Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5 Tamat

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Senin, 26 Desember 2011

Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5

Untung kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini
sangat lihay dan luar biasa sekali, hingga badannya tidak
sampai terjilat oleh hembusan api yang amat keras itu.
Dalam waktu singkat jilatan api yang berada di dalam
gua itu sudah padam dan lenyap tak berbekas, akan
tetapi rumput serta ilalang yang tumbuh diluar gua
segera terjilat api dan terjadilah kebakaran besar.
Hoa Thian-hong serta Tio Sam-koh sekalian saling
berpandangan dengan mulut melongo, meskipun mereka
tahu bahwa kebakaran yang terjadi di sekitar tempat itu
akan mengakibatkan kebakaran hutan yang hebat, tapi
karena musuh tangguh ada di depan mata sementara
angin gunungpun berhembus kencang, maka sekalipun
ada maksud memadamkan kebakaran itu sudah tak bakal
sempat lagi….
Liong bun siang sat sendiripun merasa terkejut
bercampur curiga, dari pancaran api yang memantul
keluar gua diiringi desiran angin tajam, mereka tahu
bahwa hal ini pastilah disebabkan oleh dorongan tenaga
pukulan seseorang yang amat keras, seandainya angin
pukulan itu dilancarkan oleh Hoa Hujien maka dapat
dibayangkan sampai dimanakah kelihayan perempuan
itu, kendatipun Liong bun siang sat merasa yakin akan
kemampuannya tak urung mereka merasa bergidik juga.

Jin Hian jauh lebih terperanjat lagi, teringat akan
keadaan nenek buta yang terhantam sampai pingsan
ketika nenek memasuki gua pagi tadi, diam-diam ia
merasa bergidik dan rasa was-waspun semakin
dipertebal.
Tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang
pemimpin dari suatu perkumpulan besar, sebelum
bertemu dengan Hoa Hujien dan mengetahui keadaan
yang sebenarnya tentu saja ia tak mau mundur dengan
begitu saja.
Setelah berpikir sebentar, ia segera memberi hormat
ke arah gua dan berkata dengan suara lantang, “Jin Hian
dari perkumpulan Hong-im-hwie sengaja datang
berkunjung, Hoa Hujien….”
Hoa Thian-hong sendiripun merasa terkejut bercampur
curiga, ia tak tahu dengan cara apakah ibunya memaksa
keluar jilatan api yang berkobar di dalam gua tersebut,
dia ingin sekali masuk ke dalam gua untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya, maka ketika Jin Hian
mengucapkan kata-kata itu, dia segera menukas,
“Sekarang ibuku masih bertapa, jika ketua Jin Hian
bertemu harap tunggu sebentar, aku akan segera
memberi laporan”
“Kalau begitu merepotkan,” ujar Jin Hian dingin.
Hoa Thian-hong segera masuk ke dalam gua, di
tengah hembusan hawa gas yang menusuk hidung buruburu
ia terjang masuk ke tempat ibunya bertapa.

Kabut hitam yang menyelimuti ruang gua membuat
suasana bertambah gelap, sekalipun diluar gua suasana
terang benderang tapi keadaan digua tetap gelap gulita
sehingga lima jari sendiripun tak dapat dilihat.
Hoa Thian-hong segera jatuhkan diri berlutut disisi
ibunya, lalu menegur dengan suara lirih.
“Ibu, bagaimana keadaanmu? tidak apa-apa bukan?”
Hoa Hujien geleng kepala.
“Aku sudah paksakan diri untuk menggunakan hawa
murni, sekarang harus segera bersemedi untuk
memulihkan kembali tenagaku, kalau tidak maka aku
akan mengalami jalan api menuju neraka,” katanya
serak.
Setelah berhenti sebentar dia menengok sekejap
keluar gua dan menyambung lebih jauh”
“Kebakaran telah melanda luar gua, hal itu akan
memancing datangnya para jago dari perkumpulan Sinkie-
pang serta Thong-thian-kauw, engkau berusahalah
untuk mengulur waktu beberapa jam lagi, aku rasa
sampai tengah malam nanti keadaan ku akan tidak
berbahaya lagi”
Hoa Thian HoDg mengiakan berulang kali, tiba-tiba ia
temukan kabut putih mengepul keluar dari atas ubunubun
ibunya, keringat membasahi seluruh tubuhnya,
cepat-cepat ia menyeka keringat ibunya dengan ujung

pakaian kemudian muncul kembali dari balik gua, Ketika
dilihatnya Hoa Thian-hong muncul kembali di mulut gua,
dengan sepasang mata yang tajam Jin Hian menatap
wajahnya tanpa berkedip.
Secara tiba-tiba pemuda itu merasakan pandangan
mata orang ini buas bagaikan srigala dan sangat tak
sedap dirasakan dalam hati, diapun segera menyadari
bahwa Jin Hian adalah seorang manusia yang sangat
berbahaya dan licik sekali, ancaman terhadap dirinya
sama sekali tidak berada di bawah Thong-thian Kaucu .
Terdengar Jin Hian tertawa dan berkata.
“Hoa loo te, ibumu pasti masih mendendam kepada
kami karena peristiwa di pertemuan Pak Beng hwee
tempo dulu, sehingga sekarang tidak bersedia
menjumpai kami manusia-manusia kasar dari dunia
persilatan”
Dengan pandangan yang tajam Hoa Thian-hong
melirik sekejap ke arah bukit karang di sekelilingnya,
ketika dilihatnya di bawah kobaran cahaya api tak
nampak sesosok bayangan manusiapun yang muncul
disitu, dengan wajah serius segera ujarnya.
“Ketua Jin harap maklum, sebenarnya ibuku akan
keluar dari gua untuk menyambut sendiri kedatanganmu,
tapi berhubung saat ini beliau sedang berlatih ilmu maka
maafkanlah bila ibuku tak bisa menemui kalian”
Bicara sampai disini ia segera memberi hormat dan
melanjutkan, “Ibuku memerintahkan aku untuk mewakili

beliau menyambut kedatangan ketua Jin, harap ketua Jin
suka masuk ke dalam gua, tapi karena tempat kami
terlalu sempit dan tak bisa menyambut pula saudarasaudara
yang lain, harap para enghiong lainnya suka
memaafkan”
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Tio Samkoh
dan Hoa In segera berdiri tertegun.
Mereka tidak habis mengerti, sekarang Hoa Hujien toh
sedang berlatih ilmu kenapa Jin Hian dipersilahkan
masuk kedalam? Karena kebingungan dan tak habis
mengerti, maka sorot mata yang tajam segera dialihkan
ke arah si anak muda itu.
Hoa Thian-hong tetap berlagak pilon dan sama sekali
tidak menggubris kedua orang rekannya, malahan
dengan tenang ia menantikan Jin Hian untuk masuk ke
dalam gua, Kendatipun Jin Hian adalah seorang jago
kawakan yang banyak pengalaman, berada dalam
keadaan begini diapun jadi ragu-ragu dan tak tahu apa
yang musti dilakukan.
Diam-diam ketua dari perkumpulan Hong-im-hwie ini
segera berpikir.
“Perempuan itu tersohor karena kekerasan hatinya,
ketegasan tindakannya serta tingkah lakunya yang sukar
diduga. Hmm! Hmm! ditinjau dari sikapnya siang hari
tadi ketika dia memerintah bangsat ini untuk membokong
nenek buta, tindakan tersebut sudah melanggar
semangat jantan seorang pendekar ditambah pula ketika
turun tangan membokong nenek buta yang merupakan

tindakan melanggar peraturan Bulim…. sekarang ia
hendak gunakan akal licik untuk mencelakai pula
dirimu….Hmm….Hmm…. aku adalah manusia macam
apa? tidak mungkin aku akan bersedia masuk
perangkapmu”
Berpikir sampai disini sirnalah niatnya untuk memasuki
gua, tetapi karena dia sendirinya yang bermaksud untuk
menemui Hoa Hujien, bila tak berani masuk ke dalam
gua tentu akan dipandang remeh orang, maka dalam
keadaan yang serba salah ia segera berpaling ke arah
Yan-san It-koay serta Liong bun Siang sat.
Kedudukan ketiga orang itu dalam perkumpulan
bagaikan seorang tiongloo dalam perguruan.
kedudukannya tinggi dan sangat terhormat melebihi
jabatan Jin Hian sendiri.
Sekarang ketika dilihatnya Jin Hian berpaling ke arah
mereka dengan maksud bertanya, sorot mata dengan
cepat saling bertukar pandangan cuma tiada sesuatu
jalanpun yang berhasil mereka dapatkan.
Malaikat kedua Sim Ciu adalah seorang yang jumawa
dan bengis, melihat Jin Hian dibikin serba salah dia jadi
naik pitam dan kebuasannya menyelimuti seluruh wajah,
dengan kepala diangkat ke atas ia maju ke arah mulut
gua dan serunya dengan dingin, “Sudah banyak manusia
aneh dan pendekar sakti yang kutemui, Hujien ini benarbenar
tidak pandang sebetah matapun terhadap kita
semua”

Tio Sam-koh berjaga-jaga di depan Hoa In, melihat
orang itu maju ke depan ia segera mengetahui banwa
pihak lawan ada maksud hendak masuk ke dalam gua,
dengan gusar ia lantas menatap wajah orang itu
sementara suara tertawa dingin bergema tiada hentinya,
bila Sim Ciu berani berjalan makin dekat maka segera dia
akan turun tangan.
Hoa Thian-hong sebenarnya sedang menjalankan
siasat untuk menakut-nakuti musuhnya, kendatipun Jin
Hian berani menerima undangannya, dengan seorang
diripun belum tentu ia ijinkan musuhnya masuk kedalam,
apa lagi setelah dilihatnya orang yang mendekati gua
adalah Sun Ciu, diam-diam hawa murninya dihimpun ke
dalam telapak dan siap menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan.
Siapa tahu Sim Ciu pun sedang berpikir di dalam hati,
“Perempuan itu bersembunyi di dalam gua entah
permainan setan apakah yang sedang ia persiapkan?
Nama besarku didapat dengan susah payah dan harus
berjuang selama setengah abad lamanya, buat apa aku
musti menempuh mara bahaya yang sama sekali tak ada
gunanya itu? Bila bangsat cilik itu berhasil kutangkap,
bukankah tidak sukar untuk memaksa dia untuk
mengaku….?”
Berpikir sampai disini, ia segera mendekati Hoa Thianhong,
tiba-tiba sambil tertawa seram dengan ilmu Tay im
sin jiau ia lancarkan sebuah cengkeraman kilat kemuka.
Hoa Thian-hong tertawa dingin, ia mengegos ke
samping meloloskan diri dari cengkeraman Sim Ciu,

kemudian jari tangan kanannya dikeraskan bagaikan
tombak dan balas menyerang ke depan.
Inilah jurus ‘menyerang sampai mati’ dari ilmu tujuh
kupasan dari Ci yu, bukan saja lihay dalam serangan,
hebat pula dalam tenaga.
Bagi kedua orang yang sama-sama mempunyai
maksud tertentu, serangan yang dilancarkan bagaikan
guntur membelah bumi di siang hari bolong ini masih
belum terasa seberapa lain keadaannya dengan para
penonton yang berada disisi arena, mereka jadi amat
terperanjat sehingga air mukanya berubah hebat.
Di tengah desingan suara tajam, Hoa Thian-hong serta
Sim Ciu bersama-sama loncat mundur ke belakang,
kendatipun tidak sampai terluka, namun jantung mereka
berdua sama-sama berdebar keras karena emosi.
Dengan cepat Hoa In loncat ke depan Hoa Thian-hong
sambil tegurnya dengan suara gelisah, “Siau Koan-jin,
kenapa kau?”
“Aku tidak apa-apa!”
Sambil berkata, empat buah mata bersama-sama
melirik ke arah pinggangnya, di atas jubah warna biru
yane baru kini sudah bertambah dengan tiga buah bekas
cakar tangan yang nyata.
Sedari tadi Hoa In sudah terkesiap sehingga keringat
dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya,
kini setelah rasa kagetnya agak berkurang dengan hawa

amarahnya yang berkobar, ia membentak keras, “Setan
tua she Sim, kalau punya kepandaian ayoh adu kekuatan
dengan diriku akan kusuruh engkau rasakan sampai
dimanakah kelihayan dari ilmu silat perkampungan Liong
soat Sanceng!”
“Huuuh….! engkau situa bangka bangkotan punya
kepandaian apa?” ejek Sim Ciu dengan nada menghina,
berani benar engkau menantang diriku untuk bertarung,
rupanya engkau sudah bosan hidup?”
Hoa In mendengus dengan gusarnya, sepasang
telapak diayun ke depan sementara tubuhnya menerjang
dengan hebatnya.
Diluaran Sim Ciu bicara dengan enteng dan
seenaknya, padahal ia tak berani bertindak gegabah,
setelah mengenos dari serangan lawan tubuhnya berebut
maju ke depan dan sekuat tenaga mendahului musuhnya
dengan satu sodokan maut, dalam waktu singkat
terjadilah suatu pertempuran yang amat seru, masingmasing
pihak mengeluarkan segenap kemampuannya
untuk berusaha merobohkan lawannya secepat mungkin.
Setelah mengikuti jalannya pertarungan itu beberapa
saat, Hoa In Hong mengetahui bahwa pertarungan itu
tak akan berakhir dalam satu dua ratus jurus, sinar
matanya segera dialihkan ke arah yang lain, ia lihat fajar
telah menyingsing di ufuk sebelah Timur, segera
pikirnya, “Ibu memerintahkan aku untuk mengulur
waktu, sekarang fajar sudah hampir menyingsing,
semoga saja dalam tiga jam terakhir jangan sampai
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi”

Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat dalam
benaknya, tiba-tiba dari tepi seberang muncul kembali
belasan sosok bayangan manusia yang mana dengan
cepatnya berlari mendekat.
Dalam pada itu kobaran api telah membakar rumput
ilalang yang lebat dan tingginya mencapai sedada
manusia, jilatan api yang amat besar menyebar keempat
penjuru menimbulkan kebakaran yang amat besar,
sepanjang pandangan mata yang terlihat hanya tanah
gersang yang berwarna hitam karena hangus….
Dalam waktu singkat belaian orang yang munculkan
diri itu sudah berada di depan mata, ternyara mereka
adalah para jago lihay perkumpulan Sin-kie-pang.
Orang pertama yang memimpin rombongan para jago
itu bukan lain adalah kunsu atau juru pikir dari
perkumpulan Sin-kie-pang yakni Cukat beracun yau sut,
dibelakangnya mengikuti dua belas orang jago yang
semuanya terdiri dari para pelindung hukum
perkumpulan.
Bsgitu tiba di tempat tujuan, dengan pandangan yang
tajam Cukat beracun Yau Sut menyapu sekejap suasana
disekeliling arena tersebut, kemudian sorot matanya
yang tajam dialihkan ke atas tubuh Pek Soh-gie.
Begitu melihat hadirnya Yau Sut di tempat itu Hoa
Thian-hong segera teringat kembali pengalamannya
sewaktu berada ditepi sungai Huang-ho tempo hari,
orang inilah yang telah menusuk tubuhnya dengan jarum

pengunci sukma Soh hun sin ciam, dan ia pula yang
memaksa dirinya menelan teratai racun empedu api
untuk melakukan bunuh diri. Tanpa terasa pikirnya di
dalam hati.
Keadaan dari manusia berhati racun ini masih juga
seperti sediakala, sayang tubuhku masih terluka…. kalau
tidak aku ingin se kali memberi pelajaran kepadanya!”
Dalam pada itu, Cukat racun Sut telah memberi
hormat dan menyapa sambil tertawa nyaring, “Ketua Jin,
baik-baik-baikah engkau? Sudah lama kita tak pernah
berjumpa”
“Yau heng, selamat bertemu,” sahut Jin Hian sambil
balas memberi hormat. Sinar mata Cukat beracun Yau
Sut menyapu sekejap wajah Yan-san It-koay serta Sim
Kian, tapi ketika dilihatnya kedua orang itu sama sekali
tidak menggubris dirinya bahkan malah menonton
jalannya pertarungan antara Sim Ciu dengan Hoa In,
maka diapun tidak menyapa kedua orang itu sebaliknya
alihkan kembali sorot matanya ke arah Hoa Thian-hong,
Sambil tertawa ia memberi hormat dan tegurnya.
“Hoa kongcu, sejak berpisah apakah engkau berada
dalam keadaan baik-baik saja? Apakah masih ingat
dengan aku orang she Yau?”
“Aku tak berani melupakan dirimu!” jawab Hoa Thianhong
sambil tertawa hambar.

Air muka Cukat beracun Yau Sut segera berubah amat
serius, tiba-tiba ujarnya, “Apakah nona ini adalah nona
Pek Soh Gi dari perkumpulan kami?”
“Sedikitpun tidak salah” sahut Pek Soh Gi sambil
membentangkan biji matanya yang jeli, “keponakan
bukan lain adalah Pek Soh Gi, siapa paman? Apakah
engkau adalah Cukat beracun?”
Melihat gadis itu mendadak membungkam, Cukat
beracun Yau Sut segera tertawa nyaring.
“Benar, aku adalah Cukat beracun Yau Sut, sudah
lama aku mengabdi pada pangcu dan nona Gi dibesarkan
oleh kami!”
“Oooh…. rupanya paman Yau, maaf kalau tit-li kurang
hormat” sambil berkata Pek Soh Gi hendak maju ke
depan, tapi pergelangannya terasa mengencang ketika ia
berpaling maka terlihatlah orang yang mencekal
pergelangannya bukan lain adalah Jin Hian.
Bentak-bentakan gusar berkumandang dari arah
belakang, belasan orang jago yang berada di belakang
Yau Sut dengan amat gusarnya siap melakukan
terjangan ke arah depan.
Cukat beracun Yau Sut sendiri tetap tenang, dia
melintangkan tangannya menghadang anak buahnya
melakukan penyergapan.
Sejak ia tiba disitu situasi yang terbentang sudah
terlihat olehnya, ia tahu Pek Soh Gi berada tidak jauh

dari Jin Hian, asal dirinya turun tangan maka pihak lawan
pasti akan mendahului dirinya, maka setelah
menyaksikan pergelangan Pek Soh Gi sudah di
cengkeram Jin Hian, ia semakin tak berani turun tangan
secara gegabah.
0000O0000
38
SETELAH termenung sebentar Yau Sut segera
mengerling sekejap ke arah kakek baju hijau yang
berada disampingnya, kakek baju hijau itu mengangguk,
dari sakunya dia ambil keluar sebuah bom udara dan
segera dilepaskan ke udara.
Sreet…. blaam! Serentetan cahaya merah
membumbung tinggi ke angkasa dan meledak dengan
kerasnya, serentetan bintang berwarna emas dengan
cepat memancar keluar dan membentuk sebuah panji
besar, perlahan kerlipan cahaya itu melayang ke bawah
dan lama sekali baru lenyap.
Dalam sekejap mata dari tempat kejauhan
berdentuman pula beberapa puluh ledakan bunga api
yang berbentuk sama.
Sim Ciu yang sedang melakukan pertarungan tiba-tiba
membentak keras, dia lancarkan dua pukulan dahsyat
menggetar mundur musuhnya, kemudian diapun
meloncat mundur pula ke belakang.

Hoa In tarik kembali serangannya dan segera menegur
dengan suara dingin, “Setan tua she Sim, menang kalah
toh belum berhasil ditetapkan, kenapa kau
mengundurkan diri di tengah jalan?”
Sim Ciu menyeringai seram, “Tua bangka bangkotan,
hanya mengandalkan beberapa jurus silat kasaranpun
berani pentang bacot dihadapanku, suatu ketika akan
suruh engkau merasakan kelihaianku”
Sorot matanya dialihkan ke atas wajah Cukat beracun
Yau Sut, kemudian menambahkan, “Engkaukah juru pikir
dari perkumpulan Sin-kie-pang yang disebut orang Cukat
beracun Yau Sut?”
Cukat beracun tersenyum.
“Mana nama…. aku memang bernama Yau Sut, kata
beracun secara dipaksakan masih dapat kupakai, kalau
kata Cukat sih tak berani kugunakan”
Ketika Hoa Thian-hong melihat Sim Ciu melepaskan
Hoa In dan mencari gara-gara dengan Yau Sut, hatinya
jidi amat girang, pikirnya, “Andaikata kedua kekuatan
besar itu saling bentrok dan bertempur sehingga waktu
bisa terulur lebih lama lagi, ibu pasti akan berhasil
melepaskan diri dari mara bahaya”
Tiba-tiba terdengar suara Sim Ciu berseru sambil
tertawa seram.
“Yau Sut, kami Liong bun siang sat akan bernama
kosong jika tindakan kami kalah beracunnya kalau

dibandingkan dengan diri mu, aku ingin menjajal apakah
engkau benar-benar beracun tidak?”
Mendengar perkataan tersebut semua orang merasa
tercengang, mereka tak tahu dengan cara apakah Sim
Ciu akau menjajal kepandaian Yau Sut, kecuali beberapa
orang kepercayaan yang merasa kuatir atas kejadian ini,
semua orang diam-diam merasa girang sekali dengan
terjadinya peristiwa itu, sebab mereka ingin melihat Yau
Sut dibikin malu.
Tapi Cukat beracun Yau Sut benar-benar lihay dan
tidak malu menjabat kedudukan sebagai Kun su, orang
lain tak dapat menebak maksud hati Sim Ciu sebaliknya
ia sudah dapat menduga apa yang hendak dilakukan
lawannya.
Tampak sepasang alisnya berkerut kencang dengan
wajah murung serunya, “Engkaupun merupakan seorang
jago lihay yang amat tersohor di dalam dunia persilatan,
kalau beraninya hanya melukai angkatan muda apakah
engkau tak takut akan ditertawakan oleh para enghiong
hoohan di kolong langit?”
Sim Ciu tertawa terbahak-bahak, dengan langkah
lebar ia berjalan mendekati kesisi Pek Soh Gi, kemudian
sambil menempelkan telapaknya di atas punggung gadis
itu, serunya sambil tertawa seram.
“Yau Sut! aku perintahkan engkau untuk turun tangan
membekuk batang leher bangsat cilik she Hoa itu di
dalam seratus jurus, andaikata perintah ini dapat kau
penuhi maka aku akan bertukar tawanan dengan dirimu,

sebaliknya kalau engkau tak mampu, maka sekali bacok
akan kubunuh mati budak ini sehingga Pek loo ji akan
bikin perhitungan dengan dirimu….”
“Sim Ciu!” bentak Hoa Thian-hong dengan alis
berkerut, “aku orang she Hoa toh berada disini, mengapa
kau tak berani turun tangan sendiri?”
Tio Sam-koh takut suasana jadi bertambah kacau,
mendengar ucapan tersebut dengan nada dingin ia
segera berseru, “Siapa yang akan turun tangan toh sama
saja, apakah kalau Pek Siau-thian kematian putrinya
maka engkau yang harus mengganti nyawanya?”
Hoa Thian-hong segera alihkan sorot matanya ke arah
Pek Soh Gi, diam-diam ia menghela napas dan berpikir,
“Aaai…. nona itu berbudi luhur dan lemah lembut, tak
tahunya bencana yang menimpa dirinya ternyata
beruntun…. ia benar-benar patut dikasihani….”
Walaupun berada dalam keadaan bahaya, sikap Pek
Soh Gi masih tetap tenang sekali, air matanya sama
sekali tidak berubah, sesudah berpikir sebentar tiba-tiba
ia bertanya, “Paman Yau, sekarang ayahku berada
dimana?”
Pada saat itu Cukat beracun Yau Sut sedang putar
otak mencari akal untuk mengatasi persoalan itu,
mendengar pertanyaan tersebut segera menjawab,
“Pangcu mendengar engkau sudah terjerumus ke dalam
kuil It-goan-koan, sekarang ia pergi mencari Thian Ik-cu
untuk minta orang, menurut Thian Ik-cu engkau sudah di

culik oleh Ciu It-bong, maka setelah bertempur sebentar
kami berpisah untuk mencari diri mu….”
Karena kehabisan akal maka ia mengambil keputusan
untuk mengulur waktu sambil menunggu datangnya bala
bantuan, maka setelah berhenti sebentar Cukat racun
Yau Sut segera mendehem ringan sambil berkata, “Untuk
menghindari siasat licik dari Thian Ik-cu, sekarang
pangcu sedang melakukan pemeriksaan langsung ke
dalam setiap too koan milik perkumpulan Thong-thiankauw,
sedangkan orang-orang dari pihak Thong-thiankauw
sedang mencari jejak dari Ciu It-bong, sebenarnya
Thian Ik-cu akan mengejar ke arah sini, tapi disebabkan
mereka berhasil menemukan jejak Ciu It-bong di tengah
jalan, sekarang telah mengajar ke arah lain”
Mendengar perkataan itu Pek Soh-gie menghela napas
panjang, gumamnya seorang diri.
“Aaaai….! Untuk pertama kali keluar rumah, aku telah
mendatang-kan banyak kerepotan bagi semua orang
sehingga membuat ayah jadi gelisah bercampur cemas,
aku benar-benar seorang anak yang tak berbakti!”
“Perubahan situasi dalam dunia persilatan bagaikan
awan di tengah angkasa setiap perubahan yang
berlangsung sukar diramalkan sebelumnya, di dalam
peristiwa ini engkau sama sekali tak salah” sambung
Cukat Racun dengan cepat.
Tiba-tiba terdengar malaikat kedua Sim Ciu menegur
dengan suara dingin, “Yan Sut apakah pembicaraan soal
rumah tangga sudah selesai? Kalau engkau tidak turun

tangan lagi, jangan salahkan kalau tela pakku akan
kudorong ke depan, waktu itu engkau tak usah menyesal
yaa!”
“Kurang ajar orang ini, benar-benar memaksa aku
untuk bertindak” pikir Yau Sut di dalam hati, “dia anggap
dari keluarga Hoa adalah seorang manusia yang
gampang ditaklukkan? Hemm…. hemm…. kalau gampang
sekali, akupun tidak nanti sudi menggunakan cara yang
begini rendah untuk mengulur waktu….”
Meskipun Cukat racun Yau Sut adalah seorang
manusia cerdik dengan akal muslihat yang banyak,
namun saat itu dia dibikin kelabakan juga sehingga tak
tahu apa yang musti dilakukan.
Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia keluar dari
barisan dan perlahan-lahan berjalan menuju ke depan
gua.
“Paman Yau!” tiba-tiba Pek Soh-gie berseru lantang,
“jangan sekali-kali kau turun tangan secara gegabah,
ketahuilah Hoa toako adalah sahabat karib dari adik Kungie,
keponakan bersedia mengorbankan jiwaku dari pada
musti menyusahkan Hoa toako!”
Jilid 28
HOA THIAN-HONG yang ikut mendengar perkataan
tersebut dalam hati ia merasa geli atas kepolosan dara
muda itu di dalam berpikir, pertama belum tentu dia
adalah sahabat karib dari Pek Kun-gie dan kedua belum

tentu Cukat racun Yau Sut mampu membekuk dirinya, ia
bermaksud untuk membantah ucapan tersebut akan
tetapi ketika ucapannya hendak melontar keluar dari
bibirnya mendadak ia telah kembali.
Sementara itu Cukat racun Yau Sut telah berkata,
“Keponakanku, engkau tak usah kuatir! Selama paman
masih berada disini, tak seoanng pun akan mampu
membinasakan dirimu”
“Heeeeeh…. heeehh…. heeeehh…. Yau Sut, aku
nasehati kepadamu lebih baik kurangilah pembicaraan
yang tak berguna,” sela malaikat kedua Sim Ciu sambil
menyeringai seram, “ketahuilah aku tak berputera
ataupun berputri, selama hidup aku tak pernah
menerima murid dan lagi melakukan pekerjaan tak
pernah memikirkan tentang akibatnya, jika engkau tidak
turun tangan lagi maka aku segera akan beradu
kekuatan dengan dirimu, akan kulihat engkau lebih
‘beracun’ ataukah aku yang lebih ampuh?”
Cukat racun Yau Sut adalah seorang jago yang
mempunyai kedudukan tinggi sekali dalam perkumpulan
Sin-kie-pang, kecuali pangcu sendiri dia adalah orang
yang memegang kekuasaan dalam perkumpulan itu,
dihari-hari biasa, nama serta perkataannya disegani
orang jangan dibilang ia sudah menyadari bahwa untuk
menangkap Hoa Thian-hong bukanlah suatu pekerjaan
yang gampang, berada dihadapan orang banyak diapun
tak sudi dirinya diperintah oleh malaikat kedua Sim Ciu
sehingga di kemudian hari ditertawakan banyak orang.

Akan tetapi keselamatan jiwa Pek Soh-gie telah berada
di tangan lawan, semua kecerdikannya telah diperas
untuk mencari suatu jalan keluar yang paling baik untuk
menolong puteri pangcunya ini sayang usahanya selalu
gagal, sebagai seorang Kun su dari perkumpulan Sin-kiepang
tentu saja ia tak dapat berpeluk tangan belaka,
untuk beberapa saat lamanya ia jadi serba salah dan tak
tahu apa yang musti dilakukan pada saat ini.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, bukan
marah dia malah tertawa tergelak, tiba-tiba ujarnya
dengan suara tegas, “Sim Ciu, engkau berkelana di
dalam dunia persilatan lebih dahulu sedang aku orang
she Yau punya nama belakangan, seandainya engkau
masih mempunyai kegagahan sebagai seorang pria,
silahkan datang kemari dan bertanding secara jantan
dengan aku orang she Yau, tidak mungkin kutampik
keinginanmu itu sekalian kita lihat umur siapa yang lebih
panjang diantara kita, bagaimana? Bersedia bukan?”
“Bagus sekali!” bentak Hoa Thian-hong pula sambil
tertawa, “Cukat racun, memandang dalam beberapa
patah kata yang barusan kau ucapkan, perselisihan
diantara kita dimasa lampau aku sudahi sampai disini
saja!”
Kemudian pemuda itu berpaling ke arah malaikat
kedua Sim Cui dan sambungnya lebih jauh.
“Sim Ciu! asal engkau berhasil menangkap Cukat
racun, meskipun aku punya luka dibadan tentu akan
kulayani dirimu untuk bergebrak sebanyak beberapa

jurus, kalau engkau merasa punya cukup kepandaian,
silahkan sekalian tangkap aku orang she Hoa!”
Sebagai seorang pemuda yang jujur dan berwatak
gagah, pemuda itu merasa muak sekali menyaksikan
perbuatan Sim Ciu yang rendah dan tak tahu malu itu
sehingga karena pengaruh emosi, meluncurlah kata-kata
tersebut.
Bagi orang lain yang mendengar, ucapan itu tidak
menimbulkan reaksi apa-apa, tetapi bagi Tío Sam-koh
serta Hoa In jadi kuatir se kali.
Perkataan seorang lelaki sejati berat laksana bukit,
andaikata Sim Ciu benar-benar sanggup mengalahkan
Cukat Racun Yau Sut, maka dengan sendirinya Hoa
Thian-hong harus tampil ke depan untuk melayani
tantangan dari Sim Cui, dengan dasar perjanjian yang
dibuat lebih dahulu, siapakah yang mampu untuk
menghalang-halangi kejadian tersebut?
Malaikat kedua Sim Cui tak kuat menahan hasutan
tersebut, ia segera bersiap-siap untuk meloncat masuk
ke dalam gelanggang serta melayani Cukat Racun, tetapi
sebelum ia sempat melangkah ke tengah gelanggang
terdengarlah malaikat pertama Sim Kian dengan suara
yang dalam telah berseru, “Loo ji, julukan kita adalah
sepasang malaikat, jangan kau layani hasutan dari
keparat cilik itu, lakukan saja apa yang kau ingin
kaulakukan, jangan sekali-kali kau termakan oleh jebakan
bajingan itu.”

Mendengar teguran dari saudaranya, malaikat kedua
Sim Cui segera berubah pendirian kembali, ia tertawa
aneh dan serunya kepada Cukat Racun Yau Sut.
“Cukat racun, ilmu silat kucing kaki tiga yang kau miliki
itu sudah pernah kulihat ketika berada dipertemuan
besar Pak Reng hwe tempo hari, engkau tak usah kuatir!
Setelah keparat cilik she Hoa itu berhasil kau tangkap
ataukah budak ingusan she Pek itu sudah keburu
mampus, aku pasti akan melayani dirimu untuk
bergebrak sampai puas”
“Oooh….! rupanya ketika berada dalam pertemuan
besar Pak Beng Hwee engkau sudah pernah berjumpa
dengan aku orang she Yau, aku masih mengira engkau
benar-benar telah lupa,” ejek Cukat racun dengan nada
dingin.
Berbicara sampai disini tiba-tiba ia berpaling dan
ujarnya lagi, “Teng Loo huhoat, coba engkau minta
petunjuk beberapa jurus lebih dahulu dari Hoa kongcu!”
Semua orang tertegun mendengar perkataan itu,
secara terang dan jelas malaikat kedua Sim Ciu
memerintahkan dia untuk bergebrak melawan Hoa
Thian-hong, sebaliknya dia malah memerintahkan
seorang pelindung hukum untuk maju bertarung,
bukankah tindakannya ini sama sekali menyimpang dari
maksud hati Sim Ciu yang sebenarnya?”
Terlihatlah seorang kakek berpakaian perlente
meloncat maju ke tengah gelanggang, setelah memberi
hormat katanya, “Aku Teng Kong Li mohon petunjuk dari

Hoa kongcu, harap kongcu suka memenuhi harapanku
ini!”
Sambil memegang toya bajanya Tio Sam-koh segera
tampil keluar dari dalam gua, teriaknya dengan gusar,
“Engkau tak perlu berkaok-kaok, aku si nenek tua akan
memberi petunjuk kepadamu!”
Hawa amarah berkelebat dialas wajah Teng Kong Li
namun tetap ia membungkam dalam seribu bahasa,
ketika serangan toya yang di lancarkan Tio Sam-koh
telah menyapu datang, buru-buru kakek tua itu meloncat
mundur satu langkah ke belakang, dari balik bajunya dia
ambil keluar sebatang alat penotok jalan darah yang
berwarna emas.
Setelah Tio Sam-koh melancarkan serangan
gencarnya, terjadilah penarungan yang amat seru antara
dua orang jago lihay itu.
Mereka berdua yang menggunakan senjata berat
dengan tenaga raksasa yang menimbulkan deruan angin
tajam, sedang pihak lain menggunakan senjata ringan
khusus melancarkan totokan dengan menggunakan
peluang yang didapat, membuat suasana dalam
pertarungan itu berubah jadi tegang dan ramai sekali.
Tio Sam-koh adalah seorang jago lihay yang sudah
tersohor dalam dunia persilatan sejak puluhan tahun
berselang, sebenarnya ia sama sekali tak pandang
sebelah mata pun terhadap seorang pelindung hukum
yang tak bernama, dalam perkiraannya semula cukup

beberapa gebrakan saja dia akan berhasil memukul keok
Teng Kong Li.
Siapa tahu pelindung hukum yang tak ternama dan
kelihatannya lemah itu ternyata mempunyai kepandaian
silat yang ampuh, selama berlangsungnya pertempuran
sengit ia dapat mengatur pertahanan serta serangannya
secara teratur serta jitu, sedikitpun tidak nampak bodoh.
Kebagusan jurus serangan serta kecepatan perubahan
gerak yang dimiliki kedua orang ini sama-sama dapat
disebut sebagai ilmu silat luar biasa dalam dunia
persilatan, belum lama pertarungan berlangsung semua
orang sudah tertarik untuk mengikuti jalannya
pertarungan tersebut.
Tiba-tiba terdengar malaikat kedua Sim Ciu berseru
kembali dengan suara lantang, “Manusia she Yau,
benarkah engkau tak akan menggubris perkataan yang
kuucapkan?”
Cukat racun Yau Sut segera berpaling, kemudian
jawabnya dengan nada dingin dan ketus, “Engkau tak
usah sombong, ini hari aku orang she Yau mengaku
kalah di tanganmu….”
“Nah! begitulah sepantasnya,” tukas malaikat kedua
Sim Ciu sambil tertawa bangga, “kalau sudah mengaku
kalah, maka sudah sepantasnya kalau engkau segera
melaksanakan perintahku”
“Oooh….! tentu saja akan kulaksanakan apa yang kau
kehendaki itu,” jawab Cukat racun Yau Sut sambil

memperlihatkan satu senyuman aneh di atas wajahaya,
“cuma Saja, kalau aku orang she Yau membiarkan
engkau hidup sampai melewati bulan tujuh tanggal
limabelas dibukanya pertemuan besar Kiani Ciau tay hwe,
di kolong langit tak akan muncul seorang manusia yang
bernama Cukat racun lagi”
“Haaah…. haaah…. haaah…. tentu saja, tentu saja,”
Malaikat kedua Sim Ciu tertawa seram, “seandainya aku
harus pulang ke alam baka, masa tidak kubawa serta
dirimu?”
Cukat racan Yau Sut mendengus dingin, sinar matanya
berputar dan segera memberi tanda kepada seorang
kakek bermuka kurus yang berada di samping tubuhnya.
Kakek bermuka kurus itu segera mencabut senjata
kaitan racun berwarna kebiru-biruan yang tersoren di
atas punggungnya, kemudian sekali enjot badan ia
menerjang ke arah Hoa In.
Menyaksikan datangnya terjangan itu, Hoa In teramat
gusar, telapak tangan segera diayun ke depan
melancarkan sebuah pukulan dahsyat, sementara dimulut
ia membentak, “Siau Koan-jin, cepat mengundurkan diri
kedalem gua!”
Rupanya Hoa Thian-hong sendiripun dapat merasakan
gentingnya situasi yang sedang dihadapi olehnya, ia tarik
napas panjang lalu mengundurkan diri ke dalam gua,
ketika ia berpaling kembali maka tampaklah Hoa In serta
kakek kurus bersenjata kaitan racun itu secepat kilat
telah saling bergebrak sebanyak dua jurus.

Setelah Tio Sam-koh serta Hoa In masing-masing
menantang seorang lawan, meskipun kekuatan mereka
untuk menghadapi lawannya masih le bih dari cukup
namun untuk meluangkan waktu sudah tak mungkin lagi,
sebab dua orang jago tua dari perkumpulan Sin-kie-pang
bukan termasuk manusia-manusia sembarangan, di
dalam dua tiga gebrakan tak mungkin bagi Tio Sam-koh
berdua untuk merobohkannya.
Tercekatlah hati Hoa Thian-hong menyaksikan
peristiwa tersebut, pikirnya di dalam hati, “Dalam barisan
jago-jago lihay kalangan lurus, Tio Sam-koh maupun Hoa
In merupakan manusia-manusia yang amat lihay dan
disegani semua orang, tetapi dua orang pelindung
hukum dari perkumpulan Sin-kie-pang ternyata sudah
mampu untuk membendung kekuatan mereka, bukankah
hal ini….”
Berpikir sampai disini ia tak berani melanjutkan
kembali jalannya pikiran, sementara itu bentakanbentakan
keras dari Tio Sam-koh serta Hoa In
berkumandang tiada hentinya dari luar gua, jelas kedua
orang jago itu merasa malu untuk melakukan
pertarungan selama ini tanpa berhasil merobohkan
lawannya.
Terlihatlah permainan toya dari Tio Sam-koh bagaikan
gulungan ombak di tengah samudra, permainan
sepasang telapak Hoa In bagaikan angin puyuh dan
hujan badai, dua orang itu melancarkan seranganserangan
yang ampuh secara bertubi-tubi meneter
musuhnya habis-habisan.

Sebaliknya, permainan senjata petotok jalan darah
dari Teng Kong Li serta kaitan racun dari kakek kurus
rupanya terdesak hebat sehingga harus diputar
sedemikian lupa untuk mengutamakan perlindungan atas
keselamatan sendiri, dalam keadaan tersebut jelas dalam
umpat lima jurus pertarungan itu masih tetap belum bisa
diakhiri.
Dalam kenyatan Hoa Thian-hong mana tahu kalau dua
orang kakek tua yang sedang bertempur saat ini adalah
jago-jago lihay sisa dari pertemuan besar pak Beng hwee
dimasa lampau, kedua orang itu bukanlah manusia
sembarangan yang tak bernama, cuma saja berhubung
para jago yang dikumpulkan perkumpulan Seng Kie Pang
tak terhingga banyaknya maka nama-nama mereka jadi
tenggelam diantara para jago lainnya yang rata-rata lebih
hebat ilmu silatnya dari mereka berdua.
Tib-tiba terdengar Cukat racun Yau Sut berteriak
lantang, “Hoa kongcu mumpung sekarang kita tak ada
urusan, bagaimana kalau kitapun beradu kepandaian
untuk meluruskan otot?”
Mendengar tantangan terebut Hoa Thian-hong jadi
terperanjat, dengan sorot matanya yang tajam ia
menyapu sekejap disekeliling tempat itu, rupanya kakek
kurus yang bersenjata kaitan racun itu berlaku cerdik,
meskipun Tio Sam-koh serta Hoa In berada di depan
gua, namun kakek kurus itu mundur terus kebealkang
memancingg Hoa In meninggalkan mulut gua, dengan
begitu terbukalah sebuah liang kosong.

Menggunakan kesempatan yang sangat baik ini, Cukat
racun Yau Sut segera menerobos masuk ke dalam gua
dan berdiri saling berhadapan dengan Thian-hong,
berada dalam keadaan begini tentu saja tangannya tak
dapat diabaikan dengan begitu saja.
“Bajingan yang tak tahu diri, lihat serangan!” bentak
Tio Sam-koh dengan penuh kegusaran.
Weeess….! Sebuah serangan gencar dengan cepat
dilancarkan ke arah juru pikir dari perkumpulan Sin-kiepang
itu.
Sementara itu Hoa In pun takut Hoa Thian-hong
melayani tantangan lawan, tubuhnya segera berputar
kembali ke belakang, tanpa mengucapkan sepatah kata
pun sebuah pukulan keras dilancarkan ke arah punggung
Yau Sut.
Sejak Thian-hong terkena racun teratai yang tak dapat
dipunahkan sehingga setiap hari harus lari racun dan tak
diketahui bagaimana akrabnya, Hoa In sudah amat
membenci terhadap Cukat racun yang dianggap sebagai
biang keladi dalam peristiwa itu, serangan yang sepnitas
lalu kelihatannya enteng sekali dalam kenyataan telah
diseratai dengan sepuluh bagian hawa murni Sau yang
Ceng ki, asal Yau Sut berani menangkis dengan jalan
keras lawan keras maka tenaga pukulan yang maha
dahsyat itu bagaikan tanggul yang jebol segera akan
menghantam tubuhnya dengan luar biasa hebatnya.
Serangan telapak dan toya itu tiba pada sasaran
hampir bersamaan waktunya, meskipun Cukat racun Yau

Sut sudah bikin persiapan sejak semula, tak urung
hatinya di bikin terperanjat juga oleh kedahsyatan musuhnya.
Sekuat tenaga ia enjotkan badannya meloncat mundur
sejauh beberapa tombak dari tempat semula, sementara
Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus itu tidak
menanti sampai Tio Sam-koh serta Hoa In mengejar dari
belakang, mereka segera menyerang kembali
musuhmusuhnya dengan gencar, Cukat racun Yau Sut
menyadari apabila pertarungan ini diteruskan lebih jauh
maka dua orang anak buahnya pasti akan terluka di
tangan musuh, diam-diam ia segera mengulapkan
tangannya ke belakang, dengan cepat muncul kembali
dua orang jago lihay yang segera menerjang ke arah Hoa
In serta Tio Sam-koh.
Dalam sekejap mata Tio Sam-koh harus menghadapi
dua orang musuh sekaligus, dengan cepat pula situasi
dalam gelanggang mengalami perubahan besar.
Terdengar Cukat racun Yau Sut telah berkata kembali,
“Hoa kongcu, aku dengan ibumu telah munculkan diri
kembali dalam dunia persilatan, kenapa kau tidak undang
keluar untuk berjumpa dengan kami?”
Sambil berkata tubuhnya bergerak kembali mendekati
mulut gua, hanya saja untuk menghindari sergapan dari
Tio Sam-koh atau Hoa In kali ini ia tak berani terlalu
mendekati gua tersebut.
Hoa Thian-hong sepera tertawa dingin, pikirnya di
dalam hati, “Dewasa ini jumlah lawan jauh lebih banyak

dari pada pihak kami, bila pertarungan dengan cara roda
kereta ini dibiarkan berlarut- larut, kendatipun Tio Sam
po serta Hoa In tidak sampai menderita kalah, paling
sedikit mereka akan lelah dan kehabisan tenaga, selama
ini Yan-san It-koay serta Liong bun siang kiat tetap
terdiam diri, dalam keadaan penat serta kehabisan
tenaga darimana mungkin nenek Tio serta Hoa In
mampu untuk menghadapi serangan mereka?”
Berpikir sampai disini, ia tahu jika dirinya tidak segera
tampil ke depan maka keadaannya akan bertambah
runyam, maka sambil melangkah maju ke depan,
serunya dengan suara lantang, “Aku harap saudara
sekalian suka saling hentikan pertarungan, aku ada
perkataan hendak disampaikan kepada kalian semua”
“Pelindung hukum sekalian harap segera
mengundurkan diri!” seru Yau Sut kemudian.
Empat orang jago dari perkumpulan Sin-kie-pang
dengan cepat menghentikan pertarungannya dan loncat
mundur ke belakang, sedangkan Tio Sam-koh serta Hoa
In pun terpaksa buyarkan serangan dan berhenti
bertarung.
Tio Sam-koh segera berpaling ke arah Hoa Thianhong,
dengan mata melotot nada gusar ia menegur,
“Perkataan apa yang hendak kau utarakan keluar?”
Hoa Thian-hong tersenyum.
“Ini hari jumlah musuh yang harus kita hadapi jauh
lebin besar daripada kita, meskipun Sam poo gagah dan

hebat namun mampukah engkau hadapi musuh-musuh
yang begitu banyaknya? Boanpwee memang tak becus
tapi aku tak tega untuk berpeluk tangan belaka, sebab
cepat atau lambat pertarungan tak bisa dihindarkan lagi,
oleh karena itu ijinkanlah boanpwe untuk bertempur
pada babak pertama!”
Tio Sam-koh tertegun mendengar perkataan itu, lalu
serunya, “Tapi…. badanmu menderita luka, jika sampai
kalah bukankah kekalahanmu itu sama sekali tak ada
nilainya?”
“Aaah….! bagaimanapun toh pertarungan ini bukan
adu kepandaian di atas panggung Lui thay, ada orang
mencari gara-gara masa aku tak boleh memberikan
perlayanan sebagaimana mestinya?” jawab Hoa Thianhong
sambil tertawa.
Habis berkata, dengan langkah lebar dia segera
berjalan maju ke depan.
Hoa In tidak berusaha mencegah dengan
menggunakan kata-kata, akan tetapi dengan ketat dia
mengikuti terus disisi majikan mu danya, kalau dilihat
dari tampangnya, barang siapa berani mengganggu Hoa
Thian-hong maka pertama-tama harus berhadapan lebih
dahulu dengan dirinya.
Tiba-tiba si anak muda itu berpaling, dengan purapura
gusar bentaknya keras-keras, “Ibu paling benci
kalau ada orang yang mengganggu dirinya, sana!
berjagalah di depan gua dan tak usah mencampuri
urusan pribadiku lagi….”

Dengan amat jelas Hoa In mengetahui bahwa majikan
mudanya masih bukan tandingan dari Cukat racun Yau
Sut, tentu saja ia tidak membiarkan si anak muda itu
menghantar kematiannya, sesudah tertegun beberapa
saat lamanya, ia berseru, “Budak tua tak akan
memperdulikan soal apapun lagi, bagaimanapun juga….”
Ditinjau dari kesetiaannya, mungkin langit ambrukpun
dia benar- benar tak mau mengurusinya kecuali
memperhatikan keselamatan dari majikan mudanya,
akan tetapi ia tak berani membantah ataupun
memperingatkan dengan kata-kata, oleh sebab itulah ia
segera mengambil keputusan untuk berjaga-jaga di
samping tubuh pemuda itu.
Sebenarnya susah bagi Hoa Thian-hong untuk
menegur ataupun menyakiti hati pelayan tuanya yang
amat setia serta sangat mem perhatikan keselamatan
jiwanya itu, tetapi dalam situasi semacam itu tak
mungkin baginya untuk bersikap ragu-ragu, sekalipun
begitu setelah mengucapkan kata-kata kasar tadi, timbul
rasa tak tega dalam hati kecilnya.
Tiba-tiba dari dalam gua berkumandang keluar suara
dari Hoa Hujien yang berat dan rendah, “Hoa In segera
mengundurkan diri, biarlah Seng ji beradu kekuatan
dengan sahabat itu, bilamana diapun benar-benar tak
mampu mempertahankan diri lagi rasanya belum
terlambat bagimu untuk menolong dirinya!”
Meskipun ucapan tersebut diucapkan dengan suara
dalam dan rendah, akan tetapi nyata, jelas dia amat

bertenaga. Bagi siapa pun yang pernah mengikuti
pertemuan Pak Beng Hwee, suara itu bukan nada yang
terlalu asing bagi bagi mereka, dan bayangan atas
seorang perempuan cantik tegas dan keras dalam
pendirianpun terlintas dalam be nak mereda.
Sorot mata semua orang yang hadir dalam arena
dengan cepat dialihkan ke dalam gua yang gelap gulita
itu, air muka semua orang secara tiba-tiba saja berubah
jadi amat serius.
Setelah hening beberapa saat lamanya, dari boalik gua
tidak kedengaran suara pembicaraan lagi, Hoa In
tertegun akhirnya perlahan-lahan ia mundur beberapa
langkah ke belakang.
“Hoa Hujien!” terdengar malaikat kedua Sim Ciu
berteriak gusar dengan sepasang alis berkernyit, “bagi
setiap orang dalam dunia persilatan, siapa yang kuat di
dalam pemimpin yang harus dihormati setiap orang, kami
bersaudara she Sim sudah hampir beberapa jam lamanya
tiba di tempat ini tapi Hujien tidak menegur ataupun
menyapa, sedikitpun tidak mengindahkan tatacara dalam
dunia persilatan, apakah hal ini berarti bahwa ilmu silati
yang dimiliki oleh dua bersaudara she Sim masih belum
mencapai taraf yang tinggi sehingga tidak pantas untuk
berjumpa dengan dirimu?”
“Hmm, yang kuat dialah pemimpin? pemimpin kentut
anjing yang busuk….” maki Tio Sam-koh dingin.
Tiba-tiba dari dalam gua berkumandang kembali suara
dari Hoa Hujien, “Pendapat dari Sim kong tak sejalan

dengan pikiran aku Bun si, tetapi ada satu yang jelas
yakin ilmu cakar Tay in sin jiau yang kalian berdua miliki,
sudah lama aku orang Bun si merasa sangat kagum”
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan, “Sejak
perpisahan di pertemuan besar Pek Beng Hwe, dalam
sekejap mata dua belas tahun sudah lewat, aku percaya
ilmu silat yang kalian berdua miliki sudah mendapat
kemajuan yang amat pesat, jika engkau bermaksud
untuk memberi petunjuk, silahkan diperlihatkan dimulut
gua, dari sini aku Bun si akan melayani!”
Malaikat kedua Sim Ciu mengerutkan dahinya, bibir
bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi
malaikat pertama Sim Kian yang teringat kembali akan
nasib nenek buta dimana baru saja tubuhnya berada
dimulut gua, segulung tenaga pukulan yang amat keras
telah membanting tubuhnya hingga jatuh tak sadarkan
diri, buru-buru mengerdipkan matanya, lalu menjawab,
“Pertemuan besar Kian ciau Tay hwee yang akan
diselenggarakan oleh pihak Thong-thian-kauw, dalam
waktu singkat segera akan berlangsung, pada waktu itu
semua jago yang ada di kolong langit boleh
mendemonstrasikan keampuhannya disana. aku rasa
kalau mau bertarung itulah waktunya paling tepat
karenanya pertarungan saat ini lebih baik diabaikan
saja!”
Hoa Thian-hong tertawa, sambil memandang wajah
Cukat racun Yau Sut dia pun berseru, “Kalau semua
pertarungan diabaikan, maka akupun akan gunakan
kesempatan ini untuk menyembunyikan kembali ilmu
silatku”

Cukat racun Yau Sut tahu bahwa Hoa Thian-hong
adalah kekasih hati dari Pek Kun-gie, sebelum persoalan
dibikin terang ia tak ingin turun tangan terhadap si anak
muda itu, maka mendengar ucapan tadi sorot matanya
segera dialihkan kepada malaikat kedua Sim Ciu, ujarnya
sambil tertawa, “Sim kong, bagaimana dengan keputusan
mengenai barter ini? dilanjutkan atau batal sampai
disini?”
Tiba-tiba terdengar Jin Hian tertawa dingin, lalu
berseru, “Hoa loo te, membicarakan tentang asal
mulanya peristiwa maka persoalan ini kembali terjatuh di
atas kepalamu”
“Aku bodoh dan tak dapat menangkap maksud dari
ucapan Jien Tang-kee, apakah engkau bersedia untuk
menerangkan lebih lanjut?”
“Hmm! putraku mati di tangan Hoa loo te engkau
tentu tahu bukan bahwa kematiannya tak akan sia-sia
belaka!” seru jin Hian dengan nada dingin menyeramkan.
“Ooo…. kiranya kau maksudkan tentang persoalan
itu….” kata Hoa Thian-hong dengan alis mata berkenyit.
Tidak menunggu pemuda itu menyelesaikan katakatanya,
kembali Jin Hian menukas, “Pada saat peristiwa
ini baru saja berlangsung, Hoa Loo te mengatakan
bahwa raut wajah pembunuh itu rada mirip dengan Pek
Kun-gie dan sekarang setelah persoalan berlaut-larut
samnai sekarang ternyata Pek Kun-gie bukan
pembunuhnya sedang Pek Soh-gie pun bukan pembunuh

tersebut, sekarang aku hendak menuntut kepada Hoa
Loo te, apa alasanmu menuding menjangan mengatakan
kuda dan membolak balikkan duduknya persoalan
sehingga menjadi tak karuan seperti ini?”
“Pembunuh yang sebenarnya pasti Pui Che-giok” pikir
Hoa Thian-hong di dalam hati, “sayang sekali raut
wajahnya tidak cocok dengan apa yang kukatakan,
bagaimana aku bisa menjawabnya?”
Tatkala dilihatnya pemuda itu membungkam dalam
seribu buhasa, Jin Hian segera tertawa dingin dan
berkata kembali, “Hoa loo te, aku Jin Hian ingin
mengajukan satu pertanyaan lagi kepadamu, putraku
pernah mengadukan hubungan kelamin dangan
pembunuh tersebut, apakah kesemuanya itu kau
saksikan dengan mata kepala sen diri?”
Hoa Thian-hong sama sekali tak menduga kalau ia
bakal diajukan pertanyaan seperti ini, uniuk beberapa
saat lamanya pemuda itu berdiri tertegun sementara
dalam hati kecilnya ia berpikir, “Oooh….! rupanya ia
masih tetap menaruh curiga atas diri kakak beradik she
Pek!”
Dalam hati ia berpikir demikian, diluaran ia menjawab,
“Aku tidak sudi mengintip urusan pribadi seseorang
apalagi urusan yang mengenai permainan di atas
ranjang, benarkah putera mu pernah mengadakan
hubungan badaniah dengan sang pembunuh, aku tidak
menyaksikan dengan kepala sendiri dan tak berani pula
menegaskan secara meyakinkan, kalau Jien Tang-kee
ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya, kenapa

tidak kau tanyakan sendiri kepada pelayan yang melayani
puteramu itu? Aku rasa mereka jauh lebih tahu”
“Hmm! Hoa loote , bukankah engkau pernah berkata
bahwa pembunuh itu telah memohon kepada anakku
untuk melarang semua orang bawahannya mengintip
kedatangannya?” seru Jin Hian dengan nada hambar.
Tio Sam-koh yang ikut mendengarkan pembicaraan itu
jadi naik pitam, dengan cepat selanya, “Sekalipun tak
ada yang mengintip, diperiksa dari keadaan pembaringan
masa tidak tahu?”
Jin Hian sama sekali tidak menggubris perkataan itu,
kembali ia berkata dengan nada menyeramkan,
“Andaikata putraku tidak pernah melakukan hubungan
badaniah dengan pembunuhnya maka urusan ini akan
lebih gampang untuk diselesaikan, Hoa Loo te,
bagaimana pendapatmu?”
Hoa Thian-hong tidak langsung menjawab, diam-diam
ia berpikir kembali di dalam hati, “Kakak beradik dari
keluarga Pek adalah gadis-gadis perawan yang belum
pernah dijamah kaum lelaki, jelas dalam pembicaraannya
itu dia hendak menimpakan semua dosa serta kesalahan
ini kepada dua orang gadis itu….”
Berpikir demikian, tanpa terasa ia menghela napas
panjang dan berkata.
“Jien Tang-kee, harap engkau suka memakluminya.
Tempo hari aku mengatakan bahwa raut wajah sang
pembunuh agak mirip dengan nona dari keluarga Pek,

apa yang kukatakan sesuai dengan apa yang kusaksikan
tak sepatah katapun merupakan ucapan yang
berbohong, dan sekarang akupun berani bersumpah
dihadapan Thian bahwasannya pembunuh yang
kumaksudkan itu bukanlah kakak beradik dari keluarga
Pek….”
Tiba-tiba malaikat pertama Sim Kian berkata dengan
nada yang menyeramkan, “Hmm! Kalau mau menuduh
seseorang tuduhlah orang itu, kalau tak mau menuduh
orang lain tak usahlah kau tuduh. Heeeh…. .heeehh….
heeehh…. menurut pendapatku, kemungkinan besar
memang tiada terdapat perempuan semacam itu,
pembunuh yang sebenarnya bukan lain adalah kau Hoa
Thian-hong seorang!”
Sepasang mata Hoa Thian-hong kontan melotot bulat,
dengan pandangan dingin ia melirik sekejap ke arahnya,
kemudian menjawab.
“Hmm! aku tahu bahwa persoalan yang paling
menguatirkan hatimu tidak lain adalah Pedang emas
tersebut seandainya pembunuh tersebut adalah aku Hoa
Thian-hong seorang, bukankah engkau segera akan
menun tut kembali pedang emas tersebut dari
tanganku?”
“Haah…. haaah…. haaah….” malaikat pertama Sim
Kian tertawa seram, “pada waktu itu aku hendak
menerima dirimu sebagai anak muridku….!”
“Aaai….! aku lihat persoalan ini harus ku ucapkan
keluar secara jelas dan tanpa tedeng aling-aling, kalau

tidak nona Pek Sok Gie pasti tak akan memperoleh
ketenangan di dalam hidup selanjutnya,” pikir Hoa Thianhong
di dalam hati.
Berpikir sampai disini, dengan wajah serius ia segera
berkata kepada diri Jin Hian, “Terus terang saja
kukatakan bahwa pada saat itu dalam genggamanku
telah berhasil menemukan penanda yang cukup kuat,
aku telah mengetahui siapakah pembunuh yang
sebenarnya telah menghabisi jiwa putramu, namun
sayang sekali bukti yang kuat belum berhasil kudapatkan
sehingga akupun tidak ingin mengutarakannya keluar
lebih dahulu. Jin longteee! aku harap engkau bersedia
untuk bersabar selama beberapa hari lagi, dalam
pertemuau besar Kian ciau tay hwee aku pasti akan
berhasil membuktikan kepadamu siapakah pembunuh
yang sebenarnya!”
Diam-diam Jin Hian mendengus dingin, batin-nya,
“Keparat cilik, ergkeu anggap aku adalah seorang
manusia tolol? Berani benar engkau gunakan siasat
kosong untuk mengulur waktu!”
“Hoa Thian-hong! terdengar malaikat kedua Sim Ciu
menjerit dengan suaranya yang tinggi melengking,
benarkah engkau mengetahui siapakah sebenarnya
pembunuh itu?”
“Kalau benar ada apa?” tanya Hoa Thian-hong dengan
dahi berkerut dan alis mata berkenyit.
Malaikat kedua Sim Ciu tertawa.

“Kalau begitu engkau sudah mengetahui bukan
pedang emas tersebut pada saat ini berada di tangan
siapa?” tanyanya
“Tentu saja aku tahu!”
“Coba kau katakan siapakah orang itu?”
“Sekalipun aku katakan keluar belum tentu kalian
bersedia untuk mempercayainya,” jawab Hoa Thian-hong
dengan nada hambar, “pedang emas itu sekarang berada
di tangan Thian Ik-cu, percaya tidak?”
“Hmmm mengadu domba diantara sesama umat
persilatan, engkau memang licik sekali”
“Hmmm bukan sejak tadi aku sudah berkata,
kendatipun kuberitahukan kepadamu, belum tentu
engkau percaya. Nah seorang lihatlah bukankah
ucapanku hanya sial belaka?”
Jin Hian tertawa seram, tiba-tiba ia berseru, “Kalau
tidak sakit tidak gatal, siapa yang bersedia mengaku
secara terus terang?”
“Sedikitpun tidak salah” sambung malaikat kedua Sim
Ciu, “Cukat racun, bagaimana kalau aku mengajak
engkau untuk membicarakan soal barter….? Kau tentu
bersedia bukan?”
Sambil berkata, telapak tangannya kembali
ditempelkan ke atas punggung Pek Soh-gie.

Cukat racun Yau Sut termasuk juga seorang jago
kawakan yang punya banyak pengalaman di dalam dunia
persilatan, akan tetapi berada dihadapan siluman tua
yang banyak akalnya ini dia dihabiskan akal juga
dibuatnya.
Andaikata Pek Soh-gie adalah putrinya sendiri,
mungkin akan keraskan hati dengan tidak
memperdulikan perintahnya tetapi apa daya gadis
tersebut adalah putri kesayangan dari ketuanya,
meskipun dalam hati kecilnya merasa tak senang hati,
akan tetapi perasaan tak senang itu tak berani diutarakan
keluar.
Terdengar Pek Soh-gie berseru dengan suara lantang,
“Paman Yau, tit-li mempunyai sepucuk surat yang harus
diserahkan kepada ayahku, apakah engkau bersedia
menyampaikannya kepada ayahku?”
“Tentu saja akan kusampaikan kepadanya,” jawab
Cukat racun Yau Sut dengan cepat tetapi engkau tak
usah berpikir yang bukan-bukan lebih dahulu, putri dari
ketua perkumpulan Sin-kie-pang tak akan begitu
gampang menemui ajalnya!”
Sebenarnya Pek Soh-gie ada maksud untuk
menyelesaikan kehidupan sendiri apabila keadaan terlalu
mendesak, sehingga tidak sampai mendatangkan banyak
kesulitan dan kerepotan buat orang lain, setelah rahasia
hatinya ini berhasil ditebak secara jitu oleh Yau Sut tak
dapat dicegah lagi air mukanya berubah jadi merah
padam saking jengahnya, untuk sesaat ia tak tahu apa
yang harus dilakukan olehnya.

Cukat racun Yau Sut sendiri rupa-rupanya juga telah
menyadari bahwa pertarungannya pada hari ini melawan
Hoa Thian-hong tak dapat dihindari lagi, otaknya dengan
cepat berputar dan ia berhasil mendapatkan cara yang
paling jitu untuk mengatasi masalah lersebut.
Perlahan-lahan ia berjalan maju ke depan, setelah
memberi hormat ujarnya, “Hoa kongco, pertarungan
yang berlangsung pada hari ini sebenarnya terjadi karena
keadaan yang mendesak….”
“Engkau tak perlu sungkan-sungkan,” tukas Hoa
Thian-hong sambil tertawa pula, “akupun tahu bahwa
keadaan yang memaksa kita harus bertempur!”
Sambil berkata pedang bajanya perlahan-lahan
dicabut keluar dan dalam sarung, kemudian bersiap siaga
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan
“Silahkan!” seru Cukat racun Yau Sut dengan wajah
serius.
Dalam sekejap mata suasana dalam arena berubah
jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapuo.
Pertarungan ini merupakan suatu pertarungan yang
luar biasa, orang yang hendak bergebrak yang satu
merupakan jago Bulim yang sudah diketahui oleh setiap
orang dalam dunia persilatan sedangkan yang lain adalah
seorang keturunan jago kenamaan yang belum lama
terjun dalam sungai telaga.

Para penonton yang berada disisi arena semua tahu
bahwa Hoa Thian-hong masih bukan tandingan dari
Cukat racun Yau sut, tapi mereka tak tahu berapa
banyak selisih kepandaian yang mereka miliki, semua
orang ingin lahu berapa gebrakan, yang sanggup
diterima oleh Hoa Thian-hong, dan berapa jurus
serangan yang dibutuhkan Yau Sut Cukat racun itu untuk
merobohkan lawannya.
Cukat racun Yau Sut tersohor karena kekejaman serta
ketelengasannya yang melebihi ular beracun atau
binatang buas, dan semua orang dalam dunia persilatan
mengetahui akan hal ini.
Sebaliknya Hoa Thian-hong merupakan tulang
punggung dari kawanan pendekar golongan lurus,
pendekar muda yang disayang serta dikagumi olen
kawan sealiran, golok tak bermata, pertarungan tak
mengenal belas kasihan, seandainya Hoa Thian-hong
sampai musnah di tangan Cukat racun Yau Sut niscaya
peristiwa ini akan sangat menggemparkan seluruh kolong
langit terutama sekali dalam kalangan kaum lurus sendiri.
Sementara itu fajar telah menyingsing diufuk sebelah
timur, sinar keemas-emasan memancar keempat penjuru
dan menyoroti mulut gua kuno tadi.
Kebakaran yang terjadi disekeliling gua tersebut belum
padam, bahkan makin lama semakin meluas keempat
penjuru, sepintas memandang ke tempat kejauhan yang
terlihat hanyalah tanah hangus yang berwarna hitam,
suasana benar-benar mengenaskan sekali.

Tiba-tiba….”Weeess….!” desingan angin tajam
menderu-deru di angkasa, dengan membawa suara
pekikan tajam pedang baja Hoa Thian-hong yang besar
dan berat itu meluncur ke depan.
Menyaksikan betapa dahsyat datangnya bacokan itu,
tentu saja Cukat racun Yau Sut tahu lihay, dengan cepat
badannya berkelit ke samping untuk meloloskan diri dari
datangnya ancaman tersebut, kemudian badannya
laksana kilat menerjang maju ke depan, sebuah serangan
balasan ini dilancarkan dengan Kecepatan yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata, tak sempat lagi bagi Hoa
Thian-hong merubah jurus ganti gerakan, tampaklah
olehnya serangan itu meluncur seakan-akan kosong
namun dalam kenyataan berisi serta terselip banyak
perubahan yang tak terduga, membuat seluruh jalan
mundurnya sama sekali tersumbat.
Dalam keadaan terdesak dan gugup, Hoa Thian-hong
segera menekan pergelangan tangannya ke bawah,
pedang baja disilangkan di depan dada sementara
tubuhnya berputar kencang.
Dalam perkiraan Cukat racun Yau Sut semula, dalam
satu jurus saja ia akan berhasil menguasai keadaan,
siapa tahu perbuatan Hoa Thian-hong sambil
menyilangkan pedangnya itu mengandung pertahanan
yang sangat kuat, apabila ia tidak segera buyarkan
serangan serta menarik diri niscaya separuh bagian
lengannya akan terbabat sampai kutung.
Dalam keadaan begini terpaksa ia rubah gerak
telapaknya, sesudah berputar membentuk gerakan

setengah lingkaran ia ganti menyerang pinggang Hoa
Thian-hong, sementara jari tangan dan telunjuk tangan
kirinya menotok jalan darah Jit kan hiat dibadan-nya.
Dua jurus serangan itu dilancarkan cepat, ganas dan
lincah, membuat semua jago yang menyaksikan jalannya
pertarungan itu
diam-diam bersorak memuji, sorot mata Liong bun
siang sat serta Yao San It koay pun memancarkan
cahaya tajam, setelah menyaksikan betapa sempurna
dan ampunnya ilmu silat yang dimiliki Yau Sut, perasaan
memandang rendah lawannya seketika lenyap tak
berbekas.
Hot Thian-hong segera angkat lengannya ke atas
mengikuti gerakan tersebut, pedang bajanya menyapu ke
depan, hawa pedang memancar ke empat penjuru dan
dalam sekejap mata telah menyergap badan Yau Sut.
Diam-diam Cukat racun mengerutkan alis matanya
melihat kemampuan musuhnya, terburu-buru ia rubah
jurus serangannya kembali, telapak dan jari melancarkan
serangan secara berbarengan, ia berusaha menyerobot
posisi di atas angin.
Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu
pertempuran yang menarik hati, dalam sekejap mata
kedua orang jago itu sudah saling bertarung sebanyak
dua puluh jurus lebih.
Setiap kali Hoa Thian-hong pasti berhasil meloloskan
diri dari serangan lawan dengan suatu gerakan pedang

yang sederhana dan mudah, gerakannya menghindar
dan balas menyerang begitu leluasa permainan
pedangnya itu memang khusus diciptakan untuk
menahan jurus serangan lawan, kejadian ini membuat
para jaro disisi arena diam-diam merasa keheranan dan
tercengang.
Yan-san It-koay serta Liong bun Siang sat sekalian
yang ilmu silatnya telah mencapai taraf kesempurnaan,
setelah menyaksikan jalannya pertarungan itu beberapa
saat lamanya mereka segera menemukan bahwa ilmu
pedang yang dipergunakan pemuda itu sebetulnya cuma
terdiri dari enam belas jurus belaka, hal itu membuat hati
mereka jauh lebih terperanjat dari pada siapapun juga.
Bapi Cukat racun Yan Sut baru pertama kali ini ia
berjumpa dengan serangkaian ilmu pedang sedemikian
anehnya, semakin ber tempur hatinya merasa semakin
terperanjat, makin bertarung hatinya semakin berat, ia
sama sebali tidak jeri terhadap keampuhan ilmu silat
yang dimiliki Hoa Thian-hong, tapi ia terperanjat oleh
kesaktian serta kelihayan dari ilmu pedangnya itu.
Hoa Thian-hong sendiri diam-diampun merasa terkejut
bercampur keheranan, enam belas jurus ilmu pedang ini
sudah dilatihnya selama sepuluh tahun lebih, sejak
pedang bajanya ditahan oleh Ciu It-bong, selama satu
tahun lebih meskipun tiap hari dia menghapalkan kembali
gerakan pedang itu dalam benaknya namun tidak
sekalipun pernah dipraktekkan.
Siapa tahu setelah dipergunakan olehnya pada saat
itu, bukan saja gerakan pedangnya sama sekali tidak

kelihatan asing atau membingungkan, malahan
sebaliknya bertambah hapal dan matang keampuhan
yang terpancar dari ujung pedang semakin mantap dari
pada keadaan dahulu.
Dahulu setiap kali ia mempergunakan ilmu pedang
tersebut, sering kali terasa olehnya seakan-akan bahunya
sedang memikul suatu beban yang amat berat sekali,
tetapi sekarang sesudah racun teratai empedu api
membaur dengan tenaga dalamnya, bukan saja pedang
yang berat terasa enteng dalam penggunaan yang lebih
aneh lagi ketika ia mainkan pedang itu dengan enteng
dan perlahan karena kuatir mulut luka di atas dadanya
merekah kembali, ternyata hasil yang diperoleh luar
biasa sekali, makin enteng dan perlahan ia gunakan
pedang tersebut, tenaga murni yang terpancar keluar
lewat ujung pedangnya semakin lancar dan luar biasa.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah
bertarung sebanyak limapuluh jurus lebih, Hoa Thianhong
semakin memahami rahasia serta inti dari gerakan
ilmu pedangnya, makin bertempur ia semakin bersemangat,
semakin bergebrak ia semakin menghemat dalam
penggunaan tenaga.
Akan tetapi Cukat racun Yau Sut juga bukan seorang
manusia sembarangan, meskipun ilmu pedang lawan
sangat ampuh akan tetapi keyakinan dalam ilmu silatnya
jauh lebih unggul daripada si anak muda itu, sete-lah
lima puluh jurus lewat diapun berhasil menguasai seluruh
keadaan.

Permainan ilmu telapaknya tiba-tiba berubah, ia mulai
melancarkan serangan secara bertubi-tubi, jurus satu
dengan jurus berikutnya di lancarkan makin dahsyat, hal
ini memaksa daya serangan yang terpancar keluar dari
ujung pedang Hoa Thian-hong seketika terdesak balik.
Pedang baja Hoa Thian-hong dilancarkan secara
bertubi-tubi, sekuat tenaga ia berusaha untuk
memulihkan kembali posisinya yang terdesak, akan tetapi
ilmu silat yang dimiliki Cukat racun Yau Sut beberapa kali
lipat jauh lebih tinggi beberapa kali lipat, setelah saling
bertahan beberapa saat lamanya, siapa yang tangguh
dan siapa yang lemahpun segeia terlihat di depan mata.
Tiba-tiba terdengar Cukat racun Yau Sut membentak
keras, sepasang telapaknya beterbangan di angkasa, silih
berganti ia lancarkan pukulan mematikan yang memaksa
Hoa Thian-hong tak mampu mempertahan-kan diri serta
mundur ke belakang berulang kali.
Melihat dirinya didesak hebat, hawa amarah berkobar
di dalam benak Hoa Thian-hong pikirnya dalam hati, “Ibu
sedang berlatih ilmu di dalam gua, sedangkan aku
bertugas mempertahankan pintu masuk ke dalam gua ini,
berarti pula kesela matan jiwa ibuku berada ditanganku,
kalau aku begini tak becus, bagaimana tanggung
jawabku terhadap ibu nantinya?”
Begitu ingatan tersebut berkelebat di dalam benaknya,
semangat bertempur segera berkobar di dalam
benaknya, pedang baja diayunkan berulang kali, dalam
waktu singkat tiga tusukan kilat telah dilepaskan.

Meskipun tiga rangkaian serangan berantai itu
dilancarkan dalam waktu yang amat singkat akan tetapi
daya serangannya amat hebat bagaikan tanggul yang
jebol, buru-buru Cukat racun Yau Sut ayunkan
telapaknya berulang kali untuk memunahkah serangan
tersebut, begitu berat daya tekanan yang datang
menggulung membuat dia seakan-akan baru saja
melakukan perjalanan jauh.
Sreeet….!sreeet….!sreeeet….! tiga buah serangan
balasan dilancarkan dengan cepat telah membendung
pula serangan gencar dari Cukat racun Yau Sut.
Diam-diam juru pikir dari perkumpulan Sin-kie-pang ini
merasa amat gusar, dia mendengus dingin dan tubuhnya
tiba-tiba menerjang maju ke depan, telapak kiri
melancarkan serangan dengan menyapu sedangkan
telapak kanan menyerang dengan tonjokan, dengan
jurus Thian kang Pat to atau bintang langit cahaya
diutara, ia menyerang kemuka.
jurus serangan tersebut merupakan suatu serangan
yang aneh dan jarang ditemui di kolong langit,
menyaksikan datangnya serangan dari pihak lawan itu
Hoa Thian-hong merasa gugup dan terkesiap, ia merasa
seakan-akan semua jalan mundurnya telah tersumbat
oleh pukulan lawan.
Para jago yang menonton jalannya pertarungan dari
sisi arenapun nampak berubah air mukanya setelah
melihat gerakan ilmu telapak itu, Tio Sam-koh serta Hoa
In paling terperanjat diantara beberapa orang itu,

mereka bersama-sama menunjukkan gerakan hendak
menerjang ke depan.
Hoa Thian-hong sebagai keturunan seorang jago
kenamaan tentu saja tak mau menyerah dengan begitu
saja, tiba-tiba ia mengepos tenaga lalu membentak
keras, sekuat tenaga ia lancarkan sebuah bacokan ke
arah tubuh lawan.
Daya serangan yang terpancar keluar dari bacokan itu
amat dahsyat bagaikan meretaknya bumi terkena gempa
bumi, hawa pedang memancar keempat penjuru diantara
berdesingnya pedang baja menembusi angkasa terselip
suara getaran lembut yang amat lirih, meskipun lirih
namun mengandung daya kekuatan yang menggetarkan
hati.
Cukat racun Yau Sut merasa terkejut bercampur
gusar, melihat sepasang telapaknya hampir menghajar
tubuh lawan akan tetapi pedang baja lawanpun akan
segera melukai tubuhnya terpaksa ia berganti jurus dan
mencari jalan lain untuk menguasai musuhnya.
Kehebatan Hoa Thian-hong segera terpancar keluar
keempat penjuru, secara beruntun ia lancarkan empat
buah babatan dahsyat, tiba-tiba mulut luka di atas
dadanya terasa amat sakit dan kedua kakinyapun ikut
jadi kaku bercampur linu,
Sadarlah si anak muda itu bahwa mulut lukanya pecah
kembali, diikuti diapun merasa darah segar bagaikan air
marcur mengalir ke luar dengan amat derasnya.

Teringat akan darah, tiba-tiba semangat pemuda itu
berkobar kembali, dia membentak keras, seluruh tenaga
dalamnya disalurkan ke luar dan secara tiba-tiba sebuah
bacokan pedang dilepaskan ke arah depan.
Dari keganasan serta kehebatan datangnya bacokan
lawan, Cukat racun Yau Sut merasa tak mampu untuk
menandinginya, dengan cepat badannya berputar
kencang, sebuah totokan segera dilepaskan menyergap
belakang punggung Hoa Thian-hong.
Pertempuran itu benar-benar merupakan suatu
pertarungan sengit yang menentukan antara mati hidup,
ilmu silat yang dimiliki Yau Sut beraneka ragam dengan
jurus yang aneh sebaliknya Hoa Thian-hong hanya
mengerti enam belas jurns ilmu pedang yang biasa dan
sederhana dalam menggunakan, walaupun begitu
pertarungan tetap berjalan seru dan di dalam sepuluh
jurus, menang kalah masih belum dapat ditentukan.
Sementara itu darah segar telah mengucur keluar
membasahi seluruh pakaiannya, mulut luka terasa panas,
linu dan sakitnya bu kan kepalang, sambil menggertak
gigi menahan rasa sakit Hoa Thian-hong masih tetap
berusaha mempertahankan diri, sekalipun begitu rasa
sakit terpancar juga dari atas wajahnya.
00000O00000
39
KEADAAN seperti ini tentu saja tak dapat mengelabuhi
pandangan mata beberapa orang tokoh persilatan yang

sedang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena,
Hoa In paling gelisah dan kuatir dan dialah yang
pertama-tama menyadari keadaan majikan mudanya
yang terdesak hebat itu.
Teng Kong Li serta kakek bermuka kurus adalah
komplotan yang setia dengan Cukat racun Yau Sut,
melihat Hoa In menerjang masuk ke dalam gelanggang
kedua orang itu segera membentak gusar dan terjun ke
dalam kalangan untuk menghalang-halangi niat lawan.
“Blaaaam….!” sebuah pukulan yang amat dahsyat dari
Hoa In menghajar tubuh Teng Kong Li serta kakek
bermuka kurus sehingga isi perutnya goncang dan
kepalanya pusing tujuh keliling, tubuh mereka tergetar
mundur sampai beberapa tombak jauhnya dari tempat
semula….Sepasang mata Hoa In telah berubah jadi
merah darah, sepasang telapaknya diayun berulang kali,
bagaikan seekor harimau gila dia menerkam ke arah
tubuh Cukat racun Yau Sut.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata,
anak buah dari perkumpulan Sin-kie-pang bersama-sama
membentak keras dan terjun ke dalam gelanggang.
Tio Sam-koh segera putar toya bajanya menyongsong
datangnya serbuan itu, dalam waktu singkat suasana jadi
kacau balau, pertarungan secara massalpun segera
berlangsung.
Disaat-saat yang amat kritis itulah, tiba-tiba terdengar
seseorang dengan suara yang nyaring bercampur gelisah

berkumandang datang, “Saudara-saudara sekalian, harap
tahan!”
Bersamaan dengan munculnya suara bentakan itu,
terlihatlah Pek Kun-gie, Oh Sam serta tujuh delapan
sosok bayangan manusia lainnya dalam waktu singkat
telah menyeberangi jembatan batu dan meluncur ke arah
mulut gua tersebut.
Cukat racun Yau Sut berotak cerdas dan paling cepat
reaksinya, begitu mendengar suara bentakan dari Pek
Kun-gie dia segera menyadari bahwa beban seberat
ribuan kati yang terpikul di atas bahunya kini sudah
tersingkirkan, dengan cepat ia memerintahkan anak
buahnya untuk berhenti bertempur serta meloncat
mundur ketepi kalang an.
Dalam waktu singkat Pek Kun-gie yang cantik jelita
bagaikan bunga mawar itu sudah tiba lebih dahulu di
tengah kalangan.
Pek Soh-gie jadi kegirangan setengah mati, buru-buru
teriaknya dengan suara nyaring, “Moay Moay….!”
Dengan sorot mata yang tajam dan cepat Pek Kun-gie
menyapu sekejap ke arah para jago yang berada
disekeliling tempat itu, ke mudian tegurnya, “Cici
darimana engkau bisa tiba di tempat ini?”
“Thian Ik-cu telah menangkap diriku kemudian Ciu Itbong
membawa aku ke tempat ini dan akhirnya para
enghiong hoohan dari perkumpulan Hong-im-hwie
menyandera diriku serta memaksa paman Yau untuk

bertempur melawan Hoa toako, katanya bilamana paman
Yau tidak berhasil menangkap Hoa toako maka akupun
tak akan dilepaskan”
Pek Kun-gie dengan sorot mata yang tajam dengan
cepat berpaling ke arah Hoa Thian-hong.
Dibalik sorot matanya itu terselip rasa cinta yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata, seakan-akan rasa hangat di
tengah hujan salju bagaikan pula hujan dimusim
kemarau, meskipun hanya pandangan dalam sekejap
mata akan tetapi rasa cinta yang terpancar keluar dapat
dirasakan pula oleh setiap jago yang hadir dalam
kalangan itu.
Hoa Thian-hong jadi tersipu-sipu dibuatnya oleh
pandangan yang penuh dengan perasaan cinta itu, ketika
teringat kembali akan pesan ibunya yang mengharuskan
dia untuk memutuskan hubungan dengan gadis ini, buruburu
wajahnya dicemberutkan dan tak berani
menampilkan senyuman.
Pek Kun-gie segera alihkan sorot matanya dan
menyapu ke arah para jago dari perkumpulan Hong-imhwie,
di atas wajahnya terlintas rasa muak benci dan
pandangan hina yang amat tebal.
Sedari kecil gadis ini sudah terbiasa dimanja dan selalu
pandang tinggi diri sendiri, apabila ia memandang hina
terhadap seseorang maka di atas wajahnya segera
tercerminlah rasa tak senang hatinya itu. Dan terutama
sekali pandangan sinisnya yang penuh penghinaan terasa
jauh lebih lihay dari pada tusukan golok, kendatipun

seseorang mempunyai iman yang tebal ataupun watak
yang sabar, sesudah menyaksikan sikapnya yang penuh
penghinaan itu tentu akan naik pitam dan menjadi
marah.
Malaikat kedua Sim Ciu yang pertama-tama tak kuat
menahan diri, sorot mata tajam terpancar keluar dari
balik kelopak matanya, dengan penuh kegusaran dia
membentak keras, “Budak ingusan! engkaukah putri
kedua dari Pek Siau-thian si tua bangka itu?”
Cukat racun Yau Sut takut gadis itu tak tahu lihay dan
melakukan tindakan secara semberono, buru-buru sambil
menuding ke arah orang itu dia menerangkan, “Kedua
orang ini adalah dua bersaudara she Sim dari
perkumpulan Hong-im-hwie, mereka berdua menetap di
Liong bun dan di sebut oleh setiap orang Bulim sebagai
Liong bun Siang sat sepasang malaikat dari Liong bun!”
Dari sikap malaikat kedua Sim Ciu yang berjaga-jaga
di samping tubuh sucinya, Pek Kun-gie segera
mengetahui apa maksud tujuan orang, tak tahan lagi ia
tertawa dingin.
“Heeeh…. heeehh…. heeehh…. kalau kutinjau dari
situasi yang terbentang pada saat ini, rupanya
perkumpulan Hong-im-hwie sudah mengambil keputusan
untuk berselisih paham dengan perkumpulan Sin-kiepang
kami?”
“Kita toh sama-sama merupakan perkumpulan besar
dalam dunia persilatan, apa takutnya untuk berselisih
paham? engkau anggap kami jeri terhadap

perkumpulanmu itu?” ejek malaikat kedua Sim Ciu sambil
tertawa seram.
Pek Kun-gie mendengus dingin.
“Hmm! perkumpulan Hong-im-hwie bukan milikmu
seorang, pendapatmu apakah dapat disetujui oleh rekanrekanmu
yang lain?” serunya.
Mendengar ucapan itu malaikat kedua Sim Ciu
tertegun, sesudah termenung beberapa saat lamanya ia
segera berpaling ke samping kiri kanannya dan berseru,
“Kami dua bersaudara she Sim adalah satu hati satu
pendirian-entah bagaimana dengan pendapat kalian
semua?”
Jin Hian yang sudah lama tidak buka suara ketika
menyaksikan sorot mata Sim Ciu berhenti di atas
wajahnya, dengan cepat ia menyambung, “Tujuanku
datang kemari adalah mencari tahu siapakah pembunuh
puteraku kemudian balaskan dendam bagi kematiannya,
persoalan mengenai perkumpulan silahkan kalian berdua
untuk memutuskannya sendiri”
Setelah berhenti sebentar, sepasang matanya yang
tajam menyapu tiada hentinya di atas wajah kakak
beradik she Pek itu lalu melanjutkan lebih jauh,
“Selamanya pendapat dari Sim loe selalu dikagumi oleh
setiap saudara yang ada dalam perkumpulan, tentu saja
tak usah kau rundingkan lagi dengan diriku, kalian boleh
bersikap sekehendak hatimu!”

Dengan sorot mata tajam malaikat kedua Sim Ciu
berpaling ke arah rekannya Yan-san It-koay, kemudian
bertanya lebih jauh, “Makhluk tua, bagaimana menurut
pendapatmu?”
“Buat apa musti bersilat lidah dengan kawanan
manusia dari angkatan muda, mau berdua, bagaimana
kita lakukan saja menurut rencana, kita cepat selesaikan
masalah ini agar bisa segera berlalu pula dari tempat ini!”
Malaikat kedua Sim Ciu mengerutkan dahinya, tibatiba
dengan ilmu menyampaikan suara ia berseru, “Aku
hendak berdaya upaya untuk memaksa perempuan itu
keluar dari dalam gua, ingin kulihat permainan setan
apakah yang sedang ia persiapkan! bagaimana
pandangan mu mengenai rencanaku ini?”
Dengan ilmu menyampaikan suara Yan-san It-koay
segera menjawab pula, “Ilmu ampuh apakah yang telah
berhasil kau yakinkan, berani benar mencari gara-gara,
apakah engkau yakin mampu menangkan pihak lawan?
janganlah dikarenakan sebilah pedang emas yang tak
ada harganya, selembar jiwapun ikut lenyap”
“Makhluk tua, engkau tak usah lain dimulut lain
dihati!” seru Sim Ciu dengan dingin, “kalau engkau
menginginkan pedang emas tersebut silahkan tangkap
dahulu keparat cilik she hoa itu, kami berdua akan
berada di belakang untuk membendung datangnya para
pengejar!”

“Hmmm! belum tentu ada gunanya kita tangkap
keparat cilik itu, lebih batk nanti saja kita bicarakan lagi
persoalan ini!”
Kedua orang itu saling bercakap-cakap dengan bibir
saja yang bergerak namun tak kedengaran sedikit
suarapun, setelah ditunggu beberapa saat namun pihak
lawan belum juga buka suara, dengan gusar Pek Kun-gie
segera menegur, Bagaimana? Apakah engkau ada
rahasia penting yang tak dapat diketahui oleh orang
lain?”
“Heeehh…. heeehh…. heeeh….!” malaikat ke dua Sim
Ciu tertawa seram, “budak ingusan besar amat nyalimu!
orang sih tak akan kulepaskan engkau mau apa?”
Pek Kun-gie tertawa dingin.
“Hmm! Semula aku mengira para enghiong hoohan
dari perkumpulan Hong-im-hwie adalah manusia-manusia
yang luar biasa, tak tahunya keberanian kalian hanya
berbuat begitu saja….Hmm! Sungguh memuakkan….”
Habis berkata selangkah demi selangkah dia maju ke
depan.
“Hiantitli, engkau mau berbuat apa? tegur Cukat racun
Yau Sut sambil menghalangi jalan perginya.
“Aku hendak mengajak jago lihay ini untuk
membicarakan soal pertukaran ini”

“Bagus sekali, sambung Sim Ciu sambil tertawa,
“bagaimana caranya pertukaran ini dilangsungkan?”
“Kalau dibicarakan sesungguhnya gampang sekali,
engkau boleh segera melepaskan ciciku, sedangkan aku
akan menggantikan dirinya sebagai sanderamu,
bagaimana? ringan sekali bukan?”
Pek Soh-gie jadi gelisah sekali mendengar perkataan
itu, buru-buru teriaknya, “Adikku aku tidak takut
menghadapi segala sesuatu apapun, engkau tak usah
memperdulikan diriku”
Pek Kun-gie pura-pura tidak mendengar ucapan tadi,
sepasang sorot matanya yang tajam dan dingin berputar
di atas wajah Sim Ciu, kemudian serunya kembali,
“Hanya urusan yang kecil sekali, apa yang patut kau
curigai lagi? takut dengan aku?”
Sebenarnya kakak beradik itu adalah saudara kembar
yang dilahirkan bersamaan waktunya, akan tetapi setelah
keluarganya terjadi perpecahan mengakibatkan
lingkungan hidup serta sistim pendidikan yang mereka
terima berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Kalau Pek Soh-gie adalah seorang gadis yang lemah
lembut dengan watak yang halus serta ramah tamah,
sebaliknya Pek Kun-gie adalah seorang gadis yang kasar
dengan mempunyai watak yang keras, sifat maupun
gerak-geriknya tentu saja berbeda satu sama lainnya.

Terdengar malaikat kedua Sim Ciu menyeringai dan
tertawa seram, serunya mengejek, “Pek Kun-gie!
Ketahuilah bila engkau sampai terjatuh ketanganku,
maka siksaan badaniah yang akan kau alami berat sekali,
engkau harus pikirkan lebih dahulu sebelum bertindak”
“Hmmmm! banyak bicara tak ada gunanya….” dengan
langkah lebar ia segera berjalan maju ke depan.
“Kun-gie….” teriak Cukat racun Yau Sut dengan
perasaan hati serba salah.
Berhubung Cukat racun Yau Sut telah bertempur
melawan Hoa Thian-hong, terhadap juru pikir dari
perkumpulan ini Pek Kun-gie merasa amat tidak senang
hati, tidak menanti ia menyelesaikan kata-katanya,
dengan cepat ia menukas, “Paman Yau tak usah
menghalang-halangi rencanaku lagi, dia adalah saudara
kandungku, apakah titli musti berpeluk tangan belaka?”
“Adikku….” teriak Pek Soh-gie dengan amat gelisah,
“engkau ataupun aku bukankah sama saja? Kenapa
engkau harus bersikeras dengan pendirianmu itu?”
Pek Kuo Gie sama sekali tak menggubris ucapan
encinya itu, dengan langkah lebar ia segera berjalan
menuju kesisi tubuh malaikat kedua Sim Ciu.
“Berbuatlah yang cerdik!” seru Sim Ciu sambil
menyeringai seram, “selama berada dalam lingkaran
daya seranganku, aku harap engkau jangan bertindak
secara gegabah!”

Rupanya malaikat kedua dari Liong bun ini sudah
cukup mengenali watak Pek Kun-gie yang tidak sehalus
serta sepenurut enci nya, maka begitu gadis muda itu
berjalan mendekat, beberapa totokan dengan cepat di
lancarkan menotok jalan darah kaku dikedua belah
tangannya, setelah itu telapak tangannya yang lain
didorong dan mengirim tubuh Pek Soh-gie kehadapan
Cukat racun Yau Sut.
Setelah berhasil meloloskan diri dari cengkeraman
musuh, air mata jatuh berlinang membasahi pipi Pek
Soh-gie, dia putar badan dan berjalan kembali ke arah
malaikat kedua Sim Ciu.
Dengan cepat Cukat racun Yau Sut menghalangi jalan
perginya.
“Titli, engkau tak usah cemas atau gelisah” serunya,
“sebentar lagi pangcu pasti akan tiba disini dan sega1a
persoalan dengan cepat dapat diselesaikan!”
Sementara pembicaraan masih berlangsung, kembali
serombongan jago dari perkumpulan Sin-kie-pang telah
tiba di tempat itu karena melihat tanda bahaya yang
meledak di udara tadi.
Sekarang jumlah para jago dari perkumpulan Sin-kiepang
telah mencapai tiga puluh orang banyaknya,
diantaranya tentu saja terdapat para jago yang
berkepandaian agak rendah, meskipun kalau mereka
disuruh bertarung satu lawan satu dengan Liong bun
siang sat atau Yan-san It-koay masih belum mampu
untuk mengatasinya, akan tetapi kalau sampai terjadi

pertarungan secara massal maka kemungkinan besar
pihak perkumpulan Sin-kie-pang masih mampu untuk
merebut kemenangan.
Walaupun begitu berhubung Pek Kun-gie sudah
terjatuh ke tangan lawan, dan dalam sebuah gerakan
yang gampang sekali malaikat kedua Sim Ciu sudah
dapat membereskan nyawa gadis tadi, maka Yau Sut
serta anak buahnya tak berani bertindak secara gegabah.
Tiba-tiba terdengar Jin Hian berkata, “Hoa Thianhong,
bagaimanakah keadaan-nya sewaktu putraku
dibunuh orang apakah engkau dapat memberikan
keterangan yang jelas dan terang? Kalau tidak…. aku
takut jiwamu akan segera berakhir pada hari ini juga”
Tertegun hati Hoa Thian-hong mendengar ucapan
tersebut, sambil tertawa ia segera berkata, “Jien Tangkee,
secara tiba-tiba engkau mencari gara-gara dengan
diriku, entah apakah alasan-nya?”
“Hmm! ombak belakang mendorong ombak di depan,
manusia baru akan menggantikan manusia lama, jika ini
hari aku orang she Jin tak mampu membinasakan dirimu,
setelah lewat beberapa hari lagi mungkin usahaku untuk
menyingkirkan engkau akan tetap tinggal sebagai
keinginan belaka”
Haaahh…. haaahh…. haaahh…. kalau memang begitu,
aku tak akan berbicara apa-apa lagi”
“Hmm! rupanya engkaupun mengalami kesulitan
untuk menerangkan duduknya perkara kepadaku,

ketahuilah bagaimanapun juga engkau tetap tersangkut
dalam peristiwa terbunuhnya puteraku, pepatah kuno
mengatakan, meskipun aku tidak membunuh Pak jin,
akan tetapi Pak jin mati lantaran aku, aku orang she Jin
mempunyai alasan yang kuat untuk membereskan
jiwamu”
Makin berbicara nada suaranya berubah semakin
dingin, secara tiba-tiba Hoa Thian-hong merasa bahwa
situasi yang dihadapi pada sa st ini jauh berbeda dengan
keadaan dimasa lain.
Apa yang diucapkan Jin Hian sebenarnya merupakan
ucapan yang sejujurnya, pertarungannya melawan Yau
Sut belum lama berselang meskipun tidak menimbulkan
perasaan apa-apa bagi dirinya, akan tetapi para
penonton yang bersda di samping lapangan rata-rata
telah mempunyai satu pandangan yang sama.
Bisa dibayangkan dengan kepandaian silat yang
dimiliki Yau Sut serta kedudukannya yang tinggi sekali
dalam dunia persilatan, ternyata walaupun sudah
bertarung sebanyak lima enam puluh jurus melawan Hoa
Thian-hong ternyata memang kalah masih susah di
tentukan, apabila mulut lukanya tidak pecah entah
sampai kapan pertarungan itu baru akan berakhir.
Jin Hian yang menyaksikan kelihayan ilmu silat
pemuda itu, tentu saja tercekat hatinya dan segera
timbul niat jahat untuk secepatnya menyingkirkan
pemuda itu mumpung ilmu silatnya belum keburu
bertambah lihay.

Terdengar Jin Hian dengan nada yang dingin
menyeramkan berkata lebih jauh.
“Rencana atau rejeki datang tanpa pintu melainkan
manusialah yang mancarinya, aku orang she Jin pun
dapat menyadari bahwa kematian dari puteraku adalah
akibat terpengaruhnya oleh rasa cinta asmara, akan
tetapi dunia jagad begini luas, kemana aku harus pergi
menemukan jejak dari gadis pembunuh tersebut? Asal
engkau dapat memberikan penjelasan atau keterangan
yang bisa dipertanggung jawabkan, aku orang she Jin
pasti akan memberi satu jalan hidup bagimu”
Hoa Thian-hong tidak langsung menjawab, diam-diam
ia berpikir kembali dalam hati kecil nya, “Nama yang
sebenarnya dari Giok Teng Hujin adalah Siang Hoa,
dialah putri dari It kiam kay tionggoan Siang Tang Lay,
menurut pengakuannya Pedang emas terdiri dari pedang
jantan dan pedang betina, yang jantan berada di tangan
Giok Teng Hujin sedang yang betina katanya berada di
dalam pedang mustika milik Thong-thian Kaucu , jelas
semua rahasia ini ada sangkut pautnya dengan kematian
dari Jing Bon, dan kalau aku tinjau lebih jauh maka
kematian dari Jin Bong besar sekali kemungkinannya
punya kaitan yang erat cengan Giok Teng Hujin, atau
dengan perkataan lain gadis yang diutus untuk
melaksanakan pembunuhan ini tentulah anak buah dari
Giok Teng Hujin, bukankah Pui Che-giok adalah anak
buahnya? Tapi…. haruskah kuungkapkan rahasia
tersebut dihadapan mereka?”
Untuk beberapa saat lamanya pemuda itu jadi
bimbang dan tak tahu apa yang musti dilakukan olehnya.

“Hoa Thian-hong!” bentak Jin Hian secara tibaTibatiba.
“Apa yang hendak kau katakan?”
“Pada saat ini aku tiada perkataan lain yang bisa
diutarakan keluar” jawab Hoa Thian liong dengan alis
berkernyit.
Dari balik mata Jin Hian tiba-tiba terpencar keluar
nafsu membunuh yang amat tebal, ia melirikan matanya
sekejap ke arah Liong bun siang sat, Yan-san It-koay,
kemudian ujarnya, “Persoalan telah jadi begini,
bagaimana menurut pendapat kalian bertiga….?”
“Jika Jien Tang-kee menurunkan perintah, kami semua
siap menyerbu ke arah depan!” jawab malaikat pertama
Sim Kian.
Sorot mata tajam memancar keluar dari balik mata Jin
Hian, dia memandang sekejap ke arah dalam gua, lalu
sambil ulapkan tangannya ke arah pengawal pribadi
golok emas yang berkumpul di belakang tubuhnya ia
membentak, “Serbu!”
Tidak menunggu yang lain, ia menerjang maju lebih
dahulu ke depan.
Jilid 29
DALAM keadaan dicekam hawa amarah ketua dari
perkumpulan Hong Im Hwee ini segera memimpin para
jago lihaynya untuk menyerbu masuk kedalam gua

dimana Hoa hujin ibu dari Hoa Thian Hong sedang
berlatih ilmu silat.
Hoa Thian Hong jadi terkejut bercampur gusar
menyaksikan datangnya serbuan tersebut. pedang
bajanya dengan cepat diayun ke muka mengirim satu
bacokan kearah tubuh lawan.
Tio Sam koh yang berada disisinya, sege ra
membentak pula dengan nada nyaring: “Seng-ji, cepat
mundur kebelakang!'”.
Ditengah bentrokan nyaring dentingan tajam
menggema memecahkan kesunyian, tahu2 toya bajanya
telah bentrok dengan beberapa batang golok besar
berwarna emas yang mengakibatkan timbulnya percikan
bunga api memenuhi seluruh angkasa.
Dalam waktu singkat malaikat pertama Sim Kian serta
Yan-san It-koay telah turun tangan pula, mereka berdua
masing2 menyerang Tio Sam toh serta Hoa In.
Seketika itu pula pertempuran sengit yang
menegangkan hati berkobar diluar mulut gua, Jin Hian,
Sim kian serta Yan-san It-koay tiga orang gembong iblis
yang namanya pernah menggemparkan sungai telaga di
tambah belasan orang pengawal golok emas ber-sama2
mengerubuti Hoa Thian Hong, bertiga.
Pertempuran ini berlangsungnya mendadak sekali,
datangnya ancamanpun cepat serta ganas bagaikan air
bah yang menyapu daratan baru saja para jago dibikin
kaget bencana telah berada didepan pintu.
Dari pihak perkumpulan Hons Tm Hwee, hanya
malaikat kedua SimCiu seorang yang tidak turun tangan,
siluman tua yang banyak pengalaman ini mencekal
lengan Pek Kun Gie erat2, sementara sorot matanya
yang bengis dengan tajam menatap mulut gua tanpa
berkedip.

Dalam pada itu para jago lihay dari perkumpulan Sin
Kie Pang dibawah pimpinan Cu-kat racun Yau Sut hanya
berdiri sambil berpeluk tangan disisi kalangan, tak
seorangpun diantara mereka menunjukkan tanda tanda
hendak turun tangan.
Pek Soh Gie yang berdiri disamping Yau Sut seketika
merasakan badannya gemetar keras dan air mukanya
berobah jadi pucat pias bagaikan mayat, dengan air mata
jatuh bercucuran pintanya,
"Paman Yau, Hoa toako pernah menyelamatkan
jiwaku... cepatlah turunkan perintah dan..."
"Persoalan ini menyangkut masalah yang amat
besar"tukas "cukat racun" Yau Sut dengan cepat,
"maafkanlah pamanmu kalau didalam peristiwa ini tak
dapat mengambil tindakan secara gegabah"
"Oh Sam... !” tiba tiba terdengar Pek Kun Gie
membentak dengan nada yang menyeramkan.
Oh Sam terperanjat dan seketika merasakan sekujur
tubuhnya gemetar keras, dan buru-buru ia berseru:
"Aku segera akan turun tangan! "tanpa banyak bicara
ia menerjang kesamping tubuh Hoa Thian Hong dan
segera melancar kan sebuah pukulan dahsyat kearah Jin
Hian.
Dalam waktu singkat pertarungan yang berlangsung
dengan seru dan tiba2 itu sudah mencapai pada babak
yang menegangkan hati, pedang baja ditangan Hoa
Thian Hong bergetar silih berganti keempat penjuru
untuk membendung datangnya serangan gencar dari
pihak musuh.
Hoa In serta Tio Sam koh tanpa memperdulikan
keselamatan sendiri, berusaha mati2an melindungi sianak
muda itu, setelah terjunkan Oh Sam kedalam gelanggang
situasipun segera berubah agak mendingan.

Kendatipun begitu, sayang sekali pihak lawan bukan
saja terdiri dari tiga orang tokoh sakti bahkan ditambah
pula dengan delapan orang mengawal golok emas yang
berilmu silat sangat lihay, berada dalam keadaan yang
sama sekali tak seimbang ini lama kelamaan Hoa Thian
Hong mulai tak kuat menahan diri.
Ditengah berlangsungnya pertarungan sengit, darah
segar mengalir dengan derasnya dari mulut luka diatas
dada Hoa Thian Hong. tusukan pedang dari Ang Vap
toojin ini meskipun tidak berhasil membinasakan dirinya,
tapi mulut luka yang ditinggalkan olehnya telah menyeret
sianak muda itu terjurumus kedalam situasi yang amat
berbahaya.
Diam2 Hoa Thian Hong mengeluh, kepungan dari
pihak lawan kian lama kian bertambah ketat sementara
pihaknya sudah mulai terancam dalam bahaya, namun
tak ada sesuatu usahapun yang bisa dilakukan untuk,
menyelamatkan diri.
Dipihak liar air muka Pek Kun Gie telah berubah jadi
pucat pias bagaikan mayat, hatinya hancur luluh
sementara pandangan matanya jadi ber-kunarg2,
meskipun ia saksikan Hoa Thian Hong berjuang untuk
mempertahankan hidupnya, akan tetapi ia sama sekali
tak berdaya untuk menyelamatkan jiwa kekasih hatinya.
Dalam waktu singkat rasa benci, mendongkol, gusar
dan dendam bercampur aduk didalam benaknya, dia
amat membenci orang2 dari perkumpulan Hong Im
Hwee. ia lebib2 benci terhadap "Cukat racun "Yau Sut.
Malaikat kedua Sim Ciu yang selama ini menonton
jalannya pertarungan dari sisi kalangan. tiba2 se-olah2
telah memahami akan sesuatu, ia berseru tertahan.
Dengan cepat pikirnya didalam hati: "Kenapa sampai
sekarang perempuan didalam gua itu belum juga

munculkan diri ? ia bisa berbuat demikian tentu
disebabkan oleh keadaan yang terpaksa atau terluka
atau sakit, kalau tidak ia tentu sudah mengalami jalan api
menuju neraka sehingga tak mampu bergerak lagi dari
dalam gua tersebut..."
Begitu ingatan tadi berkelebat dalam benaknya,
dengan wajah berseri2 ia segera berteriak keras.
"Loo-toa, perketat seranganmu, aku lihat perempuan
she Hok itu pasti sudah menderita sesuatu penyakit,
boleh jadi ia sudah cacad sehingga sepasang kakinya tak
dapat dipergunakan lagi"
Sementara itu darah segar sudah banyak terbuang
dari tubuh Hoa Thian Hong, badannya mulai terasa lemas
dan tak bertenaga, Ketika mendengar suara teriakan
tersebut, hati nya jadi terperanjat sehingga tanpa terasa
gerakan tangannya jadi agak terlambat.
Didalam menghadapi pertarungan semacam ini, yang
paling penting adalah pusatkan perhatiannya untuk
menghadapi lawan, ketika dilihatnya pemuda itu agak
terlambat gerakannya, malaikat pertama Sim Kian jadi
kegirangan setengah mati, laksana kilat tangannya
berkelebat kedepan sambil melancarkan serangan.
"Roboh kau! "bentaknya.
Sebuah pukulan yang keras dengan telak bersarang
diatas pinggang Hoa Thian Hong, terdengar pemuda itu
berseru tertahan dan tubuhnya bersama pedang segera
mencelat kehadapan malaikat kedua Sim Ciu.
Bayangan manusia berkelebat lewat, Cukat racun Yau
Sut meloncat beberapa tombak ketengah udara, lima jari
tangannya bagaikan cakar burung elang tiba2
mencengkeram tubuh Hoa Thian Hong.
Malaikat kedua Sim Ciu yang menyaksikan kejadian itu
jadi gusar sekali sehingga memperdengarkan suitan

nyaring, dengan ilmu cakar "Tay-im-sin jiau" yang maha
dahsyat ia lancarkan sebuah serangan maut kearah juru
pikir diri perkumpulan Sin Kie Pang itu.
Dengan sebuah tangan melancarkan serangan, tangan
lain mencengkeram lengan Pek Kun Gie, tampaklah dari
balik kelima jari tangan kanannya memancar keluar
kabut putih yang amat tebal.
Tercekat hati Cu kat racun Yau Sut menyaksikan
kelihayan musuhnya, buru-buru ia
meloncat mundur sejauh dua depa ke belakang,
setelah berhasil meloloskan diri dari ancaman tersebut,
tiba2 tangan kanannya di ayun kedepan mengirim satu
pukulan pula kearah Sim Ciu.
Jarak diantara kedua orang tokoh sakti itu hanya
terpaut dua tiga depa belaka, malaikat kedua Sim Ciu
seketika merasakan datangnya segulung angin pukulan
yang sangat dingin menyerang kearah tubuhnya, ia tahu
serangan tersebut hebat sekali, hatinya seketika
terperanjat.
Setelah kedua orang itu sama2 mengeluarkan ilmu
simpanannya, kedua belah pihak sama2 merasa tercekat
hatinya Sim Ciu yang harus ter-buru2 untuk
menghindarkan diri dari ancaman tersebut tidak sempat
untuk mengurusi Hoa Thian Hong lagi.
Sejak pinggangnya terkena sebuah pukulan tadi. Hoa
Thian Hong merasakan tulang punggungnya jadi amat
sakit seperti patah, isi perutnya goncang dan badannya
segera roboh keatas tanah, menggunakan kesempatan
yang sangat baik itulah dengan cepat ia menggelinding
kearah samping.
Bentakan keras berkumandang memecahkan
kesunyian, pada saat hampir yang bersamaan Hoa In,
Tio Sam-koh, Yan san It-koay serta malaikat pertama

Sim Kian bersama2 menerjang maju kedepan, tubuh
masih berada diudara pertarungan sengit telah
berlangsung.
Sambil menahan rasa sakit yang merasuk ketulang
sumsum, Hoa Thian Hong berusaha untuk merangkak
bangunan dari atas tanah, tetapi sebelum tubuhnya
sempat bangkit berdiri, tiba2 cahaya tajam yang
menyilaukan mata telah meluncur datang didepan mata
disusul munculnya segulung desiran angin golok
membacok keatas batok kepalanya.
Hoa Thian Hong amat terperanjat, pedang bajanya
segera diangkat keatas untuk menangkis datangnya
ancaman tersebut.
"Traaang....! " bentrokan nyaring menggema
memecahkan kesunyian disusul percikan bunga api
menyebar keempat penjuru, empat orang pengawal
golok emas yang menyergap dan belakang segera
terpukul mental kearah belakang.
Pedang baja amat kuat dan tajam, sepasang golok
emas milik lawan mampu dihajar sampai patah didalam
bentrokan tadi, sayang Hoa Thian Hong sudah terlalu
banyak kehilangan darah, tenaga serangannya jadi makin
merosot sehingga tak dapat digunakan sebagaimana
mestinya, ditambah pula pinggangnya baru saja
termakan oleh sebuah pukulan dari Sim Kian, hal ini
membuat tangkisan pedang tidak memenuhi syarat.
Bentakan keras berkumandang memecahkan
kesunyian, anak buah perkumpulan Sim Kie Pang yang
selama ini hanya berpeluk tangan belaka, setelah
menyaksikan Cu-kat racun Yan Sut telah turun tangan,
merekapun bersama sama turun tangan berbareng
menerjang kearah malaikat kedua Sim Ciu.

Dalam waktu singkat cahaya senjata bayangan telapak
beterbangan memenuhi seluruh angkasa, jalannya
pertarunganpun semangkin seru.
Diam-diam tercekat hati Sim Ciu menjumpai
datangnya kerubutan yang begitu banyak, dalam
gugupnya dia segera angkat tubuh Pek Kun Gie dan di
putar kedepan untuk menangkis datangnya ancaman
senjata yang muncul dari empat arah delapan penjuru
itu.
Anak buah perkumpulan Sim Kie Pang takut kalau
senjata mereka melukai Pek Kun Gie, melihat datangnya
babatan itu dengan cepat mereka menarik diri sambil
meloncat mundur kebelakang, dengan kejadian itu para
jago jadi semangkin gusar bercampur penasaran, setelah
mundur untuk kedua kalinya mereka maju lagi
melancarkan serangan.
Hoa Thian Hong kegirangan setengah mati setelah
menyaksikan siiuasi dalam kalangan pertempuran telah
berubah jad i tiga buah medan pertempuran, sambil
menahan rasa sakit pada pinggangnya dia mengempos
napas dan segera menyerang kembali kearah para
pengawal golok emas dari perkumpulan Hong Im Hwee.
Tiba tiba punggungnya terasa dingin, menggunakan
kesempatan dikala situasi berubah jadi amat kalut dan
tak karuan itu, secepat kilat Cu kat racun Yau Sut
menerjang kebelakang punggungnya dan menempelkan
telapak tangannya diatas tubuh.
Tio Sam koh serta Hoa ln yang selama ini masih
terlibat dalam pertempuran sengit, walaupun bertempur
sorot mata mereka tak pernah berpisah dari tubuh Hoa
Thian Hong, sekarang telah tahu bahwa pemuda tersebut
terancam bahaya mereka terkejut bercampur cemas,

buru2 mereka tinggalkan lawannya dan berbalik
menerjang kearah Cu kat racun Yau Sut.
Pantangan paling besar bagi para jago lihay yang
dedang bertempur adalah pecah pikiran, dengan
mundurnya kedua orang itu, Yan san It-koay. Sim Kian
serta Jin Hian segera mempergunakan kesempatan baik
ini untuk menerjang kedepan, telapak dan jari
dilancarkan secara berbareng menyergap punggung dua
orang jago itu.
Thio Sam koh amat gusar merasakan datangnya
ancaman itu, dalam keadaan yang amat kritis toya
bajanya ditekan kebawah lalu sekuat tenaga dibabat
kebelakang, hal ini memaksa Yan-san It-koay harus
melompat mundur kebelakang.
Hoa ln lebih mementingkan keselamatan majikan
mudanya dari pada keselamatan sendiri, ia telah
melupakan marabahaya yang bakal mengancam datang
dari sekeliling tubuhnya, menanti ujung jari Sim kian
serta angin pukulan dan Jin Hian sudah hampir mengenai
sasarannya dia baru merasa,
Untuk menangkis atau menghindar sudah tak sempat
lagi, dalam bahaya terpaksa ia meloncat setengah depa
kesamping, setelah berhasil menghindarkan diri dari
serangan Tay-im-sin-jiau dari Sim Kian, hawa murni nya
segera disalurkan keatas punggung untuk menerima
datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras.
“Braaaak...l" serangan berat dari Jin Hian bersarang
telak diatas punggung Hoa In. membuat nelayan tua itu
mendengus berat dai badannya terlempar sejauh
beberapa tombak dari tempat semula.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata,
terdengar Cu-kat racun Yau Sut dengan suara lantang
berteriak :

“Semua anggota perkumpulan Sin Kie Pang mundur
...!" Mendengar perintah mundur dari juru pikir
perkumpulannya, semua jago dari perkumpulan Sin Kie
Pang segera menarik diri dari gelanggang pertarungan
dan segera mengundurkan diri kesektor sebelah kanan
dari jembatan batu itu rupanva mereka berusaha
menutup jalan mundur dari para jago perkumpulan Hong
Im Hwee.
Jin Hian sendiripun segera memerintahkan seluruh
jagonya untuk berhenti bertarung.
Tio Sam koh untuk kesekian kalinya siap menerkam
kearah Cu-kat racun, akan tetapi dengan suara dingin
Yau Sut segera mengancam :
“Barang siapa berani bergerak secara sembarangan,
jangan salahkan kalau aku segera akan habisi dahulu
nyawa Hoa Thian Hong.”
Hoa In rneloncat bangun dari atas tanah, dengan
langkah lebar dia maju kedepan dan berhenti kurang
lebih delapan depa dihadapan Cu kat racun, serunya
dengan suara dalam :
“Yau Sut.. andaikata engkau berani melukai siau-koan
jin dari keluarga kami, sekalipun sudah mati aku akan
jadi setan untuk makan dagingmu serta menyeset
kulitmu, agar engkau tiada tempat untuk dikubur!"
Cu-kat racun Yau Sut menempelkan telapak kanannya
diatas punggung Hoa Thian Hong, lalu sambil tertawa
dingin katanya:
“Kita lihat saja bagaimana akhirnya nanti, jika
keadaan, memang memaksa....apa boleh buat kalau
terpaksa aku harus bertindak menuruti suara hatiku
sendiri"

Per-lahan2 Hoa Thian Hong angkat kepalanya, ia lihat
Hoa In serta Tbio Sam-koh berdiri tidak jauh
dihadapannya, rambut mereka telah beruban semua,
diatas wajahnya yang penuh keriput terlintas hawa gusar
dan murung yang amat tebal, diam2 ia menghela napas
panjang, pikirnya :
“Sekarang sudah mendekati tengah hari, entah
bagaimanakah keadaan dari ibu? kedua orang tua ini.."
Tiba2 terdengar Pek Soh Gie bertanya dengan suara
gugup :
“Paman Yau. apa yang hendak kau lakukan terhadap
Hoa toako....?"
Cu kat racun Yau Sut tertawa ter-bahak2
“Haaah....haaah....paman sendiripun tidak dapat
mengambil keputusan, akan kulihat bagaimanakah
keputusan dari keponakan Kun Gie...." jawabnya.
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar sinar mata
semua orang sama2 dialihkan ke atas wajah Pek Kun
Gie. Malaikat kedua Sim Ciu setelah menotok jalan darah
kaku disepanjang lengan Pek Kun Gie, sebelah
tangannya ditekan diatas bahunya, pada saat itu sambil
tertawa ujar nya :
“Pek Kun Gie! bagaimana pendapatmu jikalau aku
hendak menggunakan dirimu untuk ditukar dengan Hoa
Thian Hong??"
Pek Kun Gie pura2 tidak mendengar, sepasang biji
matanya yang bening bagaikan air menatap tajam wajah
Hoa Thian Hong tanpa berkedip, diam2 pikirnya dalam
hati:
“Sepanjang hidupnya tak mungkin dia akan mengawini
diriku, aaai.... hal ini harus disalahkan pada sikapku
sendiri dimasa yang lampau, andaikata sikapku

kepadanya tidak jahat sekali, tak mungkin dia akan
menaruh kesan yang amat buruk kepadaku" Diluaran ia
tetap bersikap angkuh dan keras hati, padahal hatinya
merasa sedih sekali sehingga terasa hancur lebur dan
ingin ma ti saja.
“Kun Gie...." tiba2 Cu kat racun Yau Sut berseru.
Pek Kun Gie melotot besar, dengan suara yang kasar
dia menukas :
“Aku dibesarkan dihadapan paman, masa paman
masih belum jelas dengan watakku?"
Yau Sut tertawa lebar.
“Seandainya paman tidak menolong engkau maka aku
akan merasa bersalah terhadap pangcu, sebaliknya
kutolong dirimu bukan saja engkau berterima kasih
sebaliknya malah mendendam terhadap paman, aaai..,!
engkau benar2 membuat paman susah hidup sebagai
orang"
“Kalau paman hendak menyelamatkan diriku maka
sudah sepantasnya kalau menempuh jalan yang lain,
siasat tukar kuda ganti panglima seperti ini lebih baik
jangan kau usulkan lagi kepadaku"
Maksud dari perkataan itu jelas sekali, ia lebih rela
jatuh ditangan musuh dari pada ditukar oleh Yau Sut
dengan selembar nyawa Hoa Thian Hong.
Cu kat racun Yau Sut tertawa ewa, diluaran ia tetap
bersikap tenang sementara dalam hati kecilnya ia
memaki.
“Hmmm.. budak ingusan yang tak tahu diri, enak
benar kalau bicara...menggunakan cara lain?
dianggapnya Liong-bun siang-sat adalah manusia yang
gampang dihadapi?"

Hoa Thian Hong dapat menyaksikan pula kekakuan
yang terjadi diantara kedua orang itu, dalam hati ia
segera berpikir.
“Mati atau hidup telah ditentukan oleh takdir, rejeki
atau bencana Thian lah yang berkuasa, lebih baik aku tak
akan menerima maksud baik dari Pek Kun Gie"
Berpikir demikian, ia lantas berpaling dan serunya:
“Cu-kat racun, mau bunuh mau cingcang cepatlah
mengambil keputusan, kalau tidak sekali putar badan
kubacok tubuhmu..."
Yau Sut segera menekan telapaknya kedepan,
seketika itu pula terasalah hawa dingin yang amat
menusuk tulang menembus urat nadi pentingnya,
terdengar ia mengancam.
”Kalau engkau berani bergerak, maka sekali hajar
akan kuhancur lumatkan isi perutmu!"
Hoa Thian Hong tertawa dingin.
“Heeehh....heeeehh....heeeeh... kalau aku orang she-
Hoa mati, maka engkau akan gunakan apa untuk barter
Sim Ciu. dan bagaimana pula pertanggungan jawabmu
terhadap pangcu kalian??"
Cu-kat Yau Sut tersenyum, tiba2 ia berbisik lirih :
“Katakanlah kepadaku, siapa sebenarnya yang telah
membinasakan putranya Jin Hian??"
“Maksudmu, pedang emas tersebut kini terjatuh
ketangan siapa ?" seru Hoa Thian Hong sengaja
mempertinggi suaranya.
Yau Sut tertawa kering.
“Terserah bagaimana jawabanmu, aku hanya ingin
tahu siapakah pembunuh yang sebenarnya??"
“Hmm! bukankah sedari tadi sudah kukatakan bahwa
pedang emas kini berada ditangan Thian Ek-cu, siapakah
pembunuh yang sebenarnya asal kau tanyakan kepada

imam tua itu masa dia tak akan memberikannya
kepadamu... ??"
“Yau Sut !" tiba tiba malaikat kedua Sim Ciu berseru,
"cepat bawa kemari keparat cilik itu, kalau tidak aku akan
suruh budak ingusan ini untuk merasakan sedikit siksaan
lebih dahulu"
“Lepaskan dahulu tawananmu, setelah itu aku orang
she-Yau baru akan serahkan keparat cilik ini
ketanganmu"
“Kurangajar! " maki Slm Ciu dengan alis mata
berkenyit, "masa engkau tidak percaya dengan diriku??"
Sambil berkata telapaknya yang menekan diatas bahu
Pek Kun Gie diperberat, gadis tersebut dengan cepat
merasakan bahunya jadi berat sekali bagaikan ditindih
oleh bukit gunung yang sangat berat, akan tetapi ia tak
sudi menyerahkan diri sambil menggertak gigi ia tetap
mempertahankan diri untuk berdiri tegak, dalam sekejap
mata rasa sakit yang dirasakan olehnya sudah tak tahan
lagi, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar
membasahi seluruh tubuhnya.
Semua jago dari perkumpulan Sin Kie Pang jadi amat
gusar, mereka bersiap siap untuk meloncat maju
kedepan, tetapi teringat bahwasanya kesalamatan jiwa
gadis itu masih berada ditangan lawan, maka tak
seorangpun berani bertindak secara gegabah.
Jin Hian adalah seorang pemimpin dari suatu
perkumpulan besar, tentu saja kedudukannya jauh
berbeda dari malaikat kedua Sim Ciu. tatkala dilihatnya
suasana jadi tegang dan setiap saat bentrokan secara
kekerasan bakal terjadi, buru2 ia maju kedepan dan
berkata dengan suara dalam :

"Yau heng, serahkan saja keparat cilik itu kepadaku,
aku tanggung nona Pek pasti akan dilepaskan pula,
engkau tak usah kualir aku tak akan mengingkari janji"
Hoa Thian Hong selama ini bersikeras mengatakan
bahwa pedang emas berada ditangan Thian Ek cu,
namun siapapun tak berani mempercayai ucapan yang
tiada ujung pangkalnya itu dengan begitu saja, sebab
urusan menyangkut pula kematian Jin Bong, tetapi justru
karena itu pula Jin Hian semangkin bernapsu untuk
menangkap Hoa Thian Hong serta mencari keterangan
dari mulutnya.
Diam diam Cu-kat racun Yau Sut berpikir didalam
hatinya, ia merasa lebih baik menyalahi yang kecil dari
pada menanggung resiko besai, bagaimanapun juga Pek
Kun Gie sudah seharusnya ditukar lebih dahulu.
Karenanya ia segera mendorong tubuh Hoa Thian
Hong untuk bergerak maju kedepan.
Sejak semula Hoa Thian Hong sudah tidak memikirkan
tentang keselamatan jiwanya lagi, sekarang sambil
menahan sakit dengan gagahnya ia berjalan kehadapin
Jin Hian. dia ingin tahu apa yang hendak dilakukan oleh
pemimpin perkumpulan Hong im Hwee ini.
Terdengar Pek Kun Gie dengan penuh ke gusaran
berteriak.
“Paman Yau, selamanya engkau selalu cantik dan tak
pernah bertindak bodoh, mengapa sekarang kau lakukan
perbuatan yang sama sekali tidak pintar seperti ini?"
“Atas kebaikan serta kepercayaan dari ayahmu, aku
berhasil menduduki posisi yang tinggi serta memperoleh
kehormatan yang besar dari semua orang, budi kebaikan
yang kuterima sudah terlalu banyak, sekarang melihat
engkau terjatuh ketangan musuh, apa kah tidak pantas

kalau aku berusaha untuk menolong dirimu lebih
dahulu?? aaaai.. ,..!
siapa tidak mengalami sendiri, dia tak akan tahu
keadaan yang sebenarnya, dari mana engkau bisa tahu
kesulitan yang sedang paman hadapi saat ini?"
Pek Kud Gie tertawa dingin.
“Heeeh…heeeh.. .heeeh....sekalipun paman akan
berbicara sampai langit ambruk dunia terbalik, tit-li tak
akan melupakan peristiwa yang terjadi pada saat ini"
Cu-kat racun Yau Sut tertawa ewa, ketika berjalan
sampai dibadapan Tio Sam-koh serta Hoa In, dia
berhenti dan berkata :
“Tenaga pukulanku belum berhasil kulatih hingga
mencapai taraf yang bisa mengendalikan tenaga
serangan dan tenaga bertahan jika kalian berdua ada
maksud menolong o-rang sehingga memaksa aku
terpaksa harus turun tangan, kalau sampai jiwa Hoa
kong-cu terluka, janganlah menyalahkan diriku!"
Tio Sam-koh serta Hoa In memandang kearah Cu-kat
racun itu dengan sorot mata ber-api2 dan memancarkan
cahaya penuh kegusaran, darah panas dalam dada
mereka bergelora keras setelah mendengar perkataan itu
sehingga rambutnya yang telah beruban pada bergetar
keras, hal itu menunjukkan bahwa kegusaran yang
berkobar dalam dada mereka sudah mencapai pada taraf
yang tak terkendalikan lagi.
Hoa Thian Hong merasa terharu bercampur berterima
kasih, dia menghela napas panjang dan berkata.
“Sam Popo, engkau tak usah gusar! andai kata
boanpwee menemui nasib yang kurang mujur harap
engkau orang tua suka membalaskan dendam sakit
hatiku ini"

“Engkau tak usah kuatir!" jawab Tio Sam koh sambil
mendepakkan tongkatnya keatas tanah dengan penuh
kebencian, “sekalipun aku harus mempertaruhkan jiwa
tuaku, dendam sakit hati ini pasti akan kutuntut balas!"
Hoa Thian Hong tersenyum, sambil memandang
kearah Hoa In ujarnya kembali dengan suara lantang.
“Pergilah ber-jaga2 dimulut gua, jangan biarkan
seorang manusiapun pergi mengganggu Cubo!"
Hoa In tidak menjawab, kakinya perlahan-lahan
bergeser dan mundur kebelakang ditinjau dari
keadaannya pelayan tua itu merasa tak rela
mengundurkan diri dengan begitu saja, bahkan berusaha
mencari kesempatan untuk menyergap lawannya.
Hoa Thian Hong menggerakkan bibirnya ingin
mengucapkan sesuatu untuk memperingatkan pelayan
tuanya itu, tiba2 satu ingatan berkelebat dalam
benaknya, ia segera teringat kembali akan peristiwa yang
pernah dilihatnya dalam kuil It-goan koan diluar kota
Leng-an, dimana Chin Pek Cuan serta seorang pria
berkerudung yang berpotongan badan seperti kunyuk
pernah menyampaikan Surat rahasia dari Cu-kat racun
Yau Sut.
Teringat akan peristiwa ini, dengan cepatnya ia
berseru :
"Hoa In, masih ingatkah engkau akan peristiwa yang
terjadi didalam kuil It-goan-koan diluar kota Leng-an??"
Tertegun hati Hoa ln mendengar ucapan itu, balik
tanyanya :
"Apa yang siau-koanjin maksudkan??"
"Persoalan tentang dua orang manusia berkerudung
yang menyampaikan surat rahasia!'
Hoa In segera teringat kembali akan peristiwa itu,
dimana Thian Seng cu telah menerima dua orang

manusia berkerudung yang menyampaikan surat rahasia
dimalam buta dengan nada tercengang tanyanya lagi.
“Siau-koanjin, apa maksudnya mengajukan kembali
persoalan tersebut?"
Hoa Thian Hong tertawa.
“Perbuatan bagus yang tilah dilakukan Yau kun su,
apa salahnya kalau kau beberkan keluar agar semua
orang bisa ikut mengetahuinya?"
Air muka Cu kat racun Yau Sut agak berubah
mendengar ucapan itu. dengan alis berkenyit ia segera
berseru:
“Jadi orang tak pernah merugikan orang, ketukan
ditengah malam buta tak akan mengejutkan hati, kalau
aku orang she-Yau pernah melakukan sesuatu perbuatan
baik, dari mana kalian bisa mengetahuinya"
“Benar juga!" pikir Hoa In didalam hati, “tempo hari
gara gara anjing keparat she-Yau ini hampir saja siaukoan-
jin menemui ajalnya, bahkan sampai sekarangpun
racun teratai empedu api masih bersarang dalam
tubuhnya dan tak berhasil dipunahkan, ditambah pula ia
berani mencari satroni dengan Siau koan-jin pada saat
ini, kalau aku tidak mengungkapkan rahasia hatinya ini
panas rasanya hatiku... Hmmm! akan kulihat jabatan
Kunsumu itu bisa dipertahan kan sampai kapan??"
Apa yang ditulis dalam surat rahasia yang disampaikan
Cbin Pek Cuan kepihak Tong-Thian kau sama sekali tak
diketahui oleh Hoa In, akan tetapi berhubung rasa
bencinya terhadap Cu-kat racun Yau Sut sudah keliwat
batas maka sesudah berpikir sebentar dia lantas
berteriak keras.
"Orang orang dari perkumpulan Sin Kie Pang
dengarkanlah baik2, Cu-kat racun Yau Sut menghianati
ketuanya mencari pahala, secara diam-diam ia

mengadakan hubungan dengan pihak Tong Thian kau
untuk berkomplotan menggulingkan kekuasaan pangcu
yang sekarang...."
Teriakan yang diutarakan dengan sekenanya ini
dengan cepat menggemparkan para jago dari pihak
perkumpulan Sin Kie Pang, puluhan pasang sorot mata
bersama sama dialihkan keatas wajah Yau Sut.
Cu kat racun Yau Sut sebenarnya adalah seorang jago
yang paling pandai membawa diri serta tenang dalam
menghadapi segala persoalan, akan tetapi setelah
dilihatnya sorot mata semua orang dialihkan kearahnya
membuat ia jadi kikuk dan tak dapat menyembunyikan
diri dari rahasia hatinya itu, dari malu dia jadi gusar,
bentaknya:
"Keledai tua, rupanya engkau sudah bosan hidup!"
Tangan kirinya bagaikan senjata tombak laksana kilat
berkelebat kedepan melancarkan serangan maut.
Tiba tiba Hoa Thian Hong membentak keras, sambil
memutar badan pedangnya dengan dahsyat dibacok
kearah bawah.
Kiranya menggunakah kesempatan dikala Cu-kat racun
Yau Sut merasa terkejut bercampur gusar dan pikirannya
goncang karena rahasianya ketahuan, tiba2 ia
melepaskan diri dari cengkeraman lawan lalu
melancarkan sebuah bacokan dengan kekuatan yang
maha dahsyat.
Serangan tersebut ganas dan luar biasa dahsyatnya,
diiringi hawa pedang serta pekikan tajam yang menusuk
pendengaran pedang baja itu menggeletar diangkasa
mengancam batok kepala orang she Yau itu, begitu
hebat serangannya membuat jago dalam kalangan lama?
bergidik.

Keringat dingin segera membasahi seluruh tubuh Cu
kat racun Yau Sut, sepasang kakinya segera menjejak
tanah dan tubuhnya melompat lima depa jauh dari
tempat semula, nyaris sekali ia termakan oleh bacokan
pedang yang sangat bebat itu.
Bentakan keras bergema memecahkan kesunyian,
telapak kanan Hoa In diayun kearah depan, hawa
pukulan Sau-yang ceng-khi yang sangat tajam dengan
cepatnya menggulung kearah tubuh Yau Sut.
Cu kat racun Yau Sut segera menggerakkan telapak
kanannya untuk menyambut datangnya serangan dari
Hoa In dengan keras lawan keras, ditengah bentrokan
nyaring lengannya seketika terasa menjadi kaku dan linu,
tanpa dicegah tubuhnya tergetar mundur sejauh tiga
langkah dari tempat semula.
Tiba tiba Tio Sarn-koh membentak keras:
“Bajingan bau dari perkumpulan Sin Kie Pang, kenapa
kalian belum juga turun tangan bersama untuk
membekuk penghianat dari perkumpulan kalian ini....??”
Toya bajanya diputar dan ia menerjang lebih dahulu
kearah Yau Sut.
Bayangan manusia berkelebat lewat. Teng Kong Li
serta kakek bermuka kurus ditambah pula seorang pria
kurus baju hitam segera melompat masuk kedalam
gelanggang dan masing-masing menyongsong
kedatangan dari Tio Sam koh. sementara sisanya yang
lain tetap berdiri tegak ditempat semula, rupanya setelah
mendengar seruan dari Hoa ln tadi, timbullah rasa curiga
dalam hati kecil mereka.
“Pada saat ini kepercayaan semua orang terhadap
diriku sudah goyah." Pikir cu-kat racun Yau Sut didalam
hati, " pertarungan harus diselesaikan dengan cepat,
sebelum terjadi pembangkangan atas perintahku, ketiga

orang bajingan itu harus berusaha dibekuk lebih dahulu !
"
Berpikir demikian, dia segera mengempos tenaga
dalamnya dan membentak keras :
“Pelindung hukum panji kuning maju semua, dan
tangkap tiga orang siluman yang berusaha memecah
belah persatuan diantara kita ini ! "
“Oooh.. ..! rupanya dalam tingkat pelindung hukum
pun terbagi-bagi menjadi beberapa kelas..... " pikir Hoa
Thian Hong didalam hati.
Pedang bajanya disapu secara mendatar ke arah
depan dan langsung mengancam pinggang orang she-
Yau tersebut.
Bayangan manusia berkelebat lewat, dari kalangan
perkumpulan Sin Kie Pang kembali loncat keluar lima
orang kakek tua yang mana secara terpisah segera
menyerang Hoa Thian Hong bertiga.
Darah segar yang mengalir keluar dari mulut luka
diatas dada Hoa Thian Hong masih mengucur keluar
tiada hentinya,
Sepasang kakinya terasa lemas tak bertena ditambah
pula pinggangnya terkena sebuah pukulan dari malaikat
pertama Sim-Kian, setiap kali dibuat bergerak rasanya
sakit hingga merasuk ketulang sumsum, baru saja
bergebrak beberapa jurus tubuhnya sudah gontai dan tak
dapat berdiri tegak, keadaannya sangat berbahaya dan
setiap saat jiwanya terancam oleh maut.
Pek Kun Gie yang menyaksikan Hoa Thian Hong harus
bertempur sengit dengan mempertaruhkan selembar
jiwanya, dalam hati terasa sedih dan sakit bagaikan
diiris-iris dengan pisau tajam, dalam hati segera pikirnya:
"Peristiwa tentang penghianatan dari Yau Sut entah
benar entah tidak…..Aaaai! demi

Thian Hong aku tak dapat berpikir terlalu banyak
lagi...."
Tiba-tiba terdengar Hoa Thian Hong membentak keras
Sreet! Sreet! secara beruntun dia melepaskan dua buah
babatan kearah depan
0000oo0000
40
KAKEK bermuka kurus itu mendengus dingin. ia pura2
mundur kebelakang kernudian menerjang maju kemuka,
senjata kaitan beracunnya berputar kencang dan tiba2
menyergap dari belakang punggung Hoa Thian Hong,
cahaya biru berkilauan memenuhi angkasa, desiran tajam
sangat menggidik hati setiap orang.
Pek Kun Gie merasa gelisah sekali, meski pun ia tahu
delapan bagian adalah palsu, namun teriaknya juga
dengan suara lantang:
”Yau Sut! ayahku bersikap baik terhadapmu, kenapa
engkau membalas air susu dengan air tuba? kenapa
engkau berhianat dari ayahku dan bersekongkol dengan
musuh untuk mengincar kedudukan pangcu?"
Air muka Cu kal racun Yau Sut berubah sangat hebat,
segera bentaknya dengan penuh kemarahan :
“Kun Gie, engkau berani bersikap kurang ajar
terhadap pamanmu ?? dengan berdasarkan apa ergkau
menuduh paman dengan kata kata seperti itu ? "
„Hmml engkau telah melakukan perbuatan yang
sangat memalukan sekali, hubungan antara paman dan
keponakan sudah putus sampai disini saja, kenapa aku
musti mengurusi soal kurangajar atau tidak ?? "
Peristiwa tentang bersekongkolnya Yau Sut dengan
pihak Tnong Thian Kau serta berhianatnya dia dari

perkumpulan Sin Kie Pang, sebenarnya sangat
mencurigakan hati para jago lainnya dari perkumpulan
itu apa lagi ucapan tersebut muncul dari mulut Hoa In
yang be'um dapat dipercayai seratus persen katakatanya,
akan tetapi sekarang setelah mendengar nona
mereka menuduh dengan begitu pasti, seakan akan dia
sudah lama mengetahui akan rahasia ini, rasa sangsi
dalam tubuh para jagopun makin bertambah tebal dan
hati mereka pun mulai goncang.
Lima orang pelindung hukum dari barisan panji kuning
yang sedang bertempur ditengah kalangan, sesudah
mendengar perkataan itu hati merekapun segera
goncang dan dengan sendirinya permainan jurus
serangan merekapun jadi lambat, hawa pukulan yang
semula sudah menguasahi keadaan dalam waktu singkat
lenyap tak berbekas.
Tio Sam-koh serta Hoa In bukan manusia yang bodoh,
begitu daya tekanan yang mengurung tubuh mereka
lenyap tak berbekas dengan cepat mereka merebut posisi
baik, dari bertahan kini menjadi pihak penyerang, dalam
beberapa jurus saja kedua orang itu sudah berhasil
menggeserkan diri kesamping tubuh Hoa Thian Hong dan
melindunginya dari samping kiri dan kanan.
Air mata Cu-kat racun Yau Sut berubah jadi dingin
menyeramkan, biji matanya berputar dan tiba tiba ia
membisikan suatu kepada para jago yang berada
dibelakang tubuhnya .
Terlihatlah bayangan manusia berkelebat lewat, dari
pihak perkumpulan Sin Kie Pang kembali meloncat keluar
tiga sosok bayangan yang langsung menyerang kearah
belakang, tubuh Hoa Thian Hong.
Gerakan tubuh yang dimiliki ketiga orang itu cepat
bagaikan sambaran kilat dan enteng sekali, beberapa

orang jago lihay dari pihak perkumpulan Hong Im Hwee
yang menyaksikan hal ini. wajah mereka nampak agak
bergerak.
„Thian Hong...." jerit Pek Kun Gie dengan keras.
Baru saja gadis itu berteriak, seorang kakek baju
hitam yang kurus kering dan berwajah menyeramkan
tahu2 sudah tiba dibelakang punggung Hoa Thian Hong.
telapaknya segera berkelebat kedepan menghantam
pinggang si anak muda itu.
Gerakan tubuh orang itu cepat bagaikan hembusan
angin, sewaktu melancarkan serangan sedikitpun tidak
menimbulkan suara menanti Thian Hong menyadari akan
datang nya serangan tersebut keadaan sudah terlambat
membuat hatinya terkesiap, buru2 dia bersiap diri untuk
meloncat kearah depan.
Terdengar Tio Sam koh dan Hoa In membentak
bersama, kedua orang itu berputar setengah lingkaran,
serangan toya dan telapak hampir bersamaan waktunya
dilancarkan secara bersamaan kedepan.
Dalam waktu singkat Hoa Thian Hong bertiga terpaksa
harus saling membelakangi satu sama lainnya untuk
membendung datangnya serangan dari pihak lawan.
Sementara itu dari perkumpulan pihak Sin Kie Pang
sudah ada delapan orang yang menerjunkan diri kedalam
pertarungan, terutama sekali tiga orang kakek tua yang
muncul belakangan, ilmu silat yang mereka miliki benar2
luar biasa sekali, gerakan tubuh mereka ringan bagaikan
sukma gentayangan sedang jurus serangannya ampuh
dan maha aneh, ditambah pula dengan kekuatan dari
Teng Kong Li sekalian lima orang pelindung hukum dari
barisan panji kuning, dalam waktu singkat siapa kuat
siapa lemah tertera dengan jelasnya, memaksa Hoa
Thian Hong sekalian hanya mampu bertahan dan tak

mampu melancarkan serangan kembali, posisi mereka
terdesak dibawah angin.
Malaikat pertama Sim Kian yang selama ini mengikuti
jalannya pertarungan dari sisi kalangan, tiba tiba dengan
ilmu menyampaikan suara berbisik kepada Jin Hian:
“Aku rasa ketiga orang tua bangka itu sudah lama
sekali mengasingkan diri dan baru saja muncul kembali
dari dalam tanah, bila perkumpulan Sin Kie Pang
mendapat bantuan dari manusia-manusia macam ini,
posisinya pasti akan bertambah kuat"
Air muka Jin Hian berubah jadi menyeramkan, ujarnya
lambat2:
“Sewaktu diadakannya pertemuan besar Pak Beng
Hwee, aku tak pernah menyaksikan kehadiran ketiga
orang ini. rasanya....."
Belum habis ia berbicara, tiba2 terdengar Pek Kun Gie
berteriak dengan suara lantang:
“Chi locianpwe, ayahku mengundang kalian berempat
masuk menjadi anggota perkumpulan kami apakah
dimaksudkan agar kalian mendengarkan perintah dari
pengbianat serta jual tenaga untuk dirinya??"
Kakek kurus berwajah menyeramkan itu selalu
berkelebat disekeliling tubuh Hoa
Thian Hong dan setiap kali melancarkan serangan
gencar kearah tubuh sianak muda itu, ketika mendengar
teguran dari Pek Kun Gie dia segera menjawab :
"Nona masih muda dan tak tahu urusan, engkau
masih belum memahami enteng beratnya masalah,
tindakanku ini justru demi kepentingan serta
keselamatan dari nona"
Walaupun sedang bertempur sengit akan tetapi
ucapan yang diutarakan keluar sama sekali tidak kacau
dan jurus-jurus serangan yang dilancarkan pun tetap

berjalan dengan lancar dan mantap, dari sini bisa ditarik
kesimpulan bahwa ilmu silat yang dimiliki orang, ini
benar benar sudah mencapai puncak kesempurnaan,
tidak aneh kalau beberapa orang gembong dari
perkumpulan Hong Im Hwee sama-sama menaruh
perhatian terhadap dirinya.
Sementara itu Pek Kun Gie telah berpikir kembali :
"Nenek she-Tio serta Hoa In sudah terlalu lama
bertempur, badan mereka tentu penat dan tenaganya
sudah terkuras babis, jika pertempuran ini berlangsung
lebih jauh maka cepat atau lambat mereka tentu akan
menderita kerugian berat.... tapi kenapa ibunya sampai
sekarang belum juga munculkan diri ?? jangan jangan ia
memang tak mampu bergerak sehingga selama ini tetap
membungkam diri ?? "
Makin dipikir dia merasa semakin gelisah bercampur
cemas, tapi apa daya jalan darah tertotok dan tak bisa
berkutik, lagipula Sim Ciu setiap saat mengawasi gerak
gerik nya, membuat gadis itu dalam keadaan apa boleh
buat terpaksa berteriak kembali :
“Chi loocianpwee, kalau engkau menghormati ayahku
maka pertama-tama Yau Sut harus ditangkap lebih
dahulu untuk menyelidiki dengan jelas dasar dasar dari
penghianatannya "
Cu-kat racun Yau Sut benar-benar merasa gusar sekali
sehingga tak tahan lagi dia tertawa seram.
“Haaaahhh...haaaahhh... haaaahhh....orang bilang
anak perempuan selamanya lebih condong keluar,
ergkau sibudak ingusan benar-benar gilanya sampai
keterlaluan ! "
Gerakan tubuh kakek she Chi itu cepat bagaikan
hembusan angin, serangannya cepat bagaikan sambaran
kilat dan khusus hanya menyerang Hoa Thian Hong

seorang, terdengar ia berkata kembali dengan suara
hambar :
„Perkataan dari pihak musuh tak boleh dipercayai
dengan begitu saja, sesudah bertemu dengan pangcu
nanti, duduknya perkara ini dengan cepat dapat dibikin
sejelas jelasnya"
“Chi-locianpwee, kalau engkau tidak membekuk Cu-kat
racun lebih dahulu, maka ia bisa menggunakan siasat
licik lainnya untuk membebaskan diri dari segala tuduhan
ini.”
“Sebelum melakukan tindakan gerakan, pangcu telah
menerangkan bahwa aku harus mendengarkan perintah
dari Yau kunsu. karena itu maafkanlah jika aku tak dapat
memenuhi apa yang nona harapkan"
Mendengar jawaban tersebut, diam-diam Pek Kun Gie
segera berpikir didalam hatinya:
“Kalau ditinjau dan situasi yang terbentang didepan
mata pada saat ini, nampaknya ia bakal mati dalam
pertarungan ini. Aaaai..sungguh tak nyana, perjuanganku
selama ini hanya sia2 oelaka, toh akhirnya dia menemui
ajalnya pula ditangan orang2 dari perkumpulan Sin Kie
Pang ..."
Berpikir sampai disini, dengan wajah murung
bercampur sedih ia alihkan sorot matanya yang
memancarkan rasa cinta itu keatas wajah Hoa Thian
Hong pikirnya kembali:
“Baiklah kalau memang ia mengalami nasib yang
kurang mujur, biarlah akupun akan mengorbankan jiwa
untuk mengiringi kematiannya, dengan kematianku ini
maka sedikit banyak semua kesalahan yang pernah
kulakukan terhadap dirinya dimasa lalu bisa kutebus
semua, jadi kalau sampai berjumpa kembali dialain baka,
diapun tidak akan membenci diriku lagi"

Dalam pada itu Hoa Thian Hong yang bertempur
sengit dengan membawa luka dibadan keadaannya
payah sekali, Pek Kun Gie yang menyaksikan keadaan
kekasih hatinya jadi merasa amat pedih dan sakit hati,
batinnya tersiksa dan gadis itu merasa dirinya seolaholah
sedang berjalan dalam neraka, ingin sekali dia
bunuh diri untuk membebaskan diri dari penderitan
tersebut, tapi secara tiba2 ia teringat kembali bahwa Hoa
Thian Hong adalah seorang kesatria gagah yang lebih
mementingkan perjuangannya untuk menegakkan
keadilan serta kebenaran di kolong langit dari pada
urusan2 lain.
Gadis itupun berpikir kembali: "Suatu kematian ada
yang ringan bagaikan bulu ada pula yang berat bagaikan
gunung Thay-san usianya masih begitu muda dan
cita2nya belum tercapai, seandainya dia harus mati
dalam keadaan begini, tentu dia akan mati dengan mata
tak meram! "
Berpikir sampai disini, dengan suara keras ia segera
membentak dengan keras:
"Paman Yau! kalau engkau tidak memerintahkan
semua orang untuk berhenti bertempur, selama Kun Gie
masih hidup aku bersumpah tak akan berdiri bersama
dengan dirimu! "
Pada saat itu Hoa Thian Hong sedang mengerahakan
segenap kekuatan yang dimiliknya untuk memutar
pedang baja serta bertahan atas serangan yang
dilancarkan oleh kakek tua she Chi, ketika ia mendengar
ditengah Pek Kun Gie bukan saja disertai nada yang
amat gusar bahkan terselip pula kepedihan yang tiada
taranya. se-akan2 semua kesedihan telah berkumpul
diatas tubuhnya, hatinya langsuns dibikin terharu, secara
tiba-tiba muncullah rasa iba dan kasihan dalam hati

kecilnya, pemuda itu ingin sekali mengucapkan beberapa
patah kata untuk menghibur hatinya.
Sementara itu Cu-kat racun telah berkata dengan nada
dingin .
“Budak ingusan, engkau jangan terlalu memburu
napsu lebih dahulu, Chi Lo-Hu-hoat tidak akan
mencelakai jiwa Hoa Thian Hong, dia hanya akan
menangkap dirinya untuk ditukar dengan dirimu, setelah
itu perkumpulan Sin Kie Pang akan bikin perhitungan
dengan perkumpulan Hong Im Hwee paman tanggung
Hoa Thian Hong pasti akan berhasil ditolong kembali"
Malaikat kedua Sim Ciu yang mendengar ucapan
tersebut segera tertawa terbahak.
"Haaahh ..haaahh...haaahhh...bagus sekati siasat dari
Cukat racun selamanya memang jitu dan tepat!" ejeknya.
"Hmmm! aku orang she-Yau telah mendapat
kepercayaan dari pargcu sehingga diberi tanggung jawab
yang begini beratnya, budi kebaikan itu membuat hatiku
merasa amat berterima kasih sekali, pada saat ini kaum
kurcaci sudah malang melintang dikolong langit, apabila
aku tidak mampu untuk mencuci bersih semua
penghinaan yang kuterima pada saat ini, aku orang she-
Yau merasa malu untuk munculkan diri kembali dida lam
dunia persilatan"
Pek Kun Gie segera tertawa dingin.
"Paman Yau, buat apa engkau melakukan tindakan
ibaratnya mau curi genta menutupi telinga sendiri, dan
berusaha untuk membohongi orang lain?? aku pertama
tak pernah bunuh orang kedua tak pernah mencuri
pedang sekalipun Jin tongkee bermaksud menangkap
diriku, belum tentu dia akan menghabiskan jiwaku,
persoalan ini gampang sekali dilihat paman sebagai
seorang yang cerdik masa tidak mengetahui......"

Hoa Thian Hong yang sedang bertempur dengan
membawa luka dibadan sebenarnya tiada kesempatan
untuk mengurusi persoalan lain, akan telapi selelah
mendengar perkataan itu secara tiba2 dia merasakan
pikiran nya kalut sekali, akhirnya saking tak tahan ia
segera membentak dengan penuh kegusaran:
"Kun Gie, jangan banyak bicara!"
Tertegun hati Pek Kun Gie mendengar bentakan itu,
tiba tiba ia merasakan suatu rasa manis dan hangat yang
sangat aneh muncul dari dalam hati kecilnya, sepasang
mata nya jadi merah dan tak dapat ditahan lagi air mata
jatuh bercucuran.
Seorang diri ia bergumam dengan lirih:
"Dia tidak membenci diriku lagi, aku tahu dia...."
Sejak pertemuan dikota Cho ciu, watak serta
perangainya sama sekali telah berubah secara diam2 ia
mencintai diri Hoa Thian Hong, akan tetapi walaupun ia
bersikap selalu mesrah dan manis namun sambutan dari
Hoa Thian Hong sendiri selalu dingin, hambar sungkan
dan sedikitpun tidak mempunyai rasa mesrah ataupun
hangat.
Dahulu sianak muda itu menyebut dia sebagai nona,
kemudian memanggil dia sebagai nona Pek dan
selamanya tak pernah menyebut namanya secara
langsung, tetapi sungguh tak nyana ditengah
berlangsungnya pertempuran sengit yang mempengaruhi
antara hidup dan mati secara tiba2 ia memanggil
namanya secara langsung, meskipun perubahan yang
kecil ini sama sekali tidak dirasakan oleh orang lain,
namun bagi gadis yang sedang dimabuk oleh cinta ini
perubahan tersebut sangat mengena dihatinya.
Tatkala didengarnya Hoa Thian Hong menyebut
namanya secara langsung, tahulah gadis itu bahwa

pikiran kekasih hatinya ini sudah terbuka, itu berarti
besar peluangnya bagi dia untuk mengembangkan rasa
cinta selanjutnya di masa mendatang.
Sementara dia sedang kegirangan dan kelopak
matanya dibasahi oleh air mata, tiba tiba Hoa Thian
Hong membabatkan pedang nya kearah depan memaksa
kakek she-Chi itu mundur satu langkah kebelakang,
sedangkan sianak muda itu sendiri tiba2 tersungkur
keatas tanah.
Kebetulan sekali Teng Kong Li berada di samping
kirinya, menyaksikan kesempatan yang sangat baik itu
dia jadi kegirangan setengah mati, senjata penotok jalan
darahnya laksana kilat segera berkelebat kemuka
melancarkan sebuah totokan.
“Bajingan busuki" bentak Tio Sam koh dengan gusar.
Tubuhnya sama sekali tidak bergerak, sedangkan toya
bajanya diputar dan dikemplangkan kedepan.
“Criiing....!" benturan nyaring yang mengakibatkan
percikan bunga api menyebar keempat penjuru, jurus
serangan yang dipergunakan perempuan itu mirip sekali
dengan gerakan naga sakti mengibaskan ekornya,
dengan cepat toyanya berhasil menangkis totokan
senjata dari Teng Kong Li itu membuat lengannya terasa
jadi kaku dan senjatanya terlepas dari genggaman
tangan.
Pantangan dari jago lihay yang sedang bertempur
adalah sikap ragu2 dan sangsi, pada saat yang
bersamaan kait racun dari kakek bermuka kurus telah
berputar menyerang tubuh sebelah kanan Hoa Thian
Hong, sedangkan sikakek she-Chi itu dengan gerakan
yang cepat sekali menerobos masuk kebalik pert hanan
lawan, ujung jarinya yang keras bagaikan baja langsung

menotok jalan darah „Sang-ci-hiat" ditubuh pemuda
tersebut.
Baik Hoa In maupun Tio Sam koh walaupun harus
bertempur sengit melawan musuh musuh yang lihay.
pikiran mereka sama sekali tertuju pada diri Hoa Thian
Hong, melihat ancaman bahaya yang menyelimuti
sekeliling sianak muda itu, mereka segera mengerahkan
segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya melancarkan
sebuah serangan dahsyat kearah kakek bermuka kurus
serta kakek she Chi tadi,
Baru saja kakek bermuka kurus melancarkan serangan
dengan senjata kaitannya, tiba tiba terasalah segulung
angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan
menggulungnya ombak ditengah samudera menghantam
tiba, ia jadi terkesiap dan buru2 menjejakan kakinya
loncat muLdur kebelakang.
Kakek tua she Chi itu sendiripun mengerti sampai
dimanakah kelihayan dari hawa pukulan Sau-yang ceng
ki lawan, akan tetapi diapun segan membuang
kesempatan baik untuk merebut kemenangan ini dengan
percuma, sementara tubuhnya menyingkir kesam-ping,
jari tangannya masih tetap menerobos kemuka menotok
jalan darah Sang-ci hiat di tubuh Hoa Thian Hong.
Kelihatan pemuda itu segera akan termakan oleh
totokan kilat tersebut, pada saat yang amat keritis itulah
tiba2 pemuda she Hoa itu tadi tertawa keras, tangan
kirinya diangkat keatas dan segera mencengkeram ke
arah perrgelangan tangan kakek she Cbi tersebut.
Cengkeraman ini sama sekali tidak pakai aturan,
hanya saja daya serangannya tajam, liar dan luar biasa
dahsyatnya, kakek tua she Chi itu terkejut bercampur
gusar, buru2 ia tarik kembali serangannya kebelakang.

"Breet...!” diiringi suara robekan yang amat keras,
ujung baju dari kakek tua she Chi itu tetarik oleh
sambaran Hoa Thian Hong sehingga robek, mulai dari
batas sikunya.
Berhasil dengan serangan pertamanya Hoa Thian
Hong membentak keras, sambil maju kedepan
pedangnya langsung dibacok dari atas kepala.
Sungguh dahsyat daya serangan dari bacokan itu,
angin serangan mendesir memekikkan telinga, kakek tua
she Chi itu kaget bercampur gusar, namun tak berani
menyambut se srangan itu dengan kekerasan, terpaksa
dengan hati mendongkol ia meloncat mundur pula
kebelakang;
Malaikat pertama Sim Kian yang selama ini mengikuti
jalannya pertarungan segera mengerutkan dahinya
menyaksikan kejadian itu, dengan suara rendah bisiknya
:
“Jangan-jangan keparat cilik ini sudah sinting, kenapa
secara tiba tiba ia seperti menjadi kalap ??"
Jin Hian menengadah memandang cuaca, lalu
menjawab :
“Tengah hari sudah tiba, racun teratai empedu api
yang bersarang didatam tubuh bocah itu sudah mulai
kambuh ! “
Tiba tiba dari tengah gelanggang berkumandang
datang suara bentrokan senjata yang amat nyaring,
sebuah ayunan toya dari Tio Sam koh berhasil menghajar
senjata kaitan seorang pelindung hukum dari barisan
panji kuning sehingga patah jadi dua bagian, bagian
yang patah itu mencelat sampai ditengah udara.
Yan san It koay segera tertawa dan berkata:
“Nenek tua itu benar benar seorang panglima perang
yang gagah perkasa ......... aku

merasa kagum sekali oleh ketangguhannya!"
Jin Hian tertawa ewa, tiba tiba ia berseru :
“Aaah...! sekarang aku teringat sudah, tua bangka
she-Chi itu bernama Chi It Hun, sedangkan dua orang
yang sedang bertarung melawan Hoa In itu, yang
bercambang bernama Lim Kui sedang manusia yang
bermuka hijau itu bernama Ko Teng Pok. semuanya
merupakan anak murid dari perkumpulan Kiu-im kau
dimasa lalu, karena nama mereka berbau setan maka
orang persilatan memberi julukan Kiu-im sam-kui tiga
setan diri kiu im kau kepada mereka bertiga"
"Tapi perkumpulan Kiu im-kau sudah musnah sejak
dua tiga puluh tahun berselang” seru malaikat peitama Si
m kian.
Dalam pada itu Hoa Thian Hong yang berada ditengah
gelanggang tiba2 membentak keras:
"Enyah kau dari sini! "
“Sreeet….” sebuah babatan pedang yang amat
dahsyat memaksa Chi It Hun harus menyingkir satu
langkah kesamping.
Chi It Hun mendengus berat, ia berkelebat kesamping
dan secara tiba2 menyusup kebelakang punggung Hoa
Thian Hong, telapak tangannya bergerak kedepan dan
tanpa menimbulkan sedikit suarapun menghantam
kedepan.
Siapa sangka pada saat itu Hoa Thian Hong sudah
melangkah maju beberapa depa jauhnya dari tempat
semula sambil putar pedang melancarkan sebuah
bacokan kearah Cu kat racun Yau Sut. dengan sendirinya
pukulan yang datang dari arah belakangpun berhasil
dihindari olehnya.
Napsu membunuh melintas diatas wajah Cu kat racun
Yau Sut, diam-diarn pikirnya didalam hati :

“Bajingan Cilik yang tak tahu tingginya langit tebalnya
bumi, kau anggap aku Cu-kat racun adalah lentera
kekurangan minyak yang bisa dipermainkan dengan
seenaknya "
Sambil miringkan badan tubuhnya menerjang
kedepan, tangan kiri menangkap gagang pedang dari
Hoa Thian Hona sedangkan tangan Kanannya dengan
jurus " Soat yong-lan kwan " atau salju menggumpal
kota membiru ia lancarkan sebuah serangan balasan.
“Chi Lo-hu hoat” tiba tiba Pek Kun Gie rrembentak
dengan suara keras.
Pada waktu itu Chi It Hun dengan gerakan tubuh
bagaikan sukma gentayangan sedang menerjang
kedepan, telapaknya menghantam tulang punggung
sianak muda itu, ketika secara tiba2 mendengar suara
bentakan keras dari Pek Kun Gie yang mengandung nada
kebencian itu, hatinya terkesiap dan serangan telapaknya
segera berubah jadi serangan totokan yang menyodok
kebadan lawan.
Hoa Thian Hong sudah amat lama bergebrak melawan
Chi It Hun, terhadap gerak badannya yang cepat dan
aneh itu sudah lebih dari hapal, karenanya meskipun ia
sedang menyerang Yau Sut didepan dan serangan yang
datang dari arah belakang sama sekali tidak
menimbulkan sedikit suarapun, namun ia tahu bahwa
musuh sudah berada dibelakangnya.
Tanpa berpikir panjang lagi, kaki kanan nya menjejak
tanah dan tubuhnya segera melangkah maju kedepan.
Terdengar Cu kat tacun Yau Sut tertawa keras,
menggunakan kesempatan dikala pikiran Hoa Thian Hong
bercabang, tubuhnya segera bergerak maju kedepan,
tangan kanan nya laksana kilat mencengkeram kearah
pedang baja ditangan Hoa Thian Hong.

Semua kejadian ini berlangsung dalam sekejap mata,
Tio Sam-koh serta Hoa In yang melihat Hoa Thian Hong
secara tiba tiba meninggalkan mereka dan bertarung
melawan Cu-kat racun, hati mereka berdua merasa
gelisah sekali, sekuat tenaga kedua orang itu berusaha
menyusul kedepan, tetapi Lim Kui serta Ko Teng Pok dari
tiga setan Kiu im serta lima orang pelindung hukum dari
barisan panji kuning mempunyai kepandaian silat yang
tinggi serta pengalaman yang luas meskipun Tio Samkoh
dan Hoa In menerjang terus secara dahsyat namun
usaha mereka selalu menemui kegagalan.
Hoa Thian Hong merasakan munculnya segulung
tenaga betotan yang amat keras berusaha merampas
pedang baja itu dari tangannya, telapak tangan jadi kaku
dan pedang baja tadi hampir terlepas dari genggaman
nya.
Tetapi sianak muda itu tak mau menyerah dengan
begitu saja, dalam gugupnya hawa
murni yang ada ditubuh segera dihimpun ke dalam
telapak kanan, gagang pedangnya dicekal keras dan
sekuat tenaga dibetot kebelakang.
Dengan demikian kedua orang itu masing masing
memegang salah satu ujung dari pedang baja itu, bagian
depan berada ditangan Yau Sut sedang bagian belakang
berada ditangan Hoa Thian Hong. kaki mereka berdua
terpantek diatas tanah, tubuhnya bergoyang maju
mundur tiada hentinya.
Hoa In berhasil melepaskan diri dari ke pungangan
memburu kedepan, akan tetapi Chi It Hun bertindak
cepat dan segera membendung datangnya terjangan itu.
laksana kilat kedua orang itu saling bergebrak satu jurus,
dan karena keterlambatnya ini Lim Kui serta Ko Teng Pok
telah maju kembali kedepan. dengan cepatnya Hoa In

serta Tio Sam koh terkepung lagi ditengah kerubutan
para jago.
Dalam keadaan seperti ini, yang paling gelisah adalah
kakak beradik dari keluarga Pek, sebenarnya Pek Soh Gie
berdiri disamping tubuh Yau Sut. akan tetapi setelah
menyaksikan kedua orang itu saling memperebutkan
pedang baja dan melakukan pertarungan jarak dekat,
saking cemas dan gelisahnya ia jadi gugup dan
kelabakan setengah mati, akhirnya karena tak tahu apa
yang musti dilakukan air mata jatuh berlinang
membasahi pipinya.
Padang baja itu luasnya dua cun dan tebalnya dua
mili, meskipun berbentuk pedang akan tetapi tiada
bagian yang tajam, Cu-kat racun Yau Sut yang
mencengkeram ujung pedang itu namun tak mampu
untuk merampas nya, diam diam merasa amat
terperanjat pikirnya:
"Baik nenek tua she Tio maupun Hoa In sudah
kehabisan tenaga karena sejak tadi harus bertempur
terus, sebaliknya keparat cilik ini bukan saja tenaganya
tidak semakin berkurang malahan kian lama kian
bertambah ganas dan kuat, rupanya maksudku
mencelakai jiwanya dengan memaksa dia makan Teratai
racun empedu api, sebaliknya malah mendatangkan
banyak manfaat bagi keparat ini "
Berpikir demikian segenap kekuatan tubuh yang
dimiliki segera dihimpun jadi satu, bukannya menarik
kebelakang secara tiba2 ia dorong pedang itu kearah
depan.
Diam-diam Hoa Thian Hong merasa amat pusar, iapun
menghimpun segenap tenaganya untuk mendcong pula
pedang bajanya kedepan.

Sreeet....Sreeet... langkah kaki dua orang itu
menghancurkan batuan gunung yang terpijak diatas
tanah, pada permukan bumi segera munculah bekas
telapak kaki yang dalam sekali hingga mencapai
beberapa cun lebih.
Pergulatan berlangsung beberapa saat lamanya dalam
keadaan seimbang, air muka Cu kat racun Yau Sut
berubah jadi hijau membesi, sambil menggertak gigi ia
tetap mempertahankan diri.
Sebaliknya racun teratai dalam tubuh Hoa Tbian Hong
sedang kambuh, tenaga dahsyat yang tersalur keluar dari
dalam tubuhnya membuat sepasang mata sianak muda
itu berubah jadi merah darah, otot2 hijau pada menonjol
keluar semuanya, raut wajah pemuda itu kelihatan
bengis dan mengerikan.
Pada waktu itu sorot mata semua jago yang menonton
jalannya pertarungan tersebut telah dicurahkan keatas
pedang baja yang diperebutkan itu, Pek Kun Gie
menguatirkan keselamatan jiwa kekasihnya, ia merasa
cemas dan gelisah sekali, sedangkan para jago dari pihak
perkumpulan Sin Kie Pacg yang tidak bertempur
merasakan pula hatinya amat tegang, hanya para jago
dari perkumpulan Hong lm Hwee tetap bersikap tenang
saja sambil menonton jalannya pertarungan itu.
Hoa In serta Tio Sam koh berusaha memburu kedepan
untuk menolomg majikan muda mereka, tapi pihak lawan
selalu menghadang dan menghalang halangi
kepergiannya membuat mereka terlibat pula dalam suatu
pertempuran yang amat seru.
Tiba tiba terdengar Yan san It koay menghela napas
panjang, lalu berkata dengan suara lirih :
“Aaaai.... pedang baja tersebut benar benar sebilah
pedang mustika yang jempolan, kendatipun termakan

oleh daya tekanan yang amat dahsyat, sama sekali tidak
bengkok ataupun putus, bahkan bentuknya sama sekali
tak berubah... benar benar luar biasa sekali "
“Entah pedang ini dibuat oleh Hoa Goan Siu atau
buatan orang lain....?? " sela Jin Hian.
“Seandainya enam belas juius ilmu pedang yang
dimiliki bocah itu adalah hasil ciptaan dari Hoa Goan Sio,
aku rasa pedang baja itu tentu pula merupakan hasil
buatannya sendiri" jawab Sim kian.
Sementara itu Cu kat racun Yau Sut yang harus saling
bertahan dengan Hoa Thian Hong tanpa berhasil
merobohkan lawannya lama kelamaan jadi mendongkol
juga, pikirnya :
“Bangsat bangsat tua itu ber-bisik2 entah apa yang
sedang dibicarakan oleh mereka, Hmm! rupanya mereka
sama sekait tak pandang sebelah matapun terhadap aku
orang she Yau ..heeeh…heeeh…aku harus
mendemonstrasikan sedikit kepandaian, agar bangsat2
tua itu terbuka matanya"
Berpikir demikian ia segera ber-siap2 untuk adu
tenaga dalam guna merebut kemenangan, tiba2 ingatan
lain berkelebat pula didalam benaknya, ia membatin lebih
jauh lagi.
“Pertempuran besar Kian ciau Tay-hwee tidak lama
kemudian akan diselenggarakan, pada waktu itu para
jago pada berkumpul semua untuk memperlihatkan
keampuhannya masing2, pada saat itulah melupakan
saat yang paling tepat bagiku untuk mendemontrasikan
kebebatanku serta mencari nama besar....jika kubuang
tenaga dalamku pada saat ini dengan percuma sehingga
hawa murniku rusak, kejadian ini benar2 suatu kejadian
yang sama sekali tak ada harganya.. .."

Berpikir sampai disini, hawa murni yang disalurkan
kedalam telapak kanannya tiba2 ditarik kembali,
sementara tangan kirinya diayun kedepan melancarkan
sebuah pukulan dahsyat.
Pada waktu itu Hoa Thian Hong sedang mengerahkan
tenaganya untuk mendorong pedangnya kedepan, ketika
secara tiba2 pihak lawan menarik kembali tenaga
dalamnya, tak dapat dihindar lagi tubuhnya bersama
pedang segera tertelungkup kedepan dan jatuh kedalam
pelukan Cu-kat racun.
Ketika secara tiba tiba dilihatnya serangan telapak
lawan hampir menghajar tubuhnya, ia jadi gugup dan
kaget, dalam repotnya telapak kiri segera diayun
kedepan menyongsong datangnya serangan tersebut.
Sepasang telapak saling beradu satu sama lainnya
menimbulkan suara benturan yang amat keras, tubuh
Hoa Thian Hong bergetar keras dan jatuh terbanting
keatas tanah, akan tetapi tangan kanannya dengan
kencang sekali masih tetap memegangi ujung pedang
tersebut,
Cu-kal racun Yau Sut tertawa dingin dengan suara
yang menyeramkan, pedang baja ditangan kanannya
disentak keatas berusaha merebut senjata tersebut,
sementara tangan kirinya bagaikan ular racun keluar dari
sarang tiba2 membabat keluar.
Tiba2....Cu-kat racun Yau Sut merasakan pandangan
matanya jadi kabur.
Tampaklah sebuah lengan yang putih dan halus
menyelinap masuk dari arah samping dan
mencengkeram bagian tengah dari pedang baja itu,
kemudian merampasnya dari cekalan kedua orang jago
itu.

Hoa Thian Hong segera merasakan pergelangan
tangannya bergetar keras dan tahu2 pedang baja itu
sudah dirampas dari cekatannya.
"Aaaah....!" ia menjerit kaget tubuhnya segera
beruntung mundur beberapa langkah kebelakang.
Cu-kat racun Yau Sut jauh lebih terperanjat lagi
menghadapi kejadian yang sama sekali tak terduga itu,
bagaikan disambar guntur ditengah hari bolong tubuh
nya bergetar keras, sekujur badan menjadi panas dan
dengan hati tercekat buru2 ia loncat mundur sejauh lima
depa kebelakang.
Peristiwa ini benar2 merupakan suatu kejadian yang
amat mengejutkan bati setiap orang, jago lihay dikolong
langit yang mampu merampas sesuatu benda yang
sedarg diperebutkan oleh Cu-kat racun Yau Sut dengan
Hoa Tbian Hong boleh dibilang jarang sekali.
Dalam waktu singkat suasana hening dan sepi
menyelimuti seluruh bagian diluar gua tersebut,
pertempuran sengit yang sudah ber langsung selama
setengah harianpun dalam waktu singkat terhenti dengan
sendirinya.
TAMAT
Bagaimanakah kisah selanjutnya pertempuran antara
Cu-kat racun Yau Sut melawan Hoa Thian Hong?
Siapakah yang merampas pedang baja pada waktu
terjadi perebutan antara Cu-kat racun melawan Hoa
Thian Hong?
Peristiwa apa yang bakal terjadi dalam pertemuan
besar Kiao Ciau Tay-hwee??
Untuk mengetahui jawabannya, silahkan anda
mengikuti lanjutan dari cerita ini dalam judul barunya:

TIGA MAHA SAKTI

ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5, cersil terbaru Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5,Cerita Dewasa Terbaru Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5 Tamat dan anda bisa menemukan artikel Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5 Tamat ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-seru-saru-bara-maharani-5.html?m=0,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5 Tamat ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5 Tamat sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Silat Seru Saru : Bara Maharani 5 Tamat with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-seru-saru-bara-maharani-5.html?m=0. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar