Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 5

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Selasa, 20 Desember 2011

1692
"Aaaai... begitulah kisah sesungguhnya yang dialami
kedua orang tuamu, mungkin di sana sini masih ada
sedikit kekurangan, tapi pada garis besarnya begitulah
cerita." setelah menghembuskan napas panjang pendeta
itu berkata lagi:
"Sekarang aku pun ada masalah yang tidak kupahami,
semoga seebun sicu bersedia untuk menjawab."
"Soal apa?"
"Bukankah kitab pusaka Tat-mo-ie-cin-keng telah
diperoleh Pek siang suami istri berdua, darimana seebun
sicu bisa peroleh sejilid lagi?"
"siapa bilang kitab pusaka Tat-mo-ie-cin keng diambil
Pek siang? Kau anggap barang peninggalan mendiang
orang tuaku bisa disentuh orang lain seenaknya?" Coatpin
taysu tertegun.
"Jadi kalau begitu sipedang racun Pek Siang tidak
merampas barang peninggalan orang tuamu?" serunya
tertahan.
"Ayahku bukan orang tolol, ia sudah mempersiapkan
segala sesuatunya sejak awal."
"Aaa.„ lagi-lagi sebuah tragedi yang ditimbulkan
karena salah paham." keluh Coat-pin taysu sambil
menghela napas panjang, "Ini semua tak lain disebabkan
orang persilatan yang kelewat memandang tinggi soal

1693
nama dan kedudukan- sehingga sering kali banyak
persoalan yang sebetulnya bisa dijelaskan tapi tak mau
diterangkan agaknya si pedang racun Pek siang juga
terjangkit penyakit ini, sudah berulang kali Li Tong- yang
serta Ciu Huang menanyai dia, tapi ia selalu menyangkal
hingga akibatnya terjadi peristiwa ini, bahkan nyaris
tragedi berdarah kembali terulang."
"Apakah kau merasa kasihan bagi nasib sipedang
racun Pek siang dan istrinya?"
"Yaa, aku kasihan terhadap orang-orang di dunia ini,
terutama terhadap para jago yang sok menjaga nama
baik..."
"Pek siang berdua sedikit pun tidak menyesal kenapa
kalian tidak membunuhnya? Bukankah kelewat enak
baginya?"
"seebun sicu, bila kau bukan bicara karena emosi, aku
bersedia mendengarkan pendapatmu."
"sebetulnya kejadian ini sederhana sekali, ketika
mendiang ayahku menemukan tempat penyimpanan
kitab pusaka itu, sebenarnya sipedang racun Pek siang
sudah mengetahuinya lebih dulu, bahkan telah melarikan
sebagian dari kitab itu dan disembunyikan oleh sebab itu
ketika mendiang ayahku menyuruh dia berjaga-jaga di
luar, karena ia sudah berbuat curang lebih dulu maka ia
menurut saja tanpa membantah...."

1694
"omintohud Tak nyana hati manusia begitu licik dan
keji, aku belum pernah membayangkan ada kejadian
seperti ini."
"Setelah berbuat curang, Pek siang mengira ayahku
telah mengetahui perbuatan-nya, padahal ayahku sama
sekali tidak tahu." Coat-pin taysu manggut-manggut.
"Seebun sicu memang amat cerdik, meskipun hanya
dugaan namun pendapatmu ini sangat beralasan-"
"Hmmm... dia tamak lebih dulu dengan melarikan
sebagian kitab pusaka, tapi kemudian menuntut bagian
yang sama dari ayahku, ketika ayahku sadar bahwa
sebagian kitab itu sudah dicuri lebih dulu tentu saja
amarahnya memuncak..." kata Pemilik bunga bwee
sambil tertawa dingin.
"Darimana sicu mengetahui hal ini?" tukas Coat-pin
taysu dengan kening berkerut.
"Aku hanya berpendapat begitu, kau anggap salah?"
"Baiklah, harap seebun sicu melanjutkan pendapatmu"
"Karena gusarnya maka mendiang ayahku segera
mendorong sipedang racun itu ke dalam jurang."
"Aaaai... seandainya ayahmu tahu bahwa dorongan itu
tidak mematikan Pek siang, mungkin dia tak akan
mendorongnya ke dalam jurang."

1695
Pemilik bunga bwee tidak perduli dengan ucapan
pendeta itu, kembali lanjutnya:
"ia tak sampai mati di dasar jurang, anggap saja hal
ini karena nasibnya yang baik, semestinya setelah
peristiwa itu ia sembunyikan diri baik-baik, siapa tahu
sifat tamaknya kembali muncul dan ia mencari orang
tuaku lagi untuk menuntut pembagian, coba kalau ia
tidak munculkan diri, kedua orang tuakujuga tak bakal
mati dikeroyok para jago persilatan, sehingga kalau
disimpulkan kembali sekarang, seharusnya biang keladi
dari kematian kedua orang tuaku tak lain adalah si
pedang racun Pek siang serta Gadis Naga Berbaju
Hitam."
"Setahuku, Pek siang dan ayahmu adalah sobat karib
yang baik sekali hubungannya, tak disangka hanya garagara
tamak dan iri berakibat terjadinya peristiwa tragis
itu."
"Dalam soal ini ayahku tak bisa disalahkan kalau ingin
mencari penyebab kesemuanya ini maka kita mesti
menyalahkan ketamakan Pek siang suami istri, sudah
mencuri kitab pusaka lebih dulu masih minta bagian
orang lain, jadi tidak salah bila ia mesti terluka parah di
ujung pedang ayah-ku."
"Tak bisa menyalahkan ayahmu tapi harus salahkah
Pek siang, adilkah pendapat seperti ini?" pikir Coat-pin

1696
taysu di dalam hati. sementara itu pemilik bunga bwee
telah berkata lagi:
"Sekarang aku sudah mengetahui dengan jelas sebab
kematian orang tuaku yang tragis, maka selanjutnya
adalah bagaimana caraku membalas sakit hati ini."
"Seebun sicu, dengan cara apa kau hendak menuntut
balas?" seru Coat-pin taysu dengan perasaan terkesiap.
"Hutang uang bayar uang, hutang nyawa bayar
nyawa, sejak ratusan tahun berselang peraturan dan
tradisi inilah yang dipegang teguh umat persilatan, maka
mula-mula aku hendak membantai habis semua orang
yang terlibat dalam pengeroyokan terhadap orang tuaku,
kemudian baru menghabisi tiga generasi anak muridnya."
"Sekalipun hutang nyawa bayar nyawa, itu hanya
terbatas satu nyawa dibayar satu nyawa, mana ada
ratusan lembar jiwa manusia dicabut untuk membayar
satu nyawa...." tukas Coat-pin taysu cemas.
"Sudah hampir dua puluh tahun lamanya orang tuaku
meninggal, masa aku tak pantas menerima sedikit
bunganya?"
"Terlepas mampukah seebun sicu melaksanakan
niatmu itu, tapi yang pasti tindakan semacam ini tidak
menurut aturan-"

1697
"Mengingat kau telah menerangkan semua duduknya
persoalan maka kuampuni jiwamu, tapi kau tidak
berusaha menolong ketika melihat orang tuaku dibantai,
karena dosa tersebut maka sepasang matamu harus
kucongkel keluar, tentu kau tidak keberatan bukan?"
"Bila selembar nyawaku bisa ditukar dengan
keselamatan para jago lainnya, aku bersedia mati di
tanganmu."
"sebagai umat persilatan, kita wajib membedakan
mana budi mana dendam, dulu kau tak ikut mengerubuti
orang tuaku, sekarang kau pun membantu aku untuk
mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, tentu saja
dosamu tak perlu ditebus dengan kematian-"
Bicara sampai di situ, ia berpaling memandang sekejap
ke arah kakek tinggi besar berbaju kuning itu, lalu
menegur: "Apa waktunya sudah tiba?"
"sudah lewat sejak tadi, namun berhubung Tongcu
sedang menyelidiki kejadian lampau, maka hamba tak
berani menimbrung."
"Kalau waktunya sudah lewat, mari kita segera turun
tangan"
Para jago sama-sama tercengang setelah mendengar
pembicaraan itu, pikir mereka:

1698
"Sekali pun kau telah mencampuri arak dan sayur
dengan arak, namun kami tidak menyentuhnya sama
sekali, ada racun pun apa gunanya? Masa kau betul-betul
hendak mengandalkan kepandaian silat untuk beradu
kekuatan dengan kami? Pihak kami ada ratusan orang,
sekali pun ia sanggup membunuh seorang musuh dalam
tiga gebrakan, mana mungkin ratusan jago bisa dihabisinya
sama sekali..."
Belum habis ingatan tersebut melintas, mendadak
terdengar suara terompet yang memilukan hati bergema
di udara, kawanan gadis pemusik, penggotong meja abu
serta pembawa lilin itu serentak bangklt berdiri dan
mengelilingi meja abu.
Sebetulnya sifat kawanan jago yang hadir di situ ibarat
sebaskom pasir halus yang tak mungkin dipersatukan
siapa pun enggan tunduk kepada orang lain, tapi setelah
melihat sikap pemilik bunga bwee yang berniat
membasmi mereka semua, tanpa terasa timbul perasaan
bersatu padu di hati kecil masing-masing. Entah siapa
yang berteriak dulu, terdengar seseorang berseru:
"Kalau memang pemilik bunga bwee hendak
membasmi kita, kenapa kita tidak bersatu padu untuk
melawannya bersama-sama...."
"Sayang tiada orang yang mampu memimpin kita
semua..." sambung yang lain-Seseorang dengan suara
yang kasar tapi nyaring segera menyela:

1699
"Seandainya ciu tayhiap ciu Huang berada di sini,
semua jago tentu bersedia tunduk di bawah
pimpinannya."
Tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat,
seorang lelaki berbaju hijau melompat naik ke atas meja
dan sambil mengacungkan goloknya berseru keras:
"Menurut pendapatku lebih baik kita pilih Dewa Jinsom
Phang Thian-hua menjadi pemimpin kita sementara
waktu, ia punya nama besar yang sejajar dengan nama
Ciu Huang, aku rasa kita pantas mengangkatnya menjadi
pemimpin...." Belum selesai perkataan itu, teriakan lain
telah berkumandang:
"Tidak bisa, tidak bisa, Phang Thian-hua selalu
menyendiri dan tidak akrab dengan umat persilatan,
mana mungkin ia bisa memimpin kita semua?" seseorang
dengan suara parau segera berteriak:
"Aku rasa lebih cocok Coat-pin taysu saja, kuil siaulim-
si selama ratusan tahun terakhir selalu dianggap
sebagai tonggak dunia persilatan, jadi paling patas jiwa
taysu yang memangku jabatan tersebut." seseorang
yang lain sambil tertawa dingin menjengek:
"Yang sedang kita hadapi sekarang adalah musuh
dengan akal muslihat yang amat banyak, kita butuhkan
seorang pemimpin cerdik yang bisa menghadapi segala
akal busuk lawan. betul Coat-pin taysu berasal dari

1700
perguruan kenamaan tapi ia kelewat polos dan jujur,
tidak mengerti tipu muslihat bagaimana mungkin bisa
memimpin para jago? Menurut pendapatku lebih baik kita
undang ketua Hian- hong- kau saja menjadi pemimpin
kita untuk menghadapi Pemilik bunga bwee."
seketika itu juga suasana dalam arena berubah jadi
hening, sampai lama sekali tak kedengaran sedikit suara
pun, padahal dalam hati kecilnya para jago sedang
berpikir:
"Kalau bicara soal kecerdasan, ketua Hian- hong- kau
memang paling cocok menjadi pemimpin kita, tapi nama
besarnya kurang tenar dan lagi hanya seorang wanita,
bila kita sebagai lelaki sejati mesti mengikuti perkataan
kaum wanita, waaah.,, hilang mUka rasanya, tapi bila
berbicara dari situasi sekarang, ketua Hiang- hong- kau
memang rasanya paling cocok menjadi Ketua
Persekutuan."
seperminum teh lewat tanpa terasa, di tengah
keheningan yang mencekam seluruh arena mendadak
terdengar suara tiupan terompet yang dibunyikan
bersahut-sahutan. Dengan suara lirih Hongpo Lan segera
berbisik kepada Li Bun-yang
"sekarang para jago sudah tak segaduh tadi,
nampaknya mereka berpendapat bahwa ketua Hianhong-
kau memang paling cocok memang ku kedudukan

1701
sebagai Ketua Persekutuan, entah bagaimana menurut
pendapat saudara Li?"
"Menurut pendapatku, satu-satunya kemungkinan
hidup bagi kita hanya terletak pada pundaknya, selain dia
mungkin sulit untuk menemukan orang kedua yang
mampu menandingi kehebatan Pemilik bunga bwee."
"Nama besar serta kedudukan saudara Li cukup tenar,
asal kau diusulkan aku yakin para jago pasti akan
mendukungmu." Li Bun- yang tertawa getir, katanya:
"Dengan kemampuanku sekarang, mana mungkln bisa
memimpin umat persilatan dari seluruh kolong langit?"
"saudara Li adalah ahli waris generasi ketiga dari
keluarga persilatan bukit Hong-san, apa salahnya jadi
ketua Persekutuan?"
Buru-buru Li Bun- yang goyangkan tangannya
berulang kali serunya:
"Aku menyadari bahwa kemampuanku tak sampai
separuhnya kemampuan ketua Hian- hong- kau, aku
betul-betul tak mampu membawa para jago lolos dari
bencana kali ini...."
"Baiklah, kalau begitu biar aku yang mengusulkan
ketua Hian-hong-kau menjadi Ketua Persekutuan,"
"Bila saudara Hongpo bersedia, hal ini lebih baik lagi."

1702
sambil tersenyum Hongpo Lan segera melompat naik
ke atas meja seraya berseru lantang:
"Sekarang pemilik bunga bwee sudah menggerakkan
pasukannya untuk mengepung kita empat penjuru,
namun kita belum berhasil menemukan seorang jago pun
yang cocok menjadi Ketua Persekutuan, daripada situasi
bertambah runyam dan nasib kita terancam bahaya,
kuusulkan bagaimana kalau ketua Hian-hong-kau saja
yang kita pilih menjadi Ketua Persekutuan? Menurut
pendapatku selain dia mungkin tiada orang lain yang
sanggup membendung kebrutalan pemilik bunga bwee
lagi."
Mendadak terjadi kegaduhan yang luar biasa di tepi
arena pertemuan itu, disusul kemudian terdengar
seseorang berseru:
"Cepat lolos kan senjata, pasukan Pemilik bunga bwee
sudah mulai bergerak untuk menyerang"
Ketika Hongpo Lan berpaling, terlihatlah dari empat
penjuru telah bermunculan pasukan manusia aneh
berdandan nyentrik, setiap dua orang manusia berambut
panjang dan berbaju serba hitam, terselip seorang
manusia aneh berbaju merah darah. Kawanan manusia
berbaju merah itu membungkus seluruh tubuhnya
dengan kain berwarna merah darah, bahkan rambutnya
ikut terbungkus pula, sebaliknya manusia berbaju hitam
itu mempunyai wajah yang kaku, sama sekali tiada hawa

1703
kehidupan, kaku pada sepuluh jari tangannya kelihatan
amat panjang dan runcing.
Meskipun kemunculan rombongan manusia aneh itu
terjadi di tengah siang bolong, namun cukup membawa
segulung suasana dingin yang menyeramkan dan
menggidikkan hati. Dengan suara lantang Hongpo Lan
segera berseru:
"Ular tanpa kepala tak bisa jalan, burung tanpa sayap
tak bisa terbang, bila kalian belum juga menetapkan
siapa yang menjadi Ketua Persekutuan, bila bencana
keburu tiba kalian bakal menyesal sepanjang sejarah."
suasana kembali jadi gaduh dan hiruk pikuk,
tapisesaat kemudian terdengar kawanan jago itu
berseru:
"Baik Kita angkat ketua Hian-hong-kau menjadi Ketua
Persekutuan kita"
Tampaknya setelah melalui pemikiran yang tenang
berapa saat, kawanan jago itu mulai menyadari bahwa
cuma kepintaran ketua Hian-hong-kau saja yang mampu
menghadapi kehebatan Pemilik bunga bwee, Di tengah
teriakan dan seruan mendukung itulah, bergema datang
beberapa kali jeritan ngeri yang memilukan hati, di
tengah muncratnya darah segar keempat sosok tubuh
manusia robeh ke tanah dalam keadaan tak bernyawa
lagi.

1704
Rupanya kawanan jago yang berdiri di garis terdepan
telah bentrok dengan kawanan manusia berbaju hitam
itu, tapi begitu bertempur empat sosok tubuh telah
berubah jadi mayat. Tiba-tiba pemilik bunga bwee
memberi tanda, kakek berbaju kuning itu segera bersuit
panjang, kawanan manusia berbaju hitam yang sedang
mendesak maju itu seketika menghentikan langkahnya.
Dalampada itu para jago telah meloloskan senjata
masing-masing, didesak oleh situasi dan kebutuhan
bersama, secara otomatis mereka telah bersatu padu
untuk menghadapi serangan musuh bersama.
Dengan pandangan tajam pemilik bunga bwee
menyapu sekejap wajah para jago kemudian serunya:
" orang yang kalian pilih sebagai Ketua Persekutuan
memang cocok sekali, dewasa ini memang hanya ketua
Hian-hong-kau seorang yang mampU menandingi
kecerdasanku"
situasi yang gaduh dan riuh tiba-tiba saja menjadi
hening, tapi keheningan tersebut hanya permulaan
datangnya badai, tampaknya suatu pertempuran paling
berdarah akan segera tergelar di tempat tersebut.
Dengan langkah pelan ketua Hian-hong-kau berjalan
menuju ke depan Pemilik bunga bwee, setelah diangkat
menjadi Ketua Persekutuan, kedudukan maupun
pamornya saat ini jauh berbeda, di mana dia lewat para

1705
jago sama-sama menyingkir untuk memberi jalan lewat.
sambil menghela napas panjang coat-pin taysu
bergumam: "Dosa, dosa,., suatu pembantaian berdarah
tampaknya tak bisa dihindari lagi...." sementara itu ketua
Hian-hong-kau sudah memberi hormat sambil berkata:
"Terima kasih banyak atas pujianmu, aku rasa kau
pasti sudah ada persiapan matang sebelum mengundang
kehadiran kami di tempat ini bukan?"
"Betul, kecuali Coat-pin taysu, siapa saja yang ikut
hadir dalam pertemuan hari ini jangan harap bisa
tinggalkan tempat ini dalam keadaan selamat"
"Tapi kau bilang hendak mengorek sepasang matanya,
dalam keadaan buta, bukankah keadaannya jauh lebih
tersiksa ketimbang mati?"
"Aku sudah persiapkan tindakan berikut yang bisa
membuat ia tidak menyesal meski harus kehilangan
penglihatan. "
"Tampaknya situasi hari ini sudah ibarat air bertemu
api" ucap ketua Hian-hong-kau kemudian setelah
memandang sekejap sekeliling arena, "Aku lihat mustahil
ada peluang untuk berbicara secara baik-baik lagi...."
Pemilik bunga bwee tertawa.
"Dendam kematian orang tuaku lebih dalam daripada
samudra, bila kau berniat membujukku dengan mulutmu

1706
yang manis itu, aku nasehati lebih baik jangan bermimpi
di siang bolong lagi, usahamu itu bakal sia-sia belaka."
"Baiklah, meskipun kita harus langsungkan
pertempuran habis-habisan, sepantasnya bila kita
bicarakan soal peraturan, entah bagaimana menurut
pendapatmu?"
"Katakan maksudmu" jawab Pemilik bunga bwee
setelah termenung dan berpikir sejenak,
"Bila dugaanku tidak keliru, dalam radius puluhan li
seputar arena pertempuran ini sudah kau persiapkan
kekuatan yang luar biasa, di mana tak mungkin buat
kami untuk melarikan diri bukan?"
"Tampaknya bila aku berhasil menarikmu menjadi
dayang kepercayaan, kepintaranmu akan banyak
membantu pekerjaanku."
"Sayang sekali kita sudah berhadapan sebagai musuh
bebuyutan sekarang, kalau bukan kau yang mampus
tentu aku yang mati."
Pemilik bunga bwee segera mengalihkan pembicaraan
kesoal lain, katanya:
"sebelum menang kalah diketahui, kau tak bakal
percaya dengan perkataanku, baiklah, perjanjian apa
yang ingin kau sampaikan katakan saja secepatnya"

1707
"Melihat situasi saat ini sudah tak mungkin diredakan
dengan suatu perundingan, maka aku rasa daripada
pertarungan berlangsung secara massal, bagaimana
kalau kita tentukan dalam sepuluh babak pertarungan
saja untuk melihat siapa yang lebih unggul?"
"Jika kami yang menang lantas bagaimana?Jika
mereka bersedia menggorok leher sendiri untuk menebus
dosanya, cara seperti ini mah bisa saja kita lakukan."
"saudara seebun, tampaknya kau masih bisa berpikir
bila kemenangan dipihakmu, semisalnya kami yang
beruntung dan menang, lantas apa pula yang hendak
kau perbuat?"
"Setelah aku hitung punya hitung, rasanya
kesempatan bagi kalian untuk meraih kemenangan kecil
sekali, oleh sebab itu aku belum sempat untuk berpikir
masalah bila kami yang kalah."
"Apakah kau tidak menganggap keyakinanmu
berlebihan?"
"Aku sudah melatih diri selama empat lima tahun,
kalau tidak mempunyai keyakinan yang luar biasa
mustahil akan kuundang kalian untuk berkumpul semua
di sini."
"sekalipun kau mempunyai persiapan yang matang
namun situasi yang kau hadapi hari ini sangat berbeda,

1708
ada beberapa orang tokoh silat yang jarang muncul
dalam dunia persilatan, hari ini ikut berdatangan pula ke
mari, perubahan yang mungkin terjadi bisa jauh di luar
dugaanmu semula."
"siapa yang kau maksud?"
"Usiamu paling banter baru dua puluhan tahun, sekali
pun kusebut namanya belum tentu kau akan mengenal."
"oooh, kau maksudkan si Hakim berwajah besi Ciu
Huang? Hmmm, mungkin selama hidup ia tak bakal bisa
muncul lagi di dalam dunia persilatan."
"Kecuali Ciu Huang, dalam dunia persilatan masih
terdapat beberapa orang tokoh silat lain yang memiliki
ilmu silat dahsyat, kau mengenali mereka?"
"Kau maksudkan si Datuk sepuluh penjuru siang Lamciau?"
"selain siang Lam-ciau masih ada lagi Dewa cebol Cu
Gi si pendekar cu, pernah mendengar namanya?"
Pemilik bunga bwee termenung sambil berpikir berapa
saat lamanya, kemudian bertanya:
"Kau maksudkan si cebol yang berlagak bisu tuli dan
menunggang keledai putih kecil itu?"
Dalam hati kecil ketua Hian-hong-kau bersorak
gembira, pikirnya:

1709
"Aku memang berniat untuk memancingmu agar
mengumpat dia, bila babak pertama ditangani si cebol
itu, niscaya kau akan merasakan kehebatannya." sekali
pun dalam hati kecilnya merasa girang, tapi di mulut ia
tetap berkata dengan suara dingin:
"sejak puluhan tahun berselang Cu tayhiap sudah
termashur dalam dunia persilatan, kalau bicara soal
tingkatan maka semua yang hadir di sini sekarang adalah
angkatan muda, kini kau bersikap kurang-ajar
kepadanya, rupanya kau memang pingin merasakan
kehebatannya?"
Rupanya Cu Gl mempunyai sifat yang aneh dan
nyentrik, ia paling tak suka kalau dikatai orang lain, ia
sedang ke Timur dan orang mengatakan dia hendak ke
Timur, maka tiba-tiba saja dia akan mengubah arahnya.
Ketua Hian-hong-kau sadar, dengan cara biasa mustahil
baginya untuk memohon bantuan manusia nyentrik ini,
maka ia sengaja memancing pemilik bunga bwee agar
mengeluarkan kata-kata yang kurang hormat terhadap
pendekar itu hingga memancing hawa amarahnya.
Benar juga, sambil tertawa dingin pemilik bunga bwee
mengumpat:
"Si cebol itu beriagak bisu tuli dengan niat menakutnakuti
orang lain, boleh saja orang takut kepadanya, tapi
aku tak bakal jeri menghadapi si cebol itu."

1710
Li Bun- yang mencoba memperhatikan sekeliling
tempat itu, ketika tidak melihat Cu Gi munculkan diri,
juga tidak mendengar Dewa cebol itu mengumpat, diamdiam
hatinya jadi gelisah, pikirnya:
"Jangan-jangan orang tua itu sudah pergi? Kalau ia
masih di sini, mana mungkin bisa menahan diri?"
Belum habis dia berpikir, tiba-tiba terdengar seseorang
mengumpat dengan nyaring:
"Budak busuk, budak ingusan, perempuan jelek,
berani amat mengumpat aku si orang tua."
Para jago sama-sama tertegun, maka tak tahu siapa
yang sedang dimaki orang itu. Terdengar pemilik bunga
bwee membentak lagi dengan gusar: "Hey si cebol, kalau
punya nyali ayo cepat menggelinding keluar"
Diiringi suara derap kuda yang ramai, tampak seekor
keledai putih kecil berlari masuk ke dalam arena dengan
kecepatan tinggi, Gerak gerik keledai itu sangat lincah,
meski harus menerobos di antara kerumunan orang
banyak namun gerak geriknya tetap cepat dan lincah,
dalam waktu singkat telah tiba ditengah arena.
Pemilik bunga bwee segera berpaling ke arah kakek
berbaju kuning sambil serunya: "Jangan biarkan dia
kabur"

1711
Kakek berbaju kuning itu mengiakan dan menghampiri
si Dewa cebol Cu Gi dengan langkah lebar.
si Dewa cebol Cu Gi betul- betul tahan uji, biarpun
melihat kakek berbaju kuning itu datang menghampirinya
dengan langkah lebar, ia tetap berbaring di atas
punggung keledainya tanpa bergerak.
Ketika mencapai enam tujuh langkah dari keledai kecil
itu, kakek berbaju kuning tadi menghentikan langkahnya
seraya menegur "Kau benar-benar Dewa cebol Cu Gi?"
"Hmmm, kau tidak berhak bicara denganku, suruh
budak kecil itu maju ke muka" Kakek berbaju kuning itu
agak tertegun sejenak. lalu serunya lagi penuh amarah:
"Kau rasakan dulu kehebatan ilmu jari pencabut
nyawaku"
Tiba-tiba tangan kanannya menyambar ke wajah
Dewa cebol Cu Gi dengan kecepatan luar biasa.
Mendadak keledai putih kecil itu melompat maju
sejauh empat lima depa, dengan lompatan tersebut
serangan maut dari kakek berbaju kuning pun terhindar.
Menyaksikan kejadian tersebut diam-diam para jago
merasa hormat bercampur kagum, pikirnya:
"Tak nyana keledai kecil ini pun pandai ilmu berkelit"

1712
sementara itu si kakek berbaju kuning tadi sudah
mendesak maju lebih ke depan, dalam waktu singkat ia
lancarkan empat buah pukulan berantai yang maha
dahsyat.
Di tengah angin pukulan yang menderu-deru,
serangan itu segera mengurung keledai kecil tadi hingga
jalan mundurnya ke empat penjuru tertutup sama sekali.
selama pertarungan berlangsung si Dewa cebol Cu Gi
masih tetap berbaring dipunggung keledainya tanpa
bergerak. kali ini dia pun belum bergerak juga, bahkan
tatkala serangan dari kakek berbaju kuning itu hampir
menyentuh tubuhnya ia masih belum merasa juga.
Kejadian ini kontan saja mengejutkan para jago, pikir
mereka:
"Tenaga pukulan orang ini amat kuat dan hebat, bila si
Dewa cebol Cu Gi tak mau membalas juga, ia pasti rugi
besar."
Dalam pada itu si kakek berbaju kuning itu sedang
keheranan ketika melihat Dewa cebol Cu Gi belum juga
melepaskan serangan balasan kendatipun secara
beruntun ia sudah melepaskan empat lima buah pukulan,
tanpa terasa ia menghentikan serangannya sambil
berjalan mendekat.
Baru saja iaakan mencengkeram tubuh lawannya,
mendadak Cu Gi yang berbaring di punggung keledainya

1713
itu menggerakkan tangan kanannya seraya menghardik:
"Jangan sentuh aku si orang tua."
Kakek berbaju kuning itu segera membalikkan tangan
kirinya langsung mencengkeram pergelangan kiri Cu Gi.
Mendadak terlihat Cu Gi menggerakkan kaki kirinya,
seperti sebuah ruyung lemas saja tahu-tahu kaki itu
berputar balik menendang sikut kakek berbaju kuning
tadi.
Lengan kanan si kakek berbaju kuning yang hendak
mencengkeram itu kontan saja terkulai lemas.
Menyaksikan kejadian ini para jago sama-sama
merasa terkejut, pikirnya:
"Tak disangka si Dewa cebol Cu Gi mampu melatih
ilmu lemasnya hingga mencapai taraf sedemikian tinggi,
andaikata tidak menyaksikan sendiri, sungguh membuat
orang sukar untuk percaya.":
Tiba-tiba terlihat si Dewa cebol Cu Gi melejit bangun,
kemudian dengan suara dingin berseru:
"Budak tua, sudah kubilang jangan bikin malu diri
sendiri tapi kau tak mau percaya, sekarang cepat
gelinding pergi, suruh si budak busuk itu yang maju
mencoba kehebatanku."
Kembali para jago dibuat tertegun, kalau didengar
pembicaraan itu tampaknya si "budak busuk" yang

1714
dimaksud adalah pemilik bunga bwee, tapi jelas si
Pemilik bunga bwee adalah seorang kakek berjenggot
panjang, sedang orang yang diumpat Cu Gi adalah Budak
busuk yang jelas menunjukkan seorang gadis muda, lalu
siapa yang dimaksud dan apa artinya?
Pemilik bunga bwee sendiri hanya menengadah ke
atas pura-pura tidak mendengar seakan-akan perkataan
si Dewa cebol itu bukan ditujukan kepadanya.
Dalam pada itu si kakek berbaju kuning yang sikut
kanannya kena ditendang cu Gi, seluruh lengan kanann
yakini sudah lumpuh dan sama sekali tak berfungsi, tentu
saja ia tak mampu melanjutkan pertarungan dalam
keadaan begini terpaksa ia harus mengundurkan diri dari
arena.
sambil tertawa dingin kembali si Dewa cebol Cu Gi
berseru:
"Hmmm Budak busuk. kau tak usah berlagak lagi,
mungkin saja orang lain tidak mengetahui latar
belakangmu, tapi jangan harap bisa membohongi aku si
orang tua."
Mendadak sorot mata si pemilik bunga bwee yang
tajam dialihkan ke wajah Dewa cebol, kemudian
menegur:

1715
"Hey, kau ngomel melulu, sebetulnya siapa sih yang
kau umpat?"
"Hehehehe... siapa yang sedang kumaki, tentunya kau
lebih jelas daripada orang lain."
Pelan-pelan Pemilik bunga bwee melangkah maju ke
muka, di bawah sinar matahari tampak di antara
sepasang matanya lamat- lamat terpancar keluar cahaya
putih yang mirip selapis kabut.
Mendadak Dewa cebol Cu Gi menarik kembali sikap
ugal-ugalannya, dengan mata terpejam ia duduk bersila
dipunggung keledainya, sikapnya amat serius,
tampaknya ia sedang mengerahkan tenaga dalamnya
untuk melawan datangnya serangan dari luar, hanya saja
kekuatan tersebut tidak terlihat dengan mata telanjang.
setibanya di hadapan Dewa cebol Cu Gi, dengan suatu
gerakan yang amat lambat pemilik bunga bwee
menggerakkan tangan kirinya mencengkeram lengan
lawan. Mendadak ketua Hian-hong-kau membentak
keras: "Tahan"
sambil membentak, tubuhnya meluncur ke hadapan
pemilik bunga bwee.
menghadapi kejadian ini Pemilik bunga bwee tidak
mengubah gerak tangan kirinya yang mencengkeram

1716
lengan cu Gi, sementara tangan kanannya diayunkan ke
belakang menghantam tubuh ketua Hian-hong-kau.
Tubuh ketua Hian-hong-kau yang sedang menerjang
ke muka itu mendadak tertahan, buru-buru ia menarik
kembali gerak maju badannya.
Terasa segulung desingan angin dingin melesat tiba,
buru-buru dia himpun tenaga dalamnya sambil
melepaskan satu pukulan untuk menahan datangnya
sergapan tersebut
Walaupun beberapa desingan angin dingin itu tertahan
juga oleh pukulannya, namun tak kuasa tubuhnya
terdesak juga mundur selangkah, melihat itu ketua Hianhong-
kau segera berpikir
"Untung sekali aku bertindak cepat, coba kalau tidak,
niscaya aku akan menderita kerugian besar, tampaknya
ilmu silat yang dimiliki Pemilik bunga bwee sungguh luar
biasa, meski digencet dari muka dan belakang namun
kekuatan serangannya tetap begitu hebat.."
sementara ingatan tersebut melintas lewat, tangan kiri
Pemilik bunga bwee sudah hampir menyentuh
pergelangan tangan si Dewa cebol Cu Gi.
pada detik yang terakhir inilah mendadak Dewa cebol
Cu Gi membuka matanya lebar-lebar, dengan sinar tajam
ditatapnya wajah pemilik bunga bwee itu, sementara

1717
tangan kanannya menyodok ke samping untuk
menghindari ancaman lawan, lalu dengan memancarkan
tenaga pukulan yang maha dahsyat berbalik menumbuk
tubuh Pemilik bunga bwee itu.
Tenaga dalamnya memang amat sempurna, bukan
saja bisa digunakan sekehendak hati, bahkan orang lain
tidak menyangka sama sekali akan kedahsyatan tenaga
serangan itu, Tampak pemilik bunga bwee menarik
tangan kirinya ke belakang lalu menyentil sementara
tubuhnya mundur dua langkah.
Pakaian yang dikenakan Dewa cebol Cu Gi seketika
menggelembung dan bergetar keras, keledai putih itu
pun tiba-tiba menekuk lutut depannya nyaris terjungkal
ketanah.
Dalam waktu yang amat singkat inilah kedua orang
tersebut sudah saling bertarung satu gebrakan, kedua
belah pihak sama-sama telah menggunakan seluruh
kemampuan yang dimilikinya untuk membinasakan
lawan, hanya saja para jago yang menyaksikan peristiwa
itu tidak mengetahuinya sama sekali.
Kakek bermata satu yang berdiri di belakang ketua
Hian-hong-kau segera bersorak memuji:
"llmu silat hebat, kepandaian hebat, harap kaucu
mundur, biar aku coba beberapa jurus ilmu silatnya."

1718
Ketua Hian-hong-kau menyingkir kesamping, Kakek
Bermata satu itu segera melejit ke depan, tongkat bambu
di tangan kanannya segera ditekan dan dibenamkan ke
atas tanah, setelah itu ia berdiri bersiap sedia.
Pelan-pelan pemilik bunga bwee membalikkan
badannya menatap kakek itu sekejap. lalu tegurnya
dingin: "siapa kau?"
"Aku sudah melupakan namaku, jadi tak perlu ditanya"
sahut kakek bermata satu itu sambil tertawa hambar.
Pemilik bunga bwee memperhatikan sekejap seluruh
badannya, lalu jengeknya dingin: "silahkan turun tangan"
"Aku siap melepaskan segenap kekuatanku untuk
menghadapi kau yang sudah lelah tidak sepantasnya bila
aku melepaskan serangan terlebih dulu."
"Bagus" seru Pemilik bunga bwee, tangan kirinya
segera diayun ke muka melancarkan sebuah pukulan.
Tangan kanan kakek bermata satu yang disilangkan di
depan dada itu segera ditolak pula ke muka, tapi dengan
cepat tangan itu ditarik kembali yang mana persis
menangkis tangan kanan Pemilik bunga bwee yang
sedang menyodok dadanya.
begitu bentrok satu gebrakan, masing-masing pihak
mundur dua langkah dari posisi semula.

1719
Pemilik bunga bwee segera mendengus dingin:
"Hmmm sungguh tak nyana di antara para jago yang
hadir hari ini masih terdapat seorang jago sehebat kau,
aku benar-benar salut"
"Terima kasih, terima kasih,"
Tiba-tiba kakek bermata satu itu menyodok tangan
kanannya ke muka lalu kiri kanan atas bawah masingmasing
melepaskan satu pukulan, sedemikian cepat
gerak tangannya ini membuat orang lain tak sempat
mengikuti semua gerakan secara jelas,
Bagi kawanan jago itu, mereka mengira tangan itu
hanya disodok ke muka lantas ditarik kembali, mimpipun
mereka tak bisa membayangkan bahwa dalam sodokan
tersebut justru dia telah melepaskan empat buah pukulan
yang mengancam empat bagian tubuh pemilik bunga
bwee yang berbeda.
Empat gulung tenaga dahsyat dari empat arah yang
berbeda serentak menerjang Pemilik bunga bwee.
Tatkala tenaga pukulan itu sudah meluncur dan
mengancam tubuh Pemilik bunga bwee, kakek bermata
satu sendiri justru sudah menarik kembali tangannya
sambil mundur sejauh empat lima depa dan menonton
perubahan dalam arena secara serius.

1720
Tampak Pemilik bunga bwee menyilangkan sepasang
tangannya di depan dada, ia terima pukulan itu dengan
keras melawan keras.
Kecuali kakek bermata satu serta Dewa cebol Cu Gi,
kawanan jago lainnya tak ada yang melihat bahwa gerak
silang yang dilakukan Pemilik bunga bwee itu
sesungguhnya merupakan tindakan untuk melindungi
jantungnya dari serangan sementara tenaga dalamnya
membendung keempat serangan yang mengancam
tubuhnya dari arah yang berbeda. Menyaksikan adegan
ini, kakek bermata satu itu segera bergumam:
"Tampaknya ombak belakang sungai Tian-kang telah
mendorong ombak di depannya, generasi muda sudah
saatnya menggantikan generasi tua, aku betul- betul
sudah tua bangka..."
Ternyata setelah menerima serangan tersebut
keadaan Pemilik bunga bwee tetap tenang saja, seakanakan
tidak terjadi sesuatu apapun, tangannya yang
disilangkan di depan dada pelan-pelan diturunkan.
Ketua Hian-hong-kau melirik kakek bermata satu itu
sekejap. lalu sambil memberi hormat kepada Pemilik
bunga bwee tegurnya: "Kita sudah bertarung berapa
babak?"
Pemilik bunga bwee tidak menjawab, dia hanya
menunjukkan dua jari tangannya lalu ditarik balik.

1721
sekali pun para jago dan ketua Hian-hong-kau
mengerti bahwa dua jari yang ditunjukkan mengartikan
dua babak. namun timbul juga kecurigaan dalam hati
mereka setelah melihat ia enggan bicara.
Dengan suara lirih Li Bun-yang segera berbisik kepada
Hongpo Lan:
"Agaknya Pemilik bunga bwee telah menderita luka
dalam yang cukup parah sehingga untuk berbicara pun
tak sanggup, jika ada orang bisa memaksanya untuk
berbicara, kemungkinan menang bagi pihak kita akan
semakin bertambah besar."
"Entah ketua Hian-hong-kau sudah mengetahui
belum?"
"Tentu saja sudah tahu, kecerdasannya berapa kali
lipat lebih hebat dariku, masa ia tidak melihatnya?"
"Aaaah... rupanya saudara Li mengetahui begitu jelas
tentang segala sesuatu ketua Hian-hong-kau?"
Li Bun-yang tahu kalau ia salah bicara maka sambil
tersenyum tidak berkata-kata lagi.
Terdengar ketua Hian-hong-kau mendesak lebih jauh:
"Kau tunjukkan kedua jari tanganmu, sebenarnya apa
artinya?"

1722
Nadanya tajam, memaksa pemilik bunga bwee mau
tak mau harus memberikan jawabannya.
Kakek berbaju kuning yang ada disisi arena segera
menimbrung:
"Majikanku maksudkan kita sudah bertarung dua
babak. masa urusan begini gampang pun tidak kau
pahami?"
"siapa yang kalah dalam dua babak ini?" jengek ketua
Hian-hong-kau sambil tertawa dingin.
Kakek berbaju kuning itu tertegun dan tak tahu
bagaimana harus menjawab, ketika berpaling ia saksikan
pemilik bunga bwee menunjukkan satu jari pada masingmasing
tangannya, maka ia pun menyambung:
"Kita masing-masing menangkan satu babak. berarti
masih ada delapan babak lagi."
Cepat ketua Hian-hong-kau menggeleng.
"Menurut pendapatku kita sudah bertanding tiga
babak. kau sudah menyerang si Dewa cebol Cu Gi
sebanyak puluhan jurus tanpa dibalas satu jurus pun oleh
lawanmu, masa dia dianggap kalah?"
"Sekali pun aku kalah lantas kenapa? Toh masih ada
tujuh babak."

1723
Ketua Hian-hong-kau termenung sebentar mendadak
ia berjalan mendekati pemilik bunga bwee, katanya: "Aku
ingin-..."
Buru-buru kakek berbaju kuning itu menghadang di
depan Pemilik bunga bwee sambil berseru:
"Biar kulayani dulu beberapa jurus seranganmu"
Meskipun tendangan Dewa cebol membuat lengan
kanan kakek berbaju kuning ini menderita luka parah,
namun setelah beristirahat berapa saat, keadaan lukanya
sudah jauh lebih ringan, maka ketika dilihatnya Pemilik
bunga bwee terluka dan butuh waktu untuk
mengembalikan daya tempur-nya, terpaksa ia harus
menyerempet bahaya dengan menghadang ketua Hianhong-
kau lebih dahulu, rencananya asal ia bertarung
melawan ketua Hian-hong-kau tersebut, berarti pemilik
bunga bwee akan peroleh waktu yang cukup untuk
memulihkan kembali kekuatannya. sambil tertawa dingin
ketua Hian-hong-kau menjengek:
"Aku sebagai seorang ketua partai tak bakal sudi
bertarung melawan manusia macam kau...."
ia segera memberi tanda, seorang manusia berbaju
serba hitam yang selama ini berdiri di sisi kirinya segera
maju sambil berseru: "Biar aku saja yang bertarung
melawanmu."

1724
Tangan kanan disilangkan di depan dada, tangan kiri
setengah ditekuk ke depan, ia siap menanti datangnya
serangan dari lawan.
"siapa kau?" tegur kakek berbaju kuning itu sambil
tertawa dingin, "Kau anggap dirimu pantas bertarung
melawanku?"
"Budak tua yang tidak tahu malu" umpat manusia
berbaju hitam itu gusar, sebuah pukulan dilontarkan ke
muka.
Kakek berbaju kuning itu ayunkan tangan kirinya balas
mencengkeram pergelangan tangan manusia berbaju
hitam itu.
Dengan cekatan orang itu menarik kembali tangan
kanannya, sementara telapak tangan kirinya secepat kilat
didorong ke muka, maka kedua orang itu pun terlibat
dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Kendatipun lengan kanan kakek berbaju kuning itu
terluka sehingga gerak geriknya kurang leluasa, namun
perubahan jurus serangannya tetap aneh, ampuh dan
luar biasa, bagaimana pun cepat dan hebatnya manusia
berbaju hitam itu melancarkan serangan, semuanya
berhasil dibendung hanya dengan lengan kirinya.
Dalam pada itu ketua Hian-hong-kau telah lewat dari
sisi kedua orang itu langsung menghampiri Pemilik bunga

1725
bwee, tantangnya: "Aku siap mencoba beberapa jurus
ilmu silatmu"
Tanpa membuang tempo kelima jari tangan kanannya
segera menyambar ke muka mencengkeram urat nadi
pada pergelangan tangan pemilik bunga bwee, selama ini
pemilik bunga bwee hanya pejamkan mata sambil
mengobati lukanya, dia seolah-olah tidak merasa sama
sekali akan datangnya kelima jari tangan dari ketua Hianhong-
kau.
Menunggu sampai ujung jari lawan hampir menyentuh
pergelangan tangannya ia baru membalik pergelangan
tangannya secepat kilat lalu menyentil ke depan.
segulung desingan angin tajam segera meluncur ke
muka dan menghantam kelima jari tangan ketua Hianhong-
kau yang hampir mengenai badannya itu.
Mimpipun ketua Hian-hong-kau tidak mengira dalam
keadaan terluka parah ternyata lawan masih memiliki
kekuatan sedemikian hebatnya, untuk menghindar
ternyata tak sempat lagi, tahu-tahu pergelangan
tangannya terasa jadi kaku, tangan kanannya yang
mencengkeram tangan kanan Pemilik bunga bwee
kehilangan tenaga hingga tanpa sadar terkulai lemas ke
bawah.
Berhasil melukai musuhnya pemilik bunga bwee tidak
memanfaatkan kesempatan itu untuk melancarkan

1726
serangan lagi, kembali dia pejamkan matanya rapatrapat.
Jelas gempuran tersebut telah banyak menghabiskan
tenaganya sehingga ia tidak memiliki tenaga lagi untuk
meneruskan serangan.
Ketua Hian-hong-kau kembali menghimpun tenaga
dalamnya, setelah menotok jalan darah di lengan
kanannya, dengan tangan kiri sekali lagi dia cengkeram
pergelangan tangan kiri Pemilik bunga bwee Tiba-tiba
Pemilik bunga bwee membuka matanya lebar- lebar
sambil menatap wajah ketua Hian-hong-kau tanpa
berkedip. sementara tubuhnya mundur dua langkah
dengan cepat.
Dengan suara rendah ketua Hian-hong-kau
menghardik:
"Posisimu sudah terjepit sekarang, lebih baik
menyerahkan diri saja...."
Belum habis ucapan itu diutarakan, mendadak Pemilik
bunga bwee membalik telapak tangan kanannya lalu
dihantamkan ke dada lawan.
Gempuran itu sangat mengambang dan sama sekali
tak bertenaga, ketua Hian-hong-kau segera memutar
tangan kirinya dan menyambut datangnya serangan
tersebut dengan keras melawan keras.

1727
sekali pun ketua Hian-hong-kau tidak tahu apakah
Pemilik bunga bwee masih memiliki kekuatan untuk
bertarung atau ti-dak. namun di hati kecilnya ia sadar
bahwa inilah satu-satunya kesempatan baginya untuk
meraih kemenangan.
oleh sebab itu kendatipun lengan kanannya terluka, ia
tetap bersikeras menyambut serangan dari Pemilik bunga
bwee itu dengan keras melawan keras.
Begitu sepasang tangan saling beradu, terjadilah suara
benturan yang sangat ringan, Pemilik bunga bwee
tergetar mundur sejauh tiga langkah dari posisi semula
sebaliknya ketua Hian-hong-kau tetap berdiri tak
bergerak sedang tangan kirinya pelan-pelan ditarik
kembali.
Tempik sorak segera bergema memecahkan
keheningan, para jago sama-sama bersorak memuji:
" Ketua Hian-hong-kau telah menang, kita sudah
menang kan satu babak lagi"
Hanya Li Bun-yang seorang yang mengetahui bahwa
gelagat tidak beres, tanpa perduli bakal dicemooh orang
lain ia segera berjalan menghampiri ketua Hian-hong-kau
sambil tegurnya:
"Parah tidak lukamu?"

1728
sambil bertanya ia bermaksud menggenggam lengan
ketua Hian-hong-kau. Mendadak terdengar seseorang
membentak dengan suara berat: "Jangan disentuh"
Tampak kakek bermata satu itu maju mendekat
dengan langkah lebar. Li Bun-yang tertegun, ditatapnya
kakek bermata satu itu sambil bertanya penuh gelisah:
"Locianpwee, bagaimana keadaan lukanya?"
Kecuah Li Bun-yang sekalian beberapa orang terbatas,
hampir boleh dibilang para jago lainnya tidak tahu siapa
gerangan kakek bermata satu itu, ketika para jago
melihat ahli waris generasi ketiga dari bukit Hong-san ini
bersikap begitu hormat terhadap kakek itu, tentu saja
mereka semua jadi tercengang,. Terdengar kakek
bermata satu itu menjawab:
" Ia sudah terkena ilmu pukulan penghancur hati...."
"Ilmu pukulan penghancur hati.,." seru Li Bun-yang
terkejut
"Benar, ilmu pukulan ini sudah ratusan tahun lamanya
punah dari dunia persilatan sungguh tak disangka
sekarang dapat muncul kembali di sini..."
"Locianpwee, apakah masih bisa ditolong?"
"Aku belum pernah tahu adakah obat yang bisa
digunakan untuk mengobati luka akibat pukulan
penghancur hati. " Li Bun-yang menghela napas panjang.

1729
"Locianpwee, kalau toh kau tidak tahu cara untuk
menolongnya, terpaksa aku harus membawanya pulang
ke bukit Hong-san."
"Dalam keadaan dan saat seperti ini lebih baik jangan
sentuh dia."
"Dari pada membiarkan dia duduk menunggu ajal,
lebih baik kita berusaha untuk mencoba menolongnya,
untuk sementara waktu urusan partai bisa locianpwee
selesaikan" Bicara sampai di situ kembali ia bermaksud
menangkap tangan ketua Hian-hong-kau. Mendadak
terdengar seseorang berkata dengan suara lembut:
"Lebih baik jangan kau sentuh dia lebih dulu, ilmu
pukulan penghancur hati bukan kepandaian yang
mematikan,jadi tak usah kau herankan-"
Li Bun-yang menarik kembali tangan kanannya seraya
berpaling, tampak seorang pemuda bertopi kecil sedang
berjalan mendekat dengan langkah lambat.
Perawakan tubuh orang ini kecil mungil, sepintas lalu
usianya baru empat lima belas tahunan.
Satu ingatan melintas dalam benak Li Bun-yang, ia
segera menghadang jalan pergi pemuda itu dan menegur
seraya memberi hormat:
"llmu pukulan penghancur hati merupakan ilmu sakti
yang sudah punah dari dunia persilatan, setiap anggota

1730
persilatan tahu bahwa ilmu tersebut hebat dan sukar
ditolong, siapa kau, kenapa berani bicara sesumbar?"
"Aku hanya bertanya saja tanpa mempunyai maksud
lain, harap saudara bersedia menolong jiwanya . "
orang berbaju hijau itu tidak bicara lagi, pelan-pelan
dia berjalan mendekati ketua Hian-hong-kau lalu dari
sakunya mengambil keluar sebuah kotak kemala yang
penuh berisi jarum emas.
Dengan amat cekatan dia mengambil sebatang jarum
dan langsung ditusukkan ke atas jalan darah Cian-kenghiat
pada bahu kanan ketua Hian-hong-kau itu.
Tampak orang itu bekerja cepat, dalam waktu singkat
ia telah menusuk tubuh ketua Hian-Hong-kau itu dengan
delapan belas batang jarum emas.
sementara itu perhatian semua jago telah ditujukan ke
wajah orang berbaju hijau serta ketua Hian-hong-kau,
mereka menantikan perubahan yang bakal terjadi.
Li Bun-yang paling gelisah, diam-diam ia sudah
menghimpun tenaga dalamnya sambil bersiap sedia,
begitu melihat gelagat tidak beres maka ia berniat
menyerang orang berbaju hijau itu dengan sepenuh
tenaga.
Waktu pun berlalu dalam suasana hening namun
menegangkan, meskipun di tempat itu berkumpul

1731
beratus-ratus orang jago namun tak kedengaran sedikit
suara pun, siapa saja di antara mereka tak bisa menduga
perubahan apa yang bakal terjadi di situ sehingga
keheningan tersebut mendatangkan suasana sumpek di
dada setiap orang.
Tiba-tiba terdengar ketua Hian-hong-kau yang berdiri
kaku itu menghela napas panjang sambil pelan-pelan
menggerakkan lengannya.
Pemuda berbaju hijau itu segera tersenyum hingga
teriihat sebaris giginya yang rapi bersih, sambil
menengok Li Bun-yang sekejap serunya: "Kau sudah
percaya dengan perkataanku bukan?"
Tampak Pemilik bunga bwee yang semula pejamkan
matanya itu mendadak membuka matanya kembali,
katanya dingin: "Kalian telah kalah"
Paras muka Pemilik bunga bwee waktu itu sudah
nampak normal kembali, matanya memancarkan sinar
tajam dan air mukanya merah dadu, tampaknya
menggunakan waktu yang amat singkat itu dia sudah
memulihkan kembali kekuatan badannya yang hilang.
Kakek bermata satu itu menghentakkan tongkatnya ke
atas tanah, sambil maju dengan langkah lebar serunya:

1732
"Ilmu silat yang anda miliki betul-betul sempurna, kau
terhitung tokoh sakti nomor satu yang pernah kujumpai
selama hidup-ku...."
"Kau masih ingin bertarung melawanku?"
"Meskipun kepandaian silat yang kau miliki amat luas
dan sempurna, namun aku yakin masih mampu
menandingi kehebatanmu, lihat saja nanti siapa yang
lebih unggul."
"Kau telah melepaskan kesempatan yang amat baik
untuk menghabisi nyawaku...."
"Belum pernah aku cari keuntungan dari kesulitan
orang lain"
"Sayang sekali kesempatan bagimu untuk menghadapi
dirikupun sudah tak ada lagi...."
"Aku tidak paham dengan maksud perkataanmu itu."
"Gampang sekali, maksudku kau sudah tidak memiliki
kemampuan untuk bertarung lagi...."
"oooh, kalau soal ini mah aku tak percaya" tukas
kakek bermata satu dingin.
"Kalau tak percaya kenapa tidak dicoba mengerahkan
tenaga?"

1733
Kakek bermata satu itu menurut dan mencoba
mengatur pernapasan, tiba tiba paras mukanya berubah
hebat, dengan penuh amarah bentaknya:
"Kau menyebut dirimu sebagai seorang manusia
gagah, kau tidak merasa tindakanmu itu kelewat munafik
dan licik?" Pemilik bunga bwee tertawa hambar.
"Ketika delapan belas orang jago mengerubuti
mendiang orang tuaku dulu, apakah di antara mereka
bukan jago-jago kenamaan semua? Main keroyok seperti
itu tidak kau anggap munafik dan licik?" setelah berhenti
sejenak, kembali sambungnya dengan suara lantang:
"silahkan kamu semua mencoba untuk mengatur
pernapasan,"
Walaupun para jago tidak paham dengan apa yang
dimaksudkan tapi semuanya menurut juga untuk
mengatur pernapasan,
Tapi dengan cepat mereka berdiri tertegun dan tak
tahu apa yang harus diperbuat.
Ternyata begitu para jago mencoba untuk mengatur
pernapasan, mereka segera merasa daerah "tan-tian"
mereka secara lamat- lamat terasa sakit, seperti terkena
racun yang amat ganas, bukan begitu saja, semakin
mereka coba untuk menghimpun tenaga dalam, rasa
sakit yang menyerang justru makin menghebat.

1734
Tak bisa disangkal lagi semua jago telah keracunan
yang menyebabkan ilmu silat mereka punah sama sekali,
berarti juga mereka telah kehilangan kemampuan untuk
bertempur,jangan lagi melakukan perlawanan, kekuatan
untuk melarikan diripun ikut lenyap.
Helaan napas panjang pun berkumandang
memecahkan keheningan, siapa saja mengerti, dalam
keadaan dan situasi seperti ini mereka sudah kehilangan
kemampuan untuk menentukan nasib sendiri
Dengan suara keras pemilik bunga bwee berkata:
"Aku percaya anda semua telah mencoba untuk
mengatur pernapasan dan membuktikan bahwa apa yang
kukatakan bukan gertak sambal belaka...." setelah
berhenti sejenak, terusnya lagi dengan suara keras:
"Kini tersedia dua jalan bagi kalian semua untuk
memilih, ke satu bunuh diri di tempat atau kedua
menyerahkan diri sambil menunggu hukuman, aku yakin
kamu semua tentu paham bahwa kesempatan bagi kalian
untuk melarikan diripun ikut lenyap."
Mendengar perkataan tersebut, tanpa terasa Li Bunyang
berpaling memandang kakek bermata satu itu
sekejap. lalu bisiknya:
"Locianpwee, benarkah kita sudah kehilangan sama
sekali kemampuan untuk memberikan perlawanan?"

1735
setelah mendengarkan penuturan coat-pin taysu
tentang peristiwa lalu, ia segera mengambil kesimpulan
bahwa Ciu Huang serta almarhum ayahnya merupakan
pentolan daripara jago yang mengerubuti seebun Hong
suami istri tempo dulu, apabila asal usulnya sampai
ketahuan pemilik bunga bwee sekarang, sudah dapat
dipastikan ia pasti tak akan dilepaskan dengan begitu
saja.
Dengan penuh amarah kakek bermata satu itu
menjawab:
"Benar, kita semua telah kehilangan daya kemampuan
untuk melawan, kecuali menyerah tak ada jalan lain
lagi."
Li Bun-yang menghela napas panjang, sambil
berpaling ke arah Pemilik bunga bwee dia menegur:
"Tahukah kau siapa aku?"
"setiap orang yang ikut hadir dalam pertemuan hari ini
merupakan jago-jago kenamaan dalam dunia persilatan,
hanya saja aku tak bisa menghapal nama kalian satu
persatu."
"Meskipun anda tak kenal diriku, paling tidak kau tentu
kenal dengan ahli waris generasi kedua dari keluarga
persilatan bukit Hong-san bukan...."

1736
"Kau maksudkan Li Tong-yang?" seru Pemilik bunga
bwee dengan sepasang mata berkilat
"Dia adalah mendiang ayahku."
"oooh, kalau begitu kau tentulah Li Bun-yang, ahli
waris generasi ketiga dari keluarga persilatan bukit Hongsan-"
"Tepat sekali dugaanmu"
"Bagus, bagus sekali, kematian ayahmu memang
sempat mengecewakan perasaanku sebab aku tak
mampu mengorek keluar hatinya untuk sesaji di depan
abu orang tuaku, kehadiranmu sangat kebetulan, kau
bisa menggantikan kedudukannya.,."
"saat ini semua jago yang ada di sini ibarat burung
dalam sangkar semua nasib Mereka berada di tanganmu,
meski aku tak menguatirkan keselamatan jiwaku namun
ada satu hal yang tetap tidak kupahami, bersediakah kau
memberi penjelasan agar kami semua bisa mati dengan
meram?"
"Tanya saja, bagaimana yang tidak kau pahami?"
"Kami sama sekali tidak menyentuh arak serta
hidangan yang kau sajikan, dengan cara apa kau mampu
meracuni beratus orang jago tanpa mereka sadari?"

1737
"Tahukah kau apa sebabnya kupilih tempat semacam
ini sebagai tempat untuk men-jamu kalian?"
"Aku tidak paham."
"Aku hendak menggunakan rerumputan liar itu untuk
meracuni kalian tanpa kalian sadari sebelumnya."
"Bagaimana mungkln rerumputan di sini bisa beracun,
bahkan bisa meracuni kami tanpa menimbulkan sedikit
baupun?"
"Sepintas lalu peristiwa ini kelihatanya aneh dan
penuh misteri, padahal kalau dijelaskan tak ada
anehnya...."
ia berhenti sejenak. setelah memandang sekejap para
jago yang berdiri termangu itu, sambungnya lebih jauh:
"Mula-mula kulumuri rerumputan liar dan pepohonan
di sekitar tempat ini dengan air yang sudah dicampur
dengan racun ganas, embun pagi akan membuat bubuk
racun yang hampir mengering itu menempel dan
menyebar di seluruh tangkai, daun serta ranting pohon,
karena
disinari matahari hampir setengah hari lamanya,
embun pagi itu akan mengering, maka tatkala angin
berhembus lewat, bubuk racun yang sudah menempel
pada dahan, ranting serta dedaunan akan berguguran
dan beterbangan ke-empat penjuru, padahal bubuk

1738
racun yang kupakai tidak berwarna maupun berbau,
ketika kalian berbicara dan bernapas di sekitar tempat
ini, bubuk racun itu ikut terhirup masuk ke tubuh kalian
tanpa disadari, otomatis kalian pun akan keracunan
tanpa terasa...."
"ooh... rupanya begitu, betul- betul hebat."
"Tapi semuanya itu bukannya tanpa syarat yang bisa
dilakukan setiap orang, perubahan cuaca, kekuatan
angin,arah angin serta situasi medan harus
diperhitungkan sebelumnya dengan jelas dan pasti,
dengan demikian, sekali tembak kita baru akan
mendatangkan hasil yang luar biasa."
"Apakah kau sendiri tidak kuatir ikut keracunan?"
tanya Li Bun-yang keheranan Pemilik bunga bwee
tersenyum.
"Aku berharap kalian semua keracunan, tentu saja
kalau aku sendiri pun ikut keracunan hal ini kelewat
menggelikan"
"Dari kemampuan anda untuk meracunkan semua
jago dengan cara begini dapat disimpulkan bahwa
kecerdasanmu memang luar biasa" kata Li Bun-yang
dengan kening berkerut, "Padahal semenjak memasuki
arena aku selalu memperhatikan situasi di sekeliling
tempat ini, aku tak berhasil menemukan gejala-gejala
yang mencurigakan"

1739
"Kalau persiapanku sampai ketahuan kalian, mana
mungkin aku bisa meracuni kamu semua?"
"Caramu itu memang hebat, jitu dan sukar diduga
orang, tapi tindakan ini kelewat licik, keji dan pengecut."
"Menggunakan tentara harus pandai bertaktik perang,
makin hebat taktik itu makin luar biasa hasilnya,
sekarang kita berhadapan sebagai musuh, buat apa kita
mesti hiraukan soal welas kasih atau kejujuran?"
"Bila anda mampu menghabisi kami dengan
mengandalkan ilmu silat, itu baru kemenangan yang
betul- betul mengagumkan "
"Jadi kau tak puas dengan kekalahan ini?"
"Menghilangkan daya kemampuan kami untuk
melawan dengan cara yang licik dan keji, bukan saja aku
kalah dengan perasaan tak puas, bahkan rasa
kecewakupun luar biasa."
"Ketika orang tuaku mati dicincang para jago, apa kau
anggap mereka kalah dengan perasaan puas, mereka
bisa mati dengan mata meram?" Coat-pin taysu yang
selama ini membungkam tiba-tiba menyela:
"Meskipun orang tuamu tewas dikerubuti para jago,
namun mereka mati dalam pertarungan di mana masingmasing
pihak mengandalkan kepandaian silat yang

1740
dimiliki kalau dibandingkan dengan membokong
menggunakan racun tentu saja beda sekali."
"Jadi maksud taysu?"
"Maksudku, sepantasnya bila seebun sicu memberi
kesempatan kepada mereka untuk mengandalkan ilmu
silatnya meraih kemenangan,"
Pemilik bunga bwee termenung sambil berpikir berapa
saat lamanya, mendadak ia berjalan menghampiri ketua
Hian- hong- kau dan menyambar kain cadar mukanya
sembari berseru:
"lngin kulihat bagaimana sih ketua Hian- hong- kau
yang amat cerdik ini?"
Ketika ujung jarinya hampir menyentuh di atas kain
Cadar muka ketua Hian-hong-kau, mendadak ketua itu
mundur dua langkah menghindari sambaran lawan,
sahutnya dingin:
"Bila tindakanmu meracuni para jago termasuk juga
dalam taruhan ini, maka sekali lagi kau kalah dalam
babak ini, masih ada seorang di antara para jago yang
hadir di tempat ini sama sekali tidak keracunan-"
"Aku tak percaya kalau kau tidak keracunan?" seru
Pemilik bunga bwee sambil menarik kembali tangannya.
"Apa yang harus kuperbuat hingga kau percaya?"

1741
"Terima dulu tiga buah pukulanku, akan kulihat
betulkah kau tidak keracunan-..."
"Tidak bisa" tukas Li Bun-yang, "Dia baru saja terkena
ilmu pukulan penghancur hatimu di mana beruntung
ditolong saudara itu, sekarang tusukan jarum emas di
tubuhnya pun belum dicabut, bagaimana mungkin bisa
bertarung melawanmu?"
"Jalan pikiran orang ini memang keji dan kejam" sela
ketua Hian-hong-kau dingin, "Ia memang berharap aku
terluka dalam tiga pukulannya itu, bila demikian, sekali
pun aku tak sampai keracunan, orang mati mana bisa
memberikan kesaksian?" Pemilik bunga bwee segera
tertawa dingin:
"Hmmm, jadi kau pun tahu bahwa dirimu tak mampu
menerima ketiga buah pukulan-ku?"
"Aku sudah terkena ilmu pukulan penghancur hatimu
hingga kondisi tubuhku belum pulih kembali, dalam satu
jam mendatang aku tidak memiliki kemampuan untuk
bertarung lagi."
"Hehehe... kasihan amat perkataanmu itu,jadi kau
ingin mohon aku mengampuni jiwamu?" ejek Pemilik
bunga bwee sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Kini, para jago sudah termakan bokonganmu hingga
keracunan hebat dan menyerahkan nasibnya di

1742
tanganmu, apa pula arti kematian bagiku seorang?
Bagaimana pun hebatnya ilmu silatmu dan
kecerdikanmu, tak mungkin kau bisa melawan para jago
dari seluruh dunia, suatu ketika nanti toh bakal menemui
ajalnya juga, jadi kematian antara kau dan aku hanya
berbeda dalam soal waktu saja." sekali lagi pemilik bunga
bwee tertawa dingin.
"Ketajaman lidahmu tak akan membantu kau untuk
lolos dari musibah hari ini, baiklah, kalau toh kau
mengatakan tidak keracunan, biar aku membunuhmu
lebih dulu."
Tubuhnya segera bergerak maju dan membabat tubuh
ketua Hian-hong-kau. Dengan penuh amarah Li Bunyang
menghardik: "Tahan"
Tubuhnya menerjang maju ke muka, siapa tahu baru
saja kakinya menjejak tanah, badannya sudah roboh
terjungkal.
Rupanya dalam gelisah dan gUsarnya ia sudah lupa
kalau dirinya keracunan, begitu hawa murninya coba
dikerahkan, racun dalam tubuhnya pun segera kambuh,
akibatnya diapun roboh terjungkal.
Meskipun ia menggertak gigi tanpa bicara, namun dari
peluh yang bercucuran membasahi jidatnya, siapa pun
tahu bahwa ia sedang berjuang untuk melawan

1743
penderitaan dan siksaan yang dialaminya akibat daya
kerja racun di tubuhnya.
Dalam pada itu ketua Hian-hong-kau telah berkelit ke
samping menghindarkan diri dari serangan musuh,
tangan kanannya segera merogoh ke dalam saku
menggenggam sesuatu, ancamnya:
"Baiklah, mari kita mati bersama-sama,
pengorbananku ini pasti akan dianggap sebagai pahala
besar bagi umat persilatan,"
"Hmmm, kau anggap aku takut dengan gertak
sambalmu...." seru pemilik bunga bwee.
Meskipun berkata begitu, ia toh tak berani mendesak
lebih jauh, kepalanya berpaling dan memandang kakek
berbaju kuning itu sekejap. Ketika itu si kakek berbaju
kuning telan berhenti bertarung melawan orang berbaju
hitam itu, begitu mendengar perintah majikannya, ia
segera melompat maju ke depan-
" Coba kau periksa benda apa yang digenggamnya
itu"perintah Pemilik bunga bwee.
Kakek berbaju kuning itu mengiakan, tubuhnya
menerjang maju ke muka mendekati ketua Hian-hongkau.
Kakek bermata satu yang berdiri di belakang ketuanya
segera berseru pula: "silahkan ketua berdiri di sisiku"

1744
Baru saja ketua Hian-hong-kau hendak menyingkir
kakek berbaju kuning itu sudah memburu maju lebih
dulu menghadang jalan mundurnya. Dalam pada itu,
pemuda baju hijau yang memakai topi kecil itu hanya
membungkam diri selama ini, menanti kakek berbaju
kuning itu sudah menghadang jalan pergi ketua Hianhong-
kau, ia baru maju ke muka sambil berseru: "Tahan"
"Kenapa? Kau juga ingin turut campur dalam urusan
ini?" tegur kakek berbaju kuning itu gusar.
Pemuda berbaju hijau itu tertawa.
"Meskipun aku memiliki kemampuan untuk
menghidupkan kembali orang mati, sayang dalam ilmu
silat tak mengerti apa-apa, bagaimana mungkin aku,
dapat bertarung melawanmu?"
" Kalau memang tak mengerti ilmu silat, lebih baik
cepat-cepat menyingkir dari sini,"
"Di tubuhnya masih penuh tancapan jarum emas,
dalam keadaan begini mana mungkin ia bisa bertarung?
Lebih baik biar kucabuti dulu jarum-jarum tersebut
sebelum kalian bertarung."
Baru saja kakek berbaju kuning itu hendak
mengumbar hawa amarahnya, Pemilik bunga bwee telah
menyela:
"Biarkan dia cabuti dulu jarum-jarum emas itu"

1745
sambil tersenyum pemuda berbaju hijau itu segera
mengejek:
"Nah, sudah kau dengar perintah ketua mu? sebagai
budak kenapa tidak segera menggelinding ke samping?"
Hijau membesi paras muka kakek itu saking gusar dan
mendongkolnya, namun ia tak berani membangkang
perintah majikan-nya, terpaksa dengan wajah bersungutsungut
mengundurkan diri dari situ.
Pelan-pelan orang berbaju hijau itu menghampiri
ketua Hian-hong-kau, ketika tangannya bekerja keras
mencabuti jarum-jarum emas dari tubuh ketua Hianhong-
kau itu, bisiknya lirih:
"Caramu ini hanya bisa mendong situasi untuk sesaat,
sebentar kemudian rahasiamu pasti akan ketahuan, kini
hanya ada satu cara saja untuk melewatkan kalian dari
ancaman bahaya."
setelah menyaksikan kemampuannya untuk mengobati
luka akibat pukulan penghancur hati tadi, ketua Hianhong-
kau sudah menaruh perasaan kagum terhadap
orang ini, segera pikirnya:
"Tampaknya untuk meloloskan diri dari ancaman
bahaya hari ini, aku harus tergantung pada kemampuan
orang ini...."

1746
Berpikir demikian, ia pun bertanya lirih: "Akal apa
yang kau miliki?"
"Dengan cara yang sama kita kerjai mereka"
"Maksudmu dengan racun melawan racun ?"
Mendadak terdengar Pemilik bunga bwee menegur
sambil tertawa dingin-
"Hmmmm Apa yang sedang kalian bicarakan?
HHuuuh.,, sekali pun kalian punya akal busukpun aku tak
bakal takut"
Ternyata mereka berdua berbicara dengan
menggunakan ilmu menyampaikan suara, maka meski
pemilik bunga bwee memiliki ketajaman pendengaran
yang luar biasa pun ia tak berhasil menangkap
pembicaraan itu secara jelas. Terdengar orang berbaju
hijau itu berkata lagi:
"Buka tangan kananmu lebar-lebar, aku hendak
serahkan sejenis racun jahat kepadamu, ketika
melakukan pertarungan nanti manfaatkan kesempatan
tersebut untuk menyalurkan racun tadi ke dalam
tubuhnya."
"Baik Akan kulaksanakan idemu itu."
Agaknya untuk menyelesaikan perkataannya tadi
orang itu sudah menggunakan seluruh tenaganya, maka

1747
ketika selesai berbicara, ia sudah kecapaian hingga
bermandikan keringat.
Dengan wajah pucat pias dan keringat bercucuran
membasahi tubuhnya, orang itu mencabut semua jarum
emas dari tubuh ketua Hian-hong-kau, menggunakan
kesempatan tersebut dia serahkan sebuah benda kecil ke
tangan orang itu, kemudian baru pelan-pelan
mengundurkan diri dari situ.
Dengan sorot mata yang tajam Pemilik bunga bwee
mengawasi pemuda berbaju hijau itu lekat-lekat,
kemudian tegurnya: "siapa kau?"
"Aku pemilik bunga anggrek" sahut pemuda itu sambil
menyeka peluh dari wajahnya.
"Kurang ajar, kau berani mempermainkan aku" teriak
pemilik bunga bwee penuh amarah, tangan kanannya
diayunkan kedepan siap melancarkan sebuah pukulan-
"Eeeeeh,.. tunggu dulu, tunggu dulu, bila bertanding
silat aku pasti bukan tandinganmu tapi kalau bertarung di
bidang lain, aku akan siap melayani tantanganmu"
sementara itu ketua Hian-hong-kau telah menarik napas
panjang kemudian berkata:
"Pemilik bunga bwee, jika aku mampu menerima tiga
buah pukulanmu, maka apa yang akan kau perbuat?"

1748
Agaknya Pemilik bunga bwee tidak mengira ketua
Hian-hong-kau yang jelas sudah tahu bukan
tandingannya ternyata berani mengajukan usul tersebut,
untuk sesaat dia berdiri tertegun, tapi jawabnya
kemudian-
"Bila kau mampu menerima tiga buah pukulanku,
anggaplah nasibmu memang lagi bagus"
Ia tahu ketua Hian-hong-kau banyak akalnya dan tidak
diketahui permainan apa yang sedang dipersiapkan,
karena itu ia tak berani menjanjikan apa-apa. sambil
tertawa dingin ketua Hian-hong-kau segera menjengek:
"Bagaimana? Kau tak berani bertaruh denganku untuk
membebaskan para jago yang hadir di sini bila aku
sanggup menerima tiga buah pukulanmu?" Pemilik bunga
bwee tertawa hambar.
"Aku tahu kau berbuat demikian bukan lantaran ingin
beradu kekuatan denganku, sebab kemampuanmu jelas
bukan tandinganku setelah aku tahu bahwa kau berniat
jelek kepadaku, kenapa pula aku mesti menuruti
kemauanmu dengan menghantarkan diri masuk ke dalam
perangkapmu? "
"Hmmmm... sayang sekali dugaanmu keliru besar, kali
ini aku benar-benar ingin mengandalkan ilmu silat untuk
beradu kekuatan denganmu."

1749
" Kalau benar-benar begitu, mungkin hanya satu
pukulan pun kau tak bakal mampu untuk menerimanya .
"
"Tak usah banyak bicara, kenapa tidak kita buktikan
segera?"
Dia hanya tahu di antara sela jari tangannya terselip
sebuah benda kecil mirip kacang hijau, sedang mengenai
benda apakah itu dan bagaimana caranya menyalurkan
racun ke dalam tubuh pemilik bunga bwee, ia sama
sekali tak paham.
Dalam keadaan yang terjepit seperti saat ini dia hanya
tahu mencoba setiap cara yang mungkin bisa dilakukan
untuk mencoba meloloskan diri dari bahaya maut, karena
itulah pelan-pelan dia berjalan mendekati Pemilik bunga
bwee.
Tampaknya Pemilik bunga bwee sendiripun sudah
menduga bahwa di antara sela jari tangan lawan terselip
sesuatu, maka dengan sorot mata yang tajam dia awasi
gerak gerik lawannya tajam-tajam.
Ketika menyaksikan tangan kiri ketua Hian-hong-kau
dipentangkan sedang tangan kanannya dikepal kencang,
sambil tertawa dingin ia menegur lagi: "Benda apa yang
berada dalam genggaman tangan kananmu?"

1750
"Coba lihatlah sendiri" sahut ketua Hian-hong-kau
sambil mementangkan tangannya,
"Hmmm, aku tahu kau hendak menipu aku"
" Kalau sudah tahu aku menggunakan akal untuk
menipumu, kenapa kau tak berani maju sendiri untuk
menghadapiku kalau takut, suruh saja budak tuamu itu
untuk maju ke depan"
Dimaki habis-habisan sebagai "budak", kakek berbaju
kuning itu kontan saja naik pitam, dengan penuh amarah
bentaknya: "siapa yang kau maki? Kubacok tubuhmu
sampai mampus"
Tubuhnya melompat ke depan dan langsUng
menerkam ketua Hian-hong-kau. Mendadak terlihat
cahaya tajam berkilauan, tiga titik cahaya yang amat
menyilaukan mata meluncur ke muka.
Kakek berbaju kuning itu segera menarik kembali
tenaga murninya sambil melayang turun ke bawah,
dengan cekatan ia menghindarkan diri dari sergapan tiga
batang paku penembus tulang.
Terdengar suara dengusan tertahan bergema
memecahkan keheningan, seorang lelaki berbaju hitam
tahu-tahu roboh terjungkal ke atas tanah.
Rupanya untuk membantu ketua Hian-hong-kau,
secara diam-diam ia mengeluarkan tiga batang jarum

1751
penembus tulang dan disambitkan ke arah kakek berbaju
kuning, sayang racun dalam tubuhnya segera bekerja
hingga tubuhnya roboh terjungkal ke tanah. sambil
tertawa dingin pemilik bunga bwee segera berkata:
"Ahli waris generasi ketiga dari bukit Hong-san serta
lelaki berbaju hitam itu merupakan contoh yang paling
bagus, barang siapa tak kuatir mampus, silahkan saja
mengikuti jejak mereka berdua dengan melancarkan
serangan kepada kami...."
sementara berbicara tangan kanannya diayunkan
menghalangi gerak maju kakek berbaju kuning itu,
kemudian dengan langkah lebar menghampiri ketua
Hian-hong-kau sambil ujarnya lebih jauh:
"Asal kau berani menyambut seranganku ini, akan
kubuat kau mampus dengan darah berceceran"
Tangan kanannya diayun ke muka, sebuah pukulan
dahsyat dilontarkan-
"Belum tentu begitu" sahut ketua Hian-hong-kau
sambil diam-diam menggertak gigi.
Dengan mengerahkan segenap tenaga yang
dimilikinya, ia sambut datangnya pukulan dari Pemilik
bunga bwee itu dengan tangan kirinya, "Blaaammmm. . .
"

1752
Begitu sepasang tangan saling beradu, terjadilah suara
ledakan yang amat keras. Tubuh ketua Hian-hong-kau
tiba-tiba saja mencelat ke tengah udara dan terlempar
sejauh tujuh-delapan depa dari posisi semula.
sebaliknya Pemilik bunga bwee tetap berdiri tak
bergerak. wajahnya tenang seolah-olah tak terjadi
sesuatu apa pun-
Buru-buru Kakek Bermata satu itu menghampiri ketua
Hian-hong-kau, berjongkok dan memeriksa denyut nadi
pada pergelangan tangan kanannya.
"Bagaimana keadaan lukanya?" tanya pemuda berbaju
hijau itu sambil menghela napas panjang.
"Parah sekali lukanya"
"Asal denyut nadinya belum putus, tak akan jadi
masalah." Dari sakunya ia mengeluarkan sebutir pil,
kemudian melanjutkan-
"TOlong locianpwee, berikan pil ini kepadanya, dalam
keadaan dan situasi seperti ini dia tak boleh mati."
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu
kakek bermata satu itu menatap wajah pemuda berbaju
hijau itu lekat-lekat, lalu tegurnya? "obat apakah itu?"
"Aku tak akan mencelakai dia, harap lo-cianpwee
segera memberikan pil itu kepadanya."

1753
setelah menerima pil itu dengan cepat kakek bermata
satu itu membuka sedikit kain cadar muka ketua Hianhong-
kau dan menjejalkan obat itu ke dalam mulutnya.
Dari dalam sakunya pemuda berbaju hijau itu
mengeluarkan dua batang jarum dan dengan cepat
ditusukkan pula ke arah dua buah jalan darah ditubuh
ketua Hian-hong-kau.
Begitu jalan darah tertusuk jarum, tiba-tiba saja ketua
Hian-hong-kau melompat bangun.
Dengan suara lirih pemuda baju hijau itu berbisik:
"Kau harus kobarkan semangatmu untuk memimpin
para jago serta mengatasi masalah didepan mata,
ingatlah nasib para jago berada ditanganmu seorang...."
"Terima kasih atas petunjukmu"
Dengan langkah lebar dia berjalan menghampiri
pemilik bunga bwee, kemudian ujarnya lagi:
"Masih ada dua pukulan yang belum diselesaikan"
Paras muka Pemilik bunga bwee kaku tanpa emosi,
seakan-akan ia sama sekali tidak mendengar apa yang
diucapkan ketua Hian-hong-kau itu. Tiba-tiba pemuda
berbaju hijau itu berkata sambil tersenyum:
"Ia sudah sadar kalau dirinya keracunan hebat,
sekarang kau boleh berunding dengannya."

1754
"Benarkah kejadian ini?" Ketua Hian-hong-kau
setengah percaya setengah tidak.
"Tentu saja sungguh, bicaralah dengan perasaan lega,
kecuali ia memang berniat menghabisi nyawamu"
Keseriusan ucapan tersebut semakin menambah rasa
percaya ketua Hian-hong-kau terhadap pemuda berbaju
hijau itu, dengan kecepatan tinggi tangan kanannya
menyambar depan mencengkeram pergelangan tangan
kanan pemilik bunga bwee.
siapa tahu Pemilik bunga bwee sama sekali tidak
menghindar atau menangkis, ia tetap berdiri kaku dan
membiarkan pergelangan tangannya dicengkeram lawan-
Tentu saja peristiwa ini jauh di luar dugaan ketua
Hian-hong-kau, untuk berapa saat ia sampai berdiri
termangu.
Melihat urat nadi pada pergelangan tangan
majikannya berhasil dicengkeram musuh, kakek berbaju
kuning itu amat terkejut sambil membentak penuh
amarah ia menubruk ke depan-
"Berhenti" kakek bermata satu membentak nyaring,
setelah menghadang jalan pergi kakek berbaju kuning
itu, ujarnya lebih jauh, "Aku bisa menahan-siksaan dari
racunmu dengan menghajar mampus kau dalam satu
gebrakan saja...."

1755
Kakek berbaju kuning itu cukup tahu akan kehebatan
kakek bermata satu ini, terbukti majikannya sempat
terluka di bawah serangan orang ini, maka ia pun sadar
bahwa ucapan lawan bukan gertak sambal belaka,
katanya kemudian-
"Bila kau nekad melancarkan serangan, maka
keadaanmu tak akan berbeda dengan ahli waris generasi
ketiga bukit Hong-san-"
"Hmmmm" kakek bermata satu itu mendengus,
"sekalipun racun ditubuhku bekerja bukan berarti aku
pasti mampus, tapi kau... kau sudah pasti mati di
tanganku...." ia berhenti sebentar, kemudian katanya
lagi:
"Meski kau mati, kematianmu tak akan merubah posisi
kalian yang kalah menjadi menang, coba kau lihat
Pemilik bunga bwee sendiri pun tahu diri dengan tidak
melakukan perlawanan, buat apa kau nekad melancarkan
serangan untuk beradu nyawa?"
Kakek berbaju kuning itu melirik pemilik bunga bwee
sekejap. mulutnya terbungkam dalam seribu bahasa,
jelas ia sudah terbujuk oleh kata-kata si Kakek Bermata
satu itu dan tidak memaksakan diri untuk melakukan
perlawanan.

1756
Dalam pada itu ketua Hian-hong-kau telah membetot
lengan lawan kuat-kuat, Pemilik bunga bwee yang berdiri
kaku itu tanpa terasa ikut maju dua langkah ke muka.
Ketua Hian-hong-kau agak termangu, tiba-tiba ia
lepaskan genggamannya atas pergelangan tangan
Pemilik bunga bwee, lalu katanya:
"Kau telah kehilangan tenaga untuk melawan, aku tak
boleh melukai seseorang yang tak mampu melawan-..."
Belum habis perkataan itu diutarakan, tiba-tiba ia
seperti teringat suatu urusan yang penting, sambil
berpaling ke arah pemuda berbaju hijau itu katanya
cepat:
"Mungkinkah pil sekecil itu memiliki daya kekuatan
yang begini hebat sehingga seorang jago berilmu amat
dahsyatpun bisa kehilangan kekuatannya sama sekali?"
"Kalau bukan begitu, jangan harap kalian bisa lolos
dalam keadaan hidup hari ini" Ketua Hian-hong-kau
menghela napas panjang
"Masih ada satu hal lagi yang tidak kupahami kalau
memang pil racun itu amat lihai sehingga begitu
tersentuh bisa membuat Pemilik bunga bwee yang
berilmu tinggipun berdiri kaku, kenapa aku sendiri tidak
menunjukkan tanda-tanda keracunan?"

1757
"Diluar pil racun itu terdapat lapisan pelindung yang
keras apa bila lapisan pelindungnya tidak hancur maka
racun pun tak akan melukai orang, ketika tenaga kalian
saling beradu tadi, lapisan pelindung obat itu hancur
berantakan membuat kamu berdua sama-sama
keracunan, tapi lantaran tenaga dalammu jauh lebih
rendah dari padanya maka racun yang menyerang
tubuhmu jauh lebih berat ketimbang dirinya, hanya saja
kau sudah minum pil pemunahnya sedang dia tidak."
"oooh... rupanya begitu..." sambil berpaling kearah
pemilik bunga bwee tegurnya kemudian-
"sudah kau dengar semua?"
"sudah" jawab pemilik bunga bwee lirih.
"Bagus sekali, kau berniat membasmi para jago
dengan menggunakan racun, tapi tidak kau sangka
ternyata dirimu juga keracunan, cepat benar hukum
karma yang menimpa dirimu."
BAB 51. Terperangkap siasat Wanita Cantik
"Hmmm, dengannya wakus eorang bisa diganti
dengan ratusan lembar jiwa, biar mati pun aku tak akan
menyesal." kata Pemilik bunga bwee dinginTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1758
" orang sering bilang gigitan ular tidak terhitung racun,
lebih jahat hati wanita, tampaknya perkataan ini tepat
sekali,"
Para jago yang mendengar perkataan itu sama-sama
jadi tertegun dan tidak habis mengerti, pikir mereka:
"Ditempat ini hanya ketua Hian-hong-kau yang wanita,
masa dia memaki diri sendiri?" sementara itu ketua Hianhong-
kau telah berkata lagi:
"Biarpun kau pandai mengubah suara, mengubah
dandanan dan wajah, namun jangan harap bisa
mengelabuhi sepasang mataku."
Pemilik bunga bwee mendengus dingin, ia seperti
hendak mengucapkan sesuatu tapi kemudian
diurungkan-Ketua Hian-hong-kau berkata lagi:
"Dalam keadaan dan situasi seperti ini, gampang
sekali bagiku untuk menghabisi nyawamu, tapi aku tak
ingin membunuhmu, aku ingin membuka tabir wajah
aslimu agar para jago yang hadir di sini, dapat melihat
wajahmu itu sebelum mereka mati keracunan, agar
mereka tahu bagaimanakah bentuk rupa orang yang
telah mencelakai mereka." Ia maju ke depan dan
menarik jenggot yang menempel pada dagu pemilik
bunga bwee.

1759
Mimpipun para jago yang hadir dalam pertemuan itu
tidak mengira kalau Pemilik bunga bwee ternyata adalah
seorang wanita yang menyaru sebagai pria, rasa ingin
tahu membuat suasana jadi gempar, semua orang ingin
tahu bagaimanakah bentuk rupa pemilik bunga bwee,
hingga untuk sesaat mereka lupa tentang racun yang
mengeram di tubuhnya.
suasana jadi sangat hening, beratus-ratus pasang
mata bersama-sama ditujukan ke tengah arena di mana
ketua Hian-hong-kau dan Pemilik bunga bwee telah
berdiri saling berhadapan
Terdengar ketua Hian-hong-kau menjengek sambil
tertawa dingin-
"Hmmm, ilmu penyaruanmu sungguh hebat dan luar
biasa, bukan hanya wajah telah kau rubah, bahkan suara
pun berhasil dirubah seperti suara kakek-kakek, sayang
kau telah meninggalkan sebuah titik kelemahan coba
kalau tidak begitu, mungkin aku sendiripun tak akan
menyangka...."
Tampaknya Pemilik bunga bwee sadar, melawan
berarti mendatangkan rasa malu yang lebih besar
baginya, maka ia cuma membungkam diri sambil berdiri
tak bergerak.

1760
Dengan cepat ketua Hian-hong-kau membetot
jenggotnya, betul juga, begitu di-tarik, jenggot itu segera
terlepas.
sambil menghela napas panjang Pemilik bunga bwee
bertanya:
"Darimana kau bisa tahu kalau aku adalah wanita yang
sedang menyaru sebagai pria?"
"Apabila jenggot palsumu ini lebih lebat sehingga
menutupi sama sekali kulit pada lehermu, mungkin susah
bagi orang lain untuk mengetahui penyaruanmu itu"
"Ehmmm, kau sangat teliti, padahal sejak tadi aku
sudah tahu bahwa kau cerdik dan banyak akal,
seharusnya aku sudah waspada sejak awal."
"sesungguhnya kau bukan kalah di tanganku...." ucap
ketua Hian-hong-kau. setelah melirik pemuda berbaju
hijau itu sekejap. lanjutnya:
"Kau sudah kalah di tangan saudara ini, dialah yang
mengajarkan akal tersebut kepadaku, pil beracun itu juga
pemberiannya, padahal baik ilmu silat maupun
kepintaranku jauh bukan tandinganmu apakah kau kalah
dengan perasaan tak rela?" Pemilik bunga bwee
berpaling ke arah kakek berbaju kuning itu, tiba-tiba
perintahnya:

1761
"Perintahkan mereka agar menyerbu masuk dari
empat penjuru, semua jago yang hadir disini telah
keracunan sekali pun mereka nekad beradu jiwa, paling
banter hanya satu jurus serangan yang dapat digunakan
aku ingin menyaksikan darah mereka menggenangi
seluruh permukaan tanah kompleks pekuburan ini...."
"Tapi majikan, kau...."
"Jangan perdulikan aku, aku sudah terkena racun
yang jauh lebih jahat daripada racun yang kita gunakan,
ilmu silatku telah punah, sekali pun bisa tetap hidup
didunia ini tapi apa gunanya?"
"Keinginanmu tak bakal terwujud." jengek ketua Hianhong-
kau cepat, " asalkan anak buahmu mulai bergerak.
maka aku akan suruh kau merasakan siksaan dan
penderitaan yang paling keji didunia ini."
Tiba-tiba pemuda berbaju hijau itu menyela:
"Sekalipun kau sudah terkena racun yang paling jahat
di kolong langit, bukan berarti tiada obat yang tak bisa
sembuhkan dirimu."
"Bila aku kehilangan ilmu silat, siapa yang mampu
membalaskan dendam sakit hati orang tuaku? Bila
dendam tak terbalas, apa artinya aku tetap hidup di
kolong langit?"

1762
"Asal luka keracunanmu sembuh, otomatis ilmu
silatmu akan pulih kembali seperti sedia kala."
"Aku punya sebuah usul yang tidak merugikan kedua
belah pihak...." timbrung ketua Hian- hong- kau.
"Kau suruh aku mengobati para jago yang keracunan
lalu kau sembuhkan luka racunku?" seru Pemilik bunga
bwee cepat, "Kalau dengan satu nyawaku harus ditukar
dengan ratusan lembar jiwa, bukankah kerugian berada
dipihakku?"
"Itu mah belum tentu, sekalipun kami sudah
keracunan bukan berarti kami akan menyerah dengan
begitu saja, betul kesempatan menyerang bagi kami
hanya satu jurUs, tapi serangan tersebut tentu
merupakan himpunan segenap kekuatan yang mereka
miliki, bisa dibayangkan betapa dahsyat dan hebatnya
pukulan itu, sekalipun belum tentu selembar nyawa
mereka bisa ditukar dengan selembar nyawa lawan,
paling tidak perlawanan para jago sanggup membantai
separuh dari kekuatanmu yang ada."
"setelah kematianku, perguruan bunga bwee memang
sepantasnya ikut lenyap dari muka bumi...."
" Kau tak boleh mati"

1763
"Biar aku pikirkan secara cermat sebelum mengambil
keputusan...." Mendadak pemuda berbaju hijau itu
menyela:
"Jika kau ingin mengobati luka racunmu dengan
tenaga dalam, sari racun dengan cepat akan menyebar
ke seluruh isi perut, bila sampai begitu maka kau tak
bakal tertolong lagi."
Mendadak terdengar suara pekikan nyaring
berkumandang datang, dalam waktu singkat suara itu
sudah semakin mendekat
Menyusul pekikan nyaring itu terdengar pula beberapa
jeritan ngeri yang menyayat hati berkumandang, lalu
terdengar pula suara orang bersorak sorai:
" Hakim sakti Ciu Huang, ciu tayhiap telah datang, kita
bakal tertolong... kita bakal tertolong...."
Buru-buru para jago menyingkir kesamping dan
memberikan sebuah jalan lewat.
Tampak seorang Kakek berwajah hitam pekat seperti
pantat kuali dan penuh codetan bekas luka bacokan
berjalan masuk ke dalam arena dengan langkah lebar. Di
belakangnya mengikuti seorang kakek kekar berjenggot
putih. Melihat kemunculan kakek itu, Hongpo Lan segera
maju menyongsong sambil serunya: "Anak Lan
menyambut kedatangan ayah."

1764
Ternyata kakek berjenggot putih ini adalah ketua
perkampungan kolam enam bintang, si pedang sakti dari
Lam-kiang Hongpo Tiang-hong.
sambil menunjuk kearah kakek berwajah hitam pekat
itu Hongpo Tiang-hong berseru: "Cepat memberi hormat
kepada empek ciu." Hongpo Lan segera memberi hormat
seraya berseru: "Menjumpai empek Ciu...."
"Hahaha... rupanya putramu sudah dewasa,
kegagahannya tak kalah dengan bapaknya," kata Ciu
Huang tertawa.
Kemudian sambil berpaling memandang sekejap
sekeliling arena, tanyanya lagi: "Bagaimana keadaan di
sini?"
"semua yang hadir telah keracunan, mereka tak
mampu mengerahkan tenaga untuk melakukan
perlawanan. "
"Aaaah, racun apa yang dia gunakan? Masa begitu
hebat?" Ciu Huang mengerutkan dahinya.
"Apa racunnya aku sendiri juga tak tahu, tapi caranya
menyebarkan racun sungguh luar biasa."
secara ringkas Hongpo Lan menceritakan apa yang
telah didengarnya tadi, sambil menghela napas dan
manggut-manggut Ciu Huang bergumam:

1765
"Ombak belakang sungai Tiangkang mendorong
ombak di depannya, generasi muda memang harus
menggantikan generasi tua."
"Sekali pun pemilik bunga bwee telah meracuni semua
orang, tapi dia sendiri ikut keracunan."
"Oooh, siapa yang telah meracuninya?"
"Saudara itu" kata Hongpo Lan sambil menunjuk
kearah pemuda berbaju hijau itu, "Kedatangannya
sangat mendadak, tak diketahui siapa namanya...."
"Oooh, begitu... lalu berapa orang yang tidak
keracunan sekarang.,.?" tanya ciu Huang sambil
manggut-manggut,
"Mungkin hanya saudara itu beserta ketua Hian-hongkau."
"Bagus, sekarang beristirahatiah dulu"
Dengan langkah lebar ciu Huang mendekati pemuda
baju hijau itu, setelah memberi hormat katanya:
"Aku ciu Huang, boleh kutahu siapa namamu?"
"Aaaah, namaku tak dikenal orang, lebih baik tak usah
disebut" jawab pemuda itu tertawa.

1766
"Jago muda memang banyak yang aneh, baiklan,
kalau kau enggan menyebut namamu, aku pun tak akan
memaksa."
"Nama besar ciu tayhiap sudah termasyhur di Bu Lim.
kedatanganmu tepat sekali pada waktunya, sekarang kau
boleh berbincang dengan Pemilik bunga bwee."
Tiba-tiba Pemilik bunga bwee membuka matanya
seraya berseru: "sudah terpikir sekarang...."
"Bagaimana keputusanmu?" tanya ketua Hian- hongkau
cepat
"Bila aku tak mampu membunuh habis semua musuh
besar pembunuh orang tua-ku, biar matipun aku tak
akan meram...."
"Jadi kau setuju saling bertukar obat pemunah?"
"Bila hari ini aku bisa selamat dari musibah, maka
jangan harap dunia persilatan akan menjadi tenang sejak
hari ini, terutama kau sebagai ketua Hian-hong-kau.
Dalam dua bulan mendatang, aku akan membuat
perkumpulan Hian-hong-kau mu itu hancur berantakan."
"Bila kau yakin punya kemampuan tersebut, setiap
saat kunantikan kedatanganmu"
sementara itu ciu Huang telah menengok ketua Hianhong-
kau sekejap sambil berpikir di hati:

1767
"Nama Hian-hong-kau amat jelek dalam dunia
persilatan, konon mereka sengaja menggunakan
kecantikan wanita untuk menarik para jago bergabung
dengan mereka dan menipu ilmu silatnya, kenapa ketua
mereka sekarang bersedia menggadaikan nyawa demi
umat persilatan? Aaah, pasti ada alasannya di balik
semuanya ini, jangan-jangan ia sengaja berbuat
demikian agar para jago yang bisa lolos dari
cengkeraman Pemilik bunga bwee mau bergabung
dengan perkumpulannya karena merasa hutang budi...."
Tiba-tiba terdengar Pemilik bunga bwee berkata:
"Aku pernah mendengar orang berkata bahwa Hianhong-
kau adalah suatu organisasi misterius yang
menggunakan wanita cantik untuk menjebak para jago
agar bergabung dengan partainya, tapi setelah melihat
perbuatan kaucu hari ini, rasanya tindakanmu jaUh
berbeda dengan apa yang pernah kudengar...?"
"Berita yang tersiar dalam dunia persilatan belum
tentu benar pemberitaannya."
Dengan langkah lebar Ciu Huang maju ke muka,
seraya mengulapkan tangannya dia menimbrung: "Aku
Ciu Huang...."
"Bagus amat nasibmu...." jengek Pemilik bunga bwee.
Ciu Huang tertawa.

1768
"Kalau Thian menolak nyawaku, setan pencabut
nyawa susah menarik jiwaku, darimana mungkin aku bisa
mampus?"
"Bila kau hidup mengasingkan diri ditempat yang sepi
dan tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi,
mungkin hidupmU bisa berlangsUng berapa tahUn lagi,
SUngguh tak disangka kau adalah manusia yang tidak
tahu diri"
"Jadi kalau begitu pengeroyokan atas diriku tempo
hari merupakan hasil karya-mu?"
"Delapan belas tusukan pedang gagal merenggut
nyawamu, kejadian ini benar-benar suatu peristiwa yang
aneh."
"Mati hidupku seorang buat apa dipermasalahkan, apa
lagi kejadian itu berlangsung selama berapa bulan, dalam
berapa bulan itu bisa saja terjadi perubahan besar
hingga siapa pun sukar untuk menduganya, yang penting
sekarang adalah apa yang hendak kau perbuat terhadap
kawanan jago yang telah keracunan itu?"
"Dengan sebutir pil menyelamatkan ratusan jiwa
manusia, masa itu belum cukup?"
"Alasannya saja demi orang lain padahal yang benar
adalah demi dirimu sendiri, baiklah, karena kedua belah

1769
pihak sama-sama diuntungkan, silahkan kau keluarkan
obat pemunah racunnya."
"Meskipun aku membawa obat penawar racun itu tapi
jumlahnya sangat terbatas, tak mungkin bagiku untuk
membagikan mereka seorang sebutir."
"soal itu tak perlu kau risaukan, aku bisa mengaturnya
sendiri"
"Kalian harus perlihatkan dulu obat penawar racun
untukku...."
Ketua Hian-hong-kau kuatir Pemilik bunga bwee
berubah pikiran, sambil berpaling ke arah pemuda
berbaju hijau itu katanya: " Harap serahkah obat
penawar racun itu kepadaku...." Ciu Huang yang
mendengar perkataan itu buru-buru menyela:
"Jika saudara berniat menyelamatkan jiwa para jago
dari kolong langit, lebih baik serahkan obat penawar
racun itu kepadaku."
Dari sakunya pemuda berbaju hijau itu mengeluarkan
sebUah kotak kemala, katanya:
" obat penawar racun itu cuma sebutir, sedang kalian
berdUa sama-sama merupakan tokoh silat yang bernama
besar, aku harus serahkan pil ini kepada siapa?"

1770
"Itu mah mesti saudara putuskan sendiri, aku tak akan
memaksakan kehendakku terserah kepada siapa akan
kau serahkan obat itu...." ucap Ciu Huang cepat
"Kalau berbicara soal kedudukan serta nama besar,
seharusnya lebih bisa dipercaya jika pil itu kuserahkan
kepada Ciu tayhiap..." ucap pemuda berbaju hijau itu.
"Kalau begitu aku mewakili para jago yang keracunan
mengucapkan terima kasih banyak kepadamu,"
"Kau jangan keburu senang dulu, perkataanku belum
selesai Ciu tayhiap jadi orang kelewat jujur dan polos,
tidak mengerti soal akal licik orang lain,jika kuserahkan
pil ini kepadamu, mungkin kau tak mampu mengungguli
kepintaran Pemilik bunga bwee,jadi aku pikir lebih baik
kuserahkan pil ini kepada ketua Hian-hong-kau." ciu
Huang menghela napas panjang.
"Terserah keputusan anda sendiri, aku hanya ingin
mengingatkan dirimu bahwa nasib beratus orang jago
kini berada pada keputusanmu." Pemuda berbaju hijau
itu tertawa hambar.
"Bila aku tidak memikirkan nasib para jago yang
keracunan, pasti pil ini sudah kuserahkan kepada ciu
tayhiap."

1771
ciu Huang menghembuskan napas panjang untuk
menghilangkan rasa mendongkol di hati kecilnya, tapi ia
tetap membungkam diri.
Pemuda berbaju hijau itu segera menyerahkan pil
tersebut ke tangan ketua Hian-hong-kau, pesannya.
"sebutir pil pemunah ini bisa ditukar beratus lembar
nyawa manusia,jangan sekali-kali kau tertipu oleh akal
busuk Pemilik bunga bwee."
setelah menerima pil itu ketua Hian-hong-kau
berpaling kearah pemilik bunga bwee sambil katanya:
"Kini pil pemunah sudah berada ditanganku, kaupun
harus perlihatkan obat penawar racunmu."
Dari dalam sakunya Pemilik bunga bwee
mengeluarkan sebuah botol porselin, katanya:
"Botol ini berisikan seratus butir pil pemunah, tapi
mereka yang hadir dalam pertemuan ini mendekati
empat ratusan orang, dengan cara apa kau hendak
membaginya?"
Ketua Hian-hong-kau berpaling memandang sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian katanya:
"ciu tayhiap. kau punya akal?"
"suruh dia serahkan sebutir dulu."

1772
"Baiklah" sahut Pemilik bunga bwee sambil membuka
penutup botol dan mengeluarkan sebutir pil pemunah,
lalu sambil dilemparkan ke depan terusnya, "kau cobalah
sebutir dulu."
setelah menerima pil tersebut dengan langkah lebar
ciu Huang berjalan mendekati Li Bun-yang, ujarnya
serius:
"Racun dalam tubuh Li sauhiap sudah mulai bekerja,
maafkan aku kalau terpaksa menggunakan kau sebagai
kelinci percobaan, nama besar keluarga bukit Hong-san
sudah tersohor sampai di mana-mana, tentunya Li
sauhiap tak keberatan dengan tindakanku ini bukan-"
Agaknya Li Bun-yang sudah tak sanggup berbicara
lagi, dia hanya mengangguk pelan. Ciu Huang segera
berjongkok dan memasukkan pil itu ke dalam mulut Li
Bun-yang.
Perhatian semua jago segera dialihkan ke wajah Li
Bun-yang sambil menantikan perubahannya.
Peluh yang semula bercucuran membasahi jidat Li
Bun-yang lambat laun menghilang, agaknya rasa sakit
ditubuhnya mulai surut dan berkurang, tak selang
sepeminuman teh kemudian pemuda itu sudah bangkit
dan duduk.

1773
"Bagaimana rasamu saudara Li?" Ciu Huang menegur
sambil menghembuskan napas panjang.
"Bagus sekali, racun dalam isi perutku sudah punah
sama sekali," Ciu Huang segera berpaling kearah Hongpo
Tiang- hong dan berseru: "Tampaknya terpaksa aku
harus minta tolong kepadamu."
"soal apa?"
"Tolong ambilkan dua gentong air bersih dari sumur
lima li dari sini dan mengangkutnya dalam keadaan
tertutup rapat." Hongpo Tiang-hong mengiakan dan
segera berangkat.
Ketua Hian-hong-kau segera berkata:
"ciu tayhiap. apakah kau bermaksud mencampurkan
sebotol pil pemunah ini ke dalam air bersih kemudian
baru dibagikan kepada para jago?"
"Benar."
"Walaupun cara ini bagus cuma aku takut takaran
obatnya tidak sesUai hingga tak bisa membebaskan
mereka dari pengaruh racun, lebih baik kita tolong
seorang demi seorang."
"Kaucu, kendatipun aku tidak secerdik dirimu, paling
tidak aku tak akan bertindak sembrono dengan

1774
menganggap ratusan lembar nyawa manusia sebagai
bahan permainan."
Li Bun-yang cukup memahami watak orang ini yang
keras,jujur dan sangat membenci kejahatan, oleh karena
ia sudah mempunyai pandangan yang salah terhadap
perbuatan ketua Hian-hong-kau hingga tanpa disadari
sikap tersebut terbawa juga dalam tindak tanduknya.
Tentu saja dalam keadaan seperti ini ia tak leluasa
untuk menerangkan dUdUknya persoalan, maka ia cuma
tersenyUm tanpa bicara.
Mendadak terdengar sUara pekikan aneh
berkUmandang datang dari empat penjuru. Kakek
berbaju kuning itu segera berkata:
"Anak buah kita di empat penjuru sudah tak sabar
menunggU, apa yang harus kita perbuat sekarang harap
majikan memberi perintah."
"Perintahkan mereka untuk membubarkan diri"
Kakek berbaju kuning itu mengiakan, diambilnya
terompet tanduk kerbau lalu ditiupnya keras-keras.
Bersamaan dengan bergemanya suara terompet itu,
pekikan aneh pun seketika berhenti . Tiba-tiba ketua
Hian-hong-kau berseru sambil tertawa terkekeh-kekeh:

1775
"Hehehe,., Pemilik bunga bwee, kau tidak merasa
terlalu awal untuk mengundurkan para jagomu dari
sekeliling tempat ini?"
"Asal kuhancurkan obat pemunah di tanganku, kalian
toh tetap sama saja akan mampus."
"sayang kau sudah tak punya kesempatan"
"Alasanmu?"
"Dengan membubarkan pasukan dari sekeliling tempat
ini, berarti orang yang masih mampu bertempur saat ini
tinggal kakek bersangkar burung itu, sebaliknya pihak
kami telah kedatangan tenaga baru, bila sampai terjadi
pertarungan jelas pihakmu yang akan menderita
kerugian besar."
"Bila kau betul- betul hendak ingkar janji, siapa
menang siapa kalah masih terlalu awal untuk
dibicarakan"
saat itulah terlihat Hongpo Tiang-hong muncul kembali
dengan membawa sepikul air yang tertutup rapat. sambil
membuka penutup gentong air itu Ciu Huang berpaling
kearah Pemilik bunga bwee seraya berseru: "Bagaimana
kalau berikan sebutir pil lagi untukku?"
Pemilik bunga bwee mengeluarkan sebutir pil dan
dilemparkan ke depan, ciu Huang segera menghancurkan

1776
pil itu dan masukkan ke dalam mangkuk. lalu setelah
dicampur dengan air bersih serunya lantang:
" Harap lima orang tampil ke depan untuk meneguk
secawan air obat ini, kita buktikan lagi apakah racun
dalam tubuh kalian bisa dipunahkan"
serentak para jago menyahut dan bergerak maju ke
muka, paling tidak ada empat puluhan orang yang maju
merubung, MeIihat hal itu Ciu Huang segera berkerut
kening, dia tak tahu apa yang mesti diperbuatnya. Ketua
Hian-hong-kau maju mendekat, katanya pelahan: "Lebih
baik biar aku yang membagi jatah air obat ini...."
Ia terima cawan tersebut dari tangan ciu Huang lalu
disodorkan ke depan kakek bermata satu sambil katanya:
"silahkan locianpwee minum secawan lebih dulu."
kakek bermata satu itu menerima cawan dan meneguk
habis isinya, Ketua Hian-hong-kau memenuhi secawan
air obat lagi, kali ini diangsurkan ke hadapan Phang
Thian-hua seraya berkata:
"Kau disebut orang dewa jinsom, berarti menguasai
sekali tentang obat obatan, silahkan kau teguk cawan ini
serta diperiksa apakah sisa racun dalam tubuhmu bisa
dihilangkan"
Phang Thian-hua menerima cawan berisi air obat itu
dan meneguknya hingga habis. secara beruntun ketua

1777
Hian-hong-kau membagikan pula tiga cawan air obat itu
untuk Hongpo Lan serta dua orang jago yang ilmu
silatnya paling cetek. setelah itu baru katanya dengan
suara lantang:
"Sekarang harap saudara sekalian atur pernapasan,
coba diperiksa apakah racun sudah hilang dari isi perut
kalian?"
sebutir pil pemunah ternyata dibagikan lima orang dari
pengaruh racun, kenyataan ini segera membuat para
jago menaruh perhatian yang serius dan sama-sama
mengalihkan perhatiannya terhadap mereka, suasana
punjadi hening.
Waktu bergulir sangat lambat, meskipun hanya
sepertanak nasi namun lamanya melebihi puluhan tahun,
Andaikata obat yang dicampur ke dalam air putih itu
mampu membebaskan lima orang itu sekaligus dari
pengaruh racun, berarti delapan puluh persen jago yang
keracunan sekarang ada harapan untuk tertolong,
Akhirnya terdengar Phang Thian-hua berseru sambil
mendehem berat: "semua racun dalam isi perutku telah
punah"
Sekulum senyum segera tersungging di wajah Ciu
Huang yang serius, ia berpaling dan memberi hormat
kepada kakek bermata satu itu sambil menegur:
"saudara siang, bagaimana perasaanmu sekarang?"

1778
"Aku bukan dari marga siang...." potong kakek
bermata satu itu dingin-setelah berhenti sejenak,
lanjutnya: "Aku merasa racun dalam isi perutku telah
punah."
"Masa sepasang mataku benar-benar sudah kabur...."
kata Ciu Huang sambil tertawa hambar.
"Aku suka hidup menyendiri dan paling segan
mengajak orang berbincang ciutay-hiap. lebih baik
hentikan perbincanganmu itu."
Ketanggor pada batunya Ciu Huang berkerut kening,
tapi akhirnya ia berhasil menahan kegusaran hatinya,
sambil berpaling kearah Hongpo Lan katanya pula:
"Bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Aku merasa racun dalam isi perutku sudah punah."
ciu Huang segera menoleh kearah ketua Hian-hong-kau,
ujarnya:
"Kaucu, sekarang kau boleh mulai merundingkan
tentang pertukaran obat penawar racun."
Kini obat penawar racun itu berada di tangan ketua
Hian-hong-kau, bagi Ciu Huang, kecuali merampasnya
dengan kekerasan terpaksa ia harus merundingkan
masalah ini secara baik- baik,
Ketua Hian-hong-kau berjalan menghampiri Pemilik
bunga bwee, lalu katanya pelan:

1779
"sebelum racun yang mengeram dalam tubuh masingmasing
dapat dipunahkan Lebih baik masing- masing
pihak jangan melakukan bentrokan phisik."
"setelah kukabulkan permintaanmu itu, tentu saja
kami akan pegang teguh janji itu."
Kaucu dari Hiang- hong- kau segera menyodorkan
obat penawar racun itu kehadapannya sambil berkata:
"Baik, kita tentukan dengan janji ini, sebelum racun di
tubuhmu punah, kami pun tak akan menyerang dirimu."
Kedua orang itu pun saling bertukar obat penawar
racun, Pemilik bunga bwee segera menelan pil tersebut
begitu diterimanya, sebaliknya ketua Hian-hong-kau
menyerahkan sebotol pil tersebut ke tangan ciu Huang,
sesudah menerima obat itu Ciu Huang mencampurkan
semua obat yang ada ke dalam air bersih, setelah itu
baru serunya:
" Harap saudara sekalian antri kemari," setiap orang
hanya boleh minum secawan, bila melanggar ketetapan
ini, jangan salahkan bila aku akan bertindak dengan
memakai kekerasan-"
Dengan kedudukannya yang tinggi dalam dunia
persilatan, para jago rata- rata menaruh perasaan keder
kepadanya, dengan sendirinya tak ada yang berani
mencoba melanggar ketetapan itu, masing- masing

1780
orang antri maju ke muka dan meneguk secawan air
obat.
Ketika semua jago sudah selesai minum obat, dengan
langkah lebar ketua Hian-hong-kau baru tampil ke muka
sambil kata-nya:
"sisa obat ini masih ada kegunaannya, lebih baik kita
simpan dulu." Diambilnya sisa air obat itu dan diserahkan
kepada kakek bermata satu, Waktu itu suasana tegang
yang semula mencekam kini makin mereda, seluruh
permukaan tanah dipenuhi manusia yang duduk
mengatur pernapasan Mendadak Pemilik bunga bwee
melejit ke muka dan secepat kilat menerjang kearah
ketua Hian-hong-kau sambil mencengkeram urat nadi
pada pergelangan tangannya.
Gerakan tubuhnya kali ini amat cepat bagaikan
sambaran kilat, belum sempat ketua Hian-hong-kau itu
berbuat sesuatu, tahu-tahu urat nadinya sudah
tercengkeram.
Dengan wajah serius Ciu Huang mengangkat tangan
kanannya siap melancarkan serangan, hardiknya:
"Lepaskan dia"
Pemilik bunga bwee tertawa hambar, ujarnya:
"Apabila aku berniat hendak mencelakai jiwanya,
sekarang ia sudah menggeletak di-tanah sebagai mayat,

1781
kau pikir masih punya kesempatan untuk memberi
pertolongan?"
"Kalau memang tak berniat mencelakai dia, lalu apa
maksudmu dengan tindakan ini?
"Ia sudah mencabut jenggot palsuku maka sekarang
aku pun hendak menengok wajah aslinya."
sambil berkata dengan cepat ia sambar kain cadar
muka ketua Hian-hong-kau.
Mendadak segulung desingan angin tajam menyergap
pergelangan tangan kiri Pemilik bunga bwee. Buru-buru
Pemilik bunga bwee menarik pergelangantangan kirinya
untuk menghindarkan diri Tampak kakek bermata satu
itu sudah berdiri lebih kurang empat-lima depa disisi
tubuhnya sambil berkata:
"Urungkan niatmu itu, meski kau ingin mengetahui
wajah aslinya, sekarang masih belum waktunya."
Dalam pada itu Ciu Huang, Phang Thian-hua maupun
Hongpo Tiang-hong sekalian telah merubung ke muka
dan melakukan pengepungan pemilik bunga bwee tidak
menyangka kalau anak buahnya telah mengundurkan diri
dari situ, dalam keadaan begini kendatipun ilmu silat
yang dimilikinya jauh lebih hebatpun, mustahil baginya
untuk menghadapi tiga empat ratus orang jago hanya
mengandalkan puluhan orang dayangnya saja, apalagi

1782
diantara mereka tak sedikit merupakan jago lihai kelas
satu dari dunia persilatan waktu itu.
Pelan-pelan sorot matanya menyapu sekejap kawanan
jago di hadapannya, kemudian ancamnya:
"Bila kalian berani turun tangan, saat ini juga akan
kubunuh ketua Hian-hong-kau."
" Kalau satu nyawa ditukar ratusan lembar nyawa,
mungkin kau memang dipihak yang beruntung, tapi jika
satu nyawa ditukar satu nyawa, tidakkah kau merasa
bahwa hal ini sangat merugikan dirimu?" ucap kakek
bermata satu.
"Kau yakin ratusan orang jago yang berada di sekitar
tempat ini akan membantu kalian semua?"
"syarat apa yang kau kehendaki? Kata-kan saja terus
terang"
"Aku hanya menginginkan satu kesempatan untuk
membuat mereka yang hadir saat ini mau berbakti
kepadaku."
"Kesempatan apa?" tanya Ciu Huang tertegun.
"Di sekeliling tempat ini terdapat banyak sekali tenda,
asal mereka yang hadir sekarang mau masuk ke dalam
tenda satu persatu dan bicara sekejap denganku maka
aku akan merasa puas, aku ingin menggunakan

1783
kecakapanku berbicara untuk membujuk mereka agar
takluk kepadaku."
"Aaaah, masa kau begitu mampu? Aku kurang
percaya."
"Aku minta setiap kali satu orang masuk ke dalam
tenda maka orang lain tak boleh mengintip."
"Baik, kita pastikan dengan ucapan ini" sahut Ciu
Huang cepat, "lngin kulihat kemampUan hebat apa yang
kau miliki sehingga dalam sekejap mata bisa mengubah
musuh jadi sahabat"
Pemilik bunga bwee segera melepaskan cekalannya
atas ketua Hian-hong-kau, kepada kakek berbaju kuning
itu perintahnya:
"Kau berjagalah di muka tenda, kalau ada orang
mengintip segera laporkan kepadaku."
Habis berkata ia segera masuk ke dalam sebuah tenda
besar. Kawanan dayang kecil berbaju putih dan dayang
berbaju hijau serentak mengikuti pula dibelakang pemilik
bunga bwee.
"Tunggu sebentar" seru ketua Hian-hong-kau tiba-tiba
sambil menghembuskan napas panjang.
"Ada urusan apa?" tanya Pemilik bunga bwee seraya
berpaling,

1784
"Tidak boleh menggunakan racun-"
"Tentu saja" dengan cepat dia masuk ke dalam tenda.
Dipimpin oleh kakek berbaju kuning itu berpuluh puluh
orang dayang cantik tadi segera menyebarkan diri
membentuk sebuah barisan bunga bwee serta
mengurung tenda itu rapat-rapat.
Phang Thian-hua yang menyaksikan kejadian ini
segera berbisik,
"Pemilik bunga bwee banyak akal dan licik, tidak
diketahui permainan busuk apa lagi yang sedang
dipersiapkan?"
Pemuda berbaju hijau yang selama ini berdiam diri
mendadak menghela napas dan berkata:
"Kalian semua sudah tertipu, seharusnya jangan beri
kesempatan kepadanya untuk mencoba menaklukkan
para jago."
Tampaknya ketua Hian-hong-kau sudah merasa amat
kagum dengan kemampuan pemuda berbaju hijau ini,
hatinya tergetar keras setelah mendengar perkataan itu,
buru-buru tanyanya:
"Tahukah saudara cara apa yang hendak digunakan
untuk membujuk para jago agar takluk kepadanya?"

1785
"Banyak sekali cara yang dimilikinya, aku sendiripun
tidak tahu jenis apa yang hendak digunakan."
"Sudah banyak tahun aku mengembara didalam dunia
persilatan," sela Ciu Huang "Banyak sudah kejadian aneh
dan manusia aneh yang pernah kujumpai, tapi rasanya
belum pernah kujumpai kejadian seperti ini,"
"Justru lantaran rasa ingin tahu kalian maka posisi
kalian yang semula kuat kini berubah jadi lemah, kalian
sudah dipencundanginya,"
sekali pun ciu Huang tidak percaya penuh dengan
perkataan ini,tak urung hatinya goyah juga, pikirnya:
"Masa didunia ini benar-benar terdapat sejenis ilmu
yang bisa mengubah jalan pikiran orang dalam waktu
singkat?"
Kendatipun orang ini memiliki ilmu silat yang sangat
tangguh, namun kebanyakan ilmu yang dipelajarinya
adalah kepandaian silat murni, sedang mengenai ilmu
sampingan yang lain boleh dibilang tidak tahu sama
sekali. Terdengar seseorang dengan suara yang amat
nyaring berseru: "Biar aku yang mencobanya lebih dulu."
Ternyata si pembicara adalah lotoa dari empat ruyung
dari Juan-pak, tampak orang itu berjalan menuju kearah
tenda dengan langkah lebar, serentak perhatian semua
orang tertuju ke arahnya, Tak selang berapa saat

1786
kemudian tampak bayangan tubuh yang tinggi kekar itu
muncul kembali dari balik tenda, cuma mimik mukanya
jauh berbeda dengan keadaan semula, kini paras
mukanya diliputi keseriusan, ia berjalan dengan kepala
terangkat dan dada dibusungkan
BAB 52. Totokan Jari Menaklukkan Naga
Tiga orang saudara lainnya dari empat ruyung Juanpak
serentak maju menghampirinya seraya menegur:
"Lotoa, apakah kau menyaksikan sesuatu yang aneh?"
Dengan pandangan dingin lelaki itu menengok ke tiga
orang itu sekejap. mulutnya tetap membungkam diri
dalam seribu bahasa. Tiba-tiba terdengar kakek berbaju
kuning itu berseru:
"Apabila saudara bersedia untuk berbakti kepada
majikan, harap berjalan ke arah Timur sejauh tiga
tombak."
Lelaki itu menengok kearah kakek berbaju kuning itu
sekejap lalu dengan langkah lebar berjalan menuju
kearah Timur.
Kontan saja tindakan lelaki itu membuat suasana jadi
gempar, yang paling cemas dan gusar tentu saja ke tiga
orang saudara angkatnya.

1787
Dengan penuh amarah ketua Hian-hong-kau berseru:
"Ia tidak menjawab pertanyaan, berarti belum tentu
kemauannya sUka rela, aku tebak kalau bukan keracunan
tentu sudah tertotok jalan darahnya."
"Kenapa tidak kau tanyakan sendiri?"
Ketua Hian-hong-kau ini segera maju menghampiri
lelaki tersehut, tanyanya dengan lembut:
"siapa namamu?"
"The Toa"
"Kau terluka?"
"Tidak"
" Keracunan?"
"Juga tidak."
"Lantas mengapa rela berbakti kepada pemilik bunga
bwee?"
"Aku bukan anggota perkumpulan Hian-hong-kau, kau
tak usah mencampuri urusanku." teriak The Toa gusar.
Ketua Hian-hong-kau itu agak tertegun. tapi segera
ujarnya lagi lembut:

1788
"Masih ingatkah kau bagaimana pemilik bunga bwee
telah melepaskan racun tadi dan nyaris mencelakai
jiwamu?"
" Kalau masih ingat kenapa?"
Ketua Hian-hong-kau menghela napas panjang, ia
segera mundur kembali ke tempat semula, sementara itu
ketiga anggota empat ruyung dari Juan-pak telah
berderet keluar dari tenda, seperti The Toa, mereka pun
berjalan menuju kearah Timur dan terdiri di sisi
saudaranya.
Kejadian ini segera memancing rasa ingin tahu para
jago, berduyun-duyun mereka masuk ke dalam tenda
untuk mencoba, tapi sekeluarnya dari tenda, sikap
mereka sama sekali berubah, dari sikap permusuhan kini
mereka tunjukkan sikap yang setia kepada pemilik bunga
bwee.
Tak selang sepertanak nasi kemudian sudah ada
empat- lima puluh orang yang mengalami nasib sama.
Dengan terjadinya peristiwa ini bukan cuma Ciu Huang
saja dibuat gelagapan, bahkan ketua Hian-hong-kau
yang cerdikpun kelabakan dibuatnya, apa bila kejadian
seperti ini dibiarkan berlangsung, sudah bisa dipastikan
semua jago akan berpaling kearah lawan.

1789
"Berhenti" bentak Ciu Huang tiba-tiba kepada para
jago yang sedang berbaris memasUki tenda, "Biar aku
yang mencobanya lebih dulu."
"Tunggu sebentar locianpwee" seru Li Bun-yang
sambil menghadang, "Biar aku yang mencobanya lebih
dulu."
"Ehmm. saudara Li cerdas dan berilmu tinggi, memang
ada baiknya jika kau yang mencobanya."
Belum sempat Li Bun-yang melangkah masuk.
mendadak ketua Hian-hong-kau berseru: "Daripada kau
yang masuk. lebih baik biar aku saja yang mencobanya
lebih dulu."
"Apabila aku pun berubah pikiran setelah keluar dari
tenda nanti, belum terlambat bila kaucu juga ingin masuk
ke dalam."
Ketua Hian-hong-kau menghela napas sedih, bisiknya
kemudian:
"Kau mesti berhati-hati, dalam menghadapi setiap
masalah yang penting harus dihadapi dengan pikiran
tenang...."
Bicara sampai disitu ia melirik pemuda berbaju hijau
itu sekejap. kemudian melanjutkan:

1790
"Jika saudara ini bersedia masuk ke dalam tenda, tak
sulit baginya untuk menemukan apa alasannya sampai
terjadi peristiwa ini,"
Tampak pemuda berbaju hijau itu sedang berdiri
membungkam, agaknya ia sedang memikirkan suatu
masalah besar hingga apa yang diucapkan ketua Hianhong-
kau sama sekali tak terdengar olehnya.
sementara itu Li Bun-yang sudah melewati barisan
para jago dan menuju ke dalam tenda dengan langkah
lebar.
Dari kejauhan terdengar seseorang berseru dengan
suara dalam:
"saudara Li, orang bilang sesat tak akan mengungguli
lurus, kau harus menghadapi persoalan dengan pikiran
bersih."
Li Bun-yang menarik napas panjang, dengan langkah
mantap ia berjalan masuk ke dalam tenda.
Di balik tenda ia menjumpai seorang perempuan
cantik yang memakai baju tipis duduk dengan
membelakangi pintu. Baju sutera tipis berwarna putih itu
nampak berkibar karena hembusan angin hingga terlihat
kulit tubuhnya yang putih halus.

1791
Li Bun-yang segera merasakan hatinya bergelora
keras, buru-buru ia berpaling kearah lain seraya berseru:
"Li Bun- yang dari bukit Hong-san-..."
"Mengapa tak berani memandang ke arahku?" suara
yang halus dan lembut menukas pembicaraannya .
"Aku sudah mengetahui apa yang kau perbuat,
selamat tinggal" ia siap meninggalkan tenda itu.
Tiba-tiba pandangan matanya jadi kabur, terasa
segulung angin harum berhembus lewat, selembar wajah
yang cantik jelita tahu-tahu sudah menghadang
dihadapan-nya dan menegur sambil tertawa:
"Bagaimana kalau pandang dulu wajahku sebelum
pergi?"
Li Bun-yang mendongakkan kepalanya, persis sorot
matanya bentrok dengan sinar matanya yang jeli.
Dari balik biji matanya yang bening terasa penuh
mengandung daya pengaruh yang luar biasa, Li Bunyang
sudah mencoba untuk menekan gejolak perasaan
hatinya, namun jantung terasa berdebar keras.
sebuah lengan yang putih bagaikan saiju dan lembut
bagaikan kapas diulurkan ke muka dan menggenggam
pergelangan tangan kanan Li Bun-yang lembut- lembut.

1792
Dari balik telapak tangannya yang halus lembut itu
seakan-akan membawa aliran listrik yang bertegangan
ting gi, tiba-tiba Li Bun-yang merasakan hatinya bergetar
keras, darah yang mengalir dalam tubuhnya juga ikut
mengalir semakin cepat sekuat tenaga ia berusaha
mengendalikan gejolak emosinya seraya berseru keras: "
Cepat lepaskan aku, sudah cukup yang kulihat."
Mendadak ia merasa dari balik matanya yang bening
dan jeli itu memancar keluar cahaya yang sangat aneh,
tajam seperti mata pisau yang menghunjam ulu hati Li
Bun yang....
"Cepat lepaskan aku...." teriak Li Bun-yang sambil
berusaha menekan gejolak emosinya dan berusaha
melepaskan diri dari genggaman.
Namun seperti ada lem yang menempel keras pada
lengannya, bagaimana pun pemuda itu berusaha
melepaskan diri, tangan gadis tersebut tetap menempel
pada pergelangan tangannya.
"Apa sih yang kau takuti? Kau anggap aku akan
menggigitmu?" suara bujuk rayu yang lembut kembali
bergema.
Dengan napas terengah-engah Li Bun-yang menyahut:
"Kau menjebak orang dengan menggunakan
kecantikan wajahmu, terhitung jagoan macam apa dirimu

1793
itu." ia merasa setiap kali sinar matanya bentrok dengan
sorot matanya maka gejolak emosi dalam dadanya
semakin menghebat maka ia berusaha keras menghindari
sorot matanya.
Ternyata betul juga, asal ia terhindar dari sorot
matanya maka tekanan pada batinnya terasa makin
enteng.
Terdengar perempuan cantik itu berkata sambil
menghela napas panjang:
"Ternyata ilmu silat dari keluarga persilatan bukit
Hong-san memang luar biasa, kau bisa bertahan sekian
lama hal ini membuktikan bahwa kau memang cukup
hebat...." setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Barang siapa terkena ilmu hipnotisku ini maka dia
akan terluka, jadi lebih baik jangan kau paksakan diri
untuk melawan dengan tenaga dalam, sebab akibatnya
bisa mati, lebih baik takluk saja kepadaku untuk
selamatkan nyawamu itu." Mendadak dari luar tenda
terdengar seseorang membentak keras: "Kau mau
menyingkir tidak?"
suaranya nyaring, jelas suara dari si Hakim sakti Ciu
Huang,seseorang dengan suara keras menyahut:
"ciu tayhiap. kedudukanmu dalam dunia persilatan
amat tinggi, apa yang telah diucapkan selalu dipegang

1794
teguh, bukankah kau telah berjanji dengan majikan kami
bahwa tiada orang lain masuk ke dalam tenda kecuali
yang bersangkutan kenapa kau ngotot hendak menyerbu
ke dalam?"
"Kalau sehari suntuk dia tidak keluar dari tenda, masa
aku mesti menunggu sehari juga?"
"Dia baru masuk tenda seperminum teh, tidak
terhitung terlalu lama."
"Kalau cara yang dipergunakan majikanmu lurus, apa
salahnya jika dilihat sekejap?"
silat lidah berlangsung amat seru di luar tenda, namun
Li Bun-yang seakan-akan tidak mendengar, tubuhnya
gontai dan tak sanggup untuk berdiri tegak.
Jelas sudah ia sudah tak sanggup mempertahankan
diri, sekarang dia hanya bisa mengandalkan sedikit daril
kejernihan otaknya untuk mempertahankan perasaannya
yang kalut.
Tiba-tiba gadis cantik itu melepaskan genggamannya
pada pergelangan tangan Li Bun-yang seraya berkata
pelan:
"Kau betul-betul seorang lelaki yang berhati baja,
keluarlah dari tenda ini"

1795
Ketika tangan kanannya mendorong ke depan, tubuh
Li Bun-yang segera terlempar keluar dari tenda.
suasana diluar tenda waktu itu sudah amat meruncing,
Ciu Huang sudah nekad akan menyerbu masuk ke dalam
tenda, sebaliknya si kakek berbaju kuning bersitegang
menampik maksudnya hingga suasana jadi tegang dan
pertarungan segera akan pecah.
Disaat yang amat kritis itulah Li Bun-yang muncul dari
tenda dengan langkah sempoyongan.
Ketua Hian-hong-kau paling kuatir atas keselamatan
pemuda itu,buru-buru ia maju menyongsong .
serentak para dayang berbaju hijau yang berjaga
diluar tenda melepaskan pukulan untuk menghadang
jalan masuk lawan sekuat tenaga ketua Hian-hong-kau
menyambut datang serangan gencar itu, kendatipun ia
berhasil membendung semua serangan namun ia pun
sadar bahwa tiada kemungkinan baginya untuk
menyerbu masuk. terpaksa ia mundur dari situ.
Menunggu setelah Li Bun-yang keluar dari barisan
bunga bwee, ketua Hian-hong-kau baru maju
menyongsong sambil menegur: "Parah tidak lukamu?"
"Dia adalah perempu...." Belum habis Li Bun-yang
bicara, ia sudah muntah darah dan roboh terjengkang ke
atas tanah.

1796
Buru-buru ketua Hian-hong-kau membimbing tubuh Li
Bun-yang menuju kearah Ciu Huang.
Dengan seksama Ciu Huang periksa seluruh badan Li
Bun-yang, tapi ia segera mengerutkan dahinya ketika
tidak menjumpai tanda luka di tubuhnya, sambil
berpaling ke arah Phang Thian-hua katanya:
"saudara Phang, kau lebih pandai dalam ilmu
pertabiban- coba kau periksa di mana letak lukanya?"
setelah mengalami kejadian tadi sikap Phang Thianhua
sudah berubah sama sekali, dengan cepat ia
menghampiri Li Bun-yang, memeriksa denyut nadinya
dan termenung berpikir lama sekali, akhirnya sambil hela
napas dan menggeleng ujarnya: "Aneh sekali lukanya...."
"Apa bisa diselamatkan?" tanya Hongpo Lan cemas.
"sukar untuk dikatakan-..."
"Phang cengcu, harap kau berusaha keras untuk
menolongnya," pinta Ciu Huang sungguh-sungguh .
"Seandainya berada diperkampungan pit-tim-sanceng,
kesempatan hidup baginya mungkin tambah besar,
sedang tempat ini...."
Dari sakunya ketua Hian-hong-kau mengambil keluar
sebuah botol porselin, sambil diserahkan ke tangan
phang Thian-hua katanya:

1797
"isi botol ini adalah pil sakti pelindung hati dari
keluarga Hong-san, coba kau periksa apa ada kasiatnya?"
Dalam saku ketua Hian-hong-kau ternyata terdapat
obat mestika dari keluarga persilatan bukit Hong-san,
para jago tentu dibuat keheranan, tapi dalam situasi
begini tak seorang pun ingin buka suara.
"Menurut pendapatku." kata Phang Thi-an-hua, "Kalau
diagnosanya salah, obat mestika pun tak ada kasiatnya."
"Aku dengar pil pelindung hati dari bukit Hong-san
dapat mengobati pelbagai luka dalam, siapa yang minum
pil itu maka jiwanya bisa dipertahankan sementara
waktu, aku lihat lebih baik kita hantar dia balik ke bukit
Hong-san saja, siapa tahu ibunya bisa selamatkan
jiwanya .... "
Mendadak satu ingatan melintas lewat, ia segera
berpaling ke empat penjuru. Tampaknya Ciu Huang
mengetahui apa yang dimaksud, bisiknya: "Kau sedang
mencari pemuda berbaju hijau itu?"
"Benar, mungkin tusukan jarumnya bisa selamatkan
jiwanya."
Tapi pemuda berbaju hijau itu entah sudah pergi ke
mana, tak seorang pun berhasil menemukan jejaknya .
"Aaai..." Hongpo Lan segera menghela napas panjang,
"semestinya kita perhatikan gerak geriknya."

1798
Mendadak terdengar kakek berbaju kuning itu
berseru:
"siapa lagi yang ingin masuk ke dalam tenda?
"Biar aku yang mencoba." kata ciu Huang setelah
memandang sekejap sekeliling tempat itu.
"Jangan, kau tak boleh pergi, biar aku yang mencoba."
Cegah ketua Hian-hong-kau.
"Kenapa aku tak boleh pergi? Kaucu anggap ilmu
silatmu lebih hebat daripada ke-pandaianku? "
"Bukan begitu, justru karena Pemilik bunga bwee
adalah seorang wanita maka aku rasa ciu tayhiap tidak
seharusnya bertarung dengan kaum wanita."
"Oooh, rupanya begitu, harap kaucu hati-hati."
"Terima kasih atas perhatianmu harap ciu tayhiap sudi
merawat baik-baik luka Saudara Li."
Dengan langkah lebar ia berjalan menuju ke dalam
tenda, kakek bermata satu yang ada di sisinya segera
berseru: "Kaucu, biar aku menemani dirimu."
"Tidak usah, kita sudah berjanji dengan pemilik bunga
bwee tadi, setiap kali hanya seorang yang boleh masuk
ke tenda."

1799
"Bila kaucu menjumpai bahaya, segera kirimlah tanda
bahaya, aku segera akan menyerbu masuk."
"Baiklah, berjaga-jagalah di luar." Masuk ke dalam
tendaia meniumpai sebuah tubuh yang indah berdiri
membelakanginya,
sambil tertawa dingin ketua Hian-hong-kau segera
berseru:
"Rupanya kau memancing orang dengan perangkap
wanita cantik."
"Sudah kuduga kau pasti akan datang" kata gadis itu
sambil membalikkan tubuh-nya,
Memandang bentuk tubuhnya yang begitu indah,
ketua Hian-hong-kau segera berpikir:
"Benar-benar tubuh yang montok dan merangsang,
tak heran kaum lelaki kasar itu rela menjadi budaknya."
Terdengar gadis itu berkata lagi:
"Kalau kau menganggap aku sedang menjebak
dengan menggunakan kecantikan wajah, maka
pengetahuanmu betul- betul sangat cupat."
"Masa inipun termasuk sejenis ilmu silat?"
"Betul, inilah sejenis ilmu hipnotis yang berasal dari
negeri Thian-tok (India), di situ termasuk dalam aliran
ilmu yoga."

1800
"oooh, jadi untuk menggunakan ilmu tersebut kau
harus melepaskan semua pakaianmu hingga hampir
telanjang?"
"Dalam melatih ilmu hipnotis kita mempunyai berapa
macam cara, antara lain potongan tubuh kaum wanita,
sering kali potongan tubuh kita amat membantu dalam
menyukseskan kepandaian yang kita pergUnakan"
"oooh, jadi kau pun mengatur jebakan dengan umpan
keindahan tubuhmu untuk membuat para pria tunduk di
bawah telapak kakimu serta mau berbakti kepada-mu?
Tindakkah kau merasa bahwa perbuatanmu ini telah
membuat malu semua wanita dijagad ini? Hmmm Kau
tidak menganggap tindakanmu ini kelewat porno dan tak
tahu malu?"
Ketua Hian-hong-kau. memang sengaja
mengumpatnya habis-habisan dengan niat agar ilmu
hipnotisnya buyar, meski dia tidak tahu di mana letak
kehebatan ilmu tersebut namun ia mengerti bahwa orang
yang melakukan ilmu tersebut membutuhkan ketenangan
serta konsentrasi tinggi.
siapa sangka Pemilik bunga bwee betul- betul memiliki
daya tahan yang luar biasa, bukan saja ia tidak gusar
atas makian tersebut malahan katanya sambil
tersenyum:

1801
"sebelum orang belajar ilmu hipnotis, maka ia perlu
belajar dulu mengendalikan emosi dan ketenangan
pikiran, sebelum hal tersebut dikuasahi maka jangan
harap ilmu hipnotis tersebut bisa dikuasahi, jadi kaupun
tak usah mengungkat kemarahanku dengan
menggunakan kata-kata kotor tersebut, sebab usahamu
itu percuma,"
sambil berbicara, sepasang matanya mengawasi wajah
ketua Hian-hong-kau itu lekat-lekat.
Ketua Hian-hong-kau merasa hatinya bergolak keras
begitu sorot matanya bentrok dengan sorot mata lawan,
ia berusaha keras untuk menghindar, tapi hatinya terasa
tak kuasa untuk menatapnya lagi. sambil tertawa Pemilik
bunga bwee berkata lagi:
"Kau bukan ketua Hian-hong-kau yang sebenarnya,
kau bisa menipu orang lain tapi jangan harap bisa
membohongi aku"
Pelan-pelan perasaan ketua Hian-hong-kau makin
dikuasai, meski pikirannya masih jernih namun ia sudah
tak mampu melepaskan diri dari kendali lawan.
sebaliknya parasaan muka Pemilik bunga bwee mulai
menunjukkan tanda-tanda kecapaian, pe-luhnya
bercucuran membasahi tubuhnya. sekalipun ia berhasil
menempati posisi di atas angin, namun kemenangan itu
diperoleh secara tak mudah.

1802
Akhirnya ketua Hian-hong-kau menghela napas
panjang, gejolak perasaannya menjadi tenang kembali,
tanyanya:
"Tongcu ada perintah apa, aku segera akan
melaksanakan"
"Keluarlah dari tenda ini" kata Pemilik bunga bwee
sambil ulapkan tangannya.
Ketua Hian-hong-kau menyahut dan keluar dari tenda,
nampaknya ia sudah dikuasai sama sekali oleh ilmu
hipnotes itu.
sebaliknya Pemilik bunga bwee tak kuasa menahan
diri lagi, ia segera duduk bersila untuk mengatur
pernapasan.
Dalam pada itu ketua Hian-hong-kau langsung
berjalan menuju ketimur begitu keluar dari tenda.
Dengan perasaan terkejut Ciu Huang berseru: "Kaucu,
tunggu sebentar"
Ketua Hian-hong-kau berpaling memandang Ciu
Huang sekejap. lalu tanpa mengucapkan sepatah kata
pun ia melanjutkan langkahnya menuju ke arah Timur.
Ciu Huang segera menghadang di hadapannya, dengan
wajah serius tegurnya: "Jadi kaucu juga sudah tunduk
kepada pemilik bunga bwee?"

1803
"Benar" jawab ketua Hian-hong-kau tegas, "llmu silat
Pemilik bunga bwee tiada tandingannya dikolong langit,
kita semua bukan tandingannya."
"Tapi anak buah kaucu amat banyak. bila kau takluk
kepada pemilik bunga bwee, bagaimana nasib beriburibu
orang anak buahmu?"
"Biar mereka ikut bergabung dengan pemilik bunga
bwee."
" Kaucu, apakah kau dicekoki obat racun?" seru ciu
Huang makin tertegun.
"Tidak. secara sukarela aku takluk kepada Pemilik
bunga bwee."
Karena gagal menjumpai hal yang mencurigakan
terpaksa Ciu Huang menghela napas panjang seraya
berkata:
"Kalau begitu biar aku menjajal dulu berapa jurus ilmu
silat kaucu."
Tangan kanannya segera menyambar ke muka
mencoba menyambar kain cadar di wajah lawan, Dengan
cekatan ketua Hian-hong-kau berkelit sambil melepaskan
serangan balasan.
Diam-diam Ciu Huang menghimpun tenaga dalamnya
dan menyambut serangan itu dengan kekerasan.

1804
Begitu sepasang tangan saling beradu, tubuh ketua
Hian-hong-kau tergetar mundur sejauh satu langkah.
sebaliknya Ciu Huang merasakan lengan kanannya
tergetar kaku, pikirnya: "Hebat juga tenaga dalam orang
ini...."
Tangan kanannya dari memukul segera diubah jadi
ilmu cengkeraman Ki-na-jiu untuk mencengkeram
pergelangan tangan kanan ketua Hian-hong-kau.
Mendadak terasa desingan angin menyerang tiba dari
samping dan memukul pental serangan itu, dalam
keadaan begini terpaksa Ciu Huang harus menangkis
datangnya ancaman tersebut.
Tampak si kakek bermata satu itu dengan wajah gusar
telah berdiri tujuh depa di hadapannya.
"Kau yang barusan menyerang aku?" tegur Ciu Huang
sambil tertawa dingin, "Betul, jika tak puas silahkan
bertarung melawanku, sebagai pelindung hukum dalam
Hian-hong-kau aku tak bisa membiarkan ketua ku
dianiaya orang."
"Tapi kaucu mu sudah takluk kepada Pemilik bunga
bwee"
"sekalipun ia betul-betui tunduk kepada Pemilik bunga
bwee, kau ciu Huang juga tak perlu ikut campur dalam
urusan-nya."

1805
Berubah wajah Ciu Huang, dia ingin mengumbar
amarah tapi akhirnya dibatalkan, katanya kemudian:
"sekarang musuh di depan mata, aku tak ingin ribut
gara-gara urusan pribadi hingga mempengaruhi
suasana."
Dengan meninggalkan ketua Hian-hong-kau, ia
langsung menyerbu masuk kearah tenda.
sebaliknya kakek bermata satu itu mempercepat
langkahnya menyusul ke belakang ketua Hian-hong-kau,
katanya dengan suara dalam: "Maafkan kekurangajaranku"
sebuah totokan kilat langsung dilontarkan ke
muka,
Dalam anggapannya totokan ini pasti akan mengenai
secara tepat, siapa tahu dengan cekatan ketua Hianhong-
kau menghindar ke samping seraya menegur: "Mau
apa kau?"
"Kaucu sebagai ketua partai tidak seharusnya berubah
pikiran,.,."
"Menurut aturan partai, semua tindak tanduk
diputuskan oleh ketua, setelah aku tunduk kepada
Pemilik bunga bwee, bagaimana seharusnya sikap
kalian?" Dengan wajah berubah kakek bermata satu itu
menjawab pelan:

1806
"Aku sudah meninggalkan partai mengikuti kematian
ketua angkatan ke dua, kedudukanku sekarang hanya
sebagai tamu, jadi tidak ikut terikat oleh peraturan partai
lagi."
"jadi kau siap meninggalkan Hian-hong-kau?"
Tangan kanan si kakek bermata satu yang diulurkan
keluar kini sudah berubah jadi merah membara, katanya
serius:
"sekalipun aku hendak tinggalkan partai, paling tidak
akan kucabut dulu bibit bencana ini."
Dari warna merah yang makin membara pada telapak
tangan lawan, tiba-tiba ketua Hian-hong-kau teringat
akan ilmu pukulan hwee-yan-ciang (pukulan api
membara) bahkan ia sadar bahwa kakek itu sudah
mengerahkan tenaganya hingga mencapai sepuluh
bagian, ini berarti setiap saat ia bisa dihabisi nyawanya.
Terdengar Kakek Bermata Tunggal itu berkata serius:
"Aku tak ingin melawan perintah kaucu, juga tak ingin
melukaimu, tapi masalah ini menyangkut nama baik,
bukan saja aku berkewajiban menjaga nama besar itu,
akupun tak bisa berdiam diri saja membiarkan Hianhong-
kau hancur berantakan di tanganmu."

1807
Melihat ketua Hian-hong-kau tidak memberikan
reaksinya, setelah berhenti sejenak kakek itu berkata
lebih jauh:
"Ilmu pukulan api membara ku ini khusus melukai isi
perut, bagi si penderita pada awalnya hanya akan
merasa tubuhnya kepanasan tapi dua belas jam
kemudian racun api akan menjalar keseluruh isi perut
yang mengakibatkan kematian, aku tak ingin melukai
kaucu di hadapan umum dan kaucu tentu sepaham
dengan pendapatku bukan? Nah ulurkan tangan kaucu,
agar aku bisa melukaimu tanpa diketahui siapa pun."
"Kalau aku menampik?" tanya ketua Hian hong- kau.
"Kaucu pasti mengerti bahwa kau tak akan lolos dari
tanganku, bila kaucu enggan memberi muka kepadaku
terpaksa aku akan memakai kekerasan."
Dalam pada itu Ciu Huang dengan langkah cepat telah
menerjang masuk ke dalam tenda, Pemilik bunga bwee
yang menyadari datangnya jago tangguh itu segera
melompat bangun dan melompat ke sudut ruang tenda,
Padahal ketika itu Ciu Huang telah menghimpun tenaga
dalamnya mencapai sepuluh bagian, ia sudah siap
menyerang secepat kilat untuk berusaha menguasai
lawannya.
siapa tahu setibanya dalam tenda, apa yang tertera di
depan mata sama sekali di-luar dugaannya, memandang

1808
gadis bertubuh indah yang duduk membelakanginya,
untuk sesaat dia tak tahu harus diapakan tenaga sepuluh
bagian yang telah dipersiapkan itu. Akhirnya setelah
mendehem pelan, sapa-nya: "siapa kau? Di mana Pemilik
bunga bwee?"
Gadis cantik itu pelan-pelan berpaling, dari balik
matanya memancar keluar cahaya aneh yang membuat
sekujur badan ciu Huang bergetar keras, ia merasa
hatinya terangsang dan bergolak, nyaris tak
terkendalikan-
"Akulah Pemilik bunga bwee" ucap gadis itu Iembut,
"sudah lama kukagumi nama Ciu tayhiap. sungguh
beruntung aku dapat menjumpaimu hari ini."
Ciu Huang tarik, napas panjang dan berusaha
melawan tenaga godaan yang membara di dadanya itu.
Tiba-tiba pemilik bunga bwee menggenggam
pergelangan tangan ciu Huang, setelah itu katanya lagi
lembut:
"Kudengar Ciu tayhiap tak pernah dekat dengan
wanita, benarkah berita ini?"
Ciu Huang merasa peredalan darahnya mengalir
semakin cepat, ia merasa seakan akan ada semacam
benda yang menerjang dari tubuhnya.

1809
Ia tak kuasa menjawab pertanyaan itu, juga tak berani
menjawab, semua perhatiannya dipusatkan untuk
melawan tenaga aneh itu.
Mendadak dari tangan kanannya mengalir masuk
suatu kekuatan aneh yang membuat sekujur tubuh ciu
Huang jadi lemas, apalagi ketika jalan darah Ci-ti-hiatnya
ditotok oleh tangan yang lembut itu, kontan segenap
tenaga dalamnya punah.
Ia merasa ada sebuah kekuatan maha dahsyat yang
menyusup ke dalam otaknya, membuat seluruh tubuhnya
bergetar keras.
"Ciu tayhiap" bisik Pemilik bunga bwee kemudian
sambil tersenyum.
ciu Huang berdiri terbelalak dengan mata menatap
wajah pemilik bunga bwee lekat-lekat, sahutnya pelan:
"Apa perintahmu tongcu?"
Pemilik bunga bwee menghembuskan napas lega,
dengan wajah amat letih dia lepaskan cengkeramannya
atas pergelangan tangan lawan.
BAB 53. ilmu sakti Tiada Tara
Begitu genggaman dilepas, mendadak Ciu Huang
mengerdipkan matanya seraya berpaling kearah lainTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1810
pemilik bunga bwee sangat terkejut, buru-buru ia
cengkeram pergelangantangan ciu Huang lagi seraya
berseru manja: "Cepat berpaling dan tengok lagi ke arah
mataku"
Walaupun pemilik bunga bwee telah menguasai Ciu
Huang dengan ilmu hipnotis-nya, namun oleh karena
tenaga dalamnya amat sempurna, begitu gadis tersebut
sedikit teledor maka Ciu Huang pun terlepas dari kendali
dan nyaris sadar kembali
Begitu Ciu Huang memandang lagi ke arah mata
Pemilik bunga bwee, tak selang berapa saat kemudian
wajahnya kembali nampak bingung dan kehilangan
kesadaran, sepertanak nasi kemudian ciu Huang baru
berbisik: "Apa perintahmu tongcu?"
"Keluarlan dari tenda " sahut pemilik bunga bwee
sambil tertawa, Ciu Huang menyahut dan segera
melangkah keluar dari tenda,
Memandang bayangan punggung ciu Huang yang
menjauh, Pemilik bunga bwee tak kuasa menahan diri
lagi, ia roboh terjungkal ke atas tanah.
Perlu diketahui menggunakan ilmu hipnotis, paling
boros dalam menggunakan tenaga dalam, apalagi
musuhnya bertenaga dalam sempurna, tak heran kalau
hampir seluruh kekuatan tubuh yang dimiliki Pemilik
bunga bwee terkuras habis. Dengan langkah lebar Ciu

1811
Huang berjalan melewati rombongan para dayang,
langsung menuju ke tempat ketua Hian-hong-kau berdiri
Waktu itu ketua Hian-hong-kau sedang bersiap-siap
menerima pukulan api membara dari kakek bermata satu
itu, Ciu Huang yang menyaksikan kejadian ini dengan
suara keras segera membentak: "Tahan"
sebetuinya kakek bermata satu itu pun sudah
mengetahui bahwa ketuanya telah dikendalikan oleh
sejenis kekuatan aneh yang membuat kesadarannya
punah, bahkan ilmu tersebut jauh lebih hebat dari pada
ilmu pemindah sukma, karena itu untuk sesaat diapun
ragu untuk turun tangan-
Pada saat pikirannya masih sangsi ini-lah, Ciu Huang
muncul tepat pada saatnya. Dengan cepat kakek
bermata satu itu membalikkan tubuhnya sambil menegur
dingin: "ciu Huang, urusan partai Hian-hong-kau kami
tak perlu kau campuri...."
"Aku melarang kau melukai ketua Hian-hong-kau."
sebenarnya selama ini dia memandang ketua Hianhong-
kau sebagai musuh, perubahan sikap yang drastis
sekarang seketika membuat para jago terbelalak
keheranan mereka tak mengerti apa yang sebenarnya
telah terjadi: Mendadak terdengar Phang Thian-hua
berteriak keras:

1812
"Aku mengerti, aku mengerti sekarang, tampaknya
Pemilik bunga bwee setelah menggunakan ilmu
pemindah sukma untuk menguasai pikiran ciu Huang
serta ketua Hian-hong-kau sehingga mereka tunduk
kepadanya."
Dalam pada itu antara si kakek bermata satu dan ciu
Huang sudah bersitegang hingga mencapai puncaknya,
kedua belah pihak telah bersiap sedia melakukan
pertarungan.
Begitu mendengar teriakan Phang Thian-hua, kakek
bermata satu itu segera menarik kembali pukulan bara
apinya yang siap dilontarkan itu sementara para jago
lainnya sudah tak berani menyerempet bahaya untuk
memasuki tenda tersebut.
Padahal dalam keadaan demikian si Pemilik bunga
bwee sudah tergeletak kehabisan tenaga di dalam tenda,
siapa pun yang muncul di sana niscaya dapat
membinasakan dirinya secara mudah.
Dengan langkah lebar Phang Thian-hua berjalan
menghampiri Ciu Huang berdua, lalu katanya:
"sementara waktu lebih baik kalian berdua tunda dulu
pertarungan, dengarkan ucapanku."

1813
saat ini apa yang dipikir Ciu Huang hanya berbakti
kepada Pemilik bunga bwee, mendengar ucapan tersebut
segera katanya:
"Bukannya aku hendak memadamkan semangat
tempur kalian, sesungguhnya kita semua bukan
tandingan pemilik bunga bwee, daripada mati konyol
lebih baik berbakti kepadanya saja."
Ucapan semacam ini ternyata diutarakan oleh manusia
macam Ciu Huang, kejadian ini benar-benar diluar
dugaan para jago, sebaliknya bagi mereka yang sudah
terpengaruh ilmu hipnotis dari pemilik bunga bwee,
mereka segera manggut-manggut mendukung.
Pedang sakti dari Lam-kiang Hongpo Ti-ang-hong
yang selama ini membungkam, tiba-tiba menyela:
"Entah kepandaian apa yang telah digunakan Pemilik
bunga bwee hingga membuat pikiran Ciu tayhiap kabur,
aku harap kalian jangan terima perkataannya itu ke
dalam hati, sebab jelas ucapan itu bukan muncul dari
hati sanubarinya."
"Benar, aku pun berpendapat begitu." sambung phang
Thian-hua.
"Nama besar empek Ciu tak boleh dibiarkan hancur
dengan begitu saja" seru Hong-po Lan pula, "Biar

1814
kutengok Pemilik bunga wee dalam tenda itu,
sebenarnya ilmu apa yang telah digunakan-"
sambil berkata ia melangkah masuk ke arah tenda.
"Berhenti" bentak Hongpo Tiang-hong tiba-tiba.
"Ada apa ayah?"
"Dengan kecerdikan dan kehebatan empek Ciu serta
ketua Hian-hong-kau pun mereka masih bukan tandingan
Pemiiik bunga bwee, apalagi kau yang berpengalaman
cetek, bagaimana mungkin bisa menghadapi kehebatan
Pemilik bunga bwee?"
"Biarkan dia pergi" Mendadak terdengar seseorang
menimbrung dengan suara lembut.
Ketika Hongpo Lan berpaling, ia jumpai pemuda
berbaju hijau tadi entah sejak kapan sudah muncul lagi
dalam arena:
Buru-buru Phang Thian-hua memberi hormat seraya
berkata:
"Aku sangat kagum dengan kehebatan ilmu
pengobatan yang anda miliki, tolong periksa mereka,
sebenarnya luka racun apa yang telah mereka derita?"
"Tidak usah diperiksa lagi" jawab pemuda berbaju
hijau itupelan, "Kesadaran mereka telah dikendalikan
pemilik bunga bwee dengan ilmu hipnotisnya,justru

1815
karena pemilik bunga bwee belum luncurkan diri maka
mereka masih dapat dikendalikan tapi begitu pemilik
bunga bwee muncul, mereka semua pasti akan tunduk
pada perintahnya."
"Masa tiada harapan untuk diobati?" tanya Coat-pin
taysu.
"Kecuali kita dapat menaklukkan Pemilik bunga bwee
lebih dulu."
"Kecerdasan ketua Hian-hong-kau sudah dibuktikan di
depan umum, kehebatan ilmu silat Ciu tayhiap juga tiada
keduanya dalam kolong langit, tapi mereka berdua telah
dikuasai ilmu hipnotis dari Pemiiik bunga bwee, situasi
demikian amat tidak menguntungkan diri kami,
nampaknya saudara harus turun tangan sendiri" kata
Phang Thian-hua.
semua jago telah menyaksikan kehebatan pemuda ini
dalam menggunakan tusukan jarum sehingga tanpa
sadar dihati kecil mereka sudah muncul perasaan hormat
yang mendalam, oleh sebab itu ucapan phang Thian-hua
ini tidak menimbulkan rasa heran para jago lainnya.
Dalam pada itu Hongpo Lan sudah menerjang masuk ke
dalam tenda.
Hongpo Tiang-hong hanya melirik pemuda berbaju
hijau itu sekejap. ia tidak bermaksud menghalangi niat
putranya.

1816
Memandang bayangan punggung Hongpo Lan yang
masuk ke balik tenda, pemuda berbaju hijau itu berkata
sambil menghela napas panjang:
"Bila dugaanku tak meleset, setelah melalui beberapa
kali pengurasan tenaga, kondisi Pemilik bunga bwee
sudah sangat lemah sekali, bila kita utus seseorang lagi
untuk masuk ke dalam tenda maka tak susah buat kita
untuk menangkap dirinya."
Dalam pada itu, ketika Hongpo Lan masuk ke dalam
tenda, Pemilik bunga bwee baru saja duduk untuk
mengatur pernapasan .
Saat ini merupakan detik yang amat kritis, bila Hongpo
Lan datang seperminum teh lebih awal maka Pemilik
bunga bwee tak akan memiliki kekuatan untuk
melakukan perlawanan.
Ketika sinar mata Hongpo Lan membentur pada tubuh
si nona yang cantik, ia segera berdiri tertegun.
Pelan-pelan pemilik bunga bwee membuka mata
memandang Hong-po Lan, sambil tertawa katanya.
"Bantulah aku untuk bangkit berdiri" suatu cahaya mata
yang aneh menyorot tajam wajah Hongpo Lan.
Ketika sinar mata pemuda itu bentrok dengan
pandangan mata pemilik bunga bwee, hatinya segera
bergetar keras, tanpa sadar ia melangkah majU ke

1817
depan, Dengan pelan-pelan pemilik bunga bwee bangkit
berdiri, mendadak tubuhnya roboh ke dalam pelukan
anak muda tersebut.
saat itu pikiran Hongpo Lan masih agak jernih, hawa
murninya segera dihimpun ke dalam telapak tangan
kanannya dan segera ditekan kepunggung pemilik bunga
bwee.
Belum sempat tenaga murninya dipancarkan Pemilik
bunga bwee telah merasa kan datangnya ancaman
bahaya, ia segera berpaling dan ujarnya lembut:
"Berpaling dan tengoklah wajahku"
suara itu halus dan lembut membuat Hongpo Lan
berpaling tanpa sadar, begitu empat mata saling
bertemu, sekali lagi perasaannya bergetar keras, tenaga
pukulan pun tak sanggup dipancarkan keluar.
Lebih kurang seperminum teh kemudian, Hongpo Lan
telah berjalan keluar dari balik tenda dengan pandangan
kosong,
Hongpo Tiang-hong segera maju menyongsong sambil
menegur "Kau tidak apa-apa bukan nak?"
"Aku sudah tunduk kepada Pemilik bunga bwee..."
jawab Hongpo Lan sambil tertawa dingin.
Mendadak dari balik mata pemuda berbaju hijau itu
memancar keluar cahaya mata yang aneh, sambil

1818
menatap wajah Hongpo Lan, pelan-pelan tegurnya:.
"Baik-baikkah Pemilik bunga bwee?"
Kembali sekujur tubuh Hongpo Lan bergetar keras
begitu empat mata mereka saling bertemu, sahutnya
cepat: "Ia sangat baik."
"Apakah dia amat lelah?" Nada suara pemuda berbaju
hijau itu berubah amat serius. Hongpo Lan berdiri
termangu-mangu, lama kemudian baru jawabnya: "Yaa,
dia sangat lelah."
Hongpo Tiang-hong jadi amat cemas ketika melihat
putra kesayangannya tiba-tiba berubah jadi begitu
bodoh, tanpa sadar ia mengulurkan tangannya hendak
menggenggam pergelangan tangan kanannya.
"Jangan sentuh dia" bentak pemuda berbaju hijau itu
tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Ia sudah dikendalikan ilmu hipnotis dari pemilik
bunga bwee, sekarang pikirannya kubuat kalut dengan
ilmu pemindah sukma ku, kondisinya sekarang sangat
rawan dan pikirannya dikuasai dua kekuatan, meski kau
ayahnya, tapi aku takut ia sudah tidak mengenalmu lagi
sekarang, jika kau berusaha memegang pergelangan
tangannya maka hal ini akan memancing reaksi yang
keras, bahkan bisa jadi dia akan menyerangmu dengan

1819
sepenuh tenaga, takutnya ia jadi kalap dan
menyerangmu mati-matian...."
Kemudian telah berhenti sejenak, ia berpaling ke arah
kakek bermata satu dan berkata lagi serius:
"Meskipun kau merahasiakan indentitas-mu tapi aku
tahu bahwa ilmu silatmu paling hebat di antara mereka
yang hadir hari ini, kecuali Pemilik bunga bwee, hanya
Dewa cebol Cu Gi yang mungkin bisa menandingi
kehebatanmu tapi sekarang Dewa cebol belum selesai
bersemedi, maka setelah aku masuk ke dalam tenda
nanti, sementara Memimpin para jago, sebelum itu waktu
kaulah yang memimpin para jago, sebelum aku muncul
dari tenda, jangan biarkan siapapun mengintip keadaan
dalam tenda tersebut, aku percaya ilmu pukulan bara
apimu sangat sempurna, siapa yang nekad melanggar
larangan ini, hadiahkan satu pukulan kepadanya."
Tampaknya kakek bermata satu itu ingin menampik,
tapi seorang manusia berkerudung di sampingnya telah
mewakilinya menyanggupi.
" Kau sudah setuju?" tegur pemuda itu kemudian-
Kakek bermata satu itu menghela napas panjang.
"Aaaai, jika kaupun bukan tandingan Pemilik bunga
bwee, terpaksa akulah yang akan memikul tanggung
jawab terakhir."

1820
"semisalnya akupun kalah di tangan Pemilik bunga
bwee, kau harus membawa para jago lainnya melarikan
diri dari sini."
Selesai berkata ia menuju ke dalam tenda dengan
langkah lebar.
Kakek berbaju kuning yang menjaga di depan tenda
merasa amat gembira ketika melihat para jago satu
persatu berhasil ditundukkan Pemilik bunga bwee, ia tak
sadar bahwa majikannya sudah kehabisan tenaga waktu
itu, maka ketika melihat pemuda berbaju hijau itu
melangkah datang, ia pun tidak berniat menghalangi
jalan masuknya.
Ketika pemuda berbaju hijau itu tiba di dalam tenda,
peluh yang membasahi wajah Pemilik bunga bwee belum
lagi mengering.
Ia segera angkat kepalanya setelah mendengar suara
langkah manusia mendekat, tapi wajahnya segera
berubah hebat setelah mengetahui yang muncul adalah
pemuda berbaju hijau itu, musuh paling tangguhnya,
dengan cepat ia melompat bangun. "Nona seebun, hebat
juga ilmu hipnotis mu" ejek pemuda itu sambil tertawa
dingin-
"Sebenarnya siapa kau? Kenapa selalu menyusahkan
aku?" tegur Pemilik bunga bwee sambil menatap wajah
lawannya tajam-tajam.

1821
"Kau ingin membunuh sedang aku ingin menolong
orang, kau berbuat kejahatan dan aku berbuat kebaikan,
jalan yang kita tempuh memang selalu berlawanan, kita
sudah ditakdirkan untuk bermusuhan-"
Pemilik bunga bwee segera merasakan cahaya aneh
dari sorot mata lawan membuat perasaan hatinya
bergolak keras, buru-buru ia melengos ke arah lain
seraya berseru: "Kau juga pandai ilmu hipnotis?"
"Walaupun antara ilmu hipnotis dan pengalih sukma
berasal dari satu aliran, namun yang satu bersumber dari
agama To sedang yang lain berasal dari ilmu Yoga di
negeri Thian-tok. aku rasa hari ini adalah saat paling
tepat bagi kita untuk menguji ilmu,"
"Kau bukan lelaki"
"faktor inilah yang mengurangi kesempatanmu untuk
meraih kemenangan"
"Sebenarnya siapa kau?" hardik pemilik bunga bwee
makin penasaran
"Semalam kita baru bersua, masa secepat itu kau
sudah lupa?"
"Jadi kau adalah nona berbaju putih yang berjumpa
semalam...."
"Betul Aku bernama Pek si-hiang."

1822
Diam-diam pemilik bunga bwee menghimpun tenaga
dalamnya siap melancarkan satu pukulan tapi ia segera
tertegun dan mengurungkan niatnya setelah melihat Pek
si-hiang menancapkan sebatang jarum emas di atas bahu
sendiri, tegurnya: "Apa-apaan kau ini?"
"Turunkan tanganmu" perintah Pek si-hiang dengan
mata bersinar aneh.
Ketika sinar mata pemilik bunga bwee beradu dengan
pandangan matanya, ia segera merasa hatinya bergelora
keras, pelan-pelan dia turunkan kembali tangan
kanannya dan berkata:
"Bagaimana kalau kita berunding secara damai?"
Ucapan tersebut diutarakan dengan amat ngotot,
agaknya harus mengerahkan segenap kekuatan yang
dimilikinya.
"Boleh saja" jawab Pek si-hiang, "tapi kau sangat
binal, aku mesti tusuk dulu berapa buah jalan darahmu
dengan jarum emas, setelah itu kita baru berunding
secara damai."
"Baiklah" Sekujur badan pemilik bunga bwee sudah
gemetar keras, Dengan cepat Pek si hiang menusukkan
lima batang jarum emas kejalan darah penting di tubuh
pemilik bunga bwee, setelah itu dia baru menghela napas

1823
panjang sambil katanya: "sekarang kita boleh duduk
untuk beristirahat"
Pemilik bunga bwee yang angkuh dan keras kepala
kini berubah jadi sangat penurut tanpa membantah ia
segera duduk.
sambil menyeka peluh yang membasahi jidatnya Pek
si- hiang cabut lepas jarum pada bahUnya lalu duduk
bersila pula.
Lebih kurang sepertanak nasi kemudian Pemilik bunga
bwee membuka matanya lebih dulu, ketika melihat Pek
si- hiang masih mengatur pernapasan, mendadak napsu
membunuhnya timbul, diam-diam ia mencoba
mengerahkan tenaga dalamnya,
siapa tahu lengan kanannya itu kaku dan tak mau
turut perintah, tiga kali dia mencoba untuk
menggerakkan lengannya tapi gagal, hal ini segera
membuat hatinya tertegun-"Kau ingin mencelakai aku?"
ejek Pek si- hiang sambil membuka matanya dan
tertawa, Pemilik bunga bwee menghela napas panjang,
"Jalan darahku telah kau tusuk dengan jarum emas,
biar ada niat begitu pun percuma saja."
"Ilmu tusukan jarumku ini bernama lima panah
memantek sukma, bukan cuma kedua lenganmu

1824
kehilangan fungsinya, sepasang kakimupun tak mampu
melancarkan tendangan-"
"Kalau begitu untuk berjalanpun aku tak mampu?"
seru pemilik bunga bwee terkejut.
"Untuk berjalan sih tak menjadi soal, cuma kau tak
sanggup berkelahi lagi."
Pemilik bunga bwee bangkit berdiri dan mencoba
berjalan kian kemari, setelah itu baru ujarnya:
" Katakan sekarang, apa syaratmu?"
"Gampang sekali?" sahut Pek si- h iang sambil
tertawa, "Asal kau pulihkan kembali kesadaran mereka
yang terpengaruh oleh ilmu hipnotis mu, kemudian
dalam tiga bulan berjanji tak akan melakukan keonaran
lagi."
"Bagaimana setelah tiga bulan kemudian?"
"Bila saat itu aku masih hidup, aku yakin pasti ada
cara untuk mengendalikan diri-mu, meski kau ingin
membuat keonaran lagi, akhirnya kekalahan toh tetap
dipihak-mu, sebaliknya jika tiga bulan kemudian aku
mati, terserah apa yang hendak kau perbuat, toh aku tak
bisa mengurusi dirimu lagi."

1825
"Baik, tiga bulan kemudian bila aku muncul kembali
dalam dunia persilatan, tahukah kau siapa yang bakal
kubunuh pertama kali?" .
"Aku tebak pasti ketua Hian-hong-kau?"
"Kenapa tidak kau katakan dirimu sendiri?" seru
Pemilik bunga bwee dengan kening berkerut.
"sebab kau tak mampu membunuh aku."
Tiba-tiba Pemilik bunga bwee tertawa tergelak.
serunya:
"Nona Pek, aku lihat usiamu lebih kecil dua tahun
dariku, maaf kalau aku memanggilmu adik,"
" Kau tidak merasa bahwa panggilan tersebut kelewat
memuakkan?"
" Kau tak perlu berlagak sok pintar, hanya
berdasarkan tebakanmu ini, aku semakin yakin dapat
mengalahkan dirimu."
"Jadi dugaanku ini keliru besar?" kata Pek si-hiang
dengan wajah serius.
"Yaa, tebakanmu salah besar sekali."
"Lalu siapa yang akan kau bunuh?"

1826
"Lim Han-kim Akan kusuruh kau merasakan
bagaimana pahitnya bila seseorang ditinggal mati
kekasihnya."
Mendengar perkataan ini, Pek si hiang tertawa geli.
"Jawabanmu sungguh di luar dugaan-ku, apa kau
tidak merasa dugaanmu itu kelewat batas? Biar kau
bunuh dia seribu kali pun apa sangkut pautnya dengan
aku?"
"Bila kau tidak patah hati, aku akan mewakili Lim Hankim
merasa kecewa."
"oooh, apa kau menaruh hati kepada-nya? Aku sih
bersedia menjadi mak comblang untuk kalian berdua."
"Kau jangan ngaco belo" teriak Pemilik bunga bwee
gusar. Pek si-hiang tertawa cekikikan
"Baiklah, kita tak usah bicarakan soal ini, beritahu
kepadaku bagaimana caranya menyadarkan kembali
mereka yang terpengaruh ilmu hipnotis mu?"
"Bila kau percaya kepadaku, cabut dulu jarum-jarum
dari tubuhku, aku segera akan membawa semua anak
buahku mundur dari sini...."
"Tidak, aku tak percaya kepadamu...." tukas Pek sihiang,
setelah berhenti sejenak lanjutnya, "Bila aku tidak

1827
berbelas kasihan kepadamu, saat ini kau pasti sudah
mati."
"Setelah aku mati, kau akan menjadi jago yang tak
tertandingkan di kolong langot, aku duga hidupmu juga
tak bakal senang."
"Aku tidak berambisi menguasahi jagad, lagi pula
hidupku tak lama lagi, permusuhan kita hari ini hanya
terjadi secara kebetulan saja, dan sekarang aku sudah
terlanjur ikut campur dalam urusan ini, jadi aku harus
menyelesaikan hingga tuntas."
"Baiklah, kalau begitu kau boleh totok jalan darah
tidur mereka, biarkan mereka tidur selama dua belas
jam, setelah itu guyur kepala mereka dengan air dingin
dan tepuk bebas jalan darahnya, maka mereka akan
sadar kembali seperti sedia kala."
"Ehmm, kalau begitu aku akan menolong mereka lebih
dulu kemudian baru mencabut jarum emas dari
tubuhmu."
Ia membalikkan badan berjalan berapa langkah, lalu
berpaling dan sambungnya:
" Untuk mencabut jarum tersebut lebih baik tunggu
aku yang melakukan, sebab kalau salah cabut kau bisa
jadi cacad seumur hidup, nah aku sudah peringatkan
kepadamu, jika kau nekad jangan salahkan diriku nanti."

1828
Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak
Pemilik bunga bwee berseru:
"Bukan kah ilmu yang pandai menusuk jalan darah
dengan jarum rasanya belum pernah kudengar ada
kejadian seperti ini."
"Kalau tak percaya kenapa tidak kau cabut keluar
sebatang jarum tersebut...." jengek Pek si-hiang sambil
tertawa.
Pemilik bunga bwee merasa kan timbulnya semacam
suasana misterius yang sangat aneh, umuk sesaat ia tak
dapat menentukan apakah ucapan itu gertak sambal atau
sungguhan.
sambit mengambil sebuah jubah luar, kembali Pek sihiang
berkata seraya tertawa: "Kenakan pakaian luar,
kita keluar bersama-sama."
pemilik bunga bwee memandang jubah luar itu
sekejap, tiba-tiba teriaknya keras: "Mana Cing-im?"
"Ada perintah apa nona?" suara merdu segera
menyahut disusul munculnya seorang dayang kecil
berbaju hijau.
"Ambilkan pakaianku" perintah pemilik bunga bwee.
Cing-im mengiakan dan lenyap di balik tenda.

1829
"Tampaknya kau ada persiapan di dalam tenda ini"
goda Pek si hiang sambil tertawa.
"Mereka berdiam di tenda yang lain, antara kedua
tenda ini dihubungkan dengan sebuah lorong bawah
tanah, sekalipun bisa pulang pergi tanpa hambatan
namun sebelum mendapat perintah ku mereka tak akan
berani memasuki tendaku sesuka hati."
"Rupanya begitu, sempurna benar persiapanmu meski
dalam anggapanmu kemenangan pasti berada dipihakmu
namun tetap mempersiapkan jalan untuk melarikan diri"
sementara pembicaraan masih berlangsung, cing-im
sudah muncul dengan membawa pakaian, buru-buru
Pemilik bunga bwee mengenakan pakaiannya lalu setelah
menutup wajahnya dengan topeng kulit manusia, ia
berkata: "Sekarang kita boleh berangkat."
"Tunggu dulu, siapa sih namamu?"
"Panggil saja Pemilik bunga bwee..."
"Tidak. kalau kau tidak mengatakan maka kau akan
kupanggil nyonya seebun."
"Aku bernama seebun Giok-hiong" jawab Pemilik
bunga bwee sambil tertawa. Maka sambil bergandeng
tangan mereka berdua pun berjalan keluar dari tenda.

1830
Ketika para dayang dan kakek berbaju kuning yang
berada di luar tenda menyaksikan dandanan majikannya
itu, serentak mereka bungkukkan badandan memberi
hormat.
secara tiba-tiba Pek si-hiang memahami apa sebabnya
seebun Giok-hiong bersikeras mengenakan dandanan
seperti ini, rupanya setiap kali dia munculkan diri di
hadapan anak buahnya maka dandanan yang digunakan
selain berbeda, maka secara diam-diam ia juga
memperhatikan warna pakaian yang dipakai, dandanan
serta benda apa saja yang digunakan lalu diingat baikbaik.
sementara itu seebun Giok-hiong sudah berkata
setelah menyapu sekejap para dayangnya: "Kalian
segera kembali ke dalam tenda dan laksanakan
perintahku...." Kemudian sambil menghampiri kakek
berbaju kuning itu tambahnya:
" Karena salah langkah permainan kita kali ini gagal
total, perintah kan semua orang agar mundur sejauh dua
puluh li."
Kakek berbaju kuning itu agak tertegun, tapi segera
jawabnya: "Hamba turut perintah."
"Tinggalkan dua belas pelajar serta Cing-in dan Ciugwee
di sini, lainnya segera mengundurkan diri"

1831
Lalu setelah memandang Pek si- hiang sekejap sambil
tertawa, tambahnya lebih jauh: "selanjutnya kita dapat
beristirahat selama tiga bulan penuh."
"Harap tongcu baik-baik menjaga diri" seru kakek itu
segera sambil memberi hormat, kemudian memutar
badan dan berlalu dari situ.
"Hey, apa sih yang kau maksudkan dengan dua belas
pelajar?" Tiba-tiba Pek si-hiang bertanya lirih.
"Mereka adalah dua belas orang pelajar yang pandai
dalam ilmu sastra maupun ilmu silat"
Mendadak ia berubah nada, serunya:
"Nona Pek. bagaimana kalau kau pulihkan sebuah
lenganku?" Pek si-hiang tersenyum, sahutnya lembut:
"Jika kau tidak kuatir mati, tidak takut cacad seumur
hidup, tidak takut ilmu silatmu punah, mari kucabut lepas
sebatang jarum emas dari lenganmu."
"Aaaah, masa sampai begitu serius?" seru seebun
Giok-hiong dengan perasaan terkesiap.
"Apa kau tidak percaya?"
"Aku memang setengah percaya setengah tidak..."
Ditatapnya wajah Pek si-hiang lekat-lekat, "Tapi aku tak
akan menyerempet bahaya."

1832
"Nampaknya kau seperti percaya benar dengan aku?"
"sementara ini aku kalah di tanganmu,jadi mau tak
mau harus berusaha menahan diri"
"Aaai... lelakl sejati bisa maju bisa mundur, sayang
kau hanya seorang gadis, moga-moga saja aku bisa
mengaturkan suatu cinta kasih yang membelenggu
hatimu hingga saat itu kau tak akan melakukan
perbuatan yang melanggar hukum lagi."
"Dalam dunia saat ini siapa yang cocok menjadi
kekasih hatiku?"
Walaupun mereka saling membantah namun sikap
maupun gerak geriknya amat mesra, seakan-akan
sepasang saudara yang sudah lama berpisah, Dengan
suara lirih Phang Thian-hua segera berbisik kepada
Hongpo Tiang-hong:
"Nampaknya kemampuan pemuda berbaju hijau itu
jauh di atas kemampuan kita semua, nyatanya ia mampu
menundukkan pemilik bunga bwee, aaaai... dari kejadian
ini bisa disimpulkan bahwa kita, semua sudah tua."
Sementara itu Pek Si-hiang dengan suara lantang telah
berseru:
"Berkat kesediaan nona Seebun untuk memberi muka
kepadaku, ia bersedia menarik mundur semua
kekuatannya dari sekeliling tempat ini...."

1833
"Tapi bagaimana dengan mereka yang terpengaruh
ilmu hipnotisnya?" tanya Hongpo Tiang-hong kuatir.
"Tentu harus ditolong, tapi ilmu hipnotis bukan
semacam racun, jadi terpaksa harus merepotkan kalian
semua."
"Bantuan apa yang harus kami lakukan?"
"Gampang sekali, tolong totok jalan darah tidur
mereka agar mereka tidur selama dua belas jam, setelah
itu guyur kepala mereka dengan air dingin dan bebaskan
pengaruh totokannya, maka mereka akan segera sadar
kembali."
"Tunggu sebentar" Tiba-tiba seebun Giok-hiong
berseru.
"Kau membohongi aku?" tegur Pek si-hiang.
"Meskipun kesadaran mereka terpengaruh, tapi
lantaran bukan pengaruh obat maka ilmu silat mereka
tetap utuh, bila kalian menotok jalan darahnya maka
tindakan tersebut akan menimbulkan perlawanan mereka
.... "
setelah menyapu sekejap kawanan jago di
hadapannya ia melanjutkan.
"Bila sampai terjadi pertarungan bisa dibayangkan
akibatnya tentu sangat mengerikan."

1834
"Aaaai..." Pek si-hiang menghela napas panjang,
"Hampir saja aku terjebak oleh tipu muslihatmu, kenapa
kau menerangkan jebakan tersebut kepadaku?"
"Akibat dari pertarungan massal ini tentu mengerikan
dan tragis, bila berapa orang pentolan yang
menyebabkan kematian orang tuaku ikut terbunuh dalam
pertarungan untuk membalas dendam dengan tangan
sendiri?"
"Aku mengerti maksudmu" jengek Pek si-hiang, "selain
alasan yang kau sebutkan tadi, tampaknya kau pun
kuatir nyawamu ikut melayang dalam pertarungan itu
bukan?"
"Lagi-lagi rahasia hatiku tertebak. aaai,.. semisalnya
kau tidak menarikku keluar bersama, saat ini pasti sudah
ada orang yang tergeletak mampus."
"Bagaimana pula dengan keadaan saat ini?"
"Akan kukacaukan dulu perhatian mereka, kemudian
kalian baru turun tangan menotok jalan darahnya, cuma
kalian harus turun tangan dengan gerakan tercepat."
sambil berkata ia segera bertepuk tangan berapa kali.
Betul juga, kawananjago yang terpengaruh ilmu
hipnotisnya itu serentak mengalihkan perhatiannya ke
wajah seebun Giok-hiong begitu mendengar suara tepuk
tangannya.

1835
"Cepat turun tangan" bisik Pek si-hiang cepat,
Hongpo Tiang-hong, Coat-pin taysu serta kakek
bermata satu itu segera menyahut dan turun tangan
bersama dengan kecepatan tinggi.
Beberapa orang ini merupakan jago paling top dalam
dunia persilatan dewasa ini, gerakan tubuh mereka amat
cepat, dalam waktu singkat kawanan jago itu sudah
bertumbangan tertotok jalan darah tidur-nya.
Menunggu sampai semua jago roboh, seebun Giokhiong
baru menghembuskan napas panjang, sambil
melirik Pek si-hiang sekejap tanyanya: "Masih ada
perintah lain?"
"Kau musti menunggu dua belas jam lagi, setelah
semua orang sadar, kau baru boleh pergi dari sini."
"Dalam segala hal aku berusaha percaya kepadamu,
kenapa kau justru tidak percaya kepadaku?" tegur
seebun Giok-hiong dingin.
"Aku tak mau nasib puluhan orang jago itu ditentukan
oleh sepatah kata yang salah kuucapkan."
"oooh, jadi kau hendak menjadikan aku sebagai
sandera?" seebun Giok-hiong mulai naik pitam.

1836
"Aku tahu kau tak senang hati gara-gara masalah ini,
tapi apa boleh buat, terpaksa kau harus menuruti
kemauanku."
"Baik, kali ini aku terpaksa menuruti kemauanmu, tapi
ingat, jika suatu saat kau terjatuh ke tanganku maka
akan kusiksa dirimu habis-habisan."
"Kalau benar-benar terjadi kasus seperti itu, aku pun
akan menuruti semua kehendakmu. . . "
Dengan rasa mendongkol seebun Giok-hiong
mendengus dingin dan tidak berbicara lagi.
sambil menggandeng tangan seebun Giok-hiong,
kembali Pek si-hiang berkata sambil tertawa:
"Nona seebun tak usah marah, ayoh kita balik ke
dalam tenda untuk berbinCang-binCang . "
"sayang kau juga seorang gadis."
"Aaai... meski aku lelaki, tak nanti kukawini
perempuan macam kau sebagai istriku."
"Kenapa?"
"Kau jalang dan genit, tidak cocok menjadi seorang
istri teladan."
"Kau anggap aku seorang wanita murahan?"

1837
"Kenapa?jadi kau anggap dirimu gadis baik-baik?"
"Aaai... sudahlah, biar kuterangkan juga percuma,
lebih baik tak usah kita perbincangkan lagi."
"Bersediakah kau melepaskan topeng mukamu itu?"
kata Pek si-hiang kemudian sambil menarik tangan
lawannya.
"Apa yang ingin kau lihat?"
"ingin kulihat apa kau masih perawan?"
"Aku masih perawan" jawab seebun Giok-hiong
setelah memandang Pek si-hiang sekejap, "sayang kau
tak akan mengawini aku, jadi dilihatpun percuma."
"Meskipun aku tak bisa mengawinimu, paling tidak
bisa kucarikan jodoh yang ideal untukmu."
"sebenarnya apa maksudmu mencemooh aku?" tegur
seebun Giok-hiong dingin
"Aku bicara sejujurnya, bila kau tetap tak percaya yaa
sudahlah,"
sementara pembicaraan berlangsung mereka sudah
masuk ke dalam tenda.
Pek si-hiang segera melepaskan tangan seebun Giokhiong
lalu katanya seraya tertawa:

1838
"Dua belas jam kemudian kau boleh tinggalkan tempat
ini, tapi sekarang lebih baik beristirahatlah disini dengan
tenang,jangan punya pikiran jelek lagi."
Biarpun seebun Giok-hiong memiliki ilmu silat yang
tangguh, namun berhubung berapa buah jalan darah
pentingnya ditusuk oleh jarum, maka ia tak mampu
melakukan sesuatu gerakan apa pun.
Pelan-pelan Pek si-hiang berjalan keluar dari tenda itu,
mendadak ia berpaling seraya berseru:
"Di luar tenda aku akan siapkan perlindungan yang
paling ketat, jadi kau boleh beristirahat dengan tenang."
seebun Giok-hiong merasa amat mendongkol pikirnya:
"sungguh tak nyana tenda yang kupersiapkan untuk
mengurung para jago dari kolong langit, sekarang justru
dipergunakan untuk mengurungku."
sementara ia masih berpikir, tiba-tiba di hadapannya
telah muncul seorang manusia berbaju hitam yang
memakai kain cadar muka, kepadanya orang itu berkata
dingin: "Dua belas jam akan kau lalui amat lambat, aku
takut kau tak akan sabar menunggu" suaranya lengking
dan merdu, jelas suara sorang wanita. Dengan perasaan
terkesiap seebun Giok-hiong segera menegur: "Mau apa
kau?"

1839
"Aku ingin bantu kau agar bisa tidur selama dua belas
jam dengan tenang, bukankah dengan begitu waktu
akan kau lalui dengan cepat?"
"Kau anggota Hian- hong- kau?"
"Benar" Dengan cepat orang itu menotok jalan darah
tidur di tubuh seebun Giok hioang.
Ketika ia mendusin kembali dari tidurnya,
pemandangan di sekeliling tempat itu telah berubah,
sekeliling ruangan telah dipenuhi manusia, orang yang
duduk di sudut kiri tak lain adalah si Hakim sakti Ciu
Huang.
Di sampingnya secara beruntun duduk Coat-pin taysu
dari siau-lim-pay, Hongpo Tiang-hong, lalu Li Bun- yang
dari bUkit Hong-san dan lain-lainnya, semUanya
berjUmlah empat lima belas orang.
sedangkan di sudut kanan duduk ketua Hian-hongkau,
lalu di sisinya adalah kakek bermata satu dan
empat- lima belas orang jago lainnya.
seebun Giok-hiong mencoba menggerakkan lengan
kanannya, ternyata lengan itu bisa digerakkan dengan
leluasa, agaknya jarum yang ditusukkan pada jalan
darahnya telah dilepaskan.

1840
Diam-diam ia mencoba mengatur pernapasan ternyata
hawa murninya dapat di-alirkan dengan sempurna,
kenyataan ini membuat keberaniannya meningkat.
Terdengar ciu Huang berseru: "Nona seebun, ilmu
hipnotismu betul-betul hebat." seebun Giok-hiong tidak
menanggapi secara langsung, selanya:
"Banyak amat jagoan kalian, oooh, kamu ingin
mengandalkan jumlah banyak untuk mengurungku di
sini?"
"Kami semua adalah para wakil yang terpilih untuk
datang berunding dengan nona."
"Di mana orang she-Pek itu?" tanya see-bun Giokhiong
sambil memandang sekejap sekeliling tempat itu.
"Karena ada urusan, ia telah pergi lebih dulu...."
55. Meredanya Badai
"Kalau dia sudah pergi, apa lagi yang akan kalian
bicarakan dengan aku?" kata seebun Giok-hiong dingin,
"Aku hanya kalah di tangan orang she-Pek itu, sedang
kalian adalah panglima yang kalah perang di tanganku,
orang bilang panglima yang kalah perang tak boleh
bicara, kalaU kalian yang merundingkan syarat
denganku, bUkankah kejadian ini sangat menggelikan?"

1841
Para jago segera menunjUkkan wajah tersipu-sipu, tak
seorang pun sanggup menjawab, Setelah hening berapa
saat, ketua Hian- hong- kau baru berbicara:
"Kami sedang menjalankan perintah dari tuan Pek
untuk berunding dengan nona seebun."
"Kalau begitu bicaralah" kata seebun Giok-hiong
sambil tertawa.
"Kami hanya ingin membujuk nona agar tinggalkan
pikiran untuk merajai dunia persilatan dan tidak
membuat keonaran lagi di dunia" ucap Ciu Huang.
"ooh, kalian ingin membujukku agar mengurungkan
niatku untuk membalas dendam?"
"Meskipun seebun Hong suami istri mati karena kami
kerubuti, namun nona tidak seharusnya menggusarkan
jagad gara-gara persoalan ini."
"Jadi kalian sudah siap untuk bunuh diri di depan meja
abu orang tuaku?"
"Bukan begitu, tapi aku berjanji akan berusaha
semampuku untuk mengundang semua jago yang
terlibat dalam peristiwa hari itu untuk melangsUngkan
pertarungan habis-habisan melawan nona, apa bila nona
sanggup menghabisi kami semua, dengan belasan
lembar nyawa untuk ditukar dengan nyawa orang tuamu,
rasanya kau sudah untung banyak."

1842
"semisalnya mereka yang terlibat sudah mati duluan,
apakah kedudukannya akan digantikan putra putrinya?"
"Apakah nona yakin dapat membinasakan kami
semua?"
seebun Giok-hiong segera tertawa.
"Tentu saja ada, bukankah peristiwa semalam
merupakan bukti yang nyata?"
" orang bilang, bila seseorang telah mati maka
dendam pun ikut dibawa mati, bila orang itu benar-benar
sudah mati duluan, nona pun tak usah mengusutnya lagi,
sebab kalau ingin mencari dalang yang sebenarnya dari
peristiwa dulu, aku Ciu Huanglah dalang utamanya,
sedang mereka yang lain hanya kena bujukanku."
"Jadi kau ingin menanggung dosa semua orang?
Menurut pengusutanku ada tiga orang yang menjadi
dalang atas kematian orang tuaku, selain kau masih ada
lagi Li Tong-yang serta Thian hok-sang ini"
Tiba-tiba Li Bun- yang menjura seraya menyela:
"Aku Li Bun-yang adalah keturuan dari Li Tong-yang,
sampai waktunya aku bersedia mewakili orang tuaku."
Ciu Huang menghela napas panjang, selanya:

1843
"setengah tahun berselang aku telah dikerubuti orang
sampai terluka parah, jadi nona yang melakukan hal
tersebut?"
"Aku juga heran, padahal mereka sudah menusuk
tubuhmu dengan tujuh belas tusukan, kenapa kau belum
juga mampus?"
"Cepat atau lambat aku pasti sumbangkan nyawaku ini
kepada nona, kenapa kau mesti terburu napsu..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali katanya:
"Bagaimana nona seebun, setuju tidak dengan usulku?"
"Kalau tidak setuju?"
"Dari pada dikemudian hari nona masih mengacau
ketenangan dunia persilatan, maka lebih baik kita
selesaikan saja persoalan tersebut saat ini juga." seebun
Giok-hiong segera tertawa tergelak.
"Hahahaha...jadi kalian beranggapan punya
kemampuan untuk mengungguli aku sekarang?"
"Bertanding beda sekali dengan pertarungan adu jiwa,
kalau pertarungan biasa mungkin orang hanya mencari
kesempatan untuk meraih kemenangan, sebaliknya kalau
adu jiwa maka tujuannya adalah menghabisi nyawa
musuh, kekuatan yang dipakai pasti berbeda."

1844
"Sayang sekali bukan begitu cara kita menentukan
lemah atau kuatnya ilmu silat seseorang" kata seebun
Giok-hiong sambil bangkit berdiri, "Bila kalian tak
percaya, suruh saja tiga orang yang berilmu paling tinggi
untuk mencoba mengerubuti aku."
"Apakah nona yakin bisa mengungguli kami"
"Aku kan sudah bilang, menentukan kehebatan ilmu
silat berbeda dengan rumus satu tambah satu jadi dua,."
setelah menyapu sekejap para jago, terusnya, "siapa
ingin mencoba?silahkan segera tampil ke depan, tapi
kalau merasa tak mampu menandingi lebih baik jangan
sok pintar hingga menyesal kemudian tak ada guna-nya."
Berubah hebat paras muka para jago, tapi mereka
tahu bahwa gadis itu berilmu dahsyat sehingga tak
seorang pun berani berkutik.
"Bagaimana kalau aku yang mencoba duluan?" seru
Ciu Huang tiba-tiba sambil melompat bangun dan
menerjang ke hadapan lawan.
"Masih ada yang lain?" jengek seebun Giok-hiong.
Bayangan manusia segera berhamburan, belasan
orang serentak melompat bangun.
"Tidak perlu sebanyak itu..."
Li Bun- yang melangkah ke muka, selanya:

1845
"Aku termasuk musuh besar nona, sepantasnya masuk
hitunganmu bukan?" seseorang yang lain segera
menambahkan:
"Aku pernah belajar silat dari ciu locian-pwee,
hubungan kami lebih erat daripada hubungan guru dan
murid, sepantasnya ikut masuk bagian pula-"
Ketika seebun Giok-hiong berpaling, ia segera kenali
orang itu sebagai Hongpo Lan, belum sempat Ciu Huang
menghardiknya agar mundur, seebun Giok-hiong telah
berkata duluan sambil tertawa:
"Baik, kalian bertiga saja, silahkan turun tangan" Li
Bun-yang menoleh sekejap ke arah Hongpo Lan, lalu
bisiknya: "Tampaknya ada yang dia andalkan, kau mesti
berhati-hati."
"Kalau ia betul-betul mengandalkan ilmu silatnya
untuk mengungguli kita, biar kalah pun aku puas."
Mendadak terdengar ciu Huang membentak keras:
"Nona, berhati-hatilah...."
"serang saja sekuat tenagamu"
"Baik" sebuah pukulan segera dilontarkan ke depan,
Dengan cekatan seebun Giok-hiong mengigos ke
samping, jengeknya sambil tertawa:

1846
"Hebat sih hebat, sayang melenceng satu depa ke
samping, coba rada geser ke kiri? pukulan itu tentu
menyarang dengan jitu."
Ciu Huang mendengus dingin, secara beruntun ia
lancarkan serangkaian pukulan berantai.
Dengan nama besarnya selama puluhan tahun, ilmu
silat si hakim sakti ini memang hebat, dalam waktu
singkat seluruh angkasa telah diliputi hawa pukulan yang
menderu-deru.
Li Bun-yang serta Hongpo Lan hanya bersiap siaga di
kedua sisi arena, namun mereka enggan menyerang
secara sembarangan
Dengan tindakan tersebut, terpaksa see- bun Giokhiong
harus pecahkan konsentrasinya untuk berjaga-jaga
terhadap kedua orang lawannya itu.
serangan dari ciu Huang makin lama semakin gencar,
tapi ilmu berkelit dari seebun Giok-hiong luar biasa,
setiap kali angin pukulan menyerang tiba, ia selalu dapat
menghindarinya berapa inci saja dari sasaran semula,
Dalam waktu singkat lima enam puluh gebrakan sudah
lewat, bukan saja ciu Huang gagal melukai seebun Giokhiong,
untuk memaksanya mundur selangkah pun tidak
berhasil, kenyataan ini membuat hatinya mulai gelisah.

1847
sementara Li Bun-yang serta Hongpo Lan berharap
dari sisi arena untuk memperoleh satu kesempatan
bagus guna melukai seebun Giok-hiong, paling tidak
mereka berharap serangannya bisa mengalutkan gerakan
tubuh lawan. siapa tahu meski sudah menunggu puluhan
jurus, kesempatan itu belum juga kelihatan. Mendadak
terdengar seebun Giok-hiong berseru merdU: "Hati-hati,
aku akan mulai menyerang." sebuah serangan gencar
dilontarkan
Waktu itu Ciu Huang sedang gelisah, semangatnya
kontan berkobar begitu melihat musuhnya melancarkan
serangan balasan,sambil membentak ia sambut
datangnya serangan itu dengan keras lawan keras.
setelah gagal meraih kemenangan, harapannya kini
tertumpu pada kesempurnaan tenaga dalamnya, ia
berharap dengan andalkan kehebatan tenaga dalamnya
ia bisa mengungguli lawan.
sembari menyambut datangnya pukulan itu, ia
berpikir:
"Sekali pun pukulan ini tak berhasil melukai lawan,
paling tidak aku akan memaksanya sama-sama
menderita kerugian."
siapa tahu begitu tenaga pukulannya saling beradu
dengan tenaga lawan, ia merasa seakan-akan pukulan itu
menghantam di tubuh seekor ular air, begitu licin telapak

1848
tangan lawan, tahu-tahu kekuatan yang sangat dahsyat
itu sudah tergelincir ke samping.
Pukulan itu meluncur lewat dari depan dadanya
langsung menumbuk Li Bun-yang yang berada disana.
Gagal untuk mengendalikan kekuatan yang
dipancarkan itu dengan perasaan kaget ciu Huang
berseru: "Hati-hati keponakan Li"
Li Bun-yang segera menyadari akan datangnya
bahaya, cepat-cepat dia ayunkan tangannya untuk
menangkis, meski begitu tak urung tubuhnya tergetar
mundur juga sejauh dua langkah.
sambil tertawa terkekeh-kekeh seebun Giok-hiong
segera berseru:
"Ciu tayhiap. hebat betul pukulanmu" Dengan
mementangkan kelima jari tangan kanannya ia coba
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan Ciu
Huang.
Buru-buru si Hakim sakti ini menarik tangannya sambil
berkelit ke samping, tangan kirinya mengeluarkan jurus
aneh dan berputar ke belakang untuk menggempur bahu
kiri gadis tersebut
seebun Giok-hiong miringkan tubuhnya, ia tidak
bermaksud menghindarkan diri sebaliknya malah
menyongsong datangnya gempuran itu dengan bahunya.

1849
Begitu tenaga pukulan Ciu Huang menggempur di atas
bahu gadis itu, sekali lagi tenaga pukulannya tergelincir
ke samping, kali ini menggempur tubuh Hongpo Lan.
Buru-buru Hongpo Lan silangkan tangannya untuk
membendung serangan tersebut ia segera merasakan
betapa dahsyatnya kekuatan itu hingga membuat
tubuhnya bergetar keras dan mundur beberapa langkah.
Dengan perasaan terkesiap Ciu Huang mundur ke
belakang, serunya tertahan: "Nona, ilmu silat apaan itu?"
seebun Giok-hiong tersenyum, ia tidak menjawab
pertanyaan itu, hanya ujarnya:
"Bila kalian puluhan orang maju menyerang bersama,
maka benturan dari puluhan gulung tenaga pukulan
tersebut pasti akan menimbulkan kekalutan yang luar
biasa."
"Kepandaian nona hebat betul-betul ilmu sakti yang
belum pernah dijumpai sebelumnya, bukan saja bisa
menggelincirkan tenaga serangan musuh, bahkan bisa
dipakai untuk menyerang orang lain,"
"Bila kau belum puas, silahkan untuk dicoba lagi." Ciu
Huang berkerut kening, katanya:
"Sekali pun nona berilmu tinggi dan kebal pukulan,
namun belum tentu kau bisa mengungguli kami semua,
selesainya kami gunakan senjata, aku tak percaya nona

1850
bisa menggelincirkan pula ujung senjata yang tajam dari
atas tubuhmu." seebun Giok-hiong mendengus dingin.
"Tampaknya kau tak akan melelehkan air mata
sebelum melihat peti mati, baik-lah, kalau tak percaya,
cobalah sekali lagi dengan menggunakan senjata."
Ciu Huang segera memandang sekeliling arena
sekejap. kemudian serunya dengan suara dalam:
"siapa yang bersedia meminjamkan senjata
kepadaku?"
Hongpo Tian hong segera bangkit berdiri, dari sakunya
ia merogoh keluar sebilah pedang pendek, serunya
sambil disodorkan ke muka: "Toako, gunakan senjataku."
Begitu senjata itu diloloskan dari sarung-nya, cahaya
berkilau segera memancar ke-empat penjuru, semua
jago segera menyadari bahwa senjata itu merupakan
sebilah pedang mestika.
"Tampaknya pedangku amat tajam" seru seebun Giokhiong
sambil mengawasi pedang itu lekat-lekat.
"Betul, meski tak dapat mengutungi baja, paling tidak
bisa melubangi batu cadas, sanggupkah nona
menghadapi tusukan pedang ini?"

1851
"ltu mah harus dilihat sanggup tidak kau menusUk
tubuhku." jawab seebun Giok-hiong sambil tertawa
nambar.
"sudah puluhan tahun aku tidak menggunakan
senjata, tapi untuk menghadapi musuh setangguh nona
hari ini, terpaksa aku harus melanggar kebiasaanku."
"Terima kasih atas pujianmu, silahkan turun tangan."
"Hati-hati nona...."
pedangnya ditusuk. ke muka, dua kuntum bunga
pedang segera menyergap dua buah jalan darah penting
di tubuh lawan.
Dengan cekatan seebun Giok-hiong berkelit ke
samping, ia belum juga turun tangan.
Bagaimanapun juga Ciu Huang adalah seorang
pendekar besar yang ternama, tentu saja ia merasa amat
malu karena harus menghadapi seorang gadis muda
dengan senjata tajam, apalagi ditonton banyak orang.
Maka sambil menarik kembali senjatanya ia berseru:
"Nona tak perlu sungkan-sungkan, turun tangan saja
sesukamu."
"Bila aku membalas, dalam sepuluh gebrakan aku
pasti berhasil merampas pedang pendekmu."
Ciu Huang termenung berpikir sesaat, katanya lagi:

1852
"Aku percaya mungkin saja nona benar-benar memiliki
kemampuan seperti itu, silahkan turun tangan"
Kembali pedangnya disodok ke depan melancarkan
totokan.
seebun Giok-hong segera memutar tangan kanannya
dan berusaha mencengkeram pergelangan tangan kanan
ciu Huang yang menggenggam pedang.
Buru-buru ciu Huang menarik tangan-nya, kali ini
pedangnya menyergap dari bawah ke atas.
Dengan tangan kanannya Seebun Giok-hiong
menggiring permainan pedang lawan, sementara tangan
kirinya bagaikan bayangan menyambar lagi ke arah
pergelangan tangan kanan orang tua itu.
Pertarungan segera pecah dengan amat serunya,
kedua belah pinak sama-sama berusaha untuk
merobohkan lawannya.
Mendadak terdengar bentakan nyaring bergema
memecahkan keheningan: "Lepas tangan"
Bayangan tangan yang saling menyambar mendadak
lenyap tak berbekas, Ketika semua orang mengalihkan
perhatiannya, maka tampaklah jari tangan kiri seebun
Giok-hiong telah mencengkeram pada pergelangan
tangan kanan Ciu Huang, sebaliknya Ciu Huang
menggenggam pedang pendeknya kencang-kencang.

1853
Kedua belah pihak saling bertahan berapa saat lamanya,
tiba-tiba Ciu Huang mengayunkan tangan kirinya
melepaskan satu pukulan.
seebun Giok-hiong menyambut serangan itu dengan
tangan kanannya, dengan suara dingin jengeknya:
"Aku dengar ciu tayhiap menjadi tenar karena
andalkan tenaga dalamnya yang sempurna, hari ini aku
harus menjajal kehebatanmu itu."
Ciu Huang tidak mengucapkan sepatah kata pun,
diam-diam ia kerahkan tenaga dalamnya untuk
menumbuk tubuh lawan, satu-satunya kesempatan
baginya untuk mengalahkan seebun Giok-hiong adalah
memaksanya beradu tenaga dalam, sebab akal muslihat
gadis tersebut susah baginya untuk menghadapinya.
siapa tahu apa yang kemudian tcrjadi sama sekali
diluar dugaan para jago, setelah saling menyerang
selama seperminum teh lamanya, butir keringat mulai
membasahi jidat Ciu Huang, sebaliknya keadaan seebun
Giok-hiong tetap tenang saja tanpa kekurangan sesuatu
apa pun.
Ketua Hian- hong- kau yang pertama-tama melihat
gelagat tak beres, ia melompat bangun sambil berteriak
keras: "Ciu tayhiap. cepat hentikan seranganmu."

1854
Sesungguhnya Giu Huang sendiripun merasa gelagat
tidak beres, ia merasa tenaga dalamnya yang mengalir
keluar dari tubuhnya seakan-akan pasir yang disebar ke
dalam samudra, sedikit pun tidak memberikan reaksi, ia
sadar keadaan seperti ini tidak benar, tapi ia pun tak bisa
mengundurkan diri dengan begitu saja, terpaksa sambil
menggertak gigi ia melanjutkan serangannya. sampai
ketua Hian-hong-kau berteriak keras ia baru
menghentikan serangannya sambil menegur: "Nona, ilmu
apaan yang kau latih?"
"Ilmu sakti pelumat tenaga" jawab Seebun Giok-hiong
tenang.
"Ilmu sakti pelumat tenaga?"
"Benar, biar pun tenaga dalam Ciu tayhiap lebih hebat
pun tak nanti kau bisa bertahan selama satu jam."
Ketua Hian- hong- kau menghela napas panjang,
ujarnya:
"Aku lihat semua ilmu silat terjahat di dunia rupanya
sudah kau pelajari semua?"
"Kaucu .terialu memuji...." Dengan pandangan dingin
gadis itu menyapu para jago sekejap lalu terusnya, "Aku
sudah berjanji kepada Pek Si-hiang untuk tidak melukai
kalian selama tiga bulan...."

1855
"Pek Si-hiang?" seru ketua Hian- hong- kau, "Kau
maksudkan pemuda berbaju hijau itu?"
"Kenapa? Kalian pun kenal?"
"Rasanya Pek Si-hiang bukan nama seorang pria?"
"Perduli dia lelaki atau wanita, pokoknya aku telah
berjanji untuk tidak melukai kalian dalam tiga bulan
mendatang, tapi jika kalian tetap menghalangi
kepergianku sekarang, jangan salahkan jika aku tidak
memegang janji" dengan langkah lebar ia keluar
dari situ.
setelah menyaksikan kemampuan see- bun Giok-hiong
dalam menghadapi Ciu Huang tadi, para jago sudah
menaruh rasa jeri kepadanya, maka tak seorang pun
berani menghalangi jalan perginya.
setibanya di depan pintu, seebun Giok-hiong berpaling
dan katanya lagi tiba-tiba.
"Kalian masih punya kesempatan untuk hidup selama
tiga bulan lagi, selewatnya tiga bulan, setiap saat kalian
bisa mampus."
Ketika selesai bicara, tubuhnya telah melesat pergi
sejauh berapa kaki dari posisi semula.
Memandang bayangan punggung seebun Giok-hiong
yang menjauh, pelan-pelan phang Thian-hua berkata:

1856
"Kalau kita melepaskan harimau pulang gunung,
selanjutnya dunia persilatan tak pernah akan tenang
kembali." Ketua Hian- hong- kau menghela napas pula,
katanya:
"Kita masih punya waktu selama tiga bulan untuk
melakukan persiapan, aaaaai..Jika dalam tiga bulan ini
kita bisa menggalang persatuan dalam dunia persilatan
untuk bersama-sama menghadapinya, sekali pun ilmu
silatnya hebat dan ia menguasai berbagai macam ilmu
sesat dalam kolong langit, paling tidak kita masih bisa
mengimbanginya, justru yang kutakuti adalah terjadinya
saling gontok gontokan di antara kita sendiri, hal
semacam ini pasti akan memberi peluang kepadanya
untuk mempersiapkan diri"
Mendadak terlihat tubuh Ciu Huang limbung lalu jatuh
terduduk. wajahnya memperlihatkan rasa kepenatan
yang luar biasa.
Dengan langkah lebar Phang Thian-hua
menghampirinya, sebuah botol porselin di keluarkan dari
saku lalu menuang dua butir pil warna merah, katanya
sambil menyodor-Kan pil itu:
"saudara Ciu, bagaimana kalau mencoba kemanjuran
pil buatanku?"
"Aaaai... aku sudah tua, tidak berguna lagi" kata Ciu
Huang sambil menghela napas dan membuka matanya,

1857
ia segera terima pil itu dan ditelannya, selama berkelana
dalam dunia persilatan ciu Huang banyak membantu
kaum lemah untuk menindas kaum laknat, selama ini
belum pcrnah ia menderita kekalahan di tangan orang,
secara lamat-lamat nama besarnya telah sejajar dengan
nama besar keluarga Hong-san.
Maka beberapa patah kata yang diucapkan dari
mulutnya itu segera mendatangkan suasana kelabu bagi
yang mendengar-nya. Li Bun-yang segera berkata:
"Aku pernah mendengar ibuku berbicara tentang ilmu
sakti pelumat tenaga, konon ilmu tersebut merupakan
sejenis ilmu silat yang sangat jahat, jadi bukan
kemampuan locianpwee yang tak bisa menandinginya."
senyuman tersungging di ujUng bibir Ciu Huang,
pelan-pelan dia pejamkan matanya dan mulai mengatur
pernapasan, agaknya ucapan Li Bun-yang itu telah
memberikan hiburan yang besar baginya.
Mendadak Coat-pin taysu bangkit berdiri seraya
berkata:
"Aku harus berangkat duluan untuk kembali ke kuil
siau-lim serta melaporkan semua yang telah kulihat dan
kualami kepada ketua, agar kami bisa membuat
persiapan sejak awal."

1858
Ketua Hian- hong- kau segera maju mendekat dan
memberi hormat, sahutnya:
"selama ini siau-lim-pay dianggap sebagai tonggak
dunia persilatan, setiap gerak gerik partai kalian sangat
mempengaruhi keadaan dunia kita, oleh sebab itu
apabila ketua kalian bersedia tampilkan diri untuk
memimpin kita semua, aku percaya setiap orang gagah
pasti bersedia untuk mentaati setiap kata- katanya,"
Coat-pin taysu menghela napas panjang, "Aaaai...
wibawa kuil kami sudah sirna, buktinya anak murid kami
berani membuat keonaran di hadapanku, dalam hal ini
aku yakin ketua kami tak akan berdiam diri saja, cuma
apakah beliau bersedia memimpin para jago hal ini perlu
dirundingkan dulu sebelum menjawab, tapi percayalah,
aku pasti akan sampaikan semua pesan kaucu kepada
ketua kami."
"Harap taysu sudi membujuknya."
"Aaaai... orang persilatan banyak yang mengatakan
bahwa ketua Hian- hong- kau adalah seorang manusia
emosional dan merupakan pentolan dari suatu organisasi
yang penuh misteri, keseraman dan kengerian, tapi
setelah perjumpaan hari ini baru kuketahui bahwa kaucu
bukan cuma pintar, kau pun terhitung seorang pendekar
wanita yang menjunjung tinggi keadilan serta kebenaran,
tampaknya berita sensasi dalam dunia persilatan
memang tak bisa dipercayai dengan begitu saja."

1859
Apa yang dikatakan coat-pin taysu justru merupakan
masalah yang tidak dipahami pula oleh para jago, tanpa
terasa perhatian mereka sama-sama dialihkan ke
arahnya.
Ketua Hian- hong- kau tahu bahwa masalah seperti ini
sulit baginya untuk menjelaskan maka dengan suara
hambar katanya:
"Mungkin lantaran gerak gerik dan sepak terjang
organisasi kami serba aneh dan misterius, maka berita
semacam ini sampai beredar dalam dunia persilatan, jadi
tak bisa menyalahkan orang lain."
sambil tertawa Coat-pin taysu manggut-manggut.
"Kaucu betul-betul seorang pendekar wanita sejati,
apabila kau bisa membuka lebar sepak terjang organisasi
Hian- hong- kau dalam dunia persilatan, aku yakin tak
sulit bagimu untuk berdiri sebagai salah satu kekuatan
yang patut diperhitungkan dalam dunia persilatan-"
Ketua Hian- hong- kau ikut tertawa.
"Sepak terjang kami merupakan peraturan yang sudah
turun temurun dalam perkumpulan kami, jadi kendatipun
aku berniat untuk berbUat demikian, namUn sulit rasanya
untuk mengubah tradisi kami ini dalam waktu yang amat
singkat"

1860
"Apa yang telah kuucapkan tadi hanya merupakan
ucapan sambil lalu saja, kaucu jangan sakit hati atau
tersinggung...." Kemudian setelah memberi hormat,
tambahnya:
"Kalau begitu aku mohon diri lebih dulu." selesai
berkata dengan langkah lebar ia berjalan meninggalkan
ruangan tersebut setelah mengalami kejadian yang sama
sekali diluar dugaan ini, antara sesama jago tanpa terasa
telah timbul suatu ikatan batin yang sangat mendalam,
serentak kawanan jago itu bangkit berdiri untuk
menghantar keberangkatan pendeta itu.
Phang Thian-hua yang selama ini tak pernah
berhubungan dengan orang persilatan pun tiba-tiba
bangkit berdiri seraya berkata:
"Selama ini aku hanya tahu mengurusi masalahku
sendiri dan jarang sekali berhubungan dengan dunia
persilatan...."
setelah berhenti sejenak dan menyapu sekejap
kawanan jago di hadapannya, ia melanjutkan "Mulai detik
ini aku berjanji akan mengubah sifat menyendiriku itu,
sekembaliku ke perkampungan Pit-tim-san-ceng, pasti
akan kubuka pintu perkampunganku lebar- lebar, siapa
saja kawan persilatan yang hendak singgah ke rumahku,
tentu akan ku-sambut kehadirannya dengan senang
hati."

1861
"Apabila Phang cengcu bersedia membuka diri,
dengan ilmu pertabiban dan pengobatan yang kau
kuasahi, tindakan ini pasti akan memberi banyak
keuntungan bagi umat persilatan-" seru ketua Hianhong-
kau. Phang Thian-hua tertawa terbahak bahak,
"Hahahaha... setelah mengalami kejadian yang luar
biasa ini, sifat serta watakku benar- benar telah
mengalami banyak perubahan semoga saja dengan sisa
hidupku ini aku bisa berbakti demi umat persilatan...."
setelah mendehem beberapa kali lanjut-nya:
"Akupun harus berangkat duluan, dalam
perkampungan Pit-tim-san-ceng masih ada beberapa
orang yang bisa kumanfaatkan, aku harus pulang untuk
mempersiapkan diri,"
Habis berkata dengan membawa tongkatnya ia
beranjak keluar dari ruangan itu. Ketua Hian- hong- kau
menyapu sekejap para jago yang tersisa, kemudian
katanya:
"Kini Pemiiik bunga bwee sudah pergi, aku rasa kalian
pun perlu pulang untuk mempersiapkan diri,"
Di antara para jago yang hadir di sana, kalau bukan
seorang pentolan suatu daerah tentu merupakan
pendekar kenamaan dalam dunia persilatan, tapi setelah
mengalami banyak kejadian dalam pertemuan kali ini,
pikiran maupun perasaan mereka telah mengalami suatu

1862
perubahan yang sangat aneh, ambisi mereka terasa
tenggelam bahkan hubungan batin antara mereka pun
terasa bertambah kental.
Apalagi perkataan seebun Giok-hiong sebelum
meninggalkan tempat itu, ancaman tersebut telah
meninggalkan selapis bayangan gelap dalam perasaan
mereka, semua orang dapat meras akan bahwa
perkataan seebun Giok-hiong bukan cuma gertak sambal.
Tiga bulan kemudian setiap saat mereka ada
kemungkinan menghadapi ancaman maut, hanya tidak
diketahui siapa yang bakal menjadi korban pertama,
padahal ilmu silat perempuan itu sangat hebat, para jago
mengerti bahwa kekuatan mereka tak seorang pun bisa
menghadapinya. Melihat para jago hanya duduk
termenung dengan wajah serius, terpaksa ketua Hianhong-
kau berkata lagi:
"Walaupun pemilik bunga bwee keji dan buas tapi ia
sangat menepati janji, setelah berjanji tak akan membuat
keonaran dalam tiga bulan mendatang, aku percaya dia
pasti akan menepatinya. Dalam persilatan ada pepatah
yang mengatakan: Ada rejeki tentu bukan bencana,
kalau ada bencana tentu susah dihindari Aku rasa
masalah terpenting yang kalian hadapi sekarang adalah
bagaimana memanfaatkan kesempatan selama tiga bulan
ini, jika kalian belum apa-apa sudah takut dengan
kehebatan ilmu silat Pemilik bunga bwee hingga

1863
kehilangan keberanian sendiri, bukankah hal ini sama
artinya dengan menunggu saat ajal saja?"
"Ucapan kaucu betul" sahut seseorang dengan suara
berat, "Jika harus mati, paling tidak kita harus mati
secara jantan-"
Ketika para jago berpaling, ternyata sipembicara
adalah si kepalan sakti tanpa tandingan Liok Gi-wan.
orang ini sudah mengundurkan diri dari dunia persilatan
sejak sepuluh tahun berselang, tak disangka kali ini pun
ikut muncul untuk memenuhi undangan Pemilik bunga
bwee.
Tampaknya ucapan itu segera membangkitkan
kembali semangat para jago, serentak mereka bangkit
berdiri sambil berseru:
"Perkataan guru Liok sangat tepat, kalau memang
harus mati, kita harus mati secara jantan."
Ketua Hian- hong- kau segera mengangkat tangannya
tinggi-tinggi untuk memberi tanda, serentak para jago
menjadi tenang kembali.
setelah melalui peristiwa ini, tanpa disadari ketua
Hian- hong- kau telah menjadi pemimpin kawanan jago
tersebut Terdengar ketua Hian- hong- kau berkata:
"Sesungguhnya kalian pun tidak usah memandang
kelewat tinggi kemampuan Pemilik bunga bwee, kalian

1864
manusia, dia juga manusia, bukan berarti di dunia ini tak
ada orang yang tak mampu melampaui kemampuannya,
seperti contohnya Pek siangkong yang berbaju hijau itu,
dia telah menjadi tandingan Pemilik bunga bwee, dalam
adu otak berulang kali Pemilik bunga bwee dapat
dipecundanginya, aku yakin asal ia mau mencampuri
urusan ini maka posisi kita masih bisa diselamatkan, apa
lagi dia sengaja mengatur waktu kosong selama tiga
bulan, aku percaya ia pasti mempunyai tujuan
tertentu..."
"Betul juga perkataan kaucu" seru para jago serentak.
"oleh sebab itu kalian boleh pulang dengan perasaan
lega, usahakan membuat persiapan sebanyak mungkin,
lebih baik lagi jika kalian bisa saling membuat kontak dan
hubungan, dengan kekuatan yang lebih besar pasti
pengaruhnya akan lebih hebat." serentak para jago
memberi hormat seraya berseru:
"Kami pasti akan menuruti perkataan kaucu, waktu
lebih berharga daripada emas, kami akan mohon diri
lebih dulu."
Ketua Hian- hong- kau manggut-manggut, katanya
lagi:
"Mungkin saja ketua siau-lim-pay bersedia menerima
permintaan coat-pin taysu untuk tampilkan diri
memimpin kita semua, bila hal ini sampai terjadi, dalam

1865
dua bulan mendatang kalian pasti sudah mendapatkan
beritanya, nah waktu sangat berharga bagi kita
sekarang, kini kalian boleh segera berangkat"
serentak para jago memberi hormat kepada ketua
Hian- hong- kau dan mohon diri
Dalam waktu singkat sebagian besar kawanan jago itu
sudah berpamitan dan meninggalkan tempat itu.
Bersambung ke Bagian Kedua

1866
~Pedang Keadilan~
Karya: Tjan ID
Ebook by : Dewi KZ & AAA dimhader
http://kangzusi.com/
Pedang Keadilan Bagian
BAB 1. Siasat Lelaki Tampan
Dalam klsah "Pedang Keadilan" bagian pertama
dikisahkan bagaimana kawanan jago dunia persilatan
dibuat kocar-kacir oleh kehebatan ilmu silat Seebun Giokhiong,
bahkan sebagian jago terpengaruh oleh ilmu
hipnotis hingga takluk kepada jago wanita tersebut.
Beruntung sekali di saat terakhir muncul Pek Si-hiang
menyelamatkan jiwa mereka, bahkan berhasil Seebun
Giok-hiong untuk berjanji tak akan mengganggu para
jago dalam tiga bulan mendatang.
Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi Seebun
Giok-hiong tiga bulan kemudian, di mana jago

1867
perempuan itu telah mengancam akan menumpas
mereka semua, para jago telah berpamitan kepada ketua
Hian-thian-kau dan ciu Huang sekalian untuk kembali ke
perguruan masing-masing guna mempersiapkan diri,
Dalam waktu singkat, hampir sebaglan besar jago-jago
silat itu telah pergi meninggalkan kompleks pekuburan
Liat-hu-bong. Yang tersisa dalam ruangan saat itu tinggal
ciu Huang, Li Bun-yang, ketua Hian-hong-kau, kakek
bermata satu serta Hongpo Tiang-hong ayah beranak
tujuh Orang.
Setelah suasana hening beberapa saat lamanya, ketua
Hian-hong-kau berpaling kearah kakek bermata satu itu
sekejap, lalu tanyanya pelahan: "Bagaimana menurut
pendapat locianpwe?"
Agak gelagapan kakek bermata satu itu menghadapi
pertanyaan yang disampaikan secara mendadak itu,
setelah tertegun sesaat ia balik bertanya: " Kaucu, apa
maksud pertanyaanmu itu?"
"selama ini locianpwe lebih suka hidup menyendiri,
jadi aku ingin tahu bagaimana keputusan cianpwe dalam
masalah ini, bersediakah kau melibatkan diri dalam
pertikaian dunia persilatan ini?"
setelah termenung cukup lama, jawab kakek bermata
satu itu: "Sisa hidupku sudah tidak banyak, lagipula
sudah lama aku segan mencampuri urusan dunia
persilatan. selama ini aku mengikuti kaucu karena aku
mendapat titipan hingga terpaksa harus memenuhi janji
tersebut, jadi bila kaucu bersedia membebaskan diriku,
aku akan sangat berterima kasih."

1868
"Sesungguhnya tidak baik kupaksakan kehendakku
atas diri cianpwe, tapi berhubung masalah ini mempunyai
akibat yang luar biasa, lagipula meski kita tidak mencari
Seebun Giok hiong, perempuan itu pun tak akan
membebaskan kita. Demi keutuhan perkumpulan Hianhong-
kau, tidak seharusnya locianpwe mencuci tangan
dalam persoalan ini."
"Kecerdikan kaucu sangat menonjol, kemunculanmu
sudah cukup memenuhi harapan para jago, apalah
artinya kekuatanku satu orang?"
Ciu Huang yang selama ini duduk mengatur napas
tiba-tiba membuka matanya, lalu sambil berdiri ia
menegur: "Siang Lam-ciau ..."
Gemetar keras tubuh kakek bermata satu itu, tapi
dengan penuh amarah teriaknya: "siapa yang kau sebut
siang Lam-ciau?"
"Ha ha ha... inilah yang disebut belum digebuk sudah
mengaku sendiri. Dalam ruangan ini toh tak ada orang
lain yang bernama siang Lam-ciau, kenapa saudara siang
mesti marah?"
Kakek bermata satu itu tertegun, akhirnya ia
menghela napas sedih, "Betul, aku memang siang Lamciau"
katanya.
Ciu Huan tertawa terbahak-bahak. dengan langkah
lebar ia menghampiri kakek itu dan ujarnya lagi: "Ketika
tersiar berita kematianmu dalam dunia persilatan, aku
sudah tahu bahwa kau tak bakal mati. Wajahmu
menunjukkan bahwa usiamu panjang, mungkin
kematianmu malah jauh di belakang aku si manusia Ciu."

1869
"Aaaai.. siang Lam-ciau sudah lama mati, yang tersisa
sekarang hanya sesosok tubuh yang tua renta."
"Bukankah kau masih hidup segar bugar?" kata Ciu
Huan tertawa, setelah berhenti sejenak. sambungnya:
"Meskipun matamu buta sebelah, namun kebutaanmu
tidak mengubah sama sekali raut wajahmu. sejak
bertemu denganmU pertama kali tadi aku sudah bisa
mengenalimu. "
sekilas perasaan sedih bercampur murung menyelimuti
wajah siang Lam-ciau yang penuh keriput, pelan-pelan
ujarnya: "Selama banyak tahun terakhir aku hidup
menyendiri, putus hubungan dengan semua rekan lama,
sungguh tak nyana puluhan tahun kemudian saudara Ciu
masih bisa mengenali diriku."
"Sekalipun saudara Siang hidup menyendiri dan putus
hubungan dengan sobat-sobat lama, namun nama
besarmu masih sering muncul dalam dunia persilatan."
"Yaa, tentang hal ini akupun pernah mendengar."
siang Lam-ciau manggut-manggut.
"Gara-gara ingin melacak kejadian ini, aku sudah
membuang waktu selama berbulan-bulan lamanya ..."
"Kau berhasil melacak orang yang mencatut namaku
itu?"
"Tidak, ia berilmu silat sangat tinggi, jejaknya sukar
dilacak, suatu malam aku berhasil mengikutinya hampir
semalaman, bahkan berhasil adu kekuatan dengannya,
tapi pada akhirnya ia toh berhasil meloloskan diri.."
sesudah mendeham beberapa kali, lanjutnya: "Terus
terang saja aku bilang, ketika itu aku sudah menganggap

1870
bahwa orang tersebut benar-benar adalah saudara siang
pribadi, oleh sebab itu aku tidak berusaha untuk
melacaknya lebih jauh."
"sayang sekali selama beberapa tahun aku
terbelenggu oleh suatu masalah," kata siang Lam-ciau
dengan kening berkerut, "Sehingga aku tak sempat
menyisihkan sedikit waktu untuk menyelidiki persoalan
itu."
Ciu Huan tertawa. "Sepak terang saudara siang selalu
aneh dan sukar diduga, kemampuanmu untuk
meramalkan kejadian besar yang bakal terjadi dalam
dunia persilatan termasuk juga suatu pekerjaan besar
yang amat bermanfaat bagi umat persilatan ..."
"Aku bersumpah orang itu bukan diriku pribadi" tegas
siang Lam-ciau dengan wajah serius.
" orang itu benar-benar bukan saudara siang?" Ciu
Huan termangu-mangu.
"Bukan"
"Kalau begitu aneh sekali, kecuali saudara siang siapa
lagi yang sanggup memukul mundur diriku hingga
terlempar sejauh dua langkah?"
"Aku tahu siapa orang itu" sela ketua Hian-hong-kau
tiba-tiba.
"siapa?"
"Seebun Giok-hiong"
"Seebun Giok-hiong? Yaa betul, pasti dia..." seru Ciu
Huan seolah-olah baru sadar ia mengalihkan pandangan
matanya ke wajah siang Lam-ciau kemudian lanjutnya: "

1871
Waktu itu aku benar-benar mengira orang tersebut
adalah saudara siang, bahkan memanggil-manggil
namamu, Namun orang itu tidak menggubris bahkan
mempercepat langkahnya untuk berlalu."
Berkilat mata tunggal siang Lam-ciau, ia seperti
hendak mengucapkan sesuatu tapi niat tersebut
kemudian diurungkan
Kembali ketua Hian-hong-kau berkata: " orang itu
sengaja mencatut nama siang lo-enghiong, tujuannya tak
lain adalah ingin meminjam ketenaran dan kewibawaan
siang loenghiong untuk menyampaikan pesan dan
tujuannya apalagi apa yang ia siarkan kemudian terbukti
menjadi suatu kenyataan selain see-bun Giok-hiong,
siapa lagi yang memiliki kemampuan seperti ini?"
"Tampaknya generasi muda sudah saatnya
menggantikan generasi tua. Kecerdasan maupun ilmu
silat yang dimiliki Seebun Giok-hiong, semua jauh di atas
kemampuan kita semua. Aku lihat cuma kaucu seorang
yang mampu mengimbangi kecerdasan otaknya, Kaucu,
bagaimana kalau kau yang memimpin kita semua dalam
menghadapi peristiwa besar ini?"
"Nama serta wibawa Ciu tayhiap jauh di atas
kemampuanku, kalau ingin mencari pemimpin,
sepantasnya kaulah yang memangku jabatan tersebut..."
"Tidak bisa, tidak bisa . , ." Ciu Huan goyangkan
tangannya berulang kali. "Dalam beradu otak jelas aku
kalah jauh, bila kaucu bersedia memangku jabatan itu,
aku pasti akan membantumu dengan sepenuh tenaga"
"Ucapan ciu tayhiap sangat tepat" sambung Hongpo
Tiang-hong pula, " Harap kaucu tidak menampik lagi."

1872
Ketua Hian-hong-kau berpikir sebentar, lalu ujarnya: "
Kalau kita bisa menemukan tuan Pek..."
Tiba-tiba terlihat bayangan manusia berkelebat lewat,
seorang pemuda tampan berbaju serba hijau telah
muncul di tengah ruangan, Berdebar jantung ketua Hianhong-
kau setelah melihat jelas siapa yang muncul,
teriaknya tertahan: "Lim ..."
Tapi ia segera sadar kalau salah bicara, buru-buru
mulutnya dibungkam kembali. Kebanyakan mereka yang
masih tertinggal dalam ruangan ini kenal dengan si
pendatang tersebut orang itu tak lain adalah Lim Hankim.
Cepat-cepat Hongpo Lan maju menghampiri
menggenggam tangannya dan menegur: "saudara Lim,
baik-baikkah kau?"
"Aku baik sekali, terima kasih atas perhatian saudara
Hongpo," jawab Lim Han-kim cepat.
"Apakah tadi saudara Lim juga hadir di sini?"
"Yaa, aku membaurkan diri dalam kerumunan orang
banyak. jadi semua peristiwa yang berlangsung di sini
dapat kuikuti dengan jelas sekali,"
"Apakah kau selalu bersama dengan orang she-Pek
itu?" sela ketua Hian-hong-kau tiba-tiba.
"Benar," jawab Lim Han-kim tertegun, "Li..."
Ketua Hian-hong-kau mendeham berat memotong
ucapan Lim Han-kim yang belum selesai, selanya:
"sebetulnya orang dari marga Pek itu seorang pria atau
wanita?"

1873
Mendadak terdengar seseorang tertawa terkekehkekeh,
sambungnya: "sebetulnya apa maksud kaucu
begitu menaruh perhatian kepadaku?"
Ketika para jago berpaling, terlihat seorang pemuda
berbaju hijau dengan bersandar pada bahu seorang
kacung kecil pelan-pelan berjalan masuk ke dalam tenda.
Dengan langkah lebar ketua Hian-hong-kau
menyambut kedatangannya seraya berseru: "Terima
kasih banyak kami ucapkan atas bantuan dari saudara..."
ia berhenti sejenak. lalu terusnya: "Aku tidak tahu
mesti memanggil saudara atau nona kepadamu?"
"Terserah mau panggil apa sajalah" jawab orang itu
tertawa,
"Terima kasih banyak atas bantuan tuan Pek yang
menyelamatkan kami semua dari mara bahaya, kami
merasa sangat berhutang budi..."
" Kalian tak perlu berterima kasih kepadaku kalau
harus berterima kasih, bersyukurlah pada nasib kalian
sendiri yang baik sehingga tidak sampai terkubur di
tempat ini."
"Tampaknya tuan Pek sudah mempunyai perhitungan
yang masak hingga sekali gebrakan berhasil
menaklukkan Seebun Giok-hiong." Kembali orang berbaju
hijau itu tertawa.
"Aku tak suka mengibul, sesungguhnya
kemenanganku diraih karena keberuntunganku saja,
sedang kekalahan Seebun Giok-hiong adalah kekalahan
yang tragis, seandainya dia tidak kelewat sombong

1874
sehingga persiapannya jadi agak kedodoran, mustahil ia
bakal menderita kekalahan total..."
setelah melirik Lim Han-kim sekejap. terusnya:
"Padahal seharusnya kalian berterima kasih kepada
saudara Lim ini. Kalau dia tidak membantu secara diamdiam,
mungkin tubuh kalian sudah tinggal abu sekarang,"
Ciu Huan tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha.. ayah
harimau tak bakal beranak anjing, Nak. sejak
kemunculanmu dalam dunia persilatan banyak kejadian
besar yang menggemparkan telah kau lakukan.
Keberhasilanmu ini cukup membuat arwah ayahmu
tenang dialam baka ..." Mendadak ia merasa telah salah
bicara, buru-buru mulutnya ditutup kembali.
Paras muka Lim Han-kim nampak berubah hebat
menahan gejolak emosi, namun akhirnya ia berhasil juga
mengendalikan diri, katanya pelan: "sebetulnya aku tidak
pantas peroleh pahala itu, sebab aku tak lebih hanya
menjalankan perintah orang."
"Perintah siapa?"
"Nona Pek" jawab Lim Han-kim sambil memandang
orang berbaju hijau itu sekejap.
orang berbaju hijau itu segera berteriak keras sambil
tertawa: "Bagus sekali, akhirnya kau bongkar juga
rahasia identitasku"
"sekalipun tidak ia katakan, sesungguhnya kami
semua pun sudah tahu," sela ketua Hian-hong-kau. "
Hanya saja lantaran nona Pek telah selamatkan jiwa kami
semua, maka kami merasa tidak leluasa untuk
membongkar rahasiamu itu."

1875
"Jika aku tidak mengaku, paling tidak di hati kecilmu
masih setengah percaya setengah tidak. kau bakal
menipu diri sendiri dengan membayangkan aku sebagai
seorang pria."
Untung wajah ketua Hian-hong-kau bercadar hitam
sehingga tidak nampak mimik mukanya, namun begitu
kepalanya tertunduk juga dan mulutnya terbungkam
dalam seribu bahasa.
orang berbaju hijau itu tertawa tergelak, kepada Ciu
Huan katanya lagi: "Ciu tayhiap. ular tanpa kepala tak
akan jalan, burung tanpa sayap tak bakal terbang, Tiga
bulan adalah masa yang singkat Kalau kalian ingin
menghadapi pemilik bunga bwee, maka cepatlah angkat
seseorang menjadi pemimpin kalian, mungkin dengan
cara persatuan tersebut kalian masih mampu menandingi
musuh."
"Bila nona Pek bersedia menjabat kedudukan tersebut,
keadaan tentu lebih menguntungkan" serobot ketua
Hian-hong-kau cepat
"Sekalipun aku berniat begitu, sayang kekuatanku tak
mampu untuk memenuhinya."
"Nona Pek tak usah menampik lagi..." seru Ciu Huan
pula,
orang berbaju hijau itu gelengkan kepalanya berulang
kali, katanya: "Aku berbicara dengan sejujurnya, Kalau
kurang percaya, tanyakan saja kepada dia"
Tiba-tiba di hati kecil ketua Hian-hong-kau muncul
perasaan kecut bercampur getir, meski sudah tahu siapa

1876
yang dimaksud, ia pura-pura bertanya juga: "siapa sih
dia?"
"Lim Han-kim Kau tak perlu menaruh perasaan
macam-macam kepadaku. Kalau hendak menaruh
pcrhatian awasi saja Seebun Giok-hiong"
Lim Han-kim segera merasakan wajahnya merah
bercampur panas, agak tersipu-sipu serunya: "Apa yang
diucapkan nona Pek benar Tubuhnya kelewat lemah,
susah baginya untuk memangku jabatan penting itu"
"Kalau bicara soal pamor, ciu Huan pantas menduduki
jabatan ini" sambung orang berbaju hijau itu.
"Aku tidak mampu, tidak mungkin aku sanggup
memikul tanggung jawab ini" seru Ciu Huan buru-buru.
"Ehmmm, rupanya kau cukup tahu diri .." orang
berbaju hijau itu tersenyum, "Kalau bicara soal
kecerdasan otak. semestinya ketua Hian-hong-kau yang
lebih cocok"
Walaupun wajah ketua Hian-hong-kau tertutup oleh
kain cadar hingga tidak tampak perubahannya tapi
perkataan dari orang berbaju hijau tadi tepat menghujam
lubuk hatinya, Meski orang lain tidak melihat namun saat
ini dia sudah dibuat tersipu-sipu hingga tak sanggup
mendongakkan kepalanya, jadi ia sama sekali tidak
mendengar apa yang dikatakan orang berbaju hijau
barusan.
"Apabila nona Pek tidak bersedia memangku jabatan
sebagai ketua persekutuan, maka ketua Hian-hong-kau
yang paling pantas menduduki jabatan ini," kata Ciu
Huang.

1877
"Yang menjadi masalah adalah di bawah
kepimpinannya, bersediakah para jago menuruti
perintahnya."
"Aku bersedia membantu dengan sepenuh tenaga"
seru Ciu Huang memberikan dukungannya.
"Kendatipun pamormu cukup hebat dalam dunia
persilatan, aku kuatir belum tentu para jago yang
menganggap diri dari aliran lurus itu bersedia menuruti
perkataanmu misalnya sembilan partai besar dari dunia
persilatan tidak bersedia memberikan dukungannya
kepadamu, dengan mengerahkan segenap kemampuan
pun kau tetap tak akan mampu menghadapi Seebun
Giok-hiong."
"Dari pihak siau-Iim-si sudah ada Coat-pin taysu yang
pulang untuk memberi laporan kepada ketua partainya,
Aku rasa si hwesio tua itu tak bakal berpeluk tangan
belaka."
orang berbaju hijau itu termenung berpikir sebentar,
katanya kemudian sambil tertawa: "Aku punya satu
permintaan, bersediakah kalian untuk mengabulkan?"
"Katakansaja nona, kami pasti akan berusaha untuk
memenuhi permintaanmu itu"
"Aku ingin bicara empat mata dengan ketua Hianhong-
kau, bagaimana jika kalian meninggalkan dulu
tempat ini sementara waktu?"
Ciu Huan berpikir sebentar, lalu tanpa mengucapkan
sepatah kata pun dia beranjak keluar dari tenda dengan
langkah lebar, siang Lam-ciau, Hongpo Tiang-hong, Li

1878
Bun- yang serta Hongpo Lan sekalian segera menyusul di
belakang ciu Huan ikut beranjak keluar,
Baru saja Lim Han-kim siap ikut keluar dari situ, orang
berbaju hijau itu telah menarik tangannya seraya
berseru: "Kau harus tetap tinggal di sini"
Terpaksa Lim Han-kim menurut dan duduk kembali,
Menunggu sampai semua jago sudah meninggalkan
tempat itu, orang berbaju hijau itu baru menghampiri
ketua Hian-hong-kau ambil katanya: "Aku mesti turun
tangan atau kau yang melepaskan sendiri cadar mukamu
itu?"
Pelan-pelan ketua Hian-hong-kau melepaskan kain
cadar mukanya sehingga terlihatlah raut wajahnya yang
cantik jelita.
setelah memperhatikan sekejap, sambil tertawa orang
berbaju hijau itu berkata: "sangat cantik, kecantikanmu
tidak berada di bawah Seebun Giok-hiong. Kau kalah
dalam kegenitan dan kematangan, tapi menang dalam
kelembutan serta kehalusan Namun kalau bicara soal
cinta asmara, mungkin kau bakal kalah saingan."
"Aku lihat umurmu hampir sebanding dengan usiaku,
kenapa bicaramu sok tua?"
"Kalau dilihat pada usiaku yang sudah hampir
berakhir, paling tidak aku memang lebih matang
ketimbang kau..." ucap orang berbaju hijau itu.
setelah berhenti sejenak, ia tarik kembali
senyumannya. Dengan wajah serius terusnya: "Apakah
kau menganggap aku sedang bergurau denganmu?"

1879
"Kau selalu menyinggung soal jodoh, gaya-mu tak
berbeda dengan gaya mak comblang, kenapa? ini pun
kau anggap sebagai masalah serius?"
"Ehmmm... lidahmu lebih tajam dari tombak,
ucapanmu lebih mematikan daripada golok. Tampaknya
dalam soal silat lidah kau masih sanggup menandingi
Seebun Giok-hiong."
"Apabila kau berniat melenyapkan bibit bencana bagi
umat persilatan dan selamatkan umat manusia dari
tragedi berdarah, semestinya jangan kau lepaskan
harimau ganas pulang ke gunung dengan membiarkan
Seebun Giok-hiong pergi dari sini, Lain waktu dia akan
muncul kembali sebagai ancaman besar jago-jago silat
sebaliknya bila kau berniat menolong mereka dari
kematian, tampillah ke depan memimpin semua jago dan
bertarung habis-habisan melawan iblis wanita itu"
"Kau sudah selesai bicara?"
"sudah, sekarang aku siap mendengarkan
penjelasanmu." .
Dengan wajah bersungguh-sungguh orang berbaju
hijau itu berkata: "Aku hanya secara kebetulan bertemu
dengan kejadian ini. Bila mana dalam gebrakan pertama
aku berhasil mengungguli Seebun Giok-hiong, terus
terang saja hal ini disebabkan nasibku jauh lebih baik
ketimbang dia. Kemenanganku hanya secara kebetulan
saja bisa kuraih, sebaliknya ia kalah dengan penasaran
sekali."
"Kata-katamu susah untuk dipercayai dengan begitu
saja, Aku tahu keberhasilanmu mengungguli Seebun
Giok-hiong bukan mengandalkan kecerdikan saja. Dalam

1880
hal ini, ilmu silat serta kecerdasan masing-masing
mempunyai andil separuh"
"Baiklah, aku hendak beritahusatu hal lagi kepadamu,
terserah mau percaya atau tidak, seandainya Seebun
Giok-hiong tidak terlalu cerdik, mungkin aku sudah tewas
di tangannya sejak tadi."
"Apa maksud perkataanmu itu? Aku semakin bingung
..." keluh ketua Hian-hong-kau tidak habis mengerti.
"Padaha kalau kujelaskan masalahnya sederhana
sekali," kata orang berbaju hijau itu sambil tertawa.
"sesungguhnya ia ketakutan karena gertakanku saja
hingga tak berani turun tangan, mengerti kau sekarang?"
"Kau minta aku lepaskan cadar mukaku, apakah hal ini
hanya disebabkan persoalan tersebut?"
" Kalau aku mesti bicara sejujurnya, sebetuinya
kesempatanmu untuk mengungguli Seebun Giok-hiong
kecil sekali..,"
"Aku mengerti," tukas ketua Hian-hong-kau. "Justru
karena itukah maka kau mencalonkan aku menjadi
pemimpin persekutuan ini, agar aku kalah di tangan
Seebun Giok-hiong, sedang kau menjadi penonton yang
baik untuk kemudian mentertawakan kebodohanku"
"Masalah ini menyangkut mati hidup dunia persilatan,
menyangkut keselamatan jiwa beratus-ratus manusia,
masa aku menganggapnya sebagai barang gurauan
saja..." seru orang berbaju hijau itu.
setelah berhenti sejenak, ia memandang Lim Han-kim
sekejap lalu melanjutkan "Justru karena itulah sebelum

1881
hujan kau mesti sedia payung dengan membuat
persiapan yang cukup"
Ketua Hian-hong-kau termenung dan berpikir sejenak
tiba-tiba ia maju ke muka memberi hormat sambil
serunya: "Aku harap nona Pek sudi memberi petunjuk.
persiapan apa yang sepantasnya kami lakukan?"
orang berbaju hijau itu tidak langsung menjawab,
kepada Lim Han-kim katanya: "Tolong kau berjaga-jaga
di luar, jangan biarkan siapa pun mendekat sampai
radius tiga kaki dari kami."
Lim Han-kim menyahut dan beranjak keluar dengan
langkah lebar. sambil membetulkan letak duduknya
orang berbaju hijau itu berta-nya: "Kau kenal dengan Lim
Han-kim?"
"Tentu saja kenal, tampaknya kau sangat
memperhatikan dia?"
orang berbaju hijau itu mengerutkan dahinya. "Dia
pernah menyelamatkan jiwaku, Aku sangat berhutang
budi dan berniat membalas budi kebaikannya itu. Karena
itulah aku berniat membantunya, agar ia ternama dan
bisa menjagoi dunia persilatan."
"oooh, rupanya begitu"
sambil tertawa kembali orang berbaju hijau itu
berkata: "Aku bernama Pek si-hiang, dan kau?"
"Li Tiong-hui"
"oooh, rupanya nona Li dari keluarga persilatan bukit
Hong-san sejak pertama kali bertemu denganmu, aku

1882
sudah menduga bahwa kau bukan ketua Hian-hong-kau
yang sebenarnya "
" Ketua Hian-hong-kau telah berpulang kealam baka.
Atas kepercayaannya sebelum wafat dia menunjuk aku
sebagai ahli warisnya, Aku tak tega menampik
permintaan terakhirnya. Juga tak ingin menyaksikan
partai Hian-hong-kau yang begitu besar terseret kealiran
sesat oleh sebab itulah aku bersedia meneruskan
kedudukannya sebagai ketua partai."
" itulah dia, seandainya aku jadi kau, aku pun tak akan
menampik tawaran tersebut. Dengan menjadi ketua
partai Hian-hong-kau, hal ini akan sangat membantu
sepak terjangmu selanjutnya. Tapi bila kau hanya
andalkan kekuatan Hian-hong-kau saja untuk menandingi
Seebun Giok-hiong, mungkin kekuatanmu masih belum
mampu untuk menandinginya."
"soal ini akupun tahu tapi jika ada kau, Pek si-hiang
yang diam-diam membantu, keadaannya pasti akan jauh
berbeda"
"Tampaknya kau sudah bisa meramalkan bahwa aku
pasti akan membantumu ..." seru Pek si-hiang. setelah
tersenyum, lanjutnya: "Tapi sayang dugaanmu kali ini
meleset jauh."
Li Tiong-hui tahu, gadis itu sudah membawa
pembicaraan ke soal yang sebenarnya, maka ia tidak
menimbrung lagi bahkan menunjukkan sikap yang
hormat untuk mengikuti perkataannya.
setelah menghela napas panjang Pek si-hiang
bertanya: "Apa rencanamu untuk menghadapi Seebun
Giok-hiong?"

1883
"Hingga kini aku masih belum punya rencana yang
mantap."
"Tapi sejak awal Seebun Giok-hiong sudah mempunyai
rencana besar untuk menjagal umat persilatan."
"Tapi dalam pertarungan besar yang berlangsung
selama ini, ia telah menderita kekalahan secara total. Aku
rasa seluruh rencananya pasti akan terpengaruh juga."
"Waktu selama tiga bulan sudah lebih dari cukup bagi
Seebun Giok-hiong untuk menghimpun dan mengatur
kekuatannya kembali. Aku menduga begitu ia bergerak.
maka pembantaian besar-besaran pasti akan dilakukan
lebih dulu sehingga dalam satu gebrakan saja peristiwa
tersebut telah menggemparkan dunia persilatan. Bila kau
ingin mencegah perbuatannya maka kau harus
memahami dulu arah sasarannya."
"Aku tak habis mengerti, dengan cara apa kita bisa
selidiki sepak terjang Seebun Giok-hiong?"
Pek si-hiang tertawa, "Jika kau tak keberatan
membiarkan Lim Han-kim menyerempet bahaya seorang
diri, aku sih punya sebuah akal yang bisa membuatnya
menyelundup masuk dalam perguruan bunga bwee."
Kontan Li Tiong-hui merasakan pipinya jadi panas
lantaran jengah, serunya cepat-cepat: "Nona Pek tak
usah menyindir atau menggoda aku, sesungguhnya
antara aku dengan Lim Han-kim tak punya hubungan
apa-apa Kami pun baru bertemu beberapa kali, dia
adalah sahabat karib kakakku"
Kembali Pek si-hiang tertawa, "Bila kau benar-benar
mencintainya, mari kita memainkan sebuah sandiwara,

1884
sebaliknya bila kau tidak mencintainya maka kau harus
berperan sebaik mungkin hingga orang lain menganggap
kau benar-benar sangat mencintai pemuda itu."
"Aku tidak mengerti, apa sangkut pautnya hal tersebut
dengan Seebun Giok-hiong?"
"Seebun Giok-hiong adalah seorang gadis yang tak
mau kalah terhadap siapa pun. Bila kita bersikap amat
mesra terhadap Lim Han-kim, maka sikap kita ini tentu
akan menarik perhatiannya ... "
"Tapi apa hubungannya dengan Seebun Giok-hiong?"
"Dengan watak Seebun Giok-hiong yang ingin menang
sendiri, ia tentu akan berusaha menculik Lim Han-kim.
Betul ia belum tentu benar-benar mencintai Lim Han-kim,
tapi ia pasti akan berusaha agar kita berdua patah hati
dan bersedih hati karena kehilangan kekasih."
"Waah... dari dulu sampai sekarang, orang hanya tahu
menggunakan siasat wanita cantik, rasanya belum
pernah kudengar ada orang menggunakan siasat lelaki
tampan?" seru Li Tiong-hui sambil tertawa.
Pek si-hiang ikut tertawa, "Bila kau menganggap
setelah Lim Han-kim diculik pergi maka dia akan
melewati kehidupan yang senang dan gembira, maka
pendapatmu itu keliru besar sekali."
"Kenapa?"
"Bagi seseorang yang berlatih ilmu yoga tingkat tinggi,
terlebih dulu ia harus melatih diri menjadi seseorang
yang dingin, kaku dan sama sekali tak berperasaan.
Tubuhnya yang indah dan senyumannya yang genit

1885
merangsang sebetuinya hanya bisa dipandang tidak bisa
dinikmati..."
Ia tertunduk dengan wajah tersipu-sipu, setelah
berhenti sejenak lanjutnya lirih: "Itu berarti ia mesti
menjaga ketat keperawanan diri-nya, kalau tidak maka
daya pengaruh ilmu hipnotisnya akan punah sama
sekali."
"Tampaknya nona Pek sangat menguasai kepandaian
tersebut."
"Tidak. aku hanya mengerti tapi belum pernah
belajar..." setelah tersenyum, lanjutnya: "Misalnya ia
tidak mencintai Lim Han-kim, yaa tidak apa-apa, tapi
andaikata ia benar-benar terpikat hingga jatuh cinta
kepadanya, akibat dari sikapnya itu tentu cukup untuk
menyiksa dirinya."
"Aku tetap masih belum mengerti."
"Sebagian besar anak buah Seebun Giok-hiong mau
tunduk dan jual nyawa kepadanya hal ini disebabkan
lantaran mereka sudah dikuasai ilmu hipnotisnya. Apa
bila daya kemampuan ilmu hipnotisnya tiba-tiba punah,
otomatis anak buah Seebun Giok-hiong yang
dikendalikan akan menjadi sadar kembali, pemberontak
akan pasti tak bisa dihindari lagi, jadi aku percaya
Seebun Giok-hiong tentu akan mempertimbangkan
masalah tersebut dan tidak sampai berani menyerempet
bahaya ini."
"Lalu apa hubungannya dengan Lim Han-kim?"
"Di sinilah cinta akan memakan korbannya, Apa bila
Seebun Giok-hiong benar-benar mencintai Lim Han-kim,

1886
tapi tak bisa mempersembahkan tubuhnya sebagai
pelampiasan rasa cintanya, maka rasa senang dan cinta
kasihnya itu akan berubah jadi rasa benci yang
mendalam. Dia pasti akan berusaha untuk menyiksa-nya
habis-habisan." sambil menghela napas Li Tiong-hui
manggut-manggut,
"Benar juga perkataan ini."
"Oleh sebab itulah aku harus bertanya dulu kepadamu,
keberatan tidak bila dia pergi menyerempet bahaya?"
Li Tiong-hui termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian katanya: "Kenapa harus ditanyakan kepadaku?
Kenapa tidak langsung bertanya saja kepadanya?"
Pek si-hiang tertawa. "Kau harus bersedia
mencintainya lebih dulu baru rencana ini bisa
dilaksanakan. Bila kau sudah muaknya setengah mati
begitu bertemu dengannya, mau berlagak mesra
kepadanya pun jelas tak mungkin bisa kau lakukan."
"Bagaimana dengan kau sendiri?" Li Tiong-hui balik
bertanya sambil tertawa.
"Dia sudah tahu kalau umurku paling banter tinggal
tiga bulan lagi, sekali pun aku tak usah berlagak. secara
otomatis hal ini akan muncul dengan scndirinya."
sekalipun di hati kecilnya Li Tiong-hui sudah menaruh
bibit cinta kepada Lim Han-kim, namun urusan semacam
ini tentu saja tak bisa diucapkan secara terus terang jadi
untuk berapa saat ia tak tahu apa yang mesti dikatakan
"sekali lagi aku tegaskan, aku hanya mengatur segala
sesuatunya ini demi kepentinganmu, mau dituruti atau
tidak terserah keputusanmu sendiri jangan kau anggap

1887
aku hanya iseng mengajakmu bergurau saja." selesai
berkata Pek si-hiang bangkit berdiri dan beranjak keluar
dari situ.
"Nona Pek.jangan pergi dulu, mari kita lanjutkan
pembicaraan," seru Li Tiong-hui cepat.
Pek si-hiang berpaling, sahutnya: "Jika kau mau
menuruti perkataanku, kita masih bisa melanjutkan
pembicaraan tapi kalau menolak, tak ada yang perlu
dibicarakan lagi di antara kita berdua."
"Mau beli barang pun harus ditawar dulu masa aku tak
boleh menentukan harga tawar?"
"oooh, jadi kau ingin bicara soal dagang denganku?
Baiklah, kau boleh ajukan penawaranmu"
"Kita tak perlu bergurau lagi, mari kita bicara serius"
" Kalau begitu kau harus menyanggupi dulu untuk
mencintai Lim Han-kim, kemudian kita baru lanjutkan
pembicaraan"
"Baiklah, aku setuju Tapi kau harus membujuk Lim
Han-kim lebih dulu, sebab meski aku setuju, bila ia tidak
setuju, bukankah usaha kita bakal sia-sia belaka?"
"Betul" kata Pek si-hiang sambil mengerutkan dahi,
"Agaknya Lim Han-kim mempunyai masalah yang sangat
berat, keseriusan dan kemurungannya jauh melampaui
taraf usianya."
"Dengan cara apa kau hendak membujuknya?"
"Cara terbaik adalah kau bisa memintal sebuah jaring
cinta yang penuh kelembutan sehingga ia terperosok
sendiri ke dalam perangkapmu."

1888
"Coba kau lihat sikapnya yang begitu kaku dan dingin,
aku betul-betul tidak mempunyai keyakinan untuk bisa
menundUkkan dirinya."
"Kalau begitu kita gunakan siasat kedua."
"Bagaimana dengan siasat kedua itu?"
"Panggil dia lalu kita beberkan secara terus terang
rencana yang kita susun, minta kepadanya untuk ikut
berperan dalam sandiwara ini."
"Kalau ada siasat kedua tentu ada siasat terakhir, apa
itu siasatmu yang ketiga?"
"Siasatku yang terakhir paling sederhana. Kuajarkan
sejenis ilmu aneh kepadamu, lalu kau pengaruhi
kesadarannya agar mau melakukan semua perintah yang
kau ucapkan."
Li Tiong-hui segera menggelengkan kepalanya
berulang kali, serunya: "cara terakhir kelewat gampang
sedang cara pertama amat susah, lebih baik kita gunakan
cara kedua"
"Ehmmm, sebetulnya aku pun berpendapat
demikian..." kata Pek si-hiang, lalu setelah berhenti
sejenak katanya lagi sambil tertawa: "Bagaimana kalau
kupanggil dia kemari ?"
"Tunggu, lebih baik aku menyingkir lebih dulu."
"Kalau begitu tolong kau gantikan posisinya dengan
berjaga-jaga di luar sana."
Li Tiong-hui mengenakan kembali cadar mukanya dan
beranjak keluar untuk memanggil Lim Han-kim.

1889
"Lim siangkong" Pek si-hiang ikut berteriak pula sambil
menggapai "Kemarilah sebentar, ada persoalan yang
hendak kubicarakan denganmu"
Lim Han-kim muncul dengan langkah lebar, tanyanya
seraya menjura: "Ada urusan apa nona Pek?"
"Aku sudah hampir mati, kenapa sih kau tetap
bersikap begitu kaku kepadaku?"
Lim Han-kim berpikir sebentar, laIu jawabnya: "Demi
menyelamatkan dunia persilatan dari musibah besar
nona Pek bersedia mengorbankan sisa waktumu yang
berharga untuk mencampuri urusan ini, tindakan
semacam ini patut dikagumi dan dihormati."
"Sekarang memang masih ada aku yang mampu
menundukkan Seebun Giok-hiong, tapi begitu aku mati,
ia toh tetap bisa menciptakan pembunuhan besarbesaran
dalam dunia persilatan Kalau sampai terjadi
begini, apapula yang hendak kau perbuat?"
"Soal ini . . . aku sadar kemampuanku tak cukup untuk
mengatasinya, yaa... apa lagi yang bisa diperbuat?"
"Seandainya kau mampu untuk selamatkan dunia
persilatan dari musibah ini, bersediakah kau untuk
melakukannya dengan sepenuh hati?"
"Tentu saja, aku akan berjuang dengan sekuat tenaga,
biar harus mati pun tak akan menyesal"
Pek si-hiang segera tertawa, "Bicara soal ilmu silat,
jelas kau bukan tandingannya, Dalam soal kepintaran
kaupun tak sebanding dengannya, bagaimana caramU
dapat mengungguli dirinya?"

1890
"itulah sebabnya aku mohon petunjuk nona."
"Aku takut kau enggan menuruti perkataanku ..."
"Asalkan pengorbananku bisa menyelamatkan umat
persilatan dari kematian, biar tubuh harus hancurpun aku
tak sayang."
"Lim Han-kim, kau harus pikirkan kembali ucapanmu
secara cermat dan seksama. Ketahuilah perkataan
seorang lelaki sejati lebih berat daripada bukit karang,
kau jangan menganggapnya sebagai barang mainan."
"Silakan nona Pek memberi petunjuk."
"Aku ingin kau seorang diri menerjang masuk ke
dalam barisan wanita cantik, Dengan membaurkan diri ke
dalam tubuh musuh, kau dipersiapkan untuk membantu
serangan kami dari luar, berani tidak kau
melakukannya?"
"Barisan wanita cantik?" seru Lim Han-kim tidak habis
mengerti
"Yaa, barisan wanita cantik, Barisan itu mempunyai
perubahan yang tiada taranya. Kalau bukan seorang
pendekar sejati yang pintar, pemberani dan gagah, tak
mungkin ia mampu menghadapinya."
"Dari tujuh puluh dua macam barisan yang hapal di
luar kepala, rasanya belum pernah kudengar nama
barisan wanita cantik?"
"Aku hanya tanya, berani tidak kau melakukannya?"
desak Pek si-hiang sambil tersenyum
"Aku tidak begitu paham dengan maksud-mu,
bagaimana caraku menembus barisan tersebut?"

1891
"Asal kau punya keberanian untuk menembusnya,
tentu akan kuberi petunjuk bagaimana cara untuk
memasukinya."
"Baiklah, aku bersedia untuk mencoba"
Pek si-hiang segera tertawa terkekeh-kekeh, "Barisan
pertama di jaga oleh nona Li dari keluarga persilatan
bukit Hong-san, kau coba dulu dapatkah menembus
penjagaannya."
seperti baru paham apa yang dimaksudkan Lim Hankim
segera berseru: "Nona Pek, rupanya kau sedang
bergurau"
"siapa bilang aku sedang bergurau? Uruan ini betulbetul
serius" kata Pek si-hiang sambil menarik kembali
wajah senyumannya.
Melihat gadis itu bicara bersungguh-sungguh, Lim
Han-kim jadi tertegun, "Nona Pek," katanya kemudian,
"Bagaimana sih bentuk barisan wanita cantik itu?
Bersediakah nona untuk menjelaskan?"
"Wajahnya cantik seperti bunga ma war, kulitnya putih
seperti saiju, pinggangnya ramping seperti ranting pohon
Liu, langkahnya lemah gemulai, senyumannya cukup
menghanyutkan hati kaum pria ..."
"Maksud nona ..." tukas Lim Han-kim.
"Li Tiong-hui, apakah dia kurang cantik?"
"Nona, sebenarnya pengorbanan macam apa yang
harus kulakukan?" seru Lim Han-kim dengan kening
berkerut.

1892
"Coba buktikan apakah kelembutan dan kecantikan Li
Tiong-hui dapat memancing seekor ikan macam kau"
"Aku yakin diriku tak akan sampai terpikat oleh
kecantikan wajah seseorang, kendatipun Seebun Giokhiong
genit dan jalang, namun aku yakin tak bakal
berlutut di bawah telapak kakinya."
"Woouw . . . sesumbar amat ucapanmu" seru Pek sihiang.
"Apakah nona Pek tidak percaya?" Mendadak
sepasang mata Pek si-hiang berbinar-binar, wajahnya
yang pucat pun berubah jadi semu merah, katanya
lembut: "Andaikata Seebun Giok-hiong diganti dengan
aku, bagaimana sikapmu?"
"Kalau soal ini... soal ini... aku tidak bisa menjawab,"
sahut Lim Han-kim termangU,
"Kalau Li Tiong-hui?"
"Nona Li amat cerdik dan berjiwa besar, dia termasuk
seorang pendekar wanita sejati, aku menaruh rasa
kagum dan hormat kepadanya."
"Ehmmm, dari hormat tumbuh rasa cinta, kejadian
semacam ini memang lumrah di dunia ini" seru Pek sihiang
sambil tertawa,
"Sebenarnya nona Pek hendak aku sumbang tenaga
dengan cara bagaimana. Harap kau menjelaskan aku
siap mendengarkan."
Dengan ujung bajunya Pek Si-hiang menyeka peluh
yang membasahi jidatnya, kemudian katanya pelan: "Kau
tentu sudah tahu akan kekejaman serta kebuasan

1893
Seebun Giok-hiong bukan. Bila ia benar-benar
melancarkan pembantaian maka tak sulit baginya untuk
menciptakan suatu tragedi berdarah yang amat
mengerikan."
"Aku memahami maksudmu."
"llmu silat yang dimilikinya sangat hebat Dalam dunia
persilatan dewasa ini sulit rasanya untuk menemukan
orang yang bisa menandingi kehebatannya, apa lagi bila
ia bersembunyi di tempat gelap. bisa datang pergi
semaunya sendiri tanpa bisa diduga, Meskipun seluruh
jago silat dari dunia persilatan bersatu padu, aku rasa
sulit untuk menundukkan Seebun Giok-hiong ini, jadi
satu-satunya cara untuk menangkalnya adalah kita harus
mengetahui terlebih dulu segala sepak terjangnya hingga
bisa membuat persiapan lebih dulu sebelum pertarungan
betul- betul terjadi. "
"Bila kita ingin mengetahui sepak terjangnya sebelum
dilakukan, kita harus utus seseorang untuk menyusup
masuk dan membaur dengan mereka."
"Betul, dan pilihan kita jatuh pada dirimU."
"Aku?"
"Betul, kau"
"Aku sama sekali tidak kenal dengan pemilik bunga
bwee, bagaimana caraku untuk menyusup masuk?"
"itulah sebabnya kita harus membuat Seebun Giokhiong
yang menculikmu pergi" Lim Han-kim termenung
sambil berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia baru
berkata: "Maafkan kebodohanku, aku merasa agak
kurang mengerti."

1894
"lnilah yang dinamakan siasat lelaki tampan."
"Dari dulu hingga sekarang yang ada cuma siasat
wanita cantik, mana ada siasat lelaki tampan? Aku Lim
Han-kim adalah seorang lelaki sejati, masa aku harus
berbuat begitu?"
"Jangan lupa kau sudah menyanggupi untuk
melaksanakan tugas ini asal umat persilatan bisa lolos
dari musibah ini, kenapa kau tidak mau berkorban demi
kesejahteraan orang banyak?"
Untuk sesaat Lim Han-kim jadi tertegun
"Baiklah," katanya kemudian, "Aku Lim Han-kim
bersedia menjadi ujung tombak demi kepentingan orang
banyak"
" Kalau ingin mengandalkan ilmu silat, kau tak bakal
mampu menahan sepuluh jurus serangan Seebun Giokhiong."
"sekalipun harus mandi darah, aku mati dengan
perasaan rela."
"ltu pikiran orang kasar yang tak berotak, Kau anggap
kematian semacam itu bisa menyelamatkan umat
persilatan dari tragedi? Jika pengorbananmu sia-sia
belaka, lantas apa gunanya? Bukankah kematian
semacam itu merupakan kematian konyol?"
Lim Han-kim jadi gelagapan setengah mati
menghadapi semprotan yang pedas dari gadis tersebut,
untuk beberapa saat ia terbungkam dan tak tahu apa
yang mesti diperbuatnya.

1895
Kembali Pek si-hiang berkata dengan suara dingin:
"Aku toh sejak dulu sudah peringatkan kepadamu, dalam
masalah apapun pikir dulu sebelum bicara,jangan
menjanjikan sesuatu terlalu cepat, tapi kau berlagak sok
hebat, sok gagah, belum dipikir sudah disanggupi dulu,
nah sekarang merasa agak menyesal bukan?"
"Aku bukan manusia yang takut mati," sahut Lim Hankim
sambil menghela napas.
"Sudah, tak usah beralasan lagi, sekarang jawab saja
singkat, mau atau tidak?"
"Mau apa?"
"Berperan sebagai kekasih Li Tiong-hui?"
"Dengan bertindak begitu belum tentu Seebun Giokhiong
akan terpancing perhatian nya."
"itu tergantung bagaimana nasibmu, akankah dia
menangkap dirimu, Hal ini merupakan suatu taruhan
yang aneh, akibat dari menang kalahnya pertaruhan ini
akan menyangkut nasib beratus-ratus orang jago
persilatan serta nasib dunia persilatan di masa yang akan
datang."
Ia mengangkat kepalanya memandang Lim Han-kim
dengan sepasang matanya yang bening, katanya lebih
jauh: "Walaupun jago yang menghadiri pertemuan
puncak ini sangat banyak, namun Seebun Giok-hiong
hanya akan memperhatikan dua orang, Yang satu adalah
ketua Hian-hong-kau sedang yang lain adalah aku. Aku
menduga dia pasti akan berupaya untuk menyelidiki
segala tindak-tanduk serta sepak terjangku serta ketua
Hian-hong-kau, itu berarti dia pasti dapat melihat pUla

1896
sikap mesramu terhadap Li Tiong-hui, Asal perhatiannya
sudah tercurah pada dirimu, maka ia pasti tak akan
sanggup menahan diri."
"Atas dasar apa kau berpendapat begitu?"
"Sepintas lalu kejadian ini nampaknya sangat
sederhana, padahal di balik kesederhanaan itu justru
terkandung liku-liku yang berbelit dan rumit..." ia
membetulkan rambutnya yang menutupi mata, kemudian
meneruskan: "Kejujuran serta kepolosanmu justru
merupakan titik kelemahan yang tidak dimiliki Seebun
Giok-hiong, Asal dia mau menaruh perhatian kepadamu,
lambat laun ia pasti akan terjerumus sendiri ke dalam
jaring
"Kenapa?"
"Sebab aku sendiri pun akan berbuat demikian, masa
ia lebih hebat daripadaku?" Lim Han-kim menghela napas
panjang.
"Jelek-jelek begini aku, Lim Han-kim, masih terhitung
seorang lelaki sejati Kalau aku sampai dianggap sebagai
barang mainan, kalau mau lantas diambil kalau bosan
segera dibuang, aku mana punya muka untuk tancapkan
kaki lagi dalam dunia persilatan ..."
"Nah itulah dia, sifat lembut membawa keras, polos
agak bodoh, agak kekanak-kanakan dan sok gagah justru
merupakan suatu daya tarik tersendiri bagi kaum wanita
yang melihatnya..." tukas Pek Si-hiang cepat Setelah
tersenyum dan berhenti sejenak, lanjutnya: "Kau harus
menyanggupi peranan ini, meski cuma berpura-pura, kau
harus memerankannya secara hidup dan bersungguh
hati."

1897
"Urusan semacam ini menyangkut martabat serta
nama baik seseorang, aku khawatir Li Tiong-hui tak akan
menyetujui."
Kembali Pek si-hiang tertawa, "Nona Li belum pernah
mengucapkan sumpah di hadapanku ia pun belum
pernah berjanji untuk melakukan suatu perbuatan yang
bermanfaat bagi umat persilatan, tapi demi menghadapi
Seebun Giok-hiong, ia tak segan-segan mempertaruhkan
martabat serta nama baiknya."
"Lalu apa sebabnya nona Pek memilih aku?" tanya Lim
Han-kim sambil menghela napas panjang.
"Kalau berbobot baru bisa dipakai, dan kebetulan kau
sesuai dengan pilihan kami"
Bab 2. sandiwara percintaan
"Baiklah" akhirnya Lim Han-kim mengangguk, "Kalau
dalam lima hari usahaku tak berhasil menarik perhatian
Seebun Giok-hiong, aku akan segera mohon diri"
"Kau hendak ke mana?"
"Mencari seseorang"
"siapa?"
"seorang adik seperguruanku."
"Beritahu kepadaku siapa namanya, bagaimana
bentuk wajahnya, aku akan mencarikan untukmu."
"Ia bernama Yu siau-liong, berusia tiga belas tahun,
bibirnya merah dan giginya putih."

1898
"Cukup Ciri lainnya aku bisa selidiki sendiri, nah kita
pastikan begini saja, aku harus pergi dulu"
"Kau hendak ke mana?"
"Memulihkan kegadisanku, Bila kita bersua lagi, aku
akan mencoba menggunakan segala rayuanku untuk
mencoba memikatmu, Aku ingin tahu apakah rayuanku
juga mampu memikat jaring-jaring cintamu."
"Jika nona tidak menggunakan ilmu silat, tidak
memakai obat-obatan, aku yakin masih mampu
mempertahankan diri"
"Bila aku hendak memakai cara-cara tersebut
sekarang tak perlu aku banyak bicara denganmu" sahut
Pek si-hiang. Habis berkata ia membalikkan badan dan
pelan-pelan beranjak pergi.
sambil mengikuti di belakang gadis itu Lim Han-kim
berbisik: "Nona, kau sangat lemah, tak baik banyak
menggunakan pikiran dan tenaga untuk hal-hal yang tak
berguna ..."
Tiba-tiba Pek si-hiang menghentikan Iang-kahnya,
berpaling dan tertawa genit, "Kau betul-betul
memperhatikan aku?" tanyanya.
"Aku bicara sejujurnya."
"Apa bagusku, apakah cukup berharga untuk kau
kasihi?"
"Nona pintar dan banyak akal, berjiwa besar dan lagi
penuh welas kasih, meski tubuh lemah namun masih
berjuang demi kepentingan orang lain, apakah
kesemuanya ini tidak berharga untuk kukagumi?"

1899
"Aku kurus tinggal kulit pembungkus tulang, mukaku
pucat dan layu seperti mayat, kau tidak muak melihat
aku?"
"Justru karena itulah aku merasa bahwa nona patut
dihormati dan dikasihi."
Pek si-hiang menghela napas panjang. "Aaaai...
ingatlah, aku hanya mampu hidup tiga bulan lagi,
mengasihi aku bakal sia-sia belaka untukmu..."
setelah berhenti sejenak, terusnya: "Li Tiong-hui
cantik, pintar dan lagi berasal dari keluarga kenamaan,
Jika kau bisa menjadi pasangan yang sebenarnya dengan
dia, maka kau pasti akan hidup bahagia."
"Aku hanya bersedia ..."
"Aku tak mau tahu apa niatmu sesungguhnya" tukas
Pek si-hiang cepat, "Pokoknya setelah kau menyanggupi
untuk melakukan tugas ini, maka kau harus berperan
dengan sebaik-baiknya. sepeninggalku nanti kalian boleh
merundingkan kembali persoalan ini, Nah, kau tak usah
menghantar aku lagi." Pelan-pelan dia beranjak keluar
dari ruangan
Lim Han-kim berdiri termangu-mangu di tengah
ruangan sambil mengawasi bayangan punggung Pek sihiang
hingga lenyap dari pandangan ia lalu menghela
napas sedih, tiba-tiba saja timbul perasaan kasihan dan
iba di hati kecilnya, ia merasa pengorbanan gadis yang
lemah dan tidak memperdulikan keselamatan sendiri itu
patut dihormati dan disanjung tinggi.

1900
Mendadak terdengar suara helaan napas sedih
bergema dari sisi tubuhnya, kemudian seseorang
menyapa: "Baik-baikkah saudara Lim selama ini?"
Waktu itu Lim Han-kim sedang tenggelam oleh
persoalan hatinya hingga tidak menyadari sejak kapan
ada orang berdiri di sisinya, sewaktu berpaling, ia
saksikan seorang perempuan berbaju serba hitam dan
memakai cadar hitam telah berdiri di sampingnya. Buruburu
dia menjawab: "Aku sangat baik, kau adalah nona
Li?"
orang itu memang Li Tiong-hui, sambil melepaskan
kain cadar mukanya ia mengangguk "Yaa, aku adalah Li
Tiong-hui."
"Nona Pek telah menjelaskan kepadaku."
"Menjelaskan soal apa?" bisik Li Tiong-hui dengan
wajah tersipu-sipu karena malu.
"Ia suruh kita bekerja sama dalam menghadapi
Seebun Giok-hiong, berusaha selamatkan umat persilatan
dari kematian."
"Ehmmm, lalu bagaimana bentuk kerja sama itu?"
"Lho . . . jadi kau belum tahu?" seru Lim Han-kim
tertegun.
"Apa yang kuketahui tidak terlalu lengkap. dapatkah
kau jelaskan sekali lagi kepadaku?"
Lim Han-kim jadi kelabakan dan tak tahu apa yang
mesti diucapkan, setelah termenung lama sekali ia baru
berkata: "Ia suruh kita berperan sebagai sepasang

1901
kekasih yang sedang dibuai asmara, agar Seebun Giokhiong
mengalihkan perhatiannya kepada kita ..."
"Misalnya Seebun Giok-hiong bersikap acuh tak acuh,
atau bahkan menengok kemari pun tak pernah, lantas
apa yang harus kita lakukan?" tanya Li Tiong-hui sambil
tertawa.
"Aku memang sudah merasakan banyak kesulitan
dalam peranan tersebut contohnya saja nona Li sendiri
Kau berasal dari keluarga persilatan yang kenamaan,
nama baikmu sangat tinggi, apakah kau tidak kuatir
pamormu bakal merosot gara-gara memainkan peranan
seperti itu?"
"Aku melakukan hubungan denganmu atas nama
kedudukanku sebagai ketua Hian-hong-kau, dengan Cara
demikian umat persilatan bisa terkelabui,justru yang aku
kuatirkan adalah bilamana kita tak bisa mengendalikan
diri sehingga..." Tiba-tiba sepasang pipinya berubah jadi
merah padam seperti kepiting rebus, dengan tersipu-sipu
ia tundukkan kepalanya dan tak berani mendongak
kembali
Lim Han-kim semakin gelagapan: "waaah... kalau soal
ini... kalau soal ini ..."
"Kau tak perlu ini itu lagi" tukas Li Tiong-hui tiba-tiba
sambil mendongakkan kepalanya, "selama ratusan tahun
terakhir, keluarga persilatan bukit Hong-san kami selalu
disanjung dan dihormati umat persilatan Meski aku hanya
seorang wanita, namun aku tak bakal memalukan nama
keluargaku apa lagi menodai nama besar keluarga Li"
"Ucapan nona memang sangat tepat" Lim Han-kim
manggut-manggut, Meski dalam hati kecilnya ia

1902
mempunyai banyak persoalan yang hendak diutarakan,
namun tak sepatah kata pun sanggup diutarakan, dia tak
tahu harus mulai dan mana.
sambil menghela napas panjang Li Tiong-hui bertanya:
"Lim siangkong, apakah kau menjumpai kesulitan?"
"Aku masih mempunyai ibu. Untung saja apa yang
bakal kulakukan hanya sebatas sandiwara dan bukan
bersungguh-sungguh, hingga tidak perlu minta ijin dulu
dari orang tuaku."
"Tampaknya kau punya rasa percaya diri yang sangat
kuat?" seru Li Tiong-hui sambil tertawa.
Lim Han-kim tertegun, katanya kemudian: "Aku tidak
paham maksud perkataan nona ini."
"Sekalipun kita sedang bermain sandiwara, namun kita
mesti memerankan secara sungguh-sungguh hingga tak
berbeda dengan kejadian sebenarnya. Apakah kau tidak
akan khawatir benar-benar jatuh cinta kepadaku?"
"Aku percaya masih mampu mempertahankan sopan
santun."
Berkilat sepasang mata Li Tiong-hui, ujarnya pelan:
"Baiklah, kalau begitu mari kita coba..."
Pada saat itulah dari luar ruangan terdengar suara Ciu
Huang sedang berseru: "Nona Pek, bolehkah kami ikut
masuk?"
Li Tiong-hui segera menurunkan kembali kain cadar
mukanya, setelah itu baru serunya: "silakan masuk"
Ketika Lim Han-kim mendongakkan kepalanya, ia
menjumpai Ciu Huang melangkah masuk lebih dulu

1903
diikuti Hongpo Tiang-hong, Li Bun- yang serta Hongpo
Lan sekalian, Sambil celingukan ke sekeliling tempat itu,
Ciu Huang menegur "Ke mana perginya nona Pek?"
"Ia sudah pergi, bila ada urusan katakan saja
kepadaku" ucap Li Tiong-hui cepat.
"Kami hanya ingin bertanya kepada nona Pek. adakah
perintah untuk kami semua?"
"Nona Pek telah berpesan kepadaku, ia minta kalian
segera berangkat untuk melacak dan menyelidiki jejak
Seebun Giok-hiong, Besok sebelum tengah hari harus
sudah balik kemari untuk memberi laporan-"
"Baik,.. kami segera berangkat" sambil berkata Ciu
Huang beranjak keluar dari sana,
Li Bun- yang berpaling memandang ketua Hian- hongkau
sekejap. ia seperti hendak mengucapkan sesuatu
tapi kemudian diurungkan dengan cepat ia pun menyusul
rekan lain-nya.
Terlihat bayangan beberapa manusia berkelebat lewat,
dalam sekejap mata para jago telah pergi dari situ,
Dalam ruangan kini tinggal Lim Han-kim dan Li Tiong-hui
berdua. sambil memandang bayangan punggung para
jago yang menjauh, tak tahan Lim Han-kim berbisik:
"Apa benar nona Pek minta mereka untuk pergi
menyelidiki jejak Seebun Giok-hiong?"
"Kenapa? jadi kau menganggap aku sedang bohong?"
"Nona Li jangan salah paham, aku hanya bertanya
sambil lalu, sama sekali tak ada niat lain"

1904
"Pek si-hiang memberitahu kepadaku, bukan saja
Seebun Giok-hiong memiliki ilmu silat yang sangat
tangguh, lagi pula ia pandai sekali mengubah raut
mukanya, ini berarti setiap saat ia bisa menyamar
menjadi manusia yang berwajah beda untuk menyusup
masuk ke dalam lingkungan kita."
"Kalau begitu setiap saat kita harus selalu waspada"
"Tapi setiap saat kita pun wajib memberi kesempatan
kepadanya..." lanjut Li Tiong-hui sambil tertawa.
"Betul" sahut Lim Han-kim seperti memahami sesuatu,
setelah termenung sesaat, katanya lagi: "Tampaknya kau
dan nona Pek telah menyusun suatu rencana yang amat
sempurna?"
"Ehmmm"
"Boleh dijelaskan latar belakangnya kepadaku?"
"Tidak. Bila lebih banyak yang kau ketahui, berarti
akan menambah kecurigaan Seebun Giok-hiong terhadap
dirimu..." Kemudian sambil menjulurkan tangannya yang
halus ke depan, sambungnya: "sekarang gandenglah
tanganku dengan mesra"
"Kita akan ke mana?" dengan terperanjat Lim Han-kim
menarik mundur tangannya.
Tidak tampak keseriusan pada raut muka Li Tiong-hui
karena tersekat kain cadar hitam, namun nada suaranya
amat tegas, katanya lagi: "Mulai detik ini kau adalah
kekasih hatiku... calon suamiku ..." Lim Han-kim segera
menggandeng tangan Li Tiong-hui, kembali bisiknya:
"Nona Li, apa mulai sekarang?"

1905
"Yaa, mulai sekarang hingga kau diculik Seebun Giokhiong,
dalam waktu-waktu ini kau harus selalu
mendampingi aku, kalau malam harus mendampingiku di
kamar, kau menjadi lelaki di bawah lutut Li Tiong-hui."
"Aku telah mengatakan kepada nona Pek bahwa aku
hanya bersedia melakukan peranan ini selama lima hari.
Jika lima hari kemudian Seebun Giok-hiong belum juga
melakukan sesuatu, maka aku akan segera berpamitan
..."
sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
telah tiba di luar tenda. si Dewa buas, iblis jahat, setan
gusar dan sukma murung masih menunggu di luar tenda
dengan sikap penuh siaga, Mereka berempat serentak
memandang Lim Han-kim sekejap. kemudian sambil
memberi hormat kepada Li Tiong-hui tanyanya: "Apakah
kaucu ada sesuatu perintah?"
Lim Han-kim tertegun, ia hendak mengucapkan
sesuatu tapi kemudian diurungkan, pikirnya: "Heran,
empat manusia buas yang liar dan susah ditaklukkan ini,
kenapa bisa bergabung dengan partai Hian-hong-kau?"
sementara itu terdengar Li Tiong-hui telah bertanya:
"Apakah kereta kuda sudah disiap-kan?"
" Kereta telah disiapkan sejak tadi, siap menunggu
perintah kaucu seterusnya," sahut Dewa buas berbaju
merah dtngan sikap hormat
"Kalian lindungi kereta kuda itu sebaik-baiknya, jangan
biarkan siapa pun mendekati kereta ini"
Dewa buas, iblis jahat, setan gusar dan sukma murung
serentak menyahut dan menyebarkan diri di sekeliling

1906
kereta, Dengan ilmu menyampaikan suara Li Tiong-hui
segera berbisik kepada Lim Han-kim: "Bersikaplah lebih
mesra kepadaku, jangan biarkan keempat manusia ini
menemukan titik kelemahan."
Terpaksa Lim Han-kim merangkul tubuh Li Tiong-hui
dan mendekapnya lebih erat, pelan-pelan mereka
menuju ke depan kereta. Buru-buru Dewa buas berbaju
merah menyingkap tirai kereta sambil serunya: "Silakan
naik ke dalam kereta kaucu" Li Tiong-hui mengangguk,
kepada Lim Han-kim bisiknya: "Bimbinglah aku naik."
Terpaksa Lim Han-kim menurut dan menggendong
tubuh Li Tiong-hui naik ke dalam kereta, Baru saja dia
akan menuju ke belakang kereta, tiba-tiba terdengar Li
Tiong-hui berseru lagi: "Ayo naiklah ke dalam kereta"
Lim Han-kim tertegun, pikirnya: "Rupanya ia suruh
aku naik ke dalam kereta ..."
Tanpa banyak bicara lagi ia melompat masuk ke dalam
ruang kereta, setelah menurunkan kembali tirai kereta,
sambil tertawa Li Tiong-hui berbisik: "Kau tidak tampak
seperti pacarku, tapi lebih mirip kacungku"
Lim Han-kim tertawa jengah, "Agaknya aku belum
terbiasa, lama kelamaan kan luwes sendiri, "jawabnya .
"Kalau begitu cepatlah menyesuaikan diri, kalau tidak
kau bisa mendapat malu di hadapan umum."
Dalam saat itu dari luar kereta terdengar suara Dewa
buas berbaju merah sedang bersemi "Hamba sekalian
menunggu perintah, kereta ini akan dipacu ke mana?"
"sepuluh li kearah timur terdapat sebuah kuil tempat
abu keluarga Go, kita menuju ke sana"

1907
Dewa buas berbaju merah mengiakan, kereta pun
pelan-pelan bergerak menuju ketimur.
Lim Han-kim tak kuasa menahan rasa ingin tahunya,
dengan suara lirih bisiknya: "Keempat manusia buas ini
liar dan susah dijinakkan, setiap saat kemungkinan besar
mereka bakal menghianatimu, kenapa kau pandang
mereka sebagai orang kepercayaan?"
sambil bersandar pada dinding kereta Li Tiong-hui
tersenyum, "Aku sengaja berbuat begini untuk mengukur
sampai di mana takaran keberanianmu."
"Tapi urusan ini menyangkut keselamatanmu apa
sangkut pautnya dengan diriku?"
Kembali Li Tiong-hui tertawa, "Selain buas, ganas dan
liar, keempat manusia ini termasuk setan-setan
perempuan yang menjijikkan, Keberadaanmu di sisiku
segera akan mereka anggap sebagai duri dalam kelopak
mata, setiap saat kemungkinan besar mereka akan
mencoba membunuhmu."
"oooh, rupanya ini yang kau maksud" Lim Han-kim
manggut-manggut.
"Cuma," sambung Li Tiong-hui lebih lanjut "saat ini
mereka masih sangat patuh dan taat kepadaku, Bila
suatu hari mereka akan menghianatimu orang pertama
yang bakal dibunuhnya lebih dulu pastilah kau."
"Aku tidak takut menghadapinya" sahut Lim Han-kim
sambil tertawa hambar.
Tiba-tiba Li Tiong-hui menggerakkan tangannya
memegang bahu anak muda itu, lalu dengan suara
lembut katanya: "Aku ingin bicara sejujurnya denganmu.

1908
Empat manusia buas dari sin- ciu sudah terbiasa ganas,
kejam dan buas, sedikit-dikit mereka bisa turun tangan
menghabisi nyawa manusia, Dalam pandangan mereka
tiada sesuatu yang patut ditakuti, Kau harus lebih hatihati
terhadap mereka, bisa jadi setiap saat mereka akan
membokong mu"
Mendengar penjelasan tersebut, di hati kecilnya Lim
Han-kim berpikir " Kalau sudah tahu begitu, kenapa kau
sengaja membawa serta keempat manusia buas itu?
Bukankah sama artinya dengan mencari kesulitan buat
diri sendiri?"
Melihat pemuda itu membungkam, sambil berpaling Li
Tiong-hui berkata lagi: "Kenapa tidak bicara? Apa mulai
merasa takut?"
" Kalau aku betul- betul sampai mati dibokong mereka,
mungkin nona Li sendiri pun akan memperoleh akhir
yang tidak lebih baik daripadaku."
Li Tiong-hui tersenyum. "sekarang kita senasib
sependeritaan kita sudah menjadi suami istri yang berat
sama dijinjing ringan sama dipikul."
"Kelihatannya kau sangat mencemaskan persoalan
ini?" tegur Lim Han-kim dengan kening berkerut
"Tentu saja ..."
Mendadak dari luar kereta berkumandang suara
bentakan keras, disusul bergemanya suara jeritan ngeri
yang memilukan hati, Lim Han-kim menyingkap ujung
tirai sambil melongok ke muka, tampak mayat seorang
petani yang membawa pacuI tergeletak di tepi jalan.

1909
Dewa buas berbaju merah berjalan dipaling depan,
jelas petani itu terbunuh di tangannya, namun manusia
buas itu sama sekali tidak berpaling bahkan menengok
mayat itu sekejap pun tidak.
Sambil menurunkan kembali tirainya, Lim Han-kim
menghela napas sedih, ujarnya: "Nama besar empat
manusia buas ternyata bukan nama kosong belaka,
Kekejaman serta kebuasan beberapa orang ini sungguh
belum pernah kudengar apa lagi kusaksikan
sebelumnya."
"Ada apa sih?"
"Mungkin seorang petani yang sedang berangkat ke
sawah agak lambat menyingkir dari jalan raya. ia tewas
terhajar oleh pukulan Dewa buas berbaju merah,
mayatnya teronggok di pinggir jalan."
Walaupun dia berusaha menahan diri, membiarkan
suaranya tetap tenang namun tak tertutup gejolak
perasaan hatinya yang membara sehingga nada
suaranya kedengaran agak gemetar.
Berkilat sepasang mata Li Tiong-hui, tampaknya dia
dibuat gusar juga atas kekejaman Dewa buas bebaju
merah, sambil menurunkan cadar mukanya ia
menyingkap tirai kereta lalu membentak keras:
"Berhenti"
Kereta kuda yang sedang melaju cepat seketika
terhenti secara mendadak. Pelan-pelan Li Tiong-hui
menggeser tubuhnya melongok keluar dari ruangan
kereta, kemudian dengan wajah serius menegur "siapa
yang telah membunuh orang?"

1910
"Hamba yang melakukan" jawab Dewa buas berbaju
merah sambil memberi hormat.
"Meskipun partai Hian- hong- kau tidak sama seperti
partai lain, namun partai kita pun mempunyai peraturan
yang ketat setelah kalian bergabung, dengan Hian- hongkau
berarti terikat juga dengan semua peraturan serta
larangannya, kalian tak boleh mengumbar napsu
semaunya sendiri"
"Oooh, jadi anggota Hian-hong-kau tidak boleh
membunuh orang?"
"Tidak boleh membunuh semaunya sendiri, apa lagi
membunuh orang yang sama sekali tak mengerti ilmu
silat"
Dasar watak dewa buas berbaju merah amat buas,
beringas, liar dan sukar dikendalikan ia segera
membantah: "Orang itu tak mau cepat-cepat menyingkir
ketika melihat kereta kaucu hendak lewat, apa salahnya
jika manusia seperti ini dihabisi?"
"Kau berani bersikap kurang ajar dengan ketuamu?"
hardik Li Tiong-hui penuh amarah.
Berkilat sepasang mata Dewa buas berbaju merah,
tampaknya dia hendak membantah lagi tapi akhirnya niat
itu diurungkan, pelan-pelan dia tundukkan kepalanya
seraya berkata: "Hamba siap menerima hukuman."
"Dengan tangan apa kau membunuh petani itu?"
"Tangan kiri"
"Baik, kutungi sebuah jari tangan kirimu"

1911
Lim Han-kim amat terkejut, diam-diam ia himpun
tenaga dalamnya siap menghadapi segala kemungkinan
yang tidak dlinginkan, pikirnya: "Jangan-jangan ia
enggan menerima hukuman seberat itu dan melakukan
pemberontakan?"
Beberapa kali sepasang mata Dewa buas berbaju
merah memancarkan cahaya buas, dari sakunya ia
keluarkan sebilah pisau belati, lalu serunya: "Apakah
kaucu tidak merasa hukuman pengutungan jari tangan
ini kelewat berat?"
"Baiklah, kalau kau enggan mengutungi jari tanganmu,
silakan memilih jalan yang lain"
"Apakah itu?"
"Segera tinggalkan partai Hian-hong-kau dan tidak
usah bergabung dengan aku"
Dewa buas berbaju merah tertawa ter-bahak-bahak.
Tanpa banyak bicara lagi pisaunya ditebaskan kejari
kelingking tangan kiri-nya. Di antaranya percikan darah
segar yang memancar ke mana- mana, jari itu terpapas
kutung dan jatuh ke tanah.
Li Tiong-hui menarik kembali tubuhnya seraya
menurunkan tirai kereta, Dalam saat itu Dewa buas
berbaju merah telah memungut kutungan jari
kelingkingnya dari tanah kemudian ditelan ke dalam
perut, setelah itu baru dia berseru: "Lapor kaucu,
dapatkah perjalanan di-lanjutkan?"
"Langsung menuju ke tujuan semula"
Dewa buas berbaju merah mengiakan, kereta pun
pelan-pelan bergerak kembali

1912
Dengan suara setengah berbisik Lim Han-kim
bertanya: "Dengan menjatuhkan hukuman memotong
jari tangan kepada mereka, bukankah hal ini akan
menambah rasa benci dan dendam mereka
terhadapmu?"
" Kalau kita tidak menjatuhkan hukuman yang berat
terhadap manusia- manusia buas macam mereka,
bagaimana mungkin kita bisa menundukkan mereka
serta membuat mereka takluk?" jawab Li Tiong-hui.
"sebenarnya kita memberi bimbingan dan penyuluhan
kepada mereka, agar tidak mengulangi perbuatannya
lagi."
"Hal itu tergantung pada siapa kita berhadapan Kalau
terhadap manusia- manusia bengis macam mereka kita
gunakan cara pendekatan serta penyuluhan, ibarat
memetik gitar di depan kerbau, usaha kita akan sia-sia
belaka. Kita wajib menggunakan cara hukuman yang
berat dan keji, dengan begitu baru bisa menimbulkan
perasaan jeri di hati kecil mereka."
Lim Han-kim tidak banyak bicara lagi, sementara di
hati kecilnya dia berpikir: "Padahal dalam hati kecilmu
sudah tahu akan besarnya resiko dengan membawa serta
keempat manusia buas itu, tapi kau justru sengaja
membawa mereka sebagai pelindung, apa itu bukan
namanya mencari penyakit untuk diri sendiri?"
Untuk beberapa saat suasana dalam kereta itu diliputi
keheningan yang luar biasa, kedua orang itu sama-sama
tidak berbicara lagi.
Kurang lebih sepeminuman teh kemudian, mendadak
kereta itu berhenti dan dari luar kereta kedengaran suara

1913
Dewa buas berbaju merah sedang berseru: "Lapor
kaucu, kereta telah tiba di kuil keluarga Go"
Li Tiong-hui segera mengenakan kembali kain cadar
mukanya, lalu sambil turun dari kereta ujarnya: "Dua
orang tinggal di sini menjaga kereta, dua yang lain ikut
aku masuk ke dalam kuil"
Dewa buas berbaju merah memandang tiga
saudaranya sekejap. kemudian perintahnya: "Loji, losam,
kalian ikut kaucu masuk ke dalam kuil, losu tinggal di sini
bersama aku menjaga kereta"
iblis jahat berbaju hijau dan setan gusar berbaju
kuning segera mengiakan dan berjalan di belakang Li
Tiong-hui menuju ke dalam kuil.
Lim Han-kim me mperhatikan sekejap sekeliling
tempat itu, lalu pikirnya: "Ketika aku dan Pek si-hiang
terpancing datang malam itu, bukankah tempat yang
kudatangi adalah rumah abu keluarga Go ini? Kenapa Li
Tiong-hui juga datang kemari? Apa maksudnya?"
Meskipun aneka ragam pertanyaan menyelimuti
benaknya, namun anak muda tersebut sgan untuk
banyak bertanya, setelah masuk ke dalam ruangan
rumah abu, Li Tiong-hui berpaling ke arah iblis jahat
berbaju hijau sambil perintahnya: "Kau berjalan di muka
untuk membuka jalan"
iblis jahat berbaju hijau menyahut, dengan langkah
lebar ia masuk ke dalam ruangan, Li Tiong-hui mengintil
di belakang iblis jahat berbaju hijau pada jarak lima
enam depa, Lim Han-kim berada di samping gadis
tersebut sedangkan setan gusar berbaju kuning berjalan
paling belakang.

1914
Rumah abu keluarga Go sangat luas, terpencil dan
sepi, walaupun mereka berempat sudah jauh masuk ke
ruang dalam, namun tak nampak manusia lain.
Diam-diam Lim Han-kim ikut memperhatikan sekeliling
tempat itu, dia berharap dapat menemukan pula jejak
yang ditinggalkan see- bun Giok-hiong. setelah melalui
beberapa lapis anak tangga, tibalah mereka di depan
pintu lapisan kedUa.
Dengan satu tendangan keras iblis jahat berbaju hijau
menghajar pintu itu hingga terpentang lebar dengan
menimbulkan suara keras. Mendadak Li Tiong-hui
memperlambat langkahnya sambil berbisik, "Bersikaplah
lebih mesra kepadaku."
Lim Han-kim mengerutkan dahinya tapi ia menurut
juga, dengan tangan kanannya ia rangkul pinggang Li
Tiong-hui yang ramming itu serta mendekapnya dengan
mesra.
Dengan gemas bercampur mendongkol iblis jahat
berbaju hijau melotot sekejap ke arah Lim Han-kim,
kemudian baru katanya: "Lapor kaucu, apakah kita akan
menuju ke belakang?"
"Ehmmm, kita tengok ruang belakang"
setelah berjalan beberapa langkah, iblis jahat berbaju
hijau berpaling lagi sambil bertanya: "Di tempat yang
terpencil dan menyeramkan ini, boleh kah aku turun
tangan membunuh orang?"
"Tergantung siapa yang sedang kau hadapi"
"Masa di tempat sepi dan terpencil macam ini masih
ada orang baik-baik?"

1915
"Baiklah, kuijinkan kau untuk turun tangan, tapi
kularang membunuh orang semaunya sendiri"
iblis jahat berbaju hijau segera tertawa dingin. "Baik,
akan kubikin dia cacad berat" selesai berkata dia
membalikkan badan dan meneruskan langkahnya menuju
ke ruang belakang.
Dengan ilmu menyampaikan suara Li Tiong-hui segera
berbisik kepada Lim Han-kim: "sekarang kita berada di
tempat yang berbahaya, Di sisi kita pun ada pembantu
bengis yang setiap saat bisa memagut kita, ini namanya
bahaya yang datang dari luar dalam, Kau mesti
pertahankan ketenanganmu dan setiap saat siap
menghadapi segala kemungkinan."
Tiba-tiba saja Lim Han-kim merasa pada bahunya
seolah-olah diberi pikulan yang ribuan kati beratnya,
sepertinya mati hidup Li Tiong-hui sudah diserahkan
kepadanya, tak kuasa lagi hatinya bergetar keras,
pikirnya: "sudah jelas kau sendiri yang ingin kemari, tak
ada urusan sengaja mencari gara-gara. setelah urusan di
ujung tanduk kau serahkan beban ini pada pundakku ..."
Tapi mengingat dia hanya seorang gadis, terpaksa
beban itu harus diterimanya juga, katanya: "Apabila kita
benar-benar menjumpai bahaya maut, kau pasti akan
mati di belakangku."
Li Tiong-hui tertawa, "sekarang kita adalah sepasang
kekasih yang senasib sepenanggulangan, bila kau benarbenar
mati di rumah abu keluarga Go ini, aku pun tak
ingin hiduc seorang diri"
sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
telah tiba di ruang belakang, pintu gedung kelihatan

1916
tertutup rapat, empat penjuru sekeliling tempat itu tak
tampak sesosok manusia pun.
iblis jahat berbaju hijau langsung menuju ke depan
pintu ruangan sebelum menghentikan langkahnya,
seraya berpaling tanyanya: "Lapor Kaucu, perlukah kita
membuka pintu ruangan ini?"
"Tentu saja harus dibuka pintunya."
iblis jahat berbaju hijau tertawa dingin, "Peraturan
yang berlaku dalam partai Hian- hong- kau kelewat keras
dan ketat, sebelum memperoleh petunjuk dari kaucu,
aku tak berani ambil keputusan sendiri"
sekali tendang ia hajar pintu ruangan yang tertutup
rapat itu. Tenaga dalam yang dimiliki orang ini sungguh
hebat, pintu ruangan yang tebal lagi berat itu kontan
terpentang lebar setelah termakan oleh tendangannya
itu.
Dalam ruangan itu terlihat sebuah meja panjang, di
tengah meja itu berdiri sebuah papan nama berhuruf
emas yang bertuliskan: "Tempat abu leluhur keluarga
Go."
Di sisinya berderet papan nama kecil yang banyak
sekali jumlahnya, di atas setiap papan nama itu tertera
nama serta tanggal kematian, Kecuali meja abu itu, tidak
nampak benda lainnya.
"Hmmm, banyak amat papan nama di sini" seru setan
gusar berbaju kuning sambil mendengus.
Li Tiong-hui memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, lalu dengan suara dalam katanya kepada iblis jahat

1917
berbaju hijau dan setan gusar berbaju kuning: "Kalian
berjaga-jaga di luar pintu"
"Kalau ada orang hendak memasuki ruangan, apakah
dibiarkan masuk?" tanya setan gusar berbaju kuning.
"Laporkan dulu kepadaku."
" Kalau ia ngotot hendak menerjang masuk. apa yang
harus kuperbuat?"
"Apa kegunaan sepasang tanganmu? Kenapa tidak
menggunakan tanganmu untuk meng-halangi?"
"Aku takut jari tanganku dikutungi gara-gara salah
membunuh orang, hingga meski memiliki ilmu silat, aku
tak berani menggunakannya."
"Totok saja jalan darahnya dan tangkap hidup,hidup,
asal tidak kau bunuh korbanmu sudah cukup,"
"Kami empat manusia buas sudah terbiasa membunuh
orang, serangan kami selalu berat Aku takut tidak pas
dalam penggunaan tenaga sehingga bukannya terluka
malah mampus lebih cepat."
" Kalau kau tidak khawatir mendapat hukuman
dikutungi jari tanganmu, silakan kau bunuh korbanmu"
setan gusar berbaju kuning tertawa ter-bahak-bahak,
"Ha ha ha ... untung aku punya sepuluh buah jari
tangan, kalau membunuh satu orang dikutungi satu jari
tanganku, berarti aku punya kesempatan untuk
membunuh sepuluh orang"
Di tengah gelak tertawa yang keras bersama iblis jahat
berbaju hijau mereka bersama-sama beranjak keluar dari
ruangan.

1918
Memandang hingga kedua manusia buas itu
meninggalkan ruangan, Lim Han-kim baru berkata: "Apa
maksudmu mengusir mereka berdua keluar dari ruangan
ini?"
"Menunggu seseorang"
"Siapa?"
"Seebun Giok-hiong"
"Seebun Giok-hiong?" seru Lim Han-kim terkejut "Jadi
kau sudah berjanji dengannya untuk bertemu di sini?"
"Kau telah merusak rencana busuknya sehingga
memaksanya menelan kekalahan yang tragis, bahkan
dipaksa untuk berjanji tidak berbuat semena-mena
terhadap umat persilatan selama tiga bulan mendatang,
Aku yakin rasa bencinya kepadamu jauh melebihi rasa
bencinya terhadap Pek si-hiang." Lim Han-kim tertawa
hambar.
"Kau sudah dianggap salah satu musuh besarnya, Bila
ia peroleh kesempatan untuk membunuhmu, aku percaya
dia pun tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja."
sementara pembicaraan masih berlangsung tiba-tiba
terdengar setan gusar berbaju kuning membentak
nyaring: "Berhenti, siapa yang kau cari?"
Li Tiong-hui segera berbisik, "Seebun Giok-hiong telah
datang, kau harus berhati-hati"
Terdengar iblis jahat berbaju hijau berteriak pula
penuh amarah: "Bocah keparat, kau ingin mampus?
jangan salahkan aku bersikap keji kepadamu."

1919
Terdengar suara deruan angin pukulan membelah
angkasa, disusul kemudian bergema suara dengusan
tertahan Tampaknya ada orang di luar ruangan yang
terlibat pertarungan tapi salah satu di antaranya
menderita kerugian besar.
Buru-buru Lim Han-kim meloloskan pedang Jin-siangkiamnya
seraya berseru: "Biar, kutengok keluar."
"Jangan mencampuri urusan itu" cegah Li Tiong-hui
sambil menarik lengan anak muda itu. "lblis jahat dan
setan gusar tak bakal mampu menghalangi serbuan
Seebun Giok-hiong."
Kembali terdengar suara setan gusar berbaju kuning
membentak keras: "Lapor kaucu, ada orang menerobos
masuk"
Belum habis teriakan itu bergema, tiba-tiba muncul
seorang manusia berbaju hijau di pintu ruangan, orang
itu mengenakan topeng berwarna merah darah, hanya
sepasang matanya yang bersinar saja yang tampak di
balik topeng itu.
Diam-diam Lim Han-kim menghimpun tenaga
dalamnya bersiap sedia, pedang pendeknya disilangkan
di depan dada. "Lepaskan topeng mu itu" hardik Li
Tiong-hui ketus.
" Kenapa kau tidak lepaskan kain cadar mukamu
terlebih dulu?" jawab orang berbaju hijau itu.
"Aku tak perlu melakukan itu"
" Kenapa?"

1920
"sebab tanpa melepaskan kain cadar mukakupun kau
sudah tahu siapa aku."
"Kau tebak siapa pula aku ini?"
"Seebun Giok-hiong"
"Majikanku punya kedudukan yang sangat terhormat,
ia tak akan kemari semaunya"
"Ia toh sudah janji denganku, kenapa tidak berani
datang sendiri? Hmmm Benar-benar tidak bisa dipercaya"
"Tanpa datang kemari sendiri pun ia dapat
mengetahui semua gerak-gerikmu secara tepat"
Bab 03. siasat Lawan siasat
"Aku telah berjanji dengan Seebun Giok-hiong Selain
dengan dirinya aku tak akan bicara dengan orang lain,
jadi aku tak perduli siapakah kau dan apa kedudukanmu
Pokoknya kami merasa tak perlu menjalin kontak dengan
dirimu Maaf, kami harus mohon diri" kata Li Tiong-hui
tegas.
Pelan-pelan manusia berbaju hijau itu melepaskan
topengnya hingga tampak sebuah raut muka yang
tampan, bermata jeli, gigi putih rapi dan bibir berwarna
merah, sekalipun rambutnya disisir ke atas namun dalam
sekali tatap saja siapa pun bisa melihat bahwa dia adalah
wanita yang mengenakan dandanan pria.
Tampak ia membalikkan badannya memandang ke
arah meja panjang yang berisi meja abu itu, lalu
serunya: "susah orang lain menganggap sudah ada janji

1921
denganmu, ia tak mau menjalin hubungan denganku,
bagaimana sekarang?"
Dari belakang meja panjang segera terlihat bayangan
manusia berkelebat lewat, tahu-tahu dalam ruangan itu
telah bertambah dengan seorang kakek berjenggot putih.
Li Tiong-hui segera berseru: "Apakah kau sangat
berkesan dengan peristiwa lama dari pemilik bunga bwee
itu?"
orang itu tertawa hambar, tidak menjawab ia malah
balik bertanya: "Kau benar-benar ingin bertemu aku?"
"Yang ingin kami jumpai adalah Seebun Giok hiong"
"Akulah orangnya"
"Bohong, bagaimana aku bisa mempercayaimu?"
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong melepaskan topengnya
hingga tampak seraut wajah yang cantik jelita, katanya
kemudian: "sekarang kaucu tentu sudah percaya bukan?"
"Aku masih agak kurang percaya"
"Kenapa?"
"sebab suaramu tidak mirip"
Seebun Giok-hiong segera tersenyum, "Kau ingin
mendengar aku bicara dengan dialek mana?" katanya,
"Dialek mana pun sama saja, tapi sekarang aku sudah
percayai Jadi kau sudah tidak menaruh curiga lagi
kepadaku?"
"Kau janji denganku untuk bertemu di sini tapi kau
sendiri justru bersikap sok rahasia dan misterius. MuIamula
kau suruh anak buahmu mempermainkan aku, lalu

1922
kau sendiri yang datang menggoda, sebetulnya apa
maksud tujuanmu?"
"Aku harus berjaga-jaga seandainya kau tidak datang
atau kau menyuruh orang lain menyamar sebagai dirimu,
atau jika kau sudah mempersiapkan jebakan di tempat
ini, maka bagaimana pun aku mesti berhati-hati"
"Baiklah, kita tak usah membicarakan masalah ini lagi,
Apa maksudmu mengundangku datang kemari ?"
Seebun Giok-hiong memandang Lim Han-kim sekejap.
kemudian ujarnya: "Bagaimana kalau kau suruh
pelindungmu itu keluar duIu?"
" Tidak usah, ia bersama aku adalah kekasih sehidup
semati. Ada senang dinikmati bersama ada sengsara
dipikuI berbareng ..."
"Lim Han-kim?" seru Seebun Giok-hiong. "Bukankah ia
selalu bersama Pek si-hiang?"
"Tidak mungkin," jawab Li Tiong-hui sambil
melepaskan kain kerudung mukanya, "Dia bukan
manusia semacam itu"
Dengan sepasang matanya yang tajam Seebun Giokhiong
mengawasi anak muda itu tanpa berkedip. sesaat
kemudian ia baru berkata: "Kau mengatakan dia sangat
baik kepadamu?"
"Yaa, biar samudra mengering, batu melapuk..
cintanya kepadaku tak akan berubah"
"Dari sepasang matanya yang romantis aku berani
memastikan bahwa dia adalah seorang lelaki yang suka

1923
main perempuan, Bila kau kelewat percaya kepadanya
maka kau sendiri yang akan menderita kerugian."
Melihat sikap yang diperlihatkan perempuan tersebut,
dalam hati kecilnya Li Tiong-hui berpikir "Tampaknya apa
yang diduga Pek si-hiang tepat sekali. ia segera akan
masuk perangkap ..."
Meskipun berpikir demikian, namun di luar ia
mengejek sambil tertawa dingin: "Kau sengaja
mengundangku untuk bertemu di sini, apakah hanya
beberapa patah kata itu saja yang ingin kau sampaikan
kepadaku?"
"Aku hendak menasehatimu akan satu hal"
"soal apa?"
"Lepaskan pikiranmu untuk bermusuhan denganku"
"Apa syaratnya?"
"Kau boleh sebutkan sendiri"
"Bila kau bersedia melepaskan semua masalah tentang
dunia persilatan, kita segera akan menjadi sahabat."
"Kau jangan salah paham dengan maksudku Aku
sayang dengan kecerdikanmu, maka sengaja aku
membujukmu jika kau nekat tak mau menuruti
perkataanku sampai waktunya jangan salahkan jika aku
bertindak keji kepada-mu."
Diam-diam Li Tiong-hui merasa terkejut, pikirnya: "
Kalau sampai geger dengannya sekarang, akulah yang
bakal menderita kerugian besar..."

1924
Maka sambil tertawa katanya: "Betapa pun hebatnya
ilmu siiatmu, paling tidak aku masih bisa hidup senang
selama tiga bulan..."
"Bukan tiga bulan tapi delapan puluh enam hari"
potong Seebun Giok-hiong cepat "Kalau kau tolak
bujukanku maka sampai waktunya orang pertama yang
akan kubunuh adalah kau, ketua Hian- hong- kau"
Melihat kehadiran Lim Han-kim telah berhasil
memancing perhatiannya, sambil tertawa Li Tiong-hui
berkata: "Kalau tak ada urusan lain kami ingin mohon diri
lebih dulu."
Seebun Giok-hiong tertawa dingin, "Tahukah kau
bencana kematian yang akan menimpamu tiga bulan
mendatang terjadi karena sikapmu hari ini?"
"Aku mengerti, setelah pertemuan hari ini tekadmu
untuk membunuhku semakin kuat Aku merasa amat
berbangga hati bisa memperoleh perhatian yang serius
darimu."
"Jika kau hendak memohon sesuatu kepadaku,
datanglah tengah malam nanti, seandainya kau tak bisa
datang sendiri, suruh saja tunanganmu yang datang
mencariku" kata Seebun Giok-hiong dingin.
"Memohon kepadamu?" Li Tiong-hui tertegun
"Kenapa? Kau berani bilang tak bakal?" ejek Seebun
Giok-hiong sambil tertawa dingin.
Pelan-pelan Li Tiong-hui mengenakan kembali kain
cadar mukanya, lalu menjawab: "Mungkin saja, asal aku
memang ingin memohon sesuatu, sampai waktunya pasti
akan datang sendiri"

1925
"Pertemuan kita kali ini bubar dengan rasa kecewa,
untung saja ada sedikit masukan yakni kita berjanji akan
bertemu lagi malam nanti."
Ucapan tersebut segera menimbulkan kecurigaan Li
Tiong-hui, dengan cepat dia bertanya: "Tampaknya kau
sangat yakin bahwa aku pasti akan mencarimu tengah
malam nanti?"
"Benar, salah satu di antara kalian berdua pasti akan
menjumpaiku tengah malam nanti, Aku hanya tak bisa
memastikan siapa di antara kalian berdua yang bakal
muncul..."
Setelah berhenti sejenak, kembali tambah-nya: "Mati
hidup seseorang bukan sebangsa permainan kanakkanak.
Kuanjurkan kepadamu lebih baik tak usah
mengulur waktu lagi, sebab amat besar resikonya bagi
kelangsungan hidup."
"Kelangsungan hidup siapa?"
"sampai sekarang masih belum diketahui
kelangsungan hidup siapa, tapi yang pasti dia adalah
satu di antara kalian berdua."
"oooh, rupanya secara diam-diam kau telah meracuni
kami berdua?" teriak Li Tiong-hui penuh marah.
"Selama ini aku toh cuma berdiri tanpa bergerak," kata
Seebun Giok-hiong sambil tertawa. "Lagipula meski ilmu
silatmu masih bukan tandinganku, namun kau memiliki
tingkat kewaspadaan yang tinggi, sekalipun aku betulbetul
berniat mencelakaimu secara diam-diam, belum
tentu usaha tersebut bisa berhasil secara mudah."

1926
Mendengar perkataan itu Li Tiong-hui berpiklr "Benar
juga perkataan ini, sekalipun ilmu silat yang ia miliki jauh
di atas kepandaianku, tapi kalau dibilang dia mampu
mencelakai aku secara diam-diam tanpa kusadari,
rasanya hal ini sulit juga dilakukannya."
Tanpa banyak bicara lagi ia segera menggandeng
tangan Lim Han-kim dan beranjak keluar meninggalkan
ruangan itu.
Dari belakang terdengar Seebun Giok-hiong berseru
sambil tertawa dingin tiada hentinya: "Kendatipun kau
berotot kawat tulang besi, jangan harap bisa tahan atas
daya kerja racun itu"
Li Tiong-hui pura-pura tidak mendengar, ia
melanjutkan langkahnya keluar dari ruang tengah. Di sisi
pintu ia temui iblis jahat berbaju hijau dan Setan gusar
berbaju kuning berdiri berjajar di sana tanpa bergerak.
Sikap sombong dan takaburnya telah hilang lenyap tak
berbekas. jelas mereka telah menderita kerugian yang
cukup parah hingga sikap mereka berubah seratus
delapan puluh derajat
Li Tiong-hui berlagak seolah-olah tidak tahu, segera
serunya: "Kalian berdua melindungi dari belakang"
Kemudian sambil bergandeng tangan dengan Lim Hankim
mereka melanjutkan langkahnya keluar dari
bangunan itu.
Keluar dari rumah abu keluarga Go, si Dewa jahat
berbaju hijau dan Sukma murung berbaju putih segera
maju menyongsong sambil memberi hormat dengan
sikap yang amat tunduk

1927
Melihat sikap kedua orang ini, Lim Han-kim nampak
tertegun, Dalam hati kecilnya ia merasa amat keheranan.
Tampak Li Tiong-hui mengulapkan tangannya sambil
berseru: "Tak usah banyak adat" Dia langsung naik ke
atas kereta.
sikap keempat manusia buas itu sangat berbeda
dengan keadaan biasa, Tanpa banyak bicara mereka
mengiring di belakang. Menunggu setelah Li Tiong-hui
naik ke dalam kereta dan turunkan tirai, dengan sikap
hormat Dewa buas berbaju merah baru bertanya: "Lapor
kaucu, kita hendak ke mana?"
"Kembali ke tempat semula."
Dewa buas berbaju merah mengiakan, kereta pun
pelan-pelan bergerak meninggalkan tempat itu,
Dalam kereta, dengan suara setengah berbisik Lim
Han-kim berkata: "Kau dapat merasakan tidak. sikap
keempat orang itu seperti berubah seratus delapan puluh
derajat, sekarang jadi begitu penurut dan alim?"
"Mereka tentu sudah menerima pelajaran dari Seebun
Giok-hiong."
"Tapi selama ini Seebun Giok-hiong cuma bersembunyi
di belakang meja abu, boleh dibilang tak pernah bertemu
dengan mereka berempat. Bagaimana mungkin mereka
telah mendapat pelajaran dari dirinya?"
Pelan-pelan Li Tiong-hui melepaskan kain cadar
mukanya, lalu sambil geleng kepala dan menghela napas
panjang gumamnya: "Betul- betul perbuatan yang sangat
keji"

1928
Ucapan itu diutarakan tanpa ujung pangkalnya, Lim
Han-kim seketika dibuat bengong dan tak habis
mengerti, serunya tak tahan: "apa yang telah terjadi?"
"Kita sudah tertipu oleh Seebun Giok-hiong"
"Hei, makin bicara semakin melantur, Aku makin tak
habis mengerti, dalam hal apa kita tertipu?"
"Kita berdua telah keracunan"
"Keracunan?" seru Lim Han-kim terkejut
"Betul, menggunakan kesempatan di saat ia mengajak
kita berbincang-bincang tadi secara diam-diam ia telah
melepaskan bubuk racun yang tak berbau dan
berwarna."
Lim Han-kim mencoba untuk mengatur pernapasan
tapi tidak menjumpai gejala yang aneh, maka segera
serunya: "Kenapa aku tidak merasakannya?"
"Kalau bisa dirasakan, ia tidak bernama Seebun Giokhiong"
kata Li Tiong-hui.
Ia menyingkap tirai kereta sambil melongok sedikit ke
depan dan teriaknya: "Belok ke kiri"
Dewa buas berbaju merah menyahut dan membelok
arah kereta menuju ke sebelah kiri dan menelusuri
sebuah jalan setapak.
"Kita akan pergi ke mana?" tanya Lim Han-kim
keheranan
"Pergi menemui Pek si-hiang"

1929
"Agaknya kalian sudah mengatur kesemuanya ini
dengan sempurna, tinggal aku seorang yang dibuat
macam orang bloon."
"Apa salahnya macam orang bloon? Yang penting kau
toh tidak merasa dirugikan apa pun" Mendadak gadis itu
merasa bahwa ia telah salah bicara, setelah menghela
napas ujarnya lagi lembut: "Jangan marah padaku,
pikiranku sedang kalut"
Lim Han-kim hanya tertawa hambar tanpa
mengucapkan sepatah kata pun.
"Kenapa kau tidak berbicara lagi? Marah?" tegur Li
Tiong-hui sambil menghela napas.
Cepat-cepat Lim Han-kim menggeleng, "Bagaimana
pun tujuan kita adalah berusaha menjebak lawan dengan
berlagak menjadi sepasang kekasih, bagaimana kasarnya
kau menegur aku pun tak bakal sampai marah."
"Jadi sedikitpun kau tidak khawatir atas keselamatan
jiwaku yang sedang keracunan?" Li Tiong-hui tertawa
dingin.
"Kau keracunan?" seru Lim Han-kim tercengang.
"Seebun Giok-hiong tidak tega meracunimu maka ia
gunakan diriku sebagai bahan pelampiasan."
Lim Han-kim segera merasakan bahwa setiap patah
katanya penuh mengandung nada kesal, gusar dan
mendongkel Karena tak memperoleh jawaban yang
sesuai untuk menanggapi ucapan tersebut, sambil
menghela napas panjang ia tundukkan kepalanya dan
tidak berbicara lagi.

1930
Tampaknya hawa amarah Li Tiong-hui semakin
meledak. katanya kembali dengan suara ketus:
"Sekarang kau mengerti bukan, Seebun Giok-hiong suruh
kita datang memenuhi janjinya tengah malam nanti,
sesungguhnya ucapan tersebut ditujukan kepadamu
seorang"
Lim Han-kim semakin tak habis mengerti, pikirnya:
"Kalau memang begitu kejadiannya, bukankah apa yang
kita inginkan sudah terpenuhi? Kenapa ia jadi marahmarah?"
Sementara itu dari luar kereta sudah kedengaran
Dewa buas berbaju merah berseru: "Lapor kaucu, di
depan kereta sudah tiada jalan tembus lagi"
Li Tiong-hui segera mengenakan kain cadar mukanya
dan melompat keluar dari kereta.
Melihat gadis itu masih dicekam hawa amarah yang
membara, seakan-akan setiap saat bisa meledak keluar,
dalam hati kembali Lim Han-kim berpikir "Lebih baik aku
menyingkir agak jauh hingga bila kau ingin mengumbar
amarahmu, aku tidak menjadi sasaran."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat,
terdengar Li Tiong-hui telah membentak keras: "Kenapa
kau tidak segera turun, mau apa sembunyi terus dalam
kereta?"
Lim Han-kim termangu-mangu, ia segera melompat
turun dari kereta dan celingukan kesekeliling tempat itu.
ia semakin keheranan setelah melihat tempat itu sangat
sepi, liar dan terpencil, pikirnya lagi: "Di sekeliling tempat
ini tak tampak sebuah bangunan rumah pun, di mana
Pek si-hiang berdiam?"

1931
"Eeei, lihat apa kamu? Ayoh cepat ikut aku" hardik Li
Tiong-hui lagi.
Lim Han-kim gelengkan kepalanya berulang kali,
pikirnya: "Seorang lelaki tak akan ribut dengan
perempuan, biar kau berangasan dan ingin marahmarah,
asal tidak kulayani juga percuma..." Maka tanpa
mengucapkan sepatah kata pun dia menyusul di
belakang Li Tiong-hui.
Setelah berjalan berapa langkah tiba-tiba Li Tiong-hui
berbalik dan katanya kepada empat manusia buas:
"Kalian semua jaga di sini, tak usah ikut aku"
Tanpa menunggu jawaban dari keempat manusia buas
itu, ia balikkan badan dan beranjak pergi dari situ,
Melihat gadis itu lari semakin cepat terpaksa Lim Han-kim
mengikuti di belakangnya, Beberapa saat kemudian
mereka sudah menempuh sejauh empat- lima li dan tiba
di tepi hutan.
Di sisi hutan lebat itu berdiri sebuah rumah gubuk. Li
Tiong-hui memeriksa sekejap sekeliling tempat itu
kemudian langsung masuk ke dalam rumah gubuk itu.
Meskipun dinding rumah gubuk itu terbuat dari batu
bata namun keadaannya bersih sekali, di tengah ruang
utama terdapat sebuah meja dengan dua buah bangku.
"Apakah nona Pek ada?" sapa Li Tiong-hui setelah
mendeham beberapa kali.
Tirai di sisi kanan ruangan tersibak. pelan-pelan
muncullah Pek si-hiang yang memakai baju warna putih,
ia sudah berganti dengan pakaian wanita, Rambutnya
yang panjang dibiarkan terurai di bahu, wajahnya yang

1932
cantik kelihatan amat menarik dengan dandanannya
sekarang.
Sambil munculkan diri katanya seraya ter-senyum:
"Ayo kita berbicara dalam kamarku saja" Lalu sambil
mengalihkan pandangan matanya ke arah Lim Han-kim,
ujarnya pula: "Coba kau lihat, bagaimana dengan
dandananku hari ini?"
Sebelum Lim Han-kim sempat berbicara, Li Tiong-hui
telah melepaskan kain cadar mukanya sambil menyela:
"Ternyata dugaan nona Pek sangat tepat, aku telah
berjumpa dengan Seebun Giok-hiong"
"Bagus sekali" kata Pek si-hiang sambil tertawa. "Tak
kusangka ia telah melepaskan racun secara diam-diam
..."
"Apa iya?" seru Pek si-hiang sambil menarik kembali
senyumannya, "Ayoh kita berbicara di dalam saja"
Dengan cepat dia melangkah masuk lebih dulu, Li
Tiong-hui dan Lim Han-kim segera mengikuti dari
belakang, Perabot dalam kamar itu amat sederhana,
selain sebuah pembaringan kayu hanya terdapat dua
buah bangku yang terbuat dari bambu.
Menyaksikan semua ini, Lim Han-kim berpikir "Dengan
tubuh yang begitu lemah dan rapuh ternyata ia menyukai
kehidupan aneh semacam ini, menginap di kuil
terbengkalai berdiam di rumah gubuk reyot, Tampaknya
perempuan ini juga terhitung seorang manusia aneh"
Sementara itu Pek si-hiang telah membersihkan
bangku bambu dengan ujung bajunya ya bersih, lalu
katanya: "silakan duduk."

1933
Li Tiong-hui memandang Lim Han-kim sekejap.
kemudian serunya: "Sekarang katakan, ceritakan semua
pengalaman kita secermatnya kepada nona Pek"
Kembali Lim Han-kim berpikir "Hati wanita memang
paling susah diduga, tergopoh-gopoh dia datang kemari
seperti takut kehilangan waktu, tapi setelah berjumpa ia
justru menunjukkan sikap santai..."
Sekalipun berpikir begitu, namun ia ceritakan juga
semua pengalamannya dalam rumah abu keluarga Go
secara terperinci Pek si-hiang mendengarkan dengan
seksama, kemudian ia termenung dan berpikir beberapa
saat sebelum ujarnya: "Kalau apa yang kau kisahkan itu
benar, kemungkinan besar ia telah mencelakaimu secara
diam-diam, Dan racun yang dipakai sudah pasti bukan
racun sembarang racun"
"Aku yakin dia bukan lagi gertak sambal, sebelum
tengah malam nanti racun itu tentu akan mulai bekerja"
kata Li Tiong-hui.
"Kalian cobalah mengatur napas untuk memeriksa isi
perut, adakah gejala keracunan?"
"Aku tak dapat merasakannya" ucap Lim Han-kim.
"Kalau bisa dirasakan, kita pun bisa membuat
persiapan sebelumnya" sela Li Tiong-hui.
Tiba-tiba Pek si-hiang tertawa, katanya: " Kalian tak
usah takut, agaknya ia cuma berbohong."
"maksudmu ia cuma gertak sambal?"
"itu pun tidak. Mula-mula ia berbohong untuk
menanamkan sugesti di hati kalian bahwa tubuh kalian

1934
berdua sudah diracuni setelah itu kalian akan termakan
oleh sugesti itu dan merasakan bahwa tubuh kalian
seolah-olah betul-betul keracunan, dengan begitu malam
nanti kalian pasti akan muncul lagi untuk
menjumpainya."
"Kenapa ia tidak secara langsung mengundang kami
untuk berjumpa tengah malam nanti? Buat apa ia
gunakan tipu muslihat ini?"
"sebab ia tak berhasil menemukan alasan yang tepat
Dengan mengatakan kalian keracunan, bukankah cara ini
yang terbaik?"
"Aaaai... sebetulnya apa tujuannya dengan berbuat
begitu?"
"Ia sengaja hendak menanamkan bayangan gelap
dalam hatimu, agar pikiranmu kalut dan kacaukan semua
rencana sebelum berbuat."
"Lantas apa perlu kupenuhi undangannya tengah
malam nanti?" Pek si-hiang segera menggeleng.
"Tak usah pergi, kalau semua langkah kita sudah
berada dalam dugaannya, maka posisi kita akan
terperosok di bawah angin."
"Lantas kita acuhkan saja undangan tersebut?"
"itu pun kelewat kasar Kita harus mencari sebuah jalan
keluar yang sama sekali di luar dugaannya."
"Lalu bagaimana caranya? Aku tak bisa menemukan
cara yang terbaik lagi, lebih baik nona Pek saja yang
carikan akal."

1935
"Seebun Giok-hiong tentu akan sangat gusar apabila
sampai tengah malam nanti kalian tak datang memenuhi
undangan Lebih baik kita bikin ia naik darah dulu,
selewatnya tengah malam baru kau utus seseorang
untuk mengantar sepucuk surat. Beritahu kepadanya
bahwa racun di tubuhmu sudah mulai bekerja, Bila ia
bersikeras ingin menjumpaimu, suruh ia datang
menjumpaimu bersama si pengantar surat. "
"Kalau ia menolak untuk datang?"
"Aku yakin ia pasti ikut datang, Kalau ia menolak.
belum terlambat bagi kita untuk mencari akal lain."
"Lantas apa yang harus kuperbuat?"
"Pura-pura sakit."
"Tapi aku tak bisa berlakon dengan baik,"
"Tidak apa-apa, kita justru harus bersikap sedemikian
rupa agar sekali pandang ia tahu kalau kau sedang purapura
sakit..." Kemudian sambil berpaling kearah Lim Hankim,
tambahnya: "Kau harus mendampingi nona Li"
"Tentu saja"
"Kau harus bersikap sayang, mesra dan penuh kasih
melayani keperluan nona Li. Tunjuk-kan mimik muka
khawatir tapi penuh rasa sayang."
"Bagaimana aku harus berperan? Aku takut tak
sanggup memikul tanggung jawab ini," keluh Lim Hankim.
Pek si-hiang tertawa. "Kalau tak pandai berpura-pura,
lakukanlah sungguh-sungguh," ucapnya. Kemudian
setelah berhenti sejenak. tambahnya: "Disatu pihak kau

1936
harus mesra kepada nona Li, dipihak lain sikapmu
terhadap Seebun Giok-hiong harus dingin dan hambar,
tapi bukan berarti sama sekali tak acuh kepadanya,
Bagaimana harus berperan secara pas, kau mesti lakukan
sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu."
"Aaaah ... setelah mendengar uraian nona Pek. aku
sudah semakin paham sekarang" seru Li Tiong-hui.
"Maksudmu kita buat amarahnya berkobar lebih dulu
hingga dia kehilangan kendali sebelum melangkah ke
cara lain ... ehmm, cara ini memang bagus sekali"
"Tampaknya kau memang pintar, sekali berpikir
segera mengetahui niat hatiku"
"Kalau begitu aku mohon diri lebih duu, sekarang aku
harus membuat sedikit persiapan."
Tiba-tiba Pek si-hiang berpaling kearah Lim Han-kim
dan dengan wajah serius katanya: "Kau harus ingat
perkataanku jangan ambil keputusan sesuka hati sendiri,
juga tak boleh bertindak menurut emosi, apa lagi
bersikap sok pintar, Kau harus tahu bahwa persoalan ini
menyangkut keselamatan jiwa seluruh umat persilatan di
dunia, kau tak boleh merusak rencana besar ini"
"Aku pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga"
"Bagus, kalian boleh pergi sebab aku juga harus
pindah rumah."
"Pindah rumah?" seru Li Tiong-hul keheranan
"Benar, kehadiran kalian kemari pasti sudah
memancing kecurigaan Seebun Giok-hiong, jika aku tidak
segera pindah rumah, jejakku tentu akan berhasil
dilacaknya."

1937
"Aku harus mencarimu ke mana bila ingin menemuimu
?"
"Tak usah dicari, aku sendiri yang akan menghubungi
kalian"
"Aaaai..." Li Tiong-hui menghela napas panjang,
"Kelihatannya kau lebih menderita daripada aku."
"Beginipun aku sudah amat gembira, apalagi bisa
bertemu dengan musuh setangguh Seebun Giok-hiong,
Mungkin saja gara-gara urusan ini, aku bisa hidup berapa
bulan lebih lama"
"Kalau begitu kita berpisah sampai di sini," kata Li
Tiong-hui. setelah memberi hormat ia menggandeng
tangan Lim Han-kim untuk diajak pergi dari situ.
Memandang bayangan punggung kedua orang itu,
tiba-tiba muncul perasaan duka yang sangat aneh dalam
hati kecil Pek si-hiang, buru-buru ia menutupi wajahnya
dengan sapu tangan.
Tampaknya semua kemurungan yang mencekam Li
Tiong-hui semula kini sudah tersapu lenyap. sepanjang
jalan ia selalu nampak riang, jauh berbeda dengan
keadaan sewaktu berangkat tadi.
Lim Han-kim sangat keheranan, tak tahan ia pun
menegur: "Persoalan apa sih yang membuat kau nampak
begitu gembira?"
" Kenapa? Aku tak boleh senang?"
"Aku hanya tak mengerti persoalan apa yang
membuatmu begitu gembira?"

1938
Li Tiong-hui segera tertawa, "Tipu muslihat Seebun
Giok-hiong telah menutupi kejernihan otakku tadi hingga
membuatku panik, bingung dan tak tahu apa yang mesti
diperbuat itulah sebabnya aku amat kesal. Tapi sesudah
mendengar penjelasan nona Pek, tali simpul yang
membelenggu pikiranku terbebas sudah, dengan
sendirinya hatiku menjadi riang kembali."
"Oooh, kiranya begitu," kata Lim Han-kim sambil
tertawa tawar,
Li Tiong-hui mempercepat langkahnya kembali ke
tempat keretanya diparkir, ia jumpai Dewa buas berbaju
merah, iblis jahat berbaju hijau, setan gusar berbaju
kuning dan sukma murung berbaju putih sedang duduk
bersamadi. Kalau dilihat dari peluh yang membasahi jidat
mereka, tampaknya suatu pertarungan sengit baru saja
berlangsung.
Sesaat kemudian Dewa buas berbaju merah
menggerakkan matanya lalu bangkit berdiri seraya
memberi hormat "Rupanya kaucu telah kembali,"
katanya.
"Kalian baru saja berkelahi dengan orang?" tegur Li
Tiong-hui.
"Yaa, kehebatan ilmu silat si penyerang jauh di luar
dugaan kami, Kami empat bersaudara terpaksa harus
turun tangan bersama sebelum berhasil memukul
mundur dirinya."
"Siapa penyerang itu?"
"Entahlah, ia enggan menyebutkan namanya juga tak
bersedia muncul dengan wajah aslinya, tapi jurus

1939
serangan yang digunakan sangat ganas, jahat dan
kejam"
"Oooh... laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki ia berniat menggeledah kereta kaucu tapi
berhasil kami hadang, maka tanpa bicara orang itu
mencabut pedangnya secara tiba-tiba dan menyerang
kami. Bukan saja serangannya cepat, jurus yang
dipakaipun ganas, Dalam dua gebrakansaja nyaris
tubuhku tertusuk oleh pedangnya, sampai kami empat
bersaudara turun tangan bersama, baru orang itu
meloloskan diri"
"Kalian tentu amat lelah..." seru Li Tiong-hui sambil
melangkah naik ke dalam keretanya.
Lim Han-kim menyusul dari belakang, setibanya dalam
kereta ia baru berkata: "Besar kemUngkinan berubahnya
sikap keempat manusia buas ini jadi begini penurut
disebabkan suatu alasan, kau tak boleh menurunkan
sikap waspadamu."
"Kenapa kau memperhatikan diriku secara tiba-tiba?"
tanya Li Tiong-hui tertawa.
Lim Han-kim tertegun, tak mampu memberikan
jawaban, sementara di hati kecilnya berpikir "Dengan
niat baik aku bermaksud memperingatkan dirimu, kau
malah balik bertanya begitu? Aaai... empat manusia buas
ini sudah terbiasa berbuat kejam, kalau tidak waspada,
suatu ketika kau tentu akan menderita kerugian di
tangan mereka..." Tiba-tiba terdengar Dewa buas
berbaju merah bertanya: "Kita akan ke mana?"
"Pulang ke rumah."

1940
Dewa buas berbaju merah mengiakan, kereta pun
dilarikan kencang menuju ke depan.
sesudah melepaskan kain cadar mukanya, dengan
seksama li Tiong-hui periksa seluruh ruang kereta itu,
setelah yakin tidak menjumpai sesuatu yang
mencurigakan baru ia berbisik kepada Lim Han-kim: "Kau
percaya dengan perkataan Dewa buas berbaju merah?"
"Tidak"
"Dia kan bicara sejujurnya, kenapa kau tak percaya?"
tanya Li Tiong-hui lagi sambil tertawa.
"Dari mana kau tahu kalau mereka tidak bohong?"
" Kalau bohong mereka hanya berbentuk ucapan
tersebut, berarti kau memandang mereka kelewat
enteng." Kemudian setelah berhenti sejenak, ia
menambahkan: "Ada satu hal yang ingin kutanyakan
kepadamu."
"soal apa?"
"Antara Seebun Giok-hiong, Pek si-hiang dan aku,
siapa yang paling kau sukai?"
Lim Han-kim tidak menyangka kalau dia akan
mengajukan pertanyaan semacam ini, untuk sesaat ia
malah tertegun, "Aku tak bisa menjawab," katanya
kemudian "Tapi kalian bertiga sama-sama terhitung
orang yang sangat kukagumi."
"selama ratusan tahun sejarah manusia, hampir selalu
kaum pria yang pegang peranan, Kini telah muncul
situasi baru, kemungkinan besar nasib umat persilatan

1941
selama puluhan tahun mendatang berada di tangan
kaum wanita"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Baik Pek sihiang
maupun Seebun Giok-hiong dan nona Li, kalian
bertiga sama-sama terhitung tokoh aneh dari dunia
persilatan ..."
"Kau tak usah sertakan diriku dalam masalah ini.
Bicara soal ilmu silat, aku bukan tandingan Seebun Giokhiong,
bicara soal kecerdikan aku pun tak mampu
menandingi Pek si-hiang. Dalam memperebutkan
kedudukan paling tinggi dalam dunia persilatan dewasa
ini, posisiku tak lebih hanya benang pembuka jalan untuk
menembus lubang jarum."
"Nona Pek berada di belakang layar, jadi
sesungguhnya nona Li yang berhadapan langsung
dengan Seebun Giok-hiong dalam pertarungan akal
maupun kekerasan kali ini."
"Yang paling aku risaukan adalah kesehatan badan
nona Pek yang amat lemah, Aku takut ia tak mampu
bertahan hingga persoalan ini selesai, Bila ia sampai mati
duluan, aku takut dalam pertarungan ini kitalah yang
berada dalam posisi kalah ..."
Mendadak wajahnya berubah jadi amat keren dan
serius, terusnya: "Oleh karena aku adalah wanita,
pengetahuanku tentang wanita tentu lebih mendalam
ketimbang kau. Tampaknya bila Pek si-hiang sampai
tewas duluan, maka tanggung jawab dalam pertarungan
ini bakal terjatuh di atas bahumu."
"Aku..."

1942
"Yaa, kau, bila tak ingin menyaksikan dunia persilatan
berubah jadi sungai darah, bukit mayat, maka hanya ada
dua jalan yang bisa kau pilih"
Makin didengar Lim Han-kim semakin bimbang,
akhirnya dtngan kening berkerut tanyanya: "Dua jalan
yang bagaimana?"
"Kesatu, kau harus mencintai Seebun Giok-hiong
dengan sepenuh hati. Apa bila ia sampai membalas
cintamu, maka dia tak akan melakukan perbuatan
terkutuk ini"
"Bagaimana dengan jalan kedua?"
"Tak mungkin manusia macam kau bisa melakukannya
lebih baik tak usah kujelaskan."
"Aaah, siapa tahu, coba kau terangkan dulu."
"Diam-diam meracuni Seebun Giok-hiong agar dia mati
keracunan,"
"Kalau meracuni secara diam-diam, apakah tindakan
ini tidak memalukan?"
"Untuk mengalahkan musuh kita tak segan-segan
menggunakan segala taktik, menghalalkan semua cara,
sebab biasanya semakin licik cara itu semakin besar
kemungkinannya untuk berhasil. Demi keselamatan jiwa
ratusan manusia, apa salahnya kita racuni Seebun Giokhiong
sampai mati?"
"Kalau begitu kita bicarakan sampai waktunya saja
Aku rasa terlalu awal untuk dibicarakan sekarang,
Aaaai... sebagai seorang lelaki aku harus melaksanakan
semua langkah yang telah kalian atur, setelah terjun

1943
kembali ke dalam dunia persilatan waktu mendatang,
entah bagaimana pandangan umat persilatan lainnya
kepada aku Lim Han-kim?"
Li Tiong-hui tertawa. "Sejak dulu tak sedikit jago
persilatan yang tunduk pada kaum wanita, apa salahnya
kau pun mengalami hal yang sama..."
sementara itu dari luar kereta sudah terdengar suara
dari Dewa buas berbaju merah sedang berseru: "Lapor
ketua, kereta sudah sampai di depan rumah"
Li Tiong-hui mengenakan kembali kain cadar
mukanya, kepada Lim Han-kim bisiknya: "Tidak perduli
kau bersedia atau tidak. pokoknya kau harus tunjukkan
sikapmu yang mesra dan penuh rasa cinta. Bimbinglah
aku semasa melangkah masuk ke rumah." selesai
berkata ia menyingkap tirai kereta dan berjalan keluar
Tempat itu merupakan sebuah bangunan rumah yang
tinggi besar, sekilas pandangan saja dapat diketahui
bahwa rumah itu merupakan rumah kediaman orang
kaya. Dengan mesra Li Tiong-hui membimbing Lim Hankim
berjalan masuk ke dalam bangunan itu diikuti
keempat manusia buas dari belakang.
Setelah memasuki pintu gerbang, tibalah mereka di
sebuah halaman yang luas, di sekeliling halaman banyak
ditumbuhi tetumbuhan yang indah.
Tiba-tiba Li Tiong-hui berpaling kearah empat manusia
buas sambil penntahnya: "Kalian berjaga-jaga di halaman
luar, sebelum ada perintah jangan memasuki pintu lapis
kedua ini"

1944
Serentak empat manusia buas itu mengiakan sambil
membungkukkan badan memberi hormat Di bawah
bimbingan Lim Han-kim, Li Tiong-hui segera
mempercepat langkahnya memasuki pintu lapis kedua.
"Bangunan apa sih tempat ini?" Lim Han-kim berbisik
kemudian
"Kantor cabang perkumpulan Hian- hong- kau untuk
kota si-ciu, cepat bawa aku ke halaman sebelah timur"
Lim Han-kim mencoba memeriksa sekeliling tempat
itu, namun tak tampak sesosok bayangan manusia pun
dalam halaman rumah yang amat luas itu, maka iapun
percepat langkahnya menuju ke timur setelah melewati
taman bunga tibalah mereka di depan sebuah pintu
berbentuk bulat.
Saat itulah Li Tiong-hui melepaskan diri dari bimbingan
Lim Han-kim dan dengan mempercepat langkahnya
melewati pintu bulat langsung menuju ke bangunan
utama.
Begitu melalui pintu gerbang, terbentang sebuah
ruang tamu yang bersih dan mewah, di sisi kiri terdapat
pintu kecil yang tembus ke ruang tidur sambil
melepaskan kain cadar mukanya lalu tertawa Li Tiong-hui
berkata: "Duduklah dulu, di sini aku adalah tuan rumah
jadi seharusnya akulah yang melayanimu"
"Banyak persoalan yang meragukan pikiranku boleh
aku bertanya?"
"Utarakan saja"

1945
"Biasanya dalam rumah yang megah dan mewah
semacam ini pasti banyak terdapat dayang dan pelayan,
kenapa tak kelihatan sesosok bayangan manusia pun?"
Li Tiong-hui tertawa, "semua pelayan dan dayang
sudah diungsikan malam ini juga, yang masih tertinggal
di rumah ini sekarang hanya jago-jago pilihan dari Hianhong-
kau kami, Dalam sekilas pandang tempat ini
memang kelihatan lengang, tak ada manusianya, padahal
penjagaan sangat ketat dan rapat, setiap langkah berarti
kematian."
"Kenapa aku tidak melihat sedikit tanda pun?"
"Mereka semua telah mempunyai posisi tertentu. Ada
yang sembunyi di balik semak belukar, ada yang
sembunyi di balik ruangan. Asal aba-aba diberikan, maka
serentak mereka akan muncul untuk menyergap musuh,
Kau tidak mengetahui rahasianya, tentu saja tidak
menjumpai apa pun."
"Aaaah betul, kau telah memancing Seebun Giokhiong
untuk datang kemari malam ini, rupanya kau
hendak membunuhnya di tempat ini?"
"Ketika mengatur persiapan di sini tadi aku memang
punya pikiran begitu, tapi pertaruhan ini kelewat bahaya
dan besar resikonya, Bila sampai gagal maka kejadiannya
bakal runyam, oleh sebab itu sekarang aku telah berubah
pikiran."
"Pek si-hiang mengetahui rencanamu ini?"
"Tidak, dia tidak tahu perubahan yang kita alami
dalam perjalanan ke rumah abu keluarga Go hari ini
sama sekali di luar dUgaanku Aku jadi semakin sadar

1946
bahwa adU kecerdikan dengan Seebun Giok-hiong berarti
mati konyol bagiku, maka aku harus segera menghapus
pertaruhan yang menyerempet bahaya ini."
"Apa rencanamu berikut?"
"Kita lakukan seperti apa yang dirancang Pek si-hiang,
membubarkan semua penjagaan yang ada di bangunan
ini."
"Apa tidak terlalu riskan dengan membubarkan semua
penjagaan di tempat ini? Menurut pendapatku lebih baik
kita jangan menggerakkan posisi mereka dulu,
bagaimana kalau kita persiapkan mereka untuk
menghadapi hal-halyang di luar dugaan?"
"Aaaai . . . kau bisa ditipu bukan berarti Seebun Giokhiong
pun dapat dikelabui persiapan kita yang kelewat
ketat dan rapat mungkin malah memancing dia
melakukan periawanan yang setimpal, salah-salah kita
bisa merangsang emosinya untuk membunuh Betul
pertarungan berdarah belum tentu segera terjadi, tapi
rasanya kurang baik untuk kedua belah pihak, jadi aku
rasa lebih baik membubarkan saja penjagaan di sini."
"Ehmmm, pemikiran nona Li amat cermat, aku bukan
tandinganmu"
"Sewaktu Seebun Giok-hiong datang nanti, apa kau
juga akan memanggil nona Li kepada- ku?"
"Kalau tidak mema nggil nona Li, lantas aku harus
memanggil apa?"
BAB 4. Berduaan Dalam kamar

1947
"Kalau panggilanmu kelewat asing dan menjaga jarak,
bagaimana mungkin kita bisa membohongi Seebun Giokhiong?"
ucap Li Tiong-hui. "Lantas apa yang harus kita
lakukan untuk membohonginya?"
"Berapa usiamu tahun ini?"
"Dua puluh satu tahun"
"Ada kakak atau adik?"
"Tidak, tak ada kakak ataupun adik, aku adalah anak
tunggal"
"Oooh... tak heran jika watakmu aneh, kaku dan suka
menyendiri"
Lim Han-kim menghela napas panjang, ia seperti
hendak mengucapkan sesuatu tapi niat itu diurungkan
kembali,
Kembali Li Tiong-hui berkata: "Usiaku tiga tahun lebih
muda daripada dirimu, boleh aku memanggil kakak
kepadamu?"
"soal ini... soal ini..."
"Tak usah ini itu lagi, kalau tak mau memanggil aku
adik, sebut saja namaku Aaaai... bila ingin bersandiwara,
paling tidak kita harus membuat Seebun Giok-hiong
percaya sepenuhnya bahwa kita memang sepasang
kekasih yang sedang dimabuk cinta..." setelah
tersenyum, lanjutnya: "Aku hendak menggunakan cara
yang paling lembut dan hangat untuk membuktikan
kepadamu bahwa wanita bukan makhluk yang
menakutkan."

1948
Lim Han-kim merasa tak sanggup berdebat terus
dengan gadis itu, maka dia tertawa hambar dan tidak
berbicara lagi.
Tiba-tiba Li Tiong-hui bangkit dan berjalan menuju ke
depan pintu, teriaknya keras-keras: "Siapa yang sedang
bertugas?"
"Aku"jawab seseorang dari luar pintu, "Apakah kaucu
ada perintah?"
"Masuklah, aku hendak bicara dcnganmu" Terlihat
seorang lelaki kekar berbaju hijau dengan bahu kiri
menggembol golok, bahu kanan membawa sebuah
tabung hijau berbentuk bulat yang bentuknya tidak mirip
senjata juga tidak mirip senjata rahasia, melangkah
masuk ke dalam ruangan.
Menyaksikan bentuk rupa orang itu, diam-diam Lim
Han-kim berpikir Tampaknya perkumpulan Hian- hongkau
memang tak bisa melepaskan diri dari dandanan
yang aneh dan menyeramkan. "
Tampak orang itu memberi hormat kepada Li Tionghui
sambil bertanya: "Kaucu, apa perintahmu?"
"sampaikan pesanku, semua kekuatan disini harap
segera mengundurkan diri dan gedung ini"
Lelaki itu menyahut, membalikkan badan dan segera
berlalu, Li Tiong-hui kembali menambahkan "Biarkan si
Dewa buas, iblis jahat, setan penasaran dan sukma sedih
tetap tinggal di sini"
Lelaki itu tidak banyak bertanya, ia meneruskan
langkahnya meninggalkan tempat itu.

1949
sepeninggal orang itu, baru Lim Han-kim berbisik:
"Tampaknya peraturan organisasi dari Hian- hong- kau
sangat ketat."
"Kau cukup tahu bagaimana kejam dan buasnya watak
empat manusia buas itu, nyatanya lambat laun mereka
pun mulai tunduk di bawah perintahku."
"Kemampuan nona untuk menundukkan mereka
sungguh membuat aku kagum dan hormat Aku lihat
kecuali nona, di dunia ini susah untuk menemukan orang
kedua yang mampu menundukkan empat manusia buas
tersebut"
"Kau kelewat memuji, padahal kemampuan Seebun
Giok-hiong serta Pek si-hiang sama sekali tidak berada di
bawah kemampuanku Apa yang bisa kulakukan pasti
mereka bisa lakukan juga."
Belum sempat Lim Han-kim memberikan
tanggapannya, tampak lelaki kekar berbaju hijau itu telah
muncul kembali dengan langkah cepat, sambil memberi
hormat katanya: " Hamba telah meneruskan perintah
kaucu, tiga puluh delapan orang jago kita telah ditarik
keluar dari gedung ini."
"Bagus, kalian mundur ke kantor cabang kedua,
sepuluh li dari sini dan menunggu perintahku berikut
siapa pun dilarang meninggalkan tempat"
Lelaki berbaju hijau itu mengiakan dan segera
beranjak pergi, selama berbicara ia selalu berdiri dengan
sikap hormat
Menunggu sampai bayangan punggungnya lenyap dari
pandangan, Li Tiong-hui baru menggandeng tangan Lim

1950
Han-kim balik ke dalam kamar, katanya sambil tertawa:
"sekarang, di dalam gedung yang begitu luas dan lebar
ini tinggal kau dan aku berduaan, Jika Seebun Giok-hiong
betul-betul kemari, bukankah ia bisa masuk dengan
leluasa?"
" Kenapa? Kau sangat merindukan dia?" tegur Li
Tiong-hui sambil mencoba untuk menatap pemuda itu
lekat-lekat.
Lim Han-kim nampak agak tertegun, tapi kemudian
katanya seraya tersenyum: "Bukankah semua persiapan
kita ditujukan agar ia bisa melihatnya secara jelas?"
Li Tiong-hui menghela napas panjang. "Aaaai...
andaikata perkembangan selanjutnya sesuai dengan apa
yang diramalkan Pek si-hiang, aku tak tahu bagaimana
caraku untuk menghilangkan perasaan dengki, cemburu
dan duka ini..." pelan-pelan dia melangkah masuk ke
dalam ruangan
Dengan termangu-mangu Lim Han-kim mengawasi
bayangan punggungnya yang menjauh, ia dapat
merasakan betapa sedih dan murungnya gadis itu,
bahkan setiap langkah kakinya kelihatan sangat berat,
seakan-akan sepasang kakinya diberi beban yang amat
berat hingga membuat langkahnya lamban.
Entah berapa lama sudah lewat, kini langit sudah
mulai gelap. semenjak masuk ke dalam kamar tidurnya Li
Tiong-hui seakan-akan batu karang yang tenggelam
dalam samudra luas, sama sekali tak terdengar suaranya
lagi.

1951
Tiba-tiba Lim Han-kim merasa mulai lapar, tapi dia
pun segan untuk berteriak, maka terpaksa perasaan
tersebut hanya ditahannya.
RembuIan sudah muncul di tengah angkasa, malam
hening bagaikan air kolam, kecuali hembusan angin
malam yang menggeserkan rumput dan bunga, dalam
bangunan gedung yang luas ini tak kedengaran suara
lain, Di hati kecilnya Lim Han-kim mulai berpikir "Li
Tiong-hui tentu sudah tertidur Waah... apa yang harus
kulakukan jika Seebun Giok-hiong muncul pada saat
ini...?"
Belum selesai ingatan tersebut melintas lewat, tibatiba
terlihat cahaya api membelah kegelapan, Ketika
berpaling ia melihat bahwa kamar tidur Li Tiong-hui telah
diterangi dengan cahaya lentera.
"Kau sudah bangun?" Lim Han-kim segera menegur
"Ya, sudah jam berapa sekarang?" suara Li Tiong-hui
muncul dari dalam kamar
"Permulaan kentongan kedua."
"Kau keluarlah ke depan dan panggil Dewa buas
berbaju merah agar segera menghadap."
Lim Han-kim berpikir sejenak lalu beranjak pergi, Tak
lama kemudian ia sudah muncul disertai Dewa buas
berbaju merah, serunya keras: "orangnya sudah ada di
sini."
"Suruh dia masuk"
Lim Han-kim tertegun, pikirnya: "Suruh masuk ke
dalam kamar tidurnya?"

1952
ia mengira salah dengar, maka kembali serunya:
"Suruh dia masuk ke dalam kamarmu?"
"Yaa, suruh dia masuk seorang diri"
Lim Han-kim menyahut meski timbul rasa keheranan
di hati kecilnya, kembali dia berpikir "Apa-apaan ini?
Masa dia harus masuk ke dalam kamar tidurnya?"
Sementara itu Dewa buas berbaju merah telah melirik
Lim Han-kim sekejap. kemudian dengan langkah lebar
masuk ke dalam kamar.
Pelan-pelan Lim Han-kim duduk di bangku, ia
menunggu hampir sepenanakan nasi lamanya sebelum
melihat Dewa buas berbaju merah muncul kembali
dengan langkah lebar, Pada detik itu juga timbul
berbagai pikiran dan kesimpulan dalam hati kecil Lim
Han-kim, apalagi melihat Dewa buas berbaju merah
beranjak pergi tanpa menengok sekejap pun ke arahnya.
Rasa gusar dan mendongkol yang tak terlukiskan
dengan kata segera menyelimuti perasaannya, namun ia
tak bisa mengumbar rasa jengkel itu hingga dia hanya
bisa mengawasi kepergian orang itu dengan pandangan
termangu.
Tiba-tiba terasa sebuah tangan memegang bahunya,
disusul kemudian terdengar Li Tiong-hui menegurnya
sambil tertawa: "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Lim Han-kim segera merasakan munculnya perasaan
muak dan sebal di hati kecilnya, buru-buru ia menepis
tangan gadis itu sambil tukasnya: "Kau tak usah tahu."
"Tampaknya kau amat benci kepadaku?" kembali Li
Tiong-hui bertanya sambil tertawa.

1953
"Betul, kenapa?"
Sambil menyulut lilin dalam ruangan itu Li Tiong-hui
berkata lagi sambil tertawa: "Jangan lupa, malam ini kita
masih perlu kerja sama untuk menghadapi Seebun Giokhiong"
Ketika Lim Han-kim menyaksikan sepasang mata Li
Tiong-hui merah membengkak seakan-akan baru saja
menangis sedih, rasa gusar yang membara di dadanya
kontan tersapu lenyap. sahutnya sambil tertawa jengah,
"Benar juga perkataanmu."
Agaknya Li Tiong- hui sendiri pun tidak mengira kalau
kemarahan anak muda itu bakal lenyap seketika, ia
tertegun lalu tertunduk sedih, "Aku rasa Seebun Giokhiong
segera akan muncul, kita perlu membuat persiapan
mulai sekarang," katanya pelan.
"Aku siap mendengarkan perintah"
Pelan-pelan Li Tiong-hui membalikkan badan masuk
kembali ke dalam kamar tidurnya, sesaat kemudian
terdengar ia berseru: "Tutup pintu kamar, padamkan lilin
dan masuklah ke dalam kamar"
Lim Han-kim menurut dan segera padamkan lilin,
tutup pintu kamar dan masuk ke dalam kamar tidur,
Waktu itu Li Tiong-hui dengan mengenakan pakaian tidur
sedang duduk di pembaringan ia segera menunjuk
kearah bangku di samping pembaringan sambil katanya:
"Mulai sekarang aku sudah menjadi orang yang sedang
sakit, kau harus melayaniku dengan baik."
"Baiklah, sekarang kau minta apa?"

1954
"Ambilkan dulu secawan teh." Lim Han-kim mengambil
Cawan dan mengisinya dengan air teh, ketika berpaling
lagi tampak Li Tiong-hui sudah berbaring dengan selimut
menutupi seluruh badannya, kini hanya nampak
kepalanya saja dengan rambut yang terurai kusut dan
wajah senyum tak senyum sedang mengawasi dirinya.
"Bawa kemari" ucapnya lembut Lim Han-kim
mendekati pembaringan, meletakkan cawan teh di sisi
pembaringan lalu baru ujarnya: "sekarang Seebun Giokhiong
belum datang, apakah kau tidak merasa perbuatan
ini kelewat dini?"
"Kalau sampai waktunya sikapmu kurang luwes,
bukankah rahasia penyamaran kita malah akan
terbongkar?"
Lim Han-kim tidak banyak bicara lagi, ia duduk di
bangkunya dan tidak bergerak lagi.
Bagaimana pun Li Tiong-hui adalah keturunan dari
suatu keluarga persilatan yang amat termashur, selain
cantik, dia pun pintar dan berkedudukan terhormat,
hampir boleh dibilang setiap orang menaruh hormat
kepadanya, selama hidup belum pernah dia alami sikap
seperti yang dialaminya dengan Lim Han-kim sekarang,
tak heran kalau semakin dipikir ia semakin malu dan tak
tahan.
Akhirnya sambil tertawa dingin gadis itu melengos
kearah lain. Agaknya Lim Han-kim mulai menyadari
bahwa sikap maupun ucapannya sedikit kelewat batas,
sebetulnya dia ingin mengucapkan beberapa kata
permintaan maaf, tapi melihat gadis itu sudah melengos
kearah lain, maka dia pun urungkan kembali niatnya,

1955
Waktupun berlalu dalam keheningan dan kesepian
yang luar biasa, entah berapa lama sudah lewat.
Mendadak suara ketukan pintu menyadarkan kembali
mereka berdua, meski ketukan itu pelan namun cukup
menggetarkan keheningan yang mencekam ruangan itu
Dengan cepat Li Tiong-hui membalikkan badan,
dengan wajah dingin bagaikan salju serunya ketus:
"Cepat buka pintu"
Kata-kata itu kaku, dingin dan amat tak sedap
didengar, bahkan menengok kearah Lim Han-kim sekejap
pun tidak. Dengan suara rendah Lim Han-kim menyahut:
"Tampaknya see-bun Giok-hiong telah datang, kita harus
lebih mes ..."
Namun ketika melihat sikap Li Tiong-hui yang dingin
dan kaku, kata-kata tersebut segera diurungkan
"Aku suruh kau buka pintu, sudah dengar tidak?"
kembali Li Tiong-hiui menegur kasar.
Lim Han-kim tertegun, tapi ia segera beranjak pergi,
Begitu pintu dibuka segera bergema suara tertawa
merdu dari Seebun Giok-hiong seraya berseru:
"Merepotkan kau saja"
Tidak menunggu Lim Han-kim mempersilakannya
masuk, seperti hembusan angin sejuk tahu-tahu ia sudah
menyelinap dari samping pemuda itu menerobos masuk
ke dalam kamar tidur.
Lim Han-kim segera menyusul dari belakang, waktu itu
Seebun Giok-hiong telah berdiri di samping pembaringan.
Melihat itu dengan perasaan terkejut pikirnya: "Cepat
betul gerakan tubuh orang ini"

1956
Dalam kesempatan itu Li Tiong-hui masih berbaring
menghadap ke dinding, kehadiran Seebun Giok-hiong
seolah-olah tidak dirasakannya sama sekali.
"Mirip betul sandiwara yang kau perankan"jengek
Seebun Giok-hiong sambil tertawa dingin
"Sttt, jangan berisik," buru-buru Lim Han-kim menegur
"Kalau ada persoalan bicarakan saja denganku."
"Apa hubunganmu dengannya?" mendadak Seebun
Giok-hiong berpaling.
Lim Han-kim merasa pertanyaan ini susah untuk
dijawab, setelah termenung lama sekali dia baru
menyahut: "Teman"
"Kenapa kalian tidak datang memenuhi undanganku?"
kembali Seebun Giok-hiong tertawa dingin
"Dia sakit, tak bisa bergerak"
"Siang tadi saja masih sehat, masa malam harinya
sudah sakit? Dia toh bukan orang-orangan yang terbuat
dari kertas, Hmmm Hmmm... orang lain bisa kau tipu,
tapi jangan harap bisa membohongi Seebun Giok-hiong"
"Sebenarnya apa keinginanmu, sekarang boleh kau
utarakan"
Seebun Giok-hiong tidak menjawab, mendadak ia
menggerakkan tangannya mencengkeram tangan Li
Tiong-hul.
"Jangan sentuh dia," bentak Lim Han-kim dengan
perasaan cemas, sebuah pukulan segera dilontarkan.
Tanpa berpaling atau menengok ke belakang Seebun
Giok-hiong berkelit ke samping untuk menghindari

1957
sergapan itu, kemudian katanya dingin: "Jika kau berani
sembarangan bergerak lagi, segera kupatahkan lengan
kanannya, Meskipun aku berjanji dengan Pek Si-hiang
tak akan membunuh orang, namun aku tak pernah
berjanji tak akan melukai orang lain."
Lim Han-kim benar-benar tak berani bergerak lagi, ia
mundur sejauh tiga depa, kemudian serunya: "Melukai
seorang penderita sakit yang tak bertenaga untuk
melawan, terhitung orang gagah macam apa kau?"
"ia sehat sekali, siapa bilang berpenyakitan?"
Pelan-pelan Li Tiong-hui membalikkan badannya,
bisiknya: "Aku terkena racunmu"
Seebun Giok-hiong berkerut kening, tiba-tiba ia
lepaskan cekalannya atas lengan gadis itu, kemudian
sambil tertawa terkekeh-kekeh serunya: "Ha ha ha...
tampaknya kau percaya penuh dengan perkataanku? "
"Dengan kedudukan pemilik bunga bwee dalam dunia
persilatan, aku percaya ucapanmu bukan bohong belaka"
Merah padam selembar wajah Seebun Giok-hiong, ia
tertawa hambar . "Bila aku hendak mencelakaimu tak
akan kugunakan cara meracunimu secara diam-diam."
"Jadi kau membohongi aku?" seru Li Tiong-hui sambil
melompat bangun dari tidurnya.
Seebun Giok-hiong menarik kembali senyumannya,
dengan dingin katanya: "Menyalurkan racun dari balik
benda merupakan ilmu penyebaran racun tingkat tinggi
dalam dunia persilatan, Bukan aku Seebun Giok-hiong
sengaja mengibul atau omong besar selain aku rasanya
sulit untuk menemukan orang kedua yang mampu

1958
berbuat begitu dalam dunia persilatan saat ini. siapa pun
orang tersebut, asal ia bertemu sekali saja denganku
maka ia bisa terkena racun yang kulepaskan" .
"Bagaimana jika dibandingkan Pek si-hiang?"
Seebun Giok-hiong tidak langsung menjawab, ia
termenung dan berpikir sesaat kemudian baru ujarnya:
"Kemampuannya susah diukur, tapi aku percaya ia belum
pernah mempelajari ilmu menyalurkan racun dari balik
benda."
"Kalau begitu kemungkinan besar kami berdua bisa
keracunan saat ini?"
"Itu tergantung apakah aku berniat turun tangan
terhadap kalian atau tidak"
Pelan-pelan Li Tiong-hui bangkit berdiri, katanya
kemudian: "Aku sudah kedatangan tamu agung, aku tak
bisa mengesampingkan kewajibanku sebagai tuan rumah
yang baik."
Saat ini dia mengenakan pakaian tidur yang amat tipis,
di bawah sinar lilin lamat-lamat orang dapat melihat
bentuk tubuhnya yang ramping dan montok serta kulit
badannya yang putih halus.
"Ehmmm, bentuk tubuh yang sangat indah" puji
Seebun Giok-hiong sambil tersenyum. "Pinggang yang
ramping, payudara yang montok dan kulit tubuh yang
putih halus..."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Lim Hankim,
kemudian tambahnya: "Beruntung sekali kau punya
teman secantik ini"

1959
"Dibandingkan kau, Seebun Giok-hiong, aku masih
kalah jauh" seru Li Tiong-hui sambil pelan-pelan
melangkah keluar dari ruang tidur.
Di bawah cahaya lilin yang redup, dalam ruangan itu
sekarang tinggal Lim Han-kim dan Seebun Giok-hiong
saja, Tampaknya Seebun Giok-hiongpun sudah
berdandan rapi sebelum datang, Dengan wajahnya yang
cantik dan bentuk tubuh yang indah, ia betul- betul
seorang wanita yang luar biasa menariknya.
"Betul- betul seorang gadis yang rupawan" puji Lim
Han-kim dalam hati, ia tak berani banyak memandang,
buru-buru wajahnya dialihkan ke arah lain.
Dengan sepasang matanya yang genit menggiurkan
Seebun Giok-hiong mengawasi wajah pemuda itu lekatlekat,
kemudian setelah tertawa dingin katanya: "Apa
maksudnya meninggalkan kau seorang diri bersamaku
dalam kamar tidurnya?"
"Mana aku tahu?" sahut Lim Han-kim seraya
melayangkan pandangan matanya ke atap rumah.
"Hmmmm jangan dianggap aku mudah terperangkap.
akan kusuruh dia kecewa berat akhirnya ..."
"Ternyata perempuan ini lihay juga," pikir Lim Han-kim
segera, "Kalau sampai rahasia ini betul- betul terbongkar,
usahaku selama ini betul- betul akan sia-sia belaka..."
Berpikir sampai di situ, tak tahan lagi tegurnya:
"Perangkap apa maksudmU?"
Seebun Giok-hiong tersenyum manis, "ia berniat
membunuh aku dengan memasang jago-jago lihaynya di

1960
sekitar bangunan ini, tapi nyatanya dia tak bernyali untuk
berbuat demikian."
Diam-diam Lim Han-kim menghembuskan napas lega,
katanya kemudian: "Kecuali Dewa buas, iblis jahat, setan
penasaran dan sukma murung, dalam gedung bangunan
ini tak ada jago lainnya, apa maksudmu berkata
demikian?"
"Aku hanya mengatakan bahwa dia tak bernyali
setelah rencana disusun rapi, di tengah jalan ia berubah
pikiran dengan membubarkan kawanan jago lihaynya."
kata Seebun Giok-hiong tertawa.
Sekali lagi Lim Han-kim berpikir: "Orang ini betulbetul
terbukti lihay, bahkan ketajaman pendengarannya
juga luar biasa..."
Ketika tidak mendengar suara Lim Han-kim, kembali
Seebun Giok-hiong bertanya: "Kemana dia pergi?"
"Mungkin persiapkan hidangan dan arak untuk
menjamu kau si tamu agung"
Seebun Giok-hiong mendengus dingin, "HHmmmm,
sebagai seorang ketua dari partai Hian-hong-kau, masa
kemampuan untuk pelihara dayangpun tak mampu?"
"Tentu saja dayang tersedia lengkap. hanya saja pada
saat ini tidak berada di sini."
"Kenapa? Apa dia sudah menduga kalau aku bakal
kemari malam ini?"
"Bukan, bukan begitu maksudnya ..."
Seebun Giok-hiong segera tertawa terkekeh-kekeh.

1961
"Ha ha ha ... mengerti aku sekarang. Dia sengaja
menyingkirkan semua dayangnya agar dia bisa berduaan
saja denganmu malam ini?"
"Kalau nona sudah mengatakan begitu, yaa sudahlah,
aku tak perlu memberi penjelasan lagi."
Dengan biji matanya yang jeli Seebun Giok-hiong
mengawasi seluruh tubuh Lim Han-kim dari atas hingga
ke bawah, lalu tegurnya: "Dia sangat baik kepadamu?"
"Bukan baik lagi..."
"Lalu bagaimana sikapmu kepadanya?"
"Cinta kasihku kepadanya lebih dalam dari samudra..."
jawab Lim Han-kim setelah termenung sejenak.
"Hmmmm, apa sih kehebatanmu, kenapa ia bersikap
begitu baik kepadamu?"
Lim Han-kim agak tertegun, sahutnya kemudian:
"cinta dikarenakan jodoh, apa kepentinganmu untuk
mencampuri urusan kami berdua?"
"Ha ha ha... kalau aku ngotot hendak mencampuri,
mau apa kamu?"
"Aku tak habis mengerti dengan cara apa kau hendak
mencampuri urusan kami berdua?"
"Cara sih banyak sekali aku akan membuat kau
terpisah selamanya dengan dia, agar ia tak bisa
berjumpa denganmu, biar ia rasakan bagaimana
deritanya penyakit rindu, kalau aku berhasil bukankah hal
ini sangat menyenangkan?"

1962
"Batin kami berdua telah saling berhubungan biar
delapan sampai sepuluh tahun tak bertemupun, cinta
kasih kami tak pernah akan berubah"
Berubah hebat paras muka Seebun Giok-hiong,
serunya dingin, "Aku tak percaya batin manusia di dunia
ini bisa saling berhubungan"
"Perasaan dan pikiranmu diliputi perasaan benci dan
dendam, membunuh sudah menjadi kegemaranmu, tentu
saja keadaan seperti kami berdua tak bakal kau alami..."
"Kau mengerti apa?" teriak Seebun Giok-hiong gusar.
"aku justru ingin membuktikan apa benar antara lelaki
dan perempuan betul-betul ada jalinan cinta kasih sejati"
Lim Han-kim berpaling, Tiba-tiba ia melihat Li Tionghui
dengan membawa sebuah baki sedang berdiri di
depan pintu, sorot matanya yang penuh dengan
pancaran rasa cinta sedang diarahkan ke wajahnya tanpa
berkedip. Mendadak pemuda itu merasa pipinya jadi
merah padam lantaran jengah, tanpa menggubris
Seebun Giok-hiong lagi, ia percepat langkahnya
menyongsong kedatangan Li Tiong-hui dan menerima
baki tersebut.
Di atas baki kayu itu selain tersedia empat macam
hidangan, juga tersedia sepoci arak hangat pelan-pelan
Li Tiong-hui melangkah masuk ke dalam kamar, katanya:
"Aku tidak tahu kalau nona Seebun akan berkunjung
kemari, sedikit hidangan yang tak seberapa harap
membuat nona Seebun kerasan di sini."
Sebetulnya waktu itu Seebun Giok-hiong sudah
dicekam rasa gusar yang entah darimana munculnya,
ditambah lagi dengan kata-kata Lim Han-kim, rasa gusar,

1963
mendongkol dan penasarannya semakin menjadi sebagai
seorang gadis tinggi hati yang sangat kuat rasa ingin
menang sendirinya, dalam keadaan berkobar hawa
amarahnya itu, ia bisa saja melakukan tindakan apa pun.
Sebenarnya ia sudah bersiap-siap mempermainkan
kedua orang muda-mudi itu atau bahkan merusak
sekalian paras muka Li Tiong-hui yang cantik, Tapi
setelah menyaksikan sikap Li Tiong-hui yang amat
sungkan, meski hawa gusar belum sirap. ia jadi rikuh
untuk mengobarkannya keluar.
Maka setelah menghembuskan napas panjang
ujarnya: "Aku jadi amat sungkan karena kaucu turun
tangan sendiri mempersiapkan hidangan untukku"
"Tak usah dipikirkan ayo silakan dicicipi," kata Li
Tiong-hui sambil tertawa.
Sejak awal ia sudah diperingatkan Pek si-hiang agar
bersikap lebih luwes dalam menghadapi Seebun Giokhiong,
dengan demikian lawan jadi tak punya alasan
untuk mengumbar amarahnya, sebaliknya bila dihadapi
terlalu kaku dan keras, besar kemungkinan akan
mendatangkan bencana kematian yang tak diharapkan.
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong mengambil tempat
duduk. kemudian katanya: "Bagaimanapun juga kita
masih saling berhadapan sebagai musuh, kau tidak
merasa berlebihan dengan bersikap macam begini
kepadaku?"
"Kau telah berjanji kepada Pek si-hiang untuk tidak
melukai siapa pun dalam tiga bulan mendatang, jadi
selama tiga bulan ini kita tetap adalah sahabat."

1964
"Kau tak usah mengingatkan aku masih teringat
dengan jelas"
Dengan wajah berubah serius Li Tiong-hui berkata
lagi: "Tiga bulan kemudian kita akan berusaha dan
berbuat sesuai dengan kepentingan masing-masing,
besar kemungkinan suatu pertarungan sengit di antara
kita akan berkobar"
Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh. "Ha ha
ha... kalau aku tak salah melihat, usia Pek Si-hiang
tinggal tiga bulan. seandainya dia betul-betul mati,
kaulah satu-satu-nya orang yang mampu menandingiku"
"Kenapa aku tak pernah mendengar kalau Pek Sihiang
sedang menghadapi kematian?" seru Li Tiong-hui
terkesiap.
Kembali Seebun Giok-hiong tertawa dingin "Mungkin
saja ia tak berani bicara, tapi aku yakin umurnya tak
akan melampaui tiga bulan, Jika kau kurang percaya,
tanyakan sendiri bila bertemu dengannya nanti"
"Jejak nona Pek ibarat naga sakti yang tampak
kepalanya tak tampak ekornya, sekalipun aku pingin
bertemu dengannya, sayang aku tak tahu harus
menemukannya di mana."
Mendadak Seebun Giok-hiong menyambar sumpit di
depannya dan mencicipi setiap hidangan yang ada di
hadapannya, kemudian setelah meneguk habis arak di
depannya baru. ia berkata seraya tertawa: "Percaya tidak
kaucu bahwa aku kebal terhadap segala macam racun?"
Li Tiong-hui ikut meneguk secawan arak dan mencicipi
setiap hidangan yang ada, sahutnya: "Sayang sekali aku

1965
tidak memiliki kemampuan seperti apa yang nona
Seebun miliki, racun dari jenis apa pun cukup ampuh
untuk mencabut nyawaku."
Seebun Giok-hiong tersenyum. "Pepatah kuno
mengatakan sesama jago saling mengasihi ternyata apa
yang dikatakan orang dulu memang terbukti
kebenarannya."
"Sayang kita harus berhadapan sebagai musuh, ibarat
api dan air, tiga bulan kemudian kalau bukan kau yang
tewas, tentu akulah yang mati."
"Cukup dipandang dari pelayananmu yang ramah
terhadapku malam ini, di kemudian hari antara kau dan
aku tak bakal ada yang mati”
"Aku percaya kemampuanku masih bukan
tandinganmu, kekalahan pasti berada dipihakku ..."
"Meski kekalahan sudah pasti kau alami, kematian sih
belum tentu," tukas Seebun Giok-hiong, " Kau tak
mampu membunuhku, sedang aku pun segan
membunuhmu, bukankah kita berdua sama-sama tak
bakal mati?"
Mendadak Lim Han-kim yang selama ini membungkam
menimbrung dari samping: "Para jago yang menghadapi
pertemuan puncak di depan kuburan Liat-hu-bong tempo
hari mencakup separuh bagian kekuatan dunia persilatan
seandainya waktu itu setiap orang bersatu dan mau
berjuang sepenuh tenaga untuk adu jiwa denganmu,
belum tentu kau punya kesempatan untuk mengalahkan
mereka semua."

1966
"Hmmm Andai kata Pek si-hiang tidak campur tangan
di tengah jalan, niscaya mereka tak akan lolos dari
cengkeraman mautku," kata Seebun Giok-hiong dingin,
"Tatkala kita menikmati arak saat ini, tubuh mereka
mungkin sudah hancur menjadi abu."
"Di kolong langit bisa muncul seorang Pek si-hiang,
apa tak mungkin bisa muncul Pek si-hiang kedua ...
ketiga ... dan seterusnya?" seru Lim Han-kim tak puas.
"Jadi kau tak percaya dengan perkataan-ku?" hawa
amarah Seebun Giok-hiong mulai berkobar.
"Ungkapan nona kelewat berlebihan, aku khawatir
dalam pelaksanaannya nanti tidak sesuai dengan apa
yang kau harapkan"
Seebun Giok-hiong segera mengalihkan sorot matanya
ke wajah Li Tiong-hui, tegurnya serius: "Apa kedudukan
orang ini dalam perkumpulan Hian-hong-kau?"
"Dia bukan anggota perkumpulan Hian-hong-kau,
peraturan perkumpulan kami sangat ketat dan keras, di
hadapanku tak ada seorang anggota pun berani banyak
bicara"
"Kalau begitu dia sama sekali tak ada sangkut paut
dengan perkumpulan Hian-hong-kau milikmu itu?"
"Sekalipun tak ada hubungan dengan Hian-hong-kau,
namun ia baik sekali denganku..."
Setelah menghela napas panjang, pelan-pelan
lanjutnya: "Nona Seebun, kita sama-sama adalah
perempuan yang pada akhirnya toh harus melayani
orang lain, menjadi istri yang setia, melahirkan anak dan

1967
mengurus keluarga, apa gunanya kita mesti bersikap
keras dan terlalu mengobarkan ambisi pribadi..."
"Kenapa kau mesti kawin?" tukas Seebun Giok-hiong
dingin, "Aku tak percaya seorang wanita harus kawin
dengan pria serta menuruti perkataannya."
"Belasan tahun berselang aku pun berpendapat
demikian..." kata Li Tiong-hui pelan, setelah memandang
Lim Han-kim sekejap. terusnya: "Waktu itu aku
menganggap pria di dunia ini sebagai parasit yang sama
sekali tak ada nilainya, tapi semenjak bertemu
dengannya .. . aku .. . aaai, tanpa kusadari aku telah
terjerat oleh jaring-jaring cintanya"
"Aaah, masa begitu?" seru Seebun Giok-hiong setelah
meneguk habis isi cawan di hadapannya,
"Aaaai... aku tidak khawatir kau tertawa kan
sesungguhnya ambisiku kini telah padam. Aku mulai
jenuh dengan masalah dunia persilatan, jenuh dengan
permasalahan dalam dunia kangouw yang penuh darah
ini, bahkan kalau bisa, aku ingin melepaskan
kedudukanku sebagai ketua Hian-hong-kau ini agar bisa
hidup bahagia dengannya di suatu tempat yang sepi,
terpencil dan jauh dari keramaian manusia. Aaaai...
betapa bebas dan bahagianya kehidupan seperti itu
bersama pujaan hatiku..."
Pada dasarnya dia memang pandai bicara, kata-kata
tersebut diutarakan amat halus, begitu halus seolah-olah
semua yang diutarakan betul-betul merupakan isi
hatinya, Tanpa terasa Seebun Giok-hiong memandang
Lim Han-kim sekejap. setelah menghela napas katanya:

1968
"Aku betul-betul tak mengerti, di mana sih letak
kelebihannya sehingga patut kau cintai"
"Nona belum bisa melepaskan ambisimu sehingga
tidak bisa mengenali perasaan manusia yang paiing
dalam, biar kujelaskan kau juga tak bakal mengerti..."
Seebun Giok-hiong semakin membelalakkan matanya
yang besar, dengan wajah bingung dan tidak habis
mengerti serunya: "Aku ingin menanyakan satu hal
kepadamu"
"Katakan saja, asal aku tahu pasti akan kukatakan"
"Di antara anak buahku, selain beberapa orang
dayang, sebagian besar adalah kaum pria, malah di
antara mereka banyak yang tampan dan gagah..." ia
memandang Lim Han-kim sekejap. lalu terusnya: "Aku
rasa kegantengan mereka jauh melebihi dirinya, tapi
kenapa aku tidak merasakan apa-apa terhadap mereka?"
"Mungkin sifatmu kelewat dingin dan kaku, mungkin
juga aliran ilmu silat yang kau pelajari berbeda sehingga
semua perasaan dan emosi-mu telah terkendali," kata Li
Tiong-hui sambil tertawa.
Seebun Giok-hiong ikut tertawa cekikikan "Mengingat
kau begitu menghargai aku, biar kupikirkan sebuah cara
penyelesaian yang paiing cocok untukmu"
Li Tiong-hui termenung sejenak. lalu katanya: "Aku
tidak berhasil menemukan cara penyelesaian yang
terbaik untukku, bila nona Seebun punya pendapat,
mohon berilah petunjuk"

1969
"Cari saja kesalahannya, lalu gunakan kesempatan itu
untuk membunuhnya, dengan begitu semua
kemasgulanmu akan lenyap dengan sendirinya."
Li Tiong-hui agak tertegun, kemudian serunya sambil
tertawa: "Apa bila aku tega membunuhnya, aku rasa tak
perlu dibunuh pun persoalanku sudah dapat diatasi."
"Aaaai..." Seebun Giok-hiong menghela napas
panjang, "Aku betul- betul tidak paham dengan
persoalan ini, lebih baik tak usah dibicarakan lagi."
"Bila suatu hari kau bertemu dengan orang yang kau
sukai, maka kau tentu akan teringat pada ucapanku
malam ini..."
"Aku rasa, selama hidup aku tak akan menjumpai
kejadian semacam ini," tukas Seebun Giok-hiong dingin,
"llmu yoga yang kulatih sudah memberikan hasil yang
lumayan, selama hidup aku tak bakal digaduhkan oleh
masalah cinta."
"Hmmm, ilmu hipnotis yang kau pelajari hanya ilmu
sesat yang menjijikkan, mana bisa dibandingkan dengan
kehebatan ilmu silat sejati," ejek Lim Han-kim sambil
tertawa dingin.
Seebun Giok-hiong segera melompat bangun,
teriaknya penuh marah: "Aku sedang berbicara dengan
ketua Hian-hong-kau, siapa suruh kau ikut
menimbrung?"
Tiba-tiba saja Lim Han-kim merasa amat jengah, rasa
malu yang segera membangkitkan hawa amarahnya, ia
pun berpikir "sebagai seorang lelaki sejati aku lebih suka
dibunuh daripada dihina, biarpun ilmu silatmu hebat,

1970
paiing banter aku terbunuh di tanganmu... kenapa aku
mesti mengalah?" Makin dipikir ia merasa makin gusar
dan mendongkol akhirnya sambil menggebrak meja
teriaknya: "Nona, apa maksudmu memaki aku ...?"
"Kenapa? Kalau aku sengaja mau memaki, mau apa
kamu?" tantang Seebun Giok-hiong.
"Sebagai tuan rumah aku tak senang punya tamu
seperti kamu, lebih baik segera enyah dari sini"
Seebun Giok-hiong tertegun, hawa napsu membunuh
seketika menyelimuti wajahnya, "Siapa yang kau maki..
.?" teriaknya, setelah memandang Li Tiong-hui sekejap.
lanjutnya: "Kaucu, maafkan kekasaranku, malam ini aku
harus memberi pelajaran yang setimpal kepada lelaki bau
ini" Tangan kanannya segera diayun ke depan
melancarkan sebuah sapuan.
"Tunggu sebentar nona Seebun" buru-buru Li Tionghui
mencegah, "Harap kau sudi memandang atas
wajahku dengan tidak ribut dengannya"
Dalam kenyataan, ucapan tersebut tak ada gunanya
sama sekali sebab pukulan yang dilancarkan Seebun
Giok-hiong telah dilontarkan keluar.
Dengan cekatan Lim Han-kim berkelit lima depa ke
belakang untuk meloloskan diri dari serangan itu.
"Akan kulihat berapa banyak kesempatan yang bisa
kau hindari" ejek Seebun Giok-hiong dingin. Dengan
melejit ke udara melewati meja, sebuah pukulan dahsyat
kembali dilontarkan dengan tangan kirinya memaksa Lim
Han-kim tersudut, sementara tangan kanannya
menyusulkan dengan sebuah pukulan lagi.

1971
Bab 5. Gadis Cantik Berhati Ular
Waktu itu punggung Lim Han-kim sudah menempel
pada dinding ruangan hingga mustahil baginya untuk
bergerak mundur lagi, padahal kedua tangannya sudah
terbelenggu oleh tekanan tenaga dalam yang
dipancarkan Seebun Giok-hiong hingga tak mampu
mengembangkan jurus perlawanan, maka ketika melihat
telapak tangan musuh menyapu tiba, ia tak sanggup
menghindarkan diri lagi.
Blaaaammm... pipi kanannya termakan sebuah bogem
mentah, Gempuran ini keras sekali membuat tubuh Lim
Han-kim sempoyongan dan nyaris jatuh terjengkang.
Sambil tertawa dingin Seebun Giok-hiong berseru:
"Jika kau berani kurang ajar lagi, jangan salahkan kalau
kupunahkan seluruh ilmu silatmu"
Sambil pejamkan matanya Lim Han-kim mencoba
menyalurkan tenaga murninya untuk menahan rasa sakit,
sementara mulutnya membungkam diri dalam seribu
basa,
Diam-diam Li Tiong-hui melirik Lim Han-kim sekejap.
ia melihat kulit wajah pemuda itu gemetar keras. Meski ia
berusaha mengendalikan hawa amarah yang bergejolak
dalam dadanya, namun tak dapat menutupi hawa napsu
membunuh yang menyelimuti wajahnya, ia jadi sangat
khawatir, pikirnya: "Sebagai seorang pemuda yang keras
hati, bagaimana mungkin ia dapat mengendalikan diri
terhadap penghinaan yang diterimanya, padahal ilmu
silatnya bukan tandingan lawan. Andaikata terjadi
pertarungan, ia tentu terdesak di bawah angin, dalam

1972
keadaan demikian aku terpaksa harus turun tangan
membantunya, padahal dengan taraf kepandaianku
sekarang, biar kami turun tangan berbareng pun masih
bukan tandingannya... apa yang harus kulakukan
sekarang?"
Ia mencoba memeras otak untuk mencari jalan
pemecahan, namun usaha itu tak berhasil, ia gagal
menemukan cara yang paling baik untuk mengatasi
persoalan tersebut.
Dalam pada itu Lim Han-kim telah membuka matanya
kembali, setelah memandang Seebun Giok-hiong, ujarnya
seraya tertawa dingin: "Hebat betul ilmu silat yang nona
Seebun miliki"
Tiba-tiba Seebun Giok-hiong tertawa, "Tampaknya kau
termasuk manusia yang pandai menyesuaikan diri
dengan keadaan"
Paras muka Lim Han-kim berubah hebat, segera
sambungnya ketus: "Cuma, aku sama sekali tidak
kagum."
"Dengan cara apa kau baru mau kagum kepadaku?"
"Kecuali nona Seebun menghabisi nyawaku sekarang
juga, kalau suruh aku mengatakan kagum padamu...
Hmmm Lebih baik jangan bermimpi disiang hari bolong"
"Aku telah berjanji kepada Pek si-hiang untuk tidak
membunuh orang dalam tiga bulan, meski susah bagimu
untuk mampus di tanganku, tapi aku masih mampu
untuk memunahkan seluruh ilmu silatmu"
"Buat seorang lelaki sejati, lebih baik mati hancur
lebur daripada menerima penghinaan Kini kau telah

1973
mempermalukan diriku, perasaanku sekarang lebih enak
mati daripada hidup, aku ingin menjajal juga kehebatan
ilmu pedangmu"
Seebun Giok-hiong berpaling dan memandang Li
Tiong-hui sekejap. katanya kemudian sambil tertawa:
"Kata-kata pedasnya yang memojokkan aku membuat
aku betul- betul tersudut jadi kalau aku terpaksa akan
memunahkan seluruh ilmu silatnya, kau pun tak usah
kesal kepadaku, Anggap saja hal ini termasuk salah satu
bantuanku kepadamu untuk menyingkirkan segala
kemurunganmu"
Li Tiong-hui menghela napas panjang, "Aaaai.. asalkan
dia masih hidup di dunia ini, selama hayatku, aku tetap
akan berada di sampingnya"
"Kalau begitu aku akan melanggar janjiku dengan
mencincang tubuhnya hingga hancur berkeping-keping"
teriak Seebun Giok-hiong dengan wajah berubah.
Mendadak Li Tiong-hui tertawa terkekeh, "Kami sudah
sepakat sehidup semati, ada rejeki dinikmati bersama,
ada malapetaka ditanggulangi berbareng, Jika kau ingin
membunuh, habisi saja kami berdua"
Ucapan ini kontan membuat Seebun Giok-hiong
tertegun, setelah tercenung sejenak, katanya dingin:
"Jadi kau berpendapat bahwa gabungan tenaga kalian
berdua sanggup mengalahkan aku?"
"Aku mengerti bahwa kepandaian kami bukan
tandinganmu."
"Lantas mengapa kau nekat ingin mencari mati?"

1974
"Kalau bisa mengorbankan diri demi kekasih, apalah
arti kematian bagiku?"
Seebun Giok-hiong menghela napas panjang, "Aaaai...
dari dulu hingga sekarang, hanya kaum wanita yang mau
berkorban demi cinta, kau anggap bila kau mati di
tanganku, maka ia juga bersedia mengorbankan diri
untuk mendampingimu?"
Lim Han-kim sangat terharu, dengan wajah serius
segera teriaknya: "selama aku masih bisa bernapas, aku
tak akan mengijinkan siapa pun melukai dirinya"
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong terduduk "Jadi kalian
berdua benar-benar ingin mati bersama?" tegurnya,
Darinada pertanyaan itu jelas terdengar bahwa ia tidak
percaya dengan kebulatan tekad kedua orang mudamudi
itu.
Li Tiong-hui tertawa, "Jika kau tak percaya, kenapa
tidak mencoba untuk memaksa kami berdua bunuh diri?"
Seebun Giok-hiong melompat bangun, serunya: "Aku
memang tidak percaya, siapa di antara kalian yang ingin
mampus duluan?"
Li Tiong-hui busungkan dada menyongsong ke depan,
katanya: "Aku mengerti bukan tandinganmu aku pun
merasa tak perlu membela diri, Nah, nona Seebun,
silakan turun tangan "
"Tahan" bentak Lim Han-kim dengan suara
menggeledek, bagaikan hembusan angin puyuh ia
menerjang maju ke muka, terusnya: "Aku tak mau
menyerah dengan begitu saja, bila nona ingin turun

1975
tangan, silakan mencoba untuk membunuh aku lebih
dulu"
Telapak tangan kanan Seebun Giok-hiong yang telah
diangkat ke udara, pelan-pelan di turunkan kembali,
katanya: "kalian berebut untuk mampus duluan, aku jadi
tak tega untuk turun tangan"
"Jadi kau sudah percaya sekarang?" ucap Li Tiong-hui
sambil tertawa hambar.
Dengan mata yang tajam Seebun Giok-hiong
mengawasi sekejap wajah Lim Han-kim, kemudian ia
menggeleng. "Aku masih tetap kurang percaya."
"Aaaai... jadi kami harus bagaimana hingga kau mau
percaya?" Li Tiong-hui menghela napas panjang.
"Aku harus membawanya pergi..."
"Membawanya pergi..." Li Tiong-hui terperanjat.
"Betul, cuma kau tak usah khawatir, aku tak bakal
merebutnya dari tanganmu"
"Lalu kenapa kau membawanya pergi?"
Seebun Giok-hiong tidak banyak bicara, tangan
kanannya disodok ke muka melancarkan sebuah totokan.
Dengan sangat jelas Lim Han-kim dapat menyaksikan
datangnya serangan totokan dari Seebun Giok-hiong itu,
tapi ia tak tahu harus menangkis atau menghindarinya.
Gara-gara sangsi, tak ampun lagi bahunya kena tersodok
totokan tersebut
Cepat benar gerak serangan dari Seebun Giok-hiong,
begitu berhasil menotok jalan darah Lim Han-kim, ia
segera mengempit tubuh anak muda tersebut di bawah

1976
ketiaknya, lalu serunya: "Tiga bulan kemudian, disaat
aku mulai pesta membunuh, kekasihmu juga akan
kukembalikan padamu, saat itu bila cintanya padamu
tetap tidak berubah, aku baru percaya dengan ucapanmu
ini"
"Jangan lagi cuma tiga bulan, biar tiga tahun bahkan
tiga puluh tahunpun aku percaya perasaan hatinya
kepadaku tak akan berubah"
"Hmmm, kita buktikan saja nanti"
"Eeei... kau harus berjanji tidak melukainya"
"Bila kuserahkan kembali dirinya kepadamu tiga bulan
mendatang, aku jamin dia tak akan kekurangan seujung
rambut pun, cuma perasaan hatinya padamu telah
berubah" Tanpa menunggu jawaban dari Li Tiong-hui lagi
ia melejit melewati pintu ruangan dan berlalu dari situ
Dengan termangu-mangu Li Tiong-hui mengawasi
bayangan punggung Seebun Giok-hiong hingga lenyap
dari pandangan, sampai lama kemudian ia baru kembali
ke dalam kamar untuk tidur, sementara itu Seebun Giokhiong
menempuh perjalanan belasan li jauhnya sebelum
menghentikan perjalanannya serta menepuk bebas
totokan pada tubuh Lim Han-kim.
Tampaknya Lim Han-kim sendiri pun sadar bahwa
melawan hanya akan mengundang penghinaan terhadap
dirinya, karena itu ia berusaha menahan diri untuk tidak
melakukan gerakan apa pun.
Dengan suara dingin Seebun Giok-hiong menegur
"Ayo jawab sejujurnya, permainan busuk apa yang
sesungguhnya sedang kalian perankan? Kalau berani

1977
berbohong, hati-hati kalau kutotok lima urat nadi
pentingmu agar kau tersiksa hidup,.."
Lim Han-kim tidak menjawab, dia hanya berusaha
memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu.
"Hey, aku sedang ajak kau bicara, sudah kau dengar
belum?" dengan penuh amarah Seebun Giok-hiong
menghardik "setiap patah katamu telah kudengar dengan
jelas"
"Bagus, katakan sekarang, siapa yang mengatur
semuanya ini dan apa tujuannya?"
"Menurut maksudku, siapkan puluhan jago lihay untuk
bersembunyi disekitar gedung, menunggu sampai kau
muncul maka serentak para jago munculkan diri untuk
mengerubutimu"
Seebun Giok-hiong tertawa, "cara seperti itu belum
tentu berhasil menghabisi nyawaku, tapi satu hal sudah
pasti, yakni caramu itu munafik dan tak tahu malu"
"Kalau bisa membunuh manusia macam kau untuk
selamatkan nyawa ratusan manusia, apa salahnya
kupakai cara semacam ini untuk menghadapimu?
Lagipula aku tak perlu berpikir terlalu jauh sampai ke
situ"
"Kalau memang sudah direncanakan matang-matang,
kenapa dibatalkan di tengah jalan?" ejek Seebun Giokhiong
sambil tertawa hambar.
"Sebab ketua Hian-hong-kau ngotot menolak caraku
ini, jadi... terpaksa semua kekuatan yang telah terhimpun
harus dibubarkan lagi, sayang ... Aaaai Betul-betul
sayang"

1978
"Apanya yang sayang?"
"sayang mereka tak mau menuruti nasehat-ku, coba
kalau rencana ku dilaksanakan benar-benar, mungkin
kau sudah mati tercincang sekarang dan akupun tak
perlu tertawan di tanganmu"
Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh
"He he he... kelihatannya kau seperti yakin bahwa
kekuatan yang kau persiapkan itu sanggup menghabisi
nyawaku?"
Biarpun Lim Han-kim tidak pernah bohong, tapi
setelah didesak oleh keadaan, maka dia pun mengibul
lebih jauh, setelah menengadah memandang langit dan
menghembuskan napas panjang, lanjutnya: "Puluhan
jago lihay yang kusiapkan itu bukan cuma lihay ilmu
silatnya, mereka pun pandai menggunakan senjata
rahasia yang amat beracun. Asal tubuhmu terserempet
senjata rahasia beracun itu. Hmmm Biar sehebat apa pun
ilmu silat yang kau miliki, jangan harap bisa lolos dalam
keadaan selamat"
"Waaah... masa sehebat itu kekuatan yang kau
persiapkan? sayang benar aku tak sempat mencobanya .
.."
Ia tatap wajah pemuda itu tajam-tajam, kemudian
lanjutnya: "Kau benar-benar amat mencintai ketua Hianhong-
kau itu?"
"Dengan mata kau bisa melihat, dengan telinga kau
bisa mendengar apa gunanya kubohongi dirimu?"

1979
"Ha ha ha... kalau kamu berdua betul-betul saling
mencintai, aku justru akan membuat kamu berdua tak
mungkin bisa bersatu."
"Mau apa kau?" Lim Han-kim tertawa dingin
"Aku akan pisahkan kamu berdua, membuat ia
memandangmu sebagai orang asing yang tak dikenal,
agar kalian saling merindukan namun tak mungkin
bersatu"
"oooh... jadi kau hendak mengeluarkan ilmu
hipnotismu itu untuk mengendalikan kesadaranku, agar
aku mentaati perintahmu?"
"Betul cara itu sangat manjur, tapi bukan muncul dari
sanubarimu yang sejati, lagipula suatu saat pikiranmu
toh akan sadar kembali."
"Jadi kau hendak meracuni aku?"
"Kalau kesadaranmu dikendalikan racun, tingkah
lakumu tak akan berhasil mengelabui ketua Hian-hongkau"
Mendengar jawaban tersebut Lim Han-kim mulai
berpikir ilmu hipnotis bukan, pakai racun juga bukan, lalu
dengan cara apa iblis perempuan ini akan permainkan
aku...?"
Setelah membetulkan rambutnya yang kusut, kembali
Seebun Giok-hiong berkata sambil tertawa: "Akan kubuat
kau melepaskan ketua Hian-hong-kau secara rela dan
melupakan dia tanpa paksaan"

1980
"Pakai racun bukan, gunakan ilmu hipnotis juga tidak.
aku tak habis mengerti cara apa lagi yang hendak nona
gunakan?"
"oooh, kau tak percaya? "jengek Seebun Giok hiong
tertawa, setelah berhenti sejenak, lanjutnya: "Coba kau
perhatikan, bagaimana wajahku bila dibandingkan
kecantikan ketua Hian-hong-kau?"
"Belum pernah aku perhatikan wajah nona, susah
untuk dibandingkan"
"Lalu kenapa tidak kau perhatikan wajahku sekarang?"
Lim Han-kim mengalihkan pandangannya ke angkasa,
memandang bintang yang bertaburan menghiasi
kegelapan malam, sahutnya hambar: "Aku amat
mencintai ketua Hian-hong-kau, ibaratnya batu bisa
lapuk. samudra bisa mengering, cinta ku kepadanya tak
pernah akan padam, aku pun telah berjanji kepadanya
..."
"Janji apa?"
Lim Han-kim agak sangsi, pikirnya: "Aku tak pernah
janji apa-apa dengannya, padahal urusan ini menyangkut
nama baiknya, mana boleh aku bicara sembarangan.."
Ketika ingatan tersebut melintas lewat, ia jadi bingung
dan tak tahu bagaimana harus menjawab, namun situasi
yang mendesak membuatnya tak bisa berdiam diri saja,
dalam kepepetnya ia pun berseru: "Kami berjanji akan
saling setia sepanjang hidup, sampai mati pun cinta kami
tak akan padam"

1981
Seebun Giok-hiong termenung sejenak. akhirnya ia
mengangguk "Baiklah Kalau memang kau tak bisa
melupakannya, biar dia saja yang melupakan dirimu"
Waktu itu Lim Han-kim sedang dicekam perasaan
kalut, ia khawatir kata-katanya itu akan merusak nama
baik Li Tiong-hui, seandainya sampai terjadi begitu
bagaimana pertanggungan jawabnya nanti? Karena itu ia
tidak mendengar sama sekali apa yang diucapkan
Seebun Giok-hiong.
Tiba-tiba Seebun Giok-hiong mencengkeram urat nadi
Lim Han-kim, kemudian serunya sambil tertawa: "Ayoh
jalan, biar kubuktikan sesuatu kepadamu"
Dalam keadaan urat nadi dicekal, Lim Han-kim tak
memiliki kekuatan sama sekali untuk melawan, terpaksa
ia mengikuti di belakangnya sambil bertanya: "Buktikan
soal apa?"
"Tidak perlu kujelaskan padamu sekarang, sampai
waktunya kau toh akan mengetahui sendiri," jawab
Seebun Giok-hiong sambil tersenyum.
Lim Han-kim pun tidak banyak bertanya lagi, ia
biarkan tangannya dituntun untuk melakukan perjalanan
setelah berjalan sekian lama, Seebun Giok-hiong mulai
kehilangan kesabarannya, dengan marah ia menegur
"Kau bisa berjalan lebih cepat tidak?"
"Kenapa kau tidak lepaskan dulu cengkeramanmu atas
nadiku?"
"Hmmmm, benar-benar keras kepala" umpat gadis itu
sambil melepaskan sebuah totokan

1982
Lim Han-kim segera merasakan jalan darahnya kaku,
tahu-tahu ia jatuh tak sadarkan diri, Ketika sadar kembali
dari pingsannya, anak muda itu menjumpai badannya
terikat di atas sebuah pembaringan matanya tertutup
oleh sebuah benda yang tebal hingga yang nampak
hanya gelap gulita.
Diam-diam ia mencoba mengerahkan tenaga
dalamnya untuk meronta, tapi ternyata sepasang
tangannya ikut diikat, akibatnya ia sama sekali tak
mampu berkutik Apa yang terdengar saat itu hanya suara
langkah manusia yang kacau dalam ruangan tersebut,
tampaknya di situ hadir banyak orang. Kedengaran
seseorang di antara mereka berkata dengan suara
lembut: "Papas sedikit hidungnya, lalu beri dua bacokan
pisau pada pipi sebelah kirinya"
Mendengar teriakan tersebut Lim Han-kim seketika
merasakan hatinya bergidik, tanpa sadar bulu kuduknya
pada bangun berdiri, pikirnya: "Aduh celaka, janganjangan
mereka sedang merusak anggota badanku ..."
Suara benturan senjata segera bergema di udara
menyusul wajahnya terasa amat dingin, sekali lagi ia
berteriak di hati: "Habis sudah riwayatku, berapa banyak
bacokan yang mereka tinggalkan di atas wajahku ...?"
Menyusul bacokan itu, kedengaran seseorang berkata
dengan lembut: "Aaai... sudahlah siau-cui, aku lihat
mukanya sudah cukup jelek, hendak kau permak
wajahnya menjadi apa baru puas?"
Suara seorang wanita yang lain menyahut seraya
tertawa: "Dari majikan kudengar watak orang ini kelewat
jelek. konon ia punya kegagahan menganggap kematian

1983
bagaikan pulang, aku percaya biarpun kita permak
mukanya jadi amat jelekpun, dia tak bakal
memikirkannya di dalam hati."
Kalau didengar dari nada pembicaraannya, mungkin
orang ini bernama siau-cui. Kembali Lim Han-kim berpikir
"Meskipun jelek atau tampan bukan masalah besar, tapi
repot juga bila sanak keluarga dan handai taulan tidak
mengenalku lagi setelah bertemu, bagaimana aku mesti
menerangkan kepada mereka untuk membuat orangorang
itu mengenali diriku kembali...?"
Sementara masih berpikir, suara yang lembut itu
kembali bergema: "Eeei siau-cui, coba lihat mukanya
basah oleh keringat, masa kau bilang ia tidak takut?"
"Aaaah... ada apa? Rupanya ia telah sadar?"
Lim Han-kim merasa kesal, mangkel bercampur
mendongkol, tak tahan ia menyahut: "Yaa betul, aku
sudah sadar cukup lama, di mana Seebun Giok-hiong?
suruh dia datang menjumpai aku"
Sambil berkata ia mengerahkan segenap tenaganya
untuk meronta, tapi sayang tali yang mengikat tangan
serta kakinya amat kencang, ia tak berhasil meronta
untuk melepaskan diri
Tiba-tiba saja suasana dalam ruangan itu menjadi
hening, sepi, tak kedengaran sedikit suarapun
Lim Han-kim merasa kemasgulan yang mengganjal
dadanya makin lama makin menggelembung besar,
akhirnya ia tak sanggup menahan diri, teriaknya keraskeras:
"siau-cui, siau-cui..."

1984
"Hei, kenapa sih berteriak-teriak?" seorang gadis
menegur
"Lepaskan benda yang menutupi mataku"
"Tidak bisa," sahut siau-cui. "Bekas bacokan golok di
wajahmu belum mengering, kalau sampai terlihat
olehmu... waaah, bisa berabe"
"Aku tidak takut, cepat bebaskan tali yang
membelenggu tubuhku" gembor Lim Han-kim semakin
keras.
Tahu-tahu iganya terasa kaku, kembali jalan darahnya
ditotok orang, sebelum kesadarannya hilang sama sekali,
ia masih merasa bagaimana mulutnya dipentang paksa
oleh orang lalu diloloh dengan sebuah cairan pahit,
selanjutnya iapun jatuh tak sadarkan diri.
Entah berapa lama sudah lewat... Tatkala ia sadar
untuk kedua kalinya, pemandangan di sekeliling tempat
itu telah berubah. Dua buah lilin merah yang besar
memancarkan sinarnya menerangi sebuah ruang tidur
yang indah. sekeliling dinding itu dilapisi kain kelambu
berwarna putih bersih, begitu juga taplak meja di mana
lilin itu diletakkan juga terbuat dari kain halus berwarna
putih. Bukan cuma itu, selimut dan kasur pada
pembaringan itu pun berwarna putih, praktis seluruh
ruangan itu didominasi warna putih salju kecuali
sepasang lilin merah itu.
Setelah memperhatikan sekejap pemandangan di
seputar ruangan, Lim Han-kim mencoba meraba
wajahnya, Di mana tangannya menyentuh, terasa
seluruh wajahnya telah dibalut dengan kain pembalut
halus.

1985
Betul ia memiliki keberanian dalam menghadapi ajal
dan maut, namun tekanan jiwa yang harus dialaminya
dalam menghadapi kenyataan perubahan wajah ini cukup
mencekam perasaannya sekali lagi ia merasa hatinya
bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri
"Habis sudah, habis sudah riwayatku" teriaknya dalam
hati, "Aku tak tahu wajahku telah dihancurkan menjadi
macam apa, tapi didengar dari ucapan siau-cui tadi,
mereka pasti telah mengubah wajahku menjadi makhluk
aneh yang berwajah mengerikan ..."
Dalam keheningan terdengar pintu kamar dibuka
orang, disusul muncul seorang gadis cantik berbaju putih
yang membawa sebuah baki.
Lim Han-kim segera melompat bangun siap
mengumbar amarahnya, tapi dengan cepat gadis berbaju
putih itu menyela: "Luka bacokan di wajah siangkong
belum sembuh, tak baik bergerak kasar, silakan tiduran
saja untuk beristirahat."
Tidak menunggu jawaban dari Lim Han-kim, ia
memungut mangkuk dari atas baki dan menyodorkannya
ke hadapan pemuda itu sambil berkata lagi: "Mangkuk ini
berisi kaldu ayam campur jinsom yang amat baik untuk
mengeringkan bekas luka, silakan siangkong
menghabiskannya "
"Aku sehat tak kekurangan sesuatu apa pun, kenapa
mesti minum kaldu ayam bercampur jinsom itu?" teriak
Lim Han-kim sambil mengebaskan tangannya kearah
mangkuk itu.
Dengan cekatan gadis berbaju putih itu merendahkan
tangan kanannya menghindari pukulan Lim Han-kim,

1986
kemudian katanya lagi: "Pesan nona Cui, siangkong
mesti minum jinsom bercampur kaldu ini guna menjaga
kondisi badan, sebab ketika berganti wajah tadi kau telah
kehilangan banyak darah. takutnya hal ini akan
pengaruhi juga kemajuan ilmu silat yang siangkong
miliki."
"Nona Cui yang kau maksudkan apa siau-cui?"
"Betul, cuma siau-cui pun menjalankan titah dari
majikan, kami semua menyebutnya nona Cui."
Diam-diam Lim Han-kim mencoba mengatur
pernapasan, Betul juga, antara dada dan lambungnya
lamat-lamat terasa sakit seperti ditusuk jarum.
Kenyataan ini semakin memedihkan hatinya,
"Aaai... tampaknya habis sudah pamorku sekarang,"
pikirnya. "Bukan cuma wajahku rusak. ilmu silatku juga
dipunahkan Seebun Giok-hiong memang tak salah
disebut perempuan cantik berhati ular..."
Terdengar gadis berbaju putih itu berkata lagi:
"Silakan siangkong minum kaldu bercampur jinsom ini
secepatnya, sebab budak masih ada..."
"Bawa pergi mangkuk itu" tukas Lim Han-kim sambil
mengulapkan tangannya, "Aku tidak mau. suruh siau-cui
kemari"
"Panggil nona Cui?"
"Yaa, panggil siau-cui, mengerti? siau-cui Cepat suruh
dia kemari"
"Tapi kedudukan nona siau-cui jauh di atas kedudukan
budak" seru gadis berbaju putih itu sambil

1987
membelalakkan matanya. "Mana mungkin aku berani
memanggilnya?"
"Kalau begitu katakan, aku yang suruh" gejolak emosi
dalam dada Lim Han-kim lambat laun dapat diredakan
kembali,
"Baiklah, akan budak katakan, siangkong yang suruh"
"Betul, katakan kepadanya, aku yang suruh kau
mencarinya, suruh dia segera datang menjumpaiku Kalau
berani lambat, jangan salahkan jika kubakar habis
gedung ini"
"Siapa nama siangkong?"
"Lim Han-kim, ayoh cepat"
Setelah meletakkan baki berisi mangkuk kuah jinsom
itu ke meja, buru-buru gadis berbaju putih itu beranjak
keluar dari ruangan sepeninggal gadis itu, Lim Han-kim
mencoba mencari sebuah cermin dalam ruangan itu, ia
berharap bisa melihat wajahnya telah dlubah menjadi
macam apa, tapi ia segera kecewa sebab kecuali dua
buah lilin yang menerangi ruangan tersebut, ia tidak
menemukan benda lainnya. Akhirnya setelah menghela
napas sedih, ia jatuhkan diri berbaring kembali di atas
pembaringan
Tak lama kemudian terdengar seseorang berseru dari
depan pintu: "Kau yang mencari aku?"
Lim Han-kim bangkit dari pembaringannya sambil
berpaling, ia saksikan seorang gadis muda berbaju serba
hijau tua telah berdiri disisinya, Maka sambil tertawa
dingin, tegurnya: "Jadi kau yang bernama Siau-cui?"

1988
"Betul, ada urusan apa Lim siangkong mencari aku?"
Lim Han-kim melirik sekejap pintu yang terbuka, lalu
sahutnya: "Budak itu lupa merapatkan kembali pintu
kamar."
"Jangan dilihat ruangan ini dibiarkan terbuka tanpa
penjagaan, padahal perlindungan yang kami berikan
kepada siangkong sangat kuat dan rapat. Buktinya
semalam ada dua rombongan pendatang tak dikenal
yang berhasil kami pukul mundur, untung majikan telah
berjanji tidak membunuh orang dalam tiga bulan,
sehingga para pendatang itu bisa meloloskan diri dalam
keadaan selamat."
"Siapa yang telah kemari?" pikir Lim Han-kim.
"Jangan-jangan ada hubungannya dengan diriku?"
Sementara ia berpikir, di luar jawabnya: "Wajahku
telah kau ubah macam apa? Cepat ambil cermin, aku
ingin tahu bagaimana tampangku sekarang"
"Siangkong tidak usah kuatir," ucap siau-cui sambil
tertawa, "Kepandaian majikan kami sangat hebat,
tanggung wajahmu kini luar biasa dan tiada duanya di
kolong langit. Kau tak perlu terburu-buru ingin tahu, toh
selanjutnya kau akan berwajah demikian sampai mati,
apa takut tak ada kesempatan?"
"Tidak bisa, aku harus menengok wajahku sekarang"
hardik Lim Han-kim semakin panik dan gusar.
"Wajah siangkong masih dibalut dengan kain putih,
biar ada cermin pun kau tak akan menjumpai wajah
aslimu."

1989
Lim Han-kim mencoba meraba wajah sendiri. Benar
juga, mukanya masih dibalut kain yang sangat tebal,
kecuali sepasang mata dan mulut, bahkan sepasang
telinganya juga telah dibalut. Tanpa terasa kembali dia
berpikir
"Aaaah, aku baru tahu sekarang, makanya aku. tidak
mendengar ada orang masuk ke kamar tahu-tahu budak
itu sudah di sampingku, ternyata telingaku telah
tersumbat oleh kain pembalut. "
Mendadak ia saksikan siau-cui menutupi mulutnya
dengan ujung baju dan tertawa cekikikan demikian
gelinya ia tertawa sampai bahunya ikut bergetar keras.
"Apa yang kau tertawa kan?" hardik pemuda itu gusar,
Sambil menahan gelak tertawanya jawab siau-cui:
"Aku sedang membayangkan kehebatan ilmu majikanku,
sedemikian hebatnya hingga meski Hoa Tuo (Tabib sakti
jaman dulu) menitis kembalipun tak akan mampu
menandinginya."
"Wajahku telah kalian ubah jadi macam apa?" teriak
Lim Han-kim gusar bercampur penasaran
"Sekalipun budak melukiskan dengan kata-kata
macam apa pun rasanya sulit untuk melukiskan
keadaanmu sekarang . . ." kembali gadis itu tertawa
cekikikan
Makin dipikir Lim Han-kim sema kin mendongkol
segera bentaknya nyaring: "Hey, apanya yang lucu?
Kalau pingin tertawa, terangkan dulu sejelas-jelasnya"

1990
"Budak sungguh tak sanggup melukiskan bentuk
wajahmu sekarang, pokoknya tampangmu sekarang jelek
dan lagi lucu"
"Lucu bagaimana?"
"Lucu seperti badut... ha ha ha ..."
Lim Han-kim mendengus. "Hmmm Aku tak akan
perduli bagaimana jelek dan lucunya tampangku
sekarang, biar seperti badut juga tak apa-apa, tapi aku
harus menyaksikan mukaku sekarang juga"
Kemudian setelah menghela napas panjang, terusnya:
"sekarang jelas-kan, biar sejelek dan selucu apa pun aku
tak akan sedih, katakan terus terang"
"Jika siangkong memang tak sedih dan tidak khawatir,
kenapa harus terburu-buru ingin tahu?"
Lim Han-kim tak sanggup mengendalikan hawa
amarahnya lagi, Blaammm ia hantam meja dihadapannya
keras-keras sambil-berteriak "Mau bicara tidak?"
Gebrakan itu menggunakan kekuatan yang sangat
besar, membuat meja tersebut bergetar kencang dan
menggoncangkan lilin di atasnya.
Siau-cui tertawa merdu. "siangkong tidak usah marah,
baiklah, biar budak terangkan" ia menengadah sambil
termenung, sampai lama sekali mulutnya tetap
membungkam diri,
"Kenapa membisu?" hardik Lim Han-kim marah,
"Perumpamaan untukmu sulit ditemukan, biarlah aku
berpikir sebentar tentang kata-kata yang tepat."

1991
Lim Han-kim terkesiap. pikirnya cepat: "Mereka telah
mengubah bentuk wajahku menjadi macam apa sehingga
untuk melukiskan saja ia kesulitan mencari kata-kata
yang tepat.,.?"
Tampak siau-cui berkerut kening lalu kata-nya: "Rasarasanya
bentuk hidungmu rada menceng ke samping ..."
"Apa?" Lim Han-kim terperanjat "Mana mungkin letak
hidung bisa bergeser ke samping"
"Bukan letak hidungnya yang benar-benar bergeser,
tapi sekilas pandangan, letaknya seolah-olah telah
bergeser."
"Kemudian?" pemuda itu mendengus,
"Di bawah mata tergores codet yang memanjang,
pada bekas codetan itu dilumuri aneka macam warna
sehingga aku rasa bila luka goresan pisau itu telah
mengering, warna yang bercampur dengan darahmu itu
pasti akan melekat untuk selamanya di wajahmu ..."
"sungguh keji dan buas, betul- betul tak ber-peri
kemanusiaan masih ada yang lain?"
"Pada jidat siangkong kelihatannya dilukis sebuah tato
yang amat besar dan lebar."
"Apa gambar tato itu?"
"Menurut penglihatan budak. kelihatannya gambar
tato itu melukiskan seorang tua yang sedang memancing
di tepi sungai."
"Apa?" bagai diselomot aliran listrik tegangan tinggi
Lim Han-kim melejit bangun, "Kenapa ia membuat

1992
lukisan tato macam begitu di atas jidatku? Memangnya
dianggap jidat-ku kain kasa untuk melukis?"
"Menurut majikan, setelah wajah siangkong diubah
seratus delapan puluh derajat, maka semua perempuan
di kolong langit tak bakal ada yang berani mendekatimu
Iagi, berarti sejak hari ini kau bakal hidup sebatang kara
tanpa sanak tanpa saudara, apalagi kekasih dan pujaan
hati, Keadaanmu ibarat seorang kakek yang memancing
ikan seorang diri ditepi sungai, oleh karena itulah jidatmu
dilukisi sebuah gambar tato yang menggambarkan
suasana memancing di tepi sungai."
"Oooh, rupanya begitu" Lim Han-kim menghela napas
panjang.
"Pada pipi kiri dan kananmu masing-masing juga
diberi sebuah gambar tato yang berbentuk huruf."
"Tulisan apa yang ditatokan di situ?"
"Pada pipi kiri diukir tulisan SEBATANG KARA."
"Lalu apa tulisan dipipi kanan?"
"LUNTANG LANTUNG"
Lim Han-kim segera menengadah dan tertawa
tergelak: "Ha ha ha... haaa ha ha... luntang lantung
sebatang kara... suatu rangkaian tulisan yang tepat"
Mendadak terdengar seseorang membentak dengan
suara sedingin es: "Budak bernyali besar, siapa suruh
kau bicara sembarangan?"
Mendengar hardikan itu siau-cui segera gemetar keras
sambil tundukkan kepalanya, "Budak mohon ampun"
serunya.

1993
Ketika Lim Han-kim berpaling, ia saksikan Seebun Giok
hiong telah berdiri di depan pintu dengan wajah dingin
bagaikan es, mata bersinar tajam dan muka
menunjukkan rasa marah yang meluap.
Keadaan siau-cui saat itu ibarat domba yang akan
disembelih, sikap lincah dan segarnya tadi lenyap tak
berbekas, bahkan tubuhnya bergetar keras.
"Jangan salahkan dia" seru Lim Han-kim cepat dengan
suara lantang, "Aku yang paksa dia untuk bicara, kalau
harus dijatuhi hukuman, jatuhkan saja padaku"
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong mengalihkan
pandangan matanya ke wajah Lim Han-kim, jengeknya:
"Kau kira aku tak berani?"
"Ha ha ha... kau telah melukiskan banyak gambar
aneh pada wajahku, aku percaya perbuatan apa pun
berani kau lakukan, tapi aku Lim Han-kimjuga berani
menghadapi semua cobaan ini. Bila kau anggap masih
punya cara lain yang lebih keji, silakan digunakan semua
kepadaku, satu bacokan tak ada bedanya dengan seribu
bacokan"
Seebun Giok-hiong tertawa hambar, sambil
mengulapkan tangannya kearah siau-cui, hardiknya:
"Keluar kau"
Sepeninggal siau-cui, Seebun Giok-hiong berjalan
menghampiri pembaringan katanya sambil tertawa:
"Seandainya ketua Hian- hong- kau betul-betul menaruh
cinta kepadamu, sekalipun wajahmu berbentuk aneh
dengan aneka lukisan tato, aku yakin dia tak akan
perdulikan bukan?"

1994
Lim Han-kim tertawa dingin, ia hendak mengucapkan
sesuatu tapi kemudian diurungkan matanya segera
dipejamkan Dengan kening berkerut kembali Seebun
Giok-hiong ber-kata: "Bila lukamu telah sembuh, aku
akan ajak kau menjumpai ketua Hian-hong-kau. Beritahu
kepadanya akan identitasmu. Bila ia tetap menaruh rasa
cinta dan kasih yang mendalam seperti dulu, aku baru
percaya bahwa di dunia ini memang benar-benar
terdapat cinta sejati."
"Oooh,jadi untuk membuktikan perkataan itu lantas
kau corengkan aneka macam lukisan tato pada
wajahku?" seru Lim Han-kim tanpa membuka matanya.
Seebun Giok-hiong tertawa, "Ketua Hian-hong-kau
bisa jatuh cinta kepadamu lantaran wajahmu tampan dan
gagah, Bila wajahmu tidak diubah, aku percaya bukan
hanya ketua Hian-hong-kau seorang yang menaruh cinta
kepadamu, Tapi sekarang mukamu sudah berubah,
kegantenganmu dulu sudah punah. Jika ketua Hianhong-
kau betul-betul mencintaimu dia tak akan
mengacuhkan soal perubahan wajahmu, selain itu aku
pun telah membantunya mencapai tujuan, sebab kecuali
dia, tak nanti ada wanita lain yang bakal mencintaimu."
"Sampai kapan luka bacokan di wajahku baru
sembuh?"
"Cepat sekali, dua hari lagi aku bisa melepaskan kain
pembalut dari wajahmu" Lim Han-kim menghela napas
panjang, ia terbungkam dan tidak bicara lagi.
"Hei, apa yang sedang kau pikirkan?" tegur Seebun
Giok-hiong sambil tertawa cekikikan,

1995
"Aku sedang berpikir bagaimana harus hidup sebaikbaiknya
di dunia ini."
"Kaupun tak usah kelewat khawatir, seandainya di
dunia ini betul-betul tak ada orang yang mau
menerimamu, aku Seebun Giok-hiong masih bersedia
memeliharamu sampai tua"
Lim Han-kim mendengus, "Hmmm, asal aku masih
punya kesempatan untuk membunuhmu, sekalipun harus
korbankan nyawa, aku tak akan melepaskannya dengan
begitu saja" Seebun Giok-hiong tertawa.
"Biar kau melatih ilmu silatmu sepuluh tahun lagi, kau
tetap tak akan berhasil membalas dendam ini, jadi dalam
hal tersebut aku tidak perlu khawatir ..." pelan-pelan dia
bangkit berdiri, sambungnya:
"Sekarang baik-baiklah beristirahat. Dua hari lagi aku
akan datang untuk melepaskan kain pembalut wajahmu,
kemudian mengantarmu pergi menjumpai ketua Hianhong-
kau"
Walaupun hanya dua hari, namun dalam perasaan Lim
Han-kim seakan-akan melewati waktu selama dua tahun,
Dalam dua hari ini, ia menerima pelayanan yang baik
sekali, Hidangan yang disuguhkan semuanya hidangan
yang lezat, tempat tinggalnya juga ruangan yang mewah
dengan pelayanan gadis-gadis cantik.
Namun bagi Lim Han-kim yang dirundung masalah, ia
tidur tak nyenyak. makan tak selera, selama dua hari ini
tak sepatah kata pun yang diucapkannya.
Pada tengah hari ketiga, Seebun Giok-hiong benarbenar
datang memenuhi janjinya, ia diikuti siau-cui yang

1996
cantik dengan membawa sebuah baki porselen, isi baki
itu selain sebuah gunting, terdapat juga sebuah botol
porselen berwarna gelap dan tidak diketahui apa isinya,
"Kemari kau" kata Seebun Giok-hiong sambil
mengambil gunting dari atas baki.
Dengan langkah lebar Lim Han-kim maju menghampiri
katanya: "Nona boleh turun tangan" Nada ucapannya
datar dan tenang, sama sekali tak ada rasa takut
"Sebentar lagi kau akan segera dapat melihat bentuk
wajahmu yang aneh, lucu dan menyeramkan takut tidak
kau?" kata Seebun Giok-hiong sambil menggerakkan
guntingnya.
"Selama dua hari aku telah memahami arti sebenarnya
kehidupan manusia di dunia ini. Biar dia hidup berapa
tahun pun akhirnya toh tetap mati, sekarang aku tidak
kuatir menghadapi kematian, kenapa mesti
mengacuhkan masalah bentuk rupa?"
"Aaai... kau memang sangat gagah" puji Seebun Giokhiong
sambil menghela napas, Gunting nva bekerja cepat
memotong kain pembalut di wajah pemuda itu, dalam
waktu singkat semua kain pembalut telah tertanggal.
Lim Han-kim mencoba meraba wajah sendiri benar
juga, permukaan kulitnya cekung cembung tak rata,
bekas luka pun memenuhi seluruh wajah,
"siau-cui" seru Seebun Giok-hiong kemudian. "Cepat
ambilkan cermin"
"Tidak usah bercermin, mari kita segera berangkat."
"Ke mana?"

1997
"Bukankah kau hendak mengajakku menjumpai ketua
Hian-hong-kau?"
"Kuanjurkan lebih baik bercerminlah dulu sebelum
mengambil keputusan, Siau-cui, cepat ambil cermin"
Siau-cui menyahut, tak lama kemudian ia sudah
muncul kembali, katanya sambil menyodorkan cermin ke
tangan Lim Han-kim: "siangkong, ini cerminnya"
Terpaksa anak muda itu terima cermin dan dipakai
untuk mencermin wajahnya, sebuah raut muka yang
sangat aneh dan penuh dengan gambar tato segera
muncul di depan mata.
"Bagaimana hasil karyaku?" tanya Seebun Giok-hiong
kemudian,
Lim Han-kim tertawa tergelak. "Hahaha... sebuah
bentuk wajah yang aneh dan menarik" sahutnya seraya
mengembalikan cermin itu ke tangan siau-cui,
"Bagaimana? sedikitpun tidak merasa se-dih?"
"Aku rasa wajahku sekarang menarik sekali, mari kita
berangkat"
0ooo0
BAB 6. perempuan Im-yang Pendekar jelek
"Apakah kau amat rindu dengan ketua Hian-hongkau?"
tegur Seebun Giok-hiong termangu.
"Yaa, sangat rindu Kenapa?"
"Kuanjurkan lebih baik jangan menaruh harapan yang
kelewat besar kepadanya..."
"Kau tak usah kuatir"

1998
"Baiklah, mari kita buktikan bersama apakah sikap
ketua Hian-hong-kau kepadamu masih tetap seperti
sedia kala ..." Kepada siau-cui perintahnya: "siapkan
kuda, kita bersama-sama menjumpai ketua Hian-hongkau."
Siau-cui menyahut dan segera beranjak pergi, tak
lama kemudian ia muncul kembali seraya berseru:
"Kereta telah slap"
Seebun Giok-hiong segera berkata kepada Lim Hankim:
"Wajahmu sekarang aneh, lucu dan menyeramkan
kalau dibiarkan berjalan biasa pasti akan menarik
perhatian orang banyak, untuk menghindari semuanya
ini lebih baik kita naik kereta saja."
"Terima kasih atas perhatian nona." Dengan langkah
lebar ia beranjak keluar dan naik ke dalam kereta.
Seebun Giok-hiong mengikuti di belakang-nya, tak
lama kemudian siau-cui telah melarikan kereta itu
menelusuri jalan raya.
Tampaknya Seebun Giok-hiong dibuat bingung dan
tidak habis mengerti oleh reaksi yang diberikan Lim Hankim
atas perubahan wajahnya, sebab reaksi pemuda itu
ternyata sangat menyimpang dengan kejadian yang
berlaku pada umumnya.
Ia berusaha keras menahan pelbagai kecurigaan yang
memenuhi benaknya, selama duduk dalam kereta, secara
diam-diam ia awasi terus setiap gerak-gerik dari Lim
Han-kim. Namun pemuda tersebut ternyata hanya duduk
bersandar pada dinding kereta dengan mata terpejam,
tidak bicara juga tidak tertawa.

1999
Sikap ini semakin menyulitkan Seebun Giok-hiong
untuk menilai reaksinya.
Suasana hening mencekam ruang kereta itu, yang
terdengar hanya bunyi guliran roda kereta yang melewati
jalan, Lebih kurang setengah jam kemudian tiba-tiba saja
larinya kereta kuda itu terhenti sama sekali, Menyusul
kemudian terdengar suara Siau-cui berkata: "Lapor
majikan, kita telah tiba di tempat kediaman ketua Hianhong-
kau"
"Ketuk pintu" perintah Seebun Giok-hiong.
Siau-cui menyahut dan segera melompat turun dari
kereta, Tak selang berapa saat kemudian ia sudah
kembali ke depan kereta seraya berseru: " Ketua Hianhong-
kau dengan memimpin para jagonya telah
menyambut sendiri di depan pintu"
Seebun Giok-hiong berpaling kearah Lim Han- kim,
katanya kemudian: "Ayo turun sebentar lagi kau akan
bertemu dengan ketua Hian-hong-kau yang kau rindukan
siang malam"
Lim Han-kim ragu-ragu sesaat, lalu seru-nya: "silakan
nona turun lebih dulu"
Seebun Giok-hiong menyingkap tirai dan melompat
turun disusul Lim Han-kim di belakangnya.
Saat itu Li Tiong-hui dengan mengajak siang Lam-ciau
serta seorang gadis cantik telah menunggu di depan
pintu gerbang, di belakang mereka berdiri berjajar
delapan orang manusia berbaju hitam yang memakai ikat
pinggang warna warni.

2000
Sambil menghela napas Lim Han-kim berpikir "Aaai,
padahal baru berpisah tiga hari, tapi ia seakan-akan
sudah tidak kenal lagi denganku..."
Sementara itu Seebun Giok-hiong telah berkata:
"Terima kasih banyak atas sambutan kaucu"
"Sudah seharusnya, silakan masuk minum teh."
Tanpa sung kan Seebun Glok-hiong melangkah masuk
dengan langkah lebar, sedang siau-cui dengan menarik
Lim Han-kim mengikuti di belakangnya, Tampaknya
semua orang yang hadir di situ tertarik oleh keanehan
wajah Lim Han-kim yang penuh gambar tato itu, tak
terasa semua orang memperhatikannya dengan
seksama, setelah melewati pintu gerbang kedua dan
melewati kebun, sampailah mereka di ruang belakang.
Seebun Giok-hiong segera mempercepat langkahnya
seraya berbisik kepada Li Tiong-hui: "Kaucu, harap kau
singkirkan semua orang, aku hendak membicarakan
sesuatu denganmu"
Li Tiong-hui berpikir sejenak, kemudian sambil
mengulapkan tangannya kepada siang Lam-ciau sekalian,
serunya: "Kalian tak perlu ikut masuk"
Dengan menggandeng tangan Seebun Giok-hiong, ia
langsung masuk ke dalam ruangan Waktu itu di ruang
tengah telah disediakan makanan kecil, dua orang
dayang segera maju menghidangkan air teh.
Li Tiong-hui segera memberi tanda agar dua orang
dayang itu keluar dari ruangan, setelah itu baru katanya:
"Ada urusan apa nona, sekarang boleh kau katakan-"

2001
"Kaucu kenal dengan orang itu?" tanya Seebun Giokhiong
sambil menuding Lim Han-kim.
Dengan sorot mata tajam Li Tiong-hui memperhatikan
Lim Han-kim sekejap. kemudian menggeleng, "Aku tidak
kenal"
"Kaucu jangan pandang enteng orang itu" kata
Seebun Giok-hiong sambil tertawa, "Meskipun wajahnya
aneh, tapi ilmu silat yang dimilikinya sangat tangguh."
"Aku percaya tak ada anak buahmu yang tidak ahli
dalam ilmu siiat, aku lihat saudara ini mungkln berasal
dari suku Biau?"
Seebun Giok-hiong tertawa cekikikan "suku Han juga
mempunyai kebiasaan mentato badan sendiri, jangan
kau kira hanya suku Biau yang memiliki kebiasaan
tersebut."
"Sekalipun suku Han juga mempunyai kegemaran
mentato badan, tapi kebanyakan mentato dada atau
punggungnya, belum pernah kudengar ada orang
mentato wajah sendiri dengan aneka gambar Atau
mungkin memang pengetahuanku amat picik hingga
tidak mengetahui hal tersebut Nona Seebun, kau tak
usah sok rahasia lagi"
Selama tanya jawab berlangsung, Lim Han-kim hanya
berdiri membungkam dengan kepala tertunduk. meski
hatinya amat pedih tapi berhubung wajahnya telah
dipenuhi gambar tato sehingga sukar bagi orang lain
untuk menyaksikan perubahan wajahnya, Mendadak
Seebun Giok-hiong memberi tanda seraya berseru:
"Kemari kau"

2002
Tampaknya semua kegagahan Lim Han-kim ketika
datang tadi telah lenyap tak berbekas, dengan kepala
tertunduk ia maju ke depan.
Sambil tertawa tergelak Seebun Giok-hiong segera
berseru: "Bukankah siang malam kau selalu merindukan
ketua Hian-hong-kau? setelah bertemu kenapa tidak
bicara?"
Kemudian setelah berhenti sejenak. kepada Li Tionghui
katanya lagi sambil tertawa terkekeh: "orang ini
ibarat katak yang merindukan bulan, sudah tahu begitu
jelek tampang sendiri, tapi ia masih merindukan
kecantikan wajah kaucu, bahkan siang malam
merindukannya "
"Aah... masa iya?" seru Li Tiong-hui sambil
memainkan biji matanya.
"Jadi kaucu tidak percaya?" seru Seebun Giok-hiong
tertawa.
"Aku percaya, dengan kedudukan nona, tak mungkin
kau akan sembarangan berbohong."
"Memang paling baik jika kaucu percaya perkataanku
ini."
Pelan-pelan Li Tiong-hui bangkit berdiri, dengan
matanya yang bening ia tatap Lim Han-kim tajam-tajam,
lalu tegurnya: "Kau benar-benar kenal aku?"
"Yaa" Lim Han-kim mengangguk "Walapun aku kenal
kaucu, aku rasa kaucu sudah tidak kenali diriku lagi."

2003
Li Tiong-hui merasa suara itu amat dikenalnya tapi
untuk sesaat tidak teringat siapa dia. setelah termangu
sejenak, tegurnva: "siapa kau?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, ia
membungkam diri.
"Kenapa tidak berani menyebutkan namamu?" jengek
Seebun Giok-hiong dingin-
Li Tiong-hui mengerutkan keningnya lalu tertawa
hambar
"Sebut saja namamu" katanya, "ingatanku paling kuat
terhadap sobat-sobat lama . "
Lim Han-kim menengadah memandang langit-langit
rumah, setelah menghembuskan napas panjangkatanya:
"Aku Lim Han-kim"
Berubah paras muka Li Tiong-hui, tapi hanya sejenak
kemudian telah pulih kembali seperti sedia kala, ia segera
menggenggam tangan Lim Han-kim dan katanya lembut:
"See-bun Giok-hiong mengira dengan merusak wajahmu
lalu aku akan menampikmu serta tak mau mengenalimu
lagi..."
Ia tertawa terkekeh-kekeh, lanjutnya: "Tapi sayang
tebakannya keliru besar"
"Kau menaruh rasa iba, rasa kasihan kepadanya
bukan?" ejek Seebun Giok-hiong sambil tertawa.
"Bagaimana aku harus berbuat agar membuktikan
kepadamu bahwa aku tetap mencintainya sepanjang
masa?"

2004
Seebun Giok-hiong berpikir sejenak. kemudian
katanya: "Caranya sih ada satu, cuma aku kuatir kaucu
keberatan sehingga diutarakanpun tak ada gunanya."
" Katakan saja, akan kupertimbangkan caramu itu."
Seebun Giok-hiong segera melompat bangun, katanya
dingini "Kau benar-benar keberatan meninggalkan dia?"
"Benar, jangankan baru wajahnya yang rusak.
sekalipun kau kutungi keempat anggota badannya dan
melumat panca indranyapun, aku tetap akan
mencintainya sepanjang masa, Bukan tubuhnya yang
kucintai, tapi hatinya."
"Aku tidak percaya"
"Lantas bagaimana baru mau percaya?" tanya Li
Tiong-hui serius.
"Kecuali sekarang juga kau kawin dengannya"
Jawaban ini kontan membuat Li Tiong-hui tertegun,
serunya kemudian: "Kau juga ingin mencampuri urusan
ini?"
Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh, "Ha ha
ha... kau sudah percaya dengan perkataanku bukan, Lim
Han-kim? Kalau ketua Hian-hong-kau benar-benar
mencintaimu, dia tak akan ragu-ragu memutuskan
masalah ini"
Lim Han-kim segera maju sambil busungkan dada,
serunya: "sebagai seorang lelaki sejati aku tak pernah
mempersoalkan bagus jeleknya wajahku, meskipun kini
wajah ku telah rusak di tanganmu, bukan berarti karena
kejadian ini aku lantas putus asa dan segan hidup,"

2005
"Aku hanya ingin kau mengetahui bahwa cinta kasih
antara seseorang dengan seseorang sering dilandasi
suatu syarat dan kondisi tertentu," ucap Seebun Giokhiong
sambil tersenyum. "Bila syarat dan kondisimu itu
lenyap. maka apa yang dinamakan cinta pun ikut
berubah kadarnya."
Setelah berhenti sejenak. kembali lanjutnya: "Tapi kau
tak usah kuatir, walaupun wajahmu telah kurusak tapi
aku akan selalu membawamu ke mana pun aku pergi,
Hanya saja kau harus camkan hal ini dengan jelas,
bahwa berubahnya rasa cinta kekasihmu kepadamu
hanya lantaran berubahnya wajahmu dari ganteng
menjadi jelek."
"Aku Lim Han-kim adalah seorang lelaki sejati, aku tak
sudi menerima rasa iba dari orang lain" tukas anak muda
itu lantang, kemudian dengan langkah lebar ia beranjak
keluar dari situ.
"Jangan pergi" seru Li Tiong-hui sambil menghela
napas sedih, ia melejit ke muka siap mengejar Seebun
Giok-hiong segera ayunkan tangan kanannya melepaskan
satu pukulan, segulung kekuatan yang maha dahsyat
segera menghadang jalan pergi Li Tiong-hui.
Gara-gara terhadang inilah, Lim Han-kim telah keluar
dari ruangan dan kabur meninggalkan tempat tersebut
Li Tiong-hui tidak menyangka kala Seebun Giok-hiong
bakal melepaskan pukulan ke arahnya, termakan
hadangan itu badannya tergetar mundur sejauh dua
langkah, Menunggu dia siap melakukan pengejaran jejak
Lim Han-kim sudah lenyap dari pandangan

2006
Sambil tersenyum Seebun Giok-hiong berkata: "Kau
telah melukai hatinya, itu berarti semakin dalam rasa
cintanya kepadamu dulu, semakin dalam pula rasa
dendam dan sakit hatinya kepadamu, jadi lebih baik tak
usah disusul lagi."
Li Tiong-hui menghela napas sedih, "Aaaai... kau
pernah berjanji tak akan melukainya, bahkan janjimu itu
serasa masih mendengung di sisi telingaku, tapi
kenyataannya sekarang ... kau telah ingkar janji"
"Apa yang telah kusanggupi tak pernah kuingkari
kembali, siapa yang ingkar janji?" sahut Seebun Giokhiong
tertawa.
Li Tiong-hui mendengus marah, bentak-nya: "Kau
telah merusak wajahnya, apakah tindakan ini tidak kau
anggap sebagai suatu perbuatan yang melanggar janji?"
Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh, "Ha ha ha
. . . siapa suruh cinta mu kepadanya tidak murni? Kenapa
setelah ada kejadian malah aku yang disalahkan?"
Li Tiong-hui termenung beberapa saat lamanya,
kemudian ia baru bergumam: "Mengerti aku, mengerti
aku sekarang ..."
"ltu namanya satu langkah salah, seluruh permainan
catur jadi berantakan," kata Seebun Giok-hiong tertawa,
"Nona manis, sayang terlambat kau pahami semua ini
sebelum janji tiga bulan lewat, aku akan suruh kau
rasakan penderitaan karena menyesal" Kemudian setelah
melirik siau-cui sekejap. terusnya: "Kita juga harus
berangkat" Tanpa membuang waktu lagi ia beranjak
keluar dari ruangan.

2007
"Mari kuantar" Li Tiong-hui berusaha membangkitkan
kembali semangatnya
"Tidak usah."
Memandang hingga bayangan punggung Seebun Giokhiong
lenyap dari pandangan, tiba-tiba saja Li Tiong-hui
merasa hatinya begitu kesal, sedih dan mendongkol tak
kuasa lagi air matanya jatuh bercucuran.
Dengan perasaan penuh dendam, malu dan penasaran
Lim Han-kim berlarian menelusuri jalan setapak dalam
gedung itu. Meskipun sekeliling gedung itu dipenuhi
kawanan jago lihai dari Hian-hong-kau, tapi karena
belum ada perintah dari ketuanya, maka tak seorang pun
berusaha turun tangan menghadang.
Lim Han-kim berlari sampai puluhan li jauhnya, ia baru
berhenti setelah tiba di sebuah tempat sepi yang jauh
dari keramaian manusia, Di hadapannya kini terlihat
sebatang pohon yang amat besar, pohon besar itu berdiri
menyendiri di tengah semak belukar, di bawah pohon
besar itu terlihat sebuah kuil kecil yang sudah bobrok, di
belakang kuil tampak sebuah batu besar yang halus.
Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan ke muka dan duduk
di atas batu itu. Membayangkan kembali wajahnya yang
berubah aneh, ia merasa amat pedih. seandainya ia
berjumpa dengan ibu kandungnya sekalipun saat ini, ia
yakin ibunya tak akan mengenalinya lagi.
Akhirnya tak kuasa lagi ia menengadah sambil
menghela napas panjang, gumamnya: "Aaai... tak
disangka aku Lim Han-kim baru terjun ke dalam dunia
persilatan, asat-usul belum sempat dilacak, kini wajahku

2008
telah berubah jadi begini jelek, apa yang harus
kuperbuat selanjutnya?"
Mendadak dari belakang tubuhnya bergema suara
tertawa dingin, disusul kemudian seseorang mengejek:
"He he he... sebagai seorang lelaki sejati, apa artinya
jelek dan tampannya wajah seseorang? Tidak seperti
aku, seorang perempuan yang sejak lahir sudah dikaruniai
wajah sedemikian jelek, Nasibku baru pantas
dikatakan sebagai nasib yang jelek dan memilukan hati."
Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim bangkit berdiri
seraya berpaling, pada jarak beberapa kaki di
belakangnya, Di tengah rumput ilalang setinggi lutut
telah muncul seorang wanita yang berwajah jelek sekali,
perempuan itu mengenakan pakaian berwarna hitam,
wajahnya separuh berwarna merah, separuhnya lagi
pucat pasi. Rambutnya yang panjang amat kusut dan
berwarna putih bercampur hitam, cuma suaranya saja
kedengaran sangat merdu. setelah mengamati orang itu
beberapa saat, Lim Han-kim menegur
"Siapa kau?"
"Aku tak punya nama."
"Tak punya nama?"
"Sejak dilahirkan wajahku sudah jelek. apa mau
dibilang orang tuaku justru memberi sebuah nama yang
indah dan manis untukku, karenanya aku malu untuk
menyebutkan"
Setelah berhenti sejenak. kembali lanjutnya: "Tapi
umatpersilatan menghadiahkan sebuah julukan untukku,

2009
aku rasa julukan itu justru amat cocok dan sesuai dengan
keadaanku"
Perasaan senasib sependeritaan membuat Lim Hankim
tanpa sadar menaruh simpati kepadanya, tak tahan
tanyanya: "Apa julukanmu?"
"Mereka panggil aku iblis wanita Im-yang"
"Dengan tampangnya yang begitu aneh dan jelek. ia
memang sesuai sekali dengan julukan iblis wanita Imyang
. . ." pikir Lim Han-kim diam-diam. sementara itu
perempuan Im- yang itu sudah mengayunkan
langkahnya berjalan mendekat
Jika peristiwa ini berlangsung di masa lalu, Lim Hankim
pasti akan ngeri bercampur seram bila bertemu
dengan manusia seaneh ini, tapi sekarang perasaannya
justru berbeda, ia merasa simpati dan menaruh kesan
baik kepadanya.
Dalam saat itu iblis wanita Im-yang menghentikan
langkahnya dua depa di hadapan Lim Han-kim setelah
melihat pemuda itu sedikitpun tidak takut kepadanya,
kembali ujarnya: "Mereka memberi julukan iblis wanita
Im-yang kepadaku di samping karena wajahku memang
jelek menyeramkan watakkupun berangasan, aku
gampang naik pitam."
"Oooh,jadi kau gampang naik pitam?"
"Bukan cuma gampang naik darah, bahkan akupun
suka membunuh lawanku, terutama muda-mudi yang
berwajah tampan dan berparas cantik. pokoknya kalau
ada di antara dua jenis manusia ini terjatuh ke tanganku,
mereka kerap kali tak mudah lolos dengan selamat"

2010
"Hal ini aku tak bisa salahkan kau. Aku percaya
kawanan muda-mudi itu tentu pada mengejek atau
menyindir setelah menyaksikan keanehan wajahmu,
sindiran semacam ini akan menyakitkan hati yang
berakibat timbulnya rasa dendam, jadi lumrah kalau kau
tak mampu menahan diri"
Im-yang Losat (iblis wanita Im-yang) tertawa hingga
kelihatan sebaris giginya yang putih dan rata. ujarnya:
"Betul, ejekan dan pandangan sinis mereka betul-betul
membangkitkan hawa napsu membunuh ku, aku rasa
kau tentu berperasaan sama seperti aku bukan?"
"Keadanku tidak separah nona, aku belum pernah
bunuh orang lantaran masalah ini."
"Kalau begitu saudara benar-benar seorang manusia
terbaik di dunia ini..."
Tanpa terasa Lim Han-kim membayangkan kembali
sikap sinis dari Seebun Giok-hiong dan tertawa yang
dipaksakan dari Li Tiong-hui, jelas mereka merasa muak
terhadap wajahnya dan hanya pura-pura bersikap baik
kepadanya.
Tak kuasa lagi hawa amarahnya bergelora, "itu pun
tidak tepat" katanya, "Mungkin saja sejak hari ini aku
akan mulai membunuh secara besar-besaran"
"Bagus sekali" Im-yang Losat girang. "Akhirnya aku
bertemu dengan rekan satu pikiran"
Kemudian setelah berhenti sejenak. katanya lagi:
"Boleh aku tahu siapa namamu?"
"Aku Lim Han-kim ..." tiba-tiba ia teringat sesuatu,
mulutnya segera membungkam kembali

2011
Agaknya Im-yang Losat tidak terlalu memperhatikan
perubahan sikap anak mudaitu, dengan wajah berseri
kembali katanya: "Lim Han-kim... Lim Han-kim ... tidak
bagus, tidak bagus, Nama ini terlalu halus bagimu"
"Aaah, nama hanya sebuah lambang bagi manusia
dalam perjalanan hidupnya, aku rasa tidak perlu terlalu
dianggap serius."
"Bila saudara Lim tidak keberatan aku banyak mulut,
bagaimana kalau kuhadiahkan sebuah julukan yang
sangat baik untukmu?"
"Julukan apa?"
"Lantaran wajahku separuh merah separuh putih maka
orang menyebutku Im-yang Losat, sebaliknya wajah
saudara Lim penuh dengan lukisan tato yang aneh tapi
indah, oleh sebab itu bagaimana kalau kusebut saudara
Lim sebagai ... iblis berwajah tato ..."
"lblis berwajah tato?" gumam Lim Han-kim,
"Ha ha ha ...julukan yang sangat tepat"
"Sejak dilahirkan, kecuali dengan orang tua yang
melahirkan diriku, boleh dibilang aku tak pernah
berhubungan dengan orang lain, Tapi setelah bertemu
saudara Lim hari ini, aku merasa cocok sekali, Aaaai...
atau mungkin akulah yang terlalu romantis . .."
Lim Han-kim tidak menjawab, hanya pikirnya: "Kalau
seseorang senasib sependeritaan, biasanya mereka
gampang bergaul dan berkumpul, kejadian ini sangat
lumrah ..."

2012
Terdengar im-yang Losat melanjutkan sesudah
menghela napas panjang: "Aku tidak tahu apakah
saudara Lim bersedia untuk berkawan atau tidak?"
Kembali Lim Han-kim berpikir "Jika didengar dari nada
pembicaraannya, ia penuh dengan perasaan dendam dan
benci, Bila aku berkawan dengannya, sedikit banyak aku
tentu akan terpengaruh oleh watak serta pembawaannya
..."
Kembali terdengar im-yang Losat berkata: "Aaaai...
oleh sebab wajahku jelek susah dipandang, orang awam
memencilkan aku selama hidup boleh dibilang aku belum
pernah berkawan dengan siapa saja. Tapi setelah
berjumpa saudara Lim hari ini, timbul perasaan senasib
sependeritaan di hati kecilku. itulah sebabnya aku ajukan
tawaran untuk bersahabat denganmu. Apabila saudara
Lim tidak sudi untuk berteman, baiklah, anggap saja aku
tak pernah bicara apa-apa denganmu, selamat tinggal"
Pelan-pelan ia membalikkan badan dan beranjak pergi
meninggalkan tempat itu.
"Tunggu sebentar, nona" teriak Lim Han-kim tiba-tiba.
Im-yang Losat membalikkan badannya seraya
menghembuskan napas panjang, ucapnya: "selama dua
puluhan tahun aku hidup di dunia ini, baru pertama kali
ini ada orang memanggil nona kepadaku."
"Orang ini patut dikasihani," Lim Han-kim segera
berpikir "Aaai... apa bedanya dengan nasibku sejak hari
ini? Mungkin aku pun akan dikucilkan dari masyarakat..."
Terdengar Im-yang Losat berkata lagi:
"Apabila saudara Lim bersedia untuk ber-kawan
denganku, aku pun bersedia membagi kenikmatan dari

2013
suatu rahasia besar dunia persilatan dengan saudara
Lim."
"Rahasia besar apa itu?" Lim Han-kim mulai tertarik,
"Orang awam menganggap aku sebagai siluman atau
iblis setelah menyaksikan raut wajahku yang sangat aneh
ini. oleh sebab itu, meski dunia sangat luas tapi tiada
tempat yang cocok bagiku untuk berdiam diri, Terpaksa
aku menyingkir dari keramaian dunia dengan memilih
tempat yang sepi dan terpencil untuk meneruskan hidup,
suatu ketika dalam petualanganku di tengah hutan
rimba, aku telah menemukan tempat tinggal seorang
tokoh persilatan dari zaman dulu, Dalam istananya
tertinggal pula seluruh jerih payah serta buah
pikirannya..." Berbicara sampai di sini, tiba-tiba ia
hentikan perkataannya .
Pembicaraan itu tampaknya menarik perhatian serta
rasa ingin tahu Lim Han-kim, tak tahan ia bertanya:
"Boleh aku tahu benda apa yang ditinggalkan tokoh
persilatan dari zaman dulu itu?"
"Sejilid kitab ilmu silat penuh berisi catatan pelbagai
ilmu sakti dalam dunia persilatan serta sebelas buah
kitab keterangan serta kupasannya, Aku butuhkan waktu
tiga hari tiga malam untuk membaca habis seluruh isi
kitab itu, Bukan aku sengaja mengibul atau sombong,
Bila seseorang mampu mempelajari semua ilmu silat
yang tercatat dalam kitab ini, maka tiada orang yang
sanggup menandingi kehebatannya lagi..."
Lim Han-kim semakin tertarik, pikirnya: "Aku
membawa dendam kesumat sedalam lautan serta tekateki
seputar asal-usulku, untuk membuka tabir rahasia

2014
asal-usulku maupun untuk membalas dendam atas sakit
hatiku, aku butuh serangkaian ilmu silat yang tangguh
sebagai modal kerja ..."
Belum selesai ia berpikir, Im-yang Losat telah berkata
lebih jauh: "Aku tahu, sulit bagi saudara Lim untuk ambil
keputusan dalam waktu singkat Aku pun tak ingin terlalu
memaksa. Gunakanlah sehari ini penuh untuk berpikir
dan memutuskan, besok sore kita berjumpa lagi di
tempat ini, semoga sampai waktunya saudara Lim telah
membuat keputusan."
"Tak usah dipertimbangkan lagi, sekarang juga aku
telah membuat keputusan"
Dari balik mata Im-yang Losat yang bening, terpancar
keluar sinar harapan yang luar biasa. Ia menatap wajah
pemuda itu lekat-lekat
Kembali Lim Han-kim berkata: "Kau berwajah aneh
sejak dilahirkan, sedang wajahku jelek karena dirusak
orang, Meski berbeda ke-adaan namun apa yang kita
alami mirip satu sama Iainnya. Aku tahu, orang di dunia
ini memang menilai seseorang dari wajahnya. Hanya
lantaran kita berwajah jelek. maka tanpa alasan dan
sebab yang jelas umat manusia mengucilkan kita.
Memang betul, kita harus belajar suatu ilmu silat yang
hebat dan luar biasa, agar kita bisa melampiaskan rasa
tertekan orang-orang berwajah jelek di dunia ini."
"Ehmrn, betul, aku pun berpendapat begitu."
"Bila nona tak keberatan, mari kita bersumpah di
depan matahari untuk selanjutnya kita hidup sebagai
kakak beradik." Im-yang Losat tersenyum.

2015
"Dari sekarang hingga tengah hari esok masih ada
setengah hari ditambah satu malam, kau hendak pergi ke
mana untuk melewatkan malam yang sepi ini?"
"Terus terang kukatakan, sekarang aku tak punya
rumah tanpa tujuan, Jika cici masih ada urusan yang
harus diselesaikan silakan kau bereskan dulu. Aku akan
mencari sebuah tempat yang sepi dan terpencil untuk
melewatkan malam ini, tengah hari esok kita bertemu
lagi di sini, sebenarnya aku pingin ajak kau ikut
denganku, tapi karena perjalanan yang harus kutempuh
sangat jauh, aku kuatir kau jadi kecapaian nanti..."
Sekalipun Lim Han-kim tetap membungkam namun di
hati kecilnya ia merasa sangat tidak puas, pikirnya: "Aku
tak percaya ilmu meringankan tubuhmu jauh lebih
ampuh daripada kepandaianku. "
Agaknya Im-yang Losat dapat membaca suara hati
Lim Han-kim itu, ia tersenyum tanpa komentar, hanya
secara tiba-tiba ia berpekik rendah. suara ringkikan kuda
diikuti derap langkah yang kuat segera berkumandang
dari kejauhan, menyusul kemudian muncul seekor kuda
berbulu hitam pekat menghampiri perempuan itu
Kuda ini memiliki bulu yang luar biasa panjangnya,
sekilas pandang tidak mirip kuda, tapi juga tak bisa
dilukiskan makhluk apakah itu, pada punggungnya sudah
dipasang pelana berwarna putih.
Kuda hitam dengan pelana putih, suatu perpaduan
warna yang amat kontras, sambil melompat naik ke atas
pelana kuda, Im-yang Losat berseru: "saudaraku, bila
kau ingin menunggang kuda bersama cici, ayohlah cepat
melompat naik"

2016
Lim Han-kim melihat panjang pelana itu hanya dua
depa, itu berarti bila mereka berdua duduk di atas pelana
yang sama, maka mereka harus duduk saling
berangkulan, padahal sekarang langit sudah terang. apa
jadinya bila laki perempuan saling berangkulan di atas
kuda?
Berpikir begitu seraya mengulapkan tangannya ia
menyahut seraya tertawa: "Aku tidak ikut, Besok tengah
hari akan kutunggu kehadiran cici di tempat ini"
Im-yang Losat berpikir sejenak. lalu katanya:
"Mengikat diri sebagai kakak beradik akan sangat
mengganggu kebebasan masing-masing, Aku lihat
selanjutnya kita bisa berjuang bersama bagaikan kakak
beradik, saling membantu dan saling mengisi, tapi tidak
perlu harus mengikat diri sebagai kakak beradik yang
sesungguhnya." setelah berhenti sejenak, kembali
tanyanya: "Berapa usiamu tahun ini?"
"Tahun ini aku berusia dua puluh satu tahun"
"Sangat kebetuan, tahun ini aku juga berusia dua
puluh satu tahun, tapi saudara Lim dilahirkan pada bulan
berapa?"
"Aku bulan empat tanggal tiga."
"Adduh... sungguh patut disayangkan aku dilahirkan
pada bulan dua tanggal empat, berarti lebih tua satu
bulan lebih,"
"Kalau memang nona dua bulan lebih tua, berarti
urutanku berada di bawahmu, dengan kata lain aku
adalah si adik."

2017
Im-yang Losat tertawa. "Hei... kau jangan salah
sangka, Aku sih tak ada niat mencari keuntungan darimu,
apa mau dikata jika kenyataannya begitu, Aku rasa kita
tak perlu mempersoalkan usia lagi, Baiklah, biar aku
memanggil kakak padamu"
"Tidak apa-apa, biar aku saja yang memanggil cici
kepadamu"
"Baiklah, kalau begitu aku memanggilmu adik,"
"Cici tak perlu sungkan-sungkan, kalau ada persoalan
silakan diutarakan"
Im-yang Losat menengadah memandang cuaca, lalu
katanya: "Saudaraku, cici harus segera pergi untuk
selesaikan satu masalah pribadi Kita berjumpa lagi esok
siang di sini, akan ku ajak kau mengunjungi tempat
tinggal tokoh persilatan itu."
"Bila cici ada urusan, silakan saja berangkat."
"Baik, kalau begitu klta berpisah sementara waktu."
Dengan menarik tali les kudanya, bagaikan hembusan
angin puyuh kuda itu beriarian meninggaikan tempat
tersebut, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya telah
lenyap dari pandangan
Memandang bayangan punggung Im-yang Losat yang
menjauh, diam-diam Lim Han-kim memuji: "Benar-benar
seekor kuda jempolan"
Tanah lapang yang luas kembali pulih dalam
keheningan yang semua, sinar matahari senja yang
memancarkan cahaya kemerah-merahan membiaskan
bayangan tubuh Lim Han-kim yang memanjang.

2018
Berdiri seorang diri di tengah tanah lapang yang
hening, tiba-tiba saja pemuda itu merasa kesepian Tanpa
terasa ia meraba lukisan tato di wajahnya, rasa pedih,
dendam dan murung seketika menyelimuti seluruh
pikiran dan perasaannya, Dengan pikiran kosong Lim
Han-kim berjalan tanpa tujuan, ia tak dapat
membedakan lagi mana timur, mana selatan, mana barat
dan mana utara, sikap ragu-ragu dari Li Tiong-hui
membuat ia beranggapan bahwa dirinya telah dikucilkan
dari keramaian dunia, tapi perkenalannya dengan Imyang
Losat telah membangkitkan pula semangat
hidupnya.
Dia ingin melatih diri secara tekun, memilikl ilmu silat
yang tangguh kemudian kalau bisa mengubah
pandangan orang lain terhadap bagus jeleknya wajah
seseorang.
Matahari telah tenggelam di kaki langit kegelapan
malam mulai menyelimuti angkasa, Pekikan burung
malam tiba-tiba menyadarkan kembali Lim Han-kim dari
pikirannya yang kalut, ia coba menengadah dan
menghembuskan napas panjang, saat itulah ia baru
merasa perutnya amat lapar, tampaknya sudah seharian
penuh ia tidak mengisi perut.
Pemuda itu mencoba memeriksa sekeliling tempat itu,
dari balik kegelapan yang menyelimuti angkasa, Di
kejauhan sana lamat-lamat ia saksikan setitik cahaya api.
Sambil menghela napas Lim Han-kim bergumam: "Aku
harus menyayangi tubuhku menjaga kesehatan serta
kondisi tubuhku, Biarpun orang di dunia ini telah
mengucilkanku, tapi aku tak boleh meremehkan diriku

2019
sendiri, Aku harus melatih diri dengan ilmu silat yang
tangguh, membuka tabir asal-usulku, Aku tak boleh
menyia-nyiakan harapan ibu yang dengan susah payah
telah memelihara serta mendidikku hampir dua puluh
tahun lamanya, Biar wajahku kini jelek dan aneh,
semangatku tak boleh padam, aku tak boleh melukai
perasaan hati ibu"
Ketika ingatan tersebut melintas lewat, segala
kemurungan segera terusir lenyap. setelah menentukan
arah perjalanannya, ia mulai mengayunkan langkah
menuju ke sumber cahaya api itu,
Ternyata tempat itu merupakan sebuah rumah gubuk
yang dikelilingi pagar bambu, sebuah bangunan kecil
yang berdiri sendirian di tengah padang rumput yang
sepi dan terpencil ia mencoba memeriksa sekeliling
bangunan itu, namun suasana gelap gulita, Tak
dijumpainya sumber cahaya lain di seputar tempat itu.
Lim Han-kim mencoba berjalan mengitari pagar
bambu itu, tapi rasa lapar yang makin menjadi
membuatnya tak mampu menahan diri lagi, tak tahan
tegurnya keras-keras: "Adakah orang di dalam?"
"Siapa?" dari balik gubuk kedengaran seseorang
menyahut dengan suara tua yang parau.
"Seorang yang kemalaman sedang kelaparan bolehkah
aku menumpang semalam sambil mengisi perut? "
"Maafkan aku sudah tua dan sedang sakit hingga tak
dapat menyambut, silakan masuk sendiri"
"Besar amat nyali orang tua ini," pikir Lim Han-kim.
"Seorang diri ia berani tinggal di tempat yang sepi,

2020
terpencil dan gelap seperti ini." sambil berpikir ia dorong
pintu dan melangkah masuk ke dalam ruang rumah.
Di dalam ruangan disaksikannya seorang kakek
berusia enam puluh tahunan yang berwajah luyu karena
sakit sedang berbaring di atas pembaringan, di sisinya
terdapat meja dan lilin yang menyala di atasnya.
Mendadak terdengar kakek itu menjerit kaget,
tubuhnya yang sudah bangkit untuk duduk terkulai
kembali ke atas pembaringan
Lim Han-kim tertegun melihat sikap kakek itu, Tibatiba
ia teringat dengan wajah sendiri yang jelek dan
aneh, tanpa terasa katanya seraya menghela napas
sedih: "Kakek, kau tak usah takut..."
"Siapa kau?" tegur kakek itu agak takut
"Aku adalah manusia, hanya wajahku memang aneh
serta jelek. Kalau sampai mengejutkan kakek, mohon
dimaafkan."
Lambat laun keberanian kakek itu muncul kembali, ia
berusaha untuk bangkit lalu katanya: "Sayang di tempat
terpencil ini tiada hidangan untuk menjamumu, lagi pula
putriku tak ada di rumah, Bila tuan merasa lapar, buatlah
sendiri di dapur sana."
"Aaaah, kakek bersedia menampungku sudah
membuatku bersyukur Aku tak berani merepotkan
dirimu."
"Letak dapur ada di sisi kiri ruangan"
"Terima kasih kakek"

2021
Lim Han-kim segera keluar dari ruang tengah menuju
ke sisi kiri yang dimaksud. Ruangan di sebelah kiri amat
gelap. sedemikian gelapnya sampai melihat lima jari
sendiri pun susah, Lim Han-kim segera mengerahkan
tenaga dalamnya untuk memeriksa.
Di hadapannya terlihat sebuah meja, di atas meja
terdapat sebuah tudung saji yang terbuat dari bambu,
tanpa terasa pikirnya: "Di bawah tudung saji bambu ini
tentu diletakkan hidangan Biasanya orang yang hidup di
tempat terpencil susah dalam hal ekonomi, baiklah
setelah bersantap nanti kutinggaikan berapa tahil perak
sebagai imbalan."
Ketika tudung saji itu dibuka, betul juga, segera
terendus bau harum daging yang menusuk hidung,
Untung pemuda ini memiliki ketajaman mata yang
melebihi orang lain, Kendatipun berada dalam kegelapan,
namun ia dapat melihat hidangan yang tersedia di bawah
tudung saji bambu itu sangat mewah, Ada ikan laut, ada
daging, bahkan tersedia pula sepoci arak wangi.
Saat itu Lim Han-kim merasa lapar sekali, begitu
mengendus bau harumnya daging dan arak, ia sudah tak
mampu mengendalikan diri lagi, Tanpa pikir panjang ia
mulai bersantap dengan lahapnya,
Ketika perutnya mulai kenyang, satu ingatan baru
melintas di dalam benaknya, pemuda itu segera berpikir:
"Aneh, tempat ini terpencil, sepi dari manusia dan lagi
rumah ini sebuah gubuk reyot yang jelas menunjukkan
milik orang miskin. Dari mana datangnya hidangan
daging, ikan dan arak wangi yang begitu mewah ini?"

2022
Berpikir sampai di situ ia segera menghentikan
makannya dan bermaksud keluar dari ruangan itu. Pada
saat itulah terdengar kakek itu menegur dari luar
ruangan: "sudah kenyang, tuan?"
Pelan-pelan Lim Han-kim melangkah keluar dari dapur
dan balik ke ruang depan, ia menjumpai kakek itu sudah
duduk ditepi pembaringan dan memandang ke arahnya
dengan senyum, Begitu melihat anak muda itu
munculkan diri, ia segera menegur lagi: "Berapa banyak
hidangan yang telah kau makan?"
Bab 7. jarum Emas Membebaskan Racun Panas
Memandang senyum licik yang menghiasi wajah kakek
itu, Lim Han-kim segera merasa hatinya bergidik dan
tubuhnya merinding semua. sahutnya agak ragu: "Maaf
kakek, berhubung aku kelewat lapar, sebagian besar
hidangan milikmu telah kuhabiskan."
Kakek itu melompat bangun lalu tertawa terbahakbahak.
suara tertawanya begitu keras dan nyaring
membuat seluruh ruangan bergetar keras dan cahaya
lilin berkedip tiada hentinya.
Dari gelak tertawa yang penuh tenaga itu Lim Han-kim
segera mengetahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki
kakek itu amat sempurna, pikirnya cepat: "Ternyata ia
hanya pura-pura sakit..."
Terdengar kakek itu berkata lebih jauh: "Aaaai... anak
muda, rupanya kau kelewat goblok, sama sekali tak mau
menggunakan otakmu ..."
"Kenapa?"

2023
"Kau tak percaya dengan perkataanku ini? Kau goblok
sekali..."
"Sikap kakek dalam berpura-pura amat luwes dan
hidup, aku memang tak bisa mempercayai begitu saja."
"Untung kau hanya menghabiskan separuh
hidanganku," kata kakek itu sambil tertawa, "Coba kalau
semuanya kau habiskan, saat ini mungkin kau sudah
berubah bentuk."
"Berubah bagaimana?" Lim Han-kim tetap
kebingungan tak habis mengerti.
Kakek itu tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha... betul,
kau telah berubah bentuk Tahukah kau siapa aku ini?"
"Tidak" pemuda itu menggeleng.
"Pernah dengar orang persilatan menyebut seorang
tokoh tersohor yang dipanggil Cau-hua lojin?"
"Sayang cayhe belum pernah mendengar."
Berubah hebat paras muka kakek itu, serunya dingin:
"Kalau memang belum pernah mendengar, akan kusuruh
kau saksikan sendiri sekarang..."
"Bagaimana caranya untuk menyaksikan sendiri?"
diam-diam Lim Han-kim mengerahkan tenaga dalamnya
bersiap sedia,
"Di dalam hidangan yang telah kau sikat habis tadi
telah dicampuri dengan sejenis obat hasil ramuanku yang
hebat sebentar lagi, bila obat itu mulai bekerja, seluruh
tubuhmu akan terasa panas luar biasa. Kecuali cara
pengobatan tunggalku, tiada lagi orang mu yang bisa
menyembuhkan siksaan tersebut."

2024
Diam-diam Lim Han-kim mencoba mengatur napas,
tapi ia tak menemukan sesuatu gejala yang aneh, maka
serunya: "Tapi sebelum obat itu mulai bekerja, aku masih
mampu melakukan perlawanan habis-habisan"
Kakek itu tertawa dingin, "Mari kuperlihatkan sesuatu
lebih dulu, sebelum kau ingin bertarung melawanku."
"Melihat apa?" timbul rasa ingin tahu di hati kecil Lim
Han-kim.
Kakek itu mengambil lilin dari atas meja lalu
mendorong dinding di belakang ranjangnya seketika
muncullah sebuah pintu yang cukup dilalui satu orang.
Melihat itu Lim Han-kim segera berpikir "Bagaimana
pun aku toh sudah bertemu dengan peristiwa ini, ditakuti
juga tak ada gunanya, lebih baik kutengok apa yang
hendak diperlihatkan kepadaku."
Tampaknya orang tua yang menyebut diri sebagai
Cau-hua lojin itu juga tak takut Lim Han-kim berusaha
melarikan diri, ia malah berjalan lebih dulu di depan,
Kalau mau sebetulnya saat itu Lim Han-kim mempunyai
cukup kesempatan untuk melarikan diri, tapi rasa ingin
tahu yang meluap membuatnya tanpa sadar mengikuti
kakek itu masuk ke dalam pintu rahasia.
Kalau di luar pintu adalah sebuah rumah gubuk yang
reyot danjelek. maka di balik pintu rahasia tersebut
justru terdapat sebuah ruangan dengan lantai terbuat
dari batu hijau, Beberapa sosok tubuh manusia berbaring
berada di atas lantai itu dan mereka semua tertidur amat
nyenyak!

2025
Lim Han-kim mencoba untuk menghitung jumlahnya,
ternyata ada delapan orang, Ketika ia melihat jelas orang
yang terakhir, perasaan hatinya seketika bergetar keras.
ternyata orang yang berbaring paling ujung tak lain
adalah Yu Siau-liong, orang yang siang malam dirindu
dan dilacak jejaknya.
Setelah meletakkan lilin di atas lantai, cau-hua lojin
pelan-pelan berkata: "Aku hendak memilih dua belas
orang murid inti untuk perguruan cau-hua- bun yang
kudirikan, kau akan menjadi orang pilihanku yang
kesembilan ..."
Lim Han-kim berusaha menahan diri dari gejolak
emosinya, sedapat mungkin jangan sampai meneriakkan
nama Yu Siau-liong. perubahan dan pengalaman yang
dialaminya selama beberapa waktu belakangan ini
membuat sikap pemuda ini jauh lebih tenang dalam
menghadapi segala masalah.
Pelan-pelan sorot matanya dialihkan ke wajah kakek
itu, kemudian ujarnya: "Masalah mengumpulkan murid
sebaiknya disetujui oleh kedua belah pihak. Jadi
bagaimana kalau aku tak bersedia menjadi anggota
perguruanmu?"
Cau-hua lojin tertawa "Sistim perguruan cau-hua- bun
dalam penerimaan murid selalu begini, tak pernah
menanyakan kepada si calon apakah setuju atau tidak,
Asal aku tertarik dengannya. maka biar dia keberatan
pun harus tetap menjadi muridku, sebaliknya bila aku
tidak tertarik, biar kau merengek dengan cara apa pun,
aku tak bakalan menerimanya ... "

2026
Kemudian setelah tertawa terbahak-bahak, lanjutnya:
"Aku tak akan memaksa orang lain masuk menjadi
anggota perguruanku tanpa sebab musabab yang jelas,
karena itu aku mendirikan rumah gubuk ini jauh terpencil
dari keramaian orang, Kau sendiri yang kini
mengantarkan diri kemari, Bila aku tidak tertarik
denganmu, mana mungkin kubiarkan kau melahap
hidangan daging, ikan dan arak milikku?"
"Hidangan yang terlanjur kuhabiskan bisa kuganti
dengan harga sepuluh kali lipat, anggap saja aku telah
membelinya darimu."
"Tidak bisa, kau sudah kupilih menjadi salah seorang
calon muridku, jadi sekarang kau sudah tak punya pilihan
lain"
"Kakek. percuma kau membujukku dengan cara
begini, sekali aku orang she Lim mengatakan tak tertarik.
sampai mati pun aku tak tertarik"
"Kau pun tak usah banyak bicara, sekarang aku harus
mencoba dulu dasar kemampuanmu sebelum menjadi
anggota perguruanku." Tiba-tiba Cau-hua lojin
mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah
babatan kilat.
Tampaknya Lim Han-kim sudah mempunyai persiapan
yang matang, hendak menunggu sampai kakek itu
melancarkan serangannya baru badannya bergerak ke
sisi Yu siau-liong dan menyambarnya untuk diajak
melarikan diri
Oleh sebab itu ketika melihat serangan lawan
menyambar tiba, dengan cepat tubuhnya bergeser dua
langkah kesamping kiri, tangan kanannya melepaskan

2027
satu pukulan untuk membentur ancamam lawan
sementara tangan kirinya menyambar tubuh Yu siauliong,
kemudian katanya melayang ke depan menendang
dinding ruangan.
Termakan tendangan yang sangat kuat itu, pintu
ruangan segera retak beberapa depa lebarnya, Dengan
tangan kiri membopong Yu siau-liong, tangan kanan
melindungi diri, Lim Han-kim menerobos keluar dari
dinding dan kabur secepatnya meninggalkan tempat itu.
Terdengar cau-hua lojin tertawa terbahak-bahak, dari
kejauhan sana ia berseru: "Hei, anak muda Bila kau tak
sanggup menahan siksaan panas dalam tubuhmu, segera
baliklah kemari"
Ketika kakek itu menyusul keluar dari rumah gubuk
itu, Lim Han-kim telah berada puluhan kaki jauhnya di
depan sana, Ternyata Cau-hua lojin tidak berniat
mengejar, ia malah balik ke dalam kamar untuk
melanjutkan tidurnya.
Sudah puluhan li jauhnya Lim Han-kim melarikan diri
sambil membopong tubuh Yu siau-liong, tiba-tiba ia
merasakan timbulnya hawa panas yang sangat aneh dari
bagian Tan-tiannya, dalam waktu singkat hawa panas itu
menyelimuti seluruh badannya.
Dalam perasaan terkejutnya pemuda itu berpikir
"Tampaknya apa yang dikatakan cau-hua lojin sangat
tepat Hawa panas ini munculnya sangat ganas dan
hebat, tampaknya tidak mudah bagiku untuk
melawannya ..."
Dalam keadaan begini ia tak berani melanjutkan
perjalanannya lagi. setelah meletakkan Yu siau-liong ke

2028
tanah, ia duduk bersila untuk mengatur pernapasan ia
berharap bisa mengusir keluar hawa panas yang aneh itu
dengan mengandalkan tenaga dalam miliknya.
Dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya
itu, setelah mengatur pernapasannya beberapa saat,
kondisi tubuhnya terasa jauh lebih segar, maka dia pun
berpikir "Tampaknya Cau-hua lojin hanya membual,
buktinya racun panasnya hanya begitu saja
kehebatannya ..."
Ia lalu mencoba memeriksa Yu siau-liong yang
dibaringkan di sisinya, ia semakin tercengang setelah
melihat bocah itu tetap tertidur nyenyak sekali
kendatipun sudah dibawa lari sekian jauh, pikirnya:
"Paling tidak aku telah membawanya berlarian sejauh
puluhan li, kenapa ia masih tertidur pulas?" Dengan
suara keras iapun berteriak: "siau-liong, siau-liong, cepat
bangun"
Ia sudah mencoba berteriak beberapa kali Yu siauliong
tetap juga tidak menjawab Dicobanya memeriksa
dengus napasnya, namun semuanya berjalan normal
tanpa sesuatu kekurangan pun.
Sekali lagi ia periksa jalan darahnya, ternyata
semuanya lancar tanpa gangguan, Kenyataan ini
membuat anak muda ini semakin tak habis mengerti
"Heran... aneh... sungguh tak habis mengerti," pikirnya, "
Ia tak nampak seperti kena obat bius, juga tidak mirip
tertotok jalan darahnya, tapi kenapa begitu nyenyak
tidurnya? Apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya?"
Sementara ia masih gelagapan tak habis mengerti,
mendadak hawa panas yang muncul dari arah Tan-tian

2029
dalam tubuhnya itu menggelora kembali, bahkan kali ini
munculnya lebih ganas dan hebat, beberapa kali lipat
lebih hebat daripada yang pertama, ia merasa paru-paru,
hati, usus dan limpanya seolah-olah dibakar dengan api
yang luar biasa besarnya, begitu sakit, panas dan
tersiksa hingga sulit dilukiskan dengan kata-kata.
Tak lama kemudian hawa panas itu menyembur keluar
dari Tan-tian langsung menembus ke atas dan seakanakan
menyembur keluar melalui mulutnya.
Perasaan sakit ibarat hatinya hancur dan jantungnya
retak ini membuat anak muda tersebut tidak
berkemampuan lagi untuk mengerahkan tenaga
dalamnya. ia mulai merasa haus, mulutnya kering dan
perutnya melilit-lilit seperti akan pecah.
Lim Han-kim telah menggunakan semua kesabaran
terbesar yang dimilikinya tapi tetap tak mampu menahan
siksaan yang dialaminya saat ini. isi perutnya seperti
terbakar semua, hancur berkeping-keping dan
menyembur keluar semua lewat mulutnya.
Akhirnya pemuda itu menjerit keras, berteriak seperti
orang gila, melompat bangun dan berlarian kesana
kemari tanpa tujuan, kesadaran pikirannya saat itu sudah
dibuat kabur oleh panasnya kobaran api yang membara
dalam tubuhnya, hanya satu ingatan yang melintas
dalam benaknya saat ini yakni mencari air dingin dan
minum sebanyak-banyaknya untuk memadamkan hawa
panas yang membakar badannya. Maka sambil berteriak
kesana kemari, jeritnya melengking "Air ... Air ..."

2030
Tubuhnya makin lama terasa semakin berat, kakinya
seperti diborgol dengan bulatan besi yang sangat berat,
langkahnya pun makin lama semakin lambat.
Mendadak terlihat sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat, tahu-tahu Cau-hua lojin telah
munculkan diri menghadang jalan pergi Lim Han-kim.
serunya sambil tertawa ter-bahak-bahak: "Ha ha ha . . .
anak muda, kau ingin minum air?"
Bagaimana kaburnya kesadaran Lim Han-kim saat itu,
ia masih dapat mempertahankan setitik kejernihan otak.
Ketika lamat- lamat mendengar ada orang mengajaknya
bicara, dia pun berseru: "Aku minta air, minum air"
"Mari kuajak kau minum" seru cau-hua lojin sambil
mencengkeram pergelangan tangan kanan Lim Han-kim
dan mengajaknya ke depan.
Tampaknya orang tua itu hapal sekali dengan keadaan
di sekeliling tempat itu, Belum setengah li berjalan,
sampailah mereka di depan sebuah kolam besar, sambil
lepaskan genggamannya atas pergelangan tangan Lim
Han-kim, ia berseru seraya tertawa: "Anak muda,
sekarang kau boleh minum sepuasnya"
Seperti orang yang kehausan dipadang pasir dan tibatiba
melihat air, Lim Han-kim melompat ke depan,
menceburkan diri ke dalam kolam dan minum sepuaspuasnya.
sampai perutnya sudah menggelembung
kenyang dengan air dan tak mampu menelan lagi, ia
baru berhenti meneguk air kolam itu.
Tampaknya setelah minum sepuas-puasnya tadi, hawa
panas yang membakar isi perutnya sudah jauh
berkurang, kejernihan otaknya juga makin segar.

2031
Tatkala dia angkat kepala dan melihat Cau-hua lojin
sedang memandang ke arahnya dengan senyum
dikulum, tak kuasa lagi pemuda itu menjerit kaget: "Cauhua
lojin ..."
"Betul, memang aku," kata Cau-hua lojin sambil
tersenyum, "Hei, anak muda, sekarang kau sudah
percaya dengan perkataanku bukan?"
Lim Han-kim merangkak keluar dari kolam untuk
duduk di tanah berumput sisi kolam, ia menghembuskan
napas panjang dan tidak berbicara lagi.
Kembali Cau-hua lojin berkata: "Meskipun kau telah
kenyang minum air, tapi air kolam tersebut hanya bisa
meredam sementara waktu hawa panas yang membakar
isi perutmu, Tak selang beberapa saat kemudian hawa
panas itu akan mulai membakar lagi, bahkan siksaan
yang kau alami akan berpuluh lipat lebih hebat dari
semula. Dalam keadaan begini kau hanya bisa minum
dan minum terus sampai perutmu pecah kekenyangan
air. Bila perut sampai pecah karena kebanyakan air,
tentu kau bisa bayangkan sendiri bukan apa yang terjadi
denganmu saat itu..."
Membayangkan kembali penderitaan dan siksaan yang
dialaminya ketika hawa panas membakar isi perutnya
tadi, diam-diam Lim Han-kim merasa merinding dan
bergidik.
Tapi sebagai pemuda keras kepala, tentu saja ia tak
sudi menyerah dengan begitu saja, ia tak mau menyerah
tanpa berusaha lebih dulu.
Sesudah menghela napas panjang cau-hua lojin
kembali bekata: "Watakmu betul-betul keras kepala,

2032
sudah delapan orang murid yang kuperoleh selama ini.
Delapan orang dengan delapan watak yang berbeda,
memang itu yang sebetulnya kuharapkan.
Aku membayangkan punya dua belas orang murid
dengan dua belas macam watak yang berbeda-beda.
Kekerasan hatimu, kegagahanmu dan kejantananmu
menghadapi kematian merupakan salah satu watak yang
sesungguhnya sangat kubutuhkan."
"Aku mengerti, saat ini tubuhku keracunan hebat.
Hawa panas akan menggerogoti isi perutku sedikit demi
sedikit, tapi kau salah mengira bila menganggap aku
bakal menyerah kepadamu, Bagiku lebih baik mati
terbakar oleh hawa panas itu daripada takluk dan
menyerah menjadi anggota perguruanmu"
Cau-hua lojin tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha ...
Aku paling segan membuang banyak pikiran dan tenaga
untuk mendidik anggota perguruan, Bagiku lebih baik
orang lain yang susah payah mendidik dan mengajar
ilmu kepadanya, Kemudian asal aku tertarik, baru aku
berusaha untuk menariknya jadi anggota perguruanku ini
namanya hemat waktu, hemat tenaga dan hemat segalagalanya.
Biar orang lain mengumpatku, mengutukku,
biarkan saja, pokoknya yang penting aku tinggal terima
bersih... Ha ha ha..."
Saat ini Lim Han-kim boleh dibilang amat membenci
Cau-hua lojin, mendendamnya hingga merasuk ke tulang
sumsum Kalau bisa, dan punya tenaga, dia ingin
melompat bangun serta membacoknya hingga mampus.
Sayang sekali apa yang dikehendakinya tak mungkin
terwujud. Disiksa oleh hawa panas yang merongrong isi

2033
perutnya, ia sudah kehabisan tenaga, tak berkekuatan
sama sekali, ia hanya punya keinginan tapi tak punya
kemampuan untuk mewujudkan
Dari sakunya Cau-hua lojin mengambil keluar sebuah
botol porselen, ditaruhnya botol itu di atas tanah, lalu
katanya sambil tertawa: "Dalam botol ini terdapat tiga
biji pil, pil itu bernama Cau-hua- wan, hasil ramuanku
sendiri Khasiatnya adalah untuk melenyapkan hawa
panas dalam tubuhmu dan sangat mujarab, Cuma,
setelah menelan pil itu, keadaanmu tak akan berbeda
jauh dengan kedelapan orang yang kau saksikan tadi,
tidur nyenyak tak tahu apa-apa. Dan ketika kau tersadar
dari tidurmu, semua asal-usulmu akan kau lupakan sama
sekali Kau hanya akan tahu bahwa dirimu adalah
anggota perguruan cau-hua-bun ..."
Setelah tertawa terbahak-bahak. terusnya: "Meskipun
aku tertarik dengan watakmu, bakatmu, tapi aku tak
akan memaksamu masuk menjadi anggota perguruanku
Asal kau mampu menahan siksaan dan derita akibat
rongrongan hawa panas dalam tubuhmu, kau boleh tidak
menelan pil dalam botol itu dan kesadaranmupun akan
tetap utuh. Nah, aku hanya bisa bicara sekian saja, Mau
menurut atau tidak terserah pada putusanmu sendiri,
selamat tinggal"
Berbicara sampai disini, ia membalikkan badan dan
beranjak pergi meninggalkan tempat itu,
Mendadak Lim Han-kim teringat sesuatu, segera
teriaknya: "Berhenti"
"Ada apa lagi yang ingin kau tanyakan?" cau-hua lojin
betul- betul menghentikan langkahnya.

2034
"Bila aku tidak menelan pil pemunah itu, apakah
akhirnya aku akan mati terbakar oleh racun itu?"
"Meskipun daya kerja racun panas itu makin lama
semakin menghebat, tapi dalam sepuluh hari belum akan
membinasakan dirimu, bukankah terlalu enak jika
dibiarkan mampus kelewat cepat? Kalau segampang itu
masalahnya, lalu siapa pula yang bersedia masuk
menjadi anggota perguruanku?"
"sepuluh hari kemudian?"
"Nah, itu susah dikatakan, sebab hingga hari ini belum
ada seorang manusia pun yang sanggup bertahan hingga
melewati batas waktu tersebut."
"Baiklah, jika dalam sepuluh hari aku tak sanggup
menahan siksaan dan derita akibat daya kerja hawa
panas itu, aku akan mencarimu dan menjadi anggota
perguruanmu"
"Bagus sekali. Bila kau mampu bertahan sampai
sepuluh hari, aku bersedia menghadiahkan obat penawar
racunnya secara gratis,Bukan saja kau bebas merdeka,
aku pun tak akan memaksamu lagi untuk menjadi
anggota perguruanku"
"Bagus, kita tetapkan dengan perkataanmu itu"
"Baik" Cau-hua lojin tertawa, "Hei, anak muda, aku
berharap kau memiliki kemampuan tersebut dan mampu
menahan derita selama sepuluh hari ini."
"Sepuluh hari kemudian, seandainya aku ingin
mencarimu untuk mengambil obat pemunah, ke mana
aku harus mencarinya?"

2035
"Kau tak usah mencari aku," kata Cau-hua lojin sambil
tertawa, "Tengah hari pada sepuluh hari kemudian aku
akan utus orang untuk mengantar obat pemunah
untukmu."
"Kalau begitu kuucapkan terima kasih lebih dulu ..."
Pemuda itu segera melompat bangun dan beranjak pergi
dengan langkah lebar.
Memandang bayangan punggung Lim Han-kim yang
menjauh, Cau-hua lojin mengelus jenggotnya sambil
manggut-manggut, pujinya: "Benar-benar seorang bocah
yang keras hati" Saat itu kejernihan otak Lim Han-kim
masih utuh, Ketika ia kembali ke tempat semula dengan
langkah lebar, bayangan tubuh Yu Siau-liong sudah
lenyap entah ke mana, agaknya sudah diajak pulang oleh
Cau-hua lojin Maka setelah menengadah menentukan
arah, pelan-pelan ia mengayunkan langkah kembali ke
tempat pertemuannya dengan Im-yang Losat.
Ia sadar setiap saat hawa panas yang membakar isi
perutnya bisa kambuh, tapi dia pun kuatir terlambat
datang memenuhi janjinya dengan Im-yang Losat, maka
dengan sepenuh tenaga ia melanjutkan perjalanannya
dengan harapan bisa tiba di tempat tersebut secepatnya.
Benar juga, lebih kurang dua li kemudian, hawa panas
yang membakar di perutnya mulai kambuh, Cepat-cepat
Lim Han-kim menghentikan langkahnya, jatuhkan diri
duduk bersila dan atur pernapasan, ia kerahkan segenap
kekuatan yang dimilikinya untuk melawan kobaran hawa
panas itu.
Setelah memiliki pengalaman yang lalu,pemuda ini tak
berani bertindak gegabah, ia sadar bila membiarkan

2036
hawa panas itu bekerja lebih dulu baru mengatur napas
untuk melawan, keadaan bakal terlambat dan ia tak akan
sanggup melakukan perlawanan.
Itulah sebabnya begitu ia merasa hawa racun mulai
bekerja, cepat-cepat dia mengerahkan tenaga murninya
untuk melawan, Dengan cepat hawa panas yang luar
biasa hebatnya itu menyembur keluar dari arah Tan-tian
menyebar luas ke seluruh badannya, isi perutnya mulai
bereaksi dan sakitnya bukan alang kepalang,
pertarungannya melawan siksaan dan derita ini betulbetul
merupakan suatu perjuangan yang maha berat.
Lim Han-kim harus mengerahkan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya untuk melawan menjalarnya
hawa panas yang merayap dan menggerayangi sekujur
badannya itu.
Makin lama hawa panas yang membakar isi perutnya
makin menjadi dan menghebat, seluruh isi perutnya
seperti dibakar di atas bara api yang menggelora,
keringat mulai bercucuran membasahi sekujur tubuhnya.
Lebih kurang sepenanakan nasi kemudian Lim Hankim
mulai merasa kehabisan tenaga, ia sadar
kekuatannya sudah tak sanggup untuk melawan hawa
panas itu, sambil menghela napas sedih pikirnya:
"Aaaai... kedahsyatan hawa panas ini telah melampaui
batas yang bisa diterima dan dilawan oleh kekuatan
tubuhku, Kelihatannya meski ilmu silat yang kumiliki lebih
hebat pun masih sulit untuk melawan derita ini...
Tapi aku Lim Han-kim bukan lelaki cengeng, bukan
lelaki pengecut yang takut mati,

2037
Aku adalah seorang lelaki sejati, Lebih baik aku mati
tersiksa oleh kobaran api racun ini daripada takluk dan
menyerah kepada cau-hua lojin... lebih baik tubuhku
punah terbakar oleh hawa panas ini daripada merengek
minta ampun..."
Membayangkan soal kematian, semangat dan
ketegangan yang mencekam perasaannya seketika
mengendor, kembali pikirnya: "Mati nanti atau mati
sekarang sama saja, akhirnya toh manusia harus mati
juga, kenapa aku harus takut menghadapinya? Kalau
memang tak takut menghadapi kematian, apa pula yang
mesti aku kuatirkan?"
Berpikir sampai di situ ia segera membaringkan diri
sambil memejamkan mata, mengendorkan seluruh sendi
tulangnya dan membiarkan hawa panas itu menjalar ke
seluruh tubuhnya, menggerayangi setiap pori dan sendi
tubuhnya.
Ketika ia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya
untuk melawan hawa panas tadi, pemuda itu merasa
hawa panas yang mengalir ke seluruh badannya itu sukar
untuk dilawan.
Tapi setelah ia pasrah, tidak memikirkan soal
kematian, mengendorkan tenaga dan sendi-send i
tubuhnya serta membiarkan hawa panas itu
menggerayangi setiap pori-pori badannya, ia malah
merasa daya tahan tubuhnya semakin meningkat
semangatnya terasa ikut bangkit pula.
Namun hawa panas yang menyerang isi perutnya
makin lama semakin kuat dan menghebat lambat laun

2038
kesadarannya makin memudar dan akhirnya jatuh tak
sadarkan diri
Ketika ia tersadar kembali dari pingsannya, sinar mata
hari sudah mulai muncul di ufuk timur, Rupanya tanpa
disadari ia telah tertidur semalaman di padang rumput
itu, Embun pagi telah membaur dengan peluh yang
membasahi tubuhnya, membasahi pula seluruh pakaian
yang dikenakan.
Lim Han-kim mencoba melemaskan otot-otot
lengannya sambil bangun dari tidurnya, tapi ia merasa
badannya lemas, layu tak bertenaga seolah-olah baru
sembuh dari suatu penyakit yang parah, ia meronta dan
merangkak bangun, setelah menentukan arah, selangkah
demi selangkah ia berjalan menelusuri jalan setapak.
Dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba saja ia teringat
pada Im-yang Losat, tiba-tiba rindu kepadanya, sebab di
dunia yang luas ini tinggal dia seorang yang mau tahu
dengannya, mau menjadi sahabatnya bahkan saudara
angkat-nya. ia harus secepatnya berangkat ke tempat
perjanjian, memenuhi janji sahabatnya itu karena ia tahu
mungkin inilah kesempatan terakhir baginya untuk
memenuhi janji seorang sahabat Mungkin setelah- ini dia
tak akan pernah mengerti lagi tentang arti sahabat
Ia tak tahu kapan dan bila hawa panas yang
membakar tubuhnya akan kambuh lagi, Dia pun tak bisa
meramalkan dapatkah ia mencapai tempat pertemuan itu
sebelum saat yang dijanjikan lewat, tapi janjinya dengan
perempuan jelek itu telah menjadi suatu masalah yang
amat penting baginya saat ini, suatu masalah yang harus
diutamakan.

2039
Kelembutan Li Tiong-hui dan kehalusan Pek si-hiang
telah menjadi bunga seruni di hari kemarin, seandainya
ia menaruh perasaan apa-apa terhadap mereka,
perasaan itu pun harus dikubur untuk selamanya dalam
lubuk hatinya yang paling dalam.
Rasa rendah diri karena rusaknya wajah membuat Lim
Han-kim merasa bahwa hubungannya dengan umat
manusia telah dipisahkan oleh sUatu jarak. suatu dinding
yang amat tebal.
Karena hal itulah ia berpendapat bahwa manusia
sejelek dia hanya pantas bergaul dengan perempuan
sejelek Im-yang Losat
Inilah perjalanan yang paling sengsara dan paling
berat baginya, sepanjang perjalanan dua kali ia harus
menahan derita akibat kambuhnya hawa panas dalam
tubuhnya, tapi ia tak berani mengerahkan tenaga lagi
untuk melawan, Di-biarkannya hawa panas itu
menyusup sesuka hatinya di sekujur badannya.
Hingga mata hari sudah terbenam di langit barat,
pemuda itu baru tiba di tempat pertemuannya dengan
im-yang Losat, Dari kejauhan sana ia melihat bayangan
punggung seorang gadis yang indah dengan rambut
panjang yang terurai dipundaknya sedang duduk di atas
batu besar itu, duduk termangu sambil mengawasi senja
yang menjelang tiba, sikapnya begitu tenang, halus,
lembut,amat mengesankan.
Sambil mendeham Lim Han-kim segera berseru: "Maaf
nona bila aku datang terlambat. Racun panas menyerang
tubuhku sehingga aku tak bisa bergerak bebas, Untuk

2040
bisa mencapai tempat ini aku telah menggunakan
segenap kekuatan yang kumiliki."
Pelan-pelan gadis berambut panjang itu membalikkan
tubuhnya, lalu sambil tersenyum manis serunya:
"siangkong"
Lim Han-kim tertegun, ia mencoba mengucak matanya
sambil memandang lebih teliti, setelah itu panggilnya
agak ragu: "Kau ... nona Pek?"
"Ehmmm, Pek si-hiang" gadis itu tertawa sambil pelanpelan
bangkit berdiri.
Lim Han-kim dapat menyaksikan wajah itu amat jelas,
di bawah sorot mata hari senja ia nampak begitu cantik
dengan matanya yang bening, hidungnya yang mancung
serta bibirnya yang kecil mungil
Dengan perasaan bergetar keras karena goncangan
jiwa Lim Han-kim berseru: "bagaimana kau bisa kenali
aku?"
"Kenapa aku tak bisa mengenalimu?" Pek si-hiang
balik bertanya sambil tertawa.
Lim Han-kim mencoba meraba wajah sendiri yang
penuh dengan gambar tato lalu bisiknya lagi: "Bukankah
wajahku telah berubah, berubah begini aneh, jelek dan
menyeram-kan?"
"Siapa bilang kau berubah? wajahmu toh masih tetap
seperti sedia kala?" kata Pek si-hiang sambil mengamati
wajah pemuda itu.
"Waah... aneh kalau begitu" Lim Han-kim semakin
bimbang.

2041
"Apanya yang aneh?"
"Seebun Giok-hiong telah mengukir banyak guratan
dan parutan di atas wajahku, bahkan melumurinya
dengan pelbagai macam warna, mana mungkin masih
sama dengan du-lu?"
"Jadi kau sangat takut kalau wajahmu berubah amat
jelek?" kata Pek si-hiang tersenyum.
"Sebagai seorang lelaki jantan, lelaki sejati, jelek atau
tampan tidak banyak pengaruhnya, kenapa aku mesti
takut?"
"Bagus sekali walaupun seebun Giok-hiong telah
meninggalkan banyak parutan di atas wajahmu,
melumuri aneka warna dipipimu, tapi ia tak akan mampu
mengubah pikiran serta perasaanmu seorang lelaki sejati
tak akan patah semangat Apakah gara-gara wajahmu
berubah maka kau jadi membenci umat manusia,
mengubah cita-cita serta prinsip hidup sendiri?"
"Aku tak pernah berpikir begitu," sahut Lim Han-kim
setelah termangu-mangu sesaat
Pek Si-hiang segera tertawa manis, sambil menepuk
batu di sisinya ia berkata: "Nah, kalau begitu duduklah di
sini"
Lim Han-kim berdiri ragu, ia sangsi untuk menuruti
permintaan gadis itu, setelah lama tertegun akhirnya ia
baru maju ke depan dan duduk di atas tanah, sahutnya:
"Biar aku duduk di sini saja. Nona ada urusan apa,
katakan saja"

2042
"Kenapa kau menampik untuk duduk bersanding
denganku? Menganggap wajah sendiri terlalu jelek?
Rendah diri?"
"Bukan... bukan begitu..." Lim Han-kim tersipu-sipu,
"Kalau begitu tentu menganggap aku terlalu cantik?"
"Nona lembut, anggun dan cantik, ibarat bidadari yang
turun dari khayangan ..."
"Kau memuji aku karena hanya bicara dari keadaan
luarku," tukas Pek si-hiang cepat "seandainya suatu hari
wajahku dirusak juga oleh seebun Giok-hiong hingga
berubah sangat jelek. aneh dan menyeramkan, apakah
kau tetap akan bersikap demikian kepadaku?"
Lim Han-kim berpikir sebentar, kemudian baru
sahutnya: "seandainya hal seperti itu betuI-betul terjadi,
aku yakin sikapku terhadap nona akan jauh lebih baik."
Pek si-hiang tersenyum manis.
"Sekarang saja kau sudah amat baik kepadaku. Bila
sampai waktunya kau bersikap lebih baik lagi kepadaku,
berarti dalam hal dan urusan apa pun kau tentu akan
menuruti aku, sayang aku, dan memanjakan aku bukan?"
"Memang begitulah yang kumaksudkan."
"Kalau begitu aku lebih beruntung ketimbang Li Tionghui?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Sayang wajah
yang kumiliki sekarang sangat tidak leluasa untuk selalu
mendampingi nona"
"Apabila wajahmu tetap tampan, tetap ganteng dan
gagah, semua wanita di dunia ini pasti akan suka

2043
kepadamu cinta padamu dan bersedia kawin denganmu,
Lalu, apa artinya aku Pek si-hiang dalam pandanganmu?"
Tiba-tiba pipinya berubah jadi merah dadu, buru-buru ia
menghentikan perkataannya .
Pelan-pelan Lim Han-kim bangkit berdiri, ujarnya:
"Niat baik nona biar kuterima dalam hati saja. sayang,
aku Lim Han-kim masih punya urusan yang mesti
diselesaikan, biarlah aku mohon diri lebih dulu..." setelah
memberi hormat ia membalikkan badan dan beranjak
pergi dengan langkah lebar.
"Tunggu sebentar..." seru Pek si-hiang sedih, ia turut
bangkit berdiri sambil menyusul,
Baru berapa langkah Lim Han-kim ber-jalan,
mendadak hawa panas dari Tan-tian dalam tubuhnya
menyembur keluar lagi, Kali ini dengan cepatnya
menyebar ke seluruh badan, seketika itu juga kepalanya
terasa berat dan kakinya menjadi ringan, langkahnya jadi
gon-tai, tak ampun lagi tubuhnya roboh terjungkal ke
atas tanah.
Buru-buru Pek si-hiang menyusul ke muka dengan
napas terengah-engah, Ketika melihat Lim Han-kim
roboh terjungkal ke tanah, tampaknya ia sadar kalau
kekuatan pemuda itu tak akan mampu membimbingnya
bangun. ia lalu berjongkok di samping pemuda itu,
mencekal nadi pada pergelangan tangannya serta
memeriksa denyutannya.
"Sakitmu amat parah" katanya kemudian dengan
suara halus.
"Aku tidak sakit, tapi dipecundangi orang tanpa
kusadari."

2044
"Dipecundangi bagaimana?"
"Termakan olehku sejenis obat yang sangat aneh.
setiap selang waktu tertentu muncul sejenis hawa panas
yang luar biasa dari dalam tubuhku, Hawa panas itu
menyebar dengan cepat ke seluruh badanku ..."
"Kau sangat tersiksa?"
"Yaa, seluruh badanku bagaikan dibakar dalam api
yang besar," keluh Lim Han-kim sambil menghela napas,
"Nona, lebih baik kau menyingkirlah jauh-jauh ..."
"Kenapa?"
"Sekarang hawa panas itu sudah menjalar dalam
keempat anggota badanku, nadi-nadiku dan otot-otot
tubuhku. sebentar lagi kesadaranku akan hilang karena
pengaruh panas yang luar biasa itu, Aku takut dalam
keadaan begini aku tak bisa mengenali nona lagi..."
Pek si-hiang tidak banyak bicara, ia mengeluarkan dua
batang jarum emas dari sakunya dan langsung
menusukkannya jalan darah di tubuh Lim Han-kim.
Begitu jalan darahnya tertusuk jarum emas itu, benar
juga Lim Han-kim merasakan kasiat yang tak terduga
sama sekali olehnya, hawa panas yang menyiksa dirinya
seketika berkurang banyak. Kenyataan ini kontan saja
membuat hatinya terkejut bercampur keheranan
pikirnya: "Pek si-hiang memang terbukti seorang tokoh
yang luar biasa"
Sementara dia masih berpikir, dengan suara lembut
Pek si-hiang telah menegur "Bagaimana rasanya
sekarang?"

2045
"Kehebatan nona memang bisa diibaratkan Hoa Tuo
menitis kembali, kehebatan nona luar biasa sekali..."
"Terima kasih, terima kasih atas pujianmu.
Bagaimana? Apakah rasa panasnya sudah berkurang
banyak?" kata Pek si-hiang tertawa.
"Yaa, sudah banyak berkurang."
Peksi-hiang segera mengalihkan pandangan matanya
kearah lain, katanya seraya tertawa: "Cahaya rembulan
malam ini pasti indah sekali..."
Lim Han-kim mencoba memperhatikan keadaan di
seputar sana, kini senja sudah lewat kegelapan
malampun menyelimuti angkasa, beberapa titik cahaya
bintang sudah mulai nongol di angkasa.
Melihat itu pemuda kita berpikir: "Kini malam sudah
tiba, kenapa Im-yang Losat belum juga menampakkan
diri? Mungkinkah ia sudah datang lalu pergi lagi?"
Berpikir sampai di situ, tak kuasa lagi dia menghela
napas sedih,
"Kenapa menghela napas?" tegur Pek si-hiang cepat
"Apakah lantaran orang yang berjanji denganmu tidak
kemari memenuhi janjinya?" sambil berbicara lagi-lagi ia
mengeluarkan sebatang jarum dan menusuk jalan darah
pemuda itu.
Lim Han-kim tertawa hambar sahutnya: "Memang
betul, aku sedang menantikan kedatangan seseorang"
"Boleh tahu manusia macam apakah itu?"
"Aku tidak tahu siapa namanya, hanya kuketahui
julukannya"

2046
"Kalau begitu boleh tahu siapa julukan-nya?"
"Ia disebut Im-yang Losat" jawab Lim Han-kim setelah
termenung dan berpikir sejenak.
"lm- yang Losat? Laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan"
"Dia menunggang seekor kuda hitam?" tanya Pek sihiang
sambil tertawa manis.
"Yaa betul, kau telah bertemu dengannya . ..?"
Tiba-tiba muncul suatu kecurigaan dalam hati kecilnya,
pemuda itu segera berpikir: "Kenapa Pek si-hiang bisa
muncul di sini secara kebetulan? Mau apa dia berada di
tengah tanah berumput ini seorang diri?"
Terdengar Pek si-hiang berkata lebih jauh sambil
tertawa: "Aku menyaksikan seorang gadis berbaju hitam
menunggang seekor kuda hitam datang mengelilingi
pohon ini satu putaran, setelah itu ia segera berlalu dari
sini."
"Aaaai... ia tentu datang mencari aku"
"Perempuan itu sedikit pun tak punya rasa sabar.
Coba ia mau menunggu beberapa saat lagi, bukankah
kalian akan saling bertemu."
Memandang senyum manis dari Pek si-hiang, lalu
membayangkan pula kejelekan wajah Im-yang Losat, tak
kuasa lagi Lim Han-kim menghela napas sedih, katanya:
"Dia bukan takut kepadamu, tapi enggan berjumpa
dengan manusia lain di dunia ini."

2047
"Kenapa? Antara kami toh tak ada dendam atau sakit
hati, lagipula tidak saling mengenal, kenapa dia enggan
berjumpa denganku?"
"Sebab wajahnya terlalu jelek. dia tak ingin bertemu
dengan gadis secantik kau"
"Oooh,jadi lantaran ia amat jelek maka kau pun
sangat merindukan dirinya?"
"Anggap saja begitu, senasib sependeritaan memang
mudah membangkitkan rasa simpati, aku rasa ini
lumrah."
Pek si-hiang mengeluarkan sebatang jarum emas
untuk ditusukkan ke tubuh Lim Han-kim, setelah itu
katanya: "Tahukah kau, orang di dunia persilatan saat ini
kecuali aku Pek si-hiang, tak akan ada orang lain yang
mampu memunahkan racun panas dari tubuhmu?"
Membayangkan kembali betapa tersiksanya ketika
hawa panas itu menggerogoti badannya, tak kuasa lagi
Lim Han-kim menghela napas sedih, "Meskipun aku
merasa amat menderita dan tersiksa ketika hawa panas
beracun itu menggerogoti tubuhku, tapi aku tak bisa
mengingkari janji gara-gara persoalan ini, lagi-pula aku
telah berjanji kepadanya."
"Berjanji apa dengannya?"
"Berjanji mengikutinya pergi mencari barang
peninggalan dari seorang tokoh persilatan zaman dulu
serta mempelajari ilmu silat peninggalannya."
"Kau tidak kuatir dibohonginya?" tanya Pek Si-hiang
tertawa.

2048
"Aku percaya dia tak akan membohongi aku."
"oooh, jadi lantaran wajahnya amat jelek, maka kau
mempercayai semua perkatannya seratus persen?"
"Soal ini... soal ini..."
"Tidak usah ini itu lagi, kau tak bisa mengucapkan
alasan kedua bukan..." Seraya berkata pelan-pelan dia
mengalihkan wajahnya ke arah lain, sementara Lim Hankim
menanti gadis itu berpaling lagi, ia telah berubah
menjadi seseorang yang lain, wajahnya yang semula
cantik jelita kini berubah menjadi sebuah wajah
berwarna keemasan yang amat mengerikan hati.
"Bagaimana wajahku sekarang bila dibandingkan
dengan Im-yang losat?" tanyanya sambil tertawa.
"Kejelekannya boleh dibilang seimbang," sahut Lim
Han-kim setelah mengamatinya beberapa waktu.
"Padahal yang kukenakan sekarang hanya sebuah
topeng kulit manusia, aku bisa mengenakan berarti orang
lain pun bisa juga, Aku tak bisa menebak tokoh
persilatan mana lagi yang telah meninggalkan kitab
pusaka ilmu silatnya di dunia ini."
"Ada benarnya juga perkataan ini." Lim Han-kim mulai
berpikir "Seandainya kejelekan wajah Im-yang Losat
lantaran mengenakan topeng kulit manusia, berarti..."
Terdengar Pek si-hiang berkata lagi dengan Iembut:
"Meskipun aku belum pernah bertemu dengan nona Imyang
Losat itu, tapi aku berani memastikan ia tentu
sedang mengenakan topeng kulit manusia..."
"Dengan dasar apa kau begitu yakin?"

2049
"Bila kau bersedia menuruti perkataanku gampang
untuk membongkar rahasia ini."
Terpancing juga rasa ingin tahu Lim Han-kim, ia
segera berseru: "Bagaimana caranya untuk membongkar
rahasia ini? Nona, harap kau memberi petunjuk"
"Kau cukup memperhatikan secara diam-diam semua
tingkah lakunya dalam kehidupan, Dengan cara begini
maka tak sulit bagimu untuk membongkar
penyamarannya. Cuma kau tak boleh membiarkan ia
tahu akan niatmu itu. sekali kau bersikap kurang hatihati,
usahamu itu akan sia-sia belaka..."
Tergerak perasaan hati Lim Han-kim, ia tak berniat
mendengar lebih jauh, buru-buru tukasnya: "Kalau
didengar dari pembicaraan nona, Im-yang Losat bakal
datang kemari lagi?"
"Mungkin di saat aku melangkah pergi meninggalkan
kau, dia pun melangkah datang menjumpaimu. Bisa juga
lewat dua-tiga hari dia baru datang menjumpaimu, Tapi
kau tak usah kuatir, nona Im-yang Losat itu tak bakal
meninggalkan dirimu dengan begitu saja."
Lim Han-kim segera dapat menangkap bahwa di balik
ucapan Pek si-hiang ini terkandung suatu maksud yang
mendalam, hanya untuk sesaat dia tak bisa memecahkan
apa artinya.
Pek Si-hiang bekerja keras menusuk jalan darah
penting di tubuh Lim Han-kim dengan jarum emasnya,
setiap satu tusukannya, pemuda itu merasa hawa panas
yang membara dalam tubuhnya semakin berkurang.

2050
Ketika gadis itu sudah menusuk kedua puluh empat
buah jalan darah penting di badannya, Lim Han-kim baru
merasakan seluruh sisa hawa panas di tubuhnya lenyap.
badannya jadi segar dan rasa mengantukpun
menyerang, tak kuasa lagi ia pejamkan matanya,
Di dalam lelap tidurnya ia masih sempat menangkap
ucapan Pek si-hiang dengan nada sedih: "Baik-baiklah
beristirahat Kalau bangun nanti, telanlah pil yang sudah
kusediakan disisi kepalamu, Racun panas dalam tubuhmu
lambat laun akan punah dengan sendirinya, Paling lama
tujuh hari, paling cepat tiga hari kau sudah akan sehat
kembali..."
Setelah menghela napas panjang, lanjutnya: "selama
ini, aku pandang kematian sebagai masalah yang enteng,
Aku tak pernah merisaukan masalah itu kendatipun
sudah kuketahui saat ajalku tiba, tapi sekarang... tibatiba
saja aku tak ingin cepat mati... aku masih ingin
hidup terus..."
Walaupun saat itu Lim Han-kim sudah dicekam
perasaan ngantuk yang luar biasa, namun ia belum
seratus persen terlelap tidur Kesadarannya masih tersisa,
dengan sendirinya semua perkataan Pek si-hiang itu
dapat didengarnya dengan jelas.
Ketika mendengar bahwa gadis itu tak ingin cepat
mati tiba-tiba ia menimbrung: " Kalau nona bisa tak mati,
memang itu lebih baik lagi".
Pelan-pelan Pek si-hiang mencabut keluar jarum-jarum
emas dari tubuhnya, setiap mencabut sebatang jarum,
rasa mengantuk Lim Han-kim terasa semakin berat.

2051
Dengan semakin bertambahnya rasa mengantuk
kesadaran Lim Han-kim pun semakin memudar, lamatlamat
ia sempat mendengar Pek si-hiang berkata lagi:
"Aku harus pergi, masalah lainnya biar diselesaikan nanti
oleh nona Im-yang Losat-mu itu. Biar dia yang
merawatmu serta melayani segala kebutuhanmu. Bila
kau ingin menikmati perawatannya yang lebih lembut,
berlagaklah sakitmu itu makin parah dan berat, maka dia
pasti akan merawatmu dengan penuh kasih sayang..."
Dalam lamat-lamat tidurnya kembali Lim Han-kim
mendengar perkataan gadis itu setelah berhenti sejenak:
"Perpisahan hari ini mungkin akan menjadi perpisahan
untuk selamanya. Bila kau rindu kepadaku, dalam dua
bulan mendatang kau harus datang mencari aku di
pesanggrahan May-hoa-kit ditelaga Tay-ou, ingat
pesanggrahan pengubur bunga ditelaga Tay-ou Aaaai...
Tapi seandainya kau keberatan yaa sudahlah ..."
Mendengar sampai di situ, suara tersebut lantas
lenyap tak berbekas, walaupun Lim Han-kim ingin sekali
meronta untuk bangun, ia tapi ia tak mampu melawan
rasa kantuknya yang semakin menjadi, akhirnya tak
kuasa lagi ia tertidur sangat nyenyak.
Entah berapa lama sudah lewat... Ketika bangun
kembali dari tidurnya, pemandangan di sekelilingnya
telah berubah, Kini ia menjumpai tubuhnya sedang
berbaring di sebuah pembaringan yang empuk. perabot
dalam ruangan itu diatur sangat rapi dan bersih,
meskipun terbuat dari bambu namun jendela dan lantai
sangat bersih, bahkan dari balik seprei dan selimut
tercium bau harum semerbak yang menyegarkan napas.

2052
Setelah perhatikan sekejap keadaan di seputar tempat
itu, mendadak Lim Han-kim teringat kembali pada pesan
Pek si-hiang sebelum meninggalkan dirinya, Tanpa sadar
ia meraba ke atas kepalanya, Namun apa yang diraba
hanyalah seprei yang halus, Tak terlihat benda apa pun
di situ, tak terasa dia menghela napas.
"Aaaai... mungkin obat yang ditinggal Pek si-hiang
sudah jatuh dan hilang ketika badanku dipindahkan dari
tengah semak ke tempat ini," pikirnya, "Ruangan ini
sangat harum, entah kamar seorang laki-laki atau
perempuan? Tapi rasa-rasanya lebih mirip kamar tidur
seorang gadis... lalu siapakah dia?"
Sementara masih berpikir, mendadak terdengar
seseorang tertawa merdu seraya menyapa: "sudah agak
baikan saudara Lim?"
Suaranya lembut dan merdu, sangat menarik hati.
Menyusul suara teguran itu, pelan-pelan muncullah
seorang gadis berperawakan indah tapi berwajah jelek,
dia tak lain adalah Im-yang Losat, ia muncul dengan
membawa sebuah baki porselen, wajahnya penuh dihiasi
senyuman hingga terlihat sebaris giginya yang putih dan
bersih.
Lim Han-kim menghela napas panjang, ia berusaha
untuk duduk dan sahutnya cepat: "Terima kasih banyak
atas pertolongan cici."
Im-yang Losat tertawa, "cepatlah berbaring, lukamu
belum sembuh sama sekali, lebih baik jangan
sembarangan bergerak."
"Sekarang aku sudah merasa agak baikan, rasarasanya
semua penyakitku telah hilang."

2053
"Aaaai..." Im-yang Losat menghela napas panjang,
"Gara-gara terhadang masalah, aku baru bisa datang ke
tempat pertemuan pada kentongan kedua malam. cici
jadi bingung setelah melihat kau tidur sendirian dialam
terbuka, karena itu terpaksa kuputuskan membawa adik
beristirahat di rumahku ..."
Bab 8. Menyambangi Gadis pujaan
"Jadi tempat ini adalah kamar tidur cici?" seru Lim
Han-kim terperanjat.
"Betul, kecuali kau, belum pernah ada lelaki lain yang
memasuki kamar tidur cici."
" Kalau begitu mana boleh aku berbaring dalam kamar
tidurnya cici..." seru Lim Han-kim sambil meronta bangun
dan berusaha turun dari pembaringan.
Dengan cepat Im-yang Losat menekan dada pemuda
itu, tidak membiarkannya bangun, kemudian sambil
tertawa katanya: "sekarang kau sedang mengidap
penyakit parah, tidak boleh sembarangan bergerak, lebih
baik tidur saja di tempatku."
Lim Han-kim merasa daya tekanan itu berat sekali,
membuatnya tak mampu bergerak, Terpaksa ia berbaring
lagi seraya sahutnya: "Kalau begitu terpaksa aku turut
perintah"
Sementara dalam hati kecilnya ia berpikir "Menurut
Pek si-hiang, dia sudah datang ke tempat pertemuan
jauh sebelum kedatanganku tapi sekarang dia mengaku
baru datang selewatnya kentongan kedua. Jika
dipertimbangkan kembali jawaban kedua orang ini, rasaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2054
rasanya perkataan Pek si-hiang jauh lebih bisa dipercaya
..."
Sementara itu Im-yang Losat telah meletakkan baki
porselen itu di sisi pembaringan. Di atas baki terlihat
sebuah mangkuk porselen yang penuh berisikan cairan
berwarna hijau tua. ia tak tahu cairan tersebut arak atau
air teh.
Seraya mengangkat mangkuk porselen itu, Im-yang
Losat segera berseru sambil tertawa: "Adikku, minumlah
kaldu pemunah racun ini, Bukan cuma bisa sembuhkan
segala pengaruh racun, juga menambah kuat kondisi
badanmu."
Dengan tangan kirinya dia merangkul tubuh Lim Hankim,
mangkuk di tangan kanannya segera diantar ke
mulut pemuda itu.
Dalam hati kecilnya Lim Han-kim berpikir "Tidak
kuketahui apa isi cairan itu, tapi kalau dilihat keadaanku
sekarang, nampaknya cairan itu harus kuhabiskan..."
Melihat tiada pilihan lain, dengan paksakan diri ia
teguk habis isi mangkuk tcrsebut suatu cairan yang
dingin menyegarkan badan segera mengalir masuk ke
dalam perutnya dan mendinginkan Tan-tian.
"Sekarang beristirahatlah baik-baik di sini," kata Imyang
Losat kemudian sambil tersenyum "setelah obat itu
bekerja dan memunahkan racun dalam tubuhmu, besok
kita baru melakukan perjalanan. "
"Terima kasih banyak atas perhatian cici," - ucap Lim
Han-kim serta tertawa kendatipun di hati kecilnya ia
murung dan kesal

2055
"Kau adalah satu-satunya sanakku yang terdekat,
kenapa harus bersikap begitu sungkan?"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Lim Hankim,
tiba-tiba ia bertanya: "Tahukah cici penyakit apa
yang sebenarnya kuderita?"
"Entahlah, aku sendiri kurang jelas, tapi dapat
kurasakan badanmu panas sekali. Kalau dilihat dari
gejalanya, bila racun itu mulai bekerja, kau tentu merasa
kepanasan."
"Betul juga dugaannya ..." batin Lim Han-kim, Maka
setelah menghela napas panjang katanya: "Kalau begitu
obat yang kau berikan kepadaku tadi adalah obat yang
khusus menghilangkan racun panas?"
"Bukan cuma racun panas, bahkan semua jenis racun
yang ada di dunia ini dan betapa beratnya sakit yang kau
derita sekarang, aku yakin dengan cepat racun itu akan
punah dan penyakitmu akan hilang."
"Masa sehebat itu?"
"Buat apa cici membohongimu?" Im-yang Losat
tertawa, "Aaaai ... meskipun tampang mukaku sangat
jelek. tapi selama hidup belum pernah aku melayani lakilaki,
apa lagi menyeduh obat sendiri di dapur dan
menyuap langsung ke muIutnya, Kau adalah lelaki
pertama yang pernah kulayani selama hidupku hingga
kini".
"Apakah hal ini dikarenakan wajahku juga amat jelek?"
tanya pemuda itu tertawa.
"Entahlah, tapi aku percaya masalah itu termasuk
salah satu alasan yang paling penting."

2056
Lim Han-kim tertawa hambar "seandainya bukan aku
yang sakit, atau seandainya wajahmu jauh lebih cantik
dari sekarang, agaknya tak mungkin bagi kita untuk
saling bertemu dan berkumpul."
"Kau tak usah banyak pikir lagi, baik-baiklah
beristirahat," potong Im-yang Losat sambil tersenyum,
"Mungkin suatu ketika kita dapat menemukan sejenis
obat mustajab yang dapat mengubah wajah kita menjadi
seseorang yang lain, kau berubah jadi tampan dan aku
berubah jadi cantik."
"Benarkah ada hari seperti itu? Kalau benar demikian,
mungkin kita..." mendadak pemuda itu berhenti bicara.
"Mungkin kenapa?"
Selama pembicaraan berlangsung, secara diam-diam
Lim Han-kim perhatikan terus perubahan paras muka dan
mimik wajah gadis itu. ia berharap bisa mengambil
kesimpulan secara tepat, apakah gadis itu mengenakan
topeng kulit manusia atau tidak.
Tapi sayang wajah Im-yang Losat yang setengah
merah setengah pucat itu telah menutup hampir semua
perubahan mimik mukanya, sukar baginya untuk
memastikan apakah gadis itu mengenakan topeng kulit
manusia atau tidak.
Akhirnya sambil menghela napas panjang Lim Han-kim
berkata: "seandainya benar-benar ada hari seperti itu, di
mana kita temukan obat mujarab yang mengubah wajah
kita menjadi wajah-wajah lain, apa bedanya kita saat itu
dengan kebanyakan umat manusia lainnya? Berhadapan
dengan begitu banyak lelaki ganteng dan gadis cantik,

2057
siapa yang dapat menjamin bahwa perasaan kita tak
akan berubah?"
"oooh, kau takut aku yang berubah pikiran atau kau
sendiri yang berubah pikiran?" kata Im-yang Losat sambil
tertawa hambar
"Aku"
Tampaknya Im-yang Losat merasa dadanya secara
tiba-tiba dihantam dengan martil berat sekujur tubuhnya
bergetar keras, sedemikian hebat gejolak perasaannya
sampai mangkuk porselen yang dipegangnya jatuh
berantakan di atas lantai.
Dengan sorot mata yang berkilat ia segera menatap
wajah Lim Han-kim lekat-lekat, kemudian serunya: "Kau
begitu yakin dengan dirimu, kenapa tidak kau katakan
bahwa aku yang akan berubah pikiran?"
"Jika kau yang berubah pikiran dan membiarkan aku
yang menderita karena perasaan rindu, itu masih
mendingan sebaiknya jika aku yang berubah pikiran dan
membiarkan cici menderita, bukankah aku telah menyianyiakan
kasih sayang cici selama ini kepadaku?"
Suatu pancaran sinar aneh menyorot keluar dari balik
mata Im-yang Losat, ucapnya sedih: "Kita belum lama
berkenalan, berkumpulpun belum genap dua hari, buat
apa kau memikirkan begitu banyak persoalan?"
Lim Han-kim tertegun sesaat, kemudian buru-buru
katanya: "Aaaah, anggap saja aku salah bicara, harap cici
sudi memaafkan." ia segera membalikkan badan,
pejamkan mata dan pura-pura tidur

2058
Im-yang Losat menghela napas panjang, katanya:
"Adikku, kau jangan salah mengartikan maksudku ..."
Mendadak ia berhenti bicara, tundukkan kepala dan
pelan-pelan beranjak keluar dari ruangan itu, Menyusul
kepergian gadis itu, Lim Han-kim turut membalikkan
badannya dan mengawasi gerak-geriknya dengan
seksama.
Tampak sebuah bayangan punggung yang sangat
indah dengan membiaskan perasaan murung dan masgul
yang mendalam lambat laun lenyap di balik pintu sana.
Lim Han-kim segera melompat bangun dan mencoba
mengatur pernapasan ia dapatkan kesadaran bahwa
hawa murninya telah mengalir lancar. sisa racun panas
dalam isi perutnya juga lenyap tak berbekas, kenyataan
ini membuatnya berpikir dengan keheranan
"Entah siapa yang lebih dulu menyembuhkan racun
panas dari isi perutku, Kelihatannya gertak sambal Cauhua
lojin hanya kosong belaka, Tapi gerak-gerik
perempuan jelek ini amat misterius dan sangat
mencurigakan, aku harus berusaha untuk menyelidiki
asal-usulnya ..."
Berpikir sampai di situ ia baringkan kembali tubuhnya
sambil berpikir lebih jauh: "Dia tahu aku sedang sakit,
kenapa aku tidak pura-pura sakit dan melihat apa yang
hendak ia lakukan terhadapku?"
Lim Han-kim segera memejamkan mata dan pura-pura
tidur, siapa sangka begitu matanya terpejam, ia jadi
tertidur sungguhan Ketika bangun kembali, cahaya lilin
telah menerangi seluruh kamar, ia berpaling, tampak

2059
olehnya di bawah cahaya lilin, im-yang Losat sedang
duduk bertopang dagu sambil melamun
Sambil mendeham Lim Han-kim segera menegur:
"Tampaknya hari sudah gelap?"
Mula-mula Im-yang Losat agak tertegun, menyusul
kemudian serunya seraya tertawa: "Kentongan pertama
baru saja lewat, kau sudah lama bangun?"
"ooh tidak, baru saja"
Im-yang Losat bangkit berdiri, diambilnya sebuah
cawan dari meja lalu sambil mendekat katanya:
"Minumlah dulu kuah teratai ini sebagai penyegar
badan."
Lim Han-kim menerima cawan itu dan meneguknya
satu tegukan, tapi keningnya segera berkerut ia melihat
bahwa teratai dalam cawan itu setengah matang dan
setengah lagi masih mentah.
Sambil tertawa tersipu-sipu im-yang Losat berseru:
"Maafkan aku, belum pernah aku masak hidangan sendiri
Kalau masakanku setengah mentah, harap kau jangan
marah ..."
"Ooh tidak, bagus sekali, enak sekali masakanmu"
Dengan cepat pemuda itu menghabiskan sisa teratai dari
dalam cawan-
"Tadi aku menanak sepanci nasi, cuma bagian
bawahnya gosong sedang bagian atasnya belum matang,
rasanya susah untuk dimakan"
"Aaah, kebetulan aku sedang lapar sekarang cepat
bawa kemari biar kusantap"

2060
Im-yang Losat agak ragu, tapi akhirnya sambil
mengambil nasi itu katanya lagi: "Kalau tak bisa
dimakan, kau jangan marah kepadaku lho..."
Waktu itu Lim Han-kim sudah turun dari pembaringan
tanpa banyak bicara ia sikat nasi yang dihidangkan itu
dengan lahap. santapan yang dimakannya kali ini boleh
dibilang merupakan hidangan paling buruk yang pernah
dirasakannya. Bukan cuma nasinya yang setengah
gosong setengah mentah, gorengan ayam pun setengah
masak setengah mentah, Tapi pada dasarnya ia sedang
lapar sekali, nyatanya semua hidangan yang tersedia
disikatnya sampai habis.
Setelah perutnya terasa kenyang ia baru memuji
sambil tertawa: "Ehmmm, sungguh lezat hidangan yang
kau sediakan"
"Aku tahu kau bohong. Kau tidak jujur. sengaja
memuji agar hatiku senang, betul bukan?" seru Im-yang
Losat tertawa.
"Sekalipun aku sengaja membuat gembira, kalau tidak
enak, aku toh tak bisa menghabiskan semua hidanganmu
dengan lahap?"
Sambil tertawa Im-yang Losat bangkit ber-diri,
membereskan semua mangkuk dan sumpit, kemudian
beranjak pergi.
Lim Han-kim ikut bangkit berdiri, menggerakkan
lengannya untuk melemaskan otot-otot badan lalu
pikirnya: "Kalau aku disuruh hidup dalam suasana begini
tenang dan penuh kedamaian, biar puluhan tahunpun
akan kulewati dengan senang hati"

2061
Dalam saat itu Im-yang Losat telah muncul kembali
sambil membawa secawan air teh, serunya: "Ayohlah
minum secawan teh"
Pelan-pelan ia letakkan cawan teh itu ke atas meja.
Gerak-geriknya sangat lembut dan halus, penuh sikap
hati-hati, seakan-akan kuatir kalau sampai gerakannya
yang kasar mengejutkan Lim Han-kim.
Setelah menghirup seteguk air teh, pemuda itu
merasa bau harum dan segar yang luar biasa, dalam hati
segera pikirnya: "Entah darimana ia peroleh daun teh ini,
harum betul."
"Bagaimana?" terdengar im-yang Losat bertanya
sambil tertawa, "Enak air tehnya?"
"Yaa, enak sekali, selama hidup belum pernah aku
mencicipi air teh seenak ini."
"Air teh ini diseduh dengan daun teh harum yang
dihasilkan dari puncak bukit Thian-san di wilayah Tibet
sana, tentu saja tak gampang kau cicipi air teh semacam
ini."
"Daun teh harum dari puncak bukit Thian-san? Waaah
... itu barang langka yang mahal harganya Dari mana
kau memperolehnya?"
Im-yang Losat segera tertawa, "Aku punya persediaan
yang cukup banyak. Asal kita dapat hidup bersatu terus
hingga hari tua nanti, kau pasti dapat menikmatinya
setiap hari."
"Besar amat nada bicara gadis ini," pikir Lim Han-kim.
"Kalau selama hidup aku bisa menikmati air teh tersebut,

2062
berarti dia harus punya simpa nan ratusan kati daun teh
kering. Rasa-rasanya sih tak mungkin hal ini terjadi"
Meski ia tak percaya namun pikiran itu tak diungkap
keluar, pemuda itu hanya tersenyum dan membungkam
diri
"Apa yang kau tertawa kan? Tidak percaya?" tegur imyang
Losat.
"Kalau harus menjawab sejujurnya, yaa ku katakan
tidak percaya"
"Hmmm Jadi kau kira dalam secawan air teh tersebut,
semuanya diseduh dengan daun teh harum? Bila apa
yang kau duga benar, maka teh itu tak bisa dibilang teh
yang mahal harganya, Kau harus tahu, bila dalam satu
cawan diberi selembar daun teh, maka selama tiga bulan
bau harum yang ikut kau minum bersama teh itu akan
tetap menyusup dalam tubuhmu dan memancarkan bau
harum di mana pun kau berada."
Setelah berhenti sejenak. terusnya sambil tertawa:
"sayang sekali wajahmu kelewat jelek dan tak sedap
dipandang coba kau miliki wajah yang ganteng, lalu dari
badanmu memancar keluar bau harum yang semerbak,
entah berapa banyak wanita cantik di dunia ini yang akan
jatuh hati dan menjadi korbanmu."
"lni yang disebut rejeki susah dicari, tapi kalau sudah
datang sukar ditolak, Coba kalau seebun Giok-hiong tidak
merusak wajahku, mungkin aku pun tak akan berjumpa
dengan cici"
"Seebun Giok-hiong memang kelewat jahat, kenapa ia
merusak wajahmu sampai sejelek ini? Hmmm, jangan

2063
kuatir, kau bisa belajar silat bersama cici, bila sudah
berhasil nanti, kau bisa pergi mencarinya, membunuhnya
untuk membalas dendam."
Lim Han-kim tertawa. "Waktu awalnya aku
memangamat dendam dan benci kepadanya, rasa
benciku serasa sudah merasuk ke tulang sumsum, Tapi
setelah dipikirkan kembali sekarang, semua rasa benci
dan dendamku malah sudah lenyap tak berbekas."
"Kenapa?"
"Seandainya dia tidak merusak wajahku, bagaimana
mungkin aku bisa merasakan kehidupan yang begini
tenang, begini menggembirakan seperti apa yang
kualami sekarang?"
"Jadi sekarang kau merasaamat gembira?"
"Aku dilahirkan dalam suasana yang amat susah,
sepanjang tahun dirundung kemurungan dan
kemasgulan semenjak aku mengerti urusan, belum
pernah sedetikpun kurasakan kehidupan yang begini
tenang, begini damai dan menggembirakan seperti
sekarang ..."
Mendadak Im- yang Losat bangkit berdiri dan
menukas sambil tertawa: "Aku harus keluar sebentar
Besok. sebelum fajar menyingsing, aku akan datang
menjemputmu untuk melakukan perjalanan-"
Sebetulnya Lim Han-kim ingin bertanya kepadanya di
tengah malam buta begini hendak ke mana, tapi katakata
yang sudah sampai di tepi bibir segera ditelan
kembali.

2064
"Silakan cici" ucapnya kemudian sambil tertawa
hambar.
Im-yang Losat menghela napas panjang, ia segera
bangkit berdiri dan beranjak pergi
Lim Han-kim menunggu lagi beberapa saat lamanya,
sampai ia yakin Im-yang Losat benar-benar telah pergi
jauh, Dipadamkannya lilin di meja dan membaringkan diri
di atas pembaringan ia merasa banyak kejadian aneh
telah dialaminya selama ini, banyak hal yang
mencurigakan juga menyelimuti benaknya, tapi ia merasa
bingung, tak tahu bagaimana harus memecahkannya ...
Lim Han-kim bolak- balik mencoba untuk tidur tapi tak
berhasil, akhirnya sambil duduk kembali di tepi meja,
piklrnya: "Kira-kira siapa gerangan Im-yang Losat ini?
Tampaknya ia sibuk sekali. Jika dia betul-betul tak
pernah berhubungan dengan orang lain, jika la benarbenar
sebatang kara dan dikucilkan dari masyarakat
kenapa ia kelihatan begitu sibuk?
Kelihatannya dugaan Pek Si-hiang sangat tepat, ia
pasti sudah mengenakan topeng kulit manusia untuk
menutupi wajah aslinya dan sengaja datang permainkan
aku ..."
Membayangkan soal Pek Si-hiang, mendadak satu
ingatan melintas di dalam benaknya. Sebelum ia tertidur,
lamat-lamat ia mendengar pesan dari Pek Si-hiang
menjelang pergi meninggalkannya .
Gadis itu berpesan agar dia datang mencarinya di
pesanggrahan pengubur bunga di telaga Tay-oh...
selanjutnya apa pula yang diucapkan gadis itu? Lim HanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2065
kim mencoba untuk mengingatnya kembali, tapi sayang
gagal...
"Pesanggrahan pengubur bunga...?" gumamnya
kemudian "Kenapa ia tinggal di pesanggrahan dengan
yang tak sedap didengar? Apa arti semua ini...?"
Buruknya kesehatan Pek Si-hiang dan lemahnya tubuh
gadis ini persis ibarat sekuntum bunga yang sedang layu
dan mendekati saat rontok. Kini ia berdiam di
pesanggrahan pengubur bunga, bukankah hal ini
mengartikan bahwa di situlah dia akan mengubur
jasadnya?
Suatu dorongan emosi yang meluap muncul dari hati
kecil Lim Han-kim, ia segera berpikir "Aku harus pergi
menjumpainya, Kalau datang terlambat, mungkin aku
akan menyesal sepanjang zaman ..."
Begitu keputusan diambil, ia segera melompat bangun
Dengan mengerahkan tenaga dalamnya ke ujung jari, ia
mengukir kata-kata "Aku pergi" ke atas meja ditepi
pembaringan ia tak tahu apakah kekuatan jari tangannya
mampu mengukir tulisan tersebut pada permukaan meja,
tapi paling tidak hal ini menunjukkan niatnya untuk
berpamitan.
Dalam waktu sekejap kedudukan Im-yang Losat dalam
hatinya telah merosot tajam.
Sebagai gantinya bayangan tubuh Peksi-hiang yang
lemah telah menguasai seluruh benaknya, setelah
menutup kembali pintu rumah, pemuda ini
mendongakkan kepala memanda bintang yang
bertaburan di langit, kemudian setelah menentukan arah
pelan-pelan ia berjalan meninggalkan pagar pekarangan.

2066
Ternyata sepanjang perjalanan ia tidak menjumpai
ada orang lain yang menghalangi kepergiannya, setelah
berjalan sejauh dua li lebih, baru Lim Han-kim
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan langsung
berangkat ketelaga Tay-oh.
Lim Han-kim sadar wajah yang dimilikinya sekarang
amat jelek dan tak enak dipandang itu berarti bila ia
melewati kota besar, kehadirannya tentu akan menarik
perhatian orang banyak. Untuk menghindari segala
kerepotan sepanjang jalan, ia sengaja memilih jalan
setapak yang sepi dan selalu berjalan di tengah maIam.
Hari ini, tatkala fajar baru saja menyingsing, sampailah
pemuda itu di tepi telaga Tay-oh, Memandang telaga
luas yang terbentang di depan mata, diam-diam ia
berpikir "Luas telaga Tay-oh mencapai tiga puluh ribu
enam ratus li persegi, ke mana aku harus mencari letak
pesanggrahan pengubur bunga itu?"
Dalam keadaan seperti ini mau tak mau ia harus
bertanya pada orang lain, Tapi mengingat wajah sendiri
yang begitu jelek. untuk menjaga agar orang lain tak
ketakutan, terpaksa ia gunakan selembar kain untuk
membungkus wajahnya, setelah itu baru berjalan menuju
ke dermaga di mana banyak perahu nelayan berlabuh.
Waktu itu pagi baru menjelang, suasana di dermaga
sangat ramai, Kebanyakan adalah para nelayan yang
membawa hasil tangkapan-nya menuju kepasar untuk
dijual
Dengan wajah terbungkus kain Li Han-kim berdiri
menunggu di tepi jalan, Tatkala seorang nelayan tua
kebetulan lewat di hadapannya, ia segera memberi

2067
hormat seraya menyapa: "Kakek. boleh numpang tanya,
adakah tempat yang disebut pesanggrahan pengubur
bunga di sekitar telaga Tay-oh ini?"
Sambil menurunkan pikulannya, nelayan tua itu
mengamati Lim Han-kim sekejap. lalu sambil gelengkan
kepalanya berulang kali katanya: "pesanggrahan
pengubur bunga? sudah hampir tiga puluh tahun aku
hidup menangkap ikan di telaga Tay-oh, tapi rasarasanya
belum pernah mendengar ada tempat seperti
itu"
Lim Han-kim tertegun, buru-buru ia memberi hormat
lagi sambil serunya: " Kalau begitu, maafkan aku ..."
Tanpa arah tujuan yang pasti pemuda itu meneruskan
kembali perjalanannya menelusuri tepi telaga.
Memandang riak ombak telaga yang saling mengejar
Lim Han-kim berdiri termangu-mangu, pikirnya: "Di mana
letak sebenarnya pesanggrahan pengubur bunga itu?
Aaaai... telaga Tay-oh begini luas dan lebar, ke mana aku
harus mencari untuk menemukan tempat tersebut...?"
Mata hari makin tinggi tergantung di awang-awang,
cahaya keemasan yang memancar di permukaan air,
membiaskan cahaya bianglala yang menyilaukan mata.
Entah sudah berapa lama Lim Han-kim berdiri
termangu di tepi telaga sambil melamun... Mendadak
sebuah sampan kecil melucur membelah ombak menuju
ke tepian, Kehadiran sampan itu seketika menyadarkan
kembali Lim Han-kim dari lamunannya, Begitu ia
mendongakkan kepalanya, pemuda itu segera menjerit
kegirangan

2068
Ternyata dari atas sampan kecil itu melompat naik
seorang gadis berbaju serba hijau, Gadis itu tak lain
adalah siok-bwee, salah seorang dayang Pek si-hiang
yang dikenalnya, Buru-buru ia maju menyongsong
kedatangan gadis itu sambil menyapa: "Nona siok-bwee"
Dalam terkejut bercampur girangnya ia sudah lupa
kalau wajahnya telah rusak dan berubah jadi jelek.
setelah berteriak memanggil, ia baru sadar akan hal ini.
Pelan-pelan siok-bwee berpaling, setelah memandang
Lim Han-kim sekejap. sahutnya seraya tertawa: "Kau
adalah Lim siangkong?"
"Betul, darimana nona bisa ..."
"Cepat naik ke sampan" tukas siok-bwee cepat, "Kalau
ada persoalan, kita bicarakan lagi di atas perahu."
Tanpa membuang waktu lagi ia melompat balik ke
atas sampannya, Lim Han-kim pun tak mau membuang
waktu lagi, ia turut melompat naik ke atas sampan.
Siok-bwee segera mendayung perahunya membelah
ombak meluncur ke tengah telaga, setelah sampan
berada ratusan kaki dari tepi daratan, siok-bwee baru
berpaling seraya ujarnya: "Nona telah berpesan
kepadaku serta Hiang- kiok agar masing-masing dengan
menumpang sebuah sampan, tiap hari meronda di
seputar telaga untuk menunggu kedatangan siangkong."
"Dari mana ia bisa tahu kalau secepat ini aku bakal
datang kemari?"
"Tentang hal itu aku kurang jelas." siok-bwee
menggeleng, "Tapi aku yakin semua persoalan yang
dipesan nona tak pernah meleset."

2069
"Kecerdasan nonamu memang luar biasa hebatnya,
rasanya setiap perkataan dan keputusan yang dibuatnya
tak bisa dibayangkan sebelumnya oleh manusia macam
kita- kita ini."
Tiba-tiba siok-bwee menghela napas sedih, matanya
jadi merah dan dua baris air mata jatuh bercucuran
membasahi pipinya, ia berkata: "Selama beberapa hari
terakhir ini penyakit yang diderita nona semakin
bertambah parah, Untuk makan tiap haripun sukar untuk
ditelan, badannya makin lama makin kurus, setiap hari
dia hanya merindukan Lim siang-kong seorang, karena
itu aku dan Hiang- kiok setiap malam selalu
bersembahyang berharap kau bisa datang ke sini
secepatnya".
"Thian maha pengasih, untung apa yang kalian
harapkan bisa segera terkabul" Lim Han-kim
menengadah sambil menghembuskan napas panjang.
"Menurutpengamatan budak serta adik Hiang-kiok,
tampaknya nona mengerti sekali mengenai kondisi
penyakit yang dideritanya. Mungkin juga ia sudah tahu
bagaimana cara penyembuhan sakitnya itu, tapi ia selalu
menolak untuk berusaha menyembuhkan diri sendiri Lim
siangkong, bila kau bertemu dengan nona nanti, tolong
bujuklah dia agar mau menyembuhkan penyakit yang
diderita-nya."
Waktu itu perahu sudah berada ditengah telaga yang
sepi, tiba-tiba siok-bwee berpaling dan memandang Lim
Han-kim sekejap. lalu tegurnya lagi: "Lim siangkong,
kenapa kau bungkus wajahmu dengan sapu tangan?"
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaruCerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 5, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 5
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 5 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 5 ini dengan url https://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-anak-pilihan-pedang_20.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 5 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 5 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 5 with url https://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-anak-pilihan-pedang_20.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar