Cerita Dewasa Silat : Hokeng Koenloen Tamat

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Rabu, 30 April 2014

Dugaan Hong Kiat benar, bersama isterinya, ia tinggatkan dunia yang fana ini, maka itu setelah Siau Hoo rawat jenazah suami isteni itu, yang dikubur ditepi telaga, ia antarkan Bou Pek kepada pamanny di Lam-kiong. Ia berbuat begini karena ia sendiri hidupnya tak ketentuan. ada berabe untuk dia bawa-bawa bocah itu, sedang ia-pun tidak pikir untuk berikan pelajaran silat kepada keponakan angkat ini.
Selang lagi beberapa tahun, setelah Ceng Hian Siansu tinggal menetap di kuil Kang Sim Sie di Tong-ou, keamanan ada terganggu dan di mana-mana siapa mengerti sedikit saja ilmu silat, dia terus menjagoi. Kang Lam Hoo sudah coba tindas orang-orang busuk itu, tetapi ia kekurangan kaki-tangan, karena itu, ia memikir mencari pembantu.
Pada suatu hari, selagi berjala ditanah pegunungan Cin Nia, dari belakangnya, Kang Lam Hoo dengar ada yang teriaki: “Kang Siau Hoo!“ Ia heran, ia menoleh dengan segera. Sudah beberapa puluh tahun, tidak lagi ada orang sebut-sebut dia punya nama itu. Ia dapatkan satu penunggang kuda putih larikan kudanya ke arah ianya, umurnya orang itu tidak berjauhan dengan usianya sendiri, cuma kumis dan jenggotnya dicukur kelimis. Orang itu bertubuh kate dan tegap, romannya gagah seperi anak muda. Empat kaki kudnya perdengarkan suara nyaring. Lekas sekali, dia sudah datang dekat. Nyata dia adalah Kie Kong Kiat!
Kong Kiat ada bawa-bawa pedang, ujungnya berbunyi kebentur dengan besi injakan kaki.
“Kang Siau Hoo!“ berkata dia, yang jumawa sejak mudanya. “Sudah banyak tahun kita orang tidak pernah bertemu siapa tahu, kau masih hidup! Apakah kau masih memikir untuk kita orang adu kepandalan? Sayang sekarang tidak ada Ah Loan yang kita orang bisa perebutkan!“
Kang Lam Hoo, yang kumis jenggotnya memain atas sampokan angin, tidak menjadi gusar.
“Buat apa kau ungkat-ungkat kejadian dimasa kita masih muda?“ ia tanya. “Bagaimana keadaan kau selama beberapa puluh tahun ini?“
”Aku ada terlebih menang daripada kau!” jawab Kong Kiat. “Aku bukannya seperti kau yang sampai sekarang ini masih sebatang kara. Aku telah beristeri, aku ada punya beberapa anak, yang semuanya sudah terlebih besar dari kau dimasanya kau mengacau di Bu Tong San! Aku telah belikan mereka sawah kebun, untuk mereka bercocok tanam, selanjutnya, aku tak perdulikan lagi pada mereka! Selama beberapa tahun ini, aku hidup dalam perantauan. Aku telah pergi ke Mongolia, ke Thibet, ke Kwietang juga. Sekarang aku baru kembali dan Inlam.”
“Sekarang kau hendak menuju kemana?” tanya Siau Hoo yang tak gubris orang punya sikap jumawa itu, “Apakah kau hendak pulang?”
Kong Kiat melotot.
“Pulang untuk apa?“ jawab dia “Apakah orang sebangsa kita bisa nganggur di dalam rumah? Aku punya beberapa anak dan cucu tak berguna semuanya, mereka tak mampu wariskan kepandaian kaum Liong Bun Pay, maka sekarang aku memikir buat cari satu anak muda untuk dijadikan muridku. Supaya aku bisa didik ia hingga dia dapat wariskan bugeeku, supaya jadi jauh terlebih pandai daripada kau!”
Masih Kang Lam Hoo tak gusar atas orang punya kecongkakan itu. Malah dia kata:
“Inilah kebetulan. Aku ada punya satu anak muda puteranya sahabatku, sekarang dia ada di Lam-kiong, pergi kau cari dia, kau ambil dia sebagai muridmu.”
“Anak siapa dia itu?” Kong Kiat tanya. “Kalau dia anaknya Ah Hiap, aku tak sudi! Sampai sekarang ini, aku masih tetap benci sigagu itu!”
“Aku punya kanda itu telah lenyap sekian lama,” Kang Lam Hoo beri tahu. “Dia jauh terlebih tua dari pada aku, jangan-jangan dia sudah tak berada lagi dalam dunia ini. Pemuda yang aku sebutkan itu ada puteranya Lie Hong Kiat, namanya Bou Pek, sekarang dia tinggal menumpang sama pamannya.”
Tiba-tiba Kong Kiat melengak. Terang ia teringat hal dahulu, ketika ia bentrok sama Lie Hong Kiat di Tiang-an, See-an. Ia terharu, tetapi kemudian ia tertawa.
“Baik!“ kemudian ia berseru. “Aku nanti ambil dia sebagai muridku! Nah, sampai ketemu pula! Sampai ketemu pula!“
Walau-pun dia bersikap congkak, tapi sekali ini waktu hendak berpisahan, Kong Kiat memberi hormat, dan Siau Hoo balas hormatnya itu. Dia cambuk kudanya sambil tertawa dan menghilang ...
Kang Lam Hoo antap orang pergi, kemudian ia merantau lebih jauh.
Lagi beberapa tahun telah lewat, lantas Kang Lam Hoo dengar kabar hal Kie Kong Kiat menutup mata di Lam-kiong, sebaliknya, Lie Bou Pek telah dapat kepandaiannya turunan dari Liong Bun Pay itu, dan kemudian, pemuda ini telah angkat namanya di Pakkhia dimana dia telah rubuhkan berbagai jago.
Pernah beberapa kali Kang Lam Hoo pergi ke Pakkhia, dari itu, ia telah dapat tahu halnya Yo Kong Kiu diam menyendiri diluar pintu Eng-teng-mui di Pakkhia, hidup sebagai penjual bunga bersama dua cucunya perempuan ...

TAMAT
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Dewasa Silat : Hokeng Koenloen Tamat dan anda bisa menemukan artikel Cerita Dewasa Silat : Hokeng Koenloen Tamat ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2014/04/cerita-dewasa-silat-hokeng-koenloen_30.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Dewasa Silat : Hokeng Koenloen Tamat ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Dewasa Silat : Hokeng Koenloen Tamat sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Dewasa Silat : Hokeng Koenloen Tamat with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2014/04/cerita-dewasa-silat-hokeng-koenloen_30.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...