Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko]

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Rabu, 28 Desember 2011

Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko]

Dan setelah berkata begitu dengan cepat Phang Kui In
mencabut senjatanya, yaitu sepasang Samcio, senjata yang
memiliki tiga cagak (trisula), dengan mengeluarkan suara yang
nyaring sekali, tampak samcio itu telah meluncur menyerang
salah seorang lawan yang terdekat dengannya. Yaitu Ang Cie
Bun.
Tentu saja Ang Cie Bun tidak menduga akan adanya
serangan dari orang yang muncul dari tempat yang tidak
terduga seperti itu jadi sibuk sekali mengelakkan diri. Berulang
kali dia telah terdesak mundur kebelakang beberapa langkah
kemudian dia teiah menangkis dengan poan-koan pitnya.
Tetapi Phang Kui In telah mempergencar serangan2nya,
dengan jurus Ban Hoa Hong Ie" (Hujan puluhan ribu bunga),
trisulanya bagaikan gugurnya bunga2 dari pohon telah
menotok ke-jalan2 darah mematikan ditubuh Ang Cie Bun,
juga dengan cepat sekali trisula itu telah meluncur kearah diri
Ang Cie Sian yang berada disebelah kanannya.
Gerakan2 yang dilakukan oleh Phang Kui In menyebabkan
Ang Cie Bun dan Ang Cie Sian jadi sibuk sekali mengelakan diri
dari serangan2 Samcio itu. Walaupun mereka bersenjata Poan
Koan Pit, namun gerakan Samcio itu sangat cepat sekali, maka
membuat mereka harus bergerak cepat lagi untuk
mengelakkan diri dan menyelamatkan jiwa mereka dari
ancaman Samcio itu.
Dalam keadaan demikian, tampak Phang Kui In telah
memperhebat terus serangan2nya, dia masih memiliki tenaga
penuh, maka tidak mengherankan jika tenaga serangan
Samcio-nya juga me-nyambar2 dengan hebat sekali.

Dalam waktu yang sangat singkat sekali, Ang Cie Sian dan
Ang Cie Bun telah terpisah dari gelanggang pertempuran itu,
sehingga menyebabkan Kwee Siang jadi bisa bernapas atas
berkurangnya lawan2 yang mengepungnya.
Melihat datangnya bala bantuan yang tiba tepat pada
waktunya, walaupun Kwee Siang tidak mengenal dan tidak
mengetahui siapa
sesungguhnya Phang Kui In, tetapi gadis ini jadi girang
bukan main.
Dia telah mengeluarkan suara siulan, semangat
bertempurnya jadi terbangun, dengan cepat sekali dia telah
melancarkan kembali serangan2nya dengan dahsyat.
Karena datangnya bala bantuan itu, suasana pertempuran
semakin seru saja, ketika lawan2nya sedang terkejut atas
munculnya Phang Kui In dan bergerak agak lambat. Maka
pedang Kwee Siang telah menyambar dengan cepat sekali,
sehingga tampaklah dua tubuh telah menggeletak lagi rubuh
ditanah, sambil mengeluarkan suara jeritan yang menyayatkan
hati, karena itulah suara jerit kematian.
Mie An Siansu yang melihat keadaan mulai tidak
menguntungkan rombongannya, jadi terkejut dan marah. Dia
sangat penasaran sekali, karena sejak tadi dia bersama
dengan kawan2nya yang berjumlah dua puluh orang, ternyata
tidak berhasil merubuhkan Kwee Siang yang hanya seorang
diri. Bukankah hal itu sangat memalukan sekali.
Dengan cepat dia memperhebat serangan2nya.
Tetapi waktu pertempuran itu tengah berlangsung dengan
serunya, tiba2 disaat itu telah terdengar teriakan dari suatu
arah : “Di sini.. ! Mereka sedang bertempur disini ! Sigundul
lanang Mie An Siansu juga berada disini. kita tangkap dan kita
cingcang, percuma saja jika kita tidak bisa menangkap
mereka, karena jumah kita yang seratus orang, tentu akan
dapat dan berhasil membekuk mereka semua ! Seorangpun

jangan dilepaskan...! Tangkap dan kita binasakan semuanya,
karena mereka merupakan manusia2 laknat.. !".
Tentu saja perkataan yang nyaring itu didengar oleh Mie An
Siansu dan kawan2nya.
Mereka jadi terkejut sekali, dan menduga bahwa
rombongan orang yang datang itu tentunya jago2 kawannya
Phang Kui In.
Muka Mie An Siansu dan sisa kawan2nya jadi berobah
pucat, mereka telah merasa ber-kuatir juga, dan dengan cepat
Mie An Siansu mengambil suatu keputusan.
„Angin keras ......!" teriaknya dengan suara yang sangat
nyaring. Mie An Siansu kemudian kabur dengan menyambar
tubuh Siang koan Peng.
Maka disaat itulah kawan2nya telah melompat mundur,
memutar tubuh dan segera melarikan diri, karena merekapun
memiliki perasaan yang sama seperti Mie An Siansu, dan
mengetahui jika mereka dikepung oleh musuh2nya dalam
jumlah yang banyak, yang mereka duga adalah kawan2nya
Phang Kui In, tentu saja hal itu akan membuat mereka
terdesak hebat, karena mereka telah letih akibat pertempuran
yang memakan tenaga ketika melawan Kwee Siang dan Phang
Kui In.
Maka jalan yang paling selamat adalah melarikan diri
menyelamatkan jiwa mereka masing2. Disaat itu dengan
cepat sekali Kwee siang telah melancarkan serangan
pedangnya kepada salah seorang lawannya yang terlambat
melarikan diri, Orang itu mengelakkan diri, tetapi tidak urung
bahunya telah terluka oleh goresan pedang, maka dengan
mengeluarkan suara jeritan kesakitan, dia pun juga telah
melarikan diri mementang kakinya lebar2

Tentu saja hal ini telah membuat Kwee Siang tertawa geli,
dia tidak mengejarnya. hanya Kwee Siang sesalkan tidak bisa
menolong Siangkoan Peng yang dibawa kabur Mie anSiansu.
Phang Kui In juga tidak mengejarnya karena dia mengenali
justru tadi yang berkata itu adalah Yo Him.
Memang Yo Him sengaja telah mempergunakan
gertakannya itu untuk ‘mengusir' lawan2nya Kwee Siang.
Dan dia berhasil, karena Yo Him hanya seorang diri, dan
dia menyebut dalam jumlah. seratus orang, sehingga Mie An
Siansu dan kawan2nya yang tidak mendengar suara langkah
kaki, maka mereka sebagai jago-jago berpengalaman dalam
persilatan justru berbalik mengira bahwa orang2 yang tengah
bersembunyi itu merupakan jago2 yang memiliki ilmu
meringankan tubuh yang telah sempurna. Bukankan suara
langkah kakinya saja tidak terdengar ?.
Karena itu dengan tepat sekali rencana gertakan Yo Him
memberikan hasil yang baik, dimana lawan2 Kwee siang
termasuk juga Mie an siansu telah melarikan diri ....
Phang Kui In tertawa tergelak2 dia memuji akan
kecerdasan Yo Him.
Saat itu Kwee siang telah menghampiri kepadanya dan
telah membungkukkan tubuhnya, kemudian dia menjura
memberi hormat dengan sikap yang sangat ramah.
“Terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Kiesu,
bolehkab siauwmoay, mengetahui nama besar dari Kiesu ?.
dan jika memang tidak keberatan siauwmoay juga ingin
menanyakan gelaran Kiesu yang harum untuk dikenang,
bahwa siauwmoay pernah menerima budi besar dari Kiesu....!”
kata Kwee siang.
Phang Kui In cepat2 membalas penghormatan sigadis. dia
telah tertawa lebar.

,,Sesungguhnya kita bukan orang luar ....kita masih orang
dalam juga.........!" kata Phang Kui In dengan suara yang
ramah. „Aku she Phang dan bernama Kui In, tidak memiliki
julukan apa2 karena kepandaianku yang rendah...! Sedangkan
beberapa saat yang lalu dipulau Ang Hwa To, aku telah
bertemu dengan ayah bundamu, yaitu Kwee Taihiap dan Oey
Liehiap.
,,Oh, ya ?" tanya Kwee Siang dengan mata bersinar
cemerlang sekali! „Bagaimana keadaan mereka ? Apakah
mereka sehat2 saja ?"
„Sehat2 saja, tetapi karena ada suatu urusan yang sangat
penting, maka Kwee Taihiap dan Oey Liehiap ber-sama2
dengan orang2 gagah lainnya, bermaksud untuk
memberitahukan kepada para pencinta negeri agar
mengetahui, bahwa tidak lama lagi akan ada ancaman
serbuan dari tentara Mongolia !".
Muka Kwee Siang berobah, dia menghela napas panjang.
„Hai, hai," katanya dengan suara yang dalam dan
menundukkan kepalanya. „Memang aku keterlaluan sekali.
Telah beberapa tahun aku tidak menjenguk orang tuaku itu...!
Juga encie Hu (Kwee Hu) belum kutenggoki !, mengapa aku
jadi demikian ?, Mengapa aku harus mengenang terus
kepadanya ?. tetapi engko Yo juga kejam sekali, dia tidak mau
bertemu denganku satu kalipun juga !” waktu ber kata2 begitu
suaranya sedih bukan main, mukanya juga murung sekali,
tampak hatinya sangat berduka.
Disaat itu Phang Kui In telah tertawa.
“Kwee lihiap justru kami sedang melakukan perjalanan
untuk menemui Yo Taihiap” katanya.
Muka Kwee Siang seketika berobah jadi tegang dan girang
dia telah bertanya dengan suara yang tidak lancar :

„Kau...Kiesu...kau mengetahui dimana beradanya Engko Yo
Ko?'' „Dimana sekarang engko Yo berada ?" tanya Kwee
Siang dengan suara tidak sabar. „Dan engkau Kiesu,
mengatakan perkataan “kami”, apakah engkau membawa
sahabat2mu yang tadi belum muncul itu ?”
„Itu hanya sandiwara dari engko kecil kawanku, untuk
mengertak Mie An Siansu dan kawan2nya.......!" kata Phang
Kui In. Dan setelah berkata begitu, dia telah berkata: ,,Adik
kecil, kau keluarlah untuk berkenalan dengan Kwee Liehiap,
karena Kwee Liehiap sahabat ayahmu........."
Yo Him telah melangkah keluar, dia menghampiri Kwee
Siang dia telah menjura.
„Apa kabar encie Kwee ?” tanyanya dengan ramah, dia
memanggil encie Kwee, karena sejak tadi dia telah mendengar
sigadis memang she Kwee dan bernama Siang.
Kwee Siang untuk sejenak berdiri ditempatnya dengan
tertegun, sampai dia lupa untuk membalas hormat dari Yo
Him, karena hatinya saat itu tergoncang hebat sekali.
Dilihatnya muka Yo Him mirip sekali dengan Sin Tiauw
Taihiap Yo Ko, dan dia seperti juga melihat Sin Tiauw Taihiap,
maka tidak, mengherankan jika hati gadis ini jadi tergoncang
keras sekali.
Dalam keadaan demikian, tampak Yo Him telah berkata
lagi; „Encie Kwee, apakah engkau tengah mencari ayahku ?”
„Kau..... kau puteranya Sin Tiauw Taihiap Yo Ko ?”
tanya Kwee Siang dengan suara tergagap.
„Benar !" kata Phang Kui In. „Justru kami berdua tengah
melakukan perjalanan untuk menemui Sin Tiauw Taihiap Yo
Ko..." dan Phang Kui In telah menceritakan perihal
pertemuannya dengan Yo Ko, menceritakan semua
pengalamannya yang tiba dipulau Ang Hwa To dan kemudian
sampai mereka melakukan perjalanan untuk menyusul Yo Ko.

Kwee Siang berulang kali mengeluarkan seruan2 girang.
Dia telah menghampiri Yo Him, tangan anak itu telah
dicekalnya kuat2.
Yo Him merasa terharu, ketika melihat di mata Kwee Siang
menitik beberapa butir air mata, sedangkan tangannya yang
mencekal pergelangan tangannya, dirasakan dingin sekali.
Karena Kwee Siang sedang berada dalam keadaan tegang dan
juga girang.
„Belasan tahun aku mencari Engko Yo, ai, ai, dia seperti
juga selalu mengelakkan diri dari pertemuan kita...! Aku
sangat kagum dan menghormatinya, begitu juga dengan
ibumu, adik Him, yaitu encie Siauw Liong Lie...! Ai, mengapa
kami tidak bisa berkumpul selama nya, mengapa aku harus
mencarinya tanpa menemui jejak selama belasan tahun.”
Mendengar itu, tentu saja Yo Him jadi semakin terharu
saja.
Diapun menceritakan pengalamannya, bahwa
sesungguhnya dia belum pernah bertemu satu kalipun dengan
ayah dan ibunya. Dia menceritakan seluruh pengalamannya.
Kwee Siang jadi kaget dan terharu.
,,Oh Yo Him, engkau tampaknya menderita sekali ! Biarlah
kita mencarinya sampai kalian ayah dan anak bisa berkumpul
kembali, lalu mencari ibumu...! Sungguh malang sekali
nasibmu !" dan sambil berkata begitu Kwee Siang merangkul
Yo Him dengan penuh kasih sayang, tangannya meng-elus2
rambut sianak she Yo itu dengan sikap seperti seorang kakak
terhadap adiknya.
Yo Him juga jadi terharu sekali, dia sampai mengucurkan
air matanya juga. Yo Him merasakan walaupun dirinya hidup
sengsara dan menderita jauh dari orang tua, tetapi dia telah
dirawat oleh sepasang suami isteri yang baik hati, sehingga
dia bisa mencapai usia beberapa tahun ini, sedangkan Kwee
Siang yang menaruh kagum dan juga menghormati ayahnya,

justru telah meninggalkan kebahagiaan untuk dirinya sendiri,
meninggalkan ayah bundanya, meninggalkan keluarga dan
lingkungannya, setiap hari hanya berkelana untuk mencari Sin
Tiauw Taihiap. Bukankah hal itu sangat menderita sekali ?
Kwee Siang memang mencintai Yo Ko dari dasar hati dan
setulus hati.
Tetapi dia mencintai tanpa terdapat setitik noda sedikitpun,
bahkan diapun mencintai Siauw Liong Lie. Dan Kwee Siang
hanya menghendaki dapat berkumpul bertiga...tetapi
keinginan itu hanya merupakan impian belaka, sebab sekarang
Siauw Liong Lie dan Yo Ko tidak pernah dijumpai jejaknya,
sehingga dia harus berkelana belasan tahun tanpa berhasil
menemui jejak kedua orang sakti yang dikaguminya itu...!
Jika Oey YokSu, sang kakek dari Kwee Siang memperoleh
gelaran Losia (sisesat tua), maka Kwee Siang justru dalam
persilatan teiah memperoleh gelaran Siauw-sia (sisesat kecil),
sehingga bisa dibayangkan bahwa sifat dan perangai Kwee
Siang sangat aneh. Dia memiliki cita2 yang berlainan dari
setiap orang umumnya, dia memiliki sifat yang ramah.,
lembut, tetapi bisa keras dan melakukan banyak keanehan?
dalam penghidupannya. Bahkan seringkali dia melakukan
perbuatan2 diluar dugaan dari manusia umumnya, sehingga
banyak orang2 persilatan yang melihat sikap Kwee Siang,
menduga Siauwsia ini sebagai pendekar wanita muda yang
telah terganggu syarafnya, telah sinting.
JILID 18
OEY YOK SU sesungguhnya seringkali meminta cucunya
yang terkecil ini agar berdiam di To Hoa To, menemaninya
sampai nanti dia menutup mata. Karena Kwee Siang sebagai
cucunya yang t terkecil dimana dia dilahirkan waktu kota
Siang Yang tengah bergolak hebat dalam pertempuran,

sedangkan ayah dan bundanya yaitu Kwee Ceng dan Oey
Yong, juga sibuk sekali mengatur pasukan tentara Song
menghadapi serangan2 dari tentara Mongolia, maka Oey Yok
Su menganggap bahwa Kwee Siang pantas jika menemani dia
dipulau To Hoa To sebagai pewarisnya, yang kelak akan
menjadi majikan To Hoa To.
Namun Kwee Siang telah menolak keinginan kakeknya itu,
karena dia bermaksud untuk mencari jejak Yo Ko dan Siauw
Liong Lie.
Itulah sangat mengherankan dan aneh sekali. Banyak
orang2 gagah dalam persilatan yang bersedia untuk
menyiksa dirinya sendiri dan melakukan apa saja, asal bisa
diterima menjadi murid oleh Oey Yok Su dan menerima
warisan ilmu Oey Yok Su yang sangat luar biasa. Oey Losia
merupakan manusia aneh dalam persilatan, diantara jago2
tua, dialah sekarang yang terhebat kepandaiannya, karena
Auwyang Hong dan juga Ang Cit Kong, yang kepandaiannya
hampir berimbang dengannya, telah menutup mata. Begitu
juga dengan Ong Tiong Yang, telah menghembuskan
napasnya yang terakhir. Ciu Pek Thong dan yang lainnya
memang memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi tidak ada
yang sehebat Oey Losia. Maka itu dengan berdiamnya dia
menutup diri melewati usia tuanya di pulau To Hoa To, maka
Oey Yok Su dianggap oleh orang2 persilatan sebagai manusia
setengah dewa.
Tidak ada seorangpun yang mengetahui sepak terjang Oey
Yok Su selanjutnya, karena disamping Oey Yok Su tidak
pernah menunjukkan diri dalam pergaulan umum, dan tidak
pernah keluar dari pulau To Hoa To, juga tidak ada seorang
jagopun dalam rimba persilatan yang berani mendatangi
pulau To Hoa To ........
Kini Kwee Siang telah mendengar jejak perihal Yo Ko tentu
saja telah membuatnya jadi girang bukan main, dia sampai
mengucapkan syukur berulang kali kepada Thian.

Phang Kui In dan Yo Him yang melihat kegembiraan sigadis
she Kwee ini, jadi turut gembira.
Begitulah, mereka memutuskan untuk melakukan
perjalanan bertiga. Phang Kui In telah mengajak mereka untuk
kembali keperahunya.
„Mudah2an saja Sin Tiauw Taihiap belum meninggalkan
Kun Lun San.....!" kata Phang Kui In waktu mereka telah
berada diperahu.
Kwee Siang mengatakan dengan penuh harapan, dan
sepanjang berlayar dilautan, Kwee Siang ber-cakap2 dengan
Yo Him. Ada saja yang mereka percakapkan.
Yo Him juga senang kepada gadis ini karena sang enci ini
tampaknya demikian ramah dan menyayangi dia. Maka Yo
Himpun ber-cakap2 dengan asyik sekali, dengan sendirinya
lupalah Yo Him akan kesedihannya. Dan begitu juga dengan
Kwee Siang, lupa pula untuk sementara akan kesepian dan
kedukaan hatinya...karena Yo Him sebagai pengganti pelipur
laranya., muka Yo Him yang mirip dengan Yo Ko, memberikan
kesan dan mengurangi akan rindunya...rindu terhadap Yo Ko
maupun Siauw Liong Lie.
Bahkan dalam perjalanan itu, Kwee Siang telah bertanya
kepada Yo Him.
,,Apakah adik Him telah mengerti ilmu silat ?" tanyanya
kemudian. .
„Sedikit!....!" menyahuti Yo Him.
,,Coba kau jalankan dihadapanku, nanti aku bisa
memberitahukan kelemahan2mu...!" kata Kwee Siang
menganjurkan sambil tersenyum.
Yo Him juga berpikir untuk mengisi waktu2 senggangnya
memang ada baiknya dia melatih diri.

Maka Yo Him telah menjalankan ber-macam2 ilmu silat
yang telah dipelajarinya.
Kwee Siang kagum sekali. „Engkau dalam usia demikian
muda, telah berhasil menghafal semua ilmu silat milik
ayahmu, dan berbagai ilmu silat lainnya.....! Hemm, yang
kurang hanya latihan dan tenaganya saja ! Baiklah, sekarang
engkau perhatikan, aku ingin menurunkan Kiu Im Cinkeng
kepadamu ! Jika sekarang engkau belum bisa menangkap
keseluruhannya, itupun tidak apa2, asalkan kau ingat baik2
didalam hati, agar kelak bisa kau melatihnya jika engkau telah
dewasa....!".
Yo Him jadi girang sekali.
Dia juga telah menyatakan terima kasih nya, dan segera
Kwee Siang menurunkan ilmu pedang Go Bie Kiam-hoat dan
juga Kiu Im Cinkeng.
Tentu saja Yo Him bisa menangkap semua keterangan itu
dengan mudah, yang telah dicatat dalam ingatannya, karena
dia memang sangat cerdas sekali. Waktu Kwee Siang meminta
dia menjalankan ilmu pedang Go Bie Kiam-hoat, Yo Him bisa
membawakannya dengan mudah, walaupun dia hanya
mengerti gerakan2nya dan serangannya belum mengandung
tenaga dalam, tetapi seluruh jurus telah dijalankannya dengan
sempurna.
Kwee Siang jadi girang sekali.
“adik Him, ternyata engkau cerdas sekali seperti ayahmu !”
kata Kwee Siang memuji.
Diperbandingkan dengan ayahnya, Yo Him jadi bangga.
Segera dia menanyakan perihal ayahnya itu kepada Kwee
Siang Dan Kwee Siang tidak keberatan untuk menceritakan
mengenai diri Yo Ko dan Siauw Liong Lie selama yang
dikenalnya.

Yo Ko tertarik sekali mendengar cerita sigadis, dia juga
menjadi kagum sewaktu mendengar kegagahan ayahnya yang
diceritakan oleh Kwee Siang.
Phang Kui In mengetahui peraturan dunia Kangouw, maka
setiap kali Kwee Siang tengah menurunkan ilmunya Kepada Yo
Him, dia selalu menyingkir keujung perahu, tidak mau
mendengarnya.
Begitulah setiap hari Kwee Siang telah menurunkan sejurus
demi sejurus ilmu pedang Go Bie Kiamhoat yang telah
diciptakannya sendiri, juga dia telah menurunkan tenaga
dalam Kiu Im Cinkeng.
Memang Yo Him mempelajarinya karena jugaq ilmu pedang
si gadis. Dia tidak mau mengecewakan Kwee Siang yang baik
hati itu, maka dia menganggap asal mempelajari, tetapi
seperti diketahui saat itu sesungguhnya Yo Him tengah
menerima latihan tenaga dalam nomor satu didalam dunia !
Seperti diketahui, waktu Tat-Mo Cauwsu datang kedaratan
Tionggoan, dan mendirikan perguruan siauw Lim sie dengan
itu yang menjagoi rimba persilatan adalah siauw Lim sie. Dan
Yo Him telah mewarisi tenaga dalam nomor satu di dunia
persilatan yang sukar dicari tandingannya, yaitu Kiu Yang
Cinkeng dan Kiu Im Cinkeng.
Justru kedua macam kitab latihan lwekang nomor satu itu
ditemukan oleh Kak Wan siansu yang telah sempat
membacanya, karena justru Kak Wan siansu merupakan
pendeta penjaga kamar perpustakaan. Lalu kedua macam ilmu
tenaga dalam itu telah diturunkan kepada Thio Kun Po
(muridnya) dan Kwee Siang, yang kebetulan datang ke Siauw
Lim Sie untuk mencari Sin Tiauw Taihiap Yo Ko.
Secara kebetulan itu pula yang menyebabkan Thio Kun Po
akhirnya merupakan pendiri salah sebuah cabang perguruan
silat didaratan Tionggoan yang akhirnya sangat terkenal,
berimbang dengan keagungan nama Siauw Lim Sie, yaitu

pintu perguruan Bu Tong Pai. Sedangkan nama Thio Kun Po
dilupakan orang, karena saat itu sampai kini, yang diingat dan
tercatat dalam sejarah, pendiri Bu Tong Pai adalah Thio Sam
Hong, nama selanjutnya dari Thio Kun Po.
Sedangkan Kwee Siang sendiri, yang sempat mendengar
dibacakannya intisari dari ilmu tenaga dalam yang sakti itu
oleh Kak Wan Siansu dari Siauw Lim Sie, telah mendirikan pula
sebuah cabang perguruan silat lainnya, yaitu Go Bie Pai. Dan
dia telah memperoleh nama yang sangat tenar juga, karena
dikemudian hari murid2 Go Bie Pai memiliki kepandaian yang
hebat2. Bahkan dalam dunia persilatan kelak, dikenal tiga
perguruan silat utama, yaitu, Siauwn Lim Sie, Bu Tong Pai dan
yagn ketiga adalah Go Bie Pai.
Walaupun Bu Tong Pai dan Go bie Pai dikemudian hari
merupakan perguruan silat yang berdiri sendiri. tidak memiliki
hubungan dengan Siauw Lim Sie namun se-tidak2nya ilmu
silat dari kedua pintu perguruan itu memang bersumber dari
Siauw Lim Sie juga........
Sekarang Kwee Siang baru menciptakan ilmu pedangnya
itu belum terlalu lama tetapi justru yang diturunkan kepada
Yo Him adalah inti sari dari ilmu pedangnya itu, Jika kelak
murid2 Go Bie Pai bisa mengangkat nama dalam dunia
persilatan didaratan Tionggoan, karena mereka
mempergunakan ilmu pedang Go Bie Pai dengan segala
kombinasinya yang ditambahkan disana-sini. Maka Hebat
adalah Yo Him, yang langsung menerima ilmu pedang Go Bie
Pai itu dari pendirinya (penciptanya) yaitu Kwee Siang.
Begitu juga dengan ilmu tenaga dalam Kiu Im Cinkeng,
diterima langsung dari Kwee Siang. Jika Kwee Siang waktu
mendengarkan berdua dengan Thio Kun Po, hweshio dari
Siauw Lim Sie, yaitu Kak Wan Siansu menghafalkan bunyinya
Kiu Im Cin Keng dan Kiu Yang Cinkeng, itulah hanya
merupakan sekelebatan bacaan belaka, dan Kwee Siang
maupun Thio Kun Po harus memeras otak dan pikiran untuk

menjernihkan pelajaran itu, menyalurkan satu persatu dan
akhirnya telah dapat disusun dalam bentuk pelajaran latihan
tenaga dalam yang sempurna.
Maka sekarang Yo Him telah menerima latihan Kiu Im Cin
Keng yang telah disaring oleh Kwee Siang, dengan mudah dia
dapat menangkap dan menghafalnya, tanpa perlu memeras
otak dan bisa langsung melatih dirinya sendiri. Sehingga diluar
kesadarannya, Yo Him Sesungguhnya telah menerima warisan
ilmu tenaga dalam yang dahsyat sekali.
Tetapi Yo Him hanya menduga apa yang dilatihnya itu
merupakan latihan untuk olah raga menyehatkan tubuh
belaka. Maka dia melatihnya ber sungguh2 untuk
menggembirakan hati Kwee Siang.
Kwee Siang sangat gembira sekali melihat Yo Him memiliki
kecerdasan yang luar biasa.
Yang membuat Kwee Siang gembira itu bukan semangat Yo
Him melatih diri, tetapi kemajuan yang diperoleh Yo Him
tanpa anak she Yo itu mengetahuinya.
Suatu kali, sampai pelajaran jurus keseratus empat puluh
empat, Kwee Siang meminta Yo Him menempelkan telapak
tangannya ketelapak tangan dia. Kedua tangan dari Yo Him
telah melekat dikedua telapak tangan Kwee Siang, lalu perlahan2
Kwee Siang menyalurkan tenaga murninya, dia telah
membuka satu persatu jalan darah Mie-tiong-hiat, San lianghiat,
Tan Tian hiat dan berbagai jalan darah lainnya.
Yo Him merasakan dari telapak tangan Kwee Siang seperti
meluncur sebaris hawa yang hangat, halus seperti sutra
menerobos masuk kedalam telapak tangannya, dan hawa
hangat itu seperti berjalan masuk melalui kedua lengannya,
dan Yo Him merasakan beberapa bagian dari urat besar
ditubuhnya ber-denyut2 setiap kali sumbatannya dibuka oleh
kekuatan tenaga murni Kwee Siang sehingga bagian2
tubuhnya itu berkedutan tidak hentinya.

Semakin lama Yo Him merasakan tubuhnya semakin panas
sampai dari kepalanya dirasakan seperti mengepul uap yang
tipis sekali. Tetapi Yo Him tidak mau memperlihatkan
kelemahannya, walaupun tubuhnya panas seperti dibakar oleh
kobaran api, keringat mengucur deras dari kedua telapak
tangan, muka dan lengannya, namun Yo Him tetap berdiam
diri saja.
Dia tidak mau mengecewakan Kwee Siang, ,,Aku tidak
boleh memperlihatkan kelemahanku dihadapan encie Siang !
Karena jika aku meminta kepadanya untuk beristirahat dulu
tentu encie Siang akan mentertawai aku ? Bukankah ayahku
Sin Tiauw Taihiap Yo Ko adalah seorang pendekar nomor satu
dalam rimba persilatan ? Mengapa aku harus berlaku lemah ?
Walaupun akan mati kepanasan, aku harus tetap
bertahan......., !"
Karena berpikir begitu, Yo Him telah berdiam diri saja,
walaupun tubuhnya semakin panas seperti terbakar oleh api,
atas bekerjanya tenaga dalam yang disalurkan oleh Kwee
Siang, dan disaat itu tampak kepalanya juga semakin
mengepulkan asap yang tebal.... tubuh Yo Him juga telah
menggigil seperti kedinginan, tetapi dia keraskan kepala untuk
tetap bertahan.
Kwee Siang melihat keadaan Yo Him. sesungguhnya hati
sigadis tidak tega untuk meneruskan saluran tenaga murninya.
Tetapi dalam keadaan yang genting, dimana tinggal empat
buah jalan darah utama ditubuh Yo Him yang harus
dibukanya, agar kelak Yo Him bisa menyalurkan seluruh
kekuatan murninya ke sekujur tubuhnya.
Dalam keadaan demikian, jika Kwee Siang menarik pulang
tenaga murninya, justru akan mencelakai Yo Him.
„Engkau masih bisa bertahan terus, adik Him ?" tanyanya
dengan berkuatir. „Tidak lama lagi, hanya empat jalan
darahmu yang perlu dibuka lagi...!".

Yo Him mengangguk sambil menggigit bibirnya, dia sudah
tidak bisa menjawabnya.
Kembali Kwee Siang telah menyalurkan lagi kekuatan
murninya, dia membuka jalan darah Tan To Hiat didekat urat
pusar tiga dim, dan setelah diterobos oleh gempuran2 tenaga
murni Kwee siang, maka jalan darah itu terbuka, dan dapat
menyalurkan kekuatan murni dari pusar Yo Him kesekujur
tubuhnya.
„Kerahkan tenagamu dikedua pangkal lengan...... atur
napasmu sekali2 dengan teratur, tenangkan pikiran,
kosongkan hati dan otak, jangan berpikir apa2, Kiu dan Im,
Yang dan Keng, disaat ini engkau pasrah diri, kedua tangan
dilemaskan, kedua kaki dikakukan, kedua mata dipejamkan,
kedua telinga dipasang, mulut terbuka, hidung tertutup, maka
engkau akan mencapai Im Yang Kut-liong (Tulang Naga positif
dan negatif) !"
Memang jika Yo Him berhasil melaksanakan semua
petunjuk Kwee Siang, niscaya tulang2 Yo Him akan menjadi
kuat, dia seperti baru dilahirkan kembali, dan seperti telah
digodok untuk menjadi seorang anak manusia memiliki
tulang2 ditubuhnya seperti tulang naga....... dimana .bisa
dipergunakan untuk menghadapi serangan lunak dari lawan,
bisa juga menghadapi serangan kekerasan dari lawannya. Jika
serangan lawannya kelak lunak, tentu dia bisa
mempergunakan tenaga Imnya, tetapi jika dia hendak
menindih lawannya dengan gerakan kekerasan, dia bisa
mempergunakan Yang tenaga positif.
Tiba2 Kwee siang merasakan tenaga menolak berulang kali
dari telapak tangan Yo Him, walaupun tidak keras tetapi
tanda2 seperti itu telah menyebabkan Kwee siang jadi girang
sekali, karena hal ini menunjukkan bahwa Yo Him telah
menuruti petunjuknya dan kini anak itu telah memiliki tenaga
melawan terhadap tenaga dari luar.

Saat itu Kwee siang telah mengumpulkan semangatnya
untuk mengempos tenaga murninya dikedua telapak
tangannya, dia telah menyalurkan dengan kuat untuk
membuka jalan darah Pai Liang Hiat, kemudian setelah
berhasil, menyusul jalan darah su Kong hiat, dan terakhir jalan
darah Ban Liong hiat, jalan darah sepuluh ribu naga.... itulah
jalan darah yang paling sulit dibuka, dan waktu berhasil
terbuka justru Yo Him telah mengeluarkan suara keluhan,
karena seluruh tubuhnya seperti diceburkan kedalam minyak
panas, dia telah rebah pingsan tidak sadarkan diri !
Untung saja waktu itu dia belum pingsan, Kwee Siang telah
berhasil membuka jalan darah itu, sehingga walaupun Yo Him
te!ah jatuh pingsan tidak sadarkan diri, tetapi dia tidak
mengalami ancaman bahaya apa2.
Dengan cepat Kwee Siang melompat berdiri, dia telah
mengeluarkan suara tertawa ber gelak2 dengan keras dan
panjang sekali.
Tentu saja hal ini telah membuat Phang Kui In yang berada
diburitan perahunya jadi terkejut, dan cepat2 mendatangi.
Waktu dia memasuki kamar perahu itu, dia melihat Kwee
Siang sedang berdiri tegak dan tertawa ber-gelak2, sedangkan
Yo Him menggeletak dilantai perahu tanpa bergerak, dia jadi
mengeluarkan suara seruan kaget dan cepat2 menghampiri
untuk memeriksa keadaan Yo Him.
Kwee Siang telah berhenti dari tertawanya, katanya dengan
ter-gesa2 „Jangan dipegang, biarkan dia teristirahat !".
Phang Kui In segera tersadar dengan cepat dari
kekeliruannya.
Hampir saja dia melakukan suatu kesalahan yang besar,
karena jika dia menghampiri Yo Him dan menyentuh tubuh Yo
Him, saat itu dia bisa merobah letak jalan darah ditubuh Yo
Him, dan bahaya yang mengancam untuk Yo Him sangat
hebat.

Sebagai seorang yang mengerti ilmu silat dan telah
berpengalaman, Phang Kui In menyadarinya bahwa seluruh
jalan darah Yo Him telah dibuka oleh Kwee Siang, maka jika
dia menyentuh tubuh Yo Him dan jalan darah itu terbuka,
disamping jalan darah yang telah dibuka akan tertutup
kembali, juga akan membahayakan jiwa anak itu yang bisa
binasa disaat itu juga.
Itulah sebabnya walaupun melihat Yo Him jatuh pingsan,
Kwee Siang tidak menghampirinya, membiarkan tubuh Yo Him
menggeletak, menantikan sampai waktu nya tiba di saat mana
jalan darah jalan darah yang dibukanya itu telah bisa bekerja
dengan baik, barulah dia akan menghampiri Yo Him.
Kwee Siang tadi mengeluarkan suara ter tawa ber-gelak2,
karena dia sangat puas dan girang, setelah dia berhasil
membuka seluruh jalan darah Yo Him dengan selamat tanpa
menemui rintangan apa2, sehingga berarti dia telah
'menciptakan' sebuah bibit baru untuk seorang pendekar besar
dijaman ini...! Kwee Siang berani mengatakan bahwa Yo Him
merupakan 'bibit' pendekar besar dijaman ini, karena dia
melihat Yo Him memiliki tulang yang baik, dan daya ingatan
yang luar biasa sekali. Hanya dalam dua minggu mereka
melakukan perjalanan air, Yo Him telah berhasil menerima
seluruh pelajaran kepandaian Kwee Siang, bahkan telah
berhasil menerima dan menjalankan jurus2 ilmu pedang Go
Bie Kiam hoat dengan baik sekali.
Tadi Yo Him baru bisa menjalankan seluruh jurus2 itu tanpa
memiliki kekuatan untuk membinasakan lawannya, karena dia
kurang latihan dalam hal lwekang.
Namun kini setelah Kwee Siang berhasil membuka seluruh
jalan darahnya, maka jika Yo Him kelak melancarkan serangan
kepada lawannya, walaupun dia tidak bermaksud untuk
mengerahkan tenaganya, namun tenaga itu sendiri yang akan
meluncur keluar berimbang dengan tekanan tenaga serangan
dari lawannya. Jika kelak Yo Him telah melatihnya, bukan saja

dapat mengimbangi kekuatan tekanan tenaga serangan dari
lawannya, tetapi Yo Him bisa mengendalikan tenaganya itu
untuk menghancurkan besi dan batu dengan hanya sekali
sentilan jari telunjuknya saja !
Kwee Siang melihat, jika Yo Him memperoleh bimbingan
yang baik dari seorang akhli, Yo Him bisa jauh lebih hebat dari
dia, karena ditubuh Yo Him terdapat suatu kelainan. Sebagai
bukti saja, tampak waktu Kwee Siang membuka seluruh jalan
darah Yo Him, dia hanya memerlukan waktu dalam setengah
harian saja. Sesungguhnya bagi manusia umumnya, jika ingin
dibuka seluruh jalan darahnya, tentu harus memakan waktu
yang cukup lama ! Dari perbedaan waktu saja, telah
membuktikan bahwa Yo Him memiliki kelainan yang luar
biasa.
Harus diketahui setiap satu jalan darah dibuka, jika hal itu
terjadi didiri seorang manusia biasa yang tidak memiliki
kelainan seperti Yo Him, tentu orang itu akan menderita
demam selama satu minggu dan selama satu bulan dia harus
mengasoh, baru nanti dibuka kembali satu jalan darah lainnya.
Maka jika menuruti keadaan seperti itu, seorang manusia
biasa harus memakan waktu lima tahun baru bisa terbuka
seluruh jalan darahnya. Semakin banyak jalan darah yang
dibukanya, semakin hebat penderitaan demam orang itu.
Tetapi berbeda dengan seorang yang memiliki kekuatan
yang agak besar dan memiliki daya tahan yang cukup kuat,
maka mungkin dalam dua tahun seluruh jalan darahnya bisa
dibuka.
Namun Yo Him justru bisa bertahan dengan kuat sekali,
karena dia memang telah memiliki dasar2 kepandaian yang
luar biasa dari Sin Tiauw, juga telah menerima petunjuk dari
jago2 hebat, termasuk In Lap Siansu dan lain2nya.
Maka dari itu, waktu Kwee Siang membuka jalan darahnya
yang pertama, yaitu Siauw Cie Hiatnya, Yo Him hanya tenang2
saja seperti tidak terjadi sesuatu apapun juga. Dan Kwee

Siang jadi meneruskan usahanya membuka jalan darah kedua,
yaitu Siang Liang hiat, tetapi keadaan Yo Him tetap tidak
memperlihatkan perobahan.
Itulah sebabnya Kwee Siang telah meneruskan
pekerjaannya membuka seluruh jalan darah Yo Him, yang
seluruhnya berjumlah seratus tiga puluh delapan jalan darah
utama, dan seratus dua puluh jalan darah besar.
Kwee Siang dalam setengah hari saja bisa membuka
seluruh jalan darah dari Yo Him dan tanpa menemui rintangan
apa2. persoalan ini merupakan persoalan yang tidak pernah
terjadi didalam rimba persilatan, maka telah membuat Kwee
Siang girang luar biasa.
Dia jadi tertawa ber-gelak2. Dan juga yang paling
menggembirakan hatinya, yaitu dengan terbukanya seluruh
jalan darah Yo Him hanya dalam waktu setengah hari itu,
telah memperlihatkan bahwa Yo Him sebagai calon pendekar
yang luar biasa sekali ! Kemungkinan besar menurut Kwee
Siang, jika Yo Him memiliki gemblengan yang teratur, dan
memperoleh bimbingan yang baik dari jago2 yang hebat
seperti Sin Tiauw Taihiap, Oey Yok Su. yaitu kakeknya, juga
ayah ibunya dan beberapa jago2 lainnya yang memiliki latihan
tenaga dalam yang murni dan lurus, tidak termasuk golongan
sesat, niscaya Yo Him akan memiliki kepandaian yang melebihi
dari jago itu sendiri.
Kwee Siang telah menarik tangan Phang Kui In menuju
keburitan kapal dan segera dia menceritakan apa yang telah
dialaminya, dimana dia telah berhasil membuka seluruh jalan
darah ditubuh Yo Him.
Phang Kui In jadi kaget bercampur girang, dia sampai berjingkrak2
seperti anak kecil.
Dengan hati yang tegang, akhirnya Kwee Siang dan Phang
Kui In menantikan sampai Yo Him tersadar dari pingsannya.

Selama satu hari satu malam Yo Him menggeletak diam,
dengan napas yang berjalan lancar dan lurus, sehingga
walaupun dia pingsan dalam keadaan yang demikian lama,
tetapi Phang Kui In dan Kwee siang jadi tenang karena
melihat napas Yo Him lurus dan teratur.
Tetapi malam itu setelah dua puluh empat jam Yo Him
menggeletak pingsan, mukanya ber angsur2 menjadi merah
padam dan sekujur tubuhnya mengepul uap panas yang luar
biasa.
Kwee siang dan Phang Kui In yang berdiri setombak lebih
jauhnya dari tempat mengeletaknya Yo Him masih bisa
merasakan samberan uap panas itu.
Kwee siang dan Phang Kui In jadi berkuatir sekali.
“apakah ... apakah tidak akan terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan ?” tanya Phang Kui In dengan gelisah.
Kwee siang juga mulai ragu2.
Perkembangan yang terjadi didiri Yo Him mendatangkan
kekuatiran juga untuk dirinya.
Dia telah mengawasi Yo Him tajam2 tanpa menyahut
pertanyaan Phang Kui In.
“Kwee lihiap .. apakah adik Him tidak akan mengalami
sesuatu yang tidak diinginkan ?" tanya Phang Kui In lagi,
karena dia sangat berkuatir sekali. „Apakah ada sesuatu yang
harus kita lakukan untuk dia ?"
Saat itu Kwee Siang juga mulai diliputi keraguan dan
kekuatiran, dia telah menghampiri lebih dekat kesamping Yo
Him.
Karena jaraknya dengan Yo Him semakin dekat, maka
Kwee Siang merasakan samberan hawa panas dari tubuh Yo
Him yang semakin kuat.

Waktu Kwee Siang ingin berjongkok disampingnya untuk
memeriksa keadaan Yo Him, tiba2 Yo Him mendadak sekali
telah mengeluarkan suara teriakan yang nyaring memekakkan
anak telinga, tubuhnya seperti seekor ikan Lee-ie (ikan gabus)
telah melompat ke-tengah udara, dan kedua tangan dan
kakinya ber-gerak2 membawa gerakan Go Bie Kiam hoat,
walaupun ditangannya tidak mencekal pedang !
Kwee Siang jadi terkejut sekali, dia berseru: „Adik
Him.....Adik Him !!" teriaknya sambil mengulurkah tangannya
untuk mencekal tangan Yo Him, maksudnya untuk
menyadarkan Yo Him dari gerakan2 diluar sadarnya itu.
Tetapi ketika tangan Kwee Siang diulurkan, "saat itu
telapak tangan Yo Him telah mengibas dengan jurus Ciang Lie
Kiam Sut" atau "Bidadari Cantik mempergunakan pedang”.
tahu2 dari telapak tangan Yo Him menyambar kekuatan yang
panas sekali, "werr", dan Kwee Siang mengeluarkan suara
jeritan tertahan karena tubuhnya telah terlempar keras sekali,
sampai terbanting sejauh dua tombak dilantai perahu.
Phang Kui In juga jadi terkejut tanpa berpikir lagi dia telah
menubruk kearah Yo Him, dia termaksud untuk mencegah Yo
Him bergerak lebih jauh, yang mungkin bisa membahayakan
dirinya. Tetapi belum lagi Phang Kui ln sempat merangkul Yo
Him justru disaat itu tangan Yo Him telah bergerak mengibas
kearahnya, tahu2 telapak tangannya menghantam pundak
Phang Kui In, sehingga Phang Kui In merasakan pundaknya
itu sakit luar biasa, seperti tulang Piepenya akan patah hancur,
dan tubuhnya terpental keras sekali keluar dari ruangan kamar
perahu.
Tubuhnya terbanting ditepian lantai perahu, hampir saja
Phang Kui In tercebur kedalam laut, jika saja tangan kanannya
tidak cepat2 mencekal tepian. perahu itu.
Saat itu Yo Him telah ber-teriak2 dengan suara yang
nyaring : „Panas ! Panas ! Panas !" suaranya sambung
menyambung, karena suara itu terdengarnya aneh sekali,

nyaring dan keras, bagaikan teriakan seorang akhli Lweekhe
(akhli tenaga dalam) yang sudah mahir, sehingga suaranya
bisa menggema diudara bebas seperti itu. Juga tubuh Yo Him
telah ber-jingkrak2 dengan keras dan tinggi. Dia telah berlari
keluar dari ruangan kamar perahu itu, dan dengan tidak
terduga tahu2 dia telah melompat kedalam laut !
Tentu saja Phang Kui In dan Kwee Siang jadi terkejut
bukan kepalang, mereka merasakan darah mereka seperti
berhenti mendesir, jantung mereka seperti copot rasanya.
„Adik Him! Adik Him !" teriak Kwee Siang seperti kalap.
Gadis ini telah berlari dengan cepat sekali kearah tepi
perahu, dia bermaksud akan melompat kedalam laut untuk
menolongi Yo Him.
Phang Kui In juga kaget setengah mati, dia ber-teriak2: „Yo
Him! Him-jie !!" dan dia memburu juga ketepi perahu itu,
dengan maksud ingin melompat kelaut juga, untuk menolongi
Yo Him.
Tetapi disaat itu telah terlihat suatu peristiwa yang aneh
luar biasa yang hampir tidak bisa dipercayai oleh Phang Kui In
dan Kwee Siang, dimana keduanya sampai memejamkan
matanya berulang kali, me-ngucek2nya, karena mereka
merasa seperti dalam mimpi melihat peristiwa aneh itu.
Yo Him ternyata tadi telah mencebur keair laut, tetapi sama
sekali tidak kelelap, tubuhnya itu timbul tenggelam dengan
gerakan yang cepat sekali. Waktu itu laut tengah tenang tidak
bergelombang, tetapi tubuh Yo Him sebentar melompat keatas
permukaan laut, dan sebentar pula menyelam lenyap,
kemudian timbul lagi melompat tinggi keluar dari permukaan
air laut. Dengan sendirinya keadaan seperti ini telah membuat
Kwee Siang dan Phang Kui In jadi heran sekali.
Setiap kali melompat tinggi dari permukaan air laut, kedua
tangan Yo Him ber-gerak2 seperti orang yang tengah bersilat,

tentu saja telah membuat Phang Kui In dan Kwee Siang
memandang takjub.
Walaupun bagaimana mereka tidak mengerti, mengapa Yo
Him bisa timbul tenggelam dengan gerakan2 yang begitu
lincah, bagai dia sedang me-lompat2 diatas tanah datar.
Mengapa Yo Him, yang tidak bisa berenang bisa tidak
tenggelam ?
Sesungguhnya ada sebab2nya.
Karena seluruh jalan darah ditubuhnya telah dibuka oleh
Kwee Siang dan juga jalan darah Ban Liong Hiatnya telah
dibuka juga, dengan sendirinya tubuhnya itu jadi
memantulkan uap panas, yang menguap dalam tekanan udara
yang halus setelah lewatnya dua puluh empat jam dia berada
dalam keadaan pingsan.
Maka dari itu waktu dia menceburkan diri kelaut. justru
tekanan dari tenaga menguap itu membuat tubuhnya jadi
terpental keatas pula menurut bobot dan berat jatuhnya tubuh
Yo Him.
Seperti dibagian atas telah dijelaskan, jika sekarang Yo Him
belum bisa mengendalikan dan menguasai tenaga murninya
maka dengan dibuka seluruh jalan darahnya itu, dia hanya
bisa menolak serangan tenaga lawannya, dimana lawannya
menyerang satu tail beratnya, maka tenaga menolaknya
sebesar satu tail juga. Begitu lawannya menyerang sepuluh
kati, maka akan sepuluh kati pula tenaga menolak yang
meluncur keluar dari tubuh Yo Him.
Kini dia telah melompat kedalam laut, air laut merupakan
benda cair yang padat, begitu tubuhnya melayang turun,
dengan bobot tubuhnya ditambah berat meluncurnya tubuh
itu, maka begitu menyentuh permukaan air laut, seketika dari
tubuhnya segera muncul hawa menolak yang sama berat dan
kuatnya dengan tenaga membentur tubuh Yo Him dengan
permukaan air laut. Sehingga dia telah terpental keatas lagi.

Begitu jatuh, begitu tertolak lagi keatas. Maka keadaan seperti
itu berlangsung terus, dimana Yo Him masih di kuasai oleh
alam dibawah sadarnya.
Sedangkan saat itu, tampak tubuh Yo Him berulang kali
melambung keatas. Dan selanjutnya yang membuat Phang Kui
In dan juga Kwee Siang jadi kagum luar biasa, karena mereka
menyaksikan Yo Him berjalan hilir mudik dipermukaan air laut
ber lari2 seperti juga dia tidak memiliki berat dan bobot tubuh,
dari jauh dia seperti sedang berlari2 diatas permukaan tanah !
Itulah pemandangan yang menakjubkan sekali !
Sesungguhnya karena Yo Him dalam keadaan pingsan dan
belum sadarkan diri setiap gerakan yang dilakukannya itu
dikuasai oleh alam dibawah sadarnya, dan juga gerakan
tubuhnya itu menyebabkan seluruh otot dan jalan darah yang
telah dibuka bekerja dengan sendirinya, karena memang Yo
Him belum bisa mengendalikannya dan baru bisa
membiarkan kekuatan murni ditubuhnya bekerja
sekehendaknya menurut tekanan! dari luar.
Waktu itu Yo Him telah ber-lari2 diatas permukaan air laut
karena dia tengah berada dibawah alam sadarnya, sehingga
dia mengira seperti tengah berlari ditanah datar.
Setiap gerakan telapak tangannya memiliki tenaga
menekan, maka tenaga menekan itu menerima reaksi pula
dari tendangan tenaga yang memantl dari kekuatan yang
muncul dari kedua telapak kakinya itu membuat tubuhnya
tetap berada diatas permukaan air laut itu, karena terdorong
kembali oleh kekuatan tenaga membalik dari sumber tenaga
murninya dari bawah telapak kakinya.
Begitu dia melangkah begitu dia menerima tenaga
menolak, maka sebab itulah dia bisa melangkah terus tanpa
kakinya tenggelam kedalam air laut.
Kwee siang dan Phang Kui In jadi tidak mempercayai apa
yang mereka lihat itu, keduanya sampai menahan napas

sesaat lamanya. Mereka sendiri tidak mungkin bisa melakukan
apa yang dilakukan oleh Yo Him.
Saat itu Yo Him telah berlari2 sejenak lamanya, tetapi
akhirnya dia telah berhenti berlari karena ber-angsur2 alam
sadarnya telah pulih, dan dia melihat bahwa dirinya berada ditengah2
air laut.
Namun disaat itu karena dia tidak melakukan suatu gerakan
apa2, kedua kakinya ber diam saja, maka bobot badannya itu
telah menekan kebawah tertarik oleh gaya tarik bumi, yang
bersumber dari dalam laut, maka tubuh Yo Him jadi
tenggelam !
Yo Him yang baru tersadar dari pingsannya jadi terkejut
bukan main, dia sampai mengeluarkan suara seruan kaget dan
telah ber ulang kali mengeluarkan suara teriakan meminta
tolong, kedua tangannya telah ber-gerak2, begitu juga dengan
kedua kakinya. Dari kedua telapak kakinya dan tangannya
meluncur pula kekuatan otomatis dari setiap otot dan jalan
darah ditubuhnya, tubuh Yo Him terpental pula.
Hal itu berlangsung beberapa kali, membuat Yo Him gugup
luar biasa, dan saat itu Phang Kui In telah bergerak cepat
sekali, dia telah mengayuh perahunya untuk menghampiri Yo
Him. Begitu juga Kwee Siang menjadi binggung, dia telah
membantu mengayuh perahu dengan cepat menghampiri
tempat dimana Yo Him tengah me-lompat2 diair laut dengan
cara yang aneh itu.
waktu perahu telah menghampiri dekat, justru disaat itu
tubuh Yo Him sedang melambung ketengah udara, dan jatuh
tepat didalam perahu !. Maka dengan cepat sekali Kwee Siang
telah melompat lari menangkap tubuh Yo Him.
Seketika Yo Him lemas dalam rangkulan Kwee Siang,
tenaganya habis dan dia telah rebah tertidur nyenyak sekali.
Phang Kui In menatap Yo Him dengan muka yang pucat
dan berkuatir sekali.

,,Apakah tidak akan terjadi sesuatu apapun juga terhadap
dirinya ?" tanya Phang Kui In kepada Kwee Siang, suaranya
mengandung kekuatiran.
,,Tidak !" menyahuti Kwee siang. ,,Tadi kita telah
menyaksikan betapa dia telah memiliki semacam ilnu yang
luar biasa sekali...!"
Lalu mereka telah menunggui dengan penuh perhatian, dan
perahu telah berlayar terus.
Selama dua puluh empat jam lagi Yo Him tertidur, sampai
akhirnya setelah lewat sehari semalam lagi, dia baru tersadar
dari tidurnya.
Seluruh tulang2 dibadannya terasa sakit ngilu dan dia
merintih perlahan.
„Kau tidak apa2, adik Him ...... besok lusa kesehatan
tubuhmu akan pulih sebagaimana biasa, bahkan akan lebih
hebat lagi, karena kini engkau telah memiliki semacam
kekuatan lwekang yang benar2 luar biasa-" hibur Kwee Siang.
„Ya, engkau benar2 hebat, Himjie !" Phang Kui In ikut
menghiburnya.
Yo Him mengangguk perlahan sambil ter senyum lemah,
dia letih bukan main.
Kemudian Kwee Siang telah memasakkan bubur untuk Yo
Him, yang memakannya dengan lahap.
Begitulah, hari demi hari telah lewat dan mereka lalui
dengan cepat dalam pelayaran tersebut.
Tiga hari kemudian, kekuatan dan kesehatan Yo Him telah
pulih. Dia telah bisa berjalan dan berdiri ditepi perahu untuk
menangkapi ikan2 yang berada ditepi perahu tersebut.
Luar biasa cara Yo Him menangkap ikan itu.

Karena dengan mempergunakan telapak tangannya, yang
dihantamkan kepermukaan air laut, dimana kebetulan seekor
ikan dilihat nya lewat, maka ikan itu akan menggelepar dan
bukannya tenggelam, justru melompat seperti juga terhisap
ketelapak tangan Yo Him, sehingga puluhan ekor ikan telah
ditangkap Yo Him untuk teman lauk makan mereka.
Yo Him menyadari juga, bahwa didirinya kini telah
terpendam semacam ilmu lwekang yang luar biasa, dia
berterima kasih sekali kepada Kwee Siang.
Kwee Siang dan Phang Kui In juga menjadi girang, mereka
melihat bahwa Yo Him telah memiliki kekuatan lwekang yang
dahsyat sekali. Mungkin kekuatan dan kemujijatan yang
dimiliki Yo Him berada diatasnya, dan juga merupakan suatu
kepandaian yang sangat langka sekali. Sayangnya Yo Him
belum memiliki latihan yang sempurna, sehingga belum bisa
memanfaatkan hebatnya tenaga dalam itu, yang belum bisa
dikendalikan dan dipergunakan sepenuh hatinya.
Disaat itu tampak Yo Him telah ber-cakap2 dengan Kwee
Siang asyik sekali, karena dia menganggap encie Siangnya ini
sangat baik sekali. Bahkan tenaga dalam yang hebat dan
sekarang dimilikinya itu berasal dari encie Siangnya tersebut.
Phang Kui In selalu memuji bahwa Yo Him memiliki
kepandaian yang hebat dan calon pendekar yang dahsyat,
kalau saja dia kelak telah bertemu dengan Sin Tiauw Taihiap
dan sang ayah itu akan membimbingnya.
Yo Him jadi girang sekali, dia juga berjanji berulang kali
dihadapan Kwee Siang dan Phang Kui In, jika memang dia
bisa memiliki kepandaian yang tinggi, tentu kepandaiannya itu
akan dipergunakan untuk menolongi orang2 yang tertindas
dan lemah, bahkan dia pun ingin menyumbangkan tenaganya
untuk membantu pemerintah Song mempertahankan negeri
dengan para pencinta negeri lainnya, untuk mengusir
ancaman serbuan tentara Mongolia yang dipimpin Kublai
Khan.

„Engkau masih terlalu kecil, Him-jie...!" kata Phang Kui In.
„Walaupun kepandaianmu hebat, engkau belum bisa berpikir
terlampau jauh mengenai kekotoran dunia persilatan dan juga
dalam soal peperangan antara negara. Maka yang terpenting
engkau baik2lah melatih diri, jika kelak telah bertemu dengan
ayah mu, engkau harus tekun mempelajari setiap ilmu silat
yang diturunkannya. Kelak jika engkau telah dewasa, tentu
engkau akan dapat melakukan banyak perbuatan mulia...!".
„Terima kasih paman Phang...ini semua berkat bimbingan
paman Phang dan juga encie Siang. Jika tidak ada Encie
Siang, tentu akupun tidak akan memiliki kepandaian lwekang
seperti sekarang".
Mendengar Yo Him mengucapkan kata2 merendah seperti
itu, Kwee Siang telah tertawa.
„Adik Him, walaupun aku menurunkan seluruh
kepandaianku, tetapi jika kuturunkan kepada manusia
umumnya yang biasa saja tidak memiliki suatu kelainan dan
kemujijatan ditubuhnya seperti yang engkau miliki, walaupun
aku mendidiknya sepuluh tahun, belum tentu bisa
memperoleh hasil seperti yang sekarang engkau peroleh !
Maka dari itu aku girang sekali, tidak sia2 aku mendidikmu
hanya dalam baberapa hari saja ternyata engkau telah dapat
melatih diri dengan sempurna, yang kurang hanyalah tenaga
dalam yang harus dilatih pula, agar bisa kau kuasai dan
kendalikan sekehendak hatimu....... dengan demikian tentunya
engkau akan menjadi seorang pendekar muda yang sulit dicari
tandingannya ! Terlebih lagi jika kelak engkau telah bertemu
dengan ayahmu memperoleh petunjuk2 dan Latihan2 dibawah
bimbingannya, tentu engkau akan memperoleh kemajuan
yang pesat sekali ....... karena ayahmu dimasa ini merupakan
seorang pendekar nomor Wahid.......!"
Yo Him menjadi girang, berulang kali dia mengucapkan
terima kasihnya.

Disaat itu perahu terus juga meluncur mengarungi
samudera. Dan selama ber-hari2 mereka melakukan
pelayaran.
Setelah melakukan perjalanan air selam setengah bulan,
tengah hari itu mereka singgah dipelabuhan yang terdapat
dipinggir kota Bun Hian Kwan. Sebuah kota yang cukup besar,
dan jika melakukan perjalanan darat dari kota tersebut ke Kun
Lun San tentu memakan waktu setengah bulan lagi, maka
Phang Kui In memutuskan untuk melakukan pelayaran dengan
perahu saja dulu. Nanti setelah tiba dipelabuhan kota Kiang
Yang Kwan barulah mereka akan melakukan perjalanan darat.
Dari kota Kiang
Yang Kwan hanya dua hari untuk mencapai Kun Lun San.
Maka dengan cepat sekali mereka telah melakukan
pelayaran tanpa singgah dikota Bun Hian Kwan.
Tetapi waktu mereka melakukan pelayaran selama dua
hari, disaat itulah mereka menghadapi suatu urusan yang
memaksa mereka barus menghadapi persoalan yang cukup
rumit.
Waktu itu langit cerah, air laut tampak tenang saja, dan
juga burung2 camar tampak berterbangan didekat perahu
mereka. Dengan adanya burung2 camar itu, maka Phang Kui
In memberitahukan Kwee Siang dan Yo Him, bahwa mereka
berada diperairan yang dekat dengan daratan.
Belum lagi Phang Kui In selesai menceritakan sesuatu yang
lainnya, telah terlihat dikejauhan dua buah titik hitam, yang
semakin lama semakin membesar menghampiri mereka.
„Dua buah kapal berukuran besar!" kata Phang Kui In
dengan suara terkejut setelah memperhatikan kedua titik
hitam itu yang semakin besar. „Kita harus cepat2 menyingkir
karena air laut yang akan bergelombang hebat

membahayakan perahu kita. kedua kapal itu tampaknya
berukuran besar.......!" maka Phang Kui In telah mengayuh
perahunya agak menjauh, disaat. itu terlihat kedua kapal yang
berukuran sangat besar itu mendatangi semakin dekat.
Dalam keadaan demikian, Phang Kui In berusaha
mengayuh perahunya lebih kuat dengan pengerahan tenaga
lwekangnya, sehingga perahunya itu melesat diatas
permukaan air laut.
Kwee Siang juga telah membantui mengayuh, tetapi kedua
kapal berukuran besar itu dengan cepat telah mendatangi,
sehingga menimbulkan air laut yang bergelombang keras.
Walaupun Phang Kui In berusaha menjauhi perahunya dari
jalur lintas kedua kapal itu, namun kedua kapal berukuran
besar itu terus mengejar mereka.
Dipuncak tiang dari kapal2 itu, tampak terpasang masing2
sehelai bendera berwarna merah, ditengah2nya terdapat
gambar burung rajawali yang sedang mementang sayap, dan
tertulis satu huruf Tiauw (Rajawali).
„Celaka !" berseru Phang Kui In waktu melihat bendera itu
dengan jelas. Mereka merupakan rombongan dari
perkumpulan Tiauw pang... perkumpulan Rajawali, yang
memiliki ribuan anak buah dan biasanya mengganas di lautan,
merajai lautan setiap kapal pedagang akan dirampoknya.
Mereka juga memiliki banyak anak buah yang memiliki
kepandaian yang tinggi, sebab banyak orang2 gagah dari
kalangan Liok lim (rimba hijau, perampok) didaratan
Tionggoan, yang menghamba diri kepada perkumpulan Tiauwpang
itu. Tetapi selama ini perkumpulan itu tetap menjadi
perkumpulan rahasia yang tidak diketahui jelas dimana
markasnya, merupakan suatu teka-teki dan bayangan maut
bagi para pedagang, sedangkan pihak pemerintah juga tidak
berdaya untuk memberantas mereka, karena tidak
mengetahui jelas markas mereka..!".

Waktu menjelaskan begitu, muka Phang Kui In agak pucat,
tampaknya dia tengah diliputi perasaan takut, berkuatir dan
gelisah.
Kwee Siang jadi heran, begitu juga dengan Yo Him, waktu
melihat Phang Kui In seperti ketakutan, karena mereka
mengetahui bahwa Phang Kui In memiliki kepandaian yang
cukup tinggi, walaupun tidak setinggi kepandaian Kwee Siang.
Apa lagi sekarang dia sedang didampingi Kwee Siang, yang
kepandaiannya hebat sekali dan jarang bisa dihadapi oleh
jago2 biasa saja, maka walaupun pihak Tiauw Pang itu
memiliki banyak anak buah, tetapi belum tentu rombongan
perampok itu bisa merubuhkan mereka.
Phang Kui In telah berteriak nyaring kepada Kwee Siang :
“Cepat ! Cepat ! Kita harus menyingkir dari mereka!"
Melihat kekuatiran dan kegelisahan didiri Phang Kui In,
Kwee Siang jadi tidak banyak bertanya, dia telah bantu
mengayuh perahu mereka itu.
Tetapi perahu Phang Kui In telah disilang oleh kedua kapal
tersebut, sehingga perahu mereka tidak bisa melarikan diri
lebih jauh untuk lolos dari kepungan itu, karena air laut yang
bergelombang besar akibat terjangan kapal2-besar itu,
membuat phang Kui In dan Kwee Siang sulit mengendalikan
perahunya.
Waktu kapal besar yang satunya hampir dekat dengan
perahu Phang Kui In, tahu2 dari atas kapal itu telah
menyambar datang semacam benda bulat putih. Menyambar
dengan kuat dan cepat sekali, sampai memperdengarkan
suara 'unggg........!'.
Kwee Siang melihat menyambarnya benda putih itu, yang
berukuran sebesar kepala manusia, telah mengulurkan
tangannya, dia menyambutinya.
„Tapp !" Kwee Siang berhasil menyambuti benda itu, tetapi
begitu dia melihat barang yang sudah ada ditangannya, Kwee

Siang mengeluarkan suara jeritan ngeri dan melepaskannya
benda putih itu jatuh kelantai perahu, menggelinding
mengeluarkan suara kelutuk, kelutuk, kelutuk'.
Phang Kui In terkejut bukan main, begitu juga Yo Him,
karena mereka kuatir kalau2 Kwee Siang telah menyambut!
benda beracun.
Tetapi waktu mereka menegasi benda putih yang telah
menggeletak diatas lantai perahu, kembali mereka jadi
terkejut lagi, karena setelah terlihat jelas ternyata benda itu
adalah sebuah tengkorak kepala manusia yang tulangnya
berwarna putih, sedang menggeletak menyeringai.
Pantas saja waktu Kwee Siang melihat benda itu dia telah
mengeluarkan suara jeritan kaget dan telah melemparkan
kembali benda yang telah berhasil ditangkapnya.
Phang Kui In menghampiri tengkorak kepala manusia itu,
dia melihatnya diatas kening dari tengkorak yang licin putih
itu terdapat tulisan berwarna hitam : „Kalian kami undang
kekapal kami untuk dijamu, jangan menolak, karena kematian
mengejar kalian. Menerima undangan, kebahagiaan
menunggu !''
Phang Kui In menghela napas panjang, dia telah
memperlihatkan tulisan itu kepada Kwee Siang, dan juga telah
melirik kearah kepala kapal itu, dimana tampak barisan orang2
bertubuh tinggi besar dengan muka yang bengis tengah
mengawasi kearah mereka.
Kwee Siang telah membaca 'surat undangan' itu, dan
akhirnya dia menggumam perlahan : „Aneh sekali cara orang2
Tiauw-pang ini memberikan undangan.....!"
„Ya, lebih aneh lagi nanti sikap mereka kita masih belum
tentu bisa lolos dari kematian ditangan mereka.....!"
menggumam Phang Kui In dengan suara yang perlahan.
„Tetapi tidak ada jalan lain lagi, biarlah kita memenuhi
undangan mereka ! Yang aneh sekali, mengapa mereka

mengincar kita, sedang kita hanya memakai perahu kecil,
yang tentunya tidak seharusnya mereka mengetahui bahwa
kita orang2 persilatan !”
“biarlah kita lihat saja “ kata Kwee Siang yang jadi tertarik
hatinya girang sekali.
Seperti diketahui, jika kakeknya Oey Yok Su adalah situa
sesat, justru Kwee Siang merupakan Siauwsia, si sesat muda.
maka dari itu jika dia menghadapi suatu urusan yang aneh
tentu hatinya sangat tertarik sekali dan diapun akan
memperoleh kegembiraan, sebab jiwanya disamping berani
sekali dan tabah juga senang akan urusan2 yang sangat aneh.
Saat itu Phang Kui In telah memusatkan tenaga dalamnya
yang disalurkan kedalam suaranya, dia telah berkata dengan
suara yang nyaring. “Baiklah ! undangan kami terima !”.
Terdengar suara tertawa ber gelak2 yang nyaring dan
menusuk telinga, sehingga mengejutkan Kwee Siang dan
Phang Kui In maupun Yo Him.
Karena suara tertawa itu terdengar jelas, walaupun jarak
mereka terpisah jauh, dan suara itu mengalun panjang
bagaikan tidak ter putus2.
Setelah suara itu merendah, maka terdengar perkataan
seseorang dari arah kapal itu ! ,,Sungguh sikap seorang gagah
dan seorang Hohan sejati...! Sungguh harus dipuji ! Sungguh
harus dipuji !".
Dan setelah berkata begitu, tampak dari arah kapal itu
diturunkan sebuah tali yang besar. Namun hanya sehelai saja,
dan tidak memiliki kaitan lainnya, bukan tali tangga yang biasa
dipergunakan oleh kapal2 besar umumnya.
„Bisakah kalian mempergunakan tali jalur ini untuk datang
berkunjung kemari ?" mengejek sekali suara pertanyaan itu.

Phang Kui In jadi mendongkol, begitu juga Kwee Siang.
„Kita terima undangan itu.!" kata Kwee Siang perlahan. „Adik
Him biar kugendong..!".
Phang Kui In bimbang sejenak, karena yang dipikirkan
adalah Yo Him.
Tetapi akhirnya hatinya jadi tetap juga, dia telah berteriak
pula dengan disertai lwekangnya, “Kami menerima undangan
ini ...... dan kami sudah berterima kasih atas tangga istimewa
yang kalian berikan......!"
Dan Kwee Siang telah perintahkan Yo Him menggemblok di
punggungnya, dia menghampiri tepian perahu, mencekal
ujung tambang yang berukuran besar itu.
“Pegang leherku kuat2, adik Him !" pesan Kwee Siang,
kemudian dengan suara nyaring dia telah berteriak : „Ya,
kalian boleh angkat !”
Tetapi Tambang itu bukan dikerek naik, melainkan digentak
dengan keras dari atas perahu. Gentakan itu dilakukan oleh
seorang bertubuh gemuk pendek, mukanya empat persegi, dia
menghentak sambil menyeringai menyeramkan.
tentu saja karena dihentak begitu, tubuh Kwee Siang jadi
terhentak naik. Untung saja Kwee Siang telah memiliki
kepandaian meringankan tubuh yang sempurna, waktu
tubuhnya tertarik dengan gentakan begitu, kedua kakinya
telah membantu menjejak lantai perahu, tubuhnya melayang
naik keatas seperti terbang, dan dengan dua kali
berjumpalitan, kemudian mempergunakan ujung kakinya
menotok ujung tambang yang dicekalnya, tubuhnya melompat
lebih tinggi dan hinggap diujung kepala kapal itu !
„Bagus ! Bagus !" berseru beberapa orang yang berada
dikepala kapal itu. Sedangkan tambang itu telah diturunkan
kembali.

Phang Kui In yang telah menyaksikan bahwa tambang tidak
akan dikerek, tetapi akan digentak keras oleh sigemuk pendek
itu, telah bersiap2. Begitu dia mencekal keras tambang itu, dia
menunggu sampai tali itu digentak.
Dan benar saja, tambang itu telah dihentak keras, tubuh
Phang Kui In seperti ditarik keras sekali, tambang melayang
ketengah udara, karena tambang itu dihentak dengan disertai
kekuatan tenaga dalam yang telah sempurna.
Tubuh Phang Kui In telah melambung ketengah udara,
tetapi Phang Kui In bergerak cepat sekali, dia telah
mempergunakan kekuatan ditangannya untuk menarik
tambang itu, sehingga tali itu menegang dan disaat itulah
dengan meminjam tenaga tarikan itu, tubuh Phang Kui In
telah meluncur kearah kepala kapal itu, dan dia hinggap tepat
disisi Kwee Siang dan Yo Him.
„Bagus !" berseru sigemuk pendek sambil tertawa
menyeringai, tetapi sikapnya itu mengejek dan meremehkan
sekali. Dia telah melemparkan, tambang itu kepada salah
seorang anak buahnya disisi kanannya, katanya kemudian :
„Tidak percuma kami mengundang kalian, karena memang
kalian memiliki kepandaian yang lumayan ! Mari ! Mari kita
menemui Pangcu kami ........!"
Phang Kui In dan Kwee Siang jadi berdebar, sedangkan Yo
Him jadi berkuatir.
Sigemuk ini ternyata hanya orang bawahan belaka, tetapi
telah memiliki kepandaian yang demikian tinggi.
Bagaimana kelak kepandaian Pangcunya, jika dia
memamerkan kepandaiannya, mereka masih men-duga2nya.
Disaat itulah Phang Kui In telah mengangguk.
“Terima kasih atas undangan ini, kalau boleh kami tahu,
siapakah nama besar dari Kiesu ?" tanya Phang Kui In.

„Aku Bun Tiong Yang, hanya pengawal kapal utama
belaka...jika hendak bicara nanti didalam, karena aku hanya
memiliki wewenang mengundang tamu dan mengantarkan
kepada pemimpin2 kami...!".
Phang Kui In dan Kwee Siang tambah terkejut. Sebagai
pengawal kapal utama, ternyata kedudukan sipendek gemuk
ini tidak terlalu tinggi, merupakan pangkat dan kedudukan
yang biasa saja. Namun tenaga dan kepandaiannya begitu
hebat, maka membuktikan bahwa Tiauw Pang merupakan
perkumpulan yang hebat sekali, karena entah berapa banyak
orang pandai yang mereka miliki.
Kemudian sigemuk pendek telah memimpin Phang Kui In
dan Kwee Siang untuk masuk kedalam kamar kapal yang
berukuran luas. Waktu mereka akan melangkah masuk
melewati pintu segi empat, tampak seorang anak buah Tiauw
Pang yang memakai baju warna merah telah memukul
tambur, keras sekali bunyi tambur itu. Begitu bunyi tambur
berhenti, terdengar suara seorang anak buah lainnya berteriak
nyaring: „Tamu telah hadir....!'' Semula Phang Kui In bertiga
menduga diruangan dalam kamar kapal itu telah menanti
Pangcu dari perkumpulan tersebut, lengkap berikut pemimpin2
lainnya, Tetapi begitu mereka melangkah masuk, mereka jadi
heran, mereka hanya melihat ruangan kosong yang luas sekali
dan penuh dengan meja dan kursi yang teratur rapih.
„Silahkan duduk! Silahkan duduk! Pangcu kami sebentar
lagi akan datang ......!"
Phang Kui In dan Kwee Siang maupun Yo Him bertiga
duduk dengan hati men-duga2, karena mereka tidak
mengetahui apa yang dikehendaki oleh orang2 Tiauw Pang
terhadap mereka. Dengan dikerahkannya sampai dua kapal
besar dengan lengkap pula jago2-nya dan juga Pangcu dari
perkumpulan itu hadir dikapal ini, membuktikan bahwa Tiauw
Pang mengandung maksud yang penting terhadap mereka.

„kapal ini merupakan milik Tiauw Pang menjelaskan
sigemuk pendek sebelum berlalu.
„Kalian tidak perlu kuatir akan perahu dan barang2mu,
karena ada sebutir beras kalian yang lenyap atau berkurang,
maka kapal ini akan dipergunakan sebagai penggantinya !.
Kami akan merawat dan menjagai perahu kalian maka kalian
tidak perlu memikirkannya.
„Terima kasih...!" kata Phang Kui dengan mendongkol, dia
telah mengangguk dan tidak mengeluarkan banyak komentar
apa2 lagi.
Ruangan besar itu telah sunyi dan tidak terlihat seorang
manusiapun juga, karena sigemuk pendek dengan anak
buahnya telah keluar meninggalkan mereka, pintu keluar juga
telah ditutup kembali.
Mendengar dari suara besi yang saling bentur, maka Phang
Kui In yang telah berpengalaman segera mengetahui bahwa
pintu kapal itu telah dikunci dari luar.
Tetapi Phang Kui In telah bertekad, untuk menghadapi
segala apapun juga yang terjadi. Karena untuk meloloskan diri
lebih sukar dari berdiam diri, dia bermaksud akan
mempergunakan akal guna meloloskan diri dari orang2 Tiauw
Pang ini.
Tiba2 kesunyian itu telah dipecahkan oleh suara tambur,
disusul oleh suara yang berteriak nyaring, “Para Sianlie Pangcu
akan keluar.. !”
Benar saja waktu tirai merah dari sudut ruang sebelah
kanan tersingkap, telah melangkah dua belas gadis cantik
bertubuh semampai elok sekali yang melangkah masuk
keruangan. Kemudian mereka membagi diri menjadi dua
barisan, yaitu barisan sebelah kiri kursi enam orang, disebelah
kanan enam orang, lagi mereka membentuk barisan yang
sangat rapi sekali.

Semuanya berdiam diri dan mereka memakai pakaian
berwarna putih, sehingga benar2 menyerupai seperti bidadari,
karena wajah merekapun cantik cemerlang.
Suara tambur lenyap dan keadaan sunyi lagi, kedua belas
wanita yang disebut sebagai “Sianlie” dari Pangcu Tiauw Pang
itu telah berdiam diri saja.
Phang Kui In telah memandangi rombongan wanita itu,
sebagai seorang yang berpengalaman, dia bisa melihat kedua
belas wanita itu juga memiliki kepandaian yang cukup tinggi,
karena mata mereka semuanya memancarkan sinar yang
sangat tajam sekali.
Saat itu terdengar suara tambur telah di pukul lagi
beruntun.
Kemudian disusul dengan suara teriakan : „Wakil Pangcu
akan hadir...!".
Dan suara tambur itu semakin keras dan beruntun.
Tampak tirai telah terbuka dan seorang lelaki berwajah
kurus pucat dengan pakaian yang sangat kebesaran
ukurannya, telah melangkah masuk. Tetapi dilihat dari
sikapnya, dia angkuh sekali. Sama sekali dia tidak melirik
kepada Phang Kui In bertiga, hanya duduk ditempatnya,
disamping kursi utama.
Salah seorang wanita 'sianlie' itu telah menarikkan kursinya
dengan sikap yang hormat sekali.
Sedangkan wakil dari Pangcu itu telah duduk diam dengan
muka yang dingin tanpa mengucapkan sepatah kata menegur
tamu2nya.
Kemudian tambur telah terdengar lagi dengan suara yang
ber-talu2, disertai suara teriakan : „Pasukan pengawal Pangcu
akan datang.. ! "

Dan disaat itulah tampak dua puluh orang lelaki berpakaian
seragam telah memasuki ruangan kamar itu.
Lalu dua orang diantara dari kedua puluh pengawal itu
telah menghampiri wakil Pangcu, dengan berlutut mereka
memberikan laporan „Kami dua puiuh pengawal ruangan
telah hadir...! "
Wakil Pangcu itu hanya mengangguk dan mengibaskan
tangannya.
Kedua orang itu telah mengundurkan diri, mereka
kemudian berkata, “Ketempat masing2. .!".
Maka kedua puluh orang pengawal ruangan itu telah
memecah diri, kesebelah kiri sepuluh orang, termasuk salah
seorang dari kedua orang yang tadi melapor kepada wakil
Pangcu, sedangkan yang sepuluh orang lagi telah berbaris
disebelah kanan. Mereka berbaris dengan rapi dan agung
sekali, karena itu kelihatannya mereka angker bukan main,
dipinggang masing2 tersoren sebatang golok.
Tentu saja Phang Kui In dan Kwee Siang jadi kagum juga,
tampaknya Pangcu dari perkumpulan ini mengatur
peraturannya dengan disiplin yang keras, sehingga untuk
kehadiran seorang pangcu dari perkumpulan Tiauw Pang saja,
sama seperti menanti hadirnya seorang kaisar.
Sedangkan Yo Him yang belum begitu mengerti keadaan
dalam rimba persilatan, yang memiliki banyak sekali keanehan
dan peristiwa2 yang berada diluar dugaan, telah memandang
bengong saja.
Tiba2 terdengar tambur telah dipukul pula dengan suara
yang sangat nyaring : „Pangcu akan hadir, semuanya berdiri
dan memberi hormat.. !"
Wakil Pangcu telah berdiri, begitu juga semua yang hadir
berdiri dengan sikap menghormat, seperti menantikan
kedatangan seorang kaisar.

Phang Kui In, Kwee Siang dan Yo Him tetap duduk
ditempatnya.
Kepala pasukan pengawal ruangan yang disebelah kanan
telah menghampiri :
„Kami meminta untuk berlaku hormat jika kalian ingin
dihormati...!" katanya dingin.
Phang Kui In yang tidak ingin mencari keributan, telah
mengajak Kwee Siang dan Yo Him untuk berdiri.
Kemudian mereka mengawasi kebalik tirai itu.
Tetapi disaat suara tambur masih terdengar terus menerus
tirai itu tidak terbuka atau tersingkap.
Cukup lama, akhirnya papan lantai dari kamar kapal itu
bergerak sebagian, kemudian menjeblak terbuka, maka
tampak serombongan orang yang melangkah keluar.
Jalan dimuka adalah seorang anak lelaki berusia dua belas
atau tiga belas tahun dengan sikap yang agung, dengan
kopiah kebesaran dikepalanya, dan jalannya itu angkuh sekali,
matanya juga menatap lurus kedepan tidak melirik kepada
ketiga tamunya.
Dibelakangnya mengikuti belasan orang dan mereka semua
berpakaian sebagai akhli2 silat yang merupakan golongan
kelas utama.
Disaat itu, Pangcu itu yang ternyata anak kecil berusia
diantara tiga belas tahun itu telah duduk dikursi utama, dia
telah memukul meja di hadapannya dengan sikap sebagai
Kaisar cilik saja.
,,Semua kembali ketempatnya masing2 !" itulah merupakan
perintah, karena wakil Pang cu telah duduk kembali.
Sedangkan pasukan pengawal ruangan juga telah berdiri biasa
lagi, tidak setegak tadi, walaupun sikap mereka tampak tetap
menghormat sekali.

Phang Kui In, Kwee Siang dan Yo Him juga telah duduk
kembali.
Hanya yang membuat mereka jadi bengong tertegun,
justru Pangcu perkumpulan "Tiauwpang" yang dihormati oleh
semua anak buahnya, bahkan nama Pangcu itu
'menggentarkan' hati orang2 persilatan, hanya merupakan
seorang anak kecil belasan tahun.
Pangcu cilik itu telah mengawasi 'ketiga tamu'nya dengan
sorot mata yang jeli dan terbuka lebar2. dia mengawasi
tanpa berkata apa2.
Kemudian dia menunjuk kearah Phang Kui In, dia telah
melambaikan tangannya.
„Kemari kau !!" suaranya perlahan, tetapi entah mengapa
memiliki kekuatan seperti memerintah, sehingga Phang Kui In
yang memiliki banyak pengalaman didalam rimba persilatan,
entah mengapa kali ini telah menuruti saja perintah itu,
walaupun hatinya tidak rela dipanggil secara begitu oleh
seorang anak lelaki sebesar Pangcu Tiauw Pang itu.
Phang Kui In telah bangkit berdiri, dia telah menghampiri
kedekat meja Pangcu itu.
„Siapa namamu ?"
„Phang Kui In...." menyahuti Phang Kui In ragu2.
Apa gelaranmu ?" dingin suara pangcu itu.
„Tidak ada......"
„Hemm, orang she Phang, engkau bukan orang yang
sedang kucari!" kata Pangcu itu „Kembalilah kekursimu, nanti
kau boleh pergi meneruskan perjalananmu.......!"
Phang Kui In girang, rupanya Pangcu ini bersama
orang2nya tengah mencari seseorang. Jadi tidak ada
persoalan apa2. Tetapi waktu dia teringat akan Kwee Siang
dan Yo Him, dia jadi berkuatir, Jika Kwee Siang ditanyai

Pangcu itu dan bicara sejujurnya puteri dari Kwee Ceng dan
Oey Yong, bisa memancing urusan baru pula. Bukankah
mereka belum mengetahui sesungguhnya Pangcu dari Tiauw
Pang ini termasuk golongan mana ?
Begitu juga dengan Yo Him...jika dia mengatakan dia
sebagai puteranya Sin Tiauw Taihiap Yo Ko, tentu bisa
memancing persoalan baru pula.
Tetapi untuk membisiki kedua orang kawannya itu, Phang
Kui In sudah tidak memiliki kesempatan.
JILID 19
MENGAPA engkau tidak segera kembali kekursimu ? bentak
Pangcu kecil itu dengan suara yang dingin. „Aku sudah tidak
membutuhkanmu...!".
Phang Kui In seperti baru tersadar dari lamunannya, dia
mengundurkan diri dan kembali duduk dikursinya.
Pangcu itu melambaikan tangannya. lagi dia memanggil
Kwee Siang,
„Kemari kau...!" suaranya juga dingin, tidak bedanya
seperti tadi dia memanggil Phang Kui In.
Kwee Siang terkenal sebagai Siauwsia, si sesat atau sianeh
kecil, yang adatnya sangat aneh menyaingi Oey Losia,
kakeknya. Jika seseorang memperlakukan dia dengan sikap
yang baik, tentu adat anehnya itu tidak akan timbul. Tetapi
jika seseorang memperlakukan dia dengan kasar dan sikap
yang keras, maka disaat itulah adat anehnya akan muncul !
Pangcu dari Tiauw Pang memperlakukan dia dengan sikap
seperti itu, tentu saja telah membuat Kwee Siang jadi
mendongkol, dan adatnya yang aneh juga segera
memperlihatkan ujudnya.

„Jika engkau ingin bicara, bicaralah ! Mengapa aku harus
datang dekat2 ketempatmu itu ? Apakah kau kira telingaku tuli
atau menang suaramu yang seperti banci sehingga tidak bisa
bicara keras ?”
„Derrrr.....!" darah Yo Him dan Phang Kui In jadi mendesir
kaget.
Terlebih lagi Phang Kui In, semula dia masih
mengharapkan bahwa mereka bertiga bukan orang yang dicari
Pangcu cilik itu, maka kemungkinan mereka dibebaskan.
Tetapi dengan perkataannya yang keras seperti itu, dimana
Kwee Siang menuruti adatnya, bukankah urusan akan menjadi
runyam ?
Saat itu muka semua anggota Tiauw Pang telah berobah
jadi menyeramkan memandang kearah sigadis, termasuk wakil
Pangcu itu telah menatap bengis.
Tetapi Pangcu kecil itu telah tertawa kecil, mukanya tidak
berobah, tetap dingin.
„Hebat! Hebat! Aku memang memiliki suara yang kecil, dan
mungkin juga telingamu tuli! Kuperintahkan engkau maju
kemari ! Maju !"
Kwee Siang mana takut ?
Dia telah tertawa dingin dan duduk seenaknya dengan
sikap menantang.
„Jika aku tidak mau menuruti perintahmu, apa yang bisa
kalian lakukan terhadapku ?” tanyanya dengan suara
menantang dan mengandung nada yang keras.
Muka pangcu itu kini agak berobah, tetapi cepat sekali pulih
sebagai mana biasa, kemudian dia telah berkata : „Memang
kami tidak bisa melakukan suatu apapun juga kepadamu,
tetapi engkau akan menyesal nona manis, engkau akan
menyesali sikap2mu itu ! Maju kemari!"

Disaat itu dua orang dari pengawal ruangan telah
mencabut golok mereka, dan keduanya telah menandelkan
golok mereka dipunggung sigadis.
Kwee Siang jadi mendongkol sekali. dengan mengeluarkan
seruan gusar, tahu2 tangan kanannya bergerak cepat.
,,Wutt...plakk, plakk !" kedua orang pengawal ruangan
tersebut telah berhasil dihajarnya dengan keras, tubuh mereka
telah terpental dan ambruk ditempat itu juga dengan
mengeluarkan suara rintihan.
Semua orang Tiauw Pang yang hadir di ruang tersebut jadi
terkejut, mereka kemudian menjadi marah.
Tetapi Pangcu cilik itu telah mengangkat tangannya, dia
telah berkata : “Tahan...!".
Dan perintah dari Pangcu cilik itu menyebabkan orang2
Tiauwpang tidak berani bergerak lebih jauh.
Pangcu dari Tiauw Pang itu telah berkata lagi dengan suara
yang dingin: ,,Aku memang mengetahui engkau memiliki
kepandaian yang tinggi, tetapi tidak perlu engkau
memamerkan kepandaianmu itu dihadapanku. Lebih baik
engkau maju kemari untuk mendengarkan perintahku secara
baik2...karena jika tidak, engkau tentu akan menyesal.”
Kwee Siang sebetulnya ingin menghajar lagi dua orang
anak buah Tiauw Pang yang mendekatinya, tetapi dia
membatalkan maksudnya, dia hanya tertawa ber-gelak2
mengejek.
„Terserah kepadamu ! Engkau yang ingin bertanya, bukan
? Jika engkau tidak mau bertanya, aku pun tidak akan
menjawab, Kedatanganku kemari karena 'diundang’, bukan
atas kehendak kami, tetapi jika sebagai tamu kami
diperlakukan tidak baik, tentunya kamipun bisa membawa
cara kami sendiri....”.

tegas sekali perkataan Kwae Siang, dia telah
memperlihatkan sikap anehnya, adat kukoay-nya......
Pangcu cilik dari Tiauw Pang telah mengerutkan alisnya, dia
melihat sikap Kukoay dari Kwee Siang, jadi mendongkol sekali.
Tetapi walaupun usianya masih sekecil itu, tetapi anehnya dia
bisa mengendalikan kemarahan hatinya, bahkan dia telah
tertawa ramah.
Jika yang lainnya tengah memandang Kwee Siang dengan
sorot mata yang sangat bengis, justru Pangcu itu telah
berkata ramah : „Baiklah ! Jika engkau ingin bicara dari
tempat itupun tidak apa2, memang bicara sambil duduk kukira
cara yang paling baik ! Sekarang jawablah pertanyaanku :
„Siapa namamu ?", maksudku she dan nama apa yang di
berikan oleh orang tuamu ! Kuharap saja engkau tidak
berdusta...".
Kwee Siang tertawa dingin.
„Engkau menanyakan she dan namaku, apakah engkau
ingin melamarku kepada kedua orang tuaku untuk kau ambil
sebagai isterimu ?" tegur Kwee Siang dengan mendongkol,
Sigadis memang merupakan Siauwsia, dengan sendirinya dia
bisa saja mengucapkan kata2 yang menyindir seperti itu.
Keruan saja Pangcu itu jadi berobah mukanya merah
padam karena malu dan gusar sekali.
„Aku bukan sedang bergurau denganmu ! Ingatlah, bahwa
engkau berada diatas kapal Tiauw Pang, sekali saja aku
acungkan tanganku, jiwamu sulit dilindungi lagi !" mengancam
Pangcu itu.
Semakin digertak begitu, sifat kukoay dari Kwee Siang jadi
semakin muncul.
“Aha, lucu sekali !. jangan kata baru berada dikapal Tiauw
Pang, sedangkan berada dikapal dari istana rajapun aku tidak
takut ..!, engkau jangan membawa sikap seperti seorang

kaisar, potonganmu dan tubuhmu tidak ada potongan
bangsawan, engkau lebih mirip jika menjadi anaknya seorang
pengangon kerbau !”
Inilah hebat.
Kata2 yang diucapkan Kwee Siang sangat pedas sekali, dia
mengejek terlampau tandas.
Tentu saja Pangcu dari Tiauw Pang jadi gusar sekali
dengan mata yang memancarkan kebencian kepada Kwee
Siang dia telah bertanya dengan suara yang dingin : “Siapa
namamu ?”
“Hemmm, aku tidak pernah menyembunyikan she dan
nama, tetapi terhadap manusia seperti engkau apa gunanya
dibicarakan soal nama dan she ? Apakah keuntungannya
untuk diriku ?”
Pangcu cilik itu menjadi semakin marah, dia telah menegur
lagi : “sekali lagi kuperingati, bahwa aku bukan sedang
bergurau denganmu ! Katakan yang sebenarnya, siapa
namamu ?!"
„Sesungguhnya manusia seperti engkau tidak pantas
mendengar namaku, karena mungkin nanti engkau akan mati
disebabkan kaget ! Tetapi baiklah ! Jika aku tidak
menyebutkan namaku, nanti engkau menduga bahwa aku
takut kepadamu ! Aku she Kwee dan bernama Siang ! Kau
sudah mendengar jelas ? Aku Kwee Siang!"
Mendengar Kwee Siang menyebutkan namanya, muka
Pangcu itu jadi berobah, dia telah tertegun sejenak, begitu
juga wakil Pangcu itu yang duduk tertegun dan anak buahnya
mengawasi Kwee Siang dengan sorot mata yang tajam sekali.
„Pantas saja engkau sangat keras kepala " kata Pangcu itu
kemudian dengan suara yang perlahan „Rupanya engkau
puteri dari seorang pendekar nomor satu dijaman ini, yaitu
Kwee Ceng, dan sinenek cerewet Oey Yong ! Bagus! Bagus.

Memang dalam hal ini engkau termasuk salah seorang yang
tengah kucari !"
Muka Phang Kui in jadi berobah hebat. inilah bukan urusan
main2.
kalau sampai Pangcu itu telah mengatakan bahwa Kwee
Siang merupakan salah seorang yang dicarinya tentu mereka
akan menghadapi kesulitan yang tidak kecil.
Dengan sendirinya hal ini akan membawa kesulitan untuk
mereka bertiga.
Saat itu, Kwee Siang telah berkata dengan suara dingin dan
sikap seenaknya.
“Engkau tadi mengatakan bahwa aku termasuk salah
seorang yang tengah kau cari, apa maksudmu ?” tanya Kwee
Siang dengan berani. “Apakah kau bermaksud ingin berguru
kepadaku ?”
Rupanya Pangcu dari Tiauw Pang sudah tidak dapat
menahan marahnya lagi, dia telah tertawa ber-gelak2 dengan
suara yang sangat nyaring sekali.
“Tepat ! Tepat !. Aku memang hendak berguru kepadamu !
Aku ingin meminta kau mencatat seluruh kepandaian ilmu
silatmu !. Setelah kau memenuhi permintaanku itu aku akan
membebaskan engkau !"
Dan setelah berkata begitu, dia mengibaskan tangannya.
Yang maju bukan anak buah dari pengawal ruangan,
melainkan wakil Pangcu yang telah berkata : “Bun Tiong Yang,
tangkap kelinci itu !"
Dari luar terdengar penyahutan mengiyakan, dan tampak
Bun Tiong Yang, sigemuk pendek yang tadi telah mengangkat
ketiga tamunya dengan mempergunakan seutas tambang,
telah melangkah masuk dengan tindakan kaki yang lebar.
Mukanya tampak menyeramkan dan bengis sekali, dia telah

berkata : ,,Atas nama Pangcu, engkau wanita hina yang
bermulut lancang harus kutangkap !"
Dan membarengi dengan perkataannya itu, dengan cepat
sekali tampak Bun Tiong Yang telah mengeluarkan suara
bentakan yang sangat keras, tahu2 tangan kanannya telah
bergerak akan mencengkeram pundak Kwee Siang.
Puteri Kwee Ceng memperdengarkan suara tertawa dingin,
dia telah berkata dengan suara yang mengejek, katanya
dengan tawar, ,,Bagus " tetapi tubuhnya tidak bergerak
sedikitpun dari tempat duduknya, dia telah mengeluarkan
suara seruan yang nyaring, tahu2 sikut tangan kanannya
bergerak kearah tenggorokan sipendek gemuk. Kwee Siang
tidak melakukan penangkisan, dia hanya melancarkan
serangan dengan sikutnya keleher sigemuk pendek, maka jika
sigemuk pendek meneruskan serangannya, berarti
tenggorokannya akan kena digempur hebat sekali oleh sikut
tangan Kwee Siang, dimana sikutnya itu telah disaluri oleh
tenaga lwekang yang dahsyat, yang dapat menghancurkan
batu kali menjadi berkeping2.
Sigemuk pendek Bun Tiong Yang jadi marah sekali, dia
telah menggerakkan tangan kanannya untuk melindungi
tangan kirinya yang menahan sikut tangan Kwee Siang lalu
jari2 tangan kanannya itu bergerak lagi akan menotok jalan
darah Pai-tu-hiat didekat pinggang Kwee Siang.
Namun Kwee Siang tetap duduk dikursinya tanpa bergerak
sedikitpun juga, sama sekali dia tidak mengacuhkan serangan
yang dilancarkan oleh lawannya, Walaupun dia mengetahui
bahwa Bun Tiong bukan lawan yang lemah. Maka dari itu,
walaupun dia hanya berduduk diam dikursinya, tetapi
tangannya dengan cepat sekali telah bergerak, dia telah
melancarkan serangan yang cepat sekali, menangkis
gempuran tangan kanan si pendek gemuk she Bun dengan
kibasan tangannya, membarengi dengan itu, tahu2 sikutnya
telah bekerja lagi, „Dukkk !” keras sekali, tampak dada

sebelah kiri dari Bun Tiong Yang telah kena disikutnya dengan
keras, maka tubuh Bun Tiong Yang jadi terhuyung mundur.
Tetapi Bun Tiong Yang benar2 hebat, walaupun dadanya
telah terkena gempuran dari sikut tangan Kwee Siang, namun
dia tidak terluka berat, karena dadanya itu telah dilindunginya
terlebih dulu oleh tenaga dalamnya.
Cepat sekali dia mengeluarkan suara raungan dan
melancarkan serangan dengan mempergunakan kedua
tangannya sekaligus. Dengan kekerasan Kwee Siang juga
menyambuti kedua tangan musuhnya itu dengan kedua
tangannya pula.
Gerakan yang dilakukan oleh Kwee Siang sangat cepat
sekali, sehingga sulit diikuti oleh pandangan mata manusia
biasa.
Dalam keadaan demikian, Bun Tiong Yang juga tidak
menarik pulang tenaga serangannya maka dua kekuatan
tenaga dalam yang dahsyat telah saling bentur keras sekali.
,,Bukk !" tubuh Kwee Siang telah terdorong dengan keras,
hampir saja kursinya itu terjengkang kebelakang, untung
Kwee Siang berlaku gesit sekali, sehingga sebelum kursinya
rubuh dia telah melompat berdiri.
Sedangkan Bun Tiong Yang tidak mau mem-buang2 waktu
lagi, dia telah melancarkan serangan2 yang gencar dengan
mempergunakan delapan bagian tenaga lwekangnya Namun
Kwee Siang dapat mengimbangi gerakan2 dari Bun Tiong
Yang dengan tidak kalah hebatnya, sehingga mereka telah
bertempur dengan seru sekali.
Diam2 Pangcu dari Tiauw Pang telah mengerutkan
sepasang alisnya, dia heran melihat Kwee Siang sanggup
menghadapi Bun Tiong Yang, karena Pangcu dari Tiauw Pang
ini mengetahui bahwa Bun Tiong Yang merupakan seorang
bawahannya yang memiliki kepandaian yang cukup tinggi.

Phang Kui In sendiri mengawasi jalannya pertempuran itu
dengan berkuatir, Tadi dia telah melihat kekuatan tenaga Bun
Tiong Yang, yang dengan sehelai tambang telah berhasil
menghentak mereka kuat sekali, sekarang dia sedang marah
dan telah melancarkan serangan dengan dahsyat sekali,
sehingga angin serangan itu men-deru2, dengan keras sekali,
membuat Kwee Siang harus mempergunakan kegesitannya
untuk menghadapi serangan2 Bun Tiong Yang itu.
Saat itu wakil pangcu dari Tiauw Pang telah mendengus
dingin.
„Hemm, hanya sebegitu saja kepandaian pateri dari Kwee
Ceng, kepandaiannya tidak ada artinya sama sekali ....!”.
Mendengar perkataan terakhir dari wakil Pangcu itu, Kwee
Siang jadi gusar sekali.
„Baik, aku akan memperlihatkan kepandaianku dimuka
matamu !!" teriak Kwee Siang membawa adatnya lagi.
Dan membarengi dengan selesainya perkataannya itu.
Tahu2 Kwee Siang telah merobah cara menyerangnya, kedua
tangannya telah digerakkan tetapi dia bukan melancarkan
serangan dengan mempergunakan telapak tangannya atau
juga dengan kelima jari tangannya, melainkan dengan kedua
jari telunjuknya saja. Jari telunjuk tangan kanannya bergerak
menyambar2 tidak hentinya, sedangkan jari telunjuk tangan
kirinya telah mengancam akan menotok kejalan darah
mematikan ditubuh Bun Tiong Yang.
Walaupun Kwee Siang melancarkan serangan2 dengan
mempergunakan gerakan jari telunjuk saja, tetapi dia telah
mempergunakan ilmu Tan Cie Sin Thong, kepandaian andalan
Oey Yok Su. Kakek luarnya untuk merubuhkan musuhnya itu.
Sehingga serangan2 Kwee Siang yang mempergunakan ilmu
Tan Cie Sin Thong yang dikombinasikan dengan serangan2 It
Yang Cie dari It Teng Taisu, telah membuat sipendek gemuk
jadi kelabakan seperti kebakaran jenggot.

Berulang kali dia melompat mundur untuk mengelakkan
diri, tetapi selalu pula serangan yang dilancarkan Kwee Siang
telah tiba lebih dulu.
,,Tukk !" suatu kali Bun Tiong Yang tidak bisa mengelakkan
diri dari serangan Kwee Siang, sehingga waktu jalan darah
Liang-ma-hiatnya didekat tulang iga tingkat kedelapan telah
tertotok, dia merasakan sekujur tubuhnya ngilu dan nyeri,
dengan mengeluarkan suara teriakan tertahan, dia telah
melompat mundur, namun kedua kakinya seperti sudah tidak
memiliki kekuatan lagi, dengan mengeluarkan suara keluhan,
tampak dia telah terguling rubuh dilantai perahu tanpa bisa
bangkit pula.
Muka Pangcu Tiauw Pang dan wakilnya jadi berobah hebat,
karena mereka terkejut sekali.
Sedangkan anggota2 dari Tiauw Pang juga telah menjerit
kaget, karena melihat kepandaian yang dikeluarkan oleh Kwee
Siang, mereka yakin bahwa mereka bukan merupakan lawan
dari sigadis yang hebat ini.
Namun Pangcu dari Tiauw Pang dengan cepat telah dapat
menguasai goncangan hatinya. Dia telah bertepuk tangan,
“Bagus Bagus !" kata Pangcu dari Tiauw Pang itu dengan
suara yang nyaring, diiringi kemudian dengan suara
tertawanya. “Engkau bisa merubuhkan Bun Tiong Yang, orang
kami yang cukup pandai, menunjukkan kepandaianmu
lumayan. Pelayan cepat berikan hadiah arak satu
cawankepada nona Kwee !!"
Terdengar suara mengiyakan dari si pelayan, saat itu Kwee
Siang telah duduk kembali dikursinya, dia hanya mengawasi
Pangcu dan wakilnya dengan sorot mata yang sangat tajam.
Kemudian dengan suara yang dingin dia telah berkata : „Aku
tidak mau hadiah arak..... arak kalian bau dan asam tidak
sedap!!" kata Kwee Siang mengejek.

Tetapi Pangcu itu benar2 hebat, walaupun dia kelihatannya
masih berusia muda, namun ternyata dia bisa menguasai diri
dan keadaan.
Sambi! tertawa dia telah bertanya : .Hadiah apa yang
dikehendaki oleh nona Kwee ?"
„Kepalamu .....!" kata Kwee Siang,
Muka Pangcu itu berobah hebat, sedangkan wakil pangcu
dan anak buah. Tiauw Pang yang lainnya jadi mengeluarkan
suara seruan marah mendengar perkataan sigadis yang
dianggapnya sangat kurang ajar sekali.
„Nona Kwee keterlaluan sekali ! Jika kelak memang nona
Kwee ber hasil mengalahkan seluruh orang2ku, tentu aku rela
menyerahkan batok kepalaku...!" kata Pangcu muda itu
dengan suara yang dingin sekali.
,,Hemm, orang2mu tidak punya guna, lihat saja orang
kepercayaanmu sigemuk pendek itu, hanya dalam beberapa
jurus saja telah dapat kurubuhkan ! Lebih baik engkau saja
yang turun kegelanggang untuk melayaniku!"
Sigadis telah menantang begitu karena dia melihat pangcu
ini masih terlalu muda, mungkin dia menjabat kedudukan
Pangcu itu hanya sebagai boneka saja.
Tetapi tidak terduga, justru Pangcu itu telah mengangguk,
sambil katanya : „Baik ! Baik ! Tetapi terimalah
penghormatanku ini dulu !".
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat tangan kanannya
mengibas, maka dari telapak tangan kanannya meluncur angin
yang kuat sekali.
Saat itu sipelayan yang tadi masuk, telah membawa
secawan arak, yaitu sebuah tengkorak kepala manusia,
didalamnya terisi arak yang penuh didalam tempurung kepala
manusia itu ..... itulah 'cawan' yang sangat aneh dan juga
mengerikan. Dan bertepatan dengan itu, angin serangan dari

kibasan tangan Pangcu itu telah menyampok tengkorak
manusia ditangan sipelayan, sehingga 'cawan' yang
mengerikan itu telah tersampok 'terbang’ dan hinggap tepat
dihadapan Kwee Siang, tanpa tumpah setetespun arak
didalamnya.
Kwee Siang menyambuti 'cawan' mengerikan itu, tetapi
dasarnya dia memang memiliki adat yang aneh, melihat
'cawan' yang aneh ini, dia jadi tertarik, sambil mengeluarkan
suara tertawa keras, dia telah berkata : „Terima kasih ! Terima
kasih !" lalu tanpa ragu2 dia telah mengangkat cawan aneh itu
dan telah meneguk arak didalam cawan kepala tengkorak
manusia itu !
Yo Him dan Phang Kui In yang melihat keadaan itu hampir
saja muntah karenanya.
Tetapi Kwee Siang telah meneguk habis isi 'cawan'
mengerikan itu sampai kering.
„Terima kasih !" dia bilang setelah mengeringkan arak
didalam tempurung kepala manusia itu, kemudian
membarengi dengan selesainya perkataannya, Kwee Siang
telah melemparkan 'cawan' mengerikan itu, sehingga cawan
itu telah terlontarkan dan tepat sekali memasuki kepala
sipelayan yang tadi membawanya, sehingga tampaknya
pelayan itu memakai topi yang terbuat dari tengkorak kepala
manusia !
Melihat kejadian ini, walaupun dalam keadaan tegang,
Phang Kui In dan Yo Him jadi tertawa ber-gelak2, karena
mereka merasa lucu atas kejenakaan sigadis.
Sedangkan muka Pangcu cilik itu dan orang2nya jadi
berobah tidak sedap dipandang, mereka telah mengeluarkan
suara seruan marah.
Kemudian Kwee Siang telah berkata lagi dengan suara yang
dingin : „Sekarang siapa yang engkau ingin majukan kedepan
? Apa kah memang benar2 engkau ingin maju sendiri ?"

Waktu bertanya begitu. Kwee Siang telah berlaku hati2,
karena dia tadi merasakan betapa hebatnya kibasan tangan
Pangcu itu., yang memiliki kekuatan tenaga dalam luar biasa
dahsyatnya. Diam2 Kwee Siang juga jadi heran, mengapa
dalam usia semuda itu Pangcu tersebut bisa memiliki lwekang
yang dahsyat, seperti juga lwekangnya itu telah mengalami
latihan selama tiga puluh tahun .....
Saat itu wakil Pangcu telah melompat berdiri, dia menjura
kepada Pangcunya, katanya : „Memotong bebek, mengapa
harus mem pergunakan golok babi ?" katanya dengan dingin.
„Maka ijinkanlah aku yang turun tangan menangkapnya!"
Pangcu cilik itu mengibaskan tangannya.
„Biar aku saja yang menangkapnya, karena dia meminta
aku yang menghadapinya, jika tidak tentu dia akan penasaran
sekali, bukan ?" dan sambil berkata begitu, Pangcu cilik ini
telah bangkit berdiri, dia mengawasi sigadis dengan sorot
mata yang sangat tajam, kemudian katanya dengan suara
yang dingin.
„Apakah kita mulai sekarang saja ?" tanyanya dengan suara
yang dingin.
„Boleh ! Boleh ! Jika bukan sekarang. apakah engkau
menantikan sampai engkau berusia empat puluh tahun ?"
mengejek..Kwee Siang dengan suara yang dingin.
Mendengar ejekan itu, Pangcu Tiauw Pang telah
mengeluarkan suara tertawa yang keras sekali.
„Oh, oh, engkau menduga aku ini masih berusia sangat
kecil, bukan ? Hahahaha sungguh lucu, engkau memiliki mata,
tetapi engkau tidak memiliki bijinya...! Aku telah berusia enam
puluh tahun ! Siapa yang mengatakan aku masih kecil ?".
Mendengar perkataan Pangcu itu, tentu saja Kwee Siang
jadi kaget bukan main.

Bukan hanya Kwee Siang saja. sedangkan Phang Kui In dan
Yo Him juga jadi kaget sekali. Jelas2 mereka melihat Pangcu
itu berusia paling tidak tiga belas tahun, bentuk tubuhnya juga
pendek kecil ! Tetapi menurut pengakuannya itu. dia telah
berusia enam puluh tahun ! inilah hebat !.
“Apakah pangcu itu awet muda ?”
Memang jika dilihat dari kekuatan lwekang yang telah
diperlihatkan tadi, boleh jadi juga Pangcu itu telah berusia
tinggi dan tubuhnya hanya pendek tidak bisa tinggi atau
memang dia memiliki ilmu awet muda, sehingga tampaknya
dia masih seperti anak2.
“Nah, silahkan engkau dari golongan muda melancarkan
serangan kepadaku ! jika tidak nanti orang2 persilatan akan
menuduh aku telah menghina simuda !”
Mendengar perkataan Pangcu itu, tentu saja Kwee Siang
jadi geli. Bahkan dia tidak bisa menahan rasa lucunya dan
telah tertawa ter-pingkal2.
Kata2 yang diucapkan Pangcu itu seperti sikap seorang dari
tingkatan cianpwe, tetapi nyatanya tubuh dan mukanya
memperlihatkan dia seperti baru berusia diantara tiga belas
tahun ! Maka tidak bisa ditahan lagi Yo Him juga ikut tertawa,
karena dia menyaksikannya jadi lucu seperti tengah menonton
sandiwara anak2 yang membawa peran sebagai orang
tua.....!
Saat itu Pangcu dari Tiauw Pang tampak2nya jadi gusar
sekali, dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras,
tahu2 dia telah menggerakkan tangan kanannya.
„Wuttt...!" angin serangan dari telapak tangan kanannya itu
telah menyambar dengan kuat sekali kediri Kwee Siang.
Tetapi Kwee Siang tidak takut atau berkuatir, dia sama
sekali tidak gugup. Bahkan dengan cepat sekali dia telah
mengibaskan tangan kanannya untuk menangkis, karena

Kwee Siang bermaksud untuk mempergunakan keras dilawan
keras.
Maka bisa dibayangkan, apabila kedua kekuatan itu saling
bentur tentu akan memekakkan anak telinga orang2 yang
menonton pertempuran itu.
Namun waktu kedua tenaga itu saling bentur, Kwee Siang
jadi terkejut sekali, dia sampai mengeluarkan seruan tertahan
dan telah melompat mundur, karena dia merasakan desakan
tenaga serangan yang dilancarkan oleh Pangcu Tiauw Pang itu
sangat dahsyat sekali, hampir saja kuda2 kakinya itu
tergempur.
Cepat2 Kwee Siang memusatkan tenaga dalamnya dikedua
kakinya, kemudian disaat serangan tenaga lawannya
menyambar datang lagi, Kwee Siang telah mempergunakan
ilmu Tan Cie Sin Thong, dimana hawa halus telah mengalir
dengan cepat menerobos masuk kedalam tenaga gempuran
dari Pangcu itu. Tentu saja Pangcu Tiauw Pang tadi sangat
terkejut, cepat2 dia telah menarik pulang tangannya, karena
dia mengerti bahaya yang mengancam dirinya. Kemudian dia
mengeluarkan suara bentakan penasaran dan melanjuti pula
serangannya.
Gerakan yang dilakukan Pangcu Tiauw Pang kali ini sangat
cepat luar biasa, juga serangannya itu disertai oleh tenaga
lwekang yang dahsyat sekali. Terlihatlah serangan2 itu datang
menyambar saling beruntun dalam sekejap mata saja Kwee
Siang telah terdesak oleh Pangu Tiauw Pang tersebut.
tetapi Kwee Siang sama sekali tidak merasa takut atau
gugup, dia memandang sinis kepada serangan2 yang datang
menyambar kearah dirinya. Dengan gerakan yang sangat
cepat, Kwee Siang telah mempergunakan Tan Cie Sin Thong
yang sering dicampurkan dan diseling dengan serangan2 It
Yang Cie ilmu jari tunggal sakti itu, maka hebat cara dia
membalas serangan2 yang dilancarkan oleh Pangcu Tiauw

Pang itu. Beberapa kali Pangcu itu juga harus membatalkan
serangan2nya kalau dia tidak ingin menemui maut, karena
kedua ilmu sakti itu, yaitu It Yang Cie dan Tan Cie Sin Thong
selalu menuju ke-jalan2 darah mematikan ditubuh lawannya.
Pangcu Tiauw Pang itu berusaha untuk mengimbangi
serangan2 Kwee Siang, dia telah mengeluarkan seluruh ilmu
simpanannya untuk mempertahankan diri dari rangsekan2
Kwee Siang. Begitulah kedua orang ini jadi bertempur dengan
seru sekali, karena setiap serangan yang mereka pergunakan
selalu menuju bagian2 yang mematikan ditubuh lawannya.
Dalam keadaan seperti ini Phang Kui In jadi bimbang dan
berkuatir sekali. Dia takut kalau2 nanti Kwee Siang tidak
sanggup menghadapi Pangcu itu, berarti mereka bisa
menghadapi bencana.
Jika memang Pangcu itu bisa dirubuhkan, berarti Pangcu
itu bisa ditekan dan diancam untuk mengundurkan anak
buahnya. Namun bagaimana kalau Kwee Siang yang
dirubuhkan. Bukankah didalam Tiauw Pang banyak sekali anak
buah yang sangat tangguh dan rata2 memiliki kepandaian
yang sangat tinggi. Sedangkan anak buah Tiauw Pang dikapal
yang satunya lagi belum muncul dan Phang Kui In tidak
mengetahui entah berapa banyak jumlah anak buah dari kapal
itu, yang tentunya terisikan anak buah dari Tiauw Pang juga.
Kelihatannya Kwee Siang memang agak sibuk juga
menghadapi serangan2 balasan yang dilancarkan Pangcu itu.
Namun Kwee Siang telah melatih diri dalam ilmu ciptaannya,
sebagai pendiri Go Bie Pay tentu saja dia memiliki kepandaian
yang bisa diandalkan untuk menghadapi musuh yang tangguh.
Ilmu pedang Go Bie Kiam Hoat nya juga belum
dipergunakannya, dia menghadapi Pangcu itu dengan tetap
bertangan kosong,
Wakil Pangcu dan Tiauw Pang telah memandang dengan
sorot mata yang sangat tajam sekali. Dalam keadaan

demikian, kalau memang wakil Pangcu itu tidak takut nanti
akan ditegur Pangcunya, tentu dia sudah akan melompat
maju, karena dia sudah tidak Sabar ingin cepat2 membekuk
Kwee Siang. tetapi karena Pangcunya tengah terjalin dalam
pertempuran yang sangat seru dan masing2 saling
melancarkan serangan dengan cepat sakali, sehingga wakil
Pangcu itu jadi ragu2 untuk melancarkan serangan kepada
Kwee Siang.
Disaat itu, dengan mengeluarkan suara bentakan yang
sangat keras sekali, tampak Pangcu dari Tiauw Pang. telah
melancarkan serangan yang sangat kuat sekali dengan telapak
tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya telah bergerak
cepat akan mencengkeram tulang piepe dibahu sigadis.
Kwee Siang melihat cara menyerang lawannya, telah
mengeluarkan suara tertawa mengejek, dia tidak takut
sedikitpun juga, bahkan dengan cepat sekali dia menangkis
telapak tangan kiri Pangcu itu dengan tangan kirinya pula,
sedangkan tangan kanan dari Pangcu itu yang telah meluncur
akan mencengkeram pundaknya tidak dielakkannya, hanya
dengan jari telunjuk tangan kanannya, Kwee Siang telah
mengancam akan menotok pergelangan tangan lawannya.
Gerakan yang dilakukan Kwee Siang itu sangat ganas sekali
karena jika jalan darah utama dipergelangan tangan Pangcu
itu, yaitu jalan darah Ma Liang Hiatnya kena ditotok, niscaya
akan menyebabkan Pangcu itu menemui kematiannya.
Dalam keadaan demikian, dengan cepat sekali tampak
Pangcu dari Tiauw Pang itu telah menarik pulang tangannya,
dia telah melompat mundur dan dengan gerakan tubuh yang
sangat gesit dia menjauhi diri dari Kwee Siang, tetapi hatinya
penasaran dan mendongkol sekali.
Kembali dengan gencar Kwee Siang telah melancarkan
serangan susulan. Kali ini serangan yang dilancarkannya
mempergunakan delapan bagian tenaga lwekangnya, juga
meluncurnya bagaikan kilat saja kediri Pangcu itu, sehingga

kali ini Pangcu dari Tiauw Pang itu jadi sibuk sekali untuk
menangkisnya.
„Bukk....!" dua kekuatan itu telah saling bentur dengan
dahsyat sekali. Tampak tubuh kedua orang yang saling
bertempur itu telah tergetar, lalu terdorong mundur beberapa
langkah oleh getaran tenaga tangkisan lawan masing2.
Ketua dari Tiauw Pang jadi terkejut dan heran. Semula dia
menyangka bahwa kepandaian Kwee Siang biasa saja. Dia
tidak menyangka bahwa kepandaian Kwee Siang memang
benar2 tangguh. Maka dia tidak berani berlaku ayal lagi,
dengan mengerahkan seluruh kekuatan dikedua telapak
tangannya dia telah melancarkan serangan yang lebih kuat
lagi.
Sebentar terdengar suara “wutt” dan "dukk", dan tubuh
kedua orang yang tengah saling bertempur ini juga telah
saling tergoncang keras sekali, sampai ter-huyung2 mundur
kebelakang beberapa langkah.
Terlihat Kwee Siang juga telah membalas melancarkan
serangan2 yang gencar sekali, setiap serangannya
mengandung tenaga maut
yang mengincar jiwa lawannya.
Tetapi Pangcu Tiauw Pang yang tampaknya seperti anak
kecil belasan tahun itu, ternyata lebih matang pengalaman
dan latihan lwekangnya. Waktu melihat Kwee Siang ber-usaha
mendesaknya, tiba2 dia tertawa keras katanya : „Cukuplah
kiranya aku mengalah!!" dan membarengi dengan habisnya
perkataannya itu, dengan cepat sekali terlihat Pangcu dari
Tiauw Pang itu telah menggerakkan tangan kanannya, dia
menekuk sedikit sikut tangannya itu, lalu dia telah
mengulurkan tangan kanannya untuk mencengkeram
pergelangan tangan Kwee Siang. Dan dengan gerakan yang
sangat cepat, tangan kirinya juga telah diulurkannya untuk
menotok.

Hebat sekali cara menyerang Pangcu dari perkumpulan
Tiauw Pang itu, sehingga Kwee Siang tidak sempat untuk
menangkis atau mengelakkan diri.
Pergelangan tangan Kwee Siang telah berhasil dicekalnya
dan dengan cepat sekali totokan jari tangannya telah
mengenai jalan darah Pai-tu-hiat nya, sehingga seketika itu
juga Kwee Siang mengeluarkan suara keluhan perlahan dan
tubuhnya terkulai rubuh tidak dapat bergerak lagi.
„Bawa dia kesamping...!" perintah Pangcu dari Tiauw Pang
sambil melangkah menuju ke kursinya kembali.
Phang Kui In dan Yo Him waktu melihat Kwee Siang dapat
dirubuhkan oleh ketua Tiauw Pang, jadi terkejut bukan main,
dengan mengeluarkan suara bentakan marah, tampak Phang
Kui In telah melompat kesamping Kwee Siang, maksudnya
akan melindungi sigadis yang dalam keadaan tertotok itu.
Tetapi tahu2 dipunggungnya telah menempel dua mata
golok, yang ditekankan agak keras.
Phang Kui In menyadarinya bahwa dirinya tidak bisa
bergerak lebih jauh, sebab kalau dia meneruskan gerakannya,
niscaya akan menyebabkan dia terluka oleh kedua golok milik
anak buah Tiauw Pang itu.
Disaat itu juga telah terdengar bentakan perlahan dari
kedua anak buah Tiauw Pang itu : „Jangan bergerak, kembali
kekursimu...!''
Phang Kui In jadi mengeluh, dia telah kembali kekursinya,
sedangkan disaat itu, tampak dua orang anak buah Tiauw
Pang yang lainnya telah menghampiri Kwee Siang dan
mengangkat tubuh sigadis yang dibawa kepinggir ruangan.
Phang Kui In hanya bisa menyaksikan saja tanpa berdaya
untuk memberikan pertolongan.
Tetapi yang cukup melegakan hati Phang Kui In dan Yo
Him, justru dia melihat bahwa Kwee Siang tidak dibawa pergi

keluar dari ruangan itu, hanya diletakkan dipinggir ruangan
untuk menantikan, keputusan berikutnya dari ketua Tiauw
Pang tersebut.
Kemudian ketua Tiauw Pang yang mukanya seperti anak
belasan tahun itu, dengan bentuk tubuhnya yang pendek
kecil, telah duduk kembali dikursinya, dia telah berkata
dengan suara yang dingin :
„Nah, sekarang giliranmu !" katanya sambil menunjuk
kearah Yo Him.
Muka Yo Him kala itu merah padam, karena dia gusar sekali
melihat encie Siangnya itu telah ditawan oleh ketua Tiauw
Pang dalam keadaan tertotok seperti itu.
„Engkau membawa sikap seperti seorang Kaisar saja !"
bentak Yo Him dengan mendongkol. „Sesungguhnya apa yang
kau kehendaki ?".
Ditanya begitu oleh Yo Him, ketua Tiauw Pang itu telah
tertawa ber gelak2 dengan suara yang nyaring sekali,
suaranya mengandung nada mengejek.
„Hahahaha, seumur hidupku, selama aku hidup enam puluh
tahun, aku Ciong Lam Cie baru kali ini mengalami ditegur
orang sampai dua kali ! Per-tama2 tadi oleh perempuan tidak
tahu diri itu, sekarang oleh seorang bocah ingusan ! Sungguh
membuat aku tidak mengerti, mengapa hari ini aku apes
benar?"
Dan setelah berkata mengejek begitu, dia telah
mengeluarkan suara tertawa ber-gelak2 yang sangat keras
sekali, dan telah bertanya dengan suara yang dingin : „Siapa
namamu ?".
„Namaku Yo Him, dan kini engkau telak mendengar dan
mengetahui namaku, bebaskan kami, karena kami masih
memiliki urusan penting dan harus melanjutkan perjalanan
kami!"

„Sabar...!" kata ketua Tiauw Pang itu dengan sikap yang
mengejek. „Tidak perlu terlalu ter-gesa2. Dalam hal ini engkau
tidak perlu ter-buru2 ! Kita ber-cakap2 dulu dengan sikap yang
manis dan baik2, bukankah itu jauh lebih baik dibandingkan
kita, harus bicara dengan mata saling mendelik ?".
Mendengar perkataan ketua Tiauw Pang itu, Yo Him telah
tertawa dingin.
„Hemm, engkau mengakui dirimu sebagai seorang ketua
dari sebuah perkumpulan, tetapi cara2mu benar2
memperlihatkan bahwa engkau hanya merupakan seorang
manusia rendah tidak memiliki budi pekerti...”.
Mendengar perkataan Yo Him yang nadanya keras, seketika
itu juga Ciong Lam Cie telah tertawa ber-gelak2 dengan suara
yang sangat keras, diapun telah berkata dengan suara yang
nyaring : „Baik ! Baik ! Engkau telah berani memakiku begitu
kasar ! Apakah engkau memiliki kepandaian yang tinggi
sehingga engkau berani berlaku demikian kurang ajar ?”.
Yo Him telah tertawa dingin. „Walaupun aku tidak memiliki
kepandaian, tetapi terhadap manusia seperti engkau, perlu
apa aku takut? Apakah engkau kira dengan mempergunakan
kekerasan bisa menindas seseorang menjadi takut ? Ingat,
didalam dunia, manusia hanya takut kepada perasaan malu,
karena jika seseorang telah merasa malu, maka dia akan takut
untuk melakukan pekerjaan yang dilarang oleh keadilan.
Tetapi jika manusia itu hanya tertekan oleh perasaan takut,
suatu waktu dia bisa nekad jika memang telah dalam keadaan
tertindas, dan dia bisa saja menjadi nekad dan berontak untuk
memberikan perlawanan. Seperti sekarang aku, walaupun aku
sebagai seorang anak kecil yang tidak mengerti ilmu silat,
tetapi sedikitpun juga aku tidak merasa takut kepadamu !
Engkau bisa saja membinasakan diriku, tetapi justru aku tidak
merasa takut !"

Ketua Tiauw Pang itu, yaitu Ciong Lam Cie, telah
memandang Yo Him sejenak, tampaknya dia tertegun, tetapi
kemudian dia telah tertawa lagi.
„Sungguh seorang anak yang ajaib !" katanya dengan suara
yang dingin. „Baiklah! Baiklah ! Sekarang justru aku jadi ingin
mengetahui, apakah jika engkau menghadapi kematian,
engkau akan merasa takut atau tidak ...!".
Dan Ciong Lam Cie, ketua Tiauw Pang yang potongan
tubuhnya kate itu, telah melompat dengan gerakan lubuh
yang sangat cepat sekali, dia telah melompat sambil
menghadiahkan Yo Him satu pukulan yang tidak begitu keras.
Yo Him berusaha mengelakkan diri, tetapi karena dia
memang tidak menguasai ilmu meringankan tubuh dengan
sempurna, begitu tubuhnya terserang, segera dia terjungkel
rubuh bergulingan diatas lantai.
Tetapi tenaga dalamnya, yang telah terpusat diseluruh
otot2 disekujur tubuhnya, dimana semua jakan darahnya telah
dibuka itu, telah bekerja sendirinya. Waktu tubuhnya akan
terbanting, justru tenaga itu telah menolak juga, sehingga
tubuh Yo Him tidak sampai terbanting keras, bahkan telah
meletik dan berdiri lagi !
Tentu saja Ciong Lam Cie jadi tertegun sejenak, dia melihat
anak kecil dihadapannya ini seperti tidak mengerti ilmu
meringankan tubuh, tadi saja waktu diserang, dia sudah tidak
keburu mengelakkan diri.tetapi mengapa kini waktu tubuhnya
terbanting dilantai, dia telah bisa melompat dengan gesit
sekali untuk berdiri kembali ?.
Ciong Lam Cie jadi mengawasi Yo Him dengan sorot mata
yang sangat tajam. Kemudian dia telah berkata “Tadi kau
mengatakan namamu kalau tidak salah Yo Him benarkan itu ?”
“Benar”
“Jadi engkau she Yo ?” tanya Ciong Lam Cie lagi.

“Benar”
“Apakah kau memiliki hubungan dengan Yo Ko si buntung
celaka itu ?”
Muka Yo Him jadi berobah merah padam.
“Engkau jangan menghina ayah kandungku itu !"
bentaknya dengan penuh kemarahan. Ciong Lam Cie jadi
tertegun sejenak. Dia mengawasi Yo Him dengan sorot mata
yang tajam, kemudian meledak suara tertawanya yang bergelak2.
„Jadi engkau putera dari sibuntung celaka Yo Ko itu ?"
tanyanya.
„Jangan kau menghina ayahku ! Sekali lagi engkau
menghina, walaupun aku tidak memiliki kepandaian, aku akan
mengadu jiwa denganmu!" mengancam Yo Him dengan
kemarahan yang me-luap2.
Tentu saja ancaman itu dianggap sepi oleh Ciong Lam Cie,
dia telah tertawa ber-gelak2 dengan suaranya yang sangat
keras sekali, dia telah tertawa terus, suara tertawanya itu
seperti ingin memecahkan ruangan kamar kapal ini.
„Sungguh kebetulan ! Sungguh kebetulan ! Belasan tahun
aku men-cari2 jejak dari sibuntung celaka itu ! Tidak tahunya
disini aku bisa bertemu dengan anaknya ! Hemm, sejak tadi
waktu melihat mukamu, aku telah menduganya bahwa engkau
tentu ada hubungannya dengan Yo Ko, sibuntung celaka itu.
Mukamu memang mirip dengan dia! Tetapi, Hahahaha,
memang inilah namanya rejeki yang diantarkan oleh Tuhan !
Baik ! Baik! Engkaupun harus kutahan agar kelak Yo Ko
datang sendiri kemari, untuk menggantikan dirinya sebagai
tawananku dan engkau baru ku bebaskan!” .
Mendengar perkataan Ciong Lam Cie, Yo Him jadi gusar
bukan main, karena berulang kali dia harus mendengar ayah

kandungnya itu disebut sibuntung celaka, maka waktu Ciong
Lam Cie baru saja menyelesaikan perkataannya dengan cepat
sekali Yo Him telah melompat dan dia telah melancarkan
gempuran dengan kuat sekali kearah dada Ciong Lam Cie.
Tetapi bagi seorang ahli silat kelas utama seperti Ciong
Lam Cie, dimana Kwee Siang saja dia bisa rubuhkan, tentu
saja Ciong Lam Cie tidak memandang sebelah mata terhadap
serangan Yo Him.
„kau beristirahatlah !" katanya seenaknya, sambil
mengibaskan lengan bajunya.
Dia mengibas dengan mempergunakan dua bagian tenaga
dalamnya, tenaga itu meluncur akan membuat Yo Him
terpelanting. Namun saat itu Yo Him juga tengah melancarkan
serangan, sehingga otot2 ditubuhnya dalam keadaan bersiap2
dan tegang, maka begitu angin serangan dari kibasan
lengan baju Pangcu itu mengenai tubuh Yo Him, bukannya
tubuh Yo Him yang terhuyung, justru tubuh Ciong Lam Cie
yang terserang oleh tenaganya yang berbalik menghantam
dirinya jadi ter-huyung2 kebelakang,
Tentu saja hal ini telah membuat Ciong Lam Cie jadi
terkejut bukan main, dia telah merasakan angin serangan itu
menghantam tepat sekali kearah dadanya.
Walaupun tenaga serangan. itu tidak kuat, tetapi justru
menyambarnya kebagian yang sangat tepat sekali dibagian
jalan darah Tai Tiong Hiatnya, sehingga terpaksa Ciong Lam
Cie jadi harus mengelakkannya.
„Kau ...?’' katanya dengan suara tergagap, karena dia
heran, mengapa Yo Him yang diserang, tetapi serangan itu
berbalik menghantam dirinya.
Yo Him yang tidak mengetahui peristiwa tersebut telah
mengeluarkah suara makian dan telah berteriak : „Aku akan
mengadu jiwa dengan manusia buruk dan rendah pribudi
seperti engkau...!" Dan sambil berteriak begitu, tampak Yo

Him telah melompat melancarkan serangan dengan cepat
sekali, kepalan tangannya telah bergerak dan menghantam
lagi.
Gerakan yang dilakukannya itu tidak begitu bertenaga,
karena memang Yo Him belum memiliki kekuatan atau tenaga
yang bisa dikendalikan. Seperti lwekang yang telah dimilikinya
secara mujijat namun disebabkan Yo Him belum melatih diri
dan belum bisa mengendalikannya, telah membuat dia
terpaksa harus menyerang dengan mempergunakan tenaga
yang biasa saja.
Dalam keadaan demikian, tampak Ciong Lam Cie jadi
penasaran sekali, dia telah mengeluarkan suara bentakan lagi,
dan mengibaskan lengan bajunya.
Kali ini sengaja Ciong Lam Cie telah mengibas dengan
mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya.
Bisa dibayangkan betapa hebatnya tenaga serangan itu,
karena dengan delapan bagian tenaga dalam dari seorang
tokoh persilatan seperti Ciong Lam Cie itu, walaupun batu kali
tentu akan dapat dihancurkannya dengan mudah.
Phang Kui In yang melihat dahsyatnya serangan tersebut,
telah mengeluarkan suara seruan berkuatir, keringat dingin
juga telah mengucur deras dari kening dan tubuhnya, karena
dia menguatirkan sekali keselamatan Yo Him.
Tetapi disebabkan dibelakang tengkuknya itu tertandel dua
mata golok, Phang Kui In tidak bisa berbuat apa2, dia hanya
bisa menyaksikan Yo Him terancam oleh serangan tenaga
kibasan tangan Ciong Lam Cie itu.
Dalam keadaan seperti ini, tampak Ciong Lam Cie bersungguh2
waktu mengibaskan tangannya, karena kali ini dia
sudah tidak memikirkan perihal usia Yo Him yang masih terlalu
kecil, Ciong Lam Cie hanya dikuasai oleh perasaan penasaran.
Maka dia telah melancarkan serangan dengan tidak mengenal
perasaan kasihan lagi.

Tetapi Yo Him yang tidak menyadari bahaya yang tengah
mengancam dirinya, telah menerjang maju terus, dia sudah
memukul sekenanya dengan ilmu2 yang pernah diperoleh nya.
Serangan2 itu tidak mengandung tenaga yang berarti, dan
disaat itulah tenaga serangan Ciong Lam Cie telah tiba, namun
dengan cepat sekali tenaga tersebut telah memperoleh reaksi
dari otot2 disekujur tubuh Yo Him.
Sehingga tenaga serangan yang dahsyat itu tahu2 telah
membalik menghantam kearah Ciong Lam Cie.
Tentu saja Ciong Lam Cie jadi terkejut setengah mati, dia
sampai mengeluarkan suara teriakan kaget dan cepat2
berusaha mengelakkan diri.
Tetapi gerakannya itu terlambat, karena kuatnya tenaga
serangan yang berbalik itu menerjang dirinya, dengan disertai
oleh suara teriakan yang tertahan, tampak tubuh Ciong Lam
Cie telah terpental, hanya saja tidak sampai terguling dilantai,
dan dia telah bisa berdiri kembali dengan muka yang agak
pucat. Dia memandang Yo Him dengan sorot mata yang
mengandung perasaan heran dan aneh, seperti juga dia
tengah memandang hantu disiang hari tampak sinar matanya
memperlihatkan perasaan takut yang luar biasa, dihatinya
juga dia berpikir : „Hemm, tidak percuma dia menjadi
puteranya Sin Tiauw Taihiap ternyata sekecil ini dia telah
memiliki kepandaian yang luar biasa, yang bisa menolak
tenaga serangan lawan ! Inilah sulit ! Jika setiap kali
menyerang tenaga seranganan akan berbalik, tentu akan
merepotkan penyerangnya! Hebat ! Sin Tiauw Taihiap Yo Ko
ternyata telah berhasil menciptakan ilmu semacam itu untuk
puteranya...!".
Tetapi dimukanya Ciong Lam Cie tidak memperlihatkan
perasaan kagumnya itu, bahkan dia memperlihatkan mimik
muka yang bengis sekali.

Sedangkan wakil Pangcu dan anak buah yang lainnya
waktu melihat Pangcu mereka terpental begitu rupa,
semuanya jadi terkejut dan berkuatir sekali. Tetapi waktu
mereka memperoleh kenyataan Pangcu mereka tidak
mengalami suatu cidera apa2, dengan sendirinya telah
membuat mereka menjadi tenang kembali.
Saat itu, Pangcu Tiauw Pang telah berkata dengan
suaranya yang dingin “Hemm, pantas saja engkau berkepala
besar dan bertingkah! Tidak tahunya engkau memiliki sedikit
ilmu ! Baik ! Baik ! aku ingin melihat apakah engkau bisa
menghadapi serangan2ku berikutnya. !”
Sambil berkata begitu Ciong Lam Cie telah menghampiri Yo
Him lebih dekat dengan sikap yang mengancam.
Phang Kui In waktu itu sesungguhnya tengah girang bukan
main, dia melihat dua kali Ciong Lam Cie telah melancarkan
serangan kepada Yo Him bahkan yang terakhir dia telah
melancarkan serangan dengan tenaga yang hebat sekali, dan
nyatanya Yo Him bisa menolak kekuatan tenaga serangan itu.
Tetapi waktu melihat ancaman dari Ciong Lam Cie yang
akan melancarkan serangan berikutnya, Phang Kui In jadi
tergoncang lagi hatinya.
Dia telah mementang kedua matanya lebar2, karena dia
ingin memperhatikan baik2 apakah Yo Him akan bisa
melindungi dirinya dari serangan Pangcu Tiauw Pang itu, jika
memang Yo Him terancam bahaya kematian, tentu saja Phang
Kui In tidak akan memperdulikan ancaman golok kedua anak
buah dari Tiauw Pang itu, dia pasti akan menerjang Pangcu
dari perkumpulan itu, untuk mengadu jiwa dan melindungi Yo
Him.
Yo Him sendiri yang menduga tadi ketua Tiauw Pang itu
terhuyung akibat serangan2 tangannya, maka dia jadi tambah
berani dan girang, bahkan semangat bertempurnya jadi
terbangun.

Dengan berani dia menantikan serangan yang akan
dilancarkan oleh ketua Tiauw Pang, sepasang matanya telah
dipentang lebar2.
Disaat itu tampak Ciong Lam Cie telah melangkah semakin
dekat, dia mengangkat kedua tangannya keatas, tahu2 tangan
kanannya telah bergerak.
„Serr...!" tetapi serangan tangannya itu menimbulkan angin
gempuran yang halus sekali, tidak keras seperti tadi.
Muka Phang Kui In seketika jadi pucat pias, karena dia jadi
terkejut sekali waktu melihat cara menyerang dari Pangcu
Tiauw Pang itu.
Ternyata ketua Tiauw Pang itu telah mempergunakan
gempuran dengan mempergunakan tenaga serangan. Im
(lunak), sehingga dia melancarkan gempuran tanpa
menimbulkan angin serangan.
Inilah berbahaya tenaga serangan itu memang sama
besarnya dengan tenaga serangan yang dipergunakan
dengan gempuran tenaga Yang (keras), tetapi dalam keadaan
demikian, berarti otot dan urat ditubuh Yo Him, yang
seharusnya dapat menolak setiap tenaga yang menyerang
dirinya, tidak akan berfungsi lagi, sebab ketua Tiauw Pang itu
melancarkan serangan tanpa mempergunakan tenaga
kekerasan bahkan lunak seperti kapas.
Tampak Yo Him yang tidak merasakan desakan tenaga
serangan lawannya, jadi tambah berani, dengan
mengeluarkan suara tertawa dingin, Yo Him telah melangkah
maju, dia telah mengayunkan telapak tangan kanannya
melancarkan serangan dengan cepat sekali.
Tentu saja hal ini telah membuat Phang Kui In jadi
mengeluarkan seruan tertahan, karena Yo Him tentu akan
terserang oleh tenaga gempuran yang dilancarkan ketua
Tiauw Pang itu.

Ciong Lam Cie sendiri jadi girang, dia mengempos
semangatnya, didalam gempuran Yang lunak itu ternyata
mengandung tenaga serangan yang mematikan.
Dia menduga, dengan Yo Him tidak mengetahui sifat2
pukulannya yang seperti ini tentu Yo Him tidak akan keburu
melakukan penangkisan.
Tetapi ketua Tiauw Pang itu sama sekali tidak mengetahui
bahwa sesungguhnya Yo Him tidak memiliki ilmu untuk
menolak tenaga serangan lawan.
Hanya secara kebetulan saja seluruh jalan darah dan otot
Yo Him telah berhasil dibuka oleh Kwee Siang, sehingga otot2
dan urat2 ditubuhnya itu memiliki daya menolak setiap tenaga
yang mendesak kearah tubuh Yo Him.
Maka walaupun ketua Tiauw Pang itu melancarkan
serangan dengan mempergunakan gempuran tenaga yang
lunak, dan serangan itu Tidak terlihat membawa angin
serangan yang kuat, tetapi waktu tiba disasarannya, serangan
itu memiliki kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat sekali.
„Bukkkk !" kuat luar biasa, tenaga itu menggempur tubuh
Yo Him.
Tetapi inilah suatu kesalahan besar yang dilakukan oleh
Ciong Lam Cie, karena dia tidak mengetahui bahwa otot dan
urat ditubuh Yo Him justru baru bekerja jika terserang oleh
tenaga dari luar.
Begitu tenaga serangan dari Ciong Lam Cie menghantam
dengan keras, disaat itulah tenaga menolak dari otot dan urat
besar ditubuh Yo Him mulai bekerja.
Betapa terkejutnya Ciong Lam Cie waktu merasakan tenaga
serangannya itu tertolak dan menghantam dirinya lagi.
Karena tidak menduga akan terjadi demikian lagi, Ciong
Lam Cie jadi terperanjat bukan main, dia sampai
mengeluarkan seruan tertahan dan mati2an menggerakkan

tangan kanannya, dia harus dapat menangkis tenaga
serangannya sendiri yang berbalik menghantam dirinya.
,,Bukk '" tenaga serangan itu telah menghantam dengan
kuat sekali, tetapi telah berhasil ditangkis oleh Ciong Lam Cie,
dan begitu tertangkis, segera dia melompat mundur dengan
muka yang pucat.
Benar2 Ciong Lam Cie jadi tidak mengerti, mengapa Yo Him
bisa memiliki ilmu seaneh itu, dimana setiap serangan2 yang
dilancarkannya bisa ditolaknya oleh anak itu tanpa terlihat Yo
Him menggerakkan tangannya.
Itulah yang membingungkan Ciong Lam Cie.
Dengan cepat Ciong Lam Cie telah membentak : „Anak
setan, ilmu apa yang engkau pergunakan ?".
„Anak setan ? Hemm, engkau yang siluman ! Usiamu telah
enam puluh tahun, tetapi ternyata engkau kate dan mirip
seorang anak belasan tahun ! Bukankah itu berarti engkau
merupakan manusia siluman ?".
Disanggapi begitu oleh Yo Him, tentu saja tubuh Ciong Lam
Cie jadi gemetar menahan marah.
„Kau...kau benar2 ingin mampus !" katanya dengan suara
yang dingin.
„Hemm. mungkin juga !" kata Yo Him. „Kalau memang
engkau memiliki kesanggupan untuk membinasakan diriku,
mungkin aku akan mampus ditanganmu ! Tetapi yang jelas,
beberapa kali engkau melancarkan serangan, tetapi engkau
sendiri tidak berhasil dengan serangan2mu itu...!".
Berulang kali diejek oleh Yo Him, keruan saja darah Ciong
Lam Cie naik sampai kekepala.
Tetapi dia teringat, jika dia melancarkan serangan kepada
Yo Him, berarti dia akan menyerang dengan tenaga yang kuat

dan tenaga itu jika berbalik menghantam dirinya, niscaya akan
menyebabkan dia terserang sendirinya.
Maka dari itu, Ciong Lam Cie telah berdiam diri saja, dia
tidak melayani ejekan dari Yo Him.
Kemudian Pangcu dari Tiauw Pang ini telah menoleh
kepada wakilnya.
„Ciu Toako, kau majulah !” perintahnya. Orang yang
dipanggil Ciu Toako itu, wakil Pangcu, yang nama lengkapnya
Ciu Ie Ling, telah mengiyakan dengan suara yang serak.
“Baik Pangcu, aku akan membereskan bocah siluman itu !"
katanya dengan bersemangat sekali.
Dan dia telah melompat menghampiri Yo Him, dan „Srengg
!” cepat sekali dia telah mencabut keluar sebatang pedang.
„Cabut senjatamu l'" perintah wakil Pangcu itu dengan
suara yang sangat bengis, matanya memandang mengancam.
„Tidak perlu engkau mempergunakan senjata tajam ! Jika
memang engkau memiliki keberanian, majulah, mari kita
bertempur dengan tangan kosong ! Aku tidak biasa
mempergunakan senjata tajam !"
Mendengar perkataan Yo Him, Ciu Ie Ling telah tertawa
mengejek.
„Hemmm ! Kalau engkau tidak mau mempergunakan
senjata, baiklah ! Terpaksa aku tidak segan2 akan
menikammu dengan pedangku ini untuk melenyapkan ilmu
silumanmu!"
dan membarengi dengan perkataannya itu, Ciu Ie Ling
berlagak ingin melancarkan serangan.
Yo Him jadi berpikir keras.
Dia telah berpikir, jika dia melawan dengan tangan kosong,
dia tidak memiliki kesanggupan apa2, sedangkan bertempur

dengan mempergunakan pedang, diapun tidak memiliki ilmu
pedang. Memang dia telah mempelajari seluruh kouwkoat
(teori) dari ilmu pedang Go Bie Kiamhoat yang diturunkan oleh
Kwee Siang, tetapi belum sempat dilatihnya.
Namun Yo Him jadi nekad juga, dia telah berteriak “Tahan
!”
“Apalagi ? “ tanya Ciu Ie Ling.
,,Baiklah ! Akupun akan mempergunakan pedang
menghadapimu "
Dan setelah berkata begitu Yo Him telah melangkah
menghampiri Kwee Siang, dia berkata : „Encie Siang,
maafkanlah, aku ingin meminjam pedangmu !".
Dan setelah berkata begitu, dia mencabut pedang Kwee
Siang, sedangkan Kwee Siang tidak bisa ber-kata2, karena dia
dalam keadaan tertotok.
Saat itu, dengan cepat sekali, Yo Him telah melangkah
kembali kehadapan Ciu Ie Ling.
„Mulailah!" tantangnya dengan suara yang dingin.
Ciu Ie Ling sebagai wakil Pangcu dari Tiauw Pang
sebetulnya sangat dihormati oleh orang2 rimba persilatan,
karena kiam-hoatnya, ilmu pedangnya memang dahsyat
sekali.
Tetapi sekarang, anak lelaki kecil seperti Yo Him berani
memandang remeh kepadanya dengan sendirinya telah
membuat dia jadi gusar bukan main.
Karena kemarahannya telah me-luap2, dia mengeluarkan
suara bentakan yang sangat keras sekali, dan telah
melancarkan tikaman dengan pedangnya.
Yo Him menangkis serangan itu sekenanya saja, dengan
mempergunakan salah satu jurus ilmu pedang Go Bie Kiam
Hoat.

Tetapi hasilnya luar biasa, pedang ditangan Yo Him
bukannya menangkis serangan yang dilancarkan lawannya,
justru telah meluncur akan menikam tenggorokan lawannya.
Tentu saja Ciu Ie Ling jadi terkejut sekali, karena untuk
melindungi tenggorokannya dari tikaman mata pedang Yo
Him, terpaksa Ciu Ie Ling harus melompat kebelakang.
Harus diketahui waktu menciptakan ilmu pedang Go Bie
Kiamhoat, Kwee Siang telah memikirkan berbagai kelemahan
yang ada di bagian2 tubuh lawannya.
Karena dipersiapkan ilmu pedang Go Bie Kiamhoat khusus
untuk kaum wanita, maka diutamakan adalah kegesitan,
bukan kekuatan.
Sehingga Kwee Siang telah berusaha mencari kemungkinan
tidak melayani serangan lawan dengan kekerasan, dan dia
telah menciptakan setiap serangan lawan dilawan dengan
serangan lagi. tetapi setiap serangan Go Bie Kiamhoat selalu
mengincar bagian2 yang berbahaya ditubuh lawan sehingga
bisa mematikan.
Dengan demikian, tentu lawannya akan terdesak dan
serangannya akan gagal.
Cepat sekali gerakan dari serangan2 ilmu pedang Go Bie
Pay itu, maka dengan sendirinya tanpa mengadu kekuatan
tenaga, bisa saja murid Go Bie Pai mendesak lawannya.
Sedangkan Ciu Ie Ling yang melihat cara bersilat Yo Him
dengan pedangnya yang ber-gerak2 aneh itu, tentu saja telah
membuat dia terkejut sekali.
Dia jadi berpikir keras, entah siapa sebenarnya Yo Him,
mengapa memiliki ilmu pedang yang demikian aneh ?
Dengan penasaran Ciu Ie Ling telah melancarkan
serangan2 lagi dengan tikaman2 pedangnya, gerakan yang
dilakukannya itu sangat cepat sekali dan juga mengandung
kekuatan yang dahsyat.

Tetapi Yo Him tidak memperhatikan datangnya serangan
lawannya, karena dia jadi sibuk melakukan penyerangan2 juga
dengan ilmu pedang Go Bie Kiam Hoat.
Setiap pedang Ciu Ie Ling menyambar datang, maka Yo
Him bukannya menangkis, justru dia menggerakkan
pedangnya itu mengincar bagian2 yang mematikan ditubuh
lawannya.
Dengan sendirinya, telah membuat Ciu Ie Ling selalu harus
menarik pulang pedangnya membatalkan serangannya.
Semakin lama Ciu Ie Ling jadi semakin sengit. sehingga dia
berjingkrak beberapa kali dengan gusar.
Kemudian disertai suara bentakan yang sangat bengis
sekali, Ciu Ie Ling telah melancarkan serangan lagi dengan
tikaman2 yang gencar sekali. Gerakan2 yang dilakukannya
selain cepat sekali, juga mengincar bagian2 yang mematikan
ditubuh Yo Him.
Dalam sekejap mata saja, tampak sinar pedang Ciu Ie Ling
telah ber-kelebat2 dengan kecepatan luar biasa, membuat Yo
Him jadi kewalahan untuk menghadapi serangan2 itu, karena
dia hanya mengerti teori ilmu pedang Go Bie Pai dan belum
pernah melatihnya. Dengan sendirinya, jadi sangat repot
menghadapi serangan2 seperti itu, dia telah mengeluarkan
suara bentakan yang nyaring sekali, dan memutar pedangnya
dengan gerakan „San Hoa Kiam Sut" atau „Ilmu pedang
menyebar bunga".
Gerakan2 yang dilakukan oleh Yo Him ternyata bisa
menyelamatkan juga diri dan jiwanya, karena pedang
ditangannya telah ber-putar2 dengan sangat cepat sekali,
telah mengancam ke-bagian2 tempat yang berbahaya ditubuh
Ciu Ie Ling.
Tentu saja Ciu Ie Ling dibuat terkejut lagi oleh serangan2
Yo Him itu.

Berulang kali Ciu Ie Ling telah mengeluarkan suara teriakan
gusar dan membatalkan serangannya, karena dia harus
menyelamatkan jiwanya dari ujung pedang Yo Him.
Dalam keadaan demikian, tampaknya Yo Him juga tidak
tinggal diam, dia memang memiliki latihan ilmu pedang Go Bie
Pai, tetapi dia memiliki hati yang tabah, sehingga dia bisa saja
berlaku nekad dengan melancarkan serangan2 yang sangat
cepat dan gesit sekali, dengan jurus2 Go Bie Pai yang luar
biasa aneh nya.
Go Bie Kiamhoat baru saja diciptakan oleh Kwee Siang,
dengan sendirinya ilmu pedang itu jarang sekali yang lihat,
dan merupakan ilmu pedang yang baru, maka Ciu Ie Ling
sendiri jadi sibuk sekali, dia sampai mengeluarkan suara
seruan2 kaget setiap kali hampir
terserang oleh tikaman2 yang dilancarkan Yo Him.
Yo Him dengan beruntun telah mempergunakan jurus2 ilmu
pedang Go Bie Pai, dan gerakan2 yang sangat cepat itu
tambah membingungkan diri Ciu Ie Ling saja.
Tetapi, setelah lewat sepuluh jurus, akhirnya Ciu Ie Ling
telah melihatnya bahwa Yo Him sesungguhnya tidak
menguasai ilmu pedangnya itu, karena dia hanya bisa
menggerakkan pedangnya itu dengan gerakan2 biasa saja,
walaupun aneh, kenyataannya ilmu pedang itu tidak
mengandung tenaga yang cukup dahsyat untuk menjatuhkan
musuhnya.
Tentu saja Ciu Ie Ling jadi heran melihat keadaan seperti
itu, karena Yo Him tampaknya memiliki tenaga yang tidak
berarti, namun dia bisa memiliki ber-macam2 ilmu silat dan
ilmu pedang yang sangat aneh2.
Tadi Ciu Ie Ling memang telah mendengar bahwa Yo Him
adalah puteranya Yo Ko, maka diam2 dia jadi berpikir :

„Hemm, pantas saja dia memiliki iimu2 yang demikian
hebat, memang jelas dia putera dari sibuntung keparat itu !
dan setelah berpikir begitu, Ciu Ie Ling mengawasi lagi kepada
serangan2 dan tikaman2 pedang Yo Him.
,,Tetapi...mengapa dia tidak memiliki kekuatan lwekang
sedikitpun juga ? Setiap tikamannya selalu kosong dan tidak
mengandung tenaga yang mematikan ?".
Karena berpikir begitu, dengan cepat Ciu Ie Ling telah
mengeluarkan suara bentakan yang keras, waktu suatu kali
pedang Yo Him menyambar kearahnya, tampak pedang itu
telah dikibas oleh pedang Ciu Ie Ling.
Gerakan itu mengandung kekuatan tenaga mengibas yang
sangat kuat sekali, karena Ciu Ie Ling telah mengibas dengan
maksud untuk menjatuhkan pedang itu terlepas dari cekalan
tangan Yo Him.
JILID 20
TRANGG....! memang pedang ditangan Yo Him berhasil
ditangkis oleh Ciu Ie Ling dan tampak sebatang pedang
meluncur terbang ke tengah udara terlepas dari cekalan
namun pedang itu adalah pedangnya Ciu Ie Ling.
Sedangkan Ciu Ie Ling telah melompat keluar gelanggang
pertempuran dengan muka yang berobah pucat.
Saat itu rupanya waktu Ciu Ie Ling menabas dengan
pedangnya menangkis pedang Yo Him, telah terjadi suatu
peristiwa aneh lagi bagi Ciu Ie Ling, begitu pedangnya
menangkis pedang Yo Him karena dia mempergunakan
kekuatan tenaga yang sangat kuat disaat itu otot di telapak
tangan Yo Him telah bekerja dengan sendirinya dan menolak
dengan kuat, berimbang dengan tekanan2 gempuran atau
tangkisan pedang Ciu Ie Ling sendiri.

Maka bukannya pedang Yo Him yang terlepas dari
cekalannya, justru pedang Ciu Ie Ling yang telah terpental
dari cekalannya dan telah terlempar ketengah udara. Keruan
saja hal ini telah membuat Ciu Ie Ling dan jago2 Tiauw Pang
yang lainnya jadi terkejut sekali mereka jadi takjub dan
menganggap Yo Him benar2 luar biasa sekali.
Sedangkan ketua Tiauw Pang juga jadi kaget bukan main,
dia tidak menyangka sama sekali, bahwa sekecil itu Yo Him
benar2 telah memiliki ber-macam2 ilmu mujijat
Tadi dia telah melancarkan serangan berulang kali kepada
Yo Him dengan mempergunakan tangan kosongnya, tetapi
selalu pula tenaga serangannya itu berbalik menghantam
kepadanya.
Dan sekarang Ciu Ie Ling telah gagal menghadapi Yo Him
dengan pedang, maka peristiwa ini merupakan peristiwa yang
jarang sekali terjadi dan belum pernah dialami oleh orang2
Tiauw Pang itu.
Apa lagi Pangcu dari Tiauw Pang dan Ciu Ie Ling juga
bukan manusia2 yang lemah sehingga dengan adanya
peristiwa seperti ini, telah membuat mereka tidak mengerti,
anak sebesar Yo Him bisa memiliki kepandaian yang demikian
tinggi.
Kemudian Pangcu dari Tiauw Pang ini telah mengerahkan
seluruh tenaga, lwekangnya dia telah mengulurkan tangannya,
dengan maksud akan mencengkeram bahu dari Yo Him.
Gerakan yang dilakukan oleh Pangcu dari Tiauw Pang ini
sangat cepat sekali, di samping itu angin serangan yang
ditimbulkan oleh telapak tangannya itu mengandung kekuatan
tenaga yang sangat hebat sekali.
Dalam keadaan demikian Yo Him juga tidak bisa berdiam
diri.

Lawannya bukan melancarkar serangan dengan memukul
atau menghantam, justru lawannya itu telah melancarkan
serangan dengan mempergunakan cengkeraman tangan.
Jika sampai bahunya atau tubuhnya bagian yang lain kena
dicengkeiam oleh ketua dari Tiauw Pang, niscaya akan
menyebabkan dia mengalami kecelakaan yang tidak kecil,
karena sepuluh jari2 tangan itu memiliki kekuatan
yang sangat dahsyat yang dapat niencengkeram hancur
tulang2 di tubuh Yo Him.
Tetapi Yo Him tidak merasa takut, dengan cepat dia telah
menyingkir kesamping.
Gerakan yang dilakukan oleh Yo Him memang tidak begitu
cepat, sehingga Pangcu dari Tiauw Pang itu telah sempat
mengulangi serangannya lagi untuk mencengkeram
punggungnya Yo Him.
Dan kali ini Yo Him tidak bisa mengelakkan diri dari
serangan tersebut, karena itu dengan hebat punggungnya
telah kena dicengkeram oleh ketua Tiauw Pang itu.
„Brettt ...!" pakaian dibagian punggung Yo Him telah robek
kena dicengkeram, karena Yo Him masih sempat untuk
menjauhi diri. dengan sendirinya dia bisa selamat dari terluka
ditangan ketua Tiauw Pang itu.
Namun bajunya yang telah robek itu menyebabkan Phang
Kui ln yang menyaksikannya jadi mengeluarkan seruan
tertahan karena terkejut.
Tetapi Yo Him dengan cepat telah menghadapi ketua Tiauw
Pang itu lagi. Berani dan tabah sekali anak ini.
Sedangkan Ciong Lam Cie tambah bersemangat waktu
melihat dia telah berhasil merobek pakaian Yo Him.

Dengan cepat dia telah melompat dan melancarkan
serangan pula, dia mengulurkan tangannya untuk
mencengkeram lagi.
Gerakannya kali ini dilakukannya lebih cepat dari pada
gerakan yang tadi dan tangannya telah diulurkan untuk
mencengkeram dengan kuat sekali
Yo Him akhirnya melihat bahwa dirinya tidak mungkin bisa
menghadapi tokoh persilatan seperti Ciong Lam Cie, karena
walaupun dia telah memiliki lwekang yang mujijat dan aneh,
tetapi Ciong Lam Cie telah mengetahui kelemahannya itu,
sehingga dia telah melancarkan serangan2nya dengan hanya
mempergunakan jari tangan belaka, yang dipergunakan untuk
mencengkeram.
Maka tenaga yang meluncur dari jari tangannya itu hanya
berseliweran perlahan sekali, menyebabkan tenaga memantul
dari otot maupun urat jalan darah ulama ditubuh Yo Him
tidak berarti apa2 untuk Ciong Lam Cie,
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras,
berulang kali Yo Him telah diserang oleh Ciong Lam Cie.
Walaupun dalam keadaan tertotok, tetapi Kwee Siang bisa
melihatnya bahwa keadaan Yo Him sangat terancam oleh
serangan2 yang dilancarkan oleh Ciong Lam Cie.
Tetapi dia dalam keadaan tertotok, tidak bisa dia
memberikan bantuan maupun pertolongannya.
Sehingga Kwee Siang jadi berkuatir dan bingung sekali.
Dengan mempergunakan kekuatan tenaga dalamnya,
beberapakali Kwee Siang berusaha membuka toiokan
ditubuhnya, namun gagal. Tampaknya cara menotok yang
dilakukan oleh Ciong Lam Cie merupakan totokan yang aneh
dan luar biasa sekali, sehingga sulit sekali untuk dibuka
dengan kekuatan sendiri.

Dengan gagalnya Kwee Siang berusaha membuka totokan
ditubuhnya, gadis ini jadi mengeluh beberapa kali dan benar2
berkuatir sekali, karena dia tidak berdaya untuk menolong Yo
Him, walaupun dia melihat Yo Him dalam tekanan dan
ancaman bahaya yang tidak kecil di tangan ketua Tiauw Pang.
Disaat itu, angin serangan ketua Tiauw Pang telah
berseliweran kuat dan lunak bergantian, untuk mengelabuhi
lwekang aneh yang dimiliki Yo Him.
Sampai akhirnya Yo Him tidak berdaya waktu pergelangan
tangannya dicekal oleh ketua Tiauw Pang. Tubuhnya telah
dilontarkan ketengah udara.
Waktu tubuhnya meluncur turun, justru jari tangan ketua
Tiauw Pang itu telah bergerak menotok jalan darah Yo Him,
maka tubuhnya segera terbanting dilantai tanpa bisa bergerak
lagi, karena Yo Him telah dalam keadaan tertotok.
Phang Kui In waktu melihat apa yang telah dialami oleh Yo
Him jadi mengeluarkan suara seruan tertahan dan telah
melompat ketengah gelanggang tanpa nemperdulikan lagi
ancaman mata golok dari kedua anggota Tiauw Pang itu.
Tetapi ketua Tiauw Pang itu telah tertawa ber-gelak2
dengan suara yang nyaring sekali, dia telah berkata dengan
suara yang bengis: „Engkau mana bisa melayani aku ? Lebih
baik engkau kembali duduk ditempatmu agar engkau tidak
mengalami peristiwa dan penderitaan seperti mereka berdua
itu. Kembali kekursimu!!".
Tetapi Phang Kui In telah nekad benar, dengan
mengeluarkan bentakan : „Aku akan mengadu jiwa dengan
kau !" dia telah melompat dan melancarkan serangan2 dengan
mempergunakan kedua tangannya.
Tubuhnya telah meluncur menerjang ketua Tiauw Pang itu,
gerakannya sangat cepat sekali, juga kedua telapak tangannya

yang dipergunakan untuk menghantam itu mengandung
kekuatan yang cukup dahsyat.
Tetapi Ciong Lam Cie telah mengeluarkan suara tertawa
mengejek, dia telah menggerakkan kedua tangannya untuk
menangkis serangan yang dilancarkan oleh lawannya itu.
„Takkk !” kedua telapak tangan Phang Kui In telah
ditangkis oleh ketua Tiauw Pang dan tubuh Phang Kui In telah
terpental keras sekali terbanting dilantai perahu.
Phang Kui In merasakan pergelangan tangannya itu sakit
sekali. Dada sebelah kiripun dirasakan nyeri dan ngilu sekali,
mungkin dia telah terluka didalam.
Tetapi dengan penasaran dan nekad sekali, Phang Kui ln
telah melompat dengan gerakan yang sangat gesit sekali, dia
telah mengeluarkan suara bentakan mengguntur dan telah
menerjang maju lagi.
sambil menerjang kedua tangannya disilangkan, dia telah
melancarkan gempuran yang sangat kuat sekali, karena Phang
Kui In dalam nekadnya itu telah memusatkan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya di kedua tangan nya itu.
Dia bermaksud akan mengadu jiwa dengan Ciong Lam Cie,
maka Phang Kui ln melancarkan gempuran itu tanpa
memikirkan keselamatan dirinya lagi
Angin serangannya itu berkesiuran dengan keras sekali,
dan juga angin serangan tersebut telah menggempur kuda2
Ciong Lam Cie.
Tetapi Ciong Lam Cie walaupun muka dan bentuk tubuhnya
yang kecil itu seperti seorang anak kecil, namun Pangcu Tiauw
Pang ini merupakan seorang ahli silat yang telah
berpengalaman sekali.
Sama sekali kuda2nya tidak tergoyahkan oleh serangan
yang dilancarkan oleh Phang Kui In, bahkan Ciong Lam Cie
menantikan sampai tenaga serangan yang dilancarkan Phang

Kui In telah dekat dengannya, disaat itulah dengan,
mengeluarkan suara seruan yang sangat panjang sekali, Ciong
Lam Cie telah menangkis gempuran Phang Kui In.
„Brukkk....bukkk !" dua kekuatan tenaga dalam yang
dahsyat sekali telah saling bentur dengan keras, dan dengan
tenaga saktinya Ciong Lam Cie telah membuat tubuh Phang
Kui In terpental dan terbanting dilantai perahu, terus tidak
bergerak lagi, karena Phang Kui In telah pingsan tidak
sadarkan diri.
Ciong Lam Cie telah tertawa dingin, sikapnya angkuh sekali.
„Bawa mereka kekamar tahanan...!” perintahnya dengan
suara yang congkak sekali.
„Kami menerima perintah !” teriak beberapa orang
pengawal ruangan, yang segera menggotong tubuh Kwee
Siang, Yo Him dan Phang Kui In kekamar tahanan.
Ketiga orang tawanan Tiauw Pang itu telah dibawa
keruangan bawah kapal itu, dan kemudian dimasukkan
kedalam sebuah ruangan yang gelap tidak memiliki
penerangan sedikitpun juga.
Kwee Siang walaupun dalam keadaan tertotok, matanya
bisa menyaksikan segala apa.
Dia melihat, bahwa mereka bertiga telah tertawan oleh
pihak Tiauw Pang, berarti sulit sekali bagi mereka untuk
melarikan diri, terlebih lagi dirinya bersama Yo Him dalam
keadaan tertotok, sedangkan Phang Kui In dalam keadaan
pingsan, mungkin juga tengah terluka didalam yang parah
sekali....
Saat itu, Yo Him juga telah tersadar dari pingsannya, tetapi
tubuhnya dalam keadaan tertotok seperti Kwee Siang, dia
tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

Keadaan di sekitar tempat itu gelap sekali, karena
ruangannya tertutup, sehingga tidak setitik sinar pun yang
menembus masuk.
Sedangkan Yo Him baru saja tersadar dari pingsannya,
maka melihat sekelilingnya yang gelap pekat seperti itu, dia
menduga bahwa dirinya telah berada di dalam neraka.
Dia telah mengawasi sejenak keadaan disekitarnya, sampai
akhirnya waktu Yo Him mendengar suara napas seseorang,
dia telah memanggil perlahan : „Paman Phang....? Encie Siang
?".
Yo Him memanggilnya dengan perlahan, dengan suara
yang ditekankan, karena dia ragu2 kalau dia masih hidup
didalam dunia, sebab begitu dia siuman dari pingsannya,
justru sekitar dirinya gelap pekat, sehingga untuk melihat
tubuhnya sendiri saja tidak bisa.
Apa lagi saat itu Yo Him merasakan tubuhnya kaku tidak
bisa bergerak, maka dia menduga dirinya telah meninggal
dunia dan telah dikubur didalam tanah....
Keadaan seperti ini telah membuat Yo Him jadi ragu2,
maka waktu dia memanggil Phang Kui ln dan Kwee Siang,
dia memanggilnya dengan suara yang perlahan sekali.
Kwee Siang mendengar suara Yo Him, dia jadi girang
sekali.
,,Aku disini, adik Him ...!" kata Kwee Siang dengan cepat.
„Apakah engkau sehat2 saja ? Tidak terlukakah tubuhmu ?".
Yo Him menghela napas.
„Encie Siang, rupanya kita berdua telah mati, bukan ?”
tanya Yo Him.
„Telah mati ? Mengapa begitu ?" tanya Kwee Siang tidak
mengerti.

,,Bukankah sekarang ini kita berdua berada dalam
timbunan tanah, kita telah dikubur ? Tubuh kita tidak bisa
digerakkan karena tertimbun tanah, bukan ?".
Kwee Siang tertawa kecil.
„Tidak, kita masih hidup!" kata Kwee Siang cepat.
„Bukankah kita masih bisa bernapas ? Dan masih dapat bercakap2
? .Kita hanya tertahan oleh pihak Tiauw Pang dan
berada dalam keadaan tertotok, sehingga tubuh kita tidak bisa
bergerak".
Mendengar perkataan Kwee Siang hati Yo Him jadi agak
lega.
„Lalu..lalu mengapa keadaan di sekeliling kita ini gelap
sekali ? Semula aku menduga bahwa kita telah berada dalam
tanah atau dineraka...!"
kata Yo Him lagi. „Dan...di mana paman Phang ?”.
„Kita dikurung didalam, ruangan yang rapat dan tidak
memiliki sinar sedikit pun juga, kita berada dalam ruangan
tawanan, maka dari itu, kita harus berusaha meloloskan diri.
Sedangkan paman Phang mu dalam keadaan pingsan, karena
telah dirubuhkan ketua Tiauw Pang itu...! Yang terpenting
bagaimana aku bisa membuka totokan ditubuhku...jika
totokan ditubuhku bisa dibuka, aku bisa memikirkan lebih
lanjut cara bagaimana kita bisa meloloskan diri...!".
„Apakah aku tidak bisa membuka totokan ditubuhmu, encie
Siang ?" tanya Yo Him.
„Kau ?" dan Kwee Siang berdiam sejenak, tampaknya dia
tengah berpikir keras.
Tetapi kemudian dia telah berseru girang.
„Adik Him ! Kita akan tertolong !" teriaknya. „Kau bisa
membuka totokan di tubuhku mempergunakan jalan
pernapasanmu yang aneh itu .! Kini engkau harus berusaha

membuka totokan ditubuhmu sendiri dulu, kau turuti
petunjukku !”
“Baik encie Siang !” menyahuti Yo Him, yang juga ikut
girang.
Setelah itu, Kwee Siang berkata dengan suara yang tidak
begitu keras karena dia kuatir di luar ruangan kamar tahanan
itu adda anak buah Tiauw Pang.
„Kau salurkan pernapasanmu kejalan darah Wie-cing-hiat
didekat pundakmu.!” kata Kwee Siang memberikan
petunjuknya bagaimana Yo Him harus menyalurkan jalan
pernapasannya untuk membuka totokan ditubuhnya.
Yo Him menuruti dia merasakan pundaknya ngilu.
“Pundakku ngilu dan sakit sekali !”
Kata Yo Him memberitahu keadaannya itu.
“Biar ... tidak apa? engkau tahan dulu!" Kata Kwee Siang.
“Sekarang engkau salurkan pernapasanmu itu ke jalan
darah Hai-tiong-hiat, lalu memutar setengah lingkaran, tiga
dim dari Hai Tiong-hiat, yaitu kejalan darah Pie liahg hiat".
Yo Him menuruti terus petunjuk2 yang diberikan Kwee
Siang.
Setelah dia menyalurkan pernapasannya sampai kejalan
darah Pie liang hiat, seketika itu juga terasa hawa hangat
bergolak diperutnya.
Kuat sekali golakan hawa panas itu. seperti juga bola api
yang ber-putar2 dan semakin lama jadi semakin panas juga.
Yo Him segera memberitahukan keadaan nya itu kepada
Kwee Siang.
„Cepat kau salurkan jalan pernapasanmu kejalan darah
Sim-touw-hiat...!" perintah Kwee Siang, nada suaranya girang
bukan main. Yo Him menuruti.

Dan seketika itu juga Yo Him merasakan bola api yang
panas didalam perutnya itu seperti buyar dan sekejap mata
saja dia sudah terlepas dari totokan yang dilakukan oleh Ciong
Lam Cie, karena dia telah berhasil menggerakkan kaki dan
tangannya.
Rupanya tenaga totokan itu telah buyar oleh kekuatan
napas dari Yo Him.
Segera YoHim bangkit, dia jalan me raba2
“Kau dimana encie Siang ?" tanya Yo Him .
„Ya, kekanan, aku berada disini, dua langkah lagi !" kata
Kwee Siang memberitahukan nya.
Harus diketahui, jika Yo Him memang tidak memiliki latihan
mata, sedangkan Kwee Siang justru telah terlatih matanya,
walaupun berada dalam ruangan yang sangat gelap pekat, dia
masih bisa melihat cukup jelas.
Yo Him menuruti petunjuk Kwee Siang maka dia bisa
sampai disamping sigadis.
„Kini per-tama2 engkau harus menotok jalan darah Baosiang
hiatku. .!"
Kata Kwee Siang. „Cepat, jangan ragu2...!”
Memang Yo Him jadi ragu2, karena dengan menotok tubuh
si gadis berarti tangannya akan bersentuhan dengan tubuh
sigadis.
Tetapi dibentak begitu oleh Kwee Siang, Yo Him jadi tidak
ragu2 lagi, dia telah menggerakkan tangannya untuk menotok
jalan darah Ban Siang Hiat Kwee Siang.
„Ya, tepat totokanmu itu, kini hati2, engkau harus menotok
yang tepat jalan darah Bun Cie Hiat, tiga dim dipinggul,
jangan meleset, karena terpisah satu dim terdapat jalan darah
Bian-to-hiat, jalan darah yang bisa mematikan...!".

Yo Him melaksanakan perintah Kwee Siang dengan hati2.
Dia memang telah mengerti letak jalan darah, karena waktu
Kwee Siang mengajari dia dasar2 ilmu lwekang, dia telah
memperoleh petunjuk mengenai letak jalan darah itu.
Sebagai seorang anak yang cerdas sekali, maka Yo Him
bisa mengingatnya dengan baik letak jalan darah itu.
Setelah itu, Kwee Siang memberi petunjuk lagi agar Yo Him
menotok beberapa jalan darah lainnya.
Yo Him melakukannya dengan tepat sekali.
Waktu Yo Him terakhir kali menotok jalan darah Sung-kohiat
didekat pundak sigadis. maka Kwee Siang telah dapat
melompat bangun.
„Ya, bebaslah kini aku dari totokan orang she Ciong itu i"
kata Kwee Siang.
Yo Him juga jadi girang, tetapi belum lagi Yo Him sempat
.ber-kata2, Kwee Siang telah berkata kepadanya : „Adik Him
engkau tentu heran bukan, mengapa aku yang memiliki
kepandaian yang tinggi tidak bisa membuka sendiri totokan
ditubuhku, sedangkan engkau yang belum memiliki
kepandaian yang berarti telah bisa membuka totokanmu itu
sendiri ?".
„Benar, encie Siang ...!" seru Yo Him dia memang heran,
mengapa justru tadi Kwee Siang mengetahui dan memberikan
petunjuk kepadanya agar jalan pernapasannya itu disalurkan
dari jalan darah yang satu kejalan darah yang lainnya, tetapi
mengapa Kwee Siang tidak bisa membuka sendiri jalan
darahnya yang tertotok itu.
„Sesungguhnya, disini letak kemujijatan dari kekuatan
tenaga dalammu yang luar biasa itu...!" berkata Kwee Siang.
„Seperti engkau juga telah mengetahui bahwa engkau telah
memperoleh kekuatan lwekang yang hebat sekali, lwekang

yang mengandung kemujijatan. sehingga bisa memukul balik
kembali setiap
tenaga yang menghantam ketubuhmu, karena otot dan
jalan darah utamamu itu akan bekerja begitu diserang dari
luar. Maka aku jadi yakin bahwa engkau bisa membuka sendiri
totokan di tubuhmu dengan mempergunakan pernapasanmu
yang aneh itu...! Dan dugaanku ternyata tepat, engkau
berhasil ! Bahkan dengan totokan2 jari tanganmu itu, yang
mengandung lwekang yang mujijat itu, engkau telah, berhasil
menolongku ! Maka dari itu, ini telah membuktikan bahwa
engkau memiliki lwekang yang dahsyat sekali, sayangnya
engkau belum mengetahui cara untuk menyalurkannya ! Jika
memang nanti kita telah berhasil meloloskan diri dari orang2
Tiauw Pang,. dan telah bertemu dengan ayahmu, kita mencari
tempat yang sepi, aku akan memberikan petunjuk2-
kepadamu, begitu pula engkau boleh meminta petunjuk
ayahmu “jika saja engkau mengetahui cara2 untuk menguasai
dan mengendalikan pernapasanmu tentu engkau akan
memiliki suatu kekuatan yang sulit dilawan..!' Yo Him jadi
girang sekali.
„Terima kasih encie.,.!." katanya.
“Walaupun aku memiliki lwekang yang tinggi, tetapi
lwekangku itu saja, tidak mempunyai kemujijatan yang seperti
engkau miliki, aku memperoleh lwekangku ini berkat latihan,
maka walaupun aku telah mengerahkan lwekangku itu untuk
membuka totokan Ciong Lam Cie, kenyataannya aku gagal,
karena totokan orang she Ciong itu sangat aneh sekali ! Tetapi
dengan lwekangmu yang aneh dan sangat mujijat itu, ternyata
totokanku dapat digempur buyar ...!".
Mendengar keterangan yang diberikan oleh Kwree Siang,
tentu saja telah membuat Yo Him jadi bertambah girang.
Kemudian tampak Kwee Siang telah berkata lagi : „Mari kita
melihat keadaan paman Phang-mu itu ...!!".

Yo Him baru teringat kepada Phang Kui In, kembali
perasaan kuatir menguasai dirinya. Dengan dituntun oleh
Kwee Siang, Yo Him diajak menghampiri Phang Kui In.
Saat itu mata Yo Him juga telah terbiasa di tempat gelap,
sehingga dia bisa melihat samar2 paman Phang-nya itu
menggeletak dilantai tanpa bergerak,
Kwee Siang telah berjongkok, dia telah memeriksa keadaan
Phang Kui In.
,,Hemmm, paman Phangmu telah terluka di dalam, urat
besar didada kirinya, yaitu urat besar Bian-tiang-hiatnya, telah
tergeser....!” menjelaskan Kwee Siang setelah memeriksa
tubuh Phang Kui In.
Yo Him jadi tambah berkuatir, hampir saja dia menangis
karena bingung,
Disaat itu Kwee Siang telah sibuk menguruti tubuh Phang
Kui In, dan dia berusaha, mengembalikan urat besar didada
kiri Phang Kui In yaitu urat besar Bian-tiang-hiatnya. keposisi
yang semula.
Tetapi pekerjaan itu tidak mudah dan urutan tangan Kwee
Siang tidak sanggup menggeser urat itu dengan baik.
Tiba2 Kwee Siang telah teringat sesuatu, dia mengeluarkan
seruan tertahan yang perlahan sekali.
Yo Him jadi terkejut.
Tadi dia dengan tegang sedang memandangi Kwee Siang
yang sibuk menguruti dada paman Phangnya itu, dan dia jadi
terkejut ketika melihat Kwew Siang mengeluarkan suara
seruan tertahan seperti itu.
“Ada apa encie Siang?'" tanya Yo Him dengan berkuatir
sekali.
“Hemm, rupanya paman Phang-mu ini bisa ditolong oleh
kau pula, adik Him!!" kata Kwee Siang. Dengan lwekangmu

yang mujijat itu urat besar itu bisa dikembalikan keposisinya
yang semula.”
Mendengar itu tentu saja Yo Him jadi sangat girang, dan
dia mengiyakan berulangkali.
“Cepatlah encie Siang bagaimana caranya aku bisa
menolong paman Phang, tolong kau beritahukan kepadaku !”
kata Yo Him tidak sabar.
“ tenang, tidak akan terlambat, walaupun terluka akibat
tergesernya urat besar didada kirinya, namun paman
Phangmu itu tidak mengalami ancaman kematian.....jangan
membuat suara berisik, nanti menarik perhatian anak buah
dari orang she ciong itu ...!".
Yo Him meleletkan lidahnya, dia baru teringat bahwa
mereka memang sedang berada dikamar tahanan musuh,
maka dia telah menutup mulut tidak ber-kata2 lagi.
Sedangkan Kwee Siang telah memberikan petunjuknya, dia
meminta kepada Yo Him agar duduk didekat tubuh Phang Kui
ln, duduk disebelah kanannya.
Dengan suara yang perlahan sekali Kwee Siang
memberikan petunjuk2nya apa yang harus dilakukan oleh Yo
Him. Jalan darah yang harus ditotok oleh Yo Him ternyata
banyak jumlahnya, karena setiap kali Kwee Siang
menyebutkan nama jalan darah yang harus ditotok di tubuh
Phang Kui In, Yo Him harus menotok dengan mempergunakan
tenaga mujijatnya. “Sie-tung-hiat, Mie-ko-hiat, urut perlahan
jalan daerah Liu-bong-hiat, kemudian totok lagi jalan darah
Kie-mui-hiat didekat lutut, kau harus mengurut jalan darah
Ma-siang-hiat, dan kini urutlah jalan darah Lu-cing Hiat ... ".
Begitulah Kwee Siang telah menyebutkan terus menerus
jalan darah yang harus ditotok oleh Yo Him. jumlah jalan
darah yang harus ditotok oleh Yo Him ditubuh Phang Kui In
ternyata sangat banyak jumlahnya.

Peluh yang besar2 telah memenuhi kening dan tangan Yo
Him, keringat itu menunjukkan bahwa Yo Him telah lelah
sekali. Tetapi Kwee Siang menyadari bahwa pertolongan yang
tengah diberikan kepada Phang Kui In tidak boleh tertunda,
karena jika sampai tertunda, berarti akan menyebabkan
bahaya yang tidak kecil untuk Phang Kui In, karena jalan2
darah yang telah terbuka itu akan kemasukan hawa kotor
yang belum lagi dilenyapkan. Maka dari itu Kwee Siang
meneruskan petunjuknya tanpa memperdulikan bahwa Yo Him
telah lelah sekali.
Yo Him juga menguatkan hatinya untuk dapat melakukan
terus tugasnya, demi keselamatan paman Phangnya ini.
Walaupun kepalanya mulai pusing dan juga matanya mulai
ber-kunang2, tetapi Yo Him tidak berani beristirahat. Setiap
kali Kwee Siang menyebutkan jalan darah yang harus
ditotoknya, segera juga Yo Him melakukannya dengan cepat.
Setelah menotok lebih dari seratus jalan darah di tubuh
Phang Kui In, barulah orang she Phang itu menggeliat
perlahan dan tersadar dari pingsannya, terdengar dia
mengeluarkan suara keluhan pendek.
„Phang Susiok !" berseru Yo Him gembira melihat paman
Phangnya telah tersadar,
„Sssttt !" Kwee Siang memperingati Yo Him agar tidak
menimbulkan suara berisik, karena bisa menarik perhatian
orang diluar kamar tahanan ini, berarti mereka bisa celaka,
karena mereka bertiga dalam keadaan yang lemah.
Yo Him juga menyadari bahaya yang bisa timbul oleh
kecerobohannya itu, maka anak ini teiah meleletkan lidahnya
dengan sikap yang lucu, sehingga mau atau tidak Kwee Siang
ikut tersenyum oleh sikap anak itu.
„Ayo kita mulai lagi membersihkan pengaruh kotor ditubuh
paman Phangmu, masih ada puluhan jalan darah lagi yang
harus ditotok olehmu...!” kata Kwee Siang yang kemudian

menyebutkan satu persatu jalan darah yang harus ditotok oleh
Yo Him dengan mempergunakan tenaga mujijat yang ada
padanya.
Keadaan seperti itu berlangsung terus sampai beberapa
saat lamanya, dan tampak Phang Kui In telah tersadar dari
pingsannya dan dia telah berhasil menggerakkan tubuhnya,
berusaha untuk duduk.
Yo Him dan Kwee Siang yang melihat telah cepat2
mengulurkan tangan mereka, untuk membantu paman Phang
tersebut duduk dengan tubuh yang masih lesu.
,.Phang Susiok, akhirnya kau bisa diselamatkan juga !" kata
Yo Him sambil tersenyum.
„Ya, kau juga harus merasa berterima kasih pada Kwee
Liehiap, karena Kwee Liehiap yang telah menyelamatkan kita.
Coba kalau tidak ada Kwee Liehiap, bukankah berarti aku akan
menemui bencana dan meninggal, dan engkau pun akan terus
dalam keadaan tertotok tidak berdaya.......?”
„Tunggu dulu Phang Lo-enghiong, bukan aku yang telah
menolongimu... justru aku pun telah ditolong oleh seseorang
...! kata Kwee Siang cepat memotong perkataan orang she
Phang itu.
Phang Kui In jadi tertegun, dia memandang dengan sorot
mata terkejut, katanya dengan ragu2 : „Ada seorang pendekar
sakti lainnya yang telah menolongi kita ?":
Kwee Siang mengangguk.
„Ya, Phang Lo-enghiong dan Siauw-moy (aku) telah
ditolong oleh Yo Him...!" menjelaskan Kwee Siang.
„Hah ?" tentu saja Phang Kui In jadi tambah terkejut.
„Yo Him per-tama2 membuka totokan ditubuhnya menurut
ilmu tenaga dalam seperti yang kuberikan, kemudian setelah
berhasil membebaskan dirinya dari totokan, barulah dia

membuka totokan ditubuhku dengan mudah lalu menotok pula
jalan darah jalan darah Phang Lo-enghiong, sehingga kita jadi
dapat selamat dari pengaruh totokan si jahat she Ciong itu!"
„Sungguh luar biasa dan sulit bisa dipercaya !" kata Phang
Kui In sambil geleng2kan kepalanya mengawasi kearah Yo
Him, bagaikan ada sesuatu yang telah menakjubkan hatinya.
Yo Him mengangguk, katanya ; „Benar Phang Susiok, tadi
Ciecie Siang telah memberikan petunjuk2nya, jalan darah
yang mana harus ditotok olehku menurut encie Siang aku
memiliki lwekang yang mujijat, yang melebihi lwekangnya
sendiri yang telah dilatihnya selama belasan tahun ! Menurut
Encie Siang bahwa di tubuhku terdapat suatu keistirnewaan
pada jalur2 jalan darahku".
Setelah tertegun sejenak lagi, tiba2 Phang Kui In tertawa
ber-gelak2 dengan keras.
Untung saja Kwee Siang bergerak cepat. Gadis ini terkejut
sekali waktu melihat Phang Kui In tertawa keras, tanpa pikir
panjang lagi Kwee Siang telah mengulurkan tangannya
membekap mulut jago she Phang itu.
„Hati2 Phang Lo-enghiong”. Kita bisa celaka, suara
tertawamu itu bisa memancing kedatangan lawan...!" Kwee
Siang telah memperingati.
Phang Kui In jadi terkejut, dia baru teringat bahwa diri
mereka tengah berada dalam kekuasaan musuh. Maka dari itu
dengan penuh penyesalan Phang Kui In mengangguk.
Sedangkan Kwee Siang telah menarik pulang tangannya
kembali.
„Sekarang yang perlu kita pikirkan", kata kwee Siang lagi,
tindakan apa yang harus kiia lakukan untuk meloloskan diri
dari tangan orang she Ciong itu ?".
Phang Kui In juga tampaknya bingung sekali.

,,Ciong Lam Cie memiliki kepandaian yang tinggi dan diatas
kepandaian kita tampaknya tidak mudah kita melarikan diri
dari jaringan anak buahnya yang berjumlah cukup banyak dan
juga masing2 memiliki kepandaian yang tinggi. Maka kita tidak
boleh berlaku ceroboh, sekali saja mereka mengetahui kita
sudah terbebas dari tolokan mereka dan juga sekali saja
mereka mengetahui kita akan melarikan diri, tentu diri kita
akan dianiaya lebih berat dan lebih menyakitkan. Atau
kemungkinan juga kita bertiga akan dibinasakan.”
“benar Phang Loenghiong akupun berpikir begitu, kita
harus merencanakan sebaik mungkin cara yang terbaik untuk
bisa meloloskan diri dari tangan orang she Ciong itu !.”
„Atau kita pecahkan dinding kapal ini untuk menerobos
keluar, kedalam air laut dan berenang meninggalkan kapal ini
?” Phang Kui In telah memberikan sarannya.
,,Bagaimana jika kita sekarang ini sedang berada ditengah
lautan yang jauh dari daratan. bukankah berarti kita
membinasakan jiwa kita sendiri, membunuh diri dengan cara
seperti itu ?" bantah Kwee Siang.
Phang Kui In jadi tertegun lagi memandang kosong dalam
kegelapan seperti itu.
„Memang serba sulit...!" menggumam Phang Kui In
kemudian dengan suara yang perlahan, seperti juga dia
tengah berkata kepada dirinya sendiri.
„Ya dalam hal ini kita seperti juga terjepit dalam dua
pilihan. Pertama, kita membiarkan berdiam diri saja ditawan
oleh orang she Ciong itu dan kita lihat apa yang
dikehendakinya nanti...atau kita menempuh bahaya mengadu
untung menjebolkan dinding perahu ini dan kemudian
berenang keluar...!” setelah berkata begitu, Kwee Siang
menghela napas berulang kali.

Phang Kui In bertiga jadi bingung juga dan mereka serba
salah dalam menentukan sikap dan langkah2 bagaimana yang
harus mereka ambil.
Waktu itu tampak Yo Him telah berkata dengan suara yang
ragu2
“Bagaimana jika kita mengadu nasib dengan menjebolkan
dinding kapal dan berenang keluar ? Bukankah dengan
langkah demikian kita masih. memiliki harapan kalau2
sekarang ini kapal tengah berlayar dan berada tidak jauh
dengan daratan ?".
Phang Kui In dau Kwee Siang tidak segera menyahutinya,
mereka telah saling pandang sejenak kemudian terdengar
Kwee Siang berkala : „Ya, itupun memang cukup baik. Lebih
baik kita binasa di lautan dari pada kelak kita akan diperhina
terus menerus oleh Ciong Lam Cie, si cebol itu ...!".
Phang Kui In melihat Kwee Siang telah menyetujui untuk
mengambil jalan merusak dinding kapal dan menerobos keluar
berenang di lautan, diapun mengangguk.
„Ya, aku pun lebih condong mengambil jangkah yang
seperti itu ...!” katanya.
Phang Kui In kemudian berunding dengan Kwee Siang,
tindakan apa yang per-tama2 harus mereka lakukan. Dan
siapa yang harus memecahkan dinding kapal itu. ..Yang jelas,
kita harus merusak dinding kapal tanpa bersuara. Jika kita
menghajarnya dengan kekerasan dan suara gaduh itu
terdengar oleh anak buah Ciong Lam Cie, kemungkinan besar
rencana kita akan gagal sama sekali..!".
Phang Kui In mengangkat tangan kanannya
memperlihatkan ibu jari tangannya, memuji akan kecerdasan
dan ketelitian dari jago wanita she Kwee ini.
„Aku akan memukul dengan serangan Pukulan Kapas,
sehingga pukulan itu waktu tiba dikayu dinding kapal ini, tidak

menimbulkan suara yang berisik, tetapi kayu dinding kapal
akan rusak hancur karenanya !".
Phang Kui In hanya mengangguk saja, karena dia
menyadari walaupun usia Kwee Siang masih muda, tetapi dia
memiliki kekuatan yang boleh diandalkan dan kecerdikan yang
bisa di puji tinggi.
Kwee Siang duduk menghadapi dinding kapal, dia duduk
dengan sikap yang tegak, kedua tangannya diangkat perlahan2
sambil menarik napas dalam2. Kemudian dengan
perlahan dia memukul kedepan, seperti juga mengusap
dinding kapal itu karena perlahannya pukulan tersebut. Lalu
dia mengeluarkan suara siulan yang nyaring, disertai suara
'krekk!' pecahnya dinding kapal dalam lingkaran yang besar,
setombak lebih. Air juga telah berhamburan menerobos
masuk, mengejutkan Phang Kui In dan Yo Him, tubuh Kwee
Siang sendiri telah terdorong oleh serbuan air itu, sampai
terguling. Tetapi pendekar wanita ini memiliki kegesitan, cepat
sekali dia telah berhasil untuk menguasai diri.
„Biarkan air itu masuk dulu sampai memenuhi ruangan ini,
sehingga kita menyelam dan berenang keluar tanpa perlu
menghadapi terjangan air...!" kata Kwee Siang.
Phang Kui In mendengar itu memuji akan kecerdikan
sigadis, karena memang jika mereka berusaha keluar disaat
itu juga, berarti mereka harus melawan terjangan air yang
menerobos masuk kedalam ruangan, tenaga air sangat kuat
dan mereka tidak mungkin berhasil menerobos keluar. Tetapi
jika air mulai menggenangi kamar itu dan tinggi air didalam
ruang bawah kapal itu telah melewati tepian lobang didinding
kapal, mereka bisa berenang keluar tanpa perlu diterjang oleh
air pula.
Saat itu juga telah terdengar suara berisik diatas kapal,
rupanya suara siulan Kwee Siang yang nyaring dan juga suara
air yang menerobos masuk ke ruangan dalam kapal dengan
cepat dan keras, telah menyebabkan anak buah Ciong Lam Cie

jadi terkejut dan mereka ter-gesa2 berlari untuk melihat
ruangan dibawah, dari arah mana suara berisik itu datang.
Alangkah terkejutnya anak buah Ciong Lam Cie waktu
melihat ruangan bawah itu telah digenangi penuh air laut, dan
mereka ber teriak2 dengan suara yang keras : „Tawanan
melarikan diri ! Tawanan melarikan diri ! Dan dinding kapal
telah di rusaknya ! Kapal kita akan segera tenggelan !!"
Teriakan itu datangnya sangat keras sekali, karena yang berteriak2
itu lebih dari belasan anak buah Ciong Lam Cie yang
tengah diliputi perasaan panik bukan main.
Saat itu Phang Kui In bertiga dengan Yo Him dan Kwee
Siang telah berenang keluar dari liang didinding kapal itu.
Memang mereka tidak menemui rintangan dan juga tidak
terhalang oleh terjangan air yang menerobos masuk, karena
air itu telah menerobos masuk menggenangi lebih dari tepian
diatas lobang yang dibuat oleh Kwee Siang.
Dengan menggendong Yo Him, Phang Kui In berenang
dengan cepat.
Kwee Siang juga mengikuti dari belakang, pendekar wanita
ini memang pandai berenang, maka dalam waktu yang cepat
sekali mereka telah berenang meninggalkan kapal itu sejauh
puluhan tombak.
Kwee Siang berenang mendahului Phang Kui In dan Yo
Him, dia menggerakkan tangan kanannya menunjuk kearah
kanan, menganjur kan agar Phang Kui In berenang kearah
kanannya.
Phang Kui In mengerti apa yang dikehendaki oleh sigadis,
maka dia berenang kearah kanan, arah yang berlawanan
dengan kapalnya Ciong Lam Cie.
Sedangkan kapal yang telah kemasukan air itu mulai
tenggelam, membuat anak buah Ciong Lam Cie jadi panik
sekali. Begitu juga Ciong Lam Cie sendiri jadi marah dan
penasaran, tetapi dia menyadarinya bahwa dirinya tidak bisa

mengumbar kemarahan hatinya, yang terpenting adalah
menyelamatkan kapalnya dari ketenggelaman itu.
Kurang lebih empat puluh anak buah Ciong Lam Cie segera
bekerja. Mereka telah menerobos keruangan bawah yang
telah digenangi air, kemudian dengan cepat mereka
menambal lobang dinding kapal itu dengan kain2 yang tebal,
ditambah dengan kayu yang dipantekan untuk menutupi
lobang tersebut. Beberapa orang diantara mereka segera
mempergunakan gayung yang ber ukuran besar menyendoki
air yang telah masuk kedalam kapal untuk dibuang kelaut
kembali.
Cukup lama juga mereka bekerja, namun akhirnya mereka
bisa juga menyelamatkan kapal mereka dari karam yang
cukup mengerikan.
Ciong Lam Cie telah perintahkan anak buahnya untuk
mencari Phang Kui ln bertiga. Belasan anak buah Ciong Lam
Cie telah menurunkan beberapa buah perahu kecil, dan
dengan mempergunakan perahu kecil itu mereka berkeliling
disekitar kapal mereka mencari jejak Phang Kui In bertiga.
Mereka yakin bahwa Phang Kui In bertiga tidak bisa
melarikan diri terlalu jauh. Dan mereka bertiga juga tidak
mungkin menyelam terus menerus, walaupun bagaimana
mereka tentu akan muncul kepermukaan air mengambil udara
segar.
Tetapi walaupun belasan orang anak buah Ciong Lam Cie
telah berputar2 sekian lama. Ketiga orang buruan mereka itu
tidak juga terlihat batang hidungnya.
Akhirnya dengan penuh kemendongkolan dan kemarahan
dihatinya, Ciong Lam Cie memanggil pulang anak buahnya itu.
Mereka meneruskan perjalanan dengan cepat. Betapa
kecewanya Ciong Lam Cie karena ketiga tawanan itu
sesungguhnya merupakan tawanan penting bagi nya seTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tidak2nya Yo Him tentunya bisa dipergunakan untuk
memancing kedatangan Sin Tiauw Taihiap Yo Ko.
Tetapi kini ketiga orang tawanannya itu berhasil 'terbang'
dari telapak tangannya. Namun Ciong Lam Cie masih terhibur
juga bahwa dia telah mengetahui Yo Ko memiliki seorang
putera, yaitu Yo Him. Maka kelak jika me reka telah berada
didaratan, Ciong Lam Cie akan menyebarkan anak buahnya
yang umumnya memiliki kepandaian tinggi, untuk mencari Yo
Him.
Waktu itu tampak kapal Ciong Lam Cie berlayar beriringan
dengan cepat sekali. Tetapi baru saja mereka berlayar tidak
jauh, air laut bergolak dan ber-putar2 cepat, bagaikan ada
angin topan yang menerjang, kapal sulit untuk dikendalikan.
Air laut yang ber-putar2 itu kuat bukan main, untung, saja
Ciong Lam Cie dan anak buahnya telah mengenal sifat2 air
laut, mereka telah terbiasa menghadapi berbagai mara bahaya
dilautan, maka mereka tidak menjadi gugup dan telah
mempergunakan cara yang cukup baik guna menguasai kapal
mereka itu dari terjangan gulungan air laut. Seluruh anak
buahnya dikerahkan, dan kapal telah berlayar dengan pesat
sekali.....
PHANG KUI IN bertiga wakiu berenang dari liang dinding
kapal yang dilobangi oleh Kwee Siang merasakan mereka tidak
mungkin menyelam terus menerus didalam air. Se tidak2nya
mereka tentu harus sering2 muncul di permukaan air
Terlebih lagi Phang Kui In yang menggendong Yo Him
dipunggungnya, dia membutuhkan udara segar untuk
menambah kekuatan tenaganya
Mereka be-runtun2 telah dua kali muncul di permukaan air
laut dan melihat sekeliling mereka hanya tampak air laut yang
ke-biru2an dan luas sekali. Hal itu memperlihatkan bahwa
mereka berada ditengah lautan dan sulit untuk mengharapkan

bisa bertemu dengan daratan. Phang Kui In jadi mengeluh
tanpa di kehendakinya, karena dengan berada ditengah lautan
seperti itu tentu saja mereka tidak memiliki harapan untuk
hidup terus. Karena mereka hanya sanggup bertahan hidup
beberapa saat lagi dan kemudian mereka akan kehabisan
tenaga dan mati tenggeiam.
Kwee Siang juga menyadari bahaya yang mengancam jiwa
mereka bertiga.
Jika saat itu mereka berhasil dua kali muncul di permukaan
air, berarti mereka memang masih memiliki kesempatan itu,
sebab anak buah Ciong Lam Cie tengah sibuk mengurusi
tubuh kapal mereka yang berlobang, dan sedang berusaha
mencegah kapal mereka tenggelam.
Namun jika anak buah Ciong Lara Cie telah berhasil
menguasai keadaan, dan juga telah berhasil menambal
dinding kapal yang bocor itu, tentu mereka akan melakukan
pengejaran, berarti merekapun akan menghadapi bahaya tidak
kecil.
Waktu ketiga orang ini tengah diliputi perasaan yang tidak
keruan, yaitu perasaan sedih, penasaran dan marah, karena
disebabkan Ciong Lam Cie maka mereka jadi terancam bahaya
yang tidak kecil ini, tiba2 sekali Kwee Siang mengeluarkan
suara seruan kaget.
Belum lagi lenyap suara seruannya itu. Phang Kui In juga
telah mengeluarkan suara seruan tertahan.
Yo Him jadi heran sekali, dia telah bertanya dengan penuh
kekuatiran :
“Ada apa Phang Susiok ?".
„Ada user2 air.....!" menjelaskan Phang Kui In.
Yo Him jadi terkejut juga, karena user2 air adalah air laut
yang menerjang dengan bergulung!, sama sifatnya dengan
gulungan angin topan.

Belum lagi Kwee Siang bertiga mengetahui apa yang harus
mereka lakukan dalam keadaan terancam seperti ini, tampak
air laut telah bergolak. Waktu Phang Kui In ingin meneriaki
Kwee Siang agar menyelam dan berenang kearah yang
berlawanan dengan user2 air laut itu, justru disaat itulah telah
menerjang kearah mereka suatu kekuatan memutar dan
menghisap mereka masuk kedalam lautan !.
Phang Kui In tidak sempat mengeluarkan teriakan,
tubuhnya telah terhisap dan ber-putar2. Tetapi Phang Kui In
merangkul sepasang kaki Yo Him kuat2, dia telah berusaha
untuk mempertahankan agar anak itu tidak terlepas dari
gendongannya. Siapa tahu user2 air itu hanya sebentar saja,
dan nanti mereka bisa menyelamatkan diri ?
Kwee Siang juga telah berseru keras berusaha
mengerahkan lwekangnya melawan daya menghisap dari
user2 air laut itu, namun Kwee Siang mana sanggup
menghadapi daya menghisap yang begitu kuat dari user2 air
laut !
Kwee Siang mengeluh pendek, sedangkan tubuhnya telah
tenggelam kembali Kedalam lautan, dan ber-putar2
memusingkan kepalanya.
Dia juga sudah tidak bisa melihat sesuatu, dia tidak
mengetahui bagaimana nasib Phang Kui In dengan Yo Him.
Dalam keadaan seperti inilah, tampak tubuh Kwee Siang
telah lemas tidak bertenaga, kerena dia telah pingsan dan
tubuhnya seperti juga sehelai daun yang ringan, di-putar2
oleh user2 air laut.
Lama juga terjadinya gulungan user2 air laut, dan disaat itu
juga dia sudah tidak mengetahui dirinya berada dimana,
karena dalam keadaan pingsan seperti itu, tubuhnya terseret
terus oleh air laut yang ber gulung2 itu.
Phang Kui ln memang hendak mempertahankan diri agar
tidak pingsan, dengan terus memegangi sepasang kaki Yo

Him, supaya anak itu tidak terpisah dari dirinya, namun
walaupun dia berusaha bagaimana kuatnya, tetap saja dia
tidak sanggup bertahan terus, karena akhirnya dia jatuh
pingsan, dan tidak bisa me megangi terus lagi kedua kaki Yo
Him yang juga telah pingsan lebih dulu sejak tadi.
Dengan pandangan mata yang gelap dan kepala pening,
Phang Kui In telah jatuh pingsan, dan tubuh mereka bertiga
telah dipermainkan oleh gulungan air, yang memiliki semacam
tenaga menghisap yang sangat kuat sekali, sehingga mereka
tidak mengetahui lagi apa yang terjadi pada diri masing2,
karena mereka sudah tidak sadarkan diri......
SEKUJUR tubuh Phang Kui In terasa sakit2 dan tulang2
disekujur tubuhnya seperti juga bercopotan terlepas dari
tubuhnya, tubuhnya seperti telah terpukul sesuatu yang keras.
dada, perut, pundak, siku tangan, kepalanya, semuanya
dirasakan sakit bukan main. tenaganya, juga seperti telah
lenyap dari tubuhnya, dia sudah tidak memiliki kekuatan lagi.
Dengan mengeluarkan suara erangan perlahan karena
kesakitan, tampak Phang Kui ln telah membuka matanya.
Per-tama2 yang dilihatnya adalah sinar matahari yang
sangat terang menyilaukan pandangab matanya,
menyebabkan Phang Kui In jadi memejamkan sepasang
matanya pula.
„Apakah aku telah mati,..? Apakah aku kini berada dineraka
?" berpikir Phang Kui In.
„Dan bagaimana nasib Kwee Liehiap dengan Yo Him ?”
Karena berpikir begitu, Phang kui ln telah membuka lagi
pelupuk matanya perlahan2 Walaupun cahaya matahari masih
seperti tadi dan menyilaukan, tetapi kenyataannya tidak begitu
memedihkan mata Phang Kui In lagi. Dia menggerakkan
tubuhnya, perasaan sakit segera menyelinap kesekujur

tubuhnya, sehingga Phang Kui In tidak berani menggerakkan
badan nya lagi, dia hanya berdiam diri rebah diatas tumpukan
pasir yang lembut sekali.
Phang Kui In sekarang baru mengetahui bahwa dia berada
ditepi pantai. Pasir2 putih yang lembut itulah menunjukkan
kepadanya bahwa dia tengah rebah ditepi pantai, Mungkin
user2 air telah melempar tubuh Phang Kui In terdampar
dipantai yang tidak dikenalnya ini.
Mata Phang kui In ber-gerak2 perlahan kekiri dan kanan,
men-cari2 barangkali Yo Him dan Kwee Siang pun berada
ditempat yang sama dengannya, terdampar di tepi pantai ini.
Tetapi dia kecewa. Dipasir tepi pantai itu tidak terlihat
lainnya selain dari kulit kerang dan pasir yang putih halus
lembut itu. tidak dilihatnya Yo Him dan Kwee Siang. Dia telah
menghela napas panjang, dia mengeluh sendirinya dan
perasaan kecewa jadi meliputi dihatinya.
Untuk apa aku hidup jika mereka berdua terbinasa ? Apa
artinya ? Bukankah justru yang terpenting adalah Him-jie,
yang harus bertemu dengan ayahnya ?. Mengapa justru
aku yang tetap hidup seorang diri. Sambil menggumam
begitu, Phang Kui In menghela napas dalam2. Dia jadi kecewa
dan malu, karena tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan
baik guna membawa Yo Him bertemu dengan ayah
kandungnya, yaitu Sin Tiauw Taihiap Yo Ko.
Phang Kui In telah menggeliat lagi perlahan dengan
menderita kesakitan tidak kepalang, dia merintih perlahan,
tetapi kemudian mengeraskan hati, dia telah bergerak terus
untuk duduk.
Akhirnya Phang Kui In berhasil duduk ditumpukan pasir
ditepi pantai itu, walaupun usahanya itu diliputi perasaan sakit
disekujur tubuhnya.
Dilihatnya sekelilingnya hanyalah pasir yang terbentang
luas dan juga hanya terlihat air laut yang sangat luas, dimana

gelombang air laut tengah menyambar2 dengan gelombang
kecil dan lembut. Suara air laut yang membentur batu2 karang
juga telah menyebabkan Phang Kui ln mengeluh, karena dia
segera memperoleh kenyataan bahwa hanya dia seorang diri
berada ditempat itu. tidak terlihat Yo Him maupun Kwee
Siang.
Setelah duduk diam beberapa saat sambil mengatur jalan
pernapasannya, Phang Kui In memandang kesekelilingnya, dia
telah mengawasi keadaan pulau dimana dia terdampar.
Pulau itu ternyata hanya sebuah pulau yang kecil tidak
terlalu besar, hanya ditumbuhi oleh pohon2 yang sedikit sekali
yang banyak hanya batu2 karang. Dan juga ketika Phang Kui
In menyusuri perlahan tepi pantai pulau itu dia melihat
keadaan disekitar tempat itu sunyi dan pulau ini tidak
berbukit.
Tetapi waktu Phang Kui In menghela napas dan ingin
memutar tubuhnya kembali ketempat tadi dimana dia
terdampar, tiba2 matanya melihat sesuatu diatas tumpukan
pasir ditepi pantai sebelah selatan. Dia melihat sesosok tubuh
yang rebah tidak sadarkan diri.
Untuk girangnya, Phang Kui ln segera mengenali sosok
tubuh yang tengah menggeletak diatas tumpukan pasir ditepi
pantai itu adalah Kwee Siang.
Dengan kegirangan yang me-luap2 dan tidak hentinya
mengucapkan syukur kepada Thian. Phang Kui In berlari
menghampiri tubuh Kwee Siang.
Tetapi baru saja dia berlari empat atau lima langkah,
tubuhnya telah terjungkel rubuh diatas tumpukan pasir, dia
juga mengeluarkan suara keluhan kesakitan dan meng-erang2
perlahan tanpa bisa segera bangkit berdiri lagi.
Rupanya dalam kegembiraan yang meluap seperti itu,
Phang Kui In lupa diri, dia lupa sama sekali, bahwa tubuhnya
sendiri masih lemah, disamping itu juga dia tengah menderita

sakit2 disekujur tubuhnya. Itulah sebabnya Phang Kui ln jadi
terguling rubuh diatas pasir.
Waktu itu, tampak Phang Kui In dengan mengerang
perlahan telah merangkak untuk bangun berdiri lagi. Kembali
dia gagal, dirasakan pinggangnya sakit bukan main, dia
merintih lagi dengan suara tidak jelas, untuk sejenak lamanya
Phang Kui In rebah diam tidak bergerak. Waktu dia merasakan
sakitnya mulai berkurang dan tenaganya telah pulih, Phang
Kui In bangun per-lahan2, dengan langkah satu2
menghampiri Kwee Siang, yang masih rebah disitu tanpa
bergerak.
Phang Kui In menghampiri Kwee Siang dan telah
memeriksanya dengan segera.
Dia jadi girang sekali waktu memperoleh kenyataan Kwee
Siang masih bernapas dan hanya pingsan saja. Segera
timbullah harapan di hati Phang Kui In bahwa Yo Him
tentunya terdampar di pulau ini juga.
Setelah melihat Kwee Siang tidak terluka dan jiwanya tidak
terancam bahaya apa2, sehingga dia bisa ditinggalkan
sementara waktu, untuk ia mencari Yo Him.
Dengan langkah yang tidak begitu cepat Phang Kui In
menyusuri tepi pantai itu.
Dia memandang sekeliling tempat yang dilaluinya, mencari2
dengan harapan Yo Him terdampar dipulau ini juga.
Tetapi setelah Phang Kui In mengelilingi pulau yang tidak
begitu besar, dia tidak berhasil menemui Yo Him.
„Ha", menghela napas Phang Kui In dengan suara yang
sedih. „Rupanya kami berdua, aku dan Kwee Siang saja yang
selamat, sedangkan Yo Him..." dan Phang Kui In tidak
meneruskan perkataannya itu. dia menunduk sedih dan dari
ujung kedua sudut matanya telah menitik turun butir2 air

mata yang bening, karena dia merasa kecewa dan sedih tidak
berhasil menemui Yo Him.
Disaat Phang Kui In tengah diliputi perasaan sedih, tiba2
dia mendengar sesuatu, suara ber keresek yang perlahan
sekali.
Tetapi sebagai seorang jago silat yang memiliki kepandaian
cukup tinggi dan juga pendengaran yang sangat tajam, Phang
Kui ln segera dapat menduga ada seseorang yang tengah
mengintainya di-dekat2 tempat itu.
Phang Kui In menarik napas dalam2, dia menyalurkan
pernapasannya, untuk memulihkan tenaganya. Karena dia
kuatir kalau2 orang yang tengah mengintainya itu yang
menimbulkan suara keresekan patahnya ranting2 yang
terpijak itu, melancarkan serangan kepadanya.
Dalam keadaan seperti itu, Phang Kui In telah melirik dari
arah mana datangnya suara berkeresek tadi. Didalam hatinya
ada sedikit harapan dan berdoa agar orang yang menimbulkan
suara berkeresek itu adalah Yo Him.
“Him-jie, engkaukah itu ...? “ Phang Kui In telah bertanya
ragu2.
Tidak terdengar jawaban. Phang Kui In jadi yakin bahwa
orang yang tengah bersembunyi itu tentunya bukan Yo Him.
Karena jika orang itu Yo Him, tentunya waktu ditegur begitu
olehnya. Yo Him akan keluar untuk memperlihatkan diri.
Tampak Phang Kui In telah mengayunkan langkahnya perlahan2
ingin meninggalkan tempat tersebut.
“ Krekk ...! “ kembali Phang Kui In mendengar suara
patahnya ranting kering yang terpijak sesuatu dibelakangnya.
Phang Kui In mengerutkan alisnya, tiba2 sekali dia
memutar tubuhnya.

Dengan berbuat demikian, orang yang dibelakangnya tidak
mungkin dapat bersembunyi lagi, karena Phang Kui In telah
memutar tubuhnya dengan cepat sekali. Namun waktu Phang
Kui In memutar tubuhnya, tetap saja dia tidak melihat seorang
pun manusia ditempat itu, hanya dia seorang diri. Angin laut
telah berkesiuran dengan lembut dan juga, di saat itu air
laut yang menerjang pantai mempermainkan pasir2 dipantai
yang lembut itu.
Phang Kui In jadi habis kesabarannya, dia telah berkata
dengan suara yang nyaring sekali : ,,Siapakah yang tengah
bersembunyi ? Jika memang bukan seorang Bu Beng Siauwcut
(Maling kecil tidak bernama), keluarlah perlihatkan diri dengan
berterang dan gagah, jangan main sembunyi2an seperti itu".
Suara Phang Kui In tidak memperoleh sahutan, hanya
suara itu saja yang menggema, di susul dengan suara
mendamparnya gelombang, laut yang menerjang batu2
karang ditepi pantai tersebut.
Phang Kui In jadi penasaran dan mendongkol, karena dia
merasa dirinya seperti dipermainkan oleh seseorang. Diulangi
kembali perkataannya tadi dengan seruan yang jauh lebih
keras dan kuat.
Tetapi Phang Kui In tetap tidak berhasil melihat seorang
lainnya pun, hanya suaranya itu yang kembali menggema.
Karena penasaran sekali, tampak Phang Kui In telah
melangkahkan kakinya menghampiri tepi hutan kecil yang ada
ditepi pantai itu untuk melikat apakah ditempat tersebut
bersembunyi orang yang telah mempermainkan dirinya,
Karena tadi telah mendengar suara berkeresek itu datangnya
dari hutan kecil itu.
Namun makin Phang Kui In telah sampai dihutan kecil itu,
dia tetap tidak melihat seorang manusiapun juga.
Hal ini membuat Phang Kui In jadi tambah binggung dan
heran sekali.

apakah aku telah bertemu dengan setan penunggu pulau
ini ?" katanya dengan suara perlahan, ditujukan untuk dirinya
sendiri.
,,Heran !” baru saja dia menyelesaikan kata2nya itu dia
telah mendengar suara mendehem mengejek dari arah
belakangnya.
Cepat dia memutar tubuhnya dengan gesit, dia telah
memandang sekelilingnya. Tetapi tidak dilihatnya seorang
manusiapun juga.
Keadaan disekitar tempat tersebut sunyi sekali tidak terlihat
ada seorang manusiapun. Hanya dikejauhan tampak tubuh
Kwee Siang yang masih menggeletak di pasir tepi pantai tanpa
bergerak, rupanya pendekar wanita itu dalam keadaan
pingsan.
„Benar2 aku bertemu dengan hantu !” berpikir Phang Kui In
didalam hatinya dengan perasaan takut mulai menyelinap
kedalam hatinya. ,,Jelas2 tadi aku mendengar suara orang
mendehem, yang datangnya dari belakangku, tetapi mengapa
sekarang tidak terlihat sesosok tubuhpun juga ? Sedangkan
keadaan ditepi pantai ini lapang dan luas, hanya terhampar
pasir belaka, tidak ada tempat yang bisa dipergunakan untuk
bersembunyi. Maka walaupun bagaimana sempurnanya
ginkang (ilmu meringankan tubuh) orang itu, tentu dia tidak
bisa 'lenyap’ begitu saja dalam waktu yang sangat singkat.
Siapakah orang yang pandai itu ? Atau memang benar2 hari
ini aku tengah dipermainkan oleh hantu penunggu pulau ini
?!!".
Setelah berpikir begitu, tampak Phang Kui In berjalan lagi
cepat2 menghampiri Kwee Siang.
Gadis itu masih menggeletak tidak sadarkan diri, dia masih
pingsan diam tidak bergerak. Maka Phang Kui In melupakan
larangan seorang pria menyentuh bagian tubuh wanita, dia

telah menotok beberapa kali jalan darah Kwee Siang untuk
menyadarkan gadis itu dari pingsannya.
Setelah dia menotok jalan darah Mie-lu hiat, Sie-tiang-hiat,
Tian-tan-hiat, dan Pai cing-hiat maka Kwee Siang merintih
perlahan dan membuka pelupuk matanya. Tetapi ketika dia
menggeliat menggerakkan tubuhnya, justru dia merasakan
kesakitan yang bukan main pada pinggang dan sekujur
tubuhnya, sehingga Kwee Siang mengeluarkan suara teriakan
kesakitan.
„Tenang liehiap !” kata Phang Kui In menghiburnya
“Perasaan sakit itu tidak lama lagi akan lenyap, karena kita
telah terbawa oleh user2 air laut yang kuat sekali, sehingga
menimbulkan sakit2 disekujur tubuh kita...!”.
Kwee Siang membuka matanya dan melihat Phang Kui In
tengah berjongkok di sampingnya dia telah berkata dengan
suara yang lemah : “Apakah kita masih hidup dan berada
didunia ?" tanyanya.
Phang Kui In mengangguk membenarkan.
„Ya, kita masih dilindungi Thian ...!" katanya dengan suara
yang berduka, karena Phang Kui In teringat kepada Yo Him
yang belum diketahui jejaknya.
Waktu itu, tampak Kwee Siang per-lahan2 menggerakkan
tubuhnya berusaha untuk duduk.
Phang Kui In melihat gadis itu meringis seperti menahan
sakit, cepat2 Phang Kui In telah memegang lengan sigadis,
membantunya untuk duduk.
Setelah bersusah payah menahan perasaan sakit
ditubuhnya, Kwee Siang bisa juga duduk. Dia memandang
sekelilingnya, kemudian mengucapkan terima kasihnya. Saat
itu dia seperti teringat sesuatu : „Mana adik Him ?” tanyanya
lagi. Phang Kui In telah menggeleng perlahan.

,,Hanya kita berdua yang terdampar dipulau ini ...!” dia
menjelaskannya.
„Aku tadi telah mengelilingi pulau ini, tetapi tidak berhasil
menemui Him-Jie !”.
Mendengar perkataan Phang Kui In sampai disitu, tiba2
Kwee Siang menangis dengan sedih.
„Adik Him ternyata harus menerima nasibnya yang buruk
itu...! Mengapa justru kita berdua yang selamat dan adik Him
tidak ?” dan kembali Kwee Siang telah menangis dengan suara
yang keras sekali.
Phang Kui In juga ikut bersedih, tetapi dia masih bisa
mengendalikan goncangan hati dan kesedihannya, dia
menghibur Kwee Siang agar menghentikan tangisnya.
,,Nanti kita mencarinya lagi, siapa tahu kita bisa menemui
Him-jie...tadi aku mengelilingi pulau ini hanya terbatas ditepi
pantainya saja, nanti kita memasuki hutan itu untuk mencari
kembali jejak Him-jie...!".
Kwee Siang mengangguk dan dia telah mengiyakan sambil
menyusut air matanya.
Kemudian Phang Kui In telah berdiri, baru saja dia ingin
mengatakan sesuatu kepada Kwee Siang, telinganya yang
tajam, kembali telah mendengar suara patahnya ranting
kering dan langkah2 kaki yang perlahan.
Muka Phang Kui In jadi berobah, dia melirik kepada Kwee
Siang, dan dia meiihat wajah sigadis juga telah berobah,
ternyata Kwee Siang juga telah mendengar suara ranting
patah itu.
„Ada orang-..,!" kata Kwee Siang dengan suara yang
berbisik dan memandang kepada Phang Kui In.
„Ya .!" mengangguk Phang Kui In dengan suara yang
perlahan juga, membenarkan perkataan sigadis. „Aku telah

mendengarnya sejak tadi, tetapi aku tidak berhasil menemui
seorang manusiapun juga”.
„Siapakah orang itu ! Musuh atau kawan ?” menggumam
Kwee Siang.
„Entahlah kita lihat saja nanti, karena orang itu main
sembunyi2 tidak memperlihatkan diri”
Kwee Siang menghela napas. Dia menyadari, dengan
mendengar dari suara langkah kaki yang ringan dan dapat
lenyap dengan cepat, berarti orang itu telah memiliki ginkang
yang sangat tinggi sekali. Maka Kwee Siang telah mengawasi
lagi kesekelilingnya.
Waktu itu Phang Kui In telah mengeluarkan suara siulan
yang sangat nyaring.
„Wahai orang yang bersembunyi itu, keluarlah
memperlihatkan dirimu ! Bukan perbuatan seorang hohan
dengan main sembunyi seperti itu !“
Suara Phang Kui In telah menggema disekitar tempat itu.
mengema menggetarkan keadaan disekitar pantai tersebut.
Namun tetap saja orang yang tengah mempermainkan dirinya
itu tidak mau memperlihatkan dirinya.
Baru saja dia ingin berteriak pula, disaat itulah terdengar
suara “hmm!” dari arah belakangnya,
Phang Kui In jadi terkejut bukan main dia telah memutar
tubuhnya cepat2.
Tetapi tidak dilihatnya seorang manusia pun juga, dan dia
semakin bertambah penasaran Kwee Siang yang telah
menoleh juga, tidak melihat seorang manusiapun dipantai itu.
„Aneh sekali !" kata Kwee Siang seperti kepada dirinya
sendiri. „Tempat ini lapang dan luas, tidak ada tempat yang
bisa dipergunakan bersembunyi. Jelas2 tadi aku mendengar
suara tertawa mendehem itu dari arah sebelah kiri.

tetapi mengapa tidak terlihat orangnya ! Seharusnya,
walaupun tinggi sekali ginkang orang itu, dia tentunya tidak
bisa menyembunyikan diri dalam waktu yang demikian singkat
!"
Phang Kui In telah mengangguk. „Justru aku telah ketiga
kalinya dengan yang sekarang, ini dipermainkan orang ini.
Entah mengapa dia tidak mau memperlihatkan diri secara
berterang...!".
Setelah berkata begitu Phang Kui In menghela napas.
Kwee Siang juga telah berdiam diri saja dia tidak mengerti
entah manusia macam apa yang tengah mempermainkan
mereka. Kwee Siang tidak percaya adanya hantu, maka dia
yakin yang tadi mendehem itu adalah seorang manusia biasa,
sama seperti mereka. Hanya yang membuat dia tidak habis
mengerti adalah kecepatan orang itu yang bisa bersembunyi,
padahal ditepi pantai yang berpasir lapang itu, tidak ada
tempat yang bisa dipergunakan untuk bersembunyi. Apakah
orang itu memiliki kepandaian untuk masuk keperut bumi ?.
JILID 21
KARENA heran dan tidak mengerti. Phang Kui In dan Kwee
Siang hanya berdiam diri saja dengan sikap tertegun.
Waktu itu Kwee Siang telah meluruskan pernapasannya dia
telah berhasi! memulihkan semangat dan tenaganya.
Kemudian Kwee Siang telah berdiri dengan perlahan2. Phang
Kui In telah ber-siap2 kalau2 Kwee Siang rubuh kembali,
seperti yang dialami oleh orang she Phang itu tadi tetapi Kwee
Siang telah bisa berdiri tetap, dia menoleh kepada Phang Kui
In sambil katanya : „Terima kasih atas pertolongan Phang
Loenghiong...!!”.

Phang Kui ln cepat2 mengeluarkan kata2 yang merendah !.
Disaat itu Kwee Siang mengajak Phang Kui In untuk
menyusuri pedalaman pulau itu untuk mencari Yo Him.
Ajakan itu disetujui oleh Phang Kui In, mereka telah
memasuki hutan kecil dimana tadi mereka telah mendengar
suara yang perlahan dari deheman seseorang.
Hutan itu walaupun tampaknya merupakan hutan kecil,
namun cukup luas. Diluar hutan itu tampak jarang ditumbuhi
pohon2 yang besar. Namun waktu Phang Kui In dan Kwee
Siang menyusuri terus memasuki hutan itu mereka melihat
pohon2 yang bertumbuhan disitu selain rapat dan besar2, juga
tinggi sekali. Maka dari itu Kwee Siang telah menarik ujung
jubah Phang Kui In, sambil katanya : „Kita harus hati2 Phang
Loenghiong.....jika ada seseorang yang bersembunyi ditempat
ini, tentu kita bisa saja diserang secara menggelap !".
Phang Kui In mengangguk. Dia membenarkan perkataan
Kwee Siang, karena tadipun dia telah dipermainkan oleh
seseorang yang tidak mau memperlihatkan dirinya. Keadaan
dipedalaman hutan itu jadi agak gelap, karena cahaya
matahari tidak bisa menerobos masuk sepenuhnya terhalang
oleh daun2 yang rimbun.
Waktu Phang Kui In dan Kwee Siang tengah melangkah
hati2 memasuki terus hutan itu, tiba2 mereka mendengar
suara langkah kaki dibelakang mereka.
Cepat luar biasa Phang Kui In memutar tubuhnya, dia telah
memandangnya dengan mata yang dibukanya lebar2. Tetapi
tidak ada seorang manusiapun juga.
„Aneh!" menggumam Kwee Siang dengan penasaran dan
mendongkol, dia juga telah memutar tubuhnya untuk melihat,
kenyataannya disekitar tempat itu tidak terdapat orang lain
selain mereka berdua saja.

„Wahai orang yang-berjiwa pengecut, mengapa kau main
kucing2an seperti ini?" teriak Phang Kui In dengan suara
mengandung kemendongkolan dan penasaran.
„Hemmm !' tiba2 terdengar suara orang mendehem kuat
dibelakang mereka. Dengan cepat sekali Phang Kui In dan
Kwee Siang telah memutar tubuh mereka untuk melihat siapa
orang yang mempermainkan mereka. Dan waktu itu, mereka
telah memutar tubuh mereka cepat dan gesit sekali, karena
belum lagi suara 'Hemmm!' itu lenyap, mereka telah berhasil
memandang keadaan dibelakang mereka.
Tetapi tetap tidak terlihat seorang manusiapun juga. Diam2
Kwee Siang jadi diliputi perasaan heran disamping juga
perasaan takut, karena dia merasa ngeri ketika
membayangkan bisa saja terjadi orang yang mempermainkan
mereka itu bukan manusia melainkan hanya hantu yang
tengah mempermainkan mereka.
Phang Kui In yang kecele waktu membalikkan tubuhnya
dan tidak berhasil melihat orang yang mempermainkan
mereka, telah memandang kepada Kwee Siang.
Begitu pula pendekar wanita ini telah memandang kepada
Phang Kui In dengan sorot mata ber-tanya2.
Tetapi sekarang Phang Kui In yakin, bahwa orang yang
mempermainkan mereka itu tentunya memiliki kepandaian
yang sangat tinggi sekali, karena orang itu bisa bergerak
begitu cepat dan gesit, sehingga tidak terlihat ujudnya,
bahkan bayangannya pun tidak tampak !
Segera Phang Kui In telah merangkapkan kedua
tangannya, dia membungkukkan tubuh-nya menjura sambil
berkata kearah gerombolan pohon2 dihadapannya.
,,Locianpwee manakah yang hendak memberikan petunjuk
kepada kami berdua ?" katanya kemudian dengan suara yang
nyaring „Kami memang telah lancang berada dipulau ini, dan
mungkin kesalahan kami itu tidak terlalu berat, karena kami

berdua telah terdampar di sini terhindar dari gulungan air
user2an laut...!".
Baru saja Phang Kui In berkata sampai di situ, telah
terdengar suara tertawa yang bergema disekitar tempat itu,
tapi tidak terlihat orangnya.
Muka Kwee Siang berobah tegang, begitu pula Phang Kui
In telah berdebaran.
“Memang kalian bersalah ! Siapa yang mengatakan bahwa
kalian benar ? Hemmm, hemmm, aku tidak segera turun
tangan membinasakan kalian, itu sudah merupakan suatu
peruntungan yang tidak kecil untuk kalian ...! Tetapi kau, hai
lelaki sialan, engkau me-maki2ku tidak hentinya tadi ..!!".
Phang Kui In cepat2 merangkapkan tangannya dan berkata
sambil membungkuk memberi hormat: „Maafkanlah, tadi
karena kami tidak mengetahui ada seorang dari tingkatan tua
ingin memberikan petunjuk. untuk itu aku Phang Kui Ih
memohon maaf dari kau, locianpwe !".
„Enak saja kau bicara!" terdengar suara itu menggema
pula, tetapi orang yang bersuara itu tidak terlihat. „Enak saja
kau menggoyangkan lidah.. apakah maaf yang kau minta itu
akan diberikan begitu mudah hanya dengan goyang bibir saja
?".
Mendongkol juga Phang Kui In dan Kwee Siang mendengar
perkataan orang tersebut. Walaupun Phang Kui In
menyadarinya bahwa orang itu tentunya seorang tokoh
persilatan yang sangat lihay sekali.......
Lalu apa yang dikehendaki locianfnve ?" tanya Phang Kui In
mulai tidak sabar.
“Kalau aku membutuhkan jiwa kalian berdua apakah kalian
akan memberikan dengan rela, ?" tanya suara yang tidak
terlihat ujudnya itu.

Phang Kui In dan Kwee Siang jadi melenggak. mereka
kaget bercampur penasaran dan mendongkol. Bagaimana
orang yang tengah ber sembunyi itu bisa bergurau demikian
macam? Apakah boleh jadi mereka memberikan jiwa mereka
berdua untuk orang itu ? Bukankah itu suatu kematian...''
Kwee Siang yang telah habis sabar ikut berkata :
„Locianpwee, kita tidak pernah saling kena! dan memang tidak
memiliki urusan...mengapa cianpwe menghendaki jiwa kami ?
Jika memang terdamparnya kami di pantai ini dianggap
berdosa dan bersalah, .silahkan menghukum kami tetapi
jangan mengajukan permintaan yang tidak2....!".
,,Seorang nona yang galak !" kata orang yang tidak terlihat
ujudnya. „Kulihat dari sinar matamu, bahwa engkau agak
tersesat sedikit ! Dan kalau tidak salah, melihat dari
gerakanmu tadi, engkau tentunya memiliki hubungan dengan
pemilik pulau Tho-hoa-to, yaitu si tua bangta Oey Yok Su,
bukan ?”.
Kwee Siang dan Phang Kui In jadi terkejut mendengar
pertanyaan orang itu. Hebat sekali pandangan matanya yang
segera dapat menduka dengan tepat dan jitu siapa adanya
Kwee Siang.
“Benar !” menyahut Kwee Siang sambil mengangguk
“majikan pulau Tho Hoa To adalah kakekku..!”
"Pantas, ! Pantas.. !” berseru orang itu, Memang aku telah
melihatnya. Tetapi karena sekarang aku telah mengetahui
bahwa engkau memiliki hubungan dengan Oey Yok Su, justru
aku semakin tidak mau melepaskan engkau ! Engkau harus
merelakan jiwamu kuambil.. !”
“Apa !....... Apa ! kau bilang .......?” tanya Kwee Siang
dengan amarah telah meluap dihatinya.
“Aku menginginkan jiwamu ! Jiwa dia juga lelaki sialan itu..
!,. kalian berdua harus bersedia memberikan jiwa kalian
kepadaku !”

“hemmm, suatu permintaan sialan !” seru Kwee Siang jadi
marah sekali.
Tetapi belum lagi suaranya itu habis terdengar, tiba2
terdengar suara “Bum !” maka berkelebatlah setitik hitam
yang kecil, cepat sekali menyambar kearah mata Kwee Siang
yang kiri.
Kwee Siang jadi terkejut. Benda yang tengah menyambar
datang itu sangat kecil bentuknya, seperti biji dari buah2an.
Tetapi angin yang ditimbulkan oleh samberan biji buah2an itu
telah membuat Kwee Siang merasakan kulitnya pedih, itupun
biji yang disembur orang yang tidak terlihat ujudnya itu belum
lagi mengenai biji matanya.
Mati2an Kwee Siang telah berkelit kesamping kanan,
dengan gerakan yang sangat cepat sekali. Dan ternyata dia
berhasil mengelakkan diri dari serangan itu. Dimana biji
buah2an dari orang itu telah menghantam sebatang pohon
yang cukup besar.
„Tukk, kreekk!" aneh sekali, batang pohon yang besar itu
telah patah tumbang terbentur oleh biji buah2an itu.
Muka Kwee Siang jadi pucat dan tubuhnya menggigil ngeri,
karena segera dia menyadari, jika tadi dia tidak berhasil
mengelakkan diri dari serangan lawannya itu, niscaya batok
kepalanya akan hancur karenanya.
Maka cepat sekali Kwee Siang telah berseru nyaring dengan
suara yang lantang : ,,Engkau seorang dari golongan tua,
tetapi engkau tidak bisa menghormati dirimu sendiri, dimana
kau bermaksud menghina golongan muda...!".
„Siapa yang bilang aku ingin menghina golongan muda.?"
kata orang itu dengan nada meninggi, tampaknya orang
yang bersembunyi itu terpancing marah oleh perkataan Kwee
Siang.

“Justru aku hanya ingin menguji kepandaianmu, sampai
berapa tinggi kepandaian yang engkau miliki sebagai cucunya
situa bangka Oey Yok Su itu ...!”.
Kwee Siang jadi nekad karena walaupun dia menyadari
bahwa musuh yang tengah bersembunyi itu memiliki
kepandaian yang tinggi, tetapi tidak senang hatinya
mendengar berulang kali kakeknya disebut dengan perkataan
tua bangka, dan juga tampaknya orang yang tengah
bersembunyi itu sangat tekebur sekali, karena dia seperti juga
memandang rendah Oey Yok Su.
“Jika engkau memiliki kepandaian yang tinggi, keluarlah
perlihatkan dirimu agar kita bisa menguji kepandaian masing2
!” teriak Kwee Siang.
Phang Kui In telah ber-siap2 untuk menghadapi sesuatu
yang diluar dugaan, karena melihat menyambarnya biji
buah2an tadi, walaupun kecil, tetapi mengandung kekuatan
yang sangat dahsyat sekali. Phang Kui In menyadari musuh itu
tentunya seorang yang pandai sekali, yang telah cukup
sempurna latihan tenaga lwekangnya
Waktu itu terdengar suara ber-gelak2 yang nyaring sekali
dari arah gerombolan pohon.
,,Ha, ha, ha ! Engkau berani bertempur denganku ?" tanya
orang yang tidak terlihat ujudnya itu.
,,Ya, keluarlah !" menyahuti Kwee Siang singkat sekali, dia
telah mencabut juga pedangnya, menggenggam gagang
pedang itu kuat2, bersiap sedia untuk menghadapi segala
kemungkinan yang bisa saja muncul disaat itu.
Tetapi orang yang tengah bersembunyi itu justru telah
tertawa lagi bergelak2 dengan suara yang nyaring.
“Tidak percuma situa bangka Oey Yok Su memiliki cucu
seperti engkau, bersemangat dan tampaknya pemberani !

Bagus ! Bagus, bagus ! Memandang muka terang kakekmu,
engkau tidak akan kubinasakan !".
„Keluarlah kau ! Mari kita main2 beberapa jurus !" seru
Kwee Siang dengan suara yang nyaring.
„Tentu. Tentu saja. Aku tentu keluar," menyahuti orang itu
dengan suara yang nyaring. Dan membarengi dengan
habisnya perkataan itu, tampak sesosok tubuh berkelebat
keluar dari balik gerombolan pohon.
Phang Kui In dan Kwee Siang tidak bisa melihat dengan
jelas gerakan orang itu, karena terlalu, gesit dan lincah, hanya
tahu2 telah berada dihadapan mereka berdua.
Kwee Siang dan Phang Kui In waktu melihat jelas orang itu
keduanya jadi terkejut.
„Bagaimana ?" tanya orang itu dengan suara yang
mengejek. „Sekarang aku telah muncul memperlihatkan diri,
apa yang kalian kehendaki ? Adu tenaga ? Adu pedang ? Atau
adu apa saja ?".
Suara orang itu tinggi sekali dan juga nadanya sangat
tajam luar biasa. Dia telah meng-geleng2kan kepalanya
perlahan bagaikan mengejek Phang Kui In dan Kwee Siang.
Yang membuat Phang Kui In dan Kwee Siang jadi terkejut
bukanlah kegesitan tubuh orang tersebut, tetapi justru
potongan tubuh orang itu yang aneh dan janggal sekali. Orang
itu memiliki tubuh tidak lebih dari empat kaki, dimana
sepasang kakinya tidak ada, hanya dua batang tongkat yang
dikempit diketiaknya itu yang menunjang tubuhnya tidak
sampai rubuh. Muka orang bercacad pada kedua kakinya itu
memiliki raut muka yang bulat dan juga tidak enak dipandang.
Hidungnya besar seperti hidung babi, keningnya tinggi dan
lanang, sebagian kepalanya itu ditutup oleh ikat kepala yang
berwarna hijau, dan bajunya yang terbuat dari bahan kasar itu
berwarna hijau.

Melihat warna yang disenangi orang itu, Kwee Siang jadi
teringat kepada kakeknya Oei Yok Su, yang juga senang sekali
mengenakan pakaian warna hijau.
„Ayo, apa yang kalian inginkan jika aku memperlihatkan diri
? Mengapa bengang-bengong disitu saja ! Jika memang
engkau tidak senang, hayo mulai melancarkan serangan !"
Kwee Siang sudah tidak bisa mempertahankan diri lagi dari
kemarahan, Dia telah mengeluarkan suara bentakan nyaring
tahu2. pedangnya telah menusuk kearah dada sebelah kiri
lawannya. Gerakan yang dilakukan Kwee Siang sangat luar
biasa, pedangnya digetarkan dan dia telah mempergunakan
jurus "Bidadari menari", dimana pedangnya itu ber kelebat2
merupakan sinar putih gemilang.
Orang cacad kedua kakinya itu mengeluarkan suara
teriakan mengejek, tahu2 tubuhnya telah lenyap dari
pandangan mata Kwee Siang.
Dan belum lagi Kwee Siang bisa mengendalikan tubuhnya
yang terjerunuk kedepan karena kehilangan sasarannya,
tahu2 punggungnya telah diketuk perlahan oleh tongkat orang
bertubuh pendek tidak berkaki itu.
Dengan kaget Kwee Siang telah memutar cepat2 tubuhnya,
dia melihat lawannya tengah memandang kepadanya dengan
mulut tersenyum senyum.
Phang Kui In sendiri takjub dan kagum melihat kegesitan
orang yang berkaki buntung itu, yang diduga beusia enam
puluh tahun lebih, karena waktu Kwee Siang tadi melancarkan
serangan kepada orang tersebut. Ternyata orang itu telah
mencelat dengan gesit sekali sehingga Phang Kui In tidak bisa
melihat jelas gerakan orang itu, hanya melihat segumpal
warna hijau yang menerjang didekatnya membuat Phang Kui
In harus melompat menjauhkan diri.
Jika memang orang berpakaian serba hijau itu bermaksud
jahat untuk mencelakai Kwee Siang, tentu semuanya itu

mudah saja dilakukannya. Tetapi kenyataannya orang itu tidak
bermaksud jahat, dia hanya mengetuk perlahan sekali pada
bahu sigadis.
Tetapi akibat ketukan tongkat orang aneh itu, Kwee Siang
merasakan bahunya seperti juga telah terhajar oleh alu yang
besar sekali, daging tubuhnya seperti hancur tertumbuk !,
itulah membuktikan bahwa tenaga lwekang orang tersebut
sangat tinggi dan sempurna, karena dengan ketukukan yang
perlahan itu dia berhasil menghantam keras sekali kepada
lawannya,
Kwee Siang terhuyung maju dua langkah, kemudian cepat2
pendekar wanita ini memutar tubuhnya. untuk dapat
menghadapi dan bersiap sedia dari segala serangan susulan
lawannya.
Orang yang kedua kakinya bercacat itu telah tertawa
mengikik tidak sedap didengar, dia telah berkata dengan suara
yang sangat perlahan sekali, “Apakah kau ingin main2 pula
beberapa jurus denganku ?”
Kwee Siang merasakan mukanya berobah jadi merah dan
panas karena walaupun lawan nya itu bertanya sambil
tersenvum, namun Kwee Siang menyadari bahwa lawannya
sedang mengejek dia.
Sambil mengeluarkan seruan “Awas pedang !” tampak
Kwee Siang telah melompat kearah lawannya dan waktu
tubuhnya masih terapung ditengah udara, pedangnya itu
ditusukkan kearah tenggorokan lawannya dengan jurus Hud
Pay Kuan In atau menyembah sang dewi Kuan Im, gerakan
yang dilakukan Kwee Siang bukan main kuatnya.
Orang itu juga terkejut waktu menyaksikan pedang sigadis
tergetar dan mata pedang itu seperti bertambah menjadi
sembilan, menyamhar kesembilan jurusan, mata,
tenggorokan, dada, perut, lutut dan paha, serta beberapa

bagian tubuh lainnya yang berbahaya. Itulah semacam
kepandaian ilmu pedang yang jarang sekali dimiliki orang.
„Bagus !" berseru orang bercacad kedua kakinya itu sambil
mengelakkan diri. Dan cepat sekali tongkat kanannya telah
diketukkan pada bumi, maka tubuhnya telah meluncur dengan
cepat sekali, menangkis kearah pedang sigadis.
Phang Kui In jadi heran dan terkejut melihat apa yang
dilakukan oleh orang bercacad kakinya itu, karena serangan
yang dilakukan itu merupakan serangan yang terlalu berani.
Seperti diketahui bahwa pedang sudah diakui sebagai raja dari
berbagai senjata, karena disamping bobotnya yang ringan,
juga pedang memiliki ukuran yang panjang, sehingga
sipemakainya bisa mempergunakannya seleluasa mungkin,
sehingga jika telah mencekal pedang orang tersebut seperti
memiliki tambahan dari bagian anggota tubuhnya untuk
melakukan penyerangan.
Dan orang bercacad kedua kakinya itu memang menyadari
akan hebatnya pedang Kwee Siang, terlebih lagi dia telah
mengetahui bahwa Kwee Siang adalah cucunya Oey Yok Su,
dengan sendirinya kepandaian gadis ini tentu hebat sekali dan
tidak boleh dipandang lemah.
Phang Kui In telah berteriak “Kwee Liehiap, hati2, jangan
terlalu ceroboh !".
Orang she Phang itu berteriak memperingati, karena dia
kuatir Kwee Siang lupa diri dan melancarkan serangan2
membabi buta tanpa memperdulikan keselamatan dirinya
sendiri.
Kwee Siang juga terkejut sekali waktu mendengar
peringgatan dari Phang Kui In. Cepat2 dia memperbaiki
kedudukan dirinya, kemudian dia memutar pedangnya dengan
cepat, sehingga sinar putih berkilau dari pedang itu
merupakan bundaran putih yang mengurung dan melindungi
tubuh Kwee Siang dari segala macam bentuk serangan.

Tetapi orang itu telah menjadi penasaran. Dia
mengeluarkan suara tertawa mengejek, sambil katanya „Aku
ingin lihat, berapa tinggi kepandaian yang kau warisi dari
kakek mu.,.!" dan menyusuli perkataannya itu, tampak orang
bercacad kedua kakinya itu telah mengeluarkan suara
bentakan yang sangat keras sekali, sampai menulikan anak
telinga.
Diantara berkesiuran angin serangan pedang Kwee Siang,
tongkat ditangan kirinya ber gerak2 dengan kecepatan yang
luar biasa. Gerakan2 tongkat itu juga tampaknja aneh sekali,
sebentar kesamping kanan, sebentar menyambar kesamping
kiri, kebawah, keatas dan ketengah mengincar perut Kwee
Siang.
Keadaan demikian membuat Kwee Siang jadi gelagapan
dan cepat2 menarik pulang pedangnya, dia telah berkata
dengan suara mengandung penasaran : „Aku akan adu jiwa
dengan kau...lihatlah pedang...!" dan sambil berkata begitu,
tampak Kwee Siang telah menggerakkan pedangnya dalam
bentuk segi delapan. Dia telah mengeluarkan jurus simpanan
yang dimilikinya, yang tidak akan dipergunakannya kalau tidak
bertemu dengan lawan berat. Nama jurus itu : "Sian Sian
Kong Lie", yaitu "Dewa-dewi Dihormati”, dan tampak
pedangnya itu ber-gerak2 menurut aturan Pat-kua, yaitu
delapan segi. Ilmu ini diciptakan oleh Kwee Siang setelah dia
memeras pikiran selama setengah tahun, dimana dia telah
merubahnya dari salah satu jurus yang terdapat dari kitab Kiu
Im Cin Keng.
Orang bercacad kedua kakinya itu jadi ter kejut, karena
matanya jadi silau melihat sinar pedang berkilauan dari segala
jurusan menyambar kearah dirinya. Dia sampai mengeluarkan
pujian : „Bagus !" dan tongkatnya ditarik pulang, sedangkan
tongkat yang satunya telah ditotokkan keras ketanah,
sehingga dengan meminjam tenaga totolan itu tubuh orang
tersebut telah mencelat dengan gesit sejauh tiga tombak.

Kwee Siang tengah bernafsu dan ingin menerjang lagi
untuk melancarkan serangan, pedangnya juga telah
berkesiutan menyambar dahsyat kepada lawannya.
„Tahan !" teriak orang berbaju hijau itu sambil berdiri
diatas kedua tongkatnya. „Aku hendak bicara !"
Kwee Siang menahan pedangnya, dia telah menatap
dengan penuh kemarahan kepada lawannya : „Apa yang
hendak kau katakan ?" ,
„Engkau sungguh2kah cucunya Oey Yok Su ?" tanya orang
itu.
„Apakah pendengaranmu tuli ? Tadi aku telah
memberitahukan bahwa kakekku adalah majikan pulau Thohoa-
to” teriak Kwee Siang keras, karena dia memang tengah
diliputi kemarahan yang luar biasa. Apakah perlu aku
memberitahukan sekali lagi ?".
„Tunggu dulu, sabar, jangan galak seperti nenek2 !" kata
orang berpakaian hijau itu sambil tertawa. „Dengarlah ! Ilmu
silat Oey Yok Su aku ketahui dengan baik, yaitu bersumber
dari Kiu Im Cin Keng dan Kiu Yang Cin Keng ! Bukankah
begitu ?”
Kwee Siang ragu2, dia telah mengangguk, katanya
kemudian dengan suara yang cukup keras : ,,Benar ! Setelah
engkau tahu dan mengenal kakekku, mengapa engkau ingin
mengganggu diri kami ?”.
„Nanti dulu, engkau dengar baik2 ! Aku heran mendengar
engkau adalah cucu Oey Yok Su situa bangkotan itu ! Hal ini
karena berlawanan sekali dengan keadaanmu ! Sebagai cucu
dari Oey Yok Su, tentunya engkau harus, mempergunakan
ilmu2 ciptaan Oey Yok Su situa bangkotan itu.....namun sejak
tadi aku melihat engkau mempergunakan semacam ilmu yang
belum pernah kukenal dan aku yakin ilmu itu tentunya bukan
milik situa bangka Oey Yok Su. Benarkah begitu ?”.

Kwee Siang tertawa dingin.
„Hmm, jika memang aku berhasil memiliki ilmu silat
kakekku, tentunya dalam satu dua jurus engkau telah berhasil
kurubuhkan ! Ilmu yang tadi kupergunakan adalah ilmu silat
ciptaanku sendiri......
„Pantas ! Pantas !" berseru orang tua berbaju hijau
tersebut dengan suara yang sangat nyaring
„Apanya yang pantas ?".
„Pantas saja engkau tidak bisa memiliki kepandaian yang
tinggi, rupanya Oey Yok Su situa bangkotan itu tidak sayang
pada cucunya !"
“Jangan bicara sembarangan ...!" teriak Kwee Siang dengan
suara mengandung kemarahan.
„Sembarangan? Mengapa sembarangan ? Bukankah engkau
sendiri yang memberitahukan bahwa engkau tidak
mempelajari ilmu silatnya si jago bangkotan Oey Yok Su itu ?”
Waktu bertanya begitu, orang berpakaian hijau itu telah
mementang matanya lebar2.
Kwee Siang jadi tambah mendongkol dan marah, tetapi
tentu saja dia menyadari bahwa kepandaiannya tidak bisa
menandingi kepandaian lawannya.
„Baiklah ! Sekarang katakanlah apa maksudmu dan siapa
namamu ?” tanya Kwee Siang kemudian sambil menahan
kemarahan dihati-nya.
„Kau ingin mengetahui namaku ? ingin mengetahui juga
apa maksudku ?”, tanya orang itu.
Kwee Siang mengangguk.
„Hemmm, itu mudah ! Engkau bisa saja memanggilku
dengan sebutan si Buntung, karena memang seluruh jago2
dalam rimba persilatan selalu menyebutku dengan perkataan

Si Buntung itu. Dan engkau boleh memanggilku dengan
sebutan Si Buntung juga".
Waktu itu Kwee Siang jadi memandang heran, karena
umumnya orang yang bercacad tangan maupun kakinya,
paling pantang mendengar seseorang me-nyebut2
kekurangannya itu. Tetapi sekarang orang berpakaian baju
hijau yang kedua kakinya buntung itu, menganjurkan agar
Kwee Siang memanggilnya dengan sebutan sibuntung !
Dalam keadaan demikian, tampak Kwee Siang ragu2
sejenak, sampai akhirnya dia telah berkata lagi dengan suara
yang bimbang „Tetapi...tetapi...apakah engkau tidak akan
marah jika aku memanggilmu dengan sebutan si...si...si
Buntung ?”.
„Mengapa harus marah ? Bukankah memang kenyataannya
bahwa kedua kakiku ini telah buntung dan bercacad !”.
Ditanya begitu, Kwee Siang terpaksa tersenyum tidak bisa
menyembunyikan perasaan lucu mendengar perkataan orang
itu, yaitu si Buntung.
,,Mungkin juga," kata Kwee Siang kemudian setelah dia
melihat si Buntung itu berdiam diri mengawasi dia. „Si
Buntung itu merupakan gelaran belaka !".
„Memang !".
“Lalu siapa namamu ?”.
“Engkau ingin tahu ?”
„Ya!"
„Aku she Lie dan bernama Bun Hap !"
“ Lie Bun Hap, aku seperti pernah mendengar nama itu
disebut seseorang” mengangguk Kwee Siang sambil
mengawasi orang she Lie tersebut.

“Mungki situa bangkotan Oey Yok Su yang telah menyebut2
namaku ?” si Buntung mencoba memberikan terkaannya
kepada Kwee Siang.
“Bukan !”
“Lalu siapa ?“
“Entahlah aku tidak ingat, tetapi dalam hal ini memang aku
pernah mendengar disebutnya nama Lie Bun Hiap itu .. !”
Tiba2 si Buntung telah mengeluarkan suara tertawa yang
sangat keras sekali, dia telah memandang kearah Kwee Siang.
Sikap yang diperlihatkan si buntung membuat Kwee Siang
jadi tersinggung.
„Apa yang kau tertawakan ?" tanyanya dengan suara
mendongkol.
„Ada yang lucu ! Ada yang lucu ! Jika tidak mengapa aku
harus tertawa ? Dengan tertawanya aku, tentu saja ada
sesuatu yang lucu !".
„Yang lucu bagaimana ?" tanya Kwee Siang menegasi.
„Lucu sekali ! Engkau tadi sok galak, tetapi sekarang untuk
mengingat sepatah nama saja telah begitu sibuk dan tidak
tahu...sikapmu yang belakangan ini seperti anak gadis yang
bodoh !”.
Kwee Siang berobah mukanya menjadi merah, karena dia
mendongkol sekali.
„Mulutmu terlalu lancang !" katanya kemudian.
„Lancang ?" tanya si Buntung dengan suara yang
mengandung ejekan.
„Ya, engkau sebagai orang tingkatan tua telah bersikap
tidak tahu malu ingin mempermainkan yang muda !" kata
Kwee Siang dengan berani sekali.

Muka orang tua itu telah berobah merah padam, tetapi
hanya sejenak saja, kemudian dia telah pulih sebagaimana
biasanya.
„Ya, memang aku dari tingkatan tua, kaum cianpwe, dan
kalian berdua adalah kaum boanpwe, tetapi tidak salah kalau
kaum cianpwe memberikan pelajaran kepada kaum boanpwe
yang tengik dan kurang ajar...!".
Halus suara orang itu dan tampaknya si buntung tidak
marah oleh perkataan Kwee Siang, namun nadanya yang
halus itu berlainan dengan makna yang termaksud dala
kata2nya itu. Yaitu dia ingin menghajar Kwee Siang dan Phan
Kui In babak belur.
Kwee Siang sendiri berdebar hatinya, karena dia agak
binggung juga, jika tadi dia berkata begitu, hanya untuk
memancing kemarahan si Buntung, dan jika dia marah dan
mempertahankan kedudukan dirinya sebagai golongan
cianpwe tentu akan perintahkan Kwee Siang dan Phang Kui In
berlalu tanpa diganggunya pula. Tetapi siapa tahu si buntung
itu berkepala batu, semakin lawannya keras kepala justru dia
lebih keras kepala juga.
“Lalu apa yang kau kehendaki ?” tanya Kwee Siang waktu
melihat Lie Bun Hap hanya tertawa mengejek saja tanpa
memperdulikan kemarahannya.
„Tentu saja mengajar adat Kepada kalian berdua” kata Lie
Bun Hap dengan suara yang tegas
Kwee Siang dan Phang Kui In jadi menghela napas, karena
mereka menyadari sulit untuk mengharapkan bisa lolos dari
tangan lawan yang keras kepala dan memiliki kepandaian
yang demikian tinggi.
Dalam keadaan demikian, tampak Phang Kui In telah maju
selangkah, dia merangkapkan kedua tangannya menjura
memberi hormat kepada Lie Bun Hap.

„Lie Locianpwe...seharusnya kami memang dihukum, tetapi
dengan memandang muka terangnya Oey Locianpwe pemilik
pulau Tho-hoa to, ampunilah kami. .kami akan segera
meninggalkan pulau ini...!".
Mendengar perkataan Phang Kui In, muka Lie Bun Hap jadi
berobah hebat, dia telah berkata dengan suara yang dingin :
„Permintaan ampunmu itu datangnya terlambat ! Dan
sekarang, kalian berdua orang2 golongan boanpwee yang
kurang ajar, harus kuajar adat...!"
Dan setelah berkata begitu, diangkatnya tongkat ditangan
kanannya, dia telah berkata lagi : ,,Bersiap2lah, aku akan
segera menyerang. .!".
Kwee Siang dan Phang Kui In menyadari bahwa mereka
tidak mungkin terlepas dari cengkeraman tangan orang aneh
ini, maka mereka jadi nekad.
Dengan mengeluarkan suara seruan : „Silahkan menyerang
!", Kwee Siang telah menggerakkan pedangnya menabas
udara kosong, sehingga suara pedang itu berkesiuran.
Phang Kui In juga telah berdiri tegak bersiap2 untuk
menerima segala serangan yang akan dllancarkan oleh
lawannya. Dan dia telah bertekad untuk melindungi Kwee
Siang, karena dia mengetahui bahwa Kwee Siang memiliki
kepandaian tinggi, dan dia harus dapat diselamatkan, terlebih
lagi Kwee Siang merupakan cucu bungsu dari Oey Yok Su. Jika
sampai terjadi sesuatu didiri gadis pendekar ini, niscaya Oey
Yok Su tidak akan mau mengerti, walaupun hanya seujung
rambut saja yang terganggu, tetapi pasti Oey Yok Su akan
mencari Lie Bun Hap untuk membalas sakit hati.
„Locianpwe ...!" kata Phang Kui In lagi dengan suara yang
disabar2kannya. „Dengarlah dulu keteranganku ini !".

„Keterangan apa lagi yang hendak kau katakan ? Cepat
katakan !!" kata Lie Bun Hap memperlihatkan sikap yang tidak
sabaran.
Phang Kui In telah merangkapkan tangannya menjura
memberi hormat lagi kepada Lie Bun Hap.
„Lie Locianpwe ... ketahuilah, bahwa kami terdampar
dipulau ini tanpa kami sengaja dan tanpa kami kehendaki !
Kami telah menerima nasib yang buruk ditawan bajak laut,
dan kami disimpan dalam kamar tahanan. Untung kami bisa
meloloskan diri dengan melobangi dinding kamar tahanan itu
dan berenang keluar dari kapal tersebut. Tetapi sayang,
rupanya kami harus menerima percobaan lagi. kami telah dipusing2kan
dalam putaran user2 air laut yang akhirnya
membuat kami pingsan. Waktu kami tersadar, ternyata kami
telah menggeletak ditepi pantai palau ini. Maka dengan
memandang muka terang dari Oey Locianpwe, kami mohon
Lie Locianpwe mengampuni kami dan kami akan segera
meninggalkan pulau ini tidak berani mengganggu Lie
Locianpwe lagi..."
Manis cara berkata Phang Kui In, dan diapun ber-kata2
dengan sikap yang hormat sekai. Lie Bun Hap untuk sejenak
jadi diam! tertegun.
Tetapi kemudian sambil mengetukkan ujung tongkat
disebelah kirinya ketanah, dia telah berkata „Tadi kau
mengatakan bahwa kalian ditawan oleh bajak laut, tahukah
engkau siapa bajak laut itu ?".
Phang Kui In menggelengkan kepalanya.
„Sayang kami tidak mengetahui siapa mereka yang telah
membajak kami. Namun kami ketahui nama pemimpin mereka
adalah Ciong Lam Cie. Hanya itu yang kami ketahui".
„Ciong Lam Cie ?" tanya Lie Bun Hap dengan mata terbuka
lebar2, tampaknya dia sangat terkejut.

„Ya !".
„Orang she Ciong itu masih hidup ?".
„Entahlah. kami tidak mengenalnya dan hanya mengetahui
namanya Ciong Lam Cie, dia sendiri yang menyebutkannya."
Mendengar perkataan Phang Kui In yang terakhir, Lie Bun
Hap telah berdiri diam tercenung. Tampaknya ada sesuatu
yang tengah dipikirkannya.
„Besarkah jumlah mereka ?" tanya Lie Bun Hap lagi.
„Cukup banyak, bahkan anak buahnya itu semuanya
mengerti ilmu silat yang cukup tinggi ...!".
„Hemmm ... kalian telah dirubuhkannya ?" tanya Lie Bun
Hap.
“Oleh ketuanya atau hanya kaki tangannya yang
merubuhkanmu ?".
„Kami dirubuhkan oleh orang she Ciong itu sendiri !!"
menyahut Phang Kui In dengan pipinya yang berobah menjadi
merah.
„Hemmm, orang she Ciong itu rupanya tengah mencari
lawan2nya ...!” menggumam Lie Bun Hap.
„Tidak salah Lie Locianpwe. ..!" kata Phang Kui In.
„Memang dia tengah mencari seseorang...! Bahkan kalau
dilihat caranya, dia bukan hanya mencari seorang saja, justru
dia tengah menyelidiki beberapa orang yang hendak
dibinasakannya.
„Tahukah engkau siapa2 saja yang tengah dicari Ciong Lam
Cie ?" tanya orang tua itu.
Phang Kui In menggelengkan kepalanya perlahan,
kemudian dia berkata lagi : “Kami tidak mengetahui jelas,
tetapi jika tidak salah orang she Ciong itu juga memusuhi
Kwee Ceng Taihiap suami isteri. yaitu ayah ibu dari Kwee

Liehiap ini...dan ada seorang lainnya yang dimusuhinya juga,
yaitu..."
Berkata sampai disitu, Phang Kui In berhenti bicara, seperti
juga dia bimbang menerus kan kata2nya itu.
„Siapa orang yang lainnya itu. .?" tanya Lie Bun Hap
mendesak, matanya juga telah memandang kepada Phang Kui
In dengan terpentang lebar.
„Jika tidak salah dengar, diapun ingin mencari Yo Ko Sin
Tiauw Taihiap...!" Akhir nya Phang Kui In memberikan
penjelasannya juga.
„Apa...apa ?" tanya Lie Bun Hap seperti terkejut dan
melompat satu tombak lebih. „Engkau bicara jangan main2 !
Cepat katakan yang sebenarnya...!".
„Aku telah bicara dari hal yang sebenarnya !" menyahuti
Phang Kui In.
„Tetapi...tidak mungkin Ciong Lam Cie akan
memberitahukan padamu dia tengah mencari Sin Tiauw
Taihiap Yo Ko ...! “.
“Mengapa tidak? Sekarang setiap orang yang lewat
diperairan yang berada dalam kekuasaannya tentu akan
ditangkapnya. Dan jika orang itu, setelah diperiksa, tidak
memiliki sangkut paut dengan orang2 yang sedang dicarinya
maka akan dibebaskan. Tetapi jika ternyata orang itu memiliki
sangkutan dengan orang2 yang tengah dicarinya, tentu akan
dikurungnya, ditawannya !”
“tetapi ... ?” tanya Lie Bun Hap dengan ragu2 mengawasi
Phang Kui In.
“tetapi kenapa locianpwe, tanya Phang Kui In sambil
mengawasi jago she Lie itu.

“tetapi mengapa engkau juga ditawan, apakah engkau
memiliki hubungan dekat dengan musuh2 orang she Ciong itu
?”
Phang Kui In menghela napas.
“Memang peristiwa yang terjadi begitu adanya !”
Kata Phang Kui In, “karena Kwee Lihiap telah mengakui
terus terang bahwa dia adalah puteri dari Kwee Ceng Taihiap,
sedangkan kawan kami yang seorang lagi, Him-jie (anak Him)
justru mengakui bahwa dia adalah puteranya Sin Tiauw taihiap
!!”
„Sin ....Sin Tiauw Taihiap Yo Ko ada puteranya ?" tanya Lie
Bun Hap seperti juga tidak percaya apa yang didengarnya.
„Ya", mengangguk Phang Kui In dengan cepat, wajahnya
segera tergambar perasaan menyesal dan sedih. „Dia telah
lenyap waktu kami meloloskan diri dari kapal orang itu.
Semula Him-jie aku gendong dan rangkul kedua kakinya
kuat2, tetapi waktu tubuh kami terserang user2 air laut yang
berputar, kami telah pingsan dan satu dengan yang lainnya
sudah tidak bisa mengetahui, sampai akhirnya ketika aku
tersadar dari pingsan kami telah tergeletak dipasir tepi pantai.
Hanya Kwee Uehiap yang kujumpai, sedangkan Him-jie tidak
diketahui berada dimana...!" setelah berkata begitu, Phang Kui
In jadi menghela napas berulang kali.
„Apakah., apakah puteranya Sin Tiauw Tai hiap Yo Ko itu
seorang anak lelaki berusia dua belas tahun atau tiga belas
tahun ?" tanya Lie Bun Hap sambil mengawasi Phang Kui In
dengan sorot mata yang sangat tajam sekali.
„Tepat !" berseru Phang Kui In dengan suara terkejut
bercampur girang, disamping itu juga wajahnya ber-seri2,
karena ada harapan lain baginya untuk bertemu dengan Yo
Him.

„Aku semalam telah menemukan seorang anak lelaki yang
berusia diantara dua belas tahun mengeletak tidak sadarkan
diri. Anak lelaki itu memiliki tubuh yang lemas dan tampan
sekali mukanya. Aku senang padanya, aku bawa kerumahku.
Apakah mungkin dia itu puteranya Yo Taihiap ?
Phang Kui In telah berjingkrak saking gembiranya.
“Lie Locianpwe, bisakah locianpwe mengantar kami untuk
menjenguknya ?" tanya Phang Kui In.
Kwee Siang juga jadi berobah mukanya, berseri2 cerah
sekali, dia merangkapkan kedua tangannya menjura kepada
orang tua berkaki buntung itu setelah menympan kembali
pedangnya.
“Maafkan atas kecerobohan dan kekurang ajaran boanpwe
!” kata Kwee Siang dengan suara yang sabar tidak
mengandung permusuhan lagi.
Phang Kui In juga telah menjura sambil katanya”kami tentu
tidak akan melupakan budi kebaikan Locianpwe !!' .
Tetapi Lie Bun Hap menggelengkan kepalanya perlahan, dia
telah berkata dengan suara yang tawar „Aku memberitahukan
kepada kalian bahwa aku menemukan anak itu, bukan berarti
aku bersedia untuk membiarkan kalian bertemu! Aku telah
bertekad untuk mengambil dia menjadi muridku ! Selama
puluhan tahun aku tidak memiliki murid, maka melihat bakat
dan tulang baik dari anak itu, aku ingin mengambilnya sebagai
murid tunggal !” Hem. mana mungkin aku membiarkan kalian
bertemu muka lagi, yang bisa memberantakkan
rencanaku...!".
Setelah berkata begitu, muka Lie Bun Hap jadi berobah
bengis lagi, dia telah meneruskan perkataannya : “Cepat kau
katakan, kearah mana yang diambil Ciong Lam Cie...?".

„Kau sendiri tidak mau mempertemukan kami dengan Himjie
dan sekarang kau mendesak kami untuk memberikan
keterangan. Itu lah urusan yang tidak cengli...!".
„Kau ingin aku memaksa dengan kekerasan ?" bentak Lie
Bun Hap yang bergelar si Buntung itu.
„Tetapi jika locianpwe menyiksa kami, berarti untuk
selamanya kau tidak bisa memperoleh keterangan apapun
mengenai dirinya bajak laut Ciong Lam Cie itu...!" Kwee Siang
telah ikut menimbrung bicara dengan nada yang dingin.
„Hemm, enak saja engkau bicara ! Bukan kah masih ada Yo
Him, putera Sin Tiauw Tai hiap Yo Ko ? Bukankah diapun
mengalami hal dan peristiwa itu ber-sama2 dengan kalian ?".
Setelah berkata begitu, tampak Lie Bun Hap tertawa bergelak2,
Phang Kui In dan Kwee Siang merasakan telapak tangan
mereka jadi dingin.
Memang tidak salah, jika Yo Him berada ditangan orang
she Lie ini. tentunya dia bisa saja mendesak Yo Him, atau
memancing anak itu dengan berbagai jalan, agar Yo Him
menceritakan apa yang dialaminya. Dan setelah itu, tentunya
segala urusan menjadi jelas dan terang.
Waktu itu Lie Bun Hap telah berkata lagi dengan suara
yang dingin : „Apakah kalian tetap tidak mau menceritakan
kepadaku perihal ketua Tiauw-pang (Perkumpulan Rajawali)
Ciong Lam Cie itu ?".
Phang Kui In menghela napas dengan lesu.
„Mereka menempuh jalan air yang menuju kearah Timur
tenggara...!" katanya kemudian.
„Hemmm, jika Ciong Lam Cie mengambil arah Timur
tenggara tentu tidak akan sampai ditempat ini, justru tempat

ini terletak di Barat Selatan. Ha, ha, ha! Kukira cukup
keterangan yang kau berikan ...!".
Setelah berkata begitu Lie Bun Hap telah mengibaskan
tongkat yang ditangan kanannya, seperti sikap
mempersilahkan tamunya untuk pergi. „Kalian bebas untuk
meninggalkan pulau ini, aku tidak akan mengganggunya !”.
Tetapi Phang Kui In dan Kwee Siang mana mau berlalu dari
pulau ini setelah mengetahui bahwa Yo Him masih selamat
dan berada dalam rawatan orang tua she Lie itu, yang tertarik
ingin mengangkat Yo Him sebagai murid tunggalnya itu.
„Locianpwe..." suara Phang Kui In tidak lampias,
tampaknya dia bingung sekali.
,,Apa lagi ? Aku telah membebaskan kalian tanpa diberi
tanda mata sedikitpun ditubuh kalian, apakah itu masih belum
cukup sehingga kalian berdua tampaknya, tidak puas ?”
Tajam suara dari Lie Bun Hap waktu dia menegur begitu,
karena dia mendongkol sekali tampaknya. Dan bibirnya yang
kemudian terkatup rapat itu memperlihatkan bahwa dia
menaban amarah dihatinya !
Phang Kui In cepat2 menjura lagi sambil katanya dengan
suata yang halus : „Locianpwe kasihanilah kami, ajaklah kami
menemui Yo Him...! Kami sesungguhnya tengah menerima
tugas yang cukup berat, yaitu membawa Yo Him menemui
ayah kandungnya ! Kami kira tentunya Locianpwe tidak
keberatan bukan untuk melepaskan Yo Him sementara waktu,
dan kelak jika telah bertemu dengan ayah kandung nya tentu
kami akan mengajaknya kemari lagi untuk menemui
Locianpwe, guna mengadakan pengangkatan guru dan murid."
Waktu itu muka Lie Bun Hap telah berobah semakin tidak
enak dilihat, dia mengetukkan ujung tongkatnya ketanah
sebanyak empat kali, mukanya juga merah padam, giginya
yang menggigit keras2 itu terdengar ber-kereot2

„Kau bicara seperti anak kecil saja!" bentak Lie Bun Hap
akhirnya. „Hemmm, apa kah engkau kira dengan bicara
begitu, dengan me-nyebut2 nama Sin Tiauw Taihiap Yo Ko
aku akan takut dan gentar, lalu cepat2 menyerahkan anak itu
kepada kalian ? Hemmm, enak saja kau bicara. Sekarang
begini saja singkatnya : kalian mau pergi meninggalkan pulau
ini atau mau aku mampusi saja ?".
Keras nada perkataan dari Lie Bun Hap, dia tampaknya
tidak senang dengan sikap Phang Kui In yang seperti mengulur2
waktu.
Disaat itulah tampak Kwee Siang telah berkata dengan
suara ragu2 :
„Locianpwe... maukah locianpwe mengasihani kami bertiga
dengan memandang muka ayah dan ibuku ?!" kata Kwee
Siang. „Nanti kepada ayah dan ibu aku akan menceritakan
segalanya perihal Locianpwe yang telah melepas budi kepada
kami...".
Mendengar perkataan Kwee Siang, Lie Bun Hap telah
tertawa ber-gelak2 dengan keras.
,,Hemm, engkau bicara seperti juga bermimpi !" katanya
dingin. ,.Apa harganya ayah, ibumu harus kupandang ?
Hemm, jika Kwee Ceng dan Oey Yong sendiri yang datang
memohon! agar aku melepaskan Yo Him. belum tentu aku
akan melayaninya, bahkan bisa2 mereka kumampusi
sekalian...!".
Kaget Kwee Siang mendengar perkataan Lie Bun Hap yang
terakhir itu. Ternyata orang she Lie ini sama sekali tidak
memandang muka terang dan kepopuleran nama Kwee Ceng,
dan Oey Yong. Disamping itu, orang she Lie ini terlalu
sombong dan takabur sekali, maka hal ini tidak
menggembirakan hati Kwee Siang, dan Phang Kui ln.
,,Lalu apa maunya Locianpwe ?" tanya Kwee Siang
menahan kemarahan hatinya.

„Kalian pergi menggelinding dari pulauku dan jangan coba2
berani datang kemari iagi karena jika aku bertemu kembali
dengan kalian, aku tentu akan menurunkan tangan maut
membinasakan kalian, dan kalian tidak bisa mengatakan lagi
aku terlalu kejam, sebab sekarang ini aku telah membebaskan
kalian dengan cara yang enak tanpa syarat".
Muka Kwee Siang dan Phang Kui ln jadi berobah merah.
Mereka tersinggung sekali.
Walaupun bagaimana Kwee Siang dan Phang Kui In
merupakan jago2 yang memiliki nama tidak kecil didalam
rimba persilatan dan kalangan kangouw, tetapi sekarang Lie
Bun Hap memperlakukan mereka sekehendak hatinya,
menghina mereka habis2an.
Tetapi Phang Kui In telah menjura lagi sambil menahan
kemarahan dihatinya.
Lie locianpwe walaupun bagaimana kami harus menemui
Yo Him dulu, nanti kami menanyakan langsung kepadanya,
apakah dia bersedia untuk menjadi muridmu, jika memang dia
bersedia untuk mengangkat guru padamu kamipun tidak bisa
berbuat apa2.”
“Kalian terlalu cerewet seperti nenek2 dan kakek2 !” teriak
Lie Bun Hap dengan suara yang keras sekali.
“Dengarlah dulu Lie locianpwe !”
Tetapi belum lagi suara Phang Kui In selesai diucapkan
disaat itu tampak Lie Bun Hap telah mengibaskan tongkat
ditangan kanannya sambil berkata “Cepat menggelinding pergi
sebelum aku melakukan tindakan kekerasan melemparkan
kalian ke tengah2 laut... !”
Suaranya bengis sekali mengandung hawa pembunuhan,
tetapi Kwee Siang dan Phang Kui In tidak takut melihat sikap
mengancam dari Lie Bun Hap. Bahkan mereka telah
mempersiapkan besi2 yang kuat pada kedua kaki mereka,

dengan sikap yang ber-hati2 karena mereka menyadari Lie
Bun Hap bukan hanya sekedar mengancam saja, tetapi bisa
saja orang she Lie itu melancarkan serangan sungguhan.
Melihat Kwee Siang dan Phang Kui In mengambil sikap
seperti menantang, muka Lie Bun Hap jadi berobah merah
padam, dengan suara bentakan yang keras dia telah bilang :
“Bagus, bagus ! Memang kalian rupanya mencari penggebuk
!".
Dan membarengi dengan perkataannya itu, tampak Lie Bun
Hap telah mengeluarkan suara bentakan yang nyaring sekali,
dia telah menggerakkan tongkat ditangan kanannya memukul
udara kosong, kemudian tongkatnya meluncur kearah
tenggorokan Phang Kui In.
Orang she Phang itu jadi terkejut, dia sampai
mengeluarkan suara teriakan tertahan karena kaget, sebab
datangnya serangan tongkat Lie Bun Hap sangat cepat sekali.
Dan belum lagi dia sempat memikirkan untuk menangkis atau
berkelit dengan jurus apa, tahu2 ujung tongkat lawannya
telah berobah arah lagi, menusuk kearah lambungnya !.
Cepat2 Phang Kui In membuang dirinya kelain arah untuk
mengelakkan serangan tongkat itu.
Namun belum lagi dia berhasil mengelakkan diri dari
tongkat Lie Bun Hap, dan belum lagi tubuhnya menyentuh
tanah, kaki kiri Lie Bun Hap telah melayang cepat sekali
menendang kempolan Phang Kui In.
,,Dukk" terdengar keras tendangan Lie Bun Hap mengenai
sasarannya dengan tepat, sehingga tidak ampun lagi Phang
Kui In jadi terlempar dan terguling diatas tanah, dia
merasakan kempolannya sakit sekali.
Lie Bun Hap tidak tinggal diam hanya sampai disitu saja,
dengan cepat dia mendekati Phang Kui In, terlihat tongkatnya
yang ditangan kanan telah melayang akan menusuk kearah
perut Phang Kui ln yang saat itu tengah rebah terlentang.

Phang Kui In jadi mengeluh, dia bisa membayangkan
betapa dahsyatnya tenaga menyodok tongkat itu kepada
perutnya, dan jiwanya bisa melayang jika sampai tertusuk oleh
ujung tongkat tersebut.
Bukan hanya Phang Kui In saja yang terkejut Kwee Siang
juga jadi terperanjat.
Dengan mengeluarkan suara bentakan nyaring dan tidak
membuang2 waktu lagi, tampak Kwee Sian telah menjejakkan
kakinya, tubuh
„Siuuttt...!" pedang itu meluncur secepat kilat dan
mengandung tenaga lwekang yang luar biasa kuatnya. Sinar
putih tampak meluncur terus kearah pundak kanan Lie Bun
Hap. Tetapi orang she Lie itu sama sekali tidak memperdulikan
serangan pedang Kwee Siang, dia hanya mengeluarkah suara
dengusan sambil meneruskan serangan ujung tongkatnya
yang hendak ditusukkan keperut Phang Kui In.
“Tranggg...!" ketika mata pedang Kwee Siang berhasil
mengenai pundak orang she Lie itu, dia merasa menikam
semacam benda keras, dan pedangnya itu telah melejit,
sehingga Lie Bun Hap tidak terluka sama sekali.
Sedangkan Phang Kui In menyaksikan kejadian yang
berlangsung hanya satu, dua detik itu. tambah terkejut.
Mati2an dia telah menekan tanah dengan kedua tangannya,
meminjam tenaga tekanan itu, tubuh Phang Kui In telah
meloncat kesamping, bergulingan menjauhan diri dari
lawannya.
Tongkat Lie Bun Hap telah meluncur cepat dan menghujam
tanah, masuk cukup dalam. Gusar sekali Lie Bun Hap, sampai
dia berjingkrak, marah ketika mengetahui lawannya telah
berhasil menyelamatkan diri.
Untuk melampiaskan kemarahannya itu, Lie Bun Hap tidak
berdiam diri saja waktu serangannya kepada Phang Kui In
telah gagal mengenai sasarannya, dengan cegat sekali

tongkatnya yang tercekal ditangan kiri telah menyambar
dahsyat kearah perut Kwee Siang.
“Wutt...!." tongkat ditangan kiri Lie Bun Hap telah
menyambar mengejutkan Kwee Siang. Tetapi sebagai seorang
jago muda yang memiliki kepandaian tinggi, dan puteri dari
jago2 ternama Kwee Ceng dan Oey Yong, disamping itu
sebagai cucu dari Oey Yok Su, maka dia tidak menjadi gugup
menghadapi keadaan seperti itu.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur,
tampak Lie Bun Hap telah memperhebat serangan tongkatnya
kepada Kwee Siang, agar berhasil mengenai Sasarannya.
Tetapi Kwee Siang juga dapat bergerak lincah, dengan
cepat pedangnya berputar dan menangkis serangan tongkat
orang she Lie itu
“Tranggg !'' suara benturan antara pedang dengan tongkat
terjadi sampai Lie Bun Hap terkejut karena telapak tangannya
dirasakan sakit sekali, sehingga dia mengeluarkan suara
seruan kaget !. untung saja tongkatnya itu tidak sampai
terlepas dari cekatannya, dan tubuhnya tidak sampai roboh
terjungkel.
Kwee Siang telah mengeluarkan suara tertawa dingin. Tadi
dia bukannya tidak terkejut waktu senjata mereka saling
bentur, Kwee Siang merasakan telapak tangan kanannya
pedih dan panas sekali, disamping itu juga pedangnya tergetar
keras hampir saja akan terlepas dari cekalan tangannya.
Untung Saja Kwee Siang merupakan pendekar wanita dijaman
itu yang memiliki Kepandaian tinggi dan hampir setingkat
dengan kepandaian ibunya, Oey Yong, dan Kwee Siang hanya
kalah pengalaman saja.
Maka dengan mencekal keras2 gagang pedangnya, dia
sengaja telah memperdengarkan suara tertawa dingin untuk
menutupi keterkejutannya itu.

„Hayo seranglah lagi !! “ kata Kwee Siang dengan suara
nyaring.
Lie Bun Hap telah gusar sekali, dia mengeluarkan seruan
marah, tahu2 tongkatnya telah menotok tanah dan tubuhnya
melambung beberapa tombak tingginya meminjam tenaga
totolan dari tongkat tersebut.
Dan waktu tubuh Lie Bun Hap terapung ditengah udara,
dengan cepat sekali dia menggerakkan tongkatnya, dan dia
telah melancarkan pukulan “Pek Kong Ciang” (Pukulan Udara
Kosong). Sebetulnya ilmu Pek Kong Ciang itu hanya khusus
untuk ilmu pukulan tangan kosong. Tetapi karena Lie Bun Hap
mempergunakan sepasang tongkat, dan tidak mungkin dia
melepaskan tongkatnya yang bisa dipergunakan menunjang
tubuhnya itu, dia telah merobah pukulan Pek Kong Ciang itu
menjadi pukulan udara kosong yang dilakukan sekaligus
dengan kedua tongkatnya itu.
„Wutt, siuutt...!" be-runtun2 kedua senjata tongkat itu telah
meluncur gencar kearah Kwee Siang.
Puteri Kwee Ceng dan Oey Yong itu jadi kaget bukan main,
dia telah merasakan sambaran angin serangan yang kuat
sekali walaupun serangan lawan belum tiba, masih terpisah
setengah tombak.
Tetapi sebagai Siauw-sia, sisesat kecil, yang menuruni sifatsifat
kakeknya, sisesat tua Oey Yok Su, maka Kwee Siang
tidak pernah mengenal perasaan 'takut'. Walaupun dia melihat
serangan yang dilakukan oleh lawannya itu merupakan
serangan yang kuat dan hebat, tetapi Kwee Siang tidak
mundur setapakpun juga, dia hanya memutar pedangnya berruntun2
dia telah mempergunakan jurus “lima kali berlutut
menyembah Budha” lalu disusuli lagi dengan “bidadari
mempersembahkan arak”, kemudia waktu lawannya
melancarkan serangan lagi, saat itulah tampak Kwee siang
telah mendahului menyerang kearah dada Lie Bun Hap
dengan gerakan yang sangat manis, yang mempergunakan

jurus ‘jie liong in cu’ atau sepasang naga berebut mustika”,
pedangnya itu berkesiuran mencaplok dan mengigit dada
lawannya.
Lie Bun Hap mengeluarkan suara tertawa mengejek tanpa,
memperdulikan pedang Kwee Siang yang menyambar kearah
dadanya, dia menggerakkan kedua tongkatnya untuk
membarengi melancarkan serangan lagi. Gerakannya itu
membuat Kwee siang terkejut, karena tadi dia telah
mengalami betapa kulit punggung lawannya tidak tertembus
oleh mata pedang. Maka melihat kali ini lawan tidak berusaha
mengelakkan diri dari tusukan pedangnya, Kwee Siang bisa
menduga bahwa lawannya tentunya mengenakan pakaian
lapis baja atau besi, sehingga tidak mempan oleh tikaman
atau tusukan pedangnya.
Kwee siang cerdik sekali, dia tidak mau dibodohi musuhnya
lagi, dia teiah menarik pulang pedangnya, kemudian
dibaliknya pedang itu meluncur kesamping untuk menangkis
sekaligus kedua batang tongkat Lie Bun Hap yang tengah
menyambar kearah dirinya.
“Trangggg !” kembali pedang Kwee siang tergetar dan dia
merasakan telapak tangannya sakit dan pedih, dia baru
menyadari bahwa tongkat Lie Bun Hap bukan tongkat kayu,
melainkan tongkat besi hitam yang terkenal kekuatannya.
Lie Bun Hap juga tidak tinggal diam, karena begitu tongkat
hitamnya terbentur dengan pedang Kwee siang dia telah
mengeluarkan suara bentakan yang garang, lalu tongkatnya
menyambar dengan pesat akan menotok dada kanan sigadis.
Tetapi Kwee siang telah memiliki latihan yang cukup
sempurna dalam pelajaran Kiu Im Cin Keng dan kakeknya
yang memanjakannya sebagai cucu terkecil itu, telah
menurunkan banyak sekali pelajaran ilmu simpanannya.
Dengan demikian walaupun dirinya tengah terancam bahaya
yang tidak kecil, namun Kwee Siang bisa menghadapinya
dengan baik, dia menghadapi gempuran tongkat Lie Bun Hap

dengan dua kali memiringkan tubuhnya, dan telah berhasil
melompat kebelakang.
Tetapi Lie Bun Hap rupanya tidak mau melepaskannya
begitu saja, begitu serangan tongkatnya gagal, dia
membarengi melancarkan serangan serentak dengan kedua
tongkatnya.
Gerakan yang dilakukan Lie Bun Hap tidak bisa diremehkan,
karena pada kedua tongkatnya itu telah tersalurkan kekuatan
tenaga lwekang yang hebat, yang bisa menghancur leburkan
sebungkah batu jika terserang oleh tongkatnya itu.
Kwee Siang juga merasakan berkesiuran angin serangan
dari kedua tongkat lawannya yang tangguh ini, dia cepat2
menarik napas dalam2, lalu menyalurkan kekuatannya
kedalam telapak tangannya yang terus kesalur masuk kedalam
pedangnya. Mata pedangnya ditundukkan menghadap bumi,
sedangkan kedua lengannya mencekal pedangnya itu seperti
juga tengah memberi hormat.
Lie Bun Hap terkejut.
„Itulah Sian Lie Sin Kiam Sut !" berpikir Lie Bun Hap dalam
hatinya. „Sian Lie Sin Kiam Sut berarti ilmu Pedang Bidadari
sakti”
“Trangg !” benturan antara tongkat Lie Bun Hap dengan
pedang Kwee Siang tidak bisa dielakkan lagi sehingga
terdengar suara benturan logam yang kuat sekali, disamping
menimbulkan lelatu api.
“Hebat nona Kwee itu ." diam2 Phang Kui In jadi berpikir
didaiam hatinya. „Jika aku yang menghadapi Lie Bun Hap,
tentu siang2 aku telah binasa ditangannya...!".
Apa yang dipikirkan oleh Phang Kui In memang benar,
karena waktu antara tongkat dengan pedang saling bentur,
bukan hanya Kwee Siang belaka yang terhuyung mundur
sampai empat tombak dengan muka yang berobah pucat,

tetapi Lie Bun Hap juga telah ter huyung2 mundur kebelakang
dengan mengeluarkan suara seruan tertahan, dia telah
terdorong mundur empat tombak juga oleh dorongan tenaga
tangkisan yang dilakukan oleh Kwee Siang.
Phang Kui In berdiri mengawasi pertempuran itu denpan
hati berdebar.
dia tidak berani melompat maju untuk membantui Kwee
Siang, karena dia menyadari, jika dia melibatkan dirinya dalam
pertempuran dengan mereka berarti dirinya akan celaka,
karena justru Lie Bun Hap dan Kwee Siang masing2 tengah
mengeluarkan kepandaian mereka yang paling kuat.
Itulah sebabnya Phang Kui In hanya berdiri tertegun saja
dengan muka sebentar2 pucat.
„Nah, kau sudah melihatnya, bukan ?" tanya Kwee Siang,
waktu pendekar wanita itu berhasil berdiri tetap. „Bukan
hanya engkau saja yang berhasil memiliki kepandaian yang
tinggi ! Untung saja hari ini engkau hanya bertemu dengan
aku, coba kalau engkau bertemu dengan kedua orang tuaku,
tentu bukan kakimu saja yang tidak ada, sepasang tanganmu
mungkin akan dikutungkannya juga, karena engkau seorang
yang sangat kejam dan jahat sekali! Hemmm, apalagi kalau
engkau bertemu dengan kakekku, tentu engkau tidak akan
memiliki harapan untuk hidup terus!".
Mendengar perkataan seperti itu, muka Lie Bun Hap jadi
berobah merah padam, tetapi dia tidak melancarkan serangan
lagi, melainkan dia telah mengeluarkan suara tertawa bergelak2
yang sangat nyaring sekali.
Kwee Siang jadi heran dan mengawasi dengan tertegun,
dia telah melihat bahwa lawannya tadi. selama bertanding
bukanlah lawan yang lunak. Bahkan jika dilihat cara2
menyerangnya, kepandaian Lie Bun Hap lebih tinggi satu
tingkat dari dia, dan juga lebih menang pengalaman, karena

dari usianya yang telah setengah baya itulah membuat Lie Bun
Hap kenyang oleh pengalaman2nya.
Tetapi ada satu kelebihan yang dimiliki Kwee Siang, yaitu
dia memiliki Ginkang (ilmu meringankan cubuh) yang tinggi
sekali, sehingga walaupun tenaga Iwekangnya masih kalah
dibandingkan dengan Lie Bun Hap, tetapi dia bisa menghadapi
lawannya dengan baik. Juga ilmu pedang yang dimiliki oleh
Kwee Siang merupakan ilmu pedang ciptaannya sendiri, yang
digubahnya dari pelajaran Kiu Im Cin Keng dan Kiu Im Siankiam-
sut.
Setelah puas tertawa, Lie Bun Hap telah memandang
kearah Kwee Siang dengan sorot mata yang tajam sekali, dia
juga telah berkata dengan nada suara perlahan dan dalam !
„Anak yang manis, engkau memang harus diberikan pelajaran
agar mengerti tingginya langit...!".
Dan berkata sampai disitu, tampak Lie Bun Hap telah
mengeluarkan suara mendesis, tahu2 tongkat ditangan
kanannya diangkat tinggi melewati kepalanya, sehingga dia
hanya berdiri dengan bantuan tongkat tunggal ditangan
kirinya. Sikapnya memperlihatkan ketegangan, dan disamping
itu juga tampaknya Lie Bun Hap tengah mengerahkan tenaga
dalamnya kedalam tongkat ditangan kanannya. Gerakan yang
dilakukan itu merupakan gerakan yang mengerikan, karena
bagi orang2 yang mengerti dan mengetahui, mereka tentu
akan bergidik. Rupanya Lie Bun Hap tengah menyalurkan
kekuatan lwekang ribuan kati untuk melancarkan serangan
kepada Kwee Siang.
Kwee Siang yang celah memiliki kepaadaian tinggi, tentu
saja menyadari bahaya yang tengah mengancam dirinya. Dia
tidak berani berlaku ayal, dengan mata tetap mengawasi dan
sikap yang berwaspada sekali, tampak Kwee Siang juga
mengangkat pedangnya dilintangkan didepan dadanya. Dia
telah menyalurkan sembilan bagian tenaga lwekangnya
kepedangnya.

„Hemmm, sekarang kau terimalah seranganku !" berseru
Lie Bun Hap.
,,Hati2 Kwee Liehiap !!" teriak Phang Kui In dengan kuatir
sekali.
Tetapi Kwee Siang tetap tenang, berdiri tegak dengan
bibirnya tersungging senyuman.
„Jangan kualir, Phang Lo-engbiong, orang ini memang
harus diberi hajaran agar dia mengetahui dalamnya lautan dan
tingginya langit ...!" kata Kwee Siang dengan suara perlahan
dan dia telah mengawasi terus kepada lawannya, karena
sedikitpun juga Kwee Siang tidak berani berlaku lengah.
Dalam keadaan seperti ini, terlihat Lie Bun Hap telah
menotolkan tongkat tangan kirinya, membarengi tongkat
ditangan kanannya bergerak akan menusuk jalan darah Tan
Tian Hiatnya Kwee Siang.
,,Siutt...!" tongkat yang dipergunakan menyerang dengan
tenaga yang sangat kuat itu telah menimbulkan suara desiran
angin yang sangat tajam, dan mata tongkat itu telah
menyambar dengan pesat sekali.
Kwee Siang merasa kagum atas kepandaian ilmu tongkat
Lie Bun Hap yang benar2 mengagumkan, dia menanti sampai
serangan Lie Bun Hap hanya terpisah beberapa cie dari
dadanya, barulah dia menangkis dengan, jurus "Burung Hong
melebarkan sayap" dan terlihat betapa pedangnya menahan
meluncurnya tongkat lawan.
Dalam keadaan demikian, tampak Lie Bun Hap sama sekali
tidak bermaksud menarik pulang pukulannya. Dengan gerakan
"Pat Sian Ie Ie" atau "Delapan Dewa berada dalam hujan", dia
meneruskan serangannya, beruntun mata tongkatnya itu telah
ber-gerak2 dengan sikap yang mengancam.
Disaat itu tampak Kwee Siang juga tidak tinggal diam, dia
telah melancarkan serangan dari jurus2 ilmu pedang yang

sangat hebat sekali. Ilmu pedang gabungan dari kedua orang
tuanya dan kakek luarnya, yaitu Oey Yok Su yang digabung
dengan ilmu pedang yang diperoleh dari pelajaran ilmu Kiu im
Kiam-sut yang didapatnya dari Kak Wan Taisu.
Sinar pedang yang berkilauan gemerlapan itu seperti juga
segulungan bundar sinar putih yang mengurung tubuh Kwee
Siang, sehingga Lie Bun Hap tidak berdaya untuk menyerang
dan mendesak terus menerus kepada Kwee Siang. Dia harus
memperhitungkan dan mempertimbangkan setiap serangan
yang hendak di lakukannya. Dalam waktu yang singkat kedua
orang itu telah terlibat dalam suaiu pertempuran yang sangat
seru sekali, hampir enam puluh jurus...tetapi sebegitu jauh
mereka bertempur, belum ada juga yang tampak terdesak.
Tampaknya mereka berimbang.
Lie Bun Hap yang merupakan tokoh golongan tua. tentu
saja jadi semakin penasaran, karena dia tidak berhasil untuk
menundukkan gadis dari golongan muda itu.
Phang Kui In melihat dikening Kwee Siang telah ber-manik2
keringat. Disamping itu juga dari atas kepala Kwee Siang
seperti mengepul mengeluarkan semacam uap putih yang
tipis.
Rupanya gadis she Kwee itu telah letih sekali, Lie Bun Hap
juga bukannya tidak mengalami kerugian dengan pertempuran
tersebut, sebab setiap serangan yang dilancarkannya harus
memakai banyak sekali tenaganya. Tidak mengherankan jika
disaat itu Lie Bun Hap juga telah lelah sekali. Kepalanya
mengeluarkan uap putih tipis juga.
Melihat keadaan kedua orang yang sedang bertampur itu,
Phang Kui In jadi berkuatir sekali, karena dia menyadari
sedikit saja salah seorang diantara merena itu berbuat lengah,
tentunya hal itu akan membahayakan jiwanya. Dalam keadaan
demikian dengan mengeluarkan suara seruan yang keras
sekali, keduanya berulang kali telah melompat mundur.

Tetapi mereka hanya mengambil napas sejenak, lalu
keduanya telah saling terjang lagi.
“Walaupun bagaimana aku harus membantu Kwee Lihiap.
Orang she Lie itu bukan orang baik2, diapun dari golongan
tua, maka tidak perlu aku malu mengeroyoknya... !”
Dengan tidak memikirkan lagi apa akibatnya, tampak Phang
Kui In telah menjejakkan kakinya tubuhnyha meloncat
mendekati kedua orang yang tengah baku hantam dengan
senjata masing2.
Sambil meloncat begitu, dia telah mencabut keluar
goloknya, dan mengeluarkan bentakan : “Jaga serangan !"
tampak tangan kanannya yang memegang senjata tajam itu
telah bergerak dengan cepat sekali, sehingga angin desiran
dari golok yang membacok itu mengejutkan Lie Bun Hap.
Tetapi sebagai jago yang memiliki kepandaian yang sangat
tinggi, dia sama sekali menjadi gugup. Tanpa menoleh lagi dia
telah menangkis golok yang tengah meluncur kedirinya
dengan tongkatnya yang ditangan kiri.
„Trang...!" golok Phang Kui In berhasil ditangkisnya.
Orang she Phang itu jadi mengeluarkan suara teriakan
tertahan bercampur kesakitan.
Yang hebat, waktu goloknya itu telah di tangkis oleh
tongkat lawannya, tampaknya tangkisan itu perlahan sekali,
tetapi kesudahannya cukup parah untuk Phang Kui In.
Waktu goloknya itu kena ditangkis oleh tongkat lawannya,
Phang Kui In merasakan tangannya pedih bukan main,
goloknya itu tergetar, dan terlepas dari cekalannya,
menyambar kearah sebatang pohon, dan menancap di situ
dalam sekali !
Muka Phang Kui In jadi berobah merah dan pucat
bergantian. Orang she Phang ini merasa marah dan

mendongkol bercampur aduk menjadi satu. Dengan nekad
akhirnya dia menyerang lagi dengan tangan kosong.
Per tama2 begitu terlepas goloknya, Phang Kui In telah
melancarkan serangan kepalan tangannya dengan jurus
,Memukul mati Harimau Hutan’ tangan kanannya ditekuk
sedikit dan tangan kirinya dilonjorkan kedepan. Kakinya lalu
menyerampang bhesi2 kedua kaki Lie Bun Hap. Kemudian
waktu itu Lie Bun Hap berhasil mengelakkan diri, dengan
cepat Phang Kui In menyusuli lagi dengan serangan kedua
tangannya yang hendak menjambak punggung lawan itu
dengan jurus ‘cengkeraman rajawali merobek hati’ itulah
semacam jurus eng jiauw kang (ilmu kuku garuda), yang
mengandalkan kekuatan jari2 tangan yang bisa dipergunakan
mencengkeram lengan kuat sekali. Hanya jurus yang
dipergunakan oleh Phang Kui In ada Kelebihannya jika
dibandingkan dengan Eng-jiauw kang, karena dia bisa saja
menarik pulang tangannya jika keadaan tidak mengijinkan,
sedangkan Eng-jiauw-kang sekali menyambar datang kepada
lawan, serangan itu tidak bisa dibatalkan.
Kwee Siang juga tidak tinggal diam, dia telah
menggerakkan pedangnya ber-tubi2 melancarkan tikaman dan
tabasan kepada Lie Bun Hap.
Dangan jurus "Dewi Mempersembahkan Buah", kemudian
disusul dengan "Dewi Menari Ditaman", terulang kali
pedangnya berkelebat-kelebat dengan cepat sekali. Serangan2
yang dilancarkannya itu sangat sulit untuk dijaga oleh
pertahanan yang bagaimanapun ketatnya. Namun Lie Bun Hap
justru saat itu masih sempat untuk menangkis dengan
tongkatnya yang satunya lagi, walaupun disaat itu dia tengah
menangkis serangan Phang Kui In.
Tetapi dengan melakukan penangkisan terhadap dua
serangan yang berlainan arah, Lie Bun Hap telah melakukan,
suatu kesalahan yang besar. Begitu pedang Kwee Siang
ditangkisnya segera dia merasakan pundatnya sakit bukan

main, sampai Lie Bun Hap mengeluarkan jerit kesakitan tanpa
diinginkannya. Dia telah meraung dari memutar tongkatnya,
sehingga untuk sejenak Phang Kui In dan Kwee Siang tidak
bisa melancarkan serangan lagi ketika melihat kekalapan
lawan mereka itu.
Ternyata punggung Lie Bun Hap telah kena dicengkeram
oleh Phang Kui In, sehingga kulit punggungnya pecah dan
tertarik copot oleh cengkeraman jari2 tangan Phang Kui In.
Dengan mengeluarkan suara raungan yang luar biasa
kuatnya tampak Lie Bun Hap telah melancarkan kemplangan
tongkatnya kepada Phang Kui In dengan seluruh tenaga
lwekangnya..
Phang Kui In jadi terbang semangatnya. Tidak mungkin dia
menangkis serangan sehelat itu dari lawannya, karena jika
Phang Kui In memaksakan diri menangkis juga, berarti dirinya
akan terluka berat dan mati. Sedangkan untuk meloloskan diri
juga sudah tidak keburu, tongkat Lie Bun Hap telah
menyambar datang dekat sekali. Mati2an Phang Kui In telah
membuang dirinya kesamping kiri, dia telah bergulingan
dengan cepat sekali. Namun tidak urung tangan kirinya
terkena oleh angin serangan itu, sehingga Phang Kui In
mengeluarkan jerit kesakitan, tulang lengan kirinya itu telah
hancur remuk terserang oleh gempuran yang sangat kuat itu !
Kwee Siang terkejut.
Dia melompat ingin menghampiri Phang Kui In. Tetapi
belum lagi Kwee Siang sempat melaksanakan apa yang
diinginkannya, tiba2 sepasang tongkat dari Lie Bun Hap telah
menyambar datang kepadanya dengan cepat sekali.
Kwee Siang terpaksa membatalkan maksudnya untuk
melihat keadaan Phang Kui In, dan menangkis kedua tongkat
yang tengah menyambar kedirinya itu.
Kemudian Kwee Siang telah membalas menyerang juga,
sehingga mereka terlibat kembali dalam pertempuran yang

mati2an, sebab masing2 telah mengeluarkan seluruh
kepandaiannya.
Phang Kui In yang semula menggeletak ditanah, telah
berusaha untuk bangun, tangan kanannya menegangi tangan
kirinya dengan muka meringis menahan sakit. Bisa
dibayangkan betapa menderitanya Phang Kui In dengan
hancurnya tulang lengannya itu.
Waktu itu Kwee Siang terdesak sekali oleh amukan
sepasang tongkat Lie Bun Hap. Beberapa kali Kwee Siang
hampir terserang oleh senjata lawan. Untung saja dia memiliki
kepandaian Delapan Patkwa, yang diajarkan oleh ibunya, ilmu
keturunan keluarga Oey, maka Kwee Siang tidak sampai
dirubuhkan oleh lawannya. .
Pedang Kwee Siang me-nyambar2 bagaikan seekor naga
putih yang meluncur. dengan cepat dan mengincar bagian2
yang bisa membinasakan lawannya.
Dalam keadaan seperti itu Kwee Siang juga telah memutar
otak untuk mencari jalan keluar guna menaklukkan musuhnya
itu ! Jika terpaksa Kwee Siang juga bermaksud akan
membinasakan lawannya tersebut, karena dia telah
melihatnya bahwa Lie Bun Hap merupakan seorang yang
kejam dan tidak memiliki perikemanusiaan.
Tetapi disebabkan kepandaian lawannya cukup tinggi,
mungkin berada diatas kepandaiannya, tidak mudah bagi
Kwee Siang untuk membinasakannya.
Lie Bun Hap juga mengeluh dalam hatinya, karena selama
ini telah ratusan jurus mereka bertempur, belum ada tanda2
dia berhasil mendesak Kwee Siang. Dan juga jadi kuatir kalau2
nanti dirinya dirubuhkan Kwee Siang, tentu namanya yang
terkenal dan dipupuk selama puluhan tahun itu akan sirna dan
runtuh.... nama baiknya akan tercemar dengan rubuhnya dia,
yang pasti akan ditertawai oleh orang2 rimba persilatan.......!

Waktu itu Phang Kui In telah bisa berdiri walaupun
tubuhnya masih ber-goyang2 tidak bisa berdiri tetap, namun
rasa sakit dilengan kirinya itu sudah berkurang banyak. Tulang
lengan kirinya itu hancur, tetapi sebagai seorang jago yang
memiliki nama, tentu saja Phang Kui In tidak mau menyerah
dengan keadaan seperti itu.
Dengan mengeluarkan suara raungan yang tiba2 sekali
tampak Phang Kui In telah melompat melancarkan serangan
kepunggung Lie Bun Hap dengan kepalan tangan kanannya.
Angin serangan itu berkesiuran sangat kuat sekali, sebab
Phang Kui ln melancarkan serangannya dengan
mempergunakan seluruh kekuatan tenaga lwekang yang ada
padanya Dan waktu itu Lie Bun Hap hanya mendengar suara
berkesiuran angin serangan orang she Pharg itu, dan dia
tanpa menoleh telah menggumam dengan suara dingin :
„Apakah engkau menghendaki hancurnya kembali tulang
lengan kananmu...?" ejeknya. Dan bukan hanya ejekan yang
dilontarkan Lie Bun Hap, karena dia telah mengeluarkan
tongkat kanannya yang disertai tenaga dalam yang dahsyat,
menyampok pergelangan tangan Phang Kui ln dengan
mempergunakan jurus "Tongkat Sakti Mengemplang Kera",
gerakannya bukan main dahsyatnya.
JILID 22
Dalam sekejab mata saja tampak serangan2 yang
menyambar dengan kuat itu hampir mengenai pergelangan
tangan Phang Kui In Tetapi jago she Phang ini yang telah
mengetahui kehebatan tongkat lawan telah cepat2 menarik
pulang tangannya.
Gerakan Phang Kui In sangat cepat. tetapi tongkat dari
lawannya bergerak jauh lebih cepat lagi, sehingga dapat
menyerempet bahu Phang Kui In.

Tampaknya serempetan tongkat itu perlahan sekali, tetapi
kesudahannya Phang Kui In terjungkel rubuh pingsan !
Walaupun pundaknya tidak patah, karena hanya serempetan
yang sedikit saja itupun telah cukup membuat Phang Kui In
jadi tidak sadarkan diri.
Kwee Siang terkejut melihat Phang Kui In kembali kena
dirubuhkan oleh Lie Bun Hap. Dengan tidak mem-buang2
waktu lagi tampak Kwee Siang telah meloncat kedekat Lie Bun
Hap sambil berseru : „Lihat pedang !" pedang ditangannya
menyambar dengan jurus ‘Pelangi delapan arah", dimana dia
telah melancarkan serangan kepada Lie Bun Hap dengan
tikaman2 beruntun dari delapan penjuru arah.
Lie Bun Hap melihat perobahan cara menyerang Kwee
Siang, dia jadi lebih ber-hati2.
Apa yang dilakukan oleh Kwee Siang memang ingin
mengalihkan perhatian Lie Bun Hap dari diri Phang Kui In, dan
usaha sigadis memang berhasil.
Dengan mengeluarkan suara raungan yang sangat keras,
Lie Bun Hap telah melompat melancarkan serangan dengan
kedua tongkatnya.
„Serrr, serrr," beberapa kali "terdengar berkesiuran angin
serangan tongkat Lie Bun Hap.
Kwee Siang melihat lawannya melancarkan serangan nekad
seperti itu, jadi mengeluh didalam hatinya. Karena gadis ini
merasakan tekanan2 berat dari kedua tongkat lawannya itu.
Dalam sekejap mata mereka telah bertempur beberapa
puluh jurus lagi.
Waktu Lie Bun Hap ingin melancarkan serangan pula,
disaat itulah terdengar suara yang nyaring, suara seorang
anak kecil : Tahan...! Hentikan...!"
Kwee Siang mengelakkan kemplangan tongkat kanan Lie
Bun Hap, dan menusuk dengan pedangnya keperut lawannya.

Gerakannya itu memaksa Lie Bun Hap harus melompat
mundur mengelakkan diri. Kesempatan, itu dipergunakan
Kwee Siang untuk melirik.
Hatinya jadi meluap gembira.
„Yo Him ? Kau sehat2 saja ?" teriak Kwee Siang dengan
suara penuh kegembiraan.
„Hentikan encie Siang...justru lopehpeh (paman) itu yang
telah menolongi aku...!" kata Yo Him sambil berlari
menghampiri.
Kwee Siang bernapas lega waktu melihat Yo Him tidak
mengalami cidera apa2.
Yo Him berlari menghampiri Phang Kui In yang masih
menggeletak pingsan ditanah.
„Paman Phang ! Paman Phang !" berseru anak itu dengan
suara sedih waktu melihat keadaan Phang Kui In.
„Totok jalan darah Tu-lie-hiat didekat tulang piepe, dia
akan segera sadar kembali !" Kwee Siang telah memberikan
petunjuk kepada Yo Him.
Yo Him menuruti petunjuk yang diberikan oleh Kwee Siang,
dia menotok jalan darah Tu lie-hiat dari paman Phangnya itu.
Lie Bun Hap saat itu tengah berdiri tegak dengan sikap
tidak gembira, wajahnya juga murung sekali. Dia hanya
memperhatikan sikap Yo Him dengan sebentar2 mengeluarkan
suara dengusan mengandung kemendongkolan.
Totokan Yo Him memang benar2 telah menyadarkan
paman Phangnya itu dari keadaaa pingsannya yang cukup
lama itu, begitu membuka kelopak matanya, Phang Kui In
melihat Yo Him berada dihadapannya.
Kegembiraannya jadi meluap. Lupa akan luka ditangan
kirinya, dia mengulurkan kedua tangannya untuk mencekal
tangan Yo Him.

"Tetapi begitu tangan kirinya digerakkan, dimana tulang
lengannya telah hancur, Phang Kui In menjerit kesakitan,
tangan itu seperti juga lumpuh tidak memiliki kekuatan apa2
lagi. Mukanya juga jadi berobah pucat menahan perasaan
sakit.
Yo Him terkejut. „Kenapa kau, paman Phang ?". „Lenganku
sakit...". „Lengan kiri ?".
„Ya, tulang lengan kiriku telah dihancurkan oleh iblis
buntung itu...!" sambil berkata begitu tampak Phang Kui In
telah memandang kepada Lie Bun Hap dengan sorot mata
mengandung kebencian dan dendam.
Tetapi Lie Bun Hap tidak mengacuhkan sikap Phang Kui In,
dengan suara yang tawar dia telah berkata kepada Yo Him.
,,Yo Him, kemarin engkau telah berjanji bahwa engkau
tidak akan membantah perkataanku, bukan ?".
Yo Him mengangguk cepat. „Ya, aku telah berjanji tidak
akan membantah perintah dari Lopehpeh, yang telah
menyelamatkan jiwaku dari kematian.... ditolong dari
terjangan ombak."
„Bagus, bagus !" kata Lie Bun Hap dengan suara yang
tetap dingin, bahkan disudut bibirnya tampak seulas
senyuman bergaris sinis. ,,Sekarang juga aku perintahkan
engkau kembali kerumahku dan tinggalkan manusia tidak
punya guna itu !".
„Lo pehpeh ?!" Yo Him terkejut. „Kukatakan, kini engkau
kuperintahkan untuk kembali kerumahku!".
„Tapi lopehpeh, paman Phangku int telah menderita luka
cukup serius yang harus cepat2 ditolong...!" kata Yo Him.
Mata Lie Bun Hap jadi berkilat bengis, dia telah
berkata.dengan suara yang dingin :

„Tadi kau baru menyatakan akan menuruti setiap
perintahku, tetapi belum lagi janjimu itu lenyap dari telingaku,
kau telah melanggarnya sendiri !".
Yo Him jadi serba salah, dia telah berkata dengan suara
yang ragu2,
„Tapi Lopehpeh, paman Phang sudah kuanggap sebagai
orang tuaku. Dan enci Siang sebagai cici kandungku,..!
Bagaimana aku bisa membiarkan mereka menderita ?
Lopehpeh, silahkan memerintahkan kepadaku untuk
melakukan pekerjaan lainnya saja, walaupun harus terjun
kedalam kobaran api atau minyak panas, aku tidak akan
menampiknya...!";
“Sungguh kata2 yang takabur sekali !" kata Lie Bun Hap.
„Apakah kata2mu yang sekarang ini bisa dipegang
kebenarannya ?”.
Yo Him mengangguk cepat tanpa ragu2
“Benar lopehpeh, perintahkanlah apa saja asal kau tidak
mengganggu paman Phang dan encie Siang, aku akan
melakukan semua perintah itu sebaik mungkin !" tegas waktu
Yo Him berkata begitu, dia juga memperhatikan sikap bersungguh2.
Phang Kui In jadi berkuatir sekali, disamping itu diapun jadi
berduka. Dia mengetahui sejak kecil Yo Him telah menerima
banyak kesengsaraan dan juga dia selalu menderita dibawah
tekanan2 yang terjadi pada keluarganya, dimana sejak
dilahirkan Yo Him belum pernah melihat ayah kandungnya.
Dan begitu juga dia dengan ibunya, ketika masih berusia tidak
lebih dua bulan, harus berpisah dengan ibu kandungnya.
Sekarang demi kepentingan dan keselamatan Phang Kui In
dan Kwee siang dia bersedia menjadikan dirinya sebagai
tumbal, tentu saja hal itu telah membuat Phang Kui In jadi
terharu sekali. Sampai dia menitikkan air matanya. Dan disaat

itu tangan kanannya yang tidak mengalami cidera telah
diulurkan dan mencekal tangan anak itu.
“Him jie engkau jangan memikirkan kami, pergilah dan
ikutilah loenghiong itu, tentu engkau akan menjadi murid yang
pandai dan kelak memiliki kepandaian yang tinggi ... !”
Saat itu Lie Bun Hap telah tertawa dengan suara yang
nyaring, katanya “sekarang mari engkau buktikan kata2mu itu
! Aku akan memberikan perintah diluar dari kepentingan
kedua orang tolol itu, tetapi jika perintahku kali ini ditampik
olehmu, hemm, hemm, kau tidak perlu bicara lagi, orang itu
akan kubinasakan !”
Kemudian Lie Bun Hap telah bertanya lagi “Tadi engkau
mengatakan tidak takut untuk terjun kedalam minyak panas
atau terjun kedalam kobaran api, bukankah begitu ?".
Yo Him mengangguk cepat, sedikitpun dia tidak
memperlihatkan ke ragu2an.
„Tepat ! Perintah apa saja yang akan diberikan lopehpeh
akan kulaksanakan, asal lopehpeh mau mengampuni jiwa
paman Phangku ini dan juga membebaskan encie Siang...!".
Lie Bun Hap telah tertawa gelak2 dengan suara yang
sangat mengerikan, dia telah menggerakkan kedua
tongkatnya, dimana tubuhnya memang mengandalkan kedua
tongkat tersebut untuk berjalan karena dia tidak memiliki
sepasang kakinya lagi.
Waktu tiba didekat sebatang pohon, dia menoleh kepada
Yo Him.
„Nah, sekarang engkau siapkan kayu2 kering, kumpulkan
cukup banyak...!!”, kata Li Bun Hap kemudian.
Yo Him menuruti perintah itu, walaupun hatinya ber-debar2
karena dia dapat menduganya apa yang akan dihadapinya
nanti.

Tetapi tidak urung anak yang besar hati dan tabah ini
melaksanakan perintah Lie Bun Hap, dia mengumpulkan
cabang dan ranting kering, yang ditumpuknya menjadi cukup
tinggi.
Selesai mengumpulkan ranting2 itu Yo Him menoleh
kepada Lie Bun Hap.
”Apa yang harus kulakukan lagi ?" tanyanya kemudian.
“Nyalakan api pada ranting2 kering itu" perintah Lie Bun
Hap pula.
Him jie, jangan kau turuti perintah gila dari manusia tidak
mengenal perikemanusiaan ini !” teriak Kwee Siang ketika
menyaksikan semua itu dan dapat menduga apa yang hendak
diperintahkan Lie Bun Hap kepada Yo Him.
Yo Him menoleh kepada Kwee Siang sambil katanya “
“Encie Siang, bukankah seorang kuncu tidak akan menjilat
kembali ludahnya yang telah dibuang ?. bukankah kata2
seorang kuncu merupakan kuda yang dicambuk dan tidak bisa
ditarik mundur pula ?, sudahlah encie Siang asal lopehpeh ini
mau mengampuni kalian, apa saja yang diperintahkannya
akan kulaksanakan !”
Muka Kwee Siang berubah menjadi pucat.
“Yo Him, kau .... ?”
Tetapi belum habis suara Kwee Siang, disaat itu tampak Lie
Bun Hap telah tertawa ber gelak2, menyeramkan sambil
mengawasi kearah Phang Kui In yang duduk numprah dengan
muka yang pucat pias.
Sedangkan Yo Him telah mulai menyalakan api pada
tumpukan ranting itu. Sebentar saja api telah berkobar tinggi.
Lie Bun Hap berhenti tertawa. Kemudian katanya dengan
suara yang nyaring : ,,Sekarang aku perintahkan kepadamu.
Him jie, untuk terjun kedalam kobaran api...!''.

Muka Yo Him pucat seketika, dia memang telah menduga
akan menerima perintah seperti itu, tetapi dia tidak yakin
bahwa Lie Bun Hap benar2 tidak memiliki perikemanusiaan
dan ingin membuktikan kata2nya dengan perintahkan dia
terjun kedalam kobaran api itu.
Tetapi perobahan dimuka Yo Him hanya sejenak, kemudian
sambil tersenyum tabah dia telah berkata kepada Lie Bun Hap:
„Lopehpeh, aku akan membuktikan bahwa janjiku bukan
main2, dan aku akan menuruti perintah yang diberikan
Lopehpeh, tetapi lopehpeh juga harus menepati janjimu tidak
akan mengganggu lagi encie Siang dan paman Phang, mereka
harus dibebaskan,..!".
„Oh, tentu, tentu kata Lie Bun Hap dengan suara yang
keras. Kemudian dia tertawa, lalu melanjutkan kata2nya lagi :
„Aku akan membebaskan jika mereka telah melihat engkau
membuktikan perkataanmu itu !”,
“Jangan Him-jie !" teriak Phang Kui In dengan suara
gemetar dan berusaha untuk bangkit. „Biar aku yang binasa,
engkau tidak perlu mengorbankan jiwa untuk kami...!".
„benar Him-jle, jangan kau lakukan perbuatan gila seperti
itu...!" teriak Kwee Siang sambil melompat akan menolongi
dan mencegah Yo Him terjun dalam kobaran api.
Suara tertawa Lie Bun Hap terdengar nyaring sekali, dia
tertawa mengejek.
Yo Him karena kuatir nanti dicegah dan dihalangi oleh
Kwee Siang, tanpa berpikir lagi dia telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya melompat kedalam kobaran api sambil berteriak :
„Selamat tinggal paman Phang ! Selamat tinggal Encie Siang
!".
“Phang Kui In dan Kwee Siang masing2 mengeluarkan
suara jeritan ngeri menyaksikan itu. Mereka telah
mengeluarkan suara teriakan yang sangat menyayatkan,

bahkan Kwee Siang telah menutup mukanya dengan kedua
telapak tangannya.
“Tetapi waktu tubuh Yo Him melunur atau terjun dalam
kobaran api yang sangat besar itu, sesosok bayangan yang
tidak jelas ujudnya telah bergerak cepat sekali, disusuli
dengan kata2 : „Anak yang baik ! Engkau memang berbakat
menjadi muridku !”
Dan bayangan itu bukan hanya sekedar ber-kata2 saja,
tetapi telah mempergunakan sebatang tongkat untuk
menahan lajunya tubuh Yo Him, karena tongkat itu telah
melemparkan Yo Him, sehingga tubuh anak itu terpental dan
bergulingan ketanah, terpisah cukup jauh dari kobaran api.
Dengan merangkak Yo Him telah bangkit kembali, mukanya
telah dilumuri darah yang mengucur keluar dari hidungnya
yang terantuk batu.
„Him-jie..!” teriak Kwee Siang kagr dan cepat2 lompat
menghampirinya. “ Kau.. kau tidak apa2 ?".
„Him...!" Phang Kui In juga telah memanggilnya sambil
berjalan dengan bersusah payah karena memang tenaganya
seperti telah habis dan luka di tangan kirinya itu menyebabkan
kelumpuhan sebelah tubuhnya yang kiri.
Yo Him telah menggelengkan kepalanya perlahan.
„Aku tidak apa2 encie Siang dan paman Phang, kalian tidak
usah berkuatir begitu !”
dan setelah berkata begitu Yo Him menoleh kepada Lie Bun
Hap, katanya : „Lopehpeh, mengapa engkau melakukan hal
itu, memukul perutku dengan tongkatmu sehingga aku tidak
bisa melaksanakan perintahmu terjun kedalam api ?".
Memang yang tadi berkelebat adalah Lie Bun Hap yang
bergerak sangat gesit sekali, dan dia mempergunakan
tongkatnya untuk menahan lajunya tubuh Yo Him. Tadi dia
hanya ingin menguji hati Yo Him belaka, sesungguhnya dia

merasa sayang kepada anak ini, yang dilihatnya memiliki otak
yang cerdas dan juga memiliki bakat yang baik.
„Aku tadi hanya ingin melihat kesungguhanmu terhadap
janjimu sendiri. Aku lihat engkau anak yang baik yang selalu
menepati janjimu ! Baiklah ! Kalian bertiga kubebaskan untuk
meninggalkan pulau ini".
Yo Him cepat2 berlutut menyatakan terima kasihnya. Phang
Kui In juga telah mengangguk dengan sorot mata berterima
kasih, walaupun Lie Bun Hap tadi telah mencelakai dirinya,
yaitu tangan kirinya yang jadi lumpuh karena telah hancur
tulang lengannya.
Kwee Siang memasukkan pedangnya kedalam
serangkanya, kemudian merangkapkan kedua tangannya, dia
telah memberi hormat sambil berkata “Terima kasih atas
kebaikan locianpwe...!".
„Hemm, seharusnya bukan kepadaku kalian menyatakan
terima kasih tetapi kalian harus berterima kasih kepada Yo
Him. Karena anak inilah yang telah menyelamatkan jiwa kalian
dari kematian”.
Yo Him cepat2 mengeluarkan kata2 merendah.
„Anak Him. .” kata Lie Bun Hap lagi, “Apakah kau bersedia
menjadi murudku ?”.
Mendengar tawaran seperti itu, Yo Him jadi serba salah,
tapi akhirnya dia telah berkata : „Maafkan lopehpeh
sebetulnya kami melakukan perjalanan untuk menemui
seseorang yang sangat besar artinya untukku,yaitu ayah
kandungku Sin Tiauw Taihiap Yo Ko. Maka dari itu alangkah
sulitnya bagiku untuk belajar ilmu silat sekarang2 ini !”
„Aku ingin menurunkan seluruh kepandaianku, dan engkau
bisa mempelajarinya nanti setelah engkau memiliki waktu
yang luang. Kulihat engkau seorang anak yang cerdas sekali ..
maka aku akan membacakan Kauwkoat ilmu silatku itu selama

satu bulan, setelah itu kalian boleh melanjutkan perjalanan
kalian."
Waktu berkata begitu, sikap Lie Bun Hap bersungguh2 dan
Yo Him tidak tega untuk menolak permintaan tersebut. Dia
telah mengangguk. Lalu menoleh kepada Phang Kui In dan
Kwee Siang.
“Bagaimana baiknya paman Phang dan encie Siang ?”
tanya Yo Him kemudian.
“Terserah padamu sendiri !” jawab Phang Kui In sambil
tersenyum girang, karena dengan orang tua she Lie itu
menurunkan kepandaiannya kepada Yo Him, walaupun baru
kauwkoatnya saja, tetapi tentu memiliki faedah yang tidak
kecil buat Yo Him.
“Dan engkau encie Siang ?” tanya Yo Him kepada Kwee
Siang juga, waktu melihat Kwee Siang masih berdiam diri.
“Jika memang engkau tidak keberatan untuk belajar, ya
kami hanya menanti saja sampai kau selesai menerima ajaran
locianpwe itu dan kita melanjutkan pula perjalanan kita !”
Mendengar sampai disitu, hati Yo Him telah tetap, Tahu2
dia telah paykui berlutut dihadapan Lie Bun Hap, sambil
katanya “Suhu, tecu memberi hormat” katanya.
Lie Bun Hap cepat2 membangunkan anak itu berdiri.
„Bangunlah muridku, sejak saat ini engkau menjadi murid
tunggalku.Sebagai murid satu2nya, yang pertama dan juga
penutup ! Kuharap saja engkau bisa belajar dengan tekun dan
baik, sehingga kelak engkau bisa menjadi pendekar yang
berdiri dikeadilan membela yang lemah. Watakmu tentu tidak
buruk, aku yakin anak dari pendekar besar Sin Tiauw Taihiap
Yo Ko tentu saja memiliki sifat2 baik seperti ayahnya. Dan
juga kelak jika kau telah bertemu dengan ayah kandungmu,
Him-jie, engkau bisa minta dituruni ilmu2nya yang hebat2...!”

„Terima kasih suhu" kata Yo Mim dengan suara berterima
kasih. ,,Tecu (murid) akan berusaha sedapat mungkin untuk
belajar dari menghapal semua ilmu yang diturunkan suhu!"
,,Bagus !" kata Lie Bun Hap. ,,Sekarang mari kita obati dulu
tulang paman Phangmu itu, agar segera dapat sembuh, Disaat
engkau belajar ilmu silat padaku paman Phangmu itu bisa
beristirahat, dan sebulan lagi tentunya paman Phangmu itu
telah sembuh”,
Begitulah sejak hari itu Phang Kui In dan Kwee Siang
bersama Yo Him telah menetap dipulau itu.
Lie Bun Hap ternyata memiliki obat yang sangat mujarab
sekali, dia telah mengobati tulang Phang Kui In yang semula
hancur.
lewat lima belas hari tangan kiri Phang Kui In sudah dapat
dipergunakan dan di gerak2kan lagi.
Sedangkan Kwee Siang selama itu melatih diri dengan giat,
dan dia telah memperoleh kemajuan yang pesat sebab Lie Bun
Hap yang sangat berpengalaman, walaupun kepandaiannya
mereka berimbang, dapat melihat beberapa kelemahan didiri
Kwee Siang dan dia telah memberitahukannya agar
merobahnya.
Dibawah petujuk2 seorang jago yang memiliki kepandaian
setinggi Lie Bun Hap dengan sendirinya Kwee Siang
memperoleh kemajuan yang pesat. Terlebih lagi memang
kepandaian yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan
kakek luarnya, Oey Yok Su telah cukup dikuasainya dan juga
dia pernah menerima petunjuk2 langsung dari Yo Ko.
Yo Him telah menerima didikan dari Lie Bun Hap, dimana
anak ini telah diberikan teori2 ilmu silat Kelas satu dia juga
diajarkan gerakan2 untuk melatih diri.
Betapa terkejutnya Lie Bun Hap waktu melihat Yo Him
memiliki kepandaian yang luar biasa, yaitu kepandaian tenaga

dalam yang mujijat sekali. Dengan demikian tampak Lie Bun
Hap melatih Yo Him jadi lebih bersemangat lagi.
Tanpa terasa telah lewat dua bulan...
Tetapi ilmu yang diturunkan oleh Lie Bun Hap belum juga
selesai, karena jago she Lie ini memiliki kepandaian yang
tinggi sekali dan bermacam ragam.
Akhirnya lewat lagi tiga bulan...dan atas saran Phang Kui
In, yang girang melihat Yo Him bisa memperoleh ilmu2 yang
hebat itu, merasa sayang jika memang harus meninggalkan
pulau itu, dia menganjurkan agar Yo Him meneruskan
pelajarannya sampai selesai.
Semakin dipelajari, semakin tertarik hatinya, karena jurus
demi jurus akhirnya dipelajari bukan hanya kauwkoatnya saja,
tetapi juga prakteknya, dimana Yo Him telah melatihnya dua
atau tiga hari untuk setiap jurusnya.
Dalam keadaan seperti itu, Yo Him akhir2nya tidak
menyadari telah satu tahun lebih dia berada dipulau terpencil
tersebut.
Phang Kui In juga membiarkan Yo Him belajar terus, begitu
pula dengan Kwee Siang, karena mereka melihatnya bahwa
dalam satu tahun saja Lie Bun Hap berhasil mendidik Yo Him
memiliki kepandaian yang tinggi.
Walaupun belum bisa menandingi kepandaian Kwee Siang
atau Phang Kui In tetapi jika berhadapan dengan lawan yang
memiliki kepandaian biasa saja Yo Him tidak mungkin kalah !
Selesailah sudah Lie Bun Hap melatih Yo Him ilmu silat
tangan kosong, mempergunakan delapan belas macam
senjata tajam dan juga menurunkan pelajaran tenaga
Lwekang yang berasal dari tingkat tinggi, sehingga dalam
setahun saja Yo Him telah memiliki kepandaian lwekang yang
berimbang dengan Kwee Siang dan Phang Kui In. Telah dua
tahun tidak terasa mereka menetap dipulau itu, dan kini Yo

Him sudah menjadi seorang pemuda berusia lima belas tahun
yang memiliki paras sangat tampan.
Yo Him rajin sekali mempelajari ilmu silat yang diturunkan
Lie Bun Hap, dan lewat setengah tahun lagi, waktu pemuda ini
telah berusia enam belas tahun, selesailah pelajarannya.
Suatu hari Phang Kui In mengingatkan Yo Him bahwa
mereka harus segera meninggalkan pulau ini karena harus
mencari Sin Tiauw Taihiap.
Maka pada pagi itu Yo Him telah menemui gurunya, dia
menceritakan keinginannya untuk berkelana mencari jejak
ayahnya. Dengan perasaan sedih dan berat, Lie Bun Hap
meluluskan juga keinginan muridnya.
„Engkau harus baik2 menjaga diri. dan juga harus berlatih
terus, agar kepandaianmu bertambah baik, dan ingat, engkau
hanya boleh mempergunakan kepandaian itu untuk membela
keadilan saja, tidak boleh dipergunakan se mau2nya saja...!".
„Tecu akan menjunjung pesan Suhu !" kata Yo Him
kemudian.
Begitulah, keesokan harinya Kwee Siang, Phang Kui In dan
Yo Him telah pamitan kepada jago tua Lie Bun Hap. Yo Him
berjanji jika kelak dia telah berhasil bertemu dengan ayahnya,
tentu akan sering2 datang kepulau ini untuk menjenguk
gurunya.
Dengan mempergunakan sebuah perahu yang buatannya
sederhana sekali, mereka bertiga melakukan pelayaran.
Sedangkan Lie Bun Hap telah mengantarkan mereka sampai
ditepi pantai.
Dua hari dua malam mereka berlayar terus tanpa hentinya.
Dan selama itu mereka tidur dengan bergantian. Untung saja
selama dalam pelayaran itu mereka tidak menderita gangguan
angin topan atau badai, sehingga mereka bisa sampai
dipinggiran kota Mu-ting-kwan, sebuah kota yang sangat

ramai. Telah sepuluh hari lamanya mereka melakukan
perjalanan yang meletihkan sekali, maka Phang Kui In
bermaksud mengajak Yo Him dan Kwee Siang beristirahat
dikota tersebut.
Kota Mu ting kwan merupakan kota yang cukup besar,
karena kota yang terletak ditepi laut itu merupakan bandar
perdagangan yang banyak dikunjungi orang dari berbagai
kota.
Phang Kui In mengajak Kwee Siang dan Yo Him memasuki
sebuah rumah makan, yang mewah sekali. Tamu2 juga
banyak memenuhi ruangan makan itu.
Phang Kui In bertiga memilih sebuah meja yang masih
kosong, lalu mereka memesan makanan kegemaran mereka,
yaitu kodok salju yang dicah, ditambah lagi dengan beberapa
macam sayur2 lainnya.
Ketika pelayan mempersiapkan pesanan mereka, ketiga
orang ini makan dengan lahap. Selama sepuluh hari mereka
berada ditengah laut, tentu Saja hal itu membuat mereka
mengiler dan lahap sekali menghadapi makanan sedap seperti
itu.
Suara tawa dari teriak yang ramai dari para tamu2 lainnya
yang memenuhi ruangan makan itu tidak diperdulikan oleh
mereka, karena mereka tengah menikmati sayur2 dan nasi
dimangkok masing2.
Phang Kui In sampai menghabiskan tiga mangkok nasi,
sedangkan Kwee Siang hanya satu mangkok saja, begitu juga
dengan Yo Him yang makan tidak begitu banyak.
Phang Kui In sambil makan menceritakan perihal orang2
Kang-ouw yang senang berkelana, setiap tiba disebuah kota,
tentu akan mencicipi makanan khas dari kota yang
bersangkutan. Menarik sekali cerita Phang Kui In, sehingga
menambah selera makan mereka. Waktu Phang Kui In ingin
memanggil pelayan untuk minta tambah nasi semangkok lagi,

tiba2 terpisah tiga meja dari mereka, ada seseorang yang
berkata dengan suara yang nyaring : ,,Ha ha, ha ! Apakah
kalian tidak melihat monyet gunung yang sedang makan ?".
Muka Phang Kui In jadi berobah merah, karena dia
mengetahui kata2 itu tentunya di tujukan kepadanya, ketika
dia menoleh segera dilihatnya orang yang duduk terpisah tiga
meja dari dia, telah memandangi dia sambil tertawa. Kelima
orang kawannya juga telah tertawa ber-gelak2.
Mereka mengenakan pakaian mewah sekali, menunjukkan
bahwa mereka itu berasal dari keluarga berada dan kaya.
„Lihat ! Lihat ! Monyet hutan itu jika marah, sangat
menakutkan sekali" kata orang yang tadi membuka suara.
Segera riuh suara tertawa kelima orang kawannya.
Sedangkan tamu2 lainnya juga telah ikur tertawa.
Muka Phang Kui In jadi berobah kian merah. Sedangkan Yo
Him dan Kwee Siang ikut menoleh, mereka melihatnya bahwa
orang itu memang tengah meng olok2 Phang Kui In. Darah
mereka jadi meluap juga.
Phang Kui In telah membanting mangkok nasinya keatas
meja “Pranggg” mangkok itu telah pecah hancur ber keping2.
kemudian dia telah meloncat berdiri dengan penuh
kemarahan.
Tuan2 kami tidak saling mengenal dengan kalian, tetapi
mengapa mulut kalian begitu lancang menyebut bahwa diriku
sebagai monyet hutan ?” teguran Phang Kui In pedas sekali,
diapun berani, sama sekali tidak gentar walaupun melihat
orang yang mengejek dirinya itu berjumlah enam orang.
Orang yang tadi ber kata2, yang usianya kurang lebih tiga
puluhan tahun, telah tertawa terus sambil kemudian dia
berkata dengan suara yang dingin : „Lalu apa maumu ? Mau
minta dihajar ? Hemmm...jika memang engkau meminta

penggebuk silahkan maju kemari !".
Dan benar2 orang itu memasang sikap menantang, berdiri
tegak dan wajahnya memantulkan sikap mengejek.
Sedangkan salah seorang kawannya telah berkata : ,,Benar
Han Twako, monyet hutan memang harus digebuk, jika tidak,
bisa semakin kurang ajar! Biarlah Han Twako, aku Cie Siung
Hu yarg mewakilimu menggebuk monyet hutan itu,..!".
„Boleh! Boleh! kata Han Twako dengan suara disertai
tertawanya. „Jika monyet hutan itu telah digebuk barulah kita
pesta pora Untuk merayakannya !".
„Setuju ! Setuju !" teriak kawan2nya yang lain.
Muka Phang Kui In jadi berobah tambah merah. Inilah
penghinaan yang belum pernah diterimanya. Dia telah
melangkah maju lebih dekat tahu2 baju dibagian dada dari
kawan Han Twako itu, yang menyebut dirinya bernama Cie
Siung Hu itu, telah kena dicengkeram keras.
Tetapi waktu Phang Kui In ingin menghentaknya untuk
menghantam kepala orang she Cie tersebut, tiba2 Cie Siung
Hu telah menggerakan tangan kanannya, dan "tukk !" dada
Phang Kui In telah tertotol jitu sekali. Sesungguhnya
kepandaian Phang Kui In tidak berada dibawah kepandaian
lawannya, namun karena dia tidak bersiap siaga dan berlaku
ceroboh, maka dia telah kena tertotok yang membuat dia
akhirnya terjungkel rubuh tidak dapat bergerak lagi.
Waktu itu Kwee Siang dengan cepat telah melompat sambil
mencabut pedangnya.
“kalian manusia usil dan jahat !” katanya sambil membaling
balingkan pedangnya itu.
Han twako tertawa dingin, dia telah berkata dengan suara
yang congkak.

„Nona manis, engkau ingin main2 dengan ku ?" tanyanya
kemudian dengan ceriwis sekali , Baik ! Baik ! mari aku
menemanimu untuk main2. Jangan takut, aku, Han Pu Sian
bukan sebangsa manusia jahat..!”
„Orang she Han, engktu keterlaluan sekali, cepat
perintahkan pembantumu itu untuk membebaskan kawan
kami yang tertotok itu !" kata Kwee Siang dengan berang.
“Hemmm, jadi engkau keberatan jika kawanmu itu
tertotok? Nah jika begitu, kau bebaskanlah." tantangan itu
nadanya tengik sekali.
Tetapi Kwee Siang yang diliputi kemarahan melihat sikap
cerengesan dari lawannya itu, sambil menabas udara kosong
dengan pedangnya dia telah berkata : “Baik, kau siapkanlah
Senjatamu...!".
„Senjata ?”.
„Ya, senjatamu !''.
,,Seumurku belum pernah mempergunakan senjata tajam.
Baiklah jika memang nona bersedia untuk main2 dengan aku,
Han Twakomu ini akan menemanimu!".
Bukan main mendongkolnya Kwee Siang dia merasakan
pipinya sampai berobah panas memerah, Sambil
menggerakkan pedangnya menikam kearah paha lawannya
yang cerengesan itu, tampak sigadis juga telah berseru “Lihat
pedang...!''.
Han Twako itu mengeluarkan seruan sambil tertawa centil,
katanya : „Nona manis yang galak ! Sungguh menakutkan !
Tetapi wajahmu... amboi, wajahmu itu demikian cantik, dan
menarik, terlebih lagi dalam keadaan marah seperti itu."
Dan sambil mengejek, tampak Han Twako itu telah berkelit
kesamping dengan gesit, gerakannya tidak bisa dilihat oleh
mata orang biasa.

Bahkan untuk kagetnya Kwee Siang, jari telunjuk orang
telah mencolek pipinya, menambah kemarahan Kwee Siang.
Dia melihat kepandaian Han Pu Sian tidak lebih tinggi dari
kepandaiannya, hanya orang she Han itu memiliki lwekang
yang lebih kuat sehingga membuat Kwee Siang jadi kelabakan
juga. Telah sepuluh kali Kwee Siang melancarkan tikaman dan
tusukan pedangnya, beruntun2 dia mempergunakan jurus
"Buddha tersenyum melambaikan tangan", disusul pula
dengan "Kupu2 terbang menotol air", lalu jurus2 hebat lainnya
yang menyambar gencar kepada orang she Han itu. Tapi
dengan mengandalkan kegesitan tubuhnya, orang she Han itu
selalu berhasil mengelakkan diri.
“Jagalah seranganku !” kata Han Pu Sian dengan suara
yang nyaring ketika suatu kali dia telah mengelakkan diri dari
serangan Kwee Siang. Dia melancarkan cengkeraman tangan
kearah dada sigadis dengan sikap ceriwis sekali, dengan jurus
"Menangkap ikan menghalau Air" Itulah penyerangan yang
dilakukannya dengan gerakan yang biasa, tetapi karena dia
telah sempurna ginkangnya, dengan sendirinya dia dapat
melaksanakan serangannya itu secepat kilat.
Waktu itu Kwee Siang jadi tambah gusar saja, karena dia
melihat semakin lama Han Pu Sian itu semakin kurang ajar.
Pedangnya diputar melindungi tubuhnya dan sinar pedang
yang putih gemerlapan itu telah mengurung dirinya, sehingga
tidak ada satu serangan pun yang berhasil menembus
penjagaannya yang ketat itu.
Han Pu Sian melihat betapa serangannya tidak berhasil,
bahkan sigadis mengadakan penjagaan diri begitu rapat, jadi
semakin penasaran. Beberapa kali dia melancarkan serangan
lagi.
Waktu itulah Yo Him telah berteriak nyaring : „encie Siang,
mundurlah, biarlah aku yang menghadapi orang ceriwis itu !!".

Kwee Siang sebetulnya tidak setuju dengan tawaran jasa
Yo Him, tetapi karena mengingat Yo Him baru saja
menyelesaikan. pelajarannya pada gurunya, yaitu Lie Bun
Hap, dia ingin melihat sampai dimana Yo Him bisa
menghadapi lawan yang cukup berat ini.
„Baik adik Him...tetapi engkau harus hati2...!" kata Kwee
Siang sambil menikam kepada lawannya dan waktu Han Pu
Sian melompat mundur, disaat itulah dia telah membarengi
melompat kebelakang.
Sedangkan Yo Him telah loncat maju mendekati Han Pu
Sian sambil berkata :
„Aku yang akan mewakili ercie Siang untuk mengajar adat
padamu, lelaki hidung belang... !" kata Yo Him.
Semula Han Pu Sian dan kawan2nya heran dan tertegun
melihat pemuda dihadapannya.
„Engkau Sedang bergurau atau ber-sungguh2 kawan kecil
?" tegur Han Pu Sian dengan suara yang dingin, disertai
dengan suara tertawa yang meremehkan sekali.
,,Aku ber-sungguh? ! Majulah! Kau tidak mempergunakan
senjata, akupun akan menghadapimu dengan bertangan
kosong !" kata Yo Him.
Bola mata Han Pu Sian jadi ber-gerak2 bermain tidak
hentinya, karena dia jadi diliputi kemarahan yang bukan main.
„Kau...kau terlalu menghinaku !" kata Han Pu Sian
mendongkol. „Dan engkau jangan menyesal jika kelak aku
menurunkan tangan keras padamu. .!'.
„Silahkan !” kata Yo Him sambil tersenyum tenang.
Kemudian Yo Him telah membenarkan ke dudukan kakinya,
memperkuat bhesi2 kedua kakinya

„Silahkan menyerang....! katanya menantang lagi. Karena
gusar sekali telah membuat Han Pu Sian tertawa gelak2
dengan suara yang mengandung hawa pembunuhan.
„Baik! Baik! Aku akan melancarkan serangan kepadamu!
engkau jagalah!!" dan Han Pu Sian dalam gusarnya sudah
tidak memperdulikan nanti akan ada yang mengatakan situa
menghina sikecil, yang terpenting dia harus dapat
merubuhkan anak muda ini.
Tangan kirinya telah digerakkan me-lingkar2 seperti juga
seekor ular saja, kemudian tangan kanannya juga telah bergerak2
lagi dengan cepat. Dalam waktu yang sangat singkat
sekali, dia telah meluncurkan empat gempuran dari empat
penjuru.
Tetapi Yo Him yang sekarang bukan Yo Him beberapa saat
yang lalu. Yo Him sekarang telah merupakan seorang pemuda
yang tangguh dan gagah. Kepandaiannya tidak berada
disebelah bawah kepandaian Kwee Siang atau Phang Kui In,
dia hanya masih kalah pengalaman dibandingkan dengan
kedua orang itu.
Sekarang melihat lawannya melancarkan serangan
kepadanya, tampak Yo Him masih berdiri tegak menantikan
saja, sampai akhirnya setelah kepalan kedua tangan Han Pu
Sian hampir tiba didada dan lambungnya, disaat itu juga
tampak Yo Him telah mengerakkan kedua tangannya seperti
gunting japit, dan dia ingin mengunci tangan lawannya.
Namun karena memang baru kali ini Yo Him berkelahi
mempergunakan tenaga latihannya, maka dia masih kurang
pengalaman. Dia telah berhasil menjapit dan menggunting
kedua tangan lawannya serta sikuncinya, tetapi waktu dia
harus menekan kebawah agar tangan lawannya it patah, Yo
Him tidak sampai hati dan dia melepaskan kunci tangannya itu
kembali.

Han Pu Sian yang semula telah putus asa dan terkejut
waktu kedua tangannya terkunci tangan lawan, dan mengeluh
dalam hati, akhirnya jadi bernapas lega waktu merasakan
kedua tangannya terbebaskan dari jepitan tangan Yo Him.
Tanpa membuang kesempatan yang ada tampak Han Pu
Sian telah meluncurkan tangan kanannya kearah lambung Yo
Him.
“Dukk” Yo Him yang tidak menyangka bahwa lawannya
bisa berlaku curang seperti itu telah kena digempur
lambungnya, sampai dia mengeluarkan jerit tertahan dan telah
terguling, tetapi cepat sekali dia telah bangkit pula.
Kwee Siang yang menyaksikan hal itu jadi marah sekali, dia
telah membentaknya : „Kau seorang pengecut yang tidak tahu
malu !".
Baru saja Kwee Siang ingin melancarkan serangan kepada
lawannya, tiba2 Yo Him yang telah melompat berdiri lagi telah
berseru :
„Mundur encie Siang, biar aku mewakilimu menghajar adat
padanya...!" teriaknya sambil melompat kedepan Kwee Siang.
Kwee Siang ragu2, tetapi setelah berkata : „Hati2 adik
Him... dia licik sekali !" lalu dia mengundurkan diri.
„Ya, aku telah merasakannya tadi....manusia seperti dia
tidak perlu dikasihani...!" mengangguk Yo Him.
Dan kali ini Yo Him tidak meminta lawannya menyerang,
sambil menjejakkan kakinya tampak tubuh Yo Him telah
meloncat cepat sekali, kedua tangannya telah bergerak
melancarkan pukulan2 yang dahsyat.
Dalam sekejap mata saja sepuluh jurus sudah berlalu, dan
Han Pu Sian telah terdesak sementara waktu. Walaupun dia
memiliki ginkang yang tinggi tetapi karena dia diserang
dengan gencar dan memang Yo Him tengah marah sekali,

maka dia jadi sibuk sendirinya.
Tetapi Han Pu Sian cepat sekali berhasil mengendalikan
keadaan dengan mengeluarkan suara bentakan yang nyaring
beruntun dua kali dia telah menggerakkan kedua tangannya
untuk membalas serangan2 YoHim Gerakan2 yang
dilakukannya ternyata bisa menindih juga tenaga serangan Yo
Him.
„Pergunakan jurus2 Kim-ie Kun Hoat (ilmu pukulan tangan
kosong Ikan Emas) " teriak Kwee Siang ketika melihat Yo Him
agak gugup dikurung oleh serangan2 kedua tangan lawannya.
Yo Him baru teringat kepada jurus ilmu pukulan tangan
kosong yang diajarkan oleh gurunya, yaitu Lie Bun Hap
Kemudian dia telah merobah cara menyerangnya. Dengan
menjejakkan kakinya, tubuhnya cepat sekali meloncat
ketengah udara dengan meletik seperti seekor ikan, tubuhnya
melengkung dan meluncur turun menyambar kepada
lawannya dengan kedua tangan dijulurkan.
Waktu itu. tampak Han Pu Sian telah mengeluarkan
kegesitannya melompat kebelakang, ingin mengelakkan diri
dari serangan yang dilancarkan Yo Him.
Tetapi gerakan Yo Him tidak kalah gesitnya, begitu
serangannya gagal, dia mengulangi lagi dengan serangan
berikutnya. ,
Kali ini kedua tangan Yo Him menyambar dengan cepat
sekali, mengandung kekuatan lwekang yang murni, angin
serangan berdesir halus, tetapi memiliki kekuatan yang
dahsyat sekali.
„Dukk !” tidak dapat Han Pu Sian mengelakkan diri dari
serangan itu. Dan dia telah terjungkel bergulingan diatas
tanah.

Ketiga orang kawannya telah melompat menyerang kepada
Yo Him dengan mempergunakan senjata masing2, yaitu
sebatang golok panjang. Sedangkan kawan Han Pu Sian yang
Seorangnya lagi telah melompat kesampihg Han Pu Sian untuk
memeriksa keadaan kawan nya yang seorang ini.
Tetapi Yo Him dengan berani telah melayani ketiga orang
lawannya.
Kwee-Siang tidak senang melihat lawan2nya melakukan
penyerangan secara mengeroyok, maka dia telah
mengeluarkan suara bentakan sambil melompat menghampiri
kegelanggang pertempuran dan memutar pedangnya.
Ketiga orang kawan Han Pu Sian itu mana bisa menghadapi
serangan Yo Him dan Kwee Siang. Baru berlangsung sepuluh
jurus saja tampak dua orang diantara mereka telah tergempur
dadanya oleh kepalan tangan Yo Him, rubuh pingsan tidak
sadarkan diri. Sedangkan yang seorangnya lagi telah terkena
tikaman pedang Kwee Siang, rubuh pingsan juga setelah
merintih beberapa kali.
Kawan Han Pu Sian yang seorang lagi, yang tadi telah
menotok jalan darah Phang Kui In jadi ketakutan setengah
mati, cepat2 dia pentang langkah lebar untuk melarikan diri.
Sedang kan Han Pu Sian telah merangkak untuk bangun.
„Kau harus binasa jika tidak mau membuka totokan
kawanmu itu pada sahabat kami..." kita Kwee Siang
mengancam sambil mendelikkan matanya.
„Aku akan membukanya...aku akan membukanya..." kata
Han Pu Sian dengan ketakutan dan merintih menahan sakit
pada dadanya.
Dengan bersusah payah dia telah berjongkok disamping
Phang Kui In dan menguruti beberapa jalan darahnya,
sehingga dalam waktu yang singkat Phang Kui In telah
tersadar dari pingsannya.

Han Pu Sian tanpa mengatakan sesuatu telah membalikkan
tubuhnya dan berlari meninggalkan tempat itu.
Sedangkan saat itu Phang Kui In telah berdiri sambil
mencaci maki kecurangan lawan nya itu.
Seorang pelayan yang sejak tadi bersembunyi ketakutan
ber-sama2 dengan kawan2nya menghampiri Phang Kui In.
„Loya (tuan besar), kalian harus ber-hati2...tentu, bajingan
she Han itu tidak mau sudah...!" kata pelayan itu. „Lebih baik
Loya bertiga pergi saja dari sini, untuk mencegah kerewelan".
Phang Kui In tertawa dingin.
„Hemm, berapa hebatnya sih kepandaian orang she Han itu
?" kata Phang Kui In.
„Bukan soal kepandaiannya, juga kawannya yang
berjumlah banyak masih tidak apa2 tetapi justru dia
merupakan putera Han Tetok seorang yang paling berkuasa
dikota ini".
Han Tetok berarti Gubernur she Han.
,.Oh pantas kalau begitu...!" kata Phan Kui In sambil
senyum sinis. „Pantas dia berani bertindak sewenang2
ditempat ini...!".
„Itulah Loya... sebentar lagi dia tentu akan datang kembali
bersama anak buah ayahnya .. jalan yang paling selamat lebih
baik Loya bertiga cepat2 berlalu saja...!".
Tetapi Phang Kui In malah menggelengkan kepalanya.
„Tidak...aku justru ingin melihat bagaimanakah anak
buahnya Han Tetok itu ! Jika mereka berlaku se-wenang2,
hemm, hemm, nanti kami menghajar mereka tidak
tanggung2...!" dan setelah berkata begitu, tampak Phang Kui
In mendengus beberapa kali dengan penuh kemarahan.

Pelayan itu jadi tidak berdaya membujuk ketiga orang
tamunya itu.
Terlebih lagi Yo Him juga telah berkata : ,Justru
kesempatan ini yang harus kita pergunakan untuk membasmi
manusia2 jahat seperti Han Tetok dan puteranya itu...
bukankah begitu paman Phang dan encie Siang?".
Phang Kui In dan Kwee Siang telah menganggukkan
kepalanya. Dan mereka telah perintahkan pelayan untuk
mempersiapkan makanan untuk mereka.
Para pelayan yang tadi telah menyaksikan kehebatan Yo
Him bertiga, jadi sangat menghormat sekali, dan mereka
melayaninya dengan telaten sekali. Mereka mempersiapkan
semua makanan dan minuman untuk ketiga orang tamu
tersebut.
Waktu itu Yo Him telah makan pula menghabiskan satu
mangkok nasi. Sedangkan Phang Kui In yang memang gemar
makan itu menghabiskan dua mangkok nasi lagi. Hanya Kwee
Siang yang tidak makan nasi, hanya sekali2 mencobai
makanan yang terdiri dari beberapa rupa masakan itu.
Pelayan2 rumah makan itu seperti juga ketakutan dan
bercampur kuatir, karena mereka telah mengetahui siapa itu
Han Tetok, ayah dari Han Pu Sian.
„Tentu akan ramai nanti.,.!" bisik beberapa orang tamu
yang memiliki sedikit keberanian dan tetap berada diruangan
itu.
„Ya, Han Tetok tentu akan mengirim orang2nya, dia
bermaksud akan menangkap ketiga orang yang telah
menghinanya, seperti yang terjadi beberapa saat yang lalu
ada orang yang ditangkap dan dijebloskan kepenjara hanya di
sebabkan berkelahi dengan anaknya Tetok itu!"
„Benar, kita akan menyaksikan keramaian...!" bilang yang
lainnya.

Tiba2 dari arah luar rumah makan itu terdengar suara hiruk
pikuk, muka para pelayan rumah makan itu telah berubah
pucat, tubuh
mereka menggigil.
Begitu juga tamu2 yang masih berada diruangan itu telah
jadi ketakutan. Suara hiruk pikuk itu makin terdengar jelas dan
semakin lama semakin berisik disusul dengan melangkah
masuknya beberapa orang berpakaian tentara yang
berseragam.
“Mana yang tadi telah menghina tuan muda kami ?”
Teriak beberapa orang diantara mereka saling susul.
Dengan berani Yo Him berdiri, karena Yo Him tidak mau
kalau nanti pemilik rumah makan dan pelayannya akan
menjadi korban dari pasukan Han Tetok.
“Aku tadi yang menghajar Han Pu Sian” menyahut Yo Him
dengan suara nyaring.
Pasukan tentara berseragam itu telah memandang kearah
Yo Him, dengan bengis. Tetapi kemudian sinar mata mereka
memancarkan keheranan, karena mereka tidak bisa percaya,
bahwa yang mengaku telah menghajar Han Pu Sian tidak lain
seorang pemuda tanggung yang mungkin baru berusia
diantara lima belas tahun.
„Kau... kau yang telah menghina Han Siauwjin kami tegur
salah seorang diantara mereka.
Yo Him mengangguk.
„Benar" dia mengangguk pasti. „Memang tadi aku yang
telah menghina majikan mudamu itu...! Tidak ada sangkut
pautnya dengan orang lain".
Muka para pasukan berseragam itu berobah hebat, mereka
memandang bengis, sampai akhirnya yang menjadi pemimpin
mereka itu telah berdiri sambil katanya : „Baik ! Karena !

engkau telah mengaku jujur dan berterus terang, engkau
kubebaskan dari hukuman dipukuli rotan ! Tetapi kau harus
ikut kami menemui Han Tetok Taijin, untuk mendengar
keputusan Han Tetok ! Kau kami tangkap...!".
Yo Him tertawa dingin.
„Apakah kau tidak salah bicara ?" tanya Yo Him tawar.
„Apanya yang salah ?". „Tadi kau ingin menangkap aku !".
„Benar, engkau kami tangkap karena engkau telah berani
menghina majikan muda kami...!".
„Aku bukan menghinanya, justru dia merupakan gentong
kosong yang tidak punya guna !” menyahuti Yo Him dengan
mengejek.
Perwira pasukan itu jadi gusar, dia melangkah mendekati
Yo him.
“Anak muda kurang ajar. tahukan kau, bahwa kami bisa
merobek mulutmu yang telah berani mengeluarkan kata2 yang
tidak baik itu?”.
Yo Him tidak gentar oleh ancaman seperti itu, dia tertawa
dingin.
“kukira tidak semudah itu untuk menangkap aku !” katanya
kemudian tawar sekali. „Jika kalian tidak percaya, silahkan
kalian maju dan aku akan melayanimu"
“Anak muda congkak dan tekebur !" bentak perwira
berseragam itu dengan marah, dia mengangkat tangan
kanannya, untuk mengisyaratkan kepada anak buahnya agar
maju menangkap Yo Him.
Tetapi Yo Him tidak menjadi takut, dia tetap berdiri dengan
sikap yang tegak dan bibirnya tersungging seulas senyuman
mengejek,

waktu dua orang dari pasukan tentara Tetok itu
menghampiri dekat dan mengulurkan tangannya untuk
mencengkeram pergelangan tangan pemuda ini telah
menggeser sedikit kedudukan kaki kanannya, dia membuat
setengah lingkaran dengan jari tangannya menengadah
sehingga seperti juga ingin menotok pergelangan tangan dari
kedua tentara pasukan Tetok itu.
Tentu saja tentara itu jadi terkejut dan cepat2 menarik
pulang tangan mereka, dan melompat mundur. Gerakan yang
dilakukan Yo Him tadi merupakan gerakan membela diri,
karena jika kedua orang tentara Tetok itu memaksakan diri
untuk melancarkan serangan mereka, berarti mereka juga
tidak akan luput dari totokan yang dilancarkan Yo Him.
Kedua tentara Tetok itu masih menguatirkan keselamatan
mereka sendiri, itulah sebabnya mereka membatalkan
maksudnya untuk me lancarkan serangan dan telah menarik
pulang tangan mereka masing2.
Tetapi Yo Him mana mau melepaskan mereka begitu saja,
secepat kilat kedua tangannya telah bekerja, tangan yang kiri
telah melayang kearah dada dari salah seorang lawannya dan
mencengkeramnya dengan kuat dan keras, sedangkan tangan
yang satunya lagi bergerak menghantam dada lawannya yang
lain.
,,Dukkk!" terdengar suara tinju Yo Him singgah didada
korbannya, dan orang itu mengeluarkan suara jeritan keras,
tubuhnya terapung, kemudian terbanting dilantai tidak
bergerak lagi sebab jatuh pingsan.
Sedangkan lawan Yo Him yang seorang lagi, yang kena
dicengkeram dadanya oleh tangan kiri Yo Him. tampaknya
benar2 menderita kesakitan dan ketakutan, kesakitan karena
kulit dadanya kena dicengkeram oleh Yo Him. Sedangkan
ketakutan karena dia kuatir dirinya akan mengalami nasib
yang sama seperti yang dialami kawannya.

Yo Him melakukan segalanya tanpa membuang waktu,
hanya dalam beberapa detik itu, selesai menghantam rubuh
lawannya yang seorang, tenaga dalamnya segera disalurkan
kedada lawannya yang sedang dicengkeram, kemudian
mengangkatnya dan membantingnya kelantai.....
„Bukkk!" tubuh orang itu telah kena terbanting keras sekali,
dan dia mengeluarkan suara jeritan yang sangat
menyayatkan hati
Sedangkan Yo Him telah mengibaskan bajunya beberapa
kali dengan sikap yang angkuh. sehingga membuat perwira
pemimpin rombongan tentara Tetok itu tambah mendongkol.
„Maju, tangkap dia !" kata pemimpin perwira itu.
Sisa tentara Tetok yang berjumlah belasan orang itu telah
mengiyakan dan mereka mengurung Yo Him dengan ditangan
masing2 telah tercekal sebatang golok.
Tetapi para tentara Tetok itu tidak berani berbuat
sembarangan, karena tadi mereka telah menyaksikan betapa
dua orang rekan mereka telah berhasil dirubuhkan Yo Him
dengan mudah, hanya dengan satu gebrakan saja kedua
orang Tetok itu jatuh pingsan. Maka tentara2 Tetok yang
lainnya ini tidak mau mengalami nasib seperti kedua
kawannya.
Yo Him tidak takut walaupun dia dikurung di-tengah2
ancaman para tentara Tetok itu.
Perwira yang menjadi pemimpin dari pasukan Tetok telah
mengeluarkan teriakan2 menganjurkan anak buahnya segera
mulai melancarkan serangan.
Karena teriakan2 dari perintah perwira atasannya,
walaupun hati masing2 merasa takut menghadapi Yo Him,
tokh pasukan tentara Tetok itu telah menyerbu serentak.
Golok mereka ber-kelebat2 menyilaukan mata disamping
mengerikan sekali.

Tetapi belum lagi Yo Him mengelakkan diri atau membalas
menyerang, bersamaan waktunya dengan itu tiga orang
tentara Tetok telah terpental keras dan terbanting dilantai
sambil mengeluarkan suara jeritan, karena mereka telah kena
dibuat terpental oleh tendangan kaki Phang Kui In.
Begitu pula Kwee Siang telah melompat dan memutar
pedangnya melancarkan serangan kepada tentara Tetok itu.
Setiap sinar putih dari pedangnya itu menyambar, maka disaat
itu pula tampak seorang tentara Tetok rubuh terguling
dilantai, binasa dan ada juga yang hanya terluka berat dengan
paha yang terpotong atau tangan yang buntung.
Dalam sekejap mata saja terdengar suara jeritan2
kesakitan yang ramai sekali.
Perwira yang menjadi pemimpin pasukan tersebut jadi
terkejut dan ketakutan. Bukannya dia ikut menerjang maju
guna membantui anak buahnya, justru dia telah memutar
tubuhnya dengan maksud ingin mengambil langkah seribu.
Waktu itu Kwee Siang bertindak cepat sekali, dia telah
mengeluarkan suara nyaring, tahu2 tubuhnya telah melompat
melambung ketengah udara menyusul perwira yang menjadi
pemimpin pasukan itu. dan mata pedangnya telah menempel
ditengkuk perwira yang menjadi pemimpin pasukan tentara
Tetok itu.
“Jika kau berusaha melarikan diri, pedangku tidak akan
kenal kasihan dan akan menusuk masuk dagingmu !”
Ancam Kwee Siang dengan suara sungguh2
Perwira itu ketakutan bukan main, tetapi dia berusaha
untuk menyembunyikan perasaan takutnya dan telah
membalikkan tubuhnya menatap tajam pada Kwee Siang,
sambil bentaknya dengan suara bengis : “Apakah kau seorang
wanita berani menghina hamba negeri !, apakah engkau tidak
takut akan dihukum pancung dengan perbuatanmu ini ?”

“Menghinamu ? hemm, justru engkau sendiri yang telah
mengajak anak buahmu untuk mengacau ditempat ini !
hemm, jika dalam urusan ini engkau masih berusaha membela
diri, baik, baik !, cabutlah pedangmu. Mari kita bertempur
untuk menentukan siapa yang kalan dan siapa yang menang
!”
Dingin sekali suara Kwee Siang, dai telah berkata-2 dengan
wajah tidak memperlihatkan perasaan apa2. hati perwira itu
jadi ciut sendirinya, tetapi dalam keadaan terjepit seperti itu
telah membuat dia terpaksa mencabut keluar goloknya yang
sejak tadi tergantung dipinggangnya.
„Bagus! Aku memberikan kesempatan padamu untuk
melancarkan serangan terlebih dulu !" kata Kwee Siang. „Nah
mulailah!”.
Ditantang dan didesak terus menerus dengan cara seperti
itu, perwira yang menjadi pimpinan pasukan Tetok itu telah
menggerakkan goloknya, dengan mengeluarkan suara seruan
yang sangat bengis, tahu2 goloknya telah bergerak dengan
mempergunakan jurus2 ilmu golok perguruan Cin su pay,
sebuah perguruan yang cukup punya nama didaerah barat
daratan Tionggoan.
Golok itu menyambar dengan menimbulkan suara kesiutan
yang sangat kuat dan keras sekali, mennyambar kearah Kwee
Siang dengan gerakan yang aneh sekali, seperti juga
menikam. Seperti juga menabas, sehingga sulit diterka arah
sasaran mana yang dipilihnya,
„Hmmm ! Rupanya dia akhli ilmu To-hoat (ilmu silat golok)
yang memiliki kepandaian cukup lumayan." pikir Yo Him
didalam hatinya, tetapi dia tidak menjadi takut karenanya!
Waktu golok itu menyambar dengan cepat sekali kearah
dadanya, tampak Yo Him telah menggerakkan tangan kirinya,
tahu2 dia telah menjepit golok lawan, kemudian sekali

menghentak, patahlah golok itu menjadi tiga potongan yang
dua potongan jatuh menimbulkan suara berisik dilantai.
Sedangkan tangan kanan Yo Him juga tidak tinggal diam,
dia telah memukulkan kepalannya tangan kanannya kearah
dada perwira tentara tetok itu,
“Bukk !" jitu sekali serangan itu mengenai sasarannya
sehingga perwira itu merasakan dadanya seperti juga akan
melesak hancur.
Dalam keadaan demikianlah, dengan adanya peristiwa
seperti itu, walaupun siperwira itu bermaksud mengelakkan
diri dan menyelamatkan jiwanya, Sudah tidak bisa sebab
begitu kepalan tangan Yo Him menghantam segera tubuhnya
terpental keras dan ambruk diatas lantai dengan
mengeluarkan suara gedebugan yang keras, jiwanya juga
telah melayang tubuhnya hanya sempat berkelejetan
beberapa kali, kemudian diam, untuk selama2nya.
Waktu itu Yo Him dan Kwee Siang tengah sibuk melayani
tentara
Tetok yang berjumlah cukup banyak itu Kembali Yo Him
telah berhasil merubuhkan dua orang lagi. Sedangkan pedang
Kwee Siang juga telah berhasil melukai tiga orang tentara
Tetok itu. Sisanya yang kurang lebih hanya tinggal enam
orang, jadi ketakutan.
Juga diwaktu itu mereka melihat pemimpin mereka telah
terpental dan binasa ditangan Yo Him. Phang Kui In sendiri
dengan mengeluarkan suara seruan yang sangat nyaring telah
mengibaskan golok dan tangan kirinya berulang kali, dalam
sekejap mata saja keenam tentara Tetok itu telah dapat
dihabiskan semuanya, yang menggeletak merintih kesakitan.
„Apakah kalian tidak ingin cepat2 angkat kaki ?” bentak
Phang Kui In kepada tentara Tetok yang hanya terluka dan
tengah merintih kesakitan.

Yo Him menghampiri dua orang tentara Tetok yang tengah
berjongkok kesakitan karena paha mereka kena tertabas
goloknya Phang Kui In.
“Kalian ingin mati seperti pemimpin kalian ?” tanyanya
dengan suara yang bengis. Kedua orang tentara itu tentu saja
jadi ketakutan mereka menangis sesambatan meminta ampun.
“Hemmm, kalian ingin diampuni oleh kawan2ku...tetapi
ingat, jika dilain saat kalan masih melakukan perbuatan yang
sewenang2 tentu aku tidak akan berlaku setengah hati dan
akan membinasakan kalian tanpa mengenal kasihan lagi !
Nah, sekarang pergilah, bawa pula itu mayat kawan2mu...!".
Kedua orang tentara Tetok itu berulangkali telah
menyatakan terima kasihnya sambil berlutut mengangguk2kan
kepalanya.
Phang Kui In dan Kwee Siang jadi berterima kasih, sekali,
karena mereka telah tertolong justru dengan adanya Yo Him.
Coba kalau mereka berdua saja, Kwee Siang dan Phang Kui
In tentunya tidak akan semudah itu memperoleh
kemenangan, karena tentara Tetok itu umumnya memiliki
kepandaian yang tinggi dan terlatih.
„Him-jie, hebat sekali kepandaianmu itu. Tidak sia2 engkau
belajar pada Lie Bun Hap Locianpwe !”
„Benar adik Him, engkau hebat sekali, aku yang telah
melatih diri puluhan tahun, ternyata tidak bisa melebihi
kepandaianmu yang hanya berlatih selama dua tahun itu !
Benar2 kau hebat sekali..!”
Yo Him cepat2 mengeluarkan kata2 merendah, dia juga
merasa malu.
Para tentara Tetok yang terluka dan tengah membereskan
mayat2 kawan mereka mendengar percakapan Kwee Siang
bertiga. Mereka jadi berpikir: „Entah siapa pemuda tampan ini

yang memiliki kepandaian demikian tinggi walaupun usianya
masih demikian muda” pikir mereka.
Salah seorang dari tentara tetok telah memberanikan diri
mendekati Yo Him, kemudian dia berlutut memberi hormat
sambil bertanya takut2 ,,Siauw enghiong, bolehkan kami
mengetahui namamu yang besar dan gelaranmu yang harum
?".
Yo Him jadi kikuk sendirinya
,,Aku bukan enghiong, aku juga tidak memiliki kepandaian
apa2. namaku Yo Him tidak memiliki gelaran apapun..." sahut
Yo Him akhirnya.
„Siauw Enghiong she Yo " tanya tentara tetok itu.
Yo Him mengangguk.
,,Benar., apakah yang dibuat heran oleh kau?" tanya Yo
Him sambil mengawasi tentara itu dengan sorot mata yang
tajam.
„Bukan begitu Siauw enghiong... justru mendengar Siauw
Enghiong she Yo. maka aku teringat kepada seorang, seorang
pendekar yang paling terkenal dan merupakan super sakti
dalam persilatan, yaitu Sin Tiauw Taihiap Yo Ko."
“Beliau ayahku ..!" menjelaskan Yo Him.
„Ohh...!" berseru tentara itu sambil memperlihatkan sikap
terkejut dan girang. „Dulu dua puluh tahun yang lalu. semasa
dalam peperangan yang hebat dengan tentara .Mongolia aku
pernah menerima pertolongan Sin Tiauw Taihiap Yo Ko
sehingga aku terhindar dari injakan kaki kuda..!".
„Kau pernah bertemu dengan ayahku ?" tanya Yo Him jadi
tertarik mendengar orang me-nyebut2 perihal pertemuannya
dengan ayahnya.
„Pernah dua kali, kedua kalinya pertemuan itu terjadi dikota
Siang yang..,!" kata tentara Tetok tersebut. Waktu itu dia

telah menghela napas panjang, katanya kemudian : „Dan
sekarang, saya menyesal sekali, karena aku tidak mematuhi
petunjuk2 yang diberikan oleh Sin Tiauw Taihiap Yo Ko agar
aku rajin2 melatih diri tiga jurus yang diberikan, kata Sin
Tiauw Taihiap Yo Ko, jika aku bisa menguasai benar2 ketiga
jurus itu, dimedan pertempuran tentu tidak ada tentara musuh
yang bisa melawan kepandaianku...! Sayang sekali aku bodoh,
dan otakku pun tumpul...aku tidak bisa menangkap benar
ketiga jurus itu, akhirnya membuat aku malas melatih diri, dan
sekarang aku telah lupa sama sekali ketiga jurus itu...!"
Setelah berkata begitu, tentara Tetok yang seorang ini
telah mengawasi Yo Him dengan sorot mata yang tajam, lalu
sambungnya lagi “Yo Siauw enghiong, apakah benar2 engkau
tidak memiliki gelaran ?' .
Yo Him mengangguk.
„Aku tidak memiliki kepandaian bagaimana aku bisa
mempergunakan gelaran yang hanya bisa membuat aku
congkak dan sombong...untuk apakah gelaran itu ?”.
,,Maaf dan ampunkan, Siauw enghiong jika memang Siauw
enghiong belum memiliki gelaran, apakah tidak ada baiknya
untuk mengenang jasa2 ayah Siauw-enghiong yang pernah
berhasil mengusir musuh dan mempertahankan kota
Siangyang. Didaerah selatan maka Siauw-enghiong boleh
mengambil setengah gelaran dari ayahmu lalu ditambah
setengah lagi. Bagaimana kalau engkau bergelar Sin Tiauw
Thian Lam (Rajawali sakti dari langit selatan) maafkan jika itu
kurang baik dan maafkan juga akan kelancanganku
memberikan gelaran “
“Bagus !" berseru Phang Kui In.
Yo Him jadi heran, dia memandang kepada paman
Phangnya itu.
“Apanya yang bagus paman Phang?" tanya Yo Him sambil
mengawasi terus paman Phangnya ini.

“Gelaranmu itu yang bagus” kata Phang Kui In “Gelaranmu
itu yang baik sekali ! untuk selanjutnya engkau bisa
mempergunakan gelaranmu itu, yaitu Sin Tiauw Thian Lam Yo
Him ! Nah terimalah ucapanku ini, dimana telah lahir seorang
pendekar sakti Sin Tiauw Thian Lam Yo Him !” dan setelah
berkata begitu tampak Phang Kui In telah merangkapkan
sepasang tanganya untuk memberi hormat kepada Yo Him.
Keruan saja Yo Him jadi gugup dan kikuk dia cepat2
membalas hormat dari Phang Kui In.
Kwee Siang juga telah memberikan selamat padanya
dengan memberi hormat.
Tentara Tetok yang seorang itu yang telah berikan gelaran
kepada Yo Him, tampaknya gembira sekali.
“Siapakah namamu !” tanya Phang Kui In sambil tersenyum
pada tentara itu.
,,Siauwjin she Bian dan bernama Tung Pah. Nanti jika
kalian bertemu dengan Yo Ko Taihiap, tolong sampaikan
salamku...!".
„Terima kasih engkoh Bian !” kata ¥o Him sambil
membungkukkan tubuhnya memberi hormat. „Engkau telah
menghadiahkan aku gelaran yang baik, bahkan disetujui oleh
paman Phang dan encie Siang Aku yakin, beradanya engkau
dalam pasukan Tetok hanyalah terpaksa saja, karena dalam
hal ini engkau tentu hanya menuruti perintah atasan saja,
bukan...?'".
Bian Tung Pah menganggukkan kepalanya beberapa kali
dia telah membenarkan perkataan Yo Him.
„Dan aku telah memikirkan untuk mengundurkan diri dari
pekerjaanku sebagai alat negara, karena terkadang aku
menerima perintah untuk melakukan pekerjaan yang tidak
menurut isi hatiku.... maka dari itu, nanti aku minta pensiun
saja dan hidup dengan berdagang kecil2an".

„Bagus ! itu bagus sekali...!" kata Phang Kui ln. „Itulah cara
yang terbaik, sehingga engkau tidak perlu korban
perasaan...!"
Bian Tung Pah juga menyatakan terima kasihnya atas
perlakuan Yo Him bertiga. Kemudian ber-sama2 dengan
kawan2nya yang hanya terluka mengangkat mayat2 kawan
mereka.
Semua tentara Tetok yang masih hidup itu bergidik
sendirinya setelah mengetahui bahwa Yo Him adalah
puteranya Yo Ko.
Sedangkan pelayan rumah makan telah membersihkan
darah dan merapihkan bangku kursi dan meja yang telah
pada terbalik itu. sedangkan noda sarah dilantai segera
dihapus dengan kain pembasuh. Dalam sekejap mata saja
ruangan rumah makan itu telah rapih lagi.
Sedangkan Yo Him bertiga telah Makan2 lagi.... mereka
tidak memperdulikan tamu2 berdatangan dan kasak kusuk
membicarakan mereka.
Setelah puas makan minum Yo Him bertiga meninggalkan
rumah makan itu.
Banyak orang2 penduduk Kota itu yang berdatangan ingin
melihat rupa dan wajah dari putera Sin Tiauw Taihiap, tapi Yo
Him bertiga
Telah melarikan diri dengan cepat sekali meninggalkan
tempat itu Mereka mem perguna kan ginkang yang telah
semparna, hanya dalam beberapa detik mereka sudah jauh
meninggalkan rumah makan dan penduduk kota tersebut. Hal
ini dilakukan karena mereka tidak ingin dipersulit dengan
berbagai pertanyaan dan sanjung puji dari penduduk kota itu.
Waktu itu, Yo Him telah berkata kepada Phang Kui In,
disaat mana mereka telah berada diluar kota sebelah timur.

“Phang Susiok....apakah kita melanjutkan perjalanan kita
lagi ?" tanyanya.
Phang Kui In mengangguk membenarkan. Maka mereka
telah menghampiri perahu mereka dan telah melompat naik
keatas perahu tersebut.
Perahu itupun berlayarlah meninggalkan tempat itu.
Setelah berlayar selama empat hari lagi, mereka tiba
dipelabuhan kota Mu-sing-kwan. Tetapi mereka hanya singgah
untuk makan dan minum mengisi perut, lalu melanjutkan
perjalanan mereka pula.
Berlayar lagi sebelas hari tentu kita akan tiba dikota Su-pokwan,
dikota itu kita bisa meminta keterangan dari orang2
yang pernah melihat Sin Tiauw Taihiap...karena Sin Tiauw
Taihiap pernah ber-kali2 datang dikota tersebut...!".
Yo Him girang bukan main mendengar hal itu, dia serasa
ingin cepat2 bertemu dengan ayah kandungnya, bertemu
muka. Dan juga Kwee Siang, begitu rindu ingin bertemu
dengan Pendekar Super Sakti tersebut.
Benar saja, setelah mereka berlayar sebelas hari, disaat itu
mereka telah tiba dikota Su-po-kwan, kota perdagangan yang
ramai sekali dan memiliki penduduk yang padat.
,.Kita telah sampai !" menjelaskan Phang Kui In waktu
mereka telah tiba dipelabuhan kota tersebut.
Dengan tidak sabar Yo Him telah melompat kedermaga dan
berjalan dengan langkah lebar.
“Tunggu dulu Himjie !" teriak Phang Kui In yang sedang
mengikat perahunya. „Nanti kau tersesat...!".
Yo Him sudah tidak Sabar sekali.
„Cepat sedikit paman Phang...!" katanya dengan suara
tidak sabar.

Kwee Siang yang melihat kelakuan Yo Him jadi tersenyum,
dia pun merasakan hatinya tergoncang keras sekali.
Waktu itu Phang Kui In telah selesai mengikat perahunya,
tetapi ketika dia ingin menghampiri Yo Him dan Kwee Siang
untuk meninggalkan tempat tersebut, tiba2 dari arah ujung
dermaga yang satunya, telah berjalan seseorang dengan
langkah kaki yang lebar. Dan orang itu juga sambil
menghampiri telah berteriak2 dengan suara yang sangat
nyaring : „Hei tunggu dulu ! Tunggu dulu !".
Phang Kui In mengerutkan alisnya, karena dia melihat
bahwa orang itu memiliki wajah yang kurang berkesan baik,
tampaknya mata orang itu bersinar tajam dan jahat.
„Ada urusan apakah, hengtai (saudara)” tanya Phang Kui In
berusaha bersikap semanis mungkin, karena dia menyadari
dirinya merupakan pelancongan belaka.
Kalian memakai perahu ? Dan perahu kalian ini diikatkan
didermaga ini ! Kalian harus membayar seratus tail perak !"
kata orang itu setelah datang dekat. Dan Phang Kui In saat itu
juga telah bisa melihat jelas wajah orang itu yang
berpotongan empat persegi dan mata nya memandang tajam
menyeramkan. Ukuran kedua matanya itu tampaknya lebih
besar dari mata orang dewasa yang wajar. Kumis, dan
jenggotnya yang tumbuh kaku itu menambah wajahnya
semakin tidak enak dilihat, dengan lobang hidung yang
dongak keatas.
„Apa...apa kau biang ?" tanya Phang Kui In tergagap,
karena dia terkejut atas permintaan orang itu. Mana ada uang
sewa titip perahu sebesar seratus tail perak seperti yang
diminta orang itu ? Sedangkan paling tidak hanya satu atau
dua cie saja !
„Aku mengatakan jika kau ingin menitipkan perahu
didermaga ini. maka kalian harus menyerahkan uang sewanya

sebesar seratus tail perak? Tidak dengar ? Seratus tail perak!
Sudah dengar ? Seratus tail perak !”
Mendengar perkataan orang itu tentu saja Yo Him bertiga
jadi tidak menyukai orang ini.
“Hemm, mungkin dia ini seorang buaya darat yang
menguasai daerah ini, sehingga leluasa baginya untuk
melakukan pemerasan2 terhadap orang yang lemah." pikir
Phang Kui In.
Karena berpikir begitu, sikap Phang Kui In jadi tenang
kembali dan lenyap dari perasaan herannya. Sengaja dia
memperlihatkan senyuman sabar „Cukupkah uang sewanya
sebesar seratus tail perak ?" tanyanya.
„Jika engkau mau menambahkannya, itu lebih bagus lagi,
tentu perahumu akan kujagakan sebaik mungkin, agar tidak
dirusak orang atau dicuri hilang oleh orang yang banyak
berkeliaran ditempat ini ! Ketahuilah dipelabuhan ini banyak
sekali pemeras2.
Mendengar perkataan orang itu, Phang Kui In kembali
tersenyum.
„Lucu ! Lucu sekali !" katanya.
„Apanya yang lucu ?" tanya orang itu tidak mengerti.
„Aku membeli perahu itu hanya dengan harga seratus
sepuiuh tail ! Tetapi sekarang, ingin menitipkan perahu itu,
harus membayar seharga seratus tail perak ! Bukankah itu
merupakan suatu kejadian yang lucu sekali...?".
Mendengar perkataan Phang Kui In, muka orang
berewokan itu jadi berobah merah padam, karena dia
menyadarinya bahwa kata2 Phang Kui In itu hanya ditujukan
untuk menyindir dirinya.
JILID 23

DIA telah berseru nyaring, sambil membanting kakinya
yang kanan ketanah, dia telah berkata garang : “Engkau
jangan sekali2 coba mempermainkan aku...!! Cepat serahkan
uang yang seratus tail itu padaku...jika engkau ber-lama2.
jangan salahkan aku mengambil tindakan keras.. !"
„Tetapi seperti tadi kuakatakan, aku membeli perahu itu
hanya dengan harga seratus tail lebih sedikit, jika sekarang
aku harus membayar seharga seratus tail kepadamu, lebih
baik kubiarkan saja perahu tersebut diletakkan disitu saja, jika
tidak hilang itu namanya nasib kami yang baik, tetapi jika
hilang ya, bisa saja kami membeli perahu yang baru !"
„Benarkah engkau tidak mau membayar , uang sewa
menaruh perahu itu?" tanya orang orang itu dengan muka
yang garang. „Aku Hek Sin Ho (Rase Hitam yang Sakti) tidak
akan berlaku segan2 lagi ..."
„Tidak segan2 itu apa maksudmu?" tanya Phang Kui In
dengan suara mengejek.
“Ya, tentu saja aku tidak segan-segan mengambil tindakan
keras kepada kalian . . .!”
,,Tindakan keras bagaimana?"
„Tindakan kekerasan untuk membinasakan kalian!" teriak
Hek Sin Ho habis sabar, dan dia menggerakkan kedua
tangannya, kepalan tangannya yang besar itu telah meluncur
akan menghantam dada Phang Kui In.
Tampak kepalan tangan orang itu, Hek Sin Ho, datang
dengan cepat sekali, dan juga. mengeluarkan angin yang
berkesiuran dahsyat sehingga semua orang yang melihat ini
jadi terkejut sekali.
Wuuttt . . .

Angin serangan itu telah menyambar keras tetapi waktu
Phang Kui In menggeser sedikit kaki kirinya dan memiringkan
tubuhnya, kepalan tangan lawannya itu tidak berhasil
mengenai sasaran.
Bahkan Waktu tangan Hek Sin Ho lewat disisi dadanya,
secepat kilat Phang Kui In telah mengangkat tangan kanannya
yang diangkat mengarah keatas, sedangkan tangan kirinya
diturunkan menumbuk pergelangan tangan Hek Sin Ho.
sehingga tangan Hek Sin Ho seperti juga telah dikunci dan
digunting. Tidak ampun lagi tulang pergeiangan tangan
hancur!
Peristiwa ini baru pertama kali dialami oleh Hek Sin Ho,
maka disamping kesakitan dan terkejut dia juga jadi tidak
habis mengerti, mengapa orang yang dilihatnya tidak begitu
tegap bisa memiliki kepandaian begitu tinggi? Phang Kui In
telah berkata pada saat itu " Apakah engkau tidak mau cepat2
angkat kaki? Atau memang engkau menghendaki tangan yang
satunya itu dihancurkan pula ?"
Muka Hek Sin Ho telah berubah pucat. Dia berdiri ragu2
ditempatnya.
"Bolehkah aku mengetahui siapa hohan (orang gagah :
pendekar) sebenarnya " tanya Hek Sin Ho kemudian dengan
suara yang tidak begitu lampias, karena dia menahan
perasaan sakit pada pergelangan tangannya yang telah hancur
tulangnya itu.
„Tidak perlu kau mengetahuinya . . tetapi yang terpenting
mulai hari ini engkau harus baik2 menjaga diri agar tidak
melakukan perbuatan2 jahat atau memeras orang! Jika di lain
waktu aku mendengar engkau masih melakukan pekerjaan
tersebut, tentu engkau akan kubinasakan tanpa mengenal
ampun.
Hek Sin Ho telah mengangguk.

„Baiklah, memang aku juga ingin memilih pekerjaan yang
halal dan baik, tetapi sayangnya. aku tidak pernah dipercaya
orang, sehingga terpaksa aku mengambil jalan singkat yang
bisa mendatangkan uang banyak dengan cara yang mudah!"
Phang Kui In tersenyum. „Jika engkau ber-sungguh2 dan
bertekad untuk merobah perbuatanmu, maka engkau tentu
mudah mencari pekerjaan walaupun gajimu tentu saja tidak
sebesar yang kau kehendaki, tetapi jika engkau hidup baik2
dan sederhana tentu lebih dari cukup. Umpamanya saja
engkau menjadi piauwsu (pengawal barang berharga), atau
menjadi buruh dari toko2 dan perusahaan yang memerlukan
tenaga yang sangat besar . . .
Mendengar perkataan Phang Kui In. tampak Hek Sin Ho
telah menghela napas dalam2, kemudian dia telah bilang:
"Baiklah, terimakasih atas nasehatmu ! Aku akan berusaha
melamar Pekerjaan sebagai piauwsu !”
"Bagus ! Nah ini hadiah dariku untuk bekal sebelum
memperoleh pekerjaan....!" sambil berkata begitu, Phang Kui
In telah merogoh Sakunya dan mengeluarkan lima tail perak
yang diberikan kepada Hek Sin Ho.
Hek Sin Ho mengucapkan terima kasihnya berulang kali,
kemudian dia membalikkan tubuhnya untuk berlalu setelah
memberi hormat kepada Yo Him dan juga Kwee Siang.
Phang Kui In menggeleng2 kepalanya sambil menghela
napas.
"Sesungguhnya kepandaian orang itu tidak lemah, jika dia
memiliki watak yang baik tentu tidak sulit baginya untuk
mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang cukup
banyak dan hidup dengan berkecukupan, seandainya saja dia
mau bekerja dengan rajin dan tekun, dan juga mau bekerja
sebagai Piauwsu atau juga centeng pengawal para pegawai.
Bukankah dia akan menerima gaji yang cukup besar ?"

Kwee Siang yang mendengar perkataan Phang Kui In dia
membenarkannya. Begitulah mereka telah memasuki kota
untuk mencari rumah makan.
Su po Kwan merupakan kota yang sangat padat
penduduknya dan sepanjang waktu ramai sekali, tidak perduli
malam hari, karena pelabuhan Su-po-kwan merupakan
pelabuhan yang. menampung para pedagang yang mengambil
jalan air untuk mendatangi kota2 di sekeliling Su po kwan
Phang Kui In mengajak Yo Him dan Kwee Siang memasuki
sebuah rumah makan yang bertingkat dua tampaknya mewah
sekali.
Waktu itu dia telah berkata: „Masakan rumah makan ini
sangat enak dan terkenal sekali . . . kita bersantap dulu, dan
nanti kita bisa menanyai pelayan mengenai ayahmu itu,
Himjie”'
Yo Him girang bukan main dan Kwee Siang juga setuju
saran yang diberikan Phang Kui In. Hati gadis ini juga
berdebar. Telah bertahun2 dia menyelidiki dimana adanya Yo
Ko, dan selama bertahun2 itu juga dia telah berusaha untuk
mencari jejak Yo Ko dan Siauw Liong Lie. Dia telah
mengembara dan juga sampai Siauw Lim Sie pernah
didatanginya dua kali Tetapi selama itu dia tidak berhasil
menemui jejak Yo Ko,
Kini Phang Kui In berkati kapada dirinya bahwa Yo Ko
pernah datang bahkan sering muncul dikota ini, dan tentunya
sebagai seorang sakti yang memiliki kepandaian sangat tinggi
disamping itu juga memiliki tangan tunggal tentu saja mudah
sekali Yo Ko dikenali orang, jika dari hasil penyelidikan ini
mereka bisa bertemu dengan Yo Ko, Kwee Siang bertekad
tidak mau berpisah dengan Yo Ko pula.
Memang waktu perpisahan yang terakhir dengannya, Yo Ko
pernah berkata “tiada pesta yang tidak bubar, tiada
pertemuan tanpa perpisahan .. dan memang benar apa yang

diucapkan Yo Ko, tiada pertemuan yang tiada berpisah, karena
itu Kwee Siang dari tahun ketahun sejak perpisahannya
dengan Yo Ko hanya jadi merana.
Kwee Siang mencintai Yo Ko tanpa disertai dengan hawa
nafsu kotor, dan Yo Ko maupun Siauw Liong Lie sangat
mencintainya. Perasaan cinta yang diperlihatkan dan muncul
dihati Kwee Siang merupakan cinta yang tulus dan murni
tanpa disertai oleh pikiran2 kotor. Dia memang mencintai Yo
Ko, tetapi cintanya itu bukan untuk menguasai Yo Ko,
melainkan untuk berada berdekatan saja dengan pria yang
dicintainya itu, dia sudah puas. Hal itu disadari juga oleh
Siauw Liong Lie, maka nyonya Yo itu tidak merasa dengki atau
cemburu kepada Kwee Siang.
Begitu pula halnya dengan Kwee Siang sendiri, walaupun
dia mengetahui bahwa Yo Ko sudah menjadi suami Siauw
Liong Lie, tetapi disebabkan dia memang memiliki cinta
yang tulus dan murni, maka persoalan suami isteri dari kedua
orang yang dicintainya itu tidak menimbulkan perasaan
cemburu sedikitpun dihatinya. Yang dikehendaki Kwee Siang
adalah keinginan yang sederhana sekali, yaitu ingin berada
berdekatan dengan kedua orang yang dicintainya itu. Cinta
yang dilimpahkan Kwee Siang lebih mirip merupakan cinta
persaudaraan.......
Sekarang dengan perantara Phang Kui In, dia kemungkinan
besar bisa berjumpa dengan orang yang dikasihinya itu, tentu
saja hatinya jadi berdebar tidak hentinya.
Didalam rumah makan itu cukup banyak tamu, Phang Kui
In telah memesan beberapa macam sayur. Mereka bersantap
dengan lahap sekali selesai berantap mereka telah
mengelilingi kota Su Po Kwan, menyaksikan betapa kota ini
luas dan besar, disamping itu bangunan2 yang terdapat dikota
tersebut sangat besar dan umumnya bertingkat. Banyak
rumah2 yang tingkat bawah dibuka sebagai toko dan tingkat
atas dipergunakan sebagai tempat tinggal.

Sehingga Yo Him dan Kwee Siang tidak hentinya memuji
akan kemewahan kota tersebut.
Waktu itu tampak Phang Kui In telah menghampiri sebuah
toko kelontong, pemiliknya seorang lelaki tua setengah baya
memelihara jenggot dan kumis yang panjang. lalu mereka
telah bicara bisik2, dan Yo Him maupun Kwee Siang melihat
pemilik toko itu telah menggeleng geleng kepala.
Phang Kui In kemudian menghampiri Yo Him dan Kwee
Siang yang menantikannya diseberang lainnya.
"Sayang sekali akhir2 ini Sin Tiauw Taihiap Yo Ko tidak
pernah datang kekota ini lagi, hampir dua tahun ini Sin Tiauw
Taihiap tidak pernah kelihatan...! Pemilik toko kelontong itu
merupakan sahabat Sin Tiauw Taihiap, karena setiap kali Sin
Tiauw Taihiap datang kekota ini, tentu akan singgah atau
menginap dirumah pemilik toko kelontong itu."
Yo Him dan Kwee Siang tampak jadi kecewa, bahkan Yo
Him telah menundukkan kepala dalam2.
„Jangan putus asa, Him-jie,'" kata Phang Kui In. Kita bisa
menyelidikinya lagi dibeberapa tempat...!'
Yo Him mengangguk lesu, begitu juga Kwee Siang tampak
mukanya muram tidak memancarkan kegembiraan.
Phang Kui In menyarankan agar mereka, bermalam satu
malaman dikota Su-po-kwan ini.
Tengah malam, Yo Him tidak bisa tidur dengan nyenyak,
dia gulak gulik dengan gelisah.
Phang Kui In yang menyaksikan sikap anak ini, jadi
menghela napas dalam2.
Kwee Siang sendiri dikamar, lainnya rebah gelisah tanpa
bisa tidur, karena dia selalu memikirkan Yo Ko dan Siauw
Liong Lie

Semula dia mengharapkan dikota Su Po kwan ini mereka
bisa bertemu dengan Yo Ko dan Siauw Liong Lie. tetapi
kenyataannya sekarang, mereka tidak berhasil menjumpai
orang2 yang dicintainya itu.
Tengah malam telah tiba, dikelarutan malam, terdengar
suara kentongan dua kali.
Tetapi Kwee Siang belum juga bisa tidur, dia masih diliputi
kegelisahan. Walaupun dipejamkan matanya kuat,2 tetapi
tetap saja dia tidak bisa tertidur nyenyak.
Waktu itu Phang Kui In sedang duduk terpekur dikursi
dengan tangan berada diatas meja bertopang dagu,
tampaknya dia juga kecewa sekali. Semula Phang Kui In
mengharapkah dapat mencari kabar berita mengenai Sin
Tiauw Taihiap. Jika tidak juga berhasil, dia bisa mencarinya
ketempat yang kebetulan dia pernah bertemu dengan Sin
TiauwTaihiap beberapa waktu yang lalu. Tetapi sekarang
setelah dia menyelidiki Sin Tiauw Taihiap telah dua tahun ini
tidak pernah berkunjung kekota Su Po Kwan.
Phang Kui In juga telah melihat betapa kecewanya Yo Him
dan Kwee Siang. Hal ini membuat Phang Kui In jadi tidak
gembira.
Sedang Phang Kui In diliputi oleh kekecewaan dan duduk
seperti terpekur seperti itu. tiba2 dia mendengar suara berisik
perlahan di atas genting.
Sebagai seorang pendekar yang memiliki kepandaian tinggi
dan pendengaran yang tajam, Phang Kui In segera
mengetahui bahwa ada orang pejalan malam yang sedang
lewat diatas gentingnya.
Tetapi Phang Kui In tidak mau usil dengan urusan itu, dia
menduga mungkin ada pejalan malam yang tengah mencari
seseorang dan Phang Kui in juga telah berkeyakinan bahwa
dia tidak memiliki musuh dikota ini. Maka dia hanya menduga

mungkin pejalan malam itu kebetulan saja lewat diatas
gentingnya.
Tetapi suara berkelisik itu telah diam tidak terdengar lagi.
Phang Kui In jadi heran, Dia bergerak perlahan mendekati
jendela kamarnya dan mendengarkannya dengan baik.
Terdengar desah napas orang yang perlahan sekali. Segera
Phang Kui In yang telah berpengalaman itu mengetahui
bahwa orang yang menjadi pejalan malam Itu telah berada
didekat jendelanya dan tengah memasang telinga.
Cepat2 Phang Kui In menghampiri meja dengan langkah
kaki yang ringan sekali, meniup api penerangan kamar, dan
melompat ke dekat pembaringan, Dia telah menggoyanggoyangkan
tubuh Yo Him, meminta anak itu bangun.
Yo Him terkejut waktu terbangun kamar mereka gelap, dan
belum lagi dia bertanya, Phang Kui In telah berbisik
ditelinganya: ,,Hati-hati ada musuh pejalan malam yang
tengah mengintai kamar kita!"
Yo Him segera mengerti, dia telah mementang matanya
untuk memperhatikan kegelapan dalam kamarnya. Akhirnya
selang sejenak, pemuda ini telah biasa dan bisa melihat
dengan samar2 keadaan dikamar itu.
Waktu itu, tampak Phang Kui In berindap indap mendekati
jendela. Dia berdiri diam sejenak, tahu2 tangannya itu telah
mendorong terbuka daun jendela dengan gerakan yang tiba2
sekali.
berbareng dengan terbukanya daun jendela, tampak Phang
Kui In telah melompat keluar sambil berseru : „Penjahat kecil
tidak bernama manakah yang berani men-curi2 lihat kamar
kami ?”
Dan tangannya telah digerakkan untuk menjaga
keselamatan tubuhnya dari serangan gelap dan tiba2 dari
lawannya. Apa yang dilakukan oleh Phang Kui In memang

kuat sekali, angin yang meluncur keluar dari kedua telapak
tangannya yang digerakkan itu ternyata telah berhasil
melindungi tubuhnya, sehingga jika ada senjata rahasia yang
menyambar datang, tentu tidak bisa mencapai sasaran
ditubuhnya, sebab terbendung oleh kekuatan angin serangan
yang begitu dahsyat.
„Ihhh...!" terdengar suara seruan yang sangat perlahan dari
seseorang.
Waktu itu Yo Him telah melompat keluar juga, dia telah
berdiri disamping Phang Kui In.
Mereka telah melihat seseorang yang berdiri tegak
dihadapan mereka. Keduanya jadi mengeluarkan seruan
tertahan waktu melihat muka orang itu, yang rusak seperti
juga muka hantu. Hidungnya tidak ada, matanya yang sebelah
kiri berlobang seperti mata tengkorak, dan rambutnya hanya
tumbuh dibelakang kepalanya orang itu berdiri diam dengan
mulutnya yang lebar dan suwing tampak barisan giginya,
membuat Yo Him dan Phang Kui In tergetar sejenak hatinya.
,Siapa kau ? mengapa kau main sembunyi2 seperti itu ?
tegur Phang Kui In.
„Aku datang ingin menyampaikan kabar kepadamu. kepada
kalian menyahuti orang bermuka buruk itu dengan suara yang
tetap, tidak memperlihatkan perasaan terkejut.
“memberitahukan apa ?” tanya Phang Kui In lagi.
“memberitahukan hal yang cukup luar biasa !”
„Cepat katakan !”
„Sabar ! Tadi siang engkau mencari berita mengenai Sin
Tiauw Taihiap, bukan?” tanya orang itu lagi.
Muka Phang Kui In dan Yo Him jadi berobah mendengar
pertanyaan orang itu.
Tetapi Phang Kui In telah mengangguk membenarkan.

,,Ya, memang kami sedang mencari Sin Tiauw Taihiap."
menyahuti Phang Kui In akhirnya.
„Untuk keperluan apa?" tanya orang bermuka buruk itu
lagi.
Pnang Kui In jadi habis kesabarannya, dengan suara keras
dia membentak: „Tidak perlu banyak cerewet, sekarang
katakanlah apa maksudmu?"
"Orang bermuka buruk itu telah tertawa dengan sikap yang
mengerikan, karena wajahnya yang rusak itu terlampau buruk.
Waktu itu rembulan bersinar penuh dengan hawa udara
dingin sekali. Lewat cahaya rembulan itulah Phang Kui In
berdua Yo Him bisa melihat jelas muka orang yang buruk dan
tidak menimbulkan kesan baik.
Mendengar perkataan orang bermuka buruk itu. habislah
kesabaran Phang Kui ln. Dia telah berkata dengan suara yang
dingin: „Jika engkau tidak mengatakan terus terang, apa
maksudmu, sekarang juga aku akan menganggap bahwa
engkau ini adalah pencuri yang hina dan aku akan
melancarkan serangan!"
Simuka buruk itu tertawa dingin
„Kukira tidak mudah untuk menyerang diriku !” serunya
tegas,
"Mengapa ?” tanya Phang Kui In saking herannya
mendengar perkataan orang itu.
"Belum tentu kepandaianmu cukup untuk merubuhkan
diriku “ Dan setelah berkata begitu tampak si muka buruk
telah mengawasi Yo Him.
"Anak ini tampaknya memiliki tulang yang bagus dan
berbakat untuk melatih ilmu silat.....!" katanya kemudian
dengan suara yang tawar.
“Siapa namamu, nak !”

"Aku .... aku ..." jawab Yo Him ragu2, dia telah melirik
kepada Phang Kui In, dimana orang she Phang itu telah
menggelengkan kepalanya perlahan.
"Dia belum menjawab pertanyaan kita dan belum
mengetahui apa maksudnya, maka tidak perlu kita
memperkenalkan diri kita padanya !" kata Phang Kui In,
Dan Yo Him jadi membatalkan apa yang hendak
dijawabnya dia telah berkata :"Sayang sekali kau main
belakang dan tidak pernah mau menjawab pertanyaan Phang
Susiok, maka kami pun keberatan untuk memperkenalkan
diri!"
„Kau akan menyesal dengan tindakanmu ini!" kata orang
bermuka buruk itu, „Mengapa?" tanya Yo Him.
„Karena engkau akan mati dengan penasaran . . !."
menyahuti orang itu.
Tetapi Yo Him tidak bisa digertak, dia telah menjawab
marah: „Belum tentu juga engkau bisa mencelakai kami!"
Orang muka buruk itu telah tertawa dingin, lalu katanya
lagi: „Kaliankah yang telah merubuhkan Hek Sin Ho?"
tanyanya.
„Benar!” menyahuti Phang Kui In dengan suara yang tegas.
„Dan engkaukah yang telah menghancurkan pergelangan
tangan Hek Sin Ho?" tanya orang itu lagi.
„Benar!" mengangguk Phang Kui In dengan berani sekali.
„Hemm, sekarang jawab dulu satu pertanyaanku, apa
keperluan dan kepentingan kalian mencari Sin Tiauw Taihiap
Yo Ko?"
„Itu urusan kami tidak ada sangkut pautnya dengan kau!"
menyahuti Phang Kui In.

"Sudah tentu ada hubungannya dengan aku karena akupun
tengah mencari Sin Tiauw Taihiap Yo Ko itu !"
"Apa ?" tanya Phang Kui In agak terkejut. " Apa
keperluanmu mencari Sin Tiauw Taihiap ?"
"Itu nanti akan kujelaskan, karena engkau sendiri belum
mau menjawab pertanyaanku ada kepentingan apa kalian
mencari Sin Tiauw Taihiap ?"
Phang Kui In telah memutar otak, dan cepat sekali dia telah
menjawabnya : " Kami sahabat2 Sin Tiauw Taihiap dan ingin
nienyambanginya. Kami mendengar berita terakhir bahwa Sin
Tiauw Taihiap sering berkunjung ke Su Kwan, maka kami telah
datang kemari untuk mencari ....!"
"Hemm, manusia macam kalian ini merupakan sahabat2
dari Sin Tiauw Taihiap? Sungguh perkataan kosong yang
terlampau berani ! Tahukah engkau, dengan mengaku aku
sebagai.sahabat Sin Tiauw Taihiap, maka kalian juga akan
menerima bahaya yang tidak kecil ?"
Setelah berkata begitu, dengan cepat sekali tampak orang
bermuka buruk itu telah mengeluarkan suara tertawa dingin
sambil mengerang perlahan.
Phang Kui In dan Yo Him jadi heran melihat sikap muka
buruk yang terakhir itu.
,,Kami telah menjawab pertanyaanmu, nah sekarang
giliranmu untuk menjelaskan apa perlunya engkau juga
mencari2 Sin Tiauw Taihiap?" kata Phang Kui In.
,,Aku hendak membinasakannya!" menyahuti orang
bermuka buruk itu dengan suara yang dingin. „Nah, kalian
lihatlah!" Sambil berkata begitu, orang bermuka buruk itu
menunjuk kearah mukanya sendiri.
Rembulan bersinar terang benderang dan tidak tertutup
awan. cahayanya yang gemilang itu menyinari muka buruk
orang aneh ini sehingga dengan bentuk muka yang rusak dan

buruk seperti itu, ditambah dengan sinar rembulan kepada
wajahnya, membuat muka siburuk itu semakin menakutkan
sekali.
Yo Him sendiri sampai tidak berani memandang lama2,
hanya sekejap saja dia memandang kemudian telah
menundukkan kepalanya.
„Nah, kalian telah melihatnya, bukan?" tanya orang
bermuka buruk itu kemudian sambil menyeringai
menyeramkan, suaranya juga mengandung kekejaman,
kemarahan dan juga kekecewaan: „Inilah hadiah dari Sin
Tiauw Taihiap! Maka dari itu, setelah aku mempelajari ilmu
silatku lebih mendalam selama tujuh tahun, kukira telah cukup
untuk menandingi kepandainnya dan setelah berkata begitu,
orang bermuka buruk tersebut telah berkata dengan suara
yang perlahan tetapi menakutkan. ,,Bersiap2lah menghadapi
serangan."
Yo Him dan Phang Kui In segera menduga, mungkin orang
ini terganggu syarapnya karena dia tampaknya bicara dengan
lagak yang tidak beres.
Disaat itu, orang bermuka buruk itu telah berkata lagi: „Aku
sudah mendidik Hek Sin Ho bersusah payah dan sebagai
murid tunggalku aku mengharapkan dia kelak bisa mewarisi
seluruh kepandaianku . . . tetapi engkau relah merusak
menghancurkan tulang pergeiangan tangannya . . maka
dengan cacad seperti itu tentu saja dikemudian hari dia tidak
bisa diharapkan lagi pergelangan tangan merupakan bagian
terpenting dari anggota tubuh yang bisa dipergunakan untuk
bertempur...!"
Setelah berkata begitu, tahu2 mulut orang itu
dimonyongkan, dan "Fuiii ! Fuiii !" tahu2 ada beberapa butir
biji buah Lay yang menyambar datang dengan cepat sekali.
Jika biji buah Lay itu menyambar dengan cepat, memang tidak
mengherankan, tetapi yang aneh walaupun biji itu berukuran
kecil sekali seperti kwaci, tetapi dia bisa menyemburkannya

mendatangkan samberan angin yang sangat kuat. Bahkan
yang agak luar biasa biji buah Lay itu telah menyambar dua
jalan darah terpenting ditubuh Phang Kui In.
Tetapi Phang Kui In juga memiliki kepandaian yang tidak
lemah, cepat sekali dia menggeser tubuhnya dan menyingkir
dari ke dua biji buah Lay itu. Kedua biji buah Lay itu telah
lewat disisi pinggangnya.
Baru saja Phang Kui In hendak ber-kata2 menegur orang
itu, justru kedua biji buah Lay itu telah menyambar datang
lagi seperti juga bisa dikendalikan, membalik menyambar
kearah punggung Phang Kui In.
Inilah peristiwa yang agak aneh dan luar biasa, karena
biasanya jika seseorang melancarkan serangan dengan
senjata rahasia atau apa saja yang ditimpukkan, jika sudah
tidak mengenai sasaran tentu akan jatuh ditanah. Tetapi
justru sekarang telah terjadi yang sebaliknya, karena waktu
itu biji buah Lay yang tidak berhasil mengenai sasaran, telah
memutar kembali menyerang punggung Phang Kui In dengan
tenaga samberan yang tidak berkurang. Yang diincer oleh
kedua biji buah Lay itu adalah jalan darah Ciang kie hiat dan
Lu-sung-hiat.
Phang Kui In karena terkejut telah mengeluarkan suara
seruan tertahan dan melompat kesamping lagi.
Tetapi biarpun Phang Kui In bergerak sangat cepat,
disebabkan dia tidak menduga akan datangnya serangan
aneh seperti itu, lengannya telah kena diterjang oleh biji buah
Lay yang satunya.
Waktu lengannya itu terbentur dengan biji buah Lay itu,
Phang Kui In merasakan lengannya kesemutan, tetapi tidak
sampai cidera.
„Manusia licik !" berseru Phang Kui In dengan suara yang
mengandung kemarahan. „Engkau merupakan manusia hinadina
yang perlu memperoleh pengajaran!!"

Dan setelah berkata begitu dengan cepat Phang Kui In
mencabut goloknya.
„Ha, ha, ha! Sudah kukatakan, engkau mencari mati sendiri
!" kata orang bermuka buruk itu. „Aku Thian San Hok Mo (Iblis
Kodok dari Thian San) Cu Cu Ciang tidak akan berlaku kasihan
lagi dan akan melancarkan serangan2 yang sekaligus bisa
mematikanmu ! Jika aku kelak tidak berhasil membalas
dendamku kepada Yo Ko, berarti dendamku telah berkurang
banyak, sebab telah berhasil membinasakan kawannya orang
she Yo itu...!"
Setelah berkata begitu, dengan cepat dia mengelakkan diri
dari samberan golok Phang Kui In, karena orang she Phang itu
telah melancarkan bacokan dengan tenaga yang kuat sekali.
Waktu golok itu menyambar, menimbulkan angin yang
berkesiuran sangat keras sekali.
Dengan mudah orang bermuka buruk itu mengelakkan diri
dari samberan golok orang she Phang tersebut, kemudian
dengan mengeluarkan suara teriakan yang sangat keras, dia
telah berkata dengan garang : „Nah, jagalah serangan !"
sambil berkata begitu tampak. Cu Cu Ciang telah memutar
kedua tangannya, tubuhnya dimiringkan kekanan, tangan
kirinya mengibas kearah golok Phang Kui In yang menyambar
datang, lalu dengan gerakan yang sangat cepat sekali tangan
kanannya telah menerobos masuk penjagaan Phang Kui In,
menghantam jitu sekali dada Phang Kui In, sampai
mengeluarkan suara benturan 'bukkk !' yang sangat keras
sekali, sehingga tidak ampun lagi tubuh Phang Kui In terpental
dan bergulingan ditanah beberapa tombak.
Yo Him yang menyaksikan ini jadi terkejut sekali, dia telah
mengeluarkan teriakan perlahan, dan melompat mendekati
Phang Kui In yang saat itu tengah merangkak untuk berdiri.
„Paman Phang, kau tidak apa2...?" tanya Yo Him
kemudian.

“ Mundurlah Him-jie, biar aku menerima pelajaran lagi dan
dia !” kata Phang Kui In dengan marah.
Tetapi waktu dia ingin merangkak bangun, disaat itu
mukanya meringis menahan kesakitan yang sangat didadanya
yang terpukul oleh Cu Cu Ciang.
Cu Cu Ciang telah tertawa dengan suara yang ber-gelak2
dia berkata dengan suara yang takabur: "Nah sekarang
marilah kita betempur lagi!" tantangnya. “Aku jamin dalam
dua tiga jurus engkau sudah dapat kumampuskan!!”
Kembali Cu Cu Ciang telah tertawa bergelak gelak dengan
suara yang nyaring sekali.
Yo Him habis sabar, dia berkata kepada Pbang Kui In :
„paman, kau diamlah beristirahat mengatur pernapasanmu....
biar aku menghadapi orang sombong itu !!" dan tidak menanti
persetujuan dari Phang Kui In, tampak Yo Him telah melompat
dengan gerakan yang gesit sekali kehadapan Cu Cu Ciang.
„Orang she Cu !" bentak Yo Him kemudian. ''Mari kau
menyerang lagi, aku yang akan menerima pelajaranmu !" ,
Melihat yang maju itu adalah seorang pemuda yang belum
dewasa Cu Cu Ciang jadi tertegun sejenak tetapi kemudian dia
telah tertawa bergelak gelak.
Waktu Cu Cu Ciang telah mendesis dengan suara yang
sangat dingin dan kejam: “Engkaupun tidak boleh dibiarkan
hidup. Baiklah sekarang terimalah serangan dariku ini!"
Dan dengan bergerak yang cepat sekali dia telah
menerjang kedepan sambil menggerakan sekaligus kedua
tangannya melancarkan gempuran kepada Yo Him.
Yo Him telah mengejek dia, melihat memang serangan
orang she Cu ini sangat kuat tetapi dia tidak takut. Dengan
gerakan lincah Yo Him telah melompat kesamping. Dengan
latihan selama dua tahun dibawah petunjuk gurunya, yaitu Lie
Bun Hiap, maka Yo Him memiliki kepandaian yang tidak

berada disebelah bawah phang Kui In apalagi diapun juga
memiliki lwekang yang sempurna, karena Kwee Siang telah
membuka seluruh jalan darahnya dan lweekangnya itu
merupakan tenaga dalam yang mujijat. Maka jika ingin
diperbandingkan kepandaian Yo Him masih berada diatas
kepandaian Phang Kui In dan Kwee Siang, dia hanya bekal
pengalaman saja,
Maka waktu melihat datangnya serangan Cu Cu Ciang, dia
telah berkelit dengan jurus "Capung Melompati Sungai",
gerakannya manis sekali, tangan kanannya juga telah
meluncur dengan cepat mencengkeram punggung Cu Cu
Ciang waktu kepalan tangan lawan ini meluncur lewat
disampingnya.
Cu Cu Ciang juga tidak menyangka bahwa lawannya yang
demikian muda bisa memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari
kepandaian Phang Kui In. Maka waktu tadi dia melancarkan
serangan, dia tidak mempergunakan seluruh kekuatan
lwekangnya, dia hanya mempergunakan enam bagian tenaga
dalamnya.
„Hem, tidak seberapa kepandaianmu !" kata Yo Him
mengejek setelah mengelakkan serangan lawannya dan
tangannya berhasil mencengkeram pundak lawannya dengan
kuat.
Cu Cu Ciang jadi kaget dan kesakitan, sampai dia
mengeluarkan suara seruan yang sangat keras, tetapi sebagai
seorang yang memiliki kepandaian tinggi, dia tidak menjadi
gugup walaupun baju dipunggungnya berikut kulit
punggungnya kena dicengkeram kuat oleh Yo Him, dia telah
menggerakkan tangan kanannya tahu2 menotok kearah
pinggang Yo Him.
Itulah serangan yang sangat kuat dan berbahaya, "karena
dalam keadaan terjepit seperti itu, Cu Cu Ciang telah
menggunakan jurus "Pa Kong Jo Cu" atau "Pa-Kong Merebut
Mustika" dan memang jalan darah yang ingin ditotoknya

adalah jalan darah "Su-siang hiat" yakni jalan darah yang
terpenting sekali ditubuh manusia. Jika sampai jalan darah Su-
Siang-hiat tertotok, maka korban totokan itu jangan harap
bisa hidup, karena seluruh peredaran darahnya akan menjadi
kacau balau dan dalam satu hari saja akan terbinasa.
Waktu itu Yo Him juga menyadari bahaya yang mengancam
dirinya. Dia telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring
dan menggerakan tangan kirinya untuk menghantam pundak
lawannya, cekalannya dilepaskan.
„Bukkk . . .!" kuat-sekali tenaga serangan itu, yang telah
menyebabkan tubuh Cu Cu Ciang jadi terjerembab jatuh
ketanah bergulingan.
Tetapi sebagai jagoan yang memiliki kepandaian tinggi,
dengan sendirinya Cu Cu Ciang bisa bangkit dengan cepat.
Dengan muka yang merah padam, dan Wajah yang seperti
itu, keadaan
Cu Cu Ciang lebih menyeramkan lagi, diapun telah
memperlihatkan sikap yang mengancam.
Yo Him tidak gentar melihat sikap musuhnya ini, dia telah
mengeluarkan suara mengejek. Sambil katanya kemudian
dengan nada sinis “Hayo majulah menyerang lagi, mengapa
diam begitu saja seperti seekor kura2 ?”
Diejek demikian tentu saja Cu Cu Ciang jadi sangat marah,
dia telah menurunkan tangan kirinya dengan siku menempel
pada pinggang, lalu tangan kanannya dilonjorkan dengan
keras menerjang maju.
Yo Him lebih cepat.lagi dengan mengeluarkan suara jeritan
keras, tubuh iblis kodok dari Thian San terpental lima tombak
lebih mukanya juga pucat sekali waktu dia merangkak
bangun.
"Mau diteruskan !" ejek Yo Him.

Tetapi Cu Cu Ciang tidak menyahuti, dia hanya meringis
dan matanya mengawasi bengis. Dia merasakan dadanya itu
sangat sakit sekali.
Dengan mengeluarkan seruan menahan sakit akhirnya Cu
Cu Ciang telah berhasil berdiri, tetapi untuk sejenak lamanya
dia tidak bisa berdiri diam, terhuyung huyung juga ingin jatuh
kembali.
Melihat keadaan lawannya itu timbul perasaan kasihan
dihati Yo Him. Dia tidak melancarkan serangan lagi, lalu dia
berkata:" Sekarang kau pergilah! Tetapi jika dilain hari aku
bertemu dengan kau dan engkau masih melakukan kejahatan,
hemmm, hemmm, tentu disaat itu aku tidak bisa mengampuni
lagi jiwamu !" Cu Cu Ciang tidak segera menyahuti dia hanya
mengawasi dengan muka meringis, karena dadanya dirasakan
masih sakit sekali. Dia telah mengangkat kepalanya, kemudian
dengan suara ter-sendat2 menahan sakir didadanya, Cu Cu
Ciang telah berkata,
„Beritahukan namamu, tentu suatu hari nanti aku akan
mencarimu untuk meminta pengajaran lagi...!" katanya sambil
matanya mendelik bengis dan mukanya yang buruk itu ber
tambah menyeramkan, sedangkan tangan kirinya meng-usap2
dadanya yang tadi tergempur oleh Yo Him.
Cu Cu Ciang menyadari bahwa kepandaiannya masih
berada dibawah kepandaian Yo Him, maka walaupun dia
merasa dendam kena dirubuhkan oleh Yo Him, tetapi dia tidak
berani, menyerang lagi. Dan itulah sebabnya dia menanyakan
nama Yo Him, maksudnya jika kelak dia teiah melatih diri lebih
giat lagi, dia ber maksud akan mencari pemuda tanggung ini
untuk membalas dendam.
Yo Him ragu2 sejenak, tetapi kemudian dia telah berkata :
„Baiklah ! Aku she Yo dan bernama Him !”
„She Yo ?" tanya Cu Cu Ciang dengan muka yang berobah
menjadi pucat.

„Benar !"
„Masih ada hubungan apa engkau dengan Sin Tiauw taihiap
Yo Ko ?”
„Beliau adalah ayahku !"
„Kau....?"
„Mengapa ? Ada sesuatu yang tidak beres dan membuat
engkau terkejut ?" tanya Yo Him mengejek.,
„Hemm...pantas ! Pantas !"
„Apanya yang pantas ?"
„Pantas" engkau memiliki kepandaian yang tinggi !" kata Cu
Cu Ciang kemudian.
„Sekarang kau pergilah, jangan sampai aku berobah pikiran
pula ! Engkau tidak perlu memiliki dendam kepadaku,karena
dendam itu merupakan hasutan iblis yang akan merusak
dirimu sendiri!"
Cu Cu Ciang telah berdiam diri sejenak tidak menyahuti
perkataan Yo Him, tampaknya dia tengah berpikir keras.
“Lebih baik engkau membuka sebuah pintu perguruan dan
menerima murid2 yang kau didik baik2...bukankah dengan
bekerja baik2 seperti itu engkau akan menerima hasil yang
baik pula ?"
Cu Cu Ciang tiba2 telah merangkapkan sepasang
tangannya, dia menjura sambil berkata kepada Yo Him: „Aku
berterima kasih dan kagum padamu, Siauw-enghiong.!
Walaupun usiamu masih demikian muda, tetapi ternyata
engkau telah memiliki pandangan hidup yang jauh sekali!
Tidak kecewa Sin Tiauw Taihiap Yo Ko memiliki anak seperti
engkau...dan sekarang aku telah menyadari, akan sia2lah jika
aku menaruh dendam terus menerus kepada Sin Tiauw
Taihiap Yo Ko, karena puteranya saja tidak bisa kutandingi...
tentu kepandaian Sin Tiauw Taihiap sekarang ini jauh lebih

sempurna lagi dari yang lalu...! Terima kasih Siauw
Enghiong...aku akan berusaha untuk hidup baik2...!"
Setelah berkata begitu, Cu Cu Ciang telah merangkapkan
tangannya memberi hormat lagi kepada Yo Him, lalu menjura
kepada Phang Kui In : „Maafkan aku tadi telah berlaku
ceroboh, untung saja Siauw Enghiong ini memiliki pandangan
yang luas sehingga telah mengampuni jiwaku ! Jika tidak, tadi
dia tentu telah mempergunakan tenaga sepenuhnya dan aku
akan terbinasa, Terima kasih untuk pengampunan jiwaku yang
buruk ini, dan aku ber janji untuk hari2 mendatang aku akan
hidup baik2. Aku minta diri...!”
Dan sebelah berkata begitu, Cu Cu Ciang telah memutar
tubuhnya, dan berlalu.
Phang Kui In girang sekali melihat Yo Him benar2 telah
menjadi seorang pendekar yang memiliki kepandaian melrbihi
dirinya sendiri. Tadi saja Phang Kui In telah kena dirubuhkan
lawannya dan tidak berdaya memberikan perlawanan kepada
Cu Cu Ciang, tetapi justru Yo Him hanya dalam beberapa jurus
saja telah berhasil menghajar lawan yang tangguh itu.
„Bagus! Bagus! Memang luar biasa kepandaianmu, Him-te
(adik Him)!" tiba2 terdengar orang memuji dengan suara yang
nyaring, suaranya seorang wanita.
Yo Him dan Phang Kui In menoleh terkejut, mereka melihat
dikejauhan berdiri seorang wanita, yang tidak lain dari Kwee
Siang.
„Sejak kedatangan orang she Cu itu, aku telah keluar
memperhatikan gerak-geriknya, tetapi karena aku melihat Yo
Him bisa menghadapinya aku membiarkan saja tanpa
memperlihatkan diri."
Phang Kui In telah menjura dan katanya: „Terima kasih
atas perhatian nona Kwee, juga tidak percuma Yo Him
menjadi anaknya

Sin Tiauw Taihiap, lihat saja dalam usia semuda ini dia
telah berhasil merubuhkan seorang lawan setangguh Cu Cu
Ciang. Menurut pendengaran, Cu Cu Ciang yang bergelar
Thian San Hok Mo itu sangat tinggi sekali kepandaiannya! Dan
tadi memang telah terbukti, betapa aku telah dirubuhkannya
dengan mudah sekali olehnya ! Maka hal itu bisa dijadikan
ukuran bahwa kepandaianku masih berada dibawah
kepandaian Him-jie, sebab orang yang berhasil merubuhkan
aku itu telah dipukul rubuh pula oleh Yo Him hanya dalam
beberapa jurus saja. Bukankah itu sangat menggembirakan
sekali ? Tentu Sin Tiauw Taihiap jika mengetahui hal ini akan
girang sekali...!"
Mendengar disinggungnya nama Sin Tiauw Taihiap, maka
Kwee Siang jadi berobah muram.
„Sayang kita tidak berhasil menemui jejak Yo koko...!" kata
Kwee Siang seperti juga menggumam kepada dirinya sendiri.
Phang Kui In yang melihat sikap sigadis telah menghela
napas.
„Tetapi jika kita sabar mencarinya, suatu saat kita akan
bertemu dengan Yo Taihiap. .!" katanya menghibur.
Kwee Siang mengangguk.
Baru saja mereka mau kembali kekamar masing2, tiba2
terdengar suara seseorang berkata dengan sabar: „Kalian
tengah mencari Yo Taihiap, apakah keperluan kalian?" suara
itu ternyata adalah suara seorang wanita.
Semuanya menoleh, dan mereka melihat tidak jauh dari
tempat mereka berdiri, tampak berdiri seorang wanita
berwajah cantik se kali, memakai gaun berwarna hijau dengan
pita yang kuning. Usianya mungkin baru dua puluh tiga tahun.
Phang Kui In merangkapkan tangannya memberi hormat
kepada wanita itu.

„Siapakah nona, bolehkah kami mengetahui nama dan
gelaran nona yang harum?'"
„Aku Kim Lian, she (marga) Thang, menyahuti gadis itu
dengan suara yang tetap halus dan sabar. ..Tadi aku telah
bertanya ada persoalan apa kalian ingin mencari Sin Tiauw
Taihiap Yo Ko?"
„Kami memiliki sedikit urusan dengan Yo Taihiap!"
menyahuti Phang Kui In.
.,Oya? Memang dengan mencari seseorang tentunya
memiliki urusan ! Tidak mungkin kalian tidak memiliki urusan
dengan Yo Taihiap lalu kalian men cari2nya dan setelah
bertemu hanya bengong saja?”
Ditanggapi begitu, muka Phang Kui In jadi berobah merah.
“Benar apa yang dikatakan nona, kami memang memiliki
sedikit urusan yang sulit dijelaskan disini, terima kasih atas
perhatianmu nona Thang !”
Sigadis telah senyum lagi sikapnya sangat sabar.
“aku tahu apa maksudmu mencari Yo Taihiap” kata gadis
itu sambil tetap tersenyum.
Muka Phang Kui In bertiga jadi berobah bahkan karena
heran dan ingin tahu telah bertanya “nona mengetahui
maksud kami mencari Yo Taihiap ?”
“ Ya “
“Coba nona katakan, jika benar aku akan membenarkan,
jika salah akupun akan memberitahukan bahwa dugaan nona
meleset”
Kata Phang Kui In.
“Hemm. Kalian tentunya penasaran dan tidak percaya
bahwa aku mengetahui apa tujuan dan maksud kalian mencari
Yo Taihiap bukan ?” tanya si gadis.

“Ya katakanlah ! jika memang terkaan nona tepat, tentu
kami akan kagum dan menghormati akan kelihayan nona....!"
menyahuti Kui In.
,,Kalian mencari Sin Tiauw Tayhiap karena ingin
memperkenalkan engko kecil itu adalah anaknya Yo Taihiap
bukan?" tanya sigadis
Terkaan yang tepat seperti itu membuat Phang Kui In
bertiga sementara waktu menjadi tertegun karenanya.
Kemudian Kwee Siang telah berkata: ,,Cici hebat benar
terkaanmu, tepat sekali! Dari mana engkau mengetahuinya?"
Thang Kim Lian tertawa kecil, lalu katanya, „Aku memiliki
ilmu meramal"
Kwee Siang memandang setengah percaya dan setengah
tidak. Begitu juga Phang Kui In dan Yo Him Mereka menduga
bahwa gadis ini telah bersembunyi cukup lama ditempat
tersebut waktu mereka sedang berurusan dengan Thian San
Hok Mo Cu Cu Biang sehingga dia telah mendengar semua
pembicaraan Cu Cu Ciang dengan Yo Him,
„Tentunya encie Thang mencari kami memiliki urusan juga,
bukan?" tanya Kwee Siang kemudian.
„Oh, tentu, tentu! jika aku tidak memiliki urusan aku tidak
akan mencari kalian."
menyahuti sigadis dengan suara yang nyaring, lebih tinggi
dari nada sebelumnya, „ Aku diutus oleh pemimpin kami untuk
mencari kalian, mengundang agar singgah dimarkas kami."
Perkataan wanita she Thang ini membuat Phang Kui In
bertiga bertambah heran.
“Peminipinmu mengundang kami?" tanya Phang Kui In
masih belum bisa menerkanya "Benar ....." gadis itu telah
mengangguk cepat sekali „Aku sebagai atusan untuk
mengundang kalian singgah dimarkas kami!" dan dia telah

tersenyum manis lagi.wajahnya yang cantik jadi semakin
gemilang dibawah cahaya rembulan dimalam hari itu.
“Apa nama perkumpulanmu nona ? Dan siapakah ketuamu
itu ? tanya Phang Kui In.
“Nanti jika kalian telah bertemu dengan pemimpinku,
engkau baru mengetahuinya " sahut sigadis.
„Mana mungkin kami pergi, sedangkan orang yang
mengundang kami itu tidak kami ketahui siapa adanya "
membantah Phang Kui In.
„tidak perlu gelisah dan ragu, kalian ikut saja denganku,
dan nanti setelah bertemu dengan pemimpin kami, kalian
akan mengetahuinya siapa kami...".
Phang Kui In berdiri ragu2 dan dia telah memandang
kepada Yo Him dan Kwee Siang seperti ingin meminta
pendapat kedua kawannya itu.
Tetapi Yo Him dan Kwee Siang juga tidak bisa memberikan
tanggapan apa2, mereka menyerahkan segalanya kepada
Phang Kui In untuk memutuskannya.
Saat itu sigadis telab bertanya lagi : „Bagaimana keputusan
kalian, menerima undangan ini atau tidak ?"
Phang Kui In cepat2 merangkapkan tangannya, dia berkata
dengan suara yang sabar : „Maafkan nona, bukan kami tidak
menghargai undangan yang diberikan ketuamu ini... tetapi
sayang sekali kami tidak mengenal dan tidak mengetahui.
siapa pemimpin kalian itu dan apa tujuannya...!"
Mendengar perkataan Phang Kui In, sigadis telah
tersenyum lebar.
„Ya., kalian memang agak ragu tampaknya ! Baiklah aku
memberitahukan juga, kami dari perkumpulan Tiauw pang dan
pemimpin kami, Ciong Lam Cie mengundang Kalian..”

Sigadis bicara dengan suara yang perlahan dan sekata demi
sekata dengan mulut tersenyum dan wajah yang berseri tidak
memperlihatkan tanda2 dia tengah mengundang seorang yang
memiliki kepandaian, atau setidak tidaknya perasaan
bermusuhan dengan pangcu Tiauw Pang.
"Tiauw Pang ?" tanya Phang Kui In dengan suara terkejut.
Begitu juga Yo Him dan Kwee Siang jadi sangat terkejut,
mereka telah mengawasi wanita she Thang itu dengan sorot
mata yang tajam.
"Benar aku dari Tiauw Pang dan menerima tugas dari
Pangcu kami untuk mengundang kalian.....!!"
"Hem,” kalau begitu engkau bukan manusia baik2 !" kata
Phang Kui In yang akhirnya jadi berobah tidak gembira dan
tidak menghormat lagi pada gadis she Thang itu. Sampaikan
kepada pangcumu itu, tidak dapat, kami terima..!" Setelah
berkata begitu Phapg.Kui In berhenti sejenak, kemudian dia
telah berkata lagi, “Hemm, perlakuannya beberapa saat yang
lalu telah cukup membuat kami menderita, kau pergilah,
jangan memancing kemarahanku !”
Thang Kim Lian tampak tenang2 saja, dia telah berkata
dengan suara yang tawar : „Jika kalian tidak mau menerima
undangan secara baik2 seperti sekarang ini, tentu kelak kalian
akan menerima perlakuan yang tidak enak menerima
undangan secara paksa. Maka sekarang aku anjurkan lebih
baik kalian memilih undangan dengan cara yang baik seperti
sekarang ini . . !'
Muka Kwee Siang bertiga jadi berobah merah padam,
karena mereka telah diliputi kemarahan. Dengan di
jelaskannya bahwa Thang Kim Lian ini adalah anggota dari
perkumpulan Tiauw Pang yang dipimpin oleh Ciong Lam Cie,
mereka jadi teringat perlakuan yang diterima mereka oleh
ketua Perkumpulan Rajawali itu beberapa waktu yang lalu

„Kami sudah mengatakan dengan jelas bahwa kami tidak
bisa menerima undangan pangcu kalian, sekarang silahkan
...!” waktu berkata „silahkan" itu, tampak Pang Kui In
memperlihatkan sikap seperti sedang mempersilahkan tamu
untuk berlalu.
Muka Thang Kim Lan telah berobah tidak seperti tadi,
lembut dan manis. Sekarang justru mukanya memperlihatkan
sikap yang sungguh2 dan keras.
„Hemm, baiklah! Kalian sendiri yang menolak undangan
secara baik2 ini...walaupun aku telah berusaha memberikan
pengertian kepadamu, bahwa kalian lebih baik memilih jalan
yang baik itu, dengan memenuhi undangan yang diajukan
oleh Pangcu kami, namun....kalian kepala batu ! Baiklah ! Aku
akan melihat sampai berapa tinggikah kepandaian mu bertiga
sehingga kalian berani jual lagak begitu tinggi dan berani
menolak undangan pangcu kami....!"
Dan setelah berkata begitu, Thang Kim Lian melepaskan
angkin (pengikat pinggang) yang berwarna kuning itu, dia
mengedutnya dan ikat pinggang itu seperti juga cambuk
mengeluarkan suara menggeletar ditengah udara. Itulah
menunjukkan lwekang Thang Kim Lian bukan kepandaian
yang sembarangan, dengan hanya memegang satu dari ujung
angkin itu, dia telah bisa menyalurkan lwekangnya, maka
angkin yang lemas itu bisa berobah menjadi tegang kaku
seperti lempengan besi dan bisa menjadi lemas seperti juga
seekor naga yang tengah melingkar lingkar.
Keadaan demikian telah membuat Phang Kui In jadi
terkejut juga. Dia menyadari bahwa kepandaian .wanita ini
tidak berada disebelah bawahnya. Mungkin juga berada diatas
kepandaiannya, karena dengan sehelai ankin saja dia telah
bisa mempergunakannya sebagai senjata yang sanggup
diandalkannya.
“Nah, sekarang siapa yang ingin menerima pelajaran dariku
?, apakah sekaligus bertiga kalian mengeroyok diriku ?” itulah

kata2 menghina yang keterlaluan dan membangkitkan
kemarahan Phang Kui In bertiga.
“Phang susiok, biar aku yang menghadapinya !” seru Yo
Him.
Phang Kui In dan Kwee Siang yang telah mengetahui
bahwa kini Yo Him memiliki kepandaian yang tinggi, maka
mereka percaya dengan majunya Yo Him memang lebih baik,
dibandingkan jika mereka yang maju. Karena kepandaian Yo
Him sekarang sudah berada di atas mereka, walaupun usia Yo
Him itu masih muda sekali.
„Baiklah Himjie, hati2 menghadapinya, dia seorang ahli
lwekeh”
Phang Kui In telah memperingati Yo Him.
Yo Him hanya mengangguk saja dan telah melangkah maju
mendekati Thang Kim Lian.
“Nona Thang” kata Yo Him sambil merangkapkan kedua
tangannya, dia telah menjura memberi hormat “silahkan nona
menyerang, siauwte hanya akan menuruti saja apa yang
hendak dilakukan olehmu, nona ..”
“hemmm, memang engkau sebagai putera Yo Ko tidak
percuma. Dan sekarang engkaupun baru saja memperoleh
sebuah gelaran bukan ?”
Yo Him mengangguk perlahan, dia tidak mau berdusta.
“Ya, gelaran itu kuperoleh dari seorang sahabatku “
sahutnya.
„Aku tidak bertanya mengenai sahabatmu itu, tetapi aku
katakan sekarang engkau telah memiliki gelaran, yaitu sebagai
Sin Tiauw Thian Lam (si Rajawali Sakti dari Langit Selatan),
bukan ?"
Yo Him kembali mengangguk.

“Tidak salah !"
„Dan sebagai putra dari Sin Tiauw Taihiap memang engkau
sesuai sekali memakai gelaran Sin Tiauw Thian Lam ! Tetapi
tahukah engkau bahwa antara pangcu kami dengan ayahmu
itu terdapat ganjalan dengan hati yang tidak kecil?"
„Aku telah tahu, Ciong Lam Cie sendiri yang telah
mengatakannya kepada kami.!"
„Bagus, bagus !" kata Thang Kim Lian. Jika memang
engkau telah mengetahuinya itulah lebih baik lagi....! Tetapi
disamping itu kau juga harus hati2, angkinku ini tidak
bermata, sewaktu waktu bisa melibat batang lehermu dan
engkau akan binasa...,.!"
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat sigadis
mengedut angkin kuningnya itu, sehingga menggeletar di
tengah udara. Lalu dia berkata lagi "Mari kita mulai ! Engkau
yang lebih muda silahkan menyerang aku tiga jurus lebih dulu,
dan selama tiga jurus itu aku akan mengalah !" Yo Him
merasa terhina dengari kata2 terakhir sigadis she Thang itu.
dia telah menggelengkan kepalanya.
"Cara itu Kurang baik , .!” katanya. Lebih baik kita
menyerang berbareng saja ."
Muka Thang Kim Lian jadi berubah tidak senang.
"Bocah, engkau terlalu sombong! Aku sengaja mengalah
membiarkan engkau tiga jurus melancarkan serangan
kepadaku, tetapi nyatanya engkau terlalu besar kepala!
Baiklah, jika engkau tidak mau menerima kebaikan hatiku itu,
biarlah terimalah seranganku ini....!"
Sambil mengakhiri perkataannya itu sigadis she Thang
telah menghentakan tali ikat pinggangnya, dan disaat itulah
terdengar suara memgeletar ditengah udara. Tampak angkin
itu meliuk liuk seperti seekor ular yang panjang, ujungnya
akan menotok jalan darah didada Yo Him.

Kwee Siang yang melihat ini telah keterlepasan berteriak "
Adik Him, hati2 ...!"
Yo Him mengiyakan.
tetapi dia tidak bisa memecahkan perhatiannya, karena
saat itu ikat pinggang Thang Kim Lian telah menyambar
datang dengan cepat sekali, menjurus kearah lehernya, akan
melibas lehernya pemuda tersebut.
Yo Him mana mau membiarkan lehernya dilibat oleh angkin
Thang Kim Lian.
Dengan mengeluarkan suara seruan perlahan, dia melejit
kesamping sambil membungkukkan tubuhnya. Maka angkin itu
telah lewat diatas kepalanya.
Mempergunakan kesempatan itu, tampak Yo Him telah
menggerakan tangannya yang kiri dengan kelima jari tangan
terbuka.
Itulah satu jurus dari Pek Kong Ciang (Pukulan udara
kosong).
Thang Kim Lian terkejut melihat cara Yo Him menyerang.
Jurus pukulan yang dipergunakannya itu memang merupakan
jurus yang biasa saja. Tetapi dipergunakan oleh Yo Him
ternyata dari jurus Pek Kong Ciang itu jadi hebat luar biasa.
Angin pukulannya itu men-deru2 seperti runtuhnya gunung,
karena Yo Him mempergunakan jurus itu sambil disertai oleh
tenaga lweekang Kui Im Cin Kang dan juga
menggabungkannya dengan ilmu pukulan yang diajarkan oleh
Lie Bun Hap.
„Ihhh.....!" Thang Kim Lian telah mengeluarkan suara
seruan tertahan, dia menjejakkan kaki, tubuhnya telah
melompat dengan gesit ketika tubuhnya masih berada
ditengah udara dia telah menggerakkan angkinnya yang
segera menyambar kepergelangan tangan kanan Yo Him.

Tentu saja hal itu membuat Yo Him jadi terkejut sekali,
tubuhnya sedang membungkuk kedepan dan sekarang
lawannya dari tengah udara melancarkan serangan yang
mendadak dengan angkinnya yang meluncur bagaikan ular
kepergelangan tangan Yo Him.
Phang Kui In dan Kwee Siang telah memandang jalannya
pertempuran itu dengan mata yang terbuka lebar2, karena
mereka menguatirkan sekali keselamatan Yo Him
Waktu ujung angkin menyamber dekat sekali dengan
pergelangan tangan, Yo Him menarik pulang tangan, dia telah
mengeluarkan suara seruan yang sangat kuat sekali :
„Rubuh!" dan sambil berteriak begitu dia telah melancarkan
gempuran dengan kedua telapak tangan nya
„Suttttt !" angin serangan itu terdengar tajam sekali. Thang
Kim Lian tidak berani. menangkis dengan kekerasan, maka dia
telah ber jumpalitan sambil menarik pulang angkinnya.
Gerakan Thang Kim Lian memang cepat, tetapi Yo Him
bergerak lebih cepat sekali, tahu-tahu telapak tangan Yo Him
telah menghantam punggung kanan dari Thang Kim Lian
waktu gadis itu baru saja menginjak tanah.
„Bukkk ....!” terdengar suara hajaran yang tepat itu, dan
Thang Kim Lian telah ter huyung2, kemudian tubuhnya rubuh
ditanah, waktu gadis ini merangkak bangun, dia telah
memuntahkan darah segar sebanyak tiga kali.
Muka Thang Kim Lian tampak pucat pias, dia telah berkata
dengan suara yang tidak lancar : „Terima kasih..atas
petunjuk kalian..terima kasih......" dan dia telah memutar
tubuhnya, dengan ginkangnya dia berlari pergi meninggalkan
tempat itu.
„Hem, Ciong Lam Cie rupanya melakukan pengejaran terus
menerus kepada kita.....!"

kata Phang Kui In sambil menarik napas dalam2, karena
dimana saja mereka tiba, tentu akan diganggu oleh orang2
pangcu Tiauw Pang itu.
„Mulai sekarang, kita harus lebih hati2.... ...!" kata Kwee
Siang.
„Karena kemungkinan besar pangcu dari Tiauw Pang itu
telah menyebar orang2nya untuk mengikuti jejak kita !"
Phang Kui In mengangguk
„Jika dilain waktu kita bertemu dengan anggota Tiauw
Pang, kita tidak perlu main kasihan2 lagi. kita binasakan, saja
untuk menggertak Pangcu Tiauw Pang. agar dia menghentikan
pengejarannya kepada kita..."
Yo Him setuju, tetapi Kwee Siang tidak. „Yang melakukan
kesalahan adalah pangcunya, bukan anak buahnya. Anak
buahnya hanya menuruti perintah dari pangcunya maka
mereka tak bersalah! Jika memang kita memiliki kesempatan,
biarlah kita cari pangcu Tiauw-pang itu untuk mengadakan
perhitungan dengannya, Sekarang yang terpenting kita harus
mencari Yo Taihiap.. .
Phang Kui In membenarkan pendapat sigadis, begitu juga
Yo Him
„Benar cici Siang, memang itu cara yang cukup bijaksana.!"
kata Yo Him,
Begitulah! mereka kemudian kembali kekamar masing2
KEESOKAN paginya Phang Kui In telah meninggalkan
rumah penginapannya seorang diri, sedangkan Yo Him bercakap2
asyik sekali berdua dengan Kwee Siang. Karena Yo
Him merasakan bahwa hati Kwee Siang lembut dan memiliki
kasih sayang sebagai seorang kakak, sehingga dia
menyenangi sigadis itu.

Sedangkan Kwee Siang sendiri karena mengetahui Yo Him
adalah putera dari pria yang dikagumi dan dipujanya, yaitu Sin
Tiauw Taihiap, maka dia memperlakukan Yo Him dengan
lemah lembut dan sabar, seperti sikap seorang kakak terhadap
adiknya.
Phang Kui In telah mengelilingi kota itu, ber-tanya2 kepada
orang2, apakah mereka itu melihat Sin Tiauw Taihiap Yo Ko
beberapa saat yang lalu. Sedangkan ciri2 dari orang yang
dicarinya itu disebutkan, yaitu buntung tangan kanannya.
Tetapi umumnya orang2 itu menyatakan telah dua tahun
lebih mereka tidak pernah melihat Sin Tiauw Taihiap singgah
dikota ini. Dulu memang mereka suka bertemu karena sering
kali Sin Tiauw Taihiap berkunjung kekota Su-po Kwan ini.
Setelah ber-tanya2 lebih dari seratus orang, Phang Kui In
jadi lemas dan putus asa, dia segera menyadari untuk mencari
Sin Tiauw Taihiap sangat sulit sekali.
Menjelang sore hari Phang Kui ln baru kembali kerumah
penginapan, dia melihat Yo Him dan Kwee Siang tengah
gelisah menantikan dia kembali, untuk makan malam.
„Maafkan aku pulang terlambat...!" kata Phang Kui In
sambil duduk dikursi yang satu nya.
„Berhasilkah usahamu itu, paman Phang?" tanya Yo Him
dengan hati yang berdebar.
„Ya, berhasilkah usahamu. Lo-enghiong ?" tanya Kwee
Siang juga.
Phang Kui In menggelengkan kepalanya dengan lesu, dia
telah berkata : „Tidak...telah dua tahun lebih penduduk kota
ini tidak pernah melihat lagi datangnya Sin Tiauw Taihiap !
Mungkin juga Sin Tiauw Taihiap tengah menyelesaikan suatu
urusan yang besar sehingga tidak pernah berkunjung ke Supo-
kwan selama dua tahun terakhir ini."

Yo Him dan Kwee Siang jadi murung, mereka kecewa
sekali.
„Tetapi nanti kita akan menyelidikinya terus, melalui mulut
orang2 rimba persilatan tentu kita bisa mencari keterangan
yang lebih jelas....!” kata Phang Kui In menghibur Yo Him dan
Kwee Siang.
Setelah ber-cakap2 sebentar lagi. Phang Kui In memesan
santapan untuk mereka.
Dan waktu malam belum begitu larut, mereka telah masuk
kekamar masing2 dan tidur dengan nyenyak.
Keesokan paginya mereka bertiga telah berlayar kembali
meninggalkan kota Su-po kwan.
Dua hari mereka berlayar tanpa menemui daratan dan
mereka mengarahkan kapal nya kearah selatan.
Waktu itu angin berhembus perlahan sekali dan ombak2
kecil bagaikan kemilaunya permata, beriak gelombang kecil2,
Indah sekali suasana laut disaat itu, karena air laut yang
begitu luas dan sejauh mata memandang antara kaki langit
dengan laut bertemu, hanya warna biru belaka yang bening
dan menyegarkan pandangan mata.
Dalam keadaan seperti ini, Yo Him telah duduk melamun
memandangi keluasan laut itu
Pikiran pemuda ini melayang2 memikirkan ayahnya, dia
juga membayang bayangkan ayah nya, menduga duga entah
bagaimana rupa wajah dan keadaannya.
Disaat Yo Him tengah duduk melamun seorang diri seperti
itu, Kwee Siang telah menghampiri dan duduk disebelah Yo
Him mengawasi laut yang luas itu.
.Adik Him .... apa yang sedang kau pikirkan ?" tanya Kwee
Siang.

Yo Him menghela napas. ,,Aku sedang memikirkan
ayahku....!" kata Yo Him kemudian.
"Akupun selalu ingin cepat2 bertemu dengan ayahmu itu
tetapi keadaan rupanya tidak memungkinkan . . . !" kata
Kwee Siang dengan suara yang dalam, mengandung
kesedihan juga ." Entah Yo Koko berada dimana ....dan
bagaimana keadaan encie Siauw Liong Lie.... sampai
demikian lama, beberapa tahun kulewati dengan perasaan
yang selalu kesepian, karena selalu pula aku gagal mencari
mereka.......!"
Setelah berkata begitu! tampak Kwee Siang telah menghela
napas lagi.
Keduanya jadi berdiam diri, mereka hanya mengawasi air
yang beriak gelombang perlahan karena sentuhan perahu
yang meluncur dengan perlahan juga.
Phang Kui In yang memegang kemudi telah berteriak
kepada Yo Him dengan suara yang nyaring : „Him-jie, engkau
tidak perlu memikirkan segala itu, dan engkau juga tidak perlu
terlalu memusingkan hal2 yang belum tentu itu, yang
terpenting kita harus berusaha mencari ayah kau itu !"
Yo Him mengiyakan.
Tetapi anak ini masih juga duduk termenung. Kwee Siang
sendiri telah beberapa kali menarik napas karena merasa
sedih dan jengkel,
Angin laut sepoi2 basah itu karena mendekati sore hari,
telah membuat mereka semakin tenggelam dalam kekalutan
pikiran,
MEREKA berlajar enam hari tanpa berjumpa daratan
untung saja mereka membawa bekal cukup banyak, sehingga
bisa dipergunakan sampai dua bulan.

Kapal meluncur terus dengan pesat. Phang Kui In
bermaksud untuk menuju kelautan Tang Hay. Dari tempat itu
tentu mereka mudah mendatangi kota2 seperti Bu-cie-kwan,
Liong-cu-kwan atau kota2 lain2nya yang ber dekatan dengan
tempat tersebut karena Phang Kui In bermaksud untuk menyerap2i
kabar mengenai keadaan Sin Tiauw Taihiap dikotakota
itu.
Lautan hari itu tenang tanpa gelombang dan badai, udara
cerah sekali.
Yo Him duduk digeladak, mengawasi air laut yang diterjang
kapal, tetapi belum juga berhasil menemui jejak ayahnya.
Sehingga perasaan rindu dihati Yo Him jadi semakin kuat
saja.
Tetapi apa daya, Justru orang yang dirindukannya itu tidak
diketahui berada dimana.
Sedang Yo Him termenung begitu, tiba2 dia melihat dua
buah kapal tengah meluncur mendatangi, semakin lama
semakin besar.
„Paman Phang.....ada dua kapal yang sedang mengejar
kita ...mungkin orang2nya Tiauw pang" kata Yo Him dengan
suara nyaring.
Kwee Siang cepat2 menghampiri Yo Him dan dia memang
melihat ada dua kapal yang tengah mendatangi.
Phang Kui In mengerutkan alisnya, dia berkata perlahan :
.,Bukan ! Bukan kapal orang2 Tiauw pang . . . mereka . . .
kalau tidak salah merupakan orang asing, lihatlah bentuk
kapal mereka itu yang agak luar biasa, berukiran singa . . .
mereka kalau bukan dari India tentu nya orang Persia ....!"
Mendengar keterangan Phang Kui In. Yo Him dan Kwee
Siang jadi heran.

„Orang India ? Orang Persia ?" tanya mereka hampir
berbareng.
,,Ya, tidak salah lagi, mereka tentu rombongan orang2
Persia . . . memang akhir2 ini banyak orang Persia yang
datang kedaratan Tionggoan untuk berdagang . . . !”
Diwaktu mereka tengah ber-cakap2 begitu kedua kapal
asing yang bentuknya sangat aneh, dengan dikepala kapal itu
terukir kepala singa yang besar, telah mendatangi lebih dekat.
Dan akhirnya kapal mereka saling berjajar, kapal Phang Kui In
diapit oleh kedua kapal asing itu, ditengah2.
Dari samping geladak kapal yang sebelah kiri, telah muncul
dua orang pendeta yang memakai jubah merah. Itulah
Hweeshio atau Lhama dari Tibet. Kepala mereka gundul dan
tubuh mereka tegap besar sekali, mengenakan pakaian yang
berwarna merah sehingga tampaknya kontras sekali.
„Kami mohon bertanya l' kata seorang diantara kedua
pendeta itu. '„Apakah lautan yang sedang kami layari ini
adalah lautan Tang Hay
Yo Him kagum sekali, walaupun kedua pendeta Lhama itu
merupakan orang asing, tetapi mereka dapat ber-kata2
dalam bahasa Han yang baik dan halus. Itulah suatu
kelebihan dari orang2 asing ini.
Phang Kui In merangkapkan sepasang tangannya menjura
sambil menyahuti ,Benar tidak salah lautan disekitar ini adalah
lautan Tang Hai...”
„Dan, kami mohon bertanya lagi apakah kalian mengetahui
dimana pusat dari Agama Beng Kauw ?"
„Kami kurang begitu mengetahuinya, maafkanlah Taisu !"
menyahuti Phang Kui In.
Hweeshio itu tidak menjadi marah atau mendongkol, dia
telah mengangguk.

„Baiklah...terima kasih atas keterangan kalian itu !"
katanya.
„Tunggu dulu Taisu, tampaknya Taisu datang dari Tibet
bukan ?" tanya Phang Kui In ingin mengetahui.
„Bukan !" menyahut sipendeta itu.
,,Bukan ? Lalu Taisu dari mana ?"
„Kami memang Budha-budha hidup dari Tibet, tetapi sudah
sepuluh tahun kami bekerja untuk Persia......!" menyahuti
pendeta itu.
„Ohh........!"
„Dan sekarang kami tengah melaksanakan tugas yang
diberikan raja kami Persia, untuk menangkap seseorang.......!"
„Menangkap seseorang ?" Phang Kui In menjadi terkejut.
Pendeta itu mengangguk.
Benar ! Kami tengah membawa tugas yang berat sekali,
yaitu harus menangkap tokoh persilatan didaratan
Tionggoan........yaitu. Yo .....”
JILID 24
SUTEE.. jangan kau banyak bicara!" tiba2 lhama yang
seorangnya lagi telah membentak Dan rupanya sang sutee,
adik seperguruan itu, menyadari dengan cepat
kecerobohannya itu.
“Maafkan kami harus berangkat lagi.....terima kasih atas
keterangan kalian..!" kata sang sutee itu sambil ingin memutar
tubuhnya.
Tetapi Phang Kui In telah terkejut sekali waktu mendengar
orang yang ingin ditangkap lhama merah itu seorang tokoh

persilatan dan memiliki she Yo, maka dia jadi tegang
sendirinya.
Melihat orang itu ingin membalikkan tubuh, Phang Kui In
cepat2 berteriak memanggilnya : ,,Taisu, apakah boleh aku
bertanya sedikit ?”
Lhama itu batal membalikkan tubuhnya, sambil tersenyum
dia lalu berkala . „Omitohud ! Tanyakanlah ! Jika memang aku
mengetahui, tentu aku akan memberitahukannya...!".
Phang Kui In jadi ragu2 sejenak, tetapi kemudian dia telah
berkata lagi :
"Tadi Taisu mengatakan orang yang Taisu cari itu she Yo
.... apakah yang dimaksudkan oleh Taysu adalah Sin Tiauw
Tiahiap Yo Ko ?" „Tepat !'' berseru pendeta itu .
„Sutee .... !" tiba2 sikakak seperguruannya, yaitu hweshio
lhama yang seorangnya lagi, telah membentaknya dan sang
Sute jadi tersadar dengan cepat, dia telah menahan kata2
lainnya yang baru saja ingin diucapkannya .
„Maafkan aku harus meninggalkan kalian .... !" kata
pendeta itu kemudian sambil membalikan tubuhnya.
Sedangkan sang suheng, kakak seperguruan itu, telah melirik
sedikit kepada Phang Kui In, Yo Him dan Kwee Siang
bergantian, lalu tanpa memperlihatkan muka manis, dia telah
memutar tubuhnya dan lenyap dibalik ruangan kapal itu.
Phang Kui In masih berdiri tegak ditempatnya, tampaknya
dia tegang sekali.
Yo Him telah menarik ujung bajunya.
„Paman Phang ." panggilnya,
"Apakah mereka sedang mancari ayah untuk
menangkapnya ? Apa kesalahan ayahku itu ?"
„Aku sendiri belum mengetahui apa sebabnya...memang
didalam rimba persilatan terdapat banyak sekali peristiwa2

yang membingungkan. Maka kita harus mengikuti mereka,
yang pasti mereka itu memusuhi ayahmu, yaitu Sin Tiauw
Taihiap Yo Ko...!"
Yo Him jadi gelisah.
„Kita harus mengikuti mereka, Phang Susiok !! “ katanya
kemudian.
“Ya, kita ikuti saja mereka, kita lihat saja nanti apa yang
hendak mereka lakukan dengan menangkap ayahmu itu !
Tetapi terus terang saja kusampaikan sekarang kepadamu,
bahwa kepandaian kedua lhama tadi, mungkin di dalam kapal
itu masih banyak lhama lainnya, adalah manusia2 yang
memiliki kepandaian sangat tinggi sekali...karena dari Persia
mereka berani datang ke daratan Tionggoan untuk mencari
ayahmu berarti mereka memiliki kepandaian yang tinggi
sekali...! Waktu aku mengantarkan engkau dan akhirnya kita
bentrok dengan pihak Tiauw-pang yang mengakibatkan kita
terdampar dipulaunya Lie Bun Hap, sesungguhnya Sin Tiauw
Taihiap tengah sibuk untuk mencari musuhnya yang telah
mencelakai ibumu, yaitu Siauw Liong Lie...!"
"ibuku dicelakai orang ? Siapa orang itu paman Phang ?"
tanya Yo Him dengan kaget.
"Orang yang menjadi biang keladinya adalah Tiat To Hoat
ong maka Sin Tiauw Taihiap bermaksud menangkap Tiat To
Hoat Ong untuk membalas sakit hatinya itu.... !"
Tiba2 Yo Him jadi menangis keras sekali dia jadi berduka
bukan main.
Kwee Siang jadi sibuk membujuknya.
Setelah puas menangis, Yo Hirn mengangkat kepalanya, dia
telah memandang kepada Phang Kui In dengan mata yang
merah basah.

“Paman Phang, katakanlah terus terang ibuku dicelakai Tiat
To Hoat-ong itu, lalu apakah dia hanya dilukai atau memang
telah terbinasa.....!”
“Inilah yang sulit untuk dikata juga, karena ibumu waktu
bertempur dengan Tiat To Hoat Ong, disaat itu kau baru
dilahirkan berusia diantara lima puluh hari..... dan ibumu
dikeroyok oleh Tiat To Hoat Ong bersama kawan2nya,
sehingga ibumu terdesak, akhirnya ketika tiba di tepi jurang,
karena sudah tidak ada jalan lain, terpaksa ibumu melompat
masuk kejurang dipegunungan Kun Lun San .... karena ibumu
tidak mau terjatuh ditangan musuh, yang tentu akan
menyiksanya !" Mendengar cerita Phang Kui In, kembali Yo
Him jadi menangis sedih.
Setelah tangisnya mereda, dia bertanya lagi :
"Lalu ayah tidak mengambil tindakan apa2 ?"
„Waktu itu ibumu diculik terpisah dari ayah mu sehingga
ayahmu sulit sekali mencari jejak penculik ibumu. Maka dari
itu, sampai sekarang ini mungkin ayahmu masih sibuk men
cari2 Tiat To Hoat ong."
„Dan pendeta lhama merah itu juga musuh ayah ?" tanya
Yo Him lagi.
“Dilihat dari cara dan sikap mereka waktu menyebut nama
ayahmu, kemungkinan besar mereka itu lawan2 ayahmu juga
. . . . "
“Kalau begitu kita ikuti saja mereka ....!” kala Yo Him.
„Memang, akupun bermaksud untuk mengikuti mereka
siapa tahu lebih mengetahui dimana beradanya ayahmu !"
menyahuti Phang Kui In.
„Akupun berpikir begitu," kata Kwee Siang menyetujui juga
untuk mengikuti rombongan lhama merah itu.
Kapal kedua lhama merah itu berlayar dengan cepat.

Sedangkan Phang Kui In mengikuti dari kejauhan saja.
Setelah berlayar dua hari lagi, tampaklah dihadapan mereka
daratan.
„Itulah pelabuhan kota Kong-nam, kemungkinan besar
rombongan lhama merah itu akan berlabuh disitu ......!"
menjelaskan Phang Kui in.
Dan terkaan Phang Kui In memang tidak meleset..... kedua
kapal rombongan lhama merah yang mengaku bekerja pada
raja Persia itu telah berlabuh.
Phang Kui In juga telah melabuhkan kapaklnya, setelah itu
mereka bertiga turun dari kapal.
Rombongan lhama merah itu ternyata ber jumlah sangat
banyak sekali, karena yang turun kedarat saja meliputi jumlah
sampai empat puluh orang, suara mereka berisik sekali karena
semuanya mengenakan jubah warna merah, dengan
sendirinya menarik banyak per hatian penduduk kota itu.
Sedangkan yang tinggal dikapal masih berjumlah sangat
banyak, berdiri dipinggir kapal mereka sambil melambai2kan
tangan.
Jumlah mereka keseluruhannya mungkin meliputi seratus
orang lebih.
Dirombongan lhama merah yang turun kedarat itu, tampak
seorang lhama berpakaian jubah putih. Dengan mengenakan
jubah putih maka dia lebih menarik perhatian dari ketiga puluh
sembilan lhama lainnya. Rupanya lhama berjubah putih itu
adalah seorang lhama yang menjadi pemimpin mereka.
Dan apa yang diduga oleh Phang Kui In benar adanya,
ketiga puluh sembilan orang lhama merah telah berbaris dan
lhama berbaju putih itu telah berkata “kita membagi diri
masing2 dua orang. Kita menyebar keseluruh kota ini, dan jika
ada salah seorang diantara kita melihat si buntung she Yo itu
dia harus memberikan isyarat dengan panah api !”

Ketiga puluh sembilan lhama itu telah mengiyakan dan
memencar membagi diri. Mereka ber dua2 memisahkan diri,
menyabar keseluruh kota itu.
Lhama putih yang menjadi pemimpin mereka telah
melakukan penyelidikan bersama seorang Lhama merah
lainnya.
Phang Kui In mengajak Yo Him dan Kwee Siang untuk
mengikuti Lhama berjubah putih itu, karena sebagai pemimpin
dari Lhama merah itu, tentu dia akan lebih banyak mengetahui
segala hal. Dan laporan anak buahnya itu tentu akan jatuh
pada dirinya,
Sedangkan Lhama berjubah putih itu dan seorang Lhama
merah, tidak menyadari bahwa mereka tengah dikuntit karena
Phang Kui In mengikutinya dengan hati2 dan jarak terpisah
cukup jauh.
Lhama merah yang berjalan dengan Lhama putih itu.
adalah Lhama yang diatas kapal ditengah laut Waktu bertemu
dengan Phang Kui in. dipanggil sebagai suheng, Dia
merupakan seorang Lhama merah yang pendiam dan selama
jalan dengan pemimpinnya itu. dia tidak banyak bicara.
Ketika mereka tiba dimuka sebuah rumah makan, kedua
Lhama itu telah memasuki rumah makan itu. Mereka
memesan teh dan sayur2 tidak berjiwa. Kemudian mereka
bersantap dengan lahap.
Selesai makan si lhama jubah putih telah memanggil
pelayan rumah makan itu, dia telah memberikan uang seberat
lima tail perak. kemudian dia bertanya: " Apakah engkau
pernah melihat seorang lelaki berusia diantara tiga puluh
tahun lebih dengan lengan kanannya yang buntung ?"
Pelayan itu seperti ber pikir2, sedangkan sesungguhnya
hati pelayan itu tengah kegirangan karena telah memperoleh
hadiah yang demikian besar, belum pernah dia mengalami
menerima hadiah dari tamu sebesar itu.

“Cepat katakan, kau pernah melihat atau tidak ?” tanya
lhama jubah putih itu tidak sabar.
Sipelayan telah tersenyum menyeringai: “Begini Taisu,
orang yang lengan kanannya buntung memang banyak sekali,
hampir setiap hari kami menerima kunjungan dari orang2
seperti itu dan aku mana mengetahui orang buntung yang
mana telah dicari oleh Taisuhu ?”
Tampak pendeta jubah putih itu telah meng geleng2kan
kepalanya perlahan rupanya dia mendongkol berurusan
dengan pelayan ini yang tampaknya agak licik.
,,Yang kami cari itu adalah Sin Tiauw Taihiap Yo Ko !" kata
si lhama jubah merah dengan jengkel.
,,Sin Tiauw Taihiap Yo Ko ? Ah, baru saja kurang lebih satu
jam yang lalu dia meninggalkan rumah makan kami ini, tadi
dia bersantap disini !!" kata sipelayan rumah makan itu
dengan gembira.
Kedua pendeta itu melompat berdiri, mereka tampaknya
tidak berselera untuk makan lagi.
“Cepat katakan, kearah mana perginya si buntung itu?"
tanya si lhama putih.
„Tadi Sin Tiauw Taihiap Yo Ko mengambil jalan yang
menuju kebarat.. !" menjelaskan si pelayan.
Pendeta Lhama putih itu cepat2 memutar tubuhnya untuk
berlalu.
Tetapi pendeta lhama merah telah menahannya.
„Tunggu dulu...!" kata lhama merah itu. „Kita belum
menanyakan kepadanya mengapa dia bisa mengetahui bahwa
itu adalah Sin Tiauw Taihiap Yo Ko. bukankah keadaan
demikian sangat aneh sekali ?"
Lhama jubah putih itu rupanya baru tersadar, dia cepat2
menahan langkah kakinya, dia menoleh kepada pelayan itu,

katanya dengan muka yang bengis : ,,Engkau jangan
berdusta, benar atau tidak engkau bertemu dengan Sin Tiauw
Taihiap. Mengapa engkau mengetahui orang itu Sin Tiauw
Taihiap...?"
Pelayan itu jadi ketakutan melihat sikap sipendeta dia
sampai mundur kebelakang, kemudian dengan suara ter-bata2
dia telah berkata gugup „Aku...aku memang mengetahui dia
adalah Sin Tiauw Taihiap. yang tangan kanannya telah
buntung itu...!"
Mendengar jawaban pelayan itu, tentu saja kedua lhama
tersebut jadi tambah curiga. Dia telah berkata lagi dengan
sikap yang lebih bengis : „Engkau jangan berbohong kepada
kami, jika memang tidak kenal engkau bilang tidak kenal, jika
tidak engkau harus berlaku jujur mengatakan tidak ! Nah.
cobalah bagaimana roman muka dan tubuh Sin Tiauw
Taihiap..”
„Sin Tiauw Taihiap ?" tanya sipelayan tampaknya semakin
gugup. „Tangan kanannya buntung, tubuhnya pendek gemuk
dan gesit, hidungnya besar ... matanya bersinar tajam dan
...dan...dan.. ."
„Plaakkk! Plookkk !"' dua kali muka pelayan yang
tampaknya sedang berpikir itu di tempeleng oleh si lhama
putih.
,,Ngaco belo kau !! " bentak si lhama putih. ,,Sekali lagi jika
dilain waktu engkau membohongi kami seperti sakarang,
kepalamu akan kami pukul pecah !"
Pelayan itu ter-aduh2, akhirnya dia mengatakan sambil
meringis kesakitan. ..Aku .aku memang tidak tahu siapa itu Sin
Tiauw Tai-hiap adanya, hanya tadi Taisuhu menyebutkannya
Sin Tiauw Taihiap Yo Ko maka aku bermaksud untuk membuat
engkau bergembira, Taisuhu..!"
„Kurang ajar kau !" kata pendeta itu dengan suara
mendongkol.

Kedua pendeta itu tidak jadi meninggalkan rumah makan
dan melanjutkan makan mereka.
Phang Kui In, Yo Him dan Kwee Siang yang mengintai serta
menyaksikan semua kejadian itu jadi tersenyum geli
sendirinya.
Setelah kenyang bersantap, kedua pendeta itu telah
meninggalkan rumah makan dan menyusuri jalan demi jalan,
dia menanyakan kepada orang2 yang kebetulan berpapasan
dengan mereka mengenai Sin Tiauw Taihiap Yo Ko.
Tetapi semua yang ditanyakannya itu tidak seorangpun
tahu siapa itu Sin Tiauw Ta-hiap,
„Aneh sekali !" menggumam lhama putih itu. „Kita terakhir
kali sebulan yang lalu menerima berita dari mata2 kita bahwa
Sin Tiauw Taihiap Yo Ko berada dikota ini! Tetapi sekarang
tidak seorangpun yang mengetahui akan diri pendekar
Rajawali Sakti itu."
„Kita cari saja per-lahan2. tentu akan dapat kita temui
jejaknya terlebih lagi kita datang dalam jumlah yarg banyak,
seratus dua puluh jago, mana bisa dia meloloskan diri dari kita
lagi.. ..?" nada suara dari lhama merah itu angkuh sekali.
Sedangkan si Lhama pulih itu telah men dengus dingin,
katanya: „Hemm,. kalau bisa ditemukan jejaknya kalau tidak?
Kita yang celaka! Bukankah kita telah dipesan berulang kali
oleh baginda raja, agar berusaha menangkapnya hidup2 dan
membawanya ke Persia.. !”
„Benar ! Tetapi sesungguhnya di Persia tidak kurang tenaga
yang memiliki kepandaian tinggi seperti dia, mengapa baginda
Raja justru menghendaki dia juga yang memimpin dan
membimbing Bengkauw ?”
„Aku sendiri tidak mengetahui apa sebabnya !” menyahuti
Lhama jubah putih itu.

„Sebetulnya kepandaian Sin Tiauw Taihiap belum tentu bisa
menindih kepandaian kita" kata lhama merah itu. Tampaknya
penasaran sekali.
„Namun kita harus melaksanakan perintah Baginda Raja
sebaik mungkin .. !” kata lhama jubah putih itu.
“Ya, memang benar apa yang kau katakan itu, tetapi
didalam persoalan ini kita harus menguji dulu kepandaian dari
sitangan buntung itu !” rupanya lhama merah itu masih
penasaran sekali.
Lhama putih itu telah mengangguk saja, tanpa memberikan
komentar lagi.
Phang Kui In bertiga yang mendengar pembicaraan itu jadi
terkejut.
“Jadi orang2 dari Persia ini ingin menangkap Yo Ko untuk di
serahi menjadi pemimpin dari golongan Bengkauw. Hal ini
agak luar biasa karena lhama itu datang dalam jumlah yang
sangat banyak sekali maka Yo Him bertiga berkuatir kalau2
nanti ayahnya itu dianiaya dan diperlakukan tidak baik oleh
lhama ini.
Waktu itulah tampak si lhama putih telah mengangkat
kepalanya sambil berseru „Lihat ! Itu tanda dari kawan kita,
panah api bersuara....!"
Lhama merah itu juga telah menoleh dan memandang
kearah yang ditunjuk oleh lhama putih itu. Diapun telah
melihat panah api yang bersuara itu.
Dalam keadaan demikian, mereka sudah tidak berpikir apa2
lagi, karena dengan adanya tanda panah api itu tentu
kawan2 mereka yang melepaskan tanda rahasia itu berhasil
menemui jejak Yo Ko.
Cepat seperti terbang kedua pendeta itu telah ber-lari2
kearah barat, dari mana panah api terlihat. Setelah berlari

sesaat lamanya mereka telah tiba di sebuah tanah lapang
yang luas, yang hanya ditumbuhi rumput2 hijau.
Ditengah tanah lapang itu tampak dua orang Lhama merah
sedang berdiri tegak mengawasi kearah segundukan tanah
kuburan yang belum lagi kering masih merah.
Lhama putih dan kawatnya dengan cepat menghampiri.
„Mana dia sibuntung itu?" tanya lhama pulih dengan mata
yang memandang kesekelilingnya.
Kedua lhama merah itu telah berkata sambil menunjuk
kekuburan itu. „Dia berada didalam kuburan itu. Tadi kami
secara kebetulan melihat nya disebuah jalan dalam kota. kami
mengikutinya. Dan dia menuju kemari lalu memegang batu
nisan itu (bongpai) permukaan kuburan itu terbuka dan dia
masuk kedalamnya....Waktu kami memburu kemari ternyata
kuburan itu telah tertutup kembali. Kami tidak berani lancang
untuk membukanya, maka dari itu kami melepaskan anak
panah itu untuk memanggil kawan2....."
Waktu dia berkata sampai disitu, lhima-lhama lainnya telah
tiba disitu.
lhama putih itu menunjuk kepada kuburan itu tanpa
mengucapkan sepatah katapun juga. dia telah menghampiri
dan me megang2 Bongpai kuburan itu.
Di cari2nya alat rahasia yang bisa membuka kuburan itu.
tetapi tidak ada sesuatu yang mencurigakan dan tidak ada
tanda2 alat rahasia.
Saking kesal dan jengkelnya, tampak lhama ber jubah putih
itu merah padam mukanya Tetapi akhirnya dia memperoleh
suatu akal, dia telah berjalan menjauhi kuburan itu kemudian
melambaikan tangannya memanggil lhama2 yang lainnya.
Setelah mereka berkumpul, lharna putih itu berkata kita
duduk bersemadhi mengurung kuburan itu untuk menunggu si
buntung keluar dari dalam kuburan ... “

Semua lhama merah itu mengiyakan lalu dengan hati2 dan
langkah kaki yang perlahan agar tidak menimbulkan suara
mereka duduk mengelilingi kuburan itu mengambil sikap
mengurung.
Seandainya kuburan itu terbuka dan Sin Tiauw Taihiap
yang tengah mereka cari2 itu keluar dari sebelah kanan,
keadaan disitu telah dikepung, begitu pula dari arah lain.
Dengan demikian tidak mungkin orang yang mereka cari itu
akan dapat meloloskan diri....!
Lhama itu dengan sabar telah bersemadhi mengurung
kuburan itu, sampai menjelang malam kuburan itu belum juga
terbuka.
Si lhama putih telah tidak sabar, katanya kepada lhama
merah yang ada disampingnya.
„Apakah kita gempur saja kuburan itu lalu menerjang
masuk....?" katanya mengemukakan sarannya.
Tetapi lhama merah itu menggeleng sambil katanya: ,,Dia
memiliki kepandaian yang tinggi jika kita yang menerjang
kedalam, kita rugi keadaan, karena dengan ruangan yang
sempit tentu dia bisa memberikan perlawanan yang gagah dan
leluasa, tetapi kita ditempat yang sempit tentu saja tidak bisa
mengeroyoknya dengan jumlah banyak."
„Benar juga perkataanmu itu, "kata lhama putih sambil
menggangguk. „Biarlah kita menantikan saja dia keluar, disaat
itu barulah kita melancarkan serangan kepadanya...."
Begitulah dengan sabar para lhama itu telah menantikan
munculnya orang yang tengah dicari.
Tetapi Sin Tiauw Taihiap Yo Ko masih juga belum muncul2.
Malam telah larut, menjelang tengah malam, tiba2 batu
bongpai itu bergerak perlahan.

Si lhama putih dan ketiga puluh sembilan kawannya,
lhama2 merah jadi tegang sendirinya. Mata mereka telah
terbuka lebar2 mengawasi kearah kuburan itu. .
Disaat itu, tampak batu nisan tersebut telah bergerak lebih
keras, disusul dengan suara 'plakkk' dan kuburan itu seperti
terbelah dua.
Rupanya kuburan itu merupakan kuburan rahasia yang
memiliki pintu untuk keluar masuk.
Dari dalam kuburan itu kemudian tampak me!ompat keluar
sesosok tubuh dengan gerakan yang ringan sekali. Orang itu
memakai jubah putih, tangan kanannya kosong dimana
jubahnya ber-goyang2 lemas tertiup angin malam. Dialah Sin
Tiauw Taihiap Yo Ko, yang tengah mereka cari !
Yo Ko sendiri jadi bingung juga, karena begitu dia
melompat keluar, dia melihat empat puluh pendeta itu
mengambil posisi mengurung padanya. Sedangkan dia sendiri
tidak mengetahui apa maksud dari pendeta2 asing itu
mengurung dirinya.
Lhama jubah putih telah melompat berdiri, dan berkata
dengan suara yang dingin : „Engkaulah yang bernama Yo Ko
?"
Yo Ko diam sejenak tidak menyahut , sampai akhirnya dia
telah berkata : „Benar , . . aku she Yo dan bernama Ko".
„Dan engkau yang bergelar Sin Tiauw Taihiap ?" tanya
lhama putih itu.
Yo Ko cepat2 merangkapkan tangannya memberi hormat,
sampai akhirnya. dia telah berkata : „Tidak berani aku
memakai gelar itu, jika orang2 menyebut demikian tentunya
hanya bergurau saja . . . !" kata Yo Ko merendah.
„Hemm, kami datang dari luar lautan, dari Persia. Kami
telah lama mendengar. nama besarmu yang terkenal itu sama
dengan kepandaianmu......!!" setelah berkata begitu, Lhama

putih itu membungkukkan tubuhnya seperti juga ingin
memberi hormat, tetapi sesungguhnya dari kedua tangannya
itu telah meluncur keluar tenaga yang sangat kuat sekali, yang
langsung menyerang kearah Yo Ko.
Yo Ko tidak terkejut diserang begitu, dia telah tertawa
sambil katanya kemudian: “Jangan main2 Taisu !"
„Aku bukan sedang main2 dengan kau ! Kami bersungguh2.
Lihatlah, kami dari tempat yang jauh telah datang
kemari, untuk melihat berapa tinggikah kepandaian yang
engkau miliki...!"
Selesai berkata, Lhama putih itu telah menjulurkan tangan
kanannya, dia bermaksud untuk mencengkeram dada Yo Ko.
„Tunggu dulu, Taisu..!" kata Yo Ko sambil mengelakkan
serangan itu.
„Tunggu apa lagi Keluarkan kepandaianmu !” bentak si
lhama putih.
Yo Ko jadi mendongkol juga, orang telah melancarkan
serangan berulang kali kepadanya, dan serangan2 si lhama
putih itu meiupakan serangan2 yang mematikan, maka Yo Ko
bermaksud untuk men-coba2 beberapa jurus bertempur
dengan lhama putih yang galak ini.
Begitu lhama putih itu melancarkan serangan dengan Siang
Cie Tian Hoat (totokan sepasang jari), tampak telah
mengeluarkan suara siulan dan mengebaskan lengan jubah
tangan kanannya yang kosong, karena tangan kanannya itu
buntung, tampak lengan baju itu telah melibat lengan kanan
dari lawannya, sekali saja Yo Ko menarik dan menghentaknya,
maka pendeta lhama putih itu jadi terkejut dan dengan tangan
kirinya dia menyerang akan menotok biji mata Yo Ko.
Yo Ko melepaskan libatan lengan jubahnya sambil
melompat kebelakang.

„Cukup !" kata Yo Ko. „Kepandaianmu tinggi sekali, taysu,
percuma engkau mempertaruhkan jiwa hanya untuk urusan
kecil seperti itu, yaitu hanya soal nama saja dan tempat yang
jauh taysu ramai2 telah melakukan perjalanan yang panjang
untuk melihat dan menentukan siapa yang lebih tinggi
kepandaian nya diantara kita ! Bukankah itu merupakan hal
yang sangat lucu sekali ?"
Tetapi Lhama puiih itu telah berkata dengan suara yang
dingin :
„Aku datang kemari dengan membawa firman dari raja
kami .... tetapi sebelumnya kami ingin membuktikan diri
benarkah engkau ini seorang jago besar dijaman ini ! Nah
terimalah seranganku . . . !" Dan setelah berkata begitu
dengan cepat sekali tampak Lhama putih itu telah
menggerakkan tangan kanannya, angin serangannya itu
berdesir menerjang kearah Yo Ko.
Tetapi Yo Ko mana bisa digertak dengan serangan seperti
itu, sambil berseru keras dia mengibaskan lengan tangan
kanannya yang buntung itu dan juga tangan kirinya telah
bergerak menampar pergelangan tangan lawannya.
„Aduhhh ! Aduhhh !" Lhama putih itu jadi menjerit
kesakitan, sambil menarik pulang tangannya dia melompat
mundur kebelakang. tangan kirinya telah memegangi dan
menguruti pergelangan tangannya yang dirasakan demikian
sakit.
Ketiga puluh sembilan lhama merah lainnya jadi terkejut
sekali melihat pemimpin mereka kena dibuat celaka oleh Yo
Ko.
Dengan cepat cepat mereka memencar diri mengurung Yo
Ko, mereka masing2 telah mencabut sebatang pedang pendek
yang tadinya mereka sisipkan di pinggang.
Melihat Lhama merah yang memiliki kepandaian tentunya
tidak rendah itu telah mulai mengurung dirinya, Yo Ko bingung

juga karena walaupun bagaimana dengan dikepung ber-lapis2
oleh keempat puluh Lhama itu tidak mudah dia bisa
meloloskan diri.
Tetapi Yo Ko memiliki kepandaian yang benar2 telah
sempurna, dia bisa mempergunakan tangan kirinya yang
tunggal itu sebaik mungkin.
Melihat dirinya dikepung begitu rapat. Yo Ko tidak menjadi
jeri, dia hanya memikirkan betapa lamanya dia harus
membuang tenaga dan waktunya untuk menghadapi
lawan2nya yang berjumlah banyak dan tampaknya rata2
memiliki kepandaian cukup tinggi.
Saat itu pendeta jubah putih itu telah berkurang rasa sakit
pada pergelangan tangannya, dia telah melangkah maju
sambil ber seru:
,,Hari ini aku ingin mengadu jiwa dengan kau ! Jika aku
belum dapat kau binasakan, aku akan terus menyerang
kepadamu ! Kata2 itu diucapkan dengan suara yang bengis,
sekali diapun telah menjejakan kaki kanannya, tubuhnya
meloncat cukup tinggi, waktu tubuh nya melambung ketengah
udara itu, tampak lhama putih itu telah mengulurkan tangan
kirinya menerjang Yo Ko, sedangkan tangan kanannya meraba
pinggangnya, kemudian dengan cepat ditangan kanannya itu
telah mencekal sebatang pedang pendek yang terus
ditikamkan kearah tenggorokan Yo Ko.
Yo Ko juga terkejut melihat cara menyerang pendeta itu
yang tampaknya nekad sekali Dia mengeluarkan suara siulan
nyaring, dengan kaki tunggal, yaitu dengan gerakan ,,Kim Kee
Tok Pit" atau "Ayam Emas Berdiri Di kaki Tunggal", dia telah
memutar tubuhnya, dan waktu pedang lawan lewat disamping
lehernya Yo Ko mengulurkan tangan kirinya dia telah
menyentil pedang itu !

Hebat kesudahannya dari sentilan itu karena pedang
lawannya tergetar seperti juga akan terlepas dari cekalan
tangan lhama putih itu.
Lhama putih itu jeri sekali karena dia merasakan telapak
tangannya itu pedih bukan main akibat getaran sentilan
tangan lawannya.
Ketiga puluh sembilan lhama merah yang menjadi anak
buah lhama putih itu telah mengeluarkan suara seruan yang
disusul dengan serangan pedang mereka masing2.
Menghadapi lawan yang demikian banyak dan melancarkan
serangan ber tubi2 kearah dirinya, Yo Ko kuatir juga, Karena
tidak mungkin dengan tangan kiri tunggalnya dia menghalau
sekaligus pedang2 yang tengah menyambar kedirinya. Maka
jalan satu2nya Yo Ko telah menjejakan kakinya, tubuhnya
meloncat sejauh lima tombak itulah kegesitannya yang jarang
sekali dimiliki orang2 rimba persilatan masa kini,
Keempat puluh orang lhama itu tampak merasa kagum
juga melihat ginkang Yo Ko yang telah mencapai tingkat
begitu tinggi dan sempurna.
Yo Ko bukan hanya sekedar melompat ke atas saja, dia
telah mengeluarkan kepandaiannya. Tangan kirinya bergerak
kesekeliling tubuhnya, untuk melakukan totokan2 yang gencar
kediri lhama2 itu. Itulah salah satu jurus dari It Yang Cie yang
telah dtrobahnya sedemikian rupa, sehingga jadi lebih hebat
dari yang sebenarnya.
„Aduhhh...! Aduhhh ..!" lima orang lhama telah
mengeluarkan suara jeritan tertahan mengandung kesakitan,
dan lhama2 yang lainnya jadi tertegun sejenak, mereka tidak
berani menerjang dulu, karena mereka melihat dengan
mempergunakan satu jari saja Yo Ko bisa merubuhkan kelima
kawan mereka.
Tetapi Lhama putih itu menjadi penasaran sekali, dia telah,
berseru dengan marah: „Hari ini aku akan mengadu jiwa

dengan engkau, buntung....!'' dan lhama putih itu tidak hanya
berkata saja. Karena dia telah menggerakkan pedangnya
untuk menikam kearah Yo Ko.
“Tunggu dulu, sabar. Jelaskan dulu mengapa kalian
demikian nekad mencari urusan denganku ? mengapa kalian
memusuhi aku, sedangkan kita tidak pernah saling bertemu ?”
“Jangan banyak bertanya, terimalah serangan !”
Dan pedang lhama putih telah meluncur terus akan
menikam bahu Yo Ko.
Tetapi semua serangan lhama itu dihadapi dengan baik
oleh Yo Ko menggerak-gerakkan tangan kirinya dengan jurusjurus
It Yang Cie, dan juga lengan baju kanannya yang
kosong itu di-kibas2kannya pula kesegala penjuru. Kibasan
lengan jubah itu bukan kibasan sembarangan, karena
mengandung kekuatan yang sangat tinggi sekali, yaitu disaluri
lwekang yang tangguh, maka jika ada lawan yang terkena
sabetan lengan tangan baju Yo Ko, tentu orang itu akan
tergempur hebat seperti dihantam lempengan besi.
Karena melihat lhama2 itu merupakan rombongan manusia
yang sulit diajak bicara, kali ini Yo Ko juga tidak bersikap
segan2 lagi, dia mempergunakan lwekangnya, yang telah
dilatih mencapai puncaknya, untuk menghadapi semua
serangan yang dilakukan lawan2 nya itu.
Si Lhama putih yang saat itu sedang kalap, kembali dia
melancarkan serangan dengan jurus "Dewi Manyajikan Arak
Untuk Sang Buddha", maka pedangnya meluncur pesat tanpa
memikirkan keselamatan dirinya lagi ! Yo Ko heran melihat
kenekadan pendeta itu. Pendeta2 yang mengurung dirinya
umumnya merupakan jago2 yang melatih ilmu Yoga.
======== HALAMAN 33 HILANG SALAH PENJILIDAN
========

Yo Ko juga cepat menjura memberi hormat.
Jangan berkata begitu taysu. Didalam dunia ini tidak ada
perkataan tinggi dan rendah. Setiap orang yang mempelajari
ilmu silat, tidak boleh sekali2 merasakan dirinya telah
mencapai puncaknya. Karena jika dia berpikir begitu niscaya
akan menyebabkan orang tersebut tidak mengalami kemajuan
lagi ..! orang yang memiliki kepandaian tinggi, tentu akan ada
yang lebih tinggi lagi, dan begitupun seterusnya...!”
Lhama putih itu telah menjura lagi, katanya : “Omitohud !
Pinceng benar2 merasa kagum dan tunduk ! terima kasih atas
nasehat taihiap !”
Setelah berkata begitu lhama putih itu mengibaskan tangan
kirinya memberi isyarat kepada kawan2nya, agar menyimpan
pedang mereka. Kemudian ketiga puluh sembilan orang lhama
merah itu menekuk satu kaki mereka berlutut dihadapan Yo
Ko. Begitu juga dengan lhama putih. Telah berlutut dengan
kaki satu, sehingga membuat Yo Ko tambah bingung saja.
"Taihiap baginda Raja telah berpesan agar dengan cara
apapun, aku harus dapat mengundang Taihiap..,.jika kami
gagal, tentu kami akan menerima hukuman yang sangat berat
dari raja kami...."
Yo Ko tersenyum sabar.
„Kembalilah kenegerimu dan ceritakanlah yang sebenarnya,
tentu rajamu itu akan mau mengerti dan juga akan
mengampuni kalian. Aku berjanji, begitu urusanku didaratan
Tiong goan ini selesai, aku segera akan berkunjung ke Persia "
„Tetapi Taihiap,...."
„Menyesal sekali aku tengah mengejar musuh yang telah
menculik isteriku, tentunya Taisu semua mau mengerti
kesulitanku ini!"

„Hmm" tiba2 Lhama putih itu telah mem perlihatkan sikap
ber sungguh2. “Jika Taihiap menolak undangan kami ini,
berarti kami terpaksa harus mengadu jiwa denganmu....karena
jika kami pulang dengan tangan kosong, itupun percuma saja
..berarti kami akan menerima hukuman mati . . dan lebih baik
kami mempertaruhkan jiwa kami disini saja . . !!!"
Yo Ko tersenyum sabar, dia telah berkata dengan suara
menghibur : „Kepandaian para taysu memang sangat tinggi,
mungkin dalam satu dua jurus aku bisa bertahan dari
serangan2 kalian. tetapi setelah itu dengan mudah aku tentu
dapat dirubuhkan kalian.
Itulah kata2 yang merendah dari Sin Tiauw Taihiap.
walaupun sekarang ini dia terhitung sebagai pendekar super
sakti yang tiada lawannya tokh dia masih membawa sikap
yang manis tidak takabur atau congkak.
Rombongan lhama itu jadi malu sendirinya, tetapi mereka
serba salah, mundur tidak bisa maju pun tidak dapat. Jika
mereka mengundurkan diri dan kembali ke Persia dengan
tangan kosong, selain akan menderita malu juga mereka
tentunya akan menerima hukuman dari raja mereka. Tetapi
jika maju untuk menempur Yo Ko, jelas pula mereka tidak
memiliki kesanggupan sampai kearah itu, tentu dalam
beberapa jurus saja mereka akan dapat dirubuhkan oleh
pendekar super sakti itu, hampir tidak bisa diterima oleh akal
sehat !
„Taihiap. . apakah sungguh2 Taihiap tidak bisa ikut
bersama kami ke Persia?" tanya lhama putih itu kemudian.
„Orang yang menculik isteriku itu merupakan jago dari
Mongolia bergelar Tiat To Hoat ong. Dan aku sungguh2
menyesal harus mengecewakan kalian Taysu, memang
sesungguhnya aku tidak bisa ikut disaat seperti sekarang ini.
Tolong sampaikan salamku kepada raja kalian, dan percayalah
dalam satu atau dua tahun mendatang, jika urusanku telah
selesai, aku akan berangkat ke Persia untuk menghunjuk

hormat kepada raja kalian, dan juga untuk mengunjungi kalian
agar kita bisa bertukar pikiran."
Lhama putih itu ragu2 sejenak, tetapi a-khirnya dia
mengangguk juga. Memaksa Sih Tiauw Taihiap ikut mereka ke
Persia sama saja dergan melakukan pekerjaan yang sia2,
walaupun bagaimana tidak mungkin mereka bisa menandingi
kepandaian Sin Tiauw Taihiap.
„Baiklah Taihiap...nanti kami menantikan kedatangan
Taihiap, dan kunjungan Taihiap
======== HALAMAN 40 HILANG SALAH PENJILIDAN
========
Dengan Kwee Siang, gadis ini seperti sudah tidak sabar lagi
dan hendak keluar dari tempat persembunyiannya. Namun
Phang Kui In telah memberikan isyarat agar mereka menahan
perasaan mereka, karena disaat itu masih terdapat keempat
puluh pendeta yang menjadi utusan raja Persia itu, tentu bisa
menimbulkan urusan lainnya. Kwee Siang dan Yo Him
menuruti isyarat Phang Kui In. Mereka telah berdiam diri
memandang kearah Yo Ko dengan mata ber kaca2 sedangkan
tubuh Kwee Siang sering menggigil karena begitu girang
terharu dan berduka, bermacam2 perasaan berkecamuk
didalam hati gadis itu.
Sekarang setelah Yo Ko berkata begitu, Yo Him dan Kwee
Siang tidak bisa menahan perasaannya juga, mereka telah
melompat keluar dari tempat persembunyiannya.
“Ayah... !” berseru Yo Him dengan suara yang nyaring, dan
menjatuhkan diri berlutut dikaki Yo Ko sambil menangis ter
isak2.
Sedangkan Kwee Siang dengan terharu juga telah berseru

,,Engko Yo !" dan gadis itu sudah tidak bisa ber-kata2 lebih
lanjut, karena air matanya telah mengucur deras sekali.
Yo Ko jadi berdiri tertegun melihat Yo Him berlutut
dihadapannya, seorang pemuda tanggung yang mungkin baru
berusia lima atau enam belas tahun. Dia tidak mengenali
pemuda ini, tetapi pemuda yang tidak dikenalnya itu telah
memanggil dia dengan sebutan "Ayah!", keruan saja Yo Ko
jadi berdiri ter mangu seperti sedang bermimpi.
Dan yang lebih menakjubkan hatinya dicampur perasaan
heran, dia melihat Kwee Siang yang muncul sambil menangis
terharu juga.
Kemudian tidak lama disusul dengan munculnya Phang Kui
In, yang segera dikenal oleh Yo Ko.
„Adik Siang...kau ada disini ? Dan kau saudara
Phang...mengapa kalian bisa berada ber-sama2 ?" tanya Yo
Ko masih dalam keheranan yang sangat.
Phang Kui In maju mendekati Yo Ko, dia telah
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada
pendekar sakti itu.
“Yo enghiong, apakah selama ini kau sehat2 saja ?” tanya
Phang Kui In.
„Terima kasih saudara Phang ...tetapi yang membuat aku
jadi heran adalah kalian yang bisa berada ber-sama2 !, Apa
yang terjadi. Dan engko kecil ini telah memanggil aku dengan
sebutan "Ayah!" siapakah anak ini sebenarnya ?"
Phang Kui In tersenyum sambil berkata : Memang mungkin
sudah tiba waktunya kalian dipertemukan oleh Thian, maka
terjadilah peristiwa hari ini ! Tidakkah Yo enghiong
mengetahui siapa adanya engko kecil ini ! Dia bernama
tunggal Him dan she Yo !”

Yo Him,? ah, itulah nama yang sangat bagus sayangnya
aku tidak mengetahui dimana adanya istriku itu mengapa bisa
terjadi demikian kebetulan ?"
“Engko Yo. seharusnya engkau berterima kasih dan
bergirang kepada Phang Enghiong, karena Phang Enghiong
lah yang telah berusaha untuk mempertemukan kalian ayah
dan anak . . Yo Him adalah puteramu yang diperoleh dari
Encie Siauw Liong Lie ... !"
,,A . . apa ?" tanya Yo Ko kaget sekali seperti disambar
petir.
„Adik kecil ini..... anakku?,”
Yo Him yang sudah tidak bisa menahan harunya, menangis
meng-gerung2 sambil memeluki kedua kaki Yo Ko.
„Ayah, anakmu menundukan hormat....!" kata Yo Him
diantara isak tangisnya.
Yo Ko segera berjongkok, dia telah memperhatikan Yo Him
sejenak lamanya, dan dia melihat wajah Yo Him mirip dengan
wajah dia seusia Yo Him. Disamping itu mata dan hidungnya
itu mirip dengan Siauw Liong Lie.
“Anakku...,!" tiba2 Yo Ko telah mengulurkan tangan
tunggalnya itu untuk merangkul Yo Him, dan pendekar sakti
yang super itu telah menangis terharu. „Mana ibumu.,..mana
ibumu, nak?"
Sambil menangis Yo Him menceritakan segala apa yang
diingatnya, dia menceritakan dirinya dirawat oleh seekor
burung rajawali yang besar sekali, dan dia tidak mengetahui
dimana adanya sang ibu, karena Yo Him hanya tahu bahwa
dia dibesarkan rajawali itu, sampai akhirnya dia telah
diterbangkpn keatas lembah dan diangkat anak oleh penduduk
dikampung itu.
Mendengar semua itu Yo Ko jadi menghela napas dalam2,
tampaknya dia berduka sekali: „Kasihan ibumu itu nak, dalam

keadaan hamil justru kami menerima cobaan2 yang tidak
ringan, yaitu Tiat To Hoat ong selalu mencari urusan dengan
kami bahkan akhirnya ibumu telah kena diculiknya oleh
pendeta jahat itu "
Setelah berkata begitu. Yo Ko menghela napas berulang
kali dan memandang jauh.
Phang Kui Siang tersenyum terharu, mereka girang melihat
pertemuan ayah dan anak ini, dimana pertemuan ini
merupakan yang per tama kali sejak Yo Him dilahirkan.
Setelah melepaskan rindunya kepada anak kandungnya itu,
Yo Ko menoleh kepada Kwee Slang.
„Adik Siang mengapa kalian bisa ber-sama2 ?" tanyanya,
Kwee Siang menceritakan pengalamannya, dan YoKo jadi
terharu mendengar gadis ini belasan tahun telah berkelana
dalam kalangan Kang ouw hanya sekedar, untuk bertemu
dengan dia dan Siauw Liong Lie.
„Terima kasih atas perhatianmu kepada kami, adik Siang"
kata Yo Ko Kemudian.
Phang Kui In juga menceritakan pengalamannya. Dan
sepasang alis Yo Ko jadi mengkerut dalam2 waktu mendegar
ketua Tiauw Pang yang bernama Ciong Lam Cie itu menawan
mereka bertiga dan hendak menganiaya Yo Him.
„Memang orang she Ciong ini terlalu sekali !" kata Yo Ko
kemudian setelah menghela napas lagi "Dan orang seperti itu
memang harus diberikan pelajaran. Jika tidak tentu orang she
Ciong itu akan melakukan hal2 yang tidak2.
Waktu itulah tampak Phang Kui In melanjutkan ceritanya
pula, dimana dia telah mengatakan bahwa mereka setelah
tertawan oleh orang2 Tiauw Pang itu, mereka berhasil
meloloskan diri dan hanyut terbawa oleh user2 air.

Kembali Yo Ko menghela napas lagi, dia mendengarkan
terus cerita Phang Kui In.
„Setelah kami pingsan tak sadarkan diri. ternyata kami
telah dibawa oleh user2 air itu ketepi pantai sebuah pulau,
disana kami bertemu dengan seorang jago tua yang memiliki
kepandaian tinggi, hanya sayang kedua kakinya bercacad,
sehingga dia tidak bisa bergerak leluasa walaupun
kepandaiannya.....”
„Siapakah jago yang buntung kedua kakinya itu?" tanya Yo
Ko tertarik sekali.
„Dia she Lie, bernama Bun Hap. Dia juga telah mengangkat
Yo Him sebagai muridnya....selama dua tahun kami berdiam
dipulau itu, di mana Yo Him telah meyakinkan ilmu yang
diturunkan Lie Bun Hap Lo-enghiong."
Yo Ko girang mendengar itu.
„Jadi kepandaian Him-jie telah lumayan, juga?" katanya.
„Baiklah....jika kelak urusan kita telah selesai, yaitu mencari
jejak pembunuh atau penculik dari isteriku itu, maka kita akan
pergi ke Persia untuk memenuhi undangan raja itu, sekarang
kita lebih baik pergi ke Kun Lun San untuk melihat apakah
terdapat tanda2 bahwa istriku itu berada disana .. !”
Mendengar itu Yo Him cepat2 merogoh sakunya, dia
mengeluarkan secarik kain berkembang. Diberikannya kain
putih berkembang itu kepada Yo Ko.
"Ayah .. waktu Sin Tiauw ingin menghabiskan hidupnya
dengan terjun kedalam jurang, sebelumnya dia telah
menunjukkan kepadaku sebuah kuburan kecil yang ketika
kubuka terdapat kain2 ini !”
Yo Ko menerima carikan kain itu dan memperhatikan
sejenak dan diwaktu itulah dalam keadaan hening dan semua
orang membungkam menutup mulut, terdengar isak tangis Yo
Ko.

„Benar.. ini adalah pakaian ibumu, pecahan dari bajunya...
kalau begitu ... kalau begitu......ah, Yong jie, engkau telah
mendahului aku ! Walau bagaimana penasaranmu itu harus
dibalas, aku akan mencari Tiat To Hoat ong untuk
mengadakan perhitungan dengan nya.”
Dan setelah berkata begitu tampak Yo Ko mendekap
carikan kain dari baju isterinya itu kedadanya sambil
menanggis keras ter-isak2.
Yo Him bertiga tidak berani ber kata2, mereka hanya
berdiam menundukkan kepalanya saja, diliputi perasaan haru
melihat seorang pendekar sakti Seperti Yo Ko bisa menangis
dengan keras ter-isak2 seperti anak kecil saja.
Setelah puas menangis, tiba2 Yo Ko telah mengeluarkan
suara meraung yang keras dan panjang, sampai sekitar
tempat itu tergetar keras. Yo Him bertiga jadi tambah terkejut,
karena merasakan tubuh masing2 menggigil,
Yo Ko tertawa dengan suara yang sambung menyambung,
dan tiba2 dengan diiringi suara bentakannya, tampak
tubuhnya telah jongkok ditanah dan tangan tunggalnya itu
telah bergerak cepat sekali.
"Siuttt, bukkk !" telapak tangan Yo Ko telah menghantam
batang pohon besar yang terdapat disitu, sehingga
memperdengarkan suara benturan yang keras sekali, disusul
lagi dengan suara 'krekkk !' yang nyaring, maka batang pohon
itu telah patah rubuh ! Itulah ilmu pukulan Hamokang, ilmu
pukulan kodok yang diterima Yo Ko dari Auwyang Hong !
Tidak mengherankan jika batang pohon itu tumbang seketika
begitu terkena pukulan tangan Yo Ko, sedangkan batu gunung
yang besarpun jika terkena gempuran seperti itu akan lumat
hancur.
Phang Kui In dan Kwee Siang yang melihat hebatnya
tenaga serangan dari Yo Ko yang sekaligus bisa
menumbangkan batang pohon itu, jadi meleletkan lidah

mereka. Sedangkan Yo Him sendiri telah memandang dengan
wajah ber seri2, karena dia bangga sekali memiliki seorang
ayah yang demikian tangguh ilmu pukulannya.
Waktu itulah Yo Ko telah menghentikan tangisnya, karena
dia telah berhasil melampiaskan kemendongkolan, dan juga
dendam dihatinya
lewat pukulan keras pada batang pohon itu
Cepat sekali dia menoleh kepada Yo Him tangan anaknya
itu dicekal keras.
„Ayah ....!” berseru Yo Him dengan suara tertahan karena
dia kaget sekali begitu pergelangan tangannya kena dicekal
oleh Yo Ko ayahnya, mendatangkan perasaan sakit bukan
main, pergelangan tangannya itu seperti juga kena dijepit oleh
jepitan besi.
Dalam hal ini memang Yo Ko telah mempergunakan tenaga
yang cukup kuat dan sekali dia membentak "Rubuhlah”, maka
disaat itu juga tubuh Yo Him jadi terlempar tinggi sekali.
,,Engko Yo ...!” berseru Kwee Siang, karena dia kuatir Yo
Ko dalam kedukaan yang begitu mendalam telah
mempergunakan tenaga yang besar dan diluar kesadarannva
mencelakai anaknya sendiri.
“Yo Taihiap !" Phang Kui In juga berteriak dengan suara
yang gugup, karena dia melihat betapa tubuh Yo Him telah
terlempar begitu keras.
Tetapi Yo Ko seperti tidak memperdulikannya, dia telah
melompat lagi dengan cepat, dan tubuh Yo Him yang tengah
meluncur turun itu telah disamber, baju dibagian
punggungnya telah dicengkeram keras oleh sang ayah ini dan
tampak Yo Ko menghentak lagi, tangannya maka disaat itulah
tubuh Yo Him terlontar kembali dengan kuat, terlontar dengan
lemparan yang mengandung kekuatan sulit diukur.

Yo Him sendiri kaget dirinya tahu2 di lemparkan begitu
rupa oleh ayahnya. Tetapi sebagai seorang yang telah
memiliki kepandaian cukup banyak yang diperolehnya dari
beberapa orang, termasuk Lie Bun Hap, cepat sekali Yo Him
bisa mengendalikan kaki dan tangannya berjumpalitan
beberapa kali diudara dan meluncur turun ketanah dengan
kedua kakinya terlebih dahulu.
Disaat itu Yo Ko tidak menerjang maju lagi, dia berdiri
tegak sambil tertawa ber-gelak2 dengan keras, sehingga
kembali tubuh Phang Kui In dan Kwee Siang tergetar
menggigil dipengaruhi suara tertawa yang luar biasa itu.
Yo Him sendiri merasakan jantungnya tergoncang keras
sekali ketika mendengar suara tertawa ayahnya itu, dia cepat2
mempergunakan tangannya untuk menutupi kedua telinganya.
Lama juga Yo Ko tertawa seperti itu sampai akhirnya dia
telah berhenti sendiri.
Diawasinya Yo Him yang saat itu masih menutupi kedua
telinganya.
“Anak baik, ternyata engkau benar2 telah memiliki ilmu
yang lumayan Dengan memiliki dasar seperti itu tentu tidak
sulit lagi buatku menurunkan semua kepandaian yang kumiliki.
Mari, kemarilah nak ... !”
Yo Him baru mengerti bahwa ayahnya hanya menguji
kepandaian saja, hatinya jadi tenang kembali dan dia
membuka tutupan kedua tengannya pada kedua
telinganya.Lalu dia menghampiri ayahnya.
Yo Ko mengulurkan tangannya yang kiri itu untuk
mengusap usap kepala anaknya.
„Saudara Phang !" kata Yo Ko kepada Phang Kui In .
Cepat2 Phang kui In menghampirinya. „Ada apa Taihiap ?"
tanya orang she Phang itu.

Yo Ko telah menggerakkan tangan kirinya untuk memberi
hormat, kemudian katanya: „Terima kasih atas usaha dan
bantuanmu sehingga kami ayah dan anak bisa berkumpul
kembali ! Kami sangat berterima kasih sekali padamu, saudara
Phang, dan katakanlah jika engkau memiliki suatu permintaan,
aku tentu akan memenuhinya...!"
Phang Kui In cepat2 merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat, dengan rendah hati dia telah berkata: „Mana
berani aku yang rendah memikirkan hal yang tidak2! Asal
kalian ayah dan anak telah berkumpul kembali, itupun telah
membuat hatiku puas. .!"
Yo Ko sekali lagi mengucapkan sukur dan terima kasihnya.
„Mari kita mencari rumah penginapan. di sana nanti kita
bisa ber-cakap2 dengan leluasa.. !" kata Yo Ko,
Yang lainnya menyetujui dan mereka telah kembali kekota
dan mencari sebuah rumah penginapan yang tidak begitu
besar.
Yo Ko banyak mendengarkan cerita Yo Him, betapa
terharunya Yo Ko waktu mendengar penderitaan Yo Him
sebagai anak yang jauh dari kedua orang tuanya. Tetapi
betapa bangganya hati Yo Ko waktu mendengar Yo Him
mengikat tali persaudaraan dengan Wie Tocu. Betapa
hebatnya anak ini dalam usia sekecil itu telah bisa mengikat
tali persahabatan dengan tokoh persilatan yang ternama
seperti Wie Tocu.
„Memang engkau merupakan anak yang hebat, Him jie !"
memuji Yo Ko
Phang Kui In juga banyak bercerita mengenai kegagahan
Yo Him. Phang Kui In menceritakan kepandaiannya sendiri.
Diceritakan juga oleh Phang Kui In pertempuran2 mereka
yang cukup hebat menghadapi orang2nya Tiauw Pang .

Mereka ber cakap2 sampai jauh malam, dan ketika
kentongan telah dipukul dua kali, disaat malam telah larut
mereka baru masuk tidur.
Yo Ko, Yo Him dan Phang Kui In tidur dalam sebuah kamar,
sedangkan Kwee Siang tidur dikamar lainnya. Sebelum tidur,
Kwee Siang juga bercakap2 lama sekali dengan Yo Ko.
Dia merasakan kerinduannya kepada pendekar sakti she Yo
itu agak berkurang dengan adanya pertemuan ini.
Keesokan paginya sambil dahar makanan pagi, mereka
telah ber-cakap2 lagi. Banyak dan ada2 saja yang diceritakan,
oleh mereka. Bahkan Yo Ko telah menceritakan, sejak dia
kehilangan isterinya yang diculik oleh Tiat To Hoat-ong,
hidupnya jadi serba sepi dan sengsara. Telah dijelajahinya
seluruh daratan Tionggoan, dan selama itu pula Yo Ko tidak
henti nya mengalami banyak pertempuran.
„Mungkin tahun ini pasukan Kublai Khan akan menyerbu
kedaratan Tionggoan untuk memukul kerajaan Song. Dua
tahun terakhir ini aku sibuk sekali menghimpun jago2 yang
cinta tanah air untuk bantu mempertahankan negeri. Tetapi
Kublai Khan memiliki banyak sekaii orang2 pilihan, maka
kemungkinan kami bisa mempertahankan daratan Tionggoan
dari injakan kaki orang Mongolia itu tipis sekali...." dan setelah
berkata begitu Yo Ko menghela napas berulang kali.
Phang Kui In bersama Yo Him dan Kwee Siang jadi
berdiam diri saja, mereka telah memandang kearah
YoKodengan sorot mata yang seperti, meminta keterangan
lebih jauh.
Waktu itu Yo Ko telah memandang jauh keluar jendela.
Kemudian sambil menghela napas sekali lagi dia berkata :
“Sesungguhnya, jika aku memusatkan seluruh perhatianku
untuk mencari jejak musuh besarku itu yang telah mencuiik
Yong-jie bisa saja aku menemui jejaknya tanpa bersusah
payah. tetapi justru urusan pribadi itu masih kurang penting

jika dibandingkan dengan keselamatan negeri, maka dari itu
aku telah menghabiskan waktu belasan tahun untuk
menggalang para orang gagah untuk membela negara ...
tentu saja jika tentara mongolia sempat memasuki daratan
Tionggoan, habislah harapan kita untuk selamanya kita akan
menjadi negeri jajahan.
Phang Kui in jadi terharu. Betapa besarnya jiwa pendekar
sakti ini, karena urusan pribadinya bisa dikesampingkan, dan
dia bersedia untuk mengorbankan urusan pribadinya demi
membela tanah air. Phang Kui In jadi menghormati Yo Ko.
Kwee Siang telah berkata : „Sungguh manusia yang jahat
sekali Tiat To Hoat-ong... dan mengapa encie Liong bisa
diculik oleh Tiat To Hoat-ong bukankah kepandaian enci Liong
itu berimbang dengan kepandaian engko Yo?"
Yo Ko menghela napas dalam2.
„Kukira didalam urusan ini terselip sesuatu, yaitu pihak
musuh melakukan perbuatan hina-dina dengan akal licik untuk
merubuhkan Liong-jie,..tetapi...tetapi jika memang Liong-jie
binasa,. tentu dia tidak akan bisa melahirkan dan
kenyataannya Yo Him kini telah berusia lima belas tahun, dan
memiliki secarik kain baju ibunya, dengan demikian berarti
Siauw Liong Lie bisa meloloskan diri dari penculiknya itu,
karena dia masih sempat melahirkan Yo Him. Dugaanku Liongjie
tentu bisa meloloskan diri dan selamat, hanya dia entah
bersembunyi dimana..... Jika menurut Yo Him dia dirawat oleh
rajawali sakti, dan akhirnya setelah berusia enam tahun dia
dibawa naik dari lembah dan diangkat anak oleh seorang
penduduk dikampung dekat kaki Kun Lun San. Hai Hai Liongjie,
entah apa yang telah terjadi pada dirimu !”
“Bagaimana jika sekarang kita menuju ke Kun Lun San.
untuk me lihat2 keadaan didalam lembah itu tanya Kwee
Siang. "Bukankah dengan demikian kita bisa mencari jejak dari
encie Liong. Sehingga kita bisa memperoleh kepastian, yaitu

encie Liong itu telah meninggal atau memang masih hidup dan
hanya bersembunyi disuatu tempat..... "
Saran yang diberikan oleh Kwee Siang merupakan saran
yang baik dan disetujui oleh Yo Ko dan Phang Kui In.
„Tetapi jarak dan tempat ini menuju ke Kun Lun San masih
terpisah jauh, mungkin memakan waktu perjalanan hampir
setengah tahun ....!" kata Yo Ko lagi kemudian.
„Hal itu tidak menjadi persoalan yang terpenting kita bisa
mencari tahu apa yang telah terjadi didiri encie Liong...."
„Benar !” Phang Kui In juga ikut bicara „Lebih baik kita
memeriksa keadaan dilembah dimana Yo Him pernah
dibesarkan oleh burung rajawali itu ...ditempat itu kita bisa
menyelidiki sesungguhnya apa yang telah terjadi didiri Siauw
Liehiap.
Tiba2 Yo Him yang disamping ayahnya, telah teringat pada
segundukan tanah kuburan yang memiliki pintu rahasia
sehingga Yo Ko bisa keluar dan masuk kedalam kuburan itu.
„Ayah, sebetulnya untuk apakah kuburan rahasia
itu....Maukah ayah menjelaskannya?"' kata Yo Him.
Yo Ko jadi berobah murung dan menghela napas dengan
wajah yang berduka, dia telah berkata: „Itu adalah sebuah
kuburan untuk kenang2an dan sengaja kubuat untuk
mengenang Liong jie. ibumu....dulu waktu aku masih kecil,
banyak orang yang menghina, hanya ibumu yang tidak
menghina dan memperlakukan aku dengan baik, bahkan aku
telah diijinkan tinggal didalam kuburan Mayat Hidup, di mana
ibumu yang mengurusnya. Dan aku juga telah dididik ilmu
silat tingkat tinggi, sampai akhirnya aku bisa memiliki
kepandaian yang sangat tinggi seperti sekarang ini! Untuk
mengenang kebaikan! ibumu itu, sengaja aku membuat
kuburan ini dan jika aku tengah rindu terkenang kepada
ibumu, aku ber semadhi didalam kuburan, untuk
menenangkan hati yang sering tergoncang...!"

Mendengar perkataan ayahnya, hati Yo Him jadi terharu
sehingga dia menitikkan air mata.
Sedangkan Kwee Siang dan Phang Kui In juga jadi terharu
dan semakin menghormati. Rupanya cinta Yo Ko kepada
isterinya itu sangat suci dan murni.
Waktu itu mereka telah merencanakan esok hari untuk
berangkat ke Kun Lun San.
Malam itu mereka tidur dengan nyenyak.
Waktu matahari baru terbit diufuk Timur justru mereka
telah siap untuk berangkat. Setelah membayar ongkos sewa
kamar dan barang makanan yang mereka makan, Yo Ko
bersama Yo Him, Kwee Siang dan Phang Kui In telah membeli
empat ekor kuda. Yang mereka pergunakan masing2 itu
merupakan kuda2 pilihan, yang bisa berlari seribu lie dalam
satu hari, karena selain tinggi besar dan tegap, juga kuda
mereka itu merupakan kuda dari Mongolia yang terkenal
sangat kuat.
Tanpa mengenal istirahat mereka telah melakukan
perjalanan, dan setengah bulan mereka melakukan
perjalanan, keempat orang ini telah sampai dikota Kiang-ciekwan,
sebuah kota yang tidak begitu besar, tetapi padat
penduduk nya.
Yo Ko mengajak Yo Him dan Kwee Siang bersama Phang
Kui In untuk bermalam dikota ini.
„Telah belasan hari melakukan perjalanan tanpa mengenal
waktu. Dikota ini kita beristirahat dua hari dulu, untuk
memulih tenaga kita . . . !" kata Yo Ko. Yang lainnya setuju.
Mereka memilih rumah makan yang tidak begitu besar.
Sebagai kota kecil, rumah makan ini juga tidak begitu ramai .
Waktu Yo Ko, dan yang lainnya melangkah masuk, ada
seseorang didalarn rumah makan itu tengah berseru keras :"
Memang aku tanpa tanding! Siapa yang bilang aku takut untuk

menghadapi Sin Tiauw Sibuntung itu ? Hmmm, Taihiap!
Taihiap apa sekali kugerakkan kedua tanganku dia akan
segera dapat kumampuskan .... !" dan kemudian disusul
dengan suara tertawa ber gelak2 dari orang itu.
Yo Ko telah menatap kearah dalam, dia melihat orang yang
mengeluarkan kata2 sombong itu adalah seorang pemuda
pelajar yang memiliki raut muka sangat kasar sekali, dengan
kumis jenggot yang kasar dan kaku. Dilihat dari bentuk
tubuhnya, tentunya dia seorang akhli gwakee (tenaga luar).
Tanpa memperdulikan orang itu, walaupun mengetahui
dirinya yang dimaksudkan oleh orang itu dengan perkataan
Sin Tiauw si buntung
Yo Ko telah mengajak Phang Kui In, Kwee Siang dan Yo
Him duduk dikursi yang didekat jendela, terpisah cukup jauh
dengan pemuda pelajar bermuka kasar itu.
Saat itu, pelajar bermuka kasar itu telah berkata kepada
kawannya yang ada dihadapannya, yaitu seorang tojin berusia
diantara enam puluh tahun: "Sekarang juga engkau cari
sibuntung itu, aku akan melayaninya, tunggu disini.....!"
Tojin itu telah tersenyum sabar.
JILID 25
JANGAN terlalu terkebur, Hengtai, "kata pendeta itu:
Jangankan engkau yang hanya memiliki kepandaian bisa
dihitung dengan jari, sedangkan Ciangbunjin2 dari berbagai
perguruan silat ternama, seperti Siauw Lim Sie dan lainnya
tidak ada yang berani membentur Sin Tiauw Taihiap Apalagi
yang memiliki kepandaian sedikit, tentunya sekali saja Yo
Taihiap menggerakan lengan baju kanannya yang tidak
berlengan itu, engkau sudah akan me-raung2 meminta
ampun.”

Muka pelajar yang wajahnya kasar itu jadi berobah tidak
senang, tangan kanannya telah dipergunakan untuk memukul
meja, sehingga ada dua cawan yang terbentur dan jatuh
kelantai menimbulkan suara berisik karena cawan2 yang jatuh
itu telah hancur.
“Sabar Hiantee (adik), engkau tampaknya begitu bernapsu
sekali ingin menguji ilmumu dengan Sin Tiauw Taihiap. Jika
memang telah bertemu dengannya, engkau tentu akan cepat2
ambil langkah seribu.”
„Jangan terlalu menghina begitu Totiang", kata pelajar
muka kasar itu. „Aku Bong Siu Kang, tidak pernah mengenal
apa itu perkataan takut. Dalam hal ini memang engkau belum
pernah menyaksikan aku bertempur Totiang ! Nanti jika aku
bisa mencari jejak sibuntung itu akan ku . . , haappppp !" dan
orang she Bong itu telah menjerit terkejut, karena tahu2 ada
sebatang sumpit yang telah menyamar dan menghantam
giginya.
Tepat sekali hantaman itu karena sumpit tersebut telah
menghantam terlepas gigi didepan pemuda itu. sehingga gigi
itu rontok menimbulkan perasaan Sakit yang bukan main.
Ternyata Phang Kui In yang melihat kekurang ajaran orang
she Bong itu, karena mendongkol sekali dia telah
menyambitkan sumpit nya kedalam mulut pemuda sombong
itu.
Setelah tersadar dari sakit dan terkejutnya, Bong Siu Kang
telah melompat berdiri dengan muka merah padam karena
marah.
„Siapa yang lancang mempermainkan aku Bong Siu Kang.
jago tanpa tanding ini !" teriak Bong Siu Kang dengan suara
yang garang.
„Aku .... !" menyahuti Phang Kui In dengan suara yang
dingin.

"apakah engkau tidak senang ?'
Muka Bong Siu Kang semakin merah, karena dia sangat
gusar sekali.
Kemudian dia melangkah dengan kaki lebar menghampiri
Phang Kui In, sedangkan Yo Ko dan yang lainnya hanya
mengawasi saja Merekapun sebal sekali melihat sikap
sombong Bong Siu Kang, hanya mereka menahan tertawa
sendiri, sebab melihat betapa mulut Bong Siu Kang telah
berlumuran darah merah dari giginya yang copot.
„Kamu lancang tangan berani menghina tuan besarmu, heh
?" sambil membentak begitu, tangan Bong Siu Kang telah
bergerak melancarkan serangan. Dia mempergunakan jurus
"Mie Hong Ciu Tang atau Mie Hong gemar arak dewa ", kedua
kepalan tangannya itu bergerak seperto orang yang tengah
menyuguhi persembahan arak, yang diincernya adalah
punggung Phang Kui In.
Tetapi Phang Kui In tetap duduk diam sama sekali tidak
bergerak. Dia membiarkan pukulan Bong Siu Kang mengenai
punggungnya, diam2 dia telah mengerahkan tenaga
lwekangnya yang disalurkan kepunggungnya.
"Bukk !”
Suara benturan antara kepalan tangan Bong Siu Kang
dengan punggung Phang Kui In terdengar keras dan disaat itu
juga terdengar jeritan dari Bong Siu Kang, karena tubuhnya
telah terlempar kelantai.
Rupanya walaupun Phang Kui In tidak mengadakan
penangkisan terhadap serangan lawannya. Tetapi dia telah
mengembalikan tenaga serangan lawannya melalui tenaga
lwekangnya yang memenuhi pundaknya. Maka tidak
mengherankan ketika kepalan tangan Bong Siu Kang
menghantam, segera tenaga serangan itu berbalik kembali,
sehingga tubuh orang she Bong itu terlempar bergulingan di
lantai.

Tetapi Bong Siu Kang penasaran sekali dan tidak pernah
mengenal menyerah. Walau pun dia telah kena diserang
dengan cara mengembalikan tenaga lweekang, membuktikan
bahwa tenaga serangan itu sangat kuat, dan tentu pemiiiknya
memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali.
Dengan mempergunakan gerakan „Lee Ie Ta Teng" atau
„Ikan Gabus Meletik", tubuh Bong Siu Kang telah melompat
tinggi dan berada didekat Phang Kui In.
„Kau . . . mempergunakan ilmu siluman! Jika memang
engkau seorang hohan, layanilah seranganku dengan jujur”.
Phang Kui In jadi tambah sebal kepada orang she Bong
tersebut, yang dianggapnya tidak tahu diri.
Dengan ayal2an Phang Kui In berdiri dari duduknya,
sedangkan Yo Ko hanya tersenyum2 saja dan Yo Him bersama
Kwee Siang tidak memperdulikan semua itu, mereka tengah
bicara dengan asyik.
„Apa yang kau kehendaki lagi ?" tanya Phang Kui In
dengan suara yang dingin, dia juga sengaja membuka
matanya lebar2 untuk menyelidiki lawannya itu.
“Aku menghendaki kau melayani aku dengan cara hohan “
kata Bong Sui Kang.
“Caranya?”
“Engkau harus mempergunakan kedua tanganmu, tidak
seperti tadi engkau mempergunakan ilmu siluman”
“Ilmu Siluman >”
“ya engkau memiliki ilmu siluman, tidak keruan !, aku yang
memukul dirimu, tetapi toh justru aku yang telah terpental.
Bukankan dengan demikian membuktikan bahwa engkau
mempergunakan ilmu siluman ?”
Mendengar perkataan Bong Siu Kang, nampak Phang Kui In
tertawa tergelak2.

Muka Bong Siu Kang jadi berobah merah padam karena dia
merasa tersinggung.
“apa yang kau tertawakan ?”
Bentaknya dengan suara yang aseran, karena dia
mengetahui Phang Kui In tertawa begitu tentunya dengan
maksud mengejeknya.
Phang Kui In telah berhenti tertawa.
Kemudian dengan muka yang sungguh2 dia berkata :
“engkau terlalu takabur !. tadi aku bukan mempergunakan
ilmu siluman, tetapi justru kepandaianmu yang masih terlalu
rendah ! aku tadi telah mempergunakan lwekangku untuk
mengembalikan tenaga seranganmu, sehingga engkau jadi
jungkir balik begitu rupa ! Hemm, karena itu engkau harus
melatih diri selama dua puluh tahun lagi barulah engkau bisa
memahami ilmu itu !”
Keruan saja Bong Siu Kang jadi tambah marah.
“Bangsat kecil, kau ingin menggertakku dengan ilmu
silumanmu itu ? Hemm, Hemm, aku Bong Siu Kang tidak akan
takut menghadapi siapapun juga, terimalah seranganku yang
kali ini...!” dan dia bukan hanya berkata karena dia telah
mengerakkan tangan kirinya dengan jurus air terjun menimpa
bumi, dan disusul dengan jurus terjangan badai mengamuk
pada naga, merupakan jurus kedua yang cukup lumayan
kerasnya.
Tetapi buat Phang Kui In mana dia memandang sebelah
mata kepandaian orang she Bong itu. Dengan mengeluarkan
seruan kecil dia berkelit kesamping, tahu2 dia telah berada
dibelakangnya Bong Siu Kang. dan kemudian menepuk bahu
orang she Bong itu perlahan sekali.
„Aku disini...!" katanya sambil tersenyum lagi.
Semangat Bong Sui Kang seperti terbang meninggalkan
raganya, cepat2 dia memutar tubuhnya dan menggerakkan

kedua tangannya berulang kali untuk mencecar diri Phang Kui
In.
Tetapi Phang Kui In dengan mudah bisa mengelakkan diri
dari serangan2 lawannya, sama sekali dia tidak membalas
menyerang.
Bong Siu Kang jadi tambah penasaran, berulang kali dia
mengamuk sambil mengulangi serangan2nya seperti juga
orang kesurupan hantu saja.
Namun Phang Kui In tetap tidak mau membalas
menyerang. Namun setelah lebih dari empat puluh jurus,
disaat itulah dengan cepat sekali Phang Kui In mencengkeram
tangan kanan orang she Bong itu.
„Aduhhh... !" menjerit Bong Siu Kang ketika tangannya
dicekal dengan keras sekali. Tetapi suara jeritan kesakitan itu
belum lagi habis diucapkannya, tiba2 tubuhnya telah diangkat
oleh Phang Kui In, lalu dilemparkannya dengan kuat sekali
melambung ketengah udara, Lemparan Phang Kui In itu cukup
keras, karena telah disertai oleh tenaga Iwekangnya sebanyak
empat bagian.
Dalam keadaan demikian, Bong Siu Kang hanya bisa
menjerit saja, dan tuhuhnya terbanting keras diatas lantai,
diam tidak berkutik la gi karena dia telah rubuh pingsan.
Semua tamu2 lainnya jadi berdiam diri dengan tertegun
karena dikota mereka ini, Bong Siu Kang boleh dibilang
sebagai jagonya dan tidak ada orang yang berani berurusan
dengannya.
tetapi kini dengan begitu mudah telah dirubuhkan oleh
Phang Kui In, sehingga mereka jadi duduk bengong saja
ditempat masing2 sambil memandang kepada Phang Kui in
dengan sorot mata menunjukan kekaguman.
Waktu itu Phang Kui In telah memutar tubuhnya hendak
kembali kekursinya.

Tetapi belum lagi dia duduk, telah ada yang berseru
kepadanya: „Tahan dulu, sahabat .... !”
Phang Kui In telah menoleh dan mengawasi orang yang
menegurnya itu. Dilihatnya orang yang menegurnya itu tidak
lain dari pada si tojin yang tadi ber-cakap2 dengan Bong Siu
Kang.
Cepat2 Phang Kui In telah berkata dengan suara yang
ramah: ,,Ada petunjuk apakah totiang.,..”
Tojin itu tidak segera menyahuti, dia telah mengawasi
Phang Kui In beberapa saat lamanya, sampai Phang Kui In
tidak sabar sendirinya
„Katakanlah Totiang jika memang engkau memiliki
petunjuk. Kalau engkau tidak memiliki urusan apa2, maafkan
aku akan kembali kemejaku."
Tojin itu telah tersenyum mengejek.
„Aku bergelar Cing Siu Cinjin." katanya
“Cing Siu Cinjin"? tanya Phang Kui-In. „Aku serasa pernah
mendengar gelaran Totiang." kemudian dia memperhatikan
baik2 tojin itu. dia melihat orang memiliki muka berbentuk
segi tiga, dadanya dada burung, membusung keluar dan
tubuhnya tidak gemuk juga tidak kurus. Matanya yang agak
luar biasa, memandang
Phang Kui In dengan sinarnya yang tajam sekali.
„Tadi pinto telah beruntung bisa menyaksikan kiesu (orang
gagah), merubuhkan Bong Siu Kang, anak itu memang suka
sekali berlaku sombong dan takabur. Tetapi, sebagai orang
rimba persilatan jika melihat ada orang yang memiliki
kepandaian tinggi membuat tangan menjadi gatal karenanya.
Maka jika kiesu tidak keberatan, pinto ingin minta beberapa
jurus petunjuk dari kiesu !"

Cepat2 Phang Kui In merangkapkan tangannya, dia telah
menjura memberi hormat kepada tojin tersebut.
“Maafkan totiang, kepandaianku tidak berapa tinggi, aku
hanya mengerti satu dua jurus saja,” katanya merendahkan
diri dengan sikap yang manis sekali. "Maka dari itu aku mana
bisa menghadapi Totiang “ Tojin itu tertawa tawar.
„Biar saja Kiesu merendahkan diri! Tadi aku telah sempat
menyaksikan kepandaian Kiesu ini, mungkin juga lebih tinggi
dibandingkan dengan kepandaianku, tetapi karena aku tertarik
sekali dan ingin men-coba2 dengan kepandaian kiesu,
hendaknya kiesu tidak keberatan dan tidak menolaknya . . . !"
Selesai berkata, dengan gerakan yang ayal2 an dia telah
mencabut pedangnya yang diatas punggungnya, dan kebutan
hudtimnya itu dicekal ditangan kiri.
„Majulah Kiesu, mari kita coba2 ..!”
kata tojin itu.
Phang Kui In jadi kikuk juga. Dia tidak mengenal siapa
adanya tojin itu, tetapi orang ini telah mendesak dia terus
menerus, sehingga membuat dia tidak memiliki pilihan lainnya.
Hanya disaat itu Phang Kui In menoleh dulu kepada Yo Ko,
dimana Sin Tiauw Taihiap telah mengangguk perlahan, tanda
setuju Phang Kui In bertempur dengan tojin itu.
„Baiklah Totiang", kata Phang Kui In kemudian: „Karena
Totiang mendesak terus, terpaksa aku memberanikan diri
untuk menerima petunjuk .... !"
Kemudian tangan kanannya mencekal gagang goloknya
dan „Sreenggg !", golok itu telah dicabutnya keluar dari
serangkanya.
,,Mulailah !" kata tojin itu seperti tidak sabar.
Phang Kui In tidak menunda2 lagi, karena dia juga telah
habis sabar melihat tingkah dari tojin itu.

Dengan mengeluarkan suara teriakan „Awas serangan!",
tampak golok Phang Kui In secepat kilat membacok kearah
lengan si tojin.
Tetapi tojin itu memiliki kepandaian tidak rendah, begitu
melihat datangnya serangan golok lawannya, dia telah
mengeluarkan suara tertawa mengejek dan menangkis
dengan, pedangnya.
Tojin itu bukan hanya menangkis saja, karena dengan
cepat sekali hudtim ditangan kiri nya telah dikebutkan kemuka
Phang Kui In.
Kebutan itu terdiri dari bulu2 yang halus, tetapi ditangan
seorang akhli lwekang seperti tojin itu, bulu2 hudtim yang
terbuat dari benang2 emas campuran baja itu, jadi luar biasa
kerasnya.
Hudtim itu merupakan senjata lemas sekali, tetapi jika
dikerahkan tenaga lwekang pada bulu2 itu, maka hudtim itu
bisa tegak lurus kaku, sehingga bisa dipergunakan juga untuk
menotok jalan darah lawan.
Dalam keadaan demikianlah tampak Cing Siu Cinjin telah
menggerakkan Hudtimnya itu mengincer jalan darah yang
mematikan diperut Phang Kui In.
Yo Ko yang menyaksikan pertempuran itu jadi terkejut
juga, karena tojin itu telah mempergunakan gerakan yang
mematikan. Maka dari itu, dapat diduga bahwa tojin ini bukan
dari golongan baik2 se tidak2nya dia merupakan tojin dari
golongan hitam.
Waktu itu Phang Kui In tidak menjadi gugup karenanya, dia
telah mengeluarkan suara bentakan nyaring sambil
mengelakkan diri dari totokan hudtim si tojin. Lalu dengan
tidak membuang waktu lagi tampak Phang Kui In telah
memutar goloknya akan menabas leher si tojin.

Melihat datangnya serangan yang begitu hebat dan kuat,
Cing Siu Cinjin tidak berani berlaku ayal.
Dia telah menarik pulang hudtimnya dan kemudian
mempergunakan pedangnya menangkis serangan yang
dilancarkan Phang Kui In.
Phang Kui In tidak ingin membenturkan goloknya pada
pedang lawan, sebelum pedang dan golok saling bertemu.
Phang Kui In telah menarik pulang kembali goloknya itu,
tojin tersebut juga telah menyadari bahwa dirinya kali ini
telah bertemu dengan lawan berat.
Dengan mengeluarkan suara siulan nyaring tampak tojin itu
telah meng-gerak2kan kedua senjatanya, yaitu hudtim dan
pedang itu bergantian.
Cara menyerangnya juga cepat, sinar pedang itu telah
berkelebat2 mencari sasaran yang mematikan, terlebih lagi
de3ngan dibantu oleh hudtimnya yang setiap kali mengancam
akan menotoknya membuat Phang Kui In jadi terdesak hebat.
Telah lebih dari lima puluh jurus mereka bertempur, dan
Phang Kui In tampak berada dibawah angin.
Yo Ko sedang menyaksikan pertempuran itu dan ketika
melihat keadaan Phang Kui In, dia telah menoleh kepada Yo
Him.
,,Him jie, coba engkau yang menghadapi tojin itu, aku
ingin melihat sampai dimana ke pandaianmu !"
Tentu saja perintah ayahnya itu menggembirakan hati Yo
Him.
„Baik ayah . aku akan coba2 minta pengajaran dari totiang
itu.. !"
Waktu Yo Him berdiri dari duduknya, di saat itu Yo Ko telah
berteriak nyaring :„Saudara Phang, kau mundur, biarkan
Himjie yang menghadapinya . . . !"

Phang Kui In yang sedang terdesak begitu hebat, tidak
berani membantah perintah Sin Tiauw Taihiap Yo Ko. Dia telah
menggerakkan goloknya yang menyambar cepat sekali kearah
leher lawannya dengan gerakan yang menyimpang, menabas
dari kiri kekanan.
Gerakan yang dilakukan Phang Kui In memaksa Cin Siu
Cinjin melompat mundur mengelakkan diri untuk
menyelamatkan lehernya dari sambaran golok jago she Phang
tersebut, dan kesempatan seperti itu telah dipergunakan
sebaik mungkin oleh Phang Kui In untuk melompat mundur
menjauhi diri dari tojin itu.
Yo Him juga tidak tinggal diam, waktu melihat Phang Kui In
melompat mundur, dengan cepat anak itupun telah melompat
ketengah gelanggang. Dia telah merangkapkan kedua
tangannya sambil katanya: “Totiang aku yang muda ingin
meminta petunjuk dari kau !”
,,Hati2 Him-jie dia memiliki Kepandaian yang tinggi
sekali...!" Phang Kui In telah memperingatinya.
Yo Him hanya mengangguk
Sedangkan Cin Siu Cinjin telah berobah mukanya menjadi
merah padam, karena dengan majunya Yo Him yang masih
begitu muda, juga pipi siimam telah ditampar oleh Yo Him.
,.Bocah tidak mengenal mampus, apakah engkau memang
ingin mengantarkan jiwa ?” tegurnya dengan suara yang
menggeletar keras.
Lalu Cing Siu Cinjin telah menoleh memandang kepada
Phang Kui In.
“Hey orang she Phang rnengapa engkau memajukan anak
kecil ini. apakah engkau tidak merasa kasihan jika dia binasa
ditanganku ?” bentakan itu keras, dan mata Cing Siu Cinjin
juga merah, menunjukkan bahwa dia tengah diliputi
kemarahan yang sangat.

Disaat itu Yo Him telah berkata dengan suara yang dingin :
“Walaupun aku masih berusia muda, belum tentu dapat
dirubuhkan oleh Totiang...!"
Mendengar perkataan Yo Him, imam itu bertambah marah,
dengan me-ngangguk2an kepalanya dia telah berkata: "Baik,
baik, baik! Engkau sendiri yang telah mencari mampus dengan
mengantarkan jiwamu secara cuma2!"
Setelah berkata begitu, dengan sikap yang mengancam
tampak pendeta itu telah menggerakan kebutan Hudtimnya
dan mengibaskan pedangnya.
“Srinnng.....!" pedang tojin itu telah menyambar dengan
cepat kearah dada Yo Him.
Gerakan itu tetah membuat Yo Him jadi kagum juga,
karena dengan melihat jurus yang dipergunakan oleh Cing Siu
Cinjin segera diketahui bahwa kepandaian imam itu telah
tinggi.
Tetapi sebagai seorang pemuda yang telah menerima
gemblengan dari tokoh2 sakti Yo Him tidak gentar
menghadapi serangan seperti itu. Dengan tenang dia
menantikan tibanya serangan pedang lawan, itu dengan gesit,
sekali dia menyentil pedang sitojin dengan gerakan It Cie Cut
Hun atau satu jari mencabut jiwa maka dengan terdengarnya
suara ‘tranggg’ yang cukup nyaring pedang imam itu telah
terlepas dari cekalannya.
Muka sipendeta jadi berobah pucat dan dia telah berdiri
tertegun mengawasi kearah lawannya yang masih muda
sekali. Dia tidak habis mengerti waktu pedangnya tadi disentil
oleh pemuda itu, dia merasakan betapa pedangnya itu
tergetar dan juga telapak tangannya pedih sekali, lalu tanpa
dikehendakinya pedangnya terlepas dan menancap dilantai.
Keruan saja Cing Siu Cinjin jadi terkejut dan dia berdiri
bengong sesaat lamanya, Waktu itu Yo Him telah berkata lagi

dengan suara yang dingin: „Ehmm, apakah kita akan
meneruskan pertempuran ini?"
Si Tojin jadi tersadar karenanya dia telah menganggukkan
kepalanya.
„Ya...." dan tahu2 Hudtimnya telah menyambar akan
menghantam muka Yo Him.
Dia penasaran sekali, dan saat itu kemendongkolan dan
penasaran tengah mengamuk, menjadi satu didadanya,
dengan sendirinya serangan yang kali ini dilakukannya
merupakan serangan yang dahsyat sekali, karena si tojin
seperti juga tidak ingin memberiku kesempatan kepada Yo
Him guna menangkis serangannya itu.
Yo Him juga terkejut melihat cara menyerang lawannya,
jika dia terlambat mengelakkan diri tentu matanya yang akan
menjadi korban dan menjadi buta.
Phang Kui In dan Kwee Siang yang menyaksikan hal itu jadi
gugup dan berkuatir. Bahkan Yo Ko telah berseru “Him-Jie”,
hati2.
„Adik Him, cepat berkelit ..!" teriak Kwee Siang dengan hati
berdebar gelisah.
Sedangkan Phang Kui In yang tengah gugup melihat jiwa
dan keselamatan, Yo Him terancam, jadi berdiri diam tak bisa
mengeluarkan suara apa...
Tetapi walaupun terkejut, Yo Him tidak menjadi gugup. Dia
telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring sekali dan
disaat itu telah menggerakan tangan kanannya kearah ulu hati
lawannya, mengincer jalan darah Ma-tiong-hiatnya si tojin.
Gerakannya itu mempergunakan jurus Ma Sai Tung Cie atau
Kuda Terbang Dimusim Dingin.
Waktu itu si Tojin tengah gembira sekali melihat
serangannya akan berhasil dan juga tampaknya Yo Him sudah
tidak keburu untuk mengelakkan diri, maka dia telah

menambah tenaga serangannya itu, dengan maksud untuk
menghancurkan batok kepala Yo Him.
Tetapi alangkah terkejutnya dia waktu melihat tangan Yo
Him diulurkan akan menyerang jalan darah Ma Tioog Hiatnya,
yang berarti jika terserang dia akan terbinasa disaat itu juga.
Walaupun dia bisa berhasil dengan serangannya tetapi jika
diapun harus terserang pada jalan darah terpenting
ditubuhnya itu, tentu saja si tojin tidak mau. Dengan
mengeluarkan suara seruan yang keras dia telah melompat
mundur sambil menarik pulang hudtimnya.
Gerakan tojin itu memang sangat cepat sekali, sehingga
serangan Yo Him jatuh ditempat kosong.
„Mari diteruskan !" tantang Yo Him sambil tertawa
mengejek.
Tojin itu tidak menyahuti, dia hanya ber jongkok
mengambil pedangnya, kemudian pedang itu telah
dikibaskannya dengan kuat, sehingga menimbulkan suara
Siut...sringg !!"
Hari ini biarlah aku mengadu jiwa dengan kau, karena
jikalau aku sampai dikalahkan olehmu, tentu saja akan
membuar aku malu ...!
Terimalah seranganku “
Dan benar saja tojin ini telah malancarkan serangan lagi
dengan pedangnya, mata pedangnya menuju kebahu Yo Him,
sedangkan hudtimnya telah menyambar kearah tenggorokan
Yo Him.
Keruan saja hal ini memaksa Yo Him harus me lompat2
beberapa kali, dia telah berhasil mengelakkan dari setiap
serangan yang dilancarkan oleh lawannya. Tetapi karena tojin
itu melancarkan serangan dengan gencar dan ber tubi2 maka
dia tidak sempat membalas menyerang dan hanya berkelit
dengan tidak henti2nya.

Yo Him setelah berkelit berulang kali sebanyak enam jurus,
disaat itu dia telah mengeluarkan suara jeritan yang nyaring
sambil kedua tangannya disilangkan didepan dadanya,
rupanya Yo Him baru ingin mencoba mempergunakan
gerakan2 ilmu silat yang diturunkan oleh Lie Bun Hap.
Si Tojin heran melihat sikap Yo Him, dia men duga2 entah
ilmu silat jenis apa yang ingin dipergunakan oleh Yo Him.
Sekarang telah cukup aku mengalah hanya menerima
serangan tanpa balas menyerang, tetapi sekarang sudah tiba
saatnya engkaupun harus menerima serangan2ku ..!”
Dan selesai berkata Yo Him telah mengerakkan dua
tangannya sekaligus, dia telah menyerang dengan gerakan
kera memanjat pohon dan kemudian disusul dengan gerakan,
kera memetik buah dimana jurus itu merupakan jurus2
istimewa yang diciptakan oleh Lie Bun Hap.
Sedangkan Cing Siu Cinjin yang melihat datangnya
serangan yang aneh seperti itu, cepat2 melompat mundur
menjauhi Yo Him.
Tetapi Yo Him tidak mau sudah hanya sampai disitu saja
dengan mengeluarkan suara tertawa mengejek dia telah
meloncat mengejar dan kedua tangannya itu tetap
melancarkan yang cukup kuat kepada tojin itu.
Melihat gesitan Yo Him yang menyamai gesitan dirinya,
tojin itu tambah terkejut dan heran, mengapa pemuda
semuda itu sudah memiliki kepandaian yang demikian tinggi.
Tetapi disebabkan Yo Him telah mendesaknya terus dan
diapun telah diliputi kenekadan pula, maka tojin itu sudah
tidak mengelakkan diri pula dari serangan yang dilancarkan Yo
Him, melainkan dengan mengeluarkan suara bentakkan
mengandung marah, dia telah melancarkan serangan balasan
dengan mempergunakan hudtimnya.
Yo Him tidak mau membiarkan tangannya dilibat oleh bulu
hudtim, maka dengan cepat sekali dia telah menarik pulang

kedua tangannya, dan kaki kirinya telah bekerja menyepak
pergelangan lawannya.
Sepakan itu merupakan tendangan yang disertai tenaga
dalam, maka tidak ampun lagi tojin itu meraung mengeluarkan
suara jerit kesakitan waktu pergelangan tangannya telah kena
ditendang oleh Yo Him.
Sedangkan kebutan ditangannya juga telah terlepas dan
melayang jatuh kelantai.
Untuk seketika itu, Tojin tersebut berdiri dengan muka
pucat bagaikan patung, mulutnya ternganga karena merasa
heran dan takjub disamping marah dan mendongkol.
Yo Him tidak mendesak lagi, dia telah merangkap
tangannya memberi hormat.
,,Terima kasih atas petunjuk Totiang...!"
Muka tojin itu jadi berobah merah karena malu bercampur
marah.
“baiklah hari ini nasibku benar2 sial karena telah rubuh
ditangan seorang anak yang masih bau pupuk seperiti kau ini
tetapi jika dilain waktu ada kesempatan tentu aku akan
mencarimu untuk meminta pengajaran, dari kau.....!"
Satelah berkata begitu, tampak Cing Siu Cinjin telah
mengambil pedang dan hudtimnya tanpa menoleh lagi kepada
Yo Ko dan yang lainnya dia telah melangkah keluar pintu.
Tetapi waktu sampai dimuka pintu, dia telah menoleh lagi
dan bertanya kepada Yo Him. "Siapa namamu .... aku belum
lagi mengetahuinya”
Yo Him menjura
„Aku she Yo dan bernama Him.”
„Yo Him....? Hemmm, engkau she Yo, tentunya engkau
ada hubungan dengan Yo Ko bukan?"

“ Itulah ayahku "
„Apa?"
„Sin Tiauw Taihiap Yo Ko adalah ayah kandungku!"
menyahuti Yo Him.
Dan dalam terkejutnya itu, Cing Siu Cinjin telah melirik
kepada Phang Kui In bertiga. Dia melihat Yo Ko, yang lengan
baju kanannya kosong lemas tidak ada isinya, seketika itu juga
dia telah dapat menduganya bahwa orang itu adalah Yo Ko,
pendekar sakti yang tiada duanya.
Cepat2 dia menghampiri dan berlutut di hadapan Yo Ko
sambil katanya :
„Ampunilah aku, Sin Tiauw Taihiap...!" katanya dengan
suara yang berat tersendat. Aku...aku memang bersalah...aku
terlalu usil... jika sejak tadi aku mengetahui bahwa engko kecil
itu adalah puteramu, tentu aku tidak akan
mengganggunya...!"
Yo Ko tersenyum manis dan sabar sekali, dia perintahkan
tojin itu berdiri.
„Engkau tidak tersalah, karena hanya penasaran melihat
kawanmu dirubuhkan, maka engkau ingin membelanya.
Sebetulnya engkau sama sekali tidak bersalah. Asal diingat,
dilain waktu engkau tidak boleh terlalu usil seperti itu.
Sekarang untung hanya bertemu dengan putraku yang tidak
menurunkan tangan keras karena dia rupanya menghormati
kau juga.coba kalau bertemu dengan orang yang bertangan
telengas, bukankah engkau bisa celaka ?"
„Terima kasih atas petunjuk yang diberikan Taihiap, tentu
aku akan menyimpan baik2 nasehat itu " kata Cing Siu Cinjin.
„Ya, itulah yang kuharapkan."
„Tetapi Taihiap..."
,.Apa lagi?"

„Bisakah Taihiap menolongku?” „Jika memang beralasan
dalam batas2 kemampuanku, tentu aku bersedia untuk
membantumu....."
„Tadi." kata tojin itu ragu2, „Taihiap telah melihat betapa
aku dirubuhkan Siauw-enghiong itu...maka bisakah Taihiap
memberikan petunjuk yang berharga, dimanakah letak
kesalahan dan letak kekurangan sempurna dalam
mempertahankan diriku...?”
Yo Ko telah tersenyum,
„Sebetulnya kepandaianmu telah cukup hanya yang kurang
pengertian dan yang paling pokok sekali, engkau jangan
disertai oleh hawa amarah saja bila bertempur, karena akan
merugikan engkau sendiri, dengan mengikuti hawa amarah,
penasaran atau mendongkol, engkau telah kehilangan separoh
dari ilmumu ! Dari jalan Pang membelok kejalan Tu, dan dari
jalan Tu menuju lurus kejalan Lin, dan menyusul jalan Kong,
Pat dan Cie."
Mendengar keterangan Sin Tiauw Taihiap seperti itu,
tampak muka tojin itu jadi pucat, dia tampaknya terkejut
bercampur girang.
Cepat sekali tojin itu telah menekuk kedua kakinya, dia
telah berlutut dlhadapan Yo Ko lagi.
„Terima kasih banyak atas nasehat2 yang diberikan, oleh
taihiap ... aku baru mengetahui dimana letak
kesalahanku...terima kasih Taihiap aku minta diri."
Dan setelah berkata begitu, tampak tojin itu telah memberi
hormat sekali lagi kepada Yo Ko, kemudian kepada yang
lainnya barulah dia memutar tubuhnya untuk berlalu.
Yo Him heran, dia melihat ayahnya hanya menyebutkan
jalan2 Tu, Kong,Pat, Cie dan yang lain2nya, tetapi tojin itu jadi
girang bukan main, karena ingin mengetahuinya, maka Yo

Him telah menanyakan kepada ayahnya, apakah
sesungguhnya yang diberitahukan Yo Ko itu.
Yo Ko tertawa, dia bilang :
„Sebetulnya aku hanya memberikan kunci ilmu silatnya itu,
yaitu menurut jalan2 patkwa, dimana jika dia bisa menguasai
dan mengenal jalan patkwa itu secara baik, tentu dia akan
bertambah ilmunya menjadi dua kali lipat, dan jika tadi
sebelumnya dia telah mengerti jalan2 Tu, Kong, dan Pat itu
belum tentu engkau bisa menjatuhkannya !
Yo Him meleletkan lidahnya. „Untung saja tadi aku tidak
sampai dihajar babak belur olehnya . . . !"
Yang lainnya jadi tertawa juga. Mereka telah melanjutkan
makannya kembali.
Selesai bersantap, mereka lalu mencari rumah penginapan.
Dikota ini mereka, bermalam selama dua hari.
Setelah itu mereka melanjutkan pula perjalanannya dengan
mempergunakan jalan darat, kuda mereka dapat berlari cepat
sekali.
Hanya empat bulan saja, kemudian mereka telah tiba dikaki
gunung Kun Lun San.
Yo Ko mengangkat kepalanya mengawasi puncak gunung
yang tinggi itu dia menghela napas.,
“Jika memang Liongjie binasa digunung ini, betapa
remuknya hatiku !” Dia telah melahirkan seorang anak
untukku, tetapi dia menghilang tidak keruan paran. Inilah
peristiwa yang harus diselidiki baik2. Mudah2an saja Liongjie
dalam keadaan sehat2.
Melihat puncak gunung itu, Yo Him lalu mengangkat
tangannya menunjuk kearah puncak gunung itu.

„Thia (ayah), dipuncak gunung itu terdapat sebuah kuil
disitu banyak murid-muridnya. Tetapi waktu aku belum turun
gunung dan masih kecil sekali, aku telah menyaksikan
pembunuhan besar2an, seluruh penghuni kuil itu telah
dibinasakan oleh beberapa orang jahat. Salah seorang
diantara mereka terdapat seorang pendeta yang kepalanya
memakai kuncung “
Setelah berkata begitu. Y o Him menceritakan apa yang
dialaminya waktu kecil.
Mendengar cerita dan gambaran mengenai pendeta mongol
itu, tubuh Yo Ko gemetar dan tangan kanannya telah
digerakkan untukmemukul batu yang ada didekatnya.
“Brukkk” batu itu telah hancur.
“Memang dia. Memang dia ! sudah kuduga” berseru Yo Ko.
Yang lainnya jadi terkejut melihat sikap Yo Ko, mereka
memandang Yo Ko dengan sorot mata bertanya2.
Yo Him sendiri tidak bisa menahan perasaan ingin tahunya,
dia telah bertanya : “Thia kenapa kau ?”
“memang aku telah duga pembunuh dan penculik ibumu
adalah dia” kata Yo Ko
“Dia ? Siapa ?" tanya Yo Him.
„Pendeta Mongolia itu....!"
“Mengapa ayah mengetahuinya?"
,,Dia adalah Tiat To Hoat-ong, justru waktu dia menculik
ibumu. dia telah bersembunyi dari kejaran kami. Dan tentunya
digunung Kun Lun San ini terjadi sesuatu yang tidak disangka
oleh pendeta itu, yang menyebabkan ibumu lolos dan bisa
melahirkan engkau tetapi mengapa hanya engkau sendiri,
sedangkan ibumu tidak muncul ? Jika dia masih hidup, tentu
dia akan berusaha mencariku .tapi ahhh, Liong jie

bagaimanakah sesungguhnya nasibmu .... !" dan setelah
berkata begitu Yo Ko menitikkan dua butir air mata.
„Sudahlah ayah .... mari kita mendaki gunung ini. Mungkin
sore nanti kita baru sampai !" kata Yo Him, berusaha untuk
mengalihkan kesedihan ayahnya.
Yo Ko hanya mengangguk. Begitulah mereka berempat
mendaki gunung Kun Lun San.
Yo Ko berjalan perlahan, matanya memandang
kesekelilingnya dan dia telah melihatnya betapapun juga
pemandangan di Kun Lun ini sangat menarik hati. Se
tidak2nya telah mengurangi kesedihan hatinya.
Menjelang sore hari mereka tiba disebuah kuil yang sudah
tidak terurus lagi.
Yo Ko mengerutkan alisnya
Inilah kuil kun Lun Sie pusat dari perguruan silat Kun Lun
Pay. Tetapi menurut engkau bahwa, semua penghuni ini telah
dibinasakan oleh pendeta jahat itu ber sama kawan2nya?”
„Benar ayah....."
„Aneh sekali....Kun Kun Pai sebetulnya merupakan pintu
perguruan yang tua dan memiliki banyak sekali anak muridnya
yang memiliki kepandaian tinggi, menjadi tokoh2 rimba
persilatan. Apakah si pendeta dan kawan2nya itu memang
memiliki kepandaian yang tinggi sekali, sehingga mereka telah
berhasil membasmi Kun Lun Pai?"
Waktu menggumam begitu, Yo Ko melangkah terus
mendekati pintu gerbang kuil itu.
Matanya yang tajam telah melihat sesuatu didekat pintu
gerbang itu.
Cepat2 Yo Ko telah mengambil barang itu, Yo Him dan
yang lainnya jadi heran, mereka telah menghampiri untuk
melihatnya benda apa yang diambil Sin Tiauw Taihiap.

Ternyata barang yang diambil oleh Sin Tiauw Taihiap Yo Ko
tidak lain dari sebuah gelang emas yang berukuran cukup
besar.
Mata Yo Ko jadi berair dan menitikkan air mata, karena dia
telah mengenali gelang itu.
„Inilah gelang milik ibumu !" kata Yo Ko dengan suara
terperanjat.
Yo Him dan yang lainnya jadi terkejut, mereka, sampai
mengeluarkan suara seruan tertahan.
Sedangkan Yo Him yang telah menerima gelang itu dan
mengamat2inya, tidak bisa mempertahankan kesedihan
hatinya, dia telah menangis meng gerung2 sambil menciumi
gelang emas itu, yang menurut Sin Tiauw Taihiap adalah milik
ibunya.
Phang Kui In dan Kwee Siang hanya bisa berdiam diri
dengan kepala tertunduk, karena mereka terharu dan tidak
mengetahui dengan cara bagaimana harus menghiburnya.
Waktu itu, Yo Ko telah menghapus air matanya
„Jika melihat ada gelang ibumu ditempat ini, tentunya
Liong-jie masih hidup..,!" kata Yo Ko dengan penuh
keyakinan.
Setelah berkata begitu, Yo Ko mementang mulutnya lebar2
dan dengan suara yang keras dia telah berteriak :
„Liong-jie... ! Liong jie... dimana ksu ?!" teriakan yang
dilakukan oleh Sin Tiauw Taihiap bukan merupakan teriakan
biasa saja, karena teriakan itu telah disaluri oleh tenaga
lwekangnya yang sempurna, sehingga suara teriakan itu
menggema disekitar pegunungan Kun Lun San, suara itu telah
bergema berulang kali, sehingga memekakkan anak telinga.

Tetapi tidak terdengar suara sahutan dari siapapun juga,
selain suara Yo Ko yang berkumandang kembali menggema
disekitar pegunungan itu.
Dalam keadaan demikian, Yo Ko telah mengulangi terus
teriakan2nya dan dalam waktu yang singkat telah puluhan kali
Yo Ko berteriak begitu, tetapi orang yang diharapkannya tidak
juga terlihat, sehingga akhirnya Yo Ko berhenti berteriak
dengan hati penasaran sekali.
Phang Kui In telah menghampiri : „Yo Taihiap, sudahlah,
nanti kita bisa mencarinya per-lahan2. Bukankah Yo Him
mengatakan bahwa ada lembah disebelah barat gunung ini,
dimana dia dibesarkan Sin Tiauw sampai beberapa tahun
didalam lembah itu. Disana kita bisa menyelidikinya...!"
Yo Ko mengangguk lesu, dia telah berkata dengan suara
yang ragu2
„Ya... tetapi lenyapnya Liong- jie telah ber-tahun2, bahkan
belasan tahun...jika memang dia terbinasa ditangan Tiat To
Hoat-ong, walaupun pendeta itu melarikan diri ke ujung bumi,
aku akan mengejarnya... !"
Begitulah mereka berempat memasuki kuil itu, dimana
diantara debu dilantai, tampak tengkorak2 manusia.
Tengkorak2 manusia itu tentunya tengkorak tojin2 yang
telah menjadi korban keganasan Tiat To Hoat Ong ...
Setelah membersihkan lantai didekat meja sembahyang
yang penuh debu, lalu mereka merebahkan tubuhnya dan
mengaso. Esok pagi barulah mereka akan menuju kelembah,
dimana Yo Him pernah dirawat oleh rajawali sakti itu.
Tetapi Yo Ko tidak bisa tertidur nyenyak, dia hanya
memejamkan mata, namun pikirannya telah me-layang2 terus
memikirkan isterinya.
Ada semacan pertanyaan dihati Yo Ko, yaitu mengapa Yo
Him bisa dilahirkan dan kemudian besar, tetapi Siauw Liong

Lie ? Bukankah jika Siauw Liong Lie telah binasa ditangan Tiat
To Hoat-ong, maka Yo Him juga tidak bisa selamat? Begitulah
ber macam2 pertanyaan telah meng-aduk2 pikiran nya.
Dalam waktu yang singkat sekali telah lewat belasan tahun.
Yo Ko juga teringat waktu dia mengejar Tiat To Hoat-ong, dan
ketika dia melakukan pekerjaan menghimpun orang2 gagah
untuk menyelamatkan negeri dari tangan kotor, dimana
banyak para menteri dan pembesar yang bekerja untuk pihak
Mongolia.
Sehingga Yo Ko selama belasan tahun repot mengurus
perkembangan dari persatuan para pendekar gagah didaratan
Tionggoan.
Sekarang, diwaktu dia bertemu dengan puteranya telah
meningkat dewasa. Disamping itu Yo Him juga telah memiliki
kepandaian yang tinggi sekali. Diam 2, terhibur juga hati Yo
Ko.
Akhirnya menjelang subuh, barulah Yo Ko bisa tidur.
MATAHARI pagi baru saja muncul diufuk timur, dan
menyinari bumi dengan sinarnya yang ke-emas2an,
Waktu itu Yo Ko berempat telah ber siap2 untuk berangkat
kelembah yang dimaksud oleh YoHim
Mereka mendaki lebih tinggi lagi puncak gunung Kun Lun
San.
Dalam perjalanan itu tidak henti2nya Phang Kui In
memberikan pujian2nya atas keindahan alam, yang terdapat
dipegunungan Kun Lun San ini.
Tetapi Yo Ko tetap berdiam diri dengan murung, semakin
dekat dengan lembah itu. Semakin tidak keruan hatinya
karena jika dia menghadapi kenyataan isterinya telah

meninggal bukankah itu merupakan suatu kenyataan pahit
yang harus diterimanya?
Setelah berjalan setengah hari mereka tiba detepi jurang,
dimana lembah yang dimaksudkan oleh Yo Him berada
dibawah tebing itu.
„Perjalananan yang cukup sulit !" kata Yo Ko perlahan.
Jurang itu lurus tegak dan licin sekali tampaknya. Untuk Yo Ko
memang tidak apa2, Phang Kui In dan Kwee Siang juga
mungkin masih bisa menuruni tebing itu Tetapi Yo Him ?
Kepandaian Yo Him walaupun tampaknya lebih tinggi dari
Phang Kui In dan Kwee Siang, namun dia masih terlalu kecil
dan kurang latihan serta pengalaman. Maka dari itu dengan
menuruni tebing setinggi itu, jika gagal berarti membuang jiwa
secara cuma2.
Disaat mereka tengah ragu2 begitu, Yo Him telah berkata :
„Ayah . . kita buatkan tali yang cukup panjang, dimana aku
diturunkan dengan tali diikat dipinggang, lalu menyusul Kwee
Cici. Phang Susiok, dan kemudian barulah ayah ! kepandaian
ayah telah mencapai tingkat yang sempurna sehingga tidak
memerlukan tali itu untuk turun kebawah lembah !"
Yo Ko dan yang lainnya menganggap perkataan Yo Him
ada benarnya. Mereka setuju. Segera juga mereka bekerja.
Dengan kulit pohon yang mereka rajut akhirnya terbuatlah
seutas tambang yang cukup panjang.
„Kukira telah cukup panjang!" kata Yo Ko setelah tambang
itu terbuat sepanjang seratus meter lebih.
„Mari kita coba!" kata Phang Kui In.
Ujung yang satunya diikatkan kesebungkah batu, lalu
dilemparkan masuk kedalam lembah.

Belum sampai seratus meter, tali itu telah mengendur
memperlihatkan bahwa batu yang diikatkan diujung tambang
itu telah sampai menyentuh dasar jurang.
“Cukup panjang !” kata Phang Kui In.
Yo Ko girang melihat lembah itu tidak begitu dalam, berarti
tambang itu sudah cukup untuk menurunkan Yo Him dan
kedua orang lainnya.
Per-tama2 yang diturunkan kedalam lembah itu Phang Kui
In. jika nanti dibawah lembah itu terdapat sesuatu yang diluar
dugaan, Phang Kui In bisa menghadapinya Sedangkan Yo Him
diturunkan setelah Phang Kui In. Dan menyusul Kwee Siang.
Semua berjalan lancar tidak ada sesuatu rintangan.
Setelah Kwee Siang diturunkan, Yo Ko mengikat ujung tali
itu dibatang pohon, dan membiarkan ujung yang satunya lagi
berada didalam lembah, hal ini untuk dipergunakan kelak jika
mereka ingin naik keatas pula.
Dengan mudah Yo Ko meluncur turun dengan
mempergunakan ginkangnya yang telah sempurna. Cepat
sekali Yo Ko tiba didasar lembah itu.
Sebuah lembah yang besar dan menarik. Tetapi per-tama2
yang dilihat oleh Yo Ko adalah setumpukan tulang belulang
yang tidak berjauhan dari tempat mereka berada.
Seketika itu juga Yo Ko mengucurkan air matanya, sebab
dia mengenali itulah tulang belulang seekor burung rajawali
yang berukuran besar. Dan siapa lagi kalau bukan rajawali
peliharaannya yang setia, yang menurut Yo Him burung itu
telah terjun kedasar lembah itu dan menghilang... !
Dengan masih menitikkan air mata, tampak Yo Ko telah
mengubur tulang belulang burung rajawali yang setia itu.
Kemudian dia mulai menyelidiki keadaan disekitar lembah itu.
Phang Kui In, Kwee Siang dan Yo Him juga telah bantu
memeriksa keadaan didasar lembah itu.

Tidak ada sesuatu yang istimewa mereka jumpai, hanya
rumput2 hijau yang tumbuh begitu segar.
Seluruh lembah itu telah diperiksa oleh mereka, tetapi tidak
ada tanda2 bahwa lembah ini ditinggali orang.
Yo Ko jadi putus asa. Yo Him juga jadi kecewa.
„Ibumu tentu telah binasa ditangan Tiat To Hoat-ong, sakit
hati ini harus dibalas . . . . !" kata Yo Ko.
Yo Him mengangguk.
„Pendeta yang ayah maksudkan" itu memang bukan
seorang pendeta yang baik. karena seluruh anggota Kun Lun
Pai juga dibinasakannya . . . !!" kata Yo Him.
Kwee Siang telah menangis ter-isak2, dia mencintai Siauw
Liong Lie dan Yo Ko seperti cinta antara sesama saudara, kini
melihat kenyataan sudah tidak ada harapan untuk bertemu
pula dengan Siauw Liong Lie, tentu saja Kwee Siang jadi
sedih sekali,
Phang Kui In juga telah menarik napas berulang kali.
Tetapi waktu mereka tengah berdiri tertegun ter mangu2,
tiba2 pendengaran Yo Ko yang sangat tajam, yang bisa
mendengar suara dari jarak sejauh ratusan tombaK, telah
mendengar suara tertawa kecil dari seorang gadis cilik.
Disamping itu Yo Ko juga mendengar suara berkesiuran
pedang men-deru2.
„Ada orang!" bisik Yo Ko dengan suara perlahan.Cepat
bersembunyi.”
Phang Kui In bertiga dengan Kwee Siang dan Yo Him jadi
heran.
Mereka tidak mendengar sesuatu, tetapi karena Yo Ko telah
memberikan isyarat agar bersembunyi, maka Phang Kui in

bertiga menuruti saja. Mereka bersembunyi dibalik
gunung2an.
Yo Ko sendiri dengan gerakan tubuh yang ringan sekali
telah melompat keatas batu yang cukup besar dan bercokol
disitu sambil memasang mata. Tidak mungkin orang dari
bawah bisa melihatnya.
Setelah lewat sekian lama, barulah Phang Kui In Kwee
Siang dan Yo Him mendengar suara tertawa gadis kecil dari
kejauhan.
Mereka jadi berdebar dan ter goncang hatinya. Mereka
memasang mata, dan akhirnya dari balik tikungan dilembah
itu muncul sesosok tubuh yang berlari2 sambil menyanyi dan
diselingi tertawanya.
Gadis kecil itu, mungkin baru berusia dua belas tahun,
tetapi gerakannya gesit dan lincah, disamping itu mukanya
yang bulat itu sangat manis sekali. Rambutnya dikepang dua
matanya jeli sekali, dan dia ber lari2 sambil menggerakkan
tangan kanannya yang memegang pedang, yang dikibas2kannya.
Tiba2 dia berhenti berlari, dan matanya yang bening itu
telah mengawasi tambang yang menjuntai dari atas,
Segera disimpannya pedang kecil itu ke dalam serangka
dipinggangnya, kemudian dia telah mendekati tambang itu
dengan ragu2.
Di-pegang2 dan di-tariknya tambang itu sampai akhirnya
dia mengeluarkan seruan tertahan yang perlahan: „Ahhh,
tentu orang asing yang turun kelembah ini ! katanya perlahan.
"aku harus cepat2 memberitahukan suhu !"
Dan setelah menggumam begitu, tampak sigadis kecil yang
mengenakan pakaian serba kuning itu telah membalikkan
tubuhnya, untuk kembali dari arah mana tadi dia datang.

„Tunggu dulu nona kecil! " Phang Kui In yang sudah tidak
bisa menahan perasaannya telah meloncat keluar. Dan Yo Ko
menyesali tindakan sahabatnya itu yang terlalu ceroboh.
Bukankah jika membiarkan gadis itu pergi berarti mereka biia
mengikutinya dari mana datangnya gadis kecil itu? karena
gadis tersebut ingin memberitahukan gurunya perihal
tambang itu. tentu suhunya itu mengenal benar keadaan
disekitar lembah ini.
Tetapi Phang Kui In telah terlanjur keluar, sehingga tidak
bisa bersembunyi lagi.
Gadis kecil yang ditegurnya itu menjadi kaget, mukanya
sampai berubah menjadi pucat. Namun hal itu hanya sejenak
saja kemudian wajahnya telah merah kembali, dengan berani
dia menatap kepada Phang Kui In. Waktu itu Phang Kui In
tengah mendekati, dan gadis kecil tersebut melihat langkah
kaki Phang Kui In yang dengklok. yaitu jalannya timpang, dia
menjadi heran!
“Siapa kau ? Mengapa berada disini ?" bentak gadis kecil
itu, berani sekali sikapnya dan suaranya juga sangat nyaring.
Phang Kui In tersenyum, dia telah berkata hati2 sekali agar
tidak menimbulkan perasaan takut pada diri gadis itu.
„Nona, siapakah namamu ? Dan tadi kau mengatakan ingin
memberitahukan kepada gurumu. apakah gurumu dan engkau
tinggal dilembah ini ?"
Sigadis kecil tertawa lucu, berani sekali sikapnya, sedikitpun
tidak memperlihatkan rasa takut.
„Cepat kau pergi meninggalkan lembah ini, jika terlihat oleh
guruku, jangan harap kau bisa melarikan diri. Tentu suhuku
akan membinasakan engkau !"
Mendengar sampai disitu, Phang Kui In tersenyum lagi
sambil melangkah satu tindak mendekati sigadis.

„Nona kecil.....aku tersesat tidak mengetahui jalan,
sehingga telah lancang datang dilembah ini. Untuk
kesalahanku ini tentu engkau mau memaafkannya, bukan? "
Sigadis kecil kembali tertawa geli, kemudian katanya lagi:
"Maafkan orang seperti engkau sebetulnya tidak mudah,
karena aku belum mengetahui ini jahat atau baik. Tetapi jalan
terbaik hanya satu, cepat engkau tinggalkan lembah ini,
jangan sampai guruku mengetahui, tentu sekali sentil saja
engkau akan binasa.
“Ohhh, begitu hebat gurumu itu?" tanya Phang Kui In
sambil memperlihatkan perasaan kagum untuk menyenangkan
hati gadis tersebut.
„Tentu saja, menurut guruku, hanya ada dua orang yang
bisa. menandingi kepandaiannya, yaitu Sin Tiauw Taihiap Yo
Ko dan Oey Yok Su, selain dari kedua tokoh itu tidak ada yang
sanggup menghadapi ilmu guruku.... !"
Muka Phang Kui In berobah ketika mendengar disebut
sebutnya nama Sin Tiauw Taihiap Yo Ko dan Oey Yok Su,
tetapi Phang Kui In berusaha bersiap sewajar mungkin
menyembunyikan keterkejutan itu.
„Begitu hebatnya kepandaian gurumu, sehingga tidak ada
yang bisa menandinginya. Bolehkah aku mengetahui
siapakah gurumu yang tentunya sangat terkenal dan mulia
itu?"
Gadis kecil itu termakan umpan yang disebar Phang Kui In,
senang hatinya mendengar umpakan Phang Kui In yang me
muji2 gurunya.
„Guruku itu sangat liehay, ilmu pedangnya juga merupakan
ilmu pedang nomor satu didaratan Tionggoan, namanya. .. "
tetapi baru saja sigadis kecil itu berkata sampai disitu, dari
kejauhan terdengar suara seruling yang ditiup dengan irama
yang lembut.

Muka gadis kecil itu jadi berobah, dia telah meneruskan
kata2nya: „Guruku telah memanggilku pulang....!" katanya.
„Tunggu dulu.... aku bolehkah ikut bersamamu untuk
mengenal dan memberi hormat kepada gurumu? "tanya Phang
Kui In.
„Mana boleh begitu"?" kata sigadis cilik tersebut sambil
tersenyum. Sudah kukatakan, jika kalian terlihat oleh guruku,
tentu kalian akan celaka....!”
Disaat itu telah terdengar lagi suara seruling yang
terdengar lembut, tetapi nadanya kadang2 berobah menjadi
meninggi.
sigadis cilik itu rupanya sudah tidak sabar, dia membalikkan
tubuhnya untuk berlari meninggalkan phang Kui In.
Tetapi tiba2 dari atas batu telah meluncur turun sesosok
bayangan yang menghadang jalan sigadis.
„Katakan dulu siapa nama gurumu ?” tanya orang yang
baru muncul itu, yang tidak lain adalah Yo Ko.
Gadis kecil itu jadi terkejut, dia telah memandang Yo Ko
dalam2 dan tajam, kemudian katanya dengan tidak senang :
„Hem, rupanya kalian datang bukan hanya seorang diri ?
Kalian datang be-ramai2"
„Katakan, siapa nama gurumu ?" tanya Yo Ko dengan suara
dan sikap yang tegas, karena dia sudah tidak sabar, sebab
hatinya tengah diliputi perasaan gelisah dan juga duka.
„Nama guruku ? Dia she Tam dan bernama Hu !" kata gadis
kecil itu.
Lemaslah seluruh tubuh Yo Ko. Tadinya dia masih
mengharapkan gadis kecil itu menyebut nama Siauw Liong Lie.
Maka sekarang setelah mengetahui bahwa guru gadis itu ber
nama Tam Hu, Yo Ko jadi putus asa, jadi Siauw Liong Lie
memang telah lenyap tidak keruan parannya.

„Buka jalan untukku” kata gadis kecil itu dengan suara
yang nyaring, dia juga mendongkol. Jika kalian menghinaku,
tentu guruku tidak akan membiarkan kalian pulang dengan
jiwa yang masih utuh”
„Aduh, galaknya !" tiba2 terdengar seseorang berkata dan
sesosok tubuh yang tidak begitu besar telah melompat keluar
dengan ringan, berdiri disamping Sin Tiauw Taihiap Yo Ko.
Dialah. Yo Him.
„Mengapa harus galak2 begitu, bukankah kami datang
secara baik2? Jika memang kami kurang disegani, bukankah
kami bisa diusir pergi saja dari tempat ini, mengapa harus diancam2
dengan urusan jiwa segala ?"
Gadis kecil itu melengak sejenak, tetapi kemudian pipinya
jadi memerah dan tampak manis sekali. Dia mendongkol Yo
Him menegurnya begitu rupa.
Saat itu Kwee Siang juga telah melompat keluar dari
tempat persembunyiannya.
Melihat jumlah orang yang kini berempat gadis kecil itu
mulai berkuatir.
„Cepat buka jalan untukku . . kalau tidak aku akan menjerit
sekuat tenagaku dan guruku tentu akan datang dengan
segera “
Tetapi ancaman gadis-kecil itu tidak diperdulikan oleh Yo
Ko, yang telah tersenyum sambil katanya : ,.Nah, kau
teriaklah . . . !" Tetapi gadis itu bukannya berteriak, dalam
keadaan mendongkol dan marah, dia telah mencabut
pedangnya dan menusukkan keperut Yo Ko.
„Awas pedang . : . !" dia masih memperingatinya.Yo Ko jadi
senang melihat keberanian gadis kecil ini. Dia main kilat saja,
tetapi tetap menutupi jalan perginya gadis kecil itu. Telah
beberapa jurus serangan yang dilancarkan gadis kecil itu,
tetapi belum juga dapat mengenai sasarannya dengan tepat.

Yo Him dan yang lainnya hanya menyaksikan saja, karena
mereka mengetahui sigadis kecil itu tidak mungkin bisa
mencelakai Sin Tiauw Taihiap Yo Ko.
Tetapi sigadis kecil itu justru jadi semakin marah, karena
dia tidak bisa melampiaskan kemarahannya yang semakin
membakar hati nya, akhirnya gadis kecil itu telah menangis
dan dia telah berteriak dengan keras : „Suhu ada orang jahat
!!!?? Tetapi seruan itu tidak begitu keras, maka Sengaja Yo
Ko telah juga, sehingga suaranya berpantulan didalam
lembah.
Suara seruling terhenti, hening sekali keadaan disekitar
tempat ini.
Semua orang menanti dengan perasaan tegang. Gadis kecil
itu juga berdiam diri, tetapi kemudian dia telah berkata: „Suhu
tidak lama lagi akan datang, rasakan nanti kalian akan dihajar
babak belur oleh suhuku....."
Setelah berkata begitu, dengan mengeluar kan suara
mengejek dan tertawa, gadis itu mengawasi Yo Ko berempat
bergantian.
„Bolehkah aku mengetahui, gurumu itu seorang kakek2
atau nenek2?" tanya Phang Kui In untuk menutupi keheningan
itu.
Muka gadis kecil itu berobah jenaka sekali, matanya
mendelik lebar2, bukannya galak tetapi justru sebaliknya
menjadi lucu.
„Siapa yang bilang guruku nenek2? Kawan wanitamu itu
saja masih kalah cantiknya dengan guruku... !" lantang bukan
main suara gadis kecil itu.
Mendengar jawaban gadis kecil tersebut, Yo Ko berempat
segera mengetahuinya bahwa guru sigadis kecil itu tentunya
seorang wanita.

„Berapa usianya?" tanya Yo Him yang jadi ingin
mengetahui juga.
„Sudah empat puluh tahun lebih!" menyahuti gadis itu.
„Tetapi wajahnya cantik sekali. dan walaupun usianya telah
tinggi, paras mukanya masih muda dan cantik sekali ...!"
„Siapa namanya tadi kau bilang" tanya Yo Ko penasaran.
„Apakah telingamu tuli !”
„Aku tidak mengingatnya.....! Coba kau beri tahukan lagi
siapa namanya, mungkin aku kenal dengannya !"
„Kenal dengan guruku?" tanya gadis cilik itu dengan
aseran. „Hem. cisss, tidak tahu malu! Guruku mana mau
berhubungan dan ber sahabat dengan manusia seperti
engkau?"
“Oh begitu! Baiklah, aku hanya ingin mendengar satu kali
saja nama gurumu itu....!" kata Yo Ko yang tidak marah.
Gadis kecil itu mencebikan bibirnya, dia telah mengawasi
langit sejenak, seperti sedang berpikir keras.
„Nama guruku..... nama guruku.... dia she .. she apa ya?
Tadi aku sebut nama guruku she apa ??” tanya sigadis
kemudian setelah
Ragu2
Yo Ko jadi tertawa gelak. Karena gadis kecil ini ternyata
telah berdusta padanya dengan menyebutkan nama yang
sembarangan untuk gurunya.
“aku tahu " kata Yo Ko setelah puas tertawa „Gurumu itu
she Siauw dan bernama Liong Lie. bukankah begitu?"
Muka gadis kecil itu jadi pucat, untuk sejenak da tidak bisa
berkata apa2.

„Dimana gurumu, sekarang berada, mari antarkan kami
menemuinya, percayalah gurumu tidak akan memarahimu!"
kata Yo Ko.
Mengapa engkau bisa mengetahui nama guruku selengkap
itu?" tanya gadis kecil itu.
“Karena dia adalah suamiku...” tiba2 terdengar suara yang
halus sekali. Semua mata lalu memandang kearah datangnya
suara itu dan kemudian Yo Ko telah mengeluarkan suara
seruan: Liong-jie...!! Engkau masih hidup?..kau masih hidup?
Ohh, Liong-jie... !" dan tanpa memperdulikan ditempat itu
terdapat banyak orang Yo Ko telah mengulurkan tangan
tunggalnya merangkul Siauw Liong Lie.
Siauw Liong Lie juga telah menyenderkan kepalanya didada
Yo Ko. Dia telah menangis ter-isak2.
,.Ko-jie....engkau Akhirnya datang juga!!" kata Siauw Liong
Lie. Mereka berdua masing masing saling menangis, sehingga
dalam suasana yang mengharukan itu bercampur perasaan
yang menggelikan, menggelitik hati untuk ter tawa.
Phang Kui In telah menundukkan kepalanya dalam2 tidak
mau melihat hal itu. Sedang kan Kwee Siang telah melompat
mendekati pasangan suami istri yang baru ketemu kembali itu.
,,Enci Liong Lie....engkau rupanya masih dilindungi Thian
sehingga kita bisa bertemu kembali....!" dan Kwee Siang telah
menjura memberi hormat!
Siauw Liong Lie girang sekali, dalam girang dan terharu, dia
jadi mengucurkan air mata yang banyak sekali.
„Adik Siang, apakah selama ini engkau baik2 saja tidak
kurang suatu apapun?" tanyanya.
“Belasan tahun aku men-cari2 kalian, encie Liong Lie,
selama belasan tahun pula aku berusaha mencari di berbagai
daratan Tionggoan, tetapi usahaku itu tidak berhasil,
jangankan menjumpai kalian berdua, untuk bertemu dengan

salah satu diantara kalian berdua saja sulit sekali! Dan hari ini
aku girang sekali Thian telah mempertemukan kita !! "
Phang Kui In saat itu telah membisiki sesuatu ditelinga Yo
Him.
“Dia ibumu.. cepat kau memberi hormat. .. !" kata Phang
Kui In perlahan.
Yo Him jadi tertegun dan dia mengawasi saja dengan sorot
mata yang memancarkan dihatinya tengah bergolak berbagai
perasaan. Tetapi setelah berdiri diam sejenak lamanya, Yo
Him telah menyerbu dan berlutut dikaki ibunya. .
„Ibu. . anakmu menghunjuk hormat !" katanya dengan
suara tersendat oleh tangis.
Siauw Liong Lie cepat2 membangunkan Yo Him, yang
diawasi sekian lama, akhirnya dia telah memeluknya sambil
menangis terharu.
,.0h Thian, Kau demikian adil, akhirnya Kau
mempertemukan aku dengan suami dan anakku. ..!" seru
Siauw Liong Lie.
“Yo Ko juga terharu sekali bercampur girang.
„Pertemuanku dengan Yo Him juga terjadi secara kebetulan
sekali.....!" dan Yo Ko menceritakan segalanya Begitu juga Yo
Him telah, menceritakan riwayatnya.
Siauw Liong Lie setelah mendengarkan cerita dari suami
dan anaknya, dia mulai menceritakan pengalamannya.
WAKTU Siauw Liong Lie terjun kedalam lembah itu karena
dia tidak bermaksud Untuk tertawan ditangan Tiat To Hoat
Ong. Tubuh nya meluncur dengan cepat sekali dan melayang2,
pandangan matanya gelap, dan di antara

sadar dan tidak, tubuhnya dirasakan telah terbanting
kedalam air.
Siauw Liong Lie segera pingsan, dia tercebur didalam kolam
kecil yang terdapat disitu. Tetapi karena lwekangnya telah
sempurna maka Siauw Liong Lie tidak mengalami hal yang
tidak diinginkan, walaupun tubuhnya terbanting dipermukaan
air dari jarak ketinggian yang demikian tinggi, tetapi otot2nya
secara ssrentak telah bekerja sendiri, sehingga dia tidak
menderita didalam, "Tubuhnya juga telah mengapung.
melambung dipermukaan air.
Rupanya dengan terendam muka dan kepalanya diair
seperti itu, membuat Siauw Liong Lie tersadar kembali dari
pingsannya, hanya beberapa detik saja dia pingsan. Begitu
tersadar Siauw Liong Lie telah naik kedaratan, kemudian dia
duduk termenung ditepi kolam kecil itu. Hatinya pedih dan
sakit, karena telah berpisah dengan suami, dan kini berpisah
pula dengan anaknya.
Setelah mengatur pernapasannya, dan juga merasa
tubuhnya segar, Siauw Liong Lie menyusuri jalan didalam
lembah itu. Tetapi tidak ada sesuatu yang menarik. Akhirnya
karena tenang, Siauw Liong Lie telah membuka pakaiannya,
ditumpuk ditepi jurang itu, dia bermaksud ingin mandi, agar
tubuhnya segar kembali !.
Sebelum mandi Siauw Liong Lie mengawasi keatas ingin
melihat apakah ada jalan yang bisa dipergunakannya untuk
mendaki naik."
Tetapi tebing itu licin dan tajam sekali tegak berdiri,
sehingga tidak mungkin didaki Siauw Liong Lie jadi putus asa.
Tetapi sejak kecil dia telah dilatih dengan ilmu Kouw Bok Pay,
ilmu kuburan hidup, yaitu rnembuang kegembiraan yang
berlebihan, membuang kesedihan, membuang
kemendongkolan, dan lain lain nya.

ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko], cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko],Cerita Dewasa terbaru Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko],Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko]
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko] dan anda bisa menemukan artikel Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko] ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cersil-mandarin-kuno-sin-tiauw-thian.html?m=0,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko] ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko] sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil Mandarin Kuno : Sin Tiauw Thian Lam 3 [Lanjutan Pendekar Yo Ko] with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cersil-mandarin-kuno-sin-tiauw-thian.html?m=0. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...