Cerita Ngentot Dewasa : Pohon Keramat 4

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Senin, 30 Juli 2012

Description: Cerita Ngentot Dewasa : Pohon Keramat 4 Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: Cerita Ngentot Dewasa : Pohon Keramat 4Cerita Ngentot Dewasa : Pohon Keramat 4-Cerita Ngentot Dewasa : Pohon Keramat 4-Cerita Ngentot Dewasa : Pohon Keramat 4-Cerita Ngentot Dewasa : Pohon Keramat 4


Tan Kiam Pek diajak keruang dalam, disana telah
berkumpul Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap.
Pencipta Drama Pohon Penggantungan Melati putih Giok
Hu Yong, si Pendekar Dungu Ong Jie Hauw, dan Tang
Sang.
Tan Kiam Pek menceritakan pengalamannya, bagaimana
Tan Ciu telah jatuh kedalam tangan seorang gadis baju
merah yang menyebut dirinya sebagai anak buah si Ratu
Bunga dari gunung Pek Hoa san.
Wajah mereka menjadi pucat.
Hanya seorang yang berdiri gagah, ia adalah si Dungu
Ong Jie Hauw.
"Aku segera menolong dirinya." Ia berkata.
Tan Kiam Pek memperhatikan wajah pemuda itu. Dia
ragu-ragu.
"Kau?". . .Tan Kiam Pek belum melihat kepandaian Ong
Jie Hauw. Tentu saja belum yakin kepada kehebatan
pemuda itu.
Tan Sang memberi keterangan.
"Kecuali dia. kukira tidak seorang pun yang dapat
menolong Tan Ciu."
Tentu saja, dengan kekebalan Ong Jie Hauw siapakah
yang dapat menandinginya?
Tan Kiam Pek memberi tahu letak Tan Ciu diringkus
orang. Dikatakan juga tempat kediaman si Ratu Bunga
yang sedang bermukim di gunung Pek-hoa san.
Dan kita menyusul keadaan Tan Ciu.
Tan Ciu sedang berbaring disuatu tempat yang bersih
dan rapi.
Seorang laki-laki baju kuning dan seorang wanita baju
merah memperhatikan wajah pemuda itu.
Enam gadis baju merah berdiri dibelakang mereka.
Memperhatikan beberapa saat. wanita itu memandang
seorang gadis baju merah, gadis inilah yang membawa Tan
Ciu.
"Giok Lo Sat. Kau telah berhasil dengan baik. Inikah
orangrnya?"
"Betul." berkata Giok Lo Sat gadis gemuk yang dapat
mengimbangi kekuatan Tan Kiam pek.
"Putra Tan Kiam Lam? Tidak akan salah?"
"Tidak salah lagi." Berkata Giok Lo Sat.
Wanita baju merah adalah si Ratu Bunga Giok Hong
musuh Giok Hu Yong orang yang diduga telah membunuh
Tan Kiam Lam.
Laki-laki baju kuning adalah pengawal pribadinya.
Ratu Bunga Giok Hong memperhatikan wajah Tan Ciu
yang tampan. Dia mengoceh. "Lebih cakap dari ayahnya.
Lebih hebat dari ayahnya."
Dan dia berpaling kearah Giok Lo Sat, bertanya.
"Dimana tiga anak buahmu?"
Cepat-cepat Giok Lo Sat berkata. "Mati semua."
"Mana mungkin? bagaimana mereka boleh mati?!" Giok
Hong marah.
"Mereka gugur setelah berhasil menjatuhkan Tan Ciu."
Berkata Giok Lo Sat. Dan diceritakan jalan cerita.
"Akh!. . ." Sang Ratu Bunga terkejut.
"Maafkan teecu yang tidak dapat menolong jiwa
mereka." Berkata Giok Lo Sat meminta pengampunan.
"Bukan salahmu." Berkata Giok Hong." Didalam
keadaan itu. kau masih berhasil menunaikan tugasmu,
inipun cukup untuk mendapat pujian."
"Terima kasih." Giok Lo Sat girang.
Ratu Bunga Giok Hong mengalihkan pandangan
matanya, menatap gadis baju merah yang berdiri dipaling
ujung, itulah Lie Bwee, gadis yang telah diperkosa oleh Ong
Jie Hauw.
"Kau juga kalah dibawah tangannya?" Dia bertanya,
"Teecu juga kalah" berkata Lie Bwee.
Ratu Bunga Giok Hong tertawa kejam, dia mengoceh.
'Tidak boleh diremehkan.'
"Giok Lo Sat." tiba2 memanggil murid itu, "Bangunkan
pemuda ini!"
Giok Lo Sat maju tiga langkah, menotok beberapa jalan
darah Tan Ciu, kemudian mengeluarkan sebutir obat,
dimasukkannya kedalam mulut pemuda itu.
Beberapa saat kemudian, Tan Ciu sudah siuman.
Samar-samar terlihat banyak bayangan2, dia
mengkerutkan keningnya, memikir kejadian-kejadian yang
telah terjadi.
Tan Ciu kagat, bagaimana dia melakukan perjalanan
bersama-sama dengan sang paman, kemudian dihadang
oleh empat gadis berbaju merah, dia teiah membunuh mati
tiga orang, Tan Kiam Pek melawan sigemuk, setelah itu,
dia jatuh, tidak ingat orang lagi.
Dimana dia berada?
Dia bangkit berdiri.
"Saudara Tan, kau sudah sadar?"
Tan Ciu memandang wanita itu, masih cantik agak liar,
terbukti dari sepasang matanya yang sangat binal, inilah
type wanita jalang.
"Kau? Kau Ratu Bunga?" Dia mengajukan pertanyaan.
"Tepat! Tidak mudah untuk mengundang dirimu."
berkataWanita itu.
Tan Ciu memperhatikan orang-orang disekeliling,
hadirnya Giok Lo sat dan Lie Bwee ditempat itu tidak
mengejutkannya. seorang gadis yang menundukkan
kepalalah orang yang dikenal, itulah murid Permaisuri dari
Kutub Utara yang bernamaOng Leng Leng,
"Kau?" Tan Ciu hampir berteriak.
Adanya si Jelita Merah Ong Leng Leng ditempat itu
sungguh berada diluar dugaan. Ong Leng Leng
menganggukan kepala.
Tan Ciu menegur. "Mengapa kau berada ditempat ini ?"
Ong Leng Leng berkata."Aku telah menjadi murid Si
Ratu Bunga yang ternama."
Tan Ciu memancarkan sinar mata kemarahan.
"Telah kau beritahu penggantian guru baru kepada. guru
lamamu? Setujukah Pek Pek Hap Cianpwe kepada
langkahmu?"
"Mengapa harus memberi tahu kepadanya?" Ong Leng
leng tertawa.
"Berani kau berkhianat kepada pintu perguruan?" Tan
Ciu memberi teguran.
"Mengapa tidak?" Debat Jelita merah Ong Leng Leng!
"Aku telah mendapatkan guru yang lebih pantas, Setiap
orang wajib mempersenjatai dirinya dengan ilmu-ilmu yang
lebih hebat. bukan?"
Tan Ciu mengeretek gigi. Jelita Merah Ong Leng Leng
termasuk gadis-gadis yang mencintai dirinya. Sikapnya
ramah tamah, mengapa mengalami perubahan.
Ong Leng Leng berkata. "Jangan kau marah. Guruku
hendak mengajak kau bekerja sama."
Yang dimaksud sebagai guru oleh Ong Leng Leng adalah
Sri Ratu Bunga Giok Hong, guru barunya. Bukan
permaisuri dari Kutup Utara Pek Pek Hap,
Tan Ciu membentak, "Bohong!"
Sri Ratu Bunga Giok Hong mengentengah pertengkaran
mulut itu, dia berkata.
"Tan Ciu, jangan marah? Dengarlah nasihatku baik-baik
kalian bersahabat. Kami dapat memberi tempat dan
kedudukan yang bagus untukmu."
Tan Ciu berhadapan dengan Sri Ratu Bunga GiokHong.
"Huh." Dia berdengus. "Apa maksudmu, menyuruh
orang menculik aku?"
Tan Ciu tidak tahu bahwa dirinya sedang berhadapan
dengan musuh yang hendak menghabiskan jiwa ayahnya.
Si Ratu Bunga Giok Hong berkata. "Tan Ciu, Tahukah
kau bagaimana gelar dari nama sebutanku?"
Tan Ciu bersungut-sungut, dengan getas dia berkata.
"Tidak perlu tahu."
"Namaku Giok Hong dengan gelar baru Sri Ratu
Bunga."
"A a a a a!"
Ternyata Ratu Bunga bernama Giok Hong? Musuh
kedua orang tuanya?
Tan Ciu memperhatikan wanita baju merah itu terlalu
muda untuk menjadi musuh kedua orang tuanya.
Mungkinkah? Hal itu akan terjadi. Sri Ratu Giok Hong
berkata.
"Pernah dengar cerita tentang diriku?"
"Kau adalah musuh ibu, orang yang membunuh
ayahku," Berkata Tan Ciu.
"Cerita dari ibumu bukan?" Berkata Giok Hong tertawa.
"Kau telah membunuh ayahku?" Tan Ciu meminta
ketegasan.
"Aku tak ada niatan untuk membunuh ayahmu, dia
adalah orang yang kucintai."
"Huh, karena cintamu yang tidak terbalas?"
"Sudah kukatakan bukan aku yang membunuh."
"Si Telapak dingin Han Thiun Chiu?"
"Bukan urusanku." Berkata Sri Ratu.
Han Thian Chiu bukan Ratu Bunga Giok Hong. Giok
Hong bukan si Telapak DinginHan Thian Chiu.
"Atas instruksimu bukan?"
"Mengapa mempunyai dugaan seperti itu?" Berkata Ratu
Bunga GiokHong.
"Mengapa tidak berani menjawab pertanyaanku?" Tan
Ciu menyelak.
"Han Thian Chiu bukan aku, kau harus mengerti."
"Sama saja. Kalian adalah suatu komplotan."
"Terserah bagaimana penilaianmu." Berkata Giok Hong.
"Bagus. Aku harus memnuntut balas atas dendam itu."
"Kepada siapa? Aku atau Han Thian Chiu?"
"Kedua-duanya."
"Ha. ha ha..." Sri Ratu Bunga Giok Hong tertawa.
"Sampai dimanakah ilmu kepandaianmu ingin
menantang?"
Kemarahan Tan Ciu sudah tidak dapat dibendong,
tangannya didorong kedepan, hut!, memukul wanita itu.
"Nah, terima serangan." Dia memberi peringatan.
Laki-laki baju kuning disebelah sang Ratu Bunga
bergerak dia menerima serangan yang Tan Ciu lontarkan.
"Jangan kurang ajar." Dia membentak keras.
Orang baju kuning adalah pengawal Ratu Bunga, ilmu
kepandaiannya cukup tinggi. Akibat dari benturan itu,
masing-masing terdorong mundur dari kedudukan tempat
semula.
Tan Ciu terkejut. Dan untuk melaksanakan maksud
tujuannya, dia tidak diam, bergerak capat mengirim empat
pukulan lagi.
Pengawal pribadi Ratu Bunga memberikan perlawanan
yang seimbang, Giok Hong dan keenam muridnya
menonton pertandingan itu.
Sepuluh jurus telah berlalu,
Tan Ciu Semakin lincah, serangan-serangan dilipat
gandakan.
Orang berbaju kuning itu terdesak mundur. Dia bukan
tandingan jago muda kita.
Tan Ciu mengeluarkan suara gerungan, memekik keras,
bergema diseluruh ruangan. Itulah ilmu Ie-hun Tay-hoat.
Pengawal Giok Hong itu tertegun, permainan apa yang
hendak dipertontonkan oleh lawannya?
Sepasang mata Tan Ciu memantulkan cahaya liar,
mengikat pandangan mata musuhnya! Disaat yang sama
kedua tangannya didorong kedepan.
Heeek . . .
Orang berbaju kuning itu terpental terbang, dengan dada
gepeng kedalam.
Suatu kejadian yang mengejutkan semua orang. Orang
berbaju kuning adalah jago mereka, toch masih
dikalahkannya.
Giok Lo Sat berteriak.
"Kurang ajar!" Tubuhnya menerkam si pemuda.
Disaat yang sama, terdengar suara bentakan Ratu Bunga.
"Jangan!"
Tubuh Giok Lo Sat balik kembali, dengan sikapnya yang
hormat berkata.Maafkan teecu yang tidak dapat bersabar."
"Kau mandur." Sang Ratu Bunga memberi perintah.
Giok Lo Sat mengundurkan diri. Ratu bunga Giok Hong
menghampiri Tan Ciu.
Tiba tiba . , .
Ong Leng Leng meminta tugas. "Suhu, serahkanlah
kepada teecu."
Giok Hong memandang muridnya itu, dia ragu-ragu!
"Kau?!" Dia heran.
"Suhu tidak perlu mengotori tangan!" Berkata Jelita
MerahOng Leng Leng.
"Kau bukan tandingannya." Berkata Ratu GiokHong.
Ong Leng Leng berkata, "Suhu akan kubuktikan
kepadamu. Bahwa belum tentu kepandaian tinggi yang
menetapkan, Unsur keberanian perlu."
"Baik." Giok Hong mengabulkan permintaan murid itu.
Ong Leng Leng berhadapan dengan Tan Ciu.
Tan Ciu mundur selangkah. Dia tidak segera menuruni
tangannya. Ong Leng Leng pernah menolong dirinya, dan
dia pernah menolong jiwa gadis itu. Diantara mereka,
masing2 pernah menanam budi kebaikan. Hubungan
mereka cukup erat. Tidak ada alasan untuk bentrok
dengannya.
"Kau?" Suara Tan Ciu terkandas ditenggorokan.
Ong Leng Leng memotong pembicaraan, katanya.
"Hei, Mengingat hubungan baik diantara kita orang,
kuanjurkan agar tidak mengadakan perlawanan, baikbaiklah
menerima perintah guruku, mungkin kau menerima
banyak kebaikan".
"K a u. . . ."
"Aku Ong Leng Leng."
"Aku tidak ingin bentrok denganmu, minggirlah."
Ong Leng Leng tidak menyingkirkan diri, dengan satu
pukulan. dia mendahului membuka penyerangan.
Tan Ciu menyingkirkan diri dari serangan itu, tidak
membalas. Rasa persahabatannya masih sangat berkesan.
Ong Leng Leng tidak memberi hati, dia mencecer
dengan serangan-serangan yang cukup tajam.
Apa boleh buat. Tan Ciu harus melayani tantangan itu.
Pikirannya agak kusut, dia masih menaruh rasa kasinan,
suatu kejadian yang sangat sedih, bila sampai terjadi cedera
atas diri Ong Leng Leng.
Berbeda dengan apa yang Tan Ciu pikirkan, Ong Leng
Leng menyerang dengan gencar. tanpa mengenal kasihan,
seolah-olah telah terjadi pergerakan otak, alam pikiran si
Jelita Merah bukanlah Jelita Merah yang lama.
Tan Ciu dipaksa melayaninya.
Jelita Merah Ong Leng Leng mengurung si pemuda
dibawah bayangan-bayangan pukulan.
Tan Ciu mempunyai ilmu kepandaian yang berada diatas
lawan itu, mengetahui dirinya terdesak. dengan
bersungguh-sungguh dia mengayun tangan kiri, memukul
tiga kali, membuka suatu jalan keluar dari kurungan Ong
Leng Leng, tangan kirinya berjulur hendak mencengkeram
pundak sigadis. Cepat sekali.
Ong Leng-Leng tidak menghiraukan ancaman
cengkeraman itu, dia membalas dengan satu pukulan kuat.
Kejadian yang berada diluar dugaan Tan Ciu.
Cara-cara Ong Leng Leng bertempur adalah suatu cara
yang sangat nekat. Cengkeraman tangan Tan Ciu yang
dikerahkan dengan tenaga penuh akan memotes lengan
tangannya menjadi dua bagian. Dengan alasan apa dia
berani meremehkannya?
Terserah bagaimana penilaianmu.
Tentu saja pukulan Ong Leng Leng tidak akan berhasil
bila dia tilak bersedia mengorbankan sebelah tangannya
untuk mengenai arah sasaran dia harus berkorban. Dan dia
sudah melaksanakan niatan nekad.
Tan Ciu sudah mengambil putusan cepat, dia menarik
pulang cengkraman tangannya tadi.
Pukulan tangan Ong Leng Leng berhasil sukses pada Tan
Ciu dipukul kontan. Tubuh pemuda itu terpental terbang.
Giok Lok Sat membarengi kecepatan orang dan
mengirim suatu pukulan, arah tujuannya adalah batok
kepala pemuda itu.
Tan Ciu mengalami bahaya otak pecah.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan Ratu Bunga Giok
Hong.
"Tarik pulang tangan itu!"
Tangan Giok Lo Sat menempel dikepala Tan Ciu
tenaganya telah ditarik pulang, maka tak terluka, hanya
terpaut selembar benang, jiwa Tan Ciu hampir melayang.
Giok Hong membentak. "Siapa yang memberi perintah
kepadamu!?"
Giok Lo Sat menundukan kepalanya. Tangannya yang
hendak memukul remuk batok kepala Tan Ciu diganti
menjadi menyanggah tubuh pemuda itu.
Setelah menotok jalan darahnya, Giok Lo Sat
meletakkan Tan Ciu.
Tan Ciu tidak berkutik lagi.
Ratu Bunga GiokHong memandang pemuda itu, dengan
suara mengejek, dia berkata. "Tan Ciu, disini tidak ada
tempat untuk kau mengagulkan kepandaian, tahu?!"
Tan Ciu tidak dapat bergerak, mulutnya bebas bicara,
dengan menggeretek gigi dia teriak.
"Berani kau membunuh aku?!"
Giok Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak mau membunuh" Ia berkata.
"Apa yang kau kehendaki?"
Giok Hong mengirim satu kerlingan mata yang menarik.
Dia berkata. "Manusia tolol, pikirlah, bila aku ada
maksud untuk membunuh dirimu. mana mungkin kau
bertahan sampai hari ini. Aku tidak tega dan sangat
membutuhmu."
"Hendak menggunakan tenagaku?" Bertanya Tan Ciu.
"Menggunakan tenagamu? Tenaga apakah yang kau
punyai?"
Tan Ciu marah besar "Apa yang kau mau?!"
"Aku akan menyenangkanmu, tahu?"
"Huh..."
"Tidak percaya? Aku akan menyenangkan dirimu, akan
kuberi kepuasan yang belum pernah kau nikmati."
Tan Ciu masih belum mengerti maksud juntrungan katakata
sangRatu Bunga itu! Dia diam.
"Tidak mengerti?" Giok Hong tertawa genit, "Kepuasan
diantara lelaki dan wanita."
Selembar wajah Tan Ciu menjadi merah jengah! Dia
sedang berhadapan dengan seorang wanita yang tidak
mengenal apa itu artinya malu.
Giok Hong berkata lagi. "Aku tidak berhasil
mendapatkan ayahmu, maka aku ingin meminta gantinya,
kau adalah putra Tan Kiam Lam, kukira kau berhak untuk
mewakili ayahmu itu bukan?"
Tan Ciu membentak, "Tidak tahu malu!"
"Ha, ha, .. Aku suka kepada sipatmu, seperti juga dengan
ayahmu. kau berkepala batu."
Dia memandang kearah Giok Lo Sat dan memberi
perintah, "Bawa kedalam kamarku."
Tan Cin sangat marah, sayang dia tidak berdaya. Giok
Lo Sat telah mendapat perintah untuk membawa pemuda
itu, si gadis gemuk menjalankan perintah gurunya,
menggendong Tan Ciu. dibawa kedalam kamar Ratu Bunga
Giok Hong.
Diatas gendongan Giok Lo Sat, Tan Ciu memaki maki.
"Wanita tidak tahu malu. Ratu cabul. Perempuan jalang!
..."
Semakin lama semakin jauh dan akhirnya tidak
terdengar sama sekali. Giok Lo Sat telah membawa pemuda
itu kedalam kamar gurunya .
Giok Hong sedang menatap Jelita Merah Ong Leng
Leng Sang murid menundukkan kepala, tidak berani
menantang guru itu.
"Leng Leng!" Giok Hong memanggil dengan suara
adem.
Ong Leng Leng memandang sang guru.
Giok Hong menegur. "Kau kenal dengan Tan Ciu?"
"Betul." Ong Leng Leng berterus terang.
"Sangat baik."
"Tan Ciu cukup baik."
"Mengapa belum pernah bercerita?" tegur lagi guru Jelita
Merah.
Ong Leng Leng membela diri. "Suhu belum pernah
bertanya, mengingat banyaknya urusan, mengingat belum
ada hubungan erat. teecu belum berani bercerita."
"Bagaimana hubungan kalian?" BertanyaGiok Hong.
"Cukup baik," jawab Ong Leng Leng.
"Sampai dimanakah kebaikan itu?" bertanya lagi sang
guru.
"Dia pernah menolong teecu dan teecu pun pernah
menolong jiwanya."
"Hubungan kelamin yang kumaksudkan."
Wajah Ong Leng Leng menjadi merah.
"Belum pernah." Dia berkata malu.
"Bagaimana hubungannya dengan gadis2 lain?"
"Juga belum pernah."
"Ha, ha, ha..." Giok Hong tertawa, dia puas sekali.
- ooOdwOoo -
Bercerita keadaan Tan Ciu.
Setelah dibaringkan ditempat tidur Giok Hong. Tan Ciu
diberi obat tidur. Dia jatuh pulas.
Tan Ciu sadar kembali setelah malam harinya. Badannya
dirasakan sangat panas, ingin mendapat air segar. Dia
mengulet bangun, yang aneh, dia dapat bergerak perlahan,
walau pun sangat lemah, totokan yang mengekang dirinya
telah dibebaskan.
Tan Ciu turun dari pembaringan. Tiba-tiba dia
mengeluarkan suara jeritan.
"Aaaaaa.. . .!"
Tubuhnya sudah tidak berpakaian, telanjang bulat, orang
telah melakukan sesuatu kepada dirinya.
Tan Ciu menarik kain seprai dan menyelubungi dirinya.
Semakin lama, semakin terasa akan adanya hawa napas
yang merangsang badan. Dia berusaha menekan-nekan
kekuatan rangsangan itu, tidak berhasil. Semakin terasa
akan kebutuhannya seorang pria.
Ada sesuatu yang mendekati dirinya, itulah si Ratu cabul
Giok Hong, juga tanpa selembar benang pun. telanjang
bulat. menghampiri si pemuda yang telah diberi obat
perangsang.
Cahaya didepan Tan Ciu menjadi merah, kuning. hijau,
Membawakan sikapnya yang menantang, penuh gairah,
sang Ratu Cabul memainkan pemuda itu.
Tan Ciu telah memakan obat perangsang, keadaan
ditempat inipun agak seram terlalu romantis, mana
mungkin dapat menahan gelora mudanya. Dia menabrak
dan meremas-remas selurun tubuh Giok Hong.
Itulah yang dikehendaki oleh sang Ratu Cabul
membiarkan dirinya didalam keadaan seperti itu adalah
suatu penerimaan yang tiada terlukiskan!
Agaknya kejadian itu tak dapat dihindarkan,
Tiba-tiba ....
Pintu kamar Giok Hong diketuk orang. Tok, tok tok!
Sri Ratu Bunga GiokHong membentak. "Siapa !?"
"Teecu." Itulah suara Giok Lo Sat.
"Ada apa?" Suara Giok Hong sangat tak puas.
"Ada orang yang hendak bertemu dengan Suhu, segera."
"Siapa ?"
"Han-tayhiap."
"Han Thian Chiu ?"
"B e t u l."
"Katakan kepadanya bahwa aku tak sempat."
"Sudah teecu katakan."
"Eii, berani dia menantang ?"
"Han-tayhiap berkata."
"Suruh tunggu diruang tamu?"
Disaat yang sama terdengar suara pintu yang didobrak
dari luar, tentu saja pintu itu pecah. seorang laki-laki yang
tampan, dengan wajah yang marah-marah sudah berada
diambang pintu, itulah telapak Dingin Han Thian Chiu
dengan wajkah aslinya.
Giok Hong terkejut. Han Thian Chiu adalah salah satu
gendaknya yang luar biasa. Ia masih menghendakinya,
sebagai orang baru, belum tentu Tan Ciu dapat memberi
kepuasan cukup. Dia harus berhati-hati.
"Kau. . ." Dia lupa berpakaian.
Han Thian Chiu berkata, "Giok Hong, kau sudah
melupakan kawan lama ?"
"Keluarlah! Belum waktunya kau mendapat giliran."
"Huh! Kau tidak tahu, pemuda ini bernama Tan Ciu,
anak Tan Kiam Lam ?"
"Kau tahu .. ."
"Kau !..."
"Inilah urusanku," Berkata Giok Hong memutuskan
kata-kata orang.
"Kau gila. Masakan anak dan ayah dimakan semua?"
Berkata Han Thian Chiu penuh cemburu.
"Karena ada hubungan dengan Tan Kiam Lam. maka
aku ingin memakannya."
"Dia masih terlalu hijau untukmu."
"Aku membutuhkan anak muda yang masih hijau, masih
belum berpengalaman. maka dia masih utuh."
"Huh, apa yang bisa dimainkan olehnya?"
"Kau pandai memainkan, tapi aku sudah bosan
denganmu."
"Giok Hong ketahuilah bahwa kau adalah orangku."
"Aku bukan benda mati. Bukan barang milik seseorang,
termasuk kau."
"Tega kau meninggalkan aku?"
"Keluarlah sebentar, setelah membereskannya, Aku akan
melayanimu. Jangan khawatir. seorang bocah yang tidak
berpengalaman sangat mudah dibereskan."
Tubuh Giok Hong belum berpakaian, tentu sangat
memikat, dia sudah tua, tapi banyak makan obat berkhasiat.
sepintas lalu masih cukup padat, cukup bergairah.
Darah Han Thian Chiu telah merangsang keotak, dia
menerkam sang kekasih. Mereka ber-guling2an bergumul
menjadi satu.
Dilain pihak. . .
Tan Ciu yang kehilangan sasarannya sudah mulai
mengamuk. Didalam keadaan tidak sadar, dirinya juga
menerkam.
Giok Hong membiarkan dirinya digumul oleh dua lakilaki,
dia tertawa cekikikan.
"Hayo kalian maju berbareng." Dia merangkul keduaduanya,
Dasar wanita cabul.
Han Thian Chiu tidak dapat menerima keadaan itu, dia
mendorong tubuh Tan Ciu maksudnya mengangkangi sang
kekasih, seorang diri tentunya.
Tubuh Tan Ciu terdorong pergi. Tapi dia menubruk
Kembali.Mulutnya berteriak.
"Hayo. kemana kau lari!?".
Dia sudah lupa daratan.
Tangan Han Thian Chiu melayang. maksudnya ingin
menamatkan jiwa pemuda itu.
Ratu Bunga Giok Hong membentak. "Jangan!"
Untuk membatalkan maksud tujuan Han Thian Chiu
yang ingin membunuh Tan Ciu. tangan Giok Hong
bergerak, dia menyengkeram tanganHan Thian Chiu.
"Berani kau membangkang perintah?"
Han Thian Chiu mengajukan protes. "Kau harus
memberi service kepadaku."
"Dia telah aku beri obat perangsang." Berkata Giok
Hong. "Tidak mungkin.. . ."
"Biar kutotok dahulu jalan darahnya." Berkata Han
Thian Chiu.
"Baiklah. Tapi, aku melarang kau melukai dirinya."
berkata Giok Hong.
"Tentu."
Dengan mudah Han Thian Chiu menotok jalan darah
Tan Ciu. Mengajak Giok Hong, mereka pindah kekamar
sebelah,
Kamar itu telah dirusak olehnya, pintu tidak teraling lagi.
Dilain kamar. Han Thian Chiu dan Giok Hong sedang
melakukan sesuatu yang tidak patut diceritakan. Mereka
adalah dua sekawan manusia2 durjana yang sering
melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk.
Hasil yang menyolok dari klik Han Thian Chiu dan Giok
Hong adalah penganiyaan mereka kepada Tan Kiam Lam.
Tan Kiam Lam telah menjadi korban paras cantik dan
Giok Hong masih belum puas, Dia ingin memakan putra
orang yang pernah dimainkan olehnya itu.
Dilain kamar, Tan Ciu terbaring dengan keadaan
manusia purbakala, tanpa pakaian.
Giok Hong terpaksa harus meninggalkan si daging
muda, mengingat belum waktunya untuk bentrok dengan
Han Thian Chiu. Tenaga Han Thian Chiu sangat
dibutuhkan olehnya.
Han Thian Chiu adalah seorang ahli dibidang begituan,
Giok Hong dibuat me-rintih2.
"Bagaimanakah?" Bertanya Han Thian Chiu.
"Lekas . . . Cepat . . ." Berteriak Giok Hong merintih.
"Masih menginginkan Tan Ciu?" Bertanya Han Thian
Chiu.
"Unggggg . . ."
"Jawab pertanyaanku, masih menginginkan Tan Ciu ?"
"Tentu."
"Kau gila."
"Aku hendak mempermainkan dirinya."
"Setelah itu?"
"Mengapa bertanya tentang ini? Lekaslah." Giok Hong
tidak sabar.
"Aku harus tahu. Apa maksud tujuanmu mendatangkan
anak Tan Kiam Lam ?"
"Aku hendak mempermainkannya sehingga mati copot
sukma."
"Berapa kalikah dia dapat bertahan?"
"Tergantung dari kekuatan dirinya, mungkin dua tiga
hari.Mungkin juga dua tiga bulan."
"Wah, aku keberatan."
"Maksudmu?"
"Kau boleh makan keperjakaannya, setelah itu harus
dibunuh mati."
"Membunuh Tan Ciu ?"
"T e n t u."
"N g g g g. . ."
"S e t u j u ?"
"Baiklah. Tapi cepat dong !"
Han Thian Chiu memegang peran penting.
Keistimewaan Han Thian Chiu dibidang inilah yang dapat
mengikat tali hubungannya dengan sang ratu cabul. Biar
bagaimana. Ratu Bunga Giok Hong tak melupakannya.
Mereka telah meninggalkan Tan Ciu tentu saja mereka tak
perlu khawatir. didalam tempat itu kekuasaan berada
ditangan Giok Hong.
Dilain pihak, semua murid-murid dan anggota Ratu
Bunga mempunyai ilmu kepandaian tinggi. tidak mungkin
musuh dapat menyelundup masuk,
Musuh luar tidak mudah untuk masuk ke dalam sarang
mereka, tapi dari dalam tidak mudah diduga.
Sesosok bayangan menyelinap masuk. dia berbaju merah
dengan menanggung resiko besar, dia memasuki kamar
Giok Hong, menarik tubuh Tan Ciu dan dibawa lari,
meninggalkan tempat berbahaya.
Siapakah orang yang berani menentang Ratu Bunga
Giok Hong?
Tidak lain, tidak bukan, dia adalah murid ratu Giok
Hong yang baru, dia adalah Jelita Merah Ong Leng Leng.
Dengan alasan apa Ong Leng Leng menolong Tan Ciu?
Benih cinta Ong Leng Leng kepada Tan Ciu belum dapat
dipadamkan, dimulut si gadis galak, itu harus mengingat
dia telah berguru kepada Giok Hong, agar sang guru tidak
menaruh curiga dia menawan si pemuda. Tan Ciu adalah
pemuda kedua. setelah Chia-it Tong.
Dan kesempatan baik tidak disia-siakan olehnya.
Menggunakan datangnya Han Thian Chiu, menggunakan
waktu dari kedua makhluk yang sudah lupa daratan itu, dia
menolong dan melarikan Tan Ciu.
Didalam keadaan malam gelap Ong Leng Leng
meninggalkan gunung Pek-hoa san.
Ong Leng-Leng berlari beberapa saat, dia memasaki
sebuah guha, maksudnya hendak istirahat, melepas
lelahnya.
Keadaan Tan Ciu sangat menakutkan. diam tidak
bergerak, matanya melotot, karena mendapat kekangan
tekanan peredaran jalan darah. pemuda itu tidak dapat
bergerak
Ong Leng leng menotok hidup jalan darah Tan Ciu yang
terkekang.
Tan Ciu siuman kembali. Hatinya yang gersang belum
mendapat pelampiasan yang selayaknya. dia telah diberi
makan obat perangsang dan akibat dari obat perangsang
adalah gejolak darah yang memuncak, darah-darah ini
mendapat wadah yang layak.
Ong Leng Leng tidak sadar kepada bahaya yang
mengancam dirinya, dia memanggil.
"Tan Ciu."
Tan Ciu menerkam gadis iiu, secara kasar tangannya
menjambret baju orang. merobeknya segera. Dia hendak
melakukan seperti apa yang binatang sering lakukan.
Ong Leng Leng berteriak.
"Jangan ...!"
Tan Ciu tidak memperdulikan protes orang, tangannya
semakin kurang ajar.
"Hayo lekas . .!" Dia menghardik
Setelah dipaksa, dan setelah rela. Ong Leng Leng!
Terjadi Kejadian yang sama dengan apa yang Han Thian
Chiu lakukan kepada Giok Hong.
Letupan gunung berapi itu sangat cepat sekali, dikala
keadaan sudah menjadi adem kembali, segala sesuatu telah
terjadi.
Tan Ciu terlentang didalam guha itu. Ong Leng Leng
sedang mengenangkan kepada nasibnya.
Dikala Tan Ciu membuka kedua matanya, dia
mendapatkan dirinya berada didalam suatu guha, disebelah
terbaring seorang gadis itulah si Jelita Merah Ong Leng
Leng, Pakaian Ong Leng Leng telah koyak dan
memandang dirinya.
Tan Ciu mendapatkan pakaian alam. Wajahnya menjadi
merah jengah.
"Heee, apakah yang telah terjadi?" Tan Ciu segera sadar
akan kejadian itu. bila kedua makhluk berlainan jenis
berada di dalam keadaan seperti itu, apakah yang akan
dilakukan oleh mereka? Jawaban ini tidak sulit untuk
dijelaskan.
Tan Ciu berteriak. "Aaaaa ...!"
Ong Leng Leng menangis sesenggukkan.
"Hei," Berkata Tan Ciu lagi. "Ong Leng Leng, apakah
yang telah terjadi?"
"Bertanyalah kepada dirimu sendiri." Berkata Ong Leng
Leng tidak berani memandang pemuda itu.
"Mungkinkah... mungkinkah telah melakukan sesuatu
kepadamu?” Bertanya Tan Ciu.
Tangis isak Ong Leng Leng semakin keras. Tan Ciu
mengetahui jawaban itu, bahwa dugaannya tidak salah. Dia
telah memperkosa kesucian Ong Leng Leng.
Tapi... mengapa dia dapat melakukan perbuatan itu.
Tan Ciu mengenang serentetan kejadian-kejadian yang
menimpa dirinya. Dia telah dibawa oleh si gadis gemuk
Giok Lo Sat, dibawa kedalam gunung Pek-hoa San,
dibawah ancaman Ratu Bunga Giok Hong! Ong Leng Leng
telah menotok dirinya, kemudian dibawa kedalam kamar
Ratu Cabul itu.
Setelah itu dia telah melupakan dirinya, Tentu telah
dikibuli oleh si Ratu bunga. Sangatlah mustahil sekali bila
Ong Leng Leng yang kena getahnya.
"Dimanakah kita berada?" Bertanya Tan Ciu.
Ong Leng Leng menceritakan, bagaimana dengan
menempuh bahaya, dia menolong pemuda itu. dengan
kesudahan dirinyalah yang menjadi korban obat
perangsang, akhirnya si Jelita Merah menangis lagi.
Tan Ciu memberi hiburan. "Ong Leng Ling, jangan kau
bersedih."
"Bagaimana tidak bersedih, bagaimana aku harus
menempatkan diri lagi?"
"Aku .... Aku ...."
"Pakailah pakaian." Berkata Ong Leng Leng.
Tan Ciu mengenakan apa yang ada. Tentu saja tidak
karuan macam, tapi hal itu dapat menutupi sebagian
tubuhnya.
"Aku harus menuntut balas." berkata si pemuda "Aku
harus membunuhnya." Dia hendak meninggalkan guha itu.
Ong Leng Leng berteriak. "Hei, kembalilah dahulu. Kau
masih bukan tandingannya."
Tan Ciu memandang gadis itu.
Ong Leng Leng berkata. "Kita barus mencari jalan yang
tarbaik untuk menghadapi mereka."
"Maksudmu ?"
"Keadaan kita masih berada didalam bahaya, anak
murid Ratu Bunga terlalu banyak, Lengah sedikit berarti
kematian. Biar bagaimana, Kita harus berhadapan dengan
mereka. tokh dengan suatu cara yang terbaik. agar kita tidak
jatuh kembali lagi."
"Kau.,. Kau adalah golongan mereka."
"Jangan salah mengerti." Berkata Ong Leng Leng.
"Boleh kau bayangkan, jika aku sedang menderita dia
menemukanku dan berkata hendak menjadikan aku
muridnya, mungkinkah aku menolak?"
"Mengapa kau menotok jalan darahku?" Bertanya Tan
Ciu.
"Dikala kau menjadi orang tawanan mereka aku sangat
terkejut. bingung sekali, bagaimana harus menolong dirimu
dari kekangan2 anak buah Ratu Bunga. Aku tidak berdaya,
kekuasaan mereka cukup besar. kekuatan mereka tidak
boleh dipandang ringan. Membiarkan Giok Hong atau
Giok Lo Sat yang bergebrak denganmu, mana mungkin
mempertahankan jiwamu. Maka aku meminta tugas agar
dapat menolong. karena itulah, jiwamu dapat diperpanjang,
maksudku baik, sayang kejadian berikutnya membuat aku
semakin bingung, bersyukurlah, akhirnya aku berhasil
menolong kau dari tangan mereka."
"Katakan kepadaku. dimana mereka berada?"
"Mau apa?"
"Aku harus menuntut balas."
"Belum waktunya kau menuntut balas, ilmu kepandaian
Sri Ratu Bunga Giok Hong sangat luar biasa, bertekun
lagilah untuk beberapa waktu. Berpikirlah, mengapa aku
menolongmu? Maksudku agar kau bebas dari bahaya,
bukan hendak menjerumuskan diri kedalam dirinya." ,
"Maksudmu?"
"Aku harus segera kembali."
"Kembali ?"
"Ng . .. !"
Ong Leng Leng, aku dapat menerima bujukanmu. Kau
telah berkorban, karena pengorbanan itu, aku harus
mengawinimu."
Ong Leng Leng menundukkan kepalanya.
"Aku tahu." Dia berkata. "Orang yang kau cintai
bukanlah aku. Jangan kau paksakan. Aku tidak akan
meminta ganti rugi. Cinta harus mendapat latihan dari
kedua belah pihak. bukan sebelah orang."
"Cinta itu dapat kita bina dikemudian hari," Berkata Tan
Ciu.
Mereka dikejutkan oleh satu suara bentakan diluar guha.
"Dua manusia bedebah. apa yang kalian lakukan
ditempat ini?"
Disana muncul seorang gadis baju merah, inilah Lie
Bwee, gadis yang pernah menipu Ong Jie Hauw, orang
yang pernah diperkosa oleh pendekar di dungu itu.
Wajah Ong Leng-Leng menjadi pucat, ternyata, jejaknya
telah diketahui orang.
Memandang dua orang yang berada didalam guha, Lie
Bwee membentak. "He, kemana kalian hendak melarikan
diri?"
Ong Leng Leng melirik kearah Tan Ciu.
"Bunuh dia!" Untuk melenyapkan jejak mereka. Ong
Leng Leng wajib membekap mulut Lie Bwee.
Takut Tan Ciu bergerak lambat, Ong Leng Leng telah
mengirim dua pukulan.
Lie Bwee menyingkir kekanan, menghindari dua
pukulan itu.
"Mau apa?"Dia mengajukan pertanyaan.
Ong Leng Leng membentak. "Aku hendak
membunuhmu."
"Karena telah memergoki kalian?"
"Karena kau dapat memberi tahu kepada Ratu Bunga,
bahwa aku yang menolong Tan Ciu."
"Ha. ha, . ." Lie Bwee tertawa. "Kau kira suhu tidak
tahu, bahwa kau yang melarikan barang santapannya? Dia
telah memberi perintah kepada semua orang untuk
membikin pengejaran."
"Aaaaa...” Putuslah harapan Ong Leng Leng untuk
kembali Keatas gunung.
"Hayo, ikutlah pulang." Berkata Lie Bwee.
Pulang keatas gunung berarti kematian, Ong Leng Leng
masih sayang kepada jiwanya. Bukan saja tidak mau
menerima saran yang diberikan kepadanya, tubuhnya
melayang lagi2 mengamcam keselamatan Lie Bwee.
Lie Bwee menutup dengan satu pukulan!
Dia membentak. "Sudah bosan hidup ?"
Dan mereka bertempur.
Dikala ada janji duel kematian dengan ibu Tan Ciu, si
Ratu Bunga Giok Hong mengutus Lie Bwee mewakili
dirinya, suatu bukti bahwa ilmu kepandaian gadis ini cukup
untuk diandalkan. Didalam sekejap mata, Ong Leng Leng
sudah berada dalam keadaan terdesak.
Tan Ciu paham, betapa pentingnya langkah yang akan
diambil, membiarkan Lie Bwee hidup berarti kegagalan.
Membunuh Lie Bwee berarti memutuskan harapan Ong jie
Hauw mungkin si dungu marah besar dan memutus
hubungan diplomatiknya, langkah yang cepat adalah
menangkap gadis itu.
Tubuh si pemuda bergerak. membantuOng Leng Leng.
Lie Bwee pernah merasakan tangan lihai pemuda kita,
dikeroyok dua orang mana mungkin dia dapat bergerak
bebas? menyingkir dia dapat bergerak bebas? Menyingkir
dari serangan-serangan kedua orang itu dia mengambil
langkah seribu melarikan diri.
Ong Lang Leng berteriak. "Jangan biarkan dia lari?"
Tan Ciu dan Ong Leng Leng mengejar Lie Bwee.
Lie Bwee melarikan diri kearah puncak gunung Pek hoasan,
Dan disaat yang sama, Tan Ciu telah mengejar didepan
orang, dengan membuat suatu lingkaran dan berhasil
menempatkan dirinya didepan gadis itu.
Keadaan Lie Bwee sangat terkejut dibelakang ada Ong
Leng Leng, didepan Tan Ciu sudah menantikannya.
Kemana dia melarikan diri tidak mungkin memecahkan
kurungan ke dua orang itu.
Tan Ciu dan Ong Leng Leng sudah berada didepan dan
belakang dari gadis itu. Tiba-tiba Lie Bwee membalikan
badan, dia menerjangOng Leng Leng.
Masing-masing mengirim satu pukulan. Tidak berhasil.
Mengadu telapak tangan lagi, perkelahian terjadi. Tidak
mudah melepaskan diri dari tangan Ong Leng Leng. Lie
Bwee menggumul lawannya yang agak lemah.
Tan Ciu siap-siap untuk membantu.
Disaat itu terdengar suara bentakan keras. "Hentikan
pertempuran itu."
Disana ini telah bertambah tiga orang ditengah-tengah
adalah Sri Ratu Bunga Giok Hong, dikanan dan kirinya
diapit oleh Han Thian Chiu dan Giok Lo Sat yang memberi
perintah untuk menghentikan pertempuran adalah ratu
cabul itu.
Tan Ciu sangat terkejut, dengan sinar mata liar dia
menatap Sri Ratu Bunga Giok Hong.
Ong Leng leng menjadi pucat, dia tidak berani
menantang sinar mata guru itu.
Giok Hong memperhatikan kedua orang buronannya
seolah-olah hendak mengetahui sesuatu dari wajah kedua
orang itu.
Han Thian Chiu memancarkan cahaya terang, seolaholah
berkata, 'nah, bagaimana dengan kedua orang ini?'
Pengalaman kesorgaan Han Thian Chiu sangat luas.
didalam waktu yang cepat, dia sudah dapat mengetahui,
apa yang telah terjadi atas diri kedua muda mudi dihadapan
mereka.
"Giok Hong." Menoleh kearah sang kekasih, Han Thian
Chiu memanggilnya. "Sangat disayangkan, anak ayammu
ini telah dimakan murid sendiri."
Wajah Tan Ciu yang penuh birahi telah lenyap itu
menandakan bahwa obat perangsang yang dijejal kedalam
perut si pemuda telah mendapat Wadah penyaluran. Ratu
Bunga Giok Hong marah besar, sepasang sinar matanya
dipancangkan kearah Ong Leng Leng rasa kemarahan yang
dicampur dengan penyesalan semakin panas hatinya
dibakar oleh Han Thian Chiu dengan beberapa ucapan Han
thian Chiu.
Dengan menggeretek gigi dia bergeram, ”Ong Leng
Leng. aku terlalu meremehkan diri dan kekuatanmu."
Ong Leng Leng harus menghadapi kenyataan. dia
berkata. "Aku hendak menolong dirinya."
Giok Hong berkata.
"Anggap saja mataku yang picak sebelah, mau
mengangkat dirimu menjadi murid, walau pun demikian,
atas keberanian dirimu, aku tetap mengangkat tangan,
mengirim satu pujian."
"Demi kebahagiannya, aku bersedia menerima
kematian." Berkata Ong Leng Leng.
Han Thian Chiu tertawa,
"Tentu saja," Dia memberikan tangannya. "Setelah
memakan anak ayam gurumu. kau dapat mati meram. Kau
sudah puas, bukan? Kasihan gurumu yang masih
kelaparan."
Giok Hong menoleh dan mendelikan matanya, sikapnya
Han Thian Chiu dapat menurunkan martabat dirinya.
Tan Ciu telah berdiri didepan Ong Leng Leng,
menghadapi ketiga musuh itu, ia membentak.
"Giok Hong, kau adalah manusia binatang wanita jalang
. . .!"
Sri Ratu Bunga membentak. "Tutup mulut!"
"Ha. ha, .." Tan Ciu menantang. "Berani kau bergebrak
denganku?!"
"Huh. kau kira, kau berkepandaian tinggi? Ketahuilah
bahwa nasibmu masih bagus, bila tidak memandang
hubungan dengan ayahmu, sudah lama kau mati gepeng,
tahu?"
"Tak tahu malu, berani kau menyebut nama ayah?"
"Dasar pemuda yang tidak tahu diuntung."
"Ingin sekali dapat membeset-beset kulitmu." Berkata
Tan Ciu gemas.
Han Thian Chin, dan berkatalah jago petualangan ini! .
"Ha, ha ....bagian menanya yang ingin dibeset-beset
olehmu."
Tan Ciu mengalihkan pandangan mata, adanya laki-laki
itu sangat menyebalkan, dia tidak kenal kepada wajah asli
Han Thian Chiu maka membentak.
"Siapa kau ?"
"Ha. ha, ha . . ." Han Thian Chiu tertawa, "Sudah lupa
kepadaku? kawan lama bukan?"
"Kawan anjing!" Tan Ciu membentak.
"Ingat lagi baik-baik, bukan satu dua kali kita
berhubungan, masakkan sudah lupa? Begitu lemahnja daya
ingatmu."
"Aku tak kenal. Juga tak akan berkenalan."
"Tak akan berkenalan dengan Han Thian Chiu?"
"Kau Han Thian Chiu."
"Betul. Hari ini kau dapat kesempatan untuk berkenalan
dengan wajah asliku."
Tan Ciu tertegun, memandang Han Thian Chiu dan
Giok Hong, dia bingung, tidak mengerti, bagaimana
hubungan dari kedua orang ini.Maka membentak.
"Bagaimana kalian dapat bersekongkol menjadi satu ?"
"Bersekongkol?" Han Thian Chin tertawa. "Janganlah
menggunakan kata-kata yang tidak enak didengar, kami
adalah dua serangkai yang tidak bisa dipisahkan."
Tan Ciu mengeretek gigi. dia berkata. "Kau juga
termasuk salah seorang yang hendak kucari."
"Maksudmu ?"
"Membikin perhitungan lama."
"Bagus. Kau telah masuk kedalam jaringan kami, masih
berani omong besar."
Dilain bagian, Ratu Bunga Giok Hong memberi
perintah. "Giok Lo Sat tangkap si murid murtad."
Mengingat kedudukan dirinya sebagai seorang pimpinan
tertinggi sebagai guru, dia tidak mau turun tangan untuk
menangkap Ong Leng leng, maka memberi perintah kepada
Giok Lo Sat.
Giok Lo Sat menerima perintah, tubuhnya bergerak dan
sudah mendekati Ong Leng Leng.
Tan Ciu berada didepan gadis itu, ia bergeram.
"Berani kau menggerakkan tangan?"
Han Thian Chiu membayangi si pemuda. dia
menantangnya. "Tan Ciu, akulah lawanmu."
Dan tidak menunggu reaksi atau persetujuan lawan itu,
dia sudah mencengkram leher bajunya. Membiarkan Giok
Lo Sat menghadapi Ong Leng Leng.
Tan cit tidak diberi kesempatan menolong gadis itu. Han
Thian Chiu bukanlah lawan yang mudah dihalau. Dia
mengirim tiga pukulan beruntun.
Han Thian Chiu juga menyanggah ketiga pukulan itu
masih mengalami getaran. Atas Kemajuan yang dicapai
oleh si pemuda. Han Thian Chiu sangat terkejut. Menatap
pemuda tersebut, dia mengkerutkan keningnya.
"Kemajuanmu berada diluar dugaanku." Secara terus
terang, dia berkata.
Sebelum Han Thian Chiu menggerakkan seranganserangan
berikutnya, Giok Hong sudah mengeluarkan suara
berkata,
"Han Thian Chiu, kau mundur!"
Han Thian Chiu menoleh.
"Mengapa?" Dia tidak mengerti.
"Serahkan dia padaku." Berkata Sri Ratu Bunga Giok
Hong.
Han Thian Chiu mengeluarkan suara dingin.
"Hei... takut kehilangan sang anak ayam? Khawatir dia
mati dibawah tanganku? Jangan takut, aku tahu, kau masih
memerlukan dirinya. tidak nanti kumatikan dia."
"Jangan banyak bawel. Lekas mundur." Giok Hong
membentak.
"Baiklah." Han Thian CHiu mengundurkan diri.
Ratu Bunga Giok Hong sudah berada didepan Tan Ciu.
"Tan Ciu," ia berkata. "Berani kau menantang
kemauanku? Belum kenal dengan tangan Ratu Bunga. Kau
gagal melarikan diri. untuk hukumanmu, aku tidak akan
menyayangkan jiwamu. Setelah puas mempermainkan
kebutuhanku, aku akan membunuhmu tahu?"
"Boleh dibuktikan." Berkata Tan Ciu menantang.
OooodwoooO
Jilid 21
"SEGERA kubuktikan!" Berkata Giok Hong yang
menyertai kata-kata ini dengan satu samberan tangan.
Kecepatannya tidak terkira, semua kejadian tadi
berlangsung pada detik-detik yang bersambungan.
Tan Ciu mendahului gerakan lawan, tangan berjulur
keluar, mengirim pukulan. Kecepatannya tidak kalah dari
kilat berkelebat. Dan tokh masih kalah seketek dibelakang
cengkraman Giok Hong. Tangan wanita tersebut sudah
berada beberapa senti didekat bayangannya.
Tan Ciu dipaksa melejit kebelakang.
Hanya satu gebrakan. Tan Ciu dipaksa meninggalkan
pos penjagaan! Ilmu kepandaian Ratu Bunga Giok Hong
memang luar biasa, kini dia masih menyerang terus.
Tan Ciu mempertahankan diri, main mundur agar tidak
jatuh ke dalam tangan wanita itu.
Baju Giok Hong bergibir-gibir, menutup semua jalan
mundur orang, lima kali dia menggoyangkan tangan dan
mulutnya membentak.
"Jangan lari!!"
Tubuh Giok Hong berubah menjadi bayangan, dua
dikanan dan dua dikiri, masih ada satu lagi, menyerang
ditengah-tengah. Lima bayangan terpeta jelas seolah-olah
ada lima Ratu Bunga yang menyerang pemuda kita.
Tan Ciu tidak menemukan jalan untuk meloloskan
dirinya dari serangan-serangan itu. Ilmu Yu-leng poh yang
ampuh tidak dapat digunakan lagi. Dia memasang tangan.
Beerrr.....
Tubuh si pemuda terlempar jauh, dia tidak sanggup
mempertahankan pukulan sang ratu yang berkepandaian
silat sangat tinggi.
Lie Bwee telah menyanggah tubuh itu, memandang sang
guru, dia meminta pendapat. "Suhu, biar kubunuh pemuda
ini!"
"Jangan," berkata Giok Hong "Jaga baik-baik?!"
Dilain pihak, pertempuran Giok Lo-sat dan Ong Leng
Leng masih belum ada putusan. Ilmu kepandaian Giok Lo
sat berada diatas lawannya, apa mau Ong Leng Leng
mengadu jiwa, pertempuran yang seperti itu tidak dapat
segera diselesaikan cepat.
Ratu Bunga Giok Hong membentak.
"Hentikan pertempuran!"
Giok Lo sat mengundurkan diri.
Memandang Ong Leng Leng, Giok Hong membentak.
"Masih belum mau menyerahkan diri?"
Ong Leng Leng tidak menyahut tawaran damai itu.
Giok Hong berkata. "Kuanjurkan, agar kau bunuh diri
saja?!"
"Tidak mungkin!" inilah jawaban Ong Leng Leng.
"Bagus, Kau cukup berani!" Tangan sang ratu melayang,
menghantam murid itu.
Perbedaan ilmu silat kedua orang disana sangat
menyolok mata, kemampuan Ong Leng Leng lari, tidak
mungkin dapat mengelakkan pukulan itu.
Heekkkk....
Dada Jelita Merah Ong Leng Leng telah di palu, gadis
itu muntah darah seger. Jatuh ditanah dengan mata
dipejamkan.
Ratu Bunga Giok Hong memberi perintah. "Giok Lo sat,
bunuh dia!"
Giok Lo sat menerima perintah dengan senang hati,
maksudnya hendak menamatkan riwayat hidup Ong Leng
Leng.
Han Thian Chiu maju kedepan, dia membentak.
"Tunggu dulu!"
Giok Hong mendelikkan matanya.
"Apa yang kau mau?" dia membentak sang kekasih.
"Giok Hong!" berkata Han Thian Chiu. "Berikanlah
gadis itu kepadaku."
"Maksudmu?"
"Kawan lakinya telah kau ambil. Sudah selayaknya bila
menyerahkan dia kepadaku?!" berkata Han Thian Chiu.
"Mana boleh?"
"Mengapa tidak boleh?"
"Aku tidak setuju!"
"Jangan besar cemburu, aku masih kuat untuk
melayanimu. Tidak akan mengganggu bea siswa timbal
balik diantara kita berdua."
"Cis... Tidak tahu malu..."
"Ha..Ha.. Ha.. kita tidak perlu menggunakan istilah katakata
malu, kita adalah generasi bebas bukan?"
"Aku tidak setuju, memelihara seekor anak macan."
berkata Giok Hong.
"Ong Leng Leng bukan seekor anak macan, dia adalah
umpan yang terbaik untuk mensukseskan usahamu."
"Mensukseskan usaha?" Giok Hong mengerutkan alis,
"Aku tidak mengerti."
"Bayangkanlah, aku hendak mencicip ki jiaw baru Tan
Ciu bukan? Tan Ciu adalah anak kepala batu, tidak
mungkin dia mau melakukan kehendakmu. Dan Ong Leng
Leng adalah kekasihnya, bila kita menggunakan
keselamatan Ong Leng Leng memaksa dia melakukan
perbuatan itu, kukira lebih menarik dari menggunakan obat
perangsang."
Wajah Giok Hong bercahaya terang.
"Setuju?" berkata Han Thian Chiu.
Ratu Bunga Giok Hong menganggukan kepalanya.
Membawa Tan Ciu dan Ong Leng Leng, rombongan sri
Ratu Bunga kembali kegunung Pek Hoa-san.
Ong Leng Leng mengalami kegagalan, bukan saja tidak
berhasil menolong Tan Ciu dari sarang kecabulan, kini
dirinya turut terancam.
Tan Ciu danOng Leng Leng dibawa ke kamar sang ratu,
mereka diikat pada kedua belah pilar yang besar.
Kepala Tan Ciu disiram dengan air dingin, dengan berat,
pemuda itu membuka kedua matanya, dikala mengetahui
keadaan dirinya yang terikat, dia berteriak.
"Aaahhh.....!"
Giok Hong tertawa.
"Jangan terkejut." Dia berkata."Kau telah kembali ke
dalam kamarku."
Tan Ciu mengeretek gigi, Dia benci kepada wanita ini,
wanita yang dikatakan telah membunuh ayahnya,
memusuhi ibunya, kini hendak mempermainkan dirinya.
Giok Hong berkata.
"Tan Ciu, kau telah berada didalam genggaman
tanganku. Seharusnya tahu diri. Bersediakah menerima
kesenangan yang akan kuberikan?"
"Kentut!" Tan Ciu membentak keras.
"Jangan tidak tahu diri. tidak sembarang orang yang
dapat menerima tawaranku tahu?!"
"Manusia cabul. Orang yang sudah bejat moralnya." Tan
Ciu memaki.
"Kau masih terlalu muda, belum pernah mencicipi
kesenangan dunia seharusnya..." Muka Giok Hong maju
dikedepankan.
"Phui.." Tiba-tiba Tan ciu meludah, tepat mengenai pipi
licin wanita itu.
Giok Hong sudah cukup umur, dia pandai merawat diri.
Karena itu, berkat obat-obatan dan ramuan-ramuan
mujijad, dia masih memiliki pipi cukup licin.
Darah Giok Hong menyerang otak, tangannya terayun,
dan ... pang.... menampar pipi pemuda itu.
Tan ciu meringis sakit.
Giok Hong menyesal telah menangani pemuda cakap
itu. sudah menjadi ciri-ciri khas bagi umat manusia,
semakin sulit barang itu didapat, semakin giat pula
tekadnya untuk mendapat benda itu. Semakin jauh orang
yang dikehendaki semakin senang pula kepada orang
tersebut.
Giok Hong juga memiliki ciri-ciri ini. Dia hendak
mendapatkan kelaki-lakian Tan Ciu dan pemuda itu
menolak tawarannya. Sebagai Ratu Bunga yang diagungagungkan
oleh murid-muridnya rasa keagungannya tentu
terganggu. Dia kukuh, hendak mendapatkan kerja sama
dengan si pemuda..
Giok Hong mengelus-elus pipi Tan Ciu yang kena
tamparannya.
"Saudara Tan, Maafkan aku!" dia berkata perlahan,
dengan suara yang sehalus mungkin.
"Aku tidak membutuhkan kasih sayangmu." Tan Ciu
mengegos, Dia menolak cumbuannya.
"Jangan berkepala bagitu, tengoklah kearah kekasihmu."
Giok Hong menunjuk tubuhOng Leng Leng yang terikat.
Kepala Tan Ciu dirasakan berputar
"Leng Leng..." Dia memanggil perlahan.
"Jangan pikirkan keadaanku." Berkata si gadis. "Berhatihati
kepada tipu muslihat musuh."
Giok Hong berkata, "Tan Ciu, tidak kau lupakan kekasih
itu bukan? Dia tidak akan menderita, bila kau bersedia
menjadi kekasih seorangRatu Bunga."
"Tidak tahu malu !"
"Sorga kesenangan sudah berada didepan matamu
jangan menolak manis."
"Aku menolak."
"Sudahkah kau pikirkan kejadian apa yang akan
menimpa badan kekasihmu?"
"Apa yang hendak kalian lakukan atas dirinya?"
"Banyak macam siksaan yang telah tersedia. Tapi, bila
kau bersedia diajak ikut senang, siksaan atas dirinya boleh
kita hapuskan."
"Manusia kejam!"
"Sebagai seorang kekasihnya, kau tidak tega bukan? Kau
tidak akan membiarkan dia tersiksa bukan? Dan untuk
menolong Ong Leng Leng dari aneka macam siksaan. tidak
terlalu sulit bagimu. terimalah tawaranku!"
"Kau mengimpi."
"Berpikirlah sekali lagi."
"Tidak perlu."
"Baik," dan Giok Hong memandang kearah Giok Lo Sat,
seraya memberi perintah kepada murid itu.
"Giok Lo Sat, perlihatkan keakhlianmu!"
Giok Lo Sat mengeluarkan sebilah pisau belati,
menghampiri Ong Leng Leng.
Wajah Tan Ciu berubah.
Tanpa menghiraukan perubahan itu, Giok Lo Sat
menggerak-gerakan pisau pisau kecilnya dan sreet.....dia
merobek bajuOng Leng Leng.
Ong Leng Leng membentak.
"Bunuhlah aku!"
Giok Lo Sat tertawa.
"Tidak begitu mudah nona manis." Dia semakin
mengancam.
Giok Hong berkata. "Kita akan menyiksa dia sampai
mati."
Tan Ciu berteriak: "Jangan kalian menyiksa dirinya."
"Tentu saja tidak." Berkata Ratu Bunga Giok Hong.
"Bila kau bersedia melulusi permintaanku."
"Jangan harap."
"Tidak begitu kuharapkan. Tapi jangan lupa. kita dapat
memberi beberapa macam hadiah kepada kekasihmu itu."
Berkata Giok Hong.
Dan Ratu Bunga itu memberi perintah. "Giok Lo Sat,
boleh mulai."
"Baik."
"Sreett..." pisau bergores panjang dipundak si Jelita
Merah, darah mengalir beranak sungai.
Tan Ciu menjerit marah.
Ong Leng Leng menggigit bibirnya, dan bibir itu pun
berdarah, dia harus menahan rasa sakitnya. tidak
mengeluarkan suara rintihan atau jeritan, agar Tan Ciu
tidak terganggu. agar Tan Ciu tidak memikirkan
keselamatannya.
Mungkinkah Tan Ciu tak terganggu? Didepan mata
sipemuda, orang menyiksa Ong Leng Leng, betul gadis itu
tidak menunjukkan rasa sakitnya tapi dari darah yang
mengalir dan membasahi tubuh Ong Leng Leng, dia cukup
paham, betapa menderitanya gadis tersebut.
Dada Tan Ciu dirasakan mau meledak.
Bagaimana seorang jelmaan iblis, Giok Lo Sat menarik
baju korbannya, sreet, .... Ong Leng Leng telah ditelanjangi.
Tidak berhenti sampai disitu. Giok Lo Sat menggerakkan
tangan kanannya yang memegang pisau.... ssreeett
perlahan-lahan, dia membuat satu goresan panjang. kali ini
dibagian perut Ong Leng Leng.
"Ah." Ong Leng Leng tidak tahan siksaan. Dia berusaha
menahan rasa sakit, tidak berhasil, air matanya mengalir
keluar.
Ratu Bunga Giok Hong menyaksikan adegan adegan itu
dengan sinis. sebentar-sebentar memperhatikan perubahan
wajah Tan Ciu.
Menunggu beberapa saat. Giok Lo Sat menggerakkan
tangan lagi, kini, yang diarah adalah paha putih Si Jelita
Merah.
Akhirnya Tan Ciu berteriak. "Hentikan gerakan terkutuk
itu."
Ratu Bunga Giok Hong menganggukkan kepala, dia
memberi perintah,
"Giok Lo Sat. tangguhkan penyiksaan." Seraya dihadapi
lagi pemuda kita dan berkata kepadanya.
"Tan Ciu, bersedia denganku?"
Ong Leng Leng berteriak. "Tan Ciu, jangan kabulkan
permintaanya."
Tan Ciu menyedot napasnya dalam-dalam,
"Tidak dapat kubiarkan kau tersiksa." Demikian dia
berkata.
Tentu saja, mana mungkin Tan Ciu membiarkan orang
menyiksa 0ng Leng Leng didepan matanya? Sayang dia
tidak berdaya. Musuh berkepandaian tinggi. Untuk
mengambil jalan kekerasan, tentu saja tidak mungkin. Tak
ada lain pilihan, kecuali tunduk dibawah kekuasaan Sri
Ratu Bunga Giok Hong.
Ong Leng Leng memberi peringatan.
"Kau akan tersiksa, setelah itu aku pun akan mati juga."
Giok Hong telah menghampiri Tan Ciu.
"Bagaimana?"Dia minta putusan.
Tan Ciu bungkam.
Ong Leng Leng berteriak. "Jangan dengar segala
obrolannya."
Tan Ciu berkata. "Bersedia membebaskan dia ?"
Giok Hong tertawa,
"Tentu." Katanya puas. "Setelah kau tidur denganku.!!"
Ong Leng Leng berteriak lagi.
"Suatu penipuan, Tidak mungkin! Tan Ciu jangan kau
masuk kedalam perangkapnya!"
Tan Ciu menyetujui pendapat Ong Leng Leng, setelah
dia bersedia melakukan segala itu, belum tentu Ong Leng
Leng mendapat kebebasan. janji seorang bajingan tidak
boleh dipercaya.
Ong Leng Leng berteriak lagi, "Dia tidak akan
melepaskan setiap orang yang pernah menentang dirinya."
Tan Ciu meminta putusan sang ratu. "Bagaimana? Aku
harus menyaksikan kau melepaskan dirinya ."
"Tentu saja. Segera aku memberi perintah pelepasan,
setelah kau memberikan janjimu."
"Jangan percaya," berteriak Ong Leng Leng. "Dia akan
menangkap diriku lagi."
Tan Ciu memandang Ratu Bunga Giok Hong, Giok
Hong berkata. "Tidak mungkin!"
"Mungkin dapat terjadi kejadian yang seperti ini!"
Berkata Tan Ciu. "Kami harus mendapat kebebasan, aku
mengantarkannya pulang sehingga tiba disuatu tempat yang
aman. setelah itu, aku akan kembali lagi kepadamu."
"Aku tidak setuju." Giok Hong mengajuan protes.
"Bagaimana bila kau tidak balik kembali?!"
"Aku akan balik kembali!"
"Aku tidak percaya."
"Aku juga tidak percaya kepadamu." Berkata Tan Ciu .
"Baik. Perundingan kita mengalami kegagalan."
Dan lagi lagi Ratu bunga itupun memberi perintah.
"Giok Lo Sat, lanjutkan penyiksaan."
Giok Lo Sat menerima perintah dengan hati gembira.
Tan Ciu berteriak. "Tunggu dulu."
Giok Hong sangat gembira, memandang pemuda itu,
dan dengan penuh harapan, dia bertanya.
"Bersedia melulusi permintaanku ?"
"Baiklah." Berkata Tan Ciu lemah.
Ong Leng Leng menjerit. "Tan Ciu ..."
Tan Ciu memandang gadis itu.
"Aku tidak dapat membiarkan kau lebih menderita lagi."
Dia berkata.
Giok Hong memberi perintah. "Giok Lo Sat, bebaskan
dirinya."
"Baik."
Giok Lo Sat membuka semua ikatan yang mengekang
kebebasan Jelita Merah Ong Leng Leng.
Disaat ini terjadi perubahan, dengan mengeluarkan suara
jeritan seram, tubuh Ong Leng Leng roboh dilantai.
mulutnya menyembur darah, lidahnya mental keluar,
"Aaaa...." Giok Lo Sat berteriak. "Dia telah menggigit
lidahnya! Dia bunuh diri."
Tan Ciu juga berteriak.
"Aaaaaaa....." Pemuda ini jatuh pingsan.
Kepala Ong Leng Leng telah tekle dan arwahnya telah
melayang keawang-awang tinggi, meninggalkan dunia
manusia yang sangat fana.
Suatu kejadian yang berada diluar dugaan Ratu Bunga
Giok Hong, kematian Ong Leng Leng akan menggagalkan
semua recananya.
Giok Lo Sat memandang guru itu.
"Bagaimana?"Dia bingung.
Ratu Bunga Giok Hong mengeretek gigi, dia berkata.
"Apa yang harus dibingungkan? Dia sudah mati tidak perlu
dipusingkan lagi. Setiap orang sudah pasti mati."
Menghampiri Tan Ciu dan menotok beberapa jalan
darahnya.
Tan Ciu siuman kembali, matanya tak bercahaya
mengenang kejadian-kejadian yang menimpa dirinya.
Giok Hong berkata.
"Tan Ciu, dia sudah mati! Kematiannya yang dicarinya."
Memandang mayat Ong Leng Leng, Tan Ciu
menubruknya. dia menangis sedih.
"Leng Leng... Leng Leng..." dia memanggil-manggil.
"Dia sudah mati!" berkata Giok Hong.
Badan Ong Leng Leng telah diam, tidak bergerak,
mulutnya terkatup, tidak dapat memberikan jawaban.
jiwanya sudah terbang jauh, pergi ke dunia lain yang lebih
menyenangkan.
Tan Ciu kehilangan gadis yang betul-betul menyintai
dirinya.
Kematian Ong Leng Leng sangat menyedihkan, pikiran
Tan Ciu agak terganggu, Dia menangis didepan jenazah itu!
Ratu Bunga menyaksikan adegan tersebut dengan
tenang.
Beberapa saat kemudian, Tiba-tiba Tan Ciu
membalikkan badan, menerkam Giok Hong.
"Ratu Cabul!!" Dia membentak, "Kau yang
mengakibatkan kematiannya, Hayo ganti dengan jiwa.."
Bagaikan seekor banteng gila, Tan Ciu menghujani ratu
tersebut dengan aneka macam pukulan dan jotosan.
Ratu Bunga Giok Hong melepaskan dirinya dari
kurungan pukulan-pukulan itu, kemudian dia menotok
dengan cepat, membuat Tan Ciu jatuh ngeloso, mati kutu.
Giok Lo sat tidak dapat membantu sesuatu kata kejadian
tadi.
Giok Hong membentak. "Bawa keluar mayat itu!!"
Lie Bwee dan Giok Lo sat menggotong mayat Ong Leng
Leng. Sungguh kasihan, demikian riwayat hidup seorang
gadis yang sengsara.
Pukulan-pukulan bathin itu membuat Giok Hong
kehilangan selera. Pikirannya sedang berkecamuk,
menggunakan obat perangsang? Menunggu waktu? Atau
membiarkan pemuda itu mati?
Seorang gadis baju merah lari masuk, dia berkata "Ketua
perkumpulan Kim Ie Kauw berkunjung datang."
Giok Hong terkejut.
"Ketua Kim ie Kauw?" Dia bertanya "Apa maksud
kunjungannya? Berapakah orang yang datang?"
"Hanya seorang, dia menyebut namanya sebagai kauwcu
Kim ie kauw, Kim-ie Mo-Jin."
Nama Kim Ie Mo-Jin pernah menggetarkan rimba
persilatan, sedikit banyak, Giok Hong pernah mendengar
nama itu, tentu saja sangat terkejut.
"Apa lagi yang dikatakan olehnya?" Bertanya sang ratu.
"Dia hendak bertemu dengan suhu!"
"Baik. silahkan dia menunggu diruang tamu." Berkata
Ratu Bunga Giok Hong.
Gadis baju merah pergi menjalankan perintah.
Giok Hong merapikan pakaiannya, setelah ganti bedak,
dia menuju ke ruang tamu, Disana telah menunggu seorang
tua berbaju emas, itulah kauwcu Kim ie kauw, Kim Ie Mo-
Jin.
Mereka saling memberi hormat.
"Boleh aku bertanya?" Kim Ie Mo-Jin membuka mulut
"Tentunya aku sedang berhadapan dengan Sri Ratu Bunga
yang ternama?"
"Tidak salah." Berkata Giok Hong. "Bagaimana sebutan
tuan yang mulia!"
"Kim Ie Mo-Jin."
"Ada urusan penting?"
"Ng, aku hendak mengajukan suatu pertanyaan."
"Silahkan.."
"Ada orang yang memberi laporan bahwa kauwcu
hendak menjadi seoarang penguasa dunia?!"
Dia menggunakan istilah sebutan kauwcu, atau pemilik
bangunan setempat untuk meberi suatu peghormatan
kepada wanita itu.
Ratu Bunga Giok Hong tertegun.
"Seorang penguasa dunia persilatan?" Dia mengulangi
kata-katanya.
"Ng..." Kim Ie Mo-Jin menganggukan kepala.
"Dimisalkan keterangan yang kau dapatkan itu betul, apa
yang ambil sebagian langkah kebijakan kauwcu?" Han
Thian Chiu turut bicara.
Kim Ie Mo-Jin berpaling kearah Han Thian Chiu.
"Bagaimana sebutan ini?" Dia bertanya.
"Telapak dingin Han Thian Chiu." Giok Hong
memperkenalkan kekasihnya.
"Ouw.... sudah lama kudengar nama ini." Berkata Kim
Ie Mo-jin agak sombong.
Ratu Bunga Giok Hong berkata. "Kauwcu percaya
dengan keterangan tersebut?"
"Mengapa tidak?" berkata Kim Ie Mo-Jin. "Kauwcu
tidak perlu menyangkal bukan?"
"Sangat penting sekali, Aku harus tahu. Siapa-siapa yang
bakal menjadi sainganku? Tokoh-tokoh silat mana yang
akan menjadi tandinganku?"
Ratu Bunga Giok Hong berkata.
"Didalam tahun ini, aku akan muncul kembali didalam
rimba persilatan. Tentu saja dengan ilmu kepandaian yang
kupunyai, siapakah yang berani menentang kehendakku?
Semua golongan dan aliran akan bernaung dibawah panji
Ratu Bunga Giok Hong. Aku adalah satu-satunya orang
yang berkuasa didalam rimba persilatan."
im Ie Mo-Jin menunjukkan sikapnya yang tidak puas,
dengan suara yang sangat dingin, dia berkata menantang.
"Lauwcu mempunyai itu kepercayaan."
"Mengapa tidak?"
"Kedatanganku dihari ini adalah ingin membikin terang
perkara itu."
"Maksud Kauwcu?"
"Aku pun termasuk seorang yang hendak duduk diatas
tachta kerajaan pemimpin rimba persilatan."
"Ternyata kauwcu hendak menjadi seorang raja silat?"
"Rimba persilatan harus berada dibawah pimpinannya
seorang bengcu, dengan arti kata lain, seorang yang
mempunyai ilmu kepandaian silat sangat tinggi, dan akulah
calon yang paling tepat!" berkata Kim Ie Mo-jin sangat
angkuh.
"Kauwcu melupakan adanya persaingan kekuatan. Aku
berhak mencalonkan diri menjadi seorang bengcu." Berkata
Giok Hong.
"Kuanjurkan, agar kauwcu mengundurkna diri dari
persaingan ini." Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Bila tidak?" Sikap Giok Hong tidak menunjukan rasa
gentar.
"Dari pada terjadi dua pimpinan, ada lebih baik kita
menyerahkan hak calon ini kepada yang berkepandaian
tinggi."
"Mau datang untuk menantang orang?"
"Mana berani menantang?" Berkata Kim Ie Mo-Jin
berdiplomatik. "Sebelum kauwcu duduk diatas tahta
kerajaan kepala rimba persilatan kauwcu tidak keberatan
untuk menyingkirkan diriku bukan?"
"Diantara kita, hanya seorang yang boleh mencalonkan
diri?" Berkata Giok Hong terang-terangan.
"Inilah maksud tujuanku!" Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Dimisalkan kau menderita kekalahan?" Giok Hong
menancepkan pokok persoalan penting itu.
"Bila aku yang kalah, untuk selama-lamanya nama Kim
Ie Mo-Jin akan lenyap dari permukaan bumi. Aku akan
mengasingkan diri di suatu tempat yang tiada
berpenduduk."
Giok Hong setuju.
"Bagus.." Demikian Ratu Bunga berkata.
Telapak Dingin Han Thian Chiu turut bicara, dia
memberi suara baru, katanya "Aku mempunyai usul lain."
"Bagaimana usul itu?"
"Bila kauwcu kalah bertanding, kami harapkan tenaga
kauwcu, bersediakah kauwcu menjadi salah satu anggauta
Ratu Bunga?"
"Usul bagus!" Giok Hong memberikan pujiannya. Usul
kekasihnya akan menguntungkan dirinya.
Kim Ie Mo-Jin tidak setuju, dia berkata getas.
"Maaf!! aku tidak dapat menerima saran ini. Sebagai
seorang ketua perkumpulan, aku tidak ingin bernaung
dibawa panji kebesaran golongan lain. Maksud
kedatanganku untuk mengadu silat, bukan mencari
kekuasaan atau menyerahkan kekuasaan."
"Kau mempunyai pegangan penuh untuk memenangkan
ini?" Balik tanya Kim Ie Mo-Jin.
"Kemudian untuk kalah dan menang adalah sama
tengah!" Berkata Giok Hong.
"Itulah.. Harapan untuk menang dan harapan untuk
kalah sama saja." Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Bila kekuatan kita berimbang? Bagaimana menetapkan
pemenang?" Bertanya Giok Hong.
"Tidak mungkin." Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Mengapa tidak mungkin?" berkata Giok Hong.
"Demikian hal ini terjadi?"
Setelah berpikir sebentar, Kim Ie Mo-Jin berkata.
"Ketetapan boleh kita tangguhkan, Satu bulan kemudian,
kita mengulang pertandingan. Demikian untuk selanjutnya,
pada suatu hari, satu diantara kita akan menyerah kalah."
"Berapa juruskah untuk satu babak pertandingan?"
"Kukira Kauwcu mempunyai hak untuk menetapkan
jumlah jurus pertempuran satu babak."
"Lima puluh jurus, setuju?"
"Baik.. Didalam lima puluh jurus, seorang diantara kita
harus mendapat kemenangan. bila tidak, pertandingan
dianggap seri."
Telah terjadi kesepakatan, Giok Hong mengajak tamu
ketempat pekarangan melatih diri. Dia harus berhati-hati.
Kim Ie Mo-Jin berani berkunjung datang, tentu mempunyai
ilmu kepandaian yang luar biasa, lengah berarti kekalahan.
Kim Ie Mo-Jin mempunyai kedudukan dibagian Timur.
Ratu Bunga Giok Hong menempatkan dirinya dibagian
Barat.
Mereka saling pandang.
Kim Ie Mo-Jin membuka mulut. "Silahkan.."
Giok Hong berkata "Tunggu dulu.."
"Ada apa lagi?" bertanya Kim Ie Mo-Jin.
"Sebelum pertandingan dimulai, aku hendak mengajukan
suatu pertanyaan."
"Silahkan.."
"Darimana kauwcu tahu markas sementara Ratu Bunga
digunung Pek Hoa San?"
"Dari seorang cacad yang duduk disebuah kursi beroda".
"Terima kasih!"
"Masih ada pertanyaan lain?"
"Tidak ada.."
"Sudah siap untuk menerima serangan?"
Giok Hong membuat suatu ulapan tangan, berarti sudah
siap menerima serangan-serangan lawannya.
"Silahkan kauwcu mulai." dia berkata.
Kim Ie Mo-Jin dan Ratu Bunga Giok Hong mengadakan
duel untuk menentukan calon pemimpin rimba persilatan.
Kim Ie Mo-Jin membuka serangan dengan tangan kanan
disodorkan kedepan, sangat perlahan sekali.
Reaksi Giok Hong sangat cepat, dia menggeser posisi,
dari atas kebawah, suatu gerakan yang tidak mudah
dilakukan oleh manusia biasa.
Tangan Kim Ie Mo-Jin yang maju kedepan seperti
hilang, begitu cepat gerakan itu, membawa tubuhnya
berputar dan menangkis serangan lawan.
Bayangan Giok Hong Berkembang baik, semakin lama,
semakin banyak, dan akhirnya tidak terpeta lagi, hanya
melihat suatu gumpalan merah yang mengurung sinar
kuning. Ternyata Kim Ie Mo-Jin juga liehay, tubuh Kim Ie
Mo-Jin telah bergoyang, bagikan gasingan, menjelubungkan
dirinya didalam sinar kuning didalam dan bayangan sinar
merah didepan. Tidak lagi terlihat gerakan-gerakan dari
kedua orang itu.
"Plaaakkk..."
Kedua gulungan baju itu terpisah. Yang kuning
diselatan, dan yang merah di utara. Wajah Kim Ie Mo-Jin
dan Giok Hong sangat kaku sekali. Suatu tanda bahwa
tidak seorang pun dari kedua orang ini yang dapat menarik
keuntungan dari gebrakan-gebrakan tadi.
Mereka telah mengakhiri babak pertama.
Masing-masing telah mengirim sepuluh serangan berikut
pertahanan, sepuluh jurus itu dilewatkan didalam satu
kedipan mata. Suatu kecepatan yang tidak dapat dipadui
oleh manusia biasa.
Masing-masing memuji ilmu kepandaian lawan, inilah
lawan yang terkuat, Semakin berhati-hati dan semakin
waspada.
Kim Ie Mo-Jin menggeser kaki kearah Timur, dari sini
dia melejitkan kaki, sangat tinggi, dibarengi oleh suara
pekikannya, dia menyerang Giok Hong.
Giok Hong tidak bergerak dari posisi semula, dia
mengikuti gerakan Kim Ie Mo-Jin dengan kerlingan mata.
Diakal musuh itu bergerak, diapun berpendak silat dengan
tenaga dalam.
Giliran bayangan kuning yang mengurung gulungan baju
merah.
Pergumulan babak kedua lebih hebat dari yang pertama,
dikala bayangan-bayangan itu terpeta, perhitungan jurus
angaka set tepat pada jurus ke tiga puluh.
Masih ada dua puluh jurus untuk menentukan
kemenangan itu.
Kim Ie Mo-Jin menyusut keringatnya. Giok Hong
mempertahankan jalan pernapasannya. sudah terempas
empis.Mereka tidak bicara.
Dan disaat yang hampir bersamaan, mereka
mengeluarkan geraman menerjang musuhnya menjadi
pergumulan yang lebih berbahaya..
Empat puluh jurus telah dilewatkan, tanpa hasil
kemenangan.
Pada jurus ke empat puluh lima, masing-masing
mengundurkan gerakan mereka. Hanya lima jurus lagi
untuk mencapai kemenangan, mereka lebih sayang
melontarkan jurus-jurus tersebut, agaknya tidak mudah
untuk menentukan kemenangan hari itu.
Kim Ie Mo-Jin mengibaskan tangan sekaligus
melontarkan tiga jurus serangan!
Giok Hong lebih cepat, berpindah dua kali dia
melontarkan lima jurus serangan, menghabiskan semua
kesempatan.
Kim Ie Mo-Jin menambah lagi dengan dua kali bacokan
tangan.
Mereka menyerang memaksa musuh berganti tempat,
menyerang untuk menggantikan pertahanan. Inilah motto
ilmu silat kelas tinggi.
Terdengar dua kali suara letupan. bayangan kedua orang
terpisah,Mulut dan bibir kedua orang itu berceceran darah.
Masih belum ada putusan, siapa dari kedua orang itu
yang mempunyai ilmu silat lebih unggul.
Batas pertandingan hanya lima puluh jurus, dan angka
ini telah mereka tepati, belum ada kemenangan,
pertandingan segera ditangguhkan, menunggu satu bulan
kemudian setelah melatih diri lebih tekun, mereka harus
bertanding kembali.
Score sementara satu banding satu.
Setelah menekan gejolak peredaran darahnya Kim Ie
Mo-Jin berkata. "Nama Ratu Bunga memang bukan nama
kosong, ilmu kepandaian yang maha hebat."
"Ilmu kepandaian kauwcu adalah orang pertama yang
dapat menandingiku." Giok Hong juga memuji lawannya.
Kim Ie Mo-Jin memberi hormat, dia berkata, "Selamat
berpisah, Satu bulan lagi, aku akan kembali, meneruskan
pertandingan ini."
Ia hendak meninggalkan Gunung PekHoa San.
Tiba-tiba Han Thian Chiu berteriak, "Tunggu dulu!"
Kim Ie Mo-Jin mendelikan matanya, dia menduga
bahwa musuhnya hendak menahan dirinya, tentu sangat
marah.
"Ada apa?" Dia bertanya.
Sebelum Han Thian Chiu memberikan jawaban, seorang
gadis berbaju merah berlari datang, sikapnya amat tergesagesa.
Ratu Bunga Giok Hong membentak gadis itu. "Siau
Hoa, ada apa?"
Gadis yang bernama Siauw Hoa memberikan laporan.
"Lie Bwee telah membawa Tan Ciu, maksudnya hendak
terjun dari gunung Pek Hoa san, beberapa sucie dan
sumoay sedang berusaha menahan mereka."
"Aaaaa... Lagi-lagi ada orang yang hendak melarikan
Tan Ciu! Demikian banyakkah penolong-penolong pemuda
itu?"
Giok Hong mengerutkan alisnya.
"Lie Bwee melarikan Tan Ciu?" Dia masih kurang
percaya.
"Betul!!" Siauw Hoa memberi kepastian. "Giok Lo sat
dan beberapa orang sedang mengadakan pengejaran."
Giok Hong memberi perintah.
"Beri tahu kepada semua orang, segera tangkap budak
pengkhianat itu!"
"Baik." Siauw Hoa segera menerima perintah.
Giok Hong bergugam. "Budak yang sudah bosan hidup."
Usaha Ong Leng Leng yang hendak menolong Tan Ciu
telah mengalami kegagalan, Dengan kesudahan kematian
bagi gadis tersebut.
Lie Bwee juga hendak mengikuti jejak Ong Leng Leng?
sungguh sungguh seorang gadis yang bosan hidup.
Meminta diri kepada Kim Ie Mo-jin, Giok Hong turut
mengadakan pengejaran.
Disana tinggal dua orang, mereka adalah Kim Ie Mo-Jin
dan Han Thian Chiu,
Kim Ie Mo-Jin berkata, "Han tayhiap akan mengajukan
pertanyaan?"
"Ada sesuatu yang hendak kita rundingkan, dapatkan
kauwcu menunggu diruang tamu!"
Kim Ie Mo-Jin tidak keberatan, dia diajak masuk
kedalam ruang tamu. Disini Han Thian Chiu berkata,
"Berhubung terjadi sesuatu didalam perkumpulan kami,
tentunya kauwcu dapat bersabar beberapa saat, tidak lama
urusan menyangkut kesejahteraan kedua golongan.."
"Baik. Akan kutunggu kalian disini," Berkata Kim Ie
Mo-jin.
Han Thian Chiu menyusul Giok Hong.
Seluruh anak buah Ratu Bunga dikerahkan untuk
mengejar Lie Bwee dan Tan Ciu.
Lie Bwee melarikan Tan Ciu? Apa alasan gadis itu
menolong orang? Sungguh sulit dipahami.
Kenyataan adalah demikian, dilereng gunung Pek Hoa
San dengan mengepit Tan Ciu, Lie Bwee sedang mengejar
seorang gadis baju merah.
Lawan Lie Bwee sudah didesak.
Seorang murid Ratu bunga sedang menahan kepergian
Lie Bwee.
Dengan alasan apa Lie Bwee hendak menolong Tan Ciu?
Dahulu gadis itu hendak menggunakan tenaga Ong Jie
Hauw membunuh si pemuda. Bukankah suatu hal yang
bertentangan?
Tentunya ada sesuatu yang direncanakan.
Lie Bwee masih mendesak terus, akhirnya dia berhasil
menamatkan jiwa lawan itu. Membawa Tan Ciu, dia
melayang turun gunung Pek Hoa San.
Tiba-tiba....
Terdengar suatu suara bentakan. "Jangan lari...."
Wajah Lie Bwee berubah. kakinya gemetaran, itulah
suara sang guru, Sri Ratu Bunga Giok Hong.
Lie Bwee menghentikan ayunan kakinya tidak guna lari
lagi, dihadapan gurunya, dia hanya seekor semut yang tiada
bertenaga, dan dalam sekejap mata, guru itu dapat
membikin pengejaran dan menyandak dirinya. Dari pada
mencari penyakit, Dia menghentikan kaki.
Giok Hong menghampiri murid itu, dia membentak.
"Lie Bwee, berani berhianat?"
Lie Bwee mengeluarkan suara ratapan.
"Suhu...."
"Siapa yang menjadi suhumu? Aku tidak mempunyai
murid yang sepertimu."
"Maksudmu..."
"Lie Bwee, pernahkah aku melakukan sesuatu yang
diluar batas?"
"Tidak!"
"Pernah memukul atau melukai hatimu?"
"Belum!"
"Kuperlakukan kau sebagai anak, mengapa kau
membalas air susu dengan air tuba?"
"Suhu. aku hendak.."
"Mungkin kau cinta padanya?"
"Bukan... Bukan..." Lie Bwe membantah dugaan ini.
"Kau tidak cinta padanya? Dengan alasan apa
menolong? Serahkan pemuda itu kepadaku."
"Tidak.." Lie Bwee membawa Tan Ciu mundur
kebelakang.
Giok Hong membentak. "Berani kau membangkang
perintah ?"
"Suhu, aku tidak boleh menyerahkan Tan Ciu
kepadamu! Kau akan membunuh dirinya!"
"Apa boleh buat. sesuatu telah terjadi dan..."
"Dan kau tidak menyesal lagi?"
"Kuharap saja suhu dapat memberi pengampunan,
membiarkan aku pergi dengan membawa dirinya."
"Begitu mudah? Kau kira, aku tukang sedekah?"
"Suhu..."
"Serahkan Tan Ciu."
"Tidak..."
Ratu Bunga Giok Hong mendelikkan mata, dia berkata.
"Serahkan pemuda itu. Aku tidak akan mengganggu
dirimu."
Lie Bwee lebih kenal kepada sifat-sifat gurunya. tidak
mungkin hal itu dapat terjadi. Hanya alasan untuk meminta
Tan Ciu darinya.
"Jangan." dia menolak.
Wajah Giok Hong berubah.
"Kau hendak mengikuti jejak Ong Leng Leng?" Dia
memberi contoh ancaman.
Lie Bwee telah menempatkan dirinya dijalan berjurang,
dia hendak menolong Tan Ciu, maksudnya diam-diam,
setelah itu. tanpa terjadi sesuatu apa-apa, Dia dapat balik
kembali kegunung Pek hoa-san.
Usahanya gagal, ada orang yang melihat perbuatannya,
maka mendapat kejaran dari semua anggauta Sri Ratu
Bunga.
Tidak dapat dia melarikan diri, juga tidak boleh
menyerahkan Tan Ciu. Menyerahkan Tan Ciu berarti
lenyapnya pegangan untuk dia meninggalkan gunung Pek
hoa san.
Dia telah menempatkan kedudukan posisinya yang
bertentangan dengan sang guru. Menyerahkan Tan Ciu
berarti menyerahkan jiwa sendiri. dia akan mati. Tidak
menyerahkan pemuda itupun akan mati. Kedua jalan yang
terbentang dihadapannya hanya jalan-jalan yang menuju
kearah jurang kematian.
Timbul niatan untuk mengadu jiwa.
Membuang rasa takutnya untuk menghadapi kematian,
hati Lie Bwee agak tenang. Dia berkata.
"Suhu. bila kau bersedia melepas muridmu, untuk budi
ini, selama hidup pun tidak akan kulupakan?"
Giok Hong membentak!
"Lie Bwee, kau bersedia untuk mengorbankan diri
sendiri!"
Satu bayangan meluncur datang, itulah Telapak Dingin
Han Thian Chiu, turut bicara, "Giok Hong, bereskan saja
kedua-duanya.Mengapa harus banyak cingcong?"
Han Thian Chiu telah menutup jalan lari Lie Bwee.
Ratu Bunga Giok Hong memberi ultimatum yang
terakhir, ultimatum yang ditujukan kepada muridnya.
"Lie Bwee, sudah kau pikirkan masak-masak apa akibat
dari langkah perbuatan dan penolakanmu?"
"Suhu, kau tidak dapat memberi jalan yang lebih baik?"
Tangan Giok Hong bergerak, mencengkram kepala
muridnya. Lie Bwee menggeser kaki, berusaha menghindari
serangan itu.
Giok Hong telah meneruskan serangannya yang kedua.
Kecepatannya sangat luar biasa. Seolah-olah biang lala
merah yang menyambar mangsa.
Ilmu kepandaian Lie Bwee adalah didikan ratu itu,
dimisalkan tidak membawa tubuh Tan Ciu, diapun bukan
tandingannya, apa lagi harus menjaga keselamatan pemuda
itu. Mana mungkin menghindari diri dari seranganserangan
gurunya?"
Heekk....
Tangan Lie Bwee kena pukulan, keple melingkar terlalu
kuat sekali tenaga yang Giok Hong kerahkan. Lie Bwee
jatuh tanpa sadarkan diri.
Badan Tan Ciu terpental keatas.
Han Thian Chiu tidak membuang peluang ini, dia
mengayunkan tangan hendak menamatkan jiwa sipemuda.
Melayang datang satu bayangan putih, sebelum pukulan
Han Thian Chiu mengenai sasaran, bayangan putih itu
sudah berhasil menyanggah tubuh Tan Ciu. Kemudan
dibawa pergi.
Ratu Bungan Giok Hong melintangkan diri mencegah
larinya orang itu.
Disana bertambah seorang gadis berbaju putih. inilah
murid orang cacad berkerudung yang duduk di kursi roda.
"Hei.." Han Thian Chiu berteriak kaget.
Menyaksikan kegesitan lawannya, Giok Hong juga
terkejut, memandang Han Thian Chiu, dia meminta
keterangan.
"Siapa orang ini?"
Han Thian Chiu menjawab. "Dia she Cang, bernama
CengCeng."
"Ooo, ternyata kau." berkata Giok Hong. "Pernah juga
kudengar namamu. Tidak disangka, hari ini kita mendapat
kesempatan untuk bertanding."
Cang CengCeng memandangHan Thian Chiu.
"Siapa kau?" Dia tidak kenal kepada orang yang pernah
memalsukan wajah Tan Kiam Lam.
"Ha..Ha.Ha.." Han Thian Chiu tertawa. "lupa kepadaku.
aku adalahHan Thian Chiu."
"Hmm... Inikah wajah aslimu?" Cang Ceng Ceng tidak
takut.
"Betul!!"
Giok Hong membentak, "Tinggalkan Tan Ciu."
"Huuh.." CengCeng menolak. Dia berdengus.
"Hendak menolong?" Berkata GiokHong lagi.
"Tidak salah." Berkata Cang Ceng Ceng.
"Jangan harap!!" Berkata Giok Hong. disaat yang sama,
dia telah meluncurkan diri menyerang gadis tersebut.
Cang Ceng Ceng mengegos, kemudian membalikkan
badan, membawa Tan Ciu, dia melarikan diri.
Han Thian Chiu dan Giok Hong mengadakan
pengejaran.
Berat badan Tan Ciu adalah suatu beban bagi Cang Ceng
Ceng. Dia tidak dapat meninggalkan kedua pengejarnya.
Ratu Bunga Giok Hong berhasil mengejar dibelakang gadis
itu, dengan satu pukulan, hendak menggebuk punggung
orang yang berani membawa lari anak ayamnya..
Tiba-tiba...
Satu kekuatan menyelusup datang, mewakili Cang Ceng
Ceng, menolak pulang tenaga pukulan sri Ratu Bunga.
Akibat dari penolakan itu, Tubuh Giok Hong tidak dapat
maju lagi.
Disana telah bertambah seorang, dia duduk diatas kursi
beroda, inilah guru Cang Ceng Ceng. Diwaktu yang tepat
menolong jiwa muridnya.
Sri Ratu Bunga Giok Hong dan Han Thian Chiu hendak
mengejar Cang Ceng Ceng. Datang si manusia berkursi
roda. dikala Giok Hong hendak mendatangi Cang Ceng
Ceng, dia turut membantu dan menolong jiwa muridnya
itu.
Giok Hong mengirim lain pukulan.
"Minggir!!" Dia membentak keras.
Orang cacad berkerudung itu tidak menyingkirkan diri,
dia menerima pukulan tadi.
Blegur!....
Mereka terpisah kembali.
Menggunakan kesempatan ini, Cang Ceng Ceng
membawa Tan Ciu, turun dari gunung Pek Hoa San.
Han Thian Chiu hendak mengejar, juga dihadang oleh
manusia berkerudung itu.
Orang cacad dengan wajahnya yang tertutup oleh
selembar kain kerudung memandang Sri Ratu Bunga.
Dengan perlahan dan sikapnya yang tenang, dia berkata,
"Jangan terlalu banyak membunuh orang."
"Sebutkan namamu." Giok Hong membentak, "Dengan
alasan apa turut campur perkara kami?"
"Ha..Ha... Inilah urusanku." Orang cacad berkerudung
itu berkata.
"Mengapa urusanmu? Kau mempunyai hubungan
keluarga dengan Tan Ciu?"
"Mengapa tidak?" Berkata orang berkerudung itu tenang
duduk diatas kursi rodanya.
Han Thian Chiu turut bicara. "Juga mempunyai
hubungan dengan Cang Ceng Ceng?"
"Aku adalah guru Cang Ceng Ceng." Orang itu memberi
keterangan.
"Guru Cang Ceng Ceng?" Han Thian Chiu terkejut.
Guru sigadis yang berkepandaian sangat tinggi itu?
Bagaimana dia dapat menandinginya?
Orang berkerudung diatas kursi roda menganggukan
kepalanya.
"Tidak salah" dia berkata. "Han Thian Chiu kau pernah
dikalahkan oleh muridku bukan?"
"Aaaa....." Han Thian Chiu terkejut bukan main, "Kau
kenal kepadaku?"
Rasa kagetnya Han Thian Chiu tidak kepalang, tentu
saja, hal ini sangat beralasan, tidak banyak orang yang
mengenal wajahnya kecuali beberapa golongan tua dan
mereka pun tidak tahu, bagaimana wajah asli Han Thian
Chiu, dia mempunyai lain julukan, Pendekar Wajah Panca
Roba, nama yang menandakan betapa lihay dia merobah
wajah, aneka macam muka telah digunakan olehnya, Tidak
sembarangan orang dapat mengetahui, yang mana wajah
asli Han Thian Chiu.
Orang berkerudung ini segera menyebut nama itu,
bagaimana Han Thian Chiu tidak terkejut.
"Han Thian Chiu," Berkata orang itu, "Mati pun tidak
kulupakan wajahmu."
"Oouww..."
"Dua puluh tahun yang lalu, kau adalah kawan baikku.."
"Oouww..."
"Sayang, hatimu terlalu busuk. Aku rusak karena
perbuatanmu."
"Oouww..."
Han Thian Chiu mengeluarkan rentetan suara
ditenggorokan, dia sedang mengenang siapakah kawankawan
yang terdekat dengan dirinya? Siapakah jago-jago
silat yang hidup pada masa dua puluh tahun yang telah
lampau? Dia belum dapat menemukan jawaban itu.
"Han Thian Chiu!" Berkata lagi orang berkerudung.
"Tidak ingat kepadaku bukan?"
"Oouw..." Han Thian Chiu berdehem.
"Tidak mungkin kau tahu!" Berkata lagi orang itu.
Han Thian Chiu berkata "Tentunya kau adalah seorang
tokoh silat ternama, mengapa menggunakan tutup
kerudung muka?Malukah kepada orang?"
Orang itu tertawa.
"Seharusnya kau malu!" Dia berkata.. "Aku menutup
wajahku, karena wajah ini tidak patut dilihat orang. sudah
rusak, tiada berbentuk muka lagi."
"Sudah rusak? Tidak berbentuk wajah?"
"Ngg.... Seharusnya kau dapat menduga sebagian asal
usulku.."
Han Thian Chiu tidak dapat menduga, siapa orang ini.
Maka dia bertanya. "Ha...Ha.. Kita kawan baik bukan?
Mengapa harus mencari urusan yang bukan-bukan?"
"Kawan baik?"
Han Thian Chiu semakin bingung.
"Han Thian Chiu, kau sudah berhasil meyakinkan
catatan-catatan ilmu silat yang didapat dari Cang Ceng
Ceng?"
Cara-cara Han Thian Chiu yang menggunakan wajah
Tan Kiam Lam memalsukan ketua Benteng
Penggantungan, dari meng Ie Hun Tay Hoat kan Cang
Ceng Ceng adalah suatu perbuatan yang memalukan.
Dengan memaksakan diri dia berkata.
"Hanya ilmu biasa saja.."
"Betul.." Orang itu berkata "Hanya ilmu biasa, tapi kau
sangat membutuhkannya."
Dan mengalihkan pandangannya, orang itu menatap Sri
Ratu Bunga Giok Hong.
"Giok Hong.." Dia memanggil nama orang. "Kau
mencapai kemajuan yang luar biasa. Kau telah melipat
gandakan ilmu kepandaian dimasa mudamu."
Ratu Bunga Giok Hong berjangkit kaget, hampir dia
terlompat. Dia sedang berhadapan dengan seorang tokoh
silat yang sangat misterius. Dari si cacad tahu sebutan nama
kecilnya?
Siapakah orang ini? Agaknya mempunyai hubungan
yang cukup erat, maka dapat mengetahui kemajuan ilmu
silatnya.
"Kau juga kenal kepadaku?" dia bertanya bingung.
"Mengapa tidak?" berkata orang berkerudung itu. "kau
pernah menghadiahkan api gelora asmaramu bukan?"
"Huaahh?!...."
"Ha..ha..." Orang itu tertawa,"Kau pernah berkata
kepadaku! Aku cinta padamu. Lupakah kepada janji ini?"
"Kau memfitnah orang." Giok Hong berteriak.
"Bukan fitnahan." berkata orang itu. "Belasan orang telah
kau tipu dengan kata-kata itu. Jangan menyangkal."
"Aku tidak kenal kepadamu."
"Ha..ha... Buah dadamu yang sebelah kiri ada sebuah
tahi lalat merah bukan? Berapa banyak orangkah yang tahu
rahasia ini?"
Semakin lama, ocehan orang berkerudung itu semakin
tajam, tidak mengelak hubungan baik orang.
Ratu Bunga Giok Hong berteriak. "Aaa...Kau?... kau
masih hidup??"
Han Thian Chiu juga dapat menduga kepada asal usul
orang ini. Ia memanggil kekasihnya.
"Giok Hong, mungkinkah dia??"
"Kukira memang dia?!" Giok Hong menganggukan
kepala.
"Siapa?" Orang berkerudung itu tertawa terbahak-bahak.
Memandang orang misterius itu, dengan suara yang
gemetar, penuh gejolak jiwa, Ratu Bunga Giok Hong
berkata,
"kau...kau.. Tan Kiam Lam?"
"Ha..Ha... Kau takut kepada Tan Kiam Lam?" Orang ini
tidak menyangkal, tidak juga membenarkan dugaan itu.
Han Thian Chiu dan Giok Hong tertegun, mereka saling
pandang.
Orang itu berkata lagi. "Tan Kiam Lam telah mati
ditangan kalian bukan?"
Tidak dapat disangkal, Tan Kiam Lam telah diterjunkan
kedasar jurang, setelah dicincang oleh kedua orang ini,
karena itulah Han Thian Chiu dan Giok Hong saling
pandang. Mereka tidak percaya, bahwa muncul seorang
Tan Kiam Lam baru.
Mengenangkan kembali, semua bekas kekasihnya Giok
Hong bertanya.
"Lie Hong?"
"Aku bukan Lie Hong!" Berkata orang itu.
"Ong Bun Sin?"
"Juga Bukan.."
"Setan Cang Leng?"
"Aku tidak kena Setan Cang Leng."
"Katakan siapakah kau?"
"Ha..Ha... Orang yang telah masuk ke dalam
perangkapmu tidak sedikit, Maka tidak dapat menduga asal
usulku, bukan?"
Ratu Bunga Giok Hong menggeser kakinya, dia harus
melenyapkan orang ini.
Manusia cacad dikursi rodanya tertawa.
"Giok Hong." Dia memanggil "Jangan kau bergerak
maju lagi. Ingin menempur diriku? Ha..ha... dua puluh
tahun yang lalu, hampir aku mati ditanganmu. Setelah itu
aku meyakinkan ilmu peninggalan jaman purbakala, hari
ini, kau tidak akan berhasil membunuhku. Mengingat
hubungan lama kita, aku tidak mempunyai minat untuk
bergulet denganmu."
"Tutup mulut!!!"
"Baik. aku masih banyak urusan, selamat tinggal." Orang
itu sudah memegang roda kursi istimewanya. Dia hendak
meluncur pergi.
Han Thian Chiu dan Giok Hong mengeluarkan teriakan
berbareng.
"Tunggu dulu!"
"Ada apa lagi?" bertanya orang itu.
"Kau harus memberi keterangan yang lebih jelas.
sebelum itu, jangan harap dapat meninggalkan tempat ini."
Berkata Ratu Bunga Giok Hong.
"Ha, ha.... Hendak menantang perang?" Orang itu
mengejek sekali.
Giok Hong harus menahan orang ini, sangat berbahaya
untuk dibirakan hidup diatas permukaan bumi. Badan dan
tangannya bergerak memukul roda kursi.
Orang itu tidak dapat menggunakan sepasang kakinya,
dua roda adalah urat nadi penting, tentu saja tidak
membiarkan orang merusak alat bergeraknya itu, dia
membacok tangan Giok Hong yang menjulur datang.
Itulah tipu gerakan si Ratu Bunga, Giok Hong mengubah
pukulan menjadi cengkraman, dia meraih tutup kerudung
muka orang misterius tersebut.
Hampir berhasil.
Sayang orang itu mempunyai gerakan yang luar biasa,
entah bagaimana dia berhasil menggerakkan roda kursi
maka kelakuan dirinya berubah, Cengkeraman tangan Giok
Hong mengenai tempat kosong.
Gagal!
Mereka bergerak cepat setelah mengalami keteganganketegangan
yang memuncak, kedua tubuh mereka terpisah.
WajahnyaHan Thian Chiu berubah.
Giok Hong telah menyerang tiga kali dan seranganserangan
itu dikandaskan dengan mudah, tanpa membikin
pembekasan sama sekali, orang berkerudung itu terlalu gesit
untuk dilawan seorang.
Timbul niatan Han Thian Chiu untuk mengeroyok
orangnya.
Disaat yang sama, orang berkerudung sudah memutar
kursinya, sekali dia tidak mau mengambil posisi yang
membelakangi kedua musuhnya.
Giok Hong membikin penyerangan untuk babak kedua,
beruntun empat kali, dia menyerang musuh itu.
Orang berkerudung membalas dengan tiga kali pukulan
telapak tangan.
Terjadi baku hantam yang cepat.
Kekuatan Giok Hong berada dibawah orang itu, sang
ratu terdesak kebelakang.
Menggunakan suatu kesempatan bagus Han Thian Chiu
turun kegelanggang, dia membacok punggung orang diatas
kursi roda.
Desiran angin yang kuat memaksa orang tersebut
memutar kursi menangkis pukulan Han Thian Chiu, setelah
itu, cepat sekali, dia berputar lagi menyerang Giok Hong.
Dua lawan satu!
Keadaan orang berkerudung mulai terdesak. Dia
mempunyai latihan tenaga dalam di atas kedua lawannya.
selisih itu terlalu kecil sekali. Kini dikeroyok oleh mereka.
tentu saja tidak mempunyai peluang waktu untuk
mengadakan serangan, Dia main tangkis dan main mundur.
Bukan cara terbaik untuk meloloskan diri dari kepungan
kedua musuhnya. orang berkerudung memperhatikan
kekosongan lawan.
Tiba-tiba memukul keras. setelah itu, dia mundur jauh.
Mulutnya berteriak.
"Tidak tahu malu. Dua lawan satu,"
"Buka kerudung tutup mukamu." Berkata Giok Hong,
"Belum cukup waktu." Berkata si cacad diatas kursi roda.
"Menyerahlah." Berkata Han Thian Chiu.
"Wah, kukira aku akan celaka dibawah tangan kalian."
Orang itu masih dapat berhumor.
Giok Hong dan Han Thian Chiu telah menjepit dikiri
dan di kanannya, wajah mereka semakin beringas.
Orang berkerudung menggeser kursi rodanya, dia
bermaksud melepaskan diri dan kepungan kedua orang.
Giok Hong dan Han Thian Chiu tidak berpeluk tangan,
masing-masing mengirim satu pukulan.
Kejadian yang sudah berada didalam perhitungan orang
berkerudung itu. Tangannya terpentang, menyanggah
pukulan-pukulan musuh-musuhnya dan dengan dorongan
kekuatan tadi, yang ditambah dengan tenaganya sendiri, dia
meluncurkan kursinya kebawah gunung, begitu cepat, daya
terjun itu sehingga menimbulkan asap debu.
"Selamat berpisah." Terdengar Angin suara manusia
aneh itu.
Giok Hong membanting kaki, dia lari mengejar.
"Jangan lari." Dia penasaran..
-oo0dw0ooJilid
22
TENTU saja kata-kata ini tidak masuk keadalam orang
yang bersangkutan. Kursi roda itu meluncur dengan
pesatnya. Hanya tinggal titik hitam yang mengecil.
Han Thian Chiu mengintil dibelakang Giok Hong
Mereka lama mengejar, jarak itu terlalu jauh, tentu saja
tidak berhasil menyandak. Giok Hong menghentikan
pengejarannya. Dia membanting-banting kaki.
Han Thian Chiu menghampiri kekasihnya itu, dengan
merapatkan mulutnya dia berkata. "Giok Hong tidak guna
marah pada diri sendiri."
"Kita dikalahkan oleh manusia itu." Berkata Giok Hong
panas.
"Menang kalah suatu pertempuran adalah barang yang
jamak." Menghibur kekasih sang ratu. "Lain kali kita
mempunyai kesempatan untuk memenpurnya."
Giok Hong berkata. "Bagaimana hematmu kepada
manusia cacad tadi?"
"Dia mempunyai kepandaian yang cukup tinggi. lawan
berat bagi usaha kita."
"Siapakah orang ini?"
"Mana kutahu? tentu salah satu dari sekian banyak
kekasihmu."
"Cih.." Giok Hong mendelikkan mata. "Aku bersungguhsungguh."
"Dia dapat menyebut tanda rahasia yang berada dibagian
tertutupmu, siapa lagi bukan laki-laki yang pernah dijajal
olehmu?"
"Aku tahu, dan dia juga kenal kepadamu bukan?"
"Aku tidak dapat menduganya,"
"Mungkinkah Tan Kiam Lam?"
"Hanya Tan Kiam Lam yang pernah kau terjunkan
kedalam jurang?" Han Thian Chiu menjebikan bibirnya.
"Hanya Tan Kiam Lam orang yang pernah dijeleki oleh
Giok Hong terlalu banyak. Tidak mungkin mencari jalan
keluar dari ceruk itu. Bukan Tan Kiam Lam seorang yang
dilumpuhkan olehnya. Sulit untuk memberi keputusan.
Yang dapat meyakinkan ilmu silat setinggi tadi." Berkata
Han Thian Chiu.
"Mengapa melupakan si Pendekar Pedang Kidal Oh
Cin?"
"Aaa.... Hanya dua orang ini yang mempunyai
kemungkinan besar."
"Betul. Potongan badan kedua orangpun sama. Tan
Kiam Lam atau Oh cin. Salah satu dari dua bekas
kekasihmu yang bekepandaian nomor satu."
Giok Hong dapat menyetujui dugaan itu.
Hanya dua kemungkinan. Tan Kiam Lam dan Oh Cin.
Mereka kembali keatas gunung, ditengah jalan
menemukan Lie Bwee yang masih belum sadarkan diri,
pukulan Giok Hong terlalu kuat, sehingga murid itu tidak
berdaya untuk melarikan diri.
"Bagaimana hukumanmu untuk murid durjana ini?"
Bertanya Giok Hong.
"Bunuh saja. Beres!" Berkata Ong Jie Hauw.
"Aku mempunyai usul baik."
"Usul apa?"
"Ia harus mendapat siksaan didepan murid-muridmu
yang lain, sebagai contoh teladan bagi mereka yang ada
niatan untuk berkhianat. Berkhianat kepadamu berarti
mencari siksaan. Beri saja kepada anjing-anjing galakmu
itu."
"Bagus. Ia mendapat hukuman mati dibawah gerogotan
anjing-anjing galak." berkata Giok Hong gembira.
Mereka kembali keatas gunung, disana ada menunggu
ketua Kim Ie Kauw.
Meninggalkan cerita Han Thian Chiu dan Giok Hong
yang membawa Lie Bwe naik keatas gunung PekHoa San.
Mengikuti perjalanan orang berkerudung yang
menggulingkan roda-roda kursinya dengan cepat, dia
berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh-musuhnya.
Hanya dia orang yang dapat menjelma menjadi orang ini.
Tan Kiam Lam atau Oh Cin. Satu diantara dua ilmu
kepandaiannya cukup hebat. Dia dapat menghasilkan
seorang murid seperti Cang Ceng Ceng sehingga gadis
tersebut memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Orang ini telah berada dibawah kaki gunung Pek Hoa
san.
Dari dalam semak-semak terdengar suara panggilan,
"Suhu..."
Dengan menggendong Tan Ciu, Cang Ceng Ceng
menampilkan diri.
Orang berkerudung itu menghentikan roda kursinya,
segera terhenti didepan muridnya itu.
"Bagaimana keadaan lukanya?" dia bertanya
"Masih tidak mau sadarkan diri." Jawab Cang Ceng
Ceng.
Memeriksa keadaan Tan Ciu, orang berkerudung itu
bergugam.
"Dia telah menderita luka dalam, setelah itu, mendapat
tekanan batin, darahnya bergolak masuk kedalam otak,
sangat berbahaya."
"Ah..." Cang Ceng Ceng terkejut.
"Tidak dapatkah ditolong lagi??"
"Harus makan waktu perawatan yang agak lama."
berkata guru itu.
"Ah..."
"CengCeng." panggil orang berkerudung itu.
"Kukira kau telah jatuh cinta kepadanya."
Cang CengCeng menundukkan kepala.
"Suhu, ilmu kepandaianmu berada diatas Ratu Bunga
tadi?" Cang CengCeng bertanya.
"Tentu saja."
"Berhasil membunuh dirinya?"
"Tidak"
"Mengapa?"
"Aku tidak dapat mengalahkan tenaga gabungan mereka.
Han Thian Chiu memang bukan manusia biasa."
"Dia telah berhasil meyakinkan ilmu kepandaian kita?"
"Sebagian kecil dapat dipahami olehnya."
Tiba-tiba....
Orang berkerudung itu memanjangkan kupingnya, dia
berkata, "Ada orang datang...."
"Siapa yang datang?"
Dua orang telah menghampiri tempat itu. seorang yang
dikanan adalah serorang gadis berbaju putih, dan di kiri
seorang anak muda.
Mereka adalah Tan Sang danOng Jie Hauw.
Dikala orang berkerudung menyusul jejak Tan Ciu
dipuncak Pek Soat Hong, Ong Jie Hauw pernah mendapat
tegurannya. Disini mereka berjumpa lagi, pertemuan untuk
kedua kalinya, mereka saling pandang sebentar, dan Ong
Jie Hauw berteriak.
"Kau?!..."
Orang berkerudung menganggukkan kepala.
Tan Sang dan Ong Jie Hauw dapat melihat Tan Ciu
masih berbaring ditanah. Inilah orang yang hendak mereka
temukan.
"Eh, apa yang telah terjadi?" Mereka bertanya.
Orang berkerudung memberi keterangan. "Tan Ciu
menderita luka ditangan Ratu Bunga Giok Hong."
Tan Sang dan Ong Jie Hauw saling pandang. Mereka
tidak tahu, bagaimana posisi pendirian orang berkerudung
ini, musuh atau bukan?
Orang berkerudung memandang Tan Sang beberapa
lama, kemudian mengajukan pertanyaan.
"Namamu Tan Sang bukan?"
Tan Sang menganggukkan kepala.
"Bagaimana sebutan Cianpwee yang mulia?" dia
bertanya.
Orang berkerudung itu menyerahkan Tan Ciu, kemudian
mengeluarkan beberapa butir obat.
"Beri makan obat ini kepadanya." Dia berkata, "Tan Ciu
menderita luka yang agak berat.”
Tan Sang mengucapkan terima kasihnya!
Ong Jie Hauw mengajukan pertanyaan. "Dapatkah
memberi petunjuk, dimana letak pesanggrahan Ratu Bunga
itu?"
"Kau hendak menyatroninya?" Balik tanya orang
berkerudung.
"Ng, aku harus menemukan wanita itu, harus kupukul
hingga luka.Meminta ganti rugi atas keadaan Tan Ciu."
"Kau?..." Orang berkerudung menduga kepada seorang
yang sering mengepul, tukang jual omongan, dia tidak
percaya bahwa Ong Jie Hauw dapat mengalahkan Sri Ratu
Bunga GiokHong yang ternama.
"Mengapa?" Ong Jie Hauwheran.
"Kau bukan tandingannya." Berkata orang berkerudung
itu. "Kita harus merundingkan cara untuk menghadapi
mereka."
"Aku tidak membutuhkan bantuan." Berkata Ong Jie
Hauw. "Tenagaku seorang sudah cukup untuk mengubrak
abrik sarang mereka."
"Kukira kau akan dipukul remuk oleh wanita itu."
Berkata guru CangCeng Ceng. "Kau bukan tandingannya."
Ong Jie Hauw mendelikkan mata.
"Kau tahu, bahwa aku bukan tandingannya." Dia tidak
puas. "Kau telah menyaksikan aku kalah ditangannya?"
"Kau mempunyai pegangan kuat untuk mengalahkan
Ratu Bunga Giok Hong yang ternama?"
"Tentu."
Tan Sang menambah dengan keterangannya.
"Cianpwee, dia memiliki ilmu kekebalan yang tiada tara.
Kukira dapat mengalahkan musuh."
Orang berkerudung memberi tahu dimana letak sarang
Sri Ratu Bunga.
Ong Jie Hauw naik keatas Pek Hoa san.
"Akan ku obrak-abrik sarang mereka." Dia sesumbar
keras.
Orang berkerudung memandang Cang Ceng Ceng dan
memberi perintah, "Ceng-Ceng, ikuti dirinya dan bilamana
perlu, beri bantuanmu."
Tan Sang tertawa. Dia memberi keterangan.
"Atas perhatian Cianpwee, kami mengucapkan banyak
terima kasih. Kukira tidak perlu mengikutinya. Tidak
seorang pun yang dapat melukainya. Ia tidak mungkin
menghadapi bahaya."
"Mengapa?"
"Ia memiliki ilmu kebal yang tidak mempan senjata."
Berkata Tan Sang.
Orang berkerudung, Cang Ceng Ceng dan Tan Sang
berusaha menolong Tan Ciu, Ong Jie Hauw mendaki
gunung Pek Hoa-san. Seorang diri menantang komplotan
itu.
Meninggalkan cerita mereka dan mengikuti cerita yang
terjadi di ruang tamu Sri Ratu Bunga.
Disana berkumpul tiga orang, Kim Ie Mo-Jin, Han
Thian Chiu, Giok Hong.
Han Thian Chiu dan Giok Hong sedang membujuk
ketua Kim ie kauw untuk menggabungkan kekuatan
mereka.
Kim Ie Mo-Jin menolak dan berkata.
"Sudah kukatakan, aku tiada maksud untuk mengikat
diri, aku tidak bersedia dikekang oleh siapapun juga."
"Kita tidak akan mengekang kebebasan kauwcu." berkata
Han Thian Chiu. "Maksud tujuan utama dari
penggabungan kedua tenaga ini adalah menundukkan
semua partay-partay dan golongan-golongan."
"Kita tidak sepaham."
Giok Hong ikut membujuk, "Kauwcu. berpikirlah,
kecuali kita berdua, masih ada seorang lagi yang
berkepandaian tinggi, kekuatannya tidak boleh
diremehkan."
"Siapakah orang itu?"
"Orang cacad diatas kursi roda yang menutup wajahnya
dengan kain kerudung itu, Orang yang memberi petunjuk
kepadamu datang ketempat ini."
"Ouw..."
"Sudah jelas, maksudnya hendak mengadu domba. Salah
satu dari kita dapat mengalami cedera, kemudian dengan
mudah dia dapat memungut hasil pertarungan itu."
Han Thian Chiu menimpali suara sang kekasih. "Betul.
kita harus bersatu menghadapinya. menghadapi semua
orang."
"Aku meminta waktu tiga hari." Akhirnya Kim Ie Mo-
Jin menolak dengan halus.
"Kami mengharapkan jawaban kauwcu." Berkata Giok
Hong.
"Tiga hari adalah waktu yang tidak lama." Berkata Kim
Ie Mo-Jin.
"Kami harapkan kauwcu dapat menerima tawaran
kami." berkata Han Thian Chiu.
"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." lanjut Giok
Hong. Kata-kata Ratu Bunga itu mengandung dua macam
arti.
Seolah-olah tidak memngerti akan maksud itu, Kim Ie
Mo-Jin meminta diri.
Giok Hong danHan Thian Chiu mengantar tamu itu.
Setelah mengantar Kim Ie Mo-Jin keluar dari markas,
Giok Hong dan Han Thian Chiu menuju kearah lapangan
dimana telah berbaris murid-muridnya, mereka mengitari
tiang bendera, pada tiang bendera itu terikat seorang gadis,
itulah Lie Bwee.
Giok Lo Sat menyongsong kehadiran sang guru.
"Persiapan telah selesai." Dia memberi laporan.
Giok Hong menganggukan kepala. Dia menghampiri Lie
Bwee, gadis ini berani mengkhianati pintu perguruan.
Untuk menjaga agar tidak sampai terulang kejadian yang
sama, dia harus memberi hukuman yang setimpal.
Lie Bwee mengucurkan air mata.
"Suhu..." Dia memanggil lemah.
Giok Hong mengayunkan tangan, "Taarr..."
menempiling pipi murid itu.
"Jangan lagi panggil aku suhu." Dia bergeram.
Lie Bwee memandang kelilingnya, dia tidak melihat
bayangan Tan Ciu.
"Dimanakah Tan Ciu?" dia mengajukan pertanyaan.
"Tan Ciu sudah mati." berkata Giok Hong ketus.
"Aaa....."
"Kau juga segera menyusul arwah pemuda itu." Giok
Hong menambahi.
Wajah Lie Bwee sangat kaku, dia sudah putus harapan.
"Suhu, aku menyesal sekali." Dia berkata perlahan.
"Hendak meminta pengampunan?" Giok Hong
mengejek.
"Tidak!! Aku siap mati." Lie Bwee kenal baik akan sifat
gurunya itu.
"Kau harus mati. Dan kematianmu tidak seperti
kematian biasa. Kau harus menderita beberapa lama
digerogoti anjing-anjing penjaga kita."
"Aaaa...."
"Kau takut?"
Siapa tidak takut menghadapi kematian? Ada yang mati
secara gemilang, ada yang mati sudah berada didalam
perhitungannya. Mati berkorban! Orang ini dapat menekan
rasa takutnya. Ada juga yang mati diluar perhitungan.
Orang ini sulit menekan rasa takutnya.
Lie Bwee hendak menolong Tan Ciu. Dan dia harus
menanggung resiko besar, inilah akibat kegagalan, dia harus
mati.
Ratu bunga Giok Hong memberi perintah.
"Keluarkan Anjing Penjaga."
Giok Lo Sat menjalankan perintah. Terdengar suara
gongongan anjing.
Tiba-tiba seorang gadis berbaju merah lari mendatangi.
Tubuhnya penuh luka.
"Suhu....!" dia memanggil Ratu Bunga itu.
"Ada apa?!" membentak Giok Hong tidak puas.
"Seorang pemuda mengamuk kalang kabut.. beberapa
kawan telah mati dibawah tangannya."
"Apa yang dikatakan oleh pemuda itu?"
"Dia menantang suhu, memaki-maki nama dan gelar
suhu."
Ratu Bunga Giok Hong marah besar.
"Tidak ada yang dapat menahan kemajuannya?" Dia
uring-uringan.
"Dia berkepandaian liehay, tidak mempan senjata."
"Siapa orang itu?"
"Tidak tahu."
"Tidak ada yang kenal kepadanya?" Giok Hong
mendelikkan mata.
"Dia menyebut dirinya sendiri bernama Ong Jie Hauw."
"Baik. Aku harus turun tangan sendiri."
Dikala itu, Giok Lo Sat telah melepas lima ekor anjing
galak, dengan suara mereka yang mengerikan, menubruk
kearah Lie Bwee.
Giok Hong dan Han Thian Chiu meninggalkan tempat
itu. Mereka tidak tahu bagaimana anjing-anjing itu
menggerogoti daging sang murid yang berani berkhianat
kepada dirinya.
Betulkan anjing-anjing tersebut berhasil menggerogoti
daging Lie Bwee yang terikat ditiang panjang?
Tidak!!!
Dikala keadaan sangat kritis sekali, tiba-tiba meluncur
lima bintik hitam, yang mengincar lima ekor anjing galak
itu.
Terdengar suara berkuing-kuingnya anjing, lima ekor
binatang itu mati ditanah.
Satu bayangan loncat turun, orang inilah yang
membunuh lima ekor anjing disana.
Giok Lo Sat dan empat gadis berbaju merah membentak.
"Siapa?"
Orang yang datang adalah seorang tua. Dia Tan Kiam
Pek. Tanpa banyak cingcong, dia menghujani pukulanpukulan
yang sangat cepat dan sangat keras.
Empat gadis berbaju merah dibunuh olehnya. Hanya
Giok Lo sat yang luput dari kematian. Gadis ini melarikan
diri.
Tan Kiam Pek tidak mengejar, dia membuka ikatan Lie
Bwee dan tinggalkan tempat itu.
Dikala Ong Jie Hauw menyerang dibagian depan, Tan
Kiam Pek menyeludup masuk pusat markas besar Sang
Ratu Bunga, suatu kejadian yang sangat kebetulan, dengan
mudah orang tua ini menyelamatkan jiwa Lie Bwee dari
kematian sigadis dari tajamnya taring-taring anjing galak.
Mengikuti cerita perjalanan Ratu Bunga Giok Hong
yang keluar sarang, dia disertai Han Thian Chiu.
Pendekar dungu muda Ong Jie Hauw sedang menyerang
tiga gadis berbaju merah. Ditanah telah menggeletak jatuh
beberapa korban.
Terdengar suara jeritan. seorang gadis berbaju merah lagi
yang mati dibawah tanganOng Jie Hauw.
Giok Hong mengeluarkan suara bentakan.
"Hentikan pertempuran ini."
Para dayang berbaju merah menghentikan kurungan
mereka, perintah sang Ratu harus ditaati dengan patuh.
Ong Jie Hauw menghadapi dengan hati besar. Dia belum
pernah dikalahkan orang, Ilmu kekebalannya terhadap
hantaman atau pukulan menjadikannya dia sebagai
manusia besi. Itulah senjata terampuh untuk menangkat
derajat kedudukannya.
Ratu Bunga memandang anak muda itu, tiada sesuatu
yang sangat luar biasa, seperti pemuda-pemuda lainnya,
gesit dan bergelora, tentu saja disertai juga dengan semangat
yang menyala-nyala.
"Bocah kurang ajar!!" Giok Hong membentak dengan
suara keras. "Berani kau membunuh orang dibawah
kekuasaan Istana Ratu Bunga?"
Ong Jie Hauw memperhatikan wanita itu, belum terlalu
tua, Dia juga membalas dengan suara keras.
"Sebutkan namamu!"
"Aku Sri Ratu Bunga ditempat ini." Berkata Giok Hong
sombong.
"Aha... ini dia yang sedang kucari." Ong Jie Hauw
berteriak girang. "Mengapa kau melukai kawanku? Aku
harus menuntut balas."
"Siapa yang menjadi kawanmu?"
"Tan Ciu."
"Dan maksud kedatanganmu?"
"Menuntut balas."
"Huh!! begitu mudah?"
"Bukti telah bicara. Berapa anak buahmu telah binasa.
Sangat mudah bukan?"
"Bocah sebutkan namamu!" Giok Hong membentak.
"Ong Jie Hauw."
"Ong Jie Hauw?" Giok Hong belum pernah mendengar
nama dari seorang jago silat yang bernama Ong Jie Hauw.
Sedangkan pemuda ini berkepandaian tinggi, lumayanlah..
"Ong Jie Hauw." Berpanggil sang Ratu Bunga. "Begitu
kejamkah kau membunuh anak buahku?"
"Mengapa?" Ong Jie Hauw memandang lawannya.
"Kau harus memganti dengan jiwa juga." Berkata Ratu
Bunga GiokHong.
"Bagus. Siapa yang harus mengganti jiwa?" Berkata Ong
Jie Hauw. "Dan kedatanganku kesini hendak mencari
seseorang."
"Siapa lagi yang hendak kau temui?"
"Seorang gadis berbaju merah."
"Namanya?"
"Aha.. " Ong Jie Hauw memijit jidatnya. Dia belum tahu
gelaran dan nama Lie Bwee. Si gadis belum
memberitahukan namanya, tentu saja pemuda ini tidak
dapat menyebut.
"siapakah yang hendak kau temukan?" Bertanya lagi
Ratu Bunga Giok Hong.
"Seorang gadis yang berbaju merah." Berkata Ong Jie
Hauw.
"Semua anak buahku mengenakan pakaian warna
merah. Yang manakah yang hendak kau temukan itu?"
"Kau tidak mau memeri tahu?" Ong Jie Hauw naik
darah.
"Apa lagi?"
"Kuobrak abrik tempat ini, mungkinkah dia tidak mau
keluar dari tempat persembunyiannya?"
"Kau sudah bosan hidup."
"Aha... kau yang sudah bosan hidup."
Tubuh Giok Hong bergerak cepat sekali, sudah berada
didepanOng Jie Hauw.
"Nah, enyahlah dari tempat ini." Dia mengayunkan
tangannya memukul si pemuda.
Kecepatan Giok Hong tiada terlukiskan. Ong Jie Hauw
tidak bersiap siaga, dimisalkan dia sudah siap untuk
menjaga diripun belum tentu dapat menghindari diri dari
pemukulan ini. apa lagi didalam keadaan lengah.
Terdengar suara benturan yang keras. Dukk... Tubuh
pemuda ini terdorong jatuh kebelakang.
Gesit laksana harimau, tubuh Ong Jie Hauw mencelat
bangun kembali, menerkam dan menerjang lawannya.
Setiap serangan pertama dari seseorang yang bertempur
dengan jago kuat, tentu tidak mengandung kekuatan penuh.
Demikian juga pukulan Giok Hong yang telah dikerahkan
tadi. Boleh dikatakan sangat perlahan sekali. Dan itu pun
sudah dapat mengenai sasaran dengan terlalu mudah. Suatu
kejadian yang janggal untuk terjadi didalam pertempuran.
Sang Ratu bingung tidak mengerti.
Kini anak muda itu sudah mencelat bangun, dengan satu
kekuatan yang lebih dahsyat Giok Hong mendorong kedua
tangannya.
"Blegguuurrr....."
Ong Jie Hauw belum dapat mempertahankan
keseimbangan badannya, langsung melurus panjang, tubuh
itu dilayangkan, membentur batu dan.. Hek... Dia jatuh
menggeletak. Kepalanya berkunang-kunang.
Dua kali Giok Hong menjatuhkan lawannya, pekerjaan
itu dapat dilaksanakan dengan muda. Dia tertawa besar.
"Ha.. Ha..Ha.. Hanya seperti inikah ilmu
kepandaianmu?"
Pukulan Giok Hong yang kedua kalinya memang berat
sekali. Ong Jie Hauw seperti hampir menemukan dunia
kiamat. Tanah yang dipijak seperti berputar keatas. Cukup
lama dia meringkuk diatas tanah.
Giok Hong menduga bahwa dia sudah membunuh mati
lawan itu, setidak-tidaknya melukainya sampai parah.
Setelah tertawa ngakak, dia mendekati korban pukulan itu.
Secara mendadak sekali, tubuh Ong Jie Hauw melentik
bangun. suatu kejadian yang mengejutkan lawannya.
"Aaa...Pukulan tanganmu cukup berat. Lebih hebat dari
pukulan laki-laki." Ong Jie Hauw hendak menuntut
pembalasan.
Pukulan berat? Huh!! Pukulan Giok Hong dapat
membunuh mati seekor kerbau jantan, paling sedikit
bertenaga kuda. sampai beberapa kerjadi sangat tidak
masuk akal. Bila pukulan itu belum dapat menaklukan
lawannya, Kejadian luar biasa.
Ratu Bunga Giok Hong termangu-mangu ditempatnya,
hampir dia menjadi patung ditempatnya.
Ong Jie Hauw menggoyang pundak, gilirannya yang
mengirim pukulan. Hutt... menjotos muka sang lawan.
Ong Jie Hauw memiliki ilmu kekebalan yang tidak
mempan senjata, tapi ilmu kepandaian silatnya hanya
kepandaian biasa. Gerakannya pun tidak mengandung
perubahan. Dengan mudah Giok Hong dapat menyengkelit
pukulan itu, disertai dengan lain serangan balasan.
"Bek...." Kali ini dada sipemuda yang dihajar olehnya.
Terdengar suara daging yang dipukul, Ong Jie Hauw
dipentalkan kebelakang. Dia jatuh terlentang.
Han Thian Chiu mengayun tangan, Buttt.... memukul
tubuh pemuda itu yang jatuh tidak jauh darinya.
"Beekkk..." Bagaikan daging bola, tubuh Ong Jie Hauw
ditendang pergi lagi. Berguling-gulingan ditanah.
Han Thian Chiu dan Giok Hong saling pandang. mereka
tertawa. Senyum mereka memberi tahu tentang kepuasan
dan kesombongan hatinya. Hanya sekejap mata, senyum
inipun lenyap sama sekali. Terganti dengan rasa seram,
dengan wajah yang menunjukkan ketakutan tidak kepalang,
mereka dapat mengikuti gerakan Ong Jie Hauw yang
bangun sendiri.
Dengan mengibrik-ibrikkan bajunya yang penuh debu,
Ong Jie Hauw siap menerima tantangan baru.
Bulu tengkuk Giok Hong dan Han Thian Chiu
bergemerinding bangun. Mungkinkah bukan seorang
manusia biasa? Manusia robotkah yang menjadi tandingan
mereka? Mengapa tidak mempan pukulan?
Disaat mana.....
Ong Jie Hauw yang dipukul terus menerus secara saling
susul, menyebabkan pemuda itu menciumi tanah sampai
lebih dari satu kali. Kemarahannya pun meledak.
"Aha..." Diapun sudah melompat bangun kembali.
"Ilmu macam apakah yang kalian miliki? Walau tidak
dapat memukul mati diriku, tapi kepala berat juga. Heh....."
Ratu Bunga Giok Hong lebih heran atas ilmu
kepandaian lawan yang seperti karet, dia pun membentak.
"Kau menggunakan ilmu apa?"
"Ilmu?" Ong Jie Hauw tidak mengerti, "Aku ingin
memukul kalian, haruskah belajar ilmu?"
Ong Jie Hauw mendekati kedua musuhnya.
Apa yang dilakukan Giok Hong dan Han Thian Chiu?
mereka seperti sedang berhadapan dengan manusia sintetis,
seorang manusia karet. Jatuh dan dapat bangun kembali.
Tidak mempan senjata, juga tidak mempan pukulan.
Kedua orang itu mundur beberapa langkah kebelakang.
Ong Jie Hauw maju dua langkah lebar, mengirim
pukulan yang disertai gertakannya. "Nah.. giliran kalian
yang menerima serangan pembalasan."
Giok Hong tidak berani menerima serangan itu, dia
menyingkir ke samping. Dengan mudah berhasil
menghindarkan diri dari serangan pukulan si bocah dungu.
Hal ini terlalu mudah dilakukan olehnya, mengingat
kecepatan Ong Jie Hauw yang terlalu lambat dan ayalayalan.
Han Thian Chiu menggeser posisi, berputar kaki
membalikkan badan, kini sudah berada dibelakang Ong Jie
Hauw. Tangannya di kebaskan, Seett....., mengincar jalan
darah Beng bun-hiat, tentu saja serangan ini mengenai
sasarannya. Tepat sekali serangan tadi.
Bless.....
Senjata apakah yang dapat memakan kulit Ong Jie
Hauw? Tidak sebongkah benda pun yang dapat melukai
pemuda itu. Apalagi hanya tusukan jari Han Thian Chiu,
Betul eks ketua Benteng Penggantungan memiliki tenaga
dalam yang luar biasa, dibawah kekebalan Ong Jie Hauw
diapun tidak berdaya.
Menggunakan kesempatan berjarak dekat itu, Ong Jie
Hauw mengayun tangan, Bekk...Mata pinggang Han Thian
Chiu kena pukulannya. Tubuh terhuyung jauh kebelakang.
Giok Hong lebih pandai dari sang kekasih mengincar
cepat, dia memukul dada Ong Jie Hauw, menggulingkan
jago muda ini.
Betul tidak dapat melukainya, waktu itu cukup memberi
kelonggaran waktu kepada mereka untuk menarik napas.
Lagi-lagi Ong Jie Hauw dibuat mencium tanah.
Giok Hong mendekati Han Thian Chiu,
"Kau mengapa?" dia bertanya dengan penuh kasih
sayang. Han Thian Chiu adalah salah satu kekasihnya yang
terpandai.
"Aku menderita luka dalam." Han Thian Chiu berkata
berat.
Itu waktu, Ong Jie Hauw sudah merayap bangun lagi,
tentu akan menyerang mereka.
"Bagaimana?" Giok Hong bertanya cepat.
"Lekas bawa aku meninggalkan tempat ini." BerkataHan
Thian Chiu.
Mengingat tidak mungkin melukai pemuda aneh itu,
menimbang tidak guna meneruskan pertandingan tersebut,
dan keadaan Han Thian Chiu yang sudah terluka tidak
memungkinkan sang bekas ketua Benteng Penggantungan
memberi bantuan. Giok Hong mengangkat tubuh kekasih
itu, melarikan diri.
Ong Jie Hauw bergerak terlalu lambat dikala dia hendak
memukul kedua lawannya.
Giok Hong dan Han Thian Chiu sudah mengambil
langkah seribu.
Ratu Bunga Giok Hong dan Han Thian Chiu tidak
sanggup melayani Ong Jie Hauw, mereka melarikan diri.
Tidak lama, didepan mereka telah melintang satu
bayangan.
Giok Hong dan Han Thian Chiu menghentikan lari
mereka, mata mereka terbelalak, dengan rasa takut yang
tidak terhingga, sepsang manusia itu mengalami getaran
yang hebat.
"Kau?!" Han Thian Chiu berusaha melepaskan dirinya
dari pegangan sang kekasih.
"Tan Kiam Lam." Giok Hong berteriak, "Kau masih
hidup?!"
Tan Kiam Lam kah yang datang?
Bukan! Dia adalah saudara orang-orang yang sudah
tersiksa, Dia adalah Tan Kiam Pek.
Menyaksikan rasa takutnya kedua orang itu, Tan Kiam
Pek sangat puas sekali. Dia mengeluarkan suara dari
hidung.
"Sepasang manusia terkutuk, saudaraku telah terluka
dibawah kedua tanganmu. Aku Tan Kiam Pek. Sudah
waktunya aku mengadakan tuntutan."
Giok Hong dan Han Thian Chiu harus memburu waktu,
dibelakang mereka masih ada seorang jurik. Ong Jie Hauw.
Mereka harus cepat-cepat meninggalkan tempat itu. Tangan
Giok Hong terayun, menghujani Tan Kiam Pek dengan
serangan dahsyatnya.
Belasan jurus kemudian, Tan Kiam Pek dipaksa
mengakui akan keunggulan lawannya. Dia main mundur,
berusaha mengelakan setiap serangan sangRatu Bunga.
Giok Hong mendesak dan merangsek hebat. Keadaan
Tan Kiam Pek sangat kritis sekali.
Dari jauh, sudah terdengar teriakan Ong Jie Hauw.
"Hei.. kalian jangan lari!"
Giok Hong meninggalkan lawannya, mengangkat Han
Thian Chiu dan meneruskan lari mereka.
Tan Kiam Pek tidak berani mengejar, ilmu
kepandaiannya sudah ditekuni selama belasan tahun
terakhir masih bukan tandingan Giok Hong, apa mau
dikata?
Ilmu meringankan tubuh Ong Jie Hauw sangat belet,
dikala dia tiba di tempat itu, bayangan Giok Hong dan Han
Thian Chiu sudah lenyap.
"Dimana kedua orang tadi?" Ong Jie Hauw bertanya
kepada Tan Kiam Pek.
"Saudara Ong," berkata Tan Kiam Pek. "Kau
mengatakan mempunyai seorang kekasih ditempat ini?
Belum lama aku menolong seorang gadis berbaju merah,
kukira dialah orang yang hendak kau temukan."
Ternyata, setelah Tan Kiam Pek menolong Lie Bwee,
ditengah jalan dia mengetahui jejak Giok Hong dan Han
Thian Chiu, Cepat-cepat menyembunyikan gadis tersebut,
dan menghadang lari kedua orang itu.
Dia kalah pandai, maka tidak berdaya membekuk
musuh. Kini dia mengajak Ong Jie Hauw untuk bertemu
Lie Bwee.
"Aaaaaaaa......."
Ong Jie Hauw mengenali kepada gadis yang telah
diperkosa olehnya. Lie Bwee masih pingsan dan masih
belum sadarkan diri.
"Bagaimana dia dapat menjadi seperti ini?" bertanyaOng
Jie Hauw dengan cemas.
"Telah kuusahakan untuk menolongnya, tapi tidak
berdaya." Berakata Tan Kiam Pek.
"Mari kita bawa kepada orang berkerudung itu, Kulihat
dia pandai mengobati." berkataOng Jie Hauw.
"Orang berkerudung?" Tan Kiam Pek belum pernah
melihat guru Cang CengCeng.
"Ng.. dia sedang menolong Tan Ciu." Berkata Ong Jie
Hauw.
"Tan Ciu? Tan Ciu sudah ditolong juga?"
"Ng...."
Mereka membawa Lie Bwe ketempat Tan Sang
menungu, disana ada Cang Ceng Ceng, Tan Ciu dan
manusia cacad diatas kursi roda.
Orang berkerudung itu masih menolong Tan Ciu.
Tan Sang menghampiri dan menyongsong datang.
"Eh, Bagaimana kalian menjadi satu?" Dia memandang
Ong Jie Hauw dan Tan Kiam Pek.
Secara singkat Tan Kiam Pek menceritakan jalannya
kejadian.
Itu waktu, Ong Jie Hauw masih menggendong tubuh Lie
Bwee.
"Diakah orang telah kau sebut itu?" Tan Sang menunjuk
kearah tubuh gadis yang digendong Ong Jie Hauw.
Pemuda yang ditanya menganggukan kepalanya.
Tan Sang membuka mulut, menggerak-gerakan bibir
tidak sepatah katapun yang terdengar jelas entah apa yang
hendak dikemukakan olehnya. Dia berkemak kemik.
Ong Jie Hauw kurang memperhatikan perubahan wajah
Tan Sang, Dia menyerahkan tubuh Lie Bwee dan berkata.
"Dia terluka! tolong kau periksa."
Disaat itu, Tan Kiam Pek sedang mengucapkan terima
kasih kepada orang berkerudung diatas kursi roda.
"Bukan aku yang menolong." Orang itu memberi
keterangan. "Orang yang menolong kemanakanmu adalah
gadis she Lie ini. Kebetulan aku datang maka membawa
ketempat ini."
Betapa tinggipun ilmu kepandaian Lie Bwee tidak
mungkin dapat menolong Tan Ciu dari Istana Ratu Bunga.
Bila tidak ada guru Cang Ceng Ceng, keadaan itu masih
belum diketahui.
Tan Kiam Pek memperhatikan orang berkerudung itu.
"Bolehkah aku beratnya." Dia berkata, "Bagaimanaah
nama dan julukan tuan yang mulia?"
Orang cacad yang duduk diatas kursi roda
menggoyangkan kepalanya.
"Namaku memalukan orang." Dia berkata dengan suara
perlahan.
Tan Kiam Pek tidak mendesak.
Keadaan Tan Ciu telah banyak lebih baik, dia
memandang kearah tempat itu, dengan bingung dia
bertanya:
"Eh.. dimanakah aku?"
"Kau berada diluar daerah lingkungan Istana Ratu
Bunga." berkata Cang Ceng Ceng.
Tan Ciu memandang gadis itu, Dia masih dapat
mengenalinya.
"Kau? Nona Ceng?" dia bertanya.
"Betul" Cang Ceng Ceng menganggukan kepala.
"Guruku telah berhasil menolongmu."
"Ooo.." terbayang kembali kejadian-kejadian yang baru
saja dialami diatas Istana Ratu Bunga. Terbayang dan
terpeta bayangan Jelita Merah, Ong Leng Leng yang
menggeletak ditiang Siksaan, gadis itu telah menggigit lidah
dan membunuh diri.
"Aaaa.." Ketenangan Tan Ciu terganggu, ia menjerit dan
berteriak.
"Hee.. Kau mengapa?" Cang Ceng Ceng memegang
kedua pundak si pemuda.
"Dia sudah mati." Berteriak Tan Ciu sedih.
"Dia? Dia siapa?" Cang Ceng Ceng tidak mengerti.
"Jelita Merah Ong Leng Leng. Ong Leng Leng mati
bunuh diri karena dia hendak menolong diriku... Aaa.....!"
Melepaskan pegangan Cang Ceng Ceng, Tan Ciu
mencelat bangun. dia melarikan diri. Arahnya adalah
gunung Pek Hoa san.
Cang Ceng Ceng melentikkan sepasang kakinya, cepat
sekali gadis ini menyusul gerakan Tan Ciu, menghadang
jalannya pemuda itu. dia membentak.
"Hei, kau mau kemana?"
"Minggir!!" Tan Ciu memukul bayangan yang
menghadang kepergiannya.
Cang Ceng Ceng mengegoskan diri, maka luputlah
serangan yang ditujukan kearah dirinya.
"Tan Ciu...!" Dia bergeram keras, "Kemana kau?"
"Aku harus menolong Ong Leng Leng." Berkata si
pemuda.
"Dia sudah mati bukan?" Cang Ceng Ceng memberi
peringatan.
"Aaaa..." Tan Ciu bergugam. "Betul.. betul... betul.. Dia
sudah mati... Dia bunuh diri..."
"Sebentar lagi, kita bersama-sama mencari jenazahnya."
Berkata Cang CengCeng memberi hiburan.
Itu waktu, Ong Jie Hauw mendekati kawannya.
"Tan Ciu." dia memanggil, "Aku telah mengalahkan
mereka! kedua-duanya lari."
Tan Ciu mematung ditempat.
"Tan Ciu." panggil lagi Cang Ceng Ceng, "Tenangkanlah
pikiranmu."
"Tan Ciu" Ong Jie Hauw juga memanggil "Aku berhasil
menemukannya."
Tan ciu berhasil dibujuk kembali.
Dikala mereka tiba dihadapan orang tua berkerudung,
Tan Kiam Pek dan Tan Sang, Mata Tan Ciu bertumbuk
dengan Lie Bwee. Sinar mata itu menjadi liar mendadak.
dengan beringat sipemuda menggeram.
"Bunuh!".
Dia maju mendekati gadis Lie Bwee.
Cang CengCeng berteriak lagi.
"Tan Ciu, Siapa yang kau hendak bunuh?"
"Nah! ini dia bilang keladinya." Tan Ciu menuding
kearah Lie Bwee. Dia mengayun tangan hendak memukul
gadis itu.
Ong Jie Hauw tersentak kaget, dia menghadang didepan
Tan Ciu.Menerima pukulan pemuda ini.
Disaat yang sama, Tan Sang dan Cang Ceng Ceng maju
berbareng. Dengan kekuatan tiga pasang tangan itu, Tan
Ciu berhasil di tekan.
Kebencian Tan Ciu kepada Lie Bwee tidak dapat
dilukiskan, tentu saja dia tidak tahu kalau orang yang
terakhir hendak menolong dirinya adalah gadis itu.
Cang CengCeng menarik si pemuda.
"Tan Ciu." dia membentak. "kau sudah gila."
"Aku hendak membunuh mati dia." Bergeram lagi Tan
Ciu. Dan menunjuk jari kearah Lie Bwee.
"Dengan alasan apa kau mau membunuh orang?"
bertanya lagi Cang Ceng Ceng yang belum mengerti akan
duduk perkara.
"Semua gara-gara disebabkan oleh munculnya orang ini."
Tan Ciu berontak diri. Dia hendak memukul Lie Bwee. Bila
bukan Lie Bwee yang menemukan jejak mereka, tentu Ong
Leng Leng tidak akan mati.
"Tan Ciu." Berkata Cang Ceng Ceng.
"Dialah yang menolong jiwamu. Tahu?!"
Tan Ciu berjingkrakan. "Dia yang menolong aku?" Dia
masih kurang percaya, "Sshh.. tidak mungkin..."
"Jika Lie Bwee yang menolong dirimu, tidak mungkin
kau dapat meninggalkan Istana Ratu Bunga." Cang Ceng
Ceng masih berusaha menyadarkan kerumitan otak si
pemuda.
"Tidak mungkin!!!" Tan Ciu masih belum dapat
menerima kesan tadi.
"Betul." Orang tua berkerudung cacad itu memperkuat
keterangan muridnya. "Lie Bwee telah menolong dirimu."
"Aaa.." Tan Ciu mulai ragu-ragu.
Untuk melenyapkan keretakan itu orang berkerudung
mengisahkan jalannya cerita.
"Dengan alasan apa dia menolong jwaku?" Tan Ciu
Bergugam.
"Sebentar lagi, setelah siuman, kau boleh langsung
mengajukan pertanyaan ini kepadanya." Berkata orang
berkerudung. "Hanya dia yang dapat memberi keterangan,
Mengapa dia mau menolong dirimu."
Sedari tadi, Tan Kiam Pek mengikuti pembicaraan itu,
Kini dia maju bertanya. "Bolehkah tuan menyebut
namamu?"
"Sudah kukatakan" berkata orang berkerudung.
"Namaku sudah busuk, tiada guna menyebutnya lagi."
"Logat suara tuan sangat berkesan sekali." Berkata Tan
Kiam Pek. "Tentu seorang yang aku kenal baik. Suara ini
tidak asing bagiku."
"Begitu?" Orang cacat itu menganggukan kepalanya.
"Tidak keberatankah menyebut nama tuan yang mulia?"
Tan Kiam Pek ingin mendapat kepastian.
"Sangat menyesal," Berkata guru Cang Ceng Ceng itu.
"Belum dapat kupenuhi permintaanmu itu."
Tan Kiam Pek meneliti secara menyeluruh wajah dibalik
tutup kerudung, tiada dapat dilihat, Bentuk tubuhnya yang
sudah cacat, Tidak dapat dijadikan pedoman penilaian.
Hanya suara itu yang sangat dikenal sekali.
Dia masih membandingkan suara-suara yang memiliki
hubungan dekat dengannya.
Orang berkerudung sudah selesai menyembuhkan Lie
Bwee, dia memandang Cang Ceng Ceng dan berkata.
"Ceng Ceng, aku hendak berangkat lebih dahulu,
Bagaimana dengan dirimu? Ingin turut serta?"
Cang Ceng Ceng berkata. "Aku akan menyusul
kemudian."
"Baik." Orang itu menggerakan kursinya.
Siuuttt.. Kursi beroda itu meluncur jauh meninggalkan
semua orang.
Tan Kiam Pek mendekati Cang Ceng Ceng.
"Nona Cang." Dia memanggil perlahan. "Dapatkah kau
menjawab beberapa pertanyaanku?"
"Boleh saja." Berkata Cang Ceng Ceng ramah.
"Bagaimanakah nama dan gelar julukan gurumu itu?"
Bertanya Tan Kiam Pek.
Cang CengCeng menggelengkan kepala.
"Aku tidak tahu." dia Berkata.
"Dia tidak memberi tahu kepadamu?" bertanya lagi Tan
Kiam Pek.
"Betul." Berkata Cang Ceng Ceng. "Belum pernah suhu
menyebut nama dirinya sendiri.
"Pintu perguruan kalian?"
"Juga tidak!"
"Pernah kau melihat wajah aslinya?"
"Ng..."
"Bagaimana bentuk raut wajah itu? Panjang? bulat? atau
ada ciri yang menarik lagi?"
"Wajahnya telah dirusak orang, aku tidak dapat
membedakannya."
"Aaaaa...."
"Suhu belum pernah bercerita tentang rusaknya wajah
itu, juga belum pernah bercerita tentang keadaan rumah
tangga, asal usul atau pintu perguruan."
"Kau tidak tahu siapa yang menjadi gurumu itu?"
bertanya Tan Kiam Pek mesem-mesem, kini dia dapat
menerka, siapa orang berkerudung yang duduk diatas kursi
roda tadi.
"Tapi, aku tahu." Berkata Tan Kiam Pek.
"Siapa?" Bertanya Cang Ceng Ceng.
"Siapa?" Tan Ciu turut bertanya.
Tan Kiam Pek memandang si pemuda.
"Nona Cang." dia berganti arah ketempat si gadis. "Pada
kuping kiri gurumu ada terdapat tahi lalat bukan?"
Cang Ceng-Ceng berpikir untuk beberapa saat, kemudian
berkata. "Kukira ada. tapi kurang jelas, Kuping itupun
rusak."
Tan Kiam Pek menganggukkan kepala. Berbalik
memandang sang kemenakan.
"Tan Ciu." Dia memanggil. "Tahukah orang ini?"
"Siapa?" bertanya Tan Ciu dengan napsu.
"Kau berhasil menemukan ayahmu." dia berkata.
"Ayah?" Tan Ciu bingung, tidak mengerti.
"Orang berkerudung tadilah ayahmu. Dia Tan Kiam
Lam yang asli." Berkata Tan Kiam Pek mantap.
"Aaaa....." Tan ciu berteriak.
"Guruku bernama Tan Kiam Lam?" Cang Ceng Ceng
tidak mengerti.
"Betul?" Berkata Tan Kiam Pek tegas. "Dia adalah
saudaraku yang lenyap itu.”
"Aaa..." Tan Ciu telah melepaskan kesempatan untuk
bicara dengan ayahnya.
"Itulah suara Tan Kiam Lam." Berkata Tan Kiam Pek.
"tidak salah lagi."
"Pasti?" Tan Ciu menatap tajam-tajam wajah sang
paman.
"Pasti." berkata Tan Kiam Pek tegas.
Suatu kejadian yang mungkin dapat terjadi. Lebih dari
satu kali orang berkerudung itu menolong dirinya. Tan Tan
Ciu girang luar biasa. Ternyata ayahnya masih hidup
didunia. Betulkah sang ayah itu masih ada? Dengan alasan
apa dia tidak mau mengakuinya? Keragu-raguan segera
ditemukannya.
"Siok-siok, mengapa dia tidak memanggilku?
Mungkinkah tidak membutuhkan kita lagi?"
"Kukira mempunyai alasan-alasan tertentu." Berkata Tan
Kiam Pek. "Mungkin belum waktunya untuk dia berterus
terang.
Manakala Tan Ciu dan Tan Kiam Pek
memperbincangkan persoalan Tan Kiam Lam, Tan Sang
sedang mengurut-urut Lie Bwee. Mereka didampingi oleh
Ong Jie Hauw.
Lie Bwee memandang kearah keliling dirinya.
"Bagaimana keadaanmu?" Ong Jie Hauw memberi
hiburan.
"Kau..? Aaaa....!" Lie Bwee menunjukkan rasa
girangnya.
"Betul.. aku Ong Jie Hauw." si pemuda itu tertawa
melowek!.
"Ong Jie Hauw.." Panggil Lie Bwee. "Dimanakah kita
berada? dineraka?"
Lie Bwe belum tahu, bahwa dirinya telah mendapat
pertolongan dari luar maka jiwanya nyaris dibunuh mati.
"Aha.. Kita masih hidup didalam dunia. " berkata Ong
Jie Hauw.
"Aku bukan mengimpi?" Lie Bwee mengucek-ucek mata.
Itu waktu Tan Ciu datang menghampiri mereka.
"Kau?!" Mata Lie Bwee terpentang lebih besar.
"Betul. aku Tan Ciu." Pemuda itu menganggukkan
kepala.
"Kau juga masih hidup." bertanya Lie Bwee lagi.
"Betul! kita semua masih hidup."
Kekuatan hidup Lie Bwee bangkit kembali. Dia putus
harapan karena Giok Hong ingin memberi hadiah hukuman
mati. Dan kematian itu sudah jauh dari dirinya. Tubuh si
gadis meletik bangun, menubruk Ong Jie Hauw dan
menangis didalam pelukan si pemuda.
Tan Ciu mengalihkan pandangannya kearah tempat lain.
Disini dia bentrok dengan tubuh Tan Sang. Wajah kakak
itu sangat muram, air mata sudah berada diambang pintu
kelopak mata.
Dia menaruh cinta kepada Ong Jie Hauw. Hal itu terjadi
sebelum Lie Bwee muncul dihadapan mata mereka. Kini itu
pun tinggal kenangan, sudah waktunya untuk diberi akhiran
tamat.
Lie Bwee memeluki tubuh Ong Jie Hauw.
"Akhirnya aku harus kembali kepadamu." dia berkata
dengan perlahan.
Ong Jie Hauw kurang pandai membawa peranan akan
asmara, memandang rambut kepala gadis itu, dia berkata.
"Bukankah kau tidak suka kepadaku?"
Lie Bwee tersentak bangun, pertanyaaan seperti itu tidak
patut dikeluarkan. Dia menghentikan suara tangisnya.
Memandang pemuda itu dan berkata.
"Aku memang benci kepadamu."
Ong Jie Hauw semakin bingung.
"Benci?" Mulutnya bergugam. "Kau benci kepadaku?"
"Ng....."
"Mengapa?"
"Kau tolol!!"
"Aku memang tolol. Tapi sebagai seorang istri yang baik,
Mana boleh kau pergi meninggalkan aku?"
"Karena itulah, aku baik kepadamu." bekata Lie Bwee.
"Mengapa?" Ong Jie Hauw masih belum mengerti.
"Mengapa kau mau balik kembali?"
"Kau tidak suka aku kembali kepadamu?" Lie Bwee
memberi kerlingan mata menarik.
"Aha... mana mungkin tidak suka? Aku senang sekali."
Berkata si Pendekar Dungu.
"Karena itulah aku kembali kepadamu." Berkata Lie
Bwee penuh arti.
"Karena aku senang, maka kau kembali lagi?" bertanya si
dungu yang tolol.
Lie Bwee mendekati telinga si pemuda, dengna perlahan
dia berkata, "Karena aku sudah mengandung."
"Apa?" Ong Jie Hauw berteriak keras, "kau sudah
mengandung? Apakah artinya mengandung ini?"
Selembar wajah si gadis menjadi merah.
Tan Ciu menoleh balik. Adakah itu kebetulan? Satu
kesalahan Ong Jie Hauw digunung Pek Soat hong yang
memperkosa Lie Bwee menelorkan bibit-bibit benih baru?
Ong Jie Hauw belum menerima jawaban dari arti katakata
mengandung itu, dia mengulang pertanyaan.
"Hei, apa artinya mengandung itu?"
"Mengandung berarti seorang wanita yang mendapat
bakalan anak, tidak lama lagi dia akan melahirkan seorang
bayi, dia akan mempunyai anak kecil." Tan Ciu memberi
keterangan singkat.
"Mempunyai anak?" Ong Jie Hauw berkerut kening.
"Anak siapa?"
"Tentu saja anakmu." Berkata Tan Ciu.
"Aku? " Ong Jie Hauw menunjuk hidung sendiri. "Aha...
aku akan mempunyai seorang anak?? Aa...."
"Aku harus mengucapkan selamat kepadamu." Berkata
Tan Ciu.
Ong Jie Hauw menari-nari dan berlompat-lompatan.
Rasa girangnya tidak kepalang.
Hanya seorang yang bersedih inilah gadis Tan Sang.
Tentu saja Tan Sang sangat sedih, dia tidak dapat
meneruskan hubungan baiknya dengan Ong Jie Hauw.
Adanya Lie Bwee berarti memisahkan perkembangan kasih
cinta. Gadis ini bermuram durja.
Lie Bwee menghaturkan terima kasih kepada semua
orang. Kemudian mendekati suaminya.
"Ong Jie Hauw" dia berkata perlahan. "Mari kita
kembali."
"Betul" Berkata si pemuda. "Kita harus pulang kerumah
kita."
Dipandangnya Tan Ciu dan berkata. "Saudara Tan,
Kami hendak minta diri."
Tan Ciu menganggukkan kepalanya.
Ong Jie Hauw meneriaki Tan Sang.
"Nona Tan, aku minta diri." dia berkata dari jauh.
"Selamat jalan!" Tan Sang menetes air matanya.
"Selamat jalan." mengajak Lie Bwee, Ong Jie Hauw
pulang ke gunung Pek Soat Hong.
Bayangan Ong Jie Hauw dan Lie Bwee lenyap dari
pandangan mata semua orang.
Tan Sang tidak dapat membendung deras air matanya
mengalir bagaikan anak sungai yang lepas dari induknya.
Tan Ciu dapat memberikan keadaan sang kakak yang
tidak seperti biasa!
"Ciecie," dia memanggil, "Kau mengapa?"
"Uh.." Cepat cepat Tan Sang menyusut air mata itu.
inilah air mata kekasih. "Tidak mengapa!" dia berkata
cepat.
"Mengapa kau menangis?" Bertanya lagi Tan Ciu.
"Tidak." Tan Sang masih mau menyangkal. Tapi air
matanya tidak dapat mengelabui orang, mengalir lagi.
"Jangan bohong." berkata sang adik. "Apa yang
menyebabkan kau sedih?"
"Aku tidak bersedih." Berkata Tan Sang cepat-cepat.
Tan Ciu berpikir sebentar, kemudian dia dapat menduga
akan adanya kesedihan yang merundung saudara tua itu.
"Ciecie.." dia memanggil. "Kau jatuh cinta kepada Ong
Jie Hauw?"
Tan Sang menundukkan kepala.
"Ahh, bagaimana hal ini dapat terjadi?" Tan ciu
bergugam seorang diri.
"Mengapa tidak bisa terjadi?" Tan Kiam Pek turut bicara.
"Hubungan kakakmu dengan Ong Jie Hauw begitu intim,
tentu saja bukan hubungan biasa."
"Mengapa kau diam saja?" bertanya Tan Ciu.
"Apa yang dapat kulakukan?" Tan sang meminta
petunjuk adiknya.
"Nyatakanlah cintamu itu." Berkata Tan Ciu.
"Mungkinkah Ong Jie Hauw tidak dapat memberi suatu
tempat kepadamu."
"Dan gadis yang bernama Lie Bwee tadi?"
"Mengapa harus memikirkan dirinya? Yang penting
adalah kesediaan Ong Jie Hauw."
"Aku tidak ingin melukai hati seseorang." Berkata Tan
Sang.
"Sudahlah." Berkata Tan Sang lagi. Dia tidak mau
meneruskan pembicaraan tentang dirinya.
"Mari kita pulang ke sumur Penggantungan.”
Sumur Penggantungan adalah markas gerakan Melati
Putih Giok Hu Yong, Tan Sang sudah lama menetap
didalam sumur ibu itu.
"Betul." Dia sangat setuju. "Kita harus segera kembali."
"Aku turut kalian." Berkata Cang Ceng Ceng.
"Kalian boleh pulang lebih dahulu." Berkata Tan Ciu.
"Aku mau menemukanOng Leng Leng sebentar."
"Bukankah sudah mati?" Cang Ceng Ceng bingung.
"Jenazahnya yang kumaksudkan." Berkata Tan Ciu
memberi keterangan. "Aku mau menemukan jenazah itu
dan mengebumikannya secara layak."
Biar bagaimana hubungan Tan Ciu dan Jelita Merah
bukan hubungan biasa.
"Aku menyertaimu." Berkata Cang CengCeng.
Tan ciu tidak keberatan.Memandang Tan Kiam Pek dan
Tan Sang. dia bertanya kepada mereka.
"Bagaimana dengan kalian?"
"Istana Ratu Bunga sudah ditinggalkan para
penghuninya." Tan Kiam Pek memberi keterangan.
"Tenaga kalian berdua pun sudah cukup. Aku hendak
berjalan lebih dulu."
"Aku juga mau pulang." Berkata Tan Sang.
Rombongan itu terpecah dua, Tan Ciu dan Cang Ceng
Ceng naik keatas gunung, mereka hendak mengubur
jenazah Ong Leng Leng. Sedangkan Tan Sang dan Tan
Kiam Pek pulang kearah Sumur Penggantungan.
0odwo0
Mengisahkan perjalanan Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng
yang menuju kearah IstanaRatu Bunga.
Singkatnya cerita, mereka telah berada di dalam
bangunan itu. Adanya penyerangan Ong Jie Hauw telah
mengucar-ngacirkan semua anak buah Giok Hong.
Sebagian besar anak buah Giok Hong adalah sisa anak
buah dari Souw Hun Nio dan Souw Hun Nio adalah salah
satu murid Liu Ang Ciauw, Setelah Liu Ang Ciauw gugur
berantakan, kedua muridnya yaitu Souw Hua Nio dan Put
Lee Put lee memisahkan diri. Kekuasaan mereka tidak
kalah dari gurunya, Tentu saja mempunyai banyak anak
buah yang berkepandaian tinggi.
Tentang cerita Suw Hun Nio dan Put lee put lee dapat
saudara saksikan di dalam cerita yang memaparkan
keganasan Liu Ang ciauw. Ternyata setelah dia mengalami
kegagalan didalam asmaranya dengan Lu-Cu Kok. Liu Ang
Ciauw menggerakan seusatu kelompok kekuatan diberi
nama Barisan Pendukung Liu AngCiauw.
Mula-mula kekuatan ini terdiri dari kekuatan Bu-jin-to
dan lembah Maha Bisa. Belakangan setelah mendapat
penyerangan Lu Cu Kok, dibawah sergapan-sergapan para
jago kesatuan. Aksi Kerajaan. Barisan Pendukung Liu Ang
Ciauw berceceran.
Mengalami suatu pengalaman dunia Kang-ouw yang
pahit, Liu Ang Ciauw mengumpulkan semua wanita-wanita
berkepandaian tinggi. Dan wanita-wanita ini lebih banyak
berada di pihak Put lee, dari pada ditangan Souw Hun Nio,
maka anak buah Ratu BungaGiok Hong agak lemah.
Balik mengisahkan cerita POHON
PENGGANTUNGAN.
Didalam Istana Ratu Bunga, Tan Ciu behasil
menemukan jenazah Jelita Merah Ong Leng Leng.
Si pemuda mengucurkan air mata. Bila bukan membela
dirinya, gadis ini belum tentu mati.
Terkenang akan kebaikan Jelita Merah, terkenang akan
kejadian didalam guha, dan semua itu tinggal bayangan
kosong belaka.
Tan Ciu semakin bersedih.
"Tan Ciu." Cang Ceng Ceng memanggil perlahan.
Tan Ciu menoleh. Tidak Bicara. Tanpa kata-kata pujian,
jenazah Jelita Merah Ong Leng Leng dikebumikan.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 23
MEREKA membuat makan dibawah sebuah pohon yang
rindang. Disini tidur seorang gadis yang bernasib buruk.
Kesucian gadis Ong Leng Leng telah dikorbankan untuk
Chio It Cong, dengan hasil pengalaman getirnya. Laki-laki
itu pergi meninggalkan dia.
Akhirnya Ong Leng Leng jatuh cinta kepada Tan Ciu,
seharusnya cinta ini mendapat balasan yang selayaknya,
Bila tidak ada peristiwa Istana Ratu Bunga.
Sebelum Ong Leng Leng menerima janji-janji muluk
yang Tan Ciu berikan, gadis itu sudah mengorbankan
jiwanya.
Tan Ciu bertiarap diatas makam kuburan JelitaMerah.
Beberapa waktu kemudian....
Cang CengCeng mendekati pemuda itu.
"Tan Ciu." dia membisiki telinga sipemuda. "Mari kita
pulang."
Tan Ciu menoleh kebelakang. "Pulang?" Dia
mencemooh bujukan itu.
"Lambat atau cepat, kita harus meninggalkannya."
berkata Cang Ceng Ceng.
"Berat bagiku untuk kutinggalkan begitu saja."
"Maksudmu?"
"Sudah selayaknyalah bila aku menemaninya untuk
beberapa waktu." Berkata Tan Ciu.
"Urusanmu bukan dia seorang." Cang Ceng Ceng
memberi peringatan. "Selesaikanlah yang lebih penting.
Keadaan ibumu didalam Sumur Penggantungan belum
tentu aman, mengingat Ratu Bunga Giok Hong dan Han
Thian Chiu tidak ada ditempat ini. Kita harus segera
kembali."
"Baiklah." Tan Ciu dapat diberi mengerti.
Mereka meninggalkan IstanaRatu Bunga.
"Tan Ciu...." Ditengah jalan, Cang Ceng Ceng
memanggil kawannya.
"Ng...."
"Aku tahu akan rasa kesedihanmu." Berkata lagi Cang
Ceng Ceng. "Aku pun turut bersedih. Kematian Ong Leng
Leng berarti kerugian dipihak kita."
"Kematiannya disebabkan untuk menolong kesulitan
diriku." berkata Tan Ciu.
"Tan Ciu." Berkata lagi CangCeng Ceng.
"Dimisalkan, pada suatu hari, akupun mati sepertinya,
maukan kau mengenang arwahku?"
"Kau?.." Tan Ciu menghentikan gerak langkahnya.
Cang Ceng Ceng menyedot napasnya dalam-dalam.
"Setiap orang akan mati." Dia berkeluh kesah. "Dan akupun
tidak terkecuali. Suatu hari aku pun akan mati. Kulihat kau
cinta kepada orang-orang yang sudah mati. Entah
bagaimana cintamu kepadaku."
"Tidak mungkin." Berkata Tan Ciu. "Kau tidak mungkin
mati."
"Aku tidak mati." Berkata Cang Ceng Ceng. "Bila mana
mendapat hiburan cintamu."
"Cang CengCeng" Tan Ciu menubruk gadis itu.
Cang Ceng Ceng membalas dengan rangkulannya yang
panas. Mereka berpelukan. Itulah himpitan dari kedua
tubuh yang gersang.
Tan Ciu tidak akan membiarkan kesempatannya diapun
masih muda, masih membutuhkan cinta. Adanya tawaran
dan kekosongan Cang Ceng Ceng tentu saja diterima
olehnya.
Tiba tiba.......
Terdengar satu suara yang mengejutkan kedua insan
tadi.
"He...he..... lagi indehoy..?"
Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng dikejutkan.. Cepat-cepat
mereka memisahkan diri. Dikala mabuk kepayang panca
indra merekapun banyak berkurang, sehingga dapat
didatangi orang tanpa sepengetahuan mereka.
Disana sudah berdiri seorang kakek kurus mengenakan
pakaian warna merah, cara-cara dandanan agak
menyimpang dari kebiasaan, tentunya orang pendatang
asing, tamu dari luar daerah.
Orang tua itu berkata lagi. "Hebat... hebat... suatu
adegan yang tidak mudah dilupakan."
Memperhatikan kakek kurus kering itu, Tan Ciu
menegur.
"Siapa kau?"
"Bocah kurang ajar." Kakek kurus kering itu membentak.
"bagaimana kau tidak menggunakan panggilan 'cianpwee'
kepadaku?"
"Huh.." Tanpa menghiraukan lagi, Tan Ciu mengajak
Cang Ceng Ceng. "Mari kita pulang." Dia berkata kepada
sigadis.
Tentu sajaCang CengCeng sangat setuju.
Mereka bergerak, maksudnya hendak pulang ke Sumur
Penggantungan.
Kakek kurus kering itu menggoyangkan tubuh, terlihat
cahaya merah bergerak, tahu-tahu dia sudah berdiri
dihadapan Tan Ciu dan Cang CengCeng.
"Jangan pergi." dia menggeram.
"Ada apa?" Tan Ciu mendelikkan matanya.
"Kau baru turun gunung, tentunya dari Istana Ratu
Bunga."
"Hee.. Bagaimana??" Suara Tan Ciu tidak mengandung
rasa persahabatan.
"Jawablah pertanyaanku." Berkata Kakek kurus kering
itu. "Kau dari IstanaRatu Bunga?"
"Betul. mau apa?"
"Bagaimana dia memperlakukan dirimu?" bertanya lagi
si kakek kurus kering.
"Siapa?"
"Ratu Bunga Giok Hong."
"Dia sudah lari." Berkata Tan Ciu.
"Kenapa?" bertanya kakek kurus kering itu.
"Mana kutahu?"
"Dikatakan dia hendak bertemu denganku. Mengapa
melarikan diri? Pergi begitu saja?"
"Kau boleh langsung mengajukan teguran ini
kepadanya." berkata Tan Ciu.
"Betul." Cang CengCeng turut serta.
"Kami harus segera pulang. Tidak ada waktu."
"He..he..he.." Kakek kurus kering itu menyeringai. "Kau
manis sekali. Juga panas dan Hot. Aku bersedia menemani
kau tidur beberapa malam."
"Cih.." Cang Ceng Ceng meludah. Tangannya terayun,
memukul kakek kurang ajar itu.
"Hee.. he... " Orang tua itu tertawa terkekeh-kekeh, gesit
sekali, ujung kakinya bergeser maka dengan tangan-tangan
yang seperti ceker ayam, dia hendak menyengkeram lengan
putih si gadis.
Cang Ceng Ceng menurunkan tangan, kemudian
menelikung kesamping, dari situ, dia meneruskan
serangannya.
Mereka bergerak cepat.
Ceker kurus dari si kakek berbaju merah sangat tajam,
lambat tapi pasti, dia menekan kekuatan Cang Ceng Ceng.
Si gadis terdesak mundur, dia masih berusaha untuk
mengelakkan dirinya.
Tan Ciu melompat maju, suatu ketika dia mewakili Cang
CengCeng menerima pukulan orang tua itu.
Bleguurr......
Masing-masing termundur tiga langkah, pertempuran
terhenti beberapa waktu.
"Hee..." Orang tua berbaju merah itu menunjukkan
wajahnya yang tertarik! "Kau juga berkepandaian tinggi?"
"Jangan mengganggu perjalanan orang." Tan Ciu
membentak. "Kami harus pergi."
"Tunggu dulu," Berkata orang tua itu. "Tanganku jadi
gatal. Tidak mudah untuk mencari tandingan lawan yang
seperti dirimu.Mari.. mari... kita bertempur."
Tidak menunggu persetujuan Tan Ciu, kakek kurus
kering itu sudah mulai membuka serangan yang mana yang
diterima Tan Ciu. Kini mereka bergumul hebat.
Cang CengCeng menonton jalan pertandingan itu.
Suatu ketika, kakek baju merah agak lengah, pukulan
Tan Ciu menyodok masuk, tapi mengenai dadanya.
Heekkk... Kakek kurus itu mendelikkan matanya,
semakin marah.
"Bocah kurang ajar. berani kau memukul kakek tuamu?"
Pukulan tadi menyebabkan keliarannya yang memuncak.
Tan Ciu sudah mengirim pukulan yang menentukan.
Dengan pukulan ini dia hendak menutup pertandingan.
Diluar dugaan, kakek kurus kering itu masih gesit,
mudah sekali menyingkirkan diri dari serangan si pemuda.
Betul dia telah menderita luka, mengandalkan latihan
tenaga dalamnya yang luar biasa, dia masih dapat
mengegos, berkelit dan menyingkirkan setiap serangan
lawannya.
Tan Ciu menyaksikan keunggulan lawan, didalam
keadaan terluka, kakek kurus kering itu dapat
mempertahankan diri dengan baik. Bila saja dia tidak
lengah, bila saja kakek itu melayaninya dengan hati-hati,
tentu dia yang akan dilukai balik.
Bergebrak lagi belasan jurus, Cang Ceng Ceng masuk
kedalam gelanggang. Ilmu kepandaian si gadis tidak berada
dibawah Tan Ciu. Betul-betul kakek kurus kering itu
bertobat.
Mengingat luka yang sudah diderita olehnya, mengingat
tidak mungkin dapat memenangkan sepasang muda mudi
itu, dia meloloskan diri dari kepungan mereka, siuttt...
tubuhnya melayang pergi. Dia melarikan diri.
"Lain kali, aku akan menuntut balas." Dia memberi
ancaman.
Dan tubuh kakek yang kurus kering itu lenyap dari
pandangan.
Tan Ciu tidak mengejar, Diantara mereka memang tidak
mempunyai permusuhan begitu mendalam.
"Siapakah tokoh silat tadi?" Cang Ceng Ceng
mengajukan pertanyaan.
"salah satu dari komplotan si Ratu Bunga." Tan Ciu
memberi keterangan.
"Dia hebat." berkata Cang Ceng Ceng.
"Ng.." Tan ciu membenarkan pendapat kawannya. "Ilmu
kepandaian si kakek kurus kering masih berada diatas si
Ratu Bunga danHan Thian Chiu."
Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng menuju ke arah Sumur
Penggantungan.
Ditengah jalan, tiba-tiba teringat sesuatu, Tan Ciu
berkata. "Cang Ceng Ceng, kau sudah bertemu dengan si
bungkuk Kui Tho cu?"
Cang CengCeng menggelengkan kepala.
"Belum." dia memandang si pemuda.
"Masih hendak menemuinya?"
"Ngg.. suhu hendak meminta keterangan orang ini."
Tan Ciu sudah menduga, bahwa guru Cang Ceng Ceng
itu adalah ayahnya, dengan maksud tujuan apa sang ayah
mau meminta keterangan Kui Tho cu?
"Gurumu?"
"Betul!!" Berkata Cang Ceng Ceng. "Aku harus memberi
tahu kejadian ini kepadanya."
"Si bungkuk Kui Tho Cu berada didalam Benteng
Penggantungan." Tan Ciu memberi keterangan.
"Ouw!!Aku harus berpisah dengnamu. aku harus
mengajak suhu ketempat itu." Berkata CangCeng Ceng.
"Aku akan menemanimu." berkata Tan Ciu.
"Jangan!!" Cang Ceng Ceng menolak. "Suhu berpesan
agar tidak mengajak orang ketiga ketempat
persembunyiannya."
Tan Ciu dapat maklum, tentunya guru Cang Ceng Ceng
masih hendak merahasiakan sesuatu, maka melarang sang
murid membawa orang ketiga. Termasuk juga dia.
"Baiklah!" Akhirnya Tan Ciu menyerah, dia tidak
memaksa.
Perpisahan akan memakan waktu yang cukup lama,
berat juga bagi mereka yang sedang berkasih-kasihan.
Cang Ceng Ceng pulang untuk menjumpai gurunya,
memberi tahu tentang adanya si bungkuk Kui Tho Cu
dibenteng Penggantungan.
Tan Ciu pulang ke dalam Sumur Penggantungan.
Tiba didalam sumur rahasia itu, kedatangan Tan Ciu
disambut oleh Tan Sang dan permaisuri dari Kutub Utara,
Pek Pek Hap.
"Bagaimana keadaan ibu?" Tan Ciu bertanya kepada
kakaknya.
"Sedang melatih diri dengan sucie-sucie dan sumoysumoy
kita." Tan sang memberi tahu.
"Tong Kay Cianpwee?"
"Pengemis Tukang Ramal Amatir itupun sedang melatih
diri." dia berkata.
Pek Pek Hap mendekati si pemuda, dia berkata, "Tan
Ciu, aku ingin bicara denganmu."
Tan Ciu membelalakan matanya. "Katakanlah." Dia
belum tahu apakah yang hendak dibicarakan oleh jago
wanita itu.
"Putriku datang." Berkata Pek pek hap, "Dia menjadi
kurus. Tidak mau makan, Penyakitnya semakin berat."
"Dia sakit?" Bertanya Tan Ciu. "Penyakit apa yang
menyerang Pek Co Yong?"
"Penyakit Rindu." Berkata Pek Pek Hap. "Rindunya
kepadamu tidak dapat dibuang begitu saja. Maukan kau
menjenguknya dahulu?"
Tan Ciu menganggukkan kepala, Mereka menuju kearah
ruang yang disediakan untuk Pek Pek Hap dan putrinya.
Disana Pek Co Yong terbaring lemah, wajahnya pucat,
kurus kering, tinggal kulit yang membungkus tulang. Sangat
menakutkan sekali.
Tan Ciu hampir tidak percaya, inikah Pek Co Yong yang
cantik jelita? Sungguh perubahan yang terlalu besar.
"Pek Co Yong." Tan ciu memanggil perlahan.
Itu waktu, Pek Co Yong sedang memeramkan kedua
matanya, mendapat panggilan, dia membuka perlahan
matanya, diperlebar dan diperbesar, dia mengenali wajah
orang yang selalu dirindukan olehnya.Wajah pemuda yang
selalu terbayang-bayang dibulu mata.
"Kau?!" Hampir Pek Co Yong tidak percaya.
"Aku Tan Ciu!!" Si pemuda menghampiri lebih dekat
lagi.
"Tan Ciu..." Pek Co Yong lompat bangun dari tempat
tidurnya, dia menubruk dan memeluk pemuda itu,
Menangis dengan sedih, rasa rindunya selama itu telah
mendapat wajah yang selayaknya.
Tan Ciu ada menaruh cinta kepada gadis itu, apa mau
takdir mempermainkan nasib manusia. Pek Co Yong
adalah putri dari perkawinan Pek Pek Hap dan Han Thain
Chiu yang tidak sah Bagaimana dia bisa mengawini seorang
anak musuh?
Membiarkan dirinya dipeluki oleh Pek Co Yong, Tan
Ciu bungkam didalam seribu bahasa.
"Tan Ciu..." Pek Co Yong merintih perlahan. "Sudah
lama kunanti-nantikan hari yang seperti ini. Akhirnya kau
mau menjumpai diriku. Oh..."
"Co Yong." Berkata Tan Ciu membawa hiburan.
"Jangan kau banyak pikiran. Jagalah dirimu baik-baik."
"Tan Ciu..." memanggil Pek Co Yong, "Kau telah
berjanji untuk menemani aku seumur hidup. Mengapa kau
mengingkari janji?"
"Co Yong...."
"Karena aku Pek Co Yong terlahir sebagai putri
musuhmu?"
"Aku tidak memusuhimu." Berkata Tan Ciu.
"Tapi kau akan memusuhi ayahku." Berkata Pek Co
Yong.
"Han Thian Chiu bersekongkol dengan Giok Hong
mencelakakan ayahku." berkata Tan Ciu. "Ibuku pun
dikejar-kejar oleh mereka."
"Aku tidak memaksa kau mengawini aku," Berkata Pek
Co Yong. "Dan aku tahu kehilangan dirimu berarti
kehilangan semua kekuatan hidupku... Oh... Dunia
memang berlaku tidak adil.."
Pek Co Yong melepaskan rangkulannya, dia
menjatuhkan diri diatas pembaringan.
Pek Pek Hap menubruk sang putri, sekali lagi dia
menerima pahit getirnya hidup sebagai manusia setelah
ditinggal pergi oleh Han Thian Chiu, setelah dia melahirkan
seorang putri tanpa ayah. Putri itu mengalami godaan cinta
kepada pemuda yang mau membunuh ayahnya.
Atas terjadinya lakon sedih itu, sebagai seorang ibu, sedikit
banyak dia wajib turut bertanggung jawab.
Menoleh ke arah Tan Ciu, Permaisuri dari Kutub Utara
Pek Pek Hap mengajukan permohonan.
"Tan Ciu, Harapanku kepadamu tidak terlalu keras,
sebagai ibunya akupun turut bersedih. Bila dapat,
usahakanlah agar kau memeliharanya.."
Tan Ciu menundukkan kepalanya.
Tan Kiam Pek maju. Dia hendak mengambil jalan
tengah, katanya. "Tan Ciu, ada sesuatu yang harus
kuberitahu kepadamu. Tidak ada yang melarang terjadinya
cinta kasih kalian."
"Akan kuusahakan." Tan Ciu menundukkan kepalanya.
Dia memandang tanah.
Tan Sang dapat mengikuti percakapan mereka, dia
terkenang kepada nasibnya. Perbedaan apakah yang ada
diantara mereka? Dia pun menyintai Ong Jie Hauw, Tapi
pemuda itu sudah pergi dengan kekasihnya yang pertama.
Seluruh ruangan dirundung oleh kabut mendung.
Kelesuan yang tidak terhingga..
Seorang berjalan masuk, dia adalah Tong Kay, pengemis
tua yang jenaka, Pengemis yang pandai meramalkan nasib
orang. Demikian dia menyebut dirinya sendiri.
"Eh..Eehh... " Dia memandang wajah semua orang yang
murung itu. "apakah yang telah terjadi?" Dia bertanya
kepada wajah-wajah orang yang berada ditempat itu.
Tidak satupun yang menjawab pertanyaan itu.
"Apa yang telah terjadi? Tidak satupun yang terjadi,
hanya cinta dan kasih yang salah memberikan tempatnya."
Si Pengemis Tukang Ramal amatir Tong Kay pandai
melihat situasi, hanya memberikan kerling mata, dia paham
akan keadaan itu, dia tertawa terbahak-bahak.
"Ha..Ha..Ha... Bocah Tan Ciu ini memang bibit penyakit
bagi kaum gadis."
Tan Ciu menundukkan kepalanya semakin rendah, dia
menerima salah.
"Tan Ciu!!" Panggil lagi si pengemis tua. "Kau tidak
tahu, betapa rindunya orang kepadamu. Enak-enak saja kau
mencari gadis lain. huuh..."
"Cianpwee.." Tan ciu memanggil orang tua itu.
"Aku tahu.." Berkata Tong Kay, "Inilah pengalaman.
Lain kali, bila masih berani kau menggoda anak gadis
orang, aku Tong Kay segera turun tangan.. mengerti??"
"Aku mengerti."
"Bagus. Ingat baik-baik akan janjimu."
"Kudengar cianpwee sedang melatih diri?" bertanya Tan
Ciu mengeyampingkan pokok persoalan.
"Betul. Kedatanganmu tepat pada waktunya." Berkata
Tong Kay. "Bila kau tidak balik ke Sumur Penggantungan,
Aku pun hendak menyusulmu."
"Ada urusan penting?"
"Tentu saja penting. Bagaimana ilmu kepandaianmu bila
dibandingkan dengan kepandaian Sri Ratu Bunga Giok
Hong? Dapatkah kau memadainya?"
"Terus terang boanpwee katakan, bahwa boanpwee
masih bukan tandingannya."
"Nah. aku sedang mencari jalan keluar untuk mengatasi
kekurangan ini."
"Cianpwee sudah berhasil?"
"Kau telah menyerahkan kitab Thian Mo Po Lok bukan?
Didalam catatan ilmu silat itu, aku menemukan penemuan
baru, Dengan penemuan-penemuan baru ini, aku
mengharapkan kau dapat mengatasi segala kesulitan."
"Sungguh??"
"Aku telah meramalkan adanya kejadian ini." Berkata
Tong kay. "Mari kau ikut kepadaku. Mencari suatu tempat
yang sepi, Tempat ynag sangat sepi, tempat yang tidak ada
gangguan untuk meyakinkan catatan-catatan hebat yang
ada pada kitab Thian Mo po Lok. Sebelum berhasil, jangan
harap kau keluar untuk meninggalkan diriku."
Tan Ciu setuju.
Tong Kay memandang Pek Pek Hap dan Pek Co Yong.
"Kalian tidak marah kepadaku bukan?" dia berkata
kepada ibu dan anak itu. "Hendak ku kurung bocah itu
untuk beberapa waktu."
Mereka menyeringai.
"Nona Tan!",Tong Kay menoleh ke arah Tan Sang.
"Aku hendak menggunakan salah satu guha rahasia
ibumu."
Tan Sang tidak keberatan.
Melati Putih Giok Hu Yong beserta tujuh muridnya
menggunakan satu ruang rahasia melatih diri.
Dan Tong Kay juga mengajak Tan Ciu menggunakan
ruang rahasia lain, mereka menekunkan ilmu kepandaian
yang tercatat pada kitab Thian mo Po Lok.
Dan kelompok kekuatan ini tidak boleh diganggu.
Hampir saja mengakibatkan kehancuran Sumur
Penggantungan.
Si Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay dan Tan
ciu, Melati Putih Giok hu Yong beserta tujuh murid-murid
perempuannya meyakinkan ilmu-ilmu baru untuk
menghadapi musuh-musuh tangguh. Masing-masing
memilih ruangan rahasia yang tertutup rapat, menyekap
diri, maka dengan tekun mereka dapat meyakinkan
pelajaran pelajaran itu. Keadaan mereka terasing dari dunia
luar.
Menyisihkan diri dari jago-jago ini hampir
mengakibatkan hancurnya Sumur Penggantungan.
Bercerita Tan Kiam Pek, Tan Sang, Permaisuri dari
Kutub Utara Pek Pek Hap sekalian. mereka sedang
bercakap-cakap.
Tiba-tiba......
Gadis penjaga sumur lari masuk dengan suara yang tidak
lancar menceritakan kedatangan musuh.
"Berapa orangkah yang datang?" Bertanya Tan Sang.
"Enam orang. Lima perempuan dan satu laki-laki."
Berkata penjaga sumur itu.
Tan Sang menduga kepada Sri Ratu Bunga beserta
bantuannya.Memandang Tan Kiam Pek dan meminta adfis
sang paman.
Tan Kiam Pek sedang menimbang-nimbang kekuatan
Sumur Penggantungan hanya Pek Pek Hap seorang yang
dapat diandalkan, kecuali itu mereka tidak mempunyai lain
jago kelas satu.
"Berapa orangkah yang dapat kita gunakan?" dia
bertanya kepada Tan Sang.
Tan Sang berkata. "Kecuali tujuh orang yang menyertai
ibu, kita masih mempunyai lima orang tenaga yang selalu
siap diperbantukan dimana saja."
"Bilakah ibumu dapat menamatkan pelajaran?" Bertanya
Tan Kiam pek.
"Seharusnya hari ini." Jawab Tan Sang.
"Bagus.Mari kita bertahan sedapat mungkin." Mengajak
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap, Pek Co Yong.
Tan sang dan lima gadis lainnya. Tan Kiam Pek beserta
iring-iringan ini keluar dari Sumur Penggantungan.
Diluar sumur sudah menantikan enam orang, mereka
adalah Ratu Bunga Giok Hong, Telapak Dingin Han Thian
Chiu, Jago undangan Tok Sim Kiam, Giok Lo Sat dan dua
gadis baju merah.
Mewakili rombongannya, Tan Kiam Pek maju kedepan.
"Kedatangan kalian tidak kebetulan, sehingga kami
kurang membuat persiapan." Dia berkata dengan keras.
"Bukan penyambutan meriah yang kukehendaki."
Berkata Ratu Bunga Giok Hong. "Lekas bubarkan
bangunan dalam Sumur ini."
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap berhadapan
dengan orang yang memperkosa dirinya.
"Han Thian Chiu." Dia membentak. "Akhirnya kita
bersua lagi."
"sudah dua kali." Berkata Han Thian Chiu. "Diluar
Benteng Penggantungan kau tidak mengenal aku."
"Itu waktu kau menggunakan wajah orang lain. Maka
aku sudah melewatkan kesempatan baik. Mengapa kau
tidak berganti rupa lagi?" Pek Pek Hap menegur.
"Sudah tidak perlu." Jawaban Han Thian Chiu sangat
singkat.
"Tentunya kau tahu , betapa susah aku mencari-cari
jejakmu."
"Ha..Ha..Ha..." Han Thian Chiu tertawa panjang. "Kau
kau. Tidak sudi aku menggunakan kepunyaanmu. Manusia
mayat diatas ranjang. Aku sudah bosan dengan wanitawanita
semacam kau.."
Pek Pek Hap menggertak gigi.
Disebelah Han Thian Chiu, Sri Ratu Bunga Giok Hong
meneriaki kekasihnya. "Han Thian Chiu, apa guna kau
berkasih-kasihan lagi dengannya?"
Itu waktu, Pek Co Yong menyelak keluar dari
rombongan. Dia berteriak, "Ayah..!"
Ratu Bunga Giok Hong mengkerutkan alis. Dia tidak
tahu bahwa gadis yang sudah seperti mayat hidup ini
adalah putri dari kekasihnya yang nomor satu.
Han Thian Chiu dapat menyaksikan raut wajah Pek Pek
Hap dimasa muda, dia segera sadar, bahwa bibit yang
ditanam pada tubuh Permaisuri dari Kutub Utara itu sudah
membawa hasil, terbuah dengan subur. Dan buah itu
adalah gadis remaja yang kini berada dihadapannya.
"Siapa yang kau panggil?" Han Thian Chiu hendak
menolak kenyataan.
"Ayah..." Pek Co Yong menubruk kearah orang tua
lelakinya.
Han Thian Chiu mengibaskan lengan, dia hendak
menyingkirkan datangnya sang anak gadis.
Pek Pek Hap selalu siap sedia, adanya adegan tadi tidak
begitu menguntungkan. Cepat menarik sang putri, maka
Pek Co Yong terhindar dari pukulan ayah kandung sendiri.
"Aku tidak mempunyai putri yang seperti kau." Han
Thian Chiu bergeram.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap berkata
dengan suara gemetar. "Dia tidak mempunyai seorang ayah
kejam yang sepertimu."
"Bagus!!" Han Thian Chiu menganggukan kepala.
"Han Thian Chiu." Terdengar suara geraman Sri Ratu
Bunga yang panas. "Kedatangan kita ini bukan untuk
mengurus asmara lama kalian bukan??"
Han Thian Chiu mengundurkan diri, dia mendampingi
sang kekasih yang berkuasa.
Ratu Bunga Giok Hong memandang rombongan dari
Sumur Penggantungan.
"Hayo.. Dimana Si Melati Putih Giok Hu Yong
menyembunyikan diri? " Dia mengajukan pertanyaan.
"Ada apa??" Tan Kiam pek adalah wakil dari keluarga
Tan.
"Mau menjadi penanggung jawab mereka?" Giok Hong
menatap orang tua itu tajam-tajam.
"Begitulah.."
"Hmm...Dia takut kepadaku?" Giok Hong mencemooh..
"Ibuku tidak takut kepadamu." Tiba-tiba Tan Sang
menampilkan dirinya.
"Aku harus menjumpainya." Berkata Giok Hong.
"Dimanakah dia berada?"
"Kau tidak perlu tahu." Tan sang menjadi sengit.
"Ada beberapa patah kata yang hendak kusampaikan."
Berkata Giok Hong. "Maukah kau memberi tahu tentang
kedatanganku?"
"Katakan saja kepadaku..." berkata Tan Sang ketus.
"Kau masih kecil.." Berkata Giok Hong. "Yang hendak
kurundingkan adalah menyangkut soal ayahmu."
"Dimana kini ayahku itu?" Bertanya Tan Sang.
"Akan kuberitahu kepada ibumu."
"Beritahu kepadaku."
"He..he..."
Wanita berbaju merah yang siap membantu penyerangan
itu mendekati Sri Ratu Bunga, dia memberi usul.
"Bunuh saja semua orang yang ada ditempat ini. Tidak
mungkin mereka bersembunyi lagi." Wanita ini bernama
Tok Sim Kiam, juga salah seorang anggota Ratu Bunga, dia
pernah mendapat beberapa pelajaran dari Liu Ang Tiauw.
Ilmu kepandaiannya hanya kalah setingkat dari Put lee Put
lee.
Sri Ratu Bunga Giok Hong dapat menerima saran Tok
Sim Kiam.
"Betul!!..." Dia berkata. "Setelah kita basmi orang-orang
yang ada ditempat ini, tidak mungkinlah si Melati Putih
Giok Hu Yong tidak keluar dari tempat
persembunyiannya."
Menurunkan tangan isyarat, Giok Hong memberi
perintah untuk menyerang.
Han Thian Chiu dan Tok Sim Kiam maju dikiri dan
dikanan. Giok Lo Sat dan dua gadis berbaju merah
menyertai dari belakang.
Tan Kiam Pek, Pek Pek Hap, Pek Co Yong dan Tan
Sang berbaris sejajar. Dibelakang mereka turut serta lima
gadis berpakaian campuran. Gadis-gadis ini diperoleh dari
drama Pohon Penggantungan, mengingat bakat-bakat
mereka yang kurang memuaskan Melati Putih Giok Hu
Yong tidak mengikut sertakan pelajaran gabungan.
"He..He..." Ratu Bunga Giok Hong menyeringai,
"Hanya ada beberapa orang ini?" Dia mengejek. "Kemana
kekuatan inti kalian? Bocah dogol Ong Jie Hauw? kemana
pula si pemuda bergajul Tan Ciu? Masih belum pulang?
Tentunya kecantol dengan gadis-gadis baru!he..he..."
"Bukan urusanmu." Tan Sang membentak.
"Bagus!!" Giok Hong menganggukkan kepala." Kalian
boleh merasakan kerasnya pukulanku."
Tangan wanita ini melayang, mengancam empat
lawannya.
Tan Kiam pek wajib mengadakan pembelaan, diukur
dari kekuatan dan kepandaian silat. Tan Kiam Pek bukan
tandingan Giok Hong, dan lebih daripada itu, semua orang
yang ada disamping sisinya pun akan turut berkorban, tidak
satupun dari mereka yang dapat menerima sang Ratu
Bunga, dia wajib mengadu jiwa. Karena itulah dia
menerima pukulan musuh.
Heekkkk...
Tubuh Tan Kiam Pek terpental kebelakang, tapi secepat
itu pula dia berjumpalitan, menyodok pinggang lawan.
Giok Hong mengegos diri, berputar kearah kiri,
kemudian meluruskan badannya, hampir selanjar dengan
tanah, menyerang sepasang kaki Tan Kiam Pek.
Terjadi serangan menyerang, Tan Kiam Pek selalu
membawakan posisi pecah, tidak mau menempelkan
kekuatan dengan jago itu.
Disaat yang sama tadi Han Thian Chiu juga menyergap
datang, dia dipapaki oleh Pek Pek Hap. Kedua orang tua
Pek Co Yong bertemu didalam keadaan yang bertentangan.
Pertemuan ini menyedihkan putri mereka.
Tan Sang menahan kemajuan Tok Sim Kiam, tentu saja
putri Tan kiam Lam terdesak.
Pek Co Yong digencar serangan oleh Giok Lo Sat,
mengingat keadaan Pek Co Yong yang sayu dan lesu,
pertempuran inipun tidak menguntungkan pihak Sumur
Penggantungan.
Dua gadis berbaju merah menempur lima anak buah
Melati Putih.
Pertempuran itu agak melemahkan pihak Sumur
Penggantungan. Bila dibiarkan berlarut-larut, pasti Tan
Sang sekalian berceceran.
Tiba-tiba....
Dari dalam sumur mencelat satu bayangan...siut....
Menerjang semua orang.
"Segera hentikan pertempuran.." Bayangan ini memberi
komando keras, Dia adalah Melati Putih Giok Hu Yong.
Gerakan Giok Hu Yong disusul oleh tujuh bayangan
lainnya, mereka terdiri dari gadis-gadis jelita, dengan aneka
macam warna pakian yang kontras, mereka menyertai
pemimpinnya.
Pertempuran terhenti.
Tan Sang berteriak girang.
"Ibu...."
Giok Hu Yong menganggukkan kepala. Dia harus
menghadapai banyak musuh kuat,Matanya terarah ke Giok
Hong.
Sri Ratu Bunga Giok Hong meninggalkan Tan Kiam
Pek, dengan langkah yang lenggang, dia mendekati Giok
Hu Yong.
"Melati Putih." Dia berkata, "Akhirnya kau pun harus
menampilkan dirimu."
Han Thian Chiu mendampingi Giok Hong. Laki-laki
itupun ada menaruh hati kepada Giok Hu Yong,
menggunakan kesempatan itu, ia turut bicara.
"Giok Hu Yong, dua puluh tahun kita tidak bersua,
wajahmu masih cantik seperti dulu."
Melati Putih Giok Hu Yong memberi satu angggukan
kepala.
"Kalian datang bersama-sama. Tentunya ada urusan
penting." dia berkata. "Katakanlah urusan apa yang hendak
kalian selesaikan."
"Giok Hu Yong." Giok Hong memanggil, "Kau bukan
wanita bodoh, seharusnya mengerti, apa yang menjadi
maksud tujuanku datang ketempat ini."
Diantara Melati Putih Giok Hu Yong, Sri Ratu Bunga
Giok Hong, Telapak Dingin Han Thian Chiu dan Tan
Kiam Lam pernah terjadi hubungan sangat rumit, bila Giok
Hong menyintai Suami Giok Hu Yong, sebaliknya Han
Thian Chiu ada mengharapkan cinta kasih istri Tan Kiam
Lam.
Laki-laki ini lebih mudah terganggu, maka Tan Kiam
Lam tak tahan godaan-godaan Giok Hong harus
mengalami drama yang menggenaskan, setelah disiksa dia
dibuang kedasar lembah.
Permusuhan itu masih belum selesai, adanya Giok Hu
Yong akan mengganggu ketenangan hati Han Thian Chiu,
maka Giok Hong harus melenyapkan saingan itu.
Giok Hu Yong tersenyum-senyum saja.
Giok Hong berkata lagi. "Melati Putih, kutantang dirimu
dipuncak Pek Soat Hong, mengapa kau tidak berani
menerima tantangan itu?"
"Betul!!" Berkata Giok Hu Yong. "Aku tidak pergi
kegunung Pek soat Hong. tapi berpikirlah lagi, adakah kau
kepuncak gunung itu?"
Giok Hong tidak dapat meneruskan perdebatannya. Dia
pun tidak menepati janji, dia mengutus Lie Bwee sebagai
wakil dirinya, dan itu waktu Tan Ciu mewakili ibunya, janji
duel diatas puncak Pek Soat Hong sama-sama tidak
ditepati.
"Melati Putih.." Giok Hong berkata. "Hari ini aku datang
untuk menemuimu. Dan bersediakah kau menerima
tantanganku?"
Giok Hu Yong menganggukkan kepala.
"Setiap tantangan pasti kuterima." Dia berkata gagah.
"Melatih Putih, kau masih hebat seperti dimasa
mudamu." Giok Hong memberikan pujiannya.
"Terima kasih." Berkata GiokHu Yong mesem-mesem.
"Sebelum pertandingan dimulai, ada sesuatu yang
hendak kusampaikan kepadamu."
"Katakanlah.."
"Aku bicara atas dasar sebagai kawan." Giok Hong
berkata." Sebagai kawan baik suamimu."
"Aku Tahu.." Sikap Giok Hu Yong cukup sabar.
"Kau cinta kepada Tan Kiam Lam?" berkata GiokHong.
Giok Hu Yong menganggukkan kepala.
"Dan cintakah suamimu itu kepadamu?" Bertanya lagi si
Ratu Bunga!
"Tentu saja!" berkata Melati Putih Giok Hu Yong.
"Ha...Ha..Ha..." Giok Hong tertawa, "Kau kira Tan
Kiam Lam sangat setia kepadamu? Tahukah bahwa dia
baik kepadaku?"
"Aku tahu!!!"
"Betul. Dia sangat baik kepadaku. Lebih dari itu, dia
pernah berjanji untuk memperistri aku."
"Bohong!!!" Melati Putih Giok hu Yong berteriak keras.
"Tidak bohong!!!" berkata Ratu Bunga Giok Hong
tandas. "Hubungan kami telah lebih dari batas persahabatan
biasa.
"Hanya wanita ganjen yang dapat mengucapkan katakata
sepertimu...."
"Dengarlah keteranganku." Berkata Giok Hong. "Tan
Kiam Lam tidak ada niatan untuk melepas dirimu! Dia
masih cinta kepadamu, karena kau pandai merawat dirinya,
Tapi kau terlalu alim. Dia harus mendapat kepuasan secara
liar, karena itu dia memilih aku. Dia pun termasuk salah
satu laki-laki yang rakus... hanya akulah yang dapat
memberi kepuasan kepadanya."
"Terima kasih atas keteranganmu." Berkata Giok Hu
Yong.
"Kau tidak percaya?"
"Mengapa tidak percaya? Yang hendak ku ketahui
adalah, dimanakah kini dia berada?"
"Kukira sudah tiada di dalam dunia." Berkata Giok
Hong.
"Sudah kuduga.." Berkata Giok Hu Yong. "Kau yang
membunuhnya bukan?"
"Salah sendiri.." Berkata Giok HOng. "Dengan alasan
apa dia hendak meninggalkan diriku?"
"Tidak tahu malu! Dengan alasan apa kau merebut
suamiku?"
"Huh!! siapa yang merebut suamimu? Dia adalah
suamiku, belum pernah aku menggugat kau merebut cinta
kasihku, dengan alasan apa kau berani menegur aku? Untuk
selanjutnya, jangan lagi kau menyebut persoalan ini."
"Baik.." Berkata Giok Hu Yong. "Dengan alasan apa kau
berkunjung ke tempatku?"
"Istana Ratu Bunga telah hancur dibawah tangan anak
dan kawan anakmu itu, untuk mengadakan pembalasan,
akupun hendak merusak Sumur Penggantungan."
"Silahkan. Kuharap saja aku dapat menuntut balas
dendam kematian suamiku."
Melati Putih Giok Hu Yong menggapaikan tangannya,
dia memanggil tujuh gadis dengan aneka warna pakaian,
setelah mengadakan gemblengan kuat kepada ketujuh gadis
itu, sudah waktunya untuk menggunakan tenaga-tenaga
mereka.
Tujuan gadis dengan aneka warna pakaian mendampingi
pemimpin mereka. Disaat itu juga, Giok Hu Yong memberi
komando untuk mengurung musuh.
Ratu Bunga Giok Hong terlalu mengagulkan ilmu
kepandaiannya, dia memasuki barisan kurungan itu.
Melati Putih Giok Hu Yong menggerakkan barisannya
serentak, bermainlah tenaga kekuatan delapan orang.
Tujuh gadis didikan Giok Hu Yong mengenakan pakaian
warna merah, putih, kuning, hijau, biru, jingga, dan jambu.
Menggunakan langkah-langkah tertentu dengan suara suara
yang tidak sama, mereka melagukan irama pertempuran.
Suara itu dapat membangkitkan sukma mereka tapi
melemahkan lawan. Seolah-olah guntur yang saling
sambar.
Melati Putih Giok Hu Yong beserta tujuh anak buahnya
mengurung Giok Hong.
Gerakan-gerakan mereka bertambah cepat, membawa
desingan angin yang berkesiur keras, bayangan-bayangan
itu saling seliweran.
Ratu Bunga melayani setiap serangan itu.
Giok Hu Yong keluarkan pekikan panjang, maka
permainan silat berganti, tujuh gadis berpakaian tujuh
warna mengitari lawannya, semakin lama, semakin cepat.
dan warna warna itupun bergulung-gulung bercampur
menjadi satu, akhirnya hanya terlihat biang lala putih yang
mengurung Giok Hong.
Giok Hong terkejut, ilmu ini tidak boleh dipandang
ringan. Dia kehilangan pegangan untuk menyerang, hanya
sinar putih panjang yang berdesing, tidak terpeta bayangan
orang. Bagaimana dia mengeluarkan pukulan?
Lebih daripada itu, suara dengungan gemuruhpun
bertambah santer, seolah-olah menghadapi dunia kiamat,
guntur-guntur saling samber diangkasa yang gelap.
Keadaan Sri Ratu Bunga Giok Hong terjepit.
Han Thian Chiu, Tok Sim Kiam dan Giok Lo Sat
menyaksikan keadaan buruk bagi pihaknya, mereka
menggerakan kaki siap membantu dan memecahkan
kurungannya barisan gadis tujuh warna.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap melintangkan
tangan, dia membentur Han Thian Chiu.
Tan Sang bertemu dengan serangan Tok Sim Kiam. Dan
Tan Kiam Pek menghadang kemajuan Giok Lo sat.
Dua gadis baju merah menyertai Giok Hong mendapat
tandingan lima gadis dari sumur penggantungan.
Tidak ada seorang yang berpeluk tangan. Inilah
peperangan terbesar yang pernah terjadi dari Istana Ratu
Bunga dan Sumur Penggantungan.
Dari lima front pertarungan, hanya satu yang
menguntungkan pihak Sumur Penggantungan, itulah
pertempuran antara Giok Hu Yong beserta tujuh gadis
tujuh warnanya yang menghadapi Giok Hong.
Dari itu empat front lainnya sangat menguntungkan
pihak Istana Ratu Bunga.
Pek Pek Hap terdesak oleh Han Thian Chiu. Tan Sang
tidak kuat mengimbangi kekuatan Tok Sim Kiam.
Seharusnya Tan Kiam Pek dapat mengalahkan Giok Lo
Sat, tapi pertempuran ini terlalu dekat dengan Tan Sang,
sering kali Tan Kiam Pek membantu keponakannya maka
jalan pertempuran menjadi seret.
Lima gadis Sumur Penggantungan tidak dapat
mempertahankan diri dari serangan dua gadis Istana Ratu
Bunga. Dua gadis ini adalah didikan Liu Eng Ciauw
almarhum.
Orang pertama yang tidak sanggup mempertahankan diri
dari gencaran pukulan lawan adalah Permaisuri dari Kutub
Utara Pek Pek Hap, lawan jago wanita ini adalah suami
sendiri, betul suami tidak sah, tokh Han Thian Chiu sudah
dapat menghasilkan seorang gadis cantik jelita. Karena itu,
Pek Pek Hap tidak dapat berlaku kejam.
Berbeda dari Pek Pek Hap, Han Thian Chiu bukan
terbuat dari sel-sel manusia, dia berlaku kejam, setiap
pukulannya mengandung unsur kematian, suatu ketika, dia
mengirim satu pukulan tangan kiri, datangnya cepat sekali,
juga dari arah yang tidak mudah diterka, buk.... Pek Pek
Hap dipukul jatuh.
Pek Co Yong mengeluarkan jeritan kaget, dia maju
memukul ayahnya, kemudian menerkam tubuh ibunya.
Han Thian Chiu melupakan hubungan dengan putri
sendiri, tangannya terayun but...! siap menterjangkan
bayangan sang putri.
Pek Pek Hap menarik tubuh Pek Co Yong. mereka, ibu
maupun anak itu luput dari kematian.
Berulang kali Han Thian Chiu memukul dan berulang
kali pula Pek Pek Hap menyingkirkan diri. Keadaan ini
sangat krisis sekali.
Krisis kedua adalah jatuhnya Tan Kiam Pek. Manakala
Tan Sang menderita tekanan yang terlalu kuat, Tan Kiam
Pek memukul Tok Sim Kiam dan ini waktu Giok Lo Sat
memukul Tan Kiam Pek.
Hek..Bek...! Tan Kiam Pek kena pukulan pertama, tapi
dia marah, tangannya dibalikkan kebelakang, disaat yang
bersamaan, dia pun berhasil melakukan pembalasan. Giok
Lo sat di pukul jatuh. Kedua orang inipun terluka sangat
parah sekali.
Krisis ketiga adalah untuk bagian Tan Sang yang tidak
ada bantuan.
Tok Sim Kiam bersenjata pedang, but... but... but.. Tiga
kali serangan mengancam tiga jurus pertahanan Tan Sang,
salah satu dari tiga serangan itu tidak dapat dielakkan...
Creeettt... Dada Tan Sang ditembus oleh pedang lawan.
"Ha.. ha.. ha...." Tok Sim kiam tertawa.
Tan sang menggunakan semua kekuatan yang ada, dia
menubruk kedepan, tanpa menghiraukan pedang yang
menembus kebelakang, dia mengirim satu tendangan kilat.
Heekkk... Ujung kaki Tan sang mengenai ulu hati, dan
Tok Sim kiam yang terlalu cepat bergirang itupun roboh
jatuh. dia menghembuskan napasnya setelah mengirim satu
tusukan pedang yang mematikan.
Lima gadis Sumur Penggantungan menderita luka-luka
ringan di beberapa bagian tubuh mereka.
Di fihak Istana Ratu Bunga telah kehilangan Tok Sim
Kiam, jago dari pelarian. Barisan Pendukung Ang Ciauw
ini sudah mati. Giok Lo Sat luka dibawah tangan Tan Kiam
Pek, jiwanyapun terancam.
Di pihak Sumur Penggantungan luka Tan Sang. Luka ini
tidak mungkin ditolong lagi, pedang telah menembus
sampai kebelakang. Dan jago nomor dua Tan Kiam Pek
juga menderita luka cukup berat. Masih ada Pek Pek Hap
dan Pek Co Yong, jiwa kedua orang ini pun masih berada
diujung tanduk.
Jelas bahwa situasi perkembangan tidak menguntungkan
Sumur Penggantungan.
Dari jauh berlari datang dua bayangan.
"Eh, suhuku berada disana?" Yang dikanan berkata, Dia
adalah gadis berbaju merah Lie Bwee.
Bayangan yang mendampinginya mudah diduga, inilah
Pendekar Dungu Muda Ong Jie Hauw.
"Keadaan Sumur Penggantungan sangat berbahaya.
Mari kita bantu mereka." Ong Jie Hauw mempercepat
langkah.
Sebentar kemudian, pasangan ini sudah memasuki
gelanggang pertempuran.
"Aha..." Ong Jie Hauw berteriak. "Manusia kurang ajar
berani mengganggu kawan-kawanku?"
Dia menyerbu masuk. Orang yang dapat incaran
pertama adalah si Telapak Dingin Han Thian Chiu.
Nyali Han Thian Chiu pernah diintimidasikan oleh
kekebalan Ong Jie Hauw, dia meninggalkan Pek Pek Hap
dan Pek Co Yong, berusaha melarikan diri.
Ong Jie Hauw mengirim satu pukulan.
Dengan mudah Han Thian Chiu mengelakkan diri.
Maka mereka seperti tikus dan kucing, saling kejar disekitar
daerah itu.
Lie Bwee menghampiri Tan Sang. Keadaan Tan Sang
tidak dapat ditolong, dia memeramkan kedua matanya.
"Nona Tan.." Lie Bwee memanggil perlahan.
Tan Sang membuka dengan berat, arwahnya sedang
melayang-layang, melakukan perjalanan ke arah neraka,
tidak lama lagi, dia dapat meninggalkan dunia yang fanatik
itu.
"Kau?!" dia terkejut sekali.
"Betul!!" Berkata Lie Bwee. "Aku dan Ong Jie Hauw
balik untuk menjemputmu."
Tan Sang mengucurkan air mata.
"Terlambat." dia berkata lemah.
"Kuatkanlah imanmu." Berkata Lie Bwee. "Kita
berusaha menolong."
"Tidak mungkin.." Tan Sang mengatupkan matanya.
"Nona Tan. Ong Jie Hauw akan mengalahkan
lawannya."
"Tolong... beri tahu... kepadanya...." kata Tan Sang
lemah.
"Janganlah kau banyak memikir yang bukan bukan." Lie
Bwee datang menghibur.
"Tahukah mengapa kita balik kembali?"
Tan Sang tidak membuka mulut.
"Dari keterangannya Ong Jie Hauw," Lie Bwee
meneruskan cerita. "Aku tahu, bahwa kau juga menaruh
hati kepadanya."
Tan Sang memelekkan penutup mata yang sudah
menjadi sangat berat, harapan hidupnya sangat tipis.
"Ong Jie Hauw berkata kepadaku.." Sambung Lie Bwee.
"Dia juga cinta kepadamu. Aku tidak keberatan untuk
menarik diriku. Kita dapat hidup bersama. Maukah kau
turut serta?"
"Aku..Aku..." Tan Sang hendak mengangkat kepalanya,
tapi tidak berhasil, Kletak... kepala itu jatuh telkol dan
untuk seterusnya.
Tan Sang tidak dapat menggerakkan bibir lagi, Dia mati.
"Oh..." Lie Bwee tidak dapat melawan kodrat alam.
Han Thian Chiu memukul Ong Jie Hauw, tentu saja
tidak dapat mengganggu kemajuan pemuda itu, Ong Jie
Hauw dapat jatuh bangun seribu kali, seribu kali juga dia
tidak mati. Karena kewalahannya, Han Thian Chiu
meneriaki kekasihnya.
"Giok Hong, kita pergi!!"
Dia melejitkan kaki hendak meninggalkan tempat itu,
tujuannya kearah barat.
Pek Pek Hap melintangkan dirinya dihadapan Han
Thian Chiu.
Si Telapak dingin membalikkan badan, Siutt.... Berganti
arah, dia lari kearah utara.
"Eh, kau jangan lari.." Melati Putih Giok Hu Yong
meninggalkan arenanya, dia mengirim satu pukulan.
Han Thian Chiu menjadi nekad, dia mengangkat kedua
tangan, menerima pukulan itu.
Terdengar suara benturan dari dua tenaga yang sangat
keras, badan GiokHu Yong terdorong kebelakang.
Kesempatan itu telah memberi peluang baik bagi Ong Jie
Hauw, tanpa tanda atau aba-aba lagi, dia menjatuhkan
pukulannya.
Han Thian Chiu bergulingan pergi, tapi tidak urung
gegernya mendapat tekanan hebat. Dia menderita luka.
Tubuh itu jatuh dibawah kaki Permaisuri dari Kutub Utara
Pek Pek Hap. Jatuhnya celentang menengadah langit.
Pek Pek Hap menurunkan tangannya, begitu cepat
gerakan itu dan tanpa dapat dielakkan lagi, pukulan ini
mengenai dada Han Thian Chiu.
Terdengar suara jeritan panjang yang mengerikan, Han
Thian Chiu yang dipukul didepan dan dibelakang, tanpa
dapat membikin pertolongan sama sekali, dan didalam
waktu yang sangat singkat, dengan cara yang sangat
menggenaskan, tubuh itu diam tidak bergerak. Laki-laki
akhli wajah bunglon inipun mati dibawah tangan wanita
yang pernah diperkosa olehnya.
Giok Hu Yong dan Ong Jie Hauw saling pandang.
Dilain saat mereka memandang kearah Pek Pek Hap,
Wanita ini sedang mematung dihadapan jenazah lakinya.
Pek Co Yong juga turut mengeluarkan suara jeritan.
"Ayah...."
Han Thian Chiu tidak dapat mendengar jerit tangis
putrinya.
Mengikuti pertempuran tujuh gadis tujuh warna yang
mengurung Ratu Bunga Giok Hong. Keluarnya Giok Hu
Yong dari gelanggang pertempuran itu meringankan beban
Giok Hong, Dia sudah terlalu letih, berkutet lagi beberapa
saat, ada baik untuk melarikan diri. Melongok kearah luar
kurungan, semua bala bantuan yang diharapkan tiada
kunnjung datang.
Ternyata Han Thian Chiu, Giok Lo Sat, Tok Sim Kiam
dan dua gadis baju merah sudah menggelak ditanah.
Biar bagaimana, ilmu kepandaian Giok Hong memang
luar biasa, suatu waktu, menggunakan kekosongan
pertahanan tujuh pengurungnya, dia melejitkan diri, bagus
sekali.
Tanpa dapat ditolak, tubuh sang ratu keluar dari
kurungan.
Terbentang dihadapan Giok Hong, bangkai-bangkai
semua kawan yang dibawa untuk menyerang Sumur
Penggantungan. Wajahnya berobah. Begitu matanya
bertumbuk dengan bayangan Ong Jie Hauw. Dia dapat
menduga kesalahan apa yang menyebabkan penyerangan
Ratu Bunga Giok Hong, kucar kacir ternyata pemuda bego
itu yang merusak rencana.
Kaki Giok Hong menutul tanah, dan lagi-lagi dia
melayangkan diri. Maksudnya menjauhkan musuh-musuh
berbahaya.
Giok Hu Yong mencoba merintangi larinya musuh itu,
tidak berhasil. Giok Hong lebih pandai darinya.
Giliran Ong Jie Hauw yang mengirimkan pukulan kelas
berat. Giok Hong menjatuhkan diri, dengan tipu, Ular
meluncur disawa. Dia meratakan tubuh dengan tanah,
cukup jauh juga. Dikala dia bangun meletik, dan hanya
melayangkan badan, enteng bagaikan burung kepatis,
wanita itu meninggalkan musuh-musuhnya.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap lari mengejar.
Melati putih, Giok Hu Yong menaruh dendam yang luar
biasa, bila bukan gara-gara wanita ini, tidak mungkin Tan
Kiam Lam melarikan diri. Dan keluarganya pun tidak
mengalami perceraian. Dia mengintil dibelakang Giok
Hong.
Kecuali dua orang itu, Ong Jie Hauw adalah orang yang
mengejar Giok Hu Yong dan Pek Pek Hap tidak mungkin
dapat mengalahkan lawannya.
Tiga orang ini mengejar Giok Hong yang sudah mulai
letih.
Giok Hong lari meninggalkan Sumur Penggantungan,
Dikejar oleh Giok Hu Yong, Pek Pek Hap dan Ong Jie
Hauw. Dua wanita yang kita sebut lebih dahulu
mempunyai dendam kematian lelaki, secara tidak langsung.
Giok Hong yang mengakibatkan terjadinya drama sedih
itu, Ong Jie Hauw adalah inti kekuatan untuk mengalahkan
lawan tangguh. Sebenarnya didalam keadaan yang normal,
bila bukan diberi dan disaat itu, untuk melarikan diri dari
tiga pengejarnya. Giok Hong dapat mengelakkan pengejarpengejar
itu, terlalu mudah baginya. yang memberatkan
kedua kaki Giok Hong adalah pertempuran alot dengan
tujuh gadis tujuh warna dan Melati Putih. Sebagian
tenaganya sudah disusutkan. Tentu saja dia terempasempis.
Dari ketiga pengejarnya, Ong Jie Hauw memiliki
kekebalan yang tidak terkalahkan. Giok Hu Yong memiliki
ilmu meringankan tubuh yang tertinggi, lari-lari setengah
lie, si Melati Putih berhasil memperpendek jarak
pengejaran.
"Giok Hong, Kau jangan lari." Berteriak Giok Hu Yong.
Giok Hong tidak menghiraukan teriakan itu, Larinya
semakin cepat lagi.
Giok Hu Yong mengempos tenaga, terbang melayang
tinggi, meluncur dengan kecepatan penuh, dan dengan
tangan yang sudah ditekuk keras dipandangkan lurus ke
depan.
"Pak..." Pundak Giok Hong menjadi korban.
Mengalami dan mendapat pukulan itu, badan si ratu
Cabul sempoyongan, kakinya nyangkut pada tangga yang
melintang. dia jatuh ngusruk.
Ong Jie Hauw dan Pek Pek Hap menyusul datang.
Bersama-sama dengan Giok Hu Yong mereka mengurung
wanita itu.
Tiga orang dengan enam tangan mereka mengancam
korbannya.
Satu bayangan merah meluncur datang, dengan
kecepatan yang tidak dapat dilukiskan dengan pena,
memasuki kurungan ketiga jago kita, dua lebih cepat lagi,
bayangan merah itu keluar dari pusat perhatian.
Bersamaan dengan lenyapnya bayangan merah itu, turut
lenyap pulalah si ratu bunga yang sudah ngusruk ditanah
tadi.
Giok Hu Yong, Pek Pek hap dan Ong jie Hauw hampir
mengeluarkan jeritan kaget, Datangnya bayangan merah
dan lenyapnya Giok Hong terlalu cepat bagi mereka, tentu
saja mengejutkan semua orang.
Bayangan merah adalah seorang kakek kurus kering,
pakaiannya seperti api, dengan tata cara yang tidak sama
dengan apa yang biasa orang kenakan, mudah diduga,
bahwa orang ini datang dari luar Tiong-goan.
Inilah kakek berbaju merah yang pernah Tan Ciu dan
Cang CengCeng jumpai di gunung Pek Hoa san.
"Main keroyok.." Kakek baju merah memandang Giok
Hu Yong cs.
"siapa nama tuan?" Melati putih Giok Hu Yong
membentak.
"Kut Lauw Kui." Berkata kakek berbaju merah singkat.
"Aaa....Tiga jago dari Tong-hay?"
"Heee..He..Hee...." Kakek kurus kering itu tertawa,
"Masih ada orang yang kenal nama Tiga Jago Tong-hay?"
Tiga Jago Tong Hay adalah rangkaian nama tiga orang.
Mereka adalah Tay Tauw Kui, Kut Lauw Kui, dan Bu
Ceng Kui. Kakek baju merah adalah jago nomor dua dari
urutan nama itu.
Giok Hu Yong menunjuk Giok Hong yang masih berada
didalam pelukan Kut Lauw Kui.
"Kau tahu siapa orang yang kau tolong itu?" Dia hendak
memberi peringatan kepada si kakek kurus, bahwa wanita
yang ditolong olehnya adalah seorang wanita cabul,
seorang wanita jahat yang dimusuhi oleh banyak orang.
Si kakek kurus Kut Lauw Kui tertawa.
"Aku menolongnya, karena aku kenal dia." Dia
mengemukakan pendiriannya.
"Ternyata pihak Tong-hay juga mempunyai hubungan
dengannya?"
"Disini menyangkut soal pribadi, kau tidak perlu tahu."
Ternyata Kut Lauw Kui juga termasuk salah satu dari
sekian banyak kekasih liar si Ratu Bunga Giok Hong. Tentu
saja dia mau mengadakan pembelaan untuknya.
Giok Hu Yong, Pek Pek Hap dan Ong Jie Hauw tak
akan membiarkan Kut Lauw Kui menolong Giok Hong.
Lepasnya si ratu cabul dari tangan mereka berarti bibit
bencana bagi manusia umumnya, bagi laki-laki khususnya.
Ong Jie Hauw membentak.
"Hei, segera turunkan disuatu tempat yang empuk,"
Berkata si kakek kurus Kut Lauw Kui. "Bukan ditempat
ini tahu?!"
"Sudahkah terpikir olehmu, apa akibat dari sikapmu
yang berkepala batu?" Pek Pek hap turut buka suara.
"Hee.Hee.. he.." Kut Lauw Kui tertawa. "Siapakah yang
berkepala batu? sudahkah terpikir oleh kalian, apa akibat
dari bentrok dengan pihak Tong Hay?"
"Aha..." Ong Jie Hauw berteriak, "Dimanakah letak
keunggulan dari pihak Tong Hay? Aku Ong Jie Hauw
belum pernah dengar, Aku Ong Jie Hauw hendak
menantang pihak kekuasaanmu itu."
Kut Lauw kui memperhatikan si pemuda tolol, Tidak
ada yang aneh, pelipisnya juga kurang dalam, menandakan
bahwa tenaga latihan orang yang bernama Ong Jie Hauw
inipun kurang sempurna betul. Dia berani mengucapkan
kata-kata besar? Begitu sombong? siapakah beking
dibelakangnya.
"Coba kau datang lebih dekat lagi." Dia menggapaikan
tanganya. "Akan kuperlihatkan cara-cara Pihak Tong Hay
mengalahkan lawannya."
Ong Jie Hauw maju empat langkah.
"Wutt.." Kut Lauw Kui mengayun tangan.
"Duukk.." Dada Ong Jie Hauw dimakan pukulan
mendadak itu.
"Wutt.. Gedebuk... Tubuh si pendekar Dungu Muda
celentang ditanah.
"Aha.." Ong Jie Hauw meletik bangun dan
mengeluarkan suara teriakan. "Kau cuma menyerang,
menyerang tanpa memberi tahu kepada orang yang
bersangkutan?"
Dengan berlenggang kangkung, Ong Jie Hauw
mendekati lawannya lagi.
Kakek kurus Put Lauw Kui mendelikkan mata, Adakah
manusia sekuat ini?Dipukul tanpa luka sama sekali?
Wutt.. Sekali lagi dia memukul lawannya.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 24
DAN Ong Jie Hauw sudah bersiap sedia, dia
memantekkan sepasang kakinya kokoh ditanah. Bek!!
Diterimanya pukulan tadi tanpa reaksi.
Kut Lauw Kui mendapat tandingan lawan yang akan
dihadapi bukan seorang, dan bukan untuk menghindari
kerewelan, sebelum ada penerusan, karena ini dia
membawa Giok Hong melarikan diri.
Giok Hu Yong mengirim satu pukulan, tapi sengkelit
oleh kakek kurus kering itu, begitu cepat gerakannya,
dengan membawa tubuh seorangpun dia masih dapat lari
seperti terbang.
Ong Jie Hauw hendak mengejar, Pek Pek Hap segera
memanggilnya.
"Saudara Ong Jie Hauw.. biarkanlah dia pergi."
"Huh.. lagi-lagi lolos dari tanganku." Ong Jie Hauw
masih sangat penasaran.
”Larinya kedua orang ini akan membawa banyak
kerewelan bagi kita semua." Berkata Giok Hu Yong
menarik napas.
"Apa boleh buat." Berkata Pek Pek Hap. "Mari kita
kembali. Tadi kulihat anakmu menderita luka yang cukup
parah."
Ong Jie Hauw, Giok Hu Yong dan Pek Pek Hap kembali
ke Sumur Penggantungan.
Mayat-mayat sudah dibersihkan disekitar sumur itu. Bagi
pihak Istana Ratu Bunga, kecuali Giok Hong seorang,
semua mati musnah, Bagi pihak Sumur Penggantungan
jatuh dua orang, yaitu Tan Sang mati dan disusul oleh luka
beratnya Tan Kiam Pek. Jago ini sudah terlalu tua, dia tidak
dapat lagi mempertahankan jiwanya selalu, setelah
memberi pesan beberapa kata, diapun menyusul arwah
keponakannya.
Giok Hu Yong menangis diatas mayat putrinya.
"Oh.. Tan Sang.." Tangis seorang ibu yang menderita.
"Begitu sajakah kau meninggalkan aku?"
Tan Sang terlena dengan tenang, ia tidak dapat
mendengar rintihan dan keluh kesah sang ibu. Juga tak
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tua itu.
Lie Bwee memberi tahu akan kematian Tan Sang, Ong
Jie Hauw turut bersedih.
"Ong Jie Hauw." Berkata sigadis. "Kita kurang cepat."
Ong Jie Hauw menundukkan kepala. "Ng.." dia tidak
dapat memberi komentar.
Pek Co Yong bertiarap dihadapan mayat Han Thian
Chiu, biar bagaimana jahatnya orang tua itu, toch adalah
ayah kandungnya.
Korban perang!!
Peperangan hanya membawa malapetaka Tan Kiam
Pek, Tan Sang, Han Thian Chiu, Tok Sim Kiam.
Pada permukaan tanah ditempat itu bertambah beberapa
makam baru.
Inilah akibat dari tidak adanya keserasian dunia
ketentraman.
Ong Jie Hauw menarik tangan Lie Bwee.
"Mari kita pulang ke gunung Pek Soat Hong." dia
mengajak sang istri pulang ke gunung.
Lie bwee menggeleng-gelengkan kepala.
"Aha.." Ong Jie Hauw berteriak. "Mengapa?"
"Kita tidak dapat pergi begitu saja. " Lie Bwee memberi
keterangan. "Sedikit banyak kita harus turut bertanggung
jawab. Dimisalkan kau tidak ada ditempat ini, dan guruku
datang kembali, siapakah yang dapat membendung
kekuatan mereka?"
"Aha.. Kau lebih pandai dariku." Berteriak Ong Jie
Hauw girang.
Dan untuk sementara Ong Jie hauw suami istri menetap
didalam Sumur Penggantungan.
Pada keesokan harinya, Sumur Penggantungan
mendapat kunjungan seorang gadis berbaju hitam. Tidak
seorang pun yang kenal kepada gadis ini.
Pek Pek Hap memperhatikannya beberapa saat, dia
mengajukan pertanyaan. "Bagaimana dengan sebutan
nona?"
"Aku Kim Cui." berkata gadis itu. "datang dengan
maksud berbicara dengan Tan Ciu."
"Tan Ciu tidak ada waktu." Berkata Pek Pek Hap.
"apakah urusan itu? Katakan saja kepadaku. dan akan
kusampaikan kepadanya."
"Kau... ibu Tan Ciu?" Kim Ciu memandang wanita itu.
"Bukan.." Berkata Pek Pek Hap. "Boleh kami tahu,
urusan apa yang nona hendak sampaikan kepadanya?"
"Aku Kim Cui, putri kauwcu dari perkumpulan Kim ie
kauw, pernah Tan Ciu menyebut namaku?"
Tentang hubungan Kim Cui dan Tan Ciu yang pernah
terjadi dilereng Kim ie kauw sangat dirahasiakan, tidak
seorang dari mereka yang tahu hal itu, kecuali Cang Ceng
Ceng yang pernah ditahan Kim ie kauw. dan disaat itu,
Cang Ceng Ceng tidak berada didalam Sumur
Penggantungan.
"Tentunya nona membawa berita penting bukan?"
Bertanya Pek PekHap.
"Betul!! Berita yang mempunyai hubungan dengan Ratu
Bunga GiokHong?"
"Giok Hong.."
"Ng... Setelah gagal mengadakan serangan kepada
kalian. Dia meminta bantuan ayahku." Berkata Kim Cui.
"juga Kut Lauw Kui. Bersama-sama dengan Giok Hong,
mereka sedang membujuk ayahku untuk mengadakan
persekutuan."
"Aaa,....Ayahmu menerima tawaran itu?"
"Belum.."
"Maksud kedatanganmu?"
"Ayah bukan seorang yang suka peperangan. Tapi tidak
luput dari sifat ketamakan seorang manusia. Dia
mempunyai sejilid kitab Thian-Mo-Po-Lok yang seharusnya
diwariskan kepada keluarga kami, tapi kitab tersebut jatuh
ketangan Tan Ciu. inilah yang mengakibatkan dendam
permusuhan. Bila berhasil mendapatkan kitab itu, tentu
tidak mau menggabungkan diri dengan kekuatan orang
luar. Lain lagi jadinya bila dia tidak berhasil merebut
pulang kitab Thian-Mo-Po-lok. Besar kemungkinannya
menyatukan diri dengan Sri Ratu Bunga dan pihak Tong
Hay. tiga kekuatan ini tentu menjadi suatu persekutuan
yang kuat."
"Maksudmu agar membujuk Tan ciu menyerahkan kitab
Thian-Mo-Po-lok?"
"Inilah yang kuharapkan. Kini ayahku sedang menuju
kemari."
"Aaaa...." Pek Pek Hap harus melayani sesuatu
peperangan lain.
"Dapatkah memberi tahu akan adanya rumusan ini?"
Kim Siauw Cui memohon.
"Dia sedang mendapat gemblengan untuk melatih ilmu
kepandaian yang tercatat dalam kitab Thian-Mo-Po-lok."
"Dapatkah mengajakya turut serta merundingkan
datangnya bahaya?"
"Dia tidak boleh diganggu."
"Biar ku tunggu." Berkata Kim Ciu.
Pek Pek Hap tidak keberatan.
Tidak berapa lama, datang lagi laporan yang
mewartakan tibanya rombongan perkumpulan Kim ie
kauw.
Pek Pek Hap, Co Yong, Ong Jie Hauw, Lie Bwee
berembuk sebentar, dan mereka berkata kepada Kim Cui.
"Kami harus menjumpai ayahmu. Nona Kim tunggulah
disini."
Kim Cui menganggukan kepala.
Pek Pek hap, Ong Jie Hauw, Lie bwee dan PekCO Yong
keluar dari Sumur Penggantungan. Diluar sumur itu sudah
berbaris banyak orang. Diantaranya terdapat juga Kim Ie
Mo-Jin, Kim ie lo-jin, Kim Sam Nio dan lain-lainnya.
Pek Pek Hap mewakili seorang mengajukan pertanyaan,
"Kami dari perkumpulan Kie ie kauw datang dengan
maksud tujuan untuk bicara beberapa kata dengan Tan
Ciu." Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Dapatkah kauwcu menangguhkan kunjungan ini untuk
beberapa hari?" berkata Pek PekHap dengan sikap sabar.
"Mengapa?"
"Berhubung ada sesuatu hal, Tan Ciu tidak dapat keluar
untuk menemui tamu."
"Mengapa tidak dapat menerima tamu?" Kim Ie Mo-Jin
mengeluarkan suara dari hidung.
"Kim ie kauwcu tidak percaya?" Pek Pek Hap tidak dapat
berterus terang.
"Ha..Ha.. tentunya dia tahu akan kedatangan diriku,
sebelumnya dia sudah menyembunyikan diri lebih dahulu."
Pek Pek Hap tidak dapat menerima kata-kata ini, dia
masih berusaha menekan hawa amarahnya dengan sabar
berkata.
"Tan Ciu bukan seorang muda yang takut mati. Tidak
mungkin dia mau bersembunyi."
Keterangan ini sangat masuk diakal. Tan Ciu belum
pernah takut kepada orang. Walaupun orang yang
berkepandaian lebih tinggi darinya pun.
Kim Ie Mo-Jin berkata lagi. "Aku hendak bertemu
dengannya. Segera!! ada urusan penting!!"
"Sudah kukatakan, bahwa Tan Ciu belum dapat
menerima tamu! Dapatkah kau datang pada beberapa hari
lagi?"
"Aku tidak mempunyai itu kesabaran."
"Apa boleh buat, kita tidak dapat menerima kunjungan
kalian."
"Menerima atau tidak, aku harus memeriksa seluruh isi
Sumur Penggantungan." Sifat Kim Ie Mo-Jin semakin
sombong.
"Aha.." Ong Jie Hauw membuka suara, "hendak kulihat
siapa yang berani memasuki Sumur Penggantungan."
Kim Ie Mo-Jin menolehkan kepalanya, menatap pemuda
itu dan membentak. "Bocah kurang ajar, sebutkan
namamu!"
"Nama dari bocah kurang ajar bernama Ong Jie Hauw."
Pemuda ini membusungkan dada.
"Ong Jie Hauw?" Kim Ie Mo-Jin terus memikir lama.
"Belum pernah kudengar nama ini."
"Aha.. kau belum pernah mendengar namaku. Aku pun
belum pernah mendengar namamu. sama-sama..."
"Bedebah!!" Kim Ie Mo-Jin merasa tersinggung.
"Eh, memaki orang?" Ong Jie-hauw mendelikkan mata,
tangannya diremas-remas kuat, dia siap mengeluarkan
jotosan.
Pek Pek Hap cepat-cepat mengetengahkan perselisihan.
katanya. "Saudara Ong Jie Hauw.. sabar.."
Dipandangnya Kim Ie Mo-Jin dan berkata kepada ketua
perkumpulan itu. "Kim ie kauwcu, kau harus memberi
waktu beberapa hari."
"Tidak mungkin." Kim Ie Mo-Jin menolak.
"Tidak percaya kepada keteranganku?" Pek Pek hap
hampir naik darah.
"Aku percaya, setelah memeriksa seluruh isi Sumur
Penggantungan." Kim Ie Mo-Jin tak mau mengalah.
"Bila aku tidak memberi izin?"
"Lebih mudah untuk diselesaikan. Tentunya kitab Thianmo-
po-lok sudah berada didalam tanganmu. Serahkanlah
kitab itu."
"Kim ie kauwcu." Berkata Pek Pek Hap. "Kau harus
mengajukan tuntutanmu."
"Boleh.. Kesatu, panggil Tan Ciu keluar segera. Dan
kedua, Serahkan kitab Thian-Mo-Po-Lok. Tanpa syarat.
Titik.Memenuhi dua syaratku berarti perdamaian."
"Kim ie kauwcu." Pek Pek Hap tidak berhasil
mengelakkan pertempuran. "Kau hendak menyerang dan
kami wajib bertahan. Silahkan."
Kim Ie Mo-Jin mengulapkan tangan, itulah tanda
bergerak. Kim San Nio dan Kim Ie Mo-Jin mendekati
mulut sumur.
Situasi Sumur Penggantungan tegang kembali.
Kedatangan Kim Ie Mo-Jin setengah terdesak oleh
tekanan Giok Hong dan Kat Lauw Kui.
Dikatakan oleh kedua orang itu, bahwa perkumpulan Kim
Ie kauw tidak berguna. Tidak dapat meringkus seorang
bocah yang mengangkangi kitab pusaka mereka. Dan
dengan mulut besar. Kim Ie Mo-Jin mengatakan kepada
mereka. bahwa dia pasti dapat membekuk Tan Ciu, maka
kitab Thian-Mo-Po-Lok pasti dapat direbut kembali. Dia
tidak membutuhkan pakta militer, Kim ie kauw tidak mau
diikat oleh golongan lain.
Dia tidak akan meninggalkan Sumur penggantungan,
sebelum berhasil menemui Tan Ciu untuk meminta kitab
Thian-Mo-Po-Lok. Membarengi gerakan Kim Ie lo-jin dan
Kim San Nio, dia pun turut bergerak kedepan.
Ong Jie Hauw mengincar Kim Ie Mo-Jin, dia
membentak. "Berhenti..!"
Kim Ie Mo-Jin tidak akan menghentikan gerakannya,
sebelum cita-citanya untuk menarik kitab Thian-Mo-Po-Lok
terlaksana. Dia masih menggerakkan kaki, maju kearah
mulut sumur.
Ong Jie Hauw mengayun tangan, memukul ketua Kim Ie
Kauw.
Kim Ie Mo-Jin sudah memperhitungkan akan adanya
penyerangan itu, diapun menerima penuh. Akibat dari
benturan tenaga masing-masing terdorong mundur
kebelakang.
Disaat yang bersamaan, Pek Pek Hap mengadu kekuatan
dengan Kie ie lo-jin, Lie Bwee bergunjang dengan Kim San
Nio.
Seorang bayangan kecil merayap keluar dari dalam
sumur, inilah Kim Cui.
Kim Ie Mo-Jin dapat melihat adanya putri itu. Dia
mengeluarkan suara kaget.
"Kim Cui!?"
"Ayah.." Kim Cui meneriaki ayahnya. "Dapatkah kau
menunggu beberapa hari?"
"Tutup mulut." Kim Ie Mo-Jin membentak. "Siapa yang
menyuruh kau berada ditempat ini?"
"Ayah, aku hendak meminta kitab Thian-Mo-Po-Lok itu,
berilah kesempatan beberapa hari." Kim Siauw Cui
memohon.
"Hayo!! kau pulang! " Kim Ie Mo-Jin membentak.
Tentu saja Kim Cui tidak dapat menerima hardikan
ayahnya itu. Dia mengeloyor dipinggir sumur. Kim Ie Mo-
Jin marah besar, tenaganya yang tersedia untuk
menghadapi Ong Jie Hauw terayun ke tempat putri sendiri,
wing... dia memukul Kim Cui.
"Pergi!" Bentaknya keras. "Hayo pulang."
Kim Cui terseret jatuh pukulan ayahnya. tidak ringan,
dia masih memandang dengan sinar mata permohonan,
agar ayah itu dapat memberi kelonggaran waktu.
Kehormatan Kim Ie Mo-Jin semakin tersinggung,
tangannya hampir terayun lagi.
Tiba-tiba....
Satu suara yang keren membentak. "Kim Ie Mo-Jin tarik
kembali tanganmu."
Disana telah bertambah seorang nenek berbaju hitam.
nenek inilah yang mengeluarkan bentakan tadi.
Kim cui membuka mulut.
"Suhu...."
Nenek berbaju hitam itu adalah guru si gadis, dia
menghampiri, mengelus rambut Kim Cui yang ikal,
Menyaksikan keadaan muridnya, dia memancarakan sinar
matanya yang liar.
"Siapakah yang telah melukai muridku?" dia bergeram
marah.
"Aku." Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Kau??" suatu hal yang berada di luar dugaan nenek
berbaju hitam itu.
"Ng..."
"Siapa yang menyuruh kau melukainya?"
"Dia berkhianat kepada Kim ie kauwcu."
"Huh... yang mana lebih penting? Putri sendiri atau
perkumpulanmu?"
Kim Ie Mo-Jin diam bungkam.
"Kim Ie Mo-Jin." bentak nenek berbaju hitam. "Jawab
pertanyaanku. Mau apa tidak kau menerima kesalahan
putrimu?"
"Aku tidak mengerti" berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Kukira kau lebih sayang kepada gengsi kepribadian, kau
tidak membutuhkan cinta kasih putrimu."
"Terserah bagaimana penilaianmu."
"Bagus. Kau tidak mau Kim Cui. Tapi aku sebagai
gurunya wajib menerima dia."
Menggapaikan tangan keraah Kim Cui, nenek itu
memanggil. "Mari, kau ikut aku."
Dengan membawa tubuh Kim Cui, nenek itu
meninggalkan tempat kejadian.
Nenek berbaju hitam menarik keluar Kim Cui dari
persengketaan dengan Sumur Penggantungan.
Ong Jie Hauw menyengir-nyengir didepan Kim Ie Mo-
Jin.
Hal ini semakin menjengkelkan hati ketua Ki ie kauw
itu, sangkanya mengejek sekali. tangannya terayun
memukul kearah si Pendekar Dungu Muda.
Setelah mengalami pertempuran yang terus menerus,
pengalaman Ong Jie Hauw mendapat banyak kemajuan,
dimulut dia tersenyum memandang rendah, disamping itu,
kekuatannya pun tidak lengah, adanya kegaiban yang
memberkahi dirinya sebagai jago tanpa tandingan
menjadikan Ong Jie Hauw kebal pukulan, dia telah bersiapsiap.
Diterimanya pukulan Kim Ie Mo-Jin tanpa
mengurangi isi kekuatan.
Lagi-lagi kedua orang ini terpisah, Benturan yang seperti
itu tidak akan melukai lawan, Kim Ie Mo-Jin
berpengalaman luas, Ong Jie Hauw bertenaga kebal.
Mereka melanjutkan pertempuran.
Kim San Nio ingin memasuki Sumur Penggantungan.
Lie Bwee tidak berpeluk tangan, dan pecahlah peperangan
di front kedua.
Front berikutnya, yaitu front ketiga adalah pertempuran
diantar Kim ie Lo-jin dan Pek Pek Hap.Mereka bertanding.
Pek Pek Hap pernah disegani orang, Kim ie Lo-jin
adalah adik kandung Kim Ie Mo-Jin, ilmu kepandaiannya
hanya terpaut sedikit dari saudaranya itu. Tentu saja tidak
mudah ditundukan.
Dari ketiga kelompok itu, pertandingan Lie Bwee dan
Kim san Nio berjalan tidak seimbang, Kim San Nio
menduduki kursi ketiga diperkumpulan Kim ie kauw, tentu
saja mempunyai keistimewaannya, dia mendesak Lie Bwee
hebat.
Belasan jurus lagi, Lie Bwee tidak dapat
mempertahankan diri, dia berusaha mengelakkan pukulan
Kim San Nio, Tidak berhasil.
"Aduh.." dia mengeluarkan jeritan. tubuhnya jatuh
kebelakang.
Ong Jie hauw meninggalkan lawannya, jadi
menguntungkan si Pendekar Dungu adalah jarak
pertempuran-pertempuran itu yang tidak terlalu jauh, begitu
cepat Lie Bwee terjatuh, begitu cepat pula dia menyelak
didepan kekasihnya.
Kim San Nio lari kearah sumur, dia siap memasuki
tempat dibawah tanah itu.
Ong Jie Hauw menggerakkan tangan, hanya satu kali
tarik, dia memaksa wanita itu membalikkan badan,
tangannya diayun menyempong pinggang Kim San nio.
Kim San Nio bukan jago biasa, ia sudah
memperhitungkan akan adanya gangguan ini. Bila berani
musuhnya menarik dari belakang, dengan satu sambaran
tangan, musuh itu akan dipukul mati.
Dan betul saja, Ong Jie Hauw melakukan gerakan itu.
Kim San Nio memukul kebelakang, tepat sekali mengenai
dadaOng Jie Hauw. Dan disaat inilah sempongan tangan si
pemuda mampir dipinggangnya.
Terdengar suara jeritan Kim San Nio, tulang pinggang
wanita itu patah dan remuk. Tidak sanggup
mempertahankan diri dari kekuatan gaib si pemuda.
Letak kesalahan Kim San Nio adalah kurang
perhitungan untuk menambah kekuatan gaib Ong Jie
Hauw. Dia berhasil mengenai dada lawannya, tapi pemuda
itu tidak mengalami cedera, dan karena itulah isi
pinggangnya dipukul remuk, dia mati secara mengerikan
sekali.
Kim Ie Mo-Jin yang ditinggalkan oleh Ong Jie hauw
berganti siasat perang, dia menang pengalaman, dia kalah
tenaga kekebalan yang sangat luar biasa, untuk
mengalahkan Ong Jie hauw tanpa menggunakan tipu tentu
tidak membawa hasil,
Kini dia melayangkan dirinya tinggi, dari atas turun
kebawah, mengincar Ong Jie Hauw, dan tentu saja pemuda
itu tidak takut pukulan, membiarkan dirinya dijadikan
sasaran. Kim Ie Mo-Jin mengempos tenaga, dan dengan
semua latihan dalam yang ada, dia memukul kepala Ong
Jie Hauw.
Hasil dari pukulan ini memang luar biasa.
Terdengar suara pukulan keras, tanah yang dipijak Ong
Jie Hauw ambles berikut juga tubuh pemuda itu, lenyap
dari permukaan bumi, seluruh badan dan kepala sipemuda
terpukul masuk kedalam tanah.
Hebat!!
Kim Ie Mo-Jin memang luar biasa.
Pek Co Yong dan Lie Bwee yang menyaksikan kejadian
itu berteriak kaget.
Kim Ie Mo-Jin tidak banyak membuang waktu langsung
mengincar Lie Bwee.
Lie Bwee dan Pek Co Yong menggabungkan tenaga
mereka. sedapat mungkin bertahan dari pukulan Kim Ie
Mo-Jin.
Masih tidak berhasil, Kim Ie Mo-Jin bukan jago
sembarangan. Lie Bwee dan Pek Co yong terpukul jatuh.
Bluss.....
Dari dalam tanah, muncul satu bayangan. Itulah
bayangan Ong Jie Hauw, ternyata pukulan Kim Ie Mo-Jin
hanya dapat menenggelamkan dirinya ke dalam bumi, tapi
tidak mungkin melukainya, Kini ia tampil kembali.
Kim Ie Mo-Jin tersentak kaget, baru pertama kalinya dia
memukul orang tidak mati. Bahkan tempat yang dipukul
adalah kepala lawan yang sangat lemah. Manusia apakah
orang ini.
Ong Jie Hauw memukul Kim Ie Mo-Jin, Dia membikin
pembalasan.
Kim Ie Mo-Jin menerima pukulan tadi, dengan Su liang
pok Cian kim atau Tenaga kecil menggeser Benda Berat,
menyampingkan inti pukulan Ong Jie Hauw. Tidak urung
kedudukan jago itupun tergoyah dari tempatnya.
Ong Jie hauw sudah menjadi begitu kalap, saling susul
dia mengirim hantaman-hantamannya. Kim Ie Mo-Jin
makin mundur kebelakang.
Dilain pihak Kim Ie lo-jin juga tidak dapat
memenangkan pertandingan, Pek Pek Hap mendesak
terlalu hebat, karena itulah Kim Ie lo-jin berusaha meminta
bantuan, tentu saja dia tidak berhasil. Dua orang saudara
itu bertempur dan mundur, kemungkinan menggabungkan
diri mereka.
Pek pek Hap mengundurkan serangannya. Dia tidak
berani memaksa Kim Ie Mo-Jin dan Kim Ie Lo-jin
mengadu jiwa.
Ong Jie Hauw kebal senjata, tidak mempan pukulan,
tidak takut terluka, si Pendekar DunguMuda mengejar Kim
Ie Mo-Jin dua saudara.
Kim Ie Mo-Jin masih banyak akal, mengingat tidak
mungkin menandingi pemuda itu. Dia membalikkan badan,
lari jauh. Dari sana masih mengeluarkan kata-kata tekebur.
"Jangan kalian lari, Tunggulah pembalasan Kim ie
kauw." Mengajak orang-orangnya Kim Ie Mo-Jin pulang
sarang.
Ong Jie Hauw masih hendak mengadakan pengejaran,
tapi Pek Pek Hap sudah meneriaki pemuda itu.
"Saudara Ong Jie Hauw, jangan terlalu jauh dari Sumur
Penggantungan."
Ong Jie Hauw dapat diberi mengerti. Dia membatalkan
niatnya kembali kearah Sumur Penggantungan.
Lie Bwee dan Pek Co Yong terengah-engah disamping
sisi Sumur Penggantungan.
"Lie Bwee, bagaimana keadaan lukamu?" bertanya Ong
Jie Hauw penuh perhatian.
Gadis itu menyeringai, Lukanya tidak ringan, Beruntung
dia dapat pertolongan segera, tidak sampai mengakibatkan
terganggunya selembar jiwanya.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap memberikan
pertolongan yang secukupnya, sang Putri juga menderita
luka.
Mereka kembali masuk ke dalam Sumur Penggantungan.
Tan Ciu, Si pengemis tukang ramal amatir, Tong Kay
dan Giok Hu Yong baru meninggalkan tempat melatih diri,
Menyaksikan keadaan beberapa orang itu penuh debu,
dengan tubuh luka-luka dan rambut kusut, Mereka heran
sekali.
"Eh.. apakah yang terjadi?"
"Musuh masih belum pergi." Pek Pek Hap memberi
keterangan.
"Giok Hong balik kembali?"
"Bukan.. yang datang adalah rombongan Kim Ie kauw,
langsung berada dibawah pimpinan Kim Ie Mo-Jin."
"Aaaa.... Kim Ie Mo-Jin.."
"Betul. mereka sudah melarikan diri. Tidak satupun yang
dapat menandingi saudara Ong Jie Hauw..."
Semua mata tertuju kepada Si Pendekar Dungu Muda.
"Aha.." Tan Ciu berteriak girang. "Kau balik kembali?"
Ong Jie hauw menganggukkan kepalannya. disamping
pemuda itu, menggelot seorang gadis, inilah Lie Bwee.
Dari mereka Tan Ciu mendapat keterangan tentang
penyerbuan Ratu Bunga Giok Hong. Penyerangan kedua
adalah dari rombongan Kim Ie kauw, entah dari mana lagi
yang akan menyerang Sumur Penggantungan?
Bercerita beberapa waktu, Tan Ciu tidak dapat melihat
adanya Tan Sang dan Tan Kiam Pek.
"Ibu.." Dia memandang Giok Hu Yong. "Dimanakah
Tan Sang pergi?"
Giok Hu Yong meneteskan air mata.
Tan Ciu terkejut.
"Eh.." Dia berteriak keras.. "Apa yang telah terjadi?"
”Dikala mendapat serangan Sri Ratu Bunga Giok Hong
dan konco-konconya, kakakmu telah menjadi korban
keganasan tangan mereka." Pek Pek Hap memberi
keterangan.
"Aaa.....!"
Setelah itu, diceritakan juga akan jalan cerita, Tan Sang,
Tan Kiam Pek adalah pahlawan-pahlawan Sumur
Penggantungan yang gugur untuk membela keselamatan
kelompok itu.
Setelah selesai bercerita, Pek Pek Hap bersandar pada
dinding ruangan.
Ruangan yang berada didalam Sumur Penggantungan itu
sunyi senyap dan sepi. Mereka dirundung oleh kesedihan
besar.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap, Melati Putih
Giok Hu Yong, Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong
Kay, Pendekar Dungu Muda Ong Jie Hauw, jago muda
Tan Ciu, Pek Co Yong dan Lie Bwee sedang berkumpul
didalam ruangan itu. Mereka mengenang jasa-jasa Tan
Sang dan Tan Kiam Pek.
Demi menolong kawan-kawan mereka, Tan Kiam Pek
dan Tan Sang mengorbankan diri mereka sendiri. Tidak ada
yang lebih berharga dari pengorbanan mereka ini.
Braaakkk....
Tiba-tiba tangan Tan ciu memukul dinding ruangan.
Kemarahan si pemuda melonjak keras.
"Eh.." Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay
mengerutkan alisnya, "Apa yang sedang kau kerjakan?"
"Aku harus menuntut balas." Tan Ciu mengeretek gigi.
Dia berjalan pergi.
"Hei.." Tong Kay meneriakinya lagi. "Kembali!!!"
Tan Ciu tidak menghentikan langkahnya, tekadnya
sudah bulat. Tidak ada sesuatupun yang dapat
membendung kemarahan itu.
Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay berteriak
dari belakang.
"Bocah panas. gunakanlah pikiranmu yang dingin.
Sebelum mempunyai cukup kekuatan untuk mengalahkan
mereka. Jangan kau sembarangan bergerak."
Tan Ciu tidak membalas peringatan itu.
Giliran Giok hu Yong yang bergerak dari tempatnya. dia
menyusul larinya sang putra.
"Tan Ciu." Jago wanita ini membentak. Dia sudah
kehilangan satu orang putri, Tentu saja tidak akan
membiarkan putra ini dibunuh mati lagi.
Tan Ciu berdiam.Mereka ibu dan anak saling pandang.
Pek Pek Hap sekalian pun sudah menyusul datang.
"Tan Ciu." Berkata Pek Pek Hap. "Bukan jaman untuk
sok2an menjadi seorang jago. Balik dan rundingkanlah
untuk mengatasi keadaan ini."
"Tan Ciu." Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay
membuka mulut. "Kita harus mengumpulkan jago-jago
kuat, meminta bantuan kawan-kawan baik. Setelah itu aku
tidak akan mengganggu kau menuntut balas."
Semua orang berusaha untuk menahan Tan Ciu. Hasil
dari perundingan itu adalah menarik kekuatan yang dapat
membantu usaha mereka. Diantaranya kekuatan dari Guha
Kematian dan jago-jago utara yang dikenal baik oleh Pek
Pek Hap. Untuk menghubungi Guha Kematian, Tan Ciu
mendapat tugas khusus. Dan untuk memanggil jago-jago
utara, Pek Pek Hap bersedia mencalonkan dirinya.
Perundingan itupun selesai sampai disitu.
Pek Pek Hap menuju kearah utara.
Tan Ciu melakukan perjalanan kearah Guha kematian.
Menyingkirkan cerita Pek Pek Hap dan mengikuti
perjalanan Tan Ciu.
Seperti apa yang telah diceritakan dibagian depan Guha
Kematian berada dibawah asuhan Thio Ai Kie, Dengan
mendapat bantuan Thio Ai kie, tentu saja kekuatan itu
bukan kekuatan biasa.
Tak jauh dari Guha Kematian, berlari datang satu
bayangan, langsung menghampiri Tan Ciu. Jago muda kita
menghentikan langkahnya.
Dia memperhatikan orang tua yang berada
dihadapannya, tidak terlalu asing, inilah Pendekar Dewa
Angin Sin Hong Hiap yang mempunyai dendam
pembunuhan muridnya.
"Kau?" Tan Ciu menduga buruk.
Murid Sin Hong Hiap terbunuh mati dibawah
tangannya. Dan atas kejadian itu, mengikuti adanya yang
kasar dan yang mau menang sendiri, Sin Hong Hiap pernah
bentrok dengannya.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menganggukkan
kepala.
"Kau baru tiba?" dia mengajukan pertanyaan.
Tan Ciu membawakan sikap siap tempur, dahulu dia
bukan tandingan si jago tua, hampir saja mati dibawah
tangannya. Beruntung Thio Ai Kie memberi pertolongan,
maka dia luput dari kematian.
"Sin Hong Hiap, kau hendak mengadakan tuntutan atas
kematian Chio It Chong?" Tan Ciu menegur.
"Ha..Ha..Ha..." Sin Hong Hiap tertawa.
"Mengapa tertawa?" bertanya Tan Ciu heran.
"Aku?!"
"Hee,, apa guna menyambung permusuhan? Hampir aku
menjadi korban Thio Ai Kie. Dan muridku itupun salah
sendiri. Kedatanganku bukan urusan itu...."
"Maksudmu?"
"Kau belum tahu, bahwa drama kehancuran hampir
melanda Guha Kematian."
"Bahaya kehancuran?"
"Mari kita pulang." Berkata SinHong Hiap.
"Pulang??"
"Ng.... Aku menetap didalam Guha Kematian. Thio Ai
Kie dan Thio Bie Kie melatih dan memperdalam ilmu
kepandaian mereka, kurang berhati-hati, seret jalan masuk
api. Aku tiba tepat pada waktunya, dikala aku masuk
kedalam Guha Kematian, mereka masih kelejetan, cepatcepat
kutotok jalan darah mereka. Memberi perintah
kepada Siauw Tin untuk meminta obat Thong Thian hoan.
obat Thong Thian-hoan hanya berada di pulau Tong-hay,
Siauw Tin pergi ke tempat itu.
"Aaaa...." Tan Ciu mengeluarkan seruan kaget.
Bersama-sama dengan Sin Hong Hiap, mereka lari
kearah Guha Kematian. Seperti apa yang diceritakan Thio
Ai Kie dan Thio Bie Kie sangat mengkhawatirkan. Dua
saudara itu salah melatih diri, hampir mati.
"Kita harus segera membantu Siauw Tin." berkata Tan
Ciu.
"Mengapa?" SinHong Hiap belum mengerti.
"Salah satu dari tiga jago Tong-hay yaitu si kurus kering
Kut Lauw Kui sudah menggabungkan diri dengan Sri Ratu
Bunga, kedudukannya tentu tidak akan menguntungkan
kita."
Diceritakan kejadian yang sudah terjadi di Sumur
Penggantungan.
"Betul." Berkata Sin Hong Hiap. Dia dapat menyetujui
pendapat si pemuda. "Siauw Tin meminta obat, belum
tentu dapat."
Setelah mempernahkan dua saudara Thio, Tan Ciu dan
Sin Hong-hiap meninggalkan Guha Kematian. Mereka
menuju kearah Pulau Thong-hay, menyusul Siauw Tin
yang meminta obat Thong thian-hoan.
Perjalanan menuju ke pulau Tong Hay dilanjutkan
dengan menggunakan perahu, pengalaman-pengalaman Sie
Hong hiap sangat luas, mereka menyewa perahu, menuju
kelaut Timur.
Perahu yang membawa Tan Ciu dan Sin Hong Hiap
meluncur dengan laju!
"Berapa lamakah melakukan perjalanan yang seperti
ini?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Kurang lebih dua hari." Sin Hong hiap memberi
keterangan.
Satu hari lagi, Pulau Tong-hay sudah berada didepan
mata, ternyata laju perahu berada di depan mata, ternyata
laju perahu berada diluar dugaan mereka, begitu cepat
berada di pulau TongHay.
Pulau Tong hay dijagoi oleh Kut Lauw Kui, Tay Tauw
Kui dan Bu Ceng-kui, tiga akhli silat yang merajai pulau
tersebut, kemudian ditempat ini sangat sepi sekali.
Tan Ciu dan Sip Hong Hiap tidak menemukan lain
perahu, entah bagaimana keadaan Siauw Tin ditempat itu.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap mengadakan perundingan,
mereka memisahkan diri, menyelidiki keadaan pulau itu
secara terpisah. Sin Hong-hiap menuju ke Selatan, Tan Ciu
menyelidiki bagian Utara Pulau itu.
Mengikuti penyelidikan Tan ciu, tampak pemuda ini
merayap naik dari sebuah tebing batu.
"Siapa?" tiba-tiba terdengar suara bentakan dari atas
tebing batu itu.
"Aku.." Tan Ciu memunculkan dirinya. Ia berhadapan
dengan seorang lelaki tinggi.
"Sebutkan namamu." Bentak orang itu.
"Tan Ciu."
"Dengan maksud tujuan?"
"Bertemu dengan tiga jago Tong Hay."
"Ada urusan apa?"
"Boleh aku bicara langsung dengan mereka?" Tan Ciu
tertawa.
Laki-laki itu memperhatikan si pemuda beberapa waktu,
kemudian menganggukkan kepala.
"Baiklah" Dia mengajak Tan Ciu kepada sang majikan.
Tiga Jago Tong Hay, Kut Lauw Kui, Tay Tauw Kui dan
Bu ceng Kui tinggal didalam bangunan-bangunan batu. Itu
waktu Kut Lauw Kui masih berada di daerah tionggoan,
yang ada hanya Tay Tauw Kui dan Bu Ceng-kui.
Tay Tauw Kui adalah kepala dari tiga orang itu, Tan Ciu
langsung dibawa menghadap dirinya,
Didalam sebuah ruangan batu, duduk seorang pendek
yang gemuk, bentuk kepalanya hampir menyamaii
perutnya, inilah Tay Tauw Kui.
"Silahkan duduk.." Memandang tamunya dia membuka
suara.
Tan Ciu duduk ditempat yang sudah disediakan
untuknya.
"Ada keperluan apa Tuan datang kemari?" Lagi-lagi Tay
Tauw Kui mengajukan pertanyaan.
"Sebelumnya aku wajib memperkenalan diri." Berkata
sang pemuda, "Aku Tan Ciu, datang dari daerah
Tionggoan."
"Ngg...."
"Kudengar hanya tiga jago dari Tong-hay yang memiliki
obat Thong Thian-hoan, betulkah cerita orang yang seperti
itu?"
"Thong thian-hoan?" Tay Tauw Kui menganggukkan
kepala. "Kedatanganmu mempunyai hubungan dengan
Obat Thong THian-hoan?"
"Sedikit banyak mempunyai hubungan." berkata Tan
Ciu.
"Thong Thian-hoan khusus untuk menyembuhkan orang
yang salah melatih diri, siapakah yang menderita luka itu?"
"Dua kawan yang pernah menolong jiwaku?"
"Dan kedatangan tuan untuk meminta obat Thong thianhoan?"
"Pertama-tama aku mengharapkan bantuanmu untuk
membagi dua butir obat itu." berkata Tan ciu. "Dan urusan
kedua adalah tentang seorang gadis yang bernama Siauw
Tin."
"Seorang gadis yang bernama Siauw Tin?"
"Ng... Tuan pernah mendapat kunjungannya bukan?"
"Kau orang mengatakan bahwa ada seorang gadis yang
bernama Siauw Tin pernah berkunjung ke arah pulau ini."
Kata-kata yang di ulang oleh Tay Tauw Kui
menandakan bahwa Siauw Tin belum sampai di pulau
tersebut.
"Mungkinkah dia belum sampai?" Tan Ciu menduga
buruk, tentunya perahu siauw Tin mengalami sesuatu,
Maka dia tidak dapat melihat gadis itu.
Tay-tauw Kui memandang salah satu orangnya, dia
bertanya kepada orang itu. "Ada seorang gadis yang datang
ke pulau ini?"
Laki-laki yang ditanya juga tertegun.
"Belum ada." Dia memberikan jawaban.
"Betul-betul tidak ada seorang gadis yang hendak
bertemu dengan aku?" Tay Tauw Kui meminta kepastian
orangnya.
"Sungguh!!" Orang itu berkata pasti.
Tay Tauw Kui mengalihkan sinar matanya kearah Tan
Ciu. "Bagaimana potongan dan bentuk tubuh gadis itu?"
Tan Ciu menggambarkan dedak, perawakan Siauw Tin.
"Kau tunggu sebentar." Berkata Tay Tauw Kui.
"Akan kuperiksa dahulu kejadian ini?"
Dia memberi pesan beberapa patah kata, maka laki-laki
tinggi itu meninggalkan keluar.
Tidak lama kemudian, orang tersebut sudah balik
kembali. Dia memberi laporan. "Tidak ada seorang gadis
yang mencari Tay To cu?"
Tan Ciu mengerutkan alisnya.
"Bagaimana dia belum sampai?" Anak muda ini
bergugam.
"Kau tidak percaya?" Balik tanya Tay Tauw Kui.
Tan Ciu ragu-ragu.
Tay Tauw Kui berkata. "Disekitar pulau sering terjadi
gelombang pasang, besar kemungkinannya kawan gadismu
itu terdampar kelain tempat."
"Terdampar kelain tempat?" Tan ciu harus percaya
kepada keterangannya.
"Hal ini bukan tidak mungkin terjadi." Tay Tauw-kui
memperkuat keterangannya.,
Tan Ciu menarik napas.
"Dan untuk permintaanmu yang pertama, memang obat
Thong thian-hoan, kami tidak dapat memberikan
kepadamu." Berkata Tay Tauw Kui.
Tan Ciu harus berdaya upaya.
Tapi Kut Lauw Kui dapat memberikannya.
Dia berkata, "Kut Lauw Kui adalah kakek berbaju merah
kurus kering itu. Disaat ini masih berada didaerah
Tionggoan." dan Tan Ciu hendak menggunakan kakek itu
sebagai alasan.
Tay Tauw Kui terkejut, kepalanya yang agak besar itu
digoyangkan.
"Kau sudah bertemu dengan saudaraku yang ketiga?"
Dia bertanya.
"Mungkinkah belum kembali?" Balik bertanya Tan Ciu.
"Dia sedang berada di perjalanan didaerah Tionggoan."
Tay Tauw Kui memberi keterangan.
"Aku tahu..." Berkata Tan Ciu. "Mungkinkah belum
kembali?"
"Belum.."
"Dia memberi luka ditangan seorang yang bernama Ong
Jie Hauw."
"Terluka?"
"Ng... Tentunya sudah kembali. Dia wajib mendapat
pengobatan segera."
"Tetapi dia belum kembali."
"Wah.. bagaimana? Kukira dia dapat memberi obat
Thong Thian Hoan." Berkata Tan Ciu.
Tay Tauw Kui berkata.
"Untuk orang yang berhak mendapat obat Thong Thianhoan
harus memenuhi salah satu dari ketiga syarat ini.
Syarat pertama adalah pamili atau orang terdekat kami.
Syarat kedua adalah orang yang pernah menolong kami.
Dan syarat yang ketiga adalah orang yang dapat
mengalahkan kami."
"Kau tidak bersedia memberi atau menjual obat itu?"
Berkata Tan Ciu.
"Obat dari daerah Tong-hay bukan khusus untuk di
perjual-belikan, tentu saja tidak dijual. Kecuali kau dapat
memenuhi salah satu dari ketiga syarat yang sudah kusebut
tadi."
"Aku bersedia memenuhi syarat yang ketiga." Berkata
Tan Ciu.
"Kau hendak menentang aku? Suatu hal yang hampir
belum pernah terjadi."
Tiga jago dari Tong hay terkenal belum menemukan
tandingan. Dan hari itu seorang anak muda yang belum
mendapat nama hendak menantangnya. Tentu saja suatu
hal yang membingungkan Tay Tauw Kui.
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Kawanku menderita bahaya. Aku harus segera
menolongnya." Berkata si pemuda. "Karena itu dengan
memberanikan diri, aku hendak menantang tuan."
"Baik!" Tay Tauw Kui sangat setuju. "Katakanlah.
Dengan tangan kosong atau dengan senjata tajam?"
"Kukira cukup dengan beberapa jurus tipu silat tangan
kosong saja." Berkata Tan Ciu.
Tay Tauw Kui bangkit dari tempat duduknya,
"Mari kita bertanding diruangan silat." dia mengajak
sang tamu muda.
"Tunggu dulu..." Berteriak Tan Ciu.
"Ada apa lagi?"
"Dimisalkan aku menghendaki dua butir Thong thian
Hoan, apa aku diwajibkan bertanding sampai dua kali?
Atau bertanding dengan dua orang?"
"Oh... dimisalkan kau memiliki ilmu kepandaian silat
yang berada diatas diriku, Aku bersedia menghadiahkan
dua butir obat Thong Thian Hoan."
"Baik.." Tan Ciu sangat gembira.
Mereka meuju kearah tempat pertandingan.
Setelah memasang kuda-kudanya, Tan Ciu bertanya.
"Berapa juruskah untuk menentukan pertandingan ini?"
"Sepuluh jurus...setuju??"
"Baik.."
Tay Tauw Kui adalah kepala dari tiga jago Tong Hay,
tentu memiliki ilmu kepandaian yang tidak boleh
dipandang ringan. Betul Tan Ciu sudah berhasil
meyakinkan ilmu Thian mo Sinkang yang tercatat didalam
Kitab Thian-Mo-Po-Lok, dapat tidaknya mengalahkan jago
Tong Hay itu terlalu penting, kekalahannya berarti
kematian bagi Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie.
Tan Ciu sangat berhati-hati.
Tay Tauw Kui sudah bergerak, gesit laksana kilat, dia
berputar kebelakang lawannya dari situ, baru dia mengirim
satu pukulan tangan.
Tan Ciu mengikuti gerakan orang. Maka kedudukan
posisi dari kedua orang itu tetap seperti sediakala, mereka
berhadap-hadapan. Serangan Tay Tauw Kui dibalas dengan
serangan lagi.
Hasil dari benturan tenaga adalah terpisahnya kedua
orang yang bertanding. Tan Ciu bergoyang dua tapak, tapi
Tay Tauw Kui geser empat langkah. Perbedaan yang sudah
jelas, kekuatan Tay Tauw Kui masih berada dibawah si
pemuda.
"Hebat." Tay Tauw Kui memberikan pujiannya. Dengan
gesit, dia sudah menyerang lagi dua kali.
"Ilmu meringankan tubuh yang luar biasa." Tan Ciu
balas memuji sang lawan.
Untuk tenaga pukulan Tan Ciu menang kepalan, tapi
untuk meringankan badan, tidak mungkin Tan Ciu dapat
mengejar Tay Tauw Kui.
Sepuluh jurus itu telah selesai dimainkan, Tay Tauw Kui
lompat mundur keluar lapangan,
"Aku menyerah." dia berkata lesu.
Dari dalam sakunya, Tay Tauw Kui mengeluarkan botol
kecil, membuka tutup botol itu dan mengeluarkan dua butir
obat. Diserahkan kepada si pemuda.
"Inilah obat Thong Thian-hoan." katanya. "Ambillah..
aku menghadiahkan dua butir."
Tan Ciu menerima pemberian obat itu. Terlalu mudah
sekali, Dia tertegun lama. Seolah-olah ada sesuatu yang
kurang beres didalam permainan ini. Begitu mudah
mendapatkan obat Thong Thian Hoan yang diharapkan.
Dia tidak begitu yakin kepada kenyataan.
Memperhatikan dua butir obat yang berwarna hitam.
Tan Ciu mengendus-endusnya.
"Inilah yang bernama obat Thong Thian hoan?" dia
bertanya.
"Kau kira obat palsu?" Tay Tauw Kui menunjukkan
sikapnya yang tidak puas.
"Aku...." Tan Ciu kurang pandai bicara.
Tay Tauw Kui tertawa, dia mengeluarkan botol obat
yang belum disimpan tadi, diambilnya satu butir lagi dan
diletakkan kedalam mulut. Kluk.. dia menelan obat itu.
"Nah..." dia berkata, "Percayalah!! ini obat asli! tidak
mengandung racun.."
Tan Ciu malu kepada diri sendiri. Bila orang itu berani
memakannya, Tentu bukan obat palsu. Lebih-lebih bukan
obat yang mengandung racun.
"Maafkan aku yang terlalu banyak curiga." Tan Ciu
memberi hormat. "Atas pemberian ini, sebelum dan
sesudahnya, aku mengucapkan banyak terima kasih."
"sama-sama...." Berkata Tay Tauw Kui "Kedua
kawanmu yang sedang tersiksa itu membutuhkan
pertolongan segera, lekaslah kembali kepadanya."
"Aku meminta diri." Berkata Tan Ciu memberi hormat.
"Silahkan..."
Tan Ciu meninggalkan rumah batu Tay Tauw Kui
dengan hasil dua butir obat Thong thian-hoan.
Tay Tauw Kui tidak mengantar tamunya. Dia tertawa
dingin. Dan kembali masuk ke dalam ruangan tempatnya.
Disana sudah menunggu seorang pelajar tua, inilah salah
seorang dari tiga orang jago Tong-hay lainnya, Bu Ceng
Kui, demikian nama dari pelajar tua itu.
"Bagus.." Berkata Bu Ceng Kui tertawa. "Kau dapat
memegang peranan dengan bagus."
Tay Tauw Kui berdengus.
"Begitu mudah untuk meminta obat Thong Thian Hoan
kita?" Dia membawakan sikap yang lain dengan sikap yang
diperlihatkan kepada Tan Ciu tadi.
"Bocah yang bernama Tan Ciu ini memang luar biasa."
Berkata Bu Ceng Kui.
"Kita sulit untuk menghadapinya." Berkata Tay Tauw
Kui. "Dimanakah gadis itu?"
"Didalam kamar." berkata Bu Ceng Kui.
"Eh.. Kau tidak memakan obat penawar racun? Kau
sudah memakanNgo-tok liat-cong-hoan terlalu lama."
Tay tauw Kui memilih obat penawar racun, dimakannya
segera. Dan obat yang dikatakan sebagai obat Thong Thian
Hoan itu adalah racun Ngo tok liat-cong-hoan yang maha
bisa.Maka dia harus memakan obat penawarnya.
"Kita berhasil mengusir mereka tanpa pertempuran."
Berkata Tay Tauw Kui.
"Ngg.... Kau pandai memegang peranan." Puji Bu Ceng
Kui.
"Dia tidak curiga?"
"Kukira tidak.." Berkata Tay Tauw Kui. "Bagaimana
keadaan gadis itu. dia setuju?"
"Belum." berkata Bu Ceng Kui. "Tapi aku percaya, dia
pasti melulusi permintaan kita,."
"Tentu saja."
Mereka tertawa besar, Suara-suara Bu Ceng Kui dan Tay
Tauw-kui memenuhi seluruh ruangan itu. Mereka mengira
bahwa Tan Ciu dapat dikelabui dengan mudah,. Memang
terlalu gampang untuk mengibuli anak muda yang tidak
berpengalaman.
Menceritakan perjalanan Tan Ciu dia sudah balik
kembali keperahu mereka. Disana sudah menunggu si
tukang perahu beserta Pendekar Dewa Angin Sin Hong
Hiap.
"Bagaimana?" Sin Hong Hiap mengajukan pertanyaan.
"Success..." Berteriak Tan Ciu gembira. Mengeluarkan
racun Ngo-tok hiat cong-hoan dan berkata. "Nah.. inilah
obat Thong Thian Hoan."
Dia belum tahu bahwa Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui
sudah bersekongkol untuk meracuni orang-orang yang
bersangkutan. Memberi nama obat Thong Thian Hoan
kepada racun Ngo-Tok hiat-cong-hoan.
Pengalaman-pengalaman Sin Hong Hiap sudah
menjadikan si jago muda sebagai seorang yang mempunyai
ketajaman istimewa. Dia menerima obat itu segera.
"Bagaimana dengan keadaan Siauw Tin?" dia bertanya.
"Mereka mengatakan bahwa dia belum datang." Jawab
Tan Ciu mengulang keterangan Tay Tauw Kui.
"Siauw Tin belum sampai di pulau ini?"
"Betul.."
"Ach.. kukira tidak mungkin, dia sudah berangkat
beberapa hari dimuka."
"Sungguh, Siauw Tin belum sampai."
"Bagaimana kau tahu, jika Siauw Tin belum sampai
diatas pulau?"
"Tay Tauw Kui yang mengatakan."
"Begitu percaya kau kepada keterangan orang."
"Kukira boleh dipercaya." Berkata Tan Ciu. "Dia begitu
baik kepada kita, memberi obat Thong Thian-hoan, tidak
ada alasan untuknya menipu orang."
"Kau tahu pasti bahwa obat ini yang bernama Thong
Thian-hoan?"
"Tay Tauw Kui telah menelan satu butir obat juga."
"Obat yang sama?"
"Obat yang sama!!"
"Ngg...." Sin Hong Hiap tidak dapat mengemukakan
alasan lain.
"Mari kita berangkat pulang." Tan Ciu memberi saran.
Sin Hong Hiap sudah bersedia menuruti kehendak
kawan itu, tiba-tiba bayangan menyelusup masuk kedalam
benak pikirannya. Dia menghentikan gerak langkah
kakinya.
"Tunggu dulu!!" dia berkata.
"Ada apa?" Tan Ciu menoleh ke arah si Pendekar Dewa
Angin.
"Kukira ada sesuatu yang tidak beres." berkata Sin Hong
Hiap. "Seolah-olah aku mendapat firasat buruk."
"Firasat tentang apa?" Bertanya Tan Ciu. Dia masih
belum mengerti.
"Kukira terlalu mudah kau menerima obat Thong Thian
Hoan."
"Tentu saja mudah. karena aku sudah mengalahkan Tay
Tauw-kui."
"Bukan itu yang kumaksudkan. Apa akibatnya bila dia
menyerahkan obat palsu kepadamu?"
"Obat palsu?" Tan Ciu semakin bingung. "Mana
mungkin."
"Dimisalkan racun jahat yang dapat mematikan orang.
Bukankah jiwa dua saudara Thio akan tersiksa?"
"Tidak mungkin... Tay Tauw kui berani menelan obat
yang mengandung racun, bukan? Kesimpulanku ialah, obat
yang diberikan olehnya adalah obat tulen."
"Belum tentu..."
"Alasanmu?"
"Dimisalkan dia sudah menyediakan penawar racun,
setelah itu dihadapanmu dia berdemonstrasi, menelan
benda yang diserahkan kepadamu. Dapatkah racun itu
bekerja?"
"Dia sudah memakan obat penawar racun?"
"Dimisalkan sampai terjadi permainan ini. Siapakah
yang dirugikan?"
Tan Ciu sadar akan kesalahannya. Dia meminta obat
Thong Thian-hoan untuk menolong Thio Ai Kie dan Thio
Bie Kie, bukan untuk menyelakakan mereka. Bila sampai
terjadi permainan sulap Tay Tauw Kui, secara tidak
langsung dialah yang membunuh bekas penolong itu. Dia
harus berhati-hati.
"Kau mengatakan bahwa kedua obat ini berupa benda
yang mengandung racun?" Tan Ciu mengajukan
pertanyaan.
"Belum dapat dipastikan." Berkata Sin Hong Hiap
mengangkat pundak.
"Kita harus mengadakan percobaan itu?" bertanya Sin
HongHiap menyengir.
Tan Ciu garuk-garuk kepala. Bagaimana dapat
mengadakan percoaan itu? Bagaimana dia harus mencoba
asli tidaknya dari kedua butir obat yang didapat dari Tay
Tauw Kui?
Dimisalkan obat itu berjumlah lebih daripada dua, tentu
saja mudah diselesaikan.
Sin Hong Hiap berkata. "Setelah terbukti, bahwa obat ini
bukan obat yang asli, Tentunya mereka telah menahan
Siauw Tin."
"Betul!! besar kemungkinannya Siauw Tin masih berada
di pulau ini."
"Betul. Kita harus mencari keterangan yang lebih jelas."
Sin Hong Hiap lompat turun dari perahu, dia
menggapaikan tangan.
"Mari.." katanya "Kau ikut aku."
Tan Ciu meniru gerakan si Pendekar Dewa Angin.
Mereka balik kembali.Mengunjuk penjaga pulau, Sin Hong
Hiap berkata.
"Bekuk orang ini. Kita meminta keterangannya."
"Baik!!" Tan Ciu mendekati penjaga pulau itu.
Lelaki yang sedang meronda terkejut.
"Eh.. kau belum pergi?" dia heran.
"Belum!!" Berkata Tan Ciu tertawa. "Boleh aku
mengetahui namamu?"
"Aku Ciok Boh." berkata laki-laki itu.
"Saudara Ciok Boh, bagaimana hubunganmu dengan
ketiga jago Tong-hay?" Bertanya Tan Ciu.
"Aku adalah muridnya." BerkataCiok Boh.
"Bagus. Tentunya paham sekali tentang keadaan tempat
ini bukan?"
"Tentu saja."
"Pernah mendengar nama obat Thong Thian-hoan?"
"Itulah obat kesayangan guru-guru kami," berkata Ciok
Boh. "Khasiatnya adalah khusus untuk menyembuhkan
bagi mereka yang sesat melatih diri."
Tan ciu mengeluarkan dua butir obat pemberian Tay
Tauw Kui, diserahkannya kepada Ciok Boh dan berkata
"Kenal kepada obat ini?"
"Itulah obat Thong Thian Hoan yang suhu berikan
kepadamu." berkataCiok Boh.
"Namanya?"
"Thong ThianHoan."
"Yakin, bahwa obat ini yang bernama Thong Thianhoan?!"
Wajah CiokBoh berubah.
"Tidak salah lagi." Suaranya agak gemetar.
"Bagus!!" Tan Ciu tertawa dingin. "Hendak kuhadiahkan
kepadamu.Makanlah."
"Ah.." Ciok Boh gugup. "Aku segar bugar, bagaimana
disuruh makan Thong Thian Hoan?"
"Tidak ada salahnya bukan?"
"Tapi... tapi...."
"Coba kau makan obat ini.."
"Guruku sudah memakan satu butir bukan?"
"Aku memberi perintah agar kau memakan obat ini."
Ciok Boh melempar obat itu, Tan Ciu kaget, Tangan si
pemuda terjulur, hendak menyanggah obat yang dibuang
oleh Ciok Boh.
Dan kesempatan inilah yang ditunggu oleh murid Tay
Tauw Kui. Begitu tepat pula dia memukul kepala si
pemuda.
Tan Ciu sadar akan adanya bahaya itu. Cepat dia
mengegos.
"Kau...?!" Suara ini terputus. Tangan Ciok Boh mengenai
pundaknya. Tan Ciu terdorong kebelakang.
Ciok Boh menyusul datang. Dia hendak menamatkan
jiwa lawannya. Dia tidak percaya, mana mungkin pemuda
ini berkepandaian tinggi? Dia mencemoohkan sang guru
yang dianggap bernyali kecil! terbukti dengan satu pukulan
gelap, dia mengerjai Tan Ciu.
Tan Ciu berani menantang tiga jago Tong Hay, tentu
disertai perbekalan yang komplit. serangan Ciok Boh yang
mengenai pundaknya disebabkan kurangnya perhatian si
pemuda. Ia terlalu memusatkan panca indranya kepada
obat yang belum dapat dipastikan keasliannya.
Tan ciu hampir terpelanting kebelakang. begitu cepat
pula daya kekuatan reflek bekerja, memasang posisi kudakuda
yang kuat, dan Ciok Boh yang kurang pengalaman
menyusul datang, itulah yang Tan Ciu inginkan dengan
kedua tangan yang didorong kedepan dia memukul
lawannya.
Bang!....
Ciok Boh tidak sanggup mempertahankan dirnya, tubuh
itu terbang jauh.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menyanggah
datangnya Ciok Boh, menekan jalan darah kematian orang
itu.
"Jangan bergerak," Dia mengancam, "Berani goyang
dikit, berarti mencari mati sendiri."
Ciok Boh mati kutu. Terasa sekali tekanan Sin Hong
Hiap yang mengancam jalan darah kematiannya.
Tan Ciu menyusul datang. Pada tangan pemuda itu
masih membawa dua butir obat "Thong Thian Hoan." Kini
dia berani berkata pasti, bahwa dua benda yang berbentuk
seperti obat itu bukanlah barang yang dikehendaki.
Sin Hong Hiap menelikung tangan Ciok Boh,
Ditekukkan kebawah tanah.
Ciok Boh dapat memperhatikan wajah tua Sin Hong
Hiap yang bengis itu.
-ooo0dw0oooJilid
25
"K A U ? . . . Kau. . ." Dia belum tahu, hukuman
bagaimana yang hendak dijatuhkan kepada dirinya,
"Jangan takut." Berkata Sin Hong Hiap. "Aku masih
belum menghendaki jiwamu."
"Siapa kau ?" Ciok Boh marah besar.
"Kawan Tan Ciu." Berkata Sin Hong Hiap secara
singkat.
Tan Ciu sudah datang dekat, mengacungkan obat
Thong-thian-hoan palsu dan membentak.
"Katakan sekali lagi, ini obat Thong-thian-hoan?"
"Be . .tul . . Betul. . ." Berkata Ciok Boh cepat. “itu obat
Thong-thian-hoan."
"Nah. makanlah obat ini." Berkata Tan Ciu yang hendak
menjejal benda tersebut kedalam mulut Ciok Boh.
"Jangan!" Ciok Boh mengeluarkan suara jeritan.
"Mengapa?" Bertanya Tan Ciu beringas,
"Aku . . aku . . ."
"Kau mendapat hadiah obat Thong thian-oan. Maka
bebas dari gangguan Sesat Jalan Darah Masuk Api ."
Sesal Jalan Darah Masuk Api adalah nama istilah dari
sesuatu hal yang menandakan salahnya seseorang yang
melatih ilmu silat kelas tinggi.
"Jangan!" Berteriak Ciok Boh.
"Mengapa?"
"Itu bukan obat Thong-thian-hoan." Berkata Ciok Boh
membuka rahasia.
"Sebutkan nama dari benda ini!" Bentak lagi Tan Ciu.
"Itulah racun Ngo-tok-liat-tiong-hoan."
"Racun?" Tan Ciu dan Sin Hong Hiap saling pandang.
Sangat beruntung. Mereka tidak berlaku gegabah
sembarangan memberikan racun2 ini kepada Thio Ai Kie
dan Thio Bie Kie. maka terhindarlah dua jago wanita tua
itu dari kematian diserang racun.
"Betul." Berkata Ciok Boh. "Nama racun itu adalah Ngotok-
liat-cong-hoan."
Tan Ciu merasa tertipu. Kemarahannya sukar
dilukiskan.
"Betul-betul kita dikelabui." Berkata Sin Hong Hiap
bergumam.
Tan Ciu mengayun tangan, maksudnya hendak
menamatkan jiwa laki-laki yang bernama Ciok Boh itu.
Cepat-cepat Sin HongHiap menahan.
"Jangan!".
Si jago tua lebih berpengalaman. Asam yang dimakan
oleh Sin Hong Hiap lebih banyak dari nasi yang masuk
kedalam perut Tan Ciu. Jembatan yang dilalui oleh sijago
tua lebih banyak dari jalan-jalan yang pemuda lintasi! Itulah
perbedaan diantara oraog-orang yang sudah tua dan anakanak
muda.
Menjengakkan kepala Ciok Boh. Sin Hong Hiap
membentak. "Pulaumu pernah mendapat kunjungan
seorang gadis, bukan?"
Ciok Boh menganggukkan kepalanya.
"Dia bernama Siauw Tin, bukan?" Bertanya lagi Sin
HongHiap.
Dan untuk kesekian kalinya lagi-lagi Ciok Boh
mennganggukkan kepala, gerakannya begitu lemah tidak
ada semangat lagi.
"Dimanakah gadis itu kini?" Membentak Tan Ciu tidak
sabar.
"Didalam Kamar susiok."
"Susiok yang mana?"
"Susiok Bo Ceng Kui."
"Siauw Tin telah menjadi orang tawanan kalian?"
"Ceritakan lebih jelas lagi."
"Nona Siauw Tin datang seorang diri, bertemu dengan
susiok. dikatakan, dia membutuhkan obat Thong thianhoan,
maksudnya hendak menolong dua wali orang tuanya.
Tentu saja susiok tidak mau menyerahkan obat yang
diminta. Tapi susiok tertarik kepada Kecantikan nona itu.
dengan menggunakan tipu nona Siauw Tin berhasil
dijebloskan kedalam lubang perangkap. Begitulah dia
menjadi tawanan Tong-hay. Susiok berkata kepadanya, Dia
dapat memberikan obat Thong thian-hoan. dengan jasa
timbal balik meminta badan si gadis."
"Kurang ajar!" Tan Ciu berteriak keras.
"Nona Siauw Tin Tidak setuju." Ciok Boh meneruskan
ceritanya. "Demikianlah nona itu dikurung didalam suatu
kamar. Dengan janji melepaskan dirinya, setelah dia
bersedia ditawan oleh susiok."
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap selesai mendengar cerita
keterangan Ciok Boh, mereka menotok jalan darah laki-laki
itu.
"Seperti apa yang sudah kuduga. Berkata Sin Hong Hiap,
"Mereka tidak rela menyerahkan obat Thong-thian-hoan."
"Kita mengadakan teguran."
"Mari."
Dengan membawa tubuh Ciok Boh, Tan Ciu dan Sin
HongHiap balik kembali.
Dibangunan batu Tay Tauw Kui, keadaan masih sepi,
derap langkah Tan Ciu dan Sin Hong Hiap menimbulKan
reaksi yang spontan. Dari dalam rumah terdengar suara
bentakan Tay Tau Kui.
"Siapa? Ciok Boh kah yang datang?"
"Beserta kami." Tan Ciu memberi jawaban.
Pintu itu dibuka, terlihat Tay Tauw Kui menunjukkan
rasa bingungnya.
Tan Ciu melempar tubuh Ciok Boh kepada si Iblis
Kepala Besar!
Tay Tauw Kui menyanggah benda yang terlempar
kearahnya, dikala sadar bahwa itulah murid sendiri.
alangkah terkejutnya.
Dia menurunkan tubuh murid itu.
"Kau?" Dia memandang Tan Ciu dan meminta
keterangan yang lebih jelas. Dengan alasan apa tamu itu
menotok muridnya.
"Aku balik untuk menghaturkan terima kasih
kepadamu." Berkata Tan Ciu.
"Terima kasih?"
"Bagaimana tidak mengucapkan terima kasih? karena
kau telah memberi hadiah dua butir obat Thong-thianhoan."
"Mengapa kau menotok muridku." Bentak Tay Tauw
Kui. Dia belum sadar bahwa permainan sulapnya telah
diketahui orang.
"Aku menotok jalan darah muridmu, karena dia
memberi tahu kepadaku, bahwa dua butir obat Thongthian-
hoan. yang kau berikan kepadaku itu berupa dua butir
obat palsu dua butir obat yang mengandung racun jahat."
"Bohong!" Tay Tauw Kui berteriak keras.
"Boleh kau bertanya kepada muridmu sendiri." Berkata
Tan Ciu tenang.
Ciok Boh diberi kesempatan bicara, badannya gemetaran
menggigil keras.
"Suhu . . . ." Dia memanggil lemah.
"Bedebah!" Bentak Tay Tauw Kui. "Apakah yang kau
katakan kepada tamu kita ini?"
"Kukatakan . . .Kukatakan. . . Aku dipaksa oleh
mereka." BerkataCiok Boh.
"Kau kutakan kepada mereka bahwa dua butir obat yang
kuberikan kepadanya itu mengandung racun jahat?"
"Be . . . Betul. . ."
"Bedebah!" Tangan Tay Tauw Kui Terayun. pruk! kepala
sang murid pecah disaat itu juga, jiwanya melayang kealam
baka.
Menyaksikan kekejaman Tay Tauw Kui yang
memperlakukan murid sendiri seperti itu, Tan Ciu kesima,
hanya sebentar, Kemudian pemuda ini tertawa dingin.
setengah mengejek dia barkata.
"Hebat, telah kusaksikan ilmu kepandaian Tay Tauw Kui
yang luar biasa,"
"Murid murtad ini harus dikasih mati." Tay Tauw Kui
berkata. "Berani dia mengadu domba."
"Hu, percayalah bahwa dua butir obat yang kuberikan
kepadamu itu adalah obat mujarab."
"Terlalu mujarab." Berkata Tan Ciu. "Sehingga ia dapat
mematikan orang segera."
"Bohong. Jangan percaya keterangannya."
"Aku tidak percaya keterangannya, Tapi aku lebih
percaya kepada kenyataan. Bukan saja dua butir obat palsu
itu yang kau berikan, Siauw Tin yang dikatakan belum
sampai dipulau inipun berupa isapan jempol juga."
"Aah, kau terlalu percaya kepada fitnahan orang."
"Lekas katakan, dimana kau simpan gadis itu!"
"Boleh kau cari sendiri? Adakah dia ditempat ini?" Tay
Tauw Kui masih menyangkal keras.
"Boleh aku memeriksaa kamar Bu Ceng Kui?" Berkata
Tan Ciu mengirim kerlingan mengejek.
"Aaa . . !"
Rusaklah semua rencana Tay Tauw Kui.
"Tay Tauw Kui, lekas serahkan gadis itu." Tan Ciu
meminta orang.
Tay Tauw Kui menunjukkan sikap aslinya. dengan
beringas dia bergeram. "Ternyata kau tidak mudah
dikelabui."
"Hampir saja aku tertipu olehmu." Berkata Tan Ciu
Tidak kusangkal lagj." Berkata Tay Tauw Kui keras.
"Obat Thong-thian-hoan masih berada didalam tanganku.
Gadis cantik itu berada didalam kamar suteeku, apa yang
kau mau?"
"Jangan berlagak tolol." Berkata Tan Ciu, "kau tahu,apa
yang harus diperbuat olehmu."
Tay Tauw Kui bergerak kesamping, dia hendak
menyerang bagian belakang orang.
Tan Ciu bermata tajam, dia berganti posisi melayani
serangan ini. Tay Tauw Kui gesit sekali. dia lari jauh,
terhindarlah bentrokan tadi, dia meringankan tubuh. Tan
Ciu menang kekuatan. Dia tak mau membentur tenaga
lawan itu.
Terjadi pertempuran didalam ruangan, sedikit demi
sedikit, tapi yang sudah jelas dan pasti. Tan Ciu mendesak
lawannya.
Posisi Tay Tauw Kui terjepit pada dinding tembok batu,
Tan Ciu memukul kedepan, Tay Tauw Kui hendak
mengegoskan diri, tak berhasil, dengan telak, pundaknya
kena pukulan, dia terhuyung kesamping!
Tan Ciu mengirim lain pukulan lagi. agaknya sulit bagi
Tay Tauw Kui untuk mengelakannya.
Tiba-tiba melayang masuk seorang, segera dia
membentak.
"Jangan sombong!" Lalu mengirim satu pukulan
menolong Tay Tauw Kui dari posisi terjepit.
Disana sudah bertambah seorang berwajah panjang.
seperti muka kuda. inilah Bu Ceng-kui juga termasuk salah
satu dari tiga jago Tong-hay.
"Tan Ciu." Berkata Bu Ceng Kui. "Jangan kau bertindak
melewati batas."
"Lepaskan Siauw Tin," Tan Ciu membentak keras.
"kentut!" Bu Ceng Kui tidak mau kalah, "Dia telah
menjadi istriku. Dengan hak apa, kau meminta dirinja ?"
Tan Ciu mendelikan mata, tentu saja dia tidak percaya.
"Pulanglah. Aku pernah menyerahkan dua butir obat
Thong-thian-hoan kepadanya." berkata lagi Bu Ceng Kui.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menampilkan
dirinya, ia membuka suara. "Bu Ceng Kui, masih kenal
kepadaku?"
"Kau?" Bu Ceng Kui menolehkan kepala dan terbelalak
kaget.
"Betul." Sin Hong Hiap menganggukkan kepalanya.
"Kau berkelompok dengan sibocah Tan Ciu?" Bu Ceng
Kui menegurnya.
"Tidak salah. Janganlah Kalian kukuh kepala."
Mengetahui tidak ungkulan untuk memenangkan
pertandingan itu, Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui memberi
kerlingan mata, didalam saat yang sama, tubuh mereka
bergerak, siuutt.!Melarikan diri dari ruangan tadi.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap tidak menduga bakal
menemukan kejadian yang seperti itu, Dikala mereka sadar
dari kesalahannya, bayangan Tay Tauw Kui dan Bu Ceng
Kui sudah lenyap tidak terlihat. Mereka lalu mengejar,
tidak berhasil.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap mengamuk didalam
bangunan itu. bagaikan dua ekor naga tanpa tandingan.
tanpa mendapat gangguan mereka mengaduk sarang tiga
jago Tong-hay.
Disuatu ruangan batu yang agak tersembunyi, mereka
berhasil menemukan Siauw Tin gadis itu sedang menangis
sesenggukkan.
"Siauw Tin." Tan Ciu memanggil girang.
Siauw Tin menoleh kaget, kedua pipinya basah dengan
air mata!
"Tan Ciu." Dia bangkit dari tempat duduknya.
"Nona Siauw." Berkata Sin Hong Hiap. "Mereka sudah
melarikan diri.Mari kita pulang."
"Kedatangan kalian sudah terlambat." Berkata Siauw
Tin,
"Mengapa?" Tan Ciu terkejut. "Kita dapat mencari obat
lainnya."
"Obat Thong thian-hoan sudah berada padaku." Berkata
Siauw Tin.
"Kiu? ,. Kau . ," Tan Ciu merasakan ada sesuatu yang
tidak beres.
"Bu Ceng Kui sudah menyerahkannya padaku." Berkata
Siauw Tin.
Rasa girang Tan Ciu tidak terlukiskan, tapi segera
terbayang keterangan Ciok Boh. tentu ada sesuatu yang
terjadi.
"Bagaimana kau mendapatkan obat Thong thian-hoan?"
Bertanya si pemuda.
Dengan tenang, Siauw Tin berkata. "Aku mengorbankan
diri sebagai jasa timbal balik."
"Aaaa . . ."
Sin Hong Hiap dan Tan Ciu saling pandang.
"Aku sudah menjadi istrinya," berkata lagi Siauw Tin,
"Kau, kau, rela menjadi istri Bu Ceng Kui?" Tan Ciu
penasaran.
"Tan Ciu!" Berkata Siauw Tin lagi, "Jangan tidak
percaya, demi menolong guruku. Apa boleh buat, aku rela
mengorbankan diriku. Dan hanya cara ini yang meyakinkan
kepadanya. maka aku berhasil meminta obat. Thong thianhoan."
"Siauw Tin . . ."
"Aku tahu." Berkata lagi si gadis, terima kasih kepada
perhatian kalian."
Diserahkannya dua butir obat Thong-thian-hoan,
kemudian gadis itu berkata lagi. "Nah, tolonglah berikan
kepada guruku. Katakanlah kepada mereka bahwa aku
tidak dapat kembali lagi."
"Kau, kau tak mau kembali ke Tionggoan?"
"Aku telah menjadi istri seorang Tong-hay dan aku akan
mati ditempat ini." Berkata Siauw Tin.
"Tidak akan bertemu dengan gurumu?"
"Tolong kalian sampaikan salamku."
"Siauw Tin . . ."
"Tan Ciu, jangan bersusah hati."
Bagaimana Tan Ciu tak bersedih? Sedikit banyak
sipemuda pun ada menaruh hati kepada gadis ini dan
karena Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mereka tidak dapat
mengembangkan hubungan muda-mudinya.
Sin Hong Hiap berlaku tahu diri, membiarkan keadaan
yang seperti itu berlangsung terus menerus adalah suatu
perkembangan yang tidak baik, segera mengajak si pemuda
meninggalkan pulau Tong-hay.
Dengan membawa obat Thong-thian-hoan. dengan hati
yang hancur luluh. Tan Ciu mengambil selamat berpisah.
Meninggalkan Siauw Tin diatas pulau Thong-hay.
Perjalanan pulang tidak memakan waktu, singkatnya
cerita. Tan Ciu dan Sin Hong Hiap sudah tiba di Guha
Kematian.
Obat Thong thian-hoan adalah obat khusus untuk
menyembuhkan orang yang Sesat Jalan Darah Masuk Api.
Dengan adanya obat ini. Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie
dapat ditolong.
Tan Ciu menceritakan bentrokannya Sumur
Pengantungan dan Istana Ratu Bunga.
Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie baru lolos dari lubang
jarum. mengingat keadaan mereka yang terlalu lemah.
mengingat ilmu kepandaian Sin Hong Hiap yang dapat
diandalkan mereka meminta jago tua itu yang mewakili
dirinya.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap tidak keberatan,
Dia mewakili Guha Kematian, membantu usaha Tan Ciu
untuk menumpas kekuatan Istana Ratu Bunga.
Didepan guha, Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengantar
mereka. Kekuatan Sin Hong Hiap cukup untuk merasakan
kesulitan-kesulitan si pemuda.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap turut serta ke
Sumur Penggantungan.
Didalam Sumur Penggantungan sudah berkumpul
banyak orang.Melihat Putri Giok Hu Yong Permaisuri dari
kutub utara Pek Pek Hap Pek Co Yong si Pengemis Tukang
Ramal Amatir Tong Kay, Pendekar Dungu muda Ong jie
Hauw. Suami istri, dan beberapa jago undangan lainnya.
Kedatangan Tan Ciu sangat diharapkan sekali. Adanya
Pendekar Dewa Angin SinHong Hiap yang turut serta lebih
menggirangkan mereka. Disitu pun terdapat putri Kim-ie
Mo-jin, Kim Cui. Gadis ini hendak ditarik gurunya. Dia
meminta ingin untuk menyelesaikan permusuhan sang
kekasih dan ayahnya,
Setelah masing-masing memperkenalkan kawan mereka,
Kim Cui mendekati pemuda itu.
"Tan Ciu aku kembali lagi." Dia berkata,
"Mengapa?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Dia hendak membujukmu, agar kau tidak menjadi
musuh ayahnya." Pek Pek Hap menalangi si gadis
menjawab pertanyaan itu.
"Ayahmulah yang memusuhi aku." Berkata Tan Ciu
kepada si gadis.
Kim Cui berkata. "Kedatanganku untuk meredakan
hubungan kalian yang meruncing,"
"Dapatkah."
"Kita akan berusaha."
"Yang penting putusan berada ditangan ayahmu."
"Ayah menghendaki kitab Tian-mo Po-lok bila kau
bersedia menyerahkan kitab itu Kim-ie-kauw pasti keluar
dari persengketaan ini."
"Bila ayahmu mempunyai ketekatan untuk meredakan
suasana peperangan, aku bersedia menyerahkan kitab
Thian-mo Po-lok," Berkata Tan Ciu.
"Sungguh?" Kim Cui berteriak girang.
"Tentu." Tan Ciu menganggukan kepala.
Untuk keamanan dunia persilatan umumnya, demi
ketenangan persengketaan diantara Sumur Penggantungan
dan Istana Ratu Bungan umumnya. Tan Ciu rela
menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok.
"Kitab itu masih berada padamu?" Kim cui bertanya
segera.
"Betul?"
Ternyata setelah berhasil meyakinkan ilmu kepandaian
yang tercatat pada kitab Thiam-mo-Po-lok. Pengemis
Tukang Ramal Amatir Tong Hay sudah menyerahkan
kembali.Maka kitab tersebut masih berada pada Tan Ciu.
"Mari kuajak kau bertemu dengan ayah?" Berkata Kim
Ciu.
Tidak ada orang yang memnyetujui usul itu,
membiarkan Kim Cui mengajak Tan Ciu berangkat lebih
dahulu, beramai-ramai mereka menyusul dibelakang
pasangan itu.
Dimisalkan perundingan membawa hasil mereka dapat
menghindari pertumpahan darah yang lebih banyak!
Tan Ciu dan Kim Cui berangkat sebagai rombongan
pertama.
Giok Hu Yong, Pek Pek Hap, Sin Hong Hiap dan lainlainnya
berangkat sebagai rombongan kedua.
Atas petunjuk Kim Cui dengan mudah rombongan
pertama dari Sumur Penggantungan itu sudah tiba dimarkas
besar Kim-ie-kauw.
Penjaga gunung adalah pengawal Kim-ie-kauw yang
mereka jumpai adalah laki-laki kurus. Kim Cui kenal
kepada orang ini, si gadis berkata kepadanya.
"Dimana ayahku ?"
"Sedang berada diruangan rahasia." Jawab orang itu,
Adanya Kim ie Mo-jin didalam ruangan rahasia, tentu
sedang merundingkan sesuatu yang maha penting. Kim Cui
tahu akan sifat kebiasaan sang ayah. Segera dia mengajukan
pertanyaan lain,
"Ada siapa lagi yang berada dalam kamar rahasia itu ?"
"Sri Ratu Bunga beserta beberapa orang kita." Jawab
orang itu,
"Tolong kau beri tahu akan kedatangan kami." berkata
Kim Cui meminta bantuannya.
Orang itu bernama Ho Kwee, dia baik kepada Kim Cui,
maka tanpa menunggu perintah kedua dia mewartakan
akan kedatangannya Tan Ciu dan Kim Cui.
Menghadapinya Ho Kwee untuk bertemu, dengan Kimie
Mo-jin segera mendapat panggilan khusus, dengan wajah
tidak puas. Kim-ie Mo-jin membentak orang bawahan itu.
"Ada apa?"
"Nona Kim balik dan menyertai Tan Ciu dia minta
bertemu." Ho Kwee memberi laporan.
"Aaaa ...." Suatu kejadian yang berada diluar dugaan
Kim-ie Mo-jin.
"Berapakah orang yang mereka bawa?" Dia bertanya?
"Tidak membawa orang." Jawab Ho Kwee.
"Begitu berani? Apakah maksud kedatangannya?"
Ho Kwee tidak berani mengkomentari kejadian itu. Dia
diam.
Ratu Bunga Giok Hong dapat mengikuti percakapan
mereka, dia mengeluarkan dugaan.
"Tentunya ada hubungan dengan aku?"
"Biar aku yang menghadapinya." Berkata Kim-ie Mo-jin.
Memandang Ho Kwee memberi perintah. "Suruh mereka
tunggu diruang tamu."
Ho Kwee mengiyakan perintah itu. dia meminta diri.
Dengan berjalan Ho Kwee mengajak Tan Ciu dan Kim Cui
keruang tamu, Disana menyilahkan mereka menunggu,
Diruang rahasia. . .
Kim-ie Mo-jin. Ratu Bungan Giok Hong. Bu Ceng Kui,
Tay Tauw Kui, Lauw Kui dan belasan jago Kim-ie-kauw
sedang mengadakan perundingan.
"Mereka hanya datang dua orang." Berkata Kim-ie Mojin.
"Kukira tidak ada maksud untuk memperlebar perang
saudara."
"Hmm. . ." Ratu Bunga Giok Hong mengeluarkan suara
dehem, Ratu ini sudah kehilangan anak buahnya, "Kim-ie
kauwcu, lupakah kepada perserikatan kita?"'
Dia memberi peringatan kepada Kim-ie Mo-jin agar
ketua Kim ie-kauw itu tidak melupakan perserikatan Kim ie
kauw - Istana Bunga - Pulau Tong-hay.
Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui pernah digentarkan
oleh kegagahan Tan Ciu, mereka tidak memberi komentar.
Kut Lauw Kui berteriak dengan suara cowok. "Hanya
Tan Ciu seorang? Mungkinkah kau takut kepadanya?"
"Kim-ie Kauwcu." Berkata Giok Hong. "Begitu takut kau
kepada Tan Ciu?"
Karena tidak tahan diolok kanan dan kiri akhirnya Kimie
Mo-jin menyetujui usul mereka memperluas peperangan,
Mereka keluar untuk menjumpai Tan Ciu.
Diruang tamu, Kim Cui sudah kehilangan sabar, dan
disaat itulah, tampak bayangan sang ayah keluar.
"Ayah." Kim Cui memberi hormat.
"Hm." Kim-ie Mo jin mengeluarkan dengusan, "Suhumu
telah mengambil alih kekuasaanku mengapa kau tidak
menyertainya? Apa pula yang menyebabkan kau kembali?"
"Ayah aku hendak mendamaikan urusan ini." Berkata
Kim Cui.
"Anak kecil tahu apa?" Kim ie Mo-jin menolak saran
putrinya. "Lekas kau masuk kedalam,"
"Ayah, Tan Ciu telah membawa kitab Thian-mo Po-lok."
Berkata Kim Cui. "Tidak guna kau membela orang lain.
Apa lagi mengingat prestasi-prestasi si ratu cabul yang
mempunyai banyak musuh?"
"Diam." Kim ie Mo-jin membentak. Harga dirinya agak
tersinggung.
"Ayah” Panggil lagi Kim Cui, "Kau sudah tidak sayang
kepadaku?"
Kim ie Mo-jin bungkam! Mungkinkah ada seorang ayah
yang tidak cinta kepada putri kandungnya? Apalagi
mengingat Kim Cui sebagai putri tunggal dari jago tua itu.
Tentu saja hati Kim-ie Mo-jin tergerak.
"Ayah," panggil lagi Kim Cui. "Ketahuilah penyakitku
telah sembuh berkat bantuan Tan Ciu. Tidak kulupakan
budi ini."
Dilain pihak Ratu Bunga Giok Hong sudah berhadapan
dengan Tan Ciu.
"Bocah, begitu berani kau datang lagi." Berkata Ratu
Bunga GiokHong.
"Ha. ha . ." Tan Ciu tertawa.
"Aku datang untuk menemuimu." Berkata Tan Ciu.
"Berani kau bertanding ?"
"Kau?" Giok Hong mengeluarkan suara yang sangat
memandang rendah. ”berapa banyakkah kemajuan ilmu
silatmu, berani menantang aku?"
"Sebentar lagi, kau dapat menyaksikan sendiri." Berkata
Tan Ciu, Dan dihadapinya tiga jago Tong hay, Tan Ciu
berkata kepada mereka.
"Apa maksud kalian berada ditempat ini?"
"Mengapa?" Kut Lauw Kui menantang. "Tidak boleh?
Dengan hak apa kau melarang kebebasan orang?"
Tan Ciu Kalah berdebat.
Kim-ie Mo-jin memandang pemuda itu.
"Aku mengangkat jempol atas keberanianmu yang
memasuki sarang harimau tanpa bantuan." Katanya. "Tapi
ketahulah bahwa Kim ie kauw bukan suatu perkumpulan
yang boleh sembarangan dihina. Kita akan menggerakkan
semua kekuatan untuk menentang setiap serangan yang
datangnya bersifat agresif."
"Kim-ie Kauwcu." Berkata Tan Ciu. "Maksud
kedatanganku bukan mencari musuh. Tapi bukan berarti
takut kepada musuh. Aku datang dengan membawa kitab
Thian-mo Po-lok, mengingat hubungan baik kita, aku
bersedia menyerahkan kitab tersebut."
Kim Cui juga bicara.
"Ayah, bukankah kau berjanji manakala Tan Ciu
bersedia menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok, kau akan
keluar dari persengketaan ini?"
"Dimana kitab Thian-mo Po-lok itu?" Kata-kata Kim-ie
Mo-jin agak lunak.
Tan Ciu mengeluarkan kitab yang diminta,
diserahkannya ketangan Kim-ie Mo-jin. Kejadian ini dapat
disaksikan oleh semua orang. beberapa diantaranya
bersorak girang, pihak ini diwakili oleh Kim Cui dan lainlainnya.
Ada juga yang menjadi sirik dan dengki. pihak
golongan ini diwakili oleh Giok Hong dan sebagainya.
Kim ie Mo-jin memeriksa kitab Thiant-mo Po-lok. Dan
itulah kitab asli. Dia tahu benar akan keasliannya kitab
pusaka Kim-ie kauw.
"Kim-ie kauwcu." Berkata Tan Ciu, "Kitab telah
kuserahkan kepadamu. Untuk selanjutnya, unsur-unsur
yang menentukan kawan atau lawan kuserahkan kepadamu
juga. Selalu aku siap untuk menerima tantangan yang
datangnya dari luar."
Kiam Cui juga berkata, "Ayah masih ingatkah kepada
janjimu. Kau bersedia keluar dari lumpur persengketaan ini
bila berhasil mendapatkan kitab Thian-mo Po-lok."
Kim-ie Mo-jin menghadapi jalan yang bercabang tiga.
Satu menuju kepihak Sumur Penggantunan. Membantu
Tan Ciu menumpas Giok Hong dan menghalau Tiga Jago
Tong-hay, Jalan kedua adalah berpeluk tangan,
membiarkan kedua pihak yang bersangkutan bentrok sesuka
mereka. Dan jalan ketiga adalah meneruskan
persekutuannya dengan Istana Ratu Bunga dan Tiga Jago
Tong-hay menantang Tan Ciu.
Tidak mudah untuk menetapkan langkah kakinya dijalan
yang sangat bertentangan tadi.
Kim-ie Mo jin mendapat ujian terberat.
Ratu Bunga Giok Hong dapat mengetahui adanya krisis
bagi dirinya, dari perubahan wajah dan keraguan Kim ie
Mo-jin, keadaan dirinya lebih berbahaya.
"Kim ie kauwcu." Dia berteriak. "Tan Ciu menyerahkan
kitab Thian-mo Po-lok kepadamu dengan maksud tujuan
untuk melemahkan persekutuan kita. Sudahkah terpikir
oleh mengapa dia mau mengeluarkan kitab Thian-mo Polok?
Dia sudah mempelajari pelajaran yang ada pada kitab
itu. Tentu saja tidak membutuhkan lagi. Menyerahkan
sesuatu yang sudah tiada harga baginya, tentu saja sangat
menguntungkan."
Kut Lauw Kui juga berteriak. "Betul. Dia hendak
memecah belah kekuatan Kita."
Seorang anggauta Kim-ie-kauw yang memihak si ratu
cabul mengemukakan pendapat.
"Kauwcu. dengan memulangkan kitab Thian-mo Po lok
yang sudah dikutip olehnya. Tan Ciu hendak memecahkan
persekutuan. Kau harus memikir matang-matang?"
Kim-ie Lo-jin turut memberi komentar dia
mengemukakan usul yang lain.
"Toako, ada lebih baik kita melepas tangan dari
persengketaan ini."
Giok Hong berteriak lagi. "Kim-ie Kauwcu. Tan Ciu
telah mengutip kitab Thian-mo Po-lok, jangan kau kena
tipu!"
Kim-ie Mo-jin diojok sana diojok sini. keagungan dirinya
pun bergerak, menatap Tan Ciu dan membentak. "Kau
sudah mengutip catatan ilmu silat yang berada didalam
Thian-mo Po-lok?!"
Menghadapi situasi runcing itu tidak selembar
rambutpun Tan Ciu menjadi takut. Dia membiarkan
mereka berteriak-teriak. Kini mendapat teguran langsung.
Sudah waktunya dia membuka suara.
"Kim-ie kauwcu." Katanya dengan suara yang lantang
sekali. "Yang kau inginkan adalah kitab Thian-mo Po-lok.
Seharusnya kau boleh puas karena kitab tersebut sudah
dapat balik kedalam tanganmu, tanpa persengketaan. Tapi
kau tidak puas. Ketahuilah. Aku pernah mengutip catatan
yang ada pada kitabmu."
"Dia sudah berhasil mempelajarinya." Berteriak Giok
Hong.
"Kau sudah berhasil menekuninya?” Bertanya Kim-ie
Mo-jin.
Jarak Tan Ciu dan siketua perkumpulan Kam-ie kauw
begitu dekat sekali.
"Aku telah mempelajari sebagian." Berkata Tan Ciu terus
terang.
"Nah." Berkata Giok Hong. "Apa yang telah kukatakan?
Dia sudah mempelajarinya sebagian. Tidak berhasil. Maka
menyerahkan kembali."
Kim Cui berteriak keras. "Ratu cabul, jangan kau
menjerumuskan ayahku kedalam lumpur kehancuran."
Giok Hong berdengus. Memandang Kim-ie Mo-jin dia
berteriak.
"Kim ie kauwcu, putrimu ini sudah kena cekok si bocah
Tan Ciu. Entah guna-guna macam apa yang dipakai kukira
sangat manjur sekali..."
Keadaan menjadi begitu tegang dan panas. Peperangan
dapat pecah disetiap waktu.
Tiba-tiba terdengar suara gaduh, beberapa orang jatuh
ditempat penjagaan mereka. Dari luar terdengar suara yang
berkumandang.
”Kim-ie Kauwcu jangan kau mengambil jalan yang
salah."
Kim-ie Mo-jin melesatkan dirinya, dia lari keluar.
"Siapa?!" dia berteriak.
Disaat yang sama, Ratu Bunga Giok Hong, Kut Lauw
Kui. Tay Tauw Kui dan Bu Ceng Kui menghantam Tan
Ciu. Mereka sudah mengejar lama. Kepergian dirinya Kimie
Mo-jin dari ruangan itu sangat menggirangkan keempat
orang. Mereka mempunyai satu tujuan, yaitu melenyapkan
Tan Ciu, sebelum bala bantuannya datang.
Tan Ciu belum pernah lengah. Dan berani memasuki
ruangan ini. tentu sudah memperhitungkan datangnya
penyerangan-penyerangan yang seperti apa yang dia alami.
Begitu gesit, dengan sangat tangkas menghantam tiga orang
yang terdekat, itulah Kut Lauw Kui serta Tay Tauw Kui
dan Bu Ceng Kui.
Disaat yang sama Kim Cui menempur Si Ratu Bunga
Giok Hong!
Suatu langkah Set yang paling tepat Terganggunya Giok
Hong ditangan Kim Cui banyak meringankan beban Tan
Ciu, sehingga si pemuda dapat memberi perlawanan gigih
kepada tiga Jago Tong-hay.
Didalam hal ini bukan berarti Kim Cui dapat
menandingi Giok Hong. Ilmu kepandaian Giok Hong jauh
beberapa kali lipat dari gadis itu. Tapi dia tahu Kim Cui
adalah putri tunggal dari Kim-ie Mo-jin melukai Kim Cui
berarti melukai Kim-ie Mo jin, menyisihkan dirinya dari
Kim is kauw, dan ini berarti kekalahan baginya. Untuk
mengalahkan Kim Cui tanpa luka sama sekali, bukanlah
suatu pekerjan mudah.
Kim Cui terdesak. Tapi gadis itu membela diri dengan
nekad, mati-matian mencegah turut campurnya Giok Hong
kearena lain.
Tan Ciu hanya dapat mengimbangi kekuatan tiga jago
Tong-hay, untuk mengalahkan mereka, bukanlah suatu
tugas mudah.
Pertempuran itu berjalan cepat sekali
Diluar pekarangan telah mendatangi tiga orang. Kim-ie
Mo-jin bersampokan dengan mereka. wajah kauwcu
berubah.
"Kalian?" Dia membelalakan mata.
Yang datang adalah orang tua cacad berkerudung diatas
kursi roda, muridnya yang bernama Cang Ceng Ceng dan si
Bungkuk Kui Tho Cu, Orang-orang yang tidak asing bagi
Kim ie Mo-jin.
Si Bungkuk Kui Tho Cu. mendekati ketua Kim-ie
kauwcu itu.
"Saudara Kim ie Mo-jin." katanya penuh semangat.
"Masih kenalkah kepadaku?"
"Cianpwee," Kim-ie Mo-jin memberi hormat. "Mana
berani melupakanmu."
Kui Tho Cu membalas hormat itu, dia berkata. "Aku
datang untuk menyelesaikan persengketaanmu dengan Tan
Ciu.
"Tapi...."
"Kau telah mendapatkan kitab Thian-mo po-lok, bukan?"
"Ng. . ."
"Apa lagi yang kau harapkan ?"
Kim-ie Mo-jin bungkam.
Disaat itu juga, karena telah melampaui batas-batas yang
ditetapkan Melati Putih Giok Hu Yong. Permaisuri dari
Kutub Utara Pek Pek Hap. Pendekar Dewa Angin Sin
Hong Hiap, Pengemis tukang Ramal Amatir Tong Kay dan
lain-lainnya meluruk datang. Semua pertahanan Kim-iekauw
dikucar kacirkan.
"Lihatlah." Berkata Kui Tho Cu. "Masih kau mau
membikin perlawanan ?"
Kim-ie Mo-jin dapat melihat adanya situasi yang tidak
menguntungkan Kim ie kauw. melawan berarti kehancuran.
Segera dia menarik diri dari persengketaan itu. Memberi
perintah kepada orang-orangnya untuk menyilahkan
rombongan itu datang.
Mereka kembali keruang tamu.
Krisis sekali. Giok Hong sudah berhasil menotok jalan
darah Kim Cui. Dia melayang kearah Tan Ciu.
Disaat yang sama, orang berkerudung diatas kursi roda
menggoyang gelinding, 'siutt...!' kursi rodanya
menggelinding dan berhenti dihadapan Sri Ratu Bunga
Giok Hong.
Pek Pek Hap. Sin Hong Hiap dan lainnya meluruk
kearah Tiga Jago Tong-hay. Datangnya dua kelompok
rombongan baru ini disaat-saat yang bersamaan.
Kim-ie mo-jin menahan kemajuan orang-orangnya yang
hendak berpihak kepada Sri Ratu Bunga! Dia membawakan
sikap netral.
Datangnya rombongan ketiga. yaitu rombongan orang
berkerudung, Cang Ceng Ceng dan Kui Tho Ccu sangat
menentukan pertempuran. Kedatangan rombongan ini
berada diluar dugaan Pek Pek Hap sekalian,
Bercerita Giok Hong yang berhadapan dengan guru
Cang CengCeng.
"Kau?" Sri Ratu Bunga Giok Hong sangat segan kepada
manusia yang mengetahui rahasia didalam bagian tubuh
yang tertutup oleh bajunya. Terutama manusia berkerudung
ini.
"Betul." Orang berkerudung duduk diatas kursi rodanya.
Sikapnya sangat tenang. "Kau telah merusak keamanannya
rumah tanggaku."
"Siapakah sebetulnya kau ini?" Bertanya GiokHong.
"Masih belum dapat menduga?" Orang ini sangat
misterius sekali.
Tangan Giok Hong terjulur panjang, cepat sekali,
maksud tujuannya adalah menyingkap kerudung sikakek
diatas kursinya.
Dan lawan itu pun bukan lawan biasa, begitu tangan
berputar, roda itu bergeser, cepat kedudukannya berubah.
Dia berhasil menghindari diri dari sergapan tangan Giok
Hong.
"Ha, ha. ha.. . Giok Hong!" Dia langsung memanggil
nama orang. "Kau sudah bukan tandinganku."
"Sebutkan namamu." Berteriak wanita
"Ha Ha . . ."
Giok Hong memukul berulangkali, berulangkali pula
orang itu mengelakkan diri.
Tan Ciu telah menolong Kim Cui.
Ong Jie Hauw, Sin Hong Hiap dan pek Pek Hap
menempur Tiga Jago Tong-hay.
Orang-orang Kim-ie Mo-jin sudah memisahkan diri.
Inilah langkah yang tepat memisahkan diri dari
kemusnahan.
Giok Hong. Kut Lauw Kui. Bu Ceng Kui dan Tay Tauw
Kui kehilangan bala bantuan mereka.
Kehancuran Giok Hong sudah berada di ambang pintu
kenyataan.Menarik dirinya Kim-ie Mo-jin dari persekutuan
tiga kelompok kekuatan Istana Ratu Bunga dan Pulau
Tong-hay serta Kim-ie-kauw telah meruntuhkan semua
harapannya.
Tay Tauw Kui. Kut Lauw Kui dan Bu ceng Kui
berusaha melarikan diri, orang-orang yang mengurung
mereka terlalu banyak, didalam waktu yang singkat. mereka
belum dapat melaksanakan tujuan itu,
Ratu Bunga Giok Hong juga melihat adanya situasi
mendung, dia tidak berhasil menjatuhkan si misterius
berkerudung diatas kursi rodanya, sampai selembar kain
penutup itu-pun tidak tergoyahkan. Menggunakan satu
ketika yang kosong Giok Hong lompat mundur kebelakang,
dia hendak melarikan diri.
Disini sudah melintang Melati Putih Giok Hu Yong
beserta tujuh gadis tujuh warnanya.
"Giok Hong!" Dia membentak. "Kemana kau hendak
melarikan diri?" Mengajak tujuh anak buah itu. Melati
Putih mengurung orang yang merusak rumah tangganya.
Orang berkerudung hendak mengejar mangsanya. Dan
itu Waktu. Melati Putih sudah bergerak. Roda kursi
dihentikan, mendadak begitu pakam. sehingga menerbitkan
suara berdenyut. Tokoh misierius itu batal mengajukan
dirinya.
Ratu Bunga Giok Hong menarik napas panjang. Katanya
mengeluh. "Tidak kusangka, kau dapat mendatangkan
begitu banyak bantuan,"
Giok Hu Yong beserta tujuh gadis warnanya sedang
berada didepan mata.
Lie Bwee turut serta didalam gerakan penumpasan Istana
Ratu Bunga. diapun salah satu dari bekas anggauta itu.
mendekati orang yang pernah mendidik dirinya, dia
memanggil,
"Suhu . . ,"
Giok Hong mendelikkan matanya.
"Siapa yang menjadi gurumu?" Dia tidak mengakuinya
murid itu.
Lie Bwee mengundurkau diri. Adanya Melati Putih Giok
Hu Yong ditempat itu sangat mengejutkan orang
berkerudung, dan itu waktu, Giok Hong sudah dikurung
oleh anak-anak buah si pencipta Drama Pohon
Penggantungan.
Dia duduk dikursi rodanya, menyaksikan pertempuran
itu dari belakang. Kedudukannya seperti seorang peninjau.
Melati putih Giok Hu Yong mengerling. dan matanya
kearah manusia misterius itu.
"Boleh kau menyerahkan dia kepadaku?" Ibu Tan Ciu
ingin mengambil alih tugas mengalahkan Giok Hong.
Dikala Gok Hu Yong memandang dirinya, orang
berkerudung itu lebih terkejut lagi, ternyata banyak issue
pengambilan alih kekuasaan untuk menempur Giok Hong,
dia menganggukan kepala. Setuju.
"Terima kasih." Giok Hu Yong belum tahu siapa
manusia diatas kursi roda ini. Dan mengajak tujuh gadis
tujuh warnanya dia mengurung Giok Hong.
"Mulai." segera ia mengeluarkan perintah
Tujuh gadis tujuh warna bergerak, aneka warna baju terbayang2,
semakin lama semakin cepat, akhirnya terjadilah
suatu bianglala putih.
Suara gemuruh yang seperti gelombang pasang
menyertai penyerang-penyerang tujuh gadis itu, mendapat
bantuan Giok H Yong, kekuatan ini tidak terkalahkan.
Ratu Bunga Giok Hong pernah menempur mereka dan
dia juga sudah berusaha memecahkan barisan ini, sedikit
banyak terdapat pengalaman-pengalaman yang terdahulu,
Karena itu, didalam waktu yang singkat, pertempuran
berjalan seimbang.
Dilain pihak. Terdengar jeritan tertahan. Tay Tauw Kui
terkena pukulan Ong Jie Hauw. Kut Lauw Kui dan Bu
Ceng Kui kaget, tiga orang ini menggabungkan diri.
mencari jalan berdarah untuk menerjang keluar dari
kepungan orang.
Pengemis tukang Ramal Amatir Tong Kay membentak.
"Kemana kalian mau melarikan diri?"
Tiga jago Tong-hay terkurung kembali. Keadaan mereka
semakin berbahaya. lukanya Tay Tauw Kui dibawah
tangan Ong Jie Hauw berupa suatu beban yang
memberatkan.
Giok Hu Yong dan tujuh pembantunya mengurung Giok
Hong semakin ketat.
Giok Hong termasuk jago wanita kelas berat, memiliki
ilmu kepandaian tinggi, mempunyai kecerdasan otak yang
luar biasa. Dia sudah menemukan jalan untuk memecahkan
barisan kurungan itu.
Suatu saat. gadis berbaju hijau bergeser kearah kiri,
tempat kedudukannya digantikan oleh gadis berbaju kuning
dan gadis berbaju merah.
Giok Hong menerjang mereka dengan suatu cara yang
paling nekad.
Bak... Buk... Dan pukulan dari dua gadis mengenai
bagian tubuh si Ratu Bunga.
Tapi disaat yang sama Giok Hong juga berhasil
mendobrak kurungan musuh, menjatuhkan si gadis berbaju
kuning. Barisan tujuh gadis tujuh warna pecah berantakan.
Melati Putih Giok Hu Yong kaget, cepat-cepat dia maju
untuk menutup lubang itu.
Juga terlambat, gerakan Giok Hong yang gesit sudah
mencelat keluar dari daerah kebobolan para pengurungnya.
Melati Putih mengejar, tangannya diayun, memukul
punggungGiok Hong.
Giok Hong menukik kebawah, dia menyentuh lantai,
langsung berhadapan dengan musuhnya, kedua tangan
didorongkan, hendak mengadu jiwa.
Giok Hu Yong menarik pukulannya, dia bergeser
kesamping, dengan maksud menghindari pakulan maut
lawannya,
Kesempatan ini digunakan oleh Giok Hong baik sekali.
cepat sekali, tubuh sang Ratu cabul sudah melewati kepala
banyak orarg hendak lari keluar ruangan.
Orang berkerudung menekan roda kursinya dan 'ciuut. .
.' kursi roda itupun melejit keatas lebih cepat dari gerakan
Giok Hong yang mendapat banyak gangguan, orang
berkerudung itu sudah berada dihadapannya, menghalang
dan membentak.
"Giok Hong, masih kau hendak melarikan diri ?"
Ratu Bunga Giok Hong memukul kearah orang itu, yang
mana dapat diterima dengan tenaga penuh, tentu saja tubuh
sang ratu terjungkal balik.
Melati Putih Giok Hu Yong yang mengejar datang, tiba
ditempat yang sama, tangannya terayun dengan tepat
mengenai geger Giok Hong.
Aah . . .!
Menerima dua pukulan berbareng. Giok Hong tidak
sanggup mempertahankan dirinya lagi. dia jatuh didepan
banyak orang dengan mulut mengeluarkan darah, dia
muntah darah segar.
Biang kekacauan sudah dapat dijatuhkan.
Diluar pekarangan Tiga Jago Tong-hay yang menjadi
nekad keluar dari kepungan.
Mereka hendak lari. karena itu agak lengah.
Cang Ceng Ceng memberi hadiah pukulan, giliran Kut
Lauw Kui yang kena pukulan.
"Aaaa. . .!" Dia menjerit keras. Dia jatuh terpelanting.
Jatuhnya Kut Lauw Kui tidak jauh dengan Pek Co
Yong, gadis itu mengayun tangan hendak menamatkan
jiwanya.
Tan Ciu sudah berhasil menyembuhkan Kim Cui
menyaksikan kejadian tadi, cepat-cepat dia berteriak.
"Jangan!"
Pek Co Yong menarik tangannya.
Tan Ciu berteriak lagi. "Lepaskan Tiga Jago Tong-hay
pulang ketempat mereka."
Inilah perintah. para jago Sumur Penggantungan
memberi jalan. Dengan kepala tunduk kebawah, Tiga jago
Tong-hay bersipat kuping pulang ke pulau dengan
kekalahan besar.
Semua orang kembali keruang dalam. Ratu Bunga Giok
Hong sudah menggeletak menjadi bangkai tidak bernapas.
Perang yang berkecamuk kalut sudah selesai.
Kui Tho Cu merendengi Kim-ie Mo-jin juga masuk
ketempat itu.
"Saudara Kim-ie Mo-jin." Berkata si bungkuk Kui Tho
Cu. "Kedatanganku tepat pada waktunya."
Kim ie Mo-jin menyengir.
Itu waktu, orang berkerudung sudah menggeser roda
kursinya. memandang kearah CangCeng Ceng, dia berkata.
"CengCeng, aku hendak pergi dulu."
Dan memandang kearah Kui Tho Cu orang misterius ini
berkata. "Tolong kauberikan bimbingan kepada muridku
dan juga kepada mereka."
Entah siapa yang diartikan dengan mereka itu?
Sebelum kursi pada bergerak. Tan Ciu sudah melesat
datang.
"Tunggu dulu." Dia berteriak keras.
"Ada apa?" Orang berkerudung itu bertanya.
"Dapatkah kau berterus terang?" Tan Ciu mendekati
maju.
"Maksudmu?"
"Aku hendak menanyakan sesuatu."
"Katakanlah!"
"Ada orang yang mengatakan, bahwa ayahku bernama
Tan Kiam Lam."
"Betul!" Berkata orang berkerudung itu.
"Dan dikatakan lagi, bahwa ayahku itu sudah menderita
cacad." Berkata Tan Ciu. Matanya memeriksa perubahan
gerakan dari orang yang ditanyai.
"Itupun suatu kenyataan." Berkata lagi si orang
misterius.
"Dan satu saja permintaanku." Berkata Tan Ciu tandes.
"Dapatkah kau membuka tutup kerudung itu?"
"Maaf. Permintaan ini tidak dapat kuterima," Berkata
orang misterius.
"Ayah!" Berteriak Tan Ciu. "Masih kau tidak mau
mengaku?"
Melati Putih Giok Hu Yong terkejut.
"Tan Ciu." Dia memanggil anaknya. "Siapa yang kau
panggil ayah?"
"Ibu. Berkata Tan Ciu. "Akhirnya keluarga kita dapat
berkumpul kembali."
"Apa arti kata-katamu?" Giok Hu Yong semakin
bingung.
"Masih kau belum mengerti?"
"Dia yang kau maksudkan?"
"Masih harus kita kuatirkan." Berkata sang anak.
Melati putih Giok Hu Yong juga mendekati orang
berkerudung!
"Tuan," Katanya. "Dapat kau membuka tutup kerudung
wajahmu?"
"Kalian. . .?" Orang itu gugup sekali.
"Ayah!" Berkata Tan Ciu lagi. "Begitu tega kau
meninggalkan keluarga sendiri?"
"Kau Tan Kiam Lam?" Giok Hu Yong menatap tajamtajam.
Orang itu semakin bingung.
Disaat inilah, terdengar suara si bungkuk Kui Tho Cu.
"Saudara Tan Kiam Lam, tidak guna kau menjembunyiKan
diri lagi."
Semua orang tersentak kaget. Orang berkerudung yang
duduk diatas kursi roda inikah yang bernama Tan Kiam
Lam?
Betul!
Orang itu membuka tutup kerudungnya, sangat perlahan
sekali, terpeta suatu wajah yang sudah dirusak orang, masih
terpeta wajah Tan Kiam Lam dahulu, tahi-tahi lalat hitam
dikuping kiri masih ada, Siapa lagi bila bukan Tan Kiam
Lam yang gagah perkasa?
"Aaa....!" Sesuatu yang mengejutkan semua orang.
"Ayah . .!" Tan Ciu menubrukkan diri.
Dengan sangat perlahan. Tan Kiam Lam mengeluarkan
kata-kata penyesalan. ”Aku tak patut mendapat perhatian
kalian."
"Kiam Lam," berkata Giok Hu Yong. "Jangan kau
pikirkan kejadian-kejadian yang telah lewat."
"Ayah," Berkata Tan Ciu. "Karena tak hadirnya dirimu,
maka Tan Sang sudah binasa."
"Aaa . .!" Tan Kiam Lam terkejut.
"Tan Kiam Pek juga menyertai anak kita." GioK Hu
Yong memberi penjelasan.
"Aaa..!" Tan Kiam Lam kehilangan seorang putri,
ditinggalkan oleh saudaranya juga.
Rasa girang. sedih. menyesal berkecamuk menjadi satu.
Toh dia berhasil menerima kembali keluarga yang sudah
berceceran itu.
Dan akhirnya cerita ditutup sampai disini.
Atas persetujuan kedua orang tuanya, Cang Ceng Ceng,
Pek Co Yong dan Kim Cui menjadi suami isteri.
Tan Ciu dan ketiga istrinya menetap di Benteng
Penggantungan.
Daerah Sumur Penggantungan. Pohon Penggantungan,
Rimba Penggantungan dan Bentang Penggantungan telah
diperlebar luaskan. Tidak lagi terjadi kejadian-kejadian yang
membangkitkan kegelisahan. Tan Ciu menyatukan daerahdaerah
itu.
Untuk menyempurnakan keadaan, nama Penggantungan
yang seram itu. diganti menjadi 'Benteng Penggantungan
Jaya'.
Ketua Benteng Penggantungan adalah Tan Ciu yang
gagah perkasa. Beserta dengan ketiga isterinya yang pandai
dan cekatan, rimba persilatan menjadi aman.
Demikianlah akhir cerita ini.
T AM A T

More aboutCerita Ngentot Dewasa : Pohon Keramat 4