Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Selasa, 20 Desember 2011

Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4

sebaliknya pedang Lim Han kim meski selalu
menempel di depan dada manusia berbaju merah itu,

1262
namun dia pun tak pernah berhasil menyodokkan
senjatanya ke depan, Hal ini dikarenakan dia pun gagal
menemukan kesempatan yang baik untuk mengirimkan
serangan mautnya.
Butiran keringat sebesar kacang kedelai mulai jatuh
bercucuran membasahi wajah Lim Han kim. Kini kedua
belah pihak sudah terjebak dalam posisi saling
menunggu, pemuda itu merasa bahwa seluruh tubuhnya
saat ini sudah berada dalam kurungan bayangan telapak
tangan manusia berbaju merah, Hal ini berarti sedikit
saja dia lengah, maka dirinya akan terluka oleh
gempuran lawan,
Manusia berbaju merah itu pun mempunyai pikiran
yang sama dengan Lim Han kim, Dia merasa pedang
anak muda itu selalu mengancam bagian mematikan di
dadanya, asalkan pergeseran tubuhnya terlambat
setengah langkah saja maka jiwanya akan berada di
ujung tanduk.
Kendatipun orang lain tak bisa melihat mimik mukanya
karena terkerudung kain merah, tapi dari napasnya yang
kedengaran mulai memberat bisa disimpulkan bahwa
orang ini mulai kelelahan-
Apabila situasi seperti ini dibiarkan berlangsung terus,
pada akhirnya kedua belah pihak akan sama-sama mati
kelelahan, Namun posisi sudah berubah jadi simpul mati,
siapa pun enggan menjadi orang pertama yang

1263
melepaskan posisi mati ini, lagipula siapa pun tidak
berani mencabangkan pikiran untuk memikirkan
persoalan tersebut.
Tiba-tiba terdengar gadis berbaju putih itu berseru:
"Dia sudah tak mampu melancarkan serangan balasan,
cepat kau rubah jurus pedangmu"
Teriakan ini dapat juga didengar manusia berbaju
merah itu dengan jelas, tapi ia sudah tak mampu
memperbaiki posisinya untuk melancarkan serangan
balasan.
Diam-diam Lim Han kim menghimpun hawa murninya.
Aliran hawa panas yang meluncur keluar dari Jin meh
serta tok meh nya terasa makin lama semakin deras dan
menghebat, semangatnya seketika berkobar kembali
jurus pedang pun segera diubah menjadi jurus "naga
terbang burung hong menari",
Dalam sekejap mata selapis cahaya hijau menyelimuti
seluruh angkasa dan memercikkan cahaya berkilauan
yang beribu-ribu banyaknya, Kontan saja manusia
berbaju merah itu dibuat kalang kabut tidak karuan,
Dengan mengerahkan sisa kekuatan yang dimilikinya, dia
lepaskan dua pukulan dahsyat, Maksudnya dia ingin
membendung serangan pedang anak muda tersebut
sementara tubuhnya bergerak mundur dari situ

1264
siapa tahu cahaya hijau yang menyebar di angkasa itu
tahu-tahu sudah mengurung sekujur badannya. Manusia
berbaju merah itu jadi amat terkesiap. cepat- cepat ia
melepaskan satu sodokan dengan jurus "melukis naga
menutul mata."
Terasa hawa dingin yang menusuk tulang mendadak
menggulung tiba, tergopoh-gopoh dia menarik kembali
tangan kanannya yang dipakai untuk menotok itu.
Cahaya tajam yang menggulung datang itu mendadak
menyapu ke atas, seluruh badan manusia berbaju merah
itu segera terkurung di balik cahaya pedang ini. Tergesagesa
orang itu menarik hawa murninya sambil
menjatuhkan diri ke belakang, Dia ingin menggunakan
gerakan "ikan emas melentik" untuk meloloskan diri dari
gempuran itu.
siapa tahu gerak serangan pedang dari Lim Han kim
jauh lebih cepat dari pada gerakan tubuhnya, Tahu-tahu
cahaya tajam telah menyapu datang dengan kecepatan
luar biasa.
Manusia berbaju merah itu buru-buru menarik
tengkuknya ke bawah untuk menghindar, tiba-tiba saja
kepalanya terasa dingin sekali. Ternyata topi yang
dikenakan itu sudah terbabat robek oleh sapuanpedang
Lim Han kim, malahan sebagian besar rambutnya ikut
pula terpapas rontok.

1265
sambil menarik kembali pedangnya Lim Han kim
berseru dingin: "Maaf... maaf...."
Dengan sepasang mata terbelalak lebar karena
terkejut bercampur heran, manusia berbaju merah itu
mengamati Lim Han kim beberapa saat, kemudian dia
mengalihkan pula pandangannya ketubuh gadis berbaju
putih itu, sampai lama kemudian ia baru berkata:
"Tengah hari besok aku pasti akan minta petunjuk kalian
berdua lagi, sekarang silahkan kalian berdua masuk ke
dalam barisan."
Habis berkata pelan-pelan dia membalikkan badan dan
berlalu meninggalkan tempat tersebut Berhubung kain
kerudung mukanya belum terlepas, maka susah untuk
melihat perubahan mimik wajahnya, tapi kalau didengar
dari nada suaranya, jelas ia merasa sedih dan putus asa.
"Tahan" seru gadis berbaju putih itu sambil tertawa,
"Nona masih ada petunjuk lain?" Manusia berbaju
merah itu berhenti dan menoIeh.
sambil tertawa gadis itu berkata: "sebelum bertarung
tadi kita kan sudah bertaruh, jikalau dia kalah maka aku
akan menyerahkan diri untuk menerima hukuman,
sebaliknya apabila kau yang kalah maka kau harus
mengajak kami pergi menjumpai pemilik bunga bwee,
masa kau hendak mungkir?"

1266
Manusia berbaju merah itu termenung sambil berpikir
sejenak, kemudian katanya: "Kau anggap setiap orang
bisa menjumpai pemilik bunga bwee? Turuti saja
nasehatku, kalian tak usah berjumpa dengannya."
"sebetulnya tusukan pedangnya tadi dapat mencabut
nyawamu atau paling tidak membuat kau cacad seumur
hidup, Kami sengaja membiarkan kau tetap hidup karena
aku berharap kau bisa membawa kami pergi menjumpai
pemilik bunga bwee."
"Tengah hari besok majikan kami akan menjamu
semua jago dari seluruh kolong langit ditempat ini, toh
sama saja kalian dapat menjumpainya besok siang?"
Habis berkata kembali dia meneruskan perjalanannya
meninggalkan tempat itu.
"Hei, perkataanmu sebenarnya bisa dipercaya tidak?"
hardik nona berbaju putih itu gusar.
"Aku hanya bermaksud baik terhadap kalian, tapi jika
kamu berdua tetap bersi-keras, yaa apa boleh buat,
tentu saja aku akan menghantar kalian untuk pergi
menghadapnya"
"Aku hendak membujuk dia, agar berubah piklran dan
tak usah menjamu para jago dari seluruh kolong langit."
"Selama hidup majikan kami tak pernah mau menuruti
nasehat orang"

1267
"Apabila dia enggan mendengarkan nasehatku, paling
tidak aku pun akan mengajak dia untuk bertaruh."
Sejak topi yang dikenakan manusia berbaju merah itu
terpapas robek oleh senjata Lim Han kim, sebagian
rambutnya terurai keluar hingga berterbangan karena
hembusan angin, Tapi berhubung raut wajahnya tak
nampak karena berkerudung maka orang ini kelihatan
jadi amat menyeramkan Sepasang matanya yang tajam
tiada hentinya berputar mengamati wajah gadis berbaju
putih itu, kemudian katanya:
"Baik ilmu silat maupun kecerdasan majikanku
berpuluh kali lipat lebih hebat daripada diriku, sekalipun
nona akan turun tangan sendiri pun, aku yakin kau masih
bukan tandingannya."
Tampaknya dia masih berusaha keras untuk
menghindar dan mencegah gadis berbaju putih itu untuk
pergi menghadap pemilik bunga bwee.
"Tak usah kau turun tangan sendiri pun kami tetap
bisa mengungguli dirinya, kalau tak percaya lihat saja
nanti" kata gadis itu ketus.
Tiba-tiba nada suara manusia berbaju merah itu
berubah jadi dingin sekali, tegurnya: "Jadi kau tetap
bersikeras hendak menjumpainya?"
"Tentu saja"

1268
"Baiklah" kata orang itu kemudian sambil menghela
napas panjang, "Sekali pun aku bakal dibunuh karena
perbuatan ini, kalian pun jangan harap bisa lolos dalam
keadaan hidup, mari ikut aku" Dengan langkah lebar dia
meneruskan perjalanannya.
Tiba-tiba gadis berbaju putih itu mempercepat
langkahnya menyusul di belakang manusia berbaju
merah itu, katanya: "Kau tak usah takut, Bila aku berhasil
membujuk pemilik bunga bwee, aku tentu tak akan
membiarkan kau dihukum mati."
"Menurut apa yang kuketahui, barang siapa yang
pernah berjumpa dengan majikan kami, tak seorang pun
di antara mereka yang bisa hidup segar bugar di dunia
ini."
"Aku akan menjadi orang yang terkecuali dalam
kebiasaan itu."
Manusia berbaju merah itu merasa gusar bercampur
mendongkol dia tidak menanggapi perkataan gadis itu,
langkahnya malah semakin dipercepat.
Gadis berbaju putih itu segera menggapai ke
belakang, Lim Han kim menyusul ke -depan dan berjalan
bersanding dengannya, bisiknya: "Ada perintah apa
nona?"

1269
"Kita akan segera berjumpa dengan pemilik bunga
bwee, takut tidak kau..?"
"Mati hidupku tak usah dipersoalkan, justru
keselamatan nona itulah yang penting sekali, Apabila
nasib kita kurang baik sehingga tewas di tangan pemilik
bunga-bwee, lantas siapa yang bisa memimpin
pertemuan besar yang akan berlangsung tengah hari
besok...."
"Ucapan saudara ini tepat sekali" sela manusia berbaju
merah itu sambil tiba-tiba berhenti "Dari sekarang hingga
tengah hari esok tinggal selisih waktu sepuluh jam, cepat
atau terlambat bertemu dengan majikan kami toh sama
saja, nona Lebih baik kau tak usah bersikeras dengan
pendapatmu itu...."
"Aku tahu, kau bukan bermaksud baik, dengan
bujukanmu itu kau hanya takut mengajak kami berjumpa
dengan majikanmu karena kuatir nyawamu bakal
melayang."
"Perguruan bunga bwe mempunyai peraturan
pcrguruan yang sangat ketat sebelum mendapat
persetujuan dari majikan kami, maka siapa pun dilarang
mengajak orang lain untuk pergi menjumpainya, Apabila
sekarang aku membawa kalian pergi menjumpainya,
maka sesuai dengan aturan aku bakal dibunuh olehnya."

1270
Gadis berbaju putih itu termenung sambil berpikir
berapa saat lamanya, setelah itu katanya: "Jelek-jelek
begitu kau masih terhitung seorang jagoan gagah,
Meskipun terancam oleh kematian, namun kau tak mau
mengingkari janji dengan begitu saja, Baik-lah
Menjumpai majikanmu sih aku tetap akan
menjumpainya, hanya kau tak perlu menghantar kami..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. terusnya:
"seandainya kami dapat mencarinya sendiri, hal ini
tentunya tak akan menyusahkan dirimu bukan?"
"Tentu saja."
"Kalau begitu lepaskan saja kain kerudung mukamu,
Asal aku dapat melihat raut wajah aslimu, maka kau tak
perlu mengantar kami lagi untuk pergi menjumpai
pemilik bunga bwee,"
sebenarnya ini hanya permintaan sederhana dan bagi
manusia berbaju merah tersebut bisa dilakukan dengan
gampang sekali, siapa tahu orang itu justru seperti
menghadapi persoalan yang maha sulit, untuk sesaat ia
ragu dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Tiba-tiba gadis berbaju putih itu tertawa
dingin,jengeknya: "Kalau dilihat perbuatanmu yang
pegang janji, jelas asalmu tentu dari perguruan aliran
lurus.

1271
seandainya dalam dunia persilatan benar-benar
terdapat perguruan bunga bwee, bagaimana pun rahasia
dan ketatnya cara kerja mereka, dalam dunia persilatan
pasti akan tersiar berita tentang keberadaannya, tapi
kenyataannya sekarang tak seorang pun pernah
mendengar tentang perguruan bunga bwee"
sekujur tubuh manusia berbaju merah itu mendadak
gemetar keras, jelas hatinya sedang bergolak dan
mengalami tekanan yang luar biasa.
"Betul juga perkataan ini," pikir Lim Han kim.
"Perkumpulan Hian hong kau begitu ketat dan rahasia,
tapi dalam dunia persilatan toh tersebar juga kabar
berita tentang perkumpulan ini, sedangkan perguruan
bunga bwee memiliki kekuatan yang begini luar biasa,
mana mungkin tak ada orang yang pernah
membicarakan-nya?"
sementara dia masih berpikir, gadis berbaju putih itu
sudah berkata lebih lanjut: "oleh karena itu aku berani
memastikan kau pasti bukan berasal dari perguruan
bunga bwee."
Dengan sepasang mata yang tajam manusia berbaju
merah itu mengawasi wajah si nona berbaju putih itu
tiada hentinya, kemudian pelan-pelan dia melepaskan
kain kerudung merah yang menutupi wajahnya.

1272
Ternyata orang itu memiliki kulit muka yang putih dan
bersih, panca inderanya sempurna. sesungguhnya dia
terhitung seorang lelaki yang tampan tapi anehnya pada
sepasang pipinya masing-masing tertera sebuah lambang
bunga bwee yang jelas sekali Tampaknya lambang itu
dicap khusus dengan besi yang dipanaskan dalam api,
lebarnya mencapai satu inci persegi. Dengan adanya
lambang ini, maka wajahnya yang semula tampan pun
jadi rusak sama sekali.
sembari mengenakan kembali kain kerudung merah
pada wajahnya, orang itu ber-kata:
"Aku telah memenuhi permintaan no-na" Kemudian
tanpa membuang waktu lagi dia putar badan dan berlalu
dari situ dengan langkah tergesa-gesa.
sambil memandang bayangan punggung manusia
berbaju merah itu, Lim Han kim berdiri termangu-mangu,
hingga bayangan tersebut lenyap daripandangan mata
dia baru menghela napas panjang seraya berkata:
"sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Gadis berbaju putih itu tidak menjawab. setelah
menengadah memandang cuaca baru ujarnya:
"Bimbinglah aku kembali ke dalam barisan, aku harus
beristirahat sebentar dengan tenang"
sesungguhnya banyak persoalan aneh yang ingin
ditanyakan pemuda ini, tapi ketika dilihatnya gadis itu

1273
sudah membungkam diri sambil termenung, dia pun
urungkan niatnya itu, ia tahu, gadis tersebut sedang
memikirkan sesuatu dengan serius.
Ketika mereka berdua kembali ke dalam barisan, Han
Si Kong sudah tak sabar lagi menunggu, Beberapa kali
hampir saja dia hendak menerjang keluar dari barisan
untuk mencari rekannya, untung saja siok bwee berhasil
menghalangi niatnya itu. Dayang itu baru merasa lega
setelah melihat majikannya kembali dengan selamat
didalam barisan. "Ke mana sih kalian telah pergi?" Han Si
Kong segera menegur
"Panjang sekali untuk diceritakan Mes-kipun hanya
dalam waktu yang amat sing-kat, namun apa yang
kusaksikan dan kudengar cukup membuat pikiranku
bingung selama tiga hari tiga malam"
"sebetulnya apa yang telah terjadi? Cepat katakan"
Gadis berbaju putih itu mendekati Lim Han kim dan
mencabut lepas jarum-jarum emas yang menempel di
tubuhnya itu, kemudian katanya: "Barusan kau telah
melangsungkan pertarungan sengit melawan orang itu,
banyak tenaga murnimu yang terbuang, sekarang kau
harus beristirahat dengan tenang."
setelah jarum emas itu dicabut lepas, tiba-tiba saja
Lim Han kim merasakan tubuhnya lelah sekali, tanpa
sadar dia pejamkan matanya untuk beristirahat.

1274
Gadis berbaju putih itu sendiri segera merebahkan diri
ke atas tanah sambil mencabut lepas jarum emas dari
tubuhnya, siok bwee segera mengambil sebuah selimut
dan ditutupkan ke atas badan nona itu.
Menyaksikan semua adegan ini Han Si Kong hanya
bisa berdiri terbelalak dengan mulut melongo, bisiknya
kemudian kepada siok bwee. "sebenarnya apa sih yang
telai terjadi?"
"Mereka sangat lelah, sekarang harus beristirahat dulu
secukupnya untuk mengembalikan kondisi badan, lebih
baik jangan kau ganggu dulu mereka berdua."
semenjak muda Han Si Kong sudah ber-kelana, dalam
dunia persilatan, pengetahuan serta pengalamannya luas
sekali, namun ia belum pernah menjumpai kejadian
seperti hari ini. Tak heran kalau orang tua tersebut jadi
gelagapan dan termangu-mangu tak tahu apa yang mesti
dilakukannya.
sementara itu siok bwee sudah duduk berjaga disisi
gadis berbaju putih itu. Di antara kerutan alisnya terlihat
rasa murung dan kesalnya yang amat mendalam.
sebetulnya Han Si Kong ingin mengajukan berapa
pertanyaan untuk menghilangkan rasa herannya, tapi
setelah melihat sikap siok bwee yang begitu dingin dan
hambar, ia tak berani buka suara lagi, takut kalau
ketanggor batunya.

1275
Hiang lan yang biasanya lincah dan tak pernah diam,
kinipun berdiri kaku di belakang siok bwee dengan alis
mata berkernyit saat ini benar-benar suatu pemandangan
yang mengenaskan, setiap orang seakan-akan dibebani
masalah yang amat berat, Mereka harus menunggu
dengan wajah murung, padahal pikirannya kosong
melompong. siapa pun tak dapat menjawab apa
sebenarnya yang sedang mereka nantikan?
Akhirnya Han Si Kong tak sanggup menahan diri lagi,
sambil melompat bangun, katanya: "Kalian berdua
tunggulah di sini, aku hendak jalan-jalan sebentar di luar
barisan"
"Barisan ini mempunyai perubahan yang tak
terhingga, mampukah Kau meninggalkan tempat ini?"
tegur siok bwee sambil mendongakkan kepalanya.
Han Si Kong mendengus dingin, di luar dia tetap
membungkam diri, sedang di hati kecilnya dia
mengumpat dengan marah: "Aku tak percaya hanya
mengandalkan beberapa batang bambu itu bisa
mengurung aku di sini,"
Ketika ia mengangkat kepalanya kembali tiba-tiba
terlihat olehnya berpuluh orang manusia berbaju hitam
sedang bergerak mendekat dengan kecepatan tinggi,
Pada bahu orang-orang itu terlihat seonggok kayu bakar
yang segera ditumpahkan di luar barisan.

1276
Mereka bekerja sangat cepat dan tidak menimbulkan
suara, Dalam waktu singkat sekeliling barisan bambu itu
sudah penuh dengan kayu-kayu bakar. sebenarnya Han
Si Kong hendak melaporkan kejadian ini kepada siok
bwee dan Hiang lan, tapi ketika dilihatnya seluruh
perhatian mereka berdua sedang dicurahkan ketubuh
gadis berbaju putih itu, dan seakan-akan tidak
memperhatikan urusan lain, maka dia pun urungkan
niatnya itu.
Meskipun usia Han Si Kong sudah mencapai lima enam
puluh tahunan, namun sifat kanak-kanaknya ternyata
belum hilang, sikap kedua orang dayang itu segera
membuat hatinya amat mendongkol pikirnya:
"Hmmmm... umurku sudah setengah abad lebih, masa
aku tak bisa mengendalikan perasaanku jauh melebihi
kalian dua orang budak ingusan..? Baik, kita tunggu saja
terus, paling banter mereka membakar kayu-kayu bakar
itu dan membinasakan kita semua di sini. Beruntung aku
lebih tua daripada kalian, paling tidak aku toh hidup lebih
lama daripada kalian-"
Terlihat tumpukan kayu bakar itu makin lama semakin
bertambah banyak. dalam waktu singkat bukan saja
sekeliling barisan itu sudah tertutup rapat, bahkan
pemandangan di luar barisan pun sudah tak terlihat lagi
karena gundukan kayu bakar itu.

1277
Hingga detik itu siok bwee serta Hiang lan masih
belum menyadari akan datangnya bahaya itu. seluruh
perhatian mereka masih tercurahkan ketubuh gadis
berbaju putih itu, agaknya mereka sedang bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinan-
Melihat itu Han Si Kong berpikir lagi: Jangan-jangan
kedua orang dayang ini sedang memusatkan
perhatiannya pada kesehatan majikannya hingga tidak
memperhatikan situasi di luar barisan? Kalau memang
begitu, aku perlu memberitahukan kejadian ini kepada
mereka...."
Berpikir sampai di sini, ia pun mendehem beberapa
kali sambil menegur: "Nona berdua...."
siok bwee berdua tidak berpaling, bahkan seperti tidak
mendengar sama sekali panggilan tersebut.
Han Si Kong amat mendongkol dengan memperkeras
suaranya ia berteriak lagi: "Hei, kalian sudah mendengar
belum panggilanku"
"sstt... Bagaimana kalau Jangan bicara dulu?" tukas
siok bwee sambil gelengkai kepalanya, sedangkan Hian
lan segera menempelkan ujung jari telunjuknya di atas
bibir pertanda agar ia tidak berbisik.

1278
Han Si Kong bertambah jengkel, setelah mendengus
dingin ia tidak berbicara lagi Matahari mulai tenggelam di
langit barat, senja pun mulai menjelang tiba.
Pertama-tama Lim Han kim dulu yang bangun dari
tidurnya, ia membuka mata sambil memperhatikan
sekeliling tempat itu, tapi begitu melihat tumpukan kayu
bakar di luar arena barisan, dengan perasaan terkesiap
serunya: "saudara Han, siapa yang menumpuk kayu-kayu
bakar itu di luar arena barisan kita?"
"Tentu saja anak buah pemilik bunga bwee"
"Mereka sengaja menumpukkan kayu bakar itu di
sekeliling arena, berarti mereka punya rencana untuk
membakar mati kita semua di sini."
"Aku rasa pendapatmu itu sangat tepat" Lim Han kim
jadi keheranan sekali melihat rekannya itu sedang
mendongkol bercampur jengkel, tegurnya sambil
tertawa: "saudara Han, kau lagi jengkel dengan siapa?"
"siapa lagi kalau bukan dua orang dayang itu, saudara
Lim. Cepat kau mencari akal untuk keluar dari barisan ini,
aku ingin menjajal kemampuanku dengan budak-budak
itu, Lihat siapa yang lebih tahan uji"
Lim Han kim sudah cukup lama bergaul dengan orang
tua itu, ia cukup memahami sifat maupun tabiatnya,
maka sambil tersenyum bujuknya: "saudara Han, buat

1279
apa kau mesti ribut dengan perempuan macam
mereka...?"
"Betul juga perkataan ini," pikir Han Si Kong, " orang
setua aku ini kenapa mesti jengkel dengan bocah
perempuan?" sambil tertawa geli katanya kemudian-
"Benar juga perkataan saudara Lim, cuma dua orang
budak itu menjengkelkan sekali, sudah tahu kalau musuh
sedang menumpuk kayu bakar di luar barisan untuk
membakar mati kita semua, ternyata berapa kali
peringatanku sama sekali tidak mereka gubris, coba
bayangkan siapa yang tidak mendongkol diperlakukan
begini, Hmmm itulah sebabnya aku ingin melihat, dia
atau aku yang tak takut mati"
Diam-diam Lim Han kim tertawa geli di dalam hati,
pikirnya: "Tak salah lagi kalau orang bilang, orang tua
yang sudah mencapai usia enam puluh tahunan, sifatnya
akan kembali seperti anak-anak kecil... buktinya saudara
Han juga begini...."
Perlu diketahui selama puluhan tahun Han Si Kong
berkelana dalam dunia persilatan justru lantaran sifat
kesetiaan kawan serta kehangatan hatinya inilah ia selalu
berhasil terlepas dari bahaya maut, Ketika ia mengangkat
kepalanya kembali, tampak dua orang dayang itu sedang
menggenggam tangan majikannya sambil duduk bersila,
telapak kanan masing-masing ditempelkan pada telapak
tangan gadis berbaju putih itu. Rupanya mereka sedang

1280
menggunakan tenaga dalam masing-masing untuk
membantu majikannya agar lebih cepat sadarkan diri.
sambil menghela napas panjang Lim Han kim berkata:
"Dia tak lebih hanya seorang gadis lemah yang
penyakitan, tapi sikapnya terhadap mati hidup begitu
hambar sebaliknya kita lelaki sejati yang masih gagah
danperkasa, kalau tak bisa bersikap sama seperti dia
sungguh merupakan kejadian yang memalukan."
"Kebanyakan orang yang diberi kecerdasan luar biasa,
keberaniannya pasti melebihi orang biasa...."
"Kini kita sudah terjebak dalam situasi yang berbahaya
sekali jikalau tumpukan kayu bakar di luar arena itu
sampai di-bakar, dapat dipastikan kobaran api yang
membara di sekitar tempat ini luar biasa hebatnya, Kita
harus memikirkan jalan keluarnya dengan cepat, biar
kubantu untuk menyadarkan nona Pek"
Ia bangkit berdiri dan berjalan menghampiri gadis
berbaju putih itu, telapak tangannya segera ditempelkan
ke atas jalan darah Mia bun hiat dipunggungnya,
segulung aliran hawa panas dengan cepat menyusup
masuk ke dalam tubuh gadis itu.
Kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya jauh
melebihi kemampuan dua orang dayang itu. Tak selang
berapa saat kemudian air muka si nona berbaju putih
yang semula pucat pias itu kini berubah menjadi semu

1281
merah, kemudian sepasang matanya yang terpejam pun
pelan-pelan terbuka kembali....
Melihat majikannya telah sadarkan diri, siok bwee
menghembuskan napas lega sambil berseru: "Nona,
hampir saja budak berdua mati ketakutan-.."
Gadis berbaju putih itu memperhatikan sekejap
sekeliling arena barisan, la lu sambil tertawa ia berpaling
kearah Lim Han kim sembari katanya: "Mereka ingin
menggunakan api untuk membakar kita."
"Benar, saat ini sekeliling barisan telah ditumpuk kayukayu
bakar yang cukup membakar tempat ini selama tiga
empat jam. Tak usahlah api tersebut sampai merambat
masuk ke dalam arena, hawa panas serta asap yang
ditimbulkan oleh kebakaran itu pun sudah cukup
menghanguskan kita semua di tempat ini...."
Mendadak Han Si Kong tertawa terbahak-bahak: "Ha
ha ha... selama puluhan tahun aku berkelana dalam
dunia persilatan, penjara air pernah kucicipi, luka
bacokan atau tusukan juga sering kualami, hanya satu
yang belum pernah kurasakan yaitu di panggang oleh
kobaran api. sungguh beruntung aku mendapat
kesempatan pada hari ini untuk mencicipinya. Bagaimana
pun aku toh sudah hidup enam puluh tahunan di dunia
ini, meskipun harus mati terbakar pun tidak termasuk
orang yang berumur pendek."

1282
Lim Han kim tahu orang tua ini masih jengkel dengan
kedua orang dayang tersebut sebenarnya dia hendak
membujuknya dengan beberapa patah kata, namun
untuk sesaat dia pun tak tahu apa yang mesti diucapkan,
akhirnya pemuda ini pun hanya membungkam diri.
Gadis berbaju putih itu termenung sebentar, kemudian
sambil melirik Hiang lan dan siok bwee sekejap.
tegurnya: "Tentu kalian berdua telah menyalahi Han
locianpwee, ayo cepat minta maaf kepada-nya."
Dua orang dayang itu tak berani membantah, setelah
bertukar pandang sekejap mereka maju ke muka dan
memberi hormat seraya berkata: "orang bijaksana tak
akan menyalahkan orang kecil, Kami masih muda dan tak
tahu diri, bila telah menyakiti hati Han locianpwee, harap
penghormatan ini dianggap sebagai permintaan maaf
kami." selesai berkata, mereka benar-benar
membungkukkan badan memberi hormat.
Dengan kejadian ini Han Si Kong malah dibuat rikuh
sendiri, buru-buru serunya: "Ha ha ha... mana, mana...
masa aku setua ini juga akan mendongkol lantaran kalian
bocah perempuan-..."
Dengan alis mata berkenyit Hiang lan berseru: "Han
locianpwee, kami berdua toh sudah minta maaf
kepadamu, dengan sendirinya rasa gusar Han locianpwee
juga ikut lenyap bukan? Tapi sampai sekarang kami

1283
berdua masih belum tahu, kapan sih kami telah
menyalahi diri cianpwee,.,"
"Yaa, harap locianpwee sudi memberi petunjuk.
sehingga di kemudian hari tidak melakukan kesalahan
lagi," sambung siok bwee sambil tertawa.
BAB 38. Mempermainkan Kaum Budak
Kontan saja Han Si Kong merasa pipinya jadi panas
lantaran jengah, dia tak mampu mengucapkan sepatah
kata pun,
si nona berbaju putih yang melihat kejadian itu buruburu
menukas: "Tidak sopan sewaktu bicara dengan
kaum tua, bersikap acuh terhadap orang lain, semuanya
merupakan tindakan yang keliru, apa perlunya kalian
minta ditunjukkan kesalahanmu berdua, ayo cepat
mundur dari sini"
Dua orang dayang itu mengiakan dan segera
mengundurkan diri ke belakang gadis berbaju putih itu.
Lim Han kim kuatir Han Si Kong kehilangan muka
lantaran kejadian ini, buru-buru dia mengalihkan bahan
pembicaraan ke masalah lain, ujarnya: "Nona, kita harus
berusaha melepaskan diri dari sini, Kalau tidak. masakita
harus menunggu dibakar oleh mereka di

1284
tempat ini?"
"Tak mungkin kita bisa keluar dari sini," ujar gadis
berbaju putih itu setelah termenung sejenak. "Apabila
kita paksakan diri untuk menyerbu keluar dengan
kekerasan, maka korban yang berjatuhan tentu banyak
dan sangat parah."
"Aku sudah hidup cukup tua, biar harus mati pun tak
perlu disayangkan" kata Han Si Kong bersemangat "Tapi
kalian semua masih muda belia, terlalu sayang kalau
harus mengorbankan jiwa di sini, Dari pada duduk
menunggu ajal kurasa lebih baik kita serbu keluar dari
barisan ini dan beradu jiwa dengan mereka, paling tidak
kita harus mencari balik modal disertai bunganya."
"Kita tak boleh bertindak gegabah, sekalipun tidak
berusaha keluar dari barisan ini, kita juga tak akan
duduk-duduk sambil menunggu datangnya ajal."
"Kalau kedua duanya tidak dicoba lalu apa yang harus
kita lakukan? Aku benar-benar tidak mengerti?"
"Kita berusaha meloloskan diri dengan selamat dari
sini."
Han Si Kong mencoba memperhatikan sekeliling
tempat itu, kemudian sambil gelengkan kepalanya
berulang kali ujarnya: "Kecuali kita punya sayap dan bisa
terbang ke langit"

1285
Gadis berbaju putih itu tertawa, "Locianpwee hanya
bisa teringat terbang ke langit, kenapa lupa kalau di
bawah pun masih ada tanah?"
"Maksud nona kita menggali lorong bawah tanah
untuk meloloskan diri dari sini? Menurut pendapatku,
cara semacam ini tak mungkin bisa kita lakukan dengan
selamat..."
"Kalau kita harus menggali lobang bawah tanah yang
tembus hingga di luar tumpukan kayu bakar itu, tentu
saja hal ini susah sekali."
Han Si Kong tertegun, dengan perasaan tak habis
mengerti katanya: "Kecerdasan nona jauh melebihi orang
biasa, sekarang situasi amat gawat aku harap nona sudi
menerangkan secara gamblang Kalau aku disuruh main
tebak... waaah... makin lama aku bisa semakin pikun-"
"Sebenarnya kalau sudah diterangkan sederhana
sekali, dan bila kita mau berpikir sebentar, siapa pun
dapat memikirkan cara itu, Ketika memilih tempat ini
sebagai tempat barisanku aku sudah memperhitungkan
apabila mereka menyerang kita dengan api.
oleh sebab itulah dalam barisan ini aku sengaja
mencari tempat yang ada gundukan tanahnya yang agak
tinggi, Kita tak perlu membuang tenaga untuk menggali
liang, lekukan tanah gundukan tersebut sudah cukup
bagi kita beberapa orang untuk menyembunyikan diri,

1286
kemudian di luar ling ka ran tempat persembunyian itu
kita sulut api untuk membakar rerumputan itu lebih dulu.
Kobaran api pasti akan menyebar ke tempat yang
lebih lebar. Nah, dengan cara begini kemungkinan besar
kita dapat selamatkan juga barisan ini."
"Urusan ini tak bisa ditunda-tunda lagi, mari kita
segera turun tangan- seru Han si Kong.
"Tidak perlu tergesa-gesa, apabila mereka berniat
membakar kita sampai mati maka hal ini sudah dilakukan
sedari tadi, kenapa mesti menunggu sampai sekarang?"
Di saat itu langit sudah mulai menjadi gelap. taburan
bintang mulai menghiasi seluruh angkasa, Lim Han kim,
Han Si Kong, siok bwee serta Hiang lan bekerja keras
membuat sebuah liang besar di bawah gundukan bukit
kecil itu yang cukup untuk memuat mereka berlima.
sementara itu kekuatan tubuh nona berbaju putih itu
bertambah lemah dan sukar untuk dipertahankan lagi,
mau tak mau terpaksa ia harus menggunakan tusukan
jarum pada jalan darahnya untuk membantu
menyegarkan kembali kekuatan tubuhnya.
Ketika dua batang jarum emas ditusukkan ke atas
jalan darahnya, cahaya segar segera menyelimuti wajah
nona itu, Waktu itu, rembulan sudah mulai muncul dari
langit Timur, Dari balik suasana yang hening itu

1287
beberapa kali terdengar suara pekikan burung malam
yang menambah seramnya suasana di tempat itu.
Gadis berbaju putih itu mendongakkan kepalanya
memandang langit, kemudian bisiknya: "Waktunya sudah
tiba, kita harus turun tangan lebih dulu...."
"Melepaskan api?" tanya Lim Han kim. Gadis itu
mengangguk. "Ayo berangkat, kita pergi berdua saja."
"Kesehatan nona kurang baik, lebih baik beristirahat di
tempat ini, biar aku bekerja seorang diri"
Gadis berbaju putih itu tersenyum, ujarnya:
"Melepaskan api adalah cara paling akhir yang bisa kita
lakukan, jadi kalau tidak terpaksa lebih baik tak usah
digunakan- siapa tahu kita akan menemukan cara lain
yang lebih baik? Ayo jalan, temani aku melihat keadaan"
setelah meloloskan pedang Jin siang kiamnya, Lim
Han kim berbisik "Hati-hati nona, setelah keluar dari
barisan harap kau mengintil ketat di belakangku siapa
tahu mereka telah persiapkan jebakan yang akan
menyerang secara tiba-tiba. Kalau terlalu jauh jaraknya,
aku kuatir tak sempat memberi pertolongan-"
"Benarkah kau amat menguatirkan keselamatanku?"
tanya gadis itu sambil tertawa.

1288
Lim Han kim tertegun, tapi segera jawabnya: "Aku
merasa kagum dan menaruh hormat atas keberanian
nona."
"sebetulnya bukan karena nyaliku besar maka aku
berani berbuat begini," kata gadis berbaju putih itu
sambil tertawa hambar, "Aku tahu umurku tak bakal
panjang, mati sekarang atau mati besok tak ada
perbedaannya sama sekali...."
Lim Han kim menghela napas panjang, ia
membungkam dan tidak berkata apa-apa lagi.
Terdengar gadis itu berkata lagi: "sebenarnya aku
masih bisa hidup enam bulan lagi, tapi setelah
mengalami pertarungan adu kecerdasan kali ini, aku
kehilangan banyak tenaga, Aku rasa umurku paling lama
tinggal tiga bulan saja."
"Nona cerdik dan penguasa pelbagai ilmu sakti, masa
di dunia initiada obat mujarab yang dapat
menyembuhkan sakitmu itu?" Gadis berbaju putih itu
tertawa.
"Gara-gara penyakit yang kuderita ini, ayah dan ibuku
telah menjelajahi seluruh kolong langit untuk mencari
obat mustika dan mengunjungi tabib kenamaan, tapi
setiap tabib yang memeriksaku mempunyai pandangan
yang berbeda sehingga obat yang digunakanpun berbeda
satu dengan lainnya. Dalam jengkelnya ia telah

1289
mengundang dua belas orang tabib kenamaan untuk
berkumpul dipondok Lian-im lu dengan Thian hok sangjin
locianpwee sebagai ketuanya.
Tiga hari tiga malam mereka bekerja keras untuk
menyelidiki penyakitku ini, tapi alhasil mereka tetap gagal
untuk menemukan sistim pengobatan yang tepat."
"Masa dengan kemampuan yang dimiliki Thian hok
locianpwee pun tidak berhasil mengobati penyakitmu?"
sela Lim Han kim dengan kening berkerut.
Tiba-tiba nona berbaju putih itu menghentikan
langkahnya dan duduk di atas tanah, sambil
membetulkan rambutnya yang kusut, katanya lagi seraya
tertawa: "setelah mereka berunding selama delapan hari
delapan malam, akhirnya ditemukan satu kesimpulan-"
Waktu itu mereka sudah tiba di tepi barisan bambu,
beberapa langkah lagi mereka sudah akan keluar dari
barisan tersebut, Melihat gadis itu duduk saja
ditempatnya, Lim Han kim tahu bahwa nona itu hendak
berbicara dulu dengannya sebelum melanjutkan
perjalanan, maka dia pun ikut duduk. "Bagaimana
kesimpulan akhir itu?" tanyanya.
"Bukankah sudah kuberitahukan kepadamu tadi?" kata
nona itu sambil tertawa, "setelah bersusah payah banyak
hari untuk memeriksa serta mengira-ngira penyakitku
akhirnya mereka berkesimpulan aku hanya bisa hidup

1290
setengah tahun, padahal tak usah mereka terangkan pun
aku sendiri sudah mengetahui hal tersebut dengan lebih
jelas lagi"
"Apakah yang nona ketahui hampir sama dengan hasil
kesimpulan para tabib kenamaan itu?" sela Lim Han kim
cemas.
"Garis besarnya sama, cuma mereka belum tahu kalau
aku tak boleh terlalu lelah dalam setengah tahun ini,
Apabila aku kelewat lelah dan banyak mengguna kan
tenaga, maka umurku yang setengah tahun itu bakal
terpotong separuhnya...."
Lim Han kim segera menghela napas panjang: "Aaai...
kalau sejak dulu tahu begini, aku tak akan merepotkan
nona dengan segala macam persoalan-"
senyuman nona berbaju putih itu semakin cerah, tibatiba
tanyanya: "Apakah kau amat menguatirkan
keselamatan jiwa ku? "
"soal ini... soal ini...." Untuk beberapa waktu la manya
ia tak sanggup melanjutkan perkataan itu.
"Kau tak usah terlalu bersedih hati," kata nona itu
lebih lanjut sambil tertawa, "Meskipun aku sudah hidup
belasan tahun, namun sejak tahu urusan hingga kini aku
harus selalu bergelut dengan penyakitku dan berjuang
melawan maut. orang bilang hidup seribu tahun pun

1291
akhirnya tetap mati, jadi aku tak pernah mempunyai
perasaan ngeri atau takut menghadapi kematian, kau tak
usah bersusah hati karena aku..."
"sekalipun begitu, tapi gara-gara urusanku, nona mesti
kehilangan umur selama tiga bulan, kenyataan tersebut
bagaimana pun juga merupakan ganjalan dalam hatiku."
Mendadak nona berbaju putih itu menarik kembali
senyumnya di wajahnya, Alis matanya mulai berkenyit,
rupanya ia mulai memutar otak memikirkan sesuatu,
selama berbicara tentang mati hidupnya, gadis ini selalu
tertawa dan santai, seakan-akan masalah mati hidup
bukan masalah yang amat berat baginya, tapi kini
setelah keningnya mulai berkerut, sikap maupun mimik
mukanya berubah jadi amat serius.
Lim Han kim menghela napas panjang, katanya:
"Nona, dalam keadaan seperti ini waktu adalah sangat
berharga bagimu, tidak sepantasnya kau melibatkan diri
dalam kancah persoalan yang membelenggu dunia
persilatan sepantasnya kau nikmati sisa hidupmu itu
dengan senang dan gembira.
Aaai.. jarang sekali di dunia ini ada orang yang bisa
bersikap begini tenang seperti nona kendatipun kau
sudah mengetahui saat ajalmu, Aku percaya diriku tak
mampu berbuat seperti nona, kau benar-benar
mengagumkan"

1292
"Aaai...." Gadis itu menghela napas, "Aku sedang
memiklrkan satu persoalan, aku tak tahu bagaimana
baiknya...."
"Gadis secerdas dia, mana mungkin ada masalah yang
tak dapat diselesaikan...?" pikir Lim Han kim dalam hati.
Tapi di luar, ia tak tahan untuk bertanya juga:
"Masalah pelik apa sih yang nona hadapi? Dapatkah kau
memberitahukan kepadaku sehingga mungkin aku bisa
memberikan sedikit saran atau pendapatku yang bodoh?"
Gadis berbaju putih itu mengalihkan pandangannya ke
wajah Lim Han kim, sesudah memandangnya lama
sekali, ia baru berkata: "Aku sedang berpikir, haruskah
kuwariskan segenap ilmu silat yang tercatat dalam
benakku ini kepadamu?"
Beg itu mendengar permasalahan tersebut
menyangkut kepentingan pribadinya, Lim Han kim jadi
terbungkam dalam seribu bahasa, untuk berapa saat dia
tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.
Terdengar gadis berbaju putih itu berkata lebih lanjut:
"Apabila ilmu silat yang kuketahui tidak kuwariskan
kepadamu, setelah kematianku semua ilmu maha sakti
itu mungkin tak akan punah dari dunia ini dan ikut
terkuburkan untuk selamanya bersamaku sebaliknya bila
harus mewariskan kepadamu, bukankah sisa hidupku
yang tinggal tiga bulan ini bakal habis digunakan untuk

1293
mewariskan ilmu silat untukmu, bukankah terlalu
sayang?"
"Nona tak perlu merisaukan diri dengan persoalan itu.
Apabila benar-benar cuma tinggal tiga bulan masa
hidupmu, sudah sepantasnya bila kau gunakan waktu
yang amat singkat ini untuk bersenang-senang...."
"Tapi kitab rahasia yang mencatat ilmu-ilmu silat itu
sudah terbakar habis, Bila aku mati, maka semua rahasia
sim hoat dan teori dari ilmu langka itu akan turut
terkubur bersamaku, bukankah aku akan menjadi orang
yang paling berdosa di dunia ini?"
"Nona mempunyai kecerdasan yang melebihi siapa
pun, jangan lagi aku, di dunia ini susah rasanya untuk
menemukan berapa orang yang mampu menandingi
kepintaranmu itu, apalagi waktu yang tersisa tinggal tiga
bulan, sekali pun nona hendak mewariskan semua ilmu
itu kepadaku, belum tentu aku sanggup menghapal
semuanya secara sempurna, kalau sampai begitu,
bukankah aku hanya akan menyia-nyiakan harapan
nona?"
"Sekalipun kau tak sanggup mempelajari seluruh
kepandaian itu sampai selesai, tapi paling tidak kau
mampu menghapal separuh di antaranya...."
Mendadak ia bangkit berdiri, lanjutnya: "Aaaai..
persoalan semacam ini benar-benar sukar untuk

1294
diambilkan keputusan, biar kupikirkan lagi pelan-pelan
sebelum mengambil keputusan,"
Bicara sampai di situ, dia melangkah keluar dari
barisan bambu. Buru-buru Lim Han kim menyusul keluar
dan berebut untuk berjalan di depan gadis itu, katanya:
"Nona tak boleh menempuh bahaya, biar aku
membukakan jalan untuk dirimu"
Dari balik tumpukan kayu bakar di luar barisan tibatiba
terlihat cahaya api berkilat seorang manusia berbaju
serba hitam munculkan diri bersamaan dengan
munculnya cahaya api itu.
Begitu menghadang jalan lewat kedua orang itu,
orang berbaju hitam tersebut membentak ketus:
"Majikan kami telah datang berkunjung ke kuburan ini,
ha rap kalian berdUa datang menghadapi dia"
Memandang obor api yang berada di tangan orang itu,
Lim Han kim berseru keras: "Hati-hati dengan obor di
tanganmu, bisa-bisa terbakar semua kayu bakar itu"
" orang ini goblok dan tak tahu sopan santun, setelah
berjumpa dengan pemilik bunga bwee nanti, aku pasti
akan minta dia untuk membunuh orang ini lebih dulu
sebagai syarat," sambung nona berbaju putih itu cepat.
Manusia berbaju hitam itu tampak agak tertegun,
kemudian sambil mengangkat obornya tinggi- tinggi,

1295
katanya: "Aku yang rendah mendapat perintah untuk
menyambut kalian berdua pergi menjumpai majikan."
Tanpa membuang waktu Lim Han kim menggerakkan
pedangnya menyingkirkan tumpukan kayu bakar yang
menghadang jalan lewatnya, setelah terbuka sebuah
jalan ia berkata dingin, "Ayo jalan di depan sebagai
petunjuk jalan"
Agaknya manusia berbaju hitam itu tahu kalau ucapan
gadis berbaju putih itu hanya gertak sambal belaka,
meski begitu ia tak berani bersikap kurang sopan lagi
terhadap mereka berdua, dengan mengangkat obornya
tinggi-tinggi ia berjalan dulu di muka.
Lim Han kini mencoba memperhatikan sekeliling
tempat itu. Dengan bantuan cahaya rembulan yang
redup, Iamat-lamat ia temukan ada banyak manusia
berbaju hitam yang bersembunyi di balik rumput dan
pepohonan yang mengepung sekeliling tempat itu rapatrapat.
Gadis berbaju putih itu mempercepat langkahnya
menyusul di belakang Lim Han kim, sambil berjalan
bisiknya: "Setelah berjumpa dengan pemilik bunga bwee
nanti, kau tak perlu takut dengannya"
"soal ini nona tak perlu kuatir" Dari balik ucapan
tersebut terselip perasaan tak puas.

1296
"Kenapa? Marah karena ucapanku ini?" tegur nona itu
sambil tersenyUm. "Aaai... kenapa sih kau mesti
mengumbar hawa amarah...?"
Lim Han kim berpaling dan memandang gadis itu
sekejap. sementara dalam hatinya berpikir: "Dia tak
segan mengorbankan sisa hidupnya untuk membantu
para jago dunia bertarung melawan pemilik bunga
bwee.Aaai... sudah seharusnya aku pun bersikap lebih
luwes dan mengalah kepadanya...." Berpikir begitu
timbul rasa menyesal dihati kecilnya, namun dia pun tak
tahu bagaimana harus menerangkan masalah ini.
sementara dia masih gelagapan, gadis berbaju putih
itu telah berkata kembali: "Bila ditambah dengan usiaku
selama tiga bulan, masa perkenalan kita tak terhitung
pendek. kenapa kau tak pernah menanyakan namaku?"
sekali lagi Lim Han kim berpikir: "Rasanya kurang
sopan bila seorang pemuda tanggung macam aku
menanyakan nama seorang gadis, Aku, Lim Han kim
tentu saja tak akan bertindak sekurang ajar itu...."
sambil tersenyum dia pun berkata: "Kalau begitu boleh
kutahu siapa nona?"
"Mungkin lantaran sejak dilahirkan aku sudah
penyakitan, maka oleh orang tuaku yang amat
menyayangi diriku, aku diberi nama sisi."

1297
Lim Han kim tak berani mengendorkan
kewaspadaannya, sepanjang jalan ia perhatikan terus
sekeliling tempat itu, Terasa olehnya ada banyak sekali
manusia berbaju hitam yang berlalu lalang di tengah
tempat itu, agaknya mereka sedang amat sibuk.
sementara itu si nona telah berkata lebih lanjut:
"Kemudian setelah aku tumbuh dewasa, aku merasa
nama si-si kurang enak didengar, karenanya aku pun
mengubah huruf yang terakhir...."
"Mengubahnya jadi apa?"
"Aku berpendapat bagi seorang anak dara, entah dia
cantik atau jelek pada akhirnya toh akan kawin dan
menjadi bini orang, Tapi bagiku yang bertubuh lemah
serta penyakitan siapa yang mau mengawini diriku?
orang itu sepanjang hidupnya akan melayani aku seperti
kerbau dan kuda, penderitaan yang dialaminya pasti
amat berat, itulah sebabnya huruf terakhir namaku kuubah
menjadi Hiang...."
"Pek si hiang,.,."
"Benar, bukankah namaku ini lebih sedap didengar...."
"Seperti namanya nona memang centil dan harum...."
"sejak dahulu kala kebanyakan kaum pendekar
menyayangi wanita lemah. Aku berganti nama jadi si

1298
hiang dengan harapan orang yang akan mengawiniku
nanti menjadi waspada sebelum mengambil keputusan.
Dia mesti menaruh rasa sayang kepadaku dan siap
melayaniku sepanjang masa, sehingga kalau sudah kawin
nanti, calon suamiku tak akan menyesal karena salah
memilih jodoh."
"Rupanya begitu...."
"Namaku ini selain hendak memperingatkan calon
suamiku agar selalu sayang kepadaku, aku pun masih
mempunyai maksud lain."
Walaupun berada dalam situasi yang amat berbahaya
karena terkepung musuh tangguh, gadis itu mampu
berbincang masalah pribadinya, seakan-akan di sekitar
situ tak ada orang lain kecuali mereka.
Ketenangannya dalam menghadapi kematian ini
kontan membangkitkan pula semangat Lim Han kim. sa
mbii tertawa nyaring serunya: "Waah... aku ingin tahu
masih ada kegunaan apa lagi namamu itu?"
"Coba kau sebut namaku itu beberapa kali...."
"Pek si hiang... Pek si hiang... si hiang...." Tiba-tiba
paras mukanya berubah hebat, ia segera terbungkam
dalam seribu basa.

1299
"sekarang kau sudah mengerti bukan?" kata Pek si
hiang sambil tertawa, "Barang siapa menyayangi aku,
kasihan kepadaku maka dia bakal sia-sia belaka,
berusaha mati-matian namun akhirnya cuma kosong
belaka, semua akan menjadi impian indah...."
"cinta tak mengenal semua itu. Apa bila orang itu
benar-benar mencintai nona, sekalipun hanya bisa
bersanding setengah atau satu haripun, kenangan
tersebut tak akan terlupakan untuk selamanya, sekalipun
nona sudah mati, namun senyummu, suaramu dan
wajahmu akan selamanya hidup abadi dalam hatinya."
"Tapi... benarkah di dunia ini terdapat lelaki yang
begitu tulus dengan cintanya?" tanya Pek si hiang
tersenyum.
"Waaah... kalau soal itu mah aku kurang begitu jelas."
sahut Lim Han kim sambil mendehem berulang kali.
"sejak dulu hingga sekarang, yang ada adalah lelaki
yang menyia-nyiakan cinta kasih kaum wanita, mana ada
pria yang mau berkorban demi kekasihnya...."
Mendadak terlihat bayangan merah berkelebat lewat,
dua orang manusia aneh berbaju serba merah dan
mengenakan topi warna merah melompat keluar dari
balik kegelapan dan menghadang jalan lewat kedua
orang itu.

1300
Dandanan seaneh dan seseram ini cukup mengejutkan
perasaan orang yang melihatnya, apalagi mereka muncul
dari balik kegelapan malam. Kendatipun pada siang
harinya tadi Lim Han kim pernah bertemu dengan
manusia berdandan seperti ini, tak urung perasaan
hatinya bergetar juga, apalagi dipandang di tengah
kegelapan malam, dandanan mereka terasa jauh lebih
mengerikan
Padahal dia tahu mereka berdua cuma orang yang
berdandan begitu, namun rasa bergidik segera
menyelimuti seluruh perasaan hatinya, Lim Han kim
segera menggetarkan pedangnya membentuk selapis
bianglala perak untuk menghadang kedua orang manusia
aneh itu, tegurnya: "Apa maksud kalian berdua
menghadang jalan lewatku?"
Manusia aneh berbaju merah yang berada di sebelah
kiri menyahut dengan dingini "Kami mendapat perintah
untuk menyambut kedatangan kalian berdua."
"Kalau memang begitu, terpaksa harus merepotkan
kalian...."
Manusia aneh berbaju merah yang berada di sebelah
kanan segera menambahkan: "setiap orang yang hendak
berjumpa dengan majikan kami, senjata mereka harus
dilucuti."

1301
Lim Han kim termenung dan berpikir sebentar,
kemudian katanya: "Sebelum aku bertemu dengan
pemilik bunga bwee, maaf permintaan kalian berdua tak
dapat kupenuhi."
Manusia aneh berbaju merah yang ada disebelah kiri
tertawa dingini "He he he,., saat ini kalian berdua sudah
terjebak dalam kepungan kami. jika kami turunkan
perintah maka kalian berdua segera akan tewas
bermandikan darah.,."
"Kalau hal ini benar-benar sampai terjadi mungkin
kalian berdua yang akan mampus lebih dulu sebelum
kematianku"
Pada saat itulah terdengar bunyi genta sebanyak lima
kali berkumandang datang dari kejauhan, Dua orang
manusia aneh berbaju merah itu saling bertukar pandang
sekejap. lalu sambil membalikkan badan katanya: "Harap
kalian berdua mengikuti dibelakang kami"
Tanpa membuang waktu mereka berlalu dari situ
dengan langkah lebar Ketika Lim Han kim mencoba
berpaling, ia saksikan Pek si hiang mengintil di
belakangnya dengan senyuman yang cerah, seakan-akan
ia sama sekali tidak pandang sebelah mata pun terhadap
dua orang manusia berbaju merah itu.
sikap yang begitu tenang dari gadis tersebut makin
mempertebal rasa kagumnya terhadap nona itu, pikirnya:

1302
"Walaupun dia tak mengerti ilmu silat, namun kebesaran
nyalinya serta keberaniannya menghadapi kenyataan
betul-betul jauh di atas kemampuanku. . . . "
Bagaikan sukma yang bergentayangan di udara kedua
orang manusia berbaju merah itu berputar mengitari
kuburan Liat hu bong kemudian menelusuri sebuah jalan
setapak yang sempit.
Waktu itu manusia berbaju hitam yang membawa obor
itu sudah pergi entah ke mana, suasana di sekitar sana
hanya kegelapan yang mencekam.
Mendadak Lim Han kim menghentikan langkahnya
seraya menegur: " Kalian berdua hendak mengajak kami
ke mana?"
"Menjumpai majikan kami"
"Bukankah dia sudah tiba di kuburan Liat hu bong?"
"Pada saat yang terakhir majikan kami telah
mengubah alamat perjumpaan, beliau khusus mengutus
kami untuk menyambut kedatangan kalian berdua,"
sambung orang berbaju merah di sebelah kiri Lim Han
kim tertawa dingin.
"Dandanan kalian berdua begitu aneh, majikan
kalianpun sok rahasia dan misterius. Hmmm.... hmmm...
kalau tingkah laku aneh semacam ini mungkin saja dapat

1303
me-nakut-nakuti orang awam, tapi untuk kami berdua....
Hmmm... hra mm.,.,"
"Siapa itu, berani amat bicara takabur" teguran dingin
yang menyeramkan tiba-tiba bergema dari kejauhan,
"Aku Lim Han kim, kenapa?" hardik pemuda itu gusar.
"Hmmm, besar amat nyalimu, kalau tidak diberi sedikit
pelajaran, tentu kau tak akan tahu betapa tingginya
langit dan tebalnya bumi."
Baru saja Lim Han kim hendak menanggapi seruan itu,
tiba-tiba terlihat sesosok bayangan hitam meluncur
datang dengan kecepatan luar biasa, dengan perasaan
terkesiap pikirnya: "Senjata rahasia apakah itu?"
" Kenapa membawa deruan suara yang aneh sekali."
Pedangnya segera diputar membentuk berkuntumkuntum
bunga pedang untuk melindungi dadanya, saat
itu dia hanya berpikir bagaimana membendung serangan
senjata rahasia yang datang dari depan, ia tidak mengira
kalau ada segumpal bayangan hitam lainnya yang
menyergap tiba dariarah samping, Lim Han kim
menyadari akan datangnya ancaman tersebut, namun
untuk menghindar sudah tak sempat lagi....
"Plaaaakkk.,."
Pipi kirinya persis terkena gempuran itu secara telak.
sementara bayangan hitam itu segera meluncur balik

1304
dengan kecepatan luar biasa setelah gempurannya
mengenai sasaran.
Gempuran itu berat dan cukup keras, seketika itu juga
Lim Han kini merasakan pandangan matanya berkunangkunang,
pipinya terasa pedas, panas dan perih sekali.
Kebetulan sekali saat itu cahaya rembulan sedang
tertutup oleh awan gelap sehingga suasana di tempat itu
amat gelap sekali, Meskipun sudah terkena gempuran
secara telak, ternyata Lim Han kim belum sempat melihat
dengan jelas makhluk apakah yang menyerang dirinya
tadi, hanya lamat-lamat ia merasa bahwa makhluk itu
menyerupai binatang sebangsa burung atau unggas.
Dua orang manusia berbaju merah pembawa jalan itu
sama sekali tidak berpaling, mereka tetap melangkah
majU dengan tindakan lebar Ketika ia mencoba
berpaling, Pek si hiang masih mengintil di belakangnya
dengan senyUman dikulum, seolah-olah ia sama sekali
tidak melihat kalau pipi kirinya terkena serangan.
Berada dalam situasi dan keadaan seperti ini, tentu
saja Lim Han kim merasa rikuh untuk buka suara, namun
secara diam-diam dia telah meningkatkan
kewaspadaannya.
"Pemilik bunga bwee ini betul- betul seorang tokoh
yang sukar dipegang ekornya, aku tak boleh

1305
memandangnya terlalu enteng," demikian ia berpikir
dalam hati.
sementara itu kedua orang manusia aneh berbaju
merah itu sudah berbelok menuju ke sebuah bangunan
gedung yang berdiri megah, Gedung itu berdiri sendirian
di tengah hutan belantara yang sepi, suasana gelap
gulita, tidak tampak setitik cahaya lampupun dari balik
bangunan itu.
Dua orang manusia berbaju merah itu langsung
membuka lebar pintu halaman dan berdiri di kedua belah
sisinya, setibanya di bangunan itu, seru mereka serentak:
"silahkan kalian berdua masuk sendiri"
Di bawah sinar rembulan yang waktu itu sudah muncul
kembali dari balik awan, Lim Han kim dapat melihat
sebuah papan nama yang tergantung di atas pintu
gerbang bangunan itu. "Rumah abu keluarga Go."
Pintu gerbang yang besar dan berwarna merah itu
sudah terpentang lebar, namun suasana dalam ruang
tengah dan ruang samcing bangunan itu tetap gelap
gulita dan hening.
Melihat situasi ini, sekali lagi Lim Han kim berpikir:
"seandainya mereka siapkan jago-jago tangguh di
sekeliling rumah abu ini, kami pasti akan mati konyol..."

1306
sementara dia berpikir di hati, kakinya sudah mulai
melangkah naik ke tangga batu ruang tengah.
Dari balik ruangan yang gelap itu tiba-tiba muncul
sepercik cahaya api yang segera padam kembali, disusul
kemudian terdengar seseorang berseru dengan suaranya
yang melengking: " Kenapa kalian berdua tidak masuk?
sudah takut rupanya? Kalau ingin mundur dari sini,
sekarang masih belum terlambat."
Dengan suara lirih Pek si hiang berbisik: "Ayo kita
masuk, tak usah takut...."
"Baik"
Dengan pedang disilangkan di depan dada, pemuda
itu masuk ke dalam ruangan dengan langkah lebar.
"Jangan terlalu cepat, tunggu aku..." pinta Pek si
hiang sambil merangkul lengan pemuda itu.
Lim Han kim agak tertegun, tapi dengan cepat dia
telah balas merangkul lengan kanan Pek si hiang.
"Berjalanlah pelan-pelan, makin lambat makin baik,"
pesan Pek si hiang, kemudian pelan-pelan ia sandarkan
kepalanya di atas bahu anak muda tersebut.
Bau harum semerbak yang aneh segera menyusup ke
dalam hidungnya, sekalipun mereka berada dalam situasi
yang berbahaya dan penuh ancaman maut, namun sikap

1307
gadis tersebut mendatangkan juga perasaan hangat dan
mesra di hati kecil Lim Han kim.
Dengan nada yang amat serius Peksi-hiang berbisik:
"Jarak dari pintu gerbang sampai di rumah utama itu
kurang lebih tiga tombak. Kau harus mencapai tempat
tersebut dalam dua ratusan langkah, sementara berjalan
aku akan membisikkan sesuatu kepadamu...."
"Apa yang hendak kau sampaikan?" sela Lim Hankim.
"Ko-koat (teori) dari delapan jurus ilmu pedang naga
sakti beserta cara penggunaannya . "
Lim Han- kim merasa sangat tegang, pikirnya: "Mana
mungkin aku bisa menghapalkan jurus pedang yang
begitu rumit dalam waktu sesingkat ini?"
Tapi ia tak punya kesempatan lagi untuk berbicara
karena Pek si- hiang sudah mulai mewariskan ilmu
pedang tersebut kepadanya
Ketika si hakim sakti Ciu Huang mewariskan jurus
pedang naga sakti kepadanya di belakang kuil awan hijau
tempo hari, ia hanya diajarkan jurusnya tanpa
diterangkan cara penggUnaan serta bagaimana
perubahannya dalam menghadapi serangan musuh.
walaupun begitu ia sudah mempunyai landasan yang
cukup kuat dalam ilmu pedang tersebut, karenanya

1308
setelah diterangkan Pek si- hiang secara terperinci
sekarang, ia dapat menangkap serta memahaminya
dalam waktu singkat.
saat-saat seperti ini membuat pemuda tersebut mau
tak mau harus pusatkan segenap perhatiannya pada
pelajaran itu la jadi lupa kalau dirinya sedang berada
dalam posisi bahaya dan musuh tangguh mengepung di
sekelilingnya. suara tertawa dingin bergema dari balik
kegelapan, sementara bayangan manusia berkelebat kian
ke mari, pelan-pelan Pek si-hiang pejamkan matanya, dia
seakan-akan sedang mabuk kepayang dalam pelukan Lim
Han-kim. sebaliknya anak muda itu seakan-akan
menaruh perasaan yang amat sayang kepada sang nona
sehingga tak punya minat memperhatikan tempat lain,
segenap perhatiannya tercurahkan pada kekasihnya.
siapa pula yang mengira di balik sikap mesra muda
mudi itu sesungguhnya ada sisi lain yang begitu serius,
yang lelaki mendengarkan pelajaran dengan seksama
sedang yang wanita mewariskan rahasia ilmu pedang
ting kat tinggi kepada rekannya.
Tiba-tiba terlihat canaya api berkelebat dua batang
lilin telah disulut dalam ruang pertemuan yang lebar itu
waktu itu Lim Han- kim hanya merasakan pandangan
matanya silau, namun ia tak sempat cabang-kan pikiran
untuk memperhatikan.

1309
suara bentakan yang amat keras bergema
memecahkan keheningan: "Benar-benar seorang laki
perempuan yang tak tahu malu, Di depan umum dan
pandangan banyak orang, kalian berani menunjukkan
sikap yang begitu memuakkan"
Bentakan itu sangat nyaring dan keras apalagi
diteriakkan di tengah keheningan malam, suaranya
bergema sampai jauh sekali, namun Lim Han- kim dan
Pek si- hiang yang berada di hadapannya ternyata tidak
menggubris, seolah-olah sama sekali tidak mendengar
hardikan tersebut
Tampak cahaya api kembali berkelebatan secara
beruntun di dalam ruangan itu telah disulut dua belas
batang lilin besar, Dalam waktu singkat seluruh ruangan
pertemuan itu telah bermandikan cahaya, begitu terang
benderang sampai jarum di lantaipun dapat terlihat
dengan jelas.
Ketika Pek si- hiang sudah selesai menerangkan jurus
yang terakhir, tiba-tiba ia melompat bangun dan
meninggalkan pelukan Lim Han- kim.
suara tertawa yang amat dingin dan menyeramkan
sekali lagi berkumandang membelah angkasa: "sudah
banyak pasangan kekasih yang kutemui dan kujumpai,
tapi belum pernah kusaksikan ada orang yang begitu
berani macam kalian berdua, menganggap manusia di
sekitarnya sebagai tonggak kayu.."

1310
"Paling tidak kau telah menyaksikan pada malam ini
bukan?" sambung Pek si-hiang
sambil tertawa dan membetulkan rambutnya yang
kusut. Diiringi suara tertawa yang merdu, dia melangkah
masuk ke dalam ruang pertemuan itu.
Dengan langkah lebar Lim Han- kim segera
menyerobot masuk lebih dulu ke dalam ruangan dan
menghadang di depan Pek si-hiang. Di hadapannya kini
telan berdiri seorang kakek berbaju kuning yang
mempunyai perawakan tinggi besar,jenggotnya yang
panjang berwarna putih terurai di depan dadanya.
Kakek itu berwajah dingin dan serius, pada lengannya
terdapat sebuah rak besi, di atas rak itu bertengger dua
ekor burung aneh berwarna abu-abu tua.
Dengan perasaan tertegun Lim Han-kim segera
berpikir. 'Jangan-jangan yang meng-gampar pipi kiriku
barusan adalah satu di antara dua ekor burung itu'
sementara dia masih termenung, kakek berbaju
kuning itu telah mengumpat dengan suara dingin:
"Benar-benar seorang budak yang tak tahu malu"
"Kalau belum tahu duduk persoalan yang sebenarnya,
lebih baik hati-hati kalau berbicara" tegur Lim Han-kim
penuh kegusaran Kemudian sinar matanya mulai
memeriksa sekeliling tempat itu, pada dua sisi ruangan

1311
itu berdiri berjajar dua baris manusia berbaju hitam yang
semuanya berjumlah dua puluh empat orang.
Kawanan manusia itu rata- rata mengerudungi wajah
masing-masing dengan kain hitam sehingga yang terlihat
hanyalah sepasang mata mereka yang bersinar.
Kakek berbaju kuning itu merupakan satu-satunya
orang yang tidak mengenakan kain kerudung muka.
Kendatipun air muka itu dingin dan kaku namun rasanya
jauh lebih sedap dipandang ketimbang yang lain.
Terdengar ia berkata lagi dengan suara dingin:
"Walaupun aku merasa kurang berkenan menyaksikan
urusan pribadi kalian berdua, tapi aku malas untuk
mencampurinya."
"Hmmm, mampukah kau mencampurinya?" jengek
Pek si- hiang sambil tertawa mengejek.
"siapa bilang aku tak mampu mencampurinya?" teriak
kakek berbaju kuning itu gusar. "Berani lancang sekali
lagi, jangan salahkan kalau kucukil mata kalian untuk
makan burung- burungku. Hmmm Akan kulihat
mampukah kalian bermesraan lagi." Pek si- hiang
tertawa.
"Wajahnya, suaranya serta perawakan tubuhnya
sudah tertera sangat mendalam di lubuk hatiku, tanpa
memandangnya secara langsung pun aku tetap bisa

1312
membayangkan dirinya, Kami masih punya mulut untuk
saling meluapkan perasaan hati, kami pun masih punya
tangan untuk berpelukan-"
"Akan kupotong sepasang lenganmu dan memotong
lidahmu" teriak kakek berbaju kuning itu semakin gusar.
"ltupun tak menjadi soal, perasaan kami telah saling
berhubungan satu dengan lain-nya, biar dipisahkan
sejauh selaksa lipun kami merasa seakan-akan tetap
bersatu."
saking gusarnya kakek berjUbah kuning itu berkaokkaok
keras: "Aku akan mencincang tubuhmu sehingga
hancur menjadi bubur daging Akan kulihat apa yang bisa
kau perbuat?"
"sekalipun kau berhasil mencincang tubuhku hingga
hancur berkeping-keping, tapi apa gunanya? cinta kami
tak akan putus lantaran kematian, tidak seperti kau,
sudah hidup setua ini tapi tetap hidup sebatang kara.
Aku yakin selama hidup tak akan ada seorang wanita pun
yang menyukaimu. Kalau hidup tanpa kegembiraan apa
bedanya dengan mati?"
Kakek berbaju kuning itu tertegun, tiba-tiba nada
pembicaraannya berubah jadi lembut sekali, katanya:
"Tak kusangka nyalimu begitu besar, berani amat
bermusuhan dengan diriku?"

1313
Pek si- hiang tertawa pula, sambil membenahi
rambutnya ia berkata: "Ehmmm... selama ini aku belum
mengumpatmu, hal ini sudah termasuk amat sungkan
kepadamu."
"Yaa sudahlah, aku tak akan menyalahkan dirimu
lagi...."
setelah berhenti sejenak. kembali kakek itu
menambahkan: "Kau kah yang mengatur barisan anti
Ngo-heng di seputar kuburan Liat hu-bong ini?"
"Kalau benar lantas kenapa?"
"Kau benar-benar hebat Tapi antara aku dengan
dirimu ibarat air sumur yang tidak melanggar air sungai,
kenapa kau mesti bermusuhan dengan kami?"
"Apa pula salahnya para jago dari kolong langit?" seru
Pek si-hiang. "Kenapa kalian tega membiarkan mereka
saling membunuh?"
" Kalau didengar dari nada pembicaraan-mu, rupanya
kaulah Pemilik bunga bwee?" sambung Lim Han-kim.
"Dia bukan tokoh tersebut" tukas Pek si- hiang
tertawa, "cukup dilihat gaya berbicara serta gerak
geriknya, kita bisa menyimpulkan bahwa orang ini tak
lebih dari seorang budak"

1314
Dalam perkiraan Lim Han-kim, ucapan Pek si- hiang ini
pasti akan membangkitkan hawa amarah kakek berbaju
kuning itu Kalau dilihat dari sinar matanya yang tajam,
jelas tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna, itu
artinya serangan yang dilepaskan dalam keadaan gusar
pasti mempunyai daya perusak yang luar biasa hebatnya.
Padahal Pek si- hiang begitu lemah, bagaimana
mungkin ia sanggup membendung serangan yang
dilancarkan dalam keadaan gusar ini? Berpendapat
begitu, diam-diam tenaga dalamnya segera dihimpun dan
siap sedia melakukan perlawanan.
siapa sangka apa yang terjadi sama sekali di luar
dugaannya, Bukan saja kakek berbaju kuning itu tidak
gusar, dia malah tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha... kau si bocah perempuan benar-benar
cerdik sekali. siapa pun yang bisa menjadi budaknya
majikan kami, ia pasti akan merasa amat bangga sebab
kemampuannya berarti mampu menjagoi seluruh dunia
persilatan"
Mendengar perkataan itu, diam-diam Lim Han-kim
mengumpat: "Dasar jiwa budak. bukan merasa jengah
malahan bangga dengan makian itu, benar-benar tak
punya harga diri,."
sementara itu Pek si- hiang telah berkata lagi sambil
tertawa: "Bila dilihat dari gaya serta gerak gerikmu,

1315
meski jadi budak orang, paling tidak kau tentu menjadi
pentolannya kaum budak...."
"Aku adalah pelindung majikan kami" tukas kakek
berbaju kuning itu cepat. "Lebih baik nona bicara dengan
bahasa yang lebih enak didengar, budak... budak melulu,
sungguh taksedap didengar"
"Apabila Pemilik bunga bwee yang memanggilmu
sebagai budak. beranikah kau menegurnya sebagai katakata
yang tak sedap didengar?" ejek Pek si-hiang
tertawa.
Kakek berbaju kuning itu mendengus dingin:
"Hmmmm jika majikan kami yang memanggil, tentu saja
lain ceritanya."
"Baiklah, kita tak usah membicarakan soal ini lagi,
Majikan kalian telah mengutus orang untuk mengundang
kami ke mari, sebenarnya apa kehendaknya? Gaya
sambutan semacam ini sudah lebih dari cukup bagiku,
jadi tak usah bergaya lebih lanjut...."
"seandainya majikan kami tidak bermaksud
menjumpai kalian berdua, dengan sikap jumawa dan
takabur kalian berdua sekarang, sudah lebih dari cukup
alasan bagi kalian berdua untuk mampus"
Pek si- hiang tertawa, "Majikanmu sengaja
mengundang kami datang ke mari, ini berarti kami

1316
terhitung tamu agungnya, siapa tahu ia bisa cocok
dengan kami dalam pembicaraan nanti, sebelum posisi
kami jelas sebagai musuh atau teman, lebih baik
bersikaplah lebih sopan dan sungkan terhadap kami,
daripada setelah kami menjadi sahabat karib majikan
kalian, kau akan menyesal sepanjang masa"
Kakek berbaju kuning itu tertegun, tiba-tiba ia
membungkukkan badan memberi hormat seraya berkata:
"silahkan duduk" Pek si- hiang menyapu sekejap
sekeliling tempat itu Ketika tidak melihat meja dan
bangku, segera serunya seraya tertawa: "Tampaknya kau
sudah pikun saking kaget-nya, kau suruh kami duduk di
mana...?"
"Aku benar-benar bingung dibuatnya, seingatku belum
pernah majikan kami terima tamu."
Ia memandang sekejap dua baris manusia berbaju
hitam yang berdiri berjajar di kedua belah sisi ruangan
itu, lalu serunya: "Sediakan bangku"
Terdengar suara langkah kaki bergema tiba, dua
orang bocah berbaju serba merah muncul membawa
bangku, Kedua orang bocah itu tidak mengenakan
topeng sehingga wajahnya yang tampan kelihatan jelas,
usianya antara empat lima belas tahunan, hanya pada
jidat
mereka tertera lambang bunga bwee yang amat jelas.

1317
Bergidik juga perasaan Lim Han-kim menyaksikan
kejadian tersebut, pikirnya: "Pemilik bunga bwee betulbetul
seorang tokoh yang kejam dan berhati buas.
Dengan menerakan cap bunga bwee pada jidat anak
buahnya, maka seandainya anak buah itu
menghianatinya dan melarikan diri, tak mungkin orang
itu berhasil menghapus lambang tadi dari wajahnya
kecuali kalau kulit wajahnya disayat sama sekali.... Bagi
orang awam, daging wajah yang disayat pasti
mendatangkan penderitaan yang luar biasa, belum lagi
cacad seumur hidup yang harus ditanggungnya...."
sementara ia masih termenung, kakek berbaju kuning
itu telah berkata lagi: "silahkan duduk. masih harus
menunggu sesaat lagi sebelum majikan kami bisa tampil
menyambut kalian."
"Benar-benar besar gaya orang ini..." umpat Lim Hankim
dalam hati, Meskipun merasa tidak puas, namun ia
tetap menahan diri untuk tidak diutarakan keluar,
sedangkan Pek si- hiang telah menyahut sambil tertawa
hambar: " Lebih lambat ia berjumpa dengan kami, berarti
satu bagian kemungkinan bagi kami untuk meraih
kemenangan Tak jadi soal, kami bisa menunggunya
dengan sabar sekali."
Tergerak hati si kakek berbaju kuning itu setelah
mendengar perkataan gadis ini, serunya: "Bolehkah aku
menanyakan satu persoalan?"

1318
"Katakan"
"Kau bilang makin lambat bertemu dengan majikan
kami, maka kalian semakin ada harapan meraih
kemenangan Aku tidak , mengerti dengan maksud
ucapanmu itu, Boleh aku tahu arti yang sesungguhnya?"
"oooh... rahasia di balik ucapan itu sebenarnya
sederhana sekali kalau sudah diungkapkan, lebih baik tak
usah kujelaskan" Berbeda dengan kakek berbaju kuning
itu, Lim Han-kim memahami dengan jelas maksud
ucapan Pek si- hiang itu, jelas gadis itu minta kepadanya
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk makin
memperdalam pengetahuan tentang delapan jurus ilmu
pedang naga sakti itu beserta cara penggunaannya
dalam menghadapi lawan. Maka ia pun pejamkan
matanya tanpa bergerak lagi.
sepintas lalu orang mengira dia sedang mengatur
napas, padahal yang benar otaknya sedang diperas
untuk mengingat-ingat semua perubahan jurus pedang
yang baru dipelajarinya itu.
Tiba-tiba terdengar bunyi musik bergema tiba, Dua
baris manusia berbaju hitam yang berdiri berbanjar itu
segera mundur dari ruangan tersebut secara teratur,
disusul kemudian kedua belas batang lilin yang
memancarkan sinar terang itu padam semuaseketika.
suasana di dalam ruangan pertemuan itu pun kembali
berubahjadi gelap gulita.

1319
Dengan suara rendah kakek berbaju kuning itu segera
berbisik: "sebentar lagi majikan kami akan muncul di sini,
lebih baik nona menyambut kedatangannya dengan sikap
hormat...."
"Tak usah kau pikirkan, lebih baik cepatlah mundur
dari sini"
"Hmmm Benar-benar budak yang tak tahu diri.."
umpat kakek berbaju kuning itu sambil mendengus
dingin- Mengikuti di belakang dua baris manusia berbaju
hitam itu, dia mengundurkan diri pula dari ruangan itu.
Menunggu kakek berbaju kuning itu sudah keluar dari
pintu ruangan, dua orang bocah berbaju merah itu
segera mengeluarkan selembar kain hitam dari sakunya
dan digantungkan di depan pintu, suasana dalam
ruanganpun berubah jadi makin gelap.
Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan mendekati Pek sihiang,
lalu bisiknya: "Nona Pek, permainan setan apa
yang sedang mereka siapkan?"
"Entahlah, meskipun mereka termasuk anak buah
Pemilik bunga bwee, aku duga tak seorang pun di antara
mereka yang pernah berjumpa dengan majikan Pemilik
bunga bwee itu"
BAB 39. jurus Aneh Menyelamatkan jiwa

1320
Baru selesai perkataan itu diutarakan terlihat cahaya
api berkilat, Dua orang lelaki bertubuh kekar dengan
menggotong sebuah tungku api telah berjalan masuk ke
dalam ruangan.
Tinggi tungku api itu mencapai dua depa, api yang
berkobar kelihatan membara, empat buah cap besi
tergarang dalam bara api itu.
sambil tertawa Pek si- hiang segera ber-bisik:
"Rupanya pemilik bunga bwee ingin meninggalkan
lambang bunga bweenya di atas wajah kita berdua."
Dengan menggenggam pedang Jin-siang-kiam nya
lebih kencang Lim Han-kim berpesan: "Apa bila terjadi
pertarungan nanti, kau harus tetap mengintil di
belakangku, dengan begitu aku bisa melindungi
keselamatanmu...."
Belum selesai perkataan itu dia utarakan, mendadak
dari belakang tubuhnya bergema suara seseorang yang
dingin menyeramkan "Mati hidupmu sendiripun susah
diramalkan masih ingin menolong orang lain- he- he..
benar tak tahu diri"
Dengan sigap Lim Han-kim membalikkan tubuhnya,
sedang pedang yang berada dalam genggamannya
segera menyiapkan gerak jurus "naga sakti
menyeberangi samudra" dari ilmu pedang naga sakti

1321
untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan.
Lebih kurang lima enam depa di hadapannya berdiri
sesosok bayangan hitam yang tinggi besar. Kecuali
sepasang mata-nya, hampir sekujur tubuhnya
terbungkus di balik kain berwarna hitam.
Lidah api yang berkobar dalam tungku api itu tampak
semakin membara, lidah-tidah api tersebut telah berubah
menjadi warna hijau tua yang menyeramkan, apalagi
ketika memantul ke atas wajah Pek Si-hiang dan Lim
Han-kim, wajah muda mudi ini segera ikut berubah jadi
hijau mengerikan hati.
Dua orang lelaki kekar itu telah melepaskan baju
bagian atasnya, Di bawah pantulan cahaya hijau,
keadaan mereka nampak menggidikkan hati.
Lim Han kim maju selangkah menghadang di hadapan
Pek Si-hiang, kemudian tegurnya: "Apakah kau adalah
Pemilik bunga bwee?"
Bayangan hitam yang tinggi langsing itu tidak
mengakui, tapi dia pun tidak membantah, malahan balik
tegurnya: "Siapa namamu? Siapa pula gadis itu? Apa
hubungan kalian berdua."
"Aku Lim Han-kim...."

1322
"Belum pernah kudengar nama ini, kau baru terjun ke
dalam dunia persilatan?" sela orang berbaju hitam itu.
Lim Han-kim tertawa dingin.
"He he he... aku hanya seorang prajurit tanpa nama,
lebih baik tak usah ditanya lagi...."
sinar mata si orang berbaju hitam yang dingin
menyeramkan itu segera beralih ke wajah Pek si- hiang,
lalu teg urny a: "Siapa kau? siapa namamu?"
"Aku tak ingin memberitahukan kepada-mu" sahut Pek
si- hiang sambil tertawa hambar.
Manusia berbaju hitam itu tertawa dingin:
"Kebanyakan anak buah perguruan bunga bwee adalah
orang-orang yang tidak diketahui asal usulnya, kejadian
masa lalu memang tidak terlalu penting disini"
"Hei, kau lagi bergumam tentang apa?" tegur Lim
Han-kim.
Manusia berbaju hitam yang tinggi langsing itu tidak
menggubris teguran anak muda tersebut, ia berkata lebih
lanjut: "Dalam bara api tungku itu tersedia empat buah
cap yang sudah membara, Lebih baik kalian ambil dan
cap sendiri wajah masing-masing dengan lambang bunga
bwee itu.."

1323
"Tidakkah kau merasa bahwa perkataan serta
pandanganmu tersebut hanya membuang-buang waktu
belaka?"
Manusia berbaju hitam itu menunggu sampai Lim Hankim
menyelesaikan perkataannya, kemudian baru ia
melanjutkan "Di sisi tungku api itu tergantung sebuah
botol porselen, isi botol itu adalah obat cairan yang
diramu secara khusus untuk mengobati luka bakar, Asal
kalian menggosokkan pada bekas cap di wajah kalian,
meski sewaktu cap itu menempel di wajah kalian terasa
sakit, namun kemudian rasa sakit itu bakal lenyap tak
berbekas."
Tanpa terasa Lim Han-kim berpaling dan memandang
tungku api itu sekejap. Betul juga, disisinya tergantung
sebuah botol porselin,
Terdengar manusia berbaju hitam itu berkata lebih
lanjut: "Pekerjaan ini mudah dan amat sederhana, aku
rasa kalian tentu sudah paham bukan? Nah, cepatlah
turun tangan sendiri"
Kata-kata itu diutarakan tidak terlalu cepat juga tidak
terlalu lambat, nadanya tenang seakan-akan obrolan
seorang sahabat lama yang baru bertemu setelah lama
berpisah Kontan saja Lim Han-kim merasakan hawa
panas bergelora di dalam dadanya, dengan suara keras
bentaknya: "Kau sedang berbicara terhadap siapa...?"

1324
"Tentu saja terhadap kalian berdua, kenapa? Kalian
belum jelas dengan keteranganku tadi?"
Mendadak Lim Han-kim bergerak maju ke depan,
pedangnya ditudingkan ke depan dada manusia berbaju
hitam itu. Dengan langkah Pat kwa yang mengandung
unsur Kiu-kiong, jurus serangan ilmu pedang naga sakti
pun segera dipersiapkan
Berkilat sepasang mata manusia berbaju hitam itu
setelah melihat posisi anak muda itu, ujarnya kemudian-
"Tak heran kalau kau begitu latah dan tekebur, rupanya
ingin mengandalkan delapan jurus ilmu pedang naga
sakti" Lim Han-kim tertegun, tanpa sadar dia
menghentikan langkahnya,
" Cepat balik" bisik Pek si- hiang.
Lim Han-kim menarik kembali pedangnya dan
melompat mundur.
Mendadak terlihat manusia berbaju hitam itu maju
selangkah, mantel hitamnya kelihatan berkibar
terhembus angin, tahu-tahu tubuhnya sudah tiba di tepi
tungku api itu sambil menyambar sebuah cap besi.
Gerakan tubuhnya amat cepat bagaikan sambaran
kilat, Baru saja Lim Han-kim berdiri tegak. manusia
berbaju hitam itu sudah menyusul tiba, cap besi yang

1325
membara di tangannya itu langsung disodokkan ke atas
wajah Lim Han-kim.
Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim menggerakkan
pedangnya melakukan sapuan balasan-
Tiba-tiba orang berbaju hitam itu menarik kembali besi
baranya menghindari sapuan pedang anak muda itu,
kemudian sekali lagi menyodok wajah lawannya.
sapuan pedang pendek Lim Han-kim seakan-akan
terbendung oleh gerak besi membara dari manusia
berbaju hitam itu, Ternyata ia tak sanggup menariknya
kembali, terpaksa pemuda itu harus mundur untuk
melepaskan diri
Cap besi di tangan manusia berbaju hitam itu
bagaikan bayangan saja, Kemana pun Lim Han-kim
bergerak dan betapa pun cepatnya pemuda itu
menghindar, cap besi tersebut tak pernah bergeser dari
posisi tubuhnya sejauh lima inci ini berarti apa bila
kecepatan gerak mundurnya sedikit melamban saja,
niscaya wajahnya yang tampan akan bertambah dengan
sebuah lambang bunga bwee dari cap besi membara itu.
situasi yang begitu kritis dan berbahaya ini membuat
Lim Han-kim tak sanggup menggunakan otaknya untuk
memikirkan soal lain, terpaksa ia harus mundur
menghindar dengan sepenuh tenaga.

1326
Gerak gerik manusia berbaju hitam yang tinggi
langsing itu kelihatan saja amat lamban, tidak segesit
dan selincah Lim Han-kim, tapi baru saja anak muda itu
mundur dua tiga langkah, orang itu selangkah lebih
cepat telah mencapai hadapannya.
Dalam saat itu dengan sepasang matanya yang bulat
besar Pek Si-Hiang, memperhatikan gerak langkah
manusia berbaju hitam itu tanpa berkedip. Dengan cepat
dua orang itu sudah balik kembali ke sisi tungku api,
dengan gerak cepat manusia berbaju hitam itu
meletakkan kembali cap besi di tangannya itu ke dalam
kobaran api, kemudian ia menyambar cap lain yang
masih membara.
Menggunakan kesempatan itulah Lim Han-kim menarik
kembali senjatanya sambil disilangkan ke depan dada.
Sinar matanya mengeluarkan amarah yang berapi-api,
jelas hawa amarahnya telah memuncak dan ia siap
melakukan pertarungan sekuat tenaga. Mendadak Pek Si-
Hiang berteriak keras: "Tahan"
Pelan-pelan manusia berbaju hitam itu masukkan
kembali cap besi itu ke dalam bara api, kemudian sambil
tertawa ujarnya: "Dari kemampuanmu menghindari
serangan cap besiku tadi, hal ini membuktikan bahwa
kau memang hebat. Sekarang, berundinglah kalian
berdua secara baik-baik, aku akan menunggu
sepeminuman teh lamanya."

1327
Lim Han-kim merasa sangat tak puas, baru saja dia
hendak membantah, dengan suara rendah Pek Si-Hiang
telah berbisik:
"Kau tak akan berhasil menghindari serangan
keduanya, cepat mundur kemari, ada persoalan yang
hendak kubicarakan."
Sementara itu manusia berbaju hitam tadi telah
mundur pula ke posisinya semula sambil berkata: "ingat,
hanya sepeminunian teh. Aku tak dapat menunggu lebih
lama lagi"
Lim Han-kim berjalan menghampiri Pek Si-Hiang,
setelah tiba di sisinya ia berkata: "Aku lihat kecuali kita
bertarung sampai titik darah penghabisan...."
"Kau tak akan berhasil mengalahkan dia" tukas Pek Si-
Hiang.
"Tadi aku kelewat gegabah sehingga kehilangan posisi
yang menguntungkan,., delapan jurus ilmu pedang naga
sakti belum sempat kuperagakan untuk melakukan
perlawanan...."
"Dia juga menguasai ilmu pedang naga sakti, padahal
permainanmu belum hapal betul, susah bagimu untuk
menandingi dirinya."
"Hmmm, tampaknya nona ini jauh lebih mengerti
keadaan" jengek manusia berbaju hitam itu dingin.

1328
Lim Han-kim tetap mendongkol dan tak senang hati,
selanya: "Kalau kau memang pemilik bunga bwee,
kenapa tak berani bertemu orang dengan wajah aslimu?"
"Kau sangat ingin melihat wajahku?"
"Benar..."
"Gampang sekali, cap dulu wajahmu dengan cap besi
bersimbol bunga bwee itu, kemudian kau dapat melihat
wajah asliku, Waktu itu meski kau telah menjadi anak
buahku namun kau tak bakal menyesalinya".
Dalam kesempatan itu Pek Si-Hiang telah berbisik lirih:
"sudah kau perhatikan kakinya.,.?"
"Yaa, kakinya tampak agak kaku, gerak geriknya tidak
leluasa."
"Betul, kakinya memang tampak agak kaku, apabila
kedua kakinya itu tidak agak kaku gerak geriknya,
mungkin wajahmu kini telah bertambah dengan sebuah
lambang bunga bwee."
Lim Han-kim menghela napas panjang, katanya:
"Meskipun kita tak mampu mengungguli dia, bukan
berarti kita harus pasrahkan nasib menunggu kematian,
maka kita bersedia memberikan wajah kita untuk dicap
dengan simbol bunga bwee itu?"
"Biar aku sendiri yang mencoba kehebatannya"

1329
"Bukankah nona tak mengerti ilmu silat?" tanya Lim
Han-kim dengan wajah tertegun.
"Berikan pedangmu kepadaku, mungkin aku punya
kesempatan untuk mengungguli dia."
Lim Han-kim tak bisa menebak apa maksud gadis
tersebut dengan perkataannya, tapi dia pun tidak berniat
menghalangi sambil menyodorkan pedang jin-siang-kiam
itu ke tangan si nona, pesannya: "Kau mesti berhati-hati
nona."
Pek Si-Hiang segera tertawa setelah menerima pedang
pendek itu, pesannya lirih: "Bantulah aku dengan
berjaga-jaga ditepi arena" Lalu perlahan-lahan dia
tampilkan diri ke tengah arena,
sudah berulang kali Lim Han-kim menyaksikan gadis
itu pingsan lantaran kecapaian ia tahu tubuh gadis itu
sangat lemah dan tak punya kekuatan buat membunuh
seekor ayam sekalipun, tapi kini, setelah tampilkan diri
dengan senjata hunus, ternyata gerak geriknya tak jauh
berbeda dengan tokoh silat berilmu tinggi yang siap
bertarung. Tentu saja kenyataan ini segera
membangkitkan rasa terkejut dan heran yang tak
terhingga bagi pemuda ini.
setibanya di sisi tungku api itu, Pek Si-Hiang
mengangkat pedangnya pelan-pelan dan berkata sambil
tertawa: "Kau berniat menerakan lambang bunga bwee

1330
pada wajah kami berdua, tampaknya kau memang tidak
berniat membunuh kami?"
"Apa yang telah kuucapkan selalu kulaksanakan tanpa
sesal," kata manusia berbaju hitam itu dingin. "setelah
aku berniat menerakan cap bunga bwee di wajah kalian,
aku pasti akan menerakan dulu simbol tersebut di wajah
kalian sebelum membunuh kamu berdua."
"Apabila kami tidak bersedia?"
"Kau pikir bisa membuat keputusan untuk diri sendiri?"
Pek Si-Hiang berpaling dan memandang tungku api itu
sekejap. lalu katanya: "Kalau kau gagal mengambil cap
besi dari tungku api itu, tentunya kau tak akan mampu
menerap-kan cap tersebut pada wajah kami bukan?"
"Mana mungkin bisa terjadi peristiwa ma cam begitu?"
seruorang berbaju hitam itu gusar.
"Andaikata tidak berhasil?"
Manusia berbaju hitam itu tertawa dingin, "Kalau aku
gagal, maka akan kuperlakukan kalian sebagai tamu
kehormatan-ku dan menghantar kalian pergi dari sini
dengan selamat"

1331
sekali lagi Pek Si-Hiang tertawa, kata-nya: "Aku masih
mempunyai satu permintaan lagi, entah bersediakah kau
untuk mengabulkannya?"
"Apabila kau betul- betul mampu menghalangi diriku
sehingga gagal mengambil cap besi tersebut dari dalam
tungku api, apa pun yang kau minta pasti akan
kukabulkan "
" syaratku ini agak sulit, jadi lebih baik kuutarakan
lebih dulu, Bila kau anggap tidak pantas dikabulkan lebih
baik ditolak saja mentah-mentah...."
"Tak mungkin ada manusia di dunia ini yang bisa
datang kemari untuk membantu kalian meloloskan diri
dari bahaya, Lebih baik tak usah mengulur waktu lagi,
kalau ingin bicara, cepat utarakan"
"seandainya kau gagal mengambil cap besi dari
tungku tersebut, kalau kami hanya akan diantar keluar
dari sini dengan segala hormat saja rasanya posisi kami
terlampaU dirugikan-..."
"Lalu apa yang harus kuperbuat?" tukas orang berbaju
hitam itu dingin.
"Kau harus melepaskan kain kerudung mukamu
sehingga kami dapat melihat wajah aslimu"
Manusia berbaju hitam itu berpikir berapa saat
lamanya, kemudian ia balik bertanya: "Bagaimana kalau

1332
aku berhasil mengambil cap besi tersebut dari tungku api
itu?"
"Kami akan menerakan sendiri simbol bunga bwee
tersebut di wajah kami dan sepanjang masa berbakti
kepadamu"
Tampaknya orang berbaju hitam itu kena digertak
oleh sesumbar Pek Si-Hiang itu, sepasang matanya yang
memancarkan sinar tajam mengawasi wajah gadis itu
lekat-lekat, sampai lama kemudian baru ia berkata:
"Baiklah, kita putuskan begitu saja"
"Kalau begitu bersiap-siaplah untuk turun tangan"
Pelan-pelan dia mengangkat pedang pendeknya yang
direntangkan di muka tungku api itu. Dua jari tangan
kirinya disodorkan lurus ke depan sementara tangan
kanannya menyilang sejajar perut, lengannya setengah
ditekuk sedang kakinya berdiri membuat garis setengah
melengkung,
Dalam hati Lim Han-kim merasa amat murung
bercampur kesal, dia kuatir Pek Si-Hiang tak sanggup
menahan gempuran dari manusia berbaju hitam itu,
padahal gadis tersebut telah menyanggupi apabila dia
kalah maka ia akan menerapkan sendiri wajah nya
dengan simbol bunga bweeserta selama hidup menuruti
perintah manusia berbaju hitam itu, seandainya hal

1333
semacam ini benar-benar terjadi, sampai saatnya tentu
saja dia harus mengakui janji tersebut.
Berpikir begitu, tanpa terasa dia mengalihkan kembali
perhatiannya ke tengah arena. Terlihat oleh nya gaya
serangan yang diperlihatkan Pek Si-Hiang itu sepintas
lalu mirip sekali dengan jurus "bangau putih pentang
sayap." tapi setelah diperhatikan lebih teliti, ternyata
lebih mirip dengan jurus "ayam emas berdiri di satu
kaki." Namun baru saja ingatan mana melintas di dalam
benaknya, segera dia pun membantah kembali
pandangan tersebut.
Gaya serangan yang diperlihatkan gadis itu ternyata
belum pernah dijumpai sebelumnya, sepintas lalu
kelihatan amat biasa dan sederhana, sama sekali tak ada
yang istimewa.
Lim Han-kim merasa semakin cemas bercampur
masgul, pikirnya: "Mana mungkin jurus serangan macam
begini sanggup menahan gempuran dari manusia
berbaju hitam itu? Aaai... tampaknya aku harus
membantu dia untuk menghadapi mara bahaya ini..."
Tenaga dalamnya segera dihimpun menjadi satu,
dengan menyalurkan seluruh kekuatan yang dimilikinya
dia bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan Bila
keadaan Pek Si-Hiang mencemaskan nanti, maka dia
akan menggunakan segenap tenaga yang dimilikinya

1334
untuk melepaskan serangan yang paling dahsyat guna
selamatkan jiwa Pek Si-Hiang.
Padahal pemuda ini pun sadar, kendatipun dia
melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga pun
mustahil dapat menandingi kehebatan manusia berbaju
hitam itu, akan tetapi ia tak tega membiarkan Pek Si-
Hiang yang lemah dan penuh penyakit itu harus tewas di
tangan orang, oleh sebab itulah dia mengambil
keputusan untuk beradu jiwa bila mana perlu, sekalipun
ia tak mungkin bisa lolos dari musibah hari ini, paling
tidak ia mesti mati lebih dulu di depan Pek Si-Hiang.
Ketika ia berpaling kembali, tampak manusia berbaju
hitam itu masih berdiri tak berkutik sambil mengawasi
Pek Si-Hiang dengan wajah termangu-mangu.
Walaupun seluruh badan orang itu tersembunyi di
balik kain hitam sehingga hanya terlihat sepasang
matanya saja, namun dari pancaran sinar matanya itu
dapat ditangkap gejolak perasaan hatinya yang penuh
dicekam rasa tegang, ragu dan aneka ragam perasaan
lain-
Tampaknya jurus serangan dari Pek Si-Hiang yang
amat sederhana itu telah menimbulkan kesulitan amat
besar bagi orang berbaju hitam itu.
Dengan perasaan amat keheranan tanpa terasa Lim
Han-kim memperhatikan gerak serangan gadis itu. Tapi

1335
begitu diperhatikan dengan seksama, Lim Han-kim
segera merasa terkejut sekali.
Ia merasa gerak serangan dari Pek Si-Hiang ini, entah
dicoba dari sudut mana pun ternyata mengandung daya
serangan balik yang luar biasa di samping pertahanan
yang begitu ketatnya, susah rasanya untuk menemukan
jurus serangan lain yang sama seperti jurus ini.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah terkandungnya
tenaga perlawanan yang luar biasa di balik jurus
serangan itu Asal Pek Si-Hiang melancarkan serangan
balasan maka dengan menggunakan ilmu silat macam
apa pun, sulit rasanya bagi pihak lawan untuk menangkis
serta membendung tenaga balasannya itu.
Dengan cepat Lim Han-kim membayangkan kembali
seluruh ilmu silat yang pernah dipelajarinya untuk coba
diterapkan dalam menyerang gadis tersebut, tapi ia
segera merasa bahwa jurus serangan mana pun yang
mencoba menembus pertahanan Pek Si-Hiang bakal
menerima serangan balasan yang jauh lebih mengerikan.
Kemudian terpikir juga olehnya untuk menggunakan
delapan jurus ilmu pedang naga sakti, ilmu pedang ini
merupakan ilmu kekerasan yang maha dahsyat serta
penuh mengandung daya perusak yang mengerikan tapi
apabila hendak dipakai untuk menghadapi gerak
serangan dari Pek Si-Hiang, ternyata tidak satu jurus pun
yang bisa digunakan.

1336
Pelan-pelan manusia berbaju hitam itu menggeserkan
posisi badannya dengan berputar kearah lain. Pek Si-
Hiang ikut menggeserkan posisi badannya mengikuti
gerak berputarnya manusia berbaju hitam itu, ia selalu
mempertahankan posisinya saling berhadapan dengan
pihak lawan.
Tampak manusia berbaju hitam itu semakin berputar
semakin cepat, dalam waktu singkat hanya terlihat
sesosok bayangan hitam yang berputar mengitari tungku
api dengan lidah api yang menjilat itu, Pek Si-Hiang
sendiri pun mengikuti gerak perputaran manusia berbaju
hitam itu berputar makin lama semakin cepat.
Timbul perasaan kuatir di hati kecil Lim Han-kim
setelah melihat peristiwa ini, pikirnya: "Tubuh Pek Si-
Hiang sangat lemah, kalau dia mesti berputar tiada
hentinya, gadis itu pasti tak tahan...."
sebaliknya manusia berbaju hitam itu meski memiliki
ilmu silat yang amat hebat namun sepasang kakinya tak
sanggup bergerak dengan lincah, sewaktu melakukan
gerak perputaran pun gerak geriknya seperti kurang
lancar dan tidak cekatan.
Diam-diam Lim Han-kim membuat perkiraan sendiri,
seandainya sepasang kaki manusia berbaju hitam itu
dapat bergerak lincah sedikit saja, maka gerakan tubuh
nya yang berputar akan bergerak makin cepat satu kali
lipat Apabila terjadi seperti ini, dengan kondisi tubuh Pek

1337
Si-Hiang yang begitu lemah, tentu saja gadis itu tak
sanggup mengikuti gerakan tubuh nya itu.
Namun manusia berbaju hitam itu tetap menjaga
jaraknya sejauh empat lima depa, setiap perputaran ia
selalu menambah jaraknya hingga radius lingkarannya
menjadi dua tiga tombak jauhnya.
sebaliknya Pek Si-Hiang berputar dengan
membelakangi tungku api itu, radius perputarannya tak
lebih cuma berapa depa.
sepeminuman teh kemudian tiba-tiba manusia berbaju
hitam itu menghentikan gerak tubuh nya danpelan-pelan
mundur kembali ke posisinya semula, ucapnya pelan:
"Kau telah menang"
Diam-diam Lim Han-kim menghembuskan napas lega,
ketika ia memandang Pek Si-Hiang, terlihat paras muka
gadis itu telah berubah jadi merah dadu, napas nya
terengah-engah dan peluh membasahi jidat-nya.
sekali lagi ia memekik di dalam hati: "Syukur
pertarungan segera berhenti, coba manusia berbaju
hitam itu bertahan terus, tak usah dia melancarkan
serangan pun asal waktu pertahanannya di perpanjang,
maka Pek Si-Hiang bakal roboh sendiri karena kelelahan-
..."

1338
pada saat itu Pek Si-Hiang telah berlagak santai,
sembari membetulkan rambutnya yang kusut, ia berkata
sambil tertawa: "Kemenanganku ini kuperoleh dengan
tak mudah, aku telah menggunakan segenap tenaga
yang kumiliki."
"Entah kau telah menggunakan tenaga sepenuhnya
atau tidak, yang jelas kaulah yang berhasil meraih
kemenangan, mulai saat ini kalian sudah menjadi tamu
agungku."
"Sungguh tak nyana orang ini pakai aturan.,." pekik
Lim Han-kim di hati.
Tampak manusia berbaju hitam itu mengulapkan
tangannya seraya berseru lagi: "Singkirkun tungku api
ini"
Dua orang lelaki kekar bertelanjang dada segera
muncul dan menggotong pergi tungku api itu, suasana
dalam ruangan itupun jadi gelap gulita susah untuk
melihat lima jari tangan sendiri Ternyata semua jendela
dan pintu di dalam ruangan itu telah ditutup dengan kain
hitam yang berlapis- lapis.
Pek Si-Hiang segera memegang pergelangan tangan
kanan Lim Han-kim dan pelan-pelan jatuhkan tubuh nya
ke dalam pelukan pemuda itu.

1339
Lim Han-kim merasakan jari tangan gadis itu dingin
kaku, bahkan seluruh badannya masih gemetar keras.
suatu perasaan iba dan kasihan yang amat mendalam
segera muncul dari lubuk hatinya, dengan lembut
bisiknya: "Akulah yang telah membuat kau sengsara,
seorang lelaki sejati ternyata harus mengandalkan
perlindungan dari seorang nona, kalau dipikirkan kembali
sungguh memalukan"
Pek Si-Hiang menghembuskan napas panjang, ia tidak
menanggapi perkataan itu sebaliknya bergumam: "Aku
pikir cahaya rembulan di luar ruangan sana tentu amat
terang dan benderang...."
"Kreeeekkk.,."
Tahu-tahu kain hitam yang tebal di sekitar jendela
terbuka lebar, cahaya rembulan pun segera memancar
masuk ke dalam ruangan membuat pemandangan di
tempat itu dapat terlihat secara samar-samar.
Dengan berpegangan pada lengan Lim Han-kim, Pek-
Si-Hiang mencoba bangkit berdiri, lalu katanya: "Kau tak
memperdulikan tamumu, apa beginilah caramu
menyambut kedatangan seorang tamu agung?"
"Aku telah melepaskan kain kerudung hitam di
tubuhku, berarti aku telah menepati janji, Aku rasa sudah
waktunya kalian pergi dari sini," katamanusia berbaju
hitam itu tiba-tiba.

1340
Terdengar Pek Si-Hiang tertawa cekikikan: "oooh,
rupanya kau pun seorang gadis" Manusia berbaju hitam
itu membungkam diri, tidak mengakui pun tidak
membantah.
"Apa?" Dengan rasa kaget Lim Han-kim berseru.
sebenarnya ia berniat memalingkan wajah nya untuk
melihat, tapi setelah mendengar dari pembicaraan Pek
Si-Hiang bahwa manusia berbaju hitam itu adalah
seorang gadis, anak muda ini jadi rikuh sendiri untuk
berpaling memandang gadis tersebut
Terdengar Pek Si-Hiang berkata lagi: "Bukansaja gerak
geriknya penuh dengan gaya lelaki bahkan nada
suaranya juga dapat dirubah sehingga aku sendiri pun
hampir saja tertipu olehnya."
"Perduli aku seorang lelaki atau perempuan, yang jelas
aku telah menepati janji sekarang, jadi kalian boleh pergi
dari sini" ucap orang berbaju hitam itu dingin.
"Sudah lama kami belum sempat makan, sebagai
tamu agungmu boleh kah kami bersantap lebih dulu
sebelum pergi dari sini?"
selama ini Lim Han-kim hanya menengok keluar
jendela, ia tak berani berpaling untuk memandang gadis
itu

1341
Terdengar orang berbaju hitam itu men-jawab: "Kalau
begitu kalian berdua harus menunggu berapa saat di sini,
aku akan segera perintahkan orang untuk menyiapkan
perjamuan."
Menyusul kemudian Lim Han-kim mendengar suara
langkah manusia berjalan melalui sisi tubuh nya, namun
ia merasa kurang leluasa untuk berpaling, karena itu
hawa murninya segera disiapkan untuk menghadapi
segala kemungkinan yang tidak dlinginkan
Terdengar suara langkah itu makin lama semakin
menjauh dan akhirnya tak kedengaran lagi suaranya.
suasana dalam ruangan itupun berubah jadi sunyi
senyap. seakan-akan Pek Si-Hiang pun ikut pergi
bersama suara langkah kaki itu.
"Nona Pek" panggil Lim Han-kim kemudian-
Dari sekeliling ruangan menggema suara pantulan
panggilannya itu, namun tidak terdengar suara jawaban
dari Pek Si-Hiang.
Tak terlukiskan rasa kaget Lim Han-kim menghadapi
kejadian ini, tak tahan lagi ia segera berpaling, tapi
bayangan tubuh Pek Si-Hiang sudah lenyap tak berbekas,
dalam ruangan yang begitu luas kini tinggal dia seorang
diri.

1342
Perubahan ini sama sekali di luar dugaannya, tak
heran kalau Lim Han kim dibuat gelagapan dan gugup
setengah mati, Tapi ia berusaha keras mengendalikan
gejolak emosi dalam dadanya, dengan seksama ia
mencoba meneliti sekeliling tempat itu kemudian pelanpelan
berjalan menuju kearah belakang ruangan.
Di situ ia menemukan sebuah pintu kayu yang berada
dalam keadaan terbuka, jelas manusia berbaju hitam itu
telah berlalu melewati pintu ini dengan menawan Pek Si-
Hiang.
Di balik pintu adalah sebuah lapangan luas yang amat
sepi dan penuh ditumbuhi semak belukar, Lebih kurang
lima tombak di hadapannya terlihat seonggok bayangan
hitam, rupanya di situ terdapat lagi sebuah bangunan
rumah.
Dengan cepat Lim Han-kim berpikir: "Lebih baik
kuperiksa dulu bangunan itu.."
Baru saja dia hendak melangkah pergi, tiba-tiba
tampak cahaya api berkilat, dalam bangunan rumah itu
sudah muncul cahaya lentera, sekarang ia dapat melihat
dengan lebih jelas lagi, ternyata di depan sana benarbenar
terdapat sebuah bangunan rumah, Dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuh nya, anak muda
itu segera bergerak mendekati bangunan tadi.

1343
Waktu itu pintu sudah terbuka lebar, sebuah lilin
terletak ditengah ruangan menerangi seluruh sudut
bangunan itu. Di atas sebuah meja kecil tersedia
seperangkat mangkuk dan sumpit serta sebuah cawan
arak. dua jenis hidangan telah tersedia namun suasana
amat sepi, tak tampak sesosok bayangan manusia pun-
Pemandangan semacam ini kembali berada di luar
dugaannya, Untuk sesaat Lim Han-kim berdiri tertegun,
ia tak tahu haruskah masuk ke dalam ruangan atau
mundur saja dari situ.
setelah berpikir sesaat akhirnya dia melangkah masuk
dengan tindakan amat berhati-hati.
Baru saja Lim Han-kim mencapai tepi meja, mendadak
dari belakang tubuh nya berkumandang suara teguran
seseorang yang amat dingin: "silahkan anda menikmati
makanan kecil dulu, sebentar arak dan sayur akan
dihidangkan."
Dengan cekatan Lim Han-kim berpaling, tampak
seorang bocah lelaki berbaju hijau berdiri tegak di depan
pintu, di atas jidat bocah itu tertera sebuah lambang
bunga bwee.
sambil menghimpun hawa murninya ia segera
melompat maju ke muka dan mencengkeram
pergelangan tangan kanan bocah itu. si bocah lelaki
berbaju hijau itu bukan saja tidak menghindar malahan ia

1344
sodorkan lengannya ke depan membiarkan kelima jari
tangan Lim Han-kim menggenggam pergelangan
tangannya,
Dalam waktu singkat tangan kiri Lim Han-kim telah
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
bocah berbaju hijau itu, sementara pedang Jin-siangkiam
di tangan kanannya segera didorong ke muka
menempel di atas dada lawan, tegurnya dingin: "Ke
mana perginya nona Pek? Cepat katakan"
Bocah berbaju hijau itu amat tenang dan santai
kendati pun ada ancaman di depan dadanya, malahan ia
berkata pelan- "seandainya aku hendak menghindar tadi,
tak nanti kau mampu menangkap diriku."
Lim Han-kim segera menyeret tubuh bocah berbaju
hijau itu masuk ke dalam ruangan, kemudian ia baru
melepaskan cengkeramannya seraya berkata, "Benar,
barusan kau memang tidak berusaha untuk menghindar,
bagaimana kalau kita coba lagi sekarang?"
Bocah berbaju hijau itu tertawa dingin: "He he he...
kau adalah tamu agung majikan kami, aku tak boleh
bertarung melawanmu, tapi biar kau bunuh aku pun tak
ada guna-nya."
"Kenapa?" tanya Lim Han-kim tertegunTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1345
"sebab sebelum mendapat persetujuan dari pemilik
bunga bwee, kami sebagai anak buahnya tak boleh
bicara sembarangan"
"Kalau toh kau tak bisa mengambil keputusan, segera
bawa aku menghadap pemilik bunga bwee" seru Lim
Han-kim gusar.
"Menurut pandanganku, lebih baik kau berdiam dulu
disini, Nikmati saja semua hidangan yang tersedia, Bila
majikan ingin bertemu denganmu, beliau pasti akan
mengirim orang untuk mengundang bila ia enggan
berjumpa denganmu, sekalipun kau merengek dan
memohon pun sama sekali tak ada gunanya."
" Kalau memang majikanmu menganggap kami
sebagai tamu agung nya, tidakkah kau merasa bahwa
cara pelayanannya semacam ini sangat tidak sopan?"
"Menurut dugaanku, malam ini majikan pasti akan
mengundangmu untuk bertemu, Bila ada persoalan, lebih
baik bicarakan setelah bertemu dengan beliau nanti, Bila
kau mencoba menggunakan kekerasan sekarang urusan
bisa jadi berabe...."
"Ehmmm... benar juga perkataan ini," pikir Lim Hankim.
"Kalau aku tak bisa menahan emosi, urusan besar
bisa berantakan jadinya, Nasib Pek Si-Hiang belum
kuketahul sekarang, bila aku sampai bentrok dengan

1346
mereka sekarang, bisa jadi mereka akan segera
membunuh Pek Si-Hiang...."
sementara ia masih berpikir, bocah berbaju hijau itu
kembali membujuk: "Lebih baik kau ikuti saja saranku,
sekarang bersantaplah dulu hingga kenyang, hingga
kalau sampai terjadi pertarungan nanti kau sudah punya
tenaga."
Ia sambar dua macam makanan kecil di meja dan
ditelan ke mulut, setelah itu baru ujarnya lebih jauh:
"Majikan kami berpesan, hidangan apa pun yang hendak
disuguhkan maka kami harus mencicipinya lebih dulu,
dengan begitu kalian tak perlu bercuriga kalau hidangan
tersebut telah diracuni."
"Oooh, rupanya begitu"
Tanpa banyak bicara anak muda itu segera mengambil
hidangan yang ada dan dimakan sampai habis.
Bocah berbaju hijau itu berpaling memandang Lim
Han-kim sekejap. kemudian serunya: "Akan kusiapkan
hidangan sayur dan arak bagimu"
Dengan langkah lebar ia keluar dari ruangan itu
Memandang bayangan tubuh si bocah berbaju hijau
yang menjauh, tiba-tiba saja timbul perasaan gugup dan
gelagapan dalam hati kecil Lim Han-kim. ia duduk terTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1347
mangu-mangu menguatirkan keselamatan Pek Si-Hiang,
makin dipikir rasa sedihnya makin meluap.
Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba terendus bau
arak dan daging yang harum memenuhi ruangan itu.
Ketika dia mendongakkan kepalanya, terlihat bocah
berbaju hijau itu entah sejak kapan sudah masuk ke
dalam ruangan sambil membawa sebuah baki kayu. Di
atas baki itu terdapat empat macam sayur serta sepoci
arak wangi. sambil meletakkan baki itu ke meja, bocah
berbaju hijau itu berkata: "Mumpung sayur dan arak
masih hangat, cicipilah dulu"
Lim Han-kim memandang isi baki itu sekejap. lalu
disambarnya sumpit dan tanpa menunggu bocah berbaju
hijau itu mencicipi lebih dulu isi baki, ia menjepit
sepotong daging lalu dimasukkan ke dalam mulut.
sambil tersenyum bocah berbaju hijau itu berseru:
"Kau tidak kuatir hidangan tersebut telah diracum?"
"Kendati pun pemilik bunga bwee berhati keji dan
buas, aku rasa ia tak bakal berbuat sehina ini dengan
mencampuri racun dalam hidangan yang disuguhkan
pada tamunya."
"Kalau kau memang tidak kuatir hidangan itu sudah
diracun, minumlah arak yang ada dalam cawan ini" kata
bocah berbaju hijau itu sambil mengangkat poci arak dan
memenuhi cawan di depan pemuda itu.

1348
Tanpa banyak bicara Lim Han-kim mengangkat cawan
arak itu dan meneguk habis isinya, Kemudian sambil
meletakkan kembali cawan itu ke meja serunya dengan
sinar mata berkilat: "Dalam arak itu ada...."
Dengan cepat ia mencoba mencengkeram tangan si
bocah itu.
Dengan cekatan dan gesit sekali bocah berbaju hijau
itu berkelit ke samping menghindari serangan Lim Hankim,
katanya lagi: "Bila kau bersedia meneguk secawan
lagi, maka kau akan mabuk hebat dan bisa melewati
masa penantian ini dengan tenang dan damai..."
Ketika Lim Han-kim gagal mencengkeram tangan
bocah berbaju hijau itu, hampir saja ia tak mampu
mengendalikan gerak tubuh nya yang menerjang ke
depan, Dengan sempoyongan ia maju sampai sejauh
empat lima langkah sebelum dapat menghentikan
badannya.
Kembali bocah berbaju hijau itu berkata: "seperti apa
yang kau katakan tadi, Pemilik bunga bwee tak nanti
akan berbuat sehina itu dengan mencampuri racun
dalam arak hidangannya, tapi kau mesti tahu arak dalam
poci tersebut amat keras dan kadar alkoholnya sangat
tinggi orang yang biasa minum arak sekalipun, tak akan
mampu meneguk habis tiga cawan arak sekaligus,
Takaran minummu sangat jelek, kenapa kau tidak

1349
meneguk arak itu pelan-pelan? itulah akibatnya kalau
punya sifat ingin menang yang berlebihan, arak tersebut
kau teguk sekaligus, otomatis kau jadi mabuk"
Meskipun Lim Han-kim sudah menyadari bahwa
kondisi tubuh nya makin lemah dan tak mungkin bisa
bertahan lebih lama, apalagi perutnya saat ini terasa
panas sekali seperti terbakar dan pandangan matanya
berkunang-kunang, namun kesadarannya masih cukup
jernih. semua ucapan bocah berbaju hijau itu dapat
didengarnya dengan jelas.
sambil bersandar pada meja untuk mempertahankan
diri, serunya: "Meskipun aku tidak terbiasa minum, aku
tak percaya hanya secawan arak saja dapat
memabukkan aku, aku tak mau percaya dengan segala
omongan setanmu itu"
"Bila dalam arak itu sudah dicampur racun, aku rasa
kau sudah keracunan hebat sekarang dan mati dengan
darah bercucuran dari ke tujuh lubang inderamu, mana
mungkin kau bisa bertahan hingga sekarang...."
Setelah berhenti sejenak. kembali sam-bungnya: "Tapi
sekarang kau sudah mabuk hebat meskipun
kesadaranmu masih amat jernih, Bila keadaan seperti ini
kau pertahankan terus, maka penderitaanmu pasti akan
sangat hebat. Daya kerja arak tersebut baru akan
memudar lebih kurang selama empat jam kemudian- Bila
kau harus melewati penderitaan semacam ini dalam

1350
empat jam, ooh... tentu suatu siksaan batin yang luar
biasa, Lebih baik minumlah secawan lagi agar mabuk tak
sadarkan diri, paling tidak kau bisa beristirahat selama
empat jam dengan tenang tanpa penderitaan-..."
Lim Han-kim gusar sekali, teriaknya: "Bawa aku pergi,
bawa aku menjumpai Pemilik bunga bwee, ingin ku tanya
kepadanya apakah janjinya masih berlaku atau tidak"
"Majikan telah menggunakan arak terbaik dan
hidangan terbaik untuk menjamu tamu agungnya, ia tak
bisa disalahkan Kalau mau mencari siapa yang salah,
maka kau harus menyalahkan dirimu sendiri yang tak
tahan minum arak."
Diam-diam Lim Han-kim menghimpun tenaga
dalamnya siap menerjang ke hadapan bocah berbaju
hijau itu.
siapa tahu baru berapa langkah dia ber-jalan, arak
yang mengeram dalam perutnya mulai bekerja.
Kepalanya kontan terasa berat dan kakinya jadi enteng,
tak ampun lagi tubuh nya roboh terjungkal ke atas tanah.
Bocah berbaju hijau itu segera berkelebat ke depan,
bagaikan sambaran kilat cepatnya ia sambar bahu kanan
Lim Han-kim dengan tangan kahannya, sedang tangan
kirinya menyambar poci arak dan memenuhi cawan
dengan arak tersebut, katanya:

1351
"Arak paling gampang menghilangkan segala pikiran
dan kemurungan Minumlah secawan lagi, maka kau akan
mabuk hebat dan lupa akan segala-galanya...."
Diambilnya cawan arak itu lalu dilolohkan ke mulut anak
muda tersebut.
saat itu Lim Han-kim sudah tak sanggup
mengendalikan diri lagi, kendati pun ia bersikeras enggan
minum arak tersebut dan berkaok-kaok untuk menampik,
namun ia sudah tak mampu menolak lolohan bocah
berbaju hijau itu. secawan arak kembali mengalir masuk
ke dalam perutnya.
Begitu arak cawan kedua masuk ke dalam perutnya,
kesadaran Lim Han-kim seketika lenyap tak berbekas,
sampai kesadarannya pulih kembali, pemandangan di
sekeliling tempat itu sudah berubah sama sekali.
Tujuh buah lentera dengan tujuh warna yang berbeda
membentuk selapis cahaya bianglala yang amat
menyilaukan mata, bau harum pupur dan gincu lamatlamat
menusuk penciuman-
Mendadak terdengar suara seseorang yang merdu dan
halus seperti kicauan burung nuri bergema memecahkan
keheningan: "Lim siangkong, silahkan meneguk secawan
kaldu penyadar mabuk Bila kau harus melewatkan masa
indah ini dalam keadaan mabuk. kau akan menyesal
sepanjang masa."

1352
Waktu itu kesadaran Lim Han-kim memang masih
kabur sehingga tidak mendengar jelas apa yang
dikatakan orang itu, ketika terendus bau harum yang
segar disisi hidungnya, rasa lapar tiba-tiba saja
mencekam perasaannya sehingga tanpa sadar ia
membuka mulut.
BAB 40. Lolos Dari siasat Wanita Cantik
Dalam keadaan antara sadar dan tidak itulah Lim Hankim
meneguk habis semangkuk kaldu penyadar mabuk
yang terbuat dari cincangan daging ikan leihi emas itu.
Tak lama kemudian rasa mabuk yang mengaburkan
pikiran serta kesadarannya itu hilang lenyap tak
berbekas.
sekarang pemuda itu dapat melihat dengan jelas
pemandangan di hadapan matanya.
Tampak seorang gadis berbaju merah sedang
memandangnya dengan senyuman manis menghiasi
ujung bibirnya. Tangan kirinya masih memegang sebuah
mangkuk kosong, sedang di tangan kanannya memegang
sendok.
Tiba-tiba saia muncul rasa malu dalam hati kecilnya,
lamat-lamat ia teringat bahwa ia telah disuapi gadis
tersehut menghabiskan semangkuk kaldu tadi.

1353
Mendadak cahaya bianglala yang terpancar keluar dari
ketujuh buah lentera itu mulai berputar dengan
kencangnya, Lalu terdengar suara seseorang yang merdu
dan halus bergema tiba: "Apakah Lim siangkong sudah
sadar dari mabuknya?"
Cahaya bianglala yang amat menyilaukan mata itu
mempengaruhi daya pandang Lim Han-kim, saat itu ia
cuma bisa mendengar kalau suara teguran itu berasal tak
jauh dari sana, tapi ia tak bisa memastikan di manakah
orang itu berada.
Terdengar gadis berpakaian keraton di sisinya
menyahut dengan hormati "Lim siangkong telah
menghabiskan semangkuk kaldu ikan leihi emas, kini
kesadarannya telah pulih sama sekali."
"Ikan leihi emas?" pikir Lim Han-kim. "itu kan sejenis
ikan yang mahal sekali.kenapa ia sudi memberikan
semangkuk kaldu semahal itu untuk menyadarkan
mabukku?"
sementara ia masih termenung, suara gadis tadi
kembali bergema: "Kalau memang sudah sadar dari
mabuknya, cepat gantikan pakaian yang dikenakan."
Tergerak hati Lim Han-kim mendengar ucapan itu,
pikirnya: "Bagus sekali, entah hinaan apa lagi yang
hendak mereka perbuat terhadapku.,.? Hendak
menggantikan pakaianku?"

1354
Terdengar gadis berbaju model keraton itu menjawab
dengan suara halus: "Cici tak usah kuatir, kami telah
menggantikan pakaiannya."
"ooh aku lupa, rupanya enci siau-cui yang memimpin
tugas malam ini. Tahu kau yang bertugas, aku tak usah
repot- repot untuk bertanya lagi." seru suara di kejauhan
itu sambil tertawa merdu.
Gadis berbaju keraton itu tertawa pula: "Aaah... cici
tak perlu memuji, siau-cui sudah sepantasnya
melaksanakan semua tugas ini." Lim Han-kim merasa
amat terperanjat pikirnya: "Sejak kapan mereka telah
menggantikan pakaian yang kukenakan? Kenapa aku
tidak merasakan sama sekali?"
Ketika diperiksa, betul juga. Pakaian berwarna putih
yang semula dikenakan kini telah berganti dengan
sebuah pakaian berwarna merah. Tiba-tiba ia merasa
kepalanya agak berat. Ketika diraba, entah sejak kapan
ternyata ia pun sudah mengenakan sebuah kopiah
mutiara.
pada saat itu cahaya lentera yang berputar kencang
itu makin lama berputar makin cepat, kini seluruh
ruangan telah terbias oleh panca warna yang
menyilaukan mata, Lim Han-kim mencoba melihat
sekeliling tempat itu, ia merasa di sekeliling tubuh nya
seolah-olah telah berdiri banyak orang, Mereka semua

1355
mengenakan pakaian model keraton dan terdiri dari
gadis-gadis muda yang cantik jelita.
Timbulperasaan bimbang di hati kecilnya, ia tak bisa
menduga lagi apa yang sesungguhnya telah terjadi, tak
tahan ia segera menegur: "Nona siau-cui...."
"Tak perlu ditambah dengan sebutan nona, cukup
memanggil siau-cui saja..." sela gadis berbaju keraton itu
sambil tertawa,
"Sebenarnya apa yang telah terjadi? siapa yang telah
menggantikan pakaianku?" siau-cui tertawa.
"Mana ada rumah semacam ini di dunia ini dan siapa
pun susah untuk menerangkan tempat macam apakah
ini, anggap saja sebagai suatu impian yang akan
meninggalkan kenangan manis..."
Kini kesadaran Lim Han-kim telah pulih sama sekali,
mendadak ia bangkit berdiri dan mencoba melepaskan
kopiah mutiara dari atas kepalanya. Dengan perasaan
terkejut siau-cui menegur: "Mau apa kau?"
"Aku hendak melepaskan kopiah mutiara ini dan
melepaskan jubah merah yang kukenakan, aku ingin
pulih dalam dandanan asliku"
"Jangan, sebentar lagi majikan akan muncul di sini.
Bila kau lepaskan jubah merah itu dan lepaskan juga
kopiah mutiara, maka tindakanmu ini sama artinya

1356
menolak untuk bertemu dengannya, Bila kau tak bisa
bertemu dengan majikan kami maka jangan salahkan
majikan kalau akan mengingkari janjinya kepadamu"
Lim Han-kim tertegun seketika, segera pikirnya:
"Benar juga perkataan ini, tampaknya pemilik bunga
bwee memang tak ingin bertemu dengan orang lain, Bila
aku lewatkan kesempatan baik ini, maka sukar
diramalkan apakah di kemudian hari aku bisa bertemu
lagi dengannya. Kini nasib Pek Si-Hiang masih menjadi
tanda tanya, kalau aku tak bisa bertemu dengan Pemilik
bunga bwee, mungkin orang-orang lain tak bisa
menjelaskan kepadaku bagaimana nasibnya sekarang...."
Berpikir sampai disitu akhirnya dia menghela napas
dan pelan-pelan duduk kembali.
Tiba-tiba gadis berbaju keraton yang bernama siau cui
itu berbisik dengan suara lirih: "Sungguh beruntung kau
bisa bertemu muka dengan majikan kami, apa sih
salahnya untuk bersabar menunggu sesaat lagi"
suatu rasa gusar yang tak tersalurkan dengan cepat
menyelimuti dada Lim Han-kim, begitu selesai
mendengar bisikan itu kontan serunya ketus: "Sebetulnya
majikanmu itu manusia atau bukan?"
siau cui tercengang, kemudian tegurnya serius: "Hei,
hati-hati kalau bicara..."

1357
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lebih
jauh: "Apabila di dunia ini benar-benar ada dewi, maka
majikan adalah dewi dari kahyangan"
Kembali Lim Han-kim merasa hatinya tergerak sambil
mengendalikan hawa amarah nya yang berkobar,
pikirnya: "Ilmu sihir apa yang telah digunakan Pemilik
bunga bwee untuk mengendalikan anak buahnya,..?
sungguh heran, kenapa orang-orang itu bersikap begitu
normat kepadanya...?"
sementara ia termenung, cahaya lentera yang
berputar kencang itu tiba-tiba berhenti berputar,
pemandangan dalam ruangan itupun secara lamat- lamat
dapat terlihat jelas.
Ternyata tempat itu merupakan sebuah ruang tamu
yang sangat lebar. selain tujuh buah lentera berwarna
warni di sekeliling ruangan, di situ tersedia pula tiga buah
meja kayu berbentuk segi tiga, setiap meja dilapisi kain
telapak meja dari sutera, hanya pada meja di tengah
terdapat sebuah pot bunga berwarna putih dengan
sekuntum bunga bwee tertancap di tengahnya.
Dua meja yang lain terlihat kosong, kini ia duduk
seorang diri pada sebuah meja yang lain-
Empat lima orang gadis berbaju warna warni berdiri
berjajar di belakang tubuhnya. samar-samar terendus

1358
bau harum yang menyegarkan dari bunga bwee putih di
tengah meja itu.
Tiba-tiba berkumandang suara irama musik yang
lamat- lamat bergema tiba dari kejauhan sana. siau cui
segera berbisik: "Lim siangkong, majikan segera akan
tiba, bila berjumpa dengan beliau nanti, kuharap kau
bersikap lebih hormat"
Ketujuh buah lentera berwarna warni itu seketika
padam semua, suasana dalam ruangan pun berubah jadi
gelap gulita sukar untuk melihat kelima jari tangan
sendiri
Diam-diam Lim Han-kim mengumpat: "sialan,..
lagaknya saja sok rahasia... dianggapnya dengan cara
begitu orang jadi takut"
Belum habis ingatan itu melintas lewat, kembali
terpercik cahaya api dalam ruangan itu, Empat orang
gadis berdandan model keraton dengan masing-masing
membawa sebuah baki kemala berjalan masuk ke dalam
ruangan-
Di atas baki- baki kemala itu terletak sebuah tempat
lilin terbuat dari emas dengan sebatang lilin berwarna
merah, Ca-haya api memancar dari lilin warna merah itu
menerangi seluruh ruangan tersebut.

1359
Di belakang keempat orang gadis itu menyusul
delapan orang bocah perempuan yang masing-masing
membawa sebatang hio wangi. Bau kayu dupa yang
harum menyengat hidung segera memenuhi seluruh
ruangan itu.
Keempat gadis pembawa lilin itu segera menyebarkan
diri setibanya dalam ruangan dan berdiri mengelilingi
ketiga buah meja kayu beralaskan kain sutera tadi,
sedang kan kedelapan bocah perempuan pembawa dupa
itu segera meletakkan dupa-dupa wangi itu di tengah
ketiga buah meja tadi.
Dalam sekejap mata asap wangi yang memancar
keluar dari dupa-dupa itu menyelimuti seluruh ruangansemakin
tajam bau harum dupa yang terbakar itu,
semakin kabur pula suasana dalam ruangan tersebut
karena asap putih yang menggumpal. saat itulah
terdengar seseorang berseru nyaring: "Majikan telah
tiba"
Keempat batang lilin itu padam seketika membuat
suasana kembali dalam kegelapan Tampak sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat memasuki ruangan
ini.
Lim Han-kim mencoba pejamkan matanya untuk
menyesuaikan diri dengan suasana gelap dalam ruangan
itu, kemudian ia mencoba menengok ke depan, Di

1360
belakang dua buah meja tersebut kini telah bertambah
dengan sesosok bayangan manusia.
Waktu itu hanya cahaya lirih dari kedelapan buah
dupa yang terbakar saja yang menerangi ruangan.
Berbicara dari kemampuan tenaga dalam yang dimilikl
Lim Han Kim sekarang, meski hanya andalkan cahaya
lirih dari kedelapan buah dupa wangi itu pun sebenarnya
ia masih sanggup melihat jelas wajah serta dandanan
orang itu, tapi berhubung asap dupa itu membentuk
kabut tebal di sekeliling tempat tersebut maka
pandangan Lim Han Kim jadi kabur kendatipun jarak
antara meja yang satu dengan lainnya amat dekat.
Terdengar orang itu menegur dengan suara dingin: "Kau
ingin bertemu denganku?"
Lim Han Kim segera menangkap suara itu berasal dari
meja disebelah kanan, ia segera berpaling, lamat- lamat
ia dapat menangkap seraut wajah yang amat cantik dari
orang itu. Maka ia segera memperkenalkan diri: "Aku
bernama Lim Han Kim"
"Sudah kuketahui nama mu"
"Jadi nona adalah Pemilik bunga bwee?"
"Betul"
Lim Han Kim mendehem berulang kali, ia merasa
mempunyai banyak persoalan yang ingin ditanyakan

1361
namun untuk sesaat dia pun tak tahu bagaimana harus
mulai bertanya.
Terdengar suara dingin tadi kembali ber-gema: "Kalau
ada persoalan cepat utarakan, aku tak punya banyak
waktu untuk menunggu"
Walaupun di hati kecilnya Lim Han Kim ingin bertanya
tentang banyak hal, namun satu-satunya yang paling
mencemaskan hatinya sekarang adalah keselamatan Pek
Si-hiang, maka ia pun bertanya: "Boleh aku tahu di
manakah nona yang datang bersamaku itu sekarang?"
"Dia baik sekali, sehat walafiat tanpa kekurangan apa
pun, cuma saat ini kau belum boleh bertemu
dengannya."
"Kenapa?"
"Walaupun aku telah menganggap kalian sebagai
tamu agungku, namun aku tidak berniat
mempertemukan kalian berdua, walaupun nona Pek itu
cerdik orangnya sayang dalam taruhannya denganku tadi
ia lupa menambahkan satu syarat lagi yaitu melarang
aku memisahkan kalian berdua selama menjadi tamu
kehormatanku"
"Asal aku sudah tahu bahwa ia sehat walafiat tanpa
kekurangan sesuatu apa pun, hatiku sudah lega sekali"

1362
"Dan sekarang kau sudah tahu bukan?" seru pemilik
bunga bwee itu tetap dengan suaranya yang dingin.
"Agaknya ia sudah mengusir tamunya Mumpung masih
ada kesempatan untuk bertemu dengannya, pelbagai
masalah yang mencurigakan hatiku harus kutanyakan
dulu sampai jelas," pikir Lim Han Kim dalam hati.
setelah mendehem beberapa kali dia pun bertanya: "
orang berbaju hitam yang kujumpai di ruangan
pertemuan tadi benarkah adalah dirimu?"
"Anggap saja memang aku. Asal kau sudah tahu
bahwa di sini benar-benar ada seorang pemilik bunga
bwee, itu sudah cukup sekali dan tak perlu
mengetahuinya lebih jelas lagi."
setelah melalui waktu yang cukup lama untuk
menyesuaikan diri dengan suasana di situ, daya
pandangan Lim Han Kim sekarang sudah lebih jelas,
Dengan kemampuannya kini ia dapat melihat pakaian
warna gelap yang dikenakan pemilik bunga bwee, diapun
dapat melihat sarung tangan yang dipakai perempuan
itu.
Ia tidak mengenakan topeng di wajahnya sehingga
samar-samar dapat terlihat dengan jelas wajahnya yang
cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.

1363
Terdengar Pemilik bunga bwee menegur dengan suara
dingin: "Dengan Cara memandang seperti ini, tentunya
kau dapat melihat wajahku dengan jelas sekali bukan?"
"Asap tebal menyelimuti sekitar tempat ini, bagaimana
mungkin aku bisa melihat wajahmu dengan jelas sekali?"
"ltu sudah lebih dari cukup bagimu, sebagai orang
yang belum bergabung dengan perguruan bunga bwee,
terhitung susah sekali bisa melihat wajahku macam
dirimu sekarang."
"Baiklah, kita tak usah memperbincangkan soal ini,
ada beberapa masalah yang ingin aku tanyakan
kepadamu?"
"Cepat katakan, paling banyak kita cuma mempunyai
waktu sepeminuman teh untuk berbincang-bincang . "
"Apa dendam dan permusuhan para jago dari kolong
langit dengan dirimu, kenapa kau harus menghadapi
mereka dengan cara begini?"
"Bagaimana aku menghadapi mereka?"
" Kenapa kau menyelenggarakan perjamuan di
kuburan Liat-hu-bong untuk menjamu para jago dari
seluruh kolong langit? sebenarnya apa maksud dan
tujuanmu?"

1364
"Banyak sekali alasan di balik persoalan ini, sekarang
aku tidak mempunyai banyak waktu untuk menjelaskan
kepadamu."
"Tolong tanya apa kedudukanku sekarang di tempat
ini?"
"Tamu agungku"
"sebagai tamu agung, apakah aku mempunyai hak
untuk bergerak secara leluasa di tempat ini?"
"Tentu saja"
Tiba-tiba Lim Han Kim bangkit berdiri, katanya: "Aku
mengucapkan banyak terima kasih atas perlakuan dan
penyambutanmu terhadapku selama ini"
sambil berkata, pelan-pelan ia berjalan mendekati
tempat duduk pemilik bunga bwee.
siau-cui yang berdiri di belakangnya segera
menggerakkan tangannya menekan bahu Lim Han Kim
sambil katanya: "Antara lelaki dan perempuan ada
batasnya. Kendatipun kau termasuk tamu agung kami,
toh tempat ini penuh dengan perempuan, lebih baik
jangan berjalan ke sana ke mari semaunya sendiri"
Lim Han Kim dapat merasakan kelima jari tangan siaucui
yang menekan bahunya itu sangat kuat dan berat,
bahkan letak ujung jarinya persis di atas tiga buah jalan

1365
darah penting di bahunya itu sehingga susah baginya
untuk bergerak lagi.
sambil tertawa dingin teriaknya: "Ternyata cara
pemilik bunga bwee melayani tamunya begini kasar dan
tak tahu sopan santun-"
Pemilik bunga bwee termenung beberapa saat,
katanya kemudian: "siau-cui, lepaskan dia Coba kita lihat
mau apa dia?"
"Budak terima perintah," sahut siau-cui sambil
melepaskan tekanannya pada bahu pemuda itu.
"Lim Han Kim" kata pemilik bunga bwee kemudian,
"Aku telah melayanimu secara istimewa, bila tindak
tandukmu kelewatan sehingga melangkahi peraturan
pcrguruan bunga bwee kami, jangan salahkan kalau aku
tidak menganggapmu sebagai tamu agung lagi dan
menjatuhkan hukuman mati kepadamu"
Lim Han Kim mendengus dingin, "Aku bukan anggota
perguruan bunga bwee kalian, tentu saja aku tak perlu
mentaati peraturan dari perguruanmu"
Diam-diam hawa murninya dihimpun ke dalam telapak
tangannya lalu pelan-pelan didorong ke muka. Meskipun
gerakan mendorong ini dilakukan sangat lamban tapi
karena mengandung tenaga dalam yang sangat kuat,
maka begitu angin pukulan menggulung keluar, asap

1366
tebal yang menyelimuti sekeliling tempat itu pun segera
tergulung menepi, pemandangan di hadapan mata pun
jadi teramat jelas.
Ketika Lim Han Kim menengok ke depan, ia segera
menyaksikan seraut wajah cantik yang diliputi rasa gusar
sedang mengawasinya tanpa berkedip.
Hanya sedikit asap tebal itu membuyar untuk segera
menggumpal kembali, wajah cantik yang diliputi rasa
gusar tadipun seketika tertutup kembali oleh asap tebal
itu. pelbagai kecurigaan segera bermunculan dalam
benak Lim Han Kim, pikirnya: " Kalau dilihat dari bentuk
wajah itu, jelas dia adalah seorang gadis muda yang
amat cantik, mungkinkah pemilik bunga bwee yang
terkenal akan kejam dan buasnya itu hanya seorang
gadis muda yang jelita?"
seorang gadis muda yang cantik jelita ternyata
sanggup mengendalikan banyak sekali jago lihai dunia
persilatan yang rata- rata menyembunyikan jati dirinya,
peristiwa macam ini benar-benar sukar diterima dengan
akal sehat.
sayang sekali Pek Si Hiang yang cantik dan pandai
memecahkan masalah tidak hadir di situ, Coba kalau
gadis tersebut ada disini, banyak persoalan yang aneh
dan tak terpecahkan itu segera akan diperoleh
jawabannya secara tepat.

1367
"Lim Han Kim, kau sudah melihat dengan jelas?" tegur
pemilik bunga bwee kemudian.
"Meskipun hanya sepintas lalu namun cukup
meninggalkan kesan yang mendalam di benakku."
"Kau harus memikirkan dulu secara teliti dan jelas
sebelum menjawab semua pertanyaanku"
" Kenapa?"
"Rejeki dan bencana masuknya tanpa pintu, melainkan
oranglah yang mencarinya. Bila kau salah menjawab
pertanyaanku kemungkinan besar kau bisa mati karena
hukuman mati, sebaliknya jika kau menjawab secara
tepat, maka kemungkinan besar kau akan kuantar
meninggalkan tempat ini dengan selamat Kau tak perlu
putar otak untuk membuat keputusan, jangan sampai
gara-gara sok pintar akhirnya terjebak oleh kepintaranmu
sendiri, Asal kau bersedia menjawab sejujurnya sekalipun
akhirnya kau kuhukum mati, kau bisa mati tanpa
menyesal."
"Aku datang kemari karena disambut sebagai tamu
agung, jadi seandainya sampai terjadi bentrokan, aku tak
bakal menyerahkan diri tanpa melawan-"
Mendadak pemilik bunga bwee tertawa terkekehkekeh,
katanya: "Apakah kau beranggapan bahwa
kepandaian silat yang kau miliki sangat hebat?"

1368
"sekalipun kemampuanku hanya mampu
menandingimu satu jurus saja, aku tak akan takut dan
mundur."
"Ehmmm, kau hebat sekali...." puji pemilik bunga
bwee setelah tertegun sesaat.
Kemudian setelah berhenti sejenak kembali katanya:
"sekarang aku hendak mulai bertanya kepadamu,"
"silahkan saja bertanya."
"Misalnya kita berjumpa lagi di tempat lain, apakah
kau masih mampu mengenali diriku?"
Lim Han Kim berpikir seb entar, lalu jawabnya: " Kalau
kau masih tetap mengenakan pakaian seperti ini, tentu
saja aku dapat mengenali kembali dirimu."
"Apa sih warna pakaian yang kukenakan sekarang?"
"Biru tua atau mungkin hitam pekat" sampai lama
sekali pemilik bunga bwee berpikir, kemudian ujarnya
dingin: "seandainya kita berjumpa lagi di tempat lain,
meskipun kau belum tentu dapat mengenali diriku lagi,
tapi dalam benakmu mungkin sudah tertinggal kesan
yang mendalam sekali tentang diriku. Bila tempat
perjumpaan kita bersuasana tenang dan hening,
kemudian kuberi waktu kepadamu untuk berpikir lagi
dengan seksama, mungkin kau dapat segera teringat
kembali pada diriku?"

1369
"Perkataanmu itu memang tepat sekali."
"Tahukah kau apa akibatnya bagi mereka yang pernah
menyaksikan wajah asliku?"
"Entahlah...."
"Hanya dua jalan yang bisa kau pilih"
"Dua jalan yang mana?"
"Yang pertama adalah jalan kematian, sedang jalan
kedua adalah bergabung dengan perguruan bunga bwee
serta simbol bunga bwee di atas jidatnya."
Lim Han Kim segera meloloskan pedang pendeknya
seraya berseru: "Buat seorang lelaki sejati, lebih baik
hancur lebur dari pada menyerahkan diri menjadi budak
orang. Aku bersedia melangsungkan pertarungan
melawanmu"
"Baiklah" kata pemilik bunga bwee sambil tertawa
dingin, "Akan kusaksikan, benarkah tubuhmu terbuat dari
besi baja yang tahan diuji."
Lim Han Kim menarik napas panjang, pedangnya
dituding ke muka siap melancarkan serangan, Serunya:
"Kau boleh segera turun tangan-"
Pelan-pelan pemilik bunga bwee bangkit berdiri,
katanya kemudian sambil mengulapkan tangannya:
"Kalian boleh pergi dari sini."

1370
Menyusul derap kaki yang menjauh tak selang berapa
saat kemudian suasana dalam ruangan itu telah pulih
kembali dalam keheningan yang luar biasa, begitu
heningnya sampai tak kedengaran Sedikit suara pun-
Lim Han kini pusatkan seluruh perhatiannya pada
ujung senjatanya Begitu pemilik bunga bwee
melancarkan serangan, maka dia akan membalas dengan
sepenuh tenaga.
Entah berapa saat sudah lewat, suasana tetap hening,
sepi, tak kedengaran sedikit suara pun- tangan Lim Han
kini yang tegang mulai basah karena keringat, tubuhnya
juga mulai gemetar karena menahan emosi.
sebaliknya pemilik bunga bwee tetap berdiri tak
bergerak seperti sebuah patung batu,
sambil menyeka peluh yang membasahi wajahnya Lim
Han Kim menegur: " Kenapa kau belum turun tangan?"
Pemilik bunga bwee tertawa dingin mendadak ia
mengulapkan tangannya menyulut sebuah obor,
Ruangan yang gelap gulita tiba-tiba terbetik oleh sekilas
cahaya yang membuat suasana di situ menjadi terang
dan jelas.
Di bawah cahaya api Lim Han Kim dapat melihat
seraut muka yang cantik jelita bak bidadari yang turun
dari kahyangan, Rambutnya yang panjang terurai di atas

1371
bahu, alis matanya panjang bagai semut beriring,
matanya bulat besar teramat jeli, bibirnya yang kecil
mengulumkan senyuman yang menawan.
Ketika para dayang mengundurkan diri dari ruangan
tadi, mereka telah padamkan dupa wangi di atas meja,
dengan begitu asap yang menyelimuti- ruangan pun
makin lama semakin tipis dan menghilang akhirnya,
otomatis wajah cantik gadis itu pun dapat terlihat makin
lama semakin bertambah jelas dan nyata.
Lim Han Kim menghembuskan napas panjang, pujinya
dalam hati: "Benar-benar seorang gadis yang amat
cantik"
Terdengar pemilik bunga bwee menegur lagi dengan
suara dingini "sudah kau lihat dengan jelas wajahku?"
"Yaa, sudah jelas sekali."
"Bila kau tidak melihat dengan jelas, matimu akan
penasaran sekali...."
Mendadak Lim Han Kim teringat kembali akan Pek Si
Hiang, nona yang lemah berpenyakitan itu hanya
berumur berapa bulan saja. Dalam kondisi seperti itu
seharusnya ia menikmati sisa hidupnya dengan penuh
gembira, tapi kenyataannya gadis itu justru melibatkan
diri dalam kancah kekalutan dunia persilatan, ini

1372
membuktikan betapa luhur-nya dan betapa besarnya jiwa
gadis itu.
Terdengar pemilik bunga bwee berkata lagi: "sekarang
kau telah melihat dengan jelas sekali, selanjutnya apa
yang harus kau lakukan?"
"Harus bagaimana? Aku tidak tahu."
Mendadak pemilik bunga bwee mengerutkan dahinya
sambil berseru: "Coba kauperhatikan sekali lagi wajahku"
Lim Han Kim benar-benar mendongakkan kepalanya
dan mengawasi wajah gadis itu lekat-Iekat. Tapi begitu
dipandang pemuda itu kontan merasakan peredaran
darah dalam tubuhnya bergolak keras, ia merasa gadis
itu memiliki daya tarik yang luar biasa membuat
napsunya amat terangsang, sehingga tanpa sadar lagi
pedangnya diturunkan kembali ke bawah.
"Sekarang kau tentu sudah mengerti bukan?" tanya
pemilik bunga bwee itu lembut.
Bagaikan orang kesetanan Lim Han Kim membuang
pedangnya ke atas tanah lalu dengan mata terbelalak
lebar ia terjalan mendekati gadis itu sambil bergumam:
"Aku mengerti... aku mengerti...."
Tiba-tiba cahaya api itu padam, suasana dalam
ruangan pun pulih dalam kegelapan. Ternyata obor yang

1373
dibakar telah habis hingga apipun otomatis padam
sendiri
Pikiran dan kesadaran Lim Han Kim yang mulai
memudar itu seketika menjadi jernih kembali, ia segera
menghentikan langkahnya,
Terdengar pemilik bunga bwee dengan suaranya yang
lembut, halus dan merangsang kembali bergema: "
Kenapa kau tidak mendekati aku..?"
Di balik seruan itu seakan-akan mengandung daya
sembrani yang luar biasa, Lim Han Kim merasakan
hatinya bergetar keras, hampir saja ia menuruti seruan
gadis tersebut untuk berjalan menghampirinya. Tapi
pada akhirnya ia dapatjuga mengendalikan diri dan tetap
berdiri tegak di tempat semula.
situasi seperti itu berlangsung selama sepeminuman
teh lamanya, suasana tetap hening.
Akhirnya sambil tertawa dingin pemilik bunga bwee
berseru: "Kau cukup hebat, ternyata mampu bertahan
sampai detik terakhir "
Kali ini di balik nada suaranya yang penuh
rangsangan, terkandung juga nada ketus, dingin yang
menggidikkan
sesungguhnya dalam hati Lim Han Kim sudah terjadi
gejolak perasaan yang luar biasa, suatu dorongan napsu

1374
yang aneh membuatnya hampir saja menubruk tubuh
nona itu....
Kejadian ini memang sangat kebetulan, seandainya
Lim Han Kim tidak teringat akan Pek Si Hiang yang lemah
penyakitan pada detik terakhir sehingga memecahkan
perhatiannya dan pada detik itu juga obor yang berada di
tangan pemilik bunga bwee telah habis terbakar,
mungkin anak muda ini sudah terpengaruh oleh
kecantikan wajah gadis itu serta menubruk tubuhnya
yang ramping.
Dari balik kegelapan kembali terdengar suara pemilik
bunga bwee yang dingin: "Sejak terjun ke dalam dunia
persilatan, kau adalah satu-satunya lelaki yang mampu
bertahan dari pengaruhku, imanmu sungguh tebal dan
kuat Tapi... walaupun aku sangat kagum kepadamu,
justru kemampuanmu ini telah menimbulkan niatku
untuk membunuhmu...."
Pelan-pelan Lim Han Kim dapat menjernihkan kembali
pikiran dan kesadarannya dari pengaruh jahat, katanya:
"Aku percaya kau memiliki kemampuan untuk
membunuhku meskipun sejak kecil aku mulai belajar silat
dan selama belasan tahun berlatih tanpa berhenti.
sekalipun pada akhirnya aku harus mati terbunuh, aku
hanya akan salahkan diriku sendiri yang belajar tak benar
hingga mati pun tak perlu disesalkan, tapi nona Pek
hanya seorang nona yang lemah tak bertenaga, aku rasa

1375
bukan pekerjaan yang sukar bagimu untuk membunuh
seseorang yang belum pernah belajar silat macam dia."
"oooh, kau sedang mintakan ampun baginya?" tanya
pemilik bunga bwee sambil tertawa dingin.
"Membunuh seorang gadis tidak memiliki kekuatan
untuk melawan bukan perbuatan seorang gagah."
"sampai detik ini kalian masih menjadi tamu agungku,
sekalipun aku hendak membunuh kalian, tak akan
kulakukan sekarang...."
sesudah berhenti sejenak. kembali katanya: "Bawa
kemari nona Pek dan antar mereka pergi dari sini"
Dari balik kegelapan terdengar suara langkah kaki
bergema tiba, tampaknya ada banyak orang yang sedang
mondar mandir dalam ruangan itu
Lim Han Kim merasa ada angin berbau harum
menerpa hidungnya, lalu terdengar seseorang berseru
sambil tertawa merdu: "Majikan telah melanggar
kebiasaan, kalian berdua boleh pergi meninggalkan
tempat ini."
Lim Han Kim sangat kenal dengan suara itu, tak tahan
tegurnya: "Kau adalah siau-cui?"
"Lim kongcu, bagus amat daya ingatmu"

1376
"Mati hidupku menjadi masalah nomor dua, nona
Pek...."
"Apa yang dikatakan majikan selalu ditepati," tukas sia
u-cui cepat, "setelah ia setuju membia rkan kalian berdua
pergi dari sini, janjinya pasti ditepati jadi Lim siang-kong
tak usah kuatir."
sambil mengeluarkan sebuah sapu tangan hitam
katanya lagi: "Sebelum mengantar kalian berdua pergi
dari sini, mata kalian mesti dikerudung dulu, bagaimana
menurut pendapatmu?" - setelah berpikir sebentar Lim
Han Kim mengangguk: "Baiklah, nona boleh lakukan"
setelah menutup sepasang mata Lim Han Kim dengan
kain hitam itu, siau-cui berbisik: "sekarang aku akan
mengantar kau pergi dari sini...."
"Bagaimana dengan nona Pek?" siau-cui segera
tertawa cekikikan- "Jarang aku melihat ada kekasih yang
begitu setia macam kau, mati hidup sendiri tidak
digubris, justru keselamatan kekasihnya yang dipikirkan
terus, Nona Pek benar-benar beruntung punya kekasih
macam kau."
Lim Han Kim malas memberi penjelasan atas ucapan
tersebut tapi dia pun rikuh untuk bertanya lagi, maka ia
biarkan siau-cui menuntunnya pergi meninggalkan
tempat itu. Langkah mereka makin lama semakin cepat,

1377
angin dingin mulai terasa menerpa badan, rasanya
mereka sudah berada di tempat terbuka.
Lebih kurang sepenanakan nasi kemudian tiba-tiba
Siau-cui berhenti seraya berkata. "Nah, sudah sampai di
tujuan, pedangmu ada di samping badanmu, selamat
tinggal...."
Kata terakhir itu kedengaran berkumandang dari
berapa kaki jauhnya di depan sana, Lim Han Kim segera
melepaskan kain penutup matanya, pandangannya
segera terasa terang.
Waktu itu beribu-ribu bintang masih bertaburan di
angkasa, tapi dari ufuk Timur sudah mulai tampak
secerah cahaya berwarna merah, Agaknya sebentar lagi
fajar akan menyingsing, Di kejauhan sana ia saksikan
ada sesosok bayangan hitam sedang bergerak menjauh.
Melihat ilmu meringankan tubuh yang begitu
sempurna, tanpa terasa Lim Han Kim berseru memuji:
"Benar-benar cepat gerakan tubuhnya, padahal dia tak
lebih hanya seorang dayang anak buah pemilik bunga
bwee.,."
Tiba-tiba terdengar helaan napas sedih berkumandang
memecahkan keheningan- Lim Han Kim segera sadar dari
lamunan-nya, dia teringat akan Pek Si Hiang.

1378
Ketika berpaling, benar juga ia menjumpai seorang
gadis yang matanya masih ditutup dengan kain hitam
duduk bersandar pada sebatang pohon besar, Buru-buru
Lim Han Kim menghampirinya seraya berseru: "Nona
Pek. kau..."
Gadis itu memang Pek Si Hiang, sambil menghela
napas sela gadis itu: "Aku dalam keadaan baik-baik,
cepat bantu aku lepaskan kain hitam penutup mataku."
Lim Han Kim merasa sangat keheranan, pikirnya:
"Masa tenaga untuk melepaskan kain penutup mata pun
tidak ia miliki...? Aneh benar nona ini...."
Walaupun dalam hati kecilnya timbul banyak persoalan
yang mencurigakan namun ia menurut saja untuk
membukakan kain penutup matanya, Di bawah pancaran
sinar fajar, kelihatan air muka gadis itu pucat pias seperti
mayat, bahkan di antara kerutan dahinya tertera jelas
rasa lelah yang luar biasa.
setelah menghembuskan napas panjang, gadis itu
gelengkan kepalanya berulang kali sambil bergumam:
"Betul-betul seorang wanita yang lihai"
" Kau telah bertemu dengan pemilik bunga bwee?"
"Ya sudah, sayang kondisi badanku amat lemah saat
itu sehingga tidak banyak latar belakangnya yang
kuketahui"

1379
"Kau tampak lelah sekali, lebih baik kita pulang dulu
ke dalam barisan untuk beristirahat sebelum
membicarakan kembali persoalan ini."
"sudah tak sempat lagi, selisih waktu dari sekarang
hingga tengah hari tinggal beberapa jam lagi, kita tak
punya waktu lagi untuk beristirahat"
Dari dalam sakunya pelan-pelan dia mengeluarkan dua
batang jarum emas, kemudian ujarnya: "Bantulah aku
tancapkan dua batang jarum emas itu di atas jalan darah
Tiong-teng-hiat dan ki-koan-hiat pada jalur nadi Jin-meh,
kita hanya memiliki waktu yang amat singkat."
tangan kanannya yang menggenggam jarum emas itu
kelihatan agak gemetar, seolah-olah ia sudah tak
sanggup lagi menahan berat beban dari kedua batang
jarum emas itu.
Lim Han Kim ragu-ragu sejenak. tapi akhirnya ia
sambut juga kedua jarum emas itu dan ditancapkan di
atas jalan darah Tiong-teng-hiat dan Ki-koan-hiatnya.
Begitu kedua jarum emas itu menembusi jalan
darahnya, keadaan Pek Si Hiang yang sudah loyo dan
lemah itu seketika bersemangat kembali, paras mukanya
yang semula pucat pias kini muncul semu merah yang
segar.

1380
Katanya sambil tertawa: "Dia membebaskan kita
berapa jam lebih awal, hal ini disebabkan ia menduga
kita sudah tak mampu melakukan persiapan lagi dalam
waktu yang amat singkat ini untuk memberi perlawanan
kepadanya."
"Pemilik bunga bwee benar-benar seorang tokoh yang
susah dilawan," gumam Lim Han Kim sedih.
cahaya aneh segera berkilat dari balik mata Pek Si
Hiang yang jeli, tegurnya sambil tertawa: "Kau
maksudkan ilmu silatnya atau kecantikan wajahnya?"
"Tentu saja ilmu silatnya yang kumaksud, meskipun
dia berwajah cantik namun ia selalu menutupi wajah
aslinya itu."
"Jadi kau telah bertemu dengannya?" tanya Pek Si
Hiang tersenyum.
"Benar, aku telah melihat wajah aslinya, Aaai...
selembar wajah yang penuh dengan daya tarik aneh,
membuat aku nyaris tak mampu mengendalikan diri"
"Coba beritahu aku lebih cermat lagi," sambung Pek Si
Hiang cepat, "Mungkin bisa menambah daya pengenalku
terhadapnya jauh lebih matang. Lebih banyak yang
kuketahui tentang dirinya, berarti kita lebih ada harapan
untuk meraih kemenangan-..."

1381
setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh: "
jangan kau rahasiakan kisah pengalamanmu kalau bisa
ceritakan dengan lebih seksama, ketahuilah selisih sedikit
saja bisa berakibat kesalahan yang amat fatal."
"Aku pasti akan bercerita sesungguh-nya," kata Lim
Han Kim sambil tertawa hambar
Maka dia pun menceritakan kembali semua
pengalamannya dengan serius dan seksama. Pek Si
Hiang mendengarkan kisah itu penuh serius, selesai
mendengar semua kejadian tersebut ia baru berkata
sambil menghela napas: "Ia terlalu percaya diri"
"Walaupun aku belum pernah menyaksikan ilmu
silatnya, juga tak berani memastikan apakah orang
berbaju hitam yang bertarung melawanku di ruang
pertemuan itu dia atau bukan, Bila kutinjau dari ilmu silat
yang dimiliki siau-cui, dapat kusimpulkan bahwa dia
memang memiliki ilmu silat yang luar biasa, Bila ia tidak
memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, bagaimana
mungkin bisa menguasai begitu banyak jago lihai?" Pek
Si Hiang manggut-manggut.
" Kalau dibilang ia cantik, nyatanya dia memang amat
cantik, tapi kecantikannya belum cukup memabukkan
setiap pria yang bertemu dengannya dalam pandangan
pertama .Berarti dia telah menggunakan sejenis ilmu
hipnotis untuk mempengaruhi kesadaran orang, Aaai...
mungkin saja orang-orang yang rela takluk kepadanya

1382
serta rela menjual nyawa kepadanya itu terpikat oleh
kecantikan wajahnya."
"Bukankah nona pernah berjumpa dengan nya?"
"Yaa, aku memang telah bertemu dengannya," Pek Si
Hiang tertawa, "Mungkin lantaran aku hanya seorang
wanita, maka dia tak pernah melepaskan kain cadarnya."
Lim Han Kim menghela napas panjang. "Aaai...jumlah
jagoan lihai yang bergabung dalam perguruannya sukar
dihitung dengan jari, Dengan kemampuan kita beberapa
orang bagaimana mungkin mampu menandinginya, apa
lagi waktu sudah amat mendesak. Aku sendiripun belum
lama terjun ke dalam dunia persilatan, belum punya
pamor maupun kedudukan, perkataanku belum tentu
mau
dipercaya oleh para jago dari kolong langit."
pelan-pelan Pek Si Hiang bangkit berdiri, katanya
sambil tertawa: "Kalau kita memang tak mampu
menandinginya, terpaksa kita semua harus menyerah
dan pasrah pada nasib," setelah membetulkan
rambutnya yang kusut, tambahnya: "Ia bersedia
membebaskan kita berdua, agaknya ia memang tak
berniat membunuh kita. Kalau menggunakan
kesempatan ini untuk kabur jauh, hidup mengasingkan
diri dan tidak menentangnya lagi, mungkin jiwa kita akan
selamat sepanjang masa."

1383
"Bagi nona, sudah seharusnya kau berbuat demikian,
sebagai gadis lemah yang tak berkekuatan, buat apa kau
mesti mencampuri kancah pertikaian yang memusingkan
kepala ini?"
"Kalau aku pergi, bagaimana dengan kau?"
"Aku sudah melibatkan diri dalam kancah pertikaian
ini, mau melepaskan diri pun rasanya sudah tak
mungkin, maka aku akan berusaha sekuat tenaga, Bila
perlu, aku akan beradu jiwa dengannya."
"Sudah tahu kalau bukan tandingan tapi masih nekad
untuk melawan. Aku lihat kendati pun keberanianmu
amat mengagumkan, tapi tindakanmu tak lebih cuma
pikiran seorang kasar," kata Pek Si Hiang tertawa.
"Yaa, kecuali berbuat begitu, aku tak bisa menemukan
cara lain yang lebih baik,"
Pek Si Hiang tertawa enggan, pelan-pelan ia
meneruskan langkahnya ke depan, Lim Han Kim
mendongakkan kepalanya memperhatikan keadaan di
sekeliling sana. Ternyata tempat di mana mereka berada
sekarang adalah tepi kompleks kuburan Liat-hu-bong.
sambil mengangkat ujung gaun panjangnya tampak Pek
Si Hiang berlarian masuk ke dalam hutan.
Dengan perasaan masgul Lim Han Kim menyusul dari
belakang, tegurnya: " Kenapa kau lari?"

1384
"Mari kita tengok keadaan Han locian-pwee serta
barisan bambu yang kubuat, kita periksa apakah keadaan
masih seperti semula?"
Lim Han Kim merasa banyak persoalan timbul dalam
benaknya saat itu, maka ketika dilihatnya Pek Si Hiang
lari dengan terburu-buru, ia pun tidak banyak bertanya
lagi namun mengikuti terus dari belakang.
saat itu matahari sudah terbit, apa yang tertera di
hadapan Lim Han Kim segera membuat anak muda itu
tertegun, Barisan bambu yang semula dibentuk di sana,
kini sudah lenyap. seluruh keadaan kuburan Liat-hu-bong
telah berubah bentuk,
BAB 41. Lolos Dari Bahaya Kebakaran
Ternyata tumpukan kayu bakar di sekeliling tempat itu
telah menenggelamkan sama sekali barisan bambu yang
terbentuk di situ, bahkan tumpukan kayu bakar itu amat
teratur dan rapi sehingga bila dilihat dari luar, siapa pun
tak akan menyangka kalau dibalik tumpukan kayu bakar
itu masih ada sebuah barisan bambu.
Ketika Lim Han Kim mencoba menghitung tumpukan
kayu bakar itu, jumlahnya ternyata mencapai ribuan
pikul. ini berarti harus ada ratusan orang yang
mengerjakannya dalam semalam untuk menyelesaikan

1385
tugas tersebut, apa lagi berapa li di sekitar tempat itu tak
ada penghuninya. Tidak diketahui dari mana pemilik
bunga bwee bisa mendapatkan kayu bakar sebanyak itu
dalam semalam, dari sini bisa disimpulkan bahwa pemilik
bunga bwee memang bukan tokoh sembarangan.
Tampak tumpukan kayu itu tiba-tiba bergerak dua
orang manusia berbaju hitam munculkan diri seraya
berkata: "silahkan kalian berdua masuk ke dalam barisan
melalui pintu ini."
Dandanan dua orang manusia berbaju hitam inipun
sangat aneh, kecuali berpakaian serba hitam, wajah pun
dikerudungi kain hitam.
Lim Han Kim segera berpikir " Kalau memasuki
tumpukan kayu bakar itu bukankah berarti mengantar
diri masuk perangkap.?"
sementara dia masih berpikir, Pek Si Hiang telah
mengayunkan langkahnya masuk ke balik tumpukan
kayu, terpaksa Lim Han Kim mengikuti di belakang
tubuhnya,
Di balik tumpukan kayu bakar itu terdapat sebuah
jalan setapak yang terbuat dari tonggak kayu, lebarnya
hanya tiga depa dan cuma muat untuk dua orang yang
berjalan berbareng,

1386
setelah melewati empat lima buah tikungan dan
berjalan sejauh enam tujuh kaki sampailah mereka di
tepi barisan bambu.
Mendadak Pek Si Hiang menghcntikan langkahnya
seraya berkata seolah berbisik "Jalan darah Han
locianpwee telah ditotok orang, setelah bebaskan
totokannya bawa dia masuk ke dalam barisan. situasi
saat ini amat kritis dan berbahaya, setiap saat mereka
dapat melepaskan api untuk membakar kita semua, jadi
lebih baik jangan bertindak secara sembarangan-"
Lim Han kini segera menoleh ke sisi barisan bambu
itu, betul juga tubuh Han si-kong tampak tergeletak di
tepi barisan itu dalam keadaan tertotok jalan darahnya,
Maka ia segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk
membebaskan totokan di tubuh orang tua itu.
Han si kong menghembuskan napas panjang sambil
membuka matanya, setelah memandang Lim Han Kim
lama sekali dengan pandangan termangu, dia gelengkan
kepalanya berulang kali sambil mengeluh: "Yaa... sudah,
sudahlah, kali ini aku si monyet tua benar-benar telah
dipecundangi orang."
"Locianpwee jangan panik atau gelisah, mari kita
masuk ke dalam barisan dulu baru berbicara," ajak Pek Si
Hiang, "Hiang-lan dan siok-bwee berdua...."
" Kenapa mereka?" tanya Lim Han Kim terkejut.

1387
"Mereka sudah ditawan orang?" sambung Pek Si
Hiang.
"Benar," jawab Han si-kong sambil bangkit berdiri
"Mereka telah ditawan dua orang manusia berbaju
merah. Aaai... Aku benar-benar tak becus, hanya
melindungi kedua orang bocah perempuan itu pun tak
mampu."
"Apakah kedua orang itu meninggalkan pesan?" tanya
Lim Han Kim gelisah bercampur cemas.
sebelum Han si- kong menjawab, Pek Si Hiang telah
menyela: "Kita bicara di dalam barisan saja"
Dengan langkah cepat dia masuk dulu ke dalam
barisan, Keadaan barisan bambu itu tetap seperti sedia
kala, selain tertutup oleh tumpukan kayu bakar sehingga
sukar melihat keadaan di luar, segala sesuatunya masih
tetap seperti sedia kala.
Barisan bambu itu berdiripada tanah seluas empat kaki
persegi Ternyata anak buah pemilik bunga bwee telah
menggunakan kekuatan tali temali untuk membuat
sebuah barak seluas empat kaki persegi dalam semalam
saja, bahkan tumpukan kayu bakar di sekitar tempat itu
begitu tebalnya membuat cahaya matahari sukar
menembus masuk.

1388
Lim Han Kim memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, lalu ujarnya: "Pekerjaan semacam ini benar-benar
luar biasa, Apabila tali temalinya kurang kokoh sehingga
putus satu saja, maka kita pasti akan mati tertimbun
kayu- kayu itu atau paling tidak akan luka berat"
"Menurut pandanganku, satu-satunya kesempatan
bagi kita untuk hidup adalah berusaha menerjang keluar
dari tempat ini," kata Han si- kong.
"Kayu yang mereka tumpuk di sekitar tempat ini terdiri
dari bahan-bahan kering yang mudah terbakar," kata Pek
Si Hiang, "Cukup sebuah obor rasanya sudah dapat
mengubah tempat ini menjadi lautan api. Agaknya
pemilik bunga bwee telah memperhitungkan
kemungkinan bagi kita untuk meloloskan diri dari sini,
maka ia hanya membuat sebuah jalan penghubung yang
dibangun sengaja berliku-liku...."
Han si kong menghela napas panjang, selanya: "Aku
sudah hidup cukup lama, sekalipun mereka akan
membakar tempat ini termasuk diriku, aku tak menyesal
harus mati Kalian berdua masih muda, terlalu sayang
rasanya bila kalian harus duduk pasrah di tempat ini
sambil menunggu kematian-"
"Apa bila mereka bermaksud membunuh kita, aku rasa
mereka tak perlu membuang banyak waktu dan tenaga
untuk membentuk keadaan seperti ini," kata Pek Si
Hiang.

1389
"Justru mereka berbuat begini tak lain karena hanya
ingin menggertak kita, supaya kita ketakutan"
" Kenapa dia harus menakut-nakuti kita?" tanya Han
si- kong tidak habis mengerti. Pek Si Hiang tersenyum.
"sebab pemilik bunga bwee terlalu memandang berat
kemampuan kita, menganggap kita sebagai musuh
tangguh, maka ia baru mengerahkan anak buahnya
untuk melakukan kesemuanya ini guna menghadapi
kita."
sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
telah tiba dipusat barisan bambu itu.
Pek Si Hiang periksa sekejap sekeliling tempat itu,
setelah melihat bahwa segala sesuatunya tak berubah, ia
baru duduk sambil katanya: "Dia tak ingin kita
melibatkan diri dalam pertikaian tersebut, sehingga
merusak semua rencananya, maka dia sengaja menawan
kedua orang dayangku dan menumbukkan banyak sekali
kayu bakar di seputar tempat ini, tujuannya tak lebih
hanya ingin menakut-nakuti kita."
"Bila berbicara dari situasi semalam," kata Lim Han
Kim. "Apabila dia berniat mencelakai kita, hal itu bisa
dilakukan tanpa bersusah payah, tak perlu dia
membuang banyak tenaga danpikiran untuk menyiapkan
segala sesuatunya ini."

1390
"Walaupun pemilik bunga bwee telah mendapat
kemenangan mutlak dalam kejadian semalam, meski jiwa
kita beberapa kali sudah terjatuh ke dalam
genggamannya, namun aku duga ia sendiripun merasa
amat tidak tenang."
" Kenapa?"
"Gampang saja. Ketika ia menerima laporan dari anak
buahnya pertama kali, dia sudah memandang kita
sebagai musuh tangguh. Tapi setelah bertemu muka dan
melihat kemampuan kita tak seberapa, ia telah
memandang enteng diri kita. sampai dia bertaruh
denganku, sekali lagi dia menilai tinggi kemampuan kita,
sungguh tak nyana gertak sambalku cuma bisa bertahan
sementara waktu, Bagi aku yang tak pernah belajar silat,
begitu jarum emas pada jalan darahku dicabut, akupun
jatuh tak sadarkan diri Waktu itu meski aku tak tahu apa
yang telah dia lakukan terhadap diriku, tapi bisa kuduga
ia tentu berusaha mencobaku secara diam-diam, saat
itulah dia baru tahu kalau aku benar-benar tak mengerti
ilmu silat, Di satu pihak dia telah berjanji sendiri kepada
kita, dipihak lain dia pun merasa kita tak berguna karena
setiap saat dapat membunuh kita secara gampang, maka
ia baru memutuskan untuk membebaskan kita berdua...."
setelah menghembuskan napas panjang, tambahnya
seraya tertawa: "Mungkin sekarang ia sudah mulai
menyesal"

1391
"Dari mana nona bisa tahu?"
"Jikalau pemilik bunga bwee tidak merasa menyesal,
dia tak akan mengirim orang untuk mengawasi gerak
gerik kita."
"Jadi nona Pek sudah tahu akan hal ini?"
Kembali Pek Si Hiang tertawa, "Tentu saja sudah
kulihat, pemilik bunga bwee memang pintar tapi ada
kalanya diapun pikun, rupanya dia tak bisa menduga apa
sebabnya tiba-tiba aku jatuh pingsan, setelah dicoba
beberapa kali dan ternyata aku memang tidak berpurapura,
ia jadi teringat dengan kekalahannya di tanganku
malam itu, timbul perasaan tak puasnya .
Namun bagaimana pun juga ia memang memiliki
kemampuan yang luar biasa. ia sengaja melepaskan kita
dengan maksud menyelidiki rahasia kita secara diamdiam,
maka ketika aku sadar dari pingsan tadi, tatkala
kejernihan pikiranku belum pulih kembali aku telah
menyuruh kau menusuk jalan darahku dengan jarum
emas, Aku pikir rahasiaku ini pasti sudah dilaporkan
orang yang mengawasi kita secara diam-diam itu
kepadanya...."
"Aaai... seharusnya aku pun dapat berpikir sampai di
situ," ucap Lim Han Kim sambil menghela napas panjang.
Pek Si Hiang tertawa manis.

1392
"Kau tak perlu menyesali diri sendiri," katanya,
"Anggaplah kejadian itu memang nasib, lihat saja
perkembangannya nanti, Moga-moga keadlan tersebut
malah bermanfaat bagiku."
"Waah... aku jadi semakin tak paham dengan katakata
mu ini" seru Lim Han Kim.
"Yaa, aku pun makin mendengar semakin bingung,"
sambung Han si- kong.
"Kecerdasan pemilik bunga bwee mungkin jauh
melebihi kemampuanku, mungkin juga apa yang
kubayangkan tidak benar"
"Terhadap kemampuan nona dalam memecahkan
setiap masalah, kami sudah kagum luar biasa, Nona tak
usah merendahkan diri lagi...."
"Pemilik bunga bwee terlalu memandang tinggi
kemampuannya. Ketika ia melihat semangatku tiba-tiba
bangkit kembali setelah jalan darahku ditusuk jarum
emas, maka ia akan berusaha mencari jawaban dari
kejadian itu. Asal pikirannya bercabang artinya kita telah
memberi satu peluang bagi para jago yang hadir dalam
perjamuan tengah hari nanti untuk tetap hidup."
"Tapi ia kan bisa menyingkirkan dulu masalah tersebut
untuk sementara waktu..." ucap Lim Han Kim.

1393
"Apabila kemampuan pemilik bunga bwee sepuluh kali
lipat lebih hebat dari kemampuanku, mungkin ia bisa
singkirkan pikiran tersebut sementara waktu. Kalau
kemampuannya sepuluh kali lipat di bawah
kemampuanku, ia pun bisa membuang jauh-jauh pikiran
ini, tapi aku duga saat ini ia pasti sedang gundah karena
memikirkan persoalan ini."
setelah berhenti sejenak dan menengok dua orang itu
sekejap. terusnya: "Kejadian ini dapat mengakibatkan
dua keputusan, susahnya aku tak dapat menduga secara
pasti apa keputusan yang bakal terjadi, itulah sebabnya
aku hendak mohon bantuan dari kalian berdua."
"Kalau berbicara tentang pengalaman dan
pengetahuan dalam dunia persilatan, mungkin aku bisa
memberikan saran-sarannya..." kata Han si- kong sambil
mengelus jenggotnya,
"Entah dua keputusan macam apa yang kau
maksudkan?" kata Lim Han Kim pula.
"Andaikata ia menguasai ilmu pertabiban maka tidak
sulit baginya untuk menduga bahwa fungsi tusukan
jarum emas itu tak lebih hanya merangsang munculnya
tenaga simpanan si penderita, Namun ilmu semacam ini
tidak pernah tercantum dalam ilmu silat, jadi meskipun
dia menguasai segala macam aliran ilmu silat, tak
mungkin kepandaian tersebut diketahuinya bila dilacak
lewat jalur ilmu silat."

1394
"Lalu apakah keputusannya yang kedua?"
"Keputusan kedua berkisar seandainya dia tak
mengerti ilmu pertabiban sebagai seorang tokoh silat
yang tinggi hati, terlalu percaya diri dan tak mau
mengakui kekalahan sendiri, ia tentu akan mencari
alasan lain guna menjaga martabat serta harga dirinya."
"Alasan apa pula yang bisa ia temukan?"
"Ia bisa saja beriagak sok pintar, mengira kita sedang
menggunakan akal muslihat untuk menipunya dan
sengaja bersandiwara di hadapannya...."
"Ehmmm, sangat beralasan, sangat beralasan..."
komentar Han Si-Kong sambil manggut-manggut. Pek Si
hiang menghela napas panjang.
"Aaaai... seandainya benar begitu, posisi kita saat ini
jadi sangat berbahaya...." katanya.
Han Si-Kong membelalakkan matanya, tiba-tiba ia
menepuk kepala sendiri sambil serunya: "Keteranganmu
ini semakin membingungkan aku. Bila pemilik bunga
bwee benar-benar mengira nona sedang menggunakan
akal untuk menipunya dan tidak mengetahui latar
belakang yang sebenarnya, bukankah hal ini semakin
menguntungkan kita?"
"Yang kuharap adalah ia mengerti sedikit tentang ilmu
pertabiban, tapi tidak begitu memahami tentang

1395
penggunaan jarum emas untuk membangkitkan tenaga.
Dengan demikian ia tentu akan memutar otak habishabisan
untuk memecahkan teka teki ini. Bila sampai
begini, pasti pikirannya terpecah dalam pertemuan
puncak tengah hari nanti.
Secara otomatis kesempatan hidup para jago dari
kolong langit pun semakin besar, sebaliknya bila ia
menganggap semua yang kuperbuat hanya tipu muslihat
untuk menipunya, aku kuatir ia tak akan menggubris diri
kita lagi, akibatnya semua pikiran dan perhatiannya akan
tercurahkan untuk menghadapi para jago dalam
pertemuan puncak tengah hari nanti,"
"Aaai... Kemampuan nona benar-benar jauh di atas
kemampuanku" kata Han Si-Kong sambil menghela
napas, "setelah mendengar penjelasanmu ini, aku baru
betul-betul paham."
"Ada satu hal yang masih belum kupahami, harap
nona sudi memberi petunjuk." sela Lim Han kim.
"Aku tahu, bukankah kau ingin bertanya kepadaku
mengapa kita harus mengantar diri masuk perangkap
dengan memasuki lagi barisan bambu yang telah
dikurung tumpukan kayu bakar ini?"
"Betul, memang soal itulah yang ingin kutanyakan"

1396
"sederhana sekali alasannya, Aku ingin pemilik bunga
bwee mempunyai dugaan yang keliru tentang langkah
kita ini, Aku memang sengaja mengatur agar dia mengira
kita sudah masuk perangkap sehingga tidak menaruh
perhatian lagi untuk mengawasi gerak gerik kita...."
"Dalam keadaan dan situasi sekarang ini,
kenyataannya kita memang benar-benar sudah masuk
perangkap. jadi ia tak usah menduga-duga lagi,
semuanya telah menjadi kenyataan," sela sang pemuda,
" inilah yang disebut mencari kehidupan dari jalan
buntu, Kelihatannya saja kita sudah masuk perangkap,
padahal dalam kenyataannya kesempatan hidup bagi kita
justru jauh lebih besar bila kita memasuki perangkap ini
dibandingkan seandainya kita tetap berada di luar."
"Tampaknya nona sudah mempunyai persiapan yang
matang dalam hal ini?" tanya Han Si-Kong.
"Meskipun memang ada jalan, tapi tidak menjamin
pasti berhasil sepenuhnya."
Diam-diam Lim Han kim berpikir "Kini posisi kita sudah
terjebak. mati hidup menjadi tanda tanya, kesempatan
untuk lolos pun sangat minim, tapi nona ini masih
sesumbar, ingin kulihat akal bagus apa yang telah
dipersiapkannya...."

1397
sementara itu Han Si-Kong telah berkata lagi: "Nona,
waktu bagi kita saat ini sangat berharga, Bila kau ada
akal bagus, kami siap untuk membantu."
"Kita harus pancing mereka agar membakar tumpukan
kayu-kayu bakar ini lebih dulu."
"Membakar kayu itu untuk bunuh diri?" komentar Lim
Han kim.
"Kalau tidak begitu, bagaimana mungkin akal ini
kusebut mencari kehidupan dari jalan kematian?"
Han Si-Kong memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, kemudian katanya: "Tumpukan kayu bakar ini amat
mudah terbakar dan lagi meliputi daerah seluas berapa
kaki persegi. Bila api mulai berkobar, maka kebakaran
yang terjadi pasti luar biasa hebatnya. Aku rasa kecil
harapan bagi kita untuk meloloskan diri..."
"Pendapat kalian berdua memang betul, tapi
seandainya kita sudah bersembunyi di atas barak ketika
kebakaran itu mulai ter-jadi, kemudian di saat kebakaran
makin menghebat kita melompat ke belakang kompleks
kuburan Liat-hu-bong dan bersembunyi di balik semak
belukar Dalam kondisi kacau balau lantaran kebakaran
tersebut, anak buah pemilik bunga bwee yang
ditugaskan menjaga sekeliling tempat ini pasti panik dulu
sebelum sempat memikirkan tentang kita, dan lagi
dengan terjadinya kebakaran ini maka kita bisa memaksa

1398
para jago yang akan hadir dalam pertemuan puncak
tengah hari ini untuk lebih meningkatkan
kewaspadaannya .... "
Kemudian setelah menghembuskan napas panjang,
terusnya: "Apabila kita dapat menawan pula tiga orang
anak buah pemilik bunga bwee yang ditugaskan
mengawasi sekitar tempat ini, kita bisa gunakan pakaian
mereka untuk menyusup ke dalam barisan mereka,
dengan begini bukankah gerak gerik kita jadi lebih
leluasa lagi...."
"Yaa, aku mengerti maksudmu," kata Lim Han kim.
"Dengan mengenakan pakaian ketiga orang anak buah
pemilik bunga bwee, kita bisa menyusup dan berbaur di
antara mereka...."
"Betul" Pek si hiang tertawa. "sebagian besar anak
buah pemilik bunga bwee mengerudungi wajahnya
dengan kain hitam. Keadaan semacam ini sangat
membantu penyusupan kita dalam barisan mereka."
Lim Han kim segera mengalihkan perhatiannya ke atap
barak yang dibangun di atas tumpukan kayu bakar itu, ia
menilai ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya
sekarang masih mampu mencapai atap tersebut dalam
sekali lompatan, maka ujarnya: "Berbicara dari situasi
sekarang, aku rasa siasat mencari hidup dari jalan
kematian yang nona terapkan memang paling tepat
Baiklah, kita laksanakan sesuai rencana."

1399
sambil menghimpun tenaga dalamnya ia segera
melejit ke tengah udara, lalu sambil berpegangan pada
sebatang ranting kering, ia berjumpalitan naik ke atap
barak tersebut
"Kau harus berhati-hati," pesan Pek si hiang,
"Perhatikan pohon-pohon besar di sekeliling tempat itu,
mungkin pemilik bunga bwee telah menempatkan
jagonya untuk mengawasi kita dari tempat tersebut"
Lim Han kim manggut-manggut, dari sakunya ia
mengeluarkan pedang jin-siang-kiam lalu sekali tebas,
kutunglah kayu bakar tersebut Pedang ini terbuat dari
campuran baja dan emas, jauh berbeda dengan senjata
biasa, Bukan saja amat tajam, pedang biasa pun dapat
dikutunginya, apalagi dipakai untuk memotong kayu
bakar sekarang, tentu saja pekerjaan ini mudah sekali.
sesudah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
sambil tertawa Pek si hiang berkata: "Barak itu kuat
sekali, kita tak perlu kuatir kalau sampai roboh, sekarang
kita bisa mulai membuat tongkat-tongkat api"
Di mulut Han Si-Kong tetap membungkam diri, sedang
dalam hati pikirnya: "Apa itu tongkat api..? Meski masih
muda usia bocah perempuan ini, namun akalnya
sungguh banyak...."
Tampak Pek si hiang mengumpulkan banyak sekali
rumput kering yang mudah terbakar dari sekeliling

1400
tumpukan kayu bakar itu, lalu sambil tertawa katanya:
"Locian-pwee, bagaimana kalau kau relakan bajumu
untuk dirobek?"
semula Han Si-Kong agak tertegun, kemudian ia robek
baju sendiri dan diberikan kepada gadis itu.
oleh Pek si hiang robekan baju itu dibuatnya menjadi
tiga lembar sumbu kain, setelah itu katanya lagi: "Apakah
locianpwee membawa korek api?"
"Barang itu merupakan perbekalan penting bagi orang
yang berkelana dalam dunia persilatan, tentu saja aku
selalu mempunyai persediaan." Diambilnya korek api dari
saku dan segera disodorkan kepada nona itu.
Pek si hiang meletakkan korek api itu diujung sumbu
kain yang kini terikat menjadi satu sumbu yang panjang
itu, kemudian meletakkannya di dekat tumpukan rumput
kering tadi, setelah itu ujarnya sambil tertawa: " Lebih
kurang satu jam kemudian, api itu sudah akan mulai
membakar tumpukan rumput kering itu...."
"Nona, kau jarang berkelana dalam dunia persilatan,
tapi kemampuanmu ternyata jauh lebih hebat ketimbang
aku si tua bangka yang sudah kawakan mengembara
ini."

1401
"Sekarang pekerjaan kita tinggal satu, Locianpwee,
tolong kumpulkan rumput-rumput yang masih basah dan
tumpukkan ke mari."
Han Si-Kong tahu, gadis ini banyak akal dan cerdik,
maka tanpa banyak bertanya, ia kumpulkan seikat
rumput basah dan ditumpukkan di sana.
"Sekarang tambahkan rumput kering dan rantingranting
kayu yang mulai terbakar itu di sekelilingnya,"
pinta Pek si hiang.
Han Si-Kong menurut saja dan segera melaksanakan,
tak lama kemudian api pun mulai berkobar
"Sekarang tutupkan rumput-rumput basah itu di atas
kobaran api, dengan cara begini kita dapat menciptakan
asap yang cukup tebal untuk mengaburkan pandangan
orang."
seperti baru memahami persoalan tersebut Han Si-
Kong segera berseru: "Aaah, masa pekerjaan segampang
ini pun tidak terpikirkan olehku sejak tadi...."
seperti yang diperintahkan, ia tutup kobaran api itu
dengan rerumputan basah. Tak selang beberapa saat
kemudian asap tebal telah menyelimuti seluruh angkasa.
Pada saat itu Lim Han kim telah merobek atap barak
itu dan menurunkan seutas tali yang terbuat dari kain
untuk menarik tubuh Pek si hiang naik ke atas. ilmu

1402
meringankan tubuh yang dimiliki Han Si-Kong cukup
sempurna, apalagi ada tali kain sebagai pegangan,
dengan mudah ia dapat mencapai atap barak tersebut
dengan selamat.
Waktu itu paras muka Pek si hiang sudah berubah jadi
merah padam karena hawa panas yang membara, asap
yang tebal membuat air matanya bercucuran, sambil
merebahkan diri dalam pelukan Lim Han kim, katanya:
"Coba kau melongok ke bawah, bila tebalnya asap sudah
bisa melindungi jejak kita, cepatlah kabur dari tempat
ini, aku sudah tak tahan untuk batuk.,.,"
Lim Han kim segera melompat ke bawah, melihat asap
tebal telah menyelimuti hampir seluruh permukaan
tanah, ia pun berbisik: "Kita bisa berangkat sekarang
juga"
Dengan membopong tubuh Pek si hiang ia segera
melompat turun dari atap barak tersebut.
sisi barak itu berdempetan dengan kuburan Liat-hubong.
sejak semula Lim Han kim juga telah
memperhatikan situasi di sekelilingnya, maka sekali
lompat ia sudah turun dari barak dan menyusup masuk
ke balik semak belukar di sisi kuburan Liat-hu-bong itu.
Han Si-Kong menyusul di belakangnya kabur pula ke
dalam semak lebat di sisi kuburan, sebagaimana
diketahui, rumput ilalang yang tumbuh di sisi kuburan

1403
Liat-hu-bong itu tingginya melebihi dada manusia
dewasa, maka begitu mereka bertiga menyusup ke
dalam semak tersebut, tubuh mereka pun segera lenyap
tertelan rumput ilalang.
Sambil mengatur napasnya yang ter-engah-engah, Pek
Si hiang berbisik pelan: "sekarang coba perhatikan,
adakah orang yang melihat jejak kita?"
Lim Han kim melongok keluar, ia saksikan belasan
orang manusia berbaju hitam sedang berlarian ke sana
ke mari dengan gugup dan panik, jelas mereka
gelagapan menghadapi perubahan yang tak diduga ini
sehingga kalang kabut dan tidak tahu apa yang harus
diperbuatnya.
"Bagaimana?" tanya Pek si hiang cemas.
"Ada banyak orang yang berlarian mengitari barak
tersebut, tapi tidak kuketahui apa maksudnya?"
"Huuuh.,. Kalau begitu masih mendingan" seru Pek si
hiang sambil menghembuskan napas panjang. "jelas
mereka tidak melihat jejak kita, Dengan mengenakan
kain kerudung muka sesungguhnya pandangan mereka
sudah terganggu, ditambah lagi asap tebal yang
menyelimuti angkasa, Hal ini membuat pandangan
mereka makin kabur hingga tidak melihat jejak kita.

1404
Aaai... Memang beginilah kejadian di dunia ini, ada
untungnya tentu ada sisi ruginya pula, pemilik bunga
bwee membiarkan anak buahnya memakai kain kerudung
muka dengan maksud agar indentitasnya tertutup dan
menciptakan suasana aneh dan seram bagi yang melihat,
tapi justru memberikan peluang yang sangat baik bagi
kita sekarang.
Coba kalau mereka tidak memakai kain kerudung,
jangkauan pandangan mereka tentu lebih luas, siasat kita
mencari kehidupan dari jalan kematian ini pun tak bakal
lolos dari pengamatan mereka, Kini kita tinggal satu
langkah lagi untuk mencapai keberhasilan tapi juga
merupakan langkah yang paling penting, yaitu
bagaimana cara kita menawan tiga orang musuh."
"Anak buah pemilik bunga bwee rata-rata memiliki
ilmu silat yang sangat tangguh, bukan pekerjaan
gampang bagi kita untuk menawan mereka hidup,
hidup," kata Lim Han kim.
"Kau bisa melepaskan senjata rahasia?" tanya Pek si
hiang sambil tersenyum.
"Meskipun aku bisa melepaskan senjata rahasia
namun tidak mempunyai keyakinan bisa membuat
mereka pingsan dalam sekali gempuran, Kalau sampai
terjadi begitu, bukankah jejak kita malah akan
ketahuan?"

1405
"Mari kuajarkan satu cara melepaskan senjata rahasia
yang cukup tangguh"
Lim Han kim cukup mengetahui kemampuannya dalam
hal ilmu silat sehingga sedikitpun tidak merasa ragu,
tanyanya: "Cara baru macam apa itu?"
"llmu menusuk jalan darah dengan jarum emas...."
Dari dalam sakunya ia mengeluarkan beberapa batang
jarum emas, lalu sambil menunjuk ke atas jalan darah di
tubuhnya ia meneruskan: "Asalkan jarum emas yang kau
sambit tepat mengenai beberapa buah jalan darah yang
kutunjuk ini, sang korban pasti akan segera jatuh tak
sadarkan diri, tapi bila jarum itu dicabut maka orangnya
akan segera sadar, dengan cara ini tidak sulit bagimu
untuk menawan beberapa orang dari mereka...."
"Aku takut bidikanku tidak mengenai sasaran secara
tepat...." Lim Han kim tetap ragu.
"Kalau begitu mari kita coba dulu," sambil berkata Pek
si hiang menyodorkan jarum emas itu ke tangan Lim Han
kim.
"Bagaimana cara kita mencoba?"
" Cobakan pada tubuhku" sambil berkata Pek si hiang
pejamkan matanya rapat-rapat.

1406
Han Si-Kong segera memprotes: "Tidak boleh, nona
amat lemah dan sedang sakit, mana boleh tubuhmu
dijadikan kelinci per- cobaan? Lebih baik aku saja yang
mewakili diri nona menjadi kelinci percobaan."
"Tapi...." Lim Han kim tetap ragu, keningnya berkerut,
"Aku kuatir tusukanku tak tepat, bagaimana kalau sampai
melukai locianpwee?" Han Si-Kong sebera tertawa.
"Tidak apa-apa, aku yakin masih sanggup menahan
tusukan tersebut"
" Kalau begitu cepat turun tangan" seru Pek si hiang
sambil tersenyum, "Kita sudah tak punya banyak waktu
lagi."
secara ringkas tapi jelas ia mewariskan cara
melepaskan jarum emas itu kepada Lim Han kim.
sesaat kemudian pemuda itu pun ber-seru: " Hati- hati
saudara Han"
"Tidak a...."
Belum selesai perkataan itu diucapkan,
Han Si-Kong sudah roboh terjungkal tak sadarkan diri.
sambil tertawa Pek si hiang segera memuji:
"sasaranmu amat tepat, aku rasa cukup mampu untuk
menghadapi musuh"

1407
Lim Han kim segera mencabut keluar jarum emas itu
dari tubuh Han Si-Kong, katanya: "Tapi jarak seranganku
barusan kan dekat sekali, ditambah pula saudara Han
berdiri tak bergerak...."
" Kalau memang tidak terlalu yakin, lebih baik jangan
mengharapkan sasaran yang luar biasa, ketika
melepaskan serangan nanti, cukup asal bisa mengenai
tubuh lawan"
"Yaa, betul" sambung Han Si-Kong sambil melompat
bangun, "sekarang kita sudah terperangkap dalam
kepungan musuh, kau tak usah sungkan-sungkan lagi,
laksanakan saja dengan penuh keyakinan"
"Baiklah, harap saudara Han melindungi keselamatan
nona Pek. jika dalam sepenanakan nasi aku belum balik
ke mari, saudara Han juga tak usah menghadiri
pertemuan puncak para jago lagi, tunggulah sampai
pertemuan itu selesai kemudian ajak nona Pek kabur dari
tempat berbahaya ini."
"Bila kau menuruti ajaranku dengan melepaskan jarum
emas tersebut sesuai petunjukku tadi, aku tanggung
sasaranmu tak akan meleset sesungguhnya ilmu senjata
rahasia itu merupakan sejenis ilmu langka yang sangat
tangguh.
Nanti kalau kau bisa menawan musuh dan kembali ke
sini dengan selamat, akan kuajarkan lagi dua macam

1408
ilmu lain yang lebih hebat, kutanggung kau bakal
menjadi ahli senjata rahasia yang tiada tandingannya di
kolong langit" Lim Han kim hanya tertawa hambar, ia
segera bergerak meninggalkan tempat itu.
Memandang hingga bayangan tubuh Lim Han kim
lenyap dari pandangan, Peksi hiang baru berpaling ke
arah Han Si-Kong sambil berkata: " Locianpwee dapat
mengembara selama puluhan tahun dalam dunia
persilatan, aku duga ilmu silatmu pasti hebat sekali
bukan?"
"Aaaai, kalau dibicarakan benar-benar memalukan
sekali, ada pepatah mengatakan: jago tangguh muncul di
saat muda, aku sudah tua sekarang, sudah tak berguna
lagi...."
"Tapi ada juga pepatah yang mengatakan: jahe
semakin tua semakin pedas, aku rasa locianpwee tak
perlu merendah."
"Tidak, aku tidak merendah, aku bicara sejujurnya."
" Kalau memang begitu, bagaimana kalau kuajarkan
tiga jurus ilmu silat kepadamu?"
"Aaaah, masa aku harus merepotkan nona?"
"Tak perlu sungkan-sungkan, Mumpung ia belum
kembali ke sini, mari kita manfaatkan kesempatan ini

1409
untuk belajar ilmu, dengan begitu kita tak usah
menunggu dengan perasaan harap-harap cemas...."
setelah berhenti sejenak, terusnya: "Meskipun ilmu
silat ini hanya terdiri dari tiga jurus, namun daya
kekuatannya mengerikan sekali, ilmu ini disebut tiga
jurus penghancur bukit sejenis ilmu pukulan yang maha
ampuh."
"Tiga jurus penghancur bukit?" Han Si-Kong
tercengang,
"Betul Zaman dulu ada seorang pendeta sakti yang
terluka karena dibokong orang, ia disekap dalam sebuah
goa. siapa tahu dalam kurungan tersebut bukan saja ia
dapat menyembuhkan luka sendiri, bahkan bisa
meloloskan diri dengan menjebol dinding gua, padahal
mulut goa disumbat dengan batu raksasa ribuan kati
beratnya.
Nah, ketiga jurus serangan itu tak lain adalah jurus
serangan yang digunakan pendeta tersebut untuk
menjebol dinding gua tempo dulu, Dulu ilmu ini disebut
ilmu pukulan menghancur batu, kemudian diganti
menjadi tiga jurus penghancur bukit."
"Yaa... rasanya aku pun pernah mendengar kisah
cerita tersebut, hanya tidak se-jelas apa yang nona Pek
ceritakan sekarang. Boleh aku tahu siapa nama pendeta
itu?"

1410
" Waktu yang tersedia bagi kita sekarang amat
terbatas, yang penting kita bicarakan dulu tentang ilmu
silat, Bila kau ingin mendengar kisah-kisah semacam ini,
aku masih mengetahui banyak sekali, lain hari kita bisa
lanjutkan."
setelah menghembuskan napas panjang, tanpa
menanti Han Si-Kong bicara ia telah melanjutkan "Kunci
utama dari tiga jurus ilmu penghancur bukit ini adalah
harus mampu menghimpun segenap tenaga dalam yang
dimilikinya ke dalam telapak tangan sewaktu melepaskan
pukulan, . . . "
Mendadak Han Si-Kong menempelkan ujung jarinya di
atas bibir, kemudian bersiap sedia melancarkan
serangan.
Ternyata ada seorang manusia berbaju hitam lewat di
sekitar tempat persembunyian mereka menuju ke
belakang kuburan
Tampaknya Pek si hiang ingin secepatnya mewariskan
ketiga jurus ilmu penghancur bukit itu kepada Han Si-
Kong, begitu melihat orang itu sudah pergi jauh, ia
segera melanjutkan "setiap orang yang pernah belajar
silat tentu tahu bagaimana caranya menghimpun seluruh
tenaga dalamnya ke dalam lengan Dalam kenyataannya,
tenaga yang berhasil terhimpun dalam lengan mereka itu
masih ada batas-batasnya. Nah, ketiga jurus ilmu
penghancur bukit ini justru lain daripada yang lain ia bisa

1411
mengerahkan seluruh cadangan tenaga yang dimilikinya
ke dalam lengan, otomatis serangan yang dilancarkan
pun luar biasa dahsyatnya. sekarang aku akan
menurunkan dulu cara menghimpun tenaga, setelah itu
baru kuajarkan jurus serangannya."
Han Si-Kong sudah tak ragu lagi atas kemampuan
gadis tersebut, dengan serius katanya: "Aku
mengucapkan terima kasih banyak atas petunjukmu ini."
Pek Si hiang tidak berbasa-basi lagi, setelah tertawa
hambar ia mulai mewariskan sim hoat tenaga dalam dan
cara menghimpun tenaga kepada Han Si-Kong.
Aliran ilmu tersebut memang jauh menyimpang dari
kebanyakan ilmu silat yang ada, selain dapat
membangkitkan cadangan tenaga dalam tubuh, cara
yang digunakanpun. berbeda.
Pek si hiang cerdik dan hebat, ia tahu bila semua
tujuan dan makna dari jurus silat itu diterangkan satu
persatu kepada Han Si-Kong, maka pekerjaan ini tak
bakal selesai dalam waktu singkat, sekalipun ia dapat
menerangkan secara jelas, belum tentu kakek itu mampu
menerima seutuhnya, maka yang diajarkan sekarang
adalah cara yang praktis.
sebaliknya bagi Han Si-Kong sendiri, walaupun
kepandaiannya jauh di bawah kemampuan Lim Han kim,
namun dengan pengalamannya puluhan tahun berkelana

1412
dalam dunia persilatan serta pengetahuannya yang
cukup luas, ini dapat membantu untuk menutup
kekurangannya dalam kecerdasan. Tak sampai
sepenanakan nasi kemudian Han Si-Kong sudah dapat
mengingat semua pelajaran tersebut.
Pada saat itulah semak di sekeliling tempat itu
bergerak. lalu tampak Lim Han kim muncul di situ.
"Bagaimana hasilnya?" Pek si hiang sebera menegur.
"Untung aku berhasil mencopot tiga buah pakaiansalah
satu di antaranya agak kurus kecil, mungkin cocok
dengan perawakan nona."
"Bagus sekali, cepat bagikan pakaian tersebut dan
segera kita kenakan, waktu sudah tak banyak."
Lim Han kim sodorkan pakaian itu, kemudian katanya:
"saudara Han, mari kita menyingkir dulu, biar nona Pek
berganti pakaian."
"Tidak usah" potong Pek Si hiang sambil tersenyum,
"Berdiri saja menghadap ke arah lain dan jangan
mengintip, aku hanya akan melepas pakaian luarku saja."
Dua orang itu menurut dan segera berpaling ke arah
lain, Dengan cepat Pek Si hiang berganti pakaian-
Han Si-Kong serta Lim Han kim- juga tukar pakaian
mereka dengan seperangkat baju ringkas berwarna

1413
hitam, wajah mereka pun ditutup dengan kain kerudung
hitam.
Setelah siap semua, baru Pek Si hiang berkata: "Kita
tak tahu kode rahasia apa yang mereka gunakan untuk
mengadakan kontak, maka hati-hati dalam tindak tanduk
nanti Lebih baik jangan mengambil prakarsa sendiri
sehingga rahasia identitas kita tidak sampai terbongkar"
"Kita ikuti saja semua arahan nona," kata Han Si-
Kong.
"Kalau begitu ingat baik-baik. Setiap saat kalian harus
berada bersamaku, kita harus menimbulkan kekacauan
dalam pertemuan puncak para jago yang dilangsungkan
tengah hari nanti, agar rencana pemilik bunga bwee
untuk membantai para jago dari kolong langit mengalami
kegagalan total."
Lim Han kim menghela napas panjang, tiba-tiba
ujarnya: "Nona Pek, ada satu urusan aku ingin tanyakan
kepadamu, kalau disimpan terus dalam hati rasanya tidak
leluasa...."
"Kalau begitu cepat katakan Kita harus secepatnya
tinggalkan tempat ini."
"Apa benar antara pemilik bunga bwee dengan para
jago dari kolong langit terikat dendam kesumat yang luar

1414
biasa, Kalau tidak, kenapa dia harus menyiapkan siasat
jahat int untuk mencelakai mereka?",
"Bila kita dapat menemukan alasannya, maka tak sulit
bagi kita untuk memahami asal usul pemilik bunga
bwee...."
Bicara sampai di situ, ia segera menyingkirkan
rerumputan dan pelan-pelan berjalan menuju ke luar.
Lim Han kim segera berebut berjalan di depan Pek si
hiang untuk membuka jalan.
setelah keluar dari rerumputan, mereka bertiga
saksikan asap tebal telah menyelimuti seluruh angkasa,
puluhan orang manusia berbaju hitam dengan senjata
terhunus melakukan pengawasan di sekeliling tempat itu.
Ternyata tak seorang pun di antara mereka berniat
memadamkan api.
"Kita terlambat selangkah," bisik Pek si hiang, sambil
berkata ia sebera belok menuju ke selatan.
Kompleks kuburan Liat-hu-bong yang sepi kini
berubah menjadi ramai sekali, puluhan orang lelaki
berbaju putih bekerja keras menyiapkan meja dan
membersihkan debu, Rupanya ada lima puluhan meja
berwarna merah telah disusun rapi di bawah pepohonan
yang rindang.

1415
Kawanan manusia berbaju putih itu tidak mengenakan
kain kerudung muka, tapi dilihat dari gerak geriknya
seperti tidak mengerti ilmu silat, jadi rupanya mereka
bukan anak buah pemilik bunga bwee.
Waktu itu kira-kira sudah pukul tujuh pagi, selain
pekerja berbaju putih serta puluhan lelaki berpakaian
ringkas yang melakukan penjagaan di sekitar tempat itu,
tak nampak orang lain yang hadir di situ, Mendadak
tampak seorang lelaki kekar berjalan menghampiri
mereka sambil menegur: " Kalian bertiga berasal dari
utusan yang mana? Apakah datang untuk melaksanakan
perintah?"
"Aduh celakai" pikir Pek si hiang dalam hati,
"seharusnya aku dapat menduga bahwa pemilik bunga
bwee tak akan mengutus orang-orang berkerudung yang
berdandan aneh untuk menyambut kedatangan para jago
dari kolong langit...."
sementara berpikir, dengan mengubah suaranya
menjadi parau sahutnya: "Kami datang atas perintah
nona siau-cui"
"Kaiian adalah utusan dari nona siau-cui?" seru lelaki
itu tertegun-
"Boleh hamba tahu apa pesannya?"

1416
sikap maupun gerak geriknya tiba-tiba berubah jadi
sangat hormat.
BAB 42. Adu Domba
Melihat sikap hormat lelaki itu, Pek si hiang kembali
berpikir: "Padahal siau-cui hanya seorang dayang pemilik
bunga bwee, rupanya dia mempunyai kedudukan dan
kekuasaan yang tinggi...."
Ujarnva lebih jauh: "Nona Cui tidak lega hati, maka ia
mengutus kami untuk meninjau persiapan di sini...."
"Segala sesuatunya sudah beres, tolong sampaikan
kepada nona Cui agar dia tak usah kuatir."
"Bagus sekali kalau begitu," kata Pek si hiang.
setelah berjalan berapa langkah tiba-tiba ia berpaling
lagi sambil bertanya: "Apakah ada yang datang
menghadiri pertemuan ini sebelum waktunya?"
"Ada beberapa orang sudah sampai di sini, tapi
semuanya dapat ditahan di luar kuburan Liat Hu Bong."
"Utusan mana yang bertanggung jawab dalam urusan
ini?"
Tampaknya lelaki kekar itu mulai curiga. Dengan sorot
matanya yang tajam dia awasi wajan Pek si hiang

1417
beberapa saat lamanya, Kemudian baru menjawab: "
Utusan penakluk harimau"
"Bagus sekali" ujar Pek si hiang kepada Lim Han kim
dan Han Si-Kong, segera serunya pula: "mari kita periksa
di sana."
selesai berkata ia berjalan lebih dulu meninggalkan
tempat itu.
Lim Han kim dan Han Si-Kong dengan satu berjalan di
kiri satu di kanan melindungi Pek si hiang dari
belakangnya meninggalkan tempat itu. sekilas pandang
orang akan mengira kedudukan Pek si hiang jauh lebih
tinggi daripada mereka berdua, padahal yang betul
mereka berdua sedang melindungi keselamatan jiwanya,
setelah berada berapa kaki dari tempat semula, baru
Han Si-Kong berbisik pelan: "Tampaknya orang itu mulai
mencurigai kita."
"Tidak apa-apa," jawab Pek si kiang. "Asal kalian mau
bertindak menurut kata-kataku, rahasia kita tak akan
terbongkar"
sementara pembicaraan berlangsung, mereka telah
berjalan keluar dari kompleks pekuburan Liat Hu Bong
yang menyeramkan Ketika mereka alihkan pandangan ke
muka, tampaklah beberapa kaki di depan situ berdiri
delapan sembilan orang lelaki kekar yang berkerumun

1418
sedang membicarakan sesuatu, entah apa yang sedang
mereka rundingkan.
Han Si-Kong periksa dulu sekeliling tempat itu, setelah
yakin tak ada orang, baru ia berbisik: "Nona Pek. orangorang
itu pastilah para jago yang datang menghadiri
pertemuan, perlukah kita menegur sapa mereka?"
"Aku lihat kejadian ini agak aneh," ujar Lim Han kim. "
Kenapa di sini tak terlihat anak buah pemilik bunga bwee
melakukan penghadangan, dan kenapa orang-orang itu
berdiri tak bergerak di situ?"
"Mari kita tengok dulu sebelum bicara" seru Pek si
hiang.
pelan-pelan mereka bertiga berjalan mendekati
kerumunan manusia itu dan berhenti lebih kurang satu
tombak jauhnya.
Mendadak terdengar seseorang dengan suara yang
keras tapi kasar berseru: "Kita datang memenuhi
undangan, tapi sekarang melarang kita masuk.
sebetulnya apa maksud mereka itu?"
"Han locianpwe," bisik Pek si hiang kemudian "orang
ini kasar dan berangasan, kita tak usah menjelaskan apaapa
kepada mereka"
sementara itu Lim Han kim merasa sangat keheranan,
pikirnya: " Kalau memang tak ada orang yang

1419
menghadang, kenapa orang-orang itu tidak masuk
kemari?"
Ia segera mempercepat langkahnya menghampiri
tempat kejadian, Ternyata di tengah jalan telah
menghadang sebuah jaring laba-laba berwarna biru yang
tipis sekali, jaring laba-laba itu tingginya hanya satu kaki
dua depa, tanpa dasar ilmu meringankan tubuh yang
hebat memang sulit untuk melewatinya.
Lim Han kim semakin keheranan, kembali pikirnya: "
Kalau dibilang hanya sarang laba-laba itu yang
menghalangi perjalanan mereka, waaah... ini berarti
orang-orang tersebut cuma gentong nasi belaka,
manusia tak berguna...."
sementara dia berpikir, Pek si hiang yang menyusul
tiba telah berbisik pelan: "jangan sentuh jaring laba-laba
berwarna biru itu, di atas jaring ada racun jahat-nya."
Mendengar peringatan itu, sekali lagi Lim Han kim
berpikir "Meskipun jaring laba-laba ini beracun,
semestinya tak sampai menghalangi perjalanan
mereka...." sementara itu kumpulan lelaki kekar yang
sedang berunding itu telah menghentikan pembicaraan-
Berpuluh pasang mata bersama-sama dialihkan ke
tubuh mereka bertiga.

1420
Tiba-tiba tampak seorang lelaki mencabut keluar
goloknya sambil berteriak keras: "Pemilik bunga bwee
telah menyebar undangan mengundang kami menghadiri
pertemuan ini, kenapa sekarang perjalanan kami
dihadang dengan jaring laba-laba beracun?"
Pek si hiang kuatir Lim Han kim dan Han Si-Kong
melayani tanya jawab itu, buru-buru serunya: "jangan
perdulikan mereka"
Ketika pertanyaannya tidak dijawab tampaknya lelaki
itu semakin mendongkol bercampur marah. sambil
membacok jaring laba-laba itu dengan goloknya, kembali
dia mengumpat: "Aku tidak percaya jaring laba-laba
beracun ini betul-betul bisa menghalangi perjalanan
kami"
"Semestinya sejak tadi jaring laba-laba itu dijebol,
buat apa menunggu sampai se-karang.,.?" pikir Lim Han
kim.
Belum selesai ingatan itu melintas, tiba-tiba terdengar
jeritan ngeri yang menyayat hati berkumandang
memecahkan keheningan Tiba-tiba lelaki kekar yang
membacok jaring laba-laba dengan goloknya itu
membuang senjatanya ke atas tanah lalu tubuhnya
mundur sempoyongan sejauh beberapa depa sebelum
akhirnya roboh terjengkang.

1421
Lim Han kim yang menyaksikan kejadian tersebut jadi
tertegun, pikirnya cepat: "Aneh, sungguh aneh, sekalipun
jaring laba-laba itu beracun, semestinya tak mungkin
racun itu bisa menyusup naik lewat senjata golok
tersebut Tapi kalau tidak. kenapa orang itu bisa roboh
terjengkang padahal tubuhnya tidak menempel jaring
tersebut?"
Baru saja dia hendak maju mendekat untuk melihat
lebih jelas, mendadak terdengar Pek si hiang berbisik,
"Mari kita kembali"
Ia putar badan melangkah dulu meninggalkan tempat
itu. Lim Han kim maupun Han Si-Kong sudah benarbenar
takluk atas kecerdasan gadis ini. Mereka menaruh
kepercayaan penuh pada semua langkah dan tindakan
yang dilakukan gadis itu, karena itu tanpa banyak bicara
lagi mereka mengintil di belakang Pek si hiang.
setelah berjalan sejauh tiga kaki dan yakin di sekitar
situ tak ada orang lain, baru Han Si-Kong berbisik, "Nona
Pek, aku lihat jaring laba-laba be^arna biru itu agak
sedikit aneh...."
"sebetulnya tak ada yang aneh, tapi sayang aku tak
punya waktu sekarang untuk menerangkan kepada
kalian."
Mendadak terdengar suara ringkikan kuda
berkumandang datang.... Tak tahan Lim Han kim segera

1422
berpaling, tampak seekor kuda berlari cepat menuju ke
arah mereka dan berhenti di depan jaring laba-laba
beracun yang menghadang di tengah jalan itu Dengan
ketajaman matanya ia segera dapat mengenali orang itu
sebagai Hongpo Lan.
Terdengar Hongpo Lan berteriak dengan suara keras:
"Ketua muda dari perkampungan enam kolam bintang
Hongpo Lan mewakili ayahku datang menghantar surat,
petugas mana ya bisa menolong untuk singkirkan jaring
beracun ini?"
Lim Han kim segera berkata: "Nona Pek. pemuda yang
barusan datang itu adalah seorang sahabatku.... Hongpo
Lan-..."
"sayang aku tak bisa melihat sejauh itu..." sela Pek si
hiang.
"Maksudku lebih baik kita carikan sebuah akal agar dia
bisa masuk kemari dengan menghindari jaring laba-laba
beracun itu...."
"Sebetulnya pemilik bunga bwee bermaksud
menggunakan jaring beracun itu untuk mencegah
mereka yang tak punya ilmu untuk ikut menghadiri
pertemuan besar ini. Apabila temanmu itu tak mampu
melewati jaring beracun, aku rasa tidak perlu menghadiri
pertemuan besar para jago lagi...."

1423
"Dugaan nona tepat sekali," sambung Han Si-Kong
cepat. "Hongpo Lan telah melewati jaring beracun dan
sekarang sedang bergerak mendekati tempat kita
berada. Jangan perdulikan dia"
Terdengar ujung baju berhembus angin, tahu-tahu
Hongpo Lan sudah berhenti di hadapan mereka bertiga,
setelah mengawasi sekejap ketiga orang itu katanya
seraya memberi hormat: "Aku Hongpo Lan mendapat
perintah dari ayahku untuk menyampaikan sepucuk surat
kepada pemilik bunga bwee, harap saudara sekalian sudi
memberi petunjuk"
Lim Han kim berusaha keras menahan gejolak
perasaan dalam hatinya, ia tetap membungkam diri,
sebaliknya dengan menyerakkan suaranya Pek si biang
berkata:
"Surat penting apa, coba perlihatkan dulu kepadaku"
"Ayahku berpesan surat ini penting sekali artinya,
sekalipun tak bisa diserahkan langsung kepada pemilik
bunga bwee, paling tidak harus diserahkan kepada orang
kepercayaannya "
"Kalau begitu serahkan dulu surat itu kepadaku"
Dari sakunya Hongpo Lan mengeluarkan surat itu,
kemudian tanyanya: "Boleh aku tahu siapa namamu?"
"Utusan bunga bwee"

1424
Lim Han kim adalah seorang yang jujur dan polos, dia
tak tega melihat Hongpo Lan ditipu habis-habisan, maka
dengan ilmu menyampaikan suara katanya: "Saudara
Hongpo, aku adalah Lim Han kim. Yang ada di sebelah
kiri saudara Han, sedang orang yang berbicara
denganmu adalah nona Pek, Kami bertiga sedang
menyamar menjadi anak buah pemilik bunga bwee
sehingga tak mungkin bertegur sapa denganmu.
Kepintaran nona Pek tiada taranya, bisa selamat atau
tidak para jago yang hadir dalam pertemuan tengah hari
nanti sebagian besar tergantung pada dirinya, jadi turuti
saja perintahnya. Serahkan surat tersebut kepadanya."
Sementara itu Pek Si hiang telah menegur lagi setelah
menerima surat tersebut:
"Biji matamu berputar tak beraturan, ini membuktikan
kau sedang memikirkan sesuatu. Kunasehati dirimu lebih
baik jangan berpikir yang bukan-bukan"
Meskipun nada suaranya agak kasar dan parau namun
bila diperhatikan dengan seksama masih kedengaran
narta lembutnya sebagai seorang gadis remaja.
Hongpo Lan mencoba mengerahkan kemampuan
melihatnya untuk mengawasi gadis itu, seakan-akan dia
hendak menembusi kain kerudung muka yang mereka
kenakan.

1425
Dalam kesempatan itu Pek si hiang telah memeriksa
sekejap sampul surat itu, terbaca olehnya beberapa
tulisan yang berbunyi "surat ini ditujukan untuk saudara
Seebun Yu kong"
sedangkan di bawahnya tercantum tulisan-
"Dipersembahkan oleh sobat karibmu dari Lam ciang,
Hongpo Tiang hong."
setelah memandang sekejap surat tersebut Pek si
hiang pun berpikir: "sudah jelas pemilik bunga bwee
adalah seorang nona, kenapa orang ini memanggilnya
sebagai saudara seebun? isi surat ini pasti mengandung
suatu rahasia yang maha besar, Bila kubaca isinya meski
belum tentu bisa mengetahui asal usul pemilik bunga
bwee secara jelas, paling tidak aku bisa memahami
sedikit latar belakangnya...."
Tapi ia berusaha keras untuk mengendalikan gejolak
emosinya untuk membuka dan membaca isi surat itu,
sebab dia tahu, kemungkinan besar di sekeliling tempat
itu telah dipersiapkan para jago dari pemilik bunga bwee
untuk melakukan pengawasan-
Dari kejauhan sana kembali berkumandang suara
ringkikan kuda yang sangat ramai disusul beterbangan
debu yang membumbung ke udara. Diam-diam Pek si
hiang berpikir: "Kali ini pasti banyak sekali yang datang.
Kalau didengar dari ringkikan kudanya jelas melebihi
belasan ekor...."

1426
Belum habis dia berpikir, terdengar Han Si-Kong telah
berbisik, "Nona Pek, ada yang datang"
Ketika Pek si hiang berpaling, tampak belasan orang
lelaki bersenjata diiringi dua orang gadis berbaju merah
sedang berjalan mendekati kuburan Liat hu bong itu
dengan langkah cepat.
Tak seorangpun dari rombongan manusia itu yang
mengenakan kain kerudung tapi wajah mereka pun
bukan wajah asli sebab masing-masing mengenakan
topeng kulit manusia. Malah kedua orang nona berbaju
merah pun melakukan hal yang sama, dengan demikian
wajah mereka jadi kelihatan kaku tanpa ekspresi apa
pun.
Cepat benar gerakan tubuh dua orang gadis berbaju
merah itu, dalam waktu singkat mereka telah sampai di
hadapan pek si hiang sekalian.
Han Si-Kong dan Lim Han kim saling bertukar
pandangan sekejap. diam-diam mereka menghimpun
tenaga siap menghadapi segala sesuatu, saat itu pula
Lim Han kim dengan ilmu menyampaikan suaranya
berbisik: "saudara Hongpo, berhati-hatilah, Bila jejak
kami ketahuan, mungkin suatu pertempuran sengit tak
terelakkan lagi"
Dua orang gadis berbaju merah itu menghentikan
langkahnya kurang lebih empat lima depa di hadapan

1427
mereka, Begitu berhenti nona yang ada di sebelah kiri
segera menegur: "Apakah kalian bertiga diutus oleh nona
Cui?"
"Benar, dan kalian berdua anak buah utusan yang
mana?" Pek si hiang balas bertanya.
"Kami berasal dari ruang pelindung hukum, mendapat
tugas khusus untuk menyambut kedatangan para tamu"
"sudah cukup banyak yang hadir di sini, kalian cepat
ke sana memberi penyambutan"
Dua orang gadis berbaju merah itu mengiakan, tapi
baru berjalan tiga langkah tiba-tiba mereka berpaling lagi
sambil bertanya: "Boleh kami tahu tugas apa yang
diberikan nona Cui kepada kalian bertiga?"
Diam-diam Lim Han kim gelisah, pikir-nya: " Celaka,
kali ini rahasia penyamaran kami pasti akan
terbongkar.,." ia berusaha mencari berpuluh alasan,
namun semua alasan itu terasa kurang tepat untuk
diutarakan.
Di saat yang kritis inilah terdengar Pek si hiang
menyahut ketus: "ini menyangkut urusan rumah tangga,
buat apa kalian banyak bertanya?"
"Jawaban yang amat tepat" puji Han Si-Kong dalam
hati, "Dengan jawaban ini mereka semakin tak bisa
meraba tujuan kami."

1428
sedangkan Lim Han kim diam-diam merasa kuatir, dia
takut dua orang itu naik darah lantaran malu, Bila
sempat terjadi bentrokan kekerasan, maka semua jerih
payahnya selama ini bakal berantakan siapa tahu apa
yang kemudian terjadi sama sekali di luar dugaan,
dengan sikap amat hormat dua orang gadis berbaju
merah itu buru-buru membungkukkan badannya sambil
berseru:
"Maafkan kelancangan kami mengajukan pertanyaan
tersebut, kami berharap urusan ini jangan disinggung
bila bertemu nona Cui nanti" selesar berkata mereka
berdiri dengan sikap amat menghormat sekali.
Pek Si hiang segera mengulapkan tangannya sambil
berseru: "Sekarang kalian boleh pergi, saat ini kami
merasa kurang leluasa untuk bertemu dengan orang."
"Terima kasih banyak atas pengampunan ini" seru dua
orang gadis berbaju merah itu. Dengan membawa
belasan lelaki kekar itu buru-buru mereka tinggalkan
tempat tersebut.
"Mari kita pergi," kata Pek Si hiang kemudian sambil
berjalan menuju ke arah kuburan Liat Hu Bong.
"Bagaimana dengan surat rahasiaku itu.,.?" seru
Hongpo Lan dengan kening berkerut,
"ikutilah kami"

1429
Hongpo Lanjadi serba salah, terpaksa dia mengikuti
dari belakang, ia merasa kurang baik untuk merampas
kembali surat itu dengan kekerasan, maka untuk
beberapa saat ia jadi bimbang dan tak tahu apa yang
mesti dilakukan.
Dengan ilmu menyampaikan suaranya Lim IHan kim
segera berseru: "Saudara Hongpo, ikuti saja diri kami"
Waktu itu di balik kuburan Liat Hu Bong, di bawah
pepohonan yang rindang telah disiapkan puluhan buah
meja beralas kain putih, Pek Si hiang berhenti sejenak
sambil mengawasi meja-meja yang teratur rapi itu
dengan wajah termangu.
Karena gadis itu berhenti, otomatis Lim Han kim dan
IHan Si-Kong ikut berhenti pula, sebaliknya Hongpo Lan
jadi serba salah, akhirnya tak tahan ia bertanya pelan:
"Saudara Lim, apa yang harus kulakukan?"
Meskipun suara itu sangat lirih, tapi berhubung
mereka berempat berdiri sangat dekat satu sama lainnya
maka Lim Han kim bisa mendengar, Pek si hiang serta
Han si kong pun dapat mendengar dengan jelas sekali.
Belum sempat Lim Han kim menjawab, Pek si hiang
sudah berkata lebih dulu: "Kau ke sana dan duduklah di
situ"

1430
Rupanya Hongpo Lan memang sengaja bertanya
begitu agar Pek si hiang ikut mendengar pula
perkataannya sambil menunggu reaksinya kini ia benarbenar
mengikuti perintahnya dan segera dilakukan.
"Bagaimana dengan suratku? Apakah bisa kau
kembalikan kepadaku?"
"selesai membaca surat itu, kau boleh serahkan
kepada pemilik bunga bwee..." jawab Pek si hiang cepat,
Hongpo Lan jadi sangat gelisah, tapi di luar ia tetap
menjaga ketenangannya, ujarnya: "surat itu dibuat
ayahku dan ditujukan kepada pemilik bunga bwee. Bila
nona tidak mengembalikan kepadaku, bagaimana caraku
mempertanggungjawabkan diri di hadapan ayahku
nanti?"
"Aku toh cuma melihat sebentar, kenapa sih kau mesti
gelisah?"
"Berulang kali ayahku berpesan kepadaku bahwa surat
ini mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa kali
ini. ia minta kepadaku agar menjaga surat ini baik-baik
serta jangan sembarangan diserahkan kepada orang
lain...."
Pada saat itulah dari arah Timur, dari belakang
kuburan yang tinggi besar itu muncul sebaris gadis
berbaju hijau. Dengan langkah pelan mereka berjalan
menuju ke arah meja peramuan itu.

1431
Dengan nada gelisah Pek si hiang segera berseru:
"Cepat masuk ke dalam dan mencari tempat duduk. kami
harus segera pergi dari sini"
Hongpo Lan ragu-ragu sejenak, tapi akhirnya ia
berjalan mendekati sebuah meja yang beralas kain putih
dan duduk di situ, Ketika ia berpaling kembali, tampak
Pek si hiang bertiga telah berjalan menuju ke belakang
kuburan melaluijalan sebelah utara.
Tiba-tiba terdengar suara yang merdu berkumandang
dari sisinya: "Boleh aku tahu siapa namamu?"
Dengan cepat Hongpo Lan berpaling, tampak seorang
gadis berbaju hijau yang berwajah cantik dan berambut
panjang telah berdiri di hadapannya dengan senyuman
dikulum.
Hongpo Lan mengalihkan kembali pandangan matanya
ke arah depan, Waktu itu rombongan gadis berbaju hijau
itu telah memisahkan diri, masing-masing berjalan
mendekati sebuah meja.
Melihat perbuatan mereka itu, Hongpo Lan segera
menyadari apa yang terjadi, rupanya nona-nona itu
adalah para dayang yang bertugas melayani kebutuhan
para tamu.
Kuburan yang sepi menyeramkan dihiasi dengan nonanona
penyambut tamu yang rata-rata berwajah cantik,

1432
pemandangan semacam ini benar-benar amat
bertentangan dan menyolok mata.
Waktu itu rumput kering yang ditumpuk Pek si hiang
di seputar barisan bambu telah habis terbakar, asap yang
mengepul pun kian lama kian bertambah tipis sebelum
akhirnya memudar setelah memperhatikan pemandangan
di sekelilingnya dengan seksama, Hongpo Lan baru
menjawab: "Aku adalah Hongpo Lan"
"Pagi amat kedatanganmu Hongpo taihiap. sampai air
teh pun belum sempat kami persiapkan" seru gadis
berbaju hijau itu sambil tertawa.
"Tak berani merepotkan nona."
"Hongpo taihiap tak perlu sungkan-sungkan terhadap
budak. bila ada sesuatu kebutuhan atau permintaan,
silahkan saja disampaikan"
sementara itu terdengar suara roda kereta yang
menggelinding tiba, tak lama kemudian terlihat dua buah
kereta hitam meluncur datang dengan kecepatan tinggi,
Ke-mudian tirai di pintu kereta itu terbuka, muncullah
tiga empat orang lelaki kekar berpakaian ringkas, Dari
dalam kereta mereka turunkan kain terpal berwarna
hitam dan dengan cepatnya mendirikan sebuah tenda di
situ.

1433
Gerak gerik beberapa orang itu cepat dan sangat
terlatih, tak sampai sepenanakan nasi mereka telah
mendirikan empat lima buah tenda.
selama ini Hongpo Lan hanya menguatirkan terus
surat rahasia milik ayahnya, dia pun menguatirkan
keselamatan Lim Han Kim. sekarang ia mulai menyesal
kenapa ia tidak membuka kain kerudung muka Lim Han
kim tadi serta membuktikan benarkah orang itu adalah
Lim Han kim.
Tapi pikiran tersebut kembali terputus dengan
munculnya belasan buah kereta kuda. Kereta-kereta itu
muncul dari empat arah delapan penjuru. Tak selang
berapa saat kemudian di sekeliling tempat itu sudah
didirikan puluhan buah tenda, antara tenda yang satu
dengan tenda yang lain dihubungkan dengan seutas tali,
sementara puluhan buah meja perjamuan yang sudah
tersedia kini terkurung di tengah tenda-tenda itu, yang
tersisa
hanya bagian depan dan belakang sebagai pintu
lewat,
Tanpa terasa Hongpo Lan berseru me-muji, pikirnya:
"Anak buah pemilik bunga bwee benar-benar terdiri dari
manusia pi-lihan, tapi apa maksudnya mendirikan berpuluh-
puluh tenda di sekeliling tempat ini? Apa mungkin
dia akan menggunakan puluhan buah tendanya itu untuk
menghalangi kepergian para jago?"

1434
Mendadak terdengar nona berbaju hijau yang berada
di sisinya berseru sambil tertawa merdu: "Air teh telah
dihidangkan, Hongpo taihiap. silahkan mencicipi secawan
air teh dulu"
setelah ditanah pekuburan yang sepi itu dibangun
puluhan buah tenda, suasana di tempat itu berubah jadi
amat ramai, mengusir jauh-jauh suasana seram dan
mengerikan yang semula mencekam tempat tersebut.
Gadis berbaju hijau yang berdiri di sisinya tadi kini sudah
muncul dari balik tenda sambil membawa nampan berisi
teko air teh, selain itu juga terlihat sebuah cawan yang
telah dipenuhi air teh.
Mula-mula nona berbaju hijau itu meletakkan dulu
poci air teh itu ke meja, kemudian sambil menyodorkan
cawan yang sudah berisi penuh air teh itu katanya:
"Hongpo taihiap. silahkan minum"
"Boleh aku tahu siapa nama nona?" tanya Hongpo Lan
sambil menerima cawan itu
"Aaah, budak hanya seorang pelayan rendahan, apa
gunanya membicarakan soal nama?"
"Entah dia pelayan rendahan atau orang kenamaan,
setiap manusia pasti punya nama atau panggilan, mana
mungkin gadis secantik nona tidak mempunyai nama?"

1435
"Bila Hongpo taihiap bersikeras ingin tahu, baiklah,
Budak bernama Giok yan"
"oooh... rupanya nona Giok yan, sudah berapa lama
nona mengikuti pemilik bunga bwee?"
Paras muka Giok yan agak berubah, tapi segera
jawabnya: "Budak tak lebih hanya seorang dayang yang
menurut perintah orang, budak belum pernah bertemu
dengan pemilik bunga bwee"
pelan-pelan Hongpo Lan meletakkan kembali
cawannya ke meja, kemudian tanyanya lagi sambil
tertawan "Tahukah nona siapa yang menyelenggarakan
perjamuan pada hari ini?"
"Budak hanya bertugas melayani kebutuhan tamu. Bila
Hongpo taihiap membutuhkan sesuatu katakan saja
langsung, Me-ngenai masalah yang lain, budak benarbenar
tidak tahu, jadi Hongpo taihiap pun tak perlu
membuang banyak waktu dan pikiran untuk bertanya
kepada budak."
Hongpo Lan menyapu sekejap seputar arena, diamdiam
ia mencoba menghitung jumlah nona berbaju hijau
itu, ternyata semuanya berjumlah tiga puluh enam
orang, Maka kembali ia berkata sambil tertawa: "Kalau
dilihat dari sinar mata nona yang tajam bersinar, jelas
kau adalah seorang pendekar wanita berilmu tinggi, jika

1436
dugaanku tak salah, kalian tiga puluh enam orang
bersaudara hampir rata-rata merupakan jago pilihan."
Gadis berbaju hijau itu mengerutkan dahinya, rasa
tegang mulai menyelimuti wajahnya tapi hanya sebentar
saja telah pulih kembali menjadi amat tenang, ia tertawa
cekikikan lalu serunya: "Hongpo taihiap. kau memang
pandai bergurau, jangan menilai terlalu tinggi
kemampuan budak."
Kembali terdengar suara langkah manusia berjalan
mendekat, belasan orang lelaki bersenjata lengkap
dengan mengiringi seorang kakek berjalan mendekat,
Kakek itu memakai mantel berwarna putih dengan jubah
berwarna biru langit, wajahnya gagah dan kelihatan
penuh wibawa,
Hongpo Lan segera merasa seperti pernah kenal
dengan orang ini, tapi untuk sesaat dia pun tak bisa
mengingat kembali siapa gerangan kakek tersebut....
Tanpa terasa tengah hari sudah hampir menjelang
tiba, para jago yang diundang untuk menghadiri
pertemuan puncak pun beruntun telah berdatangan
memenuhi seluruh tempat.
Dengan tingkah laku yang halus dan luwes kawanan
nona berbaju hijau itu menyambut kedatangan para
tamunya, setiap meja diisi delapan orang dan semuanya
berjalan sangat beraturan, Tak lama kemudian puluhan

1437
meja telah dipenuhi manusia, suasana pun mulai ramai,
gelak tertawa suara pembicaraan bergema di sana sini,
kompleks tanah pekuburan yang semula sepi pun kini
berubah jadi ramai sekali.
seperti kupu-kupu yang terbang di antara bebungaan,
kawanan gadis berbaju hijau itu tiada hentinya keluar
masuk dari tenda yang tersedia, mengambil poci
menghidangkan air teh, suasana amat sibuk.
secara diam-diam Hongpo Lan mencoba
memperhatikan gerak gerik para jago itu.
Ia saksikan rata-rata para jago yang hadir segera
meletakkan kembali cawan teh yang diterimanya itu ke
meja begitu menerima dari nona-nona cantik itu,
ternyata tak seorang pun mencoba untuk minum. jelas
para jago itu sudah membuat persiapan yang matang
sebelum hadir di sana.
Belum lagi pertemuan puncak dibuka, adu siasat
sudah dimulai. Hal ini menambah hawa pembunuhan
yang menyelimuti tempat itu bertambah tebal.
"Hongpo taihiap." terdengar Giok yan berkata manja.
"Masa kau hanya duduk sendirian? Bagaimana kalau
budak carikan beberapa teman untuk duduk semeja
denganmu?" Hongpo Lan tersenyum,

1438
"soal ini nona tak perlu repot-repot, kalau hanya
seorang diri mana aku berani menghadiri perjamuan
besar ini"
sengaja dia mengucapkan kata-kata itu dengan suara
keras, dengan cepat ulahnya ini memancing perhatian
para jago yang duduk di sekelilingnya, berpuluh-puluh
pasang mata serentak dialihkan ke tubuhnya.
sambil tertawa dingin Giok yan berseru: "Hongpo
taihiap, bencana selalu datangnya dari mulut, Daripada
banyak bicara, lebih baik kurangi bicaramu sehingga tak
usah mendatangkan bencana besar bagimu"
"Dari dulu orang sering bilang, perjamuan yang
diadakan secara paksa tak mungkin suatu perjamuan
yang menyenangkan coba kau lihat, siapa yang bukan
jago kenamaan dan berpengalaman banyak di antara
para hadirin yang ada di sini sekarang, Tapi coba nona
lihat cawan teh yang ada di meja, adakah di antaranya
yang telah diminum?"
Paras muka Giok yan berubah jadi hijau membesi
karena mendongkolnya, tapi ia berusaha keras
mengendalikan kobaran hawa amarah di dalam dadanya,
kembali ujarnya: "Hongpo taihiap. kalau kau begitu
menaruh curiga kepada kami, boleh aku tahu karena
urusan apa pula kau bisa hadir di sini?"

1439
"Tahukan nona akan arti perkataan yang berbunyi:
"siapa yang datang pasti membawa maksud tertentu?"
Agaknya dia memang berniat memancing hawa
amarah Giok yan sehingga setiap patah kata yang
diucapkan selalu memancing kobaran emosinya.
Meskipun usia Giok yan masih muda, ternyata ia
memiliki daya tahan yang luar biasa, pancingan emosi itu
sama sekali tidak dilayaninya, malah sambil tertawa
hambar nona itu berseru: "Jadi Hongpo taihiap
menganggap air teh ini mengandung racun? Baiklah,
budak akan membuktikan dengan meneguk habis isi
cawan ini."
Tampaknya beberapa patah kata ini memang sengaja
diperdengarkan untuk semua yang hadir, karena itu
suaranya amat keras.
Betul juga. perhatian para jago yang hadir di tempat
itu serentak dialihkan pada-nya. Melihat itu, Giok yan
pelan-pelan mengambil cawan teh itu dari meja dan
meneguk habis isinya.
"Nona, sikapmu menganggap kematian sebagai pulang
ke rumah betul-betul mengagumkan hatiku"
setelah meletakkan kembali cawan kosong itu ke atas
meja Giok yan berseru: "Hongpo taihiap. budak hanya
seorang budak rendahan. Bila kau berniat

1440
mempermainkanku, apakah tidak takut bakal
ditertawakan para jago dari seluruh kolong langit?"
"Betul- betul seorang budak berlidah tajam" pikir
Hongpo-Lan dalam hati kecilnya, "Tampaknya anak buah
pemilik bunga bwee rata-rata adalah manusia luar
biasa...."
"Braaaak.,."
Mendadak terdengar suara gempuran keras bergema
memecahkan keheningan, lalu disusul terlihat cawancawan
teh beterbangan ke angkasa dan menumpahkan
air teh ke mana-mana.
Dengan kening berkerut Hongpo Lan ber-paling, ia
saksikan seorang lelaki berewok telah melompat bangun
dan berteriak dengan keras: "Huuuh, seorang lelaki
berani mempermainkan kaum wanita, terhitung jagoan
macam apa itu.,.?"
Melihat seruannya ada tanggapan, dengan alis mata
berkenyit Giok yan segera berbisik: "Nah, Hongpo
taihiap. kau telah mengundang bencana gara-gara
banyak bicara, sekarang kau pasti sudah mengerti
bukan.,.?"
Hongpo Lan tidak menanggapi ucapan gadis itu lagi,
pikirnya dalam hati: "Manusia dari mana itu, berangasan
amat?"

1441
suara bentakan lelaki kekar itu amat keras dan
nyaring, membuat perhatian para jago bersama-sama
dialihkan ke arahnya,
Agaknya lelaki berewok itu merasa amat bangga
setelah menyaksikan perhatian para jago dialihkan
kepadanya, sambil tertawa terbahak-bahak dia tuding
Hongpo Lan seraya umpatnya: "Hei bocah busuk sudah
dengar belum aku sedang memaki kau"
Hawa amarah Hongpo Lan segera me-muncak. ia
melompat bangun siap mengumbar emosinya tapi segera
duduk kembali, berpaling ke arah lain dan berlagak tidak
mendengar.
Ternyata di saat Hongpo Lan melompat bangun itulah
satu ingatan tiba-tiba melintas dalam benaknya, Dia
curiga pemilik bunga bwee sengaja mengundang para
jago dari seluruh kolong langit untuk berkumpul di
tempat terpencil ini, kemudian mengutus gadis-gadis
cantik yang berilmu untuk melayani para tamunya tak
lain bertujuan untuk mengadu domba para jago agar
mereka saling membunuh sendiri, seandainya sampai
terjadi peristiwa begini, yang untung sudah pasti pemilik
bunga bwee, sebab tanpa turun mangan dia akan meraih
kemenangan yang besar.
Untuk meyakinkan bahwa dugaan tersebut benar
Hongpo Lan mencoba memperhatikan reaksi para gadis
penyambut tamu itu. Benar juga, rata-rata mereka

1442
hanya berpeluk tangan sambil menonton keramaian.
Kenyataan ini semakin menguatkan dugaannya bahwa
pikirannya itu memang betul. ia tahu jika dirinya emosi
dan melayani lelaki berangasan itu hingga saling
bertarung sendiri, hal ini sama artinya dia masuk
perangkap pemilik bunga bwee
Berpikir demikian ia segera menekan gejolak emosinya
dan tidak melayani tantangan orang itu lagi.
Melihat Hongpo Lan yang sudah berdiri duduk
kembali, lelaki berewok itu tertawa tergelak. ejeknya:
"Ha ha ha... kenapa duduk lagi? Kau tak berani melayani
tantanganku bukan? Ha ha ha... kalau beraninya hanya
mempermainkan kaum gadis, terhitung jagoan macam
apa kamu ini?"
Hongpo Lan mengalihkan pandangannya ke tempat
kejauhan sana sambil menghembuskan napas panjang,
Dengan meminjam hembusan napas itu, ia membuang
keluar semua rasa mendongkol dan gusar yang membara
di dalam dadanya.
Tak disangka lelaki berewok itu ternyata tak tahu diri
ketika melihat Hongpo Lan membiarkan dirinya dimaki
tanpa membalas, dikiranya pemuda itu memang benarbenar
takut kepadanya Dengan cepat ia sambar secawan
air teh lalu dilemparkan ke tubuh anak muda tersebut.

1443
Hongpo Lan segera menghimpun tenaga dalamnya,
tanpa mengubah posisi duduknya bersama bangku yang
diduduki ia melejit ke udara dan bergeser sejauh tiga
depa dari posisi semula, percikan air ten yang tertumpas
itu kontan saja meluncur ke tubuh Giok yan.
Terdengar Giok yan menjerit kaget, tubuhnya miring
ke samping dan mundur dengan sempoyongan untuk
menghindari percikan air teh itu, sedang di luar dia
berlagak seperti orang yang tak bisa berdiri tegak hingga
nyaris jatuh terjerembab
Melihat gadis itu berhasil menghindari percikan air
tersebut, diam-diam Hongpo Lan tertawa dingin,
pikirnya: "Pandai benar perempuan ini berpura-pura,
ternyata apa yang kuduga memang benar...."
Meskipun lelaki berewok itu agak bodoh namun ia
cukup mengerti tingkatan lawannya.
Dari kemampuan Hongpo Lan yang bisa menghindar
berikut bangkunya ia tahu bahwa musuhnya benar-benar
memiliki ilmu silat amat hebat, Baru saja dia hendak
menggunakan kesempatan itu untuk mengundurkan diri,
mendadak terdengar seseorang memaki dengan suara
keras:
"Huuuh, kau si tua bangka manusia macam apa?
sudah tahu orang lain tidak melayani masih berlagak

1444
terus macam cucu kura-kura, aku si tua sungguh sebal
melihat manusia macam begini.,."
orang itu berlogat szuchuan yang sangat kentara
sehingga ungkapan makian-nya kedengaran lucu sekali,
kontan para jago lainnya tertawa terpingkal karena
kegelian.
Dengan sifat yang berangasan mana mungkin lelaki
berewok itu bisa menahan diri? sambil menggebrak meja
segera bentaknya: "siapa kau? Berani amat mencampuri
urusanku Kalau punya nyali, ayo tampil ke depan"
"Kalau aku, mau apa kau?" seorang lelaki gemuk
berusia setengah umur yang menyandang ruyung lemas
pada pinggangnya muncul dengan langkah lebar.
Lelaki berewok itu memandang lelaki, gendut itu
sekejap. kemudian jengeknya dingin: "Hmmm... kukira
siapa, rupanya empat ruyung dari pak juan"
"Betul Aku memang Tio su ya" tukas lelaki gendut itu
cepat.
Berubah paras muka lelaki berewok itu, tegurnya: "Tio
losu, berulang kali kau nyinggung perasaanku
Tampaknya kau sudah bosan hidup?"
Tio su ya tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha... aku
Tio su ya tidak biasa melihat kejumawaanmu itu, kalau
memang bernyali ayoh tampil ke depan"

1445
sebetulnya lelaki berewok itu sudah berniat mundur
teratur setelah mengetahui musuhnya cukup tangguh,
tapi setelah di-ejek berulang kali oleh Tio su ya, meledak
juga hawa amarahnya, sambil membentak keras dia
menubruk ke muka sambil melayangkan tinjunya.
Dengan cekatan Tio su ya berkelit ke samping
menghindari serangan tersebut, tangan kanannya
denganjurus "mengebut debu bicara santai" balas
menghantam dada lawan.
Lelaki berewok itu bukan cuma sifatnya yang keras
dan berangasan, ternyata ilmu silat yang dipelajari pun
merupakan aliran keras, Ketika dilihatnya serangan Tio
su ya meluncur tiba, dengan pertarungan keras melawan
keras dia sambut datangnya serangan itu "Blaaammm., .
"
Ketika dua gulung pukulan itu saling beradu, terjadilah
suara ledakan yang amat keras, Lelaki berewok itu
berkaok-kaok gusar, sepasang kepalannya secara
beruntun melepaskan tujuh delapan buah pukulan kilat.
Begitu hebatnya serangan berantai ini membuat Tio su
ya terdesak hebat dan mundur sejauh empat langkah
dari posisi semula.
Diam-diam Hongpo Lan mencuri lihat mimik muka
Giok yan. Dilihatnya nona itu sedang menyaksikan
jalannya pertarungan dengan wajah menghina. Agaknya

1446
ia sama sekali tidak menghargai jalannya pertarungan
itu.
Dalam waktu yang amat singkat inilah situasi dalam
arena pertarungan telah terjadi perubahan lagi. Kini Tio
su ya telah mengembangkan serangan balasan, pukulan
dan sodokan jari digunakan bersama melepaskan
serangkaian serangan yang amat gencar.
Kendatipun angin pukulan yang dilepaskan lelaki
berewok itu menderu- deru, namun situasi telah dikuasai
Tio su ya sepenuh-nya, gejala kalah tampak sudah di
depan mata.
Dari sekian banyak jago yang hadir dalam pertemuan
puncak hari ini, status dan asal usul mereka kebanyakan
berbeda dan dari tingkatan yang berbeda pula, tapi
sebagian besar merupakan pentolan-pentolan yang
menguasai suatu daerah tertentu. Ada di antaranya yang
merupakan pentolan perampok. tapi ada juga jago-iago
dari golongan lurus, para ketua partai besar serta jagojago
kelana.
Dari sekian banyak orang, sifat mereka pun berbedabeda,
ada yang tinggi hati tapi ada pula yang rendah
hati. Dengan kondisi semacam ini, tidak heran jika terjadi
bentrokan- bentrokan kekerasan di dalam pertemuan
tersebut. "Duuuukk..."

1447
Kembali dua orang itu saling beradu pukulan dengan
keras melawan keras, tapi posisi Tio su ya kelihatan jauh
lebih menguntungkan. Ketika bentrokan berlangsung,
tubuh lelaki berewok itu segera tergetar mundur sejauh
lima enam depa dari posisi semula,
Mendadak terdengar suara dengusan dingin, enam
orang lelaki yang duduk semeja dengan lelaki berewok
itu serentak bangkit berdiri, Agaknya mereka siap turun
tangan bersama.
"Bagus Sekali" teriak nyaring kembali bergema
"Rupanya kalian cucu kura-kura ingin main keroyokan"
Tiga orang lelaki berbaju sutera serentak bangkit
berdiri pula dari tempat duduk masing-masing. Ketiga
orang itu bukan saja memakai baju yang sama, bahkan
senjata yang digunakan pun tak berbeda, pada pinggang
masing-masing tergulung sebuah ruyung lemas.
Meskipun Hongpo Lan jarang sekali berkelana dalam
dunia persilatan, namun dari ayahnya ia pernah
mendengar nama besar empat ruyung dari Juan pak ini,
sebaliknya meski dia tak tahu siapakah lelaki berewok
itu, tapi dari rombongan mereka yang terdiri dari tujuh
orang serta mampu menghadiri pertemuan puncak ini,
bisa diduga bahwa mereka pun bukan manusia
sembarangan

1448
Anak muda ini dapat membayangkan andaikata
pertarungan massal ini sampai terjadi, situasi tentu akan
bertambah kalut, Tanpa sadar dia melirik lagi wajah Giok
yan. Kali ini ia melihat sekulum senyuman telah
tersungging di bibir gadis itu, tampaknya ia mulai
gembira karena usaha mengadu dombanya
mendatangkan hasil.
Tanpa berpikir panjang lagi Hongpo Lan segera
melompat bangun dan menerjang masuk ke dalam arena
pertarungan, dengan jurus " memotong awan
memenggal bukit" dia sambut tenaga pukulan kedua
orang itu, kemudian serunya keras-keras: " Harap kalian
berdua berhenti sejenak. dengarkan dulu beberapa patah
perkataanku"
Ketika tenaga pukulan Tio su ya dan lelaki berewok itu
disambut oleh Hongpo Lan, mereka berdua segera
merasakan hatinya bergetar keras. Kedua orang itu
segera sadar bahwa mereka telah menjumpai musuh
tangguh, bila pertarungan tidak dihentikan maka mereka
tentu akan menderita kerugian besar. Karena itu tanpa
banyak bicara mereka melompat mundur ke belakang.
Bagi lelaki berewok itu, peristiwa tersebut tidak
mendatangkan kesan apa-apa, berbeda dengan Tio su
ya, dengan penuh kegusaran ia melepaskan ruyung
lemasnya lalu mengumpat dengan penuh amarah: "Anak
kura-kura yang tidak tahu diri?" senjatanya segera

1449
disentak hingga lurus bagaikan tombak, dengan jurus
"Naga hitam keluar gua" ia sodok dada pemuda itu.
Dengan cekatan Hongpo Lan memutar badannya
menghindarkan diri dari serangan itu, kembali serunya:
"saudara, jangan menyerang dulu Ada beberapa patah
kata ingin kusampaikan dulu, selesai mendengar
perkataanku nanti, belum terlambat bila ingin bertarung
lagi"
"Tadi aku bermaksud membantumu, sekarang kau
malah memusuhi aku..."
"Aku merasa berterima kasih sekali atas bantuan
saudara Tio, tapi situasi yang dihadapi kita hari ini sangat
luar biasa, saudara itu belum tahu kejadian yang
sebenarnya, meski telah memaki diriku, namun dalam hal
ini kita tak bisa salahkan dia...."
"Bagus sekali" teriak Tio su ya sambil berkaok-kaok
gusar. " Kalau ia memakimu dianggap betul, maka aku
membantumu malah kau anggap salah?"
"sebenarnya saudara Tio dan saudara yang ini telah
diadu domba orang agar saling membunuh, Perlu
diketahui apa yang kalian lakukan sekarang justru yang
paling diharapkan nona itu"
"Sebenarnya kami telah terkena perangkap apa? cepat
kaujelaskan kepada kami"

1450
"Tentunya kalian semua diundang oleh pemilik bunga
bwee untuk menghadiri pertemuan puncak ini bukan...?"
"Tentu saja Kalau pemilik bunga bwee tidak mengirim
surat undangan untuk mengundang kami hadir di
pertemuan ini, siapa sih yang kesudian datang ke tempat
yang terpencil dan sepi ini"
"Nah, itulah dia Aku percaya kalian semua adalah para
jago yang sudah lama berkelana dalam dunia persilatan,
pengetahuan serta pengalaman yang kalian miliki jauh di
atas kemampuanku Sekarang coba kalian perhatikan
nona-nona yang bertugas menerima tamu, bukankah
mereka semua rata-rata berwajah cantik dan bertubuh
menawan? Tapi coba perhatikan lebih seksama, yang
manakah di antara mereka yang tidak memiliki tenaga
dalam sempurna? Kini, nona-nona cantik itu sedang
mengawasi kita dengan penuh harapan, Mereka berharap
di antara kita bisa segera berlangsung pertarungan
sengit yang diakhiri dengan saling membunuh"
Dengan sinar matanya yang tajam Tio Su ya menyapu
sekejap sekeliling tempat itu, tiba-tiba ia memberi
hormat seraya berseru:
"Aku Tio Su ya, merasa berterima kasih sekali atas
petunjuk anda, boleh kutahu siapa namamu?"
"Aku Hongpo Lan"

1451
"Apa yang saudara Hongpo katakan memang sangat
tepat. Kalau begitu pertarungan ini tak periu
dilangsungkan lagi."
setelah menyimpan kembali ruyungnya ia kembali ke
tempat duduknya semula.
Lelaki berewok itu memandang Hongpo Lan sekejap.
kemudian sambil memberi hormat katanya: "Aku Lo Tay
piau ucapkan banyak terima kasih kepada saudara
Hongpo."
Hongpo Lan segera balas memberi hormat, "saudara
Lo terlalu serius, aku tak berani menerimanya . "
"Terima kasih benar atas keteranganmu itu, sekarang
aku sudah mengerti keadaan yang sebenarnya, Bila aku
telah bicara kasar hingga menyinggung perasaan
saudara Hongpo tadi, harap kau sudi memaafkan" selesai
berkata dengan langkah lebar dia balik pula ke tempat
duduknya semula.
Hongpo Lan tersenyum, sembari berjalan kembali ke
tempat duduknya ia melirik Giok yan sekejap sambil
jengeknya: "Tampaknya usaha nona kali ini sia-sia
belaka...." Giok yan tertawa hambar.
"sifat serakah, tamak dan sok gengsi adalah sifat
dasar tiap manusia, sifat macam ini tak nanti bisa
dihilangkan Apa yang terjadi sekarang tak lebih hanya

1452
suatu permulaan sebelum tibanya badai biasanya akan
diawali dengan angin kencang, kau jangan keburu
gembira dulu."
Dengan kening berkerut Hongpo Lan duduk kembali,
sedang dalam hati ia berpikir: "Bagaimana pun hebatnya
ilmu silat yang dimiliki pemilik bunga bwee, sulit rasanya
bagi dia untuk memusuhi seluruh jago dari kolong langit
ini berarti dia mempunyai rencana lain, Apa yang
diucapkan Giok yan barusan perlu kuterima sebagai
suatu peringatan yang berharga...."
Sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar
seseorang menegur dengan suara nyaring: "Maaf
saudara, apakah meja ini sudah diisi orang?"
Ketika Hongpo Lan mengangkat kepalanya, tampak
seorang pemuda tampan berbaju biru yang membawa
kipas telah berdiri di sampingnya sambil memandang
dirinya dengan senyuman dikulum.
orang itu mempunyai sinar mata yang tajam dan
wajah yang segar, dalam sekilas pandangan saja dapat
diketahui bahwa dia adalah seorang jagoan berilmu
tinggi, Diam-diam Hongpo Lan memuji di dalam hati:
"Entah siapa orang ini? Kegagahan dan keperkasaannya
tidak berada di bawah saudara Lim...."
Cepat-cepat ia bangkit berdiri seraya sa-hutnya: "Di
meja ini baru ada aku seorang, silahkan duduk"

1453
Pemuda itu tersenyum, setelah duduk ia baru
menyapa lagi: "Apakah saudara Hongpo datang seorang
diri?"
Hongpo Lan tertegun, kembali pikirnya: "Darimana ia
bisa mengetahui nama- ku?"
Tampaknya pemuda itu memahami kecurigaan
Hongpo Lan, sambil tersenyum kembali ujarnya: "Aku
sudah datang cukup lama sehingga sempat kudengar
nama saudara Hongpo ketika kau memperkenalkan diri
tadi, aku betul-betul kagum dengan kemampuanmu
untuk menahan terjadinya pertikaian ini."
Hongpo Lan berpaling melirik Giok yan sekejap.
kemudian katanya: "Aku tak percaya pemilik bunga bwee
benar-benar hendak mengandalkan ilmu silatnya untuk
bertarung melawan para jago dari seluruh kolong langit.
Dia pasti menggunakan siasat untuk menjebak kita,
antara lain dengan mengadu domba para jago hingga
mereka saling membunuh..."
setelah berhenti sebentar, tambahnya: "Maafkan
ketidaksopananku, boleh aku tahu nama anda?"
"Aku Li Bun yang" Pemuda itu tertawa. Hongpo Lan
segera bangkit berdiri sambil menjura, serunya: "Maaf,
maaf... rupanya ahli waris generasi ketiga dari keluarga
persilatan bukit Hong san. sudah lama kukagumi nama

1454
besarmu, sungguh beruntung kita dapat bertemu hari
ini."
Teriakannya ini segera mengejutkan para jago lain
yang ada di sekitar sana, serentak mereka bangkit berdiri
dan memberi hormat kepada Li Bun yang.
Perlu diketahui nama besar keluarga persilatan bukit
Hong san sudah termashur selama tiga generasi, bukan
saja pergaulannya amat luas, teman dan orang yang
dikenal pun amat banyak jumlahnya.
Bagi para jago persilatan kendatipun belum tentu
mereka pernah bersua dengan Li Bun yang, paling tidak
mereka pasti pernah mendengar nama besar keluarga
persilatan bukit Hong san, Karena itulah dari ratusan
orang jago silat yang hadir di tempat itu sekarang hampir
separuhnya telah berdiri untuk bertegur sapa dengan
pemuda ini.
Tampak Giok yan mengernyitkan alis matanya, sambil
membawa sebuah cawan air teh ia berjalan menghampiri
pemuda itu lalu tegurnya: "Li kongcu, rupanya nama
besarmu amat termashur?"
" Nona jangan mentertawakan-..."
"Menyimpan pusaka mendatangkan bencana,
menyandang nama besar menerbitkan kesulitan. Bila

1455
seseorang mempunyai nama terlalu terkenal, aku pikir
hal ini bukan sesuatu yang terlalu baik."
"Terima kasih banyak atas petunjuk nona," Li Bun
yang tertawa hambar.
setelah meletakkan cawan di meja, kembali Giok yan
berkata: "Bila kau tidak takut air teh ini sudah dicampuri
racun, silahkan meneguk habis isinya."
BAB 43. Empat Manusia Buas
Hongpo Lan kuatir Li Bun yang panas hatinya oleh
ejekan gadis itu sehingga meneguk teh yang tersedia,
buru-buru ia me-nyela: "Nona Giok yan, kau memang
luar biasa, Menghasut, mengadu domba, memanasi hati
orang... rupanya memang menjadi keahlianmu."
Pelan-pelan Li Bun yang mengangkat cawan air teh
itu, lalu sambil menatap wajah Giok yan lekat-lekat,
katanya: "Aku hanya ingin mengajukan satu pertanyaan
kepada nona, adakah racun dalam air teh ini?"
Giok yan merasakan sinar mata pemuda itu lebih
tajam daripada sebilah pisau belati yang secara langsung
menghunjam ke dalam ulu hatinya, ia merasa amat
terperanjat sambil berpaling ke arah lain sahutnya: "Jika
kau takut ada racunnya, lebih baik tak usah diminum"

1456
Tiba-tiba Li Bun yang mengangkat cawan itu dan
meneguk habis isinya dalam sekali tegukan-
Tindakannya itu dilakukan cepat sekali, sebenarnya
Hongpo Lan ingin mencegah namun sudah terlambat,
akhirnya sambil menghela napas ujarnya: "saudara Li,
kendatipun air teh ini tidak beracun, kau tidak perlu
menyabung nyawa...."
Sambil meletakkan kembali cawan kosong itu ke meja
Li Bun yang tertawa dan menyahut: "Bila air teh itu
beracun, kendatipun aku bakal mati keracunan tapi
setiap jago yang hadir dalam pertemuan ini pasti akan
meningkatkan kewaspadaannya...."
Tiba-tiba ia berpaling memandang Giok- yan,
kemudian tambahnya seraya tertawa: "Bagaimana
menurut pendapat nona atas ucapanku ini?"
"Mau berkorban demi orang lain, tentu saja
perbuatanmu itu terhitung perbuatan orang gagah"
jawab Giok yan sambil tertawa hambar.
"Kalau begitu nona merasa sangat setuju dengan
tindakanku barusan?"
Berubah paras muka Giok yan, ia tak berani menjawab
lagi dan segera mengundurkan diri ke sisi meja.
Dengan ilmu menyampaikan suara Li Bun yang segera
berbisik kepada Hongpo Lan: "saudara Hongpo,

1457
tampaknya nona Giok yan adalah pemimpin dari
kawanan gadis penerima tamu, Meskipun dia pintar, tapi
agaknya masih kurang berpengalaman dalam dunia
persilatan Asal kita memancingnya dengan beberapa
kata, tidak sulit untuk memancingnya untuk
membocorkan sedikit rahasia."
"Terima kasih atas petunjukmu...."
Kemudian setelah berhenti sejenak, tambahnya:
"Apakah saudara Li bisa merasakan adakah racun dalam
air teh itu?"
"sifat racunnya tidak terlalu keras," sahut Li Bun yang
sambil tertawa.
Jawaban ini sengaja diutarakan agak keras, membuat
semua jago yang berada di sekeliling tempat itu dapat
mendengarnya secara jelas.
"Apa?" teriak Lo Tay piau keras-keras.
"Li kongcu telah meneguk air teh beracun?"
"Tidak apa-apa," kata Li Bun yang sambil melirik Giok
yan sekejap. "Menurut nona ini air teh tersebut tidak
beracun"
sebenarnya Giok yan hendak membantah, tapi ketika
dilihatnya puluhan pasang mata para jago tertuju ke
arahnya, ia takut begitu salah bicara maka kegaduhan

1458
segera akan terjadi. padahal saat ini waktunya belum
sampai, para jagopun masih berduyun-duyun datang
menghadiri pertemuan ini. Andaikata kegaduhan terjadi
pada saat ini, majikannya pasti akan menegur dan
menyalahkan dia. oleh sebab itulah ia berusaha menahan
diri dan membungkam dalam seribu bahasa.
Mendadak terlihat para jago mengalihkan pandangan
matanya ke arah jalan masuk, tanpa terasa Hongpo Lan
ikut berpaling pula ke arah tersebut Tampak empat
orang pendeta berjubah abu-abu pelan-pelan berjalan
masuk ke arena perjamuan.
Usia ke empat orang pendeta itu kira-kira limapuluh
tahunan, pada kepalanya yang gundul tertera enam buah
codet pantangan. Dengan suara lirih Li Bun yang
bertanya: "saudara Hongpo, kau kenal dengan keempat
orang pendeta itu?"
"Aku amat jarang berkelana dalam dunia persilatan,
sedikit tokoh silat yang kukenal, harap saudara Lisudi
memberi petunjuk."
"Tidak berani, tidak berani. Keempat orang taysu itu
adalah para pendeta siau lim pay dari ruang Tat mo wan.
orang yang berjalan di depan adalah ketua ruang Tat mo
wan, Coat pin taysu, sedangkan tiga orang di
belakangnya adalah para pelindung hukum ruang Tat
mo. Keempat pendeta ini termasuk tokoh-tokoh kelas
satu dalam partai siau lim. Ditinjau dari kehadiran

1459
mereka dalam pertemuan ini, dapat disimpulkan bahwa
ketua siau lim memandang serius pertemuan puncak ini."
Belum lagi ke empat orang pendeta itu mengambil
tempat duduk- kembali ada tiga orang tosu muncul di
pintu masuk ruang pertemuan, Tosu yang berjalan paling
depan berusia empat puluh tahunan, jenggotnya panjang
berwarna hitam, sedang dua orang tosu di belakangnya
berusia dua puluh tiga empat tahunan, bermuka bersih
tanpa kumis dan menyoren pedang .
setengah berbisik Hongpo Lan segera tanya: "Ketiga
orang totiang ini berwajah angker dan sinar matanya
tajam, mereka tentu berasal dari perguruan kaum lurus
bukan?"
"Dugaan saudara Hongpo tepat sekali Totiang
berjenggot panjang itu adalah salah satu dari tiga
bangau partai Butong yang dinamakan si bangau hijau Ui
Yap cu, sedang dua orang tosu muda yang mengiringinya
dari belakang adalah dua orang murid kesayangan dari
ketua Bu tong pay saat ini, si Bangau hitam Thian ceng
cu yang bernama Hu im dan Beng gwee."
"saudara Li, pengetahuanmu betul-betul amat luas,
aku merasa sangat kagum," puji Hongpo Lan sambil
menghela napas.
Mendadak terdengar suara pekikan keledai bergema di
luar arena, kemudian tampaklah seekor keledai kecil

1460
berbulu putih berlari masuk ke dalam arena perjamuan,
di punggung keledai itu berbaring tubuh seseorang.
Kalau keledai itu sudah terlihat amat kecil, maka orang
yang berbaring di punggung keledainya itu lebih kecil
dari bentuknya. walaupun kakinya diluruskan ternyata
panjangnya tak lebih dari tubuh keledai itu. sebuah topi
lebar menutupi hampir seluruh wajahnya, sepasang
tangannya bersilang di depan dada dan waktu itu ia
sedang mendengkur keras, nyenyak sekali tidurnya.
setelah termangu sejenak Li Bun yang berbisik pelan:
"saudara Hongpo, pertemuan hari ini bakal ramai sekali,
tak nyana dia orang tua pun ikut datang untuk meramaikan
pertemuan puncak ini,"
"Kau maksudkan orang yang berbaring dicunggung
keledai itu?" tanya Hongpo Lan setelah menengok
keledai itu sekeiap. Buru-buru Li Bun yang menempelkan
jari tangannya di atas bibir, bisiknya lagi: "sstt... orang
tua ini berwatak aneh sekali, Dia paling suka mengumpat
orang, jangan sekali-sekali kau usik dia, kalau bicara pun
lebih baik berbisik. Kalau sampai dibuat urusan, kita
bakal pusing tujuh keliling."
"Pengetahuanku amat cetek. ternyata aku tak bisa
mengenal tokoh besar ini, siapa sih dia?"
" Walaupun orang tua itu punya nama yang besar, tapi
jarang sekali umat persilatan dewasa ini yang kenal atau

1461
pernah berjumpa dengannya. Aku sendiri pun secara
kebetulan dapat berjumpa dengannya tujuh tahun
berselang ketika ia menghadiri pesta ulang tahun ibuku
yang kelima puluh, Ke-mampuan keledai kecilnya yang
sanggup naik turun bukit terjal amat berkesan di hatiku,
oleh sebab itulah si orang tua ini meninggalkan pula
kesan yang mendalam bagiku."
Baru selesai dia berbicara, tiba-tiba terdengar
bentakan keras yang memekikan telinga bergema di
udara: "Bocah muda, berani amat kau gabungkan nama
aku si orang tua dengan keledaiku ini?"
suara bentakan itu begitu keras dan nyaring membuat
para jago yang hadir di situ merasakan telinganya amat
sakit Tanpa terasa semua orang celingukan ke sana ke
mari berusaha mencari sumber datangnya suara
bentakan itu.
sementara itu suara dengkuran masih terdengar amat
teratur, sedang keledai putih itu berjalan mengitari meja
perjamuan yang ditempati Li Bun yang itu dengan
menerobos pula tempat duduk para jago 1ain-nya.
Hongpo Lan segera berbisik: "Tajam amat
pendengaran orang tua ini, kalau memang saudara Li
kenal, kenapa kau tidak menyapanya?"

1462
" Wataknya terlalu aneh, apalagi kalau sedang tidur,
lebih baik kita jangan mengusiknya dulu, semisalnya mau
menyapa, kita bakalan dicaci maki habis-habisan...."
Tiba-tiba terdengar seseorang mengumpat dengan
suara keras: "sialan benar binatang berbulu putih ini,
berani betul menerobos meja perjamuan... mau apa sih
berkeliaran terus di sini?"
Li Bun yang segera berseru lirih: "Celaka, entah siapa
yang berani menyatroni dia, orang itu pasti bakalan
mendapat siksaan besar...."
Baru selesai dia berkata, suara orang itu kembali
bergema: "Binatang sialan- berani menyepak orang..."
Menyusul kemudian terdengar suara benturan keras
bergema di udara diikuti suara pecahan cawan yang
sangat ramai. Dari meja perjamuan yang berada dua kaki
di depan sana terjadi kegaduhan yang luar biasa.
Hongpo Lan segera bangkit berdiri sambil melongok ke
depan, ia saksikan seorang lelaki kekar sedang
merangkak bangun dari atas tanah, sebuah meja
perjamuan telah ambruk berantakan sementara si keledai
putih itu masih juga berkeliaran menyusup di antara
meja-meja perjamuan yang lain.
Terdengar lelaki itu membentak keras: "Binatang
sialan, akan kulihat kau hendak kabur ke mana..."

1463
Goloknya telah dicabut keluar dan dia siap menyusul
ke muka, tapi pada saat itulah seseorang menghadang
jalan perginya, lalu membisikkan sesuatu di sisi
telinganya.
Lelaki tadi cepat-cepat menyarungkan kembali
goloknya, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun
kembali ke tempat duduknya.
"Tak kusangka ternyata dalam dunia persilatan
dewasa ini masih ada juga yang kenal dengan orang tua
itu," kata Li Bun yang setelah menyaksikan peristiwa itu.
"Saudara Li, sudah setengah hari kau singgung orang
tua itu, tapi belum kau jelaskan siapa sih locianpwee
itu?"
"Si Dewa cebol Cu Gi pernah kau dengar nama ini
saudara Hongpo?"
Hongpo Lan termenung berpikir berapa saat lamanya,
kemudian sahutnya: "Aku dengar tokoh silat yang paling
termashur dalam dunia persilatan dewasa ini adalah si
Hakim sakti ciu Huang, tapi ia sudah tidak mencampuri
urusan dunia persilatan lagi, sedang tokoh kedua adalah
si Dewa jinsom Phang Thian hua, disusul kemudian
keluarga persilatan bukit Hong san, rasa-rasanya aku
belum pernah mendengar nama si Dewa cebol Cu Gi"

1464
"Dewa cebol cu locianpwee sudah tiga puluh tahun
lamanya mengundurkan diri dari dunia persilatan selama
ini belum pernah ia munculkan diri satu kali pun, tak
heran kalau saudara Hongpo tidak mengenalnya."
"Bagaimana kalau Cu locianpwee ini dibandingkan
dengan si hakim sakti Ciu taihiap?"
"sukar dikata. selama hidupnya Ciu taihiap selalu
membela kaum lemah menegakkan keadilan, tak sedikit
orang pernah menerima budi kebaikannya, sebaliknya -
Dewa cebol Cu Gi agak aneh orangnya, ia tak pernah
mau mencampuri urusan orang lain, meski hendak
menolong orang pun, dia akan menolong seCara diamdiam.
ia tak suka menonjolkan diri karenanya jarang
dikenal orang, jikalau gerak-gerik Ciu taihiap diketahui
hampir seluruh umat persilatan maka kebalikannya
perbuatan dewa cebol tidak diketahui siapa pun."
"Nah itulah dia. Tak heran kalau aku belum pernah
mendengar nama besar Dewa cebol Cu Gi"
"Menurut kebiasaan cu locianpwee, ia selalu turun
tangan secara diam-diam dan paling segan diketahui
orang lain, Kali ini dia telah melanggar kebiasaan
tersebut dengan munculkan diri secara terang-terangan,
hal ini semakin membuktikan bahwa pemilik bunga bwee
memang bukan seorang tokoh yang gampang dihadapi."

1465
"Pengetahuan saudara Li amat luas dan sangat
mengagumkan, tentunya kau sudah mengetahui asal
usul pemilik bunga bwee bukan?"
Dengan cepat Li Bun yang menggeleng, "Kalau
masalah itu aku kurang tahu, belum pernah kudengar
nama pemilik bunga bwee sebelum peristiwa hari ini...."
Kemudian setelah menghela napas terus-nya: "siapa
tahu ada orang yang sengaja menggunakan nama
seaneh itu untuk mengelabui umat persilatan agar
mereka sukar melacak jejaknya yang sebenarnya...."
"Tampaknya ayahku sudah berhasil menemukan titik
terang, sayang sekali dia orang tua enggan
membicarakan masalah tersebut denganku."
"Ayahmu adalah...."
"Hongpo Tiang hong, di masa lalu umat persilatan
menyebutnya si pedang sakti dari Lam kiang."
Berkilat sepasang mata Li Bun yang, serunya tanpa
terasa: "Rupanya ayahmu adalah pedang sakti dari Lam
kiang, maaf... maaf...."
"Terima kasih, pengetahuan saudara Li benar-benar
luas, Ayahku sudah puluhan tahun lamanya hidup
mengasingkan diri, ternyata saudara Li masih mengenal
juga namanya?"

1466
"Aku sendiripun hanya pernah mendengar nama itu
dari pembicaraan orang lain, sayang belum ada
kesempatan untuk menyambanginya."
Tiba-tiba terdengar seseorang berseru: "Aaaah, si
Dewa jinsom Phang Thian hua juga telah datang"
Meskipun kedudukan si Dewa jinsom Phang Thian hua
dalam dunia persilatan amat tinggi, namun gerak
geriknya selalu diliputi hawa misteri, sekalipun nama
besarnya sudah termashur sejak puluhan tahun
berselang hingga hampir semua umat persilatan pernah
mendengar namanya, tapi orang yang benar-benar
pernah bertemu dengannya hanya beberapa gelintir,jadi
jarang sekali ada umat persilatan yang mengenali
bagaimana macam bentuk rupa Phang Thian hua itu.
Dengan cepat berita kehadirannya tersebar luas dalam
arena perjamuan, suara hiruk pikukpun terhenti seketika,
beratus-ratus pasang mata serentak dialihkan ke arah
jalan masuk menuju arena perjamuan.
"saudara Li, kau kenal dengan phang Thian hua?" bisik
Hongpo Lan.
"Phang Thian hua tinggi hati dan sepanjang tahun
bermukim diperkampungan pit tim sancengnya, ia jarang
mengadakan hubungan dengan umat persilatan,
Prinsipnya selama orang tidak mengganggunya, dia pun
tak akan mengganggu orang, tapi bagi mereka yang

1467
berani memasuki wilayah kekuasaannya kalau tidak mati
biasanya pasti terluka parah. selama puluhan tahun
banyak sudah jago persilatan yang menemui ajalnya
dalam wilayah kekuasaannya itu.
Karena itulah nama besar Phang Thian hua jadi
termashur dan tersebar luas di seluruh dunia persilatan
sekalipun ia jarang melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, tapi permusuhan yang diikatnya dengan umat
silat banyak sekali, Phang Thian hua memang seorang
tokoh silat yang begini aneh...."
setelah menghela napas, terusnya: "Dewa cebol Cu Gi,
Hakim sakti Ciu Huang serta Dewa jinsom Phang Thian
hua terhitung jago-jago tua dengan tiga watak yang
berbeda...."
Terdengar suara langkah kaki bergema semakin
mendekat, kembal terjadi sedikit kegaduhan dalam arena
perjamuan, suara bisik-bisik yang bercampur dengan
suara bangku yang digeser, Tapi suara kegaduhan itu
hanya berlangsung sejenak. dengan cepat suasana pulih
kembali dalam keheningan. Begitu sepinya sampai tak
kedengaran sedikit suara pun.
Dalam suasana beginilah terlihat empat orang pemuda
berbaju biru yang menyoren pedang berjalan masuk ke
dalam arena perjamuan dengan langkah tegap. Di
belakang keempat orang itu mengikuti seorang kakek
berambut putih yang membawa sebuah tongkat kayu,

1468
mukanya merah segar bagaikan bocah, sinar matanya
tajam penuh wibawa. Di belakang kakek itu mengikuti
pula empat orang lelaki berusia empat puluh tahunan,
mereka berseragam hitam dengan golok dipinggang
serta kotak kayu dipunggung.
"orang ini pasti Phang Thian hua" bisik Hongpo Lan.
"ia disebut dewa jinsom, kegemarannya tentu
mengumpulkan daun obat, karena itu pula badannya
tetap kekar dan wajahnya tetap segar meski usianya
sudah amat lanjut."
"Betul," sahut Li Bun yang sambil tertawa, "Konon ia
pun pandai ilmu pertabiban sayang sekali ilmu yang
dimilikinya itu tidak digunakan untuk beramal dan
menolong sesamanya."
"Coba kau lihat, meski sudah tua tapi sikapnya benarbcnar
acuh tak acuh, seakan-akan disini hanya hadir dia
seorang." Dengan cepat Li Bun yang berpaling, Betul
juga kakek berambut putih itu sedang melangkah masuk
ke arena perjamuan dengan pandangan mata ke atas,
seolah-olah dia sedang melalui daerah yang tak
berpenghuni.
sebetulnya banyak jago yang hadir disitu amat
mengagumi namanya dan ingin bertegur sapa
dengannya, tapi setelah menyaksikan sikapnya yang
acuh tak acuh seperti jumawa itu, serentak suasana jadi

1469
hening, siapa pun tak ingin mencari penyakit buat diri
sendiri.
Kakek itu langsung mencari tempat duduk di sebuah
meja yang masih kosong, sementara ke delapan orang
pengikutnya tak seorang pun berani duduk. mereka
berdiri berjajar di belakang tubuhnya.
sambil tertawa Li Bun yang berbisik lagi: "Tampaknya
Phang Thian hua ini bukan cuma angkuh terhadap orang
lain, sikapnya terhadap anak buah sendiri pun begitu
keras dan ketat."
Dalam kesempatan itu Giok yan telah berjalan
menghampiri Li Bun yang berdua sambil berkata pelan:
"Tengah hari sudah menjelang, perjamuan pun akan
segera dimulai tempat duduk yang tersedia makin penuh,
Aku lihat kalian berdua tak mungkin bisa mengangkangi
sebuah meja untuk sendiri..."
"Nona tak perlu gelisah...." tukas Li Bun yang cepat.
Tiba-tiba terlihat seorang lelaki dengan membawa
sebuah panji putih bertulisan warna merah berjalan
masuk ke dalam arena perjamuan Para jago dapat
melihat tulisan itu dengan jelas sekali, tulisan pada panji
putih itu berbunyi: "Hian Hong Kau Cu."
sekalipun perkumpulan Hian hong punya pengaruh
yang besar dalam dunia persilatan namun jejaknya sukar

1470
dilacak hingga menimbulkan misteri bagi umat persilatan
apalagi ketua mereka yang ibarat naga sakti kelihatan
kepala tak nampak ekornya, hampir semua jago ingin
mengetahui siapa gerangan ketua partai besar ini.
oleh sebab itu tak heran bila para jago dibuat terkejut
bercampur keheranan setelah membaca tulisan pada
panji yang dibawa lelaki itu. sinar mata semua orang
sekali lagi dialihkan kejalan masuk ke arena perjamuan
itu, semua orang ingin melihat manusia macam apakah
ketua Hian hong yang penuh misteri itu.
"saudara Li, kau kenal dengan ketua Hian hong kau?"
tanya Hongpo Lan kemudian.
"Kenal,..."jawab Li Bun yang tersenyum
"Apa...." tampaknya Hongpo Lan sangat terkejut.
Dalam perkiraannya, kendatipun pengetahuan Li Bun
yang amat luas, tapi mustahil kalau dia pun mengenali
ketua Hian hong kau yang penuh misteri itu, karenanya
ia bertanya sambil lalu. Siapa tahu ternyata pemuda itu
mengatakan kalau kenal, tentu saja kenyataan ini
membuatnya merasa amat terkejut
Tampaknya Li Bun yang sudah melihat rasa kaget dan
curiga dari Hongpo Lan itu, sambil tertawa katanya
kemudian: "Kalau dugaanku tak keliru, ketua Hian hong
kau itu bakal duduk semeja dengan kita."

1471
"Kalau begitu saudara Li tentu kenal sekali dengan
ketua dari Hian hong kau..." seru Hongpo Lan semakin
tercengang.
Belum habis ia berkata, tampak lelaki pembawa panji
putih itu sudah berjalan menuju ke arahnya.
Di belakang lelaki pembawa panji itu mengikuti tiga
orang manusia berdandan aneh, wajah mereka tertutup
kain kerudung hitam sedang tubuhnya tersembunyi di
balik mantel hitam yang lebar. Mantel itu panjangnya
sampai permukaan tanah sehingga sepasang kaki pun
tertutup rapat, malahan tangan mereka pun mengenakan
sarung tangan berwarna hitam.
Kecuali sepasang mata yang lamat- lamat
memancarkan sinar tajam, sulit bagi siapapun untuk
melihat macam apakah bentuk rupa dan kulit orangorang
itu, Satu-satu-nya pertanda yang bisa diduga para
jago adalah perawakan tubuh yang tersembunyi di balik
mantel hitam itu tampaknya kecil dan pendek.
Di belakang tiga orang manusia aneh itu mengikuti
seorang kakek bemata satu, Kakek itu membawa sebuah
tongkat kayu, wajahnya penuh penyakitan dan mata
tunggalnya yang setengah terpejam itu memancarkan
sinar yang amat lelah, Di belakang kakek bermata satu

1472
itu mengikuti juga empat lelaki kekar berpakaian
ringkas hitam, sebilah golok tersoren di pinggang
masing-masing.
seperti apa yang diduga Li Bun yang tadi, lelaki
pembawa panji putih itu berhenti di depan meja yang
ditempati mereka berdua dan menancapkan panjinya di
atas tanah.
Selesai menancapkan panji tersebut, lelaki kekar itu
segera mengundurkan diri dan berdiri berjajar dengan
keempat lelaki bersenjata golok itu. Ketiga orang
manusia berkerudung hitam itu langsung mengambil
tempat duduk. tak seorang pun di antara mereka yang
bertegur sapa dengan Li Bun yang berdua.
Hongpo Lan mencoba berpaling ke arah Li Bun yang,
ia saksikan pemuda itu cuma duduk sambil tersenyum,
terhadap ketua Hian hong kau yang duduk di sisinya ia
seperti tidak melihat.
Tampak kakek bermata satu itu menarik bangku dan
segera duduk pula di samping Li Bun yang.
Dengan bertambahnya empat manusia aneh tersebut
dalam meja perjamuannya Hongpo Lan segera merasa
amat tidak leluasa. Bukan saja ia merasa tidak leluasa
untuk bicara, bahkan untuk meletakkan sepasang tangan
pun rasanya mengganjal. Tiba-tiba terdengar Li Bun yang
dengan ilmu menyampaikan suaranya berbisik:

1473
"saudara Hongpo tak usah kelewat tegang, sedikitlah
bersantap kita semua adalah orang sendiri"
Dengan perasaan terkejut Hongpo Lan berpikir: "Di
atas panji itu sudah jelas tertuliskan ketua Hian Hong
kau. Kalau dilihat dari dandanan mereka yang begitu
aneh, rasanya dugaanku tidak salah, padahal
perkumpulan Hian hong kau adalah suatu organisasi
rahasia yang penuh misteri, bagaimana mungkin
keturunan generasi ketiga dari keluarga persilatan bukit
Hong san punya hubungan yang begitu akrab dengan
orang Hian hong kau...?"
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya,
kembali pikirnya: "Jangan-jangan ia sudah terpengaruh
oleh sejenis obat dari partai Hian hong sehingga sikapnya
berubah...?"
Karena berpendapat dugaannya ini benar, tanpa
terasa dia amati wajah Li Bun yang tajam-tajam. Tampak
sinar mata Li Bun yang amat jernih dan bersih, sama
sekali tidak menunjukkan petanda atau gejala bahwa
otaknya sudah dipengaruhi semacam obat. Kebetulan Li
Bun yang juga berpaling ke arahnya sambil berseru:
"saudara Hong-po..."
Kontan saja Hongpo Lan gelagapan setengah mati, ia
gugup tak tahu apa yang mesti diperbuat.

1474
Melihat kegugupan pemuda itu, sambil tertawa
hambar Li Bun yang menegur: "Kenapa kau?"
sikapnya begitu santai, seakan-akan di sekitar situ
tidak hadir orang lain.
Aneka kecurigaan berkecamuk dalam benak Hongpo
Lan, tapi dia pun merasa kurang leluasa untuk menanyai
Li Bun yang di hadapan ketua Hian hong kau itu apakah
ia telah dipaksa minum sejenis obat. Dalam gugupnya ia
segera alihkan pokok pembicaraan kesoal lain-
"saudara Li, apa benar teh yang kau minum tadi
beracun?" tanyanya.
"sebelum meneguk air teh tersebut aku telah
membuat persiapan, jadi air teh itu sesungguhnya telah
kutumpahkan keluar,saudara Hongpo tidak usah kuatir."
Tampaknya ia sudah melihat bahwa pertanyaan dari
Hongpo Lan itu bukan pertanyaan yang sebenarnya
hendak ditanyakan karena itu sambil tertawa ia bangkit
berdiri dan pindah ke sisi Hongpo Lan, setelah itu baru
katanya pelan: "Meskipun perkumpulan Hian hong kau
dianggap umat persilatan sebagai partai sesat namun
kenyataan belum tentu berita itu benar. Hubunganku
dengan mereka cukup erat, hanya saat ini kurang leluasa
bagiku untuk memperkenalkan mereka dengan saudara
Hongpo, selesai pertemuan puncak ini, aku pasti akan
jelaskan latar belakangnya kepadamu...."

1475
Tiba-tiba suara teriakan aneh berkumandang datang,
memotong pembicaraan Li Bun yang yang belum selesai.
Ketika Hongpo Lan berpaling, ia saksikan empat
manusia berdandan sangat aneh sedang berjalan masuk
ke dalam arena perjamuan sambil berkaok-kaok dan
berteriak aneh. Gerak-gerik mereka seperti orang yang
mabuk arak. langkahnya gontai dan tingkah lakunya
ngawur, teriak-teriakannya kasar, kotor dan mesum.
setelah melihat jelas wajah keempat orang itu, dengan
wajah serius Li Bun yang berkata: "Keempat orang itu
adalah empat manusia buas yang paling memusingkan
umat persilatan si Dewa buas, iblis jahat, setan gusar
dan sukma murung...."
"Jadi mereka adalah Empat manusia buas yang pernah
malang melintang dalam dunia persilatan selama puluhan
tahun?" seru Hongpo Lan terkejut.
"Betul, tapi keempat orang ini sudah belasan tahun
hidup mengasingkan diri dan tak pernah muncul lagi
dalam dunia persilatan konon mereka sudah mati. Tak
nyana ternyata mereka masih tetap hidup segar bugar
bahkan datang menghadiri pula pertemuan puncak ini."
"Aku pernah mendengar nama keempat manusia buas
ini dari pembicaraan ayahku, tapi kalau dilihat wajah
mereka rasanya tidak sebuas apa yang dilukiskan orang,
Andaikata mereka tidak berdandan aneh, tingkah lakunya

1476
tidak jumawa dan ngawur, sulit rasanya bagi orang
awam untuk mengenali mereka sebagai manusia
berbahaya."
"Betul juga ucapanmu saudara Hongpo. coba mereka
tidak berdandan aneh dan nyentrik, tingkah lakunya tidak
ngawur dan jumawa, aku sendiri pun tak akan
menyangka kalau mereka adalah empat manusia buas"
"Kenapa?Jadi saudara Li sendiri pun baru pertama kali
ini berjumpa dengan mereka? Darimana kau bisa tahu
kalau mereka adalah empat manusia buas yang
termashur dalam dunia persilatan?"
"Walaupun aku belum pernah berjumpa dengan
keempat manusia buas ini, namun aku pernah melihat
lukisan muka mereka, ditambah lagi sikap mereka yang
berteriak-teriak macam orang gila, maka dalam sekali
pandang saja aku dapat mengenali mereka...."
"Apakah lukisan itu persis seperti mimik muka
keempat orang itu sekarang?"
"Lukisan itu paling tidak sudah dilukis oleh ibuku sejak
limabelas tahun berselang, Meski sudah selisih waktu
belasan tahun ternyata keadaan keempat orang itu serta
mimik mukanya sama sekali tidak berubah, dari sini kita
dapat simpulkan bahwa tenaga dalam yang dimiliki
keempat orang ini benar- benar amat sempurna."

1477
Dalam pada itu keempat manusia buas itu telah
menghentikan langkahnya dengan sorot mata yang liar
mereka awasi sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
manusia berbaju merah yang berada dipaling depan
tertawa terbahak-bahak sambil serunya:
"saudara bertiga, sudah lama kita dengar ketua Hian
Hong kau adalah seorang wanita cantik, mari kita
tengok bagaimana sih bentuk wajah cantiknya itu."
Ketiga orang rekan lainnya yang memakai baju
berwarna hijau, hitam dan putih itu serentak mengiakan,
dengan langkah lebar mereka berjalan menghampiri
Hong-po Lan sekalian-
Agak berubah wajah Li Bun yang menyaksikan tingkah
laku keempat orang itu, bisiknya: "Hati-hati saudara
Hongpo, keempat orang ini rata- rata berhati kejam dan
buas, sedikit saja salah bicara, jiwa orang bisa
melayang...."
sementara pembicaraan itu berlangsung, keempat
orang tersebut sudah berada dekat dengan meja mereka.
Dengan suara keras kembali manusia berbaju merah
itu berseru: "Kami empat bersaudara, Dewa, Iblis, setan
dan sukma sudah lama mendengar nama besar ketua
Hian hong kau, boleh aku tahu siapakah di antara kalian
yang menjadi ketuanya?" Waktu itu keempat lelaki
bergolok yang berdiri di belakang meja perjamuan telah

1478
menggenggam gagang goloknya sambil bersiap sedia,
Tampaknya asal ketua mereka memberi perintah,
serentak mereka akan maju melancarkan serangan-
Hongpo Lan mencoba memperhatikan tiga orang
manusia berkerudung hitam itu, ia sendiri pun tidak tahu
siapa di antara mereka yang merupakan ketua Hian hong
kau, maka sambil bersiap siaga, ia amati terus gerak
gerik ketiga orang manusia berkerudung itu
Terdengar manusia buas berbaju hijau itu berseru
dengan gusar: "Masa dengan mengandalkan nama besar
kami berempat sebagai empat manusia aneh dari sin ciu
pun belum pantas melihat wajah asli dari ketua Hian
hong kau?"
Hongpo Lan berpaling memperhatikan wajah keempat
manusia aneh itu, ia saksikan hawa pembunuhan telah
menyelimuti manusia- manusia buas itu, rupanya mereka
pun sudah siap melancarkan serangan.
Dengan perasaan terkejut segera pikirnya: "Meskipun
perkumpulan Hiang hong kau belum lama muncul dalam
dunia persilatan namun mereka berkembang sangat
cepat, pengaruhnya juga amat luas, sebagai seorang
ketua dari suatu organisasi besar, tentu saja ia tak sudi
menuruti keempat manusia buas itu. Tampaknya
pertarungan sengit di antara mereka tak bisa dihindari
lagi hari ini."

1479
sementara dia masih berpikir, suara Li Bun yang
dengan ilmu menyampaikan suaranya telah bergema
lagi: "Dalam lukisannya tentang keempat manusia buas
ini, ibuku telah mencantumkan juga keterangan tentang
sifat-sifat mereka, Keem-pat manusia ini selain kejam
dan buas, mereka pun suka membunuh orang bila
pembicaraan terasa tak cocok, sekarang mereka belum
juga turun tangan, rupanya hal ini disebabkan mereka
sadar bahwa ketua Hian hong kau yang dihadapinya
cukup tangguh. Kalau bukan lantaran agak jeri, mustahil
mereka mau bersabar sampai sekarang...."
"Kedua belah pihak sama-sama merupakan tokoh
berkedudukan tinggi dalam dunia persilatan, sekalipun
kedua belah pihak sama-sama jeri, aku rasa pertarungan
sulit dihindari," sahut Hongpo Lan-
"Aku rasa belum tentu demikian- Asal ketua Hian hong
kau tidak melayani tantangannya, delapan puluh persen
pertarungan ini tak bakalan berlangsung."
"Yaa, akupun berpendapat perselisihan di antara
sesama umat persilatan harus dihindari dalam situasi
begini, Yang penting bagi kita sekarang adalah bersatu
padu menghadapi pemilik bunga bwee, dengan begitu
kesempatan hidup bagi kita jadi lebih besar...."
"Ketua Hian hong kau adalah seorang yang sangat
pintar, Apa yang bisa kita pikirkan tentu terpikirkan juga
olehnya, aku yakin pertarungan ini tak bakal terjadi"

1480
pada saat itu si Dewa buas, iblis jahat, setan gusar
dan sukma murung telah menghimpun tenaga dalamnya
siap melancarkan serangan. Dengan nama besar serta
kemampuan keempat manusia buas itu, bila serangan
benar- benar dilancarkan, maka kedahsyatannya pasti
ibarat gulungan ombak samudra ditengah badai, Hongpo
Lan kuatir pengaruh angin pukulan mereka berempat
akan mempengaruhi juga dirinya, maka secara diamdiam
ia pun menghimpun tenaga untuk bersiap sedia.
Di saat yang kritis dan pertarungan segera akan
dimulai inilah tiba-tiba tampak manusia berkerudung
hitam yang duduk di sebelah tengah itu bangkit berdiri,
dengan suaranya yang merdu ia menegur: "sudah lama
aku kagum dengan nama besar Dewa, iblis, setan dan
sukma, sungguh beruntung kita dapat bersua hari ini...."
Manusia buas berbaju putih itu segera tampil ke muka
menukas: "Dari suaramu yang merdu dan lembut aku
bisa menduga bahwa wajahmu pasti cantik jelita,
silahkan kaucu membuka kain kerudung mukamu agar
kami empat bersaudara dapat menyaksikan wajah
aslimu, Kau harus tahu apa yang sudah kami ucapkan
tak pernah ditarik kembali, satu tetap satu"
"Celaka" pikir Hongpo Lan. "Bila empat manusia buas
ini mendesak terus dengan kata-kata kasarnya, sebagai
seorang ketua sebuah organisasi besar ketua Hian hong

1481
kau tak akan mampu manahan diri, pertarungan pasti
akan terjadi...."
siapa tahu apa yang terjadi kemudian sama sekali di
luar dugaannya, terdengar ketua Hian hong kau itu
tertawa terkekeh
"He he he... hari ini, kita semua adalah tamu
undangan orang, sebagai tamu kita tak pantas
menyusahkan tuan rumah sehingga menghilangkan
kegembiraan pemilik bunga bwee.
Apabila kalian berempat benar- benar ingin melihat
wajahku, dengan senang hati akan kupenuhi, asal kalian
berempat dapat meloloskan diri dari pertemuan hari ini,
besok pagi akan kutunggu petunjuk kalian berempat."
Manusia berbaju merah itu tertawa terbahak-bahak:
"Ha ha ha... kami berempat adalah manusia- manusia
yang senang melihat keindahan sampai waktunya nanti
harap kaucu sudi membawa serta tiga orang gadis cantik
sebagai teman, sehingga Kami berempat bisa
mendapatjatah secara adil perlu gontok-gontOkan sendiri
berebut perempuan"
sekali lagi Hongpo Lan merasa terperanjat pikirnya:
"Ucapan itu terlalu menghina dan mempermalukan
orang, apa mungkin ketua Hian hong kau dapat
menahan diri..?"

1482
Ternyata ketua Hian hong kau tetap bersikap tenang,
sahutnya halus: "Tak sedikit anak buahku berwajah
cantik jelita, tapi kalian berempat pun harus memiliki
kepandaian yang lebih bila ingin memperoleh pelayanan
yang memuaskan."
"Baik, kita tetapkan demikian saja" seru iblis jahat
yang berbaju hijau itu cepat. "Bila kaucu ingkar janji,
setiap saat, setiap waktu bila kami berempat bertemu
dengan anggota Hian hong kau, jangan salahkan kalau
akan kubunuh mereka semua"
"sebagai ketua partai aku telah mengadakan janji
dengan kalian, masa aku bakal ingkar janji?" sahut ketua
Hian hong kau sambil duduk kembali.
Keempat manusia buas itu saling bertukar pandangan
sekejap, kemudian bersama-sama mencari tempat duduk
di meja dekat situ, sambil menarik sebuah bangku si
Dewa buas berteriak ketus: "Eeeh... bagaimana kalau
kalian menyingkir dan berikan tempat ini kepadaku?"
sebenarnya meja itu sudah ditempati enam orang
lelaki bergolok, dandanan mereka gagah dan angker,
Namun setelah mendengar teriak dewa buas itu, ternyata
tak seorang pun di antara mereka berani membantah
serentak mereka bangkit berdiri dan menyingkir ke
tempat lainTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1483
Dewa buas, iblis jahat, setan gusar dan sukma murung
pun segera menempati meja itu.
si sukma murung yang berbaju putih adalah anggota
termuda di antara keempat manusia buas itu. Meski
paling muda namun sifatnya justru paling jahat dan
berangasan sambil menggebrak meja keras-keras
teriaknya: "Hei, tengah hari sudah lewat, kenapa sayur
dan arak belum juga di-hidangkan-."
seorang gadis cantik berbaju hijau buru-buru
menghampiri dan menyahut sambil tertawa: "Harap
kalian berempat menanti sejenak lagi, sayur dan arak
segera dihi-dangkan."
iblis jahat yang berbaju hijau dengan cepat
menyambar tangan gadis berbaju hijau itu, sambil
membetotnya ke dalam pelukan serunya: "sebelum sayur
dan arak dihidangkan lebih baik kau temani kami
berempat dulu untuk menghilangkan kesal."
"Empat manusia buas ini benar-benar kurang ajar dan
bedebah" umpat Hongpo Lan di dalam hati, "Di hadapan
umumpun mereka berani berbuat semena-mena, Hmmm
suatu saat, manusia macam iniperlu dilenyapkan dari
muka bumi"
sementara itu paras muka si nona berbaju hijau yang
dibetot ke dalam pelukan iblis jahat telah berubah hebat,
tapi hanya sejenak kemudian senyuman kembali telah

1484
tersungging di ujung bibirnya, Dengan suara lembut
katanya: "Budak memang ditugaskan untuk melayani
kebutuhan kalian, Bila ingin sesuatu silahkan saja
diutarakan, kenapa sih kalian mesti terburu-buru?"
BAB 44. Empat Manusia Buas Membuat onar
"Ha ha ha.,." iblis buas tertawa keras, "Mumpung arak
belum dihidangkan, bagaimana kalau kau temani kami
berempat minum air teh dulu?"
Li Bun yang berpaling melirik Hongpo Lan sekejap,
ketika melihat rekannya sedang melototi tingkah laku
iblis buas dengan penuh amarah, buru-buru ia berbisik:
"Biarkan saja orang jahat mempermainkan orang jahat
jangan kau anggap nona-nona berbaju hijau itu halus
dan lembut, sesungguhnya mereka pun tergolong
manusia sesat, Biarkan saja Orang-orang itu berbuat
onar, jika tingkah lakunya bisa menggusarkan pemilik
bunga bwee, biarkan keempat manusia buas itu menjadi
korban pertama jago-jago lihai perguruan bunga bwee
yang misterius...."
"Yaa, betul sekali, inilah yang disebut dengan racun
melawan racun," sahut Hongpo Lan sambil manggutmanggut.

1485
Dalam saat itu si setan gusar yang berbaju kuning
telah mengambil cawan air teh dari meja dan langsung
disuguhkan ke mulut gadis berbaju hijau itu sambil
katanya: "Coba kau habiskan air teh ini lebih dulu"
Berubah paras muka gadis berbaju hijau itu,
bentaknya gusar: "Aku harap kalian bertindaklah lebih
sopan" setan gusar tertawa terbahak-bahak:
"Ha ha ha... siapakah di kolong langit saat ini yang
tidak tahu kalau kami empat bersaudara selalu berbuat
menurut suara hati"
Baru saja nona berbaju hijau itu hendak membantah
lagi, tiba-tiba terdengar Giok yan berseru: "Adik Giok
sian, bersabarlah turuti saja semua permintaannya.
sebagai budak yang bertugas melayani tamu kita wajib
memuaskan para tetamu agung kita"
"Ha ha ha... bagus, bagus sekali Tampaknya kau si
bocah perempuan lebih tahu urusan" seru sukma murung
sambil tertawa tergelak "Bagaimana kalau kau pun
bergabung kemari untuk menemani kami berempat?"
Meskipun ia bicara luwes, namun tubuhnya sudah
menubruk kearah Giok yan dengan kecepatan luar biasa.
Hongpo Lan segera berpikir: "Ilmu silat yang dimiliki
Giok yan cukup tangguh, masa dia rela dipermainkan

1486
orang? Aku yakin ia pasti akan melancarkan serangan
balasan-..."
Tampak si sukma murung dengan kecepatan luar
biasa telah meluncur turun di hadapan Giok yan lalu
dengan cekatan mencengkeram pergelangan tangannya,
begitu mangsanya tertangkap, dengan langkah lebar dia
balik kembali ke tempatnya semula.
Di luar dugaan, Giok yan ternyata menurut sekali
bagaikan anak domba yang penurut. Dengan bersandar
pada bahu sukma murung, ia menunjukkan sikap yang
amat manja.
Melihat itu Li Bun yang menghela napas panjang,
kepada Hongpo Lan katanya: "Budak perempuan itu
benar- benar licik dan berakal banyak, kita harus
menaruh sikap yang sangat hati-hati terhadap dirinya."
Mendengar itu Hongpo Lan segera menjadi paham,
pikirnya: "Rupanya dia memang sengaja berlagak apa
boleh buat dan minta dikasihani sehingga memancing
belas kasihan orang lain untuk datang menolongnya,
sekali ada orang beriba hati dengannya serta memberi
pertolongan maka pertarungan sengit dengan empat
manusia buas pun segera akan terjadi, moga-moga saja
tak ada orang yang termakan siasat adu dombanya ini."
Waktu itu sesungguhnya Giok sian sudah tak sanggup
menahan emosinya, terutama setelah iblis buas serta

1487
setan gusar berulang kali mempermainkan dirinya
dengan lagak mesum, Tapi sebelum ia sempat turun tang
an, tiba-tiba dilihatnya Giok yan datang mengikuti
disamping sukma murung dengan lagak patut dikasihani.
satu ingatan segera melintas dalam benaknya.
seketika itu juga hawa amarahnya segera ditekan,
sambil tertawa katanya kemudian- "Kalian memandang
begitu berharga diriku, masa budak tak mau melayani
keinginan kalian...?"
Dengan manja diambilnya cawan air teh itu dari
tangan setan gusar lalu diminumnya satu tegukan.
Dengan sikap si nona yang menurut itu, setan gusar
malah dibuat rikuh sendiri, ia segera letakkan kembali
cawan di atas meja, kemudian katanya sambil tertawa:
"Asal nona mau menuruti kemauan kami, jangan kuatir,
kami empat bersaudara adalah lelaki yang mengerti
memanjakan perempuan, kau pasti akan merasa senang
bersama kami."
"silahkan duduk nona" kata iblis jahat pula sambil
melepaskan tangan gadis tersebut.
sementara itu si sukma murung telah sampai pula di
sisi meja sambil menggandeng tangan Giok yan- Dengan
sikap yang manja dan halus Giok-yan segera mengambil
tempat duduk pula disamping mereka.

1488
"saudara sekalian," ujar sukma murung sambil
tertawa, "Coba kau lihat bocah perempuan ini, manja,
cantik, sungguh jarang kujumpai gadis semacam ini...."
"Kalau sudah tahu gadis itu manja, cantik dan langka
dijumpai, semestinya kau suguhkan dulu kepada
toakomu," sambung iblis jahat dingin-
"Aaah... aku memang bermaksud begitu" sambil bicara
ia segera dorong tubuh Giok yan ke samping iblis jahat.
Walaupun sesungguhnya si Dewa buas sudah gatal
hati sejak tadi, namun sebagai kakak tertua mau tak mau
dia harus bersikap jaga diri, karena itu meski saudarasaudara
lainnya sudah menubruki wanita, ia sendiri tetap
duduk dengan wajah dingin.
Dengan lirikan genit Giok yan mengerling sukma
murung sekejap, lalu sambil tertawa katanya: "Kalian
empat bersaudara, sedang sekarang baru ada kami
berdua yang menemani, bukankah dua orang rekanmu
yang lain bakal menggigit jari?"
"Aaah, betul juga perkataan ini" seru setan gusar
sambil menggebrak meja. "Lo su, mari kita juga memilih
dua orang gadis manis untuk menemani kita berempat."
sebenarnya si sukma murung sedang mendongkol
karena harus menyerahkan Giok yan kepada si Dewa
buas, maka begitu mendapat ajakan dari saudaranya, ia

1489
segera melompat bangun seraya berseru: "Betul, kita
pilih lagi dua gadis manis untuk menemani kita minum
arak.."
Menyaksikan tingkah laku keempat manusia buas itu,
Li Bun yang geleng-geleng kepalanya berulang kali
sambil menghela napas panjang, katanya pelan-
"Keempat orang ini kelewat tekebur dan kurang ajar, .
Tanpa mereka sadari sebenarnya orang-orang itu sudah
terkena siasat berantai dari Giok yan-
Moga-moga saja gadis pelayan yang mereka pilih
adalah pelayan-pelayan yang melayani kelompok jago
yang sudah keburu keder oleh nama besar empat
manusia buas ini, kalau tidak pasti akan terjadi keributan
yang bisa diakhiri dengan pertumpahan darah...."
Perlu diketahui, di arena perjamuan itu seluruhnya
tersedia tiga puluh enam buah meja perjamuan yang
dilayani tiga puluh enam orang gadis cantik, kini sudah
ada dua puluh meja yang ditempati tamu. sebagai jago
persilatan kebanyakan jago-jago itu terlalu memandang
tinggi masalah gengsi dan harga diri, Bagi mereka gengsi
jauh lebih berharga dari pada nyawa sendiri, seandainya
dua manusia buas itu memilih gadis cantik yang melayani
meja mereka, hal ini sama artinya dengan tidak
memandang sebelah mata terhadap jago-jago yang
dilayani gadis tersebut. Mereka tentu akan tersinggung
merasa harga dirinya diinjak-injak.

1490
Andaikan mereka tak tahan hingga bentrok dengan
kedua manusia buas itu, otomatis tanpa disadari
merekapun terjebak oleh siasat adu domba Giok yan-
Pada saat itu si setan gusar dan sukma murung telah
berjalan menelusuri meja-meja perjamuan itu sambil
celingukan memperhatikan gadis-gadis berbaju hijau
yang berdiri di sisi meja perjamuan-
Kejumawaan dan kesombongan dua orang ini betulbetul
luar biasa. Dengan angkuhnya mereka berkeliaran
di antara meja-meja perjamuan itu tanpa memperdulikan
para jago yang duduk di sekelilingnya.
Hongpo Lan yang menyaksikan kejadian itu segera
berpikir: "semisalnya di antara para jago itu ada satu
saja yang bernyali dan secara tiba-tiba membokong
mereka atau menyerang dengan senjata rahasia beracun,
betapa pun hebatnya ilmu silat yang mereka berdua
miliki, aku yakin mereka pasti akan terluka parah...."
Tapi sayang kawanan jago itu sudah keburu keder dan
ngeri terhadap keempat manusia buas ini, tak seorang
pun di antara mereka berani melakukan serangan gelap.
sementara itu si setan gusar dan sukma murung
sudah melewati empat lima buah meja perjamuan, tibatiba
mereka berhenti, lalu sambil tertawa tergelak si
setan gusar berseru: "Losu, coba kau lihat perempuan
itu, cantik tidak?"

1491
sukma murung memandang sekejap gadis itu,
kemudian sahutnya seraya tertawa: "Ehmm. cantik
benar, saudara ke-tiga. Ketajaman matamu memang
mengagumkan"
Tanpa banyak bicara si Setan gusar menjejakkan
kakinya ke atas tanah lalu menerjang ke hadapan gadis
berbaju hijau itu, Tangannya bergerak cepat
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan gadis
itu, serunya sambil tertawa: "Ayoh temani samya-mu
minum teh"
Nona berbaju hijau itu bertugas melayani meja
perjamuan yang ditempati delapan orang lelaki kekar,
tapi saat ini tak seorang pun di antara kedelapan orang
itu berani bicara ataupun melakukan sesuatu tindakan.
Bahkan sewaktu gadis berbaju hijau itu diseret pergi, tak
ada seorang pun berani menghadang,
setelah menarik nona itu si setan gusar segera
berteriak keras: "Losu, cepat kau pi-lih seorang nona,
sebentar lagi sayur dan arak akan dihidangkan?"
Dengan mata yang liar sukma murung menyapu
sekejap sekeliling tempat itu. Tiba-tiba ia melejit dan
melayang di udara melewati tiga empat buah meja,
kemudian bagaikan burung alap-alap yang menyambar
anak ayam ia sambar seorang nona berbaju hijau yang
berada di hadapannya.

1492
Waktu itu si nona sedang membawa poci untuk
memenuhi cawan tetamu dengan air teh, Karena
kedatangan sukma murung sangat mendadak, gadis itu
segera menjerit kaget, tak kuasa lagi pocinya terjatuh
dan cawan pun berantakan ke mana-mana.
Pada meja perjamuan yang dilayani gadis itu duduk
lima orang tamu, dua orang kakek berusia enam puluh
tahunan dan tiga orang lelaki setengah timur yang
bertubuh kekar, di antaranya ada dua orang lelaki
sedang menerima cawan itu, tak ampun air teh yang
tumpah membasahi seluruh tubuh mereka,.
begitu berhasil mencekal urat nadi gadis berbaju hijau
itn, tanpa menoleh lagi sukma murung menyeret
korbannya meninggalkan tempat tersebut.
"Hei bangsat Berhenti" bentakan keras bergema
memecahkan keheninganseorang
lelaki kekar yang duduk menghadap kearah
selatan telah melompat bangun sambil menggebrak
meja.
sukma murung segera menghentikan langkahnya
sambil pelan-pelan membalikkan tubuhnya, hawa napsu
membunuh telah menyelimuti seluruh wajahnya.
"Siapa yang kau maki?" tegurnya.
"Kau..."

1493
"Hmmm Tampaknya kau sudah bosan hidup, Kalau
ingin mampus, cepat tampil ke depan"
Lelaki itu segera meloloskan goloknya dan tampil ke
muka dengan langkah lebar, sukma murung melepaskan
cengkeramannya pada lengan gadis berbaju hijau itu,
kemudian tangan kanannya diayunkan ke muka dari
kejauhan, arahnya adalah lelaki bergolok itu.
Jeritan ngeri yang memilukan hati segera bergema
memecahkan keheningan lelaki bergolok yang sedang
menerjang maju itu tahu-tahu membuang senjatanya
dan roboh terjengkang ke atas tanah.
Begitu berhasil memukul roboh lelaki bergolok itu, si
sukma murung kembali menggandeng si nona tadi dan
pelan-pelan meninggalkan arena, sikapnya amat santai
seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu pun.
Melihat kehebatan si sukma murung dalam
merobohkan rekannya, kelima orang rekan semejanya
tak ada yang berani berkutik lagi. Rata-rata mereka
hanya bisa duduk di tempat dengan mata terbelalak,
saking kaget dan takutnya mereka hanya bisa melongo.
sampai si sukma murung sudah pergi jauh, kedua
orang kakek itu baru berani bangkit berdiri dan
mendekati lelaki itu.

1494
Ketika diperiksa denyut nadinya ternyata orang itu
sudah tewas.
orang yang di sebelah kiri segera berbisik "Tampaknya
ilmu yang digunakan tidak mirip ilmu pukulan tenaga
kosong, juga tidak mirip pukulan sakti seratus langkah,
kepandaian silat apa yang telah digunakannya?"
"Coba kita buka pakaian bagian dadanya dan
diperiksa," sahut orang yang di sebelah kanan.
Dengan cepat mereka robek pakaian bagian depan
mayat itu. Di atas dadanya yang merah tertera jelas lima
buah bekas jari tangan yang amat nyata.
Melihat itu dengan perasaan tertegun orang itu
berseru: "jangan-jangan dia terkena ilmu cakar pencabut
sukma"
Kakek di sebelah kiri itu menghela napas panjang:
"Hampir saja aku lupa, empat manusia buas dari sin ciu
rata- rata memiliki ilmu andalan yang luar biasa, sesuai
dengan urutan namanya Dewa, iblis, setan dan sukma,
aku pikir orang berbaju putih itu pastilah si sukma
murung. Ketika mereka berempat masih mengembara
dalam dunia persilatan dulu, ilmu cakar pencabut
nyawanya sudah termasyur, setelah lewat banyak tahun
kepandaian andalannya itu tentu jauh lebih maju lagi...."

1495
"sudah lama kudengar nama ilmu cakar pencabut
nyawa, baru hari ini aku dapat menyaksikan dengan
mata kepala sendiri."
"Kita sadar kemampuan kita amat terbatas," kata
kakek di sebelah kiri sambil menutup kembali baju mayat
itu. "Rasanya amat sulit untuk jelaskan dendam atas
kematiannya, apa boleh buat, terpaksa kita harus
berdiam diri saja...."
sambil berkata pelan-pelan dia berjalan kembali ke
tempat duduknya. pada saat itu si sukma murung
berbaju putih telah menggandeng gadis berbaju hijau itu
kembali ke tempat duduknya, sambil tertawa terbahakbahak
serunya: "Ha ha ha... saudaraku bertiga, coba
kalian lihat bagaimana dengan nona cilik yang kubawa
kemari ini?"
"Aku lihat semua murid perguruan bunga bwee ratarata
berwajah cantik jelita, Aku yakin kecantikan pemilik
bunga bwee pasti ibarat bidadari dari kahyangan-.." kata
si iblis jahat berbaju hijau,
si setan gusar berbaju kuning tak mau kalah, ia
menimbrung:"jika kecantikan pemilik bunga bwee betulbetul
seperti apa yang jiko katakan, bagaimana kalau kita
menangkapnya hidup, hidup lalu kita persembahkan
untuk toako..?" Giok yan tertawa cekikikan, selanya:

1496
" Lebih baik kalian berempat minum teh dulu untuk
membasahi kerongkongan dengan begitu nanti kalian
bisa makan dan minum arak lebih banyak." Dewa buas
berbaju merah mendengus dingin, sambil mengangkat
cawan ujar nya: "sekalipun air teh ini beracun, kami
berempat tak akan memandang sebelah matapun-"
sekali teguk ia habiskan isinya, iblis jahat berbaju
hijau, setan gusar berbaju kuning dan sukma murung
berbaju putih serentak mengambil cawan masing-masing
dan meneguk habis isinya,
Sambil tertawa Giok yan segera berseru: "Aku percaya
ilmu silat yang kalian berempat miliki sangat hebat,
tenaga dalam pun amat sempurna, kendatipun dalam air
teh ini betul-betul dicampuri racun, mana mungkin bisa
menewaskan kalian semua?"
"Toako kami selama hidup paling suka binatang
beracun, malah semakin beracun semakin bagus," kata
Sukma murung berbaju putih, "Sekalipun kemampuan
kami bertiga sukar menandingi lotoa, tapi kalau cuma
makan dua tiga ekor ular beracun atau kelabang, itu mah
urusan biasa, lumrah "
"Waaah.... jadi kalian berempat benar-benar memiliki
kemampuan seperti ini" seru Giok yan tertawa, "Baru
pertama kali ini kudengar ada kemampuan semacam ini.
Sayang di sini tak ada ular beracun atau kelabang, kalau
tidak tentu akan menambah pengetahuan kami."

1497
Sukma murung berbaju putih tertawa terbahak-bahak:
"Ha ha ha... kalau nona ingin menyaksikan adegan ini,
lebih baik ikutlah kami berempat pulang gunung, Ha ha
ha... bukan saja kau dapat menyaksikan kami empat
bersaudara makan binatang beracun, bahkan...."
Mendadak terdengar seseorang menierit lengking:
"Ular.."
Giok yan berpaling, tapi ia segera menjerit kaget dan
menubruk ke dalam pelukan si Dewa buas berbaiu
merah.
Tampak seekor ular kecil berwarna merah darah
sedang bergerak mendekat dengan lidah apinya yang
menjilat-jilat, bentuknya sangat mengerikan.
Tidak diketahui dari mana asalnya ular kecil berwarna
merah darah itu, tapi dengan arah yang pasti binatang
melata itu bergerak menuju ke meja yang ditempati
empat manusia
saat itu Giok yan sudah bersembunyi di dalam pelukan
Dewa buas berbaju merah, Giok sian bersembunyi dalam
pelukan iblis jahat berbaju hijau, sedang dua orang berbaju
hijau lainnya pun seakan-akan merasa amat
ketakutan masing-masing bersembunyi dalam pelukan
setan gusar berbaju kuning dan sukma murung berbaju
putih,

1498
Kalau pada mulanya keempat manusia buas ini
jumawa, tekebur dan tinggi hati seakan-akan tak ada
yang mereka takuti, tapi setelah melihat ular kecil
berwarna merah tua itu, serentak mereka melompat
bangun.
Giok yan melirik sekejap wajah sukma murung berbaju
putih, lalu serunya dengan nada manja: "Bukankah suya
pandai menaklukkan binatang beracun? Cepat kau
tangkap ular itu. hiih.,. Menjijik-kan"
"Losu" seru Dewa buas berbaju merah pula dingin,
"Yakinkah kau dapat menaklukkan ular itu?"
"siaute bersedia mencoba" sahut sukma murung
berbaju putih sambil mendorong tubuh nona berbaju
hijau itu dari pelukan-nya.
"Losu, biar aku membantumu" sambung iblis jahat
berbaju hijau tiba-tiba, jari tangannya segera diayunkan
melepaskan serangan.
Sebenarnya ular kecil berwwarna merah itu sedang
bergerak pelan ke depan, tapi begitu diserang oleh iblis
jahat berbaju hijau, tiba-tiba saja kepalanya diangkat dan
celingukan ke sana kemari, tampaknya ular itu sedang
mencari siapa pembokongnya.

1499
Dengan suara lirih Hongpo Lan segera berbisik: "Ular
kecil itu pasti dilepas orang secara diam-diam untuk
menyusahkan ke-empat manusia buas dari Sin ciu."
"Benar," Li Bun yang mengangguk "Dan si pelepas ular
itu tentu sudah dibuat jengkel oleh ulah keempat
manusia buas itu, dan sekarang hendak menggunakan
ular tersebut untuk mempermalukan mereka."
"Tapi ular kecil itu...."
Hongpo Lan segera membatalkan ucapannya begitu
melihat jidat Sukma murung berbaju putih telah basah
oleh keringat, satu ingatan melintas dalam benaknya,
pikirnya: "Kalau cuma ular biasa, mana mungkin salah
satu dari keempat manusia buas ini bisa dibuat
ketakutan? Tentu ular kecil itu memiliki keistimewaan
khusus...."
Mendadak ia saksikan Sukma murung berbaju putih
mengayunkan tangan kirinya melepaskan sebuah
pukulan, sementara tangan kanannya segera melakukan
cengkeraman. "B la aammmmmm. . "
Di tengah benturan keras, pasir dan debu beterbangan
ke udara. Menanti suasana menjadi terang kembali,
tampaklah si Sukma murung berbaju putih telah menjepit
leher ular kecil itu dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari
tengahnya. sebaliknya tubuh ular itu pun melilit

1500
pergelangan tangan kanan Sukma murung berbaju putih
itu kencang-kencang.
Sekali lagi Hongpo merasa keheranan, pikirnya: "Kalau
sudah berhasil mencengkeram leher ular itu, kenapa
tidak segera mencengkeramnya sampai hancur dan
patah? Kenapa ia biarkan pergelangan tangannya dililit
tubuh ular itu...?"
Terdengar iblis jahat berbaju hijau telah berteriak
dengan suara keras: "Ayo mengaku, siapa yang telah
melepaskan ular itu? sekarang ularmu sudah kami
tangkap...."
Bentakan itu diutarakan berulang kali, namun tak
seorang pun yang mengakui sementara itu ular kecil
berwarna merah tua yang melilit pergelangan tangan
sukma murung berbaju putih itu makin lama semakin
kencang. Agaknya tubuh ular tersebut telah menembusi
daging tangannya hingga tersangkut pada tulang.
Hongpo Lan yang menyaksikan hal itu jadi amat
terkesiap, bisiknya: "saudara Li, coba kau lihat tubuh ular
itu, makin melilit semakin kecil tampaknya?"
"Ular ini termasyur sebagai ular benang baja hitam,
Konon dalam seratus tahun sisiknya akan berubah jadi
hitam lalu seratus tahun kemudian sisik hitamnya akan
berubah jadi merah, Walaupun dongeng semacam ini

1501
belum tentu bisa dipercaya, tapi perubahan sisik hitam
menjadi merah patut dipercayai.
Ular semacam benang besi, ular bisa semuanya
bersumber dari jenis yang sama, hanya saja ular baja
mempunyai kulit yang amat berharga karena kebal
terhadap bacokan dan tusukan, orang persilatan amat
menghargai kulit ular ini.
Bersamaan dengan bertambahnya usia ular itu, sisiknya
yang hitam biasanya akan berubah jadi merah,
konon semburan beracunnya mampu membunuh
korbannya."
"Ular benang besi termasuk jenis ular yang lebih
beracun ketimbang ular baja, tapi panjang seluruh
badannya hanya satu depa dua inci, Bersamaan dengan
bertambahnya umur ular itu, sisik tubuhnya akan
berubah jadi keras, Konon bila sisiknya telah jadi hitam
maka bacokan golok tak akan mempan melukainya.
Apalagi kalau warnanya sudah jadi merah, bukan cuma
amat kokoh dan keras, bahkan sisiknya menjadi lebih
tajam dari pada pisau mestika. sekarang pergelangan
tangan kanan sukma murung berbaju putih telah terlilit
oleh badannya yang tajam, bisa dibayangkan
penderitaannya sekarang luar biasa sekali"
"Mendengar uraianmu barusan rasanya jauh lebih
unggul ketimbang membaca buku sepuluh tanun,

1502
luasnya pengetahuan saudara Li betul-betul membuat
aku merasa amat kagum."
"Aaah aku hanya mengetahui sedikit saja...." Li Bun
yang tetap merendah.
Tiba-tiba terdengar Dewa buas berbaju merah
berteriak sambil tertawa dingin: "Losu, kau masih
sanggup menahan diri?"
dalam saat itu ular kecil berwarna merah itu sudah
menyusut semakin kecil, jelas sebagian besar badannya
telah terbenam di dalam daging lengan si sukma murung
berbaju putih.
Di bawah sinar matahari tampak peluh yang
membasahi jidat si sukma murung berbaju putih sebesar
kacang kedele dan bercucuran dengan amat derasnya,
tapi ia tetap menggigit bibir menahan sakit sambil
sahutnya: "Aku percaya masih mampu bertahan
sepenanakan nasi lagi"
Bau harum arak dan daging tiba-tiba tersebar di
udara, Dari balik tenda kini telah bermunculan
serombongan bocah lelaki berbaju putih yang segera
menghidangkan daging serta arak ke meja-meja
perjamuan.
Mendadak Dewa buas berbaju merah mengeluarkan
sebilah belati dari sakunya, lalu sambil ditancapkan ke

1503
atas meja katanya: "Losu, jika kau menganggap tak
sanggup bertahan lagi, kutungi lengan kananmu, jangan
biarkan tubuhmu tergigit"
"Akan... akan kuingat" sahut sukma murung berbaju
cutih sambil menggertak gigi.
sekarang ia sudah mengerahkan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya untuk melawan ular merah itu,
karena itu ketika cabangkan pikiran untuk bicara
perkataannya jadi terputus-putus .
sinar marah dan penasaran kini telah mencorong
keluar dari mata iblis jahat berbaju hijau, ia pelototi
sekeliling tempat itu tajam-tajam, agaknya dia berharap
bisa menemukan orang yang melepaskan ular tersebut
secara diam-diam.
Mendadak terdengar Dewa buas berbaju merah
menghardik dengan penuh amarah: "singkirkan semua
sayur dan arak itu, sebelum pelepas ular itu tertangkap.
Siapa pun dilarang makan nasi"
Bocah-bocah lelaki berbaju putih yang sedang
menghidangkan sayur serta arak itu tampak agak
tertegun, tapi sebentar kemudian mereka telah
melanjutkan langkahnya kembali, seakan-akan perkataan
dari Dewa buas berbaju merah itu tak digubrisnya sama
sekali.

1504
Melihat ucapannya tidak diacuhkan, Dewa buas
berbaju merah semakin berang, dia melompat bangun
lalu hardik-nya: "Hei, sudah kalian dengar perkataan
toayamu?"
sebuah pukulan dahysat langsung dilontarkan ke
depan. suara dengusan tertahan bergema di angkasa,
tubuh si bocah berbaju putih yang berada tepat di
hadapannya itu mendadak mencelat ke udara dan
berjumpalitan beberapa kali, sayur dan arak yang berada
dibakipun kontan tersebar keempat penjuru dan
mengotori daerah seluas dua kaki persegi.
Para jago yang kebetulan duduk di sekitar tempat itu
buru-buru berlompatan bangun untuk menghindar,
mereka kuatir kecipratan sayur dan arak yang sedang
berhamburan itu, suasana jadi kacau balau.
Mendadak terdengar iblis jahat berbaju hijau
membentak marah, tubuhnya melejit ke udara dan
menerjang ke arah utara, Dengan kecepatan bagaikan
sambaran petir, tangan kanannya mencengkeram tubuh
seorang kakek ceking berpakaian compang camping,
bersepatu butut yang sedang duduk di tempat itu.
Dengan cekatan dan lincah kakek itu menyusup masuk
ke dalam kerumunan orang banyak. Dengan cara amat
manis ia berhasil meloloskan diri dari gempuran iblis
jahat berbaju hijau itu.

1505
Dengan suara lirih Li Bun yang segera menerangkan "
Kakek ceking berpakaian compang camping itu adalah si
Dewa ular Lu Khong, ilmU menangkap ularnya terhitung
nomor wahid di kolong langit. Konon di dalam sakunya
selalu tersimpan tiga ekor ular beracun yang amat
berharga, sudah pasti dialah yang telah melepaskan ular
benang baja itu...."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tampak
bayangan manusia berkelebat lewat. si Dewa ular Lu
Khong tahu-tahu sudah menyelinap datang dan
bersembunyi di belakang tubuh ketua Hiang hong kau.
Agaknya si setan gusar berbaju kuning juga telah
mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sambil
membentak ia melompat maju memutar ke belakang
tubuh ketua Hian liong kau, secepat kilat tangan
kanannya mencengkeram bahu kanan Lu Khong,
Tampak si Dewa ular Lu Khong memutar badannya
dengan cekatan, begitu lolos dari cengkeraman lima jari
lawan, kembali dia menyelinap kesamping Li Bun yang,
sementara itu keempat lelaki yang berdiri di belakang
ketua Hian hong kau telah sama-sama mencabut
senjatanya dan melindungi di seputar tubuh ketuanya.
si kakek bermata satu tetap duduk tenang sambil
menikmati air teh yang diminumnya sampai habis.

1506
iblis jahat berbaju hijau tertawa dingin, ia melompat
ke muka dan menghadang persis di depan Lu Khong. si
setan gusar berbaju kuning yang menyusul dari belakang
dengan cepat menghadang jalan mundur-nya, dengan
demikian posisi Lu Khong jadi terjepit
Waktu itu posisi si Dewa ular Lu Khong dengan Li Bun
yang serta Hongpo Lan hanya selisih empat lima langkah,
seandainya terjadi pertarungan dua orang pemuda itu
pasti akan terkena pengaruhnya.
sambil menghimpun hawa murninya bersiap sedia,
Hongpo Lan berseru kepada Li Bun yang dengan ilmu
menyampaikan suara: "saudara Li, kalau mereka sampai
bertarung dekat kita, apa yang harus kita lakukan?"
"Kepandaian yang paling diandalkan Dewa ular Lu
Khong hanya memelihara ular, dalam soal ilmu silat dia
tak akan mampu menandingi keempat manusia buas itu,
tapi orang ini licik, banyak akal dan lagi dilindungi ularular
mustika. Kita tak perlu menguatirkan keselamatan
jiwa-nya, cUma jarak kita dengan mereka memang
terlampaU dekat, jika pertarungan benar-benar terjadi,
kita akan terkena juga akibatnya." sreeet...
Si iblis jahat berbaju hijau telah mengayunkan jari
tangannya melepaskan sebuah serangan tajam. Dewa
ular Lu Khong segera mengegos ke samping
menghindarkan diri, sementara badannya menubruk ke
muka semakin mendekati Li Bun yang ber-dua.

1507
segulung desingan angin tajam menyambar lewat dari
atas kepala Hongpo Lan-Lamat-lamat pemuda itu dapat
merasakan betapa tajam dan kuatnya serangan tersebut
Mendadak setan gusar berbaju kuning menggerakkan
tubuhnya mendesak lebih ke depan, tangan kanannya
secepat petir mencengkeram pergelangantangan kiri Lu
Khong, Kali ini Dewa ular Lu Khong tidak menghindar
lagi, ia sambut datangnya serangan tersebut dengan
tangan kanannya.
Di saat tangan kanannya diayunkan ke muka itulah,
tiba-tiba dari balik ujung bajunya meluncur keluar seekor
ular berwarna hijau yang langsung mematuk jari tangan
setan gusar berbaju kuning.
Belum sempat serangannya mencapai sasaran,
dengan terkesiap dan ngeri setan gusar berbaju kuning
menarik kembali tangannya sambil melompat mundur
sejauh delapan depa.
Agaknya orang ini tidak puas karena terdesak mundur
oleh lawannya, begitu lolos dari ancaman, tangan
kanannya kembali diayunkan ke muka, segulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat langsung membentur badan
si Dewa ular Lu Khong.
Tampaknya si Dewa ular Lu Khong pun sadar bahwa
kepandaiannya tak sanggup menerima serangan lawan
yang amat dahsyat itu dengan kekerasan, ia tak sudi

1508
melayani pertarungan keras lawan keras, sambil
memutar tubuhnya kembali dia menghindarkan diri
Empat manusia buas dari sin ciu selamanya sombong,
jumawa, tinggi hati dan tak pernah mau memperdulikan
keselamatan orang lain, begitu Lu Khong menghindar,
tenaga pukulan yang amat dahsyat membawa deruan
tajam itu pun langsung menerjang Li Bun yang serta
Hongpo Lansebenarnya
bukan pekerjaan yang sulit bagi Li Bun
yang maupun Hongpo Lan untuk menghindari angin
pukulan tersebut Tapi bila mereka berkelit angin
serangan yang kuat itu pasti akan menggempur meja,
akibatnya meja itu beserta poci dan cawan air teh akan
berantakan tak karuandalam
keadaan terdesak dua orang itu tak sempat
berpikir panjang lagi, serentak mereka ayunkan pula
tangannya melepaskan pukulan untuk menyambut
datangnya ancaman dari setan gusar berbaju kuning.
Blaaammmmm. . .
Ketika angin pukulan itu saling berbenturan dengan
serangan yang dilepaskan dua orang pemuda ini,
terjadilah ledakan dahsyat yang menimbulkan pusaran
angin kencang, pasir debu beterbangan mengaburkan
pandangan.

1509
Hongpo Lan merasakan hatinya bergetar keras, hawa
darahnya menggelora. Buru-buru dia tarik napas panjang
untuk mengendalikan pergolakan hawa darahnya itu.
Ketika berpaling kearah Li Bun yang, dijumpainya
paras muka pemuda itu hanya berubah jadi sedikit
merah, Hal ini membuatnya terperanjat bisiknya
kemudian- "Hebat benar tenaga pukulan dari empat
manusia buas ini."
Dalam saat itu si iblis jahat berbaju hijau telah
membentak penuh amarah: "orang she Lu, kalau hari ini
aku tak bisa mencincang tubuhmu hingga hancur
berkeping-keping, percuma kami empat manusia buas
berkelana dalam dunia persilatan-..."
"Tahan" Mendadak bentakan keras memotong ucapan
si iblis jahat berbaju hijau yang belum selesai.
Ketika semua orang berpaling, tampaklah seorang
kakek tinggi besar berbaju kuning telah berdiri angker di
sana, jenggot putihnya panjang sedada, sedang sebuah
sangkar besi dengan dua ekor burung aneh berbulu abuabu
bertengger di antara lekukan lengannya.
iblis jahat berbaju hijau segera tertawa dingin:
"IHmmm, apakah kau ingin mencampuri urusanku
dengan menggantikan kedudukan bangsat she Lu ini?"

1510
"Saat ini semua jago dari segenap penjuru telah
berkumpul di sini, pertemuan puncak juga belum dimulai.
Aku tak ingin suasana dibuat kalut oleh ulah kalian semua.
Apabila benar-benar ingin bertarung, tunggu saja
setelah perjamuan selesai nanti, saat itu dendam pasti
dibalas dan hutang harus dibayar, mau bertempur
sampai habis-habisan pun dipersilahkan"
Jawaban dari kakek berbaju kuning itu diucapkan
dengan suara dingin dan menggidikkan hati.
"Kalau kudengar dari pembicaraanmu barusan,
agaknya kau berasal dari perguruan bunga bwee?"
"Benar, Tujuan majikan kami menyelenggarakan
perjamuan ini dengan mengumpulkan seluruh jago dari
segala penjuru, antara lain juga ingin menikmati
kehebatan ilmu silat dari pelbagai perguruan Kami tak
akan melarang bilamana ada di antara kalian yang
bertarung, cuma sekarang waktunya belum sampai, jadi
aku berharap kalian sudi menahan diri sejenak serta
menunda pertarungan ini."
iblis jahat berbaju hijau tertawa dingin: "Pengemis ini
telah mengandaikan ularnya mencelakai adikku...." ia
melirik sukma murung berbaju putih sekejap. kemudian
melanjutkan: "Kecuali ia segera menarik kembali ular
beracunnya yang melilit di pergelangan tangan
saudaraku, kalau tidak maaf aku tak bisa menuruti
kemauanmu itu."

1511
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan pisau belati
kakek berbaju kuning itu memandangi wajah si Dewa
ular Lu Khong, kemudian tegurnya: "Bersediakah anda
memberi muka kepadaku?"
Dewa ular Lu Khong tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha... sebagai orang yang sering berkelana
dalam dunia persilatan, masa aku tidak mengerti
peraturan dunia persilatan pada umumnya? Kalau tuan
rumah sudah tampilkan diri, tentu saja aku mesti
menuruti kemauannya." Kakek berbaju kuning itu
tersenyum.
"Tak nyana saudara ini begitu sudi memberi muka
kepadaku, selanjutnya kita harus berkenalan lebih dekat
lagi, boleh ku-tahu nama anda?"
"Aku Lu Khong"
Pelan-pelan kakek berbaju kuning itu berpaling,
ditatapnya iblis jahat berbaju hijau sekejap dengan
pandangan dingin, lalu katanya: "Dalam suatu
pertarungan antar jago-jago persilatan, tak pernah ada
batasan yang melarang seseorang menggunakan
keahliannya. saudara Lu ini kebetulan saja mempunyai
keahlian dalam memelihara ular beracun, kepandaian
semacam ini terhitung juga semacam ilmu andalan, jadi
sah saja bila ia menghadapi musuhnya dengan ular
beracunnya. Nah, andaikata majikanku tidak keburu akan

1512
muncul dalam perjamuan ini sehingga terpaksa aku
harus menengahi, tak nanti aku akan mencampuri urusan
kalian"
iblis jahat berbaju hijau berpaling sekejap, ia saksikan
si sukma murung berbaju putih sudah siap mencabut
pisau belati yang tertancap di atas meja,jelas saudaranya
ini sudah mulai tak mampu menahan diri hingga siap
mengutungi lengan kanannya itu.
Maka sembari menahan gelora amarah di dalam
dadanya, ia berteriak keras-keras: "Losu, tunggu
sebentar"
Lalu kepada kakek berbaju kuning itu serunya pula: "
Kalau toh seusai perjamuan masih ada kesempatan
untuk meneruskan pertarungan kami empat bersaudara
pun tak ingin mengaCau aCara selanjutnya. Baiklah,
suruh si Dewa ular Lu Khong bebaskan dulu lilitan ular
beracunnya atas pergelangan tangan saudaraku itu, kami
pun sementara waktu tak akan berbuat apa-apa,"
Kakek berbaju kuning itu segera memberi hormat
kepada Lu Khong, pintanya: "saudara Lu, bagaimana
kalau kau panggil balik ular beracunmu?"
Dewa ular Lu Khong segera menggenggam sepasang
tangannya sambil ditempelkanpada mulutnya, suatu
pekikan lengking yang amat tajam pun bergema di
udara. Kalau diceritakan memang aneh sekali.

1513
Begitu pekikan tajam itu berkumandang, ular kecil
berwarna merah yang melilit di lengan sukma murung
berbaju putih itu segera mengendorkan lilitannya dan
meluncur turun ke atas tanah. .
Mengikuti mengendornya lilitan ular tersebut darah
segar segera menyembur keluar dari mulut luka di
pergelangan tangan sukma murung berbaju putih .Begitu
deras cucuran darahnya hingga membasahi seluruh
permukaan tanah dan pakaian-nya. sementara itu si ular
kecil berwarna merah itu telah meluncur balik ke sisi
tubuh Dewa ular Lu Khong dengan kecepatan luar biasa.
Kehebatan ular tersebut seketika meningkatkan
kewaspadaan para jago terhadap binatang itu. Di mana
ular itu bergerak. semua orang beramai-ramai
menghindarkan diri. "Losu, apa tanganmu sudah cacad?"
tegur Dewa buas berbaju merah kemudian dingin-
"oooh, hanya terluka ringan-"
Dari dalam sakunya Dewa buas berbaju merah
mengeluarkan dua butir pil dan dilemparkan ke muka,
katanya lagi: "Hancurkan sebutir lalu bubuhkan pada
mulut luka, sebutir yang lain segera ditelan"
Kini kebuasan si sukma murung berbaju putih telah
lenyap tak berbekas, setelah menerima pil itu katanya
sedih: "Aku benar-benar tak becus sehingga memalukan
toako.. aku...."

1514
"Menang atau kalah sudah lumrah dalam suatu
pertarungan," tukas si Dewa buas berbaju merah sambil
tertawa dingin, "Apa lagi sute bukan dikalahkan oleh
manusia."
Giok yan yang duduk di sisinya segera bangkit dan
menghampiri sukma murung, katanya pula sambil
menghela napas: "Tahu begini, aku tak akan suruh kau
menangkap ular itu...."
Dirobeknya ujung bajunya lalu membalut mulut luka
itu. sementara itu ular merah tadi telah tiba di sisi Lu
Khong dan menyusup masuk ke balik ujung bajunya.
iblis jahat berbaju hijau yang menyaksikan hal ini
segera berseru sambil tertawa dingin: "ingat baik-baik
bangsat she Lu. Kalau ada dendam, empat manusia buas
dari sin ciu pasti akan menagihnya, Bila kau masih bisa
hidup sampai matahari tenggelam hari ini, kami empat
bersaudara percuma disebut orang empat manusia aneh
dari sin ciu.,."
Lu Khong tertawa hambar.
"sekalipun aku betul-betul bakal mati, namun aku pun
akan suruh kalian berempat makan tak enak tidurpun tak
nyenyak"
Pada saat itulah kakek berbaju kuning itu berseru
lantang: "Hidangkan sayur dan arak"

1515
Dalam pada itu kawanan bocah berbaju putih yang
bertugas membawa sayur dan arak sudah berdiri
disekitar meja perjamuan begitu perintah diberikan,
mereka pun segera bekerja cepat.
Tampaknya jalur yang mereka lalui sudah diatur
sangat rapi. Tampak bayangan putih berkelebat kian ke
mari, Dalam waktu singkat semua hidangan telah siap.
Tapi para jago tetap duduk tak bergerak. tak seorang
pun di antara mereka berani menggerakkan sumpitnya
untuk makan hidangan tersebut.
Dengan sorot mata yang tajam kakek berbaju kuning
itu menyapu sekejap kawanan jago itu, kemudian
dengan suara keras katanya: "Karena masih ada sedikit
urusan, majikan akan datang sedikit terlambat. oleh
sebab itu aku sengaja diutus untuk mengabarkan kepada
saudara sekalian sambil menunggu silahkan saudara
sekalian menikmati dulu sayur dan arak yang telah
disiapkan.,."
Berulang kali dia persilahkan tamunya untuk
bersantap. namun tak seorang pun di antara para jago
yang menggerakkan sumpit setelah mendengus dingin
kakek berbaju kuning itu berkata: "Apabila kalian kuatir
sayur dan arak itu sudah dicampur racun, aku akan
memakannya lebih dulu untuk membuktikan kepada
kalianTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1516
Dengan langkah lebar dia mendekati sebuah meja
perjamuan, mengambil sumpit dan mencicipi setiap
hidangan yang disiapkan di meja, setelah itu dia pun
memenuni cawan dengan arak serta meneguk sampai
tiga cawan, selesai semuanya itu dia baru berseru sambil
tertawa tergelak: "sekarang tentunya kalian bisamakan
dengan hati lega bukan"
Mendadak terdengar seseorang dengan suara yang
dingin ketus berkata: "Aku tak perduli apakah sayur dan
arak itu beracun atau tidak, ketika mengundang kami
datang pemilik bunga bwee mengatakan hendak
mengumumkan beberapa persoalan yang luar biasa,
sekarang aku sudah datang memenuhi undangan,
kenapa pemilik bunga bwee masih jual lagak?"
Ucapan tersebut tidak terlalu keras tapi setiap patah
kata dapat terdengar dengan jelas sekali.
Tanpa terasa semua jago bersama-sama mengalihkan
perhatiannya kearah mana datangnya suara itu, ternyata
orang yang berbicara adalah si Dewa jinsom Phang Thian
hua, seorang tokoh silat yang disegani banyak jago
persilatan-
Kakek berbaju kuning itu tertawa terbahak-bahak.
suaranya keras bagai guntur yang menggelegar disiang
hari bolong, membuat telinga para jago mendengung
dan sakit sekali rasanya.

1517
sesaat kemudian baru ia menjawab: " Kalian sudah
meluangkan waktu untuk jauh-jauh datang ke mari,
masa untuk menunggu sejenak lagi pun kalian sudah tak
sabar?"
"Saudara Li," Hongpo Lan berbisik. "Siapa sih kakek
berbaju kuning itu? sempurna amat tenaga dalamnya."
Dengan sinar mata yang tajam Li Bun yang mencoba
memperhatikan kakek itu, sahutnya kemudian- "Agaknya
orang ini jarang sekali munculkan diri didalam dunia
persilatan sehingga aku tidak mengenalinya. Tapi jika
dilihat dari kedua ekor burung aneh yang bertengger di
lengannya, ia mirip sekali dengan seorang jago yang
disebut orang sebagai si Raja burung Tan Ke.."
Belum selesai dia berkata, tiba-tiba terdengar suara
seorang wanita yang halus telah bergema datangi "ooh...
benar-benar sebuah tempat yang sepi dan terpencil Aku
tak habis mengerti kenapa pemilik bunga bwee memilih
tempat semacam ini untuk menyelenggarakan
perjamuan?"
Ketika semua orang berpaling, terlihatlah dua orang
perempuan setengah umur yang bertubuh kekar dengan
menggotong sebuah tandu berjalan masuk ke dalam
arena perjamuan.

1518
Di atas tandu itu duduk seorang gadis berwajah cantik
yang memakai pakaian aneh, sepasang lengannya yang
putih bersih dibiarkan telanjang.
Tanpa terasa perhatian para jagopun tersedot oleh
kehadiran perempuan aneh itu, serentak pandangan
mereka pun tertuju ke arahnya.
Meskipun dipandang orang banyak seperti ini,
perempuan itu tetap duduk dengan santainya sambil
celingukan ke sana kemari, sama sekali tak ada rasa
malu barang sedikit pun.
"saudara Li, siapa sih perempuan ini?" tanya Hongpo
Lan lagi.
"Seandainya dia sering muncul dalam dunia persilatan,
sekalipun aku belum pernah bertemu dengannya paling
tidak pasti pernah kudengar, tapi orang ini sama sekali
tidak kukenal, mendengarpun belum pernah."
"Aaaai... Cukup dilihat dari pakaiannya yang aneh pun
kita sudah dapat menduga kalau dia bukan manusia
sembarangan-..."
Mendadak terdengar lagi suara teriakan yang keras
berkumandang datang: "Majikan tiba.."
Kakek berbaju kuning itu segera berlarian menuju ke
depan jalan masuk dan berdiri dengan sikap hormat
begitu mendengar teriakan itu berkumandang.

1519
Gadis berdandan aneh itu segera tertawa terkekehkekeh,
jengeknya: "Waah... besar amat lagaknya, betulbetul
luar biasa..."
sambil menjengek tubuhnya melejit meninggalkan
tandunya, Di antara gaunnya yang berkibar terhembus
angin tampak sepasang pahanya yang putih mulus, ia
berputar beberapa kali di udara sebelum melayang turun
kembali ke atas tanah. Gerakan tubuhnya itu sangat
indah dan membetot sukma, kontan saja para jago
bersorak memuji.
setelah melayang turun ke tanah, ia membenahi
sebentar rambutnya yang kusut sambil memperhatikan
sekitar tempat itu. Akhirnya ia berjalan menuju ke meja
perjamuan di mana Li Bun yang sekalian berada.
Dari sikapnya yang genit serta pahanya yang sengaja
dipamerkan, Hongpo Lan sudah menaruh kesan yang
kurang baik terhadap perempuan itu. Melihat ia berjalan
menuju ke meja perjamuannya, dengan suara lirih
segera bisiknya kepada Li Bun yang: "Waaah celaka
saudara Li, ia berjalan menuju ke tempat kita.
Bagaimana baiknya?"
Belum sempat Li Bun yang menjawab, gadis itu sudah
tiba di depan meja sambil berseru genit: "Apakah meja
ini masih cukup menampung aku seorang...?"

1520
setelah mendehem Hongpo Lan segera menyahut: "Di
tempat lain masih banyak tempat kosong, lebih baik
nona pindah ke tempat lain saja, di sini sudah terlalu
penuh."
"Nona, mari duduk di tempat kami..." teriakan keras
segera bergema dari meja perjamuan lain.
Dengan genit gadis itu mengerling sekejap sekitar
tempat itu, kemudian sambil duduk di sisi Hongpo Lan
katanya seraya tertawa: "Mengajak kalian bcrunding
hanya ungkapan basa basi saja, kalau aku tetap mau
duduk di sini, masa ada orang berani mengusirku?"
Hongpo Lan tertegun dan kontan tak mampu
mengucapkan sepatah katapun, mimpipun dia tak
mengira kalau di hadapan begitu banyak orang gadis
tersebut ternyata punya muka yang begitu tebal untuk
nekad duduk di situ. Untuk sesaat dia tak tahu apa yang
mesti diperbuatnya, wajahnya jadi amat kikuk.
seakan-akan tak pernah terjadi suatu peristiwa pun
gadis itu mengangkat cawan arak di hadapannya dan
segera diteguk habis isinya, "Ayo minum.,." serunya.
BAB 45. Dewa Jinsom Membacok Kotak pusaka
"Nona, jangan kau minum Arak itu beracun-.."
terdengar seseorang berteriak dengan suara keras.

1521
Paras muka gadis itu berubah hebat, sambil
memegangi perutnya dia menjerit lengking: "Aduh
celaka, arak itu benar-benar beracun Aduh sakit benar
perutku... Ach..sakit..."
Kakek berbaju kuning itu tak sanggup menahan diri
lagi, ia melompat ke hadapannya lalu menegur: "Nona,
rupanya kau memang sengaja datang untuk mengacau?"
Dua ekor burung aneh berwarna abu-abu itu
mendadak terbang ke udara sambil memperdengarkan
suara pekikan nyaring,
sepasang tangan si nona yang memegangi perutnya
itu segera diturunkan, dengan tubuh yang sempoyongan
ia tinju perut kakek berbaju kuning itu.
sambil tertawa dingin kakek itu berkelit dua depa ke
samping untuk menghindari tubrukan gadis tersebut,
tangan kirinya segera diayunkan ke depan, bagaikan
babatan sebilah golok dia bacok tubuh nona itu.
Dengan gerakan yang amat genit gadis itu mundur ke
belakang, seakan-akan tubuhnya tak sanggup untuk
berdiri tegak. Dengan amat lincahnya ia sudah lolos dari
serangan kakek berbaju kuning itu.
Li Bun yang maupun Hongpo Lan yang mengikuti
jalannya pertarungan itu dapat melihat jelas bahwa nona
itu memiliki ilmu silat yang amat tangguh, Gerakan untuk

1522
menghindari sergapan kakek tersebut barusan
menunjukkan bahwa ilmu yang digunakan adalah ilmu
gerakan tubuh tingkat tinggi.
Perlu diketahui selisih jarak antara si kakek dengan
gadis tersebut hanya terpaut beberapa depa, ini berarti
serangan kakek tersebut dapat mengancam semua jalan
darah penting di tubuh lawannya.
Tapi dalam kenyataan gadis itu tidak mencoba
menangkis dengan sepasang tangannya dan nyatanya
dapat meloloskan diri dengan selamat Apabila ia tidak
memiliki gerakan tubuh yang luar biasa, sulit rasanya
untuk bisa lolos dengan selamat.
Dari kemampuan si nona untuk menghindarkan diri,
kakek berbaju kuning itu sudah sadar kalau ia telah
bertemu musuh tangguh, sambil tertawa dingin katanya
kemudian-"Bagus sekali, nona benar-Denar seorang
pandai yang tidak menonjol, aku ingin minta berapa
petunjukmu"
Gadis itu meluruskan badannya, lalu katanya: "Pemilik
bunga bwee telah datang"
Kakek berbaju kuning itu berpaling, tampak empat
manusia aneh berbaju serba hitam dan berkerudung kain
hitam telah muncul di situ dengan langkah pelan- Tanpa
menggubris gadis itu lagi buru-buru ia maju untuk
menyambut.

1523
Di belakang keempat manusia berbaju hitam itu
mengikuti seorang kakek pendek bertubuh ceking yang
memakai baju warna hijau, jenggot putihnya panjang
sedada, mukanya dingin dan kaku. Tampak kakek
berbaju kuning itu membungkukkan badan memberi
hormat sambil serunya: "Menyambut kedatangan
majikan"
"Tak usah banyak adat" seru kakek berbaju hijau itu
sambil mengulapkan tangannya Dengan langkah lebar ia
berjalan menuju ke meja perjamuan yang terletak di
bagian tengah.
Pemilik bunga bwee yang menggemparkan seluruh
kolong langit ternyata hanya seorang kakek ceking yang
amat bersahaja, Kenyataan ini sama sekali di luar dugaan
para jago. Meskiperhatian semua orang tertuju ke
arahnya, namun perasaan yang semula tak tenang kini
jauh lebih tenang dan tenteram.
Dengan suara lirih Hongpo Lan berbisik: "saudara Li,
jadi inikah pemilik bunga bwee yang menyebar undangan
mengundang seluruh jago dari kolong langit untuk
berkumcul di sini? Benar-benar tidak serasi dengan nama
besarnya"
Dengan wajah agak bimbang Li Bun yang berkata:
"Dalam situasi dan keadaan seperti ini, semestinya
pemilik bunga bwee tak akan bermain gila lagi dengan

1524
kita semua, Tapi kalau dibilang kakek berbaju hijau itulah
pemilik bunga bwee, rasanya aku sukar untuk percaya."
Jadi saudara Li curiga kalau orang itu hanya duplikat si
pemilik bunga bwee?"
Tiba-tiba terdengar ketua Hian hong kau berkata:
"Apakah kalian berpikir begitu karena menganggap
kehadirannya yang diikuti anak buah minim kurang
begitu memancarkan kewibawaannya? "
"Kalau menurut pandangan kaucu?" Li Bun yang balik
bertanya.
" orang ini amat cerdik, apa yang dilakukan seringkali
di luar dugaan orang lain, ia justru sengaja muncul
dengan kekuatan yang minim tak lain bermaksud agar
kewaspadaan para jago jadi mengendor dan berkurang.
Bila semua orang sudah menurunkan kewaspadaannya,
maka ia baru bisa bertindak menurut kehendak
hatinya..."
Li Bun yang manggut-manggut "Pendapat kaucu
memang tepat sekali."
sementara itu Hongpo Lan sudah merasa amat curiga
setelah melihat hubungan ano-
o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o
Jilid ^ Ha la man 62/6-^ Hilang

1525
o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o
dah timbul rasa kecewanya setelah melihat
keadaanmu itu. jika aku menjadi kau, aku tak akan
mengundang seluruh jago untuk menghadiri pertemuan
puncak ini." Pemilik bunga bwee tertawa hambar.
"Apakah karena aku tak punya wajah yang luar biasa
serta kekuatan yang terlalu minim sehingga para jago
merasa kecewa dengan kehadiran mereka di sini?"
"Maksudku, aku minta anda segera mengumumkan
kejadian besar apa yang kau maksudkan dalam surat
undanganmu itu. Kalau tidak, aku segera akan
mengundurkan diri dari perjamuan ini..."
"Kau sudah jauh-jauh datang kemari untuk menghadiri
pertemuan ini, sebelum memperoleh hasil apakah kau
akan pulang dengan tangan hampa? Tidakkah kau
merasa bahwa perjalananmu jadi sia-sia?" kata pemilik
bunga Bwee tenang.
"Meskipun aku tak senang mencampuri urusan dunia
persilatan, tapi dengan tegas kubedakan mana budi dan
mana dendam. Kalau ada budi tentu kubayar, kalau ada
dendampun harus kubalas"
Pemilik bunga bwee tidak menggubris Phang Thian
hua lagi, dia berpaling memandang Dewa buas berbaju

1526
merah yang telah bangkit berdiri pula, tanyanya: "Kau
ada urusan apa?"
"Bagaimana kalau aku memohon beberapa orang
dayangmu untuk menemani kami berempat?"
"Ya, empat orang yang berada di sisi kami sekarang.
Apakah kau bersedia.,.?" sambung iblis jahat berbaju
hijau.
" Lebih baik kalian berempat jangan kelewat terburu
napsu. sekalipun aku setuju, belum tentu kalian
berempat sanggup mengajak mereka pergi dari sini"
"soal ini tak perlu kau kuatirkan" sela setan gusar
berbaju kuning.
Tiba-tiba pemilik bunga bwee mengangkat tangan
kanannya ke atas dan melakukan gerakan melingkar di
atas kepalanya, suara musik pun segera bergema
memecahkan keheningan, dua orang bocah berwajah
tampan dengan menggotong sebuah peti berwama hitam
berjalan menuju ke sisi pemilik bunga bwee dan
meletakkan kotak kayu itu ke atas tanah.
Tanpa menunggu perintah dari pemilik bunga Dwee,
keempat manusia berbaju hitam yang berdiri di belakang
majikannya itu serentak maju ke depan dan meletakkan
kotak tadi ke atas meja.

1527
Pelan-pelan pemilik bunga bwee bangkit berdiri,
membuka penutup peti itu, melongok sekejap isinya
kemudian duduk kembali.
Para jago yang hadir dalam arena tak ada yang bisa
melihat apa isi kotak kayu itu, tapi justru karena itu
merangsang timbulnya rasa ingin tahu di hati mereka,
meski demikian tak nampak ada yang berusaha untuk
bangkit berdiri dan menghampiri kotak tadi.
sementara itu Hongpo Lan merasa amat gelisah,
tengah hari telah menjelang tapi bukan aja ayahnya tak
tampak muncul di situ, bahkan Lim Han kimpun tidak
tampak muncul disana untuk mengembalikan suratnya,
Karena panik, ia pun celingukan kian ke mari dengan
peraSaan tak tenang.
Untung saja perhatian para jago waktu itu sudah
tersedot oleh benda dalam kotak kayu itu sehingga
kegelisahan Hongpo Lan ini tak ada yang
memperhatikan.
Mendadak tampak seseorang bangkit berdiri lalu
berjalan menghampiri kotak kayu itu dengan langkah
lebar, Dengan berdirinya satu orang, jago-jago lainnya
segera memberikan reaksi yang sama, dalam waktu
singkat ada belasan orang yang bangkit berdiri dan
memburu

1528
ke depan-
Bagi kawanan jago yang mempunyai kedudukan dan
menjaga gengsi meski tetap duduk namun sorot mata
mereka yang tajam bergerak mengikuti gerakan kawanan
jago itu,
Di antara jago- jago itu ada seorang lelaki kekar
bergolok besar melangkah paling cepat, dalam dua
lompatan saja ia telah tiba di tepi kotak serta melongok
isinya, Baru saja dia hendak mengambil benda di dalam
kotak itu, dari arah Utara seorang jelaki bersenjata
gelang emas telah tiba di tepi kotak kayu tersebut
Dengan suatu gerakan cepat lelaki bergolok itu menutup
kembali kayu peti itu, serunya: "Tak ada yang bisa dilihat
dalam peti itu, lebih baik tak usah diperiksa lagi."
Belum sempat lelaki bersenjata gelang emas itu
melihat jelas barang apa yang berada dalam peti itu,
penutup peti sudah ditutup kembali secara tiba-tiba.
Tentu saja tindakan tersebut sangat tidak memuaskan
hatinya, dengan cepat ia berusaha membuka kembali
penutup peti itu.
Lelaki bergolok itu memutar tangan kanannya dan
menekan di atas penutup peti itu agar tak bisa dibuka,
kembali serunya: "Sudah kubilang jangan diperiksa lagi
isi-nya Kau sudah dengar belum kata2 ini?"

1529
Ucapannya tajam memojokkan orang dan bernada
seolah-olah dialah yang paling berkuasa.
"Siapa bilang tak boleh dilihat" teriak lelaki bersenjata
gelang emas itu gusar,
" Kalau aku memaksa untuk melihatnya, mau apa
kau?" Lelaki bergolok itu tertawa dingin-
"He he he... kapan sih ucapan harimau sakti penakluk
kerbau tak digubris orang"
"Kebetulan sekali senjata gelang emasku memang
khusus dipakai untuk menaklukkan harimau macam
dirimu itu..."
Tanpa banyak bicara si Harimau sakti penakluk kerbau
mencabut keluar golok raksasanya, Di atas golok itu
terdapat tujuh buah gelang tembaga yang berbunyi
keliningan apabila senjata tersebut digerakkan sambil
menggebrak peti itu keras-keras tantangnya: "Kalau kau
tak percaya, coba saja untuk membuka penutup peti ini"
Lelaki bersenjata gelang emas itu maju ke muka,
sambil mengerahkan tenaga tangan kanannya
menyambar penutuppeti itu dan berusaha membukanya
secara paksa.
Harimau sakti penakluk kerbau segera mengayunkan
goloknya melancarkan sebuah bacokan, Tampaknya ia
sudah membuat persiapan yang matang, bacokan ini

1530
dilancarkan dengan kecepatan luar biasa. Buru-buru
lelaki itu menarik kembali tangannya, sayang terlambat
Tampak cahaya tajam berkelebat lewat disusul kemudian
darah segar berhamburan ke dua jari manis dan
kelingking lelaki itu sudah terbabat hingga kutung.
Harimau sakti penakluk kerbau tertawa terbahakbahak,
jengeknya: "Ha ha ha... kalau tidak kuberi sedikit
pelajaran tentu kau tak mau menuruti perkataan Sun
toaya-mu..."
Sambil menahan rasa sakit lelaki itu mundur dua
langkah, merobek ujung bajunya dan membalut luka
kutungan tersebut, kemudian senjata gelang emasnya
dicabut keluar. Dengan jurus "sepasang angin
menembusi telinga" ia lepaskan satu serangan kilat,
Harimau sakti penakluk kerbau memutar golok
bergelang tujuhnya lalu di dorong ke depan melepaskan
satu bacokan.
Buru-buru lelaki bersenjata gelang emas itu
menggerakkan gelang di tangan kanannya untuk
menangkis golok lawan, bentrokan diiringi suara
dentingan nyaring segera bergema memecahkan
keheningan.
Selama pertarungan berlangsung, Harimau sakti
penakluk kerbau hanya melayani gelang emas musuhnya
dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya tetap

1531
menekan di atas penutup peti itu, perbuatannya yang
sangat aneh ini otomatis memancing kecurigaan
kawanan jago lainnya, terdengar seseorang berseru
keras:
"Barang apa sih di dalam peti itu sehingga kau
melarang orang lain untuk menengoknya? Aku mau
periksa..."
Menyusul seruan itu sebuah ruyung lemas telah
diayunkan ke depan menyodok tangan kiri Harimau sakti
penakluk kerbau.
Dipaksa oleh keadaan mau tak mau Harimau sakti itu
melepaskan tangan kirinya sambil mundur dua langkah.
Tiba-tiba tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
seorang manusia berbaju hitam yang kecil pendek telah
melompat maju lebih dulu, Gerakan tubuh orang ini
cepat dan gesit, ilmu meringankan tubuhnya benar-benar
hebat, ternyata ia sanggup menerobos dari bawah
sambaran senjata ruyung lemas itu untuk melompat naik
ke atas meja dan membuka penutup peti kayu itu
sedetik sebelum peti itu terbuka, kembali tampak
bayangan putih berkelebat lewat, sebuah titik cahaya
tajam meluncur ke depan tepat menghajar pipi kanan
manusia berbaju hitam itu. Kontan tangannya
mengendor dan peti itu menutup kembali

1532
" Keparat" suara tertawa dingin bergema di udara.
"Berani amat menggunakan senjata rahasia untuk
melukai saudara kami.,."
"Kenapa?" suara lain yang tinggi melengking balas
berteriak " Kalau tak puas, kalian tujuh iblis dari Leng pak
boleh maju bersama Buktikan saja nama Malaikat
bertangan delapan hanya nama kosong atau bukan."
Dalam waktu singkat sebagian besar para jago sudah
mengerumun ke depan, suasana amat kalut dan gaduh
malah banyak di antara mereka yang telah meloloskan
senjata, agaknya suatu pertarungan massal akan segera
terjadi.
Tiba-tiba terdengar lagi suara bentakan keras bergema
di udara: "Berhenti"
segulung angin pukulan meluncur ke depan. Lelaki
bergolok gelang tujuh itu menjerit keras, tahu-tahu
tubuhnya bersama senjatanya sudah mencelat ke udara
dan terlempar sejauh tujuh delapan depa, untung saja
ada seseorang yang segera menyongsong badannya,
kalau tidak mungkin orang itu sudah terluka parah.
Ketika para jago berpaling, tampaklah orang yang
barusan bicara ternyata adalah si Dewa jinsom Phang
Thian hua. Nama besarnya sudah cukup termashur di
seantero dunia, banyak orang kagum bercampur jeri
kepadanya apalagi setelah dibuktikan dengan kehebatan

1533
pukulannya barusan, kontan saja para jago yang mulai
kalut itu menjadi tenang kembali.
Dengan sorot mata yang tajam Dewa jinsom Phang
Thian hua menyapu sekejap sekeliling arena, lalu
ujarnya: "Aku lihat kalian telah meloloskan senjata dan
siap beradu nyawa, boleh aku tahu sebenarnya lantaran
apa kalian hendak bertarung?"
Para jago saling bertukar pandangan tanpa menjawab,
tak seorang pun bisa memberikan jawabannya.
selang berapa saat kemudian baru terdengar
seseorang berseru: "Malaikat bertangan delapan telah
melukai seorang saudara kami dengan mengandalkan
senjata rahasia, apakah hutang ini tak boleh ditagih?"
"Kenapa si Malaikat bertangan delapan menggunakan
senjata rahasia untuk melukai kalian tujuh malaikat dari
Leng pak?" seru Phang Thian hua dingin, Meski ia amat
jarang berkelana di dalam dunia persilatan, tapi cukup
hapal dan kenal dengan nama-nama para jago dari dunia
persilatan, orang yang berbicara tadi adalah Pemimpin
dari tujuh iblis Leng pak, orang menyebutnya si Elang api
Tu swan.
setelah berpikir sejenak si Elang api membantah:
"Dalam dunia persilatan berlaku satu aturan, membunuh
orang membayar nyawa, hutang uang bayar uang, Bagaimana
pun seorang saudaraku telah dilukainya dengan

1534
senjata rahasia, kami tetap akan menuntut bafas
kepadanya"
"Bagus" jengek Phang Thian hua dingin. "Apabila
kalian tujuh iblis dari Leng pak menganggap mampu
untuk menyambut tenaga pukulanku, silahkan saja untuk
men-coba."
Begitu semua urusan dilimpahkan ke atas pundaknya,
tujuh iblis dari Leng pak itu tak berani berkutik lagi,
serentak mereka terbungkam dalam seribu bahasa.
Pada saat itu lelaki yang bersenjata gelang emas itu
sudah menyimpan kembali senjatanya dan balik ke dalam
kerumunan para jago. Meskipun kawanan jago tersebut
masih mengelilingi kotak kayu itu, namun suasana yang
semula gaduh dan kacau balau kini menjadi tenang
sekali, Dewa jinsom Phang Thian hua berpaling ke arah
pemilik bunga bwee, sesudah memberi hormat tanyanya:
"sebenarnya apa isi peti itu? silahkan saudara untuk
mengeluarkan sendiri.." pemilik bunga bwee tertawa
hambar.
" Kenapa kau tidak membuka sendiri?"
Pelan-pelan phang Thian hua mengalihkan pandangan
matanya menyapu sekejap sekeliling tempat itu,

1535
kemudian katanya: "sekalipun aku ingin melihatnya, aku
rasa tak ada yang berani menghalangi diriku bukan?"
Dengan langkah lebar ia berjalan maju ke muka.
Tiba-tiba terdengar si Harimau sakti penakluk kerbau
membentak keras dan menyerbu ke depan, Golok
bergelang tubuhnya dengan jurus "naga sakti muncul di
mega" langsung menusuk ke depan.
Phang Thian hua mengayunkan tangan kanannya ke
depan, tampak cahaya tajam berkilauan disusul
kemudian terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati
bergema memecahkan keheningan-
Ternyata ujung golok bergelang tujuh milik si Harimau
sakti penakluk kerbau itu tahu-tahu sudah berbalik
menembusi dada sendiri Darah segar berhamburan ke
luar dan tewaslah orang itu dalam keadaan sangat
mengenaskan
Dari sekian banyak jago yang hadir di sana, dialah
orang pertama dan satu-satu-nya yang telah melihat isi
kotak kayu itu. Tapi nyatanya justru dia pula yang tewas
nomor satu.
Berubah hebat paras muka para jago yang hadir di
sana setelah menyaksikan peristiwa itu. Nama besar
Phang Thian hua terbukti memang bukan nama kosong
belaka, bukan saja dalam satu gebrakan ia berhasil

1536
mengalihkan serangan yang tertuju ke arahnya bahkan
mampu pula meminjam tenaga lawan untuk memaksa
orang itu senjata makan tuan dengan akibat hilangnya
nyawa sendiri
Di tengah kepanikan dan keseraman yang mencekam
perasaan para jago, tiba-tiba terdengar seseorang
berseru dengan suara di-ngin "HHmmm, suatu siasat
meminjam tangan membunuh orang yang amat jitu"
Ketika Phang Thian hua berpaling, ia jumpa si
pembicara ternyata adalah iblis jahat berbaju hijau,
sekalipun dia tak takut menghadapi manusia buas itu,
tapi ia pun sadar bahwa keempat manusia buas ini sukar
dihadapi, karena itu dia hanya tertawa dingin tanpa
menggubris.
semua perhatian kawanan jago itu kembali dialihkan
ke arah Phang Thian hua serta peti kayu itu. Dalam hati
kecil setiap orang pun timbul pertanyaan serta tanda
tanya besar, pikir mereka: "Apa isi sebenarnya peti kayu
itu? Kenapa Harimau sakti penakluk kerbau rela
mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan peti
itu?" Semakin dipikir rasa ingin tahu mereka pun semakin
bertambah tebal.
sebaliknya Phang Thian hua pun segera putar otak
untuk mencari-jalan keluar dalam menghadapi situasi
seperti ini. Dipandang sekian banyak jago dari Seantero
du-nia, timbul juga suatu perasaan ngeri dan takut yang

1537
aneh dalam hati kecilnya, setelah berpikir lama sekali,
baru ia berteriak keras ke arah pemilik bunga bwee:
"Barang dalam peti itu milikmu, lebih baik kau sendiri
yang membuka peti itu"
"Kenapa?" jengek pemilik bunga bwee. "Dewa jinsom
yang termashur di seluruh kolong langit pun sudah pecah
nyali..."
Setelah tertawa hambar, tambahnya: "Kalau isi peti itu
cuma barang biasa, Harimau sakti penakluk kerbau tak
nanti rela berkorban diri..."
Perkataan itu amat singkat dan sederhana tapi justru
ibarat menambah bensin dalam api. Rasa ingin tahu
kawanan jago di sekitar arena pun semakin menjadi-jadi,
pikir mereka: "Betul juga perkataan ini, kalau isi peti itu
bukan barang yang,sangat ber-harga, tak mungkin
Harimau sakti penakluk kerbau akan nekad menyerang
Phang Thian hua...."
Rasa ingin tahu yang semakin tebal secara otomatis
membangkitkan pula keberanian mereka untuk
menentang Dewa jin-som tersebut.
Terdengar pemilik bunga bwee berkata lebih iauh:
"Salah satu tujuanku mengundang kehadiran kalian di
sini pun tak lain karena ada hubungannya dengan benda
dalam peti itu..."

1538
"Kau tak usah sengaja bicara sok rahasia, katakan saja
apa isi peti itu, kenapa kau tak berani mengutarakannya
keluar sehingga menghilangkan rasa curiga para jago?"
Pemilik bunga bwee tertawa hambar.
"Bila kau yakin tak akan timbul sifat tamakmu setelah
melihat benda itu, kenapa kau tidak mencoba untuk
membukanya sendiri? Toh peti itu sudah berada di
hadapan-mu?" Phang Thian hua tertawa dingin.
"Kau tak usah memanasi hatiku dengan kata-kata
macam begitu, kau anggap aku Phang Thian hua benarbenar
tak berani membuka peti itu? Baik, akan kubuka
sekarang juga" ia maju dua langkah mendekati peti itu
lalu menggetarkan tongkatnya ke atas tanah, Blaaam.,.
Ketika tongkat itu membentur tanah, terjadilah suara
benturan yang cukup keras. Empat orang pemuda
berbaju biru yang berada di sisinya serentak meloloskan
pedang dan menyebarkan diri ke empat penjuru untuk
melindungi belakang dan kedua sisi Phang Thian hua.
Bersamaan waktunya keempat manusia berbaju hitam
yang bergolok pun mengeluarkan sarung tangan dari
sakunya dan dikenakan lalu dari dalam kotak kayu yang
dipanggulnya mereka mengeluarkan segenggam benda
hitam macam pasir besi bersiap siaga di sekitar pemuda
berbaju biru itu.

1539
Kenekadan Harimau sakti penakluk kerbau telah
meningkatkan kewaspadaan Phang Thian hua dalam
menghadapi situasi tersebut, dengan menggunakan
tanda menggempur tanah dengan tongkatnya tadi secara
diam-diam ia telah memerintahkan anak buahnya untuk
melakukan perlindungan.
Hampir sebagian besar para jago yang hadir di situ
saat ini tahu kalau Phang Thian hua jago dalam ilmu
pertabiban dan obat-obatan. Begitu melihat anak
buahnya telah mengenakan sarung tangan sambil
menggenggam segenggam pasir besi, semua orang pun
segera berpikir: "Pasir besi itu tentu sudah direndam
dengan racun jahat, kalau tidak. mustahil anak buahnya
mengenakan sarung tangan...."
Menunggu sampai anak buahnya sudah menyebarkan
diri melakukan persiapan, phang Thian hua baru
mendongkel penutup peti kayu itu dengan tongkatnya.
Tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna,
dongkelan tersebut boleh dibilang memiliki kekuatan
sampai ratusan kati, siapa tahu ternyata peti kayu itu tak
bergerak sedikit pun
Phang Thian nua segera merasakan pipinya jadi
panas, matanya berubah jadi merah, setelah menyapu
sekejap sekitar tempat itu ia menegur ketus: "Siapa yang
secara diam-diam memusuhi aku? silahkan tampil ke
muka untuk bicara"

1540
suasana tetap hening, tak seorang pun menjawab tapi
dalam hati kecilnya sama-sama berpikir: "Tenaga dalam
yang dimiliki orang itu pasti luar biasa, buktinya ia bisa
mempermalukan Phang Thian hua...."
Terdengar pemilik bunga bwee berkata dengan pelan:
"Peti kayu milikku ini memang memiliki suatu tabiat yang
aneh, dia hanya mau dibuka jika si pembuka
menggunakan tangannya, kalau coba-coba memakai
benda, ia pasti akan ngambek..."
"Hmmm, aku tak percaya ada kejadian seperti ini"
seru Phang Thian hua gusar.
" Kalau kau tak percaya, kenapa tidak dicoba sendiri?"
"Baik"
Diam-diam hawa murninya dihimpun ke-dalam tongkat
kayunya, kemudian dengan sekuat tenaga didongkel ke
atas. siapa tahu peti itu seolah-olah sudah ditindih
dengan benda yang beratnya mencapai ribuan kati.
Kendatipun dongkelan phang Thian hua itu dilakukan
dengan sekuat tenaga, peti itu tetap tak bergeming.
Dengan terjadinya peristiwa itu, bukan saja Phang
Thian hua dibuat amat terperanjat, kawanan jago yang
hadir di seputar arena pun sama-sama terkesiap
dibuatnya.

1541
Tiba-tiba pemilik bunga bwee bangkit berdiri,
menyentil debu dari pakaiannya dan berkata sambil
tertawa: "sekarang tentunya kau sudah percaya
bukan...?" Phang Thian hua mendengus dingin-
"Hmmmm sekalipun tutup peti itu kokoh bagaikan
baja, bukan berarti peti itu kuat sekali" Mendadak
tongkatnya diayunkan ke muka melancarkan sebuah
bacokan keras.
Ia tak tahan dipermalukan orang di hadapan para
jago, hawa amarahnya kontan saja memuncak. bisa
dibayangkan betapa dahsyatnya babatan tongkatnya itu.
Blaaammmm., .
Diiringi suara benturan yang amat dahsyat, hancurlah
peti kayu itu menjadi berkeping- keping .
sambil mengelus jenggotnya pemilik bunga bwee
tersenyum lalu duduk kembali. Dengan hancurnya peii
kayu itu, maka di antara hancuran dan serpihan kayu
lamat-lamat tampak ujung sebuah kitab, Baru saja Phang
Thian hua hendak mencongkel kitab itu dari tumpukan
kayu, tiba-tiba muncul segulung asap tebal Ternyata
kitab beserta serpihan kayu itu mulai terbakar. sambil
tertawa tergelak pemilik bunga bwee berseru: "Ha ha ha.
sayang sayang"
"Apanya yang patut disayangkan?" bentak Phang
Thian hua gusar Tongkatnya bekerja cepat

1542
menyingkirkan serpihan kayu dari atas kitab tersebut,
dengan cepat terbacalah judul buku itu: "Tiga belas bab
kupasan kitab pusaka Tat mo ie cin keng."
Mimpi pun Phang Thian hua serta para jago yang
hadir di sekitar tempat itu tak pernah mengira kalau isi
peti itu ternyata adalah kitab pusaka Tat mo ie cin keng
yang dipandang sebagai ilmu maha sakti oleh semua
jago persilatan, untuk sesaat semua orang jadi tertegun
dibuatnya.
sebenarnya pusaka itu milik siau lim pay, tapi orang
persilatan sudah mendengar kabar kalau kitab tersebut
telah dicuri orang kendati pun pihak siau limpay sendiri
tak pernah mengakui secara resmi, lalu bagaimana
mungkin kitab tersebut bisa muncul dalam peti saat ini?
Kobaran api yang membakar kitab itu semakin
membesar, dalam waktu singkat kitab tersebut telah
berubah menjadi sebuah gumpalan api. "omintohud..."
Menyusul bentakan keras, sesosok bayangan abu- abu
secepat sambaran petir menyerang masuk ke dalam
arena.
Kesatu gerakan orang itu sangat cepat, kedua para
jago yang berjaga-jaga di seputar arena sedang kecewa
karena punahnya kitab pusaka itu sehingga ketajaman
pendengaran mereka berkurang, Ketika merasa
datangnya sambaran angin, keadaan sudah terlambat,

1543
tahu-tahu bayangan manusia itu sudah menembus
pertahanan mereka dan mendekati arena.
seorang pemuda berbaju biru yang berada paling
dekat dengan Phang Thian hua segera mengayunkan
pedangnya melancarkan bacokan. Traaang.,.
Dentingan nyaring berkumandang, tusukan pedang
dari pemuda berbaju biru itu tahu-tahu sudah terpental
ke samping.
"Berhenti" hardik Phang Thian hua-sambil berpaling.
Padahal tanpa disuruh berhenti pun bayangan putih
tadi telah berhasil menembus pertahanan dan tiba di sisi
tubuhnya, bahkan tangannya langsung menyambar ke
arah kitab yang sedang terbakar itu Dengan tenaga
pukulan yang amat kuat, sekali sambaran saja kobaran
api itu padam seketika, tapi debu bekas bakaran pun ikut
beterbangan keempat penjuru karena hembusan angin
pukulannya.
semua peristiwa ini berlangsung dalam waktu sekejap
mata. Belum habis ingatan pertama melintas dalam
benak Phang Thian hua, sisa kitab yang terbakar itu
sudah jatuh ke tangan bayangan putih itu.
Ketika para jago mencoba untuk mengawasi kitab
tersebut, ternyata sebagian besar telah terbakar habis,
yang utuh kini hanya tinggal dua puluh persen saja.

1544
sambil tertawa dingin phang Thian hua segera
berseru: " Kukira siapa yang begitu bernyali, rupanya
Coat pin taysu, hmm Tak heran kalau kau tidak pandang
sebelah mata pun terhadap aku Phang Thian hua"
Mimik muka Coat pin taysu penuh diliputi rasa sedih
dan kecewa, ia berdiri ter-mangu-mangu sambil
mengawasi sisa buku yang terbakar itu. ia seakan-akan
tidak mendengar sama sekali apa yang diucapkan Phang
Thian hua.
Terdengar seseorang berseru nyaring: "To heng, kau
jangan termakan siasat adu domba orang lain, Coba
bayangkan saja tiga belas bab kupasan kitab pusaka Tat
mo ie cin keng merupakan kitab pusaka yang tiada
ternilai harganya, sekalipun benar-benar terjatuh ke
tangan orang lain, siapa yang rela membakarnya dengan
begitu saja?"
Ketika perhatian semua orang dialihkan ke arah si
pembicara, ternyata orang itu adalah si Bangau hijau ui
Yap cu, salah satu di antara tiga bangau partai Bu tong.
Nama serta kedudukan tiga bangau dari Bu tong
dalam dunia persilatan cukup tegar dan terhormat,
karena itu para jago pun kembali mulai berpikir setelah
mendengar perkataannya itu. "Benar juga perkataan ini,
Tat mo ie cin keng adalah kitab pusaka yang tak ternilai
harganya, masa pemilik bunga bwee tega membakarnya

1545
dengan begitu saja? Jangan-jangan ia sengaja
menggunakan buku palsu untuk menipu kita semua.,.?"
sekalipun di hati kecilnya para jago telah berpikir
demikian, namun mereka tetap masih penasaran, sebab
daya tarik kitab pusaka Tat mo ie cin keng memang luar
biasa hebatnya, Bahkan bagi sebagian besar umat
persilatan tersebut, mereka lebih suka mempertaruhkan
nyawa untuk memperebutkan kitab itu dari pada
membiarkan pusaka itu terjatuh ke tangan orang lain.
Terdengar Coat pin taysu menghela napas panjang,
sambil memegangi sisa kitab yang hangus ia termangumangu
seperti orang kehilangan akal, sampai lama sekali
tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Dalam keadaan begini, andaikata Phang Thian hua
melancarkan serangan bokongan maka dalam sekali
gebrakan saja ia pasti berhasil membinasakan Coat pin
taysu. Tapi nama besar siau Limpay kelewat luar biasa,
di samping itu kedudukan Coat pin taysu dalam partai
pun sangat tinggi dan terhormat, seandainya Phang
Thian hua sampai melukai jiwanya, sudah pasti
permusuhannya dengan pihak siau lim si tak bakal ada
habisnya. oleh sebab itulah ia tak berani turun tangan
secara sembarangan
Tiga orang pendeta pelindung hukum yang ikut hadir
disana telah menghimpun tenaga dalam masing-masing
siap turun tangan, tapi mereka sudah terhadang oleh

1546
kawanan lelaki berbaju hitam itu sejauh berapa kaki di
luar arena, karena itu meski mereka saksikan keadaan
Coat pin taysu yang macam orang kehilangan sukma, tak
seorang pun dari antara mereka berani turun tangan
secara sembarangan Mereka takut bila sampai bentrok
hingga membangkitkan amarah Phang Thian hua., bisa
jadi Coat pin taysu bakal segera dilukainya.
si Bangau hijau Ui Yap cu mempunyai hubungan
persahabatan yang amat erat dengan coat pin taysu, ia
jadi sangat kuatir setelah melihat keadaannya yang
macam orang mabuk itu, teriaknya keras-keras: "Phang
cengcu, bolehkah aku menghampiri Coat pin toh eng
serta mengajaknya bicara?"
Rupanya semua anak buah yang dibawa Phang Thian
hua kini sudah menempati posisi masing-masing siap
untuk menghadapi serangan musuh, Dalam keadaan
begini tanpa peroleh ijin dari yang bersangkutan berarti
orang yang hendak mendekati tempat itu harus bersiapsiap
menerima gempuran.
Rupanya Phang Thian hua sendiri pun sudah melihat
keadaan Coat pin taysu yang tidak beres, ia segera
mengangguk "silahkan to heng"
Manusia berbaju hitam yang menghadang di tengah
jalan itu serentak menyingkir ke samping memberi jalan
lewat.

1547
Dengan langkah lebar Ui Yap cu melangkah masuk ke
dalam arena dan mendekati Coat pin taysu, begitu
sampai dia langsung menghantam punggung pendeta itu
keras-keras.
Ketika itu Coat pin taysu sudah kehilangan kontrol
karena panik dan sedihnva, gaplokan dari Ui Yap cu
persis di atas jalan darah Mia bun hiat nya ini seketika
menyadarkan kembali pikirannya.
"To heng" Ui Yap cu segera menegur. " Kitab pusaka
Tat mo ie cin keng itu asli atau palsu?"
"Kitab Tat mo ie cin keng yang asli..." jawab Coat pin
taysu sedih, tangannya yang menggenggam sisa kitab itu
kelihatan gemetar Mimik mukanya yang semula layu dan
loyo tiba-tiba saja berubah jadi bersemangat kembali,
sepasang matanya memancarkan sinar yang tajam
menggidikkan setelah memandang sekejap para jago
dalam arena, ujarnya keras-keras: "Hari ini lolap (saya)
hendak mengumumkan satu kejadian yang nyata, yakni
tiga belas bab kupasan dari kitab pusaka Tat mo ie cin
keng milik siau lim si telah dicuri orang. Meski sudah
lama berita ini beredar dalam dunia persilatan, tapi latar
belakang yang sesungguhnya dari peristiwa ini tidak
banyak diketahui orang.,."
Perlu diketahui kedudukan Coat pin taysu dalam
memimpin ruang Tat mo wan di kuil siau lim si
sesungguhnya hanya setingkat di bawah kedudukan

1548
seorang ketua partai, dengan sendirinya apa yang dia
ucapkan amat berbobot sekali, serentak para jago
mendengarkan dengan serius.
Namun Coat pin taysu tidak meneruskan kata-katanya
lagi meski telah disinggung setengah jalan, ia seperti
teringat akan sesuatu kejadian yang berat danpenting
hingga merasa kurang leluasa untuk melanjutkan katakatanya.
seseorang dengan nada dingin segera menegur: "Hey
hweesio tua, kalau mau bicara, katakan secara gagah,
apalagi kau sudah menyinggung setengah bagian,
kenapa tidak kau lanjutkan?"
orang yang barusan berbicara adalah seorang kakek
berjenggot putih yang memakai baju warna hijau, meski
gagah dan keren namun amat asing wajahnya dan
selama ini belum pernah dikenal olehnya. Dengan kening
berkerut pendeta tua itu pun berkata:
"Ucapan sicu memang benar. setelah terlanjur
kusinggung memang sepantasnya bila kuterangkan lebih
jauh, tapi berhubung ada sesuatu dan lain hal aku tidak
berniat lagi untuk menjelaskan masalah ini, Hanya satu
hal yang dapat kutegaskan di sini adalah kitab Tat mo ie
cin keng yang terbakar ini benar-benar adalah kitab asli
milik kami yang tercuri"

1549
suasana kembali berubah jadi gempar dan ramai sekali
setelah penjelasan itu di-berikan, para jago merasa
terkejut, kegaduhan pun muncul di sana sini.
Tiba-tiba Phang Thian hua membentak keras "Harap
kalian tenang, dengarkan dulu berapa patah kataku"
Para jago yang sedang gaduh seketika berubah
menjadi tenang kembali.
BAB 46. Dewa Jinsom Melawan Empat iblis
Phang Thian hua mengalihkan perhatiannya ke wajah
Coat pin taysu, tegurnya: "Kitab pusaka Tat mo ie cin
keng merupakan pusaka andalan perguruan anda,
bagaimana mungkin bisa sampai dicuri orang? Kau harus
menerangkan hal ikhwal terjadinya peristiwa ini.,."
Pemilik bunga bwee yang selama ini membungkam
tiba-tiba menyela pula dengan nada dingini "sebenarnya
kitab pusaka Tat mo ie cin keng sudah kusimpan dalam
peti dan siap kukembalikan dalam keadaan utuh. Kalau
ingin mencari dalang dari hancurnya kitab itu, kita harus
mencari orang yang telah menghancurkan peti serta
membakar kitab pusaka tersebut"
Phang Thian hua mendengus dinginTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1550
"Hmmm seandainya peti itu tidak diberi perangkap
alat rahasia, sekali pun peti itu kuhajar berapa kali pun
tak mungkin kitabnya bisa terbakar secara tiba-tiba...."
"jangan mencari kambing hitam" bantah pemilik bunga
bwee sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Andaikata kau tidak menghancurkan peti itu dengan
tongkatmu, bukankah kitab pusaka itu tetap akan
tersimpan baik-baik di dalam peti kayu itu?"
Mendadak Coat pin taysu memberi hormat kepada
pemilik bunga bwee, lalu ujarnya: "Ada beberapa patah
kata lolap ingin bertanya kepada lo sicu, bersediakah kau
memberi petunjuk?"
"soal apa?"
"Tolong tanya apakah kitab pusaka Tat mo ie cin keng
ini kau ambil dari dalam kuil siau lim si kami?"
Ia segan menggunakan istilah " mencuri" atau "
merampok" maka dalam kata-katanya pun kedengaran
sangat halus dan sopan.
"Bukan" sambil tertawa pemilik bunga bwee gelengkan
kepalanya.
" Kalau memang bukan sicu yang mengambil dari kuil
kami, lalu dari manakah kau dapatkan kitab itu? aku
harap sicu mau memberi penjelasan"

1551
Pemilik bunga bwee tertawa jengah.
"Bagaimana pun juga kitab pusaka Tat mo ie cin keng
toh sudah musnah, kalau kita harus membicarakan lagi
sumber mula kudapatkan kitab itu... aku rasa beritanya
sudah basi, Bagaimana kalau kita berganti acara dengan
soal yang lain saja?"
" Kedatangan lolap untuk menghadiri pertemuan
puncak para jago hari ini bukanlah bertujuan untuk
merebut nama atau kedudukan terhormat dengan para
jago lainnya. Kendati pun demikian, kitab pusaka Tat mo
ie cin keng mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan kuil kami, jika sicu enggan menerangkan
masalah ini sejelasnya kepada- ku, bilamana keadaan
terpaksa mau tak mau terpaksa aku harus
mencampurkan diri dalam peristiwa hari ini...."
Pemilik bunga bwee tetap duduk dengan tenang, air
mukanya tidak menunjukkan perubahan apa pun, seolaholah
ia sama sekali tak pandang sebelah mata pun
terhadap pendeta sakti dari siau limpay yang amat
tersohor itu
"Jadi maksud taysu, kau hendak memaksa aku untuk
mengembalikan sejilid kitab pusaka Tat mo ie cin keng
yang asli untukmu...?" ujarnya pelan,
"Kami partai siau lim mempunyai peraturan perguruan
yang amat ketat. Kami tak pernah memojokkan orang,

1552
kami pun tak pernah mengandalkan kekuatan untuk
menindas kaum lemah. Andaikata kitab pusaka Tat mo ie
cin keng itu memang bukan sicu yang curi, tolong sicu
sebutkan saja siapa pencuri yang sebenarnya, tapi kalau
sicu tak dapat menjawab siapa pencuri-nya... terpaksa
aku akan memberanikan diri untuk mengundang sicu ikut
kami berkunjung ke kuil siau lim si" Pemilik bunga bwee
tertawa terbahak bahak.
"Ha ha ha..-. sudah lama aku dengar pemandangan
alam di sekitar bukit siong san amat indah. Bila taysu
sudi mengundangku untuk berkunjung ke kuil kalian,
dengan senang hati aku akan memenuhi undangan itu,
cuma kita baru bisa berangkat apabila urusan di sini
telah rampung"
sekali pun ia tidak secara langsung menerangkan asal
mula kitab Tat mo ie cin keng itu, tapi dari nada
pembicaraanku samar-samar orang bisa mendengar
bahwa dia belum pernah berkunjung ke bukit siong san,
itu artinya kitab pusaka Tat mo ie cin keng bukan dia
yang curi.
Phang Thian hua yang selama ini membungkam tibatiba
berkata: "Musnahnya kitab pusaka Tat mo ie cin
keng boleh disebut sebagai suatu peristiwa besar yang
mengejutkan tapi selain masalah itu, aku tak bisa
membayangkan masih adakah peristiwa lain yang jauh
lebih besar dan mengejutkan daripada peristiwa itu..."

1553
Ia memandang sekejap para jago diseputar arena,
kemudian terusnya: "Kalau memang tak ada urusan lain,
aku hendak mohon diri lebih dulu."
"silahkan saja pergi" sahut pemilik bunga bwee sambil
tertawa dingin, Kemudian sambil mengalihkan
pandangannya ke wajah Coat pin taysu, ujarnya pula:
"Taysu, pengetahuan dan pengalamanmu sangat luas,
tentunya kau dapat menduga bukan benda mustika apa
lagi di dunia ini yang jauh lebih berharga dnripada kitab
pusaka Tat mo in cin keng?"
Waktu itu Phang Thian hua sudah membalikkan badan
siap neninggalkan tempat tersebut, tapi setelah
mendengar perkataan itu tiba-tiba saja ia membatalkan
niatnya untuk pergi.
Dari bawah bangkunya pelan-pelan pemilik bunga
bwee mengeluarkan sebuah kotak kemala berwarna
hijau, lanjutnya: "Kenalkah taysu dengan benda ini?"
seraya berkata dia letakkan kotak kemala itu ke atas
ujung meja,
oleh karena kemunculan kitab pusaka Tat mo ie cin
keng tadi telah meninggalkan kesan yang amat
mendalam serta daya rangsang yang luar biasa, maka
setelah pemilik bunga bwee meletakkan kotak kemala itu
di atas meja, kembali terjadi kegaduhan di antara
kawanan jago itu, Berbondong-bondong mereka
bergerak maju ke muka.

1554
Para pengikut Phang Thian hua tetap berjaga-jaga di
sekeliling meja serta menghadang jalan maju kawanan
jago itu
Dewa buas berbaju merah yang pertama-tama tak
bisa mengendalikan diri, sambil membentak gusar ia
lancarkan sebuah babatan keras ke muka. Petugas yang
menjaga posisi selatan adalah seorang lelaki berbaju
hitam yang menggenggam pasir beracun di tangannya.
Belum sempat lelaki ini menyebarkan-pasir
beracunnya, angin pukulan dari si Dewa buas berbaju
merah telah meluncur tiba, angin pukulan yang sangat
dahsyat itu muncul bagaikan gulungan ombak samudra
di tengah badai. Lelaki berbaju hitam itu sadar apabila
pasir beracunnya dilepaskan pada saat ini, maka pasirpasir
tersebut niscaya akan terpental balik oleh tenaga
pukulan yang amat maha kuat itu hingga berakibat
senjata makan tuan.
oleh sebab itulah mati-matian, dia tetap
menggenggam pasir beracun itu agar jangan sampai
terlepas, dengan bahu kirinya dia siap menerima
gempuran musuh dengan keras melawan keras.
Pada saat yang amat kritis itulah tiba-tiba si Dewa
jinsom Phang Thian hua mengayunkan tangan kanannya
melepaskan sebuah pukulan, Menyusul serangan yang
dilancarkan tadi si Dewa buas berbaju merah ikut

1555
mendesak maju pula ke depan sambil mencengkeram
badan lelaki berbaju hitam itu.
Ketika secara tiba-tiba ia merasakan datangnya
serangan balik yang membendung balik tenaga pukulan
yang dilancarkan itu, buru-buru ia mengubah gerakannya,
badan yang sedang bergerak maju pun tiba-tiba
bergeser tiga depa ke belakang, "Blaaammmm., . "
Di tengah suara benturan keras yang memekikkan
telinga, terlihat pasir dan debu beterbangan di angkasa.
segulung angin pusaran timbul sebagai akibat
membentur-nya dua kekuatan dahsyat itu.
Phang Thian hua sendiri kendatipun berhasil
menyelamatkan anak buahnya dengan serangan itu,
namun ia pun mulai sadar bahwa kekuatan anak
buahnya mustahil dapat membendung amukan massa,
karena itu dengan suara rendah bentaknya: " kalian
menyingkir semua"
Setelah lolos dari lubang jarum tadi sebetulnya lelaki
berbaju hitam itu sudah siap menyebarkan pasir
beracunnya, tapi begitu mendengar perintah dari Phang
Thian hua, ia pun segera mengundurkan diri.
Begitu anak buah Phang Thian hua yang berjaga di
empat penjuru menarik diri, para jago pun saling berebut
maju ke depan serta mengurung pemilik bunga bwee
rapat-rapat. Begitu sempitnya ruang kosong di bagian

1556
tengah sehingga orang-orang yang berada pada barisan
terdepan dapat mengambil kotak kemala itu setiap saat.
Coat pin taysu maupun siBangau hijau Ui Yap cu
sudah terkurung oleh kawanan jago sehingga terdesak
ke tepi meja, sebaliknya Phang Thian hua sama sekali
tidak bergeser dari posisinya semula.
Keanehan dan kekejian sifatnya sudah cukup diketahui
umat persilatan, siapa pun enggan mencari gara-gara
dengan dirinya, oleh sebab itu beramai-ramai mereka
berusaha menghindar serta menjauhinya.
Dengan terjadinya keadaan tersebut, maka Phang
Thian hua pun terdesak keluar dari kerumunan manusia
dan kini berada pada barisan paling belakang, jarak
antara dia dengan meja itu terhadang oleh kerumunan
orang banyak.
Yang lebih aneh lagi, kendati pun para jago sudah
berada sangat dekat dengan meja dan setiap saat
mereka dapat merampas kotak kemala itu, namun tak
seorang pun di antara mereka yang berusaha turun
tangan lebih dulu.
Agak tergetar juga perasaan Coat pin taysu setelah
menyaksikan situasi yang serba kalut ini, tak tahan
ujarnya kepada Ui Yap cu: "To heng, coba kau lihat
situasi kalut semacam ini, bagaimana mungkin bisa
menenangkan mereka?"

1557
"Kawanan jago yang berkerumun di sekitar meja
sekarang terdiri dari jago-jago golongan putih maupun
golongan hitam.jangankan pinto gagal menemukan cara
terbaik untuk mengatasi situasi ini, sekalipun ketua
perguruan kami hadir sendiri di sini pun mungkin sukar
baginya untuk menenangkan situasi ini"
"Orang-orang yang bisa hadir dalam pertemuan
puncak ini sebagian besar adalah tokoh-tokoh silat yang
punya kedudukan dan nama dalam dunia persilatan Bisa
saja dia seorang pengembara, bisa juga seorang
pentolan rimba hijau, Kalau di masa-masa biasa tak
mungkin emosi mereka akan bergolak seperti saat ini,
justru yang membuat situasi jadi kalut dan gaduh adalah
daya pikat yang luar biasa dari kitab pusaka Tat mo ie cin
keng tadi, sehingga akibatnya mereka sukar untuk
mengendalikan diri..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba
pendeta itu merasakan pergelangan tangan kanannya
kaku, urat nadinya tahu-tahu sudah dicengkeram orang,
sisa kitab pusaka Tat mo ie cin keng yang berada dalam
genggamannya pun ikut dirampas.
Ketika ia berpaling, tampak bayangan manusia
berkelebat lewat ternyata orang itu sudah kabur dengan
melewati atas kepala para jago, kehebatan ilmu
meringankan tubuhnya sangat mengagumkan.

1558
Ui Yap cu segera menghardik keras: "Taysu, cepat
kejar"
seraya berteriak pendeta ini pun ikut melakukan
pengejaran dengan kecepatan tinggi, sebagai seseorang
yang diberi julukan bangau hijau, tentu saja ilmu
meringankan tubuh yang dimilikinya sangat hebat sekali
melejit ia telah meluncur di atas kepala para jago lainnya
dan mengejar di belakang perampas itu.
Dalam keadaan begini, banyak sekali orang yang tak
tahu apa yang sebenarnya terjadi ikut melakukan
pengejaran pula dari belakang.
Mendadak pemilik bunga bwee bangkit berdiri, ujarnya
kepada Coat pin taysu dengan nada dingini "Taysu
adalah seorang pendeta yang berkedudukan tinggi dalam
kuil siau lim si, tapi buktinya sekarang sisa kitab yang
berada dalam genggamanmu pun berhasil direbut orang,
Kelihatannya ilmu silat aliran siau lim tidak sehebat apa
yang digembar gemborkan selama ini"
Merah padam paras muka Coat pin taysu, segera
pikirnya: "Meskipun kejadian ini di luar dugaan, tapi
sesungguhnya bukan pekerjaan gampang untuk
merampas sisa kitab itu dari genggamanku. nyatanya
orang itu bisa bergerak demikian cepat bahkan membuat
aku kehilangan daya, kehebatan ilmu silatnya benarbenar
mengagumkan, entah siapakah dia?"

1559
Karena malu bercampur menyesal, pendeta itu hanya
membungkam diri, sama sekali tak ada niat untuk
membantah ejekan pemilik bunga bwee.
Waktu pun larut dalam keheningan yang sangat
menegangkan. Meskipun kawanan jago itu tak ada yang
bergeser d ari posisi, masing-masing, namun di hati kecil
mereka sama-sama berharap agar Ui Yap cu dapat
menawan balik orang yang menyerobot sisa kitab itu.
Mendadak terdengar jeritan ngeri yang menyayat hati
bergema memecahkan keheningan.
Ketika -para jago berpaling, tampak seorang lelaki
tinggi besar telah berdiri kaku di tempat dengan mata
terbelalak dan wajah amat mengerikan, tangan kanannya
telah menempel di atas kotak kemala di atas meja itu.
sebilah pisau terbang berwarna
kebiru-biruan telah menembus telapak tangannya itu
dan memanteknya di atas meja.
Waktu itu perhatian para jago sedang teralih untuk
memikirkan Ui Yap cu yang mengejar penyerobot sisa
kitab itu, sehingga tak seorang pun yang menaruh
perhatian jago dari mana yang telah menyambitkan pisau
beracun tersebut.
T api semua orang mengerti bahwa racun yang
dioleskan pada pisau tersebut tentulah sejenis racun keji
yang mematikan Buktinya begitu pisau terbang itu

1560
menembus telapak tangan lelaki itu, belum sempat
tangannya ditarik balik, nyawanya sudah keburu
melayang. Kenyataan ini kontan saja mengejutkan para
jago di samping menimbulkan rasa ngeri di hati kecil
masing-masing.
Tiba-tiba Phang Thian hua menghentakkan tongkatnya
ke atas tanah sambil berseru keras: "Tampaknya
perjamuan hari ini tak mungkin bisa dinikmati lagi, Aku
harap saudara sekalian mau menuruti anjuranku dengan
mundur sejauh satu kaki dari meja itu. Berkerumun
melulu ditempat itu tak akan bermanfaat bagi siapa
pun.,."
Beberapa kali dia mengulangi teriakan tersebut,
namun kawanan jago yang berkerumun di sana tak ada
yang bergerak
Dengan terjadinya hal ini, Phang Thian hua merasa
sangat kehilangan muka, tiba-tiba ia siapkan tongkatnya
sambil membentak marah: "Jika kalian anggap mampu
untuk menerima seranganku ini, silahkan untuk tetap
berdiri di tempati"
Baru saja dia akan mengayunkan tongkatnya untuk
memaksa mundur para jago yang berkerumun,
mendadak terdengar suara bentakan nyaring bergema
pula memecahkan keheningan:

1561
"Apa yang diucapkan Phang cengcu tepat sekali, Bila
kalian bersedia mundur berapa langkah sehingga
memberi ruang yang lebih lebar di arena tersebut, maka
kesempatan untuk menerima bokongan bagi kalian pun
akan jauh berkurang...."
serentak para jago berpaling, ternyata orang yang
barusan berbicara adalah seorang kakek berwajah hitam
berkilat, berbaju hijau dan memelihara jenggot putih
sepanjang dada.
suara gaduh pun segera terjadi di antara kawanan
jago, terdengar seseorang berseru: "Aaah... rupanya si
Hakim sakti Ciu taihiap pun telah tiba"
sorak sorai dan helaan napas bergema silih berganti
serentak kawanan jago itu mundur berapa langkah
hingga terbukalah sebuah arena kosong seluas dua kaki.
Dari sekian banyak jago yang mundur secara teratur,
ternyata ada juga yang enggan menuruti nasehat itu,
diantaranya adalah empat manusia buas dari sin ciu,
Phang Thian hua beserta anak buahnya serta Coat pin
taysu diiringi para pendeta pelindung hukumnya.
Hawa amarah telah menyelimuti paras muka Phang
Thian hua saat itu, agak mendongkol jengeknya ketus:
"Hmmmm, sungguh hebat, sungguh perkasa, rupanya
nama besar ciu tayhiap bukan nama kosong belaka"

1562
"Phang cengcu terlalu memuji" sahut Ciu Huang
sambil tertawa hambar.
Karena merasa kehilangan muka dan dipermainkan
terpaksa Phang Thian hua menyampaikan tantangannya
kepada Ciu Huang, serunya sambil tertawa dingini "Aku
enggan menuruti perintahmu untuk mundur, boleh aku
tahu apa yang hendak Ciu tayhiap lakukan?"
"Aku tak pernah memaksa orang untuk menuruti
nasehatku, Bila Phang cengcu enggan mundur, tentu
tindakan tersebut mempunyai alasannya sendiri, aku pun
tak akan banyak bertanya lagi...."
Mendengar jawaban itu diam-diam Phang Thian hua
berpikir: "Agaknya bukan tanpa alasan orang persilatan
menganggap si Hakim berwajah besi ini sebagai
pendekar nomor satu di kolong langit Contohnya
beberapa patah katanya barusan, ia tidak memaksa juga
tidak berdebat, tapi posisinya justru menyudutkan diriku.
Bila aku tetap ngotot untuk membantah dan
mengajaknya berdebat, orang persilatan pasti akan
menertawakan kekerdilanku.
Begitu ingatan tersebut melintas lewat, sambil tertawa
dan manggut-manggut dia pun berkata: "Kebesaran jiwa
serta keluasan wawasan ciu taihiap sungguh
mengagumkan hatiku, Benar, keempat pendeta siau lim
si itu enggan mundur karena mereka telah kehilangan
kitab pusakanya dan ingin menuntut ganti dari pemilik

1563
bunga bwee, sedang aku enggan mundur lantaran aku
ingin mencoba kehebatan pemilik bunga bwee serta
mewakili para jago untuk menyingkap rahasia di balik
kotak kemala itu."
Pada saat itu, mayat lelaki tadi masih tetap berdiri
kaku di tempat. Telapak tangannya yang ditembusi pisau
beracun itu kini telah berubah jadi hijau membesi, dari
sini bisa disimpulkan betapa ganasnya racun yang
dioleskan pada pisau belati tersebut.
setelah tiba di tepi meja Phang Thian hua berseru
lantang: "Adakah di antara saudara sekalian yang kenal
dengan orang ini? silahkan tampil ke depan untuk
mengurusi jenasahnya..."
Perkataan itu diutarakan sampai empat kali, suasana
juga makin lama semakin keras, namun kawanan jago itu
hanya saling berpandangan tanpa seorang pun tampilkan
diri.
"Baiklah," kata Phang Thian hua kemudian "Kalau
memang tak ada yang kenal, terpaksa aku harus berbuat
lancang"
Dengan tongkatnya dia cungkil lepas telapak tangan
mayat itu dari atas meja.
Sejak menghembuskan napasnya yang penghabisan
tubuh orang itu bisa tetap berdiri tegak hal ini

1564
disebabkan tangannya ter-pantek pada meja oleh
tusukan pisau terbang tersebut Dengan terlepasnya
pantekan itu, otomatis mayatnya juga ikut roboh ke
tanah.
Di bawah cahaya matahari terlihat kotak kemala hijau
itu memantulkan selapis cahaya hijau yang menyilaukan
mata.
Agak bergidik juga perasaan Phang Thian hua setelah
menyaksikan kematian yang mengerikan dari lelaki
tersebut. Kendati pun ia memiliki ilmu silat yang luar
biasa, diam-diam hawa murninya dihimpun untuk slap
melancarkan serangan, kemudian tangan kirinya
bergerak mencengkeram kotak kemala itu, sepanjang
tindakannya itu dilakukan sepasang matanya yang tajam
mengawasi terus sekeliling arena.
Kali ini ternyata di luar dugaan Phang Thian hua, tak
seorang manusia pun yang berusaha menghalanginya
menyentuh kotak kemala itu. Setelah kotak kemala itu
terjatuh ke tangan Phang Thian hua, kawanan jago itu
baru seolah-olah teringat dengan ucapan pemilik bunga
bwee tadi, bahwa benda yang ada dalam kotak kemala
itu jauh lebih berharga daripada kitab pusaka Tat mo ie
cin keng.
Mereka semua percaya kalau pemilik bunga bwee
bukan cuma membual dengan kata-katanva tadi,
Buktinya kitab Tat mo ie cin keng telah diakui

1565
keasliannya oleh Coat pin taysu sebagai pihak yang
memilikinya.
Maka suasana gaduh pun kembali bergema di arena,
tanpa sadar kawanan jago itu mulai bergerak maju lagi.
Terdengar seseorang berseru nyaring: "Ayo buka
kotak kemala itu dan periksa isinya" suara teriakanpun
bersahut-sahutan, semua orang berteriak agar kotak itu
di-buka....
Terkesiap juga Phang Thian hua menyaksikan luapan
emosi kawanan jago itu, kembali dia berpikir: "Kalau
sampai membangkitkan kemarahan mereka, sekalipun
ilmuku jauh lebih hebatpun sulit rasanya untuk
menandingi mereka,..."
Kepada pemilik bunga bwee, segera serunya pula:
"sebenarnya apa isi kotak kemala ini? Dapat kau
sebutkan?"
pemilik bunga bwee tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha... kini kotak tersebut sudah berada di
tanganmu, kenapa tidak dibuka untuk diperiksa sendiri
isinya?"
Membayangkan kembali peristiwa yang menimpa kitab
Tat mo ie cin keng tadi, tiba-tiba muncul perasaan
bimbang di hati kecil Phang Thian hua, kembali pikirnya:
"Kalau isi kotak itu memang benar-benar lebih berharga

1566
dari pada kitab pusaka Tat mo ie cin keng, keadaan
masih bisa diatasi, Bagaimana kalau isinya justru
makhluk atau benda beracun lainnya? Bukankah aku
yang akan menjadi korban pertama?"
sekalipun dia cerdas dan segala tindakannya
diperhitungkan matang-matang, sayang beban
"martabat" dan "harga diri" membuatnya sulit untuk
mengembalikan kotak itu ke atas meja lagi. Terpaksa
sambil menutup semua pernapasannya pelan-pelan ia
buka kotak kemala itu.
Begitu kotak itu terbuka segera muncullah selapis
cahaya berwarna merah darah, Di bawan sinar matahari
cahaya merah itu nampak seperti bianglala tapi mirip
juga dengan kabut hingga sukar untuk dibedakan apakah
itu cahaya kabut atau cahaya bianglala.
sebagai pakar ilmu pertabiban dan obat-obatan Phang
Thian hua segera dapat mengenali bahwa cahaya itu
berasal dari pancaran sesuatu benda, mendadak timbul
sifat serakahnya, Kotak kemala yang belum sempat
terbuka sama sekali itu segera ditutup kembali rapatrapat,
lalu serunya sambil tertawa dingin:
"Tak kusangka kau mampu menyimpan kabut beracun
bunga bwee ke dalam kotak kemala itu, aku benar-benar
merasa kagum."

1567
Kabut beracun bunga bwee adalah sejenis racun yang
tidak berwujud, sebagai jago silat yang biasa
mengembara dalam dunia persilatan tentu saja semua
orang mengenalinya, apalagi para jago pun dapat
melihat munculnya cahaya merah setelah kotak kemala
tadi terbuka, tak heran kalau perkataan Phang Thian hua
sebagai Dewa jinsom ini segera dipercayai oleh kawanan
jago tersebut.
sambil tertawa hambar pemilik bunga bwee berkata:
"Nama besar Dewa jinsom ternyata bukan nama kosong
belaka, Kalau toh Phang cengcu menganggap isi kotak
kemala itu adalah kabut beracun bunga bwee, kenapa
tidak diletakkan kembali kotak itu ke tempatnya
semula..?"
Phang Thian hua mendengus dingin.
"Benda itu sangat jahat dan beracun, Betul isi dalam
kotak kemala itu tidak banyak tapi cukup untuk
mencelakai jiwa manusia, aku tak bisa membiarkan
barang semacam itu tetap tertinggal di sini"
Kalau didengarkan perkataan itu bernada gagah,
terbuka dan sangat memikirkan keselamatan orang
banyak.
sikap pemilik bunga bwee tetap tenang, pelan-pelan
ujarnya: "siapa menyimpan barang berharga, dia akan
menjadi sumber bencana, Kalau Phang cengcu tidak

1568
kuatir berdosa dengan para jago di kolong langit,
silahkan saja kotak kemala itu kau simpan" Phang Thian
hua tertawa dingin.
"Rupanya maksud anda mengundang seluruh jago
untuk berkumpul di sini selain karena kitab pusaka Tat
mo ie cin keng, aku lihat sudah tiada lagi hal lain yang
lebih hebat lagi, Maaf, aku tak bisa berdiam lebih lama di
sini dan selamat tinggal"
Ia takut pemilik bunga bwee menyinggung lagi
masalah kotak kemala itu, maka ia sengaja mengalihkan
pokok pembicaraan kesoal lain agar perhatian para jago
tercabang.
Pemilik bunga bwee berpaling memandang Coatpin
taysu sekejap. lalu katanya sambil tertawa: "Bukan aku
sengaja mengibul sesungguhnya barang yang kusimpan
dalam kotak kemala itujauh lebih berharga daripada kitab
pusaka Tat mo ie cin keng dari siau lim pai. Kini aku
dengan senang hati hendak menghadiahkan benda itu
kepadamu, agar kalau aku berkunjung lagi ke bukit siong
san lain waktu, paling tidak aku akan mendapat
pelayanan yang sesuai...."
"sebenarnya apa sih isi kotak kemala itu?"
"Mulai detik ini kotak kemala tersebut sudah menjadi
milik taysu, kenapa kau tidak memintanya dari Phang
Thian hua untuk diperiksa sendiri isinya...?"

1569
sebagai jago yang berpengalaman coat pin taysu tahu
kalau pemilik bunga bwee sengaja mengadu domba
mereka agar saling bentrok sendiri, Tapi berhubung ia
sedang sedih karena hilangnya barang pusaka milik
partainya, selain itu dia pun berhasrat mencari
penggantinya, maka tergerak juga hatinya setelah
mendengar perkataan itu. Kepada Phang Thian hua
iapun berseru: "Tentunya Phang cengcu sudah
mendengar perkataan dari pemilik bunga bwee bukan?"
"sebagai seorang pendeta agung, masa taysu begitu
gampang masuk perangkap orang? pemilik bunga bwee
itu berniat mengadu domba kita. Aku percaya seorang
bocah berusia tiga tahunpun akan mengetahui
maksudnya itu, kenapa taysu mempercayai obrolannya
itu?"
"Betul, pemilik bunga bwee memang bermaksud
mengadu domba kita"jawab Coat pin taysu pelan, "Tapi
pinceng sendiri pun berhasrat untuk menengok apa
gerangan isi kotak kemala tersebut, jikalau terbukti nanti
bahwasanya benda itu tiada hubungan dengan kitab
pusaka Tat mo cin keng, aku pasti akan mengembalikan
lagi kotak tersebut kepada Phang cengcu."
"isi kotak kemala ini hanya kabut bunga bwee yang
amat jahat dan mengerikan Tadi taysu toh sudah melihat
sendiri bahwa racun itu tak berwujud dan tak berbau, ia
bisa melayang mengikuti gerakan udara dan membunuh

1570
korbannya tanpa disadari oleh sang korban sendiri,
Menurut pendapatku lebin baik taysu tak usah
melihatnya lagi"
"Kalau isinya benar-benar adalah kabut beracun bunga
bwee, apakah Phang cengcu tidak takut?"
Tiba-tiba pemilik bunga bwee menimbrung: "Kalau isi
kotak kemala itu benar-benar adalah kabut beracun
bunga bwee, sewaktu diintip isinya tadi pasti sudah
merobos keluar dan meracuni seluruh udara, Buktinya
hingga saat ini belum ada seorang manusia pun yang
keracunan"
"Orang ini amat jahat dan keji" seru Phang Thian hua
sambil tertawa dingin, "Ia berniat menjaring semua jago
persilatan Serta membunuhnya, apakah taysu belum
sadar bila kau sedang diperalat olehnya untuk memusuhi
aku?"
coat pin taysu termenung dan berpikir berapa saat
lamanya, kemudian berkata: "Aku tahu tujuan pemilik
bunga bwee memang jahat dan bersifat adu domba, tapi
apa yang dikatakan olehnya masuk di akal juga,
Semisalnya isi kotak tersebut benar-benar adalah kabut
beracun bunga bwee, mungkin pada saat ini sudah ada
di antara kita yang keracunan-"
"Kalau begitu taysu ngotot hendak melihat isinya?"

1571
"Sebelum menengok sendiri isi kotak itu, aku memang
merasa tak tenang dan tetap menaruh curigai"
"Keputusan taysu itu sangat menyulitkan diriku."
"Tempat di mana kitab pusaka Tat mo cin keng
disimpan dalam kuil kami, terdapat pula tujuh puluh dua
jilid kitab ilmu silat lainnya. Kalau benar orang itu bisa
melarikan kitab Tat mo ie cin keng milik kami, ada
kemungkinan dia pun bisa melarikan beberapa jilid kitab
dari ketujuh puluh dua macam ilmu silat itu"
Kening Phang Thian hua kontan saja berkerenyit,
ujarnya ketus: "Bila taysu bersikeras hendak melihat,
silahkan ikut aku pulang ke perkampungan Pit tim san
ceng, Betul kalau selama ini kami tidak menerima tamu,
tapi bagi Coat pin taysu boleh berlaku suatu
keistimewaan. sepulangku keperkampungan pasti akan
kunantikan kehadiranmu sebagai tamu agung, Nah,
sampai jumpa lagi"
Kepada anak buahnya ia memberi tanda sambil
tambahnya: "Ayo kita pergi"
Keempat orang pemuda berbaju biru itu serentak
mencabut keluar pedangnya dan melangkah pergi
meninggalkan tempat itu. Dewa buas berbaju merah
yang selama ini membungkam diri, tiba-tiba saja
mengulapkan tangannya memberi tanda, Empat manusia
buas itu serentak berjajar di tengah jalan dan

1572
menghadang jalan pergi rombongan Dewa jinsom Phang
Thian hua.
"Cepat mundur" hardik Phang Thian hua. Keempat
pemuda berbaju biru yang sudah siap turun tangan itu
serentak menarik kembali senjatanya dan mengundurkan
diri begitu mendengar bentakan dari pemimpin-nya.
"Ada urusan apa kalian berempat menghalangi
perjalananku?" tegur Dewa Jinsom sambil tampil ke
depan.
"Kami empat bersaudara tidak takut kabut beracun
bunga bwee, serahkan saja kotak itu kepada kami" seru
Dewa buas berbaju merah garang.
"Kabut beracun dapat dipakai untuk mencelakai orang
tapi dapat pula digunakan untuk menolong orang, Aku
menguasai ilmu pengobatan dan setiap orang tahu akan
kemahiranku ini, Bila kubawa kabut tersebut pulang
keperkampungan pit tim san ceng lalu dicampur dengan
beberapa macam obat, maka akan terbentuklah pil anti
kabut beracun yang bisa kupakai untuk menolong umat
manusia"
"Selama hidup kami Dewa, Iblis, Setan dan Sukma
hanya tahu memikirkan kepentingan sendiri, kami tak
perduli mati hidup orang lain" seru Dewa buas berbaju
merah dingin.

1573
Iblis jahat berbaju hijau menyambung pula: "Apa yang
telah diucapkan toako kami selamanya tak bisa diganggu
gugat lagi, sekali dia mengatakan menginginkan kotak itu
maka kotak tersebut tetap akan kami dapatkan"
"Agar di antara kita jangan sampai terjadi salah
pengertian, lebih baik jangan main ngotot dengan kami"
sambung Setan gusar berbaju kuning pula sambil tertawa
seram.
"Apa lagi kotak itu adalah hadiah pemilik bunga bwee
untuk Coat pin taysu" kata sukma murung berbaju putih
tak mau kalah. "sekalipun si penerima hadiah menampik,
tidak seharusnya Phang cengcu berusaha untuk
mengangkangi sendiri"
Phang Thian hua mendengus dingin "Hmmm Mungkin
saja orang lain takut kepada kalian empat manusia buas
dari sin ciu, tapi aku Phang Thian hua tidak memandang
sebelah mata pun terhadap kalian, Apabila kamu,
berempat nekad hendak menjajal kepandaianku, dengan
senang hati aku akan melayaninya"
"sudah menjadi tradisi kami empat bersaudara untuk
turun tangan bersama dalam setiap pertempuran baik
dalam menghadapi satu orang atau seribu orang, karena
itu kami empat bersaudara siap menghadapimu.,."
"Betul" sambung iblis jahat berbaju hijau sambil
melirik Phang Thian hua sekejap. "Phang cengcu

1574
ditambah delapan orang anak buahnya total berjumlah
sembilan orang, kalau dihitung kau masih lebih banyak
lima pembantu daripada kami berempat
Phang Thian hua tertawa dingin, tukasnya: "Aku tidak
butuh pembantu, akan kuhadapi kalian empat manusia
buas seorang diri"
Setan gusar berbaju kuning mendengus dingin,
jengeknya pula: "Bila seseorang sudah berada dijalan
kematian, biar ada sebuah tembok benteng sebagai
penghalang pun perjalanan tetap dilanjutkan phang
cengcu, apabila kau sanggup mengalahkan kami empat
bersaudara dengan kekuatan seorang diri, mulai hari ini
kami empat bersaudara dari sin ciu tak akan
menginjakkan kaki dalam dunia persilatan lagi"
Phang Thian hua mendongakkan kepalanya tertawa
tergelak. suaranya amat keras hingga membumbung
tinggi ke angkasa, membuat pendengaran para jago
mendengung dan terasa amat sakit,
Gelak tertawa itu berlangsung kurang lebih
sepeminuman teh lamanya sebelum berhenti, tapi gema
suaranya tetap mendengung di udara sampai lama
sekali.
Diam-diam empat manusia buas dari sin ciu itu
terkesiap juga meski tak sampai diutarakan keluar, pikir
mereka: "Ternyata nama besar, si Dewa jinsom bukan

1575
nama kosong. Terbukti dari gelak tertawanya itu, jelas
tenaga dalam yang dimilikinya telah mencapai puncak
kesempurnaan."
Mendadak terdengar Dewa buas berbaju merah
mendengus dingin, serentak iblis jahat berbaju hijau,
Setan gusar berbaju kuning dan sukma murung berbaju
putih menyebarkan diri membentuk sebuah formasi yang
siap tempur.
Perlu diketahui, hubungan batin yang sangat erat di
antara empat manusia buas itu telah menjalin hubungan
yang akrab pula di antara mereka. setiap gerak gerik
seseorang dapat diterima pihak lain sebagai suatu
pemberitahuan. oleh sebab itulah meski si Dewa buas
berbaju merah cuma mendengus saja, tapi ketiga
saudaranya dapat menangkap arti sebenarnya dari suara
dengusan itu.
Mendadak Phang Thian hua memutar tongkatnya
kuat-kuat, deruan angin yang tajam dan luar biasa
mendesak empat manusia buas dari sin ciu itu harus
mundur selangkah dari posisi semula.
"Hati-hati Phang cengcu, kami empat bersaudara akan
segera melancarkan serangan" seru Dewa buas Derbaju
merah dingin.
Phang Thian hua menyilangkan tongkatnya sejajar
dada, wajahnya yang semula serius tiba-tiba

1576
menyungging senyuman, sahutnya: "Silahkan Harl ini
kebetulan pikiranku sedang lega, aku akan mengalah
satu jurus lagi untuk kalian berempat...."
Hanya di dalam waktu singkat si Dewa jinsom ini
mampu menenangkan kembali pikirannya dari kobaran
emosi dan amarah, Para jago yang menyaksikan hal ini
diam-diam merasa kagum juga, puji mereka dalam hati:
"Selain tenaga dalamnya amat sempuma, kemampuan
Phang Thian hua dalam menguasai emosi betul-betuI
mengagumkan...."
sementara itu Dewa buas berbaju merah telah
berkata: "Banyak orang persilatan berbicara tentang
aturan dan adat kebiasaan tapi kami berempat tidak
mengerti sama sekali tentang tetek bengek itu. Kalau toh
Phang cengcu bersedia mengalah empat jurus, kami pun
tidak akan sungkan-sungkan lagi"
Begitu selesai berbicara, sebuah pukulan yang amat
dahsyat telah dilontarkan ke depan-
Betul juga, ternyata Phang Thian hua enggan
membalas, ia miring kan badannya ke samping, dengan
lincah menghindarkan diri dari gempuran tersebut.
sementara melepaskan sebuah pukulan tadi, tangan
kiri si Dewa buas berbaju merah telah merogoh ke dalam
sakunya untuk mengeluarkan sebuah senjata penggaris

1577
yang terbuat dari emas dengan panjang satu depa
delapan inci.
Iblis jahat berbaju hijau tertawa terbahak-bahak. dari
kejauhan ia lepaskan sebuah pukulan pula sementara
tangan kirinya merogoh keluar sebuah senjata martil
perak berantai. Phang Thian hua bergerak maju
selangkah, di antara jenggot putihnya yang berkibar
tahu-tahu dia sudah menghindar sejauh lima depa,
meloloskan diri dari gempuran iblis jahat berbaju hijau.
"Phang cengcu" seru setan gusar berbaju kuning
dingin. "Sekarang tiba giliranmu untuk mencicipi ilmu jari
panca setanku"
Ketika tangan kanannya dicakarkan ke depan, lima
gulung desingan angin dingin yang menggidikkan segera
memancar keluar.
Meskipun secara mudah Phang Thian hua berhasil
meloloskan diri dari gempuran Dewa buas berbaju merah
dan iblis jahat berbaju hijau, namun di hati kecilnya dia
tahu bahwa kepandaian kedua orang tersebut bukan
cuma begitu saja, Betul mereka berkoar-koar
mengatakan tak kenal aturan dunia persilatan, akan
tetapi bagaimana pun juga mereka terhitung orang
kenamaan dalam jajaran persilatan, sudah barang tentu
mereka tak ingin kehilangan harga diri lantaran mencari
keuntungan di antara sikap mengalah lawannya.

1578
Berbeda dengan si setan gusar berbaju kuning ini, dia
tak gubris masalah gengsi atau harga diri, begitu
melepaskan serangan, maka ilmu Ngo kui imhong ci
andalannya segera digunakan, itu pun didahului dengan
peringatan lebih dahulu.
Diam-diam Phang Thian hua menghimpun tenaga
dalamnya guna membuat sekujur tubuh lebih keras dari
baja. Menunggu sampai desingan angin dingin itu
menghampiri badannya, baru ia berjumpalitan untuk
meloloskan diri
sekalipun ia sudah membuat persiapan tak urung
terasa juga desingan angin dingin yang lewat dari sisi
badannya itu mendatangkan perasaan tak sedap
ditubuhnya, Coba kalau gempuran itu disambut dengan
kekerasan, betul badannya dilindungi tenaga dalam, tapi
ia sadar belum mampu untuk menghadapinya.
Bersamaan dengan dilepaskannya pukulan Ngo kui im
hong ci tadi, si setan gusar sukma murung berbaju putih
memutar pula sepasang tongkat besinya untuk
membendung ancaman lawan dengan keras melawan
keras. Traaanggg.,.
Benturan keras yang disertai percikan api bergema di
udara, akibatnya tubuh si-sukma murung berbaju putih
tergetar mundur sejauh dua langkah oleh kesempurnaan
tenaga dalam Phang Thian hua.

1579
iblis jahat berbaju hijau tak mau berdiam diri saja,
cambuk lemasnya segera diputar, dengan jurus
"mengusir bintang mengejar rembulan" ia lancarkan satu
serangan dari kejauhan.
Biarpun di mulut Phang Thian bicara sombong,
sesungguhnya ia sudah menganggap keempat manusia
buas ini sebagai musuh tangguh, tentu saja ia tak berani
bersikap gegabah.
Tongkatnya segera digerakkan mendorong ke depan,
secara melintang dia hajar ruyung lemas palu perak dari
iblis jahat berbaju hijau, Buru-buru Iblis jahat berbaju
hijau menekan pergelangan tangannya ke bawah,
senjatanya yang sedang menyodok lurus ke muka itu
tahu-tahu meluncur ke bawah, begitu lolos dari babatan
tongkat musuh, ia sapu tubuh bagian bawah lawan.
Dengan menyalurkan tenaga dalamnya membuat
sebuah ruyung lemas menjadi kaku seperti tongkat besi
bukan suatu kejadian aneh dalam dunia persilatan, tapi
dari kaku tiba-tiba berubah jadi serangan melintang ke
bawah betul-betul termasuk suatu kejadian yang langka
sekali, kontan saja para jago yang berada di sekitar
arena bersorak memuji, pikir mereka bersama: "Agaknya
kemampuan empat manusia buas dari sin-cui untuk
malang melintang dalam dunia persilatan tanpa
tandingan, bukan diperoleh secara kebetulan... ilmu silat
mereka benar-benar sangat tangguh."

1580
Phang Thian- hua segera menekan toyanya ke bawah
memapaki datangnya serangan itu.... "B la a a mmmm. .
. "
Diiringi suara benturan yang sangat keras, senjata
palu perak lawan pun berhasil dipentalkan ke samping.
Mendadak terlihat cahaya kuning berkilauan sepasang
kencrengan tembaga meluncur datang dengan kecepatan
luar biasa.
Phang Thian- hua kembali menyodokkan tongkat
besinya ke atas sambil menyontek ke samping, sekali lagi
terdengar suara benturan nyaring yang memekikkan
telinga, kencrengan tembaga itu seketika terpental ke
samping arena.
Buru-buru setan gusar berbaju kuning menarik
pergelangan tangan kanannya ke belakang, tahu-tahu
kencrengan tembaga itu terbang berubah arah dan
meluncur balik ke tangannya, di saat tangan kanannya
menyambut kencrengan tembaga yang meluncur balik
inilah, kencrengan yang berada di tangan kirinya
disambit ke muka dengan kecepatan luar biasa.
Sukma murung berbaju putih tidak tinggal diam,
SepaSang toya besinya bagaikan ular berbisa yang keluar
dari Sarang menyergap punggung phang Thian-hua.

1581
Ruyung lemas iblis jahat berbaju hijau tidak tinggal
diam, dengan jurus "Tiarap di tanah mengejar angin"
menyapu tubuh bagian lawan musuh. Kali ini iblis jahat,
setan gusar dan sukma murung melancarkan serangan
bersama-sama, tubuh bagian muka, belakang, atas dan
bawah Phang Thian-hua boleh dibilang telah terkurung
dalam ancaman senjata martil perak, kencrengan
tembaga serta toya besi lawan-
Di antara empat manusia buas, tinggal Dewa buas
berbaju merah dengan senjata penggaris emasnya belum
melancarkan serangan.
Para jago yang menonton jalannya pertarungan itu
diam- diam mengucurkan peluh dingin, mereka kuatir
Phang Thian-hua yang terkepung dalam kurungan ketiga
orang jago lihay itu tak sanggup menahan sepuluh
gebrakan lagi.
Phang Thian-hua tertawa terbahak-bahak^ di tengah
gelak tertawa yang keras permainan toyanya tiba-tiba
berubah, ia ciptakan berlapis-Iapis bayangan toya untuk
melindungi tubuh sendiri,
"Traaang... traaang... traaang.,."
Ditengah serangkaian suara dentingan nyaring,
senjata martilperak, kencrengan tembaga dan toya besi
lawan tahu-tahu sudah terpental ke mana-mana oleh
sambaran bayangan toya lawan.

1582
"suatu jurus "Gulungan ombak seribu lapis" yang
sangat hebat" seru Dewa buas berbaju merah sambil
tertawa dingin.
Di tengah bentakan keras tiba-tiba ia mendesak ke
depan, dengan senjata penggaris emasnya melindungi
badan ia desak ke sisi tubuh Phang Thian-hua. Rupanya
senjata penggaris emas miliknya itu hanya sepanjang
satu depa delapan inci, paling cocok untuk pertarungan
jarak dekat. Phang Thian-hua terkejut, toyanya segera
diputar melakukan tangkisan, di antara gerak
serangannya itu terbesit desingan angin kuat yang
memekikkan telinga.
Ia sadar, bila Dewa buas berbaju merah dibiarkan
mengembangkan serangan jarak dekat terhadapnya
maka dengan mengisi kelemahan dari serangan jarak
jauh ketiga manusia buas lainnya, dengan cepat dirinya
akan terjerumus ke dalam situasi yang sangat berbahaya
dan sukar dihadapi
oleh sebab itu dalam serangannya kali ini dia telah
sertakan tenaga dalamnya sebanyak tujuh bagian untuk
membendung gempuran Dewa buas berbaju merah, dia
berharap musuhnya tahu lihay dan segera
mengundurkan diri
siapa tahu Dewa buas berbaju merah justru
menggerakkan senjata penggaris emasnya dan

1583
menyongsong datangnya serangan toya Phang Thian-hua
yang disertai desingan angin kuat itu.
"Braaaak..."
Benturan keras segera terjadi, tubuh si Dewa buas
berbaju merah tergetar mundur satu langkah, akan tetapi
toya Phang Thian-hua terpental juga sejauh beberapa
depa.
Di saat senjata toya dan penggaris emas saling
membentur itulah, senjata martil perak dari iblis jahat
berbaju hijau dan Kencrengan tembaga dari setan gusar
berbaju kuning telah menyeruduk tiba.
setelah merasakan kerja sama dari keempat manusia
buas itu, Phang Thian-hua sudah sadar atas kelihayan
lawan-lawannya, ia segera mengubah taktik pertarungan
dengan mengikuti perubahan situasi, ia mengutamakan
pertarungan seimbang lebih dulu sebelum berusaha
merobohkan lawan, Kali ini toyanya ditarik kembali untuk
melindungi seluruh badannya, dengan berkelit sejauh
lima depa, ia berusaha meng hindari benturan kekerasan
dengan senjata martilperakserta kencrengan tembaga itu
setelah bentakannya dengan Dewa buas berbaju
merah barusan, phang Thian-hua telah menyadari bahwa
kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki lawannya itu
hampir seimbang dengan kemampuan miliknya, itu
berarti jika dia tangkis serangan martil perak dan

1584
kencrengan tembaga itu dengan kekeras an, maka akan
terbukalah kesempatan bagi Dewa buas berbaju merah
untuk mendesak ke depan, bila sekali saja ia berhasil
dipaksa untuk melayani pertarungan jarak dekat,
kesempatan untuk meraih kemenangan baginya hari ini
akan punah.
Apa yang diduga ternyata benar juga, ada saat
serangan dari martil perak dan kencrengan tembaga itu
meluncur tiba, mendadak Dewa buas berbaju merah merundukkan
badannya sambil menerjang ke sisi badan
Phang Thian-hua dengan kecepatan bagaikan sambaran
petir.
sebaliknya Phang Thian-hua sendiri pun tidak mengira
si Dewa buas berbaju merah tetap melanjutkan
terjangannya meski sudah melihat kalau dia telah
membuat persiapan, dalam kaget dan gusarnya ia
membentak keras, dengan mengerahkan tenaga
dalamnya sampai sepuluh bagian toyanya disodokkan ke
muka kuat-kuat.
Mengikuti datangnya dorongan toya yang sangat kuat
ini tiba-tiba Dewa buas berbaju merah melejit ke udara
dan melambung setinggi dua kaki lebih. Menyaksikan
adegan pertarungan ini kawanan jago di seputar arena
sama-sama merasa terkesiap. pikirnya:
"Tak nyana ilmu silat yang dimiliki Phang Thian-hua
betul-betul luar biasa hebatnya...." Belum habis ingatan

1585
tersebut melintas lewat, tiba-tiba terlihat tubuh si Dewa
buas berbaju merah yang mencelat ke udara itu
berjumpalitan beberapa kali, kemudian sekali lagi
menubruk ke arah Phang Thian-hua.
Ternyata Dewa buas berbaju merah segera sadar
bahwa sulit baginya untuk bertarung keras melawan
keras dengan lawannya begitu senjata penggaris
emasnya menyentuh toya lawan dan merasakan
datangnya serangan yang maha dahsyat, buru-buru dia
himpun hawa murninya untuk menahan gerak maju
badannya, lalu sambil menutul toya musuh dengan
senjata penggaris emasnya dia meminjam kekuatan yang
maha dahsyat itu untuk mencelat ke udara serta
berjumpalitan beberapa kali, kemudian dengan
memanfaatkan kesempatan yang ada ia menubruk
kembali ke arah Phang Thian-hua.
sekali lagi para jago yang berada di seputar arena
memuji kehebatan Dewa buas berbaju merah yang
pandai memanfaatkan peluang, sukma murung berbaju
putih berpekik nyaring, sepasang tongkat besinya dengan
jurus "sepasang naga keluar air" menyergap belakang
tubuh Phang Thian-hua dengan kecepatan tinggi.
Phang Thian-hua mengayunkan toyanya ke belakang
mementalkan sepasang tongkat besi itu, tapi serangan
martil perak dari iblis jahat berbaju hijau telah menyodok
tiba.

1586
Bersamaan waktunya Dewa buas berbaju merah pun
memanfaatkan peluang ketika toya musuh mementalkan
sepasang tongkat besi itu untuk meluncur turun ke
bawah dengan ilmu bobot seribu, begitu berada dekat
dengan sisi badan phang Thian-hua, senjata penggaris
emasnya memakai jurus "Menampik harimau diluar
pintu" ia bendung serangan toya musuh, sementara jari
telunjuk dan jari tengah tangan kirinya menyodokjalan
darah Hian-ki-hiat di tubuh Dewa jinsom itu.
sungguh luar biasa Phang Thian-hua, biar terancam
bahaya pikirannya tak sampai panik, menggunakan sisa
kekuatan toyanya yang menyapu pental senjata tongkat
besi lawan, badannya ikut berputar pula menghindari
serangan martil perak serta sodokan jari dari Dewa buas
berbaju merah, pergelangan tangan kanannya segera
diputar, toyanya diputar kencang-kencang membentuk
berlapis-lapis bayangan senjata yang melindungi seluruh
badannya, kini ia tidak cabangkan pikiran untuk
menyerang musuh lagi, dia lebih utamakan pertahanan
diri.
Pertarungan ini merupakan suatu pertempuran sengit
yang jarang terjadi dalam dunia persilatan, Dewa buas
berbaju merah dan sukma murung berbaju putih tidak
berpeluk tangan saja, dengan mengandalkan senjata
masing-masing mereka memukul musuhnya dari muka
dan belakang, sebaliknya iblis jahat berbaju hijau dan
setan gusar berbaju kuning dengan senjata martil perak

1587
serta kencrengan tembaganya menyerang bagian atas
dan bawah musuh.
BAB 47. memperebutkan Kotak Kemala
Phang Thian-hua sendiri pantang menyerah, toyanya
sebentar disodok sebentar ditarik, ia ciptakan berlapislapis
bayangan toya untuk melindungi badan, dari arah
mana pun keempat manusia buas itu menyerang dan
betapa gencar serta dahsyatnya mereka mendesak, tak
sebuah serangan pun berhasil mencederai dirinya Tak
selang berapa saat kemudian kelima orang itu sudah
bertarung empat lima puluh gebrakan lebih.
Tampak senjata martil perak berputar-putar seperti
gangsingan, kencrengan tembaga menyambar seperti
guntur, bayangan toya menderu-deru meninggalkan
bayangan kabur, pertarungan berlangsung dengan
sengitnya, tapi kedua belah pihak tidak menunjukkan
tanda-tanda akan kalah.
kawanan jago yang mengikuti jalannya pertempuran
itu rata-rata merasa terkejut bercampur ngeri, pikir
mereka: "Pertempuran sengit semacam ini benar-benar
belum pernah dijumpai sebelumnya...."
Dalam pada itu delapan orang anak buah Phang
Thian-hua telah meloloskan senjata masing-masing

1588
sambil mengikuti perubahan situasi dalam arena
pertarungan dengan perasaan tegang, seingat mereka
Phang Thian-hua belum pernah bertarung lebih dari lima
puluh gebrakan melawan orang lain, biasanya asal dia
turun tangan sendiri maka belum sampai sepuluh
gebrakan musuhnya pasti telah dirobohkan tak berkutik,
Tapi kenyataannya sekarang, berpuluh-puluh
gebrakan sudah lewat tanpa diketahui siapa yang
menang dan siapa yang kalah, bahkan kalau dilihat dari
situasinya posisi Phang Thian-hua semakin terdesak di
bawah angin- kini dia malah cuma bisa menangkis tanpa
mampu melancarkan serangan balasan.
Tiba-tiba terdengar Dewa buas berbaju merah
membentak keras: "Lepas tangan"
Cahaya emas tiba-tiba saja berkilauan tajam dan
langsung menyerang masuk ke balik bayangan toya yang
diciptakan Phang Thian-hua.
"Belum tentu.,." hardik Phang Thian-hua pula dengan
suara teramat gusar.
Di tengah bentakan nyaring itu mendadak tubuh
kedua orang itu paling berpisah, Posisi kuda-kuda si
Dewa buas berbaju merah tak bisa dipertahankan lagi,
secara beruntun ia mundur sejauh enam tujuh langkah,
Tapi akhirnya ia tak mampu mempertahankan diri,
tubuhnya roboh terjungkal ke atas tanah, iblis jahat

1589
berbaju hijau, setan gusar berbaju kuning dan sukma
murung berbaju putih serentak menarik kembali
senjatanya sambil melompat ke sisi Dewa buas berbaju
merah.
"Toako, kau terluka?" tanya mereka hampir serentak.
sepasang mata Dewa buas berbaju merah terbelalak
lebar-lebar, mulutnya terbungkam rapat, wajahnya
diliputi mimik muka yang menyeramkan Melihat keadaan
saudaranya itu, iblis jahat berbaju hijau segera memukul
punggung Dewa buas berbaju merah itu keras- keras
.begitu punggungnya dihantam, Dewa buas berbaju
merah menghembuskan napas panjang, bisiknya: "Phang
Thian-hua juga telah terluka"
Ketika para jago berpaling, terlihat Phang Thian-hua
sedang berdiri tak bergerak dengan wajah termangumangu,
tongkatnya digunakan untuk menopang
badannya dan mulutnya terbungkam dalam seribu basa.
setan gusar berbaju kuning tertawa dingin, tiba-tiba
dia mengayunkan pergelangan tangan kanannya, secepat
petir senjata kencrengan tembaganya meluncur ke muka.
Kedelapan orang anak buah Phang Thian-hua serentak
bergerak maju dan mengurung phang Thian-hua di
tengah arena.

1590
Dua orang pemuda berbaju biru dengan
menggetarkan pedang masing-masing menciptakan
selapis jaring pedang yang amat kuat. "Traaang.„
traaaang..."
Di tengah serangkaian suara dentingan yang amat
nyaring, sepasang kencrengan tembaga dari setan gusar
berbaju kuning terpental keempat penjuru begitu
membentur cahaya pedang yang sangat kuat itu.
Mendadak terdengar Phang Thian-hua mengangkat
tinggi toyanya sambil berseru lantang:
"Menang kalah masih belum diputuskan, kalian cepat
mundur dari sini" Delapan orang anak buahnya itu
kelihatan agak tertegun, tapi serentak mereka segera
mengundurkan diri
"Dewa buas berbaju merah" teriak Phang Thian-hua
sambil memutar tongkatnya, "Kau masih punya kekuatan
untuk melanjutkan pertarungan?"
"Kenapa Tidak?" jawab Dewa buas berbaju merah
sambil maju ke depan dengan sempoyongan, sementara
itu para jago yang berada di seputar arena dapat melihat
bahwa kedua belah pihak sama-sama sudah terluka
parah, apa bila pertarungan ini dilanjutkan maka salah
satu di antara mereka tentu akan terluka parah atau
bahkan tewas, kendati begitu tak seorang pun yang
berusaha mencegah atau menghalangi.

1591
Hal ini disebabkan kedua orang itu sama-sama
termasuk tokoh yang paling sukar dilayani dalam dunia
persilatan, otomatis orang lain segan mencampuri urusan
mereka hingga berakibat mendatangkan kesulitan buat
diri sendiri
sebaliknya si iblis jahat berbaju hijau, setan gusar
berbaju kuning, sukma murung berbaju putih maupun
kedelapan orang anak buah Phang Thian-hua telah dapat
melihat pula kalau kedua orang itu tak sanggup
melanjutkan kembali pertarungan tersebut, namun
mereka pun cukup memahami sifat mereka sehingga
siapa pun tak berani mencegah.
Berada dalam keadaan begini mereka hanya bisa
menghimpun tenaga dalam sambil bersiap sedia,
Dilamana perlu mereka baru akan turun tangan
membantu.
Tiba-tiba Phang Thian-hua menghentakkan tongkatnya
ke atas tanah, lalu dengan jurus "Bukit Thay-san
menindih kepala" ia babat tubuh lawannya keras-keras.
Dewa buas berbaju merah buru-buru menangkis
serangan itu dengan jurus "Mendekati awan menyanjung
matahari" Tapi begitu senjata penggaris emasnya
bentrok dengan senjata tongkat lawan, mendadak tubuh
Dewa Buas Berbaju merah mundur sempoyongan,
agaknya dia tak sanggup membendung datangnya
ancaman tersebut,

1592
pada saat yang amat kritis inilah terlihat cahaya perak
berkelebat lewat, senjata martil perak dari iblis jahat
Berbaju hijau tahu-tahu sudah meluncur datang dari
kejauhan sana untuk menangkis tongkat Phang Thianhua
yang sedang membabat ke bawah itu.
sambil miring kan tubuhnya ke samping mendadak
Phang Thian-hua maju satu langkah ke depan,
menggunakan kesempatan itu tangan kirinya diayunkan
melepaskan satu pukulan menghantam dada Dewa buas
berbaju merah, padahal ketika itu gerak gerik Dewa buas
berbaju merah sudah tidak selincah tadi, melihat
datangnya hantaman dari Phang Thian-hua itu ternyata
ia tak sanggup menghindarkan diri
Terdengar bentakan gusar berkumandang tiba,
sepasang kencrengan tembaga milik setan gusar berbaju
kuning dengan menciptakan segulung cahaya kuning
meluncur tiba secepat kilat Dalam keadaan demikian,
seandainya Phang Thian-hua tidak segera menarik
kembali serangan tersebut kendatipun ia berhasil
menghajar dada Dewa buas berbaju merah secara telak.
namun pergelangan tangan kirinya niscaya akan terbabat
juga oleh sambaran senjata kencrengan tembaga yang
dilepaskan setan gusar berbaju kuning.
Tapi sayang keadaan phang Thian-hua pada saat ini
sudah tidak segesit dan selincah awal pertarungan tadi,
baginya sudah amat sulit untuk menarik kembali

1593
serangan itu sambil menghindari serangan kencrengan
tembaga dari setan gusar berbaju kuning.
Meskipun begitu, kesadarannya belum hilang sama
sekali, sadar kalau tak mungkin lagi untuk menghindar,
sambil menggertak gigi ia percepat serangannya untuk
menghantam dada lawan-
Di tengah suara dengusan tertahan, tubuh si Dewa
buas berbaju merah yang termakan hantaman keras
Phang Thian-hua itu seketika mencelat ke belakang dan
roboh terjungkal.
Akan tetapi serangan kencrengan tembaga dari setan
gusar berbaju kuning pun segera tiba, di antara kilatan
cahaya tajam, darah segar berhamburan keempat
penjuru, seluruh lengan kiri Phang Thian-hua nampak
terkulai lemas ke bawah, rupanya luka yang dideritanya
cukup parah.
Di tengah robohnya tubuh Dewa buas berbaju merah
dan terlukanya Phang Thian-hua, terdengar suara
bentakan gusar, teriakan kaget bergema memecahkan
kesepian, ke delapan anak buah Phang Thian-hua
maupun iblis jahat Berbaju Merah dan sukma murung
berbaju putih telah menerjang maju ke arena.
sambil memutar sepasang tongkat besinya yang
membawa deruan angin kuat sukma murung berbaju
putih menangkis semua serangan senjata dari anak buah

1594
Phang Thian-hua, kemudian secepat kilat ia terjang ke
sisi Dewa jinsom itu dan menendang perutnya kuat-kuat.
Mendadak Phang Thian-hua membuka matanya lebarlebar,
di antara pancaran sinar tajam dari balik matanya,
tongkat di tangan kanannya didorong ke muka dan
melindungi perutnya yang ditendang itu
Mimpi pun sukma murung berbaju putih tidak mengira
dalam keadaan dua kali terluka ternyata Phang Thianhua
masih memiliki sisa tenaga untuk menggunakan
tongkatnya untuk membendung serangan tersebut.
Padahal ketika itu tendangan yang dilancarkan sudah
telanjur setengah jalan, sementara sepasang tongkat
besinya digunakan untuk membendung serangan senjata
yang datang dari kiri dan kanan tubuhnya, dalam posisi
demikian sulit baginya untuk menarik kembali tendangan
itu meski ada keinginan dalam hati kecilnya.
Tak ampun lagi kaki kirinya dihajar keras- keras oleh
sambaran tongkat dari Phang Thian-hua itu
Terdengar sukma murung berbaju putih mendengus
dingin, mengikuti gerak kaki kirinya tubuhnya ikut
berputar kencang, lalu dengan berdiri di satu kaki
kanannya, sepasang tongkat besi di tangannya tetap
menyambar ke kiri kanan untuk membendung datangnya
serangan senjata dari kedua belah sisinya

1595
"Roboh" Terdengar iblis jahat berbaju hijau
membentak gusar, seorang lelaki berbaju hitam mencelat
ke udara dan roboh terjungkal lebih kurang satu kaki dari
arena.
Rupanya senjata martil perak milik iblis jahat berbaju
hijau itu hanya cocok untuk pertarungan jarak jauh,
maka sewaktu menerjang maju ke depan tadi ia telah
menyimpan kembali senjatanya dan melepaskan
serangan dengan tangan kosong.
seorang lelaki berbaju hitam anak buah Phang Thianhua
segera memapaki kedatangannya dengan sebuah
sapuan golok, maksudnya hendak menghadang jalan
maju iblis jahat berbaju hijau, siapa tahu goloknya
terpental ke samping akibat serangan tangan kanan iblis
jahat tersebut sementara tangan kirinya memanfaatkan
peluang itu menghajar punggung lelaki tersebut,
akibatnya lelaki itu terhajar telak dan mencelat keluar
dari arena.
Dipihak lain, setan gusar berbaju kuning dengan
mengandalkan permainan sepasang kencrengan
tembaganya bertempur sengit melawan dua orang
pemuda berbaju biru dan dua orang lelaki berbaju hitam,
untuk sementara waktu mereka masih dapat
mempertahankan posisi seimbang.

1596
sesudah berhasil melukai seorang lelaki berbaju hitam,
iblis jahat berbaju hijau tidak berpeluk tangan saja,
kembali ia menerjang ke arah Phang Thian-hua.
Terlihat cahaya pedang berkilauan, dua orang pemuda
berbaju biru itu segera meninggalkan sukma murung
berbaju putih untuk menghadang jalan maju iblis jahat
berbaju hijau.
Waktu itu, Dewa jinsom Phang Thian-hua maupun
Dewa buas berbaju merah telah duduk bersila sambil
mengatur pernapasan, terhadap jalannya pertarungan
yang sedang berlangsung di arena itu mereka tidak
menggubrisnya sama sekali, bahkan melirik sekejap pun
tidak. Ternyata kedua orang itu berusaha merebut waktu
agar bisa menyelesaikan pernapasannya lebih awal.
Tiba-tiba Phang Thian-hua membuka matanya
kembali, tongkatnya segera dihujamkan sedalam satu
depa ke dalam tanah, lalu dari sakunya mengambil keluar
sebutir pil yang segera ditelannya, kemudian setelah
melirik Dewa buas berbaju merah sekejap. kembali ia
mengeluarkan sebuah botol porselen dari sakunya dan
menaburkan bubuk putih itu ke atas mulut lukanya
sebagai seorang ahli pertabiban dan obat-obatan, pil dan
bubuk obat ramuannya betul-betul manjur, begitu
dibubuhi obat, darah yang mengucur keluar itu seketika
berhenti.

1597
Cepat dia melangkah maju ke depan dan
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
kanan Dewa buas berbaju merah, hardiknya kemudian
dengan suara dingin: "Berhenti"
sekalipun anak buah yang dibawa Phang Thian-hua itu
memiliki ilmu silat yang cukup tangguh, sesungguhnya
mereka bukan tandingan ketiga orang manusia buas itu,
Mereka dapat bertahan diri selama ini tak lain karena
mereka sudah bertempur mati-matian dengan prinsip
beradu jiwa demi menyelamatkan jiwa majikannya Meskipun
begitu tapi berhubung selisih ilmu silat di antara
kedua belah pihak cukup banyak, kendatipun sistem
pertarungan adu jiwa ini dapat bertahan untuk
sementara waktu, namun lama kelamaan mereka keteter
juga dibuatnya.
Untunglah di saat yang amat kritis ini Phang Thian-hua
membentak keras, memanfaatkan kesempatan ini buruburu
mereka menarik kembali senjatanya dan
mengundurkan diri. Dengan sinar mata yang
menggidikkan hati Phang Thian-hua mengawasi ketiga
manusia buas itu sekejap kemudian ujarnya:
"Walaupun hasil pertarungan ini tidak menunjukkan
kemenangan mutlak bagiku, paling tidak aku tak sampai
menderita kekalahan"

1598
"Hmmm, seandainya berapa orang anak buahmu tidak
turun tangan, saat ini kau pasti sudah mampus" jengek
iblis jahat berbaju hijau sambil tertawa dingin.
"Sekarang toh kalian bertiga boleh menyerang diriku
lagi...." Melihat Dewa buas berbaju merah sudah terjatuh
ke tangan Phang Thian-hua, tentu saja ketiga orang
manusia buas itu tak berani bertindak gegabah, terpaksa
mereka hentikan pula serangannya .
"Lepaskan dulu toako kami...." seru Setan gusar
berbaju kuning dengan nada gusar, Phang Thian-hua
tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha... sekalipun lengan kiriku terluka, tapi dari
kalian berempat manusia buas sudah ada dua orang
yang terluka juga, malah terluka di tanganku sendiri,
siapa menang siapa kalah dalam pertarungan ini lebih
baik kita serahkan saja keputusannya kepada para jago
yang menonton jalannya pertempuran-..."
Tiga manusia buas dari Sin-ciu ini cukup mengerti
posisi mereka dalam pandangan para jago, bahkan boleh
dikata musuh mereka berada di mana-mana, jika para
jago yang diminta untuk memberikan penilaiannya maka
mereka yakin hal tersebut tentu tidak menguntungkan
pihaknya.
oleh sebab itu dengan suara dingin iblis jahat berbaju
hijau berkata: "Kami mempunyai hubungan yang kurang

1599
serasi dengan umat persilatan, kalau hasil pertarungan
hari ini harus diputuskan orang lain, aku kuatir keputusan
itu bakal kurang adil." Kembali Phang Thian-hua tertawa
terbahak-bahak
"Hahahaha... setiap umat persilatan tahu bahwa aku
pun amat jarang melakukan hubungan dengan umat
persilatan, biarpun hubungan kalian empat manusia buas
dengan para jago kurang baik, hubunganku dengan
mereka pun tidak lebih baik daripada kalian berempat."
iblis jahat berbaju hijau segera mengalihkan
pandangan matanya menyapu para jago sekejap setelah
itu tegurnya:
"Adakah di antara kalian yang bersedia tampil ke
muka untuk memberikan keputusan atas pertarungan
yang barusan kami langsungkan?"
suasana amat hening, tak seorang jago silatpun
memberikan komentarnya apalagi tampilkan diri
Melihat tak ada yang menjawab, Phang Thian-hua
segera berkata pula:
" Kalian telah menyaksikan sendiri jalannya
pertarungan itu, kuharap kalian bersedia memberikan
keputusan yang adil siapa di antara kami yang berhak
disebut sebagai pemenang."

1600
Kedua belah pihak sama-sama termasuk manusia yang
susah dihadapi, sudah barang tentu tak seorang pun
mau memberikan komentarnya, sebab mereka mengerti
sedikit salah bicara bisa berakibat terlibatnya tali
permusuhan di antara mereka.
Itulah sebabnya meski iblis jahat berbaju hijau dan
Phang Thian-hua sudah mengulangi perkataan itu
beberapa kali pun belum ada seorang manusia pun
memberikan tanggapannya. Mendadak terdengar
seseorang berseru keras:
"Hanya satu orang yang dapat memberikan
pandangannya secara adil "
"siapa?" tanya Phang Thian-hua.
"Ketua Hian-hong-kau"
Phang Thian-hua berkerut kening, belum sempat ia
menjawab para jago yang berada di sekeliling arena
telah berseru keras: "Betul, ketua Hian-hong-kau, ketua
Hian-hong-kau..."
suasana segera berubahjadi gaduh dan rikuh, suara
yang terdengar pun hampir semuanya mendukung ketua
Hian-hong-kau sebagai juri yang paling pantas. Maka
dengan suara keras Phang Thian-hua berseru:

1601
" Kalian semua telah mendukung ketua Hian-hong-kau
sebagai juri, entah bagaimana pandangan ketua Hianhong-
kau sendiri? beranikah kau menjadi juri?"
"Kenapa tidak berani...." jawaban yang merdu
bergema di udara menyusul munculnya seorang manusia
berbaju hitam dan berkerudung muka hitam berjalan ke
tengah arena.
Di belakang manusia berbaju hitam itu mengikuti
seorang kakek bertubuh ceking yang bermata tunggal.
sambil tertawa dingin iblis jahat berbaju hijau berkata:
"Bila keputusan kaucu tidak adil, itu berarti kau
mencari kesulitan bagi diri sendiri"
Ketua Hian-hong-kau tertawa dingin, tukasnya:
"Hehehe... aku berani tampil ke muka untuk menjadi
juri, tentu saja aku tak pernah pandang sebelah mata
pun terhadap kalian empat manusia buas dari sin-ciu."
"Bagus sekali" teriak sukma murung berbaju putih
penasaran, "Rupanya kau ingin mencari gara-gara...."
sebuah pukulan dahsyat langsung dilontarkan ke
depan.
"Mundur kamu" hardik kakek bermata satu itu sambil
menggerakkan tangan kanannya .

1602
Kali ini sukma murung berbaju putih menurut sekali,
tahu-tahu tubuhnya sudah terpental mundur sejauh dua
langkah.
seorang kakek bermata tunggal yang tidak dikenal
ternyata mampu mementaikan salah satu dari empat
manusia buas dalam sekali gebrakan saja, kenyataan ini
kontan saja menggemparkan seluruh jago, beratus-ratus
pasang mata serentak dialihkan ke wajahnya. Terdengar
ketua Hian-hong-kau berkata lagi dengan suara dingin:
"semua jago yang hadir di sini telah mengangkat
diriku sebagai juri, bila kalian tak mau tunduk
keputusanku berarti kau akan menjadi musuh umum
seluruh jago dari kolong langit."
Mendengar perkataan itu Phang Thian-hua segera
berpikir.
"Lihay betul keputusan orang ini, nampaknya ketua
Hian-hong-kau memang bukan manusia bernama kosong
belaka...."
sekarang baik Phang Thian-hua maupun keempat
manusia buas dari sin-ciu itu sama-sama mulai kuatir,
Ketua Hian-hong-kau muncul sebagai juri atas desakan
para jago, ini berarti keputusannya berbobot dan diakui
seluruh umat persilatan di dunia ini, bila ia memutuskan
pihaknya yang kalah, maka nama besarnya selama inipun

1603
pasti akan hancur berantakan- setelah mendehem
berapa kali Phang Thian-hua pun berseru:
"sudah lama aku hidup diperkampungan pit-tim-sanceng
dan jarang sekali mengadakan hubungan kontak
dengan para jago persilatan, meski begitu sudah lama
aku mendengar nama besar kaucu"
"Aku tak akan berat sebelah di dalam mengambil
keputusan nanti, jangankan antara kalian dengan aku tak
pernah punya hubungan apa-apa, sekali pun kalian
adalah anggota perkumpulan Hian-hong-kau pun aku
tetap akan memberi penilaian secara adil."
Keadaan Phang Thian-hua dan empat manusia buas
dari sin-ciu ini ibarat si bisu makan empedu, biarpun
kepahitan namun tak mampu mengutarakan keluar,
padahal berbicara dari kedudukan keempat orang
tersebut, mereka tak akan berdiam bila diri dicemooh
ketua Hian-hong-kau dengan kata-kata seperti itu.
Tapi situasi saat ini sangat berbeda, baik empat
manusia buas dari sin-ciu maupun si Dewa jinsom Phang
Thian-hua tak ingin menyalahi ketua dari Hian-hong-kau
ini.
Dengan sorot mata yang tajam ketua Hian-hong-kau
mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
ujarnya dingin:

1604
"sepintas lalu hasil pertarungan kalian ini nampaknya
seimbang dan memang kalah sukar ditentukan,
padahal...."
"Keputusanmu amat menyangkut nama baik kami,
harap kaucu memberi keputusan yang adil," tukas Phang
Thian-hua sambil mendehem.
"Lebih baik Phang ceng cu jangan menyela ucapanku
daripada menghalangi hasil keputusanku"
Berubah paras muka Phang Thian-hua mendengar
perkataan itu, sebenarnya dia hendak mengumbar
amarahnya, tapi kata-kata yang sudah sampai di ujung
bibir tiba-tiba ditelan kembali, katanya pelan: "Benar juga
perkataan kaucu."
Pelan-pelan ketua Hian-hong-kau menyambung
kembali ucapannya:
"Dalam pertempuran ini Phang cengcu seharusnya
menang tapi tidak menang, dia malah terdesak di bawah
angin...."
"Benar, benar sekali, keputusan kaucu betul- betul adil
tanpa mempertimbangkan hubungan pribadi." seru iblis
jahat berbaju hijau cepat.
sebaliknya paras muka Phang Thian-hua berubah jadi
hijau membesi, untuk sesaat dia malah tak sanggup

1605
mengucapkan sepatah kata pun. Ketua Hian-hong-kau
berkata lebih jauh:
"Kalau Phang cengcu seharusnya menang tapi tidak
menang, maka kalian empat manusia buas dari sin-ciu
justru seharusnya kalah tapi tidak sampai kalah..."
Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya ke wajah
iblis jahat berbaju hijau, kemudian terusnya:
"Aku hanya mengatakan Phang cengcu berada
dibawah angin tapi tidak mengatakan dia kalah, sebelum
pertarungan ini mencapai pada akhirnya, Phang cengcu
masih tetap memegang kesempatan untuk meraih
kemenangan sebaliknya kalian empat manusia buas
seharusnya sudah keok, sayang sekali kalian tidak
mengetahui dimana letak kunci untuk meraih
kemenangan dan kunci untuk menghindarkan diri dari
kekalahan-"
"Maksud kaucu...." seru Phang Thian-hua.
"sebenarnya kalian belum berhasil menentukan siapa
menang siapa kalah, bagaimana mungkin aku bisa
memberikan keputusannya? Tapi dalam sepuluh
gebrakan kemudian kalian pasti dapat menentukan siapa
yang unggul dan siapa yang kalah."
"Dari mana kaucu bisa mengetahui hal ini?" tanya iblis
jahat berbaju hijau.

1606
"Apa kau tidak percaya?"
iblis jahat berbaju hijau agak tertegun, kemudian
ujarnya:
"Kalau berbicara dalam hal ilmu silat, aku benar-benar
tak habis mengerti bagaimana mungkin menang kalah
bisa ditentukan dalam sepuluh gebrakan saja, tapi kaucu
bisa mengatakan demikian tentunya kau sudah punya
gambaran yang lebih jelas bukan?" Ketua Hian-hong-kau
tertawa dingin.
"Aku sanggup mengalahkan kalian berempat hanya
dalam lima gebrakan saja, percayakah kalian dengan
perkataanku ini?"
"Aku tidak percaya..." seru setan gusar berbaju
kuning.
"Bagus, kalau begitu kita boleh mencobanya."
"Nanti dulu, kita harus bicarakan dulu masalah ini
sejelasnya," sela iblis jahat berbaju hijau cemas.
"Apa lagi pendapatmu?"
"Maksud kaucu, dalam lima gebrakan Phang Thian-hua
sanggup mengungguli kami berempat?"
"Benar"

1607
"Jika dalam lima gebrakan Phang Thian-hua gagal
mengungguli kami berempat, apa yang hendak kaucu
perbuat?"
"Jika dalam lima jurus Phang Thian-hua gagal
mengungguli kalian berempat, anggap saja aku pun
sudah kalah di tangan kalian berempat."
"Hahahaha..." setan gusar berbaju kuning tertawa
tergelak, "Suatu janji yang sangat enteng, kaucu anggap
setelah mengaku kalah kepada kami maka urusan jadi
beres?"
"Menurut pendapatmu?" Dalam hati iblis jahat berbaju
hijau berpikir, sekali pun ketua Hian-hong-kau turun
tangan bersama Phang Thian-hua pun belum tentu
mereka sangg mengungguli dirinya berempat dalam lima
gebrakan saja, maka dengan penuh semangat serunya:
"Menurut pendapat kami, seharusnya kaucu pun
mengajukan taruhannya."
"Kau ingin aku bertaruh apa?"
"Kami ada dua syarat, entah bersediakah kaucu untuk
memenuhinya?"
"Jangankan dua syarat sekalipun dua puluh, dua ratus
pun aku tetap berani bertaruh, katakan saja"

1608
"Jika dalam lima jurus Phang Thian-hua gagal
mengungguli kami berempat, kaucu harus memberi
jaminan bahwa Phang Thian-hua bersedia menyerahkan
kotak kemala dari pemilik bunga bwee itu kepada
kami...."
"syarat kedua? lebih gampang lagi, aku minta Kaucu
melepaskan kerudung mukamu di hadapan para jago
agar semua orang dapat menikmati kecantikan wajah
kaucu."
"Aku masih ada syarat ketiga" sambung setan gusar
berbaju kuning cepat, "Bila kaucu memiliki wajah yang
cantik hingga kami berempat tertarik, maka kaucu harus
menyerahkan diri kepada kami untuk memenuhi semua
keinginan kami...."
Begitu perkataan itu diutarakan semua jago yang hadir
di situ menjadi gempar, setiap orang tahu kalau ketua
Hian-hong-kau ini masih seorang gadis, bisa dipastikan la
tentu akan sangat gusar setelah dipermainkan seperti ini.
siapa tahu apa yang kemudian terjadi sama sekali
diluar dugaan siapa pun, bukan saja ketua Hian-hongkau
itu tidak gusar, ia malah berkata:
"Baiklah, aku setuju dengan ketiga syaratmu itu, tapi
bila kalian keok di tangan Phang Thian-nua dalam lima
gebrakan, apapula yang hendak kalian perbuat?"

1609
sikapnya yang terbuka dan langsung ini kontan
mengejutkan keempat manusia buas itu, pikirnya tanpa
sadar:
"Ia berani menerima syarat kami tanpa dipikir lagi,
kalau tidak yakin pasti menang tak mungkin dia akan
berbuat demikian...." Keempat manusia buas itu saling
bertukar pandangan sekejap. kemudian iblis jahat
berbaju hijau berkata:
"Bila kami berempat menderita kekalahan, sejak hari
ini kami akan mengundurkan diri dari dunia persilatan"
"Waaah, kalian memang hebat, terhadap orang lain
mengajukan syarat yang berat tapi terhadap diri sendiri
justru kelewat ringan-"
"Menurut pendapat kaucu, apa yang harus kami
perbuat?" tanya sukma murung berbaju putih.
" Kalian empat manusia buas dari sin-ciu selalu liar
dan sukar dikendalikan tingkah laku serta sepak terjang
kalian menyalahi aturan dunia persilatan mungkinkah
kalian bersedia mentaati syarat yang kuajukan kepada
kamu berempat itu?" Dengan gusar iblis jahat berbaju
hijau berseru:
"sekalipun sepak terjang kami tak pakai aturan dan
menyalahi kebiasaan dunia persilatan masa terhadap

1610
ucapan yang kami katakan sendiripun akan
mengingkari?"
"Kau jangan naik darah dulu" ujar ketua Hian-hongkau
pelan, "coba kau tanyakan kepada para jago yang
hadir di sini, adakah di antara mereka yang berani
memberikan jaminan untuk kalian berempat?"
"Bila kau punya syarat katakan saja blak-blakan, kami
pasti akan menerima semuanya."
"Kalau cuma bicara sih gampang, baik-lah, kalau
kalian kalah di tangan Phang Thian-hua dalam lima
gebrakan maka kamu berempat harus masuk menjadi
anggota perkumpulan Hian-hong-kau dan selama hidup
menjalankan semua perintahku."
iblis jahat berbaju hijau termenung sambil berpikir
berapa saat lamanya, kemudian dia baru mengangguk.
"Baiklah, kita tetapkan begitu, sekarang suruhlah
Phang Thian-hua bebaskan toako kami."
Ketua Hian-hong-kau tidak menanggapi permintaan
itu, dengan sorot matanya yang tajam dia awasi setan
gusar berbaju kuning dan sukma murung berbaju putih,
kemudian tegurnya: "Bagaimana pendapat kalian
berdua?"

1611
"Kami akan mentaati perintah kakak kami" sahut
kedua orang manusia buas itu serentak. " Kalau bicara
tanpa bukti percuma...."
"Lantas apa yang mesti kulakukan?" teriak iblis jahat
berbaju hijau gusar.
"Beranikah kau bertepuk tangan denganku sebagai
sumpah?"
"Sekalipun Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau
muncul kembali di dalam dunia persilatan, aku tak
percaya dia mampu mengalahkan kami berempat hanya
dalam lima gebrakan, dalam taruhan ini kau pasti
kalah...."
Kakek bermata tunggal yang berdiri di belakang ketua
Hian-hong-kau segera mencorongkan sinar tajam dan
mata tunggalnya, tapi sebentar kemudian ia sudah
pejamkan kembali matanya.
Dari balik bajunya ketua Hian-hong-kau mengeluarkan
telapak tangannya yang putih halus, kemudian katanya
lagi:
"Baik, sekarang kita bertepuk tangan sebagai tanda
sumpah, siapa mengingkari janji dia bakal dipermalui
seluruh umat persilatan."

1612
Di bawah aoiar matahari terlihat jari tangannya yang
putih bersemu merah, sangat menawan hati siapa pun
yang melihat.
iblis jahat berbaju hijau mengeluarkan pula telapak
tangannya yang kurus kuning dan langsung ditabokkan
ke atas telapak tangan ketua Hian-hong kau yang putih
mulus itu.
orang ini punya tujuan lain dengan tindakannya itu, ia
ingin menggunakan kesempatan sewaktu bertepuk
tangan nanti mencoba kehebatan tenaga dalam yang
dimiliki ketua Hian-hong-kau tersebut
Begitu sepasang tangan saling beradu, terjadilah suara
benturan yang lembut, tubuh ketua Hian-hong-kau
kelihatan tergetar hingga mundur satu langkah dari posisi
semula. Sambil tertawa dingin iblis jahat berbaju hijau
segera menjengek: "Hmm, ternyata ketua Hian-hong-kau
yang amat tersohor itu hanya begitu saja...."
Ketua Hian-hong-kau sama sekali tak menggubris
ejekan iblis jahat berbaju hijau, ia berpaling ke arah
setan gusar berbaju kuning dan Sukma murung berbaju
putih kemudian masing-masing bertepuk tangan
dengannya, terakhir dia baru mendekati Dewa buas
berbaju merah sambil ujarnya dingin:
"Kau adalah orang terakhir, juga ketua empat manusia
buas, jadi tepukan ini harus kau lakukan-"

1613
Dengan langkah yang lemah gemulai dia berjalan
menghampiri si manusia buar terakhir ini, langkahnya
yang indah mempesona membuat para jago
memandangnya dengan mata terbelalak.
Sekali pun Dewa buas berbaju merah merasa keadaan
kurang beres, namun untuk sesaat dia tak tahu di mana
letak ketidak beresan itu, melihat telapak tangan ketua
Hian-hong-kau yang putih mulus itu didorong ke
hadapannya, terpaksa ia sambut dengan telapak tangan
kirinya.
Urat nadi pada tangan kanannya masih dicengkeram
oleh Phang Thian-hua, berada dalam keadaan begini
sekalipun dia ingin mengerahkan tenaga pun tak akan
berhasil, sepasang tangan pun segera bersentuhan
secara pelan sekali.
sambil menarik, kembali tangannya ketua Hian-hongkau
berkata kemudian: "Phang cengcu, sekarang kau
boleh bebaskan dia."
Phang Thian-hua termangu-mangu, ia tetap
menggenggam pergelangan tangan kanan Dewa buas
berbaju merah erat-erat.
Agaknya ia mengerti bahwa taruhan menangkan
keempat manusia buas dalam lima gebrakan mustahil
bisa diraih olehnya, maka ia berniat mencengkeram jalan
darah Dewa buas berbaju merah selama mungkin, sebab

1614
selama ketua dari empat manusia buas ini masih berada
di tangannya, ketiga orang rekannya tak akan berani
bertindak gegabah, sebaliknya kalau dia lepaskan Dewa
buas berbaju merah, maka taruhan tersebut harus
dilaksanakan Terdengar ketua Hian-hong-kau menjengek
sambil tertawa dingin:
"Phang Thian-hua, tanpa sebab musabab aku pun
berani terjun ke dalam taruhan kalian dengan memegang
kau sebagai pihak pemenang, masa kau pribadi tak
berani menerima taruhan itu?"
Phang Thian-hua merasakan pipinya jadi panas
lantaran malu, pelan-pelan ia lepaskan cengkeramannya
atas pergelangan tangan Dewa buas berbaju merah,
kemudian sahutnya:
"Aku yakin dapat mengungguli keempat manusia buas
dari sin-ciu ini tapi harus bertarung di atas seribu jurus,
kalau suruh mengalahkan mereka berempat hanya dalam
lima gebrakan... maaf aku Phang Thian-hua merasa tidak
berkemampuan untuk melaksanakannya, aku percaya di
kolong langit dewasa ini belum ada tokoh seperti ini."
"Berbicara dari kemampuan tenaga dalammu
sekarang, dalam satu gebrakan kau masih mampu untuk
mengalahkan salah satu di antara mereka, empat orang
dalam lima gebrakan berarti kau masih punya sisa satu
gebrakan lagi sebagai cadangan...."

1615
sambil tertawa getir Phang Thian-hua gelengkan
kepalanya berulang kali, katanya:
"Terima kasih banyak atas kepercayaan kaucu
kepadaku, tapi aku benar-benar tidak mempunyai
kemampuan tersebut"
Bukan hanya Phang Thian-hua tidak memiliki
kepercayaan atas kemampuan sendiri, bahkan para jago
yang berada disekeliling tempat itu pun semua
berpendapat bahwa ketua Hian-hong-kau bakal kalah kali
ini.
Hongpo Lan yang berbaur dalam kerumunan para jago
segera berbisik kepada Li Bun-yang:
"saudara Li mempunyai pengetahuan yang luar biasa,
menurut pendapatmu siapa yang bakal unggul dalam
pertarungan kali ini?"
sambil menyeka keringat dingin yang membasahi
jidatnya sahut Li Bun-yang pelahan : "Menurut
pendapatku taruhan kali ini bakal dimenangkan oleh
ketua Hian-hong-kau."
"Atas dasar apa kau berpendapat demikian?"
"Bila ketua Hian-hong-kau tidak mempunyai keyakinan
yang pasti untuk mengungguli keempat manusia buas
dari sin-ciu, tak nanti ia berani bertaruh dengan keempat
orang itu"

1616
"Aku selalu kagum dengan pandangan serta pendapat
saudara Li, tapi kali ini berbeda sekali keadaannya...."
Dalam pada itu ketua Hian-hong-kau telah berkata
lagi:
"Kau tidak yakin bisa mengungguli mereka dalam satu
gebrakan, hal ini lantaran kau belum tahu rahasianya,
asal kau bersedia mengikuti petunjukku maka
kemenangan pasti berada dipihakmu."
Phang Thian-hua mendehem berulang kali
"sekarang urusan telah berkembangjadi begini,
kendatipun aku segan menuruti kata-katamupun sudah
tak mungkin, boleh aku tahu apa pandangan kaucu?"
"Rahasia ini tak boleh didengar pihak ketiga, silahkan
cengcu datang mendekati aku." Phang Thian-hua
mempunyai perawakan tubuh yang tinggi besar,
sedangkan ketua Hian-hong-kau kecil mungil, ketika
mereka berdiri bersama, tinggi badan ketua Hian-hongkau
tidak lebih tinggi dari bahu Phang Thian-hua, hal ini
memaksa Dewa jinsom itu harus membungkukkan
badannya Tampak ketua Hian-hong-kau membisikkan
sesuatu dengan suara lirih sementara Phang Thian-hua
manggut berulang kali sambil tertawa getir, meskipun
para jago tidak mengetahui apa yang mereka bicara-kan,
namun ditinjau dari mimik muka : Phang Thian-hua bisa

1617
dilihat bahwa Dewa jinsom itu tidak seberapa setuju
dengan ucapan dari ketua Hian-hong-kau itu.
Dalam pada itu keempat manusia buas dari sin-ciu
telah berdiri berjajar sambil siap siaga, delapan buah
mata mereka dengan sinar mata yang tajam mengawasi
gerak gerik Phang Thian-hua serta ketua Hian-hong-kau
tanpa berkedip. Tiba-tiba ketua Hian-hong-kau
memperkeras suaranya seraya berseru:
"Phang cengcu, sekarang kau harus turun ke
gelanggang, tindakan ragu-ragu macam begitu
bukanperbuatan seorang lelaki sejati."
Meskipun Phang Thian-hua sudah menderita luka
parah, tapi sebagai seorang ahli obat-obatan yang
disebut orang Dewa jinsom, obat-obatan yang dimilikinya
betul-betul manjur, setelah minum obat tadi keadaan
lukanya kini sudah jauh membaik,
Dengan langkah lebar dia pun berjalan menghampiri
Dewa buas berbaju merah sambil serunya:
"Kau sambut dulu pukulanku yang pertama"
Ia mengerti, kemampuan yang dimilikinya tak mungkin
bisa mengalahkan empat manusia buas dari sin-ciu itu
dalam lima gebrakan, berarti dalam taruhan ini pihaknya
yang bakal kalah, oleh sebab itu begitu selesai bicara ia
segera lancarkan sebuah pukulan.

1618
Bagi Dewa buas berbaju merah sendiri, sesungguhnya
dalam kondisi terluka ia merasa tak mampu menerima
serangan itu dengan kekerasan, tapi bila teringat apabila
ia terima serangan tersebut dengan kekerasan maka hal
ini dapat melenyapkan banyak kekuatan yang dimiliki
Phang Thian hua, berarti juga sangat menguntungkan
bagi ketiga orang rekan lainnya, maka sambil
menggertak gigi ia sambut datangnya serangan tersebut
dengan tangan kanan-nya.
Begitu sepasang telapak tangan saling beradu,
mendadak tubun Dewa buas berbaju merah mundur dua
langkah dengan sempoyongan lalu roboh terjungkal ke
atas tanah.
Kenyataan itu seketika membuat Phang Thian-hua
tertegun, untuk sesaat ia tak sanggup mengucapkan
sepatah kata pun. Rupanya dia berpendapat bahwa
serangan tersebut tiada harapan untuk meraih
kemenangan maka ia cuma menggunakan tenaganya
sebesar empat lima bagian, siapa tahu si Dewa buas
berbaju merah tetap tak sanggup menerima pukulan itu
dan roboh terjengkang, kenyataan ini kontan saja
mengobarkan kembali semangatnya,
Sambil membalikkan badan dia hampiri iblis jahat
berbaju hijau dengan langkah lebar, serunya kemudian:
"Kau berani menyambut pukulanku ini?"

1619
sebuah pukulan segera dilontarkan ke depan,
sekalipun iblis jahat berbaju hijau merasa ngeri
bercampur kaget setelah menyaksikan Dewa buas
berbaju merah roboh terjengkang hanya dalam sekali
gebrakan saja, tapi dia mengira hal tersebut disebabkan
luka dalam yang diderita saudaranya belum sembuh....
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, serangan
dari Phang Thian-hua telah menyambar tiba,
Tanpa sadar iblis jahat berbaju hijau mengayunkan
tangan kanannya pula untuk menyambut datangnya
serangan tersebut setelah ada pengalaman dalam
serangan pertama tadi, kali ini phang Thian-hua
menggunakan tenaga dalamnya sampai delapan bagian.
Terdengar iblis jahat berbaju hijau mendengus tertahan,
tubuhnya tahu-tahu roboh terjungkal ke atas tanah.
Kenyataan ini bukan saja membuat Phang Thian-hua
tertegun, bahkan para jago yang mengikuti jalannya
pertarungan itu pun dibuat terbelalak saking herannya,
mereka tak habis mengerti kenapa hal semacam ini bisa
terjadi.
Kalau Dewa Buas Berbaju merah tak sanggup
menerima pukulan itu semua orang dapat memaklumi
karena ia masih terluka parah, tapi iblis jahat berbaju
hijau juga tak sanggup menerima pukulan dari phang
Thian-hua, kejadian ini betul-betul diluar dugaan siapa
pun. Berhasil merobohkan iblis jahat berbaju hijau

1620
dengan serangan keduanya, Phang Thian-hua segera
membalikkan badan berjalan menghampiri setan gusar
berbaju kuning, sebuah pukulan kembali dilontarkan ke
depan.
si setan gusar berbaju kuning amat kaget bercampur
ngeri, apalagi setelah melihat lotoa dan lojinya yang
memiliki ilmu silat lebih tangguh daripada dirinya pun tak
mampu menerima serangan dari Phang Thian-hua, Tapi
kejadian tersebut terlalu luar biasa, untuk sesaat dia pun
tak bisa mengupas dimana letak sebab musababnya,
maka sewaktu menyaksikan serangan dari Phang Thianhua
telah meluncur datang, tanpa sadar dia pun
mengayunkan tangannya untuk menyambut.
"Blaaammm..."
Benturan dua belah telapak tangan itu menimbulkan
suara getaran yang amat keras.
Kali ini phang Thian-hua telah menggunakan
tenaganya mencapai sembilan bagian, setan gusar
berbaju kuning segera menjerit ngeri, sambil muntah
darah segar tubuhnya roboh terkapar ke atas tanah.
Dalam tiga pukulan beruntun Phang Thian-hua berhasil
merobohkan Dewa buas berbaju merah, iblis jahat
berbaju hijau dan setan gusar berbaju kuning, kenyataan
ini kontan meningkatkan rasa percaya dirinya, Dengan
cepat dia membalikkan tubuh dan menghampiri sukma
murung berbaju putih, dengan jurus "Mendorong Bukit

1621
mengurut samudra" ia lepaskan satu pukulan sejajar
dengan dada.
Tak terlukiskan rasa kaget dan takut sukma murung
berbaju putih setelah menyaksikan ketiga orang
saudaranya tak sanggup menerima pukulan dari Phang
Thian-hua, melihat datangnya serangan tersebut tentu
saja ia tak berani menerima dengan kekerasan, buruburu
tubuhnya mengegos ke samping untuk
menghindarkan diri. "Phang cengcu" dengan suara dingin
ketua Hian-hong-kau berseru, "Kita janji lima jurus dan
sekarang kau sudah lepaskan empat pukulan, jurus yang
terakhir jangan kau lepaskan secara sembarangan"
BAB 48. Murid Yang Durhaka
Pada saat ini phang Thian-hua sudah menaruh
kepercayaan penuh atas perkataan dari ketua Hian-hongkau,
mendengar teguran tersebut segera sahutnya:
"Ucapan kaucu amat tepat, sisa satu jurus ini tak
boleh. kulepaskan secara sembarangan."
sementara itu sukma murung berbaju putih telah
menghampiri iblis jahat berbaju hijau begitu berhasil
lolos dari serangan Phang Tnian-hua, cepat-cepat dia
periksa denyut nadi saudaranya itu, ia baru lega setelah
merasakan denyut nadinya masih berdetak, hanya saja

1622
luka yang dideritanya cukup parah. Terdengar ketua
Hian-hong-kau berkata lagi:
"Jangan kuatir, ketiga orang itu tak bakalan mampus,
mereka hanya pingsan karena getaran pukulan
penghancur hati milik Phang Thian-hua." semua sifat
buas dan liar pada diri sukma murung berbaju putih telan
lenyap sudah saat itu, buru-buru dia memberi hormat
sambil bertanya: "Tolong tanya kaucu, bagaimana
caranya menyadarkan mereka?"
"Luka yang mereka derita hanya bisa diobati oleh dua
orang saja di dunia saat ini, yang satu adalah si Dewa
cebol Cu Gi sedang yang lain adalah aku sendiri" sambil
mendehem pelan Phang Thian-hua menimbrung:
"Kalau soal obat-obatan dan pertabiban, aku yakin
kemampuanku tidak kalah dibandingkan orang lain,"
Ketua Hian-hong-kau segera tertawa.
"Paling baik jika Phang cengcu pun sanggup menolong
mereka, sayang sekali untuk menolong mereka
dibutuhkan obat-obatan yang amat langka ditambah
dengan suatu sistem pengobatan yang unik,..."
sekali lagi Phang Thian-hua mendehem, kali ini dia
alihkan pokok pembicaraan kesoal lain, serunya kepada
sukma murung berbaju putih: "Kalau memang kau tak

1623
berani menerima pukulanku, berarti dalam taruhan ini
akulah dipihak pemenang bukan?"
Melihat sampai di sini kembali Hongpo Lan berbisik
kepada Li Bun-yang dengan suara lirih:
"saudara Li, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Tampaknya ketua Hian-hong-kau memang pantas
menjadi pimpinan para jago" kata Li Bun- yang sambil
tertawa, "Kalau dugaanku tidak keliru, penyakitnya tentu
terletak pada saat bertepuk tangan sebagai tanda setuju
dengan taruhan tadi." Bagaikan baru sadar dari impian
Hongpo Lan berseru keras:
"Betul-betul hebat, betul-betul hebat, kecuali itu
memang tiada yang patut dicurigai."
Teriakan yang sangat keras ini segera memancing
perhatian para jago untuk berpaling ke arahnya.
satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Li
Bun-yang, ia ikut berseru lantang:
" Kalau memang sukma murung berbaju putih tak
berani menyambut pukulan dari Phang Thian-hua, maka
taruhan ini tentu saja dimenangkan oleh Phang Thianhua."
sebenarnya para jagopun mempunyai pendapat yang
sama hanya tak ada yang berani bicara, maka setelah

1624
mendengar seruan dari Li Bun-yang ini, serentak mereka
pun ikut berseru:
"Betul, Dewa buas berbaju merah, iblis jahat berbaju
hijau, serta setan gusar berbaju kuning tak sanggup
menerima satu pukulan dari Phang Thian-hua, jelas
sukma murung berbaju putih pun tak nanti bisa
menerima serangan ini, tentu saja taruhan kali ini
dimenangkan oleh Phang Thian-hua."
Waktu itu, sukma murung berbaju putih sudah tidak
memikirkan tentang menang kalahnya lagi dalam
taruhan, ia cuma menguatirkan keselamatan jiwa ketiga
orang rekannya itu, maka kendatipun mendengar sorak
sorai dari kawanan jago, namun ia tidak memikirkannya
di dalam hati.
Pelan-pelan ketua Hian-hong-kau berjalan mendekati
sukma murung berbaju putih, kemudian dengan suara
dingin tegurnya: "Kau ingin menyelamatkan ketiga orang
saudaramu?"
"Dari empat manusia buas kini sudah terluka tiga
orang, tinggal aku si sukma Murung seorang diri, apa
senangnya hidup sendirian...."
"Tidak nyana kalian empat manusia buas mempunyai
hubungan persaudaraan yang begitu erat dan akrab" sela
ketua Hian-hong-kau, "Kini nama besar kamu berempat
sudah rontok, jadi tak perlu dibicarakan soal kedudukan

1625
serta martabat lagi, lebih baik bergabunglah dengan
perkumpulan Hiang hong- kau kami, paling tidak kalian
akan mendapat tempat penampungan yang aman dan
tenteram...."
"Apa?" teriak Sukma murung berbaju putih gusar,
"Sebuah perkumpulan kecil macam Hian-hong-kau pun
berani menjaring kami empat bersaudara? Kaucu, apakah
kau tidak merasa bahwa pikiranmu itu kelewat batas?"
"Bila kau ingin menyelamatkan jiwa ketiga orang
saudaramu maka inilah salah satu jalan yang dapat
kalian tempuh, tentu saja aku tak akan memaksa kalian
dengan kekerasan."
Dengan sorot mata yang berapi-api karena amarah
yang meluap sukma murung berbaju putih berseru lagi:
"selama ini kami empat manusia buas dari sin-ciu
hanya tahu malang melintang dalam dunia persilatan
menuruti suara hati sendiri, segala peraturan yang
berlaku dalam dunia persilatan tidak berlaku untuk kami,
kalau sekarang kami harus bergabung dengan
perkumpulan Hian-hong-kau serta terbelenggu oleh
pelbagai peraturan, HHmmm Lebih baik kami mampus
saja daripada hidup tersiksa...."
"Bersedia atau tidak menggabungkan diri dengan
Hian-hong-kau, lebih baik kalian empat manusia buas

1626
mengambil keputusan sendiri, aku hanya bermaksud
mengingatkan kalian saja."
"selama kami bertindak dan berbuat, kami empat
manusia buas tak pernah takut pada siapa pun, sekalipun
akhirnya kami setuju untuk bergabung dengan
perkumpulan Hian-hong-kau, kami pun tak akan tunduk
untuk selamanya."
"Anak buah perkumpulan kami berpuluh ribu orang
jumlahnya, di antara mereka tak sedikit yang memiliki
kemampuan jauh lebih hebat dari pada kalian berempat,
asal kalian berempat sudah setuju untuk bergabung
dengan kami, pihak perkumpulan pasti ada cara untuk
mengendalikan sifat liar kalian semua."
sukma murung berbaju putih berpaling dan
memandang Dewa buas berbaju merah, iblis jahat
berbaju hijau serta setan gusar berbaju kuning sekejap.
tiba-tiba semua semangatnya runtuh, setelah menghela
napas panjang katanya:
"Baiklah, asal kau bersedia menyembuhkan luka yang
diderita ketiga orang saudaraku itu, kami bersedia untuk
bergabung dengan perkumpulan kalian...." Dalam pada
itu setelah melalui suatu pemikiran yang cukup lama,
akhirnya Phang Thian-hua menyadari juga apa yang
sesungguhnya telah terjadi Meskipun tenaga dalam yang
dimiliki empat manusia buas dari sin-ciu masih kalah satu
tingkat dibandingkan dengan kemampuannya, namun

1627
mustahil baginya untuk bisa merobohkan mereka dalam
sekali pukulan saja. ini berarti secara diam-diam ketua
Hian-hong-kau telah bertindak untuk membantunya.
Kini kemenangan telah berhasil diraih dengan
mengandalkan kekuatannya seorang, padahal di antara
para jago yang hadir saat ini tak sedikit yang berotak
pintar, bila ia harus berlarut-larut dalam keadaan
demikian niscaya rahasia "macan kertas" nya bakal
terbongkar.
Berpikir begitu, buru-buru dia memberi hormat kepada
ketua Hian-hong-kau sambil katanya:
"Terima kasih banyak atas kesediaan kaucu menjadi
juri, aku Phang Thian-hua mengucapkan banyak terima
kasih, bila di- kemudian hari kaucu berkesempatan lewat
di perkampungan pit-tim-san-ceng, mampirlah dan aku
pasti akan menyambut kedatanganmu dengan segala
hormat sifatku paling tak suka segala keramaian, aku
rasa berdiam lebih lama disinipun tak ada gunanya maka
aku hendak mohon diri lebih dulu."
Tanpa menunggu jawaban dari ketua Hian-hong-kau
lagi, ia membalikkan badandan berlalu dari situ.
"omintohud...." Tiba-tiba Coat-pin taysu berseru, "
Harap Phang cengcu tunggU sebentar "

1628
"Ada Urusan apa taysu?" Pelan-pelan Phang Thian-hua
membalikkan tubuhnya.
"Bagaimana kalau kotak kemala itu ditinggalkan
sebelum Phang cengcu pergi dari sini?"
"Hmmm" Phang Thian-hua mendengus dingin, "Garagara
kotak ini aku harus melangsungkan serangkaian
pertempuran, tujuanku tak lain adalah agar kabut
beracun bunga tho tak sampai mencelakai orang banyak.
taysu toh tidak mengerti ilmu pengobatan apa gunanya
benda semacam ini bagimu?"
"Bukannya aku tidak percaya kepada Phang cengcu,
tapi berhubung Pemilik bunga bwee telah
menghadiahkan kotak kemala itu kepadaku, maka
sebagai pemilik barang itu sudah sepantasnya bila aku
pun ikut melihat sekejap. kalau tidak semua rekan
persilatan tentu akan mentertawakan diriku."
"Jadi taysu bersikeras untuk melihatnya?"
"Benar, apa pun yang terjadi"
"Baiklah," kata Phang Thian-hua kemudian sambil
merogoh sakunya, tapi air mukanya segera berubah
hebat, untuk berapa saat lamanya dia tak sanggup
mengucapkan sepatah kata pun.
"Phang cengcu, apa yang terjadi?" tanya coat-pin
taysu keheranan.

1629
"Kotak itu sudah lenyap...."
"Hebat benar sandiwaramu... hebat betul lakonmu...."
jengek Pemilik bunga bwee sambil tertawa dingin.
Dengan penuh amarah Phang Thian-hua
menghentakkan tongkatnya ke atas tanah, teriaknya:
"Aku berani menyimpan kotak itu, kenapa tidak berani
untuk mengakuinya...." Pemilik bunga bwee tertawa
terbahak-bahak.
"Hahahaha... apabila kotak kemala itu tidak berada di
tangan phang cengcu, berarti pasti ada di tangan empat
manusia buas dari sin-ciu atau ketua Hian-hong-kau,
sebab di arena hanya ada kalian beberapa orang, tak
mungkin kotak itu bersayap dan bisa terbang sendiri ke
angkasa."
Bagaimanapun juga Phang Thian-hua adalah seorang
tokoh kawakan yang banyak pengalaman, setelah
termenung sebentar, dia berusaha mengendalikan
kobaran hawa amarahnya kemudian berkata:
"Padahal kau hendak menggunakan benda itu sebagai
pancingan untuk mengadu domba kami semua, agar
para jago saling gontok-gontokan sendiri, aku yakin
kotak kemala itu pasti sudah kau simpan kembali...."
Ia memandang sekejap seluruh arena, kemudian
melanjutkan:

1630
"Mungkin apa yang kuucapkan tak akan dipercaya
para jago, tapi aku pun bersedia bersama-sama pemilik
bunga Bwee digeledah seluruh badannya, asal pemilik
bunga bwee setuju untuk digeledah sakunya, aku pun
bersedia digeledan pertama-tama" Ucapan ini sangat
berterus terang, mau tak mau para jago harus
mempercayainya. Tiba-tiba Li Bun-yang berbisik:
"saudara Hongpo, kau sudah menemukan titik
terangnya?"
"Belum, apa kau sudah tahu?" Lin Bun- yang tertawa,
katanya:
"Phang Thian-hua memang tak malu disebut seorang
tokoh sejati, tampaknya ia sudah mengetahui tujuan
pemilik bunga bwee dengan siasat liciknya itu hendak
mengadu domba para jago, agaknya dia berniat
mengandalkan beberapa macam benda mestika untuk
memancing pertikaian antara pihak siau-lim-pay dengan
phang Thian-hua, tapi tampaknya usaha itu telah gagal
total, Phang Thian-hua sudah menyadari apa yang
terjadi, kini dia malah berbalik menghadapi Pemilik
bunga bwee."
"Aku masih ada satu persoalan yang kurang jelas,
dapatkah saudara Li memberi penjelasan?"
"soal apa?"

1631
"Aku tak habis mengerti apa sebenarnya isi kotak
kemala itu sehingga Phang Thian-hua rela bentrok
dengan Siau-lim-pay bahkan tak segan-segan bertikai
dengan empat manusia buas dari Sin-ciu?"
Lin Bun yang termenung sambil berpikir sesaat,
ujarnya kemudian:
"Aku rasa kecuali pemilik bunga bwee serta Phang
Thian-hua, orang lain tak akan tahu benda apa yang
tersimpan dalam kotak kemala itu, tapi aku yakin benda
tersebut pasti tak ternilai harganya...." Mendadak
terdengar pemilik bunga bwee berseru sambil tertawa
dingin:
"Semua orang menyaksikan bahwa aku tak pernah
bergeser dari posisiku barang selangkah pun, mana
mungkin aku bisa menarik balik kotak kemala itu?"
Ketua Hian-heng-kau yang selama ini membungkam,
tiba-tiba menyela pula dengan suara yang merdu:
"Saat ini, kotak kemala tersebut tidak berada di saku
Phang Thian-hua atau empat orang manusia buas dari
sin-ciu...."
Beratus-ratus pasang mata para jago serentak
dialihkan ke wajah ketua Hian-hong-kau, sejak itu
bersama Phang Thian-hua berhasil menangkan
pertaruhannya dengan ke-empat manusia buas dari SinTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1632
ciu, ketua Hian-hong-kau yang serba misterius ini
kembali menambah bobot kedudukannya dalam
pandangan kawanan jago tersebut.
oleh karena itulah begitu ia berbicara, suasana
menjadi hening seketika, semua perhatian para jago
dialihkan ke arahnya.
Terdengar ketua Hian-hong-kau melanjutkan kembali
perkataannya:
" Kotak kemala itu memang betul-betul sudah ditarik
kembali pemilik bunga bwee...."
"Kaucu dapat membuktikan kalau kotak itu sudah
kutarik kembali?" tugas Pemilik bunga bwee cepat.
Inilah masalah yang paling diperhatikan para jago,
juga merupakan suatu masa percobaan yang paling
serius bagi ketua Hian-hong-kau. Apabila ketua Hianhong-
kau benar-benar dapat membuktikan bahwa kotak
kemala tersebut telah ditarik kembali pemilik bunga
bwee, maka para jago yang hadir di seputar arena
sekarang tentu akan semakin takluk atas kepintarannya.
Tiba-tiba Hongpo Lan menghela napas, katanya:
"Selama ini aku hanya tahu perkumpulan Hian-hongkau
sebagai suatu organisasi kaum sesat yang jahat, licik
dan bejad moralnya, suatu perkumpulan sampah
masyarakat yang dicemooh orang banyak. tapi setelah

1633
menyaksikan tingkah laku serta perbuatan ketuanya hari
ini, aku dapat merasakan bahwa dia sesungguhnya
adalah seorang tokoh persilatan yang pintar dan luar
biasa...."
"Pandangan saudara Hongpo sangat tepat, ketua
Hian-hong-kau memang benar-benar seorang tokoh silat
yang mengandalkan kecerdasan otaknya untuk
mengatasi setiap masalah, bila para jago bersedia
mendengarkan rencana serta pengaturannya, aku yakin
kita semua dapat lolos dari siasat busuk pemilik bunga
bwee kali ini."
Mendengar perkataan itu, Hongpo Lan segera berpikir:
"Pamor serta kedudukan keluarga persilatan bukit
Hong-san dalam dunia persilatan amat terhormat jauh
melebihi partai-partai besar, heran, kenapa generasi
penerus dari keluarga persilatan bukit Hong-san ini bisa
menaruh kesan yang luar biasa baiknya terhadap ketua
Hian-hong-kau?
Bila dibahas dari keadaan umum, sekalipun pihak
keluarga persilatan bukit Hong-san tidak bermusuhan
dengan ketua Hian-hong-kau, sepantasnya posisi mereka
ibarat api dan es yang tak mungkin duduk
berdampingan, tapi kenyataannya sekarang Li Bun-yang
selalu menyanjung kehebatan ketua Hian-hong-kau itu,
sungguh aneh...." Dalam pada itu ketua Hian-hong-kau
telah berkata lagi dengan suara lantang:

1634
"Bila aku dapat membuktikan bagaimana kau menarik
kembali kotak kemala tersebut lantas bagaimana?"
Pemilik bunga bwee tertawa tergelak.
"Hahahaha... tampaknya kaucu memang seorang yang
gila bertaruh, jadi kau ingin bertaruh juga denganku?"
"Dalam suatu pertaruhan meski ada menang juga ada
yang kalah, aku rasa jauh lebih baik daripada harus
melakukan suatu pertarungan dengan kekerasan, bila
kau berniat tentu saja aku pun bersedia untuk
mengimbangi."
"Lalu apa yang menjadi bahan taruhan?"
"Tentu saja tak dapat terlalu merugikan dirimu...."
"Kaucu tak usah kelewat percaya diri" tukas Pemilik
bunga bwee dingin, "Kau anggap siapa diriku ini
sehingga mau mencari keuntungan darimu dengan cara
begini? sekarang kau boleh sebut dulu apa taruhan-nya,
percayalah barang taruhanku tak bakal di bawah dirimu."
"Bila aku kalah bertaruh, segera kububarkan
perkumpulan Hian-hong-kau, kemudian aku akan
mencukur rambut jadi nikou dan selama hidup tak akan
muncul lagi di dalam dunia persilatan-"
sambil mengelus jenggotnya pemilik bunga bwee
termenung sampai lama sekali, kemudian ia baru
berkata:

1635
"Baik, jika aku yang kalah di tanganmu, aku bersedia
menjadi anak buah perkumpulanmu dan selama hidup
mentaati perintahmu."
Begitu dua orang tokoh persilatan yang penuh misteri
ini mengutarakan bahan taruhannya, suasana di seputar
arena segera berubah jadi amat gaduh, masing-masing
jago pada membicarakan masalah ini.
Tak ada yang bisa menduga siapa pemenang
pertaruhan ini, juga tak ada yang berani percaya
akankah mereka mentaati janjinya, tapi kalau dilihat
kedudukan mereka berdua dalam dunia persilatan, tak
mungkin taruhan tersebut akan dihapus begitu saja.
Tiba-tiba saja Hongpo Lan merasakan Li Bun-yang
yang berada di sampingnya sedang berdiri dengan tubuh
gemetar, ia jadi sangat keheranan, ketika berpaling
tampak pemuda itu berdiri dengan peluh sebesar kacang
kedele bercucuran membasahi jidatnya. Dengan
perasaan terkejut ia segera menegur: "saudara Li, apa
kau sakit?"
"oooh, aku tidak apa-apa hanya sedikit masuk angin"
sahut Li Bun-yang sambil menyeka keringatnya, "Mari
kita menonton dari depan sana" Hongpo Lan berkerut
kening, diam-diam pikirnya:
"Pikirannya tidak tenang mendekati panik, mungkinkah
ia sedang menguatirkan keselamatan ketua Hian hong

1636
kau? Waah... jangan-jangan hubungan di antara mereka
berdua sangat akrab....
sementara dia masih termenung, Li Bun-yang sudah
menerobos maju ke depan, Dengan perasaanpenuh
tanda tanya, Hongpo Lan segera menyusul di belakang Li
Bun-yang.
Dalam pada itu ketua Hian- hong kau sudah menuding
ke arah bangku yang diduduki Pemilik bunga bwee
sambil berseru:
" Kotak kemala itu sudah kau sembunyikan di bawah
bangkumu?" Begitu perkataan tersebut diucapkan,
suasana dalam arena kembali menjadi gempar, sebagian
besar jago menunjukkan sikap setengah percaya
setengah tidak.
Rupanya selama ini pemilik bunga bwee belum pernah
bergeser dari tempat duduk-nya, di bawah pengawasan
para jago, dia pun belum pernah mendekati Phang
Thian-nua,jadi kalau dibilang kotak kemala tersebut telah
disembunyikan di bawah bangku- nya, hal ini betul-betul
sukar dipercayai oleh siapa pun. sambil tertawa pemilik
bunga bwee berkata:
"Bila di bawah bangkuku ini tak ada kotak kemala, aku
segera akan membuka kain kerudung mukamu serta
menggunduli rambutmu"

1637
Tanpa menunggu jawaban dari ketua Hian- hong kau
lagi ia segera melompat bangun sambil mengangkat
bangkunya.
Perhatian beratus-ratus pasang mata para jago pun
serentak dialihkan ke bawah bangku.
Tapi begitu dipandang semua jago sama-sama
tertegun, apalagi pemilik bunga bwee, dengan sikap
yang berubah hebat ia berdiri tertegun dan tak mampu
mengucapkan sepatah kata pun.
Ternyata di bawah bangkunya betul-betul terdapat
sebuah kotak kemala. seruan kaget dan helaan napas
bergema memecahkan keheningan, sekali lagi perhatian
semua jago dialihkan ke arah ketua Hian hong kau.
Wajah Li Bun-yang yang semula tegang pun seketika
berubah jadi lega, bahkan sekulum senyuman segera
tersungging di ujung bibirnya.
Hongpo Lan sendiri pun sangat terkejut, dia tidak
mengira ketua Hian hong kau mampu menunjukkan
tempat persembunyian kotak kemala tersebut dalam
sekali tudingan saja.
sementara itu Pemilik bunga bwee telah berseru
sambil tertawa dingini "siapa yang berani
mempermainkan aku?"

1638
Dengan sorot matanya yang tajam dia sapu sekejap
sekeliling arena, Dari sekian ratus jago yang hadir dalam
pertemuan hari ini, sebagian besar di antara mereka
adalah tokoh-tokoh termashur dalam dunia persilatan,
sebelum memperoleh bukti, sudah barang tentu Pemilik
Bunga bwee tak berani sembarangan menuduh.
setelah memandang sekejap kawanan jago di seputar
arena, ketua Hian hong kau menegur:
"sekarang terbukti kotak kemala itu berada di bawah
bangkumu, apakah kau bersedia mengaku kalah?"
"Hmmn, aku bukan manusia yang mau dipermainkan
orang seenaknya," kata pemilik bunga bwee dingin,
"sudah jelas kaucu telah mengutus orang untuk secara
diam-diam sembunyikan kotak kemala itu di bawah
bangkuku." sambil bicara dia ayunkan tangannya
menghajar kotak kemala itu hingga hancur, betul juga,
ternyata kotak itu kosong.
"Hmmm" Ketua Hian hong kau mendengus, "Kau
dapat menarik kembali kotak itu, kenapa tak bisa
menyembunyikan isi kotak itu ke tempat lain?"
"Dapatkah kau terangkan dengan cara apa kuambil
kembali kotak kemala itu? Lagipula seandainya aku
benar-benar mengambilnya kembali, tak nanti akan
kusembunyikan di bawah bangku ku, hmmm Tak heran

1639
kaucu berani bertaruh dengan aku, rupanya kau sudah
punya niat jahat terhadapku?"
Ketua Hian hong kau termenung sebentar, kemudian
katanya:
"Tadi, Phang Thian-hua mengira kotak kemala itu
sudah diambil olehnya, padahal di saat ia hendak
menyimpan kotak tersebut, kau telah mengambilnya
kembali."
"Benar-benar suatu alasan yang menarik" Tiba-tiba
sekulum senyuman tersungging di wajah Pemilik bunga
bwee yang dingin, "Jika aku dapat menunjukkan di mana
kotak kemala yang asli disembunyikan bersediakah kaucu
untuk mengaku kalah?" Tantangan balik yang diucapkan
olehnya ini kembali membuat para jago jadi gempar.
Kawanan jago yang sudah banyak tahun berkelana di
dalam dunia persilatan ini, sepanjang sejarah mereka
sudah banyak menyaksikan peristiwa aneh dan
menegangkan tapi belum pernah menjumpai situasi
serumit dan sekacau hari ini, mereka rasakan banyak
kejadian aneh yang bermunculan secara tiba-tiba dengan
perubahan yang tak terhingga banyaknya, membuat
pandangan mata jadi silau dan tak mampu untuk
mengikuti secara jelas.
Tak seorang pun dapat menyaksikan perubahan mimik
wajah ketua Hian hong kau di balik kain kerudungnya,

1640
tapi kalau ditinjau dari sikapnya yang termenung sambil
membungkam lama sekali, dapat diduga bahwa dalam
benaknya saat ini sedang memikirkan suatu persoalan
yang sangat menyulitkan jelas tantangan balik dari
Pemilik bunga bwee membuat ia sangsi dan tak berani
mengambil keputusan.
sikap Li Bun-yang kembali dicekam rasa tegang,
mukanya jadi murung dan amat gelap.
Tiba-tiba Hongpo Lan menemukan pancaran sinar
mata yang amat tajam dari balik kain kerudung muka
ketua Hian hong kau, sorot mata itu seakan-akan
ditujukan ke wajah Li Bun-yang, hal ini membuat
perasaannya segera bergetar keras.
"Ternyata dugaanku betul juga" Demikian ia berpikir,
"Antara dia dengan ketua Hian hong kau memang
mempunyai hubungan yang luar biasa..."
sementara dia masih berpikir, terdengar pemilik bunga
bwee telah mengejek sambil tertawa nyaring:
"Bagaimana Kaucu? Kau takut?" Ketua Hian hong kau
tertawa dingin-
"Bila anda bisa membuktikan bahwa kotak kemala
yang lain berada di suatu tempat, gebrakan yang
pertama ini kita anggap seri, tapi bila anda ada minat
untuk bertaruh lagi, dengan senang hati pasti akan
kulayani keinginanmu itu."

1641
sesungguhnya perasaan hati para jago waktu itu
sudah kebat kebit lantaran menguatirkan keselamatan
ketua Hian hong kau, siapa pun tidak mengira ia dapat
menghindarkan diri dari tantangan tersebut dengan
begitu mudah sekalipun sedikit mencari menangnya
sendiri, tapi bagaimanapun juga ia tetap berhasil
melepaskan diri dari jebakan itu.
Pemilik bunga bwee tertawa hambar.
"Pandai amat kau mencari pasal untuk melepaskan
diri, apa boleh buat, rupanya aku harus menerima
keadaan."
Li Bun-yang berpaling ke arah Hongpo Lan, lalu
bisiknya: "Pemilik bunga bwee betul-betul manusia yang
susah dihadapi."
"saudara Li, nampaknya kau sangat menguatirkan
keselamatan ketua Hian hong kau?" tegur Hongpo Lan
sambil mendehem
Li Bun-yang cuma tersenyum tanpa menjawab
sepatah kata punsementara
itu Pemilik bunga bwee telah menuding ke
arah Coat-pin taysu seraya berseru:
"Tadi ketua Hian hong kau telah memfitnah aku
dengan tuduhannya, padahal si pencuri kotak kemala
yang sebenarnya adalah pendeta agung dari siau-lim pay

1642
yang selama ini dianggap sebagai tonggak dunia
persilatan-..."
"Apa?" teriak Coat-pin taysu tercengang, "Kotak
kemala itu berada di sakuku?"
"Kau bisa saja mengelabui para jago dari seluruh
kolong langit serta ketua Hian hong kau, tapi jangan
harap bisa mengelabui sepasang mataku...."
"Kau jangan memfitnah orang seenaknya sendiri...."
"Sejak tadi aku telah menghadiahkan kotak kemala itu
untuk taysu" tukas pemilik bunga bwee cepat, "Jadi
sebetulnya hilang tidaknya kotak itu sudah tiada
hubungannya lagi denganku, tapi berhubung ketua Hian
hong kau sok pintar dengan pamer kemampuannya tadi,
mau tak mau terpaksa aku harus membongkar juga
rahasia taysu"
Baginya ucapan tersebut diutarakan amat santai dan
ringan, namun bagi Coat-pin taysu, paras mukanya
segera berubah hebat, badannya gemetar karena
menahan emosi, teriaknya tak tahan-
"Aku toh tak akan menelan kotak itu ke dalam perut,
kau bisa menunjukkan di mana aku sembunyikan kotak
kemala itu?"
"Seandainya aku menjadi taysu, kotak tersebut tentu
tak akan kusembunyikan dalam saku sendiri..." ujar

1643
Pemilik bunga bwee santai, kemudian sambil menuding
seorang pendeta di samping kanan coat-pin taysu
serunya lagi:
" Kenapa kau tidak segera keluarkan kotak kemala itu?
Kau hendak paksa aku untuk mengambilnya sendiri?"
Pendeta itu melirik Coat-pin taysu, sekekejap lalu
memandang pula Pemilik bunga bwee, akhirnya dari balik
sakunya yang lebar ia keluarkan sebuah kotak kemala
yang segera diangkat tinggi-tinggi.
Perubahan ini sama sekali diluar dugaan para jago,
perubahan aneh yang datang ber-tubi-tubi ini membuat
kawanan jago itu jadi bingung, seruan kaget dan helaan
napas panjang bergema di sekeliling arena, tidak
diketahui mereka sedang memuji kehebatan pemilik
bunga bwee atau merasa kecewa atas kelakuan pendeta
dari siau-Iim pay itu. Dengan wajah penuh amarah Coatpin
taysu segera berseru:
"Kau tahu bukan menurut peraturan siau- lim pay kita,
siapa pun dilarang mengambil barang milik orang lain?"
"Tecu tahu" jawab pendeta itu.
"Kau sudah tahu kenapa kau curi kotak kemala
tersebut? Bukankah tindakanmu itu sengaja melanggar
peraturan?"

1644
" Kotak kemala ini sudah dihadiahkan pemilik bunga
bwee kepada siau- lim pay kita, kenapa kita tak boleh
mengambilnya?" bantah pendeta itu cepat.
Coat-pin taysu tertegun, tapi kemudian dengan nada
serius katanya lagi: "Khong- hoat, meskipun kau menjadi
pelindung hukum di ruang Lo-han-tong, tapi
kedatanganmu kali ini adalah atas ajakanku, jadi
seharusnya kau tunduk pada perintahku"
"soal ini tecu mengerti"
"Di hadapan umum kau berani membantah
perkataanku tahukah kau perbuatan ini telah melanggar
peraturan nomor berapa?" Paras muka coat-pin taysu
berubah semakin serius. Khong-hoat taysu tertawa
hambar.
" Kalau soal ini mah tecu kurang jelas" katanya.
"Kau masih berani membangkang, ayoh cepat
berlutut"
Khong-hoat taysu berpaling memandang dua saudara
seperguruannya sekejap. kemudian berkata:
"sekalipun pinceng (saya) bersalah, sepantasnya tiang
lo kami yang membicarakan kesalahan tersebut sebelum
menjatuhkan hukuman, maaf tecu tak bisa menerima
perlakuan seperti ini."

1645
setiap jago dari kolong langit tahu bahwa kuil siaulim-
s i mempunyai peraturan perguruan yang sangat
ketat, tapi siapa pun tidak mengira Khong-hoat taysu
berani membangkang perintah coat-pin taysu di hadapan
orang banyak.
Berkilat sinar mata coat-pin taysu karena gusar,
setelah memandang sekejap dua pendeta lainnya dia
berseru:
"Khong tin, Khong jin, cepat tangkap murid durhaka
itu"
Meskipun Khong-tin taysu dan Khong-jin taysu
merupakan pelindung hukum juga di ruang Lo-han-tong
bersama-sama Khong-hoat taysu, namun mereka tak
berani membangkang perintah coat-pin taysu gara-gara
hubungan pribadi, segera mereka menyahut dan maju ke
depan mencengkeram pergelangan tangan saudara
seperguruannya itu.
Khong-hoat taysu segera mengerahkan tenaga
murninya untuk bergegas mundur sejauh tiga depa dari
posisi semula, begitu lolos dari serangan kedua orang itu
serunya dingin-
"Suheng berdua benar-benar sudah melupakan
hubungan persaudaraan di antara kita selama belasan
tahun-..."

1646
Dengan wajah kaku bagaikan besi tukas Khong-tin
taysu:
"Hubungan pribadi tak bisa menghalangi tugas resmi,
perintah paman guru coat pin terpaksa harus
kulaksanakan tegas."
"Lebih baik sute segera berlutut." sambung Khong-jin
taysu, "Terima saja hukuman dari coat pin susiok, aku
dan Khong tin suheng tentu akan mohonkan keringanan
untukmu." Khong-hoat taysu tertawa terbahak-bahak
"Hahahaha... silahkan suheng berdua takut dengan
kepandaian silat coat pin, tapi aku tak bakal jeri...."
" Kurang ajar, kau berani bicara sembarangan?" hardik
Khong-tin taysu gusar. sebuah pukulan yang amat kuat
dilontarkan ke depan.
Khong-hoat taysu segera memutar badan meloloskan
diri dari serangan itu, ejeknya: "Jadi suheng berdua
betul-betul ingin bertarung melawanku?"
"sute, kau sudah memberontak jangan salahkan jika
aku lupakan hubungan persaudaraan kita dulu" bentak
Khong-jin taysu sambil melepaskan sebuah pukulan pula.
"Tahan" teriak Khong-hoat taysu sambil berkelit dari
serangan itu. Khong-jin taysu menarik kembali
serangannya lalu berseru:

1647
"samudra penderitaan tiada bertepi, berpaling akan
mencapai daratan, apakah sute telah menyesal?"
" Kalau sute sudah tahu salah cepatlah berlutut minta
ampun kepada coat-pin susiok" sambung Khong-tin taysu
pula, Dengan cepat Khong-hoat taysu menyimpan kotak
kemala itu ke dalam sakunya, setelah itu jengeknya
dingin: "Aku harap suheng berdua tahu diri, kalian bukan
tandinganku"
"Bagus" teriak Khong-tin taysu gusar. "Kau benarbenar
sudah tersesat, tampaknya kau ingin menjadi
murid durhaka dari siau- lim pay?"
"Hehehehe... jika kalian mendesakku terus menerus,
apa boleh buat, kita tak usah bicara lagi."
"Hmmm Tampaknya kau memang sudah berniat untuk
berkhianat" bentak Coat-pin taysu penuh amarah, "Tak
usah berdalih lagi, Khong tin, Khong jin, cepat tangkap
murid murtad ini, apa lagi yang kalian nantikan?"
Khong-tin taysu tidak banyak bicara lagi, ia segera
turun tangan melepaskan satu pukulan-
Kali ini Khong-hoat taysu tidak menghindar lagi, dia
mengayunkan telapak tangannya menyambut datangnya
ancaman itu dengan keras melawan keras.
Khong-tin taysu tidak menyangka lawannya akan
melancarkan serangan balasan, padahal ia cuma

1648
menggunakan tenaganya sebesar empat bagian,
sebaliknya Khong-hoat taysu yang sudah punya rencana
jahat justru mengerahkan tenaganya mencapai sepuluh
bagian-
Begitu sepasang tangan saling beradu, Khong-tin
taysu baru menyadari kalau gelagat tidak beres, sayang
dia tak sempat menghadapi perubahan itu lagi.
Terasa segulung tenaga pantulan yang maha dahsyat
meluruk ke dadanya, seketika itu juga ia merasa hawa
darahnya bergolak keras, secara beruntun tubuhnya
mundur sejauh empat lima langkah sebelum jatuh
terjerembab dan muntahkan darah segar. sambil tertawa
tergelak Khong-hoat taysu segera mengejek:
"Hahahaha... sedari tadi aku toh sudah bilang, suheng
berdua masih bukan tandinganku tapi kalian justru tak
mau percaya...."
Khong-jin taysu sangat gusar, dengan menghimpun
tenaganya ia lepaskan satu pukulan sambil menerjang ke
muka. Khong-hoat taysu segera memainkan jurus
"Membendung langit pintu selatan" untuk menangkis
serangan Khong jin, sementara tangan kanannya secepat
kilat melepaskan sebuah totokan.
Ia licik dan banyak akal, ketika melihat Khong- jin
taysu melancarkan serangan dalam keadaan gusar, ia
sadar bahwa serangan tersebut tentu disertai tenaga

1649
dalam mencapai sepuluh bagian hingga susah ditandingi
dengan kekerasan.
Maka dia pun mengubah sistim pertarungannya,
dengan menggunakan tangan kirinya membendung
serangan dari Khong-jin taysu, ia keb askan ujung
bajunya yang lebar untuk menutupi pandangan mata
lawannya, sementara tangan kanannya secara diam-diam
mengeluarkan ilmu jari Kim-kong-ci untuk melancarkan
sebuah totokan.
Di antara tiga orang pendeta itu Khong-jin taysu
paling polos dan jujur, mimpipun dia tak menyangka
Khong-hoat taysu bakal melepaskan serangan jahat
secara diam-diam, tahu-tahu lengan kirinya terasa sakit
sekali dan terkulai lemas, ternyata totokan Khong-hoat
taysu yang diluar dugaan itu telah mematahkan
persendian tulangnya. Dengan penuh amarah Coat-pin
taysu menghardik: "Murid murtad, berani amat kau
kasar...."
sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke depan
memukul mundur Khong-hoat taysu sejauh selangkah,
juga menyelamatkan jiwa Khong-jin taysu dari serangan
mematikan berikutnya.
Khong-hoat taysu tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki
Coat-pin taysu sangat hebat, apabila membiarkan
pendeta itu merebut posisi di atas angin niscaya dia

1650
bakal menderita kekalahan hebat, karena itu buru-buru ia
tarik kembali serangan totokan jarinya.
setelah melepaskan pukulan tadi Coat-pin taysu ikut
mendesak maju ke muka, dua jari tangannya bagaikan
tombak langsung menyodok jalan darah Hian ki hiat di
tubuh Khong-hoat taysu.
Dengan amat cekatan pendeta dari ruang Tat-mo-wan
ini berkelit ke samping untuk meloloskan diri dari
sergapan lawan, kemudian secara beruntun ia lancarkan
empat buah pukulan berantai
Pada dasarnya kecerdasan maupun ilmu silat pendeta
ini jauh melebihi kedua orang kakak seperguruannya,
ditambah lagi ia menyerang secara licik, tidak aneh jika
dalam tiga gebrakan ia sudah berhasil melumpuhkan
Khong-tin taysu serta Khong-jin taysu, sebaliknya
keadaan coat-pin taysu jauh berbeda sekali, kehebatan
ilmu silatnya mustahil bisa ditandingi Khong-hoat taysu,
maka dari itu selesai melancarkan empat pukulan cepat
ia menarik diri sambil melompat mundur dari arena.
"Parahkah luka kalian?" tanya Coat-pin taysu sambil
memandang kedua orang pendeta itu sekejap.
"Tecu berdua masih sanggup mempertahankan diri"
sahut Khong-tin taysu cepat, "Lebih baik susiok
membekuk murid murtad itu lebih dulu." Coat-pin taysu

1651
menghela napas panjang, setelah berpaling lagi ke arah
Khong-hoat taysu katanya:
"Murid murtad, kenapa tidak segera berlutut untuk
minta ampun? Kau memaksa aku untuk turun tangan
sendiri?"
Dia tak ingin memainkan peranan saling membunuh
antar sesama seperguruan di hadapan para jago dari
seluruh kolong langit, maka sambil menahan hawa
amarahnya ia berharap Khong-hoat taysu bisa segera
menyadari kesalahannya serta menyerah.
Khong-hoat taysu tertawa dingin- "Hehehehe... bukan
tecu sengaja memandang enteng paman guru, tapi
seandainya betul-betul terjadi pertarungan tecu yakin
dalam seratus gebrakan pertama aku tak bakal kalah di
tangan susiok."
Bagaimana pun kuatnya hati Coat-pin taysu, tapi kali
ini ia tak sanggup menahan diri lagi, nardiknya:
"Murid durhaka, ingin mampus rupanya kau"
sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke depan,
Khong-hoat taysu tak mau kalah, dia mengayunkan
telapak tangan kanannya juga untuk menerima
serangan tersebut. Dalam gusarnya tadi Coat-pin taysu
telah mengerahkan tenaga dalamnya mencapai delapan
bagian, akibatnya begitu kekuatan saling bertemu, tubuh

1652
Khong-hoat taysu terlempar mundur sejauh dua langkah,
hawa darahnya bergolak dan wajahnya berubah jadi
merah padam.
Diam-diam Pemiiik bunga bwee mengayunkan jari
tangannya, segulung desingan angin tajam segera
meluncur ke depan menotok jalan darah Mia- bun- hiat di
tubuh Khong-hoat taysu.
Termakan totokan itu, paras muka Khong-hoat taysu
yang semula merah membara kontan pulih kembali
menjadi sedia kala, napasnya yang ngos-ngosan juga
mereda kembali.
semua kejadian ini berlangsung dalam sekejap mata,
sementara serangan kedua dari Coat-pin taysu telah
dilepaskan
Dalam serangannya ini coat-pin taysu telah
menggunakan tenaganya mencapai sepuluh bagian, ia
berniat melukai murid durhaka itu dalam serangan
tersebut.
siapa sangka apa yang kemudian terjadi sama sekali
diluar dugaannya, meski Khong-hoat taysu sudah
menerima serangannya yang kedua, ia tetap tenang saja
seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apa pun. sambil
tersenyum Khong-hoat taysu mengejek: "Bagaimana
susiok dengan pukulan tecu ini? Lebih hebat daripada
pukulanmu bukan?"

1653
Sebetulnya Coat-pin taysu sudah curiga, betapa pun
hebatnya ilmu silat Khong-hoat taysu mustahil dia
mampu menerima serangannya tanpa merasa, karena itu
dia berhasrat melakukan penyelidikan-
Namun sikap serta ejekan Khong-hoat taysu barusan
membuat kobaran hawa amarahnya tak terbendung lagi,
sebuah pukulan kembali dilontarkan ke depan-
Diam-diam Pemilik bunga bwee kembali mengebutkan
tangan kanannya, mendadak semangat Khong-hoat
taysu bangkit kembali, lagi-lagi dia berhasil menerima
pukulan tersebut tanpa kekurangan sesuatu apapun-
Padahal di dalam serangannya terakhir ini, Coat-pin
taysu telah menggunakan segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya
serangan tersebut
Tapi Khong-hoat taysu kembali berhasil menghadang
pukulan itu, bahkan tidak menunjukkan gejala apa pun-
Kontan saja Coat-pin taysu menjadi tertegun, kali ini
dia melancarkan sebuah cengkeraman.
Dengan cekatan Khong-hoat taysu berkelit ke samping
sambil melepaskan serangan balasan- .
Setelah keberhasilannya menerima ketiga pukulan
tadi, keberanian Khong-hoat taysu makin menjadi-jadi,

1654
dengan andalkan pukulan yang dahsyat ia melibatkan diri
dalam pertarungan yang seru melawan Coat-pin taysu.
Setiap orang mengerti bahwa peraturan perguruan
dari Siau-lim pay paling ketat di seluruh kolong langit,
sejak didirikan boleh dibilang belum pernah ada murid
yang berani melawan atasannya di hadapan umum, tak
heran kalau peristiwa ini memancing perdebatan sengit
di antara para jago yang hadir di seputar arena.
Di tengah berlangsungnya pertarungan itu, tiba-tiba
terdengar ketua Hian-hong-kau berseru keras:
" Harap taysu hentikan serangan, bila pertarungan
dilangsungkan macam begini, biar bertarung delapansepuluh
tahun pun kau tak bakalan mampu mengungguli
murid murtad itu."
seakan-akan memahami sesuatu Coat-pin taysu
menarik kembali serangannya sambil melompat mundur.
sebaliknya Khong-hoat taysu segera mengejek sambil
tertawa dingin: "Jika kaucu tak puas, aku bersedia
melayani tantanganmu?"
Ketua Hian hong kau mendengus dingin- "Hmmm
Apabila Pemilik bunga bwee tidak secara diam-diam
membantumu dengan ilmu penyaluran tenaga dalamnya,
sejak-tadi kau sudah terluka di tangan Coat-pin taysu,

1655
sekarang kenyataan sudah di depan mata, kau masih
ingin berlagak terus?"
"Hahahaha... rupanya begitu" seru Coat-pin taysu tibatiba
sambil tertawa tergelak, " Hampir saja aku tertipu
olehmu."
Begitu boroknya dibongkar oleh ketua Hian hong kau,
seketika itu juga Khong-hoat taysu dibuat tersipu-sipu
karena malu, untuk sesaat dia tak mampu mengucapkan
sepatah kata pun selain memandang ke arah pemilik
bunga bwee.
Mendadak kakek tinggi besar berbaju serba kuning itu
menggerakkan lengan kirinya, dua ekor burung aneh
berwarna abu-abu yang semula bertengger pada
kerangka besi di lengan tersebut segera terbang ke
udara dan meluncur ke atas kepala ketua Hian hong kau.
Kakek bermata satu yang berdiri di belakang ketua
Hian hong kau mendengus pelan, ia lihat burung aneh itu
sekejap kemudian pelan-pelan mengangkat tongkatnya
ke udara.
Dari kerumunan para jago segera muncul empat lelaki
bergolok yang segera mengelilingi seputar ketua Hian
hong kau dengan senjata terhunus, perhatian mereka
ditujukan ke arah burung-burung aneh itu.

1656
Dalam pada itu Phang Thian-hua sudah merasa segar
kembali setelah mengatur napas berapa saat dan
menelan obat mestika ramuan sendiri, ketika menengok
ke arah empat manusia buas, ia menjumpai mereka
masih duduk melingkar sambil mengatur napas, sifat
buas mereka telah lenyap sama sekali.
Melihat kesemuanya itu, dengan perasaan kaget
bercampur keheranan Dewa jinsom ini berpikir:
"Heran, obat apa yang telah digunakan ketua Hian
hong kau sehingga empat manusia buas ini bisa hilang
sifat buasnya dan menurut sekali,..?"
sementara itu situasi dalam arena pun telah menjadi
tegang kembali, sekarang bentrokan langsung terjadi
antara ketua Hian hong kau melawan Pemilik bunga
bwee.
Terdengar ketua Hian hong kau berkata dengan suara
lantang:
"Tujuanmu mengundang para jago dari seluruh kolong
langit untuk berkumpul di sini tak lain karena ingin
meringkus mereka semua dengan siasat busukmu, mulamula
kau gunakan kitab pusaka Tat-mo-ie-cin-keng
untuk mengadu domba, dengan harapan sifat tamak
manusia akan menimbulkan badai saling membunuh di
antara para jago, sedang kau akan menjadi nelayan yang

1657
beruntung, aku yakin tanpa kujelaskan pun setiap orang
sudah
memahami hal tersebut karena kenyataan sudah di
depan mata...."
BAB 49. Asal Usul Pemilik Bunga Bwee
Pemilik bunga bwee mendengus dingin, tukasnya:
"Hmmm, sekalipun kalian turun tangan bersama pun
jangan harap bisa lolos dari bencana kali ini."
"Bagus, kau sudah mengaku sendiri sekarang, berarti
orang-orang yang semula masih sangsi pun sekarang
sudah yakin benar dengan tujuan jahatmu itu"
"Hmmm, sebetulnya aku hanya ingin menyaksikan
sedikit keramaian di mana kalian saling membunuh,
kalau dibilang aku hendak memanfaatkan kesempatan ini
untuk membasmi kalian, hahahaha... kau kelewat
memandang enteng kemampuanku"
"Kau sudah berterus terang sekarang, rasanya segala
sesuatu pun tak perlu dirahasiakan lagi, aku percaya kau
memiliki kemampuan tersebut, aku pun tahu barang
siapa ingin lolos dari bencana hari ini maka ia harus
mengandalkan kepandaian serta nasib sendiri, meski

1658
begitu ada sedikit hal yang kurang kupahami,
bersediakah kau memberi penjelasan? "
"Hahanaha... kalau ingin bertanya, tanyakan saja"
pemilik bunga bwee tertawa nyaring, "Kematian kalian
sudah di ambang pintu, aku tak ingin kalian menjadi
sukma pikun setelah kematian nanti."
"Sebenarnya apa dendam sakit hati umat persilatan
dengan dirimu? Kenapa kau bersikeras ingin
memusnahkan kami semua?"
Pemilik bunga bwee termenung sambil berpikir berapa
saat lamanya, kemudian katanya: "Soal ini panjang sekali
untuk diceritakan lebih baik tak usah dibicarakan...."
"Paling baik kalau kau terangkan dulu sejelas-jelasnya,
setelah kau persiapkan rencana yang begitu matang
untuk memusnahkan semua jago yang hadir hari ini, aku
rasa kau tak akan mempersoalkan cepat sedikit atau
lebih lambat turun tangan bukan?"
"Jadi kalian benar-benar ingin tahu?" tanya Pemilik
bunga bwee dengan nada serius.
"Betul" sambung Li Bun-yang, "Meski-pun kau telah
mempersiapkan segala sesuatunya untuk membantai
para jago yang hadir dalam pertemuan hari ini, namun
kami semua tak akan menyerah dengan begitu saja, aku

1659
percaya pertempuran yang bakal berlangsung pasti luar
biasa hebatnya."
"Hmmmm... kalian jangan berpikir segampang itu,"
sela Pemilik bunga bwee angkuh, "Ketahuilah, begitu aku
turunkan perintah, dalam sekejap mata kalian akan
hancur menjadi abu."
"Aaah, belum tentu, kau tak usah kelewat yakin
dengan kemampuanmu itu."
"Bila kalian tak percaya, kenapa tidak dibuktikan
sendiri?"
"Tunggu sebentar" seru ketua Hian hong kau tiba-tiba,
"Lebih baik kau terangkan dulu apa sebabnya sampai
memusuhi seluruh jago di kolong langit, paling tidak
kalau diharuskan mati pun kami akan mati dengan
perasaan puas,"
"Aku yakin bisa menangkan pertarungan hari ini"
"Sekalipun kau dapat membinasakan semua orang
yang hadir dalam sekejap. namun kami ingin mati
dengan perasaan jelas, kami ingin tahu apa yang
menyebabkan kematian kami...."
"Ehmmm... benar juga perkataan ini... benar juga
perkataan ini.,." gumam Pemilik bunga bwee lirih.
Terdengar ketua Hian hong kau berkata lebih jauh:

1660
"Kau sengaja membuang nama aslimu dengan
menyebut diri sebagai pemilik bunga bwee, aku pikir
dendam kesumat ini pasti ada hubungannya dengan
bunga bwee bukan?" Pemilik bunga bwee agak tertegun,
tapi ia segera berseru:
"Sebagai seorang wanita, kau mampu memimpin
beribu anggota Hian hong kau yang terdiri dari manusia
aneka ragam, terbukti sekarang kau memang memiliki
kemampuan yang luar biasa."
"Terima kasih atas pujian anda, aku percaya
kemampuanmu juga tidak berada di bawah
kemampuanku. "
Tiba-tiba Pemilik bunga bwee berseru dengan nada
serius:
"Kalau toh kalian ingin mengetahui duduknya
persoalan secara jelas, baiklah, akan kukabulkan
permintaan kalian yang terakhir kali ini."
"Sekalipun kami tidak menyinggung aku percaya kau
tentu akan menjelaskan juga kepada kami."
"Betul, lagi-lagi kau berhasil menebak secara benar,
sayang sekali bila seorang wanita cerdik macam kau
harus mati sia-sia di sini hari ini."
"Asal kau dapat membuat aku mati dengan perasaan
puas, biarpun harus mati juga tak perlu disayangkan."

1661
Pemilik bunga bwee berpaling ke arah kakek berjubah
kuning ini, kemudian perintahnya:
"Tarik dulu burung-burung itu" Kakek berbaju kuning
itu menyahut dan berpekik aneh, suara pekikannya tinggi
melengking amat menusuk pandangannya.
Dua ekor burung aneh berwarna abu-abu itu segera
meluncur balik dan hinggap di atas sangkar besi pada
tekukan lengan kakek itu.
Pemilik bunga bwee segera mengangkat tangannya
memberi tanda sambil memperdengarkan suara pekikan
rendah.
Dalam waktu singkat bergemalah suara musik yang
berkumandang datang dari kejauhan.
irama musik yang dibawakan amat memilukan hati,
membuat siapa pun yang mendengar merasakan hatinya
bergetar keras.
Empat orang gadis memakai baju berkabung dengan
membawa lilin berwarna putih pelan-pelan berjalan
masuk ke dalam arena. irama musik yang membawakan
lagu sedih makin lama semakin dekat, nada irama-nya
juga makin memedihkan hati, seakan- akan para pemain
musik itu mempunyai perasaan sedih yang luar biasa
sehingga semua perasaan hatinya itu disalurkan keluar
melalui nada-nada lagunya.

1662
Menyusul di belakang keempat gadis berbaju putih itu
menyusul delapan orang gadis muda berbaju sutera
dengan ikat pinggang warna putih, setiap empat orang
membentuk satu rombongan yang menggotong keluar
sebuah meja, di atas meja itu tertutup kain warna putih
hingga tidak diketahui benda apa di balik kain itu.
Disusul kemudian enam belas orang gadis berbaju
hijau membentuk sebuah barisan musik, walaupun
jumlah alat musiknya tidak banyak namun berhubung
dimainkan oleh para ahli musik yang hebat, maka irama
lagu yang dimainkan pun kedengaran luar biasa.
Dua puluh delapan orang gadis cantik dengan
dandanan pakaian yang berbeda pelan-pelan berjalan
masuk ke dalam arena, mereka membentuk sebuah
barisan yang serius, aneh dan penuh misteri.
Tampaknya para jago sudah terpengaruh oleh irama
lagu sedih yang dibawakan rombongan pemusik itu,
serentak mereka menyingkir ke kedua belah sisi untuk
memberi sebuah jalan lewat.
Ketika tiba di depan pemilik bunga bwee, kedua puluh
delapan orang gadis itu serentak menggerakkan
badannya membentuk sebuah barisan bulat, delapan
gadis berbaju sutera itu dengan cepat meletakkan kedua
buah meja yang digotongnya di tengah arena, sedang
keempat gadis yang memakai baju berkabung
meletakkan lilin putih yang dibawanya ke atas meja.

1663
Enam belas gadis berbaju hijau dari rombongan pemusik
mengelilingi kedua buah meja itu dan sama-sama
berlutut.
Dengan langkah lebar pemilik bunga bwee berjalan
menuju ke depan meja kemudian menjatuhkan diri
berlutut serta melakukan penghormatan besar sebanyak
tiga kali.
Menyaksikan kesemuanya ini, di hati kecil para jago
sesungguhnya sudah terbentik setitik jawaban, hanya
saja tak seorang pun di antara mereka yang mau
berbicara.
selesai memberi hormat di depan meja itu, Pemilik
bunga bwee bangkit berdiri, ditatapnya para jago sekejap
lalu berseru:
"Bila kalian ingin mengetahui duduk persoalan pada
hari ini, silahkan membaca tulisan pada meja abu itu."
Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, dua
orang gadis berbaju sutera yang berdiri di samping meja
itu segera membuka penutup kain putih tersebut.
serentak para jago mengalihkan perhatiannya ke atas
dua meja itu, ternyata pada masing-masing meja
terdapat sebuah papan nama kecil Pada papan nama. di
sebelah kiri tertulis:

1664
"Tempat abu dari ketua angkatan ketiga perguruan
bunga Bwee." sedangkan pada papan nama di sebelah
kanan bertuliskan-
"Tempat abu dari istri ketua angkatan ketiga
perguruan bunga bwee, shen siok-giok."
Begitu selesai membaca tulisan itu, seketika itu juga
para jago menjadi mengerti siapa gerangan pemilik
bunga bwee sekarang ini, ternyata dia adalah keturunan
dari see bun Hong, ketua dari perguruan bunga bwee.
peristiwa ini menyangkut suatu tragedi besar yang terjadi
pada belasan tahun berselang, dan melibatkan banyak
sekali jago-jago tangguh dari dunia persilatan-...
Sementara itu Pemilik bunga bwee telah berseru
lantang:
"Setelah kalian membaca tulisan pada meja abu itu,
tentunya kamu semua sudah tahu bukan alasan dari
terjadinya peristiwa hari ini." coat-pin taysu menghela
napas panjang, sahutnya:
"Aaaai... walaupun kejadian ini sudah lama
berlangsung, namun tragedi yang menimpa perguruan
bunga bwee rasanya masih baru saja dalam
ingatanku...."

1665
"Apakah taysu termasuk salah seorang saksi mata
yang hadir dalam peristiwa itu?" tegur Pemilik bunga
bwee dengan suara dalam.
"Benar, sejak awal sampai akhir aku mengikuti terus
dengan mata kepala sendiri...." Dia memandang sekejap
sekeliling arena, kemudian melanjutkan
"Adakah di antara kalian yang hadir hari ini ikut hadir
pula dalam peristiwa tempo dulu? Kalau ada, harap
segera tampilkan diri untuk menjadi saksi bersamaku"
Suasana di sekeliling arena amat hening, tak seorang
manusia pun memberi jawaban. Sambil tertawa dingin
pemilik bunga bwee berkata:
"Sudah banyak tahun aku menyelidiki peristiwa ini
namun gagal untuk menemukan mereka yang hadir di
arena saat peristiwa itu berlangsung, meskipun ada di
antara mereka yang berhasil kulacak, namun mereka
tetap belum mau mengakuinya...."
"Aaai... hal ini tak bisa salahkan mereka" kata coat-pin
taysu sambil menghela napas panjang, "Siapa sih yang
mau mengakui perbuatan sendiri yang jelas-jelas
merupakan suatu tindakan keliru yang tak bisa
dimaafkan?" Tiba-tiba Pemilik bunga bwee berseru keras:
"Locianpwee... selama banyak tahun, baru kali ini
kudengar ada orang yang mengatakan bahwa kedua
orang tuaku almarhum tidak bersalah, selama ini aku

1666
benci umat manusia bukan karena kematian tragis kedua
orang tuaku, tapi aku benci dengan sikap munafik
mereka, tahu kalau perbuatannya salah tapi tak berani
mengakuinya"
"Jadi maksudmu mengundang para jago berkumpul di
sini hanya ingin menanyakan peristiwa masa lampau?"
"Benar, aku hendak menyelidiki kesalahan apa yang
telah diperbuat orang tuaku almarhum sehingga
mengundang keroyokan para jago lihay dari kolong
langit"
Dengan sinar mata berkilat Coat-pin taysu menatap
wajah Pemilik bunga bwee lekat-lekat, kemudian
katanya:
"Sebelum kita membicarakan soal peristiwa tragis
yang menimpa sebun Hong suami istri, terlebih dulu aku
ingin mengajukan beberapa buah pertanyaan yang
membingungkan hatiku."
"Silahkan locianpwee bertanya" ucap pemilik bunga
bwee sambil memberi hormat, sikap angkuhnya hilang
sama sekali.
setelah termenung berapa saat coat-pin taysu baru
berkata lagi:
"Bila dihitung dengan jari, paling banter peristiwa
tragis itu baru terjadi pada dua puluh tahun berselang

1667
andaikata sebun Hong suami istri masih hidup pun paling
tinggi usianya sebanding dengan dirimu. padahal kau
bilang sebun Hong suami istri berdua sebagai almarhum
orang tuamu, berarti kau adalah anak kandungnya...."
"Wajah pemilik bunga bwee yang kau saksikan
sekarang memang bukan wajah asliku, aku bosan dan
kecewa melihat kebuasan serta kemunafikan manusia di
dunia ini, karenanya aku segan menjumpai mereka
dengan wajah asliku."
"salah besar bila kau berpendapat demikian" ucap
Coat-pin taysu dengan wajah serius, "setelah peristiwa
tragis yang menimpa perguruan bunga bwee tersiar
dalam dunia persilatan dulu, banyak sekali mereka yang
sesungguhnya tidak terlibat dalam kejadian itu berkoarkoar
dengan mengatakan mereka terlibat, tujuannya
hanya ingin menaikkan pamor mereka saja, sebaliknya
kawanan jago yang sesungguhnya betul-betul terlibat
justru berusaha menyangkal kalau mereka terlibat dalam
kejadian tragis itu."
"Apakah mereka sadar kalau perbuatannya salah
hingga malu terhadap diri sendiri dan tidak berani
mengakuinya?"
"sebenarnya juga tidak begitu, hanya saja kau tidak
berhasil menemukan orang yang berani mengakui
saja...." setelah berhenti sejenak, lanjutnya:

1668
"seandainya sedari dulu kau mencari aku atau Thianhong
tootiang dari pondok Lian-im-lu, atau si Hakim
berwajah besi Ciu Huang, ketua keluarga persilatan bukit
Hong-san generasi kedua...."
"Aku pernah naik ke bukit Hong-san, sayang ahli waris
generasi kedua keluarga persilatan bukit Hong-san telah
wafat,.,." tukas Pemilik bunga bwee. Kembali Coat-pin
taysu menghela napas panjang.
"Aaaai... sejak menyaksikan peristiwa tragis yang
menimpa perguruan bunga bwee dulu, selama dua puluh
tahun terakhir aku tak pernah terjun lagi ke dalam dunia
persilatan, aku tidak tahu kalau ahli waris generasi kedua
dari keluarga persilatan bukit Hong-san telah berpulang
ke alam baka... misalnya Ui sicu masih hidup, mungkin
pertemuan puncak hari ini tak bakal terselenggara...."
Mendadak Hongpo Lan teringat kembali dengan
suratnya, dia masih ingat bahwa sampul surat itu tertulis
ditujukan kepada seebun tayhiap. ini membuktikan
bahwa ayahnya telah mengetahui latar belakang dari
peristiwa tersebut. sementara itu ketua Hian hong kau
telah bertanya:
"Apa sih sangkut paut ahli waris generasi kedua
keluarga persilatan bukit Hong-san dengan kejadian ini?
Kenapa bila ia masih hidup maka pertemuan puncak hari
ini tak akan terselenggara?"

1669
"semisalnya ahli waris generasi kedua dari keluarga
persilatan bukit Hong-san masih hidup, ketika seebun
siangkong ini mengunjungi bukit Hong-san ia pasti akan
mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya atas
peristiwa tragis yang menimpa perguruan bunga bwee,
otomatis dia pun tak usah mengundang para jago dari
seluruh kolong langit untuk mengadakan pertemuan
puncak di sini."
"oooh... rupanya begitu" Mendadak pemilik bunga
bwee menyela: "Taysu, aku mempunyai sebuah
permintaan harap taysu bersedia untuk mengabulkan"
Nada pembicaraannya kali ini kembali telah berubah.
"Asal dapat kulakukan dan permintaanmu tidak
menyalahi hukum aku pasti akan mengabulkan. "
"Sesungguhnya bukan suatu permintaan yang luar
biasa, aku hanya ingin mendengar kisah nyata yang
sesungguhnya dari peristiwa tragis itu, taysu tak perlu
menutupi kesalahan almarhum ayah ibuku, juga tak perlu
menutup,nutupi kesalahan yang telah dilakukan mereka
yang telah mengurung mendiang orang tuaku, untuk itu
aku tentu merasa berterima kasih sekali."
Coat-pin taysu termenung sambil berpikir juga
beberapa saat, kemudian katanya:
"Aku pun mempunyai satu permintaan entah
bersediakah seebun sicu untuk mengabulkan?"

1670
"Katakan taysu" Pemilik bunga bwee berkerut kening.
"Demi melacak peristiwa tragis ini sicu tak segansegan
mengundang para jago untuk berkumpul di tempat
ini, bisa dibayangkan betapa mendalamnya rasa
dendammu dan betapa hebatnya niatmu untuk
membalas dendam, tapi sembilan puluh persen dari
mereka yang hadir saat ini sesungguhnya tak ada kaitan
maupun sangkut pautnya dengan peristiwa tersebut, oleh
sebab itu aku berharap seebun sicu bersedia
membebaskan mereka lebih dulu, entah bagaimana
menurut pendapatmu? "
"Maksud taysu mereka yang hadir di arena saat ini tak
ada sangkut pautnya dengan peristiwa itu?"
"sepuluh tahun berselang, hampir separuh bagian di
antara mereka yang hadir hari ini belum punya nama di
dalam dunia persilatan, oleh sebab itu aku simpulkan
mereka yang berusia empat puluh tahun ke bawah
seharusnya tidak tersangkut dalam peristiwa itu."
"Taysu berani menjamin orang tua atau saudara
mereka tidak terlibat dalam peristiwa itu?"
"Walaupun disebutkan mereka yang mengeroyok
perguruan bunga bwee adalah para jago dari kolong
langit, padahal seingatku mereka hanya terdiri dari
delapan belas orang."

1671
"Masa kurang cukup? Kalau anak buah mereka atau
saudara dan familinya dihitung semua maka jumlahnya
akan mencapai berapa ratus orang."
"Maksud Seebun sicu... apakah kau hendak
mengalihkan sakit hatimu atas terbunuhnya kedua orang
tuamu itu ke pundak semua jago dari kolong langit?"
"Andaikata dalam sekali gebrakan aku bisa membunuh
habis semua orang jahat yang berhati kejam, maka
dikemudlan hari dunia persilatan akan aman dan tenang
selalu, salahkah tindakanku ini?" coat-pin taysu
menghela napas panjang.
"Aaaai... bila kita harus menuruti pandangan Seebun
suci, antara guru dan murid berkaitan, antara ayah dan
anak, antara saudara sekaum, sekelompok berhubungan
satu sama lainnya, bukankah berarti semua manusia
yang ada di kolong langit pasti dibunuh untuk
membalaskan dendam atas kematian orang tuamu?"
"Jadi menurut pendapat taysu? " tanya pemilik bunga
bwee setelah termenung berpikir sejenak.
"Kau sudah memendam rasa dendam selama belasan
tahun, jadi aku pun tak ingin berbicara soal belas kasihan
atau peri kemanusiaan lagi, tapi kalau kita berbincang
tentang peraturan dunia persilatan, seharusnya hutang
ditagih kepada si penghutang, jangan mereka yang ada
sangkut pautnya dengan si penghutang ikut teriibat

1672
dalam tanggung jawab, Menurut pendapatku lebih baik
seebun sicu membalas dendam langsung kepada mereka
yang tersangkut saja, jangan merempet ke orang lain...."
"Oooh, mengerti aku sekarang," tukas Pemilik bunga
bwee, "Jadi maksud locian-pwee bila aku tidak bersedia
maka kau pun enggan menceritakan kembali peristiwa
tragis tersebut?"
"Bila aku punya kesempatan untuk selamatkan jiwa
seribu orang, kenapa tidak kumanfaatkan kesempatan
ini?" jawab Coat-pin taysu dengan wajah serius.
Pelan-pelan pemilik bunga bwee mengalihkan sorot
matanya menyapu sekejap para jago di arena, kemudian
dengan suara dalam katanya:
"Baiklah, memandang di atas wajah lo-siansu aku
bersedia memberi satu keuntungan buat mereka, selewat
peristiwa hari ini secara terpisah aku hendak melakukan
pertemuan dengan masing-masing peserta, asal mereka
dapat menghindar dari godaan perempuan, pahala dan
kedudukan, aku pasti akan memberi satu jalan kehidupan
buat mereka," Mendengar janji itu Coat-pin taysu pun
berpikir di dalam hati:
"Bila seseorang yang sudah tahu bahwa jiwanya
terancam tapi tak berhasil mengendalikan diri terhadap
godaan wanita, ia memang pantas untuk menerima
kematian." Berpikir begitu dia pun manggut-manggut

1673
seraya menjawab: "Aku percaya apa yang telah seebun
sicu katakan pasti akan dipegang teguh"
"Lo-siansu tak usah kuatir, apa yang telah kusanggupi
tak akan kusesali kem-bali, sampai waktunya lo-siansu
bisa membuktikan sendiri"
"Baiklah, kita tetapkan saja dengan ucapan itu.,.,"
Setelah berhenti sejenak. terusnya lagi: "Tentang
peristiwa tragis yang menimpa perguruan bunga bwee,
seingat diriku...."
"Mengenai latar belakang peristiwa ini aku telah
mengerti sebagian besar setelah melakukan pelacakan
selama banyak tahun, hanya beberapa bagian yang
belum kupahami saja harap lo-siansu memberi
penjelasan secukupnya."
"Bagian mana yang tidak kaupahami? Tanyakan saja,
aku pasti akan menjawab dengan sejujurnya."
"selain lo-siansu, siapa lagi yang ikut hadir dalam
peristiwa berdaran itu?"
"peristiwa ini merupakan suatu kejadian besar yang
cukup menggemparkan dunia persilatan pada dua puluh
tahun berselang, bukan hanya pemilik bunga bwee saja
yang ingin tahu," bahkan para jago yang hadir dalam
pertemuan itu pun ikut menaruh perhatian maka
perhatian semua orang pun ditujukan ke arah pendeta

1674
siau-lim pay itu. sesudah menghembuskan napas
panjang Coat-pin taysu berkata:
"selain diriku, yang utama ada tiga orang yaitu ketua
generasi kedua dari keluarga persilatan bukit Hong-san,
si Hakim sakti Ciu Huang serta Thian hok sangjin dari
pondok Lian-im-lu...."
Ketiga tokoh silat ini terhitung pendekar-pendekar
sejati yang mewakili kekuatan kaum lurus dalam dunia
persilatan, baik golongan putih maupun golongan hitam
mereka selalu memuji ketiga orang tersebut sebagai
pendekar sejati yang berjiwa luhur. Terdengar pemilik
bunga bwee bertanya lagi: " Kecuali mereka bertiga
masih ada siapa lagi?"
"Masih ada Bok-tok taysu dari Siau-lim pay, Hian-hokceng-
cu dari Bu-tong pay, si pedang hijau Pek siang, si
pedang sakti dari Lam-Kiang Hongpo Tiang-hong, ketua
lembah Hong-yap-kok-Tan Ceng-po, Kim-hud totiang dari
Kun-lun-pay, sepasang manusia aneh dari Thian-lam
yakni si naga botak siang Co dan nenek naga berambut
putih serta si Gadis Naga Berbaju Hitam"
setiap nama yang disebut pendeta ini rata-rata
merupakan tokoh persilatan yang bernama besar, kontan
saja para jago yang ikut mendengar menjadi gempar,
pikir mereka tanpa terasa:

1675
"Kesalahan apa yang telah dilakukan seebun Hong
suami istri sehingga dikero-yok begitu banyak jago
lihay...?"
Tiba-tiba pemilik bunga bwee berteriak keras
memotong ucapan coat-pin taysu, serunya:
"sebetulnya apa kesalahan mendiang orang tuaku
sehingga begitu banyak jago tangguh datang
mengerubutinya?"
sebab musabab terjadinya tragedi yang menimpa
perguruan bunga bwee memang tetap menjadi misteri
hingga kini, meski peristiwa berdarahnya sendiri banyak
diketahui umum, jadi apa yang dipertanyakan Pemilik
bunga bwee sekarang justru merupakan tanda tanya
dalam hati kecil para jago itu. Pelan-pelan coat-pin taysu
berkata:
"sesungguhnya peristiwa berdarah ini terjadi gara-gara
berapa jilid kitab pusaka ilmu silat, keserakahan ayah dan
ibumu membuat situasi ibarat api bertemu air, kendati
pun aku turut menyaksikan sendiri peristiwa itu, namun
aku pun dibuat serba salah...."
"Apakah orang-orang itu berniat merampas kitab
pusaka yang ditemukan mendiang orang tuaku, karena
ditolak maka mereka dianggap telah melanggar
peraturan dunia persilatan?"

1676
"Ahli waris dari bukit Hong-san serta si hakim sakti Ciu
Huang bukan manusia tamak, mustahil mereka bertindak
begitu gara-gara kitab pusaka itu."
"Lantas karena apa?"
"salah satu buku yang ditemukan kedua orang tuamu
dulu memuat sejenis ilmu sesat yang amat keji dan
jahat, konon ilmu sesat itu gampang sekali dipelajari tapi
begitu berhasil maka kehebatannya tiada tandingan
hanya saja selama latihan dibutuhkan beratus-ratus
lembar nyawa manusia sebagai tumbal, sebagai tokoh
silat yang menjunjung tinggi keadilan ciu tahiap dan
Thian-hok sangjin berusaha membujuk kedua orang
tuamu agar membatalkan niatnya mempelajari ilmu sesat
itu demi kesejahteraan manusia, tapi bujukan ini ditolak
mentah-mentah oleh kedua orang tuamu, akibatnya
suasana menjadi kaku."
Pemilik bunga bwee termenung sesaat, kemudian
katanya:
"Bukankah kitab pusaka itu ditemukan oleh mendiang
orang tuaku? semestinya menjadi hak mereka untuk
menentukan pilihannya, mau dilatih atau tidak
merupakan urusan pribadi kedua orang tuaku, kenapa
orang lain, harus mencampuri urusannya?"
" Walaupun alasanmu itu benar, tapi gara-gara ingin
melatih ilmu sesat itu kedua orang tuamu telah menculik

1677
empat puluh orang bocah lelaki dan perempuan,
penculikan tersebut berhasil dilacak oleh ahli waris dari
bukit Hong-san, sebagai pendekar sejati yang
menjunjung tinggi kebenaran, sudah barang tentu
keluarga persilatan bukit Hong-san tak bisa berpangku
tangan saja...."
"Jadi Ciu Huang dan Thian-hok sangjin juga datang
mencari kedua orang tuaku gara-gara usaha penculikan
keempat puluh orang bocah lelaki dan perempuan itu
terbongkar?"
"ciu Huang serta gedang sakti dari Lam-kiang datang
gara-gara kitab asli Delapan jurus pedang naga sakti,
sipedang beracun Pek siang serta Gadis Naga Berbaju
Hitam juga datang untuk meminta berapa macam kitab
pusaka dari mendiang orang tuamu...."
"Bukankah kitab pusaka itu ditemukan oleh mendiang
orang tuaku? Atas dasar apa si pedang beracun Pek
siang dan Gadis Naga Berbaju Hitam meminta kitab
tersebut?" seru Pemilik bunga bwee gusar.
"Panjang untuk menceritakan kisah ini, dulu ayahmu
adalah sahabat karib dari pedang racun Pek siang,
tempat penyimpanan kitab pusaka itu pun ditemukan
bersama oleh mereka berdua, gara-gara ingin
mengangkangi sendiri kitab pusaka itu, ayahmu telah
mendorong Pek siang masuk kejurang, siapa tahu Pek
siang tidak tewas, ia bertemu dengan Gadis Naga

1678
Berbaju Hitam yang membantunya mengobati luka yang
diderita, setelah sembuh dia pun melacak jejak orang
tuamu, bayangkan sendiri masa ia tidak berhak untuk
berbuat begitu?"
"Aaaai... seandainya memang begitu kejadiannya,
berarti ayahku yang salah" ucap Pemilik bunga bwee
sambil menghela napas.
"setelah mendapat kitab pusaka tersebut di samping
merasa pamornya semakin menanjak, kedua orang
tuamu juga tahu bahwa mereka telah menjadi musuh
umum seluruh umat persilatan, maka mereka berusaha
keras untuk merahasiakan jejaknya, dunia begitu luas,
sesungguhnya amat sulit untuk melacak jejak mereda
berdua, sayang mereka tak bisa menahan diri untuk tidak
melatih ilmu yang diperolehnya, gara-gara menculik
empat puluhan orang bocah lelaki dan perempuan inilah
jejak mereka baru ketahuan, tapi saat itu ilmu silat yang
dimiliki kedua orang tuamu sudah mengalami kemajuan
pesat, bahkan di sekitar tempat persembunyiannya telah
dipersiapkan juga aneka alat jebakan yang mematikan."
Mencorong sinar tajam dari balik mata Pemilik bunga
bwee, ditatapnya wajah Coat-pin taysu lekat-lekat,
kemudian tegurnya dingin:
"Apakah kehadiran taysu serta Bok-tok taysu juga
dikarenakan kitab pusaka itu?"

1679
"Aku bersama Bok-tok suheng menghadiri kejadian itu
lantaran hendak minta kembali kitab pusaka Ta-mo-iecin-
keng kami yang hilang."
"Taysu ikut dalam pengeroyokan mendiang orang
tuaku hingga mengakibatkan terjadinya peristiwa
berdarah itu?"
"Tatkala melewati pos-pos penjagaan yang ada di situ
aku telah melukai dua orang, tapi belum pernah ikut
serta dalam pengeroyokan terhadap ayah ibumu."
"Lalu siapa yang turun tangan paling dulu?" tanya
Pemilik bunga bwee sambil menghela napas panjang.
"Kim-hud totiang dari Kun-lun-pay melancarkan
serangan lebih dulu, ia bertarung hampir tiga puluh
gebrakan melawan ayahmu tapi sebuah pukulan keras
membuatnya kalah dan mundur, kemudian Hakim sakti
Ciu Huang tampil kembali dengan mengajak ayahmu
berunding, ia tetap berharap ayahmu melepaskan
niatnya dengan membakar kitab pusaka berisi ilmu sesat
itu di depan umum, selain itu juga berjanji tak akan
melatih ilmu sesat itu lagi di samping membebaskan para
bocah lelaki dan perempuan menyerahkan kitab Tat-moie-
cin-keng kepada siau-lim-pay serta tidak melakukan
kejahatan lagi.

1680
Ciu Huang dan ahli waris dan bukit Hong-san
menjamin untuk seterusnya tak akan ada orang yang
mencari gara-gara dengan mereka lagi,"
"Apakah mendiang ayahku bersedia?"
"Walaupun ayahmu tidak langsung menyanggupi tapi
nampaknya sangat setuju dengan usul tersebut, sebab
dalam kitab pusaka yang ditemukan ayahmu termuat
tujuh jenis silat yang tangguh, selain ilmu pertabiban,
ilmu racun serta ilmu barisan, kitab yang khusus memuat
ilmu silat ada empat macam, yaitu sim hoat dari ilmu Mokang,
Tat-mo-ie-cin-keng dan dua macam ilmu sakti
lainnya yang telah lama punah, asal berhasil mempelajari
setengah saja dari kepandaian itu, sudah cukup bagi
ayah ibumu untuk menjagoi dunia persilatan...." Pemilik
bunga bwee segera tertawa dingin.
" Kalau toh mendiang ayahku sudah setuju, kenapa
kalian masih mengeroyok mereka hingga terjadi peristiwa
tragis itu?"
"Aaai... nasib manusia memang di tangan takdir, di
saat ayahmu masih termenung itulah si pedang racun
Pek siang serta Gadis Naga Berbaju Hitam muncul di
tempat tersebut dengan membeberkan dosa ayahmu,
kejadian tersebut dengan cepat mengobarkan kembali
amarah para jago yang sebetulnya sudah mulai mereda,
ayahmu juga dibuat gusar oleh peristiwa ini, dia tolak

1681
mentah-mentah syarat yang diajukan ciu tayhiap yang
berakibat suasana pun kembali jadi kaku dan tegang,"
Jadi kalian semua yang hadir waktu itu percaya penuh
dengan apa yang dikatakan si pedang racun Pek siang?"
"semua yang dikatakan disertai dengan bukti
membuat orang lain susah untuk membantah, apalagi
ayahmu telah mengakui semua perbuatannya."
"Waaah, kalau begitu mendiang ayahku gagah
sekali..."
Coat-pin taysu menghembuskan napas panjang,
setelah termenung sejenak terusnya:
"Ayahmu segera bertarung melawan si pedang racun
Pek siang, pertarungan berjalan amat seru tapi tiga
puluhan gebrakan kemudian Pek siang sudah
menunjukkan gejala akan kalah, demi menyelamatkan
jiwa pek siang, si gadis naga berbaju hitam pun terjun ke
arena melibatkan diri dalam pertempuran, tentu saja
ibumu tak ingin menyaksikan ayahmu dikerubuti maka ia
pun turut terjun ke dalam arena bertempur melawan
Gadis Naga Berbaju Hitam. Kendatipun ilmu pedang yang
dimiliki ibumu jauh lebih hebat ketimbang kepandaian
silat Gadis Naga Berbaju Hitam, tapi berhubung senjata
yang dipakai lawan adalah pedang usus ikan yang amat
tajam, akibatnya betapa pun hebatnya ilmu silat ibumu,

1682
susah juga untuk meraih kemenangan dalam waktu
singkat."
"Aku yakin si pedang racun Pek siang serta Gadis
Naga Berbaju Hitam bukan tandingan ayah ibuku."
"Dugaan seebun sicu memang tepat, ketika Pek siang
melihat Gadis Naga Berbaju Hitam melibatkan diri dalam
pertempuran, semangatnya langsung bangkit kembali,
pertarungan lagi-lagi berlangsung hampir dua gebrakan
lebih, tapi akhirnya ia toh terluka juga oleh sabetan
pedang ayahmu yang membuat darah membasahi
seluruh tubuhnya, jelas luka yang dideritanya cukup
parah.
"Melihat Pek Siang teriuka, Gadis Naga Berbaju Hitam
merasa hatinya bergetar keras, ibumu segera melihat
adanya kesempatan baik, peluang itu digunakan sebaikbaiknya
dengan melukai lengan kiri Gadis Naga Berbaju
Hitam"
"Andaikata setelah berhasil melukai lawannya kedua
orang tuamu segera menghentikan pertarungan,
mungkin hal mana tak sampai menimbulkan kemarahan
orang banyak, sayang sekali setelah berhasil melukai
kedua orang musuhnya kedua orang tuamu tak mau
menghentikan serangan, bahkan berniat membunuh Pek
Siang serta Gadis Naga Berbaju Hitam, tusukan pedang
mereka langsung ditujukan ke arah jalan darah penting
di tubuh Pek Siang berdua...."

1683
Setelah menghela napas panjang, terusnya:
"Tindakan semacam ini seketika mengobarkan hawa
amarah para jago, Li Tong- yang ahli waris kedua dari
bukit Hong-san serta si Hakim sakti ciu Huang segera
turun tangan bersama memukul pental pedang yang ada
di tangan ayah ibumu.,.,"
"Selanjutnya para jago pun turun tangan bersama
mengerubuti kedua orang tuaku?" sela pemilik bunga
bwee.
"Tidak, ketika kedua orang tuamu melihat Li Tongyang
serta ciu Huang turun tangan bersama, segera
mereka merogoh keluar dua genggam pasir beracun dan
segera disambit ke depan...."
"Berhasil melukai orang?"
"Tatkala pasir beracun beterbangan di udara, jeritan
ngeri dan teriakan gusar segera bergema silih berganti,
banyak di antara para jago yang menonton di tepi arena
terluka oleh pasir beracun itu Li Tong-yang ahli waris
kedua bukit Hong-san turut terluka juga oleh sambaran
pasir beracun itu. Kejadian inilah yang sesungguhnya
merupakan sumbu yang menyulut terjadinya pengeroyokan
atas diri ayah ibumu berdua."
"Apakah luka yang diderita Li Tong-yang dari bukit
Hong-san teramat parah?"

1684
Tampak seluruh tubuh ketua Hiang hong kau yang
berkerudung hitam itu bergetar keras, agaknya ia baru
saja mendengar suatu kejadian yang mengagetkan, tapi
berhubung perhatian semua orang sedang tertuju ke
arah Pemilik bunga bwee serta Coat-pin taysu, maka
perubahan tersebut tidak diketahui siapa pun. Terdengar
Coat-pin taysu menyahut:
"seingatku, meski luka yang diderita Li Tong-yang,
Litayhiap cukup parah, tapi oleh karena tenaga dalam
yang dimilikinya cukup sempurna maka luka tersebut
tidak sampai mempengaruhi jiwanya, ia segera terlibat
dalam suatu pertarungan yang amat seru melawan
ayahmu...."
"Kalau begitu, pembunuh utama dari kematian ayah
ibuku adalah Li Tong-yang dari bukit Hong-san?"
" itu pun tidak. waktu itu ayah ibumu dikeroyok empat
belasan orang jago tangguh, jadi siapa yang berhasil
melukai kedua orang tuamu aku sendiri juga kurang
jelas. Pokoknya kedua orang tuamu tewas dalam
pertarungan sengit itu"
"Dari delapan belas orang jago tangguh yang hadir
waktu itu, selain lo-siancu apakah masih ada orang lain
yang tidak turun tangan?"
"Ada, sipedang racun Pek siang serta Gadis Naga
Berbaju Hitam."

1685
"Tentu saja mereka tidak ikut mengerubut sebab
sudah terluka parah, coba kalau tetap sehat, masa
mereka akan berpeluk tangan belaka?jadi dari delapan
belas orang yang hadir, kecuali taysu berdua masih ada
satu orang lagi yang tidak ikut menyerang, siapakah
orang itu?"
"Tan Ceng-poo, ketua lembah Hong- yap- kok"
" Kenapa ia tidak ikut turun tangan?"
"Apa sebab yang sebenarnya aku sendiri pun tidak
tahu, tapi bisa jadi dikarenakan ia kenal baik dengan
kedua orang tuamu, jadi hubungan persahabatan masih
dipertahankan."
Pemilik bunga bwee kembali berpikir sejenak^
kemudian serunya: "sudahlah, kita tak usah
mempersoalkan hal tersebut...." setelah menghela napas
panjang, tambahnya:
" Kalau mengikuti kisah dari taysu tadi, berarti kedua
orang tuaku memang tak punya jalan lain lagi? Tapi
kemudian taysu pernah berkata bahwa setelah kejadian,
mereka yang ikut mengeroyok kedua orang tuaku mulai
menyesal dengan perbuatannya, apa yang taysu
maksudkan?"
"Penyakitnya justru muncul pada si pedang racun Pek
siang serta Gadis Naga Berbaju Hitam, setelah kematian

1686
kedua orang tuamu, Pek siang dan Gadis Naga Berbaju
Hitam berhasil tertolong jiwanya oleh obat mestika yang
dibawa Li Tong- yang, kemudian para jagopun
menggunakan waktu selama sehari semalam
menggeledah seluruh tempat tinggal kedua orang tuamu,
meski tidak sampai menggali semua tanah, tapi hampir
setiap sudut tempat telah diperiksa dengan seksama,
alhasil kibat pusaka itu tidak ditemukan juga, maka para
jago pun bersepakat untuk membakar ludas tempat
tinggal orang tuamu, kendatipun kitab pusaka tak
berhasil ditemukan, mereka berharap kitab itu ikut
terbakar habis."
"setelah membunuh lalu membakar, apa bedanya
perbuatan semacam ini dengan perbuatan perampok?
Hmmm, apakah kawanan jago yang menganggap diri
sebagai pendekar sejati itu tidak merasa bahwa tindakan
mereka ini kelewat keji?"
"sampai seluruh bangunan sudah hancur menjadi abu,
dan para jago melakukan pemeriksaan sekali lagi,
mereka baru membubarkan diri turun gunung" sambung
coat-pin taysu.
"Dari mereka yang terkena pasir beracun, apakah tak
seorang pun yang tewas?"
" Racun dari pasir besi yang dilancarkan orang tuamu
memang amat jahat, tapi ber hubung Li Tong-yang
membekali diri dengan banyak obat mestika, ditambah

1687
lagi dia pun pandai ilmu pertabiban, atas pertolongan
serta usahanya, beberapa orang yang terkena pasir
beracun itu berhasil diselamatkan jiwanya."
"Penyakit apa pula yang ditimbulkan pedang racun Pek
siang serta Gadis Naga Berbaju Hitam?"
"Dua tahun berselang, tanpa disengaja si Hakim sakti
Ciu Huang berhasil mendapat kabar yang mengatakan
bahwa Pek siang memiliki banyak sekali kitab pusaka
ilmu silat"
"Aaaah, masa ada kejadian itu?" seru Pemilik bunga
bwee tercengang.
BAB 50. Ketua Persekutuan
"Benar" sahut Coat-pin taysu, "sebagai pendekar sejati
yang berhati lurus ciu tayhiap sangat gusar setelah
mendapat tahu kejadian tersebut, ia naik ke bukit Hongsan
untuk merundingkan persoalan ini dengan Li Tongyang,
akhirnya disimpulkan bahwa si pedang racun Pek
siang adalah manusia licik yang amat berbahaya, maka
mereka berdua mengarungi dunia persilatan untuk
melacak jejak Pek siang, peristiwa itu dengan cepat
tersebar luas dalam dunia kangouw, semua yang
menghadiri peristiwa berdarah tempo hari pun ber-duyun
duyun datang untuk menggabungkan diri..."

1688
"Taysu juga turut serta?"
"Berhubung ada urusan penting aku tak bisa
meninggalkan kuil siau-lim-si, oleh ketua perguruan
diutuslah seorang jago kami bersama Bok-tok sUheng
untuk terjun ke dunia persilatan melacak jejak Pek siang,
sepuluh bulan kemudian Pek siang bersama istrinya baru
berhasil ditemukan"
" Ketika ditanyakan soal kitab ilmu silat ternyata Pek
siang menyangkal maka suatu perta ruangan sengit pun
kembali terjadi.
Dalam waktu tiga tahun yang amat singkat, ternyata
ilmu silat yang dimiliki Pek siang suami istri mengalami
kemajuan yang luar biasa pesatnya, kerja sama sepasang
pedang mereka sanggup menandingi para jago sampai
ratusan gebrakan tanpa menunjukkan Kekalahan,
malahan empat orang jago berhasil dilukai kedua suami
istri itu.
Gara-gara kejadian itu Li Tong-yang serta Ciu Huang
jadi naik darah, mereka berdua turun tangan
menggempur Pek siang suami istri habis-habisan
walaupun ilmu silat mereka telah mengalami kemajuan
pesat namun masih belum mampu untuk membendung
gempuran dua orang pendekar besar ini.
seratus gebrakan kemudian Pek siang kena dihajar Li
Tong-yang, sedangkan Gadis naga berbaju hitam dilukai

1689
pula oleh Ciu Huang, tampaknya dua orang suami istri ini
bakal terkena musibah, pada saat itulah tiba-tiba Thianhok
sangjin muncul disertai ketua dari istana panca racun
yang membantu Pek siang suami istri kabur dari
kerubutan para jago...."
"Aneh" seru Pemilik bunga bwee, "Bu-kankah Thianhok
sangjin termasuk juga salah satu tokoh silat yang
mengerubuti mendiang orang tuaku?"
"Benar, Thian-hok sangjin amat mahir dalam
permainan pedang, kehebatan ilmu silatnya mungkin
tidak berada di bawah kepandaian Li Tong-yang maupun
ciu Huang, hanya saja ia tak suka berkelana dan
sepanjang tahun hidup menyepi dipondok Lian-im-lu nya,
setelah keberhasilannya mengalahkan jago pedang dari
negeri timur, nama besarnya baru menonjol dalam dunia
kangou...."
"Aku hanya ingin tahu orang serta masalah yang
berkaitan dengan kematian orang tuaku" tukas pemilik
bunga bwee tiba-tiba, "sedang mengenai soal nama dan
pamor orang lain lebih baik tak usah kita bicarakan-"
"Sekalipun begitu, paling tidak aku mesti menerangkan
dengan sejelas-jelasnya...." setelah berhenti sejenak.
kembali pendeta itu melanjutkan
"Ketua istana panca racun muncul dengan membawa
beratus jenis makhluk beracun untuk membantunya,

1690
ditambah pula dengan kemahiran Thian-hok sangjin
dalam permainan pedang, setelah melepaskan Pek siang
berdua dari ancaman maut, mereka menghadang para
jago yang mengejar Pek siang berdua di sebuah mulut
selat. pertarungan sengit pun berkobar, Li Tong- yang
serta Ciu Huang harus dibantu dua orang jago lagi untuk
menggembur mundur Thian-hok sangjin pada seratus
gebrakan kemudian, tapi tatkala mereka berhasil
menembusi mulut selat itu, sipedang racun Pek siang
berdua sudah kabur entah ke mana."
" Kenapa Thian-hok sangjin membantu sipedang racun
Pek siang suami istri ber-dua?"
" Ketika terjadi peristiwa tersebut waktu itu semua
orang dibuat tercengang dan tidak habis mengerti,
Thian-hok sangjin termasuk seorang tokoh yang amat
dihormati dalam dunia persilatan, nama besarnya nyaris
tidak berada di bawah nama Li Tong- yang maupun ciu
Huang, tapi mengapa ia bertindak begitu? setelah
dilakukan penyelidikan dan penelusuran yang amat teliti
oleh Ciu tayhiap akhirnya baru diketahui ternyata Thianhok
sangjin adalah kakak kandung sipedang racun Pek
siang."
"oooh, rupanya begitu."
"sejak melarikan diri dari maut, sipedang racun Pek
siang serta Gadis Naga berbaju Hitam tak pernah muncul
lagi di dalam dunia persilatan, entah mereka telah

1691
bersembunyi di mana, hampir tiga tahun lamanya Hakim
sakti Ciu Huang berusaha melacak jejak mereka tapi
usahanya tetap gagal total..."
"Kalian pernah mencari di tempat tinggal Thian-hok
sanjin?"
"ciu Huang telah mengirim mata-mata untuk menjaga
di sekitar jalan menuju ke pondok Lian-im-lu, tiga tahun
lamanya pelacakan dilakukan tanpa henti namun jejak
mereka tidak ditemukan juga . "
"Kenapa tidak mencari Thian-hok sangjin untuk
membuat perhitungan?"
"Sebab ilmu silat yang dimiliki Thian-hok sangjin amat
tangguh, pamor serta nama besarnya amat cemerlang,
sebelum diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa dialah
yang sembunyikan si pedang racun Pek siang serta Gadis
Naga Berbaju Hitam, tak mungkin mereka akan
menyerang secara gegabah,"
"Aku ingin tanya sekarang, kalian bisa memaafkan
Thian-hok sangjin yang telah menyelamatkan jiwa Pek
siang berdua, juga bisa memaklumi perbuatan Pek siang
suami istri berdua menyimpan kitab pusaka, kenapa
terhadap mendiang orang tuaku kalian justru bertindak
keji? Bukankah hal ini menunjukkan bahwa kalian
memang takut terhadap Thian-hok sangjin?"


ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4, cerita mandarin Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-anak-pilihan-pedang.html?m=0,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 4 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-anak-pilihan-pedang.html?m=0. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar