Cerita Remaja Ngentot Silat : Hong Lui Bun 2

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Sabtu, 04 Agustus 2012

Cerita Remaja Ngentot Silat : Hong Lui Bun 2-Cerita Remaja Ngentot Silat : Hong Lui Bun 2

Kiam-ping menarlk napas mendekuk dada, badannya
melambung mundur tiga kaki, di mana dia gerakkan kedua
tangannya, kontan dia lontarkan jurus Liong-kiap-sin-gan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ditengah taburan telapak tangan menerbitkan deru badai
yang memutar sehingga napas sesak. gerakanpedang
lawanpun sampai mendengung dan tertahan diluar kalangan-
Beruntun kakinya maju beberapa langkah.
Dalam sekejap dia menyerang delapan belas jurus pukulan
hingga lawan didesaknya beberapa tombak kebelakang.
Sedikit gerakan tangannya mengendor, lantas dia
mendengar pekik aneh yang melengking didepannya, ternyata
seekor laba-laba hitam yang besar sekali dengan membawa
sejalur gelagasi besar putih mengkilap meluncur turun dari
udara menubruk dirinya.
Sambil menggeram Kiam-ping membalik telapak tangan
menepuk segumpal angin menyongsong laba-laba hitam.
Sementara kakinya dengan tangkas menyurut mundur enam
kaki, kedua matanya memperhatikan musuh- karena
terdampar angin pukulan, laba-laba hitam beracun itu
mengeluarkan suara aneh pula, ditengah udara jungkir balik
dua kali lalu jatuh ditanah.
Sebuah suara dingin berkata: "Siapa berani melukai labalaba
hitamku? Hm, kau bocah ini memangnya sudah bosan
hidup?"
Tampak oleh Kiam-ping didepannya berdiri tiga orang, yang
ditengah memegang sebilah pedang bengkak- bengkok mirlp
ular, ujungnya bercabang seperti lidah ular, dengan
pandangan gusar mereka melotot kepadanya.
Lelaki muda yang berdiri disebelah kanan bermuka culas
dan gelap. mulutnya seperti ketarlk kebawah dagu, tangannya
memegang sebatang bumbung bambu, benang laba-laba yang
putih mengkilap itu ternyata menjulur keluar dari bumbung
bambu itu, tahulah Kiamping bahwa orang pasti yang
bernama julukan Ngo-tok koay-mo (iblis aneh panca racun).
Dengan dingin dia mengalihkan pandangannya ke lelaki
yang berdiri disebelah kiri, diam-diam dia terkejut, ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lelaki ini berperawakan delapan kaki tingginya, pinggangnya
lebar pundaknva besar, kepalanya sebesar kerbau, kedua
pahanya sebesar batang pohon, telapak tangannya yang
terbuka selebar kipas dengan jari jemarl sebesar pisang,
seluruh perawakannya mirip raksasa.
Ki-ling-sin si raksasa malaikat sedang memegang pentung
panjang warna kelabu, katanya dengan tertawa kepada Liok
Kiam-ping: "Hahahaha. Kenapa kau bocah ini ikut nangis
sesedih ini, apa kau belum minum susu ?"
Baru sekarang Kiam-ping terlngat barusan dia menangis
dan belum sempat mengusap air mata, tapi diapun melihat
diujung mata si gede juga bergantung dua butir air mata yang
belum sempat diteteskan, karuan dia tertawa geli, katanya:
"Kau sigede kecil ini kenapa juga berlinang air mata ? Apa kau
juga belum minum susu ?"
Ki-ling-sin tersipu-sipu, lekas dia membersihkan mukanya,
katanya bergelak tawa:
"Bocah cilik, apa kaupun hendak cari pedang mestika ?
Sayang disini sudah ada tiga orang, sebetulnya aku juga
senang melihatmu, kuberi sebatang juga tidak menjadi soal,
tapi..."
Belum habis dia bicara lelaki yang memegang pedang aneh
sudah menukas: "Buat apa Beng-heng banyak bicara dengan
dia. Sekali pentung kepruk pecah saja kepalanya."
Ki-ling-sin geleng kepala malah, katanya: "Guruku suruh
aku memanggil kalian Wi-heng (saudara sekerabat), tapi tidak
menyuruh aku tunduk kepadamu bocah cilik ini aku
melihatnya suka, aku tidak akan mengemplang dia..”
Ngo-tok-koay-mo mendengus: “Siapa kau bocah keparat
ini?, memangnya kau tidak melihat tanda kebesaran kami
dimulut lembah ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat tampangnya yang jelek dan culas, hati Kiam-ping
sudah sebal, kini makin kaku sikapnya: "Kau bedebah ini
siapa? Kematian didepan mata masih membual ?”
orang she Beng tertawa aneh, katanya menyindir: "He,
mendengar obrolanmu ini, seolah-olah kau ini seorang
cianpwe di Bulim yang sudah terkenal saja, sayang belum
pernah kudengar ada tokoh lihay mirlp tampangmu ini.”
setelah melirik hina lalu menambahkan, “Kukira lebih baik kau
pulang saja masuk kedalam pelukan ibu gurumu."
Belum habis dia bicara sebuah suara serak sadis berkata:
"Anak muda yang tidak tahu diri, memangnya matamu picak
terhadap ciangbunjin Hong-lui-bun yang bergelar Pat-pi-kimliong
Liok Kiam-ping juga tidak kenal. Bola mata kalian
memang patut dikorek keluar untuk umpan anjing saja."
Dengan kaget Beng Hing menoleh ke sana, dilihatnya dua
lelaki berambut uban dengan tangan bergandeng tangan
tengah berlompat terbang mendatangi, melihat telapak tangan
mereka yang kuning dan putih itu seketika berobah air
mukanya serunya: "Kim-gin-hu-hoat, jadi kau ini adalah
ciangbunjin Hong-lui-bun ?”
"Bocah keparat tidak bernama macam diriku mana berani
terlma,"
Liok Kiam-ping terbahak-bahak. "kalian memang asing
mendengar nama julukan Pat-pi-kim- liong, maka cayhe
bermaksud bantu kalian supaya selalu teringat kebeneran Patpi-
kim- liong." dengan muka masam dia menuding Ngo-tokkoay-
mo, kau harus dibuntungi sebelah lengannya." dengan
sikap kereng diapun menoleh kepada Beng Hing, kau juga
harus diprotoli sebelah kupingmu." mengawasi Ki-ling-sin yang
berdiri kebodoh-bodohan- Dia menghela napas lega. katanya:
"Tentang kau, gede cilik, sungguh aku harus minta maaf,
terpaksa kau harus pulang dan laporkan kepada gurumu
bahwa pedang mestika sudah diambil oleh Pat-pi-kim-liong”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perlahan tangan Ngo-tok-koay-mo mengelus seekor
kalajengking biru yang merambat dipucuk bumbungnya,
katanya dengan terkekeh dingin: "Hong-lui-bun? ciang-kiamkim-
ling sudah mampus sejak lama setelah terkena racun
tanpa bayangan perguruanku. Boleh dari mana pula kau
menerobos keluar tahu-tahu menjadi ciangbun segala ?”
Kim-gin-hu-hoat menggertak gusar, serempak mereka
melejit mumbul, Kim-gin-sa-ciang mengeluarkan deru badai
membawa gulungan tenaga raksasa berpusar kedepan
menimbulkan pergolakan hawa dahsyat.
Meluncur segesit belut kaki Ngo-tok-koay-mo menyurut
mundur beberapa kaki, berbareng bumbung bambu ditangan
kirl dia lempar keatas udara. dari dalam bumbung
beterbangan tawon-tawon beracun ta lkterh b itung
jumlahnya, maka suara yang membising telinga segera
kumandang diudara. Mendadak Kim-ji-tay-bang berteriak:
“Tawon beracun dapat berbuat apa atas diriku, coba
saksikan-" dimana tangan kanan bergerak, cahaya emas
gemeredep. deru pukulannya ternyata juga lain dari yang lain,
beruntun dia memukul delapan kali, pusaran angin pukulannya
ternyata berhasil merontokkan tawon-tawon beracun.
Gin-ji-tay-beng bergolak tawa, kekuatan Gin-sa-ciang
ternyata berbeda pula perbawanya, udara seperti dibungkus
oleh halimun tebal, tampak setiap kali tinjunya bergerak
keluar, tawon-tawon beracunpun berontokan tak terhitung
jumlahnya.
Badan mereka maju mundur bersama, gerak gerik mereka
mirip manusia aneh yang punya dua tangan empat kaki, bila
Kim-gin-sa-ciang digabung perbawanya ternyata bukan olaholah
hebatnya. Deru keras pukulan mereka seperti memenuhi
lembah, tawon beracun yang beterbangan diudara makin
sedikit jumlahnya, paduan suara sayap tawon yang
mendengung itu makin ke lelap ditindih gelak tawa kedua
kakek beruban itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru sekarang Liok Kiam-ping bisa menyaksikan perbawa
pukulan Kim-sa-ciang dan Gin-sa-ciang, batinnya: "Dengan
tangan bergandeng tangan seperti ini, kekuatan mereka jauh
lebih besar dari pada mengeroyok secara individu, apalagi
tenaga kedua orang dapat saling isi dan membantu,
menambal kekuatan kawannya... “
Ngo-tok-koay-mo mendadak menjengek:
”Jangan takabur, nih masih ada." kedua tangan meraih ke
punggung menurunkan sebuah bumbung lagi terus diketok
perlahan dua kali, maka berlompatan keluar beberapa ekor
kodok puru, semua mengeluarkan suara "kok kok," menubruk
kearah Kim-gin-hu-hoat.
Beruntun Kim-gin-hu-hoat melontarkan beberapa pukulan
terus melambung keatas, bersalto dua kali langsung menubruk
kearah Ngo-tok-koay-mo, segulung angin kencang yang
terlontar dari sepasang tangan mereka menyibak mega
sehingga sinar mentari menyorot masuk.
Angin pukulan dahsyat itu menggulung bunga salju
menerjang kearah Ngo-tok-koay-mo. Karuan Ngo-tok-koay-mo
kaget sekali, lekas dia ayun tangan, beberapa ekor ular kecil
warna emas berhamburan dari lengan bajunya menubruk
kearah Kim-gin-hu-hoat yang masih terapung diudara.
Kembali Kim-gin-hu-hoat menyampuk dengan kekuatan
pukulan- tidak terpikir oleh mereka bahwa empat ekor ular
emas ini dapat menekuk badan dan melenting, dengan lincah
mereka menyelinap lewat dari deru pukulan dahsyat itu,
laksana anak panah masih terus melesat kedepan. "Hiaaat."
berbareng mereka menghardik, dua telapak tangan terangkap
"Plok" seekor ular emas yang melesat paling depan kena
tergencet gepeng dan lebur oleh kedua telapak tangan
mereka.
Bau darah ular yang amis menyebabkan kawanan ular
emas yang lain melorotkan badan jatuh ditanah terus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meringkel menegakkan kepala sambil menjulurkan lidah
kearah Kim-gin-hu-hoat.
Gin-ji-tay-beng tertawa gelak-gelak. serunya: "Keparat,
jangan harap caramu ini..." belum habis dia bicara, katakkatak
puru yang mendekam ditanah itu mendadak sama
bersuara aneh terus menyemburkan cairan putih dari benjolbenjol
daging punggungnya, semua menyembur kearah
mereka,
Kim-ji tay-beng tetap waspada, bentaknya: "Giok-te, awas."
seiring bentakannya, tangan kirinya mengeluarkan tenaga
hingga Gin-jay-beng diseretnya mumbul keudara. Tapijarak
mereka dengan kawanan katak puru terlalu dekat, walau
cepat gerakan mereka, tapi paha Gin-ji-tay-beng telah
kesemprot cairan putih itu. Terdengar bunyi lirih celana di
pahanya seketika bolong-bolong dan kulit pahanya seketika
menjadi hitam. rasanya panas seperti dibakar api, tiada
banyak waktu langsung dia merogoh keluar sebatang badik
mengkilap. cepat dia gores dan iris kulit daging pahanya yang
sudah menghitam hangus.
Liok Kiam-ping melompat maju seraya membentak,
ditengah udara dan ulur tangan kepunggung, Liat-jit-kiam
telah dicabutnnya maka mencoronglah sinarnya yang
gemerdep melesat terbang diudara.
Begitu sinar pedang berkelebat, terdengarlah pekik aneh
dari mulut kawanan binatang beracun ditanah, semua
berusaha melarikan dirl dengan ketakutan-
Karuan Ngo-tok-koay-mo terperanjat, tiba-tiba dia bersiul
memberi aba-aba, maksudnya menganjurkan binatang
beracun peliharaannya maju menyerang pula, tak nyana
binatang peliharaannya itu ternyata tidak dengar perlntah lagi,
semua berusaha menyelamatkan jiwa sendiri tanpa tunduk
akan perintahnya pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiam-ping tarikan pedangnya kian kemari, katak-katak puru
yang berlompatan itu semua ditabasnya mampus cabaya
pedang seperti lidah api mencorong sejauh tiga kaki ditambah
panjang pedang ada tiga kaki enam dim, sehingga jarak yang
dicapai cukupjauh, maka binatang binatang beracun itu
dengan mudah dibunuhnya satu persatu. Darah berceceran
diatas saiju bau amis memenuhi lembah, sisa dua ekor ular
emas sempat melesat ketangan Ngo-tok-koay-mo.
Terbelalak besar mata Ngo-tok-koay-mo sungguh tak
berani dia percaya bahwa binatang beracun peliharaannya lari
ketakutan berhadapan dengan Liok Kiam-ping. Dengan tangan
kanan dia comot kalajengking biru yang merambat
dipundaknya terus dibuang ke tanah didepannya, berbareng
mulutnya mendesis-desis beberapa kali. Kalajengking biru
besar itu pelan-pelan merambat kedepan, ekornya yang
panjang seketika tegak membengkok dan bergerak-gerak.
Liok Kiam-ping menjengek hidung, ujung pedang turun
miring kebawah, kedua matanya menatap tajam kearah
kalajengking biru yang merambat makin dekat. Seluruh
perhatian yang hadir dalam lembah inipun tertuju kearah
kalajengking biru besar itu, namun serlng pula melirik kearah
pedang di tangan Liok Kiam-ping, terutama sebutir mutiara
diatas pedang.
Mendadak Ngo-tok-koay-mo berceloteh, seiring dengan
suaranya, kalajengking itu mencelat mumbul beberapa kaki
menubruk kearah muka Liok Kiam-ping. Ekornya yang panjang
dan mempunyai capit itu mematuk ke Thian-toh-hiat
ditenggorokan Liok Kiam-ping, betapa tepat sasarannya
ternyata tidak kalah liehay dari serangan seorang jago silat.
Tubrukan kalajengking biru ini sungguh teramat cepat, Liok
Kiam-ping baru saja merasa pandangannya kabur, dan amis
sudah menyerang hidung, lekas dia menjengkang badan
kebelakang, cahaya pedangnya bertaburan mirip jala, cahaya
membabat kalajengking itu. Tak nyana kalajengking itu bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurunkan badannya menghindar tabasan pedang jatuh
didepan kakinya.
Jin-tiok-ji-meh Liok Kiam-ping memang belum tembus,
sehingga hawa murni dalam tubuhnya tidak bisa disalurkan
secara kontinyu hingga tenaga murni juga susah
dikembangkan keluar, maka tak sempat dia berkelit, tahu-tahu
kalajengking sudah menubruk tiba didepan mukanya.
Kim-ji-tay-beng berteriak kaget, dari jarak tiga tombak dia
datang, kelima jarinya terkembang hendak mencengkram
kalajengking itu sementara Ngo-tok-koay-mo tertawa riang
dan bangga, serunya: "Hehehe, kali ini pasti mampus... " tak
tahunya belum lenyap suaranya, kalajengking yang merayap
dikaki Liok Kiam-ping mendadak memekik aneh terus terguling
jatuh, perut menghadap ke langit tak bergerak lagi, jiwanya
melayang.
Tawa cerah di muka Ngo tok- Koay-mo seketika kuncup,
kedua bola matanya membundar besar, serunya kaget: "Kau
memiliki Hiong-ui-cu ribuan tahun ?”
Liok Kiam-ping sendiri juga melenggong sebelum dia
menjawab Kim-ji-tay-beng sudah melompat datang, tanyanya
"ciangbun, kau tidak apa-apa ?"
Liok Kiam-ping geleng-geleng, bahwasanya dia sendiri juga
bingung kenapa dirinya membuat kawanan binatang beracun
itu larl ketakutan, demikian pula kalajengking ini mati secara
tiba-tiba tanpa sebab. Namun dia tidak sempat pikir apa
sebabnya, matanya menatap Ngo-tok-koay-mo serta
menghampirinya.
Mendadak rasa dingin menggelitik sanubarinya, dari
tatapan mata orang yang marah membuat Ngo-tok-koay-mo
bergidik ketakutan, lekas dia melengos kelain arah. Akan
tetapi rasa gengsi yang tebal melembari sanubarinya
membuat dia berani menoleh lagi, sekuatnya dia tenangkan
dirl lalu ulur tangan kepunggung menurunkan dua bumbung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bambu yang masih ada, batinnya: "Aku percaya tidak mungkin
dia memiliki Hiong-ui-cu ribuan tahun atau Su-liong-po-giok. .
.
Menepuk- menepuk bumbung, maka merayap keluar
seekor kelabang merah panjang satu kaki, tepat diatas kepala
kelabang terdapat sebuah tanda hitam yang menonjol.
Kim-ji-tay-beng terperanjat, serunya:
"Kim-hun-ou-jit, inilah kelabang sakti yang khusus
dipelihara oleh Tok-sin-kiong-bing, ciangbun, kau harus lebih
hati-hati."
Selama hidup kapan Liok Kiam-ping pernah melihat
kelabang sebesar ini, hatinya juga kebat kebit, namun dia
tidak merasa jerl, karena yakin Liat-jit-kiam-hoat cukup ampuh
untuk menabas hancur kelabang raksasa ini. Lekas dia
menghimpun hawa murni pedang bersatu padu dengan jiwa
raga, pelanpelan dia mulai bergaya pembukaan dari ilmu
pedang Liat-jit-kiam-hoat.
Ngo-tok-koay-mo terkekeh dingin, perlahan dia memberi
aba-aba, ratusan kaki kelabang itu seketika bergerak seperti
tumbuh sayap saja tiba-tiba melesat kedepan kearah Liok
Kiam-ping.
Pedang panjang ditangan Liok Kiamping terayun, cahaya
pedang serapat kitiran sekaligus melancarkan jurus jit-lun-kutseng,
mutiara diatas pedangnya seketika memancarkan
cahaya mencorong bagai matahari, cahaya terang bergerak
mengikuti gerakan tubuh menyongsong kedepan. Semula
kelabang itu menyerang dengan nafsu kebinatangannya, tak
nyana begitu Liok Kiam-ping balas memapak ditengah udara
tubuhnya mendadak melengkung terus meletik mundur
kebelakang malah.
Padahal daya tubruk Liok Kiam-ping dengan sambaran
pedangnya secepat meteor jatuh di mana cahaya pedang
menggarls lewat, bayangan kelabang sudah tertelan didalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
libatan cahaya pedang. "cras, eras... " setelah sebuah pekik
keras disusul desis suara yang beruntun, disusul darah
muncrat bau amis merangsang hidung, tahu-tahu kelabang
raksasa itu telah terpotong-potong menjadi beberapa keping
jatuh berserakan diatas salju.
Tanpa merobah gerakan daya kekuatan tubrukan Liok
Kiam-ping masih laju dengan kecepatan yang sama, langsung
menubruk kearah Ngo-tok-koay-mo, pedangnyapun menabas.
Setelah melemparkan kelabangnya, sempat Ngo-tok-koaymo
tertawa senang, namun begitu melihat samberan pedang
melanda dirinya, sementara Kim-hun-ou-jit milik gurunya telah
lebur pula, karuan kagetnya seperti arwahnya copot
kekahyangan, belum sempat dia pikirkan bagaimana
memberlkan reaksi, segulung cahaya merah laksana mentari
terbit membuat kedua matanya silau dan tak bisa melek.
Suatu ingatan berkelebat dalam benaknya, kontan dia
memekik:
"Liat-jit-ki-kiam." Sembarl memekik sepuluh jarlnya
menjentik bersama, segulung asap tipis tanpa bersuara
melesat keluar, namun pada saat itu pula lengan kirinya sudah
tercincang oleh pedang lawan-
Sejalur darah membeku dibatang pedang jelas dia tidak
kuasa menghindar diri dari tabasan pedang lawan- Tapi disaat
kritis itulah, sebatang pedang aneh mirip ular mendadak
menyelonong keluar dari samping tubuhnya mengancam ciatbun,
Ki-bun dan Bit-kian-hiat ditubuh Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping tahu meski tabasan pedangnya berhasil
mengutung lengan lawan, jiwa sendirljuga susah
diselamatkan- Tiada persoalan untuk dipertimbangkan, sebat
sekali dia memutar badannya, seperti angin lesus saja badan
miring, berbareng jurus Liat-jit-yam-yam terlontar dari gerak
pedangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat Ngo-tok-koay-mo kembali kehilangan binatang
andalannya, Beng Hing juga keheranan, mendadak dilihatnya
pedang panjang lencir Liok Kiam-ping mengancam Ngotokkoay-
mo. Tanpa pikir pedang ularnya langsung bergerak. dia
tahu taraf kepandaiannya kira-kira setingkat dengan Ngo-tokkoay-
mo, namun baru dia bergerak pedang lawan tabu-tahu
sudah mengancam leher, kesempatan untuk berkelit sudah
tidak sempat lagi. Saking kejutnya lekas dia gerakkan pedang
dengan jurus Ling-coa-hoan-hu balas menyerang, bila perlu
biar gugur bersama, jelas ujung pedangnya telah mengancam
ketiak lawan, mendadak cahaya benderang seperti mentari
terbit dipagi hari menyilaukan matanya, hati seperti terbakar,
seluruh tubuh seperti dipanggang didalam tungku. Dalam
detik kritis ini baru dia teringat nasehat gurunya, kontan dia
memekik: "Liat-jit-kiam-hoat." Namun pekikannya seperti
jeritan Ngo-tok-koay-mo suaranya ditelan gelombang hawa
pedang yang menderu hingga orang lain tiada yang
mendengar.
---ooo0dw0ooo---
"Sret" suara perlahan, Liat-jit-kiam Liok Kiam-ping sudah
menabas putus pedang ular itu menjadi tiga potong, di mana
cahayanya berkelebat lewat disamping kuping Beng Hing
sebuah kuping berlepotan darah tertoblos di ujung pedang,
sigap sekali Liok Kiam-ping sudan melejit mundur dua tombak.
Ling-coa-kiam Beng Hing begitu melihat pedang lawan,
seketika dia menjerlt ngeri, serta merta sebelah tangannya
mendekap teliinga kirl, tapi yang terasa adalah lepotan darah.
seketika dia meratap sedih: "Kuping... kupingku... “
Dengan dingin Ngo-tok-koay-mo juga mengatasi luka
dalam dua dim diatas lengannya, dengan kertak gigi dia
melangkah maju dua tindak. Matanya menatap Liok Kiamping,
serunya: "Apakah kau memiliki Hiat-liong-po giok.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja Liok Kiam-ping hendak bersuara, mendadak
dirasakan pandangannya gelap, kepala pening perutpun sakit,
lekas dia pejam mata serta menarlk napas dalam,
mengerahkan seluruh kekuatannya supaya bertahan berdiri.
Setelah berhasil menahan rasa sakit di perutnya, baru dia
membuka mata, jengeknya: "Perduli aku punya Hiat-liong-pogiok
atau tidak ?”
Ngo-liong-koay-mo terkekeh dingin, katanya: "orang she
Liok. kau, sudah terkena Bui-ing-ci-tok. paling bisa hidup,.. "
matanya menggerling, ”beberapa hari, jikalau kau tidak
serahkan Liat-jit-kiam untuk menukar obat penawarnya,
maka..."
Degan rasa tidak percaya Liok Kiam-ping pandang Ngo-tokkoay-
mo, namun dia rasakan perutnya seperti dirangsang
hawa dingin, seperti ada ulat yang menggerogoti ususnya.
Gin-ji-tay-beng sudah membalut pahanya, dengan gugup
dia bertanya: "ciangbun, kau..."
Ngo-tok-koay-mo tertawa besar, katanya:
"Coba kalian lihat apakah terdapat segaris hitam ditengah
kedua alisnya ?"
Waktu Gin-ji-tay-beng memerlksa benar ada garis gelap
ditengah kedua alis Liok Kiam-ping, karuan kagetnya merobah
rona muka, serunya kuatir: "ciangbun...”
Liok Kiam-ping menarik muka, hawa nafsu sudah
merangsang hati, sekilas dia memandang bayangan gelap
dibelakang batu-batu yang berserakan sana, bayangan dia
berkecamuk dalam benaknya. Entah darimana datangnya rasa
duka mendadak Liok Kiam-ping mendongak mengeluarkan
pekik panjang. Sebelum gema pekik suaranya lenyap didalam
lembah dia sudah melangkah maju dua tindak. katanya, "Bila
aku hendak mati, aku pasti bunuh kalian lebih dulu." dia
mencegah Kim-gin-hu-hoat bicara lalu menambahkan: “Kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percaya tidak, cukup tiga jurus saja.” pedang berdiri tegak,
sikapnya serius mata memandang ujung padang, cahaya
pedang menemong sejauh tiga dim, menambah perbawa
hawa nafsunya.
Melihat keadaan Liok Kiam-ping, Ngo-tok-koay-mo
mengerut alis. Dia tahu ciang-kiam-kim-ling punya hubungan
asmara dengan Tokko cu sehingga tiga batang pedang
mestika warisan ciangbunjin Hong-lui-bun diserahkan kepada
Tokko cu. Hari itu waktu Liok-toa-thian-cu termasuk Suhunya
mengeroyok ciang-kiam-ling-cu dengan berbagai ilmu sakti
masing-masing baru berhasil menandingi Wi- liong- ciang,
musuhnya di tay-pa-san, dengan racun tanpa bayangan
gurunya baru berhasil mengalahkan ciang-kiam-kim-ling serta
memukulnya jatuh kejurang.
Kini dengan mata kepalanya sendiri dia saksikan Liok Kiamping
masih muda ini mampu mematahkan serangan binatang
beracunnya, Liat-jit-kiam-hoat lawan yang tiada taranya jelas
takkan mampu dilawannya.
Dasar licik dan banyak akal mendadak dia tertawa, hatinya
mendapat akal, katanya: “Tuan sebagai ciangbun dari suatu
aliran, mengandal pedang pusaka lagi, umpama dapat
mengalahkan kami bertiga, memangnya harus dibuat bangga
?”
”Kau kira aku menang karena pedang mestika ini ?” jengek
Kiam-ping.
“Kalau kau punya isi, boleh bertanding pedang denganku
tanpa menggunakan pedang mestika.” pedang kutung
diacungkan, matanya mendelik dendam, rasanya ingin
menelan Kiam-ping bulat bulat.
Liok Kiam-ping paling benci orang munafik. Tindakanku
selamanya juga blak-blakan, ini supaya aku mati dengan
embel-embel nama jelek. ”Hah, baiklah dengan tangan kosong
aku lawan beberapa jurus "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim-gin-hu-hoat kaget, memburu maju, serunya:
"ciangbun, mereka sengaja membakar kau. Mari kau ikut kami
keluar lembah, akan kucari Sau-ban-khong untuk menawarkan
racun dalam tubuhmu...”
Liok Kiam-ping geleng-geleng, perlahan dia memasukkan
pedang kedalam sarungnya: mendongak dia berseru lantang:
“Nona, tahukah kau, demi dirimu Liok Kiam-ping siap
menaburkan darahnya di dalam Te-sat-kok ? Kuharap sebelum
aku mati sudi kau keluar supaya aku dapat melihatmu sekali
lagi, nona coba jawab apakah kau mengabulkan
permintaanku?"
Lembab nan sunyi hanya terdengar deru angin dan gema
suaranya yang memilukan, kecuali itu tiada reaksi atau suara
lainnya.
Berlinang air mata Liok Kiam-ping, gumamnya perlahan:
"Begitupun baiklah."
Ngo-tok-koay-mo menyerlngai sadis, katanya: "Kita mulai
mengadu Lwekang, karena adu kekuatan sekaligus dapat
membedakan siapa unggul mana asor, jikalau kau dapat
mengalahkan aku, maka obat penawarnya akan kuserahkan
padamu, atau sebaliknya kau serahkan Liat-jit-kiam
kepadaku."
Gin-ji-tay-beng gusar, katanya: "Agaknya kalian sudah
mengatur tipu daya..."
"Pertandingan dibatasi semasakan air, dalam jangka waktu
sependek ini racun dalam tubuhnya tidak akan kumat.
Hehehe, kalau mengulur waktu, obat penawarku juga tidak
berkasiat lagi, sekarang boleh aku serahkan setengah pil obat
penawarku dulu .."
Liok Kiam-ping mengangguk, katanya:
"Coba jelaskan bagaimana harus bertanding?" dia terima
setengah pil obat penawar orang, tanpa ragu terus ditelannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita adu telapak tangan dengan tenaga dalam saling
gempur, tubuh siapa terdorong roboh kebelakang dialah yang
kalah."
Segera Ngo-tok-koay-mo mendahului duduk bersila, serta
ulur kedua telapak tangannya, tertawa lebar kearah Liok Kiamping.
Tampak oleh Liok Kiam-ping, kedua telapak tangan lawan
putih bagai batu jade mirip tangan perempuan pingitan yang
tidak pernah kerja kasar, sambil mendengus segera diapun
duduk bersimpuh, tangan diulur menempel telapak tangan
orang.
Baru saja kedua tangannya terjulur, mendadak didengarnya
Ki-ling-sin si gede raksasa berterlak: "Bocah cilik, kau..."
Waktu dia menoleh dilihatnya Ling-coa-kiam-khek melotot
gusar kepada Siang Wi, sementara Siang Wi geleng-geleng
sambil tertawa apa boleh buat, katanya: “Tidak... tidak apaapa."
Lalu bibirnya bergerak lagi. "Bocah cilik, hati-hati kau."
Tengah Liok Kiam-ping bimbang, Ngo-tok-koay-mo berkata:
"Kenapa sih ? Tidak berani ?”
Liok Kiam-ping mendelik: "Kalau aku menang, kaupun
harus memotong sebelah lenganmu.” Tangan diulur lurus
menempel telapak tangan lawan-
Ngo-tok-koay-mo tertawa dingin, batinnya: “Telapak
tanganku ini menyakinkan Ngo-tok kui- goan-ciang, biar kau
merasakan Siang-tok-ih-deh, mati setelah tersiksa racun."
Tenaga keras mendampar dari telapak tangan lawan, lekas dia
menurunkan tenaga dipusar, pelan-pelan dia mulai salurkan
kekuatannya balas menyerang. Ternyata telapak tangannya
semakin putih, makin lama makin bening seperti tembus
cahaya, hingga urat syaraf dan tulang telapak tangannya
kelihatan jelas, namun pada saat itulah tampak Liok Kiam-ping
mulai gemetar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walau telah menelan setengah obat penawar lawan, tapi
obat itu tidak banyak membantu karena lawan menipunya
dengan obat yang hanya dapat menahan rasa sakit belaka.
Begitu dia kerahkan tenaga sekujur badan menjadi tidak enak.
rasanya seperti habis digebuki, hawa murni mulai merembes
naik dariBwe-kek-hiat, lekas sekali telah merembes ke Pauhong
dan Sim-pi dua Hiat-to yang merupakan sentral darijalan
darah dibagian iga.
Kini tulang rusuknya juga mulai terasa linu dan kesemutan,
sementara Khi-hay-hiat dibawah lambung juga mulai nyeri
seperti ada ulat bergerak disana. Waktu yang sama terasa dari
telapak tangan lawan mulai menerjang kekuatan aneh yang
ganjil, sehingga jarinya ikut merasa pegal dan mati rasa, rasa
pegal itu masih terus merambat pergelangan tangan-
Karuan hatinya kaget, tahu dia bahwa lawan juga
meyakinkan pukulan beracun, waktu dia tatap lawan, tampak
wajahnya mengulum senyum licik, lekas dia menarik napas
panjang, mengerahkan segala kekuatannya mendesak balik
kekuatan lawan-
Akan tetapi seluruh Hiat-to tubuhnya seperti tertutup,
tenaganya sudah tidak mampu menembusnya, hawa dingin
yang merembes ketulang rusuknya pun merambat keatas
menembus Siau-yang-gi dan Koan-goan-gi. Tanpa kuasa
sekujur badannya mulai menggigil. hawa murni yang terpusat
dipusar juga tidak mampu dikendalikan lagi.
Bayangan kematian mulai merangsang hatinya, otaknya
akan berhenti bekerja, sekarang dia hanya merasakan dirinya
seperti melayang di awang- awang
Mendadak Kim-gin-hu-hoat bergelak tawa, kedua tangan
saling menekan pundak pula terus duduk bersimpuh
dibelakang Liok Kiam-ping, tanpa bicara mereka mengawasi
wajah lawan yang dilembari senyum kemenangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gin-ji-tay-beng ulur tangan kiri menekan Bing-bun-hiat
dipunggung Liok Kiam-ping, sementara Kim-ji-tay-beng
kerahkan Kim-sa-ciang, telapak tangannya terangkat di udara,
telapak tangannya kelihatan kuning mengkilap memancarkan
cahaya benderang.
Liok Kiam-ping sudah dalam keadaan setengah sadar,
mendadak dari punggung merembes segulung tenaga hangat
terus menerjang ke pusar, semangatnya seketika bergelora,
lekas diapun himpun sisa tenaganya yang tercerai terus
disalurkan kelengan batas menerjang tenaga lawan-
Ngo-tok-koay-mo sudah saksikan lawan sudah payah dan
tinggal menunggu waktu saja untuk roboh pingsan, bila racun
menyerang jantung jiwapun melayang, siapa tahu mendadak
segulung tenaga raksasa laksana gugur gunung menerjang
tiba. Sekujur badannya bergetar, terasa pukulan berbisa
ditelapak tangannya malah merembes balik seperti arus
sungai yang bertolak belakang, karuan kejutnya bukan
kepalang. karena dia tahu dua jenis racun telah terlebur
menjadi satu. bila lawan kuat dan menolak balik pukulan
racunnya, berarti dirinya bisa terpukul mampus dan
keracunan. Sembari mengerahkan kekuatan melawan
mulutpun berkaok minta bantuan, maksudnya supaya kedua
temannya juga membantu.
Ling-coa-kiam terkekeh dingin. dia dorong Ki-ling-sin dan
berkata: "Siang-heng, kau maju dulu, menurut cara yang
kuberitahu kepadamu tadi. duduklah dibelakang Lim-heng,
kerahkan seluruh kekuatanmu disalurkan ketubuh Lim-heng."
Ki-ling-sin Siang- Wi mengerut alis, katanya: "Beng-heng,
kau suruh aku bertindak seperti itu, aku emoh... "
Beng Hing memaki: "Bukankah kau saksikan mereka
bertiga mengeroyok Lim-heng? Keadaannya sudah begitu
parah dan hampir mati. Bila dia mati, kau dan aku jangan
harap bisa mendapatkan pedang mestika itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Wi cemberut, katanya: "Aku tidak suka adu tenaga
dalam dengan orang, soalnya kurang menyenangkan, kalau
mau berkelahi ya pakai pentung... “ kebetulan matanya
melihat telapak tangan Kim-ji-tay-beng yang kemilau kuning
itu, tanpa merasa dia bergidik merinding, katanya: "Baik,
baiklah, biar aku adu kekuatan dengan dia." segera dia maju
dan duduk dibelakang Ngo-tok-koay-mo, sejenak berpikir lalu
berkata:
"Beng-heng. Bukan lantaran aku mendengar omonganmu,
maksudku adalah ingin melawan kedua tua bangka ini... “
Beng Hing tidak sabar, katanya: "Baik, terserah
kemauanmu. Lekas." kedua tangan menempel ciang-bun-hiat
diatas kedua pundak Siang wi, sementara kedua telapak
tangan Siang Wi juga menekan di ciang-bun-hiat dipundak
Ngo-tok-koay-mo. Lwekang mereka tersalur menjadi segulung
arus besar merembes ketubuh Ngo-tok-koay-mo, dimulai dari
pusar lalu dari kedua tangan menggempur kearah Liok Kiamping.
Kim-gin-hu-hoat sudah terkenal puluhan tahun, Kim-saciang
dan Gin-sa-ciang merupakan ilmu mujijat dari ilmu
pukulan tangan, terutama tenaga dalam merekapun teramat
tangguh begitu mereka berhasil menyusun jembatan bumi
langit kekuatan yang mendampar sungguh dahsyat sekali
merembes ketubuh Liok Kiam-ping.
Sementara lawan mereka adalah murid didik Liok-toa-thiancu
yang sudah kenamaan puluhan tahun, latihan Lwekang
merekapun mendalam, sekali mereka bergabung, kekuatan
baru yang timbul ternyata juga kuat sekali.
Celaka adalah Liok Kiam-ping, disamping terkena racun
tanpa bayangan dia terkena pula racun Ngo-tok-kui-goanciang,
dua jenis racun jahat, terkena tekanan tenaga dalam
sedahsyat itu pula, sehingga daya kerja racun lebih cepat dan
hebat, seluruh urat nadinya sudah menjadi kejang,
pertempuran kedua kadar racun itu hingga kini makin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senyawa. Seluruh darah dalam tubuhnya seperti bergolak.
Gumpalan racun itupun makin besar dan keras mengikuti
dorongan kekuatan tenaga Kim-gun-hu-hoat mendesak ke Khibun-
hiat.
Rasa gatal dan mual segera menggelitik teng gorokan, tak
tertahan lagi Kiam-ping membuka mulut, "Huuuaaa" segumpal
hitam besar darah menyembur keluar mengenai selebar muka
Ngo-tok-koay-mo.
Setelah darah beracun tersembur keluar, seketika badan
seperti hampa, pada saat itulah dua kekuatan yang tersalur
dari luar tubuhnya membanjir masuk kedalam tubuhnya terus
mengalir sederas air bah yang menerlang kesegala penjuru
badannya, segulung tenaga gabungan yang dahsyat
mendadak menerjang ke Jin-meh, lalu dengan kekuatan besar
bagai guntur menggelegar kembali mengamuk ke Tiok meh,
begitu Jik-hu-hian koan tembus, kekuatan didalam tubuhnya
segera mirip air bah yang tak terbendung lagi luber ke manamana
berputar keseluruh badan.
Setelah mengeluarkan kentut besar, seluruh badannya
menjadi enteng dan melayang keudara, demikian pula kelima
orang yang gandeng geret itu ikut terseret mumbul beberapa
senti. Mendadak mendelik mata Liok Kiam-ping, mulutnya
meraung keras, tenagapun dikerahkan ditelapak tangan terus
digentak sekuatnya.
"Blang" Ngo-tok-koay-mo diterjang kekuatan dahsyat
hingga tubuhnya mencelat tiga tombak jauhnya, begitu pantat
menyentuh bumi, darah segar kontan menyembur dari
mulutnya.
Ki-ling-sin juga menjerit keras, tubuhnya terguling-guling
beberapa kali baru roboh setombak lebih karena jarak Liongcoa-
kiam-khek paling jauh dari Liok Kiam-ping, maka tenaga
yang menerjang dirinya juga jauh lebih kecil, dia hanya
tertolak mundur beberapa kaki, tapi muka juga menyentuh
bumi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim-gin-hu-hoat memang salurkan seluruh kekuatan
Lwekang mereka disalurkan ketubuh Liok Kiam-ping, namun
dalam jangka seperminuman teh, mendadak mereka
menyadari tenaga dalam sendiri mendadak disedot oleh suatu
kekuasan aneh ditubuh Kiam-ping hingga mereka tidak kuasa
mengendalikan diri pula.
Dikala mereka merasa kaget dan heran, didengarnya Liok
Kiam-ping berkentut besar, kejap lain terasa tenaga besar
yang mereka salurkan sudah membantu memperlancar tenaga
murni Kiam-ping tanpa rintangan. Hal ini merupakan tanda
baik, baru saja mereka hendak bersorak girang, mendadak
dari badan Kiam-ping menerjang balik suatu arus kekuatan
yang dahsyat, belum lagi mereka sadar apa yang terjadi,
kontan mereka mendehem keras, tubuh mareka tergetar
mencelat beberapa kaki jauhnya.
Sigap sekali mereka sudah melompat bangun dan
menyaksikan keadaan tiga lawan mereka yang runyam.
Sementara Liok Kiamping juga membalik badan, katanya agak
menyesal: "Kalian bagaimana... "
"Ciangbun,” lekas Gin-ji-tay-beng berkata, "apakah kau
sudah berhasil menjebol Jin-tiok-ji-meh ?"
Liok Kiam-ping menjawab: "Ya,Jin-tiok-ji-meh dalam
tubuhku sudah jebol, semua berkat... " belum habis dia bicara
mendadak angin kencang menderu dibelakang secepat kilat
menerjang Bing-bun-hiat dipunggungnya.
Kim-ji-tay-beng yang menghadap ke sana melihat lebih
dulu, dia berseru memperlngatkan dan sudah siap bertindak
tapi cahaya kemilau mendadak menyilau mata, desis hawa
pedang setajam pisau maka terdengarlah jeritan menyayat
hati, darah muncrat, daging tulang beterbangan.
Begitu sinar perak kuncup, pedang sudah kembali kesarung
ditangan Liok Kiam-ping, dengan wajah membeku dia berdiri
menyoreng pedang, setombak didepannya, Ngo-tok-koay-mo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tampak kutung kedua tangannya, bau amis busuk dari darah
hitam yang berceceran masih tampak mengucur keluar.
Ngo-tok-koay-mo menggeletak diantara batu-batu yang
berserakan, seluruh tubuhnya berlepotan darah hitamnya
sendiri, dia berusaha menggerakkan tangannya yang buntung,
dengan suara serak setengah meratap dia berkata: ”kau
punya Hiat-liong-po-giok (batu jade darah naga). bolehkah
perlihatkan kepadaku? inilah permohonanku terakhir sebelum
ajal... "
Sorot mata tajam Liok Kiam-ping yang berwibawa semakin
sirna, kini tatapannya tak ubahnya seperti manusia biasa,
katanya mengerut alis: "Kenapa kau membokong dari
belakang?" tapi melihat sorot mata yang penuh permohonan,
akhirnya dia menghela napas, dari lehernya dia keluarkan
Hiat-liong-ling, lambang kebesaran dan kekuasaan Hong-lui
bun.
Seperti diketahui batu jade ini ada jalur halus warna merah
mirip naga kecil, membuka cakar dan mementang mulut
sedang terbang, begitu hidup dan mirip sekali.
Wajah Ngo-tok-koay-mo sudah menggelap hitam, napasnya
juga mendesau tinggal satu-satu, tapi sorot matanya penuh
rasa kaget dan takjub mengawasi batu jade ditangan Liok
Kiam-ping dengan susah dia bermohon: ”tolong kau balik
muka yang lain, aku ingin melihat bagian belakang."
Setelah melihat gambar dibalik batu jade seketika dia
menjerit sekali, mulutnya menggumam lirlh: ,Ngo-tok-seng-te
(tempat suci panca bisa)"
Gin -ji-tay-beng yang mendekat juga melihat gambar itu
melukiskan pemandangan gunung dan sungai, sebuah air
terjun terjepit diantara dua puncak- gunung, didepan air
terjun terdapat tiga gubuk. Dia maklum tempat itu mungkin
tempat rahasia dimana menyimpan suatu partai harta pusaka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat Ngo-tok-koay-mo masih kempas kempis lekas dia
membentak: "Katakan tempat apa itu?”
Ngo-tok-koay-mo menatapnya sejenak, katanya terengah
payah: “Ngo... tok .. seng... to... di... Tay..." tiba-tiba kedua
matanya terpejam, dua tetes air mata berlinang, jiwapun
melayang.
"Tay ? Tay apa ? Lo-te, apa kau tahu apa yang dimaksud ?"
tanya Gin-ji-tay-beng heran:
"Mungkin dia hendak mengatakan nama sebuah gunung
atau suatu tempat. Tapi seingatku, di Sujwan ada Tay-pa-san,
Tay-liang san, Ah-wi ada Tay-piat-san, Kiang-say ada Tay-ihnia,
Say-kong masih ada Tay-soat-san, tentang nama tempat
banyak lagi, umpamanya Tayli di In lam..." demikian Kim-jitay-
beng coba menarik kesimpulan-
Gin-ji-tay-beng tidak sabaran, tukasnya: "Lotoa, tak usah
kau menyebut nama tempat, yang terang kita tidak perlu
perduli apa itu Ngo-tok-seng-to segala, sekarang kita kemari
hendak mengambil pusaka..."
Liok Kiam-ping juga sadar dari lamunannya, dengan
kasihan dia memandang mayat yang mulai membusuk diatas
saiju, setelah geleng kepala dia membatin: "Ganjaran setimpal
bagi kejahatanmu sendiri, aku tidak bisa disalahkan-" Waktu
dia angkat kepala dilihatnya pandangan Ki-ling-sin Siang Wi
yang mendelong bodoh sementara Ling-coan-kiam-khek
melotot gusar penuh dendam, katanya dengan tertawa tawar
"Kalian boleh silahkan pulang.”
”Bocah cilik," ujar Ki-ling-sin, "Ilmu pedang mu sungguh
lihay, mirip dengan Sumoayku, cukup sekali berkelebat jiwa
orang telah dibunuhnya," tapi segera dia menghela napas,
katanya pula: "Kukira lebih baik aku pulang saja, celaka kalau
pantatku bolong tertusuk pedang lagi," ternyata pantatnya
memang sering ditusuk pedang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gede cilik," seru Liok Kiam-ping, “pulanglah dan
sampaikan kepada gurumu, bahwa ciangbunjin Hong-lui-bun
Pat-pi-kim-liong Liok Kiam-ping dalam beberapa harl lagi akan
bertandang ketempat kediamannya.”
Ki-ling-sin membuka lebar mulutnya katanya: "Bocah cilik,
apa kau kenal juga guruku ? Wajahnya penuh brewok,
galaknya setengah mati lho."
Liok Kiam-ping tertawa, katanya: "cukup asal kau bilang
begitu kepadanya. o, ya, apakah dia sekarang masih berada di
Lo-hu ?"
Ki-ling-sin manggut-manggut, setelah mengawasi Liok
Kiam-ping baru berkata:
"Bocah cilik kau begini tampan dan gagah, Sumoayku juga
ayu seperti bidadari Hohoho kalian betul... betul .. " lalu dia
ketuk batok kepala sendiri serta bergoyang-goyang seperti
pemain opera diatas panggung serta meneruskan,
"merupakan setimpal... "
Gin-ji-tay-beng mendelik, bentaknya: "Bocah pikun, kau
cerewet apa."
"Kakek kecil, sebaliknya kau ribut apa ? Aku sedang memuji
dia, berani kau ribut mulut? Bah, rasakan pentungku. "
pentung besar warna ungu ditangannya kontan terayun
dengan jurus Thay-san-ap-ting mengepruk batok kepala Ginji-
tay-beng, pentung segede paha orang itu menderu keras
menimbulkan pusaran angin deras mengepruk laksana guntur
menggelegar.
Orang gede ini bersifat polos dan jujur jiwanya bersih tapi
pikirannya agak minus, bilang berkelahi lantas mengemplang,
tenaganya besar pula, sudah tentu Gin-ji-tay-beng tidak berani
sembarangan- Deru angin pentung membuat jenggot
rambutnya semrawut seperti diterjang badai, pakaiannyapun
melambai, dengan lincah dia menyingkir beberapa kaki,
berbareng Gin-sa-ciang terayun dengan jurus Liu-sa-loh-kim
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(pasir mengalir membawa emas) telapak tangannya
mendesing menampar kepala Siang Wi.
Begitu pentungnya menyapu angin si gede meraung gusar
sambil melangkah minggir dua tindak bongkot pentungnya
menyontek keatas dengan jurus Liu-hun-ho-khong (mega
mengembang rebah diudara), secara gesit, ternyata dia dapat
berkelit dari tamparan Gin-ji-tay-beng.
Tangan Gin-ji-tay-beng menekan ujung tongkat lawan,
tubuhnya lantas melayang mumbul, telapak tangan kiri tetap
bergerak dengan gaya semula membelah batok kepala Siang
wi.
"Plok" Gini-sa-ciang seperti memukul karang dingin yang
sudah rlbuan tahun
Jilid 10 Halaman 19 s/d 20 Hilang
akan ketempat kami ? Biar aku berltahu kepada Sumoay
supaya dia menunggumu." "
Liok Kiam-ping angkat pundak. katanya apa boleh buat:
"Dalam jangka tiga bulan, pasti aku datang ke Lo hu."
Siang Wi berjingkrak senang. serunya sambil melambai
tangan: "Bocah cilik, selamat bertemu, aku tunggu
kedatanganmu.”
Setelah bayangan gede lenyap diluar lembah, Gin-ji-taybeng
berludah sambil memaki: “Maknya, anak goblok."
Kim-ji-tay-beng tertawa, katanya: "Bocah bodoh ini
memang menyenangkan- Bila sebelum ini ketemu tentu sudah
kupungut dan menjadi murid."
Gin-ji tay-beng menimbrung: "Akupun berpikir demikian,
maka tadi tidak menggunakan tenaga, sungguh tak nyana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bocah bodoh itu ada meyakinkan kekuatan luar semacam Yucui-
koan-ting yang keras. telapak tanganku kesemutan-" “
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya: "Sayang gurunya
adalah Lo-hu-sin-kun, kalau tidak aku ingin membawanya
malah." lalu dia pandang mayat yang sudah menjadi cairan
hitam yang menggenangi tulang belulang, diatas salju sana
menggeletak sebuah kantong kulit hitam legam, kulit itu
tampak bergerak. Segera dia melangkah ke sana, tangannya
menggapai sekenanya, kantong kulit itu lantas mencelat
terbang jatuh di tangannya.
Terbeliak mata Gin-ji-tay-beng, serunya:
"Ciangbunjin, memangnya kau pernah meyakinkan Hikhong-
ciap-in (terima kirim udara kosong) dari Hian-bun-sinkang
?"
Liok Kiam-ping melengak malah, tanyanya: "Apa Hi-khongciap-
in ? o, maksudmu dengan tangan menangkap benda
seperti caraku tadi ?" dengan tertawa dia melanjutkan, aku
sendiri juga merasa lucu, maka mengerahkan tenaga
mencengkram dari kejauhan, sementara hawa murni dalam
tubuhku bertolak belakang menembus empat Hiat-to, lalu
balik menerjang kedepan pula dengan cepat, tahu-tahu benda
inipun sudah tertangkap ditangan."
"Bertolak belakang berarti mengalir balik Apa benar hawa
murni bisa mengalir tertolak ? Latihan cara itu bisa
mengakibatkan Jau-hwe-jip-mo lho." .
"Lo-toa," sela Gin-ji-tay-beng, "apa kau lupa ciangbun
sudah berhasil menjebol Jin tlok-ji-meh ? Sungguh tidak nyana
yang Maha Esa telah mengatur seaneh ini. Dikala ciangbun
terancam bahaya dan dalam keadaan kritis itu malah
memperoleh kesempatan baik... "
Liok Kiam-ping buka kantong kulit ditangannya, ternyata
berisi seekor kucing kecil yang lembut bulunya, hidungnya
putih memerah, cuma anehnya hidung kucing kecil ini ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih panjang dan menonjol ekornya pendek bundar seperti
bola yang berbulu subur, kelihatannya amat lucu dan
menyenangkan.
Tadi dia sempat mendengar Ngo-tok-koay-mo bilang
kucingnya ini dapat disuruh melacak tempat penyimpanan
pedang pusaka pasti binatang ini jarang ada dan sukar dicari.
Teringat pedang lantas terbayang kepada Tokko cu, namun
perasaan malu dan tersinggung lantas melembarl sanubarinya,
dia pikir, setelah pernyataan hati sebelum ajal tadi dilontarkan,
berarti dia sudah melimpahkan rasa cintanya secara terbuka.
Tapi yang didapati hanyalah jawaban hembusan angin dingin,
sebaliknya si "dia" sama sekali tidak menunjukkan rasa
simpatiknya pada jerih payah dan darah asmaranya yang
menindih. Maka dia mendengus sengit, pikirnya: "Kau
meremehkan aku, memangnya aku harus mencintaimu ?"
Tengah dia membatin Kim-ji-tay-beng sudah berseru lantang
kedalam lembah:
"Tokko cu cianpwe, ciangbunjin Hong-lui-bun Pat-pi-kimliong
atas perintah warisan ciang-kiam-kim-ling sengaja
datang untuk menerima Jit-jay, cui-le dua pedang pusaka
mohon cianpwe mengunjukkan diri... "
Sebuah suara dingin berkumandang terbawa hembusan
angin lalu: "Suruh ciang bunjin keluarkan Hiat-liong-ling... "
Liok Kiam-ping sudah menegak alis, selamanya belum
pernah dia merasa dihina seperti ini, rasa gusar menggoncang
perasaannya, serunya gusar: "Pat-pi-kim-liong disini Tokko cu
memangnya kau sudah tidak mengenalku lagi ?"
Gin-ji-tay-beng melengak. dia menoleh kearah Kim-ji-taybeng
yang menjublek katanya: "Lapor ciangbunjin, Tokko cu
adalah isteri ciangbunjin kita yang terdahulu, ciangbun, kau...
"
Dari dalam terdengar jawaban Tokko cu yang dingin:
"Boleh kau masuk kemari."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah tentu Kim-gin-hu-hoat kebingungan, selama puluhan
tahun mereka berkecimpung di dunia persilatan, siapapun
tahu Tokkocu berwatak eksentrik dan terkenal sebagai
perempuan sebatang kara yang tidak kenal kehidupan umum,
dari sekian banyak manusia yang pernah masuk kelembah ini,
tiada satupun yang pernah keluar lagi.
Merekapun tahu jelas tentang hubungan dan pertikaian
antara ciang-kiam kim-ling dengan Tokko cu, kini dari
pecakapan barusan mereka merasakan nada kesedihan,
hampir terasa oleh mereka bahwa Tokko cu yang berada
didalam lernbah ini bukan lagi seorang nenek tua yang tinggal
menunggu ajalnya, tapi adalah suara seorang gadis belia yang
sedang dimabuk cinta.
Liok Kiam-ping segera berkata kepada Kim-gin-hu-hoat:
"Baik, kalian jaga di sini, biar aku masuk sendiri." dengan
langkah lebar dada membusung dia memasuki barisan batu.
Begitu dia tiba dipengkolan dibalik sebuah batu, cuaca di
sini seketika menjadi gelap. hakikatnya tidak bisa lagi
membedakan arah dan tak tahu kemana dia harus melangkah,
maka dia membentak: "Aku sudah datang, untuk apa pula kau
tetap pamer barisan batumu ini ?”
Baru selesai dia bicara, didengarnya suara lembut dan
lemah terkiang dipinggir telinganya: "Buat apa kau ribut- ribut
mengumbar adatmu ?”
Sigap dia membalik badan, dilihatnya Tokko cu sudah
berdiri dibelakangnya, keadaan mendadak terang benderang.
Tampak cadarnya sudah diturunkan, bulu matanya yang
panjang melengkung kelihatan basah oleh air mata, matanya
juga merah, wajahnya yang putih kelihatan menampilkan rasa
duka, sikap dan gayanya yang serba kasihan siapapun akan
terpesona melihatnya. Demikian pula keadaan Kiam-ping
sekarang, lama dia melongo baru menggerakkan bibir: "Tadi
apa kerjamu di sini ? Apa tidak mendengar suaraku ?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia menunduk. suaranya lirih: “Aku sudah dengar, tapi aku
tak berani keluar menemuimu. "
“Kenapa ?" tanya Kiam-ping.
Pelan-pelan dia angkat kepalanya, katanya rawan- “Maukah
kau tidak tanya lagi ?"
Kiam-ping melenggong, katanya setelah menghela napas:
"Kau tidak tahu aku hampir mati Sungguh aku tidak paham
kenapa kau bersikap begitu ? Seorang diri hidup merana
dalam lembah sunyi ini, deru angin sedingin itu jelas tidak
cocok untuk kehidupanmu.” Ia berherti sejenak lalu
menyambung “Sejak kecil sampai sebesar ini, betapa siksa
derita kehidupan yang pernah kuresapi, sering dihina, dicaci
dan direndahkan, tapi tak pernah aku ingin meninggalkan
kehidupan bermasyarakat, mengasingkan dirl disuatu tempat
sepi, karena aku berpendirian bila seseorang dapat berbuat
sesuai cita rasanya, masyarakat akan memberikan penilaian
lain terhadapnya. Sekarang boleh aku beritahu kepadamu,
tujuanku ialah supaya manusia dikolong langit ini mengerti,
bahwa Liok Kiam-ping sekarang tidak mau lagi berada
dibawah orang lain.”
Kedua matanya menatap si dia dengan lekat, katanya tulus:
“Kita sama-sama hidup sengsara dan terasing sejak kecil,
sekarang aku sadar seseorang perlu mendampingiku, memberi
spirit dan dukungan mutlak. Apalagi bila kau hidup menyendiri
dilembah mati ini, menyia-nyiakan masa remaja juga bukan
suatu cara hidup yang baik, karena itu...
“Itu tidak mungkin-..” tukas dia menggeleng dengan nada
sendu, ”aku pernah berjanji kepada Suhu, selama hidupku
akan menunggui tulang belulang beliau, tidak akan
meninggalkan lembah sambil menunggu Hong-lui-bun datang
mengambil ketiga pedang pusaka itu... “
"Sekarang aku sudah tiba." Kiam-ping balas menukas,
berarti tugasmujuga sudah berakhir, tentang tulang kerangka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu... " tiba-tiba hatinya terharu, serunya: "Belum pernah aku
dengar ada nenek yang tidak tahu aturan begitu, dirinya
sudah mati, orang lain harus mengorbankan masa remajanya,
sehingga kesenangan, kebahagiaan orang ikut terpendam
bersama kematiannya , .. "
"Tutup mulutmu." bentak si dia, ”tak boleh kau mencercah
guruku, kan aku sendiri yang berjanji kepada beliau."
"Kau sendiri yang berjanji ? coba katakan, berapa usiamu
waktu itu ?" sekilas dia melirik. lalu menjawab lirih. "Lima
tahun."
"Hahahahaha, lima tahun." suaranya kaku, “mungkinkah
seorang anak lima tahun bisa punya tekad ? coba kau
renungkan, apakah sekarang kau tidak menyesal ?"
Dia menepekur, katanya perlahan: "Sejak aku tahu urusan
sudah mendapat bimbingan dari Suhu, sering aku memergoki
beliau menangis sendirian, maka sering aku bertanya kepada
beliau, tapi tak pernah dia mau menjelaskan kepadaku. waktu
itu kulihat beliau hidup kesepian, sebatang kara pula, maka
aku berjanji selama hidup ini akan menemaninya sampai
beliau meninggal... " dia memejam mata seperti mengenang
masa lalu, lalu melanjutkan, "waktu itu beliau bilang takut
hidup kesepian seorang diri, bila mati jasadnya pasti juga
takut kesepian, maka beliau tanya apakah aku mau berdiam
dilembah ini menemaninya, Beliau bilang manusia yang hidup
didunia ramai semua jahat dan licik, laki-laki jahat dan busuk
itu selalu berusaha menjebloskan perempuan ke dalam
jebakan mereka, dari pada hidup diluar mending hidup
kesepian dalam lembah ini. Waktu itu aku masih kecil tidak
tahu utusan, maka aku berjanji kepada beliau untuk
menemaninya dilembah ini."
Setelah mengusap air mata, dia berkata:
"Tadi waktu kau memanggilku, aku sudah dengar, tapi aku
tak berani memberi jawaban, aku hanya berani sembunyi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditempat gelap ini, mengurung diriku dikamar batu ini”..." tibatiba
pipinya merah, sikapnya tampak malu-malu katanya lebih
lanjut: "Tapi suaramu selalu mendengung dalam telinga ku
hingga aku tak tahan menutup diri dalam kamar, lama aku
mondar mandir disini, Maksudku hendak mencegah kau masuk
kemari..."
"Hm," Kiam-ping mendengus, "umpama dirintangi rlbuan
tentara berkuda, aku juga akan terjang kemarl menemui kau."
Tampak sorot matanya bagai lampu mercu suar yang
benderang dan menyilaukan dia merasa relung hatinyapun
tembus oleh sorot mata yang dalam ini, hatinya tersirap.
katanya: "Lwekangmu ternyata lebih tangguh lagi sebelum ini
? Seolah-olah kau sudah mencapai taraf Hoan-boh-kui-cin
(dari kasar kembali kemurni), apakah kau sudah menembus
Seng-si-hian-koan ?"
Liok Kiam-ping mengangguk, katanya:
"Barusan aku terkena bisa Ngo-tok-koay-mo, hampir saja
mati, untunglah disaat aku hampir pingsan, seolah-olah aku
melihat dirimu terbayang olehku didunia ini hanya aku satusatunya
yang dapat menolong kau keluar dari lembah ini,
betapapun aku tidak bisa membiarkan kau mendam masa
remajamu dilembah mati ini, maka aku meronta sekuatnya,
syukurlah tekadku yang membara ini masih kuasa
mempertahankan diriku, sehingga gelombang kekuatan dari
dua aliran yang berlawanan bergelut dalam tubuhku dan
menerjang jebol Jin-tiok-ji-meh." Lalu jari-jarinya terkepal,
desisnya dengan suara teguh: "Kali ini aku pasti akan
membawamu pergi."
Si "dia" tersenyum, tanyanya: "Kenapa ? Bukankah si gede
pikun tadi bilang punya seorang Sumoay cantik akan
diperkenalkan padamu? Kaupun sudah berjanji... “
Merah jengah muka Liok Kiam-ping katanya: "Suhunya Lohu-
sin-kun adalah musuh besar Hong-lui-bun kita, mana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah aku berjanji kepadanya ? Apalagi aku belum pernah
melihat perempuan itu, mana mungkin aku..." tiba-tiba dia
mengipat tangan, "kau sudah tahu bagaimana maksud hatiku,
kurasa tidak perlu aku banyak bicara lagi. sekarang serahkan
dulu kedua bilah pedang mestika itu, lalu aku akan berusaha
menghancurkan barisan batu diluar-itu, boleh kau tetap
mengenakan cadar sebagai Tokko cu, kau melabrakku akupun
menyerang kau, sudah tentu aku yang menang, setelah itu
aku akan paksa Tokko cu berjanji membebaskan dirimu maka
selanjutnya kau bebas ikut dengan aku"
Mendengar akal bulus ini dia tertawa geli, katanya: ”Jadi
kau suruh aku menyamar suhu dan berjanji padamu untuk
membebaskan aku ? Apa kau kira aku betul-betul mau ikut
kau ? Apa lagi belum tentu kau dapat menghancurkan barisan
batu. Itulah barisan teraneh ciptaan Suhu di hari tuanya”
Liok Kam-ping acungkan tinjunya, katanya: "Perduli barisan
aneh segala, dengan Liat-jit-kiam pasti mudah aku
menyapunya hancur lebur, bila perlu akan kulancarkan pula
Wi-liong-ciang merobohkan batu-batu itu, tentang dirimu mau
atau tidak ikut aku, itu sih soal kecil, karena kau hanya patuh
atas perintah guru, bila guru suruh kau ikut padaku, maka kau
harus pergi bersamaku," tak- kuasa "Kiam-ping menahan rasa
geli sendiri, katanya tertawa: "coba beritahu kepadaku, siapa
namamu"?"
Merah muka gadis itu, katanya: "Untuk apa kau tanya
namaku ?" setelah berhenti dan bimbang sejenak lalu berkata
pula: ”Aku bernama Le Bun " Kiam-ping memejam mata,
desisnya:
"Le Bun? Emm, nama yang indah," lalu dengan tersenyum
puas berkata pula, "Nanti bila aku menerjang masuk akan
kukatakan kepada Tokko cu, supaya dia membebaskan Le Bun
jikalau dia menantang, akan kuperseni dia sejurus Jit-lun-jutseng.
Aku yakin pasti dapat mengalahkan dia, maka dia akan
mengabulkan permintaanku membawa Le Bun pergi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selanjutnya kau akan menanggalkan jubah hitam dan cadar
penutup mukamu, ikut aku keluar, waktu itu kita berdua akan
..”
"Bagaimana kalau Suhu tidak mengabulkan ?” tanya Le
Bun.
Kata Kiam-ping serius: ”Jikalau Tokko cu samaranmu tidak
mengabulkan, maka aku pun tidak akan pergi dari sini,
jabatan ciangbun segala juga akan kubuang, akan kutemani
kau selama hidup dilembah ini." "
Sudah tentu perasaan Le Bun seperti dipukul palu,
perkataannya yang tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam,
seperti mengebor kerelung hatinya sehingga dia berdiri
menjublek. Lama matanya menatap lengang. sesaat lagi
mendadak dia menjerit tangis menubruk ke dalam
pelukannya, katanya sesenggukan: "Kenapa kau begini baik?
Kenapa ?"
Kedua tangan Kiam-ping memeluknya kencang, lembut dia
mencium rambutnya, kau tanya setengah menggumam: "Bila
jiwa kehidupan nan kosong memutih itu terisi rona jiwa nan
semarak, kupikir aku pasti akan memegangnya kencang,
karena aku berpendapat tanpa kau, hidupku ini akan hampa,
tiada arti..."
Le Bun masih terisak-isak. menggelendot didalam
pelukannya. Hembusan dingin dalam lembah sudah tidak
terasa lagi oleh mereka, jantung mereka berdebar, badan
hangat hati semanis madu.
Agak lama kemudian baru Le Bun angkat kepala dan
berkata perlahan: ”Jikalau Tokko cu tetap menolak, cukup asal
kau membuka cadarnya, menutuk Hiat-to pelemasnya lalu
menggondolnya pergi, beres "
Liok Kiam-ping bertanya: ”Jikalau kau ini Tokko cu, kau
mengabulkan permintaanku tidak ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Le Bun mengangguk. sahutnya: "Pasti kukabulkan," segera
dia meronta lepas dari pelukan serta membetulkan letak
rambutnya. "Biar aku mengambil pedang kemari." Mengawasi
bayangannya yang menghilang, Kiam-ping mengulum senyum
lebar dan lega.
Entah kapan kembang salju telah berhamburan di angkasa,
cepat sekali melayang turun dan berjatuhan diatas kepala dan
badannya...
--ooo0dw0ooo-
Kota Un-ciu di propinsi ciat-kang. Selama beberapa hari ini
kota besar ini turun hujan saiju terus menerus, sehingga
banyak pedagang, pelancongan atau semua orang yang
bepergian menahan diri dipenginapan, maka setiap hotel yang
buka dikota ini terisi penuh.
Tengah hari itu hujan salju turun pula dengan lebat, kalau
semua orang sama mendekam dalam selimut atau sembunyi
dalam rumah. Tapi, ada empat ekor kuda gagah menarik
sebuah kereta berlarl kencang dijalan raya yang penuh salju
itu.
Dua jalur bekas roda membekas nyata diatas saiju,
menyusul dua ekor kuda berlarl cepat pula lewat.
Penunggang kuda adalah dua lelaki tua beruban, jenggot
panjang yang sudah memutih meng gontai tertiup angin,
keduanya sama mengenakan jubah panjang di bungkus
mantel beludru tebal, sepatunya juga berpunggung tinggi
hampir menyentuh lutut, dandanan kedua kakek ini mirip satu
dengan yang lain-
Yang berbeda hanyalah gelang yang mengikat rambut
mereka, yang satu kuning emas, yang lain putih perak.
Mengelus jenggot panjang Gin-ji-tay-beng bergelak tawa,
katanya: "Ha ha ha menyenangkan, menyenangkan sekali,"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu dia berpaling kepada Kim-ji-tay-beng, katanya, "Lotoa,
apa masih ingat waktu tahun lalu hujan salju menutup
gunung, kita hanya bisa mengunci diri diperut gunung, sibuk
bermain catur melulu, hari itu syukur dapat menjumpai
ciangbunjin, penasaran selama puluhan tahun sudah tiba
saatnya untuk dilampiaskan, betapa hati ini takkan senang ?"
Kim-ji-tay-beng berkata: "ciangbunjin kita ternyata tidak
kecil rejekinya, entah darimana dia mendapatkan bini secantik
itu, hahaha, hari-hari buruk cuaca seperti ini, terasa jauh lebih
menyegarkan dibanding tahun-tahun yang lalu,"
Melihat tembok kota sudah tak jauh didepan, dia lantas
menyambung: "Loji, lekaslah kita jalan, kita carikan dulu
penginapan untuk ciangbun, sekaligus mencari jejak Biau-jinsip-
coan bocah keparat itu apakah sudah tiba lebih dulu."
Kuda mereka segera dikeprak bagai terbang, lekas sekali
mereka sudah melampaui kereta terus masuk kekota Un-ciu.
Sementara itu di dalam kereta Liok Kiam-ping masih belum
selesai menceritakan pengalaman hidupnya selama ini.
Katanya.".. maka sekarang aku harus pergi ke Kui-hun-ceng,
Hun-bin-kiam-khek Ti-thian-bin harus kubunuh, dulu aku
pernah bersumpah...”
Le Bun menyeka air mata diujung matanya, katanya setelah
menghela napas: "Dalam dunia ini memang banyak persoalan
tidak adil, dulu Suhu selalu menceritakan permusuhan kaum
persilatan dan kehidupan Kangouw yang berbahaya, aku yakin
katanya pasti benar, yang benar setiap manusia pasti punya
rasa egois, karena mencemburui Siau Hong yang bersikap baik
terhadapmu, sudah tentu..." tersenyum manis lalu bertanya:
"Sekarang kau masih menyukai Siau Hong tidak ?"
Liok Kiam-ping, geleng kepala. Katanya:
"Waktu itu aku masih kecil, hakikatnya masih hijau tidak
tahu apa-apa, kejadian sudah beberapa tahun berselang,
siapa tahu bagaimana keadaannya sekarang, bila kupikir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejadian masa lalu, seperti kembang yang sudah layu dan
luntur warnanya, tak bisa kuperoleh lagi baunya yang harum...
"
Le Bun cekikik tawa, katanya: ”Jikalau Siau Hong sekarang
merupakan gadis jelita secantik kembang dan wangi lagi ?
Apakah setelah bertemu dengan dia kau tidak akan
menyenanginya ? Sukar aku percaya hubungan laki
perempuan sejak kecil bisa dilupakan begitu saja ?"
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya: "Lebih baik tidak
kukatakan, apapun yang kukatakan kau pasti takkan percaya,
coba kau pikir, bocah berumur sepuluh tahun tahu apa? Apa
lagi sekarang aku sudah memiliki kau, masa aku harus
pikirkan lagi Siau Hong ?"
"Cis, siapa bilang aku ini milikmu."
"suhumu Tokko cu sudah mengabulkan lamaranku,
menyuruh kau ikut aku selamanya. "
Terdengar sais kereta memberl aba-aba serta melecut
cambuknya, pembicaraan merekapun putus sampai di sini,
lekas Kiam-ping menyingkap kerai melongok keluar, katanya:
"Kota Un ciu sudah sampai, hujan salju sungguh lebat,
sampai sekarang belum juga reda"
Le Bun juga memandang keluar, katanya: "Dulu setiap
turun salju, bila angin dingin menghembus, hatikupun ikut
menjadi dingin, malah bila musim dingin tiba, hatikupun
membeku dan tak bisa cair, tapi sekarang bila aku melihat
salju, ternyata terasa begitu indah dan menyenangkan-"
"Perasaan seseorang memang dapat mempengaruhi
pandangan seseorang terhadap sesuatu yang dilihatnya,
sekarang pasti kau tidak menganggap hatimu beku begitu ?"
Kereta sudah berhenti. Kim-ji-tay-beng mengetuk pintu
kereta dan berkata: "ciangbun sudah sampai ketempat tujuan-
"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping membuka pintu, angin dingin membawa
kembang salju lantas meniup masuk segera dia melangkah
turun, katanya: "Apakah dihotel ini ? coh-huhoat apa kau
sudah melihat mereka ?”
Kim-ji-tay-beng menjawab: “Mereka sudah menetap di Kuihun-
ceng, Biau-jiu-sip-coan bocah itu ternyata sudah
menyediakan tempat bermalam, hujan salju beberapa hari ini
memang teramat lebat, hotel sudah penuh dihuni orang,
beberapa kamar ini sudah sejak beberapa harl yang lalu
dicarter seluruhnya"
Liok Kiam-ping melangkah maju, dilihatnya hotel ini
memang cukup besar. pekarangan didepan pintu saiju disapu
bersih dua pelayan munduk-munduk menyambut
kedatangannya, sapanya: "Kongcu, kau sudah datang, biar
hamba membawa barang bawaanmu. “
"Kalian tidak perlu sibuk soal barang,” ujar Kiam-ping,
"lekas siapkan dulu hidangan dan seduh teh wangi. Kuda-kuda
itu harus diberl makan kenyang dan dimandikan ya, nanti ada
persen-"
Kedua pelayan mengiakan terus mundur, perasaan Liok
Kiam-ping agak mendelu mengawasi punggung kedua
pelayan, terbayang dalam benaknya waktu dulu dirinya juga
kerja menjadi pelayan hotel dan tukang mandikan kuda,
sebagai kacung yang sering di maki dan dihina, tapi sekarang
? Akhirnya dia mengangguk. batinnya: "Kehidupan adalah
perjuangan, nasib ditunjang oleh perjuangan, kesempatan
akan selalu memberi peluang bagi siapapun untuk menjadi
manusia... "
Dia berkata kepada Le Bun, “Keluarlah kau. Kita makan
siang dulu, setelah istirahat nanti melanjutkan perjalanan
pula.”
Memegang seruling pualamnya, Le Bun lompat turun serta
tertawa kepada Liok Kiam ping, katanya tertawa manis:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Seolah-olah aku ini perempuan lemah yang takut ditiup angin
saja, apa tidak menggelikan Kim-gin-hu-hoat saja.”
Gin--ji-tay-beng tertawa lebar, katanya:
"Ah, kenapa nona bilang begitu, Tokko cu cianpwe adalah
orang yang kami kagumi, terbayang kejadian lima puluh tahun
lalu, pernah kami memperoleh nasehat dan bimbingannya,
berkat beliau pula aku diperkenalkan kepada Bing-tho Taysu di
Thian-tiok hingga berhasil mempelajarl Gin sa-ciang, sekarang
nona ngomong begini, apakah tidak menyiksa Lohu saja.”
“Nona boleh langsung menyebut julukan kami saja,”
demikian sela Kim-ji-tay-beng atau nama kami juga boleh.
Jangan panggil cianpwe segala aku jadi rikuh rasanya."
"Kau boleh memanggil coh-yu-hu-hoat saja." ujar Liok
Kiam-ping.
Berempat mereka memasuki hotel, baru saja kaki
melangkah masuk, terdengar suara gelak tawa ramai
disebelah dalam, sebuah suara serak berisi berkata: "Sejak
lama sudah kudengar bahwa daerah ciat-kang ini terkenal
dengan cewek-cewek jelita, beberapa hari ini sungguh sebal
terkurung dalam hotel belum pernah ada cewek ayu yang
dapat menghibur diriku. Hahaha, sungguh tak nyana, entah
angin apa yang membuka mataku harl ini. Hai, nona jelita
yang membawa seruling, kemarilah kau layani bapak besar
minum arak dan nyanyilah barang tiga lagu."
Berobah air muka Liok Kiam-ping, Gin-ji-tay-beng sudah
membentak: "Keparat mana yang tidak punya mata di dalam?
Hayo menggelinding keluar."
Maka terdengar suara kaok-kaok aneh di dalam sekeras
guntur, mendadak "Blang" pintu besar diterjang jebol, sesosok
bayangan merah tiba-tiba menggulung keluar, sebuah tangan
gede berbulu mencengkram kearah muka Le BunTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Le Bun menghardik sekali, serulingnya terayun keatas,
beruntun memantulkan beberapa bintik gemerdep. sekali
gerak serudingnya mengancam ciang-bun, Ki-kiat, Kibun, tiga
Hiat-to besar ditubuh penyerang,
Agaknya penyerang itu tidak menduga bila Le Bun pandai
silat, melihat serangan secepat kilat yang mematikan ini,
Sebat sekali dia memutar badan, lengan bajunya yang
panjang lebar berkibar laksana segumpal mega menggulung
seruling Le Bun.
Seruling pualam ditangan Le Bun tertekan turun, membawa
bunyi mendesing gerakannya berobah menjadi jurus Senggwa-
hwi-hoa (kembang terbang diluar kota), penyerang itu
dipatahkan cengkramannya sekaligus didesak mundur balik
kedalam.
Bayangan merah melompat keluar, seorang Lama besar
mengawasi Le Bun dengan pandangan takjub, katanya: "Nona
manis. Kaupun pandai main silat. Hahahaha, kita Toa-hud-ya
memang paling senang dilayani cewek-cewek sepintar kau .. "
Liok Kiam-ping membesi muka, katanya dingin: “Kau kepala
gundul ini apakah datang dari Pakhia.”
"Betul." sahut Lama itu, Aku ini Keting salah satu dari
sepuluh Huhoat dibawah Toa-hud-ya, memang kami datang
dari Pakkhia."
Dari dalam rumah berkelebat pula keluar sebuah bayangan
merah, seorang Lama setengah umur keluar, dengan heran
dia pandang Keting sekejap lalu alihkan pandangan nya
kepada Le Bun, segera dia membuka tawa lebar kurang ajar,
katanya: "Hehehe. aku ini Keting Hud-ya, juga salah satu dari
sepuluh Huhoat Toa-hud-ya. Nona manis apakah kau ikut
membaca mantra hiburan bersama Hud-ya "
Gin-ji-tay-beng pernah hidup beberapa tahun di Thian-tiok
belajar Kungfu dengan Bing-tho Taysu, maka dia tahu apa arti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mantra hiburan yang dimaksud, karuan marahnya luar biasa,
bentaknya: "Kalian dua keparat ini pasti mampus hari ini.”
Baru lenyap suaranya, dari dalam rumah kembali terdengar
seorang membentak: “Keparat tidak tahu aturan dari mana
berani mengancam Hud-ya kita ? Kukira kaulah yang sudah
bosan hidup." Seorang lelaki muka kurus bentuknya seperti
tikus berlenggang keluar dengan wajah menyeringai, katanya
pula sambil tepuk dada sendiri: "Tuan besar mu adalah Pekcan-
wan Hou Ngo Tay-wi kelas satu dari istana raja, kalian
beberapa keparat ini kecuali gadis jelita ini, siapapun pantas
digorok lehernya."
Gin-ji-tay-beng melangkah setapak, katanya: "Bedebah,
kau tahu siapa kami ? Hehe, biar kau tidak penasaran sebelum
mampus. Inilah ciangbunjin Hong-lui bun kita Pat-pi-kim-liong,
inilah Glok-koan im dan ini Kim ji tay-beng.” lalu menuding
hidung sendiri memperkenalkan, dan aku adalah Gin-ji-taybeng
Kongsun Giok.” sebelum Pek-sanwan (lutung gunung
nutih) bersuara, telapak tangannya sudah bergerak. sinar
perak berkelebat membawa desis tajam menabas keteng
gorokan Hou Ngo.
Sebagai seorang Taywi kelas dua sudah tentu Hou Ngo
tahu dikalangan Kangouw ada seorang yang yang bergelar
Pat-pi-kim-liong sungguh tak pernah dimimpikan bahwa
pemuda didepan matanya ini adalah ciangbunjin Hong-lui-bun.
Dikala dia tersirap kaget, kupingnya mendengar samberan
angin tajam dtsusul sinar perak berkelebat, telapak tangan
kemilau tahu-tahu sudah mengancam leher, karuan dia
menjerit kaget: "Gin-sa-ciang." angin pukulan yang menyesak
napas tiba-tiba menindih muka, lekas dia menekuk lutut
sekaligus sebelah kakinya menendang sementara tubuhnya
menjengkang tangan memukul dengan jurus Sam-yang-kaythay.
Gin-ji tay-beng terkekeh dingin, katanya: "Kiranya kau dari
Tiang-pek-pay." tangan kanan merogoh, telapak tangan kiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diturunkan beberapa senti membelah kepundak Hou Ngo.
"Pletak" terdengar suara tulang patah dan remuk. Disusul
dengan jeritan Hou Ngo yang mengerikan: “Tolong Hud-ya."
Wajah Gin-ji tay-beng dilembari nafsu membunuh,
jengeknya dingin: “Rajamu datang juga takkan bisa
menyelamatkan jiwamu”
Kaki mendesak maju telapak tangan membalik, dengan
mudah dia tangkap kaki kanan lawan yang menendang,
berbareng telapak tangan menutuk kedadanya pula.
“Pergilah.” bentaknya. Kembali Hou Ngo menjerit keras.
tubuhnya mencelat jungkir balik darah menyembur dari
mulutnya menumbuk Keling.
Karuan Keling mencak-mencak gusar, bentaknya: “Pernah
apa kau dengan Boktan Hwesio?
Gin-ji tay-beng tertawa gelak-gelak. katanya: "Dia suteku.
kepala gundul kematianmu didepan mata, masih banyak
tingkah "
Keling menyeringai ejek: "Kukira belum tentu." dia
mendesak lima kaki, kedua lengan saling tindih terus bergerak
dengan jurus Thian-liong-siau-ho.
Gin ji tay-beng membentak: "Kiranya kau dari Thian-liongpay
dari Tibet luar, pernah apa kau dengan Thian-liong Taysu
? mulut bicara tapi kedua tangan tetap bekerja tampak dia
memiring tubuh tangan kiri bergerak setengah lingkar terus
menepis miring mematahkan gerakan kedua tangan lawan.
Keling berkata: “Thian- liong Taysu adalah guruku, kau
keparat ini tahu dari mana ?"
Gin ji tay-beng tertawa gelak-gelak, katanya: "Apa kau
kenal Se-gwa-tho-hiap (pendekar bungkuk luar perbatasan)?
Dia pernah minta kepadaku supaya membunuh seorang
kepala gundul yang didepan dadanya tumbuh uci-uci, apakah
ditubuhmu ada uci-uci ?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar nama Se-gwa-tho-hiap seketika berobah air
muka Keling, segera mulutnya nyerocos kepada Keting dalam
bahasa Tibet, begitu mutar badan lantas lari.
Gin-ji tay-beng berkata kepada Kim ji tay-beng: "Kepala
gundul ini adalah perampok bangsat yang memperkosa
nyonya tua itu, tolong kau membelahnya " ditengah
bentakannya. mendadak dia menerjang kedalam.
Sebat sekali Kim-ji-tay-beng juga mengudak kearah Keting.
""Blang" daun jendela diterjang semplak, bagai anak panah
tubuh Keling menerobos keluar hinggap diatas genteng begitu
dia mengebas lengan bajunya ke belakang, terbitlah segumpal
angin kencang menindih Gin-ji tay-beng yang sedang terapung
hingga terdesak turun kebawah.
Sambil berkakakan kakinya menjejak. tubuhnya mencelat
kedepan pula secepat terbang, tak duga baru dua kali dia
melompat deru kencang mengudak dari belakang, selarik
bayangan orang seperti meteor saja melesat lewat disamping
tubuhnya. Begitu pandangan terasa kabur secara reflek kedua
tangannya menggempur kedepan, sementara setangkas
bajing loncat dia sudah melejit minggir terus lari kearah lain-
Gerungan dingin seperti benda raksasa memukul
genderang telinganya, disaat dia tersirap dan belum sempat
timbul pikirannya, "cret" didengarnya suara perlahan, sebuah
bola bundar benderang laksana mentari yang baru keluar dari
peraduannya menyilaukan mata hingga tak kuasa melihat apaapa.
Dimana selarik sinar pedang laksana lembayung
berkelebat, hawa pedangpun memenuhi angkasa, "cras" Liatjit-
kiam ditangan Liok Kiam-ping sudah menabas putar balik
empat kali.
Jeritan keras putus ditengah jalan, darah dan daging orang
tampak muncrat dan terpental berjatuhan, kaki tangan protol,
di mana sinar kilat itu menyambar pula tubuh Keling sudah
tertabas menjadi tiga potong, darah berceceran diatas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
genteng yang bersalju, jenazah Keling yang tidak utuh itu
terbanting jatuh diatas tanah.
Gerakan Liok Kiam-ping sungguh secepat kilat, tanpa
berhenti dengan gaya pedang yang sama dia melompat tinggi
enam kaki. seperti malaikat yang turun dari langit, dengan
jurus Jit-lun-jut-seng begitu pedang menyamber batok kepala
Keting seketika mencelat terbang keudara. Dalam waktu yang
sama "Bluk" dadanya juga terkena sekali pukulan Kim-sa-ciang
yang dilancarkan Kim-ji-tay-beng. Darah kembali menyembur
berceceran, dari wuwuugan tubuh besar tanpa kepala itu
menggelundung jatuh dipekarangan-
---ooo0dw0ooo---
Magrib telah tiba. Bulan sebelas didaerah Kanglam sudah
mulai dingin juga. Hari itu hujan salju cukup lebat sehingga
alam semesta seperti dibungkus warna putih melulu.
Liok Kiam-ping berempat naik kuda di tengah hujan lebat
itu. Dia tetap mengenakan pakaian serba putih, hawa sedingin
ini namun dia hanya mengenakan pakaian tipis dan leher
dibalut syal berbulu, dengan tertawa dia berkata kepada Le
Bun: "Le Bun, ternyata kau juga pandai menunggang kuda."
Gadis jelita berpakaian hitam menunggang kuda bulu
merah tertawa, katanya:. "Memangnya kau saja yang mahir
naik kuda?"
Gin-ji-tay-beng yang mencongklang kuda disebelah
belakang segera menimbrung dengan tertawa: "Le-kohnio
adalah murid kesayangan Tokko cu cianpwe, sudah tentu
serba bisa"
Sudah sepuluh tahun Le Bun biasa berpakaian hitamdalam
waktu dekat susah dia merobah kebiasaan ini, tapi
lantaran Liok Kiam-ping, di bagian luar jubahnya dia
mengenakan mantel berbulu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rambut panjangnya yang mayang terurai lembut di atas
pundaknya, wajahnya yang dulu kaku dingin kini selalu
mengulum senyum bahagia, sorot matanya juga tampak lincah
jenaka, pipinya yang merah menampilkan jiwa raganya yang
lagi mekar bak kembang segar.
Sambil menjalankan kuda sering dia menoleh mengawasi
Liok Kiam-ping, pandangan mesra. Sementara Liok Kiam-ping
memandang jauh kedepan, sebuah pohon cemara besar tinggi
sudah kelihatan dikejauhan seperti kakek tua yang bungkuk,
karena terlalu berat dibebani hidup sengsara hingga
punggungnya semakin bengkok.
Melihat pohon cemara bengkok yang diselimuti salju,
terbayang dalam benak Kiam-ping waktu dirinya bermain
petak dibawah pohon itu dengan Siau Hong dulu, tapi setelah
Ti Thian-bin berkuasa di Kui-hun-ceng, sering dia di ancam
dan dihajar karena tidak boleh bermain dan bergaul dengan
nona cilik itu.
Kejadian masih segera dalam ingatannya, hari itu cuaca
cerah ceria, membawa buku dia belajar membaca dipinggir
sungai, belakangan Siau Hong juga datang mengajaknya
bermain, sayang cuaca mendadak berubah buruk. hujan turun
cukup lebat, mereka berlari-lari mencari tempat teduh
dibawah cemara itu. Pada hari itulah Ti Thian-bin menutuk
Hiat-to-nya hingga dia bergulingan ditanah becek mengerang
kesakitan, siksa derlta karena otot serasa dibetot dan daging
diiris .. " dengan kertak gigi dia membatin. "Akan kucincang
dia dan kupotong-potong hingga ajalnya."
Lekas sekali mereka sudah berada dibawah cemara besar
itu, sungai kecil tak jauh dibawah pohon sudah mengeras,
batu besar dipinggir sungai juga ditutupi salju yang telah
mengeras.
Kiam-ping lompat turun dari atas kuda menghampiri batu,
dengan tangannya dia mengusap salju diatas batu, ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya tidak merasa dingin sedikitpun, rasa hangat malah
meresap ke sanubarinya.
Kiam-ping melamun meresapi kehidupan yang tidak abadi
ini. Sebuah tangan lembut mendadak terulur dari belakang
menindih punggung tangannya, waktu dia menoleh, tampak
Le Bun tengah mengawasinya dengan mesra.
Senyum manis nan cerah menambah lega hatinya, katanya
dengan tertawa: "Dulu sering aku bermalas-malasan diatas
batu ini menyaksikan gumpalan mega diangkasa, banyak
persoalan aneh-aneh kupikirkan, tapi tak pernah terpikir
olehku, hari ini aku akan kembali kemari bersama kau."
dengan kencang dia genggam tangannya, pandangannya lekat
menyapu lembut wajah nan jelita.
Dari bola mata beningnya, Le Bun merasakan sentuhan
jiwa yang murni, dengan puas dia menghela napas
memandang bunga.
Salju yang beterbangan diangkasa, katanya perlahan:
"Seumpama kembang salju yang melayang diangkasa,
begitulah nasib kehidupan manusia, akan jatuh ketempat yang
berbeda lingkungan dan keadaannya, bila dua kembang salju
bersentuhan diangkasa, sungguh menakjupkan kejadiannya.
Demikian pula manusia yang sebelumnya tidak tahu akan
nasib sendiri, bilamana suatu ketika dia bertemu dengan
lawan jenis yang dicintainya, maka dia akan menyadari bahwa
kehidupan masa lalu jauh hanya merupakan lembaran putih
yang kosong... "
Liok Kiam-ping mengangguk tanpa bersuara, terasa jiwanya
dilembari semangat juang perkasa, pelan-pelan dia berdiri,
katanya sambil menuding: "Dibelakang lereng gunung itulah
letak Kui-hun-ceng, hari ini aku pasti meratakan
perkampungan itu." lalu dia menoleh, serunya: "coh-hucat,
apakah Ang-kin-cap-pwe-ki seluruhnya sudah masuk
perkampungan ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Beberara harl Kui-hun-ceng ada menyebar undangan
mengumpulkan tokoh-tokoh kosen daerah Kang lam dari
golongan hitam maupun aliran putih, seperti sedang
merayakan suatu perjamuan- Biau-jiu-sip-coan sudah berhasil
menyelundup kedalam perkampungan, dalam waktu dekat
mungkin sudah berhasil mendapat laporannya." demikian
sahut Kim- ji-tay-beng.
Liok Kiam-ping menyeringai, katanya:
"Beberapa tahun ini tampang Ti Thian-bin tidak pernah
lepas dari ingatanku, biar dia mengundang bantuan kaum
Bulim sejagat, juga pasti akan kubunuh dia. Hal ini tidak perlu
dipertimbangkan lagi,” segera dia naik kepunggung kudanya
lagi, katanya "Hayo masuk perkampungan-”
Berempat kuda mereka melewati sungai yang sudah
membeku permukaannya langsung memanjat kelereng
gunung terus dicongklangkan kebawah sana dimana Kui-hunceng
berada. Tembok tinggi warna kuning mengelilingi
perkampungan itu, jembatan gantung diturunkan semua, sinar
lampu yang benderang, berwarna warni lagi, sehingga
kelihatan seperti bintang yang bertaburan.
Wajah Liok Kiam-ping tetap dingin, dia mendahului keprak
kudanya tiba didepan jembatan gantung dan tanpa sangsi
terus larikan kudanya masuk kedalam.
Dua orang cengting berjaga didepan pintu bersenjata
tombak masih ada lagi seorang lelaki setengah baya seperti
congkoan dari perkampungan ini juga berdiri didepan pintu
sambil pasang mata. Begitu Liok Kiam-ping keprak kudanya
mendekat, lelaki setengah baya ini lantas menyapa dengan
tertawa: "Siauhiap ini adalah..."
Liok Kiam-ping diam saja, tapi Gin-ji tay beng sudah
berseru dibelakang,: "dari Hay-lam."
Seketika laki-laki itu mengunjuk heran, katanya bersoja
"cayhe Siu-san-long cin Hiong sebagai congkoan bagian barat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkampungan ini, ternyata kalian utusan Gohu-cu cianpwe,
mohon maaf tidak menyambut dari jauh, harap dimaklumi,
biar cayhe segera memberl laporan kepada cengcu ..”
Kim-ji-tay-beng membentak: "Cin- toacongkoan, tidak usah
merepotkan kau. Kami datang bersama ceng-san-biau-khek.
ditengah jalan dia kebentur urusan, mungkin terlambat kemari
atau mungkin juga sudah berada di sini ?"
Sia-san-long melenggong, katanya: "cengsan-biau-khek ?
Diapun akan kemarl ? Hoho, agaknya cengcu kami..."
"Cerewet apa lagi ?" bentak Gin-ji-tay-beng. "Bocah, perut
kami sudah keroncongan, lekas carikan makanan dan
minuman, memangnya kami harus mengisi perut dengan
angin?"
Cin Hiong tepuk kepala, katanya: "Betul, silahkan kalian
masuk."
Liok Kiam-ping masuk keperkampungan, Cin Hiong
menunjukkan jalan akhirnya mereka tiba disebuah bangunan
gedung besar dan tinggi, waktu dia mendongak tampak
sebuah pigura besar yang tergantung diatas pintu bertulisan
Ki-ing-lau tiga huruf besar.
"Silahkan kalian istirahat di dalam, makan malam segera
akan diantar kekamar, cayhe masih harus bertugas dipintu
besar menyambut para tamu yang lain," disaat dia beranjak
keluar dengan langkah buru-buru itulah seseorang juga
tergopoh menerobos masuk, hingga keduanya saling
tumbukan-
Cin Hiong miringkan badan sambil ulur tangan kiri menahan
dada, sekali Cengkram dia pegang tangan kanan lawan- Tak
nyana baru saja tangannya menyentuh pergelangan lawan,
mendadak terdengar suara mengeluh, dimana lawan
membalik telapak tangan kelima jarinya malah mencengkram
tangan sendiri terus digentak pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja dia hendak gunakan tenaga, mendadak dirasakan
dadanya kesemutan, ada sesuatu benda yang menyelinap
masuk kedalam baju dan terasa sakit sekali seperti digigit.
Kejap lain pegangan tangan lawan juga telah dilepas dan
mundur, setelah melihat jelas lawannya, dia menjerlt kaget,
badannya roboh terus binasa.
Seekor ular kecil warna merah menyelinap keluar dari balik
bajunya, setelah ulur lidahnya beberapa kali terus merayap
masuk kedalam kotak hitam yang dipegang orang itu.
Tampak oleh Kiam-ping sekujur badan Siu-san-long Cin
Hiong dalam sekejap itu telah berobah hitam, jelas jiwanya
melayang karena keracunan, maka tanyanya dengan
mengerut kening: "darimana kau peroleh binatang berbisa itu?
Kenapa pula kau bunuh orang ini?”
Gin ji-tay-beng juga tertawa gelak-gelak. katanya: "Biaujiu-
sip-coan, kau bocah ini seperti punya banyak tangan saja,
kurasa tanganmu perlu dipotong, kalau tidak dari mana kau
curi ular-merah beracun ini "
---ooo0dw0ooo---
Orang yang menerobos masuk itu kiranya Biau-jiu-sip-coan,
kotak hitam dia tutup dan disimpan baru memberi hormat
kepada Liok Kiam-ping, katanya: "ciangbunjin, kau sudah tiba,
hamba sudah mencari tahu, beberapa hari ini Ti Thian-bin
akan melangsungkan pernikahannya dengan nona yang kau
katakan bernama Siau Hong itu. Malah gurunya Tok-sin-kiongbing
juga mengutus Hwi-hong-cu dari Ko-lok-kok untuk
menghadiri pesta pernikahannya... "
"Apa ?Jadi dia murid Tok-sin ? Sejak kapan dia menjadi
murid Tok sin ?'
Biau-jiu-sip-coan berkata:" Beberapa tahun yang lalu dia
bertemu dengan Hwi-hong-cu, dialah yang menariknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi murid Tok-sin, malah diapun murid angkat Khongtong-
koay-kiam... "
"Perduli dia murid siapa, aku tetap akan membunuhnya."
desis Liok Kiam-ping, "Sekarang jelaskan di mana sekarang
Siau Hong berada ?"
"Dia memang pernah bertemu denganku tapi aku tidak
berani memberitahu bahwa ciangbun sudah tiba di sini.”
"Kenapa ?"
"Soalnya .. " Biau-jiu-sip-coan ragu-ragu, matanya melirik
kepada Le Bun.
Le Bun tertawa, katanya: "Apakah nona Siau Hong masih
merindukan dia ?" ucap Le Bun tersenyum ramah, ”dan minta
kau membawanya menemui ciangbunjin ?'
'Ya... ya benar, dia memang bilang begitu." kikuk sikap
Biau-jiu-sip-coan.
"Sejak kecil kuanggap dia sebagai adik, memberitahu
kepadanya bahwa aku sudah berada di sini, malam ini pasti
kutolong dia." demikian kata Liok Kiam-ping. Biau-jiu-sip-coan
mengangguk, katanya:
"Mereka sudah menyelundup ke perkampungan, bila
ciangbun melepas bom udara mereka segera akan bergerak."
"Baiklah." Kiam-ping mengulap tangan, 'bersihkan jenazah
ini.'
Biau-jiu-sip-coan segera jinjing jenazah cin Hiong dibawa
kebelakang rumah, hanya sekejap bayangannya telah lenyap.
Liok Kiam-ping berkata: ”Jiwi Huhoat, bagaimana pendapat
kaliap ?"
"Semua terserah kepada kebijaksanaan ciangbun.' sahut
Kim-ji-tay-beng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik aku akan ke ruang besar, kalian boleh tunggu di sini
saja." waktu Kiam-ping menyingkap jubah putihnya, tampak
dikanan kiri ketiaknya masing-masing bergantung sebatang
pedang, dari tangan Kim-ji-tay-beng dia menerima sebuah
gulungan kain panjang katanya: "Pedang cui-le besar ini
mungkin hanya satu-satunya didunia ini, Lwekang yang
kumiliki sekarangpun belum cukup kuat untuk
mengembangkan tiga jurus sakti yang tertera digagang
pedang.”
"cui-le-ki-kiam dahulu oleh ciangbun generasi kedua Kikiam-
wi-liong untuk membunuh Thian-gwat-sin-liong. Hanya
sejurus gaya pedangnya masih terasa mengekang hawa udara
sehingga sebuah batu karang yang menonjol diatas ngarai ikut
terbelah hancur. Pada waktu itu diatas Tiang-jin-hong,
dipuncak Thay-san masih juga dihadiri Siau-lim, Kun-lun dan
Gobi yang mengutus jago pedang mereka, tapi mereka tiada
yang mampu menandingi kehebatan cui-le-ki kiam yang
digjaya, karena itu kami harap ciangbun dapat memanfaatkan
kesaktiannya, hingga membawa nama besar Hong-lui-bun
menggetar Kangouw."
Liok Kiam-ping membungkuk sambi bersoja, katanya:
"Kiam-ping terima nasehat.' "
Kim-ji-tay-beng tersipu-sipu, katanya:
"Jangan begitu ciangbun, mana berani aku terima."
"Aku akan berusaha sekuat tenaga meyakinkan ilmu
pedang itu sampai berhasil, demi mengembangkan kebesaran
dan kejayaan perguruan kita."
Le Bun berkata penuh perasaan: "Beberapa malam ini kau
tekun dan rajin mempelajari ilmu pedang, aku yakin kau pasti
dapat terkenal sebagai Kiam-hiap nomor satu diseluruh jagat
seperti Ki-kiam-wi-liong cianpwe dulu."
Liok Kiam-ping tertawa, katanya: "Betapa banyak tokoh
kosen orang aneh dalam Bulim yang berkepandaian tinggi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mana berani aku mengagulkan diri sebagai Kiamhiap nomor
satu”
"Pertama kali kau masuk ke Te-sat-kok Lwekangmu belum
tandinganku, tapi beberapa hari kemudian, kau sudah
memperoleh kemajuan berlipat ganda, sekarang justru telah
Hoan-bu-kui-cin, taraf tertinggi bagi pesilat yang meyakinkan
Lwekang murni, kemajuan yang kau capai, dalam setahun ini
jelas tidak ada orang yang dapat menandingimu.'
Mendengar dorongan Le Bun, Liok Kiamping berpikir: "Aku
harus mengejar cita-cita yang diinginkan, aku bersumpah
takkan mengecewakan harapannya." maka dengan tertawa
dia berkata: "Marilah sekarang kita tengok Ti Thian-bin
diruang perjamuan-” pedang dia pindah ketangan kiri serta
mengempitnya dibawah ketiak. bersama Le Bun mereka
berjalan keluar.
Kui-hun-ceng boleh dikata tiada perobahan besar, cuma
tidak sedikit perubahan telah dibangun, maka perkampungan
ini dihiasi lamplon yang beraneka ragam warnanya, cahaya
reflek yang memantul dari salju putih menambah semarak dan
pesona suasana yang ramai dalam perkampungan yang riang
gembira.
Dengan langkah tegap mereka terus maju perlahan,
sepanjang jalan tidak sedikit rnereka berpapasan dengan lelaki
yang berseragam ketat, namun tiada seorangpun yang berani
maju mengusik mereka, hanya beberapa kejap melirik sudah
lekas melengos karena jeri melihat perbawa Liok Kiam-ping.
Le Bun mengulum senyum, katanya: 'Dulu apa kerjamu dalam
perkampungan ini.'
"Setiap musim dingin kami berdiam dalam rumah
memanaskan badan dipinggir api unggun atau bermain-main
ditumpukan salju hanya untuk memenuhi selera belaka, sejak
kecil pernah aku berkeinginan tidur di dalam timbunan salju,
pada hal salju mirip sekali dengan gumpalan mega di
angkasa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurasa binatang kecil ini tidak sabar lagi didalam kantong,
bergerak saja tidak sabar, apakah perlu dilepaskan ?"
”Ngo-tok-koay-mo mengatakan kucing ini pandai melacak
sesuatu yang kita kehendaki, kurasa hidungnya memang
begitu panjang pasti mahir untuk mencari pusaka simpanan
lebih baik kau pelihara saja"
Le Bun buka ikatan kantong serta mengeluarkan kucing
pelacak dipeluknya serta di elus-elus dengan kasih sayang,
katanya tertawa: "Aku sih tidak ingin mencari pusaka segala,
aku hanya suka dan sayang kepadanya,"
Sembari bicara lekas sekali mereka sudah tiba diruang
besar. Gelak tawa ramai berkumandang didalam ruangan. di
sana sini terdengar suara ribut kasak kusuk dan pembicaraan
yang mengasyikkan.
Beriring jalan Le Bun dan Liok Kiam-ping melangkah
masuk- tampak mepet dinding di depan tengah sana
terpasang meja panjang, diatas meja panjang ini tertumpuk
barang sumbangan atau kado yang tidak terhitung banyaknya,
perabot pajangan tampak antik dan mewah, setiap tiga
langkah diatas dingin terpasang lentera yang memancarkan
cahayanya hingga aula besar itu terang benderang seperti
siang hari.
Dalam aula penuh sesak mereka duduk berkelompok yang
terbagi beberapa meja besar. sambil makan minum mereka
bicara dan berkelakar. Sekali pandang Liok Kiam-ping lantas
menemukan Ki-ling sin Siang Wi juga duduk diantara
kelompok tamu ditengah ruangan sana, memangnya
parawakannya tinggi besar maka kelihatan saperti bangau
berdiri diantara rombongan ayam, orang seorang menyengir
tawa kebodoh-bodohan. Kiam-ping berkata: "Kau lihat, itulah
Ki-ling-sin bocah gede yang linglung itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh. begitu mengejutkan gede badannya," ujar Le Bun
melelet lidah, ”Belum pernah aku melihat manusia segede itu,
memang mirip raksasa penjaga kelenteng."
Suara Le Bun lembut dan merdu, namun bergema dalam
aula besar seperti suara guntur, sehingga menarik perhatian
hadirin, pandangan mereka tertuju kearah sepasang muda
mudi ganteng dan jelita ini. Mereka yang kemaruk paras ayu
memandang Le Bun terpesona, yang berjiwa ksatria sama
menatap tajam Liok Kiam-ping. Begitu besar perhatian mereka
terhadap muda mudi ini hingga suara keributan menjadi sirap.
Liok Kiam-ping menyapu pandang dari satu wajah kewajah
lain, selepas matanya memandang, tetap tidak menemukan
bayangan Hun-bin-kiam-khek Ti Thian-bin. Walau dia tidak
menemukan orang yang ingin dicari, tapi kehadirannya telah
menarik perhatian Ki-ling-sin, kontan dia menjerit girang: "Hai
bocah cilik, kaupun datang” segera dia dorong orang-orang
yang duduk dan berdiri disekelilingnya berteriak menyapa Liok
Kiam-ping.
"Bocah gede," kata Liok Kiam-ping, 'tidak pulang ke Lo-hu,
kenapa kau berada di sini"
Siang Wi tertawa besar, katanya: "Ditengah jalan aku
bersua dengan murid Tok-sin Hwi-hung-cu, dia ajak aku
mampir kemari, katanya di sini ada pesta banyak makanan
enak,"
Belum habis dia bicara seorang tinggi kurus seperti gala
berjubah biru menghampirinya serta menepuk pundaknya,
meski kurus tinggi dibanding bocah gede juga masih kalah
besar dan tinggi. Siang Wi berpaling, katanya: "O, kiranya kau
Giheng.' lalu dia menuding Liok Kiam-ping dan berkata: "inilah
bocah cilik." lalu dia balas tuding orang kurus dan
memperkenalkan kepada Liok Kiam-ping: "Inilah Hwi-hong-cu
Gi heng." seperti membanyol saja, hadirin tertawa geli, Hwihong-
cu menjura, katanya: "Siaute, Gi Kim-hiap, tolong tanya
siapa nama besar saudara ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah tahu orang ini murid Tok-sin, seketika Kiam-ping
menarik muka, katanya tawar: "Tidak berani, cayhe kaum
kroco yang tidak punya nama, kalau kukatakan hanya
mengotori kuping saja."
Berubah roman muka Gi Kim-hiap. matanya berputar dua
kali, senyum sinis menghias wajah katanya: "Kalau kau bukan
kaum persilatan, kedatanganmu ini apakah karena diundang
Ti-heng sebagai penonton keramaian?"
Dingin nada suara Kiam-ping: "Ti Thian-bin mau kawinsepantasnya
aku hadir ikut perjamuan ini tolong tanya di
mana sekarang dia berada ?"
Hwi-hong-cu cukup cerdik dan cermat, diperhatikan sorot
mata pemuda sekolahan ini redup, tak ubahnya seperti orang
biasa karena, itu meski sikap Liok Kiam-ping kasar dan tidak
bersahabat, sedikitpun dia tidak jeri dan ambil dihati. Katanya
kalem dengan tertawa: "Agaknya saudara orang tahu sebagai
pemilik perkampungan ini Ti-heng memperoleh dukungan dan
dihormati oleh jago-jago silat golongan hitam maupun aliran
putih diseluruh Kang-lam, tidak sepantasnya kau... " waktu
pandangannya berputar, mendadak dia melihat kucing pelacak
dalam pelukan Le Bun, seketika dia melongo.
Sebagai murid Tok-sin, setidaknya dia juga tahu berbagai
jenis binatang aneh serta ciri-cirinya, demikian pula dengan
bulu panjang subur dari kucing pelacak ini, seperti bulu tupai
dengan ekornya yang rimbun pula, maka dia lantas teringat
binatang aneh yang punya penciuman luar biasa dapat
melacak pusaka yang tersimpan di dasar bumi, maka dia maju
selangkah dan bertanya:
"Tolong tanya nona, apakan yang kau peluk itu Kucing
pelacak ?"
Wajah Hwi-hong-cu tampak sadis, senyumannya cabul
sorot matanya jalang, maka Le Bun tahu bahwa laki laki kurus
seperti palu ini pasti bukan manusia baik, dengan dingin dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangguk dan menjawab: "Betul, memang ini Kucing
pelacak."
Gi Kim-hiap kegirangan katanya: "Apa kah nona mau
menjualnya kepadaku ? Aku mau membayar selaksa tahil
emas... "
Hadirin banyak yang terkejut mendengar percakapan ini.
Pada saat itulah seorang pemuda berwajah agak kurus
berpakaian rangkap tebal dengan corak pakaian yang mewah
berjalan memasuki aula. orang yang melihatnya segera
berteriak: "Nah itu cengcu datang."
Dibelakang Ti Thian-bin masuk pula seorang lelaki tegap
bercambang bawuk menggendong pedang, dibelakangnya lagi
adalah dua orang Hwesio. Begitu berada dalam ruangan dia
lantas menjura kekanan kiri, katanya: "Pertama-tama Siaute
haturkan banyak terima kasih akan kehadiran saudara-saudara
sekalian, sekarang biar kuperkenalkan beberapa cianpwe
kepada hadirin yang ku muliakan'
Menuding laki-laki cambang bauk dia berseru lantang:
”Inilah murid Khong-tong pay bergelar Pi-san-khek The Hong,
pendekar besar yang sudah lama terkenal dibarat daya,
sekarang adalah Ji-suhengku.' lalu menuding Hwesio yang
bertubuh gemuk. inilah Hoat-goan Taysu kepala Lo-han-tong
Siaulim-si.” maju dua langkah lalu memperkenalkan Hwesio
yang bertubuh kurus lebih tua, ”inilah Ham-hun Lo-siansu dari
Go-bi-pay.” merandek sejenak mendadak dia melihat Siang
Wi, sesaat dia melenggong tanyanya: 'Orang besar dari mana
engkau ?'
Hwi-hong-cu memapak maju, katanya dingin: 'Aku yang
mengajaknya kemari, Ki-ling-sin Siang Wi-heng, murid
kesayangan Lo-hu-sin-kun Locianpwe."
Ti Thian-bin menjura, katanya: "Kiranya Siang-heng, maaf
bila Siaute tidak menyambut semestinya." sekilas dia melihat
ke hadiran Le Bun yang membopong kucing pelacak, sesaat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia melengak. sorot matanya seperti tersedot oleh keayuan Le
bun, cepat wajahnya sudah dihiasi senyum lebar, katanya
sambil menjura: "Nona selembut ini sudi berkunjung ke
perkampunganku, sungguh menambah semarak perjamuan
besar ini, tempat seramai ini rasanya tidak cocok bagi nona,
bagaimana kalau silakan istirahat di bagian dalam... ”
Le Bun mendengus, katanya tertawa "Kau kira siapa aku?'
”Jejak nona menapak ribuan li, setiap insan persilatan siapa
tidak kenal nona adalah putri kesayangan Lo-hu-sin-kun Giokbin-
koan-im Po Yo-lan... ”
Le Bun tetap tertawa dingin, alisnya mulai berdiri, dia
sudah siap memberi hajaran kepada Ti Thian-bin tak nyana di
sebelah sana Siang wi sudah membuka suaranya yang keras:
"Siapa bilang dia itu Siau sumoayku ? Dia malah lebih cantik
dari Siau-sumoayku."
Le Bun berkata: "Apa yang dikatakan orang gede memang
betul, aku bukan Glok bin-koan-im, aku adalah Leng-bin-koanim."
Sama-sama berjuluk Koan-im, tapi yang satu berwajah
putih kumala, yang lain bermuka dingin kaku.
"Leng-bin-koan-im ? Hahaha, julukan yang aneh
menyenangkan-.. ' belum habis Ti Thian-bin bicara, sebatang
seruling bergetar laksana ribuan batang menutup belasan
Hiat-to besar Ti Thian-bin, serangan cepat lagi ganas.
Ti Thian-bin lagi melengak, tiba-tiba pandangannya kabur
angin dingin meringis muka, jalan darah didepan dada
terancam tutukan seruling karuan kagetnya bukan main, lekas
dia tarik napas mendekuk dada, berbareng kedua sikut
menutup dada sementara kaki menggeser kedudukan-
Tangan dan sikut Le Bun mengendap secepat kilat
mendadak menyontek keatas, daya gerak seruling pualam itu
secepat kilat pula mengetuk Ki-ti-hiat dilengan orang. Karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesakitan lekas Ti Thian-bin merasa tubuhpun kesemutan,
tampak jalur-jalur bayangan seruling telah menyodok lehernya
pula, sambil mendehem sekali, menjengak tubuh sambil
melayangkan kaki menendang lambung lawan-
Berbareng dengan tendangan kakinya, dari belakangnya
seorang menghardik keras, selarik sinar pedang sedang
menusuk maju dari sela-sela ketiaknya menyongsong tutukan
seruling Le Bun, ternyata gerakan pedang inipun tidak kalah
lihay dan cepatnya.
Menekuk badan mengenjot kaki Le Bun melompat mundur,
namun tangan kiri membelah miring kebawah, seruling
ditangan kanan mengembangkan jurus pertama dari cenghuncap-
ji-siau yang bernama Hu-gua-kiauhun (berbaring melihat
mega bergolak), di tengah lengking aneh seruling itu
menggaris bundar terus mengiris ketangan lawan yang
memegang senjata.
"Ting, ting, ting." beruntun ujung serulingnya berlompatan
diatas tajam pedang lawan dan terakhir mengetuk tepat
dibatas gagang dan batang pedang. orang itu menggerung
sekali, dimana larik pedangnya menggaris, secara aneh
pedangnya menyerang dengan tipu keji menusuk leher Le
Bun.
Bahwa jurus tunggal Le Bun berhasil dipatahkan dan
terpental balik oleh tangkisan pedang lawan, tenaga besar
yang menggetar dibatang pedang lawan membuat
pergelangan tangannya kesemutan, tapi telapak tangan
kirinya yang menabas turun, kebetulan pula menangkis
tendangan kaki Ti Thian-bin. Kini dilihatnya cahaya pedang
berkelebat pula, dengan jelas dia saksikan pedang yang
menusuk datang itu tajam pedang-nya berpencar menjadi dua
jalur seperti garpu saja masing-masing menusuk ciang-tai, Yubun,
King bun don Ki-bun empat Hiat-to besar.
Lekas Le Bun mengendap badan, serulingnya berobah
menggunakan jurus Pek-hun-yu-yu, dengan lincah pedangnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggaris pergi. "Ting, ting, ting" kembali berdenting tiga
kali, beruntun tiga serangan serulingnya tertangkis lawan,
serulingnya kebetulan mengetuk diujung pedang garpu lawan-
Tapi begitu pedang lawan dipelintir secara menakjubkan,
serulingnya terkunci.
Beberapa jurus ini dilakukan dalam sekejap. begitu Hunbin-
kiam-khek Te Thian-bin terpental jatuh beberapa kaki,
hadirin sama gempar, seseorang berteriak: "Haya, Pi-san-khek
The Hong turun gelanggang..."
Pi-san-khek (tamu pembelah gunung ) The Hong beruntun
melancarkan dua jurus aneh ajaran perguruannya, tapi kedua
jurus serangan lihay tertangkis oleh lawan, kini begitu dia
merobah permainan berhasil menekan senjata lawan dan
terkunci oleh pedangnya. Lekas dia menurunkan sikut
menyalurkan tenaga beberapa kali lebih keras, maksudnya
hendak menyendal lepas senjata lawan-
Tak nyana serangkum angin halus yang dikibarkan dari
lengan baju putih mendadak menggulung dirinya dan
kebetulan membelit pedangnya. Setelah mendengar jengekan
dingin: "Enyahlah." batang pedangnya mengendap. mendadak
segulung tenaga dahsyat menerjang lewat lengan baju yang
menggubat pedang terus merembes menerjang dirinya.
Pi-san-khek The Hong menggeram sekali, lengan
tangannya seketika seperti dipalu godam, tubuhnya pun
tergentak mundur beberapa kaki baru berdiri tegak pula.
Wajahnya berobah makin buruk. tatapan matanya
menampilkan rasa heran kearah pemuda jubah putih
dihadapannya, sungguh dia tidak habis percaya bahwa yang
turun tangan barusan adalah pemuda sekolahan ini.
Padahal lengannya masih linu dan lemas, pedangpun
menjuntai kebawah tak kuasa digerakkan lagi, katanya: "Tuan
siapa ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping tidak hiraukan pertanyaan orang, katanya
berpaling: "Le Bun, kau tidak apa apa?"
Le Bun menggeleng, katanya: "Pi-san-khek ini adalah murid
kedua Khong-tong-koay-kiam, tapi hanya memiliki sekedar
tenaga besar dan permainan cakar kucing belaka, bahwasanya
kau tidak perlu ikut turun ke arena."
Liok Kiam-ping membatin: 'ilmu serulingnya meski lihay,
tapi kau sudah didahului oleh tipu paya lawan, jelas takkan
mampu membebaskan diri dari serangan susulan pedang
lawan, sekarang masih takabur, dasar nona keras kepala."
Kiam-ping hanya tertawa tanpa berbicara.
Merah muka The Hong, serunya murka "Kau bocah ini
datang dari mana ?"
Siang Wi mengerut alis. serunya: "He. he, kenapa kau ribut
? Baiklah kuberitahu, pedang pusakanya amat galak dan buas,
pedang mestika ditangan Beng Hing juga tertabas kutung
olehnya, aku hanya melihat sinar pedang berkelebat, tahutahu
sebelah kupingnya sudah protol"
"Apa?" pekik The Hong dengan mata membulat, "orang
gede, katamu suteku protol kupingnya oleh pedang dia ? Di
mana ?”
Siang Wi gelak tawa bangga, katanya: 'Didalam Te-sat-kok
digunung Bu-tong, hari itu kami..."
"Goblok.” seru Hwi-hong-cu dengan bengis, "katakan
bagaimana dengan Ngo-tok-koay-mo Suhengku itu”
"Kau panggil apa padaku?” Siang Wi beringas, matanya
melotot, ”memangnya suaraku tidak sekeras bacotmu ?Jangan
membakar amarahku, awas bila kukemplang pecah
kepalamu.”
Pekak kuping Hwi-hong-cu karena bentakan Siang Wi,
teriaknya gusar: "Gede goblok, memangnya kau ingin mampus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
? Tidak kau jelaskan bagaimana keadaan Suhengku. awas
kusikat kau dengan racun”
Sebuah suara dingin sadis tiba tiba berkata: "Akulah yang
membunuhnya, jikalau kau mau main racun, kaupun akan
mengalami nasib yang sama."
Perhatian seluruh hadirin tertuju kepada orang yang
berbicara ini, ternyata pemuda baju putih.
Hoat-goan Taysu dari Siau-lim mengerut kening, katanya:
"Bocah ini terlalu takabur mana boleh kau bersikap kasar
terhadap murid Tok-sin ?"
Ham-hun Siansu dari Go-bi juga menarik alis, katanya:
"Lolap kira anak ini pintar, tapi meski mengandal Kungfunya
tinggi, betapa pun jangan mencari perkara dengan murid Toksin.'
Hoat-goan Taysu berkata pula: "Taysu, bukankah tadi kau
melihat gerakannya seperti Liu-hun-hwi-siu yang sudah lama
putus turunan, kelihatannya gerak permainannya memang
lihay. entah murid tokoh aneh mana yang telah lama
mengasingkan diri dipegunungan- '
Sementara itu Hwi-hong-cu menjadi tertegun malah dan
ciut nyalinya oleh pernyataan gamblang Liok Kiam-ping,
sesaat dia menggigit bibir tidak tahu bagaimana baiknya. tapi
tatapan mata hadirin seperti menyiksa hatinya, maklum
pandangan itu lebih menyorotkan rasa hina dan memandang
remeh dirinya. Untung lekas sekali sikapnya sudah tenang dari
kembali wajar, memberanikan diri maju dua langkah,
desisnya: 'Hm, bocah tak bernama juga berani bermulut
besar, kurasa kau sudah bosan hidup,"
Liok Kiam-ping mengangguk. katanya: "Mungkin aku
memang sudah bosan hidup, tahukah kau kucing pelacak itu
adalah milik Suhengmu yang diperoleh dari Tiang-pek-san ?
Kenyataan sekarang berada ditanganku.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena kalah cepat bertindak Hun-bin kiam-khek terdesak
dua jurus oleh Le Bun, hingga hiat-tonya terkebas linu, kini
setelah dia salurkan tenaga dalamnya baru Hiat-to tertutuk itu
terbuka dan berjalan lancar pula, katanya naik pitam: "Bocah,
berani kau datang ke Kui-hun-ceng mencari onar, jangan
harap kau bisa pergi dari sini." Akhir katanya mendadak dia
menatap Liok Kiam-ping lekat-lekat sorot matanya
menampilkan rasa heran, sesaat baru bibirnya bergerak:
"Kau... siapa kau?"
Liok Kiam-ping tahu setelah sekian tahun kesan- Ti Thianbin
terhadap dirinya sudah pudar, maka sesaat dia belum
ingat, dia tersenyum, katanya: "Waktu aku dibesarkan di Kui
hun-ceng, entah dimana kau menjadi gelandangan, sekarang
aku kembali ketempatku, apa tidak boleh ?"
Ti Thian-bin melengak, sesaat melacak bayangan pemuda
yang cakap. ganteng ini, akhirnya terbayang olehnya akan
bocah sebatangkara yang sering dihajar dan disiksanya dulu,
sorot matanya yang melotot penuh dendam dulu betapapun
tak mudah dilupakan begitul saja, tersirap darahnya, serunya:
"Kau ini Ping-ji.?”
Liok Kiam-ping terloroh-loroh bentaknya bengis: "Betul aku
memang Ping-ji yang dulu itu. Tapi sekarang adalah Pat-pikim-
liong Liok kiam-ping... '
"Ho, Pat-pi-kim liong, Haya dari Hong- lui- bun.' berbagai
kejutan terdengar dari berbagai penjuru hadirin, kecuali Ki-ling
sin Siang Wi semua merasa kaget bahwa Pat-pi-kim- liong
mendadak muncul di Kui- hun-ceng.
Siang Wi bergerak tawa, katanya menggumam: "Memang
sudah kutahu bahwa bocah cilik-ini bernama apa naga emas
yang punya delapan lengan, sengaja tidak kuberitahu pada
kalian” seperti habis melakukan sesuatu yang
menggembirakan, dia garuk-garuk kepala dengan tertawa
bodoh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saking kejut berobah air muka Ti Thian-bin, tiba-tiba dia
menjebir bibir, suitannya berkumandang sampai luar aula.
Maka terdengar suara tiupan trumpet dari berbagai penjuru,
cepat sekali puluhan orang berseragam hitam memburu
masuk kedalam aula, setiap tangan mereka membawa hiu-culian-
hoan-hu (panah beranting sembilan) ciptaan cukat Bu-ho
pada jaman Sam kek dulu.'
Tengah hadirin menoleh kepintu besas, jendela disekeliling
aula yang semula tertutup mendadak gedobrakan, kembali
puluhan lelaki yang bersenjata sama muncul di jendela,
Liok Kiam-ping tenang-tenang saja, katanya dengan
tertawa besar- 'Apa sih yang sedang kau lakukan ?
Memangnya kau siap mengganyang seluruh hadirin ?"
Semula keadaan cukup ramai dalam aula besar ini, tapi
sejak kawanan seragam hitam muncul dengan senjata lengkap
keadaan menjadi sepi, perkataan Liok Kiam-ping bagai guntur
dipinggir telinga mereka, sorot mata mereka tertuju kearah Ti
Thian-bin.
Ti Thian-bin berkata: ”Tak usah kau mengobarkan
permusuhan mereka terhadapku. Hm, tak nyana setelah
berpisah sekian tahuh kau telah memperoleh kemajuan
sebagus ini, tapi, sayang sekali, sebentar lagi kau bakal
mampus dibawah kakinya, kau tetap tidak akan bisa bertemu
nona Hong."
Membesi dingin muka Liok Kiam-ping, katanya: "Pernah
kunyatakan suatu ketika aku pasti akan kembali kemari,
sekarang akan kucabut nyawamu... " lalu dia tarik suara
berseru lantang: "Hadirin yang kami muliakan harap dengar,
siapa yang merasa kurang senang dan ingin cari perkara
dengan cayhe boleh tetap ditempatnya, bagi yang tidak ingin
terlibat urusan ini kuharap lekas pergi saja."
Ti Thian-bin tertawa besar, katanya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hadirin diharap tenang, kujamin keselamatan kalian,
sebentar lagi Liok Kiam-ping ini akan manjadi landak. setelah
itu sudilah kalian tetap mengikuti perjamuan kemenangan-"
Kenyataan tiada seorang hadirin yang mau pergi, Ti Thianbin
membusung dada katanya: "Liok Kiam-ping, masih ada
pesan apa kau...?"
Kiam-ping menyapu pandang dari kiri kekanan, sorot
matanya makin mencorong, hawa dingin diwajahnya juga
makin tebal, karena dia dapati wajah setiap hadirin ternyata
bersikap tak acuh dan ingin melihat keramaian belaka, dalam
hati dia membatin: "Orang-orang ini juga patut disikat."
Pada saat itulah Siang Wi sudah menghampiri dan
menepuk pundaknya, katanya"
"Bocah cilik, mereka tiada yang membantu kau, biar aku
yang membelamu, aku tidak takut dipanah.'
Wajah beku Liok Kiam-ping menampilkan secercah
senyuman bersahabat, batinnya: "Bila orang-orang
meninggalkan dirimu orang yang tetap berdiri disampingmu
adalah temanmu yang sejati." mendadak tangan kanannya
terayun keatas, maka terdengarlah suara ledakan keras
dilangit-langit aula.
"Ha haha .. " gelak tawa latah mendadak berkumandang
diluar pintu, tampak bayangan berkelebat turun disusul jeritan
beberapa orang para lelaki berseragam hitam berbadan tegap
itu satu persatu terjungkir roboh dengan muntah darah, tidak
sedikit pula yang dipukul terbang masuk kedalam aula.
Kini hadirin melihat dua orang tua muka merah dengan
rambut dan jenggot putih tengah mengamuk di dalam
rombongan orang-orang seragam hitam, tinju menjotos kaki
menendang diselingi jerit dan pekik suara seperti kerasukan
setan, dalam sekejap semua lelaki seragam hitam telah
disikatnya habis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Darah menyembur berceceran, setiap korban diberi tanda
mata entah dipunggung, didada dan di mana badan mereka
terpukul oleh cap tangan kuning emas atau putih perak. "Kimgin-
hu-hoat." Ham-hun Taysu menjerit kaget.
”Hoooyaa," seorang lelaki seragam hitam yang bersiaga
dijendela tiba-tiba mencelat kedalam ruangan, begitu
menyentuh lantai lantas tak bangun lagi. sebilah belati
menancap dipunggungnya. Kejadian yang satu disatu disusul
kejadian berikutnya, cepat sekali pemanah yang siaga
dijendela itupun telah disikat habis.
Tanpa mengeluarkan suara dari luar jendela melompat
masuk delapan belas laki-laki berpakaian biru dengan ikat
kepala merah, sementara wajah mereka dibungkus kain hitam,
gerak gerik mereka tampak enteng gesit dan tidak berisik
melayang kedalam aula. Kim-ji-tay-beng melangkah maju,
serunya menjura: "Mohon ciangbun memberi perintah.'
"Kecuali bocah gede ini, seluruhnya sikat.' desis Liok Kiamping,
suaranya tegas dan pendek. "Sret" selarik sinar kemilau
menggaris, Liat-jit-kiam yang terlolos menuding Ti Thian-bin
'Sudah saatnya kita membuat perhitungan lama, keluarkan
senjatamu.'
Tak terpikir oleh Hun-bin-kiam-khek bawah lawan bertindak
secepat dan sehebat ini, pada hal para pemanah yang
diharapkan itu merupakan tumpuan harapannya, namun
belum sempat satupun yang membidikkan panahnya, semua
sudah terbunuh mati, saking takut dan ngerinya dia
kehilangan akal dan harga dirinya. Tapi manusia culas
semacam dirinya meski menghadapi saat-saat kritis, otaknya
tetap berhasil memperoleh akal juga.
Dengan enteng kakinya menggeser kedudukan sementara
pedangpun telah dicabutnya dengan nanar dia tatap Liok
Kiam-ping, pelan-pelan badannya mendekati Pi-san-khek The
Hong, maka terdengarlah suara ramai gemerincingnya senjata
dikeluarkan, ternyata mengisyafi jiwa sendiri juga mungkin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terancam, para hadirin juga keluarkan Senjata untuk membela
diri.
Melihat situasi tegang dan keributan sudah didepan mata,
lekas Hoan-goan Taysu dari Siau-lim tampil kemuka, setelah
menjura kepada Liok Kiam-ping dia berkata: "Apakah
kedatangan Sicu kemari hanya untuk membunuh kaum Bu-lim
?"
Liok kiam-ping menjengek: "Kenapa tidak sejak tadi Hwesio
tua macammu ini buka suara ?" berbareng dengan habis
ucapannya mendadak dia menggerung perlahan badanpun
melesat kencang. Selarik sinar pedang tampak menggaris
lurus dengan suaranva yang melengking menusuk kedada Gi
Kim-hiap.
Ternyata mumpung Liok Kiam-ping bicara dan tidak siaga
diam-diam Hwi-hong-cu siap menggunakan racun
perguruannya, tak nyana baru tangannya merogoh kantong,
gerak geriknya sudah konangan Liok Kiam-ping, selarik cahaya
yang benderang menyilaukan mata tahu-tahu sudah melanda
tiba.
Ginkangnya termasuk yang paling unggul diantara sesama
perguruan, melihat serangan ini cepat dan ganas, cerat dia
melayang pergi, Badannya seringan daon yang melayang
ditiup angin kencang. namun sinar pedang itupun seperti
garis-garis putih diatas daun itu, betapapun dia merobah
gerakan, tetap takkan bisa meninggalkannya. Keringat diatas
kepalanya sudah berjatuhan, tenaga dalamnya juga sudah tak
mampu di kendalikan lagi, pada saat kritis ini selarik sinar
pedang melesat datang dari samping menahan serangan
pedang lawan yang membadai.
"Trang" Liat-jit-kiam Liok Kiam-ping kebetulan memotong
dua sebatang pedang aneh bentuk ular yang menyelonong
maju kaki melangkah tubuh mendesak jurus Liat-jit-yam-yam
pun dilontarkanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu tangan Gi Kim-hiap baru saja keluar dari
kantong, jari-jarinya sudah menggenggam dua botol hitam,
tapi di saat dia hendak menghamburkan air racun yang terisi
dalam botol. matanya sudah dibuat silau oleh bola besar
bercahaya yang terbit didalam. Begitu terang nyala bola
bundar itu sehingga pandangannya menjadi pekat dan tak
kuasa lagi melihat benda-benda didepan matanya, kecuali
pancaran sinar benderang itu, jangan kata teman jejak
lawanpun menghilang.
Rasa takut seketika menghantui pikirannya, sambil menjerit
ngeri botol ditangannya dia lemparkan, bau amis seketika
membuat sesak napas orang, sementara Hwi-hong-cu sudah
melompat mundur.
Begitu sedang bergerak. Liok Kiam-ping saksikan mimik Gi
Kim-hiap yang panik ketakutan, tapi dia tidak duga lawan
mampu memberi reaksi secepat itu, dua botol ditangannya
telah dibuang. Begini bau amis merangsang hidung, seketika
kepalanya pening.
Dalam Te-sat-kok sekaligus dia terserang dua jenis racun
jahat, untung dua tenaga raksasa yang terserap ketubuhnya
telah berhasil mendesak kadar racun itu himpas dari
badannya. Tapi pengalaman pahit itu betapa pun telah terukir
dalam benaknya, kini melihat lawan membuang cairan
beracun pula, maka dia sudah siaga.
Padahal hanya sedikit hawa racun yang tercium ternyata
kepala sudah pening, lekas dia tutup napas serta menyalurkan
hawa murni, seketika jubah bajunya melembung seperti berisi
penuh angin. Sedikit menjejak kaki tubuhnya melambung dua
tombak terus meluncur miring kedepan, pedangnya bergerak
dengan jurus Sik-yang-say-loh (matahari sore doyong kebarat)
orang dan pedang melesat bersama.
Sekuatnya Gi Kim hiap sudah melompat mundur dua
tombak. kini dia sudah dekat jendela. diam-diam hatinya
senang, dimana tangan kirinya membelah, segulung tenaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angin menerjang, sementara tangan kanan menaburkan
segenggam duri-duri beracun. badannya langsung mencelat
keluar jendela.
Tak nyana tiba-tiba bayangan merah berkelebat, beberapa
batang pisau terbang dengan kecepatan luar biasa menyerbu
dirinya. Badannya sedang terapung, sementara angin tajam
juga mengejar dari belakang, hawa pedang yang dingin telah
membuat badannya merinding. kembali dia mengayun tangan
kanan menyerang dengan Ngo-tok-kui-goan dari ilmu pukulan
perguruannya, angin-badai yang timbul dari pukulan
tangannya ini merontokkan serangan pisau terbang itu. Hebat
memang kepandaiannya, begitu kaki menyentuh bumi selicin
belut dia sudah menyelinap sembari membalik kedua tangan,
meminjam daya putar tubuhnya, dia kerahkan seluruh
kekuatannya menggempur.
Tak nyana baru saja badannya berputar kemari cahaya
merah sudah menghadang di depan mata. celaka adalah sinar
merah itu bagai sebatang pedang yang tajam menusuk
kedalam matanya. Begitu mata terasa sakit panas seperti
dibakar, seketika dia merintih kesakitan-
Pada saat itulah, Liok Kiam-ping menghardik keras, sinar
pedang tampak berputar bolak balik, darah muncrat keempat
penjuru. tubuh yang sudah terbabat kutung- kutung itu
mencelat jauh menjadi enam potong oleh tabasan Liat-jit-kiam
Liok Kiam-ping segera memperingatkan: "Jangan sentuh
cairan hitam dilantai, itu air racun jahat."
Sementara itu Gin-ji tay-beng sedang melabrak Hoat-goan
Taysu, keduanya berkelahi dengan mengadu kekuatan tinju,
gerak gerik mereka cukup gesit, puluhanjurus sudah terjadi
serang menyerang.
Kungfu Siau-lim-pay bermodal tenaga kekuatan Lwekang
mereka cukup disegani di Bulim, tapi setelah sama adu
kekuatan beberapa jurus dengan Gin-ji tay-beng, Hoat-goan
Taysu harus mengakui kekuatan lawanya juga amat tangguh,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disamping takjub diapun agak keder, maklum Gin-sa-ciang
yang dilawannya ini ternyata masih sedikit unggul dibanding
Tay-lik-kim kong-ciang siau-lim mereka.
Hoat-goan sudah kerahkan setaker tenaganya, tapi
beruntun beberapa jurus dia selalu tergempur mundur, tangan
terasa linu pegal lagi, maka dia mengembangkan ketangkasan
gerak badannya, dia berharap dapat memperbaiki strategi
perang ini dengan lunak menundukkan kekerasan, sekaligus
menyimpan tenaga demi ketahanan selanjutnya.
Gin-sa-ciang yang diyakinkan Gin-ji tay beng merupakan
ilmu tunggal dari negeri Se-ek. bukan saja kekuatan
pukulannya amat dahsyat, gerak gerik tubuh dan langkah kaki
ternyata juga amat diperhatikan- Dahulu dengan Gin-sa-ciang
dia pernah memberantas enam belas komplotan begal sindikat
gelap dan kumpulan Pang atau Hwe disepanjang perbatasan
utara dibilangan Ho-toh waktu itu dia sudah mengembangkan
Ginkangnya yang khusus, gerakan tangan yang menakjubkan
seperti bisa menangkap benda terbang, gerak serangannya
menimbulkan angin badai sehingga mirip beberapa ekor
burung raksasa sekaligus pentang sayap. karena itulah dia
mendapat julukan Gin-ji tay-beng (Elang raksasa sayap
perak).
Kini mereka harus mengadu ketangkasan, menghadapi
lawan setingkat, maka dengan bekal Lwekangnya yang
tangguh dan Ginkangnya yang tinggi terus gempur
menggempur dengan sengit, sergap menyergap tubruk dan
menerkam, selincah kelinci seenteng burung walet, secara
gencar mereka mengadu belasan kali pukulan.
Liok Kiam-ping menerawang keadaan, suasana sudah
kacau, ternyata delapan belas pahlawan berani matinya gagah
berani, seorang diri mereka berani terjun kedalam gerombolan
jago-jago silat serta melabrak dengan sengit, mereka
menggunakan gaman yang berbeda dengan permainan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihay pula, cepat sekali jeritan demi jeritan, darah muncrat dan
berceceran, korban berjatuhan satu demi satu.
Kim ji-tay-beng melawan Ham-hun Siansu dari Go-bi, Kimsa-
ciang yang dahsyat dikembangkan laksana seekor elang
raksasa tubuhnya berlompatan diudara sambil memekikmekik,
deru angin pukulannya sedahsyat gugur gunung, Hamhun
Siansu dirabu serangan ketat.
Ham-hun Taysu tidak mau kalah angin, lengan bajunya
beterbangan, gerak tubuhnya berputar sekencang gangsingan,
pukulan telapak tangan yang dimainkan ternyata berbeda pula
gaya maupun variasinya, selama puluhan jurus berhantam
dengan Kim-ji-tay-beng, karena Lwekang kedua pihak terpaut
cukupjauh, maka kedudukan atau posisinya makin terdesak
dibawah angin-
Ketiak kiri Liok Kiam-ping mengempit cui-le-kiam,
sementara tangan kanan memegang Lian-jit-kiam, dengan
sikap gagah bertolak pinggang pandangannya penuh gairah
dan dendam masih membara semakin memuncak dalam
benaknya, ujung mulutnya mengulum senyum sadis.
Tampak Pi-san-khek The Hong dilabrak Le Bun dengan
seruling pualam putih, keadaannya sudah berada dibawah
angin dan terus didesak mundur, sekuat tenaga dia tetap
bertahan dengan permainan pukulan tangan, untuk bertahan
atau membela diri memang masih cukup tangguh, namun
jelas tidak mampu balas menyerang lagi.
Kini sorot matanya menatap ketubuh Ti Thian-bin musuh
besarnya. Mendadak berobah air mukanya, sambil menghardik
dia terus menerjang. Ternyata dengan bersenjata pedang Ti
Thian-bin sedang melabrak Biau jiu-sip-coan, permainan
pedangnya memang ganas dan keji setiap jurus serangannya
bukan saja ditempat mematikan juga titik kelemahan lawan,
hingga Biau-jiu-sip-coan dihujani serangan menggebu yang
mengancam jiwanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biau-jiu-sip-coan, dibekali Ginkang tinggi dengan
permainan tangan yang cepat dan tangkas mengandal
kegesitan gerak geriknya itu dia terus bertahan sambil
berlompatan kian kemari, menggenjot juga mencakar, meraba
dan merogoh. mendadak menjerit kaget karena hampir
termakan pedang lawan, tapi juga hanya bisa bergerak dalam
lingkungan tertentu, tak mampu berinisiatip balas menyerang.
Tatkala itu Hun-bin-kiam-khek Ti Thian-bin sedang
melancarkan jurus Giok-tay-wi-yau, tapi baru setengah jurus
mendadak pedangnya dirobah dengan jurus Leng-coa-kiamhoat
(ilmu pedang ular sakti) yaitu tipu pedang Kim-coa-loanbu
(ular emas menari gila-gilaan), sinar pedangnya menari
seperti berjoget dengan pancaran sinarnya yang kemilau,
hingga berobah menjadi belasan batang pedang sekaligus
mencecar Hiat-to mematikan-
Melihat serangan pedang kali ini cukup ganas dan benarbenar
mengancam jiwa, lekas Biau-jiu-sip-coan menjatuhkan
diri berkelit dengan gerakan Keledai malas berguling ditanah,
sekuatnya dia menggelundung jauh.
Pada saat itulah, Liok Kiam-ping yang menonton dari
samping menyaksikan Biau-jiu-sip-coan sedang
menggelundung untuk menyelamatkan jiwa tanpa memikirkan
bahwa dirinya akan menggelundung kecairan racun yang
dilempar dari botol Hwi-bong-cu tadi, maka tanpa ayal dia
menjejak kaki meluncurkan tubuh, selarik cahaya putih tibatiba
telah anjlok disamping Biau-jiu-sip-coan yang masih
menggelundung. sekali ulur tangan Kiamping cengkram baju
dibelakang kuduk Biau-jiu-sip-coan terus dibawanya melompat
pergi,
Pada hal Biau-jiu-sip-coan sedang kegirangan karena
usahanya menyelamatkan diri berhasil. mendadak dirasakan
tubuhnya tercengkram terus dijinjing pergi, karuan kagetnya
serasa arwah copot dari raganya, tanpa perduli sikut kirinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertekuk terus menyodok kebelakang, berbareng kaki kiri
mendepak kebelakang.
Tak nyana baru saja serangan dilancarkan tiba-tiba
tubuhnya sudah mumbul keudara, ditengah udara bersalto
sekali, karuan dia menjerit panik, mengira jiwanya pasti
melayang seketika.
Tak nyana sebuah suara yang sudah dikenalnya tiba-tiba
berkata dengan tertawa dibelakangnya:" Inilah aku."
Lega sekali hati Biau-jiu-sip-coan, katanya: "o, kiranya
ciangbunjin. Lepaskan peganganmu.'
Liok Kiam-ping, segera menurunkan Biau jiu-sip-coan,
katanya: "Hampir saja kau keracunan dan jiwamu pun amblas.
o, ya, ingin aku tanya, bagaimana keadaan nona Siau Hong”
"Hamba sudah menyembunyikan dia," sahut Biau-jiu-sipcoan,
”kabarnya Liong-ong-ya Tio Tin-thian dari ci-tong-kang
membawa orang-orangnya sedang menuju ke Kui-hun-ceng
ini, ternyata Ti Thian-bin telah mengangkatnya sebagai ayah
angkat."
Liok Kiam-ping melenggong, tak kira bahwa Ti Thian-bin
ternyata mahir menjilat dan mengumpak sehingga dia
memperoleh tulang punggung yang kuat dan tangguh.
Batinnya: "Perduli dia murid atau anak siapa aku tetap akan
membunuhnya." sorot matanya setajam lampu senter
menatap Ti Thian-bin, sehingga orang yang dipandang
menjadi risi dan tak berani bertindak gegabah.
Setelah cui-le-kiam dia selipkan diikat pinggang, perlahan
dia maju beberapa langkah, lalu berhenti lima kaki didepan Ti
Thian-bin. Segagah dan sekokoh gunung angker, segera
tenangkan pikiran dan hati, ujung mulutnya kembali
mengulum senyum sadis. Senyum yang dingin pula sehingga
Ti Thian-bin gemetar dan berobah rona mukanya. Tapi dasar
jiwanya sempit wataknya picik, banyak muslihat lagi, lekas dia
menyadarkan diri sendiri, dalam situasi seperti sekarang tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menguntungkan bila dirinya menampilkan rasajeri atau panik,
maka wajahnya segera mengulum senyum-senyum yang lebih
jelek dari orang mewek.
Liok Kiam-ping berkata: "Ilmu pedangmu belakangan ini
maju pesat, boleh terhitung jago kelas satu dikolong langit,
kenapa tidak kau gunakan pedang mu. "
Ti Thian-bin tertawa, katanya: "Dahulu tidak pernah terpikir
dalam benakku bahwa sekarang kau bakal menjadi
ciangbunjin Hong-lui-bun, kalau tidak... "
Liok Kiam-ping maju selangkah. Ti Thian-bin menyurut dua
langkah, badannya gemetar makin keras.
"To-toacengcu," nada perkataannya penuh ejekan,
"memangnya kau terserang malaria ? kenapa badanmu
gemetar begitu rupa "
Tiba-tiba berobah suara Ti Thian-bin, katanya bernada
memelas: "Kau ingin mengambil Siau Hong bukan ? Kau boleh
membawanya pergi. Selama beberapa tahun ini aku belum
pernah menyentuhnya... ya, aku bersumpah... "
Kiam-ping tidak pernah duga bahwa Ti Than-bin bisa
bersikap begitu takut dan memelas, namun dia menjengek
hidung, bentaknya bengis: "Dulu waktu kau menutuk hiattoku,
waktu kau menendang dan menyiksaku, apa pernah
kaupikirkan akibatnya seperti hari ini ?'
Gemetar bibir Ti Thian-bin, ratapnya:
"Waktu... waktu itu... mungkin aku terlalu emosi... terlalu
sirik... "
Pads saat itulah terdengar pula sebuah jeritan dari
samping, sebuah badan besar mencelat keudara dan "Bluk"
terbanting jatuh didepan Ti Thian-bin, darah segar
menyemprot mengotori kepala dan mukanya. Waktu dia
menunduk didapatinya mayat orang itu adalah Ji-suhengnya
Pi-san-khek, diatas mayatnya tidak kelihatan ada luka-luka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tapi tepat diatas Thay-yang-hiat dipelipisnya mengecap tanda
bundaran warna hijau, jelas jiwanya melayang karena tertutuk
seruling pualam Giok-bin-koan-im.
Semakin pucat dan ngeri wajahnya, dia tahu hari ini
jiwanya pasti tak bisa ditolong lagi. maka sedapat mungkin dia
tenangkan pikiran menabahkan hati pedang dilintang di depan
dada, mengumpulkan tenaga menghimpun semangat, kakinya
memasang kuda-kuda siap melangkah dengan gerakan Su-bupou-
hoat, kedua matanya menatap lawan, pikiran melarikan
diri sudah dibuangnya jauh-jauh, agaknya dia sudah siap
untuk mempertaruhkan jiwa raganya dalam adu kekuatan
dibabak terakhir.
Liok Kiam-ping sebaliknya mengulum senyuman menghina,
pedang terangkat mengacung miring keatas, Liat-jit-kiam-hoat
siap dilancarkan.
Ti Thian-bin diam tidak bersuara, pedang bergerak langkah
bertindak, dengan jurus Leng-coa-jut-tong (ular sakti keluar
lob hang) pedangnya menusuk lurus kedada Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping diam menunggu, matanya menatap ujung
pedang lawan yang menusuk tiba, sikapnya tenang dan wajar,
tabah pula seteguh pohon raksasa yang siap ditimpa hujan
badai.
Setengah jurus serangan telah dilancarkan Ti Thian-bin
melihat lawan tetap diam tidak memberi reaksi, karuan
hatinya mencelos, kiranya dia mahir menggunakan Hu-mokiam-
boat ajaran Khong-tong-pay yang mengutamakan
tenang laksana kaca, lincah seperti kelinci lepas kurungan,
setiap titik kelemahan musuh diincar dan balas menyerang
secara telak. itulah ajaran aliran Lwekeh yang utama.
Karena itu menyaksikan lawan tidak bergeming, namun
pertahanannya seperti tiada titik kelemahannya, hatinya makin
kaget dan heran, lekas dia menggeser langkah, gerakan
pedang diganti pula dengan jurus Sing-ling-pat- kak dari HuTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
mo-kiam-hoat. Sinar pedang berkembang mengeluarkan suara
keras menusuk ke Ki-bun-hiat lawan-
Ti Thian-bin melebarkan kedua matanya mendadak dia
menghardik sekali pedang yang teracung terayun Liatjit-kiam
menggaris lurus diudara, secara telak pedangnya mengiris
turun kedalam jala cahaya pedang lawan, desir, angin tajam
menyobek udara, itulah jurus Liat-jit-yam-yam.
Baru saja gaya pedangnya mulai dilancarkan, Ti Thian-bin
lantas merasakan gerakannya seperti terkendali dan tertahan,
celakanya hawa pedang telah melebar dalam jarak yang
terjangkau bila elmaut mengancam jiwanya..
Belum sempat otaknya bekerja menemukan cara mengatasi
bahaya didepan mata, bola besar cahaya terang bak matahari
terbit ditengah udara, panasnya sinar matahari menyilaukan
mata hingga tak mampu dia membuka matanya pula, yang
kelihatan dalam bayangan matanya adalah tabir cahaya
benderang berwarna merah kemuning. Kuning seperti surya
merah laksana darah.
Tanpa mengeluarkan suara Liat-jit-kiam telah membuat
pedangnya kutung, disusul selarik cahaya benderang melesat
diudara, maka protol pulalah sebuah lengan tangan, mencelat
jauh kesana, darah menyemprot seperti air leding, lengan
kanan Ti Thian-bin telah buntung. Sambil menjerit kalap dia
menerjang maju, kelima jarinya terkembang bagai ganco
seolah-olah hendak mencabik dada dan merogoh jantung Liok
Kiam-ping.
Pada saat kritis itulah dari luar berlari masuk seorang lakilaki
berteriak: "Liong ong-ya, Tio loyacu telah tiba..." tapi
melihat darah berceceran, mayat bergelimpangan sementara
pertempuran masih berjalan sengit didalam aula, seketika
kuncup suaranya, sekejap dia melenggong, tiba-tiba putar
badan terus lari sipat kuping. Tapi hanya tiga langkah dia lari,
seorang raksasa gede tubuh telah menghadang jalannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pentung ditangannya ternyata lebih besar dari pahanya yang
kurus.
Siang Wi membentak: "Bocah keparat, lari kemana kau,"
sekali pentungannya menyodok "Duk" lalu berputar pula,
kepala cengting itu disodoknya pecah, sekali sapu pula
tubuhnya mencelat terbang beberapa tombak. Tanpa hiraukan
korbannya dia berlari masuk pula hendak membantu bocah
cilik alias Kiam-ping. Sayang dia berlari terburu nafsu sambil
menenteng pentungnya melintang, sudah tentu panjang
pentung yang melintang itu membentur pintu yang lebih
sempit, beberapa kali dia mendorong dengan perutnya,
pentung tetap tidak terdorong masuk, memangnya sedang
jengkel, sekali dia benar-benar terbakar amarahnya, sambil
menggerung pentung diputar terus menggempur dinding.
"Blam" dinding tembok yang tebal itu jebol dan runtuh
berhamburan hingga bolong besar.
Setelah meraba hidung dengan keras dia menggerung,
katanya: "coba buktikan kau yang kukuh atau aku yang kuat,"
dari lobang besar itu dia menerobos masuk ke aula, kebetulan
dilihatnya Liok Kiam-ping berdiri tegak memegang pedang,
sementara Ti Thian-bin pentang kelima jarinya sedang
menerkam dengan beringas
Kebetulan Liok Kiam-ping berdiri membelakangi pintu, jadi
bocah gede ini datang dari belakang maka dia tidak melihat
cahaya benderang yang dipancarkan dari pedang ditangan
Kiam-ping, disangkanya bocah cilik ini sudah ketakutan hingga
lupa bergerak.
Maka dia menggerung: "Bocah cilik jangan takut, aku
sigede telah datang," sambil mengayun pentung dia memburu
maju, yang dilancarkan adalah jurus menyapu ribuan tentara,
dua lelaki kekar yang menghadang didepannya disapunya
terbang dua tombak. Setiap langkahnya ternyata mencapai
jarak delapan kaki, maka hanya beberapa kali melangbah dia
sudah memburu disamping Liok Kiam-ping,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak nyana baru langkahnya tiba disamping orang,
mendadak dilihatnya cahaya merah berkelebat, darah pun
menyembur laksana seutas rantai, Ti Thian-bin yang
menerkam dari atas udara ternyata sudah terobek-robek
menjadi beberapa potong oleh Liat-jit-kiam, tubuhnya tercerai
berai tidak keruan diatas lantai.
Si gede melenggong, sesaat dia takjub, begitu Liok Kiamping
berpaling segera dia acungkan jempolnya sambil memuji:
"Bocah cilik, kau sungguh hebat." tapi melihat bocah cilik ini
mengucurkan air mata, seketika dia melenggong, tanyanya
sambil garuk kepala: "Bocah cilik, apa kau senang menangis?'
Setelah melancarkan Liatjit-yam-yam maka Ti Thian-bin
pun terbunuh dengan mengerikan, sekilas ini diapun
terkenang kepada Ji-cengcu. Sejak kecil Ji-cengcu menemukan
dirinya, merawat, mengasuh serta mendidik dirinya, jiwa
kecilnya tulus dan bajik, tapi sejak kedatangan Ti Thian-bin,
hidupnya berobah, jiwa nyapun tersudut, hingga dirinya harus
menjadi gelandangan, hidup terlunta-lunta, dihina dan dicaci,
ibunya harus mati secara mengenaskan dalam pangkuan dan
pelukannya pula, sementara dirinya tak kuasa menolongnya,
dari berbagai peristiwa, jiwanya dipaksa untuk berobah lebih
kejam, telengas dan keras diluar lemah didalam.
Bahwa dia berhasil membunuh musuh membalas sakit hati
sendiri, hatinya menjadi tidak tega malah, apalagi melihat
nasib mayatnya yang tercerai berai, jiwanya terasa kosong.
Terbayang betapa Ji-cengcu mengajarkan kasih sayang dan
mendidik dirinya harus bersikap jujur dapat dipercaya dan
bajik terhadap sesama manusia, betapa dia tega membunuh
murid Lo Bing-hong alias Ji-cengcu yang dulu memungutnya...
Berbagai persoalan membikin lahir batinnya serba kontras,
maka timbul lebih nyata pula lembaran hatinya yang bijaksana
dan bajik sehingga dia mencucurkan air mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar pertanyaan Siang Wi lekas dia mengusap air
mata, katanya: "Bocah gede, selanjutnya bagaimana kalau
kau ikut aku saja ?"
Terbuka lebar mulut si gede Siang Wi, katanya: "Guruku
pernah bilang: "He si gede, kau ini terlalu bodoh, selalu tidak
memikirkan apa yang kau kerjakan, sekarang aku sudah tua,
bila aku sudah mati kepada siapa kau harus menurut ? Lalu
siapa pula yang akan memberi engkau makan ? lalu dia
membuka lebar tawanya, katanya: "Yang benar, aku memang
takut lapar, aku paling takut sebetulnya kerja baik apa yang
harus kulakukan kecuali itu apapun aku tidak takut, jika kau
ingin aku ikut kau, apa kau bisa memberi aku makan ? Mau
memberi petunjuk kepadaku?"
Liok Kiam-ping tertawa geli oleh rentetan pertanyaan
bodoh si gede, katanya mengangguk: "Bocah gede, aku pasti
bisa memberi kau makan, makan apa boleh sesuka hatimu
akan kubimbing kau dan memberi petunjuk apa yang harus
kau lakukan, maka jangan kau kuatir."
Tapi Siang Wi masih sangsi, tanyanya:
"Kau tahu berapa banyak makanku setiap hari ? Biar
kujelaskan, aku menghabiskan dua ekor ayam, tiga kilo daging
sapi segar, ditambah dua puluh mangkok nasi, tiga ekor ikan
dan sayur mayur lainnya, semua itu harus... " .
”Jangan kuatir." tukas Liok Kiam-ping "berapapun banyak
makananmu pasti kuberikan sampai kenyang."
Siang Wi keplok kegirangan, serunya:
"Kalau begitu selanjutnya aku tidak usah memakai peneng
muka setan Suhuku untuk mencari makan lagi, selanjutnya
Suhu juga tidak akan berkata: "Wi-ji, kenapa selalu kau
menggunakan Lo-hou-ling untuk menipu makanan orang,
sungguh memalukan" lalu dengan sikap sungguh-sungguh dia
menambahkan, "Tahukah kau bocah cilik ? Sejak itu.. akupun
mengukir sebuah Lo-hou-ling lain yang bermuka setan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
taringnya yang menakutkan, tapi mata setan yang kuukir
hanya dua saja . " Sampai di sini bicara mendadak dia angkat
pentung penyanggah langit yang gede itu terus disapukan
seraya membentak: "Gundul cilik kemana kau."
Ternyata Hoat-goan Taysu yang melawan Gin-ji tay-beng
semakin kewalahan setelah lawan menggunakan Gin sa-ciang,
meski dia sudah mengerahkan segala kemampuannya, seluruh
Kungfu Siau-lim-pay yang paling saktipun yang pernah dia
pelajari juga tetap tak mampu menandingi ilmu pukulan pasir
perak lawan yang dahsyat. Empat puluh jurus kemudian,
tenaganya sudah terkuras hingga kaki tangan sudah lemas,
sambil bertahan dia terdesak mundur, suatu ketika dia
memperoleh kesempatan balas menyerang dua jurus pukulan
tangan dan tiga tendangan, namun lawanjuga hanya
didesaknya mundur dua tindak. Mumpung lawan mundur
inilah, lekas dia mengebas lengan bajunya terus menjejak
kaki, tubuhnya melesat terbang lari keluar pintu.
Siapa nyana Siang Wi si gede badan yang berotak minus ini
perawakan yang delapan kaki itu memang mirip raksasa, kalau
orang lari menyelinap dari bawah kakinya mungkin dia tidak
memperhatikan, celaka adalah Hoat-goan Taysu melarikan diri
dengan mengapungkan tubuh ditengah udara, seperti sengaja
meluncur didepan matanya. Kontan dia ayun pentungnya
terus mengepruk sekuatnya.
Tubuh terapung diudara, mendadak kuping Hoat-goan
Taysu pekak oleh sebuah bentakan sekeras guntur, sehingga
hatinya tersirap. di kala dia melongo itulah pentung sebesar
paha telah menyapu tiba. saking kaget lekas dia kerahkan
Jian-kui-tui sehingga tubuhnya seperti merandek sekejap lalu
anjlok kebawah.
Siang Wi membentak: "Gundul cilik, masih mau lari ke
mana kau ?" diudara pentung besarnya juga berputar satu
lingkar, permainan pentung besar itu ternyata tangkas dan
enteng, pinggang Hoat-goan Taysu menjadi sasaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berikutnya. Baru kaki menginjak bumi, sementara pentung
raksasa itu sudah menyabet tiba, lekas dia menarik napas,
tenaga setaker dikerahkan ketangan kanan terus melontarkan
pukulan Sin-liong-tiau-bwe (naga sakti mengabit ekor),
telapak tangannya menepuk kebelakang.
Pada hal betapa hebat kekuatan Siang wi ? Karena otaknya
yang agak minus, maka sukar dia mempelajari ilmu,
disesuaikan kondisinya maka sang guru Lo-hu-sin-kun hanya
mengajar No-kang-cam-liok-gun (enam belas gelombang
sungai), permainan pentung aneh yang di perolehnya dari
propinsi Inlam.
Ilmu pentung ini adalah ciptaan ciangbun Tiam-jong pay,
inspirasinya diperoleh setelah melihat sendiri amukan
gelombang sungai No-kang yang deras dan berbahaya, maka
permainannya juga mirip orang mengamuk dengan kekuatan
raksasa lagi.
Setelah Siang Wi berhasil menghapalkan ilmu pentung yang
satu ini, tapi juga memerlukan beberapa tahun, mengingat
tenaganya yang raksasa dan kasar maka Lo-hu-sin-kun kuatir
bila dia menghadapi tokoh Lwekeh yang benar-benar ahli
supaya jiwanya tidak terancam bahaya, maka dia memeras
keringat dan berjerih payah selama beberapa tahun pula
mengajarkan Lia-bun-hwi-bu, ilmu pentung lain yang bergerak
lebih santai enteng dan lincah.
Beruntung Siang wi memiliki dua jenis ilmu pentung yang
berbeda, satu keras yang lain lunak. dalam praktek lama
kelamaan dia berhasil membaurkan pula kedua ilmu pentung
lunak dan keras itu sehingga sedemikian mahirnya, ilmu lain
diajarkan juga percuma karena otaknya takkan bisa
menangkap.
Sekarang dia melancarkan jurus Liu-hun-ho-khong (mega
mengalir rebah diudara) salah satu jurus dari Liu-hun-hwi-bu
menyapu pinggang belakang lawan yang berusaha lari begitu
cepat samberan pentungnya itu. Begitu Hoat-goan menepuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebelakang, kebetulan kena menepuk pentung besar Siang
Wi, tenaga dalam yang dikerahkan di telapak tangannya
berhasil menahan pentung orang serta menekannya turun
beberapa senti. Begitu merasa pentung tertindih menjadi
berat Siang Wi mengerang sekali, cepat sekali pentung
raksasa itu sudah berobah gerakan dengan jurus Ki-li-koh-tiau
(arus cepat saling berlomba) menyontek keatas.
Betapa cepat variasi, gerakan pentung seberat itu sungguh
menakjubkan, baru saja Hoat-goan Taysu mumbul dua kaki
meminjam tenaga tolakan pentung, tapi ujung pentung Siang
Wi sudah menyusul tiba dan telak menyapu belakang
pinggang Hoat-goan Taysu.
"Ngek." kontan Hoat-goan Taysu membuka mulut
menyemburkan darah, "pletak" tulang punggungnya tersapu
remuk. tanpa mengeluarkan suara badannya terlempar jatuh
setombak lebih, jiwa sudah melayang sebelum tububnya
menyentuh lantai.
Tatkala itu pula terdengar Kim-ji-tay-beng tertawa gelakgelak,
maka terdengarpupa suara "plak, plok," beruntun
tepukan dua telapak tangan, Hwesio tua dari Gobi itu tampak
terjengkang mundur dengan melelehkan darah diujung
mulutnya, beberapa kali kemudian dia terjungkal roboh
bergulingan-
Kiam-ping menoleh, kebetulan dilihatnya Ham-hun Siansu
dari Go bi terjungkal roboh, pundaknya tampak terkena
pukulan, pakaian pecah pundakpun berwarna kuning dengan
tulang remuk keadaannya juga parah. celakanya dia
menggelundung ke sana, seketika dia melolong sekerasnya
sambil bergulingan, makin bergerak makin keras dan sakitnya
mungkinjuga bertambah dari punggungnya tampak
menguapkan asap. bau busuk dari kulit badan yang hangus
menerjang hidung. Kedua matanya tampak melotot seperti
bola merah darah, alis putihnya tampak menjuntai turun
basah oleh keringat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya dia mengalami rasa sakit yang luar biasa, kedua
tangan yang masih bisa bergerak telah melupakan rasa sakit
dipundaknya terus menggaruk dan mencomot ke belakang,
hingga kulit dagingnya membusuk makin dedel dowel,
erangan kesakitan menjadikan bunyi suaranya mirip binatang
buas yang kelaparan, tidak mirip lagi suara manusia.
Pertempuran besar dalam aula berhenti dengan sendirinya,
semua menyaksikan adegan yang mengerikan ini tiada
seorang pun yang tidak bergidik merinding.
Le Bun pernah membunuh orang, kapan dia pernah
saksikan keadaan yang mengerikan seperti ini, saking seram
dan ngeri mukanya pucat pasi dan menubruk dalam pelukan
Liok Kiam-ping.
"Jangan takut," hibur Kiam-ping, "dia terkena racun."
Belum habis dia bicara, didengarnya Ham-hun Siansu
mendadak meronta bangun mencelat lima kaki, waktu badan
terbanting jatuh lagi jiwapun melayang. cepat sekali badannya
yang membusuk bartambah besar dan berobah menjadi cairan
hitam.
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya: "Biarlah mereka
pergi, keadaan sudah cukup mengerikan-'
Seperti berlomba saja yang masih hidup segera angkat
langkah seribu, tidak sedikit diantaranya yang terluka, namun
yang terluka parah dan masih tinggal juga ada belasan orang.
Menyapu pandang sekeliling ruangan, Kiam-ping berkata:
"Sejak kini Hong lui-bun mendirikan pangkalannya di sini,
mulai membuka perguruan, menerima murid mengembang
biakkan kebesaran Hong-lui-bun."
Belum habis dia bicara derap lari kuda yang ramai
berkumandang diluar. seorang membentak dengan suara
keras, mendengung seperti lonceng: 'siapa berani membunuh
anak pungutku ? Liong-ongya ada disini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Liong-ong-ya ?" Le bun menegas heran-
"Liong-ong-ya ?" Siang Wi juga ikut berseru kaget. cepat
sekali muncul seorang kakek diambang pintu, alis tebal mata
harimau dengan batok kepala besar hampir sebesar
kepalannya sendiri. Kontan Siang wi naik pitam, dampratnya:
"Kentut makmu delapan belas kali, kau tua-tua kecil ini juga
berani menamakan diri apa Liong-ong-ya (raja naga)
Bukankah kau inijuga manusia ?"
Baru saja kaki melangkah masuk, orang itu sudah terkejut
oleh bentakan Siang wi yang menggeledek. tampak seorang
lelaki raksasa tinggi besar dengan kulit badan hitam berdiri
bertolak pinggang, seketika dia tertawa, serunya: "Hahaha,
kiranya kau bocah gede ini, hayolah kemari, rasakan Pat-potong-
jin Liong-ong-ya punya." Perawakannya juga tinggi
gemuk. tapi gerak geriknya ternyata lincah juga, sekali lompat
setombak lebih dicapainya, tahu-tahu sudah berdiri di depan
Siang Wi.
Melihat mayat bergelimpangan, tak sedikit anggota badan
yang protol dan tercacah tercerai berai, hatinya juga kaget
dan ngeri, bentaknya: "Bocah gede bagaimana kalau kita
saling hantam tiga kali." sembari bicara manusia tembaga kaki
satu ditangannya sudah mengepruk dari atas kebawah, kepala
Siang Wi dipukul.
Siang Wi percaya akan tenaga raksasanya, yakin selamanya
tiada orang yang berani adu kekuatan dengan dirinya,
kenyataan kakek tua ini menantang adu tenaga, maka dia
tertawa besar, serunya: "Kakek cilik, kau memang
menyenangkan-" King-thian-pang (pentung penyanggah
langit) terangkat sekali ayun dia pun kerahkan tenaga
memapak pukulan gada lawan-
"Prang." begitu keras sampai pekak genderang telinga
orang, keduanya tampak tergentak mundur selangkah, tiada
yang kalah atau menang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Wi berteriak: "Kakek cilik, nah giliranmu merasakan
pentungku." kali ini pentungnya menyamber miring, deru
anginnya seperti bunyi knalpot truk disel yang terlalu berat
membawa muatan ditanjakan, dari pentungnya timbul pusaran
angin yang bergulung-gulung sehingga orang-orang yang
menonton diluar gelanggang disampuk mundur.
Ternyata Liong-ong-ya juga mengayun Pat-po-tong-jin, tak
mau mengalah kembali dia menangkis. "Prang" suara lebih
keras, badan mereka tampak limbung, tanpa kuasa keduanya
menyurut dua tindak. lantai marmer dalam ruang besar ini
sampai terinjak pecah.
Ki-ling-sin (malaikat sakti raksasa) melotot matanya, sambil
meraung segera dia menerkam bersama pentungnya, dimana
samberan bayangan kelabu melesat diudara, cepat dan
dahsyat laju kekuatannya.
Liong-ong-ya juga menggerakkan pula Pat-po-tong-jin
ditangannya, badan sedikit jongkok, seluruh tenaga dalam
dikerahkan, otot hijau di jidatnya sudah merongkol keluar,
bibir juga terkatup kencang, wajahnya mengkilap berminyak
oleh keringat. Bagai ular hijau keluar lobang, secepat dan
aneh balas menyerang.
"Prang" benturan keras ketiga kalinya membuat
pergelangan tangannya tergetar dua kali, keringat dijidatnya
rontok berhamburan, kedua kakinya amblas kedalam lantai
empat dim.
Pentung besar Siang Wi mencelat mumbul keatas seperti
terayun setengah lingkar lalu dia tarik turun dan dikempit
dibawah ketiaknya, gelak tawa pecah dari mulutnya yang
terpentang lebar. Teriaknya: "Puas sungguh puas. Kakek cilik,
sungguh hebat kau."
Lengan Liong-ongya kesemutan pegal, tapi dia tertawa
getir, katanya: "Bocah gede, kau ini Ki-ling-sin atau Lat-pakkiuking
?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perlu diketahui Liong-ongya sejak dilahirkan juga memiliki
tenaga raksasa, jadi kekuatannya sudah pembawaan sejak
kecil, waktu mudanya dengan senjata gada tembaganya itu,
dia pernah malang melintang di daerah ciat-kang dan
sekitarnya, tiada orang yang mampu menahan tiga kali
pukulannya, apa lagi dia mahir berenang, sehari semalam
menyelam dalam air juga tidak bakal mati, maka di daerah citong-
kang dia mendirikan pangkalan dan mengangkat dirinya
menjadi cecu.
---ooo0dw0ooo---
Selama puluhan tahun pengaruh kekuasaannya melebar
sampai Thay-ouw, ketenarannya makin luas kesegala pelosok
dunia, namun kebiasaan mengajak orang bertanding tiga jurus
tidak pernah padam, terutama bila bertemu lelaki kekar, dia
pasti menantangnya. Tapi hari ini dia ketemu Siang Wi, tiga
jurus serangan dahsyatnya betul-betul ketemu tandingan
setimpal, karena heran dan kagum maka dia mengajukan
pertanyaan.
"Apa ?Jadi masih ada keparat bernama Lat-pak-kiu-king ?
dimana dia ? siang Wi akan mencarinya dan menantangnya
adu kekuatan-"
Mendadak mimik muka Tio Tin-thian kelihatan murung dan
rawan aneh perobahan mimik mukanya ini, katanya menghela
napas: "Betapapun aku sudah tua " tapi baru beberapa patah
mendadak dia tampar mulut sendiri seraya memaki: "Keparat,
baru berusia lima puluh tahun sudah mengeluh tua, manusia
hidup tujuh puluh tahun baru mulai tua." selesai dia berkata
diluar terdengarlah pekik sorak dan jerit kesakitan-
Tio Tin-thian kaget, bentaknya menggelegar: "Ada apa
anak-anak? Hayolah masuk semua."
"Kakek cilik, kentut makmu busuk" damprat siang Wi gusar,
"kau memanggilku anak-anak. cuh, rasakan pentungku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan langkah lebar dia memburu seraya mengayun pentung
menyerang dengan jurus pertama Liu-sa-loh-kim dari ilmu
pentung enam belas gelombang sungai mengamuk.
Tio Tin-thian menggerung gusar pula, pergelangan tangan
diturunkan, secara lincah tembaga kaki tunggal ditangannya
menyelinap dari samping balas menyerang, yang di incar
adalah Ki-bun-hiat dan Yo-kin-hiat di dada dan ketiak lawan,
serangan secepat kilat juga.
Melihat lawan berani mengadu kekerasan, Siang Wi
membentak gusar: "Neneknya. kau tua bangka kerdil sangka
aku ini orang bodoh ? Mau menutuk Hiat-to ya ? Ketahuilah,
aku tidak takut ditutuk." ujung pentung diketuk kebawah,
badannya mencelat keatas beruntun dia merobah dua
langkah, maka kelincahan dari Liu-hen-hwi-bu segera dia
kembangkan, jurus Bu-bong-ling-thay (halimun tebal diatas
panggung) dikembangkan mengaburkan pandangan orang,
satu pentung berobah menjadi belasan batang serempak
menyodok kedada lawan-
Pada saat itulah diluar terdengar gelak tawa dan sorak sorai
yang riuh rendah, bayangan merah tampak berkelebatan
melompat masuk. Gelak tawa orang banyak berpadu didalam
aula begitu kerasnya sehingga genteng seperti bergetar,
jendela juga gemeratak seperti diguncang gempa.
Maka berdirilah seorang tua berambut panjang terurai
dipundak dengan gelang emas tipis melingkar dikepalanya,
jubah merah menyala, mulut terpentang lebar menunjukkan
barisan giginya yang rata putih sedang bergelak tawa.
Melihat orang tua rambut panjang jubah merah ini, urat
syaraf Liok Kiam-ping seketika mengencang, kedua matanya
lekat menatap orang tua yang tertawa latah ini. Kim-ji-taybeng
melongo, serunya: "Hwe hun-cun-cia."
Tersirap perasaan Liok Kiam-ping, sungguh tak nyana
musuh pembunuh ayah dan pemenggal buntung lengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunya ternyata muncul di sini, sekejap ini tak kuasa dia
mengendalikan emosi, tubuhnya gemetar, bola matanya
merah menyala. Kakinya melangkah setapak seorang terasa
menarik bajunya, bisiknya: "ciangbun jangan terlalu emosi dan
tegang, kendalikan ketenanganmu.'
Mencelos hati Kiam-ping, seketika dia sadar, lekas dia
menarik napas panjang, pelan-pelan dia melolos cui-le-kiam
yang terselip dipinggang diserahkan kepada Gin-ji tay-beng,
lalu membuka jubah luar, maka tampak dia mengenakan
pakaian ringkas. Maju dua langkah dia berkata: "Yang datang
apakah Hwe-hun-cun-cia ciangbunjin Hwe hun-bun ?'
Menyapu mayat-mayat yang tumpang tindih dilantai, Hwehun-
cun-cia bergelak tawa katanya . "Anak muda, apakah kau
Hun-bin kiam-khek ?'
Kiam-ping tidak layani pertanyaannya, maju lagi dua
langkah baru berkata: "Apa kau masih ingat seorang yang
bernama Liok Hoat- liong ?'
Hwe-hun-cun-cia geleng kepala, katanya: 'Selama hidup
betapa banyak jiwa berkorban ditangan Lohu, mana bisa
kuingat satu persatu nama setiap korban? Untuk apa kau
tanya soal ini anak muda?”
Liok Kiam-ping menjengek, katanya:
”Liok Hoat-liong gugur ditanganmu, isterinya juga kautabas
buntung lengannya, apa kau sudah melupakannya ?”
Berkerut alis Hwe-hun-cun-cia, katanya:
”Setan gentayangan dibawah tanganku tak terhitung
banyaknya, mana bisa kuingat Liok Hoat-liong ? Anak muda,
sekarang giliranku bertanya. Soalnya beberapa waktu yang
lalu di Se-lam aku bertemu dengan Khong-tongkoay-kiam,
katanya dia telah menemukan tunas muda ajaib yang jarang
ditemukan selama ratusan tahun di Bulim, tunas muda yang
jenius itu akan kuambil, secara bergiliran kita tua-tua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangkotan ini akan menggembleng menjadikan dia
mempunyai tulang baja otot kawat, yakin kelak dia akan dapat
menandingi Pat-pi-kim-liong ..."
Liok Kiam-ping terloroh-loroh, katanya: ”Tua bangka,
tahukah kau siapa Pat-pi- kim-liong ? Ketahuilah, aku adalah
putera Liok Hoat-liong, ini rasakan pukulanku." menghadapi
musuh pembunuh ayah dan melukai ibunya ini, sungguh
Kiam-ping sukar menahan emosi, baru beberapa patah dia
sudah menerjang maju.
Tangan tunggal bergerak badanpun berkisar, jurus Llongkiap-
sin-gan dilontarkan, bayangan telapak tangan bertaburan
menimbulkan pusaran angin kencang pula, sederas gugur
gunung melanda kedepan.
Hwe-hun-cun-cia tidak menduga bahwa kehadirannya
disambut oleh sejurus serangan aneh dan lihay ini, sekilas
melenggong, secepat kilat dia menyurut setengah tapak
sambil mengebut lengan baju, bayangan merah laksana
segumpal mega membungkus tubuhnya seluas setombak
menerjang kedepan pula.
"Pyaaar," terasa oleh Liok Kiam-ping jalur-jalur tenaga
sebanyak ribuan menyusup tiba dari setiap lobang yang
mungkin ditembus menerjang dirinya, pukulan yang
dilancarkan ternyata tidak mampu membendung kekuatan
lawan, sebaliknya dia merasakan tenaga pukulannya
membentur dinding karang dingin yang besar, telapak
tangannya tergetar sakit dan kemeng, tak kuasa dia menahan
tegak tubuhnya terpaksa mundur selangkah.
Semula Hwe-hun-cun-cia hanya mengerahkan enam bagian
tenaganya, tak nyana begitu bentrokan terjadi, hatinya
tersirap kaget karena tidak menyangka pemuda berusia belum
genap duapuluh ini ternyata membekal tenaga pukulan
puluhan tahun. Lekas dia himpun kekuatan dalamnya
menambah tenaga hingga delapan bagian, baru berhasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menahan serangan lawan- begitu merasakan pusaran tenaga
lawan yang hebat itu, seketika
Jilid 12 halaman 17 s/d 24 Hilang
sambil menahan napas Kim-gin-hu-hoat sudah bergebrak
tiga puluhan jurus dengan Hwe-hun-cun-cia, keadaan mereka
sudah mulai terdesak, untung Liok Kiam-ping lekas datang
dengan girang mereka berkata:
"Ciangbun masih segar bugar. baiklah kami akan keluar,
asap disini terlalu tebal menyesakkan napas."
Gin-ji-tay-beng juga berkata: "ciangbun desak dia keluar
untuk berhantam diluar, di sini terlalu panas " hanya beberapa
patah dia sudah batuk-batuk. matapun pedas mencucurkan air
mata. lekas dia melompat terbang keluar.
Melihat sesosok bayangan menerjang datang dari tengah
asap tebal, Hwe-hun-cun-cia sudah menduga pasti Liok Kiamping
yang datang, terkejut juga hatinya akan semangat juang
anak muda ini yang tidak kenal takut. Disaat hati kaget itulah
otaknyapun teringat akan Liatjit-kiam, karuan hatinya tersirap.
segulung tenaga dahsyat kontan menembus bolong asap tebal
menggempur kearah bola api bundar yang menyala itu.
Liok Kiam-ping merasakan pukulan dahsyat lawan
menimbulkan goncangan dahsyat dibatang pedangnya, lekas
dia membentak seluruh hawa murninya dikerahkan di mana
pergelangan tangan berputar, serangan dia robah menjadi
Liat-jit-yam-yam.
Hwe bun-cun-cia memicing mata, namun pancaran cahaya
pedang lawan memang terlalu benderang sehingga matanya
seperti di tusuk jarum tak kuasa melek lagi Begitu memejam
mata badannyapun meleset mundur beberapa kaki, kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan bergerak menimbulkan hawa pertahanan melindungi
badan denganJun-jan-ji-pok ilmu aliran sesat.
Desir hawa pedang menyambar dipinggir telinganya. walau
dia sudah menyurut beberapa kaki, namun pedang panjang
Liok Kiam-ping bagai bayangan mengikuti gerak gerik
bentuknya, tetap mengudak kemana dia berpindah, sebelum
dia mengegos pula, hawa pedang yang dingin tiba-tiba
berkelebat, tangan kirinya terasa perih, tiga jarinya tertabas
kutung, sementara kilat pedang masih menyerang beruntun
pula melukai dadanya.
Begitu merasa sakit Hwe- bun-cun-cia lantas insyaf dirinya
telah terluka, saking murka dan penasaran, kaki kiri ditarik,
seluruh kekuatannya dia lontarkan, tubuhnyapun mencelat
pergi beberapa tombak. sekali melejit lagi bayangannya sudah
menghilang di luar rumah.
Begitu berada diluar rumah, mengawasi gedung yang
sudah terjilat api, lekas dia rogoh kantong mengeluarkan
sebuah benda bundar hitam terus ditimpuk kedalam.
"Glegar." sebuah ledakan seperti bom menggetar gedung
terbakar itu hingga runtuh lebih cepat, bumi seperti digoncang
hebat, debu asap dan reruntuhan menyamber ke udara.
Ki-ling-sin yang sejak tadi sudah berada di luar mendadak
menjerit kaget: "Hei, Lui-hwe-pi-lik. Itulah Lui-hwe-pi-lik
(granat guntur api)."
"Hoahahaha... " Hwe-hun-cun-cia tertawa besar sambil
tolak pinggang mengawasi gedung yang terjilat jago merah,
serunya:
"Musnah, musnah semua. Mega api (Hwe-hun) menyala
semarak. bintang rembulanpun menjadi guram, biar
seluruhnya terbakar musnah... " wajahnya yang beringas sadis
tampak lebih menyeramkan lagi dibawah pancaran cahaya api
yang berkobar makin besar, segalanya menjadi serba merah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jubah merah, darah merah, jago merah demikian gumpalan
asap merah, seluruhnya merah...
Diam-diam Le Bun berdoa dalam hati:
"Kiam-ping... ” ingin dia menerjang masuk ke dalam
kobaran api, tapi Kim-ji-tay-beng keburu menangkap
lengannya.
"Nona, ciangbun tidak akan mengalami bahaya, dia bukan
manusia yang berusia pendek, sekarang mungkin sudah lolos
dari arah lain-..
Le Bun juga yakin apa yang dikatakannya memang benar,
lekas dia berputar lari kearah jendela lain yang belum terjilat
api, Bahwa bujukannya berhasil menahan dan menyadarkan
Le Bun, Kim-ji-tay-beng, katanya: "Mari kita labrak tua bangka
itu, umpama jiwa kita harus berkorban juga biar adu jiwa
dengan dia." kembali mereka saling memegang pundak,
tenaga murni terjalin Kim-gin-sa-ciangpun dilancarkan,
ditengah gemuruhnya lengking suara disertai dua gelombang
pukulan dahsyat seperti gugur gunung melanda.
Hwe-hun-cun-cia terkial-kial. bentaknya: "Keparat yang tak
habis dibunuh. Serahkan jiwa kalian-" sekali lengan baju
mengebas,Jik-yam-ciang yang bersuhu panas tinggi
menerjang kedepan. "Plok" tubuhnya tergeliat, tapi kedua
kakinya amblas sedalam tiga dim didalam tanah.
Tangan Kimji-tay-beng mendorong lalu menyanggah, dia
salurkan tenaga pukulan lawan yang terlontar kearahnya
kepada Gin-ji tay-beng, kebetulan Gin-ji tay-beng juga berbuat
serupa, begitu kedua tenaga dahsyat itu saling bentur lantas
sirna tidak berbekas.
Karena yakin Liok Kiam-ping sudah mati oleh am-gi lawan
yang ganas, maka kali ini mereka melabrak musuh
mengajaknya gugur bersama. Selama tiga puluh tahun
belakangan ini kedua orang yang meyakinkan bersama sejenis
ilmu tunggal yang harus dilancarkan dua orang berbareng dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dinamakan Ho-hap-ut-ki (gotong royong saling bantu)
dilandasi tenaga Thian-te-ci-kio pula, sehingga kedua orang ini
seia sekata, kekuatan dua orang terbaur, menyerang bersama
sehingga gerakanpun serasi dan merata.
Meski taraf kemampuan mereka masih lebih asor dibanding
Hwe-hun-cun-cia, tapi karena tenaga murni lawan juga
terkuras tidak sedikit, maka sekarang mereka berada diatas
angin-
Semangat Kimji-tay-beng makin menyala, tangan kanannya
beruntun menyerang dengan Kim-sa-ciang, dimana sinar emas
gemerdep beruntun dia melancarkan delapan pukulan,
demikian pula Gin-ji-tay-beng memukul delapan kali. Sesama
tenaga murni menimbulkan kekebalan, bolak balik sama
membantu, damparan angin seperti amukan gelombang
samudra, bergulung-gulung dengan angin ribut, Hwe-hun-cuncia
terdesak mundur tiga tindak.
Hwe-hun-cun-cia sudah terluka tiga jari dan dadanya oleh
Liat-jit-kiam Liok Kiam-ping, darah segar masih terus
bercucuran, belum sempat memberi obat dan membalut lukaluka,
sudah dikerubut oleh kedua orang ini, karuan dia
kelabakan- Dasar wataknya memang buas dan liar, selama
puluhan tahun sejak taraf kepandaiannya meningkat belum
pernah dia ketemu tandingan, kini terdesak oleh keroyokan
Kim-gin-hu-hoat, maka sifat liarnya menjadi kumat, rambut
kepalanya kaku berdiri, sorot matanya buas, seperti banteng
ketaton- sekuat tenaga dia gerakkan kedua tangannya,
setelah terjadi ledakan keras, angin ribut melanda ke berbagai
penjuru membawa hawa panas yang mengejutkan-
Begitu bentrok pandang dengan mata orang, tak sadar
Kim-ji-tay-beng bergidik seram, lekas Kim-sa-ciang dilontarkan
pula, namun tetap tak kuasa menahan terjangan tenaga lawan
yang ampuh, lekas dia membentak keras: 'Khing-te. Dia sudah
gila, hati-hati.' karena memusatkan perhatian- semangat dan
tenaga mereka terjalin cukup tangguh dan gerak gerik kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orangpun terkontrol dengan rapi, tekad menuntut balas bagi
kematian ciangbun mereka menjadikan serangan mereka
semakin tangguh.
Maka berulang terjadilah bentrokan yang menimbulkan
ledakan keras, bumi bergetar debu membumbung, pohon
disekitar rumah rontok daunnya.
Dengan badan yang terluka Hwe-hun-cuncia bertempur
mati-matian seperti binatang yang terluka mengamuk dalam
kepungan, di bawah amarah yang menggila, setiap
pukulannya dilandasi setaker tenaganya. Walau Kim-gin-huhoat
sudah menjalin kekuatan dengan Thian-te-ci-kio, karena
lawan mengamuk seperti orang gila. kini berbalik mereka yang
terdesak malah, sekejap lagi jelas mereka takkan kuat
menahan serbuan gencar ini, mereka terus terdesak mundur
ke arah gedung yang lagi menyala panas.
Sementara itu Le bun berputar kesebelah gedung sana,
mulut berteriak-teriak:
"Kiamping, Kiam-ping... "
Bocah gede Siang Wi ternyata menangis sedih, katanya
dengan cucaran air mata:
"Dia sudah hancur oleh ledakan granat api paman Hwehun-
cun-cia. Huuaaa, bocah cilik kenapa jiwamu sependek
ini... "begitu dia membuka mulut menangis gerung-gerung
sungguh tak terbendung pula cucuran air matanya.
Sudah tentu Le Bun ikut bersedih, katanya penuh
kebencian: "Hayo kita tuntut balas kematiannya . "
Siang Wi angkat pentungan terus mendahului lari balik.
teriaknya: 'Hwe-hun-cuncia tua bangka keparat, serahkan
jiwamu.'
Seperti disayat-sayat hati Le Bun, secepat kilat dia
mendahului melesat terbang, berarti dia lari mengitari gedung
besar ini satu lingkar, didapati Kui-Hun-ceng ternyata sepi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengang, bayangan seorangpun sudah tidak kelihatan lagi.
Hanya suara nyala api saja yang memusnahkan gedung, asap
tebal membumbung keangkasa. Ternyata Angkin-cap-pwe-ki
juga tidak kelihatan batang hidungnya, demikian pula Biau-jiusip-
coan tidak kelihatan bayangannya. Dengan perasaan kebat
kebit dia baru berjalan setengah lingkaran. pandangannya
seperti dibungkus kain hitam saja. kecuali sinar api, tiada
benda lain yang terlihat.
Mendadak sebuah lengking tawa berkumandang
dibelakangnya, dengan tersirap Le Bun membalik, secara
reflek serulingnya bertaburan, cahaya putih telah
membungkus badannya, sekali putar pula seperti kitiran saja
dia sudah membalik badan sambil menyurut mundur.
Waktu pandangannya tertuju ketanah, bola matanya
terbelalak. rasa seram dan ngeri seketika menghantui hatinya,
dihadapannya bertumpuk belasan mayat orang yang masih
melelehkan darah segar. cepat dia melompat maju mendekat,
mayat-mayat ini bukan lain adalah anak buah Liok Kiam-ping,
siapa lagi kalau bukan Ang-kin-cap-pwe-ki, dihitung memang
genap semua ada delapan belas mayat. Tanpa merasa dia
menjerit tertahan sambil mendekap mulut, ditengah jeritannya
itu tiba-tiba didengarnya sebuah jengek tawa kaku
dibelakangnya, sedingin es suara itu sehingga jantungnya ikut
merasa dingin.
Begitu dia menoleh dilihatnya bayangan seseorang hitam
gelap terbungkus dalam asap tebal, serunya terkejut. "Siapa
kau ?"
Bayangan itu seperti setan yang tidak berbentuk saja,
tubuhnya seperti ikut melambai ditiup angin lalu, Kebetulan
angin menghembus hingga asap agak mernbumbung ke atas,
dibawah cahaya api dia melihat jelas wajah orang itu, seketika
rasa merinding timbul dalam benaknya, kapan dia pernah
melihat seraut wajah seburuk ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah itu tidak mirip muka manusia karena dia hanya
memiliki sebuah mata hidung ya bengkok bolong separoh,
bibirnya merekah hingga giginya yang putih kelihatan
merongos dengan gusi yang merah menjijikan, rambutnya
kusut masai menutupi muka, sehingga separo kepalanya
tertutup rapat.Jubah kembang dasar warna hitam tampak
sempit membungkus tubuhnya yang kurus tinggi laksana
galah, lengan bajujusteru longgar dan panjang tampak
melambai tertiup angin sehingga tubuhnya kelihatan melegot,
selintas pandang orang pasti sangka dia ini dedemit. Le Bun
bertanya pula: "Siapa kau "
"Hehehe, genduk ayu, siapa aku.?" suara nan dingin seperti
gerujug air es dari lembah yang paling rendah, hawapun
terasa seperti membeku.
Le Bun menarik napas menambahkan hati, seruling
melintang didepan dada, tanyanya pula dengan suara bengis:
'Siapa kau sebetulnya ?"
Orang itu terkekeh, separti melayang saja dia melejit maju,
katarnya dingin: 'Aku adalah Kiong bing.
"Apa Tok-sin-kiong-bing ?' pekik Le Bun tersirap. Kiongbing
tertawa dingin, ujarnya:
"Ban-tok-ci-ong, ong-tiong-ci-sin-' artinya raja selaksana
racun, raja diantara malaikat. Lalu perlahan dia mengeluarkan
telapak tangan dari balik lengan bajunya. aku datang dari Kosiok-
Kiong, ternyata dua muridku sudah mati, genduk. apa
kau yang membunuh mereka ?"
Tidak menjawab Le Bun bertanya malah: "Apakah kau yang
membunuh mereka?"
"Mereka terkena racun tanpa bayanganku, semua sudah
mampus, jikalau kau tidak mau menerangkan, kaupun akan
mampus seperti mereka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Telapak tangan orang tampak mengkilap biru, dalam gelap
dibawah cahaya jago merah kelihatan begitu mengerikan,
namun Le Bun cukup tabah, katanya: "Darimana kau tahu
bahwa muridmu sudah mati ?"
Tok - sin - Kiong - bing berkata: "Sukma mereka sudah
putus, sudah tentu aku tahu mereka sudah mati..." melihat
kucing pelacak dalam pelukan Le Bun, sorot matanya semakin
menyala, katanya: "Muridku itu pergi ke ouw-lan, kenapa
kucing pelacak miliknya bisa berada ditanganmu ?”
Mendadak dia menghardik: "Serahkan jiwamu," segera dia
menerkam sambil membuka kelima jari tangannya, belum tiba
tapi bau bacin dan amis telah merangsang hidung Le Bun.
"Hait " Le Bun membentak nyaring, serulingnya menggaris
lurus. Suitan pendek memetakan setabir cahaya putih
membungkus tubuhnya.
Gerak gerik Kiong-bing betul-betul mirip setan
gentayangan, begitu kelima jarinya menyentuh tabir sinar
putih lawan, sebat sekali orangnya sudah melayang pergi,
ditengah udara dapat membelok arah dan berada dibelakang
Le Bun.
Kembali Le Bun taburkan bayangan serulingnya, namun
kembali dia kehilangan jejak Kiong- bing, serulingnya dituntun
setengah lingkar, jurus ceng-hun to-to dari permainan dua
belas jurus seruling mega hijau menciptakan sinar berderai
selaksa banyaknya.
Kiong- bing menyeringai, katanya: "Ternyata kau murid
Tokko cu nenek peot yang galak itu" segera dia tambah dua
bagian tenaga dan mengencangkan gerakan tangan, beruntun
dia menjotos sepuluh kali menendang delapan kali. disamping
lincah diapun lancarkan serangan ganas dan keji, Le bun telah
didesaknya hingga tak mampu mengembangkan permainan
seruling tunggal ajaran gurunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil terkekeh Kiong bing mengebut tangan kiri hingga
menerbitkan segulung angin kencang menahan gerakan
seruling panjang, sementara kelima jari tangan kanan
menjentik, lima jalur angin panas segera mendesis keluar dari
kuku jarinya.
Karena seruling panjang terbendung oleh tenaga lawan,
tangan kiri sudah siap melolos cui-le-loam yang diserahkan
Kiam-ping kepadanya, mendadak bau pedas yang menyengak
hidung telah menyebabkan otaknya seperti linglung. lekas dia
menahan napas.
Sekuatnya dia gerakkan serulingnya dengan Jan-hun-piapia,
tangan kiripun telah mencabut cui-le-kiam. Tak nyana
baru setengah jalan, mendadak jantung seperti tersumbat,
mata gelap badanpun roboh terjungkal.
Cui-le-po-kiam yang telah terlolos itu tertindih badannya
hingga amblas seluruhnya kedalam tanah tinggal gagangnya
saja, "Bluk" Le Bun terguling kepinggir, kucing pelacak
melompat kaget, tapi lekas sekali menyusup kedalam tanah.
Melihat kucing pelacak itu hendak melarikan diri, lekas Toksin
pentang kelima cakarnya, begini cepat gerakannya
mencengkram, namun yang berhasil dipegang hanyalah
secomot bulu putih. binatang aneh itupun telah lenyap tak
karuan parannya. Dia tahu bila binatang aneh sejenis ini
terlepas, untuk menangkapnya pula perlu membuang banyak
tenaga, sekarang dia tidak membawa jala atau peralatan lain,
terpaksa biarkan saja dia lenyap.
Sekali raih dia mengempit Le Bun terus melompat
kebelakang rumah sambil tertawa dingin, hakikatnya dia tidak
perhatikan pedang yang terbungkus kain dan seruling putih
milik Le Bun.
Kobaran api memang amat besar, lekas gedung besar itu
telah terbakar habis, kini tinggal menunggu padamnya saja,
angin malam yang dingin mulai mengembus datang pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga terasa malam di musim dingin ini betul-betul terasa
sepi,
Ditanah lapang diluar gedung yang terbakar menjadi puing,
Kim-gin-hu-huat dibantu Ki-ling-sin Siang wi masih berhantam
seru melabrak Hwe-hun-cun-cia. Enam belas jurus amukan
gelombang sungai Siang wi dilancarkan dengan mahir, tenaga
kuat pentung berat, maka dari samberan pentung itu sungguh
amat berbahaya, apalagi Siang wi cukup cerdik mengincar
tempat berbahaya ditubuh lawan- Kim-gin-hu-hoat tetap
menggunakan keahlian masing-masing terus menggempur
gencar dari arah berlawanan dengan Siang Wi, keadaan tetap
sama kuat dan serang menyerang terus berlangsung.
Syaraf Hwe-hun-cun cia memang mendekati gila, ada
kalanya beruntun dia melancarkan jurus-jurus aneh dan lihay,
tapi adakalanya gerak geriknya tampak lugu dan hanya
berkelit melulu mengandal ketangkasan gerak tubuhnya,
namun puluhan jurus kemudian napasnya mulai tersengal.
Diantara keempat orang saling labrak ini, Siang wi beradat
paling berangasan-keinginan menuntut balas bagi kematian
Liok Kiam-ping adalah sedemikian mendesak maka dia benarbenar
telah tumplek seluruh tenaga dan kemampuannya.
serangannya seperti nekad dan tanpa perhitungan lagi.
Melihat Siang wi menyerang segencar itu, Kim-gin-hu-hoat
ikut terbakar amarahnya, merekapun tidak mau kalah tenaga,
jadi seperti berlomba saja mereka berusaha merobohkan
lawan lebih dulu, kedua lengan bergandeng laksana jembatan
itu terus pegang memegang makin kencang, tenagapun
dimanfaatkan sesuai kebutuhan sehingga satu sama lain saling
isi tanpa kuatir kehabisan bensin, sementara tangan kanan kiri
mereka melancarkan pukulan andalan mereka dengan lebih
hebat pula.
Sementara itu Hwe-hun-cun-cia memutar badannya
sekencang roda, Jik-yam-ciang dikerahkan sampai puncak
kehebatannya, suhu panas terasa membakar kulit dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeringkan hawa, sejauh ini dia tetap tabah dan ketat
mempertahankan diri, betapapun berbahaya serangan ketiga
lawannya, meski agak terdesak dia masih tetap bertahan,
apalagi kedua tangannya masih bebas bergerak meski tiga
jarinya putus, namun membelah mencengkeram, membacok
dan menutuk. pusaran hawa panas laksana mega api yang
membumbung keudara, sehingga kelihatannya dari
pertempuran inipun ditelan kobaran api yang menyala.
Lekas sekali gedung telah menjadi puing-puing dan jago
merah juga sudah padam tapi, mereka masih terus berhantam
puluhan jurus lagi. Siang Wi jadi tidak sabar, teriaknya: "Tua
bangka kecil, kubunuh kau.” suaranya bagai petir
menggelegar, hingga Hwe-hun-cun-cia tergetar pekak dan
linglung sesaat, pada saat itulah Kim-ji-tay-beng telah
menegak telapak tangan membelah batok kepalanya dengan
kecepatan luar biasa, berbareng Gin-ji-tay-beng juga menepuk
telapak tangannya ke Khi-hay-hiat di bawah lambung Hwehun-
cun-cia.
Belum telapak tangan mereka mendarat desir angin
kencang telah menggetar genderang telinga Hwe-hun-cun-cia,
lekas dia menarik napas mendekuk dada dan perut. Mega
merah tampak berkembang "Plak, plok" ke dua telapak
tangannya memapak dua serangan lawan yang mematikan,
begitu sikutnya menekan kebawah mengikuti gerakan badan
seperti mendadak dia mempunyai belasan tangan saja,
beruntun dia telah melancarkan sepuluh kali pukulan dari
peluang yang diperolehnya dalam adu kecepatan-
Pentung Siang wi juga menderu keras menyodok Bing-bunhiat
dipunggung Hwe-hun-cun-cia dengan jurus Hun-kay-busan
(mega tersingkap kabut buyar). Hwe-hun-cun-cia berhasil
mendesak Kim-gin-hu-hoat mundur puluhan langkah,
mendengar deru pentung yang menyodok datang, sengaja dia
menyerong langkah satu tindak sambil membalik tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyampuk kebelakang. "Plang" telapak tangan kirinya
berhasil mengemplang pentung Siang Wi.
”Hoooo!" Siang wi memekik, menekuk lutut pasang kudakuda
merendahkan badan sekuatnya dia menyendal ujung
tongkat, kontan mega merah kena disengkelitnya mumbul
secara mentah-mentah Hwe-hun-cun-cia telah dilemparnya
tujuh tombak tingginya.
Hwe-hun-cun-cia memperlihatkan kelincahan gerak
tubuhnya, sambil menukik turun dia membentak: ,Siang Wi,
apa yang kau lakukan ? Memangnya kau tidak mengenalku
lagi ?'
Siang Wi melenggong, katanya tergagap: "Tapi bocah cilik
kau... " sampai di sini mendadak dia membelalakkan bola
matanya bukan menatap Hwe-hun-cun-cia tapi melongo
kearah belakangnya, yaitu diantara puing-puing gedung yang
terbakar habis rata dengan bumi.
Hwe-hun-cun-cia menggeser jauh ke sana baru membalik
badan, begitu matanya menangkap esuatu ditengah puingpuing
gedung yang terbakar habis itu, seketika dia berjingkat
eperti dipagut ular beracun, seluruh urat syarafnya menjadi
tegang.
Diantara tembok dan belandar yang belum terbakar habis,
dibelakang sebuah dinding yang ambruk separo, muncul
cabaya bundar kehijauan yang remang-remang, ditengah
keremangan cahaya hijau itu kelihatan sesosok bayangan
hitam. Seiring dengan bergeraknya cahaya hijau remangremang
itu sisa api yang masih menyala disekitarnya seketika
padam, seperti takut oleh cahaya hijau remang-remang itu.
"Pi-tok-cu." pekik Hwe-hun-cun-cia tersirap kaget.
Dengus dingin masih berkumandang, mendadak cahaya
remang-remang dari pantulan sebuah mutiara telah
melambung keudara setinggi enam tombak lalu meluncur
turun dihadapan Hwe-hun-cun-cia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lekas Hwe-hun-cun-cia menyilang kedua tangan didepan
dada sambil pasang kuda-kuda, bentaknya. "Siapa kau "
Cahaya mutiara yang remang-remang itu mendadak sirna,
dig anti selarik sinar putih berkilat, tampak Liok Kiam-ping
dengan memegang pedang panjang dua kaki lebih, tangan kiri
memegang sebutir mutiara hijau sebesar telur angsa
tergenggam ditengah jari-jarinya.
Siang Wi adalah orang pertama yang berjingkrak
kegirangan, serunya: "Bocah cilik, hahaha ternyata kau tidak
mati. Aku sigede ini sampai menangis karena mengira kau
telah mati."
Liok Kiam-ping mengangguk. katanya:
”Hwe-hun-cun-cia, masih mau lari ke mana kau?"
Memancar bayangan ketakutan disorot mata Hwe-hun-cunsia,
sungguh tak pernah terpikir olehnya bahwa Lui hwe-pi-lik
yang dahsyat itu ternyata tidak mampu membinasakan anak
muda ini, dari sorot matanya yang memancar penuh dendam,
nyali sendiri menjadi ciut dan ngeri. Mendadak dia mengumpat
dengan pekik menggila, dua butir benda bundar hitam laksana
paluru melesat dari tangannya menerjang kearah Liok Kiamping.
Liok Kiam-ping juga menghardik rendah sebat sekali dia
bergerak laksana bayangan setan, bayangan pedangnya
tampak bergetar tujuh warna cahaya bertaburan diudara
dengan desir hawa pedang yang berputar, dua butir granat
api petir itu berhasil dibelit oleh cahaya pelangi itu terus
dilempar keluar jatuh d iatas jembatan gantung diluar
perkampungan-
Dua kali ledakan dahsyat menghancur lebur jembatan
gantung yang terbuat dari balok-balok besar itu.
Ditengah bentakan Liok Kiam-ping, cahaya pelangi itu
kontan mengubat kedepan dengan jurus Hong siap-bik-hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(pelangi meluncur dilangit biru), hawa pedang yang
mengembang dilandasi cahaya warna warni itu mengurung
sekujur badan Hwe-hun-cuncia.
Hwe-hun-cun-cia makin mengamuk dengan pekik suaranya
yang buas, menekuk sikut melintang tangan, perawakannya
yang tegap kekar berdiri tegak tak bergeming, di dalam suatu
peluang yang teramat pendek, beruntun dia menenuk delapan
kali, asap merah bagai gelombang pasang, suhu panas yang
mampu menghanguskan kulit badan menerjang kearah Liok
Kiam-ping.
Liok Kiam-ping tertawa lantang, tangan yang tertekuk
tampak berputar, sekaligus dia gunakan variasi permainan
pedangnya. menciptakan pertahanan cahaya keremangan di
depan badannya, pukulan membara lawan yang membakar
kulit itu berhasil dibendung diluar garis serta sirna tercerai
berai. Dimana ujung pedangnya mendengung menggetar
deras, maka kuntum demi kuntum sinar pedang seperti
memberondong Hiat-to didepan dada lawan-
Kembali Hwe-hun-cun-cia berteriak seperti lembu
kesakitan- sebat sekali dia menyurut dua langkah, bayangan
telapak tangannya juga berhamburan seperti bunga saiju
pertahanannya cukup ketat dan rapat melindungi seluruh Hiatto
ditubuhnya, sementara kaki masih sempat pula
menendang. Dengan mengamuk dia melancarkan
serangannya, maka perbawanya jelas tidak seperti biasanya
tapi karena terlalu lama bertempur. tenaga dan Lwekangnya
banyak dikorting badannya terluka pula, betapapun gerak
geriknya sudah tidak setangkas tadi.
Liok Kiam-ping terkekeh dingin, ujung pedang
menyelonong lurus serta dipelintir sekalian "Blek" telapak
tangan lawan berhasil ditusuknya bolong, sebelum darah
mengucur keluar, tujuh jalur cahaya warna warni telah
menjadi tabir cahaya benderang menjulang keudara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hwe-hun-cun-cia memekik kesakitan- kaki kanannya yang
menendang itu ternyata juga tertabas buntung oleh pedang
lawan dalam samberan kilat tadi, Lebih celaka lagi telapak
tangan kiri yang tertoblos bolong itu juga termakan tajamnya
pedang hingga tersayat-sayat, darah dari kulit dagingnya
berceceran diatas salju, saking kesakitan seluruh badan
menjadi lemas dan terjatuh di atas tanah.
Badannya yang terbungkus jubah merah itu tampak
menggelinding dua kali, lekas tangan kanannya mencomot
segenggam salju untuk menyumbat pergelangan kirinya yang
buntung, sementara paha kiri yang buntung juga digosokgosok
dipermukaan salju, pikirnya dengan salju yang dingin
membekukan darah dan daging supaya rasa sakit hilang atau
berkurang dan darah segar tidak terlalu banyak mengalir, tapi
salju yang dingin itu bukan berhasil menahan rasa sakit dan
menghentikan keluarnya darah, rasa sakit justru bertambah
menyiksa.
Setelah merintih dua kali, tangan kanan menyanggah
badan, dengan sebelah kaki kanan dia melompat berdiri,
rambut panjang yang semrawut menutupi muka yang
menyeringai pucat buas dan kesakitan, hingga tampangnya
yang memang jelek bertambah seram menakutkan-
Wajah Liok Kiam-ping dilembari hawa membunuh, tenang
dan dingin dia mengawasi Hwe-hun-cun-cia, dua perasaan
sedang memerangi batinnya, pikirannya menjadi kacau,
terbayang olehnya waktu didalam rumah makan tempo hari,
pengemis cilik itu ternyata amat cocok dengan dirinya, namun
dendam keluarga menuntut dirinya harus turun tangan sendiri
mencabut jiwa musuh besar ini. Terbayang akan betapa kejam
dan mengerikan kematian ayahnya seperti yang diceritakan
ibunya sebelum ajal, rasa benci bertambah menyala terhadap
Hwe-hun-cun-cia yang satu ini, pikirnya: Jika bukan lantaran
kau, aku pun takkan bisa menjadi manusia seperti sekarang ?
Tapi imbalan yang harus kupertaruhkan juga tidak kecil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
artinya... " mendadak dia menggembor keras panjang,
melimpahkan segala rasa hatinya, entah duka lara, amarah
dan penasaran, gema suaranya mengalun tinggi dan jauh
sampai lama masih berkumandang diudara.
Merah berapi Hwe-hun-cun-cia pandang Liok Kiam-ping,
seperti patung batu tanpa bergeming sedikitpun.
Liok Kiam-ping sebaliknya menghiasi wajahnya dengan air
mata yang meleleh, maju setapak dia membentak. "Apa pula
yang ingin kau katakan ?'
Mendadak pandangan Hwe-hun-cun-cia seperti ditutupi
halimun, seolah-olah dirinya berada di kegelapan, menghadapi
dua bola sinar terang yang kelap kelip laksana bintang kejora.
namun sinar kelap kelip itu cukup membuat bola matanya
terasa pedas dan sakit, namun dengan lekat dia tetap
mengawasinya dan tidak rela memejam mata. Mendadak
terbayang olehnya akan cucu perempuannya, mulutnya lantas
menggumam: "Ping-ji, anak sayang...
Menghadapi musuh laknat yang barusan sudah mengamuk
gila sungguh ingin rasanya Kiam-ping menelannya bulat-bulat.
sekarang pertama kali dia saksikan kerut mukanya ya menua,
kasap dan pucat, rambut yang awut-awutan, rasa iba lantas
timbul dalam benaknya "Aih, yang mati sudah mati. terhadap
orang tua yang sudah tanpa daksa kenapa aku harus
membuat perhitungan untung rugi? Keadaannya mirip d ia n
ditengah tiupan angin badai, sekejap lagi juga akan padam
dan tamat riwayatnya, biarlah diampuni saja jiwanya."
"Ah tidak. Dendam orang tua sedalam lautan- selama
beberapa tahun ini betapa derita hidup yang kualami, apakah
tidak patut aku menuntut balas kepadanya ? Aku harus
membunuhnya, tak boleh dilepaskan-"
Dua macam jalan pikiran yang berbeda bergelut dalam
lubuk hatinya, tapi akhirnya dia berpaling dan berjalan pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanpa bersuara lagi. "ciangbun,' kata Gin-ji tay-beng. "kenapa
kau mengampuni dia ?'
Kiam-ping geleng-geleng kepala, setelah menghela napas
dia bertanya: 'Mana Le Bun ? kenapa tidak kelihatan
bayangannya ?"
Kim-ji-tay-beng menjawab: 'Dia mencarimu kearah sana.
ciangbun, bagaimana kau bisa selamat dari ledakan granat
lidah api ?”
Liok Kiam-ping hendak menjawab, tiba-tiba terdengar
jeritan yang mengerikan, setelah terdengar suara gedebukan
Siang Wi berkaok-kaok: "celaka, bocah cilik, lekas kemari,
paman Hwe-hun mati"
Waktu Kiam-ping menoleh dilihatnya Hwe-hun-cun-cia
sudah menggeletak ditanah batok kepalanya pecah, darah dan
otaknya berceceran diatas saiju, jelas dia bunuh diri dengan
memukul pecah kepala sendiri.
Kim-ji-tay-beng berkata: "ilmu sakti ciangbun mulai
memperlihatkan perbawanya yakin sebentar lagi akan
menggemparkan dunia. dia tahu jiwa sendiri takkan bisa
diselamatkan maka rela bunuh diri... "
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya: "Kau tidak tahu,
karena dia sekarang merasakan betapa derita orang yang
tersiksa karena kaki tangan buntung, maka dia terbayang
kepada para korbannya yang telah mati, mungkin jiwa
bajiknya menginsyafkan dirinya maka... "
Siang Wi menyela: "Bocah cilik, Sumoaymu yang manis itu,
disebelah sana tadi aku melihatnya ..
"Hayo kita menyusulnya kebelakang, masih ada Ang-kincap-
pwe-ki... "ujar Kiam-ping, lalu mendahului beranjak ke
sana.
"Betul," seru Gin-ji-tay-beng, "sampai sekarang belum
kulihat bayangan mereka.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beramai mereka lompat kebelakang gedung, setelah
mengitari runtuhan tembok, terasa perkampungan sebesar ini
ternyata sunyi lengang, tiada sesuatu suara seperti tiada
kehidupan di sini, sinar apipun tidak kelihatan, setiap penghuni
perkampungan ini seperti pulas dalam mimpi, namunjuga
tidak terdengar suara gerosan mereka.
"Eh. memangnya penghuni perkampungan iri sudah
mampus seluruhnya ?" demikian omel Gin-ji-tay-beng,
"kenapa tidak kelihatan seorangpun ?”
Kim-ji-tay-beng berkata: "Memangnya aku juga heran,
kenapa tiada seorangpun ke luar menolong kebakaran. meski
tiada kelihatan sinar api, tak mungkin mereka tidur selelap
ini?"
---ooo0dw0ooo---
Liok Kiam-ping diam saja terus beranjak kedepan, dia juga
sedang pikirkan keadaan yang aneh ini, terbayang olehnya
waktu dirinya masih berada didalam aula yang terbakar, Hwehun-
cun-cia melemparkan granat lidah apinya. Ledakan
dahsyat menggelegar disamping tubuhnya, secara reflek dia
melompat kebelakang, tapi karena getaran dahsyat dari
ledakan itu dia jatuh semaput. celakanya tanpa terasa dia
roboh diatas balok besar yang sudah menyala. Entah berapa
lama kemudian, terasa ubun-ubun kepalanya seperti diketuk
perlahan sehingga badannya bergetar sekali, tapi orangnya
juga lantas sadar. Begitu dia membuka mata segera dia
menemukan dirinya berada dalam pelukan seseorang, tabir
cahaya hijau yang remang-remang membungkus tubuhnya.
Pada hal seluruh gedung itu sudah ditelan jago merah,
nyala api mengeluarkan suara gemeratak. tapi api dan asap
seperti menyingkir bila menyentuh cahaya remang-remang
hijau itu, seperti sengaja ditahan di luar garis oleh selapis
kaca, suhu panas juga tidak terasakan sama sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini dia sudah sadar seratus presen, tapi wajah orang itu
tetap belum dilihatnya, tapi dia sadar telapak tangan orang itu
menekan punggungnya. Bau arak wangi menyengak hidung,
tapi bergerakpun dia tidak berani, kuatir orang tahu bahwa
dirinya sudah siuman, celaka bila orang turun tangan keji
menepuk Bing-bun-hiat,jalan darah mematikan ditubuhnya.
Dia terus bernapas pelan dan merasa, sambil mengerahkan
seluruh tenaganya, dia sudah siaga bila perlu dalam keadaan
tak terduga dia akan menyerang atau turun tangan lebih dulu.
sekaligus berusaha membebaskan diri dari tekanan telapak
tangan orang dibelakang punggungnya.
Tak nyana, baru saja dia kerahkan tenaga dan sikutnya
hampir menyodok Ki-tihiat dilengan atas lawan, kupingnya
mendengar orarg menegur dengan suara rendah berat: 'Kau
sudah siuman anak muda ?"
Telapak tangan itupun ditarik dari punggungnya, begitu dia
membuka lebar kedua matanya pula, dilihatnya dirinya rebah
telentang dipangkuan seorang Hwesio, wajah Hwesio ini
tampak angker dan berwibawa, siapa lagi kalau bukan Hwesio
malas takang gares yang kepalanya penuh borok.
Kiam-ping menjerit kaget, bergegas dia merangkak bangun,
serunya: "Locianpwe, ternyata engkau.'
Hwesio malas tertawa, katanya: "Beberapa hari tidak
ketemu kau, Kungfumu ternyata memperoleh kemajuan lipat
ganda, tidak sia-sia mata lamurku ini meramalkan saatnya kau
akan menonjol. He, dalam sekejap lagi yakin gembonggembong
iblis jahat dari angkatan tua itupun bukan lagi
tandinganmu."
Biasanya Hwesio malas ini berkelakar dan bicara malasmalasan-
Kini sikapnya tampak serius dan tekanan suaranya
tandas, entah apa sebabnya. Maka dengan ramah dan
merendah dia tertawa, katanya: "Locianpwe, bagaimana
kaupun berada di sini ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hwesio koreng menghela napas, katanya:
"Ditengah jalan aku bertemu Tok-sin-Kiong-bing,
dikalangan Bulim tersiar luas bahwa seorang jenius Bulim
telah ditemukan mereka, beramai-ramai gembong-gembong
iblis itu hendak memungutnya menjadi murid, dengan
melenyapkan seluruh aliran putih dan lurus, didesak oleh
keadaan terpaksa aku merasa perlu untuk menerimanya
menjadi murid, siapa nyana aku datang terlambat setindak,
kebetulan kupergoki Tok-sin..."
"Tok-sin ?" Liok Kiam-ping menjerit "di mana cianpwe
bersua dengan dia?"
"Dikaki Thian-thay-san dipropinsi ciat-kang. Dia membual
katanya orang itu sudah dia temukan- Kini dia sekap didalam
sebuah gua untuk mempelajari beberapa teori ajaran mereka
beberapa orang, didalam gua itu, konon terdapat pelajaran
tunggal serba mulejijat dari peninggalan Hou-hun Siang jin,
gembong silat nomor satu dari golongan sesat."
Setelah menghela napas, lalu melanjutkan:
"Sudah sepuluh tahun aku tidak bertemu dengan Tok-sin,
entah beberapa tahun ini Kungfu beracun apa yang berhasil
diyakinkan sehingga badannya serba kebal dan lihay, hanya
beberapa patah kata dia ajak aku bicara, tahu-tahu aku sudah
keracunan oleh binatang beracun peliharaannya, setelah
seratus jurus, kadar racun sudah merembes kedalam tulang
dan urat nadi, karena tidak kuasa mengendalikan diri terpaksa
aku melarikan diri .."
Dengan menyengir sedih dia melanjutkan: "Sejak aku
Hweshio tua ini keluar dari Lo-han-tong tahun itu, selamanya
belum pernah mencawat ekor melarikan diri, tapi kali ini... ai."
setelah mengoceh napas suaranya lebih berat. ”Bakatmu
cukup baik meski tidak terhitung jenius yang sukar ditemukan
selama ratusan tahun, tapi kau merupakan pilihan juga. Jintiok-
ji-meh dalam tubuhmu sudah tembus. maka kemajuan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehari umpama orang lain seribu hari, tapi manusia berlatih
silat tidak boleh disamakan seperti membangun jembatan,
sekali lompat lantas ingin mencapai taraf yang tiada taranya,
oleh karena itu aku memandang perlu untuk menyalurkan
Lwekang yang kuyakinkan selama hidup ini dengan cara Kayting
tay-hoat dari Siau-lim, membantu kau memupuk dasar
untuk membangun Kim-kong-put-hoan-sin-kang, bila tiba
saatnya badanmu akan terlindung oleh hawa murni. selaksa
jenis racunpun takkan mampu mencelakai jiwamu, bila telah
beratus tahun jiwamu akan copot dari raganya dan terbang
kesorga .."
Liok Kiam-ping bingung, dia tidak tahu apa maksud
perkataan Hwesio malas, diapun tidak tahu apa itu Kim-kongput-
hoay-sin- kang segala. maka dia bertanya "Cianpwe,
seluruh omonganmu ini.”
Hwesio malas mencegah perkataan selanjutnya, katanya:
"Aku sudah terkena racun Tok-sin, tiada suatu cara atau obat
mustajab apapun dapat menyembuhkan diriku, karena itu aku
ingin menyembuhkan diri dengan Bo-thi-sian-kang yang belum
sempurna kuyakinkan, sayang kebentur lagi dengan peristiwa
Hwe-hun-cun-cia yang menimpuk granat lidah api sehingga
pertahanan hawa murni yang telah kuhimpun disekitar
jantungku tergetar buyar, maka kini usiaku tinggal dua jam
lagi, setelah dua jam aku akan mati..”
”Dimana tadi kau bersamadhi ? Kenapa pula bisa berada
diaula ini ? oh, ya, bagaimana pula mutiara ditangan
cianpwe..."
Hweshio malas mengerut kening, katanya: ”Jangan tanya
terlalu banyak. sekarang akan kuajarkan teori dari ajaran
rahasia Kim-kong-put-hoay-sin-kang aliran Hud-bun yang
tulen kepadamu. Lalu seluruh Lwekangku akan kusalurkan
kedalam tubuhmu, setelah kau siuman, berusahalah
menemukan Tok-sin, bunuh dia, lebih penting lagi kau harus
menyelidik jenius silat yang belum pernah ada sejak seratusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahun yang lalu, siapa she dan namanya, sekuat tenaga kau
harus merebutnya, atau minimal berusaha supaya dia kelak
tidak terjeblos kejalan sesat..." lalu dia serahkan mutiara
ditangannya kepada Liok Kiam-ping, katanya: "Inilah Pit-hwecu
(mutiara pencegah api), salah satu dari sepuluh mutiara
besar yang tersakti didunia ini, kau harus menyimpannya baikbaik..."
maka dia mulai menurunkan ilmu Kim-kong-put-hoaysin-
kang, secara teliti, sabar memberikan penjelasan dan
contoh.
Cepat sekali Liok Kiam-ping sudah memahami dan hapal
diluar kepala, katanya menghela napas: "Kalau sepuluh tahun
aku lebih dini masuk Siau-lim, sekarang tentu sudah berhasil
kuyakinkan kungfu kebal yang tiada taranya, ilmu sakti
mandraguna yang tidak akan mampu melukai diriku,
jiwakupun tidak akan ajal hari ini karena keracunan oleh Toksin
?" air mata tak tertahan meleleh membasahi pipi. Setelah
kau berhasil, kuminta kau banyak memberi bimbingan dan
pengawasan terhadap murid-murid Siau-lim kita, tegakkan
keadilan dan kebenaran kaum persilatan-.. " mendadak
sekujur badannya mengejang terus gemetar, lekas dia
berkata, suaranya mendengung: "Lekas pejamkan matamu."
Masih segar dalam ingatan Liok Kiam-ping, waktu dirinya
menolong Lui Giok dulu orangpun dalam keadaan luka parah
dan keracunan, tak nyana beberapa tahun kemudian dalam
keadaan yang sama, hari ini dia bertemu dengan Hwesio
malas. Kedua orang ini sama-sama rela mengorbankan jiwa
sendiri menyalurkan tenaga kedalam tubuh supaya dirinya
memperoleh kemajuan, tanpa terasa darah seperti mendidih,
hatinya amat haru, teriaknya: "cianpwe jangan kau... "
Hwesio malas membentak: "Aku berusaha demi
kesejahteraan umat persilatan, jikalau jenius silat yang jarang
ada seratusan tahun ini terjatuh ketangan kawanan sesat dan
berhasil meyakinkan ilmu jahat mereka, apakah Siau-lim-pay,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu-tong-pay, Hoa-san-pay, Khong-tong-pay dan Hong-lui-bun
bisa tetap hidup jaya ?"
Mulut Liok Kiam-ping sudah terbuka hendak bicara,
dilihatnya sekujur badan Hwesio malas bergidik, tubuhnya
terguncang keras, perlahan mukanya seketika menjadi hitam,
maka tak berani dia banyak mulut lagi, sementara telapak
tangan Hwesio malas telah menekan Pek-hwi-hiat tepat
dibatok kepalanya.
Tetesan air sederas hujan lebat gemerujuk diatas
badannya, setelah mengalami proses penggemblengan seperti
Gatotkaca yang digembleng menjadi perkasa mempunyai otot
kawat tulang besi, maka gelombang panas terasa mengalir
sederas arus sungai, tenaga dalam yang menggejolak
merembes keseluruh sendi tulang pembuluh darah dan
menguap lewat pori-pori... Akhirnya Kiam-ping jatuh pingsan-
---ooo0dw0ooo---
Setelah siuman pula, didapati tangannya masih
menggenggam Pit-hwe-cu, sementara Hwesio malas tidak
kelihatan bayangannya, namun disamping tubuhnya
menggeletak seperangkat jubah Hwesio yang penuh,
tambalan dan sepasang sepatu rumput, agaknya sengaja
ditinggalkan untuk dirinya, Kiam-ping lantas menduga bahwa
Hwesio malas telah meninggal.
Kiam-ping masih bingung sampai taraf mana kebolehan
dirinya sekarang, tapi jurus yang dilancarkan baru dari
pancaran cahaya berobah menjadi kalem dan mantap. cukup
satu jurus saja, maka Hwe-hun-cun-cia yang dua puluh tahun
yang lampau diagulkan sebagai salah satu Liok-toa-thian-cu
buntung kaki tangannya, permainan jurus secepat dan ganas
ini, meski mengandal ketajaman Jit-jay-kiam sehingga
mengaburkan pandangan mata, tapi kalau bekal lwekang si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penyerang sendiri belum memadai juga takkan mampu
mengembangkan jurus pedang taraf tinggi itu.
Kiam-ping kegirangan bahwa taraf kepandaiannya sekarang
telah maju berlipat ganda. maka dia membatin: "Aku akan
berantas seluruh orang-orang jahat itu.'
Tabir malam telah menyelimuti jagat alam semesta
sedemikian sepi, bintang-bintang kelap kelip diangkasa raya.
Hembusan angin terasa dingin menyegarkan badan-
Bola mata Liok Kiam-ping tampak menyala ditengah
kegelapan, pandangannya tetap jelas dan terang seperti
ditengah siang hari, setiap tempat atau sudut gelap tetap bisa
dijelajalinya deeganjelas. Mendadak berobah air mukanya,
serunya: 'Nah, disana." secepat kilat dia melejit ke sana.
ditengah udara tangan kirinya seperti meraih sesuatu, tampak
sesosok mayat orang melesat terbang kedalam tangannya.
"Ha, ciu Bun-thong.' Kim-ji-tay-beng menjerit.
Dingin suara Liok Kiam-ping: 'Mati keracunan-'
"Mereka mati semuanya." Gin-ji tay-beng mendesis seram,
suaranya gemetar mukapun berobah.
Bercucuran air mata Kim-ji-tay beng, katanya sedih:
"Mereka mati keracunan oleh Tok-sin, kalau tidak ada
seorangpun dalam dunia ini mampu membunuh mereka
sekaligus."
"Tok-sin... Kiong-bing.. ' Liok Kiam-ping mendesis,
mendadak dia lempar mayat serta menggembor sambil angkat
kedua tangannya: "Le Bun, Le Bun ..'
Suaranya terhanyut oleh angin lalu dari tersiar sampai jauh,
namun ditunggu-tunggu tidak mendapat jawaban- Badannya
mendadak berputar, udara mendadak menjadi wangi,
bayangan berkelebat, tiba-tiba jejaknya menghilang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-wi mengedip mata serta menguceknya beberapa kali,
tapi kenyataan Liok Kiam-ping sudah lenyap. serunya: "Bocah
cilik, kenapa kau menghilang ?”
Gin-ji-tay-beng juga tersirap serunya:
”Ginkang ciangbun kenapa mendadak sehebat ini mencapai
taraf Sip-heng-bu-sing ( menyerap langkah tanpa bayangan),
pergi datang bagai angin lalu ? Mungkin... "
Kim-ji-tay-beng berkata: "Tadi kulihat sorot mata ciangbun
meski biasa, tapi setiap merem melek seperti memancarkan
cahaya gemeredep laksana kilat, jelas dia berhasil meyakinkan
entah ilmu sakti apa pula..."
"Ilmu sakti apakah didunia ini yang dapat membuat bola
mata memancarkan cahaya, sungguh mengejutkan-.." Gin-jitay-
beng setengah percaya.
Seperti paham tidak paham Siang Wi mengawasi mereka,
serunya: "Apa yang sedang kalian ributkan ? Kenapa tidak
lekas mencari bocah cilik, perutku sudah mulai lapar, tak boleh
pergi tanpa urus perutku." segera dia pentang langkah berlari
lebih dulu.
Mengawasi mayat yang tertumpuk dari kawan-kawan
sendiri Gin-ji-tay-beng menghela napas: "Bekal Kungfu mereka
memang belum patut untuk menunaikan tugas berat. Ai,
selama puluhan tahun, betapa berat tugas yang dipikul setiap
anggota Hong-lui-bun, akhirnya mereka mengalami nasib
begini.”
Kim-ji-tay-beng berkata: "Mumpung sudah keluar. aku akan
undang kawan kawan lama serta para Tiang lo kita yang
sudah mengasingkan diri untuk tampil pula kedalam kancah
perjuangan demi mendirikan dan memulihkan kekuasaan
perguruan kita. biarlah kita melakukan tugas bakti dikalangan
Kangouw, demi kesejahteraan umat manusia umumnya,
supaya pupuk dasar yang gemilang kita bangun pula sehingga
cemerlang dikolong langit.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kejap lain mereka sudah mengejar Ki-ling-sin.
Setelah dua kali menggembor tidak mendapat jawaban,
hati Kiam-ping makin gelisah, tanpa memberi pesan lagi
segera dia kembangkan Ginkangnya tinggal pergi.
Badannya terapung setinggi enam tombak diudara, hawa
murni sambung menyambung terus berputar diseluruh
badannya, sehingga badannya menjadi ringan seperti burung
yang terbang, setiap kali lompatan mencapai delapan tombak
baru badan melayang turun, begitu kaki menginjak tanah
sekali menarik napas pula, tubuhnya sudah melamblung pula
kedepan, pada saat itulah mendadak kupingnya menangkap
suatu gerakan suara yang sudah amat dikenalnya, tampak
sebuah benda putih berbulu melompat keatas terus menyusup
kedalam pelukannya. Waktu Kiam-ping menunduk, itulah
kucing pelacak yang semula berada ditangan Le Bun. karuan
kagetnya bukan main, tanyanya: "Mana Le Bun?" setelah
terucap pertanyaan baru dia sadar, seekor binatang mana bisa
diajak bicara.
Dua kali kucing pelacak mengeong lalu melompat turun
ketanah, ekor panjang dengan bulu yang mekar itu tegak
berdiri. Lekas Kiam-ping mengendap hawa murni tubuhpun
meluncur turun, maka dilihatnya ujung jubahnya yang
menggeletak diatas tanah, lekas dia membungkuk dan
memegang pedang terus dicabutnya.
"Cui le-ki-kiam," tiba-tiba dia memekik sedih, "Sreng"
pedang mestika dia cabut, seketika cahaya-pedang memancar
keudara seperti lembayung menembus kelangit. Begitu tangan
kanan terayun, cahaya pedang melebar seperti memenuhi
angkasa, suara geludukpun menggeletar, selarik sinar terang
melesat diudara dan "Trap" sebuah dinding tinggi sebuah
rumah lima tombak didepan sana ditembaknya ambruk.
Ditengah mengepulnya debu Kiam-ping berdiri menjublek
didalam rumah, ternyata tanpa sengaja barusan dia telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengembangkan Gi-kiam-ci-sut, taraf tertinggi dari ilmu
pedang.
Dalam keadaan risau dan gelisah karena kehilangan Le
Bun, saking gusar dan sedih, tanpa sadar sekenanya Liok
Kiam-ping mengembangkan jurus Gin-ho-can-can seperti yang
terukir digagang pedang terus menimpukkan cui-le-ki-kiam.
Tak nyana begitu dia kerahkan hawa murni seiring dengan
gerakan gaya pedangnya, seluruh semangat dan darah daging
seperti senyawa dengan pedang besar panjang empat kaki
lebih ini melesat kedepan.
Setelah tembok ambruk rumah runtuh baru dia sadar
gerakan jurus itu merupakan Gin-kiam ci-sut (ilmu
mengendalikan pedang) hawa pedangnya bukan saja kuat,
hebat juga tajam sekali, hingga seluruh bangunan rumah itu
runtuh seperti digoncang gempa, hancur lebur rata dengan
tanah, betapa dahsyat jurus pedang ini, sungguh Kiam-ping
melenggong kaget dan tidak berani membayangkan akibatnya
bila dia lancarkan jurus pedang ini kepada sesama manusia.
Sekejap dia berdiri melongo, mendadak pedang berat itu
dia lempar keangkasa, ditengah desir angin tajam cahaya
lembayung seperti menembus angkasa, sementara badannya
juga ikut melambung keudara mengejar cahaya benderang
itu. Begitu kaki tangan bekerja, terdengar pula angin ribut
menimbulkan damparan angin badai, nyata ditengah udara
Kiam-ping kembangkan Liong-hwi-kui-thian, bayangan telapak
tangan yang rapat ketat seperti tabir telapak tangan yang
sengaja dianyam rapi dan teliti, dalam sekejap itu secara
beruntun tanpa ganti napas dia sudah berhasil melancarkan
tiga puluh enam jurus. Begitu selesai gerakan tangannya,
secara sukses berarti dia telah mewarisi ilmu Liong-jiu-kingthian
itu.
Beruntun gerak tubuhnya berobah sembilan gaya, dari
jurus Liong-jiau-king-thian berhasil dirobah menjadi Wi-liongting-
gak, angin pukulannya melanda keempat penjuru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga runtuhan puing-puing rumah disapu bersih dari
tempatnya semula.
Gerakannya belum berhenti sampai disitu, kedua telapak
tangannya bergerak pula, tubuhnya terapung tiga kaki. di
mana kedua tangannya terayun dengan melompat keluar,
maka terbitlah segulung tenaga dahsyat seperti gunung
meletus gelombang badai mengamuk, rumah disebelahnya
lagi yang berjarak tiga tombak diterjangnya runtuh dan
ambruk, genteng beterbangan, kayu dan balok yang patah
serta debu membumbung keangkasa, suara menjadi gemuruh.
Pada saat itulah cui-le-kiam yang menjulang tinggi
keangkasa sudah meluncur, dengan desing suaranya yang
keras, menukik lurus tetap diatas kepalanya. Kiam-ping tepuk
kedua tangan, dengan mudah dia tangkap pedang berat itu
serta anjlok turun ditanah. Saking girang dia sampai
menangis, karena Wi-liong-ciang telah berhasil diyakinkan
dengan sempurna.
Kim-ji-tay-beng berlari mendatangi lebih dulu, serunya:
"ciang bun kau tidak apa-apa"
"Tidak apa. apa," ujar Kiam-ping menggeleng, 'Le Bun pasti
diculik oleh Tok-sin, Aku harus segera mengejarnya."
Gin-ji-tay-beng juga memburu tiba, serunya "ciangbun, apa
kau kuat lawan dia ?”
"Pupuk dasar Kim-kong-put-hoay-sin-kang telah kupelajari
dengan baik, selaksa racun tidak mempan kepadaku, aku
yakin pasti dapat membunuhnya" demikian ujar Kiam-ping
tegas.
Gin-ji tay-beng tersirap terbalik, serunya: "Kim-kong-puthoay-
sin kang ? Bukankah itu Lwekang tinggi dari aliran Hud,
darimana ciangbun bisa mempelajarinya "
"Dengan Ginkangku sekarang yakin dapat menyusul Toksin-"
kata Kiam-ping, "kalian tunggu aku di sini saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim-ji-tay-beng berkata: "Perkampungan ini menjadi sepi,
barusan aku sudah memeriksa kesegala pelosok. seluruh
penghuni perkampungan ini tua muda, laki perempuan semua
terbunuh, semua mati karena sebatang jarum diatas jidat
mereka." Bercekat hati Kiam-ping, tanyanya: "Apa kalian
melihat Biau-jiu-sip-coan?"
Kim-gin hu-hoat menggeleng bersama bertanda mereka
tidak melihat juga tidak menemukan mayatnya.
Liok Kiam-ping berpikir sejenak. katanya kemudian: "Toksin
pasti belum jauh, bukan mustahil dia masih berada
diperkampungan ini, kalian jaga di sini aku akan memeriksa.
lenyap suaranya tubuhnya sudah mencelat sepuluh tombak
jauhnya, berlari berlompatan ditengah udara.
Kui-hun-ceng diliputi kegelapan nan senyap. tiada suara
atau tak kelihatan bayangan kecil hidup, Kiamping kembali
ketempat dimana waktu kecil dia tinggal. terbayang masa kecil
dulu, sang waktu ternyata telah berselang tanpa terasa,
sekarang dirinya harus sibuk berkelana di Kangouw, memikul
tugas berat dan mulia. terlibat dalam pertikaian dan
permusuhan yang berkepanjangan. Walau sekarang
Kungfunya sudah tambah hebat, namun...
"Aih," dia menghela napas panjang, rumah kecil yang
terletak disamping gedung besar masih kelihatan berdiri
terpencil di sana, itulah rumah kecil dimana dulu dia tinggal,
timbul rasa kesepian dalam lubuk hatinya, didalam dunia yang
luas ini, dia hidup sebarangkara. tiada sanak tiada kadang.
Maka tanpa disadarinya betapa tersiksa batinnya setelah dia
ditinggalkan Le bun, perasaan sepi dengan gejolak yang tak
karuan kembali merangsang hatinya jelas dulu tidak pernah
dia mengemban perasaan seperti ini. Pikirnya: "Dua anak
yatim piatu bertemu dan hidup berdampingan memang
merupakan pelipur lara... '
Liok Kiam-ping meluncur turun didepan rumah kecil yang
terpencil itu, baru saja dia hendak melangkah maju mendadak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah gerakan perlahan yang sedikit menimbulkan suara lirih
telah tertangkap oleh ketajaman kupingnya, mendadak
dilihatnya sesosok bayangan menyelinap dibelakang pagar
bambu disebelah sana, hidungnya mendengus secepat kilat
tubuhnya mumbul terus meluncur kedepan- Maka dilihatnya
sesosok bayangan dengan tersipu sedang menyelinap kedalam
sebuah lobang, kontan dia membentak: 'Lari ke mana."
"Ser" angin tajam menerjang, sebatang panah melesat
ketenggorokkannya. Dengan kedua jari dia jepit batang
panah, berbareng tangan kirinya menangkap terus ditarik,
seperti menangkap sesuatu, sedikit badan berputar setengah
lingkar lalu anjlok kebawah, maka bayangan itu menjerit kaget
dan panik, tidak menerobos masuk bayangan itu lantas
terbetot keluar menggelundung ke samping.
Ternyata Kiam-ping melancarkan ilmu sakti Hi-khong-ciapin
(menerima dan menuntun diudara kosong) yang
dipelajarinya tanpa sengaja, orang yang menyelinap masuk
kelobang gua itu berhasil dibetotnya keluar oleh tenaga
saktinya dari kejauhan- mendengar jeritan kaget itu baru dia
menyadari bahwa tawanannya ini ternyata adalah seorang
perempuan-Perempuan dengan rambut panjang terurai, maka
dia bertanya dengan suara berat: "Siapa kau?"
Perempuan itu menyingkap rambut yang menutupi
wajahnya, suaranya ketus, jawabnya berani: "Aku manusia
biasa."
Tampak jelas oleh Kiam-ping seraut wajah bundar telur dari
seorang gadis belia yang masih bersifat kekanak-kanakan-
Sepasang bola matanya yang bundar hitam jeli
memancarkan cahaya seperti mata seekor kancil yang mungil
ketakutan karena tertangkap oleh pemburu. Wajah nan jelita
dan sudah amat dikenalnya, sorot mata yang pernah
membuat hatinya kesengsem dan rindu, tanpa terasa tercetus
jeritannya: "Siau-hong, kaukah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bola mata sigadis tampak terbeliak lalu mengedip dua kali,
tanyanya bimbang: "Kau..."
"Aku ini Kiam-ping, engkoh-pingmu." kata Liok Kiamping
setengah tersendat.
Gemetar bibir Siau Hong, cepat dia menerkam kedalam
pelukannya, pekiknya kegirangan: "Ping-koko."
Setelah memeluk badan ramping yang montok berisi ini
baru mencelos hati Kiam-ping dan sadar tidak patut dia
lakukan hal ini, maka dengan tersipu lekas dia kendorkan
pelukannya serta melepas pelukannya.
Agaknya Siau Hong juga sadar terlalu diburu emosi, lekas
diapun mundur, pipinya merah malu kepalapun tertunduk.
Kiam-ping gosok-gosok tangan, katanya:
"Siau Hong, kau baik-baik bukan ? Sekian tahun tidak
bertemu, kau sudah tumbuh sebesar ini."
Baru beberapa patah kata pembicaraan mereka diluar
berkumandang suara isak tangis yang ramai terbaur dengan
gelak tawa orang yang riuh pula.
Sesosok bayangan putih denganjubah panjang sempit,
kepala memakai topi tinggal berperawakan tinggi kurus
tertangkap disudut mata Kiam-ping, di kepekatan malam,
selintas pandang orang akan ketakutan disangka ketemu
setan gentayangan. Kiam-ping merangkul Siau Hong yang
menjerit ketakutan serta membentak: "Siapa itu?"
"Hehehe, dikota kematian yang dihuni setan gentayangan
ini, muncul sepasang manusia hidup, serahkan jiwa kalian
perkara beres?" suaranya dingin sumbang menggiriskan-
Seperti berada disatu lembah gunung, hamburan pekik
suara dingin bergema di alam mistik menggabung menjadi
paduan suara yang gegap gempita mendengung dalam
telinganya: "Serahkan jiwamu, mau apa lagi ?" Serahkan
nyawamu. Mau apa lagi ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bayang-bayang putih yang tidak terhitung jumlahnya
mendadak bermunculan disekitarnya makin dekat dan nyata
mereka menggerakkan kaki tangan terus merubung maju
semakin dekat.
Kiam-ping mendengus hidung, terasa Siau Hong semakin
merapat dan memeluk kencang badannya, tubuhnya yang
gemetar terasa dingin, dengan penuh kasih sayang dan
kasihan Kiam-ping merangkulnya pula kedepan dada, katanya
perlahan: ”Jangan takut, mereka takkan berani melukai kau."
Setan putih didepan merogoh kebelakang menurunkan
sebatang payung kertas warna putih suaranya dingin
memekik: "Serahkan nyawamu, mau apa lagi ?"
Muncul pula sesosok bayangan hitam di belakang Pek-busiang,
dandanannya mirip tinggi dan perawakannya juga
sama, pakaiannya serba hitam, tangan juga memegang
sebatang payung kertas warna hitam, jelas dia ini Hek-busiang.
Hek-bu-siang juga memekik: "Serahkan nyawamu. mau
apa lagi?"
Cahaya ungu mulai merembes ditubuh Kiam-ping, sorot
matanya yang berkilat kadang-kadang terlihat tiba-tiba lenyap
seiring dengan meram-meleknya kedua mata, dengan tenang
dan dingin dia saksikan tingkah polah orang-orang yang makin
dekat, lebih jelasnya mereka boleh dianggap sebagai bayangbayang
setan.
---ooo0dw0ooo---
Saat mana Kim-kong-put-hoay-sin-kang telah bekerja dan
mulai mengembang melar sisi tubuhnya dengan hawa murni
yang melindungi tubuhnya Setelah bayang-bayang setan itu
mendekat dalam jarak setombak lebih baru dia membentak:"
Berhenti Siapa diantara kalian berani maju selangkah lagi,
jiwanya akan kurenggut." suaranya seperti benturan logam
keras, begitu keras frekwensinya hingga bayang-bayang setan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serempak menghentikan langkah, tiada satupun yang berani
bergerak gegabah. Kiam-ping bertanya pula: "Siapa yang utus
kalian kemari ?"
"Hehehe, hihihi..." berbagai nada gelak tawa berpadu,
tampak Pek-bu-siang maju selangkah.
"Huh," Kiam-ping mendengus sambil mengebas dengan
lengan baju, serangkum tenaga lembut pelan-pelan
mendampar kedepan. Lekas Pek-bu-siang memutar payung
putih, dari samping dia menubruk ke arah Kiamping sambil
menyendal payungnya keatas sehingga tubuhnya yang
terapung tertahan sejenak diudara, mirip para cutis yang
bergantung diudara, tapi baru beberapa kaki tubuhnya
menerjang kedepan, tiba-tiba ditahan oleh serangkum tenaga
lunak itu, seketika dia rasakan tubuhnya seperti terjungkal
kedalam kolam lumpur, kaki tangan seperti terbelenggu
kencang, bukan saja kaki tangan tak mampu bergerak,
bernapaspun terasa berat, karuan kejutnva bukan kepalang,
lekas dia kerahkan seluruh kehuttannya meronta sambil balas
menyerang dengan telapak tangan. Tapi biru saja telapak
tangannya menepuk, sejalur angin sekeras palu godam telah
mengetuk dadanya.
Ditengah jeritannya, darah menyembur, tubuhnyapun
melayang seperti burung yang ketembak diudara jatuh tiga
tombak jauhnya "bluk” jiwa melayang seketika.
Pukulan dahsyat Kiam-ping yang hebat cukup menciutkan
nyali kawanan setan itu, semua berdiri terlongong tiada
satupun yang berani maju lagi.
Ketenangan mencekam. Siau Hong tiba-tiba bertanya
perlahan: "Ping koko, kenapa kau menggantung tiga bilah
pedang ? Apakah setiap pedang mempunyai ilmu yang
berbeda ?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping mengangguk. tanyanya:" Apa kau pandai
bersilat?" Siau Hong geleng-geleng, tertawa menunduk
dengan malu-malu.
Kiam-ping membentak pula: "Siapa mengutus kalian
kemari? Kalau tidak menjawab temanmu itu sebagai
contohnya." tangannya menuding kemayat Pek-bu-siang.
Hek-bu-siang tidak juga jeri setelah melihat jiwa temannya
melayang percuma, mendengar ancaman Kiam-ping dia
mendengus ejek. payung dikembangkan terus menubruk
maju, ujung payung yang runcing malah menerjang ke Jitkian-
hiat didada Kiam-ping, pesat laksana geledek
menyamber, tangkas dan telak pula sasarannya.
Kelima jari Liok Kiamping berkembang memapak tutukan
payung lawan, ditengah jalan, mendadak dirobah dengan
jurus Liong-jiau-king-thian dari Wi-liong-ciang. "Plak" kelima
jarinya tepat memukul ujung payung lawan, tapi seketika
mendesis angin-angin tajam, puluhan batang jeruji payungpayung
menjepret dan melesat bagai panah ke berbagai Hiatto
Liok Kiam-ping.
"Kawanan tikus mampus." ditengah bentakan Kiam-ping,
ujung pedang sudah bergerak, menaburkan tabir cahaya yang
rapat menangkis puluhan jari-jari payung yang terbuat dari
baja itu. hingga tersapu rontok di tanah.
Karena pukulan keras menggetar payung hingga seluruh
lengannya lemas dan linu, karuan bukan kepalang kaget
hatinya, namun masih sempat dia menekan tombol digagang
payung hingga kerangka payung menjepret bagai anak panah
menyerang musuh. Berbareng dia jumpalitan kebelakang
melarikan diri, tak nyana baru kaki menginjak tanah, "Siut."
angin pedang yang tajam mendesing tahu-tahu menyamber
tiba. Lekas dia menarik napas, sementara kaki merobah
beberapa kali posisi dari kedudukan, tubuhnya ikut berputar
seiring dengan gerakan kedua telapak tangannya yang
melancarkan Ham-Sat-cin-khi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sayang baru saja tubuhnya membalik, pandangan matanya
mendadak terbentur oleh bola cahaya yang mencorong terang
bagai surya, cahaya merah yang menyilau mata membuat
silau pandangan dan pedas matanya Ham-sat-cin-khi yang
dilancarkan ibarat saiju kecemplung bara, seketika sirna tanpa
bekas, belum sempat dia membalik tubuh pula, cahaya
pedang yang dingin telah membelit tubuh.
"Hoaaa... "jeritan ngeri menjelang nyawa terenggut
bergema diangkasa. Darah dan daging muncrat ke berbagai
penjuru, anggota badan yang protol juga berceceran.
cukup sejurus Jit-lun-jut-seng dilancarkan Kiam-ping
berhasil membabat Hek-bu-siang menjadi empat potong,
padahal kejadian sedemikian cepat, pedangnya juga hanya
berkelebat sekali, karuan bayang-bayang setan itu menjerit
jeri terus mundur kebelakang.
Pada saat itulah pekik nyaring memilukan mendadak
kumandang disebelah belakang, seperti datang dari ujung
langit seperti pula kumandang dari neraka, yang jelas suara
pekik itu bergema diangkasa raya sukar diraba asal
juntrungannya. Begitu pekik setan ini bergema, bayangbayang
itupun mulai bergerak lagi sambil berjerit tangis,
makin lama makin tambah, mereka yang sudah mundur kini
berlompatan majupula semakin dekat.
---ooo0dw0ooo---
Terasa oleh Kiam-ping, Siau Hong yang berada dalam
pelukannya gemetar makin keras, pelukannya juga makin
kencang, cepat dia menunduk memberi hiburan beberapa
patah kata. Disaat dia menunduk sekejap itu, matanya
menangkap secercah senyuman licik namun lekas sekali sirna
tak membekas. Kiam-ping bertanya: "Siau Hong adakah
sesuatu yang menyenangkan hatimu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bergetar tubuh siau Hong, lekas dia menggeleng, katanya:
"Ping koko, aku takut..."
Timbul suatu pikiran aneh dalam benak Kiam-ping. dalam
hati dia mendengus. "Hehehe, kota setan istana iblis."
"Hehehe, setan-setan menari-nari." Bayang-bayang hitam
kembali merubung maju, sedang kakek pendek dengan kepala
sebesar ember bertanya dengan suara dingin: "Kota iblis dan
istana setan mana boleh didatangi manusia hidup. Hek-pekbu-
siang, hayo tangkap dia dan serahkan kepadaku ""
Pekik dan jerit tangis setan kembali berceloteh, suara
gemetar memberi laporan: "Hek-nek-bu-slang sudah
berpulang keneraka. tak bisa hidup lagi..."
Liok Kiam-ping tertawa terkial-kial, bentaknya beringas:
"Kalian menyaru setan menyamar iblis, kapan akan berakhir?
Memangnya kalian sudah bosan hidup? Hayo maju, biar
kusikat kalian kawanan setan iblis."
Tubuh pendek kecil kakek kepala besar itu mendadak
melayang, kedua telapak tangannya secara aneh dan cepat
memukul dua belas jurus, membelah, menjotos dan
menempiling kearah Liok -Kiam-ping.
Melihat serangan cukup ganas, Kiam-ping berputar untuk
menghindar diri, tak nyana Siau Hong memeluknya terlalu
kencang tak mau lepas sehingga gerak geriknya tidak leluasa
serangkum bau wangi tiba tiba terendus dari rambutnya
menusuk hidung, seketika berobah hebat air muka Kiam-ping.
Mendadak dia membentak keras, begitu lawan menubruk tiba
cahaya pedangnya berkelebat, dengan jurus Liat-jit-yam-yam
dia menciptakan lapisan cahaya pedang dengan arus hawa
murni yang melapisi bayangan pedang.
Begitu serangan dilancarkan sikakek pendek melihat lawan
dipeluk kencang seorang gadis, seperti tidak tahu cara
bagaimana harus melawan, lekas dia menambah tenaga
pukulannya. luncuran tubruknya juga dipergencar. Tak nyana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditengah bentakan mengeledek, selarik sinar pedang
berkelebat sekali lantas lenyap. tiba-tiba bola cahaya laksana
surya memancarkan sinarnya yang benderang, bola matanya
seketika sakit seperti tertusuk pisau, saking kaget, lekas dia
pejam mata berbareng kakinya menendang beruntun. Kuping
mendengar deru angin sementara kedua telapak tangan
berpencar, telapak tangan kiri laksana gada mengepruk turun.
"Bu-ing-tui bagus." Bentak Liok Kiam-ping memuji
tendangan tanpa bayangan lawan-
Serangan pedangnya laksana kilat, ujung pedang tegak
diatas, gagang pedang berada dibawah, secara melintang dia
menggaris satu kali "Sret, sret" Liat-jit-kiam berhasil
menggaris sobek dua jalur dibaju lawan, dibarengi hardikan
nyaring:
"Enyahlah." berbareng kakinya balas menendang secepat
angin lesus. Ham-yang-hiat dibagian lutut lawan
ditendangnya, kakek kate itu menjerit sekali, tubuhnya
mencelat terbang lima tombak dan jatuh terbanting tidak
bangun lagi.
Dengan robohnya kakek kate ini suasana mendadak
menjadi sepi, bayang-bayang setan kembali mundur dalam
jarak cukup jauh, maka kumandanglah sebuah suara dingin
berseru: "Yu-Ling Kongcu tiba."
"Yu-ling-kongcu?" Kiam-ping menjengek tiba-tiba dia
menunduk dan tanya: "Kau kenal Yu-ling Kongcu ?"
Terasa tubuh Siau Hong bergetar, meski Siau Hong
menggeleng, tapi dalam hati dia membatin: “Terserah apa
yang ingin kau lakukan, pendeknya Kim-kong-put-hoaysinkang
telah berhasil kuyakinkan, racun tak mempan, takut
apa lagi ?"
Waktu dia angkat kepala, tampak seorang pemuda
berpakaian jubah bulu dengan memegang kipas lempit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beranjak mendatangi, wajahnya putih bersih, alis tebal gelap.
gayanya mirip pemuda pemogoran.
Pandangan Liok Kiam-ping beralih kepada seorang aneh
yang berdiri disamping si pemuda, pikirnya: "Ada manusia
seburuk ini didunia ?"
Orang ini hanya punya mata tunggal, memancarkan sinar
yang menyedot sukma orang, katanya dingin: "Kau bocah ini
datang dari mana ?"
"Tuan tentu bukan kaum kroco, sebutkan dulu namamu,"
jengek Liok Kiam-ping. orang itu menyeringai tawa, katanya:
"Akulah rajanya racun, kau bocah ingusan yang baru keluar
kandang, masakah Lohu yang terkenal Tok-sin Kiong-bing
juga tidak dikenal lagi "
Terbelalak mata Liok Kiam-ping, bentaknya gusar: ”Jadi
delapan belas mayat itu kau yang membunuh ?"
Tok sin terkekeh, katanya: "Selaksa racun berkumpul
ditubuhku, siapa berani melanggar diriku?"
Berobah sadis wajah Kiam-ping, tanyanya: "Tadi ada
seorang gadis apakah kau yang menculiknya ?” “
Tok-sin menyeringai pula, ujarnya: "Ho jadi genduk itu
milikmu? Sekarang dia sudah menjadi gundik Yu-ling Kongcu."
"Apa ?" pekik Liok Kiam-ping, bentaknya beringas: "Berani
kau mengusik seujung rambutnya, biar kau rasakan ketajaman
pedang saktiku?”
Yu-ling Kongcu tertawa lirih, katanya:
"Kongcu ini baru datang di Tionggoan, belum pernah aku
melihat pemuda segagah kau. Hehe, agaknya memang berisi.
Hek-pek bu-siang kujuga terbunuh ditanganmu, kenapa tidak
kau mencari tahu lebih dulu, siapa berani menyentuh anak
buahku, siapa bisa lolos dari tanganku?" lalu dia menoleh dan
berkata pula, "Kiong-toasiok. benar tidak perkataanku?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tok-sin Kiong-bing terkial-kial. katanya: "Anak muda, kau
telah terkena racunku, paling lama kali masih bisa bertahan
setengah jam lagi, masih berceloteh lagi ?" Liok Kiamping
tertawa besar, katanya:
Jangan mimpi disiang hari bolong, racunmu yang tidak
seberapa ini, cayhe tidak peduli, kedua muridmu itu sebagai
bukti, memangnya Liok Kiam-ping semudah itu terbunuh
kalian ?”
Beringas mata Tok-sin, mendadak dia menjerit: Jadi kau ini
Liok Kiam-ping ? Pat-pi-kim- liong dari Hong- lui- bun ?
Serahkan jiwamu." mendadak jari-jari tangannya mencakarcakar,
mulut komat kamit seperti memanjat doa, akhirnya
berteriak: "Anak muda, robohlah."
"Belum tentu." jengek Liok Kiam-ping pedang tegak
didepan dada, seluruh hawa murni dalam tubuh kembali
tersalur merata, Kim-kong-put-hoay-sin-kang aliran Hud telah
melapisi tubunnya dengan selapis hawa murni.
Setelah sekian lama mulut Tok-sin berceloteh tetap tidak
melihat Liok Kiam-ping roboh, mendadak dia menghardik
bengis: ”Ing-ing."
Sebuah tangan tanpa bersuara telah menekan punggung
Liok Kiam-ping, demikian pula Tin-siau-hiat didepan dadanya
juga kena dicengkram oleh Siau Hong. Maka Tok-sin tertawa
dingin, katanya: "Anak muda, kau tidak mengira bukan.”
Waktu Kiam-ping menunduk. dilihatnya wajah Siau Hong
menampilkan mimik yang sukar dilukiskan, tanyanya dengan
rasa menyesal: “Siau Hong, kenapa kau berbuat demikian ?”
"Apa kau masih kenal Siau Hong?”
"Jadi kau bukan Siau Hong ?”
"Aku berirama Ing-ing, aku menyamar...”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”O, jadi kalian tahu kalau aku kemari?” waktu dia melirik
dilihatnya Yu- ling- kongcu sedang menggoyang kipas,
sementara sorot mata Tok-sin Kiong-bing semakin buas dan
mendekat. Serunya dengan terbahak-bahak:
"Kau kira tidak tahu kalau dia ini Siau Hong palsu ?
Memangnya Pat-pi-kim- liong manusia bodoh yang berotak
tumpul ?"
Kiong-bing menatapnya dengan tatapan melotot-penuh
tanda tanya.
Liok Kiam-ping berkata pula: "Hweslo malas dari Siau-lim
apakah kau yang mencelakai?”
Sebelum Tok-sin menjawab, Yu-ling Kongcu sudah tanmpil
kemuka, katanya: “Terus terang saja, akulah yang memukul
hwesio keparat itu hingga luka parah, dalam dua jam jiwanya
pasti melayang, sekarang yakin tidak tertolong lagi,”
"Bagus, dendam ini boleh diperhitungkan sekalian.”
”Jadi ada bagianku ? Hahaha, sejak kedatanganku dari Go
cui-ho sampai disini, belum pernah kulihat orang segagah dan
pandang kematian seperti berpulang keharibaan yang Kuasa
seperti dirimu." padahal dua Hiat-to mematikan ditubuh Liok
Kiam-ping sudah terancam ditangan Siau Hong, tapi wajah
tenang air muka tidak berobah, nada perkataannya tetap
lantang, sikapnya wajar berani bicara angkuh lagi, maka
hatinya amat kagum.
"Terima kasih akan pujianmu, bila cayhe belum ingin mati,
siapapun dengan menggunakan cara keji pun jangan harap
dapat membunuhku." lalu dia menunduk dan berkata,
"Kuyakin kaupun dipaksa untuk melakukan tugasmu ini, cayhe
tidak akan menuntut balas kepadamu lekas kau menyingkir
saja..." perkataan tegas suara terang, Kiam-ping memang
bicara setulus hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kedua tangan ing-ing seperti hendak dilepaskan,
cepat Tok-sin membentak: "Ing-ing" bagai gerakan setan,
kelima jari terpentang terus menerkam datang.
Liok Kiam-ping menghardik keras, pedangnya menggaris
lurus, selarik lembayung melesat bagai ular perak. Ing-ing
kertak gigi, tenaga dikerahkan dikedua telapak tantgan terus
menggaplok kedua Hiat-to mematikan ditubuh Liok Kiam-ping,
tak nyana begitu dia kerahkan tenaga, tenaga lunak yang liat
tiba-tiba timbul dari badan Liok Kiam-ping menerjang balik
kepada dirinya. Karuan Ing-ing menjerit kaget, sekujur badan
seperti digenjot keras, tubuhnya membal terbang tiga tombak
dan jatuh semaput.
Pukulan Tok-sin sekeras gunung ambruk menindih kepala
lawan- Namun kilat pedang Liok Kiam-ping menggaris miring
menampar tenaga pukulan lawan hingga sirna tanpa bekas,
baru saja pedang didorong hendak menusuk kedepan. Tok-sin
memang tidak malu sebagai kawakan Kangouw, Lwekang,
pengalaman dan Gingkangrya memang sudah tangguh, begitu
melihat cahaya pedang menyerang, saking kaget danjeri lekas
dia menarik serangan sembari memutar badan mundur
ketempat semula. Tanyanya dengan nada kejut: Jadi kau
sudah berhasil mengambil ketiga batang pedang sakti itu" Dan
berhasil meyakinkan Hu-deh-lo-khi (hawa sakti pelindung
badan ?"
"Kalau benar mau apa ? Sekarang kau sudah takut ? Honglui-
bun kita punya permusuhan sedalam lautan dengan kau,
nah serahkan jiwamu."
Hati mulai jeri, tapi lahirnya Tok-sin bersikap wajar, sambil
terkekeh dingin kelima jarinya terbuka, serangkum asap hijau
segera menyebar terus menerjang kearah Liok Kiam-ping.
Terbang melayang lengan baju Liok Kiam-ping, segulung
angin berpusar meluncur keluar dari lengan bajunya,
jengeknya dingin: “Hanya begini saja kemampuanmu.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejak malang melintang di kangouw dan disegani kawan
atau lawan, kapan Tok-sin pernah diremehkan seperti ini,
karuan rona mukanya berobah, sekali tepuk dada, seekor ular
kecil warna hijau segera melenting keluar. tampak dia ayun
tangan, ular kecil itu terbang melesat diudara terus menerjang
ke arah Liok Kiam-ping secepat kilat.
Tampak oleh Kiam-ping ular kecil ini tumbuh sayap kecil
dari kulit daging merah, maka ular ini dapat terbang dan
terapung di udara, lekas dia kembangkan gaya pedangnya,
begitu pedangnya dipelintir sinar pedang lantas mengincar
ular kecil yang menerjang tiba.
Agaknya ular kecil ini sudah terlatih baik, menghadapi
serangan balasan tiba-tiba tubuhnya melengkung terus
melenting setengah lingkar, secara lincah dia menghindar dari
tusukan pedang, terus mengegos sekali membelit pergelangan
tangan Kiam-ping.
Toksin menjebir bibir bersuit nyaring, sekalian dia copot
jubah besarnya, hingga kelihatan tulang-tulang rusuknya yang
kurus kering, diatas tubuhnya penuh dirambati ular kelabang,
kalajengking, laba-laba dan berbagai binatang beracun
lainnya, semua bergelantung menggigit kulit dagingnya,
kelihatannya memang amat menggiriskan- Begitu dia
menggetar tubuh belasan ekor binatang berbisa ditubuhnya
itu semua mencelat ke udara, mengikuti ular terbang kecil itu
semua meluruk kebadan Liok Kiam-ping.
Binatang berbisa ini sudah terpelihara sejak lama dengan
menghisap darah badannya, maka gerak geriknya semua gesit
dan cekatan, seperti berlomba saja mereka berebutan
mengincar sasaran ditubuh Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping menggentak tangan, hawa pedangnya
bertambah tebal membungkus tubuh-dimana sinar pedang
berkelebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cras." Ular terbang yang mendahului menerjang itu kena
ditabasnya kutung menjadi dua. Tak nyana ular terbang yang
tinggal separo tubuhnya itu masih melenting terbang kedepan
sambil pentang mulut menggigit dadanya.
Tok-sin sudah membuka lebar mulutnya hendak tertawa.
tapi sebelum suaranya keluar dari tenggorokan, dilihatnya ular
hijau itu tahu-tahu terbalik jatuh, lalu dengan rasa ketakutan
merambat kembali.
Gerak gerik Liok Kiam-ping selincah terbang, sinar
pedangnya berputar melindungi badan, tiga kali maju tiga kali
mundur. di mana pedang bergerak kepalapun terpenggal,
setiap binatang berbisa yang memanggut datang pasti rontok
dengan badan terbelah. Tiba-tiba Kiong-bing menjerit tanya:
"Kau membawa Hat-liong-po-giok ?"
Seketika berobah air muka Tok-sin, kaki tangannya tampak
menggigil, maka terdengarlah suara keretekan yang ramai
memanjang, seiring dengan suara yang nyaring itu, tubuhnya
yang kurus kering itu lambat laun mengkeret satu kaki lebih
kecil, telapak tangannya menjadi hitam legam, bau amis
menyerang hidung. Perlahan dia maju selangkah, telapak
tangan kanan tegak didepan katanya: "Lekas serahkan Hiatliong-
po-giok. aku tidak akan membunuhmu.”
“Membunuhku ? Memangnya kau mampu ? Saat
kematianmu sebaliknya sudah di ambang mata.”
Kiong-bing menggeram rendah, tangan kiri sedikit tertekuk,
telapak tangan kanan segede kipas mendadak membelah
dengan menyertai segulung hawa hitam menerjang kedepan
terus memenuhi udara.
Liok Kiam-ping tahu hawa hitam ini pasti beracun jahat,
kaki melesat mundur sambil berputar ujung pedangnya
menciptakan beberapa sinarperak gemerdep. setiap kuntum
menerjang keluar, menyusup lewat dari tenaga pukulan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan lawan terus mengiris dari samping dengan jurus Jitlun-
jit-seng.
Laksana segumpal angin dingin yang melayang ditengah
udara, kakinya mengincar lima kaki, Kiong-bing merobah dua
posisi terius menyelinap kesamping lawan, sehingga terhindar
dari pancaran langsung cahaya surya yang cemerlang dari
pedangnya. Berbareng telapak tangannya beruntun
menggempur belasan jurus, didalam jurus sembunyi tipu,
dalam tipu mempunyai variasi pula-, cepat lincah dan lihay
menggaplok Hiat-to mematikan Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping memutar badan membungkuk punggung,
pedangnya menyelonong dari bawah ketiak kiri, disinilah letak
keanehan darijurus Liat-jit-yam-yam, mutiara diatas pedang
memancarkan cahaya terang secara aneh seiring dengan jurus
ini dikembangkan, terciptalah bola matahari yang benderang
menyilaukan mata, maka ujung pedang secara lincah telah
menusuk kedalam dada Tok-sin Kiong bing.
Kiong-bing menjerit aneh, dadanya mendcadak mendekuk.
mata tunggalnya terpicing, mendadak tubuhnya mumbul
keudara, kedua kakinya terus menjejak keubun-ubun dikepala
Liok Kiam-ping
Liok Kiam-ping ganti mencelos hatinya, tak nyana bahwa
Kiong-bing memiliki Ginkang setinggi ini, bukan saja mampu
meluputkan diri dari jurus serangan pedang yang lihay masih
mampu balas menyerang lagi, lekas Kiam-ping berjongkok
seperti orang bercokol dipunggung kuda, sementara pedang
ditarik turun melindungi dada ujungnya siap menunggu diatas
kepala. Dengan menjengkang menekuk lutut, dia menggetar
jurus Liat- jit-kiam-hoat yang ketiga yaitu Sip-yang-say-loh.
Mata kuping Kiong-bing teramat tajam dan jeli, dimana
ujung kakinya menutul seluruh tubuhnya lantas melayang jauh
tiga tombak tapi tangannya sempat menaburkan segenggam
puyer.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan pedang dilancarkan Kiam-ping lantas kehilangan
jejak musuh, baru sekarang dia benar-benar meresapi
kehebatan jurus pedang ini dan kagum kepada cianpwe
ciangbun yang dahulu menciptakan Ki-kiam-wi-liong ini.
Maklum ilmu pedang ini serbaguna dan sempurna, semakin
tinggi kepandaian lawan, maka pancaran cahaya, mutiara
diatas pedang semakin terang, bila mata lawan tak berhasil
dibikin silau, maka jurus serangan itu sendiripun takkan
berhasil.
Melihat lawan menaburkan puyer putih, Kiam-ping tahu
pasti sebangsa bubuk beracun, jarak sedemikian dekat, Toksin
menaburkan disertai tenaga Lwekang pula, maka
badannya terkena sedikit taburan puyer putih, Tok-sin tertawa
gelak-gelak disaat itulah mendadak Liok Kiam-ping melompat
dengan kecepatan luar biasa, ditengah gemuruh suara guntur
dan badai, selarik lembayung benderang dengan suaranya
yang nyaring melesat kearah Kiong-bing.
"Gi-kiam-king-khong (naik pedang melesat diudara)." Yuling
Kongcu memekik kaget, dengan kecepatan yang sukar
dilukiskan dlapun ikut meluncur kesana.
cahaya pedang berkelebat hanya sekejap lantas sirna,
maka terdengar Tok sin menjerit ngeri, kaki tangannya putus
terbabat, sementara Liok Kiam-ping terdengar mengerang
tertahan, tubuhnya terpental jatuh setombak lebih. Begitu
badan menyentuh tanah, lima jari tahu-tahu sudah
mengancam tiba menutuk berbagai Hiat-to didepan dada.
Karena tertabur sedikit bubuk racun, Liok Kiam-ping diburu
amarah maka dia mencabut cui-le-kiam serta melancarkan
jurus pertama Gin-to-cau-cau dan berhasil membabat buntung
kaki tangan Tok-sin. Namun telapak tangan Tok-sin sebelum
tertabas juga berhasil memukul dadanya, itulah pukulan yang
dilandasi kekuatan dahsyat sebelum ajalnya, maka Kiam-ping
seperti diterjang kekuatan raksasa bagai letusan gunung
berapi, tubuhnya terpental terbang. Sebelum sempat berdiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tegaki Yu-lihg Kongcu menambahi pula dengan kelima tutukan
jari, kembali mulutnya mengerang, tubuhnya jumpalitan tiga
kali baru berdiri tegak.
Berobah air muka Yu-ling Kongcu, katanya: "Kau sudah
meyakinkan Kim-kong-put-hoay-sin kang dari aliran Hud ?"
Jeritan menyayat hati keluar dari mulut Kiong-bing yang
masih meronta-ronta, suaranya terdengar gemetar: "Kongcu,
kemarilah kau."
"Ada apa ?”
“Thian-tok-bun di In-lam ada semacam ilmu sakti aneh
dapat memecahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang, waktu
Kongcu datang beberapa waktu yang lalu aku belum sempat
beritahu kepadamu soalnya aku sendiri belum tahu
letaknya...”
"Aku tahu, kali ini ayah suruh aku ke Tionggoan mencari
paman memang disuruh tanya kepada paman cara bagaimana
untuk membuka tujuh lapis pintu Thian-tok-bun serta kunci
rahasianya, mempelajari ilmu mukjijat itu, karena tahun besok
ayah sudah akan berduel dengan Pek-bi-sin-ceng di Im-san
musim semi yang akan datang..."
Kiong-bing tarik napas dua kali, katanya: “Maka sekarang
aku akan beritahu kepada kau. Thian-tok-bun terletak
diselatan kota Tayli, gambarnya tertera diatas Hiat-liong-pogiok.
bila kau berdiri diujung timur tempat itu, bila sinar surya
terbit dan cahayanya tepat menyinai batu jade itu...” dia batuk
dua kali, diujung cakar naga didalam gambar naga darah itu...
disitulah .. letak dari pintu besarnya...”
Lekas Yu-ling Kongcu tekan punggung Kiong-bing
menyalurkan tenaga dalam mempertahankan hawa murninya,
tanyanya: “cara bagaimana untuk membuka pintu besar itu ?
"Hiat-liong-po-giok...” beruntun dia menarik napas dua kali,
"tuntutkan-.. sakit hati... ku..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terbayang senyum sinis diwajah Yu-Iing Kongcu, katanya:
"Bila ada Hiat-liong-po-giok. berbagai racun didalam tidak
akan berani melanggarmu. Betul?"
Agaknya Kiong-bing mendapat firasat bahwa Yu-ling
Kongcu mengandung maksud jahat, dengan suara berat dia
berkata megap-megap: "Untung dahulu ayahmu ikut
membantu hingga aku berhasil membunuh ciangkiam-kimling.
pulang dan laporkan kepada ayahmu, aku berterima
kasih kepadanya.."
Setelah terpukul dadanya, tertutuk pula Hiat-tonya, kontan
Kiam-ping rasakan dadanya sesaka dia tahu Kungfu kedua
orang ini merupakan jago kelas wahid di Bulim, kuatir terluka
dalam yang parah, lekas dia salurkan hawa murni, setelah
berputar satu kali keseluruh tubuh baru dia sadar akan
kemukjijatan Kim-kong-put-hoay-sin-kang, kenyataan
memang segala racun tidak mampu melukai, pukulan dahsyat
dan tutukan lihay juga tidak mempengaruhi kesehatannya.
Mendengar suara Kiong-bing, Kiam-ping tersirap. lekas dia
melompat maju, tanyanya: "Siapa yang membunuh ciang -
kiam - kim-ling ?"
Kontan Yu-ling Kongcu mengebut lengan baju seraya
menghardik: "Kembali "
Kiam-ping menegak telapak tangan membelah:
"Memangnya kau mampu "Plak" benturan keras menggeliat
pundak kedua pihak. Yu ling Kongcu menggerung rendah,
dalam sekejap dia lontarkan dua puluh jurus pukulan,
cepatnya seperti kitiran dahsyatnya laksana damparan ombak
memukul karang, setiap gerak serangan yang setu kejurus
yang lain hakikatnya tidak kelihatan titik kelemahan.
Kiam-ping juga kembangkan kelincahan tubuh, kedua
telapak tangannya menari selincah burung walet, Liong-hwiekiu-
thian dilancarkan, sekaligus dia memukul tiga puluh enam
jurus. Sejak Hweslo malas menyalurkan tenaga dalamnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan Kay-ting-tay-hoat kedalam tubuhnya dibawah
kobaran api besar, Lwekangnya sekarang sudah susah diukur
tingginya secara reflek dan lancar dengan mudah dia sudah
mampu mengembangkan Wi- liong- ciang seluruhnya.
"Plak. plak. plak. plok." ledakan-ledakan kecil yang nyaring
semakin santer dan keras hingga menimbulkan pusaran hawa
yang makin kencang, saiju seluas setombak lebih tersapu
bersih hingga tampak tanah dan pasir.
Karuan hadirin disekitar gelanggang berdiri melongo,
jantung serasa pecah nyali ciut, semua berdiri mematung.
Secara beruntun Yu-ling Kongcu harus menyambut tiga
puluh enam jurus pukulan, hingga kedua tangannya terasa
pegal kesakitan, pundak menurun langkah menyurut dua
undak. Kembali Liok Kiam-ping mendesak: "Siapa pembunuh
Ciang-kiam-kim-ling ?"
Waktu dia menegas kesana, ternyata Tok-sin Kiong-bing
sudah mati sesak napas karena digencet oleh dua tenaga
raksasa yang beradu.
Sekilas Liok Kiam-ping menatap dingin kepada seluruh
penonton diluar gelanggang, lalu pandangan dia tujukan
kepada Yu-bing Kongcu, bentaknya: "Mereka itu adalah telurtelur
busuk yang kau bawa kemari ?"
Yu-ling Kongcu terkekeh tawa, katanya:
"Tak pernah terpikir dalam benakku, di Tionggoan juga ada
lawan setangguh kau apakah kau ini jenius silat Bulim yang
sukar diperoleh semenjak ratusan tahun ini ?”
"Aku tidak peduli jenius silat segala." jeng ek Liok Kiamping,
"sekarang serahkan adik Bun kepadaku."
"Pernahkah kau mendengar Yu-ling-giamlo dari Go cui-ho
?" tanya Yu-ling- Kongcu dengan angkuh, ”sesuatu yang
diinginkan oleh Yu-ling Kongcu kapan pernah tidak tercapai ?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Ing-ing yang pingsan d ita nah sudah
siuman, melihat keadaan Kiong bing yang menggiriskan,
berteriak kaget: "Susiok."
Yu-ling Kongcu terkekeh pula, katanya:
"Tugas seringan itu juga tidak becus kau lakukan, untuk
apa kau masih hidup didunia ini ?” dimana kipas lempitnya
berputar segulung hawa dingin berputar terus menggulung
kedepan-
Liok Kiam-ping menghardik: "Tidak semudah itu." telapak
tangannya bergerak dengan jurus Wi-liong-ting-gak. mantap
dan kokoh, kuat dan rapat seperti jala memenuhi udara,
ditengah gemuruh suara yang sayup,sayup menerjang kearah
Yu-ling Kongcu.
Sebat sekali Yu-ling Kongou ber-putar-putar mengegos dari
terjangan utama, miring tubuh sambil menggempur balik
dengan segulung kekuatan menangkis gelombang akhir dari
tenaga pukulan lawan- "Daar." badannya tergoncang keras
hingga limbung, kedua kakinya melesak kedalam tanah dua
dim, pakaiannya berderai seperti dihempas angin badai
sampai koyak-koyak.
Liok Kiam-ping juga merasakan tenaga perlawanan berat
dan sekokok gunung balas menahan tenaganya, tanpa kuasa
dia menyurut setengah tindak baru tegak pula. Hatinya sudah
dibakar amarah. wajahnya dilembari nafsu membunuh, maju
setapak lebar mulut menggerung: "Rasakan pukulanku sekali
lagi." dari arah yang berbeda kedua tangannya menggaris
bundar sementara tenaga murni telah dipusatkan ditelapak
tangan terus menggempur. Pusaran-pusaran hawa kecil
bertambah melebar dan deras cukup kuat untuk merobohkan
gugusan gunung menerjang kearah Yu-ling Kongcu.
Yu-ling Kongcu tertawa enteng, badannya melambung
tinggi tiga tombak menghindarkan diri dari terjangan dahsyat
ini, di udara dia ayun tangan kanan "Cret" tiga batang jari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kipasnya mendadak melesat keluar, dua diantaranya rneng
incar kedua mata Liok Kiam-ping, sementara sebatang lagi
melesat ke tenggorokan Ing-ing.
"Haaak." jeritan Ing-ing terputus seperti tenggorokannya
keselak, jari kipas lempit telak mengenai tenggorokkan Ing
ing. darah tampak mengalir deras, rebah tak berkutik pula.
Bukan kepalang gusar Liok Kiam-ping, lengannya diulur
seperti tangan kera saja, tahu-tahu Cui-le-kiam telah
dilolosnya, di bawah pancaran sinar bintang yang kelap kelip.
pedang panjang tebal dengan punggung lebar seperti tanduk
badak ini laksana kilat menyamber berkilauan berputar laksana
arus...
Hanya sedikit menggerakkan pergelangan tangan, kedua
barang jari kipas itu telah diirisnya menjadi beberapa keping,
jiwa Ing-ing jelas tak tertolong lagi. hati agak menyesal, maka
dia berkata: "Pedangku ini sudah kulolos jikalau kau tidak
serahkan Le Bun, hati-hatilah batok kepalamu." nada
bicaranya ternyata tenang dan kalem, tapi mengandung
wibawa yang menciutkan nyali orang.
Sekilas Yu-ling Kongcu melenggong, segera wajahnya
mengulum senyum, kata-nya:
"Baiklah tugasku ke Tionggoan ini boleh di kata sudah
berhasil, tiada sesuatu yang perlu kukuatirkan lagi, seorang
perempuan kenapa harus kuributkan." lalu dia mendongak
serta bersiul aneh, maka jerit dan pekik kawanan setan yang
aneh memilukan itu bersahutan pula, lekas dia membentak:
"Gusur perempuan itu kemari."
Sambil menggendong kedua tangan dengan santai dia
melangkah dua tindak. kaki terangkat dengan lirih dia tendang
punggung kakek kate membuka tutukan Hiat-tonya lalu
membentak: "Goblok. enyah dari hadapanku,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tersipu-sipu kakek kate itu merangkak bangun serta
munduk-munduh sambil mengiakan, lalu melompat jauh
lenyap ditelan kegelapan-
Liok Kiam-ping membatin: "Keparat ini memang lihay,
usianya masih muda mampu memimpin jago-jago lihay
sebanyak itu, siang tadi aku pasti bukan tandingannya, tapi
sekarang aku yakin sedikit lebih unggul, dalam seratus jurus
jiwanya pasti dapat kutamatkan-" lalu terbayang waktu dirinya
masih berada dibawah kobaran api besar. setelah menghela
napas dia membatin pula, ”Jenazahnya terbakar habis tak
berbekas, sehingga aku tak mampu menunaikan tugas baktiku
sebagai tanda terima kasihku kepada beliau. Walau aku sudah
berhasil menuntut balas sakit hatinya, tapi tugas berat yang
akan datang menindih diatas tubuh ku.”
Sementara itu enam bayangan orang tampak berlari
mendatanpi secepat terbang.
Liok Kiam-ping bercekat hatinya, teriaknya: . Kalian-.. "
ternyata enam orang yang datang semua mengenakan jubah
hitam alis putih jeng got panjang semua kakek tua, setiap
orang memanggul satu orang. Tampak Le Bun, Kim-ji-taybeng,
Gin-ji-tay-beng, Siang Wi, Biau-jiu-sip-coan dan seorang
perempuan-
Yu-ling Kongcu tertawa ramah, katanya: "Inilah Yu-ling-
Liok-lo, hehehe, meski tuan berilmu tinggi, tapi anak buahmu
juga begitu saja, sebaliknya didalam Yu-ling-kiong kami, jagojago
silat tak terhitung banyaknya, satu lebih unggul dari yang
lain, kekuatan kami cukup kuat untuk menguasai dunia."
merandek sejenak lalu menyambung, ”enam orang yang kau
inginkan sudah kukeluarkan, lalu mana barang yang
kuinginkan ?"
"Kau ingin apa?"
"Hiat-liong-po-giok..."
"Jangan kau mimpi..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kungfumu tinggi, tapi sebilah pedangmu memang mampu
sekaligus membunuh keenam orangku ini ? sebaliknya berani
kau bergerak. orang-orang yang kau kenal baik ini bakal
melayang jiwanya, lalu aku akan kumpulkan mereka dengan
keroyokan sekian banyak orang, jangan harap kau dapat
mengalahkan kami, bila tiba saatnya .."
Otak Liok Kiam-ping bekerja secara kilat, dia tahu umpama
dirinya sekaligus melancarkan tiga jurus ilmu mengendali
pedang, paling hanya dapat membunuh dua orang diantara
enam Yu-ling-Liok-lo, sementara jiwa Le Bun berenam masih
susah diselamatkan-
Lebih parah lagi Yu ling Kongcu cukup tangguh, dalam
belasan gebrak jelas dirinya takkan mampu merobohkan dia,
kalau dapat membekuk dia dan dijadikan sandera untuk barter
tawanan baru jiwa keenam kawannya itu dapat diselamatkan-
Pada hal Siang Wi berenam semua lunglai, agaknya pingsan
kalau tidak tertutuk Hiat-tonya tentu terbius racun, dalam hati
dia lantas mengomel: "Kalian adalah kawakan Kangouw tapi
juga kecundang begini mengenaskan ? Ai, bagaimana aku
harus bertindak ?" berbagai persoalan berkecamuk dalam
benaknya, akhirnya dia menghela napas, katanya: "Kalau aku
sudah serahkan hiat-liong-po-giok, sebaliknya kau ingkar janji,
apa yang harus kulakukan ?"
Yu-ling Kongcu tepuk dada, katanya lantang: "Yu-ling
Kongcu adalah putra jago nomor satu dari aliran sesat
diseluruh jagat Yu-ling-giam-lo, memangnya setiap patahku
kau anggap apa ?..."
Belum habis dia bicara, sesosok bayangan hitam tampak
melesat datang dari jarak enam tombak. sebuah suara dingin
kumandang: "orang-orang Yu ling-Kiong kalian semua adalah
manusia jahat yang ingkar janji cuh, masih bermulut besar
dihadapan umum."
Waktu Kiam-ping menoleh kearah datangnya suara,
seketika dia memekik kaget . "Tok-sin Kiong-bing."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yu-ling Kongcu juga menjerit kaget "Kau..."
”Hahahaha... "galak tawa sadis bergema diangkasa seiring
dengan luncuran tubuhnya. Tampak orang inipun bermata
tunggal, bibir tebal, rambut panjang tidak terurus, wajahnya
tampak sadis dan buas, siapa lagi kalau bukan Tok-sin Kiongbing.
Melihat mayat ditanah seketika mendelik liar matanya,
wajahnya makin kelam, pekiknya: "Siapa yang membunuh dia
?"
Yu ling Kongcu maju dua langkah, katanya sambil menjura
kepada Kiong Bing: "Kiong-toasiok. bagaimana kaupun datang
kemari ?”
Kiong Bing tertawa besar bernada sedih katanya: "Adikku
ikut kau ke Tionggoan memandang muka ayahmu maka dia
mau bekerja, tak nyana kau justru berpeluk tangan melihat
keadaannya begini mengenaskan, memangnya kau tidak takut
aku menuntut kepada kau ?" suaranya sedih, dendam dan
penasaran, dingin dan bengis pula.
"Paman Kiong,” lekas Yu-bing Kongcu berkata dengan tawa
kering, kebetulan kau datang Ji-siok terbunuh oleh Pat-pi-kimliong
Siautit memang sedang berusaha menuntut balas
kematian Ji-siok."
Berkilat mata Kiong-bing, maju dua langkah dia menekan
suara: "Anak muda, apa betul yang dikatakan ?”
Bahwa Tok-sin Kiong Bing muncul lagi satu sungguh
membuat Liok Kiam-ping kebingungan, susah dia
membedakan kedua Kiong-bing ini, setelah cukup lama
mengamati tetap tidak bisa membedakan mana tulen siapa
yang palsu, dalam hati dia membatin: "Jikalau mereka muncul
bersama, mungkin aku masih bisa membedakan mana Tok-sin
Kiong-bing yang tulen,”
Yang benar kedua Kiong-bing dulu ikut mengeroyok ciangkiam-
kim-ling, tapi kedua orang ini muncul secara beruntun
sehingga ciang-kiam-kim-ling melenggong sekilas, tapi sekilas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu sudah cukup untuk Kiong-bing menggunakan racun tanpa
bayangan-
Mengandal persamaan wajah mereka inilah maka Kiongbing
bersaudara sering berganti posisi dan menyerang silih
berganti mengaburkan pandangan lawan, gerak gerik mereka
seperti setan saja, Ginkang mereka sudah merupakan jago top
lagi sehingga banyak tokoh-tokoh kangouw terjungkal
ditangan mereka, memang pantas kalau akhirnya mereka
diagulkan sebagai salah satu dan Liok-toa-thian-cu.
Melihat Liok Kiam-ping mendelong kearahnya, tak bersuara
pula, saking gusar dia terloroh tawa katanya: "Bocah kemaren
sore seperti dirimujuga berani menantang kepada Tok-sin
Kiong-bing ?”
Dengan nada tak acuh Liok Kiam-ping bertanya pula:
"Apakah betul kau ini Tok sin ?”
"Memang nya perlu diragukan ?”
"Dulu waktu ciang-kiam-kim-ling terbunuh, apa kau juga
mengeroyoknya ?"
Tok-sin Kiong Bing melengak, katanya kemudian ”Oo, jadi
kau inilah ciangbunjin Hong-lui-bun yang baru... "
"Betul, diriku inilah." sahut Liok Kiam-ping mengangguk.
Menghijau kaku muka Tok-sin Kiong-bing, otot hijau diatas
jidatnya merongkol besar, kulit dagingnya yang merongkol
kelihatan jelas diatas kulit dagingnya yang berbeda warna,
begitu seram dan sadis, “Saudara kembarku itu apakah kau
yang membunuhnya ?"
"Betul, kawanan setan komplotan siluman, siapapun patut
mengganyangnya"
"Anak muda, ternyata kau juga kejam telengas, akan
kusayat-sayat kulit dagingmu sampai hancur lebur."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu diam-diam Yu-bing Kongcu sedang
memikirkan satu hal: “Apakah persoalan Hiat-liong-po-giok
harus kuperbincangkan ? Posisiku jelas lebih menguntungkan,
kenapa kuatir bocah itu takkan menyerahkan kepadaku, tapi
siluman tua ini ada disini, bila tahu aku yang menggetar mati
adiknya dengan Im-jiu, sulit untuk melawan serangannya yang
nekad lalu bagaimana baiknya?
Beberapa persoalan berkelebat dalam benaknya, akhirnya
dia mengulum senyum licik, maka dia maju selangkah dan
berkata kepada Kiong-bing: "Paman Kiong, bocah ini kebal
segala racun, racunmu yakin takkan berguna terhadapnya,
tadi Kiong-jisiok juga pernah manyerangnya dengan ular
terbang, tapi disabat hancur malah."
Kong-bing melongo, serunya setengah percaya: "Apa ? Ular
terbang juga tidak mampu melukai dia ?" lalu dia mengerut
alis. serunya bengis: "Anak muda, apa kau memiliki Hiat-liongpo
giok ?"
Tangan kanan Yu-bing Kongcu memegang pundak Kiongbing,
katanya perlahan:
"Betul, batu jade mestika itu memang berada ditangannya,
malah diapun tahu rahasia cara membuka kamar batu Thiantok-
bun-.. “
"Apa betul?" Kiong-bing menegas dengan suara tinggi.
Seringai sadis menghias wajah Yu-bing Kongcu, katanya:
"Dibawah pancaran sinar matahari pagi, batu jade itu akan
memperlihatkan gambaran naga terbang... " mendadak dia
menghardik, tenaga yang dikerahkan ditelapak tangan segera
menggaplok Bing-bun-hiat dipunggung Kiong Bing.
Sepenuh perhatian Tok-sin Kiong-bing mendengarkan cerita
Yu-bing Kongcu tentang rahasia besar kaum persilatan,
sungguh tak pernah terbayang bahwa Yu-bing kongcu bakal
membokong dirinya dengan cara sekeji ini. belum lenyap
suara hardikannya. punggungnva telah digaplok dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga raksasa. Dengan jeritan mengerikan tubuhnva
mencelat dua tombak., "Bluk" begitu muka menyentuh tanah
darahpun menyembur dari mulutnya:
Tapi Yu-bing Kongcu juga mengerang tertahan, dia
menyurut dua langkah. lengan kirinya dipegang dan dipijatpijat,
wajahnya tampak menyeringai sadis.
Bola mata Kiong-bing melotot keluar, sekuatnya dia
menyanggah tubuh dengan kedua tangan, tubuhnya setengah
duduk. sorot matanya berapi-api menatap Yu-bing Kongcu
penuh kebencian- suaranya serak: "Kau... kenapa berbuat
sekeji ini ?"
Yu-bing Kongcu tertawa sinis. Katanya:
"Selama tiga puluh tahun ayah berusaha mencari rahasia
cara membuka gudang Thian-tok-bun, maka beliau
merendahkan diri berusaha merangkul kalian bersaudara.
siapa nyana kalian licik dan picik, terlalu egois dan temaha
sejak memperoleh keterangan dari mulut ciang-kiam-kim-ling
cara membuka gudang itu kalian tetap merahasiakannya
sampai sekarang. tadi adikmu sudah membeberkan rahasia
itu, untuk apa pula kau masih hidup".
Serasa serak penasaran keluar dari tenggorokan Kiong
bing, pelan-pelan dia merangkak bangun dengan langkah
sempoyongan menghampiri Yu-bing Kong cu terkekeh dingin,
katanya: "sekarang biar kau mampus dengan tenteram, jiwa
adikmu tadi juga aku yang menamatkan.”
Mendadak dia melompat maju menerjang ketubuh Kiong
bing, di mana telapak tangannya berkelebat, Kiong-bing telah
dihajarnya mencelat jauh terguling-guling ditanah, Kiong-bing
masih merintih- rintih, darah menyembur pula beberapa kali,
sekujur badan gemetar, namun tetap dapat merangkak berdiri
lagi.
Menyaksikan betapa keji dan telengas cara Yu-bing Kongcu
membokong dan berusaha membunuh Kiong-bing, Liok KiamTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ping mengerut kening, disadarinya bahwa Hiat-liong-po-giok
miliknya itu ternyata mempunyai arti besar didalam percaturan
dunia persilatan, dibalik batu yang sekeping itu ternyata
menyangkut banyak persoalan penting yang terpendam sekian
lama, menyangkut banyak jiwa manusia,
Sudah tentu Kiam-ping amat setuju bila manusia macam
Kiong-bing diberantas dari muka bumi, tapi melihat kakak
beradik itu mati penasaran oleh kawan yang berbuat keji dan
jahat, sebagai seorang ksatria, seorang pendekar yang
menjunjung kebajikan, sebetulnya Kiam-ping tidak bisa
berpeluk tangan sayang dia masih sadar bahwa Le Bun
berenam masih digenggam lawan, maka dia tidak berani
sembarang bertindak, Dengan suara serak Kiong-bing berkata:
"Kau memang kejam, memang tidak malu sebagai murid
Tang-ing..." setelah berganti napas, sorot matanya beralih
kearah Liok Kiam-ping, katanva pula: "Apapun yang terjadi
kau harus pertahankan batu jade itu, karena diselatan kota
Tayli dipropinsi In-lam terdapat sebuah tempat Ngo-tok-sengto
.. " sorot matanya menampilkan mohon belas kasihan, lalu
meratap: "Disana terdapat gudang penyimpanan harta pusaka
Thian-tok-bun, merupakan rahasia besar kaum persilatan yang
diperebutkan sejak beratus tahun lalu, didalamnya tersimpan
sepucuk pohon Kiu-yao-ci-lan yang ditanam oleh Thian-gwa
sinlo dan ada lagi..." dia berusaha ganti napas, tapi mendadak
kepalanya terkulai, napaspun berhenti.
Yu-Ling Kongcu tidak segan membunuh komplotan sendiri
untuk menutup mulutnya supaya rahasia besar itu tidak bocor,
dari sini Liok Kiam-ping meresapi betapa besar sangkut
pautnya Hiat-liong-po-giok itu bagi kaum persilatan
khususnya. Dirasakan pula kehidupan kaum persilatan yang
penuh liku-liku ini ternyata serba berbahaya dan jahat.
Manusia durjana macam Yu-ling Kongcu yang tidak segansegan
mengganyang kawan sendiri, ingkar janji dan lupa budi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka patut dirinya selalu waspada dan tidak kenal kasihan
terhadapnya.
Yu-ling Kongcu tertawa besar saking senang dan bangga,
katanya anak kura2, sekarang tiba saatnya kau serahkan batu
itu kepadaku."
Tidak menjawab langsung Liok Kiam-ping malah balas
bertanya: "Darimana kau datang kemari, Apakah tujuanmu
meluruk ke Kui-hun- ceng ini hanya lantaran batu mestika itu
?”
"Ya , .. boleh dikata demikian, tapi sayang .."
”Sayang apa..."
"Dikalangan Kangouw tersiar luas bahwa Pat-pi-kim-liong
adalah tunas muda yang diagulkan sebagai jago diantara jagojago
muda, sebagai ciangbunjin Hong Lui Bun, masakah
tentang datuk-datuk persilatan seperti Lam coat. Pak-ong.
Tang-leng, Say-bong dan Tiong-sin-ceng juga tidak tahu."
"Kenapa aku peduli tetek bengek itu, tugasku adalah
memberantas kawanan siluman jahat, membela kebenaran
mendukung keadilan kaum persilatan "
"Kau bocah masih berbau pupuk bawang juga berani
bermulut besar."
"Cayhe hanya tahu bekerja sekuat tenaga, kedengarannya
kau ini datang dari Tangling. "Ah, betul, tuan muda ini
memang putra tunggal Yu-ling-giam-lo..."
"Lwekangmu biasa saja, yakin Giam lo Lokoay juga takkan
lebih hebat seberapa."
Berubah air muka Yu-ling Kongcu, namun cepat sekali
sudah wajar pula,jengeknya tertawa sinis: "Bocah pikun,
memang aku hanya memperoleh dua bagian ilmu sakti Yuling-
giam-lo-saja, tapi kenyataan kau tidak mampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengalahkan aku, cuh, lekas serahkan batu mestika itu. Aku
tiada tempo ngobrol denganmu."
Liok Kiam-ping mengawasi orang-orang yang berdiri seperti
patung disekitar gelanggang, tenggorokan Le Bun masih
terancam oleh sepuluh jari-jari setan kakek tua itu.."
"Sebelum kau jelaskan dulu maksud tujuanku kemari,
terpaksa cayhe tidak bisa memenuhi tuntutanmu." jawab Liok
Kiam-ping tegas.
"Memangnya kau tidak hiraukanjiwa mereka ?" ancam Yuling
Kongcu.
"Mestika Bulim patut dimiliki oleh insan bajik dan bijaksana,
manusia kotor rendah dan hina dina macam dirimu, bila
mendapatkan mestika ini pasti akan lebih mengganas dan
bersimaharaja. Demi kesejateraan umat persilatan, jiwa
beberapa orang itu boleh kukorban, apalagi bila kau bunuh
mereka, bukan saja tiada faedahnya bagi dirimu jiwamupun
harus kaujadikan tumbal."
Yu-ling Kongcu jadi serba salah, katanya dengan wajah
berobah: "Anak muda, kau memang jumawa, memangnya
siapa yang menjadi tulang punggungmu."
Tujuan Liok Kiam-ping mencari posisi yang
menguntungkan, bila nanti terpaksa dia harus melancarkan
tiga jurus sakti dari cui-le-kiam untuk membekuk Yu-bing
Kongcu, maka sengaja dia ajak orang berdebat serunya
dengan gelak tawa: "Lam-coat, Pak-ong, Tang-ling, Say-bong,
Tlong-sin-Ceng pernahkah kau pikir apa hubungannya Tiong
sin-ceng dengan Kim-kong-put-hoay-sin-kang yang
kuyakinkan ?”
Betul juga Yu-ling Kongcu tampak tersirap kaget, serunya:
Jadi, kau ini murid didik Hou-bun-sin-ceng ? Apa kau bukan
ciangbunjin Hong-lui-bun ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yakin lawan sudah terlibat dalam persoalan yang sengaja
diada-ada, pelan-pelan secara santai dia bergerak kekiri dua
langkah katanya: “Apakah ahli waris beliau tidak patut menjadi
ciangbunjin Hong-lui-bun?"
Bahwasanya Liok Kiam-ping tidak tahu bahwa dikolong
langit ini betul-betul ada Lam-coat, Pak-ong, Tang-ling saybong
dan Tiong-sin-ceng segala, karena kepepet terpaksa dia
membual belaka.
Tapi Yu-ling Kongcu menjublek. batinnya: "Hiat-liong-pogiok
adalah mestika Bulim, siapa memiliki dia bakal menjadi
jago nomor satu diseluruh jagat jika benar dia murid Tiongsin-
ceng, sejak lama sepantasnya dia sudah pergi ke Ngo-tokseng-
te di In-lam. Kenapa dia tidak tahu dimana manfaat Hiatliong-
po-giok itu?"
Disaat menepekur itulah Liok Kiam-ping sudah
mengeluarkan cui-le-kiam. Ditengah bentakannya secepat kilat
dia melesat, ujung pedang menusuk kearah Yu-ling Kongcu.
Sejak tadi Kiam-ping sudah mempersiapkan diri sekali sergap
harus berhasil membekuk lawan, tampak sinar pedang
memenuhi udara membawa samberan angin tajam
perbawanya sungguh hebat dan mengejutkan-
Reaksi Yu-ling Kiongcu ternyata cukup sigap mesti
disergap. lekas dia kebut lengan baju kiri menimbulkan
segulung angin besar sementara kipas ditangan kanan
terkembang sekuatnya dia tahan serangan pedang sembari
menyurut mundur lima langkah, syukur masih berhasil dia
menyelamatkan diri. Tapi Liok Kiam-ping tidak memberi
peluang kepadanya, sekuatnya dia salurkan segala kekuatan
dan daya mampunya, hawa pedangnya menembus
pertahanan hawa kekuatan lawan sekokoh papan baja dan
bayangan kipas yang sekuat hujan deras.
"cras, eras," beberapa kali suara tabasan disertai bendaberda
halus berjatuhan di tanah, cahaya pedang tampak
berkembang diudara lalu melingkup ke satu jurusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerojok turun- Terdengar Yu-ling Kongcu menjerit seperti
binatang liar terluka, kedua tangannya menghindar serta
menepuk. segera dia mengembangkan Yu - ling-ciang-kang,
tampak halimun putih mulai mengembang makin lama makin
tebal menjadi hawa pertahanan yang membungkus sekujur
badannya.
Yu-ling-ciang adalah ilmu pukulan paling ganas dari aliran
sesat, tenaga pukulan yang dingin beracun setiap kena
sasaran, lawan pasti jatuh pingsan dan akhirnya binasa, Yuling
Kongcu memperoleh warisan keluarga, maka
kemampuannya bolehlah diandaikan, begitu mengembangkan
Yu-ling- ciang sungguh perbawanya luar biasa.
Ditengah gemuruh suara guntur dan badai, cu-le-kiam
ditangan Liok Kiam-ping seperti membentur dinding karang
besar, serangannya seperti ditahan dan sukar menembus
pertahanan lawan- Mendadak dia memekik nyaring, semangat
berkobar badanpun melejit keatas, seluruh tenaga dalamnya
disalurkan keujung pedang, secara gencar dan kerap ujung
pedangnya menusuk kelapisan kabut tebal putih itu.
Suara ledakan keras mengakhiri pertahanan sekeras karang
itu, ternyata kabut tebal itu tertusuk bolong dan kempes, asap
tebal terlempar ke segala penjuru, disusul suara orang seperti
tertelan dalam tenggorokan, cahaya pedangpun sirna, tampak
Liok Kiam-ping berdiri tegak ditengah gelanggang, pedang
terpeluk tegak didepan dada, wajahnya tampak semu merah,
napas sedikit memburu.
Enam kaki didepannya. wajah Yu-Ling Kongcu tampak
pucat lesi, bibirnya gemetar, sorot matanya melanda penuh
kebencian, darah tampak menetes dari tangan kanan
mengotori saiju putih dibawah kakinya, jelas dia sudah
terluka.
Selebar muka Kiam-ping dilapisi hawa sadis, bentaknya
dengan tekanan berat: "Kalau kau tahu diri lekas bebaskan
tutukan Hiat-to mereka, cayhe tidak akan menuntut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepentingan pribadi, kau boleh pergi dengan hidup, tapi
jangan kau menolak arak suguhan, menyesalpun kau akan
kasep"
Hampir saja jiwanya melayang oleh pedang lawan, rasa
takut masih menghantui sanubarinya, tapi sadar watak Yubing
Kongcu memang culas dan telengas, licik dan licin, picik
serta pandai berpura-pura, sekuatnya dia menahan gejolak
hatinya, mendesis kebencian dia berkata: "Mereka tertutuk
oleh Yu-ling-toan-hun-ci, ilmu tutuk tunggal keluargaku,
kecuali aku tiada orang mampu membebaskan."
”Jiwa mu sudah terancam dibawah pedang, masih berani
keras mulut, memangnya ingin lekas mampus." ancaman Liok
Kiam-ping sambil mendekat menuding pedang.
Lekas Yu-ling Kongcu berkelit sambil mundur, tapi sekali dia
bergerak ketahanan hawa murninya ikut buyar, kontan dia
memuntahkan darah segar, wajahnya lebih pucat lagi.
"Isi perutmu sudah tergoncang dan terluka oleh gerakan
hawa pedangku, jikalau tidak lekas samadi menyembuhkan
luka-luka dengan hawa murni sendiri, dalam jangka satu jam,
kau akan mampus tanpa kubur kalau tidak percaya boleh kau
coba tarik napas, apakah Khi-hay hiat tidak sakit?"
Walau tidak percaya tapi Yu-ling Kongcu mencoba menarik
napas dalam, Khi-hay- hiat seketika sakit seperti ditusuk jarum
karuan dendamnya makin membara, timbul akal busuknya.
Mendadak kedua tangan terayun, kabut hitam pekat seperti
menyembur dari kedua tangannya berkembang luas diudara.
bersama dengan melebarnya kabut hitam. maka ramailah
celoteh kawanan setan yang menggiriskan-
Liok Kiam-ping mengendus bau busuk dari mayat, seketika
kepalanya pusing, lekas dia kerahkan hawa murni
melancarkan Kim-kong-put-hay-sin-kang melindungi seluruh
badan dan Hiat-to. Kim- kong-put-hoay-sin-kang adalah ilmu
sakti pengusir iblis dari aliran Hud, begitu tenaga sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disalurkan, lahir batin senyawa serta merta timbal suatu
tenaga pertahanan yang hebat didalam batin, jangankan
racun tidak mempan, segala macam senjata tajampun takkan
mampu melukai.
Untuk pertama kali ini Liok Kiam-ping mempraktekkan ilmu
sakti ini dalam kancah pertempuran, sembari menghapal teori
yang pernah diajarkan Hwesio sakti, sekaligus dia
kombinasikan pula dengan Kay-ting-tay-hoat yang disalurkan
kedalam tubuhnya, padahal Lwekang Hwesio sakti meliputi
latihan selama seratusan tahun, maka betapa besar kemajuan
yang dicapai Liok Kiam-ping, sungguh merupakan kejadian
yang belum pernah terjadi selama ini.
Kira-kira semasakan air kemudian, kesadarannya telah
jernih, bila dia membuka, kedua mata, sekelilingnya tetap
diliputi abut hitam, kegelapan melulu seolah-olah dirinya
berada dineraka, benda lain tiada yang kelihatan
disekelilingnya. Bau busuk yang memuakkan bertambah tebal,
jeritan-jeritan setan masih terus bersahutan disekitarnya.
dikejauhan tampak sinar kunang-kunang kerlap- kerlip.
suasana mengerikan seumpama menyedot sukma. Maka
Kiam-ping membatin: "Mungkin inilah yang dinamakan Yu
ling-toa-tin ?”
Segera Kiam-ping melompat berdiri turun menerjang
kedepan dengan harapan dapat menerjang keluar barisan
meminjam cahaya pedang dari sinar kunang-kunang itu masih
terus terbang seliweran disekitar badannya.
Sekonyong-konyong sebuah suara dingin berkumandang
dibela kang: "He, Pat-pi-kim- liong, bocah bagus. bagaimana
rasanya Yu-ling-toa-tinku ini ? Dalam sekejap lagi mayatmu
akan luluh tak berbekas oleh kabut beracun yang menyadap
seluruh badanmu...
Liok Kiam-ping tidak hiraukan ocehan orang, Lwekangnya
tetap disalurkan, semangat terhimpun, mendadak dia
melompat terbang, pedangnya bergerak deagan jurus Jit-lunTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
jut-seng, selarik cahaya benderang menerangi langit
membawa geseran suara memecah udara, Dibawa h pancaran
sinar pedangnya yang benderang lapat-Iapat dia melihat
berkelebatnya bayangan beberapa orang. Sungguh kebencian
telah menjalari sanubarinya, tenaga dikerahkan tangan
bergerak dengan gaya pedang menaburkan tiga kuntum sinar
pedang, dengan kecepatan yang luar biasa menusuk
kebayang-bayang manusia itu.
"Aduh." sebuah jeritan melengking, disusul semburan darah
yang tercecer. serempak beberapa jalur angin tajam
memberondong kearah tubuhnya. Secara reflek Kiam-ping
ayun pedangnya menangkis dengan jurus Liat-jit-yam-yam,
cahaya pedang yang cemerlang menyilau mata berkembang
diudara.
Jeritan yang mengerikan kembali memekik, tubuh seorang
tampak roboh menggeletak sebuah lengan tertabas butung
dan tersapu pergi oleh putaran pedang "bluk”jatuh ditanah
bersalju.
Waktu Kiam-ping menegasi seorang kakek tua rambut
panjang berpakaian blaco telah binasa tertembus pedang
tenggorokannya, seorang lelaki setengah umur lagi buntung
lengannya, mukanya pucat, saking kesakitan badannya
menggigil sambil kertok gigi terguling-guling meregang jiwa.
Sekali jambak Kiam-ping jinjing orang ini, bentaknya:
"Lekas katakan bagaimana barisan ini berputar, nanti jiwamu
kuampuni."
Tiba-tiba terdengar Yu-ling Kongcu berkata dari luar
barisan: "Pat-pi-kim- liong, jangan bertingkah, coba dengar ini
suara siapa ?"
"Oh, Kiam-ping, kenapa kau?" itulah suara Le Bun yang
cemas dan kuatir.
"Le Bun, di mana kau ? Aku tidak apa-apa"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Kiam-ping, kau terkurung dalam barisan bentuk barisan ini
menggunakan teori cin-hoan-kiu-Kiong-pat-kwa dan... " tibatiba
suaranya terputus, kalau tidak didekap mulutnya tentu
Hiat-to bisunya ditutuk.
Mengingat Le Bun tertawan musuh, sungguh amarahnya
berkobar makin besar. Terbayang dendam orang tua belum
terbalas, tugas berat Hong-lui-bun juga belum sempat dia
bereskan, kini dirinya terkurung didalam barisan sementara
kekasihnya menjadi sandera musuh, sungguh serasa pecah
dadanya, bagaimana pula dia harus menunaikan pesan Hwesio
sakti? Menegakkan keadilan dalam percaturan dunia
persilatan- Terbayang kepada Hwesio sakti, seketika dia
teringat bahwa didalam kantong bajunya masih menyimpan
Pit-hwe-cu.
Dalam bahaya menemukan jalan buntu mendadak
memperoleh penerangan sinar harapan, seketika terbangkit
semangatnya, lekas dia kembalikan pedang kesarungnya lalu
mengeluarkan Pit hwe cu. cahaya hijau remang-remang
seketika menjulang diangkasa, pancarannya mencapai tiga
tombak membundar, dalam jangkauan sinarnya segala
sesuatu disekitarnya dapat terlihat jelas.
Kiam-ping segera menyapu sekelilingnva tampak Yu-ling
Kongcu berdiri setombak lebih diarah selatan, sibuk memberi
perintah dan aba-aba kepada anak buahnya, memperketat
kepungan-
Melihat kesempatan tak boleh disia-siakan, lekas dia
kerahkan tenaga dikedua lengan, hawa murni tersalur
keseluruh tubuh, di mana tumit kakinya menutul bumi
badannya menerjang dengan kecepatan anak panah.
Yu-ling Kongcu sedang kesenangan sambil tuding sana
tunjuk sini sementara mulut berkaok-kaok, mendadah cahaya
hijau berkelebat, disusul gelombang tenaga raksasa mendadak
menyapu datang sedahsyat amukan gelombang samudra,
lekas dia menjejak mundur sambil berputar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping sudah kebacut gusar, maka serangannya ini
teramat bernafsu, bagaimana juga musuh pantang lolos dari
incarannya, dimana dia salurkan tenaganya terus ditarik balik
pula, menyelinap terus melompat pula seperti ulat dalam perut
saja, dia mengudak dengan ketat, kelima jari tangan kanannya
tertekuk laksana cakar mencengkeram urat nadi lawan-
Luka dalam Yu-ling Kongcu cukup parah dan belum sempat
disembuhkan, mau tidak mau gerak geriknya menjadi lamban,
sebelum kakinya menyentuh tanah, seketika dia rasakan
pergelangan tangan mengencang kesakitan, kontan lengan
kanannya menjadi linu lemas, lekas sekali sekujur badan juga
lunglai.
Karena barisan tanpa komando maka barisan setan itupun
bubar sendiri, lekas sekali pemandangan sekitarnya telah
kembali terang seperti biasa. Sinar pagi tampak benderang
dan cuaca cerah ceria, ternyata sang fajar telah menyingsing
tanpa terasa, berarti Kiam-ping bertempur semalam suntuk.
Dengan suara berat Kiam-ping membentak: "Lekas buka
tutukan Hiat-to mereka, aku boleh mengampuni jiwa mu, atau
kau akan merasakan siksaan hidup, kalau masih bandel
mayat-mayat itu menjadi contohmu," sembari bicara tenaga
diperkeras, tulang pergelangan tangan Yu-ling Kong cu seperti
hampir patah, saking kesakitan gemetar badan Yu-ling
Kongcu.
Wataknya memang biadab, culas dan kejam, selama
mengembara di Kangouw, kapan dia pernah kecundang begini
mengenaskan, menjadi tawanan musuh dan diancam lagi, tapi
jiwa raga sendiri berada digenggaman orang, apa boleh buat
dia menghela napas, segera dia memberi perintah anak
buahnya untuk membebaskan tutukan Le Bun, Kim-gin-huhoat
berenam.
Setelah mereka berenam sadar dan tidak kurang suatu apa,
baru Liok Kiam-ping lepas cengkramannya, lekas dia memburu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesana menggiring serta melindungi mereka ketempat yang
selamat, orang banyak masih terlongong bingung.
Yu-Ling Kongcu mendengus ejek. katanya: "Keparat,
jangan temaha, sejak kini Tang-ling-Kiong tidak akan berpeluk
tangan-”
"Segala tanggung jawab akan kuhadapi, kapan saja aku
tunggu tuntutanmu..
Mendadak seorang berkata: “Kenapa kapan saja, sekarang
juga jiwa mu pasti mampus disini,” suara dingin kumandang
dari belakang, nadanya rendah dan sadis.
cepat Kiam-ping membalik, tiga tombak dipinggir pohon
berdiri seorang lelaki tua berambut uban, wajahnya
menyeringai kejam, hidung elang tulang pipi menonjol, bola
matanya seperti srigala yang haus darah, mendelik tanpa
berkedip. Melihat tampangnya yang buruk dan kejam
siapapun akan merinding. Bahwa orang ini tiga tombak berada
dibelakangnya tanpa disadari, betapa tinggi Lwekang dan
Ginkangnya, sungguh amat mengejutkan-
Begitu melihat orang, tua ini Yu-ling Kongcu seketika
berjingkrak senang, teriaknya: "Ayah, keparat ini bernama
Pat-pi-kim- liong, Hiat-liong po-giok berada ditangannya, tapi
dia..."
"Aku sudah tahu," tukas orang itu aseran-
Kim-ji-tay-beng mencelos, pikirnya: "Sudah puluhan tahun
siluman tua ini tidak pernah muncul di Kangouw, hari ini
mendadak berada disini, urusan ini tentu sukar dibereskan
secara damai."
Orang tua sadis itu melangkah setapak. suaranya bergema:
"Bocah, jadi kau inilah Pat-pi-kim- liong, tunas harapan kaum
persilatan masa kini?"
"Mana berani, tapi memang akulah adanya..”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu menuding mayat-mayat yang bergelimpangan,
katanya, "Kaukah yang membunuh mereka .."
"Terpaksa cayhe harus bertindak untuk membela diri."
"Terpaksa apa. Bocah semuda kau ini sudah berhati kejam,
membunuh anak buah Lohu, terpaksa Lohu akan menuntut
keadilan kepadamu"
"Haha, mengumbar anak berbuat jahat adalah keliru,
membantai umat hidup melanggar hukum alam. meyakinkan
ilmu sesat lagi, patut menjadi musuh bersama umat manusia.
Ang-kin-cap-pwe-ki, anak buahku itu seluruhnya kalian bantai,
bagaimana pula kau akan memberi pertanggungan jawab?”
---ooo0dw0ooo---
"Setan cilik pandai berputar lidah, jangan kira kau ini murid
Hou-hun Hwesio Lohu tetap berani menyikatmu."
"Demi keadilan dan kebenaran- kaum persilatan, meski
gugur dimedan laga juga cukup terpandang, cayhe menurut
saja apapun kehendakmu. "Bocah tekebur, berani kau
menghadapi tiga pukulan Lohu ?"
"Jangan kata tiga jurus, tiga puluh jurus juga tidakjadi soal
bagi cayhe."
"Melihat sikap dan tutur katamu, kau memang cukup gagah
dan perkasa, Lohu jadi kagum kepadamu, biarlah hari ini aku
melanggar kebiasaan, mencobamu tiga jurus, bila kau kuat
menandingi persoalan ini anggap himpas sampai di sini, kalau
kau kalah Hiat-long-po-giok harus kau serahkan kepadaku,
jiwamu tetap kupertahankan” Angkuh adalah watak utamanya,
sebagai ciangbun lagi, dihadapan anak buahnya betapapun dia
harus mempertahankan gengsi, pantang dipandang enteng
lawan, maka Kiam-ping tertawa gelak gelak. katanya: ’Jikalau
cayhe kalah, jangan kata Hiat-liong-po-giok, batok kepalaku
juga boleh dipenggal dan terserah apa kehendakmu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya bila kau yang kalah, terpaksa aku harus menuntut
balas kematian ciangbunjin kita yang terdahulu ciang-kiamkim-
ling yang kalian keroyok di Tay-pa-san dulu."
"Boleh, boleh, nah awas bocah", perhatikan seranganku."
Pelan-pelan dia ulur kedua tangannya lurus kedepan dada,
kedua telapak tangan terus bertepuk perlahan, namun
segulung tenaga tiba-tiba menerpa muka. Hanya lima bagian
tenaganya saja, tapi dengan latihan Lokoay yang hampir
mencapai seratus tahun ini, perbawa serangan ini ternyata
amat mengejutkan, damparan tenaga yang menyerang itu
sungguh sedahsyat gelombang yang berderai.
Menghadapi musuh tangguh betapapun Liok Kiam-ping
tidak berani gegabah, segera dia salurkan tenaga saktinya,
seluruh kekuatan dipusatkan dipusar, kedua tanganjuga
menepuk dengan enam bagian tenaga.
"Byaaaar " seperti ledakan petir, begitu kedua tenaga
pukulan berada, badan Liok Kiam-ping sedikit menggeliat.
Lokoay kira usianya masih muda, umpama sejak dalam
perut ibunya meyakinkan Lwekang juga masih terbatas, maka
kali ini dia agak pandang rendah lawannya, maka hanya
menggunakan lima bagian tenaganya. Di luar tahunya Liok
Kiam-ping beruntun memperoleh mukjijad sehingga Jin-tiok-jimeh
sudah tembus, Lwekangnya sekarang boleh dijajarkan
sebagai tokoh paling top di Bulim, setelah pukulan beradu
Lokoay tergentar mundur selangkah
"Setan alas, kiranya kau memang tangguh, baik sambut
pukulanku ini,” kembali dia gerakkan kedua tangan. kali ini
pukulan dahsyat membawa deru gemuruh seperti geluduk
menggulung kearah Liok Kiam-ping. Badai mengamuk, ombak
menjerit, hawa udara seperti bergolak. bukan kepalang hebat
perbawa serangan ini.
Liok Kiam-ping tahu lwekang Siluman tua ini amat hebat,
sebetulnya dia mampu berkelit, tapi wataknya juga congkak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapapun tangguh kekuatan musuh, dia tidak mau dipandang
rendah. “Haait,” mulut menggembor pendek. kedua tangan
mengerahkan dua belas bagian tenaga memapak angin badai.
Dua jalur kekuatan saling gubat dan bentur sedemikian
dahsyatnya laksana ular raksasa yang bertarung sengit saling
lilit sehingga. menimbulkan pusaran angin puyuh, gemuruh
suaranya sedahsyat gunung meletus tanah menjadi berlobang
seluas setombak sedalam beberapa kaki. kapan orang-orang
diluar gelanggang itu pernah melihat adu kekuatan sedahsyat
ini, semua melotot dan melongo tiada yang bersuara, saking
takjub sampai lupa bersorak memuji.
Setelah lenyap suara gemuruh, kedua pihak tampak
tertolak mundur tiga tindak, terhitung, seri alias sama kuat.
Sungguh Lokoay tidak mengira dalam usia semuda ini,
Lwekangnya ternyata setangguh ini, Bila hari ini lawan
semuda ini tidak dilenyapkan dari muka bumi. kelak pasti
merupakan bibit bencana, maka hasrat membunuh semakin
tebal melembari hatinya.
cepat dia mengendap badan, kedua tangan memeluk dada,
telapak tangannya berurubah merah menjadi hitam dan mulai
mengepulkan asap hitam terus menyelubungi sekujur badan,
setelah menggaris bundar kedua tangan terus ditepuk
kedepan sekuat tenaga.
"Heksat-tok- elang. Awas ciangbun.’ Kim-ji-tay-beng
berteriak memperingatkan, cepat dia memberi tanda kepada
Ginjutay-beng, keduanya lantas melompat maju kepinggir
arena, sepasang tangan mereka menahan punggung Liok
Kiam-ping.
Le Bun juga menguatirkan keselamatan pujaannya, diapun
melompat maju, demikian pula Siang Wi dan yang lain ikut
memburu dekat.
Begitu mendengar peringatan Kim-ji-tay-beng, hati Liok
Kiam-ping sudah mencelos, lekas dia kerahkan Kim-kong-put
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hoay-sinkang, seluruh kekuatan dia himpun dikedua tangan
terus disendai keluar. Ledakan dahsyat kembali menggelegar
nnenggoncang bumi, kuping hadirin sampai pekak. genderang
telinga serasa pecah.
Terasa oleh Liok Kiam-ping segumpal tenaga gelap bagai
segugus gunung menindih kearah dirinya, kekuatannya
melandai sambung menyambung, sehingga badannya
tergoncang mengikuti getaran tenaga lawan- Untung segera
dia merasakan adanya searus tenaga hangat meresap
kedalam badan, dia tahu Kin-gin-hu-hoat telah membantunya
dari belakang, lekas dia pusatkan pikiran mengendap hawa
murni kepusar, lalu kembali dia dorong kekuatan menahan
damparan tenaga lawan yang dahsyat.
Betapapun Kim-kong-put-hoay-sin-karg baru saja berhasil
diyakinkan, landasannya belum kokoh, kekuatan asap beracun
Lokoay kang, telah diyakinkan hampir seabad, mana kuat
dipertahankan terus, akhirnya serangkum bau busuk
menyengat hidung membuatnya pusing tujuh keliling, seluruh
tenaga seperti ludes seketika.
Nafsu Lokoay sudah berkobar, pelan-pelan dia angkat pula
tangan kanan siap memukul pula.
Untunglah pada saat kritis itu seseorang membentak: "Tiga
jurus sudah genap. apakah Tang- ling-heng hendak menjilat
ludah sendiri, sungguh memalukan kaum persilatan-"
Lenyap suara maka muncullah seorang pelajar setengah
baya berusia empat puluhan mukanya putih jenggot panjang,
perawakan sedang, sepasang alisnya memanjang turun
beradu dengan rambut dipelipisnya, tidak marah tapi sikapnya
kereng berwibawa.
Lekas Tang-ling Lokoay tarik tangan sambil melejit
kepinggir terns berputar, katanya gelak-gelak: "Kukira siapa
mempunyai kepandaian sehebat ini, ternyata kau Lam-coatTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
heng, tiga puluh tahun tidak bertemu, Lwekang Loheng
ternyata maju tidak sedikit."
"Sudah, jangan mengagulkan diriku, bocah ini sudah genap
menerima tiga jurus pukulanmu, sebagai pentolan Bulim dari
angkatan tua lagi, memangnya kau hendak memungut
keuntungan dari dia?"
Merah muka Tang-ling Lokoay, katanya tertawa: "Sejak
Lohu berkecimpung di Bulim kapan pernah ingkar janji?" lalu
kedua tanagan mengebas, setelah mengucap selamat
bertemu, dia berlari pergi membawa seluruh anak buahnya.
Lekas Kim-ji-tay-beng melangkah maju seraya menjura,
katanya: "Mohon tanya Locianpwe, bukankah kau Jit-coat
Suseng dari Si-gwa-ngo-song?"
Lam- coat mengangguk dengan tertawa, ujarnya: "Puluhan
tahun terasing dari Kangouw, ternyata masih ada orang kenal
Losiu agaknya kau ini dari aliran Kim-sa Thian-san-beng
dipadang pasir itu ?" lalu dipandangnya Kim-ji tay-beng lekatlekat.
"Betul, beliau adalah kakek guru, sudah meninggal
banyak tahun... "
Sementara itu Le Bun sedang memeriksa badan Liok Kiamping,
apakah terluka tidak, terasa napasnya teramat lemas,
tinggal satu-satu saja, mukanya pucat, sungguh hatinya sedih
seperti disayat-sayat, air matapun sederas hujan-
Lam- coat memegang pergelangan memeriksa urat nadi,
katanya menggeleng: "Untung anak ini membekal Kim-kongput-
hoay-sin-kang, kalau tidak jangan kata dia menahan
secara kekerasan pukulan Hek sat ciang hanya tertiup sedikit
bau busuk beracun saja, isi perut orang dapat membusuk
seketika..agaknya Hou-hun-ceng punya hubungan cukup intim
dengan bocah ini.”
"ciangbunjin memang pernah memperoleh didikan dari
padri sakti itu sebelum ajalnya,” Kimji-tay-,beng menjawab
ramah dan hormat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Apa Hou-hun Taysu sudah almarhum, Lwekangnya jarang
ada tandingan di Bulim, bahwa bocah ini mendapat
kepercayaan dari padri sakti, merupakan keuntungan umat
persilatan umumnya. Sekarang biar Losiu bersamadi
membantu dia mengobati luka-lukanya." beruntun jarinya
bekerja menutuk tiga puluh enam Hiat-to ditubuh Kiam-ping
tanpa berhenti, tutukannya tepat dan lincah, lalu dia duduk
bersimpuh, telapak tangan menekan Bing-bun-hiat
dipunggung.
Satu jam kemudian uap putih mengepul diatas kepalanya,
makin lama makin tebal menurun membungkus tubuh. Wajah
pucat Liok Kiam-ping semakin semu merah, deru napasnya
yang tipis juga tambah berat, mendadak kaki tangan
mengejang sekali, dengan dia membuka mata perlahan dia
tatap muka setiap hadirin, dia tahu seseorang tengah
membantu dirinya menyembuhkan luka dalamnya yang parah,
lekas dia memejam mata memusatkan semangat. mendadak
segulung arus panas luar biasa bersemi dari pusar terus
melanda keseluruh badan melalui seluruh urat syarafnya
hingga berputar satu lingkaran-
Kiamping pernah memperoleh saluran Lwekang Padri sakti
dengan Kay-ting-tayhoat, inti tenaganya terbenam didalam
pusar sehingga tak kuasa dikembangkan menyeluruh, kini
setelah didorong oleh tenaga Lwekang Lam-coat yang
tangguh, tenaga inti yang terbenam itu seperti meledak saja
terbaur dan senyawa dengan tenaga murninya, sehingga
Lwekannya maju tidak sedikit.
Sekarang wajahnya sudah merah segar, rasa sakit yang
menyiksa tadi sudah lenyap. lekas dia berkata
perlahan:Terima kasih cianpwe..."
Jidat Lam coat sudah mandi keringat, terasa adanya
segulung arus panas yang lebih kuat lagi menyedot tenaga
murni yang dia salurkan ketubuh orang hingga dia hampir tak
kuasa mengendalikan diri, disaat dia sudah hampir payah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itulah, tiba-tiba didengarnya Kiam-ping bicara, lekas dia
hentikan saluran tenaga serta membuka kedua mata.
Lekas Liok Kiam-ping berdiri serta menjura, menyatakan
terima kasih akan budi pertolongannya.
Kembali Kim-ji-tay-beng membuka suara lebih dulu,
tanyanya: "Sudah puluhan tahun cianpwe mengasingkan diri,
kali ini mendadak menampakkan diri, apakah..."
"Panjang ceritanya," demikian ujar Lamcoat, "enam puluh
tahun yang lampau, kami lima tua b angka yang tidak mau
mampus saling menjajal Kungfu dipuncak Ui-san,
memperebutkan jago nomor satu diseluruh jagat, Waktu itu
Losiu kira setelah rampung meyakinkan Kian-le-cin-khi, pasti
sedikit diatas angin dibanding keempat lawan lain- Tak nyana
beruntun tiga kali aku berhantam dengan mereka, tiada
satupun yang mampu kurobohkan, kekuatan tetap sama kuat.
Maka tiga puluh tahun yang lalu kami berkeputusan untuk
mendidik seorang murid, ditentukan pada hari raya Tiongciu
tahun depan murid masing-masing harus dipertandingkan
dipuncak Uisan pula. Bagi pemenangnya memperoleh hak
mempelajari ilmu silat keempat lawan yang lain- Konon Lamhay
Gau-cu telah menemukan seorang jenius silat yang sukar
dicari selama sekian tahun mendatang ini, sekarang bocah itu
sudah diantar kebarat daya. Karena waktu amat mendesak.
waktu Losiu menguntit jejak mereka, kebetulan kulihar sinar
kunang-kunang d is ini, jadi secara kebetulan kepergok disini,"
lalu dia berputar mengawasi seruling pualam ditangan Le Bun,
wataknya yang suka bicara timbul lagi, tanyanya: "Nona cantik
jelita, pintar dan berbakat, kurasa kaupun sudah mahir dalam
permainanmu itu."
"cianpwe terlalu memuji, ajaran guru hanya kulitnya saja
yang berhasil kuyakinkan, mohon cianpwe sudi memberi
petunjuk." Le bun merendah diri.
"Nah, coba kau tiup sebuah lagu untuk mencuci kuping
Losiu yang hampir tuli ini.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Le bun tersenyum manis, segera ia angkat serulingnya
meniup sebuah lagu, iramanya kalem mengalun enteng
mengambang di angkasa terus meninggi sehingga merasa ikut
terbang keangkasa, betapa mengasyikkan dan mengetuk
sanubarinya.
Lam- coat keplok sambil tertawa lebar, katanya, "Nadanya
bening dan tunggal, sayang mengandung rasa rawan, apakah
nona dirundung kerisauan masa lampau, bila kau percaya
kepada Losiu, senang aku ajarkan seluruh Kungfu milikku
kepadamu."
Sejak kecil Le Bun sudah biasa menyepi di Te-sat-kok. sifat
pendiam, hidup sengsara, perkataan Lam-coat seperti
mengaduk perasaan yang terpendam sekian lamanya.
seketika bercucuran air matanya, saking haru tak tahu
bagaimana dia harus menjawab. Lekas Kim-ji-tay-bong
menimbrung:
"Pek-locianpwe memiliki Kungfu yang tiada taranya, nona
inilah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan-" lalu dia
menatap Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping tertawa, katanya: "Ilmu sakti Locianpwe
memang menggetar dunia, mana mungkin adik Bun tidak sudi
menjadi murid beliau. Baiklah tahun depan setelah
pertandingan dipuncak Ui-san berakhir, aku akan menanti
kedatanganmu di Te-sat-kok.”
Le Bun tersenyum senang, lekas dia berteriak: “Suhu.”
tersipu-sipu dia hendak menyembah.
Lam-coat tertawa gelak- gelak. katanya "Bagus, bagus,
muridku tidak usah memberi hormat. Sekarang juga kita
pulang lalu dia mengulap tangan kepada orang banyak”,
menarik Le Bun terus melompat terbang, sekejap saja
bayangan mereka telah lenyap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama Liok Kiam-ping mendelong mengawasi bayangan
kedua orang yang sudah tidak kelihatan- tiba-tiba
disampingnya seseorang memanggilnya lirih: "Ping-ko."
Liok Kiam-ping tersentak sadar sambil mengiakan dalam
mulut. "Siau Hong, kau baik-baik saja?" suaranya haru
gemetar.
Sejak kecil dia hidup sebatangkara, Siau Hong yang polos,
arif dan suci dipandangnya seperti adiknya sendiri, Masa lalu
bagai halimun, tak terasa dia amat hambar menghadapi
tantangan hidup ini.
Kokok ayam terdengar dikejauhan. Kiam-ping mengguman:
”Hari hampir fajar. Biarlah segala sesuatu dimulai dari
permulaan-"
---ooo0dw0ooo---
Musim dingin,
Jalan raya yang menuju kepropinsi In-lam sudah tebal
dilapisi saiju, seekor kuda berlari bagai terbang, menantang
hembusan angin dingin, terasa berderap menuju kekota Tayli.
Penunggang kuda adalah seorang pemuda jubah putih,
sorot matanya bercahaya, gagah dan tampan, namun kedua
alisnya berkerut seperti dirundung banyak pikiran- Dia bukan
lain adalah Pat-pi-kim- liong Liok Kiam-ping untuk menemukan
dan menyelidik Ngo-tok-seng-te, dia memerlukan diri
menempuh perjalanan kebarat seorang diri.
Waktu itu jalan raya membelok kelereng bukit, keadaan
jalan pegunungan makin berbahaya, lari kudapun terpaksa
diperlambat, selepas mata memandang pemandangan putih
melulu, tanpa terasa dia teringat...
Lwekang sendiri belum mencapai taraf tinggi, bukan
tandingan Hek-sat-tok-ciang dari Tang-ling. Bagaimana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mampu menuntut balas dendam perguruan, membangun
perguruan dan menyusun kekuatan, Sebelum ajal padri sakti
menurunkan ilmu, pesannya sukar dilaksanakan-
Ang-kin-cap-pwe-ki mati secara mengenaskan, tenaga dan
jago-jago perguruan yang betul-betul dapat diandalkan tiada.
Maka dia menugaskan kepada Kim-jin-hu-hoat untuk keluar
perbatasan mengundang para Tianglo yang sudah lama
mengasingkan diri untuk terjun pula kekancah pergolakan di
Kangouw entah kapan mereka baru akan pulang, entah
berhasil tidak mereka menunaikan tugas.
Apa sangkut paut Hiat-liong-po-giok dengan Ngo-tok-sengto
? Maka sekarang dia memerlukan meluruk kepropinsi Inlam
untuk mencari Ngo-tok-seng-to ? Apakah maksud
tujuannya dapat tercapai ?
---ooo0dw0ooo---
Lantaran Hiat-liong-po-giok. Tang- ling tidak segan-segan
kerahkan seluruh kekuatannya, dari sini dapat dibayangkan
betapa besar faedah Hiat-liong-po-giok itu bagi kaum
persilatan- Masa depan dikala pikirannya bekerja dan
mendadak melengak itu, tiba-tiba ujung matanya sempat
menangkap gerakan sebuah bayangan orang diatas bukit
sebelah kanan-
Kiam-ping membatin: "Mungkin ada orang menguntit
diriku.Juga menuntut Hiat- liong- ling ?" lekas dia keprak
kudanya berlari lebih kencang, lekas sekali dia sudah tiba
disebuah belokan diperut gunung.
Mendadak dari lembah disebelah depan kumandang gelak
tawa orang. Kiam-ping tersirap kaget, lekas tangannya
menarik tali kendali menghentikan kuda, sekali tekan pelana
dia dorong kuda itu, sementara tubuhnya melejit tinggi
dengan gerakan ciam-liong-seng-thian-Ditengah udara dia
menekuk pinggang terus menggeliat, tubuhnya berputar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan gaya indah melompat jauh lima tombak. badannya
lantas mepet dinding di atas karang.
Baru saja tubuhnya hinggap diatas dinding, lantas
didengarnya sebuah suara serak berkata: "Hahaha, kalau
begitu, tidak sia-sia jauh-jauh dari barat aku meluruk ke
Tlonggoan- Yakin dimalam Tlongelu tahun depan, aku pasti
dapat mengalahkan para tua b angka itu menjagoi seluruh
jagat."
Menyusul seorang lagi bicara: "Lo-cianpwe memiliki
kepandaian yang tiada tandingan, pertemuan di Ui-san tahun
depan, yakin kau orang tua dapat mengalahkan lawan-lawan
menjagoi Bulim. Tadi yang diberikan kepada cayhe apakah
Soat-lian ?"
Suara serak tua itu kedengaran agak marah, katanya kaku:
'Aku ini malaikat picak dari dunia barat, selama namaku
menggetar Kangouw, kapan aku pernah ingkar janji, cukup
asal kau ramu dengan beberapa jenis obat, soat-lian sekotak
ini cukup kau manfaatkan seumur hidupmu. Baiklah, aku akan
segera pulang kegunung. o, ya, siapa nama bocah itu ?'
Seorang lain menjawab: "Bernama Suma Ling-khong, cayhe
telah menutuk kesadarannya, cianpwe cukup menyingkirkan
balutan obat diatas jidatnya, segera dia pulih seperti sedia
kala."
Mendengar "Suma Ling-khong" Liok Kiam-ping agak
tersirap. batinnya: "Nama ini seperti sudah kukenal."
"Hm," suara serak itu berkata: "Go-hucu. Adakah kau
menyuruh orang berjaga di mulut lembah ? Memangnya kau
belum percaya kepada Malaikat picak dari barat ini?"
Kembali mencelos hati Liok Kiam-ping, sungguh tak nyana
sedikit gerakan bersuara dikala tubuhnya menyentuh dinding
karang juga tidak terlepas dari pendengaran si picak dari barat
ini, dapat dibayangkan betapa hebat Lwekangnva. Sungguh
tak nyana hanya karena kemaruk sekotak Soat-lian, Go-hu-cu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rela mengorbankan jenius silat yang jarang ditemukan selama
ratusan tahun, padahal akibatnya bisa mendatangkan bencana
kaum persilatan- Lebih celaka lagi karena jenius silat yang
dibicarakan itu bukan lain adalah Suma Ling-khong.
Sekarang Kiam-ping teringat waktu dirinya menjadi
gelandang dulu bersua dengan bibi angkatnya, beliau pernah
berpesan supaya dia bantu mencarikan putranya yang hilang,
Bukankah namanya Suma Ling-kong suaminya bernama Suma
Liang.
Rasa benci menggejolak sanubari Liok Kiam-ping, benci
terhadap kawanan penjahat dari golongan hitam yang rendah
dan hina. Maka dia merasa punya kewajiban untuk membela
keadilan menegakkan kebenaran, bunuh dan bunuh semua
durjana itu, hanya diberantas habis kaum penjahat itu baru
bisa membela kaum lemah yang arif dan tak berdosa.
Dikala hati terkejut itulah didengarnya Go-hu-cu tertawa
kering, katanya: "Mohon cianpwe tidak marah dulu, soalnya
cayhe kuatir ada orang luar menerobos kedalam lembah,
maka sebelumnya telah mengatur beberapa perangkap
dimulut lembah, harap dimaklumi."
Bong-seng atau malaikat buta tertawa riang, katanya:
"Hanya perangkap begitu apa artinya. jikalau Lam-coat mau
kemari, dia tetap bisa keluar masuk dengan bebas. Kini semua
sudah lengkap. Meski Jit- coat Suseng sendiri datang kemari
juga aku tidak perlu gentar terhadapnya. Hahahaha."
Belum reda rasa kuatir Liok Kiam-ping, tiba-tiba
didengarnya suara Bong-seng bersuara lirih diujung lembah
sempit dikejauhan sana: "Soat lian itu tidak bisa dibiarkan
terlalu lama, nanti bisa lenyap khasiatnya." agaknya dia sudah
siap tinggal pergi.
Dengan mengerahkan tenaga dalam Go hu-cu berteriak
lantang: "Terima kasih akan petunjuk cianpwe, selamat
bertemu." lalu dia terkekeh tawa sendiri, dengan memperoleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tulang punggung sekuat ini, selanjutnya aku tidak perlu takut
terhadap Tang ling." Agaknya diantara kawanan penjahat itu
satu dengan yang lain ada pertikaian yang mendalam juga
demi memperjuangkan kepentingan masing-masing,
Sekonyong-konyong sebuah suara dingin menjengek
dibelakang: "Kukira selanjutnya kau tidak akan punya
kesempatan lagi."
Sudah tentu Go-hu-cu berjingkat kaget, dia kira Lam- coat
telah tiba, dengan sigap dia membalik tubuh, Tahu-tahu
didepannya berdiri seorang Suseng (pelajar) berjubah putih,
dengan sikap galak dan tatapan tajam tengah mengawasi
dirinya, ujung mulutnya menyeringai dingin. Sejenak dia
tenangkan diri lalu b erg elak tawa, katanya: "Anak muda, kau
murid siapa ? Untuk apa datang kemari '
Melihat pelajar ini masih muda legalah hatinya, Padahal dia
tidak berpikir secara cermat, betapa tinggi taraf lwekang
sendiri setelah latihan puluhan tahun, namun orang berada
dibelakang tidak diketahui kapan kedatangannya, Ginkang
yang hebat inijelas dirinya bukan tandingan-
”Jangan pamer usia tua bangka. Murid siapa dari perguruan
mana, tidak perlu kau tahu. Bila kau bisa menjawab dua
pertanyaanku, boleh aku melanggar kebiasaan mengampuni
jiwamu kali ini.”
”Lohu Go-hu-cu dari Lam-hay, selama berkecimpung
puluhan tahun di Kangouw belum pernah ada orang
bertingkah kasar dan berani menghinaku. Anak muda, jangan
tema h a dihadapanku, nasibmu bisa celaka nanti” tapi begitu
dia angkat kepala melihat tiga batang pedang yang terselip
dipunggurg Liok Kiam-ping seketika dia menjerit kaget seraya
berjingkrak, serunya: ”Ha pedang dari Hong Lui Bun, jadi kau
ini Pat-pi-kim- liong ?.”
”Ah, mana berani, orang tak bernama seperti diriku mana
berani mengagulkan diri,”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesaat keduanya berdiam diri, akhirnya Go-hu-cu angkat
alis serta menyeringai dingin, ”Anak muda, kebetulan kau
datang, lekas serahkan Hiat-liong-po-giok, boleh Lohu
mengampuni jiwamu, kalau tidak... hm.”
”Kalau tidak kenapa?” jengek Kiam-ping,
”Bersiaplah untuk mampus.”
”Kau yakin dapat membunuh aku ?”
”Anak muda masih berbau bawang kau tidak tahu tingginya
langit tebalnya bumi. Lihat pukulan” dimana kedua tangannya
menggaris bundar. Segumpal angin pukulan seketika menerpa
kedepan sedahsyat badai, Liok Kiam-ping menggeram gusar.
Tenaga dikerahkan dari pusar. Lwekangnya lantas membanjir
keluar, kedua tangannyapun menepuk kedepan menyongsong
terjangan angin badai pukulan lawan-
Setelah terjadi ledakan hebat, tampak badan Liok Kiamping
tergeliat sekali, sementara Go-hu-cu seperti disodok
keras terhenyak mundur lima kaki, roman mukanya berobah
hebat. Darah seperti mendidih dalam tubuhnya. Sungguh
gusar danpenasaran bukan main, sambil meraung murka
beruntun dia menaburkan pula beberapa kali pukulan telapak
tangan, tenaganya lebih besar, tapi Kiam-ping sendirijuga
sudah bertekad untuk bertindak cepat, beruntun diapun
memukul tak kalah kerasnya hingga Go-hu-cu didesaknya
mundur beberapa langkah. Maju setapak lebar, Kiam-ping
membentak: ’Di mana Suma Ling-khong sekarang ?’
’Kusekap dalam gua dilekuk gunung sebrang sana,
sekarang mungkin sudah dibawa oleh Bong-seng dari dunia
barat.’
”Siapa biang keladi atas terjadinya pengeroyokan kepada
ciang-kiam-kim-ling dulu ?”
”Hal itu... Lohu tidak boleh menjelaskan-”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Tua bangka keparat, hari ini tak terampun jiwamu. Tidak
tanggung-tanggung lagi ”
”Sret” Kiam-ping melolos Liat-jit-kiam, di mana sinar perak
berkelebat, secepat kilat pedang menusuk keJit-kian dan
Siang- kik didepan dada Go-hu-cu.
”Tersirap darah Go-hu-cu melihat lawan melolos senjata,
lekas dia mundur tiga langkah, tongkat ditangannyapun
menjojoh dan menyontek, cepat dan aneh tongkatnya itu
menutuk ketabir cahaya pedang lawan-
Selincah belut langkah Liok Kiam-ping menggeser
kedudukan sambil menambah tenaga di tangan, di mana
lengannya menggentak batang pedangnya bergetar
mengeluarkan dengung suara yang membising, cahaya
pedang seketika seperti meledak tercerai berai, kiranya Kiamping
sudah berkeputusan untuk melancarkan Jit-lun-jut-seng,
gaya pertama dari Liat –jit-kiam-hoat yang lihay itu.
Seketika Go-hu-cu melihat bola matahari terbit didepan
matanya. Begitu terang benderang cahayanya sehingga kedua
matanya silau, pandangan menjadi gelap dalam hati dia sudah
mengeluh celaka, namun betapapun dia masih berusaha
menyelamatkan diri, badan berputar sembari melancarkan Liuhun-
koay-hoat (ilmu pentung mega mengalir) untuk menolong
diri, jurus ini bukan bertahan tapi justru balas menyerang
ketabir cahaya pedang lawan-
Liu-hun-koay-hoat merupakan ilmu kebanggaan Go-hu-cu
hasil daya ciptanya sendiri setelah menyelami berbagai ilmu
tongkat atau pentung dari berbagai perguruan silat lihay, hasil
kombinasi dari ciptaannya ini memang luar biasa lihay dan
kuat. Permainannya mengutamakan serangan untuk
mematahkan serangan lawan, bila permainan pentung sudah
dikembangkan dia tidak pernah mundur sebelum lawan
ambruk atau awak sendiri binasa. Dalam arena setombak
bayangan pentungnya mampu melukai lawan dengan
serangan yang mengejutkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Go-hu-cu yakin pentungnya cukup berat, permainannya
juga keras, pedang panjang macam apapun takkan kuat
menahan sekali ketukan senjatanya, walau dia rasakan daya
serangan pedang Liok Kiam-ping ini teramat ganas dan kokoh.
Namun dia masih berani menyelinap balas menyerang secara
kekerasan-
Ternyata perhitungannya meleset, sebelum ujung
pentungnya mengenai tabir cahaya pedang lawan, segulung
arus panas tiba-tiba telah menindih badannya, napas seketika
terasa sesak. Matanyapun berkunang-kunang, saking takutnya
lekas dia menjengkang tubuh sambil kerahkan tenaga diujung
tumit kakinya, badannya rebah datar hampir menyentuh bumi,
ternyata pentung ditangan kanannya masih mampu balas
menyerang delapan jurus dengan serangan aneh pula.
Delapanjurus dilontarkan bersama sehingga menjadikan satu
gerakan- pada hal tujuh jurus diantaranya hanya serangan
gertak sambel, jurus terakhir barulah serangan mematikan
yang cepat dan keji.
Bayangan pentung berlapis-lapis diudara merabu kedalam
tabir cahaya pedang, ternyata arus panas dari tekanan hawa
pedang lawan berhasil ditahannya sebagian besar, sayang
sekali tujuh jurus terdahulu dari permainan tongkatnya itu
hanya gerakan kosong belaka, sehingga jurus terakhirjuga
tidak bisa dilancarkan sepenuh hati, di mana cahaya kilat
menyamber, tahu-tahu pundaknya telah tergores luka
berdarah.
Ditengah keluhan kesakitan dari mulutnya, gerak
pentungnya sedikit tertunda, namun jurus terakhir permainan
pentungnya pun telah mencapai gerakan yang berisi dan
kebetulan memapak batang pedang lawan, ”Trang” ujung
pedang lawan berhasil digetar mumbul dua dim.
Liok Kiam-ping menghardik keras. Kakinya mengenjot
tubuh terapung, telapak tangan tertekuk lalu, menindih
dengan jurus Llong-kiap-sin-gan, segulung angin kencang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menindih batok kepala lawan- Pada hal saat itu gerakan Gohu-
cu terhenti sejenak karena luka-luka dipundaknya, di kala
tubuhnya berusaha membrosot pergi, kebetulan gerakannya
menyongsong datangnya tindihan telapak tangan Kiam-ping.
Sambil menggembor keras kedua tangan dia dorong keatas
dengan setaker tenaganya.
”Biang” ditengah ledakan dahsyat tampak saiju
beterbangan, terlalu besar tenaga yang dikerahkan Go-hu-cu
sehingga dia tergetarjatuh dan terbanting cukup keras di
tanah. Untung otaknya masih menyadari bahaya masih
mengancamjiwanya lekas dia menggelinding pergi beberapa
tombak. Syukurjiwanya selamat dari serangan dahsyat ini.
Jantung masih berdebar, pandangan juga terbeliak
sungguh tak pernah terpikir olehnya bahwa pemuda lawannya
ini memiliki Lwekang setangguh itu, terutama setelah dia
melancarkan ilmu pedangnya, tangan kiri masih mampu
melancarkan serangan aneh pula, gerakan dua tangan yang
memerlukan pemecahan konsentrasi kedua jurusan sungguh
cukup mengejutkan-
Sudah tentu tak pernah terpikir olehnya bahwa berulang
kali Liok Kiam-ping mendapat penemuan aneh, dilandasi bakat
dan kecerdikan otak yang luar biasa lagi, kini Jin-tiok ji-meh
dibadannyajuga telah tembus, mendapat saluran tenaga
dalam dari padri sakti lagi Lwekangnya sudah bertaraf enam
puluhan tahun. Untung disaat dirinya menjengkang tubuh
sambil menjejak kaki berusaha lolos tadi kakinya terpeleset
oleh licinnya saiju sehingga gerakannya sedikit merandek.
Maka secara aneh dan kebetulan batok kepalanya luput dari
tindihan telapak tangan dan dirinya sempat menangkis dengan
kedua tangan, walau jiwa selamat tapi keadaannya sudah
cukup runyam.
Sekilas ujung mata Liok Kiam-ping menangkap beberapa
gerakan bayangan orang dimulut lembah, gerak gerik mereka
tampak cepat dan tangkas, tahu bahwa bala bantuan Go-huTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
cu tengah mendatangi, jika la u bangsat tua ini lolos, kelak
pasti memerlukan banyak tenaga untuk menumpasnya. Begitu
kerahkan tenaga pada pedangnya Liok Kiam-ping mernb entak
sadis: ’Hutang darah bayar darah. Setan tua, serahkan
jiwamu.” Dengan jurus sip-yang-say-loh, ujung pedangnya
tampak bergetar memetakan jalur-jalur sinar pedang yang
mendengung mengancam berbagai Hiat-to besar didepan
dada Go-hu-cu.
Meski hidup setua ini, sebagai bang kota n silat kelas tinggi
pula, kapan Go-hu-cu pernah menyaksikan gaya pedang
sedahsyat ini, saking gugup lekas dia menurunkan pundak
sambil menyontek dengan pentung, sekaligus dia mengamuk
dengan dua belas j urus serangan pentungnya, ”cras, kras”
ditengah samberan angin kencang disertai suara yang ramai,
hawa udara seperti bergolak. Pentung panjang ditangan Gohu-
cu terpotong menjadi puluhan keping dan terlempar
keberbagai penjuru.
Go-hu-cu menjerit ngeri sambil mundur sempoyongan,
tangannya tertabas buntung tepat sebatas sikut, sisa
pentungnya terbang beberapa tombak jauhnya, darah
mencucur bagai ledeng, saking kesakitan kedua bola matanya
melotot bundar beringas, badan menggigil keringat berketesketes,
perlahan-lahan tubuhnya terjungkal roboh dan
semaput.
Tiba-tiba angin kencang memberondong dari berbagai
penjuru, puluhan deru senjata tajam meny amber tiba kearah
Liok Kiam-ping. Dengan tekanan suara berat Kiam-ping
membentak: ”Kawanan tikus berani mati.”
Mendadak tubuhnya melejit keatas sambil melancarkan
Liong-hwe-kiu-thian, sekaligus dia memukul tiga puluh enam
kali jotosan, ditengah samberan angin ribut terdengarlah
jeritan-jeritan orang yang meregang jiwa.
Penyergap gelap ini ternyata adalah anak murid Go-hu-cu
yang dibawanya dari Lam-hay, mereka kira dengan tenaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang banyak main keroyok seorang lawan, betapapun tinggi
kepandaian musuh pasti dapat mereka ganyang bersama.
Liok Kiam-ping menyerang dengan hati terbakar, makum
kalau perbawa serangannya dahsyat luar biasa, di mana angin
pukulan menyamber, jeritan saling susul pula orang terlempar
sungsang sumbel menemui ajalnya.
Sementara itu Go-hu-cu sudah siuman dari pingsannya,
wajahnya yang pucat masih menyeringai sadis hingga
kelihatan seram, melihat anak buahnya dibantai habis-habisan
sungguh pedih dan gusar bukan kepalang, sambil menahan
sakit lekas dia melompat berdiri.
Liok Kiam-ping menuding dengan pedang, dampratnya:
”Waktu kalian mengeroyok ciang-kiam-kim-ling dahulu,
pernahkah kalian membayangkan nasib kalian sekarang.
Katakan siapa biang keladi pengeroyokan itu?’
Go-hu-cu mendengus sekali, sambil tertawa bengis dia
memutar badan seraya berteriak: ’Locianpwe, lekas kemari.’
Belum habis dia bicara sambil berputar itu tangan kirinya
terayun, serangkum hujan sinar segera meluncur kebadan
Liok Kiam-ping.
Kiam-ping melenggong oleh teriakan pura-pura lawan,
mendadak dirasakan angin tajam merangsang badan. Lekas
dia kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin kang melindungi badan,
mulut memoentak: ”Bangsat kurcaci, cari mampus,” dengan
jurus Sip-yang-say-loh ujung pedangnya sudah meluncur lurus
kedepan.
Secara licik Go-hu-cu berusaha membokong lawan dengan
jarum-jarum berbisa, namun Am-ginya ternyata rontok oleh
hawa pelindung badan lawan, celaka pula ujung pedang lawan
tahu-tahu sudah menusuk tiba dan amblas kedalam dadanya.
Jiwa Go-hu cu amblas seketika. Pelan-pelan Kiam-ping
menarik pedangnya, di kala tubuh Go-hu-cu ambruk itulah
sebuah buntalan kuning menggelundung jatuh disamping
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya. Kiam-ping tahu itulah buntalan berisi Soat-lian yang
diberikan oleh Bong-seng kepada Go-hu-cu tadi sebagai
imbalannya menculik Suma Ling-khong. Kiam-ping jemput
buntalan itu tanpa diperiksa terus disimpan kedalam kantong
dan beranjak menuju ke kota
Menjelang magrib Kiam-ping sudah berada di hotelJut-lay.
Setelah menempuh perjalanan jauh dan mengalami
pertempuran sengit, sungguh badan teramat capai. Setelah
makan malam dia padamkan lampu terus beristirahat.
Dalam keadaan layap-layap tiba-tiba terasa adanya geseran
suara angin diatas genteng, Kiam-ping tahu ada sesuatu yang
tidak beres diluar tanpa mengeluarkan suara dengan lincah dia
melompat turun terus membuka jendela, sekali tutul tubuhnya
sudah meluncur keluar, ditengah udara dia menggeliat sambil
bersalto hingga tubuhnya mumbul pula beberapa kaki,
ditengah udara tubuhnya berputar lurus dengan enteng
hinggap diatas genteng, didengarnya sebuah suara tertawa
dingin dari arah kiri beberapa tombak jauhnya, begitu dia
menoleh bayangan hitam tampak berkelebat menghilang
dikegelapan.
Orang itu sembunyi ditempat gelap dan sengaja hendak
mempermainkan, karuan Kiam-ping merasa dongkol, lekas dia
kembangkan Ginkang mengudak kencang. Ternyata Lwekang
dan Ginkang orang itu juga sama tinggi, hapal daerah sekitar
sini pula, dengan dia bermain petak terus ngacir ke arah
barat, sesampai ditembok kota berputar kearah selatan-
Walau Ginkang tinggi, karena tidak hapal keadaan, lawan
bermain petak secara licin lagi maka susah buat Kiam-ping
untuk menyandaknya. Kebetulan didepan menghadang sebuah
hutan gelap. Bayangan itupun meluncur masuk ke sana.
Dengan gusar Kiam-ping lantas membentak: ”Tokoh kosen
dari mana kau, silakan keluar, kalau membandel terpaksa
cayhe...”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Anak muda,” sebuah suara berkumandang dari dalam
hutan, ”sambut ini.” Segulung bayangan putih lantas
menyambar.
Kiam-ping ulur tangan meraih bayargan putih itu, kiranya
segulung kertas. Dimana tertulis demikian: ”Tengah malam
dikala bulan purnama tepat dicakrawala tiga hari lagi, kami
tunggu kedatanganmu di Tho-te-blo di kota barat, tertanda
Khong-tong-sam-kiam.”
Kiam-ping tahu urusan lantaran matinya Pi-san-khek yang
dibunuhnya tempo hari, maka dia bergelak tertawa, serunya
angkuh:
”orang she Liok akan datang tepat pada waktunya, yakinlah
kalian tidak akan kecewa.’ Tanpa bicara lagi segera dia putar
balik kedalam hotel, ternyata kokok ayam sudah bersahutan
didalam kota, hari menjelang fajar.
Baru saja dia merebahkan badan, sebuah suara serak tibatiba
didengarnya bicara di jendela sebrang kamarnya: ”Losam
hayo bangun, siapkan kereta untuk berangkat, bukankah
sebelum petang kita harus tiba di Ting-Jwan, memangnya kau
lupa ? cilaka bila kita tersusul oleh keempat tua bangka tak
mau mampus itu, aku tak berani membayangkan akibatnya.”
Suara orang ini gerak dan tidak keras, tapi dipagi yang
hening ini ketambahan pendengaran Liok Kiam-ping amat
tajam maka dia mendengar jelas perkataannya. Batinnya:
”Empat tua bangka tak mau mampus ? Mungkinkah... ”
Sesaat lagi didengarnya kesibukan dikamar sebrang,
pelayan datang bantu menggotong sesuatu benda-benda
berat dinaikkan keatas kereta, diam-diam Liok Kiam-ping
tersenyum dalam hati. Setelah kereta orang itu berangkat
haripun sudah terang tanah, Kiam-ping tidak tergesa-gesa,
dengan kalem dia membersihkan badan dan sarapan pula,
setelah membayar rekening baru dia melanjutkan perjalanan
naik kuda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
---ooo0dw0ooo---
Belasan li setelah keluar kota, sebuah kereta hitam yang
ditarik dua kuda telah tersusul tak jauh disebelah depankereta
itu seperti dibungkus kain hitam saja karena empat
penjuru terbalut kain hitam.
Dua lelaki kekar berwajah bengis duduk didepan kereta,
satu memegang tali kendali yang lain mengayun pecut,
pakaian mereka ketat dengan topi rumput ditekan rendah,
namun jelas keadaan mereka cukup menyolok.
Kereta itu dilarikan cukup cepat mes kij a la nan d is ini
tidak rata, pecut terus berdentam diudara sehingga kedua
kuda penarik kereta berlari kesetanan kearah utara.
Menjelang lohor kereta tertutup itu tiba disebuah lekuk
gunung yang membelok kekanan, tiba-tiba seorang
membentak dibelakang kereta: ”Hai, hentikan kereta, siapa
yang disembunyikan dalam kereta ?”
Sebelum kereta sempat dihentikan, sais kereta merasa
angin menyambar lewat disamping kereta. Mendadak
dilihatnya seorang pemuda bagus berdiri tolak pinggang tak
jauh didepan kereta. Legalah kedua hati sais kereta, sambil
menyeringai laki-laki disebelah kanan tertawa dingin,
jengeknya: ”Ditengah jalan –raya, siang hari bolong lagi, siapa
yang berada didalam kereta, memangnya apa sangkut,
pautnya dengan kau?” pecut ditangannya sudah terayun,
temannya menarik tali kendali sehingga kuda sedikit
menyingkir kesamping hendak menerobos lewat.
Karuan tambah besar rasa curiga Liok Kiam-ping, lekas dia
dorong kedua tangan, hingga kedua ekor kuda seperti ditahan
oleh tembok hawa yang kokoh, sambil meringkik panik kedua
kuda itu berdiri dan berjingkrak binal, karuan kabin kereta
yang enteng itu ikut tertarik dan ketubruk ambruk jumpalitan,
kedua sais itupun terlempar beberapa tombak jauhnya .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata kepandaian kedua sais ini cukup lumayan- begitu
badan menyentuh bumi mereka sudah melompat bangun pula.
Mata terbelalak mengawasi sipemuda. Begitu kereta ambruk
dari dalam kereta menggelundung keluar sebuah buntalan
kain-panjang yang bergerak-gerak.
Berdiri alis Liok Kiam-ping, lekas dia memburu maju sekali
jambret dia robek, buntalan kain itu, maka tampak seraut
wajah pemuda putih cakap. Beralis lentik tegak seperti
pedang, kedua matanya berkedip tak bercahaya.
Seketika timbul amarah Liok Kiam-ping, sebat sekali dia
melompat membalik kesana sambil ulur tangan, kelima jarinya
mencengkram tulang pundak salah seorang lelaki seraya
membertak: ”Katakan, siapa yang suruh kalian melakukan
penculikan ini?’
Lelaki itu bandel dan beringas, makinya: ”Anjing cilik, tuan
besarmu tidak siaga berhasil kau sergap. Boleh kau bunuh aku
saja, jangan harap dapat keterangan dari mulutku ”
Sudah tentu makin membara amarah Kiam-ping, sedikit
tambah tenaga, kelima jarinya amblas kekulit daging pundak
orang, saking kesakitan lelaki itu meringis kesakitan, keringat
dingin membanjir.
Laki-laki temannya itu mendadak menggerung gusar seraya
menggerakkan kedua tangan sambil menubruk maju. Lebih
berkobar amarah Liok Kiam-ping, dimana telapak tangannya
terayun ”Plak” jeritan terdengar cukup mengerikan, batok
kepala orang itu ditempelengnya pecah danjiwa melayang
seketika, mayatnya terlemparjauh menggelinding kebawah
selokan-
Melihat temannya binasa, lelaki yang menyergap itu
menjadi pecah nyalinya, tubuhnya kebacut menubruk itu lekas
dijatuhkan keping gir terus menggelinding kebawah selokan
pula. ”Byuuur” dengan selulup dalam arus air yang deras dia
berhasil menyelamatkan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menolong orang lebih penting maka Kiam-ping biarkan saja
orang itu menyelamatkan diri, lekas dia keluarkan si pemuda
dari buntalan kain serta membersihkan segulung kapas diatas
kepalanya, didalam kapas ternyata terdapat obat bius, setelah
gulungan kapas disingkirkan maka pemuda itupun siuman-
Kiam-ping mencopot kuda penarik kereta, bersama si pemuda
mereka langsung menuju ke kota Tayli.
Pemuda itu bukan lain adalah Suma Ling khong. Sejak kecil
ayahnya pergi tidak pernah pulang, maka dia bertekad
meninggalkan rumah mencari sang ayah, dikala dia
mengembara dan tiba dikota Lam-jang, karena kelaparan,
sang u habis pula akhirnya dia diterima menjadi pembantu di
Hong-jang Piauwklok, pemilik Piauwklok adalah Thi-cay-kimhoa
(Pelor emas jari besi) Ji Thiansiu.
Suma Ling- khong memang pemuda cerdik pandai, otaknya
encer, setiap senggang para Piausu latihan silat, selalu dia
menyempatkan diri menonton diam-diam, lama kelamaan dia
hapal dan mahirjuga akan permainan ilmu silat beberapa
Piausu itu, dasar jiwanya lapang supel dan suka bergaul lagi,
maka para Piausu itupun suka rela memberi petunjuk
kepadanya, tanpa merasa beberapa tahun telah berselang,
latihan silatnya ternyata sudah memperoleh pupuk dasar yang
lumayan, sayang belum menemukan guru pandai.
Bulan yang lalu secara tidak sengaja Go-hu-cu memergoki
pemuda ini ditengah jalan, sebagai ahli silat pandangannya
cukup tajam, diam-diam dia merasa kaget dan heran akan
bakat tulang pemuda yang jarang ditemukan ini, lalu dia
menyergapnya dan menutuk Hiat-tonya, hari itu juga dia bawa
pemuda itu ke In-lam, maksudnya hendak diserahkan kepada
Bong-seng untuk barter dengan beberapa kelopak soat-lian
Liok Kiam-ping memperkenalkan dirinya. Maka selanjutnya
kedua pemuda itu hidup berdampingan saling membahasakan
saudara. Usia Kiam-ping lebih tua maka dia menjadi kakak.
---ooo0dw0ooo---
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa merasa tiga hari sudah menjelang.
Begitu petang mendatang rembulanpun telah menongol
dari peraduannya memancarkan cahayanya yang benderang.
Sesosok bayangan tampak melesat terbang dari dalam
kota, gerakannya lincah, berlompatan sambil berlari kencang
diwuwungan rumah penduduk. arahnya kearah barat, manusia
biasa pasti takkan mampu mengikuti gerak kecepatannya.
Lekas sekali, bayangan itu sudah tiba dipintu kota barat terus
meluncur keluar kota, arahnya tetap kebarat lurus.
Kira-kira semasakan air bayangan itu membelok kekiri
menuju keatas bukit dan melompat kepucuk pohon yang
paling tinggi. dari puca k pohon dia celingukan, lapat-lapat
dilihatnya jauh diujung hutan sebelah barat ada sebentuk
bayangan hitam gelap yang berdiri angker diantara lebatnya
hutan, maka dia membatin: "Mungkin itulah Tho-te-blo yang
dijanjikan kawanan iblis itu."
Dengan bersiul panjang sesosok bayangan putih tampak
meluncur dengan kecepatan kilSat menyambar, ditengah
udara kaki kiri memancal kaki kanan, maka tubuhnya melesat
pula lebih kencang kedepan, beberapa kali lompatan
berjangkit bayangan putih itu sudah meluncur turun didepan
sebuah biara kecil.
Tengah dia celingukan dan pasang kuping, dari dalam
hutan mendadak berkumandang sebuah tawa dingin: "Anak
muda ternyata dapat dipercaya, datang menepati janji, sayang
datangmu dengan rasa senang, pulangya bakal diusung
sebagai mayat. Dari samping biara diantara gerombolan
pohon pelan-pelan beranjak keluar tiga orang tua dengan
berpakaian aneh, wajah bengis punggung memanggul
pedang, setombak didepan Liok Kiam-ping mereka berhenti.
Begitu berhadapan Liok Kiam-ping lantas merasa muak.
melihat tampang mereka ia tahu ketiga orang inijelas bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia baik-baik, namun dia menahan sabar dan bertindak
menurut aturan Kangouw, sapanya dengan tertawa: "Siapa
kalian ? untuk urusan apa mengundang cayhe kemari?"
"Lohu bertiga Khong-tong-sam-kiam (tiga jago pedang dari
Khong-tong), yakin kau pernah dengar julukan kami, tentang
persoalan apa kami mengundangmu kemari, anak muda,
kurasa tak usah kau berpura-pura pikun, Pi-san-khek The
Hong apakah menemui ajalnya ditangan orang-orang Honglui-
bun kalian ?"
"Kejadian memang demikian, biarlah cayhe seorang yang
tanggung jawab."
"Ada permusuhan apa kau dengan dia, sampai hati kau
membunuhnya?"
"Sebagai insan persilatan, berduel di tengah laga kalau
tidak terluka tentu mati, siapa suruh dia membantu manusia
lalim melakukan kejahatan, kematiannya merupakan ganjaran
setimpal.
"Ganjaran setimpal apa. Anak muda tahukah kau aturan
Kangouw, hutang darah harus bayar darah."
”Jadi kau menuntut balas kematiannya? Lalu bagaimana
dengan pertanggungan jawab ciangbun kalian waktu ikut
mengeroyok ciang-kiam-kim-ling dulu ?'
"Keparat, tak usah banyak bacot, mari kita tentukan kalah
menang dengan kepandaian."
"Boleh, untuk ngirit tenaga, boleh kalian maju bersama.."
Sudah puluhan tahun Khong-tong-sam-kiam menggetar
dunia persilatan wilayah barat, kapan pernah dihina begini
rupa, karuan amarah mereka memuncak. satu sama lain saling
lirik sekejap lalu membentak bersama: "Keparat, kau memang
ingin mampus." "sret" tiga jalur pedang seketika menusuk
bersama kearah Liok Kiam-ping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiam-ping menyurut mundur tiga tindak di mana tangan
kanan terangkat Liat-jit-kiam sudah terlolos ditangan- Badan
tampak berkisar lengan kanan menyabet pedangnya balas
menusuk ketiga lawan, gaya serangannya jauh lebih cepat,
lihay dan mengeluarkan samberan angin kencang. Hawa
pedang seketika saling s amber dan bergelut dengan ketat
dalam pencaran cahaya benderang, empat batang seperti
empat ekor naga yang lagi bertempur diangkasa, naik turun,
berputar dan saling terjang.
cepat sekali tiga pulah jurus telah berselang, Kiam-ping
mengencangkan gerakan pedangnya sambil menambah
tenaga hingga serangannya tampak lebih berwibawa, tiga
lawannya di desak mundur membela diri. Bahwa serangan
musuh mendadak tambah gencar. ketiga lawan itu segera
meng konsentrasi segala daya kemampuan, satu sama lain
memberi isyarat rahasia maka serempak mereka
mengembangkan Sam-jay-kiam-hoat.
Sam-jay-kiam-hoat adalah ilmu pedang Khong tong-pay
yang tidak sembarang diturunkan kepada murid didiknya,
barisan pedang ini mengutamakan saling isi dan menjaga
keserasian permainan satu dengan yang lain, gerak g eriknya
aneh dan berantai. kalau kepala diserang ekornya membelit,
kalau ekor yang diserang kepala balas memagut, selincah ular
selicin belut, lihay tapi juga ganas.
Seketika Kiam-ping rasakan hawa pedang lawan laksana
gugusan gunung saja menindih dari empat penjuru, gerak g
erik pedangnya terasa berat dan tertahan- Sambil meronta
Kiam-ping menjerit keras, tenaga tersalur dari pusar sehingga
hawa jeritannya seperti menggetarkan semesta, sekali enjot
kaki badannya mumbul keudara sementara pedang
melancarkan jurus Jit-lun-jut-seng, tabir cahaya pedang
berkembang lebar laksana jala menungkrup turun, sementara
telapak tangan kiri ikut menyerang dengan jurus Liang-kiapsin-
gan membelah musuh yang berada diujung kiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
---ooo0dw0ooo---
"Trang" sebatang pedang mencelat tinggi keudara, Lo-toa
tampak menggelinding jatuh setombak lebih, tiga jari
tangannya terpapas buntung, darah tampak mengalir deras,
saking kesakitan dia kertak gigi sambil melompat berdiri.
Dalam waktu yang sama "Blang" disusul sebuah jeritan pula,
badan Losam yang gede itu mencelatjauh terbanting ditanah
rebah tak bergerak lagi, jelas terpukul luka parah. Hanya Lo-ji
yang masih berdiri ditempatnya dengan menjublek, kedua
bola matanya melotot bundar mengawasi lawan-
Tampak Liok Kiam-ping memeluk pedang berdiri sekokoh
gunung, gagah perkasa, wajahnya tampak kereng berwibawa,
Loji merinding dibuatnya kala beradu pedang dengan sorot
matanya. Lekas dia tenangkan hati lalu menyeringai sadis
katanya: "Selama gunung tetap menghijau, hadiah
tabasanpedang dan pukulan tangan hari ini pasti akan datang
suatu hari kami akan menuntut balas kepadamu." lalu dia
panggul Losam memapah Lotoa berjalan pergi tertatih-tatih
ditelan kegelapan didalam hutan. Liok Kiam-ping tertawa
bingar serunya
"Setiap saat akan kutunggu kalian di Kui-hun-ceng. Hari ini
sementara kutitip batok kepala kalian, jikalau kalian bernyali
kecil musim rontok tahun depan tuan muda ini pasti meluruk
ke Khong-tong membuat perhitungan dengan pihak Khongtong
kalian."
Belum lenyap gema suaranya, tubuhnya sudah melejit
tinggi keudara, di kala lenyap suaranya, bayangannya sudah
meluncur enam puluhan tombak jauhnya. Langsung dia
kembali ke hotel masuk kekamar lewatjendela. Tanpa ganti
pakaian dia duduk samadi diatas ranjang, menjelang fajar dia
sudah rampung dengan samadinya, dilihatnya Suma Lingkhong
masih tidur nyenyak. pikirannya jadi gundah: "Tulang
adik Ling-khong memang berbakat berlatih silat, laksana batu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akik yang belum diasah, kalau sudah jadi tentu murni dan
cemerlang, masa depannya tidak bisa diukur."
Fajar telah menyingsing, angin utara menghembus tetap
santer, meski cuaca cerah ceria, namun hawa udara masih
tetap dingin.
Dua ekor kuda hitam putih tampak di congklang keluar kota
menuju kepintu barat kota Tayli terus dipacu menuju ke Tiamjongsan.
Mereka bukan lain adalah Liok Kiam-ping dan Suma Lingkhong.
Propinsi in-lam merupakan dataran tinggi, merupakan
gunung gemunung yang sambung menyambung laksana gajah
beriring. Mereka terus meg congklang kuda dijalan
pepunungan yang naik turun dan lika liku. Pegunungan
didaerah Tayli terkenal, sebagai penghasil batu-batu marmer
yang bermutu baik, semakin tinggi keadaan jalan semakin
buruk. kuda tidak bisa dinaiki lagi. terpaksa mereka turunjalan
kaki, kuda ditinggal dilamping gunung. Dengan mengembang
Ginkang mereka terus memanjat naik kepuncak dengan
gerakan gesit dan tangkas.
Lekas sekali mereka sudah tiba diatas puncak, angin terasa
menghembus lebih kencang seperti mengiris kulit, daerah
inijarang dijelajah manusia, yang terdengar hanyalah deru
angin dan rabang binatang serta lolong serigala. Kiamping
berdua bukan bermaksud menikmati pemandangan alam,
maka mereka beruntun melampaui dua puncak terus menuju
kearah selatan, pegunungan tandus yang berbatu-batu ini
semakin sulit dicapai, tiada jalan untuk dilalui. Akhirnya Liok
Kiamping berhenti, menerawang dan berpikir: "Tempat ini
kira-kira tinggal sepuluh li lagi dari kota, arah yang kutuju
sesuai yang ditujukkan oleh Goantay-beng, kenapa daerah ini
begini belukar ?'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah memperhatikan keadaan sekeliling, dilihatnya
dibalik ngarai sebelah kanan sana dataran gunung kelihatan
lebih rendah dan lapang, kelihatannya adajejak kehidupan
manusia di sana. Maka dia bergerak ke sana melalui celah dua
karang besar dengan keentengan tubuh mereka terus
menyelinap kesebelah kanan-
Dataran lapang disebrang gunung sudah kelihatan didepan
mata. tapi bagi Suma Ling-khong terasa amat payah untuk
mencapai jarak yang tidak begitu jauh maklum Lwekang dan
kepandaiannya memang masih jauh dibanding kemampuan
Liok Kiam-ping.
Sesulutan dupa kemudian, mereka baru tiba diperut
gunung. di sini keadaan juga agak datar, semula merupakan
sebuah dasar lembah cipta a n alam namun luas dasar lembah
ini memang mengagumkan, kedua puncak gunung yang
sebrang menyebrang tampak mencakar langit, bentuknya
seperti dua saka raksasa yang menunjang langit, mulut
lembah sempit, menjurus kesebelah kiri seperti terdapat
sebuah jalanan gunung kecil yang tembus kedasar lembah,
cukup seorang berjaga atau bertahan dimulut lembah, meski
berlaksa pasukan besarpun jangan harap bisa menerjang
masuk kedalam, keadaan memang cukup berbahaya dan
strategis. Liok Kiam-ping sudah bertekad bulat.
"Hayo masuk." katanya terus mendahului menyelinap
kedalam. Suma Ling-khong mengintil dibelakangnya. Kira-kira
ratusan tombak kemudian, dasar lembah semakin menyempit,
kepulan asap semakin tebal sehingga mengganggu pandangan
mata. Setiba diujung lembah, ditanah berserakan abu dan
kayu arang serta genteng dan bata, jelas di sini dulu pernah
ada orang tinggal.
Pada hal dinding gunung tinggi, kabut tebal mengambang
rendah, hakikatnya sukar meneliti dan mencari atau
menemukan sesuatu gua, atau tempat tinggi yang diharapkantapi
Liok Kiam-ping cukup sabar meneliti keadaan sekitarnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebetulan angin menghembus lalu membawa kabut tebal
sehingga secercah sinar mentari menerobos masuk menyinari
sebuah batu putih besar disebrang sana, meski hanya sekilas
sudah cukup bagi Liok Kiam-ping untuk menentukan arah,
segera dia melompat tinggi naik keatas batu karang putih itu.
---ooo0dw0ooo---
Berkat ketelitiannya diatas batu putih ini dia temukan
ukiran sebuah naga hitam begitu indah dan bagus sekali
ukirannya, diatas batu karang itu seperti hidup saja lebih
menggirangkan lagi karena bentuk ukiran naga diatas batu ini
mirip dengan yang berada didalam Hiat-llong-po-glok miliknya.
Karuan bukan kepalang riang hati Kiam-ping, kebetulan sinar
mentari menyorot masuk pula melalui celah kabut tebal tepat
dipucuk cakar naga yang terpentang ke depan-
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan Kiam-ping lantas tekan
tangan tepat diujung cakar naga. Sekonyong-konyong
terdengarlah suara gemuruh dan keriut nyaring, sebuah papan
batu disebelah samping batu karang mendadak melesak turun
kebawah dan mencuatlah sebuah lobang gua. Dimulut lobang
gua diatas dinding karang berukir empat huruf berbunyi: "Th
ia n-tok-piat- h u. "
Sungguh senang Liok Kiarn-ping bukan main, tanpa ragu
segera dia melangkah masuk menuruni undakan batu yang
menurun berputar dan berliku entah betapa dalamnya,
ratusan undakan kemudian waktu mereka berputar keka nan
terdengar pula suara gemuruh, waktu mereka angkat kepala
papan batu diatas-pintu gua itu ternyata telah menutup
sendiri. Jalan keluar sudah buntu, terpaksa mereka harus
terus maju.
Lorong gelap diperut gunung ini ternyata cukup panjang
dan semakin dalam menjorok kebawah, hawa lembab dan
dingin, dinding di kana kiri lorong ternyata licin dan halus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti kaca layaknya, jelas memang manusia yang
membangun lorong panjang ini. Setelah belok beberapa kali
pula, lorong makin sempit dan mulus mendatar, didepan
mencegat sebuah Hlolo batu setinggi manusia.
Kiam-ping tertegun sejenak. dia heran lalu maju sambil
angkat kedua tangan pegang kedua kuping hlolo lalu berputar
kekanan kiri. Maka terdengarlah suara keras seperti ada
sesuatu benda yang anjlok- Hlolo batu ini berputar sendiri dan
menggeser kesebelah kanan mepet dinding.
Diatas tanah dimana tadi hlolo berada terdapat ukiran
beberapa huruf yang berbunyi kiri tiga kanan empat tengah
melintang, Kiam-ping tidak sempat perhatikan dan tidak tahu
apa makna ukiran huruf itu, buru-buru dia terus beranjak
maju tanpa sangsi.
Beberapa langkah kemudian dia menemukan lorong
bercabang, keadaan semakin ruwet dan bola k balik. Tapi
Kiam-ping tidak banyak pikir dia terus maju setiap ada jalanentah
belok kiri atau putar kekanan, kira-kira setanakan nasi
kemudian ternyata mereka putar kembali ketempat semula,
hiolo batu masih tetap mepet dinding.
Keringat sudah membasahi jidat Suma Ling-khong,
napasnya juga sedikit tersengal. Baru sekarang Kiam-ping
menyadari gelagat yang tidak menguntungkan, tapi otaknya
memang encer, tiba-tiba tergerak hatinya, sekilas dia melirik
ukiran huruf ditanah itu, hatinya lantas paham duduk
persoalannya."
cepat dia gandeng tangan Suma Ling-khong, setiap tiga
langkah belok kekiri, maju empat langkah belok kekanan,
setelah maju pula tujuh langkah terus melintang ketengah.
Secara beruntun dia lakukan tiga kali. Betul juga akhirnya dia
keluar dari lorong batu ini dan tiba diujung lorong.
Diluar lorong keadaan lebar dan berada disebuah kamar
batu besar yang luasnya lima tombak. Empat butir mutiara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebesar telur angsa terpasang diempat penjuru dinding
dengan pancaran cahayanya yang benderang, sehingga kamar
batu ini seperti berada disiang hari bolong saja. Kamar
sebesar ini ternyata kosong melompong, Kiam-ping berdua
lantas merasa hambar, sejenak mereka celingukan serta
berdiam diri, maka didengarnya gemericik suara air, tapi sukar
ditentukan dari mana datangnya suara air.
Kiam-ping berdua jalan berdampingan mulai dari kiri
meneliti sekali putaran tapi tidak menemukan apa2, dikala
mereka beranjak ketengah ruangan, terasa lantai dimana
mereka berpijak seperti bergerak, maka terdengarlah suara
gemuruh. Sebuah batu raksasa ribuan kati tepat ditengah
langit-langit ruanganjatuh menindih kepala mereka.
Kiam-ping menghardik: "Lekas menyingkir," sekenanya dia
menarik Suma Ling-khong sambil menjejak kaki, secepat kilat
dia melompat menyingkir, tepat d isaat kakinya menyentuh
tanah, batu raksasa itupun sudah amblas dengan suara
gemuruh menggoncangkan seluruh kamar batu. Batu putih di
mana tadi Kiam-ping berdua berdiri pecah dan retak, dari
bawah menyembur beberapa jalur mata air yang deras
menyentuh langitlangit kamar.
Belum lenyap rasa kaget mereka, tiba-tiba dirasakan sepatu
mereka basah, ternyata dalam sekejap kamar batu ini sudah
digenangi air.
Kiam-ping melenggong, katanya: "Kita harus lekas mencari
jalan keluar, tinggalkan dulu tempat ini.' Sambil menggandeng
Suma Ling-khong dia melompat keatas batu raksasa yang
anjlok dari atas.
Sementara itu air sudah semakin tinggi. semburan airpun
makin mereda dengan makin meningginya genangan air,
namun sumber air semakin besar dan lobangpun makin
meluas, sekejap lagi batu besar inipun bakal tenggelam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal jalan mundur sudah tersumbat, air sudah
memenuhi kamar batu ini, dalam beberapa kejap lagi mereka
bisa mati tenggelam dikamar batu ini. Dasar cerdik dalam
menghadapi jalan buntu ini tiba-tiba timbul akalnya. Terasa
dari lobang dimana tadi batu raksasa ini jatuh angin dingin
menghembus turun, keadaan diatas gelap gulita tidak tahu
menembus kemana lobang besar dilangit-langit kamar, tapi
Kiam-ping tidak peduli lekas dia peluk pinggang suma Lingkhong
seraya membentak: "Naik." Laksana roket badan
mereka menembus lobang gelap itu, ditengah udara dia
menggeliat pinggang terus berputar datar, dikala badannya
meluncur turun kakinya sudah hinggap ditempat keras.
Ternyata disebelah atas kamar batu terdapat dunia lain-
Hawa dingin menusuk tulang. Kiam-ping berdua menarik
napas lega, sekilas mereka celingukan baru melihat jelas
keadaan sekeliling.
Ternyata mereka berada disebuah lembah mati, yang
dikelilingi oleh dinding gunung yang curam dan tinggi
menembus mega, dasarnya adalah batu marmer yang
mengkilap hasil kerja tangan manusia Tapi jelas lembah ini
buntu tiada jalan tembus keluar. Belasan tombak disebelah
depan berdiri sebuah bangunan berbentuk mirip kelenteng
yang menempel dinding gunung, seluruhnya terbuat dari batu
marmer yang ditatah dan dipahat kelihatannya begitu angker
dan megah.
Cahaya matahari menjelang magrib masih sempat
rnenyinari lembah buntu ini, seluruh lembah diliputi halimun
tipis. pemandangan tampak mempesona. Setelah putar kayuh
setengah harian diperut gunung Kiamping dan Suma Lingkhong
sudah cukup lelah, merasa lapar, lekas mereka
beristirahat dan makan rangsum kering.
Dengan menghela napas Liok Kiam-ping berkata: "Lembah
buntu ini ternyata dibangun semegah ini, betapa
mengagumkan proyek besar ini, pasti banyak mengorbankan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak keringat dan tenaga, beruntung kita lolos dari bahaya,
tak nyana terkurung pula dilembah mati ini, burungpun takkan
bisa keluar dari sini.' Lantas dia membatin.
"Dalam istana marmer itu mungkin ada pintu rahasia untuk
keluar, kalau tidak mana mungkin pembuat lembah buntu ini
keluar masuk."
Suma Ling-khong yang selama ini tidak berkomentar
mendadak bicara: "Daripada terkurung di sini, marilah kita
maju lebih jauh kedalam istana itu."
Maka berendeng mereka melangkah masuk kedalam pintu
gerbang istana yang megah itu, mereka masuk dari kanan kiri.
istana ini dibangun diperut gunung pula, jelas tiada celah
lobang sedikitpun, pintunya tertutup rapat, suasana sunyi tak
terdengar suara apapun,
begitu sepi dan lengang sehingga menimbulkan rasa curiga
dan was-was.
Tiba-tiha Suma Ling-khong bersuara kaget, serunya: "Pingko,
coba kau kemari, lihat apa ini?' ,
Lekas Kiam-ping memburu datang dan memeriksa, pada
dinding kanan terukir pula seekor naga, besar kecil dan
gayanya mirip dengan ukiran naga di batu karang diluar tadi.
Tanpa banyakpikir dengan gagang pedang Kiam-ping
memukul badan naga, suaranya mendengung jelas dibalik
dinding adalah tempat kosong. Bila gagang pedangnya
mengetuk cakar naga serta menekannya sedikit, dinding itu
mendadak melesat ke dalam, maka terdengarlah suara
gemuruh, pintu gerbang istana pelan-pelan terpentang ke
kanan kiri. Sebat sekali mereka lantas melompat masuk
kedalam' baru beberara langkah mereka beranjak terasa angin
ribut dibelakang dan ...'Blam." pintu gerbang raksasa itu
menutup rapat pula.
Dalam istana terang benderang oleh cahaya mutiara diatas
dinding dan langit-langit, menakjubkan adalah adanya mutiara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu terpadu dalam beberapa warna, merah, hijau, kuning, biru,
dan jambon sehingga menciptakan panorama yang indah
didalam ruang istana ini.
Bentuk ruang istana ini memanjang kedalam. Tepat
ditengah pada ujung ruangan mepet dinding sana terdapat
sebuah pembaringan batu marmer, diatas pembaringan duduk
bersimpuh seorang lelaki tua berwajah bersih berjubah
kuning, alisnya memutih turun menjulai panjang, jenggot
panjang menyentuh dada, kedua matanya terpejam mirip
padri sakti sedang bertapa.
Kiam-ping batuk-batuk kering dua kali lalu melangkah
mendekat, serunya sambil menjura: "Generasi muda angkatan
baru Liok Kiam-ping bersama adik angkat Suma Ling-khong
menyampaikan sembah sujud kepada Lotiang yang mulia."
habis bicara dia menyingkir kesamping berdiri tegak
menunggu jawaban-
Tunggu punya tunggu orang tua itu tetap duduk diam tidak
bergerak seperti tidak mendengar atau melihat kehadiran
mereka. Maka dia ulangi lagi sampai tiga kali. Tetap tidak
melihat reaksi slorang tua maka dalam hati Kiam-ping
menggerutu. Akhirnya dia memberanikan diri melangkah dekat
serta ulur tangannya menyentuhnya, jubah kuning itu lantas
rontok menjadi abu dan kelihatanlah kulit badannya yang
sudah mengering, ternyata orang tua ini sudah lama
meninggal, mungkin sudah banyak tahun sehingga
pakaiannyapun luruh di makan waktu. Disamping
pembaringan terdapat sebuah meja batu, diatas meja ditaruh
sebuah kotak besi dan sebuah botol porselin, kotak besi ini
tertutup rapat tiada lobang kuncinya jadi susah untuk
membukanya, tapi Kiam-ping tidak kalah akal, dia keluarkan
cui-le-kiam lalu mengirisnya satu lingkaran, sekali ketuk pula
kotak besi itu eg era menjeblak terbuka.
Didalamnya berisi sejilid buku hersampul biru terbuat dari
kulit kambing, tepat di tengah sebelah atasnya berjajar empat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
huruf "Thian-gwa-cin-king" dalam gaya tulisan kuno. Dibawah
buku terta ruh pula selembar kain sutra tipis, diatas kain padat
tulisan-tulisan huruf kecil yang berbunyi: "Aku adalah Sute
ciang-kiam-kim-ling bernama In-liong-kiu-sian Tio Thian-hou,
kami mendapat pendidikan perguruan bersama, karena
memperebutkan kedudukan ciangbun, maka kami bertanding
dan aku dikalahkan, membawa adat kemauan sendiri, aku
mencuri lambang kebesaran perguruan, sehingga
menimbulkan bencana dunia persilatan, berbagai perguruan
silat saling berebutan karenanya, sejak kejadian yang harus d
isesalkan itu, meski lambang kebesaran perguruan sudah
dikembalikan, namun ciangbun Suheng ciang-kiam-kim-ling
sudah keburu menjadi korban pengeroyokan kawanan
penjahat di Tay-pa-san. Sejak itu Wi-liong-pit-sin dan Hiatliong-
giok- ling juga lenyap di kalangan Kangouw. Bencana
gara-gara perbuatanku yang brutal sehingga perguruan kita
runtuh total, sungguh sesal kesalahanku tak terampun lagi,
maka aku bersumpah untuk bertobat ditempat ini, selama
hidup takkan berkecimpung lagi di Kangouw. Kiu-yap-cilan dan
Thian-gwa-cin-king yang kuperoleh setelah hari tuaku
kutinggaikan di sini untuk kuberikan kepada sesama
perguruan yang punya jodoh sebagai penebus dosa-dosaku di
masa lalu.
”Thian-gwa-cin-king adalah ciptaan Thian-gwa-sin-mo yang
hidup dua ratus tahun yang lalu hasil kombinasi yang dia
himpun dari inti sari berbagai perguruan silat tinggi baik aliran
putih maupun golongan hitam.
Apa yang termuat dalam buku pelajaran ini merupakan ilmu
sakti mandraguna yang tiada taranya. Semoga ilmu sakti ini
berguna untuk menunjang kebenaran memberantas
kejahatan, pelaj arilah secara lurus dan murni.
"Gambar ukiran diatas dinding adalah Ling-hi-poa-hoat,
untuk meyakinkan Ginkang ini harus memiliki pupuk dasar
pergantian napas ditengah udara, ketambah makan Kiu-yapTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ci-lan baru akan berhasil mencapai taraf yang paling tup,
dalamjangka dua bulan harus berhasil secara meyakinkan-
"Pintu batu sudah tertutup, tiada jalan keluar, dua bulan
kemudian boleh menggeser batu raksasa dibela kang dinding
ranjang batu ini. dan keluar dari lorong rahasia. Pil obat
didalam botol dan sari batu yang yang terdapat dilekuk meja
dapat dimakan dan di minum sebagai penahan lapar. obatobatan
di botol-botol kecil merupakan obat mujarab untuk
menyembuhkan segala luka dalam dan peranti pemunah
racun, boleh digunakan bila perlu.
"Bagi slapa yang berjodoh memperoleh semua
peninggalanku ini harus bekerja demi kepentingan perguruan
serta mengembang luaskannya. Dilarang berbuat jahat, lalim
dan tamak, apalagi mencontoh perbuatan dosaku masa lalu.
Jenazahku boleh dikebumikan dibawah ranjang batu ini
Tertanda murid Hong- lui- bun yang berdosa Tio Thian-hou."
Setelah tahu orang tua ini adalah angkatan tua perguruan
sendiri. lekas Liok Kiam-ping taruh buku dan lempitan kain itu
serta berlutut dan menyembah hormat, serunya:
"cianpwe sudah menyesali kesalahan dan menebus dosadosa
masa lalu. tiada alasan untuk bertobat dan menyalahkan
diri sendiri pula. Boleh silakan istirahat dengan tenang dialam
baka, Kiam-ping mewakili seluruh pimpinan dan anggota
Hong-lui-bun menghaturkan terima kasih dan menerima
peninggalan cianpwe yang tak ternilai harganya ini. Kami
bersumpah untuk mengembang luas kan kebesaran dan
kejayaan perguruan, yakin tidak akan menelantarkan harapan
cianpwe serta para leluhur kita. Meski harus hancur leburjuga
kami tidak akan mundur." Lalu Kiam-ping dan Suma Lingkhong
bekerja sama menggeser ranjang batu serta membuka
papan batu dibawahnya, ternyata disitu sudah digali sebuah
liang lahat yang terbuat dari batu marmer sedalam lima kaki,
pelan-pelan mereka memasukkan tulang belulang In-hong-kiusian
Tio Thian-hou kedalam lobang, setelah ditutupnya pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka berlutut dan menyembah pula sebagai penghormatan
terakhir lalu menggeser balik ranjang batu ketempat semula.
Setelah beristirahat sejenak Kiam-ping mulai membalik
halaman Thian-gwa-sin-kang.
Bab pertama adalah pelajaran Kiam-hoat seluruhnya ada
dua belas jurus, setiap jurus mengandung tiga gaya gerakan-
Bab kedua pelajaran Ginkang, terbagi pula dua pelajaran A
dan B.
Bab ketiga mengajarkan Pek-kut-im-kang, untuk
mempelajari ilmu ini diharuskan menyerap tulang sumsum
mayat manusia untuk menambah kemurnian tenaga dalam
sendiri, setiap kali telapak tangan mengenai tubuh lawan, isi
perut orang akan digetar hancur dan membusuk. ilmu ini
teramat ganas dan jahat, bila ilmu berhasil diyakinkan
mencapai taraf paling tinggi, pukulan Pek-kut-im- kang dapat
menghancurkan pertahanan Kim-kong-put-hoay-sin-kang atau
hawa pelindung badan yang sakti sekalipun. Beberapa lembar
di bawahnya lagi ternyata sobek dan lenyap. mungkin karena
ilmu pelajarannya teramat jahat maka orang sengaja
membuangnya.
Bab keempat adalah cara penggunaan racun. Bab kelima
adalah ilmu pengobatan,
Kiam-ping memilih ilmu pengobatan ini sebagai bekal dalam
menunaikan tugas berat sebagai ciangbunjin yang harus
dipikulnya. Sementara ilmu pedang dan Ginkang dia anjurkan
kepada Suma Ling-khong untuk mempelajarinya.
Sejak itu mereka berada didalam istana tertutup itu. Sesuai
petunjuk Kiam-ping berdua menemukan jalan sempit diujung
ruang yang menjurus kebelakang istana. Di sana terdapat
sebuah air terjun yang lebar dua tombak, deras airnya yang
mengerojok ke bawah sungguh amat dahsyat, air seperti
dituang dari langit masuk kedalam sebuah selokan buatan
manusia mengalir kebawah kamar batu. tidak heran semburan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
air dibawah kamar batu tadi begitu keras. Tak jauh dipinggir
empang dibawah air terjun tumbuh sepucuk pohon didalam
sebuah pot besar, bentjuk pohon ini mirip kembang anggrek
tapi bukan anggrek, warnanya ungu tua. terdapat sembilan
daun, jadi inilah kiu-yap-ci-lan yang sukar diperoleh karena
seribu tahun baru tumbuh sekali. Pohon kecil ungu sembilan
daun itu seperti dibungkus asap hijau, selintas pandang
bentuknya mirip batu pualam. Bau harum merangsang hidung,
jelas sudah hampir tiba saatnya pohon ini akan masak dan
rontok daunnya.
Kiam-ping tidak ayal lagi, lekas dia ulur tangan memetiknya
terus dijejaikan kedalam mulut. Segera dia bersimpuh
bersamadi, maka terasa segulung hawa panas seperti bara
yang menyala didalam pusar menerjang seperti lahar
dahsyatnya keseluruh urat nadi dalam tubuhnya. Begitu
panasnya sampai uap mengepul diatas kepalanya, mukanya
merah seperti darah. arus panas dalam tubuhnya terus
mengalir keseluruh sendi tulang dan menguap keluar lewat
pori-pori kulit badannya menjadi keringat merah, sekuatnya
Kiam-ping bertahan diri akan siksa yang hebat ini.
Beberapa jam kemudian baru arus panas dalam tubuhnya
mulai menurun dan berputar balik kedalam pusar pula
danterbaur dengan hawa murni dalam tubuhnya kembali
mengalir satu putaran menembus dua belas pintu penghalang
dan begitulah seterusnya dia lupa akan dirinya.
Entah berapa kejap kemudian, waktu dia siuman membuka
mata, terasa sekujur badannya segar dan nyaman sekali.
bergegas dia melompat berdiri, ternyata tubuhnya mencelat
mumbul seenteng kapas mencapai sepuluh tombak. jelas
Ginkangnya telah mencelat maju berlipat ganda dibanding
sebelum ini.
Di luar kesadaran Liok Kiam-ping sendiri semadinya itu
telah makan waktu tujuh hari lamanya, Kui-yap-ci-lan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditelannya benar-benar sudah meresap didalam tubuh dan
menjadikan Lwekangnya bertambah pula satu kali lipat.
Setelah dia berdiri tegak dan mengenang kembali apa yang
telah dialaminya, mendadak didengarnya suara Suma Ling
khong berseru girang dibela kang: "Ping-ko, sekali duduk satu
minggu kau tidak sadarkan diri, Siaute sampai gelisah mati."
"Hiante," ujar Kiam-ping, "syukur kau tidak mengusik aku,
Baiklah setelah dasarmu terpupuk baik, akan kubantu kau
samadi rnenembus Hiat-to penghalang."
Mulai hari kedelapan dibawah bimbingan Kiam-ping, Suma
Ling-khong mulai mempelajari teori dan mempraktekkan
ajarah ilmu pedang, terasa beberapa jurus ilmu pedang itu
teramat ganjil dan sukar untuk dikembangkan- meski Kiamping
memberi petunjuk dan contoh dari samping, tapi dia
hanya berhasil menghapalkan satu gerakan, karuan hatinya
jadi risau.
Malamnya sesuai teori Lwekang yang diajarkan Kiam-ping
dia mulai bersamadi dan mengatur pernapasan- Sementara
Liok Kiam-ping sendiri tenggelam dalam keasyikannya
mempelajari Ling-hi-pou-hoat yang terukir diatas dinding.
Pada hal Lwekang dan kecerdikan otaknya sudah merupakan
bekal baik, tapi ternyata dia harus memeras keringat juga,
cukup lama baru mulai berhasil dia selami.
Ilmu pengobatan baru pertama kali dipelajari, maka dia
merasa perlu mulai mempelajari tentang Ko-king-pat-meh.
Kim-kang-put-hoay-sin-kang adalah ilmu sakti puncak tinggi
dari aliran Hud, ilmu yang paling sukar dipelajari dan
dipahami, tapi sejak Kiam-ping menelan Kiu-yap-cilan,
Lwekangnya sekarang setarap dengan jago kosen yang
pernah meyakinkan Lwekang selama seratus tahun, didalam
samadinya itu secara diam-diam dia berhasil menyelaminya
secara tuntas, maka kemajuan yang dicapainyapun teramat
pesat dan menyeluruh. sebulan telah menjelang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sembilan jurus ilmu pedang telah berhasil dipelajari oleh
Suma Ling-khong, namun jurus kesepuluh terasa tenaga tidak
memadai, berulang kali dia mengulang dan diulang lagi selalu
gagal, saking jengkel akhirnya dia buang pedang membanting
kaki sambil berkeluh kesah. Saatnya memang sudah tiba.
disamping Kiam-ping tahu landasan Lwekang Suma Lingkhong
memang masih terlalu cetek, maka dia keluarkan
selembar kelopak Soat-lian diserahkan kepada Suma Lingkhong,
katanya.: "Lekas telan, lalu samadi sesuai ajaran Simhoat
yang kuajarkan'
Soat-lian merupakan obat mujarab yang selalu diimpikan
oleh setiap insan persilatan, khasiatnya dapat menambah
Lwekang dan menyembuhkan luka memunahkan racun pula,
bagi kaum persilatan yang makan kelopak kembang saiju akan
dapat membantu memperlancar ilmu yang dipelajari serta
menambah kekuatan-
Begitu kelopak kembang saiju masuk mulut Suma Lingkhong
rasakan tenggorokan menjadi dingin harum, liurnya
tertelan masuk keperut lantas menjadi manis dan hangat,
langsung berkembang keseluruh badan.
Kiam-ping tekan kedua telapak tangannya di Bing-bun-hiat
serta membentak: "Awas Hiante, kosentrasi dan alirkan hawa
murni " lekas sekali segulung arus panas merembes dari
telapak tangannya masuk ke badan Suma Ling-khong
mendorong khasiat Soat-lian untuk bekerja lebih menyeluruh
keseluruh tubuh menembus semua Hiat-to yang menghambat
kemajuan Lwekangnya.
Suma Ling-khong memang agak tersiksa karena terasa
seluruh urat nadi dalam tubuhnya seperti mendadak melar
dan hampir meledak. darah seperti mendidih, laksana lahar
gunung berapi melanda kesetiap pelosok tubuhnya, hingga
keringat gemerobyos membasahi seluruh badan, mendadak
tubuhnya makin keras dan menggigil hampir roboh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat-saat kritis itulah mendadak Liok Kiam-ping
membentak enteng: "Hati-hati Hiante, tahanlah sedikit."
Mencelos hati Suma Ling-kong, namun dengan ketahanan
luar biasa sekuatnya dia bertahan diri untuk menekan gejolak
arus panas dalam badannya, berkat bakat dan pembawaan
tulangnya yang luar biasa serta ketenangan dan kemantapan
hatinya, tak lama kemudian gejolak arus panas itu mulai
mereda, arus panas itu seperti kuncup saja mengalir balik
kedalam pusar, setelah penuh lalu melanda pula dengan
gelombang yang lebih besar menjebol Seng-si-hian-koan
sehingga seluruh Hiat- to dalam tubuhnya berjalan lancar.
Liok Kiam-ping tampak tersenyum simpul, pelan-pelan dia
menarik tenaga serta menurunkan kedua tangan, wajahnya
tampak sedikit pucat.
Suma Ling-khong tahu kakak angkatnya telah membantu
dirinya menjebol Jin-tlok-ji-meh dengan mengorbankan tidak
sedikit tenaga murni sendiri, sudah tentu bukan kepalang rasa
haru dan terima kasihnya. Setelah melihat Kiam-ping
membuka kedua mata, lekas dia memburu maju serta
berseru: "Ping-ko...'
'Tidak apa-apa, Hiante, lekas teruskan latihanmu ' ucap
Liok Kiam-ping tersenyum.
Maka kedua orang lebih giat dan rajin berlatih, karena
Lwekang keduanya maju pesat, maka latihan selebihnya
ternyata lebih lancar dan kemajuan yang dicapainyapun
sungguh diluar dugaan- Dalam lembah seperti ini tak bisa
membedakan siang dan malam, tanpa terasa sudah dua bulan
mereka meyakinkan ilmu sakti dilembah buntu itu.
Setelah membenahi segala sesuatu yang perlu dibawa
mereka kembali kedalam istana dan berlutut mohon restu
kepada arwah ln-liong-kin-sian Tio Than-hou. Kejap lain
mereka sudah berada dipinggir rawa dibawah air terjun.
Dengan kekuatan raksasa mereka berdua tidak banyak makan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga merobohkan batu raksasa yang berada dipinggir rawa.
Dengan mengeluarkan suara gemuruh batu raksasa itu
menggelundung kedalam rawa, sementara air langsung
dituang lewat lobang besar, dibawah batu raksasa mengalit
keluar.
Kiam-ping berdua segera menerobos keluar dan meluncur
turun dibawah sebuah pohon besar. Selepas mata
memandang, sang surya masih berada ditengah angkasa,
sungguh tak kepalang rasa lega hati mereka. Hembusan angin
sepoi nan sejuk menambah kobaran semangat.
Mengingat dendam perguruan dan keluarga selama
beberapa tahun, dengan bekal ilmu yang telah dipelajarinya,
Kiam-ping bertekad menuntut batas, semang at j uang
mendadak menggelora dirongga dada, tanpa merasa dia
mendongak serta menggembor sekeras guntur menggelegar,
suaranya mengalun tinggi mendatar rendah dilembah
pegunungan bergema d ia la m semesta. Laksana anak panah
dua bayangan orang meluncur secepat kilat menuju kearah
kota Tayli.
---ooo0dw0ooo---
Lima hari kemudian-
Sepasang kuda dilarikan berendeng menuju kearah Kwiciu,
hari itu mereka tiba di Poh-an dan tak jauh kedepanpula
mereka sudah akan tiba di Sa-cu-nia.
Mendadak dari arah hutan didepan sana kumandang
benturan senjata keras serta bentakan orang yang lagi
berhantam. Kedua penunggang kuda itu tetap
mempertahankan laju kuda mereka langsung menuju kedalam
hutan- Tampak empat orang lagi bertempur saling tubruk dan
terjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga lelaki berwajah bengis tengah mengeroyok seorang
lelaki tua berambut uban, mulut ketiga lelaki bengis itu terus
mengoceh meledek dan menghina: "Setan tua, tak kira kau
akan mengalami nasib jelek seperti hari ini bukan ? Diakherat
nanti tolong sampaikan salam kami kepada saudara kelima
kami ya."
"Haya, sayang luput. Eh, kenapa tidak kau angkat sedikit
telapak tanganmu, memangnya sudah tak mampu bergerak ?"
”Jian-li-tok-heng (berjalan sendiri seribu li) hari ini bakal
selangkahpun takkan mampu berjalan lagi. hehe."
Seperti kucing mempermainkan tikus mangsanya saja
ketiga lelaki bengis itu mencemooh kakek ubanan yang
bermuka pucat. gerak g eriknya tampak lamban dan
langkahpun limbung, setiap gerak serangannya selalu kandas
ditengah jalan seperti dia tidak kuat lagi mengeluarkan
tenaga, gelagatnya mirip seorang yang terkena racun dan tak
mampu menyalurkan Lwekang pula. Agaknya kakek beruban
ini berdarah panas, meski keadaan sudah payah, tapi matanya
tampak mencorong gusar, mendadak dia tarik napas serta
menerjang dengan dua jurus serangan. Ketiga lawannya
sedang kesenangan menggoda dan meledek, sehingga tak
bersiaga bahwa kakek yang sudah keracunan ini mampu balas
menyerang secara keji.
---ooo0dw0ooo---
"Bluk" seorang kena digenjot secara telak hingga mencelat
terbang setombak lebih dengan muntah darah, terguling
beberapa kali lantas tidak bergerak, jelas tertuka parah.
Maklum si kakek meski terluka namun menyerang dengan
seluruh sisa tenaga, lawan berhasil dirobohkan, namun
Lwekang sendirijuga bobol dan pertahanan menjadi buyar,
mata seketika berkunang hampir saja diapunjatuh semaput.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua lelaki yang lain melihat saudara mereka roboh terluka
parah, karuan naik pitam dan dendam, serempak mereka
menubruk maju dengan niatjahat. bentaknya bersama: "Setan
keparat, masih berani mengganas." empat j alur tenaga angin
dahsyat memberondong kearah kakek tua ubanan.
Sementara itu si kakek sendirijuga sudah limbung, mana
mampu balas menyerang pada detik-detikjiwanya hampir
terenggut elmaut itulah mendadak seseorang menghardik
sekeras guntur: 'Kawanan kunyuk berani mengganas." .
ditengah hardikan tampak bayanganputih melesat seorang
pemuda jubah putih tahu-tahu sudah berdiri ditengah.
Ternyata Liok-Kiamping Ling khong sudah menonton sejak
tadi di luar arena, melihat ketiga orang itu mempermainkan
sikakek mereka sudah merasa keki, kini bertindak keji lagi,
maka Kiam-ping segera bertindak. Waktu dia meraba
pernapasan orang, ternyata desau napasnya sudah makin
berat. jelas sudah keracunan cukup parah, maka lekas dia
menggerakkan jari tangan sekaligus menutuk tiga puluh enam
Hiat-to, sementara dia cegah
kadar racun merembes kejantung. Dengan tertawa dingin
dia mendengus:. "Sahabat, membunuh orang sekali penggal
batok kepala jatuh ketanah. Umpama dendam kalian setinggi
gunung, pada hald ia sudah keracunan separah ini,
sepantasnya tak perlu kalian mempermainkan begitu rupa.
kalau tahu diri lekas kalian enyah dari hadapanku."
Kedua orang itu kaget akan gerak ketangkasan Kiam-ping,
tapi melihat usianya masih begini muda, apapun tak mungkin
memiliki Kungfu tinggi maklum mereka tidak tahu bahwa Liok
Kiam-ping sudah berhasil menyempurnakan bekal
kepandaiannya.
Yang paling tua segera menyeringai, jeng ekny a: "Kenapa
tidak kau cari tahu lebih dulu, dengan siapa kau berhadapan,
setiap persoalan yang telah ditangani Ki-bun-sam-kiat,
siapapun dilarang mencampuri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak perduli siapa kalian, yang terang bertindak adil
membela kebenaran adalah makna hidupku, sebagai kaum
persilatan sepatutnya aku membela yang lemah menindas
yang lalim, Bahwa kalian begini pongah, biarlah rasakan
beberapa jurus pukulanku." habis bicara, dia menggendong
tangan sambil menengadah dengan sikap santai, bahwasanya
dia tidak pandang sebelah mata kepada kedua orang ini.
Dalam wilayah ini Ki-bun-sam-kiat termasukjagoan yang
disegani, biasanya orang lain menunduk-nunduk terhadap
mereka, kapanpernah dihina begini rupa, saking gusar otot
hijau sampai merongkol dijidat mereka, bola matapun
mendelik seperti ingin menelan bulat-bulat lawannya.
Liok Kiam-ping justru sengaja mengejek dengan tertawa
pongah: "Bagaimana ? silahkan mulai, Tuan mudamu tidak
sabar menunggu lagi."
Kedua orang saling memberi tanda kedipan mata, tanpa
bicara mereka menubruk dari kiri kanan masing-masing
melancarkan enam pukulan ganas yang mematikan, Liok
Kiam-ping bergerak dengan Ling- hi-pou-hoat tampakjubah
putihnya berkibar, selincah naga menari selulup timbul
diantara bayangan pukulan kedua lawan, mumpung ada
kesempatan, sengaja dia mau menjajal dan mempraktekkan
langkah ajaib yang baru dipelajarinya.
Kedua orang itu mengerahkan segala kemampuan serta
tenaga sekuatnya menyerang dengan sengit, tiga puluh jurus
telah berlalu, jangan kata melukai lawan, ujung baju lawanpun
tak mampu disentuhnya, baru sekarang mereka insyaf hari ini
betul-betul ketemu batunya.
Jika la u pertempuran terus dilanjutkan seperti ini, umpama
lawan tidak balas menyerang pihak sendiri akhirnya juga pasti
jatuh lemas Kehabisan tenaga, padahal keringat dingin sudah
membasahi tubuh, segera mereka menarik diri mundur serta
berdiri tegak sambil mengawasi Liok Kiam-ping dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendelong, katanya dengan tergagap: "Siapa kau sebenarnya
?"
Liok Kiam-ping tertawa lebar, katanya menuding tiga
batang pedang dipunggung: "Memangnya kalian tidak tahu
apa artinya ?"
Seketika kedua orang itu bergidik, serunya: "Kau pat-pikim-
liong ?'
'Takut ya ? Nah kalian potong sendiri kuping sebelah kiri,
tuan mudamu ampuni jiwa kalian- Kalau membandeljangan
harap bisa pergi dengan tetap bernyawa."
Bahwa Liok Kiam-ping menjatuhkan ceng-san-biau-khek,
sekali pukul melukai Hwi-bing, pedangnyapun membelah Tayhun,
pertempurannya melawan Tok-sin Klong-bing sudah
menggetarkan seluruh Bulim, golongan hitam maupun aliran
putih siapa tidak jeri padanya.
Karuan kedua orang itu serasa terbang arwahnya, melawan
jelas bukan tandingan dan tak berani lagi. larijuga takkan bisa
lolos, akhirnya mereka saling pandang, seorang lelaki harus
pandai melihat gelagat, selama dada masih bernapas. kapan
saja masih ada kesempatan mencari balas, yah apa boleh
buat, akhirnya mereka kertak gigi, secara kekerasan mereka
tarik protol kuping masing-masing, saking kesakitan mereka
gemetar, lekas mereka bimbing saudara yang terluka terus
ngacir tanpa bercuit lagi.
Lekas Liok Kiam-ping papah kakek ubanan terus diangkat
naik kepunggung kuda di bawa lari kekota menginap disebuah
hotel.
Dalam pada itu rona muka si kakek dari hijau sudah
berobah hitam, tubuhnya meringkel seperti menyusut, desau
napasnya juga tinggal satu-satu, jelas racun sudah terlalu
merasuk tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liok Kiam-ping keluarkan sebuah botol porselin kecil
mengeluarkan tiga pil warna merah, sekali pencet dia buka
geraham si kakek terus jejaikan tiga butir pil obat ke dalam
mulutnya. Beruntun dia menutukpula beberapa hiat-to dileher
dan didada orang.
Kira-kira semasakan air kemudian, tubuh si kakek tampak
bergetar, setelah menggeliat dia mulai merintih, mendadak
badannya mengejang sekali terus membalik badan dan
tumpah-tumpah mengeluarkan gumpalan darah kental hitam,
matapun terbuka, namun tubuh masih lunglai rebah dipinggir
ranjang sesaat dia awasi kedua pemuda didepan ranjang.
"Lotiang sudah merasa lega bukan?" ujar Liok Kiam-ping.
Kakek itu menghela napas, katanya tersendat haru: "Losiu
terkena Toan-hun-san .. .. kecuali... Jinsom... atau Soat-lian...
" belum habis bicara mendadak dia terkulai pingsan
Kiam-ping teringat akan Soat-lian yang disimpan dalam
sakunya, kejadian memang teramat kebetulan atau
mungkinjuga ada jodoh dan nasib si kakek ubanan memang
mujur dan belum saatnya ajal. Setelah menelan sekelopak
Soat-lian, Kiam-ping papah si kakek duduk bersimpuh, dia
sendiri duduk dibela kang orang menyalurkan tenaga lewat
telapak tangan yang menempel dipunggungnya, bantu
memperlancar bekerjanya khasiat obat.
Terasa dalam tubuh si kakek timbul segulung hawa dingin
seperti gumpalan es yang melawan saluran tenaganya, lekas
dia kerahkan setaker tenaganya secara kekerasan dia
berusaha menjebol dan melumerkan hawa dingin itu.
Lekas sekali wajah pucat si kakek makin bersemu merah,
tiba-tiba perutnya berbunyi berkerutuk seperti suara katak
berkotek, kontan mulutnya terpentang dan menyemburlah
cairan hitam yang berbau amis. Setelah muntah kedua
kalinya, orang nyapun sudah sadar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Uap putih tampak mengepul diatas kepala Liok Kiam-ping,
keringat juga membasahi wajahnya mengalir turun Keleher,
jelas keadaannya cukup payah juga dalam mengerahkan
Lwekang membantu penyembuhan si kakek, setelah orang
sadar dia turunkan ke dua tangan serta bersamadi.
Beruntun si kakek tidur pulas dua hari satu malam, hari
ketiga baru dia siuman- Dia maklum pemuda didepannya ini
yang telah menyelamatkanjiwanya, bergegas dia turun dari
pembaringan hendak menghaturkan terima kasih.
Lekas Liok Kiam-ping menekan pundaknya, katanya:
"Lotiang masih lemah, badan belum sehat, tidak boleh
sembarang bergerak."
"Pertolongan Siauhiap sungguh setinggi gunung, meski
Losiu harus hancur lebur juga. tak setimpal untuk membalas
budi pertolonganmu."
"Urusan sekecil ini kenapa dibuat kapiran, Lotiang jangan
pikirkan soal budi segala. Entah bagaimana Lotiang
bermusuhan dengan ketiga penjahat itu, racun yang di
gunakan juga begitu ganas ?' Kakek itu menghela napas
panjang.
Baiklah kami perkenalkan, kakek ini adalah begal tunggal
yang berjiwa pendekar Jian-li-tok-hengJin Hou yang kenamaan
di daerah barat laut, Sian-tian-ciang-hoat dan Thi-lian-cu
merupakan bekal kepandaiannya yang lihay, selama tiga puluh
tahun belum pernah ketemu tandingan.
Tapi wataknya teramat angkuh dan memandang kejahatan
sebagai musuh utama, penjahat yang terjatuh ditang a nnya
tiada yang pernah diberi ampun, terutama kaum penjahat
pasti ciut nyalinya bila berhadapan dengan dia, maka
musuhnya boleh dikata tersebar luas.
Sepuluh tahun yang lalu waktu dia lewat Kian-yang,
kebetulan Ki bun-sam-hong sedang melakukan kejahatan dan
kepergok olehnya maka dia turun tangan menghajar mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa hari yang lalu mereka kepergok d id a la m kota,
diluar tahunya dia dikuntit dan diincar oleh Ki-bun-sam-hong,
direstoran minuman teh yang ditenggaknya secara diam-diam
telah dicampur racun Toan-hun-san, sayang dia sadar setelah
terlambat, dengan gusar dia labrak ketiga lawan ini, sayang
racun sudah bekerja akhirnya dia sendiri yang terkepung dan
hampir saja binasa secara konyol, untung Liok-Kiam-ping
kebetulan lewat serta menolongnya, kalau tidak tentu jiwanya
sudah melayang.
Kakek ini berwatak tegas dan berpendirian teguh, budi dan
dendam digaris bawahi dengan jelas, selama hidup tak pernah
dia mau menerima budi kebaikan orang lain, kali ini berkat
pertolongan Kiam-ping, sehingga jiwanya yang sudah
terenggut elmaut berhasil ditarik balik, apapun dia rela
mendampinginya dan sudi merendahkan diri sebagai
pembantu.
Liok Kiam-ping menggoyang tangan, katanya: ”Jangan
Lotiang berpikir demikian tekadmu akan menyiksa batinku
saja. Syukurlah bila kau sudi mendarma baktikan tenaga untuk
kepentingan perguaua n kita saja, kami pun sudah amat
berterima kasih."
"Boleh, cuma Losiu ada satu permintaan yaitu jangan
memanggil Lotiang padaku, sementara ini boleh kita saling
membahasakan sebagai saudara seangkatan saja. Kalau kau
kukuh pendapat Losiujuga tidak mau terima."
"Untuk menghormat lebih baik menurut perintah. Lo-koko,
biar kita istirahat beberapa hari, tiga hari lagi boleh kita
melanjutkan perjalanan ketimur."
Musim semi lebih dini datangnya di Kanglam, saat mana
cuaca baik, hawa segar, alam semesta seperti dilembari
kehidupan baru.
Dijalan raya yang menuju ke kota Tin-wan, tampak tiga
ekor kuda dicongklang dalam kecepatan sedang, Mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan lain adalah Liok Kiam-ping bertiga yang tengah
menempuh perjalanan pulang kemarkas pusat Hong- lui- bun
yang telah berdiri di Kui-hun-ceng.
Liok Kiam-ping kuatir markas pusat yang kosong tanpa
penjagaanjago kosen, bila diserbu musuh, keadaan pasti kocar
kacir, celaka kalau sampai terebut oleh musuh, maka rasa
gugupnya seperti ingin baru- buru menolong kebakaran,
sepanjang jalan tiada hasrat menikmati panorama daerah
Kang lam nan permai.
Setelah melampaui sebuah bukit, jalan pegunungan
semakin buruk dan sukar dilewati, maka mereka
memperlambat lari kuda.
Mendadak dari arah belakang terdengar seekor kuda
dibedal kencang mendatangi membawa kepulan debu kuning
yang membumbung keangkasa, penunggang kuda berpakaian
ringkas mendekam dipunggung kuda cepat sekali kuda itu
melesat lewat disamping mereka, topi rumput diatas
kepalanya ditarik rendah hingga hanya kelihatan hidung dan
mulutnya saja.
Padahal jalan pegunungan sejelek itu, tapi kuda itu dapat
dilarikan sekencang angin, jelas lelaki itu memang akhli
menunggang kuda, tunggangan itujuga sudah biasa dan hapal
akanjalan dan keadaan disekitar gunung ini. Kira-kira lima
tombakjauhnya mendadak penunggang kuda itu menoleh
serta melotot kearah Liok Kiam-ping bertiga namun lari
kudanya tidak menjadi lambat.
Jian-li-tok-heng seorang kawakan Kangouw,
pengalamannya luas, segera dia menjengek: 'Kawanan iblis
akan datang mengantar kematian. Hayo kejar.' lalu dia
mendahului keprak kudanya mengudak dengan kencang. Tapi
setelah meegitari perut gunung dalam waktu sekejap saja
mereka hanya mengejar kepulan debu yang masih
membumbung dludara, jejak lelaki berkuda itu sudah lenyap
tak karuan paran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi mereka bertiga masih terus larikan kudanya dengan
kencang, tak lama kemudian mereka sudah takjauh dari kota
Tin-wan, setelah masuk kota perut terasa lapar maka mereka
memasuki sebuah restoran bermerk Ki-eng-lau. Setelah
memilih tempat memesan masakan, mereka tidak banyak
berbincang, begitu hidangan tiba lantas digares dengan lahap.
restoran itu penuh sesak. pelayan tampak sibuk. Takjauh
disebrang sana beberapa orang persilatan sambil makan
sedang mengobrol panjang lebar, suaranya keras dan satu
sama lain seperti berlomba bicara maka tanpa pasang kuping
juga dapat dengar pembicaraan mereka.
Seorang lelaki bersuara serak sedang berkata: "Bicara terus
terang, Ham-glok-ling Ham s im-leng-mo Lo-cianpwe memang
sudah menggetar B ulim sejak puluhan tahun yang lalu,
sungguh tak nyana kali ini terjungkal ditangan Pat-pi-kimliong,
ceng-san-biaukhekpun ajal ditangannya. Betapa takkan
bikin marah beliau?" .
"Dengan gusar dia hijrah keselatan, seluruh kekuatan Hampeng-
klong dikerahkan, jelas Kui-hun-Ceng pasti sukar
mempertahankan lagi, yakin pasti tertumpas rata dengan
bumi.
Diam-diam Liok Kiam-ping mengeluh dalam hati, dengan
tenaga Gin-jay-beng dan sibocah gede Siang Wi, betapapun
mereka bukan tandingan iblis tua itu. Sekilas dia melirik
kesana, dilihatnya dimeja sebelah kanan duduk empat lelaki
berpakaian ringkas. dandanan mereka menunjukkan sebagai
kawanan Piausu.
"Konon Tang ling Kongeujuga ingin menuntut balas sekali
pukulan, sejauh ini dia juga sedang kerahkan tenaga
menyelidik jejak musuh."
Pihak Hwe-hun-bunjuga punya permusuhan setinggi langit,
secara diam-diam mereka berintrik dengan pihak Tang- ling
untuk mengganyang musuh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terhadap beberapa orang diatas loteng ini Liok Kiam-ping
tidak perlu gentar, namun dia menguatirkan keadaan markas
pusat, musuh teramat tangguh, maka hatinya jadi gelisah,
maka selera makannya jadi menurun-
Tengah dia kebingungan, didengarnya derap seorang yang
menaiki tangga loteng maka muncullah seorang lelaki
perawakan tinggi bercaping rumput, langkahnya lebar menaiki
loteng. Begitu tiba diatas loteng, melihat kehadiran Liok Kiamping
bertiga, seketika berobah air mukanya, langsung putar
tubuh lari kebawah.
Laki-laki itu bukan lain yang tadi mereka kejar ditanah
pegunungan- Liok Kiam-ping sudah berdiri. LekasJian-li-tokheng
menekan tangannya serta berbisik: "Biarkan dia pergi
disini banyak orang, biar nanti kita kerjain didepan."
Setelah kenyang mereka membayar rekening terus turun
dan naik kuda melanjutkan kearah timur. Menjelang magrib
mereka sudah memasuki perbatasan Siang-kin dan tiba di
Ban-san. Dikatakan Ban-san selaksa gunung memang tidak
berkelebihan, karena daerah disini merupakan gunung
gemunung yang belukar dan jarang dijelajah manusia. Setiba
dibalik gunung mereka mulai memasuki sebuah selat sempit.
Selat ini dipagari tembok karang yang menjulang tinggi
tegak selicin kaca, puncaknya ditelan mega, ditengah
merupakan selat sempit yang berkelok-kelok yang harus jalan
beriring satu-satu, bagi siapa saja yang pertama kali
lewatjalan ini pasti merinding dan was- was.
Karena kejadian siang tadi cukup mencurigakan, maka Jiantok-
heng bersiaga dan hentikan kuda serta menerawang
pegunungan ini. Sang surya memancarkan sinarnya yang
terakhir, hingga bayangan gunung sebelah kiii tamrak
benderang, tampak bayangan kepala beberapa orang
bergerak diatas sana, jelas musuh telah mengaturjebakan d id
a la m selat sana, maka dia suruh Kiam-ping berdua berhenti
untuk menempuh jalan putar saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkepandaian tinggi maka nyali Liok Kiam-ping amat
besar, dia yakin kemampuan diri sendiri, kalau hanya dinding
securam itu masih belum mempersulit dirinya, sekilas dia
menerawang, maka timbul akal dalam benaknya, katanya lirih:
"Lo-koko dan Hian-te silahkan naik keatas puncak dari kiri
kanan.' Lalu dia tuntun kedua ekor kuda mereka dikeprak
masuk kedalam selat.
Jian-li-tok-heng tidak menduga dan tak sempat mencegah.
Terpaksa dia membagi arah dengan Suma Ling khong seperti
berlomba saja mereka melompat dan memanjat naik keatas
puncak.
Seorang diri dengan tiga ekor kuda Liok Kiam-ping terus
congklang kudanya maju lebih jauh. Kira-kira tiga puluh
tombak jauhnya, didengarnya suara sempritan saling
bersahutan disebelah atas. Kejap lain didengarnya suara
gemuruh seperti ada gempa hebat meruntuhkan puncak
gunung. Waktu dia mendongak dilihatnya belasan Batu-batu
besar bergelundungan dari atas bersama taburan karungkarung
kapur dan balok-balok kayu raksasa, laksana hujan
saja berjatunan dari atas menyumbat selat sempit ini.
Kiam-ping lompat turun dari punggung kuda terus
mengembangkan Ginkang, secara lincah dan enteng dia
berlompatan klan ke mari menghindarkan diri dari hujan batu
dan karung-karung kapur yang beterbangan. Sementara
kedua tangan menepuk dan terayun, tenaga angin dahsyat
dari kedua tangannya di sapunya minggir terpental jauh
beterbangan. cukup payah juga usaha menyelamatkan diri
dari hujan batu dan kapur serta balok-balok kayu, namun
Kiam-ping terus maju kedepan. Tiba-tiba didengarnya ringkik
kuda dibelakang, tiga ekor kuda itu akhirnya binasa oleh hujan
batu dan terpendam tanpa bisa berkutik lagi karena tubuhnya
hancur lebur. Pada hal panjang selat ini tidak terukur
ujungnya, mau tidak mau gelisah juga hati Kiam-ping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiam-ping maklum kalau kejadian berlanjut sedikit lama,
tentu tenaga sendiri akhirnya terkuras habis, dan jiwa
terancam elmaut, nasibnya akan seperti ketiga ekor kuda itu,
mati dengan badan hancur ketiban batu- batu raksasa.
Mendadak kumandang gelak tawa ramai diatas puncak.
seorang berseru lantang: "Pat-pi-kim- liong, dalam selat itulah
tempat liang kuburmu."
Seorarg lagi berteriak: "Kalau mau hidup lekas serahkan
barang milikmu yang paling berharga, jiwamu nanti boleh
diampuni. melihat depan atau belakang sudah tersumbat,
umpama Kungfumu setinggi langitjuga harus binasa didalam
selat ini.' lalu terdengar pula gelak tawa ramai bergema di
angkasa.
Liok Kiam-ping cukup cerdik, diatahuhujan kapur itu hanya
untuk menutupi pandangannya supaya dirinya susah maju
lebih lanjut, kalau suara gemuruh hujan batu masih
berlangsung disebelah depan, tapi dibela kang keadaan sudah
hening.
Mendadak Liok Kiam-ping membentak gusar: "Kawanan
tikus yang tidak tahu malu muslihat keji, kalian jangan harap
dapat membunuhku, hari ini tuan muda akan memberi
keadilan kepada kalian-"
Lenyap suaranya mendadak dia mengenjot kaki, tubuhnya
melenting keatas, mengembangkan Ling-hi-pou-hoat seperti
naga terbang saja tubuhnya legat-legot mumbul puluhan
tombak^ dikala luncuran tubuhnya mengendor, dia menekuk
punggung menggeliat pinggang, berbareng kaki menancap
dinding karang sehingga tubuhnya meluncur pula lebih tinggi,
untung selat ini tegak lurus lebarnya juga kurang setombak,
hal ini membantu Liok Kiam-ping untuk menjejakkan kakinya
dikiri kanan dinding gunung sehingga tubuh-lebih pesat
meluncur lebih tinggi keatas. Dalam sekejap seratus tombak
telah dicapainya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada ituJian-li-tok-heng meloncat keatas lewat sisi
kiri, didepan dia dihadang sebuah jurang, terpaksa dia harus
berlari-lari mengitari bibir jurang menuju ke arah sebrang,
kira-kira setanakan nasi baru dia tiba dimulut jurang sebrang,
sekali menghirup napas dia kerahkan tenaga dipusar terus
melambung jauh kedepan, karena menguatirkan keselamatan
adik angkatnya, sedetikpun tak boleh terbuang, maka tanpa
berhenti dia masih terus tancap gas berlari bagai terbang
diatas pegunungan berbatu.
Sementara itu Suma Ling-khong yang belum punya
pengalaman Kangouw juga sudah melampaui dua puncak.
setiba diatas dia jadi kehilangan arah, apalagi pegunungan
batu ini tidak rata setelah berputar klan kemari dia merasa
semakin jauh meninggaikan suara gaduh dari batu-batu yang
dihamburkan kedalam selat, gema suaranya mengalun diudara
susah dibedakan dari mana arahnya.
Sejenak dia tenangkan hati lalu melompat kepucuk sebuah
pohon, kebetulan dilihatnya asap tebal mengepul dari dasar
selat, api berkobar amat besar disebelah bawah, lekas dia
melompat turun terus memburu ke sana.
Dalam pada itu secara beruntun sembilan kali Liok Kiamping
secara zig-zag menjejakkan kedua kakinya sambil
mengembangkan Ginkang sudah hampir mencapai puncak,
sayang hawa murni dalam tubuhnya mendadak mengendap.
sehingga tubuh yang terapung itupun seperti direm secara
mendadak. Karuan jantungnya melonjak kaget, sehingga
menambah cepat tubuhnya anjlok ke bawah.
Lekas dia konsentrasikan pikiran, kebetulan disebelah
bawah dilihatnya dinding karang sebelah kiri ada bagian
melekuk, di mana kebetulan ada tempat untuk berpijak, lekas
dia menggeliat pinggang bersalto ke samping kiri dan secara
tepat kakinya berhasil hinggap di lekuk karang itu. Dari
ketinggian seratusan tombak dia memandang kebawah,
tampak jago merah membara dengan asap tebal yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergulung-gulung ke angkasa, meski membekal ilmu sakti tak
urung ciut juga nyali Liok Kiam-ping, terlambat sedikit tentu
dirinya sudah terbakar hangus didasar selat, perasaan menjadi
berat.
Dari kejauhan Jian-li-tok-heng juga mendengar suara
gemuruh bagai guntur menggelegar, hatinya semakin gugup
maka langkahnya lebih cepat lagi melayang kemulut selat
diatas puncak. cepat sekali dilihatnya puluhan lelaki seragam
hitam sedang sibuk bekerja melempar batu, karung kapur dan
belirang serta balok-balok kayu kedalam selat.
Amarahnya tak tertahan lagi, dengan mempercepat langkah
cukup beberapa kali lompatan, laksana elang dia menubruk
keatas. Belasan lelaki yang sibuk menghujani batu dan balok
kedalam selat itu mimpipun tidak pernah duga banwa elmaut
bakal merenggut jiwa mereka.
Begitu menubruk tiba kontan Jian-li tok-heng menggenjot
dengan kedua tangannya berbareng kedua kakipun
menendang, empat lelaki seketika dipukul dan ditendangnya
roboh, dua terjungkal kedalam selat dengan jiwa melayang
seketika. Seperti harimau mengamuk ditengah gerombolan
kambing saja Jian-li-tok-heng mengganyang belasan lelaki
yang terhenyak kaget, maka terdengar jeritan-jeritan ngeri
saling susul, sebagian besar dari belasan lelaki itu dipukul
jatuh kedalam selat yang curam dan dalam ditelan lautan api. '
Beruntung bagi yang berdiri sedikit jauh melihat gelagat
jelek lekas mereka lempar karung dan meletakkan batu terus
ngacir menyelamatkan diri. Dalam sekejap seanua sudah
kabur tak kelihatan bayangannya pula.
Suma Ling-khong mengembangkan Ginkang berlomparan
dipucukpohon, tubuhnya meluncur secepat anak panah,
beberapa kali lompatan sudah mencapai puncak sebelah
kanan, bentaknya keras: "Bangsat kurcaci, serahkan jiwa
kalian."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum dia turun tangan, mendadak bayangan hitam
berkelebat, didepannya menghadang seorang kakek baju
hitam, hidung elang pipi panjang dagupendek. kedua sorot
matanya mencorong terang, kedua pelipisnya menonjol, jelas
Lwekangnya amat tangguh.
Melihat yang datang pemuda berusia belum genap dua
puluh tahun, kakek baju hitam, lantas menyeringai hina,
bibirnya juga mengejek: "Bocah yang masih bau tetek.
memangnya kau sudah bosan hidup, Biar Lohu antar kau
pulang kedalam pelukan nenekmu dialam baka." setelah lawan
buka suara kedua tangannya sudah melingkar terus didorong
menerbitkan segumpal angin tenaga.
Baru pertama kali ini Suma Ling-khong bergairah melawan
musuh, jelas pengalamannya masih cetek. mendadak
dirasakan angin deras menampar dirinya, untuk menangkis
jelas dia terlambat, lekas dia berkelit mundur lima kaki,
untung masih sempat meluputkan diri. Namun darah panasnya
terbakarjuga, segera dia kerahkan tenaga dikedua tangan,
sekali menyedot napas dia salurkan hawa murni dari pusar
terus memukul sekuatnya.
Melihat lawan berkelit kakek baju hitam makin takabur.
seenaknya saja dia menggerakkan tangan menangkis.
Kejadian sungguh d ilua r perhitungannya, begitu tenaga
pukulan saling bentrok, "Blang", kakek baju hitam tergetar
mundur lima langkah, darah hampir menyembur dari dada,
roman mukanya seketika pucat, jelas dia sudah terluka dalam,
untung Lwekangnya cukup tangguh. maka dia masih mampu
mengendalikan hawa murni melindungi badan.
Memang diluar tahunya bahwa Jin-tlok-ji-meh Suma Lingkhong
telah tembus. Lwekangnya sekarang setaraf
denganjago kosen kelas wahid, hanya pengalamannya saja
yang masih terlalu cetek. Melihat pukulannya berhasil
memukul mundur lawan, tambah tabah hati Suma Ling-khong,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lekas dia mendesak maju seraya melontarkan enam pukulan
secara beruntun.
Dengan mantap kakek baju hitam melayani serangannya
dengan gerak langkah dan tipu-tipu yang lihay, dalam suatu
peluang dia malah balas menyerang tiga jurus, maka
terjadilah perang tanding secara seru, kedua lawan setanding
sama kuat.
Sementara itu kawanan penjahat yang menjatuhkan batu
dan balok kedasar selat sedang disikat oleh Jian-li-tok-heng
diseberang sana, dalam sekejap kawanan penjahat itu sudah
lenyap tak karuan parannya Karuan kakek baju hitam menjadi
gugup, Tahu gelagat tidak menguntungkan, lekas dia
lancarkan dua kali pukulan mendesak mundur lawan, disaat
Suma Ling-khong terhuyung dia membungkuk membusung
dada, hawa murni telah dikerahkan, maka telapak tangannya
yang putih pelan-pelan berobah hijau, uap hitampun tampak
mengepul dengan baunya yang amis memualkan-
Suma Ling-khong sedang tidak karuan perasaannya,
mendadak hidungnya mencium bau amis seperti busuknya
bangkai, seketika kepala pusing hampir pingsansementara
kakek baju hitain sudah siap turun tangan.
Mendadak didengarnya sebuah bentakan sekeras guntur:
"Bedebah masih berani mengganas." suara belum lenyap
orangnya sudah menubruk tiba, segulung tenaga laksana
amukan badai tahu-tahu telah menindih tiba. Sebelum tahu
apa yang telah terjadi, kakek baju hitam mencelat terbang
dengan jeritan keras, tubuhnya melayang tiga tombak
menumbuk batu. kepala pecah tubuh remuk.
Sudah dituturkan disebelah depan bahwa Liok Kiam-ping
terhenti dilekuk dinding, tak lama kemudian batu kapur dan
balok yang berjatuhan dari atas terhenti, disusul suara jeritanjeritan
keras serta tampak beberapa sosok tubuh orang
melayang jatuh dengan jeritan ngeri. Dalam hati dia menduga
bahwa Suma Ling-khong dan Jian-li-tok-heng tengah beraksi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disebelah atas. Sementara dia sudah memulihkan pula
tenaganya, setelah menghimpun tenaga sambil bersuit dia
menjejak kaki dan kaki tangan bekerja sama seperti lutung
manjat pohon saja. jari-jari tangannya sekeras baja mencakar
dinding terus melambung keatas, setelah bersalto dua kali
dengan sigap tubuhnya sudah mencapai bibir jurang.
Dikala kakinya hinggap diatas puncak kebetulan dilihatnya
kakek baju hitam sedang menghimpun tenaga hendak
melancarkan Hek sat-ciang, maka sambil membentak dia
menerkam lebih dulu, syukur lawan berhasil dipukulnya
mampus. Kim-kong-put-hoay-sin-kang yang diyakinkan
sekarang sudah mencapai puncaknya, maka dia tidak kuatir
menyedot hawa beracun dari asap hitam itu. sedikir menutul
kaki dia memburu maju sambil ulur tangan memapah Suma
Ling-khong, tanyanya kuatir: "Kenapa kau Hian-te "
Suma Ling khong sudah dalam keadaan setengah sadar,
meski pernah menelan Soat-lia n, maka pikirannya sedikit
jernih, dengan lemah dia menjawab: "Bau busuk memualkan,
kepala pening membuat badan terasa enteng." habis bicara
diapun sudah pulas.
Kiam ping tahu adik angkatnya keracunan enteng, beruntun
dia menutuk urat nadi supaya hawa racun tidak menjalar.
suma Ling-kong lantas dipanggulnya dibawa lari kebibir
jurang.
Waktu itu magrib telah mendatang, tebir malam mulai
menyelimuti jagat raya, Liok Kiam-ping memanggul Suma
Ling-khong bersamaJian-li-tok-heng baru keluar dari selat
yang lain-
Supaya tidak terlambat memberipertoltongan, mereka
berusaha mencari tempat, tapi diatas pegunungan ini
tiadajejak manusia, terpaksa mereka mencari gua untuk
menetap sementara. Gua itu cetek luasnya tidak ada
setombak, untuk menjaga segala kemungkinan Jian-li-tokTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
heng terpaksa berjaga diluar dan sembunyi dibelakang sebuah
batu besar dipinggir gua.
Malam semakin berlarut, mendadak melengking sebuah
siulan keras menggetar malam sunyi, tiga bayangan orang
tampak meluncur turun dari puncak sebrang. sambil maju
mereka seperti mencari-cari apa. Terdengar seorang tua serak
berkata: "Lohu datang terlambat hingga setan cilik itu sempat
melarikan diri. Menurut laporan barusan ketiga orang itu
masih berada disekitar sini, kenapa jejak mereka tidak
kelihatan ?"
Seorang lain menanggapi: "Sepuluh li di sekitar
pegunungan ini Sudah kami geledah, memangnya bocah itu
sudah jadi setan dan bisa menghilang."
"Kalian harus hati-hati." seorang pemuda berkata sinis,
"setan cilik itu bertangan gapah, Lwekangnya tinggi
betapapun tidak boleh teledor."
Suara serak itu tertawa g elak-gelak. katanya: "Kenapa
Kengcu makin takut menghadapi urusan, dia sudah dalam
kepungan kita, tumbuh sayapjuga jangan harap dapat
melarikan diri,"
"Bukan aku takut urusan, namun sebelum ayah datang,
apapun kita harus berhati-hati. "
Jian-li-tok heng yang sembunyi dibelakang batu maklum
bahwa mereka bertiga sudah terkepung dan selalu dalam
pengawasan musuh, kedua saudara mudanya sedang samadi,
apapun tak boleh terganggu diam-diam dia berdosa supaya
ketiga orang ini lekas menyingkir ketempat lain- Dengan
mengerut alis dia celingukan menerawang keadaan sekitarnya
Mendadak dia merunduk pergi beberapa tombak- sengaja
melangkah dengan memberatkan kaki sehingga mengeluarkan
sedikit suara terus berlari daerah timur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka didengarnya suara lambaian pakaian beberapa orang
berkibar dibelakang, waktu dia menoleh tiga bayangan orang
tampak mengudak kearahnya. karuan hatinya senang.
Ginkangnva memang cukup hebat, kalau dia mau mengempos
seluruh tenaga, ketiga orang itu jelas takkan bisa menyandak,
tapi kuatir ketiga orang itu kehilangan jejaknya lalu putar balik
maka dia berlari dalam kecepatan ssdang saja, mengingat
situasi cukup gawat bagi keselamatan kedua saudaranya.
sengaja lari ketimur lalu belok keselatan, paling hanya puluhan
tombak jauhnya dari letak gua itu.
Cukup lama juga jian-li-tok-heng putar kayuh, dari selatan
mutar kebarat terus belok keutara, secara diam-diam dia
menyelinap masuk ke hutan terus menyelundup balik kemuka
gua. Tampak Kiam-ping berdua sudah terbungkus oleh uap
putih tebal, diam-diam dia girang bahwa usahanya berhasil
mengulur waktu ”setengah jam lagi pasti usaha Kiam-ping
menolong Suma Ling-khong akan berhasil, biarlah kawanan
iblis itu nanti merasakan kelihayan kami bertiga.”
Sementara itu tiga orang yang mengudak itu akhirnya
kebingungan diluar hutan, sejenak mereka celingukan lalu
kasak kusuk akhirnya diputuskan untuk membagi diri
menggeledah ketiga jurusan, mereka sadar bahwa musuh
sengaja mempermainkan, maka sambil mengumpat caci
mereka terus menggeledah hutan-
Caci mereka kedengaran semakin dekat, Diam-diam Jian litok-
heng merasa gelisah, kali ini jelas pasti kepergok. maka
dia membatin: "Satu lawan dua, sekuatnya aku masih bisa
menandingi mereka, bila tiga orang mengeroyokku, jelas aku
tidak akan bisa menang, padahal keadaan cukup kritis bagi
kedua saudaranya, meski harus berkorbanjiwa, betapapun dia
harus berusaha membendung mereka jauh diluar gua. Untung
pengalamannya cukup luas, akhirnya terpikir sebuah akal
untuk menghadapi musuh, paling tidak masih bisa bertahan
beberapa kejap lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Langkah orang semakin dekat, tiga tombak. dua tombak.
akhirnya hanya setombak, mendadak berhenti. Suara serak
tua itu berkata: "Gua ini letaknya cukup tersembunyi, kenapa
tadi tidak ditemukan, bukan mustahil bocah keparat itu
sembunyi didalam sedang menyembuhkan luka,"
"Benar, aku yakin dugaanmu tidak meleset. Mari kita
geledah kedalam." seorang tua yang lain berkata. Maka
mereka beranjak maju kedepan gua. ternyata mereka semua
berpakaian hitam. dua tua satu muda, d ibawah sinar
rembulan, kelihatan wajah mereka seburuk setan-
Sekonyong-konyong serangkum angin pukulan dahsyat
laksana kilat menyerbu dari samping gua, tiga orang itu
dipaksa mandek dan menyurut mundur, Tahu-tahu bayangan
seorang sudah menghadang dimulut gua, jengeknya dingin:
"Badut kurcaci dari mana yang tidak tahu diri berani
mengoceh membuat ribut disini, Lohu sedang enak tidur
sampai terjaga kaget, kalau tahu diri lekas mencawat ekor
enyah dari sini." "Anjing tua, j angan pura-pura pikun, malam
ini jiwa mupun tak diberi ampun." "Boleh buktikan jiwa siapa
yang tidak terampun, kalau berani sebutkan dulu namamu."
"Tuan mudamu ini datang dari Tang-ling kedua orang ini
adalah Kik-bun-toh-pek dua rasul kami."
"oooh, kiranya kawanan setan dari akherat biarlah Lohu
kirim kalian pulang ketempat asal kalian-"
Suara serak itu mendengus: ”Jangan bersilat lidah, sambut
dulu pukulan Lohu." lakilaki tua baju hitam di sibelah kanan
menggerakan tangan- segulung hawa dingin segera
menerjang kedepan, begitu hebat tekanan hawa dingin ini
hingga napasnya terasa sesak.
Jian-li-tok-heng tahu lawan me lancarkan jenis pukulan
jahat, beracun, karuan amarahnya memuncak. kedua tangan
segera bergerak diapun lontarkan serangkum angin pukulan
keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pyaar." ledakan terjadi.
Mungkin karena kedudukan lelaki tua berada disebelah
bawah hingga dia harus menyongsong pukulan lawan dari
atas, maka dia terg entak mundur lima langkah, darah terasa
mendidih didalam tubuhnya. Sementara Jian-li-tok-heng hanya
tergeliat sedikit, wajahnya tersenyum simpul, jelas dia berada
diatas angin.
Pemuda dan seorang tua yang lain seketika berobah air
mukanya, sekilas mereka saling pandang, mendadak
menyergap daridua sayap. empat telapak tangan melontarkan
deru angin dahsyat.
Jian-li-tok-heng melompat keatas menghindar pukulan
dahsyat, ditengah udara tubuhnya bersalto lalu menukik
dengan kaki diatas, kepala dibawah, meminjam daya luncuran
tubuh dari atas kedua tangannya menampar dari kanan kiri,
dua arus hawa panas laksana kilat meluncur kedua musuh.
Posisinya memang unggul karena disebelah atas hingga
kekuatan tamparan tangan nya bertambah hebat, kedua
musuh tua dan muda terpukul mundur dua langkah,
Sementara itu lelaki tua ditengah sejenak melenggong, tapi
lekas sekali dia sudah menubruk maju pula. Kini tiga orang
bergerak secara ketat dan menyerang seperti berlomba saja
dengan pukulan kencang.
Jian-li-tok-heng dipaksa untuk mengembangkan Sian-tianciang-
hoat (pukulan halilintar) perguruannya, badannya selalu
berlompatan naik turun dludara sehingga menaburkan hawa
panas yang berarus tinggi, sepenuh tenaga dan perhatian dia
layani keroyokan ketiga musuh.
Sebagai rasul kedua lelaki tua itu juga membekal
kepandaian tinggi, kalau satu lawan satu mungkin Jian-li-tokheng
masih mampu merobohkan mereka dalam lima puluh
jurus, tapi dikeroyok tiga, betapapun tinggi ilmu silatnya
akhirnya terdesak dibawah anginTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Tiga puluh jurus kemudian Jian-li-tok-heng sudah mandi
keringat, dia sudah amat payah, kaki tangan sudah terasa
berat hingga gerak geriknya juga lamban.
Pemuda jubah hitam berhati lebih culas banyak akal
liciknya pula. melihat suatu kesempatan sambil membentak
mendadak dia tambah daya serangannya. Maklum dirinya
menghadapi bahaya lekas Jian-li-tok-heng menyurut mundur,
berbareng kedua tangan terpentang, segenggam Thi-lian-cu
(biji teratai besi) dengan gaya Boan-thian-hoa-hi (hujan
kembang diang kas a) dia taburkan kepada ketiga lawan,
sudah puluhan tahun dia memperdalam ilmu Am-ginya ini,
gaya dan gerakan serangannyaJauh berbeda dengan serangan
senjata rahasia umumnya, setiap serangan Am-ginya tak
pernah percuma. kini menyadari awak sendiri terdesak
dibawah angin terpaksa dia gunakan kemahiran sendiri untuk
mempertahankan diri.
Kakek tua suara serak itu berada paling dekat, sedikit lena,
dia terlambat berkelit, pundaknya terkena timpukan biji teratai
besi, saking kesakitan dia menjerit kesakitan, darah sudah
meleleh didada dan punggung.
Karuan pemuda dan seorang tua yang lain amat murka,
serempak mereka menggerung sambil menerkam bersama,
secara aneh mereka menggerakkan kedua tangan, hingga
telapak tangan mereka menghitam legam mengeluarkan asap
hitam pula.
Jian-li-tok-heng sudah siap dan hendak menyerang.
Mendadak didengarnya Kiam-ping berteriak gugup: "Lo-koko
lekas mundur, itulah Hekssat-tok-ciang" berbareng angin
deras laksana gugur gunung memberondong dari dalam gua.
Uap hitam itu seperti dilanda badai saja tertiup buyar
beberapa tombakjauhnya dan sirna dialam pegunungan,
Berbareng sesosok bayangan orang telah mencelat keluar dari
dalam gua. Tampak Kiam-ping berdiri dipinggir Jian-li-tokheng
dengan tatapan tajam kearah Yu-ling Kongcu dan kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lelaki tua bermuka bengis itu. Dengan tersenyum ejek dia
berkata:
"Kukira siapa, kiranya kawaran tikus dari Tang- ling yang
pandai main keroyok”
Yu-ling Kongcu menyeringai sinis, katanya: "Hadiah sekali
pukulanmu di Kwi-hun-ceng tempo hari masih belum
kulupakan- Daerah seluas dua puluh li dipegunungan ini sudah
terjaga ketat oleh kekuatan kita. Anjing cilik, lekas menyerah
atau bunuh diri -saja, cepat atau lambat kau akan mampus
juga."
Sikap Kiam-ping tetap wajar dan adem ayem, tanpa bicara
dia tatap satu persatu ketiga lawanya lalu mengerling kekanan
kiri, memang bayangan orang tampak bergerak dari berbagai
penjuru, jelas tempat ini sudah terkepung secara ketat. Tapi
alisnya malah berdiri, katanya lantang: 'Sepak terjang kalian
tiada yang perlu dibuat kaget, Yu-ling-toa-tin juga hanya
begitu saja. tempo hari cayhe sudah merasakan sendiri,
untung jiwamu lolos dari telapak tanganku.
Nanti pasti tidak akan kubiarkan kau kecewa seperti dulu."
nadanya mencemooh dan menghina. '
Mengejang muka Yu-ling Kongcu, mendadak dia
mengeluarkan sebuah pelor api terus ditimpuk ketengah
udara. Dengan desis suara nyaring lalu meledaklah diudara
dan kembang api warna warnipun berpijar menghias angkasa
kelam.
Maka timbul berbagai suitan dan sempritan dari berbagai
penjuru, semua meluruk kearah sini.
Lick Kiamping maklum bahwa pihak Tang- ling- klong sudah
memboyong seluruh kekuatannya, situasi jelas cukup gawat,
kawanan penjahat ini bertangan gapah dan telengas, akal lick
dan busuk apa saja beramai mereka lakukan, teringat jiwanya
hampir saja amblas ditengah selat sempit, seketika amarahnya
mendidih pula, lekas dia merogoh keluar dua kelopak Soat-lian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Pi-hwe-cu diserahkan kepada Jian-li-tok-heng, katanya"
Mengulum Soat-lian dapat menolak hawa racun, Pi-hwe-cu
adalah mestika penunduk iblis. didalam Yu-ling toa-tin yakin
aku tidak kurang suatu apa, baiklah kita bekerja secara
terpencar, ganyang habis kawanan kurcaci itu."
Sebelum mereka bertindak sebuah pekik nyaring panjang
sepertijeritan setan memecah udara malam. orang-orang
Tang-ling itu seketika unjuk rasa senang. Mungkin senang
bahwa bala bantuan tangguh segera akan tiba musuh sudah
terkepung seumpama semut didalam kuali, maka mereka
menanti dengan penuh siaga.
Pekik suara itu makin keras dan dekat, terasa menusuk
telinga. Begitu pekik suara itu lenyap Tang- ling- g ia m- lo
tahu-tahu sudah berdiri ditengah arena, Dibelakangnya
meluncur datang pula dua lelaki tua berjubah hitam putih.
Dengan menyeringai lebar Tang-ling-giam lo berkata: "Ikan
yang lolos dari jaring di Kwi-hun-ceng, siapa nyana sembunyi
didaerah belukar ini, hingga lohu susah payah mencari. Setan
cilik, punya pesan apa lekas katakan mumpung jiwamu belum
amblas.”
Berhadapan dengan musuh bebuyutan, saking gusar Liok
Kiamping malah tertawa:
”Jangan menyepuh emas dimukamu sendiri, kalian
kawanan kurcaci yang hina dina, tukang keroyok pandai
memungut keuntungan, hari ini belum pasti kalian bisa
menang, tadi kau menyinggung Kwi-hun-ceng memangnya
ada apa ?' '
"Biarlah kujelaskan kepadamu, supaya di alam baka kau
tidak terperanjat bertemu dengan para begundalmu. Markas
besar Honglui-bun yang kau bangun di Kwi-hun-ceng sekarang
sudah kurebut dan kududuki. Gin-jay-beng dan lain-lain
terluka parah, sekarang mungkin sudah menunggu kalian
dipintu akherat'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dendam lama dan sakit hati baru saling menggejolak dalam
hati perasaan Liok Kiam-ping amat terpukul oleh berita buruk
ini, matanya seketika menyala gusar. Bentaknya: ”Setan tua,
segala dendam kesumatku biar sekarang kutuntut kepadamu
untuk melunasinya.” lalu dia pasang kuda-kuda dan siap
tempur.
Lelaki jubah putih yang berbadan sedikit gemuk dipinggir
Tang-ling-giam-lo tampil selangkah, katanya dengan tertawa
kasar: "Anak muda. kau punya kepandaian apa, berani
bermulut besar, biarlah aku Pekhoan Kek Eng memberi
hajaran kepadamu." Melihat lawannya masih muda, dia yakin
Lwekangnya juga pasti terbatas, pihak sendiri banyak jagojago
kos en sudah kumpul, keinginan untuk pamer kepandaian
terlalu merasuk hatinya, maka dia merasa perlu tampil lebih
dulu. Tampak dia menggeser ke samping begitu tubuhnya
berputar tangannya tahu-tahu sudah memegang sebilah badik
pendek.
Liok Kiam-ping berdiri santai sambil menggendong kedua
tangan- sikapnya tak acuh seperti meremehkan lawan,
katanya:
"Baiklah, cayhe akan layani dengan tangan kosong
beberapa jurus.”
Bahwa Liok Kiam-ping hendak melawan dengan tangan
kosong, karuan Pek-boan Kek Eng naik pitam, serunya: "Anak
jadah, jangan takabur, rasakan ketajaman badikku"
Liok Kiam-ping tertawa angkuh, jengeknya: "Boleh silakan
mulai, jangan cerewet -saja."
Lwekang Pek-boan Kek Eng dikalangan Tan -ling-klong
hanya disebelah bawah Giamlo-sin-kun, selama hidupnya
terlalu jumawa dan mengagulkan kemampuan sendiri, kapan
pernah dihina seperti ini dihadapan umum. Mukanya yang
gembrot putih itu seketika merah melar, sambil memekik
setan, badik ditangannya mendadak menikam enam Hiat-to
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibagian atas tubuh Liok Kiam-ping.. Gepakannya cepat tanpa
membawa deru angin, jurus tipunya juga aneh dan susah
diraba. Begitu berkelebat badiknya seperti hampir
menghunjam ditubuh lawan-
Liok Kiam-ping kembangkan kelincahan gerak tubuhnya,
gerak g eriknya bagai naga menari dengan tangkas dia naik
turun selulup diantara samberan sinar badik lawan- Bukan saja
lincah dan tangkas, badannyapun gemulai seperti senam
irama saja.
Keruan makin memuncak amarah Pek-boan Kek Eng, badik
ditangan dia tarikan sekencang kitiran, tabir cahaya
serapatjala mengurung sekujur badan Liok Kiam-ping, sayupsayup
terdengar suara gemuruh seperti gelegar guntur
ditempatjauh.
Dengan gerakan yang mengaburkan pandangan secepat
kilat Liok Kiam-ping seperti menari saja berlompatan kian
kemari selicin belut selincah kera kadang-kadang dia malah
balas menyerang, Dalam sekejap kedua orang sudah
bergebrak tiga puluh jurus.
Mendadak Liok Kiam-ping menghardik sekali, jurus Liongkiap-
sin-gan tiba-tiba menyelonong. Tampak bayangan
telapak tangan berlapis-lapis sedahsyat s a mb era n halilintar
menepuk tiba.
Pek-boan Kek Eng mendelong, sedikit lena itu jiwanya
sudah terancam elmaut.
Untunglah pada detik yang menentukan itu, sebuah tawa
dingin berkumandang, sejalur tenaga pukulan deras telah
mengancam Liok Kiam-ping dari belakang. Tapi satu kaki
menjelang menyentuh badan Liok Kiam-ping terasa daya
pukulan itu seperti membentur tembok kokoh yang tidak
kelihatan dan 'Wut' tenaga itu tercerai berai tak karuan paran
Kim-kong-put-hoay-sin-kang Liok Kiamping sudah
diyakinkan seirama dengan jalan pikiran hatinya, begitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa disergap dari belakang, kewaspadaan lantas timbul,
sementara secara reflek ilmu sakti itupun telah berkembang.
setelah memunahkan sergapan dari belakang lekas dia
membalik dengan gerakan langkah kesamping, kedua tangan
terus memukul kearah pembokong.
Pembokongnya ternyata lelaki tua berjubah hitam bertubuh
kurus tinggi, yaitu Hek-boan Toan Seng. Bahwa sergapannya
tidak berhasil, dilihatnya lawan tidak merasa apa-apa, malah
tenaga pukulannya sirna seperti batu kecemplung laut, baru
saja dia melenggong. Mendadak dilihatnya sinar putih
berkelebat, bayangan orang sudah menubruk kearahnya.
Karena lawan membokong secara keji Kiam-ping marah
dan timbul nafsunya membunuh maka pukulannya itu
dilandasi tenaga keras dan berat. Lekas Hek-boan angkat
kedua tangannya pula tapi sabelum dia kerahkan tenaga, s eg
ulung tenaga laksana gugur gunung telan menindih tiba,
Blang" dada seperti digodam, mulutnya setengah merintih
tahu-tahu badannya mencelat tiga tombak jauhnya, roboh tak
bangun lagi.
Kawanan penjahat diluar arena sama berteriak-tertak siap
bertindak Jian-li-tok-heng amat senang bahwa kekuatan Kiamping
bukan saja hebat tapi lihay, malam ini tak perlu gentar,
maka hati sendiripun bertambah tabah dan mantap.
Tang-ling-giam-lo sebaliknya berobah rona mukanya,
hatinya berpikir: "Baru berpisah dua bulan, Lwekang bocah ini
sudah maju sepesat ini, kalau hari ini tidak ditumpas, kelak
aku pasti takkan mampu mengalahkan dia." mendadak bola
matanya mendelik, serunya dengan galak tawa keras: "Anjing
cilik bertangan gapah, hatimu sekejam binatang. Tempo hari
Lohu menaruh belas kasihan kepadamu, kalau tidak
memangnya kau bisa hidup sampai sekarang.'
Menyinggung pertempuran tempo hari, seketika
mengobarkan dendam Liok Kiam-ping, bentaknya: "Baiklah
dendam lama sakit hati baru dibereskan sekarang saja ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suasana menjadi tegang, hawa udara seperti membeku,
perasaan siapa takkan tercekam menghadapi pertempuran
dahsyat yang bakal beriangsung.Jantung Jian-li-tok-heng
berdebar keras, dia kuatir Kiam-ping masih muda bertindak
kurang perhitungan bagaimana sampai bermusuhan dengan
gembong iblis besar ini, bila lena sedikit, dirinya jelas takkan
mampu memberi bantuan.
Celaka adalah Peksboan Kek Eng yang masih harus
melayani gempuran Jian-li-tok-heng, melihat pihak sendiri
sudah jatuh banyak korban, sementara Tang- ling-sin-kun dan
anaknya juga sudah mencawat ekor pada hal betapa besar
kesetiaan dirinya kepada pimpinan itu, dalam keadaan gawat
dirinya ditinggal sendirian dimedan laga, sungguh bukan
kepalang sedih hatinya, selama puluhan tahun entah betapa
besar jasa dirinya untuk pihak Tang- ling-klong, hari ini harus
mati konyol ditangan musuh, namun demi jiwa sendiri
terpaksa dia tetap bertahan mati-matian, meski dia insyaf
dirinya tak ubahnya binatang yang sudah masuk perangkap.
namun matipun dia tidak mau menyerah,
Karena gejolak perasaan menyebabkan konsentransinya
menjadi buyar, sedikit lena saja, badik ditangannya sudah
terpukul terbang oleh Jian-li-tok-heng. Tapi wataknya
memang keras, selama ini dia malang melintang tiada
tandingan, bertempur dengan senjata juga baru kali ini,
sekarang dirinya jelas sudah dikalahkan, maka dia menghela
napas panjang, kedua tangan diluruskan sambil memejam
mata menunggu ajal, sikapnya yang gagah sungguh patut
dipuji, meski kalah sebagai seorang ksatria boleh dibunuh
pantang dihina.
Mendadak timbul rasa hormat dan simpati Kiam-ping
kepada orang tua ini, lekas dia berseru: "Ampuni dia Lo-koko."
belum habis dia bicara orangnya sudah menyelinap maju
ketengah kedua orang. Katanya dengan sikap kereng:
"Kejadian hari ini patut disesaikan, aku tahu tuan menjalankan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tugas, pada hal satu dengan yang lain tiada permusuhan
pribadi, maka boleh kau pergi secara bebas, cuma kuharap
selanjutnya sudi bekerja demi kepentingan kaum Bulim yang
tertindas, membela yang benar dan menindas yang lalim.”
Terbuka lebar mata Pek-boan Kek Eng, melihat pemuda ini
bicara setulus hati segera dia tersenyum. katanya: "Kungfu
Siauhiap teramat tinggi, sikapmu begini ramah dan welas asih
pula, sungguh Lohu harus malu diri, selanjutnya aku akan
mundur dari percaturan dunia persilatan, akan kucari suatu
tempat diatas gunung untuk tetirah saja, kelak bila ada
kesempatan ingin aku membalas budi kebaikanmu ini." setelah
menjura badannya lantas melompat tinggi dan meluncurjauh
kearah timur.
Waktu itu sudah menjelang fajar, puluhan mayat yang
bergelimpangan sudah mencair oleh racun api kunang-kunang
musuh, yang ketinggalan hanyalah tulang belulang dan
pakaian serta rambut mereka saja, bau amis memualkan-
Kiam-ping menghela napas, katanya kepada Jian-li-tokheng:
"Lo-koko, jejak kita sudah konangan, harus secepatnya
kembali kemarkaspusatpula, maka menurut pendapat Siaute,
mari kita menempuh jalan putar yang sepi, meski agak jauh,
yakin tiada rintangan lagi.""
Jian-li-tok-heng menepekur, katanya kemudian: "cara
inijuga baik, tapi dinilai dari situasi didepan mata,
kemungkinan besar Kui-hun-ceng sudah jatuh, kekuatan
musuhpun begitu besar, padahal tenaga kita masih seminim
ini, jelas tidak mudah melawan secara blak-blakan- Maka aku
merasa perlu untuk pulang dulu ke Ki-bun, akan meminta
bantuan Kim-bun-siang-hiap. di saat kau membuka lembaran
baru berdirinya Hong-lui-bun, yakin aku sudah tiba juga di
sana." "
Meski merasa berat berpisah, tapi mengingat urusan cukup
genting, urusan tidak boleh ditunda dan mengulur waktu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka dia menjura mohon berpisah setelah saling berpesan
supaya hati-hati sepanjang perjalanan-
Setelah berpisah dengan Jian-li-tok-heng Kiam-ping dan
Suma Ling-khong menempuh jalan pegunungan yang sepi dan
belukar, untung Ginkang mereka sudah amat tinggi, semak
belukar pegunungan tidak menjadi halangan buat perjalanan
mereka. Pada hal hati mereka seperti dibakar, ingin cepat tiba
di Kwi-hun-ceng, maka Kiam-ping gandeng Suma Ling-khong
hingga mereka bisa menempuh perjalanan lebih cepat lagi.
Lwekangnya memang sudah mencapai taraf tertinggi, setiap
malam cukup istirahat duajam sudah pulih tenaganya dan
melanjutkan perjalanan pula.
Hari itu, menjelang magrib. Mereka sudah menempuh
perjalanan sehari penuh, terasa benar perlu mencari suatu
tempat untuk istirahat. Tapi dialas pegunungan ditengah
hutan lagi jauh dari kota dandesa, disaat mereka celingukan
mencari tempat. Mendadak sebuah jengek tawa dingin
berkumandang dari dalam hutan di samping sana, suaranya
seperti sudah amat dikenal. Lalu tampak sesosok bayangan
orang melesat laksana s a mb era n panah, sengaja orang itu
menoleh sambil mengulum senyum tawa, badannya
meluncurjauh kedepan seperti anak panah.
Pandangan Liok Kiam-ping amat tajam sekilas dia kenal
bayangan itu adalah Tangling-lo-koay, karuan gemasnya
bukan kepalang, sepanjang jalan musuh berusaha
membokong dan menyergap dengan berbagai perangkap keji,
hatinya teramat gusar dan dendam, kali ini dia bertekad
menyandak musuh, betapapun lawan tidak boleh lolos lagi,
maka dia berseru kepada Suma Lingkhong: "Hayo kejar." lalu
dia mendahului melambung kedepan, tapi hanya dalam
sekejap ini, orang itu sudah meluncur puluhan tombak, betapa
tinggi Lwekang dan Ginkangnya, sungguh mengejutkan-
Kejar mengejarpun berlangsung dalam kecepatan tinggi,
orang itu membelok kebawah lekuk gunung terus melambung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesebrang ternyata dibalik gunung sana terdapat sebuah
perkampungan besar, perkampungan didirikran ditengah
hutan lebat, maka kehadiran perkampungan ini mirip sebuah
pulau ditengah samudra raya. Hutan belukar inijelas jarang
dijelajah manusia, binatang buas juga jarang kelihatan di sini,
maka perkampungan besar itu cukup menyolok.
Bayangan orang didepan terus menuju ke perkampungan,
sekali berkelebat lantas lenyap dibalik tembok.
Tanpa pikir Kiam-ping berdua terus mengudak masuk.
Perkampungan sebesar ini ternyata sepi hening, tidak
kelihatan ada bayangan manusia. Mereka langsung masuk
kependopo, ruang besar ini terawat baik dan bersih,
perabotnya mentereng, jelas masih dihuni manusia. Mereka
terus maju keluar d ari pintu samping menyelusuri serambi
panjang, tiba-tiba terdengar gelak tawa orang kumandang dari
kebon dibelakang.
Kebon kembang ini luas dan besar, pohon kembang yang
tumbuh subur di sini semua dari jenis yang jarang didapat
didunia ramai. bentuk bangunan di sinijuga serba antik dan
mewah, meskijauh dari keramaian tapi terasa betapa angker
keadaan rumah ini.
Kiam-ping terus maju ke sana memasuki sebuah kamar
satu seluas beberapa tombak, gelak tawa berkumandang dari
kamar batu ini. Menghadang pintu adalah sebuah meja
panjang yang menjurus masuk kedalam, diujung meja sana
duduk Hwe-ang-it-sian dan dua lelaki tua berusia enam
puluhan- Seorang tua yang ditengah beraja h mirip burung
kokok beluk, matanya juling, alisnya gombyok memutih,
melihat kedatangan Liok Kiam-ping dia terloroh, serunya:
"Siapa diantara kalian adalah Pat-pi-kim-llong?' begitu
mendelik matanya, mencorong cahaya kilat.
Liok Kiam-ping bergelak tawa, katanya kalem: "Angkatan
muda yang tidak bernama tak usah disinggung. Sebaliknya
tuan tentu seorang tokoh kosen, coba sebutkanjulukanmu.'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hati dia memuji akan Lwekang orang tua ini yang
tinggi.
"Bagus, Lohu Tay-bok-it-siu, pejabatan cong-hu-hoat dari
Ham-ping-klong. Anak muda, ceng-san-biau-kek punya
permusuhan apa dengan kau, kau turun tangan keji
membunuhnya ? Memangnya Ham-ping Lojin juga kau
remehkan ?'
Kiam-ping belum banyak tahu tentang tokoh-tokoh
persilatan masa lalu. Tay-bok-it siu sudah menggetarkan B
ulim tiga puluh tahun yang lalu, bahwa orang menyinggung
ceng-san-biau-kek, secara langsung membuat Liok Kiam-ping
terbayang akan kematian ibunya yang mengenaskan, seketika
berdiri alisnya, katanya: "Penjahat pembunuh dan pencuri
siapapun patut mengganyangnya. ciangbunjin kami yang
terdahulu ciang-kiam-kim-ling puluhan tahun yang lalu pernah
di keroyok oleh Ham-ping Lojin hanya lantaran mereka tamak
ingin merebut Wi-llong-pit-kip. tak segan mereka melanggar
aturan Kangouw, meruntuhkan gengsi dan pamor mengeroyok
beliau dengan enam pimpinan perguruan lain, sebagai
penjabat ciangbun baru adalah menjadi kewajibanku untuk
menuntut keadilan kepada mereka."
"Setan kecil. Tak usahjual lagak dihadapan Lohu. Hari ini
kau pasti menebus segala dosamu. Selama hidup inijangan
kau bermimpi untuk menemukan Ham-ping Lojin.' lalu
berpaling kepada Ang-hun-jit-sian, 'Dendam ayahmu juga bisa
kau tuntut sekarang juga, bukankah amat menyenangkan.
Anak muda, kuanjurkan lebih baik kau bereskan diri sendiri
saja, Lohu masih boleh bermurah hati takkan merusak
mayatmu." "Memangnya aku ini penakut? Apa keherdakmu
boleh silakan saja.' "Bagus, kau akan lebih menderita dari
pada mati.' 'Memangnya kau yakin dapat mengalahkan aku?'
Agaknya Tay-bok-it-siu sudah memperoleh sedikit
gambaran tentang Liok Kiam-ping, sekilas tampak dia
melongo, dasar licik keraguan hatinya tidak dia tampilkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirona mukanya malah dia lebih mantap bahwa rencananya
pasti akan berhasil dengan baik, maka dia bergelak tawa,
serunya:
'Anak muda, kau akan menerima ganjaranmu sendiri. Asal
kau mampu menahan tiga kali pukulan Lohu, persoalan hari ini
anggaplah tidak pernah terjadi, menepuk pantat Lohu akan
segera pergi dari sini sejak itu namaku akan hapus dari
percaturan Bulim.."
Kalau berani mari kau ikut Lohu.' tanpa menunggu
jawaban, ketiga orang itu sudah mengundurkan diri.
Secara gamblang lawan sudah menantang sudah tentu
Kiam-ping berdua pantang mundur, mengiakan bersama
merekapun terus melayang masuk. Belum genap mereka maju
lima langkah, "Blam" pintu dibelakang mereka menutup sendiri
dengan suaranya yang keras gemuruh. Lekas mereka
memburu ke ujung meja sana, meja kursi masih ditempat
semula, keadaan sudah kosong melompong, ternyata ketiga
iblis itu sudah merat lewat lorong rahasia.
Liok Kiam-ping berdua terkurung dalam kamar batu yang
rapat dan tebal ini, menyesal juga sudah kasep akan
kecerobohan sendiri, mesti membekal ilmu sakti, untuk lolos
dari kamar batu inijuga sesukar memanjat kelangit. Tengah
dia berdiri menjublek tiba-tiba didengarnya suara mendesis,
dari celah-celah dinding batu dari berbagai penjuru
menyembur asap putih yang berbau pedas dan busuk. lekas
sekali asap putih, ini sudah memenuhi ruang batu.
Lekas Kiam-ping kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang,
tiga kaki seputar badannya seperti dilindungi papan baja, asap
putih seperti tersibak ming gir bergulung keempat penjuru.
Untuk mengerahkan Kim-kung-put-hoaysin-kang terlalu
memeras tenaga, bila berselfang cukup lama Kiam-ping sudah
mulai mandi keringat, kepalanya juga mulai berdenyut merasa
pusing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba kumandang sebuah suara bisikan lirih dari luar
pintu: "Lekas geser ke samping batu bundar dipinggir kursi d
iba wah meja, dibawahnva ada lobang hawa rahasia,
sementara kalian bisa menghirup hawa dan biarkan asap itu
tersedot ke bawah, lalu duduklah mendekati pintu sini untuk
mengatur tenaga."
Lekas Kiam-ping memapah suma Ling-khong mendekati
meja, memang ditemukan sebuah batu bundar d iba wah
meja terus di dorong kesamping, memang d iba wah meja
terdapat sebuah lobang batu seluas satu kaki, dibawahnya
adalah lobang gelap yang dalam asap itu lantas tersedot
masuk kedalam lobang sehingga tawar.
Karena asap semakin menipis maka pertahanan Liok Kiamping
ikut menjadi ringan pula, Jelas dia mundur kedekat pintu
lalu duduk samadi, hanya sekejap kesadarannya sudah pulih,
lalu diapun berbisik kearah pintu: 'Kawan mana yang memberi
bantuan, sudilah memperkenalkan dirimu?'
'Aku yang rendah adalah salah satu pengawal kereta dari
Hong-jang Piaukiok, bernama Tie Hok. Bulan yang lalu
kawalan barang kami dirampok didaerah Siang-tham, dan aku
ditawan serta dikurung disini. Tadi sudah timbul keinginan
memberi peringatan kepada Siau-hiap supaya tidak terjebak.
sayang lawan terlalu banyak orang, kini penjagaan mulai
kendor, baru ada kesempatan aku memberi keterangan-'
Mendengar Hong-jang Piauklok dirampok. Suma Ling-khong
menjadi kuatir dan gusar, tanyanya: "Bagaimana keadaan Jilopiauthau
danpara Piausu yang lain?"
"Seluruhnya jatuh korban delapan belas jiwa. Ji-piauthau
dan beberapa Piausu tertawan dan disekap di cu-cu-kau, kirakita
sepuluh li dari sini. Untung aku yang rendah kenal baik
dengan Peng- hoa-coa LiSi dari golongan hitam, aku pura-pura
menyerah dan ditarik menjadi pembantu disini, secara diamdiam
aku berusaha menolong dan meringankan penderitaan
para saudara yang terluka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Syukur Tio-heng cerdik pandai dan berani menyerempet
bahaya, entah tempat apa pula perkampungan ini ?'
"Disinilah markas pusat yang didirikan Ham-ping-klong
didaerah Kanglam, tempat ini dinamakan clok-tong-ho, seratus
li dari Siang-tham. cong-thocu bernama cui-hun-jlu Sun Taycoan,
yaitu lelaki tua yang duduk disebelah kanan.'
Maka Liok Kiam-ping berpikir: "Golongan Ham-ping biasa
merajai daerah utara, belum pernah mengembangkan
sayapnya ke Tlonggoan, kalau mendadak mendirikan markas
didaerah Kang la m, pasti dibela kang persoalan ini punya
rencana jahat, situasi agaknya semakin gawat. Apa pula
permusuhan mereka denganpihak Hong-jang Piauklok.
merampok dan membunuh mereka, sungguh susah
dimengerti."
Maka Suma Ling-khong bertanya: "Barusan ketiga
gembong iblis itu hanya mundur lantas lenyap tak berbekas,
apakah kamar batu ini dipasang pintu rahasia ?"
"Belum lama aku bertugas di sini, kunci rahasianya belum
berhasil kuselidiki. Ada orang datang, sementara kalian harus
pura-pura pingsan, nanti akan kukirim makanan-" suaranya
makin lirih, mungkin bicara sambil menyingkir.
Lekas sekali terdengar derap kaki berat mendatangi, seperti
memeriksa pintu batu, terdengar seorang bersuara kasar: "Ahjit,
apa barusan kau tidak mendengar orang bicara, dalam
sekejap kenapa tidak kelihatan bayangan orang, memangnya
ada setan di sini. Mungkinkah kedua bocah itu masih segar
bugar ?"
"Dari mana ada suara, mungkin kau sudah mabuk,
kupingmu perlu dikorek." seorang lain berkata, 'Tang-keh tadi
bilang kedua bocah itu dibius dengan asap yang mereka buat
secara khusus, meski memiliki Kim-kong-sin-kang, bila
bertahan terlalu lama juga akhirnya pasti semaput."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Arak lima kati mana bisa membuatku mabuk. Kurasa lebih
baik hati-hati, biar kuperiksa" lalu terdengar suara geseran
perlahan, muncul sebuah lobang persegi diatas dinding.
Waktu kedua orang bicara diam-diam Liok Kiam-ping,
sudah memburu kebawah meja menutup kembali lobang d iba
wah meja lalu menggeletak di sana pura-pura pulas.
Dari lobang persegi kecil itu tampak dua mata orang
menyapu pandang keseluruh ruangan- sejenak lagi terdengar
dia berseru. "He, anak muda, kau sudah tidur ? peduli
kaupura-pura atau betul-betul pingsan, biar kalian kelaparan
tujuh hari sampai mampus, hari kedelapan akan kuseret
mayat kalian, ked a la m jurang buat makan binatang buas."
lalu dia tutup pula lobang kecil itu. Langkah berat mereka
semakinjauh.
Tak lama kemudian Tlo Hok datang pula memasukkan
beberapa bungkus makanan serta memberita h u: "Kunci
rahasia kamar batu ini, kecuali cong-thocu tiada orang lain
yang tahu, terpaksa harus menunggu tujuh hari dan harus
pura-pura mati kelaparan bila mereka membuka pintu baru
menyergapnya. Supaya tidak menimbulkan kecurigaan, aku
tak boleh lama lama disini, dua hari lagi baru aku akan kemari
pula."
Kamar batu itu gelap gulita tiada sepereik sinar, jadi sukar
membedakan siang dan malam, entah sudah berapa lama
mereka terkurung didalam, suatu ketika Tio Hok datang pula
membawa makanan untuk mereka.
Serasa dihukum tahunan oleh Liok Kiam-ping berdua,
semenitjuga terasa lama, ingin rasanya sekali memukul
membobol dinding dan menerjang keluar. Namun gugup dan
bencijuga tidak berguna.
Mungkin beberapa hari telah berselang, mendadak
terdengar suara tawa orang dari kejauhan, seorang berkata:
"cong-huhoat memang tepat perhitungan, dengan mudah PatTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
pi-kim- liong masuk perangkapmu. selanjutnya duri tajam
didepan mata kita telah tersingkir, sekaligus menguntungkan
kaum persilatan umumnya."
Seorang yang bersuara lantang berkata dengan tertawa:
"orang bilang bocah itu bagaimana pintar, ternyata
pengalamannya masih terlalu cetek. hanya sedikit pakai akal,
bocah itu sudah terperangkap. kini pasti sudah mampus.
Selanjutnya pihak kita boleh tidur denganpulas dan menjagoi
dunia persilatan."
Jadi kehadiran kita disini bakal menangkap bulus
dalamjaring. Wah sayang bulus yang sudah mati, kurang
menyenangkan, Khu-hiangcu dan Li-hiangcu, tolong kalian
seret mayat kedua bocah itu keluar."
Bukan kepalang gemas dan benci Liok Kiam-ping, sekali
kremus ingin dia menelan lawan bulat-bulat, tapi untuk
meloloskan diri terpaksa dia tekan amarah danpurapura rebah
semaput, secara diam-diam diapun memberi peringatan
kepada Suma Ling-khong untuk siap bertindak, lebih penting
menerjang keluar dulu, turun tangan tak boleh menaruh belas
kasihan-
Terdengar daun pintu yang terbuat dari batu tebal dan
berat mulai terpentang kedua samping. Dua lelaki muncul dari
luar, dengan tertawa-tawa mereka melangkah masuk. "Wah,
keparat, bocah ini enak enak tidur, sebal aku harus menyeret
mayatya keluar." "Aalah kenapa banyak mulut, seret saja
kebelakang gunung dan buang kedalam jurang."
Mendadak Liok Kiam-ping melejit berdiri, sorot matanya
berapi, melotot penuh kebencian kepada kedua lelaki
didepannya, Bahwa orang yang dikira sudah mampus
mendadak mencelat berdiri, karuan kedua lelaki itu
berjingkrak kaget menyurut tiga tindak pada hal disamping
keracunan asap diapun sudah kelaparan tujuh hari, mana
mungkin bisa hidup dan segar bugar begini ? seketika ciut
nyali mereka, bulu kudukpun mengkirik, wajah pucat badan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggigil. Sebelum mereka sempat berteriak minta tolong,
Kiam-Ping dan Suma Ling-khong seorang satu menceng kram
serta merogoh, isi perut mereka seketika dedel berhamburan,
darah menyemprot sekujur badan mereka.
Mungkin dengar suara ganjil yang mencurigakan d id a la
m, maka kedua lelaki tua diluar pintu segera memburu
kedepan pintu. Kebetulan Kiam-ping berdua menerjang keluar
pintu dengan badan berlepotan darah, mata melotot buas
penuh kebencian, seketika mereka bergidik dan membatin:
"Memang kedua bocah ini malaikat dewata, sudah kelaparan
tujuh hari tujuh malam masih tidak mati, sungguh aneh."
Memangnya dendam sudah terpendam sekian saat, kini
berhadapan dengan musuh tak terbendung lagi nafsu Liok
Kiam-ping, sambil menggeram kedua lengannya diabitkan, s
eg ulung tenaga dahsyat kontan menerjang kearah Tay-bok-itsiu.
Kepandaian Tay-bok-it-siujuga sudah mencapai taraf tinggi,
selama puluhan tahun lwekangnva belum pernah ketemu
tandingan didaerah barat daya, pengalaman dan tabah pula,
jiwanya culas dan keji. Melihat serangan amat dahsyat lekas
dia himpun semangat mengerahkan tenaga, namun sedikitpun
tidak berani lena, kaki menggeser kesamping dari samping dia
balas menyerang.
"Blang" kedua orang sama tergentak mundur selangkah. Di
sinilah dia memperlihatkan kelicikannya. Dia tahu lawan pasti
melontarkan pukulan sepenuh tenaga untuk melampiaskan
dendam, sebelum mengukur sampai dimana taraf kekuatan
lawan, betapapun dia tidak akan bertindak tanpa perhitungan,
karena membuang tenaga akan berakibat fatal bagi diri
sendiri. Di waktu dia menggeser kesamping itu, kekuatan
pukulan lawan tidak seluruhnya menerjang dirinya, tapi
benturan kekuatan dari samping toh tetap membuatnya
menyurut selangkah. Dari sini mudah dinilai bahwa kekuatan
lawan memang susah diukur, maka selanjutnya dia tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani melawan dengan kekerasan- Dengan mengembangkan
Wi- liong- ciang-hoat, dia berputar dan menyergap secara
bergerilya.
Demikian pula Suma Ling-khong jug a di bakar amarah,
lawannya adalah cui hun-jiu Sun Tay-coan cui-hun-jiu (tangan
mengudak mega) Sun Tay-coan merupakan bang kota n dunia
persilatan yang sudah terkenal, bahwa lawan muda ini datangdatang
terus melabrak dirinya, maka diapun tak berani
gegabah, dengan kemahiran permainan pukulan tang a n
diapun memapak maju.
Permainan mereka sama-sama mengutamakan kecepatan,
keras lawan keras, tipu kontra tipu, bayangan saling tubruk
danpencar, dalam sekejap mereka sudah saling labrak dua
puluh j urus, Begitu dahsyat pertarungan mereka sehingga
angin ribut laksana angin puyuh.
Liok Kiam-ping mencecar musuh dengan serangan kilat,
desakan pukulannya menggebur sehingga lawan dipaksa
mundur berkelit sambil lompat kian kemari, kadang kala saja
sempat balas memukul, meski terdesak jelas lawan belum
menggunakan seluruh tenaga. Kiam-ping cukup cerdas, sudah
tentu dia tahu maksud lawan, tapi untuk mengejar waktu dia
pun tidak hiraukan sebab dan akibatnya, makin cepat
pertempuran diselesaikan lebih menguntungkan, tapi dia juga
maklum bila tidak mengguna kau j urus sakti, sedikitnya
seratus jurus baru dia mampu mengalahkan musuh.
Mendadak dia merobah gerakan tubuhnya menubruk keatas
lalu menyerang dcnganjurus Liong- kiap-sin-gan di susul
Liong-hwi-kin-thian dari Wi- liong- ciang-hoat.
Bukan saja permainan pukulan itu dahsyat lihay,
tenaganyapun teramat besar sehingga Tay-bok-it-siu seperti
merasakan dirinya berada ditengah alunan gelombang
samudra, terdesak mundur dan mundur terus tanpa kuasa
meski dia sudah kerahkan setaker kekuatannya melawan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil mengembang G^nkang berkelit kian kemari, beruntung
dua kali dia berhasil menghindari serangan maut lawan-
Lwekang Kiam-ping memang bertaraf seratus tahun sejak
dia menelan Kiu-yap-cilan, tapi kalah pengalaman tempurnya
kalau dibanding lawan- sementara khasiat obat mujarab itu
belum berhasil dimanfaatkan semaksimal, sekarang paling
baru menelorkan setengah kemukjijadannya. "Kalau dia sudah
berhasil mencapai serba top. lawan pasti binasa oleh dua jurus
serangan mautnya tadi.
Bahwa dalam usia semuda ini cukup dua jurus hebat yang
dilancarkan tadi dapat mendesak Tay-bok-it-siujelas taraf
kepandaiannyapun sudah teramat mengejutkan- Sudah
puluhan tahun dengan bekal kepandaian Kungfunya yang
berbeda dengan aliran silat umumnya, Tay-bok-it-siu malang
melintang dikawasan kekuasaannya, hari ini dia kebentur
dengan anak muda yang masih berbau pupuk bawang, tapi
dirinya asor dibawah angin, betapapun ganas, licik dan
piciknya, penasaran ini takkan mungkin bisa terlampias.
Dari malu dia menjadi gusar, nafsujahatpun membakar
sanubarinya, sejenak dia tenangkan pikiran, segera dia
kembangkan Loh-ing-ciang-hoat (pukulan tangan bintang
jatuh), secara latah dia harus menyerang dengan gencar. Lohsing
ciang-hoat dikembangkan secara cepat dan gesit,
dilandasi Lwekang latihannya selama puluhan tahun lagi,
menyerang dengan rangsangan nafsu jahat pula, sudah
tentuperbawa serangan balasannya ini tak boleh dipandang
remeh.
Kedua tela nak tangannya seperti membuahkan ribuan
telapak tangan licin yang berjatuhan laksana bintang dari
angkasa di selingi desir suara yang membisingkan- Tapi
permainan Liok Kiam-ping sendiri sekarang juga semakin
mantap dan lancar. Ling- h i po-hoat sudah terlebur dalam
kombinasi permainan ilmu pukulan yang diyakinkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga puluh j urus kemudian, dengan kecepatan yang
mengaburlan pandangan jago lihay. suatu kesempatan dia
tetap berhasil membendung rangsakan gencar telapak tangan
musuh dengan dua jurus permulaan W^ liong- ciang-hoatJ
angan kira hanya dua jurus, namun pertahanannya cukup
membikin Tay-bok-it-siu mati kutu dan kehilangan kesempatan
untuk mencecernya.
Sementara itu Suma Ling-khong sudah saling labrak
dengan cui-hun-jlu Sun Tay-coan sebanyak delapan puluh
jurus, sejak menelan Soat-lian, dibantu Liok Kiam-ping lagi
sehinggaJin-tlok- ji-meh nya tertembus, Lwekangnya sekarang
juga bertarap enam puluhan tahun, tekadnya sudah bulat
untuk mengganyang musuh yang jahat dan teleng as ini,
maka serangannya tidak kepalang tanggung, tenaga dalamnya
laksana sumber air yang tidak pernah berhenti, makin tempur
makin gagah dan semangat, karuan cui-hun-Jiu Sun Tay-coan
makin keripuhan dan tobat menghadapi rangsangan pukulan
lawan yang menggebu, lambat laun dia sudah menginsyafi
dirinya mulai kehabisan tenaga.
cui-hun-jiu Sun Tay-coan sebetulnya seorang begal besar
yang disegani, bahwa dia diangkat menjadi cong-thocu d id a
era h Kang la m oleh Ham-ping-klong, tentu dia memiliki bekal
kepandaian yang cukup tangguh, kini menghadapi seorang
pemuda yang masih hijau plonco ternyata terdesak d iba wah
angin sudah logis kalau dia amat gusar, lekas dia
menenangkan hati dan memusatkan perhatiannya, cui-hunsam-
cap-lak-ciang ilmu tunggal kemahirannya segera
dikembangkan- Maka berhamburan selebat hujan serangan
kedua tangannya, sekaligus dia merebut posisi balas
menyerang delapan j urus, syukur dia berhasil merebut
inisiatif kembali sehingga sementara keadaan bertahan sama
kuat alias setanding.
Liok Kiam-ping sedang melancarkan Llong-jiau-kingthianjurus
ketiga dari Wi- liong- ciang-hoat, mendadak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirasakan angin menderu- deru dibela kang nya, s eg ulung
tenaga dahsyat laksana gugur gunung telah menindih dari
pinggir.
Tak sempat dia melancarkan serangan atau mengganti
gerakan, cepat sekali dia berkisar sambil berkelit, berbareng
tangannya menyampuk kebelakang, begitu kedua tenaga
saling bentur "Blang" terdengar seorang mendehem berat,
kedua orang sama sama tergetar mundur selangkah. Waktu
dia mendelik pandang, dilihatnya Tang-ling-lo-koay tengah
berdiri sambil mengulum senyum.
Saking murka Liok Kiam-ping tertawa besar, serunya:
"Hanya kawanan serigala yang pandai main sergap secara licik
dan hina, jiwamu pernah lolos dari telapak tanganku, baiklah
hari ini tuan muda tidak akan memberi ampun lagi
hepadamu."
Mulut menyeringai tapi Tang-ling-lokoay tidak tertawa,
katanya: "Setan cilik, agaknya kau sudah bosan hidup,
dihadapan Lohu berdua memangnya kau masih bermimpi
untuk meloloskan diri ?"
Padahal dia hanya main gertak saja, bila bertarung satu
lawan satujelas dirinya takkan bisa menang, bila mereka main
keroyok, betapapun tinggi dan saktinya Kiam-ping, paling juga
hanya mampu mempertahankan diri belaka, namun dia
banyak muslihat dan jahat, lawan digertak dan dipancing pula
oleh ocehannya, lawan masih muda dan berdarah panas, tak
kuatir dia lawan bakal tidak tertipu olehnya.
Betuljuga Liok Kiam-ping bergelak tertawa, katanya:
"Begitu lebih baik, kalian boleh maju bersama, supaya
menyingkat waktu dan menghemat tenagaku^'
Setelah mendapat kesempatan mengatur pernapasan dan
istirahat sejenak, keadaan Tay-bok-it-siu sudah banyak pulih,
dalam hati dia kegirangan akan kedatangan Tang-ling-sin-kun
yang telah menolong dirinya, segera dia menjengek: "Anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda, kau memang cari mampus, hayo ganyang," sambil
bicara dia memberi kedipan mata kepada Tang-ling-sin-kun.
Lenyap suaranya empat telapak tangan merekapun sudah
bekerja. Pukulan dari dua jurusan membentur serta pusaran
kencang laksana angin puyuh yang mengamuk.
Menghadapi dua musuh tangguh maka bulat tekad Liok
Kiam-ping, lekas dia himpun seluruh kekuatannya di kedua
lengan, sigap sekali kedua tangannya terentang menggentak
kedua arah serangan musuh. Benturan kekuatan dahsyat
laksana ledakan gunung berapi sungguh hebat dan
menggoncang bumi, tanah seluas dua tombak disekitar
gelanggang seketika melesak amblas sedalam satu kaki.
Liok Kiam-ping tampak menyurut mundur tiga langkah,
badannya limbung, mukanya, pucat lesi. Sementara Tang-linglo-
koay dan Tay-bok-it-siu tergetar mundur lima tindak. darah
seperti mendidih dirongga dada, napaspun tersengal berat dan
sesak, wajah mereka yang beringas kelihatan lebih seram
menakutkan-
Sungguh mimpipun tidak pernah mereka bayangkan
dengan gabungan kekuatan mereka masih bukan tandingan
sepasang tangan lawan, betapa duka dan amarah mereka,
sungguh lebih menderita dari menemui ajal seketika.
Sejenak mereka melenggong, tanpa berjanji mendadak
keduanya meraung bersama terus menubruk dengan serangan
gencar. dalam gebrak berhasil memukul mundur musuh,
sudah tentu bukan kepalang senang hati Liok Kiam-ping. jiwa
kesatrianya bangkit, kepahlawananpun membakar dada,
melihat musuh melabrak lalu kedua tangan bergerak pula
dengan deru gemuruh laksana guntur dengan berani dia
songsong serangan lawan- Maka terdengar pula ledakanledakan
beruntun, meski tidak sekeras tadi, namun pasir debu
beterbangan-Dalam sekejap mereka sudah bertarung lima
puluh jurus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebuah gemboran keras mendadak berkumandang disertai
meluncurnya sesosok bayangan merah selincah burung elang
menukik serta menerjang kearah Suma Ling-khong.
Sekilas Liok Kiam-ping sempat melirik kesana, dilihatnya
Ang-hun-jit-sian Leng Pwe-ing sedang menerjang kearah
Suma Ling-khong, karuan hatinya kaget dan gerakanpun
sedikit merandek.
Kalah menang pertarungan jago kosen hanya terpaut
dalam waktu sekejap mata, siapapun dilarang memecah
perhatian, hanya sepersepuluh detik Kiam-ping melengos,
kedua gembong silat lawannya sudah tentu tidak
mengabaikan kesempatan baik ini, serempak mereka
menggebu dengan serangan gencar berusaha merebut posisi,
sehingga Kiam-ping didesaknya mundur lima langkah.
Untung Liok Kiam-ping lekas menyadari kesalahannya,
pikirnya: 'Pihakku hanya dua orang jago-jago kosen lawan
masih akan berdatangan lebih banyak lagi, kalau terlalu lama
salah-salah kami berdua bisa celaka d is ini." matanya yang
mendelik gusar seperti hampir mencelat keluar, ditengah
gejolak amarahnya mendadak dia merobah permainan
silatnya, tangan kanan membundar sementara tangan kiri
melingkar didepan dada lalu dig entak bersama, sekaligus dia
melontarkanjurus Llong-jiau-king thian dan Wi-llong-ting-gak,
dua jurus tunggal yang tiada taranya.
Tang-ling-lo-koay dan Tay-bok-it-siu sedang kegirangan
bahwa rangsekan mereka bakal merobohkan lawan,
mendadak dilihatnya lawan merobah permainan, serangan
yang dilancarkan ternyata begitu menakjubkan, belum pernah
mereka saksikan selama h id up j urus silat sebagus ini, d is a
at mereka memeras otak cara bagaimana harus menyambut
serangan ini. Tahu-tahu damparan angin keras laksana
amukan badai telah menggulung mereka.
Wi- liong- ciang-hoat memang merupakan ilmu pukulan
yang sakti mandraguna, dahulu delapan ciangbunjin dari aliran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besarpun tidak kuat menghadapi sejurus permainannya.
betapa tanggub Lwekang kedua orang inijuga belum
setanding dengan gabungan delapan ciangbunjin, mana kuasa
mereka melawannya.
Seperti arwah hampir copot, nyali merekapun pecah,
seperti berlomba saja mereka berusaha berkelit, dengan
ketangkasan gerak tubuhnya, meski berhasil mereka
menghindar terjangan langsung, tak urung damparan angin
kencang itupun masih menyerempet mereka sehingga
terlemparjauh beberapa tombak. Untung cukup tangkas
mereka menyingkir, walau isiperutterluka parah, berkat
Lwekang mereka yang tinggi, sekuatnya mereka menahan
darah yang hampir tumpah dari mulut, begitu terbanting
jatuh. sigap sekali mereka masih bisa melornpat berdiri,
namun pandangannya mend e long kepada Liok Kiam-ping
keringat dingin membasahi jidat, punggungpun semilir dingin
oleh keringat yang bercucuran.
Untuk melancarkan j urus Wi llong-ting-gak Kiam-ping
cukup membuang tenaga. karena jurus ini memang terlampau
ganas dan keras, sejenak diapun berdiri menahan diri serta
siap tempur pula.
”Blak, bluk" mendadak Suma Ling-khong terpental delapan
kakijatuh terduduk ditanah, mukanya seketika pucat, jelas dia
terluka dalam, Menolong orang lebih penting, lekas dia
menyelinap ke sana, di mana kedua tangannya bergerak
tenaga pukulannya dilontarkan pula, berbareng mulut berseru:
"Hian-te. tak usah kuatir, lekas semadi alirkan tenaga
murni, lindungi isi perut dan sembuhkan luka luka."
cui-hun-jiu dan Leng-Pwe-ing yang mengeroyok lawan
berhasil memukul jatuh Suma Ling-khong, sebelum mereka
sempat bertindak lebihjauh, mendadak bayangan orang
berkelebat, berbareng angin kencangpun menampar tiba.
lekas mereka mencelat mundur berpencar kedua arah, namun
sigap sekali mereka sudah menubruk maju pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuatir pertarungan di sini melukai adik angkat sendiri,
beruntun Liok Kiam-ping membentak. dua tangannya terayun
bersama, sekaligus dia menyerang enam j urus, hingga lawan
dirabunya mundur lima langkah.
Sementara itu Tang-ling-lo-koay danTay-bok-it-siu yang
terluka parah mendapat kesempatan untuk mengundurkan
diri. Dengan kekuatan Sun Tay-coan dan Leng Pwe-ing,
betapapun mereka bukan tandingan Liok Kiam-ping terpaksa
mereka menggunakan kelincahan gerak tubuh untuk melayani
rangsakan Liok Kiam-ping. Pada hal benci Liok Kiam-ping
terhadap mereka sudah tak terlukiskan dengan kata-kata,
kesempatan ini tak boleh diabaikan, kuatir bala bantuan
musuh datang pula segera serangannya lebih gencar dan keji.
Sekali pukul dia bikin gerakan lawan ksear kacir, lekas
kedua kaki bergerak dengan Ling-hi-pou-hoat. dengan
kecepatan yang tak terukur, tiba-tiba dia menyelinap
kebelakang
cui-hun-jiu, sekali cengkeram dia pegangjan-kin-hiat
dipundak lawancui
hun-jiu SunTay-coansedang berputar kebelakang,
mimpijuga tidak menduga gerakan lawan seperti setan telah
menyelinap kebelakang, seketika dia rasakan tulang
pundaknya kesakitan, seluruh lengan kiri lunglai badanpun
lemas
Sambil memperkeras Cengkramannya Liok Kiam-ping
membentak beringas: "Ham-ping-kiong mengerahkan seluruh
kekuatannya ke Tlonggoan serta mendirikan cabang
markasnya di Kanglam, apa maksud tujuan mereka ? Di mana
sekarang Ham-sim-leng-mo ?"
"Belum lama Lohu ditarik masuk kedalam Ham-ping-klong,
soal-soal itu tak bisa kujelaskan-' dia insyaf urusan ini
menyangkut mati hidup pihaknya, sekarang belum tiba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saatnya membeber rahasia ini, maka dia pantang membuka
mulut.
Berdiri alis Liok Kiam-ping, rasa dongkol, gemas dan
amarahnya beberapa hari ini seketika meledak. tenaga
cengkrarnannya lebhih diperkeras lagi, kelima jarinya sampai
menembus kulit daging, darah meleleh ke luar, saking
kesakitan cui-hun-jiu menjerit dengan badan bergetar pula
'Mau jawab tidak ?" bentak Kiam-ping.
"Setan keparat, kau boleh menyiksaku sampai mati, pasti
ada orang menuntut balas kematianku.'
Makin menyala amarah Liok Kiam-ping, tangan kiri segera
menekan Beng-bun-hiat tenagapun dikerahkan, Cui-hun-jiu
mengerang tertahan, badannya limbung dan melosojatuh.
Dalampada ituSuma Ling-khong sudah rampung semadi,
kesehatannya pulih, rasa sakit telah lenyap. Segera dia
melompat berdiri, bersama Liok Kiam-ping mereka berpencar
menggeledah perkampungan ini.
Waktu mereka tiba dibelakang kamar batu, dilihatnya Tio
Hok sudah menanti di belakang kebon sambil menuntun tiga
ekor kuda, dengan gugup dia berteriak begitu melihat Kiamping
berdua: "Siauhiap. lekas kita berangkat, kalau terlambat
mungkin bisa celaka, kawanan iblis sudah merat semua." lalu
dia mendahului cemplak kepung g ung seekor kuda terus
dibedal keluar pintu.
Liok Kiam-ping seperti teringat sesuatu, segera dia berkata
kepada Suma Ling-khong, "Kalian berangkat lebih dulu, aku
segera menyusul." bukan menerjang keluar dia malah
memutar pula menerjang masuk kembali ked a la m
perkampungan
Tio Hok bawa Suma Ling-khong menuju ke cu-ca-kau, kuda
mereka dapat bertari dengan kencang .J a rak sepuluh li
hanya ditempuh setanakan nasi, dari kejauaan sudah tampak
sebuah kuil kecil terletak diatas bukit, tengah mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membedal kuda. dari belakang terdengar pula derap lari kuda
yang dipacu secara kilat, ternyata Liok Kiam-ping sudah
menyusul.
Waktu Suma Ling-khong berdua menoleh kebelakang,
tampak asap tebal membumbung tinggi keangkasa, Liok Kiamping
hanya tersenyum lebar kearah mereka. cepat sekali
mereka sudah tiba didepan kuil itu. Terdengar suara gaduh
seperti benda-benda berat saling bentur diseling suara
bentakan dan makian, Kiamping bertiga tahu ada kejadian
apa-apa didalam, serempak mereka menyerbu ked a la m.
Tampak belasan lelaki berpakaian ketat merubung sebuah
kerangkeng kayu yang besar, beramai-ramai mereka
menggerakkan gaman apa saja yang terpegang sedang
menghajar kearah kerangkeng kayu itu. Did a la m
kerangkeng beberapa Piausu yang terluka berusaha melawan
dengan tekad yang membara,
Ternyata di waktu Kiam-ping berdua masih terkurung
dikamar batu, secara diam diam Tio Hok telah mengadakan
kontak dengan para Piausu yang terkurung dalam kerangkeng,
supaya merekapun bersiap menyambut gerakan dari luar.
Tay-bok-it-sin ngacir dengan luka parah, cui-hun-jiu
SunTay-coanjuga mati, markas cabang di Giok-hong-bo sudah
kehilangan pimpinan, kekuatan Ham-ping-kiong di Kanglam
boleh dikata sudah jatuh. Anak buahnya yang menjadi berpikir
hendak merebut sangu untuk menempuh perjalanan- Untung
kawanan Piausu yang terluka itu masih kuat melawan dan
mempertahankan barang kawalan mereka. disaat keadaan
sudah kritis, syukur Kiam-ping bertiga memburu tiba tepat
pada waktunya.
Serombongan penunggang kuda tampak menggiring dua
buah kereta menempuh perjalanan menuju keutara, diatas
kereta terdepan tertancap sebuah panji sutra segi tiga yang
tersulam dua huruf Hong-jang, panjiputih dengan tulisan
hitam tampak berkibar megah diatas kereta. Puluhan orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkuda itu ternyata bukan lain adalah rombongan Hong-jang
Piauklok yang ditolong Liok Kiam-ping, belasan penunggang
kuda itu kelihatannya banyak yang terluka karena wajah
mereka banyak yang pucat.
Kereta paling belakang tertutup rapat oleh kain hitam
hingga anginpun tidak tembus ked a la m, dari dalam kereta
serirg terdenggar suara rintihan-
Semenara itu Tio Hok sipelopor perjalanan jauh berada
didepan sedang tarik suara dengan suara lantang dan sikap
senang dan bangga. Perjalanan masih cukup jauh untuk tiba
ditempat tujuan kota Tiang-sa.
Seorang lelaki brewok berusia empat puluhan menjepit
perut kudanya memburu maju kedepan, dengan tertawa dia
menjura kepacia Liok Kiam-ping, katanya: "Kali ini berkat
bantuan ciangbunjin sehingga seluruh rombongan kita dapat
diselamatkan, seakan kita hidup kembali, sekarang ciang bun
sudi membantu pula dalam pengawalan ini, sungguh tak
terhingga rasa terima kasih kami. Biarlah setelah Lo-piauthau
sudah sembuh, akan kami haturkan terima kasih"
"Ah, urusan sekecil ini kenapa dibuat pikiran- Ucapan Hucong-
piauthau terlalu berat. Apalagi Suma-s a mte pernah
mendapat bimbingan dan rawatan Lo-piauthau, budi setinggi
gunung ini pantas dibalas, bicara tentang j as a haruslah
dicatat pahala Tio Hok paling besar, berkat usahanya yang
berani hingga rombongan besar ini dapat di selamatkan,
sepantasnya dia yang menerima pahala."
Hu-congpiauthau bergelar Thi-pi-kim-to (golok emas lengan
besi) Tan Kian-thay, tokoh lihay dari Hoay yang-pay, Pat-kwato-
hoat yang diyakinkan dengan enampuluh empatjalan jarang
menemukan tandingan, jiwanya terbuka, lapang dada dan
setia pada janji, karena supel pergaulannya amat luas dan
mendapat banyak penghargaan kaum persilatan-Thi-ci-kimhoan
mengangkatnya sebagai tangan kanannya yang
terpercaya, dalam pengawalan kali ini, karena lawan teramat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangguh, meski dia tertawan, untung tidak terluka. Tio Hok
pura-pura menyerah dan terima menjadi antek musuh,
terakhir terjadi pertempuran diluar kerangkeng pula, semua ini
adalah berkat petunjuk Tan Kian-thay. jasanya terhitung
cukup baik.
Dia masih menguatirkan Thi-ci-kim-hoatJi Thian-siu yang
terluka parah dan masih tidak sadarkan diri, d a la m perca
kapan tampak wajahnya murung dan kesal. Suma Ling-khong
juga kuatir, maka dia bertanya: "BarusanJi-ko sudah
memeriksa penyakitnya, bagaimana keadaan Lopiauthau,
apakah masih bisa disembuhkan?'
Liok Kiam-ping berpikir beberapa saat lamanya, katanya:
"Agaknya dia terluka oleh serangan im-jiu. untuk
menyembuhkan memang agakpeliktapi aku sudah menutup
beberapa Hiat to sehingga luka-lukanya tidak menjalar. Setiba
dikota Tang-sa akan segera kubuatkan resep untuk diminum,
yakin dalam waktu dekat sudah sembuh kembali.^
Legalah hati Thi-pi-kim-to Tan Kian thay setelah
mendengar penjelas a n Liok Kiam-ping. Tapi wajahnya masih
kelihatan masgul.
Sebelum magrib mereka sudah tiba di kota Tiang-sa^
Setelah menyerahkan barang kawalan dan menerima upah,
mereka menginap dihotel Tiang- jun. Tlo Hok sudah diutus
Thi-pi-kim- to Tan Kian-thay untuk mencari kamar, seluruh
kamar yang kosong dihotel Tiang-jun boleh dikata sudah dipol,
begitu rombongan besar datang, maka sibuklah hotel itu.
Meski repot para pelayan tampak riang gembira, para
piausu disambut ramah dan diantar kekamar masing-masing.
Ternyata mereka sudah menjadi langganan lama, seluruh
pegawai hotel sudah dikenal baik, maka pembicara a npun
boleh sembarang a n dan bergerak bebas.
Setelah makan malam Thi-pi-kim-to langsung menuju
kekamar Ji- lopiauthau, Liok Kiam-ping sudah berada dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar sekian, membuka tutukan Hiat-to ditubuh si pasien, lalu
dia pegang urat nadi sejenak. baru badanJi-lopiauthau
dibalikkan tidur tengkurap. bila dia menyobek pakaian
dipunggungnya, setelah diperiksa dengan teliti seketika dia
menjerit kaget.
Orang banyak ikut kaget dan kuatir mendengar Liok Kiamping,
semua merubung maju ingin melihat apa yang terjadi.
TampakpunggungJi-lopiauthau berpeta sebuah luka gosong
berbentuk segi tiga sebesar mulut cangkir.
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya: "Memang benar
terluka oleh Im-jiu, kalau tidak lekas disembuhkanjiwanya bisa
terancam," lalu dia suruh dua piausu membeli dua keranjang
jahe lalu digodok. airnya dituang kedalam ember besar.
Sementara Liok Kiam-ping mengeluarkan sebuah kotak
tembaga yang mungil, dari dalam kotak dia keluarkan tiga
puluh enam batang jarum emas yang panjang pendeknya
tidak sama, dengan tangkas dia tusukkan jarum-jarum itu
diatas tiga puluh enam Hiat-to yang tersebar di tubuh Jilopiauthau,
sementara godokan air jahe juga sudah tersedia,
mumpung air masih mengepul hangat tubuh Ji-piauthau
diremdam air jahe panas itu.
Air jahe harus tetap dipertahankan hangat selama setengah
jam, mulai Ji-lopiauthau menggeliat sambil merintih, agaknya
amat tersiksa karena sakit, suaranya masih teramat lemah.
Beberapa kejap lagi Kiam-ping bopong Ji-lopiauthau
dibaringkan diatas ranjang, jarum-jarum itu dicabutinya satu
persatu berurutan dari atas kebawah, dari lobang-lobang
tusukan jarum meleleh keluar air hitam.
Kedua tangan Kiam-ping kembali sibuk bekerja, mengurut
dan memijat antara sendi tulang dan urat nadi, terakhir j ari
telunjuknya menekan ci-tong-hiat dipunggung. Maka
tenggorokan Ji-piauthau berbunyi lalu memuntahkan sekumur
darah hitam, baunya busuk memualkan- Deru napasnya mulai
berat dan lancar, namun mulutnya makin merintih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru sekarang Liok Kiam-ping menegakkan badan sambil
menarik napas lega: "Luka dalamnya sudah tidak
menguatirkan. Tapi kadar racun sudah kebacut meresap
dalam tubuh, hawa murni sudah hampir terbenam, maka dia
harus cuci darah dan perlu menambah tenaga." setelah minta
peralatan tulis segera dia membuka resep. setelah digodok
terus diminumkan- cara pengobatan Kiam-ping ternyata
memang manjur dan resep yang dibuatnya juga ces-pleng,
orang banyak sama memuji akan kelihayannya.
Hari kedua menjelang magrib, ruang besar hotel Tiang-jun
tampak terang benderang lilin besar dan lamplon bias
dipasang seterang siang hari, Ditengah ruang terletak sebuah
meja panjang perjamuan yang penuh hidangan- Ternyata
untuk menyatakan terima kasih atas pengobatan Liok Kiamping
yang telah menyembuhkan luka-lukaJi Thian-siu, maka
Thi-ci-kim-hoan cong-piauthau dari IHong-jang Piauklok
mengadakan pesta besar, seluruh warg ajang- Kong Piauklok
hadir bersama Liok Kiam-ping dan Suma Ling-khong.
Sebuah suara serak tua berkata: "Kungfu, ciangbunjin tiada
bandingan, bakat dan kecerdasanmu merupakan tunas
harapan bagi kaum persilatan umumnya, kelak bila kelana di
Kangouw hendaklah berpegang teguh dalam membela
keadilan, syukurlah Thian mengkaruniai para umatnya pemuda
yang sakti dan perkasa.”
"Mana cayhe berani menerima pujianJi-lo-piauthau,
selanjutnya mohon kau orang tua sudi memberikan petunjuk."
demikian jawab Liok Kiam-ping
Semula Thi-ci-kim-hoan menyilakan Liok Kiam-pin, duduk
dipaling atas, namun dengan halus dia menampik, setelah
basa basi sekedarnya, maka orang banyakpun mulai
menempati kursi duduknya masing-masing.
Ditengah perjamuan itu Liok Kiam-ping bertanya asal mula
kejadian pihak Ha m-ping-kiong menyergap IHong-jang
Piauklok mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thi-ci-kim-hoatJi Thian-siu menghela napas, katanya:
"Losiu mendirikan Hong-jang Piauklok, berkat penghargaan
para kawan, sehingga usaha ini berjalan lancar dan
memperoleh kemajuan cukup baik, meski sering terjadi
persoalan tapi semua dapat dibereskan dengan baik, selama
belasan tahun Hong-jang Piauklok cukup terkenal didaerah
Kanglam. Denganpihak Hamping-kiong hakikatnya tidakpernah
bermusuhan, kejadian kali inipun amat mengherankan kami
juga."
Maka Thi-pi-kim-to lantas menjelaskan: "Menurut laporan
Tio Hok yang menyelidiki peristiwa ini, agaknya pihak Hamping
kiong mempunyai suatu rencana besar dengan muslihat
keji d id a era h Kanglam merampok barang kawalan kita
hanya sedikit memperlihatkan kekuatan mereka, supaya
selanjutnya kaum persilatan di Kanglam baik aliran putih
maupun golongan hitam tahu dan mau tunduk kepada
keangkeran mereka, tujuannya jelas adalah hendak merajai di
Tionggoan. Disamping itu tujuan utama adalah menuntut
balas kepada Kiu-thian-sin liong yang dahulu pernah
melukainya, seluruh kekuatan mereka hendak dipusatkan
keselatan untuk menghadapi Hong- lui- bun.'
Liok Kiam-ping maklum urusan tidak sederhana, namun dia
berwatak angkuh, katanya dengan menegak alis: "Tak heran
Tang-ling-lo-koay dan Hwe-hun-jit-sian Leng Pwe-ing
sekaligus muncul di Giok-hong-bo" kemungkinan merekapun
sudah digaruk kedalam komplotan mereka, kawanan tikus
rombongan serigala memang sama jahat. Baik, dengan bekal
kepandaian yang kumiliki, cayhe siap menghadapi tantangan
mereka sampai titik darah penghabisan"
Thi-ci-kim-hoanJi Thian-siu segera angkat cangkir antiknya
mengajak hadirin minum bersama, katanya kemudian: 'Losiu
sudah tua dan tidak becus lagi, kejadian yang menimpa Hongjang
Piauklok menimbulkan banyak korban, apapun hatiku
takkan bisa tenang, selanjutnya juga malu berdiri dikalangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kangouw, maka selanjutnya aku berkeputusan untuk
membubarkan Hong jang Piauklok, atas persetujuan bulat
para saudara, kami siap ikut berjuang bersama ciangbunjin
demi kepentingan Hong-lui-bun, sebagai pertanggungan
jawab kami atas pertolongan ciangbun dengan berlinang air
mata segera dia keluarkan panji Hong-jang Piauklok bersama
cap rerusahaan dia serahkan kepada Liok Kiam-ping.
Thi-pi-kim-to Tan Kiam-that segera bertepuk seraya
berseru: "inilah keinginan kami setulus hati, semoga
ciangbunjin dapat menerima kami yang tidak becus ini, yakin
ciangbun tidak akan mengecewakan harapan kita bersama."
Para Piausu lain seperti Pek-lik-ciang ciu-Khay, coh-sianghwi
lh Tiau-hong juga berkeplok menyatakan setuju, maka
bersoraklah seluruh hadirin.
Dengan tertawa lebar Liok Kiam-ping berkata: "Bahwa
seluruh hadirin sudi menggabung diri kedalam Hong-lui-bun
kita, sudi membantu kami berjuang demi kepentingan umat
persilatan, aku mewakili seluruh anggota dan pimpinan Honglui
bun menyatakan terima kasih dan menyambut dengan rasa
senang dengan tangan terbuka. cuma perjuangan teramat
berat dan konsekwensinya teramat besar, bagi kalian yang
sudah punya keluarga kurasa perlu berpikir pula lebih matang,
supaya kebahagiaan keluarga tidak menjadi berantakan
Thi-pi-kim-to tertawa gelak-gelak. katanya: "Kita ini kaum
kasar, bahwa ciangbun sudi memandang dan menghargai kita,
sungguh tidak sia-sia aku orang she Tan berkelana puluhan
tahun di Bulim. Dibawah pimpinan ciangbun yang masih muda
dan berbakat, membekal ilmu sakti pula, bila selanjutnya kami
bisa memperoleh bimbingan, harapan besar masa depan
teramat cerah terbentang didepan mata."
Pi-lik-ciang ciu Khay angkat cangkir araknya seraya
bergelak tawa, katanya: "Selanjutnya kita sudah menjadi
anggota dan warga dari Hong-lul-bun, dengan secangkir arak
ini, kami sampaikan selamat dan hormat kami kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ciangbunjin, semoga selalu sehat, jayalah Hong-lul-bun.' lalu
secangkir arak itu ditenggaknya habis.
Hadirin beramai-ramai angkat cangkir araknya pula terus
ditenggak habis, tempik sorakpun bergema dalam ruang pesta
itu.
Mendadak Llok Kiam-ping menepuk tangan sekali dan
berkata kepada hadirin:
"Bahwa kalian sudi menggabung merupakan
keberuntungan Hong- lui- bun kita. Namun sebelum mereka
secara resmi menjadi anggota setelah mengikuti upacara,
terhadap cayhe sementara mohon masih membahasakan
saudara saja, kalau tidak sungguh cayhe tidak berani
menerima."
Perjamuan itu terus berlangsung hingga tengah malam,
banyak diantaranya yang mabuk dan digotong kedalam
kamar, dalam suasana riang perjamuanpun usai.
Besok pagi setelah sarapan seluruh rombongan berdandan
rapi terus berangkat. Suma Ling-khong ingin lekas pulang ke
Lok-yang untuk menghadap ibunya yang sudah sekian tahun
ditinggaikan untuk sementara dia minta diri dan berpisah
dengan rombongan orang banyak, seorang diri menempuh
perjalanan keutara.
Meski berkumpul hanya dua bulan, namun sifat Suma Lingkhong
alim, sederhana dan suka terus terang, kesan Kiamping
terhadap adik angkatnya ini amat baik, kini harus
berpisah, mau tidak mau terasa berat juga.
Thi ci-kim-hoatJiThian-siupegang kedua pundak Suma Lingkhong,
katanya dengan berlinang air mata: "Semoga kau
hidup berdampingan dengan ibu dalam suasana riang
gembira. Selanjutroya dibawah pimpinan Llok ciangbun, kau
akan mulai menelusuri masa depanmu yang cemerlang, kalau
ada kesempatan datanglah kedesa Ko-yang dipropinsi ShoaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tang, Losiu akan menunggu kedatanganmu," akhir katanya
suaranya tersendat dan air matapun bercucuran-
Bahwa Ji-lopiauthau dulu mau menerima kehadiran Suma
Ling-khong dalam Piaukloknya lantaran sampai setua itu dia
tidak pernah dikaruniai anak. hidupnya terasa hampa bersama
seorang istri setia, maka ada makud dia memungut Suma
Ling-khong sebagai anak angkat, maka dalam Piauklok Suma
Ling-khong memperoleh fasilitas dan bebas bergerak. cuma
hal ini tidak dia jelaskan, sekarang baru bertemu sudah harus
berpisah lagi, logis kalau orang tua ini merasa haru dan sedih.
Pengalaman Thi-ci-kim-to Tan Kian thay lehih luas, melihat
orang banyak ikut mend elu, seperti berat berpisah, mendadak
dia gelak tertawa, katanya: "Saudara Suma tidak perlu
berduka, bukankah ibumu hidup menyendiri dirumah, supaya
tidak merasa kesepian, sarankan kalian pindah saja ke Koyang,
kumpul dengan keluargaJi-lopiauthau, bukankah
hubungan akanjauh lebih intim. Disamping itu Suma Lotej uga
tidak perlu takut menghadapi bahaya, ibumu terlindung,
sepenuh hati kau bisa menderma- baktikan tenagamu untuk
kepentingan Hong-Lui-bun. Kedua belah pihak sama-sama
mendapatkan keberuntungan-
Llok Kiam-ping mengangguk menyatakan setuju, diapun
menganjurkan kepada Suma Ling-khong .Ji Thian-hu sendiri
sudah tentu teramat setuju. dia menyambut anjuran Tan Kianthay
dengan tepuk tangan girang.
Lekas Suma Ling-khong menjura kepadaJi Thian-siu,
katanya: "Kalau begitu Siautit akan banyak merepotkan saja,
sekarang biar aku mewakili ibu mengucapkan terima kasih
lebih dulu." Beramai-ramai orang banyak saling memberi
hormat lalu berpisah.
Setelah Suma Ling-khong pergi jauh baik Llok Kiam-ping
putar kudanya sambil mengayun pecut, kudanya dilarikan
kearah Lam-jang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hari itu menjelang tengah hari, orang banyak sedang
bebenah, seorang pembantu Piauklok tiba-tiba berlari masuk
dengan sikap gopoh terus berbisik ditelinga Lo-piauthau,
tampak roman mukanya berobah, dengan nada gusardia
berkata kepada orang banyak: "Ada seseorang menuding Lohu
minta bertemu, biar orang s h eJ i pergi menemuinya "
oiang banyak seketika gempar dan marah, terutama Pi-likjiu
ciu Khay yang berangasan sudah berjingkrak gusar,
serunya:
"Manusia picak dari mana berani terang-terangan
menantang di Piauklok kita, hayo, kita ikut keluar," segera dia
mengekor dibelakangJi Thian-siu, berbondong-bondong orang
banyak ikut keluar.
Setiba dipekarangan luar tampak diambang pintu
berdirijajar lima orang berpakaian aneh, tinggi pendek tidak
rata, orang yang berdiri paling tengah berusia lima puluhan,
hidung bengkok mata sipit pipi menonjol, jenggot kambing
pendek menghias dagunya, jubahnya terbuat dari kain blaco,
panjangnya juga hanya menyentuh lutut, dipinggang
tergantung sebatang pipa cangklong, berdiri tegak tak
bergerak menatap tajam.
Begitu melihat tampang kelima orang ini, seketikaJi Thiansiu
melenggong, batinnya: "Bin-san-ngo-hou yang bertabiat
kejam ini kenapa mendadak meluruk kemari. Sungguh tak
habis herannya kapan dirinya pernah bermusuhan dengan
manusia durjana ini." lekas dia melangkah maju seraya
menjura, sapanya ramah: "Bin san-ngo-yu, hari ini bertandang
ke Piauklok kami, entah ada petunjuk apa terhadap kami ?"
Wajah kelima orang itu tampak sadis, sikap mereka tetap
kaku dan angkuh, lelaki hidung bengkok ditengah itu akhirnya
mendengus, katanya: Ji-lopiauthau tidak usah pura-pura
bodoh, seorang lelaki berani berbuat berani bertanggung
jawab. Kau kira begini saja urusan bakal selesai ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karuan Ji Thian-siu menarik alis, katanya: "IHoan Han-ting,
jangan kau menyembur orang dengan darah, orang sheJi
selama kelana di Kangouw, selalu membedakan tegas antara
budi dan dendam, selamanya pantang melakukan perbuatan
jahat, jikalau kalian sengaja hendak mencari perkara, boleh
silakan sebutkan cara apa yang kalian kehendaki, orang sheJi
tidak akan mundur setapakpun."
Orang aneh yang berdiri disebelah kiri mendadak tertawa
melengking, serunya: "Setan tua, kau memang sombong,
biarlah kujelaskan supaya kau mampus dengan meram. Due
bulan yang lalu masa kau tidak ingat lagi kepada pemuda
yang kaupukul luka parah dijalan raya Siang-hoay ? Hari ini
kau harus membayar hutang darah itu."
SekarangJi Thian-siu baru paham duduk persoalannya, dua
bulan yang lalu dalam perjalanan ke Tiang-sa, kebetulan dia
melihat seorang lelaki kekar sedang menghajar seorang
penjual bakso karena si penjual menuntut bayaran sepuluh
mang kok yang digaresnya.Ji-Thian-siu menengahi dan
membujuknya, pemuda itu malah menuding dan memakinya,
karena jengkel dia tempeleng pemuda itu hingga giginya
rontok. Sungguh tidak nyana bahwa pemuda itu ada
hubungan dengan Bin-san-ngo-hou.
Bahwa lawan bersikap kasar dan menantangJi Thiansiujuga
naik pitam, sebelum dia bertindak seorang
disampingnya telah mengejek: "Bin-san-ngo-hou, jangan
anggap kalian saja orang gagah.Ji-lopiauthau masih menepati
aturan kangouw, sikapnya tidak malu sebagai orang ternama,
memangnya kau kira kami takut terhadapmu ?" yang bicara
adalah Hu-cong-piau-thau Thi-pi-kim-to Tan thian-thay.
Bin-san-ngo-hou adalah saudara angkat yang berlainan
she, mereka berasal dari kalangan Llok-liem, masing-masing
memiliki kepandaian khusus yang lihay, semua bertangan g
apa h dan terkenal sebagai penjahat keji, tidak mau rugi selalu
menuntut keuntungan. siapa bila bentrok dengan mereka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelum ajal takkan berhenti, maka mereka terkenal sebagai
kawanan penjahat yang sukar diajak kompromi.
Lotoa dari Bin-san-ngo-hou bergelar Hwi-hian-hou Hoan
Han-ting, sekilas matanya mengerling, lalu katanya tertawa
besar: "Kukira siapa, kiranya Hu-cong-piau-thau, sudah lama
kudengar Pat-kwa-ban seng-to-coat Tan- los u yang punya
enam puluh empat j urus itu menggetar B ulim. orang she
IHoantidak becus, biar aku mulai mohon petunjuk kepadamu.
Entah Tan- los u sudi memberi pengajaran-' sikapnya terlalu j
umawa.
Dikalangan Kangouw, Tan Kian-tay terhitung jago
kenamaan, sudah tentu dia tidak mau kalah ditantang
dihadapan umum, meski tahu lawan cukup tangguh, terpaksa
dia mengeraskan kepala turun gelanggang. Serunya tertawa
besar: "IHoan-lo-su ada maksud memberi petunjuk, memang
kebetulan malah bagiku.'
Sembari bicara dia melangkah setapak. Pat-kwa-kim-to
ditangannya dig entak keatas lalu pasang kuda-kuda
membuka jurus permulaan, siap siaga menanti serangan.
Ai-ga-hou cia Liang yang berdiri diujung kanan berkata
kepada Hwi-thian-hou Hoan han-ting: 'Memotong ayam
kenapa harus pakai golokjagal, babak pertama ini boleh
serahkan kepada Siaute saja untuk menghajar manusia
sombong ini" maka dia pun tampil kedepan sambil merogoh
pinggang, maka sebatang coa-kut-pian (cambuk tulang ular)
yang berwarna hitam leg a m pun telah terlolos ditangannya,
sekalian dia ayun serta d lob at abitkan mengeluarkan deru
angin terus dituding lurus kedepan menutuk kedada Tan Kiunshay,
tutukan datang secepat kilat tanpa membawa suara
angin-
Melihat tutukan cambuk tulang ular lawan cukup ganas Tan
Kian-thay tidak mau menangkis, lekas dia menggeser minggir
sambil memutar badan, berbareng tangan kanan menyampuk
dengan gerakan burung Hong mengangguk, tajam goloknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menepis miring kepergelangan tangan lawan yang memegang
cambuk.
Ai-ga-hou (harimau kaki pendek) cia Liang tertawa riang,
tangan kanan ditarik mundur diapun berkisar membundar
tahu-tahu berpindah ke belakang Tan Kian-thay cambuk
ditangannya ikut menyabet keping gang lawan-
Maka Thi-pi-kim-to Tan Kian- thay mengembangkan Patkwa-
ban-seng-to-hoat menghadapi serangan lawan dengan
tabah, maka serang menyerang antara g a man yang berbeda
itu berlangsung dengan seru, dalam sekejap. dua puluh jurus
telah mereka capai. Ternyata Ai-ga-hou lebih temb erang dan
ingin lekas menang, mendadak dia merobah permainan, kini
dia kembangkan Ling- coa-pia n- hoat perguruannya yang
berjumlah tiga puluh enam j urus, cambuk hitamnya itu
seperti berobah seekor naga yang mengamuk ditengah udara.
Kebetulan Tan Kian-thay melancarkan j urus menyapu
ribuan tentara, goloknya mengubat bagian bawah lawan, d
ilua r tahunya perawakan harimau kaki pendek cia Liang meski
gembrot, namun Ginkangnya teramat baik sebelum golok
menyambar tiba dia sudah mendahului melompat keatas
setinggi delapan kaki, ditengah udara dia menggeliat sekali
hingga badannya berputar arah, coa-kut-pian ditangannyapun
mengepruk kebawah.
Pada hal Tan Kian-thay sudah kebacut melancarkan
serangan, sementara cambuk lawan sudah mengepruk kepala,
untuk berkelitjelas tidak sempat lagi, baru saja dia hendak...
Seg ulung angin kencang mendadak melesat laksana anak
panah "cret" kontan coa-kut-pian terpental keatas, tubuh Aiga-
hou cia Liang yang anjlok kebawah juga terpental
mumbulpula oleh damparan tenaga dahsyat ini hingga
terjengkang kebelakang. karuan saking kaget jantung serasa
hampir pecah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu melihat pecut lawan terpental lepas badannyapun
mencelat mumbul kebelakang,
Tan Kian-thay lantas tahu bahwa seseorang telah
membantu dirinya, memangnya hati sedang berang, segera
dia menubruk maju pula, goloknya membacok kesikut Ai-gahou
cia Liang.
Pada hal Ai-ga-hou cia Liang masih terjengkang, tak
mampu menguasai diri sendiri, mendengar desir angin tajam
menyambar dari kanan lekas dia menggeliat sambil
menyingkir, tapi gerakannya kalah cepat, kontan dia menjerit
ngeri, tiga jari tangan kanannya protol tertabas golok, darah
mengalir deras, saking kesakitan badannya gemetar, muka
pucat. sementara pecut tulang ularnya terlempar jauh keluar
tembok.
Hwi-thian-hou lekas memburu maju mengeluarkan obat
membalut lukanya, lalu dia memberi tanda supaya LojiJat-jihou
TanJan mewakili dia menolong sang adik, setelah itu dia
membalik badan turun keg elang gang.
cukup lama Bin-san-ngo-hou berbuat sewenang-wenang di
Kangoaw, kapan pernah dikalahkan separah ini. Hwi-thian-hou
cukup berpengalaman- dari samping dia sudah mendapat
firasat bahwa kejadian agak ganjil, dia tahupihak lawan ada
seorang yang membantu secara diam-diam, namun dia juga
tahu bahwa Lwekang orang cukup tinggi maka dia tidak berani
sembrono menantangnya, Langsung dia menghadapiJi Thianhou
sambil menyeringai, katanya: "Berapa banyak jago kosen
undangan kalian untuk membantu secara diam-diam, boleh
silahkan disuruh keluar?" nada bicaranya sudah tidak seketus
dan segalak tadi, tapi sikapnya masih tetapjumawa.
Kawanan Piausu tadi juga kuatir akan keselamatan Tan
Kian-thay, dikala hati mereka berkuatir, entah kenapa Ai-gahou
sendiri yang berbalik tertabas luka tangannya, keruan
mereka berdiri melongo keherananTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Ji Thian-siu sendiri juga lagi melenggong, setelah
mendengar perkataan lawan kembali dia tertegun, sekilas dia
ragu-ragu akhirnya dia b erg elak tawa, katanya: "Hoan los uh
u, boleh tidak usah kuatir, yang hadir d is ini adalah kawan
seperjuanganku, pasti tiada teman lain yang membantu secara
diam-diam."
Lega juga hati Hwi-thian-hou Hoan Hanting memperoleh
jawaban ini, tapi dia tetap tidak gentar, menghadapi
keroyokan orang banyak. Lo-piausu marilah persoalan kita
bereskan sendiri saja." kuatir urusan berkepanjangan, apa lagi
pihak sendiri yang meluruk kemari, maka dia ingin lekas
menyelesaikan persoalan ini.
Berkerut alis Thi ci-kim-hoanJi Thiansiu, katanya
tersenyum: 'Untuk menghormat terpaksa menerima perintah,
baiklah Losiu akan iringi kehendakmu." sembari bicara dia
melangkah maju seraya menggerakkan kedua tangan lalu
pasang kuda-kuda.
Melihat lawan maju dengan bertangan kosong, Hwi-thianhoujuga
harus jaga nama baik, maka diapun tidak
mengeluarkan senjata, sedikit manggut dia berseru: "Baiklah
aku mulai dulu." tangan kiri membundar ke kanan sementara
tinju kanan menyelonong dari tengah bundaran, segumpal
angin pukulan keras langsung menerjang kedana Thi-ci-kimhoan,
tenaga jotos a nny a ini memang cukup hebat.
Lo-piautau baru sembuh dari luka-lukanya, kesehatannya
belum sehat sepenuhnya dia tahu dalam hal tenaga dirinya
jelas bukan tandingan, lekas dia berkelit miring lima langkah,
berbareng membalik tangan melancarkan ilmu tangan kosong
Kim-na-jiu yang punya tiga puluh enam j urus, sebat sekali dia
sudah balas menyerang enam j urus, syukur rangsakan lawan
berhasil dibendung.
Sebagai tertua dariBin-san-ngo-hou, sudah tentu Hwi thianhou
Hoan Han-ting memiliki Kungfu yang patut dibanggakan,
melihat lawan melancarkan Kim-na-jiu, bukan saja permainan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mahir namunjuga lihay, maka diapun tidak berani
gegabah, segera dia enjot kaki melompat keatas, ditergah
udara badannya berputar, kelima jari terpentang mencakar
turun, kiranya dia melancarkan Hwi-eng-ciang-hoat (pukulan
tangan elang).
Ciang-hoat atau pukulan tangan ini merupakan ilmu
tunggal yang dirahasiakan pihak Tiang-pek-pay, kalau tidak
genting tak dipamerkan didepan umum, bila
dikembangkanjurus permainannya merupakan serangan
berantai yang deras dan ganas, pesilat yang memainkan
pukulan inipun harus memiliki Ginkang tinggi, beruntun orang
bisa menukik turun tujuh kali dengan serangannya, sehingga
lawan terdesak kerepotan dan tak mampu balas menyerang
pula. Hwi-eng-ciang-hoat memang ganas dan menakutkan.
Mengembangkan Kin-na-jiu-hoatjuga banyak memeras
tenaga, apalagi menghadapi sergapan musuh dari atas begini,
sedikit lena jiwa bisa melayangJi Thian-sinjuga sudah
merasakan kekuatan sendiri takkan mampu bertahan lama,
apalagi setelah sakit Lwekangnya belum pulih, hanya
beberapa jurus dia sudah merasa kepayahan-
Lekas sekali serang menyerang ini berlangsung sampai dua
puluhan jurus, keringat sudah membasahi jidat Lo-piauthau,
napasnya juga sudah mulai sengal-sengal, jelas dia sudah
terdesak dibawah angin-
Memperoleh angin Hwi-th ia n- hou ternyata lebih gencar
menyerang. sedikitpun lawan tidak diberi peluang, Tatkala
ituThio-kim hoan sedang membungkuk meluputkan sejurus
serangan lawan, sebelum dia sempat memutar tub uh, j urus
Hwi-ing-po-tho yang dilancarkan Hwi-th ia n- hou sudah
menceng kram turun mang ancam pundak kiri.
Disaat g anting itulah, mendadak kumandang sebuah
bentakan: "Bangsat, berani mengganas." sesosok
bayanganputih tiba-tiba melesat disertai terjangan angin
kencang meluncur bagai kilat ketengah arena.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hwi-thian-hou sudah kegirangan bahwa cengkraman
jarinya bakal meremuk tulang pundak lawan, maka daya
tubrukannya diperkeras sambil menambah tenaga, tiba-tiba
pandangannya serasa kabur oleh berkelebatnya bayangan
putih, menyusul lengan kanan lunglai berbareng sekujur
badan menjadi enteng, waktu kakinya anjlok ketanah
langkahnya limbung.
Waktu dia angkat kepala dilihatnya berdiri seorang pemuda
gagah, j ubah putih berkibar di tiup angin, berdiri garang
menatap tajam dirinya. Karuan kaget Hwi-th ia n- hou bukan
kepalang, bagaimana lawan menyerang menggunakan j urus
apa hakikatnya tidak di ketahui olehnya, tahu-tahu dirinya
sudah di desak turun dan anjlok gentayanga sesaat dia
berdiri menjublek.
Dengan wajah serius Llok Kiant-ping, berkata: "Dengan
kepandaian cakar kucing kalian berani meluruk ketempat
orang mencari perkara. Lo-piauthau bermaksud baik, ternyata
mendapat tanggapan jahat kalian lekas pulang dan hukum
berat anak muridmu sendiri, selanjutnya dilarang menindas si
lemah, mengganas terhadap sesama manusia, kalau kudengar
kalian melakukan kejahatan, kalau membangkang hari ini akan
kutuntut keadilan kepadamu"
Lawan masih begini muda, bicaranya juga pongah, namun
kepandaian yang dipertunjukkan tadi memang teramat
menakjubkan, siapa orang muda ini perlu, diketahui lebih
dulu, maka dia merobah sikap, katanya tersenyum: "Saudara
masih begini muda kepandaianmu ternyata cukup hebat,
boleh kau sebutkan nama perguruanma ?" "Kau tidak setimpal
tanya siapa diriku. "Anak muda, jangan terlalu pongah.'
"Pongah atau tidak- bila kau tetap bandel, sebentar juga
bisa kau ketahui."
Loji TanJan sudah naik pitam, segera dia rneraung: "Setan
alas, memangnya kau sudah makan nyali harimau berani
memusuhi kita, Bin-san-ngo-hou tidak boleh dibuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permainan, tahu.". secara tidak langsung dia sudah
menandaskan bahwa mereka berlima siap turun gelanggang
bersama.
Pikirnya dengan tenaga lima bersaudara betapapun tinggi
Kungfu bocah inijuga tak kan lolos dari keganasan mereka,
maka sebelumnya dia menantang dengan menyebut nama
julukan mereka bersaudara.
Llok Kiam-ping juga pintar, dia juga tahu maksud orang,
tapi kepandaiannya tinggi, nyalinya besar, wajahnya sengaja
mengunjuk mimik menghina, katanya dengan menyeringai:
"Ah, tiada artinya, dengan kekuatan kalian berlima sampah
persilatan ini, memangnya tuan muda ini ada maksud hendak
menyapu kalian, nah boleh kalian maju bersama supaya tuan
muda tidak membuang tenaga."
Bin-san-ngo-hou dibilang a n kekuasaannya cukup disegani,
kapan mereka pernah dihina dan diremehkan begini rupa,
sungguh hampir meledak dada mereka. Hwi-th ia n- hou si
licin dan penuh akalnya itujuga ikut naik pitam. Segera dia
memberi aba-aba: "Siap." dari pinggang dia turunkan pipa
cangklongnya terus mengeruk lebih dulu kekepala Kiam-ping.
Menyerang dengan gusar, maka pipa cangklongnya
menderu keras. Tiga saudara yang lain juga mengeluarkan
senjata, dua batang pedang dan sebilah Poat-hung-to. maka
terdengarlah dering senjata ramai, di susul sinar kilat
berkelebatan, karena terluka jari tangannya maka Ai-ga-hou
hanya bertangan kosong, menyerang dengan tangan kiri.
Llok Kiam-ping tetap berdiri tegak sambil tersenyum,
sedikitpun dia tidak gentar atau gugup menghadapi situasi
gawat ini. Bila senjata musuh hampir mengenai tubuhnya,
baru dia bergerak dengan Ling-hi-pou-hoat. seperti setan
gentayangan tiba-tiba badannya berkelebat menyelinap
diantara senjata lawanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Terasa pandangan kabur Ngo-houjadi bingung dan
celingukan, tahu-tahu bayangan lawan telah lenyap dari depan
mata. Tiba-tiba suara lirih diluar kalangan- Waktu mereka
berpaling, ternyata Llok Kiam-ping sudah berdiri dua tombak
di sana, memandang mereka dengan senyum mencemooh
Sekilas mereka saling pandang, siap menerjang maju pula.
Terdengar Kiam-ping sudah membentak:
"Kali ini kalian tidak boleh diberi kelonggaran lagi." kedua
tangan segera melancarkan j urus Llong-kiap-sin-gan. Betapa
hebat, salah satu j urus W.^ liong- ciang-hoat ini. mana Binsan-
ngo-hou mampu bertahan. Ditengah berkelebatnya
samberan telapak tangan, beberapa jeritan terdengar saling
susul, bayangan orangpun mencelat robohJi-hou dan Sam Hou
terpukul paling keras, badan mereka terlempar lima tombak,
begitu terbanting jatah tak mampu bangun lagi, darah
menyembur dari mulut mereka. Si- hou dan N go- hou
berjarak lebih j a uh, maka mereka hanya keserempet angin
pukulan saja. namun merekapun mencelat satu tombak^
mukanya pucat pias, darah sudah bergolak hampir tumpah,
jelas merekapun sudah terluka parah. Kepandaian Hwi-th ia nhou
Hoan han-ting paling tinggi, d iapun pandai melihat
gelagat dan berkelit lebih sigap hanya terg entak mundur lima
langkah, wajahnya juga pucat lesi.
Membesi kaku muka Llok- Kiam-ping, tanya: "Mengingat
kalian bersalah baru pertama terhadapku. maka kali ini aku
tidak akan bertindak lebih keras, bila kelak kebentur lagi
ditanganku,jiwa kalian pasti ^ak tera mpun lagi, Sekarang
boleh kalian minggat dari sini.'
Hwi-thian-hou tenengkan diri, dilihatnya keempat
saudaranya juga terluka parah.
betapa perih dan duka hatinya segera dia menggembor
seperti lolong serigala: "Sahabat, membunuh orang
seumpama kau mengangguk kepala. Bin-san-ngo-hou hari ini
memang hancur ditanganmu mau bunuh atau akan disembelih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
boleh silakan turun tangan, selama orang she IHoantetap
bernapas, dendam hari ini pasti akan kubalas."
"Melihat tampangmu yang menjijikkan ini, tuan muda tak
ingin mengotori tangan sendiri, maka jiwamu tetap
kupertahankan- Mau menuntut balas Hong-lui bun selalu
membuka lebar pintunya, kapan saja boleh kalian datang
membuat perhitungan."
"Hong-lui-bun ?' mendadak Hwi-thianhou berjingkrak.
seketika dia teringat seseorang, pekiknya: Jadi kau inilah patpi-
kim liong,"
"Ah, itu hanya julukan tak berarti yang diberikanpara
saudara,"
"Hari ini go-hou terjungkal ditangan ciangbunjin Hong-luibun
terhitung setimpal juga. Selama gunung tetap menghijau
biarlah airpun tetap mengalir." lalu dia papah kedua saudara
yang terluka beranjak keluar.
Kapan para piausu itu pernah melihat pertunjukan silat
sehebat tadi, semua menyaksikan dengan mendelong takjup.
setelah musuh digebah pergi baru mereka bersorak gembira.
TerutamaJi Thian-siu geleng-geleng dengan menghela napas,
dia sesali umurnya yang sudah tua dan lemah tenaga, maka
lebih teguh tekadnya untuk mengundurkan diri, tetirah
dikampung halaman-
Hari kedua Hong-jang Piauklok mengadakan perjamuan
besar, mengundang para tokoh-tokoh Bulim setempat serta
para sahabat, dipermaklumkan bahwa sejak hari ini Ji Thiansiu
sudah Kim-bun-se-jiu (cuci tangan dibaskom emas),
selanjutnya menggantung senjata tetirah dikampung bebas
dari percaturan dunia persilatan-
Dalam perjamuan itu antaranya hadir Bian- elang ouwyang
Tekspoh, Tiang lo dari Kun-lun-pay, Klongjin-ping murid Siaulim
yang terkenal dari keluarga preman, Thian-lo-jiu can cuTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
seng, congpiauthau dariTinwanpiauklok dan masih banyak lagi
kaum persilatan terkenal.
Ditengah perjamuan Ji Thian-siu angkat cangkirnya ajak
hadirin minum bersama, lalu dia berpidato: "Berkat kerjasama
yang baik denganpara sahabat Kangouw, IHong-jang Piauklok
yang kudirikan dapat berdiri sampai hari ini, usaha untuk
mencari sesuap nasi ini syukur dapat bertahan selama tiga
puluh, tahun dan belum pernah gagal, bersama ini kami
haturkan terima kasih kepada para sahabat yang selama ini
telah memberi bantuan dan nasehat yang berharga, sekarang
terasa usia tua tenaga lemah, maka sejak hari ini kami
putuskan untuk mengundurkan diri, cuci tangan dari semua
pertikaian kangouw atau urusan ekpedisi.
Urusan piauklok kita yang belum sempat dibereskan sudah
kami serahkan kepada can-lopiau-thau dari Tin- wan piauklok
untuk mewakilinya. Hari ini sengaja kuadakan perjamuan ini,
disamping menyampaikan persoalan ini sekaligus kami mohon
diri kepada para sahabat, terima kas ih pula akan kehadiran
kalian."
Habis pidato Ji Thian-sin anjurkan hadirin mulai makan
hidangan yang sudah tersedia, maka pesta besar itupun
berlangsung dalam suasana gembira.
Bian- elang ouwyang Tekspoh, Tiang lo dari Kun-lun-pay
mendadak berbisik kepadaJi Thian-sin, Lo-piauthau tampak
mengerut kening, sikapnya kelihatan serba susah, dari
samping Klong Jin-ping murid preman Siaulimjuga kelihatan
ikut membujuk, akhirnya dia berdiri dengan dengan tertawa,
katanya kepada Llok Kiam-ping: "owyang cianpwe amat
mengagumi Kungfu ciangbunjin yang tiada taranya,
menggetar dunia persilatan maka beliau ada maksud berlomba
dengan Lote, diminta Losiu untuk menyampaikan maksud
hatinya kepada ciangbun, mohon pendapat Lote."
Llok Kiam-ping bingung dan tak tahu bagaimana harus
menghadapi persoalan ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
KlongJin-pin murid preman Siau-lim sudah buka suara:
"Kapan kita bisa berkumpul dalam pesta perjamuan seperti ini,
mohon ciangbunjin tidak menolak, tunjukkan beberapa jurus
supaya mata kita terbuka, untuk menyemarakkan perjamuan
ini pula."
Hadirin sudah pernah dengar betapa hebat kepandaian Liok
Kiam-ping, namun betapa hebatnya belum ada yang pernah
membuktikan, maka tidak sedikit yang ingin tahu dan melihat
demonstrasinya untuk menambah pengetahuan, mendengar
dukungan KlongJin-ping. maka bersoraklah para hadirin,
semua keplok tanda setuju.
Melihat betapa besar hasrat hadirin melihat pertunjukan,
dilihatnya pula owyang Tek-poh duduk diam sambil menatap
tajam kepadanya, sikapnya kelihatan pongah, maka hatinya
terbakar. darah panasnya mendorong dirinya melakukan
sesuatu, terpaksa dia berdiri dan menjura kepada hadirin,
katanya:
"Hanya kepandaian permainan kera saja yang pernah
kupelajari, bahwa ouwyang cianpwe sudi memberi petunjuk
biarlah cayhe melayani sekuat tenaga, untuk bertanding jelas
cayhe tidak berani, biarlah masing-masing menunjukkan
kemampuannya saja "
Thi-ci-kim-hoan Ji Thian-sin tertawa gelak-gelak, katanya:
"Ucapan Lote memang cocok kehendak ouwyang cianpwe,
nah marilah kita habiskan pula dua cangkir, sebentar kita pergi
kekebun belakang, disana lapangan luas, lebih bebas
bergerak." lekas hadirin habisi dua cangkir arak pula terus
terus berdiri, suara menjadi ribut dan ramai.
Maka Thian-siu bawa orang banyak kebelakang, di mana
ada lapangan latihan silat, Usia ouwyang Tek-poh sudah
delapan puluh, satu-satunya Tiang lo Kun lun-pay yang masih
hidup, alisnya gompyokjuga sudah uban, matanya juling
tajam, jenggot rambutnya seputih saiju, wajahnya kelihatan
bersih, berwibawa dan gagah, ilmu silatnya juga sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencapai taraf tertinggi dalam perguruannya. Lima puluh
tahun yang lalu namanya sudah terkenal di Bulim, namun
jiwanya jujur, hanya sifatnya agak angkuh, sejak lama dia
bersahabat dengan Thi-ci kim hoan, maka kali ini Lo-piauthau
mengundangnya dalam jamuan perpisahan-
Dipinggir lapangan yang terletak dibelakang kebon berdiri
beberapa pucuk pohon rindang dahan pohon sebesar pelukan
orang, tinggi juga beberapa tombak. Saat itu mentari hampir
mencapai titik tengah memancarkan cahayanya yang
benderang, mesti masih dalam musim semi, hawa masih
terasa panas. Dibawa h pohon sudah dijajar beberapa bangku
panjang serta beberapa buah meja.
Setiba dibawah pohon rindang ouwyang Tekspoh tertawa,
katanya: "Losiu amat kagum mendengar Kungfu sakti .
Siauhiap. maka mengajukan permohonan yang kurang pantas
ini, harap Siauhiap sudi menerangkan demonstiasi apa yang
kita tunjukkan d ih a d apa n umum ?' Llok Kiam-ping
mengangguk, katanya:
”Ciangpwe seorang berbudi dan luhur pula sejak lama
sudah terkenal dan disegani kaum persilatan, mana berani
cayhe mendahului, ingin mend emontras ikan apa boleh
silakan cianpwe saja yang menyatakan"
Dalam hati ouyang Tekspoh menggerutu, namun sikapnya
tetap ramah, katanya tertawa keras: "Baiklah, kita gunakan
pohon-pohon besar ini sebagai sasaran pertandingan,
bagaimana ?"
Llok Kiam-ping maklum bahwa Bian-ciang (pukulan kapas)
orang telah diyakinkan sampai taraf tinggi, kelihayannya pasti
sukar diukur, tapi dia sudah kebacut bilang supaya orang yang
mengajukan usul pertandingan, apapun dirinya tidak boleh
menyesal, Maka dia mengangguk tanda setuju.
Terhadap kelihayan Kungfu Llok Kiam-ping sudah lama
ouyang Tek-poh dengar dan kurang percaya, oleh karena itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia berani mempertaruhkan kebesaran nama baiknya selama
puluhan tahun ajakpemuda ini bertanding, lahirnya kelihatan
sikapnya wajar dan biasa padahal hatinya tegang luar biasa,
betapapun kali ini dia harus mencurahkan seluruh perhatian
dan tenaga. Tampak dia berdiri tegak kira-kira setengah
tombak di depan pohon, lengan baju sudah menyingsingnya
pula, pelan-pelan kedua tangannya terangkat mencapai dada,
perlahan telapak tangannya menekan ke arah dahan pohonangin
deras menderu keras menerjang kedepan, "Duk" pohon
sebesarpelUkan itu tampak bergetar. Menyusul telapak tangan
kirijuga didorong kedepan- maka pohon itu bergetar lebih
keras lagi.
Disaat getaranpohon belum habis, telapak tangan secara
berantai menepuk pula, begitulah kanan kiri secara bergantian
maju mundur sehingga pohon itupun makin bergetar seperti
digoncang lindu, dahan dan daon mulai rontok berjatuhan-
Setelah pukulan ketujuh mendadak dia menarik napas terus
menggentak keras "Hep", Lalu kedua telapak tangan didorong
bersama tenaga pukulan sea muka n badai menerjang pohon
itu' 'Krak' suara dahan putus berbunyi nyaring.
Kejap lain pohon sebesar pelukan orang besar itu pelanpelan
tumbang karena dahannya patah terpukul.
Hadirin seketika bersorak kagum dan berkeplok dengan
ramai. Dengan wajah tidak berobah dan napas tidak memburu
pelan-pelan ouyang Tek-poh mundur kembali ketempat
duduknya, wajahnya menampilkan rasa bangga.
Sekarang Llok Kiam-ping sudah cukup ahli dalam soal
Kungfu, dia tahu pukulan kapas sekaligus biasanya dapat
melontarkan lima kali pukulan, bahwa orang tua ini sekaligus
dapat memukul tujuh kali, jelas Lwekangnya memang
mencapai taraf yang lebih sempurna.
Maka Kiam-ping juga tidak berani takebur, bukan maju dia
malah beranjak mundur lima kaki, pelan-pelan dia menarik
napas menghimpun hawa murni, tenaga dia kerahkan dikedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengan, pertama dia memukul ke pucuk pohon sekali.
Damparan angin sedahsyat gugur gunung itu ternyata
menghembus kencang sehingga pohon besar itu tertiup
doyong kedepan, disaat dahan pohon itu seperti hampir patah
mendadak Kiam-ping menambahi sekali pukul lagi. Padahal
pucuk pohon itu sudah mulai menegak lurus pula, kini
didorong oleh tenaga pukulan pula hingga meliuk turun
bengkok hampir menyentuh tanah dan "Bum" akhirnya pohon
besar itu tumbang dengan suara yang gemuruh, seperti
dicabut saja pohon itu roboh keakar- akarnya,
Karuan hadirin yang berduduk dibangku panjang semua
berdiri, saking kaget mereka menjublek. ada pula yang melelet
lidah tak mampu bersuara.
Watak ouwyang Tekspoh memang jujur dan lapang dada
segera dia tertawa lebar serta bicara lebih dulu: "Pertunjukan
Hi-khong-sip-hut Siauhiap barusan sungguh membuka mata
Losiu. umumnya kekuatan daya sedot dari Hi-khong-sip-but
itupalingjauh hanya dapat menjangkau dalam jarak tiga
tombak. bahwa Siauhiap mampu bermain sewajar itu dalam
jarak lima tombak, sungguh sukar dibayangkan kehebatannya.
Ada sebuah permintaan Losiu yang kurang pantas, entah
Siauhiap sudi tidak selanjutnya memanggil Losiu Lo-koko
(engkoh tua) ?" karena kagum orang tua ini ingin mengangkat
pemuda ini menjadi saudara ciliknya.
Llok Kiam-ping cerdik pandai, sudah tentu dia maklum
maksud orang, lekas dia menjura seraya berseru: "Mohon Lokoko
suka memaafkan sikap kasarku barusan."
Ouwyang Tekspoh b erg elak tawa. serunya: "Adik cilik,
jangan begitu. Selama hidup engkoh tua ini hanya kagum dan
tunduk kepadamu."
Ibarat kencangnya luncuran anak panah, itulah keinginan
Llok Kiam-ping sekarang untuk selekasnya pulang kemarkas
Hong-luibun di Kwi- hun-ceng, maka segera dia minta diri
untuk berangkat, namun apapun ouw-yang Tek-poh tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengidzinkan, mengingat hubungan sudah terjalin, sungkan
menolak maksud baik orang banyak pula, terpaksa Llok Kiamping
menunda perjalanan semalam, hari ketiga pagi baru dia
pamit dan menempuh perjalanan-
Sementara Thi-ci-kim-hoatJi Thian-siu setelah menimbang
terimakan urusan-urusan piauklok yang belum selesai kepada
Tin- wan Piauklok^ hari itujuga dia berangkat bersama istrinya
pulang ke Ko-yang di Shoa- tang.
Kini mari kita ikuti perjalanan Llok Kiam-ping dan lain-lain
setelah meninggalkan kota Lam-jang, Siang malam mereka
menempuh perjalanan menuju ke Un-ciu pulang kemarkas
pusat di Kwi-hun-ceng, sampai hari itu mereka sudah
menempuh perjalanan tiga hari tiga malam, sedikit istirahat
namun makan kenyang, namun manusia mana tidak akan
lelah, kalau mereka masih kuat menempuh perjalanan sehari,
namun kuda tunggangan mereka sudah tidak tahan lagi.
Untunglah saat itu mereka tiba disebuah kota kecil, memilih
warung arak merekapun beristirahat di sana. Hay-bun-gau
adalah sebuah desa besar yang terletak dipersimpangan jalan
yang menembus keberbagai arah kota besar, perdagangan di
sini cukup ramai kaum pedagang, atau pelancongan banyak
yang liwat desa ini, saat itu tiba saatnya pasaran, maka
warung arak itu penuh sesak ramainya luar biasa.
Setelah memilih tempat Llok Kiam-ping beramai sibuk
makan dan minum. Sekilas matanya melirik dilihatnya dipojok
dinding sebelah kanan duduk seorang pemuda, berpakaian
petani, caping rumput yang lebar di atas kepala ditarik turun
menutupi alis, makan seorang diri dengan lahap tanpa
berbicara, sambil mengunyah makanan sering dia melirik
kearah rombongan Llok Kiam-ping Tampak alisnya sering
berkerut dan mimik mukanya terasa aneh.
Thi-pi-kim-to sudah setengah umur berkelana di Kangouw,
pengalaman dan pandangan matanya cukup luas dan tajam,
secara diam-diam d iapun perhatikan gerak gerik pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mencurigakan ini, dalam hati dia menggerutu, karena
sorot mata si pemuda tidak bermaksud jahat, sikapnyapun
kelihatan prihatin-
Setelah makan kenyang dan puas minum Tan Kian-thaypun
membayar rekening, beramai orang banyak menempuh
perjalanan pula. Sejam kemudian waktu mereka membelok
kearah kanan dan memutar dari samping bukit, terdengar
seekor kuda dibedal kencang dari belakang, dalam sekejap
kuda itu sudah memburu dekat. orang banyak berpaling
kebelakang, semua memandang heran dan mendelong,
ternyata yang membedal kuda dari belakang bukan lain adalah
pemuda yang tadi makan minum sendiri dalam warung arak
itu, caping bambunya sudah terangkat diatas kepala,
dandanannya juga tetap seperti petani.
Dikala orang banyak curiga dan menghentikan kuda serta
memutar balik, pemuda itu bersama kudanya juga sudah
memburu dekat sejauh tiga tombak. mendadak dia menarik
tali kekang, seketika kuda itu menghentikan larinya terus
berjingkrak berdiri dengan kaki belakang sambrl meringkik.
setelah kudanya berdiri tega r pemuda petani itu lamas
menjura, katanya dengan tertawa:
"Mohon kalian sudi berhenti sejenak. mohon tanya apakah
kalian maupergi ke Un-ciu?'
Serius wajah Llok Kiam-ping, dia tampil bertanya: "Tuan
siapa, sudi menjelaskan maksud kedatanganmu ?"
Sesaat pemuda itu diam sambil mengamati, lalu berseru:
"Kau adalah ciang..."
Tiba-tiba dia celingukan seperti kuatir didengar orang, lalu
menyambung dengan suara lirih, "ciangbunjin, sungguh kau
membuat kami menunggu dengan gelisah. Aku yang rendah
mendapat perintah Yu-huhoat untuk menyambut
kedatanganmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Llok Kiam-ping tahu urusan cukup genting, maka dia
bertanya: "Bagaimann keadaan Yu-huhoat? Dimana dia
sekarang ?"
"Tempat ini tidak cocok untuk bicara silakan ikut cayhe."
"lalu pemuda itu putar kudanya menerobos semak
dipinggirjalan dicongklang kearah selatan-
Karena si pemuda adalah orang sendiri lantas Llok Kiamping
memberi tanda kepada rombongannya terus mendahului
bedal kudanya memasuki semak-semak pula. Pemuda itu
bawa mereka kesebuah hutan lebat, baru melompat turun
serta menekuk lutut menyembah kepada Llok Kiam-ping,
serunya: "Aku yang rendah Thlo Ping, menyampaikan sembah
hormat kepada ciang bun."
Sebelah tapgan Llok Kiam-ping menariknya berdiri,
katanya: "Sembahmu kuterima. lekas jelaskan bagaimana
keadaan di sini ?"
Sejak ciangbun dan coh-huhoat berangkat, belum ada satu
bulan, suatu hari Ha m-ping-lo-mo membawa anak buah
Tang-ling dan IHwe-hun-bun mengadakan serbuan secara
mendadak. Yu-huhoat dan sigede Siang Wi berjuang matimatian,
namun musuh terlalu banyak dan kuat, kekuatannya
kita terpencar lagi, walau musuh berhasil ditumpas namun Yuhuhoat
juga terpukul luka parah oleh Lo-mo, terpaksa dia
mengundurkan diri dan buru-buru membawa nona Siau Hong
yang terluka bersama Ki-ling-sin Siang Wi mundur ke San-sinblo
kira-kira sepuluh li diselatan Kwi-hun-ceng... "
"Apa nona Siau Hongjuga terluka ?"
"Iya, terluka oleh Ham-ping-ciang, lukanya cukup parah.
Seratus li disekitar kota Un-ciu, anak buah dan mata-mata
musuh tersebar luas, terpaksa aku yang rendah menyamar
dan bergerak disekitar daerah ini menunggu kedatangan
ciangbun, kami kuatir ciangbun terjebak kedalam perangkap
mereka. sekarang waktu sudah mendesak, kita harus cepatTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
cepat sampai ditempat tujuan.' lalu dia mendahului cemplak
kepung g ung kuda di larikan kedalam hutan-
Dialas belukar perjalananjelas lebih susah, maka mereka
harus putar kayuh cukup lama baru tiba didataran rendah
yang lapang sebuah sungai lebar dua tombak mencegat
perjalanan mereka, mereka menyusuri sungai kearah hulu,
yang ditempuh daerah pesisir berpasir batu lalu menembus
hutan lebat pula, hakikatnya "bukan jalan aman yang mereka
tempuh. Kalau tiada orang yang menunjukjalan, apapun
mereka takkan bisa berada dihutan belantara ini.
Mereka terus maju kira-kira dua jam lagi, baru darijauh
kelihatan diantara lebat nya hutan ditengah pegunungan sana,
berdiri sebuah kuil kecil. Pada saat itu sang dewi sudah
menongol dari sembunyiannya, mereka masih berada ditengah
hutan, yang terdengar hanya lolong binatang dan pekik kera,
rasanya seram menakutkan.
Akhirnya mereka tiba didepan kuil kecil, pintu tertutup
rapat, Thlo Ping bawa mereka mutar kebelakang, terlebih dulu
dia melempar tiga batu secara beruntun, baru orang banyak
diajak turun dari punggung kuda melompati ragar tembok
masuk kedalam kuil.
Kecuali sebuah ruang pemujaan, kuil kecil ini hanya punya
dua kamar kecil, dari kamar sebelah kanan keluar dua pemuda
berpakaian ringkas, mendadak melihat kedatangan Llok Kiamping
dan lain-lain, semula mereka terperanjat dan
melenggong, akhirnya mereka berjingkrak girang dan
menyambut dengan terisak: 'ciangbunjin, akhirnya kau
pulang." buru-buru mereka berlutut.
Lekas Llok Kiam-ping papah mereka bangun terus beranjak
ke dalam kamar. Dilihatnya Ginji^tay-beng duduk miring
membelakangi dinding diatas ranjang, kedua matanya
terpejam, dadanya tampak turun naik dengan keras, wajahnya
yang kurus pucat tampak kuyu, deru napas yang tersengal
diselingi rintih a n, jelas lukanya teramat parah, untung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lwekangnya cukup tangguh, sekuatnya dia masih bisa
menjaga Hiat-to penting diatas tubuh sehingga luka-luka tidak
tambah parah jantungpun terlindung, walau sekarang sudah
merasa tak tahan lagi, namun otaknya masih sadar,
mendengar suara keributan diluar, mendadak dia membuka
mata. begitu membentur wajah Llok Kiam-ping, sekujur badan
mendadak mengejang, mulutnyapun melengking: "ciangbun...
' orang nyapun roboh keringat sebesar kacang bertetesan.
Luka dalam Gin-j^ay-beag memang teramat parah.
napasnya jug a tinggal satu-satu kini melihat Llok Kiam-ping
mendadak muncul seperti jatuh dari langit, saking kaget dan
girang, hawa murni yang ditahan-tahan selama inipun buyar
seketika, kontan dia jatuh pingsan-
Llok Kiam-ping memburu keping gir ranjang, dengan
kencang dia pegang kedua tangan Ginjutay-beng yang kurus
kering, katanya berlinang: "Yu-huhoat, kenapa kau ? Tak usah
sedih, semua terjadi karena kecerobohanku, sehingga markas
kosong membuat kau dan orang banyak menderita"
Kedua tangannya segera bekerja cepat dan telaki jarinya
menutuk beberapa Hiat-to ditubuh Giniji-tay-beng, sesaat
kemudian dia mulai mengurut dan memijat, pengobatan yang
dilakukan berlangsung selama sebatang dupa terbakar habis,
barulah Giniji-tay-beng mulai bergerak dan siuman, matanya
berlinang air mata menatap Llok Kiam-ping, katanya setelah
menghela napas: "Aku memang tidak becus, sehingga markas
jatuh ke tangan musuh, aku malu terhadap ciangbun dan para
kawan-.. " suaranya makin lirih akhirnya dia tertidur pulas.
Kebetulan si gede Siang Wi sedang melangkah masuk dari
luar, matanya kelihatan masih ng antuk, berjalan masuk
sambil kucek- kucek. mendadak melihat d id a la m kamar
banyak orang, seketika dia terbelalak. bila melihatjelas
kehadiran Llok Kiam-ping, seperti ketiban rejeki saja
mendadak dia berjingkrak seraya menubruk kedepan ranjang
dengan kedua lengan yang kekar dia memeluk Kiam-ping
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serta berteriak girang: "Bocah cilik, akhirnya kutemukan kau
lagi, Marilah, cepat kau beri aku makan, selama beberapa hari
ini aku sudah kelaparan " lalu dia pegang tangan Llok Kiamping
diseret keluar.
Kiam-ping kewalahan terhadap bocah gede yang goblok ini,
setelah mengeringkan mulutnya baru dia berhasil membujuk si
gede. Kedua pemuda itupun ikut masuk serta memberi
penjelasan keadaan di sini selama ini. Ternyara setelah pindah
kekuil ditengah hutan ini. karena harus merahasiakan, maka
siapapun tidak boleh sembarang a n keluar, hanya Tho Ping
seorang yang ditugaskan keluar dengan menyamar untuk
menyirapi berita dan menunggu kedatangan Llok Kiam-ping
yang lain setapakpun tak boleh keluar pintu. Makanan
merekapun hanya binatang buruan, buah buah atau burung
yang dipanggang, jadi mengalami kehidupan seperti manusia
purba.
Sungguh bukan kepalang perih hati Llok Kiam-ping, lakas
dia keluarkan dua kelopak Soat-lian, masing-masing untuk
Giniji-tay-beng dan Siau Hong. Kiam-ping angkat Ginjutaybeng
serta dibalik tidur tengkurap. sambil kerahkan hawa
murni dike dua lengan beruntun dia menutukpula puluhan
Hiat-to disekujur badan Gin-j^ay beng^ Terakhir dia menarik
napas panjang menghimpun hawa murni serta meng
konsentrasikan pikiran, ke dua telapak tangan menekanBingbun-
hiat Ginju^ay-beng, serangkum hawa murni merembes
kebawah orang tua itu.
Setanakan nasi kemudian wajah Ginij.^ay-beng yang putih
mulai semu merah, napasnya juga mendesau berat, mulutnya
merintih. Llok Kiam-ping juga menarik napas lega, sekujur
tubuhnya basah kuyup oleh keringat, segera dia duduk samadi
memulihkan tenaga, beberapa kejap lagi dia membuka mata
lalu beranjak turun masuk kekamar sebelah, dlmana Siau Honjuga
sedang rebhah diatas ranjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu pandangannya membentur tubuh Siau Hong
seketika hatinya mencelos, sesaat lamanya dia berdiri
melenggong didepan ranjang.
Lekas Thi-pi-kim-to Tan Kian-tay bertanya: "Kenapa
ciangbun, Bagaimana keadaan nona siau Hong, apakah masih
bisa ditolong ?"
Sedih suara Kiam-ping: "semula luka-lukanya tidak berat,
namun karena tak tahu cara menyalurkan tenaga
menyembuhkan luka, ketambah tertunda terlalu lama, hawa
racun dinc sudah merasuk ke isi perut, Soat-lian memang
berkhasiat dapat meng hidupkan jiwa orang yang hampir mati,
tapi karena terdesak oleh hawa beracun sehingga khasiatnya
tidak bisa bekerja. Sekarang dia perlu ditolong oleh seorang
dengan tenaga luar, mendesak keluar hawa beracun sekaligus
mendorong khasiat Soat-lian bekerja lebih tuntas cuma... "
sampai d is ini tampak dia bimbang dan tak berani
meneruskan-
Thi-pi-kim-to Tan Khian-that" cukup tahu dan maklum,
mendengar penjelasan Kiam-ping dia sudah tahu kesulitan si
pemuda, maka dengan tertawa dia berkata: "Kita adalah kaum
persilatan yang berkecimpung di Kangouw. segala sesuatu
hanya dituntut dengan kewajaran dan pengertian yang
mendalam, cukup asal dalam hati berpikir bersih dan
perbuatan gena h, lebih penting menolong orang daripada
persoalan tetek bengek, untuk ini harap ciangbunjin bisa
kesampingkan rasa malu, pikiran cabul segala.^ lalu dia suruh
orang banyak keluar pintu.
Kiam-ping berpikir sejenak, akhirnya dia barkeputusan.
Perlahan dia melucuti pakaian Siau Hong serta
merebahkannya telentang, waktu dia ulur tangan dan hampir
menyentuh dadanya, seketika dia merandek^ jari-jarinya
tampak gemetar. Lekas dia pejam mata tenangkan diri,
setelah perasaan tentram kembali dia turunkan kedua telapak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya, tapi begitu tanganya memegang payudara siau
Hong, gejolak jantungnya bertambah keras pula.
Maklum sebesar ini usianya kapan pernah bersentuhan kulit
tubuh dengan lawan jenisnya, meski Siau Hong adalah teman
baiknya sejak kecil, tapi selama ini dia menganggapnya
sebagai adik saja, hubungan selama ini cukap wajar dibatasi
norma-norma susila cinta kasih seorang kakak terhadap adik
perempuannya, belum pernah terpikir soal cinta, apalagi
kepersoalan se^.
Keadaan sekarang berbeda. untuk membuka beberapa
Hiat-to ditubuhnya yang buntu serta menyalurkan tenaga
dalam sendiri kebadan orang, terpaksa dia harus menyentuh
malah menjamah tubuh Siau Hong yang montok kenyal ini,
kalau terlambat sejenak lagi jiwa siau Hong mungkin tak bisa
ditolong lagi. Terbayang betapa lincah danjenakanya S:au
Hong diwaktu kecil, timbul rasa kasih sayangnya yang tebal,
maka dia tenangkan pikiran, namun jantungnya masih
berdebar. Maklum kulit badan yang halus putih sebersih
batujade dengan sepas ana buah dada yang kenyal dan
menantang, tercium pula bau perawan, karuan Kiam-ping
seperti mabuk dibuatnya.
Akhirnya Kiam-piang gigit bibir dan menarik napas panjang,
setelah tenaga terhimpun, dia salurkan tenaga murni dari
pusar ketelapak tangan, mulai dia menutuk tiga puluh enam
hiat-to ditubuh siau Hong, lalu dimulai pijat dan urut pula,
gerakan kedua tangannya makin lama makin cepat, sekujur
badan Siau Hong mulai gemetar seiring dengan gerakan kedua
tangannya.
Sesulutan dupa kemudian, kepala Kiamping sudah
terbungkus uap putih, keringat gemerobyos,jelas dalam usaha
menolong jiwa Siau Hong ini dia terlalu makan tenaga,
Beberapa kejap lagi tampak uap hitam yang bau amis mulai
merembes keluar dari pori-pori kulit Siau Hong lambat laun
warna hitam berobah hijau lalu menjadiputih. Di sinilah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelihatan usaha karya Llok Kiam-ping ternyata tidak kepalang
tanggung. Untuk membalas luhur budi sahabat diwaktu
kecilnya ini, tanpa segan-segan dia rela mengorbankan tenaga
murni sendiri untuk menjebol Ki-keng-pat-meh ditubuh Siau
Hong sehingga jalan darah dan urat nadi yang buntu terjebol
seluruhnya.
Siau Hong sendiri mimpi juga takpernan terpikir, karena
kecelakaan kali ini dia memperoleh rejekipula, disamping
memperoleh bantuan khasiat Soat-lia n, saluran tenaga Kiamping
menembus Ki-kong-pat-meh nya, sehingga tenaga
dalamnya maju berlipat ganda.
Kira-kira sejam kemudian, paras Siau Hong sudah teratur,
matanya mulai bergerak ternyata dia sudah siuman-
Yang terasa pertama kali adalah sekujur badan dingin,
waktu dia membuka mata ternyata pakaian sendiri sudah
dilucuti, sepasang telapak tangan ternyata sedang menekan
kedua payudaranya, hawa hangat terasa tersalur dari telapak
tangan orang karuan kagetnya bukan kepalang, seketika
matanya mendelik.
Seketika rasa malu dan gusar merangsang hatinya, sekujur
badan seketika mengigil, namun setelah dia melihat jelas
pemuda yang berusaha menolong jiwanya ternyata adalah
sang perjaka yang selama ini dirindukan, legalah hatinya,
namunjantung berdebar lebih keras. Selebar mukanya merah
jengah, dengan perasaan malu dia melirik kearah Llok Kiamping
lalu memejam mata pula.
Saluran tenaga murni Kiam-ping saat itu sudah mencapai
saat-saat yang paling kritis, kuatir konsentrasi buyar,
usahanya bukan saja gagaljiwa si nonapun mungkin bisa
amblas maka dia lebih giat salurkan tenaganya, uap putih
diatas kepalanya seperti bergolak turun naik, jelas dia sendiri
sudah teramat payah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hawa beracun dingin dalam tubuh Siau Hong sudah
merembes keluar seluruhnya, sekujur badan terasa segar dan
enteng, pikiran jernih pula. Dia maklum pujaan hatinya sedang
salurkan tenaga murni sendiri membantupenyemhuhan
badannya yang keracunan, disamping diapun rasakan Ki-kengpat-
meh dalam tubuhnya sudah tembus. Karuan rasa senang
bukan kepalang, hatipun manis mesra pula.
Bila dia melihat wajah Kiam-ping tampak pucat dengan
keringat bertetesan, sepasang bola matanya yang bundar jeli
seketika berkaca-keca air mata, saking haru dia sampai
menangis.
Saat itulah Kiam-ping sudah menarik kedua tangannya
serta menarik napas panjang, beberapa kejap lagi dia duduk s
a mad i, akhirnya diapun membuka mata dan berdiri.
"Ping-ko," panggil Siau Hong lirih dan mesra. Langsung dia
menjatuhkan diri kedalam pelukan Kiam-ping sambil
sesenggukan-
Maklum tubuhnya yang masih perawan, suci bersih telah
terjamah oleh lelaki pujaan hatinya ini, maka selama hidup ini
dia tidak akan menikah dengan orang lain-
Rasa rindu dan cintanya yang terbenam selama beberapa
hari ini, sekarang meledak tertuang dalam isak tangisnya,
pelukannya semakin kencang, raut wajahnya yang kurus pucat
terbenam d id a la m dada Llok Kiam-ping.
Llok Kiam-ping sendirijuga tidak kuasa membendung
perasaan, tiba-tiba dia tarik dagu Siau Hong hingga tengadah
bibir orang terus dilumatnya dengan bernafsu, Siau Hong
mengeluh perlahan penuh kenikmatan, diapun balas
merangkul lehernya, begitulah kedua muda mud i ini sama
melepas rindu selama ini dalam peluk cium yang manis mesra.
Untunglah Kiam-ping masih kuat menguasai diri, mendadak
dia tersentak sadar, tanyanya perlahan dengan napas
memburu" "Siau Hong, bagaimana perasaanmu sekarang ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mata Siau Hong setengah terpejam seperti masih
menikmati sisa-sisa kemesraan barusan, segera dia
mengangguk. setelah menarik napas panjang baru dia bicara:
"Pingko, sekali pergi selama itu kau tidak pulang, aku
menunggumu d elna n tersiksa, hampir gila rasanya. Kwi-hunceng
sudah jatuh ketangan kawanan iblis, selanjutnya aku tak
puny a rumah lagi. Ping-ko selanjutnya mau hidup diujung
langit atau berkelana di Kangouw^ hanya kaulah tulang
punggungku, kemana kaupergi aku akan selalu berada
disampingmu .. -. "terbayang akan nasibnya, seketika dia
terisak sedih.
Kiam-ping merasa iba, maka dia memeluknya pula serta
menciumi rambut, mata, hidung lalu dilumatnya pula bibir Siau
Hong. cukup lama mereka tenggelam dalamperpaduan cinta
murni, akhirnya Kiampingpula mengakhiri ciumanpanjang itu,
katanya:
"ceritanya amatpanjang, nanti kuceritakan, kau baru
sembuh, badan masih lemah, perasaan tidak boleh diburu
nafsu, selanjutnya kau harus melegakan hati, Siau Hong asal
kau...", selanjutnya tidak kuasa dia melanjutkan-
Perasaannya sekarang serba kontras, dengan Le Bun dia
sudah sumpah setia sehidup semati, mana boleh dia
mengabaikan cintanya terhadap Le Bun ? Tapi keadaan
memaksa d la berbuat drm.ikian apalagi Siau Hong disamping
harus dikasih ani. jug a amat mencintai dirinya, jiwanya yang
polos dan suci serta agung pula, kini hidup sebatang kara. lalu
bagaimana dirinya harus mengatur persoalan ini? Soal cinta,
tokoh besar siapapun memang akan merasa pelik bila
menghadapi soal asmara.
Setelah bimbang beberapa saat, akhirnya Llok Kiam-ping
bekeputusan secara diam-diam. soal ini sementara biar
ditunda dan dikesampingkan sampai d is ini, biar bagaimana
perkembangan selanjutnya. Setelah dibujuk rayu dengan kataTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
kata manis, baru Siau Hong menghentikan isak tangisnya dan
tertawa manis.
Diluar pintu terdengar langkah orang mendatangi, lekas dia
mendorong Llok Kiam-ping terus mengenakan pakaian- Kejap
lain mereka sudah membuka pintu melangkah keluar kamar.
Ditengah ruang pemujaan kuil kecil ini, duduk berkeliling
belasan orang. laki perempuan- tua muda bercampur, mereka
duduk bersila tanpa bersuara, wajah mereka tampak prihatin
seolah-olah perasaan mereka tertekan dan memikul suatu
kekuatiran yang tidak kepalang tanggung. Mereka bukan lain
adalah ciangbUnjin Hong-lu^-bun Llok Kiam-ping dan lain-lain
sedang berunding cara bagaimana selanjutnya mereka akan
menghadapi musuh.
Dengan suara berat tertekan Llok Kiam-ping buka suara:
"Yang hadir di sini semua adalah insan persilatan yang gagah
berani, menempuh perjalanan jauh drm.i berjuang untuk
kepentingan Hong-lui-bun kita, beberapa dlantaranya belum
menjadi anggota secara formil, tapi bolehlah kuanggap
sebagai salah satu tenaga militan dari orang kita sendiri."
sampai di sini dia berhenti menyapu pandang hadirin lalu
melanjutkan, "Aku sendiri masih hijau dan kurang becus
hingga kita disergap musuh, anggota kita banyak yang
menjadi korban atau melarikan diri untuk ini aku sungguh
merasa malu dan menyesal. Kini musuh sedang melebarkan
sayapnya dengan seluruh kekuatannya sedang mencarijejak
kita, bila perlu kita akan diganyang habis dengan keaka rakarnya.
Maka aku berpendapat daripada kita duduk di sini
menunggu kematian, lebih baik kita menempuh jalan bahaya,
kemungkinan masih ada kesempatan merebut posisi yang
lebih baik. Tapi kekuatan musuh amat besar, kurang
menguntungkan kalau kita melawan secara kekerasan, maka
kita harus mencari akal yang sempurna, kita harus bersatu
pada siap bertempur sampai titik darah terakhir. Yakin kita
akan berhasil mengusir penjajah dari markas pusat kita di KwiTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
hun-ceng. Dikalangan Kaugouw pengalaman kalian cukup
luas, yakin pasti dapat ikut menyumbangkan pikiran untuk
memecahkan kesulitan ini, sehingga kita berhasil merebut
situasi,"
Tan Kian-thay angkat bicara: "Kekuatan musuh tersebar
rata, pertama kita harus mencari tahu keadaan musuh lebih
dulu, baru kita bersiap menyergapnya, secara bergerilya,
lambat tapi pasti usaha kita akan membawa pengaruh dan
hasil yang besar, tahu kekuatan lawan baru bisa mengukur
kekuatan sendiri. setiap bertempur pasti menang."
Gin-jintay-beng ikut buka suara: "Menurut laporan yang
diperoleh belakangan ini, Ham-ping-klong sudah kerahkan
seluruh kekuatannya hijrah ke selatan, disamping mereka
menggaruk pula tidak sedikit jago-jago kosenBulim didaerah
ini, tujuannya jelas hendak bersimaharaja di sini. Dalam arena
seluas beberapa li disekitar Un-ciu tersebar mata-mata
mereka. Tapi sejauh ini Ha m-ping-lo-mo sendiri belum pernah
terlihat
Jikalau musuh terlalu tangguh, sepantasnya kita juga
mencari bala bantuan." demikian usul Tan Thian-thay.
Tapi urusan sudah mendesak, Llok Kiam-ping sudah tidak
bisa mengulur waktu lagi, katanya dengan mengerut alis:
"Markas pusat tidak boleh lama diduduki kawanan tikus
sayang coh-huhoat, Lo-kokoJian-li-teksheng dan Suma
Samtejuga belum datang, jikalau tidak tahu keadaan di sini
mereka menyerempet bahaya menyerbu kemarkas dan kena
sergap. bukankah pengorbanan mereka sia-sia? oleh karena
itu aku berpendapat selekasnya kita harus bergerak lebih
menguntungkan-
Pi-lik-jiu ciu Khay memang berangasan, sudah setengah
hari dia diam dengan rasa sebal, sekarang dia angkat bicara:
"Betul, urusan tidak boleh ditunda, meski kita harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengorbankan jiwa juga harus merebut kembali Kwi- hung-
Ceng."
Mulut si gede Siang Wijuga tidak mau menganggur,
serunya: 'Marilah kau menjadi pelopor bersamaku. Terus
terang kulit badanku tebal, tidak takut ditutuk atau dipukul, Ha
m-ping- elang iblis tua itupun kuat kuhadapi beberapa kali."
pada hal di luar tahunya bahwa dia hanya keserempetsaja
oleh Ha m-ping- elang iblis tua, kalau tidak Gin-jintayhengjuga
tidak akanterluka separah itu, jika la u pukulan orang telak
mengenai tubuhnya. jiwanya pasti sudah melayang. Dasar
orang jujur, dalam hati ingin melakukan, setelah dikatakan
maka kita segera menarik lengan ciu Khay terus diseretnya
keluar. Lekas Kiam-ping mencegah, katanya:
'Kalian begini gagah bersemangat membantu kepentingan
kita, cayhe sungguh kagum dan haru, namun urusan ini
betapapun tidak boleh diurus secara gegabah, harap
persoalan dirundingkan dulu, setelah ada putusan konkrit baru
kita bertindak."
Gin-jintay-berg tidak sabar lagi, kata nya penuh kebencian:
"ciangbun, bahwa Kwi-hun-Ceng jatuh ketangan musuh
lantaran aku tidak becus mempertahankannya, umpama d is
ana ada gunung golokjuga akan kupertaruhkanjiwa tuaku ini
untuk merebutnya kembali."
Melihat betapa besar semangat juang para hadirin, sukar
dilukiskan dengan kata-kata, saking haru air matanya
bercucuran, tapi segera dia menyentak semangat dan berkata
dengan tertawa: "Kalian begini gagah berani, ini merupakan
keberuntungan Hong-lui-bun kita, namun urusan memang
tidak boleh ditunda, padahal mata- mara musuh tersebar luas,
maka kalian harus bergerak secara rahasia dan hati-hati.
MenurutpendapatkuTan-losu dan lain-lain yang belum pernah
muncul dipihak Hong-lui-bun kita masih dapat bergerak bebas,
Thi Ping boleh memimpin kalian berangkat langsung ke Un-ciu
lewatjalan raya, sepanjang jalan harus perhatikan jejak cohTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
huhoat danJian-li-tok-heng, bila perlu segera mengadakan
kontak dengan mereka. Sementara cayhe bersama Yu-huhoat
dan lain-lain akan berputar lewatjalan pegunungan langsung
menuju ke Kui-hun-ceng." lalu dia mohon perdapat hadirin
yang lain- Ternyata hadirin setuju akan rencananya secara
mutlak.
"Begitupun baik," ucap Tan Kian-thay, tapi sebelum masuk
perkampungan sebaiknya kita menjanjikan suatu tempat lebih
dulu untuk mengumpulkan kekuatan, supaya kekuatan tidak
terpencar.'
"Baiklah drmikian. kita akan kumpu1 di hutan buah pir
diluarpintu timur kota Un-ciu." kembali Llok Kiam-ping
memberikan putusan.
Setelah rapat usai dan orang banyak bubaran, Thlo Ping
bersama Tan Kian-thay bertiga masuk kekamar
mempersiapkan diri dandan dengan s a mara n bentuk lain,
mengingat kuda tunggangan bisa menarik perhatian, maka
mereka pun berjalan kaki, langsung menuju ke ceng-dian lebih
dulu.
Sementara itu Llok Kiam-ping juga sudah mempersiapkan
diri, tengah malam nanti merekapun akan berangkat, Semula
dia kuatirkan kesehatan Siau Hong maka dia membujuknya
supaya tinggal disini merawat kesehatan, tapi Siau Hong
sudah bertekad untuk ikut, apapun dia tidak mau tinggal. Apa
boleh buat terpaksa Kiam-ping membawanya.
Marilah kita ikuti d ulu perjalanan Tan Kian-thay berempat
yang berjalan kaki, kira-kira menjelang magrib hari kedua,
mereka sudah memasuki keresidenan ceng-dian-Begitu masuk
kota lantas mereka dapatkan pada setiap sudut atau tempattempat
gelap pasti terdapat beberapa lelaki kekar berwajah
bengis, dengan pandangan^ melotot mereka awasi setiap
orang yang berlalu lalang didepannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebagai kawakan Kangouw sudah tentu Tan Kian-thay tahu
akan situasi yang genting ini, diam-diam dia memberi lirikan
mata kepada ketiga temannya, dengan kalem mereka terus
maju kedepan tanpa hiraukan keadaan sekelilingnya.
Disebuah ujung jalan sekilas dia melirik. dilihatnya
agakjauh dibelakang dua bayangan sedang menguntit.
Batinnya: "Kawanan tikus ini berani menguntit terangterangan,
biarlah nanti akan kuberi tanda mata diatas
tubuhnya."
Diam-diam dia memberi kisikan kepada ketiga temannya
untuk tahan dan bertindak menurut gelagat, dengan tenangtenang
mereka terus maju kedepan, namun langkah
dipercepat, tujuannya keluar kota.
Lekas sekali mereka berada ditempat yang sepi dan
sekelilingnya adalah tanah tega la n yang penuh semak
belukar, Tan Kian-thay saling berbisik dengan Pi-lik-jiu,
mendadak dia menyelinap sembunyi d .bela kang sebuah
pohon, sementara tiga orang yang lain terus jalan kedepan-
Sekali lompat pula dia menyelinap masuk hutan-
Kebetulan jalan disana lurus setelah tiba di ujung belokan,
kedua orang dibela kang itu mempercepat langkah hingga
jarak menjadi lebih dekat, karuan mereka heran dan berteriak
kaget: "Eh, memangnya kita lihat setan, tadi jelas empat
orang. kenapa dalam sekejap ini hanya tinggal tiga,
memangnya yang satu menyembunyikan diri ?"
"Kurasa dia tidak akan larijauh, Lo-llok, lekas kau kejar
kearah sini, biar aku berputar ke sana menempuh j a la n
pendek mencegat disebelah d-pan," Tapi sebelum mereka
bergerak tiba-tiba sebuah tawa dingin disusul seorang
berkata:
"Kenapa harus putar kayun membuang tenaga. Tuan
bersama sudah menunggu kedatangan kalian-" .
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Remaja Ngentot Silat : Hong Lui Bun 2 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Remaja Ngentot Silat : Hong Lui Bun 2 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/08/cerita-remaja-ngentot-silat-hong-lui.html?m=0,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Remaja Ngentot Silat : Hong Lui Bun 2 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Remaja Ngentot Silat : Hong Lui Bun 2 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Remaja Ngentot Silat : Hong Lui Bun 2 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/08/cerita-remaja-ngentot-silat-hong-lui.html?m=0. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar