Cerita Silat Seru Online : Bangau Sakti 1

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Rabu, 28 Desember 2011

Description: Cerita Silat Seru Online : Bangau Sakti 1 Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: Cerita Silat Seru Online : Bangau Sakti 1Cerita Silat Seru Online : Bangau Sakti 1

Bangau Sakti
Karya Chin Tung
Judul Asli : Sin Hok Sin Cin

Di antara kebun raya To Hoa Goan di sebelah Utara
propinsi Hunan, ketika bunga-bunga Bwee sedang mekar nya,
tiba-tiba keluarlah dari hutan pohon-pohon Bwee tersebut
seorang gadis yang berpakaian merah dan memegang seikat
bunga-bunga Bwee di tangan kirinya. Gerakannya sangat
lincah ketika ia berjalan dari hutan pohon-pohon Bwee itu
menuju ke tepi sungai Gadis itu berparas cantik, dan

pakaiannya yang dari sutera merah itu menyebabkan lebih
cantik lagi kelihatannya,
Setelah ia tiba di tepi sungai dipetiknya beberapa tangkai
bunga-bunga Bwee yang sedang dipegangnya dengan tangan
kirinya dan dilemparkannya ke dalam sungai yang mengalir
dengan sangat derasnya itu. Pada saat itu dari hulu sungai
datanglah sebuah perahu dengan laju sekali karena didorong
oleh arus air yang deras itu.
Di atas perahu itu berdiri seorang pendeta yang berusia
enam puluh tahun lebih, berjubah abu-abu, dengan wajah
yang menampakkan kemurahan hatinya, setelah melihat
pendeta itu, dengan tegas gadis itu berseru dengan suara
yang nyaring: "Suhu (guru)..." lalu melemparkan seikat bungabunga
Bwee ke dalam sungai ia menghantamkan ujung jari
kakinya ke tanah, dan secepat kilat meloncatlah ia ke atas
perahu itu setelah menyentuh terlebih dahulu dengan ujung
jari kakinya, ikatan bunga-bunga yang terapung di atas sungai
ia meloncat dari tepi sungai ke samping pendeta itu dengan
gesit sekali pendeta tua itu tertawa dan berkata: "Gadis
berusia tujuh belas tahun, mengapa demikian nakalnya!" Lalu
diambilnya jangkar besi dan dilemparkannya ke tepi sungai.
Tenaga pendeta tua itu betul-betul amat menakjubkan,
karena baru saja gadis itu berada di sampingnya, jangkar besi
itu telah dilemparkannya ke tepi sungai dan terpancang di
dalam tanah di tepi sungai itu, Lalu dengan mengibaskan
lengan bajunya, pendeta tua itu meloncat ke tepi, walaupun
jarak dari perahu ke tepi sungai itu masih lima depa lagi
jauhnya.
Setelah berada di tepi sungai, pendeta tua itu melihat
bahwa gadis itu juga ingin meloncat ke tepi sungai, Rupanya
gadis itu kurang cukup mengeluarkan tenaganya Agaknya ia
akan kecemplung ke dalam sungai, akan tetapi lekas
dibentangkannya kedua lengannya ke atas, dan ia pun
melonjak ke atas lalu mendarat di samping pendeta tua itu!
Sambil tertawa ia berkata: "Suhu, bagaimana pendapat Suhu
tentang ilmu burung walet terbang di udara?" pendeta tua itu

menyahut sambil tersenyum: "Kau telah peroleh kemajuan
Tetapi tenaga yang kau curahkan masih kurang, Jika kau
berada di dalam kepungan musuh, loncatan serupa tadi itu tak
akan berhasil untuk membebaskan dirimu dari kepungan
Mendengar celaan itu gadis tersebut rupa-rupanya tidak
gembira, dan ia diam tidak bicara lagi Si pendeta tua
mengerutkan keningnya, dan berpikir "Aku tak dapat
memanjakannya terus-menerus, Ada baiknya aku cela ia pada
kesempatan ini agar ia dapat mengerti maksud baik dari
celaan itu, Jika sifat kepala batunya telah dapat dibasmi, maka
mudahlah bagiku untuk mengajarnya Jika aku melihat
parasnya yang cantik dan sikapnya yang menawan hati, aku
teringat akan ibunya pada tiga puluh tahun yang lalu dan aku
menjadi sedih, Tak sampai hatiku mencelanya lagi" Dan
dengan tak disadarinya, berkatalah ia dengan suara rendah:
"Loan Jie, mari sini!"
Gadis yang sedang menahan kemarahannya itu menoleh
ke arah pendeta tua itu ketika mendengar teguran itu, ia
melihat mata pendeta tua itu berlinang-linang. Terkejutlah ia
dan cepat-cepat ia berlutut di hadapannya Sambil menangis ia
berkata: "Suhu, jangan marah, Loan Jie tak akan bersikap
angkuh lagi terhadap Suhu, Mohon Suhu sudi memaafkan."
Pendeta tua itu lalu mengangkatnya sampai berdiri dan
berkata sambil tersenyum: "Hian Ceng Totiang dari kuil San
Ceng Koan adalah salah seorang dari ketiga guru-guru partai
Kun Lun. ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoatnya tak ada
taranya di kolong langit Untuk melatih ilmu silatmu, aku telah
berjanji dengan dia untuk tukar menukar mengajar mu-ridmurid
masing-masing. ialah yang akan berhasil mempelajari
ilmu silat pedang tersebut agar kau sendiri dapat membalas
dendam ibu-bapakmu...." ia berhenti, mengerutkan keningnya,
dan tak bicara lagi ia terkenang lagi pada kisah yang lampau.
Si gadis merasa cemas melihat Suhunya tidak berbicara
lagi Dipegangnya tangan pendeta tua itu, dan dengan suara
yang ramah ia menghibur "Suhu, jangan bersedih hati lagi
Loan Jie telah berjanji tak akan menyedihkan Suhu lagi." ia

teringat suatu soal, dan bertanya: "Suhu, baru saja Suhu
berbicara tentang ibu-bapakku, Soal itu selalu menjadi buah
pikiranku, tetapi Suhu tidak sudi menceritakan tentang
kelahiranku Aku tak ingat sedikit pun tentang ibu-bapakku, jika
Suhu tidak menceritakannya, Loan Jie betul-betul merasa
sedih." Air matanya pun mengucur keluar dari kedua matanya.
Wajah pendeta tua itu menjadi sedih. Diusap-usapnya
rambut gadis itu dan berkata: "Soal itu akan kuceritakan juga
kelak kepadamu, Hanya waktunya belum tepat, Aku
menghendaki agar kau mempelajari ilmu pedang Hun Kong
Kiam Sut dulu dari paman gurumu Hian Ceng Totiang...."
Ketika pembicaraan mereka sampai di situ, pendeta tua itu
melihat seorang pemuda bertubuh tegap, berwajah tampan
dan berpakaian hijau berjalan keluar dari kebun pohon-pohon
Bwee, Dihampirinya pendeta tua itu, lalu sambil
membungkukkan tubuh memberi hormat, berkatalah ia:
"Guruku mengetahui bahwa Ngo KongSu Pek akan datang
menyambut Teecu tidak menduga Su Pek telah tiba."
Si pendeta tua berkata sambil tertawa: "Selama tiga bulan
Loan Jie mungkin telah berbuat kenakalan dan mengganggu
gurumu Ceng Siu."
Cepat-cepat pemuda itu menggoyangkan tangannya dan
menyahut: "Ceng Loan Sumoy sangat pintar dan cerdas, ia
telah mempelajari ilmu silat dari Ngo Kong Su Z Pek. Guruku
sering berkata bahwa kemajuannya di kemudian hari tak akan
terhingga, Teecu ini bodoh. Selama tiga bulan telah berlatih
silat bersama-sama Ceng Loan Sumoay, dan Teecu
memperoleh banyak manfaat dari-padanya, Bagaimanakah
dapat dikatakan ia mengganggu?" Si gadis mendengar ia
dipuji merasa gembira, dan wajahnya yang sedih tadi lenyap,
berubah menjadi berseri-seri. ia mengawasi pemuda itu, yang
tak berani mengawasinya kembali
Melihat sikap pemuda dan pemudi itu, pendeta tua itu
menarik napas dan berpikir "Setelah Loan Jie berjumpa

dengan pemuda ini, ia sering-sering mengajak aku datang ke
kuil San Ceng Koan dengan alasan memetik bunga-bunga
Bwee. Aku insyaf bahwa Loan Jie telah jatuh cinta pada
pemuda ini, jika aku ingat akan masa muda ku, aku pun
pernah menghebohkan karena asmara, Tetapi aku beruntung
dapat menjumpai seorang sakti, guna mempelajari ilmu silat
yang luar biasa. Ya... kisah-kisah yang lampau laksana
impian, Selama dua puluh tahun aku menjadi pendeta dan
sembahyang di hadapan Hut-cu, Tapi aku tak dapat
menghilangkan kenang-kenangan itu. Hampir tiap-tiap malam
aku berjumpa dengannya di dalam mimpi. Kini ia telah
meninggal dunia karena dicelakakan orang. Ketika ia hendak
menarik napas yang penghabisan ia mengatakan bahwa Loan
Jie adalah puterinya, Aku harus menjaga Loan Jie baik-baik
demi untuk kenang-kenangan...." Ketika itu keringat keluar dari
seluruh tubuhnya, Matahari pun sudah condong ke sebelah
Barat, dan melalui hutan pohon-pohon Bwee menyorot muka
Ceng Loan yang masih mengawasi pemuda itu. pendeta tua
itu pun mengawasi pemuda itu dan berpikir "Hian Ceng telah
pilih pemuda ini sebagai murid, sebetulnya pemuda ini luar
biasa. Hati Loan Jie yang cantik jelita telah tertawan padanya,
akan tetapi ia seakan-akaa tak tertarik pada Loan Jie!"
Pada saat itu pemuda berpakaian hijau itu
membungkukkan tubuhnya memberikan hormat lagi, dan
berkata: "Guruku telah menanti Su Pek (paman guru) di
kamarnya. Mohon Su Pek datang ke kuil." Si pendeta tua
menganggukkan kepalanya dan mereka bersama-sama
menuju ke kuil San Ceng Koan dengan jalan melalui hutan
pohon-pohon Bwee,
Ketiga orang itu baru saja berjalan beberapa tindak, tetapi
sekonyong-konyong terdengar oleh mereka suara jeritan yang
nyaring seperti juga seekor burung terluka dan menjerit-jerit
karena sakit dan sedih sehingga menyebabkan bulu roma
berdiri Ngo Kong Toa-su mengerutkan keningnya, dan Ceng
Loan beserta pemuda berpakaian hijau itu juga telah berhenti
dan berdiri tegak, jeritan itu kedengaran makin lama makin
dekat.

Ketika suara jeritan tersebut berhenti, terdengar oleh
mereka suara senjata yang saling beradu seakan-akan dua
orang sedang bertarung dengan menggunakan senjata tajam.
Pemuda yang berpakaian hijau mengerutkan kening dan
berpikir: "Tempat di luar kuil San Ceng Koan maupun di tepi
sungai Goan Kang senantiasa aman dan tenang, Suara itu
rupanya dari tepi sungai Masa perampok-perampok berani
datang ke sini dan merampok para saudagar yang kebetulan
lewat di sini Aku harus pergi menyelidiki Lalu ia lari ke tepi
sungai
Ceng Loan masih saja dimabuk asmara, dan setelah
melihat pemuda itu lari ke tepi sungai, ia pun tak dapat
menahan diri ia berseru-seru: "Bee Suheng, tunggu aku! Kita
pergi bersama-sama!"
Si pemuda berhenti sejenak menunggu Ceng Loan yang
berseri-seri wajahnya Tepat pada saat itu, di jalan hutan
pohon-pohon Bwee lari keluar seorang yang bertubuh besar
dengan berlumuran darah, ia memegang sebuah golok besar,
dan di belakangnya mengejar dua orang, Ketiga orang itu
pesat sekali larinya, dan sudah hampir mendekati Ceng Loan
dan pemuda berpakaian hijau itu.
Orang yang mengejar paling depan mengeluarkan pisau
perak dan melemparkannya ke punggung orang yang
dikejarnya itu. Meskipun sudah luka dan kena senjata rahasia,
orang yang dikejar itu masih berusaha lari secepat-cepatnya.
Ketika melihat si gadis dan si pemuda, orang yang dikejar itu
berteriak: "Lekas-lekas panggil kepala kuil San Ceng Koan!"
Pada saat itu ia berteriak, ia telah tertangkap, dan dipukul
oleh kedua orang yang mengejarnya, Orang yang bertubuh
besar itu tak dapat bertahan lagi ia jatuh ke tanah, dan darah
mengalir keluar dari mulutnya,
Pemuda berpakaian hijau yang menyaksikan dahsyatnya
tinju-tinju kedua orang yang mengejar itu, juga terkejut ia telah
mendengar orang yang jatuh itu menyuruhnya lekas-lekas

memanggil kepala kuil San Ceng Koan, gurunya, ia menduga
bahwa orang itu ada hubungannya dengan gurunya.
Dengan tidak memikirkan akan akibatnya, ia meloncat dan
berdiri di hadapan orang-orang yang sedang memukul orang
yang bertubuh besar itu, Kedua pengejar-pengejar itu telah
melihat bahwa orang yang bertubuh besar itu telah kena jarum
Liong Si Cin (kumis naga) dan tinju Pai San Cong
(menggempur gunung), dan yakin orang itu tak akan dapat
melarikan diri lagi Mereka berhenti memukul dan menghadapi
pemuda itu.
Pemuda yang berpakaian hijau bernama Bee Kun Bu. ia
adalah murid kesayangan Hian Ceng Totiang dari kuil San
Ceng Koan, dan Hian Ceng Totiang adalah salah seorang dari
ketiga guru-guru partai Kun Lun yang termasyhur dengan ilmu
pedang Hun Kong Kiam (memancarkan sinar) dan ilmu silat
tinju Tian Kang Cong (meninju bintang-bintang di langit) di
kalangan Bu Lim, Bee Kun Bu telah tinggal bersama gurunya,
Hian Ceng Totiang selama dua belas tahun dan telah
mempelajari hampir semua ilmu silat partai Kun Lun.
Dengan berdiri tegak Bee Kun Bu mencegah kedua orang
itu. Ketika ia mengawasi wajah kedua orang. itu, ia pun
terkejut ia melihat bahwa kedua orang itu berusia lebih dari
lima puluh tahun, Yang seorang mempunyai alis mata yang
merupakan huruf M, matanya berbentuk segi tiga, mukanya
hitam di sebelah kiri dan putih di sebelah kanan, dan
rambutnya hanya tiga dini panjangnya.
Yang seorang lagi, mukanya agak putih, akan tetapi pucat
pasi seperti mayat dan berkumis kuning, Keduanya berjubah
kain goni dan bersandal kain goni pula, Pada umumnya rupa
keduanya membangkitkan perasaan seram!
Ceng Loan melihat Bee Kun Bu maju seorang diri, merasa
khawatir kalau-kalau ia tak dapat meladeni kedua orang itu. ia
meloncat maju, tetapi ketika melihat rupa kedua orang itu, ia
pun merasa seram!

Lalu orang yang bermuka belang itu bertanya dengan
mengejek: "Kamu ini, pemuda dan pemudi, apakah
hubunganmu dengan kuil San Ceng Koan? Ayo! Lekas-lekas
enyah! jangan merintangi kami!"
Bee Kun Bu sangat waspada, karena ia tadi telah
menyaksikan betapa dahsyatnya tinju kedua orang itu, ia
menduga, bahwa kedua orang ini, jika bukan perampokperampok
besar, tentunya jago-jago silat Sebelum ia
memperoleh sesuatu keterangan ia pun tidak ingin mencari
kerusuhan, Apalagi kedua orang itu bukan musuhnya. ia
bermaksud merintangi perbuatan kejam dari kedua orang itu
dengan jalan memberi peringatan, sambit mengulur waktu
sampai gurunya datang.
Lalu dengan suara rendah ia berbisik pada Ceng Loan:
"Loan Sumoay, kau lekas-lekas pergi minta Su Pek datang."
Ceng Loan menganggukkan kepalanya, lalu lari memanggil
Suhunya, Kemudian sambil membungkukkan tubuh, dengan
ramah Bee Kun Bu berkata kepada kedua orang yang ganjil
itu: "Hamba adalah murid dari San Ceng Koan, Hamba ingin
mengetahui nama-nama kedua Bapak ini, agar hamba dapat
menyampaikan kepada guru hamba, bahwa ada tamu-tamu
datang."
Kedua orang ganjil itu telah menerka maksud Bee Kun Bu,
dan dengan tertawa si muka belang mengejek: "Kau ini
banyak akal. Apakah kau kira dengan menggunakan nama
Hian Ceng Totiang kau dapat menakut-nakuti kita?!" Belum
lagi selesai ia bicara, si muka pucat meneruskan: "Lote,
mengapa kau banyak bicara." Lalu ia menerkam orang yang
bertubuh besar yang menggeletak di tanah, Bee Kun Bu tak
dapat menyabarkan dirinya.
Dengan menggunakan ilmu tenaga dalamnya,
dirintanginya si penerkam dengan ilmu Heng Kang Cai Tou
atau melangkah lebar untuk mengambil bintang, "Buk!"
terdengar suara dari dua tenaga yang beradu! Tubuhnya Bee
Kun Bu terdorong mundur lima atau enam kaki, dan tubuhnya
si muka pucat, yang tidak menduga lihaynya Bee Kun Bu, juga

terdorong mundur tiga atau empat kaki, Bee Kun Bu merasa
kepalanya pusing, akan tetapi ia masih dapat melihat bahwa
orang yang telah terluka dan menggeletak di tanah itu
terguling-guling tujuh atau delapan kaki jauhnya, Dengan
kedua matanya terbelalak, dan darah mengalir keluar dari
hidung dan mulutnya Kedua orang-orang ganjil itu menyerang
lagi dari kiri dan kanan, dan si muka belang membentak: "Kau
ini mau mati! jangan menyalahkan kami kejam!" Baru saja Bee
Kun Bu dapat merasakan, bahwa ia tak dapat melawan si
muka pucat, bagaimanakah sekarang ia dapat melawan
mereka berdua? ia bertekad untuk melawan terus, karena ia
ingin mengetahui barang apakah yang hendak mereka ambil,
dan ia menduga bahwa barang itu tentu ada hubungannya
dengan gurunya, Maka ketika ia diserang oleh kedua orang
itu, dibentangkannya kedua lengannya dan menangkis dengan
sekuat tenaga, Baru saja ia mementangkan kedua lengannya,
terdengar olehnya suara orang berseru: "Kun Bu! Lekas
mundur! Apakah kau tidak sayang dengan jiwamu?!"
Mendengar seruan itu, Bee Kun Bu buru-buru menarik kembali
kedua lengannya, dan dengan ilmu Yan Ceng Cap Pwee
Hoan atau "Burung walet melakukan delapan belas putaran",
ia meloncat terbang ke atas membebaskan diri dari seranganserangan
dahsyat lawannya! ia membaui hawa yang harum
dan punggungnya terdorong ke depan!
Sebetulnya, ketika Bee Kun Bu diserang oleh kedua orang
yang ganjil itu, meloncatlah dari udara seorang pendeta dan
seorang rahib yang menangkis serangan-serangan kedua
orang yang ganjil itu, Tangkisan tersebut dilakukan dengan
menggunakan ilmu Pik Kong Cong Lit atau tinju
menumbangkan tembok besi sehingga kedua perampok itu
terpelanting jauh sekali
Hian Ceng Totiang lalu menghampiri murid
kesayangannya dan mengetahui bahwa muridnya telah terluka
enteng, Dengan kedua mata terbelalak Hian Ceng Totiang
membentak: "Hei! siluman dari sebelah Selatan sungai!
Mengapa kamu mengganggu daerah San Ceng Koan lagi!
Mengapa kamu melukai murid-muridku? Aku, meskipun

memegang pedang bertahun-tahun, tak pernah mengganggu
orang-orang dari kalangan Kang Ouw, Kamu telah menghina
dan melukai murid-muridku, apakah kamu ingin memaksa aku
untuk menggunakan pedang?!"
Kedua perampok itu belum menyahut, tetapi orang yang
menggeletak dan berlumuran darah di seluruh tubuhnya tibatiba
berusaha bangkit dan sambil menunjuk dadanya ia
menjerit "Suhu! Peti surat rahasia Kui Goan...." Sayang
ucapan itu belum habis, si muka pucat melemparkan Huitonya
(senjata tajam yang pendek) ke tubuh orang yang
terluka itu. Hian Ceng Totiang tidak menduga, bahwa siluman
itu sedemikian benar kejamnya, ia tak sempat menolong, Huito
itu terpancang di dada orang yang terluka itu. ia telah kena
Liong Si Cin (senjata rahasia kumis naga), dan meskipun ia
berusaha menahan dengan tenaga dalamnya, ia pun tak
dapat menahan lagi, ia menjerit keras, menarik napas
panjang, dan jatuh lagi untuk menarik napas yang
penghabisan! Hian Ceng Totiang mengenali bahwa orang
yang terbunuh itu adalah Sim Cong, muridnya sendiri yang
telah di usir nya dua puluh tahun yang lampau, karena
perbuatannya yang rendah, Meskipun demikian, ia merasa
sedih menyaksikan kematiannya. ia menjadi gusar sekali, dan
menghadapi kedua perampok itu. Tetapi si muka belang telah
secepat kilat meloncat menerkam dada Sim Cong yang telah
menjadi mayat!
Kali ini, Hian Ceng to Tiang telah siap, ia tidak memberi
kesempatan lagi, Sambil menjerit, dengan jurus Hong Lui
Kauw Kit atau "Geledek Menyambar di Waktu Badai" ia
mendorong dengan kedua telapakan tangannya ke depan ke
arah tubuh si muka belang! Ngo Kong Toa-su yang telah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa kejamnya
kedua siluman tersebut menyerang orang yang telah terluka,
juga bukan main marahnya Dengan lengan bajunya
dikipaskannya muka si muka pucat dengan ilmu Liu Eng Bu
Kong atau "Kunang-kunang Mencari di Angkasa",

Hian Ceng Totiang adalah yang sangat ditakuti di kalangan
Bu Lim pada dewasa itu, dan dorongan tersebut betul-betul
hebat seperti petir. Si muka belang yang sedang menerkam
mayat Sim Cong merasakan angin serangan itu, tetapi tak
sempat mengelak Dengan tinju kanannya dicoba nya
menangkis, Tapi lengannya segera patah dan ia terlempar
tujuh atau delapan kaki jauhnya membentur sebuah pohon!
Ngo Kong Toa-su juga menyerang si muka pucat dengan
seluruh tenaga, Kebutan lengan baju itu ditahan oleh si muka
pucat dengan kedua tinjunya disertai dengan tenaga dalam,
Tubuhnya tergetar, dan ia buru-buru menarik kembali tinjunya,
akan tetapi terlambat ia merasa seakan-akan dadanya di
timpa palu yang beratnya seribu kilo, ia jatuh tertelentang di
tanah, dan darah mengalir keluar dari hidung dan mulutnya,
Kedua siluman itu telah menderita luka-luka yang hebat sekali
di dalam tubuhnya, akan tetapi karena ilmu silat yang sangat
tinggi, mereka tidak segera mati, Si muka belang
menggunakan ilmu tenaga dalamnya, lalu ia berdiri lagi,
Dengan tertawa sebagai orang gila ia berkata: "Hian Ceng
Totiang, Ngo Kong Toa-su, serangan-serangan itu hebat
sekali, dan kita tak akan lupa, Begitu lama kita masih
bernapas, kita pasti datang membalas dendam ini!" Ketika itu
si muka pucat juga telah bangkit setelah menahan
mengalirnya darah dengan ilmu tenaga dalamnya, Lalu
bersama-sama si muka belang, ia lari ke dalam hutan
menjerit-jerit seperti setan-setan menangis, dan dalam
sekejap mata saja mereka tak kelihatan lagi,
Lalu Hian Ceng Totiang menghampiri Bee Kun Bu yang
menderita sedikit luka, dan Ngo Kong Toa-su yang bermurah
hati, juga tak mengejar kedua jahanam yang lari ke dalam
hutan, Setelah yakin bahwa Bee Kun Bu tidak menderita
hebat, Hian Ceng Totiang menghampiri
Hian Ceng Totiang menampak bahwa di atas kain sutera
itu ada lukisan pemandangan gunung, sungai dan sebagainya
mayat Sim Cong yang penuh dengan tusukan senjata tajam,
dan seluruh pakaiannya basah kuyup oleh darah. ia

mengucurkan air mata ketika mengingat bahwa Sim Cong itu
adalah bekas muridnya. Lalu diperiksanya dada mayat itu,
karena ia ingat bahwa ketika Sim Cong hendak menarik napas
yang penghabisan, ia telah mengatakan tentang suatu di
dadanya, Betul saja Hian Ceng Totiang menemukan sebuah
kotak kecil, yang terbuat dari batu Giok. Kotak itu dibukanya,
dan tampaklah sehelai sutera putih yang luasnya lebih kurang
satu kaki persegi, dan di atas kain sutera itu ada lukisan
pemandangan gunung, sungai dan sebagainya,
Lukisan tersebut memperlihatkan tiga puncak gunung yang
berdiri tegak merupakan segi tiga karena sebuah puncak
berada di belakang dua puncak yang berdampingan Air terjun
mengalir dari puncak yang di belakang dan di tengah.
Hian Ceng Totiang tak dapat menafsirkan arti daripada
lukisan di atas kain sutera itu. ia membalikkan kain sutera itu,
dan melihat bahwa kain sutera itu terdiri dari dua lapis yang
dijahit menjadi selapis, Dibukanya lapisan itu dan diperiksanya
di dalamnya, Segera ia merasa seolah-olah jantungnya
tertusuk, dan air matanya mengalir keluar!
Agak lama juga mayat Sim Cong diawasinya, Sambil
menarik napas panjang ia berkata: "Dengan kesetiaanmu kau
telah menunaikan tugasmu, Meskipun kau telah tewas, namun
kau tewas sebagai seorang murid partai Kun Lun yang
setia...." perbuatan Hian Ceng Totiang membikin Ngo Kong
Toa-su berdiri terpesona,
Bee Kun Bu karena hendak merintangi perbuatan yang
kejam dari kedua siluman itu, telah menderita luka di dalam
tubuhnya, Beruntung sekali Hian Ceng Totiang cepat tiba
untuk menolong, dan ia terluput dari tinju yang maha dahsyat
dari kedua siluman tadi, Dan ketika ia terpental ke udara
karena angin yang timbul dari tinju yang maha dahsyat itu,
Ceng Loan cepat tiba menangkap tubuhnya dan menolong
membebaskan jalan darahnya.
Betul Bee Kun Bu telah menggunakan tenaga dalamnya
menahan tinju kedua siluman itu, akan tetapi jalan darahnya

harus dibebaskan agar ia tidak pingsan. Ketika ia membuka
matanya dilihatnya bahwa ia berada dalam pelukan Ceng
Loan. Mukanya merah karena malu dan ia cepat-cepat berdiri
Melihat Bee Kun Bu telah dapat berdiri, Ceng Loan menjadi
gembira dan bertanya: "Bee Suheng, apakah engkau luka?"
Bee Kun Bu menganggukkan kepalanya dan menyahut: "Baru
saja aku merasa sukar bernapas. Tapi sekarang aku merasa
lega, berkat pertolongan Sumoay, Terima kasih." Sambil
tersenyum Ceng Loan berkata lagi: "Jika demikian halnya, aku
merasa puas."
Lalu mereka menghampiri Hian Ceng Totiang yang sedang
mencoba mengangkat mayat Sim Cong, Bee Kun Bu
bertanya: "Suhu, siapakah ia? Biarlah Teecu yang
mengangkat Hian Ceng Totiang melihat, bahwa ia sudah
segar kembali juga merasa gembira, dan berkat a: "Orang ini
adalah Suhengmu, Ayo beri hormat kepada jenazah -nya!"
Bee Kun Bu terkejut, karena disangkanya Hian Ceng
Totiang hanya mempunyai seorang murid - yakni ia sendiri
dan gurunya belum pernah memberitahukan bahwa ia
mempunyai murid-murid lain, Mengapa sekarang secara tibatiba
saja datang seorang murid yang telah menjadi mayat?
Melihat wajah gurunya yang muram, ia pun tak berani
menanyakan hal itu lebih lanjut ia memberi hormat dengan
membungkukkan tubuh di hadapan mayat itu, lalu dengan
kedua lengannya diterimanya mayat itu dari tangan gurunya.
Ngo Kong Toa-su yang juga mendengar ucapan Hian
Ceng Totiang itu tak ingin pula menanyakan Bersama-sama
Ceng Loan ia berjalan melalui hutan pohon-pohon Bwee ke
kuil San Ceng Koan, setibanya di kuil, Hian Ceng Totiang
membakar mayat Sim Cong, lalu abunya dimasukkan ke
dalam sebuah guci kecil dari porselin untuk dikuburkan di
pekarangan belakang kuil itu. Di depan kuburannya
ditegakkan sebuah batu dengan tu-lisan: "Kuburan murid
partai Kun Lun, Sim Cong."
Pekerjaan mengurus jenazah Sim Cong telah berlangsung
sampai senja, Malam itu kebetulan terang bulan, Untuk

menghilangkan perasaan sedihnya, Hian Ceng Totiang keluar
berjalan-jalan di sekitar kuil, disertai oleh muridnya Bee Kun
Bu. ia mengenangkan kisah yang terjadi pada beberapa puluh
tahun yang lampau, dan dengan tak sadar ia berkata: "Hai!
Muridku, Suhengmu karena tabiatnya yang berangasan telah
bersalah karena melukai orang-orang dari partai silat Siauw
Lim, dan hampir-hampir merenggangkan kedua partai silat itu.
Karena perbuatannya yang rendah itu, aku terpaksa
mengusirnya. Tapi... ia kemudian menyesal dan insyaf akan
kesalahannya, dan berusaha memperbaiki dirinya. Dengan
susah payah ia telah kembali dan minta ampun kepadaku.
Tiga kali ia datang, tetapi ketiga-tiga kalinya aku menolak
menerimanya kembali menjadi murid. Pada ketiga kalinya, ia
bersumpah di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa ia
akan menunaikan tugas apapun yang diberikan kepadanya
asal saja ia dapat diterima kembali olehku, Ketika itu aku
mengatakan kepadanya "Cari peta asli dari barang-barang
simpanan berharga dari kalangan Bu Lim. Jika kau gagal
memperoleh peta asli itu, jangan pikirkan hendak kembali
pada ku ! Dengan tekun ia berusaha menunaikan tugas itu,
dan selama dua puluh tahun ia telah berusaha mencari peta
asli itu, ia berhasil, dan dalam perjalanannya kembali ke kuil
ini, sebagaimana telah kau saksikan, ia telah dikejar oleh
kedua siluman yang kejam dari sebelah selatan sungai, dan ia
telah terbunuh di luar kuil San Ceng Koan. Dikemudian hari,
setelah kau memahami betul-betul ilmu silat yang kuajarkan
kepadamu, kau tak boleh berlaku kejam terhadap orang yang
baik, akan tetapi orang-orang yang jahat di kalangan Kang
Ouw, harus kau basmi dengan sesungguh hati!"
Bee Kun Bu yang mengikuti gurunya dari belakang hanya
mengangguk dan menyatakan akan memperhatikan pesan
gurunya itu. Lalu mereka kembali ke kuil Ngo Kong Toa-su
sedang menunggu di kamar, dan ingin berbicara dengan Hian
Ceng Totiang, Tapi melihat wajahnya yang masih muram,
tidak ingin ia memusingkan kawannya itu dengan banyak
pertanyaan ia hanya berdiri mengawasi perubahan sikap
kawan karibnya itu!

Setelah masuk ke dalam sebuah kamar, Hian Ceng lotiang
membuka laci sebuah meja dan mengeluarkan sebuah kotak
kayu yang berwarna merah. Kotak merah itu ditaruhnya di
atas meja, lalu ia berlutut dan memberi hormat Dibukanya
kotak itu, dan diambilnya sehelai kain sutera untuk
dipancarkan di atas tembok di belakang meja itu, Bee Kun Bu
mengawasi lukisan di atas kain sutera itu.
Di atas kain sutera yang berwarna kuning itu tersulam
dengan benang putih gambar seorang tua yang mengenakan
jubah. Dari punggungnya menonjol keluar sebatang pedang,
Setelah melihat gambar itu Bee Kun Bu terpesona dan tibatiba
dibentak oleh Hian Ceng Totiang: "Kun Bu! Ayo beri
hormat kepada nenek laki-laki dari partai silat Kun Lun yang
menciptakan ilmu silat pedang Tin San Kiam Hoat (ilmu silat
pedang yang dapat menumbangkan gunung)!"
Ngo Kong Toa-su yang menyaksikan itu, setelah
mendengar ucapan kawan karibnya, buru-buru maju ke depan
meja itu dan membungkukkan diri memberikan hormat kepada
gambar di atas tembok itu! Kemudian ditariknya lengan Ceng
Loan, keluar dari kamar itu.
Setelah Bee Kun Bu memberi hormat dengan berlutut di
depan gambar itu dan membungkukkan tubuh sehingga
kepalanya menyentuh lantai tiga kali, Hian Ceng Totiang
menyimpan kembali gambar itu baik-baik di dalam laci.
Dengan khidmat ia berkata, "Di kalangan Bu Lim banyak
orang salah anggap bahwa ilmu silat pedang Kun Lun Hun
Kong Kiam Hoat (memancarkan sinar) hanya ada sembilan
puluh enam rupa, Anggapan itu keliru! Hun Kong Kiam Hoat
adalah seratus delapan rupa dengan seratus delapan jurus, Di
antara seratus delapan jurus itu, ada dua belas jurus yang
paling dahsyat dan yang paling sukar dipahami, dan dua belas
jurus ini mempunyai nama istimewa ialah: "Cui Hun Ciap Ji
Kiam atau Dua belas Jurus Mengusir Setan"! Aku telah
berjanji dengan Su Pekmu (paman Guru), jika tidak dapat
persetujuannya ketiga guru-guru dari partai Kun Lun, aku tak
dapat menurunkan ilmu silat ini kepada murid yang manapun,

Malam ini aku telah minta izin dari nenek laki-laki partai silat
Kun Lun kita untuk melanggar janji itu dan mengajarkan dua
belas jurus tersebut kepadamu, Nah... mulai besok, kuajarkan
kepadamu satu jurus tiap-tiap hari...."
Lalu ia diam sejenak Kemudian diperintahkannya Bee Kun
Bu: "Sekarang kau keluar dan panggil Ngo Kong Su Pek,
Malam ini adalah malam terang bulan, kau dapat berjalanjalan
dengan Ceng Loan, atau berlatih silat dengan dia. Jika
aku tidak memanggilmu, kamu tidak boleh masuk ke kamar
ini."
-ooo0ooo-
Pertempuran dahsyat di atas puncak
Bee Kun Bu tak berani bertanya lagi meskipun ia
mengetahui bahwa kematian Sim Cong bukanlah urusan
remeh. ia membungkukkan tubuh memberi hormat, lalu keluar
dari kamar itu. Ngo Kong Toa-su berada di pekarangan
belakang sedang memberi petunjuk-petunjuk kepada Ceng
Loan tentang cara berlatih ilmu silat Bee Kun Bu
menyampaikan pesan gurunya kepada Ngo Kong Toa-su.
Kemudian diusulkannya pada Lie Ceng Loan untuk berlatih
ilmu silat bersama-sama, Usul tersebut diterima dengan
gembira oleh si gadis.
Ngo Kong Toa-su masuk ke kamar di mana Hian Ceng
Tetiang masih memperhatikan kotak yang berisi gambar peta.
Ketika Ngo Kong Toa-su menghampiri ia pun terkejut Lalu
kemudian bersama-sama mereka mempelajari peta itu. Di
atas kain sutera putih tertulis tiga huruf yang berbunyi: "Peta
asli simpanan barang-barang yang berharga" dan di bawah
tiga huruf tersebut tertulis pula suatu sajak yang berarti:
"Kembali dengan rahasia dari perjalanan Pedang sakti
selalu membawa jasa baru Pohon cemara menyaring sinar
bulan Air bening mengalir di atas batu."

Di bawah sajak tersebut ada lukisan tiga puncak gunung
yang mengapit sebuah lembah curam, di mana jalannya
berliku-liku dan pohon-pohon cemara tumbuh dengan sangat
suburnya, Tampak pula sebuah pohon cemara yang lebih
tinggi dari pohon-pohon yang lain, dan daunnya yang rindang
merupakan payung. Sinar bulan memancar melalui daun-daun
pohon itu ke atas sebuah sungai yang mengalir di bawah
pohon itu. Meskipun sungai itu tidak luas, tapi dalam, Sambil
mengawasi Ngo Kong Toa-su, Hian Ceng Totiang berkata:
"Peta asli simpanan barang-barang berharga ini adalah suatu
mustika di kalangan Bu Lim. Untuk mencari peta asli ini,
banyak jago-jago silat telah tewas selama seratus tahun ini.
Tapi tanpa banyak kesukaran, aku telah memperolehnya,.,." ia
teringat lagi akan tewasnya Sim Gong, dan ia merasa sedih
kembali
Tentang sajak yang tertulis di dalam peta asli itu, telah pula
kudengar sedikit Tapi tafsirannya beraneka warna," kata Ngo
Kong Toa-su, "Partai silat Kun Lun telah menjagoi di kalangan
Kang Ouw beberapa puluh tahun, dan mempunyai banyak
pengalaman Aku minta saudara menceritakannya."
Hian Ceng Totiang tersenyum, lalu berkata: Tentang arti
garis pertama: Kembali dengan rahasia dari perjalanan kita
harus menceritakan kisah yang terjadi pada tiga ratus tahun
yang lalu mengenai seorang yang luar biasa dan seorang Shin
Ni (rahib perempuan), kedua orang tersebut mempunyai ilmu
silat yang luar biasa tingginya, dan dapat dikatakan tak ada
lawannya, karena ilmu silat luar maupun dalamnya telah
mencapai tingkat yang tertinggi Pada zaman itu terdapat
banyak partai-partai silat, tapi partai silat Siauw Lim dan Bu
Tong adalah yang terkenal, dan murid-muridnya terbanyak.
Lalu partai-partai silat Hua San, Kun Lun, Tiam Cong,
Tong Kong, Ceng Sia, Tiang Uong, Ngo Bie menduduki urutan
kedua, Partai-partai silat yang lain-lainnya, meskipun banyak
jumlahnya, dan mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri, tak
dapat juga menandingi ke sembilan partai silat tersebut Lagi
pula tiap-tiap partai silat yang terkenal itu mempunyai jagoKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
jago silat yang lihay sekali, dan zaman itu boleh dikatakan
zaman emasnya kalangan Bu Lim.
Tiap-tiap partai silat yang terkenal itu, karena ingin
menjagoi di kalangan Bu Lim, telah berjanji mengadu silat
pedang di atas puncak gunung Sao Sit Hong, dan janji
tersebut telah menarik banyak jago-jago silat untuk
memperlihatkan kelihayannya, Dengan demikian daerah di
sekitar puncak gunung Sao Sit Hong itu telah menjadi tempat
berkumpul para jago-jago silat.
Masing-masing partai dari ke sembilan partai silat yang
terkenal itu mengirimkan tiga orang jago-jago silat untuk
bertempur silat pedang dengan bergiliran melawan saingansaingan
dari partai silat lain selama tujuh hari. Jago-jago silat
dari ke sembilan partai silat itu banyak yang luka dan tewas,
Partai-partai silat Hua San, Tiam Cong, Tong Kong, Hua San
telah dikalahkan, dan partai-partai silat Siauw Lim, Bu Tong,
Kun Lun, Ceng Sia dan Ngo Bie masuk dalam pertempuran
yang menentukan Sudah pasti jago-jago silat yang harus
bertempur adalah jago-jago silat yang luar biasa dari yang luar
biasa kelihayannya. Tewasnya seorang jago silat, berarti
hilangnya kepandaian silat yang harusnya diwariskan kepada
angka tan-angkatan muda.." ia menarik napas panjang, dan
tidak meneruskan pereakapannya,
Ngo Kong Toa-su yang ingin mendengar seterusnya,
mendesak: "Bagaimanakah hasil pertempuran silat pedang
itu? partai silat yang manakah yang keluar sebagai
pemenang?"
Hian Ceng Totiang terpaksa meneruskan "Jika
pertempuran-pertempuran ketika itu dapat menentukan
sehingga dapat pula menetapkan urutan-urutan dari partaipartai
silat, mungkin dapat menciptakan keamanan di
kalangan Bu Lim walaupun akan banyak memakan korban
justru pada ketika para jago itu ingin bertempur, Giok liong Cin
Jin buru-buru datang ke puncak Sao Sit Hong dan membujuk
supaya pertempuran itu dihentikan saja, Tapi para jago silat
dari kelima partai itu, yang dalam beberapa ratus tahun telah

dipusingkan mengenai urutan-urutan tentang ketangkasan dan
kelihayan silatnya masing-masing, tidak mudah dibujuk, dan
tidak ingin menghentikan pertempuran yang menentukan itu,
Giok Liok Cin Jin yang telah berusaha membujuk, dan melihat
bahwa bujukannya itu sia-sia belaka, menjadi murka, dan
dengan kedua tinjunya dilawannya jago-jago silat dari kelima
partai silat Siauw, Lim, Bu Tong, Kun Lun, Ngo Bie dan Ceng
Sia itu, Jago-jago silat kelima partai itu pun merasa terhina,
dan bersama-sama mereka menggempurnya, Tapi... dengan
ilmu silat yang tak ada taranya, Giok Liong Cin Jin dengan
kedua tinjunya telah mengalahkan semua jago-jago silat dari
kelima partai itu hanya dalam lebih kurang lima ratus jurus,
Mereka harus mengakui bahwa Giok Liong Cin Jin mempunyai
ilmu silat yang nomor satu! Dan perebutan kedudukan oleh
kelima partai silat itu lenyap dengan sendirinya!"
Ngo Kong Toa-su menganggukkan kepalanya dan berkata:
"Giok Liong Cin Jin sebetulnya bermaksud baik, ia
menghendaki semua jago-jago silat dari kelima partai yang
terkenal di kalangan Bu Lim itu memelihara dan memperbaiki
ilmu silatnya masing-masing, Buktinya? Bukankah ilmu silat di
kalangan Bu Lim pada dewasa ini sangat terkenal?"
"Giok Liong Cin Jin telah membubarkan pertempuran yang
menentukan urutan masing-masing partai di puncak Sao Sit
Hong," Hian Ceng Totiang meneruskan.
Tapi untuk penetapan urutan itu, kelima partai silat tidak
tinggal diam, Dengan segala jalan mereka berusaha
mengirimkan mu rid-murid nya masuk ke dalam partai silat lain
agar dapat mencuri ilmu silat dari lawan-lawannya sebagai
persiapan pertempuran yang kedua kalinya, Oleh sebab itu,
masing-masing partai silat sangat berhati-hati menerima
murid, Disamping memperhatikan watak dan ketangkasan
seorang calon murid, riwayat si calon murid tersebut sangat
diperhatikan sekali untuk mencegah supaya orang dari partai
lawan tidak masuk pertempuran terang-terangan dan
penyelundupan calon-calon murid ke partai lain untuk mencuri
ilmu silat telah berlangsung selama beberapa ratus tahun

sehingga guru dari tiap-tiap partai khawatir mengajarkan ilmu
silat yang istimewa kepada tiap-tiap murid. Namun ilmu silat
dari masing-masing partai makin hari makin maju, berkat
hasrat hendak menjagoi di kalangan Kang Ouw.
Sangat disesalkan bahwa masih ada dua atau tiga guru
silat yang mahir sekali silatnya, segan-segan mengajarkan
kepandaiannya kepada murid-muridnya, Misalnya bila seorang
murid telah terpilih dan beruntung akan memperoleh , ilmu
silat yang luar biasa dari seorang guru, maka murid tersebut
harus bersumpah setia kepada partainya, partai partai silat
maju tampaknya, akan tetapi jumlah dari jago-jago silat yang
telah memahami ilmu-ilmu silat istimewa dari guru masingmasing
makin hari makin berkurang!"
"Karena ingin memperoleh nama dan kedudukan, maka
partai-partai silat dengan tak terasa telah membuat rintanganrintangan
untuk seorang guru mewariskan kepandaiannya
kepada seseorang murid!" Ngo Kong Toa-su berkata sambil
menepuk tangan,
Hian Ceng Totiang menarik napas panjang, lalu
meneruskan: "Sekarang kita bereerita tentang partai silat Kun
Lun! Setelah mengadu silat pedang di puncak gunung Sao Sit
Hong pada waktu itu, jago-jago silat dari angkatan tua lalu
dengan tekun menciptakan ilmu silat pedang Hun Kong Kiam
Hoat (memancarkan sinar) dan Tian Kang Cong Hoat (meninju
bintang-bintang di La-ngit), Tapi jurus Hun Kong Kiam Hoat
yang dinamakan Cui Hun Cap Ji Kiam tak dapat diturunkan
kepada m u rid-murid nya. Pada dewasa ini, disamping aku
dan Sutee dan Sumoay semua orang di kalangan Bu Lim
mengira bahwa Hun Kong Kiam Hoat dari partai Kun Lun
hanya mempunyai sembilan puluh enam jurus, sebetulnya ada
seratus delapan jurus, Dua belas jurus yang tak dapat
diajarkan kepada murid-murid, merupakan kelihayan daripada
seluruh ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoatl Aku, Sutee dan
Sumoyku telah berjanji bahwa pada seseorang murid pilihan
dapat diajarkan setelah ketiga orang setuju Kini aku telah
merubah pikirau Aku melanggar janji kami bertiga itu, dan

mengambil keputusan mengajarkan Cui Hun Cap Ji Kiam ini
kepada Bee Kun Bu. Anak itu cerdas dan wataknya baik
sekali, Tapi ia sangat pemurah hati. ia telah belajar padaku
selama dua belas tahun, dan jika telah kuajarkan Cui Hun Cap
Ji Kiam padanya, tak dapat lagi aku mengajarnya ilmu yang
lain."
Hian Ceng Totiang tertawa keras, dan suara tertawa itu
mirip seperti bunyi seekor naga atau raung seekor macan
sehingga api dari kedua lilin yang di atas meja itu tergetar Ngo
Kong Toa-su menjadi heran dengan suara tertawa yang ganjil
itu, dan ia terus mengawasi sikap rekannya.
"Kunci daripada semua urusan ini ada di dalam peta asli
ini!" Hian Ceng Totiang berkata sambil tertawa.
"Pertandingan silat pedang di atas puncak Sao Sit Hong
oleh kelima partai telah gagal, dan urutan dari kelima partai
silat itu belum lagi ditetapkan, dan meskipun para jago silat
dari kelima partai tersebut belum merasa puas, akan tetapi
Giok Liong Cin Jin meninggalkan suatu peringatan ia berkata
bahwa ilmu silat dari partai manapun sama baiknya, dan para
jago-jago silat harus seperti saudara jangan berebut nama
atau kedudukan ia pun berkata bahwa ia tak akan tinggal diam
jika masih ada jago-jago silat yang bertempur untuk merebut
kedudukan atau nama, Tapi maksudnya yang baik itu telah
memusingkan dirinya senti iri!"
Tapi dengan ilmu silat yang demikian lihaynya, mengapa ia
bisa menjadi pusing?" bertanya Ngo Kong Toa-su.
"Dunia ini luas," sahut Hian Ceng Totiang, "Kadang"
kadang kita menyaksikan hal-hal yang luar biasa, Betul Giok
Liong Cin Jin mempunyai ilmu silat yang demikian lihay,
sehingga dengan seorang diri ia dapat menaklukkan para jago
silat dari kelima partai silat yang terkenal tetapi ia tetap
manusia, ia dapat meninggal dunia jika tiba saatnya, Menurut
cerita sarang ilmu silatnya itu didapat-nya dari sebuah buku,
bukan dari seseorang guru. Ten-tang riwayatnya, orang pun
tidak mengetahui Sebelum sembilan partai silat pergi ke

puncak Sao Sit Hong mengadu silat, semua orang di kalangan
Kang Ouw belum pernah mendengar namanya, Tapi setelah
ia tiba di puncak itu dan menaklukkan para jago silat,
namanya segera terkenal di seluruh kalangan Kang Ouw, dan
ia dipuja sebagai jago silat nomor satu dan ia dipanggil Tian
Sia Bu Kong Tee It Giok Liong Cin Jin."
Tapi mengapa kedudukan nomor satu itu
mencelakakannya?" tanya Ngo Kong Toa-su.
Sambil menggoyang-goyangkan kepalanya Hian Ceng
Totiang menyahut: "Di kalangan Bu Lim, meskipun kita
mempunyai ilmu silat yang luar biasa, dan memandang harta
benda hanya sebagai rumput, namun sifat manusia tak
banyak berbeda Giok Liong Cin Jin dengan kedua tinjunya
telah menaklukkan para jago silat, sehingga ia dapat julukan
Tian Sia Bu Kong Tee It (jago silat nomor satu di kolong
langit). Nama ini telah menimbulkan iri hati seorang yang
bertabiat ganjil, Orang itu bukan saja seorang wanita tapi juga
seorang rahib.
Pada tahun ketiga setelah Giok Liong Cin Jin menaklukkan
para jago silat di puncak Sao Sit Hong, rahib wanita itu, yang
bernama Sa Im Shin Ni dengan tidak menghiraukan jarak
yang jauh telah datang dari pegunungan Altai di sebelah Barat
ke Timur, ia datang ke desa Ceng Yun Giam di kaki
pegunungan Koat Cong San di propinsi Cek-kiang untuk
mengadu silat dengan Giok Liong Cin Jin.
Mulailah suatu pertempuran yang maha dahsyat di desa
Ceng Yun Giam itu, pertempuran itu berlangsung selama tiga
hari tiga malam, dan telah lebih dari lima ribu jurus yang
dijalankan! Namun demikian belum ada juga tampak siapayang
kalah dan siapa yang menang! Pada hari ke empat,
masing-masing menggunakan seluruh tenaga dalamnya, dan
demikian dahsyatnya pertarungan tersebut sehingga keduaduanya
luka parah dan kedua-duanya kalah.
Masing-masing mengetahui bahwa mereka tak akan lama
lagi hidup dan dalam keadaan payah itu, kedua-duanya jadi

berkawan, Mereka tidak mempunyai murid, Bersama-sama
mereka mengarang kemahiran dan kepandaian silatnya dan
menjadikannya tiga jilid buku, yang mereka simpan di dalam
sebuah gua batu di pegunungan Koat Cong San, dan bukubuku
tersebut mereka namakan Kui Goan Pit Cik yang artinya
sebagai berikut:
"Semua ilmu silat dari segala jurusan mengalir ke satu
tempat, dan tak dapat menyimpang dari tujuannya Setelah
selesai menyusun tiga buku tersebut, mereka menggambar
sebuah peta yang bernama peta asli simpanan barang-barang
berharga atau Cong Cin To, dan yang memberi petunjuk
tempat tersimpannya barang-barang berharga itu. Cong Cin
To itu ditaruh di dalam sebuah kotak dari batu Giok, dan
disembunyikan di antara dua jurang.
Kemudian kedua orang-orang yang aneh itu meninggal
dunia di pegunungan Koat Cong San. Kisah tersebut telah
turun temurun sehingga sekarang selama tiga ratus tahun
lebih, Semua partai silat di kalangan Bu Lim selalu
mencurahkan perhatiannya dan berusaha memperoleh peta
aslinya untuk mendapatkan buku-buku ilmu silat itu.
Disamping jago-jago silat, juga orang-orang sakti yang telah
bertapa, perampok- perampok yang kejam, semuanya dengan
segala jerih payah berusaha mendapatkan peta tersebut, dan
kemudian buku-buku itu.
Pada seratus tahun yang lewat peta itu telah didapat oleh
seorang perampok besar. Tapi ia terlampau kejam dan
dengan sendirinya banyak musurmya. Ditambah pula dengan
amat banyaknya jago-jago silat yang menghendaki peta asli
ini. Betapapun juga tingginya ilmu silatnya, setelah ketahuan
ia yang mendapat peta asli itu, ia segera dikejar-kejar dan tak
dapat lagi ia menghindarkan diri dari penganiayaan atau
keroyokan orang lain yang menghendaki peta ini.
Kemudian peta asli ini berpindah-pindah tangan entah
beberapa kali, dan entah berapa pula jiwa yang telah
melayang karenanya, Tapi belum terdengar bahwa buku-buku
Kui Goan Pit Cik tersebut telah didapat orang, Aku pun tak

mengetahui bagaimana caranya Sim Cong memperoleh peta
asli Cong Cin To ini. Kedua siluman dari sebelah selatan
sungai telah mengejar dan membunuh mati Sim Cong karena
ingin merebut Cong Cin To ini!" ia menarik napas panjang
dengan wajah terharu!
Ngo Kong Toa-su bertanya lagi: "Peta asli Cong Cin To
telah jatuh di tanganmu.... Apakah yang hendak kau lakukan?
Apakah kau ingin mencari buku-buku Kui Goan Pit Cik?"
Hian Ceng Totiang menganggukkan kepalanya dan
menyahut: "Setelah kuajarkan Cui Hun Cap Ji Kiam kepada
muridku Bee Kun Bu, aku siap membawa tubuhku yang sudah
tua ini untuk dikuburkan di pegunungan Koat Cong San. Coba
pikir, selama tiga ratus tahun lebih semua partai-partai silat
berusaha mempertahankan perdamaian. sebetulnya mereka
mencurahkan semua tenaga mencari Kui Goan Pit Cik itu.
Dalam seratus tahun ini, partai silat Hua San rupanya yang
menjagoi di kalangan Bu Lim. Dan semenjak gurunya Tu Wee
Seng, yang dikatakan mempunyai delapan lengan karena
jurus silatnya yang cepat bagaikan kilat itu, menerima muridmurid,
maka banyak sekali jago-jago silat f berkecimpung di
kalangan Bu Lim. peristiwa yang memalukan di puncak Sao
Sit Hong, tak dapat dilupakan oleh semua partai-partai silat
Misalnya partai silat Tian Liong yang tiba-tiba timbul di propinsi
Kwi-ciu. Hanya dalam jangka waktu dua puluh tahun,
pengaruhnya telah menjalar hampir di seluruh daerah sebelah
Selatan sungai Kepala dari partai silat Tian Liong itu, Souw
Peng Hai, bersama-sama dengan partai-partai cabangnya
yang menggunakan bendera-bendera merah, kuning, biru,
putih dan hitam telah mengumpulkan semua jago-jago silat
yang tak berpartai dengan maksud mendirikan sebuah partai
silat yang besar disamping ke sembilan partai silat yang
terkenal itu.
Pada dewasa ini, keadaan di kalangan Kang Ouw
tampaknya tenteram saja, Tapi, keadaan yang sebenarnya
sangat tegang, Aku kira pertarungan yang kedua kalinya untuk
menetapkan urutan kedudukan di kalangan Kang Ouw tidak

lama lagi terjadi!" ia berhenti sejenak, lalu meneruskan: "Bukubuku
Kui Goan Pit Cik rupanya akan mempunyai hubungan
yang erat dengan nasib partai-partai silat kalangan Kang 0uw.
Jika buku-buku tersebut jatuh ke tangan orang-orang yang
jahat, tak dapat kita bayangkan betapa hebat akibatnya.
Untuk mencegah itu, aku harus pergi ke pegunungan Koat
Cong San. Tetapi urusan itu tak dapat dilaksanakan oleh satu
orang. Jika kau mempunyai hasrat untuk turut dengan aku,.,
tapi kau adalah seorang pendeta yang selalu bertindak
bijaksana, dan mungkin tidak sudi mengambil resiko, Ya... jika
kau tidak sudi turut, aku pun tak dapat memaksa kau. Aku
harus mengajari Bee Kun Bu ilmu silat Cui Hun Cap Ji Kiam,
Diwaktu aku hendak berangkat, aku akan mengajak kau lagi."
Ngo Kong Toa-su menundukkan kepalanya yang penuh
dengan berbagai-bagai pikiran. Tiba-tiba ia mengangkat
kembali kepalanya dan berkata dengan khidmat: "Urusan ini
besar sekali hubungannya dengan nasib kalangan Bu Lim.
Aku si tua bangka tidak dapat menolak Lagi pula usiaku sudah
lanjut Mati atau hidup tak ada artinya lagi bagiku, Aku hanya
khawatir tentang Ceng Loan, karena ia seorang anak piatu,
dan ia mempunyai tugas untuk membalas dendam...." Belum
lagi habis pembicaraan itu, Hian Ceng Totiang berkata sambil
ter-senyum: "Urusan Loan Jie, telah kuatur, Jika kau sudi dan
memperkenankan ia masuk partai silat Kun Lun, aku dapat
menulis surat kepada Sumoayku (saudari seperguruan) Giok
Cin dan Loan Jie dapat bernaung di bawah penjagaannya,
Kedua siluman dari sebelah Selatan sungai telah kabur, dan
telah mengetahui tentang peta asli Cong Cin To ini. Kuil San
Ceng Koan ini tak dapat dipertahankan lebih lama lagi. Tidak
sampai sebulan, pasti ada orang yang datang menyerbu. Oleh
karena itu, sebelum aku berangkai aku harus memindahkan
kedua anak-anak itu ke tempat yang aman."
Sambil tertawa Ngo Kong Toa-su menyahut: "Jika ia dapat
diterima masuk partai silat Kun Lun, ia akan memperoleh
banyak i1mu. Aku si tua bangka rela mati di pegunungan Koat
Cong San. Hanya ia memikul beban untuk membalas dendam,

Ketika ibunya hendak menarik napas penghabisan ia
berpesan kepadaku agar ia bila sudah besar membalas
dendam dan membunuh mati musuh orang tuanya, Urusan ini
harus kuberitahukan kepadanya, Dan pembalasan dendam itu
harus dilaksana-kannya, Apakah pembalasan dendam itu
tidak akan memusingkan partai silat Kun Lun? Ya... aku harus
berterus-terang, supaya jangan sampai menjadi penyesalan,"
Dengan wajah yang khidmat, Hian Ceng Totiang berkata "
Apakah Ceng Loan Bukan puterinya Li Kwi Cee?"
Si pendeta itu segera berubah wajahnya dan ia bertanya
kembali: "Bagaimana... bagaimana kau mengetahui urusan
ini?!"
Sambil menarik napas Hian Ceng Totiang menceritakan
kisahnya: "Kira-kira lima belas tahun yang lampau, suami isteri
Li Kwi Cee, ketika melewati sebuah gunung, telah menjumpai
kecelakaan, peristiwa tersebut telah diketahui oleh banyak
orang-orang di kalangan Kang Ouw, Tapi aku mohon supaya
kau tidak memberitahukan riwayatnya ini pada Ceng Loan,
karena yang membunuh kedua suami isteri Li Kwi Gee itu
adalah Ouw Lam Peng, si kaki terbang, dan ia telah masuk
partai silat Tian Liong dan menjadi kepala cabang bendera
merah dari partai tersebut Soal pembalasan dendam itu
sebaiknya ditunggu sampai ada ketika yang baik, dan tak
dapat dilakukan dengan sembrono, jika kau beritahukan Ceng
Lian sekarang, sama juga artinya dengan kau
mencelakakannya." Ngo Kong Toa-su membuka matanya
lebar-lebar dan dengan tubuh gemetar ia berseru: "Jika
demikian halnya, aku si tua bangka ini yang harus gempur
Ouw Lam Peng!"
Hian Ceng lotiang tersenyum, dan berkata: "Jika kau
gempur Ouw Lam Peng, aku yakin kau akan menang,
Soalnya... ialah orang-orang partai Tian Liong amat banyak
Lagi pula kepala dari partai Tian Liong itu, Souw Peng Hai,
adalah seorang jago silat yang lihay sekali pada dewasa ini.
Mungkin kau pernah mendengar bagaimana ia seorang diri
menaklukkan empat orang musuh-musuhnya! Empat jahanam

itu di propinsi Su-coan dan Hupeh telah berbuat sewenangwenang,
dan meskipun jago-jago silat dari partai-partai Bu
Tong, Ngo Bie, Ceng Sia telah berusaha mengepung mereka,
tetapi mereka dapat memukul kocar-kacir lawan-lawannya,
dan orang-orang dari ketiga partai silat itu telah menderita
luka-luka.
Ketika Souw Peng Hai melalui sebuah jalan di propinsi
Hupeh, pada suatu ketika berjumpa dengan keempat
jahanam-jahanam itu, dan hanya dalam semalam saja telah
dapat keempat-empatnya ditaklukkannya kemudian diterima
mereka sebagai anggota partai Tian Liong, peristiwa ini telah
tersiar di kalangan Bu Lim selama tiga tahun yang lampau.
Pada dewasa ini partai Tian Liong dengan semua cabangcabangnya
rupanya menjagoi diantara ke sembilan partai
yang telah terkenal jika aku tak salah meramalkan, di dalam
jangka waktu sepuluh tahun ini akan timbul perubahan besar,
mungkin juga banyak jago-jago silat akan binasa dalam
pertarungan-pertarungan yang hebat Urusan pembalasan
dendam dari Lie Ceng Loan, harus kita lakukan dengan hatihati.
jika ia telah masuk partai Kun Lun, ia pasti dijaga dan
dilindungi oleh kami dari partai Kun Lun."
Ngo Kong Toa-su menarik napas panjang, lalu berkata:
"Aku sebetulnya sudah tidak hendak memusingkan kepala lagi
mengenai urusan di dunia ini. Tapi urusan Ceng Loan ini
senantiasa melekat di pikiranku Orang tak dapat berlaku acuh
tak acuh terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya selama ia
masih bernapas Baiklah, aku pulang dahulu ke kuil Hua Lim
Si. Aku si tua bangka ini yang ingin mati di pegunungan Koat
Cong San harus lebih dahulu menyerahkan urusan kuil Hua
Lim Si ke-. pada orang lain. Nanti tiga hari lagi, aku datang
kembali ke sini untuk mengajarkan ilmu silat tinju Cap pwee Lo
Han Cong kepada muridmu." Lalu ia berdiri, Setelah ia berada
di luar kamar, dengan mengipaskan lengan baju-nya, ia telah
menghilang dengan cepat, menuju ke kuil Hua Lim Si.
Setelah lewat tiga hari Ngo Kong Toa-su betul-betul
kembali ke kuil San Ceng Koan, Kali ini ia membawa sebuah

toya, Lalu dalam jangka waktu setengah bulan kedua orang
sakti itu masing-masing mengajarkan ilmu silat pedang Cui
Hun Cap Ji Kiam dan ilmu silat tinju Cap Pwee Lo Han Cong
kepada Bee Kun Bu.
Jurus Cui Hun Cap Ji Kiam itu adalah jurus yang lihay
sekali dari partai Kun Lun. Lie Ceng Loan belum masuk partai
Kun Lun maka Hian Ceng To Tiang tidak dapat mengajarkan
jurus itu kepadanya,
Jurus Cap Pwee Lo Han Cong telah dipahami oleh Lie
Ceng Loan, maka dalam setengah bulan itu, Bee Kun Bu
sangat sibuknya, sebab siang hari ia harus mempelajari ilmu
tinju dan malam hari ilmu silat pedang, apalagi jurus Cui Hun
Cap li Kiam itu sangat sulit Dalam setengah bulan Bee Kun Bu
telah paham seluk beluk ilmu itu, akan tetapi ia belum mahir
menggunakannya.
Hian Ceng Totiang yang harus lekas-lekas pergi ke
pegunungan Koat Cong San tidak sempat melatih muridnya
sampai mahir betul Pada suatu hari, dipanggilnya Lie Ceng
Loan dan Bee Kun Bu masuk ke dalam kamar ia mengambil
dua pucuk surat, dan diberikannya kepada Bee Kun Bu sambil
berkata: "Kau telah mengikuti aku selama dua belas tahun,
dan kau harus pulang menjelang ibu bapakmu, Setelah kau
menemui mereka, kau tak usah kembali ke kuil San Ceng
Koan ini untuk mencari aku, tapi kau harus membawa kedua
surat ini ke kuil San Goan Kong di atas puncak Kim Teng
Hong dari pegunungan Kun Lun dan berikan kepada kedua
paman gurumu di sana."
Bee Kun Bu menerima kedua surat itu, Mengingat bahwa
ia telah mengikuti gurunya selama dua belas tahun,
sedangkan kini harus pula berpisah, ia terharu sekali, ia
berlutut di hadapan gurunya dan mengucurkan air mata,
"Di kolong langit tak ada pesta yang tak bubar jangan
nangis, lekas bangun!" demikianlah perintah Hian Ceng
Totiang.

Ngo Kong Toa-su mengusap-usap rambut Ceng Loan, ia
berkata: "Paman gurumu, Hian Ceng Totiang, merasa kasihan
padamu yang sebatang kara, dan ia telah menerima kau
masuk partai Kun Lun. Sekarang kau pergi ke puncak Kim
Teng Hong di pegunungan Kun Lun untuk memberi hormat
kepada guru-gurumu, dan kau harus sungguh-sungguh
belajar." Tak dapat ia menahan air matanya yang mengucur
keluar
Mendengar ucapan tersebut, kedua mata Ceng Loan
terbelalak, lalu dengan sedih dan sambil mengucurkan air
mata ia bertanya: "Mengapa? Apakah Suhu tidak suka
menjaga Loan Jie lagi.,.?"
Dengan tertawa yang dipaksa-paksa Ngo Kong Toa-su
berkata: "Aku menyerahkanmu di bawah perlindungan partai
Kun Lun, hal mana amat bermanfaat bagimu sendiri, Masa
anak sebesar kau ini tidak mengerti? Kau pergi ke
pegunungan Kun Lun bersama-sama Suhengmu, Bee Kun
Bu!"
Ucapan terakhir itu menggembirakan Lie Ceng Loan,
karena ia akan banyak mendapat kesempatan berdampingan
dengan Bee Kun Bu.
Lalu Hian Ceng Totiang menerima sebuah bungkusan kecil
dari kain putih dari Ngo Kong Toa-su dan menyerahkannya
kepada Bee Kun Bu sambil berkata: "Bungkusan ini kau
serahkan sendiri kepada Sam susiokmu!" Bee Kun Bu
menerima bungkusan itu, lalu gurunya berkata: "Kau boleh
tinggal di rumah selama sebulan, baru menjaga Sumoaymu
Lie Ceng Loan baik-baik!" Bee Kun Bu membungkukkan
badannya memberi hormat dan menerima semua pesanpesan,
dan segera didesak oleh Hian Ceng Totiang agar
mereka pagi itu juga meninggalkan kuil San Ceng Koan,
Tidak lama setelah Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan
meninggalkan kuil itu, Hian Ceng Totiang memanggil pendetapendeta
yang tinggal di dalam kuil itu berkumpul untuk
memberitahukan bahwa ia akan meninggalkan kuil itu dan

menyerahkan semua urusan kuil kepada pendeta yang tertua.
Lalu bersama-sama Ngo Kong Toa-su, ia pun meninggalkan
kuil San Ceng Koan menuju ke pegunungan Koat Cong San di
propinsi Cek-kiang.
Dieeritakan bahwa setelah Bee Kun dan Lie Ceng Loan
berpisah dari Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su di kuil
tersebut, mereka naik perahu menuju ke rumah orang tua nya.
Karena air sungai itu sangat deras, perahu itu pun berlayar
dengan lajunya, Di atas perahu itu Lie Ceng Loan duduk di
samping Bee Kun Bu. Tiba-tiba ia bertanya: "Bee Suheng,
apakah kau pernah pergi ke pegunungan Kun Lun?"
Bee Kun Bu menggeleng dan menyahut: "Selama dua
belas tahun, selainnya aku dibawa guru pulang ke rumah
untuk menengok ibu bapakku dua kali, aku belum pernah
menanggalkan kuil San Ceng Koan."
Sambil menempelkan badannya ke badan Bee Kun Bu, Lie
Ceng Loan berkata: "Aku masih kecil sekali dibawa oleh
guruku ke kuil Hua Lim Si, Selama sepuluh tahun lebih, selain
di kuil Hua Lim Si dan ke kuil San Ceng Koan, aku juga belum
pernah pergi ke tempat lain. Guruku belum pernah
menceritakan tentang riwayatku. Aku mengira bahwa ibu
bapakku tidak sayang padaku, dan tidak ingin menerimaku
Jika tidak, mengapa selama sepuluh tahun lebih ini, mereka
tidak datang menengok aku!" ia tak dapat menahan
kesedihannya, dan air matanya pun bereucuran di kedua
pipinya!
Bee Kun Bu juga ikut bersedih hati, dan ia berusaha
menghibur dengan sikap yang canggung. "Aku tak mengetahui
cara bagaimanakah aku harus meredakan sedih hatimu...."
Mereka tiba di telaga Tung Ting Ouw waktu lohor Di tepi
telaga yang luas itu tampak oleh Lie Ceng Loan perahuperahu
para nelayan, Untuk bermalam, mereka harus
mendarat dan mencari rumah penginapan Lalu perahunya
ditujukan ke tepi. Pada saat itu, perahu mereka telah ditubruk
oleh sebuah perahu yang datang dari jurusan lain. Lie Ceng

Loan menjadi gusar, dan hendak menegur Tapi Bee Kun Bu
menasehatkan supaya ia bersabar dan berkata: "Aku ingat
akan pesan guruku, Di kalangan Kang Ouw, seringkali
menemui peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Terhadap
kejadian yang remeh lebih baik kita sabar."
Setelah mereka mendarat, Lie Ceng Loan bertanya:
"Kakak Kun Bu, kemanakah kita pergi?"
Bee Kun Bu yang telah jatuh cinta terhadap gadis yang
cantik jelita itu menyahut dengan suara rendah: "Kita ke Timur
untuk mencari rumah penginapan." Mereka mencari rumah
penginapan tanpa hasil Bee Kun Bu lalu mengusulkan naik
perahu kembali untuk meneruskan perjalanan "Jika kita
berlayar dengan cepat dan tanpa rintangan besok kita akan
tiba di rumahku," katanya.
Di atas perahu itu Lie Ceng Loan bertanya: "Kakak Kun
Bu, siapakah yang berada di rumah, Apakah ibumu dapat
merasa gembira melihat aku? Aku telah dimanjakan oleh Ngo
Kong Toa-su sehingga menjadi sangat nakal."
"Ibuku sangat ramah, ia pasti menyukaimu," sahut Bee
Kun Bu. Sambil tertawa Lie Ceng Loan berkata: "Jika demikian
aku akan berlaku alim agar ia tidak gusar." Telaga Tong Ting
Ouw itu sangat luas, dan panjangnya tiga ratus lie lebih, airnya
bening, seperti kaca. Angin yang berhembus demikian
halusnya sehingga menyebabkan pemuda dan pemudi itu
gembira sekali Di sepanjang jalan perahu mereka telah
melewati banyak perahu-perahu nelayan, pada suatu ketika
tampak oleh mereka sebuah perahu layar yang besar berlayar
dengan sangat pesatnya seakan-akan mengejar perahunya,
Perahu layar yang besar itu diikuti oleh empat buah perahuperahu
yang lebih kecil, Untuk menjaga diri, Lie Ceng Loan
mengambil pedangnya dan memberikan pula sebuah kepada
Bee Kun Bu sambil berkata: "Kakak Kun Bu, rupanya perahu
yang menubruk kita tadi sedang mengejar kita!"
Baru saja ucapannya selesai ke empat perahu-perahu
yang kecil itu telah berada di depan perahu mereka, dan di

depan tiap-tiap perahu berdiri seorang yang bertubuh besar,
Dengan pedang terhunus, Bee Kun Bu lalu menegur "Aku
sebetulnya tidak kenal kalian, Kita juga bukannya saudagar
yang kaya. Kalian telah merintangi perahu kita, apakah
sebabnya?"
Orang yang berdiri di atas perahu di sebelah kiri dan yang
berusia lebih kurang empat puluh tahun, Menyahut: "Jika
kamu saudagar-saudagar, kaya, kita tidak menghiraukan Kita
ingin bertanya, apakah hubunganmu dengan Hian Ceng
Totiang dari kuil San Ceng Koan?"
"Hian Ceng Totiang adalah Suhuku, mau apa?!" sahut Bee
Kun Bu dengan gusar
Orang itu berkata lagi: "Hian Ceng Totiang telah
menggemparkan kalangan Kang Ouw, Guru kita yang telah
mendengar bahwa ilmu silat pedang dari partai Kun Lun yang
tak ada taranya di kolong langit, ingin mengambil kesempatan
untuk belajar kenal dengan kedua muridnya!"
Dengan sahutan yang ramah itu, Bee Kun Bu menjadi
agak reda. ia berkata lagi: "Aku baru keluar dari rumah dan
baru berpisah dari guruku, oleh sebab itu aku tak mengerti
peraturan dari kalangan Kang Ouw, jika guru saudara ingin
menjumpai kami, bukankah lebih baik jika kami yang datang
memberikan hormat kepada nya ?"
Orang itu menyahut:” Tapi guru kita telah datang."
Orang tua itu mengangkat kedua tangannya memberi
hormat dan sambil tersenyum berkata: "Kami dengan tak
sengaja telah melanggar perahu saudara, aku menghaturkan
maaf.”
Lalu ia menunjuk ke arah perahu layar yang besar Bee
Kun Bu menengok ke arah perahu yang besar itu, yang sangat
terang karena amat banyaknya lilin dipasang orang. Di atas
sebuah kursi yang ditutupi dengan kulit macan duduk
seseorang yang berusia lima puluh tahun lebih, tapi seluruh
rambut dan jenggotnya berwarna putih, Di kiri dan kanannya

berdiri dua orang yang bertubuh tegap dan memegang golok
besar Setelah perahunya berdempetan dengan perahu Bee
Kun Bu, orang tua itu bangun dari kursi nya. ia mengangkat
kedua tangannya memberi hormat, dan berkata sambil
tertawa: "Kami dengan tak sengaja telah melanggar perahu
saudara, aku menghaturkan maaf!"
Bee Kun Bu berbisik pada Lie Ceng Loan: "Kita harus
waspada. Mari kita pergi ke perahunya." Lalu dengan sekali
meloncat, mereka telah berdiri di hadapan orang tua itu,
Orang tua itu melihat kepada orang-orangnya yang berada
di ke empat perahu-perahu kecil dan berkata: "periksalah
apakah perahu tamu kita mendapat kerusakan karena
bentrokan tadi, Jika ada kerusakan, harus kamu perbaiki
dengan segera," Semua orang-orangnya serentak
mengangkat lengan kiri dan menekan dada, lalu
membungkukkan tubuh memberi hormat, Mereka segera
memeriksa perahu Bee Kun Bu. Dengan menghadapi Bee
Kun Bu dan Lie Ceng Loan orang tua itu berkata sambil
tertawa: "Aku ini kurang hati-hati, Jika perahu saudara
menderita kerusakan, aku minta maaf Mari kita minum arak
dulu."
Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan membungkukkan tubuh
memberi hormat, lalu Bee Kun Bu berkata: "Kami baru
berpisah dari guru kami, dan tidak mengenal peraturan Mohon
dimaafkan Apakah kami dapat kehormatan mengenal tuan
dari angkatan tua?"
Orang tua tersebut tertawa dan menyahut: "Pada dua
puluh tahun berselang aku telah bertempur melawan Hian
Ceng Totiang, dan karena ia baik hati, aku dapat hidup lagi
beberapa puluh tahun Mari kita minum arak dulu. Ada banyak
hal-hal yang hendak kutanyakan.” Lalu ia mengajak pemuda
dan pemudi itu masuk ke dalam kabin Empat orang yang
memegang golok besar di depan kabin itu membungkukkan
tubuh memberi hormat kepada mereka. Di dalam kabin itu
terang benderang karena sinar lilin yang amat banyak dan
dihias dengan indah sekali Di atas meja persegi delapan telah

tersedia beberapa cangkir teh dan sebuah teko, Dua orang
anak yang berbaju hijau menjadi pelayan Setelah mereka
duduk, orang tua itu berkata:" Apakah Siocia ini juga dari
partai silat Kun Lun?"
"Betul, Aku dan kakak Kun Bu tidak minum arak, Kau ada
urusan apa? Ayo lekas-lekas bilang, Kami tak banyak
mempunyai waktu, Kami harus lekas-lekas meneruskan
perjalanan!" sahut Lie Ceng Loan dengan tidak sabar, Bee
Kun Bu mengerutkan kening mendengar jawaban yang agak
kasar itu, tapi orang tua itu hanya tertawa, "Baiklah, Siocia,"
katanya, "Kemanakah kamu hendak pergi? Aku dapat
mengikuti agar kamu tak terlambat, dan kita dapat bereakapcakap
sambil perahu-perahu kita berlayar ke tempat yang kau
tuju."
Bee Kun Bu menjawab: "Kita bermaksud mendarat di kota
Gak Yo, dan kita tidak ingin menyusahkan”.
Orang tua itu menggelengkan kepalanya dan berkata:
"Tidak susah, kita dapat bereakap-cakap sambil berlayar."
Lalu diperintahkannya orang-orangnya memasang layarlayar
besar agar perahu itu dapat berlayar pesat menuju kota
Gak Yo. Diperintahkannya kedua anak kecil yang menjadi
pelayan menyuguhkan teh dan menyiapkan makanan untuk
kedua tamunya, Sambil makan dan mi-num, mereka
melanjutkan pembicaraan
"Gurumu telah menanam budi yang besar padaku, ia telah
menolong jiwaku, Aku merasa malu tak dapat membalas
budinya selama dua puluh tahun ini," memulai orang tua itu,
"Kemarin dulu aku mendapat kabar, bahwa ia telah
memperoleh peta asli Cong Cin To. Kabar itu telah
menyebabkan banyak jago-jago silat dari kalangan Kang Ouw
berkumpul di propinsi Hupeh. Aku khawatir dalam beberapa
hari ini akan terjadi pertempuran-pertempuran dahsyat untuk
merebut peta asli Cong Cin To itu. Untuk Cong Cin To itu,
selama seratus tahun belakangan ini telah tewas banyak jagojago
silat Kamu adalah dari partai Kun Lun, dan kamu tak

akan luput dari bokongan-bokongan dari partai silat lain. Aku
tidak berani memastikan, bagaimana akibatnya, Aku pun
datang dan menjumpai kamu atas perintah orang lain, karena
peta asli Cong Cin To itu, Aku yakin dengan ilmu silat yang
kamu pelajari dari Hian Ceng Totiang, kamu dapat menjaga
dfri, Tapi gerak-gerik atau tindak-tanduk kamu berdua harus
dirahasiakan jika ketahuan bahwa kamu dari partai Kun Lun
dari Hian Ceng Totiang, kamu segera diintai oleh banyak jagojago
silat Tipu muslihat dan siasat di kalangan Kang Ouw
seribu satu macam, dan untuk mencapai maksud nya, mereka
akan menjadi kejam dan buas, peringatan inilah yang ingin
kuberikan sebagai tanda membalas budi Hian Ceng Totiang
yang telah menolong jiwaku, Hari ini beruntung sekali kamu
berjumpa dengan kami... jika tidak, mungkin kamu harus
melawan dan bertempur dengan susah payah!"
Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan mendengarkan
keterangan-keterangan itu dengan sikap gelisah, "Kita telah
berpisah dari guru, dan lebih daripada setengah bulan telah
lewat semenjak suhengku Sim Cong dibunuh mati selagi
membawa suatu benda..." pikir Bee Kun Bu, dan lalu
memandang Lie Ceng Loan yang kini telah menjadi bebannya
pula. Tiba-tiba ia berseru: "Aku telah memperoleh perhatian
tuan dari angkatan tua, dan aku mengucapkan banyak-banyak
terima kasih, Apakah guruku telah memperoleh peta asli Cong
Cin To atau belum, aku tidak tahu dengan pasti Jika para jago
silat telah berkumpul di Hupeh untuk bertempur melawan
guruku dan mungkin juga melawan tuan dari angkatan tua,
kami pun sebagai murid-murid partai Kun Lun tidak takut mati,
Tuan dari angkatan tua telah datang ke sini atas perintah
untuk mencari peta asli itu, kami pun tidak ingin merintangi
lagi, dan kami segera minta diri!" Setelah mengucapkan
perkataan itu, Bee Kun Bu mengajak Lie Ceng Loan keluar
dari kabin. Tapi orang tua itu tertawa terbahak-bahak dan
berkata dengan suara keras: "Tidak salah jika Hian Ceng
Totiang seorang satria, Coba lihat muridnya, orang-orang dari
partai Kun Lun betul-betul tidak dapat dianggap remeh, Aku
sangat memuji mereka. Ayo kembali, besok pagi kita mungkin

sudah tiba di Gak Yo. Kesempatan ini sukar didapat Ayo kita
bereakap-cakap lagi. Siapa tahu di kemudian hari aku harus
mohon Siotee mengajarkan kepadaku ilmu silat pedang Hun
Kong Kiam Hoat"
Bee Kun Bu tak dapat menolak ia yakin bahwa orang tua
itu merasa girang dapat membalas sedikit budi guru-nya, dan
juga merasa canggung karena ia harus merebut peta asli
Cong Cin To dari tangan gurunya itu, ia duduk kembali di
dalam kabin dan berkata: "Kita betul-betul berterima kasih atas
kebaikan tuan dari angkatan tua, sebetulnya aku tak tahu pasti
apakah peta asli Cong Cin To itu telah jatuh di tangan guruku."
"Aku pun tidak mengetahui dengan pasti, Tapi atas
perintah orang lain, aku harus merebut peta asli itu. Aku hanya
ingin memperingatkan kamu lagi, bila berada di daerah ini,
yaitu daerah partai Tian Liong, kamu harus bertindak hati-hati
sekali, karena jaring dari partai Tian Liong itu sangat rapat,
dan orang-orangnya banyak," berkata si orang tua, lalu
meneguk secangkir arak, Seterusnya mereka tidak
mempereakapkan lagi soal peta Cong Cin To, melainkan
hanya menceritakan segala sesuatu yang luar biasa di
kalangan Kang Ouw,
Perahu layar itu berlayar dengan laju sekali, dan ketika
fajar menyingsing, mereka telah tiba di kota Gak Yo. Mereka
mendarat, dan melihat bahwa ke empat perahu yang kecil
disertai perahu Bee Kun Bu telah tiba juga. Lalu Bee Kun Bu
dan Lie Ceng Loan meloncat ke atas perahu kecilnya setelah
minta diri dari orang tua itu. Bee Kun Bu lalu memeriksa
barang-barangnya di dalam perahu dan ternyata tidak ada
barang yang diganggu, perahunya berlayar sedikit lagi, lalu
mereka mendarat
Ketika itu suasana belum terang, karena matahari belum
terbit juga tidak kelihatan orang berkeliaran di jalan. Dengan
ilmu meringankan tubuh mereka berjalan dengan pesat sekali
dan dalam sekejap saja mereka telah menempuh jarak dua
puluh lie lebih, Di depan mereka tampak dari jauh sebuah
desa yang dilingkari gunung-gunung. Suara air mengalir dari

sebuah sungai terdengar dengan nyata, Di sebelah Barat desa
itu terletak sebuah rumah bergenteng merah. Sambil
menunjuk ke arah rumah itu Bee Kun Bu berkata: "Rumah itu
adalah rumahku, Ayahku telah menetap di desa Tiong An ini
sejak dua puluh tahun ini."
Sambil tersenyum Lie Ceng Loan berkata: "Desa ini indah
sekali, Kita dapat menangkap ikan di dalam sungai diwaktu
senggang." Ucapan ini menyebabkan Bee Kun Bu terkenang
akan masa kanak-kanaknya, ketika ia ber-sama-sama
saudara sepupu perempuannya, Ling Sio Cien, menangkap
ikan di dalam sungai, Ling Sio Cien, lebih tua tiga tahun
daripadanya, dan menjadi yatim piatu ketika masih kecil.
Lalu ia dipelihara oleh ibunya, dan Bee Kun Bu
menganggapnya sebagai kakaknya sendiri, Ling Sio Cien pun
yang pintar dan cerdas, juga amat sayang padanya, Ketika
Bee Kun Bu berusia delapan tahun dan dibawa oleh Hian
Ceng Totiang, bukan main sedih hatinya. Mereka telah
berpisah selama dua belas tahun. Betul ia pernah
mengunjungi ibu bapaknya dua kali, akan tetapi ia tidak tinggal
lama-lama.
Ia hanya menginap dua hari, lalu kembali lagi ke kuil San
Ceng Koan, Ketika ia kembali untuk kedua kalinya, ia telah
berusia delapan belas tahun, dan Ling Sio Cien dua puluh
satu tahun. Mereka telah menjadi jejaka dan gadis, dan
masing-masing merasa canggung untuk bereakap-cakap lagi,
Ling Sio Cien hanya bisa menasehatkan supaya ia belajar silat
dengan tekun, "Hian Ceng Totiang adalah seorang yang luar
biasa, Kau beruntung menemuinya dan diterima sebagai
muridnya." demikian nasehatnya, Bee Kun Bu yang cerdik
segera mengerti maksudnya itu. Kini ia kembali dengan
mengajak Lie Ceng Loan, Apakah ia akan menimbulkan salah
paham? ia berhenti berjalan ketika pikiran itu datang,
Melihat ia terpesona, Lie Ceng Loan menegur "Kakak Kun
Bu, apakah yang kau pikiri?" Bee Kun Bu terkejut dan
menyahut: "Aku memikirkan Suhu...." Lalu ia berjalan lagi
menuju ke rumah yang bergenteng merah itu.

Setelah mereka menyeberangi sungai kecil dan melalui
padang rumput dan hutan bambu, mereka tiba di depan pintu
rumah itu, yang memakai papan nama "Sui Goan San Cong"
(rumah pegunungan terang bulan"), Seorang bujang tua yang
berusia lima puluh tahun lebih yang berada di pekarangan
depan melihat mereka datang berseru: "Majikan muda telah
datang, Kemarin majikan tua telah berbicara tentang majikan
muda, karena besok adalah hari ulang tahun wafat nya Ling
Sio Cien Siocia...." Belum lagi ucapan itu selesai, Bee Kun Bu
merasa ngeri dan terkejut! ia bertanya dengan bernafsu: "A
Luk! Apakah katamu?! Kakak sepupuku meninggal?!" Dengan
menarik napas panjang bujang tua itu menyahut.”Tuhan tak
bermata.... Ling Sio Cien yang cantik jelita meninggal lebih
dulu daripada aku si tua bangka ini...."
Dengan mencengkeram kedua pundak bujang tua itu Bee
Kun Bu bertanya lagi: "Bagaimanakah matinya?!" Sedih sekali
hatinya, seakan-akan ditusuk-tusuk dengan belati! Bujang tua
itu mengucurkan air mata, dan tak dapat segera menjawab Lie
Ceng Loan yang melihat adegan menyedihkan itu juga
terharu, tetapi ia masih hijau dan tak dapat menghibur Ketika
itu dari dalam rumah berjalan keluar seorang tua yang sudah
putih rambutnya dan berpakaian congsam (baju panjang). ia
memberitak, "Kun Bu, lepaskan cengkeraman itu, Apakah kau
sudah gila? pundak itu bisa remuk!"
Bentakan itu menyadarkan Bee Kun Bu. Dilepaskannya
cengkeraman nya. ia menoleh ke rumah, dan melihat ayahnya
berjalan keluar ia berlari mendatangi dan berlutut di hadapan
ayahnya sambil berkata: "Ananda telah pulang." Ayah Bee
Kun Bu lalu bertanya pada bujang tua itu, apakah ia terluka,
Bujang tersebut menyahut sambil meringis: "Tidak apa-apa.
Hanya sakit sedikit! Tapi hebat betul cengkeramannya!"
"Kau seperti anak kecil! Jika aku datang terlambat sedikit,
mungkin pundaknya A Luk sudah remuk!" demikian ayahnya
memarahi Kun Bu.

"Anda minta maaf, ananda telah lupa karena mendengar
kabar buruk tentang meninggalnya kakak Ling Sio Cien!"
sahut Bee Kun Bu.
"Cien Ji masih muda, Sayang sekali ia meninggal dalam
usia sedemikian muda, Aku dan ibumu telah berusaha
sedapat-dapatnya, tapi manusia berusaha, Tuhan berkuasa!"
ia berkata sambil menarik napas panjang, Ketika ia melihat Lie
Ceng Loan ia bertanya: "Siapakah gadis berbaju merah ini?"
Bee Kun Bu bangkit dan berkata: "lni adalah Sumoayku
bernama Lie Ceng Loan. Atas perintah Suhu, ananda harus
membawanya ke pegunungan Kun Lun." Ketika itu Lie Ceng
Loan mendekati Bee Kun Bu, dan sambil membungkukkan
tubuhnya memberi hormat ia berseru: "Paman!"
Ayah Bee Kun Bu bernama Bee Liong, ia pernah menjadi
kepala kampung, akan tetapi karena ia di geser oleh orang
atasannya Lauw Khin, ia telah diberhentikan dan kembali ke
kampung halamannya, ia tinggal di rumahnya menjalani hari
tuanya sambil mempelajari kesusasteraan. Ketika Bee Kun Bu
berusia empat tahun dan sedang bermain-main dengan Ling
Sio Cien di padang rumput, kebetulan Hian Ceng Totiang
lewat, dan melihatnya, Dengan matanya yang awas, Hian
Ceng Totiang segera mengetahui bahwa anak itu luar biasa,
dan segera timbul hasratnya untuk mengambilnya sebagai
murid. Bee Liong yang mengetahui bahwa Hian Ceng Totiang
itu bukan orang sembarangan lalu mengundangnya masuk
rumah, pertemuan itu telah menyebabkan keduanya mengikat
tali persahabatan.
Dan seterusnya tiap tahun Hian Ceng Totiang pasti datang
ke rumah Bee Liong. Ketika Bee Kun Bu berusia delapan
tahun, Hian Ceng Totiang memberitahukan pada Bee Liong
bahwa pu-teranya adalah anak yang luar biasa dan berbakat
Bee Liong menyahut "Aku ini orang desa, dan aku tidak
mempunyai harapan bahwa puteraku akan menjadi terkenal
Jika saudara sudi menerimanya sebagai murid, aku rela
menyerahkan." jawaban itulah justru yang diharap-harap oleh
Hian Ceng Totiang, ia segera menyanggupi untuk menerima

Bee Kun Bu sebagai muridnya, dan berjanji akan mengajarkan
segala ilmu silat partai Kun Lun, dan merawatnya seperti
anaknya sendiri. Demikianlah Bee Kun Bu dibawa ke kuil San
Ceng Koan, dan telah diajari ilmu silat selama dua belas tahun
sehingga ia menjadi seorang jago silat yang luar biasa dari
yang luar biasa di kalangan Kang Ouw,
Bersama-sama mereka masuk ke dalam ruangan tamu,
Setelah duduk, Bee Liong bertanya: "Apakah gurumu baikbaik
saja? Kapankah kau kembali lagi ke kuil San Ceng
Koan?" Bee Kun Bu menyahut: "Suhu telah memerintahkan
ananda menengok ibu dan ayah dulu, Setelah lewat sebulan,
ananda harus mengantar Lie Sumoy pergi ke pegunungan
Kun Lun menemui paman-paman guru, dan tak akan kembali
lagi ke kuil San Ceng Koan."
"Kau adalah murid partai silat Kun Lun, dan harus menaati
segala perintah gurumu, Aku dan ibumu sudah berusia lanjut,
dan kami tak menghiraukan lagi segala urusan dunia,
semenjak kakakmu Sio Cien meninggal, ibumu sangat
bersedih hati, dan tiap-tiap hari ia membaca kitab suci, Jika ia
sedang membaca, siapapun tak boleh mengganggu
sebetulnya ibumu seorang sakti, ia telah dapat meramalkan
bahwa Sio Cien tak dapat hidup sampai umur dua puluh lima
tahun, Betul juga ia meninggal setahun yang lewat karena
menderita sakit cacar, Pamanmu, ketika menjadi wedana,
pernah berbuat banyak perbuatan yang bukan-bukan, dan ia
telah memperoleh balasan yang setimpal, bahkan dosanya
telah menimpa puterinya, Sio Cien itu. sebentar jika ibumu
telah selesai dengan membaca kitab suci, kau dapat
menjumpainya Besok kau harus pergi sembahyang di
hadapan kuburan Sio Cien, Apa yang hendak kau lakukan di
kemudian hari, aku tidak menghiraukan karena gurumu tentu
lebih mengetahui jalan apakah yang harus kau tempuh, Ya...
aku sudah tua, mungkin tak dapat bertemu muka lagi."
Lalu ia menganggukkan kepalanya kepada Lie Ceng Loan
dan keluar dari ruang tamu itu.

Bee Kun Bu mendengarkan uraian ayahnya dengan kedua
mata terbelalak seperti sebuah patung. ia mengawasi ayahnya
yang berjalan keluar tanpa menoleh-noleh lagi ke belakang. ia
tak mengetahui bahwa ayahnya telah menjadi seorang suci
yang tak menghiraukan harta dunia atau kesenangan dunia,
dan yang tak mau dipusingkan oleh apa saja yang akan
datang, Ya... ia telah bertapa di rumah itu selama dua puluh
tahun dengan tenteram, aman dan tenang, Orang semacam
itu tidak lagi membedakan mati atau hidup.
Dengan tak disadarinya, air matanya mengucur Lie Ceng
Loan menghibur "Kakak Kun Bu, sudahlah, jangan bersedih
hati!" Bee Kun Bu lekas-lekas menyusut air matanya, dan
dengan senyum paksaan ia mengajak Lie Ceng Loan
menemui ibunya. Setelah berjalan melalui sebuah taman
bunga, mereka tiba di sebuah kamar di mana tampak seorang
wanita yang berusia setengah abad, berparas cantik, sedang
memejamkan mata menyanyikan sajak dari kitab suci yang
terletak di pinggir meja kayu cemara dan berbentuk delapan
persegi Bee Kun Bu menghampiri ibunya, lalu berlutut di
hadapannya sambil berkata: "lbu, ananda telah pulang!"
Lalu Bee Hujin membuka matanya, ia mengusap-usap
kepala puteranya, dan berkata: "Kau telah pulang, Kebetulan
sekali! Besok adalah hari ulang tahun meninggalnya kakakmu,
Sebelum ia menutup mata, ia telah menyebut-nyebut
namamu, Besok kita pergi ke kuburannya, ia dikuburkan di
kaki gunung di sebelah Barat, dimana kamu suka bermainmain
ketika masih kecil."
Dengan mata yang berlinang-linang Bee Kun Bu
menyahut: "Sayang ananda tak dapat bertemu dengan ia
ketika ia meninggal!"
Dengan wajah seorang ibu yang mencintai anaknya, Bee
Hujin berkata lagi sambil menarik napas: "Sio Cien pintar dan
cerdas, Sayang umurnya pendek. ia meninggal karena dosa
ayahnya, Hai, siapakah gadis ini?"

Lie Ceng Loan yang juga turut berlutut, ketika ditegur,
segera menyahut: "Bibi, aku Lie Ceng Loan, bersama-sama
kakak Kun Bu adalah murid dari partai Kun Lun." Bee Hujin
lekas-lekas mengangkatnya, dan mengawasi paras mukanya,
"O! Kau Sumoynya Kun Bu, berapa usiamu tahun ini?"
"Tahun ini aku berusia tujuh belas tahun," sahut Lie Ceng
Loan,
"Kau berasal dari mana? siapakah ibu bapakmu?"
pertanyaan itu menusuk hati si gadis. ia ingat bahwa ia dari
kecil telah dipelihara oleh Ngo Kong Toa-su yang
mencintainya seperti puteri kandungnya, ia merasa sedih
karena belum pernah menikmati kasih sayang seorang ibu
dan ia pun tak mengetahui siapakah ibu bapaknya.
Pertanyaan tersebut menyebabkan ia menangis, lalu
menjawab: "Loan Jie anak piatu semenjak bayi, Ngo Kong
Toa-su mengatakan bahwa aku bernama Lie Ceng Loan, akan
tetapi tak mengetahui siapakah ibu bapakku...." Tiap-tiap
perkataan yang diucapkan memilukan hati. Bee Hujin
mengusap-usap rambutnya seperti seorang ibu yang
menghibur puterinya. "Sudahlah, jangan bersedih hati lagi!"
Setelah menyusut air matanya, ia bertanya: "Bibi apakah
aku akan bernasib seperti kakak Sio Cien, berumur pendek
juga?"
Pertanyaan itu hanya dijawab dengan senyuman seorang
ibu.
-ooo0ooo-
Bersumpah di depan kuburan
Lalu untuk meredakan Bee Hujin berkata: "Anak, kau
beruntung, kau tidak senasib dengan Sio Cien," Kemu-dian
sambil menghadapi puteranya ia berkata: "Anak, ayahmu telah
berubah, ia telah berkeras hati bertapa di rumah di desa yang
terpencil ini. Aku meskipun telah mempelajari kitab-kitab suci

dari Buddha, hatiku tidak sekeras hati ayahmu, Aku
senantiasa memikirkan kau. Aku yakin kau berwatak ksatria,
dan aku ingin kau selalu begitu, jangan sekali-kali melupakan
budi orang."
Lalu Bee Hujin memejamkan mata kembali untuk
menyanyikan sajak dari kitab suci. Bee Kun Bu juga tidak ingin
lagi mengganggu ia mengajak Lie Ceng Loan keluar dari
kamar itu.
Bujang tua sudah menyiapkan kamar untuk majikan
mudanya, dan juga untuk Lie Ceng Loan.
Keesokan harinya ia telah menyiapkan keperluankeperluan
untuk sembahyang, dan menunjukkan jalan ke
kuburan Ling Sio Cien, setibanya di kuburan itu, Bee Kun Bu
berkata: "A Luk, pulanglah kau, tinggalkan aku seorang diri di
sini." A Luk berkata sebelum pergi: "Orang yang sudah mati
tak akan hidup kembali Majikan muda tak usah terlampau
bersedih hati, Aku akan datang sebentar lagi."
Setelah A Luk pergi, Bee Kun Bu tak tahan lagi, Air
matanya mengucur, dan karena amat sedihnya ia terjatuh di
depan kuburan itu! A Luk yang belum pergi jauh, setelah
melihat ini, lekas-lekas datang, dan berusaha menyadarkan
majikannya, tetapi tak berhasil ia lekas-lekas lari
memberitahukan kepada Lie Ceng Loan yang kebetulan
berdiri di depan rumah,
Dengan ilmu meringankan tubuh, gadis itu telah tiba di
kuburan dan menyaksikan Bee Kun Bu jatuh bertiarap di
depan kuburan, ia terkejut dan menubruk sambil berteriak:
"Kakak Kun Bu,., kakak Kun Bu... kakak Kun Bu...." Tapi Bee
Kun Bu tidak bergerak. Dirangkulnya tubuh Bee Kun Bu dan
menangis keras-keras, ia berseru: "Kakak Kun Bu, jika kau
mati, aku pun tidak mau hidup lagi." " Tiba-tiba ia merasa
hembusan angin dan mendengar suara orang yang telah
dikenalnya,
"Sobat! Apakah kau tidak ingin ia hidup?!" membentak
suara itu. Lie Ceng Loan segera berdiri dan mencari orang

yang membentak itu. Si jenggot putih yang dijumpainya di
telaga Tong Ting Ouw berdiri di depan nya. Si jenggot putih
tak menunggu Lie Ceng Loan berbicara, lalu menjelaskan
"Karena terlampau bersedih hati ia telah merintangi jalan
napasnya, Jika kau rangkul ia sekeras itu, hawa di dalam
tubuhnya sukar keluar, dan ia akan menderita Iuka-luka di
dalam tubuh, Dan... ia bisa mati atau menjadi orang cacad."
Sambil menangis tersedu-sedu ia berkata: "Cara
bagaimanakah kita harus menolongnya.,.? Jika ia mati, aku
pun tidak sudi hidup...."
Si jenggot Putih menghampiri tubuh Bee Kun Bu, Lalu
dengan tinju kanannya dipukul nya jalan darah di
punggungnya, dan dengan jari-jari tangan kirinya, ia
membebaskan jalan-jalan darah di dada dan paru-parunya.
Sejenak kemudian, Bee Kun Bu menjerit dan
menghembuskan napas dari lubang hidung dan mulutnya, ia
sadar, dan segera berdiri kembali Lie Ceng Loan
menghaturkan terima kasih kepada si jenggot putih lalu
memeluk Bee Kun Bu sambil bertanya: "Kakak Kun Bu,
mengapa kau tadi?" Bee Kun Bu tidak menyahut, tapi ia
menghaturkan terima kasih kepada si jenggot putih yang
berkata: "sebetulnya Sumoaymu juga dapat menolong kau,
Hanya ia kurang berpengalaman dan tidak tahu yang harus
diperbuatnya apa dalam kebingungan tadi"
"Tuan dari angkatan tua telah memberi peringatan kepada
kami ketika di atas perahu, Kini telah menolong jiwaku lagi,
Budi tersebut tak akan dapat kulupakan," sahut Bee Kun Bu,
Sambil tertawa si jenggot putih berkata lagi "Bee Siotee
telah bicara dengan cepat sebetulnya partai Tian Liong kami
dan partai Kun Lun tidak bermusuhan Tapi peta asli Cong Cin
To itu merupakan suatu mustika yang sedang diperebutkan
oleh berbagai-bagai partai silat Ketika di atas perahu,
bukankah aku pernah mengatakan bahwa kita berjumpa lagi,
mungkin aku minta Siotee mengajarku ilmu silat pedang Hun
Kong Kiam Hoat?"

“Tuan dari angkatan tua telah datang ke sini dengan
maksud mengejar peta asli Cong Cin To, Sesungguhnya, Con
Cin To itu tidak berada di tanganku," berkata Bee Kun Bu
sambil tersenyum
"Jika demikian halnya, aku minta Siotee menemui
pemimpin partai Tian Liong kami," kata si jenggot putih.
Bee Kun Bu berpikir sejenak, lalu menyahut: "Dari
pembicaraan itu, rupa-rupa nya tuan dari angkatan tua ingin
menangkap aku hidup-hidup, bukan ?"
Si jenggot putih mengurut-urut jenggotnya dan ber-kata:
"Peraturan partai ku sangat keras. Aku si tua bangka tak dapat
mengambil keputusan sendiri Aku terpaksa membawa kau
menemui pemimpin partaiku."
Dengan berdiri tegap, Bee Kun Bu menjawab: "Kita dari
partai Kun Lun tidak mudah digertak Lagi pula menangkap aku
hidup-hidup tidak mudah!"
Pada saat itu, si jenggot putih mengejek: "Gurumu betul
terkenal sekali, dan kau sendiri mungkin lihay, Tapi aku ingin
mencoba ilmu silatmu dalam beberapa jurus! Kemudian baru
kita berbicara lagi!"
Dengan merendah Bee Kun Bu berkata: "Siotee tak
berpengalaman, ilmu silat yang telah dipelajaripun tidak lihay.
Tapi Siotee merasa beruntung dapat kesempatan menguji silat
melawan tuan dari angkatan tua dan dengan demikian
mungkin banyak mendapat manfaatnya, Tapi kita telah
bertemu dua kali, dan sampai sekarang aku belum mengenal
siapa sebetulnya tuan dari angkatan tua ini."
"Aku ini pemimpin cabang daerah sungai Yang Tsu dari
partai Tian Liong bernama Tee Ju Liong, alias Naga Sakti dari
Sungai Yang Tsu," ia menjelaskan sambil tertawa, "Nah,
Siotee! jaga serangan ini!" peringatan itu diiringi dengan
cengkeraman tangan kanan secepat kilat ke muka Bee Kun
Bu, yang buru-buru mengelak Lie Ceng Loan tak tinggal diam.
ia membalas menyerang dengan kedua tangannya yang putih

halus dengan ilmu Ouw Tiap Hui Bu atau kupu-kupu menarinari
di sinar matahari yang memaksa Tee Ju Liong mundur
untuk menghindarkan serangan cakaran yang bertubi-tubi itu!
Lie Ceng Loan membentak: "Kau telah menolong kakakku,
aku berterima kasih. Tapi jika kau menyerang ia, aku pasti
membalas!"
Dengan wajah yang seram Tee Ju Liong menyahut: "Siocia
lihay betul silatnya, Tapi aku Tee Ju Liong tidak sudi
bertempur melawan anak perempuan Siocia diminta berdiri di
pinggir Aku hanya ingin bertarung melawan kakakmu!"
"Ha! Ha! Kakakku lebih lihay daripadaku Bagaimanakah
kau dapat melawannya?!"
Ejekan itu menyebabkan Tee Ju Liong gusar sekali, "Jika
kau tidak mengerti maksud baik ini, kau harus mencoba
serangan-seranganku!" bentaknya,
"ltu baru betul! jika aku kalah, kau baru menggempur
kakakku!" sahut Lie Ceng Loan. ia tersenyum kepada Bee Kun
Bu, lalu dikipaskannya lengan baju merahnya, dan dengan
kedua tangannya ia menyodok mata lawannya, Sambil tertawa
Tee Ju Liong mencoba mencekal tangan kanan lawannya
dengan tangan kirinya dengan maksud hendak memijit jalan
darah di tangan kanan lawannya, dan tinju kanannya dikirim
ke bahu lawannya secepat kilat Si gadis tidak menunggu
sampai serangan itu tiba, melainkan lekas-lekas mengubah
serangannya.
Dengan tinju kiri ditotoknya lengan kanan lawannya
dengan ilmu Peh Hok Tiam Ko atau bangau putih mematok
gabah, Tee Ju Liong tidak menduga bahwa serangan itu
demikian pesat nya. ia merasa kena ditotok, karena lengan
kanannya menjadi lemas, ia gusar, dan menyerang lawannya
kembali dengan kedua tinjunya delapan jurus sekaligus,
Serangan yang gencar itu tak tiapat ditahan oleh Lie Ceng
Loan. ia buru-buru mundur beberapa langkah, dan menanti
sampai jurus-jurus lawannya selesai, untuk menendang

kemaluan lawannya dengan kaki kanannya, Tee Ju Liong
terkejut dan meloncat mundur cepat-cepat.
Bee Kun Bu yang menyaksikan pertempuran itu merasa
khawatir Sumoynya tak dapat melawan. ia ingin membantu,
tapi tendangan maut yang baru saja dilepas menyebabkan ia
ingat kepada Ngo Kong Toa-su dengan ilmu silat tinju Cap
pwee Lo Han Congnya, Betul saja tendangan itu diiringi
dengan tinju keras ke arah kepalanya Tee Ju Liong! Tee Ju
Liong mengelak: pertempuran berlangsung lebih kurang lima
puluh jurus, dan masih belum ada yang kalah.
Si gadis dengan silat tinjunya yang gencar dan cepat dapat
melawan si jenggot putih yang silat dan tenaganya lebih baik,
"Aku sebagai kepala dari cabang partai Tian Liong, jika kalah
melawan gadis ini, tentu akan malu sekali menemui pemimpin
partai Tian Liong," pikirnya sambil bertempur.
Lalu ia mengubah jurus serangannya, Dengan satu tinju
yang dibarengi dengan satu tendangan ia mendesak si gadis,
Serangan itu dilakukan dengan tenaga dalam yang besar
sekali sehingga Lie Ceng Loan yang kalah tenaga harus
lekas-lekas meloncat seperti seekor bajing, ia terkejut dan
tubuhnya mengeluarkan keringat dingin! Bee Kun Bu cemas
melihatnya, dan menjadi gusar mengapa si tua bangka terlalu
kejam menyerang seorang gadis, ia hendak membantu, tapi si
gadis sudah mengubah lagi jurus-jurus serangannya.
Rupanya ia menggunakan ilmu silat tinju Cap pwee Lo Han
Cong dengan sedikit perbedaan sebetulnya ilmu silat tinju Cap
Pwee Lo Han Cong yang telah diajarkan Ngo Kong Toa-su
kepada Lie Ceng Loan dapat melawan musuh yang manapun
juga, Tapi harus dilakukan oleh orang laki-laki yang besar
tenaganya, Lie Ceng Loan seorang gadis, dan betapa besar
pun tenaganya, ia tidak akan dapat menandingi tenaga
seorang jago silat laki-Iaki.
Oleh karena itu Ngo Kong Tao-su telah mengajarkan pula
ilmu silat tinju Liu Yun Cong atau Tinju Awan Terapung yang
cocok sekali bagi si gadis yang gesit dan lincah itu, Seperti

awan terapung tubuh gadis itu ber!ari-Iari kian kemari
sehingga lawannya tak dapat mengirim jotosan yang jitu,
tetapi ia dapat sebentar-sebentar mengirim jotosan-jotosan ke
tubuh Iawannya. Karena Tee Ju Liong kuat sekali, ia masih
dapat bertahan.-Tapi jika tinjunya mengenai sasaran, gadis itu
pasti tewas atau luka parah!
Bee Kun Bu insyaf bahwa pertempuran itu akan
berlangsung lama, ia mengangkat kedua lengannya, lalu
menerjang masuk di antara kedua orang itu dengan ilmu Hun
Lang Toan Li atau memecah arusnya dua ombak.
Kedua lengannya mendorong ke arah kedua orang itu dan
berkata sambil tertawa: "Kedua-duanya tak mempunyai
dendam, mengapa bertempur mati-matian? Tuan dari
angkatan tua besar tenaganya, jika bertempur terus, Lie
Sumoay pasti kalah, Lebih baik berhenti bertempur!"
Tee Ju Liong mengerti bahwa perkataan itu adalah untuk
merendahkan diri, ia insyaf bahwa ia tak dapat mengalahkan
gadis itu, Mendengar ucapan tersebut, ia menyahut: "Silat
partai Kun Lun tidak dapat diremehkan, Jika hari ini aku betulbetul
mengadu silat melawan Sumoaymu, aku mengaku
kalah."
"Yang satu lihay tenaganya dan yang lain lincah gerakgeriknya.
Jika tuan dari angkatan tua sudi berhenti bertempur
sampai di sini saja," kata Bee Kun Bu. "Nanti aku, Bee Kun
Bu, setelah menunaikan tugas pergi ke Barat, pasti datang
menjumpai tuan dari angkatan tua dan pemimpin partai Tian
Liong untuk menjelaskan kesalah-pahaman karena peta asli
Cong Cin To itu, dan bersedia pula mencegah timbulnya
perselisihan antara kedua partai kita. Tapi jika tuan dari
angkatan tua ingin juga meneruskan, aku tidak dapat tinggal
diam, aku harus membela nama partai kami, Harap tuan dari
angkatan tua berpikir masak-masak."
Tee Ju Liong si Naga Sakti dari Sungai Yang Tsu
mengawasi wajah Bee Kun Bu sejenak, lalu ia
menganggukkan kepalanya dan berkata: "Bee Lotee betul

omongan nya. Akupun tahu kami bukan musuh, Tapi aku
datang atas perintah Harap Bee Lotee memberi maaf."
"Ha! jadinya kita harus bertempur lagi?!" kata Bee Kun Bu
dengan heran, Belum lagi perkataannya selesai, terdengar
suara siulan, Empat orang datang berlari-lari ke tempat itu.
Empat orang itu dikenal oleh Bee Kun Bu, Mereka adalah
orang-orang Tee Ju Liong yang masing-masing berdiri di
muka perahu di telaga Tong Ting Ouw, Mereka berlari
mendatangi dengan golok terhunus!
Bee Kun Bu mengawasi ke empat orang-orang itu, lalu
dengan menghadapi Tee Ju Liong ia membentak: "Rupanya
tuan dari angkatan tua telah merencanakan bokongan ini?!"
Tapi Tee Ju Liong tidak menjawab. ia bertanya pada salah
seorang dari keempat orang-orang-nya: "Apakah orang-orang
dari pusat sudah datang?!" Orang yang ditanya
membungkukkan tubuh dan menyahut: "Kepala cabang
bendera merah Ci dan kepala cabang bendera hitam Ko telah
bersama-sama memimpin orang-orangnya pergi ke kuil San
Ceng Koan. Souw Hiang Cu dari pusat juga telah tiba di telaga
Tong Ting Ouw, Mungkin ia kelak datang ke sini."
Tee Ju Liong mengerutkan keningnya dan berkata:
"Mengapa sampai puteri pemimpin juga datang?" Orang itu
menyahut: "Menurut pemimpin sendiri, mungkin beliau sendiri
akan datang karena urusan ini amat pentingnya,"
Pereakapan tersebut didengar oleh Bee Kun Bu dengan
jelas dengan wajah tidak berubah, Tee Ju Liong menarik
napas panjang, karena ia merasa malu jika mengingat budi
Hian Ceng Totiang.
Karena Tee Ju Liong tidak menyerang, Bee Kun Bu
mengajak Lie Ceng Loan pergi, Ke empat orang-orang-nya
Tee Ju Liong mencoba menahan, tapi Tee Ju Liong melarang
mereka. Setelah kedua pemuda dan pemudi itu pergi jauh,
Tee Ju Liong berkata kepada empat orang-orangnya "Jika kita
lawan mereka sekarang, tidak ada gunanya, Setelah kita
mendapat bantuan, tidaklah terlambat kalau kita menyerang

mereka lagi sekarang kita bersembunyi di sekitar rumahnya
dan mengintai gerak-gerik mereka." Salah satu dari empat
orang-orangnya bertanya: "Apakah perlu minta Souw Hiang
Cu lekas-lekas datang ke sini?"
Tee Ju Liong menganggukkan kepalanya, dan orang itu
segera pergi. Tee Ju Liong dan ketiga orang-orangnya lalu
menuju ke rumah Bee Kun Bu. Baru saja mereka berjalan
beberapa langkah, dari hutan terdengar suara ejekan,
Tee Ju Liong menoleh ke belakang, dan di atas sebuah
gundukan tanah di pinggir hutan tadi berdiri seorang tua yang
kurus kering. Rupanya kulitnya tertutup dengan bulu ayam dan
bulu bangau, rambutnya putih laksana perak, mengenakan
Cong Sam (baju kurung panjang) yang hitam ia mirip seorang
hweesio atau pendeta, memegang sebuah tongkat yang hitam
mengkilat dan ujung tongkat tersebut berbentuk kepala ular ia
berdiri di atas gundukan tanah itu dengan tak bergerak-gerak,
Orang tua itu tidak seram kelihatannya.
Hanya pakaiannya yang ganjil dan tongkat hitam berujung
kepala ular itu menyebabkan orang seram melihatnya Tee Ju
Liong sudah lama berkecimpung di kalangan Kang Ouw,
Tentang orang yang ganjil itu rupanya telah pernah ia
mendengar Hanya pada saat itu tak dapat mengingatnya,
Dengan suara rendah ia perintahkan orang-orangnya: "Jangan
hiraukan, Kita jalan terus." Mereka berjalan terus, Ketika
mereka menoleh lagi, orang tua itu telah hilang entah ke
mana, "Bukan main cepatnya," Tee Ju Liong berpikir,
"Rupanya rumah Bee Kun Bu telah didatangi orang banyak,
dan Bee Kun Bu sudah dikurung oleh musuh-musuh. Partaiku
ingin menangkap Bee Kun Bu untuk dijadikan jaminan, dan
pasti akan banyak menjumpai rintangan-rintangan, dan harus
bertempur melawan saingan yang tak sedikit Ai! Peta asli
Cong Cin To itu betul-betul banyak mencelakakan orang."
Ketika sudah dekat rumah Bee Kun Bu yang bernama "Sui
Goat San Cong", mereka bersembunyi di belakang semak
belukar

Pada saat Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan tiba di rumah,
ayahnya Bee Liong sedang berada di ruang tamu membaca
buku, Melihat anaknya dan Lie Ceng Loan kembali, ia
menegur "Kamu baru kembali dari kuburan Ling Sio Cien?"
"BetuI," sahut Bee Kun Bu. "Ananda pikir, lebih baik kami
lekas-lekas pergi ke pegunungan Kun Lun."
"Baik," sahut ayahnya, "Aku pun telah suruh A Luk
menyiapkan keperluanmu lihat bungkusan itu di atas meja." ia
menunjuk sesuatu ransel besar berikut pedang Bee Kun Bu
dan pedang Lie Ceng Loan. Rupanya ayahnya ingin supaya
mereka lekas-lekas berangkat Bee Kun Bu terpaksa lekaslekas
pergi, karena semakin lama mereka berangkat, semakin
berbahaya bagi mereka, bahkan bagi ibu bapaknya.
Setelah berlutut di hadapan ibu dan ayahnya untuk minta
diri, mereka keluar dari rumah itu menuju ke pegunungan Kun
Lun. Di sepanjang jalan Bee Kun Bu selalu termenung ia
mengenang-ngenangkan bahwa ia harus lekas-lekas
berangkat meskipun baru saja dua hari sampai di rumah,
Dengan meninggal nya kakak sepupunya Ling Sio Cien yang
cantik jelita dan berbudi, ibu bapaknya tak menghiraukan lagi
kesenangan dunia, Dan peta asli Cong Cin Toyang
diperebutkan oleh para jago-jago silat sehingga merupakan
sumber maut Lie Ceng Loan menegur: "Kakak Kun Bu, apa
yang direnungkan?"
"O!" sahutnya sambil tersenyum. "Apakah kau mengetahui
bahwa banyak jago-jago silat di kalangan Kang Ouw
mengintai-intai kita? Kita harus lekas-lekas keluar dari daerah
ini untuk luput dari kurungan mereka."
"Dengan berada di samping kakak, apapun juga tidak
kutakuti?" sahut si gadis dengan penuh tekad "Kakak suka
aku terus mengikuti?"
"Aku akan menjaga kau sebagai adik kandungku," kata
Bee Kun Bu,

Setelah lewat sejam, mereka sudah kembali lagi ke jalan
yang menuju ke kota Gak Yo. Di jalan itu tampak tiga ekor
kuda yang sedang dipacu ke arah mereka. Kuda yang
terdepan ditunggangi oleh seorang gadis berbaju hijau, dan
gagang pedang terlihat keluar punggungnya.
Sedang kuda yang lain ditunggangi oleh dua orang laki-laki
yang tinggi besar tubuhnya, Kemudian tampak lagi seorang
laki-laki yang disuruh memanggil orang oleh Tee Ju Liong,
ketika Lie Ceng Loan bertempur melawan si Naga Sakti
Sungai Yang Tsu di depan kuburannya Ling Sio Cien. Begitu
sampai di depan Bee Kun Bu, gadis berbaju hijau itu menahan
kudanya, Orang yang paling belakang lalu berseru: "Souw
Hiang Cu! itu mereka!" Souw Hiang Cu menghentikan
kudanya, ia mengawasi Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, Lalu
bertanya sambil tertawa: "Apakah kedua saudara ini dari partai
Kun Lun?"
"Betul," sahut Bee Kun Bu. "Siocia ada urusan apakah
maka menanya kami?"
Si gadis berbaju hijau itu segera turun dari kudanya, lalu
berkata: "Partai Kun Lun dengan ilmu silat pedang Hun Kong
Kiam Hoat dan ilmu tinju Tian Kong Cong telah terkenal di
kalangan Bu Lim, Aku tak berani merintangi saudara berdua,
Aku hanya ingin mengurus sesuatu hal dengan cara damai."
Bee Kun Bu menaksir gadis itu berusia dua puluh dua
tahun, Kedua pipinya merah jambu, kedua alisnya
melengkung kedua bibirnya berbentuk buah lengkak,
hidungnya bangir dan air mukanya cantik molele Hanya dari
sorot matanya kelihatannya ia gagah perkasa dan kejam.
Sambil bertindak mundur Bee Kun Bu berkata: "Siocia ada
urusan apakah? Sebutlah!"
"Tapi jika kau tak setuju...?" tanya si gadis,
Ucapan itu seperti ancaman, dan Bee Kun Bu menjadi naik
darah, "Setuju atau tidak itu urusanku, Kau tak dapat
memaksaku!"

Sambil tersenyum si gadis mengejek "Rupanya kau ini
kepala batu! Aku akan memaksamu jika kau tak setujui
Terhadap gurumu juga aku akan menuntut begini!"
"Ha! siapakah kau! Mulutmu terlampau besar!" bentak Bee
Kun Bu.
"Apakah peta asli Cong Cin To bukannya di tangan partai
Kun Lun?! Jika berada di tanganmu, lekas-lekaslah serahkan
kepadaku untuk menghindarkan hal-hal yang tak diingini!"
Dengan cepat tusukan itu ditangkis oleh si gadis berbaju
hijau, kedua pedang segera bentrok dan Bee Kun Bu merasa
lengan kanannya tergetar seakan-akan pedangnya akan
terlepas dari pegangannya.
Dengan suara mengejek, Bee Kun Bu menyahut:
"Misalnya peta itu ada di tanganku, dan aku tidak mau
menyerahkan, kau mau apa?!
"O begitu? Kamu berdua tak dapat keluar dari jalan ini."
Mengancam si gadis berbaju hijau,
Bee Kun Bu tak dapat bersabar lagi, ia berbisik pada Lie
Ceng Loan supaya menerjang bersama-sama. Lalu secepat
kilat mereka mencabut pedangnya dan meloncat sedepa lebih
ke belakang untuk mengambil posisi Tapi secepat kilat pula si
gadis baju hijau dengan pedang terhunus sudah berada di
hadapan Bee Kun Bu untuk merintanginya maju. "Pikir lagi,
apakah kau ingin aku menggunakan kekerasan?!"
Mengancam si gadis berbaju hijau itu,
Sambil menusuk dengan pedangnya, Bee Kun Bu
berteriak: "Kau ini keterlaluan! jaga tusukan ini!" Dengan cepat
tusukan itu ditangkis oleh si gadis berbaju hijau, dan kedua
pedang itu beradu, dan Bee Kun Bu merasa lengan kanannya
tergetar seakan-akan pedangnya akan terlepas dari
pegangannya, Pada saat itu ia melihat wajah lawannya juga
berubah menjadi pucat! Dilain pihak Lie Ceng Loan sibuk
bertempur melawan tiga orang lain-lain yang bertubuh besar

Lie Ceng Loan tidak sabar seperti Bee Kun Bu. ia ingin
segera menaklukkan lawan-lawannya dengan ilmu pedang
Hun Kong Kiam Hoatnya, ia menyerang ke kiri dan ke kanan
seakan-akan naga menari-nari di lautan. sebetulnya ilmu silat
pedang Kun Lun itu tak ada taranya di kalangan Bu Lim,
karena serangan-serangannya maupun kelitan-kelitannya
beraneka warna dan secepat kilat Hanya dalam sepuluh jurus
saja tiga orang laki-laki yang bertubuh besar itu sudah berada
di pinggir jurang kematian!
Bee Kun Bu yang hanya ingin luput dari kepungan agar
dapat lekas-lekas tiba di pegunungan Kun Lun, setelah
bertempur sepuluh jurus, segera insyaf bahwa gadis lawannya
itu bukan lawan yang enteng, ia tak dapat berlalai-lalai. Lalu
digunakannya ilmu Cui Hun Cap Ji Kiam atau ilmu mengusir
roh. Dengan jurus Kie Hong Teng Kiauw (burung Hong
mematok naga), jurus Ni Hong Bong Siauw (angin taufan
menderu-deru) dan jurus Bu Hiam Yun Siu (pedut meliputi
awan bergumul) si gadis terdesak mundur untuk meluputkan
diri dari tusukan-tusukan atau tebasan-tebasan maut! Setelah
mendesak mundur lawannya, ia meloncat ke samping Lie
Ceng Loan, dan menebas putus tangan lawan Lie Ceng Loan,
sambil berbisik: Turut aku menerjang keluar!"
Lalu sambil tersenyum Lie Ceng Loan mengeluarkan jurus
Hun Hua Hut Hut, (bunga berhamburan diembus angin)
pedangnya menusuk lawan-lawannya sehingga mereka harus
kocar-kacir jika tidak ingin dikirim ke akhirat!
kemudian dengan ilmu meringankan tubuh, Bee Kun Bu
dan Lie Ceng Loan meloncat keluar dari kepungan itu, dan
dalam sekejap saja sudah menghilang,
Souw Hiang Cu masih juga belum hilang dari terkejut nya.
ia berdiri terpesona Lalu diperintahkannya salah seorang
pengiringnya: "Kau laporkan kepada pemimpin partai bahwa
mereka sudah luput dari kepungan Beritahukan supaya beliau
menunggu di tepi telaga Tong Ting Ouw untuk sementara
waktu!"

Setelah itu, dipacunya kudanya, dan seorang diri berusaha
mengejar Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan,
Diceritakannya bahwa setelah Bee Kun Bu dan Lie Ceng
Loan merasa aman dari pengejaran, mereka mengambil jalan
yang melalui hutan. Diwaktu lohor, tiba-tiba langit menjadi
gelap, Hujan akan segera turun, Untuk berlindung dari hujan,
mereka harus mencari sebuah pohon besar Betul juga hujan
turun dengan derasnya, Tapi mereka masih kebasahan, Bee
Kun Bu memanjat pohon itu dan mencoba mencari tempat
berlindung yang lebih baik, Dari jauh tampak olehnya sebuah
rumah kecil ia turun dan bersama-sama Sumoynya menuju ke
rumah kecil itu, Rumah kecil itu adalah sebuah kuil tua yang
telah ditinggalkan Ruang tengahnya masih utuh dan patungpatung
yang besar-besar masih berdiri di belakang sebuah
meja sembahyang, Mereka merasa aman di dalam ruangan
itu, sedang di luar hujan turun dengan lebatnya dan angin
menderu-deru.
Selagi mereka duduk di lantai di ruangan itu, tiba-tiba Lie
Ceng Loan bertanya: "Kakak Kun Bu, apakah peta Cong Cin
To berada di tanganmu?"
"Tidak," sahut Bee Kun Bu sambil menggelengkan
kepalanya,
"Mereka itu tak mengenal aturan, Kau tidak memegang
peta itu, mengapa kau yang dikejar-kejar?!"
"Mereka ingin menangkap aku untuk dijadikan jaminan
guna memaksa Suhuku memberikan peta asli Cong Cin To
itu!" Bee Kun Bu menjelaskan
"Jika demikian peta asli Cong Cin To itu berada di tangan
Hian Ceng Totiang?" menanya si gadis.
"Aku pun belum mengetahuinya soal itu," sahut Bee Kun
Bu. Lalu mereka merebahkan diri di lantai untuk beristirahat
pemuda itu tertarik sekali oleh cantik jelita-nya si gadis, akan
tetapi ia adalah seorang pemuda yang agung, dan
dipandangnya gadis itu sebagai adik kandungnya!

Dihalaukannya semua pikiran-pikiran atau maksud-maksud
yang keji!
Di dalam gemuruh hujan yang lebat itu, ketika hari sudah
mulai malam, terdengar oleh mereka suara siulan yang
panjang, Bee Kun Bu menendang Lie Ceng Loan, lalu mereka
berdiri Di luar kuil itu mereka dengar orang berkata sambil
tertawa: "Hujan ini tak lekas-lekas berhenti Coba kau naik ke
atas atap kuil dan mengadakan penyelidikan Aku ingin masuk
ke dalam dulu."
Bee Kun Bu menarik tangan Lie Ceng Loan untuk
bersembunyi di belakang patung-patung yang besar
Kemudian mereka lihat dua orang masuk berturut-turut Yang
pertama adalah seorang pendeta berjubah hitam, bertubuh
tinggi besar, matanya besar, alisnya berdiri, brewokan dan
berusia lima puluh tahun lebih, Di pundaknya kelihatan sebuah
pedang, dan tangannya memegang senjata gaitan,
Yang kedua adalah seorang pelajar berwajah putih dan
berusia lebih kurang empat puluh tahun, ia berpakaian baju
biru dan di pinggangnya terselip senjata, Setelah mereka
masuk ke dalam, mereka menyusut air hujan dari pakaiannya,
lalu duduk berhadap-hadapan di lantai, Si pelajar berkata:
"Pemimpih kuil San Ceng Koan bukannya jago silat picisan,
Untuk merebut peta Cong Cin To, pertarungan dahsyat tak
dapat dihindarkan.
Menurut pendapatku selama dua hari ini, banyak jago-jago
silat yang telah mengetahui itu, Tapi jumlah orang-orang yang
terbanyak adalah dari partai Tian Liong, Hua San dan Kong
Tong, Partai-partai lain misalnya partai-partai Bu Tong, Siauw
Lim, Ngo Bie, Ceng Sia hanya mengirim murid-muridnya.
Pemimpin-pemimpinnya belum datang, dan kita tak usah
khawatir Yang kita takuti ialah orang-orang partai Tian Liong
dan partai Hua San, Aku mendapat kabar bahwa partai Hua
San dipimpin sendiri oleh pemimpinnya Tu Wee Seng, si
lengan delapan, partai Tian Liong, meskipun pemimpinnya
Souw Peng Hai tidak datang, akan tetapi kepala-kepa!a

cabang bendera hitam, bendera putih dan bendera merah
sudah datang ke propinsi Hunan.
Siapa yang datang dari partai Kong Tong, belum kudapat
kabar." ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan. "Suheng kita
(saudara seperguruan) belum datang, Bila hanya kita berdua
saja, tak dapat kita melawan orang-orang partai Hua San dan
Tian Liong," Si pendeta menganggukkan kepalanya dan
berkata: "San-tee (adik ke tiga) terlampau cemas, Tapi cara
kita bertindak berlainan Betul orang-orang partai Tian Liong
dan partai Hua San banyak jumlahnya, akan tetapi orangorangnya
yang penting-penting berkumpul di sekitar kuil San
Ceng Koan.
Lagi pula ilmu silat Hian Ceng Totiang tidak dibawah ilmu
silat Tu Wee Seng si lengan delapan Dengan orang sebegitu
banyak mungkin mereka dapat mengalahkan Hian Ceng
Totiang, tapi untuk menangkapnya hidup-hidup... pasti tak
mungkin! Kita harus menangkap muridnya dulu, Lalu kita pergi
ke kuil San Ceng Koan menemui Hian Ceng Totiang, Muridnya
itu adalah jaminan kita untuk membujuknya supaya
ditukar dengan peta Cong Cin To."
Baru saja ucapannya selesai dari luar kuil terdengar suara
orang tertawa terbahak-bahak, dan seterusnya di ambang
pintu berdiri orang tua yang kulitnya berbulu bangau, berjubah
abu-abu, berambut putih, dan memegang sebatang tongkat
bambu, ia masuk tanpa menyusut air hujan di atas
pakaiannya, Kedua matanya bersinar dan sambil mengawasi
pendeta dan si pelajar itu ia menegur "Kamu berdua bukan
main gembiranya bereakap-cakap di dalam kuil tua ini.
Apakah Suhengmu tidak datang?"
Mereka mengawasi orang tua itu, dan segera
mengenalinya bahwa ia adalah pemimpin partai Hua San, Tu
Wee Seng, si lengan delapan, Mereka terkejut, dan buru-buru
mengangkat tangan memberi hormat, sambil serentak
menyahut: "Suheng kami sibuk mengurus urusan partai, dan
jarang turun gunung, Kami selalu berkelana di kalangan Kang
Ouw, dan merasa beruntung dapat menjumpai saudara Tu."

Tu Wee Seng berkata: "Partai Tiam Cong semenjak
dipimpin oleh Suhengmu telah tampak banyak kemajuan-nya.
Tapi kamu berdua juga banyak membantunya, dan berjasa
terhadap partai, Aku pun merasa gembira dapat berjumpa
denganmu!"
Pendeta berjubah hitam itu menyahut sambil tersenyum:
"Saudara Tu memimpin partai Hua San, dan terkenal sebagai
pendekar yang lihay. Apakah ada urusan penting, maka kali ini
datang ke propinsi Hunan?"
Dengan kedua matanya dia menyapu si pendeta dan si
pelajar, lalu menyindir Tertanyaanmu itu lucu sekali, Apakah
urusanmu yang penting, sehingga kamu datang ke propinsi
Hunan?" Si pelajar berusaha menyimpang dan berkata: "Lebih
baik kita berbicara tentang urusan lain, Untuk apa kita
berselisih?"
Tu Wee Seng membentak: "O! Jadi kamu ingin mencari
gara-gara?!"
Si pelajar juga melotot dan berkata: "Saudara Tu kau
dengan biji emasmu mungkin ditakuti orang-orang di kalangan
Bu Lim, tapi kami sepasang belibis dari partai Tiam Cong tidak
gentar menghadapi itu!"
Tu Wee Seng si lengan delapan tertawa terbahak-bahak,
dan suaranya seperti seekor naga meraung sehingga atap kuil
itu bergetar! Setelah berhenti tertawa berkatalah ia: "Ketigatiga
belibis dari partai Tiam Cong betuI-betuI besar nyalinya,
Sayang Suhengmu tidak datang!"
Si pendeta membentak: "Untuk melawan kau, tidak usah
Suheng kami ikut pula!"
"Ha! Ha! Ha! Baiklah, aku akan menguji silat kedua belibis
ini!" mengejek Tu Wee Seng,
Tapi," memotong si pelajar, "Kalau kita sekarang
bertanding, tak kan ada gunanya, Kesempatan kita untuk
mendapatkan peta Cong Cin To. Tapi sekarang kita berjumpa
kembali masih banyak, Kita datang untuk sudah saling bunuhKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
membunuh, sedangkan hasilnya orang lain yang akan
memperoleh Bukankah bodoh perbuatan kita itu?"
Tu Wee Seng menganggukkan kepalanya dan berkata:
"Betul, jumlah orang-orang dari partai Tian Liong banyak
seka!i... kita harus,.,." Belum lagi selesai per-cakapannya,
terdengarlah dari luar kuil suatu jeritan yang keras sekali Tu
Wee Seng berlari keluar untuk menyelidiki. ia bersiul
menyambut jeritan itu. Dua orang laki-Iaki yang bertubuh
besar datang seakan-akan jatuh dari langit dan berdiri di
depan Tu Wee Seng, Keduanya lalu berbisik di telinga Tu
Wee Seng, Kemudian ketiga-tiganya meninggalkan kuil itu,
meskipun hujan masih sangat lebat.
Si pelajar berkata kepada si pendeta berjubah hitam: "Tu
Wee Seng itu pasti menerima laporan murid-mu-ridnya, Ayo
kita selidiki!" Si pendeta menganggukkan kepalanya, lalu
bersama-sama mereka keluar dari kuil itu untuk mengejar Tu
Wee Seng.
Segala sesuatu yang telah terjadi dan telah diucapkan oleh
ketiga orang tadi di dalam kuil itu telah dilihat dan didengar
oleh Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan yang bersembunyi di
belakang patung-patung,
"Ketiga orang itu sedang mencari kita, Jika kita menjumpai
mereka, pertarungan tak dapat dihindarkan lagi, bukan?"
bertanya Lie Ceng Loan.
Bee Kun Bu tak segera menyahut. ia sedang memikirkan
betapa berbahayanya kedudukan mereka, Yang ingin
menangkapnya bukan orang-orang sembarangan semuanya
jago-jago silat yang luar biasa, Dengan hanya dibantu oleh Lie
Ceng Loan saja, ia yakin bahwa semua rintangan itu tak akan
teratasi Dengan wajah yang menyatakan kecemasan, ia
menyahut: "Betul, Oleh karena itu kita harus menghindarkan
segala pertempuran sebentar lagi jika hujan sudah agak reda,
dalam suasana gelap gulita, kita harus berlalu dari kuil ini, dan
lekas-lekas menuju ke utara, Jika kita sudah di luar propinsi
Hunan ini, aku yakin kita baru merasa aman."

Lie Ceng Loan selalu menuruti kehendak Bee Kun Bu. ia
duduk diam di belakang patung menanti hujan berhenti Hujan
berhenti pada tengah malam, lalu dengan waspada mereka
keluar dari kuil itu menuju ke utara,
Pada waktu fajar mereka telah berada dekat jalan raya,
tetapi mereka berjalan terus. Mereka tidak mengetahui bahwa
di belakang ada orang yang mengikuti itu menegur: "Rupanya
kamu berdua sedang riang gembira!"
Bee Kun Bu menoleh ke belakang, dan kiranya orang yang
menegur itu adalah gadis yang pernah merintangi mereka
kemarin pagi, hanya kali ini ia mengenakan baju hitam ia
bersenjata pedang dan pada ikat pinggangnya yang terbuat
dari sutera putih tergantung sebuah kantong piauw (senjata
seperti kepala lembing), Dengan sabar Bee Kun Bu menegur:
"Mengapa Siocia selalu ingin merintangi kami? Kau dan kami
tidak bermusuh, bukan?" "Siapakah gadis itu?" bertanya si
gadis baju hitam "la Sumoyku, jika kau masih saja merintangi
kami, aku, Bee Kun Bu tidak takut melawan mu!" sahut Bee
Kun Bu, yang telah mulai murka.
"Mengapa kau menjadi beringas? ilmu silat pedang Hun
Kong Kiam Hoat telah kusaksikan Jika kau betu!-betuI
bertarung mati-matian, aku pun belum tentu kalah, Hai!
Sumoymu cantik Aku senang melihatnya," kata si gadis baju
hitam
Bee Kun Bu tidak ingin meladeninya lagi, Diajaknya Lie
Ceng Loan berjalan 4erus. Tapi dengan ilmu Pwee Pu Kan
San atau delapan langkah mengejar jangkrik, si gadis baju
hitam telah melompat dan berdiri di hadapan mereka, "Daerah
seluas seratus lie ini dijaga oleh orang-orangku, Kau akan
sukar melewatinya!" Mengancam si gadis baju hitam itu.
Bee Kun Bu membentak: Tak usah kau turut campur
dalam urusan ini! Jika kau masih saja berkepala batu, aku
terpaksa menggunakan kekerasan!"

"Hai Apakah kau kira aku takut? Apakah yang pernah
ditakuti oleh Bo Ing Li Hiap, Souw Hui Hong alias Souw Hiong
Cu? Aku telah memperingatimu dengan baik jhati, tapi kamu
masih saja berkepala batu!" kata si gadis baju hitam
Bee Kun Bu yang hanya ingin menghindarkan segala
pertempuran lalu menjawab dengan ramah: "Maaf, jika aku
telah menyinggung, Siocia, Kini baru aku mengetahui bahwa
Siocia adalah puteri dari pemimpin partai silat Tian Uong."
Souw Hui Hong terkejut "Mengapa ia mengenal aku?"
pikimya, sebetulnya Bee Kun Bu juga hanya menerka saja,
Soal itu pernah didengarnya dari per-cakapan si naga sungai
Yang Tsu. "Souw Siocia telah terkenal sekali di kalangan Kang
Ouw, dan aku Bee Kvfh Bu sangat mengagumi ilmu silat
Siocia yang lihay, KaU ini kami minta diri, Sampai bertemu
lagi," katanya sambil menarik tangan Lie Ceng Loan
Dengan pujian yang muluk itu Souw Hui Hong menjadi
terharu, ia tidak merintangi lagi, dan hanya melihat saja
mereka berdua pergi. sebetulnya ia juga telah tertarik oleh
wajah yang tampan dan sikap yang gagah dari Bee Kun Bu,
oleh sebab itu ia pun menjadi iri hati terhadap Lie Ceng Loan.
ia menarik napas panjang, lalu dengan menghantamkan
kedua ujung jari kakinya ia melompat terbang mengejar Bee
Kun Bu dan Lie Ceng Loan kembali
Ketika Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan harus melalui
sebuah hutan pohon-pohonan, mereka berjalan perla-hanlahan
dengan sikap yang waspada. Baru saja mereka keluar
dari hutan itu, muncullah di hadapan mereka seorang orang
tua yang kurus kering, berjenggot putih, berbaju hitam dan
memegang tongkat bergagang menyerupai kepala ular Bukan
main terkejut mereka melihat orang tua yang ganjil itu!
Mereka berhenti sejenak Lalu Bee Kun Bu menarik tangan
Lie Ceng Loan berjalan ke samping orang tua itu, Tapi orang
tua itu mengejek: "Aku tak ingin menyerang kamu, Kamu
hanya harus bicara terus-terang. Di mana peta asli Cong Cin
To? Jika kamu beritahukan padaku, akan kuantarkan kamu

keluar dari daerah ini dengan selamat Aku telah menotok jalan
darah semua orang-orang partai Tian Liong yang mengurung
rumah ayahmu, sehingga mereka tak berdaya lagi. Tapi di
daerah seluas seratus lie dari kota Gak Yo, telah banyak jagojago
silat yang amat lihay menantikanmu, dan kamu berdua
tak akan dapat melawan mereka. Nah! sekarang kamu pilih.
Kamu beritahukan kepadaku, kau akan keluar dengan selamat
dari daerah ini. Tidak mau memberitahukan kamu pasti
menjumpai bahaya maut!"
Bee Kun Bu mengawasi orang tua itu, dan memperhatikan
juga bahwa gagang tongkat yang berbentuk kepala ular itu
dibuat dari baja, ia menjawab dengan tenang: "Bagaimana
bentuknya peta asli Cong Cin To tak kuketahui karena aku
belum pernah melihatnya, Ba-gaimanakah aku dapat
memberitahukan kepada bapak?"
"Kau belum pernah melihat peta asli itu? Mungkin kau
mengatakan dengan sejujurnya, Tapi,., jika peta itu berada di
tangan Suhumu Hian Ceng Totiang, masa kau tak
diberitahukannya?!" kata orang tua itu lagi, lalu dihampirinya
Bee Kun Bu. "Ya, aku harus menangkap kamu berdua untuk
dijadikan jaminan, Kemudian akan kutukarkan kamu dengan
peta itu kepada Suhumu!"
Bee Kun Bu mundur selangkah, lalu membentak:
"Siapakah kau yang berani bertindak sewenang-wenang!"
Orang tua itu tidak menyahut Dari jauh terdengar siulan
panjang, Segera juga tiga orang meloncat turun di hadapan
orang tua itu. Ketika itu Bee Kun Bu segera mengenali bahwa
yang datang adalah Tu Wee Seng, si lengan delapan,
bersama-sama dua orang-orangnya,
Tu Wee Seng yang memegang tongkat bambu lalu melihat
orang tua yang memegang tongkat bergagang kepala ular, ia
berkata sambil tersenyum: Tan Heng betul-betul panjang
umurmu, Kau betul-betul belum mati!"

Orang tua yang kurus kering menyahut Terima kasih, Aku
masih segar bugar! Beruntung sekali kita dapat berjumpa di
sini!"
Lalu Tu Wee Seng bertanya kepada Bee Kun Bu dan Lie
Ceng Loan: "Hai! Kamu berdua dari partai Kun Lun?"
Bee Kun Bu yang telah mendengar pereakapan mereka di
dalam kuil dan mengenalinya sebagai pemimpin partai Hua
San, lalu mengangkat kedua tangannya memberi hormat
sambil menyahut: "Kami dari angkatan muda betul dari partai
Kun Lun. Apakah tuan dari angkatan tua pemimpin dari partai
Hua San?"
Tu Wee Seng terkejut "Mengapa mereka mengenal aku?"
pikirnya, Lalu ia menganggukkan kepalanya dan berkata:
"Betul! Aku ini Tu Wee Seng. Mengapa kamu mengenal aku?"
siasat yang sedang dilaksanakan oleh Bee Kun Bu itu ialah
untuk melunakkan lawan. Sambil tersenyum ia berkata: "Aku
sering mendengar dari guruku tentang partai dari bapak Tu,
dan guruku sangat menghargai bapak karena ilmu silat bapak
yang amat tinggi itu."
Tu Wee Seng tertawa terbahak-bahak karena gembira, lalu
berkata: "SebetuInya aku dan gurumu telah sering berjumpa,
partai Kun Lun dan partai Hua San adalah partai silat yang
terpenting di kalangan Bu Lim.... Tapi... apakah gurumu telah
memperoleh peta Cong Cin To?"
Bee Kun Bu pikir, bahwa jika ia mengatakan tak tahu,
mungkin mengakibatkan si tua bangka marah, ia menyahut:
"Menurut pandanganku, guruku telah memperoleh sebuah
kotak yang indah, Tapi, apakah isinya peta Cong Cin To atau
bukan, aku tak mengetahuinya." "Suhumu telah meninggalkan
kuil San Ceng Koan. Ke mana ia pergi?" tanya Tu Wee Seng.
Belum sampai Bee Kun Bu menjawab, orang tua yang
kurus kering membentak: "Hm! Kau menipu aku. Akan kuhajar
kamu du!u!" Lalu ia menyerang dengan tongkat gagang kepala

ular nya dengan ilmu Hui Pu Liu Coan atau air terjun menimpa
mata air, Tapi serangan itu ditangkis oleh Tu Wee Seng
dengan ilmu Lan Kang Cai To atau merintangi bintang sapu
jatuh. ia mengejek: "Hm! Apakah kau mengira dengan ilmu
silatmu yang begitu saja dapat menghina angkatan muda, Tan
Piauw!" Tan piauw menjadi marah, dan menyahut: "Kau
jangan bermanis mulut, Kau juga datang dari jauh ke propinsi
Hunan untuk merebut peta Cong Cin To!"
-ooo0ooo-
Pertolongan datang melalui jalan berduri
Dengan tertawa terbahak-bahak Tu Wee Seng berkata
lagi: "BetuI! siapapun juga tentu menghendaki peta Cong Cin
To ilu. Kini peta itu berada di tangan Hian Ceng Totiang, dan
kita harus menangkap kedua murid ini!"
Tan Piauw mengejek: "Saudara Tu, kau memandang
enteng kepadaku, Soalnya tidak demikian mudah!"
Tu Wee Seng membentak: "Apa? Kau berani merintangiku?!"
Lalu ia menyerang dengan ilmu Ni Lui Kit Teng
atau "petir menyambar atap rumah" ke lambung Tan Piauw,
Dengan ilmu Wan Te Hoan Yun atau angin taufan
membuyarkan awan, Tan Piauw mengelakkan serangan itu.
Sambil menjerit keras Tu Wee Seng menyeruduk dan
menyerang bertubi-tubi dengan cepat sekali. Tidak salah jika
ia memperoleh julukan si lengan delapan, dan tidak pereuma
ia menjadi pemimpin partai Hua San, Tiap-tiap serangannya
dahsyat sekali, dan Tan Piauw harus mengeluarkan semua
kepandaiannya mengelit, mengegos dan menangkis
serangan-serangan maut itu.
pertempuran berlangsung dengan hebat sekali sehingga
angin dari sabetan-sabetan tongkat-tongkat mereka menderuderu,
Tan Piauw juga bukan lawan yang remeh, dan sangat
ditakuti orang di kalangan Kang Ouw, Pada dua puluh tahun
yang lampau, mereka pernah bertempur, dan Tan Piauw
pernah kalah. Untuk mencuci malu yang besar ini, ia pergi

bersembunyi di pegunungan Kauw Hua San, dan dengan
tekun melatih dan memperdalam ilmu silatnya.
Dalam jangka waktu dua puluh tahun, ia telah memperoleh
kemajuan besar Dilain pi-hak, Tu Wee Seng dengan ilmu silat
tongkat terdiri dari delapan puluh satu jurus belum pernah
mengalami kekalahan dan belum pernah ada seorang lawan
pun yang dapat melawannya selama sepuluh jurus saja, Tapi
kini setelah pertempuran berlangsung dua puluh jurus lebih ia
masih juga belum dapat menaklukkan si tua bangka, yang
kurus kering itu. ia menjadi marah sekali, dan menyerang
dengan lebih ganas lagi.
Sebetulnya Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan dapat
menggunakan kesempatan untuk lekas-Iekas lari. Tapi
pertempuran yang maha dahsyat itu menarik perhatian
mereka, dan dengan menyaksikannya, mereka banyak
mendapat pelajaran Tiba-tiba Bee Kun Bu merasa tangannya
ditarik dengan diiringi seruan: "Ayo, kita lari, Kesempatan ini
baik sekali!" Bee Kun Bu mengira bahwa yang menarik
tangannya itu pasti Lie Ceng Loan, ia menoleh. Tapi kiranya
Souw Hui Hong yang telah jatuh hati ke p ada nya. Lie Ceng
Loan juga merasa heran mengapa gadis itu demikian
ramahnya terhadap Bee Kun Bu. ia ingin menanyakan Baru
saja ia hendak membuka mu!ut, Bee Kun Bu berkata dengan
suara rendah: "Jangan banyak omong. Ayo! Kita lari!"
Souw Hui Hong mengawasi dari belakang ketika mereka
lari masuk ke dalam sebuah hutan yang lebat.
Pertempuran antara Tu Wee Seng dan Tan Piauw
berlangsung terus, Souw Hui Hong yang menyaksikan dengan
mata kepalanya sendiri ketinggian ilmu silat dari kedua belah
pihak, menjadi terperanjat ia juga tidak yakin bahwa ia akan
dapat melawan salah seorang dari keduanya,
Bagaimanakahjika ia dijadikan sasaran setelah Bee Kun Bu
dan Lie Ceng Loan lari?
Tu Wee Seng sudah tahu bahwa Bee Kun Bu dan Lie
Ceng Loan telah Jari. Sambil menjerit keras ia menyapu

dengan tongkat bambu nya untuk memaksa Tan Piauw
mundur beberapa tindak, Lalu dengan tinju kirinya yang
disertai dengan tenaga dalam diserangnya dada lawannya.
pukulan itu seperti palu yang beratnya seratus kilo.
Tan Piauw mengetahui bahwa jika ia menangkis jotosan itu
dengan tenaga dalamnya, kedua belah pihak dapat tewas
dengan segera, Secepat kilat ia menghantamkan jari-jari
kakinya dan dengan segera seluruh tubuhnya melonjak ke
atas, ia terhindar dari jotosan maut itu, tetapi hembusan angin
nya telah mematahkan banyak cabang-cabang kayu dan
merontokkan daun-daunan di hutan!
Tan Piauw jatuh tepat di hadapan Souw Hui Hong yang
ingin melarikan diri, Dengan heran ia bertanya: "Hai! Siocia ini
siapa? Kemanakah pemuda dan pemudi tadi?r
Souw Hui Hong yang telah merasa simpati terhadap Bee
Kun Bu tidak ingin memberitahukan apalagi setelah dilihatnya
betapa tingginya ilmu silat orang tua tersebut, ia khawatir
kalau-kalau Bee Kun Bu tak dapat melawannya. ia tak
menjawab Lalu Tu Wee Seng membentak: "Hai! Apakah kau
ini juga muridnya partai Kun Lun?! jika kau masih berdiam diri,
jangan nanti aku disalahkan lagi!"
Souw Hui Hong telah dijaga keras oleh kedua orang tua
itu, dan tak dapat meloloskan diri, ia menyahut dengan ramah:
"Aku pun sedang mencari murid-murid partai Kun Lun. Ketika
melihat bapak-bapak berdua bertarung demikian dahsyatnya,
aku telah tertarik oleh ilmu silat bapak-bapak, Kini
pertempuran telah berhenti, aku pun hendak pergi." Lalu ia
melangkah untuk pergi.
Tu Wee Seng yang melihat sikap congkak dari si gadis itu
merasa tersinggung "Tanpa memberi hormat lagi terhadap
orang yang lebih tua, gadis ini segera hendak pergi, kurang
ajar!" pikirnya, Dirintanginya gadis itu sambil membentak: "Hei!
Hendak ke mana kau?" bentakan itu diiringi dengan sebuah
pukulan tangan kanannya, Souw Hui Hong mengegos dengan
sigap. ia yang selalu dimanjakan oleh ayahnya, tidak senang

dihina, Tetapi meskipun ia yakin, bahwa ia tak akan dapat
melawan, namun ia tidak mau tunduk. Dicabutnya pedangnya,
dan dengan membelalakkan matanya ia membentak: "Hei, tua
bangka ? Apakah maksudmu merintangiku?! Aku dapat
menerobosi
"Ha! Ha! Ha! Cobalah menerobosi mengejek Tu Wee
Seng, Lalu Souw Hui Hong menyerang dengan pedangnya,
dan serangan itu ditangkis oleh angin dari kedua tinju Tu Wee
Seng, Tadi baru saja Souw Hui Hong telah menyaksikan
dengan mata kepalanya sendiri betapa hebatnya tenaga
dalam yang keluar dari kedua tinju Tu Wee Seng, sehingga
dapat mematahkan batang-batang kayu walaupun beberapa
puluh depa jauhnya, ia yakin bahwa jika ia terus memegang
pedangnya, mungkin pergelangan tangannya akan patah!
Lekas-lekas ditariknya kembali serangan itu, dan
dirubahnya dengan ilmu Tie Ki Tok Cut atau besi potongan
tiba-tiba menyambar Disabetnya kedua kaki Tu Wee Seng,
Tapi tanpa bergeser Tu Wee Seng mengipaskan serangan itu
dengan lengan bajunya, lalu dengan disertai hembusan angin
ia telah melompat ke samping si gadis, ia tidak ingin
menyerang gadis itu. ia hanya ingin supaya pedang Souw IJui
Hong terlepas, Maka setelah berada di sampingnya,
dicobanya menotok jalan darah di bahu kanan Souw Hui Hong
dengan tangan kirinya:
Si gadis mengegos lagi, Tidak pereuma saja ayahnya,
Souw Seng Hai, yang menjadi pemimpin partai Tian Liong,
menurunkan ilmu silat pedangnya kepadanya, Tu Wee Seng
mengira bahwa hanya dengan empat atau lima jurus ia akan
berhasil menaklukkan si gadis, Tapi setelah pertempuran
berlangsung dua puluh jurus lebih, belum juga pedang itu
terlepas dari tangan si gadis, yang telah mempelajari hampir
tujuh puluh persen dari ilmu silat pedang ayahnya, Tu Wee
Seng mengetahui bahwa ilmu silat pedang yang lihay adalah
dari partai-partai Bu Tong, Kun Lun dan Ngo Bie.

Tapi ia tak tahu dari partai manakah ilmu silat pedang si
gadis ini, yang selama ini belum pernah dilihatnya, tetapi
ternyata cukup lihay. Lalu dilepaskannya tiga buah tinju secara
bertubi-tubi, Sungguh dahsyat tinju-tinju itu, dan hembusan
anginnya telah mendorong gadis itu mundur sedepa lebih, Si
gadis yang telah dimanjakan itu masih juga melawan, ia
menyerang kembali dengan pedangnya, Tu Wee Seng tak
sabar lagi, ia harus memberi hajaran, ia menanti ujung pedang
itu datang, lalu dengan tenaga dalam dijepitnya pedang
tersebut.
Si gadis merasa, bahwa jika dipegangnya terus gagang
pedang itu, mungkin pergelangan tangannya akan putus!
Dengan sengaja dilepaskannya, dan terlempar lah pedang itu
tujuh atau delapan depa jauhnya! Buru-buru diambilnya
sebuah Piauw (senjata berbentuk kepala lembing) dari kantongnya,
dan sambil menjerit dilontarkannya ke arah Tu Wee
Seng, Piauw itu terbang seperti burung walet, dan di ujungnya
ada sebuah jarum tajam yang beracun, Tu Wee Seng yang
banyak pengalaman mengawasi Piauw itu menyambar
kepalanya.
Dengan tinju kirinya ia mengipas ke udara, dan angin yang
keluar dari kipasan tinju itu segera menampar Piauw yang
datang menyerang kepalanya dan jatuh di tanah! Ketika jarum
di ujung, Piauw menyentuh tanah, racun dari jarum itu
menyempit keluar Tu Wee Seng yang tajam sekali penglihatannya,
buru-buru meloncat jauh-jauh untuk
menghindarkan racun yang menyemprot itu. "Hei! Anak sambal!
Kau menggunakan senjata rahasia yang beracun! Hari ini
harus kuhajar kau!" ucapan itu diiringi dengan jotosan tinju kiri.
Piauw kedua Souw Hui Hong yang kedua belum lagi
dilontarkan, tapi jotosan itu telah dilepas, dan anginnya
menyerang tubuh Souw Hui Hong. ia tak berani menangkis
serangan itu, Dengan ilmu Kim He To Coan Po atau ikan
emas menyelam di dalam laut ia mundur dua depa lebih, Tapi
Tu Wee Seng mengejar Souw Hui Hong tidak sempat bangkit
ia lekas-lekas berguling ke sebelah kiri. Ketika ia hendak

bangun, didengarnya Tu Wee Seng mengejek: "Kepandaian
apakah lagi yang kau punyai?!" ucapan itu dibarengi dengan
jotosan ke bahunya.
Tapi Souw Hui Hong berhasil meloncat ke depan dan
menghindari lagi jotosan itu, Tu Wee Seng mengejar, dan
menotok jalan darah di punggungnya, Kali ini Souw Hui Hong
tak dapat mengegos lagi... tapi sekonyong-konyong dari udara
jatuh dua orang yang segera melepaskan tinju dengan
berbareng! Tu Wee Seng harus lekas-lekas menghindarkan
jotosan kedua orang itu dengan jalan melompat secepat kilat
ke samping, ia mengawasi kedua orang yang datang itu.
Dua-duanya berusia lima puluh tahun lebih, dan berbaju
hitam. Yang satu bersenjata palu, dan yang lain arit baja,
Kedua orang itu sangat terkenal di kalangan Kang Ouw,
karena yang bersenjata arit adalah kepala cabang bendera
merah partai Tian Liong, Ouw Lam Peng, si langkah terbang,
dan yang bersenjata palu adalah kepala cabang bendera
hitam dari partai Tian Liong, Kiok Goan Hoat, si tangan kilat
Ouw
Tu Wee Seng mengejar dan menjotos ke jalan darah di
punggung si nona, Katl ini Souw Hui Hong tak dapat
mengegos lagU tapi sekonyong-konyong dari udara turun dua
orang yang segera melepaskan tinjunya dengan berbareng.
Lam Peng membungkukkan tubuh membantu Souw Hui
Hong, dan Kiok Goan Hoat mengejek: "Ai! Betul-betuI kejam
kau! Mengapa kau demikian kejam terhadap seorang gadis?
Apakah kau tidak malu jika peristiwa ini tersiar di kalangan
Kang Ouw, bahwa si lengan delapan, pemimpin partai Hua
San berbuat kejam terhadap seorang gadis?! Hm! Tidak
malu?"
Merah sekali muka Tu Wee Seng mendengar ejekan itu. ia
menyahut: "Aku telah berkali-kali menanyakan namanya, tapi
ia tak menyahut Aku hanya ingin supaya ia melepaskan
pedangnya, dan aku senantiasa hanya menggunakan tangan
telanjang melawannya. Tapi,., ia telah menggunakan senjata

rahasia yang beracun melawanku. Tidak pereaya... tanya saja
Tan Piauw yang menyaksikan pertempuran kami! Kau jangan
menfitnahku dengan sembarangan! Apakah kau kira, aku takut
melawan kau, Kiok Goan Hoat?"
Kiok Goan Hoat mengejek lagi: "Kita tak usah menyebutnyebut
takut atau tidak takut Partai Tian Liong kami pada satu
waktu pasti bertempur melawan partaimu." Lalu sambil tertawa
terbahak-bahak ia mengawasi Tu Wee Seng.
Ouw Lam Peng berbisik kepada Souw Hui Hong: "Untung
kau, apakah kau dapat luka di dalam?" Sambil
menggelengkan kepala Souw Hui Hong menyahut: Tidak apa,
Lukanya belum sampai ke dalam tubuh." Lalu Ouw Lam Peng
menghadapi Tu Wee Seng dan mencaci maki: "Hei, orang
kejam!"
Tu Wee Seng menjadi marah sekali difitnah demikian ia
mengawasi Kiok Goan Hoat yang sedang mengerahkan
tenaga dalamnya untuk menyerang, ia pun mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melepaskan tinju mautnya, Ketika itu
Ouw Lam Peng insyaf bahwa jika mereka bertempur salah
seorang pasti ada yang tewas, ia lekas-lekas berdiri di tengah
kedua orang itu dan dengan tertawa paksaan ia berkata:
"Kedua saudara harus sabar Dengar aku berbicara,
Saudara Tu telah meng-gempur Souw Hui Hong karena ia
tidak mengetahui Souw Hui Hong itu adalah puteri
kesayangan pemimpin partai Tian Liong kita, Tapi Souw
Siocia tidak menderita luka parah. Saudara Kiok, harap kau
sabar." Lalu ia menghadapi Tu Wee Seng dan berkata:
"Saudara Tu, sebetulnya totokan jari tanganmu itu tak ada
taranya di katangan Bu Lim.
Saudara Kiok dan Siotee sudah lama mengaguminya,
Pemimpin kita telah mengirim surat-surat undangan kepada
para jago-jago silat dari kesemutan partai silat terbesar untuk
mengadu silat, dan waktunya itu tak lama lagi, Apakah tidak
baik pada waktu itu kita baru mengadu silat kita, Aku harap

supaya saudara Tu menyabarkan diri dan dapat
menghindarkan pertempuran sekarang ini!"
(
Kemarahan Tu Wee Seng menjadi reda, dan dengan
mengangkat tongkat bambunya ia berkata sambil tertawaj
"Hm! pemimpin partai Tian Liong mempunyai usul demi-kian?
Baik sekali! Kita dari partai Hua San pasti mengirim jago-jago
silat kita pada waktu yang ditetapkan itu. Tadi, karena tidak
mengenal gadis itu, aku telah melukai puteri pemimpin
saudara, aku mohon maaf, dan aku minta kedua saudara
menyampaikan permintaan maafku ini kepada pemimpin
saudara-saudara."
Lalu ia bersiul panjang dan pergi entah ke mana, diikuti
oleh kedua orang-orangnya, Setelah Tu Wee Seng pergi, Ouw
Lam Peng datang menghampiri Tan Piauw dan berkata: "Hei,
kau ini tua bangkai pemimpin kita telah mengutus orangorangnya
mencari kau sampai tiga kali, namun kau tak juga
mereka jumpai Hari ini kita dapat bertemu bagaimana
pendapat mu ?"
Sambil tertawa Tan Piauw berkata: "Untuk menghendaki
aku masuk partaimu, tidak sukar Tapi aku ingin melihat dulu,
pemimpin partai Tian Liong, Souw Peng Hai, telah dapat
membujuk kamu berdua, tentu ini disebabkan oleh caranya
yang luar biasa. Tapi aku ini, jika belum sampai ke sungai
Hoang-ho, aku belum ingin menjumpai pemimpinmu. Ya...
tunggu tiga atau empat tahun lagi! Mengapa aku harus terburu
nafsu?"
"Ha! Kau betul-betuI sombong! Meskipun kau berlatih lima
puluh tahun lagi, kau tak dapat melawan Souw Peng Hai
dalam sepuluh jurus! Kau tak pereaya? Mari, akan
kutunjukkan padamu!" kata Kiok Goan Hoan,
Sambil tertawa Kiok Goan Hoat dengan kedua matanya
yang tajam, Tan Piauw mengejek: "O! Jika demikian, kau tak
dapat melawan Souw Peng Hai dalam sepuluh jurus, bukan?"

Kiok Goan Hoat marah, ia membentak: Tiap-tiap kepala
dari cabang partai Tian Liong pasti dapat meng-gempur kau,
Tan Piauw, Mau coba?!"
Tan Piauw menyahut dengan tenang: "Baiklah! Aku
berjanji bahwa dalam jangka waktu setengah tahun, akan
datang melawan Souw Peng Hai, Tapi sekarang aku tak sudi
melawan kamu, Nah, sampai bertemu lagi!" Lalu ia pun pergi,
Setelah Tan piauw tak kelihatan lagi, Ouw Lam Peng
bertanya pada Souw Hui Hong: "Apakah kau telah menemui
murid-murid Hian Ceng Totiang?"
"Aku pernah melihatnya sekali, tapi aku tak dapat
menahannya. Apakah Hian Ceng Totiang masih berada di
dalam kuil San Ceng Koan?" tanya si gadis,
Kiok Goan Hoat menggelengkan kepalanya dan berkata:
"Pendeta itu telah berlalu, Mengapa kau bertempur melawan
Tu Wee Seng?"
Souw Hui Hong telah mengetahui bahwa di antara kelima
kepala cabang partai Tian Liong, kepala cabang bendera
merah lah yang paling tertib gcrak-geriknya dan paling banyak
tipu muslihatnya, dan kepala cabang bendera hitam Kiok
Goan Hoat yang paling buruk tabiatnya dan yang paling
kejam. Jika diberitahukan nya peristiwa tentang Bee Kun Bu
dan Lie Ceng Loan, berarti bahwa ia hanya menerbitkan
rintangan yang lebih banyak lagi bagi mereka berdua, Tapi
peta Cong Cin To sedang dicari oleh ayahnya. ia menjadi
serba susah, ia tak dapat segera menjawab Dicobanya
mengelakkan pertanyaan itu dengan jawaban lain:
"Aku bertemu dengan mereka di mulut gunung Tong Bo
Leng. ilmu silat pedang partai Kun Lun betul-betul lihay, Aku
tak dapat melawan, dan mereka berhasil menerobos, Aku
kejar mereka sampai ke sini, dan aku menyaksikan Tu Wee
Seng dan Tan Piauw sedang bertempur Aku tertarik, dan
menonton Tapi Tu Wee Seng memaksa aku memberitahukan
ke mana murid-murid partai Kun Lun itu lari, dan pertempuran
pun segera terjadL"

Lalu Ouw Lam Peng berkata: "Menurut pandanganku Hian
Ceng Totiang telah tiba di pegunungan Koat Cong San di
propinsi Cek-kiang. Jika ia telah memperoleh kitab-kkab Kui
Goan Pit Cek, maka walaupun kita telah menawan muridnya
untuk dijadikan jaminan, namun ia tak akan sudi menukar
murid-muridnya dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu. Aku
akan menemui pemimpin kita dan membujuknya supaya
mengerahkan semua jago-jago silat dari ke lima-lima cabang
untuk mengejar Hian Ceng Totiang di pegunungan Koat Cong
San. Aku yakin bahwa peta Cong Cin To itu benar-benar
berada di tangannya, dan ia segan mempereayakannya pada
murid-muridnya, tak ada gunanya untuk menangkap muridmuridnya
itu!"
Souw Hui Hong tertawa, dan merasa lega, ia berkata:
"Perkataan itu tepat Lebih baik kamu keduanya lekas-lekas
kembali menemui ayahku dan membujuknya!"
Kiok Goan Hoat berkata: "Ayo, kau juga ikut dengan kami.
Pada dewasa ini banyak jago-jago silat berada di daerah ini.
Kau berangasan, dan mudah berselisih dengan orang lain."
Souw Hui Hong menyahut: "Aku tak takut jalanlah kamu
lebih dahulu menemui ayahku, Aku pulang setengah bulan
lagi!" ia tak menunggu jawaban lagi, di-pungutnya pedangnya
yang dilemparkan oleh Tu Wee Seng, dan lari seperti terbang
entah ke mana, meninggalkan Kiok Goan Hoat dan Ouw Lam
Peng berdiri keheran-heranan!
Diceritakan, bahwa Bee Kun Bu setelah menarik tangan
Lie Ceng Loan untuk lekas-Iekas melarikan diri, telah melalui
hutan yang lebat dengan pesatnya. Setelah mereka berlari
dua puluh lie lebih, mereka baru berjalan, "Kakak Kun Bu, tadi
kedua orang tua itu bertempur dengan hebat sekali, dan lihay
betul ilmu silat mereka, Tapi... gadis yang berbaju hitam itu,
bukankah ia bermaksud hendak merintangi kita? Mengapa ia
beramah tamah terhadap kakak?" tanya Lie Ceng Loan,
"Ya, jika ia tak mendesakkita lari, mungkin kita masih
berada dalam bahaya." sahut Bee Kun Bu,

Rupanya Lie Ceng Loan sedang gembira. Di bawah sinar
bulan ia berjalan dengan lincahnya di samping Bee Kun Bu.
Ketika mereka membelok di sebuah tikungarr, ia telah
bertumbukan dengan seseorang, ia merasa bahwa bahu
kirinya dicekal orang itu, Sambil membentak dicoba-nya
menangkis cekalan orang itu, dengan tangan kanannya.
Orang itu adalah seorang rahib wanita, yang berusia lebih
kurang dua puluh empat tahun, berambut hitam, berparas
cantik, dan berbibir merah delima, Setelah melihat egosan
yang cepat dari Lie Ceng Loan, ia mencoba pula menotok
jalan darahnya. Tapi Lie Ceng Loan buru-buru meloncat
mundur tujuh atau delapan kaki jauhnya, Lalu dengan pedang
terhunus dihampirinya orang itu,
Orang itu lekas-lekas mengelakkan tusukan pedang yang
pertama, lalu mencabut pula pedangnya, Mereka bertempur
selama delapan jurus, dan kedua-duanya merasa heran,
karena semua jurus-jurus serangan atau tang-kisan-tangkisan
mereka adalah dari ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoat
dari partai Kun Lun! Rahib ingin menghentikan pertempuran
tapi Lie Ceng Loan masih saja merasa gusar dan menyerang
terus.
Bee Kun Bu tidak memperhatikan jurus-jurus silat yang
dilancarkan oleh rahib itu. ia mencabut pula pedangnya dan
dengan ilmu Ciok Po Tian Keng (batu pecah menggetarkan
langit) dan Tio Hoat Lam Hay (ombak bergulung di lautan
selatan) dari Cui Hun Cap Ji Kiam ia berhasil mendesak rahib
itu sampai mundur ia tidak kejam, Sudah cukup baginya bila ia
dapat mendesak mundur lawannya itu, Lalu ditariknya tangan
Lie Ceng Loan untuk lari terus, Tapi baru saja mereka berlari
enam atau tujuh depa jauhnya, dengan tiba-tiba melompatlah
turun seorang rahib perempuan di depan mereka, yang
berusia setengah abad, dan sambil memegang sebilah
pedang. Dengan khidmat rahib perempuan itu mencegat
mereka berdua, Bee Kun Bu menyerang dengan ilmu Pe Yen
Kian Wie atau burung walet menggunting buntut.

Melihat Bee Kun Bu menerobos itu, rahib perempuan itu
menjadi gusar Dengan pedangnya diserangnya Bee Kun Bu
dengan ilmu Shin Liong Pay Bie atau naga sakti menggoyanggoyangkan
ekor tiga jurus sekaligus! Tapi jurus-jurus itu
ditangkis oleh Bee Kun Bu, yang segera merasa lengan
kanannya kesemutan Sambil menahan pedang Bee Kun Bu
dengan pedangnya, rahib perempuan itu bertanya:
Tadi kau menggunakan jurus-jurus Cui Hun Cap Ji Kiam,
siapakah yang mengajarkannya?!" pertanyaan itu
mengejutkan Bee Kun Bu, karena jurus Cui Hun Cap Ji Kiam
hanya gurunya dan saudara atau saudari gurunya yang tahu.
ia buru-buru menghentikan pertempuran mundur dua langkah
dan menyahut: "Siotee adalah murid Hian Ceng Totiang dari
partai Kun Lun. Shin Ni siapakah? Apakah sebabnya sampai
dapat mengenali ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam?"
Sebelum rahib wanita itu menyahut, rahib yang lebih muda
yang tadi bertempur melawan Lie Ceng Loan, membentak:
"Jika kau murid paman guru kita, Hian Ceng Totiang,
mengapa melihat bibi kita kau tidak menghaturkan hormat?!"
Bee Kun Bu berdiri bingung, tak dapat dengan segera
menyahut Rahib yang lebih tua berkata: "Aku bernama Giok
Cin Cu. Apakah Suhumu tidak pernah memberitahukan
kepadamu?"
Ucapan itu melenyapkan kecurigaan Bee Kun Bu. ia
segera berlutut di hadapan rahib perempuan itu memberi
hormat, seraya berkata: "Teecu diperintahkan datang ke
pegunungan Kun Lun untuk menemui paman guru ke dua Kim
An dan membawa surat untuk bibi guru, Aku tak menduga
akan menjumpai bibi guru di tempat ini."
Giok Cin Cu lalu mengawasi sikap dan wajahnya Bee Kun
Bu. Sambil tersenyum ia berkata: "Aku tidak menyangka
Suheng mengajari Cui Hun Cap Ji Kiam kepadamu. Apakah
gadis berbaju merah itu juga murid partai Kun Lun?" Bee Kun
Bu buru-buru menarik Lie Ceng Loan untuk berlutut dan
memberi hormat Lalu dari kantong di dadanya dikeluarkannya

dua pucuk surat dari gurunya dan diberikan nya pada bibi
gurunya, ia menyahut: "Teecu telah diperintahkan membawa
kedua pucuk surat ini kepada bibi guru. Tentang isinya, tentu
bibi guru akan paham setelah membacanya."
Giok Cin Cu menerima surat-surat itu, membukanya dan
membaca, Surat-surat tersebut ditulis sendiri oleh Hian Ceng
Totiang, ia terkenang akan kisah tiga puluh tahun yang
lampau. Ketika ia baru berusia belasan tahun, tapi ia dirawat
dan disayangi oleh kedua Suhengnya. Setelah guru mereka
meninggal, sebetulnya ia dan Toa Suhengnya, Hian Ceng
Totiang yang harus menjaga kuil, akan tetapi karena Toa
Suheng melihat bahwa Ji suhengnya amat menyayanginya.
Toa Suheng mengalah dan berpisah, agar urusan kuil
dapat diurusnya bersama-sama dengan Ji Suheng, Toa
Suheng pergi selama lima tahun, dan ia sendiri tak
mengetahui entah kemana, Ji Suheng yang bernama Tong
Leng Tojin telah berusaha keras mencarinya, karena ia lebih
muda tentu saja tak berani memegang kuil itu jika Toa Suheng
masih ada. Setelah mereka mencari tanpa hasil, Tong Leng
Tojin terpaksa menjadi kepala kuil itu, Tapi setelah menjadi
kepala dua tahun, barulah Hian Ceng Totiang telah kembali ke
kuil San Goan Kong di puncak gunung Kim Teng Hong dari
pegunungan Kun Lun,
Lalu Tong Leng Tojin mengembalikan kekuasaan kepada
Hian Ceng Totiang, tapi selalu ditolak, ia berkata: "Setelah kau
mengurus kuil, kau harus meneruskan Aku berhasrat pergi ke
suatu tempat, dan setelah urusanku beres, aku segera
berangkat." Betul saja, setelah Hian
SlAN HOK SBS CKS - T.S.S. jilid I 93
Ceng Totiang tiba di kuil San Goan Kong dan menginap
selama sepuluh hari lebih, ia meninggalkan pegunungan Kun
Lun, dan tinggal dengan tenang di kuil San Ceng Koan di
propinsi Hunan, dan jarang kembali lagi ke pegunungan Kun
Lun, Maksudnya ialah, supaya Tong Leng Tojin dan Giok Cin

Cu dapat kawin, kemudian barulah kembali ke kuil San Goan
Kong.
Tapi Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu telah mengerti
maksud Toa Suhengnya, dan tidak mau lagi membicarakan
soal-soal asmara, ia sendiri sebetulnya mencintai Toa
Suheng, tetapi ia pun tak ingin pula melukai hati Ji Suheng,
Oleh karena itu ia berpegang teguh pada pendirian: hidup
dengan tidak kawin selama beberapa puluh tahun, Kini ia telah
berusia setengah abad, dan kisah itu sudah lewat Tapi tetap
merupakan suatu kenang-kenangan,
Giok Cin Cu ngelamun dan lupa bahwa Bee Kun Bu dan
Lie Ceng Loan masih terus berlutut dihadapannya, Rahib yang
muda menghampiri Giok Cin Cu dan berkata: "Suhu, lekaslekas
suruh mereka bangun!" Dengan terkejut Giok Cin Cu
menyuruh mereka bangun, Lalu diteruskannya membaca
surat-surat itu di bawah sinar bulan.
Setelah selesai membacanya, ia bertanya pada Lie Ceng
Loan sambil tersenyum: "Apakah kau yang bernama Lie Ceng
Loan? Kau sudi menjadi murid partai Kun Lun?" Lie Ceng
Loan menganggukkan kepalanya. Bee Kun Bu lalu
membisikkan agar ia lekas-lekas berlutut kembali memberi
hormat sebagai murid yang resmi. Lie Ceng Loan berlutut dan
berseru: "Loan Jie memberi hormat kepada Suhu!" Tentang
riwayat Lie Ceng Loan, sudah dijelaskan oleh Hian Ceng
Totiang di dalam su-ratnya, Lalu Giok Cin Cu berkata: "Loan
Jie, bangun, Beri hormat kepada Sucimu itu!"
Lie Ceng Loan menghadap kepada rahib muda itu dan
menyebut: "Cici!" Rahib muda itu juga menganggukkan
kepalanya membalas penghormatan itu, dan ber-kata:
"Sumoy, aku bernama Liong Giok Pin." Bee Kun Bu lalu
menganggukkan kepalanya memberi hormat dan berseru:
"Giok Pin Cici, Siotee bernama Bee Kun Bu." pemberian
hormat itu dibalas dengan senyum manis: "Kau lebih besar
daripadaku, lagi pula kau adalah murid Toa Suhu. Panggii aku

Sumoy saja! Aku adalah anak yatim piatu, Ketika aku berusia
dua tahun, aku ditolong oleh Suhu dan dibawa ke pegunungan
Kun Lun. Aku telah dirawat, dididik selama delapan belas
tahun," katanya.
"Kau lebih tama daripada aku masuk partai Kun Lun. Aku
hanya baru dua belas tahun, Aku harus panggil kau Suci,"
sahut Bee Kun Bu.
Lie Ceng Loan memotong pereakapan mereka dengan
berkata: "Pin Cici, aku juga seperti kau, sudah semenjak bayi
tak mempunyai ibu dan ayah lagi."
Ketika itu Giok Cin Cu sedang memikirkan bagaimana
harus mengurus peta asli Cong Cin To, karena Hian Ceng
Totiang telah memberitahukan padanya bahwa peta itu sudah
diperoleh, dan bahwa ia telah mengambil keputusan untuk
pergi ke pegunungan Koat Cong San bersama-sama Ngo
Kong Toa-su dari kuil Huan Lim Si untuk mencari kitab-kitab
Kui Goan Pit Cek, dan bahwa Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan
harus tinggal di kuil San Goan Kong di puncak Kim Teng
Hong. jika kitab-kitab tersebut telah diperoleh, Hian Ceng
Totiang akan kembali ke pegunungan Kun Lun, dan ia tidak
ingin Leng Tong Tojin atau Giok Cin Cu pergi mencarinya di
pegunungan Koat Cong San. Tapi Hian Ceng Totiang tidak
menduga Giok Cin Cu telah datang ke propinsi Hunan untuk
mencarinya.
Setelah berpikir sebentar, Giok Cin Cu berkata kepada
Bee Kun Bu: "Suhumu telah mendapatkan peta Cong Cin To,
dan telah pergi menuju pegunungan Koat Cong San. Desasdesusnya
banyak sekali, tapi aku belum mau pereaya, Malam
ini jika tak bertemu dengan kamu berdua, mungkin kami pergi
ke kuil San Ceng Koan untuk mengetahui dengan pasti." ia
berhenti sebentar, lalu meneruskan "Sebetulnya menurut
kehendak Suhumu, kau dan Lie Ceng Loan harus tinggal di
kuil San Goan Kong.
Tapi sekarang keadaan telah berubah. ia tak mengira
bahwa aku akan datang ke propinsi Hunan, Dari sini ke

pegunungan Kun Lun masih jauh, Jika berita tentang peta
Cong Cin To itu bocor aku khawatir akan keselamatanmu
berdua, karena kamu kurang pengalaman aku khawatir kalaukalau
kamu akan menjumpai banyak rintangan-rintangan,
Lebih baik kamu tidak pergi ke pegunungan Kun Lun,
melainkan kita bersama-sama pergi ke pegunungan Koat
Cong San mencari Suhumu, dan bila perlu membantunya."
Ucapan itu menyebabkan Bee Kun Bu menceritakan
semua peristiwa-peristiwa yang telah dialaminya bersamasama
dengan Lie Ceng Loan selama dua hari ini. Setelah
mendengar keterangan itu, sambil mengerutkan keningnya
berkatalah Giok Cin Cu:
"Tu Wee Seng dari partai Hua San, tiga belibis dari partai
Tiam Cong, dan pendeta kurus Tan Piauw, semuanya adalah
jago-jago silat yang lihay sekali, Lagi pula, pengaruh partai
silat Thian Liong dengan cabang-cabangnya di sebelah
selatan sungai juga tak dapat dipandang enteng. Suhumu,
meskipun lihay silatnya, mungkin tak dapat melawan semua
jago-jago silat itu. Mereka semua hendak merebut peta Cong
Cin To, dan akan menggunakan segala tipu muslihat busuk
untuk memperolehnya. Ya! Malam ini juga berangkat menuju
ke pegunungan Koat Cong San!" Berbicara sampai di sini,
Giok Cin Cu berhenti Kedua matanya mengawasi ke arah
sebuah pohon besar yang tiga depa jauhnya, ia menegur:
"Siapakah yang datang? Mengapa bersembunyi?" Baru saja
teguran itu diucapkannya, maka meloncatlah dari atas pohon
yang besar itu seseorang dengan wajah kanak-kanak, disertai
tertawanya yang terbahak-bahak, rambutnya seperti bulu
bangau, jenggotnya putih seperti perak, dan mengenakan baju
kurung berwarna abu-abu. ia memegang tongkat bambu.
Sambil tersenyum ia menyahut: "Aku ini Tu Wee Seng,
tidak sejajar dengan orang-orang dari partai Kun Lun!", Bee
Kun Bu yang telah mengenali Tu Wee Seng, dan khawatir
kalau-kalau ia akan menyerang lagi, segera memegang
pedangnya, Giok Cin Cu berkata sambil tertawa: "Aku kira

siapa yang datang, Kiranya adalah pemimpin partai Hua San.
Aku mohon maaf jika kurang hormat menerimamu."
Dengan tertawa Tu Wee Seng menyahut: "Aku tak dapat
menerima penghormatan yang terlampau besar Partai Kun
Lun betul-betul tidak pereuma namanya, Masih ada dua orang
lagi orang-orangku yang selalu mengikuti aku."
"Mengapa tidak kau suruh mereka menunjukkan dirinya,"
menegur Giok Cin Cu. Dari tempat sejauh lima depa,
terdengar lagi suara orang tertawa, dan segera secepat kilat
meloncatlah keluar dari dahan pohon itu dua orang, dengan
disertai hembusan angin, Yang seorang bertubuh tinggi besar,
brewokan, kedua matanya besar, alisnya berdiri dan berusia
lima puluh tahun lebih, Yang lain mirip seperti seorang pelajar,
wajah mukanya putih kelimis, berbaju biru dan kepala diikat
dengan sehelai kain.
Lalu Tu Wee Seng berkata: "Aku datang untuk
memperkenalkan kedua saudaraku ini. Mereka adalah Lao-ji
dan Lao-san, dua orang dari tiga belibis yang terkenal dari
partai silat Tiam Cong dari propinsi Kwi-ciu. Dan ini adalah
salah seorang dari tiga pemimpin-pemimpin partai Kun Lun,
Giok Cin Cu." Sambil tersenyum Giok Cin Cu berkata: "Sudah
lama aku mendengar nama-nama yang termasyhur itu. Aku
beruntung dapat menjumpainya." Lalu Lao-ji dan Lao-san
mengangkat kedua tangannya menghaturkan hormat, dan
Lao-san berkata: Tiga pemimpin dari partai Kun Lun juga
sangat mashur namanya di kalangan Bu Um, terutama ilmu
silat pedangnya yang bernama Tian Kang Kiam dan Hun Kong
Kiam Hoat, Kita juga beruntung dapat menjumpai salah
seorang pemimpinnya di propinsi Hunan ini."
Lalu Tu Wee Seng berkata: "Aku ada urusan, oleh sebab
itu harus segera pergi, Kita bertemu lagi di pegunungan Koat
Cong San." Kemudian ia mengulurkan keluar tinju kirinya, dan
dengan melalui kedua belibis itu, meloncatlah ia seakan-akan
terbang keluar dari tempat itu, Lao-san berseru: "Saudara Tu,
tunggul Kita berangkat bersama-sama!" Lalu ia pun minta diri

kepada Giok Cin Cu dan mengejar Tu Wee Seng, diikuti oleh
Lao-ji.
Setelah mereka pergi Giok Cin Cu menarik napas dan
berkata: "Aku hanya ingin mengutarakan maksudku kepada
kamu berdua, tapi ucapan itu telah terdengar oleh mereka
sehingga mereka mengetahui kemana suhengku pergi."
Sambil menundukkan kepalanya, berkatalah ia lebih lanjut:
"Kun Bu, kita pun harus lekas-lekas berangkat."
Pegunungan Koat Cong San terletak di sebelah tenggara
propinsi Cek-kiang, dan lebih dari seribu lie dari propinsi
Hunan, Karena memikirkan keselamatan Su-hengnya, mereka
terus-menerus melanjutkan perjalanannya siang dan malam,
Dengan pengalamannya dan pim-pinannya, mereka dapat
berjalan lebih cepat, dan setelah lebih dua puluh hari mereka
telah tiba di perbatasan propinsi Cek-kiang di suatu distrik
Sian Kie Hian.
Distrik Sian Kie Hian terletak di kaki gunung Koat Cong
San dan agak terpencil, tapi kedai-kedai dan rumah-rumah
penginapan cukup banyak. Setelah tiba di distrik itu Giok Cin
Cu mencari sebuah rumah penginapan - Giok G'h Cu dan Bee
Kun Bu masing-masing memakai sebuah kamar, dan Lie Ceng
Loan dengan Liong Giok Pin bersama-sama di sebuah kamar,
Lalu mereka memesan makanan dan minuman,
Setelah selesai makan dan minum, Giok Cin Cu berkata:
"Besok kita berangkat masuk ke pegunungan Koat Cong San,
pegunungan itu luasnya lebih dari seribu lie, dan banyak sekali
puncak-puncaknya dengan jurang-jurangnya yang curam dan
berbahaya, Untuk mencari orang di pegunungan itu tidaklah
mudah, dan kita pun tidak mengetahui berapakah lamanya
kita akan berada di pegunungan itu. Malam ini lebih baik
siang-siang tidur agar dapat beristirahat secukupnya, Besok
pagi-pagi sekali kita dapat berangkat.
Pesan itu diterima dengan khidmat, lalu mereka semuanya
masuk ke kamar untuk tidur.

Selama perjalanan yang berlangsung dua puluh hari lebih,
Lie Ceng Loan selalu berada di samping Liong Giok Pin, dan
ia menceritakan segala-galanya kepadanya. Malam itu setelah
mereka makan dan minum, mereka pun tidak segera tidur
Dengan duduk berhadap-hadapan di dalam kamar, Lie Ceng
Loan bertanya: "Cici, jika aku masuk partai Kun Lun, apakah
aku juga harus menjadi rahib perempuan?"
Liok Giok Pin menyahut sambil tertawa: "Belum tentu, itu
terserah atas kemauan kau sendiri Tapi murid-murid dari
partai Kun Lun kebanyakan memang menjadi pendeta atau
rahib wanita,"
Lie Ceng Loan tidak segera melanjutkan pembicaraannya,
ia menarik napas panjang, lalu berkata: "Sebetulnya aku ingin
kawin, Tapi jika aku menjadi rahib perempuan, tentu aku tak
dapat sering-sering bermain dengan kakak Kun Bu. Oleh
karena itu, aku minta Cici menolong aku jika perlu."
Perkataan itu diucapkan dengan setulus hati Liong Giok
Pin terharu, dan sambil mengusap-usap rambutnya, ia
berkata: "Cici akan menolong kau, Tapi Suhu tak dapat
memaksamu kawin, itu terserah kepada kemauanmu sendiri.
Dengan tertawa yang dipaksa-paksa Lie Ceng Loan
berkata: "Kakak Kun Bu sangat baik budinya, Apakah Cici
menyukainya?"
Pertanyaan itu menyebabkan muka Liok Giok Pin merah
dan kepalanya pusing. Tapi karena ia paham bahwa Lie Ceng
Loan seorang gadis yang murni dan jujur, ia tak tersinggung.
ia balik menanya: "Jika kakak Ku Bu-mu bermain-main dengan
gadis lain, bagaimanakah perasaanmu?" Lie Ceng Loan
duduk terpaku, kepalanya menjadi pusing, kedua matanya
terbelalak mengawasi wajah Liok Giok Pin, Lalu ia menyahut:
"Jika ia tetap baik kepadaku, aku tak pusing, Tapi jika ia
berubah terhadapku, dan tidak menyukaiku lagi, aku kira
pereuma juga aku hidup!" Dengan tak terasa olehnya, air
matanya berlinang di kedua matanya, dan mengucur jatuh ke
atas pakaiannya, Untuk menghibur Liong Giok Pin

memeluknya dan berkata: "Aku yakin kakak ku Bu-mu tetap
mencintai kau, dan tak akan berubah hatinya, Ayolah kita
tidur!" Tapi Lie Ceng Loan menyahut: "Cici tidurlah kau
dahulu, aku hendak pergi menemui kakak Kun Bu dan
menanyakan apakah hatinya dapat berubah atau tidak di
kemudian hari." liong Giok Pin terkejut, dan mencoba
menahan, tetapi gadis tersebut telah keluar dari kamar menuju
ke kamar Bee Kun Bu.
Bee Kun Bu juga belum tidur ia sedang duduk di dalam
kamarnya, Ketika Lie Ceng Loan masuk, ia pun terkejut ia
buru-buru menyambut dan menanyai "Apakah sebabnya,
maka kau juga belum tidur?"
Si gadis menanyai "Kakak Kun Bu, apakah bisa berubah
hatimu terhadap aku?"
Bee Kun Bu terpaku, lalu menanya: "Mengapa kau
bertanya demikian? Hatiku tak akan berubah. Ayo, lekas pergi
tidur!"
Lie Ceng Loan menyusut air matanya, dengan tersenyum
keluarlah ia dari kamar itu sambil berkata: "Kakak Kun Bu, kau
betul-betul baik...." Apa yang sedianya akan diucapkannya,
pasti lebih kuat dari sumpah apapun juga,
Ular dan Bangau bertempur menginsyafkan Bee Kun
Bu
Pada esok paginya, keempat orang itu meninggalkan
distrik Hian Kie Shien menuju ke kaki pegunungan Koat Cong
San. Betul Giok Cin Cu telah lama berkecimpung di kalangan
Kang-ouw, akan tetapi di pegunungan Koat Cong San yang
luas itu, tak ubahnya ia seperti sebuah perahu kecil di tengahtengah
samudera yang luas dan besar, Jurang-jurang yang
curam dan berbahaya, puncak-puncak yang tinggi dan ganjilganjil
bentuknya, dan hutan-hutan yang lebat menakjubkan
sekali.
Lagi pula Hian Ceng Totiang tidak memberitahukan ke
bagian yang manakah ia hendak pergi. Meskipun Giok Cin Cu

sangat pintar dan cerdas, akan tetapi ketika ia berada di
lereng gunung itu, ia pun menjadi cemas, Tidaklah dapat
diketahui dimanakah jalan gunung yang berliku-liku itu
berakhir Mula-mula mereka masih dapat menjumpai dua atau
tiga orang penebang kayu, Kemudian tidak kelihatan lagi
sebuah jalan kecil pun.
Dengan ilmu meringankan tubuh mereka dapat mendaki
lereng gunung yang curam itu dengan mudah sekali, Ketika
mereka telah melewati beberapa puncak yang tinggi, matahari
telah berada di sebelah Barat Mereka beristirahat di tepi
sebuah batu gunung yang besar, dan mengeluarkan makanan
dari bungkusan masing-masing, Kemudian Giok Cin Cu
mendaki sebuah puncak gunung yang curam di sebelah
kanan.
Dengan ilmu meringankan tubuhnya dalam sekejap saja ia
telah sampai setinggi beberapa ratus depa. Lie Ceng Loan
sangat kagum akan kepandaiannya menyaksikan bagaimana
caranya ia mendaki puncak gunung, dan ia berseru: "llmu
meringankan tubuh Suhu betul-betul lihay, Aku ingin belajar
sampai selihay itu pula!" Bee Kun Bu berkata: "Jika kau ingin
betul-betul mempelajari ilmu, kau jangan malas-matas.
Dengan ketekunan kau pasti berhasil mempelajarinya." Sambil
tersenyum Liong Giok Pin berkata:
"ilmu dalam maupun luar dari Loan Sumoy sudah
mempunyai dasar yang baik, Dengan tubuhnya yang langsing,
dalam waktu tiga tahun ia tentu dapat mempelajari ilmu
meringankan tubuh maupun ilmu silat lain-lainnya, dari Suhu,
ia hanya harus dengan tekun mempelajari nya, dan Bee Sutee
harus senantiasa memberi anjuran kepada nya," Muka Bee
Kun Bu menjadi merah dan ia pun tak dapat lagi menjawab, ia
menoleh ke dalam sebuah jurang, sedang Lie Ceng Loan
menoleh ke udara mengawasi awan yang terapung-apung di
ang-kasa, sekonyong-konyong Bee Kun Bu terkejut dan
berseru, Liong Giok Pin dan Lie Ceng Loan segera menoleh
ke bawah jurang,

Di bawah jurang yang curam itu tampak oleh Bee Kun Bu
seekor ular yang panjangnya lebih kurang dua depa sedang
bertarung dengan seekor bangau putih, Ular hitam dengan
sisiknya yang berkilau-kilauan itu sedang melingkar menanti
kesempatan untuk menyerang, Ba-ngau putih itu juga pun luar
biasa besarnya, mungkin tiga atau empat kali lebih besar
daripada bangau biasa, Jeng-gernya merah seperti api dan ia
sedang berputar-putar di udara menanti kesempatan
menyerang ular yang melingkar di bawahnya,
Tiba-tiba ular itu melonjak ke atas menyambar bangau
putih itu, akan tetapi bangau putih itu dengan gesit segera
terbang lebih tinggi Yang ganjil ialah ketika tiap-tiap kali
bangau putih itu menyerang dengan paruhnya, ular besar itu
menyemburkan uap beracun, Bangau putih itu segera terbang
lebih tinggi untuk menghindarkan uap beracun itu, lalu terbang
turun untuk menyerang lawannya kembali Kedua binatang
tersebut bertarung dengan dahsyatnya selama lebih kurang
seperempat jam, dan rupanya ular itu tak dapat lebih bertahan
ia ingin melarikan diri ketika bangau terbang ke atas untuk
menghindarkan uap beracunnya, tapi bangau itu lebih cepat
lagi menyerangnya
Bee Kun Bu memperhatikan sikap bangau itu, Dilihatnya
bahwa bangau putih itu sengaja memancing supaya ular itu
menyemburkan uap beracunnya, dan ia sendiri membuka
mulutnya untuk menghisap uap racun itu, lalu kemudian
menyerang kembali Pada suatu ketika, ular hitam itu melonjak
ke atas dan menyambar dengan gigi racunnya, Bangau putih
itu memukul dengan sayapnya yang besar, lalu mencakar
kepala ular itu dengan kukunya, PukuIan dan cakaran itu
dilakukan demikian cepatnya sehingga tampak ular tersebut
terangkat dari tanah ke udara, lalu jatuh kembali ke tanah
dengan tidak bergerak lagi!
Setelah membunuh ular besar itu, bangau tersebut
merobek perut ular itu dengan kuku-kukunya untuk makan
empedu ular itu. Kemudian dibentangkannya kedua sayapnya,
lehernya dilonjongkan dan terbanglah ia ke atas sambil

menjerit Bangau itu terbang berputar-putar di atas Bee Kun Bu
dan kawan-kawannya, dan tampaklah oleh mereka bahwa
sayap bangau itu lebih kurang lima kaki panjangnya, Di
pegunungan Kun Lun, Liong Giok Pin sering melihat burung
atau binatang yang ganjil dan luar biasa, akan tetapi bangau
itu adalah untuk yang pertama kali dilihatnya
Seluruh bulunya putih laksana salju, jengger merahnya
sebesar tinju manusia, paruhnya yang panjang keras seperti
baja, dan kuku-kukunya yang tajam seperti gaetan besi.
Karena khawatir kalau-kalau burung itu datang menyerang,
Bee Kun Bu dan kawan-kawan nya bersikap waspada, Tapi
setelah berputar-putar di atas mereka, bangau tersebut
terbang ke arah timur Setelah tak kelihatan lagi, Lie Ceng
Loan menarik napas panjang, lalu berkata: "Ai! bukan main
besarnya bangau putih itu. jika dapat kutunggangi pasti aku
dapat dibawanya naik ke langit!"
Ketika itu Bee Kun Bu sedang memikirkan cara bangau
putih itu bertempur, sedangkan Liong Giok Pin merasa
kasihan pada ular hitam yang telah binasa ttu. Ular itu pasti
berusia ratusan tahun karena demikian benar panjangnya,
Suhunya pernah memberitahukan dan jika dibuat untuk bahan
baju, ia dapat menghindarkan segala macam senjata tajam,
dan sangat disegani oleh para jago-jago silat di kalangan Bu
Lim, Hanya saja untuk mencarinya amat sukar
Bee Kun Bu yang tengah memikir cara-cara bangau putih
itu bertempur, dengan tidak sadar mencoba meniru gerakgerik
bangau putih tadi. Diangkatnya lengan kirinya ke atas,
dan menerkam ke depan dengan lengan kanannya, Lie Ceng
Loan memperhatikan gerak-geriknya, dan ingin menegur Tapi
sekonyong-konyong didengarnya Giok Cin Cu menegur
dengan suara rendah: "Jangan ganggu ia!" Lie Ceng Loan
terkejut dan bertanya "Suhu, apakah yang sedang
dilakukannya?"
"la sedang berlatih silat ia sangat cerdas, dan ia ingin
belajar dari apa saja yang dianggapnya akan berguna. Tidak
heran jika Toa suhengku mengajari ilmu silat pedang Cui Hun

Cap Ji Kiam kepadanya, Mungkin juga partai Kun Lun kita
akan terkenal karena ia," menjelaskan Giok Cin Cu. Karena ia
sendiri telah jatuh hati kepada Hian Ceng Totiang, tapi
impiannya itu tak terkabul merasa simpati terhadap Lie Ceng
Loan yang telah jatuh hati terhadap Bee Kun Bu. ia akan
berusaha agar mereka berdua dapat mengikat tali
perjodohannya, dan agar Lie Ceng Loan tidak akan
mengalami nasib seperti ia. ia menjadi sayang sekali kepada
Lie Ceng Loan yang cantik jelita itu, Tapi... manusia berusaha,
dan Tuhan berkuasa, Kadang-kadang idam-idaman itu hanya
impian belaka!
"Kau jangan bicara, Lihat betapa tekunnya ia berlatih silat,"
Giok Cin Cu menasehati Lie Ceng Loan. Setelah Bee Kun Bu
meniru cara bangau putih menerkam mangsanya berkali-kali,
masih belum juga dapat rupanya ia memahaminya. Ditariknya
napas panjang-panjang, dan berhenti ber!atih. Ketika melihat
Susioknya, (paman atau bibi gurunya) yang walaupun telah
berusia hampir setengah abad, tapi masih tetap cantik seperti
baru berusia tiga puluh tahun lebih, ia lekas-lekas memberi
hormat kepadanya, dan bertanya: "Susiok, jurus apakah yang
baru saja kulakukan?"
"Mula-mula kukira kau sedang melakukan jurus Cek Sou
Pok Liong atau tangan telanjang menangkap naga dari ilmu
silat tinju Tian Kong Cong. Tapi kiranya bukan. Dari mana kau
belajar jurus tersebut?" kata Giok Cin Cu.
"Baru saja aku telah menyaksikan cara seekor bangau
putih yang luar biasa besarnya menerkam seekor ular hitam
dan berbisa dan yang juga luar biasa panjang dan besamya.
Aku lihat bahwa bangau itu dengan sekali terkam saja dengan
kuku-kukunya telah dapat membunuh mati ular tersebut.
Rupanya memang seperti jurus Cek Sou Pok Liong dari ilmu
silat Tian Kong Cong. Teecu telah mencoba menirunya dan
berlatih, akan tetapi masih juga belum memahami nya," sahut
Bee Kun Bu,
"Sayang sekali aku tak menyaksikan Tadi aku
menyaksikan kau berlatih dengan kedua tangan menyambar

dan menerkam dengan serentak, aku yakin jika jurus itu
dipahami betul-betul, besar sekali manfaatnya," kata Giok Cin
Cu selanju tnya, "Sebetulnya tiap-tiap jurus dari ketiga pukulan
enam jurus-jurus dari ilmu silat tinju Tian Kong Cong, telah
banyak memakan jerih-payah angkatan tua kita untuk
membuat supaya jurus-jurus itu lihay sekali Dan jika kau
sendiri berhasil menciptakan jurus baru, dan menambah jurus
Tian Kong Cong menjadi tiga puluh jurus, bukankah kau juga
akan berjasa bagi partai Kun Lun kita?"
Anjuran itu diperhatikan sekali oleh Bee Kun Bu. Ketika itu,
Liong Giok Pin yang juga seperti Bee Kun Bu dan Lie Ceng
Loan, tak mengetahui bahwa Giok Cin Cu telah kembali entah
dari mana, tampil di hadapan gurunya dan bertanya: "Suhu,
coba lihat ular hitam itu. Apakah itu bukan ular hitam yang
bersisik besi? Baru saja ia bertempur melawan seekor bangau
putih, dan dari mulutnya tak berhenti-hentinya menyembur
keluar uap beracun." Giok Cin Cu memperhatikan ular hitam
yang mati itu, ia terkejut. Ular itu betul ular hitam yang bersisik
besi, tapi alangkah besar dan panjangnya! ia belum pernah
melihat ular sebesar dan sepanjang itu! "Ayo! kita turun
melihat dari dekat!" perintahnya,
Segera mereka berempat, setelah mendapat tempat yang
baik meloncatlah mereka ke bawah melewati banyak batubatu,
karang-karang dan pohon-pohon tanpa kesukaran,
Setelah tiba di bawah, Giok Cin Cu mencari sebuah batu
gunung, dan dengan sebuah tendangan, terlontarlah batu itu
ke tubuh ular tersebut Batu itu seakan-akan membentur baja,
karena ular itu tergerak, tapi batunya telah hancur menjadi
potongan-potongan kecil, Kulit ular itu sedikitpun tak luka.
Mereka menghampiri ular yang telah mati itu, Giok Cin Cu
tertawa dan berkata: "Kita beruntung sekali Kita telah
memperoleh benda yang sangat berharga sekali! Cobalah
kamu cabut pedangmu, dan pancung tubuh ular ini!" Bee Kun
Bu segera mencabut pedangnya, lalu memancung dengan
sekuat tenaganya sampai tiga kali, tapi sedikitpun tubuh ular
itu tidak luka, sedangkan mata pedangnya menjadi tumpul ia

terpesona dan menjadi bisu. Giok Cin Cu mengambil pedang
Bee Kun Bu. Dengan pedang itu dibalikkannya tubuh ular itu,
Kemudian dengan mengikuti garis putih di bagian perut ular
itu, dibelahnya perut itu dengan ujung pedang.
Lalu keluarlah darah yang amis sekali baunya, Kemudian
mereka berempat sibuk mencuci kulit ular itu sampai bersih.
Giok Cin Cu berkata: "Ular hitam yang berbisa ini sangat
ganas. Uap beracun yang disemburkan nya dapat segera
memabukkan dan memingsankan orang. Kulitnya sangat
berharga sekali, dan sangat disukai oleh para jago silat di
kalangan Kang-ouw, karena jika baju dibuat dari kulit itu, maka
segala senjata tajam tidak dapat menusuk atau melukainya,
Baru pertama kali inilah aku melihat ular sebesar ini." Lalu
dilipatnya kulit itu dan kemudian diperintahkannya semua naik
kembali ke puncak gunung.
Giok Cin Cu telah mendengar bahwa peta Cong Cin To
terletak di dekat puncak Peh Yun Giam. Betul Peh Yun Giam
belum pernah didakinya, tapi menurut pendapatnya, puncak
itu seharusnya senantiasa diliputi oleh awan-awan putih, Dari
pada berjalan tanpa tujuan, lebih baik jika mereka menuju ke
suatu puncak di sebelah tenggara yang diliputi oleh awanawan
putih begitulah pikiran Giok Cin Cu. Dipimpinnya ketiga
murid-murid-nya ke arah puncak di sebelah tenggara, Di
sepanjang jalan Lie Ceng Loan masih saja berpikir tentang
bangau putih tadi, ia bertanya kembali pada Bee Kun Bu: "Bangau
yang tadi itu besar sekali, Aku ingin menung-ganginya."
Bee Kun Bu menyahut sambil tersenyum: "Nanti jika ia
kujumpai kembali, akan kutangkap untukmu !"
"Bangau itu terbangnya pesat sekali Cara bagaimanakah
kau dapat menangkapnya?" tanya Lie Ceng Loan, pertanyaan
tersebut memerankan muka Bee Kun Bu. sebetulnya jawaban
tadi hanya untuk menghibur saja, tapi si gadis
menganggapnya dengan sungguh-sungguh. "Betul, aku tak
dapat menangkapnya," sahutnya,
"Bu Koko, kau tak usah merasa kecewa, akupun tak ingin
menunggangi bangau itu," menghibur Lie Ceng Loan,

Sambil tersenyum Bee Kun Bu berkata: "Baiklah, tapi aku
akan menangkapkan yang kecil untukmu."
"Kau harus tangkap dua ekor, kau juga perlu mempunyai
seekor, bukan?" Lie Ceng Loan berkata sambil mengirimkan
kasihnya melalui pandangan ke arah wajah Bee Kun Bu.
Pada malam itu mereka bermalam di atas gunung di
bawah sebuah pohon yang besar, Pada waktu fajar, mereka
berangkat lagi, dan tiba tengah hari di tengah-tengah
pegunungan Koat Cong San. Dengan jurang-jurang yang
curam di sekitar mereka, suara air terjun dari berbagai sudut,
suasana yang sunyi senyap, mereka merasa seolah-olah
berada di dunia lain, Mereka harus berjalan terus jika matahari
masih menerangi tempat itu, dan sudah berapa banyaknya
puncak-puncak gunung yang telah mereka lewati, tapi puncak
yang senantiasa diliputi oleh awan-awan putih masih juga
belum tampak, Giok Cin Cu menjadi cemas.
Apakah pegunungan Koat Cong San tak ada batasnya?
Pada waktu senja, dengan tiba-tiba terdengar raungan seekor
binatang buas menggema di daerah pegunungan itu. Mereka
mengawasi dari mana datangnya suara itu. Di salah sebuah
sisi sebuah puncak tampak oleh mereka sejauh kira-kira lima
depa sebelah atas, seekor singa sedang berjalan, Singa itu
berhenti ketika melihat mereka, dan mengawasi dengan kedua
matanya yang besar.
Tiba-tiba singa itu meloncat ke bawah hendak menerkam
mereka, Giok Cin Cu menantikan singa itu sampai dengan
tenang, Lalu dengan tenaga dalamnya ia siap untuk mengirim
tinjunya, sementara itu, Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Liong
Giok Pin masing-masing telah mencabut pedang-pedangnya
dan berdiri berdamping-dampingan siap menghadapi segala
kemungkinan Tapi, setelah singa itu meloncat sampai di
hadapan mereka, ia berbalik dan lari kabur Giok Cin Cu heran
menyaksikan singa yang dapat julukan raja hutan menjadi
demikian takutnya melihat mereka, dan segera kabur, Belum
lagi ia dapat mencari sebab-sebabnya, tiba-tiba dari atas
terdengar jeritan seekor bangau, Mereka menoleh ke atas.

Betul saja seekor bangau yang besar dan berjengger merah
sedang terbang turun ke arah mereka, Lie Ceng Loan
bertepuk tangan dan berseru: "Bu Koko, bangau yang kemarin
datang lagi!"
Kira-kira seratus depa lagi jauhnya dari mereka, bangau itu
membelok ke arah larinya singa tadi, di jalan antara dua
jurang yang sempit
Giok Cin Cu makin menjadi heran. Kedua kupingnya
dipasangnya sungguh-sungguh untuk mendengar dari segala
suara, Lalu terdengar suara jeritan, serupa dengan suara
seruling yang ditiup dengan penuh semangat dan perasaan.
Mereka semuanya merasa tertarik oleh suara yang ganjil itu.
Bee Kun Bu berkata: "Susiok, suara jeritan yang serupa
dengan suara seruling itu betul-betul luar biasa, ia dapat
menarik kita sampai kita lupa akan jejak kita sendiri. Suara
apakah sebenarnya itu?"
Giok Cin Cu tidak lantas menjawab ia terus mendengarkan
suara itu. Tiba-tiba suara itu berhenti Lalu Giok Cin Cu
menjelaskan "Suara jeritan yang serupa suara seruling tadi
adalah suara yang dikeluarkan oleh tenaga dalam yang luar
biasa tingginya, Menurut fahamku, orang-orang yang
mempunyai ilmu tenaga dalam yang demikian tingginya tidak
banyak jumlahnya, Masa Giok Siauw Sian Cu (Dewa Seruling
Giok) telah datang juga ke pegunungan Koat Cong San ini?
Jika siluman wanita yang menamakan dirinya Giok Siauw Sian
Cu itu betul-betul telah datang ke pegunungan ini, maka
keadaan atau kedudukan guru-mu, Hian Ceng Totiang,
menjadi sangat gawat!"
"Siapakah Giok Siauw Sian Cu itu? Apakah ia lebih lihay
dari pada Tu Wee Seng si lengan delapan, atau Souw Peng
Hai pemimpin partai silat Tian Liong?" tanya Bee Kun Bu.
Sambil menganggukkan kepalanya Giok Cin Cu menyahut
"Bagaimana rupanya Giok Siauw Sian Cu itu tak dapat orang
melukiskan, karena sedikit sekali orang yang pernah
melihatnya, Suara jeritan yang serupa seruling dan

mempunyai gaya penarik itu telah banyak sekali menaklukkan
jago-jago silat di kalangan Bu Lim, Oleh karena itulah orangorang
memberikan julukan Giok Siauw Sian Cu (Dewi seruling
Batu Giok), Kata orang Giok Siauw Sian Cu itu adalah
seorang wanita berbaju hitam, dan selalu menutupi mukanya
dengan kain hitam yang jarang, Bagaimana wajahnya yang
sejati, belum pernah orang melihatnya."
Baru saja selesai keterangannya, terdengar lagi dari jauh
suara jeritan burung bangau dan raung seekor singa, Hanya
kali ini suara tersebut makin hebat Giok Cin Cu berkata: "Ayo!
Kita hampiri, dan lihat apa yang terjadi" Lalu dengan sebuah
loncatan ia telah mendaki sebuah jurang yang curam, dan
diikuti oleh ketiga murid-mu-ridnya, Mereka menuju ke arah
datangnya suara-suara tadi, jalan yang ditempuh sangat
berliku-liku dan sebentar naik sebentar turun.
Setelah mereka melewati sebuah puncak, tiba-tiba
pemandangan yang mereka hadapi beubah. Di bawah mereka
tampak sebuah lembah yang dilingkari oleh puncak-puncak
gunung, Lembah itu sempit, hanya tiga atau empat depa luas
nya, Di atas lembah sempit yang datar itu telah tumbuh
bunga-bunga yang ganjil dan harum, dan rumput yang hijau
dan segan Tapi singa dan bangau tadi entah ke mana
perginya.
Dengan ilmu meringankan tubuh keempat orang itu turun
ke bawah dan lari di sepanjang lembah itu. Setelah mereka
melewati beberapa puluh puncak-puncak yang agak kecil, hari
telah senja, Giok Cin Cu melihat bahwa Bee Kun Bu dan lainlainnya
telah Ietih. ia menganjurkan "Hawa lembab ini hangat
seperti hawa di musim semi. pemandangannya permai.
Marilah kita beristirahat sejenak!" Matahari mulai terbenam di
sebelah barat, dan sinarnya yang merah kelihatan berkiiaukilauan.
Lie Ceng Loan merebahkan diri di atas rumput sambil
menikmati pemandangan yang indah itu.
Giok Cin Cu senantiasa bersikap waspada dan mengawasi
keadaan di sekitar nya. Tiba-tiba ia melonjak-lonjak dan lari
menuju ke pinggir jurang, ia bersandar menghadap ke dinding

jurang-jurang itu, dan dengan ilmu Pik Houw Pan Pik atau
Cecak merayap di atas tembok, kedua telapak tangannya
menempel di dinding jurang tersebut dan kedua kakinya
mengenjot ke atas, Dalam sekejap saja ia telah sampai ke
atas jurang, Ketiga muridnya menyaksikan perbuatan itu
dengan perasaan kagum.
Bee Kun Bu berkata kepada Liong Giok Pin: "llmu Pik
Houw Pan Pik dari Susiok betul-betul Iihay. Hanya dengan
sekali enjot ia telah naik seratus depa lebih, sedangkan aku
hanya dapat naik lebih kurang empat puluh depa!" Sambil
tersenyum Liong Giok Pin menyahut: "Aku lebih lemah
daripada kau, dan aku hanya dapat naik lebih kurang dua
puluh depa." Belum lagi Bee Kun Bu menyambung
pereakapan itu,
Lie Ceng Loan berseru: "Bu Koko, ada orang datang!"
Mereka segera berdiri dan menoleh ke arah orang yang
datang itu. Kiranya benarlah datang, dari sebelah timur
seorang pemuda berbaju hijau, Dalam sekejap saja ia telah
melewati mereka, Pemuda berbaju hijau itu se-akan-akan
tidak menginjak rumput! Bee Kun Bu berpikir "la dapat
menempuh jarak lebih kurang lima puluh depa dalam sekejap
saja, Alangkah lihaynya ilmu meringankan tubuhnya, mungkin
juga lebih lihay daripada Susiok!"
Diceritakan bahwa setelah Giok Cin Cu naik ke atas
jurang, ia melihat bahwa di sebelah timur berdiri tiga buah
puncak gunung dan merupakan sudut-sudut dari satu segi
tiga, Pada puncak yang di tengah tampak garis putih seperti
perak yang menurun ke bawah, dan garis putih itu berkilaukilauan
karena sinar matahari yang akan terbenam, Apakah
garis putih itu suatu air terjun? Keadaan di bawah puncak itu
gelap sekali dan entah berapa dalamnya, Giok Cin Cu
memperhatikan letak, bentuk dan keistimewaan dari ketiga
puncak itu, lalu dengan ilmu Pik Houw Pan Pik ia kembali
kepada murid-murid nya.
Bee Kun Bu menceritakan peristiwa menemui pemuda
berbaju hijau tadi. Wajah jago silat wanita yang lihay itu

berubah setelah mendengar peristiwa itu, Agak lama juga ia
berpikir tanpa berbicara, Dengan ilmu meringankan tubuh
yang lebih lihay daripada ilmunya, pemuda tersebut bukan
saja dapat melukai lawannya dengan sehelai daun kayu atau
sebuah bunga, bahkan juga dapat melintasi segala sungai
yang luas dengan hanya menggunakan sepotong ranting
kayu, Giok Cin Cu yang telah banyak pengalaman dan lama
berkecimpung di kalangan Kang-ouw, belum pernah mengenal
orang dengan ilmu meringankan tubuh yang demikian lihaynya
seperti yang diceritakan atau dilukiskan Bee Kun Bu. Lalu ia
bertanya: "Berapa kira-kira usianya?"
Bee Kun Bu menggaruk-garuk kepalanya, dan dengan
perasaan malu ia menyahut: "Teceu malu sekali. pemuda itu
kelihatannya berjalan perlahan-lahan, tapi sebetulnya ia
bergerak secepat kilat Teecu hanya memperhatikan gerakgeriknya,
dan tidak memperhatikan wajahnya, Tubuhnya
kurus, tapi usianya.,., Teecu tak dapat mengetahui”
Sambil menggoyang-goyangkan kepala, Giok Cin Cu
berkata: "Jika apa yang telah kau luluskan itu tidak salah,
bukankah tidak terasa juga hembusan anginnya, ketika ia
melewati kamu?"
"Betul," sahut Bee Kun Bu seperti orang baru sadar,
"Ketika ia lewat, bukan saja hembusan anginnya tak terasa,
bahkan pakaiannya pun tidak tergerak, dan kedua lututnya tak
bengkok, Tindakannya lemas seakan-akan awan terapungapung
di angkasa!"
Giok Cin Cu jadi semakin heran, tetapi ia tetap bersikap
tenang, ia tak ingin meneruskan pereakapan tentang pemuda
berbaju hijau itu. Suasana mulai menjadi gelap, tetapi tak lama
kemudian tampaklah bulan yang bundar seperti roda di langit
sebelah timur Giok Cin Cu berjalan-jalan perlahan-lahan di
atas rumput sambil melihat ke bulan. Liong Giok Pin
mengetahui bahwa suhunya sedang memikiri sesuatu.
Dalam suasana yang sunyi senyap itu tiba-tiba terdengar
dari jauh suara siulan yang panjang. Bee Kun Bu, Lie Ceng

Loan dan Liong Giok Pin segera berdiri dengan sikap
waspada, Giok Cin Cu memperhatikan siulan itu dan setelah
tak terdengar lagi, ia berkata kepada muridmu rid nya:
"Mungkin telah banyak jago-jago silat datang ke pegunungan
Koat Cong San ini. Siulan tadi datangnya dari tempat yang
kira-kira lima lie jauhnya, Ayo kita berangkat lagi!"
Dengan ilmu menerbangkan tubuh keempat orang itu lari
dengan pesat sekali, dan hanya dalam dua jam saja telah
lebih delapan puluh lie jarak yang mereka tempuh: tapi lembah
itu seolah-olah tak ada batasnya, Makin jauh, makin ganjil
suasananya, Kemudian mereka membelok ke kiri dan
terdengarlah oleh mereka suara air terjun.
Mereka menoleh ke atas. Di bawah sinar bulan berdirilah
tiga buah puncak-puncak yang merupakan sudut-sudut dari
sebuah segi tiga, sungguh sangat angker kelihatannya dan air
terjun dari puncak yang di tengah kelihatan seperti kain sutera
putih metambai-!ambai dari angkasa! Hembusan angin
membawa bau yang harum dari seribu satu macam bungabunga,
dan di tengah-tengah lembah itu terletak hutan pohonpohon
cemara yang tertinggi Di pinggir hutan itu mengalir
sebuah sungai kecil yang bening sekali airnya.
Suara air terjun yang menderu-seru sangat memusingkan
dan menyebabkan bertambah-tambah seramnya suasana!
Mereka menghampiri tempat di mana air terjun itu jatuh,
Tempat itu merupakan sebuah kolam yang besar, Tapi di
belakang air terjun itu tampaklah seperti ada sebuah goa yang
mungkin menembusi kaki puncak itu. Meskipun sinar bulan
cukup terang, namun goa di belakang air terjun itu gelap
gulita.
Mereka mengamat-amati goa itu. sekonyong-konyong dari
suasana yang gelap gulita dan sunyi senyap itu berkelebatan
suatu bayangan putih, dan dalam sekejap mata saja di mulut
goa itu berdiri seekor bangau yang bersayap putih laksana
salju, Bangau itu adalah bangau yang telah mematok mati ular
hitam yang beracun itu. Dengan tak menginsyafi bahaya yang
mengancamnya Lie Ceng Loan berseru sambil menepukKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
nepuk tangannya: "O! Di dalam goa inikah tinggal bangau
yang besar itu?!"
Seruan itu menyebabkan Bee Kun Bu terkejut ia meloncat
ke depan dengan tinju kirinya menjagai mukanya, sedangkan
dengan tinju kanannya ia menerjang keluar dengan
mempergunakan ilmu Tian Kong Cong, Jurus Cek Siu Pok
Liong atau tangan telanjang menangkap naga dari ilmu Tian
Kong Cong itu dilepaskannya dengan cepat sekali seperti
anak panah terlepas dari busurnya ke arah bangau putih itu.
Bangau yang sedang menoleh ke atas itu, setelah melihat
serangan tinju itu, segera membalikkan tubuhnya dan dengan
sayap kirinya disapukannya ke arah Bee Kun Bu.
Angin dari tinju Bee Kun Bu itu terbentur dengan angin dari
sapuan sayap bangau, Bee Kun Bu terkejut dan dengan tak
disadarinya ia pun tersapu ke atas sampai sedepa lebih
tingginya, ia tak ada kesempatan untuk membela diri. ia jatuh
ke tanah meskipun Giok Cin Cu berusaha untuk
menangkapnya, Lie Ceng Loan hanya dapat berdiri terpesona
tak berdaya.
Setelah bangau putih itu menyapu Bee Kun Bu, lalu
terbanglah ia ke atas entah ke mana, Giok Cin Cu lekas-lekas
memijit-mijit jalan darah Bee Kun Bu untuk menyadarkannya
kembali ia melihat mata Lie Ceng Loan berlinang-linang. Lalu
tegurnya: "Mengapa kau menangis? Aku tidak terluka." Lie
Ceng Loan menghapus air matanya, dan menyahut: "Bangau
itu berbahaya sekali Aku tak akan menginginkannya lagi!"
Baru saja perkataan itu selesai diucapkannya, dari hutan
pohon cemara terdengar suara orang menegur: "Apakah Loan
Jie? Mengapa kau datang ke pegunungan Koat Cong San
ini?"
Suara itu sudah dikenalnya betul Lie Ceng Loan telah
mendengar suara tersebut selama sepuluh tahun lebih, Tanpa
menoleh lagi ia berseru: "Suhu! Suhu!" Dari hutan pohon
cemara itu keluarlah dua orang: ialah Hian Ceng Totiang dan
Ngo Kong Toa-su. Lie Ceng Loan lari menubruk Ngo Kong

Toa-su yang memeluknya erat-erat dan berkata: "Loan Jie,
kau sudah menjadi murid partai Kun Lun. Mengapa masih
panggil aku Suhu?"
Giok Cin Cu begitu melihat Hian Ceng Totiang menjadi
sangat terharu, Asmara yang dipendamnya selama beberapa
puluh tahun itu tiba-tiba merangsang jantungnya lagi Seluruh
tubuhnya menjadi panas, ia berdiri terpesona agak lama. Lalu
ia mengangkat kedua tangannya untuk memberi hormat
sambil berkata: Toa-Suheng (kakak besar seperguruan)
apakah kau baik-baik saja?"
Hian Ceng Totiang menganggukkan kepalanya membalas
hormat itu, dan sambil tersenyum ia menyahut: "Mengapa
kamu datang ke pegunungan Koat Cong San. Apa Sutee yang
memegang pimpinan kuil di pegunungan Kun Lun ada dalam
keadaan baik-baik saja?"
Dengan mata berlinang-linang Giok Cin Cu menyahut: "Jie-
Suheng baik-baik saja. ia dan aku senantiasa mengingat Toa-
Suheng, Aku tidak menghiraukan perjalanan yang jauh dari
pegunungan Kun Lun hendak datang ke kuil San Ceng Koan
di propinsi Hunan, Tapi di perjalanan aku berjumpa dengan
mereka ini Aku telah membaca surat dari Toa-Suheng, dan
mengetahui bahwa Toa-Suheng sedang menuju ke
pegunungan Koat Cong San ini Oleh karena itu, aku ajak
mereka datang ke sini."
Hian Ceng Totiang tidak menjawab ia hanya tersenyum,
Lalu diperkenalkannya Giok Cin Cu kepada Ngo Kong Toa-su.
Si pendeta tua mengangkat kedua tangannya memberi
hormat dan berkata: "Aku telah mendengar tentang Sumoy,
dan telah lama aku ingin berjumpa, Loan Jie yang yatim piatu
telah Sumoy terima, dan aku harap Sumoy dapat
mengajarinya dengan baik. Aku si pendeta tua ini tak akan
melupakan budi itu, dan dengan kesempatan ini
menghaturkan banyak terima kasih!" Lalu ia memberi hormat
lagi.

Giok Cin Cu lekas-lekas membalas hormat itu dan berkata:
"llmu silat Loan Jie sudah baik sekali berkat pengajaran Toasu.
Aku Giok Cin Cu mungkin tak dapat mengajarkan yang
lebih lihay lagi kepadanya, sebaliknya diwaktu Toa-Suhengku
perlu bantuan, Toa-su rela menyertai, Budi ini, tak akan dapat
kulupakan....N Hian Ceng Totiang memotong pereakapan itu
dan berkata "San-sumoy tak usah terlalu cemas. Urusan partai
Kun Lun adalah urusan kita semua, dan segala sesuatu yang
bersangkutan dengan partai kita, harus kita usahakan
bersama-sama."
"Jie-Suheng telah diserahi pimpinan kuil di pegunungan
Kun Lun, dan ia pasti menunaikan tugasnya dengan baik, ia
pun telah menerima budi besar dari Toa-Suheng, dan ia pasti
tak akan membangkang terhadap segala perintah Toa-
Suheng," sahut Giok Cin Cu sambil tersenyum
Ngo Kong Toa-su belum mengetahui bahwa di antara tiga
pemimpin partai Kun Lun itu telah timbul peristiwa asmara segi
tiga, dan ia tak mengerti pereakapan yang diucapkan oleh
Hian Ceng Totiang dan Giok Cin Cu itu, tapi setelah
mendengar kesanggupan Giok Cin Cu menerima Lie Ceng
Loan sebagai murid, ia pun menjadi terharu, Dengan menotok
tanah dengan tongkat besinya ia berseru: "Meskipun aku
bukan dari partai Kun Lun, tapi aku pasti ingin berkorban untuk
partai Kun Lun!"
Ketika itu Hian Ceng Totiang sedang memikirkan peta
Cong Cin To yang berada di tangannya, dan berita ini akan
menerbitkan banyak rintangan-rintangan bagi usahanya,
karena para jago silat pasti datang ke pegunungan Koat Cong
San untuk mengejarnya, Kini Giok Cin Cu dan murid-muridnya
telah datang ke pegunungan Koat Cong San. Betul mereka
dapat membantu, akan tetapi ia pun harus melindungi mereka,
dan dengan demikian bertambahlah bebannya, Semua ini
memasgulkan hatinya!
Giok Cin Cu yang telah sepuluh tahun lebih tiada bertemu
dengan Hian Ceng Totiang menggunakan kesempatan itu
untuk bereakap cakap di bawah sinar bulan bersama-sama

Ngo Kong Toa-su dan murid-muridnya. ia menuturkan semua
pengalamannya selama dalam perjalanan dari pegunungan
Kun Lun sampai ke pegunungan Koat Cong San itu.
Setelah para jago silat dari berbagai-bagai partai
mendengar berita bahwa peta Cong Cin To berada di tangan
Hian Ceng Totiang, datanglah mereka berkumpul di propinsi
Hunan utara. Setelah mendengar keterangan Giok Cin Cu
bahwa si lengan delapan (Tu Wee Seng) dari partai Hua San,
kedua belibis dari partai Tiam Cong dan Souw Peng Hai dari
partai Koat Cong San, Hian Ceng Totiang menjadi cemas,
Suara siulan dari seruling batu Giok yang terdengar di lembah
dan pemuda berbaju hijau yang tampak datang dan pergi di
kaki jurang sebagaimana telah dituturkan oleh Giok Cin Cu
menyebabkan ia lebih cemas lagi Apakah mereka berdua itu
juga telah datang ke pegunungan Koat Cong San untuk
merebut peta Cong Cin To?
Dengan segala kecemasan Hian Ceng Totiang masih tetap
bersikap tenang, ia berpaling kepada Giok Cin Cu dan
berkata: "Aku dan Ngo Kong Toa-su telah setuju mencari
bersama-sama di mana letaknya kitab Kui Goan Pit Cek
menurut petunjuk-petunjuk peta Cong Cin To, tapi kita baru
tiba di bagian ini." Lalu di bawah sinar bulan dibukanya peta
yang dibuat di atas sehelai kain sutera itu.
Betul di atas peta itu terlukis tiga puncak yang berdiri tegak
merupakan sudut-sudut dari sebuah segi tiga, dan tampak air
terjun di puncak yang di tengah, Mereka sekarang berada di
tempat yang tertulis di peta itu. Menurut pendapat mereka
kitab-kitab Kui Goan Pit Cek tentu tersembunyi dekat-dekat
mereka sekarang, Hanya peta itu tidak menunjukkan letak
yang tepat Mereka harus memeras otak untuk dapat
menafsirkan letak kitab berharga itu dengan tepat Hian Ceng
Totiang menoleh ke langit dan mengawasi keadaan
sekitarnya, dan dengan tak diinsyafinya ia berseru: "Pohonpohon
cemara me-nyaring sinar bulan, Di atas batu-batu air
jernih beraliran." Sajak itu tertera juga di atas kain sutera putih
itu.

Tiba-tiba ia terlompat-lompat Dikelilingnya pohon-pohon
cemara yang tumbuh dekat pinggir sungai yang banyak
berbatu-batu itu. Sungai itu mengalir melewati sebuah batu
yang besar sebelumnya mengalir masuk ke dalam sebuah
goa. Batu besar itu rupanya belum pernah diganggu,
Dicabutnya pedangnya dan dicobanya menusuk dan
memukul-mukul batu itu, tapi tak tampak tanda-tanda yang
mungkin dijadikan kunci untuk membuka rahasia tempat kitabkitab
itu tersembunyi
Melihat air sungai yang jernih, Lie Ceng Loan yang sudah
tiga hari tidak mandi, membuka sepatunya dan mencelupkan
kedua kakinya ke dalam air sungai itu, Lalu ia berjalan
mengarungi sungai yang hanya tujuh atau delapan kaki
lebarnya Kemudian ia duduk di tepi sungai dengan kedua
kakinya direndamkan di dalam air. "Jika sungai ini agak dalam
dan merupakan suatu ko!am, betapa enaknya aku mandi di
sini!" pikirnya.
Bee Kun Bu telah mengikuti Suhunya dan juga telah
melihat batu besar yang terletak di depan gua. " Apakah yang
terletak di bawah batu besar itu? Sajak itu mengatakan: "Air
jernih mengalir di atas batu-batu." Apakah batu-batu di dalam
sungai ini ada hubungannya dengan letaknya kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek?" pikirnya, "Tidak salah! Di bawah batu ini
mungkin ada sesuatu!" serunya dengan tak terasa, Seruan itu
telah menarik perhatian yang lain-lainnya, dan mereka berlarilari
mendatanginya.
Lalu diceritakannya tafsirannya tentang batu besar itu,
Hian Ceng Totiang menundukkan kepala berpikir Ketika
diangkatnya kepalanya kembali diperintahkannya Bee Kun Bu
mencari rotan yang besar dan kuat Setelah rotan itu dibawa
dan diberikan kepadanya, Hian Ceng Totiang berkata: "Batu
besar ini rupanya dapat memberikan kita kunci dari usaha kita,
Aku ingin menyelam dan menyelidiki apa yang terletak di
bawah batu besar itu, Kamu menanti aku di tepi sungai ini!"
Lalu diikatnya pinggangnya dengan rotan yang telah
disambung-sambung itu dan diperintahkannya Bee Kun Bu

memegang ujung rotan yang telah disambung-sambung itu,
sebelumnya Hian Ceng Totiang menyelam, Bee Kun Bu
berkata: "Suhu, biarlah teecu yang menyelam...." Tapi Hian
Ceng Totiang tersenyum dan menyahut: "Dalamnya sungai ini
tak terduga, Apakah di bawahnya ada makhluk-makhluk yang
beracun, kita pun belum mengetahui Aku merasa lega jika aku
sendiri yang melakukannya."
Giok Cin Cu juga berkata: "Toa-Suheng, biarlah aku yang
lakukan." Hian Ceng Totiang menggelengkan kepalanya dan
menyahut .” Tidak! Kau harus membantu Jie-Suheng
memimpin partai Kun Lun. Jika aku tewas, kau harus menjaga
Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan yang telah kuserahkan
kepadamu, dan ajari betul ilmu silat pedang Cui Hun Cap Jie
Kiam!"
Merembes masuk ke dalam goa dan memperoleh
mustika.
Kemudian Hian Ceng Totiang terjun ke dalam air dan
menyelam sedangkan Bee Kun Bu mengulur rotan yang
disambung-sambung itu, Telah lebih dua ratus depa rotan
yang diulur kemudian terasa isyarat dari dalam air, barulah
penguluran itu dihentikan Mereka mengetahui bahwa Hian
Ceng Totiang telah tiba di dasar sungai, Mereka menunggu
Sejam... dua jam, tapi mereka belum juga memperoleh isyarat
dari Hian Ceng Totiang, Mereka menjadi cemas, tapi tak
berdaya!
Bee Kun Bu tak dapat menahan kegelisahannya. "Susiok,
aku harus menyelam untuk menyelidiki keadaan Suhu!" ia
memaksa, Giok Cin Cu mengetahui ia tak dapat mencegah ia
menganggukkan kepalanya dan memperingat "Kau harus hatihati.
Jika tidak melihat Suhu, kau harus lekas-lekas naik ke
atas!" Lalu Bee Kun Bu mengikat pinggangnya dengan rotan
yang telah disambung-sambung.
Setelah ia menyelam sepuluh depa lebih, ia merasa dingin
sekali. Dengan menggunakan ilmu tenaga dalam

dihangatkannya tubuhnya, ia memperhatikan juga bahwa
makin dalam ia menyelam, makin terus dasar sungai itu,
Setelah ia menyelam sampai dua ratus depa lebih barulah ia
tiba di dasarnya. Rupanya batu besar itu menutupi sebuah
goa di dasar sungai yang luasnya hanya sedepa persegi. Dari
situ air mengalir dengan sangat deras ke dalam goa. Goa itu
sangat gelap, tapi agak tinggi.
Air yang mengalir deras hanya setinggi lima kaki dan Bee
Kun Bu dapat berdiri di dalam air yang mengalir deras itu
dengan kepalanya bebas, ia melihat bahwa ia dapat naik ke
atas tebing-tebing di kedua pinggir goa itu. ia segera meloncat
naik ke atas tebing itu dan jalan dengan hati-hati menuju ke
ujung goa yang agak terang tampaknya. Betul saja makin jauh
ia berjalan, makin terang suasana di dalam goa itu, karena
sinar fajar menyorot ke dalam dari mulut atau ujung goa itu, ia
berjalan cepat-cepat dan ketika ia sampai di luar, ia menjadi
terpesona. ia berseru "Wahai! Luas betul dunia ini! ajaib betul
dunia ini! siapakah yang akan menduga bahwa dari dasar
sungai orang dapat menemui tempat yang seindah ini dengan
melalui gua yang dapat dikatakan terletak di dasar sungai!"
Lalu ia berjalan terus sambil mengawasi apa saja yang ada
di sekitarnya, Dalam keadaan yang sunyi senyap itu, suara
apapun juga dapat terdengar ia mendengar suara orang
sedang menarik napas panjang, ia tahu bahwa suara itu
adalah suara tarikan napas gurunya, ia lari menuju ke arah
suara itu, Di suatu lapangan rumput di antara pohon-pohon
bunga tampak olehnya gurunya Hian Ceng Totiang sedang
duduk sambil menengadah ke langit, Meskipun hanya dua
depa jarak antar mereka, tapi tampaknya gurunya seakanakan
tak mengetahui kehadirannya di sana,
Bee Kun Bu merasa heran, ia ingin maju, tapi ia berpikir
"Mengapa Suhu duduk terpaku seakan-akan seorang yang
hilang ingatan? Apakah Suhu terkurung oleh pohon-pohon
bunga ajaib itu sehingga tak dapat bergerak?" Baru saja ia
ingin bertindak maju, tiba-tiba Hian Ceng Totiang berdiri dan
menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, Lalu ia

melangkah sambil menghitung jumlah langkah-langkah
tersebut ia melangkah ke kiri dan ke kanan, tapi tidak melewati
batas sebuah lingkaran yang garis menengahnya tidak lebih
dari lima depa.
Pada suatu ketika ia rupanya dapat keluar dari semak
pohon-pohon bunga, tapi kemudian ia balik lagi ke tempat
asalnya, Bee Kun Bu berteriak: "Suhu! Melangkah dua
langkah lagi, dan Suhu dapat keluar dari semak pohon-pohon
bunga itu!" jeritan yang keras itu seakan-akan tidak terdengar
oleh Suhunya, karena suhunya tetap kembali ke tempat asal
dan duduk sebagaimana pertama kali sambil menarik napas
panjang yang terdengar nyata oleh Bee Kun Bu.
Bee Kun Bu menjadi sangat cemas, Suhunya dengan ilmu
Pat Kwa Jie Li Ngo Heng atau lima langkah melampaui
rintangan dari delapan jurusan tidak mampu keluar dari
belenggu pohon-pohon bunga yang ajaib itu! Dan... ia sendiri
tak mampu menolong gurunya! Apakah yang harus
dilakukannya? ia mengasah otaknya mencari akal untuk
menolong gurunya.
Dihitungnya jumlah pohon-pohon bunga yang mengurung
gurunya, dan ternyata ada sembilan kali sembilan sama
dengan delapan puluh satu, jika ditebangnya sebuah pohon,
mungkin khasiat pohon-pohon bunga ajaib yang mengurung
gurunya dapat dipunahkan Dengan tekad yang demikian
dicabutnya pedangnya dan dipancungnya sebuah pohon
bunga, ia menunggu sebentar, tapi tidak tampak perubahan
Dipancungnya sebuah lagi, juga tak tampak perubahan. ia
menjadi marah. Dipancungnya terus sampai tiga kali tiga kali
tiga sama dengan dua puluh tujuh buah pohon, "Sing....
sing.... sing!!!" bunyi suara yang nyaring dan bising entah dari
mana. Dan... kedua mata Hian Ceng Totiang bersinar! ia
menengok ke arah Bee Kun Bu sambil bangun berdiri
Lalu dengan tenang ia melangkah keluar dari tengahtengah
pohon-pohon bunga itu, dan berkata: "Ai! Aku telah
menggunakan ilmu Pat Kwa Ji Li Ngo Heng untuk keluar dari
perangkap pohon-pohon bunga yang ajaib ini, tapi tak berhasil

Untung sekali kau datang menoIong, Tapi... bagaimanakah
caranya kau datang ke sini?" Bee Kun Bu merasa girang
karena telah dapat menolong gurunya, Lalu diceritakan nya
bahwa karena ia khawatir akan keselamatan gurunya, ia pun
menyelami sungai, Tentang bagaimana caranya Teecu
menolong Suhu," ia melanjutkan Teecu pun tidak mengetahui
Teecu hanya menolong menurut pendapat sendiri untuk
melepaskan orang dari jaring, kita harus memotong putus
talinya, bukan? Rupanya pohon-pohon bunga itu telah
merintangi jalan keluar untuk Suhu, maka Teecu tebaslah
mereka itu."
Sambil menggoyang-goyang kepalanya, Hian Ceng
Totiang berkata: "Ai! Aku dengan membabi buta telah masuk
ke dalam semak pohon-pohon bunga itu, dan tidak
menghiraukan akibatnya, Kini dua puluh tujuh pohon-pohon
telah kau tumbangkan, aku kira mereka tak berbahaya lagi!
Mari kita masuk lagi dan menyelidiki hal-hal yang lain-lainnya!
Bee Kun Bu masih juga khawatir Dicabutnya pedangnya,
dan dengan pedang terhunus diikutinya guru-nya. Dengan
mata kepalanya sendiri disaksikannya kerangka-kerangka
manusia di bawah pohon-pohon itu, ada yang berbaring, ada
yang duduk, dan ada pula yang berlutut dengan kepala di atas
tanah, ia terkejut dan bertanya. "Suhu! Apakah rangka-rangka
ini korban dari perangkap pohon-pohon bunga itu?"
Hian Ceng Totiang tak segera menyahut ditariknya napas
panjang-panjang, lalu berkatai "Hai.,.! Kitab-kitab Kui Goan Pit
Cek telah banyak mengambil korban. orang-orang ini telah
berusaha mencarinya, dan telah masuk ke dalam perangkap
pohon-pohon bunga ajaib ini. Mereka tak dapat keluar Mereka
tewas karena kelaparan dan kedinginan Aku pun bisa seperti
mereka, meninggalkan rangka di sini, jika kau tak datang
menolong! Hai...."
Setelah melalui semak pohon-pohon bunga ajaib itu,
mereka menghadapi sebuah dinding jurang gunung yang
curam. Di kaki jurang itu ada dua buah batu gunung yang
besar yang merupakan pintu dari sebuah gua. Dengan tenaga

dalamnya, Hian Ceng Totiang mengirim pukulan ke arah batubatu
itu, dan sekarang terbukalah pintu tersebut Mereka
menjenguk ke dalam dan tampaklah sebuah batu gunung
yang besar sekali dan dua batu hijau yang lebih kecil di kedua
sampingnya, Di atas kedua batu yang lebih kecil itu ada dua
buah patung: sebuah merupakan pendeta laki-laki dan yang
lain merupakan rahib perempuan
Di atas batu yang besar terletak sebuah kotak dari batu
Giok yang berukuran satu kaki kali satu kaki kali lima dim
(atau tiga puluh sentimeter kali tiga puluh sentimeter kali lima
belas sentimeter). Di depan batu yang besar terdapat sebuah
pedupaan dari batu yang berwarna putih, dan di dalam
pedupaan itu masih terdapat abu hio (semacam menyan
wangi) yang sangat harum baunya, Bau harum ini
berhamburan di udara dan menusuk hidung ketika pintu batu
terbuka.
Hian Ceng Totiang lalu menjelaskan: "Pendeta laki-laki itu
adalah Hian Kie Cin Jin, dan rahib perempuan itu adalah San
Im Shin Nie. Keduanya telah menulis ilmu-ilmu silat yang
maha dahsyat dan membuat kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Kita
harus berlutut memberi hormati Mereka segera berlutut di
hadapan patung-patung itu. Kemudian dengan ilmu
meringankan tubuh, Hian Ceng Totiang meloncat ke atas batu
yang besar tadi dan melihat kotak dari batu Giok itu,
Diperiksanya dengan teliti, dan di atas kotak tersebut tertulis
delapan huruf yang berbunyi: Pit Cek Cung Po, Cin Si Mok
Sen (Kitab-kitab ini sangat berharga, Harus dijaga baik-baik).
Kitab-kitab itu adalah kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang
dicari oleh para jago silat selama beratus-ratus tahun, Kini
Hian Ceng Totiang yang menemuinya. ia terharu, bereampur
gembira, seluruh tubuhnya gemetar Dengan kedua tangannya
yang gemetar, dicobanya membuka kotak itu, dan di dalamnya
ada tiga buah kitab yang tidak terlampau tebal Disampul kitab
yang paling atas tertulis dalam huruf merah Kui Goan Pit Cek.
Hian Ceng Totiang merasa seolah-olah jantungnya hendak
putus, bahna kegirangan Buru-buru ditutupnya kotak itu

kembali Dari kantong di dadanya, dikeluarkannya sehelai kain
tebal, dan dengan itu dibungkus nya kotak tersebut dengan
hati-hati. Kemudian ia turun dari batu itu, memberi hormat
kembali kepada kedua patung-patung itu, dan akhirnya
diajaknya muridnya lekas-lekas keluar dari gua itu, Setelah
keluar, Hian Ceng Totiang menjerit keras, suaranya seperti
seekor naga meraung dan bising sekali
Suara jeritan itu dikeluarkan dengan tenaga dalam dan
terdengar oleh Ngo Kong Toa-su dan Giok Cin Cu yang
sedang menanti di tepi sungai dengan perasaan khawatir yang
amat sangat sebetulnya untuk pergi ke gua di mana terletak
kitab Kui Goan Pit Cek itu, orang harus menyelam ke dalam
sungai Kemudian melalui gua di dasar sungai menerobos
keluar ke lembah di mana tumbuh pohon-pohon bunga ajalb,
sebelumnya semak pohon-pohon bunga itu dapat dilewati
orang tak dapat mendekati dinding jurang yang sangat curam
itu untuk membuka pintu batu yang menutupi gua di mana
kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu tersimpan.
Hian Ceng Totiang dan Bee Kun Bu dengan ilmu tenaga
dalam dan meringankan tubuhnya telah berhasil menyelam,
menerobos masuk gua di dasar sungai, bahkan melewati
semak pohon-pohon bunga yang ajaib, Lalu sebagaimana
telah diceritakan telah membuka pintu batu dan mengambil
kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Lembah dimana mereka berada
tak dapat dicapai dengan jalan menuruni jurang yang amat
curam itu, dan senantiasa disetubungi kabut yang tebal sekali
Kini setelah memperoleh kitab-kitab mujizat itu, dengan ilmu
Cit Tiang Sin Kong atau terbang melonjak menembusi langit,
mereka menotok tanah dengan kedua ujung jari kakinya, lalu
tubuhnya melonjak ke atas secepat kilat dan tiba di atas
jurang, kemudian dengan ilmu meringankan tubuh mereka lari
dengan pesat melalui batu-batu, semak-semak dan segala
rintangan-rintangan, dan berkumpul kembali dengan kawankawannya!
Semuanya dapat berlega hati kembali Giok Cin Cu adalah
orang yang pertama bertanya pada Hian Ceng Totiang: ToaKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Suheng, mengapa lama sekali kau di dasar sungai itu?
Apakah kitab-kitab Kui Goan Pit Cek telah diperoIeh?" Sambil
tersenyum Hian Ceng Totiang menyahut "Aku telah masuk
perangkap semak pohon-pohon bunga, dan hampir tewas,
Tapl., ya, sudahlah, akhirnya kitab-kitab Kui Goan Pit Cek
telah kuperoleh Berkat pertolongan Bee Kun Bu, aku telah
beruntung memperoleh kitab-kitab mujizat ini" Lalu
diceritakannyalah pengalaman-pengalamannya menyelam ke
dasar sungai, cara muridnya menolongnya dari perangkap,
dan cara mereka keluar dari lembah yang terpencil tadi
Giok Cin Cu mengawasi Bee Kun Bu dengan perasaan
kagum, lalu berkata: "Bukan saja ia cerdik dan cerdas, tapi
juga seorang yang budiman, Toa-Suheng beruntung sekali
mempunyai murid seperti dia yang dapat menjunjung tinggi
kemasyhuran partai Kun Lun kita."
Dengan pujian itu Bee Kun Bu merasa canggung, Hian
Ceng Totiang mengawasi muridnya dan berpikir "Kitab-kitab
Kui Goan Pit Cek telah diperoleh, dan aku harus mencari
suatu tempat yang terpencil dan tentram untuk mempelajari
ilmu silat dari kitab-kitab ini yang mungkin memakan tempo
setahun atau dua tahun, karena kitab-kitab ini, kalangan Bu
Lim menjadi bergolak, dan gelombangnya mungkin dapat
menyapu anggota-anggota dari partai Kun Lun. Ya... karena
perebutan kitab-kitab ini, para partai silat akan bertarung matimatian,
Betul kitab-kitab ini sangat berharga, akan tetapi
mereka pun merupakan sumber dari segala malapetaka!" ia
menarik napas panjang memikirkan akibat-akibatnya.
Giok Cin Cu juga merasa heran mengapa Toa-Suhengnya
setelah memperoleh kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu masih
juga merenung, ia bertanya: Toa-Suheng, kitab-kitab Kui Goan
Pit Cek sudah di tangan, seharusnya Toa-Suheng bergembira,
Tetapi mengapa sekarang masih duduk terpekur?" Lalu
dikeluarkannya kulit ular hitam dan diperlihatkannya sambil
berkata: "Aku datang ke pegunungan Koat Cong San ada juga
memperoleh hasil Cobalah lihat kulit ular ini! Bukankah kulit ini
mujizat?" Hian Ceng Totiang mengambil kulit ular itu dan

melihat dengan teliti sisik- sisiknya, lalu sambil tersenyum ia
berkata: "Kulit ini betut-betul berharga, dan sukar dicari Dari
mana kau peroleh?"
"Kulit ular ini aku peroleh tanpa kesukaran, Jika aku
sengaja mencarinya pasti tidak akan berhasil Partai Kun Lun
kita dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dan kulit ular ini pasti
akan menjagoi di kalangan Bu Lim..." sahut Giok Cin Cu.
Belum habis Giok Cin Cu bicara, tiba-tiba terdengar suara
tertawa, Hian Ceng Totiang terkejut ia bangun dan membuka
kedua matanya dan mengawasi keadaan di sekitarnya.
Suara tertawa itu kedengarannya dekat sekali, tetapi entah
dari mana asaInya. Dengan ilmu tenaga dalamnya ia dapat
mengetahui daun pohon jatuh lejauh lima depa, Tapi suara
tertawa yang kedengarannya sangat dekat itu, tak dapat
diketahuinya dari mana datangnya. Giok Cin Cu dan Ngo
Kong Toa-su juga mendengar suara tertawa itu akan tetapi
sedikit pun tak tampak tanda-tanda dari mana datangnya,
Sekonyong-konyong Lie Ceng Loan menjerit: "O! Bangau
putih datang kembali!" Semuanya menoleh ke atas, Bangau
itu datang dan menyambar Hian Ceng Totiang secepat kilat
dengan sayapnya dan sekaligus merebut kulit ular dari
tangannya, Giok Cin Cu yang berdiri dekat Toa-Suhengnya
melihat bangau putih itu merampas kulit ularnya dari tangan
Toa-Suhengnya.
Sambil menjerit dikibaskannya lengan bajunya dan ia
terbang ke atas untuk mengirim jotosan dengan tinju
kanannya ke arah bangau putih itu. jotosan yang dikirim
dengan tenaga dalam itu luar biasa hebatnya, hembusan
anginnya menerjang bangau putih sehingga bangau itu
bergoyang-goyang di udara, Lalu dengan suara mengeluh
yang panjang ia terbang lebih tinggi melewati awan-awan dan
tak kelihatan lagi! Sakit sekali hati Giok Cin Cu karena kulit
ularnya dirampas. ia merentak-rentak karena masygulnya.
Tinju yang dikirimnya sebetulnya dapat menghancurkan
batu tapi mengapa ia tak berhasil membunuh bangau putih

itu? ia heran bereampur masyguI. Hian Ceng Totiang
menghampirinya dan menghibur: "Bangau putih itu, yang
dapat membunuh mati ular hitam yang berbisa dan
panjangnya dua depa lebih, bukan bangau sembarangan ia
telah merampas kulit ular tetapi tidak melukai kita, kita sudah
seharusnya bersyukur Bangau itu pasti ada majikannya,
Jotosanmu paling sedikit dikirim dengan tenaga enam ratus
kati.
Dengan tenaga itu segala binatang buas tentu binasa
kalau kena. Tapi bangau putih itu seakan-akan tidak
menderita apa-apa. Orang yang memelihara bangau demikian
pasti seorang yang luar biasa saktinya, Suara tertawa yang
baru saja kita dengar, mungkin juga suara tertawa majikan
bangau itu, Rupanya ia hanya menghendaki kulit ular
Bukankah bangau itu bertarung melawan ular? sedangkan kau
mengambilnya tanpa jerih payah, Kau telah merampas hasil
pertarungan bangau itu, Marilah kita jalan. Lama-lama
berdiam disini tak ada juga gunanya !"
Giok Cin Cu menganggukkan kepala nya, lalu mengikuti
Toa-Suhengnya jalan bersama-sama lain-lainnya. Setelah
mereka tiba di tempat di mana Bee Kun Bu menemui pemuda
berbaju hijau, mereka berhenti untuk beristirahat dan makan,
Mereka makan sambil duduk di atas rumput saja, Lie Ceng
Loan bertanya pada Liong Giok Pin: "Cici, apakah di
pegunungan Kun Lun ada bangau putih? Jika ada, aku ingin
memeliharanya seekor Jika bangau itu besar, akan kusuruh ia
merebut kembali kulit ular Susiok dari bangau putih tadi."
Ucapan itu diperhatikan oleh mereka semua, tapi
semuanya tidak menyahut, karena pada saat itu dari salah
sebuah lembah terdengar suatu suara orang tertawa yang
keras sekali seakan-akan menggetarkan jurang-jurang!
Mereka semua menoleh ke arah datangnya suara tertawa
yang ganjil itu, Giok Cin Culah yang pertama bangun, Dari
jauh dilihatnya empat orang yang sangat jelek wajahnya
sedang mengawal seorang tua yang berambut dan berjenggot

putih, bertubuh kurus dan berbaju kurung, berjalan dengan
memegang tongkat, Dengan sekejap saja rombongan itu
sudah berada dekat mereka. Orang tua itu sangat bersih
wajah nya, hanya jenggotnya luar biasa panjangnya, dan
kedua alisnya yang putih hampir menutupi kedua matanya
karena terlampau panjang.
Tongkat yang dipegangnya mempunyai gagang yang
berbentuk seperti kepala seekor naga, Empat orang yang
mengawal berbaju buntung semuanya, dan muka mereka
bukan main buruknya, penuh dengan bekas-bekas bacokan
atau tusukan senjata tajam, Sambil berdiri lebih kurang
sedepa jauhnya, orang tua itu mengangkat kedua tangannya
memberi hormat, dan berkata sambil tersenyum: Tiga
pemimpin partai silat Kun Lun sangat termasyhur namanya di
kalangan Bu Lim, Aku si tua bangka ini merasa beruntung
dapat menjumpai mereka." Lalu ia tertawa terbahak-bahak,
suaranya keras menggetarkan suasana di sekitar mereka.
Sekali melihat wajahnya, Hian Ceng Totiang segera
mengenali bahwa ia itu adalah pemimpin partai silat Tian
Liong, Souw Peng Hai. Empat pengawalnya yang sangat jelek
wajahnya adalah empat iblis dari propinsi Su-coan. Hian Ceng
Totiang segera membalas memberi hormat dengan
mengangkat kedua tangannya ke dada seraya berkataj "Souw
Cong Piauw (pemimpin Souw) adalah seorang yang lihay
silatnya di kalangan Kang-ouw, Partai Tian Liong sangat
termasyhur di bawah pimpinannya, Kami dari partai Kun Lun
tak dapat disetarafkan dengan-nya."
"Saudara terlampau merendah, Partai Kun Lun adalah
partai silat yang lihay dan merupakan salah satu partai besar,
dan partai Tian Liong tak dapat disamakan dengan partai Kun
Lun," sahut Souw Peng Hai sambil tersenyum. Lalu matanya
mengawasi bungkusan kain kuning yang diikat di belakang
Hian Ceng Totiang, ia berkata lagi: Tersiar kabar bahwa peta
Cong Cin To telah berada di tangan saudara, betulkah
begitu?" pertanyaan itu tak mudah dijawab Di kalangan Kangouw,
jago-jago silat yang budiman enggan berdusta, Oleh

sebab itu Hian Ceng Totiang terpaksa berpikir sejenak,
kemudian menjawab "Betul Peta tersebut telah kuperoleh!"
"Jika sudah dapat, mengapa tidak saudara cari kitab-kitab
Kui Goan Pit Cek? Apakah bungkusan kain kuning di belakang
saudara itu berisi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?" tanya Souw
Peng Hai.
Pertanyaan tersebut seolah-olah tusukan pisau, Hian Ceng
Totiang menyahut sambil mengejek: "BetuI! Souw Cong Piauw
menanyakan soal itu, apakah maksud saudara sebenarnya ?"
Souw Peng Hai tertawa terbahak-bahak dan berkatai
"Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek adalah barang-barang berharga
di kalangan Bu Lim. Aku Souw Peng Hai tidak hendak
merampas sehingga menerbitkan pertarungan yang tak
diingini, Aku ada jalan yang adiL Kitab-kitab tersebut dapat
saudara pegangj tapi saudara jangan sendiri saja
membacanya. Atas nama saudara dan aku, kita mengundang
pemimpin-pemimpin dari sembilan partai silat dan jago-jago
silat lainnya untuk menyaksikan pertandingan silat pedang
antara kita berdua, Dengan de-mikian, jika dapat
menyelesaikan persaingan kedua partai kita yang telah
berlaru-larut selama beberapa ratus tahun, dan juga dapat
menentukan di tangan siapa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu
harus jatuh, Bagaimanakah pendapat saudara atas usulku
ini?"
Giok Cin Cu tidak sabar lagi. ia menjawab: "Kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek tentu menjadi milik kami, karena kami
memperoIehnya dengan susah payah, Tentang bertanding
ilmu silat pedang, Souw Cong Piauw dapat mengirim
undangan Kami partai Kun Lun pasti setuju dan siap
bertanding di mana dan bila saja!" Souw Peng Hai mengawasi
jago silat wanita itu dan sambil mengejek berkata: "lni tentulah
Giok Cin Cu Liehiap yang termasyhur dari partai Kun Lun. Aku
sedang bicara dengan saudara tuamu, Aku harap yang muda
tidak turut campur!"

Sahutan itu menyebabkan muka Giok Cin Cu menjadi
merah, tapi ia tak dapat lantas menjawab ia hanya mengawasi
Souw Peng Hai, dan kemudian Suhengnya. Dengan suara
yang agak gusar, Hian Ceng Totiang berkata "Souw Cong
Piauw berhasrat hendak mengundang para jago silat
bertanding silat pedang, kami dari partai Kun Lun pasti tidak
akan mundur
Tapi pertandingan tersebut tidak ada sangkut pautnya
dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, dan tak dapat dibawa
serta, Kami ada urusan yang lebih penting dan harus lekaslekas
kembali ke pegunungan Kun Lun, dan tak ada waktu lagi
untuk berunding, Kami menunggu undangan untuk bertempur
di kuil San Goan Kong di pegunungan Kun Lun. Bila telah
dapat undangan, partai Kun Lun pasti datangi" Lalu diajaknya
orang-orangnya berlalu,
Tapi Souw Peng Hai menghalangi mereka dengan
longkatnya, dan berkata sambil tertawa: "Jika kamu berjalan
terus, orang lain juga akan mencegatmu, dan kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek itu pasti tak dapat kau pertahankan."
Dengan mengejek Hian Ceng Totiang menyahut "Kami dari
partai Kun Lun belum pernah dihina, Kami hanya ingin melihat
apakah yang hendak dilakukan Souw Cong Piauw pada kami!"
Tapi jika orang yang merampas kitab-kitab itu, bukankah
kami dari partai Tian Liong juga dapat turut merampas?" kata
Souw Peng Hai.
"BetuI! Jika Souw Cong Piauw gembira melakukan
perampasan, boleh coba saja!" sahut Hian Ceng Totiang,
Souw Peng Hai lalu menurunkan tongkatnya dan
membiarkan mereka jalan, ia berkata: "Baiklan, Jika orang lain
tidak merampas, kita pun tak akan merampas.
Tapi jika orang lain merampas, kita pun datang
merampas!"
Hian Ceng Totiang tak bicara lagi, hanya orang-orangnya
saja yang diajaknya jalan terus, Di sepanjang jalan ia berkata

kepada Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, "Nanti jika ada orang
merampas atau mencegat, kamu tak boleh turun tangan, Yang
akan mencegat kita bukannya anak kemarin, Mereka
semuanya jago jago silat yang luar biasa lihaynya, Jika kamu
tak turun tangan, mereka pun tak akan menyerang kamu."
Peringatan gurunya itu diperhatikan betul, dan mereka pun
insyaf bahwa gurunya akan berkorban untuk membela kitabkitab
Kui Goan Pit Cek itu. Mereka merasa masygul karena
tidak diberi kesempatan untuk membantu bila ada pencegatan
atau perampasan,
Mereka jalan terus dan dengan cepat telah dua puluh lie
jarak yang mereka tempuh, Angin gunung berhembus sepoisepoi
basah membawa bau bunga-bunga yang ha-rum, tetapi
mereka semuanya merasakan ketegangan dan kegentingan
suasana, Ketika mereka lewat di sebuah lembah yang agak
sempit, terdengarlah bunyi tertawa dari lereng gunung yang
ditumbuhi oleh pohon-pohon cemara, Lalu dari lereng gunung
yang tingginya beberapa puluh depa itu meloncat lah turun
seorang yang berbaju kurung, berambut putih seperti perak,
dan tangannya memegang tongkat bambu, ia mencegat
mereka.
Dengan menghadapi Hian Ceng Totiang ia berkata:
"Pemimpin kuil San Ceng Koan, sudah lama kita tidak
berjumpa, Apakah masih kenal dengan Tu Wee Seng?" Giok
Cin Cu menjawabi "Ai! Pemimpin partai silat Hua San dapat
dipereayai perkataannya, Kau betuI-betul datang ke
pegunungan Koat Cong San?" Tu Wee Seng menyahut sambil
tersenyum: "Yang datang ke sini bukan saja aku si tua
bangka, Masih ada dua belibis dari partai Tiam Cong dan
beberapa belas jago-jago silat lainnya, Tiga kepala cabang
partai Tian Liong juga telah datang, semenjak pertandingan
silat di atas puncak Sao Sit Hong tiga ratus tahun yang telah
lalu, pertemuan yang sekarang ini benar-benar dapat
dikatakan pertemuan yang agak besar. Mungkin juga
pertarungan yang akan dilakukan merupakan pertarungan
yang ramai sekali!"

"O,., saudara Tu juga datang untuk turut serta dalam
pertarungan?" kata Hian Ceng Totiang dengan mengejek
"Aku hanya ingin membantu meramaikan saja," sahut Tu
Wee Seng dengan berlagak merendahkan diri.
Hian Ceng Totiang tidak dapat lagi menahan kesabarannya,
ia membentak: "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ada
di belakangku jika saudara Tu ingin mengambil ayo coba
ambil!"
Tu Wee Seng berubah wajah, Dengan gusar ia
membentak kembali: ilmu pedang Hun Kong Kiam Sut dan
ilmu tinju Tian Kong Cong belum tentu yang nomor satu di
kalangan Bu Lim, Aku yakin aku dapat melayani ilmu-ilmu
demikian sebetulnya partaiku Hua San dan partaimu Kun Lun
tidak bermusuhan Jika kau sudi memberikan kita kesempatan
untuk mempelajari ilmu silat dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek
itu, kedua partai kita dapat bergabung dan bersama-sama
mempertahankan kitab-kitab itu terhadap serangan-serangan
pihak ketiga, Mengapa kau demikian marahnya?"
Hian Ceng Totiang menyahut: "Aku tak dapat menerima
maksud baik itu." Dengan mengangkat tongkat bambunya Tu
Wee Seng berkata: "Jika demikian, aku harus minta pelajaran
ilmu silat beberapa jurus dari saudara!" Hian Ceng Totiang
juga segera mencabut pedangnya dan berkata: "Jika aku
dapat menerima pelajaran silat dari saudara Tu, aku akan
merasa puas bila mati di pegunungan Koat Cong San ini."
Lalu dengan ilmu Siauw Cit Tian Lam atau sambil tertawa
menyodok ke selatan Tu Wee Seng menyerang dengan
tongkat bambunya. Dengan ilmu Pat Pui Hong Ie atau
menjaga hujan dan angin dari delapan jurusan Hian Ceng
Totiang secepat kilat merembetkan pedangnya ke tongkat
bambu lawannya dari bawah ke atas untuk menyodok ke dada
lawannya kembalL Tu Wee Seng mengelakkan tusukan itu
sambil berseru: "Ai! Lihay betul ilmu silat pedang itu!"
Dipukulnya pedang lawannya, dan sambil meloncat ke atas
dipukulnya kepala Hian Ceng Totiang dari udara.

Tiba-tiba di sekitar tempat bertempur itu terdapat suatu
bayangan yang berkilau-kilauan, karena Hian Ceng Totiang
sambil menjerit keras melakukan jurus Hun Kong Kiam
Hoatnya (melepaskan sinar menyerang lawan) dengan
memutar-mutar pedangnya sehingga tak ada sedikitpun juga
lowongan untuk dapat dipergunakan si penyerang, bahkan ia
harus menyingkir jauh-jauh untuk menghindarkan sabetan
pedang yang diputar dengan demikian pesatnya!
Tiba-tiba sabetan disertai dengan tenaga dalam yang
maha dahsyat Tu Wee Seng harus menyingkir dari sabetansabetan
maut itu, sambil menanti lowongan untuk menyerang,
pertempuran dahsyat telah berjalan enam belas atau tujuh
belas jurus, Tu Wee Seng telah menjadi beringas Dengan ilmu
Shin Liong San Hian atau naga sakti muncul dari tiga tempat
dilancarkannya serangan-serangan dengan tongkat bambunya
untuk mendobrak tembok baja yang dibuat oleh putaranputaran
pedang lawannya, Pada suatu ketika lowongan itu
pun tibalah, ia pun mundur sedepa, dengan tongkat bambu di
tangan kanan dipukulnya pedang lawan, sedangkan tangan
kirinya datang mencakar Hian Ceng Totiang mengetahui
bahwa Tu Wee Seng melakukan serangan itu dengan semua
tenaga dalamnya, karena kedua mata memancarkan sinar
terang.
Dengan pedangnya ditebasnya tangan yang datang
mencakar itu, dan kedua matanya mengawasi mata lawan
nya. Giok Cin Cu yang menyaksikan pertempuran itu
mengetahui bahwa mereka berdua sedang menggunakan
seluruh tenaga dalamnya, dan jika kedua tenaga dalam yang
maha dahsyat itu beradu, segera dapat dipastikan siapa yang
akan menang dengan luka parah dan siapa yang kalah dan
tewas! ia terkejut dan cemas sekali justru pada saat yang
menentukan itu, terdengarlah suara orang tertawa dengan
keras sekali Kedua orang yang bertempur itu berhenti
"Hai! Kedua saudara jangan bertempur mati-matian!
Apakah kita berdua juga boleh turut serta?" Yang tertawa dan
berkata itu adalah kedua belibis dari partai Tiam Cong, Tu

Wee Seng ketika melihat mereka datang menjadi masgul
sebetulnya Tu Wee Seng berniat sungguh-sunggun untuk
merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, Untuk
membinasakan lawannya ia akan menggunakan bo!a kecil
dari emas yang dapat dijentik dengan jari tangan dengan gaya
hendak mencakar karena ia tak dapat melawan dengan
tongkat bambunya, sebegitu jauh senjata khasnya yang
sangat ampuh itu belum pernah mengecewakannya, dan tak
ada taranya di kalangan Kang-ouw.
Lalu setelah ia dapat membunuh lawan nya, ia akan
merampas kitab-kitab itu dari belakang Tetapi., usahanya
digagalkan oleh kedatangan Tiam Cong dan Tan Piauw,
kedua belibis dari partai Tiam Cong itu, Lagi pula, jika ia
berhasil merampas kitab-kitab itu, belum tentu ia akan dapat
mengatasi kedua belibis itu, dan juga Giok Cin Cu dan Ngo
Kong Toa-su pasti tidak akan berdiam diri saja. ia yakin tak
dapat mengatasi rintangan-rintangan dari keempat jago-jago
silat itu, Bukan main gusarnya atas kedatangan Tiam Cong
dan Tan Piauw, ia menjadi muak terhadap kedua belibis itu,
dan ia bertekad hendak membasmi mereka lebih dulu, karena
ia menduga orang-orang Hian Ceng Totiang pasti tak akan
membantu kedua belibis itu. Dengan tekad hendak
membasmi, di hadapi nya kedua belibis itu dengan wajah yang
gusar.
Tapi Tiam Cong dan Tan Piauw bukannya lawan yang
enteng. Tiam Cong yang berjubah, berewok dan Jie-ko dari
partai Tiam Cong, terkenal sebagai belibis angkasa, Tan
Piauw yang mukanya putih kelimis dan berbaju biru terkenal
sebagai belibis angin taufan, Mereka bersama-sama dengan
Sia Yun Hong sebagai Toako yang terkenal sebagai belibis
penggempur gunung, membentuk partai silat Tiam Cong, Silat
Sia Yun Hong yang menjadi Toa-ko paling Hhay, dan ia jarang
turun dari gunungnya, Tiam Cong dan Tan Piauw yang sering
berkelana, telah mendengar bahwa Hian Ceng Totiang telah
mendapatkan peta Cong Cin To, dan mereka ini pun ingin juga
mendapatkan kitab-kitab tersebut untuk dibawa ke gunung
kepada Toa-ko mereka.

Diceritakan bahwa ketika kedua belibis itu melihat wajah
Tu Wee Seng yang sangat gusar, terasalah oleh mereka
bahwa mereka akan diserang, Mereka menjadi waspada
menanti segala kemungkinan Dengan berdiri berdampingdampingan,
mereka mengumpulkan semua tenaga dalamnya
untuk menyerang Tu Wee Seng dengan ilmu Pai San To Hay
atau menumbangkan gunung dan membalikkan laut bersamasama,
Melihat kedua belibis berdiri dengan khidmadnya
seperti dua "buah gunung, Tu Wee Seng tidak segera
menyerang, pikirannya tiba-tiba berubah, Dengan tersenyum
ia berkata:
"Kesempatan kita berjumpa masih banyak. Aku menunggu
untuk dapat bertempur melawan kamu bertiga, berikut Toakomu!"
Tiam Cong dan Tan Piauw mengerti maksud Tu Wee
Seng yang hanya ingin merampas kitab-kitab itu seperti
mereka juga, jika mereka segera menyerang mungkin kedua
belah pihak menderita luka parah. Oleh karena itu mereka pun
juga bersabar saja.
Baru saja suasana menjadi reda, tiba-tiba Tan Piauw
loncat ke belakang Hian Ceng Totiang dengan maksud
merampas bungkusan kain kuning yang berisi kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek. perbuatan ini dilihat oleh Giok Cin Cu.
Dengan toyanya ia memukul, menyabet dan menyodok
Giok Cin Cu dengan nekad. Giok Cin Cu melayani lawannya
dengan ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoatnya, dan semua
serangan-serangan dengan mudah saja dapat dielakkannya,
Setelah pertempuran berjalan delapan puluh jurus masih juga
belum dapat diketahui siapa yang menang atau kalah.
Lalu Giok Cin Cu mengeluarkan ilmu Cui Hun Cap Jie
Kiam-nya, dan dalam sekejap saja pedangnya berkilau-kilauan
di segala jurusan, ilmu pedang Cui Hun Cap Jie Kiam itu
adalah jurus yang ampuh dari partai Kun Lun, dan tentu saja
Tan Piauw tak dapat menahan, ia terdesak mundur sampai ke
pinggir jurang. Dengan sebuah ^sodokan saja, Tan Piauw
pasti binasa atau jatuh dari jurang yang sangat tinggi itu. Tapi
Giok Cin Cu tidak kejam. Ditariknya kembali pedangnya dan

berkata: "Jurus-jurus dari ilmu toyamu lihay juga, tapi belum
cukup untuk merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!"
Tan Piauw malu sekali dikalahkan oleh seorang wanita, Tu
Wee Seng mengejek "Kau sudah dipecundangi oleh seorang
wanita, Apakah kau masih ada muka berdiri di hadapan kita?!"
ejekan itu menusuk sekali, dan dengan diam-diam Tan Piauw
mengeluarkan suatu benda yang panjangnya lebih kurang
setengah meter. Sambil memandang kepada Giok Cin Cu ia
berkata: "Liehiap, aku berterima kasih, karena kau tidak
membunuh aku tadi, Tapi... aku ingin melawan lagi dengan
senjata ini!"
Giok Cin Cu menjadi marah sekali melihat bahwa ia tidak
mengaku kalah, ia membentak: "Hai! Kau tidak mengenal budi
orang! Apakah kau masih tidak mengaku kalah?
"Liehiap, aku memperingati kau. Kali ini kau harus lebih
hati-hati bertempur melawanku," kata Tan Piauw. Giok Cin Cu
tidak menunggu lagi, ia menyerang dengan jurus-jurus Kie
Hong Teng Kauw (garuda mencakar naga), Shin Liong Wen
Hian (naga sakti datang me-nyambar) dan Ciok Po Tian Keng
(kilat menyambar batu gunung), dan Tan Piauw harus berlarilari
untuk menghindarkan serangan-serangan maut itu!
Hian Ceng Totiang curiga melihat Tan Piauw tidak
menggunakan toya, tapi hanya menggunakan sebuah benda
yang berbentuk pisau panjang, Sambil memegang pedangnya,
ia mengawasi mereka yang sedang bertempur dan
mengawasi juga Tu Wee Seng. Tiba-tiba terdengar Giok Cin
Cu menjerit keras, dan dengan pedangnya ia hendak
menusuk mati lawannya.
Dengan dua mata terbelalak Tan Piauw berteriak: "Liehiap!
Jaga serangan ini!" Secepat kilat senjata yang dipegangnya
dilontarkannya ke muka Giok Cin Cu, yang lekas-lekas
menangkis dengan pedangnya, Tapi ia segera menjerit,
pedangnya terlepas dari pegangannya dan jatuh di tanah! ia
terkejut! ia meloncat mundur beberapa depa, dan melihat
seekor ular sedang menggigit pergelangan tangannya yang

memegang pedang tadi, Ular itu panjangnya lebih kurang dua
puluh sentimeter. ia merasa lengannya sakit dan tak
bertenaga, lalu kepalanya menjadi pusing, Ketika itu Hian
Ceng Totiang, Ngo Kong Toa-su, Lie Ceng Loan dan Bee Kun
Bu sudah berdiri dengan wajah beringas menanti segala
kemungkinan!
Baru saja Hian Ceng Totiang hendak menebas ular itu,
Tan piauw berseru: Tahan! Apakah kau tidak ingin ia hidup!"
Tan Piauw menghampiri dan berkata: "Ular berbisa ini luar
biasa sekali jika kau tebas mati, racunnya akan mengalir di
seluruh tubuh Liehiap, dan paling lama dalam waktu sejam ia
akan mati," Lalu ia berkata kepada Giok Cin Cu: "Kau harus
menggunakan tenaga dalam untuk menahan supaya racunnya
tidak menjalar ke seluruh tubuhmu."
Sambil tersenyum Giok Cin Cu berkata kepada Hian Ceng
Totiang, "Toa-Suheng aku puas jika aku sekarang mati,
karena aku tewas dalam menunaikan tugas untuk Toa-
Suheng." Lalu ia duduk dan menggunakan tenaga dalam
untuk menahan menjalarnya racun ular di tubuhnya. Hian
Ceng Totiang sangat terharu terhadap pengorbanan
Sumoynya yang sangat setia dan mencintainya itu. Dengan
wajah yang khidmat ia berkata kepada Tan Piauw: "Jika kau
dapat menolong jiwanya, kitab-kitab suci Kui Goan Pit Cek
yang kau idam-idamkan, aku serahkan kepadamu!"
Semua orang terharu mendengar ucapan yang sungguhsungguh
itu. Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin mengucurkan
air mata melihat keadaan gurunya yang kritis itu, Tan Piauw
juga terharu, dan setelah menarik napas yang panjang,
seakan-akan ia menyesal atas perbuatan kejinya ia berkata:
"Sebetulnya aku datang untuk merampas kitab-kitab Kui Goan
Pit Cek itu, sesungguhnyalah aku ini sangat keji, karena telah
menggunakan ular beracun terhadap Liehiap yang telah
menolong jiwaku, Tapi aku tak tahan diejek."
Lalu dikeluarkannya dari kantong di dadanya sebuah botol
kecil yang berisi beberapa pil merah, dan melanjutkan " Pil ini
dapat menahan menjalarnya atau meluasnya racun ular ini.

Liehiap harus memakannya dua butir dan harus secepat
mungkin dibawa ke kota untuk dioperasi bagian yang kena
gigitan agar racunnya dapat dikeluarkan Kita tak dapat
melakukan operasi di sini, karena tak ada obat yang dapat
menyembuhkan luka dari pembedahan." Kemudian dengan
jempol dan telunjuknya dipijitnya leher ular itu untuk
dimasukkan ke dalam pipa besi yang bentuknya seperti pisau
panjang dan yang telah digunakannya untuk menghadapi
lawannya tadi. Disuruhnya Giok Cin Cu menelan dua buah pil
dan kemudian diserahkannya botol yang berisi pil itu kepada
Hian Ceng Totiang,
Hian Ceng Totiang mengerutkan keningnya, dan dengan
suara gusar ia berkata: "Seorang ksatria tak akan menarik
kembali omongannya, Aku telah berjanji menyerahkan kitabkitab
ini kepadamu jika kau dapat menolong jiwa Sumoyku,
Nah, terimalah ini!" Lalu ia berkata kepada Ngo Kong Toa-su
dan lain-lainnya: "Marilah kita berangkat ke kota yang terdekat
untuk melakukan operasi
Pada saat itu terdengar Tu Wee Seng membentak dan
dengan tongkat bambunya di tangan kanan diserang-nya Tan
Piauw, dan dengan tangan kirinya dicobanya merampas
bungkusan kain kuning yang berisi kitab-kitab Kui Goan Pit
Cek. Untuk menghindarkan serangan tongkat bambu dari Tu
Wee Seng itu, Tan Piauw lekas-!ekas mundur tujuh atau
delapan tindak, Tiam Cong tidak lengah, ia meloncat
merampas bungkusan itu, dan dengan ilmu meringankan
tubuh ia lari dan mendaki jurang yang curam dengan ilmu Pik
Houw Pan Pik atau cecak merayap di atas tembok, diikuti oleh
kawannya.
Rampasan itu dilakukan dengan cepat sekali, Tidak salah
jika mereka telah memperoleh julukan belibis angkasa dan
belibis angin taufan, karena cara mereka melarikan diri tak
ubahnya dengan burung-burung belibis! Semua yang
menyaksikan menjadi terpesona, Hian Ceng Totiang yang
hanya memikiri keselamatan Sumoynya hanya dapat menarik
napas, Tapi Tu Wee Senglah yang paling penasaran ia

mengejar Rupanya Tu Wee Seng juga sangat lihay ilmu
meringankan tubuhnya, ia dapat mengejar kedua belibis itu,
Tan Piauw harus melawan dengan maksud memberikan
kesempatan Tiam Cong lari, Tu Wee Seng yang bertempur
dengan nekad telah berhasil mendesak lawannya ke pinggir
jurang, ia hanya menghiraukan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek,
dan ia tak ingin membunuh Tan Piauw, ia mengejar terus.
Lalu dari jarak lebih kurang tiga puluh depa dengan ilmu
Tong Cong Ngo Yok atau satu jotosan merubuhkan lima
gunung dikirimnya sebuah jotosan ke arah Tiam Cong yang
sedang lari membawa kitab-kitab dalam bungkusan kain
kuning. Embusan angin jotosan itu telah mengenai punggung
Tiam Cong, ia merasa mulutnya panas dan tenaganya lenyap,
ia terkejut dan berpikir "Ai! Tu Wee Seng si lengan delapan itu
betul-betul lihay!" ia lekas-lekas mengumpulkan tenaga
dalamnya kembali, dan dengan ilmu Bong Tao Hui Teng atau
gelombang besar melonjak ke langit dicobanya melompat ke
jurang yang tidak jauh dari tempatnya itu, tetapi Tu Wee Seng
dengan ilmu meringankan tubuhnya yang lihay sekali sudah
berada di belakangnya!
Di sepanjang jalan, Hian Ceng Totiang yang hanya
memikirkan keselamatan Sumoynya, berkata kepada Ngo
Kong Toa-su: "Ai, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu hanya
membawa malapetaka, Cobalah lihat Sumoyku...." ia tak tahan
lagi perkataannya tersangkut di tenggorokannya, ia
mengucurkan air mata,
Ketika Giok Cin Cu sadar, ia melihat Hian Ceng Totiang
tidak lagi menggendong bungkusan kain kuning, ia bertanya:
"Kemana kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?"
Dengan tersenyum Hian Ceng Totiang menjawab: "Kitabkitab
itu hanya membawa malapetaka, Tak usah kita hiraukan
lagi."
"Jika Toa-Suheng menukar jiwaku dengan kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek itu, Toa-Suheng salah, karena jiwaku tak akan
tertolong," kata Giok Cin Cu.

"Kau keliru, Kau telah menelan pil untuk mencegah racun
itu meluas, Bekas gigitan ular berbisa tadi hanya perlu
dioperasi Kau tentu akan sembuh dan sehat sebagaimana
sediakala, Kau tak usah khawatir," menghibur Hian Ceng
Totiang,
Pada saat itu di depan mereka terdengar suara orang
sedang bertarung Tiam Cong yang membawa kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek sedang dikejar oleh Tu Wee Seng dan Tan
Piauw juga sedang lari untuk membantu kawannya,
Ketika Giok Cin Cu melihat bungkusan kain kuning itu, ia
berseru: Toa-Suheng, kita dapat merampas kembali
bungkusan itu!" Tapi Hian Ceng Totiang menyahut: "Aku telah
mengatakan bahwa kitab-kitab itu hanya membawa
malapetaka saja, Lagi pula aku telah menyerahkan kitab-kitab
itu kepada Tan Piauw. Yang penting ialah: kau lekas-lekas
sembuh."
Di depan mereka pertempuran terus berlangsung, Tu Wee
Seng dengan tongkat bambunya kini sedang melawan Tiam-
Cong dan Tan Piauw, Tiba-tiba terdengar lagi suara siulan
yang panjang, sekonyong-konyong meloncatlah lima orang ke
dalam lembah itu, dan sejenak kemudian tiga orang lagi. Hian
Ceng Totiang mengenali semua orang itui ialah Souw Peng
Hai dengan empat pengawalnya, dan yang tiga adalah Ouw
Lam Peng, kepala cabang bendera merah, Yap Eng Ceng,
kepala cabang bendera putih, dan Kiok Goan Hoat, kepala
cabang bendera hitam. Lalu Souw Peng Hai dengan toyanya
meloncat di tengah-tengah mereka yang sedang bertarung
dan menghentikan pertarungan Sambil tertawa ia berkata:
"Kalian berhenti bertempur! Aku ingin berbicara!" Melihat
Souw Peng Hai telah datang dengan sekian banyak orangorangnya,
Tu Wee Seng dan kedua belibis itu segera
bertanya-, "Souw Cong Piauw, apa yang hendak dibicarakan?
Cobalah katakan!"

Di pegunungan Koat Cong San kedua belibis
bertempur melawan Souw Peng Hai
Ketika itu Souw Peng Hai telah melihat bungkusan kain
kuning berada di punggung Tiam Cong, ia menoleh ke arah
Hian Ceng Totiang dan berkata: “Totiang, rupanya kitab-kitab
Kui Goan Pit Cek sudah jatuh di tangan orang lain. Jika aku
rampas kembali kitab-kitab itu, bagaimanakah pendapat
Totiang?"
Hati Tiam Cong menjadi panas, Ketika ia lari, serasa ada
sesuatu hawa yang selalu menariknya, ia menduga bahwa
hawa tarikan itu berasal dari Souw Peng Hai yang
menggunakan ilmu Sip To Jip Tong atau menarik ombak ke
dalam gua dan oleh sebab itu ia tak dapat lari dengan pesat ia
pun memperhatikan bahwa Tu Wee Seng tak dapat mengejar
sebagaimana yang dikehendakinya, dan kini mereka
berhadapan lagi dengan rombongannya Hian Ceng Totiang,
"Semua ini pasti perbuatan Souw Peng Hai," pikirnya,
Dengan mengangkat kedua tangan memberi hormat, Hian
Ceng Totiang menyahut. "Kitab-kitab itu telah kuserahkan
kepada saudara Tan Piauw, dan aku tak berhak mengatakan
apa-apa." Souw Peng Hai tertawa dan berkata. "Totiang betulbetul
murah hati. Aku Souw Peng Hai sangat kagum." Lalu ia
memandang ke arah Tan Piauw, dan berkata dengan suara
keras: "Jika demikian halnya, kita semua boleh merampas
kitab-kitab itu!"
Tu Wee Seng mengangkat tangannya dan berkata: "Untuk
merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, siapapun boleh. Tapi
apakah tidak baik kita urus menurut peraturan yang layak?
Souw Cong Piauw telah datang dan tiga kepala cabang dari
lima cabang partai Tian Liong juga sudah datang, Souw Cong
Piauw kini mempunyai delapan jago-jago silat Aku kira Souw
Cong Piauw akan mengatur dengan cara yang seadil-adilnya
siapa yang berhak mengambil kitab-kitab itu!"
"Perkataan saudara Tu itu betul," sahut Souw Peng Hai,
"Partai Tian Liong telah datang dengan banyak orang, Tapi

jangan khawatir bahwa semuanya akan turun tangan...."
Belum lagi habis ia berbicara, ia segera meloncat menerkam
Tiam Cong untuk merampas bungkusan kain kuningnya, Tu
Wee Seng mencoba mencegah, tapi sebuah jotosan dari
Souw Peng Hai telah menyebabkan Tiam Cong terpental ke
udara.
Tan Piauw buru-buru menolong ketika Tiam Cong jatuh
kembali ke tanah, Darah keluar dari mulutnya, Dengan marah
Tan Piauw membentak: "Souw Cong Piauw, tinju itu betulbetul
lihay, Kami ketiga belibis tak akan lupa." Lalu dari
kantong di dadanya dikeluarkan sebuah botol pil obat
berwarna emas, dan berkata kepada Tiam Cong: "Kau telan
pil obat ini. Tentang pukulan dahsyat itu akan kita adakan
perhitungan setelah kita kembali menemui Toa-ko kita." Dalam
keadaan luka itu Tiam Cong membuka bungkusan yang
diikatnya di punggungnya, lalu oleh Tan Piauw dibukanya
bungkusan itu, kemudian dibacoknya kotak yang dibuat dari
batu Giok sampai hancur, dan dengan kedua tangan
diangkatnya ketiga kitab Kui Goan Pit Cek itu. Lalu ia tertawa
terbahak-bahak.
Souw Peng Hai, Tu Wee Seng dan lain lainnya melihat
bahwa ia hendak merusakkan kitab-kitab itu. Mereka terkejut
Dengan berbareng Souw Peng Hai dan Tu Wee Seng datang
menyerang, Tan Piauw merampas kitab-kitab itu, dan dengan
tangan kirinya dicoba nya menahan lawan-lawannya, Tinju kiri
itu dilepas dengan sekuat tenaga, dan Tu Wee Seng
menangkis jotosan itu dengan tongkat bambunya, ia merasa
tangannya tergetar, dan cepat-cepat meloncat mundur Souw
Peng Hai ketika itu sedang mencoba merampas kitab-kitab itu,
tapi di-cobanya juga menahan Tu Wee Seng.
Setelah itu secepat kilat ia berhasil mencekal tangan Tan
Piauw, Dengan satu pijitan yang dahsyat kitab-kitab itu jatuh
dari tangannya, dan satu tendangan akan mengenai lambung
Tan Piauw kalau ia tidak lekas-lekas melompat mundur Kitabkitab
itu telah dirampas oleh Souw Peng Hai, Tan Piauw buruKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
buru datang menolong Tiam Cong yang sudah pingsan,
karena darah terlampau banyak keluar dari mulutnya.
Tu Wee Seng menjadi masyguI dan murka setelah melihat
Souw Peng Hai telah merampas kitab-kitab itu, Dari kantong di
dadanya, dikeluarkannya sebuah pelor emas, ia ingin
menggunakan senjata rahasianya yang ampuh itu. Tiba-tiba
dari belakang terdengar orang membentaknya: "Hai! Apa
gunanya kau menggunakan pelor emas itu! Cobalah lawan
aku dengan arit terbangku!" Tu Wee Seng menoleh, dan
melihat Ouw Lam Peng menegurnya sambil memegang arit
tembaganya.
Ketika itu Yap Eng Ceng juga telah siap dengan sepasang
belati Ouw Lam Peng dan Yap Eng Ceng dengan senjatasenjata
rahasianya yang ampuh adalah jago-jago silat yang
lihay dan terkenal di kalangan Bu Lim. Tu Wee Seng berpikir
bahwa ia tak akan dapat melawan mereka berdua, apalagi
ditambah pula dengan Kiok Goan Hoat dan empat orang
pengawal Souw Peng Hai, tentu ia tak akan menang.
Menyerang terus pada waktu itu sama juga halnya dengan
menggunakan telur memukul batu, atau mencari sendiri jalan
maut ia tersenyum, lalu memasukkan kembali pelor emasnya,
dengan tekad menanti ketika yang baik untuk merampas kitabkitab
Kui Goan Pit Cek itu.
Baru saja ia menyimpan pelor emasnya, terdengarlah
Souw Peng Hai tertawa keras, dan melemparkan kitab-kitab
Kui Goan Pit Cek kepada nya. Souw Peng Hai menghampiri
Hian Ceng Totiang dan berkata sambil mengejek: “Tidak
heran mengapa kau telah menyerahkan kitab-kitab itu kepada
orang lain. Kau sendiri berdiri dengan tenang menonton
orang-orang lain bertarung merebut benda yang tak berharga!"
Hian Ceng Totiang menyahut dengan marah: "Setelah
kudapati kitab-kitab itu, belum pernah kubuka dan kubaca,
Kau jangan sembarang memfitnah orang saja!" Souw Peng
Hai mengejek lagi: "Kalian saksikaniah perkataanku yang
dapat dibuktikan Aku tak akan memfitnah orang lain tanpa
bukti!" Belum lagi Hian Ceng Totiang menyahut, Ngo Kong

Toa-su turut berbicara: "Hian Ceng Totiang belum pernah
berdusta, ia betul-betul belum membuka dan membaca isi
kitab-kitab itu!"
"O, jadinya kau anggap aku sengaja memfitnah orang
lain?! Bawa kemari kitab-kitab itu, dan semuanya dapat
menyaksikan!" Tu Wee Seng lalu membawa kitab-kitab itu dan
meletakkannya di hadapan Souw Peng Hai dan Hian Ceng
Totiang, Lalu tiga kepala cabang partai Tian Liong, Bee Kun
Bu dan kawan-kawannya juga datang melihat kitab-kitab itu.
Hian Ceng Totiang membuka sampul kitab pertama yang
bertulisan empat huruf "Kui Goan Pit Cek" dengan warna
merah, Tapi halaman pertama adalah kertas putih dengan
sebuah gambar kura-kura, dan halaman kedua di atas kertas
putih tertulis huruf-huruf yang artinya sebagai berikut: "Kacang
itu tak dapat dimakan, karena bisa menyakitkan perut. Tahu
itu harus ditambahi arak agar sedap rasanya." Dibaliknya terus
halaman-halaman lainnya, dan di atas kertas yang putih itu
hanya ada gambar-gambar burung-burung atau binatangbinatang,
Tak sehelai pun yang ditulisi dengan ilmu silat,
Ketika dibaliknya sampai halaman terakhir dari kitab yang
ketiga, dibacanya: "Setelah melihat gambar-gambar lukisan
dan huruf-huruf, bagaimanakah pendapatmu?"
Hian Ceng Totiang mengeluarkan peta Cong Cin To, dan
membandingkan huruf-huruf nya dengan huruf-huruf di dalam
ketiga kitab itu. Segera tampak bahwa huruf-huruf itu
berlainan, dan warna haknya (tintanya) juga berlainan, Souw
Peng Hai yang juga pandai menulis segera melihat bahwa
tinta di dalam kitab-kitab itu hanya lebih kurang tiga puluh
tahun tuanya, sedangkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang
tulen sudah berumur beberapa ratus tahun, Hian Ceng
Totiang menarik napas, lalu berkata: "Kitab-kitab Kui Goan Pit
Cek yang tulen sudah diambil orang, Kita semua telah
dipermainkan." Semua orang berdiri terpesona Souw Peng
Hai yakin bahwa Hian Ceng Totiang tidak berdusta. ia
menoleh ke arah Tiam Cong, tetapi Tiam Cong telah
digendong pergi oleh saudaranya, Tan Piauw.

Ketika itu hari sudah mulai senja, dan matahari sudah
berada di sebelah barat Souw Peng Hai lalu memerintahkan
semua orang-orangnya berlalu setelah menghaturkan hormat
kepada Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su. Yang
terakhir adalah Tu Wee Seng. sebelum ia pergi ia pun berkata
kepada Hian Ceng Totiang, "Urusanku masih banyak yang
harus ku kerja kan, dan banyak perhitungan harus kubereskan
Sampai berjumpa lagi!" Lalu dengan ilmu meringankan tubuh
ia pun pergi dengan cepat sekali entah kemana,
Setelah semuanya pergi, Hian Ceng Totiang berkata: "KJta
harus lekas-lekas ke kota!" Lalu Lie Ceng Loan dan Liong
Giok Pin mendukung Giok Cin Cu di kiri kanannya sambil
melanjutkan perjalanannya, Lie Ceng Loan yang halus
perasaannya bertanya kepada Bee Kun Bu yang berjalan di
sampingnyaj "Bu Koko, apakah kau mengetahui obat yang
mustajab untuk menyembuhkan luka guru kita?"
"Aku tidak tahu," sahut Bee Kun Bu sambil menarik napas,
"Jika ular tadi dipatok oleh bangau putih, pasti ia segera mati!"
kata Lie Ceng Loan, Ucapan itu menyebabkan Hian Ceng
Totiang berpikir "Jika bangau putih dapat membunuh mati ular
hitam yang besar, bangau itu pasti sakti sekali, jika ia
mempunyai majikan, majikannya pasti dapat mengobati orang
yang terluka karena gigitan ular berbisa." Tapi pikirannya itu
tidak diutarakannya pada orang lain,
Mereka berjalan terus, dan ketika itu hari sudah menjadi
malam, tetapi mereka tidak berhenti, karena mereka ingin
lekas-lekas tiba di kota, Ketika fajar menyingsing, mereka
telah menempuh jarak seratus lie iebih, dan berada di kaki
sebuah puncak gunung, Hian Ceng Totiang talu mendaki
puncak itu dengan ilmu meringankan tubuhnya, Dari sana ia
melihat ke daerah di hadapan dan di bawahnya.
Dalam suasana yang gelap itu, ia masih dapat melihat
sebuah kota dengan lampu yang banyak, Menurut
taksirannya, kota itu lebih kurang tujuh puluh lie jauhnya,
Dengan kecepatan maksimum yang dapat mereka capai
dalam berjalan, ia menaksir akan dapat sampai di kota itu

pada esok pagi nya. ia agak merasa girang, karena di kota
tersebut mungkin dapat ia membeli obat yang dibutuhkan ia
turun kembali dan memberitahukan bahwa kota yang terletak
di kaki gunung dapat dicapai esok pagi, dan
diperintahkannyalah semuanya beristirahat sebentar
Lie Ceng Loan lalu mengajak Bee Kun Bu ke suatu sungai
kecil untuk mencuci muka yang sudah penuh debu, Ketika
mereka sedang mencuci muka di pinggir sungai itu, mereka
mendengar seakan-akan ada orang tertawa, Lie Ceng Loan
bertanya, setelah melihat keadaan di sekitarnya: "Apakah itu
suara orang?"
"Betul, tapi silat orang itu lihay sekali!" sahut Bee Kun Bu.
"Karena kita tak dapat mengetahui di mana ia berada?"
"Ayo, kita beritahukan guru kita!" kata Lie Ceng Loan,
"Jangan!" sahut Bee Kun Bu, "Orang itu tidak mengganggu
kita. Kita tak usah memusingkan kepada guru kita."
Kemudian mereka kembali ke tempat berkumpul dan Hian
Ceng Totiang lalu memerintahkan supaya berangkat lagi.
Betul saja, pada hampir tengah hari, mereka tiba di suatu
kota yang bernama Leng Kee. Mereka mencari tempat
penginapan. Setelah Giok Cin Cu dapat berbaring di tempat
tidur, Hian Ceng Totiang pergi keluar untuk membeli obat yang
dibutuhkan setelah terlebih dahulu menyuruh Liong Giok Pin
dan Lie Ceng Loan menunggui Giok Cin Cu. Ngo Kong Toa-su
menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam operasi
yang akan diadakan Bee Kun Bu mengambil kesempatan itu
untuk berjalan-jalan ke pekarangan belakang, kemudian ke
depan untuk menyambut kembalinya Hian Ceng Totiang,
Rumah penginapan itu tidak besar, tetapi di kota Leng
ICee ialah yang terbesar Di bagian depan adalah restoran,
dan di bagian belakang tempat penginapan Waktu itu
restorannya penuh sesak, dan suasananya riuh sekalL Di
sebuah meja kecil di sebelah dinding kanan tampak seorang
pemuda yang tampan berbaju hijau. Setelah melihatnya, Bee

Kun Bu merasa bahwa pemuda itu adalah orang yang luar
biasa, Di antara para tamu di dalam restoran itu tak ubahnya
ia seperti seekor bangau di antara ayam-ayam.
Dengan tak disengaja pemuda itu menoleh ke arah Bee
Kun Bu dan tersenyum Tapi kedua mata yang besar
mengeluarkan sinar dan menyebabkan Bee Kun Bu terkejut
Karena terkejutnya, Bee Kun Bu tidak memperhatikan dengan
tegas wajah pemuda itu.
Pada waktu itu, Hian Ceng Totiang juga telah kembali Bee
Kun Bu menerima obat yang telah dibeli nya, akan tetapi ia
masih saja memikirkan pemuda tadi, dan kemudian ia melirik
lagi ke arahnya,
Ketika Hian Ceng Totiang masuk ke dalam kamar Giok Cin
Cu, dilihatnya segala sesuatu yang dibutuhkan telah disiapkan
Diperintahkannya Liong Giok Pin memasak air di dalam
sebuah panci besar untuk menggodok obat yang baru dibeli
Lalu ia berkata kepada Giok Cin Cu: "Sumoy, obat telah kubeli
dan kini sedang dimasak, Segera aku akan melakukan operasi
di pergelangan tanganmu untuk mengeluarkan racun ular, Aku
harap kau tenang-tenang saja, dan aku yakin aku dapat
melakukan operasi itu dengan baik, dan menyembuhkan luka
itu. Kemudian aku akan mencurahkan segala tenagaku untuk
mencari obat guna mengembalikan tenagamu."
"Jika kau tidak berhasil?" menanya Giok Cin Cu sambil
tersenyum
"Aku akan membuat pembalasan membunuh mati orang
yang menyebabkan kau menderita, atau.,." sahut Hian Ceng
Totiang, tapi ia tak dapat meneruskan karena perkataannya
seakan-akan berhenti di tenggorokannya.
Giok Cin Cu tak dapat menahan air matanya, lalu berkataj
"Meskipun aku meninggal dunia, dalam partai Kun Lun masih
ada Toa-Suheng dan Jie-Suheng. Aku... aku... yakin partai
Kun Lun kita tidak akan terhalang walaupun aku sudah...."

"Bee Kun Bu sangat pintar dan cerdas, Dalam sepuluh
tahun ia pasti dapat meneruskan usaha partai Kun Lun kita,"
menghibur Hian Ceng Totiang,
Ketika obatnya sudah masak, Giok Cin Cu diberi minum
semangkok, Keringat keluar dari seluruh tu-buhnya, Hian
Ceng Totiang lalu membakar sebuah pisau yang sangat tajam,
dan dengan menggigit bibir ia melakukan operasi itu, Darah
tidak mengalir keluar lagi, karena daging di bagian
pergelangan tangan itu sudah mulai busuk, Dipotongnya
daging busuk itu, lalu luka itu dicucinya dengan air obat yang
panas sekali Giok Cin Cu menjerit kesakitan, tetapi Hian Ceng
Totiang terus melakukan operasi itu dengan penuh perhatian
Lalu dibungkusnya luka itu setelah terlebih dahulu menutupinya
dengan daun-daun obat Setelah operasi tersebut selesai,
Giok Cin Cu disuruh lagi meminum semangkok obat yang
sudah dimasak tadi, kemudian disuruh tidur.
Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su lalu keluar dari
kamar itu dengan perasaan lega.
Bee Kun Bu lalu berkata kepada Lie Ceng Loan dan Liong
Giok Pin: "Pergi!ah kalian beristirahat Biarlah aku yang
menjagal Kedua gadis itu yang telah hampir dua hari
memanggul Giok Cin Cu, dan kemudian menyaksikan pula
operasi dengan perasaan cemas bereampur sedih, lalu pergi
ke kamar lain untuk beristirahat Bee Kun Bu menjagal Giok
Cin Cu sambil duduk, ia memenangkan peristiwa-peristiwa
yang telah dialaminya dan sebentar-sebentar ia menarik
napas panjang, ia bangun dan jalan menghampiri jendela.
Di buka nya jendela itu dan dari jauh tampaklah puncakpuncak
gunung, Tiba-tiba dari langit yang biru tampak olehnya
suatu benda yang putih mendatangi dengan pesat sekali
seakan-akan bintang jatuh dari angkasa, Melihat benda putih
itu, Bee Kun Bu terkejut, karena benda putih itu adalah
bangau putih yang pernah dijumpainya di pegunungan Koat
Cong San!

Ia berdiri terpesona di belakang jendela, "Bangau itu telah
terbang dari pegunungan Koat Cong San yang letaknya jauh
sekali dari kota ini Pasti ada maksudnya, Dalam beberapa hari
ini, aku pun merasa seperti ada orang yang senantiasa
membayangiku. Mengapa?" pikir-nya.
Lalu ia berniat hendak memberitahukan perasaannya dan
perihal ia melihat bangau putih itu kepada gurunya bila ada
kesempatan yang tepat
Setelah beristirahat selama dua hari, Giok Cin Cu kelihatan
lebih bersemangat tapi masih tetap lemah, wajahnya masih
tetap muram, karena ia merasa sayang sekali bahwa
kepandaian silat yang telah dipelajari dipahami dan dimilikinya
telah menjadi tak berguna lagi!
Toa-Suhengnya selalu menghiburnya, "Hari ini kita
beristirahat lagi, dan besok kita berangkat menuju ke telaga
Poa Yo Ouw di propinsi Kian-sie menemui Biauw Souw Hie
Wen Sao Kong Gie yang terkenal sebagai seorang dokter
nomor satu di kolong langit Dokter itu telah banyak sekali
menyembuhkan orang yang kena racun, Aku yakin ia dapat
mengobati dan memulihkan tenagamu lagi, Sumoy, aku
bersumpah, aku tak akan berhenti berusaha menolong kau?"
Giok Cin Cu tersenyum, dan berkata: “Tentang diriku, aku
tak terlampau hiraukan. Tapi partai silat Tian Liong akan
mengundang sembilan partai silat yang kenamaan di kalangan
Bu Lim kelak, tiga tahun lagi untuk mengadu silat pedang. Jika
Toa-Suheng tidak lekas-lekas kembali ke kuil San Goan Kong
di pegunungan Kun Lun, bagaimanakah Jie-Suheng dapat
meladeni semua tantangan?"
Hian Ceng Totiang berpikir sejenak, lalu menyahut: "Jika
demikian halnya, Liong Giok Pin dapat disuruh kembali lebih
dulu ke pegunungan Kun Lun dan memberitahukan Sutee
bahwa partai kita tak turut serta dalam pertandingan silat yang
diadakan oleh partai Tian Liong, Sebetulnya, bagiku sekarang,
usaha menjagoi di kalangan Bu Lim, tidak berarti lagi, Aku
hanya ingin kau lekas-lekas sehat dan pulih!"

Dengan mata terbelalak Giok Cin Cu berkata: "Nama partai
Kun Lun telah termashur beberapa ratus tahun, masa partai ini
akan putus atau habis pamornya di tangan kita? Apakah kita
tidak malu terhadap nenek moyang guru-guru kita yang telah
mempereayakan partai Kun Lun kepada kita? Sudahlah, aku
rela mati sekarang agar Toa-Suheng dapat mencurahkan
pikiran dan tenaga demi kepentingan partai Kun Lun!"
Hian Ceng Totiang menundukkan kepalanya dan tinggal
diam. Lalu ia berkata: "Nah,., kita pergi dahulu ke telaga Poa
Yo Ouw mencari dokter Biauw Souw Hie Wen Sao Kong Gie,
dan kemudian kita kembali ke pegunungan Kun Lun!" Ya...
asmara yang telah mereka pendam di dalam hati selama
beberapa puluh tahun baru mulai diutarakan semenjak Giok
Cin Cu menderita. Asmara yang murni itu hanya dapat
dipertahankan dengan mulia oleh orang-orang yang kuat
imannya.
Keesokan harinya mereka meninggalkan kota Leng Kee
menuju ke telaga Poa Yo Ouw di propinsi Kiang-si. Mereka
harus melewati pegunungan Koat Cong San kembali,
kemudian pegunungan Sian Hia Leng dan pegunungan Bu Ie.
perjalanan itu jauhnya seribu lie lebih. Bilamana semuanya
sehat-sehat saja, maka perjalanan itu dapat ditempuh dalam
lima atau enam hari. Tapi dengan keadaan Giok Cin Cu yang
harus dipanggul oleh kedua gadis muridnya, perjalanan itu
harus dilakukan dengan hati-hati.
Setelah lima hari, mereka telah melewati distrik King Yun
dan masuk ke daerah pegunungan Sian Hia Leng yang
banyak puncaknya dan curam sekali jurang-jurang-nya. Ketika
hari sudah senja, mereka terpaksa beristirahat karena letihnya
di suatu lapangan di antara jurang-jurang pegunungan itu.
Kedua gadis itu lalu membuat api untuk memasak dan
membuat hidangan untuk dimakan ber-sama-sama. Lalu,
setelah semuanya makan, mereka mencoba hendak tidur,
Hian Ceng Totiang melihat bahwa Sumoynya tak dapat tidur,
ia duduk ke dekatnya dan menceritakan kisah-kisah tentang
ilmu silat di kalangan Bu Lim, yang didengarkan dengan

perhatian oleh Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Liong Giok
Pin.
Ketika hari telah tengah malam, terdengarlah suara orang
menginjak batu gunung, Bee Kun Bu menoleh ke arah suara
itu, ia terkejut ketika dalam gelap gulita itu datang seorang
pemuda berbaju hijau yang telah dilihatnya di restoran di kota
Leng Kee, pemuda itu jalan perlahan-lahan menghampiri Bee
Kun Bu dengan sikap tak menghiraukan orang-orang lain
kecuali Bee Kun Bu. ia jalan melewati Bee Kun Bu, lalu
melihat di sekitarnya dengan sikap yang congkak, Sejenak
kemudian pemuda itu tidak nampak lagi dalam suasana yang
gelap itu, "Ganjil sekali sikap orang itu, Tapi ia tidak
mempunyai maksud jahat terhadap kita," kata Hian Ceng
Totiang, "Di kota Leng Hee Siauw-tee pernah menjumpainya,
Rupanya ia memperhatikan Siauw-tee," sahut Bee Kun Bu,
Lalu Hian Ceng Totiang menanyakan apa yang terjadi
antara pemuda itu dengan Bee Kun Bu, dan Bee Kun Bu
menceritakan tentang ia berjumpa dengan pemuda itu,
Dengan wajah muram Hian Ceng Totiang berkata: "Di
kalangan Kang-ouw sering-sering terjadi peristiwa-peristiwa
yang tidak kita duga-duga, Kita harus waspada." Sambil
berkata, ia berpikir dan coba menafsirkan sikap pemuda yang
ganjil tadi, "Bee Kun Bu baru saja menerjunkan diri di
kalangan Bu Lim, dan pasti ia tak mempunyai musuh atau
dendam terhadap orang lain terutama terhadap pemuda
berbaju hijau tadi," pikirnya, Pikiran itu terus merangsang di
otaknya sehingga ia semalam-malaman tak tertidur!
Pada esok paginya, mereka meneruskan perjalanan
Setelah melewati pegunungan Sian Hia Leng, mereka harus
melalui pegunungan Bu Ie. Selama sepuluh hari lebih mereka
harus berjalan dengan susah payah melalui jurang-j0ang yang
curam, lernbah-lembah yang sempit dan jalan-jalan yang
berbahaya, Kemudian mereka masuk ke propinsi Kiang-si.
Akhirnya mereka menyewa kereta yang ditarik oleh kuda
untuk meneruskan perjalanannya, dan tiba di telaga Poa Yo
Ouw setelah lewat beberapa hari.

Tempat itu merupakan sebuah pelabuhan, Toko toko dan
warung-warung banyak sekali, dan penduduknya pun banyak
puIa, Setelah mencari tempat penginapan Hian Ceng Totiang
menjumpai lagi urusan yang memusingkan kepala, Biauw
Souw Hie Wen Kong Gte yang terkenal sebagai dokter yang
pandai sekali, telah lama memisahkan diri dari kalangan Kangouw,
dan telah pergi ke suatu tempat terpencil untuk bertapa,
Di daerah Poa Yo Ouw yang luas itu sukar mencarinya, ia
telah berusaha mencarinya selama tiga hari tapi tak berhasil
Pada hari keempat, Hian Ceng Totiang telah pergi lagi
mencari keluar, tapi sampai tengah hari belum juga kembali.
Bee Kun Bu menjadi khawatir ia keluar untuk mencari
gurunya, dan dengan tak terasa ia telah tiba di pinggir telaga
Poa Yo Ouw, Di depan dilihatnya air telaga yang biru dan luas,
pemandangannya indah dan permai, dan menakjubkan!
Ketika ia tengah menikmati keindahan telaga itu, dari
belakang didengarnya suara orang tertawa dengan merdu,
seraya menegur: "Mengapa kau sendiri saja yang menikmati
keindahan telaga ini? Mengapa Sumoymu tidak mendampingi
mu ?" Bee Kun Bu mencium bau yang harum, Ketika ia
memutar badannya dilihatnya seorang gadis berbaju hitam,
berwajah cantik jelita dan tersenyum memandanginya, Gadis
itu adalah Souw Hui Hong, puterinya Souw Peng Hai
pemimpin partai Tian Liong, yang telah jatuh hati padanya,
Melihat Bee Kun Bu terpesona tak dapat menyahut, ia
melangkah maju menghampiri seraya berkata: "Kau sudah
lupa pada budi orang! Aku telah pernah menolongmu
melarikan diri, tetapi ketika hari ini kau berjumpa dengan aku,
kau bukan saja enggan menyatakan terima kasih, bahkan
ingin lagi menyingkir dari aku...."
Bee Kun Bu melihat gadis itu mengucurkan air mata, ia tak
dapat menahan perasaannya yang halus, Dengan senyum
paksaan dicoba nya menghibur "Aku... aku sedang banyak
pikiran, Maka aku tak dapat...." Souw Hui Hong melihat ia
mengaku salah, memotong pembicaraan-nya, dan bertanya:
"Pikiran apakah? Bolehkah aku tahu? Mungkin aku dapat

menolong." Bee Kun Bu mengerutkan keningnya, lalu berkata-
, "Aku sedang mencari seorang dokter."
"Bukankah kau mau mencari Biauw Souw Hie Wen Sao
Kong Gie?" tanya Souw Hui Hong.
"Betul," sahut Bee Kun Bu. "Apakah kau tahu di mana ia?"
"Jika kau tidak berjumpa denganku di sini, mungkin dalam
tiga bulan kau akan mencari-cari tanpa hasil," mengejek gadis
itu.
"Apakah Siocia mengetahui di mana dokter itu?" tanya Bee
Kun Bu dengan bernafsu sekali,
"Aku pasti mengetahui! ia adalah ayah angkatku," sahut
gadis itu,
"Dapatkah Siocia memberitahukan di mana rumahnya?"
tanya Bee Kun Bu.
Dengan kedua mata terbelalak Souw Hui Hong berkata:
“Tidak, Ayah angkatku telah menutup pintunya dan telah lima
tahun ia tidak menerima tamu lagi."
Biauw Souw Hie Wen Kong Gie dengan jarum saktinya
Bee Kun Bu menarik napas panjang, ia merasa kecewa,
Dari jauh mereka datang ke Poa Yo Ouw untuk mencari dokter
pandai itu, Tapi setelah tiba di tempatnya, dokter itu menutup
pintu, tak menerima tamu, ia memikirkan nasib gurunya, dan
yakin bahwa hanya dokter itulah yang akan dapat
menyembuhkan gurunya, ia hendak memaksa gadis itu
memberitahukan rumah dokter itu, tapi ia mundur lagi. Sikap
yang serba salah ini diperhatikan oleh Souw Hui Hong yang
lalu mengejek: "Kulit mukamu tipis sekali, sebentar saja
mukamu sudah merah, Bagaimana-kah kau dapat
berkecimpung di kalangan Kang-ouw? Apakah kau mencari

Biauw Souw Hie Wen Sao Kong Gie untuk penyakit
Sumoymu? Melihat sikapmu itu, aku yakin bahwa Sumoymu
itu sakitnya keras."
Bee Kun Bu yang menghendaki pertolongannya tak dapat
marah. Ditahannya semua ejekan, mungkin juga hinaan,
Digeleng-gelengkannya kepalanya dan berkata: "Bukan
Sumoyku yang menderita sakit Susiokku (bibi guru)!"
Dengan kedua mata terbelalak Souw Hui Hong bertanya
dengan heran: "Apa? Masa Giok Cin Cu yang sakit? Salah
seorang pemimpin partai Kun Lun?"
"Betul," sahut Bee Kun Bu. "la telah kena racun ular
kepunyaan Tan Piauw!"
Ketika itu datanglah sebuah perahu ke tempat mereka
berdiri Di atasnya berdiri seorang gadis berbaju merah,
berusia lebih kurang lima belas tahun, Belum sampai perahu
itu merapat, gadis kecil itu telah meloncat ke darat,
menghampiri Souw Hui Hong dan memberi hormat sambil
membungkukkan tubuh, ia berkata: "Sio-cia, kami sudah siap
menyediakan santapan enak untuk tamu, Siocia diminta naik
perahu ini."
Souw Hui Hong menyahut: "Aku sudah tahu. Kau kembali
dahulu!" Si gadis kecil yang mengetahui bahwa Souw Hui
Hong itu paling keras kepala tidak mau lagi mendesak ia
meloncat kembali ke perahunya.
Lalu Souw Hui Hong berkata: "Bee Kongcu, jika kau suka,
boleh ikut aku naik perahu untuk makan-makan dan minumminum.
Bagaimana pendapatmu?"
Untuk membujuk Souw Hui Hong supaya mau
memberitahu dimana rumah dokter pandai itu, Bee Kun Bu
menyahut: "Apakah yang memanggil Siocia itu seorang kawan
karib? Aku khawatir kalau-kalau hanya akan menjadi rintangan
saja!"
"Ai! Mengapa kau seperti seorang gadis? Lagi pula
Sumoymu tidak ada di sini, Apakah kau tidak ingin mencari

Biauw Souw Hie Wen Sao Kong Gie untuk menyembuhkan
Susiokmu karena racun ular? Jika kau tidak mengikutiku
jangan diharap lagi akan kuberitahukan padamu!"
Ucapan yang merupakan suatu ancaman itu menyebabkan
Bee Kun Bu menyeringai seperti kuda. ia menyahut: "Jika
Siocia baik hati memberitahukan rumah dokter pandai itu,
apalagi membujuknya mengobati Su-siokku, budi Siocia itu tak
akan dapat kulupakan begitu juga oleh guruku!"
"Bagaimanakah caranya kau membalas?" menggoda si
gadis lagi, pertanyaan itu menyebabkan Bee Kun Bu bisu
kembali. Tapi si gadis segera membebaskannya dari
kecanggungan itu dengan berkata: "Nah, ini suatu pelajaran
Lain kali jangan sembarang berjanji saja atau bersumpah Ayo,
naik ke atas perahu!"
Perahu itu tidak besar, tapi buatannya rapi sekali, Sambil
menyingkapkan krei kamar perahu, Souw Hui Hong
mempersilahkan Bee Kun Bu masuk ke dalam kamar perahu
itu. Kamar itu harum sekali baunya, dan dihias dengan indah
sekalL Di tengah-tengah kamar ada sebuah meja kecil segi
delapan, dan di atas meja telah tersedia santapan yang lezat
dan arak yang harum.
Empat kursi yang ditutup dengan sutera putih mengitari
meja itu, Seorang gadis muda yang juwita dengan baju warna
hijau tua berdiri menanti kedatangan mereka, Bee Kun Bu
terpesona melihat gadis itu. Lalu Souw Hui Hong datang
mendekati gadis juwita itu dan berkata: "Adik, maafkan aku.
Dengan tiada persetujuanmu, aku telah mengundang seorang
tamu.
Gadis berbaju hijau itu memandang Bee Kun Bu dengan
kedua matanya yang bersinar, lalu terkejuL Dan berbisik,
"Hong Cici, siapakah ia? Mengapa tak pernah kau ceritakan
sesuatu tentangnya kepadaku?"
Souw Hui Hong tersenyum dan menyahut: "Marilah, akan
kuperkenalkan Lalu ditariknya tangan si gadis berbaju hijau,

setelah di hadapan Bee Kun Bu ia berkata: "lnilah puteri ayah
angkatku!"
Bee Kun Bu membungkukkan tubuhnya untuk memberi
hormat seraya berkata: "Souw Siocia sangat bermurah hati
dengan mengajak aku datang ke sini. Harap Siocia tidak
menjadi gusar."
Gadis yang berbaju hijau itu bernama Sao Goat Hun. ia
hanya tersenyum, Tapi Souw Hui Hong membentak "Mengapa
tak kau katakan bahwa aku yang memaksamu untuk datang
ke atas perahu ini!" Lalu ia berkata kepada Sao Goat Hun: "la
bernama Bee Kun Bu, dan ia adalah murid Hian Ceng Totiang
dari partai silat Kun Lun."
Sambil menyeret kursi Sao Goat Hun berkata: "Maaf Tak
kuduga Bee Kongcu dari partai Kun Lun sudi datang ke sini,
Marilah kita minum arak."
Bee Kun Bu mengangkat kedua tangannya menghaturkan
hormat sebelumnya ia duduk, Ketika mereka telah duduk
sambil minum arak, perahu telah berlayar dengan laju sekali
ke tengah telaga, Dari jendela angin meniup sepoi-sepoi
basah, Mereka terus minum arak. Bee Kun Bu yang tidak kuat
minum banyak-banyak terpaksa menurutkan kehendak kedua
gadis itu, minum arak diluar batas kemampuannya, Oleh
karena itu, setelah ia minum delapan gelas, ia mulai mabok,
dan sikapnya tidak sopan santun lagi sebagai semula. Diluar
keinsyafannya ditanyakannya di mana tempat dokter Sao
Kong Gie itu,
Pertanyaan itu dijawab oleh Souw Hui Hong: "Ayah
angkatku, sejak ia memisahkan diri dan tinggal bertapa tidak
mau tahu lagi dengan urusan-urusan di kalangan Kang-ouw.
Ayahku yang telah beberapa puluh tahun bersahabat dengan
dia, bahkan sudah seperti saudara kandung, telah berkali-kali
memintanya agar mau masuk ke dalam partai Tian Liongnya,
Tapi. selalu ditolaknya. Ketiga-tiga pemimpin partai Kun Lun,
meskipun sangat terkenal, mungkin juga tak akan berhasil
mengundangnya keluar dari tempat bertapanya!"

Dalam keadaan sinting, Bee Kun Bu menaruh cangkir
araknya di atas meja, dan sambil tertawa ia berkata:
"Menolong jiwa seseorang sangat besar artinya, Angkatan tua
Sao yang terkenal sebagai seorang dokter nomor satu di
kolong langit, pasti bermurah hati, budiman dan berwatak
ksatria. Aku datang hanya untuk memohon agar beliau sudi
memberikan pertolongan kepada bibi guruku yang kena racun
ular, dan aku yakin bahwa soal ini tidak akan menyusahkan
beliau benar, bukan?" ia memandang Sao Goat Hun, seakanakan
menanti jawabannya
Tapi pertanyaan itu lagi-lagi dijawab oleh Souw Hui Hong:
"Orang-orang yang minta bertemu dengan ayah angkatku
semuanya minta pertolongan nya untuk berobat Beliau yakin
bahwa orang-orang di kalangan Kang-ouw, setelah sembuh,
pasti mengadakan pembalasan dendam, dan akibatnya akan
lebih banyak korban yang jatuh. Hal inilah yang tak
dikehendaki oleh ayah angkatku, Baginya, jika ia makin
banyak menolong orang dari bahaya maut, berarti
pembalasan dendam makin banyak pula, Oleh karena itu ia
telah bertekad untuk tidak mau tahu lagi urusan orang-orang
di kalangan Kang-ouw!"
Dengan menundukkan kepalanya, Bee Kun Bu menarik
napas panjang, lalu berkata: "Jika demikian, aku tak
mempunyai harapan lagi!" Melihat kekecewaan itu, Souw Hui
Hong merasa kasihan ia menghibur: "Mengapa kau lekas
berputus asa? Aku belum mengatakan tidak ada harapan!
Tentang tempat kediaman ayah angkatku tak dapat
kuberitahukan sebelumnya memperoleh persetujuan adikku,
Sao Goan Hun. Sabar sajalah kau. Aku minta persetujuan
nya, dan nanti akan kita rundingkan caranya."
Sao Goat Hun berkata: "Souw Cici, kau telah menyanggupi
untuk meminta ayahku untuk menolong orang, Kau harus
melakukan permintaan itu. Aku tak berani ikut campur,
karena,.,." Belum lagi ucapan itu selesai, Souw Hui Hong
berkata: "Adik, kuminta kau membantuku membujuk ayah
menolongnya."

Ketika itu Bee Kun Bu sudah bangun dan berjalan keluar
dari kamar perahu itu, karena menurut pikirannya tidak akan
ada lagi harapan. perasaan simpati Sao Goat Hun timbuI, dan
ia bertanya: "Aku ingin membantumu tetapi bagaimana?"
Souw Hui Hong berkata: "Kita harus mencari akal agar ayah
dapat menghargai ketiga pemimpin partai Kun Lun itu, Kau
juga telah mengetahui bahwa ayah sangat menghargai budi
pekerti ketiga pemimpin partai Kun Lun itu, bukan?"
"Kau ingin memberitahukan tempat kediaman ayah?" tanya
Sao Goat Hun
"Jika demikian mudahnya, aku pasti tidak bertanya
pendapatmu," sahut Souw Hui Hong.
"Aku ini kurang cerdas, kau harus mengatakannya dengan
jalan yang mudah dipahami," Sao Goat Hun menjelaskan.
"Urusannya sebetulnya mudah sekali, Aku hanya ingin adik
rela menerima sedikit kesukaran atau kesulitan Cobalah tanya
Bee Kongcu, jika aku berhasil mengusahakan sampai ia
bertemu dengan ayah, apakah ia berterima kasih kepada
kita?" Souw Hui Hong menjelaskan
"ltu belum tahu aku. jika ia tak mempunyai perasaan suka
terhadapmu, mengapa kau ingin meno!ongnya?" bertanya Sao
Goat Hun
"lni yang kita namakan Cinta itu Buta, walaupun
dikemudian hari aku akan mati di tangannya, namun aku
harus juga meno1ongnya. Nah, sudahlah Besok kau naik
perahu mencari mereka, dan kau cari alasan agar dapat
bertempur melawan mereka atau salah satu dari mereka...."
Sao Goat Hun segera mengerti siasat kakaknya, dan
berkata: "Dan aku harus kalah, tidak boleh menang, Dengan
alasan itu, aku lari menemui ayah minta pertolongan Dengan
demikian aku dapat menarik mereka menjumpai ayah.,.! Kak,
kau betul-betul pintar! siasat itu baik sekali! Kau betul-betul
pintar!"

Sambil tersenyum Souw Hui Hong berkata: "Dari itu, aku
katakan kau harus rela menerima sedikit kesu!itan!"
"Tapi jika aku menang, bagaimanakah?" bertanya Sao
Goat Hun
"Lihat sajalah sendiri. Aku pernah menguji ilmu silat
pedangnya, Mereka pasti tak dapat kau kalahkan. Lagi pula
kau harus sengaja mengalah!" kata Souw Hui Hong,
Setelah mereka mufakat, mereka mengundang Bee Kun
Bu masuk kembali ke dalam kamar perahu. Ketika itu Bee Kun
Bu masih berdiri memandang ke telaga, Souw Hui Hong
menghampirinya perlahan-lahan Di depan perahu mereka,
lebih kurang sepuluh depa, sedang datang sebuah perahu dan
di atasnya berdiri seorang pemuda berbaju hijau yang rupanya
juga sedang mengawasi Bee Kun Bu. Ada lagi seorang yang
berbaju abu-abu sedang mendayung perahu itu di belakang si
pemuda, Dalam sekejap saja perahu itu sudah menyentuh
perahu mereka, Souw Hui Hong yang juga telah melihat orang
yang mendayung perahu itu menjadi terkejut, karena tenaga
kedua tangannya yang amat kuat Tentang wajahnya belum
dapat ia melihat, karena ia mendayung sambil duduk
menghadapi buritan perahu,
Dengan tersenyum manis pemuda berbaju hijau itu
memandang Bee Kun Bu. Souw Hui Hong berpikir "Ai! Apakah
di kolong langit ini ada pemuda yang demikian rupawan?"
Perahu pemuda itu tidak berhenti, tapi berlayar terus, dan
pemuda di atas perahu itu sebentar-sebentar menoleh ke arah
Bee Kun Bu dengan tersenyum-senyum manis, "Kenalkah kau
padanya?" Souw Hui Hong menegur Bee Kun Bu yang tengah
berusaha mengingat siapakah pemuda itu terkejut ia
menyahut “Tidak! Tapi dalam jangka waktu sebulan ini, aku
telah tiga kali menjumpainya Dari kota Leng Kee di sebelah
timur propinsi Cek-kiang sampai ke telaga ini, ia rupanya
selalu membayangiku!"
"Belum pernah kudengar adanya seorang pemuda yang
demikian rupawan di kalangan Bu Lim. Melihat orang yang

mendayung perahu itu demikian kuat tenaga lengan nya, aku
taksir mereka adalah jago-jago silat yang lihay, Apakah
mereka datang hendak mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek
juga?"
Sambil tersenyum Bee Kun Bu berkata: "lsi kitab-kitab Kui
Goan Pit Cek hanya lukisan-lukisan burung-burung dan
binatang-binatang, Ayah Siocia telah melihatnya. Apakah
Siocia belum mengetahuinya?"
"Aku tidak menanyakan lebih dalam tentang kitab-kitab itu.
Kitab-kitab itu betu!-betul barang-barang yang berharga, akan
tetapi..." sahut Souw Hui Hong, Bee Kun Bu tidak menunggu
pembicaraannya itu. ia insyaf bahwa ia telah menyinggung
perasaan gadis itu, ia lekas-lekas membelokkan
pembicaraannya ke urusan lain, Dengan ramah sekali ia
bertanya: "Apakah aku masih mempunyai harapan untuk
mengetahui tempat kediaman ayah angkat Siocia?"
Permintaan yang diajukan demikian lemah lembut-nya
melunakkan lagi Souw Hui Hong yang berkepala batu itu,
"Urusanmu,., pasti kuusahakan, Tapi ayah angkatku itu keras
sekali hatinya, Aku dan adik angkatku kini sedang berusaha
mencari jalan..." kata Souw Hui Hong. Dan.... Bee Kun Bu
tidak menunggu lagi, ia berjalan dengan bernafsu: "Jadi, aku
masih mempunyai harapan?"
"Ai! Kau tak dapat menahan nafsu, Aku belum habis
berbicara. Dengarlah aku. Ayah angkatku itu berwatak
budiman, jika kau dan gurumu dapat menjumpai beliau, dan
minta pertoIongannya, beliau mungkin tak menolak," kata
Souw Hui Hong,
Tapi jika kita tak mengetahui tempat kediamannya, di
mana harus kita cari?" bertanya Bee Kun Bu.
"Aku telah merancang suatu siasat untuk menemui ayah
angkatku, Besok tengah hari aku dan adik angkatku akan naik
perahu pesiar di telaga ini. Kamu sekalian juga harus
menyewa sebuah perahu pesiar Lalu tanpa sebab kita

bertempur dan mungkin kami membawa kalian ke tempat
kediaman ayah angkatku!" Souw Hui Hong menjelaskan
"Siasat itu bagus sekali! Terima kasih! Tapi kita terlampau
menyusahkan kedua Siocia!" kata Bee Kun Bu.
Kau jangan terlampau gembira! Kau harus melawan adikku
terlebih dahulu, barulah kemudian kau dapat menjumpai ayah
angkatku!" kata Souw Hui Hong,
"Tapi Sao siocia adalah seorang gadis yang alim. Aku tak
boleh membuat ia merasa tersinggung," kata Bee Kun Bu.
Lalu Souw Hui Hong membentak: "Hm! ia bukan saja alim
dan ramah, tapi juga juwita! Aku khawatir kau jatuh hati
padanya!"
Teguran itu menyebabkan muka Bee Kun Bu merah.
Dengan penuh harapan dan gembira ia berkata: "Siocia-siocia
yang budiman, Aku harus minta diri karena hari sudah senja.
Aku harus memberitahukan ini kepada Suhuku, Terima kasih."
"Tapi... kita sudah berada di tengah telaga. Apakah kau
dapat terbang ke darat? Mari... kami hantarkan kau sampai ke
pantai!" kata Souw Hui Hong.
Bee Kun Bu baru insyaf bahwa ia berada di tengah-tengah
telaga yang airnya bening seperti kaca, Tiba-tiba perahu yang
memuat pemuda berbaju hijau tadi datang kembali, dan
berhenti di sebelah kiri perahu mereka,
Kemudian pemuda berbaju hijau di atas perahu itu
menoleh kepada Bee Kun Bu dan bertanya sambil tersenyum:
"Apakah saudara ingin ke darat? Aku pun kebetulan
ingin pula ke darat Marilah saudara ikut dengan aku di perahu
ini." Bee Kun Bu terkejut, dan tak dapat segera menjawab,
Tapi pemuda berbaju hijau itu mengajak lagi: "Mari saudara,
perahuku yang kecil ini sangat laju, Marilah!"
Pemuda berbaju hijau itu sudah memenuhi pikirannya
selama sebulan, ini adalah kesempatan yang baik baginya
untuk menyelidiki lebih jauh tentang pemuda itu. Dengan

pikiran itu ia minta diri dari kedua gadis tadi sambil berkata:
Terima kasih, Aku dapat mendarat dengan saudara ini.
Sampai bertemu lagi!" Lalu ia meloncat ke atas perahu
pemuda berbaju hijau itu, yang segera didayung dengan
pesatnya ke pantai.
"Aku merasa malu tak dapat menyediakan apa-apa kepada
saudara," kata pemuda itu ketika perahu menyentuh pantai
Mari!ah kita duduk sebentar dan ber-cakap-cakap."
Bee Kun Bu tak dapat meno!ak, ia duduk menghadapi
pemuda itu, Pada saat itu ia dapat memperhatikan wajah
pemuda itu. Kedua alisnya hitam seperti bulu burung gagak,
potongan mukanya bundar seperti telur dan kulitnya putih
bersih seperti kulit seorang anak gadis, Tapi sinar hebat
memancar keluar dari kedua matanya dan karena itu pemuda
itu kelihatannya sangat angker dan luar biasa, Bee Kun Bu
terpesona, Lalu si pemuda itu memu!ai pereakapannya: Tiga
kali kita berjumpa.,, dengan secara kebetulan Aku mohon
dapat mengenal saudara,"
"Siauw-tee bernama Bee Kun Bu, dan saudara?" kata Bee
Kun Bu,
"Aku bernama Pek Yun Hui.,." sahut pemuda itu, suaranya
khidmat sekali, Tapi.,, rupanya saudara di sini asing sekali,
bukan?"
Bee Kun Bu juga memperhatikan orang yang sedang
mendayung yang masih saja menghadapi buritan perahu
seakan-akan tak menghiraukan pembicaraan mereka, Dengan
tak berpikir panjang, Bee Kun Bu meneruskan percakapannya
itu dengan bertanya: "Saudara Pek dari propinsi Cek-kiang
datang ke propinsi Kiang-si, ada urusan apakah sebenarnya?"
Pek Yun Hui tidak segera menyahut, ia memandang ke air
telaga, sambil berpikir sejenak, lalu menyahut: "Aku sedang
mencari seseorang!" Kemudian ia melompat ke darat Bee Kun
Bu lalu insyaf bahwa pemuda itu seperti juga orang berbaju

hijau di pegunungan Koat Cong San, yang datang dan
perginya tak ketahuan dari mana dan kemananya, ia ingin
menanyakan pemuda itu tentang kisah yang dialaminya di
pegunungan Koat Cong San, tetapi tiap kali ia ingin membuka
mulut, ia tertahan oleh sesuatu perasaan lain, Bee Kun Bu pun
meloncat ke darat
Pemuda itu berbalik dan bertanya: "Saudara Bee, apakah
kau masih suka bertemu dengan aku lain kali?"
Sambil tersenyum Bee Kun Bu menyahut: "Jika aku dapat
menjadi kawan saudara Pek, aku beruntung sekali, Tapi
saudara Pek seperti juga seekor naga yang sakti yang dapat
muncul dan lenyap sekonyong-konyong, Meskipun aku ingin
menjumpai saudara Pek, tapi aku kira sukar!"
Pek Yun Hui menggelengkan kepalanya dan menyahut:
"Perkataanmu itu merupakan teka-teki. Nah,., besok kita
berjumpa lagi!" Lalu ia meloncat kembali ke atas perahu nya,
dan perahu itu didayung dengan pesatnya entah ke mana,
Setelah perahu itu tak kelihatan lagi, Bee Kun Bu pulang
kembali ke penginapan Lie Ceng Loan sedang menanti
kedatangannya di pintu, Melihat ia kembali, gadis itu berlari
menghampiri dan berseru: "Bu Koko, aku telah menanti
selama setengah hari, Kita baru saja mau makan, Ayo kita
makan."
"Jika aku tidak kembali sampai setengah bulan, bagaimana
?" Bee Kun Bu menggoda.
"Aku pasti mati kelaparan menunggui Koko puiang," sahut
si gadis,
Mereka terus masuk ke kamar Giok Cin Cu, Hian Ceng
Totiang sedang duduk dengan muka yang kesal Setelah
memberi hormat, ia ditanya: "Kau pergi ke mana."
Bee Kun Bu menjawab: "Teecu keluar mencari Suhu." Lalu
ia menceritakan peristiwa bertemu dengan Souw Hui Hong
dan Iain-lainnya, dan juga memberitahukan siasat yang
dirancang oleh Souw Hui Hong untuk bertemu dengan Souw

Hui Hong dan Sao Goat Hun di telaga. Hian Ceng Totiang
tidak menduga bahwa muridnya lebih cerdik darinya dalam
usaha mencari Sao Kong Gie. sebetulnya ia ingin
memarahinya karena pergi menuruti kehendaknya, Tapi
setelah mendengar siasat yang akan berhasil itu, ia pun
menjadi gembira, Lalu memerintahkan menyiapkan apa-apa
yang perlu untuk pertempuran pura-pura besok hari.
Pada esok harinya, pagi-pagi sekali Bee Kun Bu telah
menyewa perahu, dan semuanya pesiar di atas perahu itu
termasuk Giok Cin Cu yang dapat menikmati keindahan telaga
sambil berbaring di balai-balai yang ditaruh dekat jendela
kamar perahu, sambil dijagai oleh Ue Ceng Loan dan Liong
Giok Pin.
Perahu itu berlayar mondar-mandir di dalam telaga, dan
Bee Kun Bu selalu memperhatikan tiap-tiap perahu yang
mereka jumpai, Meskipun ia yakin Souw Hui Hong tak akan
berdusta, tapi ia merasa cemas karena masih juga belum
menjumpai perahu Sao Goat Hun, Tiba-tiba dari jauh
mendatangi sebuah perahu dengan pesat seka!i. Pek Yun Hui
berdiri di atas perahu itu, Setelah perahu itu bergandengan,
Pek Yun Hui bertanya: "Apakah aku boleh ikut naik di atas
perahumu?" Bee Kun Bu serba salah, ia tak berani menolak.
Lalu Pek Yun Hui meloncat ke atas perahu, dan perahunya
sendiri didayung pergi oleh orangyang berbaju abu-abu. "Kau
tak usah khawatir Aku tak akan merintangi atau membikin
gagal usahamu!" bisik Pek Yun Hui yang sikapnya sangat
alim, tetapi menakjubkan,
Pek Yun Hui selalu berdiri di samping Bee Kun Bu, dan
ketika ia melihat sebuah perahu datang, ia berseru: "Ayo, siap
sedia untuk bertarung!"
Bee Kun Bu mengawasi perahu yang datang itu, dan betul
saja perahu itu adalah perahu Sao Goat Hun dan Souw Hui
Hong berdiri di depannya. "Suhu! perahu yang datang itu
segera sampai!" ia memberitahukan Suhunya,

Hian Ceng Totiang menyahut: "Baik, Kita siap menyambut
mereka!" Kedua perahu itu didayung dengan cepat sekali, dan
dalam sekejap saja jarak kedua perahu-perahu itu tinggal
hanya dua depa lebih, Kedua tukang perahu yang
mengemudikan perahu Kun Bu berusaha mengelakkan
tubrukan itu, tapi tukang perahu Souw Hui Hong malahan
dengan sengaja menubruk.
Maka tabrakanpun tak dapat dielakkan, Tapi Pek Yun Hui
menegur Bee Kun Bu: "Ayo, kau harus turun tangan
mengelakkan tubrukan!" Bee Kun Bu segera merampas
pendayung, dan dengan itu disodoknya kepala perahu yang
hendak menubruk Pada saat itu, dari dalam kamar perahu
meloncat keluar Sao Goat Hun dengan pedang terhunus, dan
menegur "Hei! Bee Kongcu! Awas pendayung kayu itu akan
kutebas putus!"
"Belum tentu!" sahut Bee Kun Bu. Diangkatnya dayung
kayunya, dan ketika perahu Sao Goat Hun sudah dekat sekali,
ditendangnya dengan kaki kanannya pinggir perahu itu
sehingga terpental sedikit dan tabrakan dapat dielakkan, Tapi
kedua gadis itu telah meloncat ke atas perahunya dan
menyerang, Bee Kun Bu lekas-lekas menarik pedangnya dan
dengan ilmu Hong Yun Pik Goat atau dari awan tebal
mengintip bulan disodoknya tangan kanan Bee Kun Bu. Bee
Kun Bu berpikir "Ai! Mereka bertempur dengan sungguhsungguh,"
sambil menarik tangan kanannya ke samping dan
meloncat mundur sampai di ujung buritan perahu, Kalau
mundur lagi, ia tentu kecemplung ke dalam telaga.
Sao Goat Hun tak memberi kesempatan lagi, ia menusuk
terus. Bee Kun Bu yang tak dapat meloncat mundur lagi,
hanya mengikuti tusukan pedang lawannya dengan ujung
pendayung, lalu ia sen-takkannya ke atas dengan tenaga
dalam nya. sentakan itu adalah salah satu jurus dari ilmu Tian
Kong Cong yang dinamakan Cek Sou Pok Liong atau tangan
telanjang menangkap naga.
Baru saja pedang lawannya tersentak ke atas, dan tinju kiri
Bee Kun Bu hendak sampai ke bahu si gadis, Souw Hui Hong

telah datang pula menebas dengan pedang nya. Sao Goat
Hun terhindar dari jotosan, karena Bee Kun Bu harus
mengegoskan tubuhnya menghindarkan tebasan pedang
Souw Hui Hong, Bee Kun Bu lalu melemparkan pendayung
kayunya, dan berniat menggunakan tangan kosong untuk
melawan keduanya dengan tiga puluh enam jurus ilmu Tian
Kong Cong, ia akan dapat menyerang dan tentu segera akan
menang, tapi ia hanya ingin menangkis, mengelit dan
mengegoskan serangan-serangan pedang-pedang lawanlawannya.
Setelah pertempuran berjalan dua puluh jurus, kedua
belah pihak masih tetap sama unggulnya, Lie Ceng Loan yang
menonton, dan melihat Bee Kun Bu tidak ingin mengalahkan
lawan-lawannya, menjadi cemas. Dicabutnya pedangnya
karena ingin membantu, Pek Yun Hui yang melihat cara Bee
Kun Bu bertempur menjadi gusar ia memaki: "Bodoh! Mereka
ingin supaya kau menang, Tetapi kau malahan membuang
senjata dan melawan mereka dengan tangan kosong!"
Barulah ketika itu Bee Kun Bu sadar Kini ia mulai
menyerang dengan tinju-tinjunya yang sangat dahsyat
sehingga Hui Hong dan Goat Hun harus mundur Lalu Sao
Goat Hun merubah jurus silat pedangnya, dan berturut-turut
menyerang lima kali dengan ilmu Pek Yun Cut Jie atau hujan
turun dari awan putih, serangan itu sungguh amat dahsyat,
tetapi Bee Kun Bu sambil menggunakan ilmu Tui Men Kua
San atau membuka pintu melihat gunung dengan tangan
kanannya untuk mengelit dan membalas serangan-serangan
yang bertubi-tubi dari Sao Goat Hun, dan dengan tinju kirinya
diserangnya Souw Hui Hong dengan ilmu San Sing Cui Goat
atau tiga bintang mengejar bulan.
Serangan-serangan tinju itu adalah jurus-jurus yang paling
lihay dari ilmu tinju Tian Cong, Hembusan anginnya saja
sudah dapat membinasakan lawan, jika dilepas serentak
dengan tenaga dalam, Tapi Bee Kun Bu hanya ingin
menaklukkan kedua gadis itu, dan tidak berniat untuk
membinasakan Sao Goat Hun segera merasa tubuhnya

lemas, kemudian pedangnya terlempar dari pegangannya, ia
meloncat kembali ke perahunya, dan berseru: "Hei! Coba
terima senjata gelindingan baja aku ini!" peringatan itu diiringi
dengan terbangnya senjata rahasia yang berbentuk lingkaran
baja ke kepala Bee Kun Bu. Bee Kun Bu lekas-lekas
merunduk, dan lewatlah senjata itu terus masuk ke dalam air.
Ketika itu Souw Hui Hong telah meloncat ke atas perahunya,
dan dengan segera perahu itu pun pergi dengan pesatnya,
Bee Kun Bu memerintah tukang-tukang dayung mengejar,
tapi Pek Yun Hui memperingati: "Perahu mereka pesat sekali.
Kau tak akan berhasil Percuma saja kita mengejar!"
"Betul, tapi,., apa yang hendak kita lakukan sekarang?"
tanya Bee Kun Bu. Ketika itu Pek Yun Hui mengangkat tangan
kanannya, dan perahu yang sedang laju pesat di depan itu
pun berangsur-angsur menjadi perlahan-lahan. Lalu diberikan
nya sehelai tali perak kepada Bee Kun Bu, dan berkata: "Kau
ikatkanlah tali ini di kepala perahu kita, dan perahu gadisgadis
itu akan menyeret perahu kita maju."
Bee Kun Bu memeriksa tali perak yang sangat halus itu.
Dipandangnya Pek Yun Hui dengan kagum. Perahu yang di
depan telah lima depa jauhnya, tapi Pek Yun Hui dengan
mudah sekali menggali nya dengan tali peraknya, ilmu yang
maha hebat itu sangat mengagumkan "Apakah Pek Yun Hui
ini seorang dewa?" pikirnya, ia berkata: "Saudara Pek ilmumu
lihay sekali, Aku Bee Kun Bu takluk."
Sambil tersenyum Pek Yun Hui berkata: "Apakah kau sudi
belajar dari aku?"
Belum lagi Bee Kun Bu menyahut, Lie Ceng Loan telah
bertanya: "Bee Koko, siapakah yang kau lawan tadi?" Bee
Kun Bu tidak ingin berdusta, dan oleh karena pada saat itu ia
tak dapat menjelaskan, ia hanya berkata: "Nanti aku
beritahukan." Lie Ceng Loan mengawasi Pek Yun Hui dan
bertanya lagi: "Apakah ini kawan Koko?"

Hati Bee Kun Bu menjadi geli, ia buru-buru meminta maaf
dan berkata: "Saudara Pek, harap kau maafkan ia. ia tak
ubahnya seperti anak kemarin dulu, tidak tahu apa-apa."
Pek Yun Hui tersenyum dan menyahut: "la sangat naif,
tetapi cantik”, Lalu ia membalikkan badannya, seakan-akan
tak menghiraukan lagi keadaan di sekitar-nya,
Lie Ceng Loan menghampiri Bee Kun Bu dan menegur:
"Apakah aku telah salah berbicara?"
Pek Yun Hui yang juga dapat mendengar ucapan itu,
menghampiri Lie Ceng Loan dan berkata: "Aku tidak marah."
Lie Ceng Loan tersenyum dan menyahut: "Jika demikian
aku sekarang merasa lega, jika kau marah, Bu Koko tentu
salahkan aku." Lalu ia menghampiri Bee Kun Bu dan berdiri di
sampingnya Pek Yun Hui melihat sepasang merpati yang
berdiri berdampingan-dampingan itu hanya dapat menarik
napas, dan kemudian balik badan melihat ke lain jurusan.
-ooo0ooo-
Mendobrak tembok batu menemui tabib
Lie Ceng Loan menundukkan kepalanya dan melihat Bee
Kun Bu sedang pegangi tali perak yang ujungnya telah
menyantel di buritan perahu yang berlayar di depan, ia
berseru: "Bagus betul, biarlah mereka berlayar dengan
pesatnya, dan kita tidak usah mengayuh perahu kita." Lalu ia
ambil ujung tali dari tangan Bee Kun Bu dan diikatkan di
kepala perahunya sendiri Kedua perahu itu berlayar dengan
pesat sekali di tengah telaga selama hampir satu jam dan
kemudian menuju ke suatu pulau kecil ditengah-tengah telaga
itu, perlahan demi perlahan benda-benda dan pemandangan
di atas pulau terlihat dengan tegas, Pulau yang kecil itu sangat
ganjit ben-tuknya, dan karang-karang yang tajam berdiri tegak
dan curam di pantat Pohon-pohon rotan tumbuh subur di atas
karang-karang yang curam itu,
Pek Yun Hui buka tali perak di kepala perahu, lalu ia kedet
tali itu, Segera tali itu terlihat seperti kilat tertarik masuk ke

lengan baju nya. perahu yang di depan karena terlepas dari
ikatan berlayar lebih laju lagi, dan dalam sekejap saja sudah
tidak kelihatan oleh Bee Kun Bu dan kawan-kawannya.
Hian Ceng Totiang menyelidiki karang-karang yang curam
itu, Lima depa di sebelah kanan ia lihat suatu jurang yang
seakan-akan timbul keluar dari telaga, tapi perahunya Sao
Goat Hun tidak tahu kemana perginya.
Setelah Pek Yun Hui melihat bentuk karang-karang di
hadapannya ia berkata kepada Bee Kun Bu: "Sao Kong Gie
betul-betul seorang yang tertib, ia telah memilih tempat yang
terpencil ini untuk bertapa."
Bee Kun Bu yang telah menyaksikan cara Pek Yun Hui
mengkait perahu dengan tali peraknya, telah menjadi kagum
akan kepandaiannya, ia menanya: "Saudara Pek, apakah
saudara telah melihat pintu rahasia dari jurang-jurang itu?"
Sambil menunduk ke arah dimana dua jurang
bersambungan Pek Yun Hui menyahut: "Baik kita mendarat di
tempat itu. Mungkin di situ ada pintu rahasianya."
Perahu dikendarai ke tempat itu. Hian Ceng Totiang cabut
pedangnya, ia tebas pohon-pohon rotan yang tumbuh di atas
jurang itu. Batu karang itu seperti juga pernah dipindahi orang,
Dengan tenaga dalamnya Hian Ceng Totiang coba
mendorong batu itu, tetapi batu itu tak tergerakkan. ia menarik
napas panjang karena kecewa,
Dengan suara rendah Pek Yun Hui berkata kepada Bee
Kun Bu: "Aku kira karang itu dapat dibikin tergerak dengan
menggunakan tongkat Ngo Kong Toa-su." Bee Kun Bu
memberitahukan usul ini kepada suhunya, Dengan tongkatnya
Ngo Kong Toa-su, Hian Ceng Totiang memukul karang di
hadapannya, Terdengar suara ge-muruh, dan batu karang itu
pecah dan potongan-potongan kecil dari batu karang itu jatuh
ke dalam air.

Hian Ceng Totiang memukul lagi tiga kali berturut-turut,
dan betul saja di tempat dimana dua jurang yang saling
bersambungan itu tiba-tiba terbelah, lalu satu pintu batu yang
berukuran tujuh kaki kali sembilan kaki terlihat tegas, Dengan
satu dorongan pintu batu itu terbuka, satu perahu tampak
berada di balik pintu batu itu! Di atas perahu berdiri seorang
tua yang berusia lebih dari lima puluh tahun, wajahnya putih
dan berkumis putih- ia mengenakan baju kurung. Di belakang
ia berdiri Souw Hui Hong dan Sao Goat Hun dengan pedang
terhunus.
Dengan menuding-nuding Sao Goat Hun berkata: "Ayah,
tiga orang itu dia yang menghina aku! Ia...."
Sao Kong Gie mengangkat kedua tangannya memberi
hormat dan berkata: "Aku merasa beruntung mendapat
kunjungan ini. Sudilah datang ke perahu ini agar aku dapat
melayani selayak tuan rumah!"
Hian Ceng Totiang setelah mengembalikan tongkatnya
Ngo kong Toa-su segera membalas hormat dengan
mengangkat kedua tangannya: "Kami telah menggoda
ketentraman ini, harap saudara sudi memaafkan!"
Sao Kong Gie melihat puterinya sejenak, lalu berkata
kepada tamunyai "Sebelumnya aku menjumpai Totiang, aku
dapat dijual oleh puteriku sendiri., Ha! Ha! ha! Mari kalian naik
ke perahu!"
Setelah semuanya naik ke atas perahu Sao Kong Gie, dan
setelah menyuruh kedua perahu itu pergi, maka perahu
mereka berlayar masuk sepanjang suatu selat di bawah
jurang, Selat itu berliku-liku dan lebih kurang dua ratus depa
panjangnya, Ketiga perahu keluar dari selat itu, suasana
menjadi terang kembali dan perahu mereka berada di suatu
telaga yang luasnya lebih kurang seperti satu Bouw sawah.
Di telaga itu ada tiga perahu kecil Perahu mereka
mendekati pantai, dan Sao Kong Gie mengajak para tamunya
mendarat Mereka mendaki lereng bukit dan tiba di atas tanah
datar dengan banyak tumbuh-tumbuhan. Di tengah-tengah

tanah datar itu terletak sebuah rumah gubuk, Ke rumah gubuk
itu Sao Kong Gie mengajak para tamunya masuk. Dua anak
berbaju hijau menyediakan teh yang harum, Souw Hui Hong
dan Sao Goat Hun berdiri di belakang Sao Kong Gie, masingmasing
mengawasi Bee Kun Bu dan Pek Yun Hui.
Setelah menghirup teh yang harum itu, Hian Ceng Totiang
berkataj "Saudara Sao tinggal terpencil di tempat ini, kami
telah berusaha mencari dengan susah payah!" Sao Kong Gie
mengawasi Giok Cin Cu yang masih menderita sakit dan
masih pucat Lalu ia menanyai "Apa-kah Sumoy saudara itu
yang bernama Giok Cin Cu?"
"Justru karena dia, kami telah berbuat lancang
mengganggu saudara Sao. Kami yakin bahwa kepandaian
saudara Sao mengobati penyakit penyakit tak ada taranya di
dunia. Kami harap saudara Sao dapat menolong dia... dan
kami semua dari partai Kun Lun tak akan lupa akan budi yang
besar itu," sahut Hian Ceng Totiang sambil memberi hormat
lagi,
Sao Kong Gie berpikir sejenak, lalu berkata: Totiang telah
datang ke sini, Siotee tak dapat menolak, Cobalah ceritakan
bagaimana Sumoy mendapat luka."
Hian Ceng Totiang segera menceritakan bagaimana Giok
Cin Cu mendapat luka sejelas-jelasnya, Sao Kong Gie
mengerutkan kening, dan berkata sambil menarik napas
panjang: "Ular semacam itu sangat berbisa, dan sukar sekali
diobati." ia mendekati Giok Cin Cu dan meneliti luka dari
gigitan ular di pergelangan tangannya, Lalu ia pijit-pijit bagian
atasnya luka itu, dan dengan sebuah jarum perak ia tusuk
jalan darah dari lengan itu.
Giok Cin Cu menjerit karena kesakitan sekali, Tapi Sao
Kong Gie berkata: "Jangan khawatir, aku hanya ingin
mengetahui apakah racunnya telah masuk ke dalam tulang."
ia pasang lilin dan dua anak yang berbaju hijau telah siapkan
peti obat-obatannya. Dari peti obat-obatan itu Sao Kong Gie
ambil satu obat cair itu, lalu botol itu ia bakar di atas lilin yang

menyala, Setelah jarum perak itu menjadi merah karena
panasnya, jarum itu berubah warna menjadi hijau keabuabuan,
Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ia berkata
kepada Hian Ceng Totiang: "Maaf Totiang, jika Siotee tak
dapat menolongnya."
Hian Ceng Totiang terkejut, dan segera menjadi pucat
mukanya ia tak dapat menjawab segera, karena merasa
sangat kecewa, Setelah ia sadar lagi, ia menanya: "Apakah
saudara Sao betul-betul tak dapat menolong?"
"Siotee harus berterus terang, Totiang telah dengan susah
payah datang mencari Siotee dengan harapan bahwa Siotee
dapat menolong, Untuk mengobati luka ini, bukannya tak ada
jalan, Tapi...." Sao Kong Gie menjelaskan tapi perkataannya
dipotong oleh Hian Ceng Totiang yang menanyai "Saudara
Sao hanya unjuk jalannya, kami dari partai Kun Lun akan
mengusaha-kannya, kami tak akan lupa budi saudara Sao."
"Mencari obat itu adalah usaha yang sangat ber-bahaya,"
sahut Sao Kong Gie "Jika aku tidak beritahukan, aku pun
salah, Tapi jika aku beritahukan maka perselisihan di antara
jago-jago di kalangan Bu Lim pasti akan terjadi."
"Jika ada obat yang dapat menolong jiwa, kami tentu minta
atau mencarinya dengan jalan yang layak dan akan berusaha
mengelakkan perselisihan," kata Hian Ceng Totiang.
"Di tapal batas propinsi Ceng Hay dan propinsi Kan Su ada
suatu pegunungan yang menjalar sangat panjang dan luas, di
tengah-tengah pegunungan tersebut ada suatu puncak yang
tinggi yang selalu diselubungi salju, Di dekat lereng puncak itu
terdapat satu kuil tua bernama Toa Ciok Sie. Dari dahulu
sehingga dewasa ini selain Hweeshio-Hweeshio yang tinggal
di dalam kuil itu, belum pernah ada orang luar yang datang ke
kuil itu,
Di dalam kuil itu telah tumbuh suatu pohon ajaib, dalam
buku obat-obatan, pohon itu bernama Sie Can Ko, yang hanya
berbunga sepuluh tahun sekali, Tiap kali berbuah hanya tiga,
Sumoy Totiang telah menderita racun ular yang hebat sekali,

karena racun itu telah merembes masuk ke dalam tu!ang,
Buah itu mungkin dapat menolong, Tapi tiap-tiap Hweeshio di
dalam kuil itu lihay sekali silatnya, dan ilmu silatnya lain
daripada yang lain. Siotee pernah salah masuk ke dalam kuil
itu ketika mencari obat-obatan, maka Siotee ketahui hal itu.
Kuil itu selalu tertutup bagi orang luar, dan Hweeshio-
Hweeshionya belum pernah mengadakan hubungan dengan
jago-jago silat di kalangan Bu Lim, Buah ajaib itu pasti tidak
mudah didapatinya, Bila Totiang berkeras ingin pergi
mengambilnya, Siotee yakin bahwa pertarungan hebat tak
dapat dielakkan! Tapi Totiang memaksa Siotee
memberitahukan, dan Siotee memberitahukan dengan jujur!"
demikianlah penjelasan Sao Kong Gie.
Hian Ceng Totiang mengawasi Sumoynya, Lalu sambil
tersenyum ia berkata: "Saudara Sao, terima kasih untuk
petunjuk itu, kami dari partai Kun Lun sangat berterima kasih,
dan kami sekarang mohon minta diri." ia bangun dan angkat
kedua tangannya memberi hormat
Sao Kong Gie coba menahan mereka untuk minum lagi,
tetapi Hian Ceng Totiang menolak Sao Goat Hun berbisik
kepada ayahnya: "Ayah, aku dan Hong Cici akan mewakili
ayah mengantar mereka keluar dari terowong-an."
Belum Sao Kong Gie sempat menjawab, Sao Goat Hun
telah tarik tangannya Souw Hui Hong dan meloncat ke atas
perahunya Bee Kun Bu, yang lantas diberangkatkan.
Sao Goat Hun mengawasi karang-karang yang curam dan
sambil tarik napas panjang ia berkata: "Hong Cici, aku tak
berani pulang lagi!"
"Aku yang membikin kau mendapat kesukaran," sahut
Souw Hui Hong, "Aku minta maafi semenjak ayahmu tinggal
bertapa di situ, selain aku dan ayahku, belum pernah ada
orang lain yang mengganggu Aku yang salah."
Pereakapan mereka didengar oleh Bee Kun Bu. ia pun
merasa tidak enak, ia berkatai "Karena kami, Sao Siocia

menjadi kesal jika perlu aku dapat minta suhuku meminta
maaf terhadap ayah Siocia."
Sambil geleng kepala Sao Goat Hun berkata: "Semenjak
ayahku tinggal bertapa di situ, tabiatnya telah berubah hebat
sekali, Selama lima tahun ini ia belum pernah menerima
orang, Dan terhadap aku pun ia tidak sayang seperti dahulu,
Terhadap paman Souw Peng Hai, ia pun tidak akrab seperti
dahulu, Aku khawatir jika ada sesuatu yang membikin ia
berubah....H Lalu air matanya keluar
Souw Hui Hong coba menghibur dan berkata: "Sudahlah,
aku pun telah memperhatikan bahwa ayahmu itu berubah
hebat sekali, Mari kita menjumpai ayahku, dan menanya
tentang perubahan itu...."
Dengan senyuman terpaksa Sao Goat Hun berkata: "kini
hanya ada satu jalan Aku dapat kembali melihat ayah,
Mungkin ia tak lepas aku lagi!"
Sambil mengawasi Bee Kun Bu, Souw Hui Hong berkata:
"Karena kau, adikku menjadi begini!" Bee Kun Bu tak dapat
menjawab, ia tundukkan kepalanya menerima salah,
Tapi Pek Yun Hui menyahut: "Sebetulnya ia tak dapat
disalahkan Kamu seharusnya berterima kasih ke-padanya,
Sao Kong Gie memisahkan diri dan tinggal terpencil,
sebetulnya ia bukan ingin terpisah dari kalangan Bu Lim, ia
sebetulnya ingin menghindarkan pembalasan dendam atau
dipaksa tinggal terpencil oleh orang lain, Alasan daripada
pertapaan ini, ia sungkan memberitahukan orang lain, atau ia
takut me m beri tahu kan-nya. Aku hanya ingin menyatakan
kesanku kepada kedua Siocia. Kedua Siocia harus lekas-lekas
mencari tahu alasannya, dan usaha itu masih belum terlambat
Jika mereka tidak menemui Sao Kong Gie, mungkin kedua
Siocia tidak pikir sampai di sini, Bukankah kedua Siocia harus
berterima kasih kepada Bee Kun Bu?"
Semua orang di atas perahu itu tergerak oleh ucapannya
Pek Yun Hui. Mereka insyaf bahwa sikapnya Sao Kong Gie
sangat mencurigakan Sebagai sinshe pandai ia telah terkenal

di kalangan Bu Lim, mengapa ia memisahkan diri dari
kalangan itu? Ketika ia coba memeriksa lukanya Giok Cin Cu,
ia rupanya cemas sekali Tapi ketika ia bicara tentang kuil Toa
Ciok Sie, ia agaknya ketakutan.,.,
Sao Goat Hun menghampiri Pek Yun Hui dan berkata,
suaranya rendah: "Betui, dalam beberapa tahun ini, gerakgerik
ayahku sangat mencurigakan Bahkan sikapnya terhadap
aku juga telah beruban Aku menjadi khawatir"
Mereka semuanya merasa gelisah, Tiba-tiba Bee Kun Bu
berkataj "Aku lupa memperkenalkan satu dengan lain." Lalu ia
memperkenalkan Pek Yun Hui kepada Souw Hui Hong dan
Lie Ceng Loan, kedua Sao Goat Hun.
Tempo hari, Souw Cici telah menolong kami berdua, aku
sangat berterima kasih!" kata Lie Ceng Loan kepada Souw Hui
Hong,
Souw Hui Hong terharu, Air matanya ber!inang. "Dik...."
Souw Hui Hong coba menyahut, tapi perkataannya tak dapat
keluar Lalu kedua gadis itu menangis karena terharunya, dan
Souw Hui Hong hanya memeluk erat-erat Lie Ceng Loan.
Giok Cin Cu paksakan diri coba bangun, lalu ia berkata:
"Loan Jie telah menjadi murid partai Kun Lun, dan aku harus
menjaga ia baik-baik. Aku tak ingin ia mendapat nasib seperti
aku!"
"Kau harus buang pikiran itu. Loan Jie adalah anak yang
mengenal budi dan pintar cerdas, Aku tak akan sia-siakan
padanya," sahut Hian Ceng Totiang, Ucapan itu meredakan
juga Ngo Kong Toa-su yang telah mengetahui bahwa puteri
angkatnya itu telah jatuh cinta kepada Bee Kun Bu.
Ketika perahu tiba di pinggir telaga, hari sudah menjadi
senja, Souw Hui Hong mengantarkan Bee Kun Bu dan kawankawnanya
mendarat, dan paling akhir ia pegang tangannya
Lie Ceng Loan seraya berkata: "Dik, kau jaga diri baik-baik,
Kakak tak dapat mengantar lebih jauh lagi!"

Sambil mengucurkan air mata Lie Ceng Loan menjawab
"Cici baik sekali Aku senantiasa memikiri Cici,"
"Bu Koko sudah pasti akan menjaga kau dengan baik,"
kata Souw Hui Hong dengan tersenyum, Bee Kun Bu
memberikan hormat kepada Souw Hui Hong dan Sao Goat
Hun sambil berkata: "Budi kedua Siocia sangat besar.
Dikemudian hari jika ada kesempatan aku pasti tak
melupakan!"
"Urusan ayah angkatku tak dapat ditunda, Bersama-sama
Goat Hun aku harus pergi ke bagian utara dari propinsi Kwiciu
untuk menjumpai ayahku, Selamat tinggali kalian!" berseru
Souw Hui Hong, lalu ia naik lagi ke atas perahunya dan
berlalu,
Mereka terus melihat perahu itu sampai tak terlihat lagi,
Tiba-tiba Pek Yun Hui berkata sambil tertawa: "Rupanya ia
jatuh cinta kepadamu, tapi ia tidak mau merebut kekasih orang
lain, Betul-betul Souw Peng Hai pandai mengajar puterinya!"
"Rupanya Sao Siocia juga jatuh cinta kepadamu!" sahut
Bee Kun Bu, Pek Yun Hui tak menjawab ia hanya tersenyum,
lalu menindak ke lain jurusan, Bee Kun Bu mengejar dan
menanyai "Saudara Pek, mau ke mana?"
Pek Yun Hui berhenti dan menyahut: "Aku harus berpisah,
Apakah ada pesan ?"
"Aku berterima kasih atas semua bantuan saudara. Kita
harus bersama-sama minum arak, barulah kita ber-pisah."
Kata Bee Kun Bu.
"Sudahlah. Aku harus berpisah," sahut Pek Yun Hui, lalu ia
hendak berlalu, Bee Kun Bu menahan: "Saudara Pek,
mengapa tergesa-gesa? Saudara Pek menjumpai aku tiga
kali, pasti ada sebabnya," katanya,
"Jam dua Siotee pasti datang!" kata Bee Kun Bu. Pek Yun
Hui melirik ke arah Lie Ceng Loan, lalu ia berkata: "Paling baik
kau ajak juga sumoymu." Setelah itu ia balik badan dan pergi.

Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan bersama-sama kembali ke
rumah penginapan, sedang Hian Ceng lotiang dan lain-Iainnya
telah tiba lebih dahulu, Hian Ceng Totiang ketika itu hanya
memikir bagaimana cara ia pergi ke kuil Toa Ciok Sie untuk
mengambil buah ajaib Sie Can Ko untuk menyembuhkan luka
Sumoynya, dan Bee Kun Bu dilain pihak mengenangltan
kepandaiannya Pek Yun Hui,
Setelah mereka bersantap, Hian Ceng Totiang berkata
kepada Ngo Kong Toa-su: "Sao Kong Gie telah mengatakan
bahwa untuk pergi ke kuil Toa Ciok Sie tidak mudah, meski
pun kita ke sana hanya untuk maksud minta obat Aku
menghendaki Kun Bu dan Ceng Loan mengantar susioknya ke
pegunungan Kun Lun, dan aku akan berangkat pergi ke kuil
Toa Ciok Sie malam ini juga, Bagaimanakah pendapat
saudara?"
Ngo Kong Toa-su berpikir sejenak, lalu menyahut: "Aku si
tua bangka tua sudah mengambil ketetapan tidak kembali ke
kuil Hua San. Aku ingin menyertai saudara pergi ke kuil Toa
Ciok Sie!"
"Tertma kasih, Bagaimana jika kita berangkat malam ini
juga?" tanya Hian Ceng Totiang.
Mendengar ucapan itu Giok Cin Cu mengerutkan kening
dan berkataj "Sao Kong Gie telah memperingatkan kita bahwa
Toa Ciok Sie itu tidak mudah dimasuki, karena banyak
bahayanya, Bukankah lebih baik kembali dahulu ke kuil San
Goan Kong di pegunungan Kun Lun, untuk berdamai dengan
Ji-Suheng?"
Hian Ceng Totiang memandang kepada Sumoynya dan
berkata: "Ngo Kong Toa-su dengan ilmu tinju Cap Pwee Lo
Han Cong dan ilmu tongkat Ji Cap Sie Kiang Liong Cong Hoat
(menakluki naga dengan dua puluh empat cara) akan
menyertai aku. Kita pergi hanya untuk minta obat Hweeshio-
Hweeshio di dalam kuil Toa Ciok Sie jika betul-betul budiman,
mereka pasti memberikan obat itu untuk menolong jiwa.

Setelah memperoleh obat itu, kita pasti kembali ke kuil San
Goan Kong."
Giok Cin Cu telah mengetahui bahwa suhengnya tidak
akan merubah kehendaknya, ia pejamkan kedua matanya
tidak bicara lagi, Lalu Hian Ceng Totiang pesan Bee Kun Bu
sebelum ia berangkat bersama-sama Ngo Kong Toa-su.
Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin mengantar
kedua guru mereka, Liong Giok Pin harus melayani Giok Cin
Cu dan Lie Ceng Loan terpaksa tidur di dalam kamarnya
sendiri Baru saja ia ingin pergi tidur, ia dengar orang
mengetok pintunya, ia buka pintu itu dan melihat Bee Kun Bu
telah berpakaian baju biru, ia menanyai "Bu Koko, ingin ke
mana?"
"Sebetitar lagi aku hendak pergi ke pinggir telaga menemui
seseorang, Kau beristirahat sebentar sebentar jam dua aku
akan panggil kau lagi." kata Bee Kun Bu, suaranya rendah,
"Kita akan menjumpai pemuda yang berbaju hijau,"
"Apa ia lebih pandai daripada Sao Kong Gie?" tanya Lie
Ceng Loan,
"Aku tak mengetahui ia tak dapat mengobati orang," sahut
Bee Kun Bu. Lalu Lie Ceng Loan mengambil satu buah Bwee
dari laci, yang ia potong menjadi dua, dan membagi sepotong
kepada Bee Kun Bu sambil berkata: "Hutan Bwee di dekat kuil
San Ceng Koan mungkin sudah banyak buahnya, Tapi kita tak
dapat makan.,, sayang." ia menarik napas panjang,
Sambil makan buah Bwee itu, Bee Kun Bu menghibur
"Buah Bwee di pegunungan Kun Lun lebih besar jika kita
sudah tiba di sana, kau dapat makan sekenyang-nya."
"Jika demikian, kita pun dapat menangkap dua ekor
bangau putih, Kita pelihara sampai besar, lalu masing-masing
menunggang seekor untuk terbang ke langit," kata Lie Ceng
Loan dengan sifat kanak-kanak, lalu mendekati Bee Kun Bu.
Bee Kun Bu harus menahan nafsu ketika Lie Ceng Loan
bersandar kepadanya, Harum tubuh di gadis membikin ia

mabuk, ia )ekas-lekas dorong si gadis seraya berkata: "Nah,
kau lekas-lekas tukar pakaian, dan aku menunggu kau di luar
untuk bersama-sama pergi ke pinggir telaga."
Setelah Lie Ceng Loan tukar pakaian, mereka bersama
pergi ke pinggir telaga, Ketika itu sudah lewat jam dua belas
malam dan sedikit sekali orang yang berkeliaran di jalan, Di
bawah sinar bulan, Lie Ceng Loan dengan baju putihnya dan
gaun birunya, lebih cantik tampaknya, Mereka berdiri di bawah
suatu pohon di pinggir telaga menanti kedatangan Pek Yun
Hui sambil memandang ke arah telaga yang airnya berkilaukilau
di bawah sinarnya Dewi Malam,
Entah kapan atau bagaimana Pek Yun Hui sudah berada
di belakang mereka ketika sudah hampir jam dua, ia masih
berbaju hijau, Segera Bee Kun Bu mengangkat tangan
memberi hormat sambil menanya: "Saudara Pek kapan
tibanya?"
"Aku sudah tiba lebih dahulu daripada kalian," sahut Pek
Yun Hui.
"Aku telah sediakan perahu agar kita dapat bersama-sama
pesiar di dalam perahu sambil minum arak di bawah sinar
bulan yang terang ini." Lalu ia ajak Bee Kun Bu dan Lie Ceng
Loan naik ke atas peranunya, di mana seorang yang bertubuh
besar dan berbaju abu-abu telah siap mengayuhnya,
Orang itu menundukkan kepalanya, seakan-akan tidak
ingin mukanya dilihat orang, Mereka masuk ke dalam kamar
perahu, di mana telah dipasang selimut putih yang tebal. Di
atas selimut putih itu ada satu meja bundar yang kaki-kakinya
pendek sekali, Di atas meja telah sedia delapan macam
makanan dan sayuran serta satu teekoan dari porselen putih
yang berisi arak. Lalu Pek Yun Hui berseru kepada orang
yang bertubuh besar itu: "Sudahlah, kau boleh pergi, Kami
akan mengayuh perahu ini sendiri."

Orang itu lalu loncat ke pinggir telaga dan pergi entah ke
mana.
Dengan tangan kirinya Pek Yun Hui memegang kemudi,
dan dengan tangan kanannya ia mengayuh perahu itu. Dalam
sekejap saja, perahu telah dikayuh ke tengah-tengah telaga,
"Marilah kita mulai minum arak dan menikmati makanan ini."
Kata Pek Yun Hut", sambil menuangkan arak untuk kedua
tamunya, Setelah masing-masing minum tiga cangkir, Lie
Ceng Loan berkata: "Sudahlah, aku tak minum lagi." Pek Yun
Hui tersenyum dan berkata: "Saudara Bee, jika demikian, kau
harus menyertai aku minum lagi tiga cangkir!"
Tiga cangkir lagi aku kira masih dapat kuminum!" sahut
Bee Kun Bu. Lalu mereka masing-masing minum tiga cangkir
lagL Tiba-tiba Lie Ceng Loan berseru: "Bu Koko, kepalaku
pusing." Lalu ia taruh kepalanya di pundaknya Bee Kun Bu.
"Adikku ini seperti anak kecil. Harap saudara Pek tak
mencelanya." Kata Bee Kun Bu.
Pek Yun Hui hanya menjawab dengan senyum Bee
Kun Bu memperhatikan bahwa matanya Pek Yun Hui
berlinang air mata, Pek Yun Hui melihat bulan di langit, lalu
berkata sambil tersenyum: "Bulan di langit merupakan satu
arit, tapi terang sekali, Perkenankanlah aku main kim untuk
menghibur kalian berdua." ia masuk ke dalam kamar perahu
dan mengambil sebuah kim kecil yang luar biasa indah nya. ia
duduk menghadapi tamunya, lalu mainkan kim itu dengan
cermatnya, Lagu yang dimainkan sedih sekali dan
mengharukan hati, ia berhenti dan menanyai "Bagaimana
pendapat saudara Bee tentang lagu tadi?"
"Baik sekali, hanya terlampau sedih," sahut Bee Kun Bu.
"Kim ajaib ini dapat mengetahui hati orang, dan aku tak
akan mainkan lagi untuk orang lain," kata Pek Yun Hui, lalu ia
putusi tali-tali kim itu. Bee Kun Bu terkejut, tapi Pek Yun Hui
menjelaskan "Kim yang hanya putus tali-talinya tidak rusak,
Lain hari tali-talinya dapat dipasang kembali, dan aku dapat
mainkan lagi untuk kalian, bukan?" Setelah itu ia taruh kembali

kimnya di dalam kamar perahu, Setelah keluar lagi Pek Yun
Hui melihat ke langit sambil berkata: "Fajar segera
menyingsing. Aku kira lebih baik kalian pulang."
Lie Ceng Loan menghampiri dan menanya: "Pek Koko, kau
pandai sekali, Dapatkah Koko mengobati Susiokku yang
menjadi cacad karena racun ular?"
Pek Yun Hui tersenyum, lalu memandang Bee Kun Bu
yang sedang duduk dengan wajah muram, Hian Ceng Totiang
dan Ngo Kong Toa-su telah berangkat pergi ke kuil Toa Ciok
Sie untuk mengambil buah Sie Can Ko meninggalkan Giok Cin
Cu yang telah menjadi orang tak berdaya. Liong Giok Pin dan
Lie Ceng Loan, kedua gadis itu masih perlu merawati Giok Cin
Cu, sehingga semua urusan dibebankan di atas pundaknya
Bee Kun Bu. Mereka masih jauh dari pegunungan Kun Lun,
dan perjalanan yang jauh itu mereka harus tempuh. Oleh
karena itu, ketika Lie Ceng Loan ucapkan soal
menyembuhkan Giok Cin Cu, Bee Kun Bu merasa seperti
jantungnya ditusuk-tusuk
Pek Yun Hui yang budiman hampiri Bee Kun Bu dan
menghibur: "Kau tak usah terlampau sedih. Mungkin susiokmu
akan lekas sembuh."
Dengan tak terasa Bee Kun Bu diajari ilmu Melangkah
Ajaib
Dengan menggeleng-gelengkan kepala Bee Kun Bu
menyahut "Suhuku telah berpengharapan besar ketika ia
membawa Susiok ke rumahnya Sao Kong Gie. Tapi, Sao
Kong Gie yang terkenal seorang sinshe pandai juga tak
berdaya, Bahkan buah Sie Can Ko yang ia katakan dapat
menyembuhkan juga belum tentu berhasil Kini Suhu telah
pergi ke kuil toa Ciok Sie untuk mengambil buah itu. Siotee tak
berpengalaman di kalangan Kang-ouw, dan harus membawa
Sui-siok ke pegunungan Kun Lun, Siotee betul-betul
gelisah...."
"Melihat kau bertempur melawan Sao Siocia," kata Pek
Yun Hui, "Aku dapat katakan bahwa silatmu itu boleh juga dan

kau dapat melawan banyak di antara jago-jago silat di
kalangan Bu Lim. Tapi jika bertemu jago-jago yang betul-betul
lihay, kau pasti keteter" ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan
"Tentang Sao Kong Gie, ia hanya terkenal sebagai tabib yang
pandai Tapi ia bilang racun ular di tulang susiokmu hanya
dapat dibikin sembuh oleh buah Sie Can Ko. Tentang ini aku
tak yakin...."
Dengan kedua mata terbelalak, Bee Kun Bu menanyai
"Saudara Pek, apakah saudara dapat mengobati Susiokku?"
"Racun ular telah masuk ke dalam tulang, tabib yang
bagaimana pandai pun tak dapat mengobati." kata Pek Yun
Hui...
jawaban itu hanya membikin Bee Kun Bu lebih masgul lagi
Pek Yun Hui menghampiri ia membaui harum yang dihembus
angin dari tubuhnya. Harum itu luar biasa, Bee Kun Bu
menjadi terpesona karena harum itu, "Dengan Ceng Loan
yang demikian cantiknya di sampingmu, mengapa kau harus
sedih hati?" tegur Pek Yun Hui. "Ayo, aku antar kalian ke darat
agar kalian lekas-lekas kembali ke tempat penginapan."
Dengan tanpa kesukaran, perahu itu dikayuh dengan
cepatnya ke pinggir telaga, Pek Yun Hui mengantarkan
mereka ke darat sambil berkata kepada Lie Ceng Loan: "Kau
harus jaga baik-baik Bu Koko-mu, jangan sampai diambil
orang lain!" Lalu dengan menghadapi Bee Kun Bu ia berkata:
"Souw Hui Hong tak akan berhenti mencintai kau. Aku lihat ia
bukannya gadis biasa umumnya, Gadis yang luar biasa tak
mudah jatuh cinta, akan tetapi jika ia telah jatuh cinta terhadap
seorang pemuda, ia akan seperti seekor ulat sutera yang
mengurung dirinya dengan sutera yang ia keluarkan dari
mulutnya.
Dari zaman dahulu sehingga kini, berapa banyakkah jagojago
yang betul-betul dapat memandang harta benda dunia ini
seperti asap, atau keuntungan seperti sampah? Wanita yang
dapat melupakan asmara jumlahnya sedikit sekali Aku

khawatir asmara itu, karena tak terbalas, akan berubah
menjadi benci untuk mencelakakan Sumoymu, Mungkin kau
tak dapat menghindarkan kesulitan asmara segi tiga ini. Aku
hanya..." ia tak meneruskan kalimat itu, ia ubah kata-katanya:
"Aku hanya sebagai penonton, aku dapat melihat dengan
jelas, Sumoymu putih bersih, dan dalam hal asmara ia bukan
tandingannya Souw Hui Hong, Oleh karena itu, kau harus
senantiasa waspada...."
Sambil menganggukkan kepala, Bee Kun Bu menyahut
"Saudara Pek terima kasih atas peringatan ini. Tapi aku tak
menaruh hati kepada Souw Hui Hong, Jika ia jatuh hati
kepadaku, apakah aku tak bisa mencegah-nya?"
"Betul," kata Pek Yun Hui, "la mencari pusing sendiri Tapi
aku pun tak yakin kau tak mempunyai perasaan halus
terhadapnya."
Pereakapan itu didengar juga oleh Lie Ceng Loan. Untuk
menghibur Bee Kun Bu ia berkata: "Saudara Pek hanya
bersenda-gurau."
"Tapi," kata Lie Ceng Loan, "Jika Koko tidak baik terhadap
aku, aku tak dapat hidup lagi!"
"Kau tak usah khawatir, dan kau jangan berpikir yang
bukan-bukan," kata Bee Kun Bu, Lalu Pek Yun Hui mendesak
mereka kembali ke tempat penginapannya, Tapi Bee Kun Bu
berkata lagi: "Apakah aku boleh mengantar saudara Pek?"
Sambil tersenyum Pek Yun Hui berkata: "Aku seperti
seekor belibis, Angkasa yang luas ini adalah tempat aku
berkeliaran Aku merasa aman dimanapun Sudahlah, kalian
lekas-lekas kembali!" Setelah itu ia membalik badan dan
berjalan pergi kembali ke atas perahu nya.
Ketika tiba di tempat penginapan, hari sudah hampir fajar,
Bee Kun Bu antar Lie Ceng Loan ke kamar tidurnya, barulah
ia pergi ke kamarnya, Karena ia masih gelisah, ia tak dapat
tidur, sekonyong-konyong ia dengar suara orang. ia terkejut ia
bangun dari tempat tidurnya untuk menyelidiki dari mana dan

suara apakah itu! ia buka jendela, lalu loncat keluar dari
jendela, Semua kamar tertutup dan gelap, Hanya kamar Giok
Cin Cu masih ada lampu menyala, ia loncat ke depan kamar
Susioknya, Dengan satu dorongan ia buka pintu kamar itu.
Lalu dengan waspada ia masuk siap menyambut segala
serangan. ia lihat Giok Cin Cu tertidur di pembaringan dengan
kedua matanya tertutup, Tapi Liong Giok Pin berbaring di sisi
ranjang dengan kedua kakinya mengge!antung. Rupanya ia
terkejut dan coba bangun. Tapi ia telah ditotok jalan darahnya
sehingga tak berdaya dan tak bergerak! ia mendekati
pembaringan Susioknya, ia terkejut melihat seorang berbaju
hijau sedang memijit sambungan tulang lengan kanan
Susioknya, ia kenali orang itu adalah Pek Yun Hui, ia
menanyai "Saudara Pek, apakah yang kau sedang lakukan?"
Sambil tersenyum Pek Yun Hui berkata: "Aku telah totok
delapan jalan darah susiokmu T dan telah membikin longgar
tiga ratus enam puluh empat sambungan-sambungan
tulangnya. Jika kau sentuh ia, maka seluruh tulangnya akan
terlepas dari tempat aslinya, sebentar lagi racun ular dari
tulang akan mengalir ke jantungnya,"
Bee Kun Bu terkejut dan berseru: "Jika racun ular mengalir
masuk ke jantung Susiokku, Susiokku tentu tewas!"
"Jika ia tewas, kau bisa apakah?" sahut Pek Yun Hui. Lalu
ia bertindak keluar kamar Bee Kun Bu tak berani menyentuh
tubuh Susioknya, ia berdiri terpaku, Ke-mudian ia keluar
menghampiri Pek Yun Hui. Karena bingungnya ia mendesak
Pek Yun Hui dengan pertanyaan yang agak kasar "Aku
mengetahui bahwa saudara pandai sekali, Tapi jiwa orang tak
dapat dipermainkan!"
Pek Yun Hui tak menyahut Sikap ini membikin Bee Kun Bu
menjadi lebih marah lagi, dan dengan lupa akan
kedudukannya. Secepat kilat ia lontarkan satu tinju dengan
ilmu Cik Sou Pok Liong atau tangan telanjang menjotos naga.
Tapi... ia meninju angin Pek Yun Hui sudah hilang entah
kemana! ia melihat sekitarnya, ke atas atap rumah, ke semua

penjuru. ia keluar dari rumah penginapan itu, dan berteriak:
"Hai, Pek Yun Hui! seorang jantan berani berbuat berani
tanggung resiko, Kemana kau lari?"
Betul saja di bawah sebuah pohon besar di depan ia, satu
bayangan berkelebat Bee Kun Bu mengejar Orang itu lari,
Ketika dapat mengejar dekat, Bee Kun Bu hendak mengirim
jotosan lagi, Tapi orang itu bukan Pek Yun Hui, ia coba tarik
kembali tinjunya, tetapi orang yang dikejar itu membalikkan
tubuh dan batas menyerang dengan satu tendangan Bee Kun
Bu loncat ke atas untuk menghindarkan tendangan maut itu,
Mereka berhadap-hadapan Orang itu adalah orang yang
berbaju abu-abu yang mengayuh perahunya Pek Yun Hui.
Dalam suasana malam yang gelap, wajah mukanya tak terlihat
tegas,
Melihat Bee Kun Bu berhenti menyerang, si baju abu-abu
berkata dengan suara keras: "Hai! Anak kemarin berani
melawan majikanku? Dengan ilmu silat yang demikian itu kau
berani melawan majikanku? Biarlah aku yang beri ajaran!"
Tapi majikanmu Pek Yun Hui telah mencelakakan
Susiokku, Jika kau adalah bujangnya, aku beresi kau dulu!"
sahut Bee Kun Bu. "Ha! Tiga pemimpin partai Kun Lun hanya
merupakan jago-jago silat kecil Kau mu-ridnya, bisa apa? Jika
kau dapat melawan aku dalam tiga puluh enam jurus, kau
baru dapat menamakan diri seorang jago silat!" Baru saja ia
berkata, lalu kedua tinjunya dikirim berbareng ke tubuhnya
Bee Kun Bu.
Karena tidak membawa senjata, Bee Kun Bu harus
melawan dengan tangan kosong, dan dengan menggunakan
ilmu tinju Thian Kong Cong ia melawan si baju abu-abu itu.
sebetulnya ilmu tinju Thian Kong Cong hebat sekali Tapi
kepandaian lawannya lebih hebat pula, pertarungan baru
berjalan dua puluh jurus, Bee Kun Bu merasa mulai keteter. Si
baju abu-abu rupanya tidak ingin menyerang, ia hanya ingin
mengetahui kepandaian Bee Kun Bu. Pada saat itu terdengar
suara seorang wanita membentak "Hei, tua bangkai urusanmu
kau lalaikan! Tapi kau bertarung melawan anak kemarin dulu

ini! Apakah matamu buta? Apakah kau tidak ketahui maksud
majikan kita?"
Si baju abu-abu lalu loncat mundur dan berhenti bertarung,
ia berkata sambil tersenyum: "Jika aku betul-betul
melawannya, ia sudah tewas pada saat itu! Aku hanya mainmain
saja!" Lalu ia mengangkat kedua ta-, ngannya dan
berkata: "Bee Lotee, maaf!" Lalu ia balik badan, dan loncat
pergi entah ke mana!
Ketika itu Bee Kun Bu mengawasi wanita yang membentak
tadi, yang ternyata adalah seorang wanita berusia empat
puluh tahun lebih, berbaju kurung putih, ikat pinggangnya
kuning dan kepalanya dibungkus dengan kain hijau. ia
membawa dua pedang yang menonjol keluar dari atas
bahunya, ia berkata kepada Bee Kun Bu dengan ramah: "Bee
Siangkong, harap kau tidak menjadi gusar karena si tua
bangka tadi, ia berangasan Nanti jika ada kesempatan aku
akan menebus dosanya terhadap Bee Siangkong!" Lalu ia pun
balikkan badan dan pergi entah ke mana,
Pada saat itu Bee Kun Bu seperti orang baru sadar dari
mimpinya. ia memanggil-manggil wanita yang sudah pergi itu:
"Hei! Angkatan tua! Berhenti du!u! Hamba ingin menanyai
Entah dari mana si wanita itu loncat di hadapan Bee Kun
Bu, dan berkata: "Bee Siangkong terlampau hormat
sebetulnya apa yang ingin ditanya, Tapi janganlah aku
dipanggil angkatan tua."
Dengan mengerutkan kening Bee Kun Bu menanya:
"Apakah majikan angkatan tua juga Pek Yun Hui?"
Si wanita itu tak berani sebut namanya Pek Yun Hui. ia
hanya menyahut: "Majikan kami adalah dari kalangan sakti
wataknya agung dan budiman sebetulnya beliau jarang sekali
menjumpai orang, Bee Siangkong dapat mengenal beliau,
Betul-betul beruntung!"

Tapi Pek Yun Hui telah mencelakakan Susiokku yang
sedang menderita, ia harus mengetahui bahwa kami dari
partai Kun Lun tidak mudah dihinakan orang!"
Dengan menyengir, si wanita itu menyahut: "Bee
Siangkong, tiga pemimpin dari partai Kun Lun betul lihay .
silatnya, Tapi untuk melawan majikan kami... aku khawatir
sekali." Lalu ia loncat lari pula entah ke mana!
Dengan mata kepalanya sendiri Bee Kun Bu menyaksikan
betapa lihaynya ilmu meringankan tubuh dari wanita itu. Entah
bagaimana ilmu dari majikannya? ia bergidik memikirkan
serangan yang ia lancarkan kepada Pek Yun Hui tadi, ia
lekas-lekas kembali ke tempat penginapan Baru saja ia
bertindak masuk ke kamar, ia menyaksikan Giok Cin Cu masih
tetap tidur tak bergerak, sedangkan Ue Ceng Loan dan Liong
Giok Pin masing-mating berdiri di kiri kanan pembaringan itu.
Tapi di Mjung bantal kepala Giok Cin Cu ia lihat satu bangau
putih yang besar yang ia pernah jumpai di pegunungan Koat
Cong San.
Bangau itu melonjorkan lehernya yang panjang, dan dari
patoknya menggelantung satu tali perak yang ujungnya
dimasukkan ke dalam mulutnya Giok Cin Cu. Kini Bee Kun Bu
insyaf betul-betul bahwa Pek Yun Hui sedang berusaha
sekuat tenaga mengobati Susiok-nya. ia merasa malu sekali
terhadap Pek Yun Hui karena perbuatannya yang terburu
nafsu tadi, Pek Yun Hui lihat ia sekali, lalu meneruskan
usahanya menolong Giok Cin Cu dengan mengusap-usap
bangau putih itu, Lie Ceng Loan mendekati Bee Kun Bu dan
menanya, suaranya rendah: "Bu Koko, kau pergi ke mana?
Kawan Koko sedang mengobati Susiok"
"Aku keluar menghirup hawa segar, Sudahlah, jangan
berisik!" sahut Bee Kun Bu.
Pek Yun Hui tersenyum ketika bangau itu membuka kedua
sayapnya Bangau itu sedang menyedot racun ular dengan
menggunakan pipa perak Kemudian ia loncat dari ujung bantal
kepala ke lantai dengan sikap yang letih sekali, ia jalan

perlahan-lahan keluar dari kamar itu. Pek Yun Hui lalu
menguruti seluruh tubuh Giok Cin Cu, dan memijit-mijit semua
jalan-jalan darahnya, lalu ia berdiri menantikan akibatnya,
Perlahan-lahan mukanya Giok SIAN HOK SHH CW - T.s.s,
JUM 2 83
Cin Cu menjadi merah, dan tubuhnya kelihatan bergerak
Pek Yun Hui tersenyum karena ia yakin usahanya telah
berhasil! Bee Kun Bu mendekati Pek Yun Hui dan berkata:
"Saudara Pek Siotee salah besar! Mohon dimaafkan !"
Pek Yun Hui pejamkan kedua matanya, lalu menarik napas
panjang. Ketika ia buka lagi kedua matanya, ia tersenyum
terhadap Bee Kun Bu. Lie Ceng Loan keluarkan sapu
tangannya untuk menyeka keringat di mukanya Pek Yun Hui.
Selang beberapa saat Pek Yun Hui berkata kepada Liong
Giok Pin: "Racun ular yang telah merembes masuk ke dalam
tulang-tulang suhumu telah disedot keluar oleh bangau putih.
Aku telah melancarkan kembali jalan darah nya, menyambung
semua sambungan-sambungan tulang,
Suhumu perlu beristirahat dua hari lagi, dan ia akan
sembuh dan pulih sebagaimana sediakala, sebentar jika ia
mendusin, ia tentu menjadi lapar, dan kau harus berikan ia air
sayur ikan yang hangat jika ia tak tahan amis, dapat diganti
dengan air gula yang hangat Dan besok ia dapat makan atau
minum segala apa saja! Kemudian ia keluar dari kamar itu,
diikuti oleh Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan. Si bangau putih
masih berada di pekarangan di luar kamar "Saudara Pek,
harap kau berhenti sebentar!" mohon Bee Kun Bu. Pek Yun
Hui berhenti dan menoleh ke belakang. Lie Ceng Loan seperti
anak kecil menanya: "Apakah aku boleh menunggangi bangau
putih itu?"
Pek Yun Hui hanya tersenyum, ia hampiri Lie Ceng Loan
dan berkata: "Bangau itu kini sangat letih, Kelak jika kita
berjumpa lagi, aku berikan izin kau menunggangi bangau itu
selama setengah hari !amanya."

"Jika kita tak berjumpa lagi? Aku tak dapat menunggangi
Jika aku pelihara bangau, berapa lamakah bangau itu menjadi
besar untuk dapat ditunggangi?" tanya Lie Ceng Loan,
"Bangau putih itu sudah seribu tahun lebih usianya,
Menunggu bangau besar makan waktu lama, Bangau itu
bukannya aku yang pelihara, Orang yang telah memelihara
bangau putih ini sudah berada di liang kubur Lagi pula bangau
sebesar ini tak mudah dicari Tentang bangau ini ada banyak
kisahnya, Kelak kemudian hari jika ada kesempatan, aku akan
menceritakan kepadamu!"
"Kami ingin kembali ke pegunungan Kun Lun. Jika Koko
ingin mencari aku harus datang ke pegunungan tersebut,"
sahut Lie Ceng Loan,
Pek Yun Hui tersenyum, lalu ia totok kedua ujung jari
kakinya dan loncat ke atas atap rumah, Bangau itu pun
terbang mengikuti dia.
Bee Kun Bu ingin menghaturkan terima kasih lagi tapi Pek
Yun Hui telah loncat keluar Bee Kun Bu mengejar Meskipun
tampaknya seperti orang berjalan, tapi gerak majunya Pek
Yun Hui sangat pesat Sebentar saja ia telah berada di luar
kota. Bee Kun Bu terus mengejar sambil memanggil-manggil
Ketika itu sudah jam lima pagi, seluruh tubuhnya telah basah
dengan keringatnya, ia penasaran tentang sikapnya terhadap
Pek Yun Hui, dan ia tidak akan menjadi puas jika ia belum
menghaturkan maaf dan terima kasih kepada Pek Yun Hui
yang telah menolong Susioknya,
Tapi meski dengan ilmu meringankan tubuhnya ia telah
mengejar penolongnya itu, namun ia tidak berhasil ia menjadi
sangat menyesal ia pergi ke pinggir telaga untuk mencuci
muka. Ketika itu ia merasa ada orang di belakangnya
melemparkan sapu tangan,, Dari harumnya ia mengetahui
bahwa orang itu adalah Pek Yun Hui ia menoleh ke belakang,
Betul saja orang itu Pek Yun Hui, entah dari mana dan kapan
datangnya

Tadi kau demikian beringasnya! Belum lagi aku
menjelaskannya, kau telah menyerang aku!" kata Pek Yun Hui
"Aku mohon seribu maaf, Aku merasa malu terhadap diriku
yang tak mengenal budi orang. Aku minta maaf!" kata Bee
Kun Bu dengan mengucurkan air mata menyatakan
penyesalannya.
Sambil menyeka air matanya Bee Kun Bu, Pek Yun Hui
berkata: "Hm! Mengapa kau menangis seperti anak kecil?"
Bee Kun Bu tak menjawab ia awasi wajah Pek Yun Hui
yang tampan itu dengan sikap yang terpesona,
"Apa yang kau ingin katakan aku telah mengetahui Kau tak
usah mengetahui riwayatku, yang akan membuat kau lebih
pusing lagi!" kata Pek Yun Hui, lalu berjalan ke suatu hutan
pohon-pohon Liu. Bee Kun Bu mencegah: "Saudara Pek, aku
tak ingin mengetahui riwayatmu, Aku hanya sangat
mengagumi kepandaian dan budimu. Aku tak tahu cara
bagaimana membalas budi sebesar itu! Jika saudara Pek
dapat memberi ampun atas kesalahan-kesalahanku, aku baru
merasa lega!"
"Aku tidak menyalahkan kau," kata Pek Yun Hui sambil
memegangi pergelangan tangan kiri Bee Kun Bu. Bukan main
sakitnya pegangan ilu. Bee Kun Bu berusaha melepaskan
pegangan itu dengan membuka semua jari dan memulihkan
tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mengirim tinju ke
dada Pek Yun Hui Tapi Pek Yun Hui hanya mengegos sedikit
menghindarkan jotosan itu, dan pegangannya tak terlepas,
Meskipun mereka hanya terpisah satu tindak, akan tetapi
semua pukutan-pukulan Bee Kun Bu sedikit pun tidak
menyentuh tubuh PekYun Hui!
"Saudara Pek, lepaslah! Aku menyerah kalah! Rupa-nya
Saudara Pek ingin menguji silatku, jagalah jotosan ini!" Bee
Kun Bu berkata sambil melontarkan jotosannya lagi, Dengan
tangan kirinya Pek Yun Hui tangkis jotosan ilu, lalu loncat
mundur dua tindak sambil melepaskan pegangan pergelangan
tangan kirinya Bee Kun Bu,

"llmu silatmu masih kurang. Kau perhatikan aku bertindak
di atas tanah, lalu kau berlatih, inilah langkah ajaib, Dengan
tekun kau dapat pelajari dalam satu atau dua buIan, Kau juga
harus memperhatikan mantera (jam-pe) yang aku ucapkan
selagi melangkah." kata Pek Yun HuL
Kemudian Pek Yun Hui mempertunjukkan langkah ajaib
itu, sambil mengucapkan mantera: "Coa Cau Ing Hoan, Hie-
CekTo Tut, Ngo Heng Seng Khe, Ji Ciang Wee Jok (UIar lari
garuda terbang, ikan ngeluyur kelinci kabur, Lima langkah
ajaib sakti, Musuh kuat menjadi lemah). Dengan mantera itu
kau dapat melangkah keluar dari segala kepungan musuh.
Nah! perhatikan lagi!" ia mempertunjukkan pula langkah ajaib
itu.
Dengan penuh perhatian Bee Kun Bu mengawasi gerakgerik
langkah ajaib yang diajarkan itu sambil mengingatkan
mantera yang ia harus ucapkaa Ketika ia hendak
menghaturkan terima kasih, Pek Yun Hui telah loncat sepuluh
depa lebih jauhnya, dan selang sesaat telah lenyap!
Dengan berdiri tereengang Bee Kun Bu seka air mata di
pipinya, ia berseru seorang diri: "Bee Kun Bu! Bee Kun Bu!
Kau terlampau sembrono! Hampir saja kau membikin luka
hatinya seorang penoJong!" Lalu ia coba melaksanakan
langkah ajaib yang diajarkan oleh Pek Yun Hui tadi sambil
mengucapkan mantera, Setelah berlatih empat lima kali, ia
merasa telah dapat memahami Segera ia kembali ke tempat
penginapannya,
setibanya di tempat penginapan, ia terus pergi ke kamar
Susioknya, dan melihat Giok Cin Cu telah di atas
pembanngannya, Tapi ia tidak lihat Liong Giok Pin dan Lie
Ceng Loan, ia berlutut di depan pembaringan dan berkata:
"Susiok apakah badanmu merasa enakan?"
Giok Cin Cu buka kedua matanya, dengan menarik-narik
napas panjang, menyahut: "Aku kira aku akan lekas sembuh,
Aku harus berterima kasih kepada penolong itu. Hei! Kau
mengapa sekarang baru datang? Ceng Loan mencari kau

sedari pagi, dan kini ia belum kembali Aku telah suruh Giok
Pin mencari nya. Tapi sudah lewat dua jam, keduanya belum
ada yang kembali!"
Bee Kun Bu terkejut. ia berkata: "Baiklah aku cari mereka!"
Baru saja ia bertindak keluar, lalu tampak masuknya Liong
Giok Pin. "Liong Cici, apakah kau dapat lihat Lie Ceng Loan?"
Sambil menggelengkan kepalanya, Liong Giok Pin
menyahut: "Di sekitar kota ini aku telah mencari Orang kata ia
pergi ke pintu selatan. Aku telah pergi ke pintu selatan, tapi
aku tak menemui dia. Aku tidak tahu ke mana ia pergi, Hai!"
"Lie Ceng Loan masih hijau, Apapun ia tidak tahu, Aku
khawatir ia tersesat Susiok, perkenankan aku pergi mencari
ia!" kata Bee Kun Bu. Liong Giok Pin berkata lagi: Tapi kau
sedari kemarin belum tidur Kau tentu letih sekali Kau harus
beristirahat dahulu, biarlah aku yang pergi mencarinya."
Bee Kun Bu menggelengkan kepalanya dan berkata: "Aku
tidak letih, Lagi pula Susiok akan lekas sembuh. Liong Cici
lebih baik menunggui Susiok biarlah aku yang pergi mencari!"
Giok Cin Cu lalu berkata: "Loan-jie sangat naif. Ia tidak
bisa pergi ke tempat jauh, Mungkin sebentar lagi ia kembali
Aku sekarang merasa agak segar jauh. Jika penolong itu tidak
keliru, mungkin besok aku sudah bisa bangun, dan mencari
Loan-jie. Jika kau mau pergi juga, kau harus makan dahulu,
Ketemu atau tidak, malam ini kau harus pulang."
sebetulnya ada beberapa kata-kata yang Bee Kun Bu
hendak beritahukan Susioknya, tapi dalam keadaan cemas itu,
ia hanya memikiri akan keselamatan Sumoy-nya. ia lekaslekas
makan sedikit sarapan, lalu ia bawa pedangnya menuju
ke pintu selatan,
ia mencari di mana-mana sambil menanya-nanya segala
orang, tapi ia tak berhasil Ketika cuaca sudah menjadi gelap
dan ia sedang berdiri di pinggir jalan dengan mata dan kuping
melihat dan mendengar segala sesuatu, tiba-tiba dari tempat
jauh terdengar suara larinya kuda, Betul saja kemudian

tampak dua ekor kuda sedang lari dengan pesat sekali, Kedua
orang ini naik kuda dari tempat jauh, Mungkin mereka telah
menjumpai Lie Ceng Loan, Baiklah aku tanya mereka pikir
Bee Kun Bu.
Lalu ia berdiri di tengah jalan untuk minta orang-orang
yang berkuda itu berhenti tapi seorang di antara penunggang
kuda itu membentak: "Siapakah berani mencegat kami! Apa
kau cari mati!" Bentakan itu dibarengi dengan serangan dua
golok! Bee Kun Bu terpaksa loncat ke belakang
menghindarkan serangan-serangan kedua golok itu, Pada
saat itu kedua kuda itu juga telah dihentikan Dengan
mengangkat kedua tangannya memberi hormat, Bee Kun Bu
berkata sambil tersenyum: "Kedua saudara harap maafkan
kelancanganku, Maksud aku menghentikan kedua saudara
ialah ingin menanyakan sesuatu, Aku tak bermaksud jahat."
Kedua penunggang kuda itu juga sudah turun dari kuda
nya, dan dengan golok terhunus mendengari ucapan Bee Kun
Bu. Orang berdiri di sebelah kanannya adalah seorang yang
tinggi kurus, berusia lebih kurang empat puluh tahun, ia
menyahut: "Saudara ingin menanyakan sesuatu, tapi caranya
seperti orang ingin membegal!"
"Sekali lagi aku minta maaf atas kelancanganku," kata Bee
Kun Bu dan ia mengangkat kedua tangannya memberi hormat
puIa, Dengan sikap ramah itu kedua orang itu menjadi saban
Mereka lalu simpan goloknya dan yang satu menanyai "Kau
ingin menanya apa? Lekas-lekas bilang kami harus mengejar
waktu!"
"Apakah kedua saudara menemui seorang gadis berbaju
merah?" tanya Bee Kun Bu.
Mereka hanya saling lihat melihat, lalu sambil menghadapi
Bee Kun Bu mereka hanya goyang-goyang kepala dan segera
naik kuda hendak berlalu, Sikap itu mencurigakan Bee Kun
Bu. ia menanya dengan suara keras: "Hei! Aku menanya

dengan hormat, tetapi kalian tidak menjawab! Cara apakah
ini!"
Salah satu kedua orang itu menyahut dengan mengejek
"Jika kami benar-benar sudah Iihat, tetapi tidak ingin
memberitahukannya, kau mau apa?"
"Jika demikian, jangan pikir kalian dapat lewat dari sini!"
sahut Bee Kun Bu dengan beringas, "Sabar saudara,
Meskipun kami beritahukan, saudara tak dapat berbuat apaapa."
Lalu ia kedut tali les kudanya hendak berlalu, Bee Kun
Bu pikir bahwa mereka harus dipaksa, Dengan satu loncatan
ia terkam kedua orang itu dengan ilmu Cong Hok Sao Yan
atau bangau hijau menyambar burung walet, Orang yang di
sebelah kanan segera kirim tinju kirinya dengan ilmu Heng
San Lan Houw atau tubuh - melintang menghalangi harimau,
dan tangan kanannya menyodok perut Bee Kun Bu dengan
Yap Tee Tao atau menjumput buah di bawah daun.
Tapi Bee Kun Bu telah lihat sodokan itu. ia lekas-lekas
ubah serangannya dengan ilmu Cek Sou Pok Liong atau
tangan telanjang menerkam naga, sehingga lawannya
terlempar dari kudanya. Kawan-nya tidak tinggal diam,
Dengan golok terhunus ia terjang Bee Kun Bu dengan
kudanya, Bee Kun Bu yang telah mahir betul ilmu silat pedang
Kun Lun dari Hian Ceng Totiang, dan ilmu silat tinju dari Ngo
Kong Toa-su, i ditambah pengalaman-pengalamannya
semenjak ia keluar dari kuil San Ceng Koan, dengan mudah
dapat mengelakkan serangan dari lawannya dengan ilmu Ngo
Heng Mie Cong Pu atau langkah ajaib yang ia baru saja
belajar dari Pek Yun Hui. Golok yang datang menyerang
padanya hanya menyodok angin!
Lawannya menjadi heran. ia belum lagi sadar dari
herannya itu, tinju kirinya Bee Kun Bu telah menjotos bahunya
dan segera goloknya itu terlempar dari tangan, dan ia juga
terjerunuk dari kudanya ke jalan raya itu! Satu tendangan
menyusul di pahanya, ia tak dapat bangun lagi!

Si kurus yang hanya terlempar dari kudanya segera
bangun dan berkata: Tidak dinyana malam ini kita bertemu
seorang jago silat yang lihay, Saudara dengan ilmu silat yang
lihfiy itu sebetulnya siapa?"
Bee Kun Bu menggelengkan kepalanya: "Aku bukannya
berniat bertarung melawan kalian, Kita tidak kenal satu sama
lain dan kita tak mempunyai dendam. Aku pun menyesal
harus menggunakan kekerasan Untuk mengetahui namaku,
saudara harus lebih dahulu beritahukan aku tentang gadis
berbaju merah, Jika tidak, aku terpaksa akan menggunakan
kekerasan lagi!"
Si kurus menyahut: "Aku tidak takut mati. Jika saudara
ingin menggunakan kekerasan, saudara seperti juga orang
bermimpi di siang hari!"
Jawaban itu membikin Bee Kun Bu insyaf bahwa kedua
orang itu pasti telah menjumpai Lie Ceng Loan, Lalu ia
membentak: "Jika kalian tidak mau memberitahukan aku
terpaksa menggunakan kekerasan lagi!" perkataan itu ia
barengi dengan totokan di lengan kirinya si kurus, "Jika kau
masih tidak mau memberitahukan aku akan bikin patah
lenganmu ini!" ia mengancam Si kurus setelah ditotok lengan
kirinya tak berdaya lagi, tapi ia masih saja bungkam. Bee Kun
Bu terpaksa patahkan lengan kirinya itu.
Demikianlah si kurus menjadi pingsan, dan kawannya
masih tak dapat bangun karena tendangan di pahanya, Bee
Kun Bu tidak tega melihat keadaan satrunya, ia tolong
sambungan tulang yang patah, membebaskan jalan darahnya
si kurus yang kemudian perlahan-lahan sadar kembali ia juga
pijit jalan darah pahanya kawan si kurus yang juga perlahanlahan
bangun kembali ia hampiri lagi si kurus, dengan ramah
ia berkata: "Gadis berbaju merah itu adalah Sumoyku, jika kau
telah menjumpai ia, kau harus beritahukan aku, dengan
demikian kau telah menolong aku."
Si kurus merasa berterima kasih atas pertolongan Bee Kun
Bu, tetapi ia masih tetap bungkam "Kau tidak mau beritahukan

aku, mungkin ada sebab-sebabnya," kala Bee Kun Bu, "Aku
hanya minta kau beritahukan jalan mana yang ditempuh
Sumoyku, Dan aku tak akan mengganggu kalian lagi!"
Si kurus mulai tergerak hatinya, rupanya ia hendak berikan
keterangan Tiba-tiba dari tempat yang jauhnya lebih kurang
dua depa lebih terdengar suara orang mengejek Suara itu
membikin terkejut si kurus, Bee Kun Bu berdiri tegak dengan
waspada, ia melihat dari tempat itu seorang berusia lebih
kurang lima puluh tahun berpakaian rapi dan membawa
senjata martil di pinggangnya, Orang itu tak lain daripada
kepala bendera hitam cabang partai silat Thian Liong, Kiok
Goan Hoat.
Datangnya Kiok Goan Hoat itu membikin Bee Kun Bu
kaget ia baru saja ingin menanya, tapi Kiok Goan Hoat berkata
lebih dahulu: "Aku kira siapa? Serunya murid dari partai Kun
Lun. Kau telah menali dua orangku dengan maksud apa kah
?"
Bee Kun Bu pikir ia tak dapat melawan Kiok Goan Hoat ia
tak ingin mencari pusing melawan Kiok Goan Hoat yang lihay
itu. ia mengangkat kedua tangannya memberi hormat dan
berkata: "Aku telah menahan dua orang ini tidak dengan
maksud jahat Aku pun tidak mengetahui kalau kedua orang ini
adalah orang-orang nya angkatan tua, Aku minta maaf."
Kiok Goan Hoat tidak menyahut ia menghampiri si kurus
dan kawannya sambil membentak: "Kalian masih juga belum
berlalu, menunggu apa?!" Dengan paksakan diri, meskipun
mereka masih merasa kesakitan dari tendangan dan totokan
Bee Kun Bu, mereka cepat-cepat lekas naik kuda dan berlalu
dari tempat itu. Setelah kedua orang itu berlalu, Kiok Goan
Hoat berkata lagi kepada Bee Kun Bu: "Orang-orang dari
cabang partai Tian Liong tidak dapat dihina! Mengapa kau
menghukum mereka? Apakah salahnya mereka? Aku masih
pandang ketiga pemimpin dari partai Kun Lun, aku dapat
ampuni jiwamu hari ini!"

Lalu ia mendekati Bee Kun Bu. Bee Kun Bu pikir tak dapat
mengelakkan pertarungan lagi, ia segera mengumpulkan
tenaga dalamnya, dan berdiri mengawasi kedua matanya Kiok
Goan Hoat Dengan secepat kilat Kiok Goan Hoat menotok
bahu kanannya Bee Kun Bu. sedangkan tinju kirinya
menyodok perut! Bee Kun Bu terkejut ia sambar dan pijit
pergelangan tangan kanannya Kiok Goan Hoat yang datang
menotok bahunya dengan tangan kirinya, dan dengan tangan
kanannya ia menyerang lawannya dengan ilmu Kim Kang Kay
San atau besi baja membongkar gunung, salah satu jurus dari
Cap Pwee Lo Han Cong yang ia dapat pelajari dari Ngo Kong
Toa-su. Kali ini, Bee Kun Bu telah menggunakan dua jurus
ilmu tinju yang berlainan satu menggempur dan satu
menyerang, Dan jurus-jurus itu mengejutkan Kiok Goan Hoat
yang memandang remeh satrunya,
Bee Kun Bu harus mencari-cari di pegunungan Koan San
mencari Lie Ceng Loan.
Tapi Kiok Goan Hoat betul-betul seorang jago silat yang
lihay sekali, dan ilmu tenaga dalamnya telah mahir betul
Melihat serangan-serangannya gagal, ia dapat lekas-lekas
ubah jurus-jurusnya, Ketika Bee Kun Bu menarik tangan
kanannya, ia maju setindak untuk menggempur dadanya Bee
Kun Bu dengan kedua tinjunya berbareng.
Bee Kun Bu tidak dapat melawan Kiok Goan Hoat dengan
ilmu tenaga dalamnya, ia kalah banyak dalam pengalaman
melawan jago-jago silat dari kalangan Kang-ouw. Ketika dua
tinju itu menyerang dadanya, ia hanya dapat loncat mundur ke
belakang secepat kilat.
Kiok Goan Hoat mengagumi cara lawannya mengelakkan
serangannya itu. Tapi ia pun menjadi panas, karena tiap-tiap
serangannya dapat diegosi atau dihindari Bee Kun Bu harus
bersyukur bahwa ia telah mahir betul dalam ilmu tinju Thian
Kong Cong, ia berhasil melawan Kiok Goan Hoat selama dua
puluh jurus, sebaliknya Kiok Goan Hoat merasa heran
mengapa ia masih juga tidak dapat menakluki lawannya dalam
dua puluh jurus itu. ia terus serang lawannya semakin gencar

bagaikan turunnya hujan. Bee Kun Bu sibuk mengelakkan
serangan-serangan itu. ia terkurung oleh jotosan jotosan. ia
harus berusaha melepaskan diri dari serangan- serangan
yang gencar itu, atau ia bisa binasa di tangan lawannya,
Ketika itu Bee Kun Bu betul-betul berada dalam kedudukan
yang berbahaya, ia merasa ia tak mempunyai tenaga lagi
untuk menangkis serangan-serangan yang dilancarkan
bertubi-tubi, dan tubuhnya basah kuyup dengan keringatnya.
ia yakin ia tak dapat bertahan sepuluh jurus lagi Pada saat itu,
ia ingat ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu atau langkah ajaib yang
ia baru saja dapat pelajari dari Pek Yun Hui, si orang sakti itu,
ilmu itu ia baru mempelajari nya, mungkin ia belum mahir betul
Tapi dalam keadaan yang mendesak itu, mengapa ia tidak
mau coba ?
Dengan bertekad, ia kumpulkan semua tenaga dalamnya,
ia lancarkan tiga jurus istimewa dari ilmu Thian Kong Cong ke
arah lawannya, Kiok Goan Hoat terpaksa mundur, karena
serangan-serangan itu dilancarkan dengan nekad! Kini Bee
Kun Bu tidak menjaga diri lagi, bahkan tems-menerus
serangan- serangan itu membikin Kiok Goan Hoat terheranheran.
sebetulnya ia bermaksud menawan Bee Kun Bu hiduphidup,
tetapi setelah diserang kembali, lawannya itu menjadi
beringas.
Dengan semua tenaga dan kepandaiannya ia kirim dua
tinjunya lagi! Tapi apakah hasilnya, ia menyerang bayangan!
ia menjadi lebih heran lagi, ia melihat di sekitarnya, tapi ia tak
dapat melihat Bee Kun Bu! ia berdiri dengan kedua mata
terbelalak bahna herannya, Tiba-tiba di belakangnya ia dengar
suara orang tertawa, Dengan membalikkan tubuh secepat kilat
ia kirim satu jotosan lagi, karena ia berpendapat walau ia tak
dapat pukul lawannya dengan tinjunya, angin dari tinjunya itu
cukup keras untuk merubuhkan lawannya,
Namun hanya daun-daun pohon-pohon yang
berhamburan. Bee Kun Bu entah berada di mana! Kali ini Kiok
Goan Hoat mengeluarkan keringat dingin, "Apakah anak
kemarin dulu ini mempunyai ilmu ajaib? Tinju yang aku kirim

seratus delapan puluh derajat itu belum pernah gagal
merubuhkan lawan ku. Tapi kali ini tanpa hasil!" ia pikir Lalu ia
loncat ke pinggir dan menoleh ke belakang. Bee Kun Bu tetap
berdiri di tempat tadi, ia ingin menanya lawannya tentang ilmu
yang digunakannya itu, tetapi ia tak dapat ucapkan.
Maka dengan paksa tertawa, ia berkata: "Partai silat Kun
Lun terkenal sebagai salah satu dari sembilan partai silat yang
dimalui. Kini aku baru mengetahui karena mempunyai ilmu
sihir!" Sambil bicara ia siap memukul lagi lawannya dengan
maksud membinasakan Tapi Bee Kun Bu berdiri dengan
waspada. ia ucapkan mantera dari Ngo Heng Mie Cong Pu
atau langkah ajaib dalam halinya, ia tak dengar sedikit pun
perkataannya Kiok Goan Hoat Melihat perkataannya tidak
digubris, Kiok Goan Hoat menjadi makin murka, ia totok ujung
jari kedua kakinya dan loncat menerkam dengan dua tangan
nya.
Bukan main hebatnya terkaman itu, karena dilepaskan
dengan tenaga dalam dan datangnya sangat cepat Tapi Bee
Kun Bu hanya mengegos sedikit saja, dan ia telah berada,
entah dimana. Kiok Goan Hoat menerkam angin! Kiok Goan
Hoat yang telah berkecimpungan beberapa puluh tahun di
kalangan Kang-ouw, dan pernah bertempur melawan jagojago
sifat yang lihay, belum pernah menyaksikan ilmu silat
yang dipertunjukkan Bee Kun Bu. ia berdiri terpisah dari Bee
Kun Bu hanya satu depa, tapi Bee Kun Bu seperti juga
bayangan iblis sebentar muncuI, sebentar hilang, sebentar di
depan, dan sebentar di belakang ia menjadi jeri. Lawan yang
dipandang remeh ini mungkin dapat membunuh mati ia!
sedangkan Bee Kun Bu dilain pihak pun merasa khawatir ia
khawatir jika ia gagal melancarkan ilmu Ngo Heng Mie Cong
Pu yang ia dapat pelajari dari Pek Yun Hui.
Tapi kemudian ia bersyukur karena tanpa ilmu itu, mungkin
ia telah menjadi mayat! "Apakah perlu aku melawan terus,
sedangkan Lie Ceng Loan belum ketemu? Mungkin Sumoyku
telah ditawan atau dibokong orang," ia pikir "Dua penunggang

kuda yang aku jumpai tadi adalah orang-orangnya partai Tian
Liong, dan Kiok Goan Hoat adalah kepala dari bendera hitam
dari cabang partai itu, jika Kiok Goan Hoat hendak menangkap
Lie Ceng Loan, hal itu tak sukar bagi nya. Aku harus pergi ke
markasnya partai Tian Liong untuk mencari Sumoyku!"
Setelah berkeputusan demikian, ia tak ingin kembali lagi ke
tempat penginapannya untuk memberitahukan maksudnya
kepada Giok Cin Cu karena khawatir ia ditahan lagi Maka
tanpa diketahui oleh Kiok Goan Hoat, ia berlalu dari tempat
pertarungan itu untuk pergi ke markas partai Tian Liong
mencari Sumoynya, Di sepanjang jalan ia tak lupa
meninggalkan tanda dari par-tainya di pongkol-pongkol pohon
yang dapat menunjukkan ke mana ia telah pergi kepada
orang-orang dari partai Kun Lun.
sepanjang malam ia meneruskan perjalanannya ke markas
partai Tian Liong yang terletak di sebelah utara propinsi Kwiciu.
Pada keesokan paginya ia telah tiba di suatu kota, kota
kecil di mana ia membeli sarapan untuk menangsal perutnya
yang lapar Lalu ia melanjutkan perjalanannya lagi, B jasanya
kalau Lie Ceng Loan berada di sampingnya, ia tak terlalu
hiraukan, Kini setelah ia ketahui Lie Ceng Loan tidak pulang,
ia menjadi gelisah bagaikan semut di dalam kuali panas, ia
baru insyaf betapa hebatnya ia mencintai gadis itu.
Dihari kedua, ia telah tempuh empat ratus sampai lima
ratus lie, dan telah tiba di kota Tong Kia Sip di propinsi Kiangsi.
Kota itu meskipun tidak besar, tetapi terletak di jalan yang
strategis, sehingga ramai sekali, ia mencari tempat
penginapan dengan maksud untuk beristirahat dan
mendengar-dengar kabar tentang Sumoy-nya.
Tapi ia cari satu restoran untuk minum dan makan, ia telah
menempuh perjalanan hampir lima ratus lie dalam dua hari
Maka setelah minum beberapa cangkir arak, ia tertidur di meja
makan, ia telah tertidur selama satu jam. Ketika ia terbangun
dari tempat tidurnya dan hendak membayar pegawai restoran
berkata: "Kawan saudara telah membayarnya semua
makanan dan arak itu...."

Bukan main terkejutnya Bee Kun Bu. ia berjingkrak
sehingga cangkir arak jatuh dari atas meja ke lantai sehingga
hancur peristiwa itu telah menarik perhatiannya tamu-tamu
lain di restoran itu. Bee Kun Bu Iekas-lekas menenangkan diri
dan menanya pegawai restoran itu: "Ketika kawanku pergi,
apakah ia meninggalkan pesan? Dan kawanku itu,
bagaimanakah air mukanya? Berusia berapa ?"
pegawai itu pun menjadi heran melihat sikap yang terburu
nafsu dari Bee Kun Bu. Sambil tersenyum ia menyahut: "la
sudah berusia kira-kira lima puluh tahun lebih, tubuhnya kate
dan kurus, Setelah saudara datang, ia pun masuk ke restoran
ini, Tapi ia tidak ketemui saudara, ia duduk sedikit jauh dari
saudara. Apakah saudara tidak melihatnya?"
Bee Kun Bu melihat meja yang bekas ditempati oleh
kawannya, Betul saja di atas meja itu telah tertulis dengan jari
tangan yang bunyinya: "Gadis itu dalam keadaan selamat,
Kau boleh minum sehingga mabuk tanpa khawatir!" Tapi
tulisan itu tak ada tanda langannya, dan itulah yang
memusingkan kepalanya, siapakah kawannya itu? Semenjak
ia menceburkan diri di kalangan Kang-ouw selama tiga bulan,
ia telah menjumpai dan mengalami peristiwa-peristiwa yang
aneh dan ganjil orang-orang yang ia jumpai seperti juga naganaga
yang datang keluar dari pedut atau lautan, ia pasti tak
dapat keterangan apapun dari restoran itu, ia tak menanya
Iagi. ia berikan uang untuk mengganti cangkir arak yang telah
pecah, lalu keluar dari restoran itu. ia berjalan di sepanjang
pinggir sungai untuk mengenangkan peristiwa-peristiwa di
hari-hari yang lampau.
Dengan tak terasa olehnya, ia telah berjalan sampai senja,
ia hendak kembali ke tempat penginapannya, Setelah berjalan
lebih kurang satu jam, dari depan mendatangi sebuah kereta
yang dikendarai dengan pesat oleh seorang laki-laki yang
bertubuh besar, berbaju putih dan mengikat kepala dengan
kain putih, kereta itu dihentikan dekatnya, Lalu pengendara itu
keluarkan satu terompet tanduk, ia tiup terompet tanduk itu,
Nada yang keluar dari terompet itu nyaring dan ganjiL

Kemudian pengendara itu loncat turun dari keretanya dan
sebentar-sebentar ia menoleh ke arah sungai.
Di dalam kereta itu terdengar suara orang merintih, Bee
Kun Bu menjadi curiga mendengar suara rintihan itu, ia cabut
pedangnya, dan datang menghampiri kereta itu untuk
memeriksa suara rintihan di dalam kereta itu, Ketika ia periksa
kereta itu, ia menjadi bengong, Di dalam kereta bukannya Lie
Ceng Loan yang ia sedang cari, tetapi tiga orang laki-laki yang
menderita luka parah, pada saat itu pengendara yang
bertubuh besar itu telah datang menyerang dari belakang,
jotosan itu hebat tapi hanya mengegos sedikit lalu dengan
pedang terhunus ia menanyai" Apakah kau orangnya partai
Tian Liong?"
"Betul," sahut si pengendara itu. "Kawanmu bagaimana
memperoleh luka parah? Dan mana pengawal lam-lainnya?"
tanya Bee Kun Bu.
pertanyaan itu membingungkan pengendara itu, karena
orang-orangnya partai Tian Liong dengan lima cabangcabangnya
sangat banyak jumlahnya, mungkin ribuan, ia
hanya dapat menjawab: "Pengawal kami telah ditawan dan
kami berempat telah melawan mati-matian."
"Apakah saudara datang untuk menyambut kami?" Lalu ia
angkat tangan kanannya dengan dua jari di-bengkokkan ke
depan. itulah tanda memberi hormat dari partai Tian Liong dan
juga tanda dari salah satu cabang-cabangnya, Sudah tentu
Bee Kun Bu tidak mengerti arti daripada tanda itu, ia tidak
membalas.
Si pengendara segera mengetahui bahwa Bee Kun Bu
bukan dari partai Tian Liong, Dengan murka ia membentak:
"Hai! Anak sambel! Kau berani menipu kami!" bentakan itu
dibarengi dengan satu jotosan,
Dengan ilmu Pik Men Tui Goat atau tutup pintu
menghalangi bulan Bee Kun Bu mengelakkan jotosan itu

dengan tangan kirinya, sedangkan pedang di tangan
kanannya sudah berada di tenggorokan pengendara kereta
itu, "Aku bukan orangnya partai Tian Liong, tapi aku pun
bukan musuh dari partaimu, Aku hanya ingin menanya kau
suatu hal," kata Bee Kun Bu. Karena orang itu telah
menyaksikan betapa lihaynya silat Bee Kun Bu, dan ujung
pedang telah berada di tenggorokannya, ia menyahut:
"Saudara mau tanya apa?"
"Bagaimana kalian dapat luka parah?" tanya Bee Kun Bu.
"Kami sedang membawa seorang gadis berbaju merah,
lalu ada orang yang merebut tawanan kami, dan pengawal
kami juga telah terluka meskipun kami telah melawan matimatian
sehingga menderita luka parah," menjelaskan orang
itu,
"Siapakah yang merampas gadis itu?" tanya Bee Kun Bu
dengan cemas, "Dan dibawa ke mana?"
"Yang merampas adalah dua Hweeshio (paderi) dan entah
ke mana dibawanya," sahut orang itu,
Dengan murka Bee Kun Bu membentak: "Ka(ian dari partai
Tian Liong mengapa menculik gadis itu!"
"Kami menculik ia atas perintah atasan. Apakah kau berani
menemui pemimpin kami di markas?" kata orang itu.
Dengan mengejek Bee Kun Bu berkata: "Salah satu
pemimpin cabang partaimu, Kiok Goan Hoat, aku telah jumpai,
dan ilmu silatnya tidak mengejutkan orang, Mar-kas partai
Tian Liong belum tentu merupakan suatu benteng dengan
tembok besi. Mengapa aku takut pergi ke sana? Tapi orang
yang diculik telah dirampas lagi, aku tak perlu lagi pergi ke
markas Thian Liong untuk mencari korban, Aku pun tidak sudi
mendesak orang di dalam kesukaran...."
Belum lagi pembicaraannya setesai, tiba-tiba dari satu
perahu yang baru saja dipinggiri meloncat ke darat empat
orang laki-laki yang bertubuh kasar dan besar, yang segera
menghadapi Bee Kun Bu. Orang yang mengendarai kereta,

setelah melihat kawan-kawannya telah datang, lantas
menuding Bee Kun Bu dan membentak: "Hei! Anak kemarin!
Apakah kau berani melawan pemimpin kami!"
Bee Kun Bu yang telah dengar bahwa Lie Ceng Loan telah
diculik oleh orang-orangnya partai Tian Liong, dan ia sendiri
dibentak-bentak telah hilang kesabarannya, Dengan murka ia
menjerit: "Na! Kalian semuanya rasai ini!" ia membarengi
jeritan itu dengan satu sabetan pedang kepada lima orang itu
dengan ilmu Hen Hua Cun le atau bunga berhamburan
ketimpa hujan. jurus itu, adalah salah satu jurus istimewa dari
Cui Hun Cap Ji Kiam.
Serangan itu betuI-betul seperti berhamburannya bungabunga,
sehingga lawan-lawannya tak mengetahui bagaimana
harus menangkisnya. Kelima orang itu segera mundur teratur
menghindarkan sabetan pedang yang lihay itu. Bee Kun Bu
membentak lagi: "Kalian menculik Sumoyku atas perintah
atasan Aku harus menyelidiki dahulu untuk membikin
perhitungan yang setimpal sekarang aku hanya menanyakan
kemanakah Sumoyku di bawa. jikalau kalian dusta, pedangku
ini akan kirim kalian ke akherat!"
Si pengantin insyaf bahwa mereka berlima tak dapat
melawan Bee Kun Bu. ia menyahut: "Orang yang merampas
gadis baju merah betul dua orang Hweeshio, Ke mana
dibawanya, kami betul-betul tak tahu. Sumoymu betul diculik
oleh partai Tian Liong, tapi telah dirampas lagi oleh orang Iain.
Urusan ini kami dari partai Tian Liong tidak akan tinggal diam.
Gadis itu dirampas lagi dekat tempat pekuburan yang letaknya
dari sini lebih kurang tiga puluh lie. Saudara boleh pergi lihat."
Bee Kun Bu hanya dapat pereaya apa yang diberitahukan
Yang penting ialah menolong Sumoynya, Maka ia
meninggalkan mereka dan menuju ke tempat yane ditunjuk
tadi, Dengan semangat yang menyala-nyala Bee Kun Bu telah
tiba di tempat pekuburan itu dalam jangka waktu selama orang
makan nasi, Dengan matanya yang jeli ia melihat di sekitarnya
Pohon-pohon yang tinggi dengan bayangan-bayangannya
yang menyeramkan membikin bulu roma berdiri Betul di atas

tanah Bee Kun Bu melihat tanda-tanda darah dan rumput
telah diinjak-injak orang.
Melihat keadaan itu rupanya tempat tersebut pernah terbit
pertarungan ia menyelidiki terus, tapi tak ada tanda lain yang
dapat menunjukkan jejaknya Lie Ceng Loan. "Hweeshio-
Hweeshio jumlahnya sangat ba-nyak. Di kuil manakah aku
harus mencari dua Hweeshio itu yang dikatakan telah
merampas Sumoyku?" tanyanya kepada diri sendiri Makin
dipikir, makin cemas ia atas keselamatan Sumoynya. Air
matanya mengucur keluar dari kedua matanya memikiri nasib
Sumoynya, ia duduk di atas suatu gundukan tanah kuburan,
memikiri jalan yang ia harus tempuh.
sekonyong-konyong dari belakangnya ia dengar suara
orang menarik napas, ia menoleh ke belakang dan mengawasi
ke jurusan datangnya suara itu. Di atas satu bongpay (batu
nisan) terlihat seorang berbaju putih, ia berdiri siap
menghadapi segala sesuatu. Tapi orang itu segera lenyap
kembali. ia datang menghampiri ke tempat orang itu berdiri, ia
temukan satu sapu tangan putih dengan tulisan yang berbunyi
"Sumoymu mengalami rintangan lagi, Aku tak mengetahui
jejaknya lagi, Mung-kin dibawa oleh rampok. Tapi jika
Sumoymu diganggu, aku pasti membalas. Harap saudara
sabar, dalam satu bulan tentu ada kabar baik!"
Membaca tulisan itu, Bee Kun Bu makin cemas dan murka
besar, tapi tak berdaya, "Kemana aku harus pergi
mencarinya?" Pikirnya, Ketika itu sang fajar telah menyingsing,
dan ia tetap masih berdiri termenung! Ke-mudian ia
dengar suara orang menegur "Bee Lotee! Kau baik-baik?
Tidak diduga kita bertemu lagi di sini!"
Bee Kun Bu hadapi orang yang menegurnya, Orang itu
adalah Tee Ju Liong, pemimpin cabang partai Tian Liong di
daerah sungai Yang-tse, yang ia pernah jumpai di pinggir
telaga Tong Teng, Di belakang Tee Ju Liong ada dua orang
laki-laki bertubuh besar dan bersenjata golok sedang
menuntun tiga ekor kuda, Bee Kun Bu menyahut ketika Tee Ju
Liong sudah datang dekat sekali: "Partai saudara betul besar

dan orang-orangnya tersebar diseluruh selatan sungai Tapi
banyak orang-orang itu bersifat perampok Apakah Tee Cong
piauw juga datang ingin menculik aku?"
Mendengar jawaban itu, Tee Ju Liong menjadi marah. ia
membentak: "Bee Lotee, mengapa bicara demikian kasar?!
Aku telah menjelaskan bahwa aku datang untuk mengambil
peta Cong Cin To- Kini telah ternyata kitab-kitab Kui Goan Pit
Cek itu telah diambil orang. Antara kita berdua tidak ada
permusuhan atau sengketa lagi, Tapi Bee Lotee, kau
membuka mulut menghina aku. ini apakah maksudnya?!"
Dengan suara mengejek, Bee Kun Bu berkata: "Ada orang
dari partaimu yang mulutnya manis sekali, tapi hatinya ingin
membunuh perkataan yang enak didengar itu tak terbukti
baiknya, tapi terbukti dengan perbuatan perbuatan yang keji.
Tee Cong Piauw mungkin juga datang untuk menculik aku!"
Tee Ju Liong menjadi heran dengan ucapan yang pedas
itu, ia menanya lagi: "Bee Lotee, kau harus bicara sopan
sedikit Meskipun kau seorang murid kesayangan Hian Ceng
Totiang yang berbudi terhadap aku, kau tak dapat bicara
demikian kasarnya terhadap aku. 0rang-orangku semalam
telah diserang di tempat tidak jauh dari sini dan keempatempatnya
telah menderita luka parah, Bahkan orang tawanan
yang mereka sedang bawa dirampas! Aku setelah mendapat
kabar, segera datang untuk menyelidiki dan aku tak sangka
bisa berjumpa lagi dengan Bee Lotee...N ia berhenti sejenak,
lalu melanjutkan Tapi semalam orang-orangku telah
menjumpai juga , satu pemuda yang bersenjata pedang,
apakah Bee Lotee sendiri?"
"Betul!" sahut Bee Kun Bu. "Orang yang ditawan itu,
apakah Tee Cong Piauw tahu siapa?"
Tee Ju Liong menggelengkan kepala dan menyahut:
"Menurut kata orang-orangku, ia adalah seorang gadis muda.
Aku hanya dapat perintah dari pimpinan cabang bendera
merah untuk membawa tawanan itu ke utara dari propinsi KwiKANG
ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
ciu. Tapi semalam tawanan itu telah dirampas orang, dan
empat orang-orangku telah menderita luka parah, sedangkan?
Satu pengawal entah ke mana...."
Belum lagi omongan itu selesai, Bee Kun Bu sudah naik
darah dan membentak: "Sumoyku baru saja menceburkan diri
di kalangan Kang-ouw, dan ia tak pernah menyakiti hati orang
lain, ia tak mempunyai musuh, Mengapa ia harus diculik oleh
partai Tian Liong?!"
Tee Ju Liong terkejut, dan ia menanyai "Ha! Orang yang
ditawan itu apakah Sumoy Bee Lotee? Mengapa pemimpin
bendera merah menyuruh menculiknya? urusan ini aku betulbetul
tidak mengetahui hal ikhwalnya, Mungkin ini satu
kekhilafan pemimpin bendera merah adalah Ouw Lam Peng,
dan murid dari bendera merah pasti tak berani melakukan
sesuatu tanpa perintah, Ta-wanan itu harus dibawa ke markas
pusat dan ini terbukti tidak ada niatan mencelakakan Sumoy
Bee Lotee...."
Bee Kun Bu tak tahan sabar lagi, ia membentak: "la adalah
seorang gadis yang putih bersih, suci batinnya, dan belum
pernah menyakiti hati orang lain. Mengapa ia harus diculik?"
Tee Ju Liong coba menenangkan dan berkata: "Per-aturan
partai kami keras, orang-orang yang melanggar kesusilaan,
segera dihukum berat Ouw Lam Peng terkenal di kalangan
Kang-ouw. Mustahil ia berbuat keji?!" Bee Kun Bu berpikir
"Ouw Lam Peng terkenal ilmu silatnya, Sebagai pemimpin, ia
tak akan berbuat kejL Tapi...." Tiba-tiba ia ingat perkataannya
Pek Yun Hui di telaga Poa Yo Ouw, yang pernah mengatakan
kepadanya: "Souw Hui Hong tak akan sudi menderita sendiri
karena cintanya tak terbalas, Souw Hui Hong pasti mencari
daya, Lagi pula ia adalah puteri dari kepala partai Tian Liong
Souw Peng Hai! ia pikir lagi Hui Hong mungkin minta
pertolongan Ouw Lam Peng menculik Lie Ceng Loan... karena
asmara segi tiga, Pasti! Pasti! ini tentu perbuatannya Souw
Hui Hong!"

Tee Ju Liong melihat Bee Kun Bu diam bengong menjadi
heran, ia menegur lagi: "Bee Lotee, apakah perkataan si tua
bangka ini ada alasannya, Aku yang pernah menerima budi
gurumu, dan belum memperoleh kesempatan untuk
membalas, pasti tak akan menjerumuskan kau. Kini yang
penting ialah mencari di mana Sumoymu berada. Aku akan
perintahkan semua orang-orangku di sebelah selatan sungai
ini mencari Sumoymu sebagai tanda bahwa aku berhasrat
membalas budi gurumu Betul hasilnya belum ketentuan, tapi
usaha ini seratus kali lebih baik daripada kau mencari sendiri,
bukan? Partaiku dapat menyampaikan kabar sampai empat
ratus atau lima ratus lie dalam sehati Na, sekarang terserah
kepada kau. Jika kau pereaya aku, aku akan laksanakan
usaha ini!"
Melihat bahwa Tee Ju Liong sungguh-sungguh hati ingin
menolongnya, dan ia sendiri sudah kehabisan akal, ia ingin
memberitahukan kesetujuannya, ketika dari sebelah barat
datang seorang penunggang kuda dengan pesat sekali, tak
lama kemudian orang yang berkuda itu sudah berada dekat
mereka, Kuda yang ditunggangi itu - luar biasa, warnanya
merah dan dari kepala sampai di buntut lebih dari sembilan
kaki panjangnya, dan tingginya lebih dari enam kaki. Bee Kun
Bu belum pernah melihat kuda demikian bagusnya.
Orang yang menungganginya juga luar biasa, ia
mengenakan baju kuning, tali pinggangnya putih celananya
kuning muda, air mukanya putih bersih, kedua alisnya hitam,
hidungnya mancung, kedua bibirnya merah delima, dapat
dikatakan dia seorang pria yang "cantik" dan bersenjata empat
lingkaran emas yang berkilau-kilauan, ia turun dari kudanya
lalu mengangkat kedua tangannya memberi hormat: Tee Cong
Piauw sudah datang lebih dulu, Tawanan partai kami,
bagaimana kabarnya? Apakah Tee Cong Piauw sudah dapat
kabar lebih lanjut?"
Mendengar Lie Ceng Loan dianggap sebagai orang
tawanan, Bee Kun Bu menjadi marah lagi, Dengan tak
menunggu jawaban Tee Ju Liong, ia mengejek: "Rupanya

partai kalian adalah partai bergajul yang hanya bisa menculik
orang!"
pemuda itu segera berubah wajahnya, Dengan murka ia
menegur dengan menuding: "Hei! siapakah kau? Be-rani
sembarangan buka muiut!" ia segera keluarkan lingkaran
emasnya yang berkilau-kilauan menyilaukan mata, dan
suaranya bising sekali, memusingkan kepala, Untuk
mencegah satu pertempuran Tee Ju Liong lekas-lekas
berkata: "Kedua Siotee, sabarlah, Di kalangan Kang-ouw ada
pepatah: jika tak mengetahui urusannya, tindakan bisa keliru!
Marilah aku ajak kenal!" Latu sambil menunjuk kepada Bee
Kun Bu, ia berkata: inilah saudara Bee Kun Bu, murid
kesayangan Partai Kun Lun." Dan sambil menunjuk ke arah
pemuda baju kuning ia berkata: "lnilah pemimpin kedua dari
partai Tian Liong, Co Hiong-"
Co Hiong berkata: " Apakah orang tawanan partai kita ada
hubungannya dengan saudara Bee?"
"Gadis yang telah ditawan partai kita adalah adik
seperguruannya (Sumoy) Bee Lotee," sahut Tee Ju Liong.
Sambil masukkan lagi lingkaran-lingkaran emasnya, Co
Hiong berkata: "Mengapa partai kita menawan muridnya partai
Kun Lun?"
"ltu aku sendiri belum buktikan Hanya Bee Lotee
mengatakan bahwa gadis yang ditawan itu adalah Sumoynya,"
kata Tee Ju Liong,
"Aku mengejar dan mencarinya dari kota Yauw Ciu,
mustahil aku berdusta bahwa ia bukan Sumoyku?"
menegaskan Bee Kun Bu.
Tee Ju Liong geleng-geleng kepalanya dan berkata: "Aku
hanya dapat perintah dari cabang bendera merah untuk
mengawal seorang gadis tawanaa Lain daripada itu, aku
sedikit pun tak mengetahui

Dengan sikap menghaturkan maaf, Co Hiong berkata
kepada Bee Kun Bu: "Tidak heran jika saudara Bee demikian
marahnya, Kita harus mentaati peraturan partai yang keras,
Siapa saja salah membunuh orang yang baik akan dihukum
dengan seksama, Ouw Lam Peng yang memegang pimpinan
cabang bendera merah pasti tak akan menyeleweng
Pada dewasa ini, aku pun belum mengetahui seluk
beluknya urusan ini tentuakan menjadi jelas bagi semua orang
yang berkepentingan Pagi ini aku dapat kabar bahwa orangorang
kami telah dibegal dan menderita luka parah, maka aku
lekas-Iekas datang, sekarang bukan saja kami belum
mengetahui dimana adanya Sumoynya saudara Bee, bahkan
empat orang kami telah terluka parah, jika kami telah
menemui Sumoynya saudara Bee, aku yakin kita dapat
mengetahui segalanya, sekarang aku berpendapat lebih baik
saudara Bee dan " aku bersama-sama pergi ke markas besar
partai kami di utara propinsi Kwi-ciu menemui pemimpin untuk
mencari keterangan yang jelas atau segera mencari dimana
Sumoynya saudara Bee."
Bee Kun Bu mendengarkan dengan penuh perhatian lalu
ia anggukkan kepala dan menyahut: "Jalan yang saudara Co
usulkan baik sekali Untuk mencari Sumoyku, aku harus
mendapat bantuan saudara. Aku harus setuju dengan saudara
Co."
"Saudara Bee terlampau merendahkan diri, Jika setuju,
marilah kita berdua berangkat," kata Co Hiong.
Tee Ju Liong merasa senang melihat kedua pemuda itu
telah menjadi baik seperti saudara kandung, ia berkata sambil
tertawa: "Tempat ini bukannya untuk kita be-runding, Di
pinggir sungai ada berlabuh perahu, Marilah kita pergi ke atas
perahu untuk minum arak dan beristirahat Mungkin juga dari
orang-orangku, kita bisa dapat kabar tentang Sumoynya Bee
Lotee." Lalu ia minta kudanya dari kedua orang-orangnya
yang tadi menuntun tiga ekor kuda, ia cempIak kudanya dan
berikan kuda lainnya untuk Bee Kun Bu sambil berkata: "Bee
Lotee, mari kita berangkat dulu, Kudanya Tio Hiong adalah

kuda ajaib yang dapat menempuh seribu lie sehari tanpa
letih." Segera mereka sambil tunggang kuda menuju ke
perahu yang sedang berlabuh di tepi sungai
Bee Kun Bu dan Co Hiong melawan dua hweeshio dijalan
Betul saja Co Hiong yang menunggang kuda merah itu
segera dapat menyusul, bahkan melewati dengan cepat.
Ketika mereka tiba di tepi sungai, Co Hiong telah menunggu di
atas perahu, Lalu Tee Ju Liong mempersilahkan Bee Kun Bu
naik ke atas perahu, Kemudian Tee Ju Liong pasang bendera
putih di ujung perahu nya. Dua belas orang-orangnya berdiri
tegak dalam dua deretan menanti perintahnya. Setelah
menerima perintah dari Tee Ju Liong, maka kedua belas
orang itu segera mengayuh perahu itu ke tengah sungai.
Sebagai tuan rumah, Tee Ju Liong melayani tamunya
dengan cermat sekali, Tapi Bee Kun Bu yang selalu
memikirkan Lie Ceng Loan, tak dapat menikmati makanan
yang lezat dan arak yang harum itu. Sikap ini diperhatikan
oleh Tee Ju Liong. ia menghibur "Bee Lotee, jangan terlalu
dipikirkan Aku telah kirim orang-orangku ke daerah-daerah di
propinsi-propinsi Kiang-sie, Hu-nan, Hu-peh dan Kwi-ciu untuk
mencari Sumoymu, Mungkin dalam dua hari, kita bisa dapat
kabar."
Co Hiong juga berkata: "Asal kita mendapat sedikit kabar
saja, aku rela meminjamkan kuda ajaibku kepada saudara
Bee. Kudaku dapat menempuh jarak seribu lie, sehari dan
dapat mengejar kuda yang manapun, Saudara Bee, aku ingin
membantu."
Dengan perasaan berterima kasih Bee Kun Bu menyahut:
Tee Cong Piauw, saudara Co, aku menghaturkan terima kasih
atas semua itu. Kuda ajaib itu seperti seekor naga, Siotee tak
berani meminjamnya."
Sambil tertawa Co Hiong berkata: "Aku telah berjanji kuda
itu akan kuberikan kepada Sumoyku, Souw Hui Hong. Tiga
bulan lagi kuda itu bukan milikku pula, Dua Hweeshio yang
merampas Sumoy saudara Bee aku pun ingin menjumpainya,

Apakah mereka itu Tong Ciauw Lo Han atau Tie Ta KLim
Kang, Kuda itu kuat, dan kita dapat menunggangnya bersamasama."
Tawaran yang murah hati itu, aku tak dapat menolak Aku
menghaturkan terima kasih terlebih dahuhi!" - sahut Bee Kun
Bu,
"Aku sebetulnya beradat congkak. Tapi setelah mengenal
saudara Bee, aku merasa seperti kawan akrab, Mengapa?
pasti ada sebabnya, Nah! Saudara Bee, harap saudara
lupakan sejenak pikiran yang kesal, mari temani aku minum
secangkir arak lagi sebagai tanda persaudaraan kita. Tentang
perintah dari cabang bendera me-rah, aku sudi menyertai
saudara menjumpai pemimpin partai kami Souw Peng Hai,"
kata Co Hiong. Lalu ia angkat cangkir araknya dan
disentuhkan ke cangkir araknya Bee Kun Bu sebelum mereka
minum habis arak itu berbareng,
Co Hiong yang cerdas itu sengaja mengajak Bee Kun Bu
minum lebih banyak arak dengan maksud membikin ia mabuk
agar ia lekas jatuh pulas, Betul saja, karena letihnya, Bee Kun
Bu tertidur di dalam perahu Tee Ju Liong itu. Ketika ia
mendusin, ia lihat Co Hiong dan Tee Ju Liong masih tidur
dekat dia. Selang kemudian Co Hiong pun bangun, sambil
tertawa ia berkata: "Hm! Kita telah tidur selama tujuh jam.
Bagaimana saudara Bee? Apakah kau masih merasa letih?"
Sambil tersenyum Bee Kun Bu menyahut: Terima kasih.
Aku tak letih lagi, Aku merasa segar dan ber-semangat."
Kemudian lagi Tee Ju Liong pun mendusin dan bangun, ia
keluar dari kamar itu, Dua anak berbaju membawa dua
baskom air untuk mereka mencuci muka.
Mereka juga keluar dari kamar perahu itu, Bee Kun Bu
menanya: "Saudara Co, kita berada di mana sekarang?"
Sambil tersenyum Co Hiong menyahut: "Barusan kami
menerima kabar bahwa di dekat kota Lam Ciang dua

Hweeshio yang mencurigakan gerak-geriknya telah
diketemukan."
Bee Kun Bu menunggu omongan itu selesai, ia segera
memotong dengan pertanyaannya: "Apakah Hweeshio yang
membawa Sumoyku?"
"Sekarang kita belum dapat pastikan," sahut Co Hiong,
"Karena Sumoymu belum kelihatan Tapi pakaian kedua
Hweeshio itu serupa dengan Hwesshio yang telah merampas
Sumoymu, orang-orang kami di kota Lam Ciang banyak
sekali, Mereka harus melaporkan tentang kedua Hweeshio
yang dicurigai itu. orang-orang kami tak berani menyergap
kedua Hweeshio itu karena mereka khawatir tak dapat
melawannya, jalan yang terbaik, ialah mereka laporkan itu
kepada Tee Cong Piauw."
"Apakah perahu kita menuju kota Lam Ciang?" tanya Bee
Kun Bu.
Sambil anggukkan kepala Co Hiong berkata: "Betul, Begitu
Tee Cong Piauw mendapat kabar ia ingin memberitahukan
kau. Tapi kau sedang tidur, dan kita sungkan mengganggu
Tapi rupanya saudara Bee sangat mencintai Sumoymu,
bukan?"
Bee Kun Bu menjadi merah mukanya, ia tak dapat
menjawab segera. Setelah lewat sejenak, ia berkata: "la
adalah seoranggadis yang putih bersih, berperangai halus,
hatinya pemurah. siapakah yang tidak akan menjadi suka
padanya?"
Co Hiong mengawasi wajah Bee Kun Bu, lalu berkata:
"Meskipun saudara Bee Kun Bu tak memberitahukan, aku pun
dapat mengetahuinya."
Sekonyong-konyong Bee Kun Bu menanyakan suatu
pertanyaan yang agak sulit bagi Co Hiong untuk di-jawabnya:
"Apakah saudara Co mengetahui dengan alasan apakah
Sumoyku diculik oleh orang partai Tian Liong?"

Co Hiong hanya dapat goyang-goyang kepalanya, dan
dengan sungguh-sunggun ia berkata: "Saudara Bee,
pereayalah aku, bahwa aku tak mengetahui akan hal itu. Kita
harus mencari Sumoy saudara dulu, kemudian baru kita
menemui Souw Cong Piauw untuk menanyakan hal itu."
sementara itu, perahu dikayuh dengan pesatnya, keesokan
harinya perahu itu tiba di pelabuhan Lam Ciang. Co Hiong
menuntun Bee Kun Bu dan mendarat Di darat telah menunggu
orang-orangnya partai Tian Liong, Kemudian tiga orang lakilaki
yang bertubuh besar dan berbaju hijau datang menyambut
"Kedua Hweeshio itu, kini bera(te di mana?" Co Hiong
menanya kepada ketiga orang yang menyambut ilu.
Orang yang berdiri di tengah, dan berusia lebih kurang
empat puluh tahun menjawab: "Teecu telah kirim orang untuk
mengamat-amali jejak kedua Hweeshio itu. Semalam mereka
masih berada di suatu tempat penginapan di sebelah barat
kota ini. Mungkin sekarang mereka belum berlalu."
Co Hiong melirik ke arah Bee Kun Bu dengan suatu
senyuman Lalu ia perintahkan ketiga orang itu: "Satu orang
bawa kuda ajaibku, Satu orang menyertai Tee Cong Piauw,
dan yang seorang lagi tunjukkan jalan untuk kita pergi ke
tempat penginapan."
Lalu orang yang menjawab itu menyuruh kedua kawannya
mengurusi kuda dan melayani Tee Ju Liong, sedangkan ia
sendiri jadi penunjuk jalan untuk Co Hiong dan Bee Kun Bu
pergi ke tempat penginapan Bee Kun Bu memperhatikan
bahwa kedudukan Co Hiong dalam partai Tian Liong agaknya
lebih tinggi daripada kedudukan Tee Ju Liong, tapi karena ia
bukan di daerahnya, ia menghormati segala tindak tanduk dari
Tee Ju Liong, ia menanya orang yang menunjuk jalan,
"Saudara, bolehkah aku ketahui nama saudara?" Orang itu
terkejut, tapi menyahut: "Aku bernama Thio Cay. Dengan
perintah Souw Cong Piauw, aku harus mengamat-amati di
sekitar kota Lam Ciang ini."

Bee Kun Bu menanya lagi: "Ketika dua Hweeshio itu
masuk ke tempat penginapan, apakah mereka membawa
seorang gadis berbaju merah?"
Thio Gay geleng-geleng kepala dan menyahut: "Setelah
mendapat perintah, aku segera kirim empat orang untuk
menyelidiki dan mereka menjumpai dua Hweeshio yang pergi
ke tempat penginapan, Tapi mereka tidak melihat seorang
gadis."
Dengan perasaan kecewa Bee Kun Bu memandang
kepada Co Hiong. Sambil tersenyum Co Hiong berkata:
"Karena gerak-gerik kedua Hweeshio itu mencurigakan, kita
harus pergi menyelidikinya. Sumoy saudara adalah murid
yang telah dapat mempelajari ilmu pedang Kun Lun, jika
mereka tidak menggunakan tipu muslihat yang keji, ia tak
mudah dikendalikan Di kalangan Kang-ouw segala peristiwa
yang ganjil dapat terjadi, maka tidak ada salahnya jika kita
sendiri pergi menyelidiki bukan?"
Rumah penginapan yang ditunjuk adalah salah satu
penginapan yang terbesar di kota Lam Ciang, dan mempunyai
tidak kurang seratus kamar Ketika mereka tiba di rumah
penginapan tersebut, matahari baru saja naik, dan pintunya
belum dibuka, Lalu Thio Cay gedor-gedor pintu itu dengan
tinjunya, tak lama kemudian pintu itu dibuka oleh seorang
pegawai yang rupanya dibikin kaget dan terbangun, karena
pintu itu digedor hebat sekali Mula-muIa pegawai itu marahmarah,
tetapi ketika ia buka pintu dan melihat Thio Cay, ia
membungkukkan tubuhnya memberi hormat dan berkata: Thio
Loya, selamat pagi."
"Apakah semalam telah datang menginap dua Hweeshio?"
tanya Thio Cay dengan keren
"Kedua Toa-suhu itu masih berada di dalam, mungkin
mereka belum berlalu. Thio Loya ingin menjumpai mereka?
silahkan duduk, Aku akan segera mewartakan mereka," sahut
pegawai itu.

Tidak usah. Kau bawa kami ke kamar mereka," kata Thio
Cay.
Setelah melihat Bee Kun Bu dan Co Hiong membawa
senjata, pegawai itu merasa sedikit khawatir ia ajak mereka ke
pekarangan dalam, lalu ia memanggil dengan suara keras.
"Kedua Toa-Suhu! Bangun.,.! Bangun..!" Tapi meskipun ia
telah memanggil empat lima kali, di dalam kamar tidak ada
jawaban. Thio Cay tidak sabar lagi, ia tendang terbuka pintu
kamar itu, dan ketiga orang itu menerobos masuk. Mereka
terkejut ketika berada di dalam kamar Bahkan pegawai itu
gemetaran
Di dalam kamar tidak terdapat dua Hweeshio itu, tapi dua
kepala manusia yang berlumuran darah ditaruh di atas meja
dekat jendela, dan di atas kedua tempat tidur menggeletak
dua mayat manusia tanpa kepala!
Thio Cay menghampiri dan memeriksa dua kepala
manusia itu. ia terkejut lebih hebat lagi, karena dua korban itu
adalah orang-orangnya yang ia kirim untuk mengamat-amati
gerak-geriknya kedua Hweeshio itu!
Bukan main murkanya Co Hiong setelah mengetahui
bahwa dua korban itu adalah orang-orangnya partai Tian
Liong. ia mengawasi Thio Cay agak lama sehingga Thio Cay
mengkirik melihat sorot mata yang luar biasa itu, Ketika
mereka berada di luar kamar, dengan tegas tapi keras Co
Hiong berkata kepada Thio Cay: "Kau terlampau sembrono!
Mengapa urusan penting ini kau serahkan kepada orangorangmu
yang tak berpengalaman Coba lihat! Bukan kah
mereka mati konyol?!"
Dengan wajah yang pucat pasi, Thio Cay menyahut,
kepalanya tunduk: "Kedua orang yang aku kirim itu adalah
jago-jago silat yang lihay dari cabang Lam Ciang," "Jadinya
aku yang salah?" kata Co Hiong dengan mengejek

Tidak- Aku hanya mohon Co Ji-Tu (pemimpin kedua) dapat
mengampuni atas kekhilafanku ini," kata Thio Cay.
Co Hiong cekal tangannya Thio Cay dan membentak: "Aku
dapat mengampuni kelalaianmu, Tapi kau pun telah
mengetahui peraturan partai kita, Jika dua Hweeshio saja kau
tak dapat menahannya tugas apakah dapat diserahkan
padamu?!" Lalu ia coba totok jalan darah di bahunya Thio
Cay. Bee Kun Bu tidak tega melihat hukuman yang hendak
dijatuhkan kepada Thio Cay itu. Dengan ilmu Wan Tee Poa
Yun atau mengembalikan awan, dari bawah ia tepas
tangannya Co Hiong sambil membujuk: "Urusan ini kita tak
dapat salahkan Thio Cay. Mungkin kedua Hweeshio itu lihay
sekali ilmu silatnya sehingga dua jago silat dari partai Tian
Liong binasa, dan Sumoyku dapat diperlakukan sewcnangwenang
oleh mereka."
"Apakah saudara Bee hendak membela Thio Cay?" kata
Co Hiong, mulai reda,
"BetuI," sahut Bee Kun Bu, "la telah lakukan tugasnya
sedapat mungkin."
"Karena memandang saudara Bee, aku ampuni kau kali
ini!" kata Co Hiong kepada Thio Cay, lalu ia masuk lagi ke
dalam kamar untuk memeriksa lebih teliti kedua mayat itu.
Selangsehirupan teh panas, ia berkata kepada Bee Kun Bu:
"Saudara Bee tidak salah pendapatnya. Kedua Hweeshio itu
bukan jago silat sembarangan
Cara mereka menotok jalan darah bukan saja
menghentikan mengalirnya darah, tapi juga melukai daging
dan tuIang!" ketika mereka masih berada di dalam kamar, Tee
Ju Liong juga telah datang. ia segera memeriksa mayat-mayat
itu: Lalu ia perintahkan Thio Cay bungkus mayat-mayat itu
dengan selimut untuk dikubur sebagaimana layaknya. Thio
Cay segera melaksanakan perintah itu, karena ia merasa
bersalah atas binasanya kedua orangnya itu,
Setelah Thio Cay pergi, Tee Ju Liong berkata kepada Bee
Kun Bu: Tidak diduga lawan kita demikian lihaynya, Mereka

telah membunuh mati dua orang kami, dan telah menyelomoti
kita, Jika mereka berlalu dari sini diwaktu malam, mereka pasti
belum jauh dari sini, Dr dalam lingkaran seluas delapan ratus
lie di kota Lam Ciang ini, aku telah pasang orang, dan mereka
telah diberitahukan Kecuali kedua Hweeshio itu mempunyai
kepandaian terbang, mereka tak akan dapat lolos dari jaring
kami, Bee Lotee, hari ini, atau selambat-lambatnya malam ini,
kita pasti mendapat kabar tentang kedua Hweeshio itu."
Meskipun Bee Kun Bu tak menahan kehendaknya
menjumpai Ue Ceng Loan, tetapi dalam keadaan itu ia
terpaksa berlagak sabar ia berkata: "Angkatan tua Tee,
Saudara Co, untuk mencari Sumoyku kalian telah berusaha
keras, bahkan telah ada orang-orangmu yang menjadi korban
Aku sangat berterima kasih, Tapi...." Belum selesai ia bicara
Co Hiong memotong: "Urusan ini bukan lagi urusan saudara
Bee. Dua orang kami telah binasa, kami harus membuat
perhitungan Mulai saat ini, aku tidak akan berhenti mencari
kedua Hweeshio itu!"
Tee Ju Liong lalu berkata: "Urusan ini kita tak perlu
rundingkan lagi. Kita harus segera bertindak Mari naik perahu
untuk merundingkan caranya mencari kedua Hweeshio itu!"
Ketiga orang keluar dari rumah penginapan, dan di luar
telah menunggu, dua orang memegangi kudanya Co Hiong,
Setelah menerima kembali kudanya, Co Hiong berjalan
bersama-sama Bee Kun Bu ke perahu dengan Tee Ju Liong
mengikuti di belakang,
Ketika mereka hampir tiba di tepi sungai perahu itu
berlabuh, mereka melihat, Thio Cay datang menyambut.
Setelah membungkukkan tubuh memberi hormat, ia berkata
kepada Co Hiong: "Teecu baru saja dapat kabar bahwa kedua
Hweeshio itu berada di suatu tempat di sebelah timur laut dua
puluh lie dari kota Lam Ciang ini."
Dengan kedua mata terbelalak Co Hiong menanyai
"Apakah kabar ini tidak keliru?"

Teecu pasti tak berani memberi laporan yang ke-liru,"
sahut Thio Cay. Lalu Co Hiong berkata kepada Tee Ju Liong:
Tee Cong Piauw, kau dapat naik perahu untuk menyusuInya,
aku dan saudara Bee akan mengejar kedua Hweeshio itu
dengan naik kuda ini," lalu ia cemplak kudanya, dan minta Bee
Kun Bu naik kuda itu di belakangnya.
Bee Kun Bu hanya dapat menuruti saja. ia memperhatikan
juga meskipun Co Hiong itu tampan mukanya, tetapi air
mukanya yang mudah berubah-ubah sebentar marah,
sebentar gembira, sebentar cemas, dan sebentar reda
membikin ia sukar menduga isi hatinya yang sejati ia harus
waspada terhadap Co Hiong, pikirnya,
Satu kedetan dari Co Hiong membikin kuda itu lari secepat
angin, dan jarak dua puluh lie itu ditempuh dengan sekejapan
saja, Mereka telah tiba di suatu persimpangan jalan ketika Co
Hiong tarik tali les kudanya, ia menoleh ke belakang dan
berkata kepada Bee Kun Bu: "Jika kedua Hweeshio itu
berjalan ke utara, mereka harus menyeberangi telaga Poa Yo
Ouw dan aku kira tak mungkin. Mereka mungkin jajanjagnuju
ke barat laut, menyeberangi sungai Kang, nie!aWf kota Lo
Hoa dan masuk ke pegunungan Kauw Leng San.
Pasti mereka telah melihat jaring kita yang dipasang
sangat rapat, dan mereka berusaha meloloskan diri, Aku
berpendapat bahwa kedua Hweeshio itu betul-betul cerdas
dan pintar, serta berpengalaman sekali, Untuk menghindarkan
kepungan orang-orang dari partai Tian Liong, jalan yang
paling aman ialah lari ke pegunungan Kauw Leng San."
"Siotee baru saja menceburkan diri di kalangan Kang-ouw,
maka tak berpengalaman, Siotee turut saja saudara Co!"
sahut Bee Kun Bu. Sambil tersenyum Co Hiong berkata lagi:
"Jika laporan Thio Cay tidak salah, kuduga kedua Hweeshio
itu kini sedang memasuki daerah pegunungan Dengan kudaku
ini, kita dapat mengejar mereka sebelumnya tengah hari, jalan

lain telah dijaga oleh orang-orangku." Lalu ia kedet kudanya
dan menuju ke barat laut mengejar kedua Hweeshio itu.
Bee Kun Bu yang duduk di belakang Co Hiong ingin
melihat ke jurusan depan, tiba-tiba Co Hiong loncat turun dari
pelananya, pakaiannya yang kuning berkibar-kibar, dan
secepat kilat ia telah loncat turun lima depa dari kudanya di
atas jalan!
Ketika ia loncat turun, ia telah tarik tali les kudanya, dan
kuda itu telah berjalan perlahan dan kemudian berhenti di sisi
jatan. Bee Kun Bu memperhatikan gerak-geriknya Co Hiong.
Di depan Co Hiong telah berdiri menghadapi dua Hweeshio
yang satu bertubuh tinggi besar dan memikul toya, dan yang
lain bertubuh kecil pendek dan bersenjata goIok, Kedua
Hweeshio itu mengenakan jubah warna abu-abu dan di tali
pinggangnya menggelantung kantong dibuat dari kain kasar
Co Hiong mencegat kedua Hweeshio itu, dan sambil
tertawa berbicara kepada Bee Kun Bu: "Saudara Bee, lekas
lekas kemari!" Bee Kun Bu segera loncat turun dari kuda, dan
lari menghampiri Co Hiong, ia berdiri berdamping-dampingan
dengan Co Hiong menghadapi kedua Hweeshio itu.
Dari dekat terlihat bahwa Hweeshio yang bertubuh tinggi
besar air mukanya hitara, kedua matanya yang besar dibikin
lebih seram kelihatannya dengan alis yang gompyok,
wajahnya keseluruhannya sangat seram, seperti satu iblis
yang jahat Yang tubuhnya kecil pendek, air mukanya kuning
pasi dan kurus kering, tapi kedua matanya seperti kedua mata
tikus, sangat celiknya, Mata demikian menunjukkan bahwa
ilmu tenaga dalamnya lihay sekali Kedua Hweeshio itu tidak
gentar menghadapi lawannya. Mereka mengawasi Co Hiong
dari atas sampai ke bawah, lalu memandangi juga kuda
ajaibnya, Kemudian yang kecil pendek berkata: "Kuda itu betul
bagus!"
Co Hiong mengangkat kedua alisnya dan menanyai
"Apakah kedua Toa-su ini ada hasrat menaksir kudaku?"

Si kecil pendek menyahut: "Kami biasa berjalan kaki, Kuda
itu meskipun bagus tak guna bagi kami" Dengan suara rendah
Co Hiong berkata: "Saudara Bee, berhati-hatilah kedua
Hweeshio ini mungkin mempunyai ilmu sihir." Bee Kun Bu
mengangguk sebagai tanda perhatian.
Hweeshio yang tinggi besar mengejek: "Kami telah
katakan, kami tak butuh akan kuda. Jika kalian masih kepala
batu ingin mencegat jalan kami, aku harus memperingatkan
bahwa kami dapat mengirim kalian ke akherat!"
Dengan senyuman dan tenang Co Hiong menjawab:
"Mutut itu besar sekali!" Lalu senyuman itu berubah menjadi
wajah yang beringas, Dengan sekejap saja Co Kong
keluarkan lingkaran-lingkaran emasnya, dan melanjutkan
dengan suara yang kera&: "Di rumah penginapan di kota Lam
Ciang, kalian telah membunuh dua orang dari partai Tian
Liong, apakah betul?"
Hweeshio yang kecil pendek dengan kedua mata tikusnya
menyengir "Dunia ini luas, dan kami dapat berjalan di mana
saja, Jika orang-orangmu merintangi kami, kami tentu
melenyapkan mereka, Apakah kalian juga ingin mengejar
orang-orang itu ke akherat?"
"Jika demikjan, kalian juga yang merampas gadis yang
sedang dibawa oleh oerang-orang kami di tempat kuburan di
dekat kota Tang Kee Sip!" bentak Co Hiong.
Hweeshio yang kecil pendek itu menyahut: "Kami keluar
untuk menunaikan satu janji. Untuk memenuhi janji itu, kami
akan lakukan segala apa. Lagi pula urusan itu bukannya
urusan besar."
Melihat sikapnya yang acuh tak acuh itu Bee Kun Bu
menjadi naik darah. ia membentak: "Orang keluar untuk
menunaikan tugas yang suci. Kalian berdua adalah Hweeshio
durhaka, Kalian menunaikan tugas durhaka dengan menculik
dan membunuh! sekarang kau sembunyikan gadis itu di
mana?!"

Si tinggi besar lalu menjawab: "Apakah kau menanyakan
yang berbaju merah?"
"Betul! sekarang gadis itu dimana?" sahut Bee Kun Bu.
"Gadis itu sudah berada di bawah perlindungan kami Kau
ingin menemui ia lagi? jangan harap," kata Hweeshio yang
tinggi besar dengan sikap yang acuh tak acuh,
Bee Kun Bu tak tahan sabar lagu ia cabut pedangnya dan
hendak menyerang, Tapi Co Hiong menahan ia. Dengan
secepat kilat Co Hiong serang Hweeshio yang kecil pendek
dengan lingkaran emasnya dan pedang di tangan kirinya,
Sambil mengejek si kecil pendek mengegos lalu mencabut
go1oknya.
Gerak itu cepat sekali, tapi Co Hiong lebih cepat lagi.
Dengan gebrak lawannya dengan lingkaran-lingkaran
emasnya, pedang di tangan kiri menusuk lagi, Si kecil pendek
terpaksa loncat mundur sedepa lebih untuk menghindarkan
gebrakan dan tusukan itu! Bee Kun Bu menjadi terpesona
melihat cara Co Hiong menyerang I awan nya. Belum pernah
ia melihat serangan sedahsyat itu! Tapi si kecil pendek juga
bukan lawan yang enteng.
Setelah dibikin keteter dengan serangan dan gebrakan
yang cepat itu, ia menjadi panas, segera ia balas menyerang
dengan goIoknya, Sinar golok yang diayun dan diputar itu
berkilau-kilauan, sedangkan anginnya menderu-deru. Si kecil
pendek menyerang dengan nekad. Co Hiong tak berani
lengah, ia juga putar pedangnya dengan pesat sekali sehingga
tak ada lowongan untuk serangan musuh dapat menyodok
masuk, Mereka bertempur selama dua puluh jurus, Co Hiong
merasa kagum atas kelihayan si kecil pendek itu. ia bertekad
membunuh mati lawannya dengan jurus istimewanya.
Dengan tekad itu, ia rubah jurus nya. Dengan ilmu yang ia
dapat pelajari dari Souw Peng Hai, ia serang lawannya
dengan jurus-jurus Hai Tie Ceng Pong, Ye Poa Hong Yeng
dan Thian Kang Lo Ciok (Menyerok kerang dari dasar laut,
Me-nyergap tawon di sarangnya dan Memasang jaring

menangkap burung), Lingkaran emas berkilau-kilauan
menyilaukan mata, suaranya membising memusingkan kepala
seakan-akan ombak besar dari laut menyerbu ke pantai dan
menyapu musnah segala-gala!
Jurus-jurus itu adalah modal dari Souw Peng Hai sehingga
ia dapat menjadi pemimpin partai Tian Liong. Co Hiong yang
telah mengikuti Souw Peng Hai adalah kesayangannya, dan
Souw Peng Hai menganggap ia seperti anak sendiri, dan telah
mengajari jurus-jurus istimewa itu. Pada waktu itu ia terpaksa
menggunakan jurus-jurus itu, Si kecil pendek, meskipun lihay
ilmu silatnya, tak dapat menahan serangan-serangan maut itu,
ia menjadi gelisah seperti seekor semut di dalam kuali
(Penggorengan) yang panas, ia coba mencari lowongan untuk
meloloskan diri.
Sambil menjaga serangan ke atas kepalanya dengan
go!oknya, ia coba loncat keluar ia dapat terhindar dari
lingkaran-lingkaran emas, tapi ia tak dapat luput dari
pedangnya Co Hiong. "Hei! Hwceshio durhaka! Ke mana kau
mau lari!" bentak Co Hiong, dan pedangnya telah menekan
goloknya Hweeshio itu, Satu sodokan keras, pedang itu
menusuk pergelangan tangan yang memegang golok dari
Hweeshio itu! Satu tabasan lagi, dan putuslah lengan
kanannya
Setelah menabas putus lengan si kecil pendek, Co Hiong
masih juga belum puas. Setelah ia tendang golok lawannya, ia
coba tusuk dadanya si kecil pendek, Tiba-tiba Bee Kun Bu
menjerit: "Sa udara Co, awas senjata rahasia!"
Co Hiong memperhatikan peringatan itu, tapi tekad
membunuh mati lawannya tetap ada. ia hanya rubah jurusnya,
Betul saja tiga "Hayto" (pisau terbang) dilepaskan oleh si tinggi
besar... dan menyerempet lewat bajunya, Karena demikian
pedangnya jadi meleset ketika ia mengegos pisau-pisau
terbang itu, si kecil pendek !oncat keluar dari bahaya maut, Co
Hiong memburu, tapi si tinggi besar yang telah gagal
membinasakan Co Hiong dengan haytonya, menyerang
dengan toyanya,

Toya yang digunakan Hweeshio itu ujungnya ada besi
bulat sebesar telur bebek. Serangan yang dilepaskan dengan
sekuat tenaga, mungkin tenaga sebesar seribu kati, tidak
dapat di tangkis dengan lingkaran-lingkaran emas. Co Hiong
mengegos menghindarkan pukulan toya itu, sambil ubah silat
pedangnya dengan ilmu Kim Sie Can Wan atau tali sutera
melilit tangan, si Hweeshio harus lekas-lekas loncat mundur
mengelakkan ujung pedang yang datang menusuk lenganlengannya,
Bee Kun Bu yang sedari tadi menonton saja tidak
tinggal diam, ia berseru: "Sa udara Co! Berhenti, Hweeshio ini
kasihlah aku yang bereskan!" Co Hiong tersenyum, ia tarik
kembali pedang dan lingkaran-lingkaran emasnya, dan
silahkan Bee Kun Bu maju bertempur.
Bee Kun Bu segera menyerang dengan ilmu Shin Liong
Yauw Bie atau naga sakti menggoyang-goyang buntut pedang
terhunus menggetar datang menusuk dadanya Hweeshio
yang tinggi besar itu!
Hweeshio itu menggunakan ilmu Yang Yun Pang Goat
atau awan tebal merintangi bulan menangkis tusukan-tusukan
itu. Tapi Bee Kun Bu ubah jurus nya dengan ilmu Soan Hong
Sao Siat atau angin taufan menyapu salju, Hweeshio itu
meloncat ke atas menghindarkan sabetan pedang lalu dengan
ilmu Tok Pik Hua San atau mengeprak jurang gunung curam
datang mengemplang Bee Kun Bu. Bee Kun Bu loncat ke
samping untuk maju lagi mendempeti si Hweeshio.
Sambil pedangnya menabas tangan kanan si Hweeshio,
tinju kirinya menyodok masuk dengan ilmu Hui Pak Tong
Ceng atau tinju terbang memukul lonceng, Sodokan dan
tebasan itu dilancarkan berbareng dengan cepat sekali untuk
diteruskan dengan jurus Yang Hong Co atau angin puyuh
menabas rumput dari jurus Cui Hun Cap Jie Kiam, Apabila si
Hweeshio tidak lekas-lekas mundur, tangannya tentu putus,
tapi dapat mengelakkan sodokan tinju Hui Pak Tong Ceng dari
jurus Cap Pwee Lo Han Cong, Buk! Tubuh yang tinggi besar
itu terbanting ke tanah seperti sebuah pohon besar ditebang

jatuh setelah tinju itu menyodok Iam-bungnya, Darah keluar
dari mulut dan hidungnya!
Co Hiong berdiri terpesona melihat Bee Kun Bu
menyerang dengan jurus-jurus yang lihay itu. ia merasa
kagum tereampur iri hati, "Hm! ilmu silat pedang Kun Lun dan
ilmu silat tinju Cap Lo Han Cong itu lihay sekali!" pikirnya,
Bee Kun Bu loncat menghampiri Hweeshio yang telah
dipecundangi itu. Dengan ujung pedang diandalkan di
dadanya si Hweeshio itu ia membentak: "Tadi kalian membuka
mulut besar! Di mana gadis berbaju merah?!"
Si Hweeshio itu keluarkan darah lagi dari mulutnya, lalu
menyahut: "Kami kalah, kau dapat bunuh mati karnL Tapi
kalau memaksa kami memberitahukan tentang jejak gadis itu,
jangan haraplah!"
Co Hiong berkata sambil tertawa: "O! Kalian betul-betul
Hweeshio dengan bertubuh besi dan baja, dapat menahan
siksaan, Cobalah ini!"
Ketika itu Co Hiong melihat Hweeshio yang telah putus
tangan kanannya hendak melarikan diri Satu lemparan dari Co
Hiong, maka satu lingkaran emas segera menyambar si
Hweeshio kecil pendek itu. Lingkaran itu membabat kepalanya
dan segera terlihat otaknya yang putih hancur berhamburan
darah, Hweeshio itu segera mati,
Dengan wajah berseri-seri Co Hiong lari mengambil
lingkaran emasnya, yang ia seka darahnya di jubahnya mayat
Hweeshkx ia kembali dengan menuntun kuda ajaibnya.
Kemudian ia berkata kepada Bee Kun Bu: "Kita kirim dulu satu
ke akherat Kawannya ini kita paksa ia memberitahukan
tentang jejak Sumoymu. Kita bawa ia ke tempat yang
terpencil." Lalu tangan kanannya menotok jalan darah
Hweeshio yang segera tak bergerak seperti mayat ia ikat
Hweeshio itu di belakang kudanya, Bee Kun Bu hanya
serahkan segala sesuatu kepada Co Hiong yang kemudian
tuntun kudanya ke suatu hutan belukar yang terpencil Setelah

tiba di tempat terpencil itu, Co Hiong membebaskan
totokannya segera si Hweeshio siuman dari pingsannya.
Dengan suara mengejek, Co Hiong menanya: Toa-suhu,
Tempat ini lebih leluasa, Apabila kau tidak beritahukan di
mana adanya gadis berbaju merah, maka aku akan paksa kau
memilih cara mati bagimu, Bagaimanakah pendapatmu?"
Dengan meringis si Hweeshio menyahut: "Aku bukannya
takut mati...." Co Hiong tidak menunggu si Hweeshio bicara
habis ia membentak: "Baik! jika kau masih keras kepala, kau
sekarang rasai ini, jangan salahkan aku berlaku kejam!"
Setelah Co Hiong berkata demikian, ia tersenyum kepada
Bee Kun Bu, lalu ia tendang Hweeshio kepala batu itu
sehingga tubuhnya yang tinggi besar itu terguling-guling,
Dengan tali pinggangnya Hweeshio itu, ia ikat kedua kaki
Hweeshio itu, lalu ia gantung di cabang di atas dan kepalanya
di bawah. Co Hiong talu mengumpulkan rumput-rumput kering
dibakar di bawah kepalanya Hweeshio itu,
Dalam jangka waktu sekejapan saja asapnya mengepul ke
atas sehingga Hweeshio itu tak henti-hentinya mengucurkan
air mata dan mengeluarkan ingus, Dia tak dapat berbuat apaapa
karena jalan darah di kedua pundaknya telah ditotok, bila
ia berkelejetan, maka tali yang mengikat kakinya ke cabang
pohon menjadi semakin kencang dan menyakiti pergelangan
kakinya.
Bee Kun Bu menyaksikan siksaan ini merasa kasihan.
Betul Hweeshio itu bukannya seorang baik, tapi siksaan
demikian betul-betul kejam. ia berpaling kepada Co Hiong
dengan maksud membujuk Co Hiong jangan terlampau kejam,
Tapi ketika ia berhadapan dengan Co Hiong, ia tak dapat
bicara, ia hanya pandang wajahnya Co Hiong, Tidak nyana
sekali orang yang demikian tampan mukanya dapat
melakukan perbuatan yang demikian kejamnya." pikirnya
dalam hati.

Hweeshio itu dapat bertahan agak lama. Tapi akhirnya ia
minta ampun saja, sambil tertawa Co Hiong menanyai
"Bagaimana sekarang? Apakah kau masih mau bungkam
saja? jika kau tidak memberitahukan di mana adanya gadis
berbaju merah itu, aku akan bikin kau merasai siksaan yang
lebih hebat lagi."
Hweeshio itu yang telah diasapi lama juga sehingga kulit
mukanya menjadi hangus, dan kepalanya panas sampai
otaknya rasa kering, menyahut: "Si gadis berbaju merah telah
dibawa lagi oleh beberapa saudara-saudara seperguruanku-
"O! Kau masih mempunyai beberapa banyak kawan,
lainnya? Ke mana mereka bawa itu?" bentak Co Hiong, -
Dengan air mata masih mengucur dan ingus masih meleleh si
Hweeshio menyahut: "Aku mempunyai banyak kawan yang
ilmu silatnya banyak lebih lihay daripada aku, Meskipun kau
berdua mempunyai ilmu silat yang luar biasa, aku sangsikan
sekali jika kalian berhasil merebut gadis itu kembali!"
Co Hiong tertawa gelak-gelak dan menanya: "Se-betulnya
berapa banyak kawan-kawanmu, nama-nama-nya dan
tempatnya di mana mereka bawa gadis itu? Nanti kau dapat
saksikan dengan mata kepalamu sendiri kami hajar mereka
babak belur! Apabila ternyata kau hanya ingin menggertak dan
menipu kami kau pasti dapat siksaan yang lebih hebat lagi!"
Si Hweeshio membisu sejenak. ia rupanya sedang
memikiri sesuatu, lalu berkata lagi: "Jika kalian ingin temukan
gadis itu, kalian boleh pergi ke pegunungan Tay Ouw, Di dekat
puncak gunung tersebut kalian akan dapat tampak satu kuil
Yun Bu Sie yang dipimpin oleh Tong Leng Tan Su...." ia
berhenti sejenak, lalu melanjutkan: "Aku hanya dapat
memberitahukan sekian, dan dengan sejujurnya pula."
"Jadinya gadis itu sekarang berada di dalam kuil Yun Bu
Sie?" tanya Co Hiong,
itulah aku tak berani pastikan, Tapi jika kalian pergi
menjumpai Tong Leng Tan Su, kalian dapat menanyakan
beliau tentang gadis itu, Tentang apakah gadis itu dibawa atau

tidak ke kuil Yun Bu Sie oleh kawan-kawanku, aku tak berani
pastikan!" sahut Hweeshio itu,
"Kau hanya mengetahui sekian saja?" tanya Co Hiong,
Hweeshio itu angguk-anggukkan kepala nya. Dengan
secepat kilat Co Thong itu cabut pedangnya dan menabas
batang lehernya Hweeshio itu sehingga kepalanya mental
delapan sembilan kaki jauhnya! Bee Kun Bu tak keburu
mencegah ia mengerutkan keningnya dan berkata: "Sau-dara
Co, mengapa kau bunuh mati padanya? Apakah pereaya
bahwa hweeshio itu memberikan keterangan dengan jujur?"
Co Hiong bersihkan pedangnya yang berlepotan darah,
dan masukkan pedang itu ke dalam sarungnya, Kemudian
sambil tersenyum ia menyahut: "Hweeshio itu bukannya orang
yang mengenal budi, ia kejam melampaui iblis, Kau saksikan
sendiri bagaimana kejinya ia telah perlakukan orang-orang
Thian Liong di rumah penginapan di kota Lam Ciang,
Meskipun aku telah siksa ia dengan hebat, tapi ia masih
saja coba menipu kita. Lebih banyak orang sejahat ia dikirim
ke akherat, lebih baik bukan? ia sengaja memancing kita pergi
ke kuil Yun Bu Sie di pegunungan Tay Ouw San menjumpai
Tong Leng Tan Su dengan dua maksud Ke satu menimpakan
dosanya kepada orang lain, Ke dua, agar kita bertarung
melawan Tong Leng Tan Su dan orang-orangnya. Tong Leng
Tan Su itu bukannya jago silat sembarangan Kedua Hweeshio
durhaka itu kita telah bunuh mati, tapi aku masih dapat ingat
wajahnya,
Tidak salahnya jika kita pergi ke pegunungan Tay Ouw
San dan menjumpai Tong Leng Tan Su di kuil Yan Bu Sie.
Bilamana Tong Leng Tan Su ada seorang agung, ia pasti tak
senang akan perbuatan keji yang telah dilakukan oleh kedua
Hweeshio itu, ia tentu akan menolong kita dalam usaha
mencari Sumoy saudara, Tapi jika Tong Leng Tan Su seorang
iblis dengan bentuk manusia, kita terpaksa turun tangan
menggempur ia. Saudara Bee, apakah omonganku
beralasan? Menurut pendapatku, untuk mencari Sumoy

saudara, tidak jahatnya jika kita pergi ke pegunungan Tay
Ouw San.
Bee Kun Bu mendengari omongan itu dengan penuh
perhatian Karena ia bertekad keras mencari Sumoynya, ia
harus berterima kasih kepada Co Hiong yang sudi membantu
padanya, mungkin juga berkorban untuknya,
Dengan angguk-anggukkan kepalanya ia menyahut:
"pendapat Saudara Co bagus sekali, Siotee setuju dengan
usul itu, Ayo! Kita berangkat sekarang."
Dengan tersenyum Co Hiong berkata: "Saudara Bee betulbetul
seperti seekor semut di dalam kuali panas, Sioteepun
rasa bahwa lebih lekas kita berangkat lebih baik," Lalu ia
cemplak kuda ajaib dan suruh Bee Kun Bu duduk di
belakangnya dan berkata: "Sa udara Bee, ayo lekas-lekas
cemplak kuda ini di belakangku Kita harus makan dulu,
barulah kita menuju ke pegunungan Kauw Leng San untuk
meneruskan ke pegunungan Tay Ouw San!"
"Menempuh perjalanan yang demikian jauhnya dan harus
melalui jurang-jurang yang curam, jalan-jalan yang sempit dan
berbahaya, sungai yang deras, apakah tidak lebih baik kalau
aku mencari satu kuda lagi Aku khawatir kuda saudara tak
dapat menunaikan tugas seberat itu," kata Bee Kun Bu.
"Ha! Ha! Ha!" tertawa Co Hiong. "Saudara Bee jangan
khawatir Aku berani tanggung bahwa besok tengah hari kita
pasti akan tiba di pegunungan Tay Ouw San, Bukankah
kudaku ini kuda Cian Lie Shin Kiok (Kuda sakti yang dapat
berlari beribu-ribu lie tanpa letih)?"
Bee Kun Bu hanya bisa menuruti saja kehendak Co Hiong.
ia menyemplak kuda itu dan duduk di belakangnya Co Hiong,
Dengan sekali kedet tali kekangnya, maka kuda ajaib itu lari
terbang, menuju ke tepi sungai setibanya di tepi sungai, Co
Hiong berseru dengan keras, Suaranya bagaikan naga
meraung menembusi angkasa, Bee Kun Bu memperhatikan
bahwa jeritan itu berlagu, ia menduganya bahwa itulah isyarat
panggilan dari partai silat Thian Liong,

Betul saja, lebih kurang dua menit, kemudian dua perahu
terlihat mendatangi ke tepi sungai dimana mereka berdiri Lalu
Co Hiong tuntun kudanya dan loncat naik ke atas satu perahu
diikuti pula oleh Bee Kun Bu. Segera perahu itu dikayuh lagi
menuju ke seberang, diikuti oleh perahu lainnya dengan
banyak orang-orangnya partai Tian Liong,
Setelah tiba di seberang, Co Hiong berkata kepada
pemimpin dari orang-orang di dalam perahu itu: "Jika kau
menjumpai Tee Cong Piauw, beritahukan beliau bahwa aku
dan Kun Lun Tayhiap pergi ke pegunungan Tay Ouw San!"
Kemudian ia tuntun kuda nya, dan loncat ke darat bersama
Bee Kun Bu. Mereka menunggangi kuda itu bersama-sama
dan menuju ke satu kedai untuk membeli makanan Mereka
pesan makanan dan seteko arak.
"Saudara Bee, kita harus makan secukupnya, karena kita
akan menuju ke pegunungan Kauw Leng San sepanjang
malam," kata Co Hiong,
Bee Kun Bu menyahut dengan senyuman Menung-gangi
kuda ajaib itu ia merasa seperti juga menunggangi seekor
burung yang besar dan jarak sejauh dua ratus lie telah
ditempuh dalam jangka waktu singkat sekali,
Ketika mereka tiba di suatu kota kecil di kaki gunung Kauw
Leng San, Co Hiong menghentikan kudanya, sambil menunjuk
ke puncak gunung, Co Hiong berkata: "Di depan kita adalah
pegunungan Kauw Leng San, Kita harus mengambil jalan
pendek pergi ke satu dusun Gie Leng, lalu menempuh jarak
lebih kurang seratus lie untuk menuju ke pegunungan Tay
Ouw San,
Dan terakhir kita harus menempuh lagi jarak lebih kurang
tujuh ratus lie baru tiba di pegunungan Tay Ouw San." Bee
Kun Bu yang senantiasa memikiri keselamatannya Lie Ceng
Loan merasa jemu mendengar bahwa Tay Ouw San itu masih
jauh. ia mengerutkan keningnya, lalu menyahut: "Jadi kita
harus meneruskan perjalanan meskipun diwaktu malam?"

"BetuI," sahut Co Hiong, "Perjalanan yang hampir seribu lie
jauhnya, dan harus melalui jurang-jurang yang curam dan
berbahaya, meskipun orang yang telah mengetahui betul jalan
tersebut dengan ilmu meringankan tubuhnya, harus ditempuh
dalam tempo sehari semalam."
Bee Kun Bu tak menjawab, ia hanya ingin lekas-lekas
menjumpai Sumoynya. Co Hiong berkata lebih lanjut:
"Saudara Bee tak usah khawatir, dengan kuda Cian Lie Shin
Kiokku ini, aku tanggung besok lebih kurang jam dua lohor,
kita akan tiba di pegunungan Tay Ouw San. Dan jika sumoay
saudara Bee betul-betuI ada di dalam kuil Yun Bu Sie,
mungkin sebelum fajar kita dapat menjumpai dia." Kemudian
ia kedet kudanya lagi untuk mencari kedai nasi,
Mereka makan nasi tergesa-gesa, dan Co Hiong membeli
juga makanan kering sebagai perbekalan Mereka melanjutkan
perjalanan Dalam sejenak kuda itu sudah berlari di antara
batu-batu gunung yang besar Puncak-puncak gunung itu
terlihat diselubungi kabut atau awan Makin jauh, makin
berbahaya jalan-jalan yang harus ditempuh Mereka harus
mengikuti jalan kecil yang biasa ditempuh oleh kambingkambing
gunung,
Mereka harus bertunggang kuda dengan berhati-hati
sekali. sekonyong-konyong kuda ajaib itu terkejut dan
meringkik, kedua kupingnya berdiri tegak, lalu meloncat
sedepa jauhnya ke depan Bee Kun Bu hampir saja terlempar
jatuh, Ternyata kuda telah melihat seekor ular, ia terkejut dan
loncat melewati ular itu. Lalu ia lari dengan sekuat tenaga ke
atas. Meskipun ditunggangi oleh dua orang, kuda itu tetap lari
dengan bersemangat dan kuat
"Ai! Hampir saja aku terlempar," seru Bee Kun Bu.
"Kudaku telah menolong kita dari rintangan ular tadi!" sahut
Co Hiong. Tapi saudara Bee jangan khawatir, kuda ajaib ini
tak akan mengecewakan kita. Cobalah lihat ke bawah! Kita
sudah berada di lereng gunung, dan kuda ini sedikitpun tak
tampak letih!"

Setelah berjalan hampir dua jam, Co Hiong menghentikan
kudanya, ia loncat turun untuk beristirahat sebentar Lalu
mereka naik lagi melanjutkan perjalanannya. Ketika hari dingin
Tapi Co Hiong tidak menghiraukan Mereka meneruskan
perjalanannya meskipun cuaca makin lama makin gelap. Bee
Kun Bu menjadi gelisah, ia berkata: "Saudara Co, kuda Cian
Lie Shin Kiok ini meskipun hebat dan kuat, tapi jika kita
meneruskan perjalanan di dalam cuaca yang gelap, aku
khawatir ia kejeblos atau terjurumus ke jurang. Tidaklah lebih
baik kita berhenti dulu dan menanti sampai besok? Aku kira
tidak terlambat
Setelah mereka melanjutkan perjalanan selama satu jam
Iagi, Co Hiong menghentikan kudanya, bersama Bee Kun Bu.
ia turun dari kudanya untuk memberikan kudanya beristirahat
sebelum melanjutkan perjalanannya lagi, Bulan mulai
kelihatan di sebelah timur ketika mereka berangkat lagi,
Meskipun Bee Kun Bu melihat bahwa Co Hiong sayang
kudanya, akan tetapi caranya ia mendesak kudanya mengejar
waktu membikin Bee Kun Bu menjadi cemas.
Dengan suara rendah ia berkata: "Saudara Co, kudamu itu
meskipun hebat, akan tetapi dengan lari terus-menerus, aku
khawatir kudamu akan menjadi terlampau letih, Dalam
suasana gelap gulita ini, jika meneruskan perjalanan dengan
cara kau melarikan kuda itu, aku khawatir kita bisa celaka,
Lebih baik kita mengaso, dan melanjutkan perjalanan kita
besok pagi."
Co Hiong menyahut sambil tersenyum: "Saudara Bee,
hatimu ingin sekali lekas-lekas tiba di kuil Yun Bu Sie. jika kita
berhent mengaso bukankah kita akan terlambat? Aku dapat
menyelami perasaanmu Di kolong langit ini hanya ada dua
orang yang aku senantiasa ingat di dalam hati: yang satu ialah
guruku, dan yang satu lagi Sumoyku, Bukankah nasibku
serupa dengan nasibmu. Kini kau juga menjadi orang yang
aku segani. Aku rela hilang kuda ini jika aku dapat menolong
kau,"

Ucapan itu mengharukan Bee Kun Bu, ia berpikir "Orang
ini luar biasa, jika melihat ia perlakukan kedua Hweeshio dan
membunuh mereka setelah dtsiksanya, aku yakin ia adalah
seorang yang kejam sekaii. Tapi... mengapa ia menaruh
simpati terhadapku yang ia baru kenal? ia rela mengorbankan
tenaga dan kudanya untuk aku, ini aku harus belas." Karena
terharu atas ucapan Co Hiong itu, Bee Kun Bu menyahut:
"Saudara Co terlampau baik terhadap aku, aku tak dapat
membalas budimu yang demikian besarnya,"
Co Hiong menoleh ke belakang dan berkata dengan
khidmat, "Kita tak boleh membeda-bedakan usaha yang kita
sedang laksanakan sekarang, Aku pun tidak mengharapkan
balasan."
Bee Kun Bu yang budiman itu tak dapat menjawab ketika
ditegur demikian Karena ia seorang yang cerdas, ia lekaslekas
memberikan jawaban yang dapat meredakan "Saudara
Co tadi menceritakan tentang Sumoymu, Mungkin Sumoymu
itu pun senantiasa memikirkan kau."
Co Hiong tersenyum, talu ia menarik napas panjang dan
menjawabnya: "Sumoyku, Souw Hui Hong, dapat dikatakan
seorang Lie Hiap (pendekar wanita) yang luar biasa, dan ilmu
silatnya pun dapat dikatakan berimbang dengan aku, ia cantik
jelita dan kami menjadi besar bersama di satu tempat dan
dapat hidup akur,
Tapi aku belum dapat mengatakan bahwa kami berdua
saling cinta mencintai Aku bertahun-tahun berkelana di
kalangan Kang-ouw, jarang bertemu muka dengan ia.
Meskipun aku telah menjumpai banyak gadis-gadis yang
cantik manis, tapi tidak satu yang dapat menawan hatiku
sebagai Sumoyku itu, Dikemudian hari, jika ada kesempatan,
aku pasti memperkenalkan ia kepadamu."
sebetulnya Bee Kun Bu ingin memberitahukan bahwa ia
pernah berjumpa dengan Souw Hui Hong, tetapi ia khawatir

nanti menimbulkan salah paham, maka ia membungkam saja,
ia pikir nanti dikemudian hari jika ia menjumpai Souw Hui
Hong di hadapan Co Hiong, ia harus bersikap waspada, Demi
kian lah mereka menunggangi kuda ajaib itu sepanjang malam
tanpa istirahat Meski mereka mengucurkan peluh, tapi angin
gunung yang sejuk menghembus sepoi-sepoi membikin
mereka tak merasa lelah, Pada kira-kira pukul tiga pagi,
mereka telah melewati pegunungan Kauw Leng San dan tiba
di desa Gie Leng Shien. Mereka beristirahat sebentar, lalu
melanjutkan pula perjalanannya,
Setelah mereka melalui gunung Bu Po San pada pukul
lima pagi mereka tiba di kaki pegunungan Tay Ouw San.
Co Hiong turun dari kudanya, dan kuda sudah basah
kuyup dengan peluh. ia seka peluh kudanya dan mengusapusap
kepalanya, sambil dipandangnya dengan penuh kasih
sayang, tiba-tiba air matanya mengucur dari kedua matanya,
Bee Kun Bu yang memperhatikan gerak-gerik kawannya
menjadi heran, ia menanyai "Sa udara Co, mengapa kau
menangisi
Co Hiong menyahut dengan satu senyuman terpaksa:
"Kuda ajaib ini lagi beberapa bulan bukan lagi menjadi milikku,
tapi akan menjadi milik Sumoyku itu, Aku bodoh, mengapa
aku sedih hati, Kuda ini toh akan menjadi milik Sumoyku, Hm!
Aku betul-betul bodoh,"
perkataan itu diucapkan dengan wajah yang ber-ubahubah.
Co Hiong keluarkan barang makanan yang kering untuk
dimakan bersama-sama. Bee Kun Bu dengan membiarkan
kudanya makan rumput yang tumbuh di kaki gunung itu,
Sambil makan Bee Kun Bu pandang pegunungan Tay Ouw
San itu, pegunungan itu tidak tinggi, tapi luas, Kuil Yun Bu Sie
harus dicari lagi, ia menjadi cemas lagi. Sikap itu telah
diperhatikan oleh Co Hiong yang menanya: "Mengapa
saudara bermuram lagi? Apakah khawatir kuil Yun Bu Sie
tidak ketemu?

Sambil anggukkan kepala Bee Kun Bu menyahut: "BetuL
pegunungan yang paling sedikit beberapa ribu lie persegi
luasnya itu dimanakah kita harus mencari kuil yang terpencil
itu dengan cepat?"
"Urusan ini, harap kau serahkan kepadaku, Kita sudah tiba
di sini, mustahil kuil itu tidak dapat kita ketemukan? Meskipun
kita tak menjumpai tukang potong kayu, aku masih ada akal
untuk mencarinya. sekarang kita beristirahat untuk
mengumpulkan tenaga dahu!u, karena khawatir kita harus
bertempur melawan Tong Leng Tan Su." Lalu ia merebahkan
dirinya di atas rumput untuk tidur
Bee Kun Bu hanya duduk Saja. ia tak dapat tidur, karena
kekhawatirannya atas keselamatannya Lie Ceng Loan masih
belum dapat dilenyapkan Matahari telah naik tinggi di langit
ketika Co Hiong terbangun dari tidurnya, ia loncat bangun dan
sambil tersenyum berkata: "Mari kita berangkat mencari kuil
Yun Bu Sie!" ia segera lari ke atas gunung- Bee Kun Bu
mengikuti, sedangkan kuda ajaibnya pun lari mengikuti juga,
ilmu meringankan tubuhnya Co Hiong lihay sekali, dan dengan
sekejap saja ia telah berada di tempat beberapa puluh tombak
tinggi-nya.
ia pikir Bee Kun Bu pasti tak dapat mengejarnya. ia
menoleh ke belakang, dan Bee Kun Bu sudah berada kira-kira
lima kaki di belakangnya. ia lari pula terlebih cepat, dan Bee
Kun Bu ketinggalan kira-kira satu tombak Iebih. ia merasa
gembira, karena pikirannya lebih pandai daripada Bee Kun Bu.
Ketika matahari hampir berada di tengah-tengah, mereka telah
berada di suatu puncak gunung. Sorot matahari membikin
pedut yang menyelubungi puncak itu berwarna kuning emas.
Di bawah mereka pohon-pohon cemara kelihatan samarsamar
hijaunya. Berdiri di atas puncak itu, mereka merasa
seakan-akan berdiri di suatu dunia yang lain.
Tiba-tiba Co Hiong berkata: "Matahari telah demikian
tingginya, mengapa seorang tukang potong kayu pun kita
belum menjumpai? Apakah aku harus bakar seluruh tempat
ini?"

Bee Kun Bu terkejut mendengar ucapan itu, dan ingin
cnencegah. Tapi Co Hiong meneruskan omongan-nya: "Di
depan kita nampaknya seperti tembok merah, Apakah itu
tembok nya suatu kuil?" Lalu dengan tidak menunggu
jawabannya Bee Kun Bu, ia loncat menuju ke tembok merah
itu. Bee Kun Bu mengikuti Dengan cepat, setelah mereka
melewati dua lereng gunung, di antara dua puncak, mereka
melihat satu kuil yang besar Mereka lari makin cepat, dan
dengan sekejap saja telah tiba di depan kuil itu, Mereka
mendongak, dan membaca nama kuil itu yang ternyata
bertuliskan Yun Bu Sie tiga huruf Mereka buka pintunya yang
besar, dan bertindak masuk ke suatu ruangan yang besar,
Ruang ini serta delapan kamar lainnya terkurung oleh tembok
merah.
Di dalam pekarangan dalam tumbuh pohon-pohon cemara
dan bambu, Melihat keadaannya, rupanya kuil itu belum lama
diperbaiki Co Hiong bertindak masuk, dan setelah melalui
pekarangan depan. ia naik ke tangga batu yang bertingkat
tujuh dan masuk ke dalam ruang yang besar, Di tengahtengah
ruang itu, di atas satu meja yang besar dan tinggi, ada
dua lampu yang menyala, Di antara dua lampu itu ada suatu
hiolo (tempat menancap) dari batu yang tingginya kira-kira
satu kaki, Di belakang meja sembahyang ini ada tiga patung
Buddha (Hut-co) dari batu yang besar sekali, Seluruh ruang
nampak sangat bersih tapi dalam suasana sunyi senyap,
menyeramkan!
Sambil menoleh ke belakang Co Hiong berkata dengan
suara rendah kepada Bee Kun Bu: "Rupanya Tong Leng Tan
Su itu betul-betul seorang pendeta yang agung,.,." Belum lagi
ia berbicara habis, tiba-tiba terdengar suara orang-orang
mengejek: "Kedua saudara dari mana datangnya? Mencari
Tong Leng Tan Su dengan maksud apakah?"
Mereka terkejut, dan lekas balik badan ke arah datangnya
suara itu, Di pintu ruang yang besar itu, mereka lihat seorang
pendeta berbaju abu-abu, usianya lebih kurang tiga puluh
tahun, Mukanya yang pucat pasi, badannya yang kurus kering

dan matanya yang berkilau-kilauan membikin pendeta itu
nampaknya seperti mayat hidup! Setelah semangatnya
kumpul lagi, dengan tersenyum Co Hiong menyahut: "llmu
meringankan tubuh Taysu betul-betul lihay, Kami tak
mengetahui Taysu datang." Lalu ia menghampiri Hweeshio itu.
Hweeshio itu mengawasi Co Hiong dengan kedua matanya
yang tajam dengan sikap yang tenang,
Bee Kun Bu yang telah mengikuti Co Hiong selama
beberapa hari telah mengetahui sifat dan adatnya kawan ini.
Meskipun wajahnya berseri-seri tapi caranya Co Hiong
bertindak sembrono, maka ia menghalangi Co Hiong dan
berkata kepada Hweeshio itu: "Aku adalah murid dari partai
silat Kun Lun, dan kawanku ini adalah pemimpin kedua dari
partai silat Thian Liong, Kami datang mengunjungi Tong Leng
Tan Su dengan maksud bermohon menanyakan suatu
urusan."
Hweeshio itu menanya dengan mengejek: "Jie-wie telah
datang mencari Tong Leng Tan Su, apakah telah mengetahui
peraturannya?"
"Belum, Kami mohon Taysu memberi petunjuk," sahut Bee
Kun Bu.
Dengan sikap yang terperanjat Hweeshio itu menanya tagi:
"Siapa yang memperkenankan kalian datang ke sini, dan
mengapa kalian tidak diberitahukan peraturannya?"
sebetulnya Bee Kun Bu hendak menuturkan hal ikhwal
kedatangannya ke kuil Yun Bu Sie itu, tapi ia khawatir bahwa
penuturannya hanya akan membikin urusannya bertambah
ruwet, Untuk sementara waktu ia tak dapat menjawab, dan ia
menjadi gelisah.
Karena pertanyaannya tidak dijawab, Hweeshio itu menjadi
murka, ia membentak: "Mengapa kau ragu-ragu. jika kau tak
memberitahukan siapa yang menyuruh kalian ke sini maka
kalian tak dapat menjumpai Tong Leng Tan Su!" Co Hiong tak

sabar lagi. ia bertindak maju, dan menyahut sambil tersenyum:
"Kami telah dapat mencari sendiri kuil ini di pegunungan Tay
Ouw San. Kami takkan dapat menjumpai Tong Leng Tan Su.
Aku tak pereaya ia tidak mau menjumpainya, Jika kami
rintangi, jangan mempersalahkan aku, kalau aku bakar
seluruh kuil ini. Waktu itu aku ingin lihat apakah ia masih tidak
keluar!"
"Ha! Ha! Ha!" tertawa si Hweeshio, "Kau mau bakar kuil
ini?! Kau boleh coba, aku ingin lihat!"
Co Hiong tertawa gelak-gelak dan menyahut: "Kau kira aku
takut membakarnya? Kau lihatlah!" Segera dari kantongnya ia
keluarkan korek api dan mulai membakar kertas untuk
menyulut atap kuil itu! Bee Kun Bu terkejut dan lekas-lekas
mencegah perbuatan kawannya yang nekad itu sambil
berkata: "Saudara Co, sabarlah, Mari kita membicarakannya
lagi!" Co Hiong menunda membakarnya, tapi ia masih
mengawasi Hweeshio itu dengan beringas, ia berkata:
"Baiklah aku pandang saudara Bee. Aku sebetulnya mau
segera membakar kuil ini, dan ingin lihat apakah Tong Leng
Tan Su itu masih tidak menerima kita?"
Ketika Co Hiong ingin membakar atap kuil itu, Hweeshio itu
tidak menghalangi ia hanya mengawasi gerak-geriknya Co
Hiong, Rupanya ia ingin menguji keberanian Co Hiong,
Setelah Bee Kun Bu mencegah, ia baru berkata dengan
mengejek: "Apakah kalian betul-betuI tidak mengetahui
peraturannya Tong Leng Tan Su?"
Dengan merendah Bee Kun Bu menjawab: "Kami betulbetuI
tidak mengetahui harap Taysu sudi menjelaskannya."
"Jika kalian betul-betul tidak mengetahui aku masih dapat
memaafkan," berkata Hweeshio itu. "Enyahlah kalian, karena
Tong Leng Tan Su tak mudah dijumpai!" Lalu ia balik badan
dan hendak berla!u.
Bee Kun Bu memanggil: "Taysu, aku mohon sedikit
kelonggaran!"

Hweeshio itu berhenti dan menghadapi Bee Kun Bu. La!u
Bee Kun Bu menjelaskan "Kami datang ke sini setelah
menempuh jarak seribu lie lebih dengan maksud minta
petunjuk dari Tong Leng Tan Su. Oleh karena itu kami mohon
Taysu memberi petunjuk agar kami dapat menjumpai Tong
Leng Tan Su. Untuk bantuan yang berharga itu, kami
menghaturkan banyak-banyak terima kasih,"
Si Hweeshio mengerutkan keningnya, lalu berkata: "Jika
kalian mau menjumpai Tong Leng Tan Su, kalian harus lebih
dahulu dapat melewati aku!"
Belum Bee Kun Bu menyahut, Co Hiong dari belakang
sudah mengirim satu tinju dengan ilmu Hui Po Liu Coan atau
air terjun menimpa batu, Hweeshio itu tidak tengah, ia loncat
mundur tujuh kaki untuk mengegoskan jotosan itu, Sambil
tertawa Co Hiang berkata: "Aku kira peraturan apa. Jika hanya
peraturannya untuk melewati kau, mengapa tidak siang-siang
kau mengatakannya?" Lalu perkataan itu dibarengi dengan
serangan lagi.
Si Hweeshio tidak mengegoskan pukulan lagi ia tangkis
serangan itu dan menyerang dengan ilmu menggempur
harimau di luar pintu, tangan kirinya menjotos bahu kanannya
Co Hiong, Co Hiong mengegos diri lalu dengan kedua tinju ia
menotok dada lawan nya. Si Hweeshio terkejut melihat silat
yang demikian lihaynya, ia pikir: "Hai! pemuda yang wajahnya
cantik seperti seorang gadis mempunyai ilmu silat yang begitu
tinggi!" Untuk menghindarkan totokan itu, si Hweeshio
menjatuhkan tubuhnya di lantai, lalu ia bergulingan enam tujuh
kaki jauhnya, Co Hiong mengejek: "Ha! Mengapa kau tak
bangun dan membalas menyerang?"
Si Hweeshio menjadi merah mukanya karena malu, Tapi ia
menantang lagi: "Kau telah menyerang sebelum aku siap
sedia, Mari kita bertempur lagi, Jika aku kalah, aku sendiri
yang nanti menuntun kalian menjumpai Tong Leng Tan Su."
Mendengar si Hweeshio tak mau mengaku kalah, Co
Hiong menjadi makin murka, Tapi tak kentarakan pada raut

wajahnya, meskipun marahnya besar, tapi ia tak
memperlihatkan karena ia tetap tersenyum dan mengejek:
"Taysu mulailah, dan boleh menyerang dulu!" Lalu ia hampiri
lagi si Hweeshio yang juga sudah siap.
Ketika jaraknya tinggal lagi tiga kaki jauhnya dari si
Hweeshio, ia loncat dan tangan kanannya menyambar
secepat kilat kepada kedua matanya si Hweeshio dengan ilmu
Siang Liong Chio Cu atau sepasang naga merampas mutiara,
Si Hweeshio yang telah mengetahui kepandaian silat
lawannya tak bersikap lengah, ia telah siap sedia, Begitu lekas
Co Hiong menyerang, tangan kirinya menangkis serangan
dengan ilmu To Pu Tu Kang atau pengayuh kayu menampar
air dan tangan kanannya menyerang dengan ilmu Pay San Hu
Ciong atau menghalau gunung menggempur karang!
Co Hiong lekas-lekas menarik kembali cakaran itu, ia
loncat ke atas dengan maksud menerkam kepala lawannya,
Tapi si Hweeshio tidak menunggu Co Hiong turun ke bawah,
menyodok lambung lawannya sambil mencondongkan
tubuhnya dengan ilmu Kim Pau Lu Cao atau macan tutul
memperlihatkan kukunya, Co Hiong harus tendang sodokan
tinju itu sebelum ia jatuh di lanlai,
Ketika si Hweeshio diserang oleh Co Hiong pertama kali, ia
tidak duga lawannya demikian lihay, ia keteter Tapi
selanjutnya ia tak berlaku lengah lagi. ia menyerang dengan
sekuat tenaga dengan maksud, jika bisa, membinasakan
lawannya, ilmu silat kedua belah pihak berlainan masingmasing
mempunyai keistimewaannya.
Si Hweeshio bertempur makin lama makin cepat,
serangannya makin menghebat Co Hiong bertempur dengan
ilmu silat yang sangat ia andalkan, yakni silat yang ia dapat
pelajari dari gurunya, Souw Peng Hai, tapi ia kalah tenaga,
Maka setelah pertempuran berlangsung agak lama, Co Hiong
menjadi keteter Bee Kun Bu yang menyaksikan pertempuran

itu dapat melihat kedudukan kawannya itu, ia ingin
menggantikannya tapi ia khawatir Co Hiong salah paham.
Tapi ia bertekad akan turun tangan jika Co Hiong menjadi
kalah! Ketika mereka tengah bertempur, Co Hiong berseru:
"Saudara Bee, coba perhatikan jurus-jurus Hweeshio ini,
apakah serupa dengan jurus kedua Hweeshio yang durhaka?"
Bee Kun Bu memperhatikan dan betul saja ilmu silat
Hweeshio berbaju abu-abu itu serupa dengan ilmu silat kedua
Hweeshio yang Co Hiong telah kirim ke akherat ia menjadi
murka, karena ia ingat bahwa Lie Ceng Loan, Sumoynya,
dibawa lari oleh kedua Hweeshio yang dur-haka itu, ia
berseru: "Saudara Co, kau mundurlah, kasihlah aku yang
gempur Hweeshio ini!"
Sambil bertempur Co Hiong menyahut: sebetulnya aku
siang-siang sudah ingin mengakhiri Hweeshio ini, Tapi aku
khawatir saudara Bee anggap aku kejam Kini setelah dapat
membuktikan Hweeshio ini kambratnya kedua Hweeshio yang
durhaka itu, aku kira kau tak lagi menv persalahkan aku jika
aku kirim Hweeshio ini ke akhirat!"
Bee Kun Bu merasa malu diperingatkan demikian Tiba-tiba
ia tampak Co Hiong merubah jurusnya, Terlihat bajunya yang
kuning berkibar-kibar seperti seekor kupu-kupu sedang
terbang di antara bunga-bunga mengurung Hweeshio itu, ia
tak dapat melihat Co Hiong menggunakan ilmu silat apa
karena gerakannya cepat sekali " ia tak mengetahui bahwa Co
Hiong sedang menggunakan ilmu yang khas diciptakan oleh
Souw Peng Hai, pemimpin partai silat Tian Liong, yakni Sah
Cap Lak Cau Hui Su Cong (serangan tinju terbang dengan
tiga puluh enam perubahan) ilmu yang digunakan itu seratus
kali lebih lihay dari pada ilmu tinju Uu Yun Cong (tinju
menyerang awan) yang Lie Cong Loan gunakan melawan Tee
Ju Liong tempe hari, Dalam hanya sepuluh jurus saja, si
Hweeshio telah menjadi keteter, tubuhnya basah kuyup
dengan keringat Bee Kun Bu terkejut bila ia pikir Co Hiong
segera akan mengajak mereka menjumpai Tong Leng Tan Su.
Baru saja ia ingin mencegah, tiba-tiba terdengar suara jeritan

si hweeshio yang kena disodok ulu hatinya, dan jatuh
tengkurap di lantai!
Di dalam kamar batu pendeta Tua membuka rahasia
Rupanya Co Hiong betul-betul telah menggunakan ilmu
Sah Cap Lak Cau Hui Su Cong (serangan tinju terbang
dengan tiga puluh enam perubahan), dengan bukti jatuh
tersungkurnya hweeshio itu di lantai! Lalu Co Hiong berhenti
menyerang, dan menoleh ke belakang kepada Bee Kun Bu
yang sedang berdiri terpaku menyaksikan serangan kawannya
yang sangat dahsyat, ia menegur sambil tersenyum:
"Mengapa kau bingung? Apakah aku telah serang ia
terlampau hebat? jika aku lembek hati seperti kau, aku tak
dapat berkecimpung di kalangan Kang-ouw. Dalam segala
pertempuran pertarungan kita harus selalu ingat: jika kita tak
membunuh lawan, lawan pasti membunuh kita! Bermurah hati
terhadap lawan yang kejam dan jahat tentu tak merugikan
atau mencelakakan kita sendiri Di kalangan Kang-ouw, orangorang
yang lebih kejam dan lebih tak mengenal kasih dari
pada aku, tak terhitung banyak nya. Apa gunanya kita
bermurah hati jika kita dilukakan parah atau dibinasakan oleh
musuh ?"
"Aku bukannya memikiri cara kau menyerang musuh. Aku
hanya sedang memikiri." sahut Bee Kun Bu ragu-ragu sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Co Hiong tidak menunggu perkataannya selesai, ia
meneruskan MKau sedang pikiri jika hweeshio itu binasa, kita
tak dapat menjumpai Tong Leng Tan Su, betulkah?
sebetulnya kau memikiri yang bukan-bukan. Hweeshio ini
memberikan kita keterangan dusta, Kila tak dapat pereaya,
Cara ia menyerang, jurus-j urus nya semuanya seperti jurus
kedua hweeshio durhaka yang telah membawa kabur
Sumoymu, Hwweeshio ini sama durhakanya.
Aku yakin Tong Leng Tan Su pun bukan seorang yang
baik. Kuil ini tidak seberapa luasnya. Mustahil kita tidak
berhasil menemui dia? Yang kita khawatirkan ialah bagaimana

ilmu silat Tong Leng Tan Su itu. Lagi pula hweeshio yang jatuh
tersungkur itu belum binasa. Aku hanya totok jalan darah di
lehernya, bukan jalan darah jantungnya, sebentar ia dapat
sadar kembali!"
Bee Kun Bu mendengar penjelasan yang beralasan itu, ia
hanya anggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Sejenak kemudian hweeshio yang telah jatuh tersungkur
itu mulai mengutik, lalu membuka kedua mata-nya, Bee Kun
Bu segera loncat dan berdiri di sampingnya dengan hasrat
menolong ia bangun, Tapi baru saja ia angsurkan tangan
kanannya, si hweeshio menepak tangannya sambil berkata:
"Kau tak usah menolong aku, Aku dapat menolong diri sendiri,
Aku sendiri dapat membebaskan totokan jalan darahku!"
Lalu ia bangun dan duduk. Dengan ilmu mengim-bangkan
tenaga, si hweeshio itu kelihatan menarik napas, lalu
menghembuskan napas berkali-kalL Selang beberapa menit,
hweeshio itu dapat bangkit dan berdiri lagi. ia mengawasi Co
Hiong dan berkata dengan suara yang mengejek: "Aku kalah
melawan kau, Aku dapat mengajak salah seorang darimu
menjumpai Tong Leng Tan Su. Kawanmu tak dapat turut!"
Bee Kun Bu memotong pembicaraan: "Cara demikian tidak
beralasan. Kami datang bersama-sama, harus kami
menjumpai Tong Leng Tan Su bersama-sama juga!"
"Rupanya hweeshio ini hendak menggunakan tipu
muslihatnya, Tentang itu aku tak menghiraukan Baiklah,
saudara Bee, kau tunggu di sini, aku nanti seret Tong Leng
Tan Su menjumpai kau!" kata Co Hiong kepada Bee Kun Bu.
"Saudara Co tak dapat pergi seorang diri, Aku harus
menyertai kau," kata Bee Kun Bu.
Co Hiong tidak menyahut ia mengawasi sikap si hweeshio
yang tak dapat melarang Bee Kun Bu lagi turut serta, ia lalu
keluar dari ruang yang besar itu, diikuti oleh Co Hiong dan Bee
Kun Bu. Kedua orang itu mengikuti si hweeshio. Setelah
keluar dari pintu belakang dan melalui kebun pohon-pohon

cemara, mereka menuju ke suatu bukit yang curam. Bee Kun
Bu merasa heran, "Mengapa Tong Leng Tan Su tidak tinggal
berdiam di dalam kuil itu?" pikirnya,
Co Hiong pun menjadi cemas, ia mengingati jalan yang
telah dilalui, ia berpikir lain daripada pikirannya Bee Kun Bu.
"Bukit yang agak curam itu mungkin, ada perangkapnya untuk
menjebak aku," ia pikir,
Setelah mendaki bukit yang agak curam, mereka harus
turun melalui jalan kecil yang berliku-liku ke suatu lembah.
Sambil berjalan Co Hiong memperhatikan bahwa jalan itu
makin lama makin menjadi sempit, sehingga setelah berjalan
setengah lie jauhnya, jalan itu hanya dapat dilewati oleh
seorang, karena tembok jurang yang tebing menjepit jalan
yang sempit itu! ia jalan tidak mau terpisah jauh di belakang si
Hweeshio itu, karena ia bertekad jika ia dijebak, lebih dahulu
ia pukul mati Hweeshio di depan nya!
Si Hweeshio berjalan cepat sekali, dan setelah melewati
beberapa bilik mereka menyaksikan suatu pemandangan yang
berlainan Di hadapan mereka tampak satu lembah yang iuas,
Di ujung lembah berdiri tegak satu puncak, dan di belakang
puncak itu terlihat lagi tiga puncak gunung. sebidang lapangan
rumput yang luasnya hanya lima depa persegi terletak di
tengah-tengah ke-empat puncak itu, Lalu si Hweeshio
menunjuk ke arah kaki puncak yang berada di tengah sambil
berkata: Tong Leng Tan Su kini berada di dalam gua di kaki
puncak gunung itu! Kalian boleh masuk ke dalam gua
menjumpai beliau!"
Co Hiong memperhatikan bahwa lubang gua itu hanya
empat lima kaki lebarnya, tapi sangat dalam agaknya. ia
hendak segera masuk, tapi Bee Kun Bu menahan: "Saudara
Co, kau tunggul aku di luar gua. Biarlah aku masuk ke dalam
memeriksanya!"
Tapi Co Hiong sebaliknya menahan Bee Kun Bu masuk, ia
berkata: "Di dalam gua dari gunung ini mungkin ada banyak

ular berbisa atau binatang yang ganjil dan berbahaya. Aku
harus menanya si Hweeshio dulu." Si Hweeshio menyahut
dengan menyengir "Orang yang berani berkelana pasti tidak
takut terhadap ular atau binatang buas, Jika kalian takut,
masih ada kesempatan untuk mundur!"
jawaban Hweeshio itu membikin Co Hiong agak malu, ia
buka lebar kedua matanya dan membentak: "Meskipun gua
naga atau harimau, aku tidak takut memasuki nya. Tapi jika
aku masuk ke dalam gua tidak menjumpai Tong Leng Tan Su,
aku pasti bunuh mati kau dan potong hancur mayatmu!"
Si Hweeshio tertawa gelak-gelak dan menyahut: "Jika kau
masuk, kau pasti binasa! Mana bisa keluar membunuh aku
lagi?! Ha! Ha! Ha!"
Omongannya Hweeshio itu membikin Co Hiong lebih
bernafsu lagi untuk masuk ke dalam gua itu. ia berkata kepada
Bee Kun Bu, suaranya rendah: "Sa udara Bee, kau jaga
Hweeshio ini. jangan sampai ia lari! Aku masuk ke dalam gua
untuk menyelidikinya, Jika ia menipu kita, nanti setelah aku
keluar, aku berikan ia hajaran!" Lalu dengan secepat kilat ia
lari masuk ke dalam gua, meskipun Bee Kun Bu coba
menahannya, sambil berseru: "Saudara Co, biarlah aku yang
masuk!"
Si Hweeshio berkata kepada Bee Kun Bu: "Kalian berdua
harus ada seorang yang hidup untuk mengurus mayat yang
lain. ia rupanya ingin mati, Biarlah ia mati, dan kau boleh bawa
pulang mayat nya!"
Ejekan itu membikin murka Bee Kun Bu. ia membentak
"Mengapa kau berani pastikan ia tentu binasa?"
"Kau tidak pereaya? Lihat sajalah!" sahut si Hwee-shio,
Bee Kun Bu lalu loncat dan ingin masuk ke dalam gua. Tapi si
Hweeshio loncat dan berdiri di mulut gua itu menghalangi
sambil membentak: "Kau ingin masuk ke dalam? Kau harus
menunggu kawanmu keluar Apakah kau tak mengetahui
peraturan dari Tong Leng Tan Su?!" Bee Kun Bu terkejut ia
dengan wataknya yang lemah lembut dan perasaan halus pikir

lebih baik menurut peraturan ia terpaksa menunggu di luar
gua.
Betul saja selang tak lama, dari gua itu tiba-tiba terdengar
suara jeritan yang disertai hembusan angin yang sangat
keras, Co Hiong dengan kedua tangannya menjaga dadanya
dan wajahnya pucat terdorong keluar dari gua itu!
Bukan main terkejutnya Bee Kun Bu. ia tubruk Co Hiong
dan menanya: "Saudara Co, mengapakah kau? Apakah kau
terluka?"
Co Hiong tak segera menjawab, ia hanya mengawasi Bee
Kun Bu. ia sedang mengeluarkan tenaga dalamnya dan
wajahnya sangat mengkhawatirkan sekali! Bee Kun Bu segera
melihat bahwa kawannya telah menderita luka parah, ia
terharu dan air matanya tak tertahan mengucur keluar ia
berkata dengan tersedu-sedu: "Hai! Saudara Co, karena
urusanku, saudara menderita luka parah! AL.!"
Tapi Co Hiong geleng-geleng kepalanya sambil tersenyum.
Bee Kun Bu membantui dia duduk di atas rumput Empat
lingkaran emas di tangannya masih ketinggalan dua. "la pasti
telah bertempur dan menggunakan lingkaran-Iingkaran
emasnya itu! Tapi mengapa ia terdorong keluar dan menderita
luka parah?" pikir Bee Kun Bu. Sambil duduk di atas rumput,
Co Hiong coba menggunakan ilmu mengimbangi tubuh untuk
memulihkan tenaga dan menyembuhkan luka nya. Perlahanlahan
ia bangkit
Lalu dari kantong di dadanya ia keluarkan dua butir pil
untuk ditelan, Sejenak kemudian ia tersenyum dan berkata:
Tong Leng Tan Su betuI-betul lihay sekali ilmunya. Setelah
aku masuk ke dalam gua, aku harus menahan dua jotosan
nya, dan aku tak dapat bertahan jotosan yang ketiga lebih
dahsyat lagi, Aku keburu menangkis, dan jotosan itu telah
melukai tubuhku, Hanya dengan menggunakan lingkaranlingkaran
emas yang ampuh aku terhindar dari bahaya maut
dan melarikan diri!" "Apakah kau menderita luka parah?" tanya
Bee Kun Bu dengan perasaan khawatir sekali.

"Aku telah telan dua pil mustajab," sahut Co Hiong, "Dan
aku yakin jiwaku tak terganggu karena pil mustajab dari
guruku itu yang diperolehnya dari seorang tabib pandai, Sao
Kong Gic Dalam tiga bulan jika sakitnya tak datang lagi,
semua luka sudah sembuh, Tetapi jika dalam tiga bulan aku
merasa sakit lagi, asal saja tak ada bagian yang hancur, tabib
Sao Kong Gie itu pasti dapat menyembuhkan luka-Iuka itu.
Tapi saudara Bee tak dapat segera menemui Tong Leng
Tan Su. inilah yang membikin aku gelisah, Aku harus segera
kembali ke utara propinsi Kwi-ciu untuk mengajak kawankawan
yang lebih lihay ilmu silatnya dari markas Thian Liong
untuk menaklukkan Tong Leng Tan Su itu. saudara Bee, aku
menyesal sekali, usaha kita tak berjalan lancar Tapi kau
berjanji aku tak akan berhenti sebelum usaha ini berhasil
Bee Kun Bu menoleh ke belakang melihat si Hwee-shio
yang rupanya agak terkejut Mungkin si Hweeshio terkejut
karena Co Hiong telah luput dari bahaya maut.
Hweeshio itu yakin betul Co Hiong pasti binasa di bawah
tinju dahsyat Tong Leng Tan Su, tapi ia ternyata hanya luka
parah!
Setelah melihat Co Hiong dapat bicara, kekhawatir-an Bee
Kun Bu agak sedikit reda. ia berkata: "Sa udara Co kembali ke
markas di propinsi Kwi-ciu untuk mengajak jago-jago silat
akan memakan waktu agak lama, Aku pun berkehendak ingin
coba menjumpai Tong Leng Tan Su itu. Lagi pula, setelah ia
mengirim tiga jotosan kepada kau, ia pasti telah keluarkan
banyak tenaga, sebaliknya tenagaku masih utuh. Baiklah aku
mencoba memasuki-nya."
Co Hiong yang mengetahui bahwa Bee Kun Bu tak dapat
ditahan karena ingin lekas-Iekas menolong Sumoynya, ia
hanya dapat menyahut "Jika saudara Bee ingin tnencoba, aku
pun tak dapat mencegahnya. Hanya kau harus waspada, Aku
menunggu di luar." Tapi si Hweeshio mengejek: "Orang yang
menanti mati tak dapat dicegah meskipun dibujuk! Ha! Ha!"

Bee Kun Bu tidak gubris ejekan itu. Secepat kilat ia loncat
masuk ke dalam gua, Setelah ia berjalan melalui dua bilik,
suasana mulai menjadi tegang. Dinding di kedua samping
jalan masuk ke dalam gua itu makin lama makin lebar, tapi
masih tetap gelap, Dengan mata kepalanya yang tajam ia
mengawasi ke depan dan melihat kira-kira dua depa di
depannya ada bayangan berwarna abu-abu, agaknya satu
orang sedang duduk bersila.
Bee Kun Bu anggap bayangan abu-abu itu pasti Tong
Leng Tan Su yang sedang duduk bersila, ia kumpulkan tenaga
dalamnya, siap sedia menangkis serangan Lalu ia bertindak
maju dengan waspada,
Ketika ia berada lebih kurang lima kaki jauhnya dari orang
yang duduk bersila itu, ia merasa embusan angin yang keras
menyerangnya, Dengan kedua tinjunya ia menahan serangan
itu, Betul ia dapat menahan embusan angin yang menyerang
itu, tapi ia merasakan kehilangan keseimbangannya. ia
merasa mabuk kepala dan berjalan sempoyongan jotosan
kedua dilepaskan lagi oleh orang yang duduk bersila itu, dan
jotosan itu lebih hebat daripada jotosan yang pertama.
Untuk menahan serangan embusan angin yang timbul dari
jotosan itu, Bee Kun Bu harus mengeluarkan semua tenaga
dalamnya, dan ia pun terdorong mundur sampai empat lima
kaki ke belakang Ketika itu ia merasa matanya berkunangkunang,
kupingnya pekak dan kepalanya pening, ia lekaslekas
mengeluarkan ilmu mengimbangi tubuhnya, Tapi
lawannya mengirim lagi jotosan ketiga,
Karena ia ingat penuturan Co Hiong yang mengatakan
bahwa tinju ketiga luar biasa dahsyatnya, ia tak berani
menahan serangan itu. ia lekas-lekas mengegoskan
hembusan angin yang timbul dari tinju itu, dengan bertindak
minggir dan kedua tangannya menjaga dadanya, Di tempat
atau jalan yang hanya empat lima kaki luasnya itu tak dapat
menggunakan ilmu meringankan tubuh.

Dengan tak terasa olehnya, ia telah menggunakan ilmu
Ngo Heng Mie Cong Pu (tindakan ajaib) yang ia telah dapat
pelajari dari Pek Yun Hui sambil mengirim jotosan dengan ilmu
Po Si Ciang (menjotos bintang) dari Ngo Kong Taysu, Dengan
tak terasa olehnya serangan ketiga yang dahsyat itu telah
dipunahkan dengan mudah olehnya,
Meskipun telah melepaskan tiga tinju, Tong Leng Tan Su
masih juga tak dapat menahan Bee Kun Bu, tetapi sebaliknya
ia telah diserang oleh angin yang dilepas dari tinju Po Sin
Ciang, ia berpekik, lalu menjotos dengan kedua tinjunya
berbareng terus-menerus sampai tujuh ka!i. BetuI Bee Kun Bu
berada lebih dekat dari ia, dan tinju-tinju itu dilepaskan lebih
dahsyat, tetapi dengan ilmu Ngo Heng Bu Cong Pu (langkah
ajaib) yang luar biasa sekali, semua serangan-serangan yang
dahsyat itu dapat dibuyarkan dengan mudah sekali!
Setelah Bee Kun Bu berhasil membuyarkan seranganserangan
yang dahsyat itu, dan ia ingin maju ke depan, tibatiba
Tong Leng Tan Su berseru: "Ai! Ombak dari sungai Yo Cu
mendorong ombak yang di depan, Angkatan muda
menggantikan tempat angkatan tua! Aku ini betuI-betul sudah
dan harus diganti!"
"Tapi Bee Kun Bu telah datang mohon menjumpai
angkatan tua Tong Leng Tan Su, seraya menghaturkan
selamat!" Lalu ia maju dan berlutut di hadapan Hweeshio tua
itu,
Si Hweeshio tua menarik napas panjang, lalu menyahut
"Harap maafkan si tua bangka ini yang telah menjadi orang
caeat, maka tak dapat bangun menyambut dengan
selayaknya pada siotee, silahkan duduk dan bicara dengan si
tua bangka ini!"
Bee Kun Bu terus berlutut sambil menyahut: "Siotee
datang mohon menjumpai angkatan tua dengan suatu
maksud, dan mohon petunjuk."
"Bangunlah," seru si Hweeshio tua. Bee Kun Bu bangun
dan memperhatikan bahwa Hweeshio itu berewokan dan

duduk bersila di atas satu tempat duduk yang dibuat dari
rumput ia mengenakan baju abu-abu. Wajahnya yang seram,
ditambah dengan kedua matanya yang bersinar dan giginya
yang putih membikin ia kelihatannya seperti makhluk dari
dunia lain. Dengan membesarkan hati Bee Kun Bu bertindak
lebih dekat lagi, Lalu Tong Leng Tan Su tertawa gelak-gelak
dan berkata: "Siotee kau tak usah khawatir lagi! Kau telah
dapat menahan tiga tinjuku dan serangan kedua tinjuku yang
bertubi-tubi, Aku si tua bangka tak dapat melawan kau lagi!
Selama hampir sepuluh tahun ini aku belum pernah bertemu
manusia, Siotee telah berhasil masuk, marilah duduk di
sampingku."
Bee Kun Bu mengangkat kedua tangannya memberikan
hormat, lalu berkata: "Siotee datang hanya mengganggu
Taysu!" Tong Leng Tan Su mengawasi Bee Kun Bu dari atas
sampai ke bawah sebelumnya ia berkata: "Melihat jejakmu,
kau tak dapat menahan serangan-serangan tinjuku, Tapi
mengapa semua serangan-serang-an tinjuku kau telah
berhasil membuyarkannya?
Di tempat yang sempit ini, meskipun betapa lihaynya ilmu
meringankan tubuhmu, kau pasti gagal menyelamatkan diri
dari serangan-seranganku, Tapi Siotee telah berhasil
mengegoskan nya, bahkan membuyarkan seranganseranganku,
ilmu apakah yang telah kau gunakan? ilmu yang
lihay itu aku baru menyaksikan pertama kali, Siotee pasti
mempunyai seorang guru yang sakti," ia berhenti sejanak, lalu
menanya: "Aku yang telah menjadi cacat ini, dapat menolong
Siotee dengan cara apakah?"
Dengan hormat Bee Kun Bu berkata: Taysu sedang
bertapa di dalam gua ini, dan Siotee datang mengganggu
Siotee menghaturkan maaf." Sambil tersenyum Tong Leng
Tan Su berkata: "Siotee bukan saja ilmu silatnya lihay, bahkan
wataknya juga sangat mufia, Siotee ada urusan apakah yang
aku si cacad ini dapat menolongnya, Sebutlah!"
Bee Kun Bu mengetahui bahwa si Hweeshio tua ini
dulunya pasti seorang jago silat yang lihay sekali, Kini ia

tinggal terpencil di tempat ini, jika bukan ingin bertapa
memperdalam ilmunya, tentu ada sesuatu yang akan
ditunaikan sebelum menutup mata, Setelah diminta oleh si
Hweeshio tua itu untuk memberitahukan urusannya,
Bee Kun Bu lalu menuturkan dengan jelas peristiwa
Sumoynya, Lie Ceng Loan diculik oleh orang-orangnya partai
silat Thian Liong, tapi dirampas lagi oleh kedua Hweeshio,
karena inilah sehingga ia dan Co Hiong datang ke kuil Yun Bu
Sie. Tentang peristiwa pertempuran antara Co Hiong dan
Hweeshio di kuil Yun Bu Sie ia tidak ceritakan.
Tong Leng Tan Su mendengarkan penuturan itu dengan
penuh perhatian, dan setelah penuturan itu se-lesai, seluruh
tubuhnya gemetaran, ia tarik napas panjang sebelumnya ia
berkata: "Jika orang-orangku telah melakukan perbuatan yang
durhaka itu, aku betul-betuI malu sekali, Mereka betuI-betul
telah menodakan namanya Hud-co. Urusan ini sangat besar
jika aku harus menceritakan riwayatnya kedua Hweeshio yang
durhaka itu, kau pasti tak menghiraukan bahaya untuk segera
mencari Sumoymu, Mungkin kau pergi untuk tak dapat
kembali lagi!"
Mendengar jawaban itu, Bee Kun Bu menjadi heran, ia
menanya lagi: "Aku mohon Taysu memberitahukan ke mana
Sumoyku telah dibawa dan aku merasa berterima kasih!"
Tong Leng Tan Su pejamkan kedua matanya dan tidak
menyahut Seluruh tubuhnya gemetaran menunjukkan
perasaan terharu nya, AJr matanya mengucur ke-luar, dan
ketika ia angkat lengan bajunya untuk menyusut air matanya,
Bee Kun Bu lihat bahwa kedua betisnya telah buntung!
Dengan tak terasa Bee Kun Bu menanya: "Taysu! Mengapa
kedua betis Taysu itu?!"
Hweeshio itu tidak segera menjawab ia mengawasi Bee
Kun Bu lalu menanya: "Bagaimanakah pendapatmu tentang
ilmu silatku?"

Bee Kun Bu menyahut: "Lihay sekali! Terutama tenaga
dalam Taysu." Hweeshio itu anggukkan kepalanya dan
berkata: "Meskipun kau mempunyai kepandaian silat yang
lihay, dan telah dapat mempelajari ilmu-ilmu silat dari
beberapa guru-guru yang sakti, tapi menurut pendapatku
tenaga dalammu masih terus harus diperbaiki Untuk menolong
Sumoymu, kau harus memperbaiki ilmu tenaga dalammu,
SebetuInya, menurut peraturan-per-aturan di kalangan Bu
Lim...." ia berhenti sebentar, lalu merangkapkan kedua
tangannya, dan memohon doa: "Hud-co yang maha sakti!
Ampunilah hamba untuk membuka rahasia ini!"
Air matanya mengucur lagi. ia seka kedua matanya dan
melanjutkan pembicaraannya itu. Bee Kun Bu insyaf bahwa
Hweeshio itu merasa berat sekali untuk membuka suatu
rahasia, tapi guna ia menolong Sumoynya, Hweeshio itu
terpaksa akan membuka rahasia juga, Selesai Tong Leng Tan
Su sembahyang minta ampun untuk membuka rahasia, ia
muIai: "Aku telah mendapat kabar bahwa Sumoymu telah
dibawa ke tempat perguruanku Karena aku telah melanggar
peraturan partaiku, aku telah dihukum dan diusir keluar!"
Hukumannya seperti kau lihat, ialah kedua betisku di
potong putus, Bahkan dua murid kesayanganku juga telah
diusir keluar! Dengan jerih payahku dan kedua muridku,
setelah mengalami banyak kesukaran dan kesulitan dan
mengatasi segala rintangan selama beberapa tahun, kami
berhasil datang ke pegunungan Tay Ouw San ini dan
membangun kuil Yun Bu Sie. Karena aku telah kehilangan dua
betis, aku tak sudi menjumpai orang lain, Gua ini tepat sekali
untuk maksudku bertapa.
Sebelumnya aku diusir keluar kedudukanku di dalam partai
silat itu agak tinggi, maka setelah aku tinggal terpencil di gua
ini masih ada banyak murid-muridku yang dengan diam-diam
telah datang dengan hasrat menjumpai aku. Mereka tidak
berani datang terang-terangan, karena peraturan dari partaiku
sangat keras itu: orang-orang yang telah diusir keluar tak
dapat dikunjungi oleh murid-muridnya lagi.

Bilamana seorang murid ketahuan datang mengunjungi
orang yang telah diusir keluar itu, maka murid itu akan
dihukum mati! Untuk menghindarkan peristiwa yang aku tak
ingini itu aku sengaja tinggal di dalam gua ini, dan
mengadakan peraturan yang gila-gila, ialah siapa saja yang
berkeras mau menjumpai aku, harus menerima jotosanjotosanku
yang dahsyat Selama hampir sepuluh tahun ini,
tidak sedikit orang, termasuk juga murid-muridku, yang
berkeras kepala datang ke dalam gua ini menjumpai aku, tapi
mereka semuanya tak tahan serang-an-serangan tinjuku...."
Baru saja ia bicara sampai di sini, tiba-tiba dari mulutnya
keluar darah dan tubuhnya agak limbung.
Bee Kun Bu terkejut, lekas-lekas ia pegangi pundaknya
sambil menanya: Taysu! Taysu! Kau kenapa.,.?"
Tong Leng Tan Su berjengkit dan melanjutkan "Ketika aku
diusir keluar, aku telah ditotok jalan darahku, dan totokan itu
menembusi tulang-tulangku. jalan darah jantung dan
lambungku telah ditotok, sukar dibebaskan, kecuali oleh
beberapa paman-paman guruku...."
"Apakah Taysu tak dapat membebaskan sendiri?" tanya
Bee Kun Bu.
"Aku hanya mengerti sedikit, sehingga dewasa ini aku
masih tak berhasil membebaskan seluruhnya, Aku hanya
berhasil mempertahankan diri dari kematian!" sahut Hweeshio
itu, Totokan yang menembusi tulang-tulangku itu tidak
membikin aku binasa, tapi bukannya berarti memberi ampun
kepadaku, Aku pun hanya dapat hidup lebih kurang sepuluh
tahun, Tadi aku menyerang kau, dan aku telah menggunakan
tenaga terlampau besar, maka tempat yang telah ditotok telah
mengeluarkan darah!"
Bee Kun Bu menghaturkan maaf dengan berkata: "Diluar
dugaan, Siotee telah membikin Taysu menderita lagi-"
Hweeshio tua itu geleng-geleng kepala dan berkata:
"Meskipun aku tidak mengeluarkan tenaga, aku pun tak dapat
hidup enam bulan lagi, Dengan bertapa di dalam gua ini, aku

ingin dapat memperdalam ilmu tenaga dalamku agar dapat
menyembuhkan luka-Iuka totokan itu, Tapi setelah aku
berusaha selama hampir sepuluh tahun ini, ternyata usahaku
itu sia-sia belaka! Dalam beberapa bulan ini, aku pun telah
merasa bahwa nyali, limpa dan usus-ususku mulai menjadi
kaku.
Tiap-tiap jam empat pagi hari di tempat totokan-totokan
menjadi pedih dan sakit seperti diiris, Oleh karena itu, aku
yakin bahwa ajalku semakin dekat Dengan masih mempunyai
kesempatan ini, aku buka rahasia kejahatan-kejahatan partai
silatku itu, Betul perbuatan demikian seakan-akan aku berbuat
khianat terhadap partai silatku, tapi aku yakin dengan
kejahatan-kejahatannya atau perbuatan-per-buatannya yang
durhaka aku telah menebus dosaku, bukan...?H Ketika itu
darah keluar lagi dari mulut dan hidungnya, dan seluruh
tubuhnya bergemetaran, Bukan main penderitaannya,
sehingga Bee Kun Bu menjadi bingung. ia hanya dapat
memegangi pundaknya agar Hweeshio tua itu tidak jatuh!
Setelah darah berhenti dari mulut dan hidungnya,
Hweeshio itu melanjutkan kisahnya: "Murid-muridku tidak
mengetahui bahwa aku bertapa di dalam guaini untuk
berusaha mencari jalan menyembuhkan luka-Iuka di dalam
tubuhku, pertama kali melihat kau, aku pun tak berniat
membuka rahasia ini kepadamu.
Tapi setelah aku mempertimbangkan lagi, apabila aku tak
membuka rahasia ini, kau tak dapat menolong Sumoymu, dan
orang-orang tak akan mengetahui bahwa di dalam kuil yang
mewah yang terletak di tengah-tengah pegunungan yang
tinggi telah berkumpul sekelompok manusia yang berjubah,
berwajah murah hati tapi hatinya jahat dan kejam, Hweeshio-
Hweeshio di dalam kuil itu tak segan-segan melakukan segala
kejahatan Aku menyesal pernah menjadi salah satu
anggotanya!"

Kedua matanya terbelalak ketika ia katakan itu, karena
terlampau gemasnya, ia singkirkan tangannya Bee Kun Bu
yang memegangi pundaknya, dan meneruskan "Kuil itu adalah
sarang dari binatang-binatang yang berbentuk manusia, dan
terpencil sekali, Beberapa paman-paman guruku mempunyai
kepandaian silat yang tinggi sekali, dan orang yang dapat
melawan mereka jumlahnya sedikit sekali."
"Di dalam kuil itu telah tumbuh sebuah pohon yang ajaib
dan buahnya bernama Sie Can Ko. Buah itu sangat mustajab
Buah itu dapat menghidupkan orang yang sudah mati,
membikin orang tua menjadi muda kembali, dan menambah
tenaga, Buah ajaib itulah yang mendorongi mereka melakukan
perbuatan yang sewenang-wenang dan durhaka!"
Mendengar perihal buah Sie Can Ko itu, Bee Kun Bu
memotong dengan pertanyaan: "Apakah kuil yang Taysu
ceritakan itu bukannya kuil Toa Ciok Sie yang terletak di
pegunungan di tapal batas antara propinsi Kansu dan propinsi
Ceng Hay?"
Dengan wajah yang terperanjat Hweeshio itu menanyai
"Bagaimana kau ketahui?"
"Aku pernah dengar tentang buah Sie Can Ko itu, Ketika
Taysu sebut buah Sie Can Ko, Siotee segera menanya," sahut
Bee Kun Bu.
"BetuI, kuil itu adalah kuil Toa Ciok Sie yang terletak di
puncak Ceng Yun Giam di pegunungan Cie Lian San. Aku
pernah membujuk para paman guruku jangan melakukan
perbuatan-perbuatan yang durhaka, tetapi aku diusir
sebetulnya ju)ukanku It Beng Tan Su. Setelah aku pindah di
sini, aku tukar menjadi Tong Leng Tan Su.,.," Lalu darah
keluar lagi dari mulutnya, dan kepalanya pening. Bee Kun Bu
lekas-lekas memegangi tubuhnya dan berusaha menguruti
jalan darah jantung dan nyalinya.
Setelah lewat seperempat jam, Tong Leng Tan Su tenang
kembali ia buka kedua matanya, dan sambil mengge!enggelengkan
kepalanya ia berkata: "Aku rasa ajalku sudah dekat

Siotee, kau lebih baik jangan pergi ke kuil Toa Ciok Sie. Tapi
jika kau berkeras ingin pergi juga, kau harus membawa
banyak jago-jago silat yang betuI-betuI lihay. Cara kau
membikin punah serangan-seranganku tadi merupakan suatu
ilmu silat yang ampuh sekali, Dengan tindakan atau langkah
ajaib kau dapat meng-egoskan dan menyerang
Aku yakin ilmu silat tersebut bukannya ilmu silat partai Kun
Lun. Kau pasti dapat mempelajari ilmu itu dari seorang yang
sakti, Dan ilmu yang lihay itu mungkin dapat digunakan
melawan Suhu dan Susiok-Susiokku...." Ketika itu Tong Leng
Tan Su telah menjadi sangat lelih, dan napasnya sudah senin
kemis, Tapi ia memaksakan diri dan bicara terus: "... beberapa
paman-paman guruku.,, bukan saja ilmu silatnya lihay
terutama paman guruku yang ketiga, Hian Hsi, ia telah
memahami ilmu tinju Pek Tok Ciang (tinju beracun seratus
jurus)... dan satu jotosan dari Pek Tok Ciang itu pasti
membinasakan lawan, Serangan-serangan-nya itu hanya...
dapat dibuyarkan dengan Kan Goan Cit Shin Long (ilmu
tenaga jari sakti)...."
Si Hweeshio tak dapat meneruskan lagi, ia betul-betul
sudah payah, Lalu kedua matanya terbelalak, dan dua biji
matanya terbalik ke atasi Darah keluar lagi dari mulut dan
hidungnya, ia menjerit, dan pejamkan kedua matanya, lalu
menarik napas yang penghabisan! Bee Kun Bu menjadi
bingung menyaksikan cara binasanya Hweeshio itu.
Ia menyesal, karena menurut pendapatnya, jika ia tak
datang menjumpai Hweeshio itu, maka Hweeshio itu tak usah
mengeluarkan banyak tenaga, dan mungkin ia masih dapat
hidup beberapa bulan atau beberapa tahun. ia menyesal dan
merasa sedih. ia berlutut di hadapannya dengan kedua mata
berlinang, ia jalan keluar dari gua itu dengan perasaan kacau,
Ketika itu Co Hiong sedang jalan mon-dar-mandir di depan
gua menanti kesudahan dari pertemuan Bee Kun Bu dengan
Tong Leng Tan Su melihat Bee Kun Bu jalan keluar dengan
muka sedih dan langkah yang lesu, ia terkejut Segera ia
menanya, "Kenapa kau?"

Sambil gelengkan kepalanya Bee Kun Bu menyahut "Aku
tak apa-apa. Tapi Tong Leng Tan Su telah meninggal dunia."
Co Hiong membentak: "Hweeshio durhaka telah mati,
mengapa kau menjadi sedih hati?!"
Bee Kun Bu belum lagi menyahut tapi Hweeshio yang
berbaju abu-abu memotong dan berkata: "Kau jangan dusta.
Aku tak pereaya dengan ilmu silatmu itu dapat membinasakan
Suhuku!"
Bee Kun Bu menjawab: Tong Leng Tan Su betul-betuI
lihay ilmu silatnya, Aku tak dapat me lawan nya. ia meninggal
karena luka-luka di dalam tubuhnya."
Si Hweeshio berbaju abu-abu tak menunggu jawaban Bee
Kun Bu tagi, ia segera lari masuk ke dalam gua. Selang tak
lama ia keluar lagi sambil membawa dua lingkaran emasnya
Co Hiong dn melontarkan kedua lingkaran emas itu ke arah
Bee Kun Bu, serangan yang tiba-tiba itu telah serempet dan
melukai bajunya Bee Kun Bu ketika itu ia mengegos untuk
menghindarkannya, lingkaran-lingkaran emas itu penuh
dengan jarum-jarum kecil, dan melukai Si Hweeshio lalu
toncat menerkam serangan itu disambut oleh Bee Kun Bu
dengan ilmu Kie Houw Men Way atau menghalau harimau di
luar pintu, Bee Kun Bu menjerit: "Hei, tahan! pembicaraanku
belum selesai!"
Dengan mata melotot, dan wajah pucat karena mur-kanya,
si Hweeshio tak menghiraukan peringatan lawan-nya, Seperti
seekor harimau yang sedang mengamuk ia menyerang lagi.
Bee Kun Bu hanya mengegoskan serangan itu ia ingin
membalas menyerang,
Setelah pertempuran berjalan hampir dua puluh jurus, Co
Hiong yang menyaksikan itu, membentak: "Saudara Bee, kau
terlampau murah hati, Minggirlah, kasih aku melawannya, dan
beri ajaran kepadanya!"
Bee Kun Bu yakin bahwa jika Co Hiong yang turun tangan,
maka Hweeshio berbaju abu-abu ini pasti habis riwayatnya,

Untuk menghindarkan peristiwa yang tak diingini itu, terpaksa
ia menggunakan ilmu Cek Song Pok Liong atau tangan
telanjang menerkam naga, Secepat kilat ia menyergap dan
cekal pergelangan tangannya si Hweeshio, ia membentak:
"Gurumu binasa karena totokan jalan darah di jantung dan di
nyalinya, beliau binasa bukan karena perbuatanku Kau masuk
lagi ke dalam gua dan periksa dengan te!iti! Beliau telah
ditotok jalan darahnya ketika diusir keluar dari Toa Ciok Sie di
puncak Ceng Giam di pegunungan Ci Lian San! Beliau binasa
karena luka-luka itu!"
Mendengar sebutan kuil Toa Ciok Sie yang sangat
dirahasiakan itu, si Hweeshio berbaju abu-abu mulai insyaf
akan kenekatannya, Air matanya lantas mengucur keluar
dengan derasnya, Setelah Bee Kun Bu melepaskan
cengkeramannya si Hweeshio itu segera masUk lagi ke dalam
gua. Co Hiong berdiri menyaksikan itu dengan perasaan
heran, lalu ia pungut lingkaran-Iingkaran emasnya. Kemudian
Bee Kun Bu menceritakan pertemuan, pertarungan dan
pengalamannya terhadap Tong Leng Tan Su tadi, dan juga
rahasia tentang kuil Toa Ciok Sie dan penghuni-penghuninya
yang kejam dan durhaka-durja
Selesai penuturan itu, Co Hiong menarik napas panjang
dan berkata: "Ai! Tong Leng Tan Su pada hakekatnya seorang
yang budiman, ia rela menerima hukuman dan pengusiran
daripada melanjutkan per-buatan-perbuatan yang durhaka,
Tapi mengapa paman-paman gurunya demikian kejam
terhadapnya? Setelah memotong putus kedua betisnya,
mereka menotok jalan-jalan darahnya sampai menembusi
tulang-tutang untuk membatasi waktu hidupnya! Ai! Mereka
betul-betul kejam!" Bahkan Co Hiong yang keras hatinya
mengucurkan air mata simpati terhadap Tong Leng Tan Su.
Melihat air mata yang mengucur itu, Bee Kun Bu pikir "Co
Hiong ini pun tidak kejam, Mungkin karena ia sedari kecil
mengikuti partai silat Thian Liong, dan bereampur gaul dengan
jago-jago silat yang beraneka warna sifat dan wataknya, dan
menyaksikan pertempur-an-per tempur an yang dahsyat dan

pembunuhan pembunuhan yang kejam, ia telah menjadi keras
hatinya, "Aku harus menasehatkan ia bila ada kesempatan."
Mereka menunggu di luar gua cukup lama, tapi si
Hweeshio berbaju abu-abu tidak keluar pula, Bee Kun Bu
menjadi cemas. ia tarik tangannya Co Hiong dan bersama
sama masuk lagi ke dalam gua. Di bawah sinar lampu kecil
yang samar-samar mereka melihat adegan yang membikin
bulu roma berdiri Hweeshio yang berbaju abu-abu itu telah
bunuh diri dengan membenturkan kepalanya di dinding gua
yang keras itu, dan mati di dekat gurunya, Tong Leng Tan Su!
Bee Kun Bu dan Co Hiong lalu berusaha mengubur kedua
mayat itu. Lalu sambil berlutut di hadapan kedua mayat itu,
Bee Kun Bu mengucapkan janji dengan suara rendah: "Jika
aku Bee Kun Bu telah berhasil menolong Sumoyku dan dapat
kembali dengan sela niat, aku tentu datang lagi ke sini untuk
menyembahyangi kedua Taysu sebagaimana layaknya!" Lalu
mereka keluar dari gua itu, Dengan beberapa batu-batu
gunung yang besar mereka tutup mulut gua itu, barulah
mereka berlalu dari tempat itu,
Dengan mengikuti jalan yang mereka lalui tadi, mereka
keluar dari kuil itu, Kudanya Co Hiong sedang berada di luar
kuil tengah memakani rumput di lapangan, Melihat majikannya
kuda itu meringkik menyatakan girangnya dan segera lari
menghampiri Lalu mereka menunggangi kuda itu untuk
menuju ke kuil Toa Ciok Sic Dari jauh mereka masih dapat
lihat kuil Yun Bu Sie yang dilingkari tembok merah, tetapi
penghuninya dalam waktu hanya lebih kurang dua jam, telah
berada di dunia baka,
Dari jurang yang tebing Bangau Sakti menyaksikan
kepandaian luar biasa
perjalanan mereka harus melewati jurang-jurang yang
terjal dan curam, sungai-sungai yang bening dan deras, hutanhutan
yang sepi dan lebat, karena pegunungan yang mereka
tempuh itu luas sekali, Dalam suasana yang sunyi senyap itu
dengan warna kehijau-hijauan yang terlihat di mana-mana

telah menimbulkan kesan yang mendalam bagi Bee Kun Bu.
"Pegunungan ini senantiasa hijau, Tapi kemanakah jago-jago
silat yang kenamaan? Mereka tak dapat hidup abadi seperti
gunung-gunung ini.
Mereka menjadi abu di dalam liang kuburnya. penghidupan
seperti impian! Manusia hidup seperti bermimpi!" Bee Kun Bu
melamun sambil duduk di atas kuda di belakang Co Hiong, ia
teringat pula akan saudara sepupunya cantik jelita, kawan
mainnya di waktu masih kanak-kanak. ia berpisah dengan
saudaranya itu ketika ia baru berusia delapan tahun, Ketika ia
kembali setelah lewat dua belas tahun saudaranya itu sudah
menjadi gadis yang cantik jelita!
Dan ditahun berikutnya, ketika ia kembali untuk menengoki
orang tuanya, saudara se-pupunya itu telah berada di dalam
liang kubur! Ya, penghidupan hampa belaka! Pikirnya, Air
mata ber-linang-Hnang di kedua matanya memikirkan
peristiwa menyedihkan itu,
Co Hiong telah melihat sikapnya dan ia menegur "Saudara
Bee, apakah kau memikirkan Sumoymu lagi?" Teguran itu
membikin Bee Kun Bu sadar ia terkejut, dengan tersenyum, ia
menjawab: "Aku sedang pikirkan matinya Tong Leng Tan Su
dan muridnya, Untuk membela keadilan, mereka telah binasa!"
"Ha! Ha! Ha! SaUdara Bee, orang lain dapat di bohongi,
Kau bukan sedang pikirkan Tong Leng Tan Su. Kau tak akan
mengucurkan air mata karena memikirkan Tong Leng Tan Su
dan muridnya, Air mata dikucurkan untuk seorang gadis atau
wanita yang kau cintai." ia berhenti sejenak, lalu meneruskan
Tapi ada satu soal yang dapat dikecualikan,
Misalnya kudaku ini yang aku sangat sayangi, Tapi
menolong kau lekas-lekas tiba di kuil Toa Ciok Sie menemui
Sumoymu, aku rela mengorbankannya." Ucapan itu
menginsyafkan Bee Kun Bu bahwa Co Hiong betul-betul
membelanya dan rela berkorban untuknya, ia terharu sekali,
demikian besar perasaan berterima kasihnya sehingga ia tak

dapat mengutarakan dengan perkataan ia hanya dapat
simpan di dalam hatinya!
Dari propinsi Kiangsi ke propinsi Kansu ada dua jalan: Naik
perahu atau berkuda, Mereka dapat naik perahu dari propinsi
Hupeh melalui propinsi Su-coan, lalu mendarat dan
melanjutkan perjalanan ke propinsi Kansu, Atau mereka dapat
naik kuda dari Hupeh, melalui propinsi Shensi dan terus ke
propinsi Kansu, Bagi para saudara naik perahu akan lebih
aman, Tetapi dengan kuda ajaib, Co Hiong berpendapat
mereka dapat menempuh jarak yang demikian jauhnya, lebih
cepat Maka mereka naik kuda itu menuju ke pegunungan Ci
Lian San untuk mencari kuil Toa Ciok Sie, Kuda betul-betul
hebat, karena selama lima hari meskipun berlari dengan pesat
diwaktu siang maupun malam, ia tak kelihatan letih, pada
tengah hari keenam, mereka telah tiba di tapal batas Kansu,
Segera mereka masuk ke distrik Leng Tai Shien,
Melihat pertolongan yang sungguh-sungguh dari Co Hiong
itu, Bee Kun Bu berkata kepada Co Hiong:
"Saudara Co baru saja kenal aku, tapi telah menolong aku
demikian sungguh.... Aku...." Co Hiong potong
pembicaraannya dengan berkata: "Saudara tak usah hiraukan
soal itu, sebetulnya aku sendiri sudi datang ke sini. Jika aku
tak sudi, meskipun kau memaksanya, tidak akan aku mau.
Sudahlah, jangan dipikirkan soal-soal itu." ia tertawa gelakgelak,
dan ajak Bee Kun Bu mencari tempat penginapan.
"Kita harus mencari tempat penginapan untuk beristirahat
Dari sini ke pegunungan Ci Lian San tidak jauh lagi. Kita harus
ingat bahwa Hweeshio-Hweeshio di dalam kuil Toa Ciok Sie
itu, sebagaimana dikatakan oleh Tong Leng Tan Su, silatnya
lihay sekali, kita berdua tak dapat melawan dengan mudah,
kita harus menggunakan siasat untuk menolong Lie Ceng
Loan, dan jika mungkin mencuri juga Sie Can Ko," kata Co
Hiong,

Bee Kun Bu tak dapat menjawab ia hanya berpikir "Guruku
dan Ngo Kong Taysu mungkin juga telah tiba di pegunungan
ini, dan mungkin juga telah tiba di kuil Toa Ciok Sie, Jika Lie
Ceng Loan betul-betul diculik dan dibawa ke kuil itu, bila
guruku dan Ngo Kong Taysu menjumpainya, mereka pasti
segera menolongnya, Soal-nya, apakah mereka dapat
ketemui Lie Ceng Loan ata\i tidak aku khawatir setelah
memperoleh dua buah Sie Can Ko itu, mereka segera lekaslekas
meninggalkan kuil itu. Atau Hweeshio yang menculik Lie
Ceng Loan belum tiba di kuiU."
" Melihat sikap yang gelisah dari Bee Kun Bu itu, Co Hiong
menegur "Saudara Bee, apa lagi yang kau pikiri?"
"Aku sedang menduga-duga apakah guruku telah tiba di
kuil Toa Ciok Sie," sahut Bee Kun Bu.
"Gurumu? Salah satu pemimpin partai Kun Lun?" tanya Co
Hiong, Sambil anggukkan kepala Bee Kun Bu menyahut
"Betul, Guruku dan ayah angkatnya Lie Ceng Loan, Ngo Kong
Toa-su, pergi ke kuil Toa Ciok Sie untuk mengambil buah Sie
Can Ko untuk menyembuhkan Susiokku."
Rupanya Co Hiong tak memperhatikan riwayatnya Bee
Kun Bu, ia pun tak menanyakan susioknya Bee Kun Bu
menderita sakit apa. ia jalan terus sambil menuntun kudanya
mencari tempat penginapan
Di tempat penginapan mereka beristirahat setengah hari,
Co Hiong sendiri yang mandikan kudanya. Sebelum diberi
rumput dan gandum serta air. Kemudian ia berjalan keluar dari
tempat penginapan itu seorang diri Ketika ia kembali ke
tempat penginapan, ia membawa sebungkus besar obatobatan
dan satu panci besar ia suruh pelayan mengambil
anglo, Lalu ia sibuk menyalakan api di anglo itu, ia taruh obatobat
dalam panci yang telah diisikan air, Kemudian dari
kantong di dadanya, ia keluarkan sebungkus kecil bubuk obat
merah, lalu campur ke dalam panci, kemudian ia memasukkan
dan masak sampai matang,

Bee Kun Bu menyaksikan semua ini dengan perasaan
heran, Setelah Co Hiong duduk menanti matangnya obat itu
barulah ia menanyai "Saudara Co, sedang apakah yang kau
lakukan?"
Sambil tersenyum Co Hiong menjawab: Tong Leng Tan Su
telah memberitahukan kau bahwa Hweeshio-Hweeshio di
dalam kuil Toa Ciok Sie di puncak Ceng Yun Giam semuanya
bukan orang baik"
"Apakah kau pereaya?"
"Aku yakin Tong Leng Tan Su tidak membohongi aku,"
sahut Bee Kun Bu. "Aku pun demikian Oleh karena itu, kita
harus melawan mereka dengan siasat yang buruk pula!" kata
Co Hiong.
"Kau sedang bikin racun?" tanya Bee Kun Bu.
Co Hiong mengangguk-angguk sambil tersenyum, dan Bee
Kun Bu tak ingin mengganggu atau menanya lagi,
Setelah obat di dalam panci sudah masak betuI, dari satu
bungkusan kecil ia keluarkan jarum-jarum terbuat dari baja,
dan jarum-jarum itu digodok di dalam panci obat selama
semalaman Keesokan aginya Co Hiong keluarkan jarum-jarum
terbuat dari baja dari dalam panci, Jarum-jarum baja itu telah
menjadi biru warnanya, Co Hiong bungkus lagi jarum-jarum
itu, dan setelah membayar sewa kamar lalu bersama Bee Kun
Bu dengan menunggangi kuda ajaibnya menuju pegunungan
Cie Lian San. Di daerah barat tidak seramai daerah timur
Daerah itu adalah daerah pegunungan, dan makin ke barat
jalannya makin sempit dan sukar Tapi dengan menunggang
kuda ajaib itu, mereka dapat menempuh jalan itu dengan
mudah, setelah tiga hari dalam perjalanan tibalah mereka di
kaki pegunungan Ci Lian San. pegunungan Ci Lian San luas
dan banyak puncak-pun-caknya, Meskipun waktu itu masanya
musim semi, akan tetapi hawa di pegunungan itu sangat
dingin, Mereka melanjutkan perjalanan mencari puncak Ceng
Yun Giam tanpa menghiraukan hawa yang dingin itu,

Di perjalanan Bee Kun Bu berpikir Tegunungan Ci Lian
San ini luas sekali serta banyak sekali puncak-puncaknya, Di
manakah kita harus mencari puncak Ceng Yun Giam?"
Dengan perasaan yang cemas ia berkata kepada Co Hiong:
"Saudara Co kita harus mencari seorang pencari kayu untuk
menanya jalan ke puncak Ceng Yun Giam."
Co Hiong menoleh ke belakang, dan menyahut sambil
tersenyum: "Hm! sebetulnya di pegunungan yang luas ini
sukar sekali mencari puncak itu, Tapi dimanakah kita harus
cari seorang tukang potong kayu? Bukankah Tong Leng Tan
Su pernah memberitahukan kau bahwa pegunungan Cie Lian
San ini sangat terpencil Jika seorang tukang potong kayu telah
mengetahui di mana letaknya kuil Toa Ciok Sie, aku yakin
bahwa tukang kayu itu telah dibunuh mati oleh Hweeshiohweeshio
dari kuil itu."
Bee Kun Bu berdiam sejenak, lalu berkata lagi: "Meskipun
Hweeshio-hweeshio di dalam kuil Toa Ciok Sie bukannya
orang-orang baik, tapi kuil sebesar itu pasti pernah diketahui
orang, Mungkin juga kuil itu tak diketahui orang, tapi puncak
Ceng Yun Giam pasti diketahui bukankah?"
"Kata-katamu memang beralasan," sahut Co Hiong, Tapi
pendapatku berlainan Umsan di kalangan Kang-ouw seringsering
tak dapat dibereskan menurut rencana, Misalnya partai
silat Thian Liong, Orang-orangku tersebar di sepanjang sungai
Tapi orang luar tak dapat mencari mereka, Di kalangan Bu Lim
markas partaiku dikatakan terletak di sebelah utara propinsi
Kwiciu, Tapi di bagian manakah dari daerah letak utara di
propinsi Kwiciu? Yang mengetahui tepat letaknya markas
partai "Kan Liong hanya beberapa orang saja, Kuil Toa Ciok
Sie adalah sarang dari Hweeshio-hweeshio yang jahat Kuil
tersebut pasti tersembunyi
Dengan tumbuhnya pohon yang berbuah Sie Can Ko, aku
yakin kuil itu tak mudah dicari Mungkin juga kita sekarang
sudah berada di daerah yang senantiasa dijaga oleh
Hweeshio-hweeshio yang jahat itu."

"Kau jangan gelisah," kata Co Hiong, "Misalnya Sumoymu
yang diculik belum dibawa ke dalam kuil itu, maka Hweeshiohweeshio
yang mengangkutnya pasti membawanya dengan
susah payah, dan pasti terlambat lima hari dari kita karena kita
datang ke sini dengan kuda yang jempol Dari itu, kita harap
dapat menemui kuil Toa Ciok Sie dalam lima hari."
"Tapi pegunungan Cie Lian San ini banyak sekali
puncaknya," kata Bee Kun Bu dengan penasaran, "Aku
khawatir kuda itu tak dapat bertahan mendaki semua puncakpuncak."
"Hm!" sahut Co Hiong sambil tersenyum, "Kita pilih suatu
tempat tinggi yang tumbuh banyak pohon dan rumput Kita
bakar tempat itu, Apinya pasti terlihat di sekitar pegunungan
ini. orang-orang di dalam kuil Toa Ciok Sie bila melihat
kebakaran pasti waktu itu kita dapat kuntit mereka masuk ke
kuil Toa Ciok Sie!"
Bee Kun Bu memuji akan akal yang cerdas itu, ia berkata:
"Akal itu betul-betul bagus sekali Tapi membakar pohon-pohon
dan rumput-rumput di pegunungan ini mungkin dapat
memusnahkan segala sesuatu, Pem-bakaran yang kita akan
lakukan agak kejam!"
Tentang soal itu, kau serahkan saja kepadaku,
pegunungan ini tak akan terbakar habis, Bukankah hawa di
pegunungan ini sangat dingin? Hawa dingin ini disebabkan
oleh tingginya gunung. Lihatlah semua puncak-puncak gunung
diselubungi salju. jika kita bakar sebidang tanah yang penuh
dengan pohon-pohon dan rumput-rumput, apinya tak dapat
menjalar luas. Mungkin api itu hanya membikin lumar bagianbagian
yang diselubungi atau tertutup salju, dan airnya
mengalir turun dengan deras, Aku kira karena keadaan
berubah, orang-orang di dalam kuil Toa Ciok Sie pasti keluar
dan menyelidikinya jalan yang terbaik untuk mencari kuil itu,
menurut pendapatku adalah memikir sedemikian jauh."

Bee Kun Bu mendengar dengan penuh perhatian
Kemudian ia anggukkan kepalanya dan menyahut: "Siasat
saudara Co betul-betul baik sekali Aku kurang cerdas, aku
tidak dapat memikir demikian jauh."
Sambil tersenyum Co Hiong berkata: "Saudara Bee
bukannya kurang cerdas, tapi terlampau murah hati Menurut
pendapatmu, membakar sebidang tanah dapat membunuh
mati banyak binatang-binatang yang berada di semak-semak
belukar, dan menyusahkan burung-burung yang kehilangan
sarangnya, Kau terlampau baik hati Tapi untuk melaksanakan
suatu tugas, kita kadang-ka-dang harus berbuat kejam.
Bukankah kau ingin lekas-lekas menolong Sumoymu?"
Bee Kun Bu menjadi merah mukanya, dan untuk menutupi
perasaannya ia menyahut: "Aku turut saja, Ayo kita mulai
membakar dan menanti keluarnya Hweeshio-hweeshio dari
kuil Toa Ciok Sie!"
Co Hiong tersenyum, dan untuk menghibur ia berkata
dengan saban "Saudara Bee, pegunungan yang luas ini
membikin kita merasa seperti satu kapal kecil di tengahtengah
samudra, Kita harus mencari dulu tempat yang agak
tinggi, dan kemudian mencari lagi tempat iain, Ya, kita harus
membakar dua tempat agar siasat kita lebih berhasil Ayo kita
jalan mencari kedua tempat itu!"
, Lalu mereka tunggangi kuda ajaib mencari kedua tempat
yang cocok untuk dibakar Kuda itu dilarikan cepat sekali, tapi
tidak kelihatan letih, Bee Kun Bu merasa kasihan melihat kuda
yang seakan-akan dipaksa lari terus menerus, ia menegur:
"Saudara Co, kasihan kuda ini. Marilah kita berhenti sebentar
dan berikan kesempatan kuda ini untuk beristirahat."
Co Hiong hanya menyahut sambil tersenyum: "Jangan
khawatir, aku mengetahui betul kekuatan kuda ini." Setelah
mereka mendaki lebih kurang dua puluh Iereng-lereng gunung
dan menempuh jarak kira-kira seratus lie, Co Hiong baru
menghentikan kudanya, "Kita dapat beristirahat di sini,"

katanya, "Kita dapat memilih tempat setelah kuda itu cukup
beristirahat dan diberikan makan."
Lalu ia tuntun kudanya ke bawah suatu pohon cemara
untuk diberi makan, Mereka berada di tempat yang tinggi
sekali, dan dengan memandang ke bawah mereka dapat
melihat puncak-puncak gunung lainnya, Tiba-tiba Co Hiong
berseru: "Saudara Bee, cobalah lihat dua puncak di sebelah
barat daya itu! Diantara kedua puncak itu banyak tumbuh
pohon-pohon cemara, Jika kita bakar hutan cemara itu,
mungkin pada tengah malam ini, api nya dapat berkobar dan
terlihat di sekitar tiga ratus lie jauhnya."
Bee Kun Bu berpaling ke tempat yang ditunjuk, lalu ia
mengangguk dan menyahut: "Betul, hutan pohon-pohon
cemara itu lebat sekali!"
"Nah, sehabis makan, kita segera bakar hutan itu!" kata Co
Hiong, Lalu dengan bersenda gurau ia berkata lagi:
"Sumoymu pasti seorang gadis yang cantik sekali Apakah ia
lebih cantik daripada Souw Hui Hong?"
Bee Kun Bu tersenyum, dan ingin menjawab: Tiba-tiba di
sebelah barat terbang mendatangi seekor bangau putih yang
besar sekali, dan dalam sekejap saja bangau putih itu telah
tiba di atas puncak di mana mereka berada, Melihat bangau
sebesar itu Co Hiong terpesona dan berseru: "Ai besar betul
bangau itu! Bangau itu paling sedikit telah berusia seribu
tahun!" Lalu dengan secepat kilat ia loncat ke atas suatu
dahan pohon cemara.
Segera ia melontarkan satu lingkaran emasnya ke arah
bangau putih itu, Bee Kun Bu ingin mencegah perbuatan itu,
tapi terlambat Bangau putih itu mengegos, dan terbang datang
menyerang Co Hiong dengan sabetan kedua sayap-nya. Co
Hiong tidak menduga seekor bangau dapat menyerang ia, ia
tidak keburu mencabut pedangnya. ia buru-buru loncat turun,
Bangau itu menerjang dahan pohon demikian hebatnya
sehingga patah segera!

Bangau itu menjerit untuk terbang ke atas, dan dari udara
ia terbang menyerang Co Hiong lagi Ketika itu Co Hiong
sudah mencabut pedangnya siap sedia melawan serangan
burung ajaib itu. Setelah menyaksikan tenaga burung yang
telah membikin patah dahan pohon cemara, Co Hiong sudah
menjadi heran bereampur jeri Dengan kedua sayap
terbentang bangau itu datang menyambar dan setelah
berhadapan dengan Co Hiong, ia menyapu tangannya Co
Hiong yang memegang pedang dengan sayap kirinya,
sedangkan sayap kanannya menggeprak kepalanya Co Hiong
dan kedua kakinya mencakar kedua mukanya Co Hiong
dengan kuku-kukunya yang tajam!
Bukan main terkejutnya Co Hiong, dan untuk
menghindarkan diri dari serangan yang luar biasa itu, ia harus
segera menjatuhkan diri dan berguling-guIing di tanah! Baru
saja ia mencoba bangkit, bangau itu sudah datang menyerang
lagi, Co Hiong yang sudah menggulingkan diri hampir ke tepi
jurang tak dapat menggulingkan diri lagi, ia terpaksa
menghadapi serangan itu dengan melontarkan satu lingkaran
emasnya lagi! Tapi dengan mudah lingkaran itu dikebut lewat,
oleh sayapnya bangau itu, dan sayap kaki kirinya datang
menyapu dan mencakar lagi, "Ai, hari ini binasalah aku!" pikir
ia.
Dalam saat yang berbahaya itu, tiba-tiba berkelebat sinar
terang yang menyambar kaki kirinya bangau itu. Bangau itu
mengangkat kakinya dan terbang lagi ke atas dengan
membawa j uga Co Hiong yang memegang keras lingkaranltngkaran
emasnya yang telah dicengkeram oleh kakinya
bangau putih itu, Sinar terang itu adalah sabetan pedangnya
Bee Kun Bu. Melihat Co Hiong enggan melepaskan Hngkaran-
lingkaran emasnya, ia menjerit: "Saudara Co! Lepas-kan
lingkaran-lingkaran itu, Aku kenal majikan bangau putih itu,
jika aku menjumpai ia, aku akan minta kembali lingkaranlingkaranmu!
Lepas!!!"

Ketika itu Co Hiong telah diangkat dua tombak lebih
tingginya, dan mendengar seruan itu, ia segera lepaskan
cekalannya dan jatuh di tanah lagi, Lalu ia ambil beberapa
jarum beracun disambitkan ke tubuh bangau itu,
Bangau putih itu telah terbang sepuluh tombak tingginya,
ia bentangkan kedua sayapnya, Rupanya ia hendak
menyerang lagi. Bee Kun Bu tidak melihat Co Hiong telah
keluarkan jarum-jarum beracun, dan tidak menduga akan
melukai burung itu. ia terkenang akan Pek Yun Hui, majikan
bangau itu, yang telah mengajari ia langkah ajaib Ngo Heng
Mie Ceng Pu. Dengan langkah ajaib itu ia telah membikin
keder Kjok Goan Hoat yang lihay, dan juga telah membikin
tunduk Tong Leng Tan Su.
Bangau yang terbang melayang di atas kepala me-reka,
setelah terbang memutar dua kali, tiba-tiba datang menyerang
Bee Kun Bu! Co Hiong menggunakan kesempatan ini
melontarkan jarum-jarum beracunnya ke tubuh bangau itu,
Jarum-jarum yang kecil itu dilontarkan dengan tenaga yang
hebat sekali, Co Hiong pikir pasti mengenai sasaran nya. Dan
bilamana ada satu jarum saja yang menusuk kena, bangau itu
pasti tak dapat bertahan lagi, Tapi di luar dugaannya dengan
satu sapuan sayap kanannya, semua jarum itu terhempas
oleh angin yang dari sayapnya bangau itu yang deras
menyerang Bee Kun Bu. Co Hiong terkejut!
Bee Kun Bu yang telah mengetahui kelihayan bangau itu,
tenaga kedua sayapnya yang menyapu bagaikan angin topan,
patoknya yang keras seperti baja, dan kuku-kukunya yang
tajam seperti gaitan besi, dan pemiliknya Pek Yun Hui -
segera menjaga mukanya dengan pedangnya, dan mengegosi
serangan itu dengan tipu Lam Lu Pa Kun atu keledai malas
berguIing-gulingan. Agak-nya si bangau putih dapat mengenali
Bee Kun Bu. ia terbang ke atas lagi, dan tidak meneruskan
menerkam! Dari udara ia melepaskan lingkaran-lingkaran
emas itu, lalu dengan satu jeritan yang nyaring dan tegas, ia
1onjor-kan lehernya dan terbang ke utara!

Mereka keduanya mengawasi perginya bangau itu dengan
mata terbelalak Kemudian Bee Kun Bu pergi punguti
lingkaran-lingkaran emas dan dikembalikan kepada Co Hiong,
ia berpikir "Mengapa bangau putih muncul di pegunungan Cie
Lian San? Apakah Pek Yun Hui juga telah datang ke
pegunungan ini? Dan dengan maksud apakah ?" Lalu ia ingat
tentang sehelai kain yang ada tulisannya ketika ia berada di
atas suatu kuburan, ia ingin keluarkan sehelai kain itu dari
kantong di dadanya, tiba-tiba Co Hiong menanyai "Rupanya
bangau itu mengenali kau?"
"Aku kenal maj ikannya, dan aku tidak nyana bangau itu
mengenali aku juga. Jika tidak, mungkin usaha kita akan
menjadi gagal!" sahut Bee Kun Bu.
Tapi Co Hiong dengan menaruh dendam berkata: "Lain
kali apabila aku menjumpai pemiliknya, aku harus memberi
peringatan kepadanya, ia tidak boleh lepas bebas bangau
yang berbahaya itu!"
Sebetulnya Bee Kun Bu ingin menceritakan kepada Co
Hiong tentang Pek Yun Hui, pemilik bangau putih itu, Tapi
setelah mendengar ucapan Co Hiong yang - menyalahkan
pemilik bangau itu, ia tarik kembali mak-sudnya, ia hanya
mengawasi Co Hiong dengan rupa ragu-ragu. Melihat
sikapnya itu, Co Hiong menanya: "Mengapa kau kelihatannya
cemas? Apakah kau kira aku tak dapat melawan pemilik
bangau itu?"
Bee Kun Bu menganggukkan kepalanya dan menyahut
"Betul pemilik bangau itu betul-betul seorang sakti dengan
kepandaian silatnya yang luar biasa lihaynya, ia bersifat agung
sekali Bila kau menjumpai ia, lebih baik aku perkenalkan kau
kepadanya jangan coba-coba turun tangan!"
Co Hiong menyengir seperti orang tak mau pereaya
omongannya Bee Kun Bu. Lalu setelah ia bersihkan lingkaran-
Hngkaran emasnya, ia berseru: "Ayo, kita pergi bakar hutan
pohon-pohon cemara diantara kedua puncak itu!"

Bee Kun Bu makin menjadi gelisah, karena setelah
berdampingan dengan Co Hiong beberapa hari, ia telah
mengetahui banyak sifat-sifatnya, Cengirannya itu
mencerminkan perasaan tak puas, ia khawatir jika Pek Yun
Hui telah datang ke pegunungan Cie Lian San dan menjumpai
Co Hiong, pasti kawan ini mengeluarkan ejekan, Pek Yun Hui
yang bersifat tinggi tentu tak dapat menerima ejekan itu. Maka
suatu pertempuran tak dapat dielakkan, dan Co Hiong bukan
lagi tandingannya Pek Yun Hui. pikiran tersebut
menggelisahkan ia sangat Karena hatinya bimbang ia
berjalan-jalan ketinggalan di belakang
Co Hiong berkaok: "Hei! Saudara Bee, lekas-lekas turun
membakar hutan ini!" Bee Kun Bu dibikin sadar dari
kecemasannya, lalu mengejar turun ke hutan pohon-pohon
cemara itu.
Setelah mereka tiba di hutan itu, Co Hiong berkata: "Hutan
yang sudah tua ini, jika dibakar pasti berkobar luas dan lama,
Aku membakar dari sudut barat, dan kau membakar dari sudut
timur!" Lalu mereka lari ke jurusan masing-masing.
Bee Kun Bu masih juga merasa tidak tega membakar
hutan itu yang telah menjadi tempat bernaungnya banyak
binatang-binatang dan burung-burung. Berkali-kali ia coba
sundut daun-daun kering, tetapi tiap kali ia padamkan lagi, ia
kumpulkan lagi daun-daun kering untuk disundut, dan baru
saja ia hendak menyu!utnya, sekonyong-konyong ia merasa
hembusan angin yang keras meniup tubuhnya.
Dengan cepat ia membalikkan tubuhnya dan meloncat tiga
kaki ke sebelah kanan, Ketika itu ia melihat bangau putih yang
tadi telah terbang turun dari atas dan berada di belakangnya
lagi! Bangau itu datang menghampiri Meskipun bangau itu
datang dengan ramah tapi ia sangat waspada, ia mengawasi
dan siap sedia menjaga diri Bangau putih itu rupanya mengerti
perasaannya Bee Kun Bu. ia tundukkan kepalanya, dan
patoknya menyentuh-nyentuh tanah sambil berbunyi rendah.

Bee Kun Bu menjadi heran akan sikapnya bangau itu. ia
menanyai "Apakah majikanmu juga telah datang ke
pegunungan Cie Lian San?" bangau itu datang lebih dekat
lagi, dan menyandarkan dirinya di tubuh Bee Kun Bu, dan
kemudian membuka kedua sayapnya, Bee Kun Bu menanya
lagi: "Apakah kau menyuruh aku menunggangi kau untuk
menjumpai majikanmu?" Lalu ia tunggangi bangau itu. Bangau
itu memanjangkan lehernya, dan sambil menjerit membawa
Bee Kun Bu terbang, Co Hiong yang menyaksikan dari jauh
menjadi tereengang,
Setelah berada di tempat kira-kira tiga ratus tombak
tingginya dari tanah, bangau itu terbang menuju ke utara. ,
Terbangnya lebih cepat daripada larinya kuda. Bee Kun Bu
memegangi erat-erat badan bangau itu, dan merasa
hembusan angin gunung yang dingin, ia tak mengetahui
berapa puncak gunung yang telah dilewati Kemudian bangau
itu terbang turun dan mendarat di suatu batu besar di suatu
lereng gunung.
Bee Kun Bu melihat bahwa di sekitarnya adalah jurangjurang
yang curam dari beberapa puncak gunung, dan di
tempat yang luasnya lebih kurang dua persegi telah tumbuh
berbagai-bagai macam bunga dengan aneka warna, Harum
yang dihembus angin dari bunga-bunga itu merayu dan
menawan hati, Bee Kun Bu turun dari bangau dan bertindak
maju, Tapi baru saja ia bertindak empat-lima langkah, bangau
itu segera terbang pergi entah kemana, ia terkejut, dan
berpikir:
"Apa maksudnya bangau itu membawa aku ke sini?
Apakah aku mesti menunggu, atau harus pergi mencari Co
Hiong lagi?" ia bertindak maju terus menuju ke kaki salah satu
puncak gunung, ia mendengar suara air mengucur, dan betul
saja air itu mengalir dari atas ke suatu sungai kecil dan
mengalir lebih jauh keluar dari tempat yang terkurung itu ke
jurang yang berada di belakang sebuah pohon cemara yang
besar ia jalan menuju ke pohon itu, dari dekat ia dapat lihat

bahwa dekat air yang mengalir turun itu terdapat satu mulut
gua batu yang tertutup oleh tumbuh-tumbuhan di lereng
gunung itu, Hembusan angin yang halus terasa keluar dari
gua batu itu,
"Jika angin dapat meniup dari gua itu maka gua itu pasti
tidak dalam," pikirnya, Lalu ia masuk ke dalam gua batu itu
untuk menyelidiki keadaan di dalamnya, Setelah berjalan
dengan hati-hati dan melalui dua belokan, ia tampak di depan
agak terang, dan terdengar suara air mengalir ia maju terus
dan keluar dari gua. pemandangan yang ia saksikan di
hadapannya luar biasa indahnya: rumput yang hijau seperti
permadani ratanya, bunga-bunga yang beraneka warna
menyilaukan mata, angin meniup sepoi-sepoi, dan suara air
mengalir merayu hati, ia berada di suatu lembah yang di
kedua sampingnya telah tumbuh pohon-pohon cemara yang
tua sekali dan membikin lembah yang lebarnya lebih kurang
sepuluh tombak dan panjangnya seratus tombak kelihatannya
ganjil, Dengan rasa kagum dan heran Bee Kun Bu mengawasi
keadaan di sekitarnya.
sekonyong-konyong dari belakang sebuah pohon bunga
yang lebat terdengar suara anak menjangan, diikuti oleh suara
yang nyaring dan tegas yang berkata: "Jika Bu Koko telah
menemui aku, aku tak dapat diam di sini main-main dengan
kau lagi...."
Bee Kun Bu agaknya mengenali suara itu, ia ter-kenang
lagi kepada Lie Ceng Loan. Segera air matanya mengucur
keluar memikirkan nasib Sumoynya yang ia sangat cintai itu,
Baru saja ia ingin memanggil orang yang mungkin berada di
belakang pohon bunga itu, tapi segera ia ingat bahwa tak
mungkin orang itu Sumoynya, yang telah diculik dan dibawa
pergi ke kuil Toa Ciok Sie, ia hanya maju bertindak dengan
hati-hati ke pohon-pohon bunga itu, ia jalan melewati pohon
bunga itu dan melihat ke depan. Di pinggir suatu telaga kecil
terlihat oleh ia seorang gadis yang berbaju putih sedang
duduk di pinggir telaga dengan kedua kakinya yang telanjang

menendang-nendang air yang jernih, dan sebelah tangannya
merangkul seckora anak menjangan,
Karena Bee Kun Bu melangkah dengan hati-hati, rupanya
gadis itu tak merasa bahwa ada orang yang mendatangi ia
goyang-goyang kepalanya sambil menarik napas panjang,
Lalu ia bangun memeluk dan mengangkat anak menjangan
itu, Ketika ia ingin memetik sepucuk bunga, ia dapat lihat Bee
Kun Bu. Lalu dengan air mata berlinang gadis itu lari
menghampiri sambil berseru: "Bu Koko!" ia lepaskan anak
menjangan dan lari menubruk Bee Kun Bu, lalu merangkulnya
erat-erat.
Bee Kun Bu sangat tereengang Apakah aku sedang
bermimpi? ia menanya dalam hatinya, Tapi gadis itu
merangkul ia erat sekali, dan memanggil ia. ia berdiri seperti
palung, tak dapat bicara,
Setelah gadis itu berhenti menangis karena girangnya, ia
berkata: "Sahabatmu telah memberitahukan aku bahwa Koko
akan mencari aku, Oleh karena itu, tiap hari aku datang ke sini
menanti kedatangan Koko, Dan... sekarang Koko betul-betul
datangi Sahabat itu tak berdusta!"
Di pinggir sebuah telaga kecil, Bee Kun Bu melihat ada
seorang gadis yang berbaju putih sedang duduk di tepi telaga,
sepasang kakinya menendang-nendang air dan sebelah
tangannya merangkul seekor anak menjangan.
Pada saat itu Bee Kun Bu baru sadar, dan peluk
Sumoynya erat-erat, dan air matanya mengucur deras,
Lie Ceng Loan menanya: "Bu Koko, mengapa kau
menangis?"
"Aku... aku terlampau girang!" sahut Bee Kun Bu sambil
coba menelan ludah yang merintangi tenggorokan-nya,
Entah kapan dan dari mana Pek Yun Hui telah berada di
belakang mereka, ia masih berbaju hijau, tapi wajahnya
kelihatan sedih,

Bee Kun Bu melepaskan diri dari pelukan Sumoynya, lalu
mengangkat kedua tangannya memberi hormat sambil
berkata: "Saudara Pek, budimu yang sangat besar ini, Siotee
tak tahu kapan dapat membalasnya, sekarang saudara Pek
telah menolong Sumoyku Iagi...."
Pek Yun Hui mengangkat kedua alisnya lalu memotong
omongannya Bee Kun Bu: "Kau tak usah pusingi usahaku
membantu kau, Kau telah datang ke pegunungan Cie Lian
San ini, aku pun menjadi heran, karena kau telah datang
dengan cepat sekali Tapi kedatanganmu ini justru baik sekali,
karena Sumoymu tiap hari menanya aku tentang kau, ia selalu
menanya, mengapa Bu Koko belum juga datang. Aku tak
dapat berdusta, aku segera datang, Tapi jika dalam dua hari
lagi, kau belum juga dalang, aku pasti suruh bangau putih
membawa ia ke Yauw Ciu, karena aku menduga kau akan
pergi ke Yauw Ciu mencarinya."
"Rupanya Thian bermurah hati terhadap aku," sahut Bee
Kun Bu, "Jika aku tidak menjumpai Co Hiong, pemimpin kedua
dari partai Tian Liong, mungkin aku tak datang ke pegunungan
Cie Lian San ini."
Sambil tersenyum Pek Yun Hui berkata lagi: "Kau telah
datang ke sini cepat sekali Cara bagaimanakah kau
datangnya?"
Bee Kun Bu menjawab: "Co Hiong mempunyai seekor
kuda Cian Li Pao Kiok yang dapat lari pesat sekali, dalam
sehari dapat menempuh jarak seribu lie tanpa letih, dapat
mendaki gunung dengan mudahnya."
"Jika kuda itu demikian hebatnya, aku ingin melihat-nya."
Kata Pek Yun Hui. Lalu ia membalikkan tubuh seakan-akan
hendak berlalu,
Bee Kun Bu mengawasi tubuhnya Pek Yun Hui yang
ramping dan ingat akan sehelai kain yang ia ketemukan di
atas kuburan, ia ingin menanya hal ihwa)nya sehelai kain itu

kepada Pek Yun Hui, tapi Lie Ceng Loan tiba-tiba berkata:
"Sahabat Koko itu baik sekali terhadap aku. Tanpa ia, mungkin
aku tak dapat ketemu Koko, lagi!" perkataan itu disertai
mengucurnya air mata,
Dengan jawaban yang lemah lembut Bee Kun Bu coba
menghibur "Kau pasti telah banyak menderita."
Lie Ceng Loan anggukkan kepalanya, lalu berkata lagi
dengan suara yang gemas: "Hweeshio-hweeshio itu betulbetuI
jahat! Mereka menipu aku, dengan mengatakan akan
mengajak aku ke tempat yang indah permai, Kemudian aku
insyaf bahwa aku tertipu, Aku ingin membunuh diri, tapi jika
aku mati, aku tak bertemu lagi dengan Koko, Aku batalkan
niatku itu. Untung bagiku, sahabat Koko datang menolong aku
dari bahaya maut!"
Bee Kun Bu menyeka air matanya Lie Ceng Loan dengan
sapu t a tiga n nya.
Lie Ceng Loan merasa terhibur dengan kasih sayang yang
diperlihatkan kepadanya, ia tersenyum lagi, dan Bee Kun Bu
pun menjadi reda melihat senyuman itu.
Pada saat itu Bee Kun Bu menjadi curiga melihat gaya,
sikap dan tubuh dari Pek Yun Hui. "Apakah ia seorang
perempuan yang menyamar sebagai laki-laki?"
pikirnya, "la telah membantu mencari dan menolong Lie
Ceng Loan, mengajarkan aku ilmu langkah ajaib, semut ini
telah melampaui seorang sahabat jika aku pikir ia telah
mengobati Susiok yang telah terluka karena racun ular, dan
cara ia memetik Kim (gitar) di telaga Poa Yo Ouw, aku
menjadi semakin bingung."
Melihat sikap itu. Lie Ceng Loan menanya: "Bu Koko, kau
kenapa?" Seperti orang baru sadar dari tidur, Bee Kun Bu
terkejut ketika ditegur Lalu ia menyahut: Tidak apa-apa. Dari
manakah anak menjangan itu?"
Lie Ceng Loan angkat anak menjangan itu sambil berkata:
"Aku harus kasih makanan kepadanya, Ayo kita pergi ke

dalam gua!" Bee Kun Bu mengikuti, sambil berpikir "Untung
sekali aku tidak menanyakan Pek Yun Hui tentang sehelai
kain yang aku telah dapati di kuburan, sekarang Lie Ceng
Loan sudah di sampingku, dan terpenting ialah aku harus
lekas-lekas pergi ke pegunungan Kun Lun bersama-sama ia,
Liong Giok Pin dan Susiokku."
Ketika sudah mendekati gua, Lie Ceng Loan berkata: "Aku
telah tinggal di dalam gua itu bersama-sama sahabatmu,"
Gua itu luasnya hanya lebar satu tombak dan dua tombak
panjangnya, keadaan di dalamnya sangat bersih, Lie Ceng
Loan tarik Bee Kun Bu masuk, Di sebelah kiri ditutup dengan
selimut yang digunakan sebagai tempat tidur Lie Ceng Loan,
dan di sebelah kanan, di atas satu batu gunung yang besar
terletak beberapa botol susu kambing, buah-buahan dan sayur
mayur, Lie Ceng Loan ambil sebotol susu kambing itu dan
diberikannya kepada anak menjangan Lalu ia menyuguhkan
kue-kue kepada Bee Kun Bu sambil berkata: "Bu Koko, kau
makanlah kue ini."
Karena Bee Kun Bu merasa haus, ia segera ambil sebotol
susu kambing yang diminumnya habis, baru mulai makan kue
Anak menjangan itu kemudian lantas tidur setelah minum
susu kambing, Lie Ceng Loan pun tertidur sambil menyandar
di dadanya Bee Kun Bu.
"Mungkin semenjak ia dicu!ik, ia belum pernah tidur
nyenyak," pikir Bee Kun Bu. Lalu ia pindahkan Sumoynya di
atas selimut, dan ia sendiri duduk di sisinya, ia memandang
Sumoynya, dan memandang lagi anak man-jangan.
"Bagaimana perasaannya jika ia terpisah dari anak menjangan
itu!" ia pikir, "Biarlah aku mencari rotan untuk membikin satu
rantang untuk Sumoyku."
Baru saja ia bertindak keluar, anak menjangan itu
mendusin dan segera loncat mengikuti Bee Kun Bu sambil
berbunyi Bee Kun Bu lekas-Iekas memberikan susu kambing
lagi kepadanya, Setelah kenyang, anak menjangan itu tidur
kembali ia jalan keluar dari gua itu untuk mencari rotan, Di"

jurang banyak tumbuh pohon rotan, tetapi ia harus mendaki
jurang itu untuk dapat mengambilnya, Dengan ilmu
meringankan tubuh ia mulai mendaki jurang seperti seekor
cicak, dan dengan lekas telah tiba di atas,
Tidak jauh dari tempat ia berdiri, di sebelah ka-nannya, ia
lihat satu pohon cemara besar dengan pohon rotan, tumbuh di
sampingnya, Baru saja ia ingin loncat ke pohon itu, tiba-tiba
muncul Pek Yun Hui di depannya, berdiri membelakangi ia
tidak bergerak, seakan-akan sedang melihat sesuatu di
depannya, ia menghampiri, tapi Pek Yun Hui tetap tidak
bergerak, maka ia menegur dengan suara rendah: "Saudara
Pek!"
Tiba-tiba Pek Yun Hui mengangkat kepalanya dan
mengawasi Bee Kun Bu dengan kedua mata berlinang, Tapi ia
menanyai "Kau tidak menemani Sumoymu di dalam gua,
mengapa kau datang ke sini yang hawanya dingin?"
"Jika di sini hawanya dingin, mengapa saudara Pek tidak
turun ke lembah?" Bee Kun Bu balik menanya,
Dengan suara lemah lembut Pek Yun Hui menanya lagi:
"Kau telah mendaki puncak yang tinggi ini, apakah ingin...
ingin mencari aku?"
pertanyaan itu membikin Bee Kun Bu menjadi bisu, Sambil
tersenyum Pek Yun Hui berkata: ".., air mata kering karena
sedih hati. Awan yang jauh diidam-idam-kan, tapi entah kapan
kembalinya." Lalu ia jalan pergi ke jurusan utara, Bee Kun Bu
mengejar sambil berseru: "Saudara Pek, tunggu!"
Pek Yun Hui menunda langkahnya menoleh ke belakang
sambil berkata lagi: "Asmara terpendam hanya menambah
kesedihan hati... kau mengapa...." perkataan itu tidak
diteruskan karena air matanya mengucur deras.
Bee Kun Bu lekas-Iekas menanyai "Saudara Pek,
mengapa kau pergi dengan tergesa-gesa?"
Dengan menggertak gigi, Pek Yun Hui buka kain yang
menyelubungi kepalanya, Segera rambut yang hitam dan

panjang turun melambai-lambai di belakang pun-daknya, ia
pun membuka juga baju hijaunya, Dengan mata terbelalak
Bee Kun Bu menyaksikan dengan kepala matanya sendiri,
bahwa Pek Yun Hui itu seorang gadis dengan pakaian wanita
ketat, tampak jelas dua buah dadanya dan pinggangnya yang
langsing berpakaian baju sutera merah dan celana sutera
putih, Belum pernah Bee Kun Bu melihat gadis secantik itu,
bahkan lebih cantik daripada sumoynya, ia berdiri terpesona
dan dalam beberapa detik itu ia seakan-akan berubah menjadi
satu patung!
Dengan suara yang lemah lembut Pek Yun Hui
memecahkan kesunyian itu: "Aku, temani Sumoymu di dalam
gua itu selama tiga hari, sekarang setelah jelas kau
menyaksikan sendiri, bahwa aku seorang wanita kau pasti tak
menaruh curiga lagi terhadap Sumoymu atau aku, bukan?"
Bee Kun Bu dengan terharu berkata: Tek Siocia, jangan
curiga apa-apa!"
"Lie Ceng Loan seorang gadis yang suci murni, Aku kini
sengaja memperlihatkan diriku yang sejati. Kau harus
menjaga ia dengan baik, Dan aku khawatir kita kelak akan
berpisah, dan seterusn?a kau harus waspada." Kata Pek Yun
Hui, lalu ia loncat lima tombak jauhnya.
"Pek Siocia! Pek Siocia!" Bee Kun Bu memanggil Apakah
karena kasihan atau masih ada pesan, maka Pek Yun Hui
berhenti lagi, Bee Kun Bu loncat dan berdiri di hadapannya.
Dengan menghadapi wanita yang demikian cantiknya,
mulutnya Bee Kun Bu terkancing lagi: Hanya air matanya
mengucur Pek Yun Hui lalu keluarkan sapu tangannya dan
menyekal air matanya Bee Kun Bu. Tapi ketika itu Pek Yun
Hui telah bersikap lain lagi, ia telah menjadi khidmat dan
berkewibawaan lagi, Harum dari sapu tangannya membikin
Bee Kun Bu terkenang kembali kepada peristiwa-peristiwa
yang lampau,

Empat mata beradu... dan ini telah mengutarakan
perasaan masing-masing lebih berarti daripada seribu
perkataan!
Di dalam perjalanan di pegunungan di waktu malam hari,
Bee Kun Bu membasmi musuhnya
Selama hidupnya Pek Yun Hui baru pertama kali dipegang
tangannya oleh seorang pria, dan orang yang memegangnya
itu adalah !aki-!aki yang ia idam-idamkan.
Ia menyandarkan kepalanya ke dadanya Bee Kun Bu yang
segera memeluknya. siapakah dapat menolak tubuh seorang
wanita yang secantik itu! Meskipun Bee Kun Bu yang kuat
batinnya dan watak kesatriaannya pun menjadi mata gelap, ia
peluk Pek Yun Hui erat-erat Tiba-tiba senyuman Lie Ceng
Loan terbayang di matanya, ia sadar akan perbuatannya yang
tak pantas, ia lepaskan pe-lukannya, dan dengan perlahan ia
dorong Pek Yun Hui. ia bertindak mundur satu langkah sambil
berkata: "Aku telah banyak ditolong oleh Pek Siocia, begitupun
Su-moyku telah ditolong dari bahaya maut Aku tak akan lupa
budi yang maha besar itu!"
Ucapan itu menusuk hatinya Pek Yun Hui, tetapi tiba-tiba
mukanya menjadi merah, ia mengawasi Bee Kun Bu dengan
mulut membungkam Bee Kun Bu merasa cemas kalau-kalau
ia telah salah omong. Bukankah Pek Yun Hui ini yang telah
mengajarkan ia ilmu langkah ajaib Ngo Heng Mie Cong Pu?
Bukankah ia juga yang menolong Lie Ceng Loan kekasihnya?
Semua ini memusingkan kepalanya Bee Kun Bu.
Kemudian Pek Yun Hui menjadi tenang kembali, ia
berkata: "Aku mengetahui bahwa kau sangat mencintai
Sumoymu, dan seterusnya kau harus menjaga ia dengan baik.
ia yang masih hijau tak dapat menerima pukulan asmara,
Meskipun ia berada di jurang bahaya atau di mulut harimau, ia
senantiasa memikiri kau!" Setelah itu ia balik badan dan
berjalan lalu beberapa langkah untuk balik menghadapi Bee
Kun Bu lagi seraya berkata:

"Hweeshio di dalam kuil Toa Ciok Sie mempunyai ilmu silat
yang lain daripada yang lain, Kau dan Sumoymu tak dapat
berdiam lama di sini. Paliftg baik kalian segera berlalu dari
pegunungan ini!" Pek Yun Hui tidak menanti jawaban Bee Kun
Bu, karena dari sebelah selatan ia lihat ada asap mengepul ke
atas, ia loncat ke suatu dahan pohon untuk menyelidiki
Bee Kun Bu sudah mengetahui bahwa asap itu datang dari
hutan yang dibakar oleh Co Hiong, ia berpikir "Co Hiong telah
mengorbankan segala sesuatu, bahkan kuda ajaibnya untuk
membantu Kini ia membakar hutan senti iri, sedangkan aku
tak berbuat apa-apa di sini." ia mencari lagi Pek Yun Hui. ia
memanggil berkali kali tapi si penolongnya itu entah kemana
perginya, Maka ia lekas-lekas kembali ke lembah dan terus
masuk ke dalam gua di mana Lie Ceng Loan masih tidur
nyenyak. Tapi di atas batu di mana terletak beberapa botol
susu ia menemui sehelai kain dengan tulisan yang berbunyi:
"Jangan berdiam lama-lama di sini, Harus lekas-lekas berlalu!"
ia yakin bahwa Pek Yun Hui yang memperingatinya.
peringatan dari seorang yang sangat sayang kepadanya
tak dapat tidak diperhatikan ia buru-buru membangunkan Lie
Ceng Loan yang menjadi terkejut sekali, Baru saja ia hendak
menanya, tapi Bee Kun Bu berkata: "Kau tunggu dahulu di
dalam gua batu ini. Aku harus mencari seorang kawan, segera
aku akan kembali!" Lalu ia keluar dari gua itu. Lie Ceng Loan
mengejar dan memanggil: "Bu Koko, aku ikut!" Bee Kun Bu
pun pikir lebih baik mengajak Sumoynya, karena pada waktu
itu tidak ada Pek Yun Hui yang menjagainya lagi, ia berkata:
"Baiklah! Ayo lekas-lekas bawa barang-barangmu, kita harus
segera pergi!"
Sambil masuk ke dalam gua, Lie Ceng Loan berkata:
"Kawan Koko betul-betul baik hati. ia telah tolong aku, dan
telah merebut kembali pedangku ia berikan aku kesempatan
menunggangi bangau putihnya terbang ke sini menunggu
Koko.,., Tapi aku tak dapat segera pergi."

Ketika itu Bee Kun Bu tak dapat menerka mengapa Lie
Ceng Loan tidak ingin pergi, maka ia menanyai "Mengapa tak
dapat pergi?"
"Jika kita semuanya pergi, sebentar jika kawan Koko
kembali dan tidak menjumpai kita," sahut Lie Ceng Loan, "la
tentu menjadi marah, ia demikian baiknya terhadap kita tak
selayaknya kita pergi tanpa memberitahukan kepadanya."
Bee Kun Bu tidak menyahut lagi. ia memikiri kebaikan Pek
Yun Hui dan perasaannya terhadap ia. Lie Ceng Loan menjadi
heran tidak mendapat jawaban, ia menanyai "Bu Koko
kenapa? Apakah kau marah terhadap aku?"
Teguran itu membikin Bee Kun Bu sadar lagi, dan
menyahut: "Ayo, kita berangkat ia tak akan kembali lagi!"
Lie Ceng Loan tidak menanya lagi, Sete!ah ia luang susu
kambing di satu piring untuk anak menjangan, ia pun lari
mengikuti Bee Kun Bu mendaki puncak, Ketika mereka tiba di
atas puncak, matahari telah mulai silam, dan sinarnya
menyoroti puncak-puncak gunung yang diselubungi salju
nampaknya indah sekali."
Bee Kun Bu yang melihat Lie Ceng Loan sebentarsebentar
menoleh ke belakang mengetahui bahwa Su-moynya
masih khawatir akan anak menjangannya, ia menghibur: "Ayo,
kita harus jalan cepatan, Anak menjangan itu ditangkap oleh
kawan Koko untuk menemani aku. Pada hari itu, aku telah
menunggui kau di tempat penginapan di Yociu, tapi sehingga
lohor belum juga kembali La!u aku beritahukan Susiok bahwa
aku ingin mencari Koko, meskipun Susiok menahannya," kata
Lie Ceng Loan,
Tapi dengan cara bagaimana kau diculiknya?" tanya Bee
Kun Bu.
Sambil menarik napas, Lie Ceng Loan meneruskan
kisahnya: "Aku telah berusaha mencari Koko hampir setengah
hari, Aku beristirahat di bawah sebuah pohon Uu. Tiba-tiba

mendatangi dua orang laki-laki yang bertubuh besar, yang
pura-pura sedang menikmati pemandangan telaga, Ketika aku
sedang lengah, mereka menotok jalan darahku, Ketika aku
sadar, aku telah diikat erat-erat dibawa di dalam sebuah
kereta yang ditutupi dengan kain hitam, Aku tak dapat melihat
sesuatu apa-pun. Aku tak berdaya!"
"Apakah mereka menyiksa kau?" tanya Bee Kun Bu
dengan beringas,
"MuIutku juga telah disumbat oleh mereka!" meneruskan
Lie Ceng Loan, "Dan sumbatan itu baru dibuka ketika mereka
memberikan aku makanan, Aku tak ma-kan, karena aku jemu
dan cemas, sehingga aku kelaparan selama sehari semalam,
Kemudian aku pikir bahwa Koko pasti berusaha mencari aku,
dan jika aku mati karena kelaparan, aku tak dapat menjumpai
Koko lagi sehingga usaha Koko menjadi hampa, tidaklah
begitu?"
"Dan bagaimanakah kau terjatuh di tangannya Hweeshiohweeshio
dari Toa Ciok Sie itu?" tanya Bee Kun Bu.
Setelah menyandarkan kepalanya di dada suhengnya, Lie
Ceng Loan meneruskan: "Aku di dalam kereta itu tak kelihatan
apapun, dan aku pun tak mengetahui dibawa kemana,
Tidakkah Koko pun akan merasa cemas?"
Tentu saja!" jawab Bee Kun Bu.
"Kereta yang mengangkut aku itu tiba-tiba berhenti Aku
hanya mendengar suara orang yang sedang bertempur hebat
sekali, Aku merasa girang, karena aku menduga bahwa Koko
telah datang menolong Tapi setelah suara pertempuran
berhenti, aku telah menjadi kecele karena orang yang datang
itu seorang Hweeshio," kata Lie Ceng Loan,
"Bukankah ada dua Hweeshio? Yang satu bertubuh tinggi
besar, dan yang satu lagi kurus kecil, dan kedua-duanya
mengenakan baju abu-abu," kata Bee Kun Bu.
"Betul!" sahut Lie Ceng Loan dengan heran, "Me-ngapa
Koko bisa mengetahui?"

"Kedua Hweeshio yang durhaka itu telah dikirim ke akherat
oleh Co Hiong," kata Bee Kun Bu.
Lie Ceng Loan tidak kenal siapakah Co Hiong itu, maka ia
menanya: "Siapakah Co Hiong itu? Apakah ia pun juga kawan
Koko juga?"
Bee Kun Bu mengangguk dan berkata: "Sebentar lagi juga
kau dapat menjumpai ia. Betulkah kedua Hweeshio itu
menyerahkan kau kepada lain Hweeshio untuk dibawa ke
pegunungan Cie Lian San?" Mukanya Lie Ceng Loan segera
menjadi merah, ia tutupi mukanya di atas dada Bee Kun Bu.
Lalu air matanya mengucur keluar membasahi bajunya Bee
Kun Bu. Sambil mengusap-usap kepala Sumoynya: Bee Kun
Bu menghibur "Mengapa kau sedih hati? Apakah Hweeshiohweeshio
yang durhaka itu telah memperkosa kau?"
Dengan mengangkat lagi kepalanya, Lie Ceng Loan
berkata dengan gemas sekali: "Kedua Hweeshio yang
durhaka itu telah binasa, Mereka membawa aku ke suatu
tempat pekuburan yang terpencil. karena aku diikat erat-erat,
aku tak dapat melawan atau berontak, Ketika Hweeshio yang
kurus ketika membuka sumbatan mulut-ku, aku gigit
tangannya!"
Bee Kun Bu menjadi gelisah mendengar penuturan itu. ia
memotong penuturan itu, dan menanya dengan bernapas:
"Lalu jahanam-jahanam itu berbuat apakah terhadap kau?"
"Kemudian datang lagi satu Hweeshio berjubah ku-ning, ia
maki kedua Hweeshio yang durhaka itu, ia buka ikatanku, tapi
ia totok lagi dua jalan darahku sehingga aku seperti satu anak
bayi tak berdaya sama sekali! ia kenakan aku jubah kuning,
membalut kepalaku dengan kain kuning dan angkat aku dari
tempat kuburan dibawa aku ke jalan raya, Di jalan raya kami
bertemu dengan lain Hweeshio berjubah merah!"
Bee Kun Bu tak tahan mendengar penuturan yang
menusuk hatinya, ia peluk Sumoynya erat-erat dan menghibur
"Ai! Kau betuI-betul telah menderita banyak sekali!"

"Hweeshio jubah kuning itu serahkan aku kepada
Hweeshio berjubah merah yang membebaskan totokan jalan
darahku agar aku dapat berjalan atau ber!ari, tapi lain
daripada itu aku masih tetap tak berdaya, dan aku tak dapat
melawan atau kabur!" meneruskan Lie Ceng Loan.
Bee Kun Bu berpikir "Aku berdua Co Hiong menunggangi
kuda ajaib datang ke pegunungan ini, Mes-kipun aku datang
dua hari terlambat, tapi kuda yang dapat menempuh seribu lie
sehari, pasti dapat mengejar kuda-kuda yang lain. Mengapa
Lie Ceng Loan dapat dibawa lebih cepat ke pegunungan Cie
Lian San ini?" ia tak dapat memecahkan teka-teki itu, ia
menanya lagi: " Apakah Hweeshio jubah merah itu segera
membawa kau ke pegunungan Cie Lian San ini?"
Dengan gelengkan kepala, Lie Ceng Loan menyahut:
Tidak, ia membawa aku selama dua hari dua malam Pada
tengah hari di hari ketiga, kami tiba di suatu kuil di dalam
gunung, Di kuil itu juga ada banyak Hweeshio-hweeshio, Kami
menunggu sampai malam dan suasana menjadi gelap, Entah
dari mana, mereka menangkap dua ekor burung yang ganjil,
Si Hweeshio jubah merah berir tahukan aku bahwa aku akan
dibawa ke suatu tempat yang indah permai, Aku mengetahui
bahwa ia menipu aku. Aku memaki, tetapi ia tidak menjadi
gusar Lalu aku diikat di belakangnya seekor burung yang
ganjil itu, dan ia sendiri menunggangi seekor yang lain. Kami
terbang selama semalam."
sekarang Bee Kun Bu baru mengetahui mengapa
Sumoynya bisa datang lebih dulu dari ia ke pegunungan Cie
Lian San. "Hanya burung-burung yang besar dapat membawa
manusia dengan pesat, dan burung itu pasti sejenis burungburung
garuda. Hweeshio yang durhaka itu telah memelihara
burung-burung yang besar itu untuk maksud yang jahat dan
keji, dan dapat menempuh jarak yang jauh dengan cepat
sekali sehingga perbuatan-per-buatan durhakanya tak
diketahui orang," pikir Bee Kun Bu.
Lie Ceng Loan meneruskan kisahnya setelah menelan
ludahnya yang merintangi tenggorokan nya: "Pada hari ketiga,

burung-burung itu mendarat di satu hutan yang besar Si
Hweeshio jubah merah membuka ikatanku, dan membiarkan
burung-burung itu mencari makanan di hutan, Burung-burung
itu makan burung-burung kecil dan kelinci-kelinci hutan, lalu
aku diikat lagi, dan bersama si Hweeshio dengan burungburung
itu4cita terbang lagi, Burung-burung itu berhenti
beberapa kali untuk beristirahat meskipun burung-burung itu
besar dan kuat, tapi menurut pendapatku, mereka tidak
sehebat bangau putih kepunyaan kawan Koko."
"Tentu saja!" sahut Bee Kun Bu sambil tersenyum,
"Bangau putih itu adalah seekor bangau sakti yang telah
berusia diatas seribu tahun, Burung-burung di dalam kuil Toa
Ciok Sie tak dapat menandingi bangau sakti itu!"
Lie Ceng Loan meneruskan kisahnya: "Seterusnya kedua
burung itu sebentar-sebentar berhenti untuk beristirahat Pada
keesokan harinya, kami baru masuk ke daerah pegunungan Si
Hweeshio jubah merah beritahukan aku bahwa di hari senja
akan pasti tiba di tempat yang indah permai, dan ia
beritahukan aku juga bahwa namanya ialah Hoat Lui."
Dengan tak dapat menahan sabarnya, Bee Kun Bu
mengutuk: "Hweeshio jahanam!"
"Tapi kemudian ia dipukul jatuh dari atas burung oleh
kawan Koko, Aku yakin ia jatuh hancur luluh!" kata Lie Ceng
Loan.
"Setelah Pek Yun Hui menolong kau, ia segera membawa
kau ke dalam gua baru tadi?" tanya Bee Kun Bu.
Lie Ceng Loan mengangguk dan berkata: "Ketika si
Hweeshio bicara kepadaku, kawan Koko sambil menunggangi
bangau putih datang mengejar Hebat betul ilmu dan
kepandaian nya! Dengan hanya mengangkat satu tangannya,
Hweeshio itu dipukul jatuh, Lalu ia loncat ke atas burung yang
segera terjun ke bawah, Satu jotosan membikin binasa burung
itu. Burung yang lain dipatok mampus oleh bangau putih,

Dengan mudah sekali aku dijambret dan diangkat oleh
kawan Koko, dan dengan menunggangi bangau putih itu, aku
dibawa dengan selamat ke dalam tembah, ia menangkap
seekor anak menjangan untuk menenami aku. Aku
menanyakan tentang Koko, ia menjawabnya bahwa dalam
beberapa hari lagi Koko pasti datang, Dan betul saja Koko
telah datang!"
Bee Kun Bu terharu sekali atas budi yang besar dari Pek
Yun Hui, Hanya dalam jangka waktu sebulan, Pek Yun Hui
telah menolong ia serta Susiok dan Sumoynya,
Bagaimanakah ia dapat membalas budi yang sangat besar
itu? Ketika itu Lie Ceng Loan masih saja bersandar di atas
tubuhnya Bee Kun Bu. ia memandang pemandangan dari
pegunungan itu. Setelah ia melihat asap yang mengepul di
sebelah selatan, lalu melihat juga api yang berkobar-kobar, ia
terkejut ia berseru: "Bu Koko, coba lihat hutan di sebelah
selatan itu sedang terbakar !H
Teguran itu membikin Bee Kun Bu ingat lagi bahwa ia
harus lekas-lekas menemui Co Hiong, sebetulnya usaha
membakar hutan itu adalah untuk membangkitkan perhatian
Hweeshio di dalam kuil Toa Ciok Sie. Untuk mencari Co
Hiong, ia harus segera pergi ke tempat di mana Co Hiong
mulai membakar hutan itu. Tapi pada saat itu, api telah
berkobar hebat sekali, dan jalan yang harus ditempuh tidak
mudah dilalui ia harus melalui beberapa lembah-lembah dan
bukit-bukit,
Jika ia menanti sampai malam, maka jalannya makin
sukar, sebaliknya apabila ia tak mencari Co Hiong, ia merasa
bersalah Maka ia teruskan perjalanannya mencari Co Hiong,
"Ayo, kita jalan terus, Aku harus mencari dapat orang yang
membakar hutan!" Lalu dengan ilmu meringankan tubuh
mereka pergi ke tempat di mana Co Hiong mulai membakar
hutan itu!
Dalam suasana yang suram di daerah pegunungan itu,
yang diliputi dengan hutan-hutan lebat, ditambah pula dengan
api yang berkobar kobar dan panas hawanya, mereka menjadi

bingung harus jalan kemana mencari Co Hiong, Tapi mereka
berjalan terus. Setelah berjalan kurang lebih tiga jam, Lie
Ceng Loan mengeluh: "Bu Koko, aku merasa letih sekali!"
sebetulnya Bee Kun Bu pun merasa letih. Dengan perut
yang lapar pula ia menjadi gelisah, Untuk menghibur
Sumoynya ia berkata: "Mari kita jalan lagi, dan Co Hiong pasti
dapat diketemukan!" Lie Ceng Loan tersenyum dan sambil
memegangi tangannya Bee Kun Bu, ia berjalan terus.
Mereka jalan dan berusaha mencari lagi selama dua jam,
tapi tanpa hasil! Melihat Lie Ceng Loan telah menjadi letih
sekali, Bee Kun Bu berkata: "Kau betul-betul sudah letih
sekali, Marilah kita beristirahat di tempat yang agak tinggi"
"Aku betul-betul tak berguna!" sahut Lie Ceng Loan sambil
tersenyum, "Aku hanya merintangi Koko saja."
Mereka memilih tempat yang agak tinggi di bawah suatu
pohon besar, dan di situlah mereka beristirahat Dengan
sekejap saja Lie Ceng Loan sudah jatuh tertidur Bee Kun Bu
duduk di sisinya mengawasi Sumoynya yang ia sangat cintai
itu,
Tiba-tiba angin gunung membawa suara derap nya kaki
kuda, dan suara itu makin lama makin dekat terdengar nya.
Bee Kun Bu tergerak hatinya, "Kuda itu pasti kudanya Co
Hiong," pikir ia. "Di kolong langit ini, tak dapat kuda lain yang
dapat berlari dalam suasana gelap di pegunungan ini." Lalu ia
menjerit memanggil Co Hiong,
Suara jeritan di malam yang sunyi senyap itu terdengar
seperti meraungnya seekor singa, menggema dan
menggetarkan lembah! Betul saja dari sebelah selatan
terdengar suara jawaban Co Hiong, dan Lie Ceng Loan
bangun dari tidurnya, Bee Kun Bu segera berdiri, siap
menyambut kedatangannya Co Hiong, sebelumnya Co Hiong
turun dari kudanya, ia telah melihat Lie Ceng Loan, ia berkata
sambil tertawa: "Apakah gadis berbaju merah ini Sumoynya
Bee?"

Bee Kun Bu mengangguk dan menyahut: "Betul!"
Lalu ia memperkenalkan sumoynya kepada kawannya,
Co Hiong yang tajam penglihatannya merasa kagum
melihat kecantikan Lie Ceng Loan. ia berkata dengan
bersenda gurau: "Tidak heran jikalau saudara sampai tidak
enak makan dan tidur memikiri Li Siocia! Ha! Ha! Ha!"
Bee Kun Bu menyahut: "Janganlah saudara Co menggoda!
Tapi cara bagaimanakah kau dapat datang ke sini, sedangkan
kami mencari kau sepanjang malam?"
"Semenjak kau menunggangi bangau putih dan terbang
pergi," sahut Co Hiong, "Aku telah ketemu dua Hweeshio dari
Toa Ciok Sie. Aku segera bertempur tapi Hweeshio-hweeshio
yang lain juga datang, Aku pikir jika aku terus bertempur tentu
tidak ada hasilnya. Segera aku loncat keluar dari kepungan
mereka dengan maksud mencari kau agar kita dapat
bersama-sama mendobrak kuil Toa Ciok Sie, dan membasmi
Hweeshio-hweeshio yang durhaka ilu. Tapi siapa menduga,
sumoymu telah selamat didampingimu?"
Bee Kun Bu menuturkan kisah Lie Ceng Loan sedari
diculik sampai mereka berjumpa lagi di dalam lembah,
"Ai! Orang sakti yang memiliki bangau putih itu betul-betul
sukar dicari keduanya," berseru Co Hiong,
sebetulnya Bee Kun Bu ingin menceritakan lagi tentang
Pek Yun Hui kepBdanya, tapi ketika ia ingat ancaman Co
Hiong yang ingin melawan Pek Yun Hui, ia tutup mulutnya, ia
hanya berkata: "Kebetulan sekali saudara Co lekas-iekas
datang, Aku sangat lapar, Cobalah keluarkan makanan kering
yang kau telah bawa sebagai pembekalan!"
Co Hiong lalu mengambil makanan dari suatu kantong
yang diikat di pelana kudanya dikasihkan kepada Bee Kun Bu
dimakan bersama sumoynya, Tapi ia sendiri tidak makan.

Lie Ceng Loan yang melihat sikap itu, menanyai "Saudara
Co, mengapa kau tidak makan?" Co Hiong tidak menyahut, ia
hanya tersenyum ia taruh kembali makanan itu ke dalam
kantong.
Setelah fnakan kenyang, Bee Kun Bu bersemi "Hm!
Hweeshio di dalam kuil Toa Ciok Sie betul-betul harus dikasih
hajaran, Mereka berbuat sewenang-wenang. Tapi jumlah
mereka lebih banyak daripada jumlah kita. Apa-kah dengan
hanya kita bertiga, kita dapat membasmi mereka?"
Co Hiong menyahut: "Kita sudah tiba di pegunungan Cie
Lian San. jika kita tidak pergi ke kuil Toa Ciok Sie dan mencuri
buah Sie Can Ko, jerih payah kita betul-betul tersia-sia!"
Bee Kun Bu belum menjawab, tiba-tiba dari tempat yang
sangat gelap terdengar suara orang mengejek "Apa-kah buah
Sie Can Ko enak? Kalian boleh rasai dulu ini." Ejekan itu
dibarengi dengan meloncatnya datang, beberapa Hweeshio
dengan senjata terhunus!
Dengan cepat Co Hiong membungkukkan tubuhnya untuk
Bee Kun Bu dan Ue Ceng Loan loncat mundur beberapa
tindak Mereka segera mencabut pedangnya, siap menyerang
lawan-lawannya. Dalam cuaca yang suram itu, mereka melihat
empat Hweeshio: dua Hweeshio itu menyerang dengan
beringas sekali, tapi serangannya tak berhasil!
Co Hiong segera melontarkan jarum-jarum beracunnya
serentak Mereka segera mencabut pedangnya, siap
menyerang lawannya
Empat Hweeshio itu bukannya lawan yang remeh. Dengan
go!ok-golok dan gembolan-gembolan besi me-reka, semua
jarum-jarum beracunnya Co Hiong telah digeprak jatuh
berhamburan!
Co Hiong menjadi penasaran ia lontarkan Hngkaranlingkaran
emasnya sambil menyerang bertubi-tubi dengan
pedangnya. Tiga serangan pedangnya itu menebas ke kiri dan
menyapu ke kanan, dan dilakukan dengan tenaga yang hebat

sekali sehingga seorang Hweeshio terdesak mundur empatlima
kaki jauhnya,
sebetulnya Hweeshio-hweeshio itu tidak ingin mengerubuti
Co Hiong, tapi setelah melihat ilmu silat Co Hiong yang lihay
itu, mereka menyerang lagi dengan serentak sedangkan
Hweeshio yang telah terdesak mundur dengan menggunakan
kakinya menyapu kaki Co Hiong.
Co Hiong berseru, dan dengan ilmu It Hok Tiong Tian atau
belibis terbang tegak ke angkasa, ia loncat setinggi satu
tombak lebih dan loncat keluar dari kepungan itu! Bee Kun Bu
dan Lie Ceng Loan tidak tinggal diam. Mereka telah melihat
kekejian Hweeshio-hweeshio itu, Dengan ilmu Cui Hun Cap Ji
Kiam atau dua belas jurus ilmu pedang mengusir setan,
mereka menyerang dengan beringas, dan dalam tiga jurus
saja seorang Hweeshio telah ditebas putus lengan kirinya oleh
Bee Kun Bu, sedangkan Lie Ceng Loan berhasil membikin
Hweeshio-hweeshio lainnya kacau balau!
Segera dalam suasana yang sunyi senyap itu terdengar
jeritan seorang Hweeshio lagi yang membikin bangun bulu
roma, karena Hweeshio itu telah kena tersambar lingkaran
emasnya Co Hiong sehingga otaknya berantakan! Hanya
dalam beberapa jurus saja, empat Hweeshio itu telah
menderita satu mati dan satu luka parah, Tapi satu Hweeshio
dengan nekad menyerang Bee Kun Bu dengan goloknya, dan
yang lain mengayun gembolannya ke arah Lie Ceng Loan.
Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan terpaksa mundur beberapa
tindak. Kedua Kawanan Hweeshio itu menyerang Co Hiong
dengan se-rangan-serangan yang hebat dan mematikan
Hweeshio itu lupa bahwa Co Hiong masih bebas, Co Hiong
yang berangasan, melihat kesempatan yang baik itu, segera
melontarkan lagi jarum-jarum beracunnya, Kedua Hweeshio
itu tak dapat menghindarkan jarum-jarum itu! Dua-duanya
segera jatuh, senjata-senjatanya terlepas dari cengkalannya,
dan mati kaku mengeluarkan darah hitam dari mulut dan
hidungnya!

Hweeshio yang telah buntung lengan kirinya lekas-lekas
melarikan iri. perbuatan itu dapat dilihat oleh Co Hiong yang
menegur dengan keras: "Hei, jahanam! Kau mau lari
kemana?" ia cemplak kudanya dan mengejar Hweeshio yang
kabur itu, Hweeshio yang ketakutan setengah mati itu terus
lari dengan tak menghiraukan apapun! Dan sikap ini mengirim
ia lebih cepat ke akherat!
Hweeshio itu baru saja, dapat berlari sejauh lima puluh
tombak, Co Hiong yang mengejar dengan kuda Cian Li Shin
Kioknya (kuda sakti yang dapat berlari seribu lie tanpa letih)
telah menebas buntung kepalanya!
Lalu Co Hiong kembali lagi, ia turun dari kudanya untuk
mengambil lingkaran-lingkaran yang telah membikin hancur
kepalanya seorang Hweeshio. ia berkata sambil tersenyum
kepada kawan-kawannya: "Rupanya Hweeshio-hweeshio di
dalam kuil Toa Ciok Sie kita tak takuti ilmu silatnya hanya
begitu saja, Lie Siocia, tadi aku telah meyakinkan dengan
kepala mata sendiri ilmu silat pedangmu yang lihay itu, Aku
kira dengan ilmu demikian tingginya, kita bertiga dapat
membasmi Hweeshio-hweeshio durhaka di dalam kuil Toa
Ciok Sie. Bagaimana pendapatmu berdua?"
Bee Kun Bu mengerutkan keningnya, ia tidak menjawab ia
ingat akan pesan Pek Vun Hui yang dengan sangat menyuruh
ia dan Lie Ceng Loan lekas-Iekas berlalu dari pegunungan Cie
Lian San. ia pereaya betul bahwa Pek Yun Hui telah
memperingatkan dengan se-tulus-tulusnya, Ketika itu ia tak
dapat segera memberikan jawaban yang memuaskan kepada
Co Hiong,
Melihat pertanyaannya tidak dijawab, Co Hiong merasa
sedikit marah, ia pandang Bee Kun Bu yang sedang
mengawasi mayat-mayat Hweeshio yang telah mati konyoI!
Lie Ceng Loan rupanya tidak perhatikan pertanyaan Co
Hiong. ia menanya Bee Kun Bu: "Bu Koko! Hweeshiohweeshio
ini harus dikubur dengan seksama. Mari kita
menggali lubang untuk mengubur mayat-mayatnya!"

Bee Kun Bu mengangguk, dan segera menggali lubang
dengan pedangnya, Lie Ceng Loan juga turut menggali
Co Hiong semakin menjadi marah, Mukanya dari merah
menjadi pucat ia tak dapat keluarkan kegusarannya, Lie Ceng
Loan menegur: "Saudara Co, mengapa kau tidak membantu?"
Co Hiong terkejut! ia merasa malu ditegur oleh gadis
secantik itu, Lalu dengan paksakan diri, ia pun membantu
menggali lubang, Setelah empat mayat Hweeshio-hweeshio
itu dikubur di satu lubang, Lie Ceng Loan memetik sepucuk
kembang liar untuk ditancapkan di atas tanah kuburan itu,
sambil tersenyum, pertama kepada Bee Kun Bu, dan
kemudian kepada Co Hiong,
Entah karena apa tiap-tiap kali Co Hiong melihat mukanya
Lie Ceng Loan yang cantik jelita, hatinya berdebar-debar, Lie
(^eng Loan yang telah jatuh cinta kepada Bee Kun Bu tidak
merasa atau memperhatikan sikapnya Co Hiong. Baginya, di
dunia ini hanya Bee Kun Bu-lah seorang pria yang tampan,
gagah berani, budiman dan yang agung serta mulia!
Co Hiong pun tak mengerti mengapa ia sangat tertarik oleh
wajah dan sikapnya gadis itu, Bukankah ia telah jatuh cinta
terhadap Souw Hui Hong, saudara sepupunya?
Ketika itu hari sudah mendekati fajar Mereka harus
beristirahat untuk memulihkan tenaga dan semangatnya. Tapi
api dari hutan makin besar dan berkobar, sehingga cahayanya
yang merah terlihat di sekitar hutan yang terbakar itu.
Sebelum mereka berbaring untuk beristirahat dan tidur
bergiliran, Co Hiong berkata: "Lihatlah hutan yang aku telah
bakar itu! Apinya makin berkobar dan besar. Besok malam
apinya mungkin lebih besar lagi! Aku kira api itu tidak padam
dalam tiga hari tiga malam!"
"Dengan demikian, entah berapa banyak binatangbinatang,
burung-burung dan kutu-kutu yang mati terbakar
atau kehilangan tempat bernaungnya!" seru Lie Ceng Loan
yang mempunyai perasaan balus,

"Betul!" kata Co Hiong, "Api demikian kini tak dapat
dipadamkan oleh lima ratus orang, kecuali jika turun hujan
besar."
Baru saja Lie Ceng Loan hendak menanya, tiba-tiba
terdengar suara siulan yang nyaring dan tegas dengan nada
yang berubah-ubah, Lie Ceng Loan mendekati Bee Kun Bu,
dan menanya dengan suara rendah: "Bu Koko, suara apakah
itu? Apakah di pegunungan ini ada setan?"
Bee Kun Bu yang sedang memeperhatikan suara yang
ganjil dan terdengarnya seperti juga suara seekor makhluk lain
dari pada satu manusia, menyahut dengan suara rendah:
"jangan takut, itu pasti bukannya setan."
Co Hiong berdiri tegak, dan mendengari dengan penuh
perhatian Laiu berkata: "Suara siulan yang ganjil itu adalah
cara memberi isyarat di hutan. Cobalah perhatikan nadanya
yang sebentar tinggi dan sebentar rendah isyarat itu hanya
dapat dimengerti oleh kawan-kawannya orang itu. Tapi suara
itu rupanya keluar dari suara benda yang dibuat dari logam
atau bambu, Cobalah kita dengar dengan perhatian Nanti
siulan itu akan disambut oleh siulan lain!"
Betul saja, setelah siulan itu berhenti, lantas disambut oleh
suara siulan lain yang rupanya dikeluarkan dari tempat yang
lebih jauh,
Sambil tersenyum Co Hiong berkata lagi: "Aku yakin
siulan-siulan itu adalah isyarat-isyarat dari Hweeshio hweeshio
dari kuil Toa Ciok Sie. Siulan itu akan disambut lagi oleh suara
siulan yang lain, Dengan demikian nyata-lah kirim kabar
dengan menggunakan suara siulan-siulan itu yang sambung
menyambung dari tempat satu ke tempat yang lain dengan
cepat seka!L.,"
perkataannya belum selesai diucapkan, dari tempat dekat
di mana mereka berdiri terdengar lagi satu siulan yang lebih
nyaring dan tegas dari yang sudah-sudah, Co Hiong dan Bee
Kun Bu segera cabut pedangnya, siap sedia menghadapi
segala kemungkinan!

"Hwceshio-hweeshio durhaka dari kuil Toa Ciok Sie itu
telah mengetahui tempat kita ini. Mereka telah kerahkan
banyak orang untuk mengepung kita!" seru Co Hiong,
Ketika itu Lie Ceng Loan pun telah mencabut pedangnya,
dan mereka berdiri tegak dengan mata mengawasi di
sekitarnya, dan dengan kupingnya mendengari segala suara,
Melawan Hu Hoat Lo Han di pegunungan Cie Lian San di
waktu malam
Dari sinar api yang berkobar-kobar, di atas satu puncak
gunung Co Hiong dapat lihat bayangan beberapa orang
sedang lari dengan cepat Rupanya mereka itu sedang lari
mendatangi
Dengan suara rendah Bee Kun Bu menanya: "Sau-dara
Co, perlukah kita lari sekarang?"
"Kita tak dapat melarikan diri lagi, Mereka telah
mengetahui jejak kita, Siulan-siulan yang kita telah dengar tadi
adalah isyarat-isyarat mereka mengurung kita," sahut Co
Hiong sambil tersenyum.
Bee Kun Bu mengerutkan kening, memandang Sumoynya,
lalu berkata: "Jika demikian, rupanya kita harus bertempur
dengan hebat lagi!"
"Betul!" kata Co Hiong, "Kita harus menggunakan siasat
yang kejam untuk lolos dari kepungan mereka, dan kita harus
menerobos sekarang sebelum kawan-kawan mereka datang
kumpul mengurung kita, Ya, kita harus meloloskan diri
sebelumnya fajar Tanpa siasat, kita bertiga tak dapat melawan
mereka yang jumlahnya banyak." Lalu ia keluarkan dari
kantong di dadanya sejumlah jarum-jarum beracun,
Bee Kun Bu tak dapat membantah, memang ia tak dapat
bersikap ramah menghadapi musuh-musuh yang kejam. ia
berkata kepada Lie Ceng Loan: "Sebentar jika kita harus
bertarung, kita harus berlaku kejam, karena musuh-musuh kita
bukannya orang-orang yang budiman, Aku kira kedudukan kita

sekarang sangat berbahaya, Kita harus melawan banyak
orang."
Lie Ceng Loan pandang Bee Kun Bu dengan kasih
sayang, lalu menyahut: "Bu Koko, terima kasih, Koko selalu
berlaku baik terhadap aku. Aku pasti memperhatikan pesan
Koko."
Pada saat itu musuh telah datang semakin dekat hanya
terpisah lebih kurang sepuluh tombak dari mereka, Di waktu
malam demikian, pakaian putih dari Lie Ceng Loan terlihat
sangat tegas, Tiba-tiba terdengar suara hembusan angin,
disertai melayang datangnya tiga benda yang bersinar ke arah
Lie Ceng Loan.
Bee Kun Bu telah siap dengan pedangnya, Ketika musuh
melontarkan benda-benda yang bersinar ke arah Lie Ceng
Loan, dengan ilmu Yun Bu Kim Kong atau sinar emas
menyorot kabut ia berhasil menyapu jatuh ketiga benda yang
bersinar itu. Lalu ia mengawasi keadaan di depan dengan
pedang terhunus, sekonyong-konyong dari atas loncat
menyerang seorang musuh dengan golok besar sebetulnya
Bee Kun Bu ingin meng-egos, tapi ia khawatir serangan itu
melukai Lie Ceng Loan, Dengan mengertak gigi, ia tangkis
serangan golok itu dengan pedangnya. "Teng!" terdengar
suara kedua senjata beradu, disertai meletiknya lelatu api
yang timbul dari beradunya kedua senjata itu! ia segera
merasa mulutnya panas, dan tangan kanannya lemas, hampir
pedang yang dipegangnya terlepas Dengan mengumpulkan
semangatnya ia melihat bahwa musuh yang menyerang itu
telah berdiri lebih kurang tiga kaki di depan ia. Musuhnya itu
adalah seorang Hweeshio tubuhnya besar, seram sekali,
Hweeshio itu juga merasa heran mengapa serangannya tidak
mengambil korban. Dengan kedua mata terbelalak ia
membentak: "Hei! Kalian ini datang dari mana? Apakah hutan
itu kalian yang bakar?"

Bee Kun Bu belum lagi menyahut, Co Hiong telah
mendahului dengan mengejek: "Betul! Tapi kau mau apa?"
justru pada saat itu sembilan Hweeshio telah datang
mengurung mereka bertiga,
Bee Kun Bu yang telah mengetahui bahwa Hwee-shiohweeshio
yang sedang dihadapinya ini mempunyai ilmu silat
jauh lebih tinggi daripada yang ia pernah gempur, ia bisiki Lie
Ceng Loan agar ia waspada.
Co Hiong dengan pedang terhunus dan Hngkaraniingkaran
emasnya mengawasi semua Hweeshio yang
mengurung itu dan memperhatikan bahwa delapan Hweeshio
berjubah abu-abu, dan Hweeshio yang tiba-tiba menyerang
dengan golok mengenakan jubah merah adalah pemimpin dari
rombongan yang mengungkung itu.
Co Hiong agak lama segera mengetahui bahwa jubahjubah
yang berlainan warnanya menunjukkan cekatannya
Hweeshio-hweeshio itu menurut kepandaian silatnya, dan
Hweeshio yang berjubah merah adalah pemimpin dari
rombongan yang mengangku itu, ia tidak gentar, dengan sikap
yang tenang ia memperhatikan jejak para Hweeshio itu,
Kemudian ia berjalan perlahan-lahan menghampiri Bee Kun
Bu, sekonyong-konyong dengan membungkukkan diri ia
loncat menyerang Hweeshio yang berjubah merah dengan
ilmu Giok Li To Soat atau wanita penenun melontarkan torak,
serangan itu ialah menusuk lawan dengan pedang: tangan
kanan menusuk tangan kiri menggeprak ke belakang, dan
kedua kaki mengggenjot ke depan, serangan yang secepat
kilat itu tidak diduga oleh Hweeshio berjubah merah. Tapi
dengan ilmu silatnya yang tinggi Karena ia tak dapat
menangkis dengan goloknya, ia condongkan tubuhnya ke
belakang, lalu dengan mudah ia loncat satu tombak lebih
jauhnya!
Co Hiong mengejar dan menyerang terus, ia tak memberi
kesempatan lawannya balas menyerang. Demikianlah yang
satu menyerang dan yang lain mengegos dengan gesitnya,

Hweeshio-hweeshio yang mengurung itu terpesona
menyaksikan ilmu silat yang bukan main tingginya! Ketika si
Hweeshio memperoleh kesempatan, dengan ilmu Kim Cin Hai
atau jarum emas menentramkan lautan, ia ayun goloknya dan
menebas ke atas dan ke bawah, sehingga Co Hiong harus
menangkis tebasan di atas dan meloncat untuk
menghindarkan tebasan di bawah.
Melihat bahwa Co Hiong masih juga dapat mengegoskan
tebasan goloknya si Hweeshio lalu menjatuhkan diri. Ketika
Co Hiong datang menyerang lagi, ia berguling-guling ke kanan
untuk menghindarkan tusukan pedangnya Co Hiong,
Kesempatan ini digunakan oleh empat Hweeshio menyerang
Co Hiong dari belakang Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan tidak
tinggal diam. Mereka merintangi dan menyerang dengan ilmu
Cui Hun Cap Ji Kiam atau dua belas jurus pedang mengusir
roh.
Melihat siasat yang keji itu gagal, si Hweeshio berjubah
merah lalu bangun dengan menjerit ia ayun goloknya dan
membalas menyerang dengan sengit sekali, Demikianlah
mereka bertarung dengan dahsyat sehingga seratus jurus, Di
lain pihak, Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan bertempur
melawan empat Hweeshio, mereka dapat mendesak lawanlawannya,
Empat Hweeshio lainnya datang membantu
menyerang dengan toya-toya.
Setelah pertempuran berlangsung hampif tiga puluh jurus,
Lie Ceng Loan merasa ia tak dapat bertahan lagi, karena
kekurangan tenaga, jurus-juf us pedangnya mulai menjadi
lambat Bee Kun Bu segera dapat lihat kelemahan Su-moynya,
ia tak dapat membiarkan sumoynya terluka, Dengan ilmu
Heng Hua Cun Jie atau bunga putih berhamburan ia putar
pedangnya demikian cepatnya sehingga delapan Hweeshio
yang mengurung mereka terpaksa bertindak mundur untuk
menghindarkan diri dari sabetan ujung pedangnya, Kemudian
dengan ilmu pwee Pui Hong Jie atau hujan turun dari empat
penjuru salah satu jurus Cui Hun Cap Ji Kiam yang dahsyat

Bee Kun Bu dapat mendesak delapan Hweeshio itu mundur
lagi!
Ketika itu Lie Ceng Loan tersenyum terhadap ia.
"Ai!" pikir Bee Kun Bu, "Gadis ini tak mengenal bahaya
maut, ia masih bisa tertawa!"
Di lain pihak, si Hweeshio jubah merah sedang bertarung
mati-matian melawan Co Hiong, kedua belah pihak masingmasing
berusaha membinasakan lawannya, sehingga
hembusan angin dari ayunan golok dan sabetan pedang
berdesir-desir, dan sinarnya kedua senjata berkilau-kilau di
malam hari sorotan api yang membakar hutan dari tempat
yang jauh,
Dalam pertarungan yang dahsyat itu, Co Hiong masih
belum memperoleh kesempatan untuk melontarkan jarumjarum
beracunnya, Betul ia tidak terdesak, tapi agaknya ia
akan kalah tenaga melawan Hweeshio yang bertubuh besar
ituj Tiba-tiba ia menjerit sambil melontarkan lingkaran-
Iingkaran emasnya itu merupakan ombak yang menggempur
pantai, si Hweeshio harus bertindak mundur tujuh-delapan
kaki, Kesempatan ini digunakan Co Hiong untuk melontarkan
jarum-jarum beracunnya !
,Tidak salah jika Souw Peng Hai, pemimpin partai silat Tian
Liong, dijuluki jago silat lihay di kalangan Kang-ouw. Siasat
yang digunakan Co Hiong itu adalah pelajarannya Souw Peng
Hai: mendesak lawan, dan menggunakan kesempatan
melontarkan jarum-jarum beracun!
Tapi si Hweeshio itu meraung bagaikan seekor harimau
Dengan lengan baju kirinya ia kebut jarum-jarum beracun itu
lalu dengan kedua tangannya ia membacok Co Hiong dengan
beringas, Terjangan dan bacokan-bacokan yang nekad itu
membikin Co Hiong sibuk, Bee Kun Bu yang melihat segera
loncat dan menyerang dengan ilmu Liong It Seng atau naga
menyambar dari satu jurusan, serangan itu adalah salah satu
jurus Cui Hun Cap Ji Kiam.

Ketika ujung pedang menusuk maka ujung pedang itu
bergetar merupakan berpuluh-puluh pedang yang
membingungkan lawan, seakan-akan seekor naga sedang
menyembur! Si Hweeshio jubah merah berusaha menangkis
dengan go!oknya: tetapi ujung pedangnya Bee Kun Bu telah
menebas putus dua jari tangan kanannya, Co Hiong menjerit
serentak melontarkan satu lingkaran emasnya ke arah si
Hweeshio yang lekas-lekas menundukkan kepalanya, Tetapi
lingkaran itu berhasil juga menebas sebelah kupingnya,
Kesempatan itu digunakan Co Hiong untuk menyerang lagi
dengan pedangnya, Hweeshio itu tak dapat bertahan lagi,
Setelah ia menangkis serangannya Co Hiong, lalu lari kabur!
Ketika Bee Kun Bu membantu Co Hiong, Lie Ceng Loan
seorang melawan delapan Hweeshio. Mereka tidak datang
membantu pemimpinnya, tapi terus mengerubuti si gadis yang
melawan dengan tangkas dan lincah, Bee Kun Bu lalu datang
menyerang lagi dengan menggunakan ilmu Ngo Heng Mie
Cong Pu yang ia dapat pelajari dari Pek Yun Hui. pedangnya
kelihatan menyabet, menebas, menusuk bahkan
menyerampang delapan Hweeshio yang keji itu!
ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu dengan disertai ilmu Cui Hun
Cap Ji Kiam membikin ke delapan Hweeshio itu kelabakan,
Mereka bagaikan melawan hantu! Seben-tar-sebentar
terdengar suara jeritan seorang Hweeshio yang kena ditebas,
ditusuk atau dibacok oleh pedangnya Bee Kun Bu, sehingga
dalam beberapa jurus saja semua Hweeshio itu menderita
luka teraduh-aduh kesakitan Co Hiong lalu tarik tangan Lie
Ceng Loan ke pinggir untuk menonton Bee Kun Bu beri
hajaran kepada Hweeshio-hweeshio yang durhaka itu. Tetapi
segera terdengar suara siulan itu makin lama makin dekat
terdengarnya, Bee Kun Bu terkejut, karena ia ingat bahwa
Hweeshio jubah merah itu pasti membawa lebih banyak
kawan lagi ia tak dapat menyerukan Co Hiong untuk melarikan
diri

Co Hiong pun yakin bahwa ia harus banyak melawan
Hweeshio-hweshio yang keji sekali.
Ketika si Hweeshio jubah merah muncul lagi, ia
menyaksikan dengan kepala sendiri bahwa kedelapan
kawannya telah menderita luka parah, dan sedang me-rintihrintih
kesakitan, Delapan Hweeshio itu, meskipun tidak
sepandai si Hweeshio jubah merah, akan tetapi ilmu silat
mereka tidak kalah daripada jago-jago silat umum-nya. Hanya
ia tidak mengetahui bahwa Bee Kun Bu telah menggunakan
ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu (langkah ajaib).
sementara itu Co Hiong tidak memberi kesempatan lagi,
Ketika si Hweeshio sedang berdiri dengan mengawasi kawankawannya
yang terluka itu, ia lontarkan lingkaran-Iingkaran
emasnya dari kedua tangannya,
Si Hweeshio lekas-lekas menangkis dengan go1ok-nya. ia
dapat menangkis dua lingkaran, tetapi lingkaran ketiga telah
terbang ke arah mukanya lagi! ia menjerit kesakitan, karena
lingkaran itu telah melukai mukanya sedalam satu dim,
darahnya mengucur, dan satu matanya mencelat keluar ia
jatuh pingsan!
Co Hiong punguti lingkaran-Iingkaran emasnya, lalu
memanggil kuda ajaibnya, "Ayo, kita lari! Musuh akan segera
datang dengan jumlah yang banyak!" kata Co Hiong.
"Sumoy, kau tentu letih sekali Biarlah kau menunggang
kuda bersama-sama Co Hiong, Aku dapat lari." kata Bee Kun
Bu kepada Lie Ceng Loan,
Lie Ceng Loan menggeleng kepala dan menyahut: "Jika
Koko lari, aku pun ikut Koko berlari-Iari juga!" Bee Kun Bu
baru saja hendak membujuk sumoynya lagi, ia tampak Co
Hiong, tidak ada di sampingnya, ia menjadi cemas, ia segera
cemplak kuda itu, dan bantu sumoynya naik ke atas kuda dan
duduk di belakang ia. ia tarikan kuda itu dengan niatan
mencari Co Hiong,

ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru Cerita Silat Seru Online : Bangau Sakti 1, cersil terbaru, Cerita Dewasa Cerita Silat Seru Online : Bangau Sakti 1, cerita mandarin Cerita Silat Seru Online : Bangau Sakti 1,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru Cerita Silat Seru Online : Bangau Sakti 1, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru Cerita Silat Seru Online : Bangau Sakti 1
More aboutCerita Silat Seru Online : Bangau Sakti 1