Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Kamis, 19 Juli 2012

-Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2-

Tok-kay Kang ciong tertawa nyengir. "Hidung kerbau,"
katanya kemudian- "apa yang aku katakan, aku merasa malu
melihat kau pura-pura jadi orang budiman. Kuanjurkan kau
jangan lama-lama hidup di dunia ini, lekas kau bunuh diri ada
lebih baik, sebab..." Mukanya Ban Siong Tojin berubah
menyeramkan- Kalau orang wajahnya merah dalam keadaan
marah, adalah si tosu wajahnya menjadi hitam dan
menakutkan-
Sebelum ia menegur lawannya. Tok kay Kang ciong sudah
meneruskan kata katanya, "...sebab, kalau tidak ada kau yang
timbulkan huru-hara menghina dua muridku, mana ada

kejadian semua hweshio penghuni kuil ini melayang jiwanya,
coba kau pikir saja sendiri."
"Tutup bacotmu, pengemis kejam Kau boleh rasakan
senjata...." Berbareng ia kerjakan kebutannya menghajar
musuhnya.
Tok-kay Kang ciong angkat tangannya, telapakan tangan
kirinya yang merah membara di dorongkan darimana telah
menghembus angin dahsyat menangkis serangan musuh.
Tangan kanannya meloloskan bandringan dipinggangnya,
itulah ada senjata bandringan istimewa berupa sebuah bolabola
sebesar buah beligo. Setelah siap ia tidak terus
menyerang hanya berkata lagi pada lawannya.
"Hidung kerbau, aku mau bertanya dahulu padamu..."
"Kau mau bertanya apa? Hm bertanya kalau sudah mati
bangkaimu harus di tanam dimana? Hmm...Jangan kuatir, aku
nanti carikan tempat yang baik..."
"Hidung kerbau," Tok-kay memotong, "bukan demikian
maksudku. Aku ingin menanya padamu, katanya dalam agama
yang kau anut dikatakan ada semacam ilmu untuk menolong
roh manusia yang sudah mati yang disebut emas kayu, api,
air, tanah dan entah apa lagi."
"Betul, kau mau apa?" bentak Ban Siong Tojin tidak
sabaran Tok kay Kang ciong perdengerkan tertawanya yang
aneh^
"Hidung kerbau sekarang aku hendak menanya padamu,-Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2-
kalau sebentar kau binasa oleh senjata bandringan itu,
rokhmu akan termasuk dalam salah satu yang mana ?" Ban
Siong Tojin mendelik matanya.
Sementara Ho Tiong Jong yang mendengarnya sipengemis
seperti yang berkelakar dan memancing kegusaran lawannya
secara yang lucu sekali, diam-diam telah tertawa geli.

Anak muda itu melihat Ban Siong Tojin wajahnya sudah
menjadi hitam legam. layang meyakinkan ilmu hitam, jika
sedang mengerahkan tenaga dalamnya membuat sekujur
badannya berubah hitam.
Wajahnya benar benar sangat bengis dan menakutkan-
Tok kay Kang ciong dilain pihak wajahnya memerah seperti
arang membara, menyiarkan bau amis yang membuat orang
yang mengendusnya mual dan mau muntah.
Dua jago dari kelas tinggi berhadapan, tentu saja tidak
sembarangan mengukur tenaganya. Mereka tak bertanding
rapat, tapi dari jarak jauh. Masing-masing menggunakan
tenaga dalamnya.
Mereka menyerang dengan angin telapakan tangannya
yang dahsyat. Telapakan tangannya Ban Siong Tojin hitam,
sedang Tok-kay merah membara.
Beberapa gebrakan sudah lewat, ternyata masih belum
kelihatan siapa yang bakal menjadi pecundangnya .
Kelihatan mereka masing-masing mundur beberapa tindak,
lalu mengerahkan tenaga dalamnya yang istimewa dari latihan
puluhan tahun-
Tampak diudara ada dua sinar hijau dan merah saling
gempur, itulah sinar-sinar yang dikendalikan oleh tenaga
dalamnya Ban siong dan Tok-kay.
Dua sinar itu indah sekali, kelihatannya tampaknya seperti
yang menari-nari, tapi sebenarnya saling gempur dengan
hebat.-Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2-
Kekuatan Iweekang (tenaga dalam) yang demikian
tingginya, jarang sekali terdapat di antara pendekar-pendekar,
meskipun yang sudah dapat dikatakan ulung. Ho Tiong Jong
berdiri bengong menonton pertempuran yang langka itu.

Diam-diam ia sudah mengambil keuntungan, ialah
memperhatikan jalannya pertempuran dengan seksama.
Ia coba asah otaknya untuk dapat memecahkan
kelemahannya, dua jago kuat itu, tapi sia-sia saja. Sayang
pikirnya kalau ia tahu kelemahannya Tok kay Kang ciong, saat
itu ia bisa turun tangan untuk menyingkirkan jiwanya dari
dunia ini.
la menghela napas bila ia ingat dirinya masih belum mampu
bertanding melawan Ban Siong Tojin yang tinggi ilmu
kepandaiannya.
Matanya terus diarahkan pada jalannya pertandingan, ia
mengharap dapat memiliki keandalan dari dua orang kuat itu,
untuk kelak ia dapat gunakan melawan musuh.
Lama mereka berkutat dengan sikapnya masing-masing
kemudian keputusan dicari dengan pertandingan
menggunakan senjatanya masing-masing.
Sekarang tampak bandringan lawan kebutan yang
dimainkan oleh dua jago kelas wahid, tentu saja pertandingan
ini disaksikan oleh Ho Tiong Jong dengan hati terpesona.
Diam-diam ia sangat girang sekali, sebab dari pertandingan itu
ia bisa menarik pelajaran untuk dirinya yang berkepandaian
masih banyak kurang.
Serangan-serangan Tok kay ada lebih lihay, hingga tidak
lama kemudian Ban Siong Tojin terdesak. Satu kali ia sedikit
lengah, topinya berikut rambut kepalanya kena ke-sabet
bandringan Tok- kay.
Bukan saja Ban Siong Tojin sendiri sangat kaget, tapi Ho
Tiong Jong yang melihatnya berdebaran hatinya. Pikirnya, ia
tidak boleh tinggal diam saja, ia harus turun tangan untuk
membantu pada Ban Siong Tojin menyingkirkan si kejam. Tapi
ketika ia mau menyeburkan dirinya Tok- kay berteriak.
"Bocah, kau mundur. Aku tidak perlu dengan bantuanmu."

Demikian dengan Ban Siong Tojin juga berkata, supaya Ho
Tiong Jong mundur jangan turut campur, sebab jiwanya bisa
melayang.
Ho Tiong Jong mundur lagi dan berdiri dengan pikiran-
Bagaimana sebenarnya pandangan dari kedua orang tua itu
terhadap dirinya.
Tengah pertempuran dilakukan dalam detik-detik yang
menentukan tiba-tiba terdengar suara orang ketawa dari atap
rumah, kemudian berkata.
"Hei Ban Siong Tojin, kau ini sudah puluhan tahun
mengasingkan diri, tapi tabiatmu yang sombong masih seperti
dahulu kala saja. Dan ini si pengemis tua Kang ciong, dosamu
sudah bertumpuk-tumpuk apa masih belum mau menyerahkan
kepalamu untuk di penggal?"
Tok kay Kang ciong mendengar orang memaki padanya
sudah menjadi sangat gusar. Dengan suara bengis ia
menjawab.
"Dari mana datangnya manusia liar tidak tahu malu ? Kau
berani menghina aku? Lekas turun dan boleh mengerubuti aku
seorang diri. Aku tanggung dalam beberapa gebrakan jiwamu
akan sudah melayang menghadap Giam- lo-ong." Terdengar
orang di atas atap rumah tertawa dingin.
"Hm.." Ia menggeram. "Lohu sudah sampai begini tua,
belum tahu ada orang mengatakan " manusia liar", baru kali
ini ia mendengarnya."
Tok- kay alih kan pandangannya kearah suara tadi, hatinya
tiba-tiba sangat terkejut.
Kiranya yang datang itu ada Pocu dari Seng-kee-po yang
namanya terkenal dalam rimba persilatan, ialah Seng Eng.
Lalu Tok-kay melihat pada Ho Tiong Jong anak muda ini
tinggal tenang tenang saja. Hatinya Tok-kay memuji

ketabahannya, akan tetapi ia tidak tahu kalau Ho Tiong Jong
tidak kenal pada orang yang baru datang itu.
"Hei, bocah, lekas kau naik- keatas. Lihat, masih ada
beberapa orang lagi yang menyembunyikan dirinya."
Ho Tiong Jong tanpa disuruh untuk kedua kalinya sudah
lantas enjot tubuhnya melesat keatas atap rumah. Seng Eng
menyaksikan lompatan Ho Tiong Jong yang bagus, diam-diam
dalam hatinya menanya, sejak kapan pengemis kejam ita
mendapat murid yang begitu pandai ilmu mengentengi
tubuhnya?
Ho Tiong Jong sendiri heran, kenapa waktu itu telah
menuruti saja perintahnya Tok- kay tadi. Tapi sekarang ia
sudah berada di atas rumah, terpaksa ia harus memeriksa
keadaan disekelilingnya. Tiba-tiba ia mendapat lihat diluar
tembok peka rangan ada berkelebat bayangan orang.
Pikirannya sangsi apakah ia kasih tahu pada Tok-kay atau
jangan? Saat itu tiba-tiba terdengar suaranya Seng Eng lagi.
"Hei, pengemis tua, biasanya kau sangat sombong,
memandang aku sangat rendah. Nah, sekarang aku datang
hendak membuat perhitungan dengan jiwa anjingmu. Tentang
penyimpanan harta bendamu yang besar itu, lebih baik kau
angkat pemuda itu sebagai akhli warismu? Ha ha ha ... "
Ho Tiong Jong mendengar kata-kata seng Eng menjadi
marah.
Semula ia mengira Seng Eng ada satu pendekar budiman
mencari Tok kay untuk membasmi kejahatan- Tidak tahunya
bahkan mereka berdua iiu ada setali tiga uang. Dua-dua ada
satu kwalitet, apa yang mereka pertengkarkan hanya berkisar
pada kejahatan- la jadi ingat akan kata-katanya Kho Kie,
bahwa benggolan-benggolan dari Seng kee-po seharusnya
digantung mati.

Diam-diam hatinya pemuda itu tidak puas. Apa yang
dikatakan oleh Kho Kie itu memang beralasan, setelah ia
menyaksikannya dengan mata kepala sendiri sekarang. Seng
Eng dan Tok- kay perlu dibasmi." demikian pikirnya. Tiba-tiba
terdengar Tok kay berkata.-Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2-
"Seng Pocu, kau kasih harga terlalu mahal, aku tidak dapat
membayarnya..." Ho Tiong Jong makin kaget mendengar Tok
kay berkata demikian-la terus pasang telinganya dengan
pikiran melamun-
Hatinya merasa cemas jika melihat sepak terjangnya Seng
Eng, ayah nona Seng ini.
Nona Seng sudah melepas budi padanya, pantas ia
membelanya mati-matian, tapi ia kecewa menemui ayahnya
bukannya orang baik-baik. Dugaannya ayahnya nona Seng
ada seorang pendekar ternama dan budiman, ternyata kecele.
Terbenam dalam soalnya keluarga Seng Imembuat ia tidak
tahu kalau diam-diam ada dua orang mendekati padanya.
Mereka itu ada si Ular Kembang Tham Kek dan si Rajawali
Botak le Yong, dua orangnya Seng Eng yang sangat
diandalkan.
Mereka heran ketika sudah datang dekat Ho Tiong Jong
seolah-olah tak menghiraukan-Tok-kay terlaki Ho Tiong Jong
supaya lekas melarikan diri.
Ketika tersadar dari lamunannya, pemuda itu sudah lantas
lompat mundur dan hendak melarikan diri, tapi sudah keburu
di terkam oleh dua orang dari seta dan memperhatikan gerakgeriknya.
Melihat Ho Tiong Jong di halang halangi.
Tok- kay kembali dari larinya hendak memberikan
pertolongan, akan tetapi Seng Eng sudah melancarkan
serangan kepadanya. Terpaksa Tok-kay harus melayanijago
dari Seng keepo ini.

Hatinya Tok kay gelisah ketika melihat Ho Tiong Jong
hendak dicengkeram oleh Ie Yong yang mengeluarkan
ilmunya Eng-jiauw-kang.
Suatu cengkeraman yang berbahaya sekali. ia
mengerahkan tenaganya dan mengirimkan serangan
telapakan tangan yang mengandung angin keras, maksudnya
supaya dapat memukul mundur Seng Eng. Sementara itu
mulutnya berteriak-teriak supaya Ho Tiong Jong lekas
melarikan diri
Ho Tiong Jong ketika sadar dirinya diserbu orang lantas
menegasi siapa adanya mereka itu. kiranya ada Si Ular
Kumbang dan si Rajawali Botak yang ia kenal ketika di Seng
kee-po.
"Hei, dua saudara ini kenapa hendak menangkap aku?"
tanyanya heransi
Rajawali Botak dan si Ular Kumbang menjadi kemekmek
melihat yang akan dijadikan mangsanya itu ada Ho Tiong Jong
yang mereka tahu betul pemuda itu sudah mati.
Yang tersebut duluan menarik miring cengkeramannya.
selain yang tersebut belakangan juga sudah cepat menarik
kembali serangannya yang sudah hampir dilancarkan-"Kau...
kau..." katanya hampir berbareng. Matanya terbelalak
mengawasi Ho Tiong Jong.-Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2-
Menggunakan kesempatan mereka sedang terbelalak
bengong. Ho Tiong Jong sudah lari meninggalkan mereka.
Seng Eng melihat ia sendiri telah gagal menangkap Tok
kay, sedang dua orangnya juga tidak berhasil menangkap
lawannya, sudah menjadi marah-marah kepada dua orangnya.
" Kalian namanya saja jagoan, tapi menyerang saja pada
pemuda itu tidak berani. Apa kegunaannya kalian? Hmm ..."

"Aaa Pocu nanti dahulu, aku mau beri laporan- orang itu
aku kenal bernama Ho Tiong jong " demikian ie Yong
memberitahukan kepada majikannya.
"Kau kenal padanya, tapi kenapa kau tidak berani
melancarkan serangan?"
"Pocu.... orang itu sudah mati. Aku melihat dengan mata
kepala sendiri."
Seng Eng mendelik matanya. "Kau lihat dimana ?"
tanyanya^
"Di Seng-kee-po."
"Hm " menggeram Seng Eng. "Jadi kalian mengira telah
melihat setan, bukan?"
Tham Kek dan Ie Yong saling pandang satu sama lain,
batinya mereka risau sekali, sebab mereka tahu adatnya sang
Pocu yang kejam, dalam marahnya ia bisa membunuh mati
kepada mereka berdua.
Dalam keadaan demikian tiba-tiba ie Yong ingat sesuatu, ia
lantas berkata.-Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2-
"Ya, Pocu, aku terus terang bicara pada Pocu, bahwa
kematiannya orang itu ada bersangkutan dengan nona Seng.
Diwaktu magrib nona Seng menyuruh aku menguburkan
orang itu. Tapi lantaran peti mati belum sedia maka mayatnya
lantas ditaruh dahulu di kuil Po-im-yan- Menurut
pemeriksaanku, memang orang itu sudah mati..."
"Ya, sudahlah." memotong sang majikan- Seng Eng hatinya
mendadak lunak, ketika mendengar disebutnya sang putri
yang amat dimanjakan itu ada tersangkut. "Tapi apakah betul
orang itu ada orang yang kau katakan sudah mati? Karena
orang ada yang pengawakan dan wajahnya serupa, kau
jangan salah lihat. Sekarang begini saja, kau pulang dan lihat
di kuil Po im-yan masih ada atau tidak? Kalau ia masih
kedapatan disana melintang, awas, aku akan cabut nyawamu"

Ie Yong danTham Kek menjadi melongo Badannya
bergemetaran dan keringat dingin keluar membasahi
tubuhnya.
setelah berkata pada mereka Seng Eng berpaling pada Ban
Siong Tojin, berkata.
"Hmm... Sifatmu ini selalu tak dapat dirubah, sayang aku
tidak membawa Pek Boe Taysu kalau tidak. mereka mana
dapat meloloskan diri dari tangan kita? Tapi tidak apa, ada
satu waktu mereka akan terjatuh juga ditangan kita."
"Aku sebenarnya merasa cemas sekali." memotong Ban
Siong Tojin, "Aku sudah beberapa tahun melatih Tenaga
cerdasnya Burung", Supaya dapat melawan ilmu Telapakan
Tangan Berdarah musuh, tapi..."
Ban Siong Tojin tidak meneruskan perkataannya, karena
diselak oleh tertawanya Seng Eng yang bergelak-gelak.
"llmu Telapakan tangan berdarah" orang itu dilatih sampai
sekarang, entah sudah menelan berapa banyak jiwa. Kau
mana dapat menandinginya. Nah, sekarang lebih baik kita
pulang dahulu Besok pagi, kau yang menjadi Taysu di luitay."
Mereka berempat lalu meninggalkan tempat itu.
Ketika mereka berjalan sampai ditempat Ho Tiong Jong
membereskanjiwanya "Sepasang orang ganas" ada orang
melaporkan tentang ditanamnya dua mayat disitu. Mereka
ketarik hatinya, lantas kuburan "Sepasang orang ganas"
dibongkar, kiranya dua orang itu ada dua penjahat ulung.
Tanda-tanda bekas pukulan menunjukan kematian mereka
terkena pukulannya ilmu Kim ci Gin ciang, ilmu istimewa Sanyu
Lo-long Kong Teng Shoe.
Mereka kemudian pergi ke kuil Po-im-yan, disitu tidak
kedapatan mayatnya Ho Tiong Jong, dari sini kenyataan
bahwa Ho Tiong Jong sudah melarikan diri. Si Raja wali Botak
Ie Yong menduga-duga akan duduknya perkara.

Ho Tiong Jong mungkin ada permusuhan dengan
"Sepasang orang ganas" mereka telah berjumpa bertempur
dengan kesudahan yang tersebut belakangan menemui
ajalnya, melihat lukanya si Raksasa lu Goei, juga tentu ada
perbuatannya Ho Tiong Jong yang menggunakan ilmu. Pasir
Terbang telah melukai matanya, hingga sekarang orang punya
mata menjadi tinggal satu.
Mungkin, karena ketakutan banyak golongan partai marah
kepadanya, karena perbuatannya itu, maka ia sudah purapura
mati dan kemudian melarikan diri.
Demikian pikiran ie Yong yang diberitahukan kepada sang
majikan, tapi ia tidak menerangkan halnya nona Seng punya
perlakuan terhadap Ho Tiong Jong bertempur dengan
sepasang orang ganas karena hendak membelai nona Seng.
Walaupun demikian, Seng Eng sebagai ayah yang
menyintai anaknya tentu sudah dapat mengetahui dan
memahami hatinya sang puteri.
Meskipun dalam kata kata. "Mengadu silat mengumpulkan
sahabat ada tersembunyi maksud tertentu, tapi biar
bagaimana tujuannya pertemuan itu adalah untuk memilih
pemuda yang dirasa cocok untuk dijadikan mantunya
pemimpin dari benteng Seng kee po.
Riwayat dan kepandaian Ho Tiong Jong meskipun wajahnya
cakap dan pengawakannya tak tercela, tidak setimpal untuk
menjadi kawan seumur hidupnya nona Seng. Kini Ho Tiong
Jong sudah melarikan diri, memang itu ada baiknya.
Memikir sampai disini. ie Yong merasa sungkan untuk
membocorkan rahasianya nona Seng kepada majikannya,
sebab ini kalau diketahui dalam kalangan kangouw ada tidak
baik. juga tentang dirinya yang takut dengan setan tentu akan
menjadi buah tertawaan di kalangan kangouw manakala
diketahuinya.

Kalau sampai begitu, dimana ia akan menaruh mukanya
lagi? Mengingat akan hal ini, maka dengan ketawa nyengir ia
berkata pada majikannya.
"Ya Pocu. aku harap halnya kami takut dengan setan
sukalah tidak disiarkan terlebih jauh, untuk mana kami
mengucapkan banyak banyak terima kasih."
Seng Eng kerutkan alisnya sejenak. kemudian menjawab.
"Hm Kau masih ada muka untuk minta dilindungi hal demikian
?"
Pocu dari benteng Seng-kee-po tampak marah betul.
"Nah, sekarang begini saja. Diantara kalian berdua siapa
yang berani mengejar dia." Si Ular Kumbang Tham Kek susah
hatinya, dari setadian ia tundukkan kepalanya. Mendengar
perkataannya sang majikan, ia lalu angkat kepalanya dan
berkata.
"Pocu, biarlah aku menebus dosaku, akan kucari dia
dimana tempatnya. Begitu Pocu memberi izin aku akan segera
mencarinya." Seng Pocu hatinya girang, parasnya berubah
lunak lagi.
"Ya, karena kalian sudah mengaku kesalahannya," kata
Seng Eng. "aku juga tidak mau mengungkat-ungkat lagi
urusan ini. Nah Ban Siong Totiang, lihatlah mukaku harap kau
juga bisa menyimpan rahasia urusan ini." Ban Siong Tojin
tertawa terbahak bahak.
"Jangan kuatir," katanya, "aku akan tepati pesan ini. Mana
aku berani tidak menyetujui sebab kalau kebentrok dengan
mereka berdua mana bisa aku mengasingkan diri d angan hati
tentram... "
"Sudahlah," Seng Eng memotong, "Kau jangan banyak
bicara, sekarang lekas lekas mengatur orang yang boleh
dipercaya untuk menyelidiki sekitar tempat seratus li luasnya.
"Kalau perlu, boleh juga menyuruh bajingan bajingan ditempat

ini untuk bantu menyelidikinya. Harus menggunakan akal
untuk menghadapmya dan boleh bertempur sesuka hati kalian
mengerti."
Berempat lalu berpisahan, masing-masing hendak
mengatur tugasnya.
---ooo0dw0ooo---
IX. KISAH ASMARA PENGEMIS KEJAM.
Diceritakan Ho Tiong Jong ketika siular sudah mencapai
lima-enam lie, lantas perlambat larinya sambil matanya
menyapu kesekelilingnya tempat. Tiba-tiba ia melihat sesosok
bayangan. Ketika ditegasi, bayangan itu ternyata ada Tok kay
yang sedang berdiri dibawah pohon dengan semangkok bubur
ditangan-
"Ha ha ha " ia tertawa pada Ho Tiong Jong.
Matanya si pemuda mengawasi pada si pengemis kejam,
tapi tidak mengutarakan kebencian diwajahnya, ketika ia
datang dekat pada Tok kay, yang tersebut belakangan
berkata.
"Bocah, kau baru sampai? Barusan aku juga baru sampai
habis minta-minta bubur pada orang. Apa kau tidak merasa
lapar? Kalau tidak merasa kotor ini, mari kita makan-makan
sama-sama ?"
Ho Tiong Jong yang memang sudah sangat lapar tidak
sungkan-sungkan lagi lantas menemani Tok-kay duduk diatas
rumput dan makan bubur bersama-sama.
Selagi mereka asik makan dengan gembira, tiba-tiba ada
muncul seekor binatang serigala menghampiri mereka. Diamdiam
Tok-kay memungut batu kecil, dengan sekali sentil batu
itu meluncur lebih cepat dari peluruh dan kena tepat dibagian
tabuhnya yang mematikan- Terdengar raungannya yang

mengerikan, setelah berkelejatan, serigala itu telah habis
nyawanya. Ho Tiong Jong kerutkan alisnya.
"Kau kenapa membunuh padanya?" ia menanya dengan
nada tidak puas.
"Karena ia akan merebut makanan kita." jawabnya.
"Kau terlalu kejam...." kata pula Ho Tiong Jong menghela
napas.
Tok-kay Kang Hlong hanya tertawa nyengir. "Bocah, mari
aku ceritakan riwayat hidupku, apa kau suka mendengarnya ?"
Ho Tiong Jong girang hatinya, memang ia kepingin tahu
asal usulnya orang kejam ini. la tidak menjawab, hanya
kepalanya dianggukkan-
Setelah menyeka mulutnya dengan lengan bajunya yang
kotor, pengemis tua itu telah menceritakan kisahnya seperti
berikut.
Kiranya ia dalam usia dua belas tahun sudah menjadi
pengemis.
Pada waktu itu ibunya telah meninggal beberapa tahun. Ia
jadi dibawah penilikan ayahnya yang bengis terhadapnya.
Belakangan sang ayah telah menikah lagi, ia jadi mempunyai
ibu tiri.
Maklumlah, ibu tiri itu selalu tidak dapat akur dengan anak
tirinya. Ia juga mendapat perlakuan yang bengis dari ibu
tirinya itu.
Pada suatu hari dalam sekehendak ia telah dihajar oleh
kawannya yang lebih besar sehingga mukanya matang biru.
Ketika pulang kerumah, bukannya dimenangkan oleh ayahnya
malah ia ditambah dengan pukulan hebat. Maka sejak itu ia
insaf, bahaya manusia hidup didunia ini, baru dapat hidup
merdeka kalau dapat hidup dengan tenaga sendiri.

Pada hari kedua ia dari rumah bawa buku-buku mau pergi
sekolah tapi sebenarnya ia tidak masuk sekolah hanya pergi
pada satu pengemis tua untuk main-main dan mengobrol.
Ia tahu bahwa pengemis tua ini suka menangkapi binatang
binatang berbisa seperti kelabang, kalajengking dan
sebangsanya yang beracun, kemudian dijual dan uangnya
dipakai membeli arak untuk diminum.
Diantara binatang binatang berbisanya itu terdapat satu
kalajengking besar yang disimpan dalam sebuah bumbung
bambu. Katanya binating itu sangat berbisa siapa yang kena
disengat olehnya akan binasa.
Pada satu hari ia telah mencuri sepotong perakan dari
ayahnya dan diberikan pada pengemis tua itu untuk membeli
araknya. Pengemis tua itu kegirangan, setelah membeli arak
lalu diminumannya dirumah sampai ia makan dan tidur pulas.
Menggunakan kesempatan itu, ia sudah curi
kalajengkingnya yang beracun itu.
Ia bawa itu kesekolahnya dan ditaruh disatu lubang batu
dibelakang rumah sekolah, diatasnya bumbung ia taruhi uang
dan dua buah. Kemudian pada hari itu ia traktir makan pada
teman-temannya, tidak terkecuali anak yang tempo hari telah
memukuli mukanya hingga bengkak.
Anak itu menanyakan dari mana ia mendapat uang, dengan
berbisik ia ceritakan bahwa ia dapat uang dibawahnya lubang
batu dibelakang rumah sekolah. Hal mana sudah tentu
mengherankan.
Anak itu ketarik hatinya untuk mendapatkan uang dari
dalam lubang. Dijanjikan oleh Kang ciang akan diantarkan
kesana kalau sebentar sekolahan sudah bubaran-
Demikian anak yang besaran itu diantar olehnya ketempat
dimana disimpan kalajengking berbisa. Ia yang mula mula
mengulurkan tangannya kedalam lubang mengambil uang,

berbareng ia sudah membuka lubang bumbung bambu
binatang kalajengking itu.
Ketika ia unjukkan uang yang didapati dari lubang, anak
yang memukul padanya telah timbul keserakahannya dan
menendang padanya sampai bergulingan ditanah. Kemudian
anak itu sendiri telah memasukkan tangan-nya kedalam
lubang batu untuk mengambil uang, tidak tahunya ia telah
diantuk oleh kalajengking sehingga ia keluarkan jeritan
tertahan.
Tidak lama kemudian mukanya menjadi biru dan hitam, la
meringis-ringis merasa kesakitan, kemudian ia rubuh
terbinasa. Kang ciang balas menendangnya dengan sengit
sebagai bayar hutang untuk tendangan anak yang mati tadi
lakukan kepadanya.
Setelah itu ia lalu kabur kerumahnya si pengemis tua dan
menceritakan kejadian dalam sekolahannya, lantaran mana
pengemis tua itu menjadi ketakutan dan ajak ia kabur
bersama-sama. Pengemis ini belakangan menjadi gurunya dan
yang memberi pelajaran ilmu silat kepadanya.
Ketika ia sudah berumur dua puluh tahun baru ia tahu
kalau pengemis itu hanya menurunkan sepuluh persen saja
kepandaian ilmu silatnya kepadanya, la tahu bahwa pengemis
tua itu ada menyimpan buku tentang ilmu silat yang lihay.
Sampai disini Ho Tiong Jong mendengarkan ceritanya Tokkay,
diam-diam dalam hatinya berkata. Pantas Tok-kay ini
kejam, karena sudah sejak kecil ia jahat tukang mencelakai
orang.
Meskipun berpikir kesitu, ia tidak takut dan terus
mendengarkan, riwayatnya Tok-kay yang ia sangat kepingin
tahu. Tok kay cerita selanjutnya.
Setelah mengetahui suhunya ada mempunyai kitab ilmu
silat pusaka yang dinamai kitab " Kumpulan Ilmu Silat Sejati",

ia telah minta diajari ilmu silat berdasarkan dari buku itu. Tapi
suhunya berkata.
"Kitab ini hanya satujilid saja. tapi lengkap dengan berbagai
ilmu silat dari banyak partai yang terkenal. Satu saja kau
dapat mempelajari dari banyak ilmu pukulan dalam- buku itu,
kau sudah dapat menjagoi di kalangan Kangouw.
Sayang kau terlalu jahat dan suka membunuh orang,
makanya aku tidak mau menurunkan pelajaran itu kepadamu.
Selanjutnya, jika kau tidak mau merubah sifatmu yang jahat
itu, terpaksa aku akan turun tangan membunuhmu untuk
kepentingan rakyat yang tidak berdosa.
Mendeagar kata-katanya sang suhu yang terus terang,
bukannya ia mengerti dan dapat merubah tabeatnya yang
jahat, malah ia sudah meracuni suhunya sampai binasa dan ia
lalu memiliki kitab yang ia sangat idam-idamkan itu.
Mendengar ceritanya Tok-kay sampai disini, Ho Tiong Jong
berkata dalam hatinya ada sangat jahat, aku harus
membunuhmu" "Saat itu Tok-kay juga sedang melayanglayang
pikirannya kemasa lampau, kepada satu wanita cantik
pujaannya, hingga bubur yang disuapkan kemulutnya ia telan
tanpa merasa. Ho Tiong Jong pikir saat itu ada disuapkan
kemulutnya ia telan tanpa meraba-Ho Tiong Jong pikir saat itu
ada waktunya yang baik untuk turun tangan, ia lalu
mengulurkan tangannya kebahu orang, akan tapi Tok kay
miringkan badannya untuk menghindarkan tepukan Ho Tiong
Jong.
"Bocah kau hendak menyerang aku?" tanyanya heran-
"oh. bukan, bukan, aku hanya hendak menepuk binatang
tawon yang ada dipundak mu." jawab Ho Tiong Jong dengan
sedikit gugup, Tok-kay dengan ragu-ragu anggukkan
kepalanya.

Untuk menyampingkan perhatiannya Tok-kay Ho Tiong
Jong menanya. "Malam ini aku pikir tidur dilapangan lebih
baik"
PADA pagi harinya Ho Tiong Jong terbangun dari tidurnya,
ia melihat Tok-kay telah berjalan meninggalkan dirinya dengan
menggunakan ilmu lari cepatnya, dan Ho Tiong Jong tetap
mengintil dibelakang nya. Tok-kay merasa heran, meski ia
sudah jalan lebih dahulu dan mengerahkan ilmunya yang
sangat ia andalkan, Ho Tiong Jong masih tetap mengintilnya.
Ho Tiong Jong sambil mengikuti lari. otak nya bekerja.
Pikirnya, pengemis tua ini sangat jahat, kalau dibiarkan tinggal
hidup entah berapa banyak korban lagi akan binasa
ditangannya. Baik ia mengikuti jejaknya, sebentar dalam kuil
kalau ia mau menurunkan pelajarannya ia akan terima, tapi ia
tetap menghendaki jiwanya manakala ia mendapat
kesempatan untuk membunuhnya.
Tidak lama mereka sudah sampai disuatu tempat dimana
ada berdiri sebuah kuil tua yang sudah rusak. Tok-kay ajak Ho
Tiong Jong masuk. ia telah menyalakan lilin- Keadaan disitu
ada bersih, mereka berdua kemudian pada duduk diatas tikar
dan bercakap-cakap. Tiba-tiba Ho Tiong Jong timbulkan
keinginan untuk belajar katanya^
"ln, locianpwe sudilah kiranya kau memberi beberapa
pelajaran ilmu silat padaku? Aku meski pandai dari kecil sudah
belajar lweekang, tapi hanya dapat menggunakan dua belas
jurus saja ilmu golok setelah habis ini aku tidak punya
kemampuan lagi untuk menandingi lawan-"
"Hmm aku sudah lihat caramu menyerang musuh tadi,"
memotong Tok-kay. "Memang gerakanmu masih terbatas
sekali. Meskipun Iweekangmu baik, tapi belum dapat
diandalkan untuk bertempur. Pada waktu kau menyerang
dengan golokmu, aku lihat gerakan itu ada pelajaran dari
Thian-san-pay yang amat lihat yang dinamai Jan-cong cansoat
(burung belibis menerjang salju). Aku tidak menduga

kalau kau mendapatkan pelajaran tanpa guru. Belajar tanpa
guru tidak mungkin kita mendapat kepandaian, yang mahir,
kau tahu?" Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
"Aku bersedia untuk menurunkan kepandaianku padamu,
jikalau kau menghendakinya, tapi..."
Si pengemis beracun merandak disitu, matanya mengawasi
pada si pemuda. Ho Tiong Jong yang haus dengan pelajaran
ilmu silat menjadi tidak sabaran-
"Tapi kenapa?" tanyanya.
"Tapi ada syaratnya." si pengemis telengas kata sambil
tertawa nyengir.
Ho Tiong Jong kerutkan alisnya, entah syarat apa yang
diminta oleh pengemis jahat tapi lihay ini ?
"Locianpwee coba kau jelaskan syaratnya bagaimana?" ia
menanya.
"Syaratnya, ialah dalam tempo sepuluh tahun kau harus
menurut segala perintahku, meskipun aku menyuruh kau
membunuh orang atawa membakar rumah kau harus
menuruti perintahku. Bagaimana, kau sanggup?"
Ho Tiong Jong dibikin melongo oleh perkataan Tok kay
yang seram.
"Tapi Locianpwee..." Ho Tiong Jong berkata gugup dan
tidak lampias.
"Ha ha ha...." Tok-kay tertawa. "Boleh kau tahu hatiku
amat ketarik olehmu. Entah apa sebabnya, aku sendiri tidak
tahu dan merasa sangat heran. Tentang riwayat hidupku
selainnya kau ada seorang lagi yang mengetahuinya, yalah
salah satu dari lima tokoh yang namanya menonjol dalam
rimba persilatan pada dewasa ini. Ha ha ha ...."
Ho Tiong Jong diam-diam merasa heran, bagaimana orang
yang begini kejam bisa mempunyai hati meny intai kepada

sesamanya misalnya kepada dirinya seperti yang dikatakan
tadi oleh si pengemis tua?
"Locianpwee, orang itu siapa namanya?" tanya Ho Tiong
Jong, yang ingin mengetahui siapa orangnya yang telah
mengetahui riwayat hidupnya si pengemis tua.
" orang itu adalah pemilik rumah es di Taypek san Kok Lolo
(nenek Kok)."
Ho Tiong Jong terkejut. Ia tahu bahwa nenek pemilik
rumah es di Tay pek-san itu ada gurunya nona Seng yang
kepandaiannya sukar diukur.
GOLOK SAKTI
Karya: chin Yung
Bagian o8
Ia menatap wajahnya Tok-kay, yang saat itu tampak
seperti yang penasaran sekali. Ia hendak membuka mulutnya
menanya, tapi Tok-kay sudah menyambung lagi bicaranya,
setelah ia menghela napas.
"Kau tahu, Kok Lo-lo pada tiga puluh tahun yang lampau
merupakan satu gadis yang cantik jelita sukar dicari keduanya.
Pada waktu ilmu silatku belum pandai betul, tapi karena
keberanianku suka membunuh orang dan menggunakan
racun, maka dikalangan kangouw orang telah memberi
julukan padaku Tok-kay (pengemis beracun)." Si pengemis tua
bicara sampai disitu kelihatan merasa bangga sekali.
Selanjutnya ia mengisahkan pertemuannya dengan Kok Lo
lo dikaki gunung Tay-pekssan dan jatuh cinta kepada Kok Lolo,
yang pada masa itu merupakan gadis yang luar biasa

cantiknya. Tanpa merasa kakinya telah mengikuti jejaknya
nona Kok yang sedang naik gunung.
Ditengah jalan nona Kok berhentikan tindakannya,
menantikan ia datang dekat dan lalu menanya.
"Aku tidak tahu. semangatku telah terbawa olehmu."
jawabnya.
Nona Kok bersenyum manis menggiurkan, hingga hatinya
Tok-kay menjadi berdebaran keras. Diam diam ia berpikir.
"Kau biar bagaimana harus menjadi milikku"
" Engkau tidak seharusnya mengikuti seorang gadis yang
tidak dikenal " kata pula nona Kok. " Kalau kau masih terus
mengintil aku akan marah."
Suaranya si nona demikian merdu merayu, bagaimana Tokkay
tidak jadi tertegun dan berdiri seperti kakinya terpaku.
Ia tidak bisa menjawab kata-katanya nona Kok. hanya
matanya saja yang dapat bicara menatap terus pada wajahnya
sinona yang cantik menarik. Nona Kok segera meninggalkan ia
setelah mengerlingkan matanya yang jeli.
Sebenarnya Tok-kay tidak akan tinggal diam mendapat
perlakuan demikian, kalau saja ia menghadapi lain gadis.
Terhadap nona Kok ia harus membawa kelakuan yang sopan
santun, seberapa bisa menutup kekasarannya, agar sinona
ketarik dan menyerah kepadanya tanpa paksaan- la ingin
hidup dengan sinona penuh kebahagiaan-
Setelah nona Kok berlalu sampai tak kelihatan
bayangannya pula, Tok kay lalu duduk diatas batu besar diam
dengan termenung-menung.
Ia kelelap didalam lamunannya sampai tidak merasa kalau
sang malam telah dilewati olehnya dengan hanya duduk terus
diatas batu. Pagi-pagi sekali tampak nona Kok turun gunung.

Hatinya Tok kay berdebaran, ia tidak tahu harus bagaimana
ia membawa dirinya supaya disuka oleh nona pujaannya itu
Ia diam saja tidak menegur. Berpura-pura. Seperti mana
sedang menanggung kesal, ia tundukkan kepalanya pada saat
nona Kok lewat didepannya.
"Hei, kau masih ada disini?" tanya nona Kok tiba-tiba.
Tok-kay angkat kepalanya dan melirat nona Kok berdiri
didepannya seperti juga bidadari yang baru turun dari
kayangan- ia begitu cantik begitu menarik dan bergoncanglah
hatinya To kay karenanya.
"Ya, aku masih ada disini..." jawab Tok-kay perlahan-
"Hei, kenapa begitu?"
"Nona, aku mohon belas kasihanmu. Janganiah kau sia
siakan perasaan hatiku telah jatuh cinta dengan setulus hati
padamu."
Parasnya nona Kok bersemu merah mendengar katakatanya
yang tidak pakai tedeng aling aling, tapi ia masih bisa
bersenyum manis.
"Apa kau teras bercokol disini, tidak pernah berlalu sejak
kemarin kita bertemu?" tanya nona Kok.
"Ya," jawabnya sambil anggukkan kepala.
"Betul." si nona menegasi.
"Langit dan bumi menjadi saksinya. Sejak kemarin kau
meninggalkan aku sendirian di-sini, aku tak pernah berlalu
barang sedikit-pun dari sini."
"Kenapa begitu?"
"Ah nona, apa kau masih belum mengerti pengakuanku
yang terus terang tadi?"

Nona Kok tertawa. "Aku tidak menduga kau bisa berlaku
demikian," katanya.
"Nona, sekali sukmaku tertawan, olehmu, tak gampang
gampang aku menariknya pulang."
Kembali Nona Kok unjuk senyumnya yang manis.
"Nah baiklah," katanya. "Kalau kau memang bersungguhsungguh
hendak hidup bersama sama aku, akupun tidak
keberatan- Asal saja..."
Tok-kay gelisah hatinya, ketika melihat si nona tidak
meneruskan kata katanya.
Ketika ia mau membuka mulut, nona Kok sudah berkata
lagi.
"asal saja kau dapat memenuhi dua syarat... "
"Katakan lekas syaratmu itu," memotong Tok-kay tidak
sabaran-
Nona Kok berpikir sebentar.
"Syarat yang kesatu," katanya dengan sungguh-sungguh.
"kau yang banyak melakukan perbuatan berdosa, harus
menebus dosamu itu dengan merubah diri dari orang jahat
menjadi orang baik-baik dan menjalankan penghidupan dalam
kalangan kangouw sebagai pendekar untuk membela keadilan
dan menumpas kejahatan, bagaimana kau sanggup?"
"Sanggup, sanggup "jawab Tok-kay tanpa pikir pikir lagi.
"Bagus." kata lagi nona Kok. "Dan sekarang syarat yang
kedua, jalan lelaki yang menjadi suamiku harus ilmu silatnya
ada letih tinggi dan pada aku sendiri. Kalau kau dapat
memenuhkan dua syarat ini aku tidak keberatan untuk
menjadi isterinya." Tok-kay tertawa terbahak-bahak.

Ia pikir dua syarat itu terlalu ringan. Untuk merobah dirinya
menjadi orang baik-baik, apa susahnya? juga untuk
membuktikan ia ada lebih unggul, apa - sukarnya.
Nona Kok ada begitu lemah- lembut, yang kata peribahasa
kes amber angin juga akan sempoyongan, bagaimana ia bisa
tahan ilmu silatnya yang sudah dilatih banyak tahun ? Maka
ketika itu juga, setelah ia menghentikan tertawanya kemudian
ia berkata kepada nona Kek.
"Nona, dua syarat itu aku terima baik. Supaya lebih cepat
kita mencapai buktinya, apa tidak lebih baik kalau kita mulai
dengan syarat yang kedua dahulu ?"
Nona Kok bersenyum. "Baik, itu bagus...." jawabnya.
Tok-kay tidak pandang mata kepandaiannya si gadis, maka
begitu ke duanya sudah siap bertempur, ia mendahului
berkata pada nona Kok. "Nona. silahkan kau menyerang lebih
dulu."
Nona Kok bersenyum manis. Ia tidak sungkan-sungkan
lantas turun tangan menyerang.
Diluar dugaan sama sekali Tok kay, bahwa kepandaian
sinona ada sangat tinggi, sebab selanjutnya ia menempur si
nona telah menjadi keteter. Meskipun seluruh kepandaiannya
ia telah keluarkan, akan tetapi sia-sia saja.
Akhirnya, setelah dengan susah payah Tok-kay melayani si
nona puluhan jurus, pada jurus ke lima puluh entah
bagaimana nona Kok bergerak. tahu-tahu ia sudah terpental
sampai beberapa tombak dan rubuh ditanah sebagai
pecundang.
Sampai disini Tok-kay Kang ciong menutur telah berhenti
sebentar, untuk menarik napas. Parasnya seperti yang
mengandung penuh penasaran-
Ho Tiong Jong yang terus mendengari penuturannya
sipengemis beracun yang panjang lebar, saat itu juga hatinya

tergerak untuk menyingkirkan pengemis jahat ini di-waktu ia
terbenam dalam lamunannya mengenangkan masa yang
lampau. Tapi heran tangannya tak dapat bergerak. rasanya
berat sekali. Inilah karena hatinya merasa tidak tega,
mengingat seorang yang begitu jahat seperti Tok-kay Kang
ciong masih punya perasaan cinta dan hendak memperbaiki
dirinya menjadi orang baik-baik? Tiba tiba Ho Tiong Jong
tertawa.
"Hei, kau tertawai apa bocah?" tegur Tok kay.
"Aku tertawakan locianpwee, karena buat apa dimiliki itu
kitab Kumpulan Ilmu "Silat Sejati, kalau tidak dipelajari
sungguh-sungguh untuk mengalahkan lawan-"
"Haiii " seru Tok-kay seperti yang baru tersadar dari
tidurnya, berbareng ia memukulkan telapakan tangannya
kearah tanah, hingga berbunyi wut" dan tampak tanah serta
batu berhamburan diatas tanah tampak bekas telapakan
tangan yang memerah seperti darah.
Ho Tiong Jong sangat terkejut, ia tidak mengira reaksi dari
perkataannya tadi ada demikian hebatnya, Sementara ia
terbengong-bengong, Tok-kay telah berkata.
"Hei. bocah, apa kau sudah lihat barusan? Yang barusan itu
adalah ilmu Telapakan Tangan Berdarah yang termasuk dalam
ilmu hitam. Kau tahu bagaimana dahysatnya ilmu itu, entah
sudah berapa banyak jiwa melayang oleh karenanya, menurut
pendapatku ilmuku itu hanya orang yang berkepandaian
sangat tinggi saja baru menjadi lawanku yang pantas"
Ho Tiong Jong melihat, meskipun dimulut Tok kay
membanggakan pukulannya yang dahsyat, tapi diparas
mukanya tampak seperti yang mengandung penasaran-
"Locianpwe, ilmumu itu memang sangat hebat tapi heran,
aku seperti melihat diwajah locianpwee seperti yang
mengandung penasaran, kenapa?" Tok-kay anggukan
kepalanya.

"Betul, aku memang ada mengandung penasaran" katanya.
"Penasaran dalam urusan apa ?"
"Penasaran karena meskipun aku sudah dengan sungguhsungguh
menarik pelajaran dari kitab Kumpulan Ilmu Silat
Sejati belum juga aku dapat mencapai pada puncaknya
kemahiran. Buktinya saban kali aku berjumpa dengan Kok Lo
lo dan mengukur tenaga, penghabisannya aku kalah seketika.
Aku terus menjadi pecundangnya itu penghuni rumah es di-
Tay pek-san "
Tok-kay berkata-kata merogoh saku bajunya dan
mengeluarkan sebuah kantong dari sutra indah, panjangnya
kira-kira lima dim, lebarnya tiga dim dan tebalnya setengah
dim.
Mulut kantong diikat dengan seutas tali halus. Ketika
dikeluarkan isinya, ternyata ada kitab Kumpulan Ilmu Silat
Sejati.
Buku itu tampak dibakal main ditangan-nya Tok-kay, Tibatiba
parasnya kelihatan beringas, ia berkata dengan penuh
kekuasaan-
"Hmm Bukan inilah yang membuat seumur hidupku
menjadi celaka"
Ho Tiong Jong melihat Tok-kay apa sedemikian marahnya,
takut ia akan membikin hancur kitab ilmu silat yang berharga
itu maka ia sudah berkata menghibur.
"Ia, locianpwe, mungkin Kok locianpwe tidak memberi
kesempatan karena locianpwe belum menurunkan syarat yang
pertamanya yang lelah locianpwe sanggupi ..."
"Hei, bocah, kau jangan kata begitu. Aku sudah delapan
tahun teluh mengubah perbuatanku yang lama. Selama itu
bukan saja aku tidak berbuat jahat, malah membunuh juga
seolah-olah pantangan untuku. Aku terus berubah semua ini
menjadi pendekar budiman, banyak orang aku telah tolong

dan menyebarkan budi kebaikan. Tapi hmm. perbuatan bukan
mendapat perhatian selayaknya dari Kok Lo lo, sebaliknya aku
mendapat kabar dia telah menikah dengan seorang piauwsu
bernama Lo Teng Kok di propinsi Ha pak. Tiga hari tiga malam
aku terus memikirkan kejadian itu, akhirnya hatiku yang panas
tak dapat dikendalikan lagi. Terus aku mencari Kok Lo lo
ketempat asalnya di Tay-pek-san, kemudian ke Ho pak. tapi
aku tak dapat menemuinya. Setelah enam bulan aku mencari
barulah aku menemuinya dan waktu itu dia masih memegang
janjinya untuk bertempur dengan aku. Waktu aku sudah jadi
sangat gemas, segera kita sudah bertempur hebat sekali.
Tapi, ya, apa mau dikata. Setelah bertempur ramai seratus
jurus lebih, kembali aku dikalahkan-.."
"Sayang..." Ho Tiong Jong nyeletuk.
"Bukan sayang lagi." kata Tok-kay, "sejak kekalahanku
paling belakang itu aku telah bersumpah jikalau ilmu silatku
sudah mahir betul aku akan mencari lagi dia dan bukan
mustahil kalau aku akan membunuh, dia karena aku merasa
sakit hati. setelah membunuh dia. pikirku, baru aku
membunuh suaminya..."
"Habis bagaimana, apa locianpwee berhasil memperdalam
ilmu dan mengalahkan Kok locianpwee?" menyelak Ho Tiong
Jong yang sudah tidak sabaran mendengarkan ceritanya.
"Bocah kau diam, dengarkan dahulu aku menutur." kata
Tok-kay sambil deliki matanya, seperti yang kurang senang
sedang enaknya cerita deselak orang.
---ooo0dw0ooo---
X. BAGAIMANA TOK-KAY MENEMUKAN AJALNYA?
Ho TIONG JONG ketawa nyengir. "Tapi dasar nasib,"
melanjutkan Tok-kay, setelah sepuluh tahun aku
memperdalam ilmuku, aku merasa aku masih belum dapat

menjatuhkan penghuni rumah es di Tay-pek-san, yang aku
tahu betul dia ada keluaran dari Hoa-san-pay dilihat dari ilmu
silatnya yang telah diperlihatkan dalam pertempuran
denganku.
Pada suatu hari tiba-tiba aku mendengar bahwa dia sudah
bercerai dengan suaminya dan kembali ke gunung Tay-peksan
untuk tinggal dirumah es disana. Setelah mendapat kabar
ini, aku lantas mencari Lo Teng Kok untuk aku bunuh mati,
sayang aku tak dapat menemukannya. Setelah sekian lama
aku mencari dengan sia-sia, lantas dikalangan kang-ouw ada
tersiar kabar tentang kematiannya Lo Teng Kok.
Sejak mana sampai sekarang aku belum pernah menyatroni
rumah es di Tay-pek-san lagi. Tapi, hmm ada satu hari nanti
aku akan menjumpai dia dan membunuhnya mati, kemudian
aku beset-beset kulitnya nenek Kok itu, barulah hatiku merasa
puas. Ha ha ha..." -.^
Ia tertawa sambil menggerakkan tangannya. Segera terlihat
satu benda meluncur ke angkasa, kemudian jatuh nyangkut di
pohon yang tumbuh disamping kuil. Kiranya yang
diterbangkan tadi adalah kitab pusaka " Kumpulan Ilmu Silat
sejati"
Meskipun waktu itu suasana ada gelap. tapi Ho TiongJeng
yang tajam matanya dapat melihat tegas meluncurnya kitab
tadi dan nyangkut diatas cabang pohon.
PiKirnya Tok-kay ini sudah menjadi gila, kitab pusaka yang
begitu berharga dilontarkan begitu saja, seperti juga ia
membuang sampah. Ia tak dapat didekati lebih jauh dan ia
hendak menyingkir daripadanya.
"Locianpwe, biarlah aku ambil kitab yang kau lontarkan
tadi." katanya sambil menggerakkan kakinya hendak berjalan,
maksudnya yang sebenarnya adalah ia hendak meninggalkan
pengemis gila itu

"Hei, bocah," menyegah Tok-kay." kau tak perlu mengambil
kitab sialan itu yang membikin seumur hidupku menjadi celaka
saja. Bukan sedikit karenanya aku menderita kecewa. Ada
satu hari aku nanti bikin musnah kitab celaka itu.
Ho Tiong Jong tidak menjawab. Diam-diam ia berpikir. Tokkay
ini sudah hampir gila, otaknya sudah mulai miring.
Sifatnya tak dapat dirubah, dalam alam pikirannya hanya
kejahatan dan kekejaman saja yang berbayang, seolah-olah
perbuatan itu sudah menjadi satu hoby kesenangan baginya.
Malam ini kalau aku tak dapat menbunuh dia, entah berapa
banyak lagi manusia tidak betdosa akan binasa di tangannya?
Dalam keadaan berpikir demikian, tiba-tiba terdengar Tok-kay
berkata lagi.
"Bocah sekarang aku tidak akan menanya asal usulmu dan
juga aku tidak akan membikin celaka atau membunuhmu. Kini
kau boleh sebutkan minta pelajaran apa dari aku akan aku
turunkan pelajaran yang aku tahu kepadamu."
Ho Tiong Jong melengak mendengar perkataannya
pengemis yang ia sudah anggap gila ini. Entah apa sebabnya
Tok-kay ada demikian baik terhadapnya maka ia setelah
mengawasi sejenak lalu menanya.
"Locianpwee, sebab apa kau begitu baik terhadapku dan
tidak hendak membikin celaka? Sungguh aku yang rendah tak
mengira sama sekali, untuk kebaikan dan perhatian lo cianpwe
aku menghaturkan banyak terima kasih." Tok kay Kang ciong
tertawa bergelak geli.
"Bocah aku sendiri juga tidak tahu apa sebabnya aku jatuh
hati padamu. Rupanya itu memang sudah jodoh. Tabeatku
memang aneh. terhadup orang yang aku penuju dan
mencocoki hatiku, selalu aku ingin berbuat baik dan manis,
sebisanya aku ini ingin bikin ia senang dan gembira. Untuk
dia, orang yang mencocoki hatiku, aku rela mengurbankan
jiwaku. Ha ha ha..."

Ho Tiong Jong merasa terharu juga mendengar katakatanya
sipengemis beracun, tapi dipikir lagi orang sekejam
dan sejahat Tok-kay ini seumur hidupnya tak akan berubah
sifatnya suka membunuh dan mencelakai orang. Memikir
kesitu, perasaan terharunya telah tersapu lenyap.
"Locianpwee," tiba-tiba ia berkata, "aku girang sekali kalau
locianpwee suka menurunkan kepadaku ilmu silat yang tinggi,
untuk aku menyakinkannya."
"Bocah, kau pintar bicara, hi ha ha..."
"Bukan pintar bicara, sebab kalau locianpwee menurunkan
ilmu kepalang tanggung aku kuatir akan memalukan nama
locianpwee. sebab sudah tentu orang akan mengetahui bahwa
aku mendapat pelajaran dari locianpwe." Tok kay Kang ciong
angguk anggukan kepalanya.
"Baiklah," katanya. "Selama tiga puluh tahun aku
menggodok macam-macam ilmu silat yang istimewa dan
menciptakan ilmu silat sendiri yang dinamai Tok-liong cianghoat
(ilmu telapakan tangan naga berbisa) Sememara hanya
tiga belas jurus, dapat digunakan bertanding dengan tangan
kosong atau pakai senjata. Hebatnya bukan main sayang
waktu aku bertanding dengan Kok Lo-lo baru saja aku
mainkan jurus- ketujuh keburu dijatuhkan olehnya sehingga
aku jumpalitan dan malunya bukan main."
Tok-kay bicara sambil memberi petunjuk. bagnimana
memainkan iimu silat lihay itu kepada Ho Tiong Jong. la kasih
demontrasi menjalankan ilmu itu sampai tiga belas jurus
kemudian minta Ho Tiong Jong coba meniru gerakannya:
Pemuda itu amat cerdas otaknya setelah tadi
memperhatikannya dengan cermat, ketika disuruh memainkan
sendiri apa yang diperhatikan tadi, ia dapat menjalankan
dengan baik meskipun ada sedikit kekurangan disana sini.
Dengan beberapa petunjuk perbaikan dari Tok kay, Ho
Tiong Jong sudah dapat menangkap dan dicatat dlotaknya

ilmu silat. "Tok Hong ciang-hoat" yang ampuh itu, warisannya
sipengemis beracun. Ia hanya tinggal menjalankan latihannya
saja supaya menjadi gagah memainkannya .
Diam-diam Ho Tiong Jong merasa kagum akan lihaynya
ilmu yang dipelajarinya itu. Menyerang dengan tenaga lunak
akan mengakibatkan binasanya musuh tanpa ampun- cara
menangkis serangan lawan dapat digunakan dengan terangterangan
atau tidak kelihatan, hingga membingungkan musuh.
Tok-kay yang menyaksikan Ho Tiong Jong begitu cerdas,
dalam tempo pendek sudah dapat menangkap inti sarinya,
malah sudah dapat mempertunjukkan beberapa jurus yang
dipelajari barusan, bukin main girang hatinya.
Ia belum pernah menemui pemuda yang demikian baik
otaknya.
"Bocah, otakmu boleh juga" katanya tiba-tiba. "coba mari
ikut aku sekali lagi menjalankan dulu-dulu yang kau sudah
dapat catat diotakmu tadi."
Ho Tiong Jong anggukkan kepala lantas mengikuti
dibelakang Tok-kay, mengikuti segala gerak- gerakannya.
Tiba-tiba dalam hatinya timbul maksudnya yang semula
mendekati Tok-kay. Pikirnya saat itu ada satu kesempatan
baik untuk ia membokong sipangemis beracun dari belakang.
Begitu berpikir begitu ia ambil putusan, tangannya diurut
untuk menotok jalan darah pada punggungnya sipengemis
beracun,
Terdengar Tok-kay bersuara. " Heh e" kemudian rubuhnya
rubuh ditanah.
Ho Tiong Jong setelah menotok rubuh Tok kay hatinya
bukan main menyesal. Kenapa ia membunuh Tok kay yang
telah menurunkan ilmunya yang ampuh kepada dirinya? ia jadi
turut jatuh lemas disamping tubuhnya Tok-kay.

Ia menghela napas, ia menyesal, tapi jika dipikir sebaliknya
perbuatannya itu memang harus dilakukan untuk menolong
orang banyak dari kebinasaan ditangan Tok-kay. Pengemis
beracun itu perlu disingkirkan jiwanya siang-siang, sebab
dosanya sudah luber dari takaran-
Menghilangkan satu jiwa untuk menolong banyak jiwa,
itulah ada perbuatan yang harus dilakukan Ho Tiong Jong
menghibur dirinya sendiri.
Tapi biar bagaimana juga, batinya yang mulia tidak tega
melihat Tok kay dalam keadaan tidak bergerak menggeletak di
tanah, gara-gara perbuatannya tadi.
"Locianpwe harap kau maafkan perbuatanku ini. Aku
membunuhmu bukan karena aku jahat dan serakah, hanya
apa yang kuperbuat atas dirimu disebabkan untuk menolong
orang banyak dari kejahatan dan keganasan mu Semoga
arwahmu dalam baka tidak menyesalkan perbuatanku " Ho
Tiong Jong menangis, tak dapat ia menahan rasa terharunya.
Tiba-tiba ia rasakan tangannya yang berdekatan dengan
tangannya Tok-kay seperti di gigit nyamuk. ia menoleh pada
Tok-kay. Dilihatnya tubuhnya sipengemis beracun sudah kaku
dengan paras pucat pasi, kukunya sudah berubah berwarna
hijau ungu menakutkan. Ho Tiong Jong lantas bangkit berdiri.
Pikirannya kusut. Kemana ia harus pergi? Balik kembali ke
Seng-kee-po? Tidak mungkin, pikirnya karena hatinya merasa
jemu terhadap Pocu dari banteng itu yang kejahatannya
mungkin tidak lebih rendah dari Tok-kay yang sesarang
tengah menggeletak dihadapannya dengan tubuh kaku.
Ia menghela napas. Terdengar ia berkata sendirian-
"Dunia begini luas, tapi heran tidak ada tempat untuk aku
menarah kaki."

Ia dengan perlahan-lahan mengangkat kakinya
meninggalkan kuil yang akan merupakan kenangan tak mudah
dilupakan dalam riwayat hidupnya selanjutnya.
Ketika ia sampai dihalaman muka kuil tiba-tiba ia seperti
melihat ada bayangan orang yang berkelebat. Hatinya
tercekat, la tahu benar bahwa dalam kuil ini hanya ia dengan
si pengemis berdua, apakah ada orang ketiga disitu?
Bayangan itu seperti menyelinap dibalik pohon, akan tetapi
ketika ia menyelidiki, ternyata disitu tidak kedapatan manusia.
Ia penasaran, lalu balik masuk lagi kedalam kuil.
Hatinya terkejut, tatkala ia mendekati Tok kay, sipengemis
beracun kedapatan sedang berduduk seperti yang sedang
mengumpulkan ingatannya.
Mayat hidup, pikir Ho Tiong Jong. Ia pernah dengar orang
cerita memang ada mayat hidup, dapat mengejar orang, akan
tetapi larinya lurus (tidak dapat membiluk), maka kalau benar
Tok-kay menjadi mayat hidup dan menguber padanya, ia
sudah siap sedia untuk melompat kesamping supaya Tok kay
menyelonong lurus.
Mungkin Tok-kay menjadi mayat hidup disebabkan
kematiannya sangat penasaran kena dibokong olehnya.
Matanya Ho Tiong Jong terus mengawasi kepada Tok-kay,
siapa perlahan-lahan telah bangun berdiri.
Tiba-tiba matanya mengawasi kearah Ho Tiong Jong
tampak bengis sekali, menakutkan siapa yang lihat, tapi Ho
Tiong Jong sebisa nya telah menabahkan hatinya. Ho Tiong
Jong jadi kemekmek bengong. ketika mendengar Tok-kay
berkata.
"Hei, bocah, benar-benar nyalimu kasar sekali. Aku yang
sudah puluhan belajar ilmu, mana dapat dibunuh olehmu
begitu mudah?" Kelihatan Tok-kay berkata seperti yang
merasa cemas.

Tidak heran kalau ia merasa cemas, karena dalam dunia
yang luas ini tidak seorangpun yang dapat menyintai dirinya.
Ho Tiong Jong, pemuda yang menarik hatinya dan dengan
rela ia menurunkan ilmunya bukannya membalas budinya
bahkan ia coba membunuhnya. ia merasa tidak mengerti
sikapnya anak muda itu, maka ia menanya.
"Bocah, kenapa kau hendak mengambil jiwaku demikian
kejamnya?"
Ho Tiong Jong menatap wajahnya Tok kay tanpa memberi
jawaban.
"Hei, bocah, kenapa kau hendak mengambil jiwaku?" tegur
lagi Tok-kay bengis.
Ho Tiong Jong bukannya takut terhadap Tok kay, hanya ia
marasa terharu dengan tegurannya Tok kay itu, sebab
perbuatannya memang tidak berbudi.
Tok kay seperti merasakan juga keharuan anak muda itu, ia
tak mendesak. hanya menanti apa jawabannya si anak muda.
Tak lama, Ho Tiong Jong telah memberikan jawabannya
dengan tenang.
"Locianpwee, memang aku telah menerima kebaikanmu
yang besar sekali. Perbuatanku yang barusan itu memang tak
sepantasnya. sebab itu menandakan aku seorang yang tak
mengenal budi. Kebaikan orang dibalas dengan kejahatan-
Tapi, ya aku berbuat demikian saking terpaksa... "
"Terpaksa?" Tok-kay nyeletuk, matanya berputaran galak
sekali.
"Ya, aku terpaksa melakukan itu" jawab Ho Tiong Jong.
"sebab apa kau terpaksa? sebabnya, lekas kau katakan-"
"Sebabnya kau terlalu jahat "
"Hmm.."

"Ya, aku membunuhmu karena untuk kepentingan orang
banyak. menyingkirkan bencana disebabkan oleh tanganmu
yang ganas dan kejam, dengan lenyapnya kau dari dunia
lenyaplah sudah bencana bagi mereka yang tidak berdosa..."
Ho Tiong Jong tidak melanjutkan kata-katanya, karena
diselakoleh tertawanya si pengemis beracun yang bergolakgelak
menyeramkan.
"Bocah, dengar aku berkata. Sejak suhuku mati, akulah
yang meneruskan memelihara ular beracunnya. Dalam tempo
sepuluh tahun belakangan ini dengan susah payah aku sudah
bisa simpan bisanya ular itu dalam kukuku. orang yang
terkena kukuku dalam tempo tiga hari orang itu akan
merasakan reaksinya racunku badannya akan kegatalan tak
terhingga dan racunku itu dapat menyerang pada jantung
sang korban- Dalam tempo tiga hari orang itu akan
menemukan ajal nya dengan mengenaskan. Ha ha ha..."
Ho Tiong Jong kerutkan alisnya...
"Apa hubungan apa racun dikukumU itu denganku?"
tanyanya.
"Bocah, apa kau tidak merasa tadi ketika tanganmu
berdekatan dengan tanganku kau merasa seperti tanganmu
digigit nyamuk? Itulah racunku yang mematuk. bukannya
nyamut yang menggigit. Ha ha ha . . ."
Ho Tiong Jong jadi bengong mendengar kata-katanya Tokkay.
Kiranya sipengemis tadi bukannya rubuh sewajarnya, hanya
berpura-pura saja.
Betul-betul Tok-kay sangat lihay, ditotok jalan darahnya
yang penting masih bisa menangkis dan dapat berpura-pura
seperti yang mati. Ya, apa daya? Sekarang sudah ketela njur,
usahanya gagal membunuh sipengemis beracun, sekarang

tentu Tok kay tidak mengerti dan akan mengambil jiwanya
juga.
Ia menghela napas. "Locianpwe," katanya "aku sudah
berbuat salah terhadapmu, aku telah menerima kebinasaan
karena racunmu itu bahkan kalau perlu locianpwe boleb
penggal batang leherku sekarang juga."
Tok-kay dibikin kagum juga menghadapi keberanian si
pemuda.
Diam-diam ia merasa sayang, Ho Tiong Jong tak dapat
dibikin taluk olehnya dan menjadi muridnya yang tersayang. ia
ingin mencoba hatinya Ho Tiong Jong apakah niatan
membunuh padanya benar-benar dengan tidak menyayangi
dirinya sendiri? "Hei, bocah, kau datang dekat kemari "
katanya. Ho Tiong Jong tidak takut, ia datang dekat pada
sipengemis. "sekarang cabut golokmu ?"
Ho Tiong Jong melengak. tapi tokh ia menurut juga
menghunus goloknya.
Diam-diam dalam hatinya merasa heran, kenapa ia selalu
menurut saja perintahnya ini pengemis kejam? Tapi? Tidak
bisa, Tok-kay terlalu tinggi ilmu silatnya. Jalan paling baik
memang ia selain menuruti saja perintahnya Tok-kay mau
tahu Tok-kay akan berbuat apa terhadapnya.
Tok kay setelah melihat semua penntah-nya dituruti saja,
diam-diam dalam hatinya menduga anak muda itu tentu tidak
tega akan membunuh lagi padanya yang kedua- kalinya maka
ia lalu berkata.
"Bocah, kau sekarang sudah terkena racun ku, selainnya
obatku sendiri yang dapat menyembuhkan racun dalam
dirimu, adalah si Dewi Racun Kong Jat Si yang dapat
menolong dirimu. Tapi sangat mustahil dalam tempo tiga hari
kau akan menemukan dirinya si tua bangka itu.

Sekarang begini, aku mau suruh kau memilih, apakah kau
benar-benar mengingini jiwaku tanpa menghiraukan
Kegiatanmu atau kau mau hidup sebagai pendekar jempolan
dengan mendapat seluruh kepandaianku."
"cara bagaimana memilihnya?" nyeletuk Ho Tiong Jong.
" caranya memilih itu diputuskan dengan hitungan dari satu
sampai tiga puluh."
"Aku masih belum mengerti."
"Hmm, bocah, kau sudah berkali kali mau mengambil
jiwaku karena menurut alasan untuk menghindarkan bencana
orang banyak karena perbuatanku. Aku lihat golokmu ini
tajam sekali, tentunya bukan golok sembarangan dan aku rela
mati dibawh golok ini kalau memang aku punya nasib ada
demikian akhirnya."
"Locianpwee. kau....kau..." Ho TlongJong menyelak gugup,
Ia merasa tidak tega dan terharu dengan kata-katanya
pengemis beracun itu.
"Hmm... kau jangan menyelak bicaraku bukankah kau mau
tahu caranya memilih dua soal yang aku katakan tadi."
Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia tundukkan kepalanya
dengan perasaan tidak karuan, hingga Tok-kay juga tergentar
hatinya melihat keadaannya anak muda itu.
"Bocah, kau dengar." katanya kemudian, "dongakkan
mukamu menghadap kearahku dan siap dengan golokmu yang
tajam itu. Sementara kau bersikap demikian, aku akan
menghitung dari satu sampai tiga puluh kalau hitunganku
cukup tiga puluh kau tidak bergerak, artinya boleh hidup
terus. Aku akan mengobati racun dalam dirimu, mengangkat
kau menjadi muridku yang tersayang. Seluruh kepandaianku
akan kuturunkan semua dan menjadikan kau sebagai satu
pendekar jempolan dalam kalangan kang-ouw. Kau sudah
mengerti sekarang ?"

Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
"Nah, mari kau mulai?"
Tok-kay Kang ciong menatap wajahnya anak muda di
hadapannya yang sudah siap dengan golok tajamnya, ia
tampak bersenyum-senyum. Seakan-akan sudah rela untuk
mati dibawah benda senjatanya Ho Tiong Jong.
la percaya anak muda ini hatinya tidak tega menyabetkan
goloknya pada lehernya, kalau mengingat dengan berbuat
demikian ia berarti menolong jiwanya sendiri dari kematian.
Tegasnya kalau Tok-kay tidak mati, racun yang ada dalam
tubuhnya anak muda itu kukunya Tok-kay yang berbisa akan
mendapat obat pemuna h nyadan ia akan diangkat menjadi
muridnya yang tersayang dari pengemis tua yang kejam dan
telengas itu. Ia mulai menghitung.
"....satu dur- tiga empat...."
Selama Tok kay menghitung, otaknya Ho Tiong Jong
bekerja.
Ia pertimbangkan antara kepentingan dirinya pribadi dan
orang banyak punya keselamatan- Hitungan sampai "delapanmasih
belum ada kesiapan- otaknya terus bekerja, akhirnya....
akhirnya...
Belum lagi suara "las^ keluar dari mulutnya, goloknya Ho
Tiong Jong terayun dan tubuhnya Tok-kay sudah rubuh
dengan kepala terpisah.
Kepentingan orang banyak dapat kemenangan dalam
penimbangannya Ho Tiong Jong, maka ia sudah ayunkan
goloknya menabas batang lehernya pengemis kejam itu. Siapa
sebenarnya dapat menyingkirkan diri dari sabetan golok Ho
Tiong Jong, akan tetapi Tok-kay kali ini rupanya rela mati di
tangannya anak muda yang mencocokkan hatinya itu maka ia
tidak berkelit dan manda lehernya ditabas, sehingga darah

segar menyembur keluar dari lehernya sementara batok
kepalanya terjatuh ketanah.
Sampai disini berakhirlah riwayatnya pengemis beracun-
Tok-kay Kang ciong, yang namanya menggetarkan dunia
persilatan baik dikalangan hitam maupun putih. Ilmunya
Telapakan Tangan Berdarah yang diyakinkan dengan
menggunakan entah berapa banyak wanita hamil, sangat
hebat dan ganas, yang membuat lawan dan kawan segan
berurusan dengannya. Tidak dinyana kematiannya itu hanya
demikian, mudah saja.
Ho Tiong Jong setelah membunuh Tok-kay menjadi kesima
sendirinya, ia sendiri menjublek sekian lamanya mengawasi
tubuh nya Tok-kay yang menggeletak dengan kepala berpisah.
Tanpa terasa ia telah mengucurkan air mata, ia sedih karena
tahu Tok-kay ada demikian baik terhadapnya tapi ia sudah
membunuhnya juga karena dorongan jiwa kesatriyanya lebih
mementingkan orang banyak daripada dirinya sendiri.
Ia mengerti bahwa dengan matinya Tok-kay. jiwanya
sendiri tidak akan tertolong lagi karena bekerjanya racun
dalam tubuhnya, tapi ia rela menghadapi kematiannya itu asal
dapat menyingkirkan seorang yang paling jahat dan kejam
dalam dunia seperti Tok-kay itu.
Setelah sadar dari lamunannya, tanpa ragu-ragu Ho Tiong
Jong angkat mayatnya Tok kay dibawa kesamping kuil
diletakkan dibawahnya sebuah pohon, kemudian balik lagi
mengambil kepalanya.
Sebentar lagi ia sudah membikin lubang kuburan, dengan
hati-hati ia kubur mayatnya Tok kay dengan kepalanya
ditempelkan pada lehernya. Ia bekerja cepat, sebentar saja ia
sudah selesai mengubur mayatnya si pengemis jahat.
Sambil berdiri dengan hati terharu menghadapi kuburannya
Tok-kay, kelihatan Ho Tiong Jong kemak kemik mulutnya, ia
berkata- "Locianpwe, harap arwahmu dialam baka tidak

menjadi penasaran karena perbuatanku, sebab apa yang aku
sudah perbuat bukan karena serakah dan mempunyai
ganjalan hati terhadapmu adalah semata-mata di sebabkan
hendak menyelamatkan orang banyak yang akan
mengalamkan kebinasaan ditangan-mujikalau engkau terus
tinggal dikasih hidup, Kalau kau masih penasaran, baik
tunggulah kedatanganku dialam baka, karena racunmu yang
ada dalam tubuhku tidak lama lagi akan mengantarkan aku
kesana menjumpai kau...."
Setelah mengucapkan kata-katanya yang tidak kedengaran
itu tampak parasnya tidak begitu berduka lagi. Ia
mendongakkan mukanya kelangit, seakan-akan hendak
mengucapkan terima kasihnya ia sudah dapat menyingkirkan
seorang yang paling jahat dan kejam dalam dunia untuk
keselamatannya orang banyak.
Tiba tiba matanya kebentrok dengan kitab Kumpulan Ilmu
Silat Sejati, yang menyangkut pada cabang pohon, hatinya
berpikir. "Aku tidak lama lagi tokh akan mati buat apa aku
mengambil kitab pusaka itu?" la lalu duduk didekat kuburan
Tok-kay untuk mengasoh, sebentar lagi hari sudah mulai
terang.
Ketika dia mendongakkan pula mukanya, ia lihat kitab
pusaka diatas pohon sedang dipatokin burung-burung. Saat
itu hatinya berbalik pikir, ia harus ambil kitab itu, sebab kalau
sampai jatuh ditangan-nya orang jahat ada sangat berbahaya.
Maka seketika itu lalu ia memanjat pohon dan mengambil
kitab berharga itu, terus dimasukkan dalam sakunya tanpa
dilihat lagi. Setelah berada dibawah lagi. pikirannya melayanglayang.
Kemana ia harus pergi? Merantau? Tak mungkin, karena
dalam tempo pendek jiwanya sudah melayang karena
pengaruhnya racun dari Tok-kay yang mengeram dalam
tubuhnya. Habis, kemana ?

Akhirnya terlintas dalam pikirannya, sebaik nya ia pulang ke
Seng kec-po, untuk melaporkan kematiannya Tok kay kepada
nona Seng yang telah melepaskan dengan banyak budi
kepadanya, sekalian menemui saudara Kho Kie, sahabat
karibnya, akan tetapi ia tak mau memberitahukan pada Kho
Kie bahwa dirinya tidak lama lagi akan mati, supaya hati
sahabat karibnya itu tidak menjadi duka karenanya.
Demikian, setelah mengambil keputusan ia telah gerakan
kakinya menuju ke seng-kee-po. Belum lama ia jalan, ia telah
menemui sebuah kali yang jernih airnya, ia menghampiri dan
membersihkan mukanya yang kecipratan darah Tok kay tadi.
Tidak lama kemudian Ho Tiong Jong sudah sampai
dilapangan, dimana ada didirikan luitay (panggung berkelahi),
dimukanya sekali terdapat gedung tempat para tetamu
menginap.
Disekelilingnya ada tempat duduk untuk orang menonton.
Bagian depan hanya dipergunakan bagi orang orang yang
ilmu silatnya sudah dikenal saja, sedangkan mereka yang ilmu
silatnya kepalang tanggung ditaruh disebelah belakang. Disitu
sudah banyak orang berkumpul yalah hari pertama dibukanya
pertemuan- Mengadu kepandaian mengumpulkan sahabat.
Tampak yang duduk disebelah timur adalah angkatan tua
kebanyakan seperti hweshio, nikouw, jago-jago tua dari
kalangan hitam yang dahulunya ada ternama dikalangan kang
ouw.
Dilain bagian tampak banyak pemuda pemudi yang
tampan-tampan dan cantik-cantik mereka kelihatan sangat
gembira bercakap-cakap. juga tidak ketinggalan kelihatan
Seng Pocu duduk diantara banyak tetamunya dengan wajah
berseri-seri.
Hati Ho Tiong Jong berdebar ketika matanya melihat
diantara nona-nona yang hadir ada satu nona yang wajahnya
ramai dengan senyuman, kecantikannya menonjol diantara

yang lainnya. Sujennya yang menjadi kalau ia bersenyum atau
ketawa membikin yang melihatnya tak mudah melupakannya.
"Dia tentu ada adik Hong." Ho Tiong Jong pikir dalam
hatinya, dia benar-benar sangat cantik, entah apakah
kenakalannya masih biasa setelah ia sekarang sudah menjadi
gadis?
Banyak nona-nona cantik lainnya, seperti cong Ie dari oeysan.
Lo lo sat Ie Ya. Lauw Hong In dari Lauw kechung di Kimleng,
ciauw Soe Soe dari ciauw- ke- Chung dan lain-lainnya,
tapi kelihatan kecantikan mereka tidak ada yang nempil pada
kecantikannya Kim Hong Jie.
Ho Tiong Jong menyelinap dan menonton dengan
sembunyi-sembunyi diantara orang-orang penjaga rumahnya
Seng Pocu yang matanya semua ditujukan ke panggung
berkelahi, maka tidak mengetahui kalau ada Ho Tiong Jong
diantara mereka.
Semua tetamu juga tak menggubris kedatangannya Ho
Tiong Jong, karena perhatiannya lebih penting ditujukan
kepanggung luitay bercakap-cakap diantara kawannya.
Tiba-tiba Ho Tiong Jong lihat ada melesat naik keatas luitay
seorang yang berbadan tinggi besar. Siapa setelah menjura
kepada para penonton, lantas mengumumkan syarat-syarat
mengadu silat diatas luitay yaitu pertama menghadapi wakil
Taycu kesatu dalam tiga puluh gebrakan, bertanding dengan
tangan kosong, babak ke dua. dua puluh gebrakan melawan
wakil Taycu kedua boleh menggunakan senjata.
Kalau orang dapat melewati dua wakil Taycu ini, kemudian
ia boleh menghadapi Taycu sendiri dalam lima belas gebrakan.
Kalau dalam lima belas gebrakan itu dapat bergebrak seri saja
tak usah menang, yang tersangkut akan mendapat hadiah
sebagai tanda kenang-kenangan berupa uang atawa kain
sutra yang indah.

Menghadapi Taycu orang boleh bertanding dengan pakai
senjata atau senjata rahasia, tidak ada larangan asal diadakan
perjanjian dahulu sebelumnya bergebrak. sehari dua Taycu
yang melakukan tugas-nya, yalah bagian pagi dan bagian
sore.
Pada saat itu yang menjadi wakil Taycu ada seorang she
Kwee nama Hoei, dalam kalangan kang ouw ia terkenal
dengan ilmu mencengkramnya yang hebat. Ia sekarang
sebagai Pocu dari propinsi Ho-pak bagian she co dan
merupakan partai tersendiri.
Dalam "Perserikatan Benteng Perkampungan- yang
dahulunya akur dan dapat bekerja sama, belakangan ini
kelihatan mulai- retak. Masing-masing pada berebut pengaruh
dan mendirikan partai sendiri. Perserikatan tersebut sekarang
sudah merupakan tiga buah partai, yalah kesatu Kim-Hon-po
bagian kira Seng kee-po, kedua Kioe keepo Lauw kee- Chung
Hul- ke- Chung, ketiga adalah In- ke- Chung chong ke- Chung
ciauw- ke- Chung.
Masing-masing partainya pada mengumpulkan orang-orang
gagah, mereka sudah berusaha dengan segala daya dan
upaya supaya orang-orang gagah itu yang ulung suka masuk
dalam partainya terutama terhadap orang-orang pandai yang
sudah mengasingkan diri ada sangat disukainya dan sebisanya
mereka itu membujuknya supaya dapat memperkuat
partainya.
Berhubung dengan tindakan mereka itu maka dalam dunia
persilatan orang-orang sangat kuatirkan ada terjadi
penumpahan darah kelak dikemudian hari karena tiga partai
itu sudah tentu akan berebut pengaruh satu sama lain untuk
berdiri sama jago.
Kita balik pada Ho Tiong Jong telah mengikuti jalannya
acara dengan tenang. Ketika Kwe Hoei habis bicara, ia lihat
ada seorang naik keatas luitay. ia kenali itu ada Soe coe Liang

yang tempo hari ada makan bersama sama satu meja
dengannya, la ada satu pejabat kaliber besar dibagian selatan-
Soe coe Liang lantas berhadapan dengan Kwee Hoei
sebagai wakil Tayeu. Ternyata menghadapi Kwee Hoei ia tidak
bisa berbuat banyak. Meskipun Soe coe Liang sudah keluarkan
simpanannya, cuma dalam beberapa gebrakan saja ia sudah
dipukul terpelanting jatuh kebawah panggung yang
memalukan sekali.
---ooo0dw0ooo---
XI. DI ATAS LUITAY UNJUK KEPANDAIAN.
KWE HOEI gembira dapat menjatuhkan lawannya demikian
cepat, maka ia lalu menjura kepada penonton dan berkata.
"Aku Kwei Hoei tidak punya kepandaian istimewa, cuma
lantaran kebetulan saja sudah dapat mengalahkan saudara
Soe, maka jikalau diantara hadirin ada yang berminat naik
panggung aku akan merasa girang sekali."
Belum habis bicaranya, lantas kelihatan lompat naik keatas
panggung seorang yang bertubuh jangkung kurus. Ia
menghampiri Kwee Hoei memberi hormat.
"Saudara Kwei, bagus sekali ilmu silatmu barusan- Hanya
dalam beberapa gebrakan saja sudah dapat mengalahkan
lawan- Aku Kwie Boen Peng ingin coba-coba mengunjukan
kepandaiannya yang rendah, harap saudara Kwee tidak
mencelanya." Kwee Boen ceng yang bertubuh kurus itu mana
dipandang mata oleh Kwee Hoei.
Setelah perdengarkan suara dingin "Marilah, kita jangan
buang tempo." lantas saja melancarkan serangannya.
Si jangkung kurus menghindari serangan dahsyat lawan,
kemudian mainkan ilmu pukulannya yang lelompatan kesana
sini, rupanya ia meyakinkan iimu pukulan kera.

Tapi rangsekannya Kwee Hoei hebat sekali, hampir tidak
mengasih kesempatan untuk menancapkan kakinya dengan
tetap. Tidak heran, diserang dengan cara demikian KweoBoen
ceng dalam sedikit tempo saja sudah harus menyerah kalah,
tubuhnya kena dicengeram dan di lemparkan kebawah
panggung.
suara tampik sorak riuh sekali menyambut kemenangannya
Kwee Hoei.
Diantara tampik suara riuh itu tampak melompat
kepanggung Kiauw Yang kawannya soe coe Liang yang telah
dipecundangi.
Tanpa banyak cerita lagi, Kwee Hoei sudah melayani
penjahat kaliber besar ini. Pertandingan ramai juga. cuma
sayang hanya memakan tempo tidak lama. Hanya lima belas
jurus saja mereka bertempur, Kiauw Yang sudah kena
dilemparkan ke bawah panggung.
Melihat saudara sekomplotannya kembali dijatuhkan, Ho
Yang naik darah, lantas enjot tubuhnya melayang naik keatas
luitay.
"Saudara Kwee, kau benar-benar lihay, dua saudaraku
sudah dipukul jatuh, aku juga ingin belajar kenal dengan ilmu
silat mu yang tinggi."
"Silahkan, silahkan- menyelak Kwee Hoei dengan paras
dingin hingga Ho Yang tak dapat meneruskan kata-katanya.
Sebagai gantinya ia harus cepat cepat menangkis serangan
Kwei Hoei yang dilancarkan dengan cepat kembali dan
mengandung tenaga yang hebat.
"Betul-betul hebat pantasan dua saudara-ku kena
dijatuhkan mentah-mentah " demikian Ho Yang diam-diam
berkata dalam-hatinya.
Tapi ia tak dapat kesempatan untuk berpikir banyakbanyak.
karena serangan Kwee Hoei yang dilancarkan saling

susul membuat ia kepepet ketepi panggung dan akhirnya,
seperti dengan dua saudara yang sudah ia juga kena
dilemparkan mentah-mentah.
Sungguh memalukan, tiga jago dikalangan hitam yang
sudah terkenal namanya dengan secara mudah saja sudah
dijatuhkan satu persatu.
Kwee Hoei merasa puas hatinya ia tahu bahwa tiga saudara
dari kalangan rimba hijau itu adalah gara-gara sangat
sombong. Kini mereka mendapat bagiannya yang setimpal
dimukanya orang banyak.
Tapi sebelumnya Kwee Hoei dapat membanggakan
kemenangannya, tiba-tiba kembali seorang berpengawakan
kurus muncul d i- depannya. Ia perkenalkan dirinya bernama
Kie cin.
Menghadapi orang kurus kali ini Kwee Hoei tidak segalak
seperti menghadapi lawan-lawannya terlebih dahulu, karena
Kie cin meskipun berbadan kurus kecil ia sangat gesit dan
lincah sekali. ilmu pukulannya tangan kosong juga cukup
mahir, ia sama sekali tidak takuti menghadapi Kwee Hoei yang
mempunyai pukulan berat dan terus menerus coba mendesak
pada dirinya. Pertandingan berjalan dengan ramai sekali.
Rupanya Kwee Hoei sudah kecapaian atau memang
musuhnya sangat ulet yang meminta ia mengerahkan banyak
tenaga untuk melayaninya, maka jurus demi jurus telah dilalui
akhirnya sampai pada jurus ke tiga puluh batasannya dari
pertandingan babak pertama. Pertandingan babak pertama ini
dinyatakan serie. Sekarang di mulai dengan pertandingan
menggunakan senjata. Dalam pertandingan menggunakan
senjata ternyata Kwee Hoei kalah setingkat.
Biar bagaimana wakil Taycu yang kosen itu
mempertahankan dirinya, tapi akhirnya ia harus menyerah
kalah kepada lawannya yang lebih pandai. Kwee Hoei terdesak
dan lompat turun dari luitay.

Melihat kekalahan ini, Beng Siong Tojin yang mendapat
giliran menjadi Taycu saat itu. telah mendelikkan matanya.
Entah bagaimana tosu licik itu telah gerakan tubuhnya tahutahu
sudah berada dihadapanya Kie cin.
Kie cin kaget juga menghadapi Ban Siong Tojin yang sudah
terkenal, sedang penontonpun kelihatan merasa kuatir dengan
turunnya tosu telengas itu, menguatirkaa Kie cin sebagai
lawannya akan mendapat celaka.
Memang betul berat bagi Kie cin menghadapi Taycu ini tapi
ia masih coba pertahankan dirinya jangan sampai cuma dua
tiga gebrakan sudah kalah. Ban Siong Tojin melihat dalam
lima jurus masih juga kelihatan Kie cin alot dijatuhkan, hatinya
sudah menjadi jengkel. Wajahnya tampak menghitam hingga
penonton kaget. Hanya dalam tiga jurus kemudian saja Kie cin
dibikin jatuh dari atas luitay.
Tapi belum lama Ban Siong Tojin menikmati
kebanggaannya tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dingin
dari arah sebelah timur panggung, yang dengan suara keras
berkata.
"Hmmmm Lo cit yang namanya terkenal sebagai pendekar
pada masa tiga puluh tahun yang lampau di dua propinsi oawlam
dan ouw pak. tidak tahunya kepandaiannya cuma
sebegitu saja. IHei, Lo cit apakah masih kenali pada aku ini
Beng Siang?"
Sambil berkata Beng siang berbangun dari duduknya,
menghampiri kepanggung luitay, kemudian lompat naik keatas
luitay menghadapi Ban siong Tojin-Si tosu kaget juga melihat
Beng Siang yang naik.
"orang she Lo," kata Beng Siang sambil menjura lucu
kepada Ban Siong Tojin- "Tiga puluh tahun kita tak bertemu,
aku tidak menyangka kau sudah berubah menjadi imam. kau
tentu masih kenali aku Beng Siang, bukan? Ha ha ha..."
Ban Siong Tojin ketawa dingin.

"Beng sicu, tentu saja aku kenali kau. Apakah kau hendak
menagih kekalahanmu tempo hari? Bagus."
Antara dua orang ini kira-kiranya ada yang mempunyai
ganjalan-ganjalan pada tiga puluh tahun yang lampau. Pada
masa itu Ban Siong Tojing masih bernama Lo cit, terkenal
sebagai jagoan dalam kalangan rimba hijau (kawanan
penjahat) dalam dua propinsi oaw lam dan oew-pak.
Selagi ia menjalankan operasinya dalam dua propinsi itu
telah ketemu dengan Beng Siang, yang pada saat itu masih
muda baru berusia tujuh belas tahun dan belum lama bekerja
menjadi piauwsu (pelindung antaran). Beng Siang tidak mau
menyerahkan barang yang dihubungnya hendak di ganggunya
oleh Lo cit, maka mereka lantas bertempur.
BENG SIANG hanya tahan di dalam dua puluh gebrakan
saja lantas sudah dilemparkan oleh lawannya. Sejak mana ia
masih penasaran kepada Lo cit, yang sekarang sudah tukar
bulu menjadi imam bernama Ban Siong Tojin.
Beng Siang belakangan telah menceburkan diri juga
kalangan hitam, kepandaian ilmu silatnya bertambah tinggi,
hingga merebut nama harum dikalangan kang-ouw. Kini
dikalangan pendekar berjalan hitam, ia merupakan salah satu
jago yang dimalui.
Seng Pocu tidak tahu ganjalan diantara dua orang itu,
diam-diam merasa heran melihat mereka berhadapan seakanakan
hendak menyelesaikan urusan lama. Sambil menguruturut
jenggotnya ia perdengarkan tertawanya bergelak-gelak.
Suara tertawa yang penuh mengandung teka-teki untuk
orang yang tahu siapa "Seng-Eng", tapi untuk mereka yang
tidak tahu riwayatnya Seng Pocu menganggap ketawanya itu
sebagai tertawanya tuan rumah yang gembira dan berdiri
tidak kesana kemari (netral). Terdengar Beng Siang berkata
lagi.

"Lo cit, eh, totiang, aku bukan saja hendak menagih, tapi
juga mau tau apa kau bisa melemparkan diriku lagi atau tidak?
Aku lihat kau tadi begitu mudah mengalahkan lawan,
membuat hatiku ketarik untuk mencoba kepandaianmu yang
tinggi..." ia berkata sambil mengeluarkan senjatanya dua belas
belati yang berbentuk senapan berbendera warna merah satu
set senjata aneh yang belum dilihat pada sebelumnya.
"Bagus" kata Ban Siang Tojin- "Tapi Beng Sicu harap sabar
dahulu, sebab kau harus mengalahkan wakil Taycu baru
ketemu dengan aku...."
"Hm ...." Beng Siang memotong. "Silahkan kau turun dan
lantas panggil wakil Taycu itu naik panggung." Ia kelihatan
sangat mendongkol pada musuhnya, yang ia anggap takut
untuk menghadapi ia.
Belum lama Ban Siong Tojin turun, lantas naik panggung
seorang pemuda dengan mata jahat dan wajah yang bengis.
Banyak penonton tidak kenali siapa orang itu, akan tetapi Ho
Tiong Jong lantas kenali ia ada Song Boe Ki, muridnya
Sisiluman Khoe Tok yang mempunyai julukan si Tangan
Telengas.
Ho Tiong Jong diam diam girang melihat Boe Ki akan
mempertunjukkan kepandaiannya diatas lutay, sebab ia nanti
akan dapat mengukur sampai dimana tingginya murid kepala
dari Khoe Tok yang kejam itu.
sebaliknya hatinya tidak enak. karena saat itu ia tidak
melihat Khoe Kie, sahabat karibnya yang sangat baik
kepadanya.
Ho Tiong Jong pikir, mungkin Khoe Kie karena saking
banyak musuhnya ia tidak berani menongolkan dirinya disitu.
Penonton kebanyakan menganggap Song Boe Ki hanya
mencari mati melawan Beng Siang yang sudah terkenal
namanya.

"Sahabat aku bernama Song Boe Ki. Seorang tidak
ternama, tapi dengan kemurahan Seng Pocu aku telah
diangkat menjadi wakilnya Taycu. Maaf, kalau kau tidak begitu
bernapsu melayani aku, orang tidak ternama." demikian Song
Boe Ki membuka mulut ketika sudah berhadapan dengan Beng
siang.
Beng Siang sejenak tidak memberi jawaban, matanya
mengawasi pada sipemuda di depannya yang berparas bengis
dan mata jahat seperti maling.
tidak kenal siapa adanya pemuda muka jahat ini, muridnya
siapa dia?
Tapi hatinya sudah marah, tak dapat berpikir lama-lama.
lantas berkata singkat.
"Silahkan!!"
Inilah tanda tantangan buat lawan turun tangan
Song Boe Ki tidak sungkan-sungkan lagi. lantas gerakan
tangannya mengibas. Angin keras dari kibasan tangan ini,
hingga Beng Siang kaget juga karena tak menduga pemuda
itu ada mempunyai tenaga demikian kuat. la geser kakinya
berkelit, kemudian balas menyerang dengan sampokan
tangannya yang dinamai "Menyapu ribuan tentara". kiranya
serangan Song Boe Ki hanya serangan pura-pura saja maka
Beng siang menjadi amat marah. Ia lalu menyerang hebat
sekali.
Song Boe Ki tidak keder. ia keluarkan ilmunya tiga belas
jalan menyembah pada Tuhan, ilmu pukulannya yang ajaib
yang ia sangat andalkan.
Pertandingan segera sudah sampai pada jurus ke tiga
puluh, inilah ada limit dari pertandingan pertama dan boleh
dirubah dengan pertandingan menggunakan senjata dalam
pertandingan kedua yang ditetapkan dalam dua puluh

gebrakan. song Boe Ki keluar dari kalangan pertandingan
dengan berseru.
"Saudara Beng, pertandingan pertama sudah habis
sekarang boleh dimulai dengan pertandingan babak kedua
menggunakan senjata." Tidak ada penggantian wakil Taycu,
song Boe Ki lagi yang maju dalam pertandingan peng gunakan
senjata. Banyak penonton yang mengutuk kelakuannya Song
Boe Ki itu.
Tanpa Beng siang mengeluarkan dua belas senjata yang
berbentuk senapan berbendera warna merah. Sedang Song
Boe Ki menggunakan satu set senjata lingkaran yang dinamai
"cu-bo ciang-gun".
Penonton tahan napas menunggu pertandingan ini
dilakukan.
Ho Tiong Jong sambil menonton orang mengadu
kepandaiannya sambil matanya mencari-cari nona Seng,
perlunya hendak melaporkan tentang kematiannya Tok-kay,
kemudian ia akan lantas meninggalkan tempat itu.
Hatinya gelisah tidak keruan- Tiba-tiba ia melihat Soe coe
Liang menarik-narik tangannya Ho Yang dan Kiuw Yang diajak
meninggalkan tempat itu. Ketika mereka berjalan, Ho Yang, ia
melambai-lambaikan tangan nya sambil berjalan mengampiri.
Mereka bercemn dengan gembira dan bercakap-cakap.
dengan begitu Soe coe Liang dengan dua kawannya tidak jadi
meninggalkan tontonan itu dan pada menonton lagi bersamasama
Ho Tiong Jong.
Beng Siang dan Song Hee Ki bertarung dengan seru sekali.
Keduanya sama tandingan, hingga senjata kedua pihak tak
dapat berbuat banyak untuk mendesak musuhnya.
Masing-masing telah mengeluarkan ilmu simpanannya.
Hanya ilmu istimewanya Beng Siang tidak mau keluarkan,
perlunya ilmu istimewanya ini untuk digunakan dalam

pertempuran nanti melawan Ban Siong Tojin, musuh lamanya
itu.
Jurus demi jurus telah dilewatkan cepat sekali, segera dua
puluh jurus sudah berakhir. Pertandingan lantas dinyatakan
seri dan Beng Siang boleh maju lagi melawan Taycu, Belum
lama Song Bee Ki turun dari luitay sudah tertampak
dihadapannya beng Siang berdiri Ban Siong Tojin, yang tidak
banyak mengambil tempo lagi setelah Song Boe Ki turun telah
enjot tubuhnya melayang keatas luitay.
"Bagus." kata Beng Siang. "kita ada kenalan lama, sembari
aku mau menagih kekalahan kita boleh meramaikan
pertemuan ini. ayototiang, keluarkanlah senjatamu untuk
main-main dengan kupunya besi karatan ini" Beng Siang
sambil unjukkan senjatanya.
"Baik," Ban Siong Tojin memotong, sambil keluarkan
senjata kebutannya.
Ketika senjata itu dikebutkan, segera pula berdiri lempeng
bulu-bulunya satu tanda bahwa kekuatan lweekangnya Ban
Siong Tojin yang hebat telah disalurkan pada senjatanya
Beng Siang terkejut juga melihatnya. ia cepat siap-siap
dengan senjata yang aneh untuk menangkis serangannya Ban
Siong Tojin. Dua musuh lama ini perlahan-lahan sudah mulai
saling menyerang. Kepulan dari dua belas bendera saling
samber, indah sekali kelihatannya.
Senjata Ban Siong Tojin lihay sekali, beberapa kali
menyerang bagian-bagian jalan darah terpenting pada tubuh
musuhnya, hingga Beng Siang tampak kewalahan dan ia
hanya bisa menjaga tapi tak dapat balas menyerang.
Beng Siang mengeluarkan ilmu istimewanya yang tadi tidak
diperlihatkan melawan Son Boe Ki. Ia melontarkan dua
senjatanya sekaligus menyerang musuh punya badan bagian
kiri dan kanan, tapi Ban Siong Tojin sekali menggetarkan
kebutannya dua senjata Beng Siang itu sudah kena digulung.

Hanya saking kuatnya tenaga serangan dua senjata tadi
membuat Ban Siong Tojin sampa mundur selangkah dan
berdiri tegak lagi.
Beng Siong berubah wajahnya menjadi pucat. Ia heran
kepandaian istimewanya tak menemui sasarannya. Kembali ia
menyerang dengan dua buah senjatanya berbareng, tapi Ban
siong Tojin sambil lompat tinggi mengebut dengan senjatanya
pada senjata yang mengarah dirinya itu, hingga keduanya
terpukul jatuh kebawah luitay.
Dua lagi senjata Beng Siang menyusul menyerang ketika
badannya Ban Siong Tojin masih terapung diudara, tapi
dengan indahnya dua senjata itu pun dapat dipunahkan oleh
Ban siong Tojin dengan jalan menarik perutnya kempes dan
dua senjatanya berbahaya itu persis lewat beberapa dim saja
dari perutnya.
Setelah kakinya menginjak papan panggung lagi. Ban Siong
Tojin tidak dikasih ketika untuk bergerak dan telah diserang
lagi. Kali ini untuk meluputkan diri Ban Siong Tojin telah
merebahkan dirinya diatas papan-
Berbahaya sekali kalau senjata-senjata itu menemui
sasarannya.
Penonton tahan napas menyaksikan Ban siong Tojin
diberondong dengan senjata ampuh dari Beng Siang. Ternyata
imam itu tinggi kepandaiannya. Meskipun dicecar berulangulang,
ia dengan bagus dapat meluputkan dirinya.
Sorak ramai gemuruh seketika masing-masing pada
mundur karena pertandingan saat itu sudah berjalan lima
belas gebrakan sebagaimana sudah ditetapkan-Pertandingan
ini jadi dianggap seri, tidak ada yang kalah dan menang.
Ketika mereka lompat turun dari panggung dengan berseriseri
Seng Eng datang menyambut, berkata pada Beng Siang.

"Beng losu, selamat. Ilmumu istimewa, membuat banyak
pendekar di sini yang menonton merasa kagum. Maka sekedar
untuk kenang-kenangan, aku akan menghadiahkan kau dua
blok kain sutra dan sejumlah uang, harap Beng toyu tidak
menampik."
la berkata sambil suruh orangnya membawa barang hadiah
dan uang untuk diterimakan kepada Beng Siang, yang telah
menerima itu dengan mengucapkan banyak terima kasih.
Kemudian ia berjalan menghampiri tempat duduknya lagi
dipinggiran ia melihat pada Song Boe Kie yang berdiri sambil
ketawa nyengir, hatinya gusar sekali, tapi tidak dapat
melampiaskan amarahnya itu lantaran malu hati kepada tuan
rumah.
Waktu itu masih belum waktunya istirahat, maka Seng Eng
lalu mengumumkan padapara hadirin bahwa kali ini yang
keluar sebagai wakil Taycu ada dua saudara oet ti-Kang dan
oetti Koen dengan Pek Boe taysu sebagai Taycu." PeK Boe
Taysu ada sahabat karibnya Seng Eng.
Para penonton pa dakasak-kusuk siapa adanya mereka
yang menjadi wakil Taycu itu?
Yang mengetahui mereka ada seperguruannya Song Boe Ki
telah memberitahukan pada yang tidak tahu, hingga disitu
ramai orang bercakap-cakap.
Ho Tiong Jong sudah diberitahukan oleh Kho Kie siapasiapa
yang hadir disitu, ia tidak perlu mencari tahu lagi hanya
matanya terus mengharap- harap dapat melihat wajahnya
nona Seng.
Tiba-tiba matanya Kim Hong Jin selagi bercakap-cakap
dengan Li-lo sat Ie Ya, saban-saban tampak ia bersenyum
manis dan begitu menyolok sekali cirinya dua sujen dipipinya
yang botak. Lantas saja Ho Tiong Jong pikirannya melayang
pada lima tahun yang lampau peristiwa ia menolong
mengambilkan bonekanya Kim Hong Jie yang jatuh disawah.

Bagaimana ia diajak kerumahnya diberi pelajaran ilmu
golok keramat oleh engkongnya Kim Hong Jie. Bagaimana
Jenakanya Kim Hong Jie yang ketika itu masih menjadi satu
nona cilik dan baik sekali terhadap dirinya.
Nona cilik yang nakal, lincah dan cerdas itu sekarang
merupakan satu gadis berparas cantik luar biasa. Bagaimana
kalau satu waktu ia ketemu sinona, apa ia akanjawab kalau
sinona menanyakan kenapa ia tidak datang lagi kerumahnya,
yang telah dipesan oleh engkongnya dalam tempo setahun
sudah harus kembali kerumahnya? Dengan tanpa merasa
parasnya berubah merah.
Ho Tiong Jong menjadi bengong memikirkan itu semua.
Kelakuannya ini telah ditertawakan oleh Soe coe Liang dan
dua kawannya, mereka mengocok Ho Tiong Jong katanya
mudah terbawa semangatnya oleh sepasang sujennya Kim
Hong Jie. Mereka agak keras mentertawakan Ho Tiong Jong
hingga Kim Hong Jie dan Li sat Ie Ya pada menengok kearah
mereka.
Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya karena merasa malu
Kim Hong Jie melihat-pada Ho Tiong Jong, tapi ia tidak
mengenali pemuda itu adalah itu pemuda yang telah
menolong mengambilin bonekanya dulu, tetapi le Ya dapat
mengenalinya pemuda tampan itu.
Begitu Ho Tiong Jong tundukan kepalanya ketika ia
mendongak lagi dan mengawasi ke tempat duduknya Kim
Hong Jie, ia melihat bahwa Li-lo sat, le Ya sedang bercakapcakap
dengan pemuda hidung pesek Khoe cong, ialah pemuda
yang tempo hari ia ketemukan di tengah hutan main petak
dangan Li lo-sat Ie Ya.
Ketika matanya beralih kesamping mereka dilihatnya disitu
sudah ada lain gadis lagi yang sedang duduk membelakangi
ia. Siapa gadis itu? Hatinya Ho Tiong Jong berdebaran keras,
ketika gadis itu berpaling sebentaran kebelakang, wajah

dikenal oleh Ho Tiong Jong ia itu ada nona Seng, putrinya
Seng pocu dari Seng-kee-po.
la menyesal Seng Giok cin tidak mau mengarahkan
pandangannya kepadanya, hingga ia tak dapat memberi
isyarat apa-apa untuk menyampaikan laporannya tentang
kematiannya Tok-kay Kan ciong. ia gelisah sendirinya, dan
cara bagaimana ia dapat menyampaikan laporan itu? Pikirnya,
setelah beres melaporkan ia ingin segera meninggalkan
tempat itu.
Li-losat Ie Ya tiba-tiba berdiri dari duduknya. Maksudnya ia
berdiri supaya Ho Tiong Jong dapat melihat pada dirinya, tapi
akibatnya, menjadi tidak enak. Sebab, sekali ia berdiri
dianggapnya ada orang yang hendak naik keatas luitay untuk
mengadu kepandaian-
Semua mata ditujukan padanya, hina gadengan apa boleh
buat ia menghampiri panggung dan enjot. turunnya naik
keatas. Setelah berada di atas ia berkata kepada para
penonton-
"Sekalian hadirin, berhubung dengan belum adanya wanita
yang naik panggung, maka aku sekarang yang jadi pelopor
menunjukan sedikit kejelekanku hanya sekedar untuk
membuktikan, bahwa dikalangan wanita juga tidak kalah
perhatiannya dari kaum laki untuk naik keatas panggung ini "
Parasnya yang cantik tampak berseri-seri memikat.
Oet-ti Keng dan oet-ti Koen melihat itu jadi saling pandang.
oet-ti Koen yang berangasan tabiatnya sudah tidak
sabaran- segera mencelat naik menghadapi Li losat le Ya.
Sebetulnya oet-ti Koen mau jadi wakil Tay-cu bermaksud
hendak mempertontonkan kepandaiannya kepada nona Seng,
sebab hatinya telah tertarik betul oleh kecantikan dan gerakgeriknya
si cantik.

Tidak tahunya, bukan lelaki yang naik tapi Li lo-sat le Ya
perempuan-
"Aku oet-ti Koen wakil Taycu boleh main-main dengan
kau," katanya dengan suara dingin dan memandang rendah
kepada le Ya.
Li lo-sat Ie Ya hanya tersenyum. Tanpa banyak kata-kata
lagi mereka lantas bergerak.
Li- lo-sat membuka serangannya dengan gerak tipu ganas
sekali, hingga oet-ti Koen sangat terperanjat menghindarkan
dirinya. Lantas ia membalas dengan tipu pukulan Kui-eng Pek
sat atau "Raja setan mengibaskan kipasnya." Ilmu pukulan ini
mengeluarkan angin santar mengarah musuh, tapi Li lo sat
dengan tenang memunahkan pukulan hebat itu.
Lalu balas menyerang dengan ganas dan kejam, meskipun
tidak mengenakan sasarannya dengan telak. angin pukulannya
cukup menyerempet lengan baju kirinya oet-ti Koen, hingga ia
ini jadi kaget sekali.
Meskipun setiap serangannya ada hebat, tapi Li- lo-sat le
Ya tidak mendesak musuhnya, maka oet-tie Koen jadi dapat
melayani tanpa mundur.
Melihat serang-serangan musuh makin lama makin ganas
oet ti Koen lalu keluarkan tipu pukulan nya tiga belas gaya
menyembah Tuhan, tiap serangannya berubah- rubah dan
berbahaya sekali, hingga le Ya ke teter dan melayani
musuhnya berputar-putar sekeliling panggung.
Sebentar saja sudah berjalan dua puluh enam jurus, tinggal
tiga jurus lagi pertandingan berakhir seri dan Ie- Ya sedang
memikirkan jalan untuk balas menyerang pada musuhnya tibatiba
oet ti Koen telah menarik serangannya dan berkata
padanya.
"Ya, nona le, ilmu silatmu memang tinggi, aku tak dapat
menang darimu."

le Ya mengerti oet-ti Koen ingin mengakhiri pertandingan
itu, tapi bagaimana jalannya? Sedangnya mereka buntu jalan
untuk mencari penyelesaian, tiba-tiba ada seorang lompat dari
bawah panggung mencegah mereka melanjutkan
pertempurannya.
"Kalian berdua berhenti dahulu bertempur, aku ada berita
penting untuk disampaikan kepada kawan-kawan dalam rimba
persilatan-" katanya.
Kiranya orang itu ada Seng Pocu sendiri setelah berkata
demikian ia lalu menghadapi para hadirin berkata.
"Sekalian saudara-saudara aku mengabarkan berita penting
kepada kalian, yalah Tok kay yang membunuhnya pada
kemarin malam dalam sebuah kuil yang letaknya tidak berapa
jauh dari sini. Dengan begitu, pengemis kejam itu tidak akan
meneruskan kekejaman dan kejahatannya lagi dalam dunia
ini. Kematiannya itu entah siapa yang melakukannya." Seng
Eng berkata demikian, matanya berbareng menyapu pada
sekalian tetamunya.
Tiba-tiba matanya melihat Ho Tiong Jong mendadakan saja
sudah mendelik, hingga orang banyak yang mengikuti
pandangan-nya sudah pada mengarahkan perhatiannya pada
Ho Tiong Jong.
Tiba-tiba Song Boe Ki yang mengenali Ho Tiong Jong sudah
berteriak. "Aaa.. itu dia Ho Tiong Jong, achli waris dari San-yu
Loreng Khong Teng Sho?" Kenapa Song Bee Ki berteriak
demikian keras?
Itulah karena ia sudah dapat dengar, bahwa Seng Eng ada
bermusuhan dengan San-yu Lo tong Khong Teng Shoe dan
sudah sesumbar akan membasminya musuh itu berikut semua
murid- muridnya .
Soe coe Liang, Kiauw Jang dan Ko Jang yang melihat
matanya Seng Eng beringas mengawasi kearahnya sudah
menjadi ciut nyalinya, dengan perlahan-lahan telah

mengendurkan diri dan meninggalkan Ho Tiong Jong berdiri
sendirian-sekarang semua mata ditujukan pada Ho Tiong
Jong.
Seng Pocu sudah marah betul, tapi ia bisa kendalikan
amarahnya itu, karena mengingat diseputarnya banyak
tetamu.
Ia berteriak menegur. "Hai, Tiong Jong, kau semalam ada
bersama-samanya dengan Tok kay, sebetulnya Tok kay telah
dibunuh oleh siapa? Kau tentu mengetahuinya, lekas katakan"
Ho Tiong Jong tampak tidak keder menghadapi Seng Pocu,
malah ia ketawa dingin. Dengan suara keras ia menjawab.
"Seng Pocu, kalau kau mau tahu, orang itu telah ditabas
lehernya olehku dengan golokku sendiri."
Seng Eng terperanjat. Tidak terkecuali dengan semua
tetamu yang hadir, karena untuk membunuh Tok- kay yang
berkepandaian sangat tinggi, kecuali Seng Eng yang
berkepandaian tinggi orang sembarangan tidak gampang
membunuhnya. Semua orang bingung dengan pengakuannya
Ho Tiong Jong.
oet-ti Koen saat itu ada perhatikan Seng Giok Cin dan Kim
Hong Jie yang kelihatan perhatiannya sangat tertarik oleh Ho
Tiong Jong. ia jadi cemburu dari atas luitay ia berteriak.
"Ho Tiong Jong, kau jangan omong gede disini. Kau ini
sebangsa pengecut, siapa yang mau percaya kau membunuh
Tok-kay."
Ho Tiong Jong marah sekali, ia berkata pada Seng Eng.
"Seng Pocu, ijinkanlah aku naik ke luitay."
Belum habis bicaranya, orangnya sudah melayang dan
hinggap diatas luitay menghadapi oei-ti Koen yang sedang
petangtang-petingting melembungkan dada.

"Hei oet ti Koen, bagaimana aku harus berbuat supaya kau
percaya." kata Ho Tiong Jong gemas.
oet-ti Koen tertawa bergelak-gelak.
Lagaknya sombong sekali, seolah-olah orang dihadapannya
itu sudah tentu akan menjadi pecundangnya. ia memikir
demikian memang tidak salah sebab tempo hari Ho Tiong
Jong sudah jadi pecundangnya. Tapi ia tentu saja tidak
menyangka, kalau Ho Tiong Jong yang tempo hari bersama
Ho Tiong Jong yang sekarang ada lain tingkat kepandaiannya.
"Tiong Jong, Tiong Jong," katanya dengan lagaknya yang
tengik, "sekarang begini saja, coba kau menyerang aku dan
aku yang menangkisnya. Kita bertempur satu gebrakan saja,
akur? Ha ha ha..."
Ho Tiong Jong sudah tidak tahan melihat lagak tengik oet ti
Koen, maka ia lalu menghadap pada Seng Eng.
"Seng Pocu ijinkan aku main-main sebentar di luitay
melayani ini orang gagah she oet-ti." kemudian ia balik
menghadapi Li lo sat le Ya. "Nona le, kau mengaso sebentar,
biarkan aku yang kasih hajaran pada bedebah ini "
le Ya anggukkan kepalanya sambil kasih lihat senyumannya
yang memikat.
Setelah le Ya lompat turun dari luitay, oet-ti Koen berkata
lagi.
"Hei Tiong Jong, apa kau tahu pertempuran ini ditetapkan
tiga puluh jurus untuk menentukan menang kalahnya? Tapi,
tidak apa, aku boleh potong lima belas jurus untuk melayani
kau, sebab dalam lima belas jurus sudah tentu kau jadi
pecundang, bukan?"
oet-ti Koen ada demikian memandang rendah kepada Ho
Tiong Jong, akan tetapi sebaliknya dengan Seng Eng. Pocu
dari benteng Seng keepo ini merasa kuatir oet-ti Koen bukan
tandingannya Ho Tiong Jong, maka ia berteriak pada oet-ti

Koe n supaya peraturan yang sudah di tetapkan tiga puluh
jurus itu tidak boleh dilanggar.
oet-ti Koen mendongkol hatinya. "Hmm... Pocu tentu takut
aku menyesal, bukan ? Kau legakan hatimu, Pocu. oet-ti Koen
tidak akan membuat malu kepada Seng Pocu."
Seng Eng kewalahan menghadapi kebandelannya oet-ti
Koen, tapi ia tetap menasehati supaya oet ti Koen tetap
memegang peraturan- Diam-diam ia memberi isyarat kepada
kawan karibnya Pek Boe Tay-su, supaya ia siap-siap turun
rangan melindungi oet-ti Koen dan mengambil jiwanya Ho
Tiong Jong.
Pek Boe Tay-su seperti sudah paham akan maksudnya
Seng Eng. maka ia sudah anggukkan kepalanya. Tapi hatinya
ia sungkan berbuat curiga begitu malu terhadap jago jago tua
yang hadir disitu.
Ketika pertandingan sudah hendak dimulai, terdengar suara
sangat tajam dan keras menanya kepada Ho Tiong Jong.
"Hei, Tiong Jong, apakah kau itu ada akhli warisnya San yu
Lo long Khong Teng shoe?" Kiranya yang mempunyai suara
demikian hebat ada IHan Goat Tojin dari golongan Liong-bun.
"Hm. aku bukan muridnya," jawab Ho Tiong Jong, tapi ia
berpikir sebaliknya dirinya sudah tidak lama lagi hidup didunia
karena racunnya Tok- kay, maka sebaiknya semua
permusuhan dengan Kho Kie itu ia sendiri saja yang
menanggungnya. Maka setelah memikir demikian, ia
menyambung kata-katanya. "tapi, apabila totiang mau
menuntut balas urusan yang bersangkutan dengan San-yu Lolong
Khong Teng Shoe totiang boleh perhitungkan diatas
diriku saja."
"Bagus, bagus." kata Han Goan Tojin sambil
mengacungkan jempolnya, "kau memang ada satu laki-laki
sejati, berani berbuat berani bertanggung jawab. sebentar aku
akan minta pelajaran darimu."

Mendengar bicaranya Han Goat Tojin, semua orang hampir
percaya bahwa pemuda ini akan mempunyai kepandaian luar
biasa. Sementara itu oet-ti Koen yang melihat suasana seperti
menguntungkan Ho Tiong Jong sudah semakin jelus saja
hatinya.
"Hmm.... TiongJoag, Tiong Jong sebelum lima belas
gebrakan semua orang akan mencari kau ke Giam- lo-ong Ha
ha ha..." demikian oet-ti Koen mengejeknya.
"Bedebah, tutup mulutmu. Kau buktikan sendiri,
perkataanmu itu benar akan menjadi suatu kenyataan apa
akan menjadi sebaliknya? Kaulah yang nanti pergi menghadap
Giarm lo ong, apa kau sudah pesan tempat disana?" Ho Tiong
Jong balas mengejek. oet-ti Koen marah betul. Tanpa banyak
rewel lagi ia menyerang dengan hebat.
Ho Tiong Jong tidak gentar. ia menyalurkan kekuatan
tenaga dalamnya pada kedua telapakan tangannya.Jari-jari
tangan kirinya dibuka. Telapakan tangan kanannya menangkis
serangan, sedang jari-jari tangan kirinya secepat kilat
mengancam jalan darah ditubuh oet ti Koen yang berbahaya.
Inilah ada ilmu serangan istimewa, yalah Kim-ci Gin ciang
jari emas telapakan tangan ilmunya Khong Teng Shoe yang
diturunkan pada Ho Tiong Jong melalui Khoe Kie, muridnya
orang tua petani dari gunung San cu itu.
Hebat ilmu Kim-ci Gi Ni ciang iru, telapakan tangan kanan
danjari-jari tangan kiri menyerang berbareng, membuat
lawannya jadi gelagapan menangkisnya. Tidak heran kalau
oet-ti Koen menjadi kaget. ia rubah posisi nya dan menyerang
dengan dahsyat sekali maksudnya supaya sekaligus dapat
membinasakan musuhnya.
Ho Tiong Jong menyambuti dengan tidak keder sedikitpUn.
Kedua kekuatan tenaga beradu. satu suara wut" yang keras
terdengar tampak oet ti Koen mundur satu tindak dan lengan
bajunya sobek^

Penonton sudah dapat memperhitungkan oet-ti Koen bukan
tandingan Ho Tiong Jong yang hanya dengan serangan jarinya
saja sudah menang anginoet-
ti Koen melihat lengan bajunya sobek karena serangan
tadi, lantas saja kalap dan berteriak-teriak katanya lengan
baju itu sobek bukan lantaran Ho Tiong Jong, tapi bekas
barusan ia bertempur dengan Li-losat le Ya.
Tapi teriakannya itu mana ada orang percaya, sebab
mereka dengan mata kepala sendiri melihat kejadian itu, maka
mereka hanya tertawa bergelak- gelak saja.
oet-ti Kang melihat adiknya berada dibawah angin
mulutnya tidak bisa diam memaki maki pada Ho Tiong.
"Hei, kau jangan banyak bacot " kata Ho Tiong Jong." Itu
malam kalian bertiga mengeroyok aku seorang diri masih
belum ada penjelasan- Nah, sekarang kalian bertiga boleh
maju berbareng "
Semua penonton kaget melihat kata-kata-itu Ho Tiong
Jong, mereka percaya Ho Tiong Jong telah dikerubuti tiga dan
semakin percaya bahwa ilmu silatnya anak muda itu betulbetul
lihay.
Oet-ti Koen telah mengerahkan semua tenaganya ia
keluarkan tipu pukulannya yang sangat diandalkan yalah tiga
belas gaya menyembah Tuhan. Ho Tiong Jong masih terus
mainkan Kim ci GiNi ciang yang hanya tiga jurus, tapi lihaynya
bukan main- Telapakan tangan dan jari-jarinya Ho Tiong Jong
terus-terusan mengancam bagian-bagian yang berbahaya
pada tubuh musuhnya, hingga oet-ti Koen menjadi kewalahan
dan ia main mundur saja kedesak.
Semua penonton dibikin kagum oleh kepandaiannya Ho
Tiong Jong, apalagi Ban Siong To jin. ia melongo karena ia
tidak menyangka anak muda itu ada menpunyai ilmu yang
demikian baiknya, tenaganya juga hebat sekali, tidak sama

dengan semalam ketika ia menghadapi padanya dalam kuil
ceng-in-si.
Ho Tiong Jong makin bertempur makin gagah. setelah
berjalan dua puluh jurus tiba-tiba ia merubah cara
menyerangnya. Jari jari tangan kirinya menyerang, sedang
telapakan tangannya seperti ditarik tapi sebenarnya
menyerang .Jalannya penyerangan kelihatan sangat aneh,
hingga membuat kagum penontonnya.
Pelajaran yang ia dapat dari Tok-kay. yalah Tok-liong ciang
hoat, yang semuanya ada tiga belas jurus, telah ia
pertontonkan dengan baik sekali dalam pertempuran itu.
Ilmu Tok- kay merupakan malapetaka untuk oet-ti Koen
yang sombong karena dengan memainkan ilmu yang lihay itu
membuat oet-ti Koen benar-benar tidak berdaya.
Jurus-jurus yang kedua puluh enam adalah babak yang
menentukan Terdengar bentakan Ho Tiong Jong yang keras,
oet ti Koen, jadi tidak dapat maju dan mundur. Terpaksa ia
memiringkan badannya untuk menyingkir dari gempuran
musuh.
Tiba-tiba terdengar suara " bra aak" tubuhnya oet-ti Koen
seperti la y angan putus terpental beberapa tumbak tingginya
danjatuh pula diatas luitay. Pelahan-lahan ia masih bisa
merangkak bangun dan lompat turun dari luitay dengan amat
malunya.
oet-ti Kang melihat adiknya dalam detik-detik berbahaya,
sebenarnya sudah lompat ke atas luitay sambil menghunus
pedangnya Cit Seng-kiam (pedang tujuh bintang) tapi
terlambat karena adiknya bukan sudah kena tendangan telak
dan badannya nampung keudara.
Ia menyesal tidak waktunya turun tangan mencegah
kekalahan adiknya, tapi ia terhibur juga karena adiknya tidak
sampai melayang jiwanya.

oet-ti-Kang dengan pedang telanjang menghampiri Ho
Tiong Jong yang tinggal tenang-tenang saja setelah menyepak
terbang oet ti Koen.
"Pengecut keluarkan senjatamu" oet-ti Kang menantang.
oet-ti Kang mengira Ho Tiong Jong hanya ilmu silatnya
bertangan kosong saja yang ampuh, tapi tidak begitu kalau ia
menggunakan senjata. ia tahu betul Ho Tiong Jong hanya
mampu menjalankan yang kedua belas jurus ilmu golok
keramatnya, terhadap ini ia tidak takut dan memastikan akan
kemenangannya.
Ho Tiong Jong yang mendengar tantangan oetti Kang
dengan tenang ia menjawab.
"Hmm... oet-ti Kang. Kau boleh menggunakan senjatamu,
aku sendiri tidak perlu kalau hanya menghadapi orang
semacam kau saja." oet ti Kang panas hatinya.
Kim Hong Jie yang menyaksikan, tanpa merasa ia sudah
nyeletuk.
"Hmm orang itu sangat sombong, entahlah dia
kepandaiannya sampai dimana?"
Kho cong yang mendengar kata-kata itu, sambil nyengir
mengiyakan pendapatnya si jelita. "Memang orang itu
kepandaiannya boleh juga, cuma lagaknya sombong betul,
hingga orang yang menyaksikannya tidak menaruh simpati
kepadanya."
Seng Giok Cin sementara itu sudah bisa mengenali ketika
Ho Tiong Jong bertempur dengan oet-ti Koen telah mainkan
pukulan Tok kay. ialah Tok-liong ciang-hoat" Ia diam-diam
merasa heran Ho Tiong Jong dapat warisan ilmu silatnya Tokkay,
sedang menurut pengakuannya Tok- kay telah binasa
ditangannya.
Betul-betul ini merupakan soal-soal ruwet dan ia baru dapat
memecahkannya manakala ia sudah bisa bertemu dengan si

pemuda untuk menanyakannya. Tapi bagaimana jalannya ia
dapat menemui Ho Tiong Jong?
Kalau Seng Giok Cin terbenam dalam teka-teki adalah oet-ti
Kang yang sudah jadi panas mendengar kata-kata yang
sombong dari Ho Tiong Jong sudah berteriak keras, katanya, "
orang she Ho, kau cabut golokmu baru aku oet-ti Kang mau
bertanding dengan kau, sebab kau dengan tangan kosong
menandingi aku sama saja ketimun melawan duren. mana
bisa menang? juga taruh kata aku menang, aku juga tidak
mempunyai muka untuk menghadapi sekalian tetamu, sebab
kemenanganku itu tentu saja karena aku menggunakan
senjata dan kau bertangan kosong. Maka, hayolah kau cabut
golokmu, keluarkan kau punya ilmu golok keramat yang kau
banggakan"
Ho Tiong Jong pikir, ini oet-ti Kang kalau tidak dikasih
hajaran tentu ia akan memandang enteng padanya, buktinya
barusan ia mengucapkan kata-kata yang sangat menusuk hati,
maka baiklah ia melayani dengan goloknya, bagaimana oet-ti
Kang nanti bisa tahan atau tidak dengan kepandaiannya yang
sekarang ia miliki?
Segera ia mencabut golok bajanya, golok bukan
sembarangan dan hadiah dari nona Seng, terhadap siapa ia
sangat berhutang budi.
"Kalau kau memaksa juga untuk aku mengeluarkan
golokku, tidak ada halangannya, cuma saja rasanya kau tak
dapat bertahan-lama kalau aku menggunakan senjata tajam.
Ha ha ha, oet-ti Kang, mari cepat maju."
Ia berkata sambil lintangkan goloknya didada, siap untuk
menghadapi musuhnya yang ia tahu betul ada pandai sekali
menggunakan pedangnya Cit-seng kiam yang tajam.
"Kau tak usah banyak menjual lagak" teriak oet-ti Kang
seraya menyerang dengan pedangnya, tapi serangan itu

dengan satu kelitan manis, sudah menemui sasaran kosong,
hingga oet-ti Kang semakin naik hawa amarahnya.
Tiga kali lagi ia melancarkan serangan, semuanya hanya
diegoskan dan dikelit dengan indah sekali, tanpa Ho Tiong
Jong mengirim serangan balasan- Hal mana, telah
mengagumkan para penonton, serentak terdengar tampik
sorik sorai yang gemuruh. Kemarahannya oet ti Kang semakin
menjadi jadi.
"orang she Ho, hari ini. kalau aku oet-ti Kang tak dapat
mengirim kau menghadap ke Giam lo ong, benar benar aku
bisa mati karena penasaran-"
omongannya belum lampias sudah menjadi berhenti
sendiri, karena ia sangat kaget, IHo-Tiong Jong yang
dianggapnya takut terhadapnya tiba-tiba telah mengirim
serangan hebat dengan goloknya.
Dikiranya Ho Tiong Jong hanya mengganda berkelit saja
takut menghadapi ia punya ilmu pedang, padahal Ho Tiong
Jong sebenarnya mau menguji kepandaiannya dihadapan
orang banyak bagaimana ia melepaskan serangan lawan yang
tangguh. Ternyata kegesitannya sudah cukup boleh dibuat
bangga.
Setelah ia merasa puas tiba tiba mendengar kata-katanya
oet-ti Kan yang bukan-bukan dengan mendadak saja hatinya
sudah jadi sangat panas dan lantas menyerang kepada oet-ti
Kang yang sedang mengumbar hawa amarahnya dengan
keluarkan kata-kata yang tidak sedap untuk didengar oleh
telinganya sang lawan-
Serangan Ho Tiong Jong ditangkis dengan pedangnya diam
diam oetti Kang merssa sangat heran, sebab tenaganya Ho
Tiong Jong tenyata bukan tenaganya Ho Tiong Jong yang
tempo hari yang ketakutan sama bayangan putih.
Berpikir begitu, maka oet-ti Kang sudah memberikan
perlawanan sangat hati hati pada pemuda yang mulai

mengangkat nama itu. Dengan begitu pertandingan jadi seruh
sekali. Pedang berkilau-kilau menyamber dengan ganas, dilain
pihak golok berkelebatan dengan tidak kurang ganasnya.
Masing-masing telah mengeluarkan tipu silat simpanannya.
Ho Tiong Jong mainkan goloknya semakin lama semakin
bagus hingga penonton merasa sangat kagum oleh
kepandaiannya pemuda itu.
Diantaranya Kim Hong Jie yang jadi terpesona dengan tibatiba.
"Itulah ilmu golok yaya-ku..." ia berkata dalam hatinya.
Lantas saja pikirannya telah melayang ke masa lima tahun
yang lampau, ketika ia ketemu dengan Ho Tiong Jong dan
pemuda itu telah mendapat hadiah dua belas jurus ilmu golok
keramat dari yayanya. Seharusnya ia menerima delapan belas
jurus, tapi entah pemuda itu lantas tidak muncul lagi
kerumahnya.
la tidak menyangka, bahwa di benteng seng-keepo ini ia
dapat melihat lagi pemuda yang telah menolong
mengambilkan bonekanya yang kecemplung kedalam sawah.
Sementara itu pertandingan telah berjalan dengan seru
sekali^
Kim Hong Jie kagum dengan ilmu golok yang diperlihatkan
oleh Ho Tiong Jong "Dia hebat dan tampan parasnya" katanya
dalam hati sendiri. Matanya tidak berkesiap mengawasinya
keatas panggung, dimana dua jago muda sedang mengukur
tenaga dengan sungguh-sungguh .
oet ti Kang diam diam mengeluh, kenapa lawan-lawannya
kini sangat sulit dirobohkan dan saban-saban tipu goloknya
hampir saja mengenakan sasarannya. ia menjadi lebih
waspada ketika melihat Ho Tiong Jong yang dihadapi sekarang
ada lain dengan Ho Tiong Jong yang tempo hari. Pantasan
pikirnya adikku dapat dikalahkan mentah-mentah.

Tapi oet-ti Kang tak usah menunggu lama-lama, karena
babak yang menentukan sudah lantas tertampak, ketika
dengan tiba-tiba Ho Tiong Jong membentak. "Kena." ia jadi
gelagapan dan lompat mundur.
Tapi keadaannya sudah menjadi memalukan, rambutnya
terpapas sebagian, sedang pedang ditangannya tinggal
sepotong saja. Kutungan yang lainnya sudah jatuh dipapan
panggung. Mukanya tampak membisu dan mengawasi
musuhnya yang tinggal berdiri tegak dengan wajah
bersenyum-senyum.
Ho Tiong Jong tahu lawannya sudah kalah, ia tidak perlu
menyerang lagi. sementara itu tampik sorak sorai dibawah
panggung riuh sekali.
Penonton dibikin kagum oleh serangan Ho Tiong Jong yang
paling belakang, mereka tidak tahu entah dengan cara
bagaimana pemuda itu bergerak dan menyabetkan goloknya,
karena tahu-tahu setelah membentak "kena" oet-ti Kang
lompat mundur dan rambutnya terpapas, sedang pedangnya
yang sangat dibanggakan cit-seng-kiam telah menjadi doa
potong.
Kim Hong Jie juga merasa sangat heran-
"Dia bergerak aneh sekali, entah dengan- ilmu silat apa ia
telah mengalahkan lawan nya?" demikian Kim Hong Jie
menanya pada dirinya sendiri. Betul-betul ia mengagumi
pemuda tampan dan hebat ilmu silatnya itu.
Kalau dahulu ia begitu akrab pada Ho Tiong Jong dalam arti
menyinta pada seorang kakak tapi kini entah bagaimana
dengan mendadakan hatinya berdebaran dan tidak enak.
Parasnya yang putih dan ramai dengan senyuman sejenak
telah menjadi bersemu merah, seperti yang merasa jengah.
Perlahan-lahan ia pegang dadanya sendiri yang
berdebaran, ia ingin menghentikan debaran itu, tapi tidak

bisa. Entah bagaimana, saat hatinya seperti berbicara. Apa
kau tidak ingin menemui pemuda tampan itu ?"
Suaranya sang hati membuat paras mukanya menjadi
merah jengah.
sementara itu Ho Tiong Jong diatas panggang, dengan
merendahkan dan hormat ia menjura kepada penonton,
seakan-akan yang mengucapkan terima kasih atas sambutan
yang meriah bagi kemenangannya tadi. Diam diam ia merasa
bangga, ia berpikir. "Beginilah rasanya kalau menjadi orang
ternama...."
Ia seperti ingat sesuatu, matanya lantas celingukan kan
memandang ke tempatnya nona seng Justru Seng Giok Cin
saat itu sedang memandang kepadanya, hingga dua pasang
mata kebentrok. Nona Seng bersenyum, kemudian tundukkan
kepalanya. Tinggal Ho Tiong Jong yang dak dik duk hatinya.
Bagaimana ia tidak dak dik duk hatinya dilirik dan dilempari
senyuman oleh seorang gadis yang paling cantik diantara
sekian banyak nona nona cantik yang hadir disitu. Bagaimana
Ho Tiong Jong peroleh kemenangan yang mengagumkan itu?
Sebenarnya ilmu goloknya, seperti diketahui, hanya dua
belas jurus saja. Setelah ini habis di mainkannya, habis juga
perlawanannya pemuda itu, kecuali ia mengulangi
permainannya itu.
Pada saat ilmu golok keramatnya jurus yang dua belas
dikeluarkan semua, ia agak kebingungan juga. Tapi lantas ia
mengingat akan ilmunya Tok- kay. Tok liong Ciang hoat, maka
ia sudah sambung ilmu goloknya dengan ilmunya Tok-kay itu.
Benar-benar hebat sebab begitu ilmu itu dimainkan kontan
Oet ti Kang keteter dan akhirnya menemui kekalahannya yang
memalukan.
---ooo0dw0ooo---

XII. TOTOKAN NONA SENG YANG MELUMPUHKAN
Ho Tiong Jong alihkan pandangannya ke-tempat Kim Hong
Jie.
Gadis bersujen memikat ini melambai-lambaikan
tangannya, sambil bersenyum-senyum ramai diwajahnya
hingga Ho Tiong Jong kembali berdebaran hatinya. Wajah Kim
Hong Jie tidak bisa terluputkan dalam ingatannya.
Sebagai nona cilik yang baik kepadanya sekarang setelah
menjadi nona dewasa agaknya Kim Hong Jie tidak melupakan
pada dirinya.
Ia sebenarnya ingin turun untuk menghampiri si nona, akan
tetapi ia masih belum boleh turun, karena harus menghadapi
Taycu lagi sebagai babak terakhir ia memukul luitay. Sebagai
gantinya ia balas melambai-lambaikan tangannya.
Khoe cong yang berada didekatnya Kim Hong Jie menjadi
mengira melihat kemesraan dua orang itu. ia memang naksir
pada nona Kim dan sebisa- bisa ia mendekati Kim Hong Jie
supaya perhatiannya lebih tertarik kepadanya, ia melupakan
wajahnya yang tidak dapat menarik gadis yang mana juga.
Melihat hidungnya yang pesek maka saja seorang gadis
cantik sungkan mendekatinya. Karena ia berpengaruh,
ayahnyapun terkenal sebagai jagoan yang dimalui dalam
kalangan Kangouw, maka masih juga ada gadis-gadis yang
suka bicara berhadap-hadapan dengannya meskipun dalam
hatinya tentu diam-diam merasa sebal melihat mukanya yang
jelek.
Kemenangan Ho Tiong Jong yang aneh membikin jago-jago
tua pada berdiri dari duduknya, seperti Han San dan Han Goat
dari golongan Llongbun, Kauw Seng Ngo dari Kun lun-pay, cie
Kauw, Pek Boe Taysu dan Seng Eng Pocu dari Seng keepo.
diantaranya Song Boe Ki yang kelihatan paling penasaran

karena dua saudara seperguruannya kena dikalahkan mentahmentah
oleh Ho Tiong Jong.
la berkeputusan untuk turun tangan mengalahkan orang
sho Ho itu.
juga dua saudara she Kong yang dijuluki Im-yang Siang
kiam tidak ketinggalan, mereka anggap Ho Tiong Jong yang
telah memperlihatkan ilmunya Kim-ci Gin ciang adalah akhli
warisnya San-cu Lo-long Khong-Teng Shoe musuh besarnya
darl partainya ialah Ngo bie-pay. Terdengar Seng Eng
membuka suara.
"Saudara sekalian, setelah pertandingan dua wakil Tayeu
selesai, sekarang adalah gilirannya Taycu sendiri yang akan
maju...."
Pek Boe Taysu, yang mendapat giliran-menjadi Tay-cu,
tampak berbangkit dari duduknya dan bersenyum-senyum.
Ketika ia hendak mengangkat langkahnya menghampiri luitay.
tiba-tiba puterinya Seng Pocu muncul, berkata pada Pek Boe
Taysu.
"Harap locianpwee menyerahkan tugas Tay cu kepada aku
yang tidak berguna, aku ingin membereskan orang she Ho
yang sombong itu."
Pek Bo Taysu melengak mendengar kata-katanya sinona,
matanya melirik pada Seng Eng, seolah-olah mau menanya
pikirannya bagaimana.
Seng Eng melihat putrinya hendak turun tangan, pikirnya
sang putri tentu ada mempunyai maksud untuk keuntungan
pihaknya lagi pula ia tahu benar kepandaiannya sang putri
sampai dimana, maka ia tak berkeberatan.
"Taycu, biarkan anakku yang mewakili." katanya sambil
ketawa dan mengurut-urut jenggotnya.
Pek Boe Taysu juga tidak keberatan.

"Baiklah," katanya "harap nona diatas panggung suka
berlaku hati-hati, karena lawan itu tak boleh anggap enteng
kepandaiannya."
"Terima kasih, aku dapat menjaga diriku sendiri" jawab
sinona, berbareng ia menghampiri luitay. Dengan sekali enjot
tubuhnya sudah melayang dan hinggap di atas panggung.
Pek Boe Taysu melihat sinona sudah hinggap diatas luitay,
ia balik kembali kekursi-nya. ia kini sudah berumur tujuh puluh
tahun. Pada lima puluh yang lampau ia bernama Koan Pek
ciak. dengan julukan "Tangan Besi", tabiatnya bukan main
bengisnya. sekali kena ia marah ia dapat membunuh orang
tanpa berkesip matanya. ia menjadi muridnya To Hoei Taysu
dari Siauw-lim-si.
Karena ia suka membunuh orang, banyak orang
melaporkan perbuatannya kepada pemimpin gereja siauw-limsi
hingga To Hoei Taysu mendapat teguran dari atasannya.
To Hoei Taysu lalu keluar sendiri mencari Koan Pek ciak.
Mengingat perhubungan diantara murid dan guru biar
bagaimanapun ada menyelip perasaan tidak teganya, maka To
Hoei Taysu hanya memberi teguran pedas pada Koan Pek ciak
dan dilarang datang lagi ke Siauw-lim-si.
Setelah diusir dari perguruan, Koan Pek ciak menunrut
penghidupan dikalangan hitam (penjahat). Perbuatanperbuatannya,
yang ganas membuat orang merasa takut
kepadanya, bukan sedikit orang mengantar harta kepadanya,
sehingga ia jadi hartawan- Barulah keganasannya mereda
setelah ditimbun dengan kekayaan-
Seng Eng dapat bersahabat karib dengannya ialah melalui
pertempuran dahsyat yang memakan waktu sehari semalam,
Koan Pek ciak hanya kalah seurat oleh Seng Eng, sejak mana
keduanya telah menjadi sahabat kekal.
Entah mengapa, pada suatu hari Koen Pak ciak pulang ke
Siauw-lim si, Pada waktu itu kedudukannya To Hoei Taysu

sudah tinggi. Kepada gurunya ini Koan Tok Pek ciak minta
ampun dan ia rela kepalanya digunduli masuk menjadi
hweshio.
To Hoei Taysu dan memang menyintai pada muridnya,
telah mengampuni dirinya dan sejak ia menjadi padri telah
menukar namanya menjadi Pek Boe.
Sejak itu orang tidak melihat lagi Koan Pek ciak yang ganas
kejam, dikiranya ia sudah mati, tidak tahunya ada
mengasingkan diri didalam gereja Siauw-lim si.
Pada suatu hari ia keluar dari gerejanya ada urusan dikota
See-an, ia telah berjumpa dengan beberapa penjahat. Karena
kawanan penjahat itu menghina dirinya, maka telah timbul
amarahnya dan tabiatnya yang suka membunuh orang.
seketika itu ia telah membunuh beberapa penjahat
diantaranya.
Setelah melakukan perbuatan demikian ia rupanya sangat
menyesal. Kuatir ditegur dan mendapat hukuman kalau ia
kembali ke Siauw lim si, maka ia terus mencari Seng Eng
sahabat karibnya.Justru dengan kebetulan sekali Seng Eng
waktu itu sedang mengumpulkan orang gagah untuk mengadu
kepandaianla
disambut dengan ramah tamah oleh Seng Eng dan
diminta bantuannya mengatur pertemuan- Mengadu silat
mengumpulkan sahabat yang ia selenggarakan dengan
maksud tertentu. Pek Boe Taycu yang pikirannya sudah
kembali ketabeatnya yang dahulu, tidak merasa keberatan dan
terima baik permintaannya sang kawan-Kita balik kepada Seng
Giok Cin yang naik keatas luitay.
Ho Tiong Jong melengak karenanya, sebab ia tidak
menduga kalau si nona yang maju sebagai lawannya dalam
pertandingan berikutnya. Ia berseri seri menyambutnya.
Tapi heran, muka yang berseri-seri itu telah disambut
dengan wajah yang dingin oleh Seng Giok Cin.

Ho Tiong Jong merasa heran- Tadi sinona dibawah
panggung bersenyum kepadanya, akan tapi mendadak
sekarang wajahnya jadi cemberut dingin. Apa ia tadi berlaku
kurang sopan kepadanya, hingga sinona menjadi marah.
Meskipun hatinya tidak enak. ia menyapa juga kedatangannya
Seng Giok Cin.
"Nona Seng, sungguh aku sangat berterima kasih atas
kebaikanmu. Sampai mati juga aku tidak akan melupakanbudimu
yang besar itu. Aku tidak nyana, bahwa pemuda
pelajar yang aku ketenukan diterang bulan adalah putrinya
Pocu dari Seng-kee-po yang berbudi luhur dan-.."
"Haii,..." terdengar si Nona memotong perkataannya Ho
Tiong Jong. "Aku tidak ada tempo untuk membicarakan tetek
bengek, mari lekas bertempur Aku ingin lihat kepandaianmu
sampai dimana "
Ho Tiong Jong melengak. ia menjublek memikirkan
sikapnya nona Seng yang demikian rupa. ia sebenarnya
datang kesitu juga hendak menemui sinona, mengabarkan hal
kematiannya Tok-kay, setelah mana ia akan angkat kaki lagi
karena ia bakalan mati oleh pengaruhnya racun Tok-kay yang
ada dibadannya.
"Hei, kenapa kau bengong saja? Lekas keluarkan
kepandaianmu" tegur si nona.
"Nona Seng, harap maafkan aku. Dengan sejujurnya aku
betul-betul tidak mengerti dengan sikapmu ini. Apakah aku
pernah bersalah kepadamu? Kalau aku bersalah, sekarang aku
minta maaf"
"Jangan banyak rewel, aku tidak memerlukan kau punya
permohonan maaf"
"Kalau begitu, kau memaksa juga hendak bertempur
dengan aku, biarlah aku mengaku kalah saja. Nah, selamat
tinggal."

Ia berbareng mau melompat turun dari luitay, akan tetapi
nona Seng sudah dengan gesitnya menghadap di hadapannya.
"Keluarkan dahulu kepandaianmu, kalau kau sudah dapat
menjatuhkan aku. barulah kau turun daripanggang ini." kata
Seng Giok Cin dengan suara ketus.
"Aku aku..." katanya gugup, sebab tidak diberi kesempatan
bicara dan diserang dengan hebat oleh Seng Giok Cin
la kelabakan sebentar. Kemudian ia terpaksa melayani
sinona bertempur, ia telah mengeluarkan ilmunya warisan
Tok-kay yalah Tok-licng cianghoat yang ampuh
Tampak telapakan tangan kirinya sedikit didorong uutuk
menangkis serangan si nona sedang tangan kanannya dengan
gaya "Kay-thian Pit-tee" atau membuka langit dan bumi, ia
balas menyerang.
Tapi serangannya tidak di teruskan, di ganti dengan gaya
"Kim-paw Lok tiauw (Macan tutul emas perlihatkan
cakarnya).Jari tangannya dibuka sebagai gaetan terus hendak
mencengkeram sikutnya si nona.
Seng Giok Cin tahu bahwa tenaganya si-pemuda ada
sangat kuat. Pikirnya, bertempur lima belas jurus saja belom
pasti ia peroleh kemenangan- ia harus menggunakan
kecerdasan diwaktu Ho Tiong Jong lengah, barulah dapat
merebut kemenangan.
Serangan si pemuda di tangkis dengan telapakan tangan
kanan dan telapakan tangan kirinya balas menyerang. Kaki
kanannya di geser maju, sedang yang kiri ditarik mundur. Ia
coba menyambuti serangan lawan, akan terapi ia kalah tenaga
dan terus terdesak mundur oleh serangannya Ho Tiong Jong.
Dalam tempo sebentaran saja mereka sudah bertempur
lima jurus.
Diam-diam Ho Tiong Jong mengeluh dalam hati. Pikirannya,
ia tak lama lagi tokh akan mati, untuk apa ia merebut

kemenangan? Apa perlunya untuknya Maka lebih baik ia
mengalah dan kasihkan dadanya dihajar si nona sampai
binasa. ia rela mati ditangannya orang yang pernah
membuang budi padanya. Lagi pula, dengan berbuat demikian
ia sudah memberi muka kepada si nona didepannya orang
banyak.
Ho Tiong Jong ingin si nona turun tangan betul-betul, maka
ia berkata.
"Nona Seng kau boleh menyerang, jangan pakai sungkansungkan
lagi, aku akan melayani kau dengan betul? Nah
keluarkanlah ilmu simpananmu."
Seng Giok Cin diam-diam merasa gemas juga mendengar
kata-katanya pemuda tampan itu, ia perhebat seranganserangannya.
Dilain pihak Ho Tiong Jong keluarkan ilmunya
Kim ci gin-ciang menyerang dengan telapakan tangan dan
menotok dengan jari-jarinya yang kuat, hingga sinona lagi-lagi
ke-teter dan hatinya ada sedikit keder juga. Ho Tiong Jong
terus mendesak dengan totokannya yang berbahaya.
Dalam keadaan terdesak. Seng Giok Cin menggunakan
kegesitannya untuk meloloskan diri dengan melesat tinggi,
diudara badannya berputaran sebentar, kemudian meluncur
turun lagi, tahu-tahu sudah berada dibelakangnya Ho Tiong
Jong.
Sebelumnya sipemuda dapat membaliki badannya, jarijarinya
sinona yang halus telah menotok jalan darah dibagian
pinggangnya hingga seketika itu juga ia jatuh lemas.
Kegalakannya yang barusan diunjuk menyerang sinona
bertubi-tubi, telah lenyap tanpa bekas.
Segera seketika itu terdengar tampik sorak yang riuh sekali
menyambut kemenangannya Seng Giok Cin. Tapi sinona tidak
menjadi bangga oleh karena kemenangannya itu, malah
wajahnya tampak dingin ketika membalas hormat atas

samburan yang meriah. Seng Giok Cin suruh orang-orangnya
angkut Ho Tiong Jong turun dari luitay.
Seng Eng sementara itu, dengan muka berseri-seri telah
mengumumkan bahwa pertandingan dihentikan dan
beristirahat dahulu.
Setelah habisan makan dipelataran yang di tanami banyak
bunga-bunga terletak dibelakang rumah, kelihatan ada
berkumpul beberapa orang ialah- Seng Eng, Kim Hong Jie, Pek
Boe Taysu, Ban Siang Tojin, Siluman Khoe Tok dengan tiga
muridnya dan si Rajawali Botak Ie Yong, yang menyolok sekali
kepalanya botak.
Mereka berunding tentang Ho Tiong Jong yang sudah kena
ditangkap. bagaimana harus diambil tindakan terhadapnya.
Dua saudara oet-ti dengan ditunjang oleh song Boe Kie
mengusulkan agar jiwanya pemuda itu dibereskan saja,
supaya jangan jadi bibit penyakit di kemudian hari.
Pek Boe Taysu menyatakan pikirannya, sebaiknya Ho Tiong
Jong ditahan saja dahulu jangan dibunuh sebab siapa tahu
kalau ia muncul disitu bukan sendirian dan ada tulang
punggungnya yang berkepandaian amat tinggi.
Ban Siang Tojin mufakat pemuda itu dibunuh mati, sebab
ini berarti pihak Seng Pocu sudah menyingkirkan akhli waris
Sanju Lo-Iong Khong Teng Shoe musuhnya golongan Liong
Bun, hingga bisa diharapkan golongan Liong Bun akan tunduk
kepada pihak Seng keepo. Seng Eng sendiri belum dapat
memutuskan bagai mana baiknya.
KARENA tidak ada keputusan, maka Ho Tiong Jong terus
ditahan, dalam suatu kamar tahanan yang gelap tak dapat
melihat sinar matahari sepanjang hari. la dalam Keadaan tidak
berdaya, karena masih tertotok.
Seng Eng telah meninggalkan kawan-kawannya untuk
beristirahat dirumah belakang.

Belum lama orang tua itu berada didalam kamarnya pintu
kamarnya terdengar diketuk dan kelihatan masuk Seng Giok
cin dengan wajah berseri-seri manja.
"Hei, kau pergi kemana? Kenapa tidak menghadiri
pertemuan kita ?" tanya sang ayah ketika nampak siapa yang
masuk kedalam kamarnya.
Seng Giok cin ketawa. "Aku ada di kamar sembahyang ibu
bagaimana dengan keputusan Ho Tiong Jong?" ia menanya.
"Semua orang mufakat dibunuh mati," jawab sang ayah.
" Dibunuh mati?" Seng Giok Cin menegasi.
"Ya. Kalau ia dibunuh lantas golongan Liong- bun menyerah
pada kita, tidak apa, aku bisa mufakat diambilnya tindakan
itu."
"Tapi ayah, belum mengambil tindakan demikian, kata
Seng Giok Cin " Lebih baik kita jangan berhubungan lagi
dengan golongan Liong bun, aku lihat mereka licik dan bisa
membujuk Ho Tiong Jong supaya dia membantu pada kita.
Kasih saja ia memangku jabatan penting dalam benteng kita,
aku lihat ilmu silatnya bukan sembarangan ?" Seng Eng tidak
menjawab, matanya mengawasi pada wajahnya sang putri
yang cantik.
"Tapi. biarlah aku nanti coba yang membujuk dia. Kalau
benar-benar dia mau menjadi orang kita. lantas kita boleh
mengatakan pada para tetamu bahwa dia sudah melarikan diri
berbareng kita pura-pura mengirim orang untuk mengejarnya.
Barusan aku tidak menghadiri perundingan oleh karena aku
hendak bicarakan dengan ayahaku punya pendapatan ini."
Seng Eng kembali tidak menjawab, tapi dari paras mukanya
tampak seperti ia setuju dengan pikirannya sang anak yang
berakal ini. Terdengar Seng Giok cin berkata lagi.
"Menurut pikiranku, kita hanya permainkan soal Ho Tiong
Jong perlahan-lahan dapat melumpuhkan mereka. Sekarang

usaha ayah, mengumpulkan banyak orang dari berbagai partai
dengan maksud mengetahui sampai dimana masing-masing
punya kepandaian, tapi kita tak dapat membasmi mereka
guna apa? Kita terang-terangan membunuh mereka tidak bisa,
maka kita harus menggunakan akal, bukan? coba ayah pikir
benar tidak?"
"Hei akalmu baik sekali cin Jie." tiba-tiba Seng Eng berkata
dengan muka girang. "Kalau nanti berhasil, pihak kita
menjagoi dikalangan persilatan, kaulah ada satu satunya
orang yang berjasa besar." seng Giok cin tertawa.
Sementara itu Seng Eng lalu keluar dan memerintahkan
pada Ie Yang supaya Ho Tiong Jong dipindahkan tempat
tahanannya, ialah ketempat tahanan yang berair.
Ketika Ie Yong masuk kekamar tahanan Ho Tiong Jong.
kelihatan pemuda ini sedang rebah ditempat tidur dengan
badan lemas tidak bisa bergerak karena tertotok. Tapi pikiran
dan matanya tetap terang. Ketika Ie Yong mengatakan dirinya
akan dipindahkan ia tidak berkata apa-apa.
Ia melihat ada dua orang yang membawa usungan keatas
ia kemudian direbahkan dan dibawa keluar kamar itu.Jalan
yang dilalui ada berliku liku dan melewati beberapa pintu, ia
sangat kaget dirinya akan dibawa kemana sih?
Diam-diam ia berpikir, " Kenapa aku masih belum juga
dibunuh. Aku mau dibawa ke mana sebenarnya? Kenapa
totokan pada jalan darahku masih juga belum dibuka." orang
menyiksa aku sampai begini ada perlunya.
Dalam menanya nanya pada dirinya sendiri, tiba ia melihat
ada berkelebat sesosok bayangan orang, Ketika ia tegasi
bukan lain dari nona Seng. Mulutnya bergerak-gerak seperti
yang hendak bicara padanya akan tetapi Seng Giok Cin
sebentar lagi sudah melenyapkan pada dirinya.
Ho Tiong Jong tidak ambil pusing.

Ia tenang tenang saja orang menggotong dirinya ia mau
tahu sebenarnya orang mau bawa ia kemana? Pada suatu saat
tiba-tiba orang-orang yang menggotong padanya berhenti,
tampak Ie Yong menghampiri satu alat rahasia yang terdapat
pada sebuah gambar yang melukiskan pemandangan alam
tergantung didinding.
Setelah diputar beberapa kali, lantas terdengar suara
"krekek" tiba-tiba telah terbuka sebuah pintu sempit. ie Yong
mengasih tanda pada yang membawa usungan, supaya Tiong
Jong digotong masuk ke dalam kamar kecil itu..
Setelah berada didalam Ho Tiong Jong lihat dibawa turun
melewati tangga batu, jalanan disitu sangat sempit kira-kira
lebar tiga kaki dan tinggi satu tumbak. Setelah berjalan kira
kira tiga tombak. telah diliwati empat belokan disitu keadaan
ada terang karena ada dipasang lampu. Tampak ada beberapa
lubang hawa.
Melihat keadaan kamar dibawah tanah ini, Ho Tiong Jong
menduga, kamar itu tentu memang disediakan untuk
keperluan pemiliknya mengumpat disitu kalau menghadapi
bahaya tak dapat diatasi.
Mereka tidak berhenti sampai disitu, karena usungan
digotong terus, tiba-tiba mereka berjalan dijalanan yang
sangat sempit, kemudian membiluk dan disitulah terdapat
sebuah kamar batu, yang dinding dan pintunya semua terbuat
daripada besi.
Dibagian atas pintu ada kedapatan lubang sebesar
setengah kaki tapi ditutupi dengan besi juga. Lubang ini dapat
dengan sendirinya terbuka dan tertutup,
Kamar itu ada mempunyai empat pintu. Ie Yong telah
membuka pintu yang sebelah kiri masuk kedalam kamar itu
kira-kira hanya satu tombak persegi, bahkan tempat ini amat
rendah.

"Hei, orang kasar, sebenarnya aku mau diapakan sih?"
tanya Ho Tiong Jong pada ie Yong dengan tiba-tiba.
Ho Tiong Jong rupanya sudah sangat jengkel, Karena
diusung orang sampai sudah sekian lamanya belum mendapat
kepastian mau diapakan dirinya.
"Kau jangan banyak rewel, aku melakukan ini hanya
menurut perintah." jawab Ie Yong dengan dingin.
"Apa kau mau membunuh aku mati."
"Siapa yang hendak membunuhmu? Kecuali kau banyak
rewel" Ho Tiong Jong jadi sengit, ia berteriak
"Kepala botak. lekas kau katakan orang mau berbuat apa
atas diriku, kalau tidak, sebentar kalau aku sudah merdeka
awas dengan kepala botakmu"
Ie Yong paling jengkel kalau dikatakan kepala botak.
sekarang ia mendengar Ho Tiong Jong memakinya demikian,
bukan main marahnya.
"Manusia, tidak kenal mampus" teriaknya. "Kau berani
memaki aku begitu, awas aku bikin remuk kepalamu, kau tahu
?"
"Hm mana kau ada kemampuan untuk berbuat demikian ?"
Ie Yong jadi naik darah. ia cepat menghampiri Ho Tiong
Jong yang tak berdaya, tangannya diangkat dan hendak
memukul dengan hebatnya, tapi terdengar suara halus
berkata.
"Ie congkoan, kau tak dapat berbuat demikian."
Si kepala botak menjadi kaget, tangannya yang sudah
diangkat telah ditarik kembali dan berpaling kearah suara tadi.
Kiranya yang berkata tadi ada nona Seng, yang telah
mengunjukkan dirinya sekelebatan, kemudian menghilang lagi.

Ho Tiong Jong juga akan dapat melihat berkelebatnya
tubuh yang langsing dari nona akan tetapi ia tampaknya acuh
tak acuh. "Hm " terdengar ie Yong menggeram sendirianla
melihat kearahnya Ho Tiong Jong. tampaknya sipemuda
sedang menertawakan padanya. bukan main mendongkolnya,
akan tetapi ia tidak bisa berbuat apa apa,
Didalam kamar tahanan itu Ho Tiong Jong diletakan
dilantai, tangan dan lehernya di ikat dengan rantai besi. Disitu
ada mengalir air yang keluar dari sumbernya. Ketika Ho Tiong
Jong dirantai air mengalirkan tingginya hanya satu kaki saja,
tapi air itu mengalir terus memenuhi ruangan hingga sebentar
saja sudah naik setinggi mulut
Kematian baginya tjdak menjadi soal. Mati disitu dan di
mana saja ia tokh akan menemui ajalnya karena pengaruh
racun dari Tok kay, akan tetapi ia tidak tahan merasakan
kakinya yang kerendam air seperti digerumuti semut hingga ia
berteriak-teriak seperti orang kalap.
Tiba-tiba ia hentikan berteriaknya, ketika mendengar
seperti seorang tua berkata kepadanya. Suara itu datangnya
dari sebelah kanan dinding kamar tahanan-
"Hei. bocah, untuk apa kau ribut-ribut? Diamkan saja. nanti
juga sudah menjadi biasa lagi kau tidak akan merasakan apaapa."
Ho Tiong Jong merasa malu mendapat teguran tadi.
Memang tidak semestinya ia berteriak-teriak seperti kebakaran
jenggot disebabkan merasa seperti digerumuti semut saja
kakinya. Mungkin karena pengaruhnya air, yang sebentar lagi
kalau sudah biasa kakinya terendam disitu akan tidak
dirasakan pula yang demikian itu.
la celingukan mencari dari mana datangnya suara tadi. ia
tahu benar datangnya dari samping sebelah kanan, akan
tetapi tidak kelihatan disitu mata hitungnya manusia. Adakah

setan penunggu disitu yang berkata-kata tadi? Demikian ia
menanya pada dirinya sendiri.
"Kau siapa?" tiba-tiba ia menanya, setelah mencari
orangnya sia-sia saja.
"Ha ha ha " kedengaran orang tadi tertertawa "aku disini
ditahan dikamar sebelah kau. Aku ditahan disini sudah dua
puluh tahun lamanya. Aku tahu sudah banyak orang yang
ditahan ditempatmu itu, akan tetapi di tahan tidak lama, maka
aku percaya kaupun tidak akan mengalami penahanan yang
lama."
Ho Tiong Jong lega hatinya, karena suara tadi suaranya
manusia, bukannya setan seperti yang diduga semula. Tapi,
diam diam ia merasa heran, sebab apa orang itu ditahan disitu
hingga sudah dua puluh tahun lamanya?
Sementara itu ia merasakan air naik semakin tinggi, ia
menanya. "Lopek aku disini kerendam air sampai dipaha,
apakah dikamarmu juga kerendam?"
"Tadinya betul ketika aku masih ditahan ditempat tahanan
lain suka kerendam air akan tetapi sejak aku dipindahkan
kesini, aku tidak mengalami lagi kerendam. Hanya saja kakiku
sudah kena penyakit reumatik sehingga sukar digerakkan-
Kalau sampai kini aku masih hidup terus, karena aku masih
berpengharapan suatu hari aku dapat keluar dari kamar
tahapanmu dan melihat lagi sinarnya matahari yang terang
benderang." Ho Tiong Jong berduka hatinya mendengar
perkataannya si orang tua tadi.
Pikirnya, orang tua itu yang ditahan sudah dua puluh tahun
lamanya masih memikirkan mau hidup, tapi dirinya sendiri
bagaimana? Dalam tempo tiga hari setelah terkena racunnya
Tok kay jiwanya akan melayang, mana ia berani
mengharapkan hidup?
Ia menghela napas beberapa kali, mukanya menjadi pucat
dengan tiba-tiba. Terdengar orang tua tadi berkata lagi.

"Bocah, kau ini berbuat kesalahan apa sehingga ditahan
ditempat ini?"
"Ya, aku sendiri tidak tahu mengapa orang menahan aku
disini? jawab Ho Tiong Jong dengan suara sedih.
"Bocah. kau ini rupanya terlalu banyak pikir hingga tidak
tahu apa-apa. Tapi, ia, memang didunia ini banyak peristiwa
yang tak dapat dijawab dan banyak kejadian yang tak dapat
diusut sebab musababnya."
Ho Tiong Jong setengah mengerti, separuh tidak atas katakatanya
si orang tua tadi. Ia menanya.
"Nah, lopek sendiri juga sebabnya apa ditahan disini,
mengapa sampai ditahan begitu lama duapuluh tahun-"
Terdengar slorang tua menghela napas.
"Aku, aku..." jawab dengan suara getir. "ditahan disini ada
sebab. Mungkin aku akan ditahan seumur hidupku disini,
mereka tidak akan melepaskan aku lagi. Sampai aku mati
disini..."
"Kau kenapa, apakah kau ada bermusuhan dengan Seng
Pocu?"
"oh bukan. Aku tidak punya permusuhan apa apa dengan
Seng Pocu."
"Habis mengapa kau ditahan sampai begitu lama belum
juga dikeluarkan-"
Terdengar orang tua itu menghela napas lagi.
Sesaat lamanya keadaan menjadi sunyi, si orang tua belum
memberikanjawa bannya. sedang Ho Tiong Jong tinggal
menantikan dengan perasaan heran-Terdengar orang tua tadi
berkata lagi.
"Bocah, kau tahu, aku ini ada satu akhli bangunan yang
tersohor. Bangunan bangunan seperti benteng benteng,
jembatan-jembatan dan lain-lainnya yang indah dan tersohor

adalah aku yang membikinnya. juga rahasia banteng disini aku
yang merencanakannya, justru lantaran mereka kuatir aku
dapat membocorkan rahasia, maka mereka telah menghukum
aku disini sampai puluhan tahun- Usiaku sekarang sudah tujuh
puluh tahun, sedang benteng ini sudah dibangun setengah
abad lamanya."
"oh, begitu ...?" menyelak Ho Tiong Jong.
"Ya, sebenarnya dalam benteng ini tidak ada rahasia apaapa
yang berarti akan tetapi karena mereka takut oleh
bayangannya sendiri telah menyekap aku sampai sudah dua
puluh tahun lamanya. Sayang aku tidak berkepandaian silat,
kalau ndak. hmm... orang orang macam itu dengan ilmu silat
tidak seberapa tinggi juga sudah dapat dijatuhkan- Suhuku
yang mengajar ilmu bangunan sebenarnya ada berilmu silat
sangat tinggi, betul-betul sayang aku tidak belajar
kepadanya."
Orang tua itu agaknya merasa sangat menyesal terdengar
helaan napasnya beberapa kali, sehingga Ho Tiong Jong diamdiam
ia merasa tahu juga.
"Tapi, bocah," orang tua itu berkata lagi, "kau jangan putus
asa, karena dilihat dari air mukamu, kau ini dibelakang hari
akan menjadi orang ternama. Apa yang dialami- mu sekarang,
itu hanya sekedar melewati masa sialmu saja. Kau tentu
mengerti, buat menjadi orang ternama, orang harus
mengalami pahit getir dahulu, barulah mendapat nama yang
termashyur."
Mendengar perkataannya si orang tua, Ho Tiong Jong
geleng-geleng kepala dan hatinya sangat berduka mengingat
akan jiwanya yang dapat hidup tidak lama lagi.
"Hmm... " ia menggeram duka. "kau mana tahu aku akan
menjadi orang termasyhur? Sekarang saja aku sudah susah
untuk meloloskan diri .Jangan lagi aku, sedang kau yang akhli
dalam pembangunan tidak berdaya apa-apa. Jadi perkataan

tentang orang harus bersusah payah dahulu baharu mendapat
nama tersohor, semua itu hanya omong kosong saja...."
Ho Tiong Jong tekankan suaranya paling belakang begitu
terharu.
orang tua tadi terdengar tertawa, tapi padanya seperti yang
sangat sedih. Setelah hening beberapa lamanya, Ho Tiong
Jong menanya. "Apa lopek ada murid satu satunya dari akhli
silat dan bangunan itu.
"oh, tidak. tidak. Guruku ada mempunyai dua murid.
Saudara seperguruanku bernama Sam Pek Sin, ia berguru
dalam ilmu silat, sedang aku sendiri dalam ilmu bangunan."
"Lopek siapa namanya?"
"Aku co Kang cay."
"Dan guru lopek sendiri siapa namanya?"
"Suhu bernama In Kay."
Keadaan terdiam lagi beberapa lamanya.
Terdengar sicrang ini yang mengaku bernama co Kang cay
berkata lagi.
"Bocah, suhuku itu ilmunya sangat tinggi."Ia berilmu dua
macam siiat dan bangunan-Suhengku Sam Pek Sin mendapat
warisannya silat yang sangat tinggi sedang aku sendiri yang
belajar ilmu bangunnya juga sudah menjadi akhli yang
rasanya sukar mencari ke duanya, kecuali suhuku sendiri."
Ho Tiong Jong terbelalak matanya mendengar co Kang cay
memuji dirinya sendiri punya kepandaian-
"Begitu jempol"^ nyeletuk Ho Tiong Jong.
"Bocah, aku bukan bicara besar, tapi memang itu sudah
menjadi kenyataan, Akhli-akhli bangunan lain, tidak ada yang
ketika diajak masuk misalnya kedalam satu bangunan benteng
dapat mengetahui lantas keadaannya disitu. Tapi aku sendiri

begitu masuk dan memeriksa sebentara n keadaannya lantas
mendapat tahu apa apa yang ada dalam bangunan itu, seperti
umpamanya ruangan atau jalanan dibawah tanah dan lainlainnya,
yang dirahasiakan oleh pemiliknya."
Ho Tiong Jong tertarik hatinya, ia angguk-anggukkan
kepalanya.
"Aku mau ceritakan padamu suatu rahasia." melanjutkan co
Kang cay, "apakah, kau suka mendengarnya ?"
"Silahkan cerita." jawab Ho Tiong Jong tanpa ragu-ragu.
"Disatu kota bernama Yang co ada satu bangunan gunung.
Kalau dilihat sepintas lalu seperti gunung kecil saja, puncaknya
ada sangat lancip. Disitu ubin-ubinnya dari batu marmer yang
serupa kembangnya. Indah sekali dan mengherankan-
Bentuknya gunung ini segi empat, panjang lima tumbak. lebar
lima tumbak dan tingginya juga lima tumbak. Di tengahtengahan
ini kosong, keadaan sebelah dalamnya dihias sangat
menarik hati dan di situ ditempatkan sebuah peti mati dari
batu."
"Siapa punya peti mati ?" nyeletuk Ho Tiong Jong.
"Kau jangan potong ceritaku, kau dengarkan dahulu," kata
Co Kang Cay. Ho Tiong Jong nyengir dan anggukan
kepalanya. Co Kang Cay meneruskan ceritanya seperti berikut.
"Bagunan gunung itu kiranya dibangun oleh seorang
hartawan pada jaman akhirnya dinasti Sui. Untuk
mengongkosi bangunan itu, si orang hartawan telah
menghamburkan kekayaannya lebih dari separuhnya.
Pada waktu bangunan itu sudah selesai tiba-tiba tidak
kelihatan lagi akhli- akhli yang membangunnya. Menurut
dugaan orang mereka telah dibunuh oleh seorang hartawan
bernama Kim Pek Ban karena diatas gunung itu ada
kedapatan dua mayat. orang menduga dua mayat itu adalah
akhli- akhli bangunan yang tidak munculkan dirinya pula.

Kedalam bangunan rahasia itu belum pernah ada orang
yang- dapat masuk, karena dinding batu gunung itu tebalnya
tidak kurang diti satu tumbak dari atas sampai kebawah tidak
kedapatan barang satu lobang, sedang fondamennya, sedalam
tujuh delapan tumbak.
Bagaimana Kim Pek Ban menjadi seorang hartawan,
menurut orang cerita katanya ia ada mempunyai dua benda
ajaib. Yang satu berupa baskom. Barang apa saja yang ditaruh
dalam baskom ini akan penuh sebaskom.
Misalnya satu gram emas ditaruh dalam baskom itu akan
menjadi sebaskom emas, dengan begitu mana Kim Pek Ban
tidak menjadi seorang hartawan?
Yang satu lagi ada sebuah benda merupakan patungnya
satu nona cantik dan elok bahannya terbikin dari batu kumala
yang bersifat hangat, batu ini didapat dari luar negri dalam
gunung dewa, namanya Ban nian oen-giok (batu kumala yang
hangat puluhan ribu tahun) Khasiatnya patung nona cantik
dari bahan batu kumala hangat ini, adalah lebih aneh lagi.
Patung itu lemas seperti juga tubuhnya satu gadis cantik,
kalau dipeluk hawa hangatnya lebih dari nona cantik yang
hidup, Keajaibannya bukan sampai disitu saja lantas keesokan
harinya rasa letih dan tidak bernapsu menjadi hilang, terganti
dengan rasa segar dan bersemangat.
orang yang berkepandaian ilmu silat. jikalau tidur
dengannya bukan hanya dapat hasil seperti disebut barusan
saja, tapi semakin lama tidur dengannya semakin merasakan
perubahan bagi dirinya. Urat-urat dan tulang-tulangnya
menjadi kuat dan awet muda."
Ho Tiong Jong sangat ketarik dengan ceritanya co Kang
cay. Ia jadi ngelamun, apakah benar didunia ada dua benda
yang demikian ajaibnya?

Kalau benar patung sicantik itu dapat membikin orang awet
muda dan tidak bisa mati. mengapa Kim Pek Ban akhirnya
mati juga?
Memikir kesana, ia lalu menanya.
"Co lopek patung itu dapat membikin-orang terus muda,
tapi mengapa Kim Pek Ban tokh menemui kematiannya juga
?" Co Kang Cay tertawa terbahak-bahak.
"Bocah, memang kalau tidak tahu duduknya perkara yang
akan mengadukan pertanyaan seperti barusan-"
Ho Tiong Jong membisu. Co Kang Cay kemudian,
memberikan keterangan seperti berikut tentang dirinya Kim
Pek Ban-
"Tentang Kim Pek Ban ada mempunyai dua benda ajaib itu
telah sampai dikupingnya raja Sui yang-tek. Keinginan untuk
memilikinya lantas timbul sebegitu lekas sang raja mendapat
kabar itu.
Karena kalau terang-terangan melakukan perampasan
dirumahnya Kim Pek Ban ada kurang baik di pemandangan
rakyat, maka dengan diam-diam raja sui yang-setelah
mengirim beberapa orangnya untuk menangkap Kim Pek Ban-
Kerajaan Sui yang-tepada waktu itu sudah bobrok, rakyat
sudah tidak takut lagi kepada rajanya. Maka ketika orangorangnya
raja datang, dengan diam-diam Kim Pek Ban telah
menyuruh jago-jagonya yang melindungi dirinya membasmi
orang-orangnya raja dan mayatnya semua ditanam dengan
cara rahasia.
Kejadian ini lama-lama diketahui oleh raja, maka beliau
mengirim lagi beberapa orangnya yang berkepandaian silat
tinggi, akan tetapi tidak juga berhasil, malah bukan sedikit
orang-orangnya yang telah menemui ajalnya. Karena mana,
Sui-yang-tee menjadi sangat marah, beliau lantas mengirim
sepasukan tentara untuk membasmi KimPek Ban sekeluarga.

Tapi justru waktu itu Kim Pek Ban sudah selesai dengan
bangunan gunung- gunungannya, maka dengan membawa
benda wasiatnya ia telah masuk kedalam bangunan itu dan
mulai tidak ada kabar beritanya lagi.
"Tapi co lopek ada akhli bangunan yang jempolan, tentu
sudah tahu disebelah mana jalanan masuknya kesitu, bukan?"
nyeletuk Ho Tiong Jong.
"Bocah, memang mestinya begitu Tapi apa mau dikata,
meskipun aku sudah mempelajari sekian lamanya hal
bangunan itu masih belum mendapat tahu kunci jalan
masuknya kedalam bangun itu."
co Kang cay tidak meneruskan bicaranya, karena tiba-tiba
mendengar ada suara tindakan kaki mendatangi, kemudian
disusul dengan suara ketawanya dari orang perempuan-Pada
saat itu air telah merendam Ho Tiong Jong sudah setinggi
dadanya dan betul betul ia merasa kecewa kalau nanti mati
konyol dengan cara begitu.
Ia menduga yang datang itu tentu Seng Giok Cin maka ia
pura-pura memejamkan matanya, tidak mau melihat pada si
nona. Yang datang itu menang betul nona Seng.
Ia menghampiri Ho Tiong Jong dan memegang rantai yang
mengikat lehernya si pemuda, apa mau bau harum dari si
nona yang menusuk hidungnya Ho Tiong Jong telah membikin
pemuda itu tak tahan untuk tidak membuka matanya yang
dipejamkan tadi. Hatinya berdebar juga ketika melihat sinona
hanya dalam jarak setengah kaki saja daripadanya,
pandangan mata muda mudi itu telah kebentrok. Wajahnya si
nona yang cantik jelita saat itu kelihatan menyungging
senyuman yang tak mudah dilupakan oleh Ho Tiong Jong yang
merasa menanggung budi besar pada si nona.
Untuk menekan debaran hatinya, Ho Tiong Jong tundukan
kepala sambil melempangkan kakinya yang sudah jadi
kepegalan sedari tadi direndam dalam air.

"oh, kau direndam dalam air? Kasian..." terdengar si nona
berkata sambil bersenyum menggiurkan.
Tapi Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia hanya tundukkan
kepalanya saja.
"Hei, kau sudah bisu. kenapa tidak menjawab orang
berkata-kata?" tegur sinona.
-oo0dw0oo-
XIII. KIM HONG JIE SI LINCAH NAKAL
Ho Tiong Jong masih tetap membisu dengan tundukan
kepala, seakan-akan ia lebih suka memandang bayangannya si
nona dimana air daripada melihat wajah aslinya. Hal mana
membuat si nona tidak sabaran, tangannya yang halus dan
menyiarkan bau harum telah memegang janggutnya si
pemuda didongaki.
"Hai kau jangan begini macam Lihat aku, kita dapat
berunding bagaimana baiknya..."
"Berunding dalam hal apa?" memotong Ho Tiong Jong.
"Ayah sebenarnya hendak membunuh kau," jawab si nona,
"tapi aku sudah mencegahnya, sebab aku ada mempunyai lain
maksud terhadap kau."
"Bagaimana dengan Kho toako?" si pemuda menyimpang
dari pembicaraan Seng Giok Cin mendelu juga hatinya, tapi ia
terpaksa menjawabnya.
"Hmm Peristiwa Kho Kie dengan pelayanku Kang cice in
sebenarnya agak mengherankan.
Pelayanku amat cinta kepada Kho Kie yang bertubuh lucu
itu. Berdua sudah sama-sama terbang meninggalkan
rumahku, Pada saat Cioe in dengan Kho Kie hendak

meninggalkan rumahku, aku telah memberi banyak uang
kepada Cioe in. Aku tidak tahu mereka itu sudah terbang
kemana."
"Aaaa itu baik sekali" mengejek Ho Tiong Jong, "Kho toako
seumur hidupnya sendirian saja, sekarang sudah
mendapatkan jodonya, betul-betul aku mimpipun tidak
menyangka akan kejadian itu. Tapi aku sudah berjanji dalam
tempo tiga hari akan berjumpa dengannya."
"Kau jangan memikirkan diri lain orang pikirkan dirimu
sendiri saja."
"Rasanya, aku sendiri tidak akan kawin Aku akan hidup
seperti Tok kay..."
"Hei, apa hubunganmu dengan Tok kay?"
"Ya, sebenarnya aku tidak enak hati terhadap Tok-kay itu.
ia sudah mengajari aku ilmu silat yang istimewa, tapi aku
masih membunuhnya juga. Aiii..."
Kata-katanya dipotong oleh nona Seng. "Aiii, kenapa sih?"
"Baiknya aku sudah menanam mayatnya sebagai perasaan
terima kasihku." Seng Giok Cin bersenyum urung mendengar
bicaranya Ho Tiong Jong. "Sekarang hatiku sudah merasa
lega." katanya.
"Lega lantaran apa?" tanya si pemuda heran.
"Lega karena sekarang aku mendapat kepastian kau ada
seorang pembasmi kejahatan dan kekejaman- Tadi pagi,
hampir-hampir saja aku membunuh kau karena aku melihat
gaya seranganmu seperti ilmu serangannya Tok kay, musuh
suhuku."
Ho Tiong Jong menatap wajah si gadis dengan tidak
berkata-kata.

"Kau tahu..." kata pula si nona. " lantaran gara-gara
kematian Tok kay telah menyeret dua orangku menemukan
ajalnya."
"Bukan mayatnya aku sudah tanam, bagaimana bisa
menyeret dua orangmu?" tanya Ho Tiong Jong heran-
"Itulah karena si Ular Kumbang Tham Kek yang konangan-"
jawab si gadis. "Kami ada mengirim orang ke kuil dimana kau
berdua, dibawah pimpinannya Si Ular Kumbang, yang telah
memberitahukan kepada kami halnya Tok- kay dengan kau
ada disitu. Tidak tahunya kau dengan Tok-kay sudah tidak ada
pula dalam kuil itu, hanya yang terlihat oleh si Ular Kumbang
darah berceceran di lantai. Dalam penyelidikannya lebih jauh
kedapatan olehnya satu kuburan disamping kuil tampaknya
baru saja orang mengubur mayat didalamnya. si Ular
Kumbang dengan orang-orangnya untuk membongkar kembali
kuburan itu. dan ia dapatkan mayatnya Tok-kay dengan
kepalanya yang sudah terpisah ..." Ho Tiong Jong tampak
kerutkan alisnya mendengar penuturan si nona.
"Setelah si Ular Kumbang kaget sebentaran," meneruskan
sinona, "dilihat olehnya senjata bandringan Tok-kay yang
seperti bola. ia lalu ambil benda itu dan dikocok-kocok di
dekatkan kekupingnya. Tidak terdengar apa-apa isinya. Dalam
penasaran ia sudah kocok kocok pergi datang lagi benda itu
hingga terbuka sebuah lubang, ia lihat didalamnya seperti
tidak ada apa-apa. Dasar dia harus mati, bolehnya dia ini
sudah memasukkan sebuah jarinya kedalam lubang tadi.
Berbareng jarinya dimasukkan matanya tampak terbelalak dan
menjerit perlahan, kemudian telah rubuh dengan tidak ingat
lagi dirinya untuk selama-lamanya. la telah mati disitu juga...."
Si nona berhenti sampai disini dan mengawaskan wajah Ho
Tiong Jong yang tampan menawan, dua pasang mata telah
kebentrok lagi. Dua-duanya berdebar hatinya.
"Lantas bagaimana?" Ho Tiong Jong menanya. Seolah-olah
dengan pertanyaan itu ia hendak menekan debaran hatinya.

Setelah mengerlingkan matanya dan bersenyum memikat,
Seng Giok Cin meneruskan ceritanya.
"Salah satu anak buahnya melihat si Ular Kumbang rubuh,
sudah lantas turun tangan hendak menolonginya, tapi... ketika
tangannya menyentuh tubuhnya dia pun lantas membelalakan
matanya dan kemudian rubuh mati."
"Itulah tentu karena racun ularnya Tok-kay yang berbisa."
nyeletuk Ho Tiong Jong.
"Ya, rupanya begitu. Maka, setelah melihat kejadian
berbahaya itu, yang lain-lainnya tidak berani menyentuh
badannya dua korban itu dan lalu melaporkan kerumah. Kami
lalu mengirim si Rajawali Botak Ie Yong ke-sana untuk
mengurusnya." Ho Tiong Jong terdengar menghela napas.
"Kalau dipikir, perbuatanku membunuh Tok kay memang
kejam, akan tetapi kalau mengingat bahwa perbuatanku itu
untuk membebaskan sesama manusia dari keganasannya aku
tidak merasa menyesal. Dia sudah mati tapi toch meminta dua
orang korban, sungguh kematiannya itu tentu membawa
penasaran"
la berkata demikian teringat akan dirinya sendiri yang tidak
lama lagi juga akan meninggalkan dunia yang fana ini. karena
racun berbisa dari Tok-kay.
Tampak mukanya muram dan berduka sekali. Seng Giok
Cin melihat Ho Tiong Jong berduka dikiranya ia merasa cemas
direndam di situ, maka ia lalu berkata.
"Kau sabar saja dahulu. Kabar tentang kau ditahan dalam
tahanan disini telah kami uwarkan, nanti diam diam ada orang
yang menyaksikan kau disini, setelah itu nanti aku akan
melepaskan padamu."
"Hei, dari sebab apa kau mau melepaskanku?"
" Karena kami perlu memakai tenagamu." Ho Tiong Jong
geleng-gelengkan kepala.

"Meskipun jiwaku hanya tinggal semalam lagi, aku tidak
mau mengerjakan urusan kalian, ah..."
Ia tak dapat melampiaskan kata-kata. Sebenarnya ia
hendak berkata bahwa nona Seng memang seorang yang
baik, tapi ada seorang jahat. Tidak mau diperalat oleh seorang
jahat. Hanya saja ia tidak mau berterus terang pada Seng Giok
Cin kuatir kalau nona itu menjadi berduka.
"Kau jangan kuatir, Ayahku tak nanti menyuruh kau
berbuat..."
Ho Tiong Jong menggeleng gelengkan kepala saja, seolaholah
ia sudah menolak dengan pasti keinginannya orang yang
hendak memperalat dirinya. Seng Giok Cin kecewa
kelihatannya.
Parasnya menjadi berubah sungguh-sungguh. "Nah, kalau
begitu aku tidak hendak minta pertolonganmu lagi. Aku
sekarang pergi, harap saja aku dapat menengoki kau lagi
disini selekasnya."
Sambil berkata Seng Giok Cin melepaskan rantai yang
dipegangnya tadi dan mendorong pundak si pemuda, seolah
olah yang ngambil karena kehendaknya.
Sebentar lagi si jelita sudah lenyap dari pemandangan Ho
Tiong Jong, setelah lebih dulu terdengar suaranya pintu besi
yang ditubruk.
Ho Tiong Jong menghela napas. "IHm.... sebenarnya dia
mau suruh aku bekerja apa?" ia menggerendeng sendirian.
Terdengar suaranya Co Kang Cay berkata.
"Hei, bocah, kau tak perlu bersusah hati. Nona itu
kelihatannya mau memperalat kau. tapi kau juga sebaliknya
dapat memperalat mereka " Ho Tiong Jong terkejut sejenak.
"Hm..... kau orang tua mana tahu urusan- ku." jawabnya
kemudianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Urusan apa ?"
"Aku karena nona Seng telah membunuh Tok-kay."
" Kenapa karena nona Seng, kau membunuh orang yang
telah menurunkan pelajaran padamu?"
Ho Tiong Jong meughela napas.
"Co lopek kau tidak tahu, Nona Seng itu hatinya sangat
baik, beberapa kali dia telah mengulurkan pertolongan
padaku. Maka untuk membalas budinya, aku tak dapat
menolak permintaannya. Cuma saja, aku tidak ingin diperalat
oleh ayahnya yang jahat. Bagaimana aku harus berbuat?
Kalau untuk nona Seng, sekalipun aku harus mengorbankan
diriku, aku rela untuk membalas budinya yang besar."
"Kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau
membunuh Tok-kay."
"Ya, aku membunuh dia karena pertama hendak
melenyapkan kekejamannya terhadap sesama manusia dan
kedua ingin membantu nona Seng menyingkirkan musuhnya."
"ow, begitu? Sayang kau tak dapat menggeserkan
tubuhnya untuk mendekati aku disini, aku masih ada
mempunyai cerita yang akan membikin kau kagum."
Ho Tiong Jong tidak perhatikan bicaranya Co Kang Cay,
sebab pikirannya melayang kepada nona Seng, si cantik jelita
yang telah membuang budi kepadanya. pikirnya, "ayah nona
Seng benar-benar hendak memperalat dirinya, maka juga
jiwanya dikasih tinggal hidup, Melihat sendiri macam apa
ayahnya si nona itu, ia yakin dirinya akan dipakai untuk
melakukan kejahatan, la merasa cemas. nona yang begitu
baik budi mempunyai ayah yang demikian jahat..."
Dilain pihak. semua tetamu memikirkan jiwanya Tiong
Jong.

Entah siapa yang membocorkan, semua orang telah tahu
bahwa Ho Tiong Jong ditahan dalam kamar tahanan yang
berair. Kim Hong Jie yang memang sehaluan dengan Seng
Giok Cin sudah tahu dimana Ho Tiong Jong ditahan, ialah
diberitahu oleh yang disebut belakangan. Hanya saja Seng
Giok Cin tidak memberitahukan hal yang sebenarnya mengapa
Ho Tiong Jong ditahan? tidak di bunuh.
Sementara itu si Rajawali Botak Ie Yong sudah kembali dari
perjalanannya membereskan kematiannya si Ular Kumbang. ia
kembali dengan membawa senjata bandringannya Tok kay.
ialah bola yang didalamnya ada tersimpan ular berbisa yang
telah menggigit jarinya si Ular Kumbang hingga binasa.
Benda ini ada sangat berbahaya, maka setelah diperiksa
oleh Seng Pocu, sesuai dengan usulnya si Rajawali Botak.
benda berbahaya itu ditanam ditempat yang jarang dilalui
orang.
sekarang kita ajak pembaca menengok keramaian orang
pukul luitay.
Pada waktu itu yang menjadi wakil Tay-cu ada orang she
Ho bernama Yaa. ia seorang berpengawakan tinggi besar dan
gagah sekali, ditambah dengan mukanya yang penuh berewok
tampaknya ia beroman bengis, ia perkenalkan namanya pada
sekalian tetamu Kemudian menyilahkan orang yang berminat
naik keatas luitay.
Lama tidak ada orang yang menyambut undangannya itu,
tiba-tiba seorang pemuda yang berpengawakan tegap dan
gagah bangkit dari duduknya dan jalan menghampiri ke
panggung luitay itu.
Kiranya ada, Hoan Siang Jie, seorang jago pemuda dari
kun-lunpay.
Ia jalan melewati Seng Giok Cin dan Kim Hoan Jie duduk
menonton dan bersenyum kearah dua nona elok ini, yang

telah disambut dengan senyuman juga hingga membikin
hatinya Hoan Siang Jie sangat girang.
Matanya tampak menatap pada Seng Giok Cin saja sambil
terus bersenyum.
"Nah dia terus-terusan melihat kau saja encie Giok." kata
Kim Hong Jie sambil mengutik lengan sang kawan-
"Seharusnya jangan lupa kau sembahyang supaya dia peroleh
kemenangan"
Sujennya semakin menyolok saja memikat hati jika nona
Kim sedang tertawa. Nona Seng yang digodai sang kawan
pelototkan matanya.
"Adik Llong, kau nakal." kata Seng Giok Cin sambil
mencubit pelahan lengannya Kim Hong Jie.
"IHei, kau kenapa mencubit aku," teriak nona Kim pelahan
sambil tangannya mengusap-usap lengan yang dicubit
barusan seperti yang kesakitan-
"Sebentar aku akan suruh dia membalas mencubitmu."
"dia siapa, adik Hong?"
"Dia, janih, nah kau lihat dia sudah lompat naik keatas
panggung."
Kembali Seng Giok Cin hendak mencubit adik hong-nya
yang nakal, tapi Kim Hong Jie sudah mengegos sambil ketawa
cekikikan-
"Awas ya, ada satu waktu aku nanti bikin perhitungan
denganmu," kata Seng Giok Cin sambil bersenyum.
Kedua gadis elok yang merupakan kembangnya diantara
semua gadis yang ada disitu, terus bercanda sambil ketawaketawa.
Hoan Siang Jie yang sudah berada diatas panggung melihat
mereka sudah menjadi senang hatinya karena mengira bahwa

dua gadis itu ada ketarik pada dirinya. Ho Yan menyambut
kedatangannya Hoan Siang Jie dengan hormat.
Meskipun ia tahu bahwa Hoan Siang Jie masih mudah belia,
akan tetapi karena tahu anak muda itu ada dari partai Kunlun-
pay, tidak berani sembarangan memandang rendah. "Aku
girang saudara Hoan ada minat untuk naik diatas panggung,"
demikian katanya ketika Hoan Siang Jie sudah berhadapan
dengannya.
"Saudara IHo, harap kau nanti tidak mencela kejelekannya
kalau sebentar aku perlihatkan padamu. "
Demikianlah, keduanya setelah mengucapkan perkataan
perkataan sungkan, lantas mulai bergerak dengan tangan
kosong.
Hoan Siang Jie tahu lawannya bertenaga sangat kuat, maka
ia tidak berani keras lawan keras. Serangan-serangan Ho Yan
hebat dan menakutkan, karena anginnya saja sudah begitu
kuat menyambernya. Meskipun begitu ia berkelahi dengan
hati-hati, karena tahu lawannya bukan lawan sembarangan-
Demikian keduanya saling serang dengan seru. Tampak Ho
Yan mendesak lawannya dan tidak memberikan kesempatan
untuk membalas menyerang, tapi Hoan Siang Jie telah beri
perlawanan yang tenang sekali, ia kelihatan sangat gesit dan
lincah sekali, badannya terputar-putar mengelilingi panggung
untuk membebaskan diri dari serangan Ho Yan yang lihay.
Caranya ia beraksi sangat menarik perhatian hingga banyak
penonton yang bersimpati kepadanya. Kim Hong Jie gembira
nampak jalannya pertandingan yang meski kelihatannya hebat
dan seru tapi tidak telengas dan menggiurkan jiwa. Maka ia
berkata dengan pelahan pada Seng Giok Cin. "Enci Giok, ini
baru yang dinamakan mengadu kepandaian mengumpulkan
sahabat yang sejati..."
Khoe Cong yang melihat mereka kasak-kusuk mata alap
alapnya mengawasi saja pada si cantik Seng Giok Cin.

"Hmm, pertandingan apa ini tidak menggerakan semangat
sama sekali " demikian ia menyela.
Seng Giok Cin mendelu hatinya mendengar perkataannya
Khoe Cong, apalagi melihat ia terus-terusan mengawasi
dirinya sudah makin jemu saja. Dengan tidak mengambil
perduli kepadanya, nona Seng berkata pada Kim Hong Jie.
"Adik Hong, kau benar.. Coba lihat dia punya bermainan
silat, benar-benar Kun lun-pay tidak sembarangan mendidik
orang-orangnya. Dia gagah dan lincah. Kalau sebentar dia
mengeluarkan kepandaiannya betul-betul rasanya HoJan tidak
sampai tiga puluh jurus sudah kena dikalahkan olehnya."
"Enci Giok. pandanganmu tepat sekali, biar kita lihat
bagaimana kesudahannya dua jago itu bertanding."
Khoe Cong mendengar dua gadis itu pada memuji dirinya
Hoan Siang Jie, cepat tarik pulang celaannya tadi dan berkata.
.
"Memang betul, ilmu silatnya orang she Hoan itu tinggi dan
bagus sekali."
la berkata demikian untuk membikin senang hatinya dua
gadis elok itu, karena ia sangat naksir kepala mereka. Hanya
saja ia tidak mengingat akan mukanya yang buruk dan
tingkahnya yang menyebalkan, hingga gadis mana juga jemu
kepadanya.
Diatas panggung, Hoan Siang Jie dapat kesimpulan bahwa
lawannya seperti yang menghendaki pertandingan sampai tiga
puluh jurus, kemudian diganti dengan pertandingan
menggunakan senjata. Oleh sebab mana, ia tidak balas
menyerang lawannya, hanya berkelit berputaran diatas
panggung.
Benar saja akhirnya pertandingan dinyatakan seri setelah
melewatkan tiga puluh jurus. Mereka tampak ketawa tawa dan

saling memberi hormat. Kemudian pertandingan dilanjutkan
dengan menggunakan senjata.
Ho Yan menggunakan senjata sepasang pentungan, selang
Hoan Siang Jie sebilah pedang untuk mempertahankan
kehormatannya.
Ketika Ho Yan mencoba sepasang pentungannya.
kedengaran suara "wut wat" suatu tanda bahwa tenaga
dalamnya orang she Ho tak boleh dipandang enteng. juga
Hoan Siang Jie mencoba kibas kibaskan pedangnya, jugalelah
perdengarkan suara nyaring dan angin santar.
Jago Kun lun-pay iiu berdiri tegak dengan pedang
dirapatkan pada sikutnya, kemudian sendai pedang
dimiringkan mengacung ia mempersilahkan lawannya
menyerang terlebih dahulu. Dalam pertandingan ini Hoan
Siang Jie menggunakan ilmunya yang dinamai "Tanduk naga
menggempur, yang mempunyai dua daya guna, yalah
menjaga diri dan menyerang. Satu ilmu yang sangat
diandalkan dalam partainya. juga kun-lun-pay ada
menurunkan pada anak muridnya ilmu yang dinamai Thian
liong IHeng kang atau Berjalannya tenaga naga sakti suatu
ilmu serangan yang dahsyat sekali.
Ho Yan tidak berani sembarangan menyerang, ia
menggunakan sepasang pentungannya dengan sangat hatihati.
Belum beberapa lama bergebrak lantas terdengar suara
"tang" kilaunya sebilah pedang.
Hoan Siang Jie, telah menyontek pentungan lawan-
Gerakan itu tampaknya sederhananya, akan tetapi
mengandung tenaga kekuatan yang tidak diduga-duga, sebab
pentungannya ho Yan yang tersontek hampir saja terlepas dari
cekalan- Tidak heran kalau siorang she Ho menjadi kaget
dibuatnya.

Seng Giok Cin kagum melihat gerakan Hoan Siang Jie itu,
maka ia berkata kepada Kim Hong Jie. "Adik Hong kau lihat,
apa salah kalau pandanganku dia akan merupakan pendekar
ternama dikemudian hari? Lihat dia punya mata, semangat
dan kemasan digunakan serentak dalam penyerangannya,
betul-betul hebat...."
Kim Hong Jie kerutkan alisnya yang lentik menarik. "Ya,
katanya, kalau sontekan demikian saja tidak dapat
memainkannya, mana dapat dia masuk dalam rimba
persilatannya ?"
Ho Yan sudah keteter, untung baginya gwakang (tenaga
luar) cukup mahir, hingga menggunakan pentungannya untuk
menjaga diri terus-terusan- Biarpun bagaimana hebat
serangan lawan, ternyata tak dapat menembusi
pertahanannya.
Ia dapat mewaraskan dirinya pada pertandingan
persahabatan, tidak mau berlaku nekad-nekadan yang tidak
ada perlunya.
Hoan Siang Jie berdasarkan latihan Iwee-kang amat
memperhatikan musuhnya punya gerak-gerik, kalau musuh
menyerang pasti ia balas menyerang dengan kontan, tapi
kalau lawannya diam ia nya hentikan serangannya.
Diantara tetamu yang menonton, banyak yang menilai
bahwa Ho Yan bukan tandingannya Hoan Siang Jie. Penonton
kini hanya tinggal menunggu, bagaimana sebentar kalau
orang she Hoan itu menghadapi Pek Boe Taysu yang
mendapat gilirannya menggantikan Ho Yan, apakah ia
sanggup menandinginya atau tidak.
Pek Boen Taysu juga kelihatan sudah bersiap-siap bangkit
dari duduknya.
Seng Eng yang melihat sahabat karibnya hendak naik
panggung sudah berkata.

"Taysu. orang itu benar bagus ilmu silatnya. Apakah Taysu
hendak menempurnya?"
Pek Boe Taysu sudah hendak menjawab, tapi urung karena
melihat keatas panggung berkelahi tampak Ho Yan sedang
marah marah katanya. "Aku sudah menerima pelajaran
istimewa dari Kun-lunpay. Ilmu silatmu tinggi. Aku mulai hari
ini tidak akan melupakan untuk pelajaranmu ini."
Ho Yan berkata sambil lompat turun dari luitay.
Rupanya Hoan Siang Jie keterlaluan mengocok Ho Yan
yang sudah tidak berdaya, maka telah membikin orang she Ho
itu marah dan mengucapkan kata katanya tadi.
Kauw Sang Ngo, susioknya Hoan Siang Jie melihat kejadian
tersebut telah mengkerutkan alisnya dengan tidak berkita apaapa.
Seng Giok Cin melihat Pek Boe Taysu yang akan naik
panggung diam-diam dalam hatinya mengeluh. Hoan Siang Jie
mana dapat melayani Pek Boe Taysu yang ilmunya tinggi?
Maka ia tidak bernapsu untuk menontonnya, lalu bangkit dari
duduknya berjalan pulang kerumah.
Kim Hong Jie tidak membiarkan nona Seng pergi begitu
saja, maka ia sudah lompat mengejar.
"Enci Giok. kau mau kemana?" tanyanya sambil memegangi
lengan orang. Seng Giok Cin tidak menjawab.
"Aaa, aku tahu." katanya lagi Kim Hong Jie, "kau tentu mau
menengoki Tiong Jong dalam kamar tahanan berair, bukan?"
seng Giok Cin bersenyum.
"Aku ikut," Kata Kim Hong Jie.
Seng Giok Cin anggukkan kepalanya. Mereka kemudian
jalan sama-sama menuju ke-tempat tahanan Ho Tiong Jong.
Tidak berapa lama mereka sudah sampai ketempat
tujuannya.

Sambil menunjuk pada pintu besi, Seng Giok Cin berkata.
"Nah, didalam kamar itulah Ho Tiong Jong ditahan-"
"Mari kita masuk." Kim Hong Jie mengajak seraya menarik
tangannya Seng Giok Cin menghampiri pintu besi tadi.
Pintu dibuka, mereka berjalan mnsuk dan melihat dari atas
tangga kebawah HoTiong Jong kelihatan sama sekali tidak
takut mati. la masih berdiri tegak di rendam dengan air hingga
dadanya.
"Adik Hong, tuh dianya Ho Tiong Jong" kata Seng Giok Cin
sambil menunjuk dengan jarinya.
Kim Hong Jie mengawsi kearah yang ditunjukkan, benar
saja Ho Tiong Jong ada disana.
"Mari kita turun" nona Kim mengajak.
"Dia suka marah-marah, kalau nanti di marahi dan angkar
kaki, aku tanggung jawab, ia" jawab seng Giok Cin. Kim Hong
Jie kerutkan alisnya bersenyum.
"Kalau betul dia berani berbuat begitu kepadaku awas, aku
nanti tinju mukanya, baru dia tahu rasa." katanya dengan
jenaka sekali.
Seng Giok Cin yang merasa geli dengan kelakuannya sang
kawan telah menekap mulutnya yang mungil menahan
ketawanya.
Mereka lalu turun kebawah, tapi Seng Giok tidak turut
menghampiri ketika Kim Hong Jie nyelonong terus mendekati
Ho Tiong Jong.
Ho Tiong Jong kenali sang dara, ada Kim Hong Jie, tapi ia
pura-pura tidak tahu, ia tinggal diam saja.
Terdengar Kim Hong Jie menegur.
"Hei, kau ini apa bukannya yang bernama Ho Tiong Jong."
"Betul aku Ho Tiong Jong. Kau siapa?"

"Aku Kim Hong Jie" jawabnya bersenyum sepasang
sujennya memain karenanya. Ho Tiong Jong menatap wajah si
gadis sebentar lalu tundukkan kepalanya.
"Aku mau tanya kau, apa kau takut mati tidak?" Kim Hong
Jie menanya lagi. Ho Tiong Jong membisu.
"Hei, aku tanya kau, apa kau tuli tidak menjawab?"
Ho Tiong Jong mendelu hatinya, tapi ketika menatap
parasnya si nona yang ramai dengan senyuman amarahnya
lumer seketika.
"Ya," jawabnya, "aku bukannya orang luar biasa, mana
tidak takut mati?"
Pikirnya Ho Tiong Jong, dengan menjawab begitu si nona
akan membukai rantai dan totokan pada tubuhnya, kemudian
ia bisa merdeka lagi. la rela untuk membantu nona
disampingnya yang dahulu pernah berbuat baik kepadanya.
Tapi ia tidak tahu pikirannya Kim Hong Jie ada lain- si nona
pikir, kalau Ho Tiong Jong menjawab "tidak takut mati" ia
akan membuktikan matanya menghajar pemuda itu. Keduanya
menjadi salah paham dalam anggapannya masing-masing.
si nona tiba tiba unjuk roman serius, ia mendekati Ho Tiong
Jong. tangannya diangkat seakan akan yang hendak
menghajar muka si anak muda itu. Ho Tiong Jong melihat
kelakuannya Kim Hong Jie telah tertawa.
"Nona Kim." katanya, "Kalau kau mempunyai keberanian
teruskanlah tanganmu memukul diriku. Aku tak dapat menipu
dan berkata bohong kepadamu."
Kim Hong Jie melengah ia tarik pulang tangannya
sebentara n akan kemudian secepat kilat tangannya
digerakkan memukul lehernya.
Seng Giok Cin yang menyaksikan itu sudah menjadi sangat
kaget. Cepatlah ia menghampiri dan menarik tangannya Kim

Hong Jie diajak berlalu dari situ. Dengan tergesa-gesa mereka
naik tangga dan kemudian menggabruti pintu tahanan-
Kiranya pukulan tadi dari nona Kim bukannya pukulan yang
membinasakan sekali-pun kelihatannya dilakukan dengan
hebat sekali. Pukulan itu justeru yang membuka totokan pada
jalan darahnya sipemuda. Ho Tiong Jong tidak menyangka
akan kejadian itu, hingga diam-diam bukan main girangnya.
Kiai ia sudah bisa gerakkan lagi tubuhnya dengan leluasa.
Seng Giok Cin dan Kim Hong Jie setelah berada diluar,
telah membicarakan halnya Khoe Cong punya kelakuan dan
pertandingan Hoa Siang Jie dengan Pek Boe Taysu bagaimana
kesudahannya.
Kelakuannya Khoe Cong sangat ceriwis, mata nya yang
seperti alap-alap selalu mengawasi orang, hanya muka tidak
bosan bosannya, maka keduanya telah mengambil keputusan
untuk seberapa bisa menjauhkan diri dari Khoe Cong dan tidak
mau mengajak bicara pula.
Selagi mereka sedang enaknya berjalan hendak ke tempat
pertandingan pula, tiba-tiba ada satu bayangan meluncur
datang. Kiranya bayangan itu ada Khoe Cong yang mereka
sangat benci.
"Hei, nona-nona kemana saja kalian pergi?" tanyanya
sambil cengar-cengir.
Menurut keputusan mereka berdua, memang sudah tidak
kepinginan lagi bicara dengan orang ceriwis ini, akan tetapi
karena ingin mengetahui kesudahannya pertandingan Pek Boe
Taysu dengan Hoan Siang Jie, maka Kim Hong Jie terpaksa
tekan rasa ditemuinya dan menanyakan pada orang she Khoe
itu halnya pertandingan Pek Boe Taysu dengan Hoan Siang
Jie.
"Hmm...." jawabnya, dengan nada suara tidak enak. "Benar
Pek Boe Taysu sudah bertempur dengan Hoan Siang Jie. akan

tetapi kelihatannya ia menempur lawannya secara main-main
saja."
Seng Giok Cin mendengar itu, dalam hatinya berpikir,
mungkin kesudahan itu atas pesan ayahnya, yang tidak ingin
melukai hatinya Kun- lun-pay, jangan menambah musuh lagi
yang tidak ada perlunya.
Demikian, Seng Giok Cin lalu mengajak kawan-kawannya
untuk pergi ke lapangan adu silat untuk menyaksikan
pertandingan selanjutnya.
Ketika mereka lewat ditempatnya Hoan Sian Jie, nona Seng
bersenyum dan manggut-kan kepalanya, yang telah disambut
dengan gembira oleh pemuda kosen itu
Tapi Khoe Cong yang melihatnya merasa cemburu, lantas
saja keluarkan perkataannya yang mengejek. "Siauwhiap
benar benar jempol ilmu silatnya Kun- lun-pay tak usah malu
diwakili olehmu. Nah sutera yang indah itu yang didapatkan
sebagai hadiah tadi kini boleh diterimakan kepada nona Seng."
Hoan siang Jie memang ada menantikan nona Seng. maka
ia tidak mengubris kata-katanya Khoe Ciong tadi ia hanya
menerimakan sutera hadiah dari kemenangan dalam
pertandingan kepada nona Seng.
Kong Soe Jin, yang tertua dari Im yang Siang-kiam, tibatiba
telah mendengarkan suaranya berkata.
"Ya, aku Khong Soe Jin, juga hendak naik panggung untuk
mendapat segeblok kain sutera yang akan ku hadiahkan
kepada nona Seng ha ha ha..."
Para tetamu yang mendengarnya menjadi melengak.
Perkataannya Kong soe Jin itu sungguh kasar sekali sebab
tidak seharusnya ia berkata demikian kalau memang hatinya
ada niatan untuk memikat hatinya putri dari Seng Pocu.
Kelakuannya dengan otomatis tampak menjemukan-Matanya
terus menerus mengawasi pada siJelita Seng Giok Cin

Kim Hong Jie sebal melihatnya, ketika ia melirik pada Khoe
Cong, tampak pemuda muka buruk ini unjuk sikap yang gusar
sekali? Wabahnya berubah bengis dan menakutkan matanya
bersinar buas mengawasipada Hoan Siang Jie yang tengah
menerimakan geblokan sutra kepada nona Seng.
Diam-diam Kim Hong Jie menghela napas.
Pikirnya, karena banyak pemuda yang setolol Khoe Cong
ini, maka didunia sering terbit keonaran yang tidak diingini.
Perkataan Kong Soe Jin dibuktikan dengan melompat
naiknya ia keatas panggung, hingga si hati Khoe Cong
melototkan matanya lebar-lebar, kemudian ia anjurkan
kawannya bernama Hui Seng Kang untuk melayani Kong Soe
Jin.
Hui Seng Kang lalu minta permisi pada Seng Pocu untuk ia
melayani Kong Soe Jin, untuk mana Seng Pocu tidak
berkeberatan-
"KAU juga ingin naik panggung, boleh saja," kata Seng
Pocu sambil mengurut- urut jenggotnya, "tapi aku harap kalian
berdua akan mengunjukkan ilmu silat yang sebaik-baiknya
supaya penonton merasa puas. Nah, pergilah kau layani dia..."
"Terima kasih atas perkenan Pocu." kata Hui Seng yang
lantas menghampiri panggung luitay. Dengan sekali enjot saja
badannya telah melayang dan sebentar lagi ia sudah
berhadapan dengan Kong Soe Jin dengan mata melotot.
Kong Soe Jin lihat wajahnya Hui Seng Kang yang hitam
legam ditambah dengan mata yang kejam dan licik, maka
pikirannya ia harus berhati-hati melayaninya orang ini. Setelah
ia bersedia, lantas mempersilahkan lawannya menyerang.
Hui Seng Kang tidak sungkan-sungkan lagi, lantas gerakkan
tangannya menyerang.

Betul hebat tenaga dalamnya orang she Hui itu, karena
serangan dengan telapakan tangannya itu telah perdengarkan
suara "wut wut" yang hebat sekali.
Kong Soe Jin tidak mengira bahwa tenaga dalam dan
luarnya sang lawan ada demikian lihay, maka ia berikan
perlawanan dengan hati-hati, supaya dalam sepuluh gebrakan
saja ia sudah dapat menjatuhkan lawan-lawannya.
Hui Seng Kang melihat Kong Soe Jin tak berani menyambut
keras lawan keras, maka ia terus melancarkan serangan yang
bertubi-tubi, hingga penontonnya dibikin kagum oleh ilmu
silatnya yang lihay.
Kong Soe Jin terus didesak. Kelihatannya dengan susah
payah ia dapat menangkis serangan lawannya. Hal mana telah
membikin hatinya sang adik Kong soe Tek, berdebaran
melihatnya. Ia sangat menguatirkan kekalahan engkonya.
Khoe Cong yang duduk tidak jauh dari Kong Soe Tek sudah
keluarkan ejekannya dan menghina. " orang she Kong itu
hanya sebegitu saja kepandaiannya, aku kira tidak sampai
tiga puluh jurus ia sudah harus mencium papan sedikitnya
kalau tidak terpental jatuh kebawah luitay, ha ha ha..."
Kong soe Tek merasa tertusuk hatinya oleh kata kata Khoe
Cong yang menghina, akan tetapi ia tidak sempat meladeni
orang she Khoe itu karena perhatiannya dibikin gelisah oleh
pertandingan diatas panggung.
Engkonya kelihatan terus-terusan di desak oleh lawannya,
hingga ia hanya dapat menangis tetapi tidak dapat membalas
menyerang. Kong soe Tek diam diam merasa heran bahwa
engkonya hari ini bertanding telah unjukkan kepandaiannya
yang jelek sekali. Apakah sang engko itu tidak enak badan,
entahlah tapi ia diam-diam sudah menyiapkan dirinya kalau
kiranya yang saudara tua itu dikalahkan oleh Hui Seng Kang,
ia akan naik panggung untuk menebus kekalahan engko nya.

Kong Soe Jin hanya mengandalkan ilmu mengentengi
tubuhnya saja antuk saban-saban meluputkan diri dari
serangannya Hui Seng Kang yang dahsyat.
Semakin lama Hui seng Kang tampak semakin gesit dan
lincah, ilmunya beberapa macam seperti gaya "Kepelan kilat".
semua kuli berbareng membunyikan tambur, Angin puyuh
menyapu dedaunan, dan sebagainya telah diperlihatkan
dengan baik sekali.
Karena mana Kong Soe Jin jadi terdesak terus-terusan,
sampai terdesak keping gir lui-tay. hinggi Kong soe Tek yang
melihatnya semakin tidak enak hatinya.
"Hei sahabat jangan lemas begitu semangatnya. Bangun
sedikit, kenapa sih?" Demikian terdengar Khoe Cong mengejek
pada Kong Soe Jin. Hatinya sudan kegirangan, bahwa
kawannya Hui Keng berada diatas angin-
Kong Soe Jin kuatir melihat darinya sudah kepepet begitu,
tapi lawannya juga merasa gelisah karena sampai sebegitu
jauh masih belum dapat menjatuhkan musuhnya yang sudah
hampir tidak berdaya menangkis serangan-serangannya yang
hebat.
Pertandingan masih berjalan terus dengan seru, masih
Kong Soe Jin tidak mau menyerah kalah meski sudah tidak
berdaya kelihatannya.
Tiba-tiba terdengar suara Hui Seng Kang membentak,
disusul oleh serangannya yang dirubah. Kali ini ia
menggunakan gaya pukulan- Piauwsu membalikkan kereta,
suatu serangan hebat, tapi Kong Soe Jin masih dapat
meluputkan diri dengan suatu tangkisan memotong dari
samping.
Hui Seng Kang penasaran masih belum dapat memukul
rubuh lawannya, lalu ia keluarkan serangannya yang paling
berat, tipu pukulan yang dinamai. "Tenaga sakti membelah
gunung Hoa san, telapakan tangannya dimiringkan, persis

seperti golok ia menyerang hendak membelah kepala
musuhnya.
Melihat hebatnya serangan, Kong Soe Jin terpaksa
kerahkan Seantero kekuatannya dan menangkis serangan
dahsyat itu. Terdengar suara "Praaaakkk" lantas badannya
Kong Soe Jin seloyongan dan hampir jatuh dilantai luitay.
Ia masih bisa pertahankan diri. Hui Seng Kang sudah mau
susulkan serangannya dengan satu tendangan dan telapakan
tangan yang dilakukan berbareng dari bawah mengarah perut
musuh, akan tetapi baru saja lututnya ditekuk. la urungkan
serangan demikian, dikuatirkan lawannya mahir dengan tipu
pukulan itu, nanti kesudahannya seperti senjata makan tuan-
Dengan cepat ia merubah gaya serangan tadi, ia
menendang sambil miringkan badannya. Kong Soe Jin tahu
gaya serangan ini, maka secepat kilat ia balas menyerang dua
kali, hingga lawannya gelagapan-
Saat itu pertandingan sudah berjalan tiga puluh jurus
dinyatakan serie keduanya lompat mundur untuk mengasoh
sebentaran, untuk dalam babakan selanjutnya pertandingan
dilakukan dengan menggunakan senjata.
-ooo0dw0ooo-
XIV. HADIAH UNTUK SI JELITA
KETIKA pertandingan dimulai lagi, Kong Soe Jin telah
menghunus pedangnya yang berkilauan hijau warnanya,
belakang pedang ada lebih tipis dari pedang biasa, inilah
pedang yang dinamai. Im kiam pedang Ying kiam, dipakai oleh
Kong See Tek.

Berdasarkan nama pedang itu, maka kedua saudara she
Kong itu mendapat julukan Im-yang Siang kiam atau
Sepasanng pedang Im- yang.
Hui Seng Kang bersenjatakan "Siang hay-tiang atau,
Tongkat "Siang hay-tiang" atau Tongkat sepasang jantung
hati. Senjata orang she Hui itu berat sekali, kira-kira tujuh
puluh delapan puluh kati, hingga dibawanya juga harus
digotong dua orang.
Penonton yang melihat itu diam-diam menguatirkan akan
dirinya Kong Soe Jin. Mereka lihat pertandingan dengan
tangan kosong saja kelihatan Kong Soe Jin sudah tidak tahan,
apa lagi sekarang ia harus melayani Hui Seng Kang punya
senjata berat, mendapat ia pertahankan diri?
Sekali saja pedang kebentur dengan senjata beratnya Hui
Seng pasti pedang nya orang she Kang itu akan terbang
melayang-layang.
Khoe Cong mengawasi pada Kang soe Tek yang tengah
memandang ke atas panggung dengan hati sangat tidak enak,
kuatir engkonya dikalahkan-orang she Khoe itu benar benar
menyebaikan, terdengar ia mengejek lagi.
"Benar benar kita dari "Perserikatan Benteng
Perkampungan tak usah malu keluar dalam pertandingan,
nona Kim. seperti tadi nona Seng dengan mudah saja
menjatuhkan Ho Tiong Jong, maka sebentar lagi Hui Seng
Kang juga tentu akan keluar sebagai pemenang dari
pertandingan yang ia sedang lakukan- Ha ha ha..."
Sambil ketawa matanya melirik kepada Kong soe Tek yang
berdiri menjublek tidak ambil pusing perkataannya itu.
Sebenarnya dua saudara Kong itu, sebagai "im yang Siang
kiam" biasanya sangat sombong tidak memandang mata
kepada siapa juga.
Tapi kini, semua hinaan dari Khoe Cong terpaksa
ditelannya, karena jangan lagi ia menimbulkan urusan baru,

sedang memandang engkonya saja melawan Hui Seng Kang
hatinya sudah kedat kedut takut engkonya dijatuhkan oleh
lawannya.
Kim Hong Jie hanya bersenyum mendengar kata-katanya
Khoe Cong, sedang nona Seng sendiri tinggal adem adem
saja.
Hui Seng Kang setelah menerima sepasang senjatanya,
lantas mendemenstrasikan permainan tongkat mengaungngaung
dan ujungnya telah mengeluarkan letikan seperti
kembang api.
seng Giok Cin yang melihat itu telah kerutkan alisnya dan
berkata sendirian-
"Hmm orang itu tolol benar. Untuk apa dia membuangbuang
tenaga dengan permainannya yang meminta tenaga
besar, bukankah lebih baik digunakan untuk bertempur?
Celaka, kalau sebentar dia kehabisan tenaga baru dia tahu
rasa... " Khoe Cong tidak senang kawannya di kritik.
Ketika ia hendak membuka mulut, dilihatnya Kim Hong Jie
sedang manggut-manggutkan kepalanya, seperti yang merasa
setuju dengan pendapatnya nona Seng, maka ia tidak jadi
membuka suara karena disalahkan oleh kedua nona jelita itu
Diatas luitay dua lawan sudah mulai bergebrak lagi.
Kong Soe Jin pandai memasukan pedangnya. ia kelihatan
berputar-putar mengeliling luitay seperti yang menari-nari,
hingga Hui Seng Kang terpaksa mengikuti gerakkannya.
Setelah mendapat lowongan segera orang she Hui itu kerjakan
sepasang tongkatnya yang berat menyerang lawannya.
Pertandingan makin lama makin seru. Sepasang tongkatnya
Hui Seng Kang bertubi-tubi menyerang lawan, hingga Kong
soe Jin kelihatan kewalahan menangkisnya. Mengingat akan
beratnya genggaman musuh, maka Kong Soe Jin tidak mau
membenturkan pedangnya.. sepuluh jurus dengan cepat
sudah dilewatkanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Hui Seng Kang penasaran belum juga dapat menjatuhkan
musuhnya maka ia mendesak lebih keras Kong Soe Jin sebisabisanya
berikan perlawanan dan menjaga diri jangan sampai
kena dijatuhkan-
Suatu ketika Hui Seng Kang menyerang dengan gaya
serangan "Seng hong Bo lang. atau Menuruti angin memecah
ombak. tongkatnya yang satu dimalangkan sedang yang
satunya lag menyerang lurus. Untuk menghindari serangan
hebat ini, Kong soe Jin melesat tinggi keudara.
Hui Seng Kang ketawa gelak-gelak. lalu membarengi
dengan serangan dahsyat sebelumnya Kong soe Jin sempat
menancapkan kakinya dilantai luitay.
Para penonton kaget dibuatnya. Mereka menduga Kong
Soe Jin kali ini akan melayang jiwanya. Tapi orang she Kong
itu sudah berlaku nekad kali ini menyambuti serangan
tongkatnya Hui Seng Kang dengan pedangnya dipalangi.
Satu benturan dari dua senjata terdengar trang nyaring
sekali. Tubuh Kong Soe Jin tampak melayang tinggi lagi
dludara kemudian jatuh diatas luitay. ia masih bisa merang
kang dan mengumpulkan, kemudian sudah bisa bangun lagi
untuk menghadapi musuh
Penonton yang menyaksikan kejadian itu telah
perdengarkan tampik soraknya yang riuh, sementara Hui Seng
Kang sendiri merasa sangat heran melihat Kong Soe Jin tidak
apa-apa menyambuti serangan hebatnya tadi.
"Saudara Kong, hayo maju lagi kita bertempur" Hui Seng
Kang menantang.
Kong Soe Jin anggukkan kepalanya, kemudian pedangnya
im-kiam mulai menari-nari lagi diantara samberan sepasang
tongkatnya Hui Seng Kang yang berat. Perlahan-lahan dari
kedesak Kong Soe Jin telah dapat balik mendesak musuhnya.

Diluar dugaan semua penonton, pertandingan telah
mengasih lihat gambaran yang dapat membikin para
penontonnya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dengan tentu Hai Seng Kang yang tadi begitu agresif, kini
sudah mulai terlihat keletihannya, sedang Kong Soe Jin masih
kelihatan segar dan merangsek pada musuhnya, setirnya Hui
Seng Kang tidak berdaya dan menyerah kalah.
Suatu kesudahan yang membuat Khoe Cong melongo dan
merah padam mukanya.
Kini ia tidak berani membuka suara besar lagi kepada Kong
Soe Tek. Dengan hati cemas ia menghampiri pada kawannya
dan menanyakan, kenapa sang kawan sudah jadi kalah,
sedang menurut perhitungannya dapat menang dari Kong Soe
Jin?
"Khoe Pocu, kau keliru melihat. Kong Soe Jin sebenarnya
ada achli pedang yang pandai, tidak kecewa namanya
tersohor dikalangan sungai telaga. Kalau semula kelihatannya
ia berikan perlawanan yang lembek itulah ia hanya main main
saja dan dengan sengaja mau kuras aku punya tenaga. Aku si
tolol bermula tidak tahu, terus-terusan menyerang dengan
mengeluarkan tenaga besar, hingga enak saja orang she Kong
itu permainkan aku.
Tanpa merasa aku telah masuk dalam perangkapnya. Kau
lihat, setelah ia melihat aku sudah kehilangan banyak tenaga,
ia telah mencecar aku dengan ilmu pedangnya yang luar
biasa, hingga aku menjadi kewalahan dan kalau aku tidak
siang-siang menyerah kalah terang aku akan menjadi
korbannya pedang, kena di-"sate" diatas punggung, maka aku
dapat melihat gelagat, maka aku sudah menyerah kalah,
meskipun aku tahu perbuatan itu akan memalukan"
Hui Seng Kang berkata-kata dengan paras guram dan
menyesal sekali untuk apa yang ia telah perbuat diatas
panggung. Sama sekali ia tidak nyana orang she Kong itu

pandai memancing tenaga orang, hingga peroleh
kemenangannya dengan mudah.
Cocok dengan kata kata Seng Giok Cin. bahwa Hui Seng
sudah mendemontrasikan tenaganya yang kuat. Siang-siang ia
sudah banyak menghamburkan tenaganya, sehingga dimenitmenit
paling akhir melawan Kong soe Jin yang gesit dan lincah
tidak berdaya karena kehabisan "bensin".
Tempik sorak terdengar riuh ketika Pek Boe Taysu naik
keatas luitay.
Kini gilirannya ia yang menjadi Taycu, untuk menggantikan
Hui Seng Kang wakil Tay-cu-nya yang pecundang.
orang menduga-duga akan kekalahannya Kong soe Jin
mengingat Pek Boe Taysu ada satu jago tua yang sudah
banyak pengalaman, lagipula hweshiotua itu ada sangat
telengas.
Kong Soe Jin menjura dengan hormat pada Pek Boe Taysu,
ketika mereka sudah berhadapan "Tidak dikira Taysu yang
hari ini menjadi Taycu, mereka sebentar kalau aku sitolol
mengunjukkan kebodohanku, harap Taysu suka memaafkan
dan sukalah memberi banyak petunjuk akan kesalahannya...."
"Ha ha...." Pek Boe Taysu memotong dengan ketawanya
yang bergelak-gelak "Sicu ada jago pedang dari Ngo bie-pay,
mana aku si hweshio bangkotan dapat memberi petunjuk apaapa.
Harap sicu jangan terlalu merendah. Nah, marilah kita
mulai bertanding "
"Baiklah" kata Kong soeJin dengan tak sungkan-sungkan ia
menghunus pedangnya.
Pek Boe Taysu genggamannya aneh, baru pernah orang
melihatnya. Bentuknya seperti sekop. diujungnya ada
sepasang gigi tajam dan lingkaran dari baja kecil kecil, hingga
senjata itu kalau digoyangi akan perdengarkan saara
kerincingan ramai.

Ketika Pek Boe Taysu mempersilahkan menyerang lebih
dulu. K^ong Soe Jin tidak sungkan-sungkan lagi dan mulai
membuka serangan dengan satu tipu serangan yang indah
dari perguruannya. Lawannya menangkis sambil perdengarkan
ketawanya yang aneh
Kemudian Pek Boe Taysu balas menyerang dengan gaya.
Dengan tongkat menaklukkan setan, ia memalangkan dan
melempengkan tongkatnya menyerang musuhnya dengan
hebat sekali yang dapat mengugurkan gunung.
Tapi Kong Soe Jin gesit dan lincah, ilmu pedangnya pun
mahir, maka dengan indah sekali sudah meluputkan diri dari
serangan lawannya yang berat.
Kali ini menghadapi musuh kawakan, Kong Soe Jin tidak
main-main- Ia mencurahkan betul- betul perhatiannya pada
ilmu pedangnya yang dimainkan itu, hingga Pek Boe Taysu
dengan genggaman beratnya tidak bisa berbuat banyak
terhadap jago muda dari Ngo-biepay itu.
Penonton di bikin kagum oleh permainan pedangnya.
Berkali-kali terdengar sorakan penonton. Kalau Kong soe
Kek merasa masih kuatir akan kekalahannya sang engko
adalah Khoe cong diwajahnya yang jelek mengunjukkan
perasaan dengki. Bibirnya saban menjebi yang membikin
wajahnya jadi semakin jelek saja.
Meski Pek Boe Taysu mencoba dengan sungguh untuk
menjatuhkan lawan mudanya, ternyata tidak berhasil.
Kesudahannya lima belas jurus telah dilewati dan
pertandingan dinyatakan seri, hal mana telah disambut
dengan suatu tampik sorak yang ramai sekali oleh penonton-I
Hadiah telah diberikan kepada Kong Soe Jie oleh Seng Pocu
sendiri.
Seng Giok Cin berseri-seri. sedang Kim Hong Jie juga
tampak merasa puas dengan kesudahan pertandingan itu.
Diam diam nona Kim yang nakal teluh mengutik lengannya

nona seng. "Encie Giok betul-betul kau banyak untung hari ini.
Si orang she Kong sebentar lagi akan menghadiahkan barang
yang diperolehnya itu kepadamu. Kenapa kau tidak cepatcepat
bangun berdiri untuk menyambutnya."
"Adik Hong. kau nakal betul, paling bisa memang kau
menggoda orang." ia berkata sambil mencubit tangannya yang
dicubit tadi.
Nona Kim lucu sekali membuang aksinya hingga mau tidak
mau nona Seng ini menekap mulutnya yang mungil untuk
menahan ketawanya. Berdua mereka bersenda gurau dengan
gembira.
Tampak Kong Soe Jin jalan menghampiri mereka, lewat
didepannya Hui Seng Kang yang duduk disitu, terhadap
pecundang ini Kong Soe Jin melirik sejenak dan tidak
memandang mata.
Seng Giok Cin menyambut dengan gembira ketika Kong
Soe Jin menghadiahkan barangnya.
"Nona Seng. " katanya. "barang ini kudapatkan bukan
secara mudah, aku harap kau menerimanya dengan segala
senang hati."
"Terima kasih, kau sungguh baik sekali saudara Kong."
jawab Seng Giok Cin sambil bersenyum girang dan melirikan
matanya yang jeli. Kong Soe Jin merasa girang dan bangga
kelihatannya.
Seng Giok Cin kemudian berpikir dan berkata kepada
sekalian pemuda yang ada di-sekitarnya.
"Saudara saudara, adik Hong Jie bersedia menerima hadiah
untuk yang ada minat, aku di anjurkan untuk mengunjuk
kepandaiannya agar mendapat hadiah sutera lagi untuk
dihadiahkan kepada adik Hong Jie. Ayo, lekas, aku anjurkan-
.."

Kim Hong Jie pelototkan matanya, mulutnya yang mungil
berkemak kemik seperti yang mau mengatakan apa-apa
kepada Seng Giok Cin, tapi nona Seng hanya ganda ketawa
saja kelakuannya Kim Hong Jie.
Tapi kemudian Kim Hong Jie sudah unjuk senyumannya
yang ramai pula diparasnya sujennya memain memikat hati.
Tidak heran kalau banyak pemuda sudah ketarik hatinya dan
ingin unjuk kepandaiannya diatas panggung untuk merebut
barang hadiah dan diberikan kepada nona Kim yang cantik
jelita.
Pertama-tama Kong soe Tek yang berdiri disusul oleh in Kie
Seng.
Khoe cong juga kelihatan bangkit berdiri, dengan muka
tidak enak dilihat ia perdengarkan ejekannya kepada Kong Soe
Tek.
"Hmm, perkara memberi hadiah kepada perempuan sudah
biasa. Tidak mengherankan, tapi janganlah unjuk kelakuan
sendiri yang tidak tahu diri hingga ditertawai orang." Khoe
cong sangat memandang rendah kepada Kong soe Tek.
In Kie Seng menambahkan- "Kau benar saudara Khoe,
pertandingan diatas luitay ini dilakukan bukan karena napsu
menghadiahkan barang kepada seseorang." Kong soe Tek
melotot matanya terhadap In Kie Seng.
Mereka jadi bertengkar, saling menantang untuk
menyelesaikan pertengkaran itu diatas luitay, Khoe cong yang
menjadi "bibit"-nya pertengkaran itu hanya ketawa gembira
saja. Pikirnya, ia puas sudah dapat mengadu dombakan
mereka berdua. Tiba-tiba terdengar suaranya nona ciauw Yoe
Soe berkata.
"Hai, kalian tidak perlu bertengkar tidak keruan- Paling baik
kalau kalian bertiga mau betul-betul bertanding harus saling
berjanji." Nona ciauw berkata " bertiga"

maksudnya supaya Khoe cong, tukang mengadu-ngadu
orang itu, juga turut terlibat dalam pertandingan-
Terdengar beberapa orang berteriak setuju dengan kata
katanya nona ciauw, mereka kelihatan benci betul kepada
orang she Khoe tukang mengadu dombakan orang itu.
Pemuda bernama co Goen Tiong telah mengusulkan
perlombaan pertandingan lain, katanya.
"Ya, kain sutera yang untuk dihadiahkan kepada adik Hong
Jie hanya barang biasa saja, bukannya merupakan benda yang
aneh. Maka, menurut pendapatku, lebih baik kalian bertanding
dengan lain cara dalam suasana damai."
"Bagus, bagus," menyelak In Kie heng, "kau mau usulkan
kami berlomba dengan cara bagaimana? coba ceritakan kasih
orang-orang dengar."
"Pertandingan itu aku pikir baik diatur begini," kata co Goan
Tiang sambil bersenyum.
"yalah kira kira sepuluh Li jauhnya dari sini ada sebuah
gunung Hui-cui-san, setelah mendaki puncaknya membelok
kearah barat kira-kira juga sepuluh Li ada sebidang ladang
yang tandus. Setelah berjalan dari tempat itu kira-kira lima Li,
disitu terdapat gunung kecil yang lancip dan sebuah lembah
yang sempit, tanahnya semua disitu pasir melulu lembah ini
jalanannya berliku-liku. Kalau orang berjalan lempang
mengikuti sepanjangnya bisa kembali balik ketempat semula,
asalnya darimana mereka masuk. Melalui sepanjang lembah
yang sempit ini, orang akan menemui tebing-tebing gunung
ada terdapat banyak sekali goa." sampai di sini ia bicara,
terhenti sebentar, mengawasi kepadanya anak muda yang
sedang asyik mendengarkannya.
Dilain pihak. orang orang dari perserikatan Perkampungansemuanya
sudah tahu ke-mana juntrungannya pembicaraan
co Goen Tiong ini.

"Saudara co, lembah itu namanya apa ?" tanya Koen Soe
Tek.
co Goen Tiong ketawa "Lembah itu dinamai Liu soa- kok"
jawabnya, "puncak gunung ini ada goanya yang dinamai Pek
cong. Nah saudara Kong, apakah sudah mendengarnya namanama
ini?"
Kong soe Tek terkejut mendengar disebutnya nama goa
Pek-cong tong, maka ia lalu melirik pada engkonya, kemudian
pada si "Muka Merah" Him Toa Ki dari oey-san-pay. Lirikannya
itu seolah olah memohon petunjuk.
"Ya," kata Him Toa Ki dengan suara dingin "lembah itu
kabarnya ada berbahaya, tidak kusangka adanya tidak jauh
dari sini. Dipuncak Si ban-ieng dalam goa Pek- cong tong ada
berdiam seorang tua yang sudah lama mengasingkan diri dari
dunia kangouw, yalah su-hengnya si "Dewi obat Kong Jat Sin
bernama Souw Kie Han- Setelah lima puluh tahun lamanya ia
berjarah disana, telah melarang orang mengujuk tempatnya
itu."
"Menurut katanya orang cerita dalam kamarnya orang tua
itu ada digantung sebuah mutiara ajaib untuk menolak hawa
racun. Maka itu kawannya binatang berbisa tidak ada yang
berani memasuki kamarnya itu. Dalam kamar hawanya panas,
karena sebagian dari dinding goa itu ada dari batu Hwe giok
(batu kumala berapi). Nah. kalau kalian sudah sampai disana,
bawalah sepotong batu Hwe giok kemari sebagai tanda bukti
bahwa kalian sudah sampai ditempat itu Hwe giok itu dilain
tempat tidak ada, kecuali disitu tempatnya. Batu itu.
merupakan benda yaag berharga maka jikalau diantara kau
orang ada yang beruntung mendapatkannya dan dibawa
kemari untuk dihadiahkan kepada nona Kim, memang ada
harganya daripada barang hadiah kain sutera." Terdengar
Kong Soe Tek berkata.
"Aku pun pernah mendegar bahwa goa Pek cong tong di
puncak Si ban leng ada tempat yang berbahaya. Kita

kebetulan sudah sampai disini. maka ada baiknya untuk pergi
kesana, hitung-hitung sebagai menambah pengalaman-
Bagaimana dengan Pocu dan ceng-cu apakah juga akan turut
pergi kesana?"
Pocu dan cengcu dimaksudkan Khoe cong dan ln Kie Seng.
Mendengar kara-katanya Kong soe Tek yang paling
belakang matanya Khoe cong melotot kearahnya seorang In
Kie Seng dengan marah besar. "Biarpun tempat itu berbahaya,
aku berani pergi kesana?"
"Ya, kita pergi berkuda, tentu tidak membawa pembantu."
kata Khoe cong dengan mata melotot mengawasi kepada
Kong soe Tek. Kong soe Tek hanya ganda ketawa saja semua
itu. Seng giok cin dan Kim Hong Jie mendengarkan
perundingan mereka. Tiba-tiba Seng giok cin mendekati Kim
Hong Jie dan berkata bisik2.
"Adik Hong, kau lihat. Mereka hendak menempuh bahaya,
tentu ada salah satu yang akan menjadi korban hilang
jiwanya." Kim Hong Jie anggukkan kepalanya.
"Nah, sekarang kalian bertiga sudah setuju." kata co Goen
Tiong pula, rupanya ia sebagai wasitnya dari pertandingan ini.
"tapi harus diterangkan syaratnya disini, yalah didalam tempo
dua puluh empat jam kalian harus sudah pulang lagi kesini.
Karena tempat itu tidak jauh letaknya dari sini, maka syarat ini
rasanya sangat sederhana." Tiga pemuda itu hampir
berbareng menganggukkan kepalanya.
Mereka tinggal menanti temponya berangkat saja. Tiba tiba
ada Li oh hweshio dari Tibet menghampiri mereka.
co Goen Tiong berseru. "Nah, ini Taysu yang dapat
mengantar kalian kesana. Tapi, tunggu dulu ia menyelesaikan
pertandingannya diatas luitay." Mereka setuju dengan
bicaranya co Goen Tiong.

Li Dho saat itu sudah naik keatas luitay, disusul deh Boen
Kay Teng lawannya.
Boen Kay Teng ini umurnya kira-kira lima puluh tahun,
matanya merah dan berbadan sedang, tindakan kakinya
perlahan, tapi mantap. Ia adalah keponakannya Boen-lt Kong,
salah satu dari Lima Tokoh terkuat pada masa itu dalam rimba
persilatan-
Boen it Kong ada satu pendekar ulung dibagian barat daya.
Mendengar keponakannya berkelakuan tidak baik, maka Boen
Kay Teng dipanggilnya. Ia diberikan pelajaran ilmu silat yang
tinggi oleh sang paman, tapi kenyataannya ia tidak bisa
merubah kelakuannya yang jelek. Ia telah berkawan dengan
orang-orang yang jalan hitam (jahat), dan namanya terkenal
dalam kalangan orang jalan jahat itu.
Ia malang melintang dalam kalangan rimbah hijau sudah
sepuluh tahun maka orang sudah tahu benar kelakuannya
yang buruk. tapi kelihatan banyak pendekar kawakan sungkan
berurusan dengannya karena mengingat akan pamannya yang
namanya sangat dimalui dalam kalangan kangouw.
Dua lawan setelah berhadapan saling menyilahkan untuk
mulai menyerang.
Li Dho telah menyerang lebih dahulu. Serangannya dahsyat
sekali, hingga lawannya tidak berani menyambuti keras lawan
keras. Dengan menggunakan tipu serangan "Koan Kong buka
baju" Boen Kay Teng telah menangkis serangan Li Dho.
Jago dari Tibet itu mainkan ilmu pukulan Toa ciu-in (cap
telapakan tangan), dengan telapakan tangannya mencecer
musuhnya hebat sekali, hingga suara angin serangan sampai
terdengar nyaring. Boen Kay Teng kelihatan terputar-putar
mengelilingi panggung untuk meluputkan diri dari serangan
dahsyat lawannya.
Li Dho dan kawannya Phadho Ka datang turut meramaikan
pertandingan adu silat di-Seng Kee Po, belum ketahuan

mereka ditempatnya itu ada masuk partai mana maka Seng
Eng selalu menaruh curiga kepada mereka.
Boen Kay Teng yang terus menerus dicecer musuhnya,
menjadi kewalahan- Dalam hatinya menjadi nekad, ia lalu
menyerang dengan senjata gelapnya kepada sang lawan
hingga semua orang menjadi kaget. Dalam gebrakan pertama
itu hanya dibolehkan menggunakan tangan kosong
bertanding, tidak menggunakan senjata apalagi senjata gelap.
Maka perbuatannya Boen Kay Teng tadi ada melanggar
peraturan.
Li Dho tidak takut senjata gelap, karena ia berilmu Thian-
Hong-leng (sisik naga sakti), ilmu ini dapat memunahkan
serangan senjata gelap macam apa juga. Maka ketika melihat
lawannya menyerang dengan senjata gelap. ia mendekam
badannya untuk meluputkan diri, tapi ternyata kejadiannya
tidak seperti yang ia duga.
Hanya terdengar suara tertahan keluar dari mulutnya dua
orang itu kemudian berpisahan Boen Kay Teng mundur
sanapai tujuh- delapan tindak dan malah tubuhnya telah
terpelanting kebawah luitay.
Li Dho hanya mundur dua tindak. berdiri tegak. tapi
mukanya sudah pucat pasi, terang ia sudah terluka dibagian
dalamnya.
Phua Do Ka, temannya Li Dho sudah lantas melesat naik
keatas luitay, menanyakan keselamatannya sang kawan- Tiba
tiba Li Dho telah memuntahkan darah segar dari mulutnya
badannya nampak limbung hendak jatuh kalau tidak keburu
dibimbing oleh Phua Dho Ka, ya menjadi marah sekali
kawannya sudah dicurangi musuhnya.
Diatas luitay itu telah diketemukan senjata gelapnya Boen
Kay Teng yang berupa cincin- Dalam bahasa tibet Li Dho
berkata pada kawanannya.

"Suheng, rupanya ajalku sudah sampai disini. Kalau aku
mati, harap suheng bawa mayatku pulang." Belum lampias
bicaranya, ia sudah lantas memuntah lagi darah segar.
Boen Kay Teng setelah terpelanting dan bangun lagi, ia
mencari sebuah kursi untuk ia beristirahat, napasnya kelihatan
sudah empas-empis sangat keras- Ia terluka parah didalam. Ia
merapatkan matanya untuk memulihkan tenaganya kembali.
Seng Eng dan Pek Boe Taysu sudah lompat keatas luitay
untuk memeriksa keadaan Li Dho, sementara Phua Dho Ka
sudah jadi gemas sekali pada Boen Kay Teng yang curang dan
tanpa memperdulikan kawannya ia sudah lompat turun dan
menghampiri Boen Kay Teng yan sudah tidak berdaya hendak
dibunuhnya.
Tapi niatnya dihalang halangi Song coe Ki dan dua saudara
oet-ti yang menghibur, supaya Phua Dho Ka jangan menuruti
napsu hatinya saja. Urusan dapat didamaikan, bagaimana
baiknya sebab Li Do tokh belum mati.
Seng Eng melihat keadaan Li Dho sudah lantas
mengeluarkan obat pilnya yang mustajab untuk
menyembuhkan luka didalam. kemudian turun dan
memberikan juga obat pil itu kepada Boen Kay Teng yang
keadaannya sudah setengah mati.
Pertandingan telah berakhir sampai disitu saja. Penonton
kasak-kusuk menyalahkan kepada satu diantaranya, ada juga
yang menyalahkan pada dua duanya.
Boen Kay Teng bersalah sudah menyerang dengan senjata
gelapnya, sedang Li Dho dipersalahkan sudah keterlaluan
mendesak pada lawannya yang sudah kewalahan. Sementara
itu tiba-tiba terdengar co Goen Tiong berkata.
"Saudara yang hendak berlomba mengambil batu Hwe
giok, perhatikan padasyarat yang telah dikatakan tadi,
Sekarang tanggal sembilan belas bulan delapan, jam setengah
lima sore, besok pada hari begini siapa saja diantara kalian

yang datang lebih dahulu di-sini dengan membawa batu Hwegiok
dianggap dia yang menang dalam perlombaan ke puncak
si ban-leng goa Pek cong-tong. Tegasnya, dalam tempo sehari
semalam kalian semuanya sudah berada disini, dalam keadaan
masih segar atau terluka, mengerti semua?" Tiga orang yang
hendak berlomba itu telah anggukkan kepala.
"Ya masih ada yang penting untuk peringatkan." kata lagi
co Goen Tiong, "masing-masing tidak boleh membawa
pembantu. Yang mengantarkan boleh, tapi tidak boleh
melewati batas lembah Liu-soa kok." Tiga pemuda itu pada
anggukkan kepala.
Mereka tak tahu seluk beluknya tempat itu, main sanggup
saja. Tapi untuk yang- mengetahui bagaimana seramnya
keadaan ditempat yang hendak dituju itu, merasa bergidik dan
berdiri bulu romanya.
Souw Kie Han, orang tua yang mengasingkan diri dalam
goa Pekcong itu tabiatnya sangat kukway, tidak mau kalah
dengan siapa juga dalam ilmu silat.
Siapa yang bertempur dengannya pasti kalah dan mati. ia
sangat kejam dan telengas, sudah tersohor dalam rimba
persilatan-
Lain daripada itu, juga dipuncak Si-ban leng yang hidup
disitu hanya sebangsa kutu-kutu dan binatang-binatang yang
berbisa saja. Sekali orang kena digigit atau di antuk oleh ular
atau binatang kutu pasti akan binasa, maka semua yang tahu
bagaimana berbahayanya ditempat itu, pada menguatirkan
akan keselamatannya tiga pemuda itu.
Seng Giok cin dengan bersenyum menggiurkan telah
berkata pada tiga pemuda itu, "Ya, aku dengan adik Hong
mendoakan kalian selamat. sekarang kami mohon diri dahulu
ada sedikit urusan- Besok sore pada hari begini, kami harap
kalian dapat kembali dengan tidak kurang suatu apa dan
membawa Hwe giok untuk dihadiahkan kepada adik Hong Jie."

Sambil berkata ia menarik tangannya Kim Hong Jie diajak
berlalu dari situ, dengan sedikitpun tidak merasa kuatir akan
keselamatannya tiga pemuda itu.
Tiga pemuda yang tidak akan menempuh bahaya, hanya
tertawa saja melihat dua jelita itu mengundurkan diri dan
lenyap bayangannya dari pandangan mereka. Kemudian
mereka bersiap-siap hendak melakukan perjalanan
sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh co Goen Tiong.
Kong Soe Jin lalu menarik tangannya sang adik dan berbisik
dikupingnya.
"Sute sudah terlanjur kau menyanggupi, biar bagaimana
juga harus menghadapi bahaya, kau tak dapat mundur lagi.
Hanya aku memesan kau lebih baik mati di tangan orang tua
penyepi atau oleh binatang berbisa disana dari-pada kau kena
dicelakakan oleh dua pemuda yang menjadi saingan kau
berlomba."
"Toako, kau jangan kuatir." jawab Kong Soe Tek. "aku akan
menjaga diriku sebaik-baiknya. Legakan hatimu. Apa kau takut
aku kalah berusaha?"
"Bukan itu maksudku. Kalau menang tidak menjadi soal,
hanya aku tidak puas kalau dirimu nanti dianiaya oleh dua
orang licik itu."
"Aku paham. Mereka itu ada orang-orangnya "Perserikatan
Benteng Perkampungan- tapi aku sudah siap saja, aku tidak
takut. Legakan hatimu toako, aku juga mendoakan toako tidak
mengalamkan kesulitan apa-apa sementara aku tidak berada
didamping mu." Kong Soe Jin merasa sedih mendengar
perkataannya sang adik.
Ia tidak tahu apakah perpisahan dengan sang adik ini nanti
akan berjumpa pula dengan selamat atau sang adik
mengalamkan bahaya yang tidak diingini? Kong Soe Jin
kelihatan berat sekali melepaskan adiknya.

Sementara itu tampak Sa Kie Sang juga bercakap-cakap
dengan ciauw Hauw, sedang Khoe cong kasak kusuk dengan
Hui Seng Kang.
Setelah tiga pemuda yang hendak berlomba itu berunding
sebentaran, Kong Soe Jin ajak adiknya untuk berangkat
terlebih dahulu.
Terdengar Hoan SiangJle dan Kun-lun Pay mengucapkan
doa restunya.
"Ya, saudara Kong, aku bantu mendoakan semoga kau
nanti kembali dengan kemenangan dan selamat walaftat..."
"Terima kasih" jawab Kong Soe Tek.
Kemudian dengan diantar oleh engkonya Kong Soe Jin dan
Hoan Siang Jie, berangkatlah Kong soe Tek terlebih dulu.
sekarang mari kita ajak pembaca melihat Ho Tiong Jong.
Ketika dua nona jelita yang mempesonakan hatinya sudah
berlalu, Ho Tiong Jong girang bercampor masgul. Girang
karena totokannya sudah terbuka dan masgul karena dengan
cara bagaimana ia memutuskan rantai yang membikin dirinya
tidak merdeka ? Dalam keadaan bingung. tiba-tiba ia
mendengar suaranya co Kang cay berkata.
"Hei, bocah, legakan hatimu, aku lihat dua nona itu tidak
akan membunuhmu. Nah, sekarang coba lihat, barang apa
yang si nona berikan padamu tadi."
Ho Tiong Jong baru jengah. Barusan ketika Kim Hong Jie
membuka totokannya, bergerak menyesapkan suatu benda
ditangannya. ia segera memeriksa, kiranya benda itu ada kikir
kecil yang dapat mengikir putus rantai yang membelenggu
dirinya. Ho Tiong Jong kegirangan.
"Terima kasih, adik Hong." katanya dalam hati. Lalu
berkata pada co Kang cay. "Dia memberi kikir untuk mengikir
rantai."

"Bagus, bagus Untungmu sangat bagus bocah ..." co Kang
cay ketawa terkekeh kekeh. Sambil mergerjakan tangannya,
Ho Tiong Jong pasang omong dengan co Kang cay.
Antaranya ia berkata "Lopek, aku ingin lekas-lekas keluar
dari sini. Bagaimana, kalau umpamanya aku sudah merdeka
dan hendak keluar, apakah lopek mau turut aku?"
"Bocah, "jawab co Kang cay "hatimu mulia sekali, cuma
sayang aku sudah tua, tidak ada gunanya lagi hidup beberapa
tahun."
"Tapi aku ingin kau ikut aku keluar."
"Tidak. Dengan adanya aku, tapi memberabekan kau
bergerak."
"Apa pun yang akan terjadi, aku harus menolong lopek
keluar bersama-sama dari neraka ini. Aku harap kau suka
menerima bantuanku yang tidak berarti ." Co Kang Cay
menghela napas. Agaknya ia terharu akan kebaikan hati si
anak muda.
Ketika Ho Tiong Jong menanyakan tentang jalanan rahasia
untuk keluar dari kamar tahanan itu, tiba-tiba terdengar
seperti ada tindakan kaki yang mendatangi.
Sebentar lagi. tampak ada terbuka sebuah lubang pada
pintu kamar, sepasang mata yang bersinar mencorot kedalam.
Ho Tiong Jong tidak tahu siapa orang itu, tapi ia tidak perduli.
Ia pura-pura tidak tahu ada orang yang mengintai dari lubang
tersebut. Kemudian lubang itu telah tertutup kembali.
Dalam hati Ho Tiong Jong berpikir. "Kenapa orang sangat
perhatikan diriku? Aku biar bagaimana harus membawa keluar
Co lope dari sini. Kalau aku keluar sendiri, mana aku bisa pergi
ke kota Yang cio untuk menikmati keindahan bangunan
istimewa seperti yang dibicarakan oleh Tio lopek?" Lalu
Keduanya tidak berkata-kata, Ho Tiong Jong yang
memecahkan kesunyian.

"Co lopek, kau jangan kuatir. Kalau aku lolos, kau juga
harus lolos"
"Hai, bocah, hatimu memang sangat mulia. Aku sebenarnya
sudah tua dan tidak ada gunanya lagi, cuma saja aku sudah
mempelajari itu bangunannya istimewa di Yang-co dua puluh
tahun lamanya, kalau aku tidak bisa membuktikan
kepandaianku untuk mendapatkan jalan masuk kedalam
bangunan gunung-gunungan itu, memang aku mati juga
rasanya sangat penasaran-"
Hatinya Ho Tiong Jong tergetar mendengar kata-katanya si
orang tua.
Sambil terus mengerjakan kikirnya untuk membebaskan diri
dari rantai. Ho Tiong Jong menanyakan jalan keluar dari situ.
Menurut keterangan Co Kang Cay, untuk dapat keluar dari
kamar tahanan itu orang harus melalui s ebuat selokan yang
mempunyai beberapa tikungan- Harus diperhatikan bilukanbilukan
itu jangan sampai salah membiluknya, barulah bisa
keluar dari kamar tahanan yang tidak enak itu.
Selagi mereka asyik pasang omong tiba-tiba terdengar
orang menanya dengan suara keras. "Hei, apakah didalam
betul ada Ho Tiong Jong ?"
"Ya, betul aku Ho Tiong Jong." jawabnya.
Tidak lama, pintu kamar tahanan telah terbuka dan muncul
seorang berjenggot putih, matanya berkilat kilat mengawasi
Ho Tiong Jong. ia berkata perlahan-
"Hei. Tiong Jong, aku ini Ngo ho San-jin bernama Cia Peng
San, aku datang hendak menolong kau, harap kau jangan
bicara keras-keras"
Ho Tiong Jong melongo. ia tak kenal pada orang itu. Apa
maksudnya ia hendak menolonGi dirinya yang tidak kenal satu
dengan lainTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Sahabat." kata Ho Tiong Jong: "aku dengan kau tidak
saling mengenal, untuk apa kau hendak menolonGi diriku?"
"Soal itu, sebentar kalau kau sudah keluar dari sini nanti
aku terangkan dengan jelas apa sebabnya." kata cia Peng san-
Setelah berkata demikian cia Peng San sudah hendak
gerakkan badannya meluncur kebawah menghampirinya Ho
Tiong Jong berkata.
"Hei, sahabat, nanti dahulu? Aku tidak mau sembarangan
menerima budi orang, maka aku harap kau suka memberi
keterangan lebih dahulu?"
"Ah, kau ini banyak cerewet. Kalau sebentar diluar aku
menerangkan padamu bukankah sama saja dengan disini"
Sebelum Ho Tiong Jong membuka suara lagi, tiba-tiba
terdengar seorang berkata. "Aaaa saudara cia, kau rupanya
kelebihan tempo jalan-jalan sampai disini" Itulah suara
mengejek dari si Rajawali Botak Ie Yong. Kiranya kedatangan
cia Peng san kesitu sudah kena diintai oleh Ie Yong.
Mendengar perkataannya si Rajawali Botak cia Peng San
tidak jadi takut. Dengan suara tenang ia menjawab. "oo, ie
congkoan juga ada melakukan ronda sampai di sini? Benarbenar
kamar tahanan ini sangat dijaga rapih sekali." Si
Rajawali Botak tertawa dingin
"cia Peng San kau ini ada ke sorga bukan dijalani malah
berjalan masuk ketempat jebakan disini. Ha ha ha..."
"ie Congkoan," kata pula cia Peng San, "aku tidak mengerti
apa artinya kau kata barusan? Apakah kau maksudkan tempat
ini terlarang untuk orang melihat- lihatnya?"
Sambil berkata demikian, cia Peng San matanya celingukan
mencari tahu. kalau- kalau dibelakangnya si botak ini ada lagi
yang akan membantunya. Tapi lantaran keadaan gelap.
maka ia tidak dapat lihat orang lainTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Ha ha ha, Cia Peng San, kau jangan berlaga bodoh
dengan maksudmu yang sebenarnya. Aku tahu namamu ada
terkenal juga di kalangan kangouw, aku si orang she le ingin
menjajalnya disini. Mari, mari kita bertempur"
Setelah berkata, tangan kirinya menyerang dengan senjata,
sedang tangan kanannya membuka telapakan tangannya dan
lima jarinya yang runcing mengancam hendak mencengkeram
pada si orang she Cia.
Cia Peng San marah melihat kelakuannya si Rajawali Botak.
Ilmu mencengkeram dari le Yong dianggap tidak ada
artinya bagi Cia Peng San, sebab ia juga ada akhli ilmu
demikian- Ia dapat menggunakan tiga puluh enam jalan
menyerang dari ilmu menceng kramnya. Tidak heran, kalau
dalam tempo pendek saja si botak sudah ke-desak oleh
musuhnya, akhirnya ia hanya dapat menangkis tapi tak dapat
balas menyerang.
Ho Tiong Jong menyaksikan pertandingan kedua lawan itu
dengan nyata. Pikirnya hendak membantunya Cia Pek San,
tapi diluar dugaannya dalam dua tiga gerakan saja le Yong
sudah kena dijatuhkan oleh lawannya.
Berbareng Ho Tiong Jong mendengar Co Kang Cay berkata.
"Tiong Jong, kau jangan enak-enakan- Kau harus waspada,
sebab orang yang hendak menolongmu itu aku lihat bukannya
orang baik-baik."
Ho Tiong Jong tidak begitu percaya akan kata-katanya, tapi
diam-diam ia memikirkan juga. Kini ia melihat sibotak rubuh,
apakah ia mati?
Kiranya sibotak rubuh hanya berpura-pura saja mati,
karena tidak sanggup meladeni lebih jauh lawannya yang
kosen. Ia sudah terkena goresan kukunya cia Peng San hingga
berlumuran darah. Saat itu ia pikir lebih baik mencari jalan
selamat dan pura-pura rubuh binasa.

Tapi ia lupa bahwa lawannya tidak mudah dikelabui oleh
akal bulusnya.
cia Peng San perdengarkan tawa dingin, katanya.
"Hei, botak, lekas balut lukamu dan mari kita bertempur
lagi?"
Si Rajawali Botak paling benci kalau mengatakan "si botak",
maka ketika mendengar lawannya itu perdengarkan itu
perkataan, kontan darahnya mendidih dan sambil kertak gigi
ia mengawasi musuhnya dengan mata beringas.
-ooo0dw0ooo-
XV. HO TIONG JONG MATI LAGI
LUCU sekali kelihatannya si botak dalam keadaan demikian-
Ngo-ho San jin cia Peng San tertawa geli melihat si botak
yang sudah tidak berdaya, Ia berkata menyindir.
"Hmm.... botak, kau ini nasibmu sangat jelek. orang satusatunya
yang melindungimu seng Eng, kini sedang repot
dengan urusan pertandingan luitay, maka sekarang siapa yang
dapat menolong dirimu? Ha ha ha, kau lihat aku nanti akan
memapas kedua kupingmu supaya lebih pantas dengan kepala
botaknya."
le Yong bukan main marahnya, tapi ia tidak berdaya. ia
tidak berani bergebrak lagi dengan lawannya yang ia sudah
tahu ada lebih tinggi kepandaiannya dari ia. Maka ia hanya
dapat memaki-maki saja.
"orang she cia, perkataanmu ini benar-benar menyakitkan
tuanmu. Sampai mati aku tidak nanti daant melupakannya.
Tunggu saja nanti pada Suatu hari tuanmu akan mencari kau
untuk menagih hutang kekalahannya. Kau ini masuk partay

apa? Hmm berani-berani mau berserikat dengan Ho Tiong
Jong Apa kau kira kami tidak tahu?"
Hatinya cia Peng San bercekan pikirannya, kalau begitu
Seng Eng menahan Ho Tiong Jong dengan maksud tertentu
untuk memperalat anak muda itu dikemudian hari. Ia lalu
berkata pada Ie Yong.
"Hmm baik sekali kau membuat jebakan macam ini.
Sekarang aku mau tanya kau, didalam benteng ini selainnya
Seng-Eng dan itu hweshio tua Pek Boe, apakah tidak ada lain
orang lagi yang kosen? Mereka hendak menghalangi aku cia
Peng San punya kehendak. hmm jangan harap"
Si botak yang sedari tadi merasa dihina dan tak tahan
menahan amarahnya yang membuat dadanya seakan-akan
mau meledak, maka sudah lompat bangun dan menyerang
dengan senjata martilnya bertubi-tubi.
Perbuatan mana ada diluar dugaannya cia Peng San, maka
dengan agak kaget ia telah mengegoskan serangan kekanan
dan kekiri. Pertempuran kali ini kelihatan sangat ramai. Kedua
pihak telah mengeluarkan kepandaiannya yang lihay.
Sementara itu Ho Tiong Jong dilainpihak hatinya merasa
sedih, karena cia Peng San hendak menolong dirinya bukan
didasarkan atas kebaikan hatinya, jikalau mendengar
pembicaraan diantara dua orang itu, cia Peng San juga
bermaksud akan memperalat dirinya saja.
Si botak bertempur dengan cia Peng San lama juga, tiga
puluh jurus, tapi tampak nyata bahwa ia bukan tandingannya
Cia Peng San-
Memikir kalau pertandingan diteruskan, si botak nanti akan
keburu mendapat bantuan, maka Cia Peng San setelah
mendesak mundur lawannya lantas lompat keluar dari
kalangan berkelahi untuk melarikan diri.

"Ha ha ha...." si botak tertawa. "Orang she Cia, tanya
sebegini saja kemampuanmu menjual lagak didepan tuan
besarmu, sungguh menyebalkan. Mari kembali untuk
bertempur dengan tuanmu sampai tiga puluh jurus "
Cia Peng San tidak meladeni diejek demikian- Ia masih
berusaha untuk meloloskan diri dari tempat itu. Siapa tahu
ketika ia membiluk disatu tikungan didepannya ada
menghadang seseorang. Bukan main kagetnya, ketika ditegasi
ia rupanya kenali orang yang menghadang didepannya.
"Hei, yang menghadang didepan itu bukan nya cio
Lopocu?" tanyanya.
orang itu mengenakan baju hijau dan berjenggot panjang,
tidak menjawab atas tegurannya Cia Peng San hingga ia ini
menjadi gelisah hatinya. Ketambahan pintu buat ia ke Iuar
ternyata sudah tertutup, maka pikirnya ia tak dapat lolos dari
tempat itu.
Sayang ia tadi tidak membekuk si botak buat dijadikan,
barang jaminan terhadap orang yang menghadang
didepannya itu. "Co Lopocu, bukan?" ia mengulanGi
pertanyaannya.
"Ha ha, pandanganmu tak salah. Siapakah yang menjebak
kau disini?" jawab orang itu. "Ya, pocu sudah tahu
kedatanganku kesini, buat apa menanya lagi."
orang itu tertawa dingin. "Bagus," katanya. "Nah sekarang
aku mau minta pelajaran dari ilmumu " Gerakan Tangan Sakti"
yang mempunyai tiga puluh jalan-"
"Bagus, aku juga ingin menjajal ilmumu "Kuda semberani
melayang diangkasa." Keduanya kelihatan sudah siap untuk
bertempur.
Ngo ho Sanjin Cia Peng San dengan kepalannya menjaga
didada, tangan lainnya membuka jarinya dan menyerang
dengan angin pukulan yang santar.

Co Tong Kang (Co Pocu) telah mengerahkan tenaga
dalamnya, hingga jenggotnya bergoyang-goyang meskipun
tidak ketimpa angin-
Cia Peng San mengirimkan serangan hebat dengan gaya
"Di waktu malam mengintai kereta istana" dan "Singa
bertahan". Tapi dengan menggunakan kegesitan lompat
kesana-sini, Co Tong Kang dapat mengundurkan semua
serangan lawannya.
Cia Peng San gelisah hatinya melihat semua serangannya
luput, ketambahan ia lihat lawannya sudah mulai
menggunakan ilmunya "Kuda sembari melayang keangkasa".
Tubuhnya Co Tong Kang tampak melesat tinggi dari atas ia
menyerang musuhnya dengan tangan dan kaki berbareng di
kerjakan- Sebetulnya ilmu ini hanya untuk menyerang, tidak
untuk menjaga diri. Genanya untuk membikin musuh tak
dapat melarikan diri.
Cia Peng San tidak tahu serangan macam ini, maka dengan
dua tangannya ia menyerang kedadanya sang lawan yang
masih melayang diudara, Co Tong Kang tahu serangan lawan
ada hebat maka tidak sembarangan ia menyambut. Ia
meluncur turun dibelakang nya Cia Peng San, kemudian
dengan satu gerakan manis sekali ia buat Cia Peng San
terpental dan tubuhnya membentur dinding, kemudian rubuh
meloso ditanah."
Cia Peng San merangkak bangun, ia maksudnya hendak
menyerang lagi musuhnya, tapi diurungkan ketika dalam otak
berkelebat pikiran lebih baik lari. Maka begitu ia sudah dapat
menegakkan badannya sudah lantas kabur meninggalkan
musuhnya.
co Tong Kang melengak. Ia tidak mau membiarkan
musuhnya melarikan diri, maka lantas menguber. Pikirnya,
kalau Ie Yong bisa mencegat larinya cia Peng San, tentu
pecundang ini dapat dibekuknya. Tapi siapa nyana, setelah ia

menguber melewati dua kamar batu ia dapatkan sibotak
sedang membentak-bentak dan mundur mundur seolah-olah
barusan ia habis dikerjai orang.
"Kau kenapa?" tanya co Tong Kang.
"Barusan aku kena dikerjai orang," jawabnya sambil
mengusap-usap sikunya.
"cia Peng San yang barusan datang ke-sini?"
"Bukan-"
"Hei, siapa lagi orangnya yang datang ke sini?" co Tong
Kang berCekat hatinya.
"Dia mengenakan kedok hitam," jawab si botak.
"Menggunakan kedok hitam?" co Tong Kang mengulangi,
heran.
"Ya. dia berkedok hitam dan pakaiannya juga serba hitam.
Aku sedang lengah di kamar batu ke satu telah dipukul
olehnya hingga aku mundur kesini. Aku tidak perhatikan
pengawakannya, tapi dari gaya pukulannya seperti pukulan Ie
su-pit (pit sejarah) dari Han Siauw ceng."
"oo, pantasan kau tidak berdaya, kalau orang ini yang
menyelusup kesini. Kalau begitu kecuali dia tentu masih ada
lain lain nya yang menyelusup kesini." si botak hanya
memandang pada co Tong Kang yang sedang meng urut-urut
jenggotnya.
"Jadi kau sudah buat terlepas cia Peng San bukan?" tanya
co Tong Kang.
"Aku bukan sengaja membuat dia terlepas," jawab si botak.
"Aku baru saja mau masuk ke jalanan got untuk mencegah
larinya orang she cia itu. mendadak dari belakang aku sudah
di serang orang. cepat aku menggosok serangan dan memutar
tubuh menangkas susulan serangan orang itu, Tapi dia ada
sangat tinggi ilmu silatnya, karena terus menerus aku dicecer

dan mundur sampai ke-sini. cia Peng San menggunakan aku
kedesak begini, rupanya dia sudah melarikan dirinya."
co Tong Kang manggutkan kepalanya. "Ya, si orang tua she
Hui sudah muncul, aku tidak dapat mempersalahkan kau.
sekarang kau berlaku sebagai mana biasa saja menurut
rencana yang telah diatur. Nah, ini aku kasih dua butir pil,
satu untuk dimakan dan lainnya untuk- dipakai diluar
menyembuhkan lukamu. Tidak lama kesehatanmu pulih
kembali." co Tong Kang berkata sambil menyerahkan obatnya.
"Terima kasih, Pocu." kata si botak dengan perasaan penuh
terima kasih. Tidak lama kemudian telah menghilang dari situ.
Sementara itu Ho Tiong Jong dalam kamar tahanannya tiba
tiba melihat munculnya si botak dekat pintu besi, siapa telah
berkata.
"Hei, Tiong Jong, kaujangan ngimpi hendak kabur diluar
penjagaan sangat rapihnya, kau tahu?"
Ho Tiong Jong mendongkol mendengar kata-katanya si
botak ia menjawab.
"HMM...... botak. disini kau jangan menunjukkan botakmu
yang buruk itu, apa kau anggap kebagusan? Kalau tuanmu
mau melarikan diri, jangan lagi kau, setan sekalipun tak dapat
mencegahnya, kau mengerti?"
Ie Yang berteriak gusar, Ia paling tidak suka kalau
kepalanya yang botak dipakai bahan omongan- Tapi
kegusarannya tak dapat ditumplekkan kepada pemuda itu,
karena ia tahu kalau Ho Tiong Jong sampai kenapa-apa nona
Seng tentu tidak akan memberi maaf kepadanya. Malah Seng
Pocu kelihatan menghargai pada pemuda ini.
Kalau terhadap lain tahanan ia boleh punya suka. Tapi ia
tidak puas, maka ketika meninggalkan Ho Tiong Jong ia
berkata.

"Hmmm Tiong Jong, kau jangan terlalujumawa. Ada satu
hari nanti kau tahu bahwa aku Ie Yong bukannya seorang
yang gampang-gampang dihina." Ho Tiong Jong geli dalam
hatinya melihat tingkah lakunya si botak.
"Hei, botak kau tidak rela? Aku nanti perlihatkan padamu,
bahwa aku tidak sukar lolos dari sini." demikian Ho Tiong Jong
temberang.
si botak mendelik matanya. "Tiong Jong, kau jangan
banyak tingkah. Kalau benar kau bisa meloloskan diri dari sini,
aku Ie Yong dengan sukarela akan menghadiahkan kepalanya
sebagai tanda penghargaan, ha ha ha^.."
Si botak penuh keyakinan Ho Tiong Jong biar bagaimana
juga tak dapat meloloskan diri dari situ. Selalu ia yang
menjaga, juga ada Co Tong Kang. Kalau ini dapat dilewati,
masih ada Pek Boe Taysu dan seng Pocu yang akan datang
memberikan bantuan mencegah larinya anak muda itu.
Dari sebab keyakinannya itu. maka ia dengan temberang
telah berkata hendak menghadiahkan kepalanya kalau Ho
Tiong Jong benar-benar dapat keluar dari benteng yang kuat
itu.
Ho Tiong Jong mendongkol juga mendengar kata-katanya
si botak.
"Hei, botak." katanya, "kau dikalangan kangouw bukan
sudah punya nama juga?Jangan kau seperti orang penjual
obat dijalanan saja boleh mengeluarkan perkataan sesuka
hatimu. Kalau aku betul sudah dapat meloloskan diri dari sini.
kaujangan mungkir untuk menyerahkan kepalamu yang botak"
Ie Yong tertawa dingin sambil tepok dadanya ia menjawab.
"Tiong Jong aku Ie Yong ada satu laki-laki sejati. Ludah yang
sudah dibuang tak akan dapat dijilat kembali, maka
perkataanku barusan tidak akan aku tarik kembali. Maka,
kalau kau betul-betul dapat meloloskan diri dari sini, nanti

kalau kita ketemu muka, aku akan persembahkan kepadamu
kepadamu."
Terdengar Ho Tiong Jong tertawa tergelak- gelak.
sibotak tidak mau meladeni lagi, lalu menutup pintu
tahanan terus ngeloyor pergi.
Ho Tiong Jong setelah melihat sibotak berlalu, terus
memasukkan tangannya meloloskan rantai yang sudah dikikir
putus.
Pintu tahanan sebentar kemudian tampak terbuka lagi. kini
muncul nona cong ie berjalan masuk. Dari atas ia berkata
pada Ho Tiong Jong.
"EngKo Ho, aku cong ie datang hendak menolong kau."
Ho Tiong Jong kaget mendengarnya. ia tidak mengira
bahwa nona cong juga datang ke-situ dengan maksud
menolongnya, seperti terjadi pada cia Peng San tadi. Pemuda
itu kuatir kalau nona cong mendapat celaka, maka ia berkata.
"Nona cong, terima kasih. Tapi harap kau lekas-lekas
meninggalkan tempat ini, ada orang yang mengawasi gerakgerikmu."
"Engko Ho, semata-mata aku berani menerjang masuk
kesini aku sudah perhitungkan apa akibatnya, maka legakan
hatimu semua urusan aku yang menanggungnya."
"Tapi ah nona cong. lebih baik.kau lekas meninggalkan
tempat ini. Kau datang dengan tangan kosong, mana dapat
kau mengelakan bahaya yang mengancam dirimu? Harap kau
suka turut perkataanku. "
Ho Tiong Jong gelisah hatinya. Tapi conGi e dengan
tertawa angkuh telah berkata.
"Engko Ho, mana bisa aku berpeluk tangan melihati kau
menderita dan mana aku dapat ke gunung Po san dengan
tangan kosong?"

Ho Tiong Jong mengerti, bahwa jalanan got untuk keluar
dari tempat tahanan itu ada dijaga keras oleh orang-orang
yang menjaganya, tentu ada berkepandaian sangat tinggi.
Bahkan rupanya masih ada jalanan untuk orang melaporkan
kepada tuan rumah jikalau terjadi apa-apa dalam tempat
tahanan itu yang tak dapat diatasi.
Kalau nona Ciong menolong dirinya, lebih-lebih banyak
bahayanya daripada selamat. juga dengan menggrecoknya
nona cong berarti telah mengacaukan rencananya untuk kabur
dari tempat itu. Tidak heran kalau hatinya menjadi sangat
risau. Tanpa merasa Ho Tiong Jong mengeluarkan keringat
dingin.
"Ya, nona cong harap kau suka menurut perkataanku,"
katanya lagi.
"Apa yang harus ditakuti?" tanya si nona.
"oh, aku harap kau suka memikirkan juga tentang apa
katanya orang, kau satu wanita datang kemari menyatroni
lelaki. Maka pergilah kau, aku betul-betul tidak berani
menerima budimu yang besar ini. Aku takut dengan berita
orang perihal kita berdua, maka haraplah kau suka maafkan"
Mendengar kata-katanya si anak muda tampan yang
memincak hatinya, lantas saja ia merasa sangat sedih. Dengan
susah payah ia datang kesitu untuk menolong Ho Tiong Jong,
akan tetapi melihat yang hendak ditolongnya sedikit pun tidak
mempunyai rasa kasih sayang, siapa tidak akan menjadi
sedih? Maka dengan hati cemas dan menolongkol ia telah
meninggalkan tempat itu dengan tidak menutup pula pintu
besi tempat tahanan itu.
Setelah si nona pergi, hatinya si pemuda jadi berduka telah
menolak orang punya maksud baik. Beberapa kali ia menghela
napas.

Tidak lama tiba-tiba terdengar suara timpukan batu kecil
ialah biasa digunakan dalam kalangan kangouw untuk mencari
tahu ada orang atau tidak ditempat yang ditimpuknya.
Tampak muncul ceng ciauw Nikouw yang berpakaian abu
abu warnanya. pipinya menonjol, alisnya halus dan hidungnya
lancip.
Seram kelihatannya. Ho Tiong Jong yang melihatnya
merasa jemu.
ceng ciauw Nikouw melihat Ho Tiong Jong separuh
dadanya terendam air, ia berkata pada anak muda itu. "Hei
bocah, aku datang kesini hendak menolong kau."
"Terima kasih," jawab Ho Tiong Jong, "tapi jangan lupa.
kau bisa masuk sukar keluar lagi.Jalanan keluar sangat
berbahaya, mungkin kita akan menemui kematian."
"Maka sebelumnya kita berlalu, harap kau suka memeriksa
dahulu jalanan keluar yang selamat, agar kita aman keluar."
ceng ciauw Nikouw anggukkan kepalanya.
Setelah berdiam sebentar, lantas ia hendak meninggalkan
tempat itu. Tiba-tiba terdengar suara yang berkata.
"Ya. betul seperti dikatakan Tiong Jong. orang masuk
kemari, bisa masuk tapi tidak bisa keluar lagi. Dari itu, nikouw
kalau kau hendak keluar dari sini perlihatkan dahulu
kepandaianmu didepanku."
Itulah suara co Tong Kang. yang ceng ciauw Nikouw kenali.
"Ya, betul aku." jawabnya sambil unjukan diri. "Seng Pocu
mengadakan pertandingan luitay, tapi aku sendiri tak ingin
bertanding di luitay, lebih baik aku mengukur kepandaian
orang disini saja." ceng ciauw Nikouw perdengarkan tertawa
dingin.
"Ya. aku sudah terjebak olehmu." katanya "Kalau tidak
mengeluarkan sedikit kepandaian memang tidak pantas."

co Tong Kang tertawa bergelak-gelak.
"Bagus, bagus," katanya, "memang begitu halnya, aku tahu
ilmu senjata rahasiamu yang lihay yang diramai Tok-kim-chi
(uang emas beracun) dan senjata kebutanmu yang terkenal,
maka sekarang aku ingin menyaksikan dengan mata kepala
sendiri."
Ho Tiong Jong mendengar tentang tanya jawab dua lawan
itu, diam-diam dalam hatinya berpikir, bahwa dalam
"Perserikatan Benteng Perkampungan" banyak jago jago
pilihan yang ilmu silatnya istimewa.
Ini Tio Pocu juga tentu ada lihay, sedang si nikouw juga
pasti bukannya orang Sembarangan, sebab Tic Pocu tidat
berani unjuk kelakuan yang memandang rendah.
Sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba ia dengar ceng ciauw
Nikouw berkata.
"Baiklah, kau boleh bersedia." Berbareng ia gerakkan
kebutannya menyerang pada co Tong Kang.
Kebutan itu ketika digerakkan lantas perlihatkan sinar ke
kuning-kuningan, mengurun pada dirinya co Tong Kang. Tapi
orang she co itu juga sudah siap sedia untuk menangkisnya. ia
menggunakan senjatanya yang dinamai " Liat- h we kie" atau
"Panji Api".
Gerakan mereka cepat sekali. Kebutan dan Panji Api
menari-nari dengan indahnya, masing-masing mengarah jalan
darah lawannya.
Pertandingan berjalan seru, tapi setelah sepuluh jurus
lantas dapat diketahui bahwa nikow itu berada dibawah angin-
Serang-serangannya yang gencar tadi mulai kendor kena
tekan oleh serangan hebat co Tong Kang.
Tiba-tiba ceng ciauw Nikow keluarkan bentakan keras,
kebutannya digetarkan dan dimainkah lebih cepat lagi. hingga

dirinya seperti terbungkus oleh sinar kuning yang keluar dari
kebutannya.
Dengan merubah permainan pukulannya ceng ciauw
Nikouw dapat memperhatikan diri dari desakannya co Tong
Kang yang dahsyat.
ceng ciauw Nikouw mengerti, bahwa senjata Liat hwe kie,
lawan adalah senjata khusus untuk memunahkan senjata
gelap yang kecil-kecil, maka juga ia tidak berani sembarangan
menggunakan senjata rahasianya Tok-kim chi.
Ia kebingungan juga melihat ilmu silatnya kalah dari lawan,
mau mengeluarkan senjata gelapnya merasa ragu ragu, habis
bagaimana baiknya menyudahi pertempuran ini?
Ho Tiong Jong melihat si nikouw keteter, lalu berteriak
"Hei, cong ciauw Nikouw cepat-cepat kau melarikan diri"
"Tiong Jong, kau jangan bikin gelisah hatinya," kata Tong
Kang sambil ketawa terkekeh-kekeh, "kau lihat aku bikin dia
terputar-putar, ha ha ha..." ceng ciauw Nikouw mendelu
hatinya mendengar kata-katanya co Tong Kang.
Ia ada satu wanita yang biasa jalan hitam (Jahat).
tabeatnya telengas dan kejam, bukan nya sedikit orang yang
binasa dibawah tangannya. Kini ia harus menempur lawan
berat, ia sukar mengalahkannya, kalau kesudahannya ia
pecundang bagaimana ia ada muka menemui kawankawannya?"
co Tong Kang sangat cerdik dalam tiap pertempuran, Ia
selalu menempur musuh dengan didahului perang urat syaraf,
membikin musuhnya menjadi meluap amarahnya dengan
beberapa perkataannya yang menusuk hati.
Kini siasat perang urat syaraf menang dari ceng ciauw
Nikouw, maka tinggal ia mendesak musuhnya lebih hebat lagi
sehingga ia tidak berdaya, akan kemudian dapat dibunuhnya.

NIKOUW itu timbul keganasannya ketika terus menerus
kena desakan oleh lawannya. sekejap saja ia sudah ambil over
penyerangan, kebutannya berkelebatan mengeluarkan sinar
kuning yang berkeredepan.
Tapi coTong Kang melayani padanya dengan tenang malah
ia tidak mau membuka serangan membalas, hanya menutup
dirinya dengan senjatanya yang ampuh Liat hwe kie.
Sebentar lagi kelihatan ceng ciauw Nikouw mengayun
tangannya, segera tiga sinar keemas-emasan melayang
mengarah dirinya co Tong Kang dan satu sinar melayang ke
arahnya Ho Tiong Jong.
Itulah senjatanya ceng ciauw Nikouw yang sangat
diandalkan, yalah Tok kim-chi atau Uang emas beracun, yang
berupa uang dengan pinggirannya tajam bergigi direndam
dalam racun. Maka, siapa yang terkena senjata rahasianya ini
pasti akan melayang jiwanya menemui Giam lo ong.
ci Tong Kang melihat si nikow telah melepaskan senjata
rahasianya, menjadi gelisah karena selainnya ia harus
menjaga dirinya sendiri dari serangan musuh, juga ia harus
melindungi dirinya Ho Tiong Jong.
Senjata rahasia tiga biji yang mengarah dirinya dengan
mudah ia gulung dengan Panji Apinya, tapi Ho Tiong Jong
bagaimana?
Pemuda itu menjadi kaget ketika senjata rahasia nikow
jahat itu mengarah dirinya, ia bingung karena rantai yang
merintangi dirinya masih belum dapat putus semua, hingga ia
tidak dapat bergerak dengan leluasa. Dengan apa boleh buat,
ketiga senjata rahasia itu menyamber kemukanya ia telah
membuka mulutnya dan menggigit dengan tepat sekali.
Kejadian ini tak dilihat oleh co Tong Kang ia ini hanya
melihat Ho Tiong Jong sudah terkena senjata rahasianya si
nikow jahat, ia menduga Ho Tiong Jong tentu binasa oleh
karenanya.

Ho Tiong Jong pura-pura terkena oleh senjatanya si nikow,
ia telah tundukkan kepalanya dengan teklok seolah-olah ia
telah binasa co Tong Kang yang melihatnya sudah tidak
mengambil perduli lagi.
Kenapa ceng ciaw Nikouw menyerang Ho Tiong Jong ?
Itulah karena dalam anggapan nikow jahat itu Ho Tiong
Jong ada orangnya Seng Eng dan ditahan dalam tempat
tahanan itu hanya merupakan umpan untuk menjebak orang
saja. ia tidak tahu pemuda itu tidak mau diperalat Seng Pocu.
cong Tong Kang pikir Ho Tiong Jong tak termasuk
partainya, maka kematiannya untuk apa diambil pusing, lebih
baik ia mengerahkan tenaganya meneruskan pertempuran
dengan ceng ciauw Nikouw.
Ia terus mendesak lawannya. Meski kebutannya si Nikouw
berkelebatan mengurung dirinya, tidak dapat mendekati
tubuhnya yang dilindungi oleh Panji api.
ceng ciauw Nikouw menjadi jengkel. Kembali ia merogoh
sakunya dan mengeluarkan dua buah senjata rahasianya
disambitkan kepada musuhnya. Lagi-lagi senjata rahasianya
tidak berdaya menghadapi senjata Panji Api co Tong Kang dan
telah kena digulung mentah-mentah. ceng ciauw Nikouw
semakin jengkel.
Ia jadi nekad. kebutannya dimainkan lebih hebat lagi
menyerang musuhnya. Tapi co Tong Kang juga tidak tinggal
diam. Ia mengerti nikouw jahat itu hendak angkat kaki melihat
serangan-serangannya yang bertubi-tubi seperti mencari
kesempatan untuk melompat keluar dari kalangan
perkelahian-
Ia lalu mengerahkan tenaganya ke telapak tangannya,
dengan ilmunya Thiat-cian kang (telapakan tangan besi),
sambil menggulung senjata rahasia sang lawan, ia telah
mengirimkan serangannya yang maha dasyat itu.

Kebetulan ceng ciauw Nikow menjadi tertahan kena angin
serangan tadi.
Tapi hanya sebentar saja, sebab di lain saat kebutan itu
bergerak lagi dan dapat memukul jalan darah pada sikunya co
Tong Kang. Keadaan orang she co itu menjadi berbalik burukia
terdesak musuhnya co Tong Kang juga jadi nekad.
Ia lalu bersiul nyaring, tampak tubuhnya melesat tinggi dan
dari atas menyerang musuhnya dengan tipu pukulan "Kuda
Pemberani melayang diudara", tapi Nikow jahat itu juga cerdik
dan sudah bisa menghindarkan serangan lawan, kemudian ia
cepat melarikan diri diuber oleh co Tong Kang.
Tiba tiba ia mendengar suara orang membentak disebelah
depan-
Hatinya Nikow jahat itu kebingungan, didepan ada musuh
dan dibelakang dikejar musuh, ia jadi tergencet ditengahtengah.
celaka, pikirnya, bagaimana ia bisa meloloskan diri?
orang yang menghadang didepannya itu berbadan gemuk,
laki-laki setengah tua dengan muka merah.
orang itu kelihatan mendorong dua tangannya, dari mana
meluncur keluar angin yang dahsyat sekali. ceng ciauw Nikow
menjadi nekad, dengan kebutannya ia coba menangkis
serangan orang. Tapi tidak tahan dan tubuhnya telah
terdorong mundur hingga dua tindak. Hatinya tambah gelisah.
Siapakah gerangan orang yang demikian kuat tenaga
dalamnya? ceng ciauw Nikouw sudah lemas, tinggal dibekuk
saja.
Dalam keadaan demikian, nikouw jahat itu sudah mandah
terima nasib akan tertawan oleh musuhnya. Tapi ketika si
muka merah datang menghampiri, tiba-tiba ada berkelebat
bayangan kecil langsing dan turun menyelak di antara mereka.
Si muka merah menjadi kaget. "oh. ciauw Toa-nio juga datang
kemari?" serunya.

Kiranya yang menyelak itu ada seorang nenek yang dikenal
dengan nama ciauw Toa-nio dalam kalangan kang ouw. Ia
disegani oleh kawan dan lawan, maka juga kedatangannya
telah membikin kaget si gemuk muka merah tadi. setelah
tertawa terkekeh-kekeh. ciauw Toa-nio berkata.
"Maafkan aku. Melihat kalian sudah turun tangan
bertempur, maka tidak enak kalau aku si nenek tinggal enakenakan
berpeluk tangan, bukan?"
Menggunakan kesempatan si muka merah pasang omong
dengan ciauw Toa-nio, si nikow yang sudah kepepet, telah
gerakan kakinya meninggalkan tempat itu. ciauw Toa-nio juga
sudah gerakan tubuhnya mencelat hilang dari situ.
co Tong Kang melihat itu, lantas berteriak. "Hei, Kim toako,
kaujangan kasih lolos nikow itu"
Berbareng tubuhnya melesat hendak mengejarpada ceng
ciauw Njkouw, akan tetapi orang berbadan gemuk muka
merah tadi sudah mencegahnya. Sementara itu ceng ciauw
yang sudah dapat meloloskan diri, terdengar suara ketawanya
yang bergelak-gelakjauh disebelah luar. Terdengar Ang-bin
Lojin (orang tua muka merah) berkata.
"co hiante, kaujangan berlaku sembarangan. Kini belum
waktunya untuk kita membuka kartu. Kau harus banyak
bersabar."
"Oo, kau hanya menggertak saja." jawabnya sambil ketawa
nyengir. Tapi begitu mengetahui nikouw itu sudah jauh, ia
menambahkan. "Sayang, nikouw itu lolos. Akn sebenarnya
ingin membunuhnya." Ang bin Lojin ketawa gelak-gelak.
"co hiante, buat apa kau mencari urusan Nikouw itu sudah
sepuluh tahun lamanya ada bertinggal digunung Siauw-tong
Kit-sin san dalam goa ceng ciauw teng. Tenaga dalamnya
cukup mahir. Aku bicara terus terang. ceng ciauw Nikow
memang ada musuh kita yang terhitung kuat. Kalau suhu nya
yang bernama Ya Sin Bo nanti muncul bersamanya, benarTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
benar urusan akan jadi runyam, terpaksa kita harus mencari
bantuan."
"Ya, co hiante rupanya masih ragu-ragu yang Ya Sih Bo itu
sudah mati. Memang juga ada kemungkinan dia belum mati.
coba pikirkan, orang yang melatih silat tubuhnya ada banyak
lebih sehat dari orang biasa, seperti kau tahu dalam golongan
kita masih ada tiga orang yang masih sehat-sehat saja
keadaannya dan tiga orang itu umurnya hampir bersamaan
dengan Ya Sin Bo.
Sepuluh tahun yang lalu Ya Sin Bo ada tinggal di Siauw
tong Kit sin-san. Setelah ini ia telah pindah ketempat yang
lebih kesebelah timur dari tempatnya yang ditinggali semula.
Aku sangsikan bahwa dia kini sudah mati, sebab siapapun
belum pernah ada yang pergi kesana."
"Ya. Kim toako, barusan aku menyatakan ingin membunuh
ceng ciauw karena mengingat ketelengasannya. Dengan
senjata rahasianya yang beracun, bukan saja dia serang aku,
tapi Ho Tiong Jong yang dalam keadaan tidak berdaya juga
diserang hingga binasa."
"oo, itu orang yang terendam dalam air yang kau
maksudkan?"
"Ya, betul dianya."
"Aku lihat dia seperti masih hidup dan badannya bergerak"
Berdua lalu pergi memeriksa keadaan Ho Tiong Jong.
Keadaan Ho Tiong Jong memang seperti sudah mati,
kepalanya teklok dan hidungnya hampir kerendam air. Mereka
berpendapat bahwa Ho Tiong Jong sudah binasa, karena kalau
masih hidup dan bernapas, air didekat hidungnya itu tentu
bergerak gerak kena tiupan hidungnya. Kini toh diam diam
merasa heran-
"Ya, aku heran sekali, dia betul betul mati. Apakah dia mati
karena serangan ganas si nikow tadi?"

"Ya, sudah tentu karena serangan nikow itu. Dia
menyerang dengan kejam kearahku dan kearah Tiong Jong
dengan berbareng. Aku tidak bisa melindunginya dari sebab
aku sendiri juga repot untuk menghindari serangan si nikouw."
"Ha ha ha..." Kim Toa Lip tertawa.
" Dalam hal ini, mana dapat orang menyalahkan padamu.
Kau tak usah kuatir orang akan mencelamu?"
Setelah berkata. Kim Toa Lip lalu turun mendekati Ho Tiong
Jong yang ketika itu dapatan masih dirantai pada sebuah tiang
batu. Ia meneliti sejenak. tiba-tiba ia menghela napas.
"Sungguh sayang orang ini mati konyol. Tulang-tulang
bakatnya untuk menjadi satu akhii silat bagus sekali. Dalam
seratus tahun belum tentu ada muncul satu orang yang
mempunyai bakat seperti dia bagusnya."
Sampai disini tiba-tiba ia seperti ingat sesuatu setelah
menatap wajahnya Ho Tiong Jong, lalu berkata lagi kepada co
Tong Kang.
"Hei, co Hiante, kau tentu tahu. orang ini pada lima tahun
yang lalu pernah datang ke- rumah ku, dia telah mendapat
hadiah pelajaran delapan belas jurus ilmu golok keramat dari
Siauw-lim pay. cuma sayang, baru dua belas jurus, ia sudah
meninggalkan rumah kami"
"Bagaimana dia dapat hadiah begitu mudah, apakah dia
sudah berbuat jasa?"
"Duduknya perkara sederhana saja. Gara-gara boneka
anakku Hong Jie kecemplung ke-dalam sawah, dia yang telah
menolong ambilkan. Hong Jie sudah merasa sangat berterima
kas ih kepadanya dan merasa kalau dia dalam keadaan
kedinginan- Maka atas desakan Hong Jie pada ayahku, maka
ia diberi hadiah ilmu golok terkenal itu."
"Tapi kenapa dia baru belajar dua belas jurus sudah
meninggalkan rumah toako?"

"Kau tentu kenal tabeat ayahku, yang paling suka dengan
kebersihan. Waktu itu Tiong Jong masih merupakan anak
gelandangan, Ayahku meskipun benar memberi pelajaran
dengan sungguh sungguh, tapi beliau sikapnya agak dingin
terhadapnya. Sedang Tiong Jong bertabeat angkuh, tidak bisa
terima perlakuan ayahku itu. Keduanya tidak cocok. maka
ketika Tiong Jong disuruh pulang dahulu setahun untuk
melatih dalam peraktek apa yang diajarkan dan diminta
kembali setelah tempo setahun itu, ternyata dia tidak balik
kembali Jadi masih ada enam jurus ilmu yang lihay itu belum
diturunkan kepadanya. Sungguh sayang sekali."
co Tong Kang menganggukkan kepalanya. "Memang harus
dibuat sayang " ia menggrendeng.
"Ayahku sebenarnya tahu bahwa bakat Tiong Jong sangat
bagus, sukar didapatkan yang keduanya, akan tetapi karena
tabeatnya pun ada luar biasa, maka ketika Tiong Jong tidak
kembali lagi beliau sudah tidak mau ambil pusing lagi."
"Sayang." kata co Tong Kang.
"Aku tidak nyana, setelah lima tahun berselang Tiong Jong
berubah demikian rupa. Kalau waktu itu dia sudah begini
gagah, tentu ia sudah diangkat menjadi wakil dari Kim pocu."
co Tong Kang hanya anggukkan kepala dan mengikuti Kim
Toa Lip naik tangga lagi dan keluar dari kamar tahanan itu.
sebelum melangkah pintu, Kim Toa Lip berkata co Tong
Kang.
"Eh, hal kematian Tiong Jong sebaiknya ditutup pada rapatrapat,
jangan sampai tersiar keluar, sebab darinya kita bisa
gunakan sebagai umpan untuk membasmi musuh kita."
"Mana bisa," jawab co Tong Kihg. "Kita bisa menutup
rahasia ini, tapi ceng ciauw Nikouw bagaimana? Dia tentu tak
dapat merahasiakan, apalagi senjata rahasianya yang
mengambil jiwanya Tiong Jong tentu dia akan suruh orang

minta kembali bersama dengan yang aku sudah punahkan
dengan senjataku."
Kim Toa Lip jadi melongo.
Pikirnya, betul juga soal kematiannya Ho Tiong Jong itu
sukar dirahasiakan berhubung cong ciauw Nikow sudah
mengetahuinya.
"Ya, apa mau dikata." akhirnya ia berkata. "Tapi baiknya
kau tidak sampai membunuh ceng ciauw Nikow, kalau sampai
kejadian demikian, wah, bisa runyam kita meladeni suhunya
yang tentu tidak mau mengerti. Harap saja dia pulang ke
kiauw teng Kit-sin-san tidak berurusan lagi dengan kita."
Sambil berjalan mereka bercakap-cakap. dengan tidak
terasa sudah sampai ke pintu gerbang dari tempat tahannan
itu.
"Nah, sampai disini saja kita berpisah." kata co Tong Kang.
"Aku-harus bertugas, harap toako saja yang menyampaikan
apa yang telah terjadi disini kepada Seng Pocu."
Kim Toa Lip anggukkan kepalanya. Setelah Pocu dari Kim-
Liong-po itu berlalu, co Tong Kang lalu balik lagi ketempatnya
dengan mengambil jalan dari pintu rahasia.
Kim Toa Lip juga melalui jalanan rahasia sampai
kerumahnya Seng Pocu, yang saat itu sedang duduk dikursi
kebesaran berunding dengan empat anak muda, dua yalah
laki laki, dan dua anak perempuan-
Munculnya Kim Toa Lip telah membikin satu antaranya dua
pemudi tadi berjingkrak kegirangan dan lari menubruk pada
Kim Toa Lip. dengan roman yang aleman telah menyenderkan
kepalanya didadanya Kim Pocu.
"Ayah, kau baru datang? kemana saja kau pergi?" Pemudi
itu bukan lain Kim Hong Jie adanya.

Sebagai anak yang di manjakan, kelihatannya Kim Hong Jie
tidak malu malu lagi di-depan orang menggelendot terus dan
nyerocos bicara pada ayahnya.
"Hai, kau ini budak kecil memang paling aleman, apakah
kau tidak malu dilihat oleh orang orang yang ada disini? Kau
toch sudah bukan gadis cilik lagi?"
Demikian sang ayah menegur, tapi dengan suara
menyayang dan Ia antapkan anaknya menggelendot
didadanya yang lebar. Tangannya juga tidak tinggal diam,
telah mengusap usap rambutnya si nona yang hitam sangat
halus.
Seng Eng yang melihatnya telah tertawa gelak-gelak.
"Hong Jie anak tunggal, tentu saja dia kolokan- Asal tahan
saja yang menjadi ayah." katanya.
Nona Kim cemberut dikatakan anak kolokan matanya
mengerling penasaran kepada Seng Pocu yang ganda tertawa
saja kelakuannya, hingga nona Kim kewalahan dan ia juga
turut ketawa gembira.
"Ayah." katanya, "kau baru datang, disini banyak urusan-.."
"Aku tahu semua." memotong sang ayah ketawa.
Kim Hong Jie deliki matanya. "Ayah memang begitu, orang
ngomong belum habis sudah main potong saja" kata sinona
agak cemberut.
"Habis, apa yang mau kau katakan lagi, semua aku sudah
tahu." jawab ayahnya.
"Ayah..." si nona urung melanjutkan bicaranya karena
dipotong oleh Seng Eng yang berkata.
"Sudah, sudah Hong jie kau suka mau menang sendiri saja.
Sedikit-sedikit mau debat dengan ayah sendiri, sebaiknya kita
beritahukan kepada ayahmu kabar yang hangat menyangkut
pada dirimu. Ha ha ha..."

"Hei. ada urusan apa dengan Hong jie?" tanya Kim Toa Lip.
Kim Hong Jie tundukkan kepalanya sambil buat main ujung
bajunya.
"Hei, Hong jie, kau ini macam anak kecil saja. Ada apa
urusan lekas cerita, kenapa malu-malu, apa memangnya
rahasia?" Kim Toa Lip tegur anaknya sambil ketawa. Tapi Kim
Hong Jie tidak menjawab, ia masih terus tundukkan
kepalanya.
Kim Toa Lip jadi heran, lalu berpaling pada Seng Eng,
matanya dikedipkan seakan-akan menanyakan ada urusan
apa, tapi Seng Eng hanya ketawa saja juga Seng Giok cin
kelihatan bersenyum-senyum mengawasi si nakal yang seperti
kemalu-maluan-
"Baiklah," kata Kim Toa Lip tiba-tiba, "Kalian ada kabar
penting belum mau menceritakan kepadaku. Sekarang aku
juga ada punya kabar penting yang tidak mau diceritakan
pada kalian sebelum kalian bercerita terlebih dahulu."
Kim Hong Jie yang dari tadi tundukan kepalanya, kini
mendengar ayahnya ada kabar penting lantas dong akan
mukanya yang cantik menarik. Dua sujennya memain memikat
ketika ia bersenyum-senyum dan berkata pada ayahnya.
"Ayah, tidak bisa. Ayah yang harus cerita lebih dahulu."
"Mana bisa, kalian mau tutup rahasia, ayahmu juga mau
tutup mulut. Ha ha ha..."
Kim Hong Jie sudah timbul lagi adatnya yang kolokan. Ia
memeluk ayahnya dan mendesak. "Ayah yang baik, kau tentu
tidak bikin kecewa anakmu yang hanya satu-satunya maka
lekas ceritakanlah, ayah bawa kabar penting apa ?"
Kim coa Lip bohwat (kewalahan) melihat kelakuan anak
tunggalnya ini.
"Betul adik Hong, kita dengar dahulu ayahmu cerita kabar
pentingnya, baru sebentar kita beritahukan urusan itu."

demikian co Goen Tiong menimbrung, tapi ia tak dapat
melampiaskan bicaranya, karena Kim Hong Jie sudah
pelototkan matanya.
Kim Toa Lip menyaksikan itu semua, kembali perdengarkan
tertawanya yang terbahak-bahak. hingga nona Kim jadi tidak
sabaran-
"Ayah, kau memangnya mau terus tutup mulut saja?
Hmmm^ ayah jangan bikin Hong jie ngambek.. "
"Huaha." menyela k Seng Eng sambil ketawa.
"Ayah sih..." Kim Hong Jie mengerlingkan matanya dengan
senyum urung pada ayahnya yang ketawa terbahak-bahak.
"Sudah, sudah." Seng Pocu berkata lagi, "ayoh, kau Goen
Tiong yang menerangkan pada- Kim pekhu. "
co Goen Tiong tidak berlaku ayal. ia lalu ceritakan pada Kim
Toa Lip tentang perlombaan yang dilakukan oleh tiga pemuda
Khoe cong, In Kie seng dan Kong soe Tek, pergi ke tempatnya
orang aneh dipuncak Si-ban-lenggoa Pek se ong-tong untuk
mengambil Hwe giok guna dihadiahkan kepada Kim Hong Jie.
Kim Toa Lip terkejut setelah mendengar co Goen Tiong cerita.
Mukanya berubah. "Sungguh berbahaya...." ia
menggrendeng, matanya melirik pada Seng Eng dan berkata.
"Itu ada perbuatan yang sangat berbahaya."
"Aku juga sedang memikirkan hal itu, tapi yang penting
orang tua kukway itu harus disingkirkan jiwanya, karena
dengan adanya dia kita tak leluasa bergerak." Demikian Seng
Pocu menyatakan pikirannya .
"Masih bagus dia belum muncul," jawab Kim Pocu, "Kalau
dia muncul rasanya runyam juga urusan kita. Tapi tidak apa,
lihat saja nanti bagaimana perkembangannya, kita akan
berusaha untuk mengatasinya. Tadi, ada nikouw tua dalam
penjara air sudah bercakap-cakap dengan Tiong Jong."
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/07/cerita-dewasa-abg-golok-sakti-2.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Dewasa Abg : Golok Sakti 2 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/07/cerita-dewasa-abg-golok-sakti-2.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 1 komentar... read them below or add one }

poker mengatakan...

poker online terpercaya
poker online
Agen Domino
Agen Poker
Kumpulan Poker
bandar poker
Judi Poker
Judi online terpercaya

Posting Komentar