? Tak ada
gunanya kau berkaok-kaok melulu. Hmmm malam ini aku berencana
untuk menyuruhmu berdiam selamanya disini."
Kakek berlengan iblis Kwong Yu-siang tertawa licik:
"Heeehhh. . . heeeehhh. . . heeeehhh. . . mana, mana, kalau
begitu lohu akan merasakan dulu sampai dimanakah kelihayan dari
tuan putri"
Paras Muka gadis berbaju putih itu berubah menjadi dingin
bagaikan es, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh
wajahnya, ia segera membentak keras:
"Tak usah banyak bicara lagi, lihat serangan!"
Sambil berkata, gadis berbaju put ih itu segera menggerakkan
tubuhnya menerjang ke muka, telapak tangan kirinya membacok ke
bawah sementara tangan kanannya diayunkan ke muka, dua gulung
angin pukulan yang maha dahsyat segera menggulung ke arah
depan'
Begitu kedua buah serangan itu dilancarkan satu dari atas yang
lain dari bawah mendadak kedua gulung serangan tersebut bersatu
menjadi satu ditengah angkasa dan menimbulkan pusingan angin
dahsyat yang menggetarkan sukma ...
499
Setelah itu gumpalan tenaga serangan tadi berubah menjadi
puluhan jalur angin jari yang tajam, dengan disertai dengan angin
tajam, bagaikan puluhan bilah pedang tajam langsung menyerang
belasan buah jalan darah penting ditubuh kakek berlengan iblis
Kwong Yu siang..
Rupanya gadis berbaju putih itu bermaksud untuk melukai kakek
berlengan iblis Kwong Yu-Siang dalam satu gebrakan maka sewaktu
melepaskan dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat itu,
diam-diam tenaga dalamnya dihimpun lagi, kemudian sepuluh jari
tangannya di sentilkan ke muka melepaskan puluhan buah serangan
gencar.
Ketika kakek berlengan iblis Kwong Yu siang menyaksikan dia
melancarkan dua buah pukulan dahsyat tadi, sebagai seseorang
yang licik, ia sudah menaruh curiga, segera pikirnya.
"Budak ini amat licik dan banyak tipu muslihatnya, dia pasti
bermaksud bermain licik dihadapanku'
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat dua gulung angin
pukulan telah saling bertemu di tengah udara, ditengah gulungan
angin berpusing, puluhan gulung desingan angin jari diiringi suara
desingan yang memekikkan telinga meluncur t iba dan menyebar
luas seperti sebuah jaring-jaring mengancam seluruh jalan darah
penting ditubuhnya.
Mimpipun kakek berlengan iblis Kwong Yu-siang t idak menyangka
kalau angin serangan itu datangnya secepat itu, untuk berkelit jelas
tak mungkin lagi, terpaksa dia harus menghimpun segenap tenaga
dalam nya ke luar, kemudian mengikuti putaran lengannya yang
membentuk gerakan busur, disertai segulung angin pukulan yang
berhawa lembut menerjang keluar.
Dalam wahtu singkat daerah seluas tiga depa disekeliling arena
telah dlliputi oleh selapis dinding hawa murni yang sangat kuat.
Ketika kesepuluh gulung desingan angin serangan itu menumbuk
diatas dinding udara tersebut, terjadilah serentetan suara letusan
yang memekikkan telinganya.
500
Menyusul kemudian... dengusan tertahan menggema di udara,
kulit muka si kakek berlengan iblis Kwong Yu siang yang kurus
kering mengejang keras membentuk satu garis memanjang setelah
mundur dua langkah dari balik sorot matanya memancar keluar
serentetan sinar bengis dan benci yang amat sangat.
Terhadap kawanan manusia semacam itu, gadis berbaju putih itu
memang t idak menaruh kesan baik, bahkan terhadap ibunya
sendiripun menaruh rasa muak maka setelah dilihatnya Kakek
berlengan iblis Kwong Yu siang terluka, tentu saja diapun tidak
mengenal ampun lagi.
Sambil menbentak keras, tubuhnya berkelebat kedepan
menerjang tiga depa kesisi kiri kakek berlengan iblis Kwong Yu
siang, ujung baju kanannya bagaikan seekor ular sakti segera
meluncur kedepan dan menggulung leher kakek tersebut.
Dalam pengaruh tenaga dalam yang luar biasa, ujung bajunya itu
bagaikan sebilah pedang mustika yang tajam sekali, andaikata
tengkuk Kwong Yu siang sampai kena dililit, niscaya batok
kepalanya akan berpisah dengan badan.
Siapa tahu, baru saja gadis berbaju putih itu mengebaskan ujung
bajunya kedepan, kakek berlengan iblis Kwong Yu siang telah
tertawa licik.
Tubuhnya seperti sesosok sukma gentayangan berkelebat
kesamping dan menyelinap ke belakang tubuh gadis berbaju putih
itu, keseluruh jari tangannya yang kurus bagaikan cakar iblis
langsung mencengkeram pedang Hu thian seng kiam yang
menggembol dibahunya.
Betapa terkejutnya gadis berbaju putih itu setelah mendengar
suara tertawanya, buru-buru dia berpikir:
"Aduh celaka, tampaknya kebenaran tinggi sejengkal, kejahatan
tinggi sekali!'
Begitu ingatan tersebut melintas dalam benaknya, ia segera
mengeluarkan ilmu Hud lo jiu yang maha dahsyat untuk
501
melancarkan serangan, kaki kirinya bergeser setengah langkah,
kemudian tubuhnya berputar sembilan puluh derajat, menyusul
kemudian ujung baju tangan kirinya dikebaskan ke depan.
Kelihayan dari jurus serangan tersebut justru terletak pada
beberapa gerakan tersebut, semua gerakan itu bisa dilancarkan
pada saat hampir bersamaan.
Oleh karena itu kecepatan gerakannya juga tak dapat ditandingi
oleh jurus serangan manapun juga, selain daripada itu dari balik
ujung baju pun bersembunyi ilmu Hud lo jiu yang maha dahsyat.
Baru saja kakek berlengan iblis Kwong Yu siang sedang gembira
karena siasatnya berhasil, belum sempat jari tangannya menyentuh
gagang pedang mustika lawan, tampak bayangan putin berkelebat
lewat, sekilas cahaya bianglala berwarna putih disertai desingan
angin pukulan yang maha dahayat telah menggulung keatas urat
nadi pada pergelangan tangannya.
Dalam terkesiapnya terpaksa dia harus membuang kesempatan
untuk merampas pedang mestika itu dan buru-buru melompat
mundur beberapa langkah ke belakang.
Begitu berhasil mendesak mundur musuhnya dengan serangan
tersebut, tiba-tiba saja gadis berbaju putih itu membalikkan
badannya, ujung baju kiri dan kanannya segera di kebaskan
berulang kali dengan ilmu Hud lo jiu.
Tampak bayangan putih menyelimuti seluruh angkasa, desingan
angin pukulan menderu-deru, dan dari empat arah delapan penjuru
tahu-tahu meluncur tiba ancaman dahsyat yang mengurung seluruh
badan kakek berlengan iblis Kwong Yu siang.
Dua buah ujung bajunya yang dikebaskan keluar dengan ilmu Hu
lo jiu itu pada hakekatnya merupakan dua macam senjata tajam
yang luar biasa, kontan saja kakek berlengan iblis itu menjadi
terdesak hebat dan kalang kabut.
Sekalipun dia telah berusaha mengebaskan tangannya berulang
kali, menciptakan bayangan pukulan yang berlapis-lapis, namun
502
semuanya tak mampu untuk membendung datangnya serangan
lawan..
Gadis berbaju putih itu segera membentak keras, serangan
mematikan dilancarkan berulang kali, diantara ayunan ujung
bajunya yang berlapis-lapis, mendadak telapak tangannya yang
putih bersih itu meluncur ke depan dan sekaligus melancarkan dua
buah pukulan dahsyat.
Enam lapis bayangan telapak tangan hampir pada saat yang
bersamaan melepaskan serangan ke arah sepasang bahu dan dada
kakek berlengan iblis tersebut.
Jurus-jurus serangan yang lihay dan ancaman yang mematikan
betul-betul merupakan sesuatu kehebatan yang belum pernah
dijumpai sebelumnya.
Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang yang menyaksikan daging
gemuk didepan mulut tiba-tiba terlepas kembali dari cekalannya,
apalagi diapun kena diserang secara gencar oleh seranganserangannya
yang mematikan, dari malu bercampur mendongkol, ia
menjadi gusar sekali.
Kalaupun dia tahu dengan pasti bahwa dibalik ke enam buah
serangannya itu diam-diam tersembunyi pula serangan yang
mematikan, tapi diapun ingin menggunakan tubuhnya untuk
mencoba ancaman tersebut, dengan cepat telapak tangan kanannya
berputar membentuk setengah lingkaran, kemudian.."Weeess!"
telapak tangan kirinya secepat kilat melepaskan sebuah pukulan ke
depan.
Selapis angin pukulan yang sangat dahsyat bagaikan selembar
jaring yang amat tebal langsung menggulung kemuka menyongsong
datangnya ancaman mana.
Gadis berbaju put ih itu melotot besar, sambil membentak
sepasang lengannya segera berputar dan menggertak ke samping
untuk memancing serangan lawan miring ke arah lain, setelah itu
dengan suatu gerakan aneh, tiba-tiba saja dia memunahkan
ancaman yang tiba sehingga lenyap tak berbekas.
503
Jurus serangan ini selain aneh juga luar biasa.
Dikala ia memancing tenaga pukulan lawan meluncur ke arah lain
itulah, telapak tangan kirinya didorong ke depan lewat suatu sudut
yang sangat aneh, segulung angin pukulan lembut tanpa
menimbulkan sedikit suara pun segera menyebar kedepan.
Mengikuti dorongan telapak tangan kirinya, ke lima jari tangan
kanannya di pentangkan lebar-lebar, kemudian "Sreeet!" menyerang
jalan darah Sin-hong-hiat, Poh long-hiat, Yu bun-hiat serta Tong
kok-hiat, empat buah jalan darah penting didepan dada kakek
berlengan iblis Kwong Yu-siang.
Dibawah cahaya rembulan tampak ke lima jari tangan kanannya
itu berkilat tajam.
Betapa terkesiapnya kakek berlengan iblis Kwong Yu-siang
setelah menyaksikan kejadian itu, mimpipun dia tak mengira kalau
tenaga dalam gadis itu sudah mencapai tingkatan yang begitu
sempurna.
Dalam keadaan seperti ini, cukup bila tubuhnya tersentuh angin
jari serangan yang terpancar keluar dari ke lima buah jari tangan
Iawan, akibatnya ia pasti akan terluka parah.
Padahal apa yang diduga Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang
adalah suatu penilaian yang salah, apa yang terpancar keluar dari
kelima jari tangan kanan gadis berbaju putih itu tak lebih hanya
suatu pancaran tenaga biasa, sedangkan serangan mematikan yang
sebetulnya justru terletak pada telapak tangan kirinya.
Tenaga ancaman itu tanpa terasa, tapi bila pihak lawan sudah
merasa tenaganya tersentuh badan, maka jangan harap dia
menghindarkan diri lagi, saat itu baginya hanya bisa mandah
diserang...
Sedangkan serangan itu sendiripun bisa dikendalikan arahnya
menurut kehendak hati, maka andaikata pihak lawan hendak
menghindarkan diri dari ancaman jari tangan kanan yang
504
menyergap tiba, tenaga pukulan yang berada pada telapak tangan
kirir akan berubah arah dan menyerang tubuh lawan.
Ilmu pukulan semacam ini boleh dibilang merupakan sebuah ilmu
pukulan yang jarang dijumpai didalamdunia persilatan.
Siapa yang bakal tahu kalau ilmu pukulan yang sangat aneh ini,
sesungguhnya merupakan salah satu diantara ilmu sakt i yang
tercantumdidalam kitab Cang ciong pit kip?
Tampaknya kakek berlengan iblis Kwong Yu siang segera akan
tewas diujung telapak tangannya.
Kebetulan sekali pada saat itu Hong lui lun Sim Bu yang
berkepala besar menyaksikan Thamcunya terancam bahaya, secara
diam-diam ia segera melepaskan sepasang roda bergeriginya.
Sepasang roda bergerigi yang besar dan berat dengan
menciptakan serentetan cahaya perak yang tebal dan rapat, disertai
segulung desingan angin tajamyang dahsyat, langsung menggulung
tiba dan menghantampunggung gadis berbaju putih itu.
Ketika secara tiba-tiba gadis berbaju putih itu mendengar
datangnya desingan angin tajam yang menyambar tiba di belakang
punggungnya, serta merta dia berpaling, tahu-tahu dia saksikan ada
dua gulung cahaya yang menyilaukan mata telah menggulung
keatas tubuhnya.
Pada saat yang bersamaan Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang
juga telah menghimpun tenaga dalamnya sambil melepaskan
sebuah pukulan dahsyat, angin puyuh yang menggidikkan hati
dengan membawa desingan angin tajam meluncur ke depan.
Dalam keadaan begini andaikata dia sampai melanjutkan niatnya
untuk melukai Kakek berlengan iblis, niscaya dia sendiri akan terluka
pula di ujung roda angin guntur lelaki bengis tersebut.
Melihat datangnya pukulan yang maha dahsyat dari Kakek
berlengan iblis, satu ingatan segera melintas didalam benaknya.
505
Dengan cepat dia berlagak seakan-akan dirinya terdesak dan
menjadi gugup dan gelagagapan.
Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang melihat kejadian itu segera
tertawa seram, tiba-tiba saja tenaga dalamnya dilipat gandakan
menjadi sepuluh bagian lebih.
Disaat angin pukulan dari Kwong Yu siang serta roda angin
guntur dari Sim Bu hendak menghancur lumatkan tubuh si nona
berbaju putih itu. . .
Mendadak sepasang telapak tangan si nona yang sudah
dilontarkan kedepan itu ditarik kembali, lalu sambil memancing
tenaga serangan kakek berlengan iblis agar menerjang kearahnya
lebih cepat tubuhnya yang bergeser mengikuti datangnya hembusan
angin pukulan tersebut mendadak melejit ketengah udara, bagaikan
anak panah yang terlepas dari busurnya dia meluncur ketengah
angkasa.
Tiba-tiba saja kakek berlengan iblis Kwong Yu siang merasakan
tenaga dalamnya yang dihisap oleh tenaga lawan itu menjadi tak
terkendalikan lagi, disaat itulah sinona berbaju putih itu tahu-tahu
melejit ke tengah udara.
Melihat kejadian inilah, Kwong Yu siang menjadi amat terkesiap,
diam-diam pekikan dihati.
'Aduh celaka....''
Ternyata tenaga pukulan dahsyat yang tak bisa dikendalikan lagi
itu bagaikan amukan ombak samudra telah menerjang ke arah Hong
lui lun Sim Bu yang berada di hadapannya.
Sebaliknya jurus serangan angin puyuh yang dilancarkan Sim Bu
dengan sepasang roda angin gunturnya justru bersarang ke arah si
kakek berlengan iblis.
Nona berbaju putih itu memang amat cerdik, sewaktu tubuhnya
melejit ke tengah udara tadi, ia telah memperhitungkan datangnya
serangan dari kedua belah pihak, maka ketika badannya meluncur
506
ke udara, kakek berlengan iblis dan Sim Bu sudah sama-sama tak
mampu untuk menarik kembali serangannya.
Dalam jarak yang begini dekat, ditambah pula kecepatan yang
begitu tinggi, sulit bagi mereka untuk meloloskan diri dari jebakan
maut tersebut ....
Dasar memang berhati keji, tatkala si kakek berlengan iblis
Kwong Yu siang menyaksikan keselamatan jiwanya mulai terancam
iapun tidak memperdulikan apakah pihak lawan adalah anak buah
sendiri atau bukan, tenaga dalamnya segera ditingkatkan hingga
mencapai dua belas bagian.
"Blamm....! ' suatu benturan nyaring segera mengelegar
memecahkan keheningan.
Menyusul kemudian terdengar lagi jeritan ngeri yang memilukan
hati, tubuh Hong lui lun Sim Bu sudah terhajar oleh tenaga pukulan
dari Kakek berlengan iblis itu sehingga isi perutnya bergeser,
nadinya putus dan jiwanya melayang meninggalkan raga...
Sekalipun demikian, sepasang roda angin gunturnya masih
sempat meluncur ke depan secepat sambaran kilat menerjang ke
tubuh Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang...
Cepat-cepat Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang melarikan diri
ke luar dari arena...
"Krraaakkkk!" sebuah roda baja itu menyambar lewat dari bawah
ketiaknya hingga bajunya hancur dan darah segar memancar ke
empat penjuru .... Menyaksikan kejadian tersebut, gadis berbaju
putih itu tidak menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut dengan
begitu saja.
Secepat sambaran petir ia menerjang ke muka, jurus serangan
dahsyat dilontarkan berulang kali mengurung sekujur tubuh lawan..
Kakek berlengan iblis Kwong Yu siang membentak gusar, sambil
menahan rasa sakit yang menghebat, dia mengembangkan pula
jurus-jurus serangan dahsyatnya ...
507
Serangan berantai yang dilancarkan sinona saat ini semuanya
dilakukan dengan gerakan tubuh yang aneh serta perubahan
gerakan yang makin lama semakin cepat, angin pukulan bagaikan
pisau tajam menyapu kian ke mari..
Semua serangan yang dilancarkan hampir semuanya tertuju ke
bagian-bagian yang mematikan lawan, selain dahyat juga teramat
keji.
Sesungguhnya Thian leng Thamcu si Kakek berlengan iblis
Kwong Yu siang juga memiliki tenaga dalam yang sempurna serta
ilmu silat yang melebihi orang lain, sepasang lengannya yang kurus
kering berayun kian kemari memenuhi angkasa, hawa pukulan yang
dingin pun memancar kian kemari mengikuti gerakan pukulannya.
Jurus dilawan dengan jurus, serangan dipatahkan dengan
serangan, sekalipun tubuhnya sudah terluka, namun t iada tandatanda
bakal menderita kekalahan.
Ia menyerang semakin gencar lagi, jurus-jurus serangan
dahsyatnya dilontarkan bagaikan hujan badai, setiap ancaman selalu
menerobos masuk ke balik bayangan lengan lawan yang ceking dan
hitam, seakan-akan memasuki lautan yang luas tak bertepian.
Begitulah, kedua orang itu segera terlibat dalam suatu
pertempuran yang amat seru, angin pukulan menderu-deru dan
memancar ke empat penjuru bergelombang besar.
Pepohonan di empat penjuru bergoyang kencang, batu dan pasir
berterbangan di angkasa, keadaannya sungguh mengerikan hati
......
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung ratusan
jurus banyaknya, namun menang kalah masih saja belumdiketahui.
Si Kakek berlengan iblis Kwong Yu-siang makin bertarung
merasakan hatinya semakin bergidik, dia tak menyangka kalau
perempuan ini begitu lihay, padahal dihari-hari biasa kaucu tidak
secara tekun memberi pelajaran silat kepadanya, diajar sambil lalu
508
saja sudah sehebat ini, bisa dibayangkan betapa hebatnya ilmu silat
kaucu mereka.
Untuk menjaga keselamatan jiwa sendiri, terpaksa dia harus
menarik kembali niatnya untuk merampas pedang Hu-thian-seng
kiam tersebut, karena ia sudah merasa bahwa hawa murni dalam
tubuhnya sudah mulai tersendat-sendat, jika pertarungan ini
dilangsungkan lebih jauh, niscaya selembar jiwanya akan turut
melayang.
Sementara itu si nona berbaju putih itu masih saja berkelebat
kesana ke mari dengan kecepatan bagaikan kilat, sedang pelbagai
ingatan pun berkecamuk didalambenaknya, dia segera berpikir:
''Di dalam perkumpulan yang didirikan ibu, orang ini tak lebih
cuma seorang jagoan kelas dua, tapi ilmu silatnya sudah begitu
lihaynya, kalau begitu kekuatan perkumpulan sesat yang didirikan
benar-benar luar biasa sekali dan cukup untuk merajai seluruh
kolong langit, aaai Ibu. . . ."
Bila terbayang akan segala perbuatan memalukan yang telah
dilakukan ibunya, dia menjadi malu sendiri, tanpa terasa tekanan
yang terpancar keluar dari jurus-jurus serangannya juga makin lama
semakin berkurang....
Betapa tajamnya sepasang mata si Kakek berlengan iblis Kwong
Yu siang, peluang yang begitu baik tentu saja tidak disia-siakan
dengan begitu saja, dia segera berpekik dengan suara aneh yang
memekikkan telinga, segenap tenaga dalam yang dimilikinya di
himpun kedalam telapak tangan kanan, lalu melalui sebuah sudut
yang tak terduga, dikombinasikan pula dengan gerakan tubuhnya,
dia langsung menerjang kedepan sambil melancarkan serangan ......
Begitu angin pukulan itu dilepaskan, maka tampaklah deruan
angin tajam yang menderu-deru bagaikan bendungan yang jebol
menggulung bersama kedepan dan menghajar tubuh nona berbaju
putih itu.
Kekuatan serangan itu sedemikian dahsyatnya, cukup
menggidikkan hati siapa saja.
509
Nona berbaju putih itu merasa amat terperanjat, segenap tenaga
dalam yang dimiliki pun dihimpun ke dalam telapak tangan
kanannya kemudian dilontarkan ke depan menyongsong datangnya
ancaman tersebut.
Dengan cepat kedua gulung angin pukulan yang maha dahsyat
itu saling bertemu beradu ditengan udara...
"Blaaammmm....!"
Ditengah benturan yang memekikkan telinga terdengar dua kali
dengusan bergema memecahkan keheningan, menyusul kemudian
terdengarlah ledakan yang beruntun yang menggetarkan seluruh
angkasa.
-oo0dw0oo-
Jilid 16
ANGIN tajam segera memancar ke empat penjuru, diantara
desingan angin tajam, bayangan tubuh mereka segera saling
berpisah.
Seluruh tubuh nona berbaju putih itu terbawa ketengah udara
dan berjumpalitan beberapa kali lebih dulu sebelum melayang turun
ketanah, mukanya pucat pias, tampaknya luka dalam yang
dideritanya cukup parah.
Sebaliknya perawakan tubuh si Kakek berlengan iblis Kwong Yu
siang yang ceking dan kecil bagaikan layang layang yang putus
benang mencelat sejauh tiga empat kaki sambil muntah darah
segar.
Begitu mencapai tanah dengan tubuh sempoyongan buru-buru
dia melarikan diri meninggalkan tempat itu.
Dalam waktu singkat, bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik
kegelapan sana.
510
Nona berbaju putih sendiri juga merasakan hawa darah di dalam
dadanya bergolak keras akibat dari serangan yang dilancarkan si
Kakek berlengan iblis Kwong Yu Siang, terpaksa dia membiarkan
musuhnya melarikan diri dengan begitu saja.
Setelah berdiri termangu-mangu beberapa saat lamanya, dengan
mengandalkan sisa hawa murni yang dimilikinya, dia segera
mengatur napas untuk mengendalikan hawa darah yang sedang
bergelora didalam dadanya sekarang.
Kurang lebih seperminum teh kemudian, dia menarik napas
panjang-panjang kemudian menghela napas sedih, gumamnya:
"Malam ini aku telah menghianati ibuku membunuhi sesama
anggota perkumpulan, pelanggaran semacam ini merupakan suatu
pelanggaran yang diancam dengan hukuman berat, sekalipun ibuku
adalah ketuanya, tapi dengan kekejian sifatnya, tak mungkin dia...."
Mati! Bukankah sesuatu yang menakutkan tapi sebelum mat i dia
ingin sekali mengetahui asal-usulnya yang sebenarnya, kalau tidak
sampai matipun dia tak akan mati dengan mata meram.
Tapi... dunia begini luas, dia tak lebih hanya seorang perempuan
yang lemah, kemana dia harus mencari tahu akan hal tersebut...
Teringat hal-hal yang memedihkan hatinya, tanpa terasa titik air
matanya jatuh berlinang.
Setelah termenung sebentar, pelan-pelan dia berjalan ke sisi
tubuh Ku See hong, kemudian membopongnya kembali serayu
bergumam:
''Sungguh kasihan pendekar muda ini, gara-gara cintanya yang
buta, aku sampai salah membunuhnya, dosa sebesar ini entah
bagaimana harus menebusnya? Aaaai .... sekalipun aku harus mati,
belumtentu hatiku bisa menjadi tenteram''
"Aaaai .... betapa pikunnya aku ....! Entah siapa yang dia sebut
sebagai Keng Cin Sin itu? tampaknya gadis itu sudah mati, jika dia
masih hidup, aku harus menceritakan kisah terbunuhnya pemuda itu
511
kepadanya, kemudian aku akan menyerahkan diri kepadanya agar
dijatuhi hukuman mati"
Gumaman gadis berbaju putih itu bernada amat sedih, akhirnya
dengan hati yang murung dan penuh duka lara, selangkah demi
selangkah dia berlalu dari situ.
Fajar telah mulai menyingsing di ufuk sebelah t imur....
Sambil membopong tubuh Ku See hong, dia berlarian melewati
beberapa buah puncak bukit dan tibalah disebuah puncak yang
menjulang t inggi ke angkasa.
Diatas puncak bukit itu terdapat sebuah tanah lapang yang
ditumbuhi rerumputan serta aneka bunga yang indah, suatu tempat
yang sepi dan indah menawan hati.
Di ujung tanah lapang sana merupakan jurang dengan awan
yang menyelimutinya, benar-benar merupakan suatu tempat yang
luar biasa.
Sambil membopong tubuh Ku See hong, selangkah demi
selangkah gadis berbaju putih itu berjalan menuju ke puncak bukit
itu, duduk diatas tanah berumput dan memandang awan diangkasa
dengan termangu, titik-titik air mata jatuh bercucuran membasahi
pipi Ku See hong yang berada dalambopongannya.
Suatu helaan napas sedih mendadak menyadarkan kembali nona
berbaju putih itu dari lamunannya.
Dengan cepat dia menundukkan kepala nya sambit
memperhatikan Ku See hong yang berada dalam bopongannya, tapi
kemudian hampir saja dia menjerit kaget.
Ternyata waktu itu ada sepasang mata yang jeli sedang
memandang wajahnya dengan termangu-mangu, orang itu tak lain
adalah Ku See-hong ....
Tak terlukiskan rasa terperanjat nona berbaju putih itu,
mungkinkah ia mati dengan mata tak meram, maka sekarang dia
berubah jadi setan untuk menggodanya?
512
Ternyata sepasang mata Ku See hong itu melotot besar bagaikan
mata orang mati, biji matanya tidak bergoyang dan kelopak
matanya tidak berkedip, hal ini membuat gadis itu tak pernah
menyangka kalau si anak muda itu telah hidup kembali.
Setelah berhasil menenangkan hatinya dia bergumam dengan
sedih:
"Apakah kau mati dengan mata tak meram? Aai... bila kau ingin
hidup kembali untuk menangkap aku, hatikupun merasa rela,
bagaimana kalau sebentar lagi kubopong dirimu dan bersama-sama
melompat kedalam jurang"
Mendadak.... Ku See hong menggerakkan biji matanya, lalu
dengan wajah berseri-seri jeritnya kaget.
''Adik Sin, aku belum mati? Apakah kita sedang berada dalam
neraka?"
Nona berbaju putih itu menjadi ketakutan setengah mati, sambil
menjerit keras dia mendorong tubuh Ku See hong dan siap-siap
untuk melompat bangun.
Tapi dengan suatu kecepatan luar biasa Ku See hong telah
merangkuli pinggangnya kencang-kencang, kemudian dengan nada
yang amat mesrah dia berkata:
"Adik Sin, kali ini aku tak akan membiarkan kau pergi lagi. mau
bukan kau temani aku untuk selama-lamanya?"
Setelah pinggangnya kena dirangkul, nona berbaju putih itu tak
sanggup untuk bangkit kembali, apalagi sesudah mendengar
perkataannya itu, ia semakin menyadari apa gerangan yang telah
terjadi, kejut dan gembira dia segera berteriak:
“Kau... kau belum mati. . .”
Ku See hong segera tertawa.
"Adik Sin, aku tak akan mati seorang diri, bila kau hidup didunia,
aku tak akan pergi mati, aku selalu berada disisimu. "
513
Nona berbaju putih menjadi terharu sekali, mendadak dia
menyandarkan kepalanya diatas dada Ku See hong yang lebar dan
menangis tersedu-sedu, katanya.
''Kau... mau bukan memaafkan diriku? Selama ini aku telah
memukulmu, aku tidak bermaksud sungguhan, sekarang .... kau
boleh memukul aku sampai mati untuk melampiaskan
kemangkelanmu itu, aku bersedia mati diujung telapak tanganmu..."
Hingga sekarang Ku See hong masih menganggap nona berbaju
putih ini sebagal Keng Cin sin dari istana Huan mo kiong di Lam hay,
maka setelah mendengar perkataan itu, dibelainya rambut gadis itu
dengan penuh kasih sayang, ucapnya lembut:
''Adik Sin aku mencintai dirimu melebihi cintaku pada nyawaku
sendiri, sekalipun kau menghajar diriku, aku tak akan marah
kepadamu, aku tahu kau tak bermaksud begitu, adik Sin kesulitan
apakah yang sedang kau hadapi? Maukah kau untuk
mengatakannya kepadaku."
Nona berbaju putih itu adalah seorang gadis yang masih polos,
suci bersih tanpa pikiran jahat, bukan saja wajahnya cantik, hatinya
sangat baik..
Saat itu dia tahu bahwa dia telah mencintai orang ini, sekalipun
pemuda itu menganggapnya sebagai Keng Cin sin, tapi dengan
senang hati diapun bersedia untuk berlagak seakan-akan dialah
Keng Cin sin, rahasia tersebut tak dibongkarnya untuk sementara
waktu.
Hal ini justru merupakan penyakit dari kaum wanita, dia tahu
kalau Ku See hong sangat mencintai Keng Cin sin, bila dia mengakui
kalau dirinya bukan Keng Cin -sin, maka ia akan segera kehilangan
si anak muda itu.
Setiap kali seorang gadis sudah mencintai seorang lelaki,
pikirannya akan menjadi kacau, matanya seakan-akan buta, justru
karena hal-hal inilah maka seringkali kejadian itu membuat mereka
melakukan banyak kesalahan yang berakibat menyesal dikemudian
514
hari.
Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, nona berbaju
putih itu berkata dengan sedih:
"Engkoh Hong, aku tidak mempunyai rahasia apa-apa, aku hanya
merasa malu dan menyesal kepadamu"
Dengan sepenuh tenaga Ku See hong memeluk tubuhnya dan
menempelkan badannya lekat-lekat dengan tubuh sendiri, lalu
ujarnya lembut:
"Adik Sin, kau tak pernah melakukan kesalahan apa-apa
kepadaku, hanya akulah yang telah berhutang budi dan cinta
kepadamu"
Nona berbaju putih itu menjadi terkesiap setelah mendengar
ucapan yang terakhir itu, segera pikirnya:
"Aku tak boleh membohonginya dengan cara begini, sebab
perbuatanku ini hanya akan menambah perderitaan dalam hatiku
saja, aku harus berterus terang kepadanya"
Berpikir sampai disitu, dengan sesengguk kan dia hanya berbisik:
"Engkoh Hong, aku bukan Keng Cin sin yang dulu, aku adalah....''
Mendadak Ku See hong membalikkan badannya dan menindih
tubuh gadis itu dari atas, lalu tukasnya:
"Adik Sin, entah kau telah berubah menjadi apapun kini, aku
tetap mencintaimu, janganlah berkata begitu, mau bukan?"
Nona berbaju putih itu tahu kalau pemuda tersebut masih belum
memahami maksud perkataannya, dia ingin sekali menerangkan halhal
yang sesungguhnya, tapi dua lembar bibir Ku See hong yang
panas membara tahu-tahu sudah menyumbat bibirnya yang kecil
mungil. . .
Gadis itu benar-benar tak ingin disebabkan sepatah kata
sehingga berakibat kehilangan pemuda yang dicintainya, apalagi
515
dalam keadaan seperti sekarang, dia lebih-lebih tak ingin berbicara
lagi.
Hatinya yang dingin bagaikan salju, mendadak dibikin melumer
oleh cinta kasih Ku See-hong yang membara, dalam waktu singkat,
kobaran api asmara dalam hatinyapun turut membara, ibaratnya
bendungan yang jebol...
Dengan penuh bernapsu pemuda itu menciuminya...
Dengan kencang dia memeluk tubuhnya, makin lama semakin
kencang... kini gadis itu mulai gemetar keras, sambil tersenyum ia
memejamkan matanya dan merasakan kehangatan cinta yang
membara itu.
Tanpa terasa sepasang tangannya mulai melingkari tubuh Ku
See-hong bagaikan seekor ular, kemudian balas memeluknya
kencang-kencang.
Pada detik itu juga api asmara kegadisannya turut tersalur
keluar, bagaikan gelombang di tengah samudra, mengalir keluar
tiada hentinya.
Ku See-hong segera mengendus bau harum khas dari seorang
gadis, bau itu seperti bau bunga, tapi bukan... kontan darahnya
semakin mendidih, napsunya makin berkobar.
Kedua orang itu segera saling berpelukan dan bergulingan di atas
tanah lapang yang lembut.
Dengan setengah mata merengek dia berbisik:
"Adik Sin, aku cinta padamu, kau. . . berikanlah kepadaku
sayang. . . berikanlah kepadaku. . ."
Kemudian Ku See-hong pun berubah menjadi seorang yang
kasar, sepasang tangannya mulai meraba dan menggerayangi
sekujur badan gadis itu tanpa aturan.
Oleh ciuman sang pemuda yang bernapsu itu, nona berbaju putih
itu turut terangsang juga api birahinya, apa lagi orang yang
516
melakukan adalah pemuda yang dicintainya. . . berapa lamakah dia
sanggup mengendalikan diri?
Tak bisa dihindari lagi akhirnya api napsu birahinya ikut membara
bersamaan dengan tersentuhnya bagian-bagian di tubuhnya oleh
tangan kasar pemuda tersebut.
Fajar telah menyingsing di ufuk sebelah timur, matahari yang
bersinar lembut memancarkan sinarnya di seluruh jagad, dan
menyinari pula di atas tubuhnya yang cantik dan putih bersih dalam
keadaan telanjang bulat.
Sepasang payudaranya yang montok dan padat berisi bergerak
naik turun mengikuti irama napas, sepasang matanya terpejam
rapat dengan wajah tersipu-sipu.
Dia telah pasrah, menyerahkan diri tanpa melawan, dia
membiarkan pemuda itu melampiaskan napsu birahinya di atas
tubuhnya yang putih mungil dan indah itu.
Kini Ku See-hong telah berubah menjadi binatang buas, dia mulai
bekerja keras.
Tangannya yang kasar sudah puas menggerayangi seluruh tubuh
nona itu, napsu birahinya telah mencapai pada puncaknya, dia tak
tahan. . . dia tak sanggup mengendalikan diri lagi.
Maka. . . tak bisa dihindari lagi suatu pertarunganpun segera
berkobar. . .
Dengusan napas memburu berdetak memecahkan keheningan. .
.
Sepasang muda mudi itu telah terjerumus dalam suatu hubungan
suami istri yang sebenarnya terlarang buat mereka. . .
Tapi, kedua orang itu merasa seakan-akan sudah tercebur ke
dalam samudra yang tak bertepian, mereka merasa seakan-akan
tubuhnya tidak berada di dalam dunia ini lagi.
Napas Ku See-hong mulai tersengal-sengal, seluruh badannya
bergoncang keras tak beraturan. . .
517
Titik-titik darah memercik membasahi rerumputan nan hijau,
gadis itu harus menahan sakit, memberikan kehormatan serta cinta
kasihnya kepada pemuda itu. . .
Badai sudah makin mereda. . . akhirnya awan menghilang,
mataharipun bersinar kembali.
Kini yang tersisa tinggal penderitaan, rasa menyesal. . . dan rasa
malu.
Ku See-hong menghembuskan napas panjang, dengan nada
penuh kasih sayang ia berbisik:
"Adik Sin, selamanya aku akan mencintaimu, biar langit akan
ambruk, biar air samudra akan mengering dan batu akan melapuk,
cintaku kepadamu tak akan berubah untuk selamanya. . ."
Setelah merasakan suatu peristiwa yang belum pernah dialami
sebelumnya, pelan-pelan nona berbaju putih itupun dapat
mengendalikan diri lagi, sekarang dia baru memikirkan akibat dari
perbuatan mereka itu, titik air mata segera jatuh berlinang
membasahi pipinya, dengan sedih dia berkata:
"Engkoh Hong, apakah kita sedang bermimpi...”
"Adik Sin, ini semua merupakan kenyataan bukan suatu impian,
tak usah kuatir, aku bukan seorang lelaki yang tidak memegang
janji"
'Engkoh Hong, aku telah membohongimu" bisik nona itu sambil
menangis terisak. "bila kau sudah mengetahui keadaan yang
sebenarnya apakah kau masih akan mencintaiku?''
''Adik Sin, persoalan apakah yang kau maksudkan? Kau telah
membohongi aku tentang apa? Kalau persoalan itu adalah suara
persoalan yang menyedihkan, lebih baik tak usah kau katakan"
Agar gadis itu jangan bersedih hati Ku See hong lebih suka tak
mengetahui persoalan itu, cinta kasih semacam ini pada hakekatnya
merupakan suatu cinta kasih yang suci dan tulus.
518
Nona berbaju putih itupun dapat merasakan pula kasih
sayangnya yang suci dan tulus, tapi dia membenci kepada diri
sendiri, dia membenci dirinya bukanlah Keng Cin sin tersebut,
berpikir demikian dia lantas berkata dengan pedih:
"Engkoh Hong, dalam hati kecilku sebenarnya aku tak ingin
mengatakannya keluar, tapi oleh karena aku tak dapat menahan
diriku serta hal ini menyangkut hal-hal yang luar biasa, maka mau
tak mau terpaksa aku harus mengatakannya juga, Katakanlah
dahulu, bila aku telah mengutarakan hal-hal yang sebenarnya,
apakah kau masih tetap mencintaiku?"
Ku See-hong tidak tahu apakah yang hendak diucapkan gadis itu,
tapi setelah mendengar perkataan tersebut dia lantas tahu bahwa
persoalan ini pasti menyangkut masalah mereka berdua.
Tapi, bagaimana pun juga, dia masih tetap mencintai gadis
tersebut.
Yaa, dari mana dia bisa tahu kalau gadis yang telah direnggut
kehormatannya ini bukanlah Keng Cin sin yang dicintai, andaikata
gadis itu tidak mengatakannya, selama hidup dia tak akan
mengetahui hal sebenarnya.
Tapi hal inipun tak bisa salahkan kecerdasannya yang kurang
tajam, orang bilang: "Siapa yang terlibat, dia tak akan mengetahui
jelas keadaan yang jelas. . ."
Selain hal itu, bila gadis itu bukan seorang yang dikenalnya,
bagaimana mungkin dia akan menyerahkan kehormatannya dengan
begitu saja kepadanya?
Atas dasar beberapa hal inilah, Ku See hong sama sekali tak bisa
menduga kalau gadis itu bukanlah Keng Cin sin.
Dengan suara lembut Ku See-hong segera berkata:
"Adik Sin, jangan kuatir, entah apapun yang terjadi, aku masih . .
tetap mencintaimu''
519
Nona berbaju putih itu merasakan hatinya bagaikan ditusuk
dengan pisau tajam setelah berulang kali dipanggil dengan sebutan
adik Sin, tiba-tiba dia menubruk ke dalam pelukan Ku See-hong dan
menangis tersedu-sedu...
Melihat gadis itu menangis, Ku See hong menjadi sangat gugup,
buru-buru serunya: "Adik Sin, mengapa kau? Katakanlah, aku toh
sudah berjanji tak akan meninggalkan dirimu"
Nona berbaju putih itu segera menghenti kan isak tangisnya,
kemudian dengan wajah bersungguh-sungguh tanyanya:
"Adik Sin yang kau sebut itu apakah sangat mirip dengan diriku?"
Bagaikan disambar guntur ditengah hari bolong, Ku See hong
menjadi terperanjat setelah mendengar perkataan itu, jeritnya
dengan perasaan kaget:
"Apa? Kau bilang apa?"
Dengan wajah bersungguh-sungguh dan keberanian yang paling
besar, nona berbaju putih itu berkata:
"Aku maksudkan apakah Keng Cin sin dari Istana Huan mo kiong
di Lamhay berwajah mirip sekali dengan aku?"
Setiap patah kata itu diucapkan amat jelas, kontan saja Ku See
hong merasakan hatinya bagaikan ditusuk-tusuk dengan anak
panah tajam.
Setelah termangu-mangu beberapa saat, dia baru berseru:
"Jadi kau bukan Keng Cin sin dari istana Huan mo kiong di Lam
hay?"
Nona berbaju putih itu tahu bahwa suatu peristiwa yang tragis
akan segera menimpa dirinya, tapi dia masih tetap menahan rasa
sedih dalam hatinya sambil berkata lagi dengan lembut:
''Bukan, aku bukan Keng Cin sin yang kau maksudkan"
520
Ku See hong segera merasakan hatinya hancur lebur, sekarang
dia baru mengerti mengapa dia dihajar olehnya semalam. Ooooh...
betapa bodohnya aku, dan sekarang...
Buru-buru Ku See hong melompat bangun, kemudian bentaknya
keras-keras.
''Sii. . siapakah kau?"
Nada suaranya kasar, penuh amarah, tidak berperasaan dan
amat menyakitkan hati.
Bagaimanapun kerasnya hati nona berbaju putih itu, tapi
sekarang dia telah persembah kan kehormatannya kepada pemuda
ini, tapi sebaliknya pemuda tersebut bukannya menghibur dia,
sebaliknya malah membentak dengan suara yang keras dan penuh
kegusaran.
Bagaimana mungkin hal itu tidak membuat hatinya menjadi pedih
dan sedih sekali? .
Apalagi dia pun seorang gadis lemah yang tiada nama keluarga
lagi, pukulan batin itu benar-benar dirasakan amat berat olehnya.
Titik titik air mata segera jatuh berlinang membasahi pipinya, dia
segera menangis tersedu-sedu.
Pada dasarnya nona berbaju putih itu memang seorang gadis
yang cantik jelita, apalagi setelah menangis, dia nampak begitu
menarik, cantik dan membuat orang mudah berubah hati.
Bagaimana kerasnya hati Ku See hong, akhirnya timbul juga
perasaaa iba dan kasihan didalamhatinya.
Apalagi setelah perasaannya kembali, dengan otak yang dingin
dia lantas berpikir:
''Kini aku telah melakukan suatu kesalahan besar, suatu
kesalahan yang tak bisa diperbaiki lagi dengan tenaga manusia, dia
telah mempersembahlan kesucian tubuhnya kepadaku, aku tak
boleh bersikap tak berperikemanusiaan seperti ini, apalagi wajahnya
521
begitu mirip dengan Keng Cin sin, aaaai kesemuanya ini adalah
gara-garaku sendiri..."
Berpikir demikian, dia lantas berjongkok dan menyeka air
matanya dengan ujung baju, kemudian ujarnya lembut:
''Adikku, kita sudah melakukan suatu kesalahan besar... akulah
yang telah mencelakai dirimu... siapakah namamu? Bersedia kau
memberitahukan kepadaku akan asal-usulmu."
Kesedihan yang menggelora dalam hati gadis berbaju putih itu
makin menjadi setelah mendengar perkataan dari Ku See hong itu,
dia segera menubruk ke dalam pelukan Ku See hong dan menangis
terisak.
Ku See hong sendiri pun turut merasakan kesedihan yang
mendalam, ia membiarkan gadis itu menangis sepuasnya, lalu
sambil memeluk pinggangnya yang ramping ia berbisik:
"Adikku, kau tak usah kuatir, Ku See-hong bukanlah seorang
lelaki yang tak bertanggung jawab, sejak kudengar petikan harpamu
semalam, aku sudah tahu kalau kau mempunyai persoalan yang
memedihkan hatimu, bersediakah kau untuk menceritakan
kesulitanmu itu kepadaku?"
Nona berbaju putih itu segera menghenti kan isak tangisnya, lalu
menjawab.
''Engkoh Hong, aku bernama J i im. . ."
"Adik Im, kau she apa? Siapakah empek dan bibi?''
Ku See hong tahu kalau ilmu silatnya sangat lihay, itu berarti
kedua orang tuanya adalah jago persilatan yang ternama dalam
dunia persilatan, itulah sebabnya dia baru mengajukan pertanyaan
tersebut.
Tapi, mimpipun dia tak menyangka kalau gadis ini tak lain adalah
putri gurunya Bun ji Koan su, yaitu putri dari musuh besarnya juga,
Sebaliknya gadis itu pun tak menyangka kalau orang ywag berada
522
dihadapannya sekaranglah salah satunya orang yang bisa
mengungkapkan asal usulnya.
oooo0oooo
BAB 24
MENDENGAR perkataan itu, dengan wajah yang amat sedih Ji im
menjawab:
"Engkoh Hong, aku tidak bernama marga, karena aku tidak
mempunyai ayah''
Ternyata Ji im yang menyaksikan perbuatan cabul ibunya, dia
lantas mengira kalau dirinya adalah hasil hubungan gelap antara
ibunya dengan beberapa orang lelaki yang tak dikenal olehnya,
sebab itulah dia yang sebenarnya mengikuti nama marga ibu nya
she Ceng, sekarang malah malu untuk memakainya lagi.
Ku See hong yang mendengar perkataan itu segera merasakan
hatinya bergetar keras, dengan cepat pikirnya.
"Gadis ini benar-benar patut dikasihani, kalau tidak punya ayah,
lantas siapa yang melahirkan dia? Siapa pula ibunya?"
Berpikir sampai disitu, dia lantas bertanya lagi:
"Adik Im, lantas siapakah ibumu, apakah dia tak pernah
memberitahukan kepadamu siapakah ayahmu?"
"Ibuku adalah manusia paling jahat dan paling kejam didunia ini,
sejak kecil dia telah melantarkan diriku, dia hanya tahu. . ."
Sebenarnya dia hendak membeberkan perbuatan ibunya yang
cabul, jalang, kejam dan tak tahu malu, tapi. . bagaimana mungkin
perkataan semacam itu bisa diutarakan keluar?
Ku See hong menjadi tertegun untuk beberapa saat lamanya,
kemudian dia berpikir kembali:
523
"Heran, mengapa asal-usulnya bisa begitu aneh? Tak punya
ayah, juga membenci ibu sendiri? Aaaai.... nasibnya benar-benar
amat tragis ...."
Pada dasarnya Ku See hong adalah seorang yang amat
berperasaan, secara lamat-lamat dia sudah tahu kalau gadis ini
adalah seorang gadis yang hidup sebatang kara, segera timbullah
perasaan simpatik dalam hati kecilnya, dia berjanjiakan baik-baik
menghadapinya dikemudian hari,agar luka dalam hati kecilnya dapat
disembuhkan kembali..
Berpikir sampai disitu, kembali dia berkata dengan suara lembut.
"Adik Im, kau sudah pasti mempunyai ayah, dikemudian hari kau
pasti akan mengetahuinya, beritahulah kepadaku, siapakah ibumu?"
"Engkoh Hong, aku tak punya ayah, aku pasti tak
mempunyainya" jawab Ji Im dengan tegas, "aku minta janganlah
kau tanyakan apa sebabnya, mau bukan?" setelah berhenti sejenak,
dia melanjutkan:
"Sedang ibuku adalah orang yang hendak membunuhmu, dia
adalah ketua perkumpulan Ban shia kau, Ceng Lan hiang?"
Ku See hong menjadi terperanjat sekali sesudah mendengar
nama itu segera jeritnya:
"Apa ? Kau. . kau adalah putrinya Ban shia kaucu Ceng Lan
hiang...”
Ji im mengerti Ku See hong menjadi marah dan benci setelah
mendengar kalau dia adalah putrinya Ban shia kaucu Ceng Lan
hiang, buru-buru serunya:
"Engkoh Hong, aku amat membencinya"
Sepasang mats Ku See hong berkaca-kaca, lalu tak tahan lagi
titik air mata jatuh bercucuran, dia segera merangkul gadis itu
kencang-kencang lalu katanya dengan emosi:
524
''Adik Im, kau ....kau mempunyai ayah! Kau mempunyai ayah!
Aku memang ditugaskan mencari kau, aku ditugaskan untuk
menceritakan tentang kisah ayahmu kepadamu''
Kejut dan keheranan menyelimuti seluruh wajah Ji im, buru-buru
serunya:
"Engkoh Hong, sungguhkah perkataanmu itu? Siapakah ayahku?
Cepat katakan, cepat katakan ....! Aku sudah menunggu hampir dua
puluh tahun lamanya ...."
Dengan nada sedih bercampur terharu, Ku See hong menjawab:
"Adik Im, ayahmu adalah tokoh nomor satu diseluruh kolong
langit, Bun ji koan su Him Ci seng, yaitu guruku sendiri..."
Air mata segera jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah Him
Ji im, dengan terharu serunya. .
"Ooh Thian! Ternyata aku mempunyai ayah, aku mempunyai
nama marga, aku mempunyai nama keluarga"
Rasa gembira yang mencekam dalam dada Him Ji im sekarang
benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata, teka teki yang ingin
diketahui olehnya selama dua puluh tahun akhirnya dapat
diungkapkan, sekarang dia tak usah malu lagi hidup sebagai
manusia.
Pada mulanya dia mengira, dia adalah anak jadah hasil hubungan
gelap antara ibunya dengan seseorang atau beberapa orang lelaki,
maka dia merasa rendah diri, malu dan tak punya muka bertemu
orang.
Tapi sekarang setelah dia mengetahui atas asal usulnya, ingatan
tersebut segera lenyap dari dalam benaknya. bahkan dia merasa
bangga, sebab dia tak lain adalah putri kesayangannya dari Tokoh
nomor wahid di kolong langit Bun ji koan su Him Ci seng.
Tapi, pertanyaan lain segera melintas didalam benaknya, yaitu
apa sebabnya ibunya tak mau mengatakan kepadanya kalau
ayahnya adalah Bun ji koan su...?
525
Dengan perasaan gelisah HimJi im segera bertanya:
"Engkoh Hong, kau adalah murid kesayangan ayahku, tentunya
kau mengetahui akan kisah hubungan mereka berdua? Katakanlah
semuanya kepadaku, mau bukan!”
Dengan wajah sedih terharu dan penuh emosi Ku See hong
mendongakkan kepalanya memandang langit, kemudian berseru.
"Suhu! Arwahmu dialam baka tentu akan tahu, muridmu yang
durhaka telah berhasil menemukan putri kesayanganmu, yakni istri
kesayanganku, entah apapun yang telah terjadi, aku akan
mencintainya, melindungi nya, bila aku berubah hati biar langit
menghukumku, sekarang aku akan membeberkan semua sejarah
kesedihanmu kepadanya, suhu beristirahatlah kau dialam baka
dengan tenang, persoalan selanjutnya aku pasti akan membantumu
untuk menyelesaikannya.”
Him Ji im yang mendengar perkataan itu segera bercucuran air
mata, tapi diapun merasa amat lega.
Ku See hong segera membeberkan semua kisah sedih yang
menimpa Bun ji koan su kepada Him Ji im, semua rahasia
diungkapkan sejelas-jelasnya dan tiada persoalan apapun yang
dirahasiakan.
Ketika Him J i im selesai mendengarkan kisah sedih yang
menimpa ayahnya, kontan saja dia menangis tersedu-sedu, dia
merasa amat membenci dengan perbuatan kejam dan tak tahu malu
dari ibunya, diapun membenci sikap umat persilatan yang memberi
pandangan lain terhadap ayahnya.
Tanpa terasa gadis itu segera membopong harpanya dan
memainkan irama yang memedihkan hati.
Kali ini dia membawakan irama lagu yang amat sedih dan penuh
duka lara, membuat siapapun yang mendengarnya ikut merasa
sedih dan mengucurkan air mata.
Semenjak kecil Ku See hong sudah dihadapkan dengan pelbagai
kejadian yang memedihkan hati, apalagi telah terbayang kembali
526
dengan kisah sedih yang menimpa gurunya, tanpa terasa diapun
mendongakkan kepalanya dan membawakan lagu "DENDAM
SEJAGAD" dengan suara lantang:
Dendam kesumat membentang bagai jagad
Bukit tinggi berhutan lebat di sisi kuil
Sungai besar di depan kuil bertembok besar
Dendam kesumat sepanjang jagad
Dendam kesumat membentang bagai jagad
Burung gagak bersarang di rumput dikala senja.
Cinta kasih berlangsung dari muda sampai tua.
Memetik kampak membuat lagu
Nadanya dendam!
Menitik air mata darah untuk siapa?
Hati pilu menanggung derita menyesal sepanjang masa.
Dendam kesumat membentang bagai jagad.
Ji koan pernah berbuat salah.
Menyandang golok menunggang kuda
Salju terbang air laut semuanya hambar.
Dendam kesumat membentang bagai jagad
Curah hujan membuyarkan awan.
Air mengalir akhirnya surut.
Dendam kesumat tak akan pernah luntur.
Pada dasarnya nada lagu itu memang amat sedih, apalagi
sekarang diiringi dengan suara petikan harpa, nada suaranya
semakin memilukan hati.
527
Ketika suara nyanyian terhenti, petikan harpa pun ikut berhenti,
dua orang yang sedang berhati lara saling berpandangan dengan air
mata bercurcuran, siapapun tak ada yang bersuara, mereka hanya
membungkam dalamseribu bahasa.
Waktu itu tengah hari sudah tiba, matahari bersinar cerah, tapi
angin yang berhembus lewat terasa dingin menggidikkan hati.
Mendadak... dari kejauhan sana, dari balik bukit yang berlapislapis
berkumandang suara pekikan yang sangat aneh....
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar